Tuesday, March 31, 2020

Aisyah Oh Aisyah

"Ehmm ..."
Suara desahan terus menggema di kamar Doni diiringi dengan bunyi kulit bergesek yang dihasilkan dari penis dan tangan Doni. Semakin kencang erangan dari perempuan itu semakin kencang pula Doni mengocok penisnya.
"Aisyah ... Aisyah ...."
Doni menggelinjang ketika cairan putih keluar dari penisnya dan membasahi seluruh tangan. Dia kemudian bediri dan mengambil tisue yang berada di atas meja belajar yang hanya berjarak beberapa centi dari kamar tidur miliknya. Beberapa saat kemudian dia melihat kakanya dan Aisyah yang merupakan orang yang sangat dia cintai sejak sekolah dasar sedang berciuman. Tanpa sadar tangan Doni mengepal dan membuat dia memukul dinding kamarnya berkali-kali. Dia menatap langit kamar yang hanya berisi sebuah lampu tanpa hiasan dan membayangkan kembali kakaknya sedang beradu cinta dengan Aisyah. Puas berada di kamar Doni keluar dan mendapati kakanya sedang menikmati makan malamnya.
"Nanti mama pulang telat. Di kulkas masih ada sosis dan kentang, loe bisa masak sendiri kan?"
"Ya gw bisa masak. Yang lebih penting lagi, bisa ngga pelanin suara kakak waktu lagi ngentod?"
"Kenapa loe pengen?"
Mendengar pertanyaan kakanya Doni kehilangan kesabaran. Dia secara emosi memukul meja hingga berdentam.
"Kakak ga sopan banget sama Aisyah."
"Karena inilah loe masih perjaka ampe sekarang. Loe jadi orang jangan terlalu baik ngapa. Muka elo juga ga jelek-jelek amat. Sayang elo terlalu pengecut kalau sama cewek."
Kakak Doni berdiri dan meletakkan piring pada wastafel kemudian menyerahkan sebuah flashdisk pada Doni.
"Bonus dari gw karena udah ngenalin cewek secantik Aisyah," ujar kakak Doni yang kembali naik ke kamarnya.
Merasa penasaran, Doni segera membawa flasdisk yang diberikan kakaknya dan membukanya di laptop.
"Ini ...."
Doni menelan ludah, dia tidak menyangka bahwa flashdisk yang diberikan kakaknya berisi video Aisyah–berseragan putih abu-apu rok dan lengan panjang juga jilbab– yang sedang berada di kamar kakanya.
"Ah sayang, jangan direkam dong." ujar Aisyah memukul kamera hp sehingga gambar yang dilihat Doni sedikit berguncang.
"Gapapalah sayang, ini cuma aku yang lihat dan ga bakal kusebarin kok. Itung-itung buat bahan kalau kita ga bisa ketemu dan aku lagi pengen."
Sembari mengangkat kameranya tingi-tinggi Kakak Doni memberikan kecupan yang disambut dengan hangat oleh Aisyah. Ciuman itu semakin panas diiringi dengan tangan kiri kakak Doni yang meremas payudara Aisyah. Payudara berukuran 36 c tergucang dengan indah saat kakak Doni mulai mengarahkan kameranya ke bawah. Seusai melakukan ciuman dan meremas payudara Aisyah, Doni terlihat membuka celana dan memperlihatkan penis berukuran 14 centimeter itu pada Aisyah. Seperti seorang professional, Aisyah berjongkok dan mulai memilin penis Doni.
"Kenapa ... kenapa bukan aku saja. Padahal punyaku jauh lebih besar." Rancu Doni yang mulai menggosok penisnya.
Tak lama kemudian Aisyah mulai menjulurkan lidah dan menjilati penis kakak Doni berurutan mulai kepala hingga pangkal penis. Kamera mulai bergoyang karena kakak Doni sepertinya bergetar merasakan kenikmatan yang menjalari tubuhnya. Secara bergantian Aisyah memainkan penis kakak Doni dengan lidahnya yang tidak terlalu panjang dan bibirnya yang mungil, tetapi tebal.
"Sayang ... sayang ... Argh ...."
Kakak Doni dengan kasar mendorong kepala Aisyah hingga penisnya nampak hilang. Setelah melengguh puas, nampak sperma dari mulut Aisyah berjatuhan di lantai.
"Sekarang lepasin pakaian kamu gih!" perintah kakak Doni.
"Aku ga mau. Pokoknya aku ga mau kalau direkam."
Kakak Doni mengampiri Aisyah dan menggerayangi memek Aisyah yang masih tertutup rok panjang.
"Kamu udah basah gini. Kan ga enak kalau ga dituntasin. Ayolah sesekali bikin pacarmu seneng."
Doni mundur dan duduk di atas kasur dengan kamera yang masih terekspose ke arah Asiyah.
"Sekali ini aja lho ya!"

Sudah selama seminggu kakakku terus mengirim video persetubuhannya dengan Aisyah. Puting Aisyah yang bewarna merah jambu, kulit putihnya tang mulus, juga ekspresi nakalnya membuat diriku kehabisan tenaga karena masturbasi. Hal itu juga membuat diriku tidak dapat berkonsentrasi di dalam kelas.

"Don .... Don ...."

Sebuah sentuhan lembut membuatku tersentak.

"Eh, elo Syah. Kenapa ngagetin gw?"

"Engga, gw cuma mau ngajakin elo ke kantin. Ada yang mau kenalan tuh sama elo."

Aku merasa enggan. Bagiku hanya Aisyah orang yang ada di hatiku. Sekali pun dia sudah hilang kesucian, aku tidak peduli. Bagiku perasaan ini tidak akan pernah terganti.
"Males gw, elo aja yang ke kantin."

Aisyah menarik lenganku dan memaksa aku ikut. Samar terasa benda empuk bergesekan dengan tanganku. Aku membayangkan bila mana aku bisa menggesek kontolku pada benda itu. Saat pikiranku melayang, kami sampai di sebuah meja yang sudah diduduki tiga orang. Satu adalah putri, seorang gadis dengan daya tarik seksual yang luar biasa. Meski memiliki tubuh yang biasa baikoada pinggang dada atau pantat, wajah putri sungguh menggoda. Bibirnya yang tebal, rambutnya yang panjang bergelombang, juga sikapnya yang judes, sungguh menggoda untuk disiram sperma. Yang kedua adalah April. Salah satu ketua osis dengan pantat yang sangat menggoda. Penampilannya yang rapi dan anggun serta kaca mata yang lekat di wajah, membuat para siswa selalu membicarakan April. Tentu fantasi dengan gadis pintar dan tegas sungguh menggoda pada usia-usia sekolah menengah seperti ini. Setelah melihat kedua wanita yang selalu bersama Aisyah, mataku terpaku pada satu sosok yan paling sering menjadi buah bibir di kalangan laki-laki. Kulit yang sawo matang khas Indonesia, jilbab yang menutupi kepala tetapi gagal menyembunyikan dua buah dada yang sangat besar seolah ingin berontak, juga sifat pemalu dan jarang bicara membuat gadis yang bernama Fatimah ini menjadi buah bibir sema laki-laki di kelasku

"Doni, kenalkan ini Fatimah. Kebetulan dia yang mengajar adikku ngaji."

Aku mengulurkan tangan.

"Kenalin gw Doni."

"Sa ... Aku ... Namaku Fatimah."

Fatimah nampak canggung saat menggenggam tanganku. Mukanya seperti udang rebus. Walau itu membuat hatiku sedikit bergetar tapi itu masih belum bisa mengalahkan cintaku pada Aisyah.


Aku kembalikan dari sekolah. Kelihatannya kakakku sedang tidak ada kuliah. Aku mengetahui hal itu dari musik ked zeplin yang disetel keras-keras.

"Don, sini ada yang mau kakak omongin." Kakaku muncul dan membuat gestur mengajak.

Setelah masuk di kamar, kakakku tiba-tiba mendorong tubuhku masuk ke dalam kemari kemudian mengunci lemari itu.

"Apa yang loe lakuin? Cepetan buka!"

"Sebaiknya loe jangan berisik. Gw punya pertunjukkan lain buat elo."

Beberapa saat kemudian Aisyah masuk ke kamar kakak.

Jantungku berdegup kencang. Entah kenapa perasaanku bercampur aduk. Aisyah kini berada di depanku terlihat dari sela lemari sedang berciuman hangat dengan kakakku. Bibir merah itu sedang dilumat hingga muncul suara decit yang keras. Aisyah nampaknya sudah tidak canggung lagi dan bahkan mengeluarkan lidahnya untuk menyambut bibir kakak. Saat Aisyah akan membuka kudungnya, kakak segera mencegah.

"Jangan, kali ini aku ingin menikmati dirimu yang berseragam lengkap. Hanya aku yang boleh melihat dirimu seutuhnya."
kakakku menjatuhkan tubuh Aisyah di ranjang. Kini aku menyadari bahea Aisyah selalu mengenakan jilbabnya di setiap video yang kakakku kirim.
"Arghh ....."
Desahan Aisyah membuatku kembali tersadar.
"Sial, aku tidak dapat melihat dalam posisi ini."
Aku terkejut dengan perkataanku sendiri. Saat ini posisi Aisyah dan kakak sedang memunggungiku dan desahan yang baru saja aku dengar pasti karena kakakku sedang melumat payudara Aisyah.

"Ah, terus sayang. Terus jilatin jangan berhenti."

Celanaku menjadi sempit.

"Brengsek!"

Saat ini aku ingin sekali meremas kontolku dan mengocok hingga seluruh spermaku tumpah. Sayang lemari ini sempit dan jika aku terlalu banyak bergerak, Aisyah mungkin sadar. Aku tidak mau semu yang kubangun hancur hanya karena hal ini.

"Sayang aku ga tahan. Ceper masukin!"

"Memek kamu udah gatel ya? Tapi aku kehabisan kondom. Giman--"

"Ga usah pake kondom yang."

Suara mendayu yang dibuat Aisyah membuat diriku tak tahan. Aku menggesek kontolku keras pada lenar ketika celana dalam biru berenda Aisyah dilempar ke arahku. Kakakku mulai mendudykjan Aisyah dan terlihat membuka resleting pada pantat Aisyah. Setelah sibuk memasukkan, eksperesi Aisyah menjadi semakin sayu namun lega. Dengan gerakan teratur kakak mulai memaki ritme goyangan pantat Aisyah.

"Memek kamu legit bener!"

"Punya kamu juga enak"

"Apa yang enak?"

Aisyah tak menjawab dan terus mengaduk pantatnya. Sesekali Aisyah menggeleng untuk mengekspresikan kenikmatannya.

"Yang...."

Mata Aisyah sayu karena kakak menghentikan gerakan pantat Aisyah.

"Apanya yang enak?"

"Kon...sssshhh ahhhh tol kamu yang."

Kakak kembali memutar pantat Aisyah hingga punggung Aisyah menekuk ke depan. Menandakan bahwa dia telah mencapai orgasme. Meski berpakaian lengkap, payudara Aisyah yang berukuran 32c nampak teeguncang hebat.

"Kok kamu nyampe duluan?"

Kakakku melepas penis kemudian berdiri di depan Aisyah.

"Emut!" Pinta kakak.

Aisyah menggelengkan kepala.

"Sayang, kamu ga kasian sama suamimu tegang gini?"

"Kamu ga akan ninggalin aku bukan?"

"Aku cinta mati sama kamu."

Aisya menggenggam penis kakak dan mulai mengurut. Setelah beberapa kocokan, kakakku menarik kepala Aisyah dan menekankan ujung penis pada bibir merah muda Aisyah yang mungil. Aisyah membuka mulut dan mulai menjilat penis kakak seperti es krim batangan.

"Jangan pakek gigi. Pakek lidah!"

Mendengar perintah kakak, Aisyah mulai memainkan lidahnya. Setelah beberapa menit dipermainkan, nampaknya tubuh kakak mulai mengejang.

"Ah ... Sstttt sayang aku Sampek."

Kakak menekan kepala Aisyah dalam-dalam.
"Hoek"

Aisyah memuntahkan sperma kakak bersama dengan bakso yang dia makan tadi siang.

"Sekarang kamu tunggu di luar! Ga enak klo diliat sana mama papa."

Aisya mengangguk dan keluar dari kamar. Kakakku membuka pintu lemari dan membuatku berlutut karena lelah.

"Jadi kau onani dengan pintu lemariku. Benar-benar menjijikkan."

Tanganku terkepal. Aku sungguh murka. Tanpa sadar aku berdiri dan menghujamkan tinju ke arah wajah kakakku. Akan tetapi, dengan mudah dia menangkis bahkan mengunci lenganku.

"Apa kau sudah lupa aku ini sabuk cokelat. Kau cuma kutu buku yang delslu mendapat nilai sempurna. Kau mengambil segalanya dariku dan kini aku akan mengambil semu yang kau miliki."

Kakakku mendorong tubuhku hingga aku terjatuh di menyentuh muntahan Aisyah.

"Sial ... Sial ...! Kenapa, apa salahku padamu?"

Kakakku tidak.menghiraukanku dan keluar dari kamar.

0 comments:

Post a Comment