Monday, March 30, 2020

Tak Sengaja Menjadi Bintang Porno

Kisah kehidupan baru ku bermula saat aku dan suamiku telah pindah ke sebuah perumahan yang cukup elite. Ini terjadi karena suami ku telah diterima diperusahaan barunya.

Di taman perumahan itu, lokasi rumah kami berada di ujung dari deretan blok-blok bangunan perumahan. Atmosfir yang sunyi di kawasan perumahan baru ini telah menimbulkan keadaan tenteram kepada kami berdua. Maklumlah penghuni perumahan ini sangat sibuk dengan kehidupan masing-masing yang serba mewah. Dalam seminggu pun sulit untuk sekedar bertegur sapa karena mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Berbeda dengan diriku, aku seorang perempuan Desa yang berumur baru 25 tahun. Tinggiku lebih kurang 165cm dan berbadan agak menarik dengan potongan badan 36,26,38 yang menjadikan aku selalu jadi perhatian lelaki yang bermata yang jalang. Namun itu dapat ku tutupi dengan pakaian ku yang senantiasa tertutup dan berkerudung apabila setiap kali pergi keluar rumah. Namun kami masih belum ingin memiliki keturunan karena ingin menstabilkan ekonomi dahulu dan akupun diminta suamiku agar ber-KB.

Setelah sebulan tinggal di perumahan tersebut kami mulai membeli perabot dengan cara ansuran kredit. Begitu juga barang elektronik seperti tv, kulkas, sebagainya. Gaji suamiku masih cukup untuk membayar semua ansuran tersebut. Namun beberapa bulan selepas itu kedudukan ekonomi kami menjadi goyah disebabkan perusahaan tempat kerja suamiku mengalami kerugian dan memberhentikan beberapa orang pekerja. Nasib baik suamiku tidak terkena PHK tersebut tetapi cuma diturunkan gajinya. Aku telah menyuarakan hasratku kepada suami ku untuk mencoba peruntungan membantu ekonomi keluarga dengan berjualan langsung 'door to door' dalam kawasan perumahan tersebut. Apalagi selama dirumah menunggu suami pulang, karena waktu kerja suamiku yang pergi pagi dan balik pada waktu malam melembur telah memberi ruang kepadaku untuk berniaga mencari duit lebih. Malah tengah sianghari pun suami ku tak pernah pulang ke rumah dan hanya berbekal makanan yang ku buatkan untuknya pada setiap pagi.

Pada suatu hari di waktu petang, aku telah mencoba peruntungan pergi ke blok perumahan sebelah kiri yang terletak agak jauh beberapa blok dari rumah ku. Jam di tangan menunjukkan pukul 5.15 petang. Di dalam hati aku berkata masih cukup waktu untuk menyambut suami ku pulang yang biasa sampai rumah sekitar jam 10:00 atau 11:00 malam. Di luar pintu pagar rumah yang terletak di paling ujung itu telah terbuka. Ku lihat ada dua buah mobil mewah. Aku pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam pagar untuk memberi salam dengan lebih dekat lagi. Aku pikir rumah ini dihuni dua keluarga. Semoga mereka akan terbujuk untuk membeli barang dagang yang ku jual.

"Assalammualaikummm", suara lembut ku berkumandang di depan pintu rumah itu. "Waalaikumusalammm", kedengaran suara berat seorang lelaki.

Tidak lama selepas itu ada seorang lelaki yang berbadan tegap hanya bercelana pendek (boxer) membuka pintu. Aku agak terkaget melihat wajahnya yang ganteng ditambah bulu dadanya yang agak lebat telah membuat badanku agak merinding (gelisah -geli geli basah). Namun keadaan itu tetap dapat ku tutupi dengan memberikan senyuman seramah mungkin. Lalu lelaki itu pun bertanya kepada ku tujuan ku dan menerangkan bahawa dia tinggal sendirian di sana.

"Boleh saya masuk sebentar?", kata ku seperti mengharapkan sesuatu.

Lelaki itu pun mempersilakanku duduk di kursi sofa di ruang tamu. Dia memperkenalkan namanya Ghani. Aku pun membuka beberapa katalog daganganku dengan tambahan bujukan manis kepadanya untuk membujuk dia membeli. Dia menawarkan diri membuatkan aku air minuman walaupun aku sempat menolak. Sebenarnya tenggorokan ku memang kering ketika itu karena lelah dan lama berbicara. Sebelum ke dapur lelaki itu masuk ke dalam kamar memakai kaos namun juga seperti mengambil sesuatu barulah dia ke dapur membuatkan aku minuman sirup. Rupanya lelaki itu telah membangunkan kawannya yang sedang tidur untuk meminta obat bius dan menyuruh dia bersiap dengan kamera digitalnya untuk suatu proyek dan meminta jangan keluar kamar dulu sampai dipanggil.

"Silakan minum nona", kata Ghani usai meletakkan gelas sirup di meja. Untuk mengambil hati lelaki itu aku pun minum sirup dalam gelas itu tanpa sadar bahwa gelas itu telah dicampur dengan pil obat bius yang akan membawa bencana kepada diri ku. Setelah kuteguk habis segelas dan lelaki itu kembali mengisikan lagi segelas tanpa menunggu lama gelas ku kosong. Lalu aku kembali melanjutkan promosi barang-barang ku itu. Namun, tangan ku seperti bergerak untuk meminum lagi segelas air sirup yang telah dituang itu hingga habis. Mungkin itu adalah efek dari bahan kimia yang dicampurkan di dalam sirup tadi.

Aku sempat melihat jam di tangan ku menunjukkan pukul 6:00 petang. Tidak lama kemudian penglihatan ku seperti mengabur dan gelas yang ku pegang seperti ada dua. Ku lihat Ghani seperti tersenyum kepada ku. Tapi kepalaku terasa sangat berat untuk membalas senyumannya. Mula-mula gelas yang ku pegang jatuh ke sofa tempat ku duduk. Tangan ku seperti tidak lagi mampu ku angkat. Badan ku terasa berat dan tidak lama kemudian aku pun jatuh terbaring di sofa setengah sadar. Kedengaran selepas itu suara Ghani yang bersuara berat itu memanggil kawannya yang berada di dalam bilik tadi yang telah siap sedia dengan kameranya.

"Jang! Jang! keluarlah cepat. Kita udah dapat mangsa nih", Ghani bersuara.

Jajang pun mulai merekam keadaanku yang setengah sadar terbaring di atas sofa sambil tangan ku seperti meronta-ronta memegang kerudungku. Ghani tanpa ampun terus mengecup bibirku rakus sekali. Awalnya aku melawan ciumannya. Tapi lama kelamaan aku malah membalas ciuman rakusnya itu walaupun hati ku berontak. Tangan Ghani terus liar meremas buah dadaku yang besar dari luar gaun muslim ku. Satu per satu diremasnya habis-habisan. Buah dada ku menjadi tegang karena terangsang dengan sentuhan-sentuhan tersebut.

Walaupun sebenarnya aku memang gemar akan permainan sex yang ganas. Tetapi aku tidak terima diperlakukan begini oleh orang selain suamiku walau ia selalu kelelahan sepulang kerja. Kadang pula sampai seminggu suamiku tidak memberi nafkah batin kepada ku. Sementara saat itu aku tak bisa melawan Ghani yang sangat bernafsu padaku itu dan hanya pasrah saja atas kemauan Ghani yang bertubuh atletis itu karena pengaruh minuman yang diberikan tadi. Aku pikir lebih baik bekerjasama dengan mereka dan bersama-sama meraih kenikmatan ini daripada melawan, karena nyatanya aku sendiri tidak mampu melawan.

Jajang melarang Ghani membuka kerudungku sampai proyek mereka selesai. Gaun muslimku terus saja dipelorotkan ke atas dengan ganasnya dan telah menampakkan ke dua buah payudaraku yang telah mekar indah dan tegang yang tertahan bra 34a yang ku pakai. Ini trik rahasia ku agar payudara selalu mencuat dengan memakai bra berukuran lebih kecil dari buah dada ku yang sebenarnya berukuran 36 itu. Ghani kemudian menurunkan bra ku ke bawah payudaraku. Terkuaklah rahasia gunung kembarku yang selama ini ku simpan hanya untuk suami ku saja seorang. Hal ini membuat payudaraku menjadi lebih tegang lagi. Seperti bayi kehausan, Ghani terus menyedoti kedua puting ku dan aku pun merasa kenikmatan yang sangat yang tidak dapat ku rasakan sebelumnya bersama suami ku.

Aku pun merasa tubuhku semakin tegang dan celana dalam ku mulai basah dengan lendir juice bercintaku yang keluar sampai-sampai aku terjerit kecil menahan rakusnya hisapan dan gigitan di puting susu ku itu.
Kemudian Ghani telah melepaskan celana dalam ku. Keindahan vagina ku yang tertutup bulu yang agak lebat itu semakin menarik nafsu Ghani. Sementara Jajang terus merekamkan detik-detik tersebut.
Ghani dengan rakus menukar sasarannya ke atas klitorisku. Dia mengusap klitorisku dengan lembut sekali. Dan membuat nafsu ku semakin meningkat lagi. Kemudian Ghani menyedot kelentit ku dengan manjanya. Sesekali dia mengigit gemas, pantatku pun terangkat menahan kenikmatan tersebut. Dalam separuh sadar itu aku bersuara meminta Ghani memasukkan penisnya yang ku yakin dari tadi sudah tegang mengeras.

"Setubuhi aku.. Ghani, kumohon!" rayu ku tak kuat menahan nikmat birahi.

Ghani lalu membuka celana pendeknya yang tanpa bercelana dalam lagi itu. Aku terkejut melihat batang kemaluannya yang panjangnya 8 inci dan besarnya 3 inci itu. Kepala pusakanya juga merah seperti cendawan tumbuh mekar selepas hujan. Badan ku dibaringkan di kursi sofa itu dan paha ku terkangkang lebar hingga hampir mengenai kedua payudara ku yang tegang itu. Ghani terus menggesekkan kepala penisnya ke alur bibir kewanitaanku. Dia mulai menekan kepala penisnya masuk ke lubang vagina ku yang sempit itu. Walaupun liang kewanitaanku sudah banyak dibasahi oleh lendir bercintaku, namun kejantanan milik Ghani masih agak kesulitan untuk menembusi kewanitaanku. Maklumlah masih sempit karena batang kemaluan suamiku yang agak kecil dan cuma 4 inci panjangnya saja berbanding kontol milik Ghani. Ghani terus mencoba lagi sedikit demi sedikit memasukkan penisnya. Aku merasa vaginaku seperti terkoyak menerima kehadiran penis dengan ukuran besar itu.

Ghani menarik kembali penisnya yang baru separuh tenggelam di dalam lubang nikmatku itu. Kemudian dia hentakkan kembali penisnya dalam-dalam sehingga hampir tenggelam hingga ke pangkal. Dia mulai giat memompakan penis itu perlahan-lahan. Mulut ku pun mengerang keenakan tiada henti keenakan setiap kali penis Ghani dipompakan keluar masuk liang nikmatku.

"Terus Ghannnni, aku keluar lagi...: Ghani pun terus menggenjotkan pusakanya hingga aku raih orgasme lagi buat kali kedua. Jajang masih terus merekamkan tiap-tiap aksi kami yang semakin panas.

Kemudian aku disuruh menungging dan Ghani menghantamkan penisnya ke vaginaku dari belakang. Batang kelamin perkasanya yang besar itu ku sambut dengan pijatan otot vaginaku ku bertubi-tubi yang mengempot-empot agar kami lebih merasa kenikmatan yang teramat sangat. Lumatan dari liang kewanitaan ku yang sempit itu menjadikan aksi dorong tarik kejantanan Ghani semakin bertambah ganas. Ghani seperti tahu hasrat nafsu ku tentang persetubuhan yang kasar selama ini. Di dalam hati ku berkata,

"Inilah cara bersetubuh yang keinginkan selama ini". Dan buat kali ketiga aku mengeluarkan cairan kenikmatanku lagi diiringi oleh hentakkan penis Ghani yang mencocor. Selesai aku orgasme ketigakali dan cairan kenikmatanku masih menetes dari lubang vaginaku, Ghani terus memindahkan badanku. Kali ini dia duduk di sofa dan aku duduk mengangkang di atas penisnya. Dengan segera Ghani menarik pantat ku mengarahkan penisnya menumbuk vaginaku kembali. Aku terjerit kecil menahan hujaman itu.

"Ahh..! ahhh..! uhh..! aaahh..! ahhh..!". Mulut ku tak henti-henti meringis kenikmatan karena terjejali penis besar milik Ghani yang mengisi lubang vagina sempitku itu. Pantat ku terus naik turun di atas batang kemaluan milik Ghani. Bahkan aku semakin bernafsu mengayunkan selangkangan ku ketika ku rasakan air nikmat ku akan keluar lagi. Lagi lagi kewanitaanku mengeluarkan cairan bercintanya sampai lagi-lagi membasahi kejantanan Ghani. Tetesan cairan nikmat ku ini pasti direkam oleh Jajang. Namun jilbab dikepala ku masih juga tidak ditanggalkan oleh Jajang yang sangat serius mengatur kameranya menghadapku yang tengah dilanda ekstasi bersetubuh hardcore. Ternyata bagian inilah yang dikehendaki olehnya yang inginkan seorang wanita berjilbab tengah duduk berayun dan meraih orgasme nikmat di atas penis besar lelaki.

Setelah hampir sejam membuat aksi-aksi persetubuhan ini, akhirnya Ghani membaringkan kembali aku di sofa. Kini kaki ku di kangkangkan selebar-lebarnya. Penisnya lantas dijejalkan ke dalam liang kemaluanku. Sepertinya Ghani akan segera meraih ejakulasi. Dinding vaginaku semakin merasakan gesekan demi gesekan dari penisnya itu. Kedutan dinding memekku juga semakin kuat yang menandakan aku juga akan kembali keluar. Sodokan-sodokan keras dan bertenaga dari Ghani tidak dapat ku bendung lagi. Jajang sang kameramen mengarahkan Ghani untuk membuang cairan cintanya ke muka ku karena katanya akan lebih cantik lagi karena aku masih memakai jilbabku untuk direkamkan.
:cif: :cif: :cif:

Dengan pompaan penis Ghani yang semakin kuat berirama, lagi-lagi liang kewanitaanku mengeluarkan air kenikmatanku, lagi-lagi aku orgasme. Dan Ghani juga mencabut batang kemaluannya dari lubang kewanitaanku lalu diarahkan ke muka ku dan akhirnya lebih dari sepuluh kali ledakkan air maninya membasahi seluruh muka ku hingga membasahi separuh tepi jilbab dekat muka ku itu. Sampai habis aliran air maninya juga dilapkan dengan menggunakan kerudung ku.

Aku merasa sungguh puas persetubuhan ku kali ini walaupun hati ku takut diketahui oleh suami ku keadaan kerudung ku yang basah dengan air mani Ghani yang banyak tadi. Pusingnya kepala yang kubawa sedari rumahpun berangsur-angsur hilang oleh aksi-aksi kami itu tadi.

Melihat aku yang telah kembali sadar sepenuhnya, Jajang meminta aku merahasiakan perkara ini dengan pita rakaman yang telah direkamnya tadi sebagai ancaman. Jika tidak dia akan menyebarkan pita rakaman itu ke seluruh kawasan perumahan tersebut. Aku pun bersetuju karena takut diketahui perbuatan ku ini oleh suami ku dan oleh kenalan ku di perumahan tersebut. Pasti akan membawa sesuatu bencana kepada diri ku kata ku dalam hati jika tidak memberi kerjasama kepada mereka. Mereka berjanji tidak akan menyebarkan pita tersebut dan akan menyimpannya sebagai koleksi peribadi mereka dan aku pun disuruh berjanji agar terus mau melakukan persetubuhan lagi apabila diperlukan.

Setelah persetujuan dicapai, Jajang menceritakan bahwa dia adalah seorang produser film dewasa dan bekerjasama dengan salah satu perusahaan recording film porno di Amerika. Ghani itu pun adalah salah seorang aktornya. Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua rumah tersebut untuk melihat sendiri kamar studio yang baru dibuat. Ada tiga buah kamar sederhana yang telah dihias indah dan sebuah kamar yang luas dan besar yang masing-masing telah lengkap dengan lampu studio untuk rekaman.

Jajang menawarkan aku bekerja bersamanya dengan berakting panas di studionya itu dan aku dijanjikannya akan mendapat banyak batang penis besar lelaki yang akan memuaskan nafsu ganas bersetubuh ku itu. Dia juga berjanji akan memberikan aku bayaran yang tinggi puluhan juta rupiah untuk film yang akan diproduksi jika menerimanya. Terlebih film tersebut hanya akan dipasarkan di Amerika dan Eropa saja. Akupun menjadi serba salah dibuatnya. Aku perlu memikirkan resikonya jika aku tidak menerima tawaran tersebut. Jika tidak, aku takut pita rakaman tadi akan disebarluaskan, suamiku pun pasti akan menceraikan aku dan semua orang yang telah melihat bagaimana aku bersetubuh dengan ganas akan memandang hina kepada ku. Tetapi jika aku menerimanya, aku akan dapat kompensasi tunai yang lumayan, terlebih akan dapat banyak batang kemaluan lelaki mengisi liang kewanitaan hausku yang pasti akan memuaskan diri dan gelora nafsu ku yang selama ini ku pendam.

Aku pun akhirnya bersetuju dengan syarat-syarat tersebut dan yang pasti suami ku tidak akan tahu akan hal ini. Kami akhirnya menandatangani satu kontrak perjanjian tersebut bersama-sama materai. Yang pasti aku diberitahu bahawa image ku dengan memakai kerudung dalam tiap adegan porno itu nanti menjadi ciri khas untuk menghasilkan film-film ke depannya.

Sepulangnya dari studio, kerudung yang kupakai sementara kutanggalkan karena khawatir berpapasan dengan orang lain yang akan melihat gumpalan sperma Ghani. Aku membersihkan diriku di rumah lalu seadanya tidur hanya dengan memakai pakaian dalam tanpa menunggu kepulangan suamiku ari kantornya. Selain kepuasan setelah dari genjotan kontol besar Ghani, memekku memperoleh multi orgasme aku juga sangat letih. Kuputuskan daripada berjualan dari rumah orang ke rumah lainnya mendingan menjadi aktris saja dalam film panas dan dapat bekerja dengan nikmat bersetubuh dengan pria macho seperti Ghani lagi. Resikonya mungkin vaginaku nanti molor dan membuat suamiku curiga, namun di lain sisi batinku akan merasa sangat puas.

0 comments:

Post a Comment