Semakin lama obsesiku itu semakin menjadi, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menceritakan obsesiku itu padanya suatu malam ketika hendak tidur,
“Rin, aku ingin melihatmu bersetubuh dengan pria lain, mendesah dan menggelinjang di pelukannya. Melihat memekmu dimasuki kontol lain bikin aku jadi horny.”
istriku tercinta, Ririn (25 tahun) yang memang seorang wanita yang alim dan konservatif langsung marah dan menolak obsesi gilaku itu.
“Kamu gila ya Mas? Kamu pikir saya ini wanita apaan?” marahnya.
“Rin…Rin, calm down!” aku memegang kedua bahunya, “ini cuma fantasi,gua hanya mau dengar pendapatmu, kalau gak setuju ya udah ga usah kita lakukan”
“Tapi rasanya tidak pantas kamu bertanya seperti itu padaku, aku nggak bisa melakukannya, itu sudah kelewatan bagiku, kamu tau seberapa dalam aku mencintaimu dan aku tidak akan pernah mau melakukannya dengan orang lain.”
“Oke…oke gua udah bilang ini, hanya fantasi, kalau emang kamu gak mau ya udah deh, just forget it!” kataku menenangkannya.
Ririn menghela nafas lalu melepaskan tanganku dan turun dari tempat tidur
“Sudahlah, aku masih belum mau tidur, mau nonton dulu!” katanya agak ketus lalu berjalan keluar kamar meninggalkanku sendirian di ranjang.
Aku pun hanya bisa pasrah saja karena tidak mungkin memaksakan obsesi gilaku itu, kalau istriku memang tidak menyetujuinya. Namun demikian fantasi liar itu tidak bisa hilang begitu saja dari benakku. Seringkali ketika berhubungan intim aku membayangkan ada pria lain turut menggerayangi tubuh indahnya, menciuminya dengan rakus, meremas serta melumati payudaranya, atau aku bersama pria itu memasukkan penis kami ke vagina dan dubur Ririn. Bahkan pernah ketika seorang tukang antar gas datang untuk mengganti gas dan berbicara sedikit dengan Ririn, penisku ngaceng membayangkan pria setengah baya agak gendut itu memperkosa istriku di dapur, menggerayangi tubuh telanjangnya dan menyodok-nyodokkan penisnya ke vaginanya yang seret.
####################
Hingga akhirnya suatu hari hal yang tak terduga terjadi saat itu kami berdua sedang berlibur di sebuah pantai yang terletak di daerah Sukabumi. Saat kita dengan asyik berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan sore di pantai itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki berusia sekitar 40an, berpostur sedang dan gempal mendekati kami . Dengan sopan ia memperkenalkan dirinya, namanya Anton dan ia mengaku seorang fotografer. Kamipun berbincang-bincang sejenak, pembicaraan kami cukup nyambung karena aku juga sempat mengikuti unit kegiatan fotografi waktu jaman kuliah dulu. Setelah bekerja hobiku mulai keteteran karena memfokuskan diri ke karir, hanya di waktu senggang saja kadang aku melakukan hobi itu dengan kamera lamaku.
Di tengah obrolan aku dan istriku terkejut saat ia memohon untuk dapat berfoto dengan istriku. Ririn memang memiliki kecantikan khas wanita Jawa, kulitnya kuning langsat dan mulus, walaupun dia selalu memakai pakaian yang biasa-biasa saja yang tidak menonjolkan lekuk tubuh pun kecantikannya selalu terpancar dan mengundang perhatian setiap lelaki yang menatapnya.
Dari pihak ayahnya Ririn memang mewarisi darah biru bangsawan Solo, mungkin ini juga yang membuat karakternya agak sedikit kolot. Hari itu Ririn memakai kaos pink lengan pendek yang agak gombrong dengan bawahannya berupa celana pendek selutut berwarna coklat, wajahnya hampir tidak memakai make up seperti halnya orang-orang ketika bermain di pantai, namun seperti kataku tadi kecantikan alaminya tidak pernah hilang. Awalnya aku dan Ririn hanya saling pandang menanggapi permohonan dari lelaki itu, aku sih benernya tidak keberatan toh hanya sekedar foto-foto, bahkan ada kebanggaan tersendiri dalam diriku memiliki istri secantik Ririn yang membuat orang kagum atau bahkan iri.
Namun semua itu aku serahkan kepada istriku mengenai setuju atau tidaknya, maka aku pun sengaja diam tidak langsung menjawab karena ingin tau reaksi Ririn seperti apa. Lelaki itu terus membujuk kami , katanya dia sangat kagum dengan kecantikan istriku dan ingin mengabadikannya dalam foto dengan latar belakang daerah pantai yang permai ini.
“Pah gimana menurut papa?” seperti biasa sebagai seorang istri yang baik ia selalu meminta pendapat ku
“ya… terserah mama kalo mama mau ya ga apa-apa, kan cuma foto-foto aja”
Mendengar jawabanku itu, Ririn terdiam sesaat dan keputusannya membuat jantungku bergemuruh kencang
“Cuma foto-foto biasa aja kan Pak? boleh deh tapi jangan macem-macem ya…”
Sontak wajah Anton pun tersenyum senang karena mendapat persetujuan dari istriku. Sebenernya aku cukup heran dengan jawaban istriku itu karena biasanya dia selalu hati-hati terhadap orang yang baru dia kenal apalagi dengan seorang lelaki, namun hari itu saat mengobrolpun ia terlihat santai, apa yah yang membuatnya berubah? Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, pengaruh cocktail yang tadi diminum ketika makan di kafe sebelum ke pantaikah? Ya ada kemungkinan juga sih pikirku.
Lalu secara singkat Anton menjelaskan cara memakai kamera DSRLnya karena kebetulan aku belum pernah memakai kamera seperti itu. Anton dan istrikupun mulai bepose. Sebenarnya posenya standar, mereka berdiri samping-sampingan dan istriku tersenyum ke arah kamera, itu saja, tidak ada yang aneh. Tapi entah kenapa darahku berdesir karena khayalanku melayang ke tempat lain, kubayangkan pria itu meremas payudara istriku atau diam-diam tangannya meremas pantatnya dari belakang.
Setelah tiga kali jepretan, Anton pun melihat hasilnya dan spontan dia memuji kebolehanku dalam memotret walau terbilang pemula menggunakan kamera itu tapi hasil jepretanku sangat bagus seperti fotografer propesional. Akupun cukup bangga dengan sanjungannya. Selanjutnya Anton memuji kecantikan istriku yang terlihat begitu natural hingga akhirnya obrolan kami berlanjut dan dia menjelaskan bahwa sebenarnya dia memang bekerja di sebuah majalah dan saat itu sedang liburan.
Tanpa kusangka dia menawari Ririn untuk jadi modelnya selama liburan itu dan nanti dia berjanji akan menerbitkannya di majalah tempat dia bekerja tentunya istriku akan dibayar sesuai kesepakatan. Aku sebernya sedikit ragu-ragu untuk memberikan izin, tapi melihat istriku yang begitu antusias dan terlhat senang maka aku menyetujuinya. Hitung-hitung mengisi liburan kami yang masih tersisa dua hari pikirku, lagipula honornya terbilang lumayan juga, padahal istriku sama sekali tidak ada latar belakang model, hanya bermodal kecantikan alaminya. Setelah itu, kami pun saling bertukar nomor BB dan bersepakat untuk ketemu lagi besok siang.
Besoknya tepat jam 12 siang kami bertemu di restoran tempat kami menginap. Ternyata secara kebetulan kami dan pria itu menginap dihotel yang sama. Saat itu Anton memperkenalkan seorang pria lain bertubuh jangkung dengan rambut dikuncir, usianya kira-kira 20an lebih atau awal 30an, seumuran dengan kami. Pria yang memperkenalkan dirinya bernama Yudi itu adalah rekannya di tempat kerja, ia juga seorang fotografer, bisa dibilang juniornya Anton. Dengan alasan untuk membantu pekerjaannya dan mendapatakn angle yang lebih bagus maka Anton mengajak Yudi untuk ikut terlibat dalam pemotretan ini.
Hari itu Ririn terlihat sangat cantik, mungkin tahu akan dipotret, ia sengaja berdandan mempercantik diri, cukup dengan make up tipis saja ia sudah terlihat bersinar. Tubuhnya dibungkus kaos ketat lengan pendek berwarna merah dengan celana pendek yang lebih pendek dan ketat dari kemarin sehingga memperilhatkan sepasang pahanya yang indah. Ia begitu menawan dan aku bisa melihat kedua orang lelaki yang berada di hadapanku begitu terkagum-kagum melihat kecantikan yang terpancar dari istriku ini.
Di tengah obrolan, Anton menyerahkan dua berkas yang berisi sebuah perjanjian kerjasama yang akan kami lakukan, ternyata dia sangat professional hingga membuat surat perjanjian yang ditempeli matrai enam ribu dua buah pada setiap lembar kertas itu . Sepintas aku membaca isi perjanjian itu dan aku cukup terkejut dengan nominal yang tertera di sana, disitu tertulis istrku sebagai pihak kedua akan mendapatkan uang senilai lima juta rupiah dengan syarat melakukan pemotretan selama sehari penuh.
Aku dan istrku tidak benar-benar membaca isi perjanjian itu karena hanya terfokus pada nominal yang cukup besar karena sebagai pemula. Dengan tenang dan professional Anton berhasil meyakinkan kami hingga tanpa pikir panjang Ririn menandatangani isi perjanjian itu. Maka selepas makan siang tepatnya jam dua sore kami mulai bergerak mencari pemandangan yang bagus.
Setelah putar-putar sebentar, akhirnya pilihan jatuh di suatu tebing yang cukup sepi. Untuk menuju ke tempat itu kita harus melewati bebatuan yang besar dan curam. Kami sampai di atas juga, lumayan melelahkan, tapi benar pemandangan di sini sungguh luar biasa, indah sampai lupa sejenak kepenatan akibat pekerjaan di kota asal kami. Mereka memberi beberapa pengarahan terhadap istriku selama beberapa saat, setelahnya pemotretan pun dimulai. Awalnya Ririn tampak canggung dan kaku, mungkin dia grogi karena itu pengalaman pertamanya, namun dengan sabar Anton dan Yudi memberikan pengarahan-pengarahan hingga akhirnya istriku rilex dan terlihat natural. Ternyata memang Ririn memiliki bakat untuk menjadi seorang model karena semakin lama dia semakin mudah untuk diarahkan dan posenya begitu natural.
Setelah beberapa kali jepret Anton memutukan untuk istirahat dan meminta istriku untuk berganti kostum sambil dia mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya. Aku terhenyak dengan pergantian kostum itu karena dari awal tidak disebutkan akan nada pergantian kostum namun Anton hanya menjawab dengan santai
“Lho mas, masa pemotretan bajunya itu-itu aja? bosen dong…”
Ririn juga terlihat kaget saat membuka isi bungkusan itu ternyata kostumnya sebuah hotpant yang sangat minim berwarna biru dan sebuah tank top warna hitam,
“saya yakin Mbak Ririn pasti pas banget pake itu..” sahut Yudi tersenyum sambil menatap nakal ke arah istriku.
Tentunya aku protes dan mengancam akan membatalkan kerja sama jika istrku harus memakai pakain yang terbuka, tapi dengan santai dan tersenyum sinis Anton menyerahkan kertas perjanjian kerjasama tadi
“Kan situ udah setuju perjanjiannya, coba deh dibaca baik-baik bagian sini nih!”
Tubuhku gemetar membaca bagian terakhir dari perjanjian yang ditunjukkannya, di sana disebutkan bahwa pihak kedua yaitu istriku harus bersedia untuk menuruti setiap instruksi dari pihak pertama, dan jika membantah atau bahkan membatalkan perjanjian maka diharuskan membayar ganti rugi kepada pihak pertama sebesar seratus juta rupiah dan jika tidak akan diserahkan kepada yang berwajib. Mata Ririn berkaca-kaca tak kuasa menahan air matanya sesaat setalah membaca isi perjanjian itu. Dengan penuh amarah aku merobek surat perjanjian itu dan melemparkan ke arah Anton.
“Bangsat….kalian menjebak kami hah??” bentakku
Namun Anton malah tertawa dan mengeluarkan satu lagi surat perjanjian yang telah aku tandatangi, ternyata dia telah merencanakan semua dengan sangat rapi hingga akhrinya kami benar-benar terjebak ke dalam perangkapnya.
“Mas jangan macam-macam dan menurut saja , kecuali jika mas ingin melihat istri mas dipenjara…” katanya dengan nada mengancam
Aku hanya bisa memeluk istrku yang tak berhenti menangis tanpa bisa berbuat apa-apa.
“ayo cepet ganti bajunya entar keburu sore…!” kali ini ucapan Anton lebih tegas bahkan terkesan memerintah
Aku hanya mampu menatap sayu kedua bola mata istriku yang nampaknya sudah pasrah lalu dia berjalan ke sebuah pohon besar untuk mengganti pakaiannya. Selang beberapa menit isitriku keluar dari balik pohon itu dan semua yang ada di tempat itu takjub melihat istriku termasuk aku suaminya. Walau bukan pertama kalinya melihat istriku memakai pakaian seperti itu namun entah kenapa dadaku begitu bergemurah melihat keindahan tubuh istriku, kulitnya yang kuning langsat dan mulus terlihat kontras dengan pakaiannya yang berwarna hitam ditambah hotpants yang begitu pendek hingga mempertontonkan paha istriku yang kencang dan mulus, ditambah gundukan payudaranya yang membusung begitu indah dipandang. Sementara istriku tampak risih tapi tangannya tidak mampu untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka, wajar saja karena itu pengalaman pertamanya tampil seseksi itu di depan pria selain suaminya.
“ayo sini mbak! buruan ga usah malu-malu, entar foto-foto mbak bakal dimuat di majalah dewasa kok, jadi jangan takut keluarga mbak ngeliat…”
Deg .. omongan Anton membuat jantungku semakin bergemuruh karena membayangkan nantinya tubuh istriku akan dinikmati oleh ribuan pasang mata lelaki mesum. Ririn seolah pasrah dan menuruti setiap instruksi dari Anton bahkan saat pria gempal itu memegang bagian tubuh istrku untuk mengarahkan, ia diam saja dan menurut mungkin ia ingin semua itu cepat selesai. Awalnya ia terlihat begitu kaku berpose dengan pakaian seminim itu di depan kamera, namun semakin lama ia malah terlihat mulai terbiasa hingga tatapan matanya senyumnya menunjukan seolah dia telah menjadi model majalah panas yang propesional.
Ia juga mengikuti setiap instruksi dari Anton bahkan saat dia disuruh untuk berpose sambil melepaskan tanktop hitamnya, ia melakukannya tanpa ada keberatan sama sekali hingga payudaranya yang masih terbungkus bh warna putih itu menjadi santapan yang begitu menggairahkan.
Tapi saat Anton menyuruhnya melepaskan hotpantsnya, barulah ia terlihat berpikir sejenak dan menolah ke arahku yang sedari tadi berdiri memperhatikannya dengan perasaan tak karuan, antara marah, kesal, dan terangsang karena pose-pose yang diperlihatkan istriku sungguh menggoda birahi setiap lelaki yang melihatnya. Aku hanya bisa mengangguk tanda setuju karena memang tidak ada pilihan lain lagi. Sungguh semua yang kusaksikan seperti mewujudkan obsesiku selama ini walaupun hanya melihat istriku memamerkan tubuh polosnya di hadapan lelaki lain ternyata itu sudah benar-benar membakar birahiku hingga rasa kesal dana amarahkupun sirna berganti dengan gejolak birahi yang membara.
Ririn terus berpose erotis sambil sesekali terlihat berdiskusi dengan Anton dan Yudi, namun anehnya ia terlihat santai padahal saat itu di tubuhnya hanya tinggal tersisa bra dan cd saja, hal yang pastinya tidak pernah dia lakukan di hadapan laki-laki lain selain aku. Adegan selanjutnya yang lebih panas adalah saat Anton memintanya mengganti cd dan bra yang dia pakai dengan sepasang bikini yang mereka bawa, Ririn terlihat menurut saja dan dengan cuek ia melakukan pergantian kostum di hadapan mereka.
Dengan begitu Anton dan Yudi telah benar-benar melihat tubuh telanjang istriku yang dulu hanya aku saja yang bisa menikmatinya, entah apa yang terjadi dengan istriku, mengapa ia tiba-tiba berubah menjadi seperti ini? aku hanya bisa diam dan menikamti semua yang kusaksikan. Pemotretan berlanjut, entah sudah beberapa kali istriku berganti kostum bikini, dan selama itupun mereka menyaksikan tubuh telanjangnya, malah Ririn sendiri terlihat semakin cuek seakan itu hal yang sudah biasa dia lakukan. Di satu sisi aku cukup salut dengan sikap profesionalime yang ditunjukan Anton dan Yudi karena selama proses pemotretan tak sekalipun merka mencolak tubuh indah Ririn, mungkin hal itu sudah biasa bagi mereka.
Sementara aku hanya terduduk di atas sebuah batu karang dan menyaksikan setiap pose panas istriku sambil memainkan penisku yang sedari tadi sudah sangat keras, hingga akhirnya spermaku memuncrat saat melihat pose Ririn telanjang dan hanya menutupi payudara dan vagina dengan tangannya dan pose itu terlihat sangat indah karena bertepatan dengan sunset yang terjadi di pantai itu.
Akhirnya acara pemotretan itupun selesai. Ririn bergegas memakai lagi pakaiannya lengkap dan meminta maaf padaku atas apa yang kulihat tadi aku hanya mencium keningnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Awalnya kupikir semua sudah selesai karena saat makan malam Anton mengurus masalah pembayaran dan meminta nomor rekening istrku sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemampuan terpendam sitrku sebagai seorang model, namun perkataan selanjutnya membuat jantungku seakan berhenti berdetak.
“gini mas untuk proses pemoteran selanjutnya akan dilakukan di kamar saya dan mas tidak boleh ikut karena takut mengganggu proses pemotretan, jadi mas hanya boleh menunggu di luar kamar”.
Ririn bahkan sampai tersedak karena mendengar ucapan Anton
“maaf Pak Anton, saya pikir semua sudah selesai dan…” tiba-tiba aku tidak bisa menyelesaikan ucapanku karena Anton memotongnya dengan mengingatkan lagi isi perjanjian tadi.
Aku sekali lagi hanya bisa pasrah dan menggengam tangan Ririn, sementara ia menyandarkan kepalanya di pundakku. Walau aku memang menikmati semua yang terjadi tadi tapi rasanya kau tidak ingin jika semua berjalan terlalu jauh apalagi membiarkan istriku dengan kedua lelaki itu tanpa pengawasanku, tapi aku memang lemah karena hanya bisa membiarkan istriku bersama kedua lelaki itu. Hatiku benar-benar hancur dan tak karuan membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di dalam kamar itu.
Ingin rasanya aku pergi sejauh mungkin tapi ada rasa penasaran dalam diriku hingga akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di luar . Kamar itu sangat tertutup hingga aku tidak bisa melihat bahkan mengintip apa yang sedang terjadi di dalam, sesekali aku bisa mendengar suara percakapan itu pun tidak jelas dan suara-suara dari kamera yang sedang bekerja.
Dua jam berlalu, perasaanku semakin tak karuan apalagi samar terdengar sepeti desahan seorang wanita, ingin rasanya aku menggedor pintu atau mendobraknya tapi semua itu kutahan mengingat isi perjanjian sialan itu hingga akhirnya aku memilih kembali ke kamarku dan berusaha menenangkan diri dengan mengguyur badanku dengan air dingin, terasa tubuh ku mengigil bukan karena dingin tapi menbayangkan istrku disetubuhi kedua lelaki itu, walaupun tadi mereka cukup propesional tapi tidak mugkin rasanya mereka melewatkan kesempatan untuk menikmati tubuh indah Ririn.
Selepas adzan subuh aku terbangun, aku sungguh tidak sadar kapan aku tertidur karena setelah menghabiskan dua botol bir aku tak saar lagi apa yang telah kulakukan dan seketika aku terperanjat mendapati Ririn tengah tertidur pulas di sampingku. Entah kapan dia kembali, tapi terlihat wajahnya begitu lelah hingga aku tidak tega untuk membangunkannya. Tepat jam satu siang selepas makan siang, telepon kamarku berbunyi, segera kuangkat dan ternyata dari Anton
“mas terimakasih atas kerjasamanya, pembayaran sudah saya lakukan dan hasil dari pemotretan yang telah kami lakukan nanti akan saya kirim ke alamat kantor mas. Dan, oh…iya, semalam itu istri mas luar biasa banget, mas sangat beruntung mempunyai istri seperti Mbak Ririn”
“Iya tapi…click…nut…nut….” panggilan dari Anton berakhir sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun dan sampai saat itu Ririn masih tertidur pulas dan akupun tidak tega untuk membangunkannya sekaligus bingung apa hal pertama yang akan aku tanyakan padanya atas kejadian semalam.
########################
Dua hari kemudian
Setelah kejadian itu, Ririn yang sempat murung kini kembali ceria. Mungkin dia mulai bisa melupakan peristwa dua hari yang lalu, tapi selama itu aku belum berani bertanya padanya tentang apa yang terjadi di dalam kamar Anton karena aku takut membuatnya murung lagi. Sampai akhirnya sore hari, setelah rapat dengan pimpinan, seorang office boy mengantarkan sebuah amplop coklat berukuran sedang. Office boy itu mengatakan paket itu dikirimkan oleh pria dengan ciri-ciri seperti Anton yang kupastikan pastilah pria itu sendiri.
Aku masuk ke ruanganku dan dengan gemetar kubuka kiriman itu yang ternyata berisi dua keping cd polos tanpa ada keterangan. Kunyalakan komputerku dan kumasukkan cd itu ke cd-drive untuk melihat isinya. Tubuhku menggigil saat melihat isi dari cd itu yang ternyata pose-pose panas Ririn banyak sekali, mungkin lebih dari seratus foto dan posenya benar-baner membuat jantungku berdetak cepat hingga nafasku terasa sesak apalagi saat melihat foto yang diambil di kamar Anton.
Pose-pose istriku itu terlihat sangat merangsang dengan berbagi gaun seksi yang dia pakai dan berbagai pose panas yang ia lakukan semua membuatku merinding. Jantungku seakan berhenti berdetak saat melihat sebuah pose dimana Ririn yang memakai gaun merah sedang sedang mengulum penis yang ukurannya cukup besar entah milik siapa karena pose itu hanya terfokus ke wajah istriku.
Kemudian dengan gemetar aku melihat foto-foto itu dalam tampilan yang lebih kecil dan hampir aku pingsan karena kepalaku tiba-tiba pusing melihat pose-pose istriku sedang disetubuhi oleh seorang lelaki yang tidak kelihatan wajahnya dan dengan gaya yang nakal Ririn nampak sangat menikmati hingga deretan foto itu terhenti di sebuah pose dimana ia sedang menjilati dua buah penis bersunat yang berukuran besar.
Berkali-kali aku menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri, tanpa terasa badanku basah oleh keringat dingin yang entah kapan bercucuran deras. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk melihat isi cd yang kedua dan ternyata berisi sebuah file video.
Di awal video itu terlihat tulisan selamat dan saat tulisan itu berakhir aku disuguhkan sebuah pemandangan yang membuat badanku terasa mengigil dimana Ririn yang memakai gaun mini warna merah terlihat sedang asyik mengoral penis seorang lelaki yang berdiri di hadapannya. Aku tidak tahu siapa pria berwajah Arab itu, waktu itu aku sama sekali tidak melihatnya. Aku tidak melihat keterpaksaan dari wajah istriku, malah dia terlihat sangat menikmati apa yang dilakukannya padahal denganku saja ia kadang menolak melakukan oral seks yang katanya jijik. Lima menit kemudian, terlihat seorang lelaki lain berjalan ke arahnya tapi wajahnya tidak terlihat karena hanya menampilkan sampai kebagian leher.
Terdengar suara pria berbicara dalam bahasa asing, kelihatannya pria yang baru datang itu sedang bicara dengan temannya yang penisnya sedang dioral oleh ririn. Kemudian lelaki yang baru datang itu memposisikan Ririn hingga dalam posisi menungging. Istriku yang sedang asyik memberikan oral kepada lelaki di depanya diam saja hanya menuruti setiap yang dilakukan laki-laki yang berada tepat di belakangnya. Dengan satu gerakan laki-laki itu mnyingkap gaun istriku ke atas hingga pantat mulusnya terlihat dan mengarahkan penis besarnya ke vagina istriku. Awalnya dia tampak kesulitan tapi dengan bantuan tangan Ririn sambil menoleh ke belang, akhirnya penis itu berhasil menghujam vagina istriku. Seketika Ririn menjerit lirih tapi sebentar kemudian dengan tatapan nakal ia malah tersenyum ke arah lelaki itu.
“Aaahhh…aaahhh….aahhh…” Ririn melenguh, kamera fokus ke wajahnya yang tengah mendongak ke atas, terdengar pula bunyi kecipak dari tumbukan selangkangan mereka.
Sementara itu, tangan berbulu si Arab yang menggenjotnya dari belakang juga mulai beraksi meremas remas kedua payudara istriku yang menggantung bebas. Aku hanya ternganga melihat Ririn yang mendesah dan menggelinjang karena dithreesome oleh kedua Arab bejat itu. Kamera mensyut tangan si pria yang kini bukan saja meremas remas kedua payudara Ririn, tetapi juga memelintir kedua putingnya
“Ooohh…hurtt…aaahh…gently please!!” terdengar suara Ririn memelas karena ganasnya sodokan si Arab pada vaginanya, brutalnya serangan itu terlihat dari tubuh Ririn yang tergoncang-goncang dengan dahsyat.
Adegan lalu berpindah ke ranjang, kini Ririn sudah telanjang bulat. Kamera mensyuting Ririn yang tengah terbaring dengan kedua pahanya terbuka lebar memperlihatkan vaginanya yang sudah basah kuyup. Si Arab berjenggot tak berkumis yang tadi menyetubuhinya (yang kini wajahnya baru tersyuting kamera) membuka lebar bibir vagina istriku dengan jarinya. Kembali terdengar Ririn mendesah saat pria itu menjulurkan lidahnya dan menjilati bibir vagina istriku yang terbuka lebar itu. Tangan pria itu
meremas remas pantat bahenol Ririn sambil bibir tebalnya menyedot nyedot bibir vagina istriku dan suara menyeruput terdengar semakin nyaring.
Pria itu lalu menjulurkan lidahnya ke liang vagina Ririn dan erangan keras istriku terdengar kembali saat lidah Arab itu memenusuk dan menari nari di liang vaginanya. Di wilayah itulah kini kamera terfokus, secara close up vagina istriku yang merah merekah terekspos jelas dengan lidah yang menyapu-nyapu permukaannya. Tanpa sadar aku membuka resletingku dan mengeluarkan penisku yang telah tegang dan mengeluarkan cairan pre-cum. Mulai kukocok penisku sambil menyaksikan video bokep amatir yang dibintangi istriku sendiri, gila memang, tapi bukankah ini yang sudah lama kufantasikan? Suara desahan Ririn mendominasi, nampak kedua kakinya mengejang dan kedua tangannya meremasi kain sprei, kedua payudara montoknya naik turun tak teratur tengah diremas remas oleh si Arab yang satunya yang brewokan itu.
Agaknya mereka berdua sangat mahir memuaskan wanita, terlihat dari Ririn yang tampak semakin pasrah dan menikmati tubuhnya digarap mereka. Jari-jari besar si jenggot menggosok-ngosok bibir vagina Ririn membuat tubuhnya makin menggelinjang. Dalam waktu singkat tubuh Ririn mengejang dan pantat bahenolnya tersentak-sentak saat mencapai orgasmenya melalui permainan jari dan lidah si jenggot. Sampai sini kamera terhenti lalu lompat ke adegan lain, kini terlihat masih di ranjang yang sama, si Arab yang brewok sedang menggosok-ngosok penis besarnya di bibir vagina istriku
“Eccccch gently please ….”kudengar Ririn mendesis.
Kamera meng-close up proses penetrasi itu, nampak bibir vagina Ririn menggelembung menerima besarnya kepala penis si Arab dan kedua tangan istriku mencengkeram erat kain sprei merasakan penis itu memasuki dirinya senti demi senti. Pria itu dengan pelan tapi pasti menekan masuk batang penisnya yang jauh lebih besar daripada milikku ke liang vagina Ririn. Setelah hampir semua batang itu tertanam, tiba-tiba pria itu menghentak pinggulnya hingga penis itu melesak masuk seluruhnya.
“Aaaahhhh….sakitt!!!” istriku mengerang
Terdengar pria itu berceloteh dalam bahasanya, mungkin dengan temannya yang jenggotan itu yang kini tidak tertangkap kamera. Tanpa menunggu lebih lama, pria itu mulai bergoyang maju mundur, sementara tubuh telanjang Ririn tersentak-sentak, mulutnya mengerang-ngerang menikmati sodokan penis pria itu pada vaginanya. Kemudian kulihat, si pria yang berjanggut itu muncul dari samping meraih kepala Ririn dan melumati bibirnya dengan penuh nafsu sambil tangannya meremas-remas payudara montok istriku dengan kasarnya.
“Mmpppffhh… mmmmgghhhh …” terdengar rintihan Ririn di antara pagutan si jenggot
Kamera mendekat memperlihatkan lebih jelas bagaimana lidah istriku beradu liar dengan lidah si Arab itu. Tak kusangka Ririn sepertinya enjoy melakukannya, padahal dulu dia menegaskan tidak akan melakukannya dengan pria lain. Tanganku terus mengocok penisku yang makin tegang, aku berharap tidak ada yang mengetuk ruanganku, aku sedang tidak ingin diganggu dulu saat ini.
Mulut pria itu terus turun ke bawah dan mencaplok payudara kiri Ririn sambil tangannya yang berbulu meremasi yang kanan. Ririn menceracau tak karuan, kepalanya menggeleng-geleng ke kiri dan kanan merasakan sensasi erotis pada tubuh atas dan bawahnya. Sssreep…sssreep….terdengarlah mulut si Arab jenggotan itu menghirup dan mengempot payudara montok istriku dengan ganas. Di antara kedua belah paha Ririn, si brewok semakin cepat menghela pinggulnya menusuk-nusuk liang senggama istriku itu.
“Aahhh…aahhh…aaahhh!!” Ririn mengerang keras dengan tubuh menggelinjang dahsyat, ia telah mencapai orgasmenya, namun pria itu masih terus menggenjotnya berusaha menyusulnya ke puncak kenikmatan.
“Uuuhh….aahhh….” si Arab menggenjot makin cepat dan melenguh panjang disertai ceracauan dalam bahasanya yang tak kumengerti, ia lalu menekan dalam-dalam penisnya ke vagina istriku sambil mengerang panjang.
Pria itu telah mencapai klimaks dan menyemprotkan spermanya di dalam rahim Ririn. Bersamaan dengan itu, onaniku juga mencapai klimaks, penisku menyemprotkan sperma. Kuambil beberapa lembar tissue dari kotak di dekat komputer dan kulap tanganku yang blepotan cairan kental itu.
Cut…tiba-tiba adegan terpotong dan langsung berganti scene. Kini terlihat Ririn yang sudah telanjang tengah berlutut di ranjang dengan tiga pria yang mengelilinginya, dua yang penisnya panjang itu kuperkirakan dua Arab yang tadi telah menggarapnya, tapi yang satu lagi yang penisnya paling pendek dibanding kedua orang itu…siapa ya?
“Yah, sepongin kontolku mbak!” terdengar suara dalam bahasa Indonesia, sepertinya aku tidak asing dengan suaranya….Anton, ya diakah itu
Fokus kamera menjauh sehingga wajah pria yang mengelilingi Ririn mulai terlihat, sesuai dugaanku, dua lagi adalah para Arab itu, dan ya…memang benar pria ketiga adalah Anton, perutnya yang bulat itu dan penisnya yang dibanding denganku saja kalah besar itu membuatnya terlihat inferior di depan kamera apalagi bersamaan dengan dua Arab yang perkasa itu yang telah membuat istriku berkelejotan. Namun sepertinya Anton santai saja. Ia melenguh keenakan ketika penisnya menerobos masuk ke dalam mulut Ririn.
“Enaaak mbak….aaahh!!”desis Anton ketika ujung lidah istriku memainkan lubang kencingnya
Sambil mengoral Anton, tangan Ririn tak tinggal diam, kiri dan kanan keduanya menggenggam dua penis Arab itu dan mengocoknya perlahan. Adegan mengoral itu berlangsung selama hampir sepuluh menit, sesekali kamera mengclose up mulut Ririn yang tengah mengoral penis Anton, lidahnya bergerak begitu lincah menjilati batangan penis itu dan mengulumnya tanpa terlihat rasa ragu dan jijik sedikitpun. Kemudian Anton memerintahkan Ririn untuk berbaring telentang dan ia mengambil posisi di antara kedua paha istriku dengan bertumpu di kedua lututnya
“Oke…siap Yud, angle yang pas loh!” sahut pria itu ke arah kamera yang sudah pasti dipegang oleh asistennya, si Yudi itu.
Penisnya yang tegang diarahkan ke liang vagina istriku yang terbuka lebar karena habis disedot dan digarap kedua pria Arab tadi. Setelah pas, Anton pun menggerak-gerakkan ujungnya memutar mutar dan maju mundur.
“Pak ooooh enaaaak ……enaaaaakkkkk eeehhhh!” erang Ririn.
Anton memacu tubuhnya sambil memegangi paha Ririn, penisnya keluar masuk dengan cepat menyodoki vaginanya.
Si jenggot dari sebelah kiri melahap payudara montok kiri istriku dan temannya yang brewok itu tengah menciumi tubuh bagian kanannya sambil jarinya memilin-milin puting istriku. Sensasi keluar masuk penis Anton ditambah kedua Arab itu di sekujur tubuhnya membuat Ririn mencapai orgasme dalam waktu yang relatif singkat. Sebuah desahan panjang menandai orgasmenya dan Anton menyusulnya tak lama kemudian dengan menumpahkan spermanya di mulut istriku. Kamera mensyuting wajah Ririn yang belepotan cairan putih kental, ia menggerakkan lidahnya menjilati yang berceceran di sekitar mulutnya.
“Sudah dong Pak Anton, saya capek nih!” rintih Ririn
“Belum mbak, mbak kan sudah dikontrak dan dibayar mahal untuk ini, hehehe…” kata Anton, “abis ini saya akan segera transfer uangnya ke rekening suami mbak, saya janji itu dan pegang kata-kata saya!”
Aku terkesiap, jadi nominal sebesar itu adalah harga untuk semua ini, menjerumuskan istriku menjadi seperti pelacur atau…kalau dengan kata lain, menggali hasrat liar terpendam dalam dirinya?
“Mbak milik kami malam ini…mbak lonte kami malam ini …hehehehe…” Anton tertawa menjijikkan, kedua Arab itu juga terkekeh-kekeh.
Adegan kembali terputus, dilanjutkan berikutnya Ririn sedang mengguyur tubuhnya di bawah shower. Kemudian Yudi, yang sudah membuka kuncirnya sehingga rambut gondrongnya terurai, masuk dan ia juga sudah telanjang. Ia memeluk tubuh bugil Ririn yang basah dan memagut bibirnya. Keduanya terlibat ciuman panas selama beberapa saat. Yudi kemudian berlutut dan mulai menjilati kedua betis istriku
“Aahhh…Mas Yudi!” desah istriku.
Mulut pria itu kian merambat ke selangkangan Ririn dan….
“Ooooh….’ desah Ririn meremasi rambut Yudi ketika pria itu menjilati vaginanya, “enaaaak mas….,” ketika lidah kasar Yudi mulai menyapu bibir vagina istriku
Punggung Ririn bersandar pada dinding kamar mandi, tangan kanannya meremasi payudaranya sendiri, sementara tangan kirinya mengelus-elus kepala Yudi yang menciumi vaginanya
Sepuluh menitan kemudian Yudi menghentikan jilatannya dan bangkit berdiri, ia mengatur tubuh Ririn agar nungging menghadap dirinya.
“Siap yah mbak!” kata pria itu
Yudi mendorong masuk penisnya ke vagina istriku tanpa kesulitan berarti, tentunya diiringi desahan nikmat Ririn. Tanpa buang waktu ia pun mulai menggenjoti vagina istriku itu, kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggantung.
Di atas mereka air shower masih mengalir mengguyur tubuh mereka menciptakan sebuah pemandangan erotis. Aku sendiri semakin terangsang hebat ketika melihat istriku menggoyangkan pinggulnya menyambut tusukan pria itu.
“Enak sekaliiiiii masss,…terus…bikin saya puas!!” gila, tak kusangka istriku ternyata seliar ini, ia begitu menikmati bercinta dengan pria lain, denganku saja ia tidak sepanas itu, hatiku jadi panas dibuatnya.
Yudi semakin ganas, ia sesekali menampar pantat Ririn dan makin cepat menyodoknya. Baru sekitar lima belas menit Ririn kelihatannya sudah akan orgasme dan benar, ia akhirnya mengerang panjang dengan tubuh menggelinjang.
Sayup-sayup terdengar juga suara Anton (yang sepertinya mensyuting) turut memberi semangat juniornya ini. Tubuh istrikupun sempoyongan dan roboh tertelungkup di lantai kamar mandi, tubuhnya berkelejotan seperti cacing kepanasan, nafasnya pun ngos-ngosan. Yudi menarik lengan Ririn dan mengangkatnya berdiri, ia lalu mengeringkan tubuh istriku itu dengan handuk.
Selanjutnya dipapahnya Ririn yang masih lemas ke arah ranjang. Kamera menangkap kedua Arab yang tadi menggarap istriku nampak sedang duduk-duduk merokok. Ririn dibaringkan di ranjang, tubuhnya menggeliat karena Yudi membenamkan di wilayah selangkangannya,
“Pelaaaan mas…jangan kasar-kasar…..” desah Ririn ketika Yudi hendak menusuk vaginanya lagi
Pria itupun menuruti permintaan istriku memasukkan batang kemaluan kasarnya ke dalam liang vagina istriku dengan pelan tapi pasti. Begitu penis Yudi amblas seluruhnya di liang vagina istriku, pria itu diam beberapa saat meresapi remasan dinding vagina Ririn. Desah nikmat Ririn kembali terdengar ketika Yudi mengenjot pantatnya dengan cepat dalam posisi misionary. Ririn nampak merasakan kenikamatan yang tidak biasa
“Ooooohhh mass….akkuuuuu keluaaaaar….” Erang Ririn sambil mempererat pelukannya
Yudi terus mengenjot tanpa henti sehinggga liang vagina istriku merasakan benar-benar kegelian yang amat sangat membuat orgasmenya terus menerus sampai akhirnya ia tersungkur. Yudi meneruskan menyetubuhi Ririn dengan brutal sampai istriku lunglai dan entah sudah berapa banyak orgasme yang ia alami sejak awal tadi
“Aaakkkhhh” Yudi melenguh panjang menyongsong orgasmenya.
Kamera kini diarahkan ke kelamin mereka yang tengah menyatu, fokus pada sperma Yudi yang banyak keluar di sela-sela bibir vagina Ririn.
Sungguh aku tak mengerti kenapa istriku, seorang wanita berdarah ningrat yang alim bisa terlihat begitu menikmati persetubuhan terlarang itu, ia tidak ada bedanya dengan artis porno profesional. Terus terang saja hatiku ancur melihat kenyataan istriku begitu menikmati bercinta dengan keempat lelaki itu tapi dilain pihak aku merasa benar-benar terangsang karena obsesi gilaku selama ini untuk melihat istriku disetubuhi orang lain akhrinya menjadi kenyataan juga. Video itu berdurasi dua jam dan selama itu aku hanya mendengar suara erangan, desahan bahkan jeritan dari istriku tercinta.
##################
“Malam Pa…mama udah siapin makan!” sambut Ririn setibanya aku di rumah seolah tidak terjadi apa-apa, sedikitpun tidak menyinggung apa yang telah terjadi selama akhir liburan itu, dia menyembunyikannya dariku.
Dalam hati aku merasa marah, “munafik kau Rin, dengaku kau tidak segairah itu dalam bercinta, tapi nyatanya malah menikmati diperkosa dan direndahkan seperti itu”
Namun alih-alih aku menggampar dan memaki-makinya, aku malah memikirkan banyak cara lain untuk membalas ketidaksetiaan Ririn. Inilah saatnya mewujudkan fantasi-fantasi gilaku yang selama ini terpendam dan ternyata diam-diam istriku pun menikmatinya.
“Tunggu balasanku Rin….tunggu saja!” aku tersenyum licik dalam hati sambil mengelus rambut hitam panjangnya, “yuk kita makan!” ajakku merangkul tubuhnya.
Kami pun makan malam seperti biasanya dalam suasana hati yang sudah tidak biasa. (Tamat?)
0 comments:
Post a Comment