Monday, February 28, 2022

Ketagihan Kontol Mertua

 Namaku Novianti. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun. Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali. Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri.


Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit. Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka. Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu.


Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat. “Hei nak Novi. Apa khabar…!”, sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku. “Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?” balasku. “Oh…Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo….” “Ayo kita ke rumah”, kata suamiku kemudian. Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama. Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika.


Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat. Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar. Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang… Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh.


Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku. Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku. Tiba-tiba aku sadar dari tidurku… tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku… Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar.


Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata… dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus. “Yah…!! Stop….jangan…. Yaaahhhh…!!?” jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku. “Nov, maafkan Bapak…. Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku. “Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon….!!”, pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.


“Nov… Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya. “Jangan berbicara begitu. Ingat Yah… aku kan menantumu…. istri Toni anakmu?”, jawabku mencoba menyadarinya. “Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan… Benar-benar keterlaluan tu anak….!!, lanjutnya. Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh…. benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya. Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung. Aku mencoba menghindar… tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur.


Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian. Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya. “Yahh… biar Novi mengocok Ayah saja ya… karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi… Gimana…?” Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi. “Baiklah..”, kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya. Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.


Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu…. Oooohhhh…… benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi. Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku. “Ooooohhh…..sssshhhh…..Noviii…eee..eeena aak. .. betulll..!!!” Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya. Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu.


Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang. Dua menit, tiga… sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam. “Nggak apa-apa …..biar cepet keluar..”, kata mertuaku memberi alasan. Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.


Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku. “Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..”, pinta mertuaku kemudian. “Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..”, ujarku mengingatkan. “Sedikit aja. Ya?” desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang. “Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali….!!!”, pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan. Aku harus bertindak cepat.


Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat?


Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat! Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan. Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu.


Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui. Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya.


Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat. “Oooohhhhh…….aaaa….aaaaa……aaauugghhh hhhh hh..!!!!!” aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja. Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini. “Noviii…..kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!”, katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya.


Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku. Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus. Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun.


Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya. Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan. “Yah..?” panggilku menghiba. “Apa sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa. “Cepetan..yaaahhhhh…….!!!” “Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa…….?” tanyanya pura-pura tak mengerti.


Aku tak menjawab. photomemek.com Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku. “Novii….iiii… iiiingiiinnnn aaa…aaayahhhh….se….se.. seeegeeeraaaa ma… masukin..!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa. Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!? “Apanya yang dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek. “Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…..ya…yaaaahhhh. Ja…..ja….Jaaangan siksa Noviiii..!!!” “Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang……!!” “Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh… Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi…… uugghhhh..!!!” Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu.


Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera. “Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya”, kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku. “Uugghh..”, aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam. Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan.


Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku. “Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!”, aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami. Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku.


Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya. Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar. Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong.


Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu. “Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee…eeennnaaaakkkkkkkk…!!!” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. “Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami….”, bisik ayah dengan mesranya. “Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu…. Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..”, lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis. Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku…????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis. “Novi sayang, kenapa menangis?” bisiknya buru-buru.


“Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..”, lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya. “Bapak tidak salah. Novi yang salah..”, kataku kemudian. “Tidak sayang. Bapak yang salah…”, katanya besikeras. “Kita, Yah. Kita sama-sama salah”, kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi. “Terima kasih sayang”, kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku. Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku. Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati.


Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya. Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya. Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya. “Akh sayang!” pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya.


Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi. Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri! “Ooohh… oohhhh… oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa…..!!!” jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya. Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya.


Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma.


Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi. “Eerrgghh.. ooooo….ooooooo…..oooooouugghhhhhh..!!!!” mertuaku berteriak panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka. “Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik….nikkkk nikmaatthh…. yaaahhhh..!!!!” jeritku tak tertahankan.


Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam! Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik. Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah…. Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip…. tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari.

Saturday, February 5, 2022

Petualangan Seorang Istri by @Alanahrae

The Beginning
 
Pada suatu hari di pagi yang cerah dengan matahari yang terang benderang dan ditemani kicauan burung yang saling bersautan, tinggallah satu keluarga yang sangat harmonis di suatu komplek perumahan yang cukup elit di daerah bandung, dimana banyak orang-orang yang  bermimpi ingin menggantikan salah satu anggota keluarga tersebut. 
 
Keluarga tersebut sangat berkecukupan, dengan kepala keluarga bernama Andre Pratama (35 tahun) yang berprofesi sebagai karyawan dengan posisi yang cukup tinggi di salah satu perusahaan ternama dikota bandung. Dengan perawakan tubuh yang tinggi dan paras yang cukup tampan, sunggung sangat wajar jika banyak wanita yang ingin mendekati Andre untuk menjadi pasangannya, tapi sayang hati Andre hanya jatuh kepada wanita cantik yang sekarang telah menjadi istrinya. 
 
Istri dari Andre adalah wanita yang sangat cantik bernama Stella Puspita (29 tahun) yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Dari pernikahannya dengan Andre, mereka mempunya seorang anak bernama Vino yang sekarang telah memasukin kelas 2 SD. 
 
Tubuh Stella sangan proporsional, tinggi sekitar 168cm, langsing, tidak ada sedikitpun timbunan lemak ditubuhnya. Hal ini dikarenakan Stella rajin berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Ukuran payudara Stella tidaklah terlalu besar, hanya 34c dan ditunjang dengan bongkahan pantat yang membulat sempurna. Dengan kecantikan dan pesona tubuhnya, Stella pun menjadi primadona di komplek perumahan tersebut, yang mana sering mengundang pandangan para lelaki untuk menikmatinya. Sungguh beruntung Andre bisa memiliki Stella. 
 
Stella sendiri berasal dari keluarga yang sederhana, dan juga selalu diarahkan dengan baik oleh keluarganya agak tidak mendekati hal-hal yang buruk. Meskipun banyak lelaki yang mendekatinya, Stella selalu menolak ajakan para lelaki yang mendekatinya untuk berpacaran. Stella lebih suka menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan yang positif, sehingga Stella dapat menjaga keperawanannya hingga ia menikah. Dan karena kepolosannya, Stella beranggapan bahwa bersetubuh itu hanya untuk memuaskan suaminya dan mendapatkan keturunan. Stella memang menikmati persetubuhan dengan suaminya dikarenakan gesekan-gesekan yang terjadi antara kedua kelamin mereka saat bersetubuh, tapi bukan orgasme. 
 
Pagi itu saat sedang sarapan, Stella membuka obrolan dengan suaminya “Pa… Kenapa air keran rumah kita keluarnya kecil ya?” 
 
“Iyaa, Papa juga pas mandi tadi kecil air” jawab Andre sambil terus menyantap sarapannya. 
 
“Apa ada yang mampet yang pa?” tanya Stella lagi. 
 
“Yasudah nanti papa telpon tukang ledeng nya biar bisa diperbaiki secepatnya” kata Andre sambil menyudahi sarapannya. “Papa berangkat dulu ya mah.” lanjut Andre dan disusul anaknya “Vino juga berangkat mah.” 
 
“Iya sayang, hati-hati yaa” jawab Stella sambil mengantar mereka berdua ke depan rumah. 
 
Setelah Andre dan anaknya pergi ke kantor dan sekolah tinggallah Stella di rumah sendirian dengan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Dikarenakan saluran air yang tersumbat, maka pekerjaan rumah seperti mencuci memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya, menjemur baju pun dilakukan saat matahari hamper berada di atas kepala saat sedang panas-panasnya. Semua pekerjaan rumah Stella selesai dikerjakan. Stella merasakan tubuhnya gerah dan bermandikan keringat, sehingga ia memutuskan untuk mandi disiang bolong itu. 
 
Sekitar jam 3 ketika Stella sedang menonton tv, bel rumah berbunyi dan dengan segera Stella membukakan pintu. Di depan pintu berdiri seorang pria berumur sekitar 40an, dengan kulit gelap, badan agak kurus, pakaian kemeja yang agak lusuh dan celana hitam sambil menenteng sebuah box. 
 
“Maaf pak, cari siapa ya?” tanya Stella. 
 
Pria tersebut terbengong seakan melihat bidadari, dan dengan respon yang cukup lama pria itu menjawab, “Saya ini Yanto, tadi Pak Andre meminta saya datang kesini, katanya saluran airnya macet, apa benar bu?” jawab pria itu sambil matanya jelalatan melihat Stella dari atas sampai ke bawah. 
 
Stella memakai kimono mandinya yang hanya mampu menutupi sampai beberapa centi diatas lutut, tapi menurut Stella itu sudah cukup untuk menutupi tubuhnya. Karena memang Stella baru selesai mandi beberapa saat yang lalu, dan memutuskan untuk istirahat sambil menonton tv. Tapi pandangan Pak Yanto tentu saja berbeda, Stella terlihat sangat seksi. Dadanya yang menonjol dibalik kimono dan pahanya yang putih mulus sedikit mengintip. Sungguh pemandangan yang mempesona. 
 
“Oh iya tadi juga sudah bilang, saya Stella istri pak Andre” sambil nyodorkan tangannya yang langsung disambut Yanto. Tampak kontras warna kedua tangan tersebut, yang satu putih mulus sedangkan yang satunya hitam terbakar matahari. 
 
“Maaf ya bu saya datangnya sore begini, soalnya tadi ada kerjaan lain dulu” kata Yanto 
 
“Iya gapapa pak, silahkan masuk pak langsung aja kita ke belakang” Stella berjalan di depan sementara Yanto mengikuti dari belakang. Matanya tak pernah berhenti menatap pemandangan indah pantat montok Stella yang berlenggak lenggok di depannya. Ketika sampai di kamar mandi yang mau diperbaiki Stella menunjukkan saluran air yang macet. Yanto tidak focus mendengarkan penjelasan Stella karena dia hanya focus ke pantat Stella. 
 
“Apa ada yang mau bapak tanyakan lagi?” tanya Stella 
“Ng.. nggak ada bu” jawab Yanto gelagapan 
“Bapak mau minum apa? Biar saya sekalian buatin” tawar Stella 
“Apa aja deh bu yang penting segerrr” 
“Sebentar saya ambilkan” sambil Stella berjalan menuju dapur dan membuat es jeruk dalam satu teko sedang. 
 
Yanto mulai mengeluarkan perkakasnya untuk keperluan kerja pertukangannya, sementara pikirannya masih membayangkan kemolekan tubuh Stella, terutama payudara dan pantatnya yang sangat montok dan menggoda. Yanto membayangkan seandainya dia bisa meremas payudara dan pantat montok itu. Lamunan joroknya terhenti ketika Stella memberikan minuman yang diletakkan diatas meja dekat kamar mandi itu..Ketika meletakkan minuman, Stella sedikit membungkuk sehingga belahan kimono pada bagian dada sedikit terbuka dan menperlihatkan dua buah gunung kembar yang terbungkus BH warna merah terang. Pemandangan itu tidak disia-siakan oleh Yanto. 
 
Stella tidak menyadari hal itu sehingga tidak curiga. "Silahkan diminum pak, saya tinggal dulu ya.” 
 
"Oh iya silahkan bu” jawab Yanto padahal tidak rela ditinggal Stella. 
 
Setelah ditinggal Stella Yanto melanjutkan pekerjaannya, sambil terus membayangkan kejadian tadi, ingin rasanya tangannya meremas payudara ranum itu.Kelelakian Yanto terusik apalagi ia sudah lama tidah menikmati hubungan badan karena ditinggal mati istrinyadan selama ini disalurkan dengan onani. 
 
Stella masih merasa letih, sehingga ia istirahat di ruang keluarga sambil nonton tv. Tangannya terus memencet remot untuk mengganti channel tv, semua acara yang ditonton membosankan, dan rasa kantuk pun mulai menyerang Stella, dan tak lama ia pun tertidur di sofa ruang keluarga. Stella lupa jika dirumahnya masih ada Yanto yang sedang bekerja disana. 
 
Jam menunjukkan pukul 5 sore, Yanto telah menyelesaikan pekerjaannya dan berniat menemui Stella. Ketika melewati di ruang keluarga Yanto melihat pemandangan yang menggairahkan, Stella yang ketiduran di sofa dengan kimononya yang terangkat sehingga mempertontonkan paha putih mulusnya, sontak Yanto menelan ludah keringnya dan tonkolan di celananya maskin membesar. 
 
Nafsu menguasai oikiran Yanto.Begitu melihat Stella tertidur di sofa, Yanto layaknya harimau yang siap menerkam mangsanya. Perlahan Yanto mendekati Stella, tangannya gemetaran coba mengelus paha putih mulus Stella. Nafsu Yanto sudah sampai dipuncak, ia terus mengelus paha Stella, terus ke atas hingga akhirnya sampai ke pangkah paha dimana disitu ditutupi oleh celana dalam warna merah terang yang senada dengan BH nya. Dari celana dalam itu membayang belahan vagina Stella yang tidak ditumbuhi bulu-bulu yang menandakan bahwa Stella sering merawat kemaluannya. 
 
Yanto mulai meraba gundukan vagina Stella tepat di tengah-tengah bibirnya. Stella masih tertidur akibat kelelahan, meskian tertidur Stella masih merasakan perasaan geli bercampur nikmat dari gesekan pada vaginanya, Yanto pun melepaskan celana dalam yang dipakai Stella dan tanpa menunggu lama Yanto langsung melahap vagina Stella, dengan lihainya lidah Yanto menari-nari di belahan vagina Stella dan divariasi dengan sedotan-sedotan mulutnya. 
 
Dimasukkannya satu jari kedalam vagina Stella dengan perlahan, mencari G-spot pada vagina Stella. Stella pun mulai mendesah. Merasa diatas angin, Yanto mulai berani meremas payudara Stella sambil terus mempermainkan vagina Stella. Dirabanya payudara Stella dari balik kimononya, sungguh besar dan kenyal. Tak puas, Yanto pun membuka tali komono Stella berikut BH nya sehingga kini Stella sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. 
 
Yanto sempat terdiam mendapati pemandangan indah itu. Payudara besar dengan puting susu yang kecil berwarna kemerahan dan vagina sempit tanpa bulu disekitarnya. Yanto pun segera mencaplok payudara yang dari awal sudah membangkitkan gairahnya. Dengan sedikit kasar Yanto meremas payudara Stella sambil mengenyot dan menggigit kecil putingnya. Stella pun makin mendesah. 
 
Hari pun mulai gelap, begitu juga di ruang keluarga itu karena lampu-lampu belum dinyalakan. suasana pun kian memanas dengan desahan Stella yang lirih terdengar. Lama kelamaan Stella terbangun dari tidurnya karena dirasakan gerah saat itu. 
 
Melihat sosok yang sedang bermain dengan payudaranya, secara spontan Stella berkata “Pah, itu kamu ya?” tanya Stella karena keadaan ruang yang gelap dan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya. 
 
Yanto yang terdiam, masih terkejut dengan pertanyaan Stella yang terbangun langsung mencari akal dan sedikit merasa bingung. Dan berfikir “Kok dia manggil “pah” ya?” Otak Yanto mulai berputar, “Ternyata dia belum sadar siapa yang menikmati tubuhnya, dan mengira itu adalah suaminya.” Batin Yanto. 
 
Agar sedikit menutupi sosoknya, Yanto langusung berpindah ke arahs elangkangan Stella. Perlahan namun pasti, ciuman demi jilatan mulai menghujani selangkangan Stella, membawa sensai geli pada vaginanya.Membuat sekujur tubuhnya menjadi merinding. 
 
“Ooohhh… Pah, stop pah… Geli” desah Stella yang sedikit kaget dengan perlakuan sosok suaminya itu. 
 
“Nikmati aja mah?” jawab Yanto layaknya suami Stella. 
 
“Ooh… ternyata perasaan ini bisa timbul juga tanpa bersetubuh.” batin Stella karena belum pernah merasakan oral sex. 
 
“Geli, pah… geli…” ujar Stella yang baru kali pertama merasakan oral seks. 
 
“Memek kamu wangi” puji Yanto yang semakin gencar menjilat dan menyeruput semua cairan vagina Stella. 
 
“Ahhh…Geli sekali pah…” kepala Stella bergoyang ke kiri dan ke kanan, mencoba menahan rasa geli sekaligus nikmat dari jilatan sosok suaminya. 
 
Mendengar Stella mulai menikmati jilatan lidahnya, Yanto pun semakin bersemangat lagi untuk mengoral vagina tak berbulu milik Stella itu. 
 
“Oooohh... enak sekali pah…” jerit Stella sambil mencengkeram sofa kuat-kuat mulai menikmati jilatan sosok suaminya. 
 
Salah satu tangan Yanto naik, ke arah payudara Stella dan mulai meremas bongkahan kenyal dadanya dengan perlahan. Lalu dengan perlahan ibu jari dan jari telunjuk mulai menyentil, memelintir dan memlin putting susu Stella yang sudah tegak menantang itu. 
 
Tiba-tiba, pinggul Stella menjadi tidak terkendali “Pah… Paaahhhh… Mamah mau pipis… ooouuhhh…“ jerit Stella menjadi-jadi. 
 
“Keluarin aja mah” jawab Yanto sekenanya dengan jilatannya yang makin intens. 
 
“Oooouuuugghhhhh…” lolongan panjang Stella yang untuk pertama kalinya mendapatkan orgasmemya. Dan Yanto dengan lahapnya menyeruput cairan orgasme Stella. 
 
“Ahh…Ahh..ahh… enak banget pah, lega rasanya” kata Stella dengan mata terpejam di tengah rasa lelahnya. 
 
Sambil membuka seluruh pakaiannya, Yanto menjawab “Itu namanya orgasme mah, puncak saat berhubungan sex. Enak kan?” suaranya jadi agak berat karena sudah tidak tahan ingin menyetubuhi wanita idamannya. 
 
“Iyyah… enak banget pah..” jawab Stella sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya. 
 
Kini mereka berdua sudah sama-sama telanjang bulang tanpa ada yang menghalangi. Kemudian Yanto memposisikan kemaluannya tepat di depan vagina Stella, digesekkannya ujung gundul penisnya dibibir vagina Stella beberapa saat “Uuhhh..” keduanya melenguh bersamaan, dan Stella merasakan perasaan geli dan nikmat itu kembali datang. 
 
Perlahan tapi pasti Yanto mulai memasukkan penisnya kedalam vagina Stella, “Ohhh... Sakit pah.. Ahh” lenguhan Stella sedikit menahan rasa sakit sambil memjamkan mata. 
 
“Tahan sayang, oohhh...sakitnya bentar aja kok... ohhh” lenguhan mereka saling bersahutan. “Memek kamu ooohhh.. sempit banget sayang” sambil Yanto terus mendorong penisnya masuk sedikit demi sedikit. 
 
Malam ini penis suaminya itu terasa begitu berbeda, “Punya kamu yang tambah gede pah uuhh sakitt” lirih Stella. “Pelan-pelan, mas… sakit banget…” 
 
“Oouuhhhh..” lenguh keduanya bersamaan ketika penis itu masuk seluruhnya. Didiamkan sebentar oleh Yanto agak ia merasakan kedutan-kedutan vagina sempit milik Stella dan agar vagina Stella terbiasa dengan ukuran penisnya. Sambil menunggu, bibir Yanto tak tinggal diam, dilumatnya bibir mungil milik Stella yang sangat menggoda itu. Ciuman mereka sangat panas, Stella pun membalas dengan sangat bergairah hingga lidah mereka saling melilit satu sama lain. 
 
Mereka pun menyelesaikan ciuman panas itu karna sudah kehabisan nafas “Pahh, kamu beda banget kali ini” ujan Stella. 
 
“Ya beda lah…” ujar sosok lelaki yang masih menindih tubuh langsing Stella dan menyodok-nyodokkan batang penisnya ke dalam celah kenikmatan Stella yang membanjir. 
 
”Karena aku bukan suami kamu sayang…!!!” 
 
DEG…!!! Jantung Stella seolah berhenti berdetak. “Uuhhh.. Ahhh.. Siapah Ahh..kamuhh?” tanya Stella di tengah sodokan pria tersebut. 
 
Sekilas, dari postur tubuh, rambut dan aroma tubuhnya, ia sedikit menerka siapa sosok yang saat ini sedang menyetubuhinya. Ia teringat dengan orang yang hari ini datang kerumahnya, dan sosok yang sedang menikmati tubuhnya adalah... PAK YANTO. 
 
“Lepasin pak!!” Dengan segenap tenaga, Stella berusaha mendorong tubuh Yanto. Namun sekuat-kuatnya tangan ramping Stella, ia seolah mendorong tembok. Tubuh Yanto sama sekali tak bergerak sedikitpun. 
 
"Uhhh… Memekmu seperti memek perawan, peret banget…" kata Yanto sambil terus memompa penisnya dengan kecepatan yang terus meningkat. 
 
Tak kehabisan akal, Stella mulai memukul-mukulkan genggaman tangannya ke wajah Yanto. Tapi Yanto yang sudah merasa berada diatas angin, segera menangkap kedua pergelangan tangan Stella dan langsung melentangkannya jauh-jauh kearah samping, sehingga Stella dalam posisi tak berdaya, lebih terlihat seperti orang yang pasrah. 
 
“Tolong pak… Lepasin saya pak…”mohon Stella yang dibalas Yanto, “Udah nikmatin aja ahhh.. tadi juga keenakan kan pake mulut saya” 
 
Melihat Stella yang masih mencoba meronta, mulut Yanto langsung ia majukan kedepan, mencaplok puting kiri Stella yang tegang kemerahan. 
 
Mau tak mau Stella hanya bisa melenguh. “Ouuhhh… pak saya mohon…ouhhh” 
 
“Mohon apa? Mohon dipuasin? Ahhh” ejek Yanto. 
 
“Oouuuhhhh” Stella merasakan gelijang kenikmatan pada puting payudara. Sejenak rontaan tangannya mereda dan tubuhnya melemas. 
 
Melihat Stella yang sudah takluk, dengan gerakan perlahan Yanto mulai menggerakkan batang penisnya didalam vagina Stella 
 
“enak kan ngentot sama saya?” tanya Yanto dengan nada menggoda sambil menggerak-gerakkan batang penis yang sudah menancap dalam di vagina Stella. Stella hanya bisa melenguh kenikmatan tanpa bisa menjawab pertanyaan Yanto. 
 
Dengan tak mengurangi gerakan-gerakan menyodoknya, ia kembali bertanya pada Stella, ”Heh, kalo ditanya itu jawab uuhhh enak gak ngentot sama saya?” 
 
Stella sengan spontan menjawab “Iyyahh.. ahh Iyyahhh enak pak” 
 
“Apanya yang enak?” kembali Yanto bertanya. 
 
“Ngentot ahhh.. Ngentot sama bapak enak ouuhhh”jawab Stella yang mulai tenggelam dalam nafus birahi. 
 
“Enak mana sama si Andre? haahhh” 
 
“Bapak aahh.. bapak enakk haahh.. ohhhh...bapak lebih enakkk” racau Stella mulai tak terkendali. 
 
Vagina Stella sudah sangat becek dan merekah merah, lendir yang keluar akibat persetubuhan batang dan celah kenikmatan ibu satu anak ini pun tak dapat berbohong. Merembes banjir keluar dengan derasnya. 
 
“Kamu bakal puas… kamu ga bakal kecewa aahhh…” 
 
“CPOK… CPOK… CPOK… CPOK… CPOK…” suara tumbukan penis dan vagina basah terdengar begitu keras di tengah ruang keluarga itu. 
 
“Ooouuhhh… Memekmu benar-bener enak…” desah Yanto yang semakin mempercepat sodokan di vagina Stella. 
 
“Oouuuhh... Aaahhhh.. Uuhhh” Stella hanya bisa mendesah menikmati sodokan tukang ledeng yang sedang menggagahinyaini. 
 
“Aahhh aku aahhh mau pipis...” terdengar suara lirih Stella. 
 
“Keluarin ajah sayaangg aahhh, kalo kamu keluar ahhh... kamu harus teriak..” 
 
“Sumpah… Enak banget, memekmuuu… sepertinya aku bakal keluar juga nih ahhh” Yanto seolah kesetanan. matanya merem melek, dan Stella pun merasakan hal yang sama. Gatal di vaginanya seakan meminta untuk terus disodok. 
 
“Aku mau keluar…ouuhh” ujar Stella tiba-tiba. 
 
Stella yang sudah pasrah, merasakan kenikmatan dari hal yang dinamakan persetubuhan. Rasa nikmat yang tak ia peroleh dari suaminya. 
 
“Sssshh… Oooouuggghh… Sssshhhh…” desah Stella. 
 
Stella mulai melenguh begitu keras setiap kali Yanto memompa penisnya secara brutal dan tak menentu. Stella di ambang orgasmenya lagi. Namun kali ini gelombang orgasme yang akan datang, jauh lebih besar dari gelombang orgasme beberapa saat lalu. 
 
“Ooooouuuuggggghhh…AKU KELUAARRR...Oouuugghhh” teriak Stella saat orgasmenya pecah. 
 
“Tunggu sayang, aku juga keluar…” teriak Yanto sambil menancapkan penisnya dalam-dalam. 
 
“Ooooouuuggghhh…“ tubuh Stella tiba-tiba mengejang, punggungnya membusur ke belakang, dan kepalanya mendongak keatas ketika mendapatkan orgasme. 
 
“Ssshh…Ennaaaakkk baaanngeeettt… Ooouuuggghhhtt…” teriak Yanto begitu batang penis memuntahkan lahar kenikmatan. 
 
Stella merasakan panas didalam vaginanya berkat cairan sperma yang ditembakkan Yanto. Dan untuk beberapa saat, kedua insan ini menghentikan segala aktifitasnya. Mereka saling tindih dengan nafas yang putus-putus. Tak lama bibir mereka sudah saling bertautan. 
 
Yanto mencabut batang penisnya yang dipenuhi lelehan cairan cinta mereka berdua dan langsung mengarahkan pada bibir Stella. “Bersihin pake mulut kamu..” pinta Yanto pada Stella. 
 
Stella menolak untuk memasukkan penis tersebut kedalam mulutnya karena ia tidak pernah melakukannya, dan penis itu kotor. Tapi dengan sedikit kegigihan dan paksaan akhirnya Yanto berhasil memasukkan penisnya ke dalam mulut Stella. 
 
“Telen..” perintah Yanto yang langsung dilakukan oleh Stella. 
 
“Ternyata rasanya tidak buruk, malah ada manis-manisnya” batin Stella. 
 
Setelah itu Yanto langsung memakai pakaiannya kembali dan bergegas pulang karena takut akan ada orang yang datang. Dan tak lupa ia meminta ongkos perbaikan saluran air yang telah ia kerjakan. Sepeninggalan Yanto, Stella langsung ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.



:::::::::::::::::::::::













Part 2
 
Matahari tenggelam dan rembulan sudah bersinar, kini hari sudah malam. Seperti biasa Stella menggunakan baju tidurnya, sebuah daster terusan berwarna putih yang disangga oleh dua tali kecil dipundaknya. Pakaian itu sangat tipis, sehingga tubuh Stella menerawang indah dibaliknya. Terutama payudara Stella yang menonjol tanpa tertutupi BH, karena memang selama ini Stella tidak pernah memakai BH jika ingin tidur. Dan bagian bawahnya begitu pendek, 15cm diatas lutut sehinggaha memperlihatkan paha putih mulusnya. 
 
Malam itu Andre pulang sedikit larut karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti biasa, sesampainya di rumah Andre langusng mandi untuk mengurangi rasa letih ditubuhnya. Kemudian mereka makan malam bersama layaknya sebuah keluarga diselingi obrolan sekedarnya saja. 
 
Setelah selesai makan Stella dan Andre telah berada dikamar mereka. Tiba-tiba Andre memeluk Stella dari belakang. “Kamu seksi banget malem ini sayang.” Bisik Andre diteling Stella dengan selangkangan menempel erat pada bongkahan pantat Stella yang membulat sempurna. 
 
"Uuhhh pah..." desah Stella. 
 
Andre melanjutkan serangannya, diremasnya perlahan payudara Stella yang ranum dibalik daster. Tangan Andre dan payudara Stella hanya dibatasi oleh sebuah kain tipis yang tentu saja tidak mengurangi kelebutan payudara Stella ditangan Andre. Sambil terus meremas, Andre mencium tengkuk leher Stella. Tak lama puting susu Stella pun mulai menonjol menandakan si empunya mulai menikmati permainan. 
 
Stella menoleh ke belakang, dan tiba-tiba Andre langsung melumat bibir Stella. Stella sedikit kelabakan, namun hanya sebentar saja ia sudah bisa menyesuaikan dan membalas lumatan bibir suaminya. Tangan Andre pun kini mulai meremas kasar kedua payudara Stella secara bergantian. 
 
"Ougghhh Pah" desah Stella yang mulai dikuasai nafsu akibat perbuatan suaminya. 
 
"Oughh Mah, dada kamu kenyal banget... Aku beruntung bisa memiliki kamu" ujar Suaminya. "Aku ga tahan lagi sayang" kata Andre sesaat melepas ciumannya tapi selangkangannya terus bergerak maju dan mundur ditengah bongkahan pantat Stella. 
 
"Ouhh pelan-pelan aja pah" pinta Stella. 
 
"Papa buka ya mah baju nya" ujar Andre meminta izin. 
 
Tanpa menunggu persetujuan dari Stella, Andre langsung mengarahkan tangannya menuju pundak Stella dan mencari tali yang menyangga daster tersebut. Andre menggeser tali itu ke arah samping. Seketika penutup tubuh Stella tersebut langsung merosot melewati tubuh halus Stella. Dan terpampanglah tubuh indah Stella yang menjadi impian banyak orang dan hanya menyisakan sebuah celana dalam untuk menutupinya. Celana dengan model g-string tampak tidak menutupi apapun, hanya menutupi celah bibir vagina Stella. 
 
"Mmmppppmhh" gumam Stella karena bibirnya kembali dicium oleh Andre dengan rakusnya. 
 
"Lanjut dikasur yuk mah" lanjut Andre setelah menyudahi lumatannya. 
 
Sambil berjalan menuju kasur Stella melepas sastu-satunya penutup yang tersisa ditubuhnya, sehingga kini ia telah telanjang sepenuhnya. Begitu juga dengan Andre, dilepasnya semua pakaiannya dengan cepat karena tak sabar ingin segera menyantap hidangan utamanya. 
 
Stella sudah mengambil posisi telentang di atas kasur dengan kedua kakinya dibuka lebar-lebar. Disusul oleh Andre yang langsung mengambil posisi didepan vagina Stella. Andre mengarahkan penisnya menggesek vagina Stella, lalu penisnya perlahan-lahan membelah dan masuk ke dalam liang kenikmatan yang ada didepannya. 
 
"Oohhhh Pah..." desah Stella.  
 
"Mah Ahh... Enak bangeett Aahhh" ujar Andre yang kini mulai bergoyang dengan cepat. 
 
Cpok.. Cpok.. Cpok.. bunyi dua kelamin yang sedang menyatu. 
 
"Ougghhh...Aahhh.. Ooughhhh...Aahhh Pah.. yang cepet pah" desah Stella yang birahinya mulai memuncak. 
 
"Oohhh iya mah" ujarnya. 
 
Stella makin terangsang, rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya. 
 
"Oughhhhhh mahh nikmat... Aahhhh" desah Andre menyemburkan spermanya didalam vagina Stella. 
 
Stella memejamkan mata merasakan hangatnya semburan sperma suaminya sambil mengatur nafas. 
 
"Itu nikmat, tapi berbeda.. kenimknatan ini berbeda!" batin Stella. 
 
"Makasih ya sayang" ujar Andre sambil mencium bibir Stella. 
 
Stella memberikan senyuman manis kepada suaminya. Kemudian Stella beranjang ke kamar mandi untuk membersihkan sisa pertempurannya tadi dan memakai kembali pakaiannya yang tadi sempat tercerer. Dilihatnya Andre sudah tertidur pulas. 
 
Stella tidak menuju kasur dimana suaminya tertidur, ia malah menuju ruang keluarga. Stella masih memikirkan apa yang baru saja ia rasakan. Stella menikmati permainan suaminya tapi tetap saja ia merasa ada yang aneh. Pikirannya jadi berantakan karna memikirkan hal tersebut. 
 
"Mungkin sebaiknya aku minum obat tidur untuk menghilangkan perasaan aneh ini" ucap Stella pada dirinya sendiri. 
 
Di ambilnya sebuah botol kecil dari dalam lemari yang biasanya berisi obat tidur. Ketika dibuka ternyata botol itu tidak ada isinya, obat tidurnya sudah habis. Kepalanya Stella langsung menoleh ke arah jam dinding terpasang, dilihatnya jam tersebut masih menunjukkan pukul 9.30 malam. 
 
"Sepertinya minimarket di depan komplek masih buka deh jam segini" ujar Stella.  
 
Stella kembali ke kamar untuk mengambil sweater dengan model long cardy untuk melapisi pakaiannya. Dan tak lupa membawa uang yang langsung dimasukkan kedalam kantung sweaternya untuk membeli obat. Dikuncinya pintu rumahnya, lalu Stella pun mulai berjalan menuju minimarket. 
 
Saat Stella akan melewati pos satpam, ia melihat seseorang dan itu sering terlihat di daerah komplek tersebut. Sosok  mengendap-endap menuju ke pos satpam dan membuat Stella menjadi curiga. 
 
"Bukannya itu Surti (ART di salah satu rumah) ya?" kata Stella curiga. 
   
Secara perlahan-lahan Stella mendekati pos satpam sehingga tidak ada yang menyadarinya dan ia mencari celah untuk mengintip situasi didalamnya. Beruntungnya Stella karena disalah satu kaca pada pos tersebut terdapat lapisan kaca film yang sedikit mengelupas. Stella menyesuaikan posisinya agar nyaman saat ia mengintip ke dalam, karna posisi 'celah intip' yang rendah sehingga Stella harus membungkuk untuk dapat mengintip. 
 
Stella mulai mengintip kedalam dari kaca jendela pos satpam ini. Baru saja mengintip dan Stella pun terkejut dan langsung menutup mulutnya, dilihatnya Surti sedang memberikan servis oral sex kepada Andi, satpam perumahan itu. Dilihat  Surti sedang sedang berlutut didepan selangkangan Andi, sedangkan Andi duduk di kursi dengan penisnya yang sudah keluar dari celananya sedang merasakan bibir Surti. 
 
"Gila... Apa mereka ingin bersetubuh disini?" batin Stella 
 
Stella pun fokus melihat pentunjukan di dalam pos satpam, dan lama kelamaan hasratnya yang belum terpuaskan tadi mulai timbul kembali.  
 
Pada saat yang bersamaan, seorang penjual nasi goreng keliling bernama Asep sedang mendorong gerobak dagangannya. Tampak lelah setelah mendorong gerobak dagangannya keliling beberapa komplek perumahan, namun ia tetap mendorongnya dengan semangat karna ia mempunyai jadwal kegiatan lain pada malam itu. 
 
"Udah mulai belum ya? Ah bisa-bisa gua telat nih" Gumam Asep sambil terus mendorong gerobakya. 
 
Setelah melewati minimarket dan hampir sampai di pos satpam perumahan XXX, Asep memperlambat laju gerobaknya agar mengurangi guncangan pada gerobak dan tidak menimbulkan suara berisik. Beberapa meter dari pos satpam, Asep memberhentikan gerobaknya dan melihat keadaan sekitar. 
 
"Wah siapa tuh ngambil alih singgasana gua? Kurang ajar banget dah" kata Asep berbicara sendiri. 
 
Asep pun berjalan mengendap-endap menghampiri orang yang telah mengambil 'singgasana' nya, dengan perlahan ia mendekat. Semakin dekat.. Semakin dekat.. dan setelah cukup dekat alangkah kagetnya Asep. 
 
"Wah ternyata cewek nih..!?" batin Asep. 
 
Kemudian Asep sedikit bergeser ke samping orang tersebut untuk melihat wajahnya. Dan lagi-lagi Asep dibuat terkejut. 
 
"Ini non Stella kan?" pikirannya bertanya-tanya sambil tangannya mengucek mata karna masih belum percaya. 
 
"Beneran nih.. Wah ternyata non Stella suka ngintip juga ya" Batin Asep sambil tersenyum jahat. 
 
Perlahan Asep melangkah kembali ke arah belakang Stella yang sedang fokus mengintip kedalam pos satpam, Stella begitu fokus hingga ia tidak mentadari bahwa ada orang lain yang sudah berada cukup dekat dengan dirinya. Perlahan tapi pasti Asep mengangkat jubah sweater Stella hingga sebatas pinggang, begitu juga dengan dasternya. Terpampanglah bagian bawah tubuh Stella, pantat bahenol dan paha yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun. Asep sempat terdiam sesaat melihat pemandangan indah yang disuguhkan didepan matanya tersebut, pikirannya masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. 
 
"Kancut apaan nih? Wah berani juga non Stella malem-malem keluar rumah pake pakaian kayak gini. Sengaja kali ya buat godain orang" batin Asep. 
 
Stella masih terus mengintip keadaan didalam pos satpam, kini pergumulan Andi dan Surti kian memanas. Surti sedang berdiri menungging dengan tangan yang bersandar di tembok, mirip seperti posisi Stella. Dan Andi memberikan servis mulutnya kepada Surti dari belakang. Stella pun ikut terbawa suasana panas didalam, meski hanya menonton tapi birahi Stella ikut memuncak seiring memanasnya kegiatan didalam pos satpam. 
 
"Ti aku masukin sekarang ya, udah ga tahan nih pengen yang enak-enak" pinta Andi yang hanya dibalas anggukan oleh Surti. 
 
Andi langsung memposisikan diri di belakang Surti, digenggamnya penisnya yang sudah tegang maksimal itu, sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan Yanto (tokoh di part1). Digesek-gesekkan penisnya sebentar dibibir vagina Surti, dan... 
 
"Oouuugghhh..." lenguh mereka bertiga bersamaan saat penis Andi masuk kedalam liang vagina Surti. 
 
Stella merasakan nikmat divaginanya saat melihat Andi mendorong masuk penisnya. Stella memejamkan matanya menikmati rasa nikmat yang mendadak didapatkan itu, terutama di vaginanya. Ketika memejamkan matanya Stella merasa heran, kenikmatan itu terus berlanjut bahkan semakin nikmat bagaikan saat itu ia yang sedang bersetubuh. Stella membuka matanya kembali dan langsung melihat lagi kedalam, dilihatnya Andi dan Surti masih asik dengan kegiatan mereka. 
 
"Aahhh... Ssshhhh" desah Stella karena dirasakan vaginanya terus mendapat kenikmatan. 
 
"Apa hanya dengan melihat orang lain besetubuh aku bisa merasa senikmat ini?" batin Stella sambil menoleh ke arah belakang. 
 
Ketika Stella melihat kearah belakangnya, ia sedikit terkejut karna dilihatnya terdapat sepasang tangan melingkar erat di kedua pahanya. Tentu sosok tersebut tidak hanya memeluk erat kedua paha mulus Stella, diberikannya pelayan terbaik untuk vagina Stella menggunakan mulut dan lidahnya meskipun masih terhalangi g-string Stella yang masih melekat ditubuh Stella. 
 
"Uuuhhhh.. siapa disana.. Sssshhh" tanya Stella kepada sosok tersebut sambil menahan desahannya agar tidak terdengar pasangan didalam pos satpam. 
 
Sosok tersebut tidak menghiraukan pertanyaan Stella, ia terus memberikan oral sex terbaiknya pada Stella. Ditengah kenikmatan itu Stella juga merasa was-was, jika ada orang yang melintas di dekat pos satpam itu tentu apa yang dilakukan Stella akan jelas terlihat. Mata Stella terus melihat kesekitar dan berhenti di suatu titik. 
 
"Gerobak nasi goreng? Mang Asep!!" batin Stella. 
 
Stella tersadar bahwa sosok yang tengah berada dibekalangnya dan memberikan kenikmatan itu ada Asep, tukang nasi goreng langganannya. Stella menyesali perbuatannya karna terlalu fokus melihat persetubuhan antara Andi dan Surti sehingga ia tidak menyadari kedatangan Asep atau siapapun. Stella masih tidak menyangka Asep berani melakukan hal ini kepadanya, terlebih ia melakukannya ditempat yang sangat terbuka seperti ini. Ketahuan mengintip saja pasti sangat malu apalagi ketahuan melakukan hal tidak senonoh seperti ini. 
 
"Uuuhhh Mang Asep... Stop mang.. berenti Ahhhh" mohon Stella. 
 
Bukannya berhenti, Asep malah semakin intens menyedot dan menjilati vagina Stella hingga vagina Stella semakin basah terkena air liur asep yang bercampur pelumas yang dihasilkan vagina Stella. Dan kini jemari Asep sudah ikut mambantu memberikan servis dengan mengelus-elus bibir vagina Stella dari balik g-string Stella. 
 
Asep melepaskan sesaat cumbuannya pada vagina Stella karna sudah tergantikan oleh jemarinya. Jemarinya bekerja tanpa henti memberikan rangsangan pada vagina Stella. Stella yang sejak awal belum terpuaskan oleh suaminya dan ditambahkan show didalam pos satpam, mau tak mau birahi Stella memuncak dengan sedikit rangsangan divaginanya oleh Asep. 
 
"Udah non nikmatin aja deh" ujar Asep sambil jarinya menggeser bagian g-string Stella yang menutupi vaginanya. 
 
"Ahhh.. Tapi mang..kita ga boleh.. uuuhhhh.. kayak gini.." jawab Stella ditengah birahi yang memuncak.  
 
"Mending non ngintipin yang didalem lagi tuh, saya jamin non puas deh" ujar Asep kembali sambil kini salah satu jarinya membelah bibir vagina Stella masuk kedalam. 
 
"Ooooouuugghhh... Ssshhhhh.." desah Stella ketika dirasakan ada benda asing yang memasuki vaginanya. 
 
Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Stella tidak lagi menoleh ke belakang, ia melanjutkan kembali kegiatannya yang tertunda tadi yaitu mengintip persetubuhan Andi dan Surti, posisi mereka masih sama dengan sebelumnya, doggy style dalam keadaan berdiri. 
 
Asep yang merasa mendapat lampu hijau kini makin leluasa mempermainkan vagina Stella. Jari dan lidah Asep bergantian memasuki liang vagina Stella yang mulai membanjir dan tak lupa diselingi dengan sedotan dari bibir rakus Asep. Tangan Asep yang lain pun tak tinggal diam, diremasnya bongkahan pantat Stella yang selalu membuatnya birahi tinggi dan tidak konsen jika Stella sedang menunggu pesanan nasi gorengnya. 
 
Mendapatkan live show dari permainan Andi dan Surti serta rangsangan yang makin lama makin intens dari Asep, Stella pun perlahan mendekati puncak kenikmatannya. 
 
"Perasaan ini..Iyaa, perasaan ini sama seperti saat itu.. Ini nikmat" batin Stella. 
 
"Aahhh mang... iya.. terus mang.. Ouuhhh" ujar Stella. 
 
Merasa Stella akan segera mendapat orgasmenya, Asep pun mempergencar permainannya di vagina Stella. Di tambah kecepatan jarinya yang sedang mengaduk liang vagina Stella, dan dirasakannya vagina Stella makin menjepit jarinya tersebut. Dan beberapa saat kemudian.. 
 
"Oooouuggghhhh... Aaaaahhhhhhh.." lenguh Stella panjang saat mendapatkan orgasme. 
 
Asep tidak langsung mencabut jarinya, didiamkannya jari tersebut didalam vagina Stella. Dirasakannya hangat cairan cinta Stella dan juga kedutan-kedutan dinding vagina Stella, jarinya serasa di cengkram dengan erat. Beberapa saat kemudian barulah Asep mencabut jarinya. 
 
"Gimana? Enak kan non?" tanya Asep memecah keheningan. 
 
"Ehh, Aahhh iyaa mang, enak Aahhh.. Aaahhh.." jawab Stella yang lupa bahwa ada orang lain didekatnya. 
 
"Haaahh makasih ya mang.." lanjut Stella. 
 
"Iya sama-sama non" jawab Asep singkat. 
 
Stella memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya sambil berusaha mengatur nafasnya. 
 
Tiba-tiba Stella merasakan seseorang sedang memegang pinggulnya lalu menariknya sedikit kebelakang agar lebih menungging. Untuk menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh Stella menopang tangannya pada tembok pos satpam. 
 
"Heeeggghhhh.." lenguh Stella tertahan. 
 
Dalam sekali gerakan Asep berhasil memasukkan seluruh batang kejantanannya kedalam liang kenikmatan Stella. Tanpa sepengetahuan Stella ternyata Asep melepaskan celananya ketika Stella mendapatkan orgasme tadi, begitu CD nya. Asep tidak langsung menggerakkan penisnya, karna ia mengetahui dari lenguhan Stella bahwa Stella masih merasakan sedikit perih di vaginanya. Dibiarkannya sebentar agar Stella dapat terbiasa dengan penisnya dan ia menikmati pijatan vagina Stella pada penisnya. 
 
"AAhhh.. sempit banget non, kayak perawan aja.. Ohhhh.. Kontol suaminya kecil ya non? Aahhh" Ocehan Asep tidak jelas. 
 
Stella hanya terdiam menahan lenguhannya karna memang Stella masih merasakan sedikit perih di vaginanya. 
 
"Eeehhh mang, cabut mang.. Aahhh aku udah puas tadi.. kita ahhhh.. kita ga boleh gini.." mohon Stella memelas. 
 
Tangan Asep tidak diam pinggul Stella saja, tangan itu masuk kedalam daster Stella dan berpindah secara perlahan. Dirabanya perut Stella yang rata tanpa ada lemak sedikitpun. Berpindah sedikit keatas hingga ia menemukan benda yang sangat diinginkannya, payudara ranum milik Stella. Diremasnya perlahan payudara Stella, sungguh halus, besar dan kenyal terasa di telapak tangan Asep. 
 
"Emangnya ngintip orang ngentot itu boleh apa non?" bisik Asep ditelinga Stella. 
 
Stella pun jadi malu karna ia sudah tertangkap basah sedang mengintip persetubuhan Andi dan Surti di pos satpam. 
 
"Lagian non Stella kan udah puas tadi, mana balasan terimakasihnya non..? Dan ini juga hukuman buat non Stella karna udah ngambil singgasana saya untuk ngintip hehe" lanjut Asep yang kepalanya sudah dipenuhi nafsu. 
 
Stella tidak bisa menjawab, ia hanya bisa pasrah sekarang. 
 
Merasa diatas angin, Asep mulai mempermainkan kedua puting kecil payudara Stella. Dipilin-pilin dan diusap-usap puting sensitif tersebut. Stella yang sudah tidak merasa perih lagi di vaginanya mulai mendesah dikuasai nafsu birahinya. 
 
"Ini salah.. tapi ini enak.. nikmat.. apa ini yang telah hilang dariku selama ini" batin Stella. 
 
Dengan cepat Asep melepas salah satu tangannya dari payudara Stella dan menarik wajah Stella ke arah wajahnya yang langsung melumat bibir tipis Stella yang merah merona. 
 
Stella menolak dengan menjauhkan bibirnya menghindari sergapan bibir Asep. Asep yang tak mau mebuang waktu lagi dan mendapatkan sebuah ide dari setan. 
 
"Non Stella mau saya laporin karna abis ngintip? Satpamnya ada didalem tuh" ancam Asep. 
 
Lagi-lagi Stella dipojokkan dalam kondisi tanpa pilihan lain, pasti ia akan sangat malu dan bagaimana caranya menemui suaminya jika ketahuan mengintip. Stella benar-benar tidak punya pilihan, Stella memejamkan matanya pasrah akan apa yang akan terjadi. 
 
Melihat Stella yang sudah pasrah, Asep langsung mamagut bibir Stella. Stella hanya diam saja membiarkan Asep melumat bibirnya tanpa membalasnya. 
 
Tangan Asep kembali menangkup buah dada Stella, dipermainkannya dengan lihai buah indah yang menggantung itu meski masih tertutup pakaian si empunya. Stella yang birahinya sudah semakin memuncak perlahan membalas lumatan bibir Asep. Yang pada awalnya hanya sekedar permainan bibir, kini lidah mereka sudah saling membelit satu sama lain. Kedua insan ini sudah dikuasai nafsu birahi, menginginkan kenikmatan duniawi. 
 
Asep melepaskan lumatan bibirnya pada Stella. Keduanya telah kehabisan nafas, berebut mencari oksigen masing-masing. Asep menatap dalam-dalam wajah Stella yang kini sudah mulai memerah, sungguh cantik bak bidadari. Asep kembali menegakkan badannya di belakang Stella. 
 
"Siap yah non, yang enak baru mulai nih" kata Asep seraya memegang kembali pinggul Stella. 
 
"Ahhh... Sshhhh.. Ooohh.." desah Stella menerima pompaan Asep. 
 
Asep memulai gerakan pinggulnya dengan perlahan. Vagina Stella sangat ketat melekat pada permukaan penis Asep. Tiap gesekan antara dinding vagina Stella dan penis Asep menimbulkan rasa nikmat yang amat sangat. 
 
"Oouugghhh non.. Memeknya sempit.. enak bangeett.. Aaahhhh" Ceracau asep. 
 
Asep mengatur tempo gerakannya dengan sangat baik. Stella terengah-engah tiap kali penis Asep menerobos ke dalam liang cintanya yang hangat dan basah. Asep menyetubuhi Stella dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh Stella yang putih mulus. 
 
"Eehhh... Eeehhh... Aahh.." Stella melenguh Asep melesakkan penisnya ke dalam vagina Alya. 
 
"Oouuhhh.. Enak kan non.. main sama saya? Aahh Dijamin nikmat uuhhh.. kayak nasi goreng saya Aaahh..” ucap Asep penuh nikmat. 
 
"Oouuuhhh hiyyahh.. Hiyyaahh nikmatt mang.. Terussss.. Terusinn Aaahhh.." lenguh Stella pikirannya melayang. 
 
Cpok.. Cpok.. Cpok.. Suara selangkangan Asep bertemu pantat semok nan aduhai milik Stella. Asep mempercepat sodokannya, rasa nikmat yang dirasakan Stella kian memuncak. 
 
"Kalo gitu uuhh.. saya boleh dong.. ngentotin non lagi?" tanya Asep tanpa mengurangi kecepatannya. 
 
"Aaahhh.. Iyya.. Teruss uuhhhh" jawab Stella asal. 
 
Mendengar jawaban Stella, membuat Asep makin bersemangat. Stella sudah diambang puncak kenikmatan. 
 
"Ooouuuggghhhh... Aku keluarr Aaahhhh..." lenguh Stella panjang hingga kepalanya mendongak keatas diikutin dengan Asep yang melesakkan penisnya dalam-dalam. 
 
Asep bisa merasakan semprotan cairan cinta yang hangat mengenai penisnya. Seluruh tubuh mengejang untuk sesaat memperoleh kepuasan seksual.  
 
"Hahh.. Hahh.. Hahh.." Stella terengah-engah usai mengalami orgasme. Cairan cintanya meleleh keluar dari dalam vaginanya. 
 
"Non jangan keluar terus dong hahh.. Saya belum nih.." protes Asep. 
 
Tanpa membuang waktu lagi Asep mengangkat kaki kiri Stella kepundaknya tanpa melepaskan penisnya dari vagina Stella. 
 
"Eh mang aduh-duh, mau ngapain sih" kata Stella yang terkejut dengan perlakuan Asep padanya. 
 
"Udah non diem aja, saya belum keluar nih" jawab Asep. 
 
Stella pun tersadar bahwa Asep masih belum 'terpuaskan' dipermainan sebelumnya. 
 
"Uhh udah dong mang, saya udah capek.." mohon Stella. 
 
Tanpa menjawab apa-apa, Asep kembali menggenjot vagina Stella dengan kecepatan tinggi. Bagaikan kesetanan, gerakan Asep lebih kasar dari sebelumnya. 
 
Birahi Stella yang sempat sedikit turun kini mulai memuncak lagi. Kenikmatan itu kembali menjalar ke seluruh tubuh Stella seiring gerakan Asep yang makin tak terkendali. Tak membutuhkan waktu lama untuk Stella mencapai puncak kenikmatan lagi, sedangkan Asep yang tadi merasa tanggung kini sudah siap menembakkan spermanya untuk mendapatkan kenikmatannya. 
 
"Oouuhhhh mang aku mau dapet lagi Aaaahhhh..." 
 
"Uuuuhhh.. Uuuhhhh.. sama non.. Bareng aja yahh.." ujar Asep makin mempercepat sodokannya. 
 
"Hah? bareng? apanya yang bareng?" pikir Stella yang sempat bingung. 
 
Beberapa detik kemudian barulah Stella menyadari maksud dari Asep bahwa Asep ingin menumpahkan spermanya didalam vaginanya. Asep terus menggenjot vagina Stella. Kepala penis itu bertambah besar dan mulai berkedut menandakan siap menembakkan spermanya. Begitu juga dengan vagina Stella yang mulai berkedut dan mencengkram erat. 
 
"Jangan mang aahhh.. Jangan didalem.. Jangan uuuhhhh.." pinta Stella. 
 
"Ooouuuggghhhh..." lenguh mereka bersamaan mendapati kenikmatan duniawi sebagai puncaknya. Asep menembakkan spermanya dan Stella melepaskan cairan cintanya. 
 
"Hoohh.. Hoohh.. Hoohh" dengus nafas Stella dan Asep mulai terdengar. 
 
Stella merasa begitu hangat didalam vaginanya dengan penis yang masih berkedut mencoba menghabiskan sisa sperma yang masih tersimpan. 
 
Setelah penisnya mulai menciut, Asep mencabut penisnya dan menurunkan kembali kaki Stella. Stella yang masih terlalu lelah hanya bisa bersandar pada dinding pos satpam. 
 
Masih dalam keadaan lelah tiba-tiba Asep mamagut kembali bibir indah Stella. Tanpa disadari Stella pun membalas lumatan itu bagaikan sepasang kekasih. 
 
Tangan Asep meremas pantat montok Stella. Lalu berpindah meremas lembut buah dada Stella yang menggantung sempurna, lalu dikeluarkannya dari daster yang dipakai Stella. Dilepaskan pula lumatannya pada bibir Stella. 
 
"Dari pertama liat non Stella saya udah pengen megang nih toket, dan sekarang HAP..." kata Asep belum terselesaikan. 
 
Asep mencium permukaan payudara Stella, dijilatnya, dan tak lupa ia mulai menyusu di payudara Stella yang sempurna itu. 
 
Setelah itu Asep ikut bersandar di dinding pos satpam bersama Stella. 
 
Akal dan pikiran Stella kembali, ia tersadar apa yang baru saja ia lakuka. Stella membenahi pakaiannya dan langsung berlari menuju rumahnya. 
 
"Eh non mau kemana!!" teriak Asep yang hanya bisa menatap kepergian Stella. 
 
"Haduuhh mimpi apa dah gua semalem" gumam Asep. 
 
"Woy ngapain lo disini, ga pake celana lagi" suara seseorang mengagetkan Asep. 
 
"Eh ndi, itu anuu.." Asep mencari alasan.


::::::::::::::::::::::::



Part 3

Di suatu pagi yang cerah, keluarga Stella sedang berkumpul di meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah dihidangkan oleh Stella sendiri. Sebelum memulai aktifitas masing masing, Andre yang hendak berangkat ke kantor terlihat terburu buru saat makan karena ada meeting dipagi ini di kantonrnya. Sementara Vino seperti biasa selalu ceria sambil menikmati sarapannya.

"Pah, nanti bisa ke sekolah Vino? Wali kelasnya mau ketemu" Stella membuka pembicaraan.

“Aduh gimana ya mah, aku ada meeting pagi ini. Dan belum tau sampai jam berapa..” jawab Andre.

“Yaudah gapapa pah, nanti mama aja yang ke sekolah Vino” ucap Stella

"Makasih ya sayang. Aku beneran ga bisa hari ini" jawab Andre

"Iyaa", “Vino, nanti mama ya yang kesekolah kamu” Ucap Stella

"Iya mah.." jawab Vino

"Yaudah kamu terusin makan lagi"

Setelah selesai sarapan Andre dan Vino berangkat, dan Stella kembali sendirian. Stella kembali sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya, mulai dari cuci piring dan lain-lain.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 8.30, Stella bersiap-siap untuk pergi ke sekolah Vino. Stella mulai menelanjangi dirinya, ia sempat bercermin melihat tubuh indahnya yang selalu ia rawat dengan baik. Lalu Stella mulai menyirami tubuhnya dengan air shower dan menyabuni seluruh bagian tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Stella mulai berpakaian. Stella memakai kemeja putih ketat dan rok span hitam selutut, dan Stella memakai dalaman berwarna hitam sehingga BH yang dipakainya samar-samar terlihat dibalik kemeja putihnya.

Stella berangkat dengan menggunakan taksi online, sekitar jam 9.30 Stella sampai disekolah Vino. Sesaat setelah Stella turun dari taksi, Stella jadi pusat perhatian oleh para pedagang makanan kecil yang berjualan di depan sekolah karena kecantikan dan keseksiannya. Para pedagang itu terbengong-bengong hingga Stella hilang dari pandangan karena sudah memasuki sekolah.

"Wahh cantik bener tuh cewek "kata seorang pedagang.

"Iya kayak bidadari aja, badannya bagus lagi. BH nya item cuy"

"Kalo istri gua kayak gitu, udah gua entotin dah tiap hari hahaha"

"Alah mimpi aja lo"

Itulah beberapa obrolan mesum para penjual makanan kecil didepan sekolah Vino. Stella bukannya tidak sadar ia jadi pusat perhatian tapi ia cuek saja

Stella memasuki area kantor di sekolah Vino dan menyampaikan maksud kedatangannya karena dipanggil oleh wali kelas Vino. Stella dipersilahkan menunggu diruangan pak Anton wali kelas Vino yang kebetulan pak Anton masih mengajar sehingga Stella harus menunggu.
10 menit Stella menunggu, lalu masuk seorang lelaki berumur 40an yang memakai pakaian olahraga, dengan badan yang cukup berisi dan rambut yang mulai memutih. Ketika melihat Stella lelaki tersebut terbengong untuk sesaat dan langsung tersadar dengan kondisinya.

"Ibu orang tuanya Vino?” tanya lelaki tersebut.

"Iya pak.. Saya Stella" jawab Stella sambil mengulurkan tangan.

"Oh ya saya Anton, wali kelas Vino" sambil menyalami Stella

"Silahkan duduk kembali bu.. Wah ternyata ibunya Vino sangat cantik sekali" kata Pak Anton sembari duduk di sofa yang berhadapan dengan Stella.

"Ah bapak bisa aja" jawab Stella malu-malu.

"Saya beneran loh ini bu, ibu memang sangat cantik" kata Pak Anton sambil matanya terus menjelajahi tubuh Stella.

"Yaudah apa kata bapak aja, oh iya pak ada apa ya dengan Vino sehingga saya harus dipanggil?" tanya Stella.

"Ohh, Hmmm.. Jadi begini bu, nilai akhir Vino di semester kemarin kurang bagus, begitu juga dengan nilai pada pertengahan semester ini" jelas Pak Anton.

"Begitu ya pak, nanti akan saya giatkan lagi Vino untuk belajar agar nilainya lebih baik" jawab Stella.

"Harus itu bu. Tapi ada hal lain yang harus ibu tahu, dengan nilai Vino yang sekarang kemungkinan besar Vino tidak bisa naik kelas"

"maksud bapak Vino harus mengulang kembali ditahun depan?" tanya Stella

"Ya" jawab pak Anton singkat.

"Tapi pak, saya yakin nilai akhir di semester ini akan jauh lebih baik" ucap Stella coba meyakinkan.

"Dari nilainya disemester ganjil, Vino tidak akan bisa mengikuti perkembangan materi yang baru bu. Jadi sebaknya Vino mengulangi materi sebelumnya" lanjut Pak Anton

"Pak tolonglah pak, saya janji Vino bakal rajin belajar dan nilainya pasti bagus... Saya mohon pak" pinta Stella memelas

Pak Anton terlihat berpikir, padahal yang dipikirkannya adalah bagaimana caranya agar bisa menikmati tubuh Stella. Sebenarnya Vino bisa saja naik kelas jika nilainya membaik. Memang nilainya semester ganjil kurang bagus tapi itu tidak mempengaruhi kenaikan kelas.

Awalnya Pak Anton hanya ingin memperingatkan orang tua Vino supaya Vino lebih rajin lagi belajar. Tetapi karena melihat yang datang adalah seorang ibu muda yang sangat cantik mempunyai tubuh yang sangat menarik, maka otak mesum pak Anton langsung bekerja dengan cepat.

"Aduh gimana ya bu, saya tidak boleh berlaku curang eperti itu bu" ucap Pak Anton.

"Pak tolong ya, saya akan bayar berapapun asal Vino tidak tinggal kelas" Stella memelas

"Mohon maaf bu, tapi gaji saya lebih dari cukup untuk sehari-hari" jawab Pak Anton

"Tolonglah pak, apa saja akan saya lakukan. Jika perlu saya akan sujud kepada bapak"

"Tidak perlu bu. Begini saja, saya beri ibu satu penawaran, itu pun kalo ibu mau" tawar pak Anton

"Apa itu pak?" tanya Stella penasaran.

"Saya mau ibu melayani saya. Saya sangat tertarik melihat wajah ibu yang cantik dan tubuh yang seksi itu" jawab pak Anton yang nafsunya siap meledak.

"Maksud bapak apa?" tanya Stella memastikan jika ia tidak salah dengar.

"Ibu jangan pura-pura bodoh, ibu tau pasti apa yang saya maksud. Saya mau ibu melayani saya dan Vino tidak akan tinggal kelas atau silahkan keluar dari ruangan ini dan maaf Vino harus mengulang tahun depan" ancam pak Anton.

Stella tak percaya dengan apa yang ia dengar, seorang guru yang seharusnya menjadi panutan yang baik tentang etika dan kesopanan malah melakukan hal seperti ini untuk memuaskan nafsu birahinya.

"Tapi pak, bapak ini seorang guru yang seharusnya berperilaku baik bukan malah memanfaatkan kelemahan orang lain" Stella coba menyadarkan pak Anton.

"Ya terserah ibu saja mau menilai saya bagaimana, saya tidak peduli. Saya juga tidak memaksa, jika ibu tidak mau ya  ibu boleh keluar" jawab Pak Anton

Stella merasa berat untuk mengikuti kemauan pak Anton, tapi dia juga tidak mau Vino mengulang tahun depan. Stella harus memutuskan hal yang sangat berat untuk ia lakukan.

"OK pak.." jawab Stella ragu

"Ok apa bu?" tanya pak Anton kembali.

"Saya akan melayani bapak dan bapak harus berjanji bahwa Vino tidak akan tinggal kelas"jawab Stella tegas.

"Ibu memang wanita yang pintar" ucap pak Anton sembari berdiri dan mengunci pintu ruangannya.

"Disini pak?" tanya Stella yang sedikit kaget.

"Iya disini..." jawab pak Anton singkat.

"Ta..tapi pak nanti kalo ada yang lihat bagaimana?" tanya Stella yang mulai menyesali jawabannya tadi.

"Ibu tenang saja, ibu hanya perlu melakukan tugas ibu saja" jawab pak Anton seraya mendekati Stella.

"Tapi bapak harus janji gak.." ucap Stella terputus.

Bibir Stella sudah dibungkam oleh pak Anton menggunakan bibirnya. Pak Anton terus melumat bibir Stella dan mencoba untuk memasukkan lidahnya kedalam bibir Stella. Stella menutup rapat bibirnya karena hatinya masih merasa berat untuk melakukan semua ini.

Pak Anton yang merasa jika Stella masih menolak dirinya kemudian langsung melepaskan lumatannya pada bibir Stella. Pak Anton dan Stella saling menatap dan mencoba menenangkan nafas mereka masing-masing.

“Ibu mau melayani saya atau tidak!?” ucap pak Anton yang sedikit emosi dan bercampur nafsu.

Stella tidak berani menjawab, ia memejamkan mata dan hanya mengangguk kecil. Dan sesaat kemudian Pak Anton kembali melumat bibir Stella dengan lebih liar, seakan nafsunya yang tadi sempat terhenti sebentar langsung meledak kembali. Awalnya Stella kewalahan karena serangan tiba-tiba pak Anton, tapi ia cepat beradaptasi membalas lumatan pak Anton dengan tak kalah liarnya.

“Mmmppphh... Mmmpphhh.. Mmmpphh..” hanya desahan mereka yang keluar.

Merasa mangsanya telah mengikuti permainannya, tangan pak Anton tidak tinggal diam. Tangannya mulai meremasi payudara Stella yang terus menggodanya sejak pertama bertemu, diremasnya payudara sempurna Stella dari luar kemeja putih Stella. Remasan pak anton cenderung kasar karena sudah terbawa nafsu birahi.

“Susu ibu besar.. Kenyal..” ujar pak Anton

Ciuman pak Anton kini turun keleher jenjang Stella, dan tangan kanannya mulai menyusup kedalam rok hitam milik Stella. Tangan pak Anton terus merangsang vagina Stella dari luar celana dalam Stella.

"Aaahhh... Aahhh... Aaahhhh..." Stella mendesah.

Pak Anton yang sudar perpengalaman tentu tahu bahwa Stella juga sudah terbakar api birahi,

Pak Anton melepaskan ciumannya dan menghentikan rangsangannya. Pak Anton sedikit menjauh dan duduk di sofa panjang untuk 3 orang.

“Sekarang ibu berdiri dan lepas semua pakaian ibu!” perintah pak Anton.

Stella yang masih berusaha mengatur nafasnya mencoba untuk segera berdiri. Dengan perlahan Stella mulai berdiri, lalu dengan berat hati ia mulai menanggalkan satu persatu kancing kemejanya. Setelah semua kancing kemeja Stella terlepas, Stella masih ragu melepaskan kemejanya.

“Ayo cepat dilepas bu, saya tidak punya banyak waktu” kata pak Anton mengingatkan Stella.

Mendengar itu, Stella langsung melepaskan kemejanya. Dilanjutkan dengan rok span hitam yang dikenakan Stella. Kini Stella hanya mengenakan sepasang bra dan celana dalam berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulitnya. Stella bagaikan memberi pertunjukan striptease sehingga membuat pak Anton sangat terangsang, kini pak anton telah dikuasai oleh nafsunya.

“Dada kamu besar sekali.. Pantat montok.. Badan mulus.. Kamu makin cantik kalo kayak gini” kata pak Anton.

“Pak.. apakah kita harus melakukan ini?” ucap Stella.

“Ya harus dong hehe.. cepat lepas BH sama CD kamu! Atau langsung duduk saja sini disebelah saya” jawab pak Anton.

Stella yang memang sejak awal enggan melepas pakaiannya, langsung saja duduk disebelah pak Anton. Tanpa membuang waktu, pak Anton langsung melumat kembali bibir merah milik Stella yang langsung dibalasnya. Dan kedua tangannya juga kembali meremas payudara Stella yang kini hanya terhalangi oleh bra saja.

Salah satu tangan pak Anton menuju ke punggung Stella untuk mencari pengait branya. Setelah ditemukan pengaitnya, dengan mudahnya tangan pak Anton yang berpengalaman melepaskan pengait bra Stella. Pak Anton melanjutkan menggeser tali penyangga bra Stella dan mulai menarik lepas bra tersebut.

“Wow putingnya masih pink.. Mantap.. Happp..” ucap pak Anton.

“Aahhh..” desah Stella

Dengan lahapnya pak Anton menyusu pada payudara Stella bagaikan anak bayi yang kehausan akan ASI ibunya. Tanpa menghentikan remasannya, pak Anton menyedot dan menjilati kedua puting payudara Stella secara bergantian.

“Hhmmpp.. Aaahhh.. Pakkk.. Udah pakk..” mohon Stella sambil mendesah.

Pak Anton tak menggubris permintaan Stella, salah satu tangan pak Anton malah mulai menyusup kedalam celana dalam Stella. Ia menggesek-gesek bibir kemaluan Stella untuk lebih merangsang Stella. Lalu kemudian...

“Eeegghhhh...” desah Stella tertahan.

Ternyata pak Anton telah memasukkan jari tengahnya kedalam vagina Stella dan mulai mengocoknya. Perlahan tapi pasti pak Anton membangkitkan nafsu birahi Stella dengan menambahkan kecepetan kocokan tangannya divagina Stella.

“Uuggghhh pakk..” lenguh Stella yang mulai terbuai nafus.

“Kenapa sayang? Enak yaa? Udah basah nih..” tanya pak Anton menggoda.

“Memek ibu sempit banget, jari saya aja dijepit gini, gimana kontol saya haha” ucap pak Anton

“Hhmmpp.. Aagghhh.. pak..”

Pak Anton menghentikan kegiatannya dan segera melepas kain penutup terakhir yang melekat pada tubuh Stella. Pak Anton langsung mengambi posisi berlutut dan membuka lebar-lebar kedua paha mulus Stella. Kini wajah pak Anton sudah berada tepat didepan kemaluan Stella. Dan tak membuang waktu pak Anton melahap bibir kemaluan Stella. Disedotnya kencang-kencang vagina Stella, dan tak lupa lidahnya mejilat dan menyusup masuk kedalam.

“Uuugghh iyyaahh pak.. Enakk.. Teruss..” pinta Stella.

Pikiran Stella sudah diambil alih oleh nafsunya. Pak Anton yang mendengar permintaan Stella langsung mempercepat jilatan lidahnya. Tangannya naik meraih payudara Stella untuk diremas dan memilin puting kecilnya. Mendapat perlakuan intens seperti itu, Stella pun akan segera mencapai puncak kenikmatannya.

“Oouugghhhh... Aagghhh..” desah Stella mendapat orgasme pertamanya.

“Udah keluar aja bu, enak kan? Hehe..” tanya pak Anton

Stella hanya diam saja, ia sedang menikmati gelombang orgasme yang sedang menghampirinya sambil mengatur nafas kembali.

“Katanya ibu yang mau melayani saya, tapi kok ibu sendiri yang puas gitu..” ejek pak Anton

Stella pun membuang wajahnya yang memerah kesamping karena malu akan ejekan pak Anton. Sedangkan pak Anton berdiri dan melepaskan satu persatu pakaiannya hingga kini mereka berdua sudah sama-sama telanjang bulat diruangan itu. Pak Anton pun duduk bersebelahan dengan dengan Stella.

“Ayo bu sekarang ibu layani saya, sepongin kontol saya” perintah pak Anton.

“Tapi pak, saya belum pernah melakukan hal itu” jawab Stella.

“Ah udah deh gausah bohong sama saya bu, cepetan berlutut didepan kontol saya” kembali perintah pak Anton.

Dengan terpaksa Stella pun berlutut di depan pak Anton, dengan wajahnya yang berhadapan langsung dengan kemaluan pak Anton yang sudah menegang. Stella masih terdiam karena tidak tahu harus melakukan apa. Lalu ia kembali teringat Surti yang saat di pos satpam.

“Kalo ga salah Surti ngelakuinnya kayak gini ya” batin Stella sambil tangannya mencoba meraih batang kejantanan pak Anton.

Batang kemaluan pak Anton sudah berada di genggaman Stella, digerakkan tangannya naik turun mengikuti bentuk penis tersebut.

“Ahhh gilaaa, alus banget tangan ibu.. Aahhhh” desah kenikmatan pak Anton.

Stella terus mengocok kemaluan pak Anton dengan perlahan, dirasakannya penis itu makin membesar didalam genggamannya. Penis itu jadi sedikit lebih besar dari penis milik Yanto yang dulu pernah menikmati tubuh Stella.

“Pake mulutnya juga dong sayang..” perintah pak Anton.

Mendengar perintah pak Anton, Stella mendekatkan wajahnya ke kemaluan pak Anton. Bau dari kemaluan pak Anton langsung menyengat hidung Stella, membuatnya sedikit menjauh. Tapi Stella tidak punya pilihan, ia harus melakukan ini. Stella mendekatkan kembali wajahnya dengan menahan nafasnya sebentar, dan ‘Haappp..’ Ujung kepala penis pak Anton berhasil masuk kedalam mulut mungil Stella.

Kepala Stella mulai bergerak naik turun, dan sedikit demi sedikit batang kemaluan pak Anton masuk lebih dalam.

“Aahhh sambil disedot bu.. Anggep ngemut permen ouuhhh” ujar pak Anton.

Stella pun mencoba untuk mengemut kemaluan pak Anton seraya kepalanya bergerak naik turun.

“Slluurrpp.. Slurrpphh..” hanya itu yang terdengar dari mulut Stella.

“Lidahnya dimainin juga bu..” kata pak Anton lagi dengan tangannya yang mendekati payudara Stella.

Lakaknya mendengar perkataan seorang instruktur, Stella dengan patuh mengikuti perkataan pak Anton tanpa membantah sedikitpun. Stella menjilati ujung gundul kemaluan pak Anton yang sedang berada didalam mulutnya, ia mengitarinya dan tak lupa menjilat lubang kencing pak Anton.

“Ouuhh enakk buuu, ternyata ibu cepet belajarnya aahhh... Susu ibu juga juara..” ceracau pak Anton.

Mendapat rangangan pada payudaranya ketika sedang memberikan servis blowjob, mau tak mau birahi Stella kembali meningkat. Gerakan kelapa Stella makin lama makin cepat. Tangan pak Anton yang sejak tadi meremas payudara Stella tiba-tiba berpindah ke bagian belakang kepala Stella dan menekannya kuat-kuat. Batang kemaluan pak Anton masuk sangat dalam hingga menyentuh pangkal tenggorokan Stella.

“Hhmmmppp.. Hhhmmppp..” desah Stella yang berusaha melepaskan penis pak Anton dari mulutnya.

Tangan Stella terus-terusan menepuk paha pak Anton, berharap pak Anton segera melepaskan genggaman tangan pada kepalanya.

“Uuuggghhh... Aagghhhh..” lenguh pak Anton seraya melepaskan kepala Stella.

“Uhuukk.. Uhhuukkk..” Stella terbatuk-batuk selepas menerima seluruh batang kemaluan pak Anton pada mulutnya.

“Ayo bu, kita belum selesai. Sekarang ibu naik ke pangkuan saya” perintah pak Anton.

Stella langsung menuruti perintah pak Anton, ia bangkit lalu duduk dipangkuan pak Anton. Dengan posisi Stella menghadap kearah pak Anton, kemaluan mereka bertemu dan saling menempel meskipun belum menyatu.Stella merasakan penis pak Anton begitu hangat dibibir vaginanya.

Pak Anton menarik tubuh Stella agar lebih dekat, kini bibir mereka kembali bertautan. Pak Anton melumat bibir Stella begitu liar, begitu juga dengan Stella. Stella membalas lumatan pak Anton dengan tak kalah liar. Lidah mereka saling melilit, kedua insan ini sudah dikalahkan oleh nafsu bihari mereka sendiri.

“Masukin bu..” bisik pak Anton.

Mengerti dengan apa yang dimaksud pak Anton, Stella meraih batang kemaluan pak Anton dan sedikit mengangkat tubuhnya dari pangkuan pak Anton. Ia mengarahkan ujung penis pak Anton kearah liang kenikmatannya dan mulai menurunkan tubuhnya.

“Eeegghhh.. sakit..” lenguh Stella ketika penis pak anton menyeruak masuk.

“Oouugghh.. sempit sekali memekmu bu kayak perawan.. Aagghh.. Ugghhh naikin lagi bu kalo sakit” ucap pak Anton.

Stella mengikuti instruksi dari pak Anton, ia sedikit mengangkat kembali tubuhnya dan menurunkan lagi sehingga sedikit demi sedikit batang kemaluan pak Anton menyeruak makin dalam. Tangan pak Anton menyusup kebelakang tubuh Stella, tangan itu meremas bongkahan pantat Stella seraya membantu manaik turunkan tubuh Stella.

“Aagghh ternyata pantat ibu montok juga, andai ibu ini istri saya hehe” ucap pak Anton.

Mulut pak Anton tidak tahan lagi untuk tetap diam setelah melihat godaan yang sejak tadi berada tepat di depan matanya. Mulut itu kembali melahap payudara Stella, disedotnya kuat-kuat puting payudara Stella.

“Oouuugghh pakk..” desah Stella

Mendapat begitu banyak rangsangan di sekujur tubuhnya, vagina Stella makin basah sehingga memudahkan penis pak Anton untuk masuk lebih dalam. Kini penis pak Anton telah masuk lebih dari setengahnya. Karena sudah tak sabar lagi, pak Anton meremas kuat bongkahan pantat Stella dan menarik turun tubuh Stella seraya mendorong pinggulnya sendiri keatas menusukkan penisnya ke dalam vagina Stella.

“Oooouuugghhh...” lenguh keduanya bersamaan.

Pak Anton mendiam penisnya didalam vagina Stella, merasakan denyutan-denyutan dari dinding vagina Stella. Hal itu juga dilakukan agar vagina Stella bisa beradaptasi dengan ukuran kemaluannya. Penis pak Anton terasa seperti sedang di urut oleh vagina Stella.

Dirasa cukup, pak Anton meremas dan mengangkat pantat Stella dengan perlahan sehingga batang kemaluannya keluar sedikit demi sedikit hingga menyisakan ujung kemaluannya saja. Lalu diturunkannya kembali tubuh Stella secara perlahan hingga batang kemaluannya kembali tertelan seutuhnya oleh vagina Stella. Pak Anton terus menerus mengulangi hal tersebut.

“Uugghhhh..” lenguh Stella tiap kali penis itu masuk

“Memek sempit emang enakk Agghhhh...” ceracau pak Anton sambil menampar pelan bongkahan pantat Stella yang membulat indah.

Perlahan-lahan gerakan naik turun tubuh Stella makin cepat. Tangan pak Anton tak perlu lagi membantu manaik-turunkan tubuh Stella, dengan sendirinya Stella menggerakkan tubuhnya. Yerkadang juga diselingi dengan gerakan maju mundur pinggulnya. Sedangkan tangan pak Anton kini hanya mengelus-elus paha putih mulus milik Stella.

“Uuugghh.. Uugghh.. Agghhh..” lenguh Stella mulai menikmati persetubuhan dengan pak Anton.

“Eeegghhh enak ya bu? Keenakan sih boleh aja bu, tapi jangan jerit-jerit dong.. Aaaggghh..” ucap pak Anton seraya menikmati gerakan naik turun Stella.

Stella tidak sadar bahwa suara lenguhan yang keluar dari mulutnya sangat kuat. Untuk menahan lenguhannya, Stella berinisatif melumat bibir pak Anton. Tentu saja dengan senang hati pak Anton menerima dan membalasnya dengan lebih panas.

Gerakan Stella makin lama makin cepat, sebentar lagi ia akan mencapai orgasmenya.

“Oouugghh pak, saya mau keluar.. Aghhh.. Aaagghhh..” ucap Stella.

Mendengar itu pak Anton langsung meremas payudara Stella. Disedot dan dipilin kembali puting mungil itu untuk memberi tambahan rangsangan. Dan benar saja, tak berselang lama orgasme Stella langsung meledak.

“Oouuggghhh keluar.. Saya keluar.. Oouugghhh..” lenguh Stella panjang.

Pak Anton merasa penisnya disembur oleh cairan hangat yang sangat banyak hingga mengalir melalui celah-celah. Ia memberikan waktu bagi Stella untuk istirahat sejenak. Ia membiarkan Stella meresapi orgasmenya sekaligus mengatur nafas.

“Peluk leher saya bu” kata pak Anton singkat.

Stella yang pikirannya belum kembali sepenuhnya, dibuat kaget karena pak Anton mencoba mengangkat kedua kaki Stella dengan lengannya. Secara reflek Stella langsung memeluk leher pak Anton seperti yang di perintahkan. Lalu pak Anton mulai mencoba untuk berdiri dengan penisnya yang masih tertancap didalam vagina Stella.

“Siap ya sayang..” kata pak Anton.

Pak Anton mulai memaju mundurkan pinggulnya seraya menggendong tubuh ramping Stella. Birahi Stella yang memang belum sepenuhnya turun kini kembali memuncak dengan cepat. Stella tidak pernah berada pada posisi ini. Ia memandang kagum pada lelaki yang sedang menyetubuhinya ini.

“Lelaki ini sungguh perkasa, walau umurnya mungkin sudah tua tapi ia mampu menggendongku sambil bersetubuh” batin Stella

Tentu saja pak Anton mampu melakukannya karena pak Anton adalah seorang guru olahraga, ia selalu menjaga kesehatan tubuhnya dan rajin berolahraga sehingga mempunyai stamina yang luar biasa. Dan tentu saja ditunjang oleh berat badan Stella yang ideal.

“CPOKK.. CPOKK..” suara benturan antar kelamin mereka.

Pak Anton terus menggenjot Stella dengan tempo yang teratur. Stella dapat melihat dengan jelas penis pak Anton yang berukuran besar dan mengkilap oleh cairan cintanya kini keluar masuk liang kenikmatannya. Kali ini tak memerlukan waktu lama, bersetubuh dengan lelaki yang luar biasa perkasa dan dengan posisi yang luar biasa juga segera mengantarkan Stella ke puncak kenikmatannya. Vaginanya meminta untuk segera dipuaskan.

“Agghh iyyahh.. Iyyaahhh.. Teruss pakk.. Ouugghh lebih kenceng..” ceracau Stella

“Ouugghh iyyahh sayang.. Hah.. Hahh.. Gimana..? Enak ngentot sama saya.? Uugghh...” tanya pak Anton.

“Iyyahh pak.. Oouugghh Enakk.. Enak banget Aagghh..” jawab Stella tidak jelas.

“Kalo enak boleh dong saya ngentotin kamu lagi?” tanya pak Anton kembali

“Iyyaahh boleh pakk.. Oouugghh.. Cepetinn.. Kencengin lagii Aagghhh” pinta Stella yang telah hilang kendali akan tubuh dan pikirannya.

“Ougghh.. Hahh.. kalo gitu.. Mulai sekarang Agghhh.. Kamu harus panggil saya ‘sayang’.. Oouugghh..” ucap pak Anton meningkatkan kecepatannya.

“Iyyahh.. Iyyaahhh.. Aagghhhh.. Aku.. Aku keluar sayaannnnggg!!” lenguh Stella mendapat oragasmenya lagi.

Pak Anton menusukkan dalam-dalam batang kemaluannya pada liang kenikmatan Stella. Dinding vagina Stella kini mencengkram lebih erat. Cairan orgasme yang dikeluarkan Stella kali ini lebih banyak dari sebelumnya, cairan itu menetes keluar hingga membasahi lantai.

Nafas mereka kian memburu. Lalu pak Anton menurunkan tubuh Stella terduduk di sofa dan manarik keluar batang penisnya.

“Nungging..! CEPETAANN!!” perintah pak Anton

Tanpa berfikir Stella langsung memposisikan tubuhnya menungging dengan tangannya bertumpu pada pinggiran sofa. Pak Anton pun mendekati Stella dari arah belakang. Ia melihat bongkahan pantat Stella yang begitu membulat sempurna siap menerima dirinya.

“PLAKK” satu tamparan mendarat pada pantat Stella.

“Aahhh..” desah Stella.

“Pantat kamu memang bagus banget sayang, montok ga ada duanya” ucap pak Anton.

Setelah posisi pak Anton tepat dibelakang Stella, pak Anton mengarahkan penisnya ke vagina Stella dan langsung mendorong masuk seluruh batang kemaluannya.

“Eegghhh..” lenguh Stella tertahan

“Aagghhh gila.. masih sempit aja memek kamu sayaang” ujar pak Anton.

Pak Anton menggenjot kembali liang kenikmatan Stella, kali ini gerakan pinggulnya masih dalam tempo rendah. Wajah pak Anton mendekati wajah Stella dari sebelah kiri, diciumnya pipi Stella. Stella yang terkejut dengan ciuman pak Anton pada pipinya langsung menengok kearah ciuman tersebut.

Tanpa disadari Stella, wajah mereka saling berhadapan sangat dekat. Pak Anton langsung melumat bibir indah milik Stella dan saling berbalasan. Tangan pak Anton menyusup meraih kedua payudara Stella.

“Hhmmmpp.. Hhmmmpphh.. Ssshhh..” suara lumatan mereka yang saling beradu.

Setelah beberapa saat dengan posisi itu, pak Anton menegakkan badannya dan menahan pinggul Stella dengan tangannya. Pak Anton meningkatkan tempo gerakannya.

“Aagghhhiyaahh.. Hiiyyyaahh.. Teruss” lenguh Stella.

Stella sangat menikmati gesekan-gesekan antar vaginanya dan penis milik pak Anton, namun tiba-tiba pak Anton mencabut penisnya.

“Hahh.. Sekarang telentang sayaang..” ucap pak Anton.

Stella yang sudah akan mendapatkan orgasmenya lagi dengan cepat membalikkan tubuhnya hingga telentang di atas sofa dan membuka pahanya lebar-lebar. Pak Anton juga tak membuang waktu, ia langsung menusukkan penisnya lagi dan menggenjot dengan kecepatan penuh. Pak Anton akan segera mengakhiri persetubuhan ini.

“Aagghhh sayaang.. Aku.. Ugghhh Keluar.. Ouugghhh” ujar Stella.

“Buka mulut kamu sayaang” perintah pak Anton.

Stella segera membuka mulutnya, dan pak Anton memasukkan batang kemaluannya dengan posisi kepala Stella yang masih tertidur. Tahu apa yang diinginkan pak Anton, Stella langsung menyedot kemaluan pak Anton seperti apa yang pernah ia ajarkan. Pak Anton terus menggenjot mulut Stella seperti sedang menyetubuhi mulut Stella.

“Oouuggghhh..” lenguh pak Anton panjang.

Pak Anton mendorong penisnya dalam-dalam dan menembakkan cairan spermanya beberapa kali, menandakan siempunya telah mendapatkan orgasmenya juga.

“Telenn, terus bersihin kontol saya” kata pak Anton.

Stella langsung menelan seluruh sperma pak Anton yang tertampung dimulutnya.

“Enakk.. Apa sperma memang enak seperti ini ya?” batin Stella.

Digenggamnya penis pak Anton dan mulai menjilati seluruh permukaannya. Dan terakhir Stella mengemut batang kemaluan pak Anton untuk membersihkannya dari sisa-sisa sperma pak Anton dan menelannya lagi.

“Uugghh nikmat.. kamu udah hebat nyepongnya sayang” ucap pak Anton.

Setelah beberapa saat beristirat, Stella bangkit dan membersihkan tubuhnya dengan beberapa lembar tisu. Ketika Stella memungut pakaiannya, ia tidak menemukan bra dan celana dalamnya.

“Pak, BH sama CD saya mana?” tanya Stella.

“Loh kok manggil ‘pak’ lagi sih?” pak Anton balik bertanya.

“BH sama CD kamu saya simpen buat kenangan saat kita ngentot hehe” lanjut pak Anton.

Stella hanya terdiam dan mulai memakai kemeja putih dan rok span hitamnya tanpa bra dan celana dalam.

“Inget ya janji bapak” ucap Stella.

“Iya bu Stella ku sayang, tapi cium dulu dong” kata pak Anton iseng.

Stella membuang nafas kesal karena mendengar permintaan dari pak Anton. Tapi mau tak mau Stella harus melakukannya. Stella berjalan menuju pak Anton yang duduk di sofa tanpa sehelai benang pun.

Pak Anton tersenyum melihat Stella berjalan kearahnya. Ketika Stella tepat berada didepannya, Stella menundukkan badannya untuk mendekatkan wajahnya pada wajah pak Anton. Stella memejamkan matanya, kini bibir mereka saling bertemu, saling lumat, dan lidah mereka saling melilit. Jika ada orang yang melihat, maka terlihat jika Stella lah yang menginginkannya.

“Hhmmmpp.. Hhmmppp..” suara lumatan mereka.

Tangan pak Anton tinggal diam, ia meremas payudara Stella dari dari balik kemejanya. Kekenyalan payudara Stella dapat dirasakan secara langsung karena kini Stella sudak tidak mengenakan bra lagi. Lalu tangan pak Anton berpindah meremas pantat Stella, sama halnya dengan payudara Stella, pantat montok Stella begitu terasa ditangan pak Anton.

Puas meremas pantat Stella, tangan pak Anton kembali meremas payudara Stella. Kali ini pak Anton mempermainkan puting susu milik Stella. Dan setelah beberapa saat pak Anton melepaskan cumbuannya pada bibir dan payudara Stella.

“Hahh.. Hahhh.. Haahhh..” Stella kehabisan nafas.

“Yasudah pak, saya mau pulang” kata Stella singkat dan langsung membalikkan badannya.

“Kapan-kapan ngentot lagi ya bu” ucap pak Anton sedikit keras

Stella tak menanggapi perkataan pak Anton dan berjalan menuju pintu keluar. Dan hal yang tidak diketahui oleh pak Anton adalah nafsu birahi Stella sudah bangkit kembali karena perbuatannya tadi.

Stella ingin segera pulang kerumah karena badannya lengket berkeringat setelah bersetubuh dengan pak Anton. Stella segera memesan taksi. Karena posisi taksi dan Stella cukup jauh, Stella harus menunggu di dekat gerbang sekolah. Namun tiba tiba hujan turun dengan lebat nya. Stella melihat disebrang terdapat, bangunan ruko yang berhenti di bangun tapi sudah memiliki atap. Dengan berlari kecil Stella pergi menuju ruko tersebut.

Disana terdapat dua orang pedagang yang juga sedang berteduh dari hujan. Tanpa Stella sadari, hujan membuat kemeja putih Stella makin melekat pada tubuhnya menjadi mencetak benda yang ada didalamnya. Para pedagang itu terus memperhatikan.

“Itu cewek yang tadi pagi kita liat kan” bisik salah satu pedagang

“Iya, cewek yang cantik banget itu” jawab pedagang lainnya.

“Liat deh, tuh cewek ga pake BH lagi. Padahal gua inget banget BH dia tadi pagi warna item” pedagang itu kembali berbisik.

“Wah iya ya, jangan-jangan dia cewek panggilannya guru disekolah ini”

“Bentar ya..”

Pedagang itu bangkit dan dengan beraninya mendekati Stella.

“Neng, kok sendirian?” tanya pedagang itu pada Stella.

“Iya bang, tadi saya abis nemuin wali kelas anak saya” jawab Stella tanpa menaruh curiga.

“Emang ada apa neng?” tanya pedagang itu lagi

“Nilai anak saya kurang bagus semester ini bang” jawab Stella singkat

“Ohgitu.. Dingin ga neng?” tanya pedagang itu sambil bergerak makin mendekat.

“Dingin lah bang, kan ujan” jawab Stella yang masih cuek.

“Mau yang anget-anget ga neng?” tanya pedagang itu yg kini sudah berada disamping Stella.

Mendengar pertanyaan itu, Stella berfikir bahwa pedagang ini menawarkan dagangannya yang masih hangat, ia masih tidak curiga terhadap pedagang ini.

“Mau bang” jawab Stella sedikit bersemangat.

Namun tiba-tiba pedagang itu langsung memeluk Stella dari belakang dan meremas payudara Stella.

“Apa-apaan ini bang” bentak Stella.

“Udah neng gausah sok suci, saya tau neng pasti abis ngentot kan sama guru disekolah ini” kata pedagang itu sambil terus meremas payudara Stella.

“Enggak, LEPASIINN” pinta Stella mencoba melepaskan diri.

“Gausah bohong deh neng, ini buktinya neng ga pake BH lagi”

Pedagang itu makin berani, pelukannya pada tubuh Stella makin erat. Kemaluannya sudah menempel ketat pada bongkahan pantat Stella. Didorong-dorong kemaluannya pada pantat Stella mancari kenikmatan lebih. Dan kini ia mulai menciumi leher jenjang milik Stella.

“Bang.. Tolong lepasin.. Abang saya bayar kalo lepasin saya” mohon Stella berontak.

“Uang bisa dicari neng walaupun saya miskin kayak gini, tapi kalo cewek cantik seksi kayak neng gini kapan lagi saya dapet neng” jawab pedagang itu.

“Udah neng pasrah aja, saya jamin pasti nikmat. Uuhhh toketnya gede banget, kenyel lagi” lanjut pedagang itu terus meremas payudara Stella penuh nafus.

“Saya mohon lepasin bang, saya udah punya keluarga” mohon Stella lagi.

“Ah banyak omong lo ini, mau lo gua panggil pedagang lain disebrang sana hah?” ancam pedagang itu.

Mendengar itu, Stella pun terdiam. Ia sangat takut jika ia harus diperkosa oleh seluruh pedagang di daerah sekolah anaknya ini. Tak hanya kehabisan kata-kata, Stella pun sudah berhenti melawan.

Pedagang yang merasa mangsanya sudah berhenti melawan menganggap ini sebagai lampu hijau. Ia manarik Stella untuk masuk lebih dalam ke bangunan ruko tersebut tanpa melepaskan pelukan dan remasannya pada payudara Stella.

Birahi Stella yang sedari tadi sudah bangkit akibat perpisahan dengan pak Anton pun kini makin meningkat. Dirasakannya penis pedagang ini mengganjal di pantatnya dan terus-terus mendorong.

“Oy jon, sini gabung!” teriak pedagang itu memanggil temannya yang bernama Joni sambil membuka satu persatu kancing kemeja Stella.

Stella kaget, ia tak menyangka bahwa pedagang ini sedang bersama temannya. Tapi mau bagaimana lagi, untuk melawan satu orang saja ia tak mampu, apalagi harus dua orang.

“Wah tuh toket mantep banget pas bajunya udah dibuka, jadi pengen nyusu hehe” kata Joni mendekati mereka berdua

“Eiittss sabar dulu, ini bagian gua. Gua udah kepengen dari tadi, nah lo urus dulu bagian bawahnya” ujar pedagang itu sambil membalikkan tubuh Stella menghadap padanya.

“Ah sialan lo jo, tapi gapapa deh ini juga enak” jawab Joni kepada temannya yang ternyata bernama Parjo.

Kini Stella berhadapan langsung dengan Parjo, ia menatap wajah Parjo yang bisa dibilang jauh dari tampan. Parjo yang sudah nafsu dari tadi langsung melumat bibir Stella seraya tangannya meremas payudara Stella tanpa ada halangan. Sedankan Joni berlutut dibelakang Stella, meremas dan mencium pantat Stella dari luar roknya.

Tak seperti yang dibayangkan Parjo bahwa Stella pasti akan menolaknya, namun nyatanya Stella membalas lumatan bibir Parjo. Malah Stella lah yang lebih dulu menyodorkan lidahnya, dan tentu saja dengan senang hati Parjo melayani permainan lidah Stella.

Joni yang sedang asik bermain dengan bongkahan pantat Stella, lalu kemudian mengangkat rok yang dikenakan Stella. Alangkah terkejutnya Joni melihat pamandangan yang ada didepan matanya.

“Wahh ternyata udah ga pake kancut lagi jo, ini mah beneran abis ngentot” kata Joni seraya menempelkan bibirnya pada bibir vagina Stella.

Mendengar itu wajah Stella memerah karna malu, ia ketahuan tidak memakai bra dan celana dalam. Dan tentu saja Stella berfikir bahwa mereka akan menilai buruk dirinya.

Parjo menurunkan celana dan celana dalamnya hingga sebatas lutut, dan langsung menurunkan kepala Stella mendekati kamaluannya. Ukuran penis Parjo tidak terlalu besar, ukurannya standar. Stella tau maksud dari Parjo, ia membuka mulutnya dan memasukkan batang kenikmatan itu kemulutnya. Tangan Parjo tak henti-hentinya meremas buah kesukaannya itu, ia juga memilin puting susu Stella.

“Hmmppp.. Eegghhhh..” lenguh Stella merasakan ada benda yang memasuki liang vaginanya.

Dibawah sana ternyata Joni sudah memasukkan salah satu jarinya kedalam vagina Stella. Digerakkannya jari itu keluar masuk vagina Stella. Mendapat begitu banyak rangsangan membuat birahi Stella memuncak. Baru sebentar saja tiba-tiba tubuh Stella mengejang dan melepaskan emutannya pada kemaluan Parjo.

“Oouugghh... Aagghhhh..” lenguh Stella orgasme.

“Lah udah dapet aja lo neng” kata Joni mencabut jarinya dari vagina Stella.

Parjo yang sudah tak tahan lagi langsung memutar tubuh Stella dan mengarahkan ujung gundul kemaluannya kearah bibir vagina Stella yang sudah basah kuyup oleh cairannya sendiri.

“Gua duluan ya jon” ucap Parjo seraya mengesek-gesekkan penisnya pada vagina Stella.

Joni hanya mengikuti saja kata-kata Parjo, toh dia juga yang membagi kenikmatan ini. Dan dengan sekali sentak masuklah penis Parjo kedalam liang kenikmatan Stella.

“Eegghhhh..” lenguh Stella ketika penis Parjo memasuki vaginanya.

“Uugghh sempit banget” ujar Parjo.

“Yee jari gua aja tadi dijepit abis, apalagi pake kontol” timpal Joni.

Joni berdiri seraya mengangkat wajah Stella hingga mendekati wajahnya. Joni langsung saja melumat bibir Stella yang sungguh menggoda itu. Tak berbeda dengan Parjo, Stella juga membalas pagutan bibir Joni dengan liar.

“Hhmmmppp.. Hhmmmpp.. Sshhh..” desahan itu keluar dari bibir Stella yang beradu dengan bibir Joni.

Ketika Stella sedang menikmati kegiatan lumat-melumatnya dengan Joni, tiba-tiba Parjo mulai menggerakkan pinggulnya. Dimulai dengan gerakan perlahan, Parjo terus meningkatkan tempo genjotannya. Lenguhan Stella tertahan oleh lumatan bibir Joni.

“CPOK.. CPOK.. CPOK..” hanya suara benturan antar selangkangan Parjo dan pantat Stella lah yang mendominasi saat ini.

Parjo makin meningkatkan genjotannya pada vagina Stella. Gerakan pinggul Parjo kian tak beraturan. Parjo sudah sepenuhnya dikendalikan oleh nafsu birahinya.

“Oouugghhh.. Aagghhh.. Aagghhh.. Agghh..” lenguh Stella keluar saat Joni melepas pagutannya.

“Neng numpang nyusu ya hehe” ucap Joni meminta izin pada Stella.

Tapi tanpa menunggu persetujuan Stella, Joni sudah mulai bermain dengan payudara Stella. Kedua tangannya meremas kedua payudara Stella dan sesekali memilin puting susu Stella. Sedangkan mulut Joni menyusu pada Stella bagai anak yang kekurangan ASI ibunya.

“Ooughh teruss.. Cepetin lagi..” ceracau Stella.

Stella sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya ketika Parjo memompa penisnya dengan sangat cepat, hingga akhir Parjo menancapkan penisnya dan menyemburkan spermanya didalam liang kenikmatan Stella.

“Oouugghh.. Enak banget neng.. Hahh.. Haahh.. Saya ga kuat.. memeknya sempit banget..” ucap Parjo ketika mendapat orgasmenya.

“Hahh.. Hahh.. Haahhh..” dengus nafas Stella.

Setelah penisnya berhenti menyemburkan sperma, Parjo lantas mencabut batang kemaluannya dari vagina Stella. Sebagian sperma itu ikut tertarik keluar saat Parjo menarik penisnya. Parjo kini terduduk puas di lantai ruko yang masih berupa tanah.

“Kentang ya neng..” bisik Joni di telinga Stella.

Stella terkejut dan membuka matanya yang tadi sempat terpejam saat menerima semburan sperma Parjo.

“Bagaimana bisa dia tau” batin Stella bingung.

“Tenang aja neng, masih ada kontol saya kok. Di jamin puas pake banget hehe.. Tapi buka sendiri ya” ujar Joni seraya bangkit untuk berdiri sepenuhnya.

Stella langsung mengambil posisi berjongkok di depan kemaluan Joni. Tangannya meraih pinggiran celana dan celana dalam Joni, dengan sekali tarik keluarlah kamaluan Joni yang sedari tadi masih bersembunyi dibalik celananya. Stella sedikit terkejut karena batang besar itu langsung mengacung tepat kearah wajahnya. Ukurannya hampir menyamain milik pak Anton.

Stella meraih batang kemaluan tersebut dan mulai menjilatinya. Tak ada satu titikpun yang terlewat dari jilatan lidah Stella. Setelah dirasa cukup, Stella memasukkan batang kenikmatan itu kedalam mulutnya.

“Oougghhh enak neng..” ucap Joni.

Stella langsung mempraktekkan cara memberikan blowjob yang baru saja diajarkan pak Anton tadi. Stella memaju-mundurkan kepalanya mengikuti bentuk kemaluan Joni sambil menghisapnya. Tak lupa lidah nya bermain di sekitar kepala kemaluan Joni.

“Aagghhh jago banget neng nyepongnya.. Uugghhh.. Biji nya jangan ketinggalan neng” pinta Joni.

Mendengar permintaan Joni, bibir Stella berpindah menuju buah zakar Joni. Meskipun belum tahu caranya, tapi Stella tetap melanjutkan keinginan pejantannya itu. Diangkatnya batang penis Joni, dan mendekatkan bibirnya pada buah zakar Joni. Diemutnya satu persatu buah zakar itu secara bergantian.

“Uugghhh.. Tangannya sambil ngocok neng..” pinta Joni lagi.

Tanpa membuang waktu Stella langsung mengocok batang kemaluan Joni seraya mengemut buah zakarnya

“Oouuugghhh.. Udah neng.. mending kita pindah kesana aja” kata Joni menunjuk sebuah meja usang yg terdapat disana.

Sebelum bangkit Stella sempat memberikan jilatan dan kecupan mesra pada batang kemaluan Joni, hal itu membuat Joni tersenyum senang. Joni melepas baju dan juga celana yang masih tertahan dipergelangan kakinya untuk dijadikan alas pada permukaan meja.

Joni naik keatas meja dan memposisikan tubuhnya tidur telentang. Tentu Stella tahu posisi apa yang ingin digunakan oleh Joni. Kini Stella ikut naik keatas meja, ia berdiri mengangkangi tubuh Joni tepat diatas batang kemaluan Joni. Perlahan Stella menurunkan tubuhnya hingga berjongkok dan meraih batang kenikmatan Joni. Diarahkannya batang itu menuju liang senggamanya.

“Oouugghh.. Agghhh..” lenguh Stella dan Joni bersamaan saat batang penis Joni memasuki vagina Stella.

Sedikit demi sedikit batang kemaluan Joni masuk lebih dalam, hingga akhirnya batang itu tertelan seutuhnya oleh vagina Stella. Stella yang tadi hampir mendapatkan orgasmenya langsung menggerakkan tubuhnya naik-turun. Payudara Stella bergoyang dengan indahnya dihadapan Joni. Secara naluri tangan Joni meraih payudara itu dan meremasnya.

“Oouugghh.. Aagghhh.. Aaggghhh.. Saya mau keluar bang” ujar Stella.

“Keluarin aja neng.. Uugghhh” jawab Joni.

Gerakan naik-turun Stella makin cepat. Rasa nikmat dari gesekan batang kemaluan Joni pada dinding vaginanya menyebar keseluruh tubuhnya. Dan akhirnya tubuh Stella menegang dan melengkung kebelakang.

“Oouuggghhh.. Aku keluar..” teriak Stella mencapai puncak kenikmatannya.

Lalu tubuh Stella kehilangan kekuatannya dan ambruk menimpa tubuh Joni. Joni merasakan kemaluannya begitu hangat terkena cairan orgasme Stella yang membanjir, ia juga bisa merasakan kedutan-kedutan dari dinding vagina Stella mengurut-urut bajang kejantanannya. Joni memberikan waktu pada Stella untuk beristirahat.

“Hahh.. Haahh. Haahhh..” nafas mereka berdua terdengar jelas saling memburu.

“Goyang lagi dong neng” bisik Joni memecah kesunyian seraya tangannya mencengkram pinggul Stella dan menggerakkannya.

Joni terus terusan menggoyangkan tubuh Stella dengan tangannya dan mendorong-dorong selangkangannya mencari kenikmatan lebih. Stella tersadar bahwa Joni masih belum mencapai orgasmenya, penis Joni masih mengganjal vaginanya yang kini mulai bergerak keluar masuk.

Stella bangkit dari istirahatnya dan mulai menggerakkan lagi pinggulnya. Terlihat penis Joni yang besar mengkilap keluar masuk liang kenikmatan Stella. Tak berselang lama birahi Stella memuncak kembali.

“Egghhh.. Oouugghh.. Oouugghh..” lenguh Stella.

“Oouugghh iya neng.. Nikmat tenann..” ceracau Joni seraya mengelus paha mulus Stella.

“Hiiyyaahhh bang.. Nikmatt oouugghhh..” jawab Stella.

Mereka berdua terus mamacu birahi, mengejar kenikmatan yang sebentar lagi akan menghampiri.

“Bang aaagghh.. Saya.. Mau.. Keluar..” Ujar Stella.

Mendengar itu Joni langsung menarik tubuh Stella dan memeluknya. Joni mengguling tubuhnya, hingga kini Stella lah yang sedang telentang dibawah tubuh Joni. Ditariknya tubuh Stella hingga pinggul Stella tepat berada di ujung meja.

“Hahhh.. Bareng ya neng keluarnya oouugghh..” ucap Joni seraya menusukkan penisnya.

Diangkatnya kaki Stella dan diletakkan dipundaknya, lalu Joni langsung menggenjot vagina Stella dengan kecepatan tinggi. Joni ingin segera menyelesaikan persetubuhan ini.

“Oouughhh hiiyyyaaahh bang.. Terusss.. Aaagghhh..” caracau Stella dikuasain nafsu.

“Oouugghh neng.. Terima peju abang..” ucap Joni seraya menggenjot lebih cepat.

Nafas mereka sudah kacau dan saling memburu. Lalu tak lama Joni menusukkan penisnya dalam-dalam.

“Ouugghhh..” lenguh mereka bersamaan mendapat orgasme.

Batang kejantanan Joni menembakkan spermanya berkali kali didalam liang kenikmatan Stella. Begitu juga dengan Stella, ia menyemburkan cairan orgasmenya menyambut cairan sperma milik Joni. Sungguh hangat didalam vagina Stella.

Lalu Joni mendekatkan wajahnya pada wajah Stella, mereka saling melumat seraya memejamkan mata. Mereka meresapi kenikmatan puncak birahi yang baru saja mereka raih. Hingga akhirnya Joni melepas lumatannya dan mencabut batang kejantanannya dari vagina Stella.

“Makasih ya neng.. tadi enak banget..” ucap Joni.

Stella diam saja, matanya masih terpejam. Stella berusaha mengatur nafasnya, lalu bangkit dan mencari tasnya yang berisi HP. Saat dilihat layar HPnya, ia melihat puluhan panggilan tak terjawab dari driver taksi yang ia pesan. Lalu ia mencoba menelfon kembali nomor tersebut.

“Halo mas.. maaf tadi HPnya ga kedengeran.. iya maaf mas..” jawab Stella

“Ini saya di bangunan ruko didepan sekolah.. Oh mas nunggu dipinggir jalan ya.. yaudah saya kesana” obrolan Stella dengan driver taksi.

Stella buru-buru mengambil pakaiannya dan memakainya. Tanpa merapikan pakaiannya, Stella langsung berlari kecil menerobos hujan menuju taksi yang ia pesan. Parjo dan Joni yang melihat itu, langsung kompak berteriak.

“Makasih ya neng, kapan-kapan main lagi yaa” teriak Parjo dan Joni.

Stella tidak menghiraukan teriakan mereka berdua dan langsung masuk kedalam taksi bangku belakang. Dan kemudian taksi yang dinaiki Stella pergi menghilang dari pandangan Parjo dan Joni.


::::::::::::::::::::::::::


Stella kini siap berangkat, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 11. Segera Stella memesan taksi untuk mangantarkannya, sekitar 10 menit lamanya hingga taksi yang Stella pesan akhirnya datang. Tanpa membuang waktu Stella masuk kedalam taksi dan duduk dibangku depan.

“Cantik bener.. Ini bidadari bukan sih.. Mana pahanya mulus lagi” Batin sang supir ketika melihat Stella

“Be.. Bener ya bu ke Mall XXX?” tanya supir itu memastikan.

“Bener pak, tolong agak cepet ya pak” jawab Stella.

“OK bu”

Mobil yang ditumbangi Stella pun berangkat. Selama perjalanan sang supir yang diketahui bernama Dahlan mengajak Stella untuk mengobrol ringan, dan tak henti-hentinya melirik kearah paha mulus Stella ketika ada kesempatan.

Tak terasa 30 menit sudah berlalu, mereka pun telah tiba di pintu gerbang Mall XXX.

“Berapa biayanya pak” tanya Stella seraya membuka tasnya.

“89.000 bu” jawab pak Dahlan sedikit lesu karna pemandangan yang sedari tadi menyemangatinya akan segera menghilang.

“Bentar ya pak”

Stella membuka dompetnya berniat mengambil uang untuk membayar biaya taksi. Ketika membuka dompetnya, Stella sedikit terkejut karena didalam dompetnya hanya terdapat uang sejumlah belasan ribu saja, ternyata ia lupa untuk mengambil uang di ATM sebelumnya.

“Aduh pak, gimana yaa. Saya lupa ngambil uang di ATM pak, ini cuman ada 13.000 didompet saya. Gimana ya pak?” ujar Stella.

“Yahh bu saya aja buat makan pas-pasan bu, masa cuman dibayar 13.000 sih bu. Setengahnya aja ga sampe bu”

“Gimana ya pak saya beneran lupa ngambil tadi”

Mendengar itu, Dahlan pun mendapatkan ide. Lalu ia terus-terusan mendesak Stella.

“Gimana sih bu... Apa ibu ini emang sengaja ga mau bayar ya..” tanya Dahlan.

“Enggak pak, ini saya beneran lup ngambil. Kalo ga saya ke ATM dulu aja pak buat ngambil uang, nanti saya kesini lagi buat bayar taksinya. Saya bayar lebih pak” usul Stella

“Ah itu mah akal-akalan aja biar bisa kabur kan, saya udah sering denger”

Stella pun terdiam, ia masih berfikir bagaimana caranya membayar biaya taksi ini. Melihat Stella yang kebingungan Dahlan pun memberanikan diri memberi ide untuk membayar biaya taksinya.

“Gini aja bu, saya kasih cara buat bayar taksi saya. Itupun kalo ibu mau” ujar Dahlan

“Gimana caranya pak?” tanya Stella penasaran.

“Ibu bantu kocokin kontol saya hehe..” Ucap Dahlan sedikit berbisik mendekat telinga Stella.

Stella pun kaget mendengar permintaan supir tersebut, tentu saja ia tak mau melakukannya.

“Bapak gilaa, saya tidak mau melakukannya. Pasti masih ada cara lain” bantah Stella sedikit menaikkan nadanya.

“Ya itu sih terserah ibu aja, saya kan cuman ngasih saran, sama-sama enak kan hehe”

“Enggak pak, saya ga mau” ucap Stella

“Yaudah saya tinggal laporin ibu ke satpam didepan itu kalo ibu mau nipu saya” ancam Dahlan.

Lagi-lagi Stella terjebak dalam keadaan seperti ini, meskipun terdapat dua pilihan tetapi ia tetap tidak bisa memilih. Stella berfikir betapa memalukannya jika orang-orang tau bahwa ia ingin menipu supir taksi, dan tak lama lagi temannya akan datang.

“Gimana? Mau saya laporin?” tanya Dahlan.

“Ja-jangan pak” jawab Stella.

“Kalo gitu ibu mau dong ngocokin kontol saya?”

Stella terdiam, ia tak tau harus bagaimana. Pilihan itu begitu sulit baginya.

“MAU GA BU?” bentak Dahlan menghamburkan lamunan Stella

“I-iyaa” Jawab Stella pelan.

“Nah gitu dong dari tadi” ucap Dahlan gembira

“Ta-tapi jangan disini ya pak, saya takut diliat orang” pinta Stella

“Tenang aja, kalo masalah itu mah gampang” jawab Dahlan

Dahlan langsung tancap gas membawa mobilnya ke area parkir basement. Seraya mencari area parkir yang kosong, tangan Dahlan tak tinggal diam. Tangan itu meraba paha putih mulus Stella yang sedari awal membuatnya bernafsu. Stella tak berani menepis tangan tersebut, ia hanya bisa terdiam menerima perlakuan Dahlan.

“Mulus euyy” ucap Dahlan.

Akhirnya mereka menemukan tempat yang cukup strategis, berada disudut area parkir sehingga jarang orang yang melintas dan masih sedikit mobil yang terparkir disana.

Setelah memarkirkan mobilnya, Dahlan langsung menurunkan celana berikut celana dalamnya sehingga batang kemaluannya yang sudah menegang langsung melompat keluar.

“Ayo bu langsung dikocokin, saya udah ga tahan dari tadi” ucap Dahlan

Stella melirik kearah kemaluan Dahlan, Penis itu tidaklah terlalu besar. Dengan ragu-ragu ia mencoba untuk menjulurkan tangannya kearah kemaluan Dahlan. Hingga akhirnya kemaluan itu berada dalam genggaman Stella.

“Penis ini hangat sekali” batin Stella seraya menjauhkan pandangannya dari Dahlan.

Stella mulai menggerakkan tangannya naik turun mengikuti bentuk kemaluan Dahlan. Stella melakukannya dengan perlahan sehingga membuat Dahlan dapat merasakan kehalusan tangan Stella.

“Aagghhh lembut bener tangannya bu kayak paha ibu” ceracau Dahlan seraya tangannya meraba pangkal paha Stella.

Stella tak menghiraukan perkataan Dahlan, ia hanya ingin segera menuntaskan semua ini. Stella terus memberikan servis terbaik untuk kejantanan Dahlan lewat jemarinya agar cepet selesai.

Dahlan yang melihat Stella memalingkan wajahnya langsung berinisiatif menarik wajah Stella mendekat, langsung saja Dahlan mencoba memagut bibir Stella. Namun Stella menolaknya.

“Perjanjiannya kan ga kayak gini pak” ujar Stella.

“Biar cepet aja bu”jawab Dahlan

Stella yang memang berencana menuntaskan semua ini dengan cepat pun terbuai oleh kata-kata Dahlan.

“Ada benarnya juga sih, mungkin ini bisa membantu agar dia cepat keluar” batin Stella.

Dahlan yang tidak lagi merasakan dorongan dari tubuh Stella agar menjauh kini menarik kembali wajah Stella untuk mendekat. Perlahan Dahlan mulai melumat kembali bibir Stella dengan lembut, Stella pun membalas lumatan tersebut dan melanjutkan kocokannya yang sempat terhenti.

Mereka terlihat layaknya sepasang kekasih, saling melumat dengan lembut dengan kemaluan sang pria yang sedang dikocok dengan perlahan oleh sang wanita. Semua itu dilakukan Stella tanpa paksaan semata-mata agar cepat terselesaikan.

Dahlan yang merasa diatas angin perlahan menggerakkan kedua tangannya naik meraba setiap bagian tubuh Stella. Tangan itu naik perlahan dari pangkal paha Stella, melewati pinggul, perut, hingga mencapai payudara. Tanpa disadari hal itu mengakibatkan baju terusan yang dipakai Stella ikut tertarik keatas. Dahlan pun mulai meremas lembut payudara Stella untuk menikmati kekenyalannya.

“Uugghh..” desah Stella tiap kali Dahlan meremas payudaranya.

Ditengan remasannya di payudara Stella, Dahlan barulah menyadari satu hal yang tentu saja membuatnya makin bernafsu untuk menyentuh setiap bagian tubuh Stella.

“Buset ini susu gede bener, kok gua ga liat ya daritadi. Bisa-bisanya barang bagus gini nyumput dibalik baju” batin Dahlan.

Mengetahui bahwa terdapat barang bagus disana membuat Dahlan ingin menyentuhnya secara langsung. Diturunkannya kembali kedua tangan yang sedang meremas payudara Stella itu hingga pinggul seraya meraba dan mencari ujung dari baju terusan Stella yang tadi sempat ikut tertarik.

Setelah menemukan ujung pakaian Stella, tangan itu menyusup masuk kedalam. Dan tangan itu kembali meraba naik menuju payudara Stella.

“Aahhhh.. Ssshhhh..” desah Stella ditengah lumatan bibirnya.

Stella dapat merasakan telapak tangan Dahlan yang kasar menyentuh tubuhnya secara langsung. Perlahan tapi pasti tangan Dahlan bergerak naik hingga mencapai payudara Stella. Diremas lagi payudara Stella dengan kedua tangannya untuk beberapa saat.

Karna dirasakan masih terdapat sepotong kain yang menghalangi kegiatannya meremas payudara stella, tangan kiri Dahlan berpindah ke punggung Stella. Ia mencari pengait bra Stella.

Tanpa Dahlan sadari saat melepas pengait bra Stella, bukan hanya melonggarkan bra Stella. Tetapi hal tersebut membuat bra Stella langsung terjatuh karna bra tersebut tidak memiliki tali penyangga pada bahu.

Dengan bernafsunya Dahlan langsung meremas payudara sempurna Stella tanpa melepaskan lumatannya pada bibir Stella. Dahlan meremas payudara Stella sedikit kencang pada awalnya sehingga membuat Stella mendesah cukup kuat. Lalu remasan-remasan berikutnya cenderung lembut hingga kini ia dapat merasakan kekenyalan sesungguhnya dari payudara Stella.

“Susunya gede bu, lembut lagi” ceracau Dahlan setelah melepas lumatan bibirnya.

“Aaahhhh... Ssshhhh.. Uuuuhhhh..” hanya desahan yang terdengar dari mulut Stella.

“Numpang nyusu ya bu” ucap Dahlan.

Tanpa menunggu persetujuan Stella, Dahlan langsung mengangkat naik pakaian Stella hingga keatas payudara Stella. Dan tak lama berselang bibir tebal Dahlan sudah mendarat pada puting pyudara kiri Stella.

Disedotnya puting payudara Stella seakan ia memang sedang menyusu dan berharap air susu akan keluar. Tak lupa tangan Dahlan meremas payudara Stella dan mempermainkan puting susunya.

Lidah Dahlan kini sudah menari berputar-putar diarea puting payudara Stella. Perlakuan Dahlan selama ini mau tak mau membuat Stella menjadi terangsang juga.

“Aahhhh... Hmmppphh.. Sssshhhh..” desah Stella tertahan.

Dirangsang terus menerus oleh Dahlan membuat Stella lupa akan tugasnya. Stella hanya mendesah merasakan rangsangan pada payudaranya. Dahlan yang menyadari tidak ada gerakan dari tangan Stella pada kejantanannya akhirnya melepaskan bibirnya dan digantikan oleh tanganya.

“Bu.. sepongin aja bu” ujar Dahlan seraya meremas payudara Stella dan memilin putingnya.

Stella terkejut mendengar suara Dahlan ditengah rangsangan yang ia rasakan.

“Hah? Enggak pak uuugghhh.. ini aja udah lebih.. Hhmmppp” jawab Stella

“Kalo gini aja lama keluarnya bu.. Mana ibu sering diem aja”

Stella baru tersadar bahwa ia selama ini malah menikmati perlakuan Dahlan ketimbang menyelesaikan permintaan Dahlan.

“Sepong aja ya bu, biar cepet selesai” rayu Dahlan.

“Bener, aku harus cepet-cepet pergi dari sini” batin Stella

“Yaudah pak, tapi jangan lama ya” jawab Stella

“Ya kalo ibu nyepongnya bener ga bakal lama bu” ucap Dahlan seraya melepas payudara Stella dan menarik pelan kepala Stella mendekat pada kejantanannya.

“HAPPP..” Stella langsung memasukkan ujung kemaluan Dahlan kedalam mulutnya dan disedot kuat hingga terlepas dari mulut Stella.

“Ugggghhhhh... Aagghhh..” desah Dahlan.

Kini Stella mulai menjilati batang kejantanan Dahlan, mulai dari pangkal hingga keujungnya. Seluruh sisi kejantanan Dahlan tak luput dari lidah Stella. Tak lupa Stella menyedot kuat kedua bola kecil dibawah pangkal batang kejantanan itu. Hingga membuat Dahlan mendesah tak karuan.

Stella kembali memasukkan batang penis Dahlan kedalam mulutnya dan mulai menggerakkan kepalanya naik turun dibantu tangan kanannya mengikuti bentuk kejantanan Dahlan. Tangan kiri Stella tentu tak tinggal diam, dirabanya terus menerus buah pelir Dahlan dan sesekali mengelusi pangkal paha Dahlan.

“Aaaggghh.. Gilaa.. Mulut cewek cantik memang beda euyy.. Oouuuggghh.. Nikmat..” ceracau Dahlan.

Stella terus memberikan oral sex terbaiknya agar semua cepat selesai. Sedangkan Dahlan tak ingin ini semua cepat berakhir, ia masih ingin merasakan kenikmatan dari Stella.

Posisi Stella yang menunduk untuk melakukan oral sex membuat bongkahan pantatnya yang montok menjadi lebih menonjol. Dahlan yang melihat itu ingin segera meraih dan meremasnya. Perlahan Dahlan meraba dan mencium tiap jengkal punggung mulus Stella. Rabaan dan ciuman Dahlan perlahan turun hingga pinggul Stella.

Ciuman Dahlan berhenti hingga pinggul Stella, sedangkan tangannya sudah mencapai bongkahan pantat Stella. Beberapa jadi Dahlan dengan sengaja disusupkan kedalam celana dalam Stella untuk memudahkannya mendorong celana dalam tersebut.

Perlahan tapi pasti celana dalam Stella turun sedikit demi sedikit mengikuti dorongan tangan Dahlan hingga akhirnya terlepas melewati pergelangan kaki Stella. Lalu Dahlan melempar celana dalam Stella ke bangku belakang. Kemudian kedua tangan Dahlan mulai meremas bongkahan pantat Stella.

“Wah pantat ibu juga seksi.. Uuuggghh.. Mengkel..” ucap Dahlan.

“PLAKK..” sebuah tamparan mendarat di pantat Stella.

“Uugghhh..” desah Stella tertahan kemaluan Dahlan.

Tak puas dengan bongkahan pantat Stella, tangan kanan Dahlan sedikit melebarkan paha Stella hingga bibir vagina Stella sedikit terlihat. Dirabanya paha bagian dalam Stella berpindah perlahan hingga menyentuh bibir vagina Stella.

“Eeegghhh..” desah Stella sedikit terkejut mendapat sentuhan dibibir vaginanya.

Tak berhenti disitu, jemari Dahlan kini sudah menggesek-gesek bibir vagina Stella. Libido Stella yang sempat turun kini perlahan mulai bertambah. Dahlan terus menggesekkan jemarinya hingga jemari itu basah terkena cairan vagina Stella.

Dahlan yang menyadari Stella sudah bernafsu dengan ditandai vaginanya yang sudah licin mencoba memasukkan jari tengahnya kedalam vagina Stella dengan perlahan.

Stella yang merasakan benda asing mencoba memasuki bagian intimnya tak dapat menahan diri untuk tidak mendesah. Seketika Stella melepaskan batang kemaluan Dahlan dari dalam mulutnya.

“Uuuugghh.. Eeggghhhh.. Aaaggghh..” desah Stella

Jari tengan Dahlan sudah masuk seluruhnya kedalam vagina Stella. Jari itu dijepit ketat oleh dinding vagina Stella. Dahlan mendiamkan sejenak jemarinya didalam sana.

“Sempit amat mbak memeknya” ujar Dahlan.

Stella hanya diam saja tak menjawab perkataan Dahlan. Stella berusaha mengatur tempo pernafasannya. Tidak mendapat jawaban dari Stella, Dahlan menggerakkan jarinya perlahan.

“Uuuggghhh..” Stella kembali mendesah.

Dengan gerakan perlahan jemari itu bergerak keluar masuk menggesek dinding vagina Stella.

“Bu kontol saya di sepong dong, kok didiemin lagi” ucap Dahlan mengingatkan.

Stella yang kembali teringat bahwa didepannya masih terdapat sebuah penis yang masih belum terpuaskan kini mencoba meraihnya dan memasukkannya kembali kedalam mulutnya.

Kemaluan Dahlan sedang dioral oleh Stella, sedangkan kemaluan Stella sedang ditusuk-tusuk oleh jemari Dahlan. Keduanya mendapatkan kenikmatan yang setara hingga membawa mereka mendekati puncak kenikmatan.

“Eegghhh.. Eeeggghh..” desah Stella.

“Uggghhh.. Hiyyyaa terus bu.. Oouggghh..” desah Dahlan

Stella dan Dahlan meningkatkan kecepatan gerakannya masing-masing, hanya desahan yang terdengar disana. Keduanya saling berlomba mencapai puncak kenikmatan.

Hingga tiba-tiba Dahlan menghentikan tusukan jemarinya pada liang vagina Stella dan mendorong kepala Stella dengan lengan atas tangannya yang digunakan untuk menusuk vagina Stella, sedangkan tangan kirinya meremas kuat bongkahan pantat Stella.

Hal itu membuat penis Dahlan masuk seluruhnya kedalam mulut Stella hingga menyentuh pangkal kerongkongan Stella. Stella mencoba mendorong paha Dahlan untuk mengeluarkan kemaluan Dahlan dari mulutnya. Namun hal itu sia-sia, hingga akhirnya “Crot.. Crot..” Dahlan menembakkan spermanya cukup banyak didalam mulut Stella. Tak ada pilihan lain, Stella pun menelan sebagian sperma Dahlan.

“Oouuugghh.. Aaaggghhh..” desah Dahlan mendapat orgasmenya.

Merasa penisnya tak lagi menembakkan sperma, Dahlan berhenti mendorong kepala Stella sekaligus menarik jemarinya dari liang vagina Stella. Dahlan lantas menegakkan tubuhnya dan bersandar pada bangkunya. Rasa puas dan senang terpancar dari wajah Dahlan.

“Uhuukk..Uhuukk.. Haahhh.. Haahhh.. Uhuukkk..” Stella terbatuk setelah mengeluarkan penis Dahlan dari dalam mulutnya

Stella pun ikut menegakkan tubuhnya dan bersandar dibangkunya, ia memejamkan mata mencoba menenangkan tubuh dan nafasnya.

“Makasih ya bu, tadi itu bayaran ternikmat yang pernah saya dapet” ucap Dahlan dengan senyum diwajahnya.

“Iya pak” jawab Stella singkat.

Stella melihat jam yang tersedia di mobil, ternyata sudah jam 12. Stella teringat janji dengan temannya, ia segera merapihkan pakaiannya. Stella tidak menemukan pakaian dalamnya disekitarnya.

“BH saya mana pak?” tanya Stella.

Dahlan mencari disekitarnya, dan menemukannya.

“Ini dia..” ujar Dahlan dengan ceria

Dahlan memberikannya pada Stella. Namun ketika Stella hendak mengambilnya, Dahlan menariknya kembali.

“Eiittss ga boleh, ini kan bayaran saya dalam bentuk barangnya hehe” ucap Dahlan.

Stella agak kesal mendengar perkataan Dahlan, namun ia mencoba untuk melupakannya saja karna memang ia sedang terburu-buru.

“Terus celana dalam saya?” tanya Stella lagi

“Kancut? Itu dibelakang” tunjuk Dahlan

Ketika Stella hendak mengambilnya ke bangku belakang, tiba-tiba Dahlan menghalanginya lagi. Kini tangannya melintang bagai blokade diantara kedua bangku depan mobil. Stella yang tak siap langsung menabrak tangan Dahlan dengan payudaranya.

“Aahhhh..” desah Stella.

“Itu juga bayaran saya, satu mah mana cukup bu hehe”

“Jangan dong pak, masa saya masuk mall ga pake daleman sih” mohon Stella

“Kalo ibu mau barang ibu balik, ibu harus ganti pake bayaran lain lagi hehe” ucap Dahlan

Mendengar perkataan Dahlan, Stella langsung melirik pada kemaluan Dahlan. Dan ternyata kemaluan Dahlan sudah mulai mengeras lagi.

“Aduh bisa lama lagi kalo kemauan supir gila ini dipenuhin” batin Stella

“Maaf ya pak, tapi yang tadi itu udah cukup” ucap Stella.

Dengan menguatkan hati, Stella merapihkan pakaiannya dan membersihkan sebagian tubuhnya dengan tisu. Setelah dirasa cukup rapi, Stella membuka pintu mobil dan menurunkan salah satu kakinya bersiap untuk keluar. Ketika Stella keluar, tangan Dahlan sempat-sempatnya meremas pantat Stella sekali lagi.

“Aawww” jerit Stella kaget.

Stella melirik kesal pada Dahlan dan membanting pintu mobilnya. Lalu Stella mulai berjalan mamasuki Mall XXX. Sedangkan Dahlan tersenyum puas sambil menciumi pakaian dalam Stella.

Sesampainya didalam mall, Stella langsung mengarah ke area ATM untuk mengambil uang. Ia tak ingin melupakannya kali ini.

Setelah mengambil uang secukupnya, Stella berjalan menuju bioskop dimana ia akan bertemu temannya. Sesampainya di lobby bioskop, ia mencari temannya. Karena tak menemukannya, lalu Stella membuka HPnya. Stella melihat begitu banyak pesan masuk dari temannya. Selama ia bergumul dengan Dahlan ternyata temannya mencoba untuk menghubunginya. Temannya mendadak harus pergi dan tidak bisa datang.

Stella menjadi tambah kesal, untuk kesini saja dia harus menjadi pemuas bagi supir mesum, dan sekarang setelah sampai malah temannya tidak bisa datang. Stella hanya bisa mendengus kesal.

Karena sudah terlanjur datang, Stella melanjutkan saja rencana awalnya untuk menonton di bioskop. Ia lantas membeli tiket untuk film yang sedang trending dengan genre romantis. Stella memilih bangku paling belakang, terhitung bangku ke4 dari jalan tengah.

Setelah mendapatkan tiketnya, Stella mampir dulu ke toilet untuk buang air kecil sekaligus membersihkan wajahnya dengan air, tak lupa Stella berkumur-kumur untuk menghilangkan sisa sperma didalam mulutnya.

Segera Stella pergi menuju teater dimana film yang ia pilih sudah mulai dibuka. Saat masuk, keadaan ruangan masihlah terang sehingga ia dapat melihat pengunjung disana. Ruangan itu sangatlah sepi, hanya ada beberapa pengunjung. Sedangkan dibarisannya hanya ada dirinya sendiri, mungkin karena weekdays. Dan beberapa pengunjung itu memilih bangku yang berada di baris tengah.

Stella duduk dibangku yang ia pesan dan layar bioskop masih menampilkan iklan-iklan sebelum memulai film. Sesaat sebelum film dimulai masuklah seorang lelaki, ia berjalan menyusuri tangga menuju bangkunya. Lelaki ini melihat ke arah Stella, ia terus berjalan ke deretan bangku belakang dan mendekat kearah Stella. Stella pun sedikit mundur untuk memberikan ruang agar lelaki tersebut dapat lewat, namun perkiraan Stella salah, lelaki itu duduk dibangku sebelah Stella.

“Kok malah duduk disini sih, kan masih banyak bangku lain” batin Stella kesal

Stella menatap lurus ke layar bioskop tak menghiraukan lelaki itu. Berbeda dengan lelaki itu, ia amat senang dapat duduk disebelah wanita cantik seperti Stella. Lelaki itu masih muda, mungkin berapa pada jenjang akhir perkuliah.

“Cantik banget nih cewek, ga percuma gua milih seat disebelahnya. Hoki emang ga kemana” batin lelaki itu senang.

Lelaki itu melirik kearah Stella tanpa menolehkan wajahnya, ia masih memperhatikan wajah Stella. Ia terpesona dengan kecantikan Stella. Pandangannya turun menyusuri tubuh Stella, dilihatnya baju terusan Stella sedikit tertarik keatas sehingga menampakkan paha putih Stella.

“Duh pahanya minta dielus” batin lelaki itu lagi.

Lampu ruangan mulai meredup membuat ruangan menjadi gelap gulita menandakan film akan segera dimulai. Hanya layar bioskop yang menjadi sumber penerangan diruangan, itu pun hanya memberikan penglihatan yang samar.

Film pun dimulai, semua pandangan tertuju pada film. Semua penonton fokus menikmati film dilayar, namun tidak dengan lelaki yang duduk disebelah Stella. Sesekali ia mencuri lihat pada Stella.

Beberapa menit sejak film dimulai, lelaki itu kembali melirik kearah Stella. Dilihatnya pandangan Stella masih tertuju pada film, dan tangan kanan Stella diletakkan di sandaran tangan didekatnya.

Lelaki itu memberanikan dirinya, tangan kirinya perlahan naik dan mendekati punggung tangan Stella. Hingga akhir telapak tangan lelaki itu bersentuhan dengan punggung tangan Stella.

“Ehh mas” ujar Stella reflek menarik tangannya menjauh.

“Maaf mbak maaf, ga sengaja” balas lelaki itu

Pandangan mereka kembali lagi ke layar bioskop seakan peristiwa tadi tak pernah terjadi.

“Ah sial, susah ternyata nih cewek” batin lelaki itu.

Film pun terus berlanjut, dan Stella terus menonton film itu tanpa adanya gangguan, Hingga sampai dimana film itu menampilkan sebuah adegan yang sangat romantis dari pemeran utamanya.

Lelaki disebelah Stella kembali melirik kearah Stella, dilihatnya Stella sudah terfokus pada adegan di film. Karena dilihat tangan Stella cukup jauh, maka lelaki itu lebih memberanikan dirinya. Ia mencoba untuk menggapai paha mulus Stella.

Perlahan tangan itu bergeser dan semakin dekat dengan paha Stella. Ketika tangan itu sudah sangat dekat, mata lelaki itu kembali melirik wajah Stella. Tampak Stella sangat fokus dengan filmnya. Sedikit demi sedikit tangan itu menyentuh paha Stella dimulai dengan ujung jarinya. Tak ada respon dari Stella. Tangan itu terus bergerak hingga seluruh telapak tangannya berhasil menyentuh permukaan paha mulus Stella, dan dilanjutkan dengan elusan-elusan lembut.

Ternyata birahi Stella yang belum terpuaskan oleh Dahlan tadi perlahan bangkit kembali ketika melihat adegan romantis di film. Stella begitu meresapi adegan film tersebut layaknya ia lah yang sedang berperan disana.

Karena tak ada penolakan dari Stella, tangan lelaki itu mengelus makin kedalam pangkal paha Stella. Makin kedalam, hingga ia menyadari bahwa Stella tidak mengenakan celana dalam.

“Wah ini cewek ga pake sempak lagi, ternyata emang minta dipuasin. Tadi aja nolak lo” batin lelaki itu.

Makin berani, lelaki itu sesekali menyentuh bibir vagina Stella, membuat Stella mendesah lirih. Kini lelaki itu sudah tak takut lagi, ia mengelus lembut bibir vagina Stella. Dilihatnya wajah Stella masih fokus kearah layar mendalami adegan film sambil menahan desahan dan rangsangan nikmat dikemaluannya.

Melihat itu, lelaki tersebut menarik wajah Stella mendekat dan langsung melumat bibirnya. Stella sedikit kaget menerima perlakuan tersebut. Mungkin karena terbawa suasana film yang sedang dinikmatinya atau birahinya yang mulai naik, Stella membalas pagutan lelaki itu dengan mesra.

Lidah lelaki itu mulai menyusup masuk ke sela bibir Stella, mencari lawan bermainnya. Stella yang merasakan itu mencoba untuk bermain dengan lidahnya hingga akhirnya lidah mereka saling melilit satu sama lain.

Seraya beradu lidah dengan Stella, lelaki itu mendorong masuk jarinya kedalam vagina Stella. Hal itu membuat Stella tersentak dan menghentikan permainan lidahnya. Stella menahan desahannya ketika dinding vaginanya bergesekan dengan permukaan jemari lelaki tersebut.

“Uuggghhh..” desah Stella panjang.

Akhirnya jemari itu sudah masuk seluruhnya kedalam vagina Stella. Nafas Stella terdengar sangat memburu. Tanpa memberi waktu pada Stella, jemari lelaki itu mulai bergerak teratur keluar masuk liang senggama Stella. Kecepatan jemari itu makin lama makin meningkat, membuat Stella tak kuasa menahan desahannya lagi.

“Aagghhh...” desah Stella agak kuat.

Tak ingin membuat para pengunjung mengetahui kegiatan yang sedang mereka lakukan, lelaki itu membungkam bibir Stella dengan bibirnya membuat suara desahan Stella tertahan.

Vagina Stella sudah mulai banjir oleh cairan vaginanya sendiri, memudahkan jemari lelaki itu keluar masuk dengan cepat. Stella sudah berada diujung orgasmenya, kedua tangan Stella memegang kepala sang lelaki dan menarik erat kearah wajahnya. Stella melumat bibir lelaki itu dengan liar.

Tanpa dikomando, lelaki itu mempercepat kocokan jarinya pada vagina Stella. Stella merasakan rasa nikmat menjalar disekujur tubuhnya. Hingga akhirnya “Crrrrtttt...” Stella mendapatkan orgasmenya. Cairan orgasme Stella sangat banyak hingga membasahi tangan sang lelaki dan bangku yang ia tempati.

Setelah orgasme Stella mereda, lelaki itu mencabut jarinya dari vagina Stella dan melepaskan lumatan bibirnya. Stella terengah-engah, nafasnya kian tak beraturan.

Lelaki yang sudah sangat bernafsu itu segera melepaskan celana jeans panjangnya berikut celana dalamnya.

Lelaki itu berpindah ke hadapan Stella, mengangkat kedua kaki dan menarik tubuh Stella hingga terduduk diujung bangku. Lelaki itu menggenggam celana dalamnya sendiri dan mulai menyumpalkannya pada mulut Stella agar Stella tidak mendesah kencang.

Setelah dirasa cukup, kini ia menggenggam batang penisnya dan mengarahkannya ke bibir vagina Stella. Digesek-gesekkan terlebih dahulu batang kejantanannya itu pada permukaan bibir vagina Stella untuk membangkitkan kembali gairah Stella.

Dilihatnya Stella sedang memejamkan mata menahan rangsangan pada bibir vaginanya. Karena sudah tak tahan lagi, lelaki itu mengarahkan ujung kemaluannya ke liang kenikmatan milik Stella.

“Eeegghhh..” desah Stella pelan tertahan kain.

Perlahan penis itu mulai masuk. Sedikit demi sedikit batang itu tertelan oleh vagina Stella. Stella hanya terpejam menerima kedatangan batang hangat tersebut.

“Aahhh sempitnya, anget. Pacar lo kontolnya kecil ya” bisik lelaki itu berhasil memasukkan seluruh batang penisnya.

Ia mendiamkan sejenak penisnya didalam liang senggama Stella, meresapi jepitan dan kehangatannya. Sebagai gantinya ia kembali melumat bibir Stella untuk membantu Stella beradaptasi dengan kejantanannya. Dan tangannya kini mencoba meremas payudara Stella.

“Lo ga pake BH juga ya?” tanya lelaki itu karena merasa hanya selapis kain baju yang menghalangi remasannya.

Stella diam saja, wajahnya memerah mendengar pertanyaan lelaki tersebut. Ia sungguh malu.

“Ternyata emang minta ngentot ya, kenapa ga bilang aja dari awal” ucap lelaki itu.

Lelaki itu langsung mengangkat baju terusan Stella hingga keatas payudaranya, dan langsung melanjutkan remasannya pada payudara Stella yang tadi terhenti.

“Gede juga toket lo, mantep banget dah” ucapnya lagi seraya mengecup payudara Stella dan menjilatinya.

Setelah puas mempermainkan payudara Stella, lelaki itu berhenti dan menegakkan badannya. Ia bersiap untuk menggenjot vagina Stella sebagai menu utamanya. Perlahan ia menarik mundur pinggulnya hingga hanya menyisakan ujung penisnya saja, lalu mendorong masuk kembali. Berulang-ulang hingga menjadi gerakan yang stabil.

“Ahhh enak banget memek lo.. Uggghh” bisik lelaki itu.

Lelaki itu terus menggenjot vagina Stella dengan kecepatan yang makin lama makin cepat. Gesekan penis dan dinding vaginanya membuat Stella merasa nikmat, begitu juga dengan sang lelaki. Kini birahi Stella sudah memuncak kembali.

Stella mencengkram erat sandaran tangan di kiri dan kanannya. Dinding vagina Stella ikut mencengkram kuat penih yang ada didalamnya membuat siempunya merasa nikmat sehingga makin mempercepat gerakannya.

Namun tak lama vagina Stella kembali menyemburkan cairan orgasmenya membasahi penis didalamnya. Sang lelaki yang merasakan cairan hangat menyentuh batang penisnya langsung menghentakkan penisnya dalam-dalam. Ia mendiamkannya, merasakan kedutan-kedutan dinding vagina Stella.

Setelah badai orgasme Stella berhenti, lelaki itu mencabut batang kemaluannya dan menarik tangan Stella agar bangkit. Lalu sang lelaki duduk kembali dibangkunya, sedangkan Stella ditarik mendekat kearahnya. Ternyata sang lelaki menginginkan gaya <i>woman on top</i>.

Stella mengerti dan langsung naik keatas pangkuan lelaki itu, ia menduduki batang penisnya tepat bersentuhan dengan bibir vaginanya. Lelaki itu memegang pinggul Stella mendorong dan menariknya sehingga bibir vagina Stella menekan dan menggesek permukaan batang kejantanannya.

“Uuugghhh..” desah mereka bersamaan.

Tak lama sang lelaki mengangkat pinggul Stella dan menggenggam batang penisnya mengarah liang kenikmatan Stella. Setelah dirasa sudah dalam posisi yang pas, ia menurunkan pinggul Stella perlahan menelan kembali batang kemaluannya. Menggerakkannya naik turun.

“Hhmmmppp.. Eeggghhh..” desah Stella

Lama-kelamaan Stella menggerakkan pinggulnya dengan sendirinya tanpa bantuan tangan lelaki itu. Tangan lelaki itu kini sudah berpindah ke payudara Stella, ia meremas gemas payudara Stella yang sempat bergoyang naik turun menggoda matanya.

Uuggghh enak kontol gua.. Gua suka toket lo.. Aagghhh..” ucap lelaki itu lirih.

Lelaki itu sangat menyukai payudara Stella, terlihat dari bibir lelaki itu yang sedang menyedot kencang puting payudara Stella dengan tangannya yang juga meremas dengan kencang.

Setelah cukup lama, lelaki itu melepas sumpalannya dari mulut Stella dan digantikan dengan mulutnya. Pagutan mereka berdua begitu liar, saling membalas.

Tangan lelaki itu kini tak lagi meremas payudara Stella, ia memeluk erak tubuh Stella seperti tak pernah ingin kehilangannya. Lalu lelaki itu mulai menggerakkan pinggulnya, menggenjot vagina Stella dari bawah. Kedua kelamin itu saling bertumbukan, makin cepat seiring berjalannya waktu tanpa melepaskan pagutannya.

Mereka berdua berlomba untuk mencapai orgasmenya masing-masing. Gerakan mereka sudah tak beraturan, kedua kelamin itu sudah berkedut menandakan akan segera mencapai orgasme.

“Uugghh... Mmmpphhh.. Mmmppphhhh..” lenguh orgasme mereka bersamaan didalam pagutan.

Mereka menumbukkan selangkangan mereka kuat-kuat, berusaha menyatukan kelamin mereka lebih dalam. Liang vagina Stella dipenuhi oleh cairan orgasme mereka berdua. Cukup lama hingga akhir penis lelaki itu berhenti menembakkan sperma. Cairan sperma itu begitu banyak hingga sebagian mengalir keluar melalui sela-sela vagina Stella.

Sambil meresapi orgasmenya, mereka kembali melanjutkan pagutannya seraya mengatur nafas. Hingga akhirnya penis lelaki itu mulai mengecil dan keluar dengan sendirinya dari vagina Stella.

“Hhmmpppmmuaaahh..” suara ini menandakan bahwa pagutan mereka terputus.

Stella lalu bangkit, dan kembali duduk dibangkunya. Ia melihat jam, ternyata cukup lama ia bergumul dengan lelaki itu. Dengan cepat ia merapikan pakaiannya, bangkit dan meninggalkan ruangan teater tersebut tanpa berkata apa-apa.

“mantep banget tuh cewek” batin lelaki itu melihat kepergian Stella.

“Aduhhh lupa kan minta nomornya” gumam lelaki itu kesal seraya memukul bangku.

-----------

Dengan terburu buru Stella pergi dari area bioskop menuju lobby mall tersebut. Dilihatnya disana ada sebuah taksi yang terparkir, tanpa pikir panjang Stella langsung menuju kearah taksi dan masuk ke bangku belakang taksi.

“Ke ABC pak” ucap Stella

“Oke” jawab supir menjalankan mobilnya.

Dalam perjalanan Stella hanya melihat keluar jendela. Pikirannya kosong, ia sudah cukup lelah hari ini. Sang supir pun sedikit mengintip pada spion tengah untuk melihat penumpangnya ini.

“Loh itu kan ibu yang tadi” batin supir sedikit kaget.

Ternyata taksi yang ditumpangi Stella adalah milik Dahlan, supir yang tadi sempat merasakan nikmatnya oral sex dari Stella. Stella tidak memperhatikan lagi, ia masuk ke taksi agar ia bisa cepat pulang saja. Namun ternyata itu Dahlan.

Dahlan yang melihat Stella sedang tidak fokus mulai mengarahkan mobilnya dengan rute yang sepi. Selama perjalanan Dahlan juga kembali membuka celana nya, berikut celana dalamnya tanpa diketahui Stella. Cukup jauh Dahlan membawa Stella, hingga akhirnya mereka mencapai tempat yang sangat sepi dan menghentikan mobilnya.

“Loh kok berenti pak” tanya Stella yang tersadar dari lamunannya berkat mobil yang mengerem.

Bukannya menjawab, Dahlan malah sedikit menunduk dan memundurkan bangkunya. Lalu tiba-tiba Dahlan melompat kearah Stella dan mengurung Stella diantara kedua lengannya.

“Aaahhh..” jerit Stella kaget.

“Halo bu, kita ketemu lagi. Emang kalo jodoh ga kemana ya” ucap Dahlan.

“Ba-Bapak!!!”

Stella terkejut mendapati Dahlan adalah supir dari taksi yang ia tumpangi kali ini. Stella tak percaya dengan apa yang terjadi.

“Pak.. Lepasin.. Saya mau pulang..” mohon Stella seraya mendorong tubuh Dahlan.

“Tenang aja bu, pasti saya anter pulang. Tapi.. abis kita seneng-seneng” jawab Dahlan sambil tertawa.

“Enggak pak, saya ga mau”

Stella terus berontak, namun begitu lemah. Kemudan Dahlan dengan ketangkasan tangannya dan sedikit paksaan berhasil melepaskan pakaian Stella, kini Stella telanjang tanpa sehelai kainpun ditubuhnya.

Dahlan menarik kaki Stella naik keatas sehingga kini Stella telentang diatas bangku. Stella merapatkan kedua pahanya, menolak keinginan Dahlan. Namun apa daya, Stella yang sudah lelah melawan Dahlan yang dikuasai nafsu, perlawanan Stella tak ada apa-apanya. Dibuka lebar kedua kaki Stella dan diletakkan disamping kiri kanannya.

Dahlan menggenggam batang penisnya dan mengarahkan pada bibir vagina Stella. Tapi sesaat sebelum ujung penisnya menyentuh bibir vagina Stella, Dahlan melihat sesuatu.

“Peju siapa ini bu” tanya Dahlan menatap Stella.

Stella membuang mukanya kesamping tak ingin menjawab pertanyaan yang ia dengar itu.

“Ahaha.. Ibu abis ngentot toh di dalem mall. Ternyata ibu binal ya” ucap Dahlan.

Dahlan menempelkan ujung penisnya pada bibir vagina Stella dan mulai menggesekkannya.

“Uugghh..” desah Stella.

Dahlan terus mempermainkan bibir vagina Stella, berusaha membangkitkan kembali birahi Stella.

“Memeknya sampe banjir gini bu, dipejuhin berapa orang?”

“Sa-satu..” jawab Stella

Birahi Stella mulai memuncak kembali. Kepala Stella bergantian menghadap kekiri dan kekanan, bergeleng-geleng menahan rangsangan pada bibir vaginanya.

“Berarti ibu dong yang keluar terus sampe banjir gini” goda Dahlan

“Iy-iyaah.. Iyyaahh..” jawab Stella tak kuasa menahan nafsunya.

Dahlan yang mengetahui bahwa Stella sudah sangat bernafsu, kini mengarahkan ujung kemaluannya pada liang kenikmatan Stella dan mulai memasukkannya.

“Uugghhh.. Aagghhh..” desah mereka bersamaan.

“Abis ngentot tapi masih sempit aja bu memeknya” ujah Dahlan.

Batang penis Dahlan sudah masuk sepenuhnya. Kejantanan Dahlan dengan lancar masuk kedalam berkat licinnya vagina Stella akibat persetubuhan sebelumnya. Perlahan ditarik keluar batang kejantanannya itu, sehingga cairan percintaan Stella sebelumnya ikut tertarik keluar.

“Aagghh..” desah Stella ketika penis itu kembali terlepas.

Dahlan mengarahkannya lagi menuju liang senggama Stella. Setelah kepala penisnya masuk, Dahlan mendorong pinggulnya sekuat tenaga.

“Ooouugghhh..” erang Stella

Dalam sekejap seluruh batang penis Dahlan masuk kembali, tak lama Dahlan mulai menggerakkan batang kejantanannya keluar masuk vagina Stella dengan kecepatan sedang.

“Nikmat bu.. Haahh.. Haahhh.. Kalo tau ibu bisa dientot gini.. Hahh.. Mending saya minta ngentot tadi” ceracau Dahlan.

Dahlan terus menggenjot Stella dengan kecepatan konstan. Payudara Stella yang membulat sempurna ikut bergoyang mengikuti sodokan Dahlan. Payudara itu seakan memanggil Dahlan untuk menghisapnya. Dan dengan mengikuti nalurinya, Dahlan langsung menghisap puting payudara Stella.

“Uuugghhh pak.. Aagghh” desah Stella.

Dahlan menghisap payudara Stella secara bergantian membuat Stella makin tenggelam dalam birahinya. Seraya menghisap peyudara Stella, Dahlan mempercepat gerakan pinggulnya.

“Aagghhh pak.. Sayaa.. Uugghh mau keluar..” ucap Stella

Dahlan terus memompa vagina Stella dengan kecepatan tinggi. Stella yang sudah berada diujung orgasmenya tanpa sadar menekan kuat kepala Dahlan pada payudaranya. Dahlan makin kuat menghisap puting payudara Stella sambil terus menggenjot vagina Stella.

“Pak.. saya.. kelu.. Aaagghhh”

Stella mendapakan lagi orgasmenya untuk hari ini, tubuhnya bergetar mendapat orgasme yang tak tau sudah kali ke berapa. Bukannya menghentikan kegiatannya, Dahlan malah terus memompa penisnya pada vagina Stella tapi dengan kecepetanan sedang.

“Oouugghh anget..” ujar Dahlan merasakan orgasme Stella.

Melihat Stella yang sedang terengah, Dahlan mendekatkan bibirnya pada bibir Stella. Ia memagut bibir Stella dengan lembut seraya memompa vagina Stella perlahan. Stella pun membalas pagutan itu. Cukup lama hingga akhirnya Dahlan melepas pagutannya.

“PLAKK” suara tamparan kecil pada pangkal paha Stella.

“Nungging bu.. Cepetan..” perintah Dahlan

Stella dengan tubuh yang lelah mencoba memposisikan tubuhnya menungging diatas bangku belakang mobil itu, membelakangi Dahlan. Tak ingin membuang waktu, Dahlan langsung menusukkan batang penisnya.

“Aahhh pelan pak” jerit kecil Stella.

Dahlan memegang pinggang Stella dan langsung memompa penisnya dengan kecepatan tinggi. Dahlan sudah tak tahan lagi.

“Aagghh.. Aagghhh.. Aaggghhh..” desah Stella menerima sodokan kasar Dahlan.

Tak berapa lama Dahlan menusukkan penisnya dalam-dalam dan menyemburkan lahar panas didalam liang kenikmatan Stella.

“Oouugghh.. terima peju gua..” ucap Dahlan mendapat orgasmenya.

Setelah menyemburkan seluruh spermanya, Dahlan mencabut batang penisnya dan terduduk tepat dibelakang Stella.

“PLAKK” satu tamparan mendarat lagi dipantat Stella.

“Uhh pantat montok, memek sempit, susu gede. Mantep dah lo” ucap Dahlan.

Beberapa saat mereka beristirahat. Mereka terdiam remeresapi apa yang telah terjadi. Terlihat sedikit leleran sperma Dahlan mengalir keluar dari liang vagina Stella yang masih dalam posisi menugging.

“Pak..” panggil Stella

Dahlan pun menoleh ke arah Stella, saat itu Stella sudah dalam posisi duduk bersimpuh seraya menatapnya.

“Tolong antar saya pulang” lanjut Stella

“Ohiya, hampir lupa saya” jawab Dahlan

Dahlan bangkit dan langsung menuju bangku pengemudi. Ia mengatur kembali posisi bangkunya lalu kembali menoleh kearah Stella.

“Eittss jangan dipake dulu bajunya” cegah Dahlan melihat Stella bersiap memakai bajunya.

Stella pun menoleh kearah Dahlan.

“Tapi pak..”

“Udah sini.. ibu duduk didepan” potong Dahlan.

Stella tak membantah, ia meletakan kembali bajunya dan berpindah ke bangku depan disamping pengemudi melewati celah antar bangku. Stella langsung duduk dan kembali menatap Dahlan.

“Nah gitu dong.. Jadi selama perjalanan, saya mau ibu nyempongin kontol saya” ucap Dahlan cengengesan.

“Hah? Apa belum cukup pak yang tadi bapak lakukan?”

“Ya kalo ibu ga mau tinggal turun aja, tapi ga boleh pake baju” ancam Dahlan

Stella makin kaget dengan apa yang Dahlan ucapkan. Tentu saja akan lebih berbahaya jika turun didaerah sepi seperti ini, apalagi tanpa menggunakan pakaiannya.

Tanpa berkata-kata, Stella menurunkan tubuhnya dan mendekatkan kepalanya pada batang penis Dahlan. Ia menggenggam batang panis Dahlan yang mulai menyusut dengan beberapa jemarinya dan mengarahkan pada bibirnya. Lidah Stella menjulur keluar, menjilati ujung kepala penis Dahlan.

“Jalan pak” ujar Stella menatap Dahlan yang hanya melihat kegiatan Stella.

“S-siap bu”

Taksi yang ditumpangi Stella pun pergi meninggalkan daerah sepi tersebut. Perlahan Stella mulai membersihkan penis Dahlan dari sisa cairan percintaan mereka, dijilan dan dicium pula. Diperlakukan sedemikian rupa oleh Stella, tentu saja membuat batang kejantanan Dahlan kembali mengeras.

Dahlan begitu menikmati oral dari Stella, sehingga tak jarang Dahlan hampir menyerempet beberapa mengguna jalan dan juga pembatas jalan. Dengan susah payah, akhirnya mobil yang dikendarai Dahlan dapat sampai dengan selamat kerumah Stella.

Didepan rumah Stella, Dahlan memompa penisnya dengan kencang seraya menahan kepala Stella hingga akhirnya ia menyemburkan lagi spermanya didalam mulut Stella yang langsung ditelan oleh Stella.

Stella mengeluarkan penis Dahlan dari mulutnya, memakai bajunya dan langsung pergi berlari menuju rumahnya. Dahlan hanya menatap kepergian Stella.

“Beruntung amat lo” ucap Dahlan menggenggam kejantanannya.






https://www.semprot.com/threads/petualangan-seorang-istri.1348851/