“Sayangg… Ayoo makan, sarapan sudah siapp…” teriak Mama dari lantai bawah.
“Iya Ma, sebentar” sahutku sambil mempercepat mengancingkan kemeja sekolahku. Setelah selesai, akupun segera menuju ke bawah.
Tampak seluruh anggota keluargaku sudah berkumpul. Papa sibuk membaca koran sambil menyantap roti bakar, dia sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat berkerja, tentunya mengantarkan kami ke sekolah terlebih dahulu. Papa adalah seorang pengusaha sukses. Dia cukup sering tidak berada di rumah karena terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya. Papa sering melakukan perjalanan bisnis, hampir setiap minggu dan itupun kadang sampai berhari-hari tak pulang. Maklum perusahaannya sedang berkembang pesat dan membuka cabang di berbagai kota.
Kedua adikku Andra dan Bobi juga sudah di sana. Berurutan mereka kelas 5 SD dan 2 SMP. Aku sendiri sudah kelas 2 SMA. Umur kami memang masing-masing berjarak 3 tahun. Usiaku saat ini 16 tahun.
Dan tentu saja yang tidak ketinggalan adalah wanita yang paling cantik di rumah ini, yaitu mamaku. Dia tetap terlihat telaten mengurusi kami meskipun kini sedang hamil. Mamaku bernama Lisa, umurnya 35 tahun. Masih sangat muda memang karena dia menikah waktu umurnya 19 tahun.
“Andi, cepat habiskan serapanmu” seru Papa.
“Iya Pa, tungguin dong…”
“Kamu sih sayang lama amat di kamar mandi, ngapain aja sih?” tanya mama dengan nada menggoda. Dia seperti bisa menebak apa yang aku lakukan di dalam kamar mandi. Namun tentu saja tidak ku jawab yang sebenarnya kalau aku baru saja beronani tadi. Ya, aku tidak pintar-pintar amat di sekolah, tapi untuk urusan bokep aku cukup jago. Maklum untuk jaman sekarang bokep dapat didapatkan dengan mudah, apalagi di rumah terdapat komputer yang langsung terhubung dengan internet. Hampir setiap malam aku biasanya browsing-browsing situs porno yang berakhir dengan masturbasi. Untungnya kamarku dengan kamar adik-adikku terpisah, jadi aku bisa dengan leluasa nonton film bokep sambil masturbasi.
“Pa, itu mending internet di kamar Andi dicabut aja biar dia nggak malas belajarnya” ancam mama padaku, tapi aku tahu kalau mama tidak serius, ada senyum tersungging di wajahnya.
“Yah, ma… jangan dong, masa dicabut”
“Makanya jangan malas, internet itu untuk mendukung kamu belajar, bukan untuk main game dan buka situs yang aneh-aneh” balas Mama. Duh, apa mama tahu apa yang sering ku buka di internet? Apa dia mengecek history browser komputerku? Namun sepertinya mama hanya sekedar menasehati.
“Aku nggak buka yang aneh-aneh kok… lagian Andra dan Bobi juga ada internet tuh di kamarnya” jawabku membela diri. Ku lihat mama tersenyum.
“Tapi nilai mereka tidak jelek seperti kamu kan?” Mama kembali memojokkanku yang membuat Andra dan Bobi tertawa, mereka berdua menertawakanku. Sialan. Awas saja nanti.
“Eh, tapi kan ma…”
“Hihihi, iya deh sayang… tapi ingat yah, kamu harus belajar lebih rajin lagi, jangan keluyuran mulu pulang sekolah. Ntar beneran dicabut lho internetnya” ujar mama akhirnya. Huh, aku lega mama tidak benar-benar mendesak agar internet di kamarku di cabut. Mama memang sangat baik dan perhatian.
Setelah selesai serapan kamipun berangkat ke sekolah.
“Ingat yah belajar yang bener”
“Iya ma…”
Mama lalu mengantar kami ke depan, dia mencium pipi anak-anaknya bergantian, kemudian mencium pipi dan tangan Papa. Itulah yang aku ketahui tentang mama. Seorang ibu yang sangat baik dan penyayang kepada anak-anaknya. Seorang istri yang setia pada suaminya. Tidak hanya di rumah, mama juga sangat baik dan ramah kepada para tetangga. Meskipun aku tahu kalau dari dulu banyak pria-pria di luar sana yang sering mencuri-curi pandang kepadanya karena kecantikan mama. Tapi ku tahu mama sangat disegani dan dihormati.
“Hati-hati di jalan yah…” ucap mama pada kami semua. Kamipun pergi, meninggalkan mama sendirian di rumah…
****
“Hei Ndi, ngapain cepat pulang? yuk main PS dulu” ajak temanku. Hari ini kami memang cepat pulang karena guru rapat. Tapi aku memang ingin cepat pulang, biar mama tahu kalau aku ini memang bukan anak bandel yang suka kelayapan. Selain itu, aku juga ingin menonton video jav yang baru saja ku download tadi malam.
“Ah, malas gue, pengen cepat pulang aja, bye” jawabku.
“Ah… Lo… ya sudah kalau gitu”
Akupun langsung pulang. Singkat cerita akupun sampai di rumah. Aku menemukan sepasang sendal di teras depan. Aku tidak tahu itu punya siapa. Ada tamu? Aku yang penasaranpun segera masuk ke dalam rumah, ternyata pintu juga tidak terkunci.
Saat aku di dalam aku langsung mendengar suara cekikikan mama dari dalam kamarnya. Dengan siapa mama tertawa? Siapa yang ada di dalam kamarnya? Segera aku menuju ke kamar mama, dari celah pintu yang tak tertutup sempurna akupun mengintip apa yang terjadi di dalam.
Astaga! Aku terkejut melihat apa yang aku temukan. Mama sedang duduk berduaan di atas tempat tidur dengan pria lain! Aku pikir mama sedang dibawah ancaman orang itu, tapi ku lihat mama juga merangkul mesra pria itu, lagian tadi aku mendengar mama tertawa. Jelas kalau mama memang berselingkuh. Aku begitu kecewa dan sakit hati pada mamaku. Bayanganku tentang mama hancur sehancur-hancurnya. Ternyata dia selingkuh di belakang kami semua.
Ingin aku masuk dan melabrak mereka, tapi aku tahan. Aku putuskan untuk melihat dulu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Lo emang cantik Lisa” puji pria itu sambil membelai rambut mama. Pria itu kelihatannya lebih tua dari mama. Setelah aku perhatikan ternyata dia adalah pak Jupri! Tetangga kami yang tinggal beberapa rumah dari sini. Orangnya jelek, kulitnya hitam serta berkumis lebat. Seorang pengangguran. Kenapa mama sampai berselingkuh dengan pria seperti itu!? Sejak kapan mama seperti ini!?
“Mas kemana aja sih? Adek kan kangen…” ucap mama manja. Aku tidak menyangka mama menyebut dirinya ‘adek’ di depan pak Jupri ini. Dari ucapannya aku tahu kalau ini bukan pertama kalinya. Mereka sudah sering melakukannya! Hatiku semakin teriris.
“Kemarin ada urusan di kampung, hehehe” jawab pak Jupri lalu mencium bibir mamaku. Brengsek! Pria tua bejat! Anjing! Tidak hanya itu, dia sepertinya berusaha meloloskan daster yang dipakai mama. Ku lihat mama membiarkan dan tidak berusaha melawan, bahkan bantu berdiri sehingga daster itu turun merosot dari tubuhnya. Mamaku kini bertelanjang bulat!
Mereka kembali lanjut duduk berciuman di tepi ranjang. Sambil berciuman mereka juga saling menggerayangi tubuh masing-masing. Cukup lama. Percumbuan yang sangat heboh dan panas. Ku lihat wajah mama mulai memerah dan mengkilap karena keringat. Mama sudah horni berat.
Pak Jupri lalu merebahkan tubuh mama. Mereka naik dan rebahan di atas ranjang. Dari posisi ku saat ini aku tidak bisa melihat mereka lagi, tapi aku masih terus mendengar suara cipakan, mereka masih lanjut bercumbu. Ingin sekali aku buka pintu lebar-lebar dan melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan.
“Masukin mas… masukin kontol mas ke memek adeeeek” terdengar suara manja mamaku yang cukup mengejutkanku. Aku tidak pernah membayangkan mamaku akan berkata sevulgar itu, namun kali ini aku mendengarnya langsung. Mama meminta dirinya untuk disetubuhi pria yang bukan suaminya! Gila! Sungguh gila! Apa yang harus aku lakukan!? Ibu kandungku akan disetubuhi pria laiiiin… brengsek! Seharusnya aku memang melabrak mereka, tapi kenapa aku masih juga menahannya? Aku… malah semakin ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku ingin melihat mama disetubuhi pria itu.
Akhirnya aku hanya terus berdiri di sana. Aku hanya bisa mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Ya, dari yang aku dengar mereka sepertinya sudah mulai bersetubuh. Suara erangan dan rintihan mereka terdengar sahut menyahut, plus suara kecipak peraduan selangkangan mereka yang terdengar cukup keras.
“Terus mas…. Entotin adek terus… jangan kasih ampun… Adek miliknya mas” rintih mama manja. Sialnya suara rintihan manja mama malah membuat aku menjadi horni. Kenapa denganku ini? Aku kini malah mengelus penisku dari luar celana, bahkan kemudian membuka reselting celanaku dan mengocok penisku.
“Nghh….”
“Ssshhh…. Iya mas, teruuuussss”
“Arrghhhh sshhhh”
“Ugh… anjing… nikmat bener nih memek, gak pernah bosan gue”
“Ssshhh… Iya mas, genjot adek terus”
Suara racauan mereka terus terdengar. Aku lebih terfokus pada suaranya mama yang membuat aku sangat horni. Hingga akhirnya kocokanku semakin cepat, aku tidak kuat lagi. Akupun muncrat! Supaya tidak berceceran sembarangan aku menampung spermaku yang keluar dengan tanganku. Aku juga menahan suara dan nafasku agar tidak ketahuan.
Mereka masih terus bersetubuh. Sebenarnya aku masih ingin terus di sana, tapi aku tidak ingin ketahuan. Aku rasa sudah cukup dan memutuskan untuk menyudahi aksi menguping ini. Dengan pelan-pelan aku beranjak dari sana dan keluar dari rumah.
**
Hatiku kacau, perasaanku masih campur aduk karena apa yang baru saja terjadi. Akupun memutuskan untuk berputar-putar dulu hingga jam seharusnya aku pulang sekolah. Itupun setelahnya aku juga ragu untuk segera pulang. Aku juga takut kalau ternyata tadi aku ketahuan. Namun akhirnya aku tetap kembali ke rumah.
Saat aku kembali mama menyambutku seperti biasa. Aku rasa mama memang tidak mengetahui keberadaanku tadi di depan pintu kamarnya. Namun sekarang aku bingung harus bersikap bagaimana kepadanya. Semua yang barusan terjadi betul-betul merubah pandanganku terhadap ibu kandungku ini.
“Kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya mama melihat aku hanya diam saja ketika disapa.
“Eh, nggak kok ma…”
“Oohh.. ya sudah, makan dulu gih, lemas banget kelihatannya, kayak habis lihat hantu aja, hihihi”
“Hehehe, iya Ma” jawabku malas. Oh, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku sudah mengetahui perbuatannya? Atau terus tetap diam berpura-pura tidak tahu. Aku bingung. Sunguh bingung. Tapi ternyata dalam hatiku, aku ingin melihatnya lagi. Aku ingin melihat mamaku disetubuhi lagi.
***
Sejak kejadian itu aku jadi semakin sering memperhatikan mama, bukan hanya karena wajahnya yang memang cantik dan sedap dipandang, tapi aku selalu membanding-bandingkan sifat mama yang terasa sangat berbeda ketika kesehariannya bersama kami yang bagaikan ibu dan istri yang baik, dengan sifatnya waktu itu yang nakal bak pelacur.
Aku penasaran. Bahkan dua hari yang lalu aku sempat mencoba mengintipnya lagi, aku bolos sekolah hanya demi mengharapkan bisa melihat ibuku dizinahi orang sekali lagi. Tapi ternyata tidak ada tanda-tanda orang di rumah selain mama ketika itu. Tapi aku yang masih sangat penasaran ingin mencobanya lagi hari ini. Aku akan bolos lagi dan pulang lebih cepat ke rumah.
Seperti biasa, mamapun mencium pipi anak-anaknya bergantian, lalu mencium pipi dan tangan papa sebelum kami berangkat. Senyum manisnya, sifat keibuannya, sungguh terlihat bagaikan mama dan istri yang baik. Tapi apa mereka tidak tahu bagaimana perangai mama yang sebenarnya!?
“Hati-hati di jalan yah…” ujar mama sambil melambaikan tangannya pada kami. Aahh.. dadaku berdebar kencang lagi dibuatnya. Mama…
Sesuai rencana, akupun tidak benar-benar pergi ke sekolah. Aku bolos. Dengan jam yang sama seperti waktu itu akupun kembali ke rumah dengan harapan semoga pak Jupri mengunjungi mama lagi. Tapi sisi diriku yang lain masih berharap semoga mama hanya sendirian di rumah, dan semoga yang ku lihat waktu itu hanya mimpi buruk.
Aku tidak tahu harus senang atau sedih saat ini, karena aku melihat ada sendal pak Jupri di depan rumah! Pria itu ada di dalam! Tapi aku tidak seberuntung waktu itu karena ternyata kali ini pintu depan terkunci. Sial! Tapi aku belum menyerah, akupun pergi menuju samping rumah dengan harapan jendela besar yang ada di sana tidak tertutup. Aku lega ternyata demikian. Aku menemukan jalan masukku.
Dengan diam-diam akupun masuk ke dalam rumah. Sepertinya mereka ada di dalam kamar. Dan lagi-lagi pintu kamar mama tidak tertutup dengan rapat sehingga memberi ruang bagiku untuk dapat mengintip ke dalam. Namun baru saja aku hendak mengintip, pintu tiba-tiba terbuka! Sepasang tangan hitam langsung menangkap tanganku. Aku ketahuan!
“Woi! Bener kan kata gue kalau ada orang!” Ujar pak Jupri sambil tangannya menjepit leherku dengan kasar.
“Maaa!” teriakku ketakukan memanggil mama.
“Mas, itu Andi mas! Andi!” teriak mama. Setelah pak Jupri memperhatikan sejenak kalau aku benar-benar Andi, barulah dia melepaskan tangannya dariku. Sekarang dia yang tampak sedikit panik karena perbuatannya ketahuan olehku. Mamapun juga terlihat panik. Mungkin tidak menyangka aksinya kali ini akan ketahuan, apalagi oleh anaknya sendiri.
Sebuah situasi yang sangat tidak nyaman. Sejenak kami sama-sama diam karena tidak tahu apa yang harus diperbuat.
“Ka..kamu kok cepat pulang sayang?” tanya mama tergagap mencoba memecah keheningan. Aku tidak menjawab. Aku lebih terpaku melihat kondisi mama yang sedang tanpa busana.
“Kamu sudah tahu sebelumnya? Sudah pernah lihat?” tanya mama lagi. Kali ini aku mengangguk pelan. Ku lihat mama menghembuskan nafas, mungkin merasa pasrah karena ternyata aksinya ketahuan olehku.
“Sudah berapa kali lihat sayang?”
“Baru dua kali dengan ini ma…” jawabku.
“Oohh…”
Suasana kembali hening. Sesaat kemudian mama bangkit dari pinggir tempat tidur lalu datang menghampiriku. Mama yang tadi terlihat panik kini mulai terlihat tenang.
“Sayang.. kamu marah?” tanya mama lagi dengan suara lembut.
“Iya ma… tentu saja!”
Meskipun aku masih ada rasa sakit hati dan kecewa, tapi tidak ku pungkiri kalau tubuh mama sangat indah. Baru kali ini aku melihat mamaku bertelanjang bulat dari dekat. Rambutnya hitam panjang sebahu, kulitnya yang putih mulus. Terlebih sekarang mama sedang hamil 5 bulan, sungguh seksi sekali.
“Maafkan mama yah sayang.. Iya, mama tahu, mama memang salah, tapi… itu salah papamu juga karena selalu jarang ngasih mama jatah, kamu ngerti kan maksud mama? Kamu bisa paham kan?” ujar mama membela diri. Aku mencoba untuk menahan emosiku, sekaligus mencoba memaklumi alasan mama berbuat seperti ini. Tapi memang tidak semudah itu aku bisa menerimanya. Kalau dia orang lain aku mungkin tidak begitu peduli. Tapi dia adalah mamaku, ibu kandungku. Terlebih sepertinya mama sudah sering melakukan ini.
“ Tolong jangan kasih tahu papa yah sayang…” ujar mama lagi sambil membelai pipiku. Emosiku menjadi luluh, bahkan kini aku malah semakin bernafsu melihat keadaan mama. Keringatnya yang membasahi tubuhnya terlihat jelas olehku. Wajahnya bersemu merah dengan hiasan senyum manis. Mama benar-benar terlihat cantik dan menggairahkan.
“I..iya ma”
“Janji yah sayang… nanti kamu mama kasih uang jajan deh…”
“Iya ma, janji” jawabku nurut-nurut saja. Ku pikir memang lebih baik tidak ku beritahu. Aku tidak ingin keluarga kami malah jadi hancur, kasihan adik-adikku.
“Eh, Lisa, kok anak lo cuma dikasih uang jajan aja sih?” pak Jupri tiba-tiba ikut-ikutan. Dia tampaknya tidak terlihat takut lagi karena ketahuan olehku. Malah seperti menganggap aku bukan siapa-siapa.
“Hmm? Emang adek kasih apa lagi mas?” tanya mama.
“Kasih nonton liat gue entotin lu kek, huahahaha… ayo, lo mau lihat kan?” tawar pak Jupri yang membuat aku terkejut, Mamapun juga tampak terkejut. Tentu saja aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu. Menawarkan aku untuk melihat ibu kandungku disetubuhi olehnya? Sungguh bejat! Tapi aku memang penasaran juga ingin melihatnya. Kecantikan mamaku memang menimbulkan daya tarik tersendiri.
“Ish… mas ini ada-ada aja, masa adek disetubuhi di depan anak sendiri sih?” kata mamaku bertingkah manja mencubit paha Pak Jupri.
“Memang kamu mau lihat sayang?” tanya mama kemudian padaku sambil tersenyum manis.
“Eh, a..anu…” Aku sungguh bimbang. Satu sisi tentunya aku masih tidak rela mamaku dizinahi orang lain, apalagi sampai menontonnya langsung. Namun di sisi lain aku sangat bernafsu ingin menonton orang bersetubuh secara langsung, terlebih wanita itu adalah ibu kandungku sendiri yang sangat cantik.
Melihat aku lama diam, mamapun berbicara.
“Tuh.. dia gak mau mas. Masa melihat mamanya sendiri disetubuhi sih? Sama orang lain yang bukan papanya macam mas lagi, hihihi” tawa mamaku cekikikan yang disambut gelak tawa keras si brengsek Jupri. Perasaanku sungguh campur aduk melihatnya!
“Nggak ma, aku mau lihat kok!” ujarku cepat kemudian. Sial! Apa yang barusan aku katakan. Aku terang-terangan berkata ingin melihat ibuku sendiri disetubuhi orang lain?? Aku sudah gila! Tidak memberi tahu ayahku saja itu sudah keterlaluan, ini aku malah ingin menonton perzinahan ibuku dengan orang lain. Ahhh… kenapa denganku! Dia itu mama! Ibu kandungku!
“Hmm? Kamu mau lihat sayang?”
“Iya ma… boleh?” tanyaku malu-malu. Sekarang aku malah berdebar-debar mengharapkan kalau mama memang membolehkan aku menonton perbuatan terlarangnya itu. Sedangkan si Jupri semakin keras tertawanya seakan memandang rendah mama dan aku.
“Huahahaha, tuh kaaaann… gue yakin lo pasti penasaran ngelihat mama lo dientotin. Mama lo ini emang bikin siapa aja nafsu, bahkan anak kandungnya sendiri, huahahaha” ujarnya yang lagi-lagi disambut cubitan mama di pahanya.
“Ya sudah, kamu kunci jendela tempat kamu masuk tadi yah sayang. Untung tadi kamu yang masuk, bukan papa, hihihi” suruh mama. Segera saja ku turuti, setelah selesai aku langsung kembali lagi ke kamar mama. Saat ku kembali ku lihat mama sedang asik berciuman. Darahku kembali berdesir melihat pemandangan ini.
“Ma…” panggilku lirih. Mamapun melepaskan ciumannya.
“Eh, udah kamu kunci?” tanya mama sambil masih dipeluk dari belakang oleh pak Jupri yang jelek itu. Tangannya juga membelai-belai perut buncit mama.
“Udah ma. Hmm… Ma…”
“Iya sayang?”
“Gak takut ketahuan Papa?” tanyaku.
“Ya kamu jangan kasih tahu dong… hihihi”
“Terus itu… mama kan lagi hamil…”
“Aman kok sayang…”
“Tapi itu anaknya Papa kan Ma?” tanyaku curiga juga.
“Hmm.. gimana yah.. mama nggak yakin juga sih”
“M-maksudnya?”
“Iya, cuma kamu yang mama yakin anaknya papa. Kedua adek kamu mungkin anaknya orang lain, termasuk yang di perut mama ini, hihihi”
“Hah?? Orang lain? Berarti mama udah sering ML sama pria lain sebelum ini!?” tanyaku. Mama mengangguk malu-malu.
“Iya… maaf yah… Habisnya papa kamu itu sih, awal-awal nikah saja rajin ngasih jatah ke mama. Setelah kamu lahir, dia jadi semakin sibuk. Ya mama sebagai wanita kan butuh itu juga sayang”
Aku sangat terkejut mendengarnya kenyataan ini. Aku tidak menyangka mamaku seperti ini. Wanita secantik dan terlihat berkelas seperti mama ternyata sudah berkali-kali bersetubuh dengan pria lain selain papa. Aku shock. Tapi melihat senyum manis mama akupun langsung luluh dan menyerah pada nafsu.
“Ahhh.. lama amat sih kalian ngobrolnya, gue pengen ngentot nih…” ujar pak Jupri tiba-tiba. Dia lalu mendorong tubuh mama ke kasur, dan langsung menggenjot mama! Aku terbelalak melihat ibu kandungku diperlakukan sangat kasar, terlebih dia kan lagi hamil.
“Nghh… mas, pelan-pelan… gak enak dilihat Andi” ujar mamaku sambil menatapku. Tatapan yang sungguh membuat perasaanku tak karuan.
“Peduli amat! Biasanya aja lo kesenangan kalau gue entotin kasar! Masa di depan anak lo musti pelan-pelan! Palingan dia juga suka mamanya gue entotin kayak gini” ujar pak Jupri kurang ajar sambil terus memompa tubuh mama dengan cepat. Tubuh mama sampai melenting-lenting dibuatnya!
Pak Jupri menggenjot mama dari belakang dengan posisi tiduran menyamping. Dengan posisi seperti itu baik mama dan pak Jupri menghadap ke arahku. Pak Jupri seakan-akan ingin mempertontonkan kepadaku bagaimana biasanya mamaku disetubuhi olehnya. Mama bahkan ikut-ikutan seperti ingin menunjukkan tontonan yang menarik kepadaku. Dia tersenyum manis padaku sambil terus disetubuhi pria itu!
“Ngghh… mas… ssshhh” rintih mama manja yang terdengar sangat menggoda. Mereka kemudian berciuman, lalu mama melihat ke arahku lagi sambil tersenyum, lalu berciuman lagi, dan menatapku lagi, begitu seterusnya. Sungguh hatiku terasa diaduk-aduk.
“Lo lihat kan kelakuan mama lo?? Kayak lonte kan? Lo kebayang gak kalau papa lo tahu? Huahahaha” ejek pak Jupri lagi.
“Ihh… mas, jangan kasih tahu dong… iya kan sayang? Papa gak boleh tahu kan?” tanya mama padaku. Aku hanya mengangguk kaku. Seharusnya aku marah, tapi kenapa… kenapa aku sangat bernafsu melihat pemandangan ini?? Dadaku bahkan berdebar sangat keras saking bernafsunya.
“Oi, lo kalau mau nonton mending lo lepasin baju lo.... Biar mama lo tahu kalau lo konak ngelihatnya gue entotin, huahahaha” suruh pak Jupri dengan nada mengejek kepadaku.
“Hihihi, emang kamu suka yah sayang lihat mama diginiin pak Jupri?” tanya mama, aku lagi-lagi hanya mengangguk kaku.
“Ya sudah… buka aja bajunya biar lebih enak…” suruh mama kemudian. Dengan ragu-ragu akupun membuka pakaianku hingga telanjang di depan mereka. Ku lihat mama tersenyum melihat penisku yang sedang ngaceng bukan main karena menonton aksi zinahnya. Aku yang malu segera menutupi penisku dari pandangannya dengan tanganku.
“Woi, ngapain lo tutup-tutup segala, kasih liat aja.. Eh, suruh tuh anak lo itu ngocok!” pinta pak Jupri padaku dan mama. Perangai pak Jupri semakin menjadi-jadi. Dia seenaknya saja berkata!
“Udah sayang.. buka aja, gak usah malu… ngocok aja kalau kamu emang mau” ujar mama menuruti perintah si Jupri. Aku yang mendengar mama berkata seperti itu akhirnya benar-benar mengocok penisku. Sungguh gila. Aku terang-terangan mengocok penisku di depan mereka! Mengocok sambil melihat ibu kandungku disetubuhi orang lain! Mama yang melihat aku asik mengocok tersenyum saja melihatku. Wajahnya yang cantik serta senyumnya yang manis membuat aku semakin belingsatan.
“Ikut naik ke ranjang! Lo lihat mama lo gue entotin dari dekat!” suruh pak Jupri lagi. Aku turuti perkataanya. Akupun naik ke atas ranjang . Ranjang yang biasa menjadi tempat tidur mama dan papa sekarang sedang menjadi tempat perzinahan mamaku dan tetangga kami ini, plus aku anaknya mama yang hanya bisa menonton sambil mengocok. Ahhhh, entah apa jadinya bila seandainya papa mengetahui hal ini.
Pak Jupri sungguh bejat! Setelah aku ikut naik ke ranjang dia malah semakin kencang menghentak-hentakkan penisnya bertubi-tubi ke vagina mamaku. Tubuh mama sampai terdorong-dorong kuat. Buah dada dan perut mama tampak bergoyang kencang. Sialnya melihat pemandangan ini aku malah semakin nafsu dan mempercepat kocokanku.
Aku tidak tahan untuk tidak meraba tubuh mama yang putih bening ini. Ku beranikan saja mengelus tubuhnya. Selagi mama dientotin dengan kasar oleh pak Jupri, satu tanganku membelai-belai tubuhnya, mulai dari wajah cantiknya, lehernya, buah dadanya, hingga perutnya. Sedangkan tanganku yang lain tetap sibuk mengocok.
“Kamu suka sayang?” tanya mama sambil berusaha tersenyum padaku. Ku lihat wajahnya semakin memerah dengan bulir keringat membasahi.
“Suka ma… mama cantik banget, kulit mama halus” jawabku yang dibalas senyum manisnya.
“Pegang aja sesukamu yah…”
“Iya ma…” Jadilah aku terus membelai-belai mama selagi dia dientotin. Beberapa bagian tubuhnya yang berkeringat terasa sangat basah di tanganku. Ku coba mencium aroma keringatnya yang menempel pada tanganku, bahkan saking aku bernafsunya aku juga sampai menjilati keringatnya. Aku betul-betul sudah terbawa nafsu.
Ku lihat genjotan pak Jupri pada tubuh mama semakin cepat, sepertinya tidak lama lagi dia akan klimaks. Pak Jupri akan menumpahkan spermanya ke rahim mamaku! Membayangkannya sungguh membuat aku semakin tidak kuat.
“Ughhh… nih terima peju gue, lihat nih, adek lo gue siram pake pejuuuu!” Racau si Jupri.
“Ngghhh… sayaaaannnggg… lihat mamaaaa” erang mamaku ikut-ikutan. Gila! Aku tidak kuat untuk tidak muncrat juga!
Tubuh pak Jupri lalu mengejang kaku, dia sedang menyemprotkan pejunya di dalam sana. Memindahkan isi kantong zakarnya ke tempat cabang bayi mamaku berada!
“Crooottttt croooottttttt” Berbarengan dengan itu aku juga memuntahkan pejuku, sebagian besar mengenai perut mama. Aghh… aku baru saja mengotori badan ibu kandungku sendiri dengan spermaku. Mama yang melihat aku baru saja klimaks, bahkan mengenai tubuhnya, lagi-lagi tersenyum padaku. Mamaku sungguh cantik.
Setelah selesai, Pak Jupri pun rebah ke pelukan mama. Mereka berpelukan sebentar untuk mengatur nafas, setelah itu pak Jupri keluar untuk merokok di luar. Sekarang hanya tinggal aku dan mama yang berada di atas ranjang. Sama-sama sedang telanjang bulat.
“Enak sayang?”
“E..enak ma…” jawabku sambil memilin-milin putting susu mama. Ternyata mama sudah bisa mengeluarkan susu.
“Kamu suka lihat mama dientotin pak Jupri?”
“Tadinya sih aku kesal ma, tapi kok aku suka yah ngelihatnya…”
“Suka lihat mama dikasari juga?” tanya mama senyum-senyum.
“Eh, i..itu.. iya juga ma…”
“Hihihi, makanya jangan kasih tahu papa yah… ntar kamu bisa terus lihat deh mamamu ini dientotin orang” ucap mama genit.
“I..iya ma…”
“Makasih sayang… sini peluk mama” ujar mama sambil membentangkan tangannya. Langsung saja ku rebahkan badanku di sebelahnya dan memeluk tubuhnya. Perut mama yang buncit terasa menekan-nekan penisku yang masih tegang. Aku tidak peduli kalau di sana masih ada ceceran spermaku.
“Ma…”
“Ya sayang?”
“Aku boleh nyusu?” entah kenapa tiba-tiba aku meminta hal seperti itu. Terlintas begitu saja.
“Hihihi, kamu pengen jadi adek bayi lagi yah?”
“I..iya Ma” jawabku malu.
“Hmm… Boleh kok… kamu kan anaknya mama sendiri” jawab mama membolehkan. Aku senang sekali mendengarnya. Akupun segera mendekatkan mulutku ke buah dadanya dan langsung mengulum putingnya. Kusedot dan kujilati air susunya yang mulai mengalir masuk ke mulutku.
“Enak sayang?” tanyanya, aku mengangguk. Rasanya sungguh luar biasa. Sensasi menyusu pada wanita secantik mama, yang mana kami berdua sedang bertelanjang bulat. Apalagi penisku yang bersentuhan dengan sela-sela pahanya makin menambah nikmat bagiku. Penisku yang barusan tadi menumpahkan pelurunya kini jadi ngaceng kembali. Melihat itu mama tersenyum dan berbisik padaku.
“Mau mama kocokin gak sayang?” tanya mama lagi, tentu saja aku mau. Aku mengangguk. Mamapun mengocok penisku sambil aku menyusu padanya! Sementara itu, satu tanganku sibuk membelai perut buncitnya serta meremas buah dadanya yang satunya. Sungguh rasanya luar biasa tak terlukiskan!
Cukup lama kami melakukannya, rasanya aku tidak ingin berhenti.
“Wah wah wah.. lagi asik nih…” ujar pak Jupri tiba-tiba. Dia sudah kembali masuk ke dalam kamar.
“Ibu dan anak kok kayak gini sih? Dasar ibu anak bejat! Huahaha” ledek pak Jupri kemudian. Ku lihat Mama hanya tertawa kecil saja merespon ucapan pak Jupri, sedangkan aku tidak mau peduli, aku hampir muncrat lagi karena kocokan mama.
“Ma…” erangku.
“Hmm? Mau keluar sayang?”
“I..iya ma…” jawabku lalu kembali mengenyot susunya.
“Keluarin aja sayang… jangan di tahan”
Kocokan mama semakin cepat, akupun juga semakin bernafsu mengenyot susu mama. Hingga akhirnya aku tidak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.
“Crooooottt crrroooooottttt”
Spermaku muncrat dengan banyaknya, berhamburan membasahi tangan mama, perutku, perut buncit mama, serta sprei tempat tidur.
“Makasih ma…”
“Iya, enak kan sayang? Kalau kamu mau lagi ngelurkan peju nanti panggil mama aja yah.. asal jangan kamu jangan kasih tahu papa ya”
“I..iya ma”
Selesai aku muncrat, pak Jupri tiba-tiba menarik tangan mama dengan kasar ke arahnya.
“Awh!” Mama sampai menjerit kecil dibuatnya. Sungguh kurang ajar! Dia ternyata belum puas untuk menyetubuhi mama! Mamapun disetubuhi sekali lagi olehnya. Kali ini dengan gaya anjing. Walaupun aku marah dengan sikap kasarnya pada mama, tapi perlakuannya pada mama memang membuat aku sebagai anaknya jadi ikut bernafsu. Mama terlihat sangat seksi dientotin dengan gaya itu. Ya, aku masih di ranjang yang sama dengan mereka untuk terus menonton dari dekat aksi perzinahan ibu kandungku ini.
Hingga akhirnya aku kembali melihat bagaimana pak Jupri dengan nikmatnya mengejang memuntahkan spermanya ke rahim mama. Setelah itu barulah pak Jupri pergi setelah puas dua kali menzinahi mamaku.
“Udah nontonnya sayang? Mama mau beres-beres dulu nih… nanti ketahuan sama papa”
“Eh, bentar mah… aku masih pengen meluk mama” jawabku. Mama yang masih terlentang telanjang memang menggodaku untuk kembali memeluknya. Akupun kembali rebahan dan memeluk tubuh mama.
“Ya sudah… sebentar saja yah… jangan lama-lama”
“Iya Ma…” ahhh, memang nyaman sekali berada di sebelah mama.
Memang tidak lama aku memeluk mama, karena setelah itu mama permisi ingin mandi dan beres-beres. Tapi aku tahu ini barulah permulaan. Aku yakin masih ada kegilaan-kegilaan lain yang akan ku alami. Dan mungkin hanya tinggal waktu saja sampai aku bisa menyetubuhi mama.
****
Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. Aku sering berpapasan dengan pak Jupri di luar rumah, dia hanya tertawa cengengesan saja ke arahku. Melihat wajahnya itu sungguh membuat aku muak! Aku yakin dia masih terus menyetubuhi mama ketika kami anak-anaknya sibuk sekolah dan papa sibuk berkerja.
Setelah kejadian hari itu aku juga sering beronani, parahnya aku malah onani sambil menghayal mamaku sedang disetubuhi oleh pria brengsek itu. Sebenarnya aku ingin minta dionanikan oleh mama, tapi aku takut memintanya, lagian tidak ada kesempatan karena ada orang di rumah. Hari ini sepulang sekolah, akupun memberanikan diri untuk memintanya, mumpung hanya ada aku dan mama di rumah.
Segera aku menuju ke kamar mama. Tampak mama baru saja selesai mandi. Dia hanya mengenakan handuk putih. Perut mama yang buncit karena hamil tampak menekan handuk itu. Pemandangan yang terlihat seksi dan menggairahkan bagiku.
“Ma…”panggilku dari depan pintu.
“Ya sayang?”
“Aku mau keluarin sperma lagi, boleh?”
“Hihihi… kamu ini. Kan udah mama bilang waktu itu kalau mau keluarin peju bilang aja ke mama”
“Berarti boleh ma?”
“Boleh… sini-sini” jawab mama tersenyum manis. Dadaku berdebar saking senangnya. Akupun segera masuk ke dalam kamar mama. Segera ku turunkan celanaku sehingga penisku yang sudah tegang sedari tadi kini terjuntai di hadapannya.
“Buka aja bajumu sayang… telanjang aja, cuma ada kamu dan mama kok sekarang di rumah” suruh mama. Akupun menuruti perkataannya. Ku buka juga bajuku sehingga kini aku telanjang bulat di dalam kamar mama. Tanpa menunggu lagi segera ku kocok penisku. Mama sampai tertawa kecil melihat aku yang sepertinya sangat bernafsu pada dirinya.
“Hihihi, buru-buru amat sih? Santai aja, Papa dan adik-adikmu masih 1 jam lagi kok pulangnya” ujar mama mendekat lalu mengacak-ngacak rambutku. Aku dapat mencium harum tubuh mama dari jarak ini. Wangi sabun dari tubuhnya membuat aku semakin horni.
“Ma… buka handuknya dong…” pintaku dengan nafas berat karena sudah terlalu bernafsu.
“Iya… Dasar ih kamu…” Sambil terus senyum-senyum memandangku mamapun mulai melepaskan ikatan handuknya. Dia kini telanjang bulat di depanku. Aku jadi semakin bernafsu melihat pemandangan ini. Tubuh telanjang ibu kandungku dengan kulit putih mulusnya terpampang di hadapanku. Perut buncitnya yang sedang hamil kini tidak tertutupi lagi. Sungguh seksi. Kocokankupun semakin cepat dibuatnya.
“Pengen kayak yang waktu itu lagi nggak kamunya?” tanya mama senyum-senyum kecil. Dia lalu berbaring di tempat tidur kemudian merentangkan tangannya. Aku girang bukan main. Segera aku langsung terjun berbaring ke sebelahnya. Aku senang sekali bisa berduaan lagi peluk-pelukan di atas ranjang mamaku ini.
Akhirnya kejadian seperti waktu itu terulang lagi. Aku menyusu pada mama sambil mama mengocok penisku. Ini sungguh posisi yang paling aku suka. Senyum manis mama yang selalu berusaha memandangku selama aku menyusu dan dikocok juga makin membuat aku terbuai. Aaaahh… Seandainya aku bisa memiliki mama seorang diri, seandainya tidak ada si Jupri brengsek itu.
“Ma… tadi mama gituan lagi yah sama pak Jupri?” tanyaku setelah melepaskan kulumanku pada puting mama.
“Iya… kenapa sayang?”
“Mama kok mau-maunya sih sama pak Jupri?”
“Dia cuma beruntung aja kok…”
“Gimana awalnya sih ma?” tanyaku lagi penasaran.
“Hmm… gimana ya... Ya dia cuma beruntung aja waktu itu datang ke rumah. Terus lihat mama lagi main-main sama terong, mama lagi pengen banget waktu itu sayang karena udah lama gak dapat jatah dari papa. Jadi dia mulai deh, awalnya mama gak mau, orangnya kan jelek kayak itu, beda dengan papa dan pacar-pacar mama yang dulu. Tapi dia terus maksa mama, karena mama juga udah horni ya kejadian deh” jelas mama sambil tetap terus mengocok penisku.
“Emang kapan tuh ma? Kok orang rumah gak ada yang tahu?”
“Yeee… kalau ketahuan bisa gawat dong, hihihi.. Hampir 2 tahun yang lalu, sejak kita baru pindah ke sini, berarti waktu kamu kelas 3 SMP. Sampai sekarang gak bosan-bosan tuh orang” jawab mama. Tentu saja, dengan tubuh seindah dan wajah secantik mama siapa juga yang bakalan bosan. Apalagi mama mau-maunya disetubuhi dengan kasar seperti yang aku lihat waktu itu. Walaupun aku kesal sama pak Jupri, tapi entah kenapa aku ingin melihatnya lagi menyetubuhi mama.
“Ma… boleh nggak besok aku gak sekolah?”
“Hah? Ngapain? Emang kenapa kamu gak sekolah?” tanya mama heran sampai kocokannya pada penisku terhenti.
“A..aku mau lihat mama gituan lagi”
“Duh… kamu ini, kamu suka yah sayang lihat mama disetubuhi orang lain?”
“I..iya ma”
“Hihihi, dasar, ternyata anak mama ini nakal juga, punya fantasi jorok ke mamanya. Tapi masa sampai bolos sekolah pula sih? Jangan ah…” jawab mama sambil kembali melanjutkan kocokannnya.
“Yah.. ma, sekali-kali mah… boleh yah…”
“Hmmph… kamu ini, ya sudah deh boleh, dasar kamu ini anak nakal” ucap mama genit sambil mengecup keningku.
“Hehe, makasih mah…”
“Ya sudah, buruan dong keluarin spermanya, ntar papa keburu pulang lho, bisa kacau nanti kalau papa ngelihat kamu mesum ke mama kayak gini, hihihi”
“Eh, i..iya mah” Akupun kembali mengenyot buah dada mama untuk menghisap susunya. Meskipun mama tadi bilang buruan, tapi aku tetap melakukannya dengan santai, aku ingin menikmatinya. Satu tanganku kembali meraba-raba tubuh mama, baik buah dadanya maupun perut buncitnya. Mamapun tampaknya mengerti, dia pasrah saja membiarkan aku yang masih sangat ingin berlama-lama dengannya seperti ini. Sambil aku terus mengenyot buah dadanya, mama juga terus mengocok penisku dengan telaten, sesekali dia meremas buah zakarku dengan lembut. Aroma tubuh serta senyum manisnya sungguh membuat aku nyaman.
Hingga akhirnya beberapa saat kemudian akupun tidak tahan untuk memuntahkan spermaku. Mama yang menyadarinyapun mempercepat kocokan tangannya.
“Maaaa”
Crooott…
Spermaku muncrat berhamburan dengan nikmatnya. Tangan mama terus mengocok pelan penisku sampai pejuku keluar seluruhnya, sementara aku mengerang kenikmatan sambil terus menyedot susu mama. Sungguh orgasme yang luar biasa!
“Udah? Puas?”
“Belum sih ma, hehe” Ya, aku memang tidak pernah puas.
“Dasar, udah sana.. bentar lagi Papa dan adik-adikmu pulang. Disambung besok pagi aja, kan katanya besok gak sekolah, hihihi.”
“I..iya mah”
Akupun bangkit dan segera berpakaian, begitu pula mama. Tidak lama kemudian Papapun pulang. Mama kembali berperilaku seperti istri yang setia dan ibu yang baik. Mereka tidak tahu, kalau di belakang mereka mama diam-diam sudah sering berzinah. Papa tidak tahu, kalau anak yang sedang di kandung mama mungkin bukanlah anaknya.
**
Besoknya, seperti yang direncakan, akupun tidak pergi sekolah. Aku berpura-pura sakit perut. Tentunya hanya mama yang tahu kalau aku sedang berpura-pura supaya aku bisa menonton aksi zinahnya nanti. Setelah papa dan adik-adikku berangkat, barulah aku kembali bertingkah normal.
“Udah sembuh yah sayang?” goda mama saat aku turun dari kamarku.
“Udah ma..”
“Huu… pengen lihat mama dizinahi orang jadi sembuh yah? hihihi”
“Eh, itu… Hehehe”
Ah… entah kenapa aku jadi berdebar-debar menunggu pak Jupri datang ke rumah untuk berkawin dengan mamaku. Belum apa-apa penisku sudah ngaceng.
Aku kemudian melihat mama senyum-senyum padaku, dia menurunkan tali dasternya, dengan sedikit sentuhan, dasternya itu kemudian jatuh terlepas dari tubuhnya. Mama telanjang bulat!
“Mama telanjang??”
“Iya… kenapa? Selama ini kalau kalian udah pergi dan mama sendirian di rumah, mama juga selalu begini” jawabnya dengan senyum genit.
“Ooh…” aku tidak menyangka, ternyata mama sangat nakal di belakang kami!
Mama kemudian beres-beres rumah dengan bertelanjang bulat. Sebuah pemandangan yang membuat aku berdegub kencang. Mama terlihat sangat seksi. Dengan kondisi perut buncit karena hamil dia tetap lihai membersihkan rumah. Sesekali mama melempar senyum padaku seakan-akan dia tahu kalau aku sedang terpesona melihatnya.
Setelah selesai membersihkan rumah, pak Jupripun datang. Waktunya sunguh pas. Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan rutinitas dosa ini.
“Woi, lo gak sekolah? Sengaja pengen lihat mama lo gue entotin lag?” ledek pak Jupri padaku.
“Andi tadi katanya sakit perut mas” jawab mama sambil mengedipkan mata padaku. “Tapi gak apa kan mas kalau Andi ikut nonton lagi?” kata mama kemudian.
“Ya gak apa, gue malah senang bisa ngentotin lo di depan anak-anak lo, huahahaha” jawab pak Jupri seenaknya.
Pak Jupri lalu ngobrol-ngobrol sedikit dengan mama sambil menyeruput kopinya, beberapa perkataannya malah merendahkan aku dan papa. Setelah itu pak Jupri lalu menarik tangan mama dengan kasar ke dalam kamar. Sungguh bejat! Tidak tahu diuntung! Walupun begitu, aku lagi-lagi dibuat konak meskipun sakit hati dengan perlakukan kasarnya pada ibu kandungku ini. Pak Jupri yang tahu reaksiku malah cengengesan remeh kepadaku. Mama malah menjerit manja.
“Sayang….” Sambil diseret pak Jupri mama memanggilku, seakan mengajak aku untuk ikut masuk ke dalam kamar.
Akupun menyusul mereka ke dalam kamar. Mereka sudah di atas ranjang, saling bergumul, berciuman dan bertukar air liur! Aku geli sekaligus horni melihat mama mau-maunya menampung liur pak Jupri yang sengaja meludah ke mulutnya. Mama malah sengaja melirik kepadaku saat menampung liur itu, seakan sengaja membuatku semakin cemburu serta bernafsu kepadanya. Setelah menelannya dia malah tersenyum dan tertawa ke arahku. Perasaanku sungguh campur aduk! Mereka terus melakukan hal itu berkali-kali.
Puas berciuman, pak Jupri yang tidak tahan segera menyetubuhi mama dengan gaya anjing. Seperti kemarin, aku disuruh ikut naik ke atas ranjang untuk melihat bagaimana dia menggenjot mamaku dari dekat. Sambil menonton mamaku disetubuhi, aku terus mengocok batang penisku dengan tanganku sendiri, sesekali juga sambil meraba-raba tubuh mama. Tapi apa yang diucapkan pak Jupri berikutnya membuat aku terkejut sekaligus girang.
“Eh, lo sepong dong kontol anak lo…” suruh pak Jupri pada mama. Mama terlihat terkejut mendengarnya, akupun demikian, tapi aku juga antusias menginginkannya. Aku ingin merasakan penisku dijilati oleh mama.
“Sepong punyanya Andi pak?”
“Iya, sepong kontol anak kandung lo, kasihan tuh cuma bisa ngocok aja lihat mamanya gue entotin, huahaha”
Mama terlihat ragu. Mungkin dia tidak pernah terpikir untuk melakukan hal yang cukup jauh seperti itu pada anaknya sendiri. Namun kemudian aku malah melihat wajah mama menunjukkan rasa penasaran. Ada birahi yang terpancar dari matanya.
“Hmm… Sayang, penis kamu… mau mama jilatin?”tanya mama padaku.
“M..mau mah…” tentu saja aku mau.
“Hihihi, dasar, sekarang kamu kayaknya benar-benar nafsu sama mama sendiri yah…” tawa mama renyah.
“Huahaha, kan udah gue bilang siapapun pasti nafsu sama lo, termasuk anak lo sendiri” ledek pak Jupri yang dibalas mama dengan senyuman.
“Ya sudah, sini sayang mendekat” suruh mama sambil membuka mulutnya. Aku dengan dada berdebar menggeser maju tubuhku dan mulai mengarahkan penisku ke mulut mama, dan ‘Hap’ penisku masuk ke mulut mama. Ibu kandungku baru saja memasukkan penis anaknya sendiri ke dalam mulutnya. Badanku gemetar, rasanya sungguh luar biasa!
“Huahahaha, gimana? Enak kan mulut mama lo?” Pak Jupri terbahak sambil lanjut menggenjot vagina mama. Aku tidak ingin menjawabnya, aku hanya terus memandangi wajah mama. Dia terus menatapku bahkan berusaha tersenyum padaku meskipun mulutnya sedang tersumpal penis. Sungguh membuat aku jadi semakin bernafsu hingga akupun memaju-mundurkan pinggulku seakan menyetubuhi mulut mama.
Sebuah pemandangan yang sangat ganjil dan gila, apalagi kalau terlihat oleh papa. Entah apa jadinya bila dia melihat istri yang dia cintai, yang dia pikir adalah istri yang setia dan penurut, sedang digenjot depan belakang oleh bapak tetangga dan anaknya sendiri.
Setelah beberapa lama, akupun tidak kuat untuk menahan laju spermaku. Sepertinya pak Jupri juga demikian. Sesaat kemudian kamipun sama-sama menyemprotkan sperma kami ke tubuh mama. Pak Jupri muncrat di vagina mama sedangkan aku di mulut mama. Mama melenguh, mungkin dia ingin agar aku tidak muncrat di mulutnya, tapi tidak sempat dia katakan, sehingga akhirnya spermaku muncrat memenuhi rongga mulutnya. Namun ternyata mama akhirnya malah menelan semua spermaku sambil penisku masih bersarang di mulutnya.
“Gila lo! Mulut emak sendiri dipejuin.. hahaha” tawa pak Jupri membahana. Mama hanya tersenyum memandangku sambil menyeka tepi mulutnya. Aku merasa berdosa telah berbuat seperti ini pada mama, tapi memang rasanya sungguh nikmat. Aku justru ketagihan.
Setelah beristirahat lebih dari setengah jam, kami mengulanginya kembali. Sama seperti tadi, pak Jupri menggenjot vagina mama dari belakang, sedangkan aku menggenjot mulut mama. Sambil pak Jupri menyetubuhi mama, dia terus saja berkata-kata yang tidak pantas pada aku dan mama. Dan sekali lagi, kami muncrat dengan cara yang sama seperti tadi. Aku mengotori mulut mama dengan spermaku lagi. Merasa puas, setelah ronde itu akhirnya pak Jupri pulang ke rumahnya.
***
Hari-hariku bersama mama kini sudah berubah. Hampir tiap hari aku selalu meminta dionanikan serta minta oral kepadanya. Tentunya kami melakukannya ketika Papa dan adik-adikku tidak ada di rumah, walaupun pernah juga kami melakukannya diam-diam meskipun mereka ada di rumah. Sebenarnya aku pernah meminta pada mama apa aku juga boleh menyetubuhinya, tapi ternyata mama dengan keras menolak. Aku harap hanya masalah waktu saja, karena semakin hari aku semakin bernafsu pada ibu kandungku ini.
Aku juga semakin sering bolos sekolah dengan berbagai alasan, bahkan pernah pura-pura pergi ke sekolah tapi kemudian balik lagi ke rumah. Semuanya hanya demi melihat mamaku disetubuhi oleh pak Jupri tetangga kami yang jelek itu. Sensasi sakit hati namun menggairahkan itu sungguh membuat aku ketagihan.
Hingga suatu hari aku terkejut mendengar cerita kedua adikku kalau mereka pernah melihat mama mengemut penisku. Aksiku dan mama ketahuan! Aku tentunya mencoba mengelak, tapi mereka berkata sangat yakin dengan apa yang mereka lihat. Akupun terpaksa mengancam mereka supaya tidak cerita ke siapa-siapa, terutama pada Papa. Untung saja mereka mau menurut karena mereka berdua memang takut padaku dari dulu.
Aku lalu memberi tahu mama kalau Andra dan Bobi pernah melihat perbuatan kami waktu itu.
“Duh… tuh kan ketahuan, kamu sih sayang… maksa banget mintanya waktu itu, padahal ada mereka di rumah, ketahuan tuh kan jadinya… huuuh” ujar mama manja setelah aku memberitahunya, tampak wajah mama panik. Mungkin dia takut kalau Andra dan Bobi akan mengadu ke papa.
“Tapi aku yakin mereka gak bakal bilang pada siapa-siapa kok ma… sudah aku suruh diam”
“Iya… tapi kan tetap saja ketahuan. Pantesan mereka tadi diam-diam aja ke mama” Mama sepertinya masih tidak menyangka kalau perbuatan gilanya ketahuan satu-per satu. Kemarin ketahuan berzinah dengan pak Jupri olehku, sekarang aksiku dan mama yang ketahuan oleh Andra dan Bobi.
“Hmmhh…. Tapi ya udah deh, udah ketahuan juga, ya gimana lagi” ujar mama kemudian, dia sudah terlihat lebih santai.
“Ma...”
“Hmm? Apa lagi?”
“Besok aku gak sekolah lagi boleh gak?”
“Kamu mau bolos lagi? Pengen lihat mama digituin lagi ya?”
“Iya Ma… “
“Masa bolos terus sih sayang?” tanya mama heran. Mungkin dia kesal juga melihatku jadi malas sekolah hanya demi melihat dia berbuat zinah.
“Iya Ma… boleh ya ma? Ntar aku kasih tahu papa lho” ancamku, tentu saja aku tidak serius mengancamnya, mama juga tahu itu. Dia tahu aku tidak akan memberitahu papa. Dia tahu kalau aku sudah sangat menyukai permainan ini.
“Hihihi… dasar kamu ini, iya deh iya, dasar anak nakal. Mau jadi apa sih kamu kalau kerjaannya bolos mulu, hihihi” jawab mama sambil tertawa, aku juga ikut tertawa.
**
Akupun tidak sekolah besoknya. Ya, lagi-lagi hanya karena demi melihat ibu kandungku ini dizinahi orang yang bukan suaminya, yaitu pak Jupri. Kami bertiga melakukannya lagi seperti yang sudah-sudah, yang mana aku juga dapat jatah sepongan dari mama yang sedang disetubuhi oleh pak Jupri. Tapi aku tidak menyangka kalau mama malah menceritakan pada pak Jupri masalah aksiku dan mama yang ketahuan oleh adik-adikku. Terang saja membuat pria brengsek itu terbahak.
“Huahahaha… Lo ketahuan sama anak-anak lo yang lain?”
“Iya Mas…” ucap mama malu-malu.
“Kenapa gak lo sepongin aja mereka? Terus suruh liat sekalian mamanya gue entotin. Gimana? Lo mau kan gue entoin di hadapan semua anak-anak lo? Hahahaha” Aku terkejut mendengarnya. Sungguh melecehkan dan semakin melunjak perangainya!
“Ditonton rame-rame sama anak-anaknya adek mas?” tanya mama balik. Anehnya Mama justru terlihat tertarik dengan omongan si brengsek ini.
“Iya, lo mau kan?”
“Hmm.. Gak ah mas, adek malu”
“Ah… gue tau lo mau, lo itu kan jalang, lacur! Hahaha” Anjing! Sungguh brengsek si Jupri mengata-ngatai mama seenaknya, tapi ku rasa mama justru semakin bergairah dikata-katai seperti itu. Mama sepertinya memang penasaran bagaimana rasanya kalau dia disetubuhi langsung di depan mata anak-anaknya!
“Sayang… gimana nih? Kamu setuju?” tanya mama kini padaku.
“Eh, i..itu, terserah mama aja” jawabku bingung. Sebenarnya aku tidak rela, tapi melihat mama yang sepertinya berminat, membuat aku jadi penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Ya sudah, nanti mama coba tanya ke adik-adikmu yah…” ujar mama kemudian.
Sore harinya saat papa belum pulang. Mamapun benar-benar bertanya pada Andra dan Bobi. Aku hanya memperhatikan dan mendengar dari jauh saja.
“Kamu beneran liat kakak dan mama waktu itu sayang?” tanya mama.
“I..iya ma” jawab mereka berdua tergagap.
“Maaf yah sayang… tapi kalian gak kasih tahu papa kan?”
“Ng..nggak kok ma, tapi kok mama sampai emutin punya kakak sih?” tanya Andra.
“Hmm? Kenapa? Kalian pengen juga yah?” goda mama.
“Eh, i..itu, mau ma, aku mau”
“Bobi juga mau ma”
“ Hihihi, duh kalian ini. Sama aja dengan kakak kalian. Tapi sebelum itu… kalian pengen lihat yang lebih nggak?”
“M..maksud mama?”
“Lihat mama gitu-gituan, mau?” ujar mama sambil senyum-senyum.
“Hah? Sa..sama siapa ma? Sama kak Andi?”
“Bukaaaan” jawab mama geleng-geleng.
“Te..terus? sama Papa?” Mama menggeleng lagi sambil tetap tersenyum manis.
“Terus sama siapa Ma?”
“Sama Pak Jupri” ujar mama kemudian.
“Hah??” terang saja mereka berdua terkejut bukan main mendengarnya, sama hal nya dengan pertama kali aku menemukan mama berduaan dengan bandot sialan itu.
“Mau tidak? Kok diam sih? Hihihi”
“Eh, i..itu… beneran Ma?”
“Iya… jangan kasih tahu papa yah… jadi kalian pengen lihat nggak nih?”
“M..mau Ma” jawab mereka hampir serentak. Aku yakin perasaan mereka sama denganku, mereka pasti sakit hati tapi juga penasaran karena horni. Kecantikan mama memang membuat siapapun terpikat, termasuk anak-anaknya sendiri.
“Ya sudah, kalian tunggu dua hari lagi yah… papa kalian bakal keluar kota selama seminggu. Nanti kalian bisa lebih puas deh melihatnya, hihihi” ujar mama kemudian. Aku baru tahu kalau papa tidak akan di rumah selama seminggu, tapi ku rasa selama seminggu itu akan terjadi hal-hal yang luar biasa.
Aku sungguh penasaran apa yang akan terjadi besok selama seminggu papa tidak di rumah.
***
“Oke, papa berangkat dulu yah… ” ucap papa berpamitan pada kami pagi itu. Tampak sebuah taksi baru saja berhenti di depan rumah.
“Iya Pa... hati-hati di jalan” balas mama sambil mencium tangan suaminya.
“Andi, tolong kamu jaga mama dan adik-adikmu” kata papa kini padaku.
“I..iya Pa”
Papapun masuk ke dalam taksi, tidak lama kemudian taksi itu berangkat sambil diiringi lambaian tangan mama, sungguh mama terlihat seperti istri yang setia, seandainya papa tahu bagaimana kelakuan istrinya itu yang sebenarnya saat dia tidak di rumah. Terlebih saat ini papa akan meninggalkan kami selama satu minggu. Dadaku berdebar-debar membayangkan bagaimana kami akan melalui hari dalam satu minggu ini!
“Eh, kalian nggak sekolah? Buruan siap-siap sana!” suruh mama kemudian pada kami bertiga.
“Ma, kalau aku nggak sekolah boleh nggak?” tanyaku.
“Ya ampuuun, kamu ini sayang, kenapa sih? Pengen lihat lagi?” tanya mama senyum-senyum padaku.
“Iya ma…” Aku lihat Andra dan Bobi seperti ingin mengatakan hal yang sama. Tampaknya mereka penasaran dengan janji mama waktu itu. Mereka ingin cepat menonton ibu kandung kami ini bersetubuh.
“Hihihi, buru-buru amat sih? Papa kalian kan gak di rumah sayang.. Jadi sepulang sekolah nanti juga bisa kok. Gak boleh malas sekolahnya!”
“Gi..gitu yah ma… ya udah deh” jawabku.
“Iya… udah sana kalian juga siap-siap juga ke sekolah”
“I..iya Ma” jawab Andra dan Bobi serentak.
Setelah bersiap-siap, kamipun pergi ke sekolah. Tapi seperti biasa aku selalu tidak konsen memikirkan apa yang sedang mama lakukan di rumah dan apa yang akan terjadi nanti. Aku ingin cepat-cepat pulang. Aku rasa adik-adikku juga merasakan hal yang sama saat ini.
***
Mama hanya senyum-senyum saja kepada kami, dia sepertinya tahu bahwa kami sudah menunggu-nunggu dari tadi. Benar, sejak kami pulang sekolah tadi aku memang sudah tak sabaran, begitupun dengan kedua adikku. Aku penasaran bagaimana rasanya bersama-sama dengan adik-adikku melihat mama kami disetubuhi orang.
Beberapa saat kemudian pak Jupripun muncul. Bukan pak Jupri namanya kalau tidak muncul dengan tawa merendahkan, apalagi kini dia melihat kalau anak-anaknya mama benar-benar berkumpul untuk melihat ibu kandung mereka bersetubuh.
“Gile! Kalian penasaran banget yah liat mama kalian ngentot? Hahahaha” tawanya sambil melihat kami bertiga. “Lo lebih jalang karena mau-maunya dientoin di depan anak-anak lo!” ujar pak Jupri kemudian pada mama. Ku lihat mama malah balas tersenyum.
“Oke sekarang liat ya mama kalian gue entotin. Selama seminggu ini gue bakal jadi papa kalian! hahaha”
Pak Jupri langsung menarik tangan mama ke kasur. Dia menciumi mama dengan buasnya di atas ranjang. Sambil asik berciuman sesekali dia melirik ke arah kami, begitupun mama. Pak Jupri juga menelanjangi ibu kandung kami ini pelan-pelan seakan sengaja ingin mengaduk-ngaduk perasaan kami. Setelah itu dia mulai menyetubuhi mama. Sekarang Mama tidak hanya disetubuhi di depanku saja, tapi di depan semua anak-anaknya. Pak Jupri juga menyuruh kami semua ikut bertelanjang bulat sambil menonton dia menyetubuhi mama. Kamipun menuruti.
"Heh, ngapain lo pada bengong?" bentak Pak Jupri pada kedua adikku yang terlihat bingung harus apa dalam situasi panas seperti ini.
"Hihihi, mereka kan belum pada tau harus apa mas... Andra, Bobi, suka yah liat Mama diginiin sama Pak Jupri?"
"I-iya Ma.." jawab mereka serentak di sebelahku.
"Andra dan Bobi coba ikutin mas Andi yah.." sambil tengah digenjot dari belakang oleh bandot sialan itu, Mamaku dengan tubuh yang terdorong-dorong dan mulai berkeringat itu mengajarkan kedua adikku untuk memegang kemaluan mereka sendiri. Mereka lalu mulai mengikuti caraku melakukan onani. Inilah pertama kalinya kedua adikku melakukan onani, ironisnya justru ibu mereka sendiri yang mengajarkan mereka.
Kami terus onani sambil melihat mama disetubuhi oleh bandot yang sepertinya tinggal separuh nyawa itu. Di tengah pergumulan mamaku, tiba-tiba adikku Andra bersuara yang sebelumnya hanya terus diam karena terpesona dengan adegan di ranjang itu, yang akhirnya juga disusul oleh adikku Bobi.
"Maaa.. aku kayak mau pipis maaa.."
"A-aku juga maaa.. eeghh.."
"Keluarin aja sayang... gak usah takut, ayo pipis aja.."
"Maaa!"
Dengan tubuh mengejang tak beraturan akhirnya kami semua memuncratkan sperma kami. Tidak hanya aku, tapi adik-adikku juga yang sudah terangsang berat menonton mama disetubuhi. Kami menumpahkan sperma kami di tubuh ibu kandung kami ini. Adik bungsuku Bobi yang baru kelas 5 SD dengan penis belum disunat itu bahkan menumpahkannya di wajah mama.
“Duh, kalian ini nakal banget sih? Mama sendiri dipejuin rame-rame gini, hihihi” respon mama yang malah tertawa melihat kami.
“Maaf ma…”
“Hihihi…Gak apa kok”
Seketika setelah tubuh dan wajah Mama sudah belepotan peju kami, mendadak Mama mulai terdiam sambil meremas sprei kasur yang memang sudah acak-acakan. Aku melihat wajah Mama seperti menahan sesuatu sambil menggigit bibir bawahnya di tengah genjotan bandot tua itu, yang selalu membuat tubuh seksi dengan perut buncit itu terpelanting kedepan dan kebelakang dengan sangat kasar! Akhirnya tubuh Mama mengejang disertai jeritan mereka berdua bersamaan, dan ambruk di atas kasur yang biasa ditiduri oleh Mama dan Papa, yang kini malah menjadi tempat perzinahan antara Mama dengan lelaki tetangga sebelah.
Mengenaskan memang, tapi sensasi ini membuatku ingin terus melihat pergumulan mereka. Tampak kini tubuh putih Mama ditindih pria tua berkulit hitam itu sambil berusaha mengatur nafas.
“Eh, mereka semua kayaknya nafsu sama lo tuh Lisa, gimana kalau lo bolehin mereka ngentotin lo, hehehe” ujar pak Jupri setelah selesai menumpahkan spermanya ke dalam tubuh mama. Tentu saja membuat kami semua ibu dan anak terkejut.
“Jangan ah mas, masa adek disetubuhi anak-anak sendiri” tolak mama.
“Mau dong Lis, tuh mereka semua pasti kepengen tuh, iya nggak? Kalian pengen kan ngerasain ngentotin mama kalian ini? Huahahaha” kami hanya diam, mungkin malu mengakui kalau kami memang penasaran ingin merasakan tubuh mama.
“Tapi kan Mas…”
“Udah… coba lo tanya ke anak-anak lo sana!” suruh pak Jupri terus mendesak mama. Mama tampak bingung, meski begitu mama kemudian betul-betul menanyakannya pada kami.
“Emm…Kalian pengen ngentotin mama juga?” tanya mama tetap dengan senyum manisnya pada kami. Dadaku sungguh berdebar dengan kencang ditanyai mama seperti itu.
“E..emang boleh ma?”
“Gak tahu tuh pak Jupri, penasaran banget tuh kayaknya pengen liat kita ibu dan anak-anaknya berzinah, hihihi” ucap mama sambil tersenyum melirik ke arah pak Jupri.
“Hmm….Kalau kalian emang mau mama kasih, tapi cuma sekali aja, agar kalian belajar mengenal seks” ucap mama lagi. Aku terkejut. Aku tidak mengira kalau mama akhirnya benar-benar akan membolehkannya. Sekarang aku justru berterima kasih pada pak Jupri karena omongannya itu aku benar-benar akan bisa menyetubuhi mama.
“Mau Ma…” jawabku. Andra dan Bobi juga mengiyakan.
“Hihihi, dasar kalian…”
“Huahahaha, mantab deh, oke sekarang gue mau istirahat sambil nonton kalian aja, hahaha” tawa pak Jupri sambil beranjak dari kasur menuju kursi rias mama dengan tetap terus memperhatikan kami berempat.
"Eemmm.. siapa dulu ya yang mau main sama mama?" tanya mama pada kami sambil tersenyum manis walau aku sempat mendengar sedikit keraguan dari nada bicara mama.
“Aku dulu mah”
“Nggak ma, aku”
“Aku dulu dong ma” pinta kami berebutan ingin segera merasakan enaknya tidur dalam pelukan mama dalam keadan telanjang. Pak jupri sampai tertawa ngakak melihat kami.
“Hihihi... kok jadi ngerebutin mama sih? Andi, kamu kan sudah sering sayang, kamu ngalah sama adik-adikmu dulu yah” ujar mama mencoba mengatur.
“Tapi kan aku belum pernah masukin ke itunya mama”
“Hihihi, iya… tapi nanti kamu pasti dapat juga kok, oke?”
“….Oke deh Ma” jawabku, ku turuti saja perkataan mama.
"Berarti aku dulu yah ma?” pinta Andra semangat.
"Kamu juga ngalah dulu yah… kasih Bobi dulu yah sayang, setelah ini baru giliran kamu, yah sayang… mama gak kemana-mana kok"
"I-iya ma.." jawab Andra terpaksa, walaupun begitu penisnya yang tadi melemas mulai mengacung lagi melihat Bobi mendekati mama. Adik kami yang paling kecil dengan penisnya yang belum disunat itu tetap bisa mengacung dengan keras.
Dengan telaten mama lalu membimbing Bobi untuk mendekatinya.
"Bobi tau kan ini namanya apa?"
"I-iya ma, ini titit"
"Hihihi.. iya Bobi, atau penis, disebut kontol juga boleh” ajar mama pada anak bungsunya itu. Bobi mengangguk-angguk.
“Nah… masukinnya ke dalam sini" sambil mama menunjuk kearah vaginannya yang tebal dan penuh bulu kemaluan itu.
"Terus kalau yang keluar pipis yang putih kental tadi itu apa ma?"
"Hihihi... itu namanya sperma sayang, kalau Bobi masukin penisnya ke dalam sini terus keluar pipis kental tadi, suatu saat bisa jadi anak di dalam sini.. namanya bikin anak, hihihi" terang mama lagi. Aku jadi gemetaran membayangkan kalau mama hamil oleh anak-anaknya sendiri.
"Oooh.. gitu ya ma? Jadi yang di dalam perut mama itu dari Papa ya Ma?" tanya Bobi dengan lugu. Padahal itu bukan anak dari Papa, bahkan mengetahui Bobi dan Andra juga bukan hasil dari Papa agak membuatku tak nyaman. Tapi memikirkan kalau mamaku yang cantik ini sudah pernah dibuahi bermacam-macam lelaki malah semakin membuat aku terangsang.
"Eemmm.. i-iya Bobi.." jawab mama berusaha menutupi kegugupannya sambil melirik kearahku seolah ingin aku tak membuka rahasia ini. Sedang kulihat Pak Jupri di belakangku masih terus terkekeh-kekeh saja melihat kami, muak rasanya melihat tua bandot itu melecehkan kami.
"Ma, Bobi pengen bikin anak juga yah ma.."
"Hihi, sini sayang.. kita bikin anak yah.." mama menerima Bobi sambil mengambil posisi telentang dengan melebarkan kedua pahanya. Sambil mama menuntun Bobi untuk berada naik ke atas tubuhnya, Bobi pelan-pelan mengarahkan penisnya pada mulut vagina mama.
"M-maa.. g-gelii.."
"Pelan-pelan aja sayaang.. gak usah buru-buru.."
Kulihat Bobi seperti gemetaran saat penis mungilnya mulai masuk ke dalam vagina mama, di tempat dia dilahirkan dulu. Pemandangan yang ganjil tentunya melihat tubuh wanita dewasa sedang disetubuhi oleh seorang anak kecil, apalagi itu adalah ibu dan anak kandung.
Sambil memeluk mamaku dengan perut yang membuncit itu, tak lama kemudian badan Bobi mulai mengejang.
"Maa.. maaa..."
"Enak yah sayang?"
"I-iya, maa.. Bobi mau pipis lagii.."
"Iya sayang, pipisin mama yah.. pipis di dalam perut mama.." jawab mamaku sambil terus membelai pundak Bobi yang seketika itu langsung menegang tubuhnya, sepertinya ia sudah menumpahkan pejunya ke dalam vagina mama. Melihat pemandangan tak wajar ini malah membuatku semakin ingin ikut berganti posisi untuk berada di atas mamaku. Sungguh gila, aku kini tak memikirkan lagi bahwa yang kuinginkan ini adalah sesuatu yang sangat terlarang.
Kini giliran Andra yang terlihat sudah tidak sabar untuk menggagahi mama kandungnya sendiri. Bahkan seperti terhipnotis oleh kecantikan dan kemolekan mama dengan perut buncitnya, Andra yang sudah SMP itu mulai agak berani meminta mama untuk menungging seperti ketika mama melakukan dengan Pak Jupri. Melihat mama begitu sabar dan telaten membimbing kami membuatku semakin terpesona dengan pesona dan sifat keibuannya. Semakin membuatku ingin menyayanginya lebih, tidak hanya ingin merasakan hangatnya tubuh mama, tapi ingin memberikan kepuasan juga pada mama seperti yang diberikan oleh Pak Jupri, bahkan aku ingin lebih dari si bandot tua itu.
Andra yang tak lama bertahan menghadapi rangsangan dari mama akhirnya ambruk dan menyingkir untuk memberikan giliran terakhir padaku. Inilah saat yang kunanti-nantikan. Sambil mendekati mama aku terus melihat wajah mamaku yang cantik, bahkan dengan berpeluh keringat dan make up yang luntur itu justru semakin membuat mama terlihat menggoda.
"Andii.. kamu sudah sunat kan sayang?"
"I-iya ma.. kenapa?"
"Pelan-pelan aja yah goyangin mamanya.. hihi.."
"Kenapa harus pelan ma?" tanyaku bingung sambil melihat wajah mama yang bersemu merah.
"Emm.. Kalau sudah sunat kan burung kamu bakal lebih sensitif... mama pengen kamu agak lamaan mainnya sama mama... yah?" pinta mama sambil menggigit bibir bawahnya dengan tingkah yang menggemaskan. Mama terlihat seperti bukan mamaku lagi, tetapi seperti wanita yang sedang menggoda seorang lelaki untuk menikmati persetubuhan ini.
Tak tahan mendengar ajakan mama akupun mulai memegang pinggul kanan kiri mamaku. Masih dengan posisi merangkak membelakangiku, dengan telaten sebelah tangan mama terjulur dari celah kedua paha mulusnya menggenggam batang kontolku dengan lembut. Dituntunnya penisku ke arah mulut vaginanya. Tubuhku langsung berdesir begitu kepala kontolku menyentuh permukaan vagina mama.
"Udah siap sayang? Dorong pelan-pelan yah" dengan bersuara lembut mama memintaku untuk mendorong masuk. Benar yang mama ucapkan, aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa ketika penisku menyeruak masuk ke dalam lubang peranakan mama. Aku merasakan dinding hangat sedang menjepit dan mengurut-urut batang pelirku di dalam sana. Seperti tak sadar aku mulai kalut dan menggerakkan pinggulku sampai akhirnya mama menahan dengan memegang pinggulku.
"Pelan-pelan aja sayang... nanti kamu cepet loh pipisnya, hihi"
"Iya ma... Aku udah hampir pipis ma..".
"Hahaha! Dasar perempuan lacur... anaknya sendiri dimakan, hahaha!" pak Jupri kembali meledek kami.
"Iiih, kan mas yang suruh tadii.. iya kan Andi?" Aku tidak ingin mempedulikan omongan pak Jupri, aku hanya ingin meresapi nikmatnya menggenjot ibu kandungku ini.
"Hahaha! Ya udah, lo nikmatin aja perzinahan sama anakmu itu... gue pengen lihat, sampai sekuat apa anakmu itu.. Heh, Andi! Kalo ngentotin mamamu itu jangan pelan-pelan, kayak om donk... yang kuat, genjot terus... entotin sampai mamamu jejeritan kayak anjing lagi kawin.. hahaha!" Semakin lama hinaan lelaki tua itu pada mamaku semakin menjadi-jadi, tapi semakin menghina kurasakan nafas mama malah semakin berat dan gerakannya pinggul juga lekuk-lekuk lenting tubuh mama juga semakin erotis.
Melihat mamaku semakin mendesah tak karuan dengan goyangan pinggulnya yang semakin kencang membentru-bentur pahaku membuatku hampir mencapai puncakku. Membayangkan mamaku yang mau-mau saja tubuh seksi dan cantiknya ini dinikmati orang-orang seperti Pak Jupri dan entah siapa lagi yang sudah menggagahinya membuatku semakin kuat mencengkeram pinggul mamaku. Aku kesetanan menggauli mamaku sendiri.
"Andih.. Andiih.. Aahhh.. Paah.. Uuuhh.." Racau mama tak karuan tiap kali kugenjot tubuhnya yang membuat buah dadanya dan perut buncitnya menggantung indah itu terpelanting maju mundur.
"Genjot terus Andi! Yang kasar Ndi, jangan kasih ampun mamamu itu... rumah gedongan, suami kaya raya, punya anak, tapi kelakuan kayak lonte, mau ngentot sama siapa aja, hahaha!" leceh pak Jupri lagi.
"Ngghhh.. Andiii.. aaahh!" jerit mamaku akhirnya menegang dan melekukkan tubuhnya, aku juga menyusulnya karena aku tak tahan lagi melihat reaksi mamaku yang dihina-hina seperti itu malah jadi terangsang hebat. Sambil menghujam dalam-dalam penisku hingga kurasakan ujung kepala otongku kepentok sesuatu di dalam sana dan kusemburkan semua peju ke dalam peranakan mama yang sudah berisi seorang adik itu. Yaitu adikku sendiri, dari lelaki yang bukan papaku.
Selesai bertempur habis-habisan dengan mamaku, mamaku ambruk menyamping untuk melindungi kandungan dalam perutnya, sedang aku menyamping menghadap mamaku yang masih mengambil nafas dengan tubuh mengkilap berpeluh keringat. Aku tidak lagi mempedulikan orang sekitar kami saat ini. Aku tahu kalau kedua adikku itu terpaku melihat persetubuhan kami berdua. Tinggal menunggu waktu saja mereka akan meminta lagi pada mama.
**
Hari semakin malam dan gelap, lampu di rumah yang besar ini belum dihidupkan juga, kecuali lampu kamar mama. Di mana para penghuni rumah ini masih berkumpul dan tak keluar kamar dari semenjak siang tadi. Semenjak siang penghuni rumah yang berkelamin laki-laki sibuk menyetubuhi satu-satunya wanita di rumah ini, yaitu mama. Sedang para penghuni-penghuni pria itu tak lain adalah anak-anak kandung mama sendiri, aku dan kedua adikku Andra dan Bobi.
Sepeninggal Pak Jupri sore tadi karena tidak bisa berlama-lama meninggalkan istri dan anaknya itu, kami masih terus berada di dalam kamar mama. Terus bermain berempat bersama mama hingga tak ingat waktu lagi. yang kami ingat hanyalah kemolekan dan keindahan mama ketika sedang saling kami setubuhi dengan bergantian. Kadang secara bersamaan sekaligus. Rasa kagetku pada mama kini sudah sirna. Aku sudah tak perduli senakal apa mamaku ini sebenarnya, yang penting mama masih menyayangi kami dan masih mau membagi waktu untuk kami. .
"Udah puas anak-anak mama?"
"Udah ma.. tapi malam ini aku tidur di sini yah ma?" ujar Andra yang diikuti oleh Bobi.
"Waah.. bisa-bisa kita berempat nanti malah gak bobok doonkk.."
"Yaah mamaa, boleh dong… nanti aku bilangin Papa lho" ujar Bobi yang persis meniru omonganku waktu itu.
"Eeeh, kecil-kecil anak mama udah suka ngancem mamanya yah? Sini deh, mama peluk semuanya.. tapi awas yah, jangan bilang papa! Hihihi"
"Horeee!" seru mereka berdua seolah seperti memiliki mainan baru, aku hanya tersenyum kecil melihat tingkah mereka yang begitu bahagia mendapat perhatian dari mama.
Aku antusias bagaimana kami akan melewati satu minggu tanpa papa di rumah. Pastinya hari-hari kami akan selalu dipenuhi cerita perzinahan ibu dan anak-anaknya. Bahkan mungkin setelah papa pulang nanti kami akan terus melakukannya diam-diam di belakang papa. Entah itu hanya antara mama dengan anak-anaknya, ataupun beserta pak Jupri juga, atau bakal ada pria lain lagi?? Entahlah… Apapun itu kasihan papa, tapi mau gimana lagi, kami udah terlanjur asik sih.
Pa, maafkan kami yah, batinku menatap foto pernikahan papa dan mama di tepi ranjang.
“Kamu ngelamun apa sih Ndi? Sini peluk mama”
“Eh, iya ma… hehe”
Tamat
Popular Posts
-
Awalnya memang sangat takut kalo memek aku di entot rame-rame. karena sebenenya aku juga kurang punya nafsu seks yang bisa melayani banyak k...
-
SEPOTONG ROTI Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia meng...
-
Istriku bernama Diana, aku sudah menikah 3 tahun denganya. Ia seorang perempuan keturunan chinese yang berpenampilan sangat menarik. Umurnya...
Recent Posts
Categories
- 46
- Ainun
- Aisyah
- Alice
- Alya
- Amel
- Ana
- Andari
- Andhini
- Ani
- Anisa
- Anita
- Anna
- Arin
- Artika
- Astrid
- atik
- Ayu
- Bunga
- Cheating
- Citra
- Claudia
- Cuckold
- Dayu
- Della
- Desi
- Devy
- Dewi
- Dhea
- Dhini
- Diah
- Dian
- Diana
- Dinda
- Dita
- Elizabeth
- Ely
- Erlina
- Erna
- Fafa
- Fatimah
- Fitri
- Frieska
- Friska
- Gina
- Hanifah
- hardcore
- Hasna
- Hesti
- Ika
- Indri
- Ines
- Inneke
- Irma
- Istri
- Istri Rudi
- Jeng Yati
- Jeny
- Juleha
- Keke
- Lala
- Lani
- Lathifa
- Lia
- Lidya
- Lily
- Lina
- Lis
- Lisa
- Lulu
- Mama Kirana
- Marlene
- Marscha
- Maya
- Mayang
- Meira
- Melyana
- Mertua
- Mila
- Mirna
- Murni
- Nabila
- Nadia
- Nana
- Narti
- Naura
- Nayla
- Nia
- Nidya
- Nina
- Nisa
- Nita
- Novi
- Nunik
- Nuning
- Nuri
- Party
- Putri
- Rahma
- Rani
- Ratih
- Renata
- Reni
- Rina
- Rini
- Ririn
- Risa
- Riska
- Risnawati
- Rista
- Rita
- RT
- Ruri
- Sandra
- Sarah
- Sari
- Shifa
- Shinta
- Silvi
- Sinta
- Sisca
- Siska
- Sita
- Sonya
- Stella
- Swinger
- Syalwa
- Tari
- Tia
- Ummi Kuntum
- Unfinished
- Utami
- Vani
- Venny
- Vera
- Vina
- Vira
- Wahyu
- Warni
- Wati
- Widya
- Yola
- Yuli
- Yulia
- Yuna
- Yuni
Unordered List
Pages
Blog Archive
-
►
2023
(25)
- ► September 2023 (2)
- ► August 2023 (2)
- ► March 2023 (4)
- ► February 2023 (1)
- ► January 2023 (2)
-
►
2022
(18)
- ► September 2022 (1)
- ► August 2022 (2)
- ► April 2022 (2)
- ► March 2022 (2)
- ► February 2022 (3)
-
►
2021
(1)
- ► December 2021 (1)
-
▼
2020
(87)
- ► August 2020 (3)
-
▼
March 2020
(82)
- Aisyah Oh Aisyah
- Keluargaku
- Aku Yang Tak Berdaya
- Kekasihku Di Kantor Polisi
- Penikmat Dosa
- Bedahh Rumahh
- Investasi Asing
- Love Sensation
- Berselimut Nafsu
- Terapi Untuk Dhini
- Teman Kerja Alim
- Bahtera Rumah Tanggaku (Dimas Story)
- Permainan Untuk Mama Ciko
- (Tak Kusangka) Istriku yang Baik Ternyata Selingkuh
- Tak Sengaja Menjadi Bintang Porno
- Istriku Dengan Kuli Bangunan
- Kegilaan Dengan Mamaku
- Istriku Dipijat
- Menggoyang Ummi Kuntum
- Disetubuhilah Istriku
- Slutty Wife Tia
- Petualangan Isteriku Eksibisionis Disebuah Pesta P...
- Nina My Wife
- Istri Menggoda
- Petualangan Mila
- Hanifah Citra Istri Yang Terpedaya
- Tragedi di Pagi Hari Lebaran
- Rame-rame
- Husband Watch Therapy
- Ternyata Mamaku
- Ines story
- Punya Kamu Lebih Gede
- Ketika Semuanya Berubah Malam Itu
- Petualangan Keliaran Istriku
- Mama... Aku Juga Mau
- Perubahan Pacarku
- Tubuhku Yang Indah
- Di Sekolah
- Kejutan di Malam Pengantin
- Istri Pemain Kartu
- Pulang Mudik Lebaran Digagahi Pak Lik
- Sperma Maling
- Orgasme Dengan Bertukar Pasangan
- Keponakanku Meniduri Istriku
- Berbagi Nikmatnya Memek Istriku
- Aku Istriku, dan Tetanggaku
- Mamaku Novi SPG Seksi Dan Binal
- Kenikmatan Dengan Mamaku
- Kehidupan Desa
- Suami-suamiku
- Istriku Swinger
- Istriku Ternyata Eksibisionis
- Ketika Istriku Sedang Tertidur
- Istriku Selingkuh dengan Bule
- Anisa, ibu nakal (Bramloser)
- Ketika Istriku yang Alim Berubah Menjadi Binal
- Aku, suami yang menyaksikan semuanya
- Nafsu Istriku
- Aku Dipertaruhkan Judi Suamiku
- Mbah Blabar Dukun Cabul
- Main Gila Sama Dukun Cabul
- Mbah Gemblung Dari Lereng Bromo
- Mbah Demo, Jeng Yati Story
- Kisahku Dengan Lelaki Lain
- Istriku Sayang….Akhirnya
- Istriku Threesome Pertama Kali
- Cemburu Ini Sungguh Nikmat
- Aghhh Mama Gitu Deh (unfinished)
- Petualangan Mama
- Imajinasi Istriku
- Kamera Tersembunyi
- Melihat Malam Pertama Istriku (Pengantin Baru)
- Hukuman Untuk Istriku
- Aku Dititipin Suamiku Untuk Di Gangbang
- Nikmatilah Istriku yang Cantik dan Polos Ini
- Lelaki Untuk Istriku
- Permainan Istiku Saat Dipijat
- Fantasi Gila
- Boss Wedding
- Gelar Baru Istriku
- Silakan Perkosa Istriku
- Rumahku, Surga dan Nerakaku
Search This Blog
Powered by Blogger.
Demi Anakku - Gravekeeper76
Namaku Ana, seorang ibu rumah tangga yang sudah berumur 38 tahun. Secara fisik, aku masih merawat diriku. Jadi tubuhku tidak kurus dan tid...
0 comments:
Post a Comment