Friday, March 27, 2020

Nina My Wife

Namaku Dodi umur 24 tahun dengan seorang istri bernama Nina berumur 22 tahun, kami menikah 11 September 2004 lalu, belum dikaruniai anak, pernikahan kami itu masi terus saja menjadi bahan
pembicaraan kami, walau setahun telah berlalu, kami selalu tertawa, dan tidak jarang kejadian itu membuat birahi kami bangkit, apalagi foto tersebut sekarang sudah beredar luas di internet, entah siapa yang iseng untuk menyebarluaskannya. Tapi untungnya lagi orang tua kami dapat memaklumi kejadian itu, saya tidak tahu apakah kalau ayah saya masih hidup bisa memakluminya atau tidak.

Tapi kejadian tersebut sudah berlalu, walaupun kalau diingat sangat menggelikan, bahkan pada saat menulis cerita ini kembali pun terasa sangat menggelikan, padahal sudah banyak yang mengingatkan kami, “eh itunya turun tuh, naikin” teriak salah seorang teman, “busyet deh, bagus amat tuh, sabar atuh malam pengantinnya” timpal yang lain. Kami hanya mengenyeritkan dahi tidak mengerti, sampai beberapa jepretan kamera, dan saat teman kami menunjuk ke arah dada sambil menggunakan bahasa tubuhnya untuk mengangkat gaun, barulah kami berdua sadar, tapi itu sudah terlambat, semua pengunjung sudah melihat dan foto pun sudah terekam, yang mengambil gambar kami pun sudah pulang tanpa bisa dicegah, sampai kami harus mendapatkan foto kami sendiri atas hasil karya orang tersebut melalui internet.

Ohya, kami belum dikaruniai anak bukan karena kami menunda memiliki anak, tetapi faktor kami berdua, rahim istriku ada sedikit gangguan yang menyebabkannya sulit untuk menerima sperma, kecuali sperma tersebut memang sangat kuat, dan sayangnya spermaku normal normal saja, bukan sperma super, sehingga kami belum bisa memiliki keturunan, kami pernah mencoba berobat ke Jerman, tetapi tidak membuahkan hasil, disamping sekarang kami juga agak sibuk menangani usaha kami di Indonesia, jadi kami tidak mencoba lagi berobat, kami hanya bercinta normal, dan berharap satu dari sekian milyar spermaku ada yang menjadi super sperma.

Dan seperti yang saya katakan, kejadian tersebut, selalu membuat gairah kami bangkit, maka pada tanggal 9 September 2005 kemarin kami berniat merayakan 1st anniversary kami dengan menginap selama seminggu di hotel mulia, tempat kami melangsungkan pernikahan kami yang begitu mewah dan “tak terlupakan”.

“Hallo My sexy... hmm... gimana bagus ga?”tanyaku, setelah kuhias seluruh ruangan dengan lilin, layaknya candle light dinner. Saya sudah menyiapkan ini dari pagi hari, karena memang saya meminta early check in, dan lilin baru kunyalakan setengah jam sebelum istriku masuk, kusuruh dia menunggu di lobby dulu. “Waw.... I love it... ... I mm ... I just love it so...much thanks”kata istriku mengangguminya dengan segenap perasaan. Aku juga telah meminta ijin untuk memesan makanan, karena biasanya makanan berbau menyengat agak dilarang masuk ke hotel, tapi mungkin karena fasilitas suite kami lebih dilonggarkan. Kupesan Tony Roma”s baby back favoriteku dan blue ridge kesukaannya. Kami bersantap di meja makan suite kamar kami.

Sambil kami melihat kembali dvd pernikahan kami, yang tentu saja bagian “itu” sudah diedit, begitu senang kami melakukannya. Kami merasa hal tersebut mengingatkan kami kepada memory memory ketika kami sangat kurang tidur, harus melakukan ini dan itu, tapi kami sungguh puas, sungguh bahagia, walaupun istriku terlihat sangat kelelahan saat itu. Kemudian kami mengingat kembali peristiwa itu lagi, dan membuat kami sangat turn on.

Setelah meniup lilin mati, kami membersihkan diri, gosok gigi dan lainnya, kami mulai bercinta, aku merasa hari itu aku sangat kuat sekali, sekitar 2 jam kami bercinta termasuk foreplaynya, istriku sangat terpuaskan, “Jess, ah gimana kalau kita ekspos tubuh putih mulus kamu ini, pasti banyak yang senang, membuat semua orang senang, kamu cantik sekali, cantik banget sih...” kataku. “Ah... i iya.. enak banget... uuh.. di ekspos gimana” Haha... kamu senang ya?” tanyanya. “Iya Jess... buat anniversary kita...” kataku. “Terserah kamu deh, hahaha... kamu emang seneng ya kaya gitu... emang ada ide?”tanyanya lagi, “Ide” Kamu serius” Ga papa nih?” tanyaku menyakinkan diriku sendiri, “asal kamu seneng mike, kamu seneng ga” Kamu suka ga?”, “suka banget... suka bangett... ahh aku ada ide... ahh Jess aku uda mau keluar...”erangku. “Iya Mike aku juga... ahh... teruss...” teriaknya. “Kita panggil room service ya, buat siapin makanan Jess” kataku, “tapi kitakan uda makan” tanyanya, “bukan kita yang makan Jess... ahhh aku mau keluar... ahhhh....” teriakku. “Ahh..... enak bangettttt Mike... hah...” erangnya.

Kupanggil sandwich dari room service, dan sekitar setengah jam-an suara bell pun berbunyi, “Room Service” kata orang luar itu. Kubukakan pintu, aku sudah berpakaian lengkap, “Sandwich pak...”, “iya benar, bawa masuk deh” kataku. Kemudian dia masuk, menyiapkan di meja makan, “Mas, jangan taruh di meja makan deh, bawa ke dalam kamar aja.” kataku. “Oh baik pak.” Kemudian dia menggeser pintu kamar tidur, “ah aduh.. ah sorry pak” katanya kemudian langsung membalikan badannya. “Nama kamu siapa?”tanyaku, “A..Adi pak.” jawabnya cepat. Adi ini memiliki tinggi yang kurang lebih sama sepertiku, mungkin dia lebih tinggi, aku 170 dan mungkin dia ada 175 cm, kulitnya sawo matang kehitam hitaman, sedangkan kulitku putih tetapi tidak seputih istriku yang memiliki tinggi 162 cm dengan ukuran dada 34c mendekati d, tetapi cup c terasa sangat pas untuk dadanya, c agak sedikit besar. Tubuhnya sangat proposional, dengan perutnya yang rata.

“Adi, kamu masuk aja, duduk disana” kataku sambil menunjuk sofa di kamar tersebut. “Hm.. ta... tapi”katanya terbata bata, melihat seorang perempuan berusia muda, putih cantik, sedang tidur tanpa busana, walau tertutup selimut. Kemudian aku maju, masuk ke dalam kamar, duduk di pinggiran kasur, menarik tubuh istriku yang sangat cantik dan menawan itu, beserta selimutnya, “Jess, jangan pura pura tidur donk, katanya mau liatin orang makan. Nih orangnya uda dateng nih” kataku yang langsung mempermalukan istriku. “Ah.. hm.he.”istriku terlihat salah tingkah. “Ayo donk, ngomong langsung ke masnya, namanya Adi tuh” kupojokkan lagi Nina.

“Eh..hmmh.. mm...mas.. A..Adi, saya mau lihat cara mas makan sandwich donk.” kata Jess. “Nah kan denger sendiri kan mas” Ayo di makan” desakku. “I...iya pak” lanjutnya. Dan tanpa ragu ragu lagi dia duduk di kursi terdekat, bukan di sofa tempat kutunjuk. “Oh ya, sebelumnya, kuperkenalkan nama istriku Nina, dan saya Dodi” kataku memperkenalkan diri.

Kutarik selimut istriku sampai terbuka semua, dan kutarik dia bangun kemudian aku duduk di kursi yang bentuknya sama, dan istriku duduk di tangan kursi tersebut, posisi kursi kuletakkan sedemikian rupa sehingga aku sangat yakin pelayan ini mampu melihat seluruh tubuh istriku. Kutarik paha kiri istriku sehingga pemandangan terindah vaginanya terpampang jelas ke arah room service tersebut.

Ia terlihat sangat tidak tenang, gelisah, bingung sambil tetap memakan sandwichnya dan menelan ludah, seakan tak percaya, sedang mimpi apa dia.

Istriku merangkul bahuku, jemari kirinya menekan bahu kiriku, tampaknya ia juga gelisah, canggung, malu dan sebagainya, sedangkan rudalku sudah mulai naik lagi, lalu keheningan di pecahkan oleh dering telephone, aku mengangkatnya. “Hallo, ..hm ya ... ini benar .. oh sudah pak, sudah datang, ohya sebelumnya maaf, memang dia belum saya suruh balik karena saya maunya setelah selesai makan langsung dibawa piringnya, jadi memang masnya saya suruh tunggu disini, ga apa ya... maklumkan ya.. oh ya,,oke.. makasih ya.” “KLik” kututup telephonenya, “hehe.. ditelfon sama room servicenya” kataku menjelaskan, Cuma istriku yang melihat kearahku, sedangkan mas Adi tampaknya sudah tak perduli lagi siapa yang menelephone, ia pandangi tubuh istriku tak ada habis habisnya, seperti serigala lapar. Aku senang melihatnya seperti itu, biasanya saja kalau istriku berbusana, setiap pria normal baik single, pacaran maupun yang sudah beristri pasti meliriknya lama lama, menelan ludah bahkan sampai kepalanya ikut berputar, apalagi ini. Sampai kayak orang mati.

Masih teringat olehku beberapa waktu yang lalu ketika aku bersama istriku ini pergi ke sebuah plaza elite, ia memakai tank top yang agak sexy dengan rok yang agak mini, memperlihatkan jenjang kakinya yang putih mulus, membuat yang melihatnya ingin jongkok ke bawah dan melihat isi dalam roknya. Sedangkan bagian atasnya membuat orang yang melihatnya, ingin mendongakkan kepalanya lebih lagi agar bisa melihat bulatan indah istriku. Disamping pria “ pria biasa yang lebih kalem hanya menatap lama lama wajah istriku, untuk disimpan dalam memori otaknya, agar bisa berfantasi meniduri istriku.

Sedangkan room service yang satu ini sangatlah beruntung, hanya melihat seperti itu terasa spermanya ingin muncrat keluar. Di otaknya sedang bekerja berbagai fantasi yang mungkin dilakukan untuk meniduri istriku ini.

Tampaknya ia sudah selesai makan, walau agak berantakan. “Mas, bisa tolong foto in kita gak?” tanyaku sambil menyerahkan kamera digitalku. “... o.. oh ..ya..ya..bisa bisa” katanya terbata bata diakhiri dengan sok yakin.

Aku pangku istriku, “tzing...” suara jepretan kamera digital. Beberapa fotopun diambil, beberapa terasa sangat vulgar, karena aku menekan kedua payudara istriku yang putih, menarik kedua sisi bibir vagina istriku sehingga melebar dan memposekan dirinya memeras payudara dan membuka vaginanya. Sedangkan sang fotografer tampaknya sangat frustasi.

“Oke deh segitu dulu, hm... ohya sebagai kenang kenangan, mas foto sama istriku gih, aku mau ambil beberapa” kataku menawarkan. “Ok Ok sip pak”jawabnya langsung tanpa basa basi lagi. Awalnya ia berpose disebelah istriku dengan malu malu senyum. Kemudian saat kuarahkan untuk lebih panas, memegang kedua buah dada istriku, dengan sangat bernafsu ia meremasnya kuat kuat sehingga saat di ambil gambarnya terlihat wajah istriku yang meringgis kesakitan dan wajah si Adi yang tersenyum sangat puas. “Aw, jangan kenceng kenceng donk pegangnya mas” kata istriku sedikit dongkol.

Setelah sesi pemotretan selesai, istriku memberinya tip seratus ribu rupiah, dan menyuruhnya agar setiap hari jam 09.00 pagi agar mengantar makanan, tentu saja dengan menelephone ke kamar kami terlebih dahulu, sehingga kami tahu apa yang ingin kami pesan.

Maka untuk tujuh hari kedepan telah diputuskan mas Adilah yang menjadi room service special kami. Kami juga memikirkan ide bagaimana selanjutnya menggoda dengan tubuh istriku ini.

*********

Jam menunjukan pukul 8 pagi, pengalaman tadi malam benar “ benar berkesan sekali bagi kami, “TRING..... TRING....” “ya, hallo. Oh ya.. hmm untuk menu kali ini kami mau pesan chicken cordon bleu 2 dan satu menu lagi terserah mas Adi mau pesan apa, nanti kita makan bareng saja.”
“Loh, terserah saya mau pesen apa nih pak?”
“Hah” Iya terserah mau pesan apa, pesan saja yang mas Adi sudah pengen coba dari dulu, gak usa malu malu, apa aja. Asal nanti bisa lebih bagus dari kemarin lagi, hehehe... ya, oke...”
“Waduh, makasih banget ya pak... sebentar lagi saya kesana”katanya mengakhiri telephone

Nina, istriku sedang berendam di Jacuzzi kamar mandi, ia bersih bersih dan dandan secantik cantiknya, karena rencananya kami ingin shopping di plaza Senayan, yang tidak jauh dari sini. Begitu ia keluar dari kamar tidur, aku yang berada di ruang tamu kamar suite ini benar benar tercengang, tiba tiba ada perasaan tidak rela membagi istriku yang cantik ini, ia begitu menawan, begitu menggoda, benar benar cantik sekali.

Belum sempat aku balik ke pikiran nyataku, bel kamar pun berbunyi, aku tersadar, lalu aku biarkan room service itu menunggu, “Jess, kamu... cantik banget... gila.. Wow, really.” Aku tersenyum, aku sungguh sungguh mengucapkannya. “Thank you ya” ia membalas senyumku, manis sekali. Bel kamar kembali berbunyi, “Room Service.. room service pak” “Tok, tok, tok”. Aku menjadi sedikit kesal dengan gangguan tersebut, “Iya iya sabar” kataku, aku menjadi menyesal menyuruhnya datang, memesankan makanan untuknya, dan berpesan kepadanya agar lebih hot kepada istriku. Aku merasa seperti orang bodoh saja. Kesal sekali.

Aku bukakan pintu, ia pun masuk, “Selamat pagi pak.” senyumnya ramah, tetapi ada maunya. “Iya, masuk.” kataku sedikit jengkel, aku yakin ia menyadarinya. Terlihat dari wajahnya yang tadinya tersenyum, menjadi agak kecut sedikit. Tapi ia terus masuk, dan bertemu dengan istriku.

Tidak salah memang mataku, ia juga sangat tertegun melihat Nina. “Wow, ibu cantik sekali.” katanya. “Ah jangan panggil ibu donk, kesannya tua banget deh gue! Gua baru umur 23 kali” istriku menjawab dengan sewot, tapi tetap tersenyum, “tapi makasih ya pujiannya” lanjutnya lagi.

“Aih Chicken cordon bleu ya” Wah Mike, lu emang tau apa yang gua mau.” kata istriku. “Iya donk, hehehe... ini abang yang lu mau juga gua bawa sekalian hahaha” sahutku yang langsung kusesali. Memang sih di hati penuh kesal dan sesal, tapi tiba “ tiba jadi bergairah lagi, jadi ingin melihat istriku yang lagi cantik cantik ini bersetubuh.

Aku lihat Adi memesan tenderloin steak, dan segelas wine. “Sialan juga nih orang, pinter juga mesennya” umpatku dalam hati. Setelah selesai makan, istriku hendak membersihkan diri, “tunggu Jess, ngapain coba cuci mulut, ntar juga cuci lagi.” Kata si Adi, yang membuat kami berdua sedikit terkejut, karena ia sudah mulai berani, mungkin dari kemarin sudah dipikirkan banget. Tapi kata kata itu membuatku turn on juga, begitu pula istriku, yang langsung berbalik dan duduk kembali, “emangnya kotor kenapa mas?” tanyanya.

“Hm karena kalian nginap disini masi ada sekitar 6 hari lagi, gimana kalau hari ini kita main oral aja?” katanya langsung. Aku terdiam, istriku melihat ke arahku, senyum senyum memelas, akhirnya kuiyakan saja. “Oke, tapi tunggu aku mau ambil handy cam dulu” kataku.

Kunyalakan Handycamku, kuarahkan ke makanan yang baru saja kami lahap, bon makanannya, wine yang dipesan Adi, yang baru sedikit sekali diminumnya. Kemudian kuarahkan ke wajah istriku yang cantik, ke pakaiannya yang saat itu memakai rok pendek dan baju T-shirt warna abu abu yang ada resleting “ dari bajunya. Dadanya terlihat membusung, kemudian pusarnya yang sedikit terlihat. Lalu kuarahkan perlahan ke wajah sang room service yang minta isrtiku melakukan service blow job kepadanya. Yah hanya sekilas, karena aku tidak beminat terhadap pria.

Kemudian istriku berlutut dihadapannya, membuka resleting celananya, ia mengeluarkan penis pria tersebut, kemudian mengulumnya, ia katakan terasa asin dan masih berasa rasa chicken cordon bleu di lidahnya. Istriku mengeluarkan segala tehnik mengoralnya, menservice baik baik, pria room service ini. Kejadian itu terus kushoot, batang penisku pun naik, dan mereka melihatnya sambil tertawa, mereka dapat melihatnya karena aku hanya memakai kimono tanpa daleman.

“Oh.. iya..Jess..ah lebih dalem lagi” teriak si Adi. Tampaknya Adi ingin melakukan deep throat terhadap isrtiku, benar dugaanku. Untung istriku mampu melakukan hal itu, walau aku sendiri belum pernah merasakannya. Liur liur saliva yang biasa terjadi kalau melakukan deep throat pun terjadi terhadap Nina. Liurnya menjadi sangat banyak ketika penis Adi keluar dari mulutnya. Kemudian dimasukkan lagi dalam dalam, terus berulang. Baju istriku basah terkena liurnya sendiri. Sementara rambutnya sedikit acak acakkan karena ditekan oleh Adi. “Ah... aku dah mau keluar... Oi Dodi, Mike, ato siapa kek nama luh, gue da mau keluar di mulut istri luh... enak banget...” teriaknya, aku jadi tertegun, aku benar benar sangat nafsu sekali.

CROOOOTTTT.... sperma Adi muncrat di mulut istriku, di wajahnya, dan di bibirnya. “Ahh... enak banget...” erangnya. Ia ngos ngosan, tampak capai sekali. Keringat bercucuran, ia buka bajunya. Menenangkan pikirannya.

Aku sudah tidak tahan, istriku terlihat mempermaikan spermanya dimulutnya dihadapan kamera, kemudian menelannya. “Enak...” katanya sambil tersenyum. Dan melirik ke Adi yang tersenyum kepadanya. “Di, pegang nih handy cam” kataku ke Adi. Kubuka celana dalam istriku, kuperlihatkan vaginanya ke arah handy cam yang di pegang Adi, “gila nih di, basah banget, gara gara luh. Thanks banget ya, sekarang giliran gua” kataku.

Kemudian aku pun langsung menyetubuhi istriku, sedangkan Adi merekam, ia fokuskan ke istriku, wajah istriku yang masih belepotan ludah dan sperma, kemudian ia naikkan kaos istriku, dibantu olehku, sehingga dadanya terekspos jelas. Aku terus mengenjot tubuh Nina istriku. Sedangkan Adi meremas remas dada istriku sambil tangan yang satu lagi tetap merekam. Terus ke arah vagina istriku.

Aku naikkan tubuh istriku, kubuka semua kaos istriku, branya juga kulepas semuanya, kemudian kubuka jendela kamarku, kutempelkan dada istriku ke jendela, kugenjot dari belakang, sedangkan Adi merekam dari sisi kiri, merekam dada istriku yang tertekan ke jendela, Adi juga merekam pemandangan luar, yang tidak begitu ada pemandangan karena Cuma ada langit langit biru dan gedung gedung bertingkat saja.
“Terus, Mike... enak banget.. hoh!! Ah!!!! Eahhhhh...... Ahhhh” erang istriku, tampaknya ia sudah orgasme. Kulanjutkan memompanya, terus dan terus, sampai aku juga berejakulasi di dalam rahimnya.

Tampaknya si Adi cukup bersabar, ia tidak langsung menyetubuhi istriku hari itu, ia hanya meminta celana dalam istriku itu. Dan meminta istriku pergi shopping tanpa menggunakan celana dalam. Dan kami pun setuju dengan rencananya tersebut.

Di plaza senayan kami membeli cukup banyak pakaian, istriku juga membelikan beberapa pakaian untuk Adi, tapi tentu saja Adi mengambilnya setelah ganti shift, dan kami memberikannya saat di parkiran. Karena mungkin manajemen hotel tidak mengijinkan pemberian tip berupa barang, mungkin takut disangka mencuri.

*****

Keesokan harinya, setelah memesan nasi goreng special ala Mulia, lagi lagi si Adi punya ide gila, ia menyuruh Nina untuk tidak menghabiskan dulu nasi gorengnya. Dan kali ini, setelah melakukan deep throat dengan teknik baru, yaitu menaruh piring nasi goreng Adi yang sudah habis, kemudian di atas piring kosong tersebut ditaruh celana dalam bekas istriku yang kemarin, dan kemudian nasi goreng sisa istriku ditumpuk ke atas piring Adi yang sekarang berisi cd kemarin yang dimintanya.

Tentu saja saliva orang yang melakukan deep throat itu berlebihan sekali dan jatuh diatas nasi goreng itu, dan pada saat mengeluarkan, Adi menyemprotkan seluruh spermanya ke nasi goreng tersebut. “Wuih enak banget nih....” katanya. Aku masi bingung apa maksud semua ini, walau aku menerka nerka, akankah ia menyuruh istriku memakannya, dan apakah istriku mau melakukannya”

Terjawab sudah, ia memang menyuruh istriku memakannya, tapi yang tidak kuduga istriku tanpa meras jijik atau disuruh dua kali langsung melahapnya, aku merasa aneh, melihat istriku yang cantik kok mau maunya melakukan hal tersebut, “eh kel, hari ini jangan setubuhi istri kamu ya, kamu onani aja keluarin ke nasi goreng itu juga, cepetan sebelum nasi gorengnya abis. Jangan oral juga ya” katanya, “sini aku rekamin” sambungnya.

Anehnya kuturti juga, aku onani semaksimal mungkin agar cepat keluar, dan akhirnya keluar juga, berbarengan dengan sendok terakhir istriku, dan spermaku hanya terkena sedikit saja nasi goreng tersebut. “Oke, karena uda abis, yang di piring ga usa diabisin spermanya, aku lap aja pakai cdmu” kemudian setelah dia melapnya. “Hm.. sekarang kemana” Jangan lupa pakai cd ya, pakai yang ini aja, ganti cd kamu yang sekarang!!!” perintahnya.

“Tu..tunggu, tunggu...” seolah mendapat kesadaranku kembali, “Adi, ini sudah berlebihan, saya itu panggil kamu, Cuma buat kita have fun doank, bukannya kasi kamu wewenang buat perintah kita. Lagian kamu harusnya bersyukur, tapi sekarang kok malah jadi begini sih”!” protesku, karena sudah agak kesal juga. “Oh.. hm.. maaf pak, saya jadi keterusan sama fantasi saya...maaf banget ya.. pak. Saya pikir ini Cuma variasi aja, hehe.. maaf pak sekali lagi, tapi jangan dilaporin ya ke atasan saya. Besok besok terserah bapak deh maunya gimana. Maaf pak” katanya dengan perasaan yang tidak enak. “Ya sudah ga apa, hmph... besok nanti liat gimana lah, seperti biasa deh telphone dulu!” kataku ketus. “Oh iya pak, baik” katanya lagi sambil senyum senyum. “Udalah Mike, gitu aja kok, ya uda nih buat kamu” kata Nina sambil menyerahkan uang seratus ribu. “Ma... makasih bu” katanya, “uda dibilang jangan panggil ibu, gimana sih. Panggil nama aja lah, lebih enak” kata istriku. “Oh iya, lupa, maaf bb.. maaf non, eh Jess.. makasih ya” katanya kembali. Sulit memperkirakan umur Adi, mungkin sekitar 28 sampai 30 an. Tetapi tubuhnya cukup berisi juga. Kemudian ia pergi meninggalkan kamar kami.

Akhirnya aku dan istriku pergi ke plaza senayan lagi untuk nonton film. Dan tentu saja Nina, istriku, tidak menggunakan celana dalam kotor itu.

*****

Tring.... Tring.... Tring...
“Ha.. halo...”
“Room Service....”
“Oh.. mmh... Adi.. waduh... jam berapa ini..?” aku mengucek ngucek mataku, aku masih mengantuk sekali, kulihat jam menunjukan pukul 04.30 pagi, “di, ini baru jam setengah lima pagi, kan aku uda bilang jam 8 atau 9 an, biasanya juga gitu kan?”
“Oh ini non Nina yang minta...” katanya.
“Non..!” uda merrit kok dipanggil non sih?” kataku
“Hehehe... abis masih muda n cantik sih, emang salah saya panggil ibu. Panggil non aja deh. Gini pak, ini ada complimentary dari kami, morning drink, hm... non Ninanya mana pak” Masi tidur ya” Ga apa pak, nanti kita antar aja”katanya lagi.

“Hm.. Jess, kamu yang suruh dia dateng pagi pagi gini?” tanyaku ke istriku, setelah melihat dia mengeliat membuka sebelah matanya. Tapi kemudian ia tertidur kembali, mungkin karena masih mengantuk, aku hanya mendengar gumamannya, seperti kata “ga..” mungkin memang dan seharusnya memang istriku tidak mungkin memanggil room service sepagi itu.

Karena sudah terlanjur bangun, aku langsung sikat gigi dan cuci muka, tidak lama bell kamarpun berbunyi. “Room service...” suara Adi dari balik pintu, kubukakan pintu, “ei di, pagi amat luh dateng, itu istri gua, gua uda tanya, nggak pesenin luh dateng pagi pagi kali.” Kataku, “oh iya hehe.. inisiatif pak...” katanya yang langsung kupotong, “inisiatif inisiatif, inisiatif pala luh, lain kali jangan gitu donk, orang masi ngantuk banget, pake bilang istri gua lagi yang nyuruh! Gimana sih?” kataku sambil mempersilahkan masuk.

“Hehe.. maaf banget pak, ini... kan bapak, pesan seminggu, dan selama seminggu, bapak sangat jarang banget, menggunakan fasilitas disini, padahal kan bapak pesan yang suite, dan bapak jarang breakfast, dinner dan quick lunch di hotel ini, padahal uda termasuk pembayaran bapak, bahkan menggunakan kolam renang, fitness center, lap tennis apalagi jacuzzi yang deket swimming pool. Dan sampai saat ini juga complimentary massage juga ga dipakai, makanya kami mungkin akan mendiscount bapak, dimana seharusnya bapak menginap 7 hari 6 malam, menjadi 10 hari 9 malam...” katanya menjelaskan, “hm.. emang bisa begitu ya” Dulu dulu saya nginep disini ga pernah gitu...” tanyaku untuk meyakinkan, “dan apa hubungannya ama morning drink ini” Maksud gua dini hari drink...” kulihat jam baru pukul 5 lewat10 menitan.

“Hehe.. justru itu pak, ini sebagai awalnya, selain itu ini ada roti panggang isi telur... silakan dinikmati dulu pak, dan ini juice kami yang special buat bapak ama Nina...” katanya. Saat kulihat roti tersebut, perutku juga jadi lapar, maka kuputuskan untuk menyantapnya saja. Selagi aku makan, Nina keluar dari kamar tidur kami, ia juga terlihat masi ngantuk, memakai baju tidurnya yang berwarna biru langit mengkilap, membuatnya sangat sexy. “Ada apa sih, ribut amat....”katanya. “Oh non Jess, uda bangun, sorry ngebangunin...” kata Adi.

Aku masih menyantap makanan ku, ketika Jess sedang di kamar mandi, mungkin cuci muka dan sikat gigi, atau mandi, aku tidak tahu. Setelah selesai makan, dan ngobrol ngobrol dengan Adi, aku baru tau ia lulusan universitas, dan sebenarnya ia memang suka kerja di perhotelan, dan restaurant, dengan mengambil room service di hotel, ia bisa menyangkup 2 pekerjaan yang disenanginya, restaurant dan hotel. Ia punya cita cita mendirikan cafe sendiri. Tapi tentu saja itu perlu waktu yang agak lama, dan ia senang bisa kerja di hotel berbintang lima yang paling bergengsi ini, walau seperti kebanyakan perusahaan, dimana perusahaan yang bagus dengan reputasi yang baik, memiliki gaji yang kurang memadai tetapi akan punya referensi yang sangat bagus.

Setelah Nina selesai mandi, Adi menawarkan makanan tersebut, tapi mungkin karena Nina tidak terbiasa makan sepagi itu, ia menolaknya, “buat nanti aja deh...” kata Nina. “Hm... oh iya non, eh Jess, mau minta tolong donk, hehe.. bisa ga ngajarin gimana copy dvd dari handy cam itu ke dvd buat player...” kata Adi. “Hah” Buat apa” Hm ... yah musti punya program nero, nih aku ada bawa laptop, ya uda sini aku ajarin deh” katanya. “Oh iya ini aku juga uda siapin dvd kosong..”kata Adi, “Jee buat apa, kita juga ada kalee... hehehe lucu lucu aja yah...”kata Nina.

Aku daritadi diam saja mendengarkan percakapan mereka, mungkin karena aku kepagian bangun, mataku terasa sangat berat sekali, aku benar benar mengantuk sekali....

****
Kubuka mataku perlahan... mataku berkunang kunang, samar samar kulihat pergumulan seseorang dihadapanku, kulihat paha yang putih mulus sedang dalam posisi doggie style dengan paha seseorang yang penuh bulu kriting



 di paha dan berwarna hitam, kepalaku terasa pusing, setahuku paha Adi tidak begitu berbulu lebat, kepalaku terasa berat untuk dinaikkan, aku lihat di samping orang yang memiliki paha mulus, berdiri seorang lagi yang menghalagiku untuk melihat wajah sang pemilik paha mulus, malah yang kulihat adalah sebongkah pantat hitam, yang sepertinya Adi, lalu di seberang Adi terlihat seorang lagi yang hanya terlihat bagian kiri tangan dan perutnya, tangan dan perutnya agak ceking.

Kupaksakan diriku untuk dapat mendengar dan melihat dengan jelas, aku baru sadar sepenuhnya, Nina istriku yang cantik, putih mulus, muda dan belum pernah melahirkan ini sedang berteriak orgasme oleh tiga pria pribumi ini, dan ketika aku dapat melihat lebih jelas lagi, penis orang yang sedang menyetubuhi Nina dengan gaya doggie style memiliki penis yang abnormal, karena bagian kepala penisnya sangat besar, sedangkan batangnya sendiri biasa saja, walaupun cukup besar juga, jadi terasa agak aneh dan mengganjal sekali.

Aku penasaran dengan wajahnya, aku lihat, sepertinya aku pernah melihatnya entah dimana, agak familiar... aku berusaha menggerakan tubuhku, tapi ternyata aku diikat di kursi, “hegh...” gerakku, “oh oh oh sudah bangun ya....” kata Adi, “eh pak hmm sorry Dod yah nama luh, ini istri luh mulai hari ini total menjadi perek kita, jadi budak kita... dan dia uda setuju banget!!! Jadi luh musti setuju juga” kata Adi.

“Hah” Apa “ apaan ini” Siapa yang 2 orang itu” Jess, ada apa ini?” kataku meminta penjelasan. “Sorry Dod, dia orang sekarang ... dia orang ancam akan menyebarkan dvd kita Dod... aku .... ga mau kalau dvd itu kesebar... aku...aku juga disuruh menandatangani surat penyerahan diriku, surat kuasa dan lain lain... aku ...maaf Dod...” kata Nina. “Hm... itu bener, sekarang kita uda ngerti program nero, laptop kamu ama handycam untuk sementara menjadi milik kita, sebaiknya kamu juga kerja sama supaya semua orang senang, dan aku yakin kamu senang juga kan istri kamu digituin, dan istri kamu juga seneng kok digituin, dia aja uda orgasme berkali kali ama kontol gue!!! Nanti gua kasi liat rekaman kita, hehee... dan ini berdua temen gue, yang lagi entotin Jess ini, namanya Pak Slamet atau panggil aja Pakonde, Pala kontol Gede hehehehe...” kata Adi diikuti tawa mereka bertiga, “kalo yang ceking, tongos dan jelek itu Ardyantus, emang nama ama orang beda banget, namanya ga nolong mukanya... hahhaaha” katanya. “kontol luh Di, emang gua jelek banget apa”! Sialan luh!!!” kata orang ceking itu. Kulihat wajahnya, memang jelek banget.

“Ah.... Hm.... ugh...”desah istriku, tampaknya istriku sangat menikmati permainan pak Slamet yang kuperkirakan usianya sekitar 40 mendekati 50 tahun. Ia sendiri juga sangat menikmati jepitan vagina istriku, “enak ga neng”! Uuhh gila cewe cakep masi muda gini.. uuhh enakk banget.... emang lu bukan pertama kalinya suka pamer, emang dari dulu lu uda suka pamer.... dari dulu gua uda pengen kontolin luh!!! Hahahah sekarang baru gua tau kalo luh emang sengaja waktu di kawinan, diplerotin bajunya, gara gara luh gua dipecat dari kerjaan gua, dan sekarang susah dapet kerjaan....”katanya, yang langsung membuatku tersadar, dia adalah salah satu pengurus, kepala sekuriti bagian pernikahan, yang wajahnya juga terfoto saat insiden melorotnya baju pesta resepsi pengantin istriku. Dia dianggap bertanggung jawab, karena selain kepala sekurity ia juga satu satunya karyawan yang terlihat / terbukti berada di “TKP” kejadian. Ia dianggap tidak mempringatkan kami, dan membiarkan kejadian tersebut, dan wajah mupeng ingin lihatnya tertangkap kamera. Sehingga ia di pecat, tapi kukira itu hanya rumor kalau ia di pecat, karena kami tidak ambil pusing kejadian tersebut.

“Ah.... pak Slamet.... enak banget... pak...iya terusss... ah ... Dod.. sorry tapi lagi tanggung.. ini enak bagnet....ah,.... bodolah... ahh... AAAAAAAAAHhhhh...” istriku orgasme hebat, sampai cairannya muncrat muncrat, padahal divaginanya sedang tertancap penis besarnya pak Slamet, karena penisnya yang abnormal, membuat lubang udara yang cukup luas pada bagian batang penisnya, sampai tumpah tumpah, dan mengeluarkan suara seperti pret pret dari rongga rongga vaginanya.

“Haha, busyet “ busyet tadi waktu aku ent*tin aja ga sampai segitu nafsunya nih perek, hehe.. dasar cewe murahan, tukang obral. Untung luh ga sombong, jadi bisa kita apain aja. Nah ini nih suaminya sombong, dasar babi, hehe... ga pantes luh ent*tin dia, per-ek-mata kaya dia cocok buat kita hahaha perekmata.” Ejek Adi, yang membuatku sangat panas sekali, tapi kemudian yang lebih parah, “Hahaha... konak dia! Istrinya kita katain perekmata cocok buat kita, burungnya naik langsung... Hahaha....” sambung ejekannya. Aku yang ditelanjangi tidak dapat menyembunyikan penisku yang berdiri. “Sialan ... sialan... ngapain juga musti berdiri nih penis...” umpatku dalam hati, tapi malah tambah tegang saja penisku.

Sementara itu pak Slamet masih terus mengenjot dan memutar mutar penisnya itu, “Ah.... Ah... gua uda mau sampe.... terima peju gua..... terima peju gue yang enak ini... Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh ... shit!!! Enak banget nih memiaw” teriak pak Slamet berbarengan dengan keluarnya spermanya didalam rahim istriku. Tampaknya istriku pun mengalami orgasme kembali, tubuhnya kejang kejang, penuh dengan keringat.

“Nah sekarang giliran gue...” kata Ardy, “gua udah tunggu tunggu momen ini.” Ia kemudian mengarahkan penisnya kearah vagina istriku, “Hm... biar keringatan gini, tetep wangi yah... beda ama cewe kampung... slurpp...” ia menjilati keringat di punggung istriku, kemudian menuju ketiak istriku juga dijilati dan diciumi. “Gila wangi banget... cakep banget sih luh!!! Hehehe... emang enak yah dient*tin ama mas Adi ama pak Slamet?” tanya Ardy, istriku diam saja. “Ei jawab donk... kita kan mau tau yang disini, kalau enak apa nggak, ayo donk di jawab...” lanjut si jelek Ardy lagi, aku sendiri walau sudah tau istriku sangat keenakkan, tetap ingin mendengar dari mulutnya langsung.

Kamera Handycam masih tetap dinyalakan, dengan colokan listrik, bukan batere, karena baterenya sudah habis digunakan. Kamera itu menyoroti wajah cantik Nina, “e..enak.. enak banget...hmmhh” jawabnya sambil memalingkan wajahnya dari kamera, jawaban itu mendapatkan sorakkan kegirangan dari mereka. “Nah gitu donk, sekarang kita tanya suaminya nyok!! Gimana” Kamu puas istri kamu di ent*tin kita” Kamu suka” Ayo... biar bisa sama pinternya sama istrinya kudu di jawab nih mas” tanya Ardy yang usianya sepantaran istriku atau mungkin lebih muda.

“Ba... Baji..”
“E..ee.. jangan ngomong kasar donk, kalau kita ga apa ngomong kasar, kamu kan terpelajar... jangan ngomong yang kasar kasar gitu donk” potong Ardy lagi sambil menggeleng geleng kepalanya seperti seorang guru mengajar anak kecil, “oh atau kita lihat aja deh barangnya uda bisa jawab tuh hehehe” katanya sambil menunjuk penisku yang masih tegang. Aku merasa malu dan dilecehkan. “Ayo... dijawab... jangan malu malu gitu donk... uda gede kan”!” ledeknya lagi. Aku merasa kesal tapi tidak dapat dihindarkan lagi, dan lagipula pikiran mesumku lebih mendominasi diriku ini, “I..iya.. saya suka...” kataku kemudian. “Hahahaha... gitu donk... suka apa”!!!! Coba diulangi lebih jelas...” kata Ardy. “Saya suka.. saya suka istriku, Nina ML sama kalian... saya menikmatinya....” kataku pada akhirnya, dan kembali disambut gembira oleh mereka.

Aku hanya dapat melihat mimik istriku, entah kecewa atau bangga, aku tidak mengerti mimiknya, tapi satu yang kutahu pasti, ia menikmatinya juga, sangat menikmatinya malah. “Oke oke... sekarang gilarang aku yah... hehe.. oh iya mulai sekarang nih, Jess, kamu panggil aku sayang yah, kita pacaran yah sekarang... tapi kalau pacaran ama aku, aku harus coba dulu memiaw kamu, masi enak ga dipake, ntar uda ga enak lagi, jangan Cuma menang cakepnya doank, hehehe...” kata Ardy sambil memasukkan penisnya ke vagina istriku.

Bless tanpa kesulitan ia memasukkan batang penisnya yang berukuran normal, dua tiga kali dia menggenjot, istriku mendesah “loh loh loh, kok jebol yah memiawnya” Ga enak nih, wah gara gara pak Slamet, nih memiaw jadi doll banget... payah lah... wah masa musti nunggu pulih” Ah... coba belakang aja yah” Boleh yah sayang?” kata Ardy yang membuat kuping istriku panas juga dan takut karena belum pernah mencoba dari belakang, “ja...jangan... tolong jangan.... pleaseee.... aku ga mau..” kata istriku.

“Hah” Ga mau ama siapa” Ama suami kamu” Aku ga tau kamu ngomong sama siapa, kan aku uda bilang panggil aku sayang...” kata Ardy, “wah ga ngerti ya” Kalo gitu hukumannya emang musti main belakang deh... hehehe... siap siap ya... kalo ga siap sakit loh say... gua sih ga peduli loh... abis memiaw loh itu udah jeboll sihhh” lanjutnya lagi, sembari sekarang mengarahkan penisnya ke anus istriku. “Tu... tunggu, aku mohon, toloong jangan sakiti istri saya, jangan disitu, tolong...” kataku yang kemudian ditatap tajam oleh ketiga pasang mata sangar, seolah mengatakan kalau tidak video rekaman kami akan disebar-luaskan, “...eng..bag...bagaimana kalo setidaknya memakai pelumas dulu?” lanjutku, aku bingung aku tidak ingin istriku kesakitan tapi juga tidak ingin video rekaman kami disebarluaskan, sedangkan aneh kalau aku menawarkan anusku, tentu saja aku tidak mau, dan aku yakin mereka juga tidak mau.

“Pelumas” Hmmmm... oke tuh ide. Boleh... nah... say... kamu arahkan lobang pantatmu ke suami mu, suruh dia jilatin sampai basah, biar nanti kamu ga sakit... ayo cepat sayang...” perintah Ardy yang kemudian langsung dituruti istriku. Istriku mengangkangkan kedua pahanya dengan posisi doggy style mengarahkan lubang anusnya ke arah wajahku, aku yang dalam keadaan terikat memajukan wajahku, sehingga hidungku menempel pada anusnya, tapi sialnya lidahku yang sudah kusiapkan, yang sudah terjulur siap menuju anusnya, malah tidak tepat sasaran, yang kena malah vagina istriku, serasa kurang sial lagi, sperma entah pak Slamet atau mas Adi langsung jatuh ke lidahku, aku yang berusaha memuntahkannya tidak bisa, karena Nina terus menempelkan dan menggesek gesekkan vagina dan anusnya, tampaknya ia masi ingat kalau oral seks yang kuberikan selalu dapat membuatnya melayang, tapi yang tidak ia ketahui, (atau ia ketahui”), kalau vaginanya telah penuh dengan sperma, sehingga mau tidak mau aku yang kewalahan, aku yang memuntahkan sperma malah belepotan di hidung dan wajahku, akhirnya, kupejamkan mata, kucoba sajalah. Dan tentu saja rasanya tidak enak, rasanya perutku langsung mual, tapi aku bertahan sekuat mungkin. Lama kelamaan akhirnya aku terbiasa, dan istriku juga mendapatkan orgasmenya, dan barulah ia arahkan dengan benar lubang anusnya ke mulut dan lidahku.

Setelah dirasa cukup basah oleh Ardy, ia menarik istriku, sambil memicingkan matanya ke arahku, “iishh.. kamu homo ya?” tanyanya, “what” Shit no way!!!” elakku kesal, “hehehe... bearti kamu lebih gila lagi kalau bukan gay tapi nelen pejunya mereka hahhaa... baguslah.. semoga terbiasa ya, mas!!! Hahaha” ledeknya. “Oke oke, cuih...” diludahinya lubang dubur Nina, kemudian ia mengarahkan anus Nina menuju penisnya. “Iya iya iya... he eh... iya... ma...ma..Ma SOKKKKKK!!!! Ahh,... sempit banget nih sayang” teriaknya setelah lolos memasukan penisnya. Sementara istriku meringgis menahan sakit, dan geli.

Ardy diamkan beberapa saat, agar istriku terbiasa oleh penisnya, “ayo terus....bagus Ar... gue suka itu” teriak Adi memberi semangat sambil terus merekam, sedangkan pak Slamet Cuma cengangas cengenges sambil merokok dan sedang minum kopi panas, menikmati pertunjukan menyenangkan itu.

Ardy mulai mengeluarkan penisnya sampai tersisa kepalanya di dalam, lalu langsung menghujamkan penisnya sampai menohok ke dalam, “Ahhh.....” desah istriku, entah kesakitan atau keenakkan. Ia terus melakukan itu berulang ulang pertama tama perlahan lahan kemudian makin lama makin cepat, “enak ga sayang?” ia bisikan ke istriku, tampaknya istriku mulai dapat menikmati permainannya, “iya..enak ...enak..sayang ooohh...” kata kata istriku yang terakhir membuat hatiku mencelos, “sayang?” ia katakan sayang pada dakocan ini” Hitam dengan gigi tongos, kurus kering, tirus, jelek dengan potongan rambut yang berantakan, ia katakan sayang sama seperti ketika kami berpacaran. Ia samakan aku, atau memang semua pria baik tampan atau jelek sama saja dihadapannya” Tidak tampaknya kata kata sayang yang dia ucapkan begitu murni, bahkan lebih menunjukan sayang daripada saat ia ucapkan kepadaku dulu. Ia sungguh suka sama pria kerempeng ini.

“Ah... rupanya kamu uda pernah main ya sebelumnya” Hahaha” tawa Ardy. Entah itu Cuma kata kata saja sebagai alat untuk merangsang pikirannya saja atau pertanyaan sebenarnya, karena aku belum pernah main belakang dengan istriku, “hah” Kamu suka ya... main belakang sama suami kamu” Ayo jawab yang jujur sayang....” tanya Ardy lagi. “Ah... sayang... aku pernah main di anus.. sayang... aku pernah....ah enak sekali... tapi bukan sama suami aku ini....”katanya tidak memperdulikan lagi aku disini, “sama siapa sayang?”, “sama... sama penjaga sekolahku dulu waktu SMU...ah.. enak bangetttt...... terus sayang teruss.....” teriaknya.

Aku memalingkan wajahku, aku merasa dibohongi, ditipu, berarti tadi sewaktu Ardy menyuruhnya menaruh pelumas... pantas saja ia langsung menuruti, kukira ia takut rekamannya bocor tapi gila... aku menatap meja makan, aku frustasi, aku terus menatap meja, sampai aku menemukan sesuatu yang menarik di meja tersebut, kulihat sebuah botol, yang biasa digunakan orang untuk bisa tidur cepat, rupanya minumanku tadi di campur obat tersebut, tapi aku tidak perduli lagi. Aku bingung, aku kesal. “Di, tolong lepasin tali gue, gua janji gua ga akan kabur, gua akan cooperative ama lu orang, terserah, istri gue mau lu orang apain, biar dia jadi budak seks lu orang, toh gua juga terangsang sih sebenarnya” tiba tiba saja kata kata itu meluncur dari mulutku, semua orang menjadi terhenti aktivitasnya dan melihatku, termasuk istriku dengan wajah hornynya. “YESSSS!!! Wuhuiy uda dapet ijin dari suaminya, uda tambah resmi aja deh, siip gua lepasin gua lepasin, tapi lu musti pegang janji luh ya!!” kata Adi kegirangan. “Pasti... gua janji...” kataku lemas.

Ardy semakin bersemangat menyodomi istriku, ia semakin gila saja, ia meremas payudara istriku, kencang sekali, istriku sampai meringgis kesakitan, tangan istriku memegang tangannya, tadinya kukira ia hendak menepis tangan Ardy dari buah dadanya, ternyata ia malah ikutan memeras buah dadanya sendiri, tampaknya ia menikmati disakiti seperti itu, Ardy mengerahkan segala kebolehannya, ia memeras payudara istriku sekarang bergantian, sehingga setiap payudara yang dilepas tangannya akan berboyang ke kiri dan ke kananatau bergetar ke atas ke bawah, ia terus melakukan hal itu, kiri kanan kiri kanan, sangat melecehkan istriku sekali, tapi tampaknya Jesicca malah menikmatinya.

Ardy mencabut penisnya, lubang pantat istriku tampak kemerahan, dan bibir duburnya monyong keluar, ia membalikkan tubuh Nina hingga terlentang, ia masukkan penisnya kembali ke vagina istriku, ia masukkan penisnya yang baru saja keluar dari lubang pembuangan istriku, ke dalam vagina istriku, ia kocok kocokan penisnya disana, sambil menekan dan meremas buah dada istriku dengan sangat gemas sekali, sampai sepertinya ia hisap dan gigit gigit kecil, ia ludahi payudara istriku kemudian dihisapnya kembali, berulang ulang ia lakukan hal itu, istriku mendesah keenakkan, tampaknya istriku tidak mampu membendung aliran orgasmenya, ia orgasme hebat, sampai sampai sperma pak Slamet keluar dari vaginanya semua, membasahi penis Ardy.

Ardy mengeluarkan penisnya, ia arahkan ke mulut istriku, “isepin sampe bersih nih, jijik gua, nih peju ada di penis gue, mending lu telen aja deh apa aja yang menurut gue jijik. Mulut luh kan kayak klosetnya gue, betul ga yang?” perintah Ardy, menyuruh isrtiku membersihkan penisnya yang berlapiskan campuran kotoran istriku sendiri, cairan orgasme istriku dan sperma pak Slamet. “I..iya..hmm... enak... slurpp slurppp c*k ck...slurpp..hmmmppphhh....” istriku menurutinya, meludahi penisnya dan mengulumnya seakan itu hal paling enak yang dinikmatinya.

“Enak ga” Hehehe... ga usa dijawab kite kite juga dah pada tau jawabannya kan” Hehe... gua belum selesai, ayo lanjut lagi, sayang...” kata Ardy sambil memposisikan penisnya ke arah anus Nina, ia akan menyodomi istriku lagi, “Ahhhh.... mmmmhhh...” istriku menahan perasaan sakit campur nikmatnya. “Iyakk... ahhh... masukkk...” kembali Ardy berhasil memasukkan penisnya, dan kali ini jauh lebih mudah, karena Nina sudah siap sekali.

Paha Nina dinaikkan sehingga lututnya mengenai dadanya, sedangkan Ardy seperti orang push up, menggenjotnya dengan wajah yang penuh kepuasaan, tampaknya ia tidak lama lagi akan mencapai orgasmenya, ia terus mengeluarkan dan memasukkan penisnya seperti kuda liar, begitu brutal, sampai istriku berteriak teriak, mas Adi dan pak Slamet terus menyoraki kedua insan yang sedang di mabuk nafsu.

Tidak lama setelah itu, “AARRRGGGHHH.... gue keluar..... gue keluarrrr.....” teriak Ardy. Sedang istriku tampak kelelahan, Ardy masi menancapkan penisnya di anus istriku, sambil menjilati buah dada istriku, leher istriku, ia bersihkan peluh keringat istriku yang menurutnya harum dan nikmat, mungkin ia sedikit fetish.

Ia mencabut penisnya setelah kurang lebih 5 menit, kami menunggu selama itu tapi tidak bosan, karena ia mempertunjukan ciuman lidah, ia permainkan lidah istriku, ludah Ardy menetes netes ke mulut istriku, terasa sekali perbedaan si wajah buruk rupa dan orang yang sangat cantik, berciuman sangat mesra, aku sendiri tanpa sadar sedang mengocok penisku, “Aha... terus kocok, nanti keluarin di muka istri kamu ya” kata Adi, mereka memperlakukanku seolah aku adalah figuran di film porno. Tapi toh tetap kulakukan, aku memuntahkan spermaku ke wajah istriku, mengenai pipi dan bibirnya.

Setelah kukeluarkan spermaku semua, dari lubang dubur istriku, ia mengeluarkan sperma Ardy, yang langsung ditampung oleh Ardy dengan penisnya, sperma yang berwarna putih kecoklatan itu tidak disisakan setetes pun jatuh ke kasur, semua jatuh ke penis Ardy, yang langsung di sosor ke mulut istriku, istriku mengulumnya tanpa rasa jijik, hanya saja katanya rasanya sedikit pahit. Tapi habis dan bersih tak bersisa sperma di penis Ardy.

Setelah menandatangani surat kontrak, dan lain lain mereka akhirnya menjelaskan kepadaku, compliment 10 hari itu adalah bohong, dan itu Cuma agar aku menginap lebih lama disini, istriku sudah memperpanjang check in nya, tadinya mereka berencana diperpanjang 20 hari, tetapi hari ke 12 akan dipakai orang lain, maka hanya sampai 10 hari saja. Setelah mereka menjelaskan, mereka pergi meninggalkanku dan istriku, dan mereka ingin besok kita siap mengikuti permainan mereka selanjutnya.

Mereka juga meninggalkan rekaman berisi pergumulan istriku dengan Adi, permainan dengan Adi tidak ada yang istimewa, hanya percintaan biasa, tapi istriku tampak sangat menikmatinya juga, benar benar edan, tampaknya istriku lebih maniak seks dibandingkan denganku, tadinya aku mau minta maaf, karena gara garaku, ia harus melayani mereka, tetapi tampaknya itu semua tidak perlu lagi, karena selain istriku terlihat menikmati, ia juga ternyata sudah pernah bermain dengan penjaga sekolah sewaktu dia SMU, dan itu tak pernah diceritakannya kepadaku, dan yang lebih parah saat ini ketika aku menonton pergumulan ia dengan Adi, ia sedang bermasturbasi sampai orgasme. Ia tampaknya sangat menyukai di gang rape oleh orang orang rendahan yang berbeda kelas.

****

keesokan harinya, sekitar pukul 11 siang, mereka kembali mengetuk kamar pintu kami, aku sudah bangun menyambut mereka, sedang istriku sedang mandi, mereka langsung mengedor gedor pintu kamar mandi, istriku membukanya, tubuhnya masih penuh dengan sabun, mereka langsung menggarapnya mereka membilas istriku, lalu mereka menyuruhku merekam adegan tersebut, dimana istriku harus melayani mereka bertiga sekaligus.

Adi yang suka deep throat langsung mengambil posisi mulut istriku, Ardy mengambil tempat anus istriku sedangkan pak Slamet yang memiliki penis abnormal langsung ke vagina istriku. Tanpa pemanasan dan ba bi bu lagi, mereka langsung menancapnya, hanya dengan bantuan air liur saja sebagai pelumas, untungnya pak Slamet tidak suka bermain melalui anus, kalau tidak mungkin anus istriku bisa lebar dan bisa bisa mengeluarkan kotoran setiap saat tanpa disadari, karena duburnya robek.

Setelah masing masing puas mengeluarkan spermanya di tempat masing masing, mereka menyuruh istriku segera bersiap siap, dengan make up seadanya, yang malah menunjukan kecantikan alami istriku, mereka mengajak kami pergi ke suatu mall, mall arta gading lebih tepatnya. Mereka juga tidak memperkenankan istriku memakai celana dalam dan bra, hanya rok mini yang mampu menutup aurat istriku, bahkan yang lebih gila, mereka tidak ingin istriku membersihkan dulu sperma sperma yang mereka tinggalkan, alhasil selama di mobil, saat sperma mereka mulai keluar, mereka mengunakan sendok dan mangkok hotel yang ternyata sudah mereka siapkan, mengambil sperma tersebut dan menyendokinya ke mulut istriku, mereka menyuruh istriku berlutut di jok mobil belakang sedan kami, istriku duduk ditengah di apit mas Adi dan pak Slamet, sedangkan Ardy duduk di depan, dan aku menyetir, kamera dipasang di dashboard mobil tengah, untungnya mobil kami, mobil yang mampu meredam getaran di luar, sehingga pengambilan gambar masih sangat bagus.

Pedagang pedagang kelontong di depan mobil, sempat sekilas melihat istriku berjongkok sambil disuapi, oleh pak Slamet, tetapi mereka tidak yakin dengan apa yang mereka lihat, mereka lihat sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, mereka tidak yakin karena kaca mobil kami agak gelap. Tampaknya itu disadari oleh pak Slamet, karena ia langsung membuka jendela mobil, membeli rokok di saat lampu merah, istriku langsung hendak duduk, tapi ditahan oleh Adi, ia juga langsung tak berani menatap pedagang asongan tersebut, kemudian Adi menyuruhnya mengambil rokok. Selagi tangannya mengambil rokok, Adi menarik roknya sehingga vaginanya terpampang jelas oleh pedagang asongan tersebut, entah mimpi apa semalam mungkin itu yang ada di benak pedagang asongan tersebut, belum sempat ia berpiir jernih dari pandangan wajah cantik istriku, ia sudah diperlihatkan paha mulus istriku, belahan dada istriku yang memakai baju yang sangat seksi dan sekarang vagina istriku.

“Oi pak, mau liat dadanya sekalian?” tanya pak Slamet, “mau mau... mau pak..” kata pedagang asongan itu terburu buru. “Jess buka baju kamu, ini bapak mau liat, kasi liat” perintah pak Slamet, “i..iya ...” istriku pun membiarkan dadanya yang indah terekspos oleh pedagang asongan itu, setelah itu Adi mengeluarkan selembaran 50.000 rupiah untuk 2 bungkus rokok dari dompet Nina, “ini pak dari cewe ini buat rokok 2 bungkus, ama bapak uda bersedia liat toket ama memiawnya, kita lagi kasi makan peju kita nih pak, makanya abis ini kita perlu rokok hehehe...” kata Adi seraya menyuruh Nina menyerahkan uangnya sendiri ke pedagang itu, “eitss kok pake tangan” Ga sopan banget kamu... pake tetek kamu kasinya!!!” perintah pak Slamet.

Maka dengan diselipkan ke buah dadanya yang tergolong besar, ia majukan badannya menuju pedagang tersebut. Pedangang itu pun mengambil uangnya sambil meremas, dan dengan secepat kilat di caploknya dada istriku dengan mulutnya, tapi lampu hijau sudah menyala, dan kami pun tidak berlama lama lagi, “pak.. uda dulu ya... nanti jam 10 malam bapak kembali kesini, ga usa jualan dulu, nanti duit setoran biar nih orang yang bayar, nanti kita jemput” teriak pak Slamet yang disetujui pedagang tersebut. “Ingat pak pake baju kemeja merah, jadi ga salah ngenalin” sambung pak Slamet lagi.

“Loh biar ga salah ngenalin gimana pak” Bukannya siapa aja sama aja?” tanya Adi, “Di, di jaman ini, ga semua orang pikirannya seks mulu, takutnya dia orang orang yang kurang kerjaan yang lapor laporin ke polisi soal gini ginian, lu kan tau sekarang ini banyak kelompok kelompok yang sok suci yang mau dapetin duit dengan lapor lapor kaya ginian, gua kan tau, temen gua ada yang masuk kelompok kelompok gituan, lu pikir dia orang kerja, arak arakin orang selingkuh lah demo sana demo sini, gerebek tempat tempat hiburan, itu sok suci dan ga ada kerjaan, buntut buntutnya maunya duit, maunya kelompoknya terkenal, populer, biar makin banyak anggota, makin kuat makin bisa dapet duit. Bisa aja itu kedok, suci suci nanti dananya buat kaum teroris. Gitu Di, makanya kita harus hati hati. Bukannya gua mau ngatain agama sendiri atau orang lain, tapi kenyataannya begitu Di, kalau kita suka seks yah suka aja, jangan dilarang larang, kalau ga suka yah udah biarnin aja yang lain menikmati, kalau semua udah puas, udah bosen liatin bokep, pada ga nafsu perkosa cewe, kalau ga ada bokep tapi pikiran mesum yah gawat, akhirnya coba coba, mereka ga ngerti kalau yang di film bokep itu ada sutradaranya. Nah yang kayak gini runyam. Ga nonton iya, ceramah iya, kawin lagi iya, perkosa orang iya, cabulin anak di bawah umur juga oke. Kan rusak. Mustinya pikiran mesum itu ada salurannya, jadi abis nonton atau abis baca udah selesai, jangan abis baca buku agama tapi tangannya ngobol ngobol memiaw orang hahahaha.... gila banget itu namanya...!!!!” ceramah pak Slamet yang diangguk anggukan Adi dan Ardy. Tampaknya mereka setuju. Aku sendiri tidak ambil pusing, selama tidak ada yang terlalu mengusik dan mengganggu kepercayaanku.

Akhirnya kita sampai di mall kelapa gading sekitar pukul 2 siang, karena kota Jakarta sangat sumpek dan macet, setelah memarkirkan mobil, kami turun menuju mallnya, dan bukan aku yang mengandeng tangan Nina, tetapi malah Ardy yang sebenarnya paling jelek diantara Adi dan Slamet yang menggandeng tangan Nina, seolah pacarnya yang paling disayanginya. Padahal Ardy memiliki postur tubuh yang kecil, kurus dengan gigi yang tongos, belum lagi tingginya yang hanya sekitar 155cm dan istriku 162cm, terasa sekali perbedaanya, sebenarnya kalau mau lebih cocok, walaupun bukan aku yang menggandeng, seharusnya Adi lebih pas, karena tingginya yang hampir sama denganku berkisar 170-175, pak slamet sendiri mungkin sekitar 168 an. Tapi itulah yang terjadi, Ardy memegang tangan istriku berjalan di depan, sedangkan kami bertiga berjalan di belakangnya.

Karena perut kami terasa lapar, kami pun mengunjungi salah satu restoran yang ada disana, seperti biasa, mata para pengunjung terarah ke kecantikan istriku, apalagi kali ini selain mengenakan pakaian yang agak sexy, dengan atasan berwarna kuning cerah, sehingga seolah menampakkan sisi keceriaan istriku dengan rok mininya, ditambah pasangannya yang luar biasa hancur, membuat sorotan pengunjung makin terarah ke istriku, belum lagi perbedaan warna kulit istriku dengan Ardy, bahkan sepatu boot istriku yang memang sih berwarna coklat, jauh lebih terang dari kulit Ardy. Istriku memakai sepatu boot coklat setengah betis, menambah kecantikan dan kesexyannya.

Seolah tidak mau mengabulkan pemikiran orang bahwa sebenarnya Ardy adalah kacung istriku, maka Ardy meresmikan dan meyakinkan mata manusia manusia yang melihat mereka berdua, dengan cara merangkul bahu istriku, sehingga orang orang menjadi tambah heran dan salah kaprah, karena tadinya mereka berusaha meyakinkan mereka sendiri, bahwa Ardy ini tak lebih dari kacung, tapi dengan begitu orang orang langsung meneruskan makannya, hanya sekali sekali melirik, mungkin sekarang mereka sedang meyakinkan pikiran mereka, bahwa istriku sedang dipelet orang ancur ini.

Dan yang lebih menggelikan adalah selama makan, Ardy dan istriku saling suap menyuap, dan diperparah oleh komentar kami, yah termasuk aku sendiri, yang sudah larut dalam permainan gila ini, “aduh romantis banget deh lu orang.... dunia terasa milik berdua aja ya...” salah satu komentar kami.

Kemudian selama di mall, kami belanja cukup banyak, kami ke diamond dept store, Sogo dept store, dan lain “ lain, kami juga membelikan baju untuk pak Slamet, Adi dan Ardy. Tampaknya hubungan kami menjadi semakin akrab semakin dekat saja, dan istriku juga tidak malu malu lagi untuk peluk sana peluk sini ke mereka bertiga. Tampaknya ia juga sudah kehilangan harga dirinya, kehilangan kepemilikan dirinya. Tapi semua itu dilakukan dengan perasaan senang.

Kami membeli kamera polaroid, dan kami juga foto foto bersama, dan tentu saja kami sempat curi curi untuk foto flash flash setengah bugil, maksudnya adalah Nina saja yang di foto setengah bugil, dengan foto polaroid, dapat dipastikan bahwa foto foto istriku adalah asli, tanpa di edit “ edit. Kami mengambil tempat yang cukup strategis untuk pengambilan gambar setengah bugil, istriku ditengah, dibelakangnya Adi yang tinggi, di sampingnya pak Slamet dan Ardy. Sesekali Adi menarik baju atau rok istriku ke atas sehingga payudara atau bulu bulu vagina terpotret olehku, kadang kadang saat dibuka bajunya pak Slamet dan Ardy meremas payudara istriku, atau kadangkala Adi sendiri yang meremas dari belakang.
Kami jalan jalan sampai sekitar pukul 8 malam, ketika semua pengunjung juga sudah hampir pulang semua, Ardy yang sudah sangat horny dari sesi pemotretan tersebut, ingin segera bercinta dengan Nina, maka ia mengusulkan untuk membawa Nina ke toilet pria untuk digarap. Tetapi karena Ardy ingin istriku direndahkan serendah “ rendahnya maka ia mengusulkan untuk menggunakan toilet pria yang ada di food court, karena toilet tersebut, pastinya paling sering digunakan karyawan untuk buang air kecil disana, dan pastinya menjadi toilet yang paling jorok di mall.

Ide tersebut disetujui pak Slamet dan Adi, sedang aku sepertinya tidak begitu setuju, karena aku tidak begitu suka keadaan kotor, sedang istriku yang sudah horny juga, oke “ oke saja. 3 suara lawan satu suara, demokrasi dijalankan, lagipula sebenarnya aku juga sudah dianggap tidak memiliki kuasa apapun juga, jadi pemenangnya dari awal sudah jelas. Aku hanya seorang penyedia dana dan istri, itu saja, tidak lebih.

Kamipun berjalan ke lantai 5, dengan tangga eskalator, Nina di depan Ardy yang bearti satu anak tangga di atas Ardy, Ardy dari belakang istriku memeluknya, dengan posturnya yang pendek, sehingga kepalanya hanya beberapa cm diatas pantat istriku, tapi pelukkannya erat sekali sehingga terasa menggelikan, bahkan teman “ temannya pun merasa aneh sekali, “Gila lu Ar, pendek banget sih luh, luh ga cocok banget deh ama dia, hahahaha....” kata Adi, “biarin aja di, noh temen luh ini lagi mupeng banget, tuh liat mukanya mesum banget, hhahaha....” kata pak Slamet. Si Ardy yang diledek temannya hanya senyum sambil menutup matanya menghirup dalam dalam wangi tubuh istriku, sedang istriku yang dipegangi erat begitu hanya bisa menjaga keseimbangan agar tidak jatuh dan hanya senyum senyum saja mendengar komentar mereka.

Sedangkan orang orang lain yang melihat hanya bisa merasa, betapa bodohnya cewe ini, mungkin mereka bahkan merasa goblok banget nih cewe, kok bisa bisanya mau ama mahkluk purba gini, dan betapa beruntungnya manusia purba ini bisa memeluk bidadari cantik ini.

Maka setelah perjalanan dari lantai ground ke lantai 5, kami sampai juga pada pintu toilet lelaki, pak Slamet yang masuk terlebih dahulu, yang ada di dalam adalah 2 pria yang sedang buang air kecil dan penjaga toilet, pak Slamet bernegosiasi dengan penjaga toilet tersebut, ia menjanjikan 3 hal, pertama, penjaga tersebut akan mendapat bayaran, kedua, penjaga tersebut dapat jatah dan tentu saja 2 karyawan food court yang sedang buang air kecil juga dapet bagian, dan ketiga toilet ini akan dibersihkan setelah digunakan.

Tawaran menarik tersebut tentu saja tak disia-siakan penjaga toilet tersebut, apalagi setelah Nina memasuki ruang toilet tersebut, “wuih hihi yang kaya gini kalau ditolak, bisa disambar geledek nih hehehe....
bisa dianggap ga menghargai pemberian orang lain nih hehehe... aduh pak pak, kenapa nggak bilang dari tadi sih” Eh prur, min, nih ada cewe minta dient*tin di wc ini nih, pada mau ikutan ga luh?” ujar sang penjaga toilet, sambil terus mengagumi kecantikan, kemulusan, keputihan, dan kesexyan istriku, sedang aku langsung konak mendengar komentar komentar si penjaga toilet ini.

“Eh... yang bener nih” Huhuy... aduh tapi sayang gua ga bisa lama lama nih, bokin gue pasti curiga nunggu gue lama lama gitu. Gimana ya?” ujar si Semprur, “sama gua juga ga bisa lama lama nih, langsung tancap sekarang deh...” timpal si Parmin. “Eh...eh sabar ding, gile luh, yang punya aja belum ngijinin kita, gimana sih lu berdua” Sopan dikit donk, sekolah ga sih luh hehehe...” canda si penjaga toilet yang bernama Mamat, “nih gua ada ide nih, lu berdua, ntar alesan boker, terus ga bisa pake nih toilet, jadi pake toilet di bawah, tar gue pasang renovasi, gampang kan” Susah banget luh bedua”!” lanjut si penjaga toilet ini lagi. “Wuiz pinter juga lu, maklum, kita ga disekolahin, dia disekolahin tapi khusus sekolah gini ginian... hehehe baru bisa jalan otaknya, hahahha...” kata Semprur.

“Yah... oke dah, jangan lama lama lagi, kita juga masi harus ngejer jadwal, habis ini masi ada babak selanjutnya nih....” kata pak Slamet. Maka didepan pintu toilet di pasang tanda dibersihkan, “oke, gua ngerti nih berdua lagi buru buru, jadi Jess, kamu layani Semprur ama Parmin dulu deh, mereka lagi pada ditungguin bokinnya tuh, cepet luh puasin mereka dulu.” Tambah pak Slamet.

Nina tersenyum dan maju menuju mereka, “hihi.. serius nih” Gua ga mimpi, prur, mimpi ga gue?” ujar si Parmin. “Mau gua tonjok dulu ga luh” Buat mastiin aja mimpi apa bukan?” kata si Semprur, “ga usa deh prur, gua cobain aja nih cewe kalau enak berarti bukan mimpi nih.” Jawab si Parmin. “Eits, mohon dulu donk ke kita “ kita, kasi tau namanya siapa gitu, mohon yang bener, jadi kita ga merasa bersalah ama bokin bokin kita, taunya luh aja yang ngegodain kita kita. Taunya luh aja yang mohon mohon ama kita, jadi kita yang kasihan ama luh” kata si Parmin lagi.

“Bang... nama saya Nina... tolong dong... saya mau hisapin penis abang... please.... boleh ya... saya yakin deh bokin abang ga keberatan...” kata Nina dengan senyum manjanya, “hihi iya pasti ga keberatan.... aduh... gile... nih hisap nih” kata Semprur sambil membuka celananya, di celana dalamnya terlihat noda basah, habis pipis. “Oke oke... nih mau gua rekam dulu, tapi Yank... jangan langsung ke penisnya yah, tuh dari kolor dulu luh isepin pelan pelan, apalagi bagian noda basahnya tuh, gua shoot dulu deh.” Kata si Ardy. Sontak kata “ kata yank, yang berarti sayang, membuat ketiga orang baru disana terkesima, jadi ini cowoknya” Busyet uda antara jelek ama ancur, ceweknya dijadiin objek seks kayak gini lagi, gila, beruntung banget nih orang, pikir mereka.

Nina mengemut emut celana dalam bernoda milik Semprur, “hm.. enak banget.... ah... kaya di pilem pilem bokep nih...” komentar Semprur, celana dalam Semprur makin basah saja, oleh jilatan jilatan Nina, kemudian Nina membuka celana dalam Semprur, ia hisap hisap, pinggir pinggirnya sambil jari telunjuknya memainkan testikelnya, memainkan kulit luar anusnya, tampaknya Semprur sangat menikmati perlakuan bidadari ini, mulutnya yang hangat sangat terasa di penis, slurppp slurrp.... tak berapa lama Semprur, sudah tak kuat, ia memegang kepala Nina, ia memperkosa mulut Nina, ia hujamkan dengan keras, untungnya Nina sudah terbiasa deep throat, jadi perlakuan tersebut tak terlalu menyiksanya, walaupun memang sudah pasti tak begitu menyenangkan, liur liur Nina menetes netes, liur kental Nina juga ikut keluar, Semprur tidak kehabisan akal menuju puncaknya, ia mainkan liur Nina dengan penisnya, yang kemudian langsung dimasukkan kembali ke mulut Nina, tak berapa lama kemudian, Semprur menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Nina, badannya bergetar, setelah mengeluarkan pun, Semprur tidak ingin cepat cepat menarik keluar penisnya dari mulut Nina, sampai Parmin menegornya, “giliran gue!” protes Parmin.

Parmin langsung mengambil posisi di belakang Nina, ia langsung meremas remas dadanya, sementara, penis Semprur dibersihkan Nina, remasan remasan Parmin begitu bernafsu sekali, sampai Nina meringgis sambil tersenyum menoleh ke belakang, minta agar jangan terlalu keras, tapi tentu saja tidak di gubris Parmin, ia menyelinapkan tangannya ke baju istriku, mulai meremas di dalam baju, ia angkat baju istriku dan kemudian dilempar asal saja, sehingga jatuh di lantai tepat di bawah tempat pipis cowo, tubuh mulus putih istriku bagian atas terekspos jelas, semua memandangnya dengan tercengang, Semprur merasa sangat menyesal telah mengeluarkan dengan cepat, sedangkan Parmin, langsung menarik rok mini istriku dan lagi lagi langsung dibuang ke belakang, jatuh di atas wastafel, vagina indah istriku dan payudara 34 c istriku menambah suasana eksotis di toilet ini, wangi tubuh istriku mengalahkan segala bau bauan yang tidak sedap disini.

Parmin langsung menyerang vagina istriku dengan mulutnya, ia mungkin masih dapat merasakan sisa sisa sperma bekas pergumulan tadi siang, tapi tidak ia pedulikan dan memang ia juga tidak tahu istriku habis digumuli tadi siang, yang ia tahu ia hisap vagina dari orang yang cantik, ia ingin memiliki Nina secara sepenuhnya, ia berada dalam dunianya sendiri, ia tusukkan jari tengahnya pada anus Nina, kemudian tanpa berlama lama lagi, langsung ia masukkan penisnya pada vagina Nina, ia pompa Nina berkali kali, tapi nafsu sudah di ubun ubun, ia tak mampu bertahan lama, ia ingin sekali memperlambat laju keluarnya sperma, tapi ia tak tahan lagi, wanita ini sangat cantik, sangat putih, sangat sexy, dan sangat wangi serta sangat menggoda. Ia pompa pompakan, tanggung bagi Parmin, apabila tak ia pompakan juga, spermanya sudah tak ingin berkompromi, spermanya sendiri ingin segera menghianati tuannya, spermanya ingin segera keluar untuk memperkosa indung telur Nina, walau sang sperma tak tau kualitas apa yang menjadi kualifikasi indung telur Nina. Parmin mengocok kuat kuat, sambil meremas dada Nina sehingga Nina menjadi sesak, dan... SPLASHH..... keluarlah sperma Parmin dengan derasnya, tanpa bisa dibendung lagi, Crottt Crottt Crottt. “Uuhhh enak bangettt.....” kata si Parmin yang membuat Semprur iri setengah mati.

Tapi waktu bagi Semprur dan Parmin sudah selesai, “makasih ya ... itu bener bener enak banget... hmm boleh minta no hp kamu ga?” kata Semprur, “oh boleh... 081898****” kata Nina. Setelah mengisi no hp Nina di hpnya, Semprur bukannya langsung pergi, tapi malah memungut baju dan rok Nina, kemudian dibuang ke tong sampah, “heehehe... cewe kayak kamu ga pantes pake baju tau!!!! Terlalu indah untuk ditutupi...” kata Semprur. Setelah itu mereka langsung pergi cekikikan, dengan rasa puas tak terkira, terutama Parmin.

Sekarang giliran Ardy yang tidak mampu lagi menahan rasa keinginannya, ia langsung menyergap Nina yang sudah polos tak berbusana ini, ia memberikan kamera tersebut ke Adi untuk direkam, Ardy seperti biasa, sangat gemar bermain anus, langsung menyergap anus Nina, ia meremas remas payudara Nina dengan sangat gemas sekali, ia ludahi penis dan anus Nina sebagai pelumas.

Ia sodok sodok penisnya ke dalam lubang anus Nina sampai Nina terdorong “ dorong ke depan, ternyata memang ada tujuannya, ia dorong istriku menuju tempat buang air kecil pria, sehingga Nina harus memegang pinggiran kloset berdiri tersebut, sedangkan wajahnya tepat diatas tempat pipis tersebut, baunya tentu sangat menyengat, tetapi karena diambang menuju orgasme setelah kedua karyawan yang sebelumnya tidak mampu membuat Nina mencapai puncak, menjadikan Nina menerimanya saja, ia abaikan bau pesing tersebut, bahkan terkadang karena sodokan sodokan di anusnya membuat kepala Nina menyentuh dasar tempat pipis tersebut sambil mendesah pula, sehingga bibirnya yang indah tersebut seolah membersihkan dasar pembuangan tempat pipis yang bau pesing tersebut. Sambil payudaranya terus diremas dan anusnya terus disodok.

Tampaknya Nina sudah tidak kuat, tangan kanannya segera memainkan klitorisnya sendiri sementara tangan kirinya meremas payudaranya karena Ardy hanya meremas payudara kanannya, karena tidak mungkin bagi Ardy untuk meremas kedua payudara Nina sementara ia harus terus menyodok anus istriku. Jadi posisi Ardy meyodomi istriku dengan ngaya doggy style sementara tangan kirinya memegang pantat istriku untuk menyeimbangkan badannya, sementara tangan kanannya meremas payudara istriku, dan posisi Nina berlutut dan memainkan klitorisnya sendiri dengan tangan kanan, dan tangan kirinya meremas payudaranya sendiri, sedangkan kepalanya terbenam dalam pispot berdiri pria, sambil mendesah tak karuan.

Kelihatannya baik Ardy maupun Nina sudah tidak mampu menahan gelombang menuju puncak orgasmenya lagi, dan “Ah.... Jess..... gila pantat luh enak banget buat di sodok..... aaaaaarhhh gue keluar nih say.... ahhhhh.... terima nih peju gue.....” teriak Ardy menuju orgasmenya, sementara istriku juga sudah tidak kuat menahan laju orgasmenya, ia remas payudara kirinya makin kuat, ia gesekkan klitorisnya makin cepat, sementara mulutnya megap megap, Ardy telah melepaskan penisnya dari anus Nina, kemudian sang penjaga toilet yang kebetulan bernama sama dengan karakter ciptaan mr Shusaku, Imron maju. Menghentikan tangan kanan istriku yang sedang ingin mencapai puncak orgasmenya. Ia pegang tangan kanan istriku. Nina hendak memrotes perbuatannya, karena Nina sudah hampir mencapai puncaknya, “eitsss mau keluar non” Nanti dulu hehehe.... sekarang giliran abang. Nama abang Imron, sekarang karena abang liat non udah sa-nge (horny dalam bahasa jawa/sunda, maaf kurang tahu) gitu, kalau mau biar abang puasin non, mau ga” Mau ga abang jilatin memiawnya non ini?” tanya Imron, “mau bang... mau...” kata istriku yang sudah dilanda perasaan mengebu gebu. “Bener nih mau...” ulang Imron lagi, yang di jawab dengan anggukan kepala istriku, membuat pipinya yang mulut tanpa cacat itu menggesek gesek tempat pipis merk TOTO itu. “Kalau gitu, abang jilatin deh, tapi non jilatin juga yah punya abang..” kata Imron lagi, “Iya bang..” kata istriku yang kemudian kepalanya bergerak hendak menjilati penis Imron, “ei, kata siapa kepalanya diangkat” Abang itu kan penjaga toilet ini, jadi yang dimaksud punya abang itu yah toilet ini, nah sekarang kepala non pindah ke tempat pipis yang sebelah ya, yang ini kan udah dibersihkan tadi pake rambut ama pipi ama bibir non, yang sebelah masi ada kuning kuningnya tuh, bekas pipisnya si Semprur tadi ama orang orang lain dah, non jilatin, nah sambil saya jilatin memiaw non..” kata Imron.

Saya sempat kesal dan hendak berdiri mencegah tapi ditahan pak Slamet, “jangan... jangan emosi... liat Nina, istri loh... liat.... dia kayaknya juga uda pengen banget... jangan diganggu dulu...” kata pak Slamet dan memang yang dikatakannya benar, Nina memindahkan kepalanya ke samping tempat toilet, dan ia menatap sebentar dasar toilet tersebut, kemudian saat lidah Imron menyentuh klitorisnya, sengatan sengatan listrik memenuhi sekujur tubuhnya, dan tanpa ragu lagi ia menjilati bekas pipis orang orang. Edan memang, tapi itulah yang terjadi, aku saja tidak percaya istriku mau melakukannya. Keberaniannya itu dibuahi tepuk tangan dari Ady cs.

Dan kali ini istriku tak mampu menahan gelombang arus orgasmenya lagi, ia begitu di liputi perasaan nafsu, cairan kewanitaannya menderas kencang sekali ke mulut Imron, Imron juga tampak sangat menikmatinya, ia sedot segala cairan nafsu tersebut sampai tuntas, cairan vaginanya begitu banyak, Imron memasukkan jarinya 2 kemudian 3 jari, ia kocok kocok, ia obok obok vagina Nina sampai Nina berteriak keenakkan, cairannya makin banyak keluar. Kemudian Imron memasukkan penisnya, ia jambak rambut istriku, ia jadikan istriku sebagai kuda betina yang sedang ditunggangi joki, sementara lidah istriku tetap terjulur keluar seperti anjing betina saja, air liurnya menetes netes di dalam tempat pipis, Imron mengarahkan kepala istriku dengan lidahnya yang terjulur, untuk membersihkan toilet tersebut. Sambil terus di sodok keluar masuk keluar masuk.

Pergumulan itu membuat istriku mencapai orgamenya kembali, sementara Imron masih perkasa, rambut istriku di jambak sampai kepala istriku mendongak ke atas, ia pindahkan kepala istriku ke samping lagi tempat pipis yang lain lagi, ritual yang sama diulangnya, istriku diharuskan menjulurkan lidahnya dan menjilati bekas pipis pria, banyak sekali jenis orang yang keluar masuk toilet untuk sekadar buang air kecil, anak kecil sampai dewasa, tapi istriku layaknya mesin pembersih toilet, ia bersihkan tanpa mengeluh malahan mendesah keenakkan.

Imron telah mencapai titik fantasi yang paling gila, ia tekan wajah istriku lama sekali di dalam kubangan tersebut, sementara ia mengenjot mengejar orgasmenya, istriku kesulitan bernafas, tapi istriku berusaha bernafas sebisanya, ia hirup dalam dalam aroma pesing tak sedap agar bisa bernafas, tampaknya istriku sudah menjadi sangat mengenali sangat terbiasa dengan aroma pesing tersebut sampai tidak lama kemudian akhirnya Imron mengeluarkan segala isi spermanya ke dalam vagina Nina.

Sebenarnya diantara Semprur, Parmin dan Imron, wajah Imronlah yang paling hancur, dengan tubuh ceking berbadan tinggi seperti orang yang kebanyakan makan obat saja, belum lagi bibirnya yang monyong tak karu karuan, wajahnya pun berbekal jerawat dan bopengan. Tapi tampaknya paling lihai menjaga stamina tubuhnya.

Waktu sudah menunjukan pukul 10.00 malam, “wah wah kayaknya kalau gua ama Adi nerusin disini ga keburu nih, kasihan bapak yang tadi nungguin kita... hmm gimana yah baiknya?” kata pak Slamet ke Adi, “hm... ya udah kita ikut main aja ama bapak tadi, kita kesana aja sekarang, ga usalah main di wc, hhehee... cabut sekarang deh” kata Adi. “Waduh ga bisa gitu pak, ini wc harus dibersiin dulu, gua mau tuh cewe ngebersiin nih wc dulu dah” ujar Imron sewot. Pak Slamet jadi bingung, tapi daripada buang buang waktu ia mengalah saja, “ya udalah, uda janji sih, lagian tanggung udah jam 10, tuh bapak uda kelenger kali nungguin kita.” Kata pak Slamet, “hm pak, saya ga mau sama bapak bapak di jalanan tadi, mending disini aja yah pak, tuntasin sekalian.” Imbuh Nina, “wah ga bisa, sorri gua uda janji, dan janji harus ditepati, udah luh bersihin dulu deh, ga usa bawel!!” jawab pak Slamet.

Akhirnya Nina pun membersihkan toilet tersebut, tentu dibantu juga oleh kami, tapi kami hanya membantu membersihkan wastafel saja sih, Nina diajarkan cara membersihkan toilet, tapi tentu saja dengan keadaannya yang bugil. Nina benar benar seorang gadis cantik yang menawan dan ceria, setelah pergumulan yang melelahkan tersebut, ia masih dapat membersihkan toilet dan bercanda gurau dengan Imron, walaupun gaya bercanda Imron agak keterlaluan, seperti menggosok badan, payudara dan vagina Nina menggunakan sikat WC, tidak jarang pula ia ciprat cipratkan air dari toilet ke wajah Nina, benar benar surga di toilet. Belum lagi gaya membersihkan toilet Nina yang sungguh sangat sexy sekali, seluruh lantai kamar mandi di siram air sabun, dan Nina harus membersihkannya dengan kain lap yang mengharuskannya menungging bukannya berdiri. Inilah pengalaman Imron sekali seumur hidupnya.

Setelah akhirnya cukup bersih, maka Nina pun membayar Imron 500.000 sebagai jasa mengajarkannya membersihkan toilet dan mengijinkannya menjilati bekas pipis orang serta mengijinkannya menggunakan sarana toilet sebagai tempat berbuat mesum, bahkan rasanya 500.000 adalah harga yang terbilang murah untuk fasilitas seperti ini. Tapi tampaknya Imron sudah mengganggap terlalu besar, jadi 500.000 adalah harga yang pas untuk kedua pihak.

Perjalanan pulang pun ditempuh, setelah tentunya Nina memungut bajunya dari tempat sampah yang penuh tissue dan ludah orang, tapi masi dapat dibersihkan.

Walupun dengan perasaan cemas, kalau kalau si bapak penjual asongan sudah pulang dan tidak sabar lagi menunggu kedatangan kami. Tapi kecemasan kami tidak berselang lama, digantikan oleh keterkejutan kami, karena selain si bapak yang mengenakan kemeja merah masih ada 12 orang lainnya yang memakai kemeja merah menanti kedatangan kami, kesemuanya adalah pedangan asongan, pengamen jalanan, dan para sopir sopir termasuk tukang ojek, bajaj, taksi dan mikrolet maupun metro mini, tentu saja berserta keneknya.

“Wah wah wah maaf maaf pak, kirain bapak sudah pulang, hahaha tapi malah bawa sekompi kayak gini, wah tapi bahaya ga nih pak?” kata pak Slamet memberi sambutan, “tenang saja... OIIII nih cewe yang gue bilang nih, tak jamin pada puas... hahaha...” teriak si bapak pedagang asongan, “kenalin saya Sumanto, tapi bukan yang suka makan orang loh...” lanjut si bapak pedagan asongan, Sumanto. Sedangkan Nina yang melihat masih ada 12 orang selain si Sumanto yang berarti 13 orang menjadi lemas, belum lagi Adi dan pak Slamet jadi 15 orang.

Tampaknya mereka juga menyadari hal tersebut, “hahahaha... kaget yah non” Ck ck ck gile cakep banget... ampe ngeces gue hehehe, emang ga salah lu to, asli gue beruntung nih malem, ga sia sia gue nunggu.” Kata pengamen yang bernama Mamat. “Udeh siket aje sekarang...” ungkap kenek metromini yang langsung disetujui semua pihak kecuali Nina.

Rupanya rencana mereka adalah menggarap Nina di mobil metro mini, dan penggarapannya adalah 7 orang dan 6 lainnya menunggu di depan, kemudian baru bergantian, dan tentu saja karena sekarang ditambah 2 orang, mungkin jadi 3 babak.

Setelah bernegosiasi sebentar, tampaknya akan memakan waktu terlalu lama apabila menjadi 3 babak, maka diputuskan menjadi 2 babak saja, dan peraturannya adalah 7 orang “ 7 orang, sedangkan sisa seorang lagi harus siap menjadi sopir metro mini, kalau kalau ada razia atau semacamnya, sang sopir sudah harus siap untuk menjalankan mobil, sedangkan 7 orang lainnya yang menunggu giliran babak kedua menjadi penjaga di luar, dan tentu saja dari berbagai sudut, kira kira mereka berjaga sekitar radius 200 meter dari metro mini untuk mencegah kemungkinan datangnya mobil patroli secara tiba-tiba dan sekaligus dapat menyempatkan waktu untuk melapor sehingga mobil dapat kabur sesegera mungkin, dan waktu satu babak adalah sekitar satu setengah jam, setelah itu gantian berjaga.

Yang mendapat jatah sebagai sopir tentu saja melalui undian, dan agar tidak terjadi kecemburuan sexualita maka sang sopir akan diberikan oral yang terbaik yang pernah ada, tentu saja sesuai keinginan sang sopir. Maka setelah melalui undian, justru malah Adi, yang memang suka oral seks. Jadi bagi ke 13 orang pinggiran ini merasa beruntung sekali.

Nina kemudian dilucuti pakaiannya satu satu di dalam metro mini, sementara 7 orang dari babak 2 sudah sampai di “pos penjagaan” masing “ masing, dan 7 orang yang di dalam dapat menyaksikan adegan oral seks, yang berupa deep throat. Sedangkan Ardy dan saya sendiri tentu saja boleh menyaksikan adegan dari awal, karena kami tidak mengambil jatah apapun, saya dan Ardy hanya sebagai kameramen saja, dimana kami berperan sebagai yang satu suami sah dan yang satunya kekasih barunya.

Adi yang memang gila deep throat langsung melancarkan aksinya, ia tekan penisnya dalam sekali hingga Nina tersedak, sebenarnya Nina mendapat pengalaman deep throat yang sangat baru dari Adi, karena ia harus mengadaptasikan tenggorokannya khusus untuk Adi, sedangkan penis penis lain yang ia oralkan seperti penis Semprur tidak memberikannya kesulitan apapun juga apalagi setelah dibandingkan dan di latih oleh penis Adi. Nina kerap mengeluarkan liur kentalnya kala memberikan service oral pada Adi, sedangkan 7 orang lainnya yang menunggu termasuk pak Slamet, melihatnya dengan sangat tergiur sekali, sehingga tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka langsung menyergap Nina.

Pak Slamet mendapat jatah vagina, karena ia adalah penyalur sekaligus negosiator Nina. Tentu saja penis pak Slamet yang abnormal itu membuat mata keenam orang yang ada disana menjadi terbelalak, tidak menyangka ada penis semacam itu didunia ini. Lebih kaget lagi mereka karena Nina tidak terkejut dengan penis jamur tersebut.

Pak Slamet yang sudah sedari tadi sangat bernafsu, tidak menyia nyiakan waktu lagi, ia masukkan penis besarnya ke vagina istriku. Tampaknya Nina masih belum dapat menyesuaikan vaginanya terhadap penis raksasa pak Slamet, “aah.. pak..heh..he.. pelan pelan...” rintih Nina sambil tertawa kecut. “Iya sabar ya, gua kasi yang enak luh” kata pak Slamet.

Sementara keenam lainnya mengambil ancang ancang, ada yang mengobel ngobel lubang anus Nina, ada yang menghisap hisap payudaranya, ada pula yang menjilati ketiak Nina. Deep throat yang dilancarkan Adi seperti tak pernah selesai, ia putar putarkan kepala Nina melingkari penisnya, ia maju mundurkan, ia paksa sedalam dalamnya. Ia kocok kocok, penisnya selama mungkin, ia mainkan liur liur Nina, sampai akhirnya Adi tidak mampu menahan spermanya lagi, ia semprotkan semua ke dalam mulut Nina, ia suruh Nina kumur kumur dan main mainkan spermanya di dalam mulutnya, sementara pak Slamet terus mengenjotinya.

Nina baru diijinkan menelan spermanya, setelah salah seorang pengamen yang sudah tidak tahan lagi menunggu pak Slamet, ia mainkan penisnya di mulut Nina yang sekarang penuh liur tersebut, pengamen lainnya memasukkan penisnya ke dalam anusnya. Mendapat penetrasi dari 3 tempat membuat Nina kewalahan, ia akhirnya orgasme panjang.

Pengamen yang melakukan oral seks, adalah Mamat wajahnya seperti manusia purba dengan tengkorak kepala yang agak besar dari manusia umumnya, sedangkan pengamen yang satu lagi wajahnya terbilang tampan, dengan hidung mancung, tampaknya tipe yang akan memuaskan wanita.

Nina juga tampaknya senang anusnya dimasuki oleh pengamen yang bernama Wanto ini, ia berkali kali orgasme oleh permainan Wanto yang cukup eksotis, ditambah kelakuan pak Slamet, dan ini menambah semangat Nina mengulum penis Mamat. Dan juga tentu saja selain vaginanya yang makin licin dan makin sensitif untuk mengurut adalah urat urat dan syaraf syaraf di anusnya semakin liar pula mengurut penis Anto.

Tampaknya pak Slamet belum menunjukan tanda tanda akan mengeluarkan, sementara kedua pengamen yang tidak tahan akan kecantikan dan keliaran Nina sudah mengeluarkan di masing masing tempatnya. Kemudian di ganti oleh seorang pengojek dan seorang sopir taksi, pengojek yang ini memilki badan tambun, gigi ompong rambut lurus berantakan, usianya sekitar 45an, sedangkan sang sopir taksi agak rapi tapi jauh dari tampan.

Pengojek ini menggunakan anus Nina untuk memuaskan birahinya, sedangkan sang sopir taksi menggunakan mulut istriku, pelicin di anus Nina hasil si tampan Wanto membuat penis sang pengojek tua menjadi licin, terlihat dari wajah istriku yang kecewa karena pengojek ini minta di anusnya karena anusnya baru saja dibuahi oleh pemuda tampan dan sekarang harus dimasuki manusia jelek.
Setelah agak lama sekitar 40 menitan tampak pak Slamet yang tidak tahan ia akan mengeluarkan, sedang Nina entah sudah berteriak berapa kali dalam pencapaian orgasmenya.
Setelah pak Slamet mengeluarkan seluruh spermanya, sang pedagang asongan yang paling pertama melihat Nina tadi siang langsung mengantikan posisi pak Slamet untuk bermain di vagina Nina dan pengojek yang tadi bermain di anus, langsung memasukan penisnya ke dalam vagina Nina sehingga vagina Nina sekarang dipaksa masuk 2 penis. Tentu saja mata Nina menjadi terbelalak, apalagi penis tersebut tentu saja habis keluar dari anusnya sendiri. Tapi tampaknya nafsu sudah diatas angin, mengalahkan perasaan jijik kesal dan yang lainnya.

Sang pedagang asongan, Sumanto yang memang sudah tua dan pengojek yang sudah bermain di anus sedari tadi tidak mampu lagi menahan gejolak perasaan ingin keluarnya sperma mereka, maka setelah beberapa hentakkan mereka langsung mengeluarkan, sedangkan sang
sopir taksi masih bertahan. Setelah mereka mengeluarkan, sang sopir taksi beralih ke anus istriku, diikuti oleh sopir mikrolet yang tampak seperti sopir angkot biasanya bermain di vagina istriku.

Tak terasa pula aku sampai mengeluarkan maniku di dalam celanaku. Anehnya walau pun aku sudah mengeluarkan, perasaan nafsuku masih mengebu gebu, mungkin karena aku adalah pria.
Maka final babak pertama diakhiri oleh sang sopir taksi dan sopir mikrolet, sedangkan Nina wajahnya sudah sangat lelah, tampaknya ia sudah tidak kuat bercinta lagi, ia begitu berkeringat, vaginanya begitu bengkak seperti memar, tampaknnya ia sudah sangat pasrah ketika rombongan yang pertama diganti rombongan kedua.
Rombongan yang kedua berisi pedagang asongan, 2 orang kenek, pengojek, 2 orang tukang bajaj, dan seorang lagi sopir metro mini. Mereka lah giliran yang mengerjai Nina, setelah melihat keadaan Nina, bukannya kasihan mereka malah menertawakannya, "HahAHA... tadi semangat betul, sekarang malah kelenger disini hahahaha..." kata salah seorang dari mereka.

Tanpa basa basi lagi mereka pun membangunkan Nina. Umur mereka sangat beragam sekali, ada yang 50 an sampai 20 an, ada yang super jelek ada yang biasa saja. Yang pasti tubuh mereka sendiri tampaknya tidak terawat. Mereka melihat Nina bagai serigala kelaparan. Istriku dipaksa bergaya anjing , sedang mereka mengambil posisi seperti biasa, vagina, anus dan mulut. Ketiga orang yang pertama kali melakukan babak kedua adalah sopir metro mini yang berperawakan
bapak bapak umurnya sekitar 52, badanya buncit dengan sedikit kumis tak beraturan di atas bibirnya, bulu hidung yang keluar keluar tak terawat, badan yang dekil, ia mendapat posisi vagina. Kenek mikrolet bagian anus berperawakan kurus, umur sekitar 35 wajahnya masih biasa
saja, tidak jelek dengan badan yang agak berisi. Bagian mulut oleh sopir bajaj yang agak agak mirip pemain sinetron sopir kancil (tapi tidak tahu namanya).

Perbedaan babak kali ini, mereka yang sudah keburu nafsu melihat kondisi badan Nina tidak ingin menunggu lebih lama. Setelah gaya doggy style ala 3 penetrasi, mereka membalikkan tubuh Nina ke posisi missionaris. Ini dimaksudkan agar keempat rekan lainnya bias langsung dapat jatah, yaitu di dada, sedang Nina harus mengulum 2 penis bergantian, dan secara kasar pula mereka memerkosa mulut Nina. Bagian anus tetap didominasi oleh kenek mikrolet tidak mau kalah kasar padahal posisinya berada di paling bawah ditindih badan Nina. Bagian vagina juga masih oleh sopir metro mini, sedangkan 2 sopir bajaj kompakkan di mulut Nina, padahal salah seorangnya berperawakan kasar, seperti perampok. Pedagang asongan yang punya rambut keribo keriting ga jelas, penisnya disempilkan di dada Nina, ia gesek gesekan penisnya di belahan dada Nina, ia tekan kedua sisi payudara istriku agar menempel pada penisnya. Sedangkan pengojek yang kira kira berusia 21 tahun wajah pas pasan mengunakan tangan Nina dan kenek metro mini yang juga sekitar 23 tahun wajahnya agak menyebalkan menggunakan rambut Nina.

Entah Nina masih kuat orgasme atau tidak, yang pasti ia sempat kejang kejang seperti orgasme, tapi tak jelas apakah karena sakit atau orgasme. Setelah pergulatan yang memakan waktu satu jam lebih akhirnya masing masing mengeluarkan spermanya, wajah Nina begitu
belepotan sperma, begitu pula bagian dada dan rambut. Sedang pengojek yang menggunakan jasa tangan Nina sengaja menyemprotkan ke arah wajah agar makin penuh sperma di wajah Nina.

Setelah itu dengan tidak tahu dirinya mereka masih meminta uang setoran yang memang tadi sudah dijanjikan, walaupun tadinya hanya untuk bapak pedagang asongan yang pertama si Sumanto, dimana sekarang kami sudah tidak memiliki cash yang cukup. Nina yang
sudah kelelahan dibangunkan, dengan metro mini kami menuju ATM BCA 24 jam, setelah menarik uang cash, dimana Nina sudah sangat sangat sangat sangat tidak berdaya, kami memberikan masing masing 250.000 per orang. Setelah itu kami diantar ke tempat semula, hehehe makasih yah non, sering sering yah kasi memiawnya ke kita kita, asyik betul ya... hahaha... uda pulang sono ntar keburu kering spermanya, eh pak Slamet itu sperma nanti kasi makan yah non-nya takut kelaperan kasian, uda kasi kita duit kasi badan juga weleh weleh. Boleh minta telponnya ga non” Nanti kita hubungi deh pake telepon umum, maklum ga ada hape, no telpon rumah aja ye, telpon coin ga bisa buat telpon hape." Kata Wanto. Kalau yang lain yang meminta mungkin istriku tidak mau memberikan tapi karena yang meminta Wanto yang memang tampan, walaupun badannya tidak bias dibilang atletis, tapi memiliki wajah yang membuat wanita horny maka diberikan juga. Setelah itu kami pulang ke hotel.
Di dalam mobil pak Slamet menggunakan mangkok dan sendok tadi siang menyuapi istriku kembali sisa sisa sperma yang masih menempel, walaupun agak was was karena takut razia malam, tapi tetap saja tugas Adi Nina dan pak Slamet di belakang tetap dilakasanakan. "Eh gua ada kenalan germo, nanti kita pake Nina buat jadiin psk aja yah... kan lumayan... tapi buat ilangin saingannya dia, kudu harus bayar bayarin deh psk psk yang lain biar ga pada ribut. Duit kan udah pasti ada, yang penting kepuasan. Hehehe..." kata Adi.

 T A M A T

0 comments:

Post a Comment