Tuesday, March 31, 2020

Bahtera Rumah Tanggaku (Dimas Story)

“Sinta bangun sayang” kataku sambil mengelus pipi wanita yang telah mengisi hidupku selama 4 tahun ini. Ia tengah terlelap sambil memeluk tubuhku. Namaku Dimas, seorang pria berumur 28 berwajah biasa saja dengan fisik biasa saja, namun tinggiku sedikit diatas rata rata dengan tinggi badan 1,83 M. Sedang wanita yang sedang menggeliat akibat elusan tanganku pada pipinya adalah sinta seorang wanita cantik dengan tubuh sexy berkulit putih berumur 27 tahun ini adalah istriku.
Parasnya yang cantik selalu menjadi pemandangan awal aku mengisi hari hariku. Aku begitu beruntung mendapatkan istri seperti dia yang mau menerima aku yang bisa dibilang bukanlah lelaki tampan, apa lagi kaya karna aku hanyalah lulusan smk dibidang analis kimia dan sempat bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang batubara namun 3 tahun lalu akibat krisis banyak karyawan itu yang dipecat akibat tambang perusahaan itu yang terpaksa ditutup. Membuatku menjadi pengangguran hingga sekarang. Padahal selama aku mengabdi selama 4 tahun sejak aku lulus smk disana, aku telah menjadi seorang supervisor lab namun dengan jabatan yang kupegang akupun tak luput dari pemecatan.

Selama 3 tahun ini sinta bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan dan hasil jerih payahnya menjadi sumber kehidupan kami. Terkadang aku malu pada istriku karna aku yang hanya bisa tinggal dirumah akibat belum ada satu perusahaan pun yang menerima lamaran kerjaku. Mengasuh anak kami yang berumur 2 tahun yang saat ini tengah terlelap di ranjang khususnya terletak disamping tempat tidurku. Dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

“jam berapa sayang” kata sinta dengan suara parau sambil memandangku sayu

“udah jam 6 sayang bangun gih, keburu jemputan kantor datang kamukan lama mandinya haha” candaku sambil menowel hidung mancungnya

“hihi lama mandikan biar bersih sayang” balasnya sambil tangannya mengelusi pipiku sambil tertawa kecil. “maaf yah sayang semalem aku kecapean jadi nggak bisa menuhin janji buat ngelayanin kamu” sambungnya lagi

“nggak apa kok sayang udah mandi sana”perintahku pada sinta

“kasi aku waktu 20 menit” kata sinta, membuatku sedikit bingung

“maksudnya sayang?” tanyaku

Sinta tak menjawab ia bangkit dan kemudian mencium bibirku. Tangannya memeluk kepalaku sambil jari jarimya bermain dirambutku
“hweh awasw twelat nwantwi muach muach’” kataku disaat kami berciuman ingin ku melepaskan diri. Namun sinta menahan kepalaku

Dengan perlahan sinta menidurkan tubuhku yang tengah duduk setengah berbaring di ranjang. Ia kemudian menaiki tubuhku dan menindihnya, mulutnya kini asik menciumi dan menjilati leherku membuatku menggelinjang geli. Ia lalu bangkit menduduki selangkanganku. Membuka gaun tidur transparannya dengan menariknya keatas. Saat tangannya ia angkat keatas terpampanglah ketiak mulusnya. Dengan tersenyum nakal ia menggodaku dengan meremas payudara bercup 34 bnya.

Ia ternyata tidur hanya memakai celana dalam dibalik gaun tidurnya. Tangannya lalu mengelus pelan dadaku yang sedikit kurus terus naik keleherku. Ia lalu menurunkan tubuhnya menjilati putingku. Sinta memang selalu lebih dominan saat kami bercinta. Inipun kuketahui saat malam pertama kami. Ia adalah type wanita yang sangat agresif dan liar saat berhubungan badan.

Aku kemudian membalikan badan membuatnya terjatuh di sisi kananku, giliranku kini yang menindih tubuhnya. Kedua bukit kembarnya mulai kukerjai. Sebelah kanan kuremas sedangkan yang sebelah kanan aku isap. Karna sinta kini telah berhasil membangkitkan nafsuku

“sshh ahh,uuhh”, sinta mendesis menahan nikmat yang kuberikan pada payudaranya
Tanganku kemudian mengelusi perutnya lalu turun menuju sela sela pahanya, tepat di depan mulut miss v nya yang masih tertutupi celana dalam merah . dapat kurasakan celana dalamnya mulai sedikit basah akibat vagina sinta yang mulai lembab. Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya dan mulai mengelusi vaginanya mengikuti garis bibir kemaluannya.

“aghh ahh” desah sinta saat jari tengahku mulai kucolokkan masuk kedalam vaginanya, mengorek ngorek dan mengocoknya dengan perlahan, tangan sinta tak tinggal diam masuk kedalam balik celana kolorku, berusaha menggapai penisku yang berukuran standar 14 cm yang sudah mulai ereksi sejak bangun tidur tadi.

Aku kemudian menarik turun celana dalamnya berusaha melepaskan pembungkus liang senggama istriku itu, genggaman tangan sinta pada batang penisku terlepas karna aku bergerak turun menjauhi jangkauan tangannya sambil menarik celana dalamnya

Setelah terlepas akupun mulai membuka lebar kedua kaki sinta dan duduk diantara 2 kakinya, ia mengangkang membentuk huruf M, aku kemudian menundukkan kepalaku dan mulai menjilati vagina istriku

“ahh jilat sayang , terus iyahh ituuhh itilnya juga uuhh” erang sinta saat lidahku secara liar mulai menjilati kemaluannya hingga ke klitorisnya yang mulai membengkak dan membesar. Tangan sinta ,meremas remas rambutku pahanya mulai bergerak mencoba menjepit kepalaku. Tak lama kemudian kurasakan cairan vagina sinta makin banyak merembes keluar, pahanya menjepit kepalaku dan pinggulnya terangkat keatas. Nampaknya sinta sudah mendapatkan klimaksnya.

Setelah pahanya tak lagi menjepit kepalaku. Aku menarik diri sambil berusaha mencari udara segar, akibat kesusahan bernapas tadi. Sinta memandangiku dan memberikanku isyarat untuk berbaring disampingnya. Ia lalu bangkit dan menarik celana kolorku dengan sekali hentakan. Penisku langsung mengacung tepat dibawah wajahnya. Ia kemudian menggenggamnya dan mulai mengocok secara perlahan membuatku sedikit menggelinjang

Sinta lalu memasukkan penisku kedalam mulutnya, menjilati kepala tongkolku. Harus kuakui sinta sangat lihai dalam mengoral penisku, terkadang ia melahapnya hingga mentok, terkadang hanya menjilati kepalanya sambil mengocok batangnya. Hanya sebentar dia mempermainkan penisku dengan tangan dan lidahnya. Ia lalu setengah berdiri bertumpu pada lututnya mengangkangi tubuhku. Ia menggenggam penisku, mengarahkannya ke liang senggamanya.

“blessh” akhirnya kemaluan kami menyatu. Sinta secara perlahan mulai menaik turunkan badannya diatas selangkanganku. Kepalanya mendongak keatas, tangannya bertumpu pada dadaku. Tanganku pun tak tinggal diam meremas bukit kembarnya

“ahhh uuhh” desah sinta

“ouughh enak sekali memekmu sayang” kataku

“uhh ahhh sshhh kontolmu enak juga kok say ahh sshh” ucapnya sambil menaikkan tempo genjotannya

Aku terkadang meraba bongkahan pantat istriku yang bulat ini, lekuk tubuhnya benar benar bagai bidadari, pantas saja terkadang teman teman smaku yang kadang mampir kerumah begitu mengagumi bentuk tubuh istriku ini. Aku tau karna terkadang mereka memandangi sinta seperti menelanjanginya.

“oughh ahhh ahhh” erangan sinta makin terdengar keras akibat iya yang melonjak lonjak diatas selangkanganku, memberi rasa nikmat pada batangku yang keluar masuk di vaginanya

“uuh pelan pelan sayangg ahh nanti nina uhh bangunn, ah” kataku memperingatkan sinta agar memelankan suaranya takut anakku terbangun karena suaranya

Sinta kemudian memutar badannya membelakangiku sambil tetap penisku menancap pada tubuhnya. Ia kemudian secara cepat menggoyang pinngulnya terkadang naik turun terkadang bergoyang kedepan dan belakang. Aku yang gemas kemudian bangkit memeluknya dari belakang sambil meremas payudaranya. Rambutnya kusampirkan kekiri. Kunikmat tiap genjotan sinta sambil memejamkan mata. Selang tak lama kurasakan laharku akan keluar, dinding vagina sinta kurasakan juga mulai berkontraksi meremas penisku.

“ahh aku mau keluaarr sayangg” erangku
“barengan sayang uuhh oughh” kata sinta
“ahhh keluarr saayanngg” teriakku
“uuhhhhhh sshhh” hanya itu yang keluar dari mulut sinta

“crott croott” beberapa kali aku menembakkan sperma sambil mengejat ejat menumbuki pantat sinta yang telah berhenti bergerak diatasku. Kepalaku kusandarkan pada lehernya, sembari mengatur nafasku yang terengah engah

Saat aku menarik kembali kepalaku yang bersandar ada hal aneh yang kulihat di tengkuk sinta seperti bekas memerah akibat gigitan serangga, atau seperti bekas cupangan yang terlihat sedikit samar. Baru saja aku ingin menanyakannya sinta sudah bangkit dan segera turun dari ranjang, meraih handuknya dan menuju kamar mandi.
Kutengok jam memang sudah hampir jam setengah tujuh. Aku kemudian bangkit meraih tisu yang ada diatas meja dan membersihkan penisku. Kemudian memakai celana kolorku.Aku kemudian segera menuju dapur lalu mulai memasak nasi goreng untuk sarapan aku dan sinta

Tak sampai 20 menit nasi goreng buatanku pun sudah jadi dan sudah kuhidangkan diatas meja makan. Sembari menunggu sinta aku kemudian membuat kopi dan menyalakan sebatang rokok, selang 20 menit istrikupun datang memakai kemeja putih, blazzer hitam dengan rok span ketat yang menutupi setengah pahanya. Riasan wajahnya makin mempercantik istriku rambutnya ia biarkan tergerai di punggungnya

“lama amat sih sayang mandinya” tegurku sembari menghembuskan asap rokok dari mulutku

“ihh kan harus bersih, aduh ngerokok lagi masih pagi pagi juga ih” kata sinta sambil mengibas ibaskan tangannya mencoba menghalau asap rokokku yang akan menerpa wajahnya

“heheh iya deh aku matiin cerewet amat ini nyonya “ kataku sambil tersenyum jahil.

“udah makan dulu tuh sebelum pak karto datang slurrpp”. Himbauku pada sinta sambil mulai menyeruput kopiku

Pak karto ada supir kantor yang ditugaskan oleh pak hendra, bos sinta untuk mengantarkan dan menjemput istriku dari rumah. Awalnya aku menyarankan agar sinta menolak namun setelah kupikirkan lagi. Yang kami punyai hanyalah sebuah motor matic yang kadang kupakai untuk keperluan seperti kepasar. Dengan terpaksa aku membiarkan saja dia diantar jemput seperti

Sinta kemudian lahap memakan nasi goreng buatanku, ia kemudian memandangiku lalu menyodorkan sendok yang dipegangnya padaku membuatku mengernitkan dahi.

“kenapa?” tanyaku singkat

“cuaappin” jawabnya manja. Aku sambil tertawa kecil menyuapi sinta

Tak lama kemudian makanan sinta sudah habis. Terdengar suara klakson mobil sebanyak 2 kali di depan rumah sederhana kami. Sinta kemudian menengok jam tangannya dan menarik tanganku menuju keruang tamu.
Sinta kemudian sibuk memakai sepatu high heelsnya sementara aku berusaha memakai bajuku yang semalam kusampirkan di kursi ruang tamu akibat kegerahan menunggui sinta pulang kerja.

Aku lalu keluar duluan dari rumah. Kulihat seorang pria tua berumur 50an tengah merokok sambil bersandar di badan mobil aku kemudian berjalan menuju kearahnya setelah memakai sendalku. Saat aku menengok ke sebelah kiri yaitu rumah tetanggaku yang berbatasan dengan rumahku terpisahkan dengan hanya barisan papan yang cukup rendah dan juga tanaman tanaman yang tumbuh disana kulihat indah tetanggaku wanita berparas cantik berjilbab mengantarkan suaminya yang bekerja sebagai seorang security. Saat indah menyodorkan tangan untuk menyalami suaminya namun suaminya pergi begitu saja tak menyambut tangan istrinya dan segera menaiki motor besarnya. Kulihat indah hanya tersenyum kecut ketika ia memandangku dan kubalas dengan senyum kecil. Lalu ia masuk kembali kerumahnya.

“eh pak dimas, ibu sintanya udah siapkan pak” sapa pak karto padaku

“udah tuh nggak tau ngapain didalam” kataku sambil meraih rokok dan korek di saku celana kolorku lalu membakarnya sebatang

Tak kusadari sinta telah berada di belakangku berdiri menjinjing tas nya. Ialu tersenyum ke pak karto. Dapat kulihat tatapan mata pak karto berubah memandangi istriku dari atas kebawah dan sedikit meneguk ludah

“ehhm pak” tegurku

“eh iya ayo bu nanti telat” ajak pak karto sambil membukakan pintu belakang.

“ya sudah hati hati yah sinta” kataku sambil mencium kening istriku lalu beranjak masuk kerumah. Aku kemudian segera mengecek anakku nina aku kira dia sudah terbangun dari tidurnya namun ternyata tidak. Aku kemudian berjalan kedapur. Dan membereskan meja makan. Setelah itu aku lalu menuju kembali keluar rumah bermaksud untuk menyapu teras. Namun saat aku keluar

kulihat mobil sedan yang menjemput istriku masih ada. Aku kemudian mencoba kembali mendekati mobil itu saat aku sudah hampir dekat mobil itu bergoyang goyang sebentar lalu berhenti. Aku kemudian mengetok pintu supir. Agak lama pak karto membuka kaca jendela mobil apa lagi kaca mobil dilapisi dengan kertas film yang membuatku tak bisa melihat kedalam. Kulihat sinta duduk di samping pak karto padahal setahuku tadi sinta duduk di belakang.

“eh kenapa belum berangkat pak” tanyaku sambil memandangi sinta yang sedikit memperbaiki rambutnya

“anu pak dimas mobilnya tadi mogok” kata pak karto gugup

“loh sini saya periksa pak,” jawabku

“eh nggak usah pak saya coba starter lagi” kata karto sambil mencoba menyalakan mesin mobilnya

”brrruumm brruummm” suara deru mesin mobil itu. Mereka kemudian berpamitan kembali padaku dan mulai menjalankan mobilnya. Ditengah kebimbangan akupun kembali menuju rumahku dan mulai menjalankan aktivitasku sebagai bapak rumah tangga.

“hoaammm” aku menguap akibat rasa kantuk dan bosan. Hari ini adalah hari minggu tepat 4 hari setelah peristiwa “mobil mogok” itu. Aku tengah duduk merokok diteras di siang hari yang cukup panas ini, sementara istriku didalam tengah menidurkan anakku nina. Tak berapa lama sebuah becak melintas membawa seorang wanita cantik berjilbab dan berhenti tepat di samping rumahku. Ternyata indah baru saja dari pasar, nampak cukup banyak belanjaan yang diturunkan oleh tukang becak itu dari atas becaknya dan menaruhnya tepat di depan gerbang rumah itu dimana indah tengah berdiri setelah turun dari becak itu.

Situkang becak nampaknya buru buru karena ia menurunkan belanjaan itu begitu saja dan pergi setelah indah memberikannya sejumlah uang untuk ongkos becaknya. Karena iba akupun segera mendatangi indah dengan berjalan menuju luar rumahku dan menuju rumah indah.

“sini abang bantu dek”,kataku pada indah sambil berusaha mengangkat sebuah karung berisi beras.

“udah bang nggak usah ada mas andi kok didalem indah bangunin aja dia buat bantuin ngangkat ini semua” kata indah padaku sambil berusaha menahanku.

“udah nggak apa kasian si andi juga palingan molor kan?,udah sini saya bantuin”, kataku yang sudah memikul karung beras yang cukup berat itu dibahuku, sementara indah membawa sebuah kantong plastik besar dan juga satu krak telor dan juga beberapa plastik kecil berisi ikan dan sayuran.

“aduh jadi ngerepotin gini bang”, kata indah saat kami sudah berada di dapur rumahnya.

“hehe nggak apa dik, itung itung bantu tetangga” kataku yang kemudian duduk di kursi meja makan di rumahnya yang sama sederhananya dengan rumahku.

“ya udah bentar yah bang, indah bikin kopi”, kata indah padaku. ingin ku menahannya namun ia sudah terlanjur menyendoki kopi yang tersimpan di dalam toples. Setelah membuatkanku kopi, ia kemudian membereskan belanjaanya dan dimasukkan kedalam lemari. Rupamya isi kantong belanjaan itu ialah beberapa macam bahan bahan untuk membuat kue. Ia juga memasukkan ikan dan sayuran tadi kedalam kulkas. Setelah itu ia membasuh tangannya, membuat teh lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan tempatku duduk sambil meminum tehnya.

Indah seorang wanita berusia 23 tahun adalah istri andi, mereka sudah bertetangga denganku sejak 2 tahun yang lalu sejak mereka menikah, wanita dengan wajah khas keturunan arab ini begitu cantik hidungnya mancung, berbibir tipis dan beralis tebal. Jujur saat pertama kali melihatnya akupun sampai terpana karna keelokan parasnya ini. Sikapnya begitu ramah dan santun, juga dengan dirinya yang selalu berbusana muslimah begitu menarik perhatianku. Aku tak tahu bagaimana lekuk tubuhnya karna cara berpakaiannya itu.

“kak sinta adakan bang”, kata indah yang mengaggetkan ku yang sedang menatap wajahnya.

“uhuk, uhuk” ada kok dek” kataku sambil terbatuk batuk

“eh abang kenapa, pelan pelan aja minumnya” kata indah sambil tersenyum, sungguh cantik

“hehhe nggak apa kok dek, oh iya kok banyak amat belanjaannya”.

“oh hihi. Itu sebenarnya indah pengen buatin kue ke suami soalnya hari ini mas andi ulang tahun, mumpung hari ini hari minggu dan mas andi lagi libur, indah pengen ngerayain berdua, nggak salahkan bang indah nyenengin suami”.

“ya nggak dong malah bagus”, kataku.

Tak lama kemudian andi suami indah datang dan segera mencuci wajahnya di wastafel dan menyeruput teh milik indah. Lalu duduk di samping indah dan merangkulnya

“udah lama lu dim” kata andi padaku. dapat kulihat tatapan mata andi sangat sinis padaku. mungkin karena cemburu aku berbincang dengan istrinya

“hehe nggak sih, ini juga baru mau pamit. Indah makasih yah kopinya” kataku

“loh kemana bang”.

“ini mau kerumah dulu tidur siang haha” kataku sambil berlalu
Samar samar kudengar suami indah menanyakan tentang diriku. Aku habis melakukan apa dirumahnya. Indah menjawab kalo aku membantunya namun tak di percayai andi, andi juga menanyakan buat apa dia beli bahan kue segala, dijawab oleh indah untuk merayakan ulang tahun andi, namun sambil berkata dengan nada sinis andi mengatakan tak usah karna dia bukan anak kecil lagi. Percekcokan mereka masih terdengar hingga aku berada di ruang tamu dan kemudian memutuskan pulang.

Aku terkadang merasa kasihan dengan indah karna perlakuan suaminya namun apalah dayaku. Aku juga seorang lelaki yang sudah beristri dan tak mungkin mencampuri urusan rumah tangga orang lain kecuali jika andi sudah berbuat keterlaluan.
Setelah sampai di dalam rumah kulihat istriku yang hanya memakai tanktop dan hotpants putih tengah asik menonton acara infotaiment. Akupun kemudian duduk disampingnya. Ia hanya sekejap memandangiku kemudian menonton tv kembali

”tok tok tok! terdengar suara ketukan pintu. Akupun lalu bergegas keluar dan membukakan pintu ternyata pak hendra datang dengan memakai pakaian santai bersama pak karto datang kerumah kami. Kulihat pak hendra membawa tas berukuran kecil yang terselempang di badannya.

“eh pak hendra silahkan masuk pak, sin sinta ada pak hendra nih.” Panggilku pada sinta

“ayo pak silahkan masuk, mari pak karto”.

“iya pak dimas, oh iya kamar kecilnya dimana yah?” kata pak hendra padaku

“masuk aja kedalam pak didalam ada sinta kok”. Kataku lagi

Pak hendra kemudian masuk ke dalam rumah. Sementara aku dan pak karto duduk di sofa di ruang tamu. Pak karto sedikit canggung bertemu denganku. Mungkin karena peristiwa 4 hari yang lalu.

“dari mana nih pak”, tanyaku membuka pembicaraan

“dari nemenin bapak hendra ketemu temen temennya pak dimas” kata pak karto

Cukup lama aku dan pak karto berbincang membahas masalah lapangan pekerjaan ataupun politik di negeri ini. aku baru menyadari kalo istriku belum datang begitu juga pak hendra. Baru saja aku ingin berpamitan memanggil istriku namun pak hendra dan istriku sudah bergabung bersama kami. Istriku berganti pakaian dengan memakai sebuah kaos pink bermotif hello kitty yang cukup longgar. Ia berjalan sambil membawa nampan yang berisi tiga cangkir kopi dan menyuguhkannya ke pak karto. Kulihat pak karto mencuri curi pandang ke dalam kerah leher baju istriku berusaha melihat dadanya karna posisi istriku yang membungkuk setelah itu sinta duduk di sampingku sementara pak hendra duduk disamping pak karto. Kulihat dibagian selangakangan celana pak karto ada noda basah, dan juga resletingnya belum tertutup sempurna.

“maaf pak sekalian buang air besar tadi” kata pak hendra

“tenang aja pak santai diminum kopinya pak” kataku sambil menawarkan mereka minum

Setelah meminum kopi kami kemudian berbincang, istriku sesekali menyandarkan tubuhnya padaku namun ada bau aneh yang tercium disekitar lehernya, samar samar aku mencium bau amis seperti bau cairan sperma laki laki. Tak berapa lama aku merasa rasa kantuk yang besar mendatangiku. Berulang kali aku menguap menahan rasa kantukku.

“wah sepertinya pak dimas mengantuk, kami kalo gitu permisi dulu pak”, kata pak hendra padaku sambil berpamitan. Aku yang tak bisa menahan kantuk kemudian menyuruh sinta untuk mengantarkan mereka. Sementara aku kemudian menuju kamarku dan langsung tertidur

“ougghh sshh aahhhh”

“uhh nikmat sayang terus goyang”

“uhh ahh ahh kontol gede enak ah ahhh sshh”

Aku samar samar mendengar suara erangan dan desahan disampingku namun aku tak bisa membuka mataku. Badanku terasa sangat lemas dan juga rasa kantuk begitu besar begitu menggangguku. Namun aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Kupasang telingaku baik baik

“plok plok plok” suara seperti orang menepuk tangan begitu jelas di samping kananku. Kasur ini pun terasa bergoyang goyang seperti ada gempa. Ada apa dengan tubuhku aku sama sekali tak bisa bergerak. Kudengar pula suara tangisan anakku nina

“sluurpp slurrp , ayo terus cantik sepong kontol itu”

“uh nikmat jilat juga lidahnya sayang ya begitu”

“ahh ahh sshh uhh terus sodok yang kencang aduhh bool kuu ahh pakk keluarr” suara erangan wanita disampingku begitu nyaring

“hhaha yang dientot bool, malah keluar di memek dasar” samar samar suara laki laki terdengar

“masih mau lagi kan adek yang sexy” kata seorang pria lagi

“hosh hosh mau aku mau, pengen dientot kontol gede kalian”

“ya udah cepet sini naik diatasku” kata seorang pria dengan napas berat kali ini aku mendengar suaranya begitu lantang di sampingku yang tengah terlentang tertidur

“bangsat ada apa ini kenapa dengan diriku”, aku mengutuk diriku sendiri yang tak mampu bergerak

“uuuhhhhhh oughh” suara wanita yang mendapat kenikmatan terdengar

“ahhh nikmat memek kamu enak banget ayo goyang sayang”

“uhh uhh sshh aahh kontol bapak nikmat ahh sshh “

“Ya terus goyang bikin toket kamu yang indah ini ikutan goyang”

“aggghh uuhh , mana pak kontolnya satu lagi”

“ini sayang uuhhh nikmat banget seponganmu sayang”

“cep clep plok plok ghlock gholok” hanya itu yang terdengar. Ada apa ini kenapa aku, apa ini hanya mimpi tapi terasa sangat nyata bagiku. Percakapan mesum mereka suara desahan dan erangan wanita itu juga suara lelaki yang mendengus bagai kuda terdengar begitu nyata. Apa mungkin istriku, tapi dengan siapa. Aku bertanya tanya dalam hati

“uhh sudah sayang bapak masukin di bool mu yah sayang”

“plop, ah iya pak masukin aja cepet cepet”, kata siwanita begitu tak sabar

“siap siap neng satu dua ti..”

“agghhhhhh”, lengkingan suara wanita itu mengalahkan suara tangis anakku

“uhh nikmat sekali boolmu sayang”

“ iya pak ayo pak tusuk kedua luubangg kuuh uuhh ouggh”

Aku hanya bisa meremas remas seprei, mencoba bergerak namun tak bisa. Goyangan dikasur ini begitu keras hingga ranjang kami menderit derit. Si wanita tak lagi mendesah tpi mengerang penuh kenikmatan. Suara tumbukan alat kelamin begitu lantang terdengar

“wow sempit banget sayang, bapak kocok yah”

“uhh ahhh “ suara desahan wanita itu terdengar lirih

“muach muach slurrpp sluurp”

“ahh toketku diapain pak uhh jangan digigit” desah wanita itu

“hehhe habisnya bapak gemes sih toket kamu kenyal, apalagi nih putingnya”

“haha uhhh oouugghh sshh ya sudah nikmatin toketku pak nih nih”

Desahan dan erangan kemudian terdengar lagi sesekali terdengar suara orang menampar kulit seseorang. Anakku tak berhenti menangis karna ulah berisik mereka. Tak lama kemudian ranjang bergoyang goyang kembali kali ini begitu keras lebih keras dari yang tadi akupun sampai terlonjak lonjak karenanya. Siapa kedua pria ini apakah ini benar benar mimpi aku bingung aku dengan sekuat tenaga berusaha bergerak dan membuka mata namun tak bisa. Hanya membuatku lemas dan lemas. Tiba tiba saja terdengar erangan dari wanita itu

“ahhh pak pak mau keluarr ahh sshhh”

“ahh sama bapak juga barengan yah neng” kata si pria dengan nafas berat

“uggh ahhhh paakkk kellluaarrrr aahhh ennnakkk” teriak wanita itu yang sekarang benar benar kukenali kalau itu suara sinta

“ahhhh terima benihku lonte uhhhh” suara pria disampingku yang merasakan begitu nikmat

Aku masih mendengar adanya tumbukan seperti orang menepuk tangan. Namun terdengar semakin cepat dan cepat hingga terdengar suara dengusan pria itu, juga terdengar suara tepukan yang keras dan berulang kali dengan ritme yang agak lambat. Seiring dengan itu Aku yang benar benar lemas kemudian tertidur kembali karna kelelahan berusaha bergerak.

Aku terbangun tepat tengah malam. Lampu di kamar tidurku mati kulihat bayangan istriku yang tengah tertidur disampingku. Aku kemudian menyalakan lampu tidur dan bangkit menuju dapur lalu makan akibat kelaparan. Baru kali ini aku tertidur cukup lama.
Aku masih memikirkan peristiwa tadi apakah itu hanya mimpi namun begitu nyata. Apakah istriku selingkuh namun aku menepis kemungkinan itu tidak mungkin istriku selingkuh. Ini pasti mimpi yah hanya mimpi. Setelah makan kemudian aku kembali masuk ke kamar dan menengok anakku nina yang pulas tertidur sambil menghisap dotnya. Aku kemudian naik kembali ke ranjang dan berusaha tidur karna besok aku harus pergi ke sebuah perusahaan untuk interview kerja. Besok nina akan dijaga oleh kakek nenek dari pihak istriku karna aku satu satunya keluargaku yang tinggal dikota ini sementara Seluruh keluargaku berada di luar kota. Ayah dan ibuku sudah meninggal saat aku bekerja selama 2 tahun. Kematian mereka hampir bersamaan. Sementara aku tak punya saudara karna aku anak tunggal.

Kuputuskan memejamkan mata namun sebelum aku mematikan lampu tidur aku memperhatikan sebuah kejanggalan, ya kejanggalan itu adalah seprei yang kupakai saat ini berubah. Ingin kubangunkan sinta namun ia tampak nyenyak tidurnya. Kuurungkan niatku dan berpikir positif kalo mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku kemudian tertidur sambil menunggu esok hari dan menganggap seluruh kejadian ini hanya mimpi.

“tttinnnn ttinnn!”

“woy maju dong”

“sabar mas lagi macet ini”

Macet dan macet lagi. Kutengok jam tanganku waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Dari semenjak pagi aku meninggalkan rumahku, untung saja orang tua sinta datang saat pagi. Kedua orang mertuaku itu membawa nina ke rumah mereka. Rencananya aku ingin singgah kerumah mertuaku sekarang. Namun disinilah aku, lagi lagi terjebak dalam padatnya lalu lintas di kota ini. aku berencana untuk singgah sebentar ke mall atau kafe untuk sedikit menghilangkan rasa gerahku saat ini. lebih dari sejaman aku terjebak macet dan akhirnya bisa lolos juga dari debu dan asap polusi kendaraan yang memadati jalan.

“huuhh akhirnya” gumamku dalam hati, kupacu sepeda motor matic hasil kerjaku dulu menuju sebuah mall terdekat dari tempatku sekarang, tak berapa lama akupun sampai diparkiran. Memarkirkan motorku lalu segera masuk kedalam mall tersebut menuju sebuah kedai kopi dengan brand dan logo wanitanya yang sudah cukup terkenal di negara ini.

Setelah memanggil pelayan dan memesan kopi mocacinno hangat akupun menyenderkan tubuhku melepas penat setelah interview tadi dan merasakan sejuknya AC di kafe ini sambil memejamkan mataku. Baru sebentar aku memejamkan mata aku merasakan ada yang menepuk pundakku. Akupun segera menoleh.

“ngapain lo tiduran disini hahah” kata seorang pria bertubuh tinggi dan atletis serta wajahnya lebih tampan dariku dengan tahi lalat dibawah matanya.

“eh elo cel kirain siapa ngapain lo” kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya.

“gue nyari ikan disini, ya minum kopilah sekalian nungguin pacar gue tadi katanya ke salon ya udah gue tinggal aja lo taukan kalo cewek kalo nyalon lama bener” kata marcel

Marcel adalah temanku sejak sd hingga masuk smk yang sama. Namun karena hobb dan passionnya bukan dikimia seperti yang kugeluti di sekolahku. Ia kemudian memutuskan pindah dan masuk ke sma lalu melanjutkan kuliahnya sejak saat itu kami putus kontak.

“gimana sekarang loe kerja apa masih kuliah?”, tanyaku pada marcel

“enak aja masih kuliah, gue udah kerja di salah satu statiun tv bagian broadcasting, ngedit ngedit VT gitu deh” jawabnya

“VT apaan cel” , tanyaku lagi

“vT Itu semacam video teaser. Kayak berita nih setelah si pembawa acara bacain berita nah gue bagian nampilin videonya”.

“hooo” kataku membentuk huruf O bulat

“btw lo gimana kesibukan lo apa” tanya marcel padaku.

“ya gini gini aja cel, nyari kerjaan jaga anak, jaga istri.”.

“bentar bentar lo udah nikah punya istri ama anak?” tanya marcel tak percaya. “sialan kok lo nggak ngundang gue “

“gimana mau ngundang lo nomer hape lo nggak aktif. Gue datanging rumah lo ternyata lo udah pindah” kataku

“oh iya ya sorry kebetulan bokap dimutasi kerja di luar kota makanya ya sekalian aja pindah”

Tak berapa lama pelayan membawakan pesanan kopiku. Aku dan marcel saling duduk berhadapan. Ia kemudian memesan kopi setelah itu kami melanjutkan perbinvcangan membahas masa masa smp dan smk kami.

“eh kapan kapan gue kerumah lo yah, gue penasaran seperti apa cewek yang jadi nyonya dimas hahah”

“iye mampir aja, asal jangan ngerusuh ye”

“ye emang gue mau tawuran disana, gue nggak kayak elo yang dari dulu doyan kelahi” kata marcel mengingatkan kebiasaanku dulu. Memang semenjak aku kecil aku kadang sulit menahan emosi dan sering berkelahi dengan teman teman sd hingga aku smk aku paling sering menjadi bagian terdepan saat tawuran, tapi itu dulu masa masa kelamku.

“eh ngomong ngomong pas gue tadi disalon gue ngeliat cewek beh cantik bener mirip artis siapa gitu mana pake pakaian kantor lagi. Pas selesai kampret dia ternyata udah punya suami padahal baru gue mau godain. Karna pas gue keluar gue liat dia gitu jalan ama cowok ya mungkin 2 sampai 3 tahunan lebih tua trus gue liat tuh cowok sambil jalan ngeremes pantat sexynya tuh cewek. Sialan bener dah” kata marcel bercerita panjang lebar.

“hahaha dari dulu ye lu nggak berubah cewek mulu”

“ye daripada elo pasif, pas smp aja banyak senior yang nembak tapi lo tolak alasannya konyol lagi takut pacaran lagi karena takut diselingkuhin. Pas kayak waktu lo diselingkuhin si siapa tuh istrinya ahmad sekarang, oh si dina.”

“hahah dulu tapikan gue udah punya bini sekarang” kataku membantah ejekannya

“ye gimana kalo bini lo selingkuh”

“sinta nggak mungkin selingkuh gue percaya ama dia” kataku sambil berusaha tersenyum, aku sebenarnya tersinggung dengan kata katanya namun aku harus bisa belajar bagaimana mengatur emosiku.

“hahah eh udah dulu ye mana sini pin lo, gue invite, nanti kirimin gue alamat lo”

Setelah saling bertukar pin aku pun kemudian juga memutuskan pulang. Setelah sampai di parkiran akupun mulai menjalankan motorku. Saat melewati gerbang keluar mall aku berpapasan dengan sebuah mobil sekilas kulihat di jendela kirinya seperti sinta yang tengah duduk di bagian kursi penumpang. Aku yang penasaran mencoba mengikuti mobil itu namun disaat sudah hampir dekat hampir saja aku menabrak seotang pengendara motor yang ingin memotong arah tanpa menyalakan lampu sein. Hingga kemudian mobil itupun jauh dari jangkauanku dan menghilang. Kutepis pikiran negatifku, lalu akupun menuju rumah orang tua sinta.

Sesampainya disana akupun segera mengetuk pintu rumah. Tak berapa lama ibunya sinta membukakan pintu sambil menggendong nina.

“eh udah beres interviewnya nak” kata ibunya sinta padaku

“iya bu udah, lumayan sulit sih pertanyaannya tapi kujawab semampuku aja”.

“ya sudah ayo masuk nanti ibu buatin teh” kata ibunya sinta

Akupun segera masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu. Sambil menunggu kucoba menelfon sinta namun beberapa kali panggilan telfonku tak dijawabnya. Bahkan terakhir ia menolak panggilan telfonku. Mungkin ia sedang sibuk pikirku.

Tak berapa lama ibunya sinta pun datang, ia kemudian duduk di sofa panjang . kuperhatikan nina yang sedang menyedot susu formula yang ada dalam botol susunya sesekali nina memandangiku yang kubalas dengan tersenyum padanya.

“gimana dim, kapan nih nina punya adik” tanya ibunya sinta

“hahaha belum tau bu, dimas dan sinta udah usaha” kataku.
Selanjutnya aku dan ibunya sinta berbincang mengenai nina, apakah ia tadi rewel atau tidak, apakah ibu kerepotan dan sebagainya.

Tak berapa lama sedang asik mengobrol dering handphoneku berbunyi kulihat sinta menelfonku, setelah meminta ijin pada ibunya sinta kujawab telfon itu.

sinta said:
halo sayang,

dimas said:
ya, halo ada apa sayang kok tadi ditelfon nggak dijawab?

sinta said:
ahhss uuh, anu sayang tadi lagi meeting

dimas said:
loh kenapa kamu sayang kok kayak kesakitan?

sinta said:
nnggh nggak apa sayang, ini tadi temen numpahin teh manis, jadinya banyak semut merah trus ngegigit tangan uhh ku, oh iya ssayang, aku sekalian pamit yah 3 hari ini ada meeting nemenin bos sama relasinya, kamu nginepnya di rumah orang tuaku aja yah sayang. Kasian kamu kalo sendirian di rumah.

dimas said:
ya udah sayang aku nginep disini aja kamu hati hati yah, love u

Tak dibalas pesanku oleh sinta karna ia buru buru mematikan handphonenya, aku sebenarnya penasaran karna di belakang sinta seperti terdengar suara orang tertawa terbahak bahak, juga aku mendengar desahan wanita. Belum lagi kudengar suara sinta agak berbeda dia seperti menahan sesuatu.
Aku kemudian meminta ibunya sinta untuk mengijinkanku menginap tiga hari dirumahnya. Kemudian aku menuju kamar yang biasa sinta gunakan dulu untuk sejenak beristirahat dan akupun terlelap dalam tidur.

***​

Entah berapa lama ku tertidur kutengok ke luar jendela hari sudah gelap, kutengok arlojiku sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku kemudian keluar dari kamar kulihat ayah dan ibu sinta tengah asik saling bercengkrama mengobrol sambil menonton tv. Aku erharap hingga tua nanti begitupun aku dan sinta nantinya saling menyayangi hingga akhir.

“eh udah bangun nak dimas, kamu makan dulu gih ibu udah masak tadi.”kata ayah sinta yang menoleh kebelakang melihatku.

“iya pah, papah ama mamah udah makan?’” kataku yang kini sudah berada di samping mereka berdiri di dekat sofa.

“udah kok nak, ayo makan dulu”. Kata ibu sinta

Akupun melangkahkan kaki menuju dapur dan makan disana. Setelah makan aku berpamitan untuk sejenak mengambil baju bajuku dirumah dan juga handuk. Sekalian mandi disana. Setelah menengok nina yang sedang tertidur. Akupun memacu motorku menuju rumah.

Setelah setengah jam aku sampai di gang yang menuju rumahku. Sesaat sebelum sampai kulihat mobil yang biasanya mengantarkan sinta bergerak menjauhi rumahku dan bergerak searah dengan arah tujuanku dan menjauhiku.” Apa sinta baru mengambil bajunya. Kenapa lama sekali dia pulangnya” gumamku dalam hati

Akupun sampai kehalaman rumah mengambil kunci rumah yang biasanya ditaruh di dalam pot. Lalu masuk kedalam rumah dan menuju kamarku. Hmm seingatku seprei ini bukan yang tadi pagi kok diganti yah. Mungkin sinta sebelum pergi sempat membersihkan rumah.

Setelah membuka baju aku pun menaruh baju kotor itu diatas tempat tidur itu lalu beranjak menuju kamar mandi setelah mandi akupun kemudian memakai bajuku kembali. Tunggu dulu ada sedikit noda noda seperti bercak di sekitar karpet kuperhatikan cairannya sedikit kental . aku berpikir mungkin lotion sinta yang tercecer. Aku kemudian segera memakai baju.

Setelah rapi aku kemudian mengunci rumah dan berniat menitipkan kunci rumahku pada indah agar lebih aman. Aku kemudian menjalankan motorku menuju rumah indah. Sesampainya aku di depan pintu rumahnya, belum sempet kuketuk pintunya terdengar suara pertengkaran mereka.

“sebenarnya salah aku apa sih mas, aku sudah menerima kekurangan kamu dan belajar nyenengin kamu, tapi kamu selalu saja kayak gini”.

“salah lo?, kenapa lo selalu ngebandingin gue sama tuh pengangguran dimas hah”

“bukannya ngebandingin mas, aku tuh Cuma maunya dihargain disayangin, aku iri ama mbak sinta, kelihatan banget kalo mas dimas sayang banget ama dia. Tiap pergi kerja pasti mas dimas nganter istrinya kedepan rumah, nyium keningnya. Diperlakuin lembut, aku hanya ingin itu.”

“ya udah lo kawin aja sana sama dimas”.

“bukan itu maksudku mas tap..”

“ahh sudahlah gue cape, mau tidur” terdengar kemudian suara pintu yang dibanting. Aku kemudian mengetuk pintu tak lama kemudian dan memanggil indah.

“tok tok tok, assalamualaikum indah”
Tak berapa lama indah membukakan pintu, matanya sedikit sembab mungkin ia menangis tadi.

“walaikumsalam bang, ada apa?”

“gini dik, abang mau nginep di rumah mertua abang, nitip kunci rumah yah”

“loh kenapa bang perasaan mbak sinta tadi pulang sekitar jam 4 sore”. Pernyataan indah membuatku terkejut, apakah sinta selama itu membersihkan rumah dari sore hingga sebelum aku datang, namun mungkin sekalian dia mengurus pakaian yang ia bawa.

“hmm tadi dia pergi lagi bareng bosnya mau keluar kota katanya. Nih yah nitip kunci rumah”

“iya udah, hati hati bang”

Setelah berpamitan akupun memacu kendaraanku kembali menuju rumah mertuaku. Akhir akhir ini entah kenapa firasatku selalu buruk jika memikirkan sinta. Kucoba menepis semua itu mengingat kembali bahtera rumah tangga kita selama 3 tahun ditambah hadirnya anakku nina. Sinta nggak mungkin macam macam. Iya sinta istriku yang setia.

Sudah hari kedua aku menginap di rumah orang tua sinta. Beberapa kali kucoba menelfon istriku namun ia tak menjawab telfonku. Aku bingung apa segitu sibuknya kah dia sampe tak mau menjawab telfon suaminya. Saat aku asik melamun terdengar suara nada penanda pesan masuk di handphoneku, ternyata dari Marcel.

Marcel said:
hey bro lo ada di rumah nggak?,gue mau kesana nih

Dimas said:
nggak bro gue lagi di rumah mertua ada apa emang?​

Marcel said:
nggak apa gue cuma mau ngajak ngobrol doang dari pada loe suntuk

Dimas said:
hooh.. ketemuan aja kalo gitu bro di tempat kemaren, gue pengen ngopi​

Marcel said:
ok deh sampe ketemu di sono

Tak kubalas pesan dari marcel. Aku kemudian segera mandi, setelah itu mempersiapkan diri, kemudian berpamitan kepada ayah dan ibu sinta yang sedang bermain dengan anakku sinta. Kutengok arlojiku sudah pukul 7 malam. kupacu kendaraanku menuju mall yang kudatangi 2 hari yang lalu. 

Sesampainya disana akupun segera masuk ke kafe kopi kemarin yang kukunjungi dan segera memesan kopi sembari menunggu Marcel.

Hampir 20 menit aku menunggu kedatangan Marcel. Tak berapa lama diapun muncul bersama seorang wanita yang memakai dress berbentuk kemben yang di tutupi jaket mini. Ia juga memakai heels. Kuperhatikan lekuk tubuh gadis yang kutaksir 5 tahun dibawah umurku itu. Sexy dan cantik dengan tipe wajah oriental serta ia memakai kawat gigi bermotif love di giginya.

"Sorry sorry lama nih cewek dandan lama banget",kata marcel padaku.

"Loh bukannya karna kam....", kata kata si wanita berhenti karna kulihat marcel memberikannya kode.

"Oh iya Dim, kenalin ini Linda pacar gue".

Akupun menjabat tangan linda dan saling berkenalan. Agak kesusahan linda menatap wajahku karna ia hanya hampir setinggi bahuku membuatnya mendongak keatas.

"Linda mas, aduh tinggi banget mas padahal udah pake heels tapi masih ngedongak ngeliat muka mas yang manis"

"Heh ganjen amat nih cewek. Dia udah punya bini" kata Marcel memarahi wanita bernama linda ini. Sedangkan aku hanya tertawa saja. Setelah itu kami kemudian mengobrol ringan. Sembari marcel memanggil pelayan dan memesan kopi. 

"Eh lo mau ikutkan. Entar malem acara ulang tahun gue, gue pengen karokean di tempat cewek gue ini kerja."

"Iya mas ikut aja. Apalagi kata mas kan tadi bilang kalo istri mas kan lagi nggak ada. Nanti Linda kenalin deh ama temen temen linda yang kerja disana pada sexy dan cantik loh mas hihi", kata linda menimpali.

"Hehe, karna acara ulang tahun lo, gue ikut cel. Tapi nih ada tapi, gue nggak perlu ditemenin cewek, gue nggak mau ngerusak kepercayaan bini gue."

"Iya dah. Ya udah habisin tuh kopi".
Pukul 8 malam Setelah menghabiskan minuman kami. Aku dan marcel juga linda segera meninggalkan mall itu menuju tempat karaokean. Sesampainya di sana aku memarkirkan motorku, begitu pula dengan marcel yang memarkirkan mobilnya. Nampak kemudian ia menelfon seseorang. Setelah itu kami segera masuk kedalam. Aku kemudian minta izin sebentar ke arah toilet yang berada di ujung lantai satu gedung melewati beberapa ruangan karaoke yang tertutup pintunya. Sementara marcel memesan ruangan untuk karaokean. 

Setelah dari toilet akupun kembali melewati ruangan karaoke. Namun saat aku melirik kedalam ruangan karaoke, aku melihat pemandangan yang membuat kelaki lakianku menegang, yah di dalam ruangan karaoke nampak seorang wanita nampak asik menaik turunkan tubuhnya diatas pangkuan seorang pria. Aku tak bisa melihat wajah keduanya karna si wanita membelakangiku. Sedangkan sang pria wajahnya terlindungi oleh tubuh wanita itu. Apa iya mereka sedang melakulan sex. Sekilas tubuh wanita itu mirip dengan tubuh sinta. Namun kutepis. 

"Ah nggak mungkin" gumamku dalam hati. Efek rinduku pada sinta membuatku berhalusinansi.

"Woy dim, ayo" teriak marcel padaku. Mengaggetkanku yang masih memandangi tubuh wanita itu.

Aku kemudian berjalan mendekati marcel yang nampak sedang berbincang dengan tiga temannya. Mungkin mereka datang saat aku masih di toilet. Setelah kami masuk ke ruang karaoke tak lama kemudian linda datang bersama empat gadis lainnya. Para gadis itu kemudian mendekati teman teman marcel termasuk aku. linda dan teman temannya memakai semacam seragam pramugari berwarna hitam sangat ketat dan juga rok rok mereka hanya menutupi seperempat paha mulus mereka.

Kami semua duduk di sofa yang cukup panjang. Wanita yang menemaniku duduk di sebelah kiriku kemudian linda dan marcel duduk di sebelah kananku. 

"Kok gue ditemani cewek juga lind, gue kan bilang tadi nggak mau. Kataku berbisik pada linda.

"Marcel nih yang nyuruh gue", kata linda sambil mencubit marcel yang sedang cengengesan.
Lampu mulai dipadamkan. Beberapa teman marcel mulai memilih lagu ditemani LC yang menemani mereka. Sementara aku menyulut sebatang rokok dan mulai membakarnya. Kulirik wanita yang ada di sebelah kiriku ternyata ia memandangiku.

"Ada apa mbak kok ngeliatin saya?", tanyaku dengan nada suara yang sedikit kencang karna alunan musik mulai menghentak.

Wanita itupun sedikit mencondongkan tubuhnya kemudian berbisik. "Nggak apa kok mas, cuma mas mirip sama mantanku dulu". Kata wanita yang belum kuketahui namanya ini

"Oh ya, nama saya dimas mbak, mbak sendiri namanya siapa?". Tanyaku

"Nama saya meisya". Katanya sambil tersenyum 

Aku dan meisya kemudian asik saling berbincang sementara yang lain asik bernyanyi sembari meminum minuman beralkohol yang dipesan tadi. Marcel memaksaku ikut minum juga awalnya aku menolak namun karena tak enak hati akupun ikut minum.


Suasana di ruang karaoke semakin memanas. Temam teman marcel mulai berjoget didepan layar tv bersama LC yang menemani mereka tak jarang mereka meremasi payudara atau memepetkan selangkangan mereka ke bokong bulat wanita wanita itu yang masih terbungkus rok span.

Marcel dan linda pun tak kalah panas sudah saling berciuman. Sementara meisya sudah duduk dipangkuanku. Terkadang ia menggerakan pantatnya yang menduduki selangkanganku. Membuat penisku bereaksi. Tangan meisya sudah ia kalungkan di leherku. Beberapa kali ia mencoba mencium bibirku namun kupalingkan wajahku.

"Kenapa kok nggak mau dicium?".

"Saya nggak enak aja, apa kata istri saya kalo ngeliat saya kayak gini. Mending turun aja yah mey. Duduk aja disofa kamunya.".
"
Hihi sejak ngeliat kamu, aku tau kalo kamu laki laki yang baik. Udah gini aja. Nih minum lagi", kata meisya memberikanku kembali minuman.

Situasi kian panas. Kini kancing blazzer yang dikenakan Linda yang kini duduk di pangkuan marcel terlepas. Memperlihatkan bra berenda berwarna merah. Marcel kemudian menyingkap bra itu menampilkan payudara Linda yang cukup proporsional, berputing kecoklatan. Marcel asik memainkan buah dada Linda, membuatnya mendongak ke atas. Terkadang pandanganku dan linda bertemu. Saat linda menatapku ia menggigit bibir bawahnya sedikit. Ekspresinya sungguh sexy.

Kualihkan pandanganku ke arah pojok nampak salah seorang LC melepas cdnya. Lalu membantu membuka risulting salah seorang teman marcel. Kemudian menduduki penis yang sudah bebas itu. Ia kemudian bergerak naik turun sambil kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri.

Aku yang tak kuat melihat situasi ini kemudian meminta izin ke toilet, aku takut sampai terbawa suasana dan menghianati istriku. Saat aku berdiri aku sedikit limbung namun aku dipapah oleh meisya. Untunglah ruangan karaoke ini vip yang berada di lantai 2 gedung ini sehingga saat aku keluar bersama meisya tak ada yang bisa menengok kedalam karna ruangan di lantai 2 cuma kami yang berada disana.

"Udah mei, saya bisa sendiri kok. Saya turun dulu".

"Ngapain turun itu disana ada toilet juga". Kata meisya sambil menunjuk ke arah sudut lorong.

Aku ditemani meisya menuju toilet itu. Namun saat aku masuk ke bilik toilet, ia pun ikut masuk. Aku tak tau apa yang ada dipikiran gadis berwajah oriental ini. Begitu ia masuk ia pun langsung mengunci pintu. Kini dapat kulihat wajah meisya yang memerah akibat alkohol dengan sangat jelas.

"Ngapain ikut?", tanyaku.

"Hihi udah buruan pipis, aku nggak ngintip kok", kata meisya sambil berbalik membelakangiku.

Karna tak tahan segera kulepaskan air yang mengisi kandung kemihku. Setelah membersihkannya dan ingin memasukkannya kembali. Tiba tiba mei menggenggam penisku yang setengah tegang membuatku kaget.

"Hey mei lepasin mei". 

Meisya tak mendengarkanku malah mulai mengocok penisku sambil mendorongku ke dinding bilik kamar mandi. Ia mulai menciumi leherku. 

"Mei hey sadar". Kataku sambil berusaha melepaskan tangannya. Namun kocokan meisya sangat nikmat sesekali terasa seperti mengurut penisku, membuatku lemas.

Namun terbayang wajah istriku, kukumpulkan tenagaku kemudian memegang tanga meisya sedikit kencang dan melepaskan genggamannya dari penisku dan mendorongnya perlahan,Membuatnya kaget.

"Maaf mei saya nggak bisa, mending kita keluar aja yah".

Dengan sedikit raut wajah kecewa meisya mengangguk kemudian kami pun kembali ke ruangan karaoke. Saat aku masuk kembali kedalam pemandangan yang kulihat lebih liar dan panas dari yang tadi. Marcel dan linda sudah bersetubuh dalam posisi doggy. Sementara teman teman marcel yang lain mempraktekkan gaya yang lain ada yang posisi WOT, misionary dan gaya seks lainnya baik itu diatas sofa ataupun di lantai yang dilapisi dengan karpet.

"Ahh uhh trus sayang oughh" desah linda 

"Hmm uhh memek kamu nikmat sayang". Kata marcel yang trus memompakan penisnya.

Aku yang tak mau terbawa suasana memutuskan untuk pulang saja. Karna tak mau mengganggu marcel yang sedang keenakan, kukatakan pada meisya untuk bilang pada marcel kalo aku pulang duluan. Meisya hanya mengangguk tanpa memandangku entah mungkin karena malu atau apa. Aku lalu mencium keningnya bermaksud untuk menenangkannya. Ia kemudian memandangku dengan ekspresi kaget. Aku kemudian membelai rambutnya dan berkata "pulang dulu yah" sambil tersenyum.

Aku kini telah meninggalkan ruangan karaoke itu dan sedang berada di parkiran, saat aku mencoba menyalakan motorku ada sebuah mobil melintas di depanku. Sekilas kulihat seperti sinta yang duduk di kursi depan penumpang. Kugelengkan kepalaku mungkin efek alkohol membuatku terus berhalusinasi melihat sinta tadi. Aku kemudian menjalankan motorku. Jalanan malam itu mulai sepi kulihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Saat dalam perjalanan pulang lagi lagi kulihat mobil tadi. Mobil itu berbelok ke arah hotel sementara aku tetap mengendarai motorku menuju rumah mertuaku. 

Sesampainya aku di rumah mertuaku, aku pun mengetuk pintu dan ternyata yang membukakanku pintu adalah ayah sinta. Setelah meminta maaf karna membangunkannya tengah malam begini segera aku menuju kamar tidur namun sebelumnya kutengok dulu anakku nina yang tertidur di samping neneknya. Akupun menuju kamarku dan segera tidur.

***

Keesokan harinya aku sudah rapi dan berpamitan dengan mertuaku, ingin kubawa pulang nina namum kata mereka biar nina dirumah mereka saja dulu sampai sinta pulang ke rumah. Aku kemudian meninggalkan rumah mertuaku menuju rumahku

Kini aku sudah berada di rumahku. Sore hari ini kuputuskan untuk sekedar membersihkan halaman rumahku saat tiba tiba Indah datang sambil membawa sebuah toples kecil berisi kue kering.

"Ini bang aku tadi bikin kue, di icip yah bang".

"Aduh repot repot gini dek. Ayo masuk dulu abang bikinin teh".

"Ah nggak usah bang, mbak sinta juga nggak ada, nggak enak akunya".

"Udah ayo, kita duduk diteras aja kalo gitu sekalian abang ngeganti kopi yang kemarin hehe".

Dengan malu malu kemudian indah berjalan mengikutiku dan kemudian duduk diteras. Akupun kemudian segera menuju ke dalam rumah dan membuat secangkir kopi buatku dan teh juga buat indah. Setelah itu akupun membawanya kedepan rumah. Sambil mencicipi kue buatan indah, aku dan indah kemudian asik mengobrol.

Tak berapa lama ada sebuah mobil sedan parkir diseberang jalan depan gerbang rumahku. Ternyata marcel dan Linda yang datang mengunjungiku. Kali ini linda memakai kaos yang agak ketat dan juga celana jeans panjang tak seperti kemarin berpakain sexy.

"Wah gue ngeganggu nih jadi ini bini lo dim, cantiknya".cerocos dimas saat ia berdiri didepan kami

"Iya ih cantiknya kaka". Linda ikut menimpali. Kulihat wajah Indah sedikit tersipu karena dipuji

"Haha bukan woy, ini tetangga gue tadi bawain kue".

"Oh bukan yah maaf yah mbak mmmm". 

"Indah kak". Kata indah sambil menyalami linda dan marcel.

Sesaat kemudian kulihat di seberang tepatnya rumah indah, andi datang dengan menaiki motor besarnya. Ia memandangiku dengan tatapan tak senang lalu kemudian ia memanggil indah dengan suara yang cukup keras.

"Iiinnnddaahh! Pulang!". 

Karna merasa tak enak hati. Indah memutuskan pulang. Ia lalu berpamitan padaku juga pada marcel dan linda lalu ia bergegas menuju rumahnya sementara itu aku mengajak marcel dan linda untuk masuk kedalam rumah. Setelah membuatkan mereka minuman kami pun berbincang.

"Siapa tuh tadi yang teriak songong amat". Kata marcel mengomentari Andi

"Itu tadi suaminya indah. Udah lupain aja".

"Ngomong ngomong dim, Kenapa kemaren pulang lo?". Tanya marcel

"Sorry cel, gue nggak mau kebawa suasana aja, sorry juga nggak pamit ke elo yah". Kataku

"Udah nggak apa, lagi pula gara gara efek minuman kemaren sih. Jadi ya gitu pada lepas kontrol. Lagian lo udah bener bener berubah ye, bukan lagi dimas si tukang mabok yang dulu gue kenal pas smp". Katanya lagi.

"Haha udah ah gue bilang masa masa sebelum gue kerja ya masa kelam gue, gue harus bisa jadi orang yang lebih baik lagi. Udah ah makan tuh kuenya diminum tehnya". Kataku sambil menawarkan mereka.

"Bang dimas emang cowok yang baik yah, eh salah deng suami yang baik temenku aja yang udah sexy dan semok gitu bisa ditolak pas di toilet".

"Uhuk uhuk". Aku terbatuk. Apakah meisya menceritakan peristiwa itu ke Linda.

"Hihihi ampe batuk gitu bang, Dian kemarin cerita ke aku bang".

"Hah dian? Perasaan kemarin namanya meisya deh".

"Heheh, kan kami jarang pake nama asli kalo jadi LC nama cewek yang nemenin bang dimas itu dian. Lagian kemaren dia pengen minta kontak bbm kaka tapi aku kan nggak punya ya udah aku minta ke yayangku aja trus kukasih deh ke dian. Nggak apakan bang?".

"Hahah udah terlanjur dikasi baru minta ijin sekarang ya udah nggak apa".

"Tapi gue salut ama lo bro lo emang cowok yang setia kalo gue uh udah gue kompa tuh si Dian mana toketnya gede lagi." Kata dimas sambil tersenyum tengil

"Hmm hmm nakal yah kamu awas nggak dapet jatah dari aku".kata Linda sambil mencubit dimas, membuatnya meringis kesakitan.

Tak terasa kami mengobrol sampai kulihat malam sudah menjelang. Dimas dan linda pamit pulang. Saat kuantarkan mereka keluar. Ternyata istriku sudah berjalan menuju ke arah kami. Kulihat wajahnya mengekspresikan kelelahan. Namun ia masih tetap berusaha tersenyum. Ditangannya ia menjinjing tas berisi pakaian.

"Eh ada tamu, ini siapa sayang?", kata sinta setelah menjabat tanganku dan menciumnya lalu mencium pipiku.

"Ini temanku pas jaman kecil dulu sayang kenalin ini dimas dan ini linda".kataku memperkenalkan mereka pada sinta. Sintapun kemudian bersalaman dengan mereka. Kulihat kening marcel mengkerut seperti mencoba mengingat sesuatu saat bersalaman dengan sinta. 

"Ini istri lo dim?".

"Iya cel kenapa?".

"Nggak apa apa, mbak sinta cantik pake banget". Kata marcel menggoda istriku.

"Uhh ini biar istri temen digodain". Linda merajuk.

"Maaf yah mas mbak, aku pamit kedalam dulu mau istirahat." Kata sinta.

"Nggak apa mbak kami juga udah mau pulang, pulang dulu dim".pamit Marcel dan linda pada kami. 

Begitu mereka pergi segera kututup pintu rumah. Kulihat istriku mengambil handuknya saat kami sudah berada dikamar dan membawa serta baju tidurnya kekamar mandi. Tumben dia begitu biasanya ia berganti pakaian di kamar tapi kok sekarang seperti itu.

Setelah sinta mandi dan telah memakai baju tidur yang jauh dari kata sexy karna ia memakai baju tidur dengan model piyama sehingga menutupi seluruh tubuhnya. Aku kemudian mencium keningnya dan mempersilahkannya duluan tidur. Sambil merokok aku kembali mengingat ekspresi jangal marcel tadi apa dia pernah melihat istriku. Setelah menghabiskan rokokku kupeluk istriku dari belakang dan memeluknya. Aku sungguh rindu dengannya. Selamat tidur sayang mimpi indah. Gumamku yang kemudian menyusul ke alam mimpi.

Dian Puspita said:
Pagi dim


Begitulah sapaan Dian setiap pagi sudah seminggu berlalu sejak Linda memberitahuku bahwa Dian meminta kontak bbmku padanya, dan saat tengah malam hari itu ada sebuah permintaan masuk di handphoneku, ternyata Dian yang ingin menambahkanku dalam kontak bbmnya. Saat paginya ia kemudian menyapaku dan berterima kasih karna mau menerima permintaanya. Sejak hari itu Dian rutin menghubungiku via pesan sekedar menyapa ataupun menanyakan kegiatanku dan aku hanya menjawab seperlunya saja, 2 hari yang lalu Dianpun sempat mengajakku untuk menemaninya berbelanja dan nonton film favoritnya yang kini tayang dibioskop namun kutolak dengan halus ajakannya, karna bagaimana bisa aku pergi dengan wanita lain sementara aku memiliki seorang istri.

Aku kemudian membalas chat singkat Dian, lalu membuat kopi, usai menyeduh minuman favoritku itu, aku lalu duduk dan menyeruput sedikit sambil membuka facebookku, beberapa status dan foto dari teman teman SMK ku menghiasi berandaku, pandanganku tertuju pada sebuah tautan yang ada di berandaku, sebuah link cerita berjudul "Maafkan Aku Suamiku", aku lalu mencoba membuka tautan itu dan kemudian membaca cerita itu.

Aku belum selesai membaca ketika kemudian aku menutup web dari cerita yang kubaca itu, karena aku tak suka dengan isi ceritanya, didalam cerita itu ada seorang istri yang tega menyelingkuhi suaminya karena dibutakan oleh nafsu sex, si wanita begitu menyukai berhubungan badan dengan selingkuhannya.

Aku benar benar membenci perselingkuhan, karena hanya akan menyakiti salah satu pihak saja yaitu orang yang diselingkuhi, akupun pernah sekali merasakan ketika SMA kelas 1, aku pernah memiliki pacar yaitu kakak tingkatku, dan kemudian aku memergokinya berselingkuh dikamar kosannya saat aku bermaksud mengunjunginya menumpang untuk tidur sejenak sehabis meminum minuman keras bersama kawan kawanku.

Saat aku sampai di depan pintu kamarnya terdengar suara tawa cekikikan darinya lalu suara orang yang sedang berciuman, aku lalu mendobrak masuk dan memergokinya tengah berduaan dengan seorang Mahasiswa. Tak banyak bicara aku lalu memukuli dan menendangi Mahasiswa itu, membuat pacarku menjerit, andai tak dipisahkan oleh beberapa orang aku mungkin menghilangkan nyawa pemuda yang sudah berlumuran darah itu.
Keesokan harinya pacarku memintaku untuk bertemu denganya, ia menangis dan meminta maaf padaku, aku kemudian memaafkannya namun mengakhiri hubungan singkat kami itu, Ia tak rela dan memelukku namun aku sudah terlanjur sakit hati dan lalu menyuruhnya untuk mencari penggantiku saja.

Aku kemudian memutuskan untuk tak pacaran dulu dan lebih menikmati melakukan kenakalan bersama kawan kawanku hingga kemudian aku lulus dan bekerja. Saat aku sudah bekerja selama 2 tahun disitulah saat aku bertemu dengan sinta, saat itu aku bertemu dengannya di parkiran sebuah Mall, ia terlihat begitu kesusahan menyalakan motornya, entah kenapa kemudian aku menawarkan diri untuk membantunya, seperti ada dorongan yang kuat dari dalam diriku.

Setelah membantunya, Sinta lalu menawarkan diri mentraktirku makan, awalnya aku menolak namun ia memaksaku dengan nada manja. Akhirnya kuiyakan saja, saat makan itulah kami saling berbincang, pembawaan sinta yang ceria mampu mengimbangiku yang sebenarnya aku adalah orang yang kaku. Kami lalu bertukar kontak dan melanjutkan perbincangan di handphone setelah kami berpisah di foodcourt itu dan telah sampai dirumah masing masing.

Lama kelamaan aku mulai menyukai Sinta, dan saat aku cuti aku lalu memperkenalkan Sinta pada orang tuaku dan ternyata orang tuaku juga menyukai kepribadian Sinta, rasa sayangku semakin besar saat Sinta mampu menghiburku ketika kedua orang tuaku meninggal dunia akibat kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Setelah melewati masa masa berkabung, aku kemudian memutuskan melamar Sinta dan menikahinya.

Aku menghentikan kegiatan bersantaiku saat mendengar suara tangis anakku nampaknya ia baru saja terbangun dari tidurnya, aku segera menuju kamarnya lalu menggendongnya untuk menenangkannya. Setelah Nina tenang aku lalu memandikan anakku itu, lalu setelah itu kugantikan bajunya dan memangku nina sambil menonton TV.

"Saaayyuurrr!" Suara teriakan tukang sayur terdengar dari depan rumahku, aku lalu menggendong nina dan bermaksud membeli beberapa sayuran dan ayam untuk makan siangku. Sesampainya diluar kulihat beberapa ibu ibu sudah mengelilingi tukang sayur itu seekedar membeli beberapa dagangannya.

"Pak, beli sayuran yang biasa yah ama beberapa potong daging ayam", kataku.

"Eh Nina sini tante gendong sayang", kata salah seorang ibu ibu yang berdiri disampingku, namun nina malah semakin menggelayut manja padaku karena menolak untuk digendong olehnya.

"Yah kasian ninanya nggak mau digendong ama situ huu", ledek ibu ibu yang lain.

"Biarin huu, tapi ibu sinta beruntung banget bisa dapat mas Dimas, udah mah pinter ngurus rumah,bisa masak, telaten ngasuh anak lagi", puji ibu itu padaku.

"Hehe saya biasa aja bu", kataku malu.

"Iya jeng daripada suami saya huu, bisanya cuman makan saja, disuruh ini itu males, minta tolong jagain anak anak ogah ogahan, pas bikinnya paling semangat hihihi", kata wanita paruh baya yang lain, setelah itu mereka saling bergosip mengenai kelakuan suami suami mereka. 

"Eh ngomong ngomong jeng Indah kemana yah", kata salah satu wanita.

"Iya udah beberapa hari aku nggak ngeliat jeng", timpal ibu ibu yang lain.

Aku yang mendengar percakapan itu setelah membayar belanjaanku jadi ikut memikirkan Indah memang sudah beberapa hari ini aku tak melihat Indah, apa mungkin ia tengah pulang kampung.
Aku lalu masuk kembali kedalam rumah memberikan nina susu formula lalu menidurkannya setelah ia kenyang, setelah itu aku kemudian memasak dan makan siang karena hari sudah menjelang siang. Akibat kekenyangan aku kemudian tertidur disofa setelah menghabiskan beberapa batang rokok

***​

"Sayang bangun", ada tepukan dipipiku yang membangunkanku dari tidurku, ternyata sinta sudah pulang, kulihat keluar jendela hari ternyata sudah sore, aku lalu duduk dan meminum air di gelas yang kusediakan diatas meja lalu kusulut rokokku.

"Ihh bukannya cuci muka dulu malah langsung ngerokok nggak sehat tau", kata sinta yang masih memakai seragam kantornya.

"Kamu pulang jam berapa?", tanyaku.

"Baru aja nyampe sayang",kata Sinta lalu duduk disampingku melepaskan highheelsnya.

"Aku nyapu halaman dulu", kataku lalu beranjak keluar rumah dan mulai menyapu halaman sambil sesekali menghisap rokok. Aku lalu memandang ke arah rumah Indah yang berada disamping rumahku, entah kenapa perasaanku tak enak karena tak melihat 
Indah yang biasanya saat sore hari seperti sekarang pasti akan menyapu halaman juga bersamaku.

Aku lalu memutuskan menuju rumahnya setelah menyelesaiikan pekerjaanku dan mencuci muka dan tanganku. Sesampainya didepan pintu rumah indah aku lalu masuk dan mendapati seluruh ruangan gelap sofanya terlihat kotor, terbersit dipikiranku apakah indah tidak ada, namun kenapa rumah mereka tidak dikunci. Saat aku hendak keluar dari rumah Indah, terdengar suara motor andi yang berhenti didepan rumah.

"Ngapain lo masuk masuk rumah gue? Mau maling ye?", kata Andi sinis.

"Gue cuman nyariin Indah, udah seminggu dia nggak kelihatan gue khawatir kalo dia sakit atau kenapa napa".

"Cih nggak usah sok perhatian ama bini orang deh, mending lo keluar, urusin aja bini lo", kata andi sinis.
Belum sempat aku melangkahkan kaki samar samar terdengar suara isakan tangis dari kamar.

"Itu suara apa,siapa yang nangis dikamar lo".

"Ah perasaan lo doang gue nggak denger apa apa mending lo keluar deh". Kata Andi mengusirku. Aku tak menghiraukan perintah Andi dan berjalan menuju kamar itu namun andi menghadangku dan berdiri didepan pintu.

"Gue bilang keluarrrr!", teriak Andi sambil mendorongku, namun aku menahan tangannya dan malah balik mendorongnya saat isakan tangis didalam semakin keras terdengar. Begitu aku membuka pintu mataku terbelalak mendapati indah yang terlentang diatas tempat tidur, kedua tangannya terikat disisi dipan ranjang, mulutnya tersumpal sapu tangan, ia saat itu masih memakai gamis panjang yang sama saat datang kerumahku seminggu lalu namun tersingkap sampai ke pinggang dan menampilkan bagian bawah tubuhnya yang tertutupi sebuah hotpants, dipahanya banyak luka cambukan, kasihan sekali aku melihatnya, airmatanya membasahi bagian sisi jilbabnya.Aku lalu melepas sapu tangan yang menyumpal mulutnya dan mencoba membuka ikatan tangannya. Indah lalu menangis sambil menutupi wajahnya. 

"Siapa yang suruh lepasin", "bughh". Andi berkata sambil menendang bagian sisi punggungku hingga aku terlempar kesamping.

"Mas jangan mas hiks", kata indah dengan lemas mencoba bangkit.

"Diem aja lo perek", maki Andi.
Aku benar benar sudah emosi sekarang, bukan hanya menyiksa tapi juga ia mencaci maki Indah.

Dengan tiba tiba kutendang perutnya membuatnya terjatuh kebelakang, aku lalu menarik kerah bajunya dan menatap wajahnya, dapat kulihat raut wajah Andi yang terkejut karna ternyata aku melawan.

"Lo udah keterlaluan", ucapku singkat lalu menghujani Andi dengan pukulan bertubi tubi ke perut dada dan kepalanya, darah mengucur dari hidungnya.

"Napa lo diem, hah!, ayo sini lawan gue", makiku sambil menunjuknya.

"Bang sudah bang jangan pukul mas Andi", kata indah sambil menangis.

"Lo liat bini lo bangsat!, masi ngebelain lo setelah apa yang lo lakuin ama dia, lo punya hati nggak sih ampe berbuat gini ama perempuan??, mikir!", kuungkapkan semua kekesalanku. Sementara Andi hanya diam saja mencoba menghapus darah yang mengalir dari hidungnya.

"Hiks udah bang ud....", kata kata Indah terputus saat ia tiba tiba pingsan. 

"Kalo ampe bini lo kenapa napa, gue bakalan beri lo pelajaran yang lebih dari ini", kataku lalu menggendong Indah keluar dari kamar beberapa orang berkerumun didepan rumah Indah.

"Astaga ibu indah kenapa", kata salah seorang ibu ibu.

"Pak saya minta tolong telfonin taksi indah mesti dibawa ke rumah sakit", kataku berbicara pada pria yang berdiri didepan pintu sambil mencoba membaringkan Indah di sofa rumahnya.
Aku lalu bergegas kembali kerumah dan memakai baju yang sedikit lebih rapi. Kudapati Sinta tengah menggendong nina.

"Ada apa sayang kok keliatan buru buru", kata Sinta.

"Aku ke rumah sakit dulu yah sayang, anterin Indah".

"Loh kan ada suaminya kan? Kenapa mas yang repot",

"Ceritanya panjang aku pergi dulu", kataku lalu segera bergegas keluar dari rumah, kudapati Indah tengah dibopong oleh beberapa warga dan dimasukkan dalam taksi aku segera saja aku ikut masuk kedalam mobil dan membawa Indah menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit aku segera berlari menuju ruang recepsionis dan memberitahukan bahwa indah membutuhkan penanganan secepatnya, beberapa suster kemudian mengambil tempat tidur khusus yang memiliki roda dibawahnya. Aku lalu kembali menuju taksi dan membopong Indah menidurkannya diatas tempat tidur itu. Indah kemudian dibawa dan diperiksa sementara aku di luar ruangan terduduk menanti hasil pemeriksaan. Aku tak habis pikir sungguh tega Andi memperlakukan Indah sampai seperti itu. 

Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan, aku segera berdiri dan menemuinya dan bermaksud menanyakan keadaan Indah.

"Keadaan Indah gimana dok?", tanyaku.

"Anda siapanya?", tanya dokter paruh baya itu.

"Saya kakaknya", jawabku berbohong.

"Untuk anda cepat membawanya kesini, kondisinya benar benar kritis, ia kekurangan asupan makanan, belum lagi luka fisik yang ada di bagian kaki dan juga tubuhnya". Aku hanya terdiam mendengarkan penjelasan dokter itu. Sampai segitunyakah Andi menyiksa Indah.

"Saya mohon dok tolong rawat adik saya", kataku.

"Bapak tenang saja, kami akan berusaha sebaik mungkin", kata dokter itu sambil menepuk bahuku.
Beberapa suster lalu membawa indah yang masih tertidur ke ruangan rawat inap, setelah aku menyelesaikan biaya administrasinya. Aku lalu menuju ruangan itu dan duduk disamping Indah yang masih terbaring lemas. Kupandangi wajah cantiknya yang pucat.Aku lalu bermaksud menelfon Andi bagaimanapun dia harus tau kondisi indah akibat ulah perbuatannya namun ternyata kusadari aku lupa membawa handphoneku.

"Mm", gumam Indah saat ia terbangun.

"Masih lemas dek? Kamu haus?", tanyaku.

"Nggak bang", kata Indah sambil berusaha tersenyum.

"Kita harus beritahu perlakuan Andi ini dek pada orang tuamu".

"Nggak usah bang", cegah indah sambil menggelengkan kepala.

"Tapi kenapa dek?".

"Nanti aku bakal ceritain, bang aku tidur dulu, makasih yah bang udah perhatian banget ke aku". Kata Indah lalu memejamkan matanya dan kembali tertidur. Aku lalu memutuskan untuk keluar dari kamar indah dan merokok.

oo0oo​

Keesokan paginya setelah pamit pada Indah aku memutuskan untuk pulang ke rumah sekedar mengambil handphoneku dan mencoba menemui Andi. Saat sampai dirumah aku menemukan pesan Sinta pada secarik kertas yang tertempel dikulkas. Ia mengabarkan bahwa ia menitipkan Nina pada orang tuanya.

Aku lalu masuk kekamarku lalu mandi setelah itu memakai pakaian yang rapi, aku lalu mengecheck handphoneku ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dari marcel tadi malam. Saat memegang handphoneku ada sebuah pesan yang masuk yang ternyata dari marcel.

Marcel said:
dim lo dimana, bisa ketemu siang ini nggak?

Dimas said:
lagi dirumah cel, boleh aja emang ada apaan​

Marcel said:
ya udah kita ketemu di kafe yang biasa aja ye, ada hal penting soalnya

Dimas said:
oke deh nanti jam 12 gue kesana​
Setelah membalas pesan Marcel, aku lalu menuju rumah Andi. Saat aku mengetuk pintu tak ada jawaban darinya kukira ia pergi bekerja namun masih kudapati motornya terparkir, aku lalu segera masuk dan mendapati Andi yang tertidur disofa sambil mendekap sebuah bingkai foto.

"Di bangun", kataku memanggilnya. Ia lalu terbangun dan duduk dan menaruh foto itu diatas meja yang ternyata foto Indah dan dirinya saat acara resepsi pernikahan mereka.

"Lo ikut gue kerumah sakit", ajakku padanya.

"Iya bang", Kata Andi. Baru kali ini dia memanggilku dengan sebutan "bang" padahal dulu dia biasanya memanggil langsung namaku. Mungkin efek dari perbuatanku kemarin yang membuatnya sedikit segan padaku. Umurku memang jauh diatas Andi.
Setelah Andi bersiap siap dengan menaiki motornya kami lalu menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku mengajaknya menemui Indah di ruang rawat inap. Awalnya ia terlihat segan menemui Indah. Mungkin ia merasa malu. Namun setelah kupaksa akhirnya dia mau menemui Indah. Ia lalu duduk dikursi yang ada disamping ranjang Indah. Sementara Indah yang tengah duduk bersandar hanya memandangiku dan Andi secara bergantian. Aku menanyakan kondisi Indah sementara Andi hanya diam saja. 
Selang tak lama suster datang membawakan Indah makanan. Aku lalu menyuruh andi untuk menyuapi Indah.

"Nggak usah bang, aku bisa makan sendiri".

"Udah nggak apa lagian dia suami kamu, harusnya dia merawat kamu". 

Andi kemudian dengan perlahan menyuapi Indah, sesekali indah hanya tersenyum menatap Andi yang terlihat kerepotan. Setelah makanan habis kami lalu berbincang, lebih tepatnya hanya aku dan Indah yang berbincang sementara Andi diam saja kecuali saat aku bertanya padanya, beberapa kali aku mencoba bertanya mengapa bisa Andi memperlakukan Indah seperti itu namun Indah segera mengalihkan pembicaraan.

Tak terasa sudah jam setengah 12 aku lalu pamit pada mereka dan segera menaiki taksi menuju kafe yang terdapat diMall tempat biasanya aku bertemu dengan marcel. Sesampainya disana aku lalu memesan kopi. Hampir setengah jam aku menunggu Marcel saat ia muncul bersama Dian dan Linda. Mereka lalu memesan minuman lalu duduk bersamaku. Dian duduk disebelahku sementara Marcel dan Linda duduk di depanku.

"Ada hal apa nih cel", kataku sambil tersenyum. Mereka hanya saling berpandangan. Marcel kemudian menghela nafas panjang lalu berkata.

"Dim bini lo selingkuh".

Seketika itu juga kurasakan waktu berhenti, jantungku berdegup cepat mendengar pernyataan marcel.

Flashback



Pov marcel


"Dikit lagi nyampe rumahnya dimas, beneran mau ngajakin dia sayang?", kataku pada Linda yang hari ini merayakan hari keberhasilannya dalam ujian skripsi.

"Iya, kan dia sahabat kamu sayang, biar adil kan aku juga ngajakin kaka angkat sekaligus sahabat aku yang lagi senyum senyum sendiri dibelakang". Kata Linda sambil melirik Dian yang duduk di kursi belakang.

"Ih siapa juga yang senyum senyum sendiri". Kata dian dengan nada manja.
Tak berapa lama kami sudah sampai di gang yang menjadi jalan masuk menuju rumah dimas. Kulihat didepan rumah dimas ada sebuah mobil dan motor yang terparkir di depannya.

"Kayaknya dimas lagi ada tamu, coba gue telfon dulu". Kataku

Beberapa kali aku menghubunginya namun tak diangkat olehnya. Akhirnya kuputuskan agar kami masuk saja kerumahnya. Belum sempat aku mengetuk pintu aku dikagetkan oleh suara seperti orang bertepuk tangan dan juga orang tertawa terbahak bahak. Kuberi isyarat pada linda dan dian untuk diam. Aku lalu mencoba mengintip melalui sela sela gorden yang ada pada sebuah jendela yang cukup besar di samping kananku.

Aku terperangah melihat istri dimas tengah menari dikelilingi oleh 3 orang pria berumur 40 atau 50 an dan juga 2 orang anak muda yang mungkin sedikit diatas umur linda yang masih berumur 21, entah mereka 24 atau 25 an. Tubuh istri dimas yang sudah telanjang bulat meliuk liuk, bergoyang erotis didepan para pria yang masih berpakaian lengkap duduk mengelilinginya di sofa yang ada di ruang tamu itu sambil merokok.

"Liatkan pak, nggak sia sia saya ajakin. Untung si perek ini ngabarin kalo suaminya lagi nggak ada"

"Hahah beruntung sekali pak hendra ini, kalo begini urusannya kerja sama kita 80 persen bisa jalan nih"

"Loh kok cuma 80 persen pak, harus deal dong".

"Oh tidak bisa, sekertaris bapak harus ngelayanin kami dulu pak, saya ama kedua orang anak buah saya.

"Ya sudah silahkan saya dan supir saya ini pak karto udah sering banget nyicipin badan sinta kok". Kata orang yang disapa hendra ini menepuk bahu pria tua kurus yang duduk disampingnya.

Pria yang berbicara dengan pak hendra tadi kemudian menarik sinta ke pangkuannya dan langsung menghisap kedua payudaranya. Sementara hendra sedang sibuk merekam aksi mereka melalui sebuah handycam yang ia keluarkan dari sebuah tas kecil.

"Uhhh sshh enak kan pak susuku. Oughh" kata sinta sambil merangkul bapak berperawakan gendut itu.
Sinta kemudian memberi isyarat pada dua orang pemuda itu untuk mendekatinya. Dengan tergesa gesa ke dua bodyguard itu melepas celana panjangnya dan mengeluarkan penis mereka yang cukup besar. Sinta yang sedang dikerjai payudaranya kemudian mengocok penis kedua lelaki itu.
Kedua orang itu mendongakkan kepala mengekspresikan kenikmatan yang mereka rasakan. Sinta kemudian melahap tongkol besar salah satu pemuda yang berdiri di sisi kirinya. Mengulum dan menjilat batang itu dengan rakus.

"Haha, kamu memang sudah ketagihan kontol gede sinta, dasar suami lagi jagain orang sakit disini malah ngulum kontol laki laki lain". Kata pak hendra sambil tetap mengarahkan handycamnya.

"Aduh bu enak banget kontolku disedot sedot". Kata pemuda yang diisap kemaluannya itu.
Sinta bergantian menjilati penis kedua lelaki itu. Sementara itu pria buncit yang sedang memangku sinta sudah mencupangi kedua daging bulat yang ada pada dada sinta.
Sinta kemudian turun dari pangkuan pria buncit itu membuka celananya dan ternyata penis lelaki buncit itu kecil mungkin sekitar 10 centi saja. Kulihat cinta kemudian bersimpuh didepan laki laki berpenis kecil itu mulai mengulumnya. Kedua pemuda tadi kemudian mengarahkan badan sinta agar sedikit menungging. Salah satu pemuda kemudian dengan sekali hentakan melesakkan penisnya, membuat sinta melepas kulumannya dan mendongal keatas.

"Ahh uuhh sshh nakal ih main masukiin aja ke memekku uuhh trus goyang sayang". Kata sinta sambil menoleh kebelakang
Sinta kemudian kembali mengulum pria buncit yang duduk di depannya, sementara pemuda yang lain dikocok penisnya oleh sinta.

"Uhh enak banget pak memeknya,". Ceracau si pemuda yang asik menggenjot kemaluan sinta.

"Ahh enak banget lo, kocokan tangannya nikmat gimana memeknya". Kata pemuda lain.

"Iiiyya uhh trus sinta isap kontolku". Kata si pria buncit.

"Hnngg uuhmmpp", sinta hanya melenguh.
Sang pemuda yang menggenjot sinta mempercepat kocokannya dan kemudian tiba tiba ia mengejan. "Uhhhh terima pejuhku buu ahhh". Dapat kulihat ia mengeluarkan pejuhnya dalam kemaluan sinta yang masih asik mengulum penis pria buncit dan pemuda yang satunya.

"Ahhaha pasti nikmat sekali itu, iya kan pak karto". Kata pak hendra sambil menoleh ke arah pria tua kurus yang mengocok kontol besarnya.

"Uhhh banyak banget pejuhnya, sekarang pak bos entot bool ku yah". Kata sinta sambil berdiri membelakangi sang pria buncit ia kemudian meraih penis lelaki itu ia posisikan pas menusuk lubang anusnya. Sinta dengan posisi dipangku pria buncit yang tengah menggenjot lubang analnya mengangkangkan kaki. Ia membuka lebar pintu masuk vaginanya pada pria yang dikocok penisnya tadi. Si pemuda itu kemudian memposisikan batangnya menerobos masuk vagina sinta.

"Uhhh kedua lubangku dihajar kontol, trus sayang uuhh genjoot" erang sinta.

"Aduh bool sekertarismu enak banget pak hendra". Desah pria buncit itu

"Ahhh lebih cepat sayang hajar trus memekku uhhj yaaaahh dikitt lagii ouuuggghhh kellluaarrr". Kata sinta yang berkelojotan diatas pangkuan pria buncit itu akibat hantaman penis pemuda bertubuh kekar sepertiku itu.

Aku tak menyangka istri dimas benar benar liar, dan memang ternyata aku tak salah lihat saat aku berada di salon ketika menemani linda. Pria yang bernama hendra itulah yang meremas pantat sinta waktu itu. Pantas saja saat aku dikenalkan dimas pada sinta, aku sedikit berpikir kalau aku pernah melihatnya.

Aku hampir saja tersentak kaget saat dian menyentuh pelan bahuku dan kemudian memberi isyarat dengan matanya apa yang sebenarnya terjadi didalam. Karna aku tak menjawab dian menggantikan posisiku. Ia menutup mulutnya, matanya terbelalak melihat pemandangan didalam. Tak lama kemudian linda menggantikan posisi dian mengintip.

"Yang didalam itu istrinya dimas, cel?", kata dian berbisik padaku.

Kuanggukan kepalaku menjawab pertanyaan dian, aku memikirkan perasaan sahabatku dimas jika ia melihat kejadian ini, yang kutahu pasti dimas tak akan membiarkan semua lelaki yang didalam itu hidup. Dimas adalah pribadi yang tenang dan baik, namun ketika marah bahkan akupun yang memiliki postur badan yang lebih besar ini tak akan mampu menahannya saat ia marah.

"Eh eh ada yang mau keluar gimana nih". Kata linda mengaggetkan kami. Aku kemudian bersama mereka berlari keluar dari rumah dimas dan masuk kembali ke mobil. Kulihat pria tua tadi merokok bersandar di mobil yang terparkir diluar halaman rumah dimas.

Tak lama kemudian kedua pemuda yang tadi kulihat ikut bergabung bersamanya, aku tak tahu apa lagi yang dilakukan pak hendra dan si pria buncit didalam namun yang pasti mereka sedang memacu birahi. Aku kemudian memacu mobilku meninggalkan rumah dimas.

***​

Masa sekarang

Pov Dimas

kuteguk kopiku dengan tangan bergetar, dengan nada suara pelan marcel dengan detil peristiwa yang ia lihatnya semalam. Aku masih belum mempercayai setiap ucapan marcel, benarkah demikian. Istri yang begitu kusayangi dan kucintai melakukan perselingkuhan gila di rumah kami saat aku tak ada, apakah kejadian tempo lalu yang kualami adalah kenyataan dan bukan mimpi. Aku bingung.
Kupegang kepalaku, rasa pening menghinggapi diriku. Dian yang duduk disampingku mencoba mengelus kepalaku namun kutepis. Kupandangi marcel dengan tatapan tajam akibat emosiku yang mulai tak stabil mendengar ceritanya.

"Lo punya bukti cel?". Kataku dengan suara berat akibat emosi yang kutahan.
Mereka hanya berpandangan satu sama lain. Marcel menggelengkan kepalanya. Aku kemudian berdiri dan berjalan melewati dian. Aku lalu membayar pesanan kopiku. 

"Dim, gue emang nggak punya bukti tapi percaya dim, kita udah sahabatan lama. Nggak mungkin gue bohongin lo". Kata marcel saat aku berjalan melewati meja mereka. Aku hanya diam tak tau harus berkata apa. 

Kutinggalkan mereka yang masih duduk disana. Kuabaikan panggilan dian yang memanggil manggil namaku. Aku terus saja berjalan menuju parkiran. Sesampainya disana airmataku menetes. Aku menangis. Benarkah sinta melakukan itu semua.

Dalam tangis kutinggalkan mall itu menuju rumah mertuaku. Sesampainya disana mereka bertanya mengapa mataku memerah. Aku hanya bilang kalau mataku kemasukan debu dijalan. Aku kemudian menggendong nina. Yah hanya nina, anakku satu satunya yang meredam emosiku tadi. Ia hanya tertawa sambil menepuk nepuk pipiku. Wajah nina benar benar mirip dengan sinta saat anakku itu tersenyum.

"Hmmnggs, ayo nina sayang coba bilang papa". Kataku pada nina.
Nina hanya memandangiku lalu menggelendot manja dan menempelkan kepalanya pada leherku. Kupeluk erat nina sambil kugoyang goyangkan pelan tubuhnya.

"Anak papa udah semakin gede, harus bisa ngomong mamah papah yah". Kataku sambil tetap mengayunkan pelan tubuhku. Tak terasa nina tertidur di pelukannku. Kubaringkan ia di ranjang tidurnya. Aku kemudian merebahkan diriku mencoba terlelap dan mengistirahatkan kepalaku.

Aku terbangun sekitar sore hari, kulihat nina sudah tak ada dikeranjang bayinya, saat aku keluar kamar ternyata sinta sudah pulang dan menggendong nina. Aku kemudian mendekati mereka, kucium kening anakku lalu sinta.

"Udah lama pulangnya sayang?". Tanyaku pada sinta.

"Baru aja kok sayang, mandi dulu ih bau iler". Kata sinta sambil mendorongku pelan dan memasang mimik wajah pura pura jijik.

"Bareng yuk mandinya", kataku usil, sebenarnya aku ingin membuktikan kebenaran cerita marcel, selama seminggu ini juga aku belum pernah lagi melihat tubuh telanjangnya.

"Hihi genit ah, ntar aja kamu aja duluan. Ini kasihan nina ditinggal sendiri, ibu bapak baru aja tadi keluar". Kata sinta menolak ajakanku. Aku sebenarnya ingin memaksanya namun ia sedang sibuk menjaga nina, kuputuskan untuk mandi saja.

Setelah selesai mandi, aku melihat ada beberapa pesan dan bbm dari marcel dan dian yang menanyakan aku ada dimana, aku kemudian membelas singkat dengan menjawab bahwa aku sedang berada di rumah orang tua sinta. Selang tak lama marcel mengirimkanku pesan bertanya dimana istriku bekerja aku kemudian membalasnya memberitahukan tempat kerja istriku.

Malam mulai menjelang, aku bermaksud untuk menjenguk indah di rumah sakit tempat ia dirawat, karena suaminya pasti akan pergi bekerja aku lalu meminta izin pada sinta.

"Sayang, aku ke rumah sakit tempat indah dirawat dulu yah kasian nggak ada yang jaga".

"Huh kok kamu perhatian banget sih ke dia, kan ada suaminya sayang lagi pula kemana orang tuanya kok nggak tau kalo anaknya lagi dirumah sakit sih", protes sinta.

"Jangan cemburu dong, indah udah aku anggap kayak adik sendiri". 

"Ya udah kesana aja kalo memang mau, hati hati". Kata sinta. 
Kucium pipinya dan kugenggam tangannya sambil kupandangi ia yang juga menatapku, aku kemudian berkata.

"Aku sayang sama kamu sinta, sangat sayang".

Ada perubahan ekspresi yang kulihat pada wajahnya, ia hanya menunduk setelah aku mengatakan hal itu padanya, kuangkat dagunya dan bertanya ia kenapa. Sinta malah menelukku. Lalu mendorongku pelan dan berkata. "Iya aku juga sayang sama kamu dimas, kasian indah disana, jagain dia. Kamu hati hati,".

Aku memakai jaketku dan segara keluar dari rumah, setelah memanaskan mesin motorku, aku memacu motorku menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku bertemu dengan andi yang sedang berjalan keluar dari area rumah sakit. Ia lalu mengajakku sejenak duduk di bangku taman yang ada di sana.

"Bang dimas, gue mau bilang terima kasih karna semua perhatian mas ke indah, saya memang suami yang bodoh". Kata andi.

"Udahlah ndi, nggak usah dipikirin yang penting setelah ini loe perlakuin dengan baik istri loe, kalo gue boleh tau loe apain istri loe selama seminggu".

"Iya bang, tapi saya mohon abang jangan pukul saya lagi, pukulan abang sakit banget masih kerasa sampe sekarang".

Kuanggukan kepalaku menjawab permohonan andi, ia mulai bercerita atas apa yang ia perbuat. Aku benar benar terkejut saat ia menceritakan bagaimana ia menarik paksa indah dan membekap mulutnya. Memasukkannya kegudang, mengikat tangan indah. Lalu menyetubuhinya sambil beberapa kali memukuli indah, selama seminggu indah hanya diberi air minum saja. Aku benar benar tak percaya, sampai setega itu ia pada indah.

"Semua hiks itu aku lakuin karna aku cemburu bang, indah selalu saja ngebandingin gue ama abang, gue takut indah ninggalin gue bang, apalagi gue punya kekurangan. " kata andi dengan sedikit terisak.

"Emang apa kekurangan loe ndi".

"Buat hal itu bang, gue udah bilang ke indah, dan gue mohon bantuan abang. Gue udah bicarain ama indah dan tinggal nunggu persetujuan abang. Sekarang gue mau berangkat kerja dulu", kata andi yang beranjak bangkit dari kursi. Namun ia tiba tiba saja memegang pundakku dan berkata "Tolong jagain indah bang buat malam ini saja karna besok, gue mau ambil izin buat jagain indah nanti ampe indah sembuh, pamit dulu". Kata andi yang kemudian pergi meninggalkanku.

Aku lalu menuju ruangan indah,nampak hanya indah sajalah yang mengisi ruangan itu sementara pasien yang semalam aku lihat sudah tak ada lagi.

"Gimana kamu udah enakan dek". Kataku yang melihat sedang duduk membaca majalah yang ada disana.

"Udah bang, alhamdulilah udah mulai sehat, abang ketemu nggak ama andi?". Kata indah tersenyum tipis.

"Udah tadi juga sempat ngobrol makanya lama".

"Hooh, pasti andi sudah cerita banyak ke abang kan".

"Ya gitu dek, hehe".

Aku kemudian menceritakan apa saja yang aku bicarakan dengan andi tadi pada indah. Selesai aku menceritakannya. Kulihat indah melepas nafasnya seakan akan lega.
"Sebenarnya maksud andi apa dek?, apa kekurangan dia?, dan maaf kenapa kamu terima saja diperlakukan seperti itu?".

"Aku menerima perlakuan andi, karena aku memang cinta dan sayang sama dia bang, sekeras apapun dia padaku. Andi adalah orang yang paling berharga dalam hidupku selain orang tuaku, karna ia penyelamatku saat dulu aku hampir saja diperkosa, andi sebenarnya laki laki yang baik bang,ia berubah karena tekanan orang tuaku dan orang tuanya juga karena ingin segera mendapatkan cucu, karna ternyata ia memiliki kekurangan bang". Kata indah

"Maksud kamu indah?".

"Andi mandul bang", Kata kata indah sontak membuatku terkejut.
Indah kemudian menceritakan saat usia pernikahannya menginjak setahun. Ia dan andi memeriksakan diri mereka ke dokter karena ingin tahu kenapa mereka belum juga mendapatkan momongan. Andi begitu syok setelah diberitahu bahwa spermanya kurang subur dan baik akibat ia yang seorang perokok berat sehingga mempengaruhi spermanya. 

"Satu lagi bang, maksud andi meminta tolong pada abang adalah untuk". Kata indah terpotong. Ia menghela nafas. "Menghamili aku bang".

Aku terdiam tak percaya akan kata kata indah. Cobaan apa lagi yang menerpa bahtera rumah tanggaku ini.

Dihadapanku kini Dimas hanya duduk terdiam setelah kuutarakan niatku padanya, sebenarnya sebagai wanita akupun merasa risih dan sungkan memberitahukan tentang rencana suamiku Andi ini,namun disatu sisi lain akupun sebenarnya ingin memiliki anak dan mungkin inilah jalan satu satunya agar aku dan suamiku memilikinya. 

Mas Andi memang mengalami kemandulan, kami tahu saat pernikahan kami sudah berjalan setahun, kami berdua heran mengapa bisa aku belum juga hamil padahal kami berhubungan badan setidaknya 3 kali seminggu bahkan saat aku dalam masa subur kami selalu menghabiskan waktu seharian untuk melakukan hubungan sex. Mas Andi selalu menyempatkan waktu menyetubuhiku sebelum ia berangkat kerja namun entah kenapa belum juga ada hasil.

Kami berduapun segera memeriksakan diri ke dokter spesialis,dan setelah beberapa lama pasca pemeriksaan kami baru tahu jika suamiku itu mandul. Kandungan spermanya terbilang sedikit dan tak kuat melewati dinding sel telurku.

Setelah saat itu mas Andi mengalami depresi yang cukup berat,namun aku sebagai istrinya yang memang benar benar mencintainya hanya mampu menghiburnya, aku juga mengajukan saran untuk mengadopsi anak saja.
Saat kunjungan orang tua kami,beberapa kali ia menyinggung mengapa kami belum memiliki momongan. Mas Andi hanya bisa tersenyum kecut dan berkata jika mungkin memang belum diberi oleh Yang Maha Kuasa. Kami memang belum memberitahukan perihal kemandulan mas Andi pada mereka dan sebenarnya aku ingin menutupi hal itu pada mereka. Begitupun dengan mas Andi yang pasti akan malu jika mereka tahu bahwa ia mandul.

Semenjak saat itu perlakuan mas Andi padaku menjadi dingin,ia bahkan jarang untuk mengajakku berhubungan badan. Seringkali pula ia pulang dengan keadaan mabuk, ketika kunasehati ia malah memarahiku. Perilakunya itupun semakin menjadi saat kami pindah rumah dan tinggal bersebelahan dengan Rumah mas Dimas. Jujur saat pertama kali melihat mas Dimas aku merasa biasa saja, namun akibat perlakuan dingin dan keras oleh suamiku dan dibarengi dengan perhatian dan sikap lembut mas Dimas, membuat lama kelamaan aku mulai menyukainya. Aku bahkan tanpa sadar membandingkan suamiku dengan Dimas yang begitu sayang pada Sinta istrinya. Dan oleh karena itu terkadang Andi malah semakin memarahiku.

Puncaknya saat sore itu ia melihatku sedang berbincang dengan Dimas serta temannya. Mas Andi menuduhku selingkuh tanpa alasan yang jelas lalu menyiksaku. Untunglah ada Dimas yang menolongku.

"Apa kalian yakin dengan permintaan kalian?, karena jujur aku tak bisa seperti itu Indah. Itu sama saja aku berselingkuh dibelakang istriku". Kata Dimas.

"Akupun juga sebenarnya ingin menolak mas,namun ini permintaan Mas Andi dan mungkin ini satu satunya jalan".

Dimas kembali terdiam,dapat kulihat ia berfikir keras akibat permintaan kami ini. Aku teringat kembali saat bagaimana mas Andi menyampaikan rencana ini padaku.

Saat itu Setelah Mas Dimas pergi hanya ada keheningan diantara kami berdua, semenjak mas Andi datang ia hanya menunduk saja tak berani menatap wajahku,saat menyuapikupun ia sama sekali tak menatap wajahku, pandangannya hanya mengarah pada sendok yang berisi makanan yang ia arahkan ke mulutku.

"Maaf", kata Andi saat aku memejamkan mataku mencoba untuk tidur akibat rasa nyeri pada tubuhku.

"Maafkan aku Indah aku suami yang buruk", kata Andi lagi. Ia mungkin mengira aku sudah tertidur sehingga kini ia berani mengucapkan hal itu padaku.

"Maaf karena aku,sudah membuatmu seperti ini sayang", kata Andi lagi.
Hampir saja aku ingin menangis mendengar ia memanggilku dengan kata sayang lagi. Hampir setahun ia tak pernah memanggilku dengan sebutan mesra seperti itu.

Aku merasakan kini tanganku ia genggam dan ia lalu menciumi punggung tanganku,aku merasakan basah di wajah mas Andi, ia ternyata menangis menyesali perbuatannya.

"Sudah mas Aku udah maafin kamu kok", kataku sambil membelai lembut rambutnya yang ikal.

"Eh,hmm maaf aku bikin kamu kebangun", kata mas Andi kaget lalu mencoba melepaskan genggaman tangannya namun aku menahannya dan tetap memegang tangan mas Andi.

"Aku dengar semua yang mas katakan kok", kataku sambil tersenyum. "Dan aku maafin kamu mas", sambungku lagi.

"Makasih sayang,makasih", kata Andi sambil mencium keningku.

"Kamu nggak kerja sayang?", tanyaku pada mas Andi.

"Shift malam sayang,mungkin besok aku bakalan minta ijin ke bosku untuk ambil off beberapa hari buat nemenin kamu".

"Nggak usah sayang aku bisa sendiri kok disini".

"Udah sayang nggak apa,lagian kalo kamu perlu disuapi atau hal lain kan ada aku, nggak mungkin kan Dimas yang bakalan nemenin kamu".

"Iya deh terserah kamu".

"Ya sudah kamu istirahat dulu yah, aku mau nyari makan dulu", kata mas Andi.

Akupun lalu mengangguk dan mulai memejamkan mataku,efek obat yang kuminum setelah makan tadi mulai terasa membuat rasa kantukku semakin besar dan akupun terlelap.

***​

Entah berapa lama aku tertidur namun kulihat dari cahaya yang masuk melewati jendela kamar menandakan hari sudah mulai senja, kulihat disofa yang berada tak jauh dari ranjangku. Mas Andi tengah sibuk menelfon dengan seseorang, ia sekilas tersenyum saat melihatku bangun. Ia lalu menutup telfonnya lalu berjalan dan duduk dikursi yang ada disisi ranjangku.

"Tadi nelfon siapa mas?", tanyaku.

"Itu teman shiftku sayang mau ngabarin kalo aku bakalan telat".

"Oh kirain siapa hehe".

"Hehe tenang aja, tidurnya nyenyak amat sih".

"Hihi hmm mungkin karena aku lega karena mas Andi udah kayak dulu yang baik dan sayang ama aku".

"Iya sayang aku janji nggak akan kasar lagi ama kamu, bang Dimas udah nyadarin aku gimana harusnya memperlakukan seorang istri". Kata Andi membuatku tersenyum lebar karena senang.

Kami lalu banyak berbincang mengenai saat saat kami pacaran, masa bahagia kami. Mas Andi juga membahas kelakuan teman temannya yang ternyata mengaggumi kecantikanku karena beberapa teman Mas Andi ada yang sudah pernah bertemu denganku.

Hari sudah menjelang malam, tak terasa sudah begitu lama kami berbincang, tiba tiba mas Andi menggenggam tanganku dan menatapku dengan wajah serius.

"Ada apa mas", tanyaku sambil mengusap lembut tangannya yang menggenggam tanganku.

"Aku,hmm begini aku punya rencana yang mungkin bisa kita lakukan agar kita memiliki anak dari rahimmu".

"Sudahlah sayang nggak usah dibahas lagi".

"Dengerin dulu Indah", kata mas Andi.

"Iya iya,emang bagaimana caranya, kita kan tahu kalo nggak bakalan bisa sayang".

"Aku mau nanya dulu kamu suka dengan bang Dimas nggak?, apa kamu nyaman dengan dia?".

"Nyaman mungkin iya sayang tapi kalo suka nggak, perasaanku biasa saja padanya". Kataku berbohong, sebenarnya aku suka dengan Dimas namun aku tak mau menyakiti perasaan suamiku.

"Nggak usah berbohong sayang", kata Andi sambil tersenyum,"aku tahu kamupun suka dengan Dimas kan?, cara kamu melihatnya, cara kamu berbicara dengannya, cara kamu tertawa saat berbicara dengannya aku tahu kamu suka dengan dia. Aku suami kamu jadi aku tahu semua tentang kamu".

Aku hanya terdiam,tak tahu harus berkata apa apa .

"Katakan saja sayang aku nggak akan marah".

Aku kemudian menganggukan kepalaku, "iya aku suka sama dia, tapi aku tidak pernah berfikir untuk menjalin hubungan dibelakang kamu mas".

"Iya aku percaya, sekarang dengerin yah aku mau...", kata Andi terpotong karena ia menghela nafasnya, "bang Dimas yang ngehamilin kamu".

Aku bagaikan mendengar petir disiang bolong sontak aku melepaskan genggaman tanganku, aku tak percaya kata kata itu keluar dari mulut suamiku sendiri, mengapa ia rela istrinya dihamili oleh laki laki lain.

"Kamu gila mas, nggak mungkin, aku nggak mau", kataku tegas.

"Ini satu satunya cara sayang". Kata Andi meyakinkanku.

"Kita bisa ngadopsi anak mas,atau masih ada solusi lain".

"Mau adopsi anak?, trus gimana kata orang tua kita, gimana reaksi mereka kalo kita ngadopsi anak, mereka pasti tahu kalo aku mandul sayang dan aku nggak mau itu terjadi, dengan kehamilan kamu setidaknya mereka bisa senang dan nganggep aku berhasil ngehamilin kamu".

"Kamu benar benar sudah gila mas".

"Indah, tolonglah, cuma ini yang bisa kita lakukan, aku tak apa, aku sudah mikirin ini masak masak, dan ini aku anggap sebagai hukuman darimu karena aku telah memperlakukanmu dengan tidak baik sayang".

"Tapi..".

"Pikirkan saja dulu yah sayang, nanti aku bakalan kasih tahu bang Dimas kok, sekarang sudah maghrib, aku harus segera jaga malam, kayaknya bentar lagi mas Dimas juga bakalan datang"kata Andi memotong sanggahanku.

"Iya sayang hati hati yah", kataku lalu mencium punggung tangannya. Ia pun mencium keningku lalu berlalu pergi meninggalkanku untuk memutuskan apakah akan menyetujui rencananya atau tidak.
Click to expand...
"Aku tak tau harus menjawab apa dek". 

"Sudahlah bang nggak usah terlalu difikirin nanti aku bakalan nyoba ngobrol lagi ama mas Andi".

"Ya udah, nih kamu makan dulu yah", kata Bang Dimas sambil meraih nampan yang berisi makananku. Ia lalu membantuku makan karena memang tubuhku masih lemas. Setelah makan ia kemudian membantuku meminum obat. Setelah itu kami lalu berbincang dan tak membahas lagi masalah permintaan Andi. Aku lalu kemudian pamit untuk tidur karena kami berbincang hingga tak terasa larut malam.

***​

Keesokan paginya aku terbangun, aku melihat suamiku yang masih memakai seragam kerjanya tertidur sambil duduk dengan kepala bertumpu disisi ranjangku, kulihat di arlojinya jam menunjukkan pukul 10 pagi. Aku dengan hati hati mencoba menggerakan badanku melemaskan otot ototku. Namun akibat gerakanku itu membuat Mas Andi terbangun.

"Eh kamu udah bangun", kata mas Andi dengan wajah mengantuk

"Iya, bang Dimas kemana?", tanyaku.

"Gini bang Dimas tadi ditelfon katanya dia dapat pemberitahuan kalo ia keterima kerja dan disuruh ke perusahaan yang dia lamar", kata Andi.

"Hooh syukurlah kalo dia bisa kerja lagi", kataku. Semoga dengan permintaan mas Andi yang kusampaikan semalam tidak menjadi beban pikiran Dimas.

oo0oo​
Pov Dimas

Saat ini aku sudah berada di perusahaan tempat aku melamar, tadi pagi aku ditelfon oleh orang HRD perusahaan ini, untung saja saat itu Andi sudah datang dengan masih memakai seragam kerjanya. Akupun segera berpamitan dengannya dan pulang dulu kerumah untuk mandi. Saat dirumah tak kutemui Sinta. Aku lalu menelfonnya dan ia berkata bahwa ia sudah berangkat dan menitipkan nina di rumah mertuaku. 
Setelah itu aku lalu mandi dan berpakaian rapi kemudian menuju ke kantor tempat aku melamar pekerjaan. 

Aku sudah bertemu dengan orang HRD dan kini aku diminta untuk bertemu manajer perusahaan. Aku lalu mengetuk pintu dan setelah dipersilahkan masuk aku lalu memasuki ruangan manajer itu.

"Siang pak Dimas, kenalkan saya Ricky suhendar manajer perusahaan ini".

"Siang pak saya Dimas".

"Silahkan duduk pak", kata pak Ricky lalu mulai menjelaskan tentang jobdesk dan aturan perusahaan.

"Nah apa ada hal yang bapak tidak mengerti".

"Saya rasa jelas pak". Kataku.

"Oh iya satu hal lagi, bapak Dimas mungkin ditempatkan dulu dikalimantan selama setahun atau lebih, dikantor ini bapak hanya akan ditempatkan seminggu, apa bapak siap?".

"Hmm siap pak", kataku. Aku sama sekali tak menduga jika aku akan ditempatkan disana, nampaknya aku akan berjauhan dengan anak dan istriku.

"Baiklah kalo begitu mulai besok bapak sudah bisa masuk kerja, selamat bergabung", kata pak Ricky sambil menjabat tanganku. 

Aku lalu berjalan keluar menuju parkiran, akhirnya aku bisa bekerja kembali, untuk sementara kukesampingkan permintaan Andi dan indah dulu dan aku memang tak berencana mewujudkan permintaan mereka, mungkin inilah babak baru bagi kehidupan rumah tanggaku.

Pov dimas

Sudah seminggu lebih aku mulai bekerja di kantor ini, otomatis anakku dijaga oleh kakek neneknya, 2 hari yang lalu indah mengabariku jika ia telah pulang ke rumahnya dan memintaku kesana, namun aku menolak secara halus, karna aku belum siap untuk memenuhi permintaannya, aku juga bimbang karna merasa tak enak dengan istriku.
Sebagai lelaki siapa yang tak mau untuk bisa melakukan sex dengan wanita seperti indah, yang cantik rupawan, memiliki tubuh yang indah, juga suara yang halus yang kadang kuterka dan kubayangkan, bagaimana desahan indah dengan suara sehalus dan selembut itu.

Hari telah menjelang malam saat aku tiba di rumah mertuaku, selama aku tinggal di rumah ini, sinta sudah jarang sekali pulang telat. Biasanya saat berada di rumah kami ia biasa pulang sekitar pukul 9 malam, namun kini ia selalu sudah ada di rumah pukul 6 sore menyambutku saat pulang bekerja.

"Tuh papah pulang nak", kata sinta usai membukakanku pintu sambil menggendong nina.

"Eh anak papah sini sini", aku mencoba menggendong nina, namun tanganku ditepis oleh sinta.

"Udah, mandi dulu sayang, biar aku dulu yang jaga nina", kata sinta.

"Ya udah deh", kataku setelah mencium pipi sinta.
Usai mandi aku yang masih mengenakan handuk kemudian menuju kamar, pintu kamar tak tertutup rapat saat aku masuk. Kulihat sinta sedang asik bertelfonan dan tak menyadariku yang sedang berdiri dibelakangnya

"belum pak, saya belum bilang",

"Hihi pak hendra bisa aja ih, kebayang trus yah pak"

"Haha, ih bapak sana mandi dulu biar pikirannya fresh".

Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, namun nada bicara sinta sungguh manja pada bosnya itu. Aku kemudian melintas di samping sinta yang masih asik bertelfonan ria. Kuambil bajuku dari dalam lemari. Sinta yang tadinya asik mengobrol langsung mengakhiri percakapannya ketika melihatku.

"Kok dimatiin kasian atuh bosnya masih pengen ngobrol", kataku sembari memakai baju .

"Hngg udah kok mas, udah nggak ada yang di obrolin", kata sinta kikuk.

"Hooh ya sudah mandi sana", kataku datar tanpa ekspresi. Sinta hanya diam saja dan malah hanya memandangiku.

"Kamu marah yah sayang?", kata sinta. 

"Nggak kok sayang kok dibilang marah sih".

"Habisnya aku tau kalo kamu lagi marah pasti kayak gitu ekspresinya".

"Haha sinta sinta nggak kok udah sana mandi yah, mas mau ngopi dulu".

"Tungguin di depan aja mas, aku yang bikinin". 
Aku kemudian menyetujuinya saja. Sembari menunggu sinta membuatkanku kopi aku mengecek handphoneku memeriksa apakah ada pesan yang masuk. Ternyata ada beberapa pesan dari marcel.

Marcel said:
dim, lo dimana

Marcel said:
dimas woy, ada hal penting nih yang harus gue kasi tau

Aku lalu membalas saja pesan dari marcel.

Dimas said:
gue sekarang sementara tinggal di tempat mertua, soalnya udah keterima kerja cel, ada apaan?
Tak berapa lama marcel pun membalas.

Marcel said:
hoo besok malem temuin gue di rumah lo, ada sesuatu yang mau gue perlihatkan.

dimas said:
iye.

Tak kusadari sinta sudah berdiri dihadapanku sambil membawa nampan kemudian menaruh secangkir kopi. 

"Asik banget siapa sih, cewek yah", kata sinta seperti menyindirku.

"Haha nggaklah sayang mana ada cewek yang mau ngelirik suamimu ini, lagi pula udah punya istri cantik juga".

"Hihi gombal ah, kamu tuh ganteng sayang, tapi cewek cewek nggak ada yang merhatiin cuman aku aja weeee", kata sinta sambil memeletkan lidah.

"Haha awas yah" kataku sambil bersiap siap memeluk sinta. Namun ia segera berlari, didepan pintu kamar mertuaku aku berhasil menangkapnya. Akupun mengejarnya dan langsung memeluknya lalu mengendusi lehernya.

"Hihihi ih geli sayang ih, aku bau tau belum mandi",

"Eh eh lagi ngapain ini. Kekamar aja sana", kata ibu mertuaku yang keluar dari kamarnya sambil menggendong nina. Reflek aku melepas rangkulanku karna malu dilihat bermesraan dengan sinta.

"Ini mah, Dimas nakal wee, mandi dulu ah", kata sinta yang bersembunyi di balik punggung ibunya lalu lagi lagi memeletkan lidah padaku lalu menuju kamarnya.

"Bapak dimana bu?", kataku mencari ayah mertuaku.

"Biasa tuh paling di pos ronda, maen gaple", kata ibu mertuaku.

"Oo" kataku hanya mengangguk angguk saja.

Aku kemudian kembali duduk di ruang depan sambil meminum kopi sambil berselancar di dunia maya. Setelah kopiku habis akupun menuju kamar dan melihat sinta tengah duduk menselonjorkan kaki diatas tempat tidur sambil membaca novel.

"Baca apa sih serius amat",kataku saat ikut duduk disampingnya

"Ini sayang baca novel, sedih banget deh kasian ditinggal mati ama pacarnya".

"Hehe aduh itu hanya novel sayang ih, kok mewek sih".

"Nggak soalnya si cowoknya sifatnya kayak kamu banget, aku takut kamu ninggalin aku", kata sinta yang kini merangkulku", kubelai sejenak rambutnya untuk mengusir kekhawatirannya.

"Eh nina nggak tidur disini?", tanyaku pada sinta.

"Nggak dia tidur ama neneknya, kata mamah tadi biar kita bisa.. hihi", kata kata sinta terpotong karna ia langsung tertawa.

"Bisa ap.. " belum sempat aku menyelesaikan kalimatku sinta sudah langsung menaiki tubuhku dan menduduki pinggulku kemudian mencium bibirku.

"Hmmpp muachh", suara kecipakan mulut kami yang beradu.

Sambil terus berciuman ia melepas kancing piyama tidurnya, ia yang memang biasa tak memakai bra saat tidur menampilkan kedua bukit kembarnya yang masih kencang, ia lalu mengarahkan tanganku untuk meremas remasnya.

Kupilin putingnya yang berwarna coklat tua itu. Kadang kuremas dengan gemas payudaranya yang putih bersih itu. Lelah berciuman aku kemudian menghisap payudaranya yang kiri sementara tanganku asik memainkan payudara kanannya.

"Sshh oouuhh trus sayang", sinta mendesis, ia lalu melucuti sendiri piyama yang masih menutupi tubuh bagian atasnya . Puas dengan payudara kirinya aku beralih menuju payudara kanannya, menghisap, menggigit dan menyentil putingnya. Membuat sinta meremas remas rambutku.

Sinta lalu mendorongku tubuhku pelan dan melepas bajuku. Ia lalu beringsut dari pangkuanku lalu melepas celana pendekku dengan menariknya. Kini penisku terbebas dari kurungan celanaku berdiri tegak menantang. Sinta lalu sejenak turun dari tempat tidur dan melepas celana panjang piyamanya. Dengan masih memakai gstring model thong ia lalu kembali duduk disampingku lalu mencium pipiku dan menjilat leherku membuatku kegelian.

"Geli sayang", kataku

"Hihi biarin anggap aja balasan karna tadi kamu bikin aku kegelian", kata sinta yang kemudian trus beringsut turun menciumi dadaku lalu dengan nakal menjilat putingku. Tangannya asik memainkan penisku dengan meremas pelan dan mengocoknya.

Tak lama kemudian sinta segera melahap penisku, yang secara sukses masuk kedalam mulutnya karna ukuran penisku yang biasa saja. Dengan rakus ia menghisap terkadang menjilati batang penisku itu. Sinta lalu menyuruhku rebahan. Ia kemudian mengangkangi kepalaku sehingga vaginanya tepat berada di depan wajahku. Kujilat belahan pantat lalu menuju lubang vaginanya.

Dengan posisi 69 kami melakukan oral dan menyerang organ sensitif lawan kami masing masing. Gstring sinta kini sudah kusingkap kesamping sambil lidahku bermain di lubang vaginanya dan kadang mengenyoti klitorisnya yang telah membengkak, akibat perlakuanku sinta makin ganas mengoralku dan memasukan seluruh penisku hingga mentok menyentuh tenggorokannya. Membuat sinta kadang terbatuk batuk

"Mmpphh ouggjj uhuk",

"Ahh sinn enak banget", kataku memuji permainan oralnya
Sinta dengan cepat mengubah posisi. Sambil memegang penisku, ia mengangkangi selangkanganku. Ia menyingkap gstringnya. Dan secara perlahan penisku masuk mengisi rongga vaginanya.

"Uhhh ahh massukk", desah sinta yang mulai menaikturunkan badannya.
Entah kenapa ada yang sedikit berbeda kurasa saat penisku masuk ke vaginanya, entah perasaanku saja atau memang vagina sinta terasa longgar, penisku dengan leluasa keluar masuk di lubang surganya itu.

"Ahh ahh uhhh", sinta hanya mengerang keenakan. Sementara aku malah membayangkan cerita marcel, apa vagina sinta memang sudah sering dimasuki oleh penis yang besar sehingga terasa longgar begini.

Tak terasa 10 menit sinta "berolahraga" diatasku. Peluh sudah membasahi wajah dan tubuhnya menambah kesan sexy. Sinta kemudian melepaskan batang kenikmatanku dari vaginanya dan berdiri disamping tempat tidur sambil melepaskan g stringnya. Ia kemudian setengah membungkuk dan menopangkan tangannya dipinggir kasur.

"Fuck me from behind beb", kata sinta dengan nafas terengah engah.

Kusetujui saja maunya, dan mengusir perasaan negatifku. Aku mengambil posisi berdiri dibelakangnya. Sejenak kugesekkan kepala penisku di belahan pantatnya. Saat aku melihat lubang analnya, nampak lubang itu sedikit menganga tak terlalu lebar, sangat berbeda dengan dahulu. Tak menunggu lama. Kuhujamkan kontiku menusuk lubang mekinya. Membuat sinta sejenak mendongakkan kepala. Kukocok penisku dengan rpm tinggi karna kurasakan sperma yang selama beberapa hari ini tak kukeluarkan akan segera meledak.

"Uhh ouhhj trus sayang tusuk memekku", 

"Uuhh ouuhh hmmm", aku hanya mendengus saja.

Kubimbing tubuh sinta agar sedikit menegak. Selangkanganku makin menempel di pantatnya yang bulat. Kuarahkan tanganku kedepan meremasi payudaranya yang membusung. Sesekali sinta menoleh untuk berciuman denganku.

"Uhh ooohh nikmat banget memekmu sayang",

"Ahhh trus sayang jangan kasi ampun, ah bennttarr laggii dappett saaynng".

Tubuh sinta setengahnya sudah menempel di ranjang. Sementara pantatnya ia tunggingkan setinggi mungkin. Tangan sinta meremas remas tempat tidur. Tak lama kemudian sinta mengerang dan berteriak namun suaranya tertahan oleh kasur.

"Uuhjmm oohhmm ahhmmm aakkkuuu kkeelluaarr pppaakk", teriaknya.

Entah perasaanku saja atau dimemang menyebut kata "pak" 
Tak menunggu lama kuhujamkan penisku sedalam.mungkin. aku mendengus dan menggeram saat penisku begitu banyak mengeluarkan cairan putih didalam vagina sinta. Kami berdua bersamaan ambruk ke sisi tempat tidur.

Setelah napas kami kembali teratur aku dan sinta beringsut menuju ranjang, kami berdua saling merangkul. Kepalanya ia sandarkan di dadaku..sementara aku memainkan rambut hitamnya yang indah.

"Hihi puas nggak sayang", kata sinta sambil menowel pelan hidungku.

"Hehe puaslah sayang, eh tapi tadi perasaan pas kamu orgasme kok kamu teriaknya bilang pak sih", kataku. Kulihat ekspresi sinta sedikit berubah.

"Hmm anu, ah perasaan kamu aja sayang", kata sinta sambil merapatkan tubuh telanjangnya padaku. Buah dadanya menempel di perutku membuat penisku kembali bereaksi.

"Ih dedeknya bangun lagi tuh masih mau yah dimainin tante", kata sinta manja sambil mengocoknya.

"Haha udah dong jangan dimainin ntar malah makin tegang tuh",

"Hihi iya deh, eh sayang beberapa hari yang lalu marcel datang loh ke kantorku ketemu ama pak hendra".

Aku sungguh terkejut, pantas saja kemarin marcel menanyakan alamat kantor sinta, namun aku tak tau maksud dari marcel itu.

"Loh ngapain dia kesana sayang?", tanyaku penasaran

"Katanya sih mau kerja sama, soalnya perusahaan ayahnya juga bergerak dibidang yang sama dengan kantorku".

Ayah marcel memang memiliki perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi dan IT tapi setahuku perusahaan ayah marcel sudah sangat besar. Buat apa dia mengajukan kerjasama lagi.

"Nah selama beberapa hari itu bos sering banget ketemu marcel sayang, trus diajakin pergi tapi nggak tau tuh kemana".

"Hooh gitu yah". Kataku sambil menganggukan kepala.

"Eh aku kekamar mandi dulu yah sayang mau bersih bersih. Nggak enak banget nih memekku lengket ih, pejuh kamu banyak banget". Kata sinta yang kemudian beranjak dari kasur lalu memakai handuk dan ia lilitkan ketubuhnya.

Aku hanya berdiam diri dikamar setelah memakai celana pendekku. Fikiranku masih terbayang tujuan marcel menemui pak hendra. Entah apa yang ia lakukan selama beberapa hari belakangan bersama pak hendra. Tak kusadari sinta telah kembali dari kamar mandi. Ia kini mengenakan baju tidur yang tipis tanpa dalaman sama sekali dan kemudian ikut berbaring disampingku.

"Oh iya sayang kelupaan besok aku mau pergi bareng bos. Nemuin beberapa klien diluar kota bicarain masalah kerjasama perusahaan. Mungkin lusa baliknya pas malem hari. Bolehkan sayang?", kata sinta meminta ijinku.

"Ya boleh, asal jangan nakal yah disana", kataku sambil menowel hidung mancungnya.

"Hihi nggak kok, eh coba tebak 4 hari lagi hari apa hayo",

"Hah, hmm hari minggu?", kataku menjawab sekedarnya.

"Ih masa lupa sih kan 4 hari lagi hari anniversari kita sayang yang ke 3 tahun", kata sinta dengan wajah cemberut. Aku baru teringat memang sebentar lagi hari ulang tahun pernikahanku.

"Hehe maaf ya sayang, ih manyun ih hilang loh cantiknya nanti".

"Biarin kamu nggak inget sih". Kata sinta yang kemudian memunggungiku. Aku lalu memeluk tubuhnya dari belakang dan kemudian berbisik.

"Sayang, entah itu hari aniversary kita ataupun hari biasa. Rasa sayang ama cintaku nggak akan pernah hilang". Kataku sambil merapatkan tubuhku.

"Hiks hiks". Entah kenapa sinta malah terisak saat aku mengucapkan itu padanya. 

"Hei kamu kenapa, kok nangis?", tanyaku sambil mengelus elus lengannya.

"aku bahagia mas, punya suami yang penyayang kayak kamu". Kata sinta setelah membalikkan tubuhnya dan berbaring berhadapan denganku.

"Udah yuk tidur". Kataku mengajak sinta untuk tidur sambil memeluknya. Saat aku hampir terlelap, entah perasaanku saja atau memang sinta berkata maaf dengan lirih.

***​

Pagi pagi aku terbangun. Kulihat sinta sudah terbangun dan sedang mengeringkan rambutnya, nampaknya ia baru saja selesai mandi. Kulihat disampingnya ada sebuah tas besar mungkin berisi baju bajunya. Aku lalu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi dan memakai kemeja serta celana kain. aku kemudian bersiap siap menuju kantorku. Bersamaan saat aku sedang menggunakan sepatuku, mobil jemputan yang dikendarai oleh pak karto datang.

"Sayang pamit dulu yah", kata sinta setelah mencium tanganku. Usai aku mencium kening sinta, ia pun segera menuju mobil itu dan tak lama mobil itupun berlalu. Akupun segera memacu motorku menuju kantorku.

Pekerjaan hari ini cukup menumpuk, aku harus memeriksa beberapa hasil pengerjaan analisa, beberapa klien meminta cek atas sample yang ia kirimkan. Tak terasa sudah sore hari saat aku masih berkutat dengan beberapa laporan analisa. Tiba tiba saja suara handphoneku berbunyi. Ada pesan singkat dari marcel.

Marcel said:
dim jangan lupa ntar malem jam 8 gue ke rumah lo yah

Dimas said:
iye Marcel

Setelah menyelesaikan pekerjaanku. Akupun merapikan meja kerjaku dan segera keluar dari ruang kerja, setelah memanaskan motor aku kemudian memacu motorku menuju rumahku. Jalanan cukup macet akibat jam pulang kantor.

Aku baru tiba dirumahku sekitar pukul setengah 7 malam. Sembari menunggu Marcel kubersihkan rumahku yang sudah beberapa hari tak kutinggali. Entah kenapa di karpet ruang tamu banyak sekali noda seperti bekas tertumpah cairan yang telah lama mengering.
Setelah membersihkan rumah sekedarnya aku lalu mandi dan kemudian setelah itu memakai pakaian santai, kaos hitam dan celana pendek. Setelah membuat kopi aku kemudian lalu duduk diteras rumahku.

Tak berapa lama marcel pun datang bersama Dian dan Linda. Kulihat mereka sempat bercakap cakap dimobil. Entah kenapa linda seperti ingin merampas sesuatu yang digenggam marcel. Namun marcel bersikeras mempertahankan benda itu. Mereka pun lalu mendatangiku yang asik meminum kopi.

"Hai bro", sapa marcel

"Malam Dimas", sapa Dian padaku. Sementara Linda hanya tersenyum kepadaku.

"Malam, ada apa nih kok lo pengen banget ketemu gue cel, oh iya ngapain lo ke perusahaan bini gue?", tanyaku beruntun. Marcel awalnya diam saja sedangkan dian dan linda hanya saling berpandangan. Membuaku semakin bingung.

"Hmm ceritanya panjang dim, tapi gue udah punya bukti", kata marcel setelah sedikit menghela nafas.

"Bukti?, Bukti apaan?", tanyaku.

"Di flashdisk yang dipegang Marcel ada bukti perselingkuhan istrimu dim", kata Dian. 
Bagai tersambar petir aku hanya diam mematung mendengar kata katanya. Sejenak kupandangi mereka yang hanya terdiam.

"Kalian nggak becanda kan", kataku dengan nada serius. Jantungku berdegup kencang, tanganku gemetar menahan gejolak emosi yang tiba tiba datang.

"Nggak dim, Dian nggak becanda, ini gue kasiin ke elo", kata Marcel sambil menyerahkan sebuah flash disk berwarna hijau.

"Kalo kamu nggak percaya Dimas kamu boleh lihat sendiri", Dian menambahkan.

"Oke kalian tunggu di ruang tamu dan jangan sekalipun masuk ke ruang keluarga", kataku sambil beranjak dan membawa flash disk itu. Sementara mereka duduk di ruang tamu, aku menuju ruang keluarga.

Kucolokkan flashdisk itu ke tv Led ku yang memang memiliki port usb untuk flashdisk. Saat tampilan menu flashdisk itu muncul ada berbagai macam thumbnail video disana. Mataku melotot melihatnya. Sanggupkah aku memutar semua video itu dan melihat isinya.

Pov marcel

Aku kini berada di ruang tamu rumah dimas, kulihat ia begitu shock tadi saat dian mengatakan kalau flash disk yang kuberikan berisi file perselingkuhan istrinya. Video itu kudapatkan dari hasil kerjasama aku dan dian untuk mendapatkan bukti itu.
Flash disk yang berisi video video perselingkuhan sinta berhasil kudapatkan berkat kerjasamaku dengan dian. Kami mendiskusikan rencana ini selepas dimas meninggalkan kami dikafe itu tempo hari.

Kami berencana bagaimana kami bisa lebih dekat dengan pak hendra dan mengambil rekaman video yang ada di handycam yang kami lihat tempo hari saat kami berkunjung ke rumah dimas. Aku kemudian memutuskan untuk berpura pura mengajak pak hendra bekerja sama. Dengan nama perusahaan besar milik ayahku, pasti tak ada yang bakal menolak. Sementara dian menawarkan diri untuk bisa mendapatkan rekaman video itu, kami hanya memerlukan satu video untuk membuktikan perselingkuhan sinta, namun ternyata yang didapatkan dian lebih dari itu.

Selama beberapa hari yang lalu aku sering menemui pak hendra dengan kedok ingin membangun kerja sama antara perusahaan ayahku dan pak hendra. Namun saat pak hendra menanyakan progres persetujuannya aku mengatakan kalo masih harus di periksa oleh ayahku.
Selama itu pula aku terkadang meminta pak hendra menemaniku untuk berkaraoke ria di tempat kerja linda pacarku dan juga dian. Dianlah yang kemudian akan menemani pak hendra sesuai yang pernah ia katakan untuk menawarkan diri menggoda pak hendra. Tujuannya agar kita bisa mengorek dan mendapatkan ramuan itu.

Sampailah pada 2 hari yang lalu saat dian bilang akan menggoda pak hendra agar ia tergiur untuk mencicipi tubuhnya demi bisa mendapatkan bukti perselingkuhan sinta. Secara logika memang masuk akal. Mana ada lelaki yang bisa menahan nafsu saat melihat wanita se sexy dian dalam keadaan setengah mabuk dan digoda seperti itu.

Di ruang karaoke pak hendra dan Dian asik berciuman. Saat mereka sedang asik bercumbu, aku menukar minuman pak hendra yang rendah alkohol dengan minuman yang kadar alkoholnya lebih tinggi agar pak hendra mabuk.

Aku sengaja memesan ruangan vip pada bos linda agar kami lebih leluasa menjalankan rencana kami. Pak hendra yang nampak terengah engah meladeni ciuman dian menyambar minuman itu dan meminumnuya, setelah itu kembali mencumbui dian ia beberapa kali menenggak minuman itu wajah pak hendra semakin memerah akibat pengaruh dari alkohol.

"Eh pak sekertaris bapak cantik juga yah", kataku memulai aksiku.

"Hummp hosh, kenapa cel kamu mau, kalo mau boleh cicipin badannya dia perekku di kantor", kata hendra lalu melanjutkan berciuman .

"Wah mantap pak, bodinya nafsuin banget, boleh kapan kapan ane cobain pak, tapi penasaran gimana badannya yah",

"Hahah kamu mau lihat badannya, beuh pokoknya montok muaachh nggak kalah ama perempuan ini", kata hendra sambil sesekali mencium dian dan meremas pantat dian yang duduk dipangkuannya.
"Bentar yah bapak yang ganteng", kata dian pada hendra yang bersandar lemas pada sofa, dian kemudian membisikanku sesuatu.

"Apa kamu yakin?" Tanyaku pada dian. Ia hanya menganguk saja.
Dian lalu kembali meraih tubuh hendra dengan menarik dasinya dan mencumbui bibir hendra. Linda menarik narik kaos lalu bertanya apa yang dibisikan dian padaku. Setelah kuberi tahu, linda nampak kaget.

"Gimana kalo kita tukaran pak, saya nyicipin badan sekertaris bapak, dan bapak bisa puas nikmatin badan cewek yang bapak pangku", kataku

"Mmuacchh, boleh boleh asal kerjasama kita secepatnya rampung yah, saya juga penasaran ama memek cewek ini".

"Hahaha oke lah pak nanti saya minta ijinkan si cewek ini ke bosnya, saya kenal pemilik tempat ini biar dia bisa nemenin bapak ampe besok malam, asal saya bisa ngentotin sekertaris bapak", kataku dalam hatiku aku merasa bersalah pada dimas berkata seperti itu pada istri dimas.
Dian kemudian membisikan sesuatu pada hendra. Lalu pak hendra tertawa terbahak bahak. Dian pun bangkit dari pangkuan pak hendra.

"Kalo begitu saya bawa temen kamu dulu yah", kata hendra.

"Aku minta ijin dulu yah say, ayo cel katanya mau diminta ijinin",kata dian sambil menarikku keluar ruangan.

Aku dan dian lalu menemui bossnya, seorang wanita berumur 45an. Awalnya ia menolak, namun setelah diyakinkan oleh dian, bossnya pun mengijinkan. Entah kenapa dian begitu semangat membantu rencanaku sampai rela mau disetubuhi oleh laki laki itu, padahal setahuku dian pun pilih pilih jika ada yang mau mendapatkan servisnya.
Saat kami kembali kulihat pak hendra tengah berbicara dengan pacarku linda sambil mengelus elus paha pacarku, memang bajingan tua bangka ini. Linda nampak risih dengan perlakuan pak hendra. Ingin rasanya kupukul wajahnya namun bisa gagal rencanaku.

"Ayo pak, katanya udah nggak sabar", kata dian menarik pak hendra yang nampak kelimpungan berdiri.

Kamipun meninggalkan ruangan itu dan segera menuju parkiran. Linda masuk duluan ke mobil dan duduk di kursi penumpang depan. Sementara pak hendra duduk di kursi belakang. Sebelum aku masuk kemobil dian berkata padaku.

"Tinggalin aja kami kalau dia ajakin ke hotel aku bakalan ngorek info dari dia, mudah mudahan di hapenya ada foto atau video perselingkuhannya sinta. Nanti aku bakalan periksa. N bakalan kasih ke kamu".

Setelah memanaskan mobil sejenak,akupun mengarahkan mobilku keluar dari karaokean itu. Dibelakang dian dan pak hendra berbincang sambil tertawa tawa. Sesekali mereka berciuman lalu berbincang lagi.

"Mau ke hotel mana kita pak", tanyaku

"Hotel? Nggak usah ke rumahku saja", kata hendra.

"Wah emang rumahnya sepi yah pak", tanyaku

"Si gembrot ada kok di rumah", kata pak hendra. Aku sama sekali tak tau siapa yang dimaksud pak hendra. Ia pun memberitahu alamat rumahnya. Dan kamipun sampai disebuah rumah yang cukup megah. Pak hendra pun mengajak dian turun dari mobil saat kami sampai didepan gerbang rumahnya. Setelah mereka masuk, akupun pergi meninggalkan dian bersama bajingan itu. Semoga saja dian bisa mendapatkan bukti.

"Aduh aku khawatir deh ama dian sayang", kata linda.

"Sudah, dian baik baik saja, semoga rencana kita berhasil".
Tak terasa mobilku pun menjauhi rumah itu. Dalam hatiku hanya berdoa semoga dian berhasil. Esoknya saat malam hari dian menghubungiku dan bilang telah mendapatkan video itu. Aku tentu begitu senang dan langsung mengabarkan dimas. Dan kini sampailah aku dirumah ini.

♤♤♤​

pov Dian


Entah apakah dimas kuat menonton video video yang ada didalam flashdisk itu. Aku pun tak percaya saat melihat sekilas video video itu saat aku mengambilnya di rumah hendra. Begitu kudapatkan video itu, aku lalu menghubungi Marcel. Aku teringat kembali saat aku berada di rumah hendra.

"Sialan" kataku dalam hati saat hendra meremas remas pantatku saat kami berjalan memasuki rumahnya. Didepan pintu rumahnya ada seorang pria yang berbadan tinggi besar nampak berjaga jaga. Dalam hatiku aku berfikir buat apa ada seorang penjaga disana sementara hendra sendiri telah memiliki satpam yang kami sapa tadi.

"Si gembrot aman kan", kata hendra pada lelaki itu.

"Aman bos", kata lelaki itu.

"Ayok sayang kita masuk", kata hendra sambil tersenyum membuatku jijik dalam hati.
Sesampainya kami didalam kulihat seorang wanita mungkin seumuranku atau lebih tua kira kira 27 tahunan bertubuh gemuk dan wajahnya biasa saja sedang duduk di ruang tamu. Saat kami datang ia berjalan menuju ke arah kami dan ingin membawakan koper pak hendra. Kufikir orang ini adalah pembantu hendra.

"Udah pulang mas, wanita ini temennya mas yah, kok nggak dianterin ama sekertaris kayak biasanya mas?". Tanya wanita itu bertubi tubi.

"Ah berisik lo sana minggir gue pengen kekamar bareng cewek ini", kata hendra sambil mendorong keras wanita itu hingga ia jatuh terjengkak. Ingin rasanya aku menampar wajah hendra karna berbuat seperti itu pada wanita.

Kami pun menaiki tangga menuju sebuah kamar, didalam kamar yang cukup luas itu kulihat disudut ada sebuah meja yang diatasnya terdapat sebuah laptop dan juga handicam yang pernah kulihat dipakai merekam aksi sinta tempo hari.

"Ayo sayang aku sudah tidak sabar ngentotin kamu kata hendra sembari membuka semua pakaiannya kecuali celana dalamnya",

"Sebelum main aku nanya dong sayang wanita tadi siapa sih, pembantu yah?", tanyaku

"Haha emang mukanya kayak pembantu sih, dia istriku saya hanya nikahin dia demi semua fasilitas ini". Benar benar bajingan laki laki yang dihadapanku ini. Ingin rasanya kutusuk saja perut buncitnya memakai pisau.

"Sayang putar musik dong atau apa gitu biar lebih hot", pintaku. Tujuanku sebenarnya agar si hendra menyalakan laptopnya. Bisa saja video yang ada di handicam dipindahkan kesana karna kulihat laptop itu terhubung oleh handicam melalui kabel usb. Laptop itu juga tersambung dengan sebuah mini speaker.

Hendrapun menyalakan laptopnya, setelah memasukan kata sandi. Ia mulai memutar musik yang biasa ada di klub malam, ia lalu duduk diranjang menghadapku. Secara erotis aku berjoget didepan lelaki bejat ini, aku harus memuaskannya, membuatnya kelelahan lalu aku akan mengambil video yang ada di laptop itu.

Satu persatu penutup luar tubuhku sudah berserakan dilantai, menyisakan bra yang tak mampu membendung besarnya payudaraku yang berukuran 32c , juga sebuah g string yang menutupi memekku. Kulihat hendra begitu nanar melihat tubuhku.

"Kamu sexy sekali sayang", kata hendra sambil mengocok penisnya, kontolnya sudah mengacung tegak. Entah berapa ukuran kontolnya yang jelas cukup besar sekitar 18 juga dan juga cukup gemuk.

Aku harus cepat, efek minuman alkohol tadi pasti menurunkan stamina tua bangka ini. Segera saja aku bersimpuh menarik celana dalamnya dan langsung mengulum kontolnya. Kumainkan lidahku di kepala kontolnya, kuisap dan kujilati batang berurat itu. Namun apa ini kontolnya semakin keras dan "croot" langsung mengeluarkan banyak sekali peju.

"Ugggh maaf keluar duluan", kata hendra. Aku tertawa dalam hati kontinya saja yang besar namun cepat sekali keluarnya.

"Ihh kok keluar sih pak kan memekku belum ditoblos sama kontol gedenya bapak", kataku pura pura merajuk.

"Maaf sayang, sebentar aku minum obat dulu", kata hendra namun segera kutahan, kuhempaskan tubuhnya ke ranjang. Kulucuti gstringku tanpa membuka braku. Segera kukangkangi tubuhnya. Dan secara cepat kontolnya yang setengah tegang kupaksa masuk ke memekku setelah kuoleskan sedikit ludah pada kontolnya dan mekiku.

"Uhh udah bia ah biarin aja", kataku dengan nafas terengah, aku harus cepat membuat bajingan ini tepar.

Secara liar aku menaik turunkan tubuhku diatasnya. Memekku yang awalnya sedikit kering kini mulai membasah. Harus kuakui kontol besarnya mengisi penuh liang vaginaku. Kumainkan otot otot vaginaku meremas remas kontolnya membuatnya meringis. Konti lelaki ini makin mengeras dalam memekku
"Ahh sshh uugghh enak banget kontolnya pak", kataku dengan suara manja dan mendesah

"Ahh pelan pelan bisa keluar lagi nanti ohh uhhh", erangnya.

"Hihi masa sih pak hmm oucvhh" kataku sambil menggilas kontolnya dengan memekku, naik turun maju mundur gerakanku mengerjai penisnya.

"Ahh mau keluar sayangg ahhhh ", teriaknya dengan cepat aku berpindah dan mengocok lalu mengulum penisnya. Ia berejakulasi lagi didalam mulutku. Dengan terpaksa aku menelan pejuhnya yang sangat tidak enak rasanya. Aku lalu mengambil posisi menungging disampingnya, sambil menoleh padanya.

"Masih kuatkan pak ayo dong aku belum keluar nih",

"Hosh hosh capek neng, katanya dengan suara lirih dan kemudian langsung saja tertidur. Aku kembali tertawa dalam hatiku. Stamina keok,ejakulasi dini lagi, mau maunya sinta ditiduri oleh laki laki macam ini. Aku lalu menuju ke kamar mandi yang ada dikamar itu untuk bersih bersih. Lalu kupakai lagi pakaiannku.

Pak hendra begitu kelelahan akibat efek permainanku juga efek minuman beralkohol tadi ia langsung saja tertidur pulas diatas kasurnya. Aku lalu menuju ke depan meja dan mengutak atik handicam itu mencari video dan ternyata kosong. Aku lalu mencoba mencari video itu dilaptop dan memeriksa recent folder yang ada disana. Terdapat sebuah folder berjudul qtwtrrsaud begitu banyak sub folder didalamnya hingga kemudian kutemukan begitu banyak video didalam sana. Ada yang berdurasi beberapa menit ada juga yang sampai setengah jam.

Aku begitu tercengang, ternyata banyak sekali video sinta dan hendra didalamnya. Kupindahkan beberapa video saja kedalam handphoneku yang penting aku memiliki bukti. Aku lalu mencari cari kabel usb untuk memindahkan video video itu kedalam hapeku. Saat aku memeriksa laci aku menemukan begitu banyak obatan disana. Ada obat penambah stamina ada juga obat kuat.

Setelah mencari dilaci laci yang ada disana aku menemukan kabel usb dan lalu memindahkan video video tadi kehapeku. setelah selesai kupindahkan video video itu kusimpan kembali hapeku dan bermaksud turun kelantai satu, namun saat aku membuka pintu aku begitu terkejut wanita yang didorong tadi oleh hendra sedang berdiri didepan pintu.

"Eh mau kemana mbak, udah selesai?", tanyanya. Sungguh aku dibuat bingung oleh pertanyaannya bagaimana mungkin dia berkata seperti itu pada wanita yang tidur bersama suaminya.

"Nggak mbak aku mau nyari minum, hngg kalo boleh tau kok mbak nggak marah diperlakuin seperti tadi?", tanyaku.

"Ceritanya panjang mbak, saya cuma bisa bersabar, dan berdoa", kata wanita itu sambil memaksakan tersenyum dengan mata sembab, aku begitu iba melihatnya. Aku pun mengajaknya turun ke lantai 1. Ia pun mempersilahkanku duduk disofa lalu mengambilkanku minum kemudian ia duduk disampingku.

Aku lalu mengajaknya bercerita, aku kemudian memaksanya menceritakan kenapa dia begitu bersabar menghadapi hendra. Ia lalu menceritakan bahwa ia sebenarnya tak tahan. Beberapa kali ia mencoba bunuh diri namun ia selalu teringat akan keluarganya yang berada dikota lain. Ia sebenarnya adalah pemilik perusahaan hendra, ia bertemu hendra saat hendra masih menjadi karyawan disana. Awalnya ia bingung saat hendra menyatakan cinta padanya karna dia sadar dia bukan wanita yang cantik, namun karena kegigihan hendra akhirnya ia menerima hendra yang ekonominya biasa saja untuk menjadi suaminya. Namun semua berubah saat hendra sudah menjadi manajer di perusahaannya, segala kekayaannya hendra lah yang menikmati. Ia yang sudah berhenti bekerja sama sekali tak pernah diberikan uang oleh hendra. Semua komunikasinya terputus dengan orang tuanya, handphonenya pun ternyata dipegang oleh pria yang tadi aku lihat saat aku masuk ke rumah. Pria itu bertugas mengawasi wanita ini jika ingin kabur, juga ia mengawasi percakapannya dengan orang tuanya saat ia ditelfon ataupun menelfon. Sungguh kasihan sekali. Ia ingin bercerai namun tak memiliki bukti atau apapun itu.

Begitu ia selesai menangis aku pun memberitahu maksud dan tujuanku kemari. Ia mengiyakan jika memang sinta dan hendra telah menjalin hubungan, bahkan dari mulai 3 tahun yang lalu. Namun Ia tak tahu kalo hendra memiliki banyak rekam, kasihan sekali dimas selama itu dia dibohongi oleh istrinya sendiri, sinta mengingatkanku kembali dengan diriku yang dulu, sampai kemudian sebuah peristiwa menimpaku dan aku sangat menyesal karenanya.

Aku lalu mengatakan untuk bersabar dan akan meminta marcel untuk membantunya. Jika hendra bercerai dengan wanita ini otomatis ia akan kembali jatuh miskin dan wanita ini akan terbebas dari jerat si hendra bajingan, begitupun sinta.
Malam itu kuhabiskan waktuku menemani wanita ini. Hingga subuh menjelang dan tidur di kamar bersamanya. Esok paginya saat si hendra bajingan sudah terbangun dari tidurnya aku kembali harus melayaninya. Ia begitu kuat kali ini karna beragam macam obat yang ia konsumsi tadi. Entah berapa kali aku orgasme, namun walaupun memang nikmat namun aku sama sekali tak merasa nyaman. Begitu malam hari menjelang aku meminta izin untuk pulang, lalu menemui marcel dan lalu ia memindahkan video video itu kedalam sebuah flash disk.
Dan kini akupun sudah merasa lega, semoga saja dimas bisa kuat melihat bukti bukti perselingkuhan artinya. Aku harus bisa menenangkannya kalaupun ia mengamuk. Aku tak mau dimas mengakhiri hidupnya atau berbuat hal lainnya seperti dia. Orang yang kusayangi dulu.

♤♤♤​

Pov Dimas



Kupilih salah satu video karna aku melihat latar belakang di video itu cukup familiar dan ternyata itu adalah dapurku. Nampaknya hendra menaruh handicam itu diatas meja dan menyorot kulkasku entah istriku ada dimana. Hanya ada hendra nampak memakan begitu banyak obat lalu kemudian kamera itu mati saat pintu kamar mandiku seperti ingin dibuka dari dalam.
Kupilih kembali video berlatar sama dan kini durasinya cukup lama sekitar 10 menitan. Astaga apa yang dilakukan istriku. Ia tengah mengocok penis lelaki itu dengan payudara besarnya.

"Ih bapak nggak muncrat muncrat deh, udah 10 menit juga mana sambil direkamin lagi bapak kebiasaan deh", kata sinta manja.

"Heheh ini bentar lagi sayang uhh toketmu kenyal banget",

"Uhhh keluarin cepet pak entar suamiku datang lagi",

"Haha sabar, ada si karto didepan, jangan lupa rencana kita, kan kamu mau ngerasain sensasi main disamping suamimu kan",

"Ah itu mah maunya bapak aja suka ngajarin sinta aneh aneh pake kontol bapak yang gede ini", kata sinta manja sambil sesekali menunduk menjilati penis lelaki yang dari suaranya memang hendralah dia.

Tanganku mulai terkepal saat ia begitu banyak memunratkan sperma ke daerah dada dan juga ke leher istriku. Ia pun melarang istriku mengelapnya dan malah menyuruhnya meratakan sperma itu kedadanya lalu berkata agar aku bisa mencium aroma spermanya.. Istriku lalu mengambil baju yang sama persis dipakai saat hendra dan karto berkunjung tempo dulu. Pantas saja aku merasa mencium bau anyir sperma di leher istriku.

Apa sebenarnya salahku, kenapa sinta berbuat seperti itu. Hatiku begitu sakit. Keringat dingin mulai mengalir di dahiku.

Kuputar video lain yang nampak berlatar belakang kamarku. Astaga ini kan saat aku merasa sedang bermimpi dan mendengar suara sinta. Ternyata karto dan hendra begitu asik mengerjai sinta yang duduk disampingku yang tertidur. Semua kejadian yang kudengar ternyata memang kenyataan. Tanganku semakin bergetar akibat menahan emosiku yang mulai meluap. Penisku hanya sedikit bereaksi akibat permainan mereka namun nafsuku tertutupi oleh emosiku yang meluap luap.

Kuputar lagi video lain yang nampaknya lanjutan dari video tadi. Kepalaku sudah begitu pening akibat menahan amarah yang sangat dalam. Apa ini. Sinta mengangkangi tubuhku tangannya berada diantara kedua kepalaku. Lututnya berada diantara kedua pahaku divideo itu. Hendra sialan, kemudian menusukkan penisnya yang lumayan besar melebihi ukuran penisku kedalam vagina sinta.

"Ouugghh uhh", erang sinta.

"Ahhh meki kamu nikmat banget sinta sayang, karto arahin yang benar yah, ntar lo boleh gantiin gue", kata hendra sambil menghadap kamera.

"Uhh tusuk pak kencangin dikit kontol gedenya uhhh", erang sinta

"Hahaha dasar udah ketagihan kontol besar kamu, kontol suamimu kecil yah",kata hendra sambil mengayun ayunkan pinggulnya, selangkangannya menghantam hantam pantat istriku yang padat.

"Ouuhh uhh aduh memekku, enak banget pak ahh ahh sshh", kata sinta. Keringat sinta sudah membanjiri tubuhnya. Kamera nampak mendekat kearah mereka. Dapat kulihat keringat sinta bercucuran menetesi wajahku.

"Ahh ahh memekmu nikmat bener sayang, kontolku nikmat didalamnya",

"Ahh ahh gesek trus bosku sayang uhhh",

"Ayo bilang sama suamimu kamu lebih senang aku entoti dari pada dientoti suamimu".

"Uhh saayang ahh lihhaatn nihhh akkuuhh diiennttootyi bossku ooohhh nikmat banget loh sayang ahhh uhh", kata sinta menundukkan kepalanya berbicara denganku.

"Hahah obatnya berhasil, istrinya aja dientotin tapi ampe nggak berasa ama dia, malah tidur pules, obat dari temenmu mantap karto", kata hendra tertawa tawa sambil mengencangkan pompaan kontinya.

"Uhh pakk ahh pak mau keluar ahhh",

"Ayo minta ijin sama suamimu cepetan",

"Ahh sayangg uhhb aku mau muncratt nih uhhh ahh gara gara pak hendra ahhh oohh sayang ahh keluuaarrr ohhh pakk ennnakkk", sinta berkolojotan diatas tubuhku dan hampir saja menimpaku yang sedang tertidur disana namun dengan cepat hendra menahan tubuh istriku.

Sambil tetap mendekap sinta ia kembali menggesekan penisnya didalam vagina istriku. Tubuh mereka seakan menyatu seperti sepasang kekasih. Aku begitu jijik melihat ekspresi kenikmatan mereka. Tangan hendra meremas remas payudara istriku.

"Ahh iya pak remes susuku ahh"

"Haha toketmu ini yang selalu buatku tak tahan oohh uhh"

"Ah masa toketku aja pak ohh memekku juga kan ah kencengin lagi pak uhh ohh"

"Ah memekmu juga nikmat sayang ahh mau keluar sayang memekmu kupejuhin yah".

"Ohh pejuhin pak pejuhin memek sinta, buahin sinta didepan suami sinta ohhh".

Tak lama kulihat mengejan dan menghantamkan selangkangannya ke pantat bulat istriku.

"Ahhh makan pejuhku lonte", erangnya.

Aku tak sanggup lagi menonton video itu. Aku lalu melihat kembali thumbnail video video itu. Begitu banyak. Apa ini, di tanggalnya kulihat kejadian 3 tahun yang lalu. Astaga saat kuputar video itu aku begitu tercengang istriku yang tengah hamil sedang dikerjai oleh 3 orang dan sepertinya mereka teman teman kantor istriku.
Entah siapa yang berada di bawah tubuhnya memompakan penisnya didalam vagina istriku. Sinta begitu asik naik turun sambil mengocok penis dan mulutnya tengah mengulum penis lain.

"Hahha suamimu lagi nyari kerja diluar kota kamu malah makan kontol disini dasar udah ketagihan kontol kamu", suara hendra terdengar dari video. Nampaknya hendra yang asik merekam video itu.

Sialan kamu sinta benar benar wanita sialan, kutukku dalam hati.

"Ahh ahh pak mau keluar pakk ahh".

"Iya ini bentar lagi bu kata lelaki itu.",

"Lo harus keluarin dalam memeknya ye karto kasi makan anaknya si dimas pejuhmu", suara hendra terdengar

'Ahh ahhb tumpahin pak tumpahin dalam rahim ku ohhhh keluar pakkk ahh", sinta berkelojotan bersamaan dengan itu lelaki tadi mengeluarkan pejuhnya dalam tubuh istriku.
Tak menunggu lama mereka berganti gantian menusuk vagina sinta dengan kontol kontol mereka membuat sinta berapa kali mendapatkan orgasme.

Kini sinta menungging, vaginanya dikerjai dari belakang, mulutnya mengulum penis karto sementara seorang lagi yang tak kukenal dikocok penisnya. Saat selesai membersihkan penis karto. Mulutnya kini sibuk mengulum penis besar milik pria yang dikocok penisnya tadi. Tangan pria itu meremas remas payudara sinta yang membengkak.

"Ahh enak banget bu mau keluar memeknya ohh"

"Keluarin aja pak keluarin di memekku mmpphh"

"Oohh bu sinta ahhh", erang pria itu dan mengejan diikuti oleh pria yang diservis penisnya oleh mulut sinta..kedua lubang tubuh sinta terisi oleh sperma mereka. Terakhir hendra lah yang menikmati vagina istriku sambil memegang kamera. Dan saat ingin berejakulasi ia bersimpuh didekat wajah sinta dan menyorot wajahnya.

"Ayo bilang kamu mau pejuhku, kamu suka kontolku".

"Keluarin pejuhnya pak aku suka pejuhnya aku suka kontolnya.
Bersamaan dengan itu ia memuncrat kan spermanya. Kulihat sinta malah tersenyum saja dan memasang wajah bergairah kemarahanku sudah memuncak. Aku berteriak.

"BBBBBAAANNNGGGSSSSAATTTTTTT", Prankklk suara pecahan kaca akibat meja kaca yang kupukul dengan kedua tanganku ikut menggema setelah aku berteriak. Aku benar benar benci dengan sinta. Ingin kubunuh rasanya hendra. Kulempar remot yang kupegang menerpa rak tv.

"Hei dim, sabar dim sabar", kata "Marcel menenangkanku namun aku tetap memberontak hingga ia terjatuh. Tiba tiba saja seseorang memelukku dari belakang, dianlah ternyata yang memelukku. Aku memang emosi namun aku tak ingin menyakiti dian. Rasa perih ditanganku yang berdarah tak sesakit rasa sakit hatiku.

"Tenangin diri kamu dulu", suara lembut dian terdengar dibalik punggungku. Perlahan lahan kuatur nafasku yang memburu. Linda yang berdiri dihadapanku terlihat gemetaran karna takut padaku.



"Astaga", terdengar suara indah, aku menoleh pada asal suara itu. Ia memandangi video yang terpause yang menampilkan wajah sinta yang berlumuran sperma sambil menghisap penis hendra. Dibelakangnya ada andi yang berdiri ikut melihat kedalam layar tv. Marcel sigap mematikannya menekan tombol switch off pada tv.

"Lebih baik kalian tinggalin saya sendiri", aku berkata dengan suara tercekat menahan amarah.

"Nggak mau, aku bakalan nemenin kamu, kata Dian, indah sendiri berbicara dengan Andi, kulihat andi mengangguk lalu kemudian keluar rumah.

"Kalo emang gitu mau lo dim, baiklah gue pulang, tapi gue mohon jangan bertindak bodoh ye, gue tau lo suka bertindak sembrono kalo lo lagi emosi tahan emosimu", kata marcel dan mengajak linda pulang.

"Pulanglah dian, biarin aku sendiri. Kamu juga indah", kataku pada dian dan indah.

"Aku udah minta izin kok mas, biarin aku disini ngerawat lukamu".

"Aku juga". Kata dian setelah melepaskan pelukannya.

Mereka menuntunku duduk disofa. Indah lalu mengambil perban dan obat merah, mengobati luka ditangan kiriku, sedangkan dian di tangan kananku. Perhatian mereka berangsur angsur membuat emosiku sedikit demi sedikit menghilang.
Setelah mereka selesai merawat lukaku. Indah menuju kedapur rumahku mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca yang ada disana dan dibantu oleh dian. Setelah itu indah pamit kepadaku untuk menuju kerumahnya sebentar saja dan akan kembali. Dian menemaniku sambil mengelus elus lenganku. Ia merangkulkan tangannya di pinggangku.

"Aku nggak percaya dian, sinta bisa berbuat seperti ini, apa salahku", kataku.

"Semua ada penjelasannya kok, pasti itu, sekarang kembali kekamu, apa keputusanmu",

"Aku nggak tahu dian. Mungkin aku akan menceraikannya, aku sama sekali tak akan mentolir ini,
3 tahun aku dibohongi, 3 tahun dian". Kataku entah kenapa sekarang rasanya ingin menangis namun tetap kutahan.

"Pikirin baik baik say yah", kata dian. Dian bercerita tentang bagaimana ia mendapatkan video itu, apa yang menimpa istri hendra juga ia ceritakan, benar benar bajingan orang itu. Seandainya dia ada dihadapanku, ingin kupisahkan dan kupotong potong tubuhnya.

Tak lama kemudian indah datang membawa sebuah rantang yang ternyata berisi makanan. Ia membawanya masuk kedapur. Indah lalu memanggil kami untuk makan. Sebenarnya aku yang belum makan sejak tadi begitu lapar namun aku sama sekali tak bernafsu untuk makan akibat video video yang masih terbayang dan rasa sakit hati. Namun dian dan indah memaksaku makan. Mereka padahal baru bertemu namun mereka begitu kompak bergantian menyuapiku. Setelah selesai makan. Mereka menyuruhku tidur. Bagaimana mungkin aku tidur sementara bayangan video perselingkuhan sinta masih terbayang jelas.

"Biarin aku ngerokok dulu", kataku sambil menyalakan rokok. Sementara mereka didapur mungkin membersihkan piring bekas makan kami. Setelah beberapa batang rokokku habis. Mereka kembali keluar dan menyuruhku untuk menuju kamar. Indah dan dian lalu mengikuti masuk kekamar tidurku.

"Kalian bisa tidur disebelah ngapain masuk, plis yah tinggalin dulu aku sendiri".

"Oke deh", kata dian yang mencabut kunci pintu kamarku dari dalam lalu iapun keluar dari kamarku namun dian malah mengunci pintu itu dari luar sehingga kini aku ditinggal berdua bersama indah.

"Dian hei biarin indah keluar", teriakku dari kamar.

"Nggak apa bang, aku dan kak dian memang berencana seperti ini bang", kata indah.

"Maksudmu indah?", tanyaku

"Hamili aku sekarang bang", kata kata indah membuatku terkejut.

"Aku nggak mood indah, aku masih mikirin perselingkuhan sinta, aku masih sakit hati".

"Justru itu bang, balas perbuatan sinta. Hamili aku sekarang, jika dia bisa selingkuh abang juga bisa", kata indah.

Aku hanya terdiam. Haruska aku membalas perbuatan sinta. Aku berpikir cukup lama, sampai suara indah terdengar lagi.

"Ini ideku bang, jangan ragu, hamili aku, sekarang masa suburku, malam ini hanya kita berdua".

"Baiklah". Hanya kata kata itu yang kuucapkan. Jika kamu bisa sinta. Akupun bisa.

pov Dimas

Dihadapanku kini seorang wanita berjilbab memakai baju lengan panjang berwarna biru dan juga celana kain panjang berwarna hitam, berkacamata tengah memandangiku penuh harap untuk menjamah tubuhnya. Aku tak pernah menyangka akan mengalami hal ini terlebih lagi bersama Indah. Aku pun berjalan mendekatinya, meraih tangannya dan menggenggamnya. Ada sedikit rasa perih yang kurasakan di telapak tanganku akibat luka kecil goresan pecahan meja kaca yang kupukul tadi.

Akupun sedikit membungkuk mencium keningnya beberapa kali. Kemudian pindah ke pipi kiri dan pipi kanannya. Terakhir akupun mencium bibirnya yang agak tebal dibagian bawah namun semakin menambah kesan sensual pada bibirnya. Awalnya hanya kecupan kecupan kecil, lalu berubah menjadi saling menghisap bibir dan lidah. Genggaman tanganku ia lepaskan dan ia merangkul punggungku sementara tanganku menelusup disela sela tangannya dan merangkul pinggangnya.

"Hmmp muach", suara kecipak bibir kami menghiasi kamar ini. Kamar yang biasanya kupakai untuk bercinta dengan sinta namun kini aku memakainya untuk bercumbu dengan wanita lain. Namun kini aku anggap sebagai pembalasan untuk sinta karna memakai kamar ini untuk bersetubuh dengan pria lain sementara aku tidur disampingnya seperti yang ada didalam video tadi.

Cukup lama aku dan indah berciuman, nafas kami berdua kian memburu akibat nafsu yang sudah mulai merangkak naik. Aku kemudian membopong indah ketempat tidur dengan mengangkat tubuhnya menyamping. Ia awalnya kaget dan reflek merangkulkan lengannya di leherku. Kuturunkan tubuh mungilnya ditempat tidur dan mulai mencumbuinya lagi. Kini kami saling bersisian diatas tempat tidur dan saling berciuman dengan mesra.

Entah kenapa aku merasakan perbedaan kali ini saat mencumbu indah, ada perasaan sayang yang lebih kuat muncul dihatiku dibandingkan saat aku sedang bercumbu dengan sinta. Tanganku kini bergerak mengelus perutnya naik ke arah dadanya yang masih tertutupi baju. Kusingkap baju itu hingga ke dadanya menampilkan perut rata indah. Kulitnya benar benar putih dan halus. Kuelus perutnya hingga ia menggelinjang kegelian. Tanganku makin bergerak naik menuju buah dadanya yang masih tertutupi bra berenda berwarna pink.

"Sebentar mas", kata Indah tiba tiba. Ia bangkit dengan posisi duduk melepaskan jilbabnya, sehingga kini rambut panjangnya terurai. Ia pun melepaskan kaca matanya dan menaruhnya di meja kecil. Lalu ia membuka baju itu dan menyampirkannya pada dipan tempat tidur, menyisakan bra saja yang masih menutupi bongkahan sepasang payudaranya yang menyembul dibaliknya.

"Maaf yah mas, punyaku kecil, tak sebesar punya istri mas", kata indah dengan malu malu.

"Buat apa besar Indah, jika payudaranya dinikmati pula oleh lelaki yang bukan suaminya"

Indah kemudian membuka pengait branya. Terpampanglah payudara yang cukup proporsional tak terlalu besar namun tak juga kecil, membulat menggantung sempurna di dadanya. Puting dan areolanya pun kecil dan berwarna pink kecoklatan, ternyata Indah bukan namanya saja namun tubuhnya pun indah.

Aku dengan perlahan menyentuh buah dadanya, telapak tanganku pas melingkupi seluruh bagian payudaranya. Dengan posisi duduk kami kembali berciuman. Tangankupun tak tinggal diam, ikut meremas payudaranya sambil jemariku memainkan putingnya yang makin mengeras dan menegang.

Aku membaringkan tubuh indah, menciumi lehernya yang putih mulus dan jenjang itu. Tanganku masih asyik meremas payudara kanannya dengan tangan kiriku. Aku lalu menggeser tubuhku kebawah, kini sepasang payudara indah begitu dekat diwajahku. Kujilat bagian pinggir payudara terus hingga menuju keputingnya.

"Aaahhh", indah mendesah, suara desahannya makin menambah gairahku.
Puting payudaranya kumainkan dengan lidahku. Aku lalu berpindah dari payudara kiri sinta menuju payudara kanannya. Tangan sinta menjambak rambutku mengekspresikan kenikmatan yang ia rasakan. Ia menekan kepalaku ke arah dadanya sehingga kadang aku kesulitan bernapas.

Sejenak aku menjauhkan kepalaku dari dadanya. Memandangi wajahnya yang kini memerah sambil tanganku asik meremasi kedua payudaranya. Aku lalu mencoba membuka celana kain yang dikenakan indah. Ia mengangkat sedikit pantatnya memudahkanku melolosi celananya. Indah ternyata memakai celana dalam bermotif kembang. Kuelusi vaginannya yang masih terbungkus itu. Terasa lembab dibagian tengahnya. Perlahan kusingkap bagian tengah celana dalamnya menampilkan vagina yang berwarna pink, tubuh Indah betul betul sempurna. Saat pertama kali lidahku menyentuh bagian bibir vaginanya, tubuh indah tersentak bagaikan tersengat aliran listrik. Kukangkangkan kakinya agar aku yang tengah membungkukkan badan diantara kedua pahanya lebih leluasa bergerak. Kujilati permukaan vaginannya yang sudah sangat basah itu. 

Cukup lama aku memainkan lidahku disana terkadang lidahku menelusup masuk ke lubang nikmatnya. Tangan indah tak berhenti menjambak rambutku.
Karna merasa terhalangi aku kemudian membuka celana dalam indah, lalu kembali mengoral vaginannya. Usapan lidahku kini merembet pada klitorisnya yang mungil namun nampak membengkak itu.

"Hmmmp uhhh sshhh" desah indah.

Aku lalu memfokuskan jilatanku pada itilnya sementara jari tangan kananku mulai kutusukan pada lubang vaginannya mencoba mencari Gspotnya. Saat kudapatkan titik itu aku menggesekan satu jari tanganku secara perlahan sambil lidahku tetap sibuk menjilati klitorisnya. Terkadang pula kusedot daging kecil itu. 

"Ahh bang, ennak" erang indah

Kupercepat gesekan jariku dalam vagina indah. Kini 2 jari tangan kananku mulai menusuk dan menggesek bagian dalam vaginanya, indah hanya mengerang erang kenikmatan, ia menggeliat geliat bagai cacing kepanasan.

"Ahh terus bang diiikkit lagii uhh"
Kurasakan dinding vagina indah mulai berkontraksi sepertinya sebentar lagi ia akan mencapai klimaks. Kocokkan tanganku makin cepat.

"Ahhhh ssh ahh bang, bang dimasss uhh ouhhh kellluaarr bangg, ahhh indah pippiss uhhhh"

"serrr serr serrr ..

Indah mencapai klimaksnya, pinggulnya terangkat, ketika kulepaskan jariku dari dalam vaginanya, cairan orgasmenya menyemprot begitu kuat. Indah squirt dengan tubuh mengejang, cairan itu sedikit membasahi sedikit pipiku dan banyak membasahi bagian seprei ranjang ini. 
Aku turun dari ranjang melepas seluruh pakaianku. Lalu rebahan disamping indah yang sedang mengatur nafasnya akibat sisa sisa orgasmenya. Kupeluk sejenak tubuh indah.

"Enak hosh sekali bang tadi, Andi belum pernah membuatku orgasme hosh sampai seperti itu", kata Indah dengan nafas terengah engah.

Indah lalu bangkit dan duduk menghadapku sejenak ia tersenyum kemudian membungkukkan badannya dan mencium bibirku. Tangan kanannya mengelus elus penisku lalu kemudian mengocoknya perlahan.

Ia lalu menggeser badannya dan bersimpuh diantara kakiku lalu kembali mengocok penisku. Tak berapa lama indah berusaha mengulum penisku. Ohh betapa nikmat saat perlahan ia mulai menjilati dan mengulumnya.

"Ahh Indah enak dek", desahku.

Permainan lidah ditambah kulumannya membuat penisku makin mengeras saja. Ia lalu mengangkat pinggulku lalu ia menaruhnya diatas pahanya. Ia lalu menjepit batang beruratku itu dengan payudara indahnya. Kulit payudaranya yang halus dan licin akibat peluh yang membasahi dadanya itu.

Selama 5 menit indah mengocok penisku dengan payudaranya. Ia lalu bangkit dan sambil bertumpu dengan lututnya ia mengangkangi selangkangan sejenak ia mengocok penisku. Bagin kepala penisku ia gesekkan dengan klitorisnya. Ia lalu mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Secara perlahan penisku mulai menyeruak masuk kedalam vaginanya. Indah mendongak akibat kenikmatan yang kami berdua rasakan.

"Ouugghh" kami berdua mengerang bersamaan.

Sejenak indah mendiamkan penisku didalam vaginanya. Ia sedikit memainkan otot otot vaginanya meremas remas penisku.

"Enak sekali dek, memekmu sempit sekali"

"Punya mas juga enak"

Sejenak kami saling memuji, perlahan indah menggerakkan pinggulnya maju mundur. Tangannya ia tumpukan pada dadaku. Indah lalu memvariasikan goyangan pinggulnya maju mundur, terkadang naik turun. Penisku makin lancar keluar masuk dari vaginanya, akibat cairannya yang kian membanjir.

"Ohh ohh uhhh, ahh mass enak banget", erang indah dengan suara manjanya.

"Trus dek, goyang terus", kataku menyemangati indah.
Indah lalu memutar badannya membelakangiku. Lekuk tubuhnya makin terlihat sexy dari belakang. Gerakan naik turun pinggulnya makin liar, otot vaginanya berkontraksi kembali.

"Uhhh mas, ahh kayaknya bentar lagi dapet mas" erangnya tak lama kemudian ia menggelinjang dan mengangkat pinggulnya hingga penisku terlepas dari cengkraman vaginanya.

"Ahh mas kellluuaaarr laaggiii !!", teriak indah sambil vaginanya menyemprotkan cairan orgasmenya dengan begitu kuat. Kedua tangannya yang ia tumpukan pada pahaku sedikit bergetar.

"Masukin lagi mas, tusuk lagi memekku pliss", kata indah.
Kuarahkan kembali penisku keatas bersiap memasuki vaginanya lagi. Dengan cepat penisku dan vaginanya kembali bersatu. Aku mulai aktif dengan menggerakan pinggulku keatas dengan cepat. Tak butuh waktu lama ia kembali berteriak karna ia kembali mencapai orgasmenya.

"Aargghh maassss ennaakkk", teriaknya.

Aku lalu bangkit dan secara tiba tiba merebahkan tubuh indah disampingku bersiap kembali menikmati vaginanya namun tiba tiba suara pintu terbuka sedikit mengaggetkanku kulihat Dian masuk lalu mengunci pintu.

"Aku nggak tahan dengerin permainan kalian. Kata dian yang mulai membuka dress mininya lalu bra dan gstring yang ia pakai. 



"Aku ikut yah indah, katanya setelah naik keranjang dan bersimpuh disampingku. Indah hanya mengangguk saja. Aku lalu mengangkangkan kedua kaki Indah, penisku dengan mudah kembali masuk ke vaginanya. Awalnya aku merasa canggung dengan kehadiran Dian, namun saat kulihat tubuh telanjang Dian, dengan payudaranya yang besar dan kulit yang putih kian menambah nafsuku.

Dian tak tinggal diam. Ia mencium bibirku sambil tangannya mengarahkan tanganku meremas remas payudaranya. Konsentrasiku kini terpecah untuk memuaskan kedua wanita ini. Lelah berciuman Dian lalu berdiri diatas ranjang, mengangkangi tubuh Indah dengan membelakanginya dan vaginanya tepat berada didepanku.

"Jilatin memekku Dim", kata Dian dengan suara parau sambil mencondongkan vaginanya ke Arah wajahku.
Vagina Dian yang sedikit berbulu itupun kujilati dengan rakus, sedangkan tangannya meremas remas payudaranya sendiri. Goyang pinggul indah yang menyambut hujaman penisku makin terasa liar maju mundur. Kurasakan titik klimaksku akan segera sampai.

"Ohhh mass akuu mauu kelluaarr mass ahh",

"Hmmmp ahh akuu juga dekk",

"Tummpahinn mass kelluarrin ouhh dalamm memekku, oughh hamilin aku mass"

"Hmmmppp", aku hanya menggeram dengan mulut tersumpal oleh vagina Dian, entar berapa kali kutembakkan spermaku kedalam vagina Indah.

"Argghhh masss pejuuhhnya banyak bangget, inndah keluarrr juga mass ahhhh", teriak indah dengan tubuhnya yang mengejat ejat. Aku hanya mendiamkan penisku didalam vagina indah merasakan dinding vaginanya yang kiian banjir akibat cairan klimaks kami berdua. Sementara itu Dian dengan semangat menggesekan vaginanya ke arah wajahku.
Sungguh aneh, setelah aku berejakulasi penisku masih tetap tegang hanya sedikit melemas saja, mungkin karna aku begitu bernafsu akibat hadirnya Dian dengan tubuh telanjangnya yang cepat membangkitkan gairahku.

"Ahh Dimas sayang aku mau dapet nih uhh", Erang Dian sambil sebelah tangannya makin menekan kepalaku ke arah selangkangannya.

"Uhghhhhhh", Dian mengerang ia berkelojotan sambil meremas rambutku akibat orgasme yang ia dapatkan.

Tak lama kemudian Dian mengambil posisi menungging disamping Indah. Saat kucabut penisku yang belum menegang sempurna dari vagina Indah, beberapa cairan spermaku merembes keluar.

"Dim, entot aku plis, memekku gatel banget", kata Dian sambil menggerakan pinggulnya kekanan dan kekiri. Sejenak kupandangi Indah meminta persetujuannya.

"Nggak apa bang, asalkan pejuhnya abang masukin ke memek Indah", kata indah.
Aku lalu mengambil posisi setengah berdiri dengan bertumpu pada lututku. Sejenak kugesekkan penisku kebelahan pantat montok Dian. Sensasi gesekan itu makin menambah kian mengerasnya batangku.

"Cepat dim, jangan siksa aku", kata Dian tak sabar. Aku lalu mulai mengarahkan penisku yang sudah menegang itu kearah lubang vaginanya yang nampak kembang kempis dan sudah sangat basah itu. Lalu secara tiba tiba kuhentakkan penisku menghujam kedalamnya.

"Blesshh plaakk", suara penisku yang menyeruak masuk, dan hantaman selangkanganku pada bokong sexy Dian.

"Ugghhhhh", Dian melenguh. Aku tak percaya mengalami pengalaman seperti ini dalam semalam bisa menyetubuhi 2 orang wanita cantik dan bertubuh bak bidadari seperti mereka.
Kurapat paha Dian agar vaginanya makin kuat mencengkram penisku. Kugenjot perlahan menikmati sensasi vagina Dian. Lalu tak berapa lama kupercepat genjotanku sehingga suara hantaman selangkangannku dan pantat Dian makin membahana mengisi ruang kamar ini.

"Ahh uhh terus dimm uhh enak banget", kata dian mengerang

"Uhh memekmu nikmat Dian", kataku dengan nafas tersengal.

"Ougghh uhhh dek indah remes toket yah sayang", ceracau Dian pada indah. 

Indah lalu mengangkat tangan kirinya menggapai payudara indah yang bergelantungan bebas. Sementara tangan kanan Indah menggapai klitorisnya sendiri dan mulai menggesekkan tangannya pada itilnya itu. Sesekali saat genjotan penisku kulemahkan. Dian dan indah berciuman. Awalnya Indah merasa canggiung, namun lama kelamaan mulai membalas ciuman Dian.

Hujaman penisku kini makin cepat. Kedua tanganku memegangi pinggul dian yang sungguh sexy.gerakan maju mundur dian yang menyambut penisku yang sedang melakukan penetrasi. Indah terkadang meremas payudaranya, akibat bernafsu melihat permainan kami.

"Plak plak plak", suara hantaman kedua kelamin kami makin kencang.

"Ouhhh ahhh dim aku mau dapet lagii nihh sayangg uhhh",

"Keluarin Dian aku juga bentar lagi", erangku.

"Keluarin di memekku yah bang ", kata indah memandangku sayu.
Genjotanku kian kupacu dengan cepat. Kepala dian mendongak dongak karenanya. Tak lama kemudian dian melenguh lalu berteriak.

"Arrhghh addyuhh memmekkku oughh kelluaarrr Diimmmm", dian berkelojotan lalu seketika ambruk hingga penisku terlepas dari cengkraman vaginanya.

Aku lalu segera berpindah ke Indah. Dengan sekali hujaman penisku kembali memasuki vaginanya. Aku lalu merendahkan tubuhku memeluk tubuh mungilnya. Kakinya yang mengangkang ia tumpukan pada punggungku. genjotanku pun makin kupercepat hingga akhirnya.

"Arrgg Indah keluarr dekkk",

"Uhhhhhhh" Indah melenguh saat penisku kembali menembakkan sperma yang tak sebanyak saat pertama kali tadi. Indah begitu kuat memeluk tubuhku.
Sejenak kami berdua terdiam membiarkan penisku mengecil didalam vaginanya. Pinggulku seakan ingin rontok akibat permainanku dengan Indah dan Dian. Tak lama kulepaskan penisku dari vaginanya. Dan langsung menjatuhkan diri diantara mereka yang sedang berbaring.

"Hosh hosh hosh, makasih bang", kata indah memelukku dari kanan tubuhku.

"Huu makasih dimas sayang", kata dian yang ikut memeluk tubuhku dari arah kiri.
Tak kutanggapi kata kata mereka karna aku yang begitu kelelahan dan langsung saja tertidur diantara kedua orang wanita cantik yang sedang memelukku itu.

ooo0ooo​

"Dim, dimas bangun kamu nggak kerja?", suara Dian membangunkanku dari tidurku, tubuhku masih merasa lemas akibat permainan semalam. Dengan malas aku mendudukan diri diatas ranjangku. Sementara disampingku ada dian yang masih tanpa busana hanya duduk menyandarkan tubuhnya pada dadaku. Tak kulihat sosok Indah. Mungkin saja ia sudah pulang.

"Jam berapa dian?".

"Jam setengah tujuh". Kata dian sambil mendongakan kepala menatapku.

"Aku siap siap dulu yah, trus nanti aku antar kamu pulang", kataku sambil membelai rambut panjangnya.

"Nggak usah aku bisa naik taksi kok, mandi sana gih, ntar kamu telat. Apa mau bareng mandinya?", kata Dian dengan tersenyum jahil

"Haha ya udah, mandi bareng kamu ntar makin telat aku", kataku berusaha bangkit dari ranjang lalu memakai celanaku dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi. Aku kemudian membuatkan sarapan untukku dan Dian walau hanya beberapa potong roti diisi selai coklat juga 2 gelas susu. Dian yang telah mandi dan memakai dress yang semalam ia pakai ikut bergabung sarapan bersamaku. Ia mengambil sepotong roti lalu kemudian duduk dipangkuanku. Entah kenapa Dian sikapnya jadi seperti itu.

"Hei manja amat sih susah makan nih kalo kamu dipangku".

"Hihi, biarin gini aja aku suapin kamu tapi pake mulut.", kata dian lalu menggigit roti itu separuh dan ia biarkan separuhnya menjulur keluar. Ia lalu mencondongkan mulutnya agar aku bisa meraih sepotong roti itu. Kucoba menggigit dan mengunyah tiap potongan roti itu hingga habis.

"Udah yah, ini aku hampir telat aku telfonin taksi yah kataku pada dian yang dibalasnya dengan menganggukan kepala.

_%_​

Kini aku sedang berada di teras rumah memakai sepatuku sementara Dian berdiri sambil melihat jam tangannya. 

"Aduh mending kamu berangkat duluan aja yah dim, aku disini aja nungguin taksinya. Kasihan kamu kalo telat nanti.

"Ya sudah, kamu tunggu taksinya di rumahnya Indah saja yah", kataku sambil menunjukan rumah indah.

Setelah mengantarkan Dian kerumah Indah dengan memakai motorku dan memimta agar Indah menemaninya hingga taksi yang menjemput Dian datang aku lalu memacu motorku menuju kantorku. Ditengah kemacetan kukabari teman kantorku bahwa aku akan terlambat karna terlibat macet. Untunglah hari ini kata temanku sample yang dikerjakan sedang sedikit sehingga pekerjaanku hari ini cukup santai.

Sesampainya disana sudah ada beberapa laporan hasil analisa yang harus kuperiksa. Setelah menyelesaikan pekerjaanku. Aku mencoba berkeliling melihat situasi lab. Nampak beberapa Analis sedang mengerjakan tugasnya masing masing.
Setelah aku berkeliling mengawasi pekerjaan mereka, aku lalu kembali menuju ruanganku ada foto Sinta yang kutempelkan di meja kerjaku. Terlintas kembali bayangan bayangan video yang menyulut amarahku semalam. Satu pertanyaan dalam kepalaku, kenapa sinta bisa melakukan hal seperti itu. Aku lalu mengambil foto itu dan menyimpannya dalam tas.

Aku lalu memikirkan kembali masa masa saat aku berpacaran, moment saat kami menikah semua hal indah itu kemudian berganti dengan bayangan perselingkuhannya yang sungguh liar. Dalam hatiku mengatakan aku harus berpisah dengannya aku tak bisa lagi menerima wanita ini.

Aku kemudian berencana untuk memberi pelajaran Hendra dan juga menyadarkan sinta. Namun aku tak bisa sendiri aku butuh bantuan marcel. Kuambil handphoneku lalu menghubungi marcel lewat bbm.

Dimas said:
Marcel lo sibuk nggak ntar malem?
Tak lama kemudian ada balasan dari marcel.

Marcel said:
ada acara sih ama linda gue pengen keluar kota kerumahnya dia, orang tuanya lagi sakit. Tapi gue sempetin deh emang lo mau ketemu jam berapa?
Dimas said:
jam 7 malem aja
Marcel said:
oke deh ketemu ditempat biasa ye
Dimas said:
oke deh
Setelah berbbm ria dengan marcel. Akupun melanjutkan pekerjaanku.

oo0oo[/quote]

Kini aku sedang duduk dikafe tempat pertama kali aku bertemu dengan marcel. Sambil meminum kopi hitam sambil menikmati sebatang rokok, aku menunggu kedatangan Marcel. Tak berapa lama Marcel pun muncul bersama Linda dan juga Dian.

"Udah lama lo?, sorry yah tadi ngejemput Dian dulu dari suatu tempat".

"Iya, duduk cel ada yang ingin gue omongin" .
Marcel pun duduk bersama linda diseberangku. Sementara Dian duduk disampingku. Aku lalu memberitahu rencanaku pada mereka. Linda begitu kaget dengan rencanaku. Sementara itu Marcel memasang ekspresi datar dan Dian yang duduk disebelahku entah sejak kapan sudah menggenggam tangan kananku.

"Lo yakin Dim?, urusan hendra ama bininya bisa gue handle tapi untuk urusan Bini lo apa lo udah yakin".

"Lebih baik berpisah cel, daripada aku harus menjalani pernikahan yang rasa cinta dari salah satu pihak sudah hilang, gue tetep tanggung jawab ama anak gue kok".

"Iya dim gue tau tapi apakah lo bakalan pake cara ini buat berpisah dim?".

"Ini buat pelajaran kemereka cel, sebagai pembelajaran dan pembalasan atas perbuatan mereka".

"Hmm ya sudah kalo memang keinginan lo seperti itu. Tapi gue mohon yah jangan maen tangan nanti biar gue aja, gue tau lo bisa hilangin nyawa hendra kalo lo udah maen tangan".

"Iya cel, nggak kok".

"Eh udah jam segini, gue bisa minta tolong nggak anterin Dian pulang soalnya takut kemalaman gue ampe di kota tempat tinggal orang tuanya linda, Dian lo dianterin Dimas yah".

"Iya udah sana kasian Linda dia pasti khawatir", kata Dian.
Marcel dan Lindapun pergi meninggalkanku bersama Dian. Sejenak akupun berbincang dengan Dian menyakan jam berapa dia pulang tadi pagi. Dian pun juga menceritakan saat di rumah Indah dia banyak membicarakanku dengan Indah.dan juga sempat berkenalan dengan Andi.

"Ngomong ngomong kamu dari mana Dian?", tanyaku melihatnya memakai jeans hitam dan kemeja hitam.

"Dari makam suamiku dim".

Aku begitu terkejut. Aku kira dian belumlah menikah ternyata sudah dan bahkan ia menyandang status janda.

"Hihi kaget gitu mukanya. Yok anterin aku pulang nanti aku bakalan cerita dikosanku", kata dian sambil menarik tanganku.

Setelah membayar pesananku. Aku dan dian bergegas menuju rumah mertuaku untuk mengambil helm. Kutelusuri jalan jalan kecil untuk menghindari razia polisi. Karna saat ini aku membonceng Dian tanpa Helm, selama diperjalanan dian memeluk tubuhku begitu erat, entah karena kedinginan atau karena apa.

Sesampainya di halaman rumahku aku melihat istriku Sinta sedang berdiri didepan pintu rumah sambil menggendong Nina. Saat turun dari motor Dian membuka dua kancing bagian atas bajunya sehingga bagian atas payudara besarnya terlihat. Saat aku berjalan menuju rumahku pun dian merangkul lenganku. Dapat kulihat ekspresi Sinta yang tak senang dengan perlakuan Dian padaku.

"Dari mana sayang, ditelfon kok nggak diangkat", kata sinta. Entah kenapa saat menyebut kata sayang sudah tak ada lagi rasa senang di hatiku. Kusuruh dian menungguku diluar. Aku lalu masuk ke rumah diikuti oleh sinta.

"Kenapa nggak dijawab mas tadi pertanyaanku lagi pula perempuan itu siapa mas?, nggak malu malunya ngegandeng suami orang".

Aku hanya diam saja dan mengganti baju kerjaku dengan kaos oblong dan juga celana jeans. Aku lalu mengambil 2 buah jaket satu untukku dan satunya lagi untuk Dian.

"Mas, kamu kenapa sih?".

Ingin ku berteriak didepannya. Namun ada nina yang sedang ia gendong, aku tak ingin anakku melihat kemarahanku.

"Mas mau kemana, mau jalan ama cewek yang kayak pelacur itu yah, iyakan?".

"Apa bedanya dia ama kamu?" Kataku.

"Maksud mas?",

"Pelacur itu kan yang senang jalan dengan suami orang dan bahkan tidur dengan suami orang?, lalu apa bedanya dengan kamu?", kataku dengan nada datar sambil kutatap tajam mata Sinta. Dapat kulihat ada sedikit raut ketakutan pada wajahnya.

"Aaku nggak seperti itu mas?", kata Sinta seperti ingin menangis.

"Yakin?", tanyaku lagi. Namun sinta Diam saja.

Aku lalu segera pergi dari rumah mertuaku membawakan Dian jaket dan juga helm untuknya. Kami kemudian meninggalkan rumah dan menuju kosan tempat Dian tinggal. Sesampainya disana, Dian menyuruhku menunggu didepan pintu kamarnya dan menutup pintu. Cukup lama aku menunggu hingga kemudian pintu itupun terbuka. Dian kini hanya memakai tanktop berwarna hitam dan juga hotpants berwarna putih. Ia lalu menyuruhku masuk dan menutup pintu.
Suasana dikamar Dian cukup nyaman. Kulihat ada sebuah bingkai yang cukup besar yang tertempel di dinding, didalamnya ada foto dian dan seorang lelaki tampan dengan pose yang cukup mesra. Mereka nampak sedang bergandengan tangan membelakangi sebuah matahari senja di sebuah pantai.

"Nggak apa nih Dian aku malam malam bertamu",

"Haha santai aja Dimas, disini bebas kok paling ntar tengah malem lo bakalan dengerin suara cewek ngedesah", kata dian sambil tersenyum jahil dan kemudian duduk disampingku. Ia nampak memegang secarik kertas yang sudah usang. Dian menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menatap foto yang ada didinding.

"Aku tau kamu pasti bertanya tanya laki laki itu siapakan, dia itu almarhum suamiku",

"Apa penyebab kematiannya Dian?".

"Dia bunuh Diri", kata dian dengan suara lirih. Aku begitu terkejut mendengarnya.

"Namanya Gunawan. Laki laki paling baik yang aku kenal, kami berdua ada sahabat sejak Sma. Suatu saat gunawan menemaniku menghadiri pesta temanku. Aku dan dia sama sama mabuk saat itu. Kami kemudian berhubungan badan dan aku hamil",
Dian mulai menceritakan masa lalunya. Terdengar suaranya yang seperti ingin menahan tangis.

"Udah Dian nggak usah cerita kalo bikin kamu sedih".

"Nggak apa dimas", kata dian mencium pipiku lalu mulai melanjutkan ceritanya.

"Saat itu aku ingin menggugurkannya namun Gunawan menahanku. Ia lalu bilang bahwa ia siap bertanggung jawab. Kami berdua lalu menemui orang tua kami. Namun apa yang kami dapat kami berdua diusir dari rumah. Kamipun pergi kekota ini".

"Kami kemudian menikah disaksikan oleh 2 orang teman gunawan dan temanku yang ada dikota ini. Hanya ijab kabul saja tanpa pesta. Gunawanpun bekerja sebagai supir taxi saat itu setelah kami menikah. Walaupun kehidupan kami sederhana aku bahagia sampai pada suatu saat aku mengalami keguguran akibat terjatuh".

"Gunawan harus membiayai operasiku dengan berutang sana sini, ia menyemangatiku karna shock harus kehilangan anak kami. Disitulah kami dan orang tua kami akur kembali. Untuk membantu gunawan membayar hutang, akupun ikut bekerja, awalnya sebagai Spg lalu menjadi Lc ditempatku bekerja sekarang.

"Lama kelamaan, kami mampu membayar hutang kami, namun aku yang sudah terlena dengan pendapatan yang kudapat menjadi LC menjadikanku gelap mata. Gunawan menyarankanku berhenti bekerja namun aku tak mempedulikannya".

"Aku lalu bertemu dengan seorang pengusaha kaya di karokean. Ia mengiming imingiku banyak uang asalkan bisa mencicipi tubuhku. Akupun mengiyakan. Terkadang kami main dihotel atau divilla miliknya. Kami terus berhubungan hingga suatu hari Aku menaiki taksi yag dikendarai oleh gunawan bersama pengusaha kaya itu. Entah mengapa gunawan Diam saja saat melihat si pengusaha itu mencumbuiku yang duduk di kursi belakang. Gunawan mengantarkan kami kehotel. Ingin aku sebenarnya berlari mengejar Gunawan tapi aku sudah diseret masuk oleh pengusaha itu."

"Hiks dalam benakku ini adalah yang terakhir, begitu kata hatiku dim, hiks tapi semua sudah terlambat, saat aku pulang aku menemukan Gunawan hiks bersimbah darah. Ia memotong urat nadinya sendiri hiks".

Dian menangis, ini pertama kalinya kulihat Dian menangis seperti itu.

"Huu dia hiks hanya meninggalkan hiks surat ini", kata Dian sambil menyerahkanku secarik kertas. Aku kemudian membaca surat itu.

Dian maaf yah aku harus pergi ninggalin kamu, ntah harus kuapakan rasa sakit hatiku
Dian, semoga kamu bahagia yah dengan lelaki itu, aku lihat dia laki laki yang kaya yang bisa nyengin kamu, bahagiain kamu.
Dian jangan sedih yah sayang, aku minta maaf belum pernah bisa ngebahagiain kamu
Maaf, dan hanya maaf yah yang bisa aku ucapkan.
Selamat tinggal dian hanya kamulah satu satunya wanita yang kusayangi.
Love u always

Dian sudah menangis tersedu sedu disampingku. Aku merangkulnya mencoba menenangkannya.

"Sudah jangan menangis, jangan sedih, jadikan pengalaman buatmu untuk lebih menghargai pasanganmu.

"Hiks dim, tahukah kamu kalau aku menemukan kembali hiks sosok gunawan dalam dirimu, aku seperti melihat diriku dulu saat hiks melihat sinta, aku mohon jangan berbuat bodoh hiks yah"

"Iya dian, mending kamu tidur yah".

"Temani aku malam ini Dim yah".

Aku hanya mengangguk saja. Kami lalu berpindah ke ranjang, aku berbaring terlentang sementara dian menyandarkan kepalanya didadaku dan mulai tertidur saat tanganku membelai belai rambutnya. Setelah kurasakan cukup pegal pada bahuku aku lalu memindahkan kepala dian kebantal yang ada disampingku.

Akupun lalu turun dari ranjang dan membakar rokokku. Dian aku tak menyangka, wanita yang selalu kuanggap hidupnya senang menyimpan kenangan pahit seperti itu. Aku hanya berharap dia menemukan laki laki yang baik sebagai pengganti suaminya.
Dalam kepulan asap rokok aku termenung memikirkan rencanaku lagi, rencana yang mungkin bisa dibilang sebagai "hadiah" aniversary terakhir buat sinta. Semoga ia sadar akan perbuatannya.

Pov sinta.

Entah kemana perginya Dimas dengan wanita itu, aku tak mengenalnya. Apakah Dimas juga berselingkuh, apakah wanita itu adalah simpanan Dimas. Aku benar benar tak tau. Apakah dimas mengetahui perbuatanku.

Semua pertanyaan itu berputar putar dikepalaku. Diatas ranjangku yang kini terasa hampa tanpa Dimas, aku mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu. Apakah dimas melihat perbuatanku di villa itu.

**​

"Halo bu, Dimas udah pulang?".

"Belum nak dia belum pulang, katanya sih dia nggak nginep sini,ada temannya yang datang kerumahmu jadinya dia nemuin temannya itu disana sekalian nginep disana. Gimana kerjaan kamu nak?".

"Lancar kok bu, ya udah titip nina yah bu,aku mau istirahat dulu".

"Iya hati hati yah disana nak".

"Iya bu". Kataku lalu mematikan telfonku.
Malam ini aku sedang berada di villa milik pak Hendra, kami mengurus beberapa kerja sama dengan perusahaan lain,namun setelahnya aku harus melayani klien klien pak Hendra itu demi melancarkan proses kerja sama kami. Dengan tubuhku yang masih polos tanpa busana aku bangun dari ranjang untuk sekedar minum akibat rasa haus setelah melayani nafsu pak Hendra yang seakan tak ada habisnya yang kini sedang pulas tertidur disampingku. Entah apa jadinya jika orang tuaku apalagi suamiku melihatku dalam keadaan seperti ini,terkadang rasa takut menghantuiku jikalau perbuatanku ini sampai ketahuan oleh mereka, namun pak Hendra selalu bisa menenangkanku dan berkata jika semua akan aman dan baik baik saja.

Akupun meraih gaun tidurku yang tipis yang tergeletak tak jauh dari ranjang dan memakainya tanpa memakai dalaman apapun. Aku lalu keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Saat aku selesai minum dan bermaksud kembali ke kamar tiba tiba saja ada yang merangkulku dari belakang, akupun spontan memberontak dan ingin melepaskan diriku.

"Tenang bu, ini saya karto". Kata pak karto supir kantorku.

"Kamu to,kirain pencuri, ngaggetin sih", kataku sambil memukul tangannya pelan yang melingkari pinggangku.

"Hehe uhh bu Sinta biar keringetan tetep wangi", kata karto sambil mengendusi leherku membuatku menggelinjang kegelian.

"Udah to,aku capek tau habis ngelayanin pak Hendra".

"Sekali lagi lah bu yah, ditinggal ngerokok sebentar tadi udah maen lagi aja ama pak Hendra mana kamarnya dikunci lagi tadi, padahalkan mau ikutan juga".

"Ya udah deh lepasin dulu dong", kataku. Karto pun melepaskan rangkulannya,aku lalu membalikkan badanku, dengan sekejap kami sudah mulai berciuman dengan liarnya, lidah karto bermain main dirongga mulutku,terkadang aku membalas perlakuannya dengan menghisap dan mengulum lidahnya.
Tangan karto pun tak tinggal diam, ia dengan gemas meremas payudaraku yang masih terbungkus gaun tidurku, kubalas perlakuannya dengan mengelus penisnya yang masih tertutupi celana pendeknya.

"Hmmpp muach muach", suara ciuman kami mulai mengisi sepinya ruang dapur di villa ini. Sambil terus berciuman karto mendudukkan tubuhku pada meja makan kosong yang dekat dengan tempatku berdiri, kami lalu berhenti berciuman kemudian karto mencoba melepaskan gaun tidurku,aku lalu membantunya dengan mengangkat kedua tanganku keatas. Setelah bajuku terlepas Karto masih menahan tanganku agar tetap diatas, ia kemudian menjilati permukaan ketiakku hingga aku menggelinjang kegelian.

"Aahh sshh geli pak", desahku.
Karto menjilati ketiak kiri dan kananku,lalu ia dengan gemas merapatkan wajahnya ke arah dadaku yang montok, ia menjilati lalu merapatkan kedua payudaraku dan mengulum kedua putingku secara bersamaan menambah sensasi nikmat yang kurasakan.

Lidah karto lalu turun melewati perutku yang mulus dan rata,tangannya mengangkangkan kakiku, ia lalu mengulum klitorisku dan terkadang lidahnya menyapu belahan vaginaku yang sudah merekah.

"Oughh pakk,iyahh ahh itilnya uhhh", desahku nikmat sambil menjambak rambut pak Karto.

Tak mau berlama lama karna kurasakan cairan vaginaku sudah merembes keluar,pak Karto lalu berdiri dan membuka celana pendeknya tanpa membuka bajunya, ia lalu mengarahkan penisnya yang panjang namun sedikit kurus itu kearah vaginaku, sejenak ia menggesekkan kepala penisnya dibelahan vaginaku.

"Uhh masukin aja pak jangan digesekin".

"Hehe nggak ah maunya digesekin aja di memek tembem bu Sinta",kata Karto sambil menggodaku.

"Ayo dong pak,entot Sinta, udah nggak tahan nih ahhh". 

"Ya udah nih rasain kontolku".

Karto dengan cepat menghujamkan penisnya lalu menggenjotku dengan tempo cepat. Sambil terus memompa penisnya didalam vaginaku,ia memeluk tubuhku yang sudah basah oleh keringat,sungguh geli saat putingku tergesek oleh dada kurus pak Karto.

"Uhj ahh ahhh ahhh", aku hanya bisa mengerang karena nikmat.

"Oohh memeknya bu Sinta emang yang paling sedap".

Karto lalu melepas pelukannya pada tubuhku dan mulai meremas kedua payudaraku yang bergoyang naik turun secara cepat akibat hujaman demi hujaman penis pak karto,suara selangkangan kami yang beradu amat terdengar keras,terkadang aku mendongakkan kepalaku karna tak tahan akibat rasa nikmat.

Karto lalu menarik leherku dan mendekatkan wajahku pada wajahnya, kami lalu berciuman sambil menjilati lidah,tangan pak karto kini bertumpu pada pinggulku dan pompaannya kurasakan makin cepat dan cepat. Hingga menghantarkanku mencapai puncak kenikmatan.

"Hmmpp ahh pakkk akuu kellluaaarrr oooohhhhh"; pekikku sambil menggelinjang,tubuhku bak busur panah melenting, otot otot vaginaku berkontraksi meremas penis pak karto yang diam bersarang di vaginaku.

"Hehe udah keluarr yah bu muacchh", kata karto sambil mencium bibirku.

"Uhh uhh", aku hanya bisa mengangguk sambil mencoba mengatur nafasku.

Pak karto lalu mencabut penisnya dan menyuruhku bersimpuh di hadapannya, ia lalu mengarahkan penisnya tepat dihadapan wajahku. Dengan semangat aku lalu menghisap batang berurat itu sambil sesekali lidahku bermain di kepala penis pak Karto yang besar seperti kepala jamur itu.

"Trus non sepong terus", kata pak karto lalu memegang kepalaku dan mengocok penisnya didalam mulutku membuatku terbatuk batuk.

"Hnggg glock glock glock uhuk uhuk, pelan pelan dong pak".

"Hehe maaf yah non Sinta,abis enak banget", kata Pak karto sambil membantuku berdiri. Ia lalu mengarahkan tubuhku membelakanginya, dengan posisi menungging aku merasakan vaginaku mulai dimasuki kembali oleh penis pak Karto.

"Plak, oughhh ", desahku ketika pak Karto menampar pantatku yang membulat itu.

"Bu sinta emang sexy banget, plok plok plok", puji karto padaku sambil dengan perlahan mulai mengeluarmasukkan penisnya didalam vaginaku".

"Ouhh trus pak sodok terus umhh oughh ",desahku sambil ikut menggerakkan tubuhku maju mundur.

"Wah wah wah,pantesan ngilang lagi entot entotan toh", terdengar suara Pak Hendra.

"Hehe maaf bos,abis nggak tahan liat bodinya Sinta", kata pak Karto sambil menggenjot tubuhku dan meremas kedua payudaraku.

"Ikutan dong to,bangun tidur enak kayaknya kalo disepongin nih. Kata Pak Hendra yang mungkin sedang berdiri dibelakang pak Karto.

Pak karto lalu meraih kedua tanganku dan merubah posisiku yang semula menghadap ke meja makan, kini aku dapat melihat pak Hendra yang berdiri dihadapanku sambil memelorotkan celananya dan membuat penisnya yang cukup gemuk itu tepat berada didepan wajahku. Aku lalu mengulum penis pak hendra sambil tetap disetubuhi dari belakang oleh pak karto.

"Sedapp,trus sayang", kata pak Karto menyemangatiku yang sibuk mengocok dan menghisap penisnya yang seakan tak muat dimulutku.

"Ahhh bu saya mau kelluarr nih", erang Karto sambil memegangi kedua pinggulku sehingga kini aku tak dapat berkonsentrasi mengulum penis pak Hendra.

"Haha udah mau keluar aja lo karto". Kata Pak hendra.

"Ohh sedep bener nih memek,udah dari ahh setengah jam yang lalu pak soalnya, ah bu Sinta nggak tahan". Erang karto sambil menjawab pertanyaan pak Hendra. Dapat kurasakan penisnya kian mengeras didalam vaginaku dan menggeseki seluruh bagian sensitif didalam vaginaku membuatku tak tahan juga ikut mencapai orgasmeku.

"Ahh aku juga pak iya truss sodok aku ohhh", erangku kenikmatan sambil mengocok penis pak Hendra.

"Ahh kelluaarr bu. Croott croott", teriak pak Karto dan menghujamkan penisnya edalam dalamnya di vaginaku.

"Ohhhhhhhhh", aku hanya bisa mendesah,mulutku membentuk huruf O sambil tubuhku ikut bergetar merasakan semprotan demi semprotan air mani pak Karto dalam vaginaku,aku sudah tak mempedulikan apakah aku akan hamil karenanya atau tidak. Difikiranku saat ini hanyalah mencapai kenikmatan yang setinggi tingginya.

Dengan perlahan pak karto mencabut penisnya, saat penis itu tercabut aku merasakan hampa karena tak ada yang mengisi relung vaginaku. Dapat kurasakan cairan mani pak karto mengalir dipahaku.

"Sini dong sayang", kata pak hendra yang entah sejak kapan duduk dikursi disampingku. Dengan lemas aku menghampirinya dan duduk dipahanya lalu berciuman dengannya. Tangannya lalu masuk kevaginaku dan mengocoknya sehingga cairan mani pak Karto keluar dari dalam vaginaku.

"Nah sekarang kamu yang diatas ya sayang", kata pak Hendra sambil menuntunku duduk diantara kedua pahanya, tanganku lalu mengarahkan penis gemuknya memasuki vaginaku yang kian basah akibat cairan vaginaku dan juga air mani pak Karto yang entah kemana perginya.

"Oughhhh pakkk", desahku saat penis kesayanganku itu amblas didalam vaginaku.

Dengan tempo perlahan pak Hendra mulai menaikturunkan tubuhku mengocok penisnya didalam liang kenikmatanku dengan posisi membelakanginya. Kami berdua bagai pasangan yang baru menikah,sambil pak hendra memberikan rasa nikmat didalam vaginaku. Ia mencium dan mencumbui leher,pipi dan bibirku. Aku lalu membalas cumbuannya dengan mengarahkan tanganku kebelakang meremas lembut rambutnya sambil terus berciuman. Pinggulku pun ikut membalas setiap hentakan demi hentakan penis pak Hendra dari bawah.

Aku lalu memutar tubuhku menghadap pak Hendra lalu meneruskan ciumanku, kini aku yang sibuk menyetubuhi pak hendra yang diam saja menyambut vaginaku menggeseki penisnya yang amat keras itu.

"Truss sayang entot trus kontolku ahh".

"Ohh pak enakkan pak,enakkan memekku".

"Iya sayang enakk kok,gimana yah kalo suamimu ngeliat kamu ngentotin kontol laki laki lain".

"Hngg oughh nggak tau pakk ahh sodokin juga dong pak kontolnya".

"Iya tapi coba minta izin dulu ke suamimu sayang".

"Dimas sayang,pak hendra nggak papakan nyodokin kont ahhh kontolnya dimemekku soalnya enak banget sayang".

"Iya sayang",jawab pak hendra seakan akan dia adalah Dimas. Entah kenapa setiap berfantasi jika aku sedang disetubuhi sambil disaksikan oleh suamiku,semakin menambah kesan enak dan nikmat, ketika nafsuku sudah di ubun ubun aku sudah tak memikirkan ini benar atau salah yang jelas aku hanya ingin mencapai kepuasanku.

"Ohh makasih sayang aku cinta kamu,sodokin pak udah ada ijin dari suami uhhh ku,ayo pak sodokin kontolnya di memekku", pekikku sambil dengan cepat menghujamkan vaginaku diselangkangan pak Hendra.

"Hehe rasakan nih sayang, plak plak plak", erang pak Hendra yang kini mulai menyetubuhiku dari bawah.

"Oughh truss sayang truss", desahku nikmat dan ikut menggoyangkan pinggulku menggilas penisnya.

"Ahhh ahh kayaknya oohh udah mau keluar nih sayang", pekik pak Hendra.

"Ohh trus pak, dimas sayang, pak hendra mau mejuhin memekku loh ohh bolehkan?".

"Iya sayang",jawab pak Hendra lagi berpura pura menjadi Dimas.

"Ahh keluarinn pak bareng ama akuhh,pejuhin memekku".

"Aargggh sintaaaa", teriak pak Hendra lalu menusukkan penisnya dalam dalam.

"Oughhh pak Hendraaaaaa", teriakku yang ikut mencapai orgasmeku yang ketiga kalinya, tubuh kami sama sama mengejan, aku hanya bisa mendongakkan kepalaku saat meraih puncak orgasmeku. Setelah itu tubuhku yang lemas langsung ambruk dipelukan pak Hendra dan langsung tertidur.

***​

Keesokan harinya aku terbangun siang hari, entah kapan aku dibawa pak Hendra kembali menuju kamar, tidurku sungguh pulas akibat permainan semalam. Kudapati pak Hendra masih tertidur disampingku. Aku lalu membangunkannya dan setelah itu mandi.

Usai mandi aku lalu bersiap siap untuk segera kembali pulang kerumah, akibat macet aku baru sampai dirumah ketika sore hari. Selama diperjalanan tadi aku masih saja harus melayani nafsu pak hendra dengan mengulum penisnya hingga ia memuncratkan maninya dalam mulutku. Aku menolak untuk ia menyetubuhiku karena takut aroma persetubuhanku tercium oleh orang tuaku ataupun Dimas.

Sesampainya dirumah Dimas ternyata sudah pulang, namun entah kenapa ia tak menyambutku seperti biasanya. Hal aneh lainnya saat aku hanya berdua dengannya ia tak mau mengajakku berbicara. Aku merasakan hal yang tak enak, namun baru ingin kutanyakan ia sudah pergi lagi entah kemana.

Begitulah yang kualami saat bersama pak Hendra dan sejak saat itu entah kenapa sikap Dimas kini dingin padaku, aku tak sempat berbicara padanya karena ia hanya pulang sebentar mengganti baju lalu pergi entah kemana tanpa pamit kepadaku.

Diatas ranjang aku meringkuk memeluk guling,ada apakah dengan Dimas,apakah aku ketahuan. Aku hanya bisa menangis karena perubahan sikap Dimas lalu tertidur sambil berharap jika ia tak tahu perbuatanku.

POV Hendra

Saat ini aku sedang berada diruangan kerjaku. Aku melihat keluar kulihat sekertarisku sinta tengah melamun memandangi sebuah foto. Aku teringat kembali pesta sex liar selama 2 hari kemarin bersama relasi relasiku. Mengingat betapa kesusahan namun sekaligus kenikmatan baginya melayani 4 kontol para relasiku, demi memuluskan jalan kontrak kerja samaku dengan mereka.

Aku benar benar beruntung bisa memperbudak sinta ini menjadi boneka sexku juga menjadi "modal" untuk mengembangkan perusahaan si gembrot alias istriku yang jelek itu. Aku menikahi wanita gembrot dan jelek itu demi bisa mendapatkan semua kekayaan ini. Aku dimasa mudaku aku adalah seorang petualang sex namun karena terlalu sering jajan itu lama kelamaan aku mengalami disfungsi ereksi juga ejakulasi dini.




3 tahun lalu seorang supir baru bernama karto datang, kami biasanya bercakap cakap karena ternyata ia pun juga seorang petualang sex sepertiku dan mengenalkanku pada temamnya yang ahli membuat segala macam obat. Setelah mengkonsumsi obat obatan itu kontolku pun bisa bereaksi normal juga tak ejakulasi dini lagi saat aku mencobanya pada seorang wanita panggilan.

3 tahun yang lalu pula perusahaan ini hampir bangkrut, beberapa pegawai dan juga sekertaris mengundurkan diri. Namun aku tetap membuka lowongan kerja. Saat itulah sinta masuk ke kantor ini. Saat pertama kali melihatnya aku benar benar tergiur melihat lekuk tubuhnya. Ingin sekali aku mencicipi tubuhnya yang montok itu.

Aku kemudian mendiskusikannya bersama karto dan diapun menyarankan untuk mencoba memberi sinta obat perangsang buatan temannya karto. Saat pagi hari dirumah aku mengkonsumsi obat khususku itu. Setelah sampai dikantor aku pun menuju pantry. Disana sudah ada beberapa gelas teh yang diantarkan. sebelum OB mengantarkan teh pada karyawan, aku memasukkan obat perangsang itu kedalam gelas yang bertuliskan nama sinta yang didalamnya berisi teh hijau pesanannya dan menyuruh OB itu untuk tutup mulut. Setelah itu akupun kembali ke ruanganku sambil memperhatikan sinta yang meminum teh itu.

20 menit kemudian kulihat sinta sangat gelisah, beberapa kali ia mengelap keringat dari dahinya. Tak lama kemudian ia bergegas keluar menuju toilet, akupun mengikutinya menuju toilet awalnya aku berniat untuk langsung memperkosanya namun aku kemudian memiliki ide lain. Aku mengikuti sinta memasuki toilet itu lalu mengambil bilik tepat disampingnya.

"Aduh badanku kenapa sih gerah banget", gumaman sinta terdengar

"Aahh", suara desahanpun tak lama terdengar. Aku yakin sinta sedang bermasturbasi.

Aku dengan hati hati memanjat bagian dinding bilik itu bertumpu pada kloset toilet. Perlahan lahan akupun mengintip sinta yang kini tepat ada dibawah. Kancing blouesnya sudah terlepas semua. Ia menyingkap bra berwarna pinknya keatas memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang montok. Ia memilin milin putingnya sambil sesekali meremas payudaranya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya ia pakai menggosok memeknya yang tak terlihat olehku. Hanya celana dalamnya saja yang kulihat yang kini menggantung dilututnya.

Aku merogoh handphoneku kemudian merekam aksi masturbasi sinta. Efek obat yang kuminum tadi pagi pun juga bereaksi. Kontol besarku begitu sesak kurasakan terjepit oleh celanaku. Sinta dibawah sana sudah bercucuran keringat. Ia menggilas dan menggesek memeknya begitu liar.
Terkadang ia mendongak ke atas membuatku harus kembali menunduk agar tak terlihat olehnya.
Sekitar 15 menit sinta kemudian berkelojotan menandakan ia telah meraih orgasmenya. Akupun segera turun dari kloset yang kupijak menunggu sinta keluar duluan dari toilet ini.

Setelah sinta berlalu akupun kembali ke ruanganku. Sekilas sinta tersenyum padaku saat aku akan memasuki ruanganku. Aku tertawa dalam hati karna sebentar lagi sinta akan kudapatkan.
Akupun kembali bekerja sambil sesekali terbersit bayangan tubuh sinta di fikiranku.

Saat sore hari kupanggil sinta menanyakan apakah ia senang bekerja disini atau tidak. Juga menanyakan bagaimana kondisi ekonomi keluarganya. Dari penuturannya akupun tahu bahwa suaminya kena PHK, membuatnya harus bekerja.Namun semua itu hanya alibi. Aku kemudian menanyakan maksudku sebenarnya pada sinta.

"Tadi pagi kamu habis dari toilet yah sinta", tanyaku

"Iiiya pak, ada apa yah pak", kata sinta gugup.

Akupun kemudian menunjukkan video yang kurekam tadi pagi pada sinta. Ia terlihat begitu shock seperti ingin menangis.

"Dari mana kok bisa ada video ini pak".

"Saya nggak nyangka, kamu berbuat seperti ini dikantor, kamu mau kalo semua orang kantor tau kelakuan kamu?"

"Jangan pak hiks," kata sinta sambil mulai menangis.
Akupun menuntun sinta menuju ke sofa yang ada diruanganku. Ia mengikutiku saja yang sedang memegang tangannya.

"Ya sudah bapak nggak akan sebarin asal kamu mau menuruti kata kata saya, kamu nggak mau saya pecat kan, apalagi suami kamu sedang menganggur, cari kerjaan itu sulit jaman sekarang bahkan buat sarjana kayak kamu",

"Iya pak yang penting saya tetap kerja, saya bakal menuruti kata bapak".

"Bagus bagus, kalo begitu mau kan kamu muasin saya", kataku sambil berbisik pada sinta. Ia terlihat begitu terkejut seraya melepaskan genggaman tangannya.

"Saya nggak bisa pak, saya nggak mau ngecewain suami saya", kata sinta sambil menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Oh gitu ya sudah kamu keluar aja dari kantor, karna nggak mau nurutin kata kata saya".

"Tapi pak aku..", belum selesai sinta berbicara segera kurangkul tubuhnya dan kucium bibirnya.


Ia mengatupkan bibirnya tak membalas ciumanku. Ia sedikit meronta mencoba melepaskan rangkulanku. Menggelengkan kepalanya

"Pak stop pak pli... hmmp", aku kembali menciumnya. Kali ini sinta mulai membuka mulutnya membiarkan lidahku menjelajahi rongga mulutnya. Tubuhnya melemas didalam rangkulanku.
Kami mulai berciuman begitu liar, sesekali liur kami yang bercampur menetes membasahi kemeja yang sinta kenakan. Akupun membuka blazzer yang dikenakan sinta lalu mencoba membuka kancing bajunya.

"Pak jangan pak", kata sinta menolak , namun aku tak mempedulikannya.
Setelah kancing kemeja itu terlepas, aku mulai menciumi leher dan bagian atas payudara sinta yang masih tertutup oleh bra yang dia pakai. Ia masih saja mencoba melawan dengan mendorongku. Namun tenagaku lebih kuat. Kini sinta berbaring diatas sofa dan aku menindihnya sambil menjilati lehernya dan kembali mencium bibirnya. Aku lalu menyingkap payudara sinta ke bagian atas branya memperlihatkan putingnya. Dengan gemas bergantian kujilat dan kugigit pelan benda kenyal itu.

"Uhh hmm pak uhh", sinta melenguh

Setelah puas dengan bagian dadanya aku lalu bangkit duduk dan menyingkap rok spannya ke atas. Kutarik celana dalam yang menutupi memeknya. Aku begitu takjub pada vaginanya. Berwarna merah muda dan bulu pubisnya tercukur rapi. Saat aku mengangkangkan kakinya sinta sejenak menutupi vaginanya yang mulai basah itu. Kutepis tangannya lalu kudekatkan wajahku. Tercium aroma yang wangi dari vagina sinta. Sekertarisku ini ternyata begitu menjaga vaginannya. Aku mulai menjilati vagina sinta sambil tanganku memainkan putingnya.

"Uhh sshh pak hendra ahhh", sinta mendesah menikmati permainan lidahku, entah sudah berapa wanita yang dapat kubuat menggelinjang hanya dengan permainan lidahku. Sinta mulai menggoyangkan pinggulnya menyambut lidahku dan tak lama kemudian sinta berkelojotan menggapai orgasmenya.

"Ahhh pakk keluaar pakk", kata sinta dengan tubuh yang menggelinjang.
Aku lalu berdiri disamping sinta membuka celanaku dan menampilkan kontolku yang menegang. Sejenak sinta terbelalak dan bergumam.

"Besar sekali pak".

Aku tertawa dalam hati. Secara tak langsung ia mengatakan kalo kontol suaminya kecil. Kudekatkan kontolku ke arah wajahnya. Awalnya ia seakan menolak namun lama kelamaan malah menjilati kepala kontolku dan langsung melahapnya. Sambil tanganku bertopang pada tembok kumaju mundurkan pinggulku menusuk mulut sinta yang menghisap penisku. Oh sungguh nikmat, kalo saja aku tak mengkonsumsi obat itu mungkin aku akan cepat berejakulasi. Aku harus bisa tangguh didepan sinta agar ia makin menyukai kontolku. Dengan kasar kumajumundurkan kontolku dalam mulutnya, membuatnya terbatuk batuk. Aku lalu menarik tubuhnya dengan kasar, aku lalu memposisikan tubuhnya menungging diatas sofa. Sejenak kugesekkan kontolku searah belahan memeknya. Oh memek sinta begitu basah menandakan birahinya pun makin meninggi.

Kupegangi batang penisku dan kuarahkan menuju lubang memeknya. Kepala kontolku secara perlahan mulai tenggelam dalam liang kenikmatannya. Kuresapi secara perlahan tiap inchi memeknya yang menyambut kontolku.

"Oughhh pakk", sinta melenguh.

"Ahh memekmu enak banget sayang", kataku sambil mulai menghantamkan kontolku.

"Plak plak plak", suara selangkanganku yang menghantam pantat sinta. Sintapun tak mau kalah memaju mundurkan pinggulnya menyambut hujaman kontolku.

"Ahh ahh oughh enak banget pak, kontol bapak gede ah ahh",

"Uhh nikmatin sayang nikmatin, kontol suamimu kecilkan",

"Uhh iya pak ahh pak mau keluar pak", kata sinta.

Dengan cepat aku menggenjot tubuh sinta, membuatnya mendongak dongakan kepala, sesekali kumajukan badanku untuk berciuman dengannya.

"Hmmpp muacch ahhh pakkk kellluaarrr uhhj", erang sinta. Ia berkelojotan di dalam rangkulanku.

Kulepaskan kontolku lalu duduk disampingnya. Sinta mengerti maksudku, ia lalu mengangkangi selangkanganku dan memasukkan kontolku kembali dalam vaginanya. Awalnya ia nampak kesulitan memegangi penis besarku namun secara perlahan kontolku itupun tenggelam dalam lubang kenikmatannya.

"Uhhj enak banget", kata sinta yang mulai lupa diri bahwa ia sedang menggenjot kontol lelaki lain selain suaminya. Selagi sinta sedang asyik menghujamkan selangkangannya ke kontolku. Aku melepas kemeja dan bra yang ia pakai. Kini ia hanya memakai rok spannya saja yang melingkar di pinggulnya. Kuangkat tangannya keatas menampilkan ketiak mulusnya. Kusuruh ia memaju mundurkan pinggulnya perlahan sambil kujilati ketiaknya.

"Auhh uhh geli ah geli pak sshh".

"Wangi badanmu bikin kontolku makin keras sayang".

"Aduh ahh ahh uhh geli pak", kata sinta saat aku mulai bergantian menjilati ketiaknya.

Puas lidahku bermain dengan ketiaknya, aku mulai meremas remas buah dadanya dan juga sesekali mengulum putingnya. Terkadang aku tak dapat bernapas saat sinta menekan kepalaku erat didadanya.

Goyangan sinta makin liar, kini aku memegangi pinggulnya dengan kedua tanganku sambil saling bertatapan mata dengannya, ekspresi sinta yang keenakan betul betul membuatnya semakin terlihat sexy, terkadang ia menggigit bibir bawahnya membuatku langsung mencium bibirnya.

"Mmpphh muah ahh pak mau keluar lagi pak uhh bapak kuat sekali, uhhh kelluarr paakk ooouggh", sinta berteriak dan lalu mulutnya membentuk huruf O, ia berkelojotan dipangkuanku.

Sejenak kami berdua berpelukan, aku mengusap usap punggungnya yang mulus yang kini dibanjiri keringat. Tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami yang masih menyatu kubaringkan ia di sofa. Dan langsung kugenjot dengan kecepatan tinggi, tubuh sinta yang kini lemas tak berdaya hanya menerima hujaman penisku. Semakin lama kurasakan kepala penisku makin geli, memek sintapun kembali berkontraksi, begitu nikmat kurasakan. Tubuhku kurapatkan dengan tubuhnya, dadaku kini menggesek kedua bukit payudaranya yang berayun kencang.

"Agh sinta aku mau keluarr"

"Oughh ahh sinta juga pakk uhh sshh".

"Ooohh aku keluariin didalam yah ooh sayang".

"Ahh uhh terserah bapakk ahhh pakk sinta keluaarrr lagii saayyang", tubuh sinta bergetar hebat.

"Ahhh sinnnttaaaa", aku meneriakkan namanya sambil kontolku menyemprotkan begitu banyak sperma kedalam memeknya yang juga mengeluarkan cairan orgasmenya. Sejenak kami hanya terdiam sambil meresapi klimaks kami yang mulai mereda.






Sejak saat itu aku maupun sinta mulai berhubungan awalnya hanya aku sendiri kemudian aku mulai mengajak pak karto sebagai rasa terima kasihku atas obat kuat yang selalu ia berikan padaku dari temannya. Dari situ pulalah aku mulai sering merekam tiap adegan sex kami, entah itu dimobil, dihotel, dikantor, dimanapun.

Sinta lama kelamaan makin menurut padaku karna ia merasa lebih puas berhubungan sex denganku daripada dengan suaminya, entah anaknya saat ini adalah anakku ataupun anaknya Dimas, atau bahkan anak pak karto, dan bisa saja malah anak salah satu relasiku. Karna mereka pun kuberi kesempatan meniduri sinta demi lancarnya kerja sama perusahaan kami. Sinta terkadang kusuruh membaca cerita panas tentang perselingkuhan seorang istri atau menonton film yang bertema perselingkuhan demi mendoktrin fikirannya, terkadang ia juga kusuruh memasang dildo getar berukuran kecil yang dimasukkan dalam memeknya lalu kusuruh ia bekerja. Sinta betul betul menjadi budakku dan budak perusahaan.

Perusahaan yang semula hampir bangkrut karna daya tarik sinta. Mertuakupun bangga padaku, padahal mereka tak tau kalau anak mereka terkadang kujadikan seperti pembantu dirumah. Aku sama sekali tak bernafsu pada wanita gembrot dan berwajah biasa saja itu. Saat mertuaku menanyakan kenapa kami belum memiliki anak, aku akan berkilah seribu satu alasan pada mereka. Didepan mertuaku aku bersikap baik pada istriku yang bernama dewi itu. Namun dibelakang, mereka tak tau perlakuanku padanya.

Kutengok jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, besok adalah hari minggu. Aku berniat mengajak sinta menuju villa milik istriku, aku harus menyiapkan banyak obat obatan ku demi bisa menikmati tubuh sinta, agar penyakit susah ereksi dan juga ejakulasi diniku tak ketahuan seperti saat aku dilayani LC kenalan Marcel.

Aku lalu keluar dari ruanganku, menelpon karto untuk menyiapkan mobil. Aku lalu mengajak sinta pulang.

oo0oo​

POV Sinta

Saat ini aku sedang berada didalam mobil bersama pak hendra dan juga pak karto. Aku duduk dibelakang bersama pak hendra yang merangkulku, beberapa kali ia mencium pipiku. Jika dikondisi biasa aku akan membalasnya dan berciuman bibir dengannya kemudian berlanjut dengan oral sex atau penetrasi vaginaku dengan penisnya. Namun saat ini aku sedang tak ingin melakukan itu semua. Aku memikirkan dimas yang sikapnya selama 2 hari ini berubah drastis padaku. Tak ada lagi kecupan dikening, tak ada lagi senyuman saat aku pulang.

Bahkan ia pergi saat aku pulang kerumah di malam hari dan baru pulang sekitar jam 12 malam. Aku terkadang menungguinya dan melihatnya keluar dari rumah indah, terkadang juga ia pulang dengan mengendarai motor entah dari mana dia. Saat kutanyakan ia kemana, ia sama sekali tak menjawab. Untunglah anakku kini lebih sering kutitipkan pada orang tuaku. Nina tak akan melihatku saat aku menangisi perubahan sikap ayahnya ditempat tidurku sendirian. Sementara Dimas lebih sering tidur didepan TV.

Firasatku benar benar tak enak, apakah ia mengetahui perbuatanku dengan pak hendra. Ia kini lebih sering mendiamkanku dan tak berbicara denganku.

"Sinta besok kan hari minggu ke villaku yuk", kata pak hendra sambil membelai rambutku.

"Umm nanti aku kabari yah pak", kataku.

"Tumben biasanya kamu langsung mengiyakan saja kok sekarang kayak gini?", tanya pak hendra.

Aku lalu menceritakan kekhawartiranku pada pak hendra namun ia langsung tertawa. Membuatku bertanya tanya.

"Kenapa ketawa pak?".

"Haha tenang aja sinta. Kita kan mainnya selalu rapi nggak mungkin suamimu tahu sayang".

Aku hanya diam saja sambil menenangkan hatiku lalu tersenyum pada pak hendra. Ia kemudian mencium bibirku dan aku membalasnya, kami berpagutan dengan liarnya. Sesekali tangan pak hendra meremas payudaraku dari luar bajuku.

Mobil kurasakan berhenti namun aku dan pak hendra masih terus berpagutan, tak menghiraukan suara pak karto yang memanggil manggil kami. Tiba tiba kurasakan ada sesuatu yang menghantam pintu mobil dengan keras membuatku kaget dan melepaskan bibirku dari pagutan pak hendra. Saat kutengok ke samping kananku kulihat seseorang berdiri disamping mobil.

Kuturunkan kaca mobil untuk melihat siapa orang itu. Aku begitu kaget ternyata suamiku Dimas, apa ia melihatku, apa ia yang meninju bagian pintu mobil itu. Saat kulihat tangannya, ada sedikit bengkak disana. Ia menundukan kepalanya memandangiku tajam, pandangannya lalu beralih ke pak Hendra. Dapat kulihat wajah pak hendra begitu ketakutan melihat tatapan Dimas, begitupun denganku.

"Lama sekali turun dari mobilnya, kalian ngapain",

"Ini sayang hmm ngebicarain masalah kerjaan", kataku berbohong.

"Ohh masalah kerjaan", kata Dimas sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"Hmm anu pak hendra saya pulang dulu pak", pamitku pada pak Hendra, aku lalu turun dari mobil dan berjalan berdampingan dengan Dimas. Kulihat raut wajahnya kembali datar kini. Ia masih memakai baju kantornya berarti ia bersamaan sampai dirumah denganku dan pak hendra.
Kami berdua sama sama masuk kedalam kamar tidur kami. Ia membelakangiku melepaskan kemejanya. Sudah 2 hari ini ia tak menyentuhku ataupun aku menyentuh tubuhnya. Aku lalu berjalan kebelakangnya dan lalu memeluknya.

"Mas kenapa, mas marah, kenapa 2 hari ini mas ngediemin aku, katakan mas hiks", aku mulai menangis mencurahkan seluruh isi hatiku. Walaupun secara seksual aku terpuaskan oleh hendra, namun hatiku benar benar mencintai Dimas, pria yang menjadi suamiku ini. Pria yang baik dan bertanggung jawab.

"Mas jangan diam aja mas, kalo aku punya salah katakan mas", kataku sambil tetap sesenggukan. Air mataku membasahi punggung bajunya. Tiba tiba dimas berbalik dan memelukku, kubalas pelukannya dengan erat.

"Maaf yah sinta, karna nyuekin kamu", bisik dimas padaku. Ia lalu mencium keningku. Padahal baru 2 hari namun aku begitu merindukan kecupan dimas didahiku, kecupan yang selalu membuatku tenang. Setelah melepaskan pelukannya ia lalu mengusap air mataku.

"Besok hari perayaan aniversary kita, aku sebenarnya sibuk buat mengurus hal itu sayang hehe maaf yah". Kata dimas sambil tertawa kecil. Membuatku gemas dan mencubit pipinya

"Ihh jahat kamu mas, jahat mas jahat", kataku sambil mencubitnya.

"Adwuuh swakkitt, lweppasin atuh".

"Nggak ini hukuman kamu gara gara diemin aku rasain nih rasain".

"Aawmpwun aduh".

Aku tertawa kecil dalam hati melihatnya mengaduh dan memohon ampun padaku. Setelah kulepaskan kedua tanganku yang mencubit pipinya.aku lalu mencium kedua pipinya lalu bibirnya. Namun tak lama kemudian ia melepaskan ciumanku.

"Udah ah saatnya mandi eh iya besok aja pak hendra dan pak karto yah sayang", kata dimas

"Loh kok diajak sih mereka kan spesial buatku kok mereka harus ikut?".

"Nggak apa atuh, soalnya lumayan besar nih acara kan aku juga ngajak teman temanku kayak marcel, andi dan indah juga.

"Ya sudah kalau gitu nanti aku telfon pak hendra sekalian ngajakin pak karto juga".

"Sip deh muaach, mandi ah".

"Mandi bareng yuk", kataku sambil mengedipkan kedua mataku.

"Haha mending mandi sendiri", kata dimas sambil mengacak acak rambutku kemudian lari dan menyambar handuknya yang tergantung di atas kursi lalu ia keluar dari kamar.

"Ihh dimas jelek", kataku berteriak manja padanya.

Aku lalu menelfon pak hendra mengabarkan padanya bahwa ia diundang ke acara aniversari pernikahanku dengan dimas, pak hendra mengiyakan dan ia juga mengajakku kembali untuk pergi ke villa setelah acara tersebut. Aku hanya mengatakan liat saja nanti.

***​

Kini aku dan dimas sedang berbaring diatas tempat tidur, saling berangkulan setelah makan malam berdua dengan posisi aku dipangku dimas tadi. Ia terlihat melamun sambil menatap langit langit.

"Kamu kenapa sayang kok melamun?", tanyaku sambil mengusap usap rambutnya.

"Hehe nggak lagi kepikiran aja ama kisah cintaku pas smp".

"Hooh yang pas kamu diselingkuhin ama pacar pertamamu yah sayang?".

"Hehe iya, semoga kejadian itu nggak keulang lagi, selama ini kamu setiakan sayang?".
Pertanyaan dimas membuatku terdiam cukup lama, aku merasa sangat bersalah selama 3 tahun aku mengkhianatinya. Entah bagaimana perasaannya jika tahu hubunganku dengan hendra.

"Nggak kok sayang aku tetap setia", kataku berbohong. Maafkan aku dimas, setelah aniversary ini aku janji aku akan jadi istri yang baik untukmu, aku akan berhenti bekerja mengurus nina, anak yang entah hasil dari benihmu atau benih pria lain itu. Tapi aku janji tak akan mengecewakanmu. Yah setelah esok hari, aku berjanji akan menjaga bahtera rumah tangga kita.

"Ya sudah tidur yuk jam 10 besok kita harus bangun pagi. Buat acara spesial kita", kata dimas sambil memejamkan matanya. Akupun memeluk tubuhnya erat. Esok hari begitu kunantikan. Besok adalah hari yang indah buatku, besok adalah hariku untuk menjadi istri yang baik bagi dimas. Aku berjanji akan menjalankan tugasku sebagai istri yang baik buatmu.
Dalam ketenangan dan kehangatan pelukan dimas. Aku tertidur berharap semoga besok menjadi hari yang indah buatku.

Pov Sinta

Pagi pagi jam 8 aku terbangun dari tidurku, tak kulihat dimas disampingku. Saat aku keluar dari kamar kulihat dimas sedang merokok sambil menelfon seseorang, samar samar aku mendengar dimas menanyakan apa semua sudah siap dan juga ia selalu berkata yakin akan rencananya.
Saat kutanyai dimas, ia sedang menelfon siapa. Ia menjawab bahwa ia sedang menelfon marcel dan juga jam 10 nanti supir marcel akan datang menjemputku dan juga indah serta Andi. Dimas juga mengingatkanku untuk mengabari pak hendra.

Akupun mengabari pak hendra melalui telefon. Ia mengiyakan saja dan akan datang kerumahku pukul setengah 10 bersama dengan pak karto. Akupun berinisiatif untuk mandi terlebih dahulu, aku harus tampil cantik hari ini. Setelah aku mandi, dimas kemudian menggantikanku untuk membersihkan dirinya. Aku lalu menuju ke kamar dan memilih pakaian terbaikku. Tak lama dimaspun datang dan ikut memakai pakaian. Ia menggunakan kemeja dan juga celana panjang jeans.

"Udah cantik belum sayang?", tanyaku pada dimas meminta pendapatnya tentang dress merah yang kupakai.

"Iya udah cantik kok", kata dimas sambil tersenyum, tapi entah kenapa senyumannya berbeda, seperti ada sesuatu yang ia pikirkan.

"Kamu kenapa sih?", kataku sambil berusaha memeluknya.

"Hehe nggak, hmm cuma takut aja nanti kamu nggak suka acara yang kubuat". Kata dimas

"Aku pasti suka kok sayang".

"hehe iya, eh kayaknya ada orang didepan deh yuk keluar", kata dimas saat kami berdua mendengar seperti ada suara ketokan pintu.

Kami berdua menuju ke ruang tamu, kemudian dimas membukakan pintu, ternyata pak karto dan pak hendra sudah datang. Sejenak dapat kulihat pandangan kedua orang itu begitu bernafsu melihat bagian atas payudaraku yang menyembul dibalik dadaku yang tak tertutupi sempurna oleh dress ini karna memiliki potongan leher yang cukup rendah.

Tak lama kemudian sebuah mobil sedan berwarna putih datang, lalu turun seorang pria berumur 50an yang mengaku sebagai supir marcel, dimaspun segera menuju ke rumah Indah sedangkan aku ditinggalkan bersama pak hendra dan pak karto.

"Kamu sexy sekali sayang, iya nggak to", kata hendra ke pak karto

"Iya bos", jawab pak karto sambil memandangi dadaku lekat.

"Kamu ikut mobil kita yah", ajak pak hendra.

"Hmm aku..", belum sempat aku menjawab Dimas sudah kembali bersama Indah yang memakai gaun yang menutupi seluruh tubuhnya dan juga memakai jilbab yang cukup lebar.

"Yok berangkat", kata dimas pada kami.

"Loh andi nggak ikut?", tanyaku.

"Nggak, dia kerja", kata indah singkat tanpa melihat wajahku, aneh ada apa dengan Indah.

Kami pun menuju mobil masing masing, aku bersama Indah duduk dibelakang sementara dimas duduk didepan disamping supir. Perjalananpun dimulai, mobil pak hendra mengikuti mobil yang kutumpangi ini. Selama perjalanan baik Indah maupun dimas tak ada yang menemaniku berbicara, entah kenapa firasatku buruk sekali.

Sejam kemudian kami tiba di pinggiran kota, setelah memasuki sebuah kawasan hutan kami sampai di sebuah rumah yang cukup besar, kulihat Marcel berdiri didepan pintu bersama Linda dan juga wanita yang 2 hari lalu datang bersama Dimas, kenapa wanita itu ada, apa dia teman dimas, atau jangan jangan ia datang dan ingin mengacaukan perayaan aniversariku. Setelah sampai, kami semuapun turun dari mobil, kami lalu mendatangi marcel dan kedua wanita itu.

"Loh Dian kok ada disini", kata pak Hendra.

"Hehe, kan aku temennya dimas juga pak", kata wanita bernama dian itu.

"Udah siap semua cel?", tanya dimas.

"Udah kok, yok masuk".

Saat aku masuk aku begitu takjub, begitu banyak hiasan bunga mawar kesukaanku di sekitar ruangan, bahkan ada sebuah baliho bertuliskan HAPPY ANIVERSERRY", kami terus berjalan masuk, ada sebuah kue yang cukup besar disana dan diatasnya terdapat lilin berangka 3 yang sedang terbakar.Kami lalu berdiri mengelilingi kue itu.

Dimas menyuruhku untuk meniup lilin, sebelum kutiup aku berdoa semoga usia pernikahanku berlangsung lama, hingga maut memisahkanku dan Dimas. Setelah itu aku memotong kue dan memberikannya pada dimas, ia lalu menyuapiku dengan kue yang kuberikan tadi, sisa kue itu kemudian ia makan.

"Selamat yah say, eh maksudku dimas", kata dian lalu memeluk dan menciumi kedua pipi dimas, aku benar benar tak suka akan kehadirannya. Aku kembali terkejut saat indah melakukan hal yang sama pada Dimas, kedua wanita itu tak ada yang menyalamiku.

"Ayo semua makanan udah disiapin", kata marcel mengajak kami.

Kami lalu menuju ke ruang makan, disana sudah tersedia minuman dan makanan diatas meja. Didepan masing masing kursi sudah bertuliskan nama kami. Aku duduk diapit oleh pak hendra dan pak karto sementara dimas duduk diapit oleh dian dan indah. Awalnya aku protes ke Dimas namun ia mengatakan bahwa ini bagian dari kejutan, aku kemudian menerima saja. Selama waktu makan itu, kulihat beberapa kali Dimas disuapi oleh Indah dan juga Dian. Membuatku benar benar cemburu.

"Heh bisa tidak nggak usah disuapin".

"Ih inikan buat ngehormatin yang punya acara", kata dian sinis padaku.

"Udah Sinta, jangan marah, dian hentikan saja", kata dimas pada dian.

Setelah menyelesaikan makan, akupun meminum jus jeruk yang tadi sudah disediakan dimeja kami. Tak berapa lama entah perasaanku saja aku mulai pusing, saat pak hendra ingin berdiri dari kursi, ia tiba tiba ambruk sambil memegangi kepalanya, saat pak karto ingin membantunya, pak kartopun ikut ikutan pingsan. Tapi kenapa semua orang tak panik dan hanya melihat mereka saja, tak lama kemudian akupun juga merasakan kepalaku mulai berat, pandanganku mulai kabur dan tiba tiba semua gelap.

oo0oo​

Pov Dimas

Aku hanya diam saja saat melihat Sinta dan juga Hendra bangsat juga si tua bangka karto pingsan, kupandangi wajah cantik istriku yang pingsan dengan posisi duduk. Rupanya obat yang dituangkan oleh Indah dan Dian pada minuman mereka telah bereaksi sempurna. Aku sebenarnya merasa iba pada Sinta harus memperlakukannya seperti ini. Namun perbuatannya sungguh tak termaafkan olehku.

"Cel bantu gue pindahin Sinta ke kamar", kataku pada marcel. Kami lalu menggotong sinta menuju kamar dan mendudukkannya pada sebuah kursi yang terdapat layar proyektor milik marcel. Kami lalu mengikatnya agar sinta tak terjatuh dari kursi. Rencanaku sebenarnya tak begini awalnya, namun indah menyarankanku agar aku melakukan ini semua karna ia mengatakan ingin memakai ranjang yang ada dikamar itu namun aku tak tau apa yang ia inginkan.

Kami lalu keluar dari kamar itu dan kembali menuju ruang makan memindahkan hendra dan juga karto menuju ruang tengah dan lalu mengikatnya pada sebuah kursi. Saat aku memegang tubuh mereka rasanya aku ingin membanting mereka kelantai namun aku tak mau mengacaukan rencanaku sendiri. Setelah mengikat mereka dian lalu meminta marcel dan linda untuk mengantarkannya menuju rumah pak Hendra. Meninggalkanku berdua dengan indah.

Aku lalu meminta ijin pada indah untuk sekedar merokok diluar,namun indah ternyata ingin menemaniku. Ia mungkin tahu bahwa perasaanku saat ini tengah kacau balau bercampur aduk antara rasa amarah dan juga kecewa pada Sinta juga kedua teman kantornya itu.

"Fyuuuhhhh", aku mendengus sambil menghembuskan asap rokokku seakan ingin membuang seluruh beban pikiranku.

"Aku mau kamu ngontrol diri kamu yah Dim, aku tau kamu saat ini lagi kacau perasaan juga fikirannya".

"Iya, makasih yah dek", kataku sambil merangkul pinggul indah yang duduk disampingku dilantai teras villa ini".

Kami lalu berbincang membahas hal yang lain. Ia begitu gembira saat menceritakan jika ia nanti memiliki anak, walaupun anak itu bukan anak Andi. Namun ia berkata bahwa rasa sayangnya pada Andi tak pernah berubah. Kami berbincang hingga tak terasa pukul 1 siang saat tiba tiba aku mendengar suara teriakan laki laki dari dalam.

"TOLLOOONNGGGG!!!". Suara pak Hendra begitu nyaring terdengar.

"Nggak usah teriak teriak!!", gertakku saat berhadapan dengan hendra dan pak karto yang sudah sadar terlebih dahulu.

"Kenapa kami diikat pak Dimas", kata pak karto.

"Iya,apa apaan ini pak Dimas saya bisa melaporkan anda kepolisi?, gue nggak salah dengar?, beratan mana ama hukuman orang yang jadiin istrinya kayak pembantu, beratan mana ama orang yang make badan istri orang?, beratan mana ama orang yang tega menyiksa istrinya demi harta", kataku sambil menatap tajam mereka sambil mengungkapkan segala perbuatan Hendra yang kudapat dari Dian.

"Apa maksud bapak?", tanya hendra dengan wajah kebingungan.

"Maksud gue ini anjing, bugghhh", kataku lalu memukul wajah pak hendra sekali dan juga wajah pak Karto yang sedari tadi sudah terlihat gemetar ketakutan.

"Udah dim, ingat janji kamu tadi", kata Indah sambil berusaha menarik tubuhku.

"Indah lebih baik kamu jaga sinta dikamar aku nggak mau kamu ngeliat aku sekarang".

"Nggak aku disini aja ngawasin kamu".

"Plis indah yah", kataku.

"Oke tapi cuma 5 menit aku tinggalin kamu", kata indah sambil berlalu pergi.

"Apaan isshh aappan ini pak kok kami dipukul?", kata Hendra sambil meringis kesakitan.

"Kenapa? Lo masih belum sadar juga kesalahan lo anjing hah?", kataku mulai sangat emosi.

"Apa salah kami emang", tanya hendra seperti menantang, rasanya ingin kuhancurkan wajahnya itu.

"Salah lo, liat nih bangsat", kataku sambil memutar video yang berisi perbuatan bejat mereka bersama sinta.

"Dddaari man buggghhhh", belum sempat hendra berkata apa apa aku sudah menghantam bagian pipi kirinya dengan tendanganku yang cukup keras

"Ampun pak Dimas, ampun", kata pak karto mengiba

"Dasar bangsat tua bangka !!", kataku lalu memukuli wajah dada dan perutnya bertubi tubi terakhir kuberikan ia tendangan tepat didadanya sehingga ia terjatuh bersama kursi yang ia duduki.

"Ammpuun pak Dimas, Ammpuunnn", kata Hendra yang seperti ingin menangis seperti banci. Kujambak rambutnya sambil menatap tajam matanya.

"Ampun? Nggak ada ampun buat bangsat babi kayak loe", kataku lalu membenturkan lututku kewajahnya berkali kali sambil tetap memegang kepalanya sebagai tumpuan. Lututku mampu mencapainya karena ia terduduk disebuah kursi yang cukup pendek.

"Dimas!!!, cukup dimas", Indah tiba tiba menarikku menghentikan perbuatanku. Kulihat wajah pak karto dan hendra sudah dipenuhi darah, bahkan dapat kulihat jika gigi pak karto terlepas dan tercecer di lantai ruangan ini.

"Kenapa mereka??, aduh dim kan gue udah bilang sabar". Kata marcel yang mendudukkan kembali kursi yang diduduki pak karto.

"Dasar menantu bajingan, bugghhh", kepala hendra dipukul memakai tongkat oleh seorang pria tua dan disampingnya adalah seorang wanita bertubuh cukup gemuk yang mungkin adalah istri hendra seperti yang diceritakan dian.

Aku lalu mematikan video yang terputar di layar,setelah itu aku berdiri dihadapan hendra sambil melipat kedua tanganku didepan dadaku.

Sekarang lo ceritain kenapa bisa sinta mau maunya ama loe bangsat", perintahku.

Dengan gemetaran sambil meringis kesakitan ia lalu menceritakan semuanya, setiap kata demi kata darinya seakan kilatan petir yang menyambarku, sungguh keji perbuatan mereka. Aku lalu kembali memukul wajah hendra. Saat tiba tiba marcel menahanku.

"Udah dim, apa lo nggak puas lo udah bikin mereka bonyok kayak gini?", kata marcel.

"Gue nggak bakalan puas sebelum mereka mati".

"Sabar dimas,sabar", kata Dian sambil memegang tanganku.

"Saya selaku pemilik perusahaan sungguh meminta maaf nak dimas, akibat perbuatan menantu atau lebih tepatnya mantan menantu saya ini ikut melibatkan istri nak dimas".

"Nggak perlu meminta maaf pak, bukan salah bapak kok", kataku.

"Yok dim ikut aku", kata Indah tiba tiba meraih tanganku dan menyeretku kekamar.

"Ada apa Dek?". Tanyaku usai kami masuk dalam kamar. Bukannya menjawab pertanyaanku indah malah melucuti seluruh pakaiannya.

"Loh?".

"Nggak usah kaget dimas. Daripada kamu ngelampiasan emosi kamu dengan cara seperti tadi, mending kamu lampiasin seluruh kekecewaanmu pada sinta dengan menyetubuhiku didepannya". Kata Indah.

"Nggak indah, apa bedanya aku dengan sinta jika aku seperti itu".

"Bukan begitu bang, anggap ini sebagai pembalasan buatnya jika ia mampu melakukan hal itu maka kamupun bisa". Kata Indah.

"Baiklah", kataku sambil meneguhkan hatiku.

##BRT##​



Pov Sinta

"Uhh terus mass ahh"

"Plok plok plok".

Saat aku tersadar aku mendengar suara erangan, dan suara tepukan, mataku masih berat untuk kubuka. Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Ingin kugerakan tubuhku namun aku tak bisa, tanganku seperti terikat di posisi aku yang sedang duduk saat ini.

Suara erangan itu makin lama makin terdengar jelas, saat aku membuka mataku sinar cahaya mentari menyilaukan mataku, sepertinya hari sudah mulai sore. Mataku terbelalak saat melihat apa yang disinari oleh cahaya itu. Diatas tempat tidur dimas sedang menyetubuhi seorang wanita dengan posisi doggy.

"Ahh indah mau keluarr dek",

"Ahhh mas keluarrin mas hamilin akuhh oohhh",

"Indahh kelluaerr" erang dimas

"Ahhh indah jygga mass, ohh", teriak indah.

"TTTTTTIIIIDDDAAKKK HHEENNNTTIIIKKAANNN", Teriakku sambil menangis, membuat mereka menoleh padaku.

"Mas, kenapa mas, kenapa mas ngelakuin itu mas hiks,kenapa aku diikat seperti ini mas",tangisku pecah, hatiku benar benar hancur melihat dimas melakukan sex dengan wanita lain.

Indah kemudian merebahkan diri, sementara dimas berdiri dan memakai celana kolornya lalu ia berjalan mendekatiku.

"Kenapa?, harusnya aku yang menanyakan sayang kenapa kamu selingkuh", tanya dimas sambil menatapku tajam.

"Aku tak pernah berselingkuh mas", kilahku.

"Ohh ya?, liat ini". Kata dimas sambil menyalakan tv yang ada dikamar ini, aku terbelalak saat melihat videoku yang sedang disetubuhi pak hendra didepan dimas yang sedang tertidur ada disana.

"Mmm mas akku akku hiks", kataku sambil menangis terisak.

"Kenapa nggak bisa mungkir lagi kan, apa salahku sebenarnya sinta sama kamu, apa?",

"Maaf mas, maaf". Aku hanya bisa menunduk sambil menangis.

"sinta taukah kamu perasaanku saat pertama kali melihat video itu, duniaku seakan runtuh, aku benar benar sakit hati padamu, ingin rasanya aku membunuh bosmu. Aku tak menyangka kepercayaanku padamu, dengan membiarkanmu bekerja ternyata kamu salah gunakan.

"Maaf mas hiks maaf",

Sambil menunduk aku menyesali semua perbuatanku. Terdengar kemudian suara indah yang berpamitan pada dimas lalu keluar dari kamar yang cukup luas ini. Hanya isakanku yang kemudian terdengar dikamar ini.

"Sinta aku akan menceraikanmu, aku akan kekalimantan 4 hari lagi, aku akan lama berada disana", kata kata dimas membuatku menegakkan kepala menatapnya sambil berlinang air mata.

"Jangan mas jangan, aku akan berubah mas, demi kamu, demi nina, jangan tinggalin aku mas hiks".

"Ini demi kebaikanmu, sebagai pelajaran buatmu, tak ada lelaki yang suka diselingkuhi sinta, sama seperti wanita yang tak ingin diduakan".

"Aku janji mas hiks, akan berubah, aku juga akan berenti dari hiks pekerjaanku".

"Terlambat sinta sudah terlambat, berkas perceraian kita sudah ku urus yang kamu lakukan hanya tinggal menandatanganinya saja".

"Hiks mas hiks", aku semakin menangis, hari Aniversary yang harusnya aku bahagia disaat merayakannya, malah kesedihan yang dalam yang kurasakan.

Dimas kemudian melepaskan ikatanku. Aku langsung bangkit dan memeluknya sambil terus menangis. Sementara ia hanya diam saja tak membalas pelukanku.

Ia kemudian menuntunku duduk diranjang, lalu memintaku menceritakan awal mula perselingkuhanku juga menanyakan apakah nina adalah anaknya atau bukan. Dalam tangis aku menceritakan semuanya, kuharap kejujuranku dapat merubah keputusan dimas. Setelah aku menceritakan semua.

"Jadi kamu merasa aku tak bisa puasin kamu, kamu pernah nggak sih berfikir kalo kamu dimanfaatin selama ini, kamu hanya terbuai kenikmatan sementara sinta". Kata kata dimas sungguh membuat nafasku tercekat.
Ia lalu memakai baju kaosnya dan mengajakku keluar. Di ruangan lain itu kulihat pak karto, pak hendra, seorang pria tua yang tak kukenali ada disana, istri pak hendra pun ada disana sedang berdiri disamping dian.

"Saya tidak menyangka kamu memperbudak anak saya, mulai sekarang kamu harus berenti dari pekerjaanmu dan tenang saja saya jamin kamu akan masuk penjara untuk waktu yang cukup lama", kata pria tua itu sambil merangkul istri pak hendra.

Kondisi pak hendra dan pak karto sungguh mengenaskan. Mereka babak belur disekitar wajahnya. Saat mereka melihat Dimas yang datang bersamaku, mereka yang dalam kondisi terikat ketakutan seperti melihat monster.

"Ampun pak dimas jangan pukuli saya lagi", kata pak hendra memohon.

"Saya cuma mau kamu ceritain motif kamu lagi pada sinta", kata dimas.

Pak hendra pun mulai menceritakan semuanya, ia memperalatku selama ini. Secara detil ia menceritakan kejadian 3 tahun lalu bagaimana bisa ia mendapatkanku. Airmataku berlinang, selama 3 tahun aku dibohongi, aku benar benar baru merasa jijik dengan diriku sekarang.

"Pak tua ini bisa kuat melayani kamu karna ini", kata dian sambil membawa sebuah tas besar lalu ia menumpahkan seluruh isi tas itu yang ternyata berupa botol obat obatan.

"Tahukah kamu kalau dia itu menderita ejakulasi dini dan susah untuk ereksi, kalo tak percaya coba buktiin gue jamin nih orang bakalan muncrat sebelum 1 menit", kata dian lagi.
Tentu saja aku tak akan melakukan kata kata dian, semua kenyataan yang kudapatkan sekarang betul betul membuat kepalaku pusing. Dan kembali pandanganku gelap.

oo0oo​

Aku tersadar saat malam hari. Tapi kulihat kamar tempatku berbaring ini cukup familiar ini adalah kamar di rumahku saat aku keluar dari kamarku kudapati ibuku yang tengah memangku nina sedang berbicara dengan ayahku sambil ditangannya memegang sebuah kertas.

"Duduk sini sinta kami mau bicara", kata ayahku setelah mendapatiku memandangi mereka.

"Dimas sudah cerita semuanya, kami berdua sangat malu dengan kelakuanmu", kata ayahku. Aku hanya bisa menunduk dan menangis, ninapun ikut menangis melihatku bersedih.

"Hiks kenapa kamu bisa berbuat seperti itu nak hiks", kata ibuku yang juga ikut menangis.

"Maafin sinta mah, hiks pah maafin sinta". Aku hanya bisa mengatakan maaf pada mereka.

"Papah sebenarnya ingin mengusirmu saja karna membuat kami malu, tapi dimas menahan papah agar tak marah padamu, dimas betul betul laki laki yang baik. Ini kamu tandatangani surat perceraian yang dia kasih ke papah tadi". Kata ayahku sambil menyerahkan surat itu. Aku sama sekali tak bergeming, aku benar benar tak ingin berpisah dengan dimas.

"Nak, inilah akibat dari kelakuan kamu, kamu berbuat kamu harus berani bertanggung jawab, apa kamu ingin menjalani rumah tangga dengan pria yang sudah hilang rasa kepercayaannya padamu, dengan lelaki yang sudah sangat sakit hati kau buat, syukurlah dimas masih bisa bersabar, kalo seandainya ayah yang ada diposisi dimas ayah tak tau apa yang akan ayah lakukan padamu. Jadi tanda tangani saja, terimalah keputusan dimas".

Dengan berat hati akupun menandatangani surat itu. Tetesan air mataku membasahi surat perceraianku. Berakhir sudah 3 tahun bahtera rumah tanggaku bersama dimas. Maafkan aku dimas sungguh maafkan aku.

Pov Dimas

3 HARI KEMUDIAN.

Ini adalah hari perceraianku, saat ini hakim telah mengetok palu tanda aku sudah resmi menyandang status Duda. Hak asuh nina dibebankan ke sinta, namun aku tetap akan memberikan biaya untuk nina terlepas dia anakku ataupun bukan, namun dalam hatiku aku sudah benar benar menyayangi anak berumur 2 tahun itu. Aku kemudian mendatangi sinta dan orang tuanya juga nina untuk sekedar bersalaman.

"Bu, pak maafkan aku kalau selama ini punya salah", kataku setelah menyalami mereka.

"Kami yang harus meminta maaf nak dimas", kata ayah sinta.
Sinta hanya menunduk dan menangis saja, aku kemudian mendatanginya. Sinta memandangku dengan berurai air mata penyesalannya. Sementara nina yang digendongnya tersenyum padaku.

"Maafkan aku mas, hiks maafkan aku", kata sinta.

"Sudah, aku pasti akan memaafkanmu, semoga jika kamu sudah memiliki pendamping hidup yang lain, hargai pasanganmu, jangan rusak kepercayaan mereka yah, jadikan semua ini sebagai pembelajaran buatmu" , kataku sambil membelai rambutnya.
Saat aku akan berbalik meninggalkan mereka, langkahku terhenti karna mendengar suara baru dalam hidupku, suara cempreng anak anak.

"Pa, pa, pa", suara itu keluar dari mulut mungil nina.
Aku benar benar terkejut, aku lalu menggendongnya sembari ia mengucapkan kata "pa", hatiku terenyuh, kenapa harus saat ini kau mengatakannya nina, hampir saja airmataku menetes.Dengan rasa dilema dalam hatiku, kukembalikan nina ke pelukan sinta, dan pergi meninggalkan mereka.

Aku lalu menuju ke rumah Andi dan Indah tempatku menginap selama beberapa hari kemarin. Selama itu terkadang aku dan Indah tetap berhubungan badan, memastikan bahwa aku dapat menghamilinya, disaat Andi bekerja dimalam hari. Walau kutau Andi mengijinkanku namun aku benar benar tak enak hati padanya.
Aku hanya terdiam di ruang tamu rumahnya sambil merokok, ditemani oleh Andi.

"Bagaimana perasaanmu sekarang bang", tanya Andi.

"Entahlah ndi, fyuuuhh entahlah", kataku sambil menghembuskan asap rokokku.

"Ya sudah bang, ngomong ngomong kulihat indah makin ceria saat abang tinggal disini",

"Haha indah memang selalu ceria kok Andi", kataku.

"Hehe jika suatu saat aku nggak pulang dari kerja tolong jagain Indah yah bang", kata Andi.

"Hei kau ngomong apa, aku kan bakalan pergi ke kalimantan besok kamu yang harusnya jagain Indah.

"Ya sudah yok maen game, lupain aja kata kataku bang".

Aku dan andi bermain game hingga malam menjelang, setelah itu andi pamit untuk bersiap siap untuk pergi bekerja. Setelah andi pergi, kusiapkan barang barangku di kamar tamu rumah andi, lalu bergegas mandi. Seusai mandi aku ditemani Indah menonton televisi. Ia membaringkan badan dan kepalanya bertumpu di pahaku.

"Besok jam berapa berangkat mas?", kata Indah.

"Hmm pagi jam 7".

"Mas, sebelum mas pergi aku mau kita melakukannya sekali lagi", kata Indah sambil bangkit dari pahaku. Ia lalu menarik tanganku menuju kamarnya dan melepas jilbab serta pakao

"Ohh dek", kataku sambil memegangi kepalanya. Ia begitu telaten menjilati penisku. Ia lalu bangkit dan menyambar bibirku. Setelah itu dengan merangkak menaiki tempat tidur lalu Indah tidur terlentang diatas kasur, sejenak aku hanya memandanginya lalu akupun mulai mendekati indah, dan mulai mencumbui dada indahnya, lelah bermain dengan payudara kirinya, jilatanku kupindahan ke dada kanannya.

"Uhh sshh", indah mendesah.
Cumbuanku turun menuju perutnya, kukangkangkan kakinya lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah amat becek,.

"Ahh mas uhh enak", kata indah
Kumainkan lidahku menyusuri bibir vaginanya, dengan tak sabar indah malah menarik tubuhku ke atas dan menciumi bibirku.

"Langsung aja mas uhh", kata Indah sambil tangannya menyentuh penisku dan menuntunnya menuju vaginanya. Dengan sekali hentakan peniskupun sukses masuk ke liang kenikmatannya.
Tak perlu waktu lama aku mulai menggenjot vagina Indah yang lembab dan hangat itu, mulutku bergantian menyedoti payudaranya terkadang mencium bibirnya.

"Uhh ahh enak mas, trus genjot", erang indah.

"Memekmu sempit banget dek".

"Uhh iya mas aduh enakk", indah mengerang sambil mengunci tubuhku diatas tubuhnya.

Bosan dengan posisi misionaris aku pun merubah posisi Indah agar menungging, dengan posisi ini selangkanganku begitu dimanjakan oleh pantat Indah yang montok, betapa nikmat saat selangkanganku itu menghantam pantatnya

15 menit kupompa tubuh Indah, peluh sudah bercucuran, tanganku makin liar meremasi payudara Indah dari belakang sambil sesekali berciuman.

"Uhh aduh mas, indah dikit lagi nih auhh uhh".

"Ah indah aku juga.. ahh",

"Keluarinn mas keluarrin dimemekku".

"Ahh inndaahhhh"

"Uhhh bang Dimas"

Tubuh kami berdua sama sama menegang, begitu banyak sperma yang kusemprotkan di dalam vaginanya. Setelah gelombang orgasme kami sama sama mereda, kami berdua langsung ambruk berbaring menyamping, tubuh Indah kupeluk dari belakang tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Kami berdua sama sama kelelahan dan langsung tertidur.

**​

Kini aku sudah berada di bandara bersama Indah, Dian, Linda, dan juga marcel. Mereka mengantarkanku pagi pagi sekali. Tak terasa sebentar lagi aku akan meninggalkan kota Ini dan merantau ke kalimantan. Secara bergantian mereka menyalamiku dan berpesan padaku untuk berhati hati.

Dian dan indah menangis saat melepaskanku masuk ke dalam bandara, aku lalu menunggu didalam hingga kemudian para penumpang pesawat yang kutumpangi dipanggil untuk menaiki pesawat, selama sejam diatas pesawat aku melamun, begitu banyak yang terjadi dalam hidupku, pengalamanku bersama sinta, saat aku bersama Dian dan pengalaman pahit yang dialaminya, permintaan gila Andi dan indah, semua pengalaman itu terus bermain di kepalaku hingga aku tiba di kota tempatku akan bekerja selama beberapa tahun. Aku harus semangat menyongsong hari hariku.

oo0oo​

3 TAHUN KEMUDIAN
Tak terasa sudah 3 tahun aku berada disini, perusahaan pusat memanggilku untuk kembali kesana, tak banyak kenangan disini karna aku hanya menghabiskan Hari hariku dengan bekerja. Beberapa kali aku dikenalkan dengan wanita lokal namun aku tak tertarik, seluruh usahaku kini tak sia sia, kini aku akan menjadi wakil manajer di perusahaan pusat.
Malam hari aku telah tiba dibandara kota ini, kota yang penuh kenangan manis bersama 3 wanita yang kini kutak tau kabarnya bagaimana, saat 6 bulan aku dikalimantan, handphoneku terjatuh saat aku berada dilapangan tempat penggalian batubara. Aku tak tahu siapa yang menemukannya atau mungkin juga sudah rusak karena terlindas mobil pengeruk batubara.

Aku lalu mencari taksi dan mencari penginapan disekitar pusat kota, esok aku harus segera pergi bekerja. Esok paginya akupun bersiap siap menuju kantor, dan memulai pekerjaan baruku, pekerjaan yang tak terlalu berat menurutku, tak terasa sorepun menjelang, kuputuskan untuk sekedar berkunjung kerumah Indah.

Memasuki gang menuju rumah Indah kembali terkenang semua kenangan 3 tahun lalu, sesampainya disana aku hanya berharap semoga Indah tak pindah rumah. Akupun mengetuk pintu rumahnya dan tak lama kemudian seorang wanita berjilbab membukakanku pintu. Dialah Indah.

"bang Dimas", ucap Indah lirih dengan mata berkaca kaca

"Indah apa kabar", tanyaku namun tak dijawab oleh Indah dan malah memelukku erat dan kemudian menangis

"Jahat kamu mas, ngilang gitu aja nggak pernah bisa dihubungi",

"Hehe maaf yah Indah",

Tiba tiba dari dalam rumah muncul kedua orang tua indah, ibunya tengah menggendong seorang bayi laki laki yang matanya mirip denganku, apakah dia anakku, aku bertanya dalam hati.

"Oh nak Dimas ayo masuk masuk", kata ibunya Indah.

Akupun masuk ke rumahnya dan duduk di ruang tamu, Indah kemudian menemaniku berbincang
sembari meminum teh yang ia buat.

"Oh iya Andi mana dek?", tanyaku. Indah hanya tersenyum tipis lalu menunduk.

"Mas Andi, dia sudah meninggal 2 tahun lalu mas", kata Indah lirih. Aku benar benar terkejut dengan jawaban Indah.

Indah dengan mata berkaca kaca menceritakan bahwa Andi meninggal disaat ia sedang bertugas, saat itu ia berusaha menangkap pencuri yang beraksi didalam Mal yang dijaganya, namun naas saat mengejar dan menangkap pencuri itu, Andi dan pencuri itu terjatuh dari eskalator. Kepala Andi menghantam lantai dan ia mengalami pendarahan hebat, belum sempat ambulans datang, nyawa Andi sudah tak dapat ditolong lagi. Inikah maksud kata kata andi dahulu padaku.
Aku hanya dapat memeluk indah berusaha menenangkannya. Disaat impian mereka terwujud, andi malah harus meninggalkan Indah dan juga anak yang dilahirkannya.

"Sudah jangan menangis lagi", hiburku.

Setelah indah tenang, kualihkan pembicaraanku ke hal hal lain yang tak menyangkut masalah Andi. Setelah itu akupun menuju Penginapanku.

--×--​



Selama 6 bulan aku selalu bersama Indah, terkadang aku datang menemui nina yang kini berusia 5 tahun, nina kini memanggilku dengan sebutan papah, ia begitu senang bertemu denganku. Saat kutanyakan dimana keberadaan sinta, mereka bilang kalau sinta sedang berada diluar kota menemani ibu dewi mantan istri pak hendra yang kutau, pak hendra kini berada dalam penjara bersama pak karto. Sinta masih diterima bekerja di kantor lamanya karena kebaikan hati ibu dewi.

Saat usia hubunganku dengan Indah 7 bulan, kuutarakan niatku untuk menikahinya, agar aku bisa lebih menjaganya, juga dapat ikut membesarkan Didi, nama anak yang dilahirkan oleh Indah, gabungan nama Andi dan juga namaku.
Saat pesta pernikahan keduaku, Marcel dan linda hadir, dian juga hadir bersama pacarnya, sinta dan orang tuanya datang bersama Nina, dalam tangis Sinta berpesan pada Indah untuk tidak seperti dirinya, suasana haru sejenak melingkupi pesta pernikahanku saat istri dan mantan istriku berpelukan sambil menangis.

Kini aku sudah berbaring bersama Indah di ranjang kami didalam kamar rumah yang cukup mewah yang aku beli dengan hasil kerjaku. didi tidur diranjang khususnya yang ada disamping tempat tidur kami.

"I love you mas", kata Indah lalu kemudian tidur dengan memelukku. Sementara aku hanya menatapi wajahnya sambil tersenyum lalu berdoa dalam hati. Semoga BAHTERA RUMAH TANGGA kami berjalan hingga maut memisahkan kami.

"Ilove u too Istriku".


0 comments:

Post a Comment