Thursday, March 5, 2020

Kejutan di Malam Pengantin

"Dengan ini saya meresmikan David Wijaya dan Yulia Huang sebagai suami istri."
Kata-kata pastur terngiang-ngiang di telinga David. Ia menatap istrinya. Tinggi Yulia tidak lebih dari 155 cm sedangkan David 170 cm. Wajah cantiknya sedikit bulat dibingkai oleh rambut sedikit kemerahan. Kedua matanya yang besar menatap balik David. Kulitnya halus berkilau ditimpa cahaya lilin. Pandangan David beralih ke pundak istrinya yang putih mulus, beralih ke leher yang terlihat lebih jenjang dengan rambut yang disanggul, dan akhirnya ke belahan lembut payudara Yulia yang walaupun tidak terlalu besar namun mempunyai bentuk yang sempurna. Tidak banyak yang berubah dari penampilan Yulia sejak mereka bertemu di SMA. Yulia tak lain adalah adik kelas David dan mereka mulai berpacaran saat David masuk kuliah.
David mengecup bibir Yulia dengan lembut. Jantung Yulia berdebar-debar. Tentu saja sebelumnya mereka pernah berciuman yang lebih panas namun mereka tidak pernah melanjutkan ke hubungan badan. Malam ini akan berbeda. Malam ini semuanya sudah diperbolehkan secara hukum dan agama. David merasakan ada janji suci yang istrinya berikan lewat kecupan singkat itu.
Anggota keluarga di sekitar mereka dan para hadirin lainnya terlihat begitu buram di mata mereka. Begitu banyaknya orang, teman, sanak saudara, dan relasi membuat David dan Yulia merasa seakan berada di dalam bola kaca yang terisolir dari yang lainnya. Namun akhirnya semua itu berakhir. Setelah seluruh acara selesai, mereka langsung diantar ke bungalow yang sudah mereka pesan untuk berbulan madu.
Tempat berbulan madu yang mereka pesan cukup mahal karena berada tidak jauh dari kota namun mempunyai kesan terpencil dan eksklusif. Bungalow yang mereka pilih juga agak terpisah dengan bungalow-bungalow lainnya. Karena itulah mereka harus mengeluarkan kocek lebih untuk eksklusifitas ini.
David mengeluarkan kunci untuk masuk ke dalam bungalow. Setelah memutar anak kunci di tangannya, David membuka daun pintu itu.
"Gendong aku, Vid," kata Yulia. Yulia masih terdengar seperti anak kecil walau sebenarnya ia sudah berumur 22 tahun.
"Oh iya," jawab David sambil terkekeh. Ia membungkuk dan mengangkat tubuh Yulia dengan mudah. David mendorong daun pintu dengan menggunakan kaki kanannya. Yulia merebahkan kepalanya di leher suaminya saat mereka masuk ke dalam ruangan yang masih gelap itu.
Mereka berciuman sebelum David menurunkan Yulia. Ia berbalik untuk mencari saklar lampu. Lalu tiba-tiba Yulia berteriak saat seseorang menarik tubuhnya. Yulia menjerit lagi. David dapat mendengar istrinya melirih dan bernafas berat.

"Jangan bergerak!" ancam suara yang tebal dan berat. "Atau gue sembelih bini elu!"
"D-d-David?" lirih Yulia.
"Diam!" seru pria itu lagi.
Ternyata ada satu orang lagi di ruangan itu. Pria itu bergerak cepat ke belakang David. Pria yang menangkap David bertubuh besar dan sangat kuat. David berusaha untuk membebaskan tangannya. Kemudian ia merasakan gelang metal dipakaikan ke pergelangan tangannya. Borgol! David terus meronta-ronta sampai ia mendengar teriakan Yulia.
"Jangan bergerak atau gue potong dia!"
David menjadi ragu. Tangannya ditarik ke belakang dan akhirnya borgol itu terpasang di kedua pergelangan tangannya. Dirinya kini sudah tak berdaya.
Setelah itu ruangan tersebut diterangi oleh lampu yang menyala. Laki-laki bertubuh besar dan berkulit hitam melingkarkan tangannya di leher Yulia. Tangan mungil Yulia yang putih terlihat kontras di atas tangan hitam yang berotot itu. Tangannya yang lain memegang belati panjang yang ditempelkan di leher Yulia.
Yulia terkejut melihat David yang sudah terborgol. Pria berkulit hitam itu melepaskan tubuh Yulia dan bergerak menuju pintu bungalow. Saat ia mengunci pintu itu, Yulia melangkah mundur. Lalu pria itu berbalik ke Yulia. Tubuhnya gemetar dan matanya melebar.
"Duduk di ranjang!" perintahnya. Pria yang lainnya mendorong David untuk duduk di kursi. Dengan menggunakan seutas tali panjang, ia mengikat tubuh David ke kursi itu erat-erat.
Yulia duduk di atas ranjang. Dengan tubuh yang masih gemetar, ia terisak dan menyilangkan kedua lengannya di depan dada, memeluk tubuhnya sendiri.
David menggeliat-geliat di kursi. Ia tidak suka akan pandangan liar dua pria hitam ini atas istrinya.
"Woy! Beniiiing!" kata pria yang tadi memborgol David mengomentari istrinya. Ia memiliki codet di pipinya.
"Setuju banget!" jawab pria lainnya. Ia jauh lebih tinggi dari si Codet dan terlihat lebih gemuk. Mereka berdua terlihat sudah berumur, mungkin sekitar empat puluhan. Si Jangkung berdiri di samping Yulia. Ia menatap ke bawah ke arah dadanya. Ia dapat melihat bukit buah dada Yulia yang padat tersembul dari gaun pengantinnya yang berwarna putih.
"Baru nikah?" tanyanya.
"IYA!" jawab Yulia ketus. Namun ia menjadi ketakutan begitu si Jangkung duduk di sampingnya. Kasur tempat mereka duduk melembah karena berat tubuh si Jangkung. Yulia beringsut menjauh darinya. Namun si Jangkung meraih tubuhnya.
"Jangan!" teriaknya. Yulia meronta-ronta sambil memukul-mukul tangan si Jangkung. Ia menangkap salah satu tangan Yulia. Dengan tangan yang lainnya Yulia berusaha untuk meninju si Jangkung. Setelah kedua tangannya tertangkap oleh si Jangkung, Yulia bergulat untuk melepaskan tangannya. Lalu ia mendengar teriakan David. Si Codet memukulnya di perut. David membungkuk dan merintih kesakitan.
"Jangaan!" teriak Yulia. "David! Aku mohon jangan lukai dia! Tolong!"
"Jangan macam-macam, ok?" kata si Jangkung sambil mencengkram kedua tangan Yulia. Namun Yulia terus bergulat untuk melepaskan diri. Ia harus menolong David.
"Gebuk lagi lakinya, yang keras!" si Jangkung memberi perintah.
"Jangaan! Aduuh..." Yulia berlinang air mata. Ia menatap si Jangkung.
"Aku mohon jangan lukai dia!" isak Yulia. "Aku akan turuti kemauan kalian."
"Tidak, jangan, Yulia," lirih David. David merintih dengan keras saat si Codet menampar wajahnya dengan sekuat tenaga.
"Diam, bangsat!" katanya. Terdengar suara lakban dibuka oleh si Codet. David berusaha mengelak namun tidak dapat mencegah si Codet membungkam mulutnya dengan lakban itu.
Di seberang David di atas ranjang, si Jangkung melepaskan kedua tangan Yulia. Sambil terisak, Yulia merangkul tubuhnya sendiri dengan menyilangkannya lagi di dadanya.
"Kasih gue borgolnya!" si Jangkung berkata kepada si Codet. Mata Yulia membesar melihat borgol yang siap membelenggu.
Si Jangkung memasang borgol itu di tangan kiri Yulia saat ia bertanya, "Bulan madu?" Suaranya terdengar lebih lembut.
Sambil terisak Yulia mengangguk. "T-tolong jangan sakiti aku...," lirihnya lagi. Si Jangkung memutar lengan Yulia ke belakang dan memasang borgol di tangan kanannya. Secara refleks Yulia berusaha memberontak.
"Heh, kelihatannya kita dapat pengantin segar nih!" ledek si Jangkung.
Si Codet membungkuk sehingga wajahnya bersebelahan dengan wajah David.
"Kita bakal menggarap bini elu, cuy!" kata si Codet.
"MMMMFFF! MMMMF!" David berusaha untuk berteriak. Ia meronta-ronta sekuat tenaga berusaha untuk lepas dari belenggu.
Yulia menjerit. Pria-pria ini akan memperkosa dia! Kabar buruk! Dengan masih terborgol, ia melompat berdiri. Ia tidak tahu harus kabur kemana. Ia berlari ke pintu dengan mata yang membesar dan nafas yang memburu. Pria-pria berkulit gelap ini hendak memperkosa dia! Si Jangkung berdiri dari ranjang. Ia berjalan menghampiri Yulia. Tangannya yang besar menggapai Yulia.
"Tidaaak! Jangan! Toloong!" tangis Yulia. Ia berkelit ke sana ke mari di ruangan itu sambil berteriak-teriak. Teriakannya menutupi teriakan David yang terbungkam. Tiba-tiba terdengar suara pukulan. David membungkuk mengerang kesakitan. Si Codet menghajar perut David lagi.
"David!" seru Yulia. Si Codet menjambak rambut David dan menariknya ke atas. Yulia dapat melihat wajah David yang berkerut kesakitan. Si Codet mengepalkan tangan kanannya siap mendaratkan bogem mentah di muka David.
"Tidak! Jangaaan!" teriak Yulia. Ia bergerak menghampiri David. Si Jangkung mengikuti Yulia dari belakang. Ia mencengkram borgol di belakang tubuh Yulia dan menghentakkan borgol itu ke atas sehingga Yulia menungging.
"Aaaw!" teriak Yulia. "Aw! Sakit!"
Terdengar suara pukulan lagi yang diikuti dengan suara erangan oleh David.
"Tidaak! Stop! Dia bisa mati dipukuli kalian!" seru Yulia.
"Nah kalo gitu, elu bakal nurut sama kita, kan?" pinta si Jangkung.
"Iya, iya, asal jangan sakiti dia," jawab Yulia. Si Jangkung melepaskan cengkramannya dari borgol Yulia. Yulia berdiri sambil gemetar dengan nafas yang terengah-engah. Ia menatap suaminya. Ia tau pasti bahwa suaminya kesakitan.
"Tolong," isaknya, "Aku akan menurut, tolong jangan lukai dia!"
"Nah gitu, dong!" jawab si Jangkung.
Yulia merasakan tangan si Jangkung dari belakang. Tangan-tangan itu mengelus pundaknya dan elusan itu membuatnya merinding.
"Kalau elu nurut, kita nggak bakalan gebukin David lagi."
"Iya," tangis Yulia, "Aku akan menurut."
Si Jangkung menempelkan tubuh Yulia ke tubuhnya. Yulia merasakan tonjolan keras dan hangat di selangkangan si Jangkung yang menekan pergelangan tangannya yang masih terborgol itu. Yulia semakin takut mendapati tangan si Jangkung bergerak perlahan dari pundaknya. Jari-jari si Jangkung memangkok di atas payudaranya.
"Aahh!" lirih Yulia. Dengan putus asa ia mencoba membebaskan tangannya dari borgol. Tubuhnya menjadi kaku dan mulai menggeliat-geliat mengelak dari si Jangkung. Lalu ia melihat si Codet, yang berdiri di sebelah David, memandangi dirinya. Si Codet sedang menunggu kesempatan untuk menghajar David lagi. Menyadari hal itu, Yulia berhenti mengelak dan membiarkan si Jangkung menarik tubuhnya menempel lebih erat lagi.
Melihat tangan si Jangkung membujur di dada istrinya, David hanya dapat mengeluarkan suara erangan memprotes.
Tak lagi merasakan perlawanan dari Yulia, si Jangkung menelungkupkan telapak tangannya di atas kedua bulatan dada Yulia. Dengan perlahan dan sangat lembut, jari-jari si Jangkung bergeser di atas fabrik gaun pengantin yang menutupi dada Yulia. Si Jangkung dapat merasakan padding tipis pengganti BH yang terpasang menutupi payudara indah itu. Di bawah padding tipis itu, ia dapat merasakan padatnya payudara muda yang dimiliki perempuan di hadapannya. Jari-jarinya meremas dan mengelus secara lembut di bagian yang ia tebak terletak puting susu Yulia. Yulia menggigil dan mendesah. Detik berikutnya, tubuh Yulia menghadiahkan si Jangkung dua tonjolan kecil yang dapat si Jangkung rasakan dari balik gaun pengantin tersebut.
David menggeliat-geliat di kursi tak berdaya. Ia dapat melihat telapak tangan si Jangkung menari-nari di atas bagian dada gaun yang tipis itu. Ia memperhatikan kain gaun pengantin Yulia menonjol di bagian puting akibat permainan dan belaian jari-jari si Jangkung. Yulia yang malang hanya dapat tersengal. Yulia dapat merasakan tubuhnya bereaksi atas perlakuan si Jangkung. Ia memberikan apa yang selama ini ia simpan untuk David suaminya kepada pria lain!
Si Jangkung bergumam penuh kenikmatan. Ia dapat merasakan getar tubuh Yulia. Si Jangkung tahu bahwa tubuh Yulia memberikan respon yang ia harapkan. Tentu saja ia suka atas respon tubuh Yulia! Walau diraba melalui padding dan gaun pengantin itu, si Jangkung dapat merasakan kedua puting Yulia yang sudah mengeras.
Tangan si Jangkung meninggalkan bukit dada istri muda itu dan menelusuri ke pinggang dan terus bagian bawah tubuhnya. Masih berdiri di belakangnya, si Jangkung meraih resleting di punggung Yulia.
Mata Yulia membesar. Si Jangkung merasakan Yulia gemetar saat ia membuka resleting gaun pengantinnya. Ia menurunkan resleting tersebut sampai ke pangkalnya. Si Jangkung menarik gaun tersebut jatuh ke lantai. Seperti gaun-gaun pengantin pada umumnya, gaun ini mempunyai bagian bawah yang besar menggembung. Yulia tidak memakai BH karena di bagian dada gaun tersebut sudah terpasang padding pengganti BH. Sambil menutupi dadanya, Yulia berdiri kaku dengan hanya ditutupi celana dalam berwarna putih bersih.
"Ayo geser!" perintah si Jangkung sambil berjongkok, bersiap untuk menarik gaun tersebut dari bawah kaki Yulia. Yulia beringsut dari tempat ia berdiri. Sementara Yulia bergerak ke samping, si Jangkung melepaskan sepatu putihnya juga. Setelah melempar gaun dan sepatu Yulia, si Jangkung berdiri, masih di belakang Yulia. Secara teknis Yulia berdiri telanjang di hadapan pria-pria biadab ini.
Yulia melihat si Codet bergerak meninggalkan David. Si Codet menatap Yulia dalam-dalam dengan senyum licik. Lalu ia membuka resleting celananya!
"Ayo berlutut!" serunya. Ia mengeluarkan batang penisnya yang sudah menegang keluar dari celananya.
"Oh Tuhan!" sanggah Yulia, "Tidaaak!"
Si Jangkung yang masih berdiri di belakang Yulia menekan pundaknya.
"Jangaaan! Aah!" isak Yulia.
"Kayanya elu harus gebuk lakinya lagi," usul si Jangkung kepada si Codet.
Si Codet menyetujui ide itu. Penisnya berayun saat ia membalikkan tubuhnya untuk menghampiri David. David hanya dapat mengerang dan beringsut tanpa daya.
"Jangan, aku mohon!" pinta Yulia. Yulia menekukkan lututnya dan membiarkan si Jangkung menekan tubuhnya untuk berlutut. Si Codet kembali ke hadapan Yulia dan memandang wajahnya dari atas. Dengan air mata berlinang di wajahnya yang halus, bibir yang gemetar, Yulia terlihat seperti gadis kecil. Si Codet meraih penisnya yang sudah keras dan menyodorkannya ke wajah Yulia. Yulia membuang mukanya ke samping namun dapat merasakan kepala penis itu mengoles-oles pipinya.
Si Jangkung berlutut di belakang Yulia. Tangan si Jangkung mencengkram kepalanya dan memaksa memutar kepalanya agar menghadap ke depan, ke penis yang sedang menunggu di hadapannya.
Si Jangkung mencondongkan badannya ke depan dan berbisik dengan lembut di telinga Yulia, "Kalau elu hisap dia sampai tuntas, mungkin dia ngebatalin niat untuk perkosa elu."
Yulia merasakan jari-jarinya yang kuat menjepit pipinya dan menekan rahang bawahnya. "Ayo buka mulut," perintah si Jangkung, "Yang lebar."
Si Jangkung menahan kepala Yulia sementara si Codet mengarahkan penisnya ke mulut Yulia yang sudah sedikit terbuka. Saat kepala penis yang besar itu menyelinap melewati bibirnya, Yulia melepaskan erangan panjang dengan pasrah. Kepala penis itu hampir memenuhi rongga mulutnya dan menekan lidahnya.
David melihat pria berkulit gelap itu memompa penisnya ke dalam mulut istrinya tanpa dapat berbuat apa-apa. Dengan hanya mengenakan celana dalam, istrinya berlutut telanjang di antara dua pria asing. Pergelangan tangannya terborgol dan tergontai lunglai di belakang. Si Jangkung masih berlutut di belakangnya. Rambut Yulia yang indah melimpah dari sela jari-jari yang menahan kepalanya.
David dapat melihat penis keras yang berwarna gelap itu keluar masuk mulut istrinya. Ia melihat bibir dan pipi Yulia bergerak-gerak seiring dengan keluar masuknya penis itu. Suara erangan yang keluar dari mulut Yulia dapat terdengar di ruangan itu. David tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya. Ia menarik borgol pada tangannya sampai pergelangannya luka. Ia menggeliat-geliat untuk lepas dari tali yang mengikat tubuhnya. Semuanya berakhir tanpa hasil.
Si Codet mengerang dan menatap ke bawah, memandangi wajah Yulia. Matanya yang terpejam dibasahi oleh air mata. Bibirnya yang lembut tertarik mengelilingi lingkar batang laki-laki itu. Kepala penisnya bersemayam di atas lidah Yulia. Pipi Yulia yang lembut seperti sutra membungkus kemaluannya. Si Codet menggenjot pinggangnya secara perlahan-lahan untuk menikmati setiap senti dari penisnya yang menyeruak masuk ke mulut Yulia yang hangat dan lembut. Entah sudah berapa ratus kali ia bermasturbasi saat masih di penjara, membayangkan situasi seperti saat ini: memompa spermanya ke dalam mulut gadis muda berkulit bersih. Melihat kegeraman pada wajah suaminya malah menambah manis fantasi sesatnya saja.
Yulia mengerang saat merasakan sedikit cairan sperma tersemprot keluar dari kepala penis tersebut secara tiba-tiba. Ia berusaha untuk mengelak dan mengeluarkan penis itu dari mulutnya. Namun semuanya sia-sia. Si Jangkung masih menahan kepalanya.
Ia bergumam di telinganya, "Telan, sayang! Telan semua!"
Si Codet melenguh panjang dan kali ini lebih banyak lagi gumpalan-gumpalan sperma yang tersemprot membanjiri mulut Yulia.
"Aaaaah, niiikmaaat!" lenguh si Codet sambil menghentak-hentakkan pinggangnya untuk memompa habis seluruh benih spermanya masuk ke mulut Yulia. "Ayo, hisap terus!"
David meronta-ronta di kursi. Ia dapat melihat tenggorokan istrinya bergerak-gerak saat istrinya berusaha untuk menelan gumpalan-gumpalan sperma si Codet. Sebagian dari sperma si Codet melimpah keluar dari pinggir bibir Yulia, mengalir ke bawah dan menetes ke dadanya.
Pinggang pria berkulit gelap itu bergerak seperti sedang menari dalam kenikmatan liar, sementara ia menumpahkan seluruh benihnya ke dalam mulut seorang istri muda dan cantik. Terdengar suara tersedak dan batuk keluar dari mulut Yulia. Dan semuanya itu mengakhiri gerakan pinggul si Codet. Ia menarik penisnya keluar dari mulut Yulia. Penis itu masih terlihat keras, mengkilap basah oleh liur Yulia yang bercampur dengan sperma. Si Jangkung menyeka air mata dan sperma yang tercecer di wajah Yulia.
"Nah, gitu dong," kata si Jangkung dengan pelan. Ia menyeka gumpalan sperma terakhir dari dada Yulia. Ia menarik borgol Yulia sampai tubuh Yulia menekan tubuhnya. Si Jangkung dapat merasakan tubuh kecilnya gemetar.
Setelah itu ia membantu Yulia bangkit untuk duduk di atas ranjang. Mata Yulia masih basah oleh air mata dan begitu pula wajahnya yang cantik.
"Elu baik-baik aja?" tanya si Jangkung. Yulia mengangguk perlahan. Si Jangkung kembali menyeka air matanya.
"A-aku baik-baik saja," jawabnya. Suaranya agak melengking dan terdengar sayup. "Sudah selesai," pikirnya, "Mereka akan segera melepaskan kita."
Si Jangkung mengeluarkan kunci untuk membuka borgol. Beberapa detik setelah itu borgol yang mengikat pergelangan tangan kanannya terbuka. Yulia mengayunkan tangan itu ke depan sambil menunggu si Jangkung untuk membuka borgol di tangan kirinya. Si Jangkung menyimpan kunci itu lalu menarik kedua tangan Yulia di depan tubuhnya dan memasang kembali borgol di tangan kanannya.
Si Jangkung merasakan geliat birahi di penisnya begitu ia memandang wajah lugu gadis cantik di depannya.
"Berbaring!" perintahnya.
Mata Yulia membesar. Ia tidak bergeming. Lalu ia melihat si Codet sudah berdiri di samping suaminya sambil mengangkat kepalan tangan.
"Berbaring!"
Si Jangkung mendorong pundak Yulia. Yulia membiarkan dirinya terhempas ke atas ranjang. Si Jangkung berdiri dan meraih pergelangan tangan Yulia yang terborgol itu lalu menarik kedua tangannya itu melewati kepalanya.
"Ah! Tidaak!" seru Yulia. "Mau apa kalian?"
Si Jangkung mengeluarkan seutas tali lalu melingkarkannya melewati borgol lalu mengikatnya. Ujung lain dari tali itu kemudian diikatkannya ke penyangga bagian kepala ranjang.
"Jangaaan! Lepaskan aku! Kalian berjanji tidak akan perkosa aku!" isak Yulia.
"Diam!" si Jangkung menyalak. Suaranya terdengar kasar. Yulia hanya dapat meringkuk pasrah. Lalu ia melihat si Codet menarik pergelangan kakinya sampai kedua tangannya terentang ke bagian kepala ranjang. Dua bukit payudara Yulia yang dihiasi oleh puting yang menegang, terekspos di hadapan dua pria berkulit hitam ini. Yulia merasa sakit pada pergelangan tangannya yang tertarik oleh borgol.
"Aaww! Tanganku sakit!" Yulia menderit.
"Tutup mulut!" seru si Codet.
"Jangan bergerak!" perintah si Jangkung. Dengan pergelangan tangannya terikat ke bagian atas penyangga ranjang dan si Codet memegangi kedua kakinya, sebenarnya Yulia tidak dapat banyak bergerak.
"Ayo kita kerja!" kata si Jangkung dengan senyum yang melebar. Tangannya yang kekar meraih bulatan dada Yulia.
"Jangaan! Jangaaan!" David mencoba untuk berteriak dalam bungkaman lakban. Ia meronta-ronta dalam ikatan tali yang melingkar di tubuhnya. Si Jangkung mulai meraba Yulia, jari-jarinya memangkok di atas payudara ranum itu. Si Jangkung dapat mendengar Yulia terisak dan dapat melihat dia menggeliat-geliat tak berdaya.
David membayangkan lembutnya payudara Yulia serta tegang dan kerasnya puting susu Yulia. Namun sekarang si Jangkung-lah yang sedang menikmati tubuh Yulia, Yulia-nya, istrinya sendiri! Ia dapat melihat payudara Yulia teremas oleh jari-jari si Jangkung. Yulia menggeliat lalu tubuhnya menjadi kaku. Lalu Yulia menangis sesenggukan.
Tangan si Jangkung menelusuri tubuh Yulia turun menuju ke celana dalamnya. Ia menyelipkan jempol-jempolnya ke bawah karet celana dalam itu.
Yulia berteriak sambil meronta sejadi-jadinya. "Jangaaan!... (hik) Oh! Oh! (hik)... "
Si Jangkung menampar wajah Yulia dengan keras. Suara tamparan itu sampai menggema di ruangan tersebut. David kembali meronta di kursinya.
"Tutup mulut elu!" desis si Jangkung. Yulia menatap si Jangkung karena kaget. Pipinya panas menyengat. "Atau gue siksa elu dan laki elu. Ngerti?"
Yulia mengangguk dengan lemah sambil terisak. Bibir bawahnya gemetar.
"Ayo kita lihat apa yang ada di balik celana ini!" kata si Jangkung riang. Dengan perlahan ia meloloskan celana dalam Yulia ke bawah. Yulia masih terisak namun tidak melakukan perlawanan apa-apa. Si Codet membantu si Jangkung dengan menarik copot celana dalam itu dari pergelangan kaki Yulia. Kini Yulia telanjang bulat di hadapan dua laki-laki itu! Telanjang dan tak berdaya.
David menggeram marah. Ia melihat kedua pria itu memandangi tubuh istrinya yang telanjang di atas ranjang. Istrinya yang perawan. Malam ini sebenarnya adalah malam milik dia. Dan Yulia juga adalah miliknya. Dialah yang seharusnya menikmati malam ini bersama dengan Yulia sebelum istrinya itu dijamah oleh siapapun.
Si Jangkung bergerak meninggalkan ranjang. Ia kembali dengan dua borgol di tangannya. Si Codet memegangi kaki Yulia sementara si Jangkung memborgol masing-masing kaki ke sisi kiri dan kanan ranjang. Kini tubuh Yulia membentuk huruf "Y" terbalik. Buah dada dan vaginanya terpampang di hadapan tiga laki-laki di ruangan itu.
Yulia menggigil dan mencoba menurunkan tangannya saat kedua pria ini mengagumi korbannya. Rasa takut semakin mencekam saat Yulia melihat kedua pria itu mulai membuka pakaian mereka satu per satu.
Si Codet selesai lebih dahulu. Ia merangkak di atas ranjang menuju ke antara paha Yulia. Penisnya yang masih keras berayun-ayun saat ia bergerak menghampiri Yulia.
Secara refleks Yulia berusaha untuk meringkuk menutup tubuhnya namun tentu saja hal itu tidak dapat ia lakukan. Ia bersiap-siap untuk merasakan persentuhan antara tubuh si Codet dengan tubuhnya. Namun si Codet berbaring di ranjang di antara paha Yulia.
"Setelah di-karaoke paling asik memang ngjilat meki amoy cantik!" gumamnya dengan riang.
Murka David semakin menjadi-jadi begitu ia melihat kepala si Codet bergerak menghampiri selangkangan istrinya. Kedua tangan hitamnya yang besar memagari pinggul Yulia agar tidak bergerak kemana-mana. Yulia memekik sayup saat bibir si Codet menyentuh bibir kemaluannya. Tanpa Yulia sadari pinggulnya menggeliat begitu ia merasakan kelopak kewanitaannya terbuka oleh lidah yang menyelinap masuk.
Si Codet menerobos dalam-dalam untuk menyicipi Yulia. Lidahnya menyeruak masuk melewati kelopak bibir kemaluan Yulia. Pusar Yulia bergelombang naik turun seiring dengan nafasnya yang kian memburu. Si Codet menjelajahi kemaluan Yulia dengan gencarnya, menjilat dan menyapu dengan lidahnya sampai akhirnya ia menemukan klitoris Yulia.
Dengan lembut si Codet menggunakan ujung lidahnya untuk menghadiahi gadis muda ini dengan kenikmatan surga yang terlarang. Tubuh Yulia kembali bergelinjang dan pinggulnya menggeliat. Nafas Yulia kini menjadi berat dan terdengar rentetan desahan-desahan "Oh! (hh), oh! (hh)," sayup-sayup keluar dari mulut Yulia.
Dengan lembut si Codet membalur kelentit Yulia sampai akhirnya keluar dari tudung persembunyiannya. Si Codet dapat merasakan klitoris Yulia mengeras atas tarian lidahnya. Erang dan desah yang keluar dari mulut Yulia semakin besar dan jelas terdengar. Si Codet dapat merasakan cairan cinta mulai merembes keluar. Cairan hangat itu terasa sedikit asin tercampur dengan air liurnya.
David mengerang dengan geram. Ia kenal benar dengan suara yang keluar dari mulut Yulia. Ia tahu bahwa kini istrinya sudah terangsang secara seksual. Ya, istrinya merasakan kenikmatan seksual, dari laki-laki BIADAB ini!
Pada saat itu, si Jangkung juga sudah telanjang. Lalu ia duduk di samping kepala Yulia. Penisnya yang besar berdiri menantang. Lalu ia membungkukkan badannya. Yulia sadar bahwa ia hendak mencium bibirnya! Ia membuang mukanya ke sisi lain sehingga si Jangkung hanya mencium pipinya.
"Gimana, ci..., enak?" ejek si Jangkung. Tangannya bergerak ke payudara kiri Yulia. Saat meremas-remas buah dada yang sudah kencang itu, ia dapat merasakan dentam dentum jantung Yulia.
"Temen gue emang paling jago untuk membuat amoy-amoy mendesah-desah basah! Hahahaha!" tawa si Jangkung.
Yulia merasakan rangsangan yang telah melimpah ruah di kemaluannya namun tubuhnya tidak bereaksi atas remasan-remasan si Jangkung pada payudaranya. Tak ada reaksi sedikitpun, sampai saat mulut si Jangkung mengatup puting kanannya.
"Nnnnnhh..., (hh) mmmhhh..., (hh)" terdengar desahan-desahan Yulia semakin menggencar. Tubuhnya bergelinjang tanpa daya. Kedua pria ini melumat tubuhnya bulat-bulat. Yulia sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. Kedua pria ini membuat Yulia merasakan sensasi-sensasi yang tidak ia inginkan, dan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan mereka. Ia tahu dirinya akan segera orgasme, orgasme di hadapan suaminya oleh pria codet!
Yulia merasakan ketegangan di kemaluannya dan kenikmatan birahi yang membara menjalar ke sekujur tubuhnya. Yulia melengkungkan punggungnya ke depan sambil menarik kencang borgol di tangannya. Lalu ia menggeser-geserkan pinggulnya maju mundur lalu ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi Yulia tidak dapat lari dari lidah basah si Codet yang menari-nari seperti ular licin di atas klitorisnya yang sudah mengeras.
"Aku tidak boleh orgasme. Bukan seperti ini! Tidak untuk dia!" pikirannya berteriak kepada dirinya sendiri. Lalu akhirnya ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia akan segera orgasme. Ia tidak dapat membendungnya. Ia tidak dapat mengendalikan tubuhnya. Pria bercodet di depannyalah yang mengendalikan tubuhnya.
"Mmmmhhh!... (hh) Oh!... (hh) OOOOOOOOHHHHH!" jerit Yulia yang sekujur tubuhnya sekonyong-konyong menjadi kaku.
David berteriak dalam bungkaman lakban di mulutnya. Bagaimana mungkin pengantin wanitanya, gadis yang ia kecup di altar tadi pagi, sedang beroral seks dengan pria asing, dan ber-ORGASME untuk si keparat itu!
Si Codet menyeruput cairan cinta Yulia yang merembes deras membanjiri kemaluannya. Si Codet merasakan klitoris istri muda itu berdenyut-denyut di bawah ujung lidahnya. Pinggul Yulia bergetar-getar di antara cengkraman tangannya. Dengan ahlinya, si Codet memperlambat tarian lidahnya untuk memperpanjang dilema gadis yang kurang berpengalaman ini. Tubuh Yulia semakin bergelinjang-gelinjang dan mulutnya menggagap berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Si Jangkung mendapat kesempatan untuk memandang wajah Yulia saat orgasme. Kedua mata istri muda itu membelalak, menatap langit-langit kamar. Alis bagian dalamnya berkerut naik ke atas dahi. Mulutnya tersungging seperti sedang tersenyum, bibirnya terbuka untuk meraup udara sebanyak mungkin. Pinggulnya yang mulus bergerak naik turun dengan cepat belasan kali. Tubuhnya terus bergelinjang selama ia orgasme. Lalu akhirnya dengan satu gelinjang besar, tubuhnya terkulai lemas. Yulia teronggok lunglai; matanya terpejam, dengan nafas yang memburu.
Si Codet bangkit dari antara kedua paha Yulia tanpa bersuara. Posisinya digantikan oleh Jangkung yang merangkak melewati tubuh Yulia sebelum ia sempat melihatnya.
"Oh, jangan!" katanya. Matanya mendelik. Yulia memberontak dengan liar.
Senyum lebar si Jangkung mencemooh Yulia. Ia menurunkan pinggangnya dan mengarahkan batang penisnya ke kemaluan Yulia.
"Jangan! Aku mohon! Aaah!" tangis Yulia yang masih terengah-engah.
Si Codet menarik tubuh David yang masih terikat di kursi lebih dekat ke ranjang. "Lihat bini elu ngentot, yah!" ejeknya. Ya, David melihat dengan jelas. Si Jangkung mengoles-oleskan kepala penisnya ke kelopak vagina Yulia yang sudah sangat basah. Si Jangkung menggunakan cairan cinta istri muda itu untuk melumasi batang kejantanannya. David dapat melihat pinggang istrinya bergerak ke kanan ke kiri berusaha untuk menghindar. David sadar bahwa istrinya tidak berdaya mencegah si Jangkung untuk mengoyak selaput daranya sebentar lagi.
Si Jangkung tahu tubuh Yulia sudah siap. Orgasme yang baru saja ia nikmati dan liur dari si Codet membuat liang kewanitaannya basah dan cukup licin untuk menyambut penisnya yang besar itu. Ya, waktunya sudah tiba.
"Ah!" David mendengar Yulia mencicit. Yulia merasakan bibir vaginanya terdorong ke samping saat kepala penis si Jangkung menekan masuk.
"Ahhhmmmmm...," si Jangkung mengerang nikmat merasakan hangat dan lembutnya daging yang menyelimuti kepala penisnya. Setelah memompa perlahan penisnya dan menurunkan pinggangnya, si Jangkung akhirnya menemukan celah untuk masuk menyeruak lebih dalam.
"Aghh!" Yulia memekik lagi.
Tangisannya semakin keras saat ia merasakan kemaluannya meregang menjepit batang yang berdenyut-denyut itu.
Sebelumnya ia selalu bermimpi bahwa David-lah yang akan merenggut keperawanannya setelah melewati malam yang romantis berdua. David akan dengan lembut dan penuh cinta menjamah tubuhnya dan mencium bibirnya.
Yulia menarik nafas tajam (hhhh!) saat penis si Jangkung masuk sedikit demi sedikit ke dalam tubuhnya. Terasa olehnya penis itu mendesak dinding dalam kemaluannya yang seakan mengisi penuh seluruh rongga tubuhnya. Yulia khawatir dirinya akan merasakan sakit yang luar biasa, namun ternyata tidak sama sekali.
Si Jangkung tidak terburu-buru melakukan semua ini. Ia tahu Yulia masih perawan. Selain itu ia juga harus berhenti sesekali agar tidak mengalami ejakulasi dini. Ia menekan penisnya masuk ke vagina Yulia dengan perlahan namun pasti. Ia dapat merasakan daging yang lembut dan rapat itu tanpa daya menganga lebih lebar sedikit demi sedikit membuka jalan bagi penisnya.
Di tengah-tengah perjalanan masuknya, si Jangkung merasakan selaput dara Yulia menahan penisnya masuk lebih dalam. Dengan lembut si Jangkung menekan masuk penisnya.
Yulia masih terus menahan nafasnya. Lalu akhirnya, "Ooooghhhhh!" jeritan Yulia menandakan koyaknya selaput daranya itu.
Dengan perlahan si Jangkung melanjutkan penetrasi penisnya sampai ia merasakan kepala penisnya membentur serviks (leher rahim) perempuan di hadapannya. Ini berarti penis si Jangkung sudah terhujam memenuhi sepanjang liang vagina Yulia!
Si Jangkung merebahkan perlahan-lahan badannya ke atas Yulia yang masih terisak. Meski ia menggunakan sikunya untuk menopang tubuhnya, berat badannya menindih Yulia menyerusuk ke ranjang. Yulia memang berawakan pendek, sehingga kepalanya hanya sampai di depan dada si Jangkung.
Si Jangkung menggenjot pinggangnya secara lambat, ia merasakan penisnya melejit di dalam liang yang rapat namun licin itu. "Oohhh... (hh) ahh... (hhh) oohhh... (hh) mmhhhh... (hh)...," erangan rendah si Jangkung berpadu padan dengan erangan tinggi Yulia.
David tidak dapat mempercayai penglihatan dan pendengarannya. Ia melihat batang tebal berwarna gelap milik si Jangkung keluar masuk tubuh istrinya. Penis itu mengkilap karena basah oleh cairan yang diproduksi oleh vagina Yulia. David sudah tidak tahan mendengar suara erang Yulia yang tinggi dan sayup di antara isakan tangisnya.
Lalu si Codet berdiri di samping David. Walau baru saja menumpahkan spermanya ke mulut Yulia, penis si Codet masih keras dan tegang berdiri. Sambil menontoni Yulia disetubuhi, ia mengocok-ngocok penisnya.
"Die bakal gue entot setelah dia selesai!" katanya dengan riang. "YA! Gue bakal ngentot bini elu yang cantik!"
David ingin sekali membunuh mereka berdua.
Si Jangkung kini menggenjot Yulia dengan lebih cepat. Desahan si Jangkung dan Yulia saling bersahut-sahutan. "Aahhhh... (hh)... mmmhhh... (hhh)..." Nafas kedua insan di atas ranjang itu sudah semakin berat. Si Jangkung merasa adanya tekanan yang menggelitik di pangkal penisnya. Ia tahu itu tandanya ia akan segera ejakulasi. Ya, ejakulasi di dalam tubuh perawan dan bahkan mungkin menghamili istri muda ini dengan benih spermanya. Keperawanan Yulia sudah ia renggut. Keperawanan Yulia sudah menjadi miliknya, selamanya!
Penis si Jangkung semakin peka atas balutan dinding vagina Yulia yang terasa begitu panas, licin dan lembut. Cairan spermanya sudah menggelegak, berkumpul dan bersiap untuk tersembur keluar.
Yulia yang merasakan penis si Jangkung semakin panas dan juga semakin dalam menghujam rahimnya, dapat menebak gejala-gejala ejakulasi pria yang berada di dalam tubuhnya. Mengetahui apa yang akan terjadi sebentar lagi, Yulia berteriak, "Stophh! (hhh)... Jangaaaanh!!"
Air matanya mengalir deras saat ia merasakan lahar sperma yang dimuntahkan dari mulut penis si Jangkung menerjang deras dinding vaginanya. Sperma si Jangkung menyembur-nyembur tak ada hentinya.
Akhirnya penis itu berhenti mengeluarkan sperma. Sambil mengerang si Jangkung menarik penisnya yang mulai melembek keluar dari tubuh Yulia yang menggeliat. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di samping Yulia, si Codet sudah mengambil posisi di selangkangan Yulia menggantikan si Jangkung.
Si Codet merebahkan tubuhnya untuk mencium Yulia. Yulia sudah tidak lagi memberi perlawanan. Bahkan istri muda itu hampir-hampir tidak bergeming saat si Codet menyusupkan penisnya ke dalam tubuhnya. Penis si Codet tidak sebesar milik si Jangkung dan terlebih lagi vagina Yulia sudah sedikit melar oleh si Jangkung dan sudah terlubrikasi sempurna. Tak lama kemudian, pinggul si Codet sudah menggenjot tubuh Yulia.
"Heh, apa kata gue!? Gue bakalan ngentot bini elu!" katanya menyombongkan diri kepada David. Sambil menyetubuhi Yulia, si Codet memandangi David. Melihat kegeraman di wajah David hampir senikmat menggenjot penisnya keluar masuk vagina istri David. Si Codet klimaks jauh lebih cepat daripada si Jangkung.
Setelah itu, dengan penis yang melembek, kedua pria itu duduk di kanan dan kiri Yulia yang masih terborgol ke ranjang.
David berusaha untuk menyembunyikan ereksinya. Ia tidak mempercayai dirinya sendiri menjadi terangsang secara seksual melihat kedua pria itu memperkosa istrinya yang masih perawan. Namun bukti nyata lewat tonjolan besar di selangkangan celananya tidak dapat dipungkiri. Ia memang sudah mempersiapkan dirinya untuk malam pengantinnya, namun apa yang mereka alami sekarang benar-benar di luar apa yang sudah ia rencanakan.
"Brur, liat tuh!" kata si Codet sambil menunjuk David. Si Jangkung yang sedang mengagumi bukit payudara Yulia yang padat berdiri di dadanya, menoleh ke arah David. Tonjolan di celana David dapat dengan mudah terlihat. Kedua pria itu saling bertatapan dan senyum lebar menghiasi wajah mereka.
Kedua pria itu bangkit berdiri meninggalkan Yulia yang terborgol telanjang di atas ranjang. David meronta-ronta melihat kedua pria itu menghampirinya. Ia tidak dapat kabur kemana-mana.
Si Jangkung memegangi tangan David sementara si Codet melepaskan ikatan tali David. David masih terborgol dan tekanan borgol itu menyakiti pergelangan tangannya saat si Jangkung menarik borgol itu ke atas. David mengerang kesakitan begitu tubuhnya tegak berdiri oleh tarikan si Jangkung. Rasa sakit dari bekas tonjokan-tonjokan si Codet di perutnya muncul lagi. Si Codet duduk di bangku David lalu meraih resleting David.
David menggeliat dan mencoba untuk menghindar. Si Jangkung memiting kepala David lalu menarik borgolnya lebih tinggi lagi sehingga tubuhnya tertahan.
"Jangan bergerak!" perintah si Jangkung. David tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ia merasakan celananya jatuh ke lantai yang diikuti oleh celana dalamnya. Ia merasakan angin semilir berhembus di penisnya yang sudah mengeras itu.
"Haaaalllooo!" ejek si Codet. "Keliatannya si akew udah siap untuk ngebor malem ini!"
David terkejut saat ia merasakan tangan si Codet menggenggam penisnya. Erangannya yang terbungkam oleh lakban terdengar sayup. David memutar-mutar pinggangnya untuk lepas dari tangan si Codet. Dan usahanya berhasil, penisnya lepas dari genggaman si Codet.
Lalu David mengerang lagi. Si Jangkung menarik borgol David lebih tinggi lagi sambil merapatkan pitingannya. David hampir tidak dapat bernafas.
"Jangan bergerak!" kata si Jangkung di telinga David. Tubuh David menggigil saat ia merasakan tangan itu lagi. Si Codet mengocok perlahan penis David! David belum pernah dijamah penisnya oleh laki-laki. Hanya Yulia-lah yang sesekali merangsang penisnya sampai ejakulasi saat mereka berciuman dan bercumbu.
Dengan nafas yang terengah-engah David meronta-ronta dalam pitingan si Jangkung. Jari-jari si Codet kencang melingkari penis itu dan bergerak naik turun dengan perlahan sepanjang batang kemaluan David. Dengan penuh malu, David melenguh panjang saat birahinya semakin menggelegak. Nafsu badaniah yang tidak dapat ia kontrol.
"Kayanya kita perlu kasih dia ngentotin bininya nih!" kata si Codet minta persetujuan si Jangkung.
"Hmmm...," si Jangkung bergumam tanda setuju. Ia menarik David ke ranjang. Yulia melihat apa yang mereka kerjakan dan menggeliat tanpa hasil saat kedua pria itu memaksa suaminya ke antara pahanya.
Si Codet mengikat kedua pergelangan kaki David menjadi satu. Lalu ia menggenggam penis David. Saat si Jangkung menekan dengan perlahan tubuh pemuda yang terborgol itu turun, si Codet mengarahkan penis David yang berereksi ke dalam vagina Yulia.
Pasangan pengantin muda itu menggeliat-geliat tanpa daya dipaksa melakukan hubungan intim suami istri oleh dua pria asing di malam pengantin mereka. David mendapati kelopak kewanitaan Yulia yang terasa hangat dan licin membalut kepala penisnya. David jadi teringat bahwa ia adalah laki-laki ketiga yang menyetubuhi istrinya. Ia merasakan tubuh Yulia menggeliat ditiban tubuhnya. Ia mendengar istrinya menangis, namun dengan mulutnya yang masih terlakban, ia tidak dapat menghiburnya.
Tangan si Jangkung menekan pinggul David ke bawah dan si Codet mengayunkan penis David lebih dalam masuk lipatan bibir vagina Yulia. David meronta untuk melepaskan diri. Ia tidak mau memasuki tubuh istrinya dengan kondisi seperti ini. Namun usahanya sia-sia. Ia dapat merasakan penisnya meluncur masuk ke dalam rongga vagina Yulia. Pinggul Yulia berayun pada saat pangkal penis suaminya mendorong tulang panggulnya.
"Ayo! Ngentot!" si Jangkung memberi semangat. Telapak tangannya yang menutupi bulatan pantat itu menggenjot pinggul David. David merasakan penisnya keluar masuk memompa lubang vagina Yulia. Ia berusaha untuk mengabaikan gelitik rangsangan seksual yang ia rasakan. Namun ia tidak berhasil.
"Sini gue coba!" kata si Codet. Si Jangkung pindah ke kepala ranjang dan memegangi David agar tetap berada di atas Yulia. Si Codet mengoleskan pelumas di jari-jarinya lalu berlutut di samping David. Tangan kirinya diletakkan di atas pantat David dan jari-jarinya meregangkan belahan pantat pemuda itu.
Berusaha untuk kabur, tubuh David menggeliat-geliat yang efeknya justru membuat Yulia mendesah-desah. Jari tengah si Codet yang licin dan terlubrikasi menekan masuk ke dalam anus David.
Pinggul David menggelinjang-gelinjang sehingga penisnya semakin cepat mengocok keluar masuk vagina Yulia. David merasakan jari itu semakin lama semakin dalam bergerilya di dalam duburnya. David menjatuhkan kepalanya ke atas ranjang tepat di samping istrinya.
"Mmmmgghh... (hh)... nnnhhhh... (hhh)... mmmhhhh...," David menangis dan mendesah silih berganti selama jari si Codet mengentot anusnya sementara dirinya mengentot istrinya.
"Pantat bocah ini asyik juga!" seru si Codet. Ia sudah menyodomi banyak orang sewaktu masih di penjara. Namun pantat David benar-benar istimewa! Halus dan ketat, memang jenis yang ia sukai. Kemudian ia menambahkan jari telunjuknya masuk ke anus David.
"Unnnnnnhhhhhh...," David menggeliat dan melenguh merasakan duburnya meregang.
Si Codet mencondongkan badannya ke depan dan bertanya, "Elu tau apa yang kita-kita lakukan terhadap akew-akew di penjara?"
Tubuh David menggigil saat jari-jari si Codet melejit keluar dari anusnya. Lalu ia meronta sejadi-jadinya saat ia merasakan penis si Codet di belahan pantatnya. Si Jangkung menarik borgol di tangan David ke atas sampai akhirnya David berhenti meronta.
Lakban di mulutnya meredam teriakan David saat penis si Codet yang panjang dan agak ramping menyelinap masuk ke anusnya. Tubuh Yulia semakin tertekan ke bawah oleh berat tubuh dua pria di atasnya. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia hanya tahu bahwa sekarang David mengentot vaginanya dengan lebih kasar, jauh lebih kasar dibanding kedua pria sebelumnya.
Penis si Codet bergerak semakin terjerumus masuk ke dalam tubuh David. Anus David lembut dan ketat seperti remaja muda. Melewati bahu David, si Codet dapat melihat istrinya.
Si Jangkung menggeser kepala David ke samping sehingga ia dapat mencium Yulia. Bibir Yulia yang lembut bergetar atas pagutan si Jangkung.
Si Codet dapat merasakan spermanya sudah semakin tak terbendung lagi. Walau dengan ini dia harus kembali bersemayam di penjara, ia sangat rela.
David rupanya juga sudah lepas kontrol atas tubuhnya. Ia mendapati penisnya berdenyut tidak karuan saat luapan-luapan sperma muntah dari tubuhnya secara paksa. Ia merasakan Yulia menggeliat-geliat di bawah tindihan tubuhnya. Lenguhan Yulia teredam oleh lidah si Jangkung yang meliuk-liuk di dalam mulutnya.
David mendesah panjang saat si Codet menghujamkan penisnya dalam-dalam untuk yang terakhir kalinya. Ia merasakan kehangatan menjalar di bokongnya dan kehangatan itu seakan mendesak luber ke seluruh tubuhnya. Ia tahu apa yang baru saja terjadi. Ia secara resmi sudah diperkosa oleh seorang pria! Pria yang sama yang telah memperkosa istrinya. Tubuhnya gemetar penuh malu sementara ia merasakan penis si Codet berdenyut-denyut menyemburkan seluruh spermanya ke dalam anusnya dan mencemarkan tubuhnya.
Si Jangkung puas melihat temannya mengosongkan benihnya ke dalam tubuh David. Ia terlebih puas lagi melihat David dipaksa ejakulasi di dalam vagina istrinya sendiri. Ia masih terus menciumi bibir Yulia saat si Codet menarik penisnya dari dalam anus David. Kemudian si Codet menggelindingkan David yang masih terengah-engah ke sebelah tubuh istrinya. Penis David yang sudah loyo dan melembek itu tergolek pasrah dengan lelehan sperma yang tercecer di dekat kemaluannya.
Si Codet dan si Jangkung memandangi tubuh telanjang Yulia. Tanpa berkata apa-apa, si Jangkung meraih lakban dan membungkam mulut Yulia dengan lakban itu. Si Codet membuka borgol di kaki Yulia lalu membalikkan tubuh perempuan cantik itu sehingga wajahnya menghadap ke ranjang. Setelah itu si Codet menyeret David duduk di atas kursi dan kembali mengikatnya erat-erat dengan tali.
Si Jangkung berlutut di atas ranjang di antara paha Yulia dengan penis besarnya yang sudah pulih. Penis itu berdiri menantang, tegang dan keras. Dengan penuh cemas, David melihat kedua tangan si Jangkung mengelus-elus pantat Yulia!
Si Codet merobek lakban dari mulut David. Penis si Codet sudah berada di hadapan David. Penis itu terlihat masih basah sejak keluar dari anusnya.
"Ayo isep!" raung si Codet. David memalingkan wajahnya ke samping.
"Hisap! Atau elu mau pantat bini elu digarap die?!" ancam si Codet.
David melihat Yulia menggeliat-geliat saat jari-jari si Jangkung meregangkan belahan pantatnya. Jarinya yang besar mengacung dan mengkilap oleh pelumas. Lakban meredam teriakan Yulia begitu si Jangkung dengan perlahan menekan jarinya masuk ke dalam anusnya.
"Stop!" teriak David dengan suara yang parau.
"Ayo isep!"
Si Codet menekan penisnya ke bibir David. Lalu terdengar lagi erangan Yulia. David menoleh dan melihat pantat istrinya menggeliat saat jari si Jangkung keluar masuk anusnya dengan perlahan.
"Cepat isep kalo elu nggak mau liat dia disodomi!"
"Jangan!" kata David mengiba, "Dia bisa mati kesakitan."
"Kalo begitu: ISEP!"
David ragu untuk beberapa saat. Harga dirinya yang sudah semakin hilang membuat tubuhnya bergetar. David mendengar Yulia mulai menangis lagi. Ia melihat si Jangkung melumuri penisnya dengan pelumas. Ia tidak dapat membiarkan hal ini terjadi.
Si Codet melihat David akhirnya menyerah. David menoleh ke depan lalu membuka mulutnya. Si Codet mengarahkan batang penisnya masuk ke dalam mulut pemuda itu.
"Buka yang lebar! Nah begitu. Ayo, sekarang jilat!"
David mengerang begitu merasakan penis si Codet bergerak keluar masuk mulutnya. Ia sedang melayani pemerkosa istrinya. Biadab ini sudah memperkosa mereka berdua!
Tenggelam dalam kenikmatan, si Codet melenguh panjang. Walau sudah berumur 24, David sebenarnya adalah laki-laki alim dan lugu dibandingkan dengan laki-laki yang pernah si Codet nikmati waktu di penjara. Sudah pasti belum ada penis yang pernah masuk ke dalam mulut David, jadi ia harus mengajari bagaimana melakukannya dengan benar. Membuat David patuh membuatnya sangat terangsang hampir setara dengan sensasi di penisnya.
Dengan kedua tangannya, si Codet menahan kepala David. Ia memandang ke bawah, menatap wajahnya yang halus dan masih muda itu, melihat bibir David melumat sepanjang batang kemaluannya. Si Codet bersiap-siap untuk memasuki klimaks dengan menguatkan cengkraman tangannya untuk menahan kepala David.
Melihat gejala-gejala yang sudah ia kenal ini, David mencoba untuk memutar kepalanya, namun sia-sia saja. Si Codet menancapkan penisnya masuk sepenuhnya sampai ke pangkal tenggorokan David yang membuatnya tidak mampu mengatupkan rahangnya untuk menggigit. Rontaan-rontaan David untuk kabur seakan mengipasi api birahi si Codet jadi bertambah besar.
Akhirnya sperma si Codet yang terasa seperti lahar panas itu tersembur ke dinding tenggorokan David sampai memenuhi mulutnya. Si Codet terus memegangi kepala David sambil dengan gerakan lambat menggenjot pinggulnya sampai ejakulasinya selesai.
Setelah selesai, ia menarik penisnya dari mulut David. David menopang tubuhnya dengan kedua tangannya bersujud di atas lantai sambil megap-megap seperti mau muntah.
Sementara itu Yulia menjerit-jerit dalam lapisan lakban di mulutnya. Si Jangkung kini sudah menggunakan tiga jarinya keluar masuk anus istri muda itu. Tanpa Yulia sadari, pinggulnya menggeliat-geliat dan bokongnya berayun seirama dengan jari-jari si Jangkung. Dengan jari-jari yang masih bekerja di anus itu, si Jangkung memposisikan dirinya mendekat bokong Yulia. Dengan cepat ia menggantikan jari-jarinya dengan penisnya yang sudah keras itu.
"Gila, rapet bener nih!" kata si Jangkung bangga.
"Stop! Jangaaan!" seru David yang melihat tepat pada saat penis si Jangkung menyeruak masuk anus Yulia yang meronta-ronta.
"Kalian tadi sudah berjanji!" protesnya.
Si Codet menggeplak kepala David.
"Tutup mulut! Gue bohong, tau?! Ayo sini! Liat bini elu disodomi sama laki-laki tulen!"
David menggeleng-gelengkan kepalanya saat si Codet memasang lakban lagi di mulutnya. Setelah itu ia menyeret kursi David mendekat ke ranjang. Dari sana David dapat melihat bulatan pantat Yulia yang putih halus, kontras terhadap penis si Jangkung yang hitam mengkilap keluar masuk dubur istrinya. Kedua tangan si Jangkung meraih ke depan, meremas-remas buah dada istri muda itu.
Yulia kini sudah tidak berteriak-teriak lagi. Yang terdengar dari mulutnya hanya suara desah dan nafas yang berat. "Mmmmhhhhh... (hh)... mmpphhh... (hh)... ghhh.. (hhh)..."
Yulia masih berusaha untuk melepaskan dirinya dari situasi ini. Pinggangnya meliuk-liuk dan pantatnya berayun kesana kemari. Namun gerakan-gerakan Yulia ini hanya melipatgandakan sensasi kenikmatan yang si Jangkung rasakan. Sensasi dari lubang anus Yulia yang halus, rapat dan hangat itu dan sensasi dari tubuh Yulia yang menggeliat-geliat akan terpatri seumur hidup dalam ingatan si Jangkung.
Si Jangkung butuh waktu yang lama sekali untuk klimaks. Dan akhirnya ia menoleh ke David. Wajah David yang penuh malu dan takut itulah yang memicu pistol seksnya.
Yulia merasakannya! Walau jauh di dalam rongga tubuhnya, ia merasakannya! Ia berteriak namun teredam oleh lakban di mulutnya. Luapan sperma panas dari pemerkosanya membanjiri liang duburnya. Dengan liar ia menarik-narik pergelangan tangan dan kakinya yang terborgol, namun ia tetap tidak dapat kabur dari kenyataan. Lalu ia merasakan tangan si Jangkung menarik tubuhnya dan membelai rambutnya sementara lelehan spermanya luber terpompa habis.
Si Jangkung terbaring lemas menindih Yulia sampai penisnya melembek di dalam anus itu. Akhirnya si Jangkung menariknya keluar. Ia menyempatkan diri untuk meremas bulatan pantat Yulia untuk terakhir kali. Setelah itu ia menyibak rambut Yulia dan mencium lehernya.
"Elu bener-bener dahsyat," bisik si Jangkung.
"Gue udah nggak sanggup nih. Elu gimana?"
"Udah cukup. Gue butuh istirahat nih."
"Ayo sini, kew!" si Codet melepaskan ikatan tali David. Ia menyeret tubuh David yang sudah lemas ke ranjang dan menidurkan tubuhnya di samping istrinya yang terisak.
Sebelum mereka beranjak dari bungalow itu, si Codet berkata, "Kunci borgol gue taroh di meja makan. OK? Silakan buka sendiri borgol-borgolnya!"
Si Jangkung menoleh ke belakang mendapati kedua pengantin itu tergolek lemas di atas ranjang.
"Selamat berbulan madu!" ejeknya sambil mematikan lampu.
David mendengar daun pintu bungalow ditutup yang diikuti oleh langkah-langkah kaki yang semakin menjauh. Setelah itu, hening.
(END)

0 comments:

Post a Comment