Tuesday, March 24, 2020

Punya Kamu Lebih Gede

Gelisah jadi alasan kenapa aku harus mulai menulis kisahku. Aku adalah seorang pengusaha muda di bidang industri media. Perkenalkan, namaku BJ, 28 tahun dan telah menikah dengan wanita bernama Rina Sarah W. Aku ingin menceritakan kisah perselingkuhan istriku dengan seorang rekan kerjanya.

Barangkali ini berangkat dari performa seksualku yang kurang begitu garang,istriku akhirnya memilih untuk menjajal pria lain. Sebagai gambaran, aku adalah pri keturunan Thailand-India. Sekilas wajahku justru mirip Arab. Tinggiku 162 cm dan punya perawakan sedikit gemuk.
Istriku, PRinaina adalah Jawa asli. Wajahnya tak terlalu cantik, tapi cukup menarik untuk dilihat. Bentuk bibirnya barangkali yang paling menggiurkan. Mungil tetapi sedikit tebal. Apalagi selalu basar.

Rina punya tinggi badan 160 cm, dengan bentuk badan yang cukup menggiurkan. Payudaranya tak terlalu besar, seukuran bra 34B. Tubuhnya ramping dengan bentuk bokong yang indah, padat berisi dan bulat menantang.

Dia bukan tipe wanita yang suka mengumbar aurat. Di kantor, meski banyak temannya yang menggunakan rok pendek, dia konsisten memakai rok di bawah lutut. Penampilannya juga selalu sederhana.

Sayangnya dia akan jadi pusat perhatian ketika memakai celana ketat berbahan spandek atau celana legging. Bentuk pantatnya akan tercetak, dan semakin menggiurkan ketika melihatnya berjalan. Pernah sekali kuajak dia berenang, dan banyak mata-mata jahil melihat ke arahnya. Dia barangkali tak sadar, tapi aku selalu tau kenapa pria enggan melepaskan matanya dari bentuk bodynya yang meliuk-liuk.

Aku dan istriku punya kehidupan seksual yang sedikit membosankan. Kami hanya sesekali bercinta dengan memuaskan. Meskipun kami melakukannya hampir setiap tiga hari sekali, tapi aku tau istriku sebenarnya tak begitu berminat.

Dia mengaku enggan di usianya yang ke 29 tahun untuk bercinta terlalu lama. Apalagi dia mengaku selalu lelah lantaran sering lembur di kantor.
Aku sebenarnya tak ingin menyinggung soal performa seksku, tapi beberapa waktu selalu terbersit. Penisku tak terlalu panjang, 12 cm ketika ereksi. Rata-rata setiap bercinta aku membutuhkan waktu tak lebih dari 1 menit. Aku harus melakukan banyak foreplay agar kegiatan bercinta kami cukup panjang.

Dia selalu mengatakan tak masalah. Dia menyebut rasa cintanya terlalu dalam untuk dikorbankan hanya untuk kepuasan seksual. Karena dalih itu pula dia selalu menolak ketika aku ingin berobat ke konsultan seksual. Katanya, asalkan aku masih mau mencintainya.

Tapi belakangan aku mulai curiga, lantaran ketika diam-diam aku berkunjung ke konsultan seks, dan diberitahu tentang beberapa hal yang cukup membuatku was-was. Belum sempat mendapatkan nasihat, si konsultan sudah mengatakan, wanita itu gairah seksualnya akan semakin meningkat ketika usianya pada rentang 25-32 tahun.

Entah benar atau tidak, aku percaya saja. Pikiran kotorku kadang tersersit tanya, apa dia punya aktifitas seksual lain, sehingga tidak memerlukannya bersamaku. Dari situ kemudian aku mulai mencari-cari.

Dimulai dengan puasa bercinta. Aku memutuskan untuk tidak mencumbunya selama beberapa bulan. Aku berharap dia akan meminta. Selang dua bulan aku tak menemukan tanda-tanda apapun. Bahkan, dia tidak meminta bercinta. 6 bulan kemudian, dia tak jua meminta berhubungan seksual.
Aku semakin penasaran, namun pencarianku tak menemukan apapun. Dia tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Pencarianku semakin tak masuk akal, kadang dia juga jengkel karena rasa cemburuku yang mulai terlihat.

Sebagai catatan, selama 6 bulan terakhir aku hanya melakukan onani. Kadang aku merasa bergairah membayangkan istriku dipuaskan pria lain.
Sampai pada bulan ke 9 aku mulai menyudahi antivitasku menguntit Rina. Aku mulai berpikir, jangan-jangan dia punya gairah seksual yang rendah. Hal ini aku dasari dari pencarianku di sejumlah penelitian.

Tapi sikap postitive thinking ku justru berbuah fakta mengejutkan. Suatu saat aku mencoba membenahi laptop istriku yang mengalami mati layar. Aku bawa ke tukang servis komputer, ternyata ada persoalan serius di hardisk dan panel layarnya.
Laptop tak bisa selamat, hanya menyisakan hard disk dan sejumlah komponen hardware. Hard disk coba kujadikan perangkat penyimpanan eksternal, dan kubalut dengan kemasan yang bisa kutenteng kemana-mana.

Perawatan hard disk aku lakukan agar benda ini dapat kupakai kembali.Istriku menyarangkan untuk membuagnya saja, tapi diam-diam aku masih memakainya. Suatu ketika, salah satu file yang kusimpan di hard disk itu terhapus permanen. Karena file penting akhirnya aku coba perbaiki dengan data recoveri.

Seluruh data recovery aku pindahkan ke harddisk baru untuk dipilah-pilah. Namun menariknya aku menemukan sekitar 6 file mp4 masih dalam keadaan baik diantara 27 mp4 yang tak bisa lagi dibaca. Ketika ku pilah kembali mp4 itu satu folder dengan sekitar 345 foto yang nyaris semuanya rusak.

Beberapa foto yang tak rusak aku lihat berisi selfie Budi, teman sekantor istriku. Aku semakin penasaran, lantas aku cari-cari file kembali dan kutemukan foto budi dan istriku sedang tertawa. Aku mulai curiga, awalnya aku yang tak begitu tertarik dengan file video, lantas aku perbaikinya. Proses scanning file saat itu membuatku semakin berdegup-degup.

Ketika scan selesai, aku mulai menonton video itu satu persatu. Video pertama saat istriku mengunjungi Semarang. Waktu itu dia memang bersama Budi dan satu rekannya lagi, Meysa. Video kedua kulihat dia bersama Budi dan Meysa di sebuah kolam renang.

Video ketiga mebuat mataku terbelalak. Dia sedang mencoba selfie dengan kamera ponsel. Sepertinya dia salah memencet tombol video, bukan memfoto. Kulihat budi dibelakang Rina, kepalanya di senderkan pada pundak Rina dan tersenyum lebar.

Dia meminta Rina untuk senyum. Saat itu kulihat Rina hanya memakai tanktop. Pikiranku mulai kacau, ketika keduanya tertawa, dan sesekali Rina mencoba untuk mencium Budi

Video terhenti pada detik ke 18. Video selanjutnya kulihat seseorang mengambil gambar Rina sedang berdandan di kamar mandi. Dia terlihat marah ketika sadar sedang direkam oleh seseorang yang tak kuketahui siapa. Dia saat itu sedang memakai kaos warna biru dan celana legging.
Aku melihat sepertinya familiar dengan bentuk kamar mandi itu. Setalh kuingat-ingat ternyata itu adalah kamar mandiku rumah ibuku.

Ini membawa pada penelusuran selanjutnya. Aku mengusut hingga dua minggu dan menemukan modus baru yang kuduga sebagai skandal keduanya. Kusimpulkan ada pertemuan rahasia di rumah ibuku pada akhir pekan.

Hari Sabtu istriku libur dan selalu mengunjungi rumah ibuku bersama Meysia. Dia akan pergi berbelanja atau ke salon bersama Meisya dan meninggalkan istriku sendirian di rumah. Saat itulah aku perlu menyelidiki lebih lanjut.

Aku mengambil cuti untuk melakukan investigasi. 2 pekan tak ada tanda-tanda modus serupa, pada pekan ketiga akhirnya modus itu mulai bermain. Meysia mengajak ibuku ke tukang pijat. Dia membayari ibuku dan pergi ke salah satu pusat perbelanjaan.

Rina sendirian di rumah. Beberapa jam bersembunyi di kamar kosong dekat kamar ibuku, tak terlihat tanda-tanda kedatangan seseorang. Beberapa menit kemudian kudengar pintu depan ditutup. Awalnya kupikir ada orang yang datang, setelah kulihat ternyata istriku sedang menonton televisi di ruang tamu. Dia sendirian.

Aku mulai sedikit tenang. Sampai pada akhirnya dia memanggil seseorang di ruang belakang.

”Sudah belum, lama amat,” katanya. Pikiranku jadi kacau. Semakin menggila ketika seseorang yang ternyata Budi bergegas duduk di ruang tamu dengan memegangi perutnya.

“Sakit beneran ini” kata Budi pada istriku yang baru saja datang dan duduk disampingnya.

“Digosokin minyak kayu putih? Biar sembuh?” kata istriku yang lantas ditolak Budi.

Budi terlihat setengah tidur di sova, sambil memegang perutnya. Istriku menatapnya dan sesekali mengusap-usap rambutnya.

“Aduh kok ya sakit to? Salah makan ya?” kata istriku.

“Enggak tau, pijitin sini,” kata budi sambil menunjuk pinggangnya.

Istriku menyetujui permintaannya. Budi setengah menaikkan kaosnya. Kulihat dia memang berbeda jauh denganku. Perutnya sixpack tidak kerempeng dan boleh kubilang sebagai pria dia terlihat seksi.

Budi memang cukup keren. Dia orang yang cukup memperhatikan penampilan. Tingginya mungkin sekitar 178 cm dan punya badan cukup ideal. Rambutnya khas Joe Taslim (aku tak tau model rambut apa itu).

Rina memijat-mijat pinggangnya sambil menonton tv. Kulihat sesekali Budi digoda karena gelitik tangan istriku. Aku mulai berpikir ada yang tak wajar dengan mereka berdua.

Ternyata benar, pijatan istriku beralih. Dia memasukkan tanganya ke celana Budi.

“Sini dipijit juga,” tanya istriku sambil meremas-remas benda di dalam kolor Budi.

Budi Cuma tersenyum menatap Rina. Dia terlihat sangat tenang, berbeda dengan Rina yang terus menatapnya dengan wajah penuh nafsu. Rina sesekali kulihat menggigit bibir bawahnya.

“Sakit perutnya udah lupa?” tanya Rina yang memancing tawa Budi.

“Ih ganteng banget sih,” kata Rina sambil mengelus kepala Bud dan mencium janggutnya. Entah kenapa, aku hanya bisa terdiam.

Rina tak melepas ciumannya di janggut Budi dan terus meremas-remas benda di dalam celana Budi. Rina lantas semakin ganas menciumi Budi hingga melumat bibirnya. Tangannya sudah terlepas dari kolor Budi dan mengelus-elus kepala Budi.

Budi terlihat kalem. Dia hanya beberapa kali membalas lumatan bibir istriku dengan gerakan kecil. Namun perlahan tangannya mulai beraksi. Dia memegang pinggang istriku. Sesekali dia mengusap bokongnya. Tanpa sadar dia ternyata sudah mengeluarkan kontolnya dari celah bawah kolor di kaki kanan.

Budi menuntun tangan kiri istriku memegang kemaluannya. Samar-samar terlihat kemaluan itu memang cukup besar. Apalagi bisa nongol dari dalam kolor. Istriku menyambut ajakan tangan Budi dengan meremas-remasnya.
Istriku menghentikan ciumannya dan melihat ke kontol Budi. Istriku bersimpuh dihadapan kontol Budi. Dia menaikkan celana Budi dan mengeluarkan kontol itu. Dan.. tuingg, kontol itu melonjak di hadapan istriku.

“Ih, kontolnya ganteng banget sih, kayak yang punya,” kata istriku sambil meremas-remas buah zakar Budi.

Kontol Budi memang luar biasa. Besar panjang dan terlihat lebih menarik. Panjangnya barangkali sekitar 20-23 cm, bersih dan terlihat keras. Istriku menatapnya dengan penuh gairah. Dia mengocok kontol besar itu, dan sesekali melumurinya dengan air liur.

Beberapa saat, istriku mulai tak tahan dan memasukkan kontol besar itu ke mulutnya yang mungil. Dia mengulum batangnya, menelannya hingga habis dan mengocok-kocok dalam mulut. Dia menciumi ujung kontolnya dengan mesra.

Ini pemandangan yang terakhir kulihat 5 tahun yang lalu, saat aku masih berpacaran dengannya. Dia selalu enggan ketika kuminta mengulum kontolku. Katanya, dia takut terkena penyakit.

Namun hari ini, semuanya kandas, dia terlihat menikmati kontol Budi. Dia mengulumnya dengan antusias. Dia bahkan beberapa kali meminta Budi mendekatkan wajahnya untuk dicium bibirnya. Dia terlihat ingin memuaskan Budi. Dia memancing Budi dengan kata-kata kotor.

“Budi kontolnya enak? Diemut Rina enak?” tanya Rina yang hanya dibalas dengan senyuman Budi.

”Budi enak enggak sih?” tanya Rina setengah merengek.

“Enak apanya sayang?”

“Ini kontolnya enak enggak di emutin Rina?” kata Rina dengan muka memerah.

Budi tidak membalas. Dia hanya mencium kening Rina, hidung dan diteruskan dikuluman bibir. Rina masih mencoba memancing Budi.

“enakk..?” bisiknya didepan wajah Budi.

Budi memang luar biasa, dia lebih kalem dan mengundang rasa penasaran Rina. Kulihat Rina hanya bisa merengek-rengek seperti anak kecil meminta pengakuan. Entah apa yang ada dipikirannya. Tangannya masih mengocok kontol besar yang sudah berlumuran air liur itu. Bibirnya terus mengulum bibir Budi.

Saat Rina masih berusaha mengocok kontol besar itu, Budi lantas mengangkat tubuhnya dan berhadap-hadapan dengannya. Rina kini berpelukan sambil berciuman dengan Budi. Aku merasa seperti sedang melihat film bokep.

Rina berusaha meraih kontol Budi yang kini berada tepat di depan bokongnya. Budi mengangkat tubuh Rina dan melepaskan celananya. Dia lantas meremas-remas bokong Rina. Rina tidak diam saja. Dia mengeluarkan payudaranya dan meminta Budi untuk mengulumnya.

Aku baru sadar, Rina sedari tadi tidak memakai bra. Hanya menggunakan kaos ketat berwarna merah. Dia memakai celanalegging bermotif floral. Budi juga baru kusadari tidak memakai celana dalam. Hanya kolor dan kaos singlet.

Rina menyodori wajah budi dengan susunya yang seperti mangkok. Budi menjilati susu itu dan sesekali menyedotnya. Tangannya lebih antusias bermain bokong Rina yang indah. Rina sesekali menempelkan kontol besar budi ke sela-sela pantatnya. Dia mengocoknya dengan kocokan kecil.
Selang beberapa menit, Rina ternyata makin tak tahan. Dia kembali merancau.

“Di, ayok dimasukin.”

Budi tidak merespon. Dia malah memeluk Rina dan menciumi lehernya. Rina kini menindih kontol besar itu dengan vaginanya.

“Budi.., Rina udah nggak tahan, ayo dimasukkin”

“Masukkin apanya sayang?” tanya Budi senyum-senyum sambil menggoda Rina.

“Budi pasti gitu deh.”

“Masukin gimana? Budi takut dong, Rina kan udah punya Suami, masak minta Budi yang masukkin,” goda Budi.

“Ih Budi, beda dong” kata Rina masih menggesek-gesekkan vaginanya di kontol Budi.

“Beda apanya?kan sama-sama kontol sayang,” jawab Budi. Rina menatapnya dengan sedikit tersenyum.

“Beda sayang, kontolmu gede, ganteng, kalo pas masuk penuh di memekku... yuk ganteng.. masukin kontolnya, Rina udah enggak tahan dimasukin kontolnya si gantengku..” jawab Rina dengan nada manja. Budi terlihat puas. Dia mengangkat badan Rina dan menuntun kontolnya di memek istriku.

Dia menggesek-gesek kontolnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggang istriku yang ramping. Dia mengangkatnya sedikit. Kontol itu masuk perlahan. Rina dengan mata sayu membuka mulutnya. Dia terlihat kaget dengan kontol besar itu.

Melihat ekspresi istriku Budi terus menatapnya sambil memasukkan kontol perlahan. Dia lantas mengulum bibir tengah istriku dan dibalas dengan emutan di bibirnya.

Blessss.... kontol itu akhirnya masuk semua. Dengan posisi berpangkuan dan berhadapan keduanya mulai ngentot. Istriku dituntun budi naik turun diatas kontolnya. Istriku hanya melenguh dan terkadang meracau sejadi-jadinya. Beberapa menit dia mulai menyesuaikan ritme itu.

Dia bisa naik turun sendiri. Entah kenapa, aku semakin bergairah melihat istriku melunjak-lunjak di atas kontol besar Budi. Dia terlihat sangat keenakan. Rancauannya semakin membuatku bergairah.

“Aduh, Budi... enak Budi.. ahhh.. ahh.. sayang...,” rancaunya sambil menciumi dan mengusap-usap kepala Budi. Sesekali tangannya bersandar pada badan Budi yang kekar.

“Budi, kamu enak?” tanya Rina.

Setiap kali Rina bertanya demikian, Budi hanya membalas dengan senyum dan melanjutkan dengan mengigit-gigit kecil puting susu Istriku. Istriku lantas menuntut tangannya meremas-remas payudara.

Budi menciumi leher istriku yang melonjak-lonjak diatasnya. Kontolnya terus dijepit dan digesek-gesek ke vagina istriku. Dia lantas meremas-remas pantat istriku. Dia terlihat lebih bergairah ketika menciumi bibir istriku sambil meremas pantatnya. Aku paham, pantat istriku memang sangat menggairahkan. Tidak ada yang bisa tahan untuk tidak mengerjainya.

Beberapa menit menjepit, menggesek-gesek kontol besar Budi, istriku lantas menggelijang hebat. Tampaknya dia orgasme. Budi melepas kontolnya dan cairan keluar dari vagina istriku. Baru kali ini aku melihat istriku orgasme.

Dia tampak lelah setelahnya. Budi menggendongnya dan memposisikan istriku dengan gaya doggy style. Dia tidak langsung menyodok istriku. Dia membiarkannya berbaris sebentar.

“Enak sayang?” Tanya Budi.

“Enak..” jawab istriku dengan wajah berseri.

“Enak mana sama kontol suamimu?” goda Budi.

“Husshh.” Jawab Rina sembari memukul tangan Budi.

“Memekmu enak sayang, kecil, bikin kontolku geli, kontolku sampe mau meledak. Sayang boleh kan kalau kontol Budi muncratin dalem memeknya?” tanya Budi yang sepertinya mencoba memancing gairah istriku.

Cara ini ternyata ampuh, istriku mengsyaratkan setuju dengan ide Budi. Dia nungging di depan kontol Budi sambil memintanya menciumi punggung, leher hingga bibir. Budi kembali menggesek-gesekkan kontolnya dan bless.... lagi-lagi kontol besar itu masuk.

Rina terbelalak. Budi kini menggenjot istriku dari belakang. Aku melihat mereka dengan sangat bergairah. Tanpa sadar aku mulai menikmatinya. Aku sedari tadi ternyata sudah mengelus-elus kemaluanku.

Aku semakin bergairah melihat body istriku melengkung nungging di depan pria jantan temannya sendiri. Mereka terlihat seperti pasangan ideal yang sedang dimabuk nafsu. Budi menggenjotnya dari belakang.

Tubuh istriku yang nungging, dengan bentuk yang menggairahkan kini maju mundur mengocok kontol besar panjang yang terjepit dalam liang vaginanya yang sempit. Tangan kekar budi memelik pinggang istriku. Dia sesekali meremas-remas pantat itu sambil menggenjotnya.

Rina hanya bisa pasrah dan menggelijang. Dia mendesah dan merancau tak keruan. Dia semakin keenakan ketika tangan kekar Budi meremas-remas payudaranya yang menggelantung indah. Tangan Budi meremas susunya, sambil menciumi punggung dengan kontol yang masih mememenuhi vagina Rina.

“Enak sayang, terusin.... ahh... ahh... uh.... lagi sayang, terus” rancau Rina.

Pikirku Budi sepertinya terlihat keenakan. Bagaimana tidak dia sekarang berhadapan dengan bentuk tubuh menggairahkan sembari meremas-remas payudara dan mengocok kontolnya di dalam vagina istriku. Hebatnya dia tetap terlihat kalem. Sesekali dia menciumi leher dan kuping istriku.

Beberapa menit penetrasi, Rina kembali menggelijang dahsyat. Tubuhnya terhempas dan cairan dalam vaginanya keluar begitu banyak. Bahkan seperti orang yang sedang kencing. Rina dengan terengah-engah menjatuhkan tubuhnya. Kontol Budi yang besar keluar dari vagina mungil itu.

Aku sejenak berpikir, apa istriku tak sadar air orgasmenya sudah mengotori sofa. Tanpa kusadari kontolku juga telah muncrat beberapa saat lalu. Ternyata benar, Budi memang lebih pantas bercinta dengan istriku. Budi yang menggairahkan seharusnya memang cocok dengan istriku yang seksi. Istriku lebih bisa dipuaskan pria berkontol besar ini.

Aku hanya bisa terdiam melihat mereka berdua tidur diatas sofa dengan kemaluan yang tak ditutupi apapun. Kulihat kaki polos istriku dengan bentuk yang indah bersandingan dengan kaki gagah Budi yang terlihat atletis.

Mereka berdua hanya berbisik yang tak bisa kudengar apa yang sedang mereka bicarakan. Rina terus mengusap-usap rambutnya. Tangan kiri Budi usil masuk ke kaos Rina. Dia meremas-remas payudaranya. Kulihat tangan kanan budi jadi alas untuk kepala Rina bersandar. Mereka terlihat begitu mengggairahkan.

Apalagi kulihat kontol Budi yang besar menjuntai saat ini sedang berada tepat di sela-sela pantat indah istriku. Budi yang sedari tadi belum mengeluarkan sperma, pasti kontolnya masih keras. Barangkali cukup mengasikkan untuk menyodok bokong bundar Rina.

Selang beberapa saat, Rina membuak kakinya. Kontol Budi yang mengacung tepat berada di bawah vaginanya. Budi menuntun kontolnya masuk. Rina terlihat cukup kerepotan. Dia memejamkan mata dan menggigit bibir bawah. Kontol Budi masuk perlahan. Tahannya kirinya mnuntun sementara tangan kanan memegang leher Rina. Bibirnya terlihat menjilati leher Rina.

Aku sedang membayangkan betapa keenakannya Rina saat ini. Mereka dalam posisi menyamping kembali bercinta. Kontol Budi masuk. Kini giliran budi yang lebih aktif. Dia menyodok vagina istriku. Tangan kiri Budi kini mengangkat kaki kiri istriku. Dia menyodoknya terus menerus. Penetrasi kontol besar Budi membuat istriku terus menggelijang.

Istriku yang keenakan menciumi tangan kekar Budi. Dia kembali mendesah penuh gairah.

“Ahh.... sayang.. enak sayang...” kata istriku.

Istriku terus meracau. “Kontol kamu enak banget sih ganteng... terus... sayaaang.. ahh..”

Budi terus menggenjot istriku. Istriku sedari tadi terlihat semakin riang. Dia terlihat begitu menikmati kontol Budi.

“Kontolmu gede banget sih sayang, bikin memekku penuh. Aa... aduh... ahh, kok pengen pipis lagi sayang,” kata Rina, yang tidak direspon Budi.
Dia terus menggenjot vagina itu sambil melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Rina. Sampai pada akhirnya Rina kembali orgasme.
Budi berhenti sebentar, memaksa Rina membuka bajunya, lalu mengenyot putingnya. Budi kini jadi terlihat lebih aktif. Kontolnya belum keluar dari memek Rina. Dia bergerak lamban dan perlahan meningkatkan kecepatannya.

“Belum keluar sayang, tanggung” kata Budi.

“Iya, digesekin terus aja sayang, biar keluar .. Budi keenakan?” tanya Rina. Kembali tidak dijawab Budi.
“Ganteng.. enak gak kontol gedenya masuk di dalem memek Rina?” Rina terus mendesak Budi.

“Gantengku ahh.... gak apa-apa deh, uhh... gak perr.. nnah jawab nihh.., yang peting Rina bisa ngocok kontol gede gantengku biar keenakkan... biar ganteng bisa keluarin spermanya, Rina seneng bisa bikin gantengku muncrat .., terus ganteng, enakkin kontoln... nyaa.. uuuhhh..” lanjutnya.
Budi mendekatkan wajahnya ke kuping istriku.

“Iya sayang, memek kamu enak... sempit...kok bisa sih, kontol suami kamu kecil ya,” tanyanya.

“uuh.... pertanyaannya nakal deh.”

“Iya kok, kaya gak pernah dipake ajah...kontolku udah keenakkan banget dikocok di dalem memek kamu... uh...” kata Budi, dia bahkan memuji istriku.

“Lagian siapa yang gak keenakan ngocok kontol di dalem memek si cantik, seksi.. bokongmu itu lho, bikin ngaceng terus” katanya.
“Uhhh.. kamm mmuu...ah.. gitu banget,,, enak nih sayang.. aku gak pernah nikmat banget dimasukkin kontol begini, kontolnya gedee...” rancau Rina.

Beberapa saat kemudian, bukan Budi yang muncrat, justru istriku yang kembali orgasme. Dia kini tak berdaya, hanya terkulai sembari menunngu Budi muncrat.

“Sayang kok gak muncrat-muncrat sih,,,” kata Rina yang terkulai lemas. Kontol Budi masih terus menggenjotnya.

“Aku kocok sendiri yang sayang, sulit muncrat nih” kata budi.

“enggak dikocok di dalem aja sayang ayo, aku layanin sampe kamu muncrat.”

“Kamu nanti capek, lagi..” kata Budi yang lantas dipotong Rina dengan melumat bibirnya. Budi masih menggenjotnya dalam posisi menyamping. Rina kini meremas-remas buah zakat Budi sembari Budi terus berpenetrasi.

Mereka berganti posisi misionaris. Rina terus meminta Budi untuk mencium bibirnya.

“Sayang kontolnya hebat, gak muncrat-muncrat, ayo terus sayang, semangat,” kata Istriku seperti anak kecil menyemangati temannya.

“Ayo ganteng, terussin, kontolnya muncrat di dalem aja, biar ada benih kamu di rahimku.. ganteng banget sih kalo lagi genjotin aku,” kata Rina sambil mengelus-elus rambut Budi. Rina sepertinya ingin Budi terpuaskan.

Selang beberapa saat kemudian Budi mendadak menciumi bibir Rina. Sepertinya dia hendak orgasme. Rina melingkarkan kakinya ke pinggang Budi. Tangan Rina meremas pantas Budi. Dan... crooott.. Budi akhirnya orgasme.

Sperma Budi banyak dan meleleh keluar vagina istriku. Meski belum dicabut sperma itu teap memenuhi sepasang kemaluan yang sedang bersentuhan intim itu. Lelehan sperma Budi coba diambil Rina dengan tangannya. Dia bahkan menjilatinya. Sesuatu yang tak pernah dia lakukan kepadaku.

Biasanya setelah aku muncrat, dia meminta spermaku segera dibersihkan. Dia bilang tak tahan dengan baunya. Tapi kini, sangat kontradiktif. Dia menikmati sperma itu.

Istriku memeluk Budi dengan hangat. Mereka masuk kamar mandi berdua. Aku hanya terdiam. Sehabis menonton keduanya bercinta, aku malah kembali onani. Yang terlewat olehku, di kamar mandi keduanya tak jua keluar.

Barangkali Rina meneruskan dengan mengulum Budi hingga muncrat. Atau mereka kembali beradu kelamin. Atau bisa saja, kontol besar Budi menyodomi bokong seksi istriku. Jelasnya mereka berdua keluar sekitar 40menit kemudian dengan wajah berseri-seri.

Budi pulang setelah selesai mandi. Sedangkan aku masih berada di ruangan “rahasiaku” sambil meratap hingga keesokan harinya aku pulang dan menyapa istriku seperti biasa. Sejak saat itu aku hanya menikmati bercinta dengan tanganku. Istriku tentu lebih senang bersenggama dengan kontol hebat Budi.

0 comments:

Post a Comment