Tuesday, March 31, 2020

Teman Kerja Alim

Beberapa hari yang lalu saya membuka-buka file di laptop untuk dibersihkan, lalu saya menemukan cerita ini yang sudah cukup lama saya tulis, terinspirasi dari kisah seseorang yang menceritakannya kepada saya.

Saya post kisah ini bukan untuk memohon like dari pembaca ataupun mendapatkan pujian dari pembaca, saya sebenarnya kurang peduli dengan komen-komen miring netijen, saya membagikannya karena hanya ingin berbagi kisah ini, suka atau tidak itu terserah anda. Cerita ini tidak begitu panjang seperti cerita lainnya, untuk menjaga keotentikan cerita ini saya tak banyak menambah imajinasi liar.


Tokoh pria di cerita ini adalah Deni, tentu bukan tokoh asli. Deni lahir di keluarga sederhana, ayahnya hanya seorang guru SD dan ibunya penjaga toko yang mereka bangun dengan susah payah. Tentu deni sangat bersyukur dengan latar belakang keluarganya yang pas-pasan tapi dia bisa sekola sampai tingkat Perguruan Tinggi, walaupun bukan perguruan tinggi yang prestisius yang banyak dikejar anak muda penuh mimpi.


Dia lulus dengan nilai seadanya, walaupun begitu hal tersebut sudah membuat senyum bahagia keluarga dani saat menghadiri acara wisuda.


POV DENI

Hari wisuda berlalu, lalu sekarang apa? Itu yang aku pikirkan, tentu aku harus mencari kerja, meskipun ibu memintaku mejaga toko dan mengembangkannya, namun aku ingin mencari hal yang lain. Aku mencari-cari info disana-sini, termasuk mencari pekerjaan di info lowongan kerja online, namun banyak yang tidak terpenuhi atas catatan nilai kuliahku.


Namun takdir berkata lain, seorang seniorku waktu kuliah mengajakku bekerja di tempat kerja orang tuanya, dia menawarkanku menjadi admin media online, aku tak banyak pikir, langsung saja aku katakan iya padanya. Sebagai formalitas aku tetap memasukkan CV dan hal yang lainnya untuk memenuhi pendaftaran.


Kring Kring Kring

“assalamualaikum, selamat siang dengan Deni Gunawan?”

“Iya saya deni, ini siapa?”

“saya fahmi dari Rumah Produksi Pakaian Muslimah ********* ingin mengabarkan kalau mas deni lolos ke tahap wawancara. Kira-kira kapan mas bisa ada waktu ke kantor?”


“besok bisa mas”

“baiklah, besok pukul 9 ya mas”

“iya, siap mas”

“baiklah, hanya itu yang ingin saya sampaikan dan tanyakan, assalamualaikum”


Singkat cerita aku diwawancarai oleh seniorku yang mengajakku dan instrinya, jadinya hanya banyak ngobrol masa lalu dan cuap cuap dan bercanda.


Besoknya aku sudah mulai bekerja, sebelum kami kerja kepala kantor memperkenalkanku pada teman kerja lainnya, ada bagian desain, produksi, admin, dll. Aku bekerja di bagian admin, nyaman sekali ruang kerjanya, aku mendapat laptop dan kursi untuk bekerja.


“Den, ini mba nadia, dia udah lama jadi admin, jadi kalo ada apa apa tanya dia aja ya!” kata seniorku.


“Oke bang”


“nad, tolong ya, dia masih baru, jelasin aja semuanya”


“siap pak”


Hari pertama, aku diajarkan alur pesanan dan chat pelanggan dll, aku juga melakukan langsung yang dia ajarkan karena hari itu pesanan cukup banyak.


Nadia, dia sepertinya sangat menjaga jarak padaku, aku maklumi itu, karena aku lihat dia bercadar, sudah sewajarnya dia melakukan itu, aku juga merasa canggung sebenarnya, aku ambil sebanyak mungkin ilmu yang nadia ajarkan. Dalam hitungan hari aku cukup sudah terbiasa dengan keluhan pelanggan dan pesanan yang harus aku arsipkan ke bagian produksi, namun karena aku sudah bisa dan terbiasa dengan pekerjaan, aku jadi jarang bicara dengan nadia, kecuali ketika menangani masalah yang cukup rumit.


Aku tahu mbak nadia sudah menikah, karena pada suatu hari aku lihat dia diantarkan ke kantor oleh suami dan anaknya yang masih balita, kulihat nadia mencium tangan pria itu, hatiku mulai terasa hancur, karena aku sebenarnya sedikit berharap bisa berkenalan lebih jauh dengan mbak nad.


Sebulan kemudian kantor direnovasi, sehingga membuat ruangan admin harus pindah dulu ke ruangan lain, di ruangan itu mejaku dan meja mbak nad kini bersampingan, justru karena posisi meja yang baru inilah aku dan mbak nad mulai banyak mengobrol.


“mbak, umurnya berapa sih?”


“28, keliatan tua ya?”


“idih... mbak sendiri yang bilang ya, aku gak bilang”


“lah... kamu berapa den?”


“24”


“wah masa garang itu”


“garang apa mbak?”


“nggak ah”


“si adek namanya siapa mbak?”


“Keenan”


“wah keren juga namanya”


“iya dooong”


“umur berapa dia?”


“3.5 bulan depan”


“lagi masa nakal ya mbak umur segitu?”


“enggak juga ah, keenan sama suamiku udah diajarin ini itu entah kenapa dia gak nakal kayak anak lain”


“oalah suaminya keren”


“iya dong, makanya aku nikahin haha”


“udah ah jangan ngomong ngomong nikah”


“idih kenapa emang?”


“aku abis ditinggal nikah mbak”


“oalah yang sabar ya den hehehe”


Banyak sekali yang kami obrolkan, karena sekarang kami seruangan dengan tim produksi dan keuangan suasana semakin cari, apalagi dengan adanya kang asep yang sering ngomong urusan ranjang membuat mbak tara kadang keceplosan meladeni obrolan mesum mereka. Aku hanya bisa tertawa karena aku tak berani menimpali obrolan mereka dan diruangan itu hanya aku yang belum menikah.


“udah ah kang asep jangan ngomongin itu, ntar aku basah” kata mbak tara


Hah? Basah? Aku agak kurang paham dengan kata itu, tapi mungkin itu kondisi dimana seorang perempuan ingin bersenggama. Kalo mbak tara basah bagaimana dengan mbak nadia?
Dunia seks deni.

Sejak kecil aku sudah terpapar virus seks, entah kenapa aku sudah suka hal hal yang berbau seks, dimulai dari kelas 4 SD aku sering mengintip ke tiga bibiku yang belum menikah, kenapa bisa? Karena saat itu dikampung rumahku punya kamar mandi di rumah sehingga ketiga bibiku sering ikut mandi di rumah, maklum di kampung masih banyak orang yang tidak punya kamar mandi di rumah, mereka biasanya ke jamban yang ada empangnya.

Aku bisa mengintip mandi bibiku karena kamar mandi di rumahku tidak semuanya terbuat dari dinding tembok, 1,5 meter dasarnya adalah tembok, sedangkan dinding ke atasnya menggunakan bilik bambu, dimana aku sudah menyiapkan bolongan kecil agar aku bisa mengintip dari beberapa spot yang nyaman dan jelas.


Dunia onani mulai aku tahu sejak kelas 5 SD, saat itu aku onani tapi tidak ada sperma yang keluar, barulah setelah mau lulus sd ada sperma yang keluar ketika aku merasakan puncak kenikmatan onani, aku sering membayangkan guru cantik yang mengajar di SD karena dia cantik tapi pernah hamil diluar nikah, aku tak bisa membayangkan guru secantik dia merespon goyangan batang yang masuk ke vaginanya. Padahal keluarganya termasuk keluarga terpandang, aku sering berimajinasi kalau akulah yang menghamilinya.


Dunia SMPku berakhir dengan imajinasi yang terbilang biasa saja, ikut organisasi ini itu, namun di SMP aku pernah sekali pacaran dengan seorang perempuan lumayan cantik, tapi ketika SMA kami berpisah karena harus sekolah di kota yang berbeda sehingga dia tanpa kutahu sudah memiliki kekasih baru, aku ditinggalkan tanpa kabar pamit darinya.


Dunia SMA aku pindah ke kota, mencoba mandiri hidup sendiri, mencari pengalaman baru, disinilah imajinasi seksku pada wanita berhijab mulai muncul, karena saat SMA aku ikut ikutan temanku menjadi anggota rohis namun dia sendiri sering pacaran dengan ketua keputriannya, aku pernah suka pada seorang akhwat yang berjilbab lebar, dia baik sekali, anggun, dan ucapannya sangat lemah lembut. Untuk pertama kalinya aku benar benar jatuh cinta pada perempuan itu, aku sempat mengungkapkan rasa sukaku padanya, namun dia menolaknya dengan sopan, namun setelah itu justru dia sering meminta tolong ini itu padaku sehingga kami semakin akrab, namun setelah kami lulus dia dinikahi pria lain terlebih dahulu.


Dunia kuliah juga imajinasiku makin menjadi jadi, karena banyak dosen wanita cantik yang, namun saat kuliah aku lebih mementingkan kelulusanku, namun dasarnya orang bodoh, belajar sebaik apapun tetap saja nilainya pas pasan.



Kembali ke plot.

Dari awal aku memang sudah menjadikan mbak nadia sebagai imajinasiku saat onani di kosan, aku memandangi jepretan yang kuambil diam diam saat dia bekerja, lekukan pantatnya ketika duduk, kubayangkan dia menungging untuk menyambut sodokanku, urat urat ditangannya selalu kubayangkan tangan itu mengocok batangku yang keras, namun semua itu hanya imajinasi. Ya, saat itu aku memandang pernikahannya dengan suaminya membuat aku mendapatkan dia menjadi angan angan saja.


Setelah bekerja juga baru aku tahu ada forum yang menceritakan dunia seks, dan aku sangat menyukainya, entah kenapa aku mencoba mempraktikan beberapa cara agar membuat wanita jatuh dalam pelukan, yang kupahami pertama sebagai kunci adalah membuat sang wanita nyaman, itulah yang selalu aku lakukan pada mbak nadia, sebisa mungkin aku buat dia nyaman saat disampingku.


Mungkin pembaca disini ada yang kerja kantoran? Dikantorku suasana selalu ramai, apalagi kalau ada kang asep dan kang dian, mereka memang sudah cukup senior dan berkeluarga, sehingga sering membicarakan hal hal vulgar di saat waktu senggang, ditambah lagi kalau ada yang menikah di kantor, pasti mereka membahas bagaimana malam pertamanya. Hari itu mbak fitri baru masuk setelah cuti menikah.


“eh fitri telat euy, pasti tadi subuh ada tinju ya?” kata kang asep

“tinju apaan sih ah?” mbak fitri melengos namun dengan tawa, mungkin maksudnya hubungan intim saat subuh.

“kumaha fit, udah gol?” tanya mbak tara

“emang ada bola?”

“ah masih polos dia, gol itu ular kasur”

“haduh, udah ah kok bahas gituan”


Akhirnya setelah banyak obrolan pagi itu mbak fit mengakui kalau malam pertamanya lancar tanpa ada yang menyakitkan “Alhamdulillah nikmat haha”


Aku mendengar ada tawa renyah dibalik cadar mbak nadia, aku tahu dia paham hanya saja dia membatasi obrolan mesum seperti mereka, aku hanya pendengar saja karena tak berani berbicara seperti itu, apalagi aku belum menikah.


Saat itu aku dekat dengan seorang juniorku di kampus, dia masih kuliah, kami sering jalan jalan ketika weekend, tapi aku sudah niatkan kami tak akan pacaran, sekedar dekat saja. Aku juga sering membantunya dengan memberi uang bulanan,aku tahu 200 atau 300ribu saja sudah cukup membantu dunia mahasiswa, dengan gajiku yang 3jt saat itu. Aku merasa kalau sri saat itu juga sudah nyaman padaku, namun aku tak berani kalau harus melakukan itu padanya.


Lembur bareng.

Saat itu sebulan menjelang ramadhan, aku dan mbak nadia sangat sibuk karena pesanan yang membludak karena mau kami sudah launching paket lebaran, alhasil sejak awal ramadhan banyak sekali pesanan yang masuk, kami jadi sering lembur.


“aduh... jangan sampai ada kesalahan ya den, pokoknya semua harus bener datanya, kalau data di kita salah nanti kita yang babak belur disalahin ini itu”


“oke mbak, siap, mau lembur sampai pagi juga siap aku mah”


“lah janganlah, kasihan anakku”


“bawa sini jugalah mbak anaknya”


“rewel nanti dia”


“emang pernah ada salah ya mbak?”


“iya, sebelum kamu ini adminnya temen aku bikin salah catet gitu, pas produksi kan ikut salag juga akhirnya banyak yang protes dan akhirnya yang disalahin tim produksi sama bos, karena dia sering pada diomongin dia jadi pundung gitu dan akhirnya dia resign, makanya kita harus hati hati”


“iya mbak siap”


Sejak saat itu kami berdua sering lembur bareng, sampai jam 8. Namun ketika mau pulang mbak nadia selalu menolak jika mau aku antarkan, dia lebih memilih naik angkot atau ojol lainnya. Sampai pada suatu hari, kebetulan kami kalau pulang satu arah, aku seperti melihat mbak nadia duduk di halte. Akhirnya aku putar balik agar bisa memastikannya.


Ternyata benar, itu mbak nadia, aku bisa pastikan karena melihat bros kupukupu di jibab depannya.


“mbak ngapain disini?”


“gapapa den gapapa” dia seakan mengusap air matanya.


“kok nangis mbak kenapa?”


“gapapa ih”


“aku anterin pulang aja ya mbak?”


“aku lagi gamau pulang”


“lah kenapa?” aku memberanikan diri duduk disampinya “mbak, liat nih udah jam 8 malam, kalo aku jadi tukang angkot nih liat cewe cantik malam gini diem sendirian aku karungin lah”


“ih kamuuuuuu” dia memukul pahaku.


“yaudah ikut aku aja, ke starbuck, aku traktir” aku tahu mbak nadia suka starbuck karena kulihat beberapa kali dia pesan onlie.


Pendek ceritanya, setelah aku ajak ini itu barulah dia mau aku ajak, akhirnya di starbuck dia menceritakan sedang bertengkar dengan suaminya karena sering lembur belakangan ini, bahkan suami nya bilang “gausah pulang, dasar perempuan liar” aku kaget karena suaminya menggunakan kata itu. Pada akhirnya aku hanya bisa mendengarkan curhatannya saja, aku tak berani memberi saran, aku juga belum menikah, mana bisa memberi saran pada orang sudah menikah, ibaratnya ngajarin berenang ke bebek.


Setelah jam 10 aku rayu dia agar mau pulang, tapi dia gamau, aku ajak ke kosan juga dia malah bilang takut diapa apain, akhirnya aku paksa dia pulang sampai aku pegang tangannya dan main tarik tarikan sambil bercanda, barulah dia mau pulang setelah kuingatkan anaknya yang nungguin dirumah.


Kami sampai dirumahnya jam 11 malam.


“mbak, bilang aja dianterin ojek online ya, kalo bilang temen kerja malah makin ribet nantinya”


“iya makasih ya den”


“sama sama mbak cantik”


“idih gombal, sana pulang” dia bilang sambil berlalu meninggalkanku.

Besoknya mbak nadia memintaku jangan memberitahu siapa siapa soal semalam, aku mengiyakan saja.


Pada akhirnya, kami membuat satu kesalahan, seorang pelanggan mengeluh kalau pakaian yang dia pesan berbeda dengan pesanannya, akhirnya kami mengirim pakaian yang baru karena ternyata setelah diselidiki, aku yang salah memasukkan kode pesanan, jadi terpaksa aku yang harus mengganti biaya beli baju dan ongkirnya, lumayan mahal, namun mbak nadia gamau aku tanggung sendiri bebannya, sehingga akhirnya kami menggantinya patungan.


Dari situ aku mulai makin menyukainya.


Makan bareng.

Sejak saat itu aku sering makan bareng mbak nadia, kadang kami makan diluar, kadang mbak nadia yang bawain makanan dari rumahnya untuk porsi berdua, sehingga kami sering makan berduaan di tempat yang orang tidak tahu, aku selalu memuji makannya enak sekali dan aku selalu bilang semoga istriku nanti masakannya seenak ini.


Saat itu aku sadar, seorang perempuan bercadar berani makan bedua dengan bukan muhrimnya, tentu ada dorongan yang membuat dia nekat seperti itu, dan aku merasa dia mulai nyaman denganku. Bahkan pernah beberapa kali kami sholat bersama dan mbak nadia meminta dia sebagai imamku, entah kenapa aku sangat senang.

Sudah 4 bulan aku bekerja disana, aku bersyukur kini penghasilanku sudah bisa mencukupi hidupku sendiri, bahkan aku juga sering kirim uang untuk adikku yang masih SMA, ibuku memang gak minta uang dari gajiku, mereka selalu menolak kalau aku mau kirim uang, mereka hanya bilang buat adikku saja, jadi sekarang aku yang selalu memenuhi kebutuhan adikku sekolah.


Chatting.

Cukup sering aku menggodanya kalau sedang chattingan namun mbak nad sangat tahu batasan dan kalau aku melewati batas biasanya dia selalu menegurku, aku harus bersabar.


Biasanya chattingan kami hanya sebatas pembahasan kerja saja, tidak pernah sampai melebar kepada hal lain. Sampai suatu malam, aku ingat itu malam jumat.


“mbak kalo ada pesanan lewat masa Ponya gimana ya?”

“hem... lewat berapa hari den?”

“3 hari lewat masa PO”

“yaudah chat aja bagian produksi, bahannya udah belanja belum, kalo belum masukkin aja”

“kata kang asep udah belanja mbak, udah semua, jadi gimana?”

Itu chat terakhirku sekitar jam 19.34, lama sekali aku menunggu jawabannya karena pelanggan sudah menunggu, akhirnya aku balas saja pesanannya diterima tanpa pikir panjang.


“yaudah bilang aja udah gabisa den” mbak nadia baru balas jam 10 malam.

“haduh mbak, aku udah bilang pesanannya diterima”

“yah gimana tuh kalo gitu, biasanya tim produksi cuma belanja sekali aja”

“haduh mbak sih balasnya lama, dari mana sih? Sunnah ya? Hehehe”

“apaan sih, yaudah besok minta kode warna kain kamu yang beli bahannya”

“dih mengalihkan susu”

“-_-“

“hahaha”

“maaf atuh, tadi abinya udah gabisa ditahan”

“oalah ditahan apa nih”

“udah ah ngaco”

“tapi aku gatau belanjanya dimana mbak”

“tanya tim produksi lah”

“dianter ya?”

“gatau lah, tanya mereka aja”

“sama mbak maksudnya”

“hem... modus”

“aku bener bener gatau mbak”

“yaudah... jangan lama tapi ya”

“iya iya... paling ke starbak bentar”

“nah kalo itu setuju”

“abinya kemana mbak?”

“bobo”

“kok mbak nad belum bobo? Belum puas ya?”

“apaan sih, kamu kebanyakan dengerin kang asep ya jadi mesum”

“lah gapapa kan udah dewasa”

“abis nidurin keenan susah tidur”

“oh kirain ada apa”

“udah ah sana mbak mau tidur”

“hem yaudah deh, selamat malam mbak”


Kami jadi sering chat gajelas, mbak nadia pun sering membalas storyku di WA, kadang dia curhat suaminya marah karena dia sering lembur dan anaknya tidak terurus.


Hari kerja kami berlalu seperti biasa, kali ini aku sering membawa bekal sendiri karena rasanya gak enak kalo minta terus ke mbak nadia, walaupun mbak nadia sering maksa kalo dia yang bawain aku makanan, namun aku merasa tidak enak akan kebaikannya padaku, dan seiring berjalannya waktu, semakin banyak juga foto mbak nadia di hpku, kadang aku merekamnya kalau dia sedang berbicara dengan video agar aku bisa membayangkan suara desahannya saat aku onani, mbak nadia jadi figur onani utamaku, ratusan foto ada di hpku, sering aku bayangkan memuntahkan spermaku diatas cadarnya, sampai sampai aku membeli cadar di olshop untuk onaniku.


Nonton bareng.

Suatu hari ada film horror yang lumayan terkenal release di bioskop, sepik sepik aku ajak dia nonton bareng di hari sabtu, tanpa kusangka ternyata ajakanku dia terima. Akhirnya kami nonton pukul 3 sore karena walaupun sabtu kantor gak libur, tapi kerja sampai jam 2 siang, kami langsung caw ke bioskop setelah kerja usai, aku yang sudah siap siap sejak pagi langsung memeriksa bau badanku, dan rasanya aman, bahkan aku semprotkan parfum wangi agar tidak malu maluin.


Entah siapa yang membantuku, hari itu aku kebagain kursi pojok belakang, mbak nadia langsung memberikan tatapan mengintimidasi agar aku tak macam macam saat nonton nanti, aku memang tidak niat macam macam dengannya, karena bagiku dia sudah mau ikut saja, sudah membuatku senang.


“mbak, suami tau gak kita nonton?”

“ya enggaklah, kalo suamiku tau bisa mati kamu”

“hahaha emang aku selemah itu apa. Lagian keliatannya suami mbak lebih pendek dariku”


Mbak nadia mendekatkan badannya padaku dan mengukur badanku dengan badannya.


“hem kayaknya iya sih, lebih dikit”

“tuh kan, lebih panjang lagi” aku memberikan candaan itu saat banyak orang dibelakangku. Lalu mbak nadia mencubit lenganku cukup keras.

“bercandanya jangan disini ya anak baik”

“aduh iya maaf”


Kami lalu masuk setelah mengantri cukup lama, singkatnya film sudah mulai dan aku baru tahu kalau mbak nadia adalah penakut hantu, pada saat hantunya muncul ternyata menjadi keuntungan bagiku, dia memegang tanganku, lalu spontan aku juga genggam tangannya agar dia tenang, namun saat itu justru adikku yang tidak bisa tenang karena dapat kurasakan tangannya yang lembut kini bersentuhan denganku.


Bahkan sampai pulang, kami berjalan ke parkiran aku menggandeng tangannya dan tidak ada penolakan darinya, aku merasa senang sekali. Setelah itu aku antarkan dia pulang, diperjalanan kami ngobrol, aku menanyakan gimana kalau suaminya marah nanti, mbak nadia menjawab “udah gapapa, lagian kami lagi marahan”. Aku menanyakan masalah apa namun mbak nadia belum mau memberi tahuku itu tentang masalah apa.

Itu pertama kali dan terakhir aku nonton bareng dengan mbak nadia, karena ketika aku ajak lagi dia nonton, dia menolak karena dia merasa aku sudah berlebihan saat memegang tangannya, aku meminta maaf untuk hal itu, namun mbak nadia tak mempermasalahkannya lagi.


Namun pertemanan kami terus berlanjut, namun belakangan aku lihat wajahnya menampakkan kurang senang, dia sering menjawab seadanya dan kurang respon terhadapku.


Sampai suatu malam ketika aku sedang mabar dengan gameku mbak nadia menelponku. Itu sekitar jam 9 malam, tanpa ragu aku langsung menerima panggilannya tanpa memperdulikan gameku.


“halo assalamualaikum” aku dengar seperti suara tangisan

“waalaikumussalam mbak kenapa?”

“den, boleh nggak mbak nginep semalam aja, nanti mbak ceritain masalahnya”

“bo boleh boleh mbak dimana mau aku jemput?”


Mbak nadia mengatakan dia ada disebuah halte, aku langsung tancap gas menjemputnya seperti pahlawan kemalaman. Setelah sampai dikosanku aku melaporkan ke ibu kost kalau ini kakakku yang mau menginap, aku melaporkanya agar tidak ada gosip miring. Ibu kostpun memperbolehkan mbak nadia menginap.


Malam itu keenan juga ikut ke kosanku, memang kostan ini bukan untuk mahasiswa biasanya dihuni orang pekerja jauh, bahkan ada yang sudah berumah tanggapun kost disini, cukup luas untukku, murah dan toilet juga di dalam.


Mbak nadia akhirnya menceritakan padaku akar masalhnya, jadi malam itu suaminya menceritakan kalau dia akan menikah lagi, mbak nadia yang merasa tidak setuju akhirnya menolak dimadu dan mereka bertengkar karena hal itu, mbak nadia yang sudah kalap akhirnya keluar sambil membawa keenan dan tanpa pikir panjang entah kenapa mbak nadia langsung terpikir kalau aku bisa menjadi persinggahannya sementara.


Aku merasa senang kalau aku ada dalam benaknya saat dia dalam masalah, aku berpikir mungkin aku bisa mengambil keuntungan dalam keadaan ini, namun aku mengurungkan niatku.


Saat itu aku kebetulan ada kasur lantai jadi mbak nadia tidur di kasur busaku, namun karena ada mbak nadia aku jadi tidur menggunakan training panjang, aku merasa kurang nyaman, karena biasanya aku tidur tanpa memakai celana, dan malam itu juga aku merasa susah tidur.


Sampai jam 1 malam aku lihat mbak nadia tertidur dengan lelap, tanpa menunggu lama aku langsung menjalankan rencanaku sejak awal, aku memotret posisi mbak nadia yang tidur terlentang, posisinya yang sangat menggiurkan, bahkan malam itu mbak nadia masih menggunakan pakaian lengkapnya, termasuk cadar dan kaos kakinya yang masih menempel.


Sebenarnya aku berencana menyetuh payudaranya, namun aku mengurungkan niatku karena takut ketahuan, akhirnya aku tidur saja. Paginya mbak nadia segera pamit pulang karena suaminya sudah menelponya beberapa kali, akhirnya dia pulang, singkat cerita setelah dia pulang aku langsung membuka galeri hpku dan memandangi pose tidur mbak nadia yang menggairahkan, langsung aku onani, suasana minggu pagi yang hujan seakan meninabobokanku setelah aku muncrat.


Sorenya mbak nadia mengucapkan terima kasih padaku, dia minta maaf juga karena sudah menyusahkanku. Namun aku malah membercandainya kalo mau kabur lagi jangan sungkan kesini.


Singkat cerita mbak nadia menerima pernikahan suaminya. Memang suaminya bekerja di perusahaan cukup terkenal, jadi aku tahu gajinya tidak kecil, aku pun sebenarnya sering bertanya kenapa mbak nadia bekerja, padahal gaji suaminya sudah cukup memenuhi kebutuhan hidupnya.


Istri kedua suaminya juga bercadar, 5 tahun lebih muda dari mbak nadia, namanya kurasa tidak perlu disebutkan, istri keduanya seorang dosen di universitas, usul punya usul ternyata mereka ketemu di jalan ketika mobil perempuan itu mogok, jadilah cinta bersemi, mbak nadiapun menyetujui karena setelah bertemu langsung dengan calonya langsung dia merasa calon adiknya itu sangat sopan dan tidak sombong, dan dia tidak masalah dengan status istri kedua.


Saat itu semua di kantor sangat terkejut dengan kabar mbak nadia yang punya adik istri dari suaminya, namun seiring waktu semuanya mereda, namun aku yang sering memberi ruang nyaman kepada mbak nadia membuat dia sering curhat padaku kalau suaminya sering lebih lama di rumah istri keduanya, dia memaklumi kalau darah muda dan segar istrinya mungkin membuatnya sangat sangat nyaman disana, disaat itulah aku mengambil inisiatif, aku pernah jalan jalan bersama mbak nadia dan keenan seperti pasangan suami istri ketika suaminya ada di rumah istri kedua.


Ini menjadi skandal dan rahasia kami berdua saja, kami sangat berhati hati ketika kami akan jalan bersama.


Sampai suatu hari aku memeluk mbak nadia dari belakang kursi saat kami bekerja, kebetulan saat itu ruangan kami sudah pindah lagi jadi kami leluasa berdua, tanpa perlawanan aku bisa memeluk mbak nadia dengan sedikit hati hati agar tak menyentuh dadanya, aku hanya melingkarkan tanganku ke lehernya.


Dan saat itu, aku sampai nekat...


Mencium kening mbak nadia beberapa kali, lalu kami saling bertatapan, dan cup...


Kami berciuman... walaupun masih terhalang cadarnya, dapat aku rasakan hembusan hangat nafas mbak nadia semakin cepat. Namun ketika aku hendak membuka cadarnya dia menahanku.


“sudah ya anak baiik, kerja lagi ya” dengan suara lembut dia mengusap pipiku agar aku berhenti.


Suara dan elusan tangannya yang lembut membuatku tertegun, bagaimana tidak, saat itu kami sudah berciuman, namun mbak nadia tidak marah, dia hanya memintaku untuk berhenti saja, aku berasumsi aku boleh menciumnya lain kali, aku hanya harus bersabar.


Malamnya, aku kian teringat adegan saat dikantor tadi, masih dapat kurasakan hembusan hangat nafasnya yang menerpa bibirku, walaupun ciuman tadi terhalang cadarnya, tapi bukan itu pointnya, yang aku senang adalah tindakannku tadi tidak membuatnya marah itu yang menjadi point penting sehingga aku bisa melakukan tahap selanjutnya, aku harus bersabar agar mbak nadia tetap nyaman bersamaku.

Kemudian aku mengambil ponselku dan chat dengan mbak nad.

“yang tadi maaf ya mbak”

“apa?”

“itu cium”

“iya”

“lain kali boleh lagi ya?”

“mimpi anda”

“ih pelit, aku rela jadi tukang ojek seumur hidup buat mbak deh”

“udah ah jangan ngawur, ada suamiku ya, bye”


Antar jemput.

Setelah resmi dimadu, mbak nadia dan istri keduanya tidak tinggal serumah, kabarnya suaminya sudah mengredit rumah baru, mbak nadiapun tidak masalah dengan hal itu, toh rumah yang dia tempati pun sudah lunas dan terdaftar atas namanya, jadi rumah itu sudah sepenuhnya milik mbak nadia jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan.


Rumah mbak nadia itu masuk ke area perumahan luas, aku bahkan sering kesasar kalau mengantarnya pulang. Jadi ceritanya suami mbak nadia tinggal dirumah istri keduanya selama 3 hari dan di mbak nadia 4 hari karena mbak nadia sudah punya keenan, jadi alangkah lebih baik kalau keenan mendapat perhatian lebih, istri keduanyapun tak masalah dengan hal itu, keenan juga sudah biasa dengan kehadiran umi keduanya, mereka sudah saling merasa nyaman.


Selama suaminya tidak dirumah, aku biasa mengantar jemput mbak nadia, tentu tidak sampai depan rumahnya, karena mata tetangga pasti lama kelamaan menjadi curiga kalau aku terus antar jempat mbak nad, biasanya aku hanya antar jemput di depan gapura perumahan, karena disana tidak ada satpam biasanya justru tukang ojek yang ada disana.


Kurang lebih dua bulan setelah itu kami lembur bareng lagi karena diluar hujan deras, tim yang lain juga akhirnya lembur bersama. Kami lembur sambil ngobrol ini itu, dari obrolan jelas sampai obrolan abstrak, mbak nadia sering memanggilku manusia receh karena kadang aku bicara ngawur dengan imajinasi dialuar pemikiran normal, aku sih merasa biasa saja.


Jam 7 malam hujan reda, tim yang lain mulai satu persatu pulang. Aku pun sudah bersiap siap pulang mengantar mbak nadia pulang karena hari itu suaminya sedang tidak dirumah. Hujan memang tak sepenuhnya reda masih sedikit gerimis yang turun, kami pun menerobosnya, aku gas kencang kuda besi beatku, kurang lebih 20 menit kami sudah mau sampai di tempat biasa aku menurunkan mbak nad, namun saat itu suasana perumahan itu gelap sekali, hanya lampu temaram yang terlihat dari rumah rumah.


Mbak nadia memintaku mengantar sampai depan rumah saat itu, karena dia merasa takut karena gelap. Aku pun dengan senang hati mengiyakan, kan siapa tau bisa enak enak. Sebelum pulang kami menjemput keenan di rumah tetangganya yang biasa dititipkan.


Singkat cerita, kami masuk rumah mbak nad. Rumahnya rapi sekali, aku dibuat kagum dengan foto foto kemesraan mereka yang dipajang di lemari, mbak nadia pun memintaku menemaninya sebentar sampai dia merasa berani ditinggal. Keenan yang sudah tidur membuat kami akward, kami duduk di ruang tamu dan menyalakan lilin, aku disuguhi teh manis hangat malam itu.


“mbak, ikut ke toilet ya”

“oiya boleh, ke belakang aja”


Sambil melihat lihat rumah itu aku lalu berlalu ke toilet, mungkin saat di toilet aku dibisiki setan, karena setelah aku pipis aku kembali ke arah ruangan tadi, dapat aku lihat mbak nadia di depanku sedang duduk di kursi bermain ponsel. Aku berniat jail padanya dengan berjalan mengendap ngendap.


“DAR”

“astagfirullah, deni ah ngagetin aja”

“hahaha maaf, balas chat siapa tuh” godaku, lalu mbak nadia fokus ke ponselnya lagi, dan disaat itu entah kenapa aku merasa biasa saja saat tanganku bergerak melingkar ke leher mbak nad, mbak nad pun tak menepis tanganku.


Beberapa detik


Kemudian aku mencium ubun kepalanya yang masih berjilbab itu.


Tidak ada respon


Lalu


Aku cium lagi kepalanya beberapa kali.


Cup cup cup cup cup


Setelah itu mbak nadia berpaling padaku, percaya atau tidak saat itu kami bertatapan cukup lama....


Aku dan dia diam tanpa kata


Dalam gelap itu masih dapat kulihat matanya berbinar


Lalu bibirku mencuri kesempatan lagi dengan mencium bibirnya dari balik cadar, dapat aku lihat matanya terpejam saat itu, dan tangannya menyimpan ponselnya ke semping, kurasa dia ingin fokus dengan ciumanku.


Beberapa kali aku mencium bibirnya dan saat itu sepertinya kami sudah kalap.


Aku akhirnya duduk disamping mbak nadia, aku berusaha menariknya duduk dipangkuanku, dan dia mengikuti mauku, saat itu aku merasa ini sudah saatnya, dia sudah duduk dipangkuangku.


Kami bertatapan, dia diam tanpa kata, yang aku pikirkan saat itu aku harus sabar, jangan sampai terburu buru, aku harus perlahan menyentuh titik nafsunya agar dia semakin tenggelam.


Aku menarik kepalanya ke arah bibirku, aku cium keningnya


Cup cup, dua kali aku cium keningnya yang masih bercadar.


Lalu selanjutnya kami berciuman bibir.


Saat itu perlahan aku mengangkat cadarnya ke atas secukupnya agar aku bisa melihat bibirnya.


Kurang jelas sebenarnya, karena cahaya lilin yang tertutupi badannya.


Setelah itu mbak nad membetulkan duduknya karena adikku yang sudah rewel, aku pikir dia merasa menduduku adikku sehingga bergeser sedit.


Cup ciuman pertamaku dengan perempuan dalam hidupku, seorang teman kerjaku yang bercadar dan dia adalah istri orang lain.


Tapi dasarnya manusia memang orang yang baik.

Setelah ciuman itu aku entah kenapa merasa sangat bersalah, seakan nafsuku hilang semua, spontan aku pikir harus berhenti saat itu.


Namun...


Justru saat itu mbak nad yang melakukan ciuman kedua, dia memulainya.


Cup cup


Aku merasa harus membalasnya


Akhirnya kami beciuman basah.


Itu ciuman bibir pertamaku dalahm hidup.


Masih dapat kuingat basah ludahnya saat kami saling bertukar lidah. Cukup lama.


Tanpa aku duga, mbak nadia ternyata cukup agresif, dia menggoyang goyangkan pinggangnya, seakan memberi stimulus pada adikku. Beberapa momen kemudian aku merasanakan cairan hangat merembes ke adikku, aku senang campur kaget, aku pikir saat itu mbak nadia sudah sangat becek.


Dan


Saat sedang panas itu


Tiba tiba listrik hidup. Saat itu, mbak nadia seakan sadar, dia segera menarik bibirnya dan bilang.


“udah ya anak baik, sana pulang!!”

“gak lanjut nih?” godaku, saat itu aku memegang pantatnya, besar dan empuk sekali, dia menepis.

“udah den, dosa ah”


Akward sekali, akhirnya aku pamit pulang, dan saat di jalan aku menyentuh celanku dan ada lendir licin disana, aku senyum senyum sendiri. Sampai dirumah aku langsung onani sambil melihat foto mbak nad, aku terus teringat pantatnya yang empuk dan besar. Ternyata selama ini ada daging empuk dan memek becek yang bersembunyi dibalik jilbab lebar dan baju gamisnya.



Besoknya dia kantor, aku sangat canggung pada mbak nadia, aku bahkan agak sulit melihat dia, namun sepertinya mbak nad yang merasa biasa saja, dia bahkan mengajakku makan bareng lagi, saat makan mbak nadia seakan paham dengan kecanggunganku.


“udah, jangan diinget inget, jadi akward kan”

“oalah iya mbak maaf”


Setelah itu hubungan kami biasa lagi, aku tak berani menyentuhnya lagi setelah itu, seakan memberi dia ruang.


“mbak, aku mau lihat wajah mbak dong” kalimat itu terucap ketika kami sedang kerja, seakan tak terkontrol olehku, namun memang aku ingin melihat wajahnya.

“hemmmm... boleh. Ntar ya istirahat”

“beneran boleh”

“foto aja tapi”

“okelah”

Setelah istirahat datang, mbak nadia ke toilet dan sepertinya dia foto disana dan mengirimkan fotonya padaku.

Cukup lama tak ada kejadian yang mengggah nafsu setelah itu, kabar justru datang dari istri kedua suami mbak nad yang mengandung anak pertama mereka, dan sejak saat itu kesepakatan tinggal jadi berubah, suami mbak nad panggil saja abi. Jadi sejak istrik keduanya hamil abi tinggal 4 hari di rumah istri keduanya, sedangkan 3 hari dirumah mbak nadia.


Saat itu aku melihat mbak nadia terlihat lebih murung dengan perhatian suaminya yang lebih banyak ke arah istri keduanya.


Nah, disaat itulah aku mencoba mengisi kekosongan, mencari kesempatan dalam kesempitan, aku curahkan perhatianku pada mbak nad sebanyak aku bisa, seperti antar jemput, bahkan beberapa kali kami jalan bersama ngajak keenan jalan jalan.


Aku bahkan bisa mendekatkan diri ke keenan, dan lantah hal itu membuat keenan terbiasa dengan kehadiranku, aku seolah menjadi ayah pengganti baginya, namun namanya anak kecil polos tetap saja kadang menangis kalau tiba tiba aku gendong.


Sebenarnya aku mulai menjaga diri dan sikap kepada mbak nadia, karena aku juga dekat dengan sri yang kini sudah lulus, sepertinya kami akan melanjutkan hubungan sampai ke jenjang lanjut, karena beberapa kali aku sudah berkunjung ke rumah orang tuanya, orang tuanya juga sudah krasan denganku. Karena itulah aku mulai memantaskan diri agar bisa menjaga sri nantinya, namun tetap saja ketikan onani aku sering membayangkan mbak nad, kadang aku berfantasi 3S dengan mbak nad yang bercadar dan sri yang menggemaskan.


Aku dan sri sudah berkomitmen menuju pernikahan, kami juga sudah saling janji nabung bersama, kami bahkan sudah punya tabungan bersama, aku san sri ternyata sepemikiran, pernikahan tak perlu meriah, cukup sederhana asalkan khidmat dan yang penting dalam pernikahan adalah halal, sri pun setuju dengan hal itu, jadi kami mengalokasikan tabungan nanti untuk membeli rumah saja.


Sampai suatu hari aku dan mbak nad khilaf.

Hari itu hari jumat yang cerah, jadi ada kebiasaan yang kami ambil dari perusahaan lain kalau jumat pagi biasanya ada kajian pagi yang di pimpin secara bergiliran. Hari itu giliran mbak nadia yang mengisi kajian, aduhai lembut suaranya itu mebuat adikku tak bisa terkontrol.


Kajian berjalan lancar, kerja kami pun berjalan seperti biasanya, meskipun banyak keluhan yang muncul dari pelanggan kami sudah biasa mendengar omelan mereka, mbak nadia hanya memberi kode kalau aku harus sabar, aku pun menganggukan kepala sambil terus mendengarkan keluhan pelanggan di telpon.


“mbak, ayo pulang”

“eh iya den, bentar beresin meja dulu”


Lalu kami berjalan ke parkiran, memang cuaca hari itu sudah semakin mendung aku prediksi akan hujan. Benar saja hujan turun deras ketika kami sampai di gapura perumahan mbak nadia, alhasil kami kehujanan cukup basah, namun karena sudah dekat aku nekat menerobos hujan.


“bawa jas ujan enggak den” tanya mbak nadia

“aduh engga mba, aku lupa”

“yaudah tunggu didalam aja den”

“boleh?”

“udah cepetan hujan gede”


Sepertinya aku harus memanfaatkan momen ini, karena ini sangat jarang terjadi, terakhir aku masuk rumah itu juga sekitar 2 bulan lalu. Aku masuk dan mba nadia memberiku handuk kering agar aku bisa mengeringkan air hujan yang membuatku basah kuyup.


“teh atau kopi?”

“mba nadia aja” candaku

“matamu, teh atau kopi?”

“yang ada aja mba jangan repot repot”


Aku bermain dengan keenan yang sedang main mobil mobilan, dan beberapa saat kemudian mba nadia membawakan aku susu hangat.


“wah susu, saya suka saya suka” aku sambil menatap dada mbak nadia

“udah lah jangan mesum”

“hehe maaf”


Semuanya dimulai ketika hujan makin deras dan dibarengi guntur, membuat suasana makin sendu.


Aku memberanikan diri duduk disamping mbak nadia yang sedang nonton tv dan main hp, aku tinggalkan keenan dan maianannya.


Aku duduk disampingnya, dia hanya fokus main hp, aku mulai mencari kesempatan dengan menggandengakan tanganku ke pundaknya.


“apa?” mba nadia menolehkan wajahnya ke arahaku

Aku diam saja, justru aku malah menatap matanya lekat lekat, diapun tetap diam seperti itu


Dan


Cuuuuuup


Aku mencium bibirnya dari balik cadar cukup lama, kulihat mba nadia hanya memejamkan mata.


Saat itu aku merasa sudah mendapat lampu hijau.


Langsung saja aku angkat cadarnya ke atas dan aku cium bibirnya.


Awalanya bibir mba nadia terasa kering, lalu kami saling beradu lidah, kami sadar saat itu keenan sedang main di depan kami, namun mba nadia juga membiarkan hal itu terjadi.


Aku sudah amat nafsu kala itu, tangan kananku mulai menyentuh namanya, tapi tangan mba nadia menahan tanganku, kami yang masih berciuman terus saling menjilat lidah, aku kemudian menarik tangan mbak nadia ke bawah seakan memberi pesan diamkan tangan itu.


Ternyata dia nurut, aku mulai memegang dadanya perlahan, rasanya cukup besar dan bulat, aku masukkan tanganku ke dalam jilbabnya dan meremas dada itu itu dari balik gamisnya.


“ehmmmmp... ahhhh... aaah...” samar samar aku dengar mba nad mendesah

Kami masih berciuman panas.


Aku mulai melepaskan kancing kancing gamis itu agar bisa merah daging empuknya. Namun karena aku menggunakan satu tangan aku merasa kesulitan, tapi justru mba nadia yang inisiatif membukakan kancing gamisnya untuk tanganku, dan itu pertama kalinya aku merasakan buah dada perempuan dewasa, cukup besar, tanganku berusaha mencari puting susunya seperti di film film aku kaget karena putingnya keras, terus saja aku pilin puting itu sampai membuat mba nad kejang geli sambil mendesah.


“ahh... ehmmmp... aaah... udah ah geli den”


Aku mencoba sesabar mungkin namun nafsuku suda tak bisa aku tahan, aku masukkan kepalaku ke dalam jilbab lebarnya dan aku jilat jilat putingnya dengan lidahku, tentu saja itu mebuat mba nad makin menggelingjang geli.


Disaat itu tangan kananku mencoba mengkat gamisnya dari kaki, aku arahkan jari jariku ke arah vaginanya, tanpa aku minta mbak nadia membukakan pahanya untuk jariku.


Basah, sudah basah sampai celana luarnya, karena biasanya para ukhti ukhti selalu memakai 2 celana celana dalam dan celana luar. Jariku menerobos lapisan celana itu, aku sudah tak sabar ingin menyentuh namanya memek perempuan dewasa, apalagi seorang akhwat alim.


Sampailah aku pada titik itu, basah becek dengan lendir licin, disaat itu aku baru sadar begitulah vagina perempuan yang sedang terangsang.


Aku mengeluarkan kepalaku dari kerudungnya, kembali kami berciuman mesra dan basah. Aku kaget karena mba nad juga cukup agresif, dia mulai meraba raba bagian selangkanganku, aku biarkan saja tangannya membuka resleting celanaku dan mengelus adikku yang sudah tegang maksimal, bahkan karena aku sudah sangat nafsu keluar cairan mazi dari lubang pipisku.


Ketika mbak nadia memegang adikku yang sudah tegang berdiri di hadapannya, sontak ciuman kami berhenti.


Mbak nadia membuka cadarnya dan membuat aku pertama kali melihat wajahnya yang bening untuk pertama kali.

Tangannya masih mengocok adikku, lalu dia tersenyum padkau.

“besar ih” aku membalas senyumnya, karena aku merasa punya biasa saja, aku tak tahu ukuran batang suaminya sehingga mba nad berpikir punyaku besar.


“lebih besar dari punya abi?” tanyaku sambil senyum, karena saat itu celanaku dan celana dalamku sudah melorot sampai lutut. Mbak nadia hanya senyum sambil mengangguk dan tanganya tak berhenti mengocok batangku dengan lembut namun temponya cukup cepat.


Ini mimpiku yang menjadi nyata, padahal dulu hanya angan saja, tangan lentik mba nadia kini nyata mengocok batangku.


Aku memegang tengkuk mbak nad, kami berciuman lagi, aku mengarahkan kepalanya ke batangku, pasangan mesum biasanya sudah paham maksud ini kalau si pria ingin di blowjod.


Aku pikir saat itu mbak nadia akan menolak, namun aku salah, dia menatapku sambil senyum, lalu perlahan memasukkan kepala batangku ke mulutnya.


Sebenarnya aku cukup terganggu karena keenan beberapa kali melirik ke arah kami, namun aku biarkan saja, toh mbak nadia juga acuh terhadap hal itu.


Oh bibirnya, hangat sekali mengoral batangku, aku tak tahan dan


Crooot croooot crrrroooooooot


Aku juga kaget tiba tiba adikku tak bisa terkontrol dan muncrat, dan aku kira mbak nad akan mengeluarkan batangku dari mulutnya, tidak. Justru dia menyedot semua spermaku.


“aaahhh.... ehhhhhhhmmmmm.... “ aku mengejang tertahan, mbak nadia hanya fokus menerima semprotan spermaku.


Setelah aku reda, dia baru mengeluarkan batangku, lalu menatapk sambil senyum.


“nikmat?”


Aku hanya mengangguk.


Tentu itu bukan akhir, aku sebenarnya mau jilmek dulu namun aku sudah tak tahan ingin memberi pengalaman hangat memek pada adik kecilku.


Aku menunggingkan mbak nadia di sofa itu, tangannya memegang senderan kursi, tanpa basa basi aku lepaskan celanaku, juga tak lupa celana mba nadia aku turunkan sampai lututnya, aku memang tak berencana melepaskan semua celananya.


Aku angkat gamisnya sampai pinggang, aku mulai memasukkan batangku ke memeknya.

Panas

Itu kesan pertama yang kontolku rasakan, kontolku masuk tanpa halangan berarti, masuk dengan licin yang sudah memeknya siapkan dari tadi.


Aku mulai menyodok memek akhwat itu sambil diperhatikan anaknya, karena mbak nadia mendesah cukup keras. Memeknya basah sekali, semakin sering kontolku keluar masuk, justru membuat cairan putih lengket keluar dari memeknya, bahkan menempel pada kontolku, rasanya nikmat sekali tak perlu dijelaskan nikmatnya untuk para pembaca yang sudah mengalami hubungan seks.


Semakin lama semakin banyak pulan cairan itu, bahkan sampai beberapa tetes jatuh ke sofa, aku membiarkan itu terjadi.


Ada hal menarik ketika itu, mbak nadia mendesah cukup keras memang, dan itu terus terjadi ketika aku memasukkan kontolku ke memeknya.


Hal itu ternyata menarik simpati keenan, keenan akhirnya naik ke sofa dan menghampiri uminya.


“uu uuumi kenapa?”

“gapapa sayang, main lagi sana”

Kami saling bertatapan, mbak nadia senyum padaku.

“dikamar aja yuk?” tanya dia, aku hanya mengangguk dan mengeluarkan kontolku dari memeknya.


Sampai dikamar aku telanjang bulat, dan aku juga menelanjangi betina itu, lalu aku menidurkannya di ranjang biasanya dia disenggamai oleh suaminya, namun kini ada pendatang baru.


“ah ah ah aaaah emmmp”

“enak mbak?”

“enaaak den”

“apa yang enak?”

“kontol kamu den aaah terus den bentar lagi mbak sampai”

Aku merasakan liang vagina betin akhwat itu menyempit dan membuat aku juga ingin muncrat lagi.


Croooot croooot crooooooooot


Aku biarkan adikku memuntahkan spermanya di dalam memek akhwat itu, karena mbak nadia belum dapat aku terus saja sodok sampai dia bilang,

“den aaaakkkh aaaahhhhh aku dapeet aaah”

Aku beri beberapa sodokan lagi agar dia dapat maksimal baru setelah itu aku berhenti menyodok.


Kami berpelukan erat, aku menindihnya sambil beberapa tetes keringatku jatuh ke muka mba nad.

Perlahan aku bangun dan melihat memeknya, bersih, namun ada lingkaran seperti basah di sprei itu akulihat seperti cairan yang keluar dari memek mbak nad, saat itu aku paham mungkin itu cairan kenikmatan kami.

Itu lah pertama kalinya kami melakukan senggama, aku sudah lupa berapa kali kami sudah melakukan itu, kami sangat berhati hati agar suaminya tidak tahu. Bahkan kalau kepalang nafsu di kantor aku memintanya blowjob kontolku sambil dia masih mengenakan cadarnya, ada beberapa kali, namun kebanyakan dia menolak kalau aku yang minta.


Cukup lama aku bisa membuatnya setuju agar aku bisa memotret memeknya, karena dia takut sesuatu, setelah aku paksa beberapa kali barulah dia mau direkam ketika kami sedang hubungan intim.


Kadang aku keluarkan didalam, kdang juga diluar, yang paling aku sukai adalah ketika aku memuncratkan spermaku di mukanya yang masih mengenakan cadar dan jilbab lebarnya.

Sedikit mulustasi buat bacolan, mungkin bisa membantu biar makin jos.

Anggap aja mba nadia ya, FYI mbak nadia ini badannya mulus kaleeeeee. Sri aja kalah mulus pas saya buka malam pertama.


0 comments:

Post a Comment