Tuesday, June 10, 2025

Annisa Febrianti (unfinished)

 PART 1

 

Annisa Febrianti

"Abi sayang.. udah jam 5, ayo bangun... Kita sholat subuh bareng" ucapku mengoyang bahu badan suamiku yang masih tertidur pulas.

"Emmm.. iya yank sebentar lagi.. hzzzz" dengan mata masih tertutup suamiku menjawab pertanyaanku lalu kembali tertidur dengan lelapnya.

"Ya udah umi sholat duluan yah. Sehabis sholat umi langsung ke pasar belanja untuk sarapan Abi ya. Muah" ucapku lalu berdiri beranjak keluar kamar.

Namaku Annisa Febrianti biasa dipanggil Nisa, tahun ini usia ku 23 tahun. Usia yg tergolong muda untuk menjadi seorang istri. Sebenarnya banyak yang menanyakan kenapa aku menikah secepat ini. Kata orang-orang, parasku cantik dengan body yang menjadi dambaan bagi wanita lain. Kulitku putih kemerahan tinggi 160cm dengan berat 55kg, dadaku berukuran lumayan besar sehingga aku sering memakai pakaian longgar agar tidak terlalu keliatan berbentuk. Rambutku hitam lebat panjang di bawah bahu tp selalu kututupi dengan hijab apabila hendak keluar rumah. Kami tinggal di sebuah kota dengan udara sejuk yamg biasanya menjadi sasaran orang untuk berkuliah. Aku sendiri adalah tamatan dari universitas ternama dikota ini. Mas Farhan adalah seorang perantauan dari salah satu kota di pulau Sumatera. Dahulu kami bertemu saat kantornya mengadakan sebuah event di kampusku. Disitu kami bertemu, berteman, dan terus menjadi semakin dekat. Kami tidak sempat pacaran karena begitu aku tamat kuliah, ia langsung melamarku. Saat itu orang tuaku langsung menerima pinangan mas Farhan karena bagi mereka, pamali menolak sebuah lamaran dari lelaki yg sudah mumpuni. Dengan ajakan menikah dan desakan dari orang tua, akupun luluh mengiyakan ajakan menikah dari mas Farhan yang diakuinya saat itu, saking senangnya ia jadi tidak bisa tidur selama seminggu. Saat ini pernikahan kami memasuki tahun ke 2, kami belum dikaruniai seorang anak meski kami sudah mencoba berbagai cara, mungkin karena belum rejeki.

Aku bekerja sebagai model dan digital marketing pada sebuah brand otomotif ternama dikota ku. hobiku adalah menonton film series detektif seperti detektif con*n atau film she*lock Holmes, detektif terkenal dari Inggris pada jamannya. Tak jarang semangatku meninggi ketika mendengar permasalahan orang terdekatku seperti rekan kerja atau tetangga sekitar. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku sih tp aku senang aja berlagak seperti detektif seperti tokoh kesukaan ku. Ok, cukup sekian perkenalan diriku. Hehe

Saat ini aku sedang berjalan ke pasar yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, mungkin sekitar 10 menit berjalan kaki. Kenapa jalan? Hitung2 sebagai olahraga pagi agar tubuhku sehat dan energik.

"Pagi neng Nisa. Pagi ini cakep tenan atuh" sapa Agus, seorang pemuda yang sering keliling komplek tempat tinggal kami untuk menjaga keamanan.

"Pagi juga bang. Hehe" aku hanya menjawab singkat seperti yang biasa aku lakukan. Bukan karena dia hanya security, tp lebih menjaga marwahku sebagai istri dan wanita yang Sholehah. Akupun berjalan melalui bang Agus dengan melparkan senyum indah yang membuatnya semakin semangat menjaga komplek kami.

Selama di pasar, berinteraksi dengan banyak orang, tidak jarang ada bapak2 yang suka sok kenal sok dekat, sksd ya namanya.. dengan mengajakku ngobrol. Agar tidak dibilang sombong, aku tentu meladeni siapapun yg mengajakku ngobrol tp hanya ku balasan seadanya saja. Setelah aku membeli sayur dan belanjaan lainnya, aku segera pulang kerumah memasak sarapan untuk suami sekalian menyiapkan bekal yang akan dibawanya ke kantor.

"Sayang hari ini pulang jam berapa? Ntar sore Rani, teman kuliah dulu akan berkunjung kemari.. boleh yank?" Tanyaku ke mas Farhan setelah tiba2 aku teringat bahwa semalam Rani berencana menemuiku hari ini karena ingin membicarakan sebuah hal penting.

"Rani? Kalau cewek ya datang aja yank. Tp kalau cowok, apalagi cuma sendiri, gak enak nanti diliat tetangga. Jd kalau bisa jangan yank" jawab suamiku sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Kalau teman cowokku pasti gak kubolehin datang apalagi kalo cuma sendirian yank. Eh, ayang takut ya istrinya yg cantik jelita ini diapa-apain sama org lain? Hayoo ngaku hehehe" ucap ku seloro sambil memijit pundak suamiku yang sedang makan

"Hehe iya pasti umi.. umi kan cantik. Pasti org2 yg liat umi gampang terpikat. Kalo terpikat bisa2 malah jd napsu dan usil kayak gini ke umi" ucapnya sambil mencolek dadaku yg membuat aku kaget dan langsung mencubitnya.

"Nakal ih. Mau pergi kerja pun sempat-sempatnya usil gini ke umi. " Ucapku sambil memeluk lengannya. Suamiku pun kembali tersenyum lalu melanjutkan makannya dengan lahap. Semoga pekerjaan suamiku ini lancar dan berkah. Itulah doa yang kupanjatkan dalam hati setiap pagi sebelum suamiku pergi bekerja.

"Mas berangkat ya umi sayang. Muaah" ucap suamiku menyodorkan tangan untuk kusalim dan kukecup. "Hati2 dalam perjalanan sayang. Love u" balasku sambil mengecup tangan lalu kedua pipinya.

"Love u too Nisa" balasnya sambil mengecup keningku mesra. Ya tuhan semoga kebahagiaan ini berlangsung selamanya. Ucapku dalam hati sambil melambaikan tangan melihat suamiku pergi dengan menggunakan mobil kesayangannya.



Jam 13.00

"Tok tok tok"

Terdengar suara ketukan pintu. Aku yang sedang tiduran di kamarpun segera beranjak dari tempat tidurku membukakan pintu yang aku yakin tamu tersebut adalah Rani temanku.

"Assalamualaikum Nisa.. maaf ya tiba2 aku datang" ucap Rani seketika aku membuka pintu.

"Waalaikumsalam Rani.. hehe iya gapapa kok. Kamu kenapa kok mukanya sedih begitu? Yuk masuk duduk dulu, biar ku buatkan teh hangat" ucapku mengajak Rani masuk. Dari mimik wajahnya dapat kulihat Rani sedang ketakutan seperti sedang dilanda teror batin.

"Ini ran. Tehnya diminum dulu.. biar mukanya Segaran dikit. Kalo jutek gitu ntar cantiknya hilang loh." Ucapku agar temanku ini lebih ceria.

"Ah kamu niss bisa aja.. tp makasih ya" Rani mengambil teh yg aku berikan lalu meminumnya beberapa teguk.

"Jadi gimana ran? Kenapa kamu kelihatan kusut banget. Cerita aja samanaku. InsyaAllah aku bisa berikan solusi dan bisa sedikit membantumu ran" ucapku duduk disampingnya mengambil tangannya lalu mengelus halus tangan dari temanku yg sedang gundah ini..

Rani pun mulai menangis seraya menatap kearahku. "A..Aku mau minta tolong nis. Aku di ancam sama orang yang gak dikenal. Aku takut. Hiks.... Nisa kan orangnya pintar dan suka serial detektif. Makanya aku datang ke Nisa berharap Nisa bisa nolongin aku.. hiksss" ujar Rani mulai membuka percakapan tentang masalah yg dialaminya.

"Iya ran.. InsyaAllah aku bisa bantu. Tp kamu harus cerita detail ke aku biar aku tau pokok permasalahannya ran.. bisa?" Ucapku meyakinkannya

"Seminggu lalu ada chat dari anonim masuk ke wa aku nis. Aku buka ternyata isinya foto-foto sexy ku. Aku takut niss" ucapnya gemetaran sambil menunjukkan layar hp nya. Di layar tampak sebagian foto yang menjadi bahan ancaman serta chat dengan si pelaku.

"Eh kok bisa? Gimana bisa dia dapetin foto2 itu ran? Terus... Apa yg dia minta darimu?" Tanyaku

"Aku gak tau dia dapat darimana Nissa. Dia ngancam aku make foto itu nis. Awalnya dia cuma minta tebusan 1juta terus dia janji bakal hapus fotoku. Tp dia bohong Nissa. Setelah aku kirim 1jt dia tetap ingin aku temuin dia." Ujar Rani menatap wajah cantik Annisa.

Seketika otakku berusaha mencari langkah apa yg harus dilakukan oleh Rani. Aku gak mau Rani kenapa-kenapa nantinya. Tapi jika mau menemukan pelakunya, Rani harus menemui nya.

"Gimana kalo kamu temui aja ran. Utk jaga-jaga nanti aku ikutin diam2. Kalo aku rasa kamu dalam bahaya, aku akan bertindak ran" ujarku

"Emang harus ya nis? Tp kamu janji ya jangan ninggalin waktu aku ketemuan sama dia?" Ucap Rani dengan wajah memelas

"Iyah Rani sayang.. kamu jgn kwahatir ya" balasku meyakinkannya.

*Ting....

Hp Rani berbunyi. Mata kami berdua langsung mengarah kearah sumber suara. Rani dengan sigap segera membuka pesan yg masuk.

#hari Minggu nanti di lapangan Saday*na pukul 20.00. Pakai gamis ketat tapi tetap berkerudung. Kata kuncinya adalah BAHAN CANDANYA KAMU. Kamu harus nurut ke setiap orang yang mengatakan kalimat itu#

Setelah membaca pesan tersebut mata Rani langsung berkaca-kaca. "Gimana ini niss? Aku makin takut" ucapnya sendu

"Yakin lah ran. Aku pasti bantu kamu. Setiap orang yg dekatin kamu akan aku tandai dan aku cari siapa pelaku sebenarnya. Aku yakin ran si pelaku adalah salah satu yang akan mengucapkan kalimat itu ke kamu nantinya" ucapku dengan penuh keyakinan

"Aku serahin urusan ini ke kamu ya Nisa. Aku akan ke tempat yang dia alamatkan " ucap rani.

" nanti aku akan datang lebih cepat supaya bisa mantau kamu ran.. tenang aja yah" ucapku.

Setelahnya Rani pun pamit pulang. Aku mengantarnya sampai depan gerbang. Saat hendak menutup gerbang, seorang lelaki yang mengenakan jaket ojol pun datang.

"Atas nama Mba Annisa? Ada paket dari sho*ee" ucapnya memberikan sebuah paket berukuran 20cm x 20cm yang bisa kutebak isinya adalah kardigan yg 3 hari lalu aku pesan.

"tanda tangan disini dan boleh mba nya saya foto sebagai tanda bukti paket telah diterima?" Ucapnya menyodorkan sebuah pena. "Iya bang." Jawabku seraya menghampirinya lalu menandatangani form yang ia berikan. Bukan tidak tahu, aku menyadari saat menuliskan tanda tangan, si abang kurir sengaja mendekatkan wajahnya kearahku lalu diam-diam mengendus.

"Mas ini udah aku tandatangani" ucapku mengagetkannya.

"Aku bau ya bang sampe abangnya ngendus2 gitu ke aku?" Tanyaku penasaran

"E eh gak gt mba. Malah aku rasa si mba nya harum bgt. Saya langsung suka dgn aroma mba nya hehe" jawabnya cengengesan. "Jadi mba kalo boleh foto terima paketnya, kita selfie ya. Biar lebih terbukti paketnya udah mba terima lgsg dari saya hehe" sambung si Abang kurir dengan wajah berharap

"Eh harus gitu ya bang? Tp ya udah deh." Ucapku mengiyakan permintaan nya.

Si Abang kurir segera mengambil hp lalu membuka kameranya.

"Sini mba.. pose pertama mba angkat paketnya sebatas dada ya" dia mengarahkan pose yg hrs aku lakukan lalu

*Cekrek* *cekrek*. 2 foto telah d jepret olehnya.

Lalu ia membuka kamera depan. Ia memintaku berdiri di sampingnya. Paketku diambilnya diletak di lengannya seolah2 sedang ia rangkul. "Mba berdiri disni" ucapnya menunjuk agar aku berdiri tepat d sampingnya.

Akupun memposisikan diri disebelahnya. Cukup rapat agar kamera depannya dapat memotret kami berdua. Tanpa kusadari, karena posisi yang seperti ini, siku tangan si Abang kurir yg sedang memegang paketku menyentuh bagian payudara kananku.

"Mba kurang rapat lg. Belum keliatan d kamera" pintanya membuatku harus lebih merapatkan badanku lg kearahnya. Alhasil siku tangannya pun menjadi lebih menekan payudara kananku. "sudah ya.. 1.. 2.. 3.. *cekrek*.. sekali lagi ya mba" ucapnya sambil sedikit menggerakkan sikunya sedikit kekiri bagian payudara ku.

Saat ini siku tangannya tepat berada di antara payudaraku. Dia pasti lagi cari-cari kesempatan ni Ucapku dalam hati. "Sekarang 1 pose lagi ya mba." Dia menurunkan paketku ke lantai lalu kembali menempatkan lengannya diantara kedua payudaraku.

*Cekrek* *cekrek*

2 foto diambilnya. Foto yg kalo ini diambilnya tidak tampak seperti foto kurir menyerahkan paket namun seperti sepasang kekasih yang sedang berselfie ria.

*Makasih ya mba.. mba nya udah cantik.. harum.. baik .. itunya besar lagi. Haha" ucapnya kegirangan seperti baru memenangkan hadiah. Ia pun menuju sepeda motornya menutup keranjang barang lalu menaikinya.

"Itunya apa y bang?" Tanyaku.

Si abg kurir pun menghidupkan motornya. Bukannya langsung pergi, ia kembali menjalankan motornya menghampiriku yg sedang berdiri tepat d gerbang. "Gemesin banget tau si mba nya.. masa gak tau.. ini loh.. muah" ucapnya tiba-tiba meremas payudara kananku lalu menariknya.

"Hmppph... Eh... Bang ngapain... Jangan kurang aj.... Hmpppphhh" sebelum menyelesaikan kalimatku, ia memperkuat remasannya lalu mencium payudaraku yg ia tarik.

"HmppSakiittt.." darahku langsung berdesir akibat perlakuan kurang ajarnya terhadapku. Ditambah lagi ini adalah jalan umum yang sering dilalui kendaraan. Bagaimana kalo ada orang lain yang melihat?

"Makasih ya suguhannya nya mba cantik.dadah" ucapnya dengan senyum lalu pergi meninggalkanku.

"Kenapa td aku tidak bisa berteriak atau langsung menepis tangannya ya? Duh.. maafin umi, Abi.. payudara istrimu telah d sentuh oleh laki-laki lain." Ucapku dalam hati sambil menutup gerbang lalu buru-buru masuk ke dalam rumah.

"Jangan sampai terulang lagi. Aku harus lebih hati2 terhadap ojol atau kurir yg datang. Yg td biarlah. Rejeki bagi dia bisa menyentuh payudara empukku" ucapku sambil meraba payudara kanan yg td d remas oleh Abang kurir.



Skip



Waktu sudah pukul 10 malam. Dikamar, Aku tengah menyenderkan diri di pelukan suamiku.

"Abi sayang...menurut Abi, umi menarik gak?" Tanyak spontan mengingat kejadian tadi.

"Tumben umi nanya gitu? Jawabnya sambil mengelus rambutku. "Iss Abi... Jawab aja udah. Kok ini malah nanya balik.. sebel deh" rengekku mencubit perutnya

"Aih umi.. istriku ini pastilah menarik. Cantik. Manis. Manja lagi.. liat aja nih sekarang." Jawab suami ku.

"Iya yah? Hihi.. pantes banyak yg naksir sama umi ya bi.." tanyaku melanjutkan

"Biar aja banyak yg naksir kamu sayang.. tp hati kamu kan cuma utk Abi" balas suamiku lembut sambil mengecupku

"Bisa aja ah si Abi.. bener ya gapapa istri Abi ini byk yg naksir. Oia Abi.. ada yg mau omongin" ucapku menengadahkan pandangan ke arah wajahnya

"Apa sayang?" Jawabnya singkat

"Sabtu ini umi ijin ke lapangan Saday*na ya Abi. Teman umi, Rani minta umi bantuin dia" ucapku. lalu akupun memberikan penjelasan lebih lanjut ke suami ku agar suamiku paham dan mengizinkan ku.

"Yaudah sayang hati2 ya disana. Kalo ada apa2 segera telpon Abi" kata suamiku.

"Ya sayangku" balasku.

Kami pun tertidur.



Bersambung​


:::::::::::::::::::


PART 2







Lapangan Saday*na berada cukup jauh dari rumahku, mungkin sekitar 45 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Yang kutahu pada pagi dan sore hari, lapangan ini biasa dijadikan tempat joging, ketika malam tiba, akan banyak muda mudi yg memadu kasih. Maklum tempatnya tergolong indah, rindang banyak pepohonan serta memiliki banyak kursi taman yg nyaman dijadikan dudukan ketika pacaran. Selain itu banyak pedagang cemilan yg berjualan disekitar taman, jadi kalau lapar bisa jajan dengan mudah.



Pukul 16.00wib

Aku sudah selesai mandi dan berias. Saat ini aku memakai gamis motif bunga dengan hijab berwarna abu.

"Eh ini gamisnya kok jd sempit ya? Padahal dulu waktu beli berasa longgar" ucapku dalam hati. Terlihat d cermin, gamis yg saat ini kupakai terlihat sedikit sempit di body ku, terkesan seperti aku hendak menunjukkan bentuk tubuhku yg proporsional ke orang-orang yg akan menemuiku nanti.



Mulustrasi Annisa Febrianti


*Krieeek*

Pintu kamar terbuka. Mas Farhan yang baru selesai mencabuti rumput d pekarangan rumah masuk.

"Umi udah selesai dandannya? Cakepnya istriku ini. Jd pengen cium deh sini" ucap suamiku mendekat.

"Ih Abi jangan dekat2 dulu. Basah tu badannya keringetan. Mandi dulu baru boleh cium umi." kataku melangkahkan kaki mundur 1 langkah.

"Umi gak asik ih. Sukur abi lagi rajin makanya mau cabut rumput. Btw umi penampilannya kayak anak kuliahan. Jadi pergi sama Rani?" Tanya suamiku

"Jadi Abi.. ini umi mau berangkat. Menurut Abi baju umi ngepas gak ya? Apa umi ganti baju yg lain aja? Tanyaku ke suami sambil memutar badan.

"Agak ngepas umi. Nenennya umi jd nantang gitu. Hehe. Tp gapapa kan cm pergi ma Rani. Pakai aja. Kalo kalian nanti ketemu orang, paling umi dikirain masih lajang."balas suamiku.

"Jadi umi pakai aja ya bi? Ya udah deh.. kalo gt umi pamit ya bi. Mungkin umi malam pulangnya. Itu di meja makan, makanan Abi udah umi siapkan. Tinggal dimakan aja. Assalamualaikum abii" ucapku menyalim suamiku.

"Waalaikumsalam umi. Inget ya pulangnya jangan kemaleman" jawab suamiku sambil mengelus kepalaku.



Skip.



Sepanjang perjalan, aku merasa banyak sekali pandangan menatapku. Hanya saja ketika kupandang balik, ada beberapa yg mengalihkan pandangannya, ada juga yg tetap memandang kearahku. Mungkin bener kata suamiku, istrinya yg cantik ini dikira lajang oleh mereka.

Di lampu merah, aku berhenti tepat disebelah mobil avan*a warna hitam. Tiba2 kaca belakangnya terbuka.

"Hai neng cantik.. mau kemana? Ikut dong" ucap seorang pria dari dalam mobil tersebut.

Akupun menoleh kearah sumber suara. Tenyata yg menegurku adalah seorang pria berkumis tebal yg kutaksir berumur 40an tahun.

"Hush!! Gak bisa liat cewek cantik kau ni. Asal aja!" Ucap seorang pria yg tidak bisa kulihat rupanya. Lampu yg tadinya merah pun sudah hijau, aku memberikan senyumku kepada pria berkumis tersebut lalu mengucapkan "permisi pak" lalu menarik pedal gas motorku.





Pukul 17.00wib



Sesampainya di lapangan Saday*na aku mengambil hp ku lalu membuka What's*pp. Kontak yg kucari tidak lain adalah Rani, temanku yang akan ku awasi dan ku jaga dari penguntit jahat yg sedang mengancamnya. Kondisi di lapangan saat ini terpantau cukup ramai orang yg sedang berolah raga ataupun hanya berekreasi sekedar menikmati suasana sore hari.

*assalamualaikum Rani. Aku udah di lokasi ya. Kamu dimana?* lalu kukirim pesan tersebut ke Rani.

Tidak lama berselang, kuterima balasan pesan dari Rani. "Cepat bgt kamu sampai Nisa. Aku masih menunggu ojol. Ntar kalo sampai aku kabarin".

"Ok ran. Sebaiknya kita jgn sampai ketemu ya. Kalau ketemu kita pura2 tidak saling kenal. Aku khawatir kamu pasti ada yg ngawasin" balasku ke Rani.

"Iya Nisa.." balas Rani singkat.

Waktu yg ditetapkan adalah pukul 20.00 dan saat ini masih 17.00. Karena masih lama, aku memutuskan pergi ke masjid yg jaraknya sekitar 5 menit dari lapangan sembari menunggu waktunya Maghrib.



Pukul 19.00

*Ping* hp ku berbunyi.

"Nisa. Kamu dimana? Aku sudah sampai d lokasi"

"Aku masih d masjid ran. Kamu jgn masuk ke lapangan dulu. Aku otw ran" balasku

Aku yg masih d masjid langsung bergegas menuju ke lapangan. Di pintu masuk lapangan aku melihat seorang wanita memakai baju putih ketat berlengan panjang yg dia tak lain adalah Rani.

Rani adalah salah satu teman kuliahku. Anaknya manis dan mudah bergaul. Bodynya lebih semok daripada bodyku sehingga ia sering di dekati kakak kelas.



Mulustrasi Rani



Rani melihatku datang. Aku sengaja memberi kode kedipan mata agar ia masuk ke lapangan agar aku bisa mengikutinya. Ia pun mulai berjalan masuk. Kulihat Rani berulangkali melihat ke hp nya, mungkin ia sedang mencari lokasi yg menjadi tempat perjanjiannya.

Setelah berjalan beberapa saat mengitari taman, Rani berhenti disalah satu bangku lalu ia duduki. Akupun tentunya jarus memilih kursi yg dapat melihat aktivitas Rani. Alhamdulillah dapat. Aku memilih bangku di dekat pohon besar di tepi lapangan. Dari sini aku bisa memantau d Rani.





Pukul 20.00

Ini adalah waktu yang dijanjikan. Pastinya akan ada orang yang mendekati Rani lalu menyebutkan kata sandi yg akan membuat Rani harus menuruti kemauannya. Bangku yg aku tempati berjarak sekitar 20 meter dari bangkunya Rani. Bangku Rani menghadap ke arah tengah lapangan sementara bangkuku menghadap ke arah bangku Rani.

Sudah 20 menit berlalu, belum ada tanda-tanda. Aku menghela napas panjang. "Mungkinkah anonim tsb cuma iseng aja?." Pikirku dalam hati terus mengamati Rani. Rani pun hanya duduk termenung, kadang sembari memainkan hp yg ada d genggaman tangannya.

Tanpa kusadari, ada sepasang kekasih mendekat.

"Misi neng.. boleh kami duduk disebelah?" Tanya seorang pria yg mengagetkanku.

"Eh.. i-iya bang.. boleh silahkan" jawabku melirik pasangan tersebut. Mereka masih muda kuperkirakan usia 20an tahun.

"Maaf ya kak kami disini dulu. Bangku lain view nya gak enak hehe" cewenya ikut menimpali.

Akupun mengangguk setuju. Tapi didalam hati aku menggerutu. "Duh.. mereka malah disini. Ganggu aja. Kan aku jadi kurang konsen mengamati Rani"

Waktu terus berlalu. Sudah 40 menit berlalu yg artinya sekarang hampir jam 9 malam. Perutku keroncongan. Aku yang sedari tadi hanya fokus ke Rani baru teringat kalo aku belum makan malam. Tanganku mengarah ke arah perut lalu mengelusnya, sementara mataku mencari jajanan terdekat yang bisa di beli. Namun yg terlihat kebanyakan adalah pasangan muda mudi yg sedang memadu kasih seperti pasangan disebelahku. Akupun terpaksa menahan lapar karena jika aku pergi dari bangku ini, pasangan sebelahku pasti akan menguasai bangku ini.



POV pihak ketiga

Disuatu tempat di lapangan, 2 orang pria misterius sedang mengobrol. Yang 1 nya terlihat seperti menuangkan semacam serbuk ke minuman mineral.

"Bahaha! Yang kita pancing ikan mujair yang datang ikan mujair plus ikan gurami. Kita pancing 1 yang datang 2. Bahaha" ucapnya sambil tertawa disertai senyuman jahat.

"Nah ni minuman lu kasih ke pedagang nasi goreng sana. Suruh dia menjejalkan dagangannya ke arah Annisa. Terus gimana caranya spy minuman ini sampai ke Annisa." Perintah pria tersebut menyodorkan minuman yg sudah ditaburi serbuk dan uang Rp500.000.

"Uangnya kasih ke pedagang itu sbg imbalan. Kalo gak terjual, jangan kasih uangnya" lanjut pria tersebut

"Siap bos!" Ucap pria satunya yang berbadan kurus. Saking kurusnya ia terlihat seperti tinggal tulang. Rambutnya keriting, dan hanya memakai celana pendek dan sweater. Setelah menerima minuman botol dan uangnya. Ia segera menuju pedagang nasi goreng tersebut.

Pria kurus itu terlihat mengobrol dengan si pedagang, setelah beberapa menit terlihat pedagang tersebut memberikan tanda setuju. Ia akan berusaha melakukan yg pria itu perintahkan.



POV Annisa



*Ting Ting Ting* "nasi goreng!"

Mataku langsung menuju kearah sebuah gerobak yang sedang mendekat. "Kebetulan ada penjual nasi goreng yg lewat. Beli ah.." ucapku dalam hati.

"Bapaak.. beli.. beli nasgornya 1" teriakku ke arah penjual nasi goreng itu. Gerobak tersebut langsung d arahkan penjual tersebut ke arahku.

"Saya neng. Mau beli apa?" Tanya penjual nasi goreng itu.

"Nasi goreng aja pak 1. Jangan pake sambal ya pak" ucapku..

"Makan sini neng? Atau dibungkus?" Tanya nya kembali sambil mempersiapkan nasi yg akan d goreng.

"Bungkus aja bapak. Nanti saya minta 1 sendok pelastiknya ya pak" jawabku

Si bapak penjual nasi goreng melanjutkan proses memasak. "Neng sendirian aja?" Tanyanya sambil memperhatikan pasangan disebelahku .

"Belum dateng pak. Ini masih ditungguin hehe" balasku berbohong. Tidak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya ke pada si bapak penjual nasi goreng.

"Kasihan.. padahal si enengnya mah cakep bener dah" kata si bapak.

"Bisa aja si bapak. Biasa aja kok pak. Hehe" jawabku sambil melirik ke arah rani



Beberapa menit kemudian, nasi goreng pun selesai dimasak dan dibungkus d dalam kotak streofoam.

"Ini neng nasi gorengnya. Minumnya gak sekalian neng?" Ucapnya menyodorkan kotak streofoam dan sebotol minuman mineral.

"Eh iya bapak. Saya beli minumannya jg. Jd berapa semua pak?" Tanyaku sambil membuka tas mengambil uang pecahan 50rb

"Khusus ke Eneng mah 20rb aja. Saya kasih diskon spesial" jawab si bapak sambil tersenyum lebar kearahku.

"Makasih pak" Akupun membalas senyumannya sembari memberi uang 20rb. Setelah menerimanya, si bapak melanjutkan mendorong gerobaknya meninggalkanku.

Dengan laparnya aku segera membuka bungkusan tersebut dan mulai memakan nasi goreng tsb. Ternyata rasanya enak. Ntah karena bumbunya pas atau memang aku yg lg kelaperan jd apapun yg kumakan jd enak rasanya. Tak perlu lama, nasi goreng itu pun habis kulahap, perutku terasa kenyang, lalu kusantap minuman mineral yg diberikan oleh si bapak penjual nasi goreng tadi.



Sekitar Pukul 21.30wib



Seorang pria datang menghampiri Rani. Mereka tampak mengobrol singkat. "Apakah ia orangnya?" Tanyaku dalam hati. Ingin aku mengirim pesan ke Rani tp malah akan menimbulkan kecurigaan nantinya. Tak lama berselang, kulihat lelaki tersebut pergi meninggalkan Rani. "Eh, bukan dia ya?" Pikirku lagi.



Pukul 22.00wib



Dalam tempo 30 menit ini, sudah 4 lelaki yang menghampiri Rani tp tidak ada gelagat yg menunjukkan bahwa ia lah orang yg kami cari.

Sementara disebelahku, pasangan ini terlihat semakin intens yang membuat aku gusar. Mereka sudah berani berciuman, bahkan tangan si cowo sudah berada tepat di payudara cewenya sedang merasakan kekenyalannya. Bukan hanya pasangan ini, tp pasangan lain juga seperti itu. Mereka tidak hanya sekedar ngobrol tp sudah ketindakan mesum.

"Jangan2 pria2 yg dekati Rani td karena dia duduk sendiri? Berarti mereka adalah pria yang sedang mencari mangsa dong. Gawat.." ucapku dalam hati. Mataku yg terus memandang ke arah rani sesekali melirik ke arah pasangan sebelahku. Ntah kenapa saat ini ada yang aneh dari tubuhku. Udara disini sejuk tapi aku malah merasakan panas yang aneh.

"Ada apa denganku?" Tanyaku dalam hati.





Bersambung
 



:::::::::::::::::::

PART 3







mulustrasi Annisa Febrianti


Aku merasakan keanehan pada tubuhku. Didalam terasa panas padahal suhu diluar dingin. Tanpa sadar tubuhku menunjukkan gelagat kegelisahan yg ternyata disadari oleh pasangan sebelahku.

"Ada apa neng? Gelisah amat" Tanya cowo yg sedang meremas2 bongkahan melon milik ceweknya.

Aku mengacuhkan pertanyaannya. Bukan tidak ingin menjawab, hanya aja melihat tindakannya yg sedang ia lakukan membuat tubuhku semakin panas.

"Idiih sok cuek. Marah ni ye sementang pasangannya gak datang.wkwk" ucap cowo itu melanjutkan

"Mas udah.. ngapain mas caper gt ke dia. Biar aja dia mupeng liat kita haha" ucap cewenya

Aku tetap tidak menggubris setiap perkataan mereka. Aku tetap berusaha fokus memperhatikan Rani. Berulang kali kuganti posisi kakiku. Semakin lama aku semakin yakin, yang kurasakan saat ini adalah rasa yang biasa timbul ketika di rangsang oleh suamiku, yaitu nafsu.

"Abi.. umi kok jadi gini? Kenapa ditempat seperti ini? " Tanyaku merasakan syahwatku meninggi. nafsuku membara bara vaginaku seperti mulai mengeluarkan lendir pelumasnya.

Aku berencana menelpon suamiku agar ia segera kemari. Menemaniku dalam mengawasi Rani. Setidaknya aku akan ditemani oleh pasangan halalku selama aku lokasi yg dipenuhi oleh pasangan yang sudah pasti bukan pasangan muhrimnya. Tinggal selangkah lg sebelum menekan tombol call, Rani kulihat tiba2 berdiri seperti terkejut. Setelah kuperhatikan lebih seksama, ternyata didepannya ada seorang pria yang sudah mengeluarkan alat kejantanannya. Alat kelaminnya sudah berdiri tegak menantang Rani yang tepat berdiri didepannya. Kulihat Rani sedang membuka hp lalu mengetik, setelahnya ia simpan. Tangan rani yg sebelumnya memegang hp dituntun oleh si pria utk memegang kelaminnya.

"Apa dia orangnya? Atau dia hanya pria lain yg sedang mencari mangsanya di taman ini?" Pikiranku sedang kacau, sulit untuk membaca situasi karena pikiranku sedang tak menentu, akibat nafsuku yang sedang meninggi ini.

Dalam kondisi bimbang, aku memutuskan mendekat ke Rani. Berharap setidaknya bisa melihat siapa orang yg sedang bersama rani. Aku hanya bisa melangkahkan kakiku dengan pelan, jalankupun sedikit sempoyongan.
*Ting.. Ting*
tiba2 hp ku berbunyi. Aku langsung mengeceknya dan ternyata itu adalah pesan dari Rani.

*Maafin aku Annisa. Sepertinya aku menyeretmu kedalam bahaya. Kamu pulang aja nis.. cowo yg sedang bersamaku ini telah menyebutkan kata kuncinya tapi aku yakin dia bukan si penguntit yg kita cari. Pria ini hanyalah om-om yg mencari mangsa dan dia membeli kode tersebut dari sipenguntit sebenarnya. Si penguntit pasti sedang mengawasi ku dan dia juga pasti sedang mengawasi kamu nis. Maafin aku. Tp kamu secepatnya pulang aja. Biar aku yg urus dari sini*


Aku terhenyak membaca pesan dari Rani. Di satu sisi aku bisa saja meninggalkan Rani yg telah menyuruhku utk pergi dari sini. Disisi lain aku ingin menyelamatkan Rani yg sekarang sudah meletakkan hpnya kedalam saku celananya dan sedang mengoral kelamin cowo itu.

"Apaapan yg kamu perbuat ran? Kok kamu begitu di tempat umum begini?" Ucapku dalam hati sambil membulatkan tekad menghampiri Rani lalu mengajaknya pulang saja. Perasaanku makin tidak menentu melihat adanya sebuah penis yg keluar masuk mulut temanku. Rani sepertinya menikmati sepongannya. Apakah rasanya enak?

"Hmmpp" aku berdesir..

Ketika langkahku sudah setengah jalan menuju Rani, Tiba2 tanganku ditarik dengan cepat oleh seseorang. Aku ditariknya ke balik pohon besar yang ada didekat bangku tempat aku tadi duduk. Posisiku kembali menjauh dari rani. Secepat mungkin aku melirik siapa yang menarik tanganku yang ternyata adalah seorang cowok bertubuh kurus dengan rambut kribonya. Kulitnya kuning Langsat tidak terawat dengan bibir hitam.

"Eh mas.. apa apaan ini mas?!" Ucapku tegas

Matanya melihatku seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Tangannya dengan kuat menggenggam tanganku yg ditariknya.

Dia memandangku mulai dari ujung hijabku hingga ke ujung kakiku.

"Kalo dari dekat kamu kelihatan lebih cantik neng Annisa. Jadi gak sabar" ucapnya menarikku

Aku yang ketakutan seakan kehilangan kekuatan. Dengan sekali tarikan ia mendekap tubuhku. Hidung dan bibirnya menyentuh kupingku. Tangan kanannya memegang tanganku sementara tangan kirinya mendekap punggungku agar aku menempel ke tubuhnya yang kurus.

"Mas lepasin.. apaan kamu mas!" Ucapku masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman nya. Ia menciumi rambutku dari bagian luar hijabku.

"Kok garang bgt sih neng.. wong mau dapat enak kok kek kucing d tarik ekornya. Galak bener. kekeke" ucapnya mendekatkan mukanya ke wajahku sampai ujung hidung kami saling menyentuh.

Ia tersenyum lebar. Dari dekat dapat jelas kulihat wajahnya yg jelek dengan flek bekas jerawat di sekujur muka bahkan hidungnya dipenuhi dengan komedo. Giginya kuning dengan dengan banyak karang gigi, napasnya sangat , bisa dipastikan dia perokok berat sehingga bau mulut dan bau rokok menyatu.

"Apa mau mu mas? Aku bisa beri kamu uang mas.. jangan sakiti aku mas" ucapku dengan mata yg mulai berkaca-kaca. Air mataku mengumpul di kelopak bawah mataku bersiap mengalir jatuh melalui pipiku.

Jemarinya yg kurus serta kasar diarahkannya ke pipiku. Dielusnya pipiku, disekanya air mataku yang mulai menetes.

"Aku gak perlu uangmu neng. Cukup ini aja" jemarinya yg td dipipiku perlahan turun kebawah lalu mencapai dadaku.

"Engghh mas... jangannnn d remas susuku" ucapku reflex. Ia meremas remas payudaraku dengan kencang dari luar gamisku. walaupun payudaraku masih tertutup kain gamis dan bh, aku yakin telapak tangannya tetap dapat merasakan tekstur payudara indahku ini. Remasan sekencang ini biasanya akan menimbulkan sakit tp anehnya remasannya malah membuat syahwatku yg td sempat tertidur karena takut kini bangkit kembali.

"Emmh maasss udah cukup emhh" ucapku lirih sambil melihat wajahnya yg kegirangan sedang meremas payudaraku.

"Kira-kira lebih besar tetekmu atau tetek temanmu yang disana ya? Penasaran kekeke" dia terus meremas payudaraku dengan kuat.

Dengan sisa akal sehatku, aku langsung sadar pria kurus jelek ini pasti ada hubungannya dengan penguntit yg mengerjai Rani. Setelahnya akal sehatku kembali memudar tergantikan hawa nafsuku yg semakin meninggi. Yg masih kusadari, dia adalah pria ke 3 yg pernah meremas dadaku.

Seperti tak ada bosannya selama 5 menit ia terus melakukan remasannya menggerayangi kedua bongkahan daging kenyal payudaraku.

"Ini seleting cuma nutupin doang." Ucapnya sambil menarik turun resleting yg berada di bagian depan gamisku. Bagian atas gamisku ia gulung sampai memperlihatkan pundak dan belahan dadaku yang masih terbungkus bh bewarna hitam. Ia mencium pundakku lalu bibirnya naik menciumi kulit leherku yg masih tertutupi hijab.
"Bau tubuhmu jg harum bgt neng. Bikin makin pengen kekeke"

"Mass jangan ... please mas .. uhhhh" ucapanku tertahan karena tiba-tiba ia meremas payudaraku secara langsung lalu mengeluarkannya dari bh. Saat ini sudah terpampang dengan jelas kedua melon kembarku yg selama ini aku tutupi dengan hijab serta style gamis yang aku selalu kenakan. Matanya tertahan sesaat melihat payudara ku yang bulat dengan kulit putih dengan puting bewarna cokelat muda tepat di ujungnya. Selama ini aku memang selalu merawat kulit dan payudaraku. Aku sering ikut kelas yoga yang tujuannya adalah mengencangkan kulit dan tentunya menyehatkan

"Keliatannya sih enak. Tp ya belom tentu yg menarik gini rasanya enak to neng.." jarinya diarahkan ke putingku, ia gesek gesek lalu ia cubit pelan.

"Saatnya tak rasain susu mengkel mu ini neng happpp.. emmhh" ia langsung melumat puting kananku. Ia hisap dengan kencang. Putingku ia tarik2 pakai bibirnya yang hitam. Tampak sangat kontras, perpaduan antara bibirnya yg hitam karena rokok dengan kulit payudaraku yg putih bak buah pir ini.

"Enak to rasanya.. asin asin keringet kekeke" Setelah puas mulutnya bermain di tetek sebelah kanan, ia pindahkan mulutnya ke puting sebelah kiri ku.

"Kenyalnya.. sayang tau susu semengkel ini disimpan mulu. Hrs d pamerin ini kekeke" ucapnya kembali meraih kedua payudaraku lalu menggondal gandul kan keduanya.

"Mass.. hmmp.. kamu hanya dapat dosa setelah melakukan ini mas. Sekarang masih belum terlambat utk berhenti mashhhh" ucapku dengan segala sisa keimananku sambil terus merasakan sensasi dari setiap permainan yg ia lakukan di payudaraku.

Ia lalu menurunkan tangan kanannya kebawah utk mengangkat bawahan gamis yg kukenakan, jemarinya dengan lihai mengelus pahaku yg membuatku geli. Seraya mengelus, jemarinya perlahan naik dari paha hingga sampai ke spot utama seorang wanita.

"Si neng sok meronta-ronta tp memeknya udah basah aja kekeke..." ucap pria kurus itu.

Jemarinya dapat merasakan rembesan cairan cinta di permukaan celana dalamku. Ia gesek gesek dengan perlahan.

"Hmmmpp emhhh..." desahku yang masih kutahan dengan menutupkan mulutku rapat2.

"Jaim bet dah. kalo emg pengen bilang aja neng biar tak entot. kekeke..." ucapnya. Tangan kirinya tetap meremas dan mempermainkan payudara kananku sementara tangan kanannya sudah berhasil menyelip dibalik celana dalamku. Saat ini jemarinya dapat merasakan langsung bulu halus dan kulit luar dari vaginaku. Vagina yg selalu kujaga agar tetap terawat demi mas Farhan suamiku.

"Hmmpp masss... uhhhh... hmmpp..." aku hanya bisa menahan desahanku. Ia begitu pandai dalam merangsang syahwatku. Jarinya mempermainkan klirotisku. Ia usap2 lalu ia tekan pelan lalu ia tarik .

Pertahananku semakin runtuh di serang oleh syahwatku sendiri. Dilihatnya aku sudah tidak berontak seperti tadi, ia mulai menurunkan celana dalamku. Ia lepas dari sela kaki ku yg kuangkat lalu melemparkannya ke arah pasangan yang sedang ikut asik di bangku taman tempatku tadi. Saking asiknya, pasangan itu tidak menyadari kalau celana dalamku mendarat dengan indah di sudut bangku.

Pria kurus itu berjongkok lalu memperhatikan vaginaku dengan seksama. Terpampang di depan matanya vagina putih tembam dengan sedikit bulu halus disekitarnya yg aku yakin dari jarak sedekat itu ia dapat menghirup aroma kewanitaan ku.

"Cantik banget memekmu neng. Beda sama memek si endang. Hitam mengkerut. Punyamu Tembem kayak bakpau.. harum juga.. pasti enakk kekeke sluurppp" aku tak memperdulikan siapa endang. Mungkin saja itu nama pacar yg biasa ia pake.

Pria itu semakin mendekatkan mukanya, bibirnya iya monyongkan, lidahnya sudah keluar perlahan melahap vaginaku. Lidahnya menjilati permukaan vaginaku, lalu perlahan membelah masuk ke lubang surgawi milikku ini.

"Uhhhh mass .. geli mashhh ahhhh" desahku semakin tidak bisa kutahan. Harus aku akui, permainan pria kurus ini lebih hebat dari suamiku sendiri. Ntah mengapa juga aku masih bisa terpikir soal suamiku. Meski saat ini keimananku sudah kalah dari syahwatku.

"Rasa memekmu jg lebih gurih daripada lonte yg biasa kupake neng. Memekmu asem asemnya bikin nagih. Beda kelas lah kekeke" ucapnya lagi. Barulah aku mengerti, endang yg ia sebutkan td mungkin adalah lonte yg biasa ia pake.

Ia mengangkat tangan kanannya keatas kearah wajahku, 2 jarinya yakni jari tengah dan jari manis ia arahkan ke bibirku. Kukunya hitam dengan panjang yg tak beraturan. Pastinya jorok dari sudut pandang kebersihan. Tapi itu semua sudah tak masuk ke akalku, takk mengerti kenapa, aku paham kalau ia ingin jarinya aku basahi pakai liurku. Akupun membuka mulutku lalu mengemut jari kotornya. Aku hisap seakan jarinya itu es krim batangan rasa strawbery yg aku suka. Sampai terlumuri semua, lalu ia menarik keluar jarinya dari mulutku, menurunkannya kembali lalu mengarahkannya ke vaginaku.

"Bleshh"...

2 jarinya langsung memasuki liang senggama ku. Jarinya yang basah akibat liurku dan vaginaku yg basah akibat lendir kenikmatan memudahkan jarinya untuk masuk menancap sedalam mungkin. Ia mendiamkan jarinya sesaat merasakan betapa sempit dan hangatnya lubang surgawi milikku.

"Jepitan memekmu yahud bgt. Memek ukhti cantek emang beda . Kekeke" ucapnya lagi.

Setelah beberapa saat didiamkan, ia perlahan mengeluarkan kembali jarinya sampai seujung kuku lalu menusuknya masuk kembali sampai terbenam semuanya. Awalnya ia lakukan dengan perlahan lalu mulai meningkatkan rpm nya. Semakin kencang sampai keluar suara erotis dari vaginaku.

*cplok.. cplokk..cplokkkk*



"Aahhh ouuuh masss ahhhh hpppp"

Suara kocokan jarinya di vaginaku berbanding lurus dengan suara desahan yang aku keluarkan dari mulutku.

Mataku merem melek menikmati pelecehan yg sedang ia lakukan. Andai ada org lain yg memergoki kami, pastilah ia akan bingung bagaimana bisa seorang pria kurus berwajah jelek sedang mempermainkan liang kehormatan seorang wanita, bahkan akhwat cantik di taman yg sedang ramai di kunjungi oleh muda mudi yg asik pacaran.

Selama beberapa menit ia terus mengocok ku dengan kencang. Cairan cintaku terus mengalir membasahi jari dan merembes ke telapak tangannya bahkan ada beberapa tetes yg sudah jatuh ke tanah. Tubuhku terus merasakan nikmat yg tak terbayangkan akibat kocokan jarinya di vaginaku hingga akhirnya

"Auuuh maasshh.. aku ahh mauh pipishhh"

Tanganku tanpa dikomandoin memegang dan meremas pundak pria kurus itu. Badanku mulai membungkuk merasakan adanya gelombang yg akan meledak.

"Ssshhh masss akuh pipissss" jeritku genit

*Crrt... crrttt.. Crrrrtt*

klimaks melandaku. Pupil mataku naik ke atas. Vaginaku 3x menyemprot kan cairan cinta nya. Sangat deras sehingga seperti pipis yang sedang keluar. 1 semburannya membasahi sebagian gamisku, 1 semburan lagi membasahi sweater yg dipakai pria kurus itu, dan 1 nya menyemprot lurus jatuh ke tanah. baru ini aku mengalami squirt begini hebat.

"Deras amat neng semprotanmu kekeke" ucap pria itu sambil mengibaskan tangannya yg basah karena cairan cintaku. Telapak tangannya tidak langsung kering sepenuhnya, bagian yg masih basah ia lap kan ke payudaraku. Alhasil payudaraku jg sedikit basah kena cairan cintaku sendiri.

"Haahh.. hahhhh. Haahhhh..." aku yg dilanda orgasme seketika merasa lemas dan hampir terjatuh. Untungnya pria kurus itu sigap memegangku utk tetap berdiri.

"Apa ini kenikmatan yg sesungguhnya?" Tanyaku dalam hati. Napasku seperti habis berlari jauh, vaginaku kedut2an setelah orgasme td, tapi badanku uring-uringan seperti masih belum menuntaskan semua birahinya.

"Maafkan aku ya Tuhan.. aku tak menyangka akan begini.."

Saat sedang menikmati sisa-sisa orgasmeku, perlahan akal sehat kembali muncul.

"Rani! Gimana Rani?" Ucapku secara refleks sambil mengitari pohon besar ini.

Aku tidak melihat Rani di bangku tempat terakhir kali aku melihatnya. Aku mencari ke segala arah tanpa menyadari kalau saat ini pakaian yg kukenakan masih seperti tadi. Gamisku sudah ia loloskan sebatas lengan. Pundakku terekspos, Payudara ku yg keluar dari sarangnya membusung tinggi seakan menantang siapapun yg melihatnya untuk menyentuhnya, hanya hijabku yang masih rapi kukenakan.

"Nyariin apa neng Annisa?" Tanya pria kurus yg berhasil membuatku orgasme.

"Mas.. Pasti mas kan yang menjebak Rani? Rani mana mas??" Tanyaku

"Kasih tau gak eaaa" jawabnya seakan mengejekku.

Aku kesal. Aku juga semakin khawatir akan kondisi Rani. Tetap di tempat yg sama tapi aku fokuskan pandanganku mencari ke setiap sudut yg dapat dijangkau oleh mataku, akan tetapi aku tetap tak menemukannya.

"Aku bisa bantu kamu neng asal...." ujarnya

"Asal apa mas??!" Tanyaku balik..

"Lah tau sendiri baru Eneng yg dapat enak. Gimana dengan sampean iki" ucapnya dengan menunjukkan batang kelaki-lakiannya yg sudah sangat keras keluar dari boxernya.

Aku kaget bukan main. Batang itu adalah batang kedua yg kulihat selain batang milik suamiku. Bentuknya panjang dan sedikit bengkok dengan urat2 disekujurnya. ukurannya lebih besar dari dari penis mas Farhan.

"Mass apa aja asal jangan itu mass.. ya mass" pintaku dengan sedikit merengek padanya

"Kekeke gak semudah itu neng Annisa yg cantik jelita" katanya sambil tangannya kembali mendekat mendarat di puting kanan bewarna cokelat ku. Putingku ia pelintir halus lalu menariknya agar aku tubuhku mendekat.

"Auuhh mas sakitt pentilku. Jgn ditarik mass" pekikku sedikit kesakitan.

"Kalo neng bisa bikin aku nembak 2x make memek lonte neng. Baru aku kasih tau dimana teman neng berada kekeke" katanya sambil terus memainkan putingku.

Seenaknya saja dia menyebut vaginaku dgn vagina lonte. Harusnya aku marah tp tidak bisa.Aku seperti kehabisan akal, tidak tahu harus gimana lagi. Apalagi saat ini rangsangannya di putingku perlahan menaikkan kembali syahwatku.

"Apakah aku harus menyerah? Apakah aku harus rela digarap olehnya? Semua demi Rani nis.. kamu udah janji bakal bantu dia" ucap ku dalam hati. Mataku menatap sayu ke wajahnya yg jelek.

"Oia neng. Kita belum kenalan kan.. Aku Parjo. Orang yg akan memuaskanmu. Kekeke"

Ucap nya dengan senyum lebar.



Bersambung


:::::::::::::::::::


PART 5




"Aku Parjo, orang yang akan memuaskanmu. Kekeke" ucap pria itu. dengan bangganya ia menjulurkan tangannya seperti hendak mengajak berkenalan.
Akupun menjulurkan tanganku menjabat tangannya.
"Aku Annisa mas.. Annisa Febrianti"



mulustrasi Annisa Febrianti


"Mass apa tidak ada pilihan lain lagi??" Aku kembali bertanya berharap ia akan memberikan jawaban yg berbeda. Walaupun syahwat sedang menguasaiku, aku masih tak ingin menyerahkan tubuhku ke pria yg bukan suami ku.
"Deal ya deal neng.. no tukar tukar kekeke" balasnya menyeringai
"Iya mass. Janji harus ditepati." Ucap Annisa menatap ke parjo

Aku mengecek jam tanganku. Waktu sudah jam 23.12wib. Hari Minggu ini sebentar lagi akan berganti menjadi hari Senin sementara aku belum ada memberi kabar ke suamiku, mas Farhan.
"Aku izin memberi kabar ke suamiku dulu mas.. dia pasti lg khawatir mas.." ucapku meminta izin ke pria kurus ini.
Ia memandang ke arah wajahku, lalu pandangannya beralih ke hp ku, lalu kembali memandang wajahku.
"Kekeke mau ngentot ma orang laen kok minta ijin suami segala dah. Set dah" ucapnya tertawa
"Bukan mass. Gak mungkin lah" balasku
"Disini aja. Telepon suami mu disini. Dan jangan macam2. Keselamatan teman neng ada d tanganku" ucapnya. Kata2nya itu seperti memberikan ancaman. Artinya Rani emg sedang disuatu tempat dan dia pasti tau itu dimana.
"Iya mass aku gak akan kabur atau macam-macam. Kan kita udah deal mass" Kataku meyakinkannya.

Akupun mulai mencari kontak suamiku. Saat ini aku masih bimbang, sebaiknya menelpon atau hanya chat saja. Tp kalau chat, belum tentu Abi langsung balas pesanku. Kalau aku meneleponnya, aku takut akan di usilin sama mas Parjo.

"Aku telepon sajalah. Biar bisa langsung ijin ke Abi" pikirku.
Aku langsung menekan tombol *call* yg tadi tak sempat kutekan karena tanganku ditarik oleh mas Parjo.

*Tutt..tuutt.* call sudah aku lakukan. Dirumahku sana, aku yakin hp suamiku sedang berdering.
"Halo assalamualaikum umi sayang.. " sahut suamiku. Suamiku dgn cepat mengangkat panggilanku seperti sudah menunggu telepon dariku.
"Waalaikumsalam Abi. Maaf Abi. Umi baru sempat ngabarin Abi. Sepertinya umi harus menginap dirumah Rani. Boleh kan Abi?" Ucapku berbohong ke suamiku. Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya kalau aku akan tidur dengan laki-laki lain. Ditambah lg sebenarnya aku tidak tau apakah aku bisa pulang malam ini.
Suamiku diam sejenak.
"Abii halo abii sayang"
"Eh iya umi. Tp kenapa sampai nginap dirumah Rani? Apa urusan kalian belum beres? Tanya suamiku
"Belum abii. Rencananya besok mau kami lanjutin lagi. Eh? Ouuuhh" jawabku reflex menutup mulut. Kupanglingkan pandanganku ke mas parjo.
"Sstttt. Jangan bersuara... muah" bisik mas Parjo di telingaku lalu mencium pipiku.

Seperti yg kusangka sebelumnya Parjo pasti akan mengerjai ku yg teleponan dengan mas farhan.
Ketika suamiku terus mencari tau alasan ku, parjo mengelus vaginaku sehingga aku kaget dan mendesah.

"Oouhhhh mass" desisku kutahan sepelan mungkin. Tp ternyata suamiku tetap mendengarnya.

"Loh.. umi kenapa suaranya gitu?" Tanya suamiku dengan nada heran.
"Iya abi. Umi dan Rani lg duduk di kursi pijet punyanya rani. Getarannya enak banget bi. Badan umi berasa dipijat. emhhh" jawabku kembali berbohong. Tanganku menepuk nepuk pundak mas Parjo memberi isyarat menghentikan keusilannya namun tak berhasil. Desisku tidak bisa kutahan, kurasakan saat ini jari Parjo sudah kembali masuk kedalam vaginaku. Pelan-pelan ia mengobok kembali vagina ku yg masih basah.
"Oh umi lagi sama Rani.. yaudah umi malam ini jgn kelamaan tidurnya ya. Besok kabarin Abi kalo umi mau pulang ya." Ucap suamiku dengan polos. Ia tidak tahu apa yg sedang istri cantiknya alami. Tp lebih baik begitu. Jangan sampai suamiku tahu.

"Sshhhh... Iya abi sayang.. love u Abi. Abi jg jangan begadang nonton bola mulu ya.. ssshhhh" ucapku berdesir menahan rangsangan di vaginaku
"Love u too umi sayang. Assalamualaikum" ucap suamiku.
"Waalaikusal ouuuhhhhh" pekikku. Sebelum sempat menuntaskan kalimat salam, mulutku sanpa sadar mengeluarkan desahannya. Utg saja teleponnya dapat langsung aku matikan. Dari selangkanganku, kulihat tiba2 Parjo mengobok vaginaku dengan kencangnya yg membuat aku tak mampu menahan desahanku.

"Cplokk cplookk cploookk"

Selangkangan ku kembali mengeluarkan suara erotisnya yg menandakan kalo cairan cinta vaginaku telah kembali membanjiri.
"Udah telponannya neng?" Tanya mas Parjo sambil terus mengobok vaginaku kencang
"Iyaahhh masss... ouhhhdahh masss... ahhhh"
Tubuhku kembali bergetar. Kenapa kocokannya sangat nikmat? Ini masih jarinya.. belum batang penisnya yg akan mengaduk lubang vaginaku...

Mas Parjo menghentikan kocokannya. Ia menarik keluar 2 jarinya yg tadi mengaduk vaginaku. Jarinya mengkilap pertanda basah terkena lendir kenikmatan ku.

"Nih bersihin!" Perintah Parjo mengarahkan jarinya yg basah itu ke mulutku.
"Iya mass" Akupun memberi anggukan. Aku mendekatkan mulutku lalu melahap jari itu. Rasanya asin. Ternyata seperti inilah rasa dari cairan cintaku.

"Ayo neng kita kesitu" mas parjo menarik tanganku. Tak perlu dengan tenaga seperti td ia menarikku. Kini aku dengan suka rela mengikuti ajakannya. Kami bergandengan tangan seperti sepasang kekasih, beauty dan the beast tepatnya.Ia mengajakku kembali ke kursi tempatku td menunggu dan mengawasi Rani.
Pasangan yg bersamaku tadi ternyata sudah tidak ada lagi. Aku yakin mereka sudah pulang karena malam sudah semakin larut. Mas Parjo duduk dikursi beton itu. Saat aku akan ikut duduk, ia melarangku.

"Sekarang neng Nisa yg hrs bikin enak kontolku. Sepong ni. Kekeke" ucapnya melirik kearah selangkangan nya.

"Mass aku belum pernah" ucapku. Aku memang belum pernah sekalipun memberi sepongan. Mas Farhan dulu pernah memintanya tapi selalu kutolak dengan berbagai alasan

"Kalo ga bisa ya belajar neng. Sini kuajarin." Ia menarik tanganku menuju lipatan boxernya.

"Nih pelorotin dulu celananya. Pegang kontolnya. Lalu kocokin. Gitu aja gak bisa to kekeke" kata Parjo mengajarkanku

Dengan berat hati aku menurunkan celananya, batang kontolnya yg sudah tegang langsung lompat menyambutku. Seketika tercium aroma keringat dan Pesing. Mungkin aku akan muntah kalau ini dalam keadaan biasa-biasa saja.

"Jangan cuma diliat aja to neng. Pegang. Kekeke" perintahnya

Aku mengangguk. Kusentuh batang haram milik laki-laki lain ini. Tentunya ini adalah penis laki-laki lain pertama yang kusentuh selain milik mas Farhan. Ukurannya berbeda, mungkin penis suamiku hanya setengahnya saja. Saking besarnya, kepalan tanganku hanya menutupi setengah penisnya yg sedang kugenggam.
Suatu pertanyaan terbesit dipikiran ku, apa muat penis ini memasuki vagina sempitku?

Perlahan tanganku kunaik turun kan, mulai kukocok penis besar ini. Mas Parjo dengan seksama memperhatikanku.
"Cantikmu bertambah kalo lg ngocok kontol. Keg jilboob binal kekeke" katanya sambil membelai kepalaku yg masih terbungkus hijab.
Aku gak tau perkataan sebelumnya adalah sebuah pujian atau hinaan. Yg jelas aku malah senang mendengar ucapannya tadi.

"Mass... mas Parjo sering ya diginiin??" Tanpa sadar aku mempertanyakan hal yang tak perlu aku ketahui.
"Kekeke ya gak lah. Mana ada cewe selaen lonte yg mau melayaniku. Lonte pun harus dibayar dulu baru mau dia. Kekeke" jawabnya lagi.

Ntah kenapa aku menaruh rasa iba atas jawabannya. Aku mempercepat kocokanku. Sesekali aku elus ujung gundulnya, lalu aku kocok kembali. Aku dekatkan bibirku dengan lubang kencingnya, aroma pesingnya kian terasa d hidungku. Tp tak masalah, aku malah seperti tertantang untuk memasukkannya ke dalam mulutku.
Tak lama, kubuka mulutku. Aku julurkan lidahku mulai menjilati penisnya. Rasanya asin, baunya jg sangat tidak sedap. Namun syahwatku merubahnya menjadi rasa ingin. Aku melakukan jilatan yg pasti membuat siapapun keenakan. Mulai dari ujung gundulnya lalu jilatanku turun sampai ke buah zakarnya yg tertutupi semak belukar. Bulu kemaluannya panjang dan lebat seperti tidak pernah di cukur membuatku kesulitan menjilat 2 bola kembarnya. Mataku menatap genit kearahnya. Kulihat ia tersenyum.

"Nah gitu..uuh pinter" puji Parjo. Dia sedikit mendesah karena jilatanku. Pujian yg ia lontarkan kembali membuatku senang. Kali ini kucoba memasukkan penisnya ke dalam mulutku, mencoba bisa sedalam apa mulutku bisa menampung penisnya yg besar.
"Haummmpp uummpphh"
Meski sudah maksimal sampai ke kerongkongan ku, ternyata hanya masuk 3/4 nya saja dan tidak bisa aku lanjutkan karena akan membuatku muntah.
Kepalaku mulai aku maju mundurkan. Sebisa mungkin aku berusaha agar gigiku tak mengenai kulit penisnya.

Jadi ini rasanya menyepong penis. Seperti yg Rani lakukan td. Aku melirik genit ke arah mas Parjo yg kulihat sedang merem melek ku sepong.

"Enakk maasshh?" Tanya ku ke mas Parjo. Aku yakin suaraku tak jelas karena mulutku masih tersumpal penis..
"Mulutmu enak neng. De Besss kekeke" jawabnya yg ternyata ia mengerti apa yg kutanyakan. Ia memegang kepalaku yg sedang maju mundur. Aku melanjutkan seponganku.
Sesekali aku melepas kulumanku, kuganti dengan jilatan disepanjang batang penisnya hingga dari pangkal hingga ujung gundul nya, tampak basah berkilat karena liurku.

Aku melirik keatas ke arah mas Parjo. "Kok bisa penisnya mas Parjo segede ini mass? Happp" Tanyaku lagi lalu langsung kembali melahap penis tersebut dari ujung gundulnya.

"Kekeke segini mah masih kecil. Banyak yg lebih gede . Kekeke" jawabnya.
"Hah? Segede ini kecil? Yg besarnya bakal segede apa?" Tanyaku dalam hati. Tubuhku bergedik mengetahui ternyata banyak penis yg lebih besar dari miliknya.

"Ini namanya kontol. Bukan penis.. ok neng. Kontol.. coba bilang" perintahnya. Penisnya yg td kusepong ia tarik keluar lalu menamparkanya ke bibir dan pipiku.

"Iya masss.. Kon... kontol happp" saat ia menamparkan penisnya di bibirku, seperti ikan yg hendak menyambar umpannya, akupun reflek menyambutnya masuk utk ku kulum lagi.

"Kekeke si eneng baru sebentar udah pande kali" ucapnya senang melihat tingkahku
Setelah beberapa menit kusepong, mas Parjo menyuruhku berhenti. Akupun melepas penisnya dari mulutku. Terlihat adanya liurku di penisnya yg seakan tak mau pisah dari pemiliknya, sampai beberapa cm barulah liur tersebut putus.

"Buka semua bajumu neng. Aku mau liat badan polosmu" perintah mas Parjo. ia sudah mupeng bener dan ingin segera merasakan sempitnya vaginaku.
Aku pun memberikan pemandangan menarik ke mas Parjo. Aku menyingkapkan gamisku, aku loloskan dari kepalaku hingga hanya tersisa bh yg sudah diturunkan sehingga sedang menopang kedua payudaraku yg sudah keluar dari sarangnya sedari tadi.

"Udah.. gitu aja. Hijabnya biarin jangan dilepas" perintahnya saat melihat aku akan membuka hijab yg kupakai .
"Iya mass" jawabku.

Tak kusangka aku akan berdiri telanjang hanya menyisakan hijab didepan orang selain suamiku, di taman, di tempat umum. Untungnya karena sudah malam, lapangan ini sudah sepi sehingga mengurangi rasa khawatirku utk terlihat oleh orang lain lagi.

"Sini dekat neng. Ngapain cuma berdiri doang disitu? Ini ada kontol yg hrs Eneng puasi. Kekeke" ucapnya memanggilku sambil mengocok halus penisnya sendiri.

Aku mendekat, mataku tak mampu kualihkan dari memandang penis yg sedang terpampang didepanku. Apakah ini saatnya? Penis itu sebentar lg akan memasuki liang kehormatan yg sedari dulu aku jaga dan rawat.

Mas Parjo saat ini sedang dalam posisi duduk, kakinya sedikit mengangkang, Ia memberikan instruksi agar aku menaikinya. Akupun mengangkat kakiku naik keatas pangkuannya, perlahan aku turunkan pinggulku yg membuat jarak antara penis besar yg sedang menegak dan vaginaku semakin dekat. Sesaat sebelum bersentuhan, kurasakan tiba2 tangan mas Parjo kembali menyentuh vaginaku. Ia rabaraba lalu memasukkan jarinya.

"Sipp memekmu masih basah. Kekeke" ucapnya lalu mengeluarkan jarinya tersebut.

Tangannya kirinya hinggap di pinggang ku, di tuntunya pinggulku turun tepat ke penisnya.
Tak perlu waktu lama penisnya yg menjulang tinggi tiba di depan pintu surgawi milikku. Posisi kami yg sedang depan depanan, membuat mas Parjo dapat dengan jelas melihat wajah ku, yg sedang menyiratkan ekspresi ketakutan.

"Jangan gitu mukanya neng. Rilex aja. Nikmati kontolku. Kekeke" ucapnya. Bibirnya ia dekatkan ke bibirku sehingga bertemu. Kami sedang berciuman. Bukan berciuman biasa, tp French kiss dimana ia lebih dahulu mengeluarkan lidahnya masuk utk bertemu lidahku.

Tangan kanannya ia lepas dari pinggulku, ia meraih penisnya sendiri utk bisa diarahkan tepat ke lubang vaginaku. Tangan kirinya yg masih di pinggulku kembali menekan agar aku semakin menurunkan pinggulku.

"Ssshhhh.... ouuhhh masssss" desisku sambil memejamkan mata. Kurasakan saat ini ada sebuah benda tumpul yg sedang berusaha masuk ke vaginaku.

"Sssshh sakit masss" erangku. Karena besarnya penis mas Parjo, walaupun sudah dilumuri lendirnya, vaginaku belum mampu menerima masuk batang haram tersebut.
Kuangkat kembali pinggulku sehingga ujung gundul penis mas Parjo yg sudah sempat setengahnya masuk, kini kembali ditarik keluar.

Tanpa sadar aku mengalungkan kedua tanganku ke lehernya agar posisi ku lebih nyaman. Lalu tanpa diperintah aku turunkan kembali pinggulku.

"Ouuuhhhhh ssshhhh penis mass kebesaran masssh sssshhh" desisku. Meski sakit, aku berusaha utk tetap menurunkan pinggulku agar penisnya masuk lebih dalam. Saat kepala penisnya udah masuk seutuhnya, aku terpaksa mengangkat kembali pinggulku karena tidak tahan sakitnya. Setelahnya aku ulang lagi, aku turunkan kembali pinggulku. Setelah beberapa kali mencoba, kudengar kali ini mas Parjo yg mengeluarkan desahan.

"Ah iyah.. teruss.. makan habis kontolku erghh" desisnya memejam merasakan jepitan dinding vaginaku.
"Sshhh masss... iyaah.. ouuhhhhhh" jawabku terus berusaha menerima masuk seluruh batang penisnya.

*Krekkk*
"Ouuhhhhhhhh uuuhhhh" aku meringis kesakitan.
seperti ada sobekan didalam vaginaku. Rasa yg sama seperti dahulu saat aku kehilangan keperawanan ku. Pasti lah penis besar mas Parjo penyebabnya. Rasanya seperti diperawani 2 kali.

Setelahnya pinggulku naik lagi turun lalu naik lagi lalu turun lagi. Perlahan namun pasti, penisnya yg besar dan panjang berhasil masuk tertanam seutuhnya.

"Aahhhh masss... ssshhhhh"
Vaginaku terasa penuh. Tidak ada ruang tersisa diaalamnya. Aku berusaha merilekskan diri agar vaginaku cepat terbiasa. Mas Parjo sendiripun tidak mau buru2. Ia paham kalau aku sedang kesakitan jadi ia mendiamkan dulu penisnya.

Aku menundukkan kepalaku ke pundaknya mencoba istirahat sebentar. Lalu mas Parjo membisikkan sesuatu di kupingku
"Sempit beut memekmu neng Annisa. Baru ini aku rasa kontolku keg dijepitjepit gini." Katanya sambil menatapku.
Aku tak memperdulikan ucapannya.

5 menit berlalu tanpa ada tindakan apa-apa dari kami berdua. Aku hanya bisa berdesis. Penisnya tetap menancap kokoh, sementara vaginaku mulai terbiasa dengan keberadaan penisnya.
"Emmhhhh shhhhhhh" desisku. Mataku yg dari tadi kupejamkan kini mulai bisa ku buka. Rangkulan tanganku dilehernya juga sudah aku longgarkan, tidak seerat tadi. Aku sudah siap sedia menerima genjotannya.
"Bisa kita mulai neng? Kekeke" bisiknya sambil tertawa dikupingku.
"Euuummpphh... sssshhh .. bisaaa masss... Pelaan pelaan ya massshh empph" jawabku


Flashback
"Si bos yakin ni? Ntar nyesal loh. Kekeke" ucap Parjo.
"Banyak omong Lo. Semua udah kuatur! Cukup kerjaan yg aku suruh udah. Beres!" Jawab seorang pria.
Tampak di kegelapan sesosok pria, sedang memakan nasi goreng namun wajahnya tidak terlihat.
"Kekeke dengan senang hati bos. Annisa pasti kubuat takluk. Kekeke" balas Parjo. Lalu pergi meninggalkan pria misterius itu.

Skip

Parjo mengamati Annisa dari kejauhan menunggu saat yg tepat untuk beraksi.
"Mayannn.. dpt 100rb dari si bos. Besok bisa beli rokok dan kamput. Kekeke" ucap Parjo terus mengamati buruannya.
Sebelumnya seorang pria dgn umur berkisar 40an tahun mendatangi Parjo dan bos nya yg misterius. Mereka bertransaksi. Pria tsb memberikan uang senilai 500rb yg ditukarkan dengan sebuah kode. Kode tersebut yaitu "BAHAN CANDANYA KAMU".
Ternyata pria tersebut merupakan hidung belang langganannya. Setelah mendapatkan kode, pria misterius itu mengangkat tangannya, lalu menunjuk ke arah rani.
Dari uang 500rb tersebut Parjo kebagian 100rb. dengan cengengesan, Parjo gak sabar utk mendapatkan buruannya.
"Baru ini kulihat cantik banget mangsanya si bos. Tp biasanya yg cantik2 pasti si bos duluan yg nyicipin. Kok ini gak ya?" Tanya Parjo sambil menggaruk kepalanya penasaran
Sembari memantau Annisa, Parjo sesekali mengecek Rani. Terlihat pria hidung belang yg td melakukan transaksi sudah disisinya siap menikmati tubuh Rani.
"Kekeke si Rani itu cantik jg. Tp jauh lebih cantik Annisa. Wajar si bos bilang si Rani mujair sementara si Annisa gurame. Kekeke" ucap Parjo
Setelah beberapa saat, Annisa tampak berdiri. Ia berjalan ke arah rani temannya. Namun setiap langkahnya begitu lambat.
"Kekeke. Pasti neng Nisa udah meminum obat perangsang yg d tabur si bos di botol minum tadi. Saatnya aku beraksi! Kekeke" ucap Parjo lalu dengan cepat berjalan menuju arah Annisa.

Flashback end


POV pihak ketiga

Annisa ternodai.
Sebuah batang penis yg berukuran 2 kali lipat penis suaminya tengah bersarang diliang kawinnya. Penis itu begitu besar sehingga tidak menyisakan ruang lagi disekitarnya.

"Uuhh Gila memekmu sempit kali neng. Bisa cepat ngecrot aku kalau gini.. hhhh" Ucap Parjo mengerang keenakan.

Dengan posisi berhadapan, ia memangku annisa. dengan lembut ia menaik turunkan pinggulnya menggenjot Annisa dari bawah

*Cplookk..... cplookk.... cplookk"

Meski pompaan penisnya lembut, vagina Annisa yang begitu basah mengeluarkan bunyi erotisnya.

"Ahhhh bukann mass .. ahhh.. penis nya mass yg ke ahh. Kebesaran mashhh aahhh" jawab Annisa terbata-bata.
Ia masih menahan sakit meski tidak sesakit diawal tadi. Tangannya masih mengalung dileher Parjo, Kepalanya yg masih dibalut hijab masih ia senderkan ke lengannya yg sedang mengalung tsb. Sesekali Parjo mengecup kening Annisa.

Sementara itu dibawah, batang penis parjo telihat mengkilap basah karena lendir vagina Annisa. Lendir kenikmatan itulah yg membantu Parjo memuluskan penetrasi nya, dan lendir kenikmatan itu juga yg membuat Annisa tidak terlalu kesakitan.
Meski tubuh Parjo tidak terlalu besar, ia dapat membuat tubuh Annisa seakan naik turun karena genjotannya. Termasuk payudaranya yg gondal gandul naik turun mengikuti irama tubuhnya.

*Happ. Mmmm*
Tak tahan godaannya, Parjo menangkap payudara kanan Annisa lalu mengisapnya kencang. Ia jilatin setiap cm kulit daging kenyal itu seperti rasanya begitu enak. Ia begitu bernafsu. Seumur hidupnya baru ini merasa bercinta senikmat ini.

"Uhhh Enak neng kontolku?" Tanya Parjo
"Shhhh masih ngiluu mashhhh" jawab Annisa yg sepertinya belum terlalu bisa menikmati persetubuhannya.
Baru 2 menit berlalu sejak pertanyaannya, Terasa pompaan Parjo mengencang, matanya ia cipitkah. Bibirnya ia dekatkan ke leher Annisa lalu menciuminya.
"Hhhh neng Nisa.. aku mau keluar.. gak tahan aku.... hhhhgg" Parjo mengerang.

Diluar dugaan, Parjo akan terlebih dahulu menuntaskan klimaksnya. Jepitan dinding vagina Annisa di batang penisnya membuatnya melayang. Jepitannya terasa seperti memijit lembut alat kejantanannya itu.

"Iyaahh masss. Ouuhhh.. keluarin aja... didalam masss" jawab Annisa mendesah nikmat. Pompaan Parjo mulai terasa nikmat baginya.
"Kok udah mau keluar aja si mas... aku baru mulai enak mass!" Batin Annisa menggerutu. Tapi secuil kesadarannya mengiyakan, agar Parjo segera klimaks. Makin cepat Parjo klimaks semakin cepat ia akan diantarkan menuju Rani.

*Plokk plokkk plokkk.*

"Ouhhhhh massss dikencangin lagi ajaah masshh" ucap Annisa agar pejantanya mempercepat sodokan di vaginanya.

"Huuhhh.. iya neng hengghhh" ucap Parjo mempercepat sodokannya.

*Plok ploookkh plloookk"

"Aaauuhh aaahhhh yaahhh masss.. teruss massh.. enaakk masshhh aahhhh"

Bunyi pertempuran mereka semakin indah. Annisa terlihat semakin menikmati batang haram itu. Desahan demi desahan terus keluar dari mulut mungilnya yg indah.

"Henghh... terima pejuhku di rahimmu neng Annisa!!! Henghhhh!"

penisnya sudah berkedut akan segera menyemprotkan spermanya, tiba tiba dari arah samping datang seseorang.

"Heii parjo!"

*Crottt crotttttt crottt*



Bersambung


:::::::::::::::::::


PART 6








Masih di malam hari yang cerah, udara semakin terasa sejuk membuat banyak orang semakin nyaman untuk beristirahat, seperti halnya Farhan yang sedang bersiap tidur. Tv telah ia matikan meskipun pertandingan bola yg tadi ditontonya belum mencapai peluit akhir pertandingan.

disisi lain, di lapangan Saday*na terdapat banyak pasangan mesum yang masih melanjutkan aktifitasnya tidak peduli dinginnya malam menerpa. Malah beberapa diantaranya tengah bermandikan keringat karena olahraga malam yg mereka lakukan.




POV pihak ketiga


Disuatu sudut lapangan Saday*na, Parjo berhasil memuntahkan sperma yang telah ia kumpulkan selama sebulan. Ya.. ia telah menahan jajan selama sebulan karena tidak memiliki uang sebelum sekarang, bosnya memberi uang 100rb atas bagi hasil yg diterimanya. Bak ketiban durian runtuh, Parjo dalam satu waktu ini telah mendapat jajan uang dan jajan wanita yg ia dambakan dengan sabar.

*ploooph*

Begitulah suara yg timbul saat Parjo dengan tega mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Annisa.

Lalu Parjo memindahkan Annisa yg tadi berada di pangkuannya untuk duduk disebelahnya.

Lahar hangat yang ia tumpahkan sangat banyak sampai tidak bisa ditampung seluruhnya di rahim Annisa. Tampak dari vaginanya mengalir cairan putih kental yang turun perlahan menyusuri pahanya yg putih bersih.

Sebenarnya Parjo tidak ingin segera mencabut penisnya namun dengan kedatangan seseorang yg ia kenal, dengan terpaksa ia mengurungkan niatnya.

"hei Parjo! Oi!" Ucap seseorang menghampiri Parjo dan Annisa.


"Sialan kau Cong datang disaat yg gak pas" umpat parjo ke orang tersebut.

"Hehehe maaf lah gua tak tahu Lo.. eh btw ini sapa? Lonte baru? Cakep juga yak?.." kata orang itu sambil melirik ke arah Annisa yg masih mengatur napas .








POV ANNISA FEBRIANTI



"Haahhh hahhhh hahhh"

Aku masih mengatur napasku saat orang itu mendatangiku. Rambutnya panjang, kulitnya hitam dengan bibir bewarna merah menyala.

"Kekeke. Kenalin dulu neng. Dia Cong alias bencong. Kekeke" ujar Parjo sambil tertawa

"Eits sialan lu rus. Singkatan dari Kurus wakaka" balasnya kembali mengejek.

"Biar kurus daripada lu. kurus iya bencong iya.kekeke" balas Parjo lagi sambil tertawa.

Mereka berdua saling ejek mengejek namun aku tahu pasti tidak ada emosi yg terlibat diantara keduanya. Karena hanya teman akrab yang bisa saling mengejek lalu tertawa bareng.

"Aku Annisa bang.. eh kak... maaf" ucapku memperkenalkan diri. Jujur aku masih bingung harus memanggil dia Abang atau kakak atau mas atau bapak atau malah ibuk karena dandanannya yg menor aku tidak bisa mengetahui kisaran umurnya.

"Panggil kak lah. Jangan bang. Gak liat apa?? Secantik ini u panggil bang" ucapnya tegas. Suaranya sedikit meninggi membuatku sedikit takut.

"Maafin Annisa kak.." jawabku.

"Udah gak perlu marah lah Cong. Wajar aja dia manggil Lo bang. Kan lu sebenarnya Abang Abang. Ya kan neng? Kekeke" ucap Parjo sambil mengulurkan tangganya ke pundak untuk merangkul ku.

Kami duduk bersebelahan. Ia menarik pundakku agar mendekat lalu menyuruh agar aku menyenderkan kepalaku ke pundaknya. Akupun mengikuti perintahnya.

"Dasar lu sementang dia cantik terus lu belain terus. Hiih" balas si bencong

"Btw lu belum jawab pertanyaanku tadi Parjo bangsat. Jawab cepat!" Lanjut si bencong


"Kan udah neng ini jawab tadi. Namanya Annisa. Dia mainan baru si bos loh Cong" jawab Parjo kembali memperkenalkanku. Sebelum si bencong kembali berucap,

"Eh.. si bos? mainan baru? Apa maksudnya mas??" Tanya ku ke Parjo penasaran memandang dengan wajah serius ke parjo.

Parjo hanya menjawab dengan senyuman. Tangannya yg berada d pundakku menyosor turun kebawah sampai ke bongkahan melon kembarku lalu langsung diremas kencang olehnya.

"Ehhhmmmmhhh massh.. pelan.. sakitt mashhhh" pekikku kesakitan karena remasannya.

"Maaf ya neng pertanyaan td tak bisa kujawab. Kekeke" ucapnya yg menjawab pertanyaanku tadi.

Parjo terus meremas-remas payudaraku. Perlahan syahwat kembali menguasaiku. Remasannya terasa sangat nikmat membuat bulu kuduku berdiri dan darahku berdesir.

Sepertinya mas Parjo juga menyadari itu. Kemudian ia mencium ku. Mulai dari kepalaku turun ke keningku, turun ke pipiku, lalu hinggap di bibirku. Akupun meladeni cumbuannya. Bibir kami saling mengecup, lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari lidahku lalu melilitnya.

"Eh bangsat malah aku dicuekin" ucap si bencong kesal.

Mas Parjo lalu melepas ciumannya.

"Ganggu aja sih lu nyet. Daripada lu cuma gangguin kita. Pergi lu sana cari pelanggan." Ucap mas Parjo kemudian melanjutkan ciumannya ke bibirku.

"Mmhhhhh mass... remasannya enakk mashh" ucapku merasakan kenikmatan ditengah ciuman dan remasan tangannya di dadaku.

"Lagi sunyi Cok. Jancokk. Daripada aku cuma mangkal sendiri mending aku nunggu disini sama kalian" balasnya

"Terserah lo dah cong" jawab mas parjo

Si bencong mendekat lalu duduk disebelahku. Saat ini aku berada ditengah-tengah. Dikananku ada mas Parjo lalu disebelah kiri ku ada bencong.

"Apa mungkin dia emang tidak nafsu kepadaku?" Aku bertanya dalam hati. Sedaritadi dia sudah melihat tubuh telanjangku bahkan ia melihat ketika mas Parjo tadi menyetubuhiku tapi ia seperti tidak menganggapku ada, ia cuma memperdulikan mas Parjo.

"Neng ini isap kontolku. Biar cepat tegang lagi" ucap mas Parjo menyuruhku.

"Iyah mass" jawabku. Akupun menurunkan kepalaku. Kuraih batang haramnya lalu mengocoknya dgn halus. Kepalaku terus turun sampai akhirnya sampai di kepala penisnya. Tanpa menjilati terlebih dahulu ujung gundulnya langsung aku lahap, aku mengulumnya dan menghisapnya dengan lembut.

"Mmppphhhhhh ehmmmmmpphhh"

Desisku terus menghisap penisnya mas Parjo seakan bertujuan menarik keluar spermanya yg tersimpan di testisnya.


"Eh satt bangsat. Di memeknya masih ada sperma lo" ucap si bencong.

Tanpa kusadari ternyata si bencong memperhatikanku bahkan sampai ke vaginaku yg masih dibanjiri sperma mas Parjo. Memang dari tadi aku masih merasakan ada aliran sperma yg merembes keluar tp aku menghiraukannya.

Tiba-tiba aku merasakan dia memegang kaki kiri ku, diangkatnya lalu ia turunkan di pundaknya.Jadilah aku seperti mengangkang dihadapan si bencong ini..

"Hmmpphhhhh ngapain kakak.. eumhhhh.. emhhhhhhh" desahku. Si bencong mendadak menyolok vaginaku dengan jarinya. Ia mengorek ngorek isi dalam vaginaku yg membuat sisa sperma mas Parjo makin deras keluar dari vaginaku.

"Eh Cong. Kenapa lu korek memeknya. Sperma yg kutanam jd keluar tu!" Ucap mas Parjo kecut.

"Biar memeknya ngegrip lagi lah sat bangsat! Bukannya makasih udah dibantuin malah bacot.."balas si bencong ke mas Parjo. 2 jari tangan kanannya masih terus mengorek vaginaku. Sesekali ia menggunakan 2 jari tangan kirinya untuk membuka lebar vaginaku ia renggangkan agar isi dalam vaginaku lebih jelas kelihatan, lalu di koreknya lagi memakai 2 jari kanannya.



"nah gini kan bagus. Memeknya jadi bisa dipake lagi" ucap si bencong

"Halah macem lu mau make nya aja cong dibersihin segala" balas parjo

Kulihat si bencong seperti mengambil sesuatu dari bawah bangku. Tanpa kutahu, ternyata sperma mas Parjo yg tadinya bersarang di vaginaku bukanlah dibuang olehnya melainkan ia tampung di sebuah daun.

"Slerpppp".

"Dasar bencong lu ya. Kekeke" ucap mas Parjo melihat si bencong malah meminum sperma dari daun tersebut

"Diem lu Parjo bangsat. Amis bet dah sperma lu" ucap Parjo



Aku masih memberikan servis mulutku di penisnya mas Parjo. Penisnya sudah kembali menegang yg membuat ukurannya bertambah 2x lipat. Kepalaku kugerakkan naik turun sambil melahap penisnya. Terlihat pipiku mengempot setiap aku tarik kepalaku lalu menggembung setiap aku majukan kembali kepalaku. Mas Farhan saja behkan belum pernah merasakan seponganku, sementara mas Parjo sedang menikmati servis mulut terbaikku. Walaupun ini terlarang, namun syahwatku menuntunku agar aku memuaskan mas Parjo.

"Masshh..mphhhh" kucoba memanggil mas Parjo di tengah seponganku

"Daripada ladeni lu mending aku fokus ke neng Nisa...... ya neng.. manggil yaa? Kekeke" sahut mas Parjo.

Aku sementara menghentikan seponganku. Lagi kuberanikan diri untuk mengatakan

"Mass... kon-kontol nya udah tegang" ucapku memberikan isyarat bahwa batangnya udah siap sedia utk bersarang kembali di liang kawinku.

"Emang.. terus?? Sepong terus dong neng. Kok berhenti" balasnya. Ia tidak menyadari isyaratku. Seperti patah hati rasanya mendengar jawabannya itu.

"Oi Parjo ******... makanya lu sekolah biar pintar.. maksud si neng tu dia pengen lu entot lagi sat.. ****** amat si gak ngerti isyarat wanita" ucap si bencong.

"Beghh sok ngerti tentang wanita aja lu Cong" jawab mas Parjo.

Di selangkangan nya aku kembali memasukkan penisnya ke mulutku utk ku oral. Kepalaku kembali naik turun di penisnya.

"Kalo gak Caya cak kau tanya langsung ke orangnya aja sat bangsatt. Ya kan neng" sahut si bencong

"Betul kata dia kah neng? Kekeke" tanya mas Parjo sambil membelai kepalaku yg sedang naik turun menyepong nya.

"Eehhmmmmm mmmmhhhpp"

Dengan bibir monyong, pipi mengempot, dan mata yg sayu aku memberikan jawaban berupa anggukan ke mas Parjo.

"Kekeke kalo mau ya bilang langsung neng jangan kode kode gitu" ucap mas Parjo sambil mulai berdiri mengambil posisi.

"Awas lu Cong. Aku mau ngentot dulu" kata mas Parjo ke si bencong agar ia beranjak dari bangku dan memberikan ruang kepadaku.

Mas Parjo memposisikan aku tiduran di ujung bangku. Lalu ia mengangkat kedua kakiku utk d taruh d pundaknya, lalu ia mengarahkan kepala penisnya ke arah vaginaku.

Ntah mengapa aku merasa deg-degan mengetahui sesaat lagi batang kejantanan mas parjo akan kembali ia masukkan ke liang kawinku.

"Aku masukin ya neng kekeke" ucapnya mulai mendorong masuk penisnya

"Sssshhhhh massss.. ouuuuhhhhh" desisku merasakan dinding vaginaku tergesek penisnya yg perlahan masuk. Liang kawinku dipaksa kembali merenggang akibat penetrasi penis besar mas Parjo.

"Uhh masih sempit aja memekmu padahal dah ku entot neng. Hiiuuuhhhh" mas Parjo ikut mendesah sembari terus mendorong.

Setelah masuk 3/4 penisnya tibatiba mas marjo menarik keluar penisnya.

"Ouuhhh masss.... kenapa dikeluarin mas??" Tanyaku

"Kenapa? Ya utk dimasukkan balek neng!!" Jawab mas Parjo tiba-tiba menghentakkan keras sehingga dalam satu dorongan penisnya terbenam semua di vagina ku.

*Blesssssh!*

"Aaaaaaahhhhhhhh masssssss!" desahku dengan suara yg kuat. Aku kaget dengan perbuatannya itu. Badanku sampai terdorong ke atas.

Kali ini tidak memerlukan usaha ekstra seperti pertama tadi untuk melakukan penetrasi. Vaginaku sudah mengenal penisnya ditambah lagi cairan cintaku sudah keluar membasahi setiap inch vaginaku.



"Ouuhhhh aahhhh massss... penuh vagina ku masss.. aahhhhh" desahku merasakan mas Parjo mulai memberikan sodokan

"Namanya memek bukan vagina neng.. memek sempit neng yg lg tak entot" jawab mas parjo

"Sshhhhh iyaahhh masss.. memekku lg mass entot sshhhhh ouuuhhhh" balasku dengan desahan

Aku mencoba mengangkat kepalaku lalu melihat ke bawah, penasaran melihat bagaimana batang sebesar itu bisa keluar masuk di vaginaku yg masih sempit.

"Ternyata memekku bisa.. punya mas Parjo yg besar aja bisa. Gimana punya orang lain yg lebih besar yahh?" Batin Annisa bertanya

Perlahan mas Parjo mempercepat pompaannya. Kembali suara cipratan air terdengar dari vaginaku yg sudah basah.

*Splokk splokk plokkkk splokkkk*



"Hhhhah enak kali..... memek kau neng" katanya sambil terus menggenjotku

"Oouuuhhh yah massss kontol nya mass jg enak masss ahhhhh" balasku. Penis mas Parjo yg berukuran besar juga pasti ikut andil dalam kenikmatan yg kurasakan saat ini.

10 menit mas Parjo menggenjotku dengan gaya seperti ini hingga sepertinya kali ini aku yang akan mencapai orgasmeku.

"Masshhhh ouuuhhhh aku mau pipish lagii masss ahhhh" desisku memberitahu mas Parjo

"Iya uhh pipis aja neng" sahut mas Parjo terus menggenjotku

"Hmmpphhh iyaahh masss . Enak....kontolnya masss bikin aku pipisshh ahhhhh"

*Crrttttt crrtttt Crrrrtt*

Aku orgasme. Tubuhku mengejang seperti terangkat keatas. Kurasakan semprotan cairan cinta kembali menyembur dari vaginaku. Ini kali kedua aku orgasme malam ini. Rasanya luar biasa enak..

Mas Parjo kembali menarik keluar penisnya. Kali ini penisnya tampah basah, beberapa tetes cairan cintaku yg menempel di penisnya tampak jatuh kebawah

"Kekeke si Eneng kalo nembak bukan mainmain ya kekeke" balasnya sambil kembali memasukkan penisnya ke vaginaku.

"Ouuhhhhh massssh kok udah dimasukin lagiih?? Aahhhhhh penuhhhhh mass" ucapku menggelinjang. Liang kawinku yg sedang sensitif karena baru saja orgasme terpaksa menahan ngilu akibat sodokan penis mas Parjo yg besar.

"Eneng kan udah nembak sekarang giliran ku kekeke" katanya sambil terus memgawiniku.



*splokk splokk splokk*



"Ahh Neng. Nungging. Aku mau ngentot neng dari belakang" perintahnya sambil terus menggenjotku



Bagai anjing yg sudah jinak dan terlatih aku menuruti keinginannya. Aku berdiri lalu membalikkan tubuhku membelakanginya. Aku menungging agar tanganku menumpu pada bangku taman.

*Plak*

"Uhhhhh masss" tiba-tiba mas Parjo menampar bongkahan pantatku lalu meremasinya.

Aku merasakan sebuah benda tumpul kembali menyentuh vaginaku yg sudah sangat becek. Kali ini penis mas Parjo bisa masuk dengan mudah.

*Blesshh*



"Ouhhhhh massss.. ahhhhhhh aahhhhh" aku kembali mendesah karena dari posisi ini penisnya masuk begitu dalam hingga terasa menyentuh rahimku.

"Uhhh ini ni neng namanya posisi anjing kawin. Enak kan kekeke" ucap mas Parjo terus menggempur ku. Sesekali sambil menggenjotku ia raih payudaraku yg menggantung lalu dremasnya. Leher dan punggungku di cumbuinya.

" ouuhhh enak... iyaahh mas ... enak ngentot kayak gini masss... enaakkkk" aku semakin mendesah karena merasa sangat enak disetubuhi dalam posisi ini.

Kaki kananku diangkat oleh mas Parjo lalu diletakkan di atas bangku sehingga hanya kaki kiriku saja yg saat ini menopang tubuhku agar tetap menungging.

"Masss.. ssshhhh masss... aku mau pipish lagiihhh ouhhhhh" ucapku berdesir seperti akan mencapai klimaksku lagi.

"Kekeke apa kubilang. Aku akan memuaskanmu neng Annisa" kata mas Parjo terus menggempur ku

"Aahhhh masss Iyah mass puasi aku masss.. aku ingin mass puaskan... aahhhhh" desahku sambil berusaha memandangi pria yg sedang menyetubuhiku ini

*Kring kring*

Tiba-tiba kudengar dari kantung nya terdengar bunyi telepon. Mas Parjo melepas tangannya dari payudaraku dan sambil menyodok ku, ia merogoh sakunya mengambil ponsel miliknya.

"Halo bos... kekeke mantap kali betina nya si bos kali ini.. hmm? Ya bos.. oh.. iyaa. Oke bos. Laksanakan." Ucap mas Parjo di telepon. Hawa nafsuku yg sedang dipuncak puncaknya membuatku tidak memperdulikan percakapan mas Parjo dan terus menikmati sodokannya di vaginaku.

"Ouhhhhh ssshhhh aahhhhhh massss.. enaakkk massss... terus masss yg kencaaang masss" erangku mendesah. Aku memejamkan mata menyambut ledakan orgasme yg akan tiba.

"Huhgg nambah jepit memekmu kalo mau nembak.. uhhh enak" erang Parjo ikut mendesah.



"Shhhhh massss pipisss lagi massss.. aku pipisssss! Ahhhhhh"

*Crrrttttttt crrrtttttt crrrtttttt*



"Agggghh aku juga neng.. terima pejuh ku lagi uuuggghhh!"

*Crott crott crott*

aku meraih orgasmeku yg ke 3x utk hari ini dan kali ini tidak hanya aku, mas Parjo juga meraih puncak kenikmatan nya. Rahimku kembali menerima semprotan sperma kental mas Parjo yg begitu hangat.

6 semburan ditanamkannya di dalam rahimku. Meski masih tegang, setelahnya mas Parjo langsung mengeluarkan penisnya tidak seperti sebelumnya yg ia biarkan dulu beberapa saat didalam.

Aku langsung bersimpuh dibangku beton yg menjadi senderanku tadi. Kurasakan kulit payudaraku terjepit di betonnya yg dingin. "kenapa rasanya senikmat ini. Rasanya mau lagi.. jangan.. aku harus bisa melawan hawa nafsuku! Iya. Harus!" Tegasku dalam hati



"Makasi neng udah bikin aku enak" ucapnya mengecup bibirku yg langsung kubalas.

"Iyaah mass sama sama... hahhh hahhh" aku kembali harus mengatur napas karena orgasme ku barusan terasa menghabiskan sangat byk tenaga

"Tapi tugas neng Annisa belum selesai kekeke. Neng hrs melakukan 1 tugas lagi sebelum aku antar ke temannya" ucapnya mengagetkanku. Aku yang masih menyender langsung menaikkan badan berusaha mencerna apa yg barusan mas Parjo bilang.

"Mass udah janji td kalau bisa bikin mas nembak 2x, mas antar aku ketempat Rani!" Ucapku dengan nada meninggi. Jujur aku paling tidak suka dengan orang yg ingkar. Apalagi dengan orang yg telah mendapat nikmat dari tubuhku, ternyata malah mengkhianati ku.

"Eits bentar jangan marah dulu neng. Ntar cakepnya hilang loh. Biar aku jelasin Kekeke" ucap mas Parjo berusaha menenangkanku

"Jelasin apa mas?? Aku harus secepatnya nemuin Rani mas" balasku



"Jadi gini neng.. eh ya. Cong lu pun sini. Aku ada tugas buat lu Cong. Jadi gini..........."

Mas Parjo menjelaskan sesuatu yg masuk diakal namun membuatku takut.

"Bhahaha ada2 aja kemauan bos mu tu sat bangsat. Tp betul ya 200rb. Okeh aku terima"

"Neng gimana? Deal jg kan? Ayo jgn jawab lama. Si bos nungguin". Ucapnya dengan muka serius.

Dengan segala keterpaksaan, ditambah lagi saat ini syahwatku masih memburu. aku dengan terpaksa memberi anggukan setuju.

"Iya mass".



Bersambung


:::::::::::::::::::

PART 7: bagian 1








Pukul 02.30wib



Wajahnya tampak lemas, matanya yg sayu sedikit terbuka lalu kembali memejam lalu terbuka kembali, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan seksi yg dapat menaikkan syahwat setiap lelaki yg mendengarnya. Annisa masih tak percaya bahwa dirinya saat ini sudah sangat kotor karena memenuhi permintaan Parjo, lelaki jelek bertubuh kurus kering yang telah menyetubuhinya.

Di vaginanya saat ini tampak sebuah penis berwarna hitam megkilap berukuran lebih dari 20cm sedang keluar masuk.

"Aahhhh bapak.. pakk tolong pelani pakk.. pelannn akhhh.. aahhh ouuuuhhh" racau Annisa ditengah gempuran dari seorang bapak tua berusia sekitar 60an. Dibelakangnya tampak seorang wanita bukan, seorang pria berpenampilan wanita sedang menggendong Annisa.

Bencong tersebut dengan kuatnya mampu mengangkat annisa dengan posisi menghadap kedepan. Kakinya ia lebarkan agar siapapun dapat melihat langsung tubuhnya yg begitu proporsional. Wajah yg cantik, perut yang ramping, payudara yang bulat, dan vagina legit yg indah. Selain di vaginanya, ternyata sebuah penis lain ikut menancap di anusnya dengan alasan agar sipenggendong lebih tahan dalam membopong tubuhnya kesana kemari. Ya.. saat ini Annisa sedang d sandwichh oleh 2 batang haram milik orang yg tak dikenalnya.





1 jam sebelumnya



Annisa menyetujui perintah Parjo. Meski awalnya tidak yakin dengan keputusannya, demi Rani ia rela melakukan apapun sekarang.

"Neng... aku dapat perintah untuk memperintahmu dan si bencong ini. Perintahnya adalah neng Annisa harus mengikuti kemauan si bencong jelek ini. Si bencong ini nanti yg akan menuntun Eneng ke teman neng" ucap Parjo menjelaskan dengan detail

"Nah Cong. Sekarang giliran lu yg jelasin apa yg lu mau. Yg td lu bilang ke aku" lanjut Parjo meminta Parjo menjelaskan keinginannya ke Annisa.

Annisa melihat ke arah bencong tersebut. Barulah tergedik di hatinya, ternyata bodynya lebih kekar daripada suaminya Farhan apalagi Parjo yang kurus.

"Aku tu ya maunya neng Nisa jd sumber spermaku. Tau kan aku suka minum sperma? Tadi liat juga kan aku minum sperma si bngsat ini? Nah. Jadi Tugas neng adalah membuat pejantan disini memuntahkan spermanya utk ku minum. Terserah. Bebas.. mau sperma langsung dari kontolnya atau dari mulutmu atau dari memekmu. Yg penting aku bisa puas minum sperma." Jelas si bencong.

Annisa terdiam mendengarkan keinginan bencong tsb. Nampaknya ia tak mempercayai apa yang baru dia dengar.

"Gimana neng. Oi neng.. mau gak?" Tanya bencong memperhatikan Annisa hanya diam tanpa ekspresi

"Eh... i-iya kak.. aku mau" jawab Annisa pelan

"Mau apa? Lu melamun ya? Hadeh" lanjut si bencong

"Nisa mau jadi barangnya kakak buat bikin orang lain nembak kak" jawab Annisa. Karena bingung menjelaskan kata apa yg tepat untuk mendeskripsikan dirinya sesuai keinginan bencong

"Cepat paham juga lu neng. Kalo gt yok sekarang. Btw lu pernah anal gak" Tanya bencong itu

"Belum kak" jawab Annisa singkat

"Kalo gt sini biar tak perawani dulu lubang boolmu" ucap si bencong yg mengeluarkan penisnya. Ia juga mengambil suatu botol dari tasnya yg tak lain adalah minyak pelumas

"Tenang. Tak pakein pelumas supaya gak terlalu sakit" ujar si bencong mengambil punggung Annisa. Ia menunggingkannya hingga bongkahan pantat semok nya menjulang ke atas sementara bongkahan nenen tembemnya menempel di tanah. Kemudian minyak tersebut ia tuangkan di sekitar anus milik Annisa, lalu menuangkan nya ke penis miliknya sendiri.



"Maaf kan umi ya Abi.. anus umi bakal diperawani sama bencong. Maafin umi" batin Annisa. Bencong itu sudah mengambil posisi dengan menempelkan penis berminyak nya ke lubang pembuangan Annisa.

" ai mulai ya. Hengkkkk" ucap si bencong langsung mendorongkan penisnya. Namun karena sempitnya anus Annisa, penis tersebut tidak bisa masuk dan malah dorongan tsb membuat arah hujaman penisnya melenceng hingga langsung melesak masuk kedalam vagina Annisa.

"Oouuuhhhhhhh sssshhhhhhhhhh" desah Annisa kaget ternyata penis bencong tersebut telah bersarang ke vaginanya.

"Sial malah masuk ke lobang ini pula" kata si bencong dengan kesal. Tidak kehabisan ide, bencong itu membiarkan penisnya tetap didalam liang kawin Annisa sementara ia mengoleskan minyak td ke jemarinya.

Tak lama Annisa merasakan adanya sentuhan lagi di aera anusnya. Rupanya jemari si bencong tengah merabaraba lalu mencongkel anus Annisa.

"Mmpphhhhh kak... jangan d congkel gitu kak.." desis Annisa yg vaginanya masih tersumpal kontol.

Tidak mempedulikannya bencong itu tetap mengobel anus Annisa. Ia tuangkan lagi pelumas ia kobel kembali lalu ia tusuk perlahan memakai jemarinya.

Nampak 1 jarinya perlahan masuk ke lobang pembuangan wanita cantik itu. Didiamkan sebentar sebelum ia tarik lalu ia masukkan kembali.



"Mmmphh aahhhh" desis Annisa merintih seperti kesakitan



Seperti tak mau menunggu terlalu lama si bencong kembali memasukkan jarinya yg lain sehingga saat ini ada 2 jari rebenam di anus Annisa.



"Ouuuhhhhh kak.. ssshhh" rintih Annisa kembali merasakan sensasi yang belum pernah ia temui



"Ya elah ni anak tadi meringis sekarang mendesah. Enak ya? Wkwk" kata si bencong mulai menggerakkan 2 jarinya bermain di dalam anus Annisa

"Iyahh kak mulai enak sshhh. Kalau pake kontol bakalan lebih enak gak ya kak" desis Annisa bertanya. Sakit yg td ia derita sudah hilang langsung tergantikan oleh rasa ingin mencoba hal baru



"Gak tau. Ni kita coba ya" balas si bencong.

Ia lalu mulai memaju mundurkan kontolnya di dalam vagina Annisa yg membuat Annisa merem melek keenakan.



"Sshhhh Aaahhhh enakkkk mmmmppphhh"



*Plooop*

Setelah mendorong penisnya hingga mentok bencong itu dgn cepat mengeluarkan kontolnya sehingga menimbulkan suara.

Dengan cepat pula ia mengarahkan kontolnya yg sangat basah berlumuran lendir cinta ke arah anus Annisa lalu mulai menekannya masuk..



"Ouuuuhhhhhhhhhh kak..... mmmpppphhhh"

*Blessh*

Kontol yg lumayan besar itu akhirnya berhasil memperawani anus Annisa.

"Uhhhh lu harusnya bangga karena gue yg perawani bool lu. Sebenarnya aku gak Sudi maen ma cewe.. ouh tp gue akui lubang memek sama lubang bool lu Mayan juga sich" kata si bencong merasakan jepitan dinding anus Annisa mencekik kontolnya.



"Sssshhh ahhhh aaaahhhhh kakkk ssssshhhg" desah Annisa ketika si bencong mulai memompa kontolnya keluar masuk

*Splokk splokkk splokkk*



Selama 5 menit penis si bencong menggempur liang anus Annisa, anehnya sodokan pada anus Annisa tutur membuat vaginanya banjir. Lelehan lendir kenikmatan merembes mengalir keluar dari sarangnya.



"Dah ah.. lu yg enak gue kagak.. uuuh." Kata si bencong menarik keluar kontolnya dari anus Annisa

"Ouhhhhhhhh" Annisa mendesis saat batang itu lepas dari anusnya



"Yok kita ke rencana awal. Pake memek mu yg murahan itu utk menyedot sperma lelaki jantan" ucap si bencong.

"Iyaahh kakak" jawab annisa

"Sekarang lu rapiin dulu tu hijab terus berjongkok" ujar si bencong menyuruh Annisa



Lantas Annisa segera membenarkan posisi hijabnya. Ia buka dahulu sehingga menampakkan rambut hitam lebatnya yg ia ikat lalu ia pakai ulang hijabnya.



"Uuh cakep bener neng Annisa" tiba-tiba Parjo sudah disitu langsung memuji kecantikan Annisa sambil meremas payudara nya

"Eh masss.. td kemana aja mass?? Sshhh" tanya Annisa menikmati remasan tangan Parjo di payudaranya

"Kesana. Ketempat temanlu. Memastikan keselamatannya. Kekeke. Jgn khawatir selama neng patuh teman neng gak kenapa napa" kata Parjo terus meremasi Annisa

"Oi Parjo ganggu aja lu." Kata si bencong ke Parjo

"Dah.. sekarang jongkok lu" kata si bencong ke Annisa

Annisa pun langsung berjongkok. Dari bawah ia melihat ke arah Parjo dan si bencong yg berdiri di depannya.

"Ternyata kakak bencong ni badannya lebih kekar drpd mas Parjo. Malah ototnya keliatan loh" batin Annisa memperhatikan si bencong dan Parjo bersamaan



Si bencong berjalan mengitari Annisa lalu tiba-tiba ia menyelipkan tangannya ke paha bawah Annisa lalu mulai mengangkat nya.

"Ehh kak kok di gendong kak? Ouuuuhhhh" Tanya Annisa keheranan lalu mendesah kaget karena anusnya kembali di masukin kontol.

"Biar gue bantu lu" jawab si bencong santai.

"Malu kak.. aku malu" ucap Annisa. Ntah darimana bencong itu mendapat kekuatannya. Ia dengan mudah mengendong Annisa dan membawanya keliling lapangan Saday*na.

mereka terus berjalan hingga ia melihat ada seorang pengamen yg sedang menghitung hasil ngamennya. ia pun mendekat.

"Kak... aku bisa jalan sendiri" ucap annisa lirih.

"Udah diam aja" balas si bencong



"Bang oo bang..." panggil si bencong ke pengamen itu.

Saat menoleh, pengamen itu kaget sampai uang logam yg sedang ia hitung jatuh dari tangannya. Ia melihat pemandangan langka dimana seorang wanita cantik mengenakan hijab namun bertelanjang badan sedang di gendong oleh bencong dgn bibir merah dan berdandanan menor.

"Eh.. eh mau apa kalian?" Tanya pengamen itu

"Namanya siapa bang? Aku mau nawarin cewe ini ke Abang. Mau kagak?" Kata si bencong sambil mendekatkan Annisa ke si pengamen.

"A-aku Andi. Serius kak?" Sahut Andi menjawab seakan tidak percaya

"Cius lah masa kagak. Abang boleh pake betina ini asal nanti kalo udah nembak sperma nya Abang aku minum" kata si bencong lagi.

"Maksudnya kakak mau sepong kontolnya aku gitu?" Tanya pengamen yg bernama Andi itu lagi

"Kagak perlu aku sepong kontol elu bang. Maksudku sperma yg nanti lu buang di betina ini itu jd hak milik aku. Mau aku apain terserah gitu" balas si bencong

"Oh gitu kak. Iya aku mau. Gratis kan?"

"Iya gratis"

"Kapan lagi dapat kesempatan ngentot cewe cantik gratis hahaha" ucap Andi langsung merebut Annisa dari si bencong

Ia melorotkan celananya hingga terpampang lah kontolnya yg tidak terlalu panjang namun memiliki diameter cukup besar.

Dengan lincah Andi mulai mencumbui Annisa yang hanya bisa pasrah. Seluruh tubuhnya diciumin tanpa ada bagian tersisa.

"Harum juga wangi mu kak. Bikin tambah sange" katanya

Lalu tangannya meremas bongkahan daging kenyal di dada Annisa.

"Ssshhhh masss" desis Annisa



"Gile ya cewe secantik kakak bisa jadi budak bencong " ucap Andi terus meremas lalu menghisap puting payudaraku.



"Hmmmpppp aaahhhhh Akku bukan budak nya mass.. shhhhh" desah Annisa mencoba memberi jawaban



"Yah aku gak peduli sih. Yg penting bisa dapat memek gratis." Ucap Andi mengarahkan kontolnya ke liang kawin Annisa.



*Blesssh*

Dengan 1 dorongan kontol Andi berhasil masuk seutuhnya.



"Anjingg bisa-bisanya memek lu masih jepit gini kak.. kirain dah longgar" ucap Andi merasakan sempitnya vagina Annisa



"Ouuuhhh masss.. memek aku masih enakk kan... belum longgar ouhhhh" jawab Annisa mendesah nikmat



Andi dengan cepat dan kuat mengentot vagina Annisa dengan gaya misionaris dimana Annisa ia baringkan disebuah sarung bekas.





"Aah ahh huuggh jepitan memekmu terasa bgt. Bisa kecanduan aku. Nanti kapan2 boleh pake lagi kan? Hegggh" ucap Andi



"Aaaahhhh iyaaahhhh aaahhhhh sodok teruss masss... enakkk masss... memekk ku enak disodok kontolnya mass Andi. Kapan mass mauu silahkan mas pake memekku masss ahhh" desah Annisa meracau



10 menit berlalu. Andi sepertinya mencapai puncaknya

"Ooggghh aku keluarin di dalam memek sempit mu ya. Keluaarrrr!!!" Jerit Andi mencapai klimaksnya



*Crotttt crotttt* .



5x semburan sperma mengisi rahim Annisa. Setelah menuntaskan semburannya Andi mencabut kontolnya dari vagina Annisa.

Bersamaan dengan itu Annisa yg hampir mencapai orgasmenya malah kentang. Mukanya tampak kesal ke Andi.



"Hahaha lemah lu bet.. betinanya belum nembak lu udah nembak aja. Banyak belajar sex sana hahaha" tawa si bencong mendekati Annisa yg masih berbaring.

Ia renggangkan kaki Annisa lalu menjamah vaginanya yg berisikan sperma Andi.

Ia masukkan 2 jarinya mengorek kedalam lalu menghisap dengan mulutnya.

"Anjayy dikit bgt sperma lu njing.. pasti sering ngocok kau ni.. dah ah.. ayo kita pergi" nampak si bencong kesal karena hanya bisa meminum sedikit sperma Andi dari vagina Annisa.



"Mau di gendong lagi atau jalan sendiri??" Tanya si bencong masih dengan muka bete

" Nisa Jalan aja kak.. plisss" jawab Annisa memelas.



Kembali mereka berjalan menyusuri lapangan Saday*na yang begitu luas. Annisa mengekori kemana si bencong berjalan. Sesampainya kedekat pintu masuk Annisa tampak kaget melihat seseorang. Orang itu adalah pak kifli, pemulung yg biasa mengambil sampah di kantornya.



Semoga dia tidak mengenaliku. Begitu kira2 doa yg di panjatkan Annisa. Bisa berbahaya jika ia melihatku lalu mengatakan ini ke siapa-siapa.



"Halo pak.. siapa nama nya?" Tanya si bencong

Pak kifli atau si pemulung tidak menjawab.

"Aku tanya sekali lagi. Namanya siapa pak?" Ya udah kalo ga mau jawab gak boleh entotin betina yg ku bawa"

Annisa pun menunjukkan muka ke pak kifli.

Pak kifiki memandang wajah Annisa seperti berusaha mengenalinya karena dipikirannya, wanita yg ada didepannya sekarang tampak tidak asing.

"Saya boleh entot gratis cewe cakep ini?" Tanya kifli ke bencong

"Gak gratis. Ada bayarannya. Bayar dengan pejuh mu!* jawab bencong sambil menambah penjelasan



"Hahaha ayo sini mbak." Pak kifli memanggilku mendekatinya

Tampaknya ia sudah sangat bergairah. Kontolnya sudah sangat tegang siap dimasukkan ke sarangnya.

"Kayak pernah liat kamu. Dimana ya? " ucap pak kifli memegang pipi Annisa sambil mengingat ingat

"Mungkin perasaan bapak aja pak. Saya tidak pernah melihat bapak" jawab Annisa bohong.

Karena Annisa khawatir pak kifli akan mengenalinya, ia berinisiatif utk langsung memegang kontol pak kifli, memutar balik badannya lalu dengan membelakanginya penis itu diarahkan masuk ke vagina sempitnya.

"Ssssshhhh. aaahhhhhh" Annisa langsung mendesah. Ini adalah penis ke 4 nya hari ini.



"Aahhhh dasar lonte gak di minta malah dimasukin sendiri. Ahhh" desah pak kifli karena didepannya Annisa sedang memaju mundurkan pinggulnya



"Ouuuhhhh aaahhhh bapakk yg mulai duluan.. kan kontolnya bapakk udah tegang jadi.. Jadii aahhhh ahhhhh" kata Annisa terpotong saat pak kifli dengan bringasnya ikut memompa batang penisnya dengan cepat

"Jadi apa hah?" Tanya nya lagi

"Ssshhh Jadii bikiin aku penasaran pakkk.. makanya langsung aku masukin ajahhh aaaahhh hmpppp" jawab Annisa kembali berbohong.

"Oh gitu to.. yowes dah.. yg penting memekmu enak. Jd gak masalah." Kata nya lagi .

"Ouuhhh iyahh pak.. kontol bapakk jg enak.. bikin memekk aku banjirr" desah Annisa kenikmatan.



10 menit sudah mereka kawin. Pemulung tua yg biasanya hanya bisa ngiler melihat wanita2 cantik di kantor Annisa kali ini bisa menyetubuhi salah satu yg paling cantik di kantor itu.

"Aahhhh pak .. sodok yg kencang pakk. Aahhhh. Bikin aku keluar pakkk aahhhh ouhhhh" desah Annisa memburu



"Ahh iya.. bapak kuatin ya genjotannya uhhh gini kan? Uhhh" balas pak kifli mencengkram pinggul Annisa lalu memperkuat sodokannya. Secara tidak sadar, hal itu juga membuat pak kifli makin keenakan. Nafas dan desahannya ikut memburu



"Iyaahh pakkk. Aaahhh benar kayak gini ahhhhh.. berasa mentok di memek akuh pak... ahhhhh ahhhh" desah Annisa memejam seperti ada yg akan keluar dari dalam rahimnya



*plokkk splokkkkk splokkkk*



"Aaahhh pakk.. aku mau nyampe... dikit lagi pak... sodok terus memek aku pakk.. aahhhh yahhhh ahhhh!"

Desah Annisa yg memejam sambil menggigit bibir bawahnya begitu menikmati



"Houhhh houhhhhh Iyah keluarin aja. Bapak jg mau nyampe. Ayo bareng.. houhhhh" timpal pak kifli semakin terlarut dalam birahinya



" ouhhhhhh pak enaakk.. ahhhhh ahhhh terusss pak.. pejuhin memek aku pak.. ahh keluarin pak. Ahhhhhhh!" Pekik Annisa menggelinjang. Vaginanya kembali menyemprotkan cairan cinta yg membanjiri liang kawinnya.

Pak kifli secepat kilat menarik keluar penisnya hingga cairan cinta Annisa menyemprot keluar. Sambil mengocok sendiri kontolnya dengan pak kifli buruburu menuju muka Annisa yg sedang memejam merasakan puncak kenikmatannya. Mulutnya yg menganga menjadi sasaran empuk.



"Terima pejuh bapak. Aggghhhh!"

*Crottt crottt crotttttt*

Pak kifli memuntahkan spermanya di mulut Annisa yg membuka paska orgasmenya. Ia terus mengurut batang penisnya sampai tidak ada semburan yg tersisa.

Annisa terus membuka mulutnya. Ia merasa cairan hangat yg lengket memenuhi rongga mulutnya. Rasanya teramat amis namun memiliki cita rasa keunikannya sendiri yg membuat akhwat tersebut ingin menelannya. Namun ia buru-buru membatalkan niatnya karena mengingat keinginan si bencong. Ia pun menahan sperma itu tetap d mulutnya lalu segera bangkit melangkah menuju si bencong.

"Hhmmm hmmpp" ujar Annisa tidak jelas karena tidak bisa membuka mulutnya utk berbicara.

Si bencong yg mengetahui adanya sperma di mulut Annisa langsung mencaplok mulut Annisa. Lidahnya menyeruak masuk mengambil apa yg menjadi haknya. Sementara Annisa dengan sukarela menyerahkan sperma pak kifli yg ada d mulutnya, malah dengan lidahnya ia membantu si bencong dengan ikut mendorong sperma tsb mengalir ke mulut si bencong.

"Slerpppp enak.. gurih.. beda sama sperma pengamen tadi" kata si bencong sambil menyeka sela bibirnya yg basah menggunakan lengan nya.

Pak kifli yg telah menuntaskan birahinya ikut mendekat.

"Makasih mbak bikin bapak enak. Memeknya mbak juara. Baru kali ini bapak ngecrot begitu banyak" ucapnya mengecup pipi Annisa.

"Ehh Iyah pak terima kasih kembali" ucap Annisa malu. Ia tersipu akan pujian dari pemulung dekil itu.

"Kalo gitu kami lanjut ya pak bye" kata si bencong menarik tangan Annisa utk melanjutkan perjalanan.

*Plakk*

"Auuhhhh" desis Annisa tiba-tiba menerima tamparan perpisahan dari pak kifli di pantatnya. Bukannya marah, ia malah membalasnya dengan melayangkan sebuah senyuman manis.



Skip



"Oi neng. Siapa tadi nama kamu? Lupa ai." Tanya si bencong sambil berjalan

"Annisa kak. Annisa Febrianti" jawab Annisa

"Ai mau tanya. Jawab jujur ya." Katanya

"He'em iya kak" jawab Annisa

Enak dientot??" Tanya nya kembali

Annisa terdiam sejenak, dari raut mukanya nampak ia bingung akan menjawab apa. Di satu sisi, dirinya yg sekarang hanyalah untuk membantu temannya. Ia sangat membenci perselingkuhan dan perzinahan. dalam suatu kasus di kantornya, salah satu temannya yg sudah beristri selingkuh. Perselingkuhan itu juga terbongkar Karena kemampuan analisis yg annisa miliki. Karena masih menghormati temannya itu, dengan amat tegas ia memarahi orang itu, mengajaknya utk kembali ke istrinya dan segera bertaubat. Seperti itu lah Annisa.

Namun apakah yg terjadi saat ini murni karena ingin menolong temannya atau ia baru menyadari sisi lain dirinya sendiri? Sisi binal yang membuatnya ingin terus dipuasin oleh pejantan tangguh. Ia semakin bingung sampai tanpa sadar kedua tangannya terangkat memegang pipinya sendiri.

"Suka kak.. Khusus malam ini Nisa suka kak" jawabnya mengingat betapa penis parjo dan pak kifli berhasil membuatnya merasakan nikmat duniawi.

Saat itu Annisa sudah memutuskan. Sampai bisa menyelamatkan rani, ia nikmati aja apa yg akan terjadi padanya.

"Daripada terus menyangkal dan membuat diriku stres sendiri. Apa salahnya mencoba menikmati kan? Iya.. sampai aku bisa selamatin Rani!" Tegasnya dalam hati



Si bencong tiba-tiba sudah berdiri didepan Annisa. Ia mengeluarkan penisnya dari dalam rok yg ia kenakan.

"Aku mau coba make memekmu jg. Ayok ngentot" kata si bencong

"Eh... ngentot kak? Tapi...." ucapan Annisa terpotong



"Tapi aku bencong? Jg gak suka sama memek? Ya emang gak suka. Tp aku penasaran aja sama memekmu. Mau kubandingkan sama anus pria lain, enakan lobang mana." Kata si bencong semakin mendekat hingga dadanya yg masih tertutupi tengtop tipis menyentuh daging kenyal Annisa



Tanpa menunggu jawaban dari Annisa, ia mengangkat kaki kanan Annisa lalu menuntun penisnya yg sudah tegak masuk ke dalam lubang kenikmatan Annisa.



*Blessh!*



Penis milik si bencong memang tidaklah sepanjang, sebesar, dan seperkasa milik Parjo tapi batang haram itu tetap membuat vagina sempit milik Annisa kembali merenggang.



"Shhhhhh kak... udah masuk ajah kakak hmpppp" desah Annisa melirik kebawah melihat penetrasi yg dilakukan si bencong.



"Hengkkk.. hmmm jadi gini rasanya.. tadi udah pernah masukin sih tp memekmu masih menjepit. Sebelum sama Parjo jarang dipake ya?" Tanya si bencong.

"Aaahhhh iyaah kak... sebelumnya cumah sama suami Nisa ajah hmppp" balas Annisa sambil mendesah nikmat.

Ukurannya yg tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar membuat akhwat ternoda itu kembali merasakan kenikmatan. Ukurannya seperti pas di vagina Annisa.



"Hmmpphh Baru jadi lacur tohh pantas memeknya njepit gini. Ntar melar sendiri. Rasanya jd keg rasa anus juga.. uhhh" kata si bencong dengan muka sok.

"Hmpphhhh iyahh kak. Kalo sering di entot pasti melar memekku kak..ahhhhh" jawab Annisa terus mendesah

"Kapan-kapan ai boleh icip bojomu ya" kata si bencong yg penasaran dengan suami yg annisa miliki

"Aahhhh kakak... cari yg lain ajah ya.. mas Farhan milik Nisa seorang aaahhh ouhhhhh" jawab Annisa dengan mata merem melek terus mendesah disetiap dorongan yg dilakukan penis si bencong

"Ooo namanya Farhan. Pasti ganteng ya makanya lu mau sama dia? Ughhh" tanya si bencong berimajinasi rupa suaminya annisa. Muncul sosok lelaki tampan dengan badan kekar di pikirannya yg membuat Perlahan-lahan dari selangkangannya, ia merasa penisnya sudah mencapai batasnya dan akan memuntahkan isi nya.

"Hugghh udah mau keluar aku neng.. uhhh nitip dulu spermanya di memekmu nanti serahin ke suamimu ya..." ucap si bencong makin mengencangkan tempo

"Ahhhh masa utk suami ku kak?? Harusnya sperma itu dari laki-laki untuk wanitanya kak ahhhhh bukan laki-laki ke laki-laki ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!"

*Crrrrrtttt ccrrrrrttt!*

Tiba-tiba tubuh Annisa mengejang menandakan dirinya mencapai orgasme. Si bencong yg mengetahui itu terus mempercepat sodokannya sehingga ketika penisnya ditusuk dalam, rahim Annisa yg sudah berisi cairan cinta yg sudah meledak td seakan tertahan untuk menyemprot.

*Spretttt*

Ketika penis itu ditarik untuk di majukan lagi, menyembur sedikit cairan cinta Annisa. Ketika penisnya ia mentokkan lg, semprotan itu tertahan, ketika di tarik lagi, semprotan dari vagina Annisa muncul kembali. Sampai akhirnya penis si bencong berkedut lalu menyemprotkan spermanya.



"Nitip ya neng. Uuuhhhhhhhh!" Jerit si bencong mendapati dirinya mencapai puncaknya



" ouhhhh iyaaaah kak... ouuhhhhh aaahhhhh" balas Annisa kembali memejam merasa vaginanya kembali menjadi tempat pembuangan sperma dari pejantan yg tersesat



Tidak lama berselang, tanpa disadari dari arah belakang Annisa datang seorang bapak-bapak berusia 60an tahun mendekat. Rambutnya sudah memutih dengan keriput disekujur kulitnya yg hitam. Ia memakai kemeja berlengan pendek dengan sarung menutupi kejantanannya.



"Asik ya malam gini memadu cinta di tempat umum??" Tanya bapak tua yg mengagetkan Annisa dan si bencong. Secara bersamaan mereka langsung melihat ke arah bapak tua itu.

"Ngapain kesini kek? Bukannya tidur dirumah malah keluyuran" kata si bencong bertanya balik.

"Boleh bapak pake mbak nya ini nduk?? Dah lama bapak gak tahan. Makanya malam ini bapak nyari lonte dimari" jawabnya

"Oh gitu. Ntar kek" jawab si bencong. Ia pun menarik keluar penisnya dari dalam vagina Annisa. Kaki Annisa yg td ia angkat kembali d turunkan.

"Dah.. sekarang neng yg laksanakan tugasnya" kata si bencong sambil menunjuk ke arah bapak tua tsb.

Annisa yg paham maksud dari perkataan si bencong langsung mendekati bapak tua tsb. Dengan lihai ia membuka ikatan sarung yg dipakai, ia pelorotkan hingga terpampang lah sebuah batang yg meskipun belum menegang, tp ukurannya sudah besar.

"Nama kamu siapa ndukk??" Tanya bapak tua itu sambil tangannya mengelusi kepala Annisa yg masih terbalut hijab.

Annisa yg sempat terdiam sejenak melihat penis jumbo milik bapak tua itu menatap ke atas.

"An.. Annisa pak.." jawab Annisa singkat.

Dalam dirinya ia masih tidak menyangka, bapak tua seperti ini memiliki penis yg besar.

"Belum tegang aja udah sebesar ini apalagi kalo tegang ya?? Penasaran sebesar apa deh.." batinnya bertanya sambil menengguk ludah.



Si bencong yg sudah menumpahkan spermanya sedikit menjauh. Ia menyalakan sebatang rokok lalu menghirupnya santai.


:::::::::::::::::::



PART 7: Bagian 2




kenapa kok diliatin aja nduk? Baru ini liat kontol super ya? Hehe” tanya bapak tua itu sambil terus mengelus kepala annisa.


“ehh... i-iya pak.. punya bapak besar banget. Padahal kan udah tu... eh.. maaf pak engga sengaja” kata annisa yang hampir keceplosan dan takut menyinggung perasaan si bapak tua.



Sampai detik itu annisa masih sulit percaya dengan penis besar yang didepannya.

“besar sih memang. Tp bisa tegang engga ya. Mana udah keriput.” Tanya annisa dalam hati sambil terus memperhatikan.

“jangan Cuma dipandang nduk. di kocokin to biar tegang.” Ucap bapak tua itu yang membuat darah annisa kembali berdesir.

“eh.. iya bapakk” jawab annisa menuntun tangannya memegang penis jumbo tersebut lalu mulai mengelusnya pelan.



“wohh enak.. halus banget tanganmu nduk.. beda ama istriku dulu yg tangannya kasar” gumamnya merasakan kemulusan tangan dan jemari annisa di batangnya.



Karena birahi tuannya yang mulai meninggi, penis yang mulanya layu tersebut perlahan menegangkan otot-otot sendi sekitarnya lalu membuat sedikit demi sedikit kelayuannya berubah menjadi keperkasaan.



“bapakk.. besarnya kontol bapak!!” ucap annisa kaget mendapati tangannya sedang membetot sebuah penis jumbo yang perlahan menegang.



“jangan kaget dulu sampe nanti bapak entot to nduk bwoahaha” kata si bapak tua tersebut menyombongkan diri.



“iya bapakk.. tapi apa muat ya pak??” kata annisa terus mengocoki penis jumbo yang akan memasuki vaginanya itu. Dengan mata sayu annisa terus menaik turunkan tangannya mengocok penis yang lebih besar dari penis parjo. Birahinya pun tersulut membayangkan saat dirinya disodok-sodok oleh batang haram tersebut.



“bapakk... ijin aku emut ya kontolnyaa.. heuummpphhh” kata annisa dengan sopan meminta ijin terlebih dahulu lalu dengan binal ia menjulurkan lidahnya memasukkan penis tersebut ke mulutnya.

‘Ughh hangetnya mulut akhwat...uhhh” desis bapak tua itu.

Dengan mulutnya yang kecil, penis jumbo itu hanya bisa masuk setengahnya saja membuat hanya dari ujung gundul sampai ke batangnya saja yg dapat dikulum annisa.



“bweehhh... besar kali kontol bapakkk sampe gak muat di mulut nisa pakk.. heummhhh” kata annisa melepaskan kulumannya lalu mengulumnya kembali.

Syahwatnnya kembali meninggi. Tanpa sadar tangan kirinya yg sedari tadi berada di paha di bapak tua, perlahan turun menuju vaginanya yang ternyata sudah kembali membasah. Jarinya ia gunakan untuk mengusap-usap sendiri klirotisnya.



“binal amat dirimu nduk... akhwat binal doyan kontol bwahaha” tawa bapak tua itu melihat kebinalan annisa mengocok penisnya sambil mengocok sndiri vagina miliknha.



Kedua tangannya yg daritadi mengelusi kepala annisa yang sedang naik turun di penisnya ia pindahkan ke pundak annisa seakan bertumpu. Bukan tanpa alasan, ternyata bapak tua itu sudah melepaskan sandal pada kaki kanannya lalu dengan sedikit kesulitan, ia mengarahkan kakinya menuju vagina annisa..



“ hemmmppphh.. jangan bapakk... jorokkk eummmppph” desis annisa saat merasakan garukan jempol kaki bapak tua itu di bibir vaginanya yang tembam. Tangan kirinya berusaha menepis kaki bapak tua yang dengan kurang ajarnya menyentuh pintu gerbang kehormatannya, namun usahanya sia-sia. Setiap menepis, bapak tua itu dengan sengaja memajukan pinggulnya sehingga membuat annisa yang sedang mengulum kontolnya kelonjotan. Selanjutnya iapun hanya bisa pasrah. Tangan kirinya yg sebelumnya berada di vagina, saat ini kembali ke paha bapak tua itu untuk menahan pinggulnya agar tidak lebih menyodok kedepan.



“ssshhhhh hmmppphhhh jangan pake kaki bapak... tolongg pakkkk” mohon annisa ditengah rangsangan kaki bapak tua itu di vaginanya

Tak mengindahkan permohonan dari akhwat cantik yang berada dibawah sedang menyepongnya, bapak tua itu malah makin bernafsu mempermainkan annisa dengan kakinya. Jempol kakinya ia gesek-gesek di area bibir vagina annisa lalu secara perlahan mencari lobang untuk masuk. Sedikit demi sedikit jempol kaki bapak tua itu menghilang dari pandangan karena dimakan oleh vagina annisa.

“aaahhhhhh bapakk.. kotorr pak... keluarin pak jarinya pakk nisa mohon...” lirih annisa memelas menatap pejantan tuanya

“ enak aja wong seumur hidup baru ini kakiku bisa masuk ke memek cewek keg kamu nduk. Nih rasakan. Nikmatin aja boahaha” ucap bapak tua. Bukannya mengeluarkan jempol kakinya dari vagina annisa, ia malah dengan tega menusukkannya dalam-dalam.



“auuhhh pakkkkk... aaahhhhh” desah annisa merasa tusukan demi tusukan dari jempol kaki bapak tua itu.

Walau dari mulutnya ia ingin jempol itu segera keluar dari liang kawinnya, tapi liang kawinnya tidak merespon hal yang sama. Vaginanya dengan sempit mengempot jempol tua itu seakan mengundangnya untuk masuk lebih dalam. Lendir kewanitaannya membanjir, membuat jempol tersebut dengan mudah bergerak maju mundur didalam lubang milik annisa tersebut.



“mulut bawahnya aja ngempot kok mulut atasnya minta udahan, beda amat. Isap ndukk kontolnya bapak” suruh bapak tua itu. Annisa yang sempat memberhentikan sepongannya kembali menaik turunkan kepalanya. Liurnya kembali membasahi batang hitam berukuran jumbo itu.



“uhhhhhh udah ndukk jangan lagiii uhhhhhhh” erang bapak tua itu merasakan akan keluar apabila annisa terus menyepongnya lebih lama. 5 menit annisa menyepong kontol bapak tua itu yang berarti 5 menit juga vaginanya menjadi bahan sodokan jempol kaki. Saat dikeluarkan, jempol kakinya sangat basah dibaluri oleh lendir kewanitaan annisa.



Selanjutnya annisa diarahkan untuk berdiri membelakanginya, dari belakang kaki kiri annisa diangkatnya naik sehingga vaginanya dapat terlihat dengan jelas. Dengan posisi sedikit menungging, dari belakang bapak tua itu mulai menyundul nyudul gerbang vagina annisa dengan kontolnya. Saking besarnya, penis tersebut tidak dapat masuk dengan mudah. Diperlukan waktu sekitar 3 menit untuk tarik ulur penisnya di vagina annisa sehingga bisa masuk seluruhnya.



“ouhhhhhh bapakkk.. penuh memekku... aaaahhhh aahhhhh” desah annisa. Ia mengerang lantaran merasakan sakit dan nikmat disaat yang sama. Penis jumbo itu berhasil membuat vaginanya meregang ekstra lebar.

Tak lama kemudian, bapak itu mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan pelan. Annisa yang memejam seakan tidak bisa berkata-kata lagi selain mendesah.

“sssshhhhhh oouuhhhhhh aahhhhhhh..... ahhhhhhh.. Oouuhhhhhh hmppphhhh.”

Dengan tangannya, annisa menutup mulutnya berusaha agar tidak menjerit menahan sodokan penis bapak tua itu.

“saking kagetnya jadi gak bisa ngomong kan neng?? Boahahaha” kata bapak itu sambil menikmati jepitan dinding vagina annisa.

“sssshhhhh mmmppphhhhh aaaahhhhhh hmmmppphhh”

Annisa hanya bisa terus mendesah. Matanya memejam dan mulutnya menutup. Badannya seakan maju mundur, payudaranya bergoncang, Penis jumbo itu terus keluar masuk dari vaginanya yang sempit.

Si bencong yang telah menghabiskan 3 batang rokoknya medekat.

“si eneng dah di entot ajah. Nikmati neng jangan di lawan” ucapnya agar annisa menikmati penis jumbo itu.

“ssshhhhh hhmmmmpppppp iyyyaaahhh kak... ouuuhhhh” jawab annisa sambil terus berdesah.

Setelah 5 menit sebenarnya annisa sudah merasakan kenikmatan dari batang raksasa itu, malah vaginanya sudah merespon dengan mengeluarkan cairan cintanya.



“jepittt kali memekmu ndukk.... bisa ketagihan bapak.. uhhh.. rasain sodokan bapak uhh” ucap bapak tua itu terus memompa penisnya di vagina annisa



“aaaaaaaahhhh iiyaaahh pakk... terasa banget sodokan bapakkk di mekeh akutuh... aahhhhh” desah annisa menikmati, dari semula yang hanya memejam saat ini pupilnya membulat, matanya sayu menikmati setiap sodokan di vagina sempitnya



10 menit annisa digenjot dengan gaya seperti itu sebelum akhirnya annisa akan mencapai klimaksnya.

“ssshhhhhh aaahhhhhhh bapakkkk... nisaa mau pipiss bapakkk ahhhhh” racau annisa ditengah gempuran penis menyodok memeknya.

“terusss pakkk ahhhh iyaahhh... ahhhhh bapakkk.. nisa keluar paakkkk!” pekik annisa orgasme.

*crrrrrttttt cccrrttttt*



Bapak tua itu langsung menarik lepas penisnya dari vagina annisa.

*plopph*

*sseeerrrrrrr* squirt annisa lepas tidak terkendali menyemprot ke rerumputan dibawahnya



“bisa tambah subur ni rumput habis kamu sirami nduk boahaha” ejek bapak tua itu.



“hahh.. hah... hahh... nikmatnya” desis annisa menumpu ke pahanya. Ia nyaris terjatuh saat orgasmenya tadi.



“ayo lanjut!”

Bapak tua itu kembali mengangkat kaki kanan annisa, namu kali ini posisinya berhadapan. Vaginanya kembali ditusuk oleh penis berukuran jumbo milik bapak tua itu.



“aahhhhh aooouuuhhh penuuhh lagi memek akuu bapakkk”

Annisa kembali mendesah hebat. Sodokan dari penis jumbo itu tersa begitu nikmat.

Sementara bapak tua itu justru menunjukkan sebaliknya, umurnya memang tidak berbohong. Meski nafsunya sangat besar bahkan kontolnya juga sangat besar, tapi tidak dengan tenaganya. Ia seperti kesulitan menggempur vagina annisa. Sodokan kuat yang tadi ia lakukan berubah menjadi sodokan pelan. Annisa yang sedang disodokpun menyadari hal itu..



“sshhhhhh bapak kenapa?? Cape ya pakk? Hmmppph” tanya annisa sambil merasakan sodokan di vaginanya

“gapapa nduk” jawabnya berbohong padahal ia sudah sangat kecapean.



“sini pak ai bantu”

Tiba-tiba si bencong menyodorkan bantuan.

“bantu gimana to?” tanya si bapak tua

“udah percaya aja sama ai pak.. jgn takut”

Jawab si bencong sambil menarik mundur annisa sampai kontol jumbo milik bapak tua itu terlepas dari vaginanya.



Annisa yang masih bingung dengan bantuan apa yang akan disodorkan si bencong perlahan mulai mendapatkan jawabanya.

“nungging neng” perintah bencong itu ke annisa. Ia pun segera menungging mengarahkan pantat semoknya ke selangkangan si bencong.

*blesssh*

“auuuuuhhhh kakkkk”

Kaget annisa tiba-tiba ia merasakan anusnya dimasukin oleh penisnya si bencong yang tidak terlalu besar. Sebagai perbandingan, ukuran penis si bencong hanya separuh ukuran penis bapak tua itu.

Annisa lalu diangkatnya dengan menghadap kedepan. Kakinya ia pegang dan lebarkan sampai seperti mengangkang.

“nah pak.. masukin” kata si bencong menyodorkan vagina legit yang telah menganga ke bapak tua itu.

Tanpa buang waktu ia pun langsung memsukkan kembali penisnya ke dalam lubang kawin annisa.

“Sshhhhhhh... ouuuhhhh.... aaahhhhh”

Annisa semakin mendesah hebat, kedua lubangnya telah tersumbat kontol. Jelas ini adalah pengalaman perdana bagi annisa yang kesehariannya adalah seorang istri yang baik serta seseorang yang dianggap highclass dimata teman-teman kantornya.

“enak ndukk di entot ginii hah?” tanya bapak itu sambil melihat kecantikan annisa dari dekat.

“ouuuhhhhhh yahh pakkk... enakk pakk.. rasanya mau pipissss lagi pak...” desah annisa meram melek

“ kalo pipis yang keluarin” ucap bapak tua itu sambil mendorong penis jumbonya semakin dalam sampai menyentuh dinding rahim annisa

“sshhhhh hmmppphhhh iyaaahh pakkkkkk enakkkk ouuuuhhhhhh... enakkk... ouuuhhhhh dikit lagi pakk... dikit lagiiiii... aaahhhhh pipissss lagi!!” jerit annisa kembali mendapatkan orgasmenya

*crrttttt crrtttttt*

Kembali orgasmenya menyemprot keluar. Penis jumbo milik si bapak tua itu kembali bermandikan cairan cinta annisa.

Karena sudah sangat bernafku, tanpa memperdulikan annisa yang sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya, bapak tua itu kembali memasukkan penisnya lalu menggenjot annisa dengan kekuatan penuh.

*splokk splokkk splokkkkkk!”

Suara benturannya sangat kencang. Si bapak tua dan annisa sama-sama merem melek merasakan kenimatan, hanya saja annisa yang baru meluapkan klimaksnya merasa sedkikit nyeri pada vaginanya.

"Aahhhh bapak.. pakk tolong pelani pakk.. pelannn akhhh.. aahhh ouuuuhhh" desah annisa.

“mana bisa bapak pelani ndukk. Bapak udah mau keluar” bapak mau buatmu hamil ndukk” ucap si bapak terus menggempur rahim annisa dengan kencangnya.

Dri belakang annisa, si bencong hanya berusaha menahan sodokan bapak tua itu ke vagina annisa. Ia berusaha menahan tubuhnya agar tidak mundur.

*Crotttt!! Crotttt! Croooottt!!*

Tidak lama berselang, bapak itu akhirnya mencapai ketitik puncak dan menyemprotkan spermanya langsung ke rahim annisa.

Lagi dan lagi. Rahim annisa terisi oleh sperma haram yang bukan milik suaminya.



“ouuhhhhh bapaakkk... nanti kalo aku hamil gimana pak??” tanya annisa pura-pura khawatir. Padahal dari tadi sudah banyak lakilaki lain yang telah membuang sperma ke dalam rahimnya.

“kalo hamil ya bapak tanggung jawab. Kamu jadi istri bapak saja ndukk” jawab bapak tua itu yang membuat kaget annisa.

“eh masa aku jadi istri bapak?? Ntar yang ada aku di entot terus sama si bapak dong. Hihihi” ucap annisa dengan binalnya.

“enak ya kalian asik sendiri. Ai di anggurin. Nih rasain!!” ucap si bencong yang merasa dirinya tidak dianggap.

“aaauuhhhhh kak” annisa kembali mendesah. Ia baru menyadari ternyata anusnya masih terjejal penis si bencong yang masih menegang.

“aahhhh kakk maaf... aahhhh ahhhhh” desah annisa kembali mendapatkan dirinya disodok. Kali ini bukan vaginanya yg disodok melainkan anusnya.

Padahal belum lagi penis besar bapak tua itu dicabut, syahwatnya kembali meninggi akibat genjotan si bencong pada vaginanya.

"Aaahhhhh kak... enakkkk kakkk.. enak di genjot kayak ginii" racau Annisa terus mendesah keenakan.

Di depan Annisa, bapak tua yg terlihat sudah sangat lemas dengan terpaksa menarik keluar kontolnya dari vagina Annisa.

*Ploooppp*

Saat penisnya ditarik keluar tampak sebagian dari vagina Annisa ikut tertarik bersamanya.

"Ouuhhhhhh bapakkkk" lenguh Annisa merasakan tarikan penis jumbo tersebut dan sodokan penis si bencong di anusnya..

Si bapak tua itu langsung terduduk di rerumputan. Napasnya tersengal-sengal, keringatnya mengucur deras, tapi dari mukanya tampak ia begitu puas menikmati percintaan ternikmatnya.

"Liat gegara u bapak tu sampe keg gitu. Tanggung jawab dong" kata si bencong yg masih terus memompa anus Annisa

"Ssshhhh aaahhh tanggung jawab gimanaah kakak?* jawab Annisa melirik ke arah si bapak tua lalu melihat ke belakang tepat k wajah si bencong

"Jadi istrinya dia lah neng. Masa istri ai?? Gak selera!" kata si bencong.

Annisa yang sedang tidak fokus akibat sodokan d anusnya hanya bisa merem melek. Kenikmatan yg ia rasa sekarang emang tidak senikmat ketika dientot di liang kawinnya, namun tetap saja membuatmya merasa enak.



"Sshhhh... hmmmpppp Nisa udah punya suami kak.. aahhh Nisa ga bisa jadi istri siapapun lagi kak euhhmmmp" kata Annisa menikmati sodokan.

"Biarin. Ugghhhh... makin jepit aja anusmu gegara bahas statusmu. Jangan-jangan u senang di ewe depan lakikmu??" Tanya si bencong

"Aahhh aaaahhhhh engga kakkk.. jangan sampai suamiku tau aku gini kakkkk. Mas Farhan pasti kecewa banget sama akuuuhh aaahhhhhh aahhhh" kata Annisa menggelengkan kepala

"U lucu ya.. uuhhhh enak bgt anusmu neng.... aku pejuhin yaahh hengkkk!"

Si bencong mengencangkan sodokannya sebelum ia mendorong sedalam-dalamnya lalu memuntahkan spermanya didalam anus Annisa



"Oouuhhhhhh kakkkk aaahhhhhh" annisa ikut mendesah karena dalamnya sodokan yg ia rasa.

Si bencong akhirnya berhasil 2x menyetubuhi Annisa dengan 1x memenuhi vaginanya dan 1x di anusnya.

"Dahhh dengan ini ai udah puas.. capek ai.. ayok kita ke tempat temanmu" ajak si bencong menarik tangan Annisa yg membuatnya kaget karena ia masih merasakan lelehan sperma yg keluar dari anusnya

"Iyahh kakakk..." wajah Annisa tiba-tiba menjadi riang, senyumnya melebar. Dengan sengaja ia malah merangkul lengan si bencong hingga kedua susunya terhimpit lengan kekar di bencong.

Annisa dibawa si bencong pergi meninggalkan bapak tua itu dan keluar dari gerbang utama taman Saday*na.

"Kak Annisa malu. Jangan lewat jalan ini kakak" ucap Annisa menutup tubuhnya menggunakan 1 tangan walau ia tahu usahanya itu tidak berguna. Untungnya jalanan malam itu sangat sepi sehingga tidak ada yg menyaksikan mereka.

Setelah melewati taman, Annisa dibawa memasuki sebuah Gg sempit yang hanya bisa di lalui dengan berjalan kaki menuju sebuah rumah yg tidak berpenghuni. Disitu ia melihat bayangan seseorang yg pria yg sedang menggenjot seorang wanita dengan gaya dogy. dari belakang ia tidak bisa langsung mengetahui siapa pasangan tersebut. Bencong tersebut terus menarik Annisa masuk ke rumah kosong tersebut, setelah memasuki terasnya barulah Annisa menyadari ternyata orang yg sedang mengentot tersebut adalah Parjo dan temannya Rani!.

"Raniii!!" Jerit Annisa memanggil temannya yg sedang disetubuhi itu sambil melepas rangkulannya dari tangan si bencong lalu dengan cepat menuju temannya tampak sangat lemas.

Rani nenungging dengan pipi menempel di lantai keramik terlihat maju mundur karena sodokan Parjo di vaginanya, ia terlihat begitu pasrah dengan kondisinya saat ada panggilan dari seseorang yang ia kenal suaranya.

"Nissa?!!" Rani terkejut melihat temannya.

Disaat bersamaan Parjo yg masih menggempur vagina Rani meraih orgasmenya..

"Uuhhhhhhh keluar aku nenggg ugghhhh"

"Eeehhhhh??!"

Ucap Annisa kaget saat Parjo tiba-tiba melepas penisnya dari vagina Rani lalu dengan sangat cepat menancapkannya di vagina Annisa .

*Crotttt crottttt crooottttt!*

"Ouuuhhhhhh masssssss"

Penis Parjo yg begitu basah karena lendir vagina Rani memudahkan penetrasinya di vagina Annisa. Saat penis itu terbenam sepenuhnya, spermanya langsung menyembur menghangati rahim Annisa yg masih kaget atas perlakuan Parjo tersebut.

Setelahnya Parjo langsung terduduk lemas yg membuat penisnya terlepas dari vagina Annisa. Sementara Annisa langsung bergegas memeluk Rani.

"Maafin aku nisaa. Gara-gara aku kamu jadi.. jadiii huuuuuu"

Rani menangis sejadi-jadinya tanpa memperdulikan sekitarnya. Suara tangisannya amat keras. Annisa yg sedang memeluk Rani ikut meneteskan air mata.

"Udah ran.. yg penting kita keluar dulu dari situasi ini. Kita kabur dulu" bisik Annisa dikuping Rani. Ia tidak mau Parjo mendengarmya.

Rani yg masih tidak bisa menahan tangisannya hanya bisa mengangguk pelan lalu terus tersedu-sedu. Disebelahnya Parjo ikut tersenyum memandang kedua wanita cantik yg telah ia pake sedang berpelukan.

"Beruntungnya aku bisa make cewe secantik kalian. Kekeke" ucapnya dalam hati sambil terus menatap

"Dah ya.. ai cape.. selanjutnya terserah lu sat bgsat. Ai pulang dulu" ucap si bencong pamit ke Parjo yang masih bengong.

"Cepat amat. Belum pagi Cong.. tapi ya udah deh ni jatah lu Cong" kata Parjo merogoh kantongnya lalu menyerahkan 2 lembar uang 100rb.

Si bencong lantas menerima uang tersebut lalu langsung pergi meninggalkan mereka. Ia pun menghilang seiring langkahnya pergi meninggalkan rumah kosong tsb.

Disatu sisi, Annisa dan Rani tampak membicarakan sesuatu. Sembari mengobrol, Annisa terus menyeka air mata Rani yg menangis merasa bersalah karena melibatkan Annisa.

"Neng Annisa dan neng Rani kita istirahat dulu disini sambil nunggu si bos datang. Huuhhhh" ucap Parjo yang kali ini mencoba merebahkan badannya di lantai. Tubuhnya terasa sangat lemas setelah melakukan pergumulan dengan wanita2 cantik didepannya.

"Iyaah mass.." jawab Annisa.

5 menit kemudian Parjo tampak tertidur dengan tas selempang yang berada di pelukannya.

"Rani.. aku mau ambil hp mas Parjo. Hp nya pasti ada di tas yg ia jaga itu." Ucap Annisa kembali berbisik di telinga Rani.

"Jangan Nisa.. bahaya. Nanti kalo dia terbangun gimana?" Ucap Rani merasa takut seandainya rencana Annisa gagal.

"Kalau gak dicoba kita gak akan tau Rani. Kamu tenang aja ya" ucap Annisa meyakinkan Rani.

"Jangan.. nanti kalo dia bangun terus marah terus ngapa2in kamu gimana ??? Bahaya nisaa jangan ya" kembali Rani menyatakan ketakutannya

"Kita udah dibuat seperti pelacur ran. Kita udah diapa-apain. Apalagi yg membuatmu takut ran? Aku lebih milih mencoba kabur selagi ada kesempatan seperti ini daripada menunggu bos nya mas Parjo datang, dan kembali memperlakukan kita seperti pelacur, ranii" kata Annisa sangat yakin ia harus keluar dari situasinya saat ini.

Rani terdiam. Ia baru menyadari perlakuan yg dibuat oleh Parjo dan rekannya sangat mencoreng kehormatannya.

"Iya Annisa. Hati-hati ya jangan sampe parjo terbangun" ucap Rani kali yang kali ini menyetujui saran Annisa.



Annisa menguatkan tekad. Ia berdiri lalu dengan sangat hati-hati dalam melangkah agar tidak ada sedikitpun suara yg terdengar. Ia merayap mendekat membelakangi tembok dinding hingga tiba di samping Parjo yg sedang terlelap. Tangannya dengan lembut menyingkirkan salah satu tangan Parjo hingga tas selempangnya tidak terhalangi. Perlahan Annisa membuka seleting tas tersebut lalu mengambil sebuah handphone yang berada didalamnya.

"Ehhmmm" gumam Parjo dalam tidurnya yg membuat Annisa kaget. Parjo yg sedang lelapnya tanpa sadar merogoh sesuatu dari balik boxernya lalu seperti menggaruk. Karena tidak puas, ia menurunkan boxernya lalu melanjutkan garukan di daerah selangkangan nya yg hitam.

"Bikin kaget aja deh. Aku kira mas Parjo bangun. Hufft.. eh itunya ikutan tidur ternyata. Hihi" batin Annisa menatap ke arah selangkangan lelaki yg telah berulang kali mengisi rahimnya

Annisa akhirnya berhasil mengambil tujuannya. Ia dengan lihai mengutak-atik hp tersebut mencari sesuatu.

"Nahh ini dia." Annisa ternyata melihat ke galeri hp Parjo. Didalamnya terdapat beberapa foto yg diambil Parjo secara diam-diam selama ia terperdaya. Annisa seakan tak percaya wanita yg ada di foto tersebut adalah dirinya .

Setelah melihat beberapa foto Annisa segera menghapusnya agar tidak menjadi Boomerang suatu saat nanti. Lalu ia mencari-cari info tentang si bos yg sering disebutkan Parjo.

"Ehhmmmm" gumam Parjo kembali. Nanum kalo ini ia tampak sedikit membuka matanya.

Annisa yang masih memegang hp tersebut langsung menyembunyikannya di balik punggungnya agar tidak terlihat oleh Parjo.

"Neng Annisa to. Kirain siapa yg mendekat." Kata Parjo sambil menggaruk kembali selangkangannya

"Iyaah mass.. hehe" jawab Annisa

"Pasti neng udah pengen lagi ya? Mumpung aku istirahat neng enakin aja sendiri. Bikin dirimu puas. Kekeke" kata Parjo mengurut urut penisnya yg masih layu dengan mata yg masih memejam. Parjo sepertinya salah paham dengan maksud Annisa mendekatinya.

Annisa yang telah berhasil menyembunyikan hp milik Parjo merasa tersudut. Tidak mungkin ia menghindar karena akan menimbulkan pertanyaan dibenak parjo yg saat ini berusaha kembali tidur. Ia kembali menoleh ke arah selangkangan Parjo, melihat sebuah batang layu yang belum menunjukkan keperkasaannya sedang diurut urut oleh tuannya.

"Apa aku puasi aja dia lagi?? Ehh.. jangan deh.. tp apa alasanku utk menjauhinya?? Duhhh kok kayaknya kontol mas parjo manggil manggil aku deh" ucap Annisa tidak sadar mendaratkan jarinya ke bibirnya sendiri. Syahwatnya kembali meninggi melihat penis milik Parjo.

"Ya udah deh kali ini aja. Ini pun karena gak mungkin aku tiba-tiba menjauh. Kan mas Parjo bisa curiga" batin Annisa sembari tangan halusnya kembali mendekap penis layu Parjo.

"Nah gitu.. puaskan dirimu neng. Kekeke" ucap Parjo yg kemudian kembali terlelap.

Annisa yg setengahnya dikuasai nafsu dan yg setengahnya dikuasai oleh akal sehat dalam satu waktu melakukan dua tindakan yakni tangan kanannya membetot penis layu milik Parjo sementara tangan kirinya kembali mengoperasikan hp milik Parjo. Secepat mungkin ia mencari informasi tentang si bos tapi tidak kunjung menemukannya sampai akhirnya ia menyerah dan memilih mereset hp milik Parjo agar semua datanya hilang lalu mengembalikannya ke tempat semula yakni tas selempang milik Parjo.



Pukul 04.00wib



Penis itu perlahan menegang walau pemiliknya sedang tertidur pulas, ukurannya kembali menjulang menunjukkan keperkasaannya. Annisa yang terus memberikan rangsangan dari tangan halusnya berhasil menuntaskan misinya.

"Huffft 20 menit di kocokin baru tegang. Mana yg punya tidurnya keg orang mati" kata Annisa menghela napas.

Terbesit dalam hatinya kekecewaan karena sang pemilik tak kunjung bangun manakala ia telah berhasil membuat tegang penisnya.

"Padahal memek aku udah gatal lagi. Emhh" desis Annisa mengecek vaginanya yg ternyata sudah kembali basah.

Annisa berusaha menghindar dari syahwatnya dengan menjauh dari tubuh Parjo. Ia kini kembali ke sisi temannya, Rani.

"Yang Nissa cari ada??" Tanya Rani

Annisa hanya menggelengkan kepala.

"Tapi semua fotoku dan foto kamu yg di jepretnya tadi udah ku hapus kok. Hp nya aku instal ulang. Biar tau rasa dia udah ngelecehin kita hihi" kata Annisa sedikit tersenyum

"Iya tuh. Biarin aja data pentingnya hilang" kata Rani ikut menyeringai

Saat mereka asik, tiba-tiba hp Parjo berdering yg membuat Parjo kaget dan langsung terbangun. Seperti linglung Parjo berusaha mengangkat telepon dari seseorang yang nomornya tidak tersimpan di memory hp nya itu.

"Dasar jancukkk! Ganggu orang mimpi indah aja. Nomor siapa sih ini berani-beraninya nelpon aku jam segini!!" Umpat parjo melihat nomor tidak dikenal menelponnya.

"Halo siapa ni?!!" Parjo mengangkat telepon dengan suara yg keras.

"Dasar ******. Cepat kabur!!" Teriak seorang lelaki dari telepon tersebut

"Hah apaan sih bgsat?!! Siapa ini hah??" Kembali Parjo mengumpat tanpa menyadari situasinya saat ini.

*Bruakk!!*

Tiba-tiba pintu rumah yg harusnya kosong tersebut terdobrak dari arah dalam. Dobrakannya begitu keras sehingga menghempaskan daun pintu tersebut kearah luar. Annisa, Rani, terlebih Parjo kaget bukan main ketika muncul beberapa sosok yang memakai pakaian hitam dengan rompi dan helm di kepalanya.

"Angkat tangan dan Jangan bergerak!!" Ucap salah seorang dari mereka sambil menodongkan sebuah pistol ke arah Parjo.
Parjo masih linglung. Ia tidak bisa mencerna kondisi saat ini dimana sebuah tim khusus datang untuk meringkusnya.

Rupanya tim tersebut adalah tim pol*si khusus yang dibentuk untuk memberantas tindak kejahatan malam seperti begal, penjualan narkotika, bahkan perbudakan wanita.

"Hah?? Iya pak ampun. Ampun pak" ucap Parjo mengangkat kedua tangannya. Dengan sigap pol*si itu memegang kedua tangan Parjo lalu mengalungkan sebuah borgol.

"Kamu kami tahan karena telah terbukti melakukan penjualan obat terlarang! Kamu ikut saya ke kantor untuk dimintai keterangan lebih lanjut!!" Kata pol*si yang meringkus Parjo.

"Ampuunn pak. Jangan tembak akuu" teriak Parjo berharap dikasihani
Di depannya terdapat 4 orang lagi yang terus mengarahkan ujung pistolnya ke Parjo siapa tau ia berniat melawan atau kabur.

Di sisi lain, Annisa dan Rani juga tampak ketakutan atas penyergapan yang dilakukan tim khusus tersebut.
Mereka tidak mempercayai kejadian yang ada didepannya dimana tidak sampai 5 menit, keadaan telah berubah drastis. Parjo sudah digiring masuk ke sebuah mobil Innova hitam yang ternyata sudah parkir diujung Gg sempit ini dari sore oleh 4 orang pol*si. Sementara 1 orang lagi menghampiri Annisa dan Rani.

"Kalian sudah aman sekarang. Kalian bebas." Ucapnya memberikan sepotong pakaian utk dipakai. Annisa saat ini masih mengenakan hijabnya yg bewarna abu-abu sementara Rani saat ini hanya mengenakan sebuah BH yg diturunkan untuk menopang payudaranya.

Annisa lebih dahulu segera mengambil pakaian itu dan langsung memakainya disusul Rani melakukan hal yang sama.
Semua lelaki ternyata emang sama tidak terkecuali pol*si itu. Ia sebenarnya dibuat takjub oleh menatap kemolekan tubuh 2 orang bidadari telanjang yg sedang berpakaian didepannya.

"Ehmm Terima kasih bapak.. u-udah selamatin kami" ucap Annisa yg menyadarkan pol*si tsb dari lamunannya.

Dengan mata yang berkaca-kaca, ia mendekati pol*si tersebut lalu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan lalu menempelkan punggung tangan pol*si tersebut di keningnya

"Kalo bapak engga muncul. Kami gak tau nasib kami bakal gimana pak.. terima kasih ya pakkk. Terima kasih.. haaaaaa hiksss hiksss" Annisa tidak bisa menahan tangisnya. Ia yang dari awal mencoba tegar dengan keadaanya saat ini meledakkan tangisnya disaat merasa keadaan sudah aman. Air matanya keluar membasahi punggung tangan penyelamatnya.

Pol*si tersebut tersentuh dengan yang Annisa lakukan. Semua pikiran mesumnya seketika hilang melihat tangisan dari seorang akhwat cantik di punggung tangannya. Ia menggunakan tangan yg satunya untuk mengelus kepala Annisa.
"Udah udah.. kamu sekarang gak perlu takut lagi dek. Sisanya biar kami yang urus. Biar kami juga yg antar kalian pulang" kata pria itu menyarankan untuk ikut bersamanya.

"Ehh?? Gak mungkin aku pulang sekarang kan? Aku udah pamit ijin ke mas Farhan menginap dirumah Rani. Kalo pulang sekarang, pasti ketahuan terjadi apa-apa. Jangan sampai mas Farhan tau aku keadaan aku saat ini. Aku kotor banget mas.. maafin aku" batin Annisa menyesal

"Iyah pak.. kalo boleh kami minta tolong diantar pulang kerumah teman saya." Ucap Annisa.
"Baik. Ayo kita berangkat.." ucap pol*si itu


Skip..


Annisa dan Rani sedang di perjalanan pulang menggunakan sebuah mobil sedan hitam yang dikemudikan oleh pol*si tadi.
Mereka berdua tampak diam dan tidak mengeluarkan kata-kata.

"Maaf kami terlambat." Ucap pol*si itu memecah keheningan

"Ehh iya pak gapapa.. yg penting kami selamat pak" jawab Annisa

"Jadi kita udah lama mengintai dia. Sejak 6 bulan lalu malah, tapi kami belum punya bukti kuat untuk menangkapnya. Saat ini buktinya sudah dapat jadi kami bisa langsung bergerak"

"Maaf kalo bisa boleh tau, buktinya apa yah?" Tanya Annisa.

"Buktinya adalah air mineral yg kamu minum sebelumnya. Kami memungut botol yang telah kamu buang di tong sampah. Kami mengambil sisa airnya lalu menguji dengan alat yg kami miliki dan ternyata hasilnya sesuai dugaan kami" ucapnya

"Air yang aku minum kenapa pak??" Tanya Annisa penasaran.

"Didalamnya terdapat kandungan narkotika. Efek yang ditimbulkan pun beragam tapi sepertinya di kamu, efeknya adalah meningkatnya gairah atau birahi yang kamu rasakan. Singkatnya obat tersebut seperti obat perangsang."

Annisa terdiam. Ia baru menyadari keanehan yang dirasakan tubuhnya malam ini ternyata efek dari obat yang dimasukkan kedalam air mineral yg ia minum.

"Jadi itu yang membuatku malam ini jadi seperti ini?" Ucap Annisa tiba2 mengingat sosok penjual nasi goreng yg menawarkan minuman tersebut.

"Lalu pak. Bapak penjual nasi goreng nya gimana pak?" Tanya Annisa

"Bapak penjual nasi goreng nya tidak salah apapa dek. Ia hanya disuruh oleh Parjo utk memberikan minuman itu ke kamu " jawab pol*si itu.

"Bapak... mas Parjo tidak sendiri. Masih ada 1 orang lagi pak" ucap Annisa

"Ya memang tidak hanya Parjo. Kami akan mencari sisanya. Darimana obat itu berasal, siapa pengedarnya, siapa penjualnya, semua akan kami cari. Jadi kamu tenang aja dek" jawab pol*si itu sambil melemoarkan senyuman

"Kalian berdua cantik. Saya turut perihatin atas yg kalian alami malam ini. Tapi saya harap kalian bisa segera move on lalu kembali ke kehidupan kalian yang biasa jalani" ucapnya kembali berusaha menenangkan kami.

"Iyah pak. Kami yg harusnya terima kasih. Ya kan rann??" Ucap Annisa menegur Rani yang dari tadi hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela.

"E-eh iya Nisa.. maaf aku ngelamun. Hehe" jawab Rani santai. Dari matanya tampak lega, tidak adalagi ketakutan.

Sesampainya dirumah Rani, pol*si itu langsung pamit meninggalkan Annisa dan Rani yang langsung masuk kedalam sebuah rumah kost yg Rani tempati.



POV Annisa Febrianti

Aku langsung mengguyur seluruh tubuhku dengan air, kubersihkan setiap jengkal kulitku, bahkan aku beranikan mengorek lubang vaginaku menggunakan jemari lentik ku. Aku ingin mengeluarkan semua sperma yg tertimbun didalam rahimku, ada yg keluar namun aku yakin lebih banyak yg bersemayam didalam.

"Ehhmmm Kok enak ya?? Hushh.. pasti ini efek dari obat itu." Ucapku merasakan nikmat akibat korekan yg kulakukan di vaginaku

Aku berusaha menolak rasa itu namun tetap ada, aku berusaha sekuat tenaga menahan birahiku.
Setelah dirasa cukup, aku segera melanjutkan mandiku.

Seberes mandi, aku langsung mengenakan piyama milik Rani yg lebih dahulu kupinjam. Sebelumnya Rani sudah bersih bersih lebih dulu daripada aku.

Sebelum membaringkan badan, aku menanyakan ke Rani apa yg ia alami selama aku tidak ada namun ia memilih tidak menjawab. Akupun mengerti keadannnya.

Rani masih merasa syok, tidak mungkin membahas hal itu sekarang. Namun kami tetap bercerita hal lain yg berkaitan hingga kami menyepakati suatu hal yaitu Cerita malam ini hanya kami yang tahu. Ini rahasia kami berdua. Tidak ada seorangpun yg boleh tau apa yg telah kami alami bahkan suami ku sendiri.
Kami terus mengobrol hingga akhirnya tanpa sadar, Rani sudah memejamkan matanya tertidur dengan pulas.

"Alhamdulillah cerita malam ini telah usai. Semalam tidur Rani. Selamat tidur buat kita. Selamat tidur buat mas Farhan." ucapku pelan menatap Rani lalu menatap wajah mas Farhan melalu
wallpaper di hpku.

Lalu akupun ikut tertidur dengan pulasnya.





End of season 1


:::::::::::::::::::


PART 8

Sebuah Reuni​





Disuatu sore yang indah.


Di sebuah warung kopi yang terletak di sebuah jalanan sepi yg tidak terlalu ramai, di sebuah meja kayu yg diatasnya terletak sebuah laptop menyala tampak seorang pria mengenakan sweater Hoodie sedang menyeruput secangkir kopi. Dengan senyuman tipis di bibirnya ia terus dengan lihai menggoyang-goyangkan jarinya di mouspad laptop miliknya.

"Gak berasa udah 6 bulan. Belum ngapa-ngapain padahal. Cepat amat waktu berlalu. Kamu sehat-sehat aja disana kan sayangku?? slrrrpppp" ucap pria itu tersenyum lalu menyeruput kembali kopinya.

Dari layar laptop yg menyala itu tampak ia membuka website Instagram sedang memperhatikan sebuah akun Instagram berpengikut sebanyak 600k, dengan perlahan membuka satu-persatu postingan yg di telah di upload oleh pemiliknya. Pupil matanya membulat tatkala ia melihat sebuah foto fullbody dari seorang akhwat cantik dengan bentuk tubuh yg nyaris sempurna sedang memegang sebuah kue bertuliskan "selamat ulang tahun ke-23 umi nya Abi tercinta"

"Cantiknya wajahmu nis. eh.. itunya jg nambah gede kayaknya. Jadi pengen segera ketemu kamu. Sabar ya sayang" ucap pria itu mengusap-usap layar laptopnya.

Bibirnya kembali tersenyum dan sesekali mengeluarkan tawa tipis.



____________________________________________________




Diwaktu yang sama di sebuah kantor yang terletak di pusat kota, seorang wanita tampil sangat cantik sedang melihat sendiri pantulan dirinya di sebuah cermin yg terletak di dekat monitor meja kerjanya merapikan hijabnya yg bewarna hitam. Ia memakai kemeja cokelat longgar dipadukan dengan rok warna hitam panjang sehingga tampak matching dan trendi. Dengan paras indah serta gaya berpakaiannya yg modus, jika tidak mengenalinya siapapun yg melihatnya tidak menyadari bahwa akhwat cantik tersebut sudah memiliki seorang suami bahkan sudah 3 tahun berumah tangga.



__ __ __ __ ____ __ __ __ ____ __ __ __ __







POV Annisa Febrianti



"Pak.. Nisa ijin pulang yah. Kerjaan yang diminta sudah Nisa letak di meja bapak. Draft video ada di dalam flashdisk di saku map nya yah pak.." ucapku mendatangi pak Joko yg berdiri di depan jendela sedang memantau keadaan jalanan dari atas.

Pak Joko adalah seorang head manager di tempatku bekerja. Ia orang yg sangat rajin dan telaten. Dengan beberapa idenya, perusahaan kami melejit, ia bahkan bisa membuat sebuah produk yg sebelumnya kurang dilirik menjadi bahan incaran kaum sosialita dalam kurun waktu yg tidak begitu lama.

Aku sendiri adalah model sekaligus brand ambassador di perusahaan ini. Pak Joko kerap mendokumentasikan produk yg akan ia pasarkan dengan aku sebagai model penglaris nya.

"Buru-buru amat mbak.. tuh lihat jalanan masih macet. Yg ada pegal nanti kamu nyetirnya." Ucap pak Joko dengan santainya.

"Iyah pak soalnya Nisa ada janji sama teman. Malah kayaknya Nisa udah telat nih pak" jawabku sambil memeriksa kembali tas yg sedang kujinjing.

"Ya udah deh. Hati-hati dijalan yah kamu" balas pak Joko yang kali ini dibarengin dengan senyum

"Makasih bapak. Assalamualaikum." Jawabku membalas senyuman pak joko lalu melangkah pergi.

sebagai gambaran aku berkerja di gedung 40 lantai dimana kantorku berada di lantai 15-20 sementara lantai lainnya dipakai oleh perusahaan lain yang menyewa atau dijadikan apartemen oleh si pemilik gedung.


Dengan sedikit tergesa aku berjalan menuju lift. Di dalam lift aku bertemu dengan Rizal, seorang pria yg dahulu pernah mendekatiku.

"Eh Nissa. Mau kemana kok cakep amat?" Tanya Rizal memperhatikan adanya perbedaan dari penampilan ku

Rizal adalah seorang staf administrasi keuangan di salah satu perusahaan yg bertengger di gedung yg sama dengan perusahaanku. Sekitar 4 tahun yg lalu, ia pernah menembakku dan menyatakan niatnya ingin menikahiku namun harapannya harus kandas karena saat itu mas Farhan telah terlebih dahulu meminangku. Kuakui Rizal adalah pria yg hebat. Dapat dilihat dari sikapnya terhadapku yg masih sama seperti dulu, tetap baik bahkan disaat aku yg saat ini sudah menjadi istri orang lain.

"Kamu tau aja yah zal. Iya, aku ada reuni nih. Jadi ya pake make up ala kadarnya aja deh" jawabku ke Rizal yg masih memperhatikan penampilanku

"Kamu mah mau pake make up apa enggak sama aja nis."

"Sama aja gimana zal? Tetap gini-gini ajah yah? Ih kamu ya zal..." ucapku sedikit cemberut memonyongkan bibirku

"Sama aja. Sama aja manis. Kalo dasarnya manis mau pake make up atau engga make up ya tetap aja manis nis. Hehe" ucapnya cengengesan

"Kan kan... keluar deh gombalnya. Aku aduin ke pacarmu loh baru tau kamu. Weeek" balasku memeletkan lidah lalu menoel pinggangnya

"Ampun niss hehe. Tp yg aku blg bener loh. Eh.. " kata Rizal terpotong karena ternyata lift sudah terbuka dan aku sudah sampai ke lobby

"Ya udah deh kali ini aku ampuni zal. Hehe.. btw duluan ya" ucapku melambaikan tangan

"Hati-hati ya Annisa. Jangan ngebut" ucapnya dari dalam lift yg hampir tertutup

Seperti yang disampaikan oleh pak Joko, kemacetan langsung terlihat begitu aku menginjakkan kaki keluar gedung kantor.

“hufftt. Kok macet banget sih? Padahal kan hari ini bukan weekend” lirihku pelan

Dengan berat hati aku menyusuri jalan setapak luar gedung kantorku menuju kearah mobil yang kuparkirkan tidak begitu jauh. Kulewati beberapa pedagang asongan yang memang selalu berjualan disekitaran sini.

“sore mbak nisaa. ” ucap seorang pedagang somay memberi sapaan.

Aku menoleh lalu memberi senyuman padanya. Kupercepat langkah ku agar semakin cepat sampai ke mobilku sampai tiba-tiba kulihat seorang laki-laki tua sedang mengutip sampah pada bak sampah yg tepat berada disebelah mobilku. Dahiku langsung mengkerut, kedua kakiku berhenti melangkah mendekati mobil yg jaraknya hanya beberapa meter lagi dariku, sementara pandanganku tidak bisa kualihkan dari dia yang pernah merasakan nikmatnya liang kawinku.

"Duh.. kenapa pak kifli ada disitu? Mana sebelahan sama mobilku lagi. Iiih... gimana ini??" aku menggerutu didalam hati.

Pikiranku berkecamuk dengan tindakan apa yg harus aku lakukan. Apakah beranikan diri saja dengan asumsi pak kifli sudah melupakan atau bahkan tidak mungkin ingat dengan wajahku? Atau menghindari pak kifli yg bisa saja masih mengenaliku. Memang beberapa bulan ini, semenjak kejadian di taman aku selalu menaruh awas terhadap sekelilingku khususnya pak kifli karena dia biasa mulung di daerah sini dan juga agar cerita yang sama tidak terulang kembali.


Pak kifli terus mengorek isi bak sampah itu. Botol plastik bekas yg masih layak dijual ia pindahkan ke keranjang rotan miliknya yg selalu ia bawa bawa sementara ketika mendapati adanya sisa tulang ayam, ia bahkan memasukkannya ke mulut lalu melahapnya mengharapkan masih ada sisa daging tersisa. Jujur saja hatiku langsung merasakan sesuatu, ntah itu rasa kasihan, rasa iba, atau rasa ingin menolongnya. Tapi aku tetap tidak mau apabila harus mendekatinya lalu membantunya secara terang-terangan yang akan membuatnya melihat wajahku. Tiba-tiba saja terpikir olehku sebuah cara, cara yang sebenarnya mudah dan tidak memerlukan banyak usaha.

Aku menarik satu sisi hijabku lalu menyelipkannya di lipatan hijab di pipiku menutupi separuh bagian bawah wajahku. seperti mengenakan cadar, hanya kedua mata lentikku dan kening yang terekspose.

Dengan tangan kananku aku rogoh tasku, aku mengambil selembar uang 50rb dengan niat akan memberinya ke pak kifli yang saat ini terlihat sangat membutuhkan bantuan. Kuberanikan mendekatkan diri dengan kembali melangkah menuju mobilku.

Sesampainya di depan pintu mobilku, pak kifli tidak memperhatikanku dan terus mengorek bak sampah itu berharap menemukan sisa makanan lain yg masih bisa ia santap.

"Permisi Bapak.. pak..." tegurku ke pak kifli

Pak kifli yang menyadari adanya panggilan dari seorang wanita langsung menolehkan pandangannya.

"Hm? Eh iya ada apa mbak??" Jawab pak kifli sembari mengelap kedua tangannya yg kotor ke baju kucel yg ia kenakan.

"Ini pak ada sedikit uang utk bapak.. tlg dipakai untuk beli makanan yah pak. Jangan beli rokok" ucapku menawarkan uang 50rb yg tadi kuambil. Karena setahuku pak kifli suka merokok, aku mengingatkannya agar mempergunakan uang yg kuberikan untuk hal yg lebih berguna.

"Beneran mbak? Serius?" Tanya pak kifli dengan sorot mata mengharapkan uang yg kutawarkan.

"Iyah bapak.. ini uangnya utk bapak. Tp ingat pesan aku yah pak." Ucapku memberikan uang tersebut yg langsung diterima dengan riang oleh pak kifli.

"Asiik! Horee!! Terima kasih mbak cantik. Semoga mbak cantik semakin murah rezeki dan sehat selalu" Teriaknya dengan menunduk ke arahku lalu tiba-tiba melompat kegirangan.

Dari balik kain hijabku, bibirku tersenyum melihat tingkah lucu pak kifli yang meloncat-loncat kecil sambil menatap uang 50rb yang kuberikan.

Pak kifli memakai kaos bewarna hitam yg sudah compang camping. Saat ia melompat kecil, pusar pada perutnya terlihat. Sedangkan dibawah ia hanya memakai celana bola yg sudah sangat kusam, ntah berapa lama ia tidak mencuci celana yg ia kenakan itu.

Namun tiba-tiba aku menyadari sesuatu, sebuah tonjolan bergerak naik turun seiring lompatan tubuhnya, saat loncatan terakhirnya aku melihat sesuatu seperti mengintip dari balik celananya. Ternyata pada bagian pisaknya, ada bolongan yg membuat penisnya mengintip.

"Ehh.. itu kan...! " ucapku dalam hati.

"Pak. Aku permisi dulu ya.. assalamualaikum"

Akupun langsung membuka pintu mobilku lalu dengan segera pergi meninggalkan pak kifli yang masih memegang uang 50rb yang kuberikan




__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __



"Hufff.. beneran deh. Nyetir hampir sejam aja masih sampe sini. Bakalan telat nih pasti"

Aku kembali menggerutu dengan kemacetan yg kurasakan. Jalanan yg begitu ramai membuat perjalananku menuju tempat reuni tersendat, bunyi klakson kendaraan berulang kali menggema. Tidak jarang dibarengi oleh teriakan kekesalan dari pengemudi motor yg sering memaksakan lewat dari celah sempit antara mobilku dan mobil disebelahku.

Lampu lalu lintas mungkin sudah 6x berubah warna namun aku masih berada di persimpangan yg sama. Karena tidak bisa berbuat apa-apa ditengah kemacetan ini, pikiranku jadi suka melayang kemana-mana. anehnya lagi ntah kenapa aku jadi mengingat pak kifli kembali. Aku tau persis tadi ia tidak memakai daleman lagi dibalik celana bolanya. Tonjolan besar yg gondal gandul di celananya ketika ia meloncat dan sepersekian detik menunjukkan jati dirinya dari lubang di pisak celananya, membuatku merasakan sesuatu desiran.

Untuk beberapa saat aku terus mengingat batang kejantanan pak kifli, bahkan di otakku sedang terjadi reka ulang saat aku pernah disetubuhi olehnya. Saat itu ia berhasil membuatku merasakan nikmat dunia, meski dalam keadaan terpaksa dan birahiku sedang tinggi-tingginya akibat obat perangsang.

Nafasku memburu, syahwatku kembali meninggi.

"Kalo td pak kifli mengenaliku lalu menyergapku gimana ya? Kalo tadi penis dia yg kotor itu kembali masuk ke memek aku yg bersih ini gimana ya? Kalo tadi dia berani kembali menyirami rahimku dengan pejuh nya yg hangat gimana ya? Hmmmpp.." tanyaku dalam hati sambil mendesah kecil. Tangan kananku tetap fokus di setir sementara tangan kiriku tanpa sadar sudah berada di dada ku meremas pelan bongkahan kenyal payudara dari luar kemeja yg kupakai.

Kurasakan birahiku semakin meninggi karena remasan yg kulakukan sendiri. Aku menggigit bibir bawahku, mataku meram melek menikmati rangsangan yg kuperbuat sendiri.

"Padahal kalo pak kifli td berani menarik tanganku, mengajakku ke pos kosong dekat situ lalu memaksaku melayani nafsunya. Pasti pasti...... emmpphh" desahanku semakin menjadi.

Jemariku perlahan menyusup masuk melalui sela diantara kancing bajuku mencari ujung dari payudara yg masih dilapisi bh. Kupilin lembut putingku sendiri sambil terus membayangkan jika saja pak kifli berani memperkosaku tadi. Karena bh yg kupakai membuat sulit jemariku bermain di area puting, aku pun menurunkan bantalan bh yg membuat payudaraku kini semakin membusung karena ada penopangnya.

Kucubit halus, kutarik lembut, kuputerputer, rasa geli dan nikmat terus merangsang otakku untuk terus melakukan perbuatan tercela ini. Tubuhku berasa panas, ingin sekali rasanya kubuka pakaianku ini lalu melanjutkan sentuhan-sentuhan birahi ke tubuhku sendiri. Dibawah tepatnya di bagian selangkanganku, kurasakan celana dalam yg kupakai sedikit lembab akibat cairan vaginaku yg mulai merembes.

Dengan akal sehat yg kumiliki, sebisa mungkin aku tidak mau menyentuh bagian vaginaku karena jika kusentuh, bisa aja aku lepas kendali dan malah manstrubasi didalam mobil yg masih terjebak di kemacetan ini.

"Emmpph kenapa senikmat ini?? Padahal kan aku tidak dalam pengaruh obat perangsang. Abii sayang... umi pengen..." ucapku manja sambil terus mempermainkan puting payudaraku sendiri.

Tanpa kusadari disebelahku ada seorang pria yg sedang memperhatikanku. Meski kaca mobilku tampak gelap dari luar namun dia pasti dapat melihat sedikit2 kelakuan cabul yg sedang kulakukan.

"Biarlah.. lagian dia tidak akan mengenaliku" pikirku dalam hati.

Bukannya khawatir dan takut, aku malah semakin aktif mempermainkan payudaraku. Kubuka kancing ketiga kemejaku sehingga tanganku bisa semakin leluasa dalam aktifitasnya. Malah aku miringkan badanku kearah pengendara itu yg membuatnya semakin dapat melihatku dari balik kaca jendela mobilku.

Kulihat sekilas pengendara itu mupeng, mulutnya tidak menutup melihat aksi nakal ku. Matanya menyipit berusaha menembus kaca film jendela mobilku.

*Tiiiin tiinnnn!*

Tiba-tiba dari belakang terdengar suara klakson yg bersahutan dari banyak kendaraan. Ternyata lampu yang tadinya merah sudah berubah jadi hijau yg menandakan sudah bisa melintasi persimpangan jalan di depan mobilku.

Akupun dengan sigap menarik keluar tangan yg sedang meremas payudaraku keluar lalu segera mengendarai mobilku. Pengendara motor yg tadi asik melihatku juga terburu-buru memacu motornya pergi menjauh.

"Syukur deh lampu udah hijau sebelum aku berbuat lebih jauh. Masa aku manstrubasi di tempat umum sih? Yg kubayangin juga malah pak kifli. Masih mending bayangin mas miftah deh.. Hufft" ucapku tak habis pikir atas apa yg kulakukan beberapa saat lalu.




30 menit kemudian




Matahari perlahan tenggelam, rembulan bergantian mulai menampakkan wujudnya menyinari bumi tempatku berpijak. Mendapati sudah waktunya sholat maghrib, kusempatkan berhenti sejenak di sebuah masjid yang searah dengan tujuanku guna menunaikan ibadah wajib yang harus kutegakkan, akupun. Seusainya aku kembali memacu mobilku menuju tempat reuni.

*Terus lurus. 200 meter lagi lalu tujuan anda berada disebelah kiri*

notifikasi google maps dari hp ku berbunyi.

"Oh ini dia tempatnya. Luas banget dalamnya terus Cantik juga. Yg lain udah pada ngumpul belum yah?" Pikirku saat mobil yg kubawa memasuki sebuah cafe dengan nuansa alam nan aesthetic. Nama cafenya juga sama dengan konsep yg disajikan yakni living aesthetic cafe.

"Yak kiri kiri.. terus... yak opp!" Teriak tukang parkir yang mengomandoiku untuk parkir.

Kumatikan mobilku, kuambil tasku lalu kubuka pintu mobilku.

"Terimakasih mang." Ucapku begitu keluar dari mobil.

"Iya neng sama-sama atuh." Jawabnya singkat dengan tatapan tajam memperhatikan seluruh tubuhku.

Aku yang sedikit takut dengan tatapannya itu langsung melewatinya namun aku tahu dia tetap menatapku.

"Eh Eneng maaf. tunggu." Ucapnya dari belakangku

"Iyah mang ada apa?" Aku beranikan menjawabnya kuputar badanku melihat kearahnya.

Tatapannya membuatku bingung. Walaupun matanya menatap tajam kerahku namun saat ini aku tidak merasakan adanya niat jahat.

"Maaf sebelumnya neng. Itu nya Eneng emang sengaja digituinkah?" Tanya mang parkir itu memperhatikan area dadaku

Astaga!. Ternyata aku lupa memperbaiki pakaianku. Kancing baju di area dadaku lupa aku kancingkan, bahkan kedua gunung kembarku masih membusung keluar dari BH yg kupakai sehingga putingku tercetak jelas di kain tipis kemejaku.

"Eh? Maaf mang jangan diliatin" ucapku langsung berbaik badan dan memperbaiki pakaianku.

*Aduh kok kelupaan.. pasti mamang ini jadi mikir yang macem-macem deh.* Pikirku dalam hati

"Permisi ya mang. Aku masuk dulu.. sekali lagi terima kasih mamang sudah mengingatkanku" ucapku ke tukang parkir tersebut

"Hehe iya neng. Terima kasih juga pemandangan gunungnya. Indah lho hehehe becandaa" jawabnya cengengesan

Tidak memperdulikan ucapannya aku hanya membalas kalimat itu dengan senyuman dan pergi ke dalam area cafe. Sejujurnya aku telah diselamatkan olehnya, apa jadinya kalo kondisiku tadi terlihat oleh teman-temanku nanti.

"Rezeki bagi mereka musibah di aku dong. Hehe" ucapku dalam hati

"Weii Annisa datang! Nisa sinii!!" Ucap seorang lelaki dari meja kayu di dekat tanaman pagar.

Mendengar suara itu aku langsung tahu kalau teman-temanku ada disana. Ada 5 orang yang sudah ngumpul dan salah satunya adalah Rani.


mulustrasi Rani

Rani memakai baju rajutan warna abu berlengan panjang dengan hijab warna abu rokok serta kacamata berwarna merah jambu. Disebelahnya ada Bobby, agung, Dhea, dan imron. mereka adalah teman-temanku semasa kuliah dulu. Sudah hampir setahun aku tidak berjumpa dengan mereka. Setahuku Dhea sudah menikah dan memiliki 1 anak, agung sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, Imron baru saja menikah namun terpaksa LDR karena istrinya bekerja di lain kota, sementara Bobby yg notabenenya paling heboh diantara mereka ntah kenapa belum juga menikah, serupa dengan Rani yang masih lajang meskipun banyak yg menaksir.

"Assalamualaikum. Maaf yah aku telat. Macet banget jalannya.." ucapku sambil menyalim mereka satu persatu

"Akhirnya yg ditunggu datang juga. Kami hampir bersawang nih nungguin kamu tau. Jadi udah bisa kita pesan makanannya. Laper nih Haha" kata Bobby sambil menyalamiku.



mulustrasi Bobby


"Nisaaa.. kamu makin cantik aja deh. Si gembrot Bobby gak usah didengerin tuh. Hihi.. Gak berasa ya udah setahun aja kita gak jumpa." ucap Dhea sambil menyalamiku sambil kami cepika cepiki ala girlie

"Dhea juga makin cantik kok. Udah anak 1 tapi masih keliatan singset. Hihi" jawabku lalu kami dua pun tertawa

Lanjut aku menyalami Imron dan agung. Mereka tampak sama seperti sebelumnya tetap tidak banyak omong, beda banget sama Bobby yg kalau gak ngomong artinya dia sedang sakit.

Bobby orangnya gembrot, mukanya biasa aja, namun paling enak diajak bicara. Ia paling pandai dalam menghidupkan suasana dengan jokes-jokesnya. Imron orangnya kaleman, wajahnya lumayan ganteng tapi badannya kurus. Agung orangnya kaleman juga tp tidak sekalem Imron. Ia menikah di usia muda dengan pacar masa kecilnya. alhasil 2 anaknya saat ini pun adalah yg tertua diantara anak-anak Dhea dan imron. Dhea beparas manis namun bertubuh mungil, aku sebenarnya terkejut dari tubuh mungil Dhea, udah menghasilkan 1 orang baby imut. Sementara Rani berparas manis dengan tubuhnya yg molek.

"Permisi mas dan mbaknya mau pesan apa?" Kata pramusaji yang datang menghampiri kami.

Kamipun memesan makanan dan minuman untuk disantap.

Sembari menunggu kami bercanda gurau yg membuat gelak tawa terdengar riuh dari kami ber-6. Tentu saja Bobby pelopornya, ia sangat pandai dalam menciptakan guyonan yg membuat kami semua ikut menikmati riangnya malam ini.

Pasti timbul pertanyaan, kan teman-temanku ini selain Bobby dan Rani pastinya udah punya pasangan, bahkan Dhea dan agung sudah memiliki anak. Mana mereka?? Wess.. For your info(fyi), sebelum reuni ini kami semua sudah sepakat untuk tidak membawa pasangan serta anak agar acara malam ini benar-benar menjadi milik kami. Karena alasan itu jugalah mas Farhan tidak kubawa kemari. Namun dengan ijin nya jugalah aku bisa menghadiri reuni ini.

Sungguh aku kangen dengan romansa seperti ini, seakan membawaku kembali kejaman kuliah dulu. Makanan dan minuman yg dipesan datang tidak lama setelahnya, sembari makan kami tetap mengobrol dengan asiknya. Bahkan beberapa kali aku hampir tersedak karena harus tertawa padahal sedang mengunyah makanan.

Kulihat Rani juga ikut tertawa riang. Dari raut mukanya tidak ada lagi kesedihan akibat kejadian di lapangan Saday*na dulu. Kami berdua telah sepakat merahasiakannya dari siapapun sehingga cerita kelam kami itupun tidak menyebar. Syukurlah..

Seperti kata orang, ketika kita senang-senang, waktu akan berputar lebih cepat dari biasanya yg membuat kami tidak menyadari kalau malam semakin larut.

Bobby yang seakan menjadi ketua grup kecil kami ini terus mengoceh seakan tidak ada titik dalam hidupnya. Sebenarnya kami menikmati ocehannya yang lucu itu. Sesekali ia menyinggung kami para cewek, karena kami tidak membawa pasangan kadang ocehannnya malah menyinggung hal yang berbau mesum. Tapi emang seperti itulah bobby, ia sama sekali tidak berubah semenjak dulu.

*Piiip piiiip*

Aku merasakan getaran hp ku. Dari notifnya aku langsung tahu mas Farhan lah yang mengirim pesan.

Dengan cepat ku hidupkan hp ku lalu kubuka pesan dari suamiku.

"Assalamualaikum umi sayang. Udah jam 9 loh. Umi masih reuni apa udah dijalan pulang?" Tanya suamiku

Aku yang lupa waktu kaget ketika menyadari sudah jam 9 malam.

"Waalaikumsalam abi. Umi masih di reunian Abi. Umi lupa waktu gak nyadar udah jam 9 aja. Sebentar lagi umi pulang ya Abi." Balas ku ke mas Farhan

Tidak lama berselang balasan pesan mas Farhan sampai yg isinya "iya umi. Yg penting umi jangan pulang kemaleman ya sayang. Abi juga titip makanan ya sayang. Laper nih".

Mas farhan ternyata belum makan. Padahal karena tau akan pulang malam, mas farhan sudah kupesankan agar memesan makanan online saja.

Sepertinya teman-teman yg lain menyadari gelagatku, merekapun baru menyadari waktu sudah menunjukkan jam 9 lewat.

"Tuan puteri kita udah dicariin nih. Kalian udah dicariin belum?" Tanya bobby ke teman yg lain

"Belum sih. Tp baiknya udahan yuk. Lain kali kita ngumpul lagi" sahut agung yg sepertinya ingin segera pulang.

"Kamu sih Bob. Jomblo Mulu. Cari pacar gih biar ada yg nyariin." Ucap Dhea memeletkan lidahnya mengejek Bobby

Bobby tampak sinis menanggapi celotehan Dhea.

"Yee gini-gini yg naksir aku banyak tau. Tinggal aku pilih aja satu jadi deh. Haha." Jawab Bobby tertawa

"Dasar si gembrot ini emang paling pande ngelesnya. Gini deh. Ntar aku kenalin sama temanku mau? Masih lajang anaknya sama kayak dirimu Bob" sahut Imron sambil mengetik pesan di hp nya

"Udah udah.. kok jd ngebahas aku. Malesin deh. Walaupun yg antri banyak. Tp aku bakal ninggalin mereka semua kalo Annisa mau samaku" ucap Bobby dengan berani merangkulkan tangan di pundakku.

"Eh... Bobby jangan modus yaa.. ntar Nisa cubit baru tau rasa" ucapku hendak mencubit perutnya yg gembrot.

“cubit aja niss. Dari dulu dia emang suka modusin kita-kita. Genit ih hahaha” kata dhea tertawa

“enak aja mana ada aku modusin lu. Yang kumodusin tuh yang cakep-cakep aja. Keg annisa hahaha” balas bobby ikut tertawa lepas

“dasat buaya lu bobb. Bangun rumah tangga gak mau. Giliran godain cewek cakep nomor satu. Yakan nissa? hehe” Kata Imron sambil sedikit menahan tawa

“iya tau tuh si bobby. Hihi” jawabku teresnyum

Bobbypun melepas rangkulannya dari pundakku. Teman yg lain hanya tertawa melihat tingkah lucu kami.

Di bangku kuliah dulu, kelas kami terkenal dengan kelas yang berisikan wanita-wanita cantik. Aku, rani, silvi, dan dila contohnya. Kami berteman dekat namun karena silvi dan dila berada dibawa suaminya merantau, mereka jadi tidak bisa ikut reuni ini. Teman satu angkatan bahkan kakak kelas banyak yang menargetkan salah satu dari kami untuk jadi pacarnya, namun untuk diriku, aku selalu membatasi siapa yang berhak dekat denganku sehingga di jaman kuliah dulu walaupun banyak yang menyukaiku, aku hanya meliliki 1 orang gebetan dan 1 orang mantan pacar. Selainnya hanya kujadikan teman atau malah tidak kurespon, tergantung bagaimana responnya terhadapku. Sementara rani, silvi dan dila sudah pernah beberapa kali berpacaran di masa kami kuliah dulu.

“tapi kali ini aku setuju sama bobby nis.” Ucap agung

“setuju apa gung??” tanyaku penasaran

Dhea juga melihat ke agung. Pasti dhea bingung, agung yang biasa keleman kali ini membuka suara.

“kamu cakep nissa. Cantikmu alami. Pantes dari dulu banyak orang naksir kamu. Baru nyadar aku Hehe” ucap agung malu-malu. Agung sampai menurunkan pandangannya saat aku menatapnya dengan sedikit kaget. Tidak kusangka agung mengatakan hal itu di depan yang lain

“oi gung. Ingat anak istri. Ooo ini lebih parah dari aku yang suka modus ni. Langsung merayu coii. Hahaha” kata bobby

“iya tau. Kan aku bilang yang sebenarnya aja bobb. Ga ada maksud lain tau” balas agung

“’udah udah.. memang semua lelaki sama aja. Buaya semua yakan ran? Hihi” ucap dhea ke rani

“hehe iya tuh. Mereka sama aja mungkin ya.” Jawab rani terseyum sambil meminum jus jeruk hangat pesanannya

“hihi kalian emang lucu-lucu yah.. hihi.. tapi aku kaget loh agung bisa muji aku. Makasih deh. tapi walaupun dipuji jangan harep aku yg traktir yeee” ucapku bercanda yang membuat semua temanku ini kembali rianng hanyut dalam suasana nyamanya persahabatan.

Karena mas Farhan belum makan, aku berinisiatif memesan nasi goreng jamur untuk dibawa pulang. Sekitar 20 menit menunggu ntah mengapa, pesananku kali ini lebih lama datangnya ketimbang pesanan awal tadi.

"Ya udah aku duluan ya semua. sehat-sehat kita semua ya byee" ucap agung pergi meninggalkan kami. Langkahnya dengan segera disusul oleh Dhea dan imron

"Perasaan aku duluan deh yg mau pulang. Hufff nyebelin" gumamku memasang muka sebal.

Rani mendekatkan dirinya dengan duduk disebelahku.

"Nisaa. udah jangan cemberut gitu. Kan masih ada aku disini. Sampe besok pagi pun tetap aku nungguin kamu" ucap Rani menenangkanku

Semenjak kejadian di taman, Rani tampak lebih dewasa. Saat ini malah dia yg dapat menghiburku. Ia mengusap-usap punggungku seperti seorang ibu menenangkan anaknya. Membuatku merasa nyaman.

"Busset dah. Macem ada kejadian apa aja pake drama segala. Ntar lg juga jadi pesananmu nis" celetuk Bobby

"Bawel ah. Biarin aja Bobby ngomong apa nis.. " Rani yg membalas perkataan Bobby

"Tuh dengerin Rani Bob. Jangan bawel. Hihi" ucapku sedikit menahan tawa

"Btw Rani pulang sama siapa? Berani sendiri?" Tanyaku

"Hmmm sebenarnya nis.. sebenarnya.." jawaban Rani terpotong-potong membuatku penasaran

"Sebenarnya apa ran?"

"aku dijemput sama calon suamiku niss. Sebenarnya dia udah di parkiran tp kusuruh tunggu dulu karena nungguin Nisa" jawab Rani

"Congrats ya raniii. Kaget aku tau dengar kamu udah punya calon. Cakep gak? Kenal dimana? Kasih tau dongg" tanyaku manja menyenderkan kepalaku di bahunya

Rani cengengesan mendengar pertanyaanku. Tapi Ia dengan semangat menceritakan awal perjumpaannya dengan calon kekasih hatinya sampai tiba-tiba pesananku datang.

"Nanti lanjut lagi ceritanya ya Rani.. kita atur meet up kita berikutnya. Hrs secepatnya. Penasaran tauu" ucapku ke Rani.

"Iya Annisa.. pasti" balas Rani

Aku memeluknya sebagai tanda bahagia sekalian rani berpamitan mau pulang.

"Udah udah kalian pulang aja sana. Tinggalin aja aku disini. Gak usah anggap ada" ucap Bobby merajuk karena daritadi merasa diacuhkan

"Iih si Bobby malah merajuk. Mobilku diparkiran sana Bob. Mobilmu juga kan? Yuk kita ke parkiran bareng" ajakku ke Bobby

"aku pamit ya Nisa. Assalamualaikum" ucap Rani melambaikan tangan

"Waalaikumsalam" sambil membalas lambaian tangan Rani

Setelahnya aku dan Bobby menuju parkiran. Bobby lebih dahulu sampai ke mobil avanza hitamnya karena diparkirkan lebih dekat sementara mobilku terletak agak keujung lahan parkir

Di dekat pos security kulihat tukang parkir yg tadi memarkirkan mobilku. Ia terlihat sedang mengobrol dengan seseorang sembari menunjuk ke arahku sedangkan ia menuju mobil Bobby. Aku terus menuju mobilku. Teman ngobrolnya tadi tibatiba udah sampai kedekatku.

"Mau keluar neng??" Ucap tukang parkir itu.

Badannya cukup kekar dengan balutan rompi orange khas tukang parkir. Ada bekas luka di wajah sebelah kirinya. Rokoknya yg masih menyala ia jepit menggunakan bibirnya yg hitam.

"Iya mang.." jawabku sembari merogoh tas mencari kunci mobilku.

"Kok gak ada ya?? Apa ketinggalan di meja makan td??" Tanya ku dalam hati

"Maaf mang. Sepertinya kuncinya ketinggalan di meja. Aku ambil dulu" ucapku hendak kembali kemeja kami td untuk memeriksa apakah kunciku memang ketinggalan disitu atau tidak

"Jangan repot repot neng biar aku aja"

Ia langsung berlari menuju area cafe mencari kunci mobilku yg berukuran kecil. Mungkin hanya sebesar korek api.

Kulihat Bobby mengeluarkan mobilnya lalu pergi menuju pintu keluar. Ia pasti tidak melihatku yg lagi berdiri seorang diri membawa kantung kresek disebelah mobilku.

"Neng kuncinya gak Nemu. Di meja di lantai juga gak Nemu" ucap mang parkir itu ngos-ngosan

Aku kembali memeriksa tasku. Kujelajahi setiap jengkal isinya berharap menemukan yang kucari namun sepertinya memang tidak ada. Rasa panik mulai melandaku karena sebenarnya kunci utama mobilku sudah kuhilangkan, yg hilang kali ini adalah kunci serep.

“dimana ya?? Jangan sampe hilang plisss” ucapku dalam hati

Mang tukang parkir yang kulihat masih ngos-ngosan hanya diam memperhatikan kepanikanku. Lalu aku beranjak menyusuri semua titik di café ini yang ada aku lewati tadi. Karena cukup luas, belum lagi karena rasa panikku, energiku cukup terkuras dalam mencari kunciku. Tapi hasilnya tetap sama, kuncinya ditak kutemukan. Lantas aku pun kembali ke mobilku.

Ditengah rasa keputusasaan ini, aku mengambil hp dari saku tasku dan hendak menelpon mas Farhan, berharap dia menemukan solusi masalahku. Ku buka aplikasi whatsap lalu aku scroll layar hp ku sampai menemui kontak bertuliskan “Suamiku” lalu langsung ke sentuh tombol “call”. belum sempat berdering, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh tombol merah yang membuat panggilanku dibatalkan.

“eneng mencari ini ya?” ucap tukang parkir yg memarkirkan mobilku ketika datang tadi. Aku tersentak. Dengan berani dia menunjukkan kunci mobilku yg dipegangnya sangat dekat dengan wajahku.

“iya mang. Aku lagi nyari ini dari tad… ehh?” perkataanku terpotong karena saat hendak kuambil kunci tersebut, dengan sigap ia menarik tangannya lalu mengumpetkannya kebelakang badan. Wajahnya memancarkan senyuman licik.

“bentaran dulu atuh neng. Buru-buru amat.. kuncinya gak akan hilang lagi kok kalo mamang jagain” ujarnya mendekat

Firasat buruk menyeliputi pikiranku seakan aku mengetahui kemana arah pembicaraan kami ini.

“terima kasih banyak mamang udah nemuin kunciku. Sebagai imbalannya ini aku ada sedikit hadiah untuk mamang” ucapku mengambil 2 lembar uang 100rb dari saku tas lalu memberinya ke mang tukang parkir.

Ia melihat kearah tanganku. Sejenak ia terdiam kemudian dengan halus menepis uang yang kusodorkan kepadanya.

“uang mah mudah dicari neng. Tapi neng yang binal begini nih yang susah nyarinya” ucapnya sambal mencolek daguku.

“mang jangan kurang ajar ya. Aku bisa aja teriak supaya hmppphh” nada bicaraku meninggi sebelum tiba-tiba mulutku ia sumpal menggunakan tangannya

Ia mendekatkan wajahnya menatap mataku. Pandangannya begitu menakutkan membuatku kehilangan keberanian.

“jangan coba-coba melawan kalau tidak mau tersakiti neng. Bukan Cuma eneng yang tersakiti tapi kunci ini juga akan kubuang” katanya menghardikku. Di tangannya terselip sebuah pisau kecil yg ditempelkannya pada pinggangku

“hemmpp hmmm”

Aku yang tidak bisa mengeluarkan suara dengan terpaksa memberi anggukan. Tanpa kusadari air mataku berlinang membasahi pipi dan tanggannya yang masih mendekap mulutku

“nah pinter. Kalo begitu yuk sini.”

Dengan tangannya yang masih mendekap mulutku ia menarikku masuk kedalam sebuah mobil angkot yang berada area parkir lain, tidak jauh dari area parkir tempat mobilku berada. Letaknya tepat diujung. Disekitarnya tidak ada mobil lain yang terparkir karena sebenarnya parkir ini adalah parkiran cadangan apabila area parkir lain telah penuh.

Didalam mobil angkot, ia menyuruhku duduk di bagian belakang mobil. Stelah duduk barulah ia melepas dekapan tangannya.

“mamang mau apa? Kumohon jangan seperti ini mang..” ucapku bermohon

“dari tadi mamang-mamang mulu. biar lebih akrab panggil aja mang asep. Nama neng annisa kan?” kata tukang parkir yang ternyata memiliki nama asep.



mulustrasi Asep

Pisau lipatnya ia simpan lalu menaruh kunciku kedalam saku celananya. Ia mendekat hingga posisi duduk kami kini bersebelahan. Pencahayaan didalam angkot ini begitu remang, hanya bersumber dari lampu taman yang jaraknya sekitar 10 meter. Meski gelap, mata ku yang sudah terbiasa bisa melihat kalau pandangan mang asep saat ini tertuju ke payudaraku. Mengetahui hal tersebut membuat tanganku secara reflek menutupi bagian dadaku yang dipandangnya.

Namun tidak begitu lama, tangan mang asep segera mengambil tanganku sehingga payudaraku yang masih tertutupi pakaian dapat dilihatnya.

“permintaanku tidak sulit kok neng. Pertama mang asep mau melihat teteknya neng annisa seperti waktu datang tadi” ucapnya sambal kembali memegang daguku.

Ternyata ini memang kesalahanku. Karena keteledoranku membuat mang asep jadi menaruh hasrat terpendam kepadaku. Meski ini kali pertama kami berjumpa tapi kecantikan wajahku dan kemolekan tubuhku kembali membuat seorang pria yang tidak kukenal terpikat.

Aku tidak segera menjawab permintaannya itu. Aku masih diam terpaku sampai tiba-tiba kurasakan keningku dikecup olehnya.

*cupp*

Aku masih terdiam. Kecupannya tidak berakhir begitu saja. dengan pasti dia mengecup setiap jengkal area keningku lalu perlahan kecupannya turun ka area mata dan pipiku.


“harum sekali aroma mu neng annisa cupphh”

Kalimat itulah yang kudengar sebelum bibirnya yang hitam mendarat di bibirku yang berwarna pink. Hidungnya yang pesek sesekali bersenggolan dengan hidungku yang mancung sementara bibirnya terus melumat bibirku dengan ganasnya. Tanganku kuarahkan kebidang dadanya berusaha mendorongnya agar menjauh tapi apa daya, tenaga dari tubuhnya tetap saja lebih kuat ketimbang tenagaku.

“manis sekali bibirmu. Muachhh”

“emhhh… eeemmmppphhh” erangku

Dia kembali mencumbuku dengan brutal. Kali ini lidahnya ikut ambil bagian. Dijilatinya bibirku dengan rakus sehingga aroma liurnya yang bau merasuk kehidungku. Jujur saja aku langsung merasakan mual dan ingin muntah tapi harus kutahan. Tanganku yang ada didada nya ia pegangi membuatnya semakin leluasa dalam mencumbuiku. Lidanhya kini kurasakan berusaha menyusup dari sela bibirku yang masih menutup namun karena bibirku yang kurapatkan, usahanya itu sia-sia.

“buka mulutmu neng. Aku mau icip lidahmu” perintahnya. Ia melepas pegangannya dari lenganku lalu mendekap kembali pipiku sehingga bibirku jadi monyong kedepan.

*muacchhhhhhh*

Ciumannya kembali mendarat untuk yang kesekian kali. Bibirku yang seolah maju akibat dekapan tangannya di pipiku membuat mulutnya dengan mudah dapat menghisap mulutku. Ia sedot-sedot dengan kencang, ia lepas lalu ia sedot kembali. Bibirku semakin basah karena liurnya. Seakan terbiasa, rasa ingin muntah yang kurasakan sebelumnya telah hilang.

“keluarin lidahnya neng!” ucapnya dengan suara meninggi.

Akupun menjulurkan lidahku. Dipandangannya pastilah dia melihatku seperti anjing yang sedang menjulurkan lidahnya.

*slerrpppp*

Mang asep langsung memasukkan lidahku kedalam mulutnya. Lidah kami bertemu. Seperti sepasang kekasih, lidahnya melingkar memeluk lidahku. Ia isap dengan lembut lidahku. Lidahku yang sebelumnya pasif kali ini mulai menyambut permainan lidah mang asep. Air liur ku pun ikut keluar membasahi bagian bibir bawahku.

“ehhmmppp hmmmpppph”

Sepertinya mang asep mengetahui kalau aku sudah mulai takluk. Tangannya yg memegangi kepalaku ia pindahkan ke area dadaku yang masih tertutupi pakaian. Juntaian hijabku yang menutupi dadaku pun ia singkap ke pundakku. Dengan menggukanan jempol tangannya ia mengusap-usap lembut payudaraku yg masih terbungkus BH. Ia tekan pelan sebelum mengusapnya lagi. Rangsangannya di dadaku sepertinya mampu membuatku kembali bergairah.

“emhh mang.. jangan.. ini salah mang… emhhh” perkataanku kembali terpotong karena cumbuannya dibibirku. Di dada, kurasakan tangannya sedang membuka kancing kemejaku. Dibukanya satu persatu hingga seluruhnya terbuka.

Ia melepas cumbuannya lalu melihat dengan tajam ke area payudaraku yang masih terbungkus BH berwarna merah jambu. Diamatinya beberapa saat kedua melon kembarku tanpa berkedip satukalipun.

“anjir! Sekel banget susumu neng. Barang bagus sih ini" katanya sambil meremasi lembut kedua payudaraku.

"Ehmmmm ahhhhh mangggg asepppp"

Ditengah remasannya yg tidak teratur, yg terkadang lembut bisa berubah menjadi kuat membuat aku tidak bisa menahan desahanku.

Luapan birahiku yg sejak sore tadi kutahan seperti menjadi bom waktu yg sebentar lagi akan meledak. Rangsangan yg ia berikan di payudaraku sudah cukup menjadi pemicunya.

"Mang Asep buka ya BH nya." Ucap mang Asep meminta izin agar ia boleh melepas BH yg ku kenakan.

Tanpa menunggu jawabanku jari-jarinya segera menyusuri BH ku sampai pengaitnya lalu membukanya dengan mudah. Dengan sebuah tarikan ia tarik lepas BH ku sehingga kini kedua buah payudara indah dengan putingnya yang berwarna cokelat muda dapat terlihat olehnya.

Meskipun remang, dapat kulihat bola mata mang asep membulat melihat keindahan yang tersaji dihadapannya. Bibirnya yang hitam itu terus terbuka sementara matanya terus menatap keindahan payudaraku. Perlahan wajahnya ia dekatkan ke dadaku.

“aroma tubuhmu. Aroma susumu. Uhhhh” ujarnya lalu menyelipkan wajahnya diantara kedua payudaraku.

Tangan kiri dan kanan nya menekan sisi luar payudaraku sehingga kini wajahnya benar-benar terhimpit oleh payudaraku, wajahnya yang jelek seakan tenggelam dibelahan daging kenyal kebanggaanku ini.

“emhhh mang aseeppp udahh… kumohon manggg emphhh” desisku merasakan wajahnya ia gesesk-gesekkan di belahan payudaraku.

Tangannya yang masih menekan sisi luar payudaraku, sementara jarinya bergerak naik mencari putingku untuk di permainkan. Mang asep menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya untuk memilin putingku. Ia putar-putar halus lalu menariknya lembut, membuat syahwatku semakin meninggi. kedua tanganku yang sebenarnya sudah tak terkawal, tanpa kusadari sudah berada di punggungnya seolah menyetujui aksi cabulnya terhadapku.

Setelah puas merasakan himpitan payudara kenyalku di wajahnya, mulutnya menyosor ke putingku. Ia jilat-jilat sebelum mulutnya mencaplok masuk seluruh putingku lalu ia hisap. Hisapannya juga bervariasi, kadang ia hisap lembut, lalu tiba-tiba ia hisap dengan kencang. Sembari ia hisap kencang, wajahnya ia angkat menjauh sehingga payudaraku seakan memanjang karena tertarik oleh mulutnya.

“hmmmppphhh aaaaahhh… jangan digituin mang.. ahhhhhh” desisku menggelinjang

“enak banget susumu neng. Lihat nih pentilnya. Nantangin banget kan. Nih rasaiin!!. Slrrppp” ucapnya saat melepas hisapannya, ia melihat dari dekat puting payudara kananku yang sudah mengeras lalu dengan cepat dihisapnya lagi dengan kencang.

“ehhhmmmppp maangg… uhhh.. auuuuuhhhh.. ouuhhhh.. uhhhhhh kok disentill mang??! uuhhhh” desisku merasakan sentilan berulang di puting payudara kiriku.

Mang asep yang sedang asik bermain di payudaraku tidak mendengarkan perkataanku. Ia tetap menghisap kencang satu sisi payudaraku sementara satunya lagi ia sentil-sentil dengan gemasnya.

“aaaahhhh uuuhhhhhh mangggg aahhhhh”

Aku hanya bisa terus mendesah akibat perlakuannya. Aku menggigit bibir bawahku smentara mataku merem melek merasakan payudaraku yang menjadi bulan-bulanannya. Vaginaku sendiri sebenarnya sudah terpancing meskipun belum disentuh oleh mang asep. Kurasakan rasa geli yang menjalar, seakan vaginaku meminta untuk di garuk.

Tidak terasa hampir setengah jam mang asep mengerjai payudaraku. Kulit halus payudaraku yang seharusnya berwarna putih bening dengan sedikit kelihatan urat-uratnya kini memerah akibat perlakuan kasarnya. kini mang asep telah mengangkat wajahnya dari payudaraku sehingga posisi kami kembali duduk bertatapan. Aku sungguh malu karena saat ini pasti ia dapat dengan jelas melihat wajahku yang sedang diburu nafsu.

Tangannya mengarah ke kepalaku lalu ia mengusapnya lembut.

“jilbabnya dibuka ajah neng. Pengen liat aslinya kamu. Pasti cantik banget” pinta mang asep sambil membuka satu persatu jarum pentul yang kugunakan untuk mengunci hijabku. Dengan telaten ia dapat dengan cepat menemukan yang ia cari lalu menariknya lepas. 2 jarum itu kemudian ia tancapkan ke senderan kursi angkot sementara 1 jarum lagi masih ia pegang lalu mengarahkannya ke putingku.

“kira-kira gimanah ya kalo pentilnya si eneng di cucuk pake ini? Penasaran deh suerrr” ucapnya dengan tangan kiri menarik putting kiriku lalu dengan tangan kanannya, ia arahkan jarum itu mendekat tepat di tengah.

“ssshhh manggg jangaannnn. Tolongg jangaannn” rengekku memelas. Tanganku menyentuh pahanya mengharap iba darinya

Bibir hitamnya tersenyum. Tangannya yang sedang memegang putingku menariknya sehingga aku semakin mendekat kerahnya.

“bercanda.. bercyanda.. bercyandaa” ucapnya sambil mengejekku.

Wajahku semakin memerah menahan malu akibat semua perbuatannya. Dengan tercabutnya semua jarum pentul di hijabku, mang asep dengan mudah bisa membuka hijab hitam yang kupakai. Kini hijabku yang ia taruh di senderan kursi mobil angkot ini. Tangannya segera menuju jepitan rambut yang kugunakan untuk mengikat rambutku, ia lepas sehingga saat ini rambutku jatuh terurai.

“buseettt.. neng ini bidadari dari mana seeh? Cakepnya bukan main. Bisa-bisa jatuh cinta lagi mang asep dah neng” ucapnya memperhatikan penampilan polosku.

Perkataannya tidak mengagetkanku. Paras ayu dengan rambut hitam panjang sepunggung ditambah dengan body aduhai memanglah kelebihan yang membuatku ditaksir banyak lelaki. Meski keseharianku mengenakan hijab, yang membuat rambut indahku selalu bersembunyi dibaliknya tetap saja tidak menutupi keindahan yang terpancar olehku.

“eh si asep udah duluan aja. Bukannya nungguin” ucap seorang pria dari luar yang mengagetkanku dan mang asep.

Ternyata pria itu adalah tukang parkir yang satu lagi, yang lebih tua dengan bekas luka di wajahnya yang sampai ngos-ngosan karena berlari mencari kunci mobilku.

Spontan aku menyilangkan tanganku menutup kedua payudaraku yang menggantung bebas tanpa penghalang.

“si mamang daritadi kemana aja atuh. Saya mulai duluan deh. Udah gak sabar atuh liat neng nya Hehe” jawab mang asep



mulustrasi jaka


“nama mamang ini mang jaka. Dia senior mang asep neng. Jangan sungkan atuh neng.” Ucap mang asep padaku. Mang asep lalu menurunkan tanganku yang menutupi payudaraku sehingga mang jaka kini kebagian jatah untuk melihat payudara indahku.

“montok benar dah. Oih dah sampe lepas hijab aja!” ucap mang jaka kaget karena melihat untaian indah rambutku yang sedang di rapikan oleh mang asep.

Mang asep meluruskan rambutku yang sedari pagi terikat dibalik hijab yg kupakai. menggunakan jemarinya ia seakan menyisir rambutku dari pangkal hingga ke ujung. Sesekali ditengah sisirannya, ia mengecup ubun-ubunku. Ia hirup aroma rambutku yang mungkin sedikit apek karena 2 hari belum keramas.


“ oh ya sep. kamu dicariin sama kang andi atuh. Penting katanya” ucap mang jaka

“hah? Serius? Ih dasar ya manusia satu itu tau aja orang lagi enak. Malah di ganggu!” ucap mang asep kesal

Seketika mang asep yang sedang memanjakan rambutku menghentikan aktifitasnya.

“mang asep pergi bentar yah neng. Ntar mang asep balik kita lanjut enak-enaknya” ucapnya beranjak pergi. Sebelum pergi mang asep menyempatkan meremas kedua payudaraku dengan kencang lalu turun dari angkot meninggalkanku.

Aku melihat mang asep dengan buru-buru berlari menuju area terang dimana café berada. Sementara mang jaka mulai menaiki angkot seolah berganti posisi dengan mang asep.

Seperti mang asep tadi, mang jaka seolah terpana melihatku. Ia terdiam beberapa saat sebelum kembali mendekatiku. Matanya menatapku dengan tajam seolah melihat buruan empuk didepannya membuatku memalingkan pandangan.

“cantik banget kamu neng” ucap mang jaka yang sudah berada didekatku memegang pipiku lalu mengarahkan tatapanku kearahnya.

Kulihat wajahnya sebelas dua belas dengan mang asep. Sama-sama tidak enak dipandang. Wajah mang jaka yang sudah sedikit keriput dengan bekas luka yang menjadi perbedaan. Selainnya mirip. Seperti bibirnya yang menghitam karena rokok, pipinya yang kurus, sampai gaya rambutnya yang cepak.

*cupppp*

Mang jaka tiba-tiba mendaratkan ciumannya di bibirku. Berbeda dengan mang asep yang terkesan gentlemen, mang jaka adalah tibe yang buru-buru dan ingin main cepat. Ia langsung memasukkan lidahnya kedalam mulutku mencari lidahku untuk disantap. Sementara tangannya kini sudah berada di dada meremas-remas kencang payudaraku.

“hemmmpphhh aaaahhhhh ahhh” desahku

Sentuhan mang jaka yang terkesan hanya karena terbawa nafsunya semata ntah mengapa ikut memacu nafsuku. Syahwatku kembali membara mengambil alih akal sehatku.

Mang jaka mencoba berdiri, tangannya berusaha membuka kancing celana jeansnya. Sementara aku tetap duduk terpaku melihat aksinya meloloskan celana dari kakinya. Tak perlu menunggu lama hingga mang jaka meloloskan pertahanan terakhirnya, sebuah celana dalam berwarna biru dongker kusam yang menyembunyikan batang kejantanannya yang berukuran tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar.

“mamang tak bisa berlama-lama neng. Kalau disini pasti susah. Ayuk kita keluar dari sini” ucap mang jaka menarik tanganku menuntunku keluar dari dalam angkot.

Mang jaka sudah menanggalkan seluruh pakaiannya terkecuali sebuah singlet putih yang masih menutup badan kurusnya. Smentara aku juga sudah menanggalkan baju dan hijabku, hanya menyisakan rok hitam Panjang serta celana dalam yang masih menutupi vaginaku

Mang jaka membawaku ke balik angkot yang diseberangnya hanya terdapat tembok pagar dengan tanaman hias di sekelilingnya. Ia langsung mendekap tubuhku dari belakang. Ia hirup dalam dalam aroma rambutku dari belakang. Tangan kirinya meremas-remas payudaraku sementara tangan kanannya kini menyusup masuk dari rokku sedang mengusap bagian paling sensitif dari tubuhku.

“udah basah aja kamu neng” ucapnya merasakan kelembaban pada bagian luar celana dalamku.

“ssshhhhh heemmmphhh”

Aku tidak menjawab hanya mendesah merasakan nikmat ketika jari-jarinya menyapu area vaginaku. Dari luar celana dalamku, jarinya menekan lembut klirotisku yang membuat aku semakin belingsatan.

Mang jaka semakin mendorong tubuhku, selangkangannya yang tidak tertutupi apapun kini menumpu pada bongkahan pantat bulatku. Kedua tanganku kini hanya bisa kugunakan untuk menahan agar tubuhku tidak menempel ke body angkot yang kotor ini.

“nungging neng” perintah mang jaka sambil menekan area punggungku agar posisiku menunduk membelakanginya. Rok ku ia angkat, Pantatku ia tunggingkan. Dengan satu tarikan ia melepas celana dalam yang kupakai lalu melemparnya ke tempat sampah yang ada di dekat tembok.

Ditengah ledakan birahi yang kurasakan, aku kembali menggigit bibir bawahku seakan bersiap. Namun jauh dilubuk hatiku masih merasakan adanya penyesalan. Dimana aku sebagai seorang istri dari mas Farhan sebentar lagi akan kembali dipake oleh orang lain.

“maafin aku mass.. maafin istrimu yang hina ini.. aku istri yang buruk mass.. aku dibutakan oleh nafsuu.. maafi….. henngggkkkkkk ouuuuuhhhhh!”

Ucapku dalam hati merasakan penyesalan.

Selagi aku aku membatin tadi ternyata mang jaka dengan tega langsung menghujami vaginaku dengan penisnya. Dengan satu dorongan bertenaga, penisnya berhasil masuk kedalam liang senggamaku yang sempit. Lendir cinta yang sedaritadi merembes keluar membantu mang jaka dalam penetrasinya.

“henggkk anjirrrr! Dasar anjirrrr!! Memek mu rapat pisan.. uhhhh” desah mang jaka merassakan penisnya dijepit oleh vaginaku. Saking nikmatnya, mang jaka sampai melontarkan kata-kata kasasr.

Mang jaka tidak langsung memaju mundurkan pinggulnya menggenjotku, ia biarkan sejenak penisnya didalam merasakan setiap ulekan yang dilakukan oleh dinding liang senggamaku.

"Gile baru ini mamang rasain memek bisa njepit gini. Anjir emang memekmu neng! Rapatnya uhhhh" desah mang jaka

“aaaaaaaaahhhhhhh maaangg….”

Desahanku kembali keluar. Bukan karena penisnya yang mulai menggenjotku namun karena tangannya kini aktif meraih payudaraku yang bergelantungan. Di remasnya lalu ditariknya putingku ke arah bawah.

"Ntar mamang mau minta maaf ke istri mamang." Ucap mang Asep terlihat seperti berpikir

"Sshhhh kenapah emangnya mangg??" Tanyaku membelakangi mang Jaka, wajahku tetap menghadap ke body angkot tempat aku bersandar

"Biasanya jatah istri mamang tu 2 hari sekali. Harusnya mamang pulang dari sini tu jadwalnya ngecor istri. Tp biarlah udah ada Eneng yg gantiin hehehe" jawab mang Jaka

Penyesalan kembali merasuki. Ternyata bukan hanya aku yang mengkhianati suamiku tapi mang Jaka juga, karenaku mang jaka jadi mengkhianati istrinya.

"Udah bisa mamang mulai yah neng.. terima sodokan mamang. Hengghh!!" Kata mang Jaka mulai memaju mundurkan penisnya.

"Ahhhhhhh aaaaaahhhhhhh hhmpppppp"

Dengan punggung tanganku kututupi mulutku berusaha menghalangi setiap desahan yang keluar dari mulutku agar tidak terdengar kemana-mana. Walaupun sudah larut, di area cafe masih banyak muda-mudi yg masih nongkrong sebatas menghabiskan waktu dengan meminum kopi atau mengemil snack.

Mang Jaka mulai mengencangkan sodokannya. Penisnya kini sudah sangat basah dilumuri oleh cairan cintaku. Kurasakan penis mang Jaka berada di ambang pintu keluar vaginaku sebelum ia masukkan kembali dengan kuat membuatku meringis merasakan nikmat. Penis mang Jaka yang berukuran biasa aja ternyata mampu memberikan kenikmatan yg sedari tadi sore kuidamkan.

*Plokk plokkk plokk plok plok*

Benturan kulit kami berbuah bunyi nyaring yang menggema di area parkir kosong ini. Ditengah hujaman penisnya sesekali kurasakan tangan mang Jaka menyusuri area punggungku mengarah ke pinggulku merasakan betapa lembutnya kulit yang selalu ku rawat dengan sering menkonsumsi sayur dan buah serta olahraga rutin. Ia cengkram kuat pinggulku lalu dengan gerakan yang sama ia terus menghujami vaginaku dengan penisnya.

"Aaahhhhh manggg mamaanngg aahhhhhh ssshhhhhh" desahku merasakan garukan penis mang Jaka yg semakin liar mengaduk vaginaku

"Ah ya neng.. ada apa? Enak to di entot kontol mamang?" Tanya mang jaka

"Aahhhhh shhhhhhh aaaaaahhhh"

Meski membelakangi mang Jaka aku berusaha menoleh ke arahnya. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutku selain desahan manja yang membuat mang Jaka mendekatkan wajahnya lalu mencium bibirku.

"Eempppphhhh hummmpppp hemmmppp"

Desahanku tertahan ciumannya. Lidah mang Jaka kembali masuk untuk beradu lidah denganku. Tangannya juga kini kembali hinggap di payudaraku, mencengkram kuat dua melon kembar yang sekel. Ditengah cumbuannya kurasakan nafas mang Jaka memberat.

"Ssshhhhhhh manggg.. mamanggg kenapahhhh?" Tanyaku menaruh perhatian

Ciuman kami terlepas, namun wajah kami hanya berjarak beberapa centi saja. Mang Jaka pasti dapat melihat dengan jelas wajah binal yang saat ini kupasang. Wajah seorang akhwat yang sudah dibutakan oleh nafsu.

Ia tersenyum lalu menghentikan sodokannya.

"Mamang capekk nengg. Baru ini mamang menggenjot memek seenak ini. Mamang jadi lupa diri kalo mamang udah tua. Stamina mamang terbatas uhh." Jawab mang Jaka sambil sesekali kembali menyodok dengan pelan

Aku yang sebenaenya sudah diambang klimaks merasakan kekecewaan mendengar ucapan dari mang Jaka. Penisnya masih dengan gagah perkasa membelah vaginaku sementara stamina pemiliknya yang sudah terkuras habis karena dari awal menggenjotku dengan kencang.

Kini penis mang Jaka sudah sama sekali tidak melakukan tarik ulur di dalam vaginaku, hanya sebatas mendiami tempat yang tersedia didalamnya. Tanpa kuperintahkan, pinggulku seolah mencari sendiri cara agar vaginaku kembali merasakan nikmat, pinggulku dengan nakalnya malah maju mundur sendiri.

"Aaahhhhhh enakkkkk" desisku kembali merasakan kenikmatan

"Uhhhhh nennggg" Mang Jaka juga sepertinya keenakan mendapati di penisnya, vaginaku sedang keluar masuk.


Dengan posisi doggy ini, selama beberapa menit aku terus memaju mundurkan pantatku. Aku yang bekerja sementara mang Jaka hanya menikmati. Tapi ntah mengapa aku menyukai hal ini. Tangan mang Jaka yg dari tadi kesana kemari berpindah posisi, saat ini hanya memegangi bongkahan pantatku sambil sesekali menepuknya.

Vaginaku semakin banjir. Cairan cintaku tidak berhenti mengalir meluberi penis mang Jaka yang sedang diam dipuasin oleh rapatnya vaginaku. Pinggulku bergerak semakin cepat. Kedua susuku yang sedang berjuntai inipun ikut gondal gandul kedepan kebelakang mengikuti ritme goyanganku.

*plokk plokkk plokkkk*

"Aaaaahhhhhh maangggg aaaaahhhh enakkk mangggg. Aahhhhhh kok bisa senikmat iniiii aaaahhhhhh.."

Desahku meninggi. Penis mang Jaka yang tidak terlalu besar ini berasa pas di vaginaku yang masih sempit. Nafasku kini ikut memberat seiring rasa nikmat yang kurasakan. Aku menyadari kalau sebentar lagi hasratku akan tuntas, aku akan meraih orgasmeku.

Mang Jaka seolah tau yang kurasakan saat ini. Dengan sisa-sisa tenaganya ia kini ikut menggerakkan pinggulnya menyesuaikan dengan gerakan ku yang cepat.

Rasa nikmat ini semakin menjadi. Vaginaku mulai berkedut menjelang orgasmenya. Mataku memejam menyambut adanya sebuah ledakan ternikmat yang pernah kurasakan.

"Aaahhhh mannggggg aaaahhhhhhh memek aku mau pispisss mangggggg" ucapku mendesah nikmat

"Keluarin ajah neng. Puaskan dirimu. Uhhhh" balasnya singkat

Dengan tenaga penuh aku mempercepat goyanganku di penis mang Jaka hingga saat yang kutung tunggu tiba.

*Srrrr*

"Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh keluarrrrrrrrr!!"

Aku melolong panjang. Kepalaku mendongak keatas dengan mulut menganga berbentuk huruf o. Inilah rasa yang kutunggu hadir sejak birahiku meninggi sore tadi.

*Ccrrrrrttt crrrrrtttt crrrttttt*

Semburan cairan cintaku menghangati penis mang Jaka. Percikan cairan cintaku tetap menyembur keluar dari sela lubang kenikmatan ku yang masih tersumpal penis mang Jaka.

Mang Jaka kembali merem melek merasakan penisnya diurut oleh setiap otot kewanitaan pada dinding vaginaku.

"Anjiirrrrrr.. anjiiiiirrrr.. anjiiiiirrrr! Anjir pas lagi keluar gini memekmu malah makin jepit gini nengg.. uhhhh gak tahan kontol mamaanng" lirih mang Jaka keenakan.

Penisnya mulai berkedut. Dengan sisa tenaganya ia kembali menghujami vaginaku yang masih sangat sensitif. Tidak sekencang sebelumnya namun aku yakin mang Jaka juga sudah diambang batasnya.

Kaki ku bergetar, terasa rasa lelah menggerogoti tubuhku. Ingin sekali rasanya menjatuhkan tubuhku ke bawah. Namun itu tidak bisa kulakukan karena pinggulku masih di pegang mang Jaka yg tengah berusaha menuntaskan birahinya.

"Aahhhh aaahhhhhhh ssshhhhhh aaaaaahhhhhh"

Aku terus mendesah merasakan gesekan penisnya bergerak keluar masuk di vaginaku.

"Dikit lagi. Ughhh. Dikit lagi.... ughhhh... dikit... ouah yaaahhhhh!"

*CROTTT CROOTTTT*

Mang jaka menusukkan penisnya sedalam-dalamnya sebelum mengeluarkan lahar putih kentalnya ke dalam rahimku. Di usianya yang sudah tergolong tua dan kebiasaanya menyetubuhi istrinya 2 hari sekali membuat spermanya tidak begitu banyak mengisi rahimku, namun spermanya tetap terasa begitu hangat.

"Aahhhh mamang kok keluarin di dalam??" Tanyaku menoleh kebelakang.

Sebenarnya pertanyaan itu hanya sekedar alasan saja. Aku hanya ingin melihat ekspresi mang Jaka usai berhasil menyetubuhi wanita cantik sepertiku.

Mang Jaka mengeluarkan penisnya yg masih setengah tegang dari vaginaku. Penisnya sangat basah sementara dari vaginaku, lelehan sperma mang Jaka yang bercampur dengan cairan cintaku merembes keluar menyusuri pahaku.

Aku lalu menyenderkan punggungku ke body angkot di belakangku. Ku lihat mang Jaka melepas singlet yang ia pakai.

"Kamu gak mungkin hamil neng. Mamang teh mandul" jawabnya sambil mengelapi penisnya menggunakan singlet yang ia kenakan

*DEG*

perasaan bersalah langsung menyelimutiku. Tak sepantasnya aku menanyakan hal sensitif seperti itu ke seorang pria yang tidak mungkin memiliki anak.

"Maaf mang.." ucapku meminta maaf.

Disatu sisi diriku, ada rasa yang bertolak belakang dengan kata yg kuucapkan ke mang Jaka.

"Apa peduliku dia mandul atau tidak. Toh dia sudah menggarapku, dia sudah mendapatkan kesenangan yg tidak mungkin akan ia dapatkan lagi" batinku

Mang Jaka lalu memasukkan singketnya ke sebuah kantung kresek. Diikatnya lalu ia lemparkan masuk kedalam angkot melalui jendela yang terbuka. Kini ia sedang telanjang bulat didepanku.

"Mang.. mamang!"

Kudengar suara mang Asep mendekat mencari mang Jaka.

"Kutu buset udah telanjang aja si mamang. Udah ngapain aja??" Tanya mang Asep ke mang Jaka.

Mang Asep mendekatiku lalu merangkul ku.

Mang Jaka tersenyum lebar sambil memakai celana jeans nya yang ntah kapan ia ambil dari dalam angkot. Rompi orange yang menandakan dirinya adalah tukang parkir kembali ia kenakan.

"Lemas lututt ku sep di buat neng Annisa. Sekarang giliran mu tuh. Aku mau jaga dulu" jawab mang Jaka dengan santainya

"Mamang sialan. Aku gak bisa make nih cewek sekarang. Kita 2 di beri kerjaan sama kang Andi" ucap mang Asep

"Hah tugas apa lagi? Harus banget sekarang ya sep??" Tanya mang Jaka lagi

"Besok! Ya sekarang lah mang. Masa besok atuh" jawab mang Asep lagi.

Aku hanya terdiam memperhatikan mereka berbicara. Tapi rasa senang meliputi hatiku karena dari pembicaraan mereka, sepertinya aku bisa segera pulang, segera lepas dari mereka.

"Yok sini neng Annisa"

Mang Asep menarikku ke dekat lampu yang menyinari kami sedari tadi. Tubuh montokku dengan kulit halus dengan butiran keringat hasil persetubuhan ku dengan mang Jaka membuat mang Asep meneguk ludah. Tatapannya seolah ingin memakai tubuhku juga. Di celananya timbul sebuah tonjolan yang perlahan membesar.

"Sial banget ah. Disaat seperti ini kok malah dapat kerjaan. Sialan! Arrggggg!" Umpatnya kesal.

Aku yang masih bertelanjang dada ini masih sedikit letih, napasku juga masih tersengal-sengal.

"Mang Asep.. boleh Annisa pulang? Abi pasti lagi khawatir mang.." ucapku ke mang Asep. Ku pegang lengannya sembari menatap ke wajahnya

Mang Asep tampak berpikir sejenak. Ia menatapku, mengelus rambutku lalu mengecup mesra keningku.

"Hahh! Iya deh neng Annisa boleh pulang. Asall...."

"Asal apa mang?" Tanyaku

"Asal neng Annisa tuker pakaian. Neng gak boleh make ini rok. Bolehnya make"

"Mang. Mamang! Tolong ambil tas yang ada di dashboard!" Teriak mang Asep ke mang Jaka yang masih berada disekitaran angkot

Mang Jaka pun membuka pintu depan lalu memasukkan sebagian tubuhnya mengambil sebuah tas kecil lalu mengantarkannya ke mang Asep.

*Muach*

Mang Jaka menyempatkan mendaratkan sebuah ciuman di pipiku. Tangannya juga ia sempatkan menarik putingku.

"Sshhhhh" lirihku karena rasa ngilu di putingku.

"Aku ke gerbang dulu jaga sep" ucap mang Jaka meninggalkan kami berdua

Mang Asep lalu membuka tasnya mengeluarkan beberapa helai pakaian.

"Ini pake neng. Tp sebelumnya lepas dulu rok nya" perintah mang Asep yang langsung aku turuti.

Aku ingin segera pulang. Bagiku tidak masalah meninggalkan pakaian ku disini karena di mobilku, masih ada pakaian cadangan yg selalu aku siapkan mana tau ada apa-apa.

"Iyah mang" jawabku.

Aku membuka seleting dan pengait rok hitam panjang yang masih kupakai, kuloloskan dari bawah. Mang Asep kini dapat melihat kaki jenjangku serta bongkahan pantat semok didepannya. Vaginaku juga tersaji didepannya yang membuat mang Asep kembali meneguk ludah.

Mang Asep memutar balik badannya membelakangiku. Aku yakin saat ini hatinya berkecamuk, antara harus menuruti perintah bosnya atau menyetubuhiku. Dengan sikapnya yang seperti itu aku yakin pilihan mang Asep adalah yang pertama yaitu menuruti perintah bosnya.

"Udah mang" ucapku menunjukkan pakaian tubuhku yg sudah mengenakan pakaian yg diberikan olehnya

"Busset cakep benar kamu neng. Mirip lonte mahal tau neng" ucapnya memperhatikan ku dari atas kebawah.







Pakaian yang ku kenakan sangat minim. Hanya memakai tengtop tipis berbelahan rendah berwarna hitam dibaluri sebuah cardigan berwarna cokelat dengan celana hotpan berwarna hitam yang hanya menutupi sebagian paha ku saja

"Eh itu cardigannya jangan dikancing neng. Biarin ngebuka aja" ucap mang Asep membuka kancing cardiganku.

"Tapi tengtopnya rendah kali mang. Susu aku nyembul keluar kalo gini mang" ucapku

"Ya justru itu neng Annisa. Biar lebih menarik to.." ucapnya lagi. Tangannya yang masih membenahi cardiganku sesekali usil dengan menekan payudaraku.

Tentop yang kupakai juga kembali ia turunkan sampai belahan payudaraku terlihat jelas, bahkan puting payudaraku hampir ikut terekspose. Mang Asep lalu menyisir rambutku dengan jarinya, ia gerai rambutku hingga tampak lebih anggun.

"Oh ya sampe lupa mang Asep nya. Bonus buat neng Annisa. Pakai nih biar lebih pede" ucap mang Asep memberikan sehelai masker.

Aku pun mengambil masker tersebut dan langsung kupakai.

"Setidaknya wajahku tertutupi oleh masker ini. Hussff syukurlah dia masih punya hati" ucapku dalam hati

"Dah.. yuk neng" ajaknya.

Mang Asep mengenggam tanganku, ia mengajakku berjalan menyusuri seluruh area cafe.

Kini kami sudah berada di spot tempatku reuni dengan teman-temanku. Sungguh tidak bisa dibayangkan, diriku yang tadi tampil anggun dengan hijab yang menutupi aurat ku sekarang malah pamer aurat.

Kurasakan payudaraku bergoyang setiap kulangkahkan kakiku. Bukan tanpa sebab, saat ini tidak ada Bh yang menutupi payudara ku. banyak mata melirik kearahku. Ada yang melihat ke arahku secara terang-terangan ada juga yang diam-diam melirik karena takut dimarahi pasangannya. Mang Asep yang membawaku kemari tampak begitu bangga denganku yang saat ini berada disisinya.

"Tuh benar kan mang Asep. Pasti banyak yg jadi ngefans sama neng Annisa kalo penampilannya gini atuh" bisik mang Asep di telingaku.

Aku melirik kecut ke mang Asep berpura-pura kesal terhadapnya, namun menjadi tontonan seperti saat ini membuatku sedikit bangga memiliki tubuh seindah bidadari.

Mang Asep lalu mengajakku lanjut berjalan. Tak terasa sudah hampir seluruh area cafe kami jajaki. Mang Asep berulang kali membenarkan posisi cardigan yg menutupi tonjolan bulat didadaku. Ia benar-benar mengumbar belahan dan separuh bagian payudaraku ke muka umum. Bahkan tadi di area WC, didepan seorang pria yang kutaksir masih SMA, mang Asep sengaja memasukkan tangannya dari atas tentopku mengambil tetek kananku lalu ia keluarkan dari tentopku. Sontak pria itu kaget. Matanya melotot melihat susu indahku menyembul keluar. Dengan akting seadanya mang Asep seolah tak sengaja lalu memasukkan kembali payudara kananku kedalam tentop. Pria yang melihat tindakannya itu hanya bisa menganga sampai kami berusa beranjak meninggalkan nya.

Kini kami sudah keluar dari area cafe sedang menuju parkiran mobilku. Ditempat yg sunyi ini mang Asep semakin berani melanjutkan kenakalannya. Tentopku ia turunkan lagi, kedua payudaraku kini ia keluarkan.

Ia kembali mempermainkan payudaraku. Ia remas remas, ia tarik putingnya, sesekali ia sentil, dan ia tampar pelan. Dari gerbang kulihat tiba-tiba sebuah mobil Avanza datang. Cahaya dari lampu mobilnya menyenter ke arah kami. Aku tak sempat menutupi payudaraku sehingga dari dalam mobil, kuyakin si pengemudi pasti melihat toket bulatku, pasti lah dia berpikiran aku ini perempuan yang gak bener.

Mobil itu dengan pelan bergerak maju ke arah kami yang memang bejalan kaki di pinggir jalan. Mang Asep menghalangiku memasukkan kedua payudaraku, ia tetap memainkannya sesuka hati sehingga aku harus menahan malu dengan perbuatannya ini.

Mobil itu semakin mendekat kearah kami, otakku berpikir seperti mengenali mobil tersebut. Belum sempat aku mengingatnya, mang Asep melambaikan tangan kirinya kearah mobil Avanza hitam itu, memberikan sign agar mobil itu berhenti. Aku memalingkan wajahku kesamping. Meskipun memakai masker, rasa malu ku tetap membuatku membuang wajahku ke arah sisi berlawanan dari arah mobil. Jendela depan tempat driver mobil itu perlahan membuka, suara yang tak asing terdengar olehku.

"Pak Asep??" Tanya nya.

*Bobby!!!!!*

Aku kaget setengah mati mendengar suara temanku Bobby memanggil nama mang Asep.

"Kok bisa?!!" Tanyaku dalam hati sambil tetap menatap arah berlawanan dari Bobby. Aku tidak berani melihat ke Bobby. Rasa takut dan cemas menghantuiku.

"Pak Bobby?" Tanya mang Asep. Ia melepaskan tangannya dari payudaraku, hendak memberi salam ke Bobby.

"Iya pak saya Bobby" jawab temanku

Mereka pun bersalaman. Tangan mang Asep yg baru saja menyentuh kulit payudaraku bersalaman dengan tangan Bobby.

Kedua payudaraku montokku terpampang bebas dapat dengan jelas dilihat oleh Bobby temanku.

"Ini pak dompet yg tadi terjatuh. Coba diperiksa kembali ada yang kurang tidak" ucap mang Asep.

"Jadi Bobby kemari karena dompetnya ketinggalan?? Bukan karena dia temannya mang Asep kan?" Ucapku dalam hati

Bobby mengecek isi dalam dompetnya. Kudengar hembusan nafas lega keluar dari mulutnya. Kuduga isi dalam dompetnya masih lengkap tanpa ada satupun yang hilang.

"Terima kasih pak Asep. Ini buat bapak." Ucap Bobby memberikan imbalan yang langsung diterima mang Asep.

"Sama-sama pak. Lain kali hati-hati ya pak. Untung saya yg temukan. Kalo orang lain udah habis tuh duit dalam dompetnya bapak hehe" ucap mang Asep cengengesan

"Iya pak. Saya teledor tadi. Untung ada bapak. Hehe" balas Bobby

"Itulah orang Indonesia. Udah ketiban sial ujung-ujungnya masih untung kan ya. Hahaha.." ucap mang Asep

Setelahnya pembicaraan mereka berhenti sejenak. Aku masih mematung diam menolehkan pandanganku ke arah berlawanan dari Bobby. Andai Bobby melihatku, yg ia lihat hanyalah rambut panjang ku serta kedua buah payudara bulatku yang indah.

"Anuu. Dari tadi saya perhatiin bapak liatin neng ini terus? Kenapa atuh??" Tanya mang Asep dengan bibir menyeringai mesum

"Ranum pak toketnya. Badannya juga bagus. Tapi kenapa maskeran sih?? Lontenya bapak ya?" Tanya Bobby

Dadaku terhenyak. Tak kusangka dengan penampilanku yang seprti ini Bobby secara terang-terangan menyebutku lonte.

Mang Asep menarikku mendekat. Yg artinya membuatku semakin dekat juga ke Bobby. Mang Asep menuntunku agar berhadapan ke Bobby dengan posisinya berada tepat dibelakangku.

Kini mataku beradu pandang dengan Bobby. hatiku sunggu berbebar kencang, bukan karena cinta namun karena takut kalau Bobby mengenaliku. Aku takut masker ini tidak menyembunyikan jati diriku.

"Neng.. betul neng ini lonte nya mang Asep??" Tanya mang Asep di kupingku

Aku tidak berani bersuara takut Bobby akan mengenali suaraku. Kugeleng geleng kan kepalaku mengartikan aku bukanlah Lontenya mang Asep.

"Ah yang benar atuh neng??" Mang Asep menanyaiku lagi.

Lagi, kugelengkan kepalaku memberi isyarat kalau aku bukanlah Lontenya.

Bobby hanya menatapku tajam seolah pandangannya berusaha menembus masker yang kukenakan.

"Ahh"

Tiba-tiba dari belakang mang Asep mendorongku, membuat tubuhku menghimpit di body luar pintunya, sementara payudaraku berada tepat diatas kaca jendela mobil Bobby yang menutup.

Bobby kaget melihat perlakuan mang Asep kepadaku namun ia tidak berbuat apapun. Malah senyum jahat mulai timbul di bibirnya

"Namanya siapa ya?" Tanya Bobby mendekatkan mukanya.

Sekilas Bobby melihat keluar, kearah mang Asep tentunya. Aku tidak tau apa maksudnya tapi setelahnya Bobby kembali mendekatkan wajahnya yg kini hanya beberapa cm saja dari mukaku.

"Akuu Ica bang" jawabku. Dengan usaha ekstra aku berusaha mengubah suaraku agar berbeda dari suara Annisa yang Bobby kenal

"Berapa tarif kamu?? Ngamar yuk" tanya Bobby. Kali ini Bobby mengarahkan pandangannya ke payudaraku yg tergantung tepat di depannya.

Tanpa meminta izin tanganya yang besar menyentuh payudaraku dimulai dari putingku.

"Sekel bener tetekmu hehe" ucapnya sambil memainkan putingku

"Ssshhhhhh emhhpppp"

Rangsangannya di payudaraku membuat syahwatku kembali meninggi. Meski belum mengalahkan akal sehatku namun cukup membuatku mendesah

Sembari mempermainkan putingku, Bobby kembali tanpa meminta izin menciumi leher jenjangku. Kepalaku seketika mendongak keatas akibat ulahnya itu.

"Huahh.. enak bener baumu kak. Suka bener aku aroma tubuhmu" ucap Bobby kembali menciumi area leherku

Ditengah ciumannya ia kembali membisikkan sesuatu.

"Parfum kamu kak. Seperti aroma parfum temanku. Temanku yang tak mungkin kumiliki" Ucapnya di bawah telingaku yg sedang diciumnya

*Deg*

Dadaku kembali tersentak.

“apa? Tak mungkin dimiliki?? Apa maksudmu bobby?? sshhh” tanyaku dalam hati sambil meringis diterpa cumbuan booby dileherku.

Bobby lalu menghentikan ciumannya. Tangannya yg kiri kini memijit pelan payudara kananku sementara tangan kanan Bobby mengarah ke wajahku.

Saat ini aku sudah pasrah. Identitas ku pasti terbongkar. Bobby pasti selamanya akan menganggapku sebagai lonte pemuas, bukan Annisa yang sudah lama ia kenal.

Namun dari belakang tiba-tiba mang Asep menghentikan perbuatan Bobby.

"Eh pak kenapa??" Tanya Bobby heran

"Udah cukup. Neng Ica ini pacar saya pak. Saya td hanya berbagi rezeki saja ke bapak. Tolong jangan menganggap lebih. Hehe"

Aku tertunduk. Tidak kusangka mang Asep yang td seolah menawarkanku ke Bobby malah jadi penyelamat ku.

"Yah bapak. Gini deh pak. Sejuta. Sejuta buat bapaknya kalo aku boleh make pacarnya bapak" pinta Bobby kembali

"Eh enak aja kamu. Kok makin gak sopan ya. Kalu saya tidak mau ya tidak mau jangan maksa atuh." Jawab mang asep dengan suara yang lantang

Bobby yang berbadan gempal sebenarnya bernyali kecil. Ia langsung ciut mendengar suara tinggi mang Asep

"Iya deh iya. Maaf pak" jawab Bobby ketus lalu menjalankan kembali mobilnya keluar dari pintu cafe

Sungguh lega rasanya Bobby tidak mengetahui cewek yang ia nakalin tadi adalah aku. Berkali-kali didalam hati aku bersyukur.

"Dah... ini kunci mobil kamu neng. Kamu boleh pulang sekarang" ucap mang Asep memberikanku sebuah kunci

Aku segera mengambil kunci milikku tersebut. Kupasang muka cemberut ke mang Asep atas perlakuannya malam ini.

*TIT TIIT*

kubuka pintu mobilku lalu aku langsung masuk duduk kedalam. Saat aku hendak menutup pintu, tangan mang Asep menahan pintuku.

"Entar atuh neng annisa. Ini jangan sampe ketinggalan. Nanti suaminya kelaparan loh" ucap mang Asep memberikanku kantung kresek berisi nasi goreng pesananku

"Eh iya mang. hampir lupa. Makasih ya mang" jawabku tanpa sadar mengucap kata terima kasih.

Tidak sepantasnya aku mengucapkan hat tersebut atas apa yang mang Asep lakukan padaku. Tapi ya sudah lah..

"Ya sama-sama neng Annisa. Mang asep terima kasih juga buat malam ini" ucap mang Asep mendekatkan kepalanya mengecup rambutku. Tangannya ia arahkan kembali meremas kuat bongkahan kenyal payudaraku. Tidak lama, seharusnya tukang parkir ia berinisiatif menutup pintu mobilku lalu mengarahkan mobilku keluar dari cafe.

Sebelum meninggalkan cafe, mataku menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan mang Jaka yang katanya berjaga di area gerbang. namun mang Jaka tidak kutemukan. Aku pun memacu mobilku menuju rumah.

Dijalan aku teringat dengan penampilanku, tidak mungkin aku pulang dalam keadaan seperti ini. Di tempat yang sepi ku parkiran mobilku, lalu aku mengambil pakaian cadangan yang kusimpan. Ku ganti pakaian sexy ku ini dengan baju gamis terusan berwarna hijau, lalu kembali aku pacu mobilku pulang kerumah.




__ __ __ __ ____ __ __ __ ____ __ __ __ __




Disaat yang sama, disebuah jalanan yang sudah lengang bobby dengan rasa kesal memacu mobilnya dengan kencang. Pikirannya tidak tenang setelah kejadian tadi. Meski dompet serta isinya telah kembali dengan lengkap, tapi otaknya hanya memikirkan seorang wanita yang ia temui tadi.



“kok bisa ada wanita sepertinya? Posturnya, bentuk tubuhnya, bahkan aromanya mirip dengan annisa. Dasar sialan! Kenapa aku tadi gak langsung buka aja masker nya!! Ahh siall!

Umpatnya lantang memukul setir mobilnya.




__ __ __ __ ____ __ __ __ ____ __ __ __ __




Disaat yang sama di living aestetich cafe, tampak dua orang lelaki dengan wajah puas sedang mengobrol seru dari atas motornya masing-masing



“oiya lupa aku mang. Harusnya aku minta nomor hp nya neng annisa. Mamang sih puas bisa make dia. Aku mah belum dapat jatah atuh” kata asep menepok jidatnya



“rezeki orang tua atuh sep. Memeknya wuenakk pisan. Jepitan dan empotannya juara. Moga aja bisa make dia lagi.” Jawab jaka sambil menghidupkan motornya.



Kedua lelaki itu kemudian pulang kerumahnya masing-masing.
 


:::::::::::::::::::



Side story: RANI​



Sungguh aku kesal dengan diriku sendiri. Kehidupanku saat ini sedang berada di titik terendah. Kejadian buruk yang menimpaku di taman Saday*na menjadi asal muasal semuanya. Dunia berasa tidak sama lagi.

2 bulan sejak kejadian di taman Saday*na

Aku terbangun dari tidurku, jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Kulihat disebelahku pak Roni masih tertidur dengan lelapnya, kecapean sehabis bercinta denganku.

Aku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang kotor. Di vaginaku masih terdapat sisa sperma pak Roni yang sudah mengering, di payudaraku terdapat 2 buah ruam merah bekas cupangan ganas yg ia lakukan semalam.

Kubilasi sekujur tubuhku, lalu kusabuni agar kotoran yg menempel terangkat, lalu kubilasi lagi hingga benar-benar bersih.

"Segarnya...." ucapku sambil mengeringkan tubuhku menggunakan handuk tipis yang disediakan hotel esek-esek ini.

Aku kembali memakai pakaian yang tadi kutanggalkan. Sebuah kaus putih tipis berlengan panjang serta celana panjang longgar warna hitam. Tidak lupa kupakai kembali hijabku. Sebuah hijab yang hanya menutupi kedokku yang sebenarnya, seorang wanita murahan yang gampang diperdaya.

"Rani.. kok udah beres-beres aja. Sini tidur lagi sama om" ucap pak Roni memanggilku kembali ke dekapannya. Namun matanya kembali menutup melanjutkan tidurnya membuatku mengurungkan niat menuruti perintahnya.

Terbesit pikiran nakal di kepalaku, kudekati pak Roni yang masih tidur dengan posisi telentang, kontolnya yang ikut tidur hingga tampak kecil pun kupegangi. Ku elus lalu perlahan ku kocoki. Karena tidak kunjung mengeras, kontol itu kumasukkn ke mulutku lalu kusepong kencang. Terasa rasa asin dari kontolnya yang semalam telah hinggap mengisi rahimku.

Ku jilatin seluruh kontolnya hingga bersih, kutoel toel lubang kencingnya dengan ujung lidahku hingga kontol itu pun mulai bangun.

Ternyata bukan cuma kontolnya yang bangun, pemiliknya juga ikut bangun karena rangsangan yg kuberikan. Tangannya sudah berada di kepalaku seakan membantuku untuk melahap masuk kontolnya dimukutku.
Aku sudah berniat meninggalkannya, jadi sebagai hadiah perpisahan, ku biarkan kontolnya masuk dalam sampai ke kerongkongan ku. Kubiarkan sejenak lalu ku lepas keluar kontolnya yg saat ini basah karena liurku.

Aku pun menyeka bibirku yg basah dengan selimut lalu berdiri membuka lemari.
"Ran.. Rani.. kok udahan?" Tanya pak Roni yang melambaikan tangannya memanggilku

Aku tidak menjawab panggilannya. Kuabaikan setiap panggilannya hingga ia tertidur kembali.

Tadi dia memanggil namaku. Ya.. Namaku adalah Rani, Rani Anggraini. Seorang perempuan berumur 23 tahun dengan wajah cantik. Tubuhku sintal dengan buah dada serta bokong yang berukuran besar.



Mulustrasi Rani

Aku mengepak barangku masuk ke tas jinjingku lalu beranjak keluar kamar. Saat ini aku berada di sebuah hotel melati yang biasa dijadikan oleh pria hidung belang sebagai tempat bertarungnya.

"Udah puas pelangganmu Ran?" Tanya seorang resepsionis hotel.
"Udah bang. Rani pamit pulang duluan ya." Jawabku menuju pintu hotel

Resepsionis yang bertanya tadi namanya Anton. Anak dari pemilik hotel melati ini. Perawakannya tampan namun sepertinya memiliki kelainan, yakni sedikit kebencong-bencongan. Umurnya masih 20 tahun, 3 tahun di bawahku.

Di pintu hotel aku berpapasan dengan sepasang muda-mudi yang baru akan check-in, si laki-laki melirik ke arahku sambil melemparkan senyuman nakal.

"Bentar neng" katanya ke pasangannya lalu mendekatiku

"Mau apa bang?" Tanyaku pada pria tersebut

Pria itu terus mendekatiku lalu tiba-tiba ia mencolek pipiku

"Neng manis boleh icip bentar ya" ucapnya sambil mengendusku

Tak menunggu jawaban dariku, ia langsung mencium bibirku. Tanganya menyisir turun ke perut lalu mengangkat baju yang kupakai hingga tetek kananku kelihatan. Dengan tangannya ia mengangkat BH ku lalu dengan cepat bibirnya yg td di bibirku sekarang sudah berada di putingku, menghisapnya dengan kencang.

Tak berapa lama ia menghentikan perbuatannya. Masih dengan senyuman khasnya ia melihatku
"kapan-kapan boleh Abang pake ya?" Tanyanya sambil menatap kearahku

"He'em" jawabku singkat
Lelaki itu pun mencium pipiku lalu kembali menuju pasangannya.


Skip

Walaupun sudah mau pagi, di depan hotel ini masih ada beberapa ojol yang ngetem menunggu penumpangnya. Aku mendatangi salah satu langganan ku.
"Bang ayok antar Rani pulang" pintaku kepada bang amek, seorang Ojol yang biasa mengantar kupu-kupu malam pulang seusai pekerjaannya.

"Ayok. Tumben jam segini udah kelar??" Tanya bang amek

"Pelanggan Rani udah puas kok bang. Jadi Rani tinggalin aja" jawabku sambil menaiki motornya

Kami pun pergi dari lobby hotel menuju rumahku. Jalanan masih sangat sepi, sesekali terlihat wanita-wanita lain yang mungkin seprofesi denganku masih berdiri menunggu tamu di pinggir jalan.
Udara malam ini cukup dingin, ditambah rintik-rintik kecil hujan membuatku kedinginan. Kupeluk bang amek dari belakang, kurasakan hangatnya punggung bang amek di dadaku.

Sepanjang jalan bang amek tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya diam membisu mengabaikan ku yang sebenarnya sedang butuh teman curhat.

"Sampai ran" akhirnya bang amek buka suara, itupun ketika kami sampai di pertigaan dekat kontrakan ku, tempat biasa ia menurunkan aku.
"Thanks bang udah mau anterin Rani nih..." ucapku menyerahkan uang 20rb sebagai bayaran kepada bang amek.
"Sama-sama. Abang lanjut kerja lagi ya" kata bang amek lalu memutar balik motornya lalu pergi

Sesampainya di kontrakan ku, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur lalu melanjutkan tidur.

Keesokan harinya, di saat matahari sudah berada di atas kepala, aku sedang membeli nasi Padang di warung mbok sarinem. Lauknya kupesan dua agar aku lebih lahap dan kenyang.

Warung mbok sarinem terletak tidak begitu jauh dari komtrakanku, masih di jalan yang sama sehingga dengan berjalan kaki aku bisa membelinya.

"Rani. Baru pulang beli makan siang say?" Ucap pak Ramses dari balik pagarnya sedang menggantungkan sampah.

"Iya pak beli di tempat mbok sarinem" jawabku mengangkat kantung kresek menunjukkan apa yang kubeli

"Singgah sini yuk. Mumpung ibukmu lagi keluar" katanya membuka pagar.

Pak Ramses adalah salah satu tetanggaku. Selain tetangga, ia juga merupakan pelanggan tetapku yang suka memakai servisku.

Aku mengangguk lalu memasuki halaman rumahnya, pak Ramses celingak celinguk memperhatikan keadaan sekitar lalu menutup pintu pagar.

Ia membawaku masuk ke dalam rumahnya. Pak Ramses mengambil piring dan sendok lalu membiarkanku makan terlebih dahulu. Tak lupa ia membuatkan ku sirup dingin segar sebagai teman makanku.

Setelah makan langsung kubersihkan mulut serta tanganku, ku dekati pak Ramses yang duduk diatas Sofanya.

Ku dudukkan tubuhku di lantai tepat di depan pak Ramses, ku arahkan tanganku menuju selangkangan nya.

Dengan telaten kubuka celana pak Ramses sehingga kontolnya yg masih berkulup itu terpampang belum menegang sempurna.
Segera kudekap kontolnya terus kucium ujungnya yang masih ditutupi kulup tersebut. Pak Ramses adalah seorang non muslim sehingga tidak mempunyai kewajiban utk bersunat.

"Uhhh" desah pak Ramses saat jemariku menarik turun kulupnya sehingga ujung gundulnya timbul lalu dengan lidahku gelitiki lubang kencingnya

"Belum cebok pak?" Tanyaku sambil terus menjilati kepala jamur kontol yg sedang kupegang.

"Belom say. Bersihin ya say" kata pak Ramses

Dengan telaten akupun memulai tugasku membersihkan kontolnya. Mulai dari pangkal hingga ujung gundulnya, seluruhnya ku jilatin hingga mengkilap terkena liurku.

Setelahnya aku memasukkan kontol pak Ramses ke mulutku, ku sepong perlahan. Kepala ku naik turun di selangkangannya.

*Emmhhh slrrrpppp slrrrpppp*

Kutoleh kearah pak Ramses dengan pandangan binal, kulihat ia sedang meram melek keenakan kusepong. makin semangat, akupun mengencangkan seponganku.

Selama 10 menit aku menyepong kontol pak Ramses hingga rahangku sedikit pegal. Ku keluarkan kontol itu dari mulutku, ku kocokin pake tanganku.

"Say gantian. kamu sekarang duduk di sini" kata pak Ramses menepuk sofa memberi isyarat.
Aku segera mnurutinya. Aku duduk di sofa sementara pak Ramses kini bersimpuh di lantai. Celanaku di buka olehnya. Kaki ku ia lebarkan sehingga aku mengangkang di hadapannya.

"Memek mu selalu ngangenin say" ucap pak Ramses sebelum ia membenamkan kepalanya di lipatan memekku.
Hidungnya tepat berada di belahan memekku mengendus bau khas kewanitaanku sementara lidahnya menjilati halus lubang memekku.

"Sshh uuuhhhh" desisku

Pak Ramses memulai aksinya, ia menjilati seluruh area memekku. Lidahnya berulang kali mempermainkan bibir memek dan klirotisku. Rasanya enak sekali.

Tangannya juga tidak tinggal diam, awalnya 1 jarinya mulai masuk kedalam liang memekku. Ia tusuk sedalamnya lalu ia keluarkan kembali, lalu masuk jari satunya, ia lakukan gerakan serupa. Lalu ditambahnya 1 jari lagi.

Kini 3 jari pak Ramses sudah bersarang di lubang memekku. Rasanya sesak sekali. Meski memekku sudah tidak serapet dulu, tapi 3 jari gemuknya masih kebanyakan bagi liang kawinku ini.

*Cplok cplok cplokk*

Cairan memekku yang sudah meluber menjadi pelicin jarinya yang kini sudah keluar masuk dengan kencang.
Pak Ramses sangat fokus mengobok-obok memekku, aku yang meram melek menikmati perbuatannya. Jari tangan kananku memegangi bibirku sendiri sementara tangan kiriku meremasi tetek ku yang masih di lapisi pakaian.

"Ughhhhh yaaahhhh teruss paakkk ahhhhh" racauku semakin menikmati

Tidak lama berselang, ku raih orgasmeku. Tubuhku mengejang, cairan cintaku sedikit menyemprot membasahi muka pak Ramses. Sebagian cairan cintaku diminumnya dengan rakus. Lalu Ia biarkan tubuhku yang menggelinjang paska orgasmeku. Jarinya sudah ia keluarkan dan hanya mengusap-usap bibir memekku.
Setelah tubuhku kembali rileks, pak Ramses berdiri lalu mengarahkan kepala kontolnya di bibir memekku. Di gesek-geseknnya dahulu agar lendir kewanitaan yang membasahi bibir memekku ikut membasahi kontolnya.

Bibirnya bergerak, mengucapkan kata yang sudah kutunggu.

"Siap siap ya" ucapnya

*bleshhh*

Dengan satu dorongan kontolnya berhasil memasuki lubang kawinku. Ia diam kan sesaat merasakan hangatnya dinding dalam memekku lalu dengan tiba-tiba dengan cepat ia memaju mundurkan pinggulnya mengebor memekku.

"Aaahhhh yaahhhhh aaaahhhh enakkkk aahhhh" racau ku keenakan.

Suaraku tidak kutahan. Desahan erotis kubiarkan keluar mengisi ruang tamu rumah milik pak Ramses ini. Ia juga tidak mempermasalahkannya, malah membuatnya semakin bernafsu mempercepat lagi sodokan kontolnya.
"Enak kan lonte?? Hahh hahh... Enakk kan kontol bapak??. Terima ini. Terima sodokan bapak di memekmu! Ugh" erang pak Ramses ditengah pompaannya yang sangat intens

"Enakk pakkk aahhhh enaakkkk terus entot Rani pak.. terus kontolin memek Rani aahhhh ahhhh" jawabku

Memekku yang sedang di bombardir hanya menerimanya saja. Seakan pasrah, memekku hanya bekerja mengeluarkan pelumasnya agar kontol pak Ramses tidak seret di dalam.

Sekitar 20 menit lamanya kami kawin. Berbagai gaya sudah dilakukan, saat ini aku sedang di gendong berhadapan dengannya dengan kontolnya yang menancap di lubang memekku. Tubuhku naik rurun akibat pompaannya. Bibirnya selalu melipir ke bibirku, kami berciuman.

Selama di entotnya, sudah 2x aku meraih orgasmeku, dengan kocokannya tadi artinya sudah 3x. Memekku yang sudah sangat gatal ini sepertinya akan kembali mendapati klimaksnya.

*CRTTTT CRRTTTTT CRRTTTT*

Total 4x orgasmeku kurasakan saat bersama pak Ramses siang ini, sementara ia hanya meraih 1x dengan spermanya yang ia tujukan ke mulutku untuk kuminum.

"Rani sayang. binal banget dirimu ini lonte ku. Jangan bosan-bosan bapak panggil ya say" ucap pak ramses memakai kembali celananya.

Akupun ikut membetulkan pakaianku yang berantakan dan memakai kembali celanaku.

"Iya pak sama-sama. Rani juga senang kalo bapak pelanggannya. Rani puas hehehe" ucap ku dengan gaya binal

Kuterima uang 100rb dari pak Ramses sebagai biaya jasa servis yang kulakukan. Setelahnya aku pamit keluar dari kediaman pak Ramses.

Bang amek sudah menungguku dengan motornya di pertigaan tempat semalam dia menurunkan ku pulang. Dia jugalah yang akan mengantarkan ku kembali bekerja.

Aku sudah resign dari kerjaan lamaku, sebagai customer service pada salah satu bank swasta. Alasannya tidak lain tidak bukan karena sesosok pria misterius yang selalu menerorku.

Sebenarnya pria itu masih sering menghubungiku, memintaku melakukan apapun yang ia pinta. Aku yang dungu ini dengan mudahnya selalu mengiyakan permintaannya karena tidak berani melawan.

aku juga sudah membuat kesepakatan dengannya, kesepakatan agar ia tidak melibatkan temanku, Annisa. Cukup aku saja yang menjadi pelacur murahan, jangan orang lain lagi.

Selain itu, sepertinya tubuhku sudah bisa menyesuaikan kondisinya dengan pekerjaan baru ku. Tubuh wanita yang nakal yang gampang sangean yang dikit-dikit terangsang dan butuh belaian.



Skip


Sebulan sebelum Reuni


Seperti biasa aku melakukan pekerjaanku, sebagai pelacur murahan yang sedang mangkal. Malam ini aku menjajakan tubuhku di gang X, yang berada di sebuah kawasan lokalisasi kota Band*ng.

Kontol yang sedang menyodoku saat ini adalah kontol ke 4 malam ini. Memekku sudah sedikit meregang karena sebelumnya memekku dipake oleh om Ali, seorang pria asal afrika yg memiliki kontol super besar. Dengan rudalnya, ia berhasil membuatku kelonjotan hingga orgasme 11x dalam waktu satu jam.
Namun kini yang sedang memakai jasaku adalah seorang lelaki tampan dengan sebuah tahi lalat di keningnya, seorang yang kukenal dekat.

*Plokk splokkk plokkkk splokkkk*

"Ahhhh masss enakk masss terus masss aaaahhhhhh" desahku menahan pompaan dari sebuah kontol bengkok milik mas Bahri, seniorku di bank tempat aku pernah bekerja

"Rasakan ran! Rasakan sodokan kontolku! Rasakan kehebatan kontolku menggaruk memek longgarmu! Hengkkkk!!" Pacu mas Bahri sekuat tenaga terus menekan kontolnya masuk sedalam-dalamnya sebelum menariknya lalu memasukkannya kembali. Ia remas kasar tetekku lalu ia tampar dengan keras sehingga warna kulit tetekku menjadi kemerahan.

Rambutku juga ia Jambak, ia tarik ke belakang sehingga kepalaku mendongak ke atas ditengah entotan mas Bahri yang sedang mendoggy aku.

Mas bahri sangat kecewa terhadapku. Aku bisa merasakan sikap kasar yang ia lakukan saat ini adalah bentuk pelampiasan amarah atas perubahan diriku.

Bagaimana tidak, mas Bahri yang sedari awal aku bekerja adalah senior yang paling baik dan sering membantu pekerjaanku. Ia juga orang yang paling perhatian kepadaku dikala aku sedang sedih atau banyak tekanan. Sebenarnya aku menyadari kalau mas Bahri menaruh hati kepadaku, walau dia belum sempat mengungkapkannya, namun perasaannya terhadapku sudah menjadi rahasia umum di lingkungan kantorku. Rekan kerjanya yang dibidang marketing, teman2 di bidang administrasi, semua sudah mengetahui kalau Bahri menyukaiku.

"Aahhhhh massss bahriiiiii... aaahhhhhh iyaaaaahhhh hukum aku masssssshh hukummm aku yang sekarang udah jadi lonteeee ahhhhhhhh ahhhhhhhhhhh" jeritku melolong sembari meraih orgasmeku.

Cairan cintaku menyiprat keluar meski mas Bahri tetap menyumpal memekku dengan kontolnya. Aku memejam nikmat sembari merasakan gelitikan jari mas Bahri di area klirotisku yang masih sangat sensitif ini.
Dengan mata sayu aku menoleh ke arah mas Bahri, kudekatkan mulutku ke wajahnya mencari mulutnya yang dari tadi berkata kasar.

*Mmummhhhhh*

Aku mencumbu mas Bahri dengan romantis, ku pegang pipinya lalu ku elus dengan manja. Kontolnya yang masih keras di dalam lubang kawin ku masih melakukan tarik ulur.

*Srrrrrr*

Tidak kusangka aku akan mengalami 2x orgasme dalam waktu yang sangat singkat.
Cairan cintaku kembali menyiprat keluar sembari ciumanku yang belum kulepas dari bibir mas Bahri.

Tanpa kusadari ternyata mas Bahri juga sudah meraih klimaksnya saat semburan cairan cintaku menghantam kepala kontolnya. Spermanya yang hangat membanjiri isi dalam vaginaku lalu ikut tumpah menyiprat bersama cairan cintaku.
Tiba-tiba kurasakan rasa dingin di jemariku. Ternyata mas Bahri meneteskan air matanya.

"Mas kenapa??" Tanya ku spontan

Tidak sengaja kontol mas Bahri yang masih tegang terlepas dari cengkraman memek longgarku. Kontolnya terlihat mengkilat basah.

"Kenapa kamu jadi seperti ini?? Aku masih tidak percaya kalau kamu Rani, wanita yang kucintai setengah mati." Ucapnya sendu

Aku tersentuh mendengar kalimat yang diucap mas Bahri. Dengan penuh perasaan kali ini dia membenarkan semua gosip yang ada bahwa ia mencintaiku.

Matanya berlinang, air nya jatuh dengan deras menuruni pipinya membuat aku terharu. Ingin sekali memeluknya lalu menceritakan semuanya ke mas Bahri, tapi ini hanya akan menambah bebannya.
Tidak terasa air mataku juga ikut menetes. Perasaanku yang kukira sudah lama mati mencuat kembali ke permukaan.

"Maaf mass maafin Rani... huuuuuuuuuuu" ucapku menyeka air mataku, mencoba menahan tangisku.

"Jangan minta maaf ke mas. Mas tau kamu yang paling terbebani saat ini. Mas tau ini semua bukan keinginan kamu" ucap mas Bahri memegang kedua bahuku. Matanya menatapku dengan serius, lalu tiba-tiba ia memelukku sangat erat.
Saking eratnya, napasku menjadi berat dan sesak. Cengkraman nya begitu kuat menekan punggungku. Kurasakan bagian rahangnya yang bergetar di pundakku.

"Mas sayang ke kamu Rani. Tolong izinkan mas untuk membantumu. Selamanya mas akan selalu ada untukmu. Jadi... jadilah istri mas, Rani!" Ucapnya saat memelukku.

Aku terhenyak kaget mendengar perkataan mas Bahri yang saat ini melamarku. Tangisanku yang sudah mati-matian kutahan tiba-tiba tidak terbendung

"Huaaaaaaaaaa massssss maafin Rani.... maaafffffh... Rani udah gak layak untuk mass.. Rani udah kotor banget massss huaaa." Balasku sambil menangis kencang
Mas Bahri langsung mengusapi punggungku. Wajahnya berpindah ke depan wajahku memperhatikan mukaku yang memerah dengan air mata yang berjatuhan.

"Mas akan menerima kamu apa adanya Rani. Mas mencintaimu. Mas akan ikut menanggung semua beban kamu" ucap mas Bahri lalu mencium bibirku mesra.
Hatiku terbang melayang. Peri cinta seakan memanahiku dengan busur cintanya. Aku jatuh cinta!

Mas Bahri kembali menyeka air mataku.
"Sudahi tangismu sayang. Sekarang ada mas yang akan selalu bersamamu. Udah yaaa" ucap mas Bahri kembali.

Mungkin mas Bahri masih mengira tangisku adalah tangisan penyesalan, ia tidak mengetahui tangisku ini adalah tangis kebahagian, dimana seorang lelaki hebat seperti mas Bahri, mau menerima wanita sepertiku.

"Makasih mas.. tapi aku sekarang aku belum bisa memberi jawaban mas. Boleh kita jalani aja dulu mas?" Ucap ku sambil sesekali menarik napasku dengan kuat karena hidungku yang tersumbat.

Dadaku masih berdebar kencang. Melihat mas bahri saja jadi tidak berani karena malu. Namun dia tetap melihatku dengan seriusnya.

"Iya sayangku. Kita jalani aja dulu. Biar mas bisa membuktikan keseriusanku padamu Rani" kata menunjukan keseriusannya
Setelahnya rasa canggung meliputi kami karena saat ini kami berdua tidak mengenakan apapun.

"Jadi kita ngapain ni?" Tanya mas Bahri dengan menggaruk rambutnya. Ia seperti mencari topik untuk melelehkan kecanggungan kami.

Sikapnya itu membuatku tertawa dan suasana pun mencair dengan cepat.
Setelahnya mas Bahri mengajakku duduk disebelahnya lalu bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku berpikir sejenak mau bingung memulai darimana. Sekali lagi ia mengatakan niatannya membantuku, setidaknya saat ini untuk berbagi bebanku.
Aku pun luluh. Ku mulai ceritaku dari sebuah pesan misterius dan foto yang dijadikan sebagai bahan ancaman. Kejadian di taman Saday*na juga kuceritakan hingga bagaimana pria misterius itu terus menghubungiku dan menjadikanku sebagai pelacur. Selain tentang Annisa yang waktu itu ikut bersamaku, Tidak ada yang kututupi dari mas bahri.

Mas Bahri yang mendengarkan ceritaku dengan serius pun seperti terbawa suasana, emosinya terpancing. Tapi dengan tenang aku meredamnya.

"Jadi aku tanya sekali lagi. Mas beneran sanggup?" Tanyaku

"Sanggup sayang. Untuk saat ini aku akan bersabar. Demi kamu" jawab mas Bahri mengecup pipiku

"Hehe. Mas bahri. Mas Bahri calonnya aku.." panggilku mesra

"Ya sayangnya mas" jawabnya melemparkan senyuman manis
"I love u" ucapku sambil memeluknya. Bidang dada kami menempel dengan eratnya.

"I love u too my love" balasnya.

Malamnya kuhabiskan bersama dengan mas Bahri. Kami tidur bersama di hotel melati, hotel yang menjadi langganan ku apabila mendapat tamu sekaligus hotel tempat aku dilamar. Sungguh hotel yg spesial.



____________________



Besoknya sekitar pukul 10.00, mas Bahri menepuk lembut pundakku. Perlahan kubuka mataku dari tidur lelapnya.

"Hah udah jam 10! Mas gak kerja??!" Kataku kaget saat melihat ke arah jam hotel.

Mas Bahri dengan santainya beranjak dari tempat tidur menuju kulkas lalu mengambil sebotol air mineral.

"Jangan panik. Mas udah izin tadi" ucapnya memberikan botol air mineral itu kepadaku

"Aih mas buat aku jantungan aja. Syukurlah" jawabku mengambil botol minuman itu lalu langsung kuhabiskan.

"Kamu tidurnya pulas banget sih sampe ngences gitu. Mas kan jasi gak tega bangunin kamu yang hehe" jawabnya terkekeh

Aku lalu menyeka bekas air liur yang membasahi bagian pipiku. Malu sekali rasanya sisi kekanakanku diliat mas Bahri.
Karena lapar, mas Bahri mengajakku keluar mencari makanan. Aku pun segera menuju kamar mandi untuk bersih bersih. Tidak lama kemudian pintu kamar mandi dibuka, lalu sosok yang kusayang ikut masuk kedalam.

"Biar cepat kita mandi barengan aja yah sayang" kata mas Bahri yang langsung kusetujui.

Bagai pasangan baru yang sedang kasmaran, yang kami lakukan tidaklah cuma sebatas mandi doang. Awalnya hanya saling menyabuni diakhiri dengan persetubuhan erotis dibawah shower. Mas Bahri menyemburkan spermanya di bongkahan pantatku yang besar, karena tetesan air dari shower yang cukup deras, spermanya langsung mengalir jatuh.

Seusai mandi kami langsung bersiap check out hotel mencari makanan. Mas Bahri mengajakku ke sebuah warung bakso yang menjadi langganannya ketika lapar. Jaraknya lumayan jauh dari hotel. Dengan motornya kami menuju warung tersebut.



Skip



POV Bahri


Mulustrasi Bahri


Perempuan yang kucintai sedang memelukku, bisa kurasakan kekenyalan dari tetek rani menekan punggungku yang hanya memakai kaos bilabong berwarna biru.

Sebelumnya aku tidak percaya kalau Rani, gadis belia yang cantik yang pernah bekerja satu kantor denganku sering mangkal pada sebuah lokalisasi. Setidaknya begitulah gosip yang beredar. Seolah tidak mau tahu, otakku terus menyangkal berita tersebut padahal sudah beberapa temanku yang mengatakan bahwa mereka memang melihat Rani, sampai tidak sengaja saat aku mengendarai motorku pulang dari kantor, bola mataku melihat samar seorang wanita cantik sedang mengoral penis milik lelaki di pinggir jalan.

Secara spontan otot pada jari tanganku memberi respon menarik pedal rem motor yg sedang kubawa. Hampir saja ban motorku tergelincir karena pengereman yang begitu mendadak. Kondisiku malam itu sedang memakai jaket kulit hitam dengan helm full face di kepalaku. Segera kutepikan motorku di bahu jalan, lalu berjalan menuju pasangan mesum tersebut.

Bisa kulihat mata lelaki itu memeram merasakan nikmat rangsangan yang sedang dia alami. Di selangkangannya seorang wanita sedang memaju mundurkan kepalanya.

Posisi wanita itu membelakangiku, namun dari liuk tubuhnya aku seperti mengenali nama dari pemilik tubuh indah itu.
Langkahku terus mendekati sampai aku berada tepat didepannya lalu melewati mereka. Arah kepalaku terus lurus kedepan sementara dari balik helm yang ku kenakan, mataku sedang menoleh ke kiri terfokus ke arah wanita nakal yang dengan berani berbuat seperti ini di pinggir jalanan umum.

*RANI!!*

Wanita nakal itu adalah Rani. Kulihat sekali lagi dengan menyipitkan mataku. Bener, dia memang Rani.

Seperti disambar gledek, kurasakan hati ku hancur melihat wanita yang kudambakan sedang memberikan servis kepada lelaki yang bukan muhrimnya. Rani sedang menjilati batang haram pria didepannya seperti menjilati permen lolipop.

"Ternyata gosip yg beredar selama ini benar" lirihku dalam hati.

Ingin sekali kusamperin Rani namun niat itu kubatalkan karena tubuhku yang terlanjur melemas mengetahui fakta yang kuhadapi.
Aku memutar langkahku menjauhi mereka menuju motorku yang terparkir. Saat aku melewatinya, mereka tetap asyik sendiri tidak memperdulikan adanya orang asing yang memperhatikan tindakan asusila mereka.

Sepanjang perjalanan pulang, air mataku menetes. Tidak akan ada orang yang melihat kesedihanku saat ini karena tertutupi oleh helm full face sangar ini.
Esoknya, dengan kantung hitam dibawah mataku aku kembali bekerja. Tidak seperti biasanya, aku banyak melakukan kesalahan sehingga pak kepala cabang menegurku. Ia menatapku dengan tatapan emosi sampai dilihatnya wajahku yang seprti babak belur ini. Setelahnya ia menganjurkan ku mengistirahatkan diri di ruang klinik untuk memulihkan diri. Maaf saja pak, Kelelahan ku saat ini bukan karena pekerjaanku tapi karena hatiku yang sedang hancur.

Sesuai saran pak kepala cabang aku merebahkan diri di kasur klinik yang kebetulan sedang kosong. Kucoba tidur namun tidak bisa, mataku terpejam namun tidak bisa kutidurkan. Malah bayang2 Rani yang selalu muncul di pikiranku.

"Ahh sialnya diriku" ucapku mengeram.
Ditengah usahaku yang sia-sia, Tiba-tiba terbesit dipikiran ku sebuah pikiran jahat.

"Kalau Rani emang wanita seperti itu, kenapa aku tidak memakai jasanya juga?" Ucapku pelan.

Pikiranku kembali berkecamuk, seperti ada 2 sisi yang bertolak belakang sedang bergulat di otakku. Setelah beberapa saat sepertinya pikiranku berangsur rileks. Ya.. inilah yang harus kulakukan. Aku akan memakai Rani!

Malam pun tiba. Sepulang dari kantor, aku langsung bergegas menuju tempat Rani bermesum ria semalam. Tapi dirinya tidak kelihatan, hanya ada beberapa pelacur yang sedang berdiri menunggu dihampiri. Hampir sejam aku menunggu di motorku namun Rani tidak kunjung nampak. Lalu kutelusuri daerah lokalisasi yang jaraknya emang tidak jauh dari sini, Rani tetap tidak kelihatan.

Aku tak menyerah. 4 hari berturut aku mencari Rani di daerah tersebut sampai akhirnya kudapati Rani dengan pakaian serba ketat yang menunjukkan indah lekuk tubuhnya sedang bermain hp di pinggir jalan.

Saat kusamperi Rani tampak kaget. Hp yang dipegangnya pun terjatuh, untung ada aku yang sigap mengambilnya sebelum menghantam tanah.
Ku tatap Rani dengan penuh napsu. Wajahnya tidak berubah sejak dia berhenti dulu membuat ku semakin gusar ingin memakai nya.

Namun itu cerita semalam. Saat ini, Jujur aku tidak menyangka niatan melampiaskan amarahku ke Rani malah menjadikan cintaku padanya semakin besar. Rani seperti seorang gadis polos yang dipaksa salah memilih jalan. Tidak mungkin semudah itu mengembalikan Rani sekarang ke versinya yang dulu. Apalagi saat ini ia masih didalam kontrol lelaki jahanam yang diapun tidak tau mukanya, apalagi mengenalinya.


_________


Beberapa hari sudah kami lewati bersama sebagai pasangan. Meski Rani mengatakan belum bisa memberiku jawaban tp dari sikapnya dan keterbukaannya terhadapku, dirinya seperti sudah memberi kode "iya" yang ku harapkan.

Pelan namun pasti. Aku semakin mengenali Rani, sikapnya yang terkadang childish, manja tapi mandiri, penyayang, hobynya, makanan kesukaannya, termasuk segala permasalahan hidupnya. Seperti tentang kode yang disebutkan oleh Rani, yg membuatnya harus patuh kepada siapapun yang mengucapkannya.

Kami berencana pergi menonton bioskop. Untuk mengantisipasi agar tidak lapar, aku mengajak Rani makan terlebih dulu di sebuah warung martabak Mesir.

Warungnya tidak seperti warung martabak lain yang menggunakan gerobak, tapi punya lahan Rani memesan martabak Mesir spesial yang isinya ada dagingnya, sementara aku memasan martabak Mesir ayam yang isinya sudah pasti ayam, bukan daging. Hehe

Dengan harga 55rb perporsinya, tentu saja rasanya harus enak. Kalau tidak pasti lah warungnya tak seramai ini.
Dengan cepat kami menghabiskan makanan kami, satu lagi sifat Rani yang baru aku ketahui, saat makan makanan kesukaannya, ia bisa melahap makanannya dengan cepat, sangat cepat sampai Rani lebih dulu selesai makan.

"Kamu makannya nyante aja mas. Jgn buru2 gitu nanti keselek" kata Rani memperhatikan aku makan. Aku merasa malu karena biasanya si laki-laki yang menunggu makan perempuannya. Ini malah sebaliknya. Huh..

Sambil makan, aku tetap berusaha menghibur Rani. Memberinya jokes dan sesekali bertingkah konyol agar ia tertawa. Sering kali berhasil namun terkadang lawakanku gagal dan malah dibilang

"jangan dipaksain mas" oleh Rani. Sungguh lucu memang calon istriku ini. Hehe
Setelah makan kami tidak langsung beranjak, masih ada waktu sejam lebih lagi sebelum filmnya diputar. Saat kami sedang asyik-asyiknya, ada pria yang mendatangi Rani. Dengan berani pria itu berbisik dikupingnya. Rani pun seketika menoleh ke arah pria tersebut.

Perawakannya seperti orang timur, kulitnya hitam dengan tinggi badan diatas rata-rata. Rambutnya pendek namun tetap ikal dengan sebuah tatto bergambar love di lehernya.

Setelah mendengar bisikan dari pria itu, Rani melihatku sendu. Bibirnya sedikit bergetar seakan mau berbicara namun tidak bisa. Sementara pria itu dengan senyumannya seperti sedang mengejekku. Matanya melihat kearahku lalu dengan mengangkat alisnya ia mengalihkan pandangannya

"Mas maaf ya. Dia nyebut kode itu" ucap Rani gugup.

Aku yang paham akan maksudnya memberi isyarat OK ke Rani yang dibarengi dengan anggukan oleh rani. Pria itu kemudian menunjuk ke arah toilet, bisa kutebak kalau ia akan melakukan aksinya menyetubuhi calon istriku di toilet warung, yang letaknya di belakang.

Rani pun berdiri. Dengan melambaikan tangan dia berjalan menuju arah toilet lebih dahulu sementara pria itu masih berdiri menyeringai.

"Rani udah jadi cewekmu kah?" Tanya pria itu duduk di kursi yang tadi diduduki Rani

"Udah bang" jawabku ketus

Senyumnya semakin menjadi. Giginya yang putih sangat kontras bersandingan dengan wajah serta bibirnya yang hitam.

"Hahaha. izin secelup dua celup ya. Dadah" katanya sambil beranjak pergi menuju Rani.



Mulustrasi Mr X, orang timur.

Emosiku meninggi. Tanganku sudah mengepal hendak meninjunya, tapi aku sadar ini adalah salah satu tantangan yg harus kuhadapi jika mau terus bersama rani. Ku urungkan niatku itu.

Waktu kembali terasa begitu lambat. Berulang kali kulihat jam, baru 15 menit berlalu sejak Rani pergi bersama pria itu ke WC. Kenapa mereka lama sekali? Sedang ia apakan Rani? Batinku terus bertanya-tanya.
Kulihat sudah beberapa orang yang hendak menuju area toilet, kembali dengan cepatnya. Kembali aku berpikir. Ada apa?
Kubulatkan tekat untuk melihat langsung apa yang sedang mereka perbuat. Aku pun mengendap pergi ke toilet sebelum kulihat ada tulisan "maaf toilet rusak" di sebuah lorong tidak berpintu.

Kalau toilet ini rusak? Lalu mereka kemana? Tanyaku lagi.

Saat hendak membalikkan badan, tiba-tiba terdengar samar sebuah lolongan panjang dari arah toilet yang rusak itu.

"Suara itu? Rani?! Jangan-jangan!" Kini aku yakin Rani memang pergi ke toilet rusak itu jadi kuputuskan mengabaikan tulisan tersebut lalu masuk menelusuri lorong tersebut.

Lorong tersebut sedikit gelap karena lampunya yang padam. Terus aku menelusurinya hingga menemukan ujungnya. Suara Rani semakin jelas terdengar, aku pun semakin ingin segera menemukannya.

*Plokkk splokkk splokkkkk*

Terdengar suara yang sudah tak asing kudengar, suara antara benturan dua kulit selangkangan. Suaranya berasal dari balik dinding tepat diposisiku sekarang. Aku dengan menjijit berjalan perlahan agar mereka tidak mengetahui kedatanganku hingga tiba aku di ujung dinding tersebut.

Dengan posisi membelakangi dinding, ku intip Rani yang berada di balik dinding ini.
Mataku langsung melotot melihat Rani sedang digagahi dengan posisi menungging dengan tangan menumpu di dinding pintu toilet. Teteknya yg besar gondal gandul terhempas mengikuti pompaan penis laki-laki itu.

Pantas saja suara benturannya begitu keras. Soddokannya begitu kencang. Saat kuperhatikan seksama ke bagian selangkangan, kulihat penisnya yang sangat besar dan panjang sedang keluar masuk dari vagina rani. Sangkin besarnya, vagina ranipun hanya bisa menelan 3/4 penisnya.

Lelaki itu sangat perkasa, sangat bertenaga, sangat laki-laki. Batinku langsung mengakui kehebatan pria yg menyetubuhi rani.

Apa dia orangnya? Orang yang membuat memek Rani longgar? Tidak. Dari logatnya Rani baru kali ini bertemu dengannya.

Batinku kembali mengetahui satu hal. Kalau akan ada aja orang yang memiliki penis super, akan menyetubuhi rani jika dia masih dalam kontrol lelaki misterius itu.

Kulihat dari ekspedisi wajahnya, Rani seperti meringis kesakitan dan kenikmatan disaat yang sama. Matanya memejam seperti menahan sakit sementara mulutnya terbuka dengan desahanya yang erotis. Desahan yang membuat setiap lelaki makin ingin melampiaskan nafsunya ke kamu Rani.

Tidak lama kemudian lelaki itu menarik keluar kontolnya. Aku kembali kaget, yang tadi kusangka besar, tak kusangka sebesar itu. Ukurannya mungkin 3x lipat dari milikku. Panjangnya juga mungkin 2x lipat dari milikku yang kusangka sudah tergolong panjang untuk ukuran orang Indonesia.
Pria itu memutar tubuh Rani lalu mengangkat kaki kanannya, ia tahan menggunakan tangan kirinya. Lalu kemudian ia mengangkat kaki kirinya lalu menahannya. Rani yang bersandar di dinding sepertisedang di angkat olehnya sebelum penis super besar itu kembali di arahkan ke memeknya.

Sebelum penis itu masuk, kulihat seperti ada lubang menganga di are vagina Rani. Ternyata itu adalah lubang vaginanya yang menganga diterjang batang hitam berukuran jumbo milik orianitu.

Tak lama berselang, penisnya kembali masuk menutupi lubang yang sedang menganga tadi. Rani pastinya berteriak ketika vaginanya kembali ditancapkan penis sebesar itu. Teriakannya itu dengan sekejap berubah menjadi desahan seraya pompaan penis perkasa itu terus menghujaminya.

"Aku keluar lagih. Aaaaaaaahhhhhhh" pekik Rani dengan kencangnya

Pria itu terus menyodokkan penisnya dengan kencang tidak memperdulikan tubuh Rani yang menegang karena orgasmenya.

"Suka kah aku kontolin gini?? Sampe udah berapa kali pipis. 7x kah??" Tanya pria itu
Rani dengan sudah payah menjawabnya dengan mengangguk sambil terus menherang nikmat.

"7x? Waw. Gila amat tu orang" batinku seakan tidak percaya. Belum setengah jam tapi Rani sudah nembak 7x.

Sepertinya aku perlu menenangkan hatiku. Makin lama aku menyaksikan mereka, semakin tidak berdaya yang kurasakan. Aku memutuskan pergi meninggalkan mereka berdua untuk bersenang-senang.

Sekitar 30 menit kemudian. Pria tersebut keluar dari area toilet sambil membopong Rani yang terlihat sangat letih.

Ibu penjual bakso sampai bertanya apa yang terjadi. Dengan mudahnya pria itu menjawab sewaktu di toilet tadi Rani tiba2 seperti sesak napas lalu tumbang. ia kemudian mengatakan bahwa Rani sudah tidak apa-apa hanya perlu istirahat saja.

Aku sebagai kekasihnya tentu langsung mengambil Rani yang masih sempoyongan. Kududukan di sebuah kursi panjang agar kakinya bisa memanjang.

Disaat ada kesempatan, di warung yang ramai ini pria itu masih sempatnya menyentuh rani. Dengan jarinya Ia tekan-tekan tepat di tengah tetek rani. Sesekali ia pilin putingnya dari balik bajunya. Setelah puas, dia dengan santai pergi meninggalkan warung

Kudengar dengan suara sumbang Rani mengatakan permohonan maafnya. Karena dia, kami jadi tidak bisa melanjutkan rencana menonton bioskop.

Akupun mengusap kepalanya sambil mengatakan tidak apa-apa. Ku berikan Rani sebuah senyuman agar ia tidak merisaukannya.

Setelah staminanya mulai pulih, ku ajak Rani balik ke kontrakannya. aku pun berterima kasih ke ibu warung atas bantuannya menolong Rani.
Di perjalanan Rani terus memeluk punggungku erat. Tangannya melingkar diperutku yang tidak buncit ini.

"Rani capek banget mas" lirihnya kepadaku

"Iya sayang. Yang kuat yaa. Ntar lagi sampe kok. Kamu bisa langsung istirahat" jawabku
Melihat kondisi Rani yang sudah bisa berbicara, tanpa sadar aku menanyakan hal yang tidak perlu.

"Berapa kali kamu keluar"

Rani sepertinya kaget mendengar pertanyaanku. Namun ia menyenderkan kepalanya di pundakku lalu kudengar jawaban yang membuatku terhenyak.

"14x"




______________




Seminggu sejak kejadian itu, hubungan kami masih biasa-biasa aja. Masih seperti pasangan yang baru menikah. Aku masih secara rutin mendapat jatah dari Rani, ya setidaknya 1x dalam 3 hari.

Selama seminggu ini juga tidak ada orang yang menyebutkan kode rahasia itu ke Rani membuatnya hanya menjadi pelacur normal. Tidak yang aneh-aneh.

Tepat di hari libur Rani, berhubung minggu lalu rencana kami menonton bioskop gagal, kali ini aku membawa Rani ke sebuah rumahku. Kebetulan orang tuaku sedang keluar kota. Padahal sudah kubilang kalau aku akan mengenalkan mereka ke Rani.

Keluarga kami memiliki tv berukuran besar dengan speaker aktif di sekitarnya. Mirip seperti di bioskop tapi tidak mungkin menyaingi kualitas biosko pastinya.

Kami pun menonton film horor yang sedang booming di saluran tv berbayar. Rani ternyata suka takut dengan hantu. Kadang teriakannya keluar nyaring ketika scane berubah horor.vaku yang bersamanya bukannya ikut takut malah sering tersenyum sendiri melihat tingkahnya yang lucu itu.

Ketika film telah usai, aku pun mengambil minuman dingin untuk diminum bersama. Dari ruang tv tiba-tiba kudenga suara Rani sedang menelpon.

"Jumat depan ya niss? Iya aku usahain datang."

"Oh ya? Dhea dan agung juga? Ih kangennya. Udah lama kita gak ngumpul kan Nissa."

"Ya udah. Segera kabarin ya nis.. nanti aku datang deh"

"Waalaikumsalam "

Aku pun datang tepat ketika Rani menutup teleponnya.

Aku pun bertanya kepadanya siapa yang menelpon?Kenapa ia jadi riang begini?
Lalu Rani menjelaskan bahwa Sabtu ini akan mengadakan sebuah reuni dengan teman kuliahnya. Ia mengatakan belum tau dimana tapi nanti akan dikabarin. Rani juga membuka hp nya lalu menunjukkan teman-teman nya yang akan hadir.

"Jadi ini si Dhea nanti ikut. Kalau ini Imron. Kalau ini agung. Ini Bobby si gembrot. Nah kalau ini Annisa .........." Kata Rani menjelaskan kedekatannya dengan para sahabatnya itu.

"Wah seru dong. Aku boleh ikut gak" tanyaku

"Nanti aku tanya ke teman-temanku dulu ya mas. Takutnya jadi gak enak" jawabnya
Aku pun mengiyakan. Rani terus flashback melihat isi galery hp nya. Foto-foto lama ketika masa kuliah dulu. Karena di dekatnya akupun penasaran lalu ikut melihat.

Namun semakin melihat foto-foto yang ditunjukkan Rani, aku semakin menyadari kalau temannya yang bernama Annisa itu menarik.

Walaupun hanya dari foto, kecantikannya seakan bersinar diantara teman Rani yang lain, bahkan dari Rani sendiri. Iseng aku menanyakan tentang Annisa ke Rani. Rani menjawab Annisa adalah cewe yang cakep dan baik. Sudah menikah tapi belum memiliki anak. Aku yang mengetahui kalo Annisa ternyata sudah menikah entah mengapa merasa sedikit kecewa. Sungguh aneh.

Agar Rani tidak curiga, aku pun menanyakan tentang temannya yg lain. Dengan riang Rani membaringkan kepalanya di paha kakiku lalu menjelaskan satu persatu tentang temannya. Tidak jarang juga ia menyinggung tentang Annisa. Bagi Rani Annisa adalah sahabatnya yang spesial, juga dikagumi olehnya. Bahkan Rani tidak segan mengatakan kalau Annisa itu cantiknya pake banget, jadi pasti bohong kalau ada orang yang mengatakan Annisa itu biasa-biasa aja.

"Aneh kamu sayang. Nanti kalo aku bilang teman kamu, Annisa itu cantik gimana?" Tanyaku

"Jujur aja deh mas. Pasti mas liat Annisa anaknya cantik kan? Rani gapapa kok. Wong emang orangnya cantik. Ya kan" tanya Rani melirikku

"Iya dia cantik. Tapi hati mas tetap milih kamu loh" jawabku mencubit pipinya

Rani sepertinya meleleh mendengar jawabanku. Pipinya memerah dengan senyum cantik di bibirnya.

"I love u Rani"

"Love u too mas Bahri"



End of Side Story: Rani


:::::::::::::::::::

Part 9


Demi Suami atau ?​



Hari itu, tepat disebuah tanggal merah di akhir bulan tampak sepasang suami istri sedang bergandengan tangan mesra. Jalannya berdempetan menyusuri setiap toko kosmetik yang ada pada sebuah mall besar di kota dingin itu.

Tampang suaminya yang ganteng begitu serasi dipadukan dengan wajah istrinya yang cantik menjadi daya tarik tersendiri dari kedua pasangan tersebut. Seperti biasa, banyak sekali lirikan tertuju pada pasangan ideal tersebut. yang perempuan melirik ke arah sang suami sementara yang lelaki melirik ke arah sang istri.

Terlihat sebuah kantung belanjaan ditenteng oleh sang istri dengan senyum manis bak malaikat tak bersayap terukir indah di wajahnya, Farhan selaku suami sahnya tentu bahagia bisa mengajak istrinya berbelanja.

Usai beberbelanja kosmetik, Farhan mengajak istrinya ke sebuah toko pakaian terkemuka. Beragam jenis pakaian terpajang di model manekin sebagai sampel. Mulai dari dress muslimah, kaus kasual, hingga lingerie semua tersedia lengkap. Rencananya ia hendak membelikan pakaian baru ke istrinya yang cantik. Dengan uang insentif hasil menang tender proyek yang dipimpinnya, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan Annisa, istrinya tercinta.

Annisa yang telah memasuki area store tersebut dengan senang hati melihat-lihat ke bagian set pakaian kasual kekinian yang kebetulan sedang di diskon. Seolah tidak mau membebani suaminya, Annisa hanya memilih beberapa potong pakaian lalu menanyakan pendapat suaminya.

Sejalan dengan niatnya, tentu Farhan memberikan respon yang positif, ia mengatakan agar Annisa tidak mengkhawatirkan soal harga. Malah ia langsung menyuruh istrinya mencoba satu persatu pakaian tersebut di kamar ganti.

Annisa dengan lenggak-lenggok riangnya menuju kamar ganti sementara Farhan duduk disebuah kursi tunggu yang tidak jauh dari kamar ganti tersebut. Matanya melihat ke berbagai arah memperhatikan ramainya store itu, banyak sekali orang yang datang berbelanja di akhir bulan ini.

"Alhamdulillah hari ini bisa nyenengin istri. Mukanya nissa keliatan bahagia banget, cantiknya jadi kemana-mana deh. Sampe jd pusat perhatian gitu" batin Farhan mengingat begitu banyak orang terpesona oleh kecantikan Annisa.

Tiba-tiba datang seorang lelaki yang umurnya tidak terpaut jauh darinya namun berperawakan seperti orang arab duduk tepat disebelahnya. Farhan tidak mempermasalahkannya malah dengan sedikit menggeser duduknya, ia memberikan tempat ke lelaki tersebut.

"Nunggu juga bang?" Tanya lelaki itu ke Farhan membuka obrolan

"Eh iya bang. Istriku lagi coba baju di kamar ganti. Abang juga nunggu?" Jawab Farhan

"Oh istri toh. Kirain masih pacaran loh. Tadi saya sempat lihat kalian lagi pilih-pilih bang. Saya juga lagi nunggu teman ganti pakaian bang hehe" ucap lelaki itu sambil memperhatikan Farhan dengan stel pakaiannya yang sangat rapi.

"Oh ya. Aku Ali." Lanjut lelaki yang bernama Ali sambil mengajak Farhan berjabat tangan.

"Hehehe. Memang banyak bang yang kirain kami pacaran, belum menikah. Mungkin karena tampang kami yg masih awet muda gini kali ya. Hahaha. Btw aku Farhan bang" sahut Farhan menjabat tangan Ali.

Kulit tangan Farhan yang putih tampak kontras dengan kulit tangan Ali yang berwarna hitam. Ukurannya juga berbeda, telapak tangan Ali seakan menutupi tangan Farhan yg sedang menjabatnya.

Ali Husein, itu lah nama lengkap lelaki yang sedang bersama Farhan. Seorang lelaki keturunan campuran Senegal dan arab yang karena pekerjaannya, saat ini sudah menetap di Indonesia. Tadi ia sedang nongkrong bersama temannya ketika melihat Annisa jalan bersama pria yg ternyata adalah suaminya melewati tongkrongan nya. Seperti cinta pada pandangan pertama, Ali memberanikan diri mencari tau tentang Annisa hingga saat ini ia telah berkenalan dengan Farhan suaminya.

Farhan dan Ali yang baru berkenalan tampak akrab dengan Ali yang sebenarnya lebih gencar memberikan pertanyaan ke Farhan, berusaha mengorek lebih dalam informasi tentang istrinya.

"Oooh namanya Annisa. Cantik. Secantik orangnya bang. Hehe. Ajarin dong bang. Cara dapetin istri secantik Annisa" kata Ali penasaran

Farhan yang mendengar pujian Ali terhadap istrinya merasa bangga. Seperti ada kepuasan tersendiri baginya ketika orang lain menyanjung keindahan yang Annisa miliki.

"Tidak ada cara khusus bang. Mungkin jodoh aja kali. Pas aku lamar, doi nya nerima. Hehe" jawab Farhan malu-malu

"Gitu aja? Kirain harus berjuang kayak di film-filem itu mah. Demi dapet cewek primadona, hrs mati-matian merebut hatinya" timpal Ali memasang muka songong

"Haha.. Abang kebanyakan nonton film atuh"

"Iya kayaknya"

Lalu mereka berdua pun tertawa dengan puasnya.

Diruang ganti, Annisa sedang menanggalkan pakaian yg dipakainya untuk mencoba pakaian baru yg telah dipilihnya. Ada beberapa pakaian yang sudah dicoba sehingga Annisa telah menetapkan pilihan memilih sebuah baju semi rajut berwarna cokelat. Sebelum membelinya, Ia pun berencana menunjukkan terlebih dahulu pakaiannya ke Farhan.

"Abi.. gimana penampilan umi?? Eh..." Tanya Annisa terpotong karena tidak menyadari ternyata suaminya tengah berbincang dengan seseorang

Mendengar panggilan Annisa, Farhan langsung menoleh. Seketika Farhan seperti menyaksikan seorang Miss universe sedang berdiri dihadapannya. Tidak hanya Farhan, Ali yang ikut menoleh juga ikut terkesima melihat akhwat cantik itu. Bagaimana tidak, wajahnya yang cantik dibalut dengan hijab hitam khasnya dipadukan dengan sebuah baju rajut cokelat yang sedikit ngepas ke tubuhnya yang melengkung bak gitar spanyol membuat Farhan dan Ali tidak dapat melepaskan pandangannya dari Annisa.

"Can... Cantikk umi.." jawab farhan sedikit kagok. Farhan lalu memberikan jempolnya memberikan isyara bahwa istrinya sangat cocok memakai baju itu.

Annisa masih terlihat malu karena selain suaminya, ada sosok lain yang tengah memandangnya. Farhan merasakan keanehan pada istrinya lalu menyadari sesuatu.

"Oh ya umi. Abi lupa.. ini Ali. Teman Abi selagi nungguin umi fitting pakaian." Lanjut Farhan meneruskan

Ali yang sudah diperkenalkan pun segera bangkit dari duduknya mendekati Annisa, tangannya ia angkat kembali mengajak Annisa berjabat tangan.

"Annisa pak." Ucap Annisa memperkenalkan diri. Ia menjabat tangan Ali yang ukurannya sangat bersar itu.

"Jangan pak dong. Saya masih 34 tahun. Beda tipis dari kalian kan" ucap Ali mengajak bercanda

"Hehehe. Iyah.. bedanya cuma 10 tahun pak." Ucap Annisa ikut mencairkan suasana

"Bisa aja kamu dek. Saya panggil adek aja boleh ya? Kamu panggil saya Abang" kata Ali yang cengengesan melihat ke kiri ke kanan dimana annisa dan Farhan yg masih berhadapan dengan dirinya berada ditengahnya.

"Iya bang. Seterah aja kalo Nisa. Ya kan Abi?" Kata Annisa meminta persetujuan suaminya. Lalunia melirik ke bawah, menyadari di tangannya masih ada beberapa pakaian yg belum ia coba.

"ya udah Nissa lanjut fitting dulu yah bapak bapak.. silahkan lanjutin ghibahnya. Hihi" ucap Annisa seloro sambil meninggalkan mereka berdua kembali ke kamar ganti

Ali kembali duduknya disebelah Farhan. Mereka tampak tersenyum mendengar guyonan Annisa.

"Dilihat dari dekat istrimu makin cantik aja bang. Kalo wajahnya mendukung pake apa aja pasti cakep bang. Apalagi pake yang itu.." ucap Ali menunjuk ke arah bagian pakaian dalam dan lingerie wanita

"Yang mana?" Tanya Farhan yang bingung

"Itu bang. Yg di baris no 2. Yang warna hitam loh" kata Ali menunjuk ke arah sebuah manekin yg memakai lingerie seksi.

Lingerie itu sungguh seksi. Hanya beberapa utas tali dan kain transparan yang dapat memperlihatkan tubuh si pemakainya. Pada bagian dadanya tidak ada penutup selain sebuah tempelan berbentuk tanda cinta. Farhan pun langsung membayangkan betapa seksinya Annisa jika memakainya.

"Ambil aja bang. Buat pakaian tempur di ranjang" ucap Ali yg mengejutkan Farhan

"Iya juga bang. Emang Annisa belum punya tuh pakaian gituan. Hehe" balas farhan

Merasa istrinya masih akan lama dinruang fitting, Farhan permisi ke Ali untuk pergi membeli lingerie tersebut. Diam-diam Farhan mengambil pakaian tempur seksi itu dan membawanya ke kasir.

Sementara diruang ganti, ternyata Annisa sudah mengenakan kembali pakaiannya lalu keluar dengan membawa 3 potong pakaian yang akan dibelinya.









POV ANNISA FEBRIANTI

"Lho? Abi kemana pak?" Tanyaku ke pak Ali. Lelaki Afrika yang menemani suamiku selama mencoba pakaian

"Tauk. Td dia bilang sebentar. Gitu aja dek" jawabnya singkat.

Kujinjitkan kaki ku menoleh keadaan sekitar mencari keberadaan mas Farhan namun tidak kutemukan.

"Ke toilet kali dek. Mungkin laki mu sesak. Tunggu disini aja ntar juga balik" kata pak Ali menyuruhku duduk bersamanya.

"Eh iya pak eh, bang. Mungkin ke toilet yah. Ya udah Nisa nunggui disini aja," sambungku sambil menuju kearahnya.

Kutuju kursi tunggu tempat pak Ali duduk lalu sesampainya di sebelahnya, tidak sengaja kaki ku menyenggol sebuah rak dan tersandung. Aku terjatuh tepat ke arah pak Ali. Dengan refleksnya, pak Ali menahan jatuh ku sehingga secara tidak sengaja kini telapak tangannya yang besar itu berada tepat di dadaku.

Aku dan pak Ali sama-sama terkejut. Kini posisiku seperti sedang menindih pak Ali, tangannya mencengkram di dadaku agar tidak sampai menghimpit ke badannya.

"Ehhh.. maaf pak.. maaf.. aku gak sengaja" ucapku meminta maaf sambil membetulkan posisiku. Kucoba berdiri menjauhkan tubuhku dari pak Ali. Namun dapat kurasakan selama sepersekian detik, sebelum terlepas, cengkeramannya didadaku semakin kuat seakan sengaja meremas payudaraku.

"Ii..Iya dek. No problem.. toh namanya tersandung ya pasti gak disengaja hehe" jawabnya dengan sedikit kagok.

Kini kami berdua telah kembali berdiri. Pak Ali masih disebelahku merapikan kausnya yg sedikit tersingkap memperlihatkan pusarnya. Dibawah pusarnya, sesaat dapat kulihat bulu keriting membentuk sebuah garis mengarah ke area selangkangannya yg masih ditutupi oleh celana chinosnnya.

Tidak lama berselang suamiku datang menghampiri. Ia datang dengan sebuah senyuman manis yang tak aku ketahui apa penyebabnya. Setidaknya mas Farhan tidak mengetahui kejadian barusan.

*Hufft~*

"Abi dari mana aja? Kok gak bilang dulu kalo mau pergi" ucapku sebel ke mas Farhan.

"Abi kebelet umi. Nanti kalo ditahan malah jadi penyakit. Ya kan bang Ali?" Jawab suamiku seakan meminta pembelaan dari pak Ali.

Pak Ali yang di sangkut pautkan pun cuma bisa tertawa dan sesekali menyambung pembicaraan kami. Tak lama berselang suami ku mengajakku pulang dan berpamitan, sebelum pergi tentu mereka saling bertukar nomor. Tampaknya mereka akan jadi teman akrab.

Waktu sudah jam 8 malam. Sebelum pulang kami membeli 2 porsi sate Padang untuk disantap dirumah. aku sudah menawarkan untuk makan di tempat saja, selain sudah malam, akan mengurangi pekerjaanku untuk mencuci piring kotor setelahnya. tapi entah kenapa mas Farhan yang daritadi senyum-senyum sendiri kekeuh untuk segera pulang dan makan malam dirumah.

"Abi kenapa sih? Dari tadi umi liat senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin apa sih?" Tanyaku penasaran.

Pandangan suamiku tetap fokus kejalan namun disertai dengan lirikan ke arahku. Kembali ia tersenyum yang membuat rasa penasaranku bertambah.

"Iiih Abi iihh. Umi tanyain bukannya jawab. Malah makin dibuat senyum-senyum nya" ucapku sebal.



Dengan sedikit manyun aku ikut memandang kedepan mengabaikan suamiku yang seakan sengaja tidak menjawab pertanyaanku. Ku raih hp ku lalu membuka Instagram dan seperti tidak punya tujuan, bolak balik aku melihat akun dari para selebritis yang sedang booming.

"Abi ada surprise buat umi. Tp surprise nya nanti aja ya dirumah. Jangan cemberut gitu dong sayang" ucap mas Farhan menyadari istrinya yang sebal atas tingkah lakunya.





"Aah abii nyebelin!" Jawabku terus merasa sebal.

Namun tidak bisa dipungkiri sebenarnya aku penasaran dengan surprise yang akan disajikan oleh suamiku hingga tidak biasanya ia bertingkah konyol begini.

Mas Farhan yang masih dengan senyuman misteriusnya mencubit pipiku. Ia menarik kepalaku agar menyender ke pundaknya. Seketika sebel yang kurasakan hilang, tergantikan oleh rasa romantis. Pundak suamiku yang tengah mengemudikan mobil terasa begitu gagah tengah menumpu kepalaku. Ku toleh mataku menatap suamiku, lalu ku kecup pipinya mesra.

*Cupp*

"Abii jangan nyebelin kenapa si" lirihku merasakan kenyamanan di pundaknya

"Kalo Abi bilangnya sekarang, jadinya nanti gak surprise lagi umi. Sabar ya ntar lagi kita nyampe kok" kata suamiku yang kini mengelusi kepalaku yang masih di lapisi hijab.

"Hmm iya abii. Umi tungguin surprisenya" jawabku

Tak lama berselang kami pun sampai dirumah. Aku pun mandi terlebih dahulu sementara suamiku masih menurunkan barang yang kami beli tadi. Memang sudah jadi kebiasaan ku untuk bersih bersih setiap pulang dari manapun.

"Umi.. piyamanya udah Abi letak di ranjang ya!" Teriak mas Farhan dari kamar tidur

"Iya abii.." jawabku yang masih menyabuni seluruh badanku.

Aku pun melanjutkan mandiku. Ku usap setiap jengkal tubuhku menggunakan sabun mandi untuk menghilangkan kotoran di kulitku. Ketika kuraba kulitku sendiri, aku baru menyadari ternyata selama ini aku memiliki kulit yang putih dan kencang. Sengaja ku tekan tekan setiap bagian tubuhku merasakan kekenyalan dagingnya. Bahkan di payudaraku, kurasakan kekenyalan yang selalu diidamkan setiap lelaki, yang bisa membuat batang kejantanan mereka mengeras.

"Ooh jadi ini yg mereka rasakan pas meremas tetekku. Pantes pada doyan" ucapku sambil terus menekan area payudaraku

Sekitar setengah jam lamanya aku mandi. Setelah berhanduk aku keluar dari kamar mandi. Kulirik ke arah tempat tidurku, sedang terkulai sebuah lingerie seksi diatasnya.

"Abii! Ini apa yang di atas tempat tidur??" Tanyaku memanggil suamiku

Suamiku langsung datang memasuki kamar. Ia mendekatiku yang masih dibalutkan handuk yang hanya mampu menutupi sebagian area dada dan paha mulusku.

"Surprise! Pakaian dinas umi." Ucap suamiku sambil mengambil lingeri dari atas ranjang lalu memperlihatkannya ke aku.

"Abiii! Dapat dari mana lingerie kayak gini??" Tanyaku dengan tangan yang menutup mulutku karena kaget.

"Ini Abi beli diam-diam di store tadi. Abi pengen tau gimana seksinya umi kalau pake pakaian yg kayak gini. Hehe." Ujar suamiku dengan senyumannya.

Sebagai wanita dan tentu saja sebagai seorang istri yg sholehah, aku tidak menyalahkan suamiku yang memiliki niat seperti itu. Bahkan sebenarnya aku menyukainya karena semenjak kami menikah dulu, mas Farhan tidak pernah memintaku berpakaian seperti yg ia mau. Ini adalah kali pertama ia memintaku memakai pakaian yang akan mengundang nafsu setiap kaum Adam yang melihatku.

Aku yang paham dengan maksud suamiku menerima sebuah lingerie seksi warna hitam dari tangannya. Sebelum kupakai, kuminta suamiku untuk gantian mandi.

"Iya abii ntar umi pake.. sekarang gantian Abi yg mandi. Biar Abi gak bauk" pintaku

Dengan cepatnya mas Farhan langsung menuruti perintahku. Ia dengan sedikit berlari mengambil handuknya lalu langsung masuk ke kamar mandi.

Bunyi guyuran air pun terdengar menandakan mas Farhan sedang mandi. Aku yang masih dibaluti handuk ini segera duduk didepan meja riasku. Kuambil tas make-upku lalu merias wajahku seadanya. Di bibirku, kupakai lipgloss di padukan dengan sedikit lipstik berwarna kemerahan.

Demi suami, Lingerie itupun kupakai. Seperti tidak memakai apapun, tubuhku yang montok masih dapat dilihat dengan jelas dibalik kain tipis menerawang lingerie ini. Kulitku yg putih nan mulus juga seperti berkilauan dibawah cahaya lampu kamarku.

Di depan cermin meja riasku, sengaja ku lenggak-lenggok kan pinggulku seakan menari. Tanganku menyusur turun dari bawah ketiak hingga ke pinggang, meresapi bentuk lekuk tubuhku yang seksi ini. Rambut panjang ku yg terurai juga kutata agar lebih tampak indah menyambut pangeranku yang sebentar lagi selesai mandi.

*Krieeekk*

Kudengar pintu kamar mandi membuka, dari sisi dalamnya muncul seorang lelaki rupawan dengan balutan handuk di pinggangnya. Rambutnya masih mengkilap basah setelah keramas.

"Cantik sekali kamu sayangku" ucap mas Farhan yang ternyata terkejut dengan penampilanku. Matanya seperti hewan buas yang sedang menelanjangiku.

Pipiku memerah mendengar pujian dari suamiku, tanganku kuangkat menutup pipi menandakan rasa malu. Kuberanikan melirik ke arah suamiku yang ternyata sedang berjalan mendekat. Bagai seorang puteri yang sedang di datangi pangeran, dengan polosnya aku menundukkan pandanganku ke lantai sampai tangan suamiku memegang daguku lalu kembali mengangkatnya.

"Cantik sekali kamu Annisa, istriku" ucapnya kembali dengan tatapan yang sangat dalam ke arahku

Tidak kujawab perkataan suamiku itu, terasa pipiku semakin memerah menahan rasa malu yg kurasa. hanya dengan kedipan manja mataku yang lentik kuarahkan ku isyaratkan betapa beruntungnya aku telah memilikinya.

Dengan tangannya yang masih didaguku, ia memiringkan wajahku. Sebuah kecupan lembut mendarat di pipiku yg sedang blushjng ini. Tidak lama berselang, ia miringkan kembali wajahku ke arah berlawanan. Sebuah kecupan kembali mendarat dipipiku yang satunya.

setelahnya sebuah desiran muncul dari dalam diriku ketika mas Farhan menuntun wajahku menghadap ke wajahnya lalu mengecup lembut bibirku dan mendiamkannya beberapa saat.

"Umii.. Abi boleh??" Tanya mas Farhan dengan senyumnya yang indah menghiasi wajah tampannya.

Seakan mengerti kemauan suamiku, aku pun memasang tatapan teduh. Kupandang suamiku dengan syahdu, kugenggam kedua tangannya.

"Boleh.. Abi boleh ngapain aja ke umi.. umi siappp~" jawabku dengan manja.

Bibir mas Farhan kembali menyisir bibirku. Kali ini lebih intens, bibir kami saling mencumbu, saling menghisap pelan bibir lawannya dengan gigitan lembut yang menyertai.

Tangan mas Farhan yang sedang kugenggam dilepasnya, tangan yg sudah bebas itu mengelusi bongkahan pantatku yg hanya ditutupi kain super tipis. Sesekali diremasnya lalu melanjutkan perjalannya ke punggungku.

"Ehhh??" Kagetku ketika menyadari mas Farhan tiba-tiba mengangkat tubuhku lalu berjalan menuju ranjang.

Ia turunkan aku dengan lembut lalu diarahkannya untuk berbaring. Pandangannya kali ini tidak hanya mengarah ke wajahku, namun ke seluruh tubuhku mulai dari kepala sampai kaki jenjangku.

"Cantik sekali istrinya Abi ini" katanya sambil duduk disebelahku. Tangan kanannya mengusap lembut kulit lembut didekat pusar ku yg tidak tertutupi kain lingerie. Seketika aku menggelinjang merasakan geli atas rangsangannya.

Pujian terus diucap oleh suamiku. Senyumanku terus merekah setiap kalimat gombal itu keluar dari mulutnya. Tangannya kini menyusur area dadaku merasakan empuknya gunung kembarku ini. Dengan gerakan memutar jarinya mengitari kedua payudaraku. Geli yang kurasakan membuatku menggigit bibir bawahku menahan desahan kecil yang keluar.

"Ssshh Abii.. umi meleleh tau kalau dipuji terus sama abi" ucapku mencoba membalas pujian suamiku. Tanganku kutaruh ke pipiku meresapi ketampanan wajah mas Farhan

"Kenyataannya umi memang cantik loh sayang. Wanita tercantik yang Abi cintai" jawabnya sambil menurunkan kepalanya. Kini keningku dicium oleh suamiku. Mataku memejam sementara hatiku langsung melayang dilambungkan oleh rasa sayang.

Setelahnya mas Farhan melepas handuknya yang melilit pinggulnya, perlahan ia buka sampai pahanya yang putih kini bisa kupandang. Bukan cuma itu, kulihat kemaluan miliki suamiku yang ternyata sudah menegang mencuat saat handuk itu terlepas seluruhnya.

"Itu nya Abi kok udah keras aja?? Gak nahan ya pengen gituan ma umi?? Hihihi" tanyaku sambil melirik manja

"Iya betul umi. Semua ini karena umi. Umi harus tanggung jawab!"jawab mas Farhan langsung menyergapku.

"Eeehhhhh???"

Kini tubuhnya menindih tubuhku, kembali ia menciumi wajahku hingga tidak ada bagian yang luput dari bibirnya. Dibawah sana terasa juga penis milik mas Farhan menekan area vaginaku. Tangannya menggenggam tanganku, sementara bibirnya sudah mencapai lembutnya bibirku.

"Hempppph"

Kami bercumbu dengan mesranya, tidak perlu di pandu, lidah kami saling mengikat yang membuat liur kami bercampur. Tampak cairan seperti benang ketika cumbuan kami terlepas.

Mas Farhan kembali duduk di tepi ranjang. Aku yang sedari tadi pasif, kini berpikiran menjadi lebih aktif. Dalam posisi duduk kupeluk mas Farhan dari belakang lalu kuraih penisnya yang sedang menjulang itu. Kudekap dengan tanganku lalu ku kocokin perlahan.

"Uuhhhh umiii" desis mas Farhan memejam.

"Iih Abi mukanya gitu amat.. baru juga umi kocokin, belum yang lain hihi" ucapku dengan manja terus menarik turunkan tanganku.

Daun telinga suamiku yg tepat berada di depanku kini kugigit dengan kedua bibirku. Tanganku yg satunya ku gunakan untuk mengusap bidang dada mas Farhan lalu menggelitik putingnya.

Muka mas Farhan yang keenakan membuatku semakin ingin memuaskannya. Ku pindahkan posisiku kedepannya lalu turun dari rangkangku. dengan berjongkok kini wajahku yang ayu ini sudah tepat berada di depan penisnya.

"Umi mau apa??" Tanya suamiku

"Umi mau nyepong ini" jawabku kembali memegang penis suamiku.

Saat semakin mendekatkannya ke bibirku, seketika aku mengingat penis lain yang pernah ku lihat dengan jelas. Penis hitam besar yang pernah menodai rahimku dengan kejantanannya. Penis perkasa milik pria kurus bernama Parjo.

"Mas Parjo gimana keadaannya yah?" Batinku penasaran.

Sungguh aneh sekali diriku ini, disaat aku akan memberikan servis ke suamiku ntah mengapa aku memikirkan lelaki lain yang kudengar dia masih mendekam didalam sel tahanan.

"Stop nisaaa! Ngapain mikirin dia sih!. Ini didepanmu ada kontol halal milik pasangan halalmu!. Fokus ke suamimu. Jgn ingat yg lain-lain!" Batinku terus berusaha melupakan penis lain ygoernah hinggap.

Penis mas Farhan yg sudah mengacung didepanku itu ku pegang, ku dekatkan sampai bisa ku hirup aroma kepala jamur milik suamiku. Sengaja ku senggolkan ke ujung hidungku yang mancung ini lalu dengan lidahku, ku sentil lubang kencingnya.

"Umii nakal ih.. ujung penisnya abii di colek colek gitu hehe uhhh" erang mas Farhan kegelian

"Biarin.. wekkk!" Jawabku terus menjilati lubang kencingnya itu

Tak lama berselang, aku memasukkan penis mas Farhan ke mulutku. Kulirik ke atas, kulihat suamiku masih tak percaya istrinya melakukan hal yang dari dahulu ia minta tapi tidak pernah kulakukan.

"Uuhhhh enaknya umii...." Desisnya

Didalam mulutku, kusedot pelan penisnya yang tidak terlalu besar ini. Didalam, lidahku jg ikut bergerak menggelitiki lubang kencingnya.

Semakin aku terlarut dalam birahi, semakin terbuka juga kesadaranku. Bahwa penis milik suamiku ukurannya lebih kecil dari penis lain yang pernah hinggap di vaginaku. Malah penis milik mas Farhan bisa seutuhnya masuk ke mulutku tanpa membuatku tersedak.

"Sudah lah. Ukuran bukan segalanya." Batinku mengelak

Terus kukulum penis suamiku sambil membuang jauh pikiran-pikiran kotorku. Harus ku penuhi kewajiban ku sebagai istrinya mas Farhan, aku tak boleh mengecewakannya lagi. Hanya suamiku ini, hanya mahromku ini yang boleh menikmati tubuh indahku.

Kulepas penisnya dari mulutku. Penis suamiku tampak sangat basah akibat liurku yang membuatnya mengkilap dibawah cahaya lampu neon kamar kami.

"Ehmm.. Abi.. baring sini. Kali ini umi yang akan memuasi suamiku" ucapku dengan genitnya. Mataku memandang sayu ke suamiku sambil meremasi kedua payudaraku sendiri.

Mas Farhan lalu menidurkan dirinya di ranjang. Dengan antusias matanya mengikuti gerakanku yang saat ini sedang naik ke atas ranjang. Aku kemudian berdiri di atas suamiku, lalu dengan perlahan berjongkok tepat di atas penisnya mas Farhan yang sedang ku pegang. Perlahan semakin kuturunkan pinggulku menuju penisnya yang sudah siap memasuki tempatnya bersarang.

Disaat kepala jamurnya menyentuh bibir vaginaku, darahku kembali berdesir. Terasa sengatan kecil menjalari tubuhku yang membuat birahiku meninggi.

"Kontolnya umi masukin ke rumahnya ya abii" tanya ku meminta izin ke suamiku.

"Silahkan. Jangan lupa ucap salam dulu umi sebelum masuk" kata suamiku sambil menaruh kedua tangannya kebelakang kepala agar posisi kepalanya sedikit meninggi.

"Tok tok tok...Assalamualaikum.. hmppphhhh" desisku sendiri ketika penis suamiku ku tepuk-tepuk pelan di area vaginaku, lalu perlahan kuturunkan lagi pinggulku sehingga penisnya kini mulai masuk kedalam rumah tinggalnya.

Wajah mas Farhan kulihat tersenyum sebelum matanya memejam sambil mendesah ketika merasakan penisnya mulai di caplok oleh sempitnya lubang vaginaku.

"Alhamdulillah.. masih enak. Penis suamiku masih terasa nikmat di memekku" batinku lega

"Uhhhhh"

Kutahan posisiku agar penis suamiku berdiam sejenak didalam. Lalu terdengar desahan suamiku menikmati pijatan hangat dari dinding rahimku.

Setelahnya aku mulai menaik turunkan pinggulku, tanganku menumpu ke bidang dada mas Farhan menopang tubuhku yg sedang mengulek penisnya.

Tangan mas Farhan yang sedang menganggur ia angkat berusaha menggapai bulatan indah di dadaku, meremasinya pelan. Putingku sepertinya telah mengeras sehingga dapat dengan mudah di pelintir oleh jarinya. Bagai sedang memainkan stik Playstation, kedua jempolnya berputar-putar memainkan pentil kecoklatan milikku ini.

"Enak miih.. Tetek umi jg makin ranum. Goyangan umi enak banget. bikin Abi aahhh " desah suamiku semakin bernafsu

Tak menunggu suamiku menyelesaikan perkataannya, kupercepat goyanganku yang membuatnya tiba-tiba mendongak keatas tidak tahan atas nikmat yang kuberikan. Tangannya sudah ia turunkan mencengkram erat sprei tempat tidur kami.

"Sshhh.. abii.. nikmati goyangan umi yahhh.. mulai sekarang umi akan sering bikin Abi di mabuk kepayang." Ucapku pelan dengan pandangan genit

Aku semakin bernafsu. Ketampanan wajahnya turut menjadi pemicu naiknya birahiku ini. Semakin kulihat suamiku semakin tampan, badannya juga bersih terawat, walau penisnya tidak sebesar penis pak kifli atau mas Parjo atau milik pria tua yang pernah membuatku belingsatan di taman.

Tunggu.. kenapa aku kembali mengingat para lelaki kotor itu?. Kembali kupandang mas Farhan yang sedang mengerang keenakan, ku pandang ke arah wajah yang seharusnya menjadi satu-satunya lelaki yang berhak atas tubuhku. Ku coba melupakan batang haram para lelaki yang pernah memberikanku nikmat dunia dengan keperkasaannya.

"Aahhh iyaa miih. Enakk. Nikmat sekali goyangan istriku ini ahhh" desahnya merem melek menerima ulekan vaginaku

Beberapa saat kemudian aku pun semakin menikmatinya. Desahan semakin keluar nyaring dari mulutku, rambutku yang tadi kuikat kebelakang kini sedikit terurai menjuntai kedepan menutupi leher hingga jatuh di bidang dada suamiku. Payudaraku ikut gondal gandul mengikuti irama goyanganku yang semakin mengencang. Posisi seperti ini membuat seolah diriku lah yang sedang mengagahi suamiku.

*Splokk splokkkk*

Seperti alunan musik, benturan antara kedua selangkangan kami menghasilkan bunyi merdu yang enak di dengar. Meski penisnya tak begitu besar, malah sepertinya yang paling kecil diantara mereka yg pernah memakaiku, aku terus meresapi nikmat persetubuhan halal ini.

Vaginaku semakin basah, terbukti dari mudahnya penis mas Farhan keluar masuk dari dalamnya. Karena penasaran, ku intip kearah selangkanganku, tampak penisnya yang basah terlumurin cairan cintaku hilang timbul dilahap oleh vaginaku. Jadi inilah pemandangan yang diliat lelaki ketika menyetubuhiku?

Setelah puas melihatinya, ku jatuhkan badanku sehingga payudaraku kini menempel terhimpit di dada mas Farhan. Langsung ku cium mesra bibir milik suamiku sembari terus menggempur penisnya dengan sempitnya vaginaku.

"Aahhhhh abii.. kontolnya Abi makin enak ajaa ahhhh" desahku sambil menatap binal ke suamiku

Rupanya mas Farhan seperti menahan sesuatu. Matanya memejam tapi seperti berusaha menahan sesuatu. Sesaat aku mencari tau alasannya sampai ia membuka mulutnya bersuara

"Mihhh.. Abi mau keluar"

"Sshhh Jangan dulu abii.. umi juga bentar lagi ehmmpp" balasku terus menggenjot suamiku yang sepertinya sudah diambang batasnya.

Aku yang sedang didera kenikmatan juga terus dan terus memompa vaginaku mencaplok seluruh penis suamiku, percaya suamiku akan tahan sampai kami berdua secara bersamaan meraih puncak kenikmatan itu. tapi sepertinya yang kulakukan saat ini merupakan suatu kesalahan!

Tiba-tiba aku merasakan adanya cairan lengket mengisi rahimku. ku tatap mas Farhan yang ternyata sedang mengangkat kepalanya ke atas, erangan keluar dari mulutnya. Tubuhnya seperti mengejang seraya rahimku kembali terisi oleh spermanya yang menyembur. Apa benar menyembur? Kenapa aku tidak merasakan semburan itu ketika suamiku ejakulasi? Tidak seperti pria lain, tidak seperti semburan sperma mang Jaka yang begitu terasa, pria terakhir yang menyetubuhiku sebelum malam ini.

"Arggghh ahhhh.. umii Abi udah keluar.. uhhhh" kata suamiku sambil mendorong penisnya untuk masuk semakin dalam.

"Ahhhh iyaah bi. Sperma Abi terasa banget di rahim umi ehmmmm" jawabku menurunkan badanku memeluknya.

Jelas saja aku tidak mau mas Farhan melihat ekspresi 'kentang' yang saat ini wajahku tunjukkan. Ku selipkan wajahku di lehernya sambil sedikit mendesah di telinganya, agar suamiku berpikir kalau aku pun sedang meraih orgasmeku.

Suasana di kamar ini mendadak hening setelahnya. Hanya ada suara napas tersengal-sengal dari suamiku yang masih mengatur napasnya paska ejakulasinya barusan

"Hahh.. hahhh.. malam ini umi beda banget. Lebih hot. Abi suka sekali hahh" ucap mas Farhan terus mengatur napasnya tatkala Ia mendaratkan sebuah kecupan di pipiku yang berada tepat disebelah wajahnya.

"Umi kayak tadi supaya Abi makin sayang ke umi. Umi tau para suami pasti suka kalo istrinya binal kayak yg umi lakukan tadi" jawabku pelan di telinganya

"Pantesan umi beda banget. Hehe... Perkataan umi juga jd agak vulgar. Belajar dari mana umi?? Hehe" Tanya suamiku yang sedikit mengagetkanku

"Ra.. ha.. si..aa" jawabku singkat sambil sedikit mengulek penisnya yang masih menancap di vaginaku.

"Uhhh umi nakal. Nih rasain!" Kata suamiku tiba-tiba menampar lembut pantatku yang sedang bergoyang.

"Iihh Abi malah nampar bokong umi. Nanti umi aduin baru tau" balasku dengan sedikit manja.

"Aduin aja. Aduin ke siapa coba? Ih sayangku ku ini gemesin banget deh" kata suamiku memeluk erat tubuhku yg masih menindihnya.

Seketika sebelku hilang. Rasa cintaku ke mas farhan mengalahkan rasa sebel yg tadi begitu bergejolak karena ia gagal membuatku orgasme. Pelukannya terasa begitu hangat, terasa begitu nyaman.

Di bawah tepat di selangkangan, penisnya yang terus mengecil setelah menuntaskan hajatnya, seperti tanpa disuruh perlahan keluar sendiri dari vaginaku. Diikuti dengan lelehan spermanya yang merembes keluar membasahi bulu kemaluan mas Farhan yang lebat.

"Sekali lagi makasih ya umi. Udah bikin Abi sepuas ini. Abi sayang sama umi" kata suamiku dengan lembut.

"Iya Abi ku sayang. Inget ya Abi, Abi udah ada umi. Ga boleh lirik wanita lain lagi. Kalo Abi punya keinginan atau fantasi, Abi bilang langsung ke umi. Jangan dipendem, biar umi tau harus gimana gitu" jawabku sambil sedikit ngomel.

"Siap bos.. laksanakan! Hehe" Kata suamiku mesra

"Selama ini umi selalu berpakaian tertutup, walaupun itu dirumah. Jadi tadi Abi sengaja beliin umi lingeri supaya tampil beda aja gitu. Ternyata diluar ekspektasi Abi, umi yang cuma make lingerie gini, cantiknya nambah berkali-kali lipat deh. nanti sering Abi beliin yg seksi2 gitu ya supaya umi pake kalo di rumah" ucapnya melanjutkan perkataannya.

"Makanya kalo Abi pengen umi gimana gimana itu ngomong. Biar umi tau. Kan umi sebagai istri pengen nyenengin suaminya loh bi hihi" jawabku manja

Senang sekali rasanya malam ini, suamiku yang biasanya selalu monoton ternyata menyimpan hasrat terpendam kepada istri cantiknya ini. Memang dari dulu semenjak menikah, tidak ada hal yang istimewa dalam hubungan ranjang kami. Hanya melakukannya lalu sudah, selesai sampai situ hingga kami tertidur.

Namun kali ini berbeda.meaki ia gagal memuasiku, Mas Farhan sudah berani mengatakan keinginannya agar aku tampil lebih hot dirumah. Tentu aku akan menuruti kemauan suamiku, selagi bisa apapun itu akan aku turuti. Hanya saja aku yang belum berani menyampaikan keinginanku, keinginan agar mas Farhan bisa lebih kuat dan tahan lama. Agar bisa memenuhi birahiku yang terkadang naik sampai lupa tempatnya berpijak, Lupa kalau saat ini diriku adalah seorang akhwat yang sudah bersuami.

Tidak lama kemudian mas Farhan yang memelukku dari belakang tertidur dengan pulasnya. Hembusan napasnya begitu terasa di tengkuk leherku sementara tanganku di genggam erat olehnya. Sesekali aku mendengar suamiku mengigau, "Abi sayang banget ke umi".

"Umi juga kok bii. Hehe" jawabku pelan sambil tersenyum lebar.



--------------------



Esoknya, tepat hari Senin di awal bulan. Kembali aku menjadi model dari sebuah produk. 3 jam sesi foto membuatku sedikit lelah, banyaknya revisi dan take ulang menjadi penyebab utama lamanya sesi foto tadi. Apalagi dengan konsep outdoor saat hari sedang panas-panasnya membuat keringatku meleleh. Berulang kali aku harus berkipas untuk mendinginkan suhu tubuhku.

Namun kondisiku yang usang ini tetap menjadi santapan mas Budi sebagai fotograferku hari ini. Berulang kali matanya membidik kulit ku yang mengkilap dibalur keringat. Sepertinya ia dengan sengaja membuatku berulang kali melakukan pose yang tidak perlu, seolah hanya ingin mengambil gambar lebih untuk menjadi koleksi pribadinya.

Btw mas Budi ini berperawakan tinggi besar, usia sekitar 30an dengan brewok di wajahnya. Kulitnya putih dengan bulu yang tebal di sekujur tangan. Kalau dipikir-pikir sih, bukan hanya tangannya saja yg berbulu lebat hehe. Baru sebulan dia bekerja sebagai fotografer di sini menggantikan pak Anto yang resign karena dapet kerjaan ditempat lain. Sebenarnya ada sebuah isu yang negatif tentang mas Budi ini, tapi aku tidak termakan gosip semudah itu sebelum membuktikannya sendiri.

Saat ini kami sedang berada di sebuah cafe yang sudah di booking secara pribadi khusus untuk acara pemotretan ini. Tempatnya tidak jauh dari kantor dan areanya rindang dengan banyak pepohonan disekitarnya. Sesaat aku jadi mengingat aesthetic cafe ketika awal datang tadi. Tapi Alhamdulillah kejadian di cafe itu tidak mungkin terulang disini karena semua pelayan termasuk penjaga parkirnya adalah wanita.

"Dek Nisa.. ayo tukar pakaiannya. Ada 1 tema lagi sebelum kerjaan kita kelar nih" kata mas Budi yang melihatku lagi duduk santai sambil chatingan.

"Sebentar mas. Nisa ke toilet dulu ya" ucapku mengakhiri chatingan dengan mas Farhan lalu dengan membawa baju ganti, aku menuju ke toilet cafe.

Kini aku sudah memakai pakaian yg diminta oleh mas Budi, yakni setelah rajut putih yang dipadukan dengan hijab berwarna pink salem dan rok lebar yang berwarna pink juga. Tidak lupa mas Budi menyiapkan sebuah tas yang matching dipadukan dengan pakaian yang kukenakan sehingga penampilanku tampak begitu modis, bak seorang akhwat kekinian yang tidak hanya menutupi auratnya saja tapi menampilkan kesan indah untuk dipandang oleh siapa saja.



Mas Budi dan rekan yg lain tampak terpesona dengan penampilanku ini. Wajah ayu serta make up seadanya dipadukan dengan style akhwat kekinian, membuatku seperti tampil apa adanya diriku.

Sekitar 20 menit lamanya kamera mas Budi terus mengeluarkan suara Shutter nya, ntah berapa gambar yang diambilnya, aku tak tahu. Berbagai gaya juga sudah ku peragakan mengikuti instruksinya. Mas Budi tetap saja seperti biasanya, ia tetap menatap tajam diriku seakan sedang melirik mangsanya.

Tidak lama berselang sesi foto pun berakhir. Mas Budi memperbolehkan aku terus memakai pakaian ini, bukan aku yang minta, tapi mas Budi yg bilang aku keliatan makin cantik apabila memakai pakaian berwarna cerah seperti ini. Aku pun menerima tawarannya, toh tidak ada ruginya juga.

Aku pun bergegas menuju mobilku yang terparkir tidak jauh dari lokasi. Mataku melirik kesana-kemari memperhatikan keberadaan pak kifli, namun sore ini tidak kutemukan. Mungkin sedang mulung di tempat lain pikirku.

"Nissa.. udah mau pulang ya? Kakak boleh nebeng sampai sampe perempatan aja?" Teriak kak indah dari arah kantor.

"Boleh kak. Yuk" sahutku.

Aku yang hendak meninggalkan cafe ini tiba-tiba saja dikejutkan oleh teriakan seorang wanita yang biasa menjadi rekan kerja sekalian seorang kakak bagiku.

Namanya Indah Purwaningsih. Seorang gadis cantik tamatan S2 dari universitas ternama. Ia memilih menjadi model karena hobbynya sejak jaman SMA dulu. Saat ini kak indah masih lajang, bukan karena tidak ada lelaki yg mendekatinya tapi karena ia terlalu memilih dalam menjalani hubungan.

"Kamu tadi foto disitu niss? Cakep kan tempatnya?" Tanya kak indah membuka obrolan.

"Iya kak cakep kok, Kekinian gitu.. Td aku sama mas Budi lg endorse pakaian. Ini yg Nisa pakai juga sebenarnya pakaian hasil endorse tadi. Hihii" jawabku sambil menunjukkan baju yg kupakai

"Pantesan baru ini kakak liat Nisa make baju ini. Keliatan cantik banget loh. Berasa masih gadis tau" kata kak indah memuji penampilanku.

"Bisa aja si kakak. Padahal dianya juga cantik banget loh. Macem putri dongeng. Hihi" jawabku terkekeh

Kami berdua pun hanyut dalam pembicaraan yang sebenarnya tidak begitu penting, hanya saling lempar pujian atas kelebihan kami masing-masing.

Sebenarnya di kantor kami jadi cukup akrab karena sering terlibat di proyek yang sama. Tentunya ide pak Joko yang mengkolaborasikan dua akhwat cantik untuk kesuksesan pekerjaannya.

"Btw niss.. kamu sebaiknya agak hati2 dengan si Budi itu ya. Aku dengar dia dulu sempat kena kasus pelecehan kan?" Ucap kak indah memperingatkan ku.

Kali ini kak indah memasang mimik tegang pertanda dirinya yg sedang serius.

"Annisa baru dengar sih kak. Tapi apa iya kak?" Tanyaku penasaran

"Iya loh. Kakak ditunjukin sama si Desi. Videonya sempat viral beberapa tahun lalu loh" jawab kak indah mencoba mencari berita pelecehan itu melalui hp nya

"Serem banget kak. Padahal td waktu sama Nissa, keliatannya orangnya baik-baik aja sih kak. Tp siapa tau ya kan kak" timpal ku sambil berpikir. Untung aja mas Budi tadi gak macem-macem.

"Nah itu yg harus kamu wanti nis.. awalnya baik, akhirnya jd serigala. Apalagi modelnya secantik kamu. Pokoknya udah kakak ingetin ya. Nisaa harus hati-hati ma pak Budi" ucap kak indah sambil sedikit merepet

"Hehehe. Iyah kak. Makasih ya" jawabku girang.

Seperti mendengar omelan kakak sendiri, itulah yang kurasakan ketika kak indah mengomeli ku. Tapi ia seperti itu karena rasa perhatiannya. Hal itu tentu membuatku senang.



-_-_-_-_-_-_-



POV orang ketiga



Disuatu perumahan elit, tepatnya di sebuah teras rumah terdapat seorang lelaki bertubuh tambun dengan perut buncitnya sedang bermain game moba bersama ke-4 temannya.

Mukanya terlihat kesal karena terus kalah dalam 4 match terakhirnya. Di permainan ke-5nya, banyak kata umpatan yang keluar dari mulutnya yang hitam khas seorang perokok itu mencemooh permainan rekannya. Rekannya bukannya tidak marah hanya saja sudah seperti hal lumrah jika Bobby, berkelakuan seperti itu jika sedang badmood.

"Asu la hen. Kalah melulu. Bakar-bakar bintang ini namanya" ucap Bobby kesal

"Wkwk makanya main yg bener Lo gendut. Lo banyak matinya ketimbang ngekill" balas seorang temannya yang bernama Hendra

"Tau tuh si kerbo. Jd assasin bukannya ngebantai musuh, malah kebante sama musuh. Huh" timpal seorang temannya yg lain.

"Lanjut yok. Jangan tanggung gini lah. 5 lose streak ni woi. Kau Bob jadi tank aja. Jgn assasin lagi" lanjut seorang temannya yg lain

"Ayok. Mau 10 match juga gua ngikut aja" ucap temannya yg lain

"Au ah. Males gue. Lu pada lanjut aja. Aku mau jajan dulu" ucap Bobby dengan kesal.

Dibanding ke 4 temannya, Bobby tampak yang paling kesal. Sebenarnya bukan hanya karena lose streak yang dialaminya, namun karena ia memiliki unek-unek. Dirinya masih belum menemukan seorang wanita seksi mirip Annisa yg dijumpainya di taman kemarin, padahal sudah beberapa hari terakhir Bobby mendatangi cafe sebatas hanya ingin menemui wanita seksi tersebut. Di benaknya ia sama sekali tidak mempercayai ucapan tukang parkir cafe yang mengatakan wanita molek itu adalah pacarnya.

Bobby berjalan keluar halaman, kebetulan seorang penjual bakso bakar keliling lewat. Dengan cepat ia membelinya. Uang 50rb ia keluarkan dari kantungnya untuk membeli 50 porsi bakso bakar, porsi yg sangat banyak untuk mereka cemil sambil push rank ria.

Selagi menunggu bakso dibakar, Bobby seperti melamun. Pandangannya kosong menatap sebuah kertas kartun yg digunakan untuk mengipasi bakso bakarnya. Dipikirannya masih terbayang sesosok wanita. Setiap kali Bobby mengingatnya, setiap itu juga birahinya meninggi. Tonjolan di selangkangannya membesar tatkala ia mengingat susunya yang besar, lehernya yg jenjang, serta kulitnya yang putih dan mulus itu.

"Ah sialan la. Kebayang terus pun!" ketus Bobby

Pak Mamat, sang penjual bakso bakar yang bertubuh kecil dan kurus sedikit kaget ketika mendengar celetukan Bobby. Semula ia merasa umpatannya ditujukan kepada dirinya sampai ia memperhatikan kegusaran pria bertubuh gembrot didepannya itu.

"Keliatan setress amat sih bang. Banyak masalah ya?" Tanya nya terus mengipasi bakso bakar pesanan Bobby

"Eh engga pak. Lg mikirin kerjaan aja" balas Bobby yang tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya ke penjual bakso yang baru ditemuinya.

"Oh kirain ada masalah cinta toh bang. Mukanya sampe kusut gitu Hahaha" ejek tukan bakso itu dengan berani

"Keliatan banget ya? Buset deh si bapak tau aja masalah orang. Ngaku deh, iya pak." Jawab Bobby kelihatan malu dengan masalahnya

"Biasa bang. Masalah anak muda jaman sekarang kalo gak habis uang, ya masalah percintaan. Bapak juga waktu masih muda dulu permasalahannya sama dengan kamu bang." Ucap pak Mamat terus mengipasi baksonya

"Masalahnya pak, cewek yg kusukai udah punya lakik. Eh jumpa sama yg mirip denganya, malah jadi lonte pula pak." Kata Bobby mulai menjelaskan kerisauan hatinya. Padahal ke teman-temanya saja pun, ia belum menceritakannya.

"Waduh bang. Agak Laen masalah Abang" jawab pak Mamat dengan sedikit gelengan kepala

"Tuh bingung kan? Bapak aja yg udah berpengalaman bingung apalagi aku yang masih kecil gini haha" ucap Bobby tertawa

"Buset kecil nya kayak Abang besarnya gimana lagi? Hahaha.. udah deh Abang cari pelampiasan aja. Cari tuh lonte terus pake terus sampe bosan. Tapi ada yg lebih menantang bang" ucap pak Mamat membuat Bobby penasaran

"Apa tu bang?"

"Mending Abang pepet yg udah binor itu aja. Naklukin binor lebih seru. Terus rasa binor jg pasti lebih wuenakk. Wkwkwk" kekeh pak Mamat sambil membolak-balik bakso dari panggangan nya.

Ucapan pak Mamat membuat Bobby terhenyak. Tampak dia seperti meng-iya kan saran dari penjual bakso bakar yg baru saja ia temui.

"Macem pernah jajan lonte aja si bapak. Hahaha"

"Abangnya sepele sama bapak. Saya mah sering jajan bang. Sebulan minimal 10x. Apalagi kalo dagangan laris. Hahaha" kekeh pedagang bakso bakar itu

"Kukira cupu ternyata suhu. Wkwk. Top deh lu pak. Hahaha" Bobby ikut terkekeh

"Bijak banget lu pak. Gue terima deh sarannya. Orang yg gue sayang iya, binor iya. Lengkap sudah" lanjut Bobby semakin yakin dengan pilihannya

Setelahnya dengan membawa kantung kresek penuh bakso bakar, Bobby dengan senyum menyeringai diwajahnya membuka pagar rumahnya lalu masuk ke area teras lalu duduk di tengah temannya yg masih asik bermain game moba.

"Malam ini jajan yuk. Lagi sange gue" ucap Bobby lantang. Seketika fokus temannya yg sedang bermain game pun buyar.

"Yaelah kenapa pada kaget. Ntar gua yg bayar deh. Yg penting kita senang-senang bareng!" Lanjut Bobby yang kini membuat temannya melotot kearahnya.

Bagai mendapat rezeki nomplok, teman-temannya melompat kegirangan mendapati Bobby akan mentraktir mereka jajan.

Bobby juga ikut senang dengan reaksi yg diberikan temannya. Kini di hatinya sudah ada keputusan bulat. Yakni ia akan menggebet Annisa yang sudah bersuami, tapi selain itu, jika perlu, ia akan bermain dengan lonte sebagai pelampiasan.



-_-_-_-_-_-_-_-_-



Disaat yang sama di sebuah komplek perumahan berbeda, sebuah mobil putih tampak memasuki garasi sebuah rumah minimalis. Dari mobil itu keluar sesesok akhwat cantik dengan pakaiannya yang berwarna putih-pink memasuki pintu rumahnya.

Dengan jalannya yg anggun ia langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian lalu menuju dapur rumahnya untuk memasak.

Annisa saat ini hanya mengenakan sebuah baju berlengan pendek model crop top dgn belahan rendah bersanding dengan celana kulot panjang longgar. Rambut panjangnya sudah dikucir kuda sehingga menampakkan leher jenjangnya yang begitu mulus. Bajunya sedikit ketat sehingga menampilkan bentuk tubuh Annisa yang proporsional.

Sebagai istri yang baik, Annisa tentu berniat mempersembahkan masakan terbaiknya. Berbekal sebuah buku resep, ia berencana membuat sayur lodeh kesukaan suaminya. Bahan baku juga sudah ia persiapkan. Dengan cekatan Annisa memotong beragam sayuran, namun saat akan merajang terong, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri karena teringat akan sesuatu.

"Iih kok bisa ya? Bentuknya mirip banget sama punya bapak itu." Batin Annisa saat memegang sebuah terong berukuran cukup besar.

Ingatannya tentu menuju ke seorang lelaki tua yang pernah menyetubuhinya sewaktu di taman dulu. Entah mengapa saat ini ditangannya ada sebuah terong yang memiliki ukuran serupa dengan penis bandot tua itu.

Semakin dilihat Annisa semakin yakin dengan terong yang sedang digenggamnya. Ia masih tidak habis pikir benda sebesar itu pernah mengisi rahimnya yang sempit.

"Kalo dicoba lagi bisa masuk gak ya??" Batin Annisa penasaran

Tanpa sadar Annisa mengarahkan terong itu ke selangkangannya, tepat didepan pintu vaginanya yang masih tertutupi oleh celananya. Ia gesek-gesek perlahan sehingga rasa geli dibagian intimnya itu berubah menjadi rasa nikmat. Baru sebentar tangannya terus mengusap terong tersebut sampai dari arah luar, terdengar bunyi kepulangan suaminya.

"Assalamualaikum umii." Ucap mas Farhan sambil mengetuk pintu.

Annisa yg kaget langsung mengangkat terong tersebut menjauh dari vaginanya. Ia letak di atas telenan lalu dengan langkah cepat Annisa membuka pintu rumahnya.

Dengan wajah berseri Annisa menyambut kepulangan suami tercintanya, tangannya ia salim lalu dengan cinta Annisa memeluk erat suaminya. Mas Farhan yang tadinya terlihat letih atas pekerjaannya, seketika seperti sudah mengisi ulang energinya. Mukanya kembali ceria merasakan pelukan hangat dari istri cantiknya itu.

"Abi mandi gih.. acem banget badannya" pinta Annisa sambil menggaet lengan mas Farhan menuju kamar mandi didalam kamar tidurnya.

"Iya umiku yang cantik jelita.. btw umi lagi masak ya? Harum banget dari arah dapur" tanya mas Farhan sambil mengendus ke arah dapur

"Umi lg masak sayur lodeh kesukaan Abi. Tinggal masukin terong nya aja udah jadi deh" jawab Annisa dengan centil

Seketika Annisa seperti berpikir, seperti ada yang salah dari ucapannya barusan.

'Tinggal masukin terong? Ke panci atau ke..... Isshh pikiranku!, lagi ada mas Farhan pun kok bisa-bisanya nya aku bayangin itu terong masuk ke vaginaku. Dasar!' Batinnya nyegir sendiri

"Jadi lapar. Habis Abi mandi kita langsung makan ya sayang" ucap suaminya Annisa itu yang langsung dibalas setuju oleh istrinya

Annisa tidak mau terus kepikiran soal si terong yang mampu menaikkan birahinya, di pikirannya ia hanya ingin membuat kenyang suaminya agar fit untuk memuasi birahinya yang dari kemarin meninggi.

Setelah mandi dan mengenakan kaos oblong serta celana pendek, Annisa langsung mengajak suaminya duduk di meja makan. Tidak lama, Annisa datang membawa 2 buah piring, yang satu berisikan sayur lodeh dan yg satunya adalah sambal terong.

Farhan tampaknya kagum melihat istrinya. Bagaimana tidak?, seorang wanita seksi dengan rambut di kucir sedang bolak balik menghidangkannya makanan lezat. Setiap Annisa menaruh piring di meja yg mengharuskannya sedikit menunduk, setiap itu juga belahan payudara indah istrinya itu menjadi santapan mata nakal suaminya. Annisa yang menyadari tatapan mesum suaminya, malah semakin menggoda suaminya dengan sengaja menurunkan kaus berbelahan rendah yg dipakai sehingga belahan mulusnya semakin kelihatan.

"Mata nya Abi nakal deh liatin susunya umi mulu. Encesnya tuh awas jatuh ke nasi loh.. Hihi" ledek Annisa ke suaminya yg terlihat mupeng pingin nyusu

"Habis susunya umi tumpah tumpah gitu bikin ngiler aja. Untung aja cuma Abi disini. Kalo ada cowo lain, udah diterkam loh umi. Hehe" ucap Farhan melambaikan tangan memanggil Annisa duduk di pangkuannya

"Terkam terkam... Emang Abi mau berbagi susu umi ke cowok lain?? Kalo Abi izinkan sih bisa umi pertimbangkan deh" jawab Annisa seolah menggoda suaminya.

Setelah semua hidangan tersaji di meja, Annisa dengan gemulai berjalan mendekat lalu duduk di pangkuan suaminya. Tanganya merangkul ke leher Farhan lalu sebelah kakinya ia angkat keatas kaki satunya sehingga terlihat sangat feminim.

Seketika wanita seksi itu ingat kalau kedua susu montoknya pernah menjadi bulan-bulanan lelaki lain, bukan hanya satu tapi banyak lelaki lain. Bahkan temannya sendiri, bobby, sudah pernah menyentuh mulusnya bongkahan melon tersebut.

'Maaf ya sayangku. Sebenarnya susu aku udah pernah di terkam cowok lain kok. Cowok yg tua-tua malah. Hihi' batin Annisa mengingat kejadian dahulu

Sementara Farhan, rasa bingung melandanya. Ia takut membuat marah istri cantiknya. Sesaat tadi ia keceplosan mengatakan menyebutkan kalo cowok lain menerkam susu indah milik istrinya. Di satu sisi Farhan sebagai suami yang taat, tidak ingin istrinya menjadi wanita kotor. Ia ingin Annisa menjadi istrinya yg sholehah dan berbakti ke dirinya sendiri aja. Namun jauh dari lubuk hatinya, Farhan juga menginginkan sisi binal dari istrinya itu keluar. Bahkan sebenarnya farhan pernah membayangkan istrinya disetubuhi oleh lelaki lain.

"Hehe ya pasti engga sayang. Mana mau Abi berbagi susu indah gini ke orang lain. Ini cuma milik Abi sendiri hmpppp" ucap Farhan menelusup kan wajahnya tepat ke belahan payudara Annisa.

Ia hirup aroma wangi tubuh istrinya itu. Ia geleng-geleng kan kepalanya merasakan kekenyalan payudara Annisa yang sekel.

"Ehhmm abiii.. katanya laper mau makan" desis Annisa merasakan rangsangan di payudaranya.

"Nih Abi lagi makan.. emmmmm" jawab Farhan mengeluarkan bongkahan melon ranum Annisa lalu langsung melahap putingnya yg kecoklatan itu.

"Ehhmmm Abi.. padahal udah umi masakin sayur lodeh, malah makan tetek umi. Ehhmm" ucap Annisa menahan desahannya.

Farhan seperti kesetanan. Ia tidak menghiraukan ucapan istrinya. Mulutnya terus saja melahap payudara ranum Annisa. Bibirnya kerap kali menggigit manja puting Annisa, areolanya ia jilatin hingga terbasahi oleh liurnya.

"Aahh.. geli bi..." Desis Annisa kegelian dengan permainan lidah suaminya.

Hasratnya semakin menutupi akal sehatnya, perutnya yg tadi keroncongan sudah tidak terasa lagi. Rasa laparnya telah berubah menjadi nafsu. Tonjolan di celana boksernya kian membesar. Annisa yang berada tepat diatasnya tentu menyadari penis suaminya yang menegang.

"Umii. Kok cantik amat sih. Abi jadi ngaceng pengen nyetubuhi umi" ucap Farhan manja ke istrinya.

"Serius Abi pengen sekarang?? Ya udah. Ayuk kita ke kamar bii" ajak Annisa mengambil ancang-ancang untuk berdiri

Farhan yang sudah terujung malah menarik turun celananya lalu dengan cepat menarik turun celana panjang istrinya juga.

"Eehh abii??? Uhhhhhh" desah Annisa saat suaminya itu kembali mendudukkannya di pangkuannya. Namun kali ini berbeda, penis suaminya yg sudah menegang telah menancap di vagina Annisa.

"Ahhh Abi kok nakal banget.. malah langsung dimasukin. Kan memek umi belum terlalu basah.. ahhhh" ucap Annisa merasa sedikit ngilu di vaginanya.

"Maaf umi.. tahan sebentar ya. Biar Abi buat basah. Hengkkkk" ucap Farhan tiba-tiba mengangkat pinggulnya sehingga penisnya semakin menancap dalam.

"Iya abii.. ga papa kok demi abii. Ahhhh"

Annisa yang masih merangkul leher suaminya pasrah. Dirinya yang sebenarnya sedang dilanda birahi hanya mengikuti permainan suaminya. Tidak perlu waktu lama untuk vaginanya mengeluarkan oli pelumas khasnya.

Meski kesulitan Farhan tetap bisa memberikan pompaan, terbukti dari duduk Annisa yang sedikit tersentak sentak ke atas. Walau tubuhnya sintal, ternyata berat tubuh Annisa tidaklah begitu membebani suaminya. Wajahnya terlihat menikmati setiap kali penis milik suaminya berhasil menancap sempurna di vagina sempitnya.

"Aahhh abiii... Enak biiih... Aahhhh" racau Annisa semakin menikmati

Dengan posisi duduk,Farhan juga terus menguras tenaganya memberikan dorongan demi dorongan bertenaga. Sekitar 10 menit Farhan tahan di posisi itu sebelum akhirnya ia meminta berganti gaya.

Farhan memposisikan Annisa untuk membelakanginya, lalu satu kaki Annisa diangkatnya bertumpu di kursi makan dengan menggunakan tangannya. Kembali penis tegangnya ia arahkan mendekat.

"Sshhhhhh aaahhhh"

Annisa kembali mendesah nikmat saat kepala jamur penis suaminya itu perlahan membelah bibir vaginanya. Batang kejantanan milik Farhan perlahan menelusup mengisi lubang kenikmatan yang sudah becek itu. Saat udah masuk seutuh nya, Farhan kembali mengeluarkannya, lalu memasukkannya kembali, lalu mengeluarkannya lagi, terus memasukkannya kembali. Begitu terus gerakan yang dilakukan Farhan sampai ia keenakan lalu melakukan gerakan yg tidak sampai mengeluarkan penisnya dari dalam liang kawin Annisa.

"Ahhh umiii aahhhh ahhhhh" desah Farhan sambil menggenjot vagina istrinya.

Mereka sama-sama mendesah menikmati. Kaus yang Annisa kenakan digulung ke atas hingga payudaranya yg mantul itu keluar dari sarangnya. Farhan tidak mau melepaskan kesempatan untuk menyentuh bongkahan daging kenyal istrinya yg sedang gondal gandul itu. Dengan tangannya ia segera menangkap keduanya lalu ia remas dengan kuat.

Rangsangan di dadanya itu ternyata semakin menambah nikmat persetubuhan halalnya. Desahan manja terus keluar dari mulut mungilnya, sementara di vaginanya terdengat suara seperti gemercik air yang menandakan adanya penis tegang yang sedang keluar masuk.

"Aaaahhhh aahhhh yaahh terus biihh.. sodok umi yg kencang abiiihhh ahhhhh" racau Annisa yang terus didera kenikmatan bercinta. Rasanya ia sudah ketagihan akan sensasi nikmat ini.

Farhan terus menggoyang-goyangkan pinggulnya menggenjot Annisa. Deru napasnya terdengar kencang. Namun naas baginya, Annisa yang memejam menikmati persetubuhan halalnya kali ini harus kembali merasakan hal yang sama seperti kemarin.

"Aahhhh keluar miiiih!"

*Crott crott*

Dua semburan lengket kembali mengisi rahim Annisa. Annisa diam terpaku berusaha memahami apa yg baru ia alami.

"Abiii udah keluar???" Tanya Annisa

"Hahh.. hahh.. udah mi.. nikmat banget hahh" jawab Farhan yang masih ngos-ngosan

Tanpa permisi Farhan menarik lepas penisnya dari vagina Annisa lalu langsung terduduk lemas di kursi.

Wajah Annisa tampak memerah menahan kekesalan. Ini adalah kali kedua suaminya gagal dalam memuasinya. Padahal ia sedang berada di puncak syahwatnya, namun suaminya tidak mampu mengimbanginya.

"Abi rebahan dulu ya mih? Lemas banget ni abi" ijin Farhan. Tanpa menunggu jawaban Annisa yang masih bersender di tembok, ia berjalan meninggalkan menuju kamar lalu berbaring. Tak lama, ia tertidur pulas dengan wajahnya yang tampak puas.

Kali ini Annisa beneran kesal. Farhan bukannya meminta maaf karena telah gagal dalam memuasinya, malah meninggalkannya lalu dengan enaknya tertidur pulas. Hidangan yang sudah tersaji di meja makan juga tak ia sentuh.

"Huh. Kok mas Farhan seenaknya gitu! Terus aku gimana mas?? Aku masih pengen. Hemppp" desis Annisa memainkan sendiri klirotisnya menggunakan jari manisnya. Lalu ia mengarahkan jarinya menuju lubang kenikmatannya dan menusuknya. Vaginanya yg masih basah akibat persetubuhan tadi memudahkan jari lentiknya masuk kedalam.

Ketidaksanggupan suaminya membuat Annisa terpaksa memuasi dirinya sendiri. Dengan jari miliknya sendiri, ia mengobok liang kewanitaannya. Jarinya keluar masih dengan sangat cepat. Annisa memang merasakan nikmat, tapi tidak senikmat pomoaan penis milik suaminya.

"Aahhhhh hemmpphhhh ssssssahhhh aahhhhh" desis Annisa dengan napas memburu

Sekitar 5 menit Annisa mastrubasi di dapurnya, dtimbul penyesalan ia telah merajang semua terong yg ada di kulkas sehingga tidak bisa menjadikannya sebagai pengganti penis suaminya yg lemah.

"Kalo tau kamu begini, tadi engga umi masakin sayur lodeh kesukaanmu biih ahhhh" ucap Annisa kesal.

Annisa terus mengobok vaginanya sendiri. Suara cipratan cairan cintanya makin terdengar merdu akibat jarinya yang keluar masuk. Matanya sampai merem melek berusaha menikmati sensasi masturbasi yg sedang ia perbuat.

Di luar sana, sebuah sepeda motor berhenti tepat di luar pagar rumah annisa. Pengemudinya mengambil sebuah paket dari keranjang yang ada di bagian belakang motornya. Di wajahnya terpancar senyuman penuh arti.

"Gak nyangka bisa anter paket ke mbak cantik ini lagi" batinnya bahagia



"Pakeetttt! Permisi, PAKET!!"



bersambung

:::::::::::::::::::


Part 10
Tugas Dadakan​






Mulustrasi pengantar paket


17.00 wib.

Annisa yang sedang mastrubasi di dapur rumahnya terkejut mendengar suara panggilan dari seorang lelaki di luar rumahnya. Segera ia lepas jarinya dari dalam vaginanya yang sudah sangat becek. Jarinya yg terlepas itu tampak begitu basah terkena lendir kenikmatannya.

Dengan napas yang terengah-engah Annisa mencoba bangkit memperbaiki pakaiannya lalu berjalan membuka pintu. Saat pintu baru terbuka setengahnya, seketika ia menyadari kondisinya saat itu yang hanya memakai kaos berbelahan rendah yang memperlihatkan belahan payudaranya dan celana kulot longgar. Dengan cepat ia segera melompat bersembunyi di balik daun pintu agar tidak terlihat orang lain dari luar rumahnya. Namun telat baginya untuk bersembunyi, Karno yang memang sudah sangat menantikan Annisa, dari sampainya ia tadi tidak memalingkan pandangan dari arah pintu tersebut menunggu sang bidadari keluar. Saat pintu mulai terbuka, untuk sesaat ia melihat Annisa yang tidak terbalut hijab, bahkan melihat tubuh mulusnya yang begitu sintal. Bukan hanya Annisa yang kaget, begitu juga dengan lelaki itu. Matanya melotot seakan mau keluar. Mulutnya menganga seakan tidak percaya melihat akhwat seksi itu bersembunyi dibalik daun pintu rumahnya.

Di balik daun pintu rumahnya, Annisa tampak panik. Meski samar ia merasa kurir tersebut sudah melihat kemolekan tubuhnya. Disaat birahinya sedang meninggi, lagi-lagi ada lelaki lain yang dapat menikmati indahnya tubuh mulusnya.

"Duhh aku bego banget. Kenapa bisa lupa kalo belum pake cardigan dan hijab. Mana kayaknya Abang itu udah liat deh" ucap Annisa panik

"Mbakk! Pakeetttt!" Jerit si kurir dari luar pagar

Annisa semakin panik mendengar panggilan Abang kurir. Pikirannya berkecamuk antara langsung keluar mengambil paketnya, atau memakai pakaian yang lebih sopan terlebih dahulu. Sungguh saat yang tidak tepat, disaat birahinya sedang memuncak, Annisa kedatangan kurir yang dulu pernah melecehinya.

"Ya udah lah. Toh dia udah liat juga tadi. He emm. Gapapa sekali sekali bagi rezeki." Batinnya memberanikan diri

Mata abang kurir itu kembali melotot melihat Annisa muncul dari balik daun pintunya. Seolah tak percaya, ia bahkan mengucek matanya dan sosok wanita cantik itu memang ada.

Annisa berjalan keluar rumahnya menuju pagarnya yg masih menutup. Lenggokan pinggangnya serta getaran payudaranya yang dibalut kaus tipis ketat bagai sebuah pemandangan indah bagi si Abang kurir.

Pagar tersebut dibuka sedikit, Annisa mempersilahkan Abang kurir tersebut memasuki teras rumahnya.

"Maaf bang nunggu lama." Ucap Annisa dengan gelagat malu

"E..eh. iya mbak. Kaget saya liat mbak nya beda bgt dengan yg waktu itu" ucap si kurir memperhatikan setiap jengkal tubuh annisa

"Hihii. Beda apa nya? Kemarin itu kebetulan aja lg pake hijab sekarang kebetulan aja lagi nyantai di rumah. Kan weekend" jawab Annisa mengada-ada

"Pantes.. kemarin mbak nya keliatan seperti seorang muslimah gitu loh. Kalo sekarang keliatan beda gitu. Kayak perempuan hot di Instagram itu loh. Hehehe. Btw ini paketnya mbak" kata si kurir menyerahkan paket

"Tapi keg biasa, foto dulu ya mba" lanjut si kurir

"Iya bang" jawab Annisa

Abang kurir itu dengan cepat mengambil hp nya lalu mengarahkan kameranya ke Annisa yang sedang memegang paketnya.

Disisi lain, Annisa yang sedang berdiri dengan pakaian minimnya masih tampak ragu. Matanya melihat paket yang ada ditangannya dengan tatapan kosong. Batinnya masih berkecamuk memilih antara melanjutkan dorongan birahinya atau segera mengakhirinya sebelum terlampau jauh. .

"Mbak.. ayo liat kesini" titah si kurir yang menyadarkan Annisa dari lamunannya

"Iya Abang" jawab annisa melirik

Walau tampak ragu Annisa kini memberanikan diri berpose menampilkan dirinya. Dirinya yang sejatinya adalah seorang foto model tentu tidak kesulitan memilih gaya yang tepat. Paketnya ia angkat setinggi dada lalu dengan sedikit senyuman ia memberikan aba-aba bahwa dirinya telah siap untuk di potret

*Cekrek*

'cantiknya.. jadi pengen nakalin lagi' batin Abang kurir sambil terus memotret Annisa. Pandangannya tidak bisa lepas dari belahan putih mulus yang terpampang dari bagian dada wanita cantik itu.

Setelah sekitar 15x jepretan, si Abang kurir tampaknya puas dengan hasil yg telah diambil. Kini ia sedang membersihkan kamera depannya sambil berjalan mendekati Annisa.

"Sekarang waktunya foto berdua ya mbak" pintanya sambil berdiri tepat di sebelah kiri Annisa

"he'em" jawab Annisa singkat

Si Abang kurir semakin mendekatkan dirinya sampai aroma harum rambut Annisa dapat terhirup oleh hidungnya. Matanya tak bisa lepas dari kulit mulus sang betina yang begitu enak dipandang. Lubang hidungnya terus kembang kempis berusaha mengendus aroma wangi tubuh Annisa.

"Beneran pangling saya liat mbaknya. Dari dekat gini mbaknya macem orang lain loh" ucapnya dengan pelan sambil terus mendekatkan mukanya

Annisa semakin menyadari sudah tidak bisa mundur lagi dari jalan yang ia pilih. Dengan satu tarikan napas panjang, ia membulatkan tekad nya memberanikan diri membalas tatapan Abang kurir itu. Tatapannya begitu teduh dengan bulu lentik disekelilingnya sehingga membuat lawan bicaranya canggung.

"Jangan diliatin gitu atuh mbak. Jadi grogi loh saya" ucapnya malu-malu memalingkan pandangannya

"Kata si Abang mau foto berdua kan?. Ayo bang segera difoto. Malu aku kalo sampai diliat orang lewat bang" ucap Annisa sambil melihat sekeliling

Memang pada saat weekend, perumahan yang Annisa tempati kerap sepi karena rata-rata yang tinggal disitu adalah pekerja kantoran. Senin sampai Jumat bekerja, sedangkan Sabtu dan Minggu istirahat dirumah atau liburan ke luar kota. Ya, sama hal nya dengan dirinya dan Farhan. Di akhir Minggu mereka biasanya hanya bersantai dirumah atau sesekali jalan-jalan berbelanja ke mall.

"Mbak tetap pegang paketnya ya." Ucap Abang kurir yang tangannya kini berani merangkul pundak annisa

Kedua tangan Annisa memegang kotak paket yang ia tahu isinya adalah rice cooker. Ukurannya lumayan besar, sulit untuk dipegang oleh satu tangan saja sehingga annisa tidak bisa menepis rangkulan tangan lelaki itu. Tapi dari dirinya tidak ada niat menepis, sebenarnya Annisa sudah menyetujui tindakan kurir tersebut.

*Cekrekk*

Karno. Nama seorang lelaki yang berprofesi sebagai kurir paket dari sebuah jasa expedisi. Seperti telah menghabiskan seluruh keberuntungannya dalam satu waktu, Saat ini ia sedang mendapat jackpot karena paket yg diantarnya sekarang, bertujuan ke seorang akhwat cantik yang sedang berpenampilan sexy. Ditambah lagi akhwat cantik itu ternyata sedang dilanda birahi karena tidak berhasil dipuasin oleh suaminya.

Karno sengaja mengangkat tinggi kamera hpnya. Ia memotret dari sudut atas agar belahan Annisa lebih terekspose. Meski menggunakan hp yg sudah ketinggalan jaman, namun kameranya masih dapat membidik targetnya. Hasil jepretannya? Sebuah senyuman indah terpampang di wajah Annisa dengan rambutnya yang hitam berkilau membuat foto yg harusnya sedikit buram itu tampak memukau. Hanya satu saja kekurangannya, partner foto Annisa bukan lah suaminya yg tampan, melainkan Karno yang berwajah pas-pasan.

Annisa sebenarnya masih berusaha menahan hawa nafsunya. Syahwatnya yang sedang meninggi membuat setiap sentuhan yang diterimanya menjadi sensasi nikmat tak terbayangkan. Padahal baru rangkulan saja, namun dirinya merasakan desiran disetiap lengan jaket Karno menggesek dar luar kain kaos pada pundaknya.

Disebelahnya, Karno semakin mupeng melihat gelagat aneh Annisa. Ia bingung kenapa tidak ada perlawanan atas rangkulannya, tidak seperti dulu waktu ia harus dengan cara mendadak memegang payudara Annisa lalu pergi dengan tergesa.

"Sekarang di letak dulu mbak paketnya di meja. Kalo boleh saya mau foto berdua sama mbaknya. Hehe" pinta Karno

"Dari tadi kan sudah foto berdua bang? Ya kan.." tanya Annisa mengangkat wajahnya kesamping menatap Karno

"Hehe iya mbak. Tp td ada paket jd mbak nya gak leluasa. Boleh ya mbak? Plisss.." rengek Karno

"Ya udah deh. Jangan lama tapi ya" jawab Annisa menyetujui

Mendapat persetujuan dari Annisa, Karno berinisiatif mengambil paket yg sedang dipegang Annisa lalu dengan cepat meletakkannya di meja teras. Jaket kurirnya ia lepas, ia taruh tepat diatas paket milik annisa. Dengan cepat juga ia kembali ke samping Annisa lalu segera merangkulnya mesra.

Melihat tingkah Annisa yang tidak ada perlawanan, Karno memberanikan diri mengusap kulit lembut di atas payudaranya. Telapak tangannya yang kasar kini bisa merasakan kulit Annisa yang begitu halus dan lembut, terasa juga kelembaban dari kulit sehat yg selalu Annisa rawat setiap saat.

"emmmhhh"

Tanpa disadari, Annisa sudah mengeluarkan desahan lembut. Rupanya usapan tadi sudah cukup bagi Karno untuk melecut lebih tinggi lagi syahwat perempuan cantik itu. Karno yang mendengar desahan manja itu seketika menjadi semakin garang. Telapak tangannya yg tadi mengusap seakan tidak sengaja, kini sudah berdiam di kulit bagian dada tepat bawah leher Annisa. Dengan sengaja jarinya ia arahkan ke belahan payudara Annisa.

Tangan Karno yang satunya pun segera menyentuh tombol Shutter hp nya, mengabadikan momennya sedang berfoto mesra dengan seorang wanita cantik. posisi Karno yg tadi berada di samping Annisa, perlahan pindah ke belakangnya. Membuat selangkangannya kini dapat merasakan empuknya bamper montok milik Annisa.

*Brrrmmmmm*

Di jalan depan terasnya, sebuah mobil Rush putih melintas. Untung saja pengemudi mobil tersebut hanya fokus ke jalan dan tidak melirik ke samping, arah rumah Annisa. Karno sesaat menoleh ke arah mobil yg lewat itu namun ia tidak melepaskan rangkulannya. Beda dengan Annisa yang sedang diburu nafsu, ia sama sekali tidak menyadari mobil milik tetangganya yg baru saja melewati rumahnya.

Mendapati keadaan sudah kembali sepi, tidak ada orang lagi, Karno semakin memberanikan dirinya. Wajahnya ia pepetkan ke leher jenjang Annisa. Rambutnya yang terkucir memudahkan Karno untuk dapat menempelkan bibirnya.

"Wangi sekali tubuhmu mbak" puji Karno menghirup aroma harum dari leher Annisa.

"Sshhhh.. aku belum mandi loh bang. Harum darimana coba?" Desis Annisa merasa geli

"Loh masa? Belum mandi aja udah seharum ini. Cupp" ucap Karno sambil mengecup leher jenjang Annisa.

berulang kali bibirnya yg retak karena kurang minum itu mendaratkan kecupan. Leher mulus Annisa membuat Karno ketagihan mengecupinya. Tidak ada bagian yg luput dari kecupan Karno.

"Ssssshhhh geli loh.. abaangg udahh dong ssshh" desis Annisa semakin kegelian. Pundaknya kadang naik turun menahan rasa geligeli nikmat yg di deranya.

"Ini bisa saya kasih yg lebih geli lagi mbak" ucap Karno

"Ehhh bangg??? Tunguuu jangan kesitu" kata Annisa mendapati tangannya diambil oleh Karno

Ia menarik tangan Annisa masuk ke dalam rumahnya tanpa menutup pintu. Annisa manut saja, walau dari mulutnya mengatakan jangan, tapi tubuhnya menuruti Karno. Saat memasuki ruang tamu rumah tinggal Annisa, Karno melirik sebuah sofa panjang yang tampak empuk kemudian mengarahkan Annisa duduk diatasnya.

Badan Annisa didorongnya agar menyender ke bantalan tepi sofa sementara Karno langsung berjongkok tepat didepan Annisa. Dengan cekatan Karno menarik turun celana kulot Annisa. Tangan sang bidadari sempat menahannya namun usaha setengah hatinya itu sia-sia. Dalam sekejap celananya sudah diturunkan sampai ke mata kakinya.

Matanya langsung terbelalak, liurnya hampir tumpah melihat kemulusan paha jenjang itu. Kulitnya tidak kalah mulus dari dadanya, warnanya bak buah pualam dengan celana dalam berwarna putih di muaranya.

"Bang... Mau ngapain?? Jangan bang.. nanti sua hmmpppp"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Karno langsung mengeluarkan lidahnya lalu menjilati vagina Annisa dari sisi luar celana dalamnya. Dengan tangannya, Annisa langsung refleks menutup mulutnya agar suaranya tidak terlampau keras.

"Udah becek aja memek si mbak nya. Liat nih" ucap Karno sambil menarik sisi pinggir celana dalam Annisa lalu menjilatinya kembali

"Hemmmppp itu basah karena kena sperma suami aku bang. Sshhh"

"Eh jd yg aku jilatin ini pejunya lakimu dong mbak? Ihhh" kata Karno sedikit jijik menyadari basah pada celana dalam Annisa bukan semata-mata karena cairan cintanya, melainkan campuran dari sperma suaminya yg merembes keluar hasil dari percintaannya di dapur.

"Suruh siapa kamu usil begini weeekkkk" ejek Annisa

"Eee eee malah ngejek itu mulutnya. Nih rasain kamu mbak!" Kata Karno menelusup kan jarinya mencari letak klirotis Annisa.

"Aaahhhhh abanggg!" desis Annisa merasakan sengatan ketika jari Karno berhasil mencubit tonjolan sebesar biji kacang hijau itu.

Melihat ekspresi lucu Annisa Karno semakin semangat melakukan tindakan asusilanya. Klirotis Annisa ia usap usap, ia tarik, bahkan ia pelintir dengan gemasnya. Tak pelak perlakuannya itu membuat Annisa merem melek dilanda nikmat.

"Sshhh aaahhhhh emmhhhh"

Annisa terus mendesis manja. Tangannya terus menyumpal mulutnya agar desahan yg keluar tertahan. Ia tidak mau karena suaranya Farhan suaminya sampai terbangun dan memergoki perbuatannya dengan sesosok laki-laki lain.

"Abang buka ya mbak?" Izin Karno sambil menurunkan perlahan celana dalam Annisa.

Setelah berhasil meloloskan celana dalam Annisa melalui mata kakinya, Karno langsung memegang paha jenjang Annisa lalu membukanya lebar.

"Assoyy pinky winky gini mbak tempikmu" gumam Karno terus memandanginya dengan ngiler

"Abang jangan diliatin dong. Maluu" berontak Annisa berusaha mengatupkan kedua pahanya

"Njirr malu kenapa mbak? Cantik gini to tempiknya, sama kayak wajah yg punya. Sllrrrpppp"

"aaahhhhh abangggg aaahhhhhh geliiiiii"

Pekik Annisa merasakan vaginanya di jilatin dengan ganas oleh lidah tidak bertulang Karno. dengan rakusnya lelaki itu menjilati bagian selaput labia mayora milik Annisa seakan sedang menjilati sisa es krim yang menempel pada kotaknya.

"Asiiin mbak. Oh iya lupa saya. Aduhh bego amat dah!" Ucap Karno menimpuk kepalanya sendiri karena lupa kalau vagina yg baru saja ia jilatin berasa asin karena sisa rembesan sperma milik suaminya. Pandangannya langsung mengarah ke arah meja tamu.

"Ntar ya mbak. Tak bersihin dulu tempikmu" ucap Karno mengambil 2 lembar tissu yang berada di meja tamu Annisa lalu mengelapkannya membersihkan sisa rembesan sperma dipinggiran vagina Annisa.

Tak cukup pinggirannya saja, Karno memasukkan jari tengahnya ke mulutnya sendiri guna membasahi jarinya lalu mengarahkannya ke pintu masuk liang kewanitaan Annisa.

"Tak bersihin juga dalamnya ya mbak cantikk" kata Karno mulai memasukkan jarinya yg telah basah terlumuri liurnya

"Uuhhhh jangan abangg awwhhhh sshhhhh"

Jelas saja permohonan Annisa itu tidak digubris oleh Karno. Jarinya yang gemuk itu perlahan ia dorong masuk membelah bibir tembem vagina Annisa. Saat baru masuk setengahnya, jarinya ia tarik keluar lalu ia dorong lagi masuk lebih dalam. Terus begitu hingga Annisa merasa heran dengan permainan Abang kurir itu. Seolah sedang menarik ulur birahi betinanya, Annisa kini menatap Karno yang berada di selangkangannya dengan tatapan yang penuh arti.

"Kenapa mbak? Enak ya?" Tanya Karno terus mempermainkan vagina Annisa dengan cara yang tanggung.

"Sshhhh Tau ah." Jawab Annisa manyun

"Saya tau.. setengah jari saja pasti gak cukup ya. Gimana kalo begini!!" Kata Karno tiba-tiba menghentakkan seluruh jari tengahnya masuk ke dalam liang senggama Annisa. Lalu dengan sangat cepat mengocok vagina Annisa.

"Aaahhhhhh! Pelan abangg aaahhhhh aaahhhhh aaaaaaaahhhh pelannn tolonghhh aahhhhhh" racau Annisa sampai gelagapan merasakan dahsyatnya kocokan jari Karno

"Hahh? Kenapa mbakk? Masih kurang? Yowess tak tambain 1 dulu. Nih rasaiinnnn!" Kata Karno malah memasukkan satu lagi ruas jarinya kedalam vagina Annisa. Masih dengan rpm yang tinggi, tangannya begitu kencang mengocok vagina milik istrinya Farhan itu.

"Aaauuuhhhh aabnnggg kok malah di tambah.. aaahhhh udaahh stoppp plissss... Aahhhhhhhh aahhhhh" desah Annisa. Walaupun Annisa telah menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, desahan manja tersebut terdengar cukup kencang.

*Cplok cplok cplokk ccploook*

Bukan hanya desahan manja Annisa, suara gemercik air di vagina Annisa pun terdengar merdu. Keluarnya cairan cinta yang membasahi dinding vaginanya serta sisa sperma Farhan yang masih tertinggal di dalam membuat vagina Annisa sangat licin dan basah. 2 jari gemuk Karno seolah dapat dengan mudah keluar masuk dengan sangat kencang, mengobok isi dalam liang kehormatan akhwat cantik bersuami itu. Tampaknya kurir tersebut sudah melupakan tujuan awalnya, yakni membersihkan vagina Annisa dari sisa sperma milik suaminya.

"Gimana gimana? Enak kan mbak? Hahhh" tanya Karno seraya terus menambah speed rpm kocokannya.

Annisa dengan mata terpejam dan tangan yang menutup mulutnya hanya bisa pasrah dengan perlakuan Karno. Lelaki yang berprofesi sebagai kurir itu mampu membuat Annisa merasakan nikmat sehingga kini tanpa sadar, Annisa malah semakin melebarkan pahanya. Seolah agar Karno lebih leluasa dalam melakukan aktifitasnya.

"Aaahhhh oouuuhhhhh aaaahhhhh abaannggg udahhh plissss aaahhh pelannn banggg.. plissss aaahhhhh" racau Annisa terus memohon

Tetap saja, Karno tidak menghentikan kocokan bertenaga ya. Matanya terus memperhatikan setiap ekspresi Annisa. Semakin meringis Annisa menahan nikmat, semakin berkobar semangat Karno mengocok vaginanya.

5 menit sudah berlalu. Annisa tampak terus memejam menahan nikmatnya kocokan jari Karno. Sementara tangan Karno sepertinya sudah mulai kehilangan tenaganya sehingga harus menurunkan rpm kocokannya.

*Cplok cplok cplokk ccploook*

Meski 2 jari Karno tidak secepat tadi keluar masuk dari vagina annisa, suara perpaduan beceknya liang kawin Annisa dan jemari gemuk Karno tetap nyaring terdengar. Karno juga saat ini sudah merasakan dinding vagina yang menjepit 2 jarinya itu mulai berkedut menandakan akhwat didepannya sebentar lagi akan meraih klimaksnya.

"Ssshhhhh aaaaahhhhhh aaahhhhh udahh plisss.. aku jadi mau pipisss Abang.. aahhh ahhhhh" desah Annisa

Karno tidak memperdulikannya. Masih dengan kocokannya, Karno malah berinisiatif menjilati klirotis Annisa yang membuatnya langsung melambung lebih tinggi. Ujung lidah Karno terus menoel klirotis Annisa yang sudah basah terkena cairan cintanya. Rasanya begitu gurih sehingga Karno ketagihan untuk terus merasainya.

Saat kedutan di vagina Annisa semakin terasa. Disitulah Karno tiba-tiba melepaskan jarinya dari sempitnya liang kawin Annisa. Jarinya begitu basah dibaluri cairan cinta Annisa yang meluber. Sementara Annisa yang merasakan tiba-tiba lubang kawinnya terasa kosong, ia seperti kebingungan. Matanya memandang Karno dengan tatapan penuh tanya. Ia yang akan meraih orgasmenya lagi dan lagi harus merasakan tanggung.

*Hahhh haaaahhh... Kenapa?? Padahal dikit lagi lohh bang! Shhhh* Tanya Annisa dalam hati.

Tubuhnya bak cacing kepanasan yang menggeliat kepanasan. Pinggulnya meliuk-liuk merasakan sisa-sisa sengatan di daerah intimnya, walau tidak ada lagi jari gemuk Karno yang menancap didalamnya.

"gitu amat deh mbaknya liatin saya? Kentang yaa? Hehe.. Mau tak lanjutin lagi?? Minta dong ke saya. Saya baik loh orangnya. jangan malu. Hehehe" kata Karno dengan bangganya setelah berhasil memoermainkan birahi Annisa.

Bagian pinggul Annisa terus saja menggeliat seakan memanggil pejantannya untuk datang menghampiri. Annisa yang begitu terangsang terus menatapi Karno berharap lelaki itu mengerti apa yang ia inginkan. Yakni sebuah perlakuan intim untuk melepaskan dahaganya yang sudah beberapa hari tertahan, syahwat yang belum tersalurkan.

Karno bukannya tidak mengerti, ia memang sengaja ingin memancing Annisa agar mau mengatakan yang sebenarnya ia inginkan. Hanya saja ia masih tidak menyangka wanita cantik yang pernah di usili olehnya, sekarang sedang duduk mengangkang tepat dihadapannya, menunggu untuk dijamah secara cuma-cuma olehnya.

"Weleh weleh. Si mbaknya terus jaim deh. Ayo bilang mbak.." kata Karno terus mengelus sekeliling area vagina Annisa yang putih bak pualam

Annisa dengan tatapan sayunya tidak mau menjawab. Ia malah memalingkan pandangannya ke arah samping yang tidak ada siapa-siapa. Rasanya malu sekali jika seorang akhwat sepopuler Annisa, memohon kepada seorang lelaki yang baru ditemuinya untuk disetubuhi. Tindakannya itu ternyata membuat Karno sedikit kesal. Raut mukanya mengisyaratkan ingin mengerjai Annisa lebih jauh lagi.

"Ya udah deh kalau memang tidak mau. Saya bisa apa mbak.. kalau gitu saya pamit aja deh" kata Karno menggertak.

Ia pun berpura-pura seakan mengambil ancang-ancang untuk berdiri.

"Auuuuhhhhhhhh!" Jerit Annisa hampir lepas kendali. Untung saja tangannya dengan cepat menutup mulutnya yg mengeluarkan desahan tersebut.

Tapi tepat sebelum posisi Karno tegak berdiri, rupanya ia kembali memasukkan 2 jarinya ke dalam vagina Annisa yang pastinya membuat Annisa kaget bukan main. Ia kobelkobel bagian dalamnya dengan intens. Syahwat Annisa kembali meroket mendapat rangsangan tersebut. Wanita cantik itu semakin tidak dapat berpikir jernih.

"Iyaahhh Abang.. maaf. Jangan pergi dulu... Aku mau.." lirih Annisa yang masih merasakan nikmatnya permainan jari Karno

"Mau apa mbak? Ngomong kok setengah-setengah yo..." Tanya Karno

"Bikin aku. Bikin akuu..." Lirih Annisa malu

"Bikin Apa toh?" Lanjut Karno tanpa menunggu Annisa menyelesaikan kalimatnya

"Bikin aku nembak!" Pinta Annisa sambil menutup wajahnya menahan malu.

Pipinya sampai memerah mengutarakan kalimat yang seharusnya tidak boleh ia ucapkan ke orang selain pasangan halalnya. Apalagi ke seorang lelaki yang seharusnya bertugas mengantarkan paket, bukan bertugas memuasinya.

"Nah gitu dong. Berani jujur itu baik loh mbak. Ok tak turuti inginmu mbak" ucap Karno yang masih membiarkan 2 jarinya menancap di vagina Annisa. Ia menegakkan kakinya lalu meraih kancing celananya. Dengan satu tangan, ia membuka kancing celananya yang membuat celananya melorot jatuh. Lalu ia teruskan dengan menarik turun celana dalam usangnya sampai ke sebatas lutut.

Annisa yang memperhatikan pergerakan Karno ikut tercengang. Di hadapannya kini terdapat sebuah batang kemaluan dengan ukuran cukup besar berdiri tegak dengan gagahnya. Ntah sejak kapan batang itu menegang ia tidak tahu, hanya saja ia dapat memastikan bahwa batang itu sebentar lagi akan menembus rahimnya.

"Gimana menurut mbak? Kontolku gede tidak?" Tanya Karno sambil mengangguk-anggukkan kontolnya.

"Emhhh ga tau. Uuuhhhhhh" jawab Annisa seakan enggan mengakui.

Seketika Karno kembali memompa dengan cepat vagina Annisa dengan tangannya. Annisa kembali merem melek menikmati kocokan jari Karno yang gemuk. Wajahnya begitu menikmati, terlihat dari bibir bawahnya yang ia gigit sambil sesekali mengangkat ke atas kepalanya.

3 menit Karno terus merangsang vagina Annisa. Bibir kemaluannya yang merah jambu itu begitu basah terkena cairan cinta yg terus merembes keluar. Kedutan di dinding dalamnya juga sudah kembali dapat dirasakan oleh 2 jari Karno yang menandakan Annisa akan meraih orgasmenya.

"Eemhhhhhhh yaahhhh hheemmmppppp iyaaaah bang teruss... Jangan berhenti.. ahhhhh plissss sebentar lagihhh aaahhhhh" desis Annisa memejam sangat menikmati dirinya yang berada di ambang ledakan orgasme.

Karno terus merangsang Annisa dengan lihainya. Annisa yang didera kenikmatan terus menyender sambil membuka lebar pahanya mengijinkan Karno mempermainkan vaginanya yang sempit. Tanpa sadar tangannya ia gunakan untuk memilih sendiri puting payudaranya dari balik bh nya yang masih terpasang.

Saat yang Annisa tunggu telah tiba. Sengatan disekujur tubuhnya sudah menjalar sampai ke ubun-ubun. Namun saat orgasmenya akan meledak, Karno lagi-lagi melepaskan kocokannya.

Tentu saja Annisa kembali terheran-heran kenapa lelaki yang bekerja sebagai kurir tersebut begitu tega mempermainkan hasratnya.

"Abang kenapa dicabut?? Aaaaacchhhhh!" Jerit Annisa tidak terkontrol. Rupanya saat Annisa hendak bertanya, Karno sudah mempersiapkan batang kejantanannya di bibir kemaluan anniaa. saat itu juga kontol tegang milik kurir itu di dorongnya membelah labia mayora dan menghujam dengan keras langsung menyumpal vagina Annisa. 2 jari Karno yang baru saja terlepas dari liang senggamanya kini langsung tergantikan oleh batang kejantanan milik Karno.

*CRTTTT CRRTTTTT CRRTTTT*

Tanpa disangka dengan masuknya kontol parno ke dalam liang kawinnya, Annisa langsung meraih apa yang ia tunggu dari beberapa hari lalu. Hal yang membuat dirinya harus kecewa terhadap lemahnya Farhan, suaminya sendiri.

"Aaaahhhhhh abangggg aahhhhh keluar akuuh banggg!" Racau Annisa mendapatkan orgasme terdahsyatnya

Padahal kontol Karno baru saja bisa merasakan sempitnya jepitan vagina Annisa. Apalagi ketika vagina itu meraih klimaksnya, seluruh dinding didalamnya mampu memberi efek pijatan yang begitu nikmat. Namun demi betinanya, Karno rela menunda sebentar kesenangannya. sengaja ia keluarkan batang saktinya itu sehingga squirt Annisa menyembur mengenai sofa bahkan membasahi lantai rumahnya. Semburannya sangat kencang seakan Annisa sedang buang air kecil. Raut wajah annisa yang tak karuan pun membuat Karno tersenyum lebar.

'gila benar mbak cantik ini. Semburannya kemana-mana gini. Wow!' batin Karno terkesima

Tubuh sintal Annisa terus mengejang paska orgasmenya. Dari lubang kemaluannya sesekali masih menyipratkan sisa-sisa cairan cintanya. Kepalanya mendongak ke atas dengan dadanya kembang kempis berusaha memompa oksigen agar tersalurkan ke seluruh tubuhnya sementara tangannya mencengkram erat bantal di sofa.

Dengan instingnya Karno dengan cepat mengicip lendir sisa kenikmatan Annisa. Bibir kemaluan Annisa ia jilatin dengan rakusnya. Bahkan sisa squir Annisa yang masih menyiprat langsung ia minum dengan lahap.

*Slrrrpp slrrrpppp*

Dengan jarinya ia lebarkan rekahkan bibir vagina Annisa sehingga liang kewanitaannya yg sempit berwana pink cerah itu tampak dengan jelas. Lidah nya langsung menelusup berusaha masuk. Berkali ia tekan kedalam namun saking sempitnya, lidah tidak bertulang nya tidak mampu menembus. Sehingga Karno hanya dapat menjilati dan merasakan rasa gurih dari legitnya vagina Annisa.

Karena jilatan Karno di vaginanya, Annisa terus menggelinjang. Rasa ngilu bercampur nikmat begitu menderanya. Mulai dari klirotisnya lidah Karno turun menyusuri lipatan bibir vagina Annisa, bahkan terus turun sampai ke lubang pembuangan Annisa, tidak ada bagian yang luput dari jilatan lidah Karno.

Beberapa menit kemudian tubuh Annisa sudah lumayan rileks, tidak lagi menegang kesana kemari. Karno yang sudah tersulut birahinya pun ingin segera menyalurkan hasratnya.

"Sekarang giliran saya ya mbak ee. Kontol saya dari tadi udah keras maksimal lohh" ucap Karno kembali berdiri mengambil ancang-ancang.

"Eh eh??? Bang... Maaf plissss jangan diterusin. Aku gak mau bang. Udah cukup bang." kata Annisa. Rupanya akal sehat Annisa sudah sedikit kembali usai menuntaskan hajatnya tadi.

Namun tidak bagi Karno, didepannya masih tersaji Annisa dengan kaki tertekuk masih mengangkang menyender di sofa empuknya. Vaginanya sudah banjir akibat orgasmenya tadi. Bahkan kontol Karno yang baru sesaat masuk masih basah terkena lendirnya cintanya.

Karno sudah memegangi batang kejantanannya lalu mengarahkan nya ke pintu gerbang kenikmatan Annisa. Ia tundukkan wajahnya hingga mendekat ke arah muka Annisa yang seperti masih setengah-setengah mau melanjutkan atau menyudahi. Ujung gundul penisnya ia gesek lembut ke bibir vagina dan biji klirotis Annisa seolah sedang meratakan lendir yang tertumpuk disitu.

"Yakin gak mau di terusin mbak?? Mbak nya udah becek banget gini lhoo" ucap Karno dengan usilnya menyelupkan ujung gundulnya kedalam vagina Annisa lalu langsung mengeluarkannya.

"Ssshhhhhh jangannn hempppphhh" desis Annisa. Matanya sampai memejam ketika ujung gundul itu masuk lalu kembali terbuka ketika ujung gundul itu dikeluarkan.

Melihat ekspresi mupeng Annisa, Karno semakin mendekatkan bibirnya hingga menyentuh bibir merah Annisa. Ia kecup dengan mesra. Annisa juga tidak menolak tindakannya malah bibir mungil annisa seperti menerimanya. Berulang kali kecupan dilontarkan berulang kali juga bibir Annisa menerimanya. Dari jarak yg begitu dekat, Karno juga dapat melihat lentiknya bulu mata Annisa, hidungnya yang mancung, dan bola matanya yg besar.

*Sungguh indah makhluk diciptaanmu yang satu ini ya tuhan* batin Karno sambil terus memandangi keindahan Annisa dari dekat

Deru napas Karno semakin memburu. Hembusan demi hembusan sedikit menggerakkan rambut hitam Annisa yang sedikit acakan menutupi keningnya. tangan satunya yang tidak memegangi penisnya ia gunakan menyingkap rambut yang menutupi wajah cantik wanita didepanmya.

"Ssshhhhhh Abang... Aaahhhhhh" desah Annisa kembali merasakan ujung gundul Karno kembali membelah masuk.

"Njepit banget meki mu mbak.. macem mau nembus meki perawan aja" ucap Karno menikmati penetrasi yang ia lakukan.

Perlahan centi demi centi batang kejantanan Karno terus menembus dalamnya lubang kewanitaan Annisa. Akhwat yang lagi sange itu menatap sayu pejantannya yang sedang melakukan upaya menyetubuhinya. Tangannya kembali mencengkeram bantal saat penis Karno terasa macet saat usaha penetrasinya.

"Uuhhhh" desis Annisa

"Gila banget mekimu neng. Padahal td udah saya coblos sekarang udah rapat gini lagi. Urggh" erang Karno terus menurunkan pinggulnya berusaha menancapkan seluruh penisnya

Namun tidak semudah itu bagi Karno untuk dapat melakukannya. Berulangkali penisnya ia tarik ulur karena tidak bisa menembus sempitnya liang senggama Annisa. Tapi Karno tidak menyerah, sesaat ia lepas kembali penisnya.

*Cuiih*

Karno meludahi vagina Annisa tepat di lubangnya. Lalu ujung gundulnya kembali ia arahkan. Kali ini ia sangat yakin dapat menancapkan seluruh batangnya. Dengan tenaga ekstra ia mendorong pinggulnya yang membuat Annisa kelonjotan.

"Aaahhhhhh bangg.... Aahhhhhh" Annisa terus mengerang ketika penis Karno terus masuk menembus rahimnya. Ternyata air liur Karno tadi mampu mempermudah proses penetrasinya.

*Blessssh*

"Akhirnya masuk juga mbak. Uhhh mantapnya.." erang Karno merasakan hangatnya isi liang senggama wanita cantik itu.

Annisa masih meringis mendapati vaginanya kembali dijejali oleh sebuah penis yang tergolong besar. Panjangnya mungkin 5cm lebih panjang dari penis suaminya, sementara diameternya mungkin 2cm lebih besar dari milik suaminya. Warnanya? Tentu lebih gelap dari milik suaminya.

Setelah diam sejenak, kini Karno mulai memaju mundurkan pinggulnya. Dorongannya tidak begitu kencang sehingga Karno dapat merasakan enaknya gesekan antara kulit penisnya dengan dinding liang kawin Annisa yang mulai kembali mengeluarkan cairan pelumasnya.

"Uuhhh enakk... Uuhhhhh mantap.. jepitannya terasa banget.. memekmu macem memek perawan yang baru diperawani tau. Arggghh" erang Karno

"Aahhhh aahhhh Abang... Suaranya jangan ahh jangan kencang bangg. Suami aku ahhh... Suami akuu lagi tidur dikamar.. sshhh aaaah" jawab Annisa sambil mendesah.

Karno terkejut mengetahui ternyata suaminya Annisa sedang terlelap dikamarnya. Rasa takut menghampirinya meski tidak mampu mengalahkan rasa hornynya.

"berani banget kamu mbak godain saya sewaktu suaminya tidur?? Speechless saya" kata Karno gak habis pikir

"Eemhhh Abang yang nekat berani usilin aku. Aku gak ada maksud godain abang Aahhhh aahhh" desah Annisa berusaha menjawab seadanya

"Abang tau.. pasti mbak nya tadi gak puas dientot oleh suaminya kan? Hahaha" kekeh Karno meledek suaminya

Memang tepat sekali pemikiran Karno. Annisa yang sekarang ini adalah Annisa yang membutuhkan kepuasan, kepuasan yang tidak mampu diberikan oleh suaminya yang lemah. Dari pada akan membuat malu suaminya, Ia pun memilih tidak menjawab karno.

"Aahhhhh ahhhhhh haahhh aaahhhh"

Desahan demi desahan terus keluar dari mulut mungilnya. Matanya ia panglingkan dari Karno yang saat ini menggenjot dengan tempo lumayan kencang. Kini vaginanya sudah dapat menerima batang kejantanan Karno dengan mudah karena cairan cintanya sudah kembali membanjiri liang kewanitaannya. Kendati demikian, vaginanya tetap mampu menjepit penis Karno yang terus keluar masuk didalamnya.

"Benar kan mbak? Hahaha.. lemah banget suamimu. Gimana kalau tugas suamimu Abang aja yang emban? Dijamin mbak pasti lebih puas. buahaha" ucap Karno tertawa

"Aahhhh tugas?? Aahhh Abang emban???" Aku enggak paham ahhhhh aahhhhh" desah Annisa terus meringis nikmat.

"Salah satu tugas seorang suami itu kan memuaskan sang istri. Tp suamimu tidak mampu memuasimu mbak. Jadi gimana kalau tugas itu mulai saat ini Abang yang emban. Abang akan terus memuasimu sayang" ucap Karno mengecup kening wanita yang sedang ia genjot itu.

Kali ini Annisa memberanikan diri menatap ke arah pejantannya. Ia tidak memberikan jawaban, hanya saja untuk sesaat ia seperti membenarkan perkataan Karno yang menyebutkan suaminya tidak mampu memuaskannya. Tapi ia juga tidak mau terus terjerembab pada kesalahan yang sama sehingga membuatnya kembali berzinah dengan lelaki lain.

"Aahh.. ahh Cukup bang.. ini cukup yang pertama ahhh dan yang terakhir.. aku gak mau ahhh begini lagi bang emmhhh" jawab Annisa

Penis Karno terus memompa vagina Annisa, meski wanita cantik itu menikmatinya, di benaknya ada perasaan bersalah telah mengkhianati suaminya. Mendengar jawaban Annisa, Karno semakin mengencangkan sodokannya. Sodokannya juga semakin dalam karena lebih mementokkannya di setiap dorongannya. Kembali Annisa belingsatan ditengah genjotan Karno. Badannya maju mundur, buah dadanya yg masih tertutupi kaos juga naik turun mengikuti irama sodokan Karno.

*Splokk splokk splokk*

"Aahhhhh aaaaaahhhh ouuuhhhh aahhhhh pelann banggg ahhh ahhhhhhhh" racau Annisa semakin kehilangan akalnya

"Suamimu tidak akan pernah bisa membuatmu seperti ini mbak. Yakin dengan pilihanmu?? Urggh" Tanya Karno terus memompa Annisa sekencang mungkin

*Splokk splokkkk splokkk*

"Emmhhhh aaahhhhh ahhhh aaauuhhhh aahhhhh"

Annisa hanya terus mendesah tanpa menjawab pertanyaan Karno. Ia benar-benar menikmati setiap sodokan Karno di vaginanya. Sesekali tanpa disadari Karno, Annisa menganggukan kepalanya menyatakan kemauannya untuk dibuat seperti ini lagi. Untung Karno tidak menyadarinya.

"Ya udah kalo mbak gak mau jawab. Biar Abang buktiin kalo Abang bisa puasin kamu mbaaa" kata Karno

Bener saja. Selama 5 menit kedepan Karno dapat mempertahankan kecepatan sodokannya. Annisa yang terus menikmatinya perlahan merasakan kalau orgasmenya akan kembali datang.

Pinggul Annisa juga kini sudah menyesuaikan goyangannya dengan genjotan Karno. Batang hitam itu tampak kontras dengan selangkangan Annisa yang putih, apalagi dengan warna vaginanya yang merah jambu itu yang menjadi sedikit memerah karena sodokan Karno.

*Splokkkkk splokkkk splokkkk*

Setiap batang itu didorong mentok, dari bibir vaginanya terciprat cairan cinta Annisa. Cairannya juga turun menyusuri belahan pantat hingga membasahi kulit sofa tempatnya dibaringkan.

"Gimana gimana?? Enak kan??" Tanya Karno

"Aahhhhhhh yaahhhh iyaahhhh enakkkk" jawab Annisa pelan.

Matanya lentiknya merem melek ditengah pompaan penis di vaginanya. Tangannya sudah mengalung di leher pejantannya. Mulutnya terus mendesah manja. Sungguh pemandangan yang eksotis dari seorang wanita cantik.

"Pipisshh... Aahhhh aku mau pipish aaaaaa aahhhhhhhhhh aaahhhhhh" jerit Annisa menyambut orgasme keduanya hari ini

*Splokkk splokkk splokkkkk*

Karno semakin kencang menggenjotnya. Ia ingin wanitanya itu meraih klimaksnya dengan puas.

"Iyah.. keluarin mba.. jangan ditahan.. ahhh asu.. nikmat banget meki mu ini mbaa" ucap Karno yang sepertinya berusaha menahan diri agar tidak ikut orgasme

*Splokk splokkk splokkkkk*

"Aahhh iyaaah kontol Abang juga enakkk aahhhh bikin aku kewalahan ahhhh enakkk aaaaa" desah Annisa semakin tidak bisa dikontrolnya.

Ia seakan lupa dengan suaminya yang masih tertidur. Untungnya kamar mereka yang kedap dari suara luar menjadi penyelamat Annisa. Suara desahannya tidak sampai terdengar oleh Farhan. Malah suaminya yang sedang pulas tertidur itu sedang memimpikan liburan keluarga. Tentunya bersama istri cantiknya, ia sedang berjalan bergandengan tangan di sebuah pantai dengan lautnya yang biru. Sungguh mimpi yang indah.

Balik ke Annisa dan Karno. Ternyata Karno sudah melepas penisnya dari vagina Annisa. Persis serupa dengan sebelumnya, tubuh Annisa menegang mendongak terangkat ke atas setelah mendapatkan orgasmenya. Cairan cintanya kembali menyembur dengan derasnya. Bedanya adalah Karno tidak mau menunggu seperti tadi, menunggu hingga Annisa benar-benar menuntaskan orgasmenya.

"Aaahhhhhh aaahhhhh bentarrr abanggg aaahhhhhh"

Selagi Annisa masih menikmati orgasmenya, Karno kembali menancapkan batang penisnya. Vagina yang sedang merekah itu langsung di gempurnya dengan kencang. Ayunan pinggulnya begitu cepat sampai membuat Annisa megap-megap.

*Splokk splokk splokk*

"Kamu enak mbak udah 2x keluar. Sekarang giliran saya ya. Uurgggh" kata Karno kini menyelipkan tangannya ke punggung Annisa lalu mengangkatnya dengan mudah.

Kini Annisa sedang digendong oleh Karno, dengan penis yang masih menancap tentunya. Tangannya merangkul di leher Karno, buah dada ranumnya menjepit ke bidang dada Karno. Kakinya juga melingkar dipinggang Karno. Ternyata ukuran badan Karno yang tidak terpaut jauh dari badan Annisa, mampu mengangkatnya dengan mudah.

Diposisi berdiri Karno terus menyentaknya pinggulnya. Annisa seperti tersentak naik turun dalam pelukan karno. dari selangkangannya terus menetes jatuh cairan sisa orgasmenya barusan.

Tidak perlu waktu lama hingga Annisa kembali dapat menikmati persetubuhan haramnya dengan seorang kurir. Desahannya kembali manja terdengar.

"Aaahh bang enakkk terus bang... Ahhh terus.. sodokin terus bang.. ahhhhhhh uuhhhh" desah Annisa semakin menguatkan rangkulannya.

"Gimana dengan penawaran saya tadi mbak? Boleh kan saya terus memuasi nafsu si mbak nya?" Tanya Karno sambil terus mengentot Annisa

Annisa hanya menggeleng pelan. Sepertinya masih tersisa sedikit kewarasan dibalik syahwatnya yang melambung. Karno pun tidak ambil pusing, mau Annisa setuju atau tidak, setidaknya untuk saat ini, ia akan sebisa mungkin memuasi wanita cantik yang sedang ia gendong itu. Sebenarnya bukan hanya sekedar memuasi Annisa, tapi menuntaskan syahwatnya sendiri juga. Kapan lagi bisa ngentotin cewek se-aduhai ini coba??. Begitulah kira-kira isi hati Karno.

"Aahhh aaahhhh Abang aku mau pipisssh lagi.. aahhhh ahhhhhh" racau Annisa yang kini ikut memaju mundurkan pinggulnya ditengah hentakan penis Karno seakan menyambut orgasmenya.

Goyangannya itu seirama dengan hentakan Karno. Ketika pinggul Karno menghentak ke depan, pinggulnya juga ia goyang kedepan, sementara saat karno menarik mundur pinggulnya, pinggulnya juga ia goyang kebelakang.

*Splokk splokkkk splokkk*

Akibatnya, untuk beberapa kali hampir saja penis Karno terlepas dari vagina Annisa. Untung saja penis itu lebih panjang dari milik Farhan. Jadi saat hanya tersisa sedikit ujung gundulnya didalamnya, dengan sekali goyangan maju, kembali batang kejantanan Karno dapat kembali masuk seutuhnya ke dalam liang senggama Annisa. Farhan sendiri belum pernah melakukan gaya bercinta seperti yang istrinya lakukan sekarang bersama lelaki lain. Seandainya pun ia melakukannya, apa bisa akan senikmat yang diberikan Karno??

Annisa masih digenjot dalam posisi digendong oleh Karno. Tangan dan kakinya merangkul ke leher dan pinggang Karno. Kepalanya mendongak ke atas sehingga rambutnya yang panjang jatuh lurus ke bawah menutupi punggungnya yang masih terbungkus kaos tipis. Lehernya yang jenjang tersaji indah sehingga Karno tidak mau melewatkannya. Ia ciumin setiap bagian kulit mulus leher tersebut dan bahkan sesekali ia jilatin. Rasa geli yang dihasilkan semakin membuat birahi Annisa naik kepuncak.

Tidak lama berselang, kembali Annisa memejamkan matanya merasakan adanya sebuah ledakan dari dalam vaginanya.

"Ahhhhhh ahhhhhhhh pipissss lagiih aaaaaaaahhhh!"

*Srrrrr crrrrrtttt crrrttttt crrrtttttt*

Orgasmenya meledak. Kembali Karno melepas kan penisnya dari vagina Annisa yang membuat cairan cinta wanita cantik itu muncrat membasahi selangkangannya dan jatuh ke lantai rumahnya.

Tubuh sintal Annisa mengejang dalam dekapan Karno. Cairan cintanya terus menyemprot keluar. Ntah sudah berapa banyak cairan itu keluar dari vaginanya. Bahkan penis Karno menjadi jalur jatuhnya cairan cinta yang menyemprot ke selangkangannya.

"Uuhhhh sshhhhhhhh hemmpppppp" erang Annisa masih meresapi sisa orgasmenya

"Hebat banget kamu mbak.. berkali-kali ngecrott tapi airnya masih sederas ini. Kagum sekali saya.. uurgggh" ucap Karno sambil kembali menancapkan penisnya masuk.

*Splokk splokkk splokkkkk*

"shhhh Aahhh ahhhh pelaann bang.. ngilu memek akuhh ahhhh aahhhh" erang Annisa saat Karno kembali membombardir liang kewanitaannya yang masih sangat sensitif setelah klimaksnya

Karno tidak memperdulikannya. Ia tetap dengan kencang menyodokin vagina itu sampai pemiliknya meringis ngilu. Annisa berusaha menahan sakit yang ia rasa di vaginanya dengan memeluk erat Karno. Tangannya mencengkram kuat kaos yang masih dikenakan oleh Karno.

"Aahhh ahhhh ahhhhhh"

"Uhhhh enak nian meki mu mbak.. udah saya sodokin daritadi udah ngecrot berkali-kali tapi jepitannya masih seenak ini ahh" bisik Karno di telinga Annisa

"Aahhhhh iyaahhhh aaaaah... Abang kok belum nembakk siihh ??? Aku udah lemass Abang ahhhh sshhhhhh" tanya Annisa sambil mendesah lunglai

"Kan sudah saya bilang akan memuasi mbak nya. Saya orangnya tahan lama loh. Walaupun meki mu euenak tenann tapi kontol saya tidak akan semudah itu kalah dan mudah nembak loh. Hahaha" jawab Karno penuh kemenangan setelah berhasil membuat wanitanya 3x orgasme

"ahhhh ahhhhhhh tapi jangan terlalu lama juga bang... Nanti suami aku bangun dan mergokin kita ahhhhh ahhhh" lirih Annisa

"Biarin aja suami lemahmu itu liatin istrinya dientot sama lelaki perkasa kayak saya. Pasti dia yang malu sendiri gak pernah bisa buat meki istrinya banjir seperti ini sampe sampe bikin lantai rumah becek gini. Huahahaha" ucap Karno dengan tawanya meledek suami annisa

*Splokk splokkkk splokkk*

"Aahhhh banggg . Udahhh ahhhh.. jangan ngatain suamiku teruss.. udah... Ahhhhhh" desah Annisa sambil membela suaminya

"Ahh. Maaf ya.. tp itu kenyataannya suamimu tidak bisa memuasimu mbak. Beda dengan saya yang berhasil membuatmu nembak berkali-kali. Hahah"

"Ahhh ahhhh ahhhhhh"

Annisa hanya menjawabnya dengan desahan. Dirinya yang tadi merintih ngilu kembali merintih nikmat atas pompaan penis Karno di vaginanya.

'maafin istrimu ini ya Abi.. maaf umi selemah ini dihadapan kemaluannya bang Karno. Kurir yg dulu pernah ngelecehin umi, sekarang malah bisa bikin umi dimabuk kepayang. Maafin umii, abi' batin annisa



-_-_-_-_-_-_-_-_-_-



Hari sudah mulai petang. Farhan, sang suami masih tertidur pulas di ranjangnya setelah kelelahan sepulang kerja dan sehabis bercinta dengan Annisa, istri tercintanya.

Sementara diluar kamarnya tepat di ruang tamunya, terdapat sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Seorang wanita cantik dengan peluh keringat bercucuran di kulit putih mulus tubuh sintalnya. Di belakangnya ada seorang lelaki berkulit menghitam karena sering terkena sinar matahari yang tak kalah berkeringat sedang menyodoki vaginanya yang tembem dengan kencangnya.

*Splokk splokk splokkkk*

Perpaduan antara bongkahan pantat sekel wanita cantik itu dan selangkangan dekil lelaki itu menghasilkan bunyi nyaring yang mengisi ruang tamu rumahnya. Kalau di diamati dengan seksama, suara erotis itu mungkin dapat terdengar ke jalan depan teras rumahnya.

Wanita cantik itu sudah terlihat sangat letih dengan kakinya yang gemetaran menahan tubuhnya yang sedang terdorong kedepan akibat pompaan penis di vaginanya. Posisinya sedikit membungkuk dengan pantat yang ditunggingkan. Kepalan tangannya mengemggam menempel ke dinding agar bisa menahan dada ranumnya tidak tergencet ke dinding warna putih susu.

"Tahan ya mbak.. sebentar lagi saya mau keluar kok. Ahh" ucap lelaki yang berprofesi sebagai kurir paket itu sambil terus memaju mundurkan pinggulnya

"Sshhhhh ouhhhhhh he'emmmhhhh" desah si wanita sambil mengangguk kan kepalanya

'iyah bang. Keluarin pejuh nya kamu bang. Segera tuntaskan bang supaya aku bisa istirahat. Tp ahh, nikmatnya.. penismu sungguh nikmat bang. Bikin aku mau pipish lagi tau!.. sodok terus bang ahh' batin Annisa menikmati

Napas kedua insan itu semakin memburu. Tampang Karno yang pas-pasan dengan matanya yang berkobar penuh semangat terus sekuat tenaga menghujami Annisa dengan penisnya. Bahkan kali ini lebih kencang dari sebelumnya, penisnya yang lumayan besar itu terus keluar masuk dari liang senggama Annisa. Sepertinya ia menyadari kalau sampai sini lah batasnya. Ia tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

*Splokk splokk splokkkk*

"Aahhh yaaahhh ahhhh ahhhhhh hemppp" desah Annisa semakin menikmati

"Saya mau keluar mbak.. aahhh ahhhhh enakk jepitannya. Kontol saya seperti diremas ahhhh ahhhh.. dikit lagiiihhh" erang Karno diambang batasnya

"Aahhhh ahhhhh aku juga bang.. aaahhh mau pipis lagi.. aahh aku juga mau nyampe.. ahhhhh"

"Cepat keluarin mbak.. saya udah gak tahan.. cepat!!" Desah Karno sekuat tenaga memaju mundurkan pinggangnya

Dengan menggigit bibir bawahnya annisa menggelinjang, tubuhnya kembali merasakan setruman yang bersumber dari liang kewanitaannya. Setruman itu menjalar dari pusat kewanitaannya hingga setiap jengkal tubuhnya.

"Iyaahhh ahhhh keluar... Aahhhh keluarrrrrrrrr!!"

*Serrrrr crrrrrtttt crrrttttt crrrtttttt*

Kembali gelombang orgasme dahsyat melanda Annisa. Matanya memejam ditengah ledakan birahi yang menimpanya. Cairan cintanya kembali muncrat keluar dari vaginanya yang sudah teramat banjir.

Karno juga yang sudah menahan klimaksnya sedari tadi langsung mencabut penisnya dari vagina Annisa lalu dengan sigap memutarbalikkan tubuh Annisa yang masih mengejang. Di tekannya bahu Annisa agar tubuhnya bersimpuh dilantai yg becek karena cairan cintanya.

Annisa yang masih tidak dapat berpikir jernih karena gelombang orgasme yang masih dideranya langsung menuruti. Ia langsung duduk bersimpuh tepat di selangkangan Karno. Vaginanya bahkan menempel ke lantai yang terdapat cairan cintanya yang muncrat barusan.

Mata lentiknya perlahan membuka dan langsung dapat melihat Karno yang sedang mengocok penisnya tepat didepan wajah ayu nya.

"Urggh uhhhhh ahhhhh!" Jerit karno

Annisa sepertinya paham dengan apa yang direncanakan Karno lalu semakin mendekatkan wajahnya ke ujung gundul penis Karno yang masih mengkilat basah terkena lendir cintanya. Wajahnya menatap ke atas melihat ekspresi memburu karno. Akibatnya kocokannya sesekali ujung gundul itu mengenai hidungnya yang memberi rangsangan lebih pada Karno.

Tidak sampai semenit setelah mengocoknya, akhirnya yang ditunggu tiba.

"Urgghgghh keluarrrr!" Jerit karno

*Crott crott crott!!*

Sebuah tembakan yang berisikan sperma kental mendarat di wajah cantik Annisa. Membuat wanita cantik itu harus menutup mata. Kuantitasnya sangat banyak sehingga menutupi sebagian besar wajah cantiknya.

"Aahh puasnyaa urgghhh"

Karno terus mengurut penisnya menghabiskan sisa-sisa pejuh yang masih tertinggal didalam. Total sekitar 6x semburan menyembur ke wajah Annisa.

"Ehmmm hmmppp" gumam Annisa yang tidak dapat membuka mata dan mulutnya. Ia takut andai sperma itu akan masuk dan membuat perih matanya. Mulutnya juga masih menutup tidak mau kalau sperma lengket itu menyentuh ke lidahnya.

Namun pemikiran Karno tidak serupa. Ia berjongkok lalu meraih dagu Annisa dengan tangannya.spermanya yg lengket ia usapi lalu mengarahkannya ke bibir sensual Annisa.

"Buka mulutnya mbak" seru Karno

"Emmhhh hmpppp" jawab Annisa tidak bisa mengeluarkan suaranya

Karena Annisa tidak kunjung membuka mulutnya. Karno menjepit hidung mancung Annisa sehingga tidak bisa menghirup napas. Mau tidak mau Annisa terpaksa membuka mulutnya untuk bernapas. Ketika itu juga sperma yg sudah dikumpulkan Karno langsung ia masukkan ke dalam mulut wanita itu.

"Telan mbak" seru Karno

Annisa yang masih menutup matanya hanya bisa pasrah ketika cairan lengket itu menyentuh lidahnya dan menyusur menuju kerongkongannya.

*Glupp*

Dengan sekali tegukan, Annisa mampu menelan habis sperma yang dimasukan karno ke mulutnya.

"Nah gitu dong mbak. Pinterr.. Hehe" puji Karno

Annisa kini sudah bisa menurunkan wajahnya. Namun matanya masih menutup karena adanya sperma Karno yang menempel di kelopak matanya. Segera dengan jemarinya Annisa menyeka sperma tersebut agar bisa membuka matanya.

"Eh eh.. jangan dibuang dong sperma saya mbak" ucap Karno yang melihat Annisa hendak mengelapkan sisa sperma di jarinya ke lantai rumahnya

"Jadi gimana bang? Jorok ih ini nempel di mata aku" jawab Annisa sambil berusaha membuka matanya.

"Masukin ke mulut. Harus kamu telan tu sperma saya mbak" ucap Karno

"Ih masa harus aku telan lagi sih" jawab Annisa kesal.

Namun tanpa disuruh sekali lagi Annisa memasukkan jarinya sendiri ke dalam mulutnya. Bahkan ia menjilati jarinya seakan membersihkan agar tidak ada sperma yang tersisa di jarinya itu.

"Pinter nya si mbak ku ini. Cuppp" kembali Karno melontarkan pujiannya sembari mendaratkan kecupan di kening Annisa yang tidak terkena cipratan spermanya.

Setelahnya Karno langsung memakai celananya dan mengenakan kembali jaket kurirnya. Ia rapikan sekujur tubuhnya lalu mendekati Annisa yang masih kelelahan sedang mengenakan kembali celana kulotnya.

Tiba-tiba rasa iba tergedik dihatinya. Ia mengingat memiliki sebuah handuk kecil di jok motornya. Segera ia langkahkan kaki keluar rumah untuk mengambil handuk tersebut. Saat kembali masuk dengan handuk yang ia ambil tadi ditangannya, ia segera mengelapi lantai yang becek karena squirt cairan cinta Annisa. Dengan telaten ia mengelap sampai kering agar lantai tersebut tidak licin yang bisa membuat Annisa terpeleset. Sofa yang menjadi tempat pergumulan mereka juga turut ia bersihkan.

Jika dilihat lagi seperti tidak ada kejadian apa-apa diruangan itu, terkecuali Annisa yang tampak lemah usai berkali-kali orgasme. Total sebanyak 5x Annisa mencapai orgasmenya sementara Karno masih tampak bugar usai menyetubuhi Annisa.

"Mbak saya permisi ya. Masih banyak paket yang belum saya antar loh. Mbak gapapa kan??" Ucapnya mendekati Annisa yang sudah kembali duduk di sofa ya

Annisa kembali menatap ke arah pemuasnya tersebut. Pandangannya tampak sayu dengan wajahnya yang masih sedikit mengkilap bekas sperma yang tertuang disana.

"Iyah bang. Makasih" ucapnya tanpa sadar.

'eh? Kenapa aku yang makasih?!' batinnya terkejut

"Iya kembali. Kapan-kapan saya kemari lagi untuk memuaskan mbaknya. Jangan khawatir hahaha" timpal Karno tertawa.

“eh.. bukan gitu maksud aku bang..” timpal annisa stengah hati.

“ya udah saya pamit ya mbak. makin lama disini makin buat saya pengen mejuhin mbak nya lagi. Hehehe” ucap karno mengelusi selangkangannya

“iya bang. Hati-hati dijalan” jawab annisa yang masih ngos-ngosan

Sebelum pergi ia sempat mengelusi kepala Annisa lalu menyodorkan tangannya. Annisa pun langsung menyalim Karno lalu mengecup punggung tangannya dengan mesra. Saat membawa laju motornya, senyum di bibirnya tidak berhenti berkibar. Hatinya berbunga-bunga setelah bisa menggagahi seorang bidadari.

“masih gak percaya bisa ngentotin mbak annisa. Luar biasa banget itu cewek. Wajahnya, postur badannya, bahkan mekinya. Sempurna banget. Eh, kayak ada yang lupa. Apa ya?.. oh iya! Teteknya belum aku jamah dah. Siallll” gumam karno sambil terus mengendarai motornya

https://images4.imagebam.com/ec/c0/1f/MEQG1CA_o.jpg
Mulustrasi Annisa Febrianti

-_-_-_-_-_-



Saat ini jam menunjukkan pukul setengah 19.30, waktu Maghrib telah lewat. Di sebuah komplek perumahan, ada sepasang suami istri lalai dalam menjalankan ibadahnya karena kelelahan seusai bertempur.

Didalam rumahnya yang hening tiba-tiba sebuah gagang pintu kamar mengayun dan pintu pun terbuka. seorang lelaki tampan keluar dengan mata mengantuk dan mulut masih menguap.

"Hoaaammm.. laparnya. Sayang.. Makan yuk" ucap Farhan sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

Tidak ada sahutan dari istri cantiknya. Ia mencari istrinya di dapur lalu ke halaman belakang rumahnya namun tidak juga ketemu. Setelahnya ia menuju halaman depan rumahnya, namun saat di ruang tamu ia mendapati istrinya sedang tertidur dengan pulasnya di sofa empuknya.

Farhan yang tidak mengetahui peristiwa yang dialami istrinya pun hanya berpikir kalau istrinya tertidur karena kecapean sehabis masak tadi. ia pun membiarkan istrinya istirahat dan kembali ke meja makan yang sudah tersedia terong balado yg sebelumnya dimasak oleh Annisa.

Farhan makan dengan lahapnya. Hampir semua yang disediakan istrinya ia babat habis. Tersirat senyum kebahagiaan saat ia memakan makanan kesukaannya itu.

"Enak banget masakan umi.. jadi pengen namboh" batin Farhan terus melahap makanannya.

Ia bahkan kembali mengorek nasi dari wadah nasi. Ia tambahkan lagi terong balado kesukaannya.

Saat makan seketika sesuatu terbesit dipikirannya.

'kalau capek, kenapa umi tidurnya di sofa ya?' batinnya.





-_-_-_-_-_-_-_-_-





Rembulan sudah meninggi dengan sinarnya yang menerangi. Di sebuah pos keamanan yang tidak diketahui lokasinya terdapat seorang pria sedang memainkan handphone berkirim pesan dengan seseorang.

"Gila benar kamu sayang. Tanpa aku ikut campur pun kamu bisa seperti ini" ucapnya sambil memperhatikan sebuah foto dan video pendek yang baru saja dikirimkan oleh lawan pesannya di aplikasi WhatsApp

Setelahnya ia membalas pesan kepada seseorang yang telah mengiriminya file tersebut.

*Bagus. Kerjamu bagus Mbah. Selanjutnya tunggu instruksi dari saya* balasnya.

*Siap bos* sebuah pesan kembali masuk ke handphone lelaki tersebut.

Dengan wajah tersenyum ia terus memperhatikan foto dan video yang sudah ia simpan di dalam folder galeri pribadinya. Tampak di foto dan video itu seorang wanita cantik sedang di gendong dengan penis menancap di vaginanya sedang naik turun.

Wajahnya terlihat jelas sangat menikmati perlakuan lawan jenisnya. Bahkan pinggulnya sesekali berayun sendiri saat pasangannya tampak diam mengambil napas sebelum kembali menggoyangkan pinggulnya.

"Dewi Fortuna memang selalu memihak padaku. Hehe. Aku kira bakal butuh waktu lebih lama, tapi sepertinya aku sudah bisa langsung ke tahap berikutnya" ucapnya pelan sambil menelpon seseorang.

"Halo Udin. Besok sudah bisa kamu beli rumah yang ada di ujung lorong. Dana nya besok saya transfer langsung ke rekening kamu." Ucap pria misterius itu

" (Ucapannya tidak terdengar) " kata pria di telepon

"Ya. Pokoknya segera selesaikan agar bulan depan saya sudah bisa masuk menempati rumah itu." Lanjut si pria misterius

" (Ucapannya tidak terdengar) " kata pria di telepon

"Ok bye." Ucap pria misterius itu sambil menutup teleponnya

Ia pun kembali menonton video yang durasinya tidak lebih dari 3 menit itu. Namun dari kualitasnya tampak video itu diambil lewat kamera mahal karena dapat dengan jelas merekam wajah cantik Annisa yang sedang disetubuhi oleh seorang kurir paket.

"Tunggu aja ya sayang. Sebentar lagi kita akan bertemu. Tp sebelum itu, aku punya tugas penting untukmu. Hehe" tuturnya tersenyum licik



-_-_-_-_-_-_-





Bersambung



:::::::::::::::::::

Part 11

Kelemahan seorang istri



7 hari berlalu sejak kejadian dirumahnya. Tidak ada peristiwa seperti itu lagi baik dirumahnya, di kantornya, ataupun ditempatnya bekerja. Semua berjalan normal dan biasa saja. Yang tidak biasa adalah Farhan suaminya, semakin kesini Annisa merasakan suaminya semakin lemah dalam bercinta.
Terakhir kali mereka bercinta adalah 3 hari lalu. Waktu itu Annisa kembali merasa kecewa karena baru sekitar 4 menit mereka memadu kasih, suaminya itu malah dengan jahatnya ereksi meninggalkan Annisa yang masih menginginkan lebih.
Hari ini, hari kamis. Sepulang kerja Annisa tampak membuka pagar rumahnya lalu memasukkan mobilnya ke dalam garasinya. Selepasnya ia langsung bersih-bersih seperti biasa dan menyiapkan makan malam untuk suaminya. Tidak lama setelahnya Farhan, suaminya pulang.
Seperti tidak ada masalah diantara mereka. Hubungannya tetap harmonis dan sangat mesra. Farhan seperti jatuh cinta setiap kali menatap istri tercintanya melayaninya. Bukan semata hubungan seksual saja, namun seperti memasak, membersihkan rumah, bahkan mencucikan pakaian kerja nya. Semuanya mampu memupuk rasa cintanya terhadap istri cantiknya itu.
Annisa juga demikian. Masalah di ranjang selalu ia kesampingkan, berumahtangga bukan hanya soal seks. Taat pada suami adalah yang utama. Jadi Ia tak mau tampak lesu ketika menyambut suaminya yg letih setelah pulang kerja. Ia ingin memberikan pemandangan yang dapat memberi semangat ke suaminya itu. Senyuman indah selalu terpancar dari wajah nya. Tugas rumahnya selalu ia selesaikan tepat waktu. Apa yang di minta Farhan selagi mampu pasti diturutinnya. Annisa juga tidak pernah menolak untuk diajak berhubungan badan. Sungguh seorang istri yang hampir sempurna.
Hampir sempurna?
Tentu saja Annisa akan menjadi seorang istri yang sempurna andai tidak ada lelaki lain yang pernah menjamahnya. Nafsunya yang bertumbuh semakin membesar membuatnya pernah mengkhianati suaminya bahkan di ruang tamu rumahnya sendiri ketika suaminya tertidur lelap.
Setelah kejadian itu, Annisa memang menyesali perbuatannya. Ia sangat mengecam dirinya sendiri yang begitu dikuasai oleh nafsu. Air mata wanita cantik itu menetes hilang tersapu guyuran air shower kamar mandi sembari membersihkan seluruh tubuhnya yang kotor usai di setubuhi oleh Karno, si kurir perkasa. Dini hari ketika suaminya sedang tertidur, ada ketika ia terbangun lalu berbisik mengucapkan permintaan maafnya yang begitu tulus.
"Maafin istrimu yg telah khilaf ini ya Abi sayang" lirihnya sebelum kembali tertidur
Di hatinya ia membulatkan tekad untuk tidak gampang menyerah, apalagi menjadi budak oleh nafsu birahinya sendiri.
"Semoga bisa"...

-_-_-_-_-_-_-

Namun kenyataannya tidak seindah dan semudah itu. Ketidakmampuan Farhan sebagai suami selalu disayangkan oleh istri cantiknya itu. Bagaimana bisa seorang suami hanya memikirkan kebutuhan biologisnya sendiri, tanpa memikirkan kebutuhan Annisa yang sekarang gampang didera birahi? Kalau bukan mas Farhan, siapa lagi? Seperti itu lah pemikiran Annisa yang kembali gagal mendapatkan klimaksnya ketika gagal dipuasin oleh suaminya sendiri.
Untungnya Annisa sangat pandai dalam menjalin hubungan dengan suaminya, meski ia merasa kesal namun ia tidak menunjukkan kekesalan nya itu. Ia tetap melayani Farhan sebagaimana seorang istri yang baik hati.




Jum'at sore. Disaat semua orang bersiap meninggalkan meja kerjanya untuk berakhir pekan dengan keluarga tercinta, begitu juga Annisa yang ternyata telah berada dirumahnya. Ia mendapat izin pulang lebih awal karena pekerjaannya telah selesai. Semula ia berencana ingin bersantai dirumahnya. Sebatas berleyeh leyeh meluruskan kaki sambil menonton serial detektif kesukaannya. Dengan sebungkus chitato disebelahnya, Annisa sangat menikmati waktu bersantainya. Tidak butuh waktu lama sampai cemilan itu habis dan digantikan dengan sebuah Tupperware berisi salad buah. Hari ini ia memutuskan untuk tidak memasak karena suaminya sedang tugas luar kota dan tidak akan pulan sampai besok. Di ponselnya sudah terpatri sepaket menu makan malam yang siap di order melalui aplikasi pesan antar makanan.
Tidak terasa jam demi jam berlalu, serial detektif yang tadinya ia tonton telah lama usai dan digantikan oleh film romansa cinta jaman SMA. Semangkuk mie udon dengan irisan daging sebagai topping menjadi teman makan malam wanita cantik itu. Selepas makan, dari arah depan rumah tiba-tiba terdengar pagar rumahnya bergeser. Annisa yang sedang menonton pun menyangka kalau tetangganya lah yang datang
Namun saat hendak berdiri, kembali terdengar pagar rumahnya kembali bergeser menutup. Seketika berbagai pertanyaan timbul di pikirannya.
*Loh siapa tadi?? Apakah hanya orang iseng? Atau jangan-jangan???* Batinnya risau menduga kalau yang menggerakkan pagar rumahnya adalah Karno, sang kurir.
Annisa mengambil langkah pelan. Ia mengendap mendekati jendela rumahnya lalu dari sela gorden ia mengintip area teras depan rumahnya. Tidak ada siapapun. Semua tampak biasa kecuali didekat pagar terasnya, ada sebuah keranjang dengan secarik kertas diatasnya.
Annisa meyakini kalau keranjang itu bukanlah miliknya atau suaminya. Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati keadaan sekitar, memperhatikan apabila ada suatu hal lain yang berbeda.
"Ya tuhan. Perasaan apa ini. Kenapa rasanya jadi takut ya?" Tuturnya lemah
Setelah beberapa saat, Annisa memberanikan diri membua pintu depan rumahnya. Ia segera mendekati sebuah keranjang berwarna perak mirip storage box kantornya. Diatasnya terdapat secarik kertas dengan coretan halus. Diambilnya kertas tersebut lalu membacanya.
*Dear Annisa Febrianti tersayang. Box ini untuk kamu. Didalamnya ada beberapa hal yang akan membuatmu terkejut, tapi percayalah untuk beberapa waktu kedepan kamu akan suka. Simpan lah ditempat yang aman, jangan sampai ditemukan oleh suamimu. Gunakan hanya saat saya memberimu instruksi. jangan gunakan apabila tidak saya perintahkan. Sampai sini paham ya?
Nah.. untuk instruksi pertama, besok jam 10 akan ada seseorang yang datang menjemputmu. Pakailah barang yang ada di plastik no.2, dan jangan kamu lupa dandan yang cantik.
Sampai sini dulu ya. Berikutnya akan saya hubungi kembali. Dadaaah~
With love from your no.1 fans.*
Seketika bulu kuduknya berdiri. Tubuhnya merinding membaca setiap kata yang tertulis. Wajahnya masih seakan tidak percaya dengan apa yang telah ia baca.
"Apa-apaan orang ini ngirimin aku beginian? Instruksi? Perintah? Besok jam 10? Fans? Iih bikin badmood aja deh." Gumam Annisa kesal.
Namun ia sekali lagi membaca pesan tersebut lalu melirik pada keranjang yang berada tepat didepannya. Segera ia angkat lalu masuk kedalam rumahnya. Setelah menutup pintu rumahnya, Annisa langsung membuka penutup keranjangnya. Di dalamnya terdapat beberapa kantung kresek dengan tulisan nomor diatasnya.
Pada plastik paling atas, ada secarik kertas kecil bertuliskan *saat pertama kali membuka box ini, bukalah aku*
Annisa segera mengambil kertas tersebut. Saat menariknya, ternyata ikut tertarik sebuah kantung kresek dibawahnya karena kertas tersebut ternyata menempel pada sisi luarnya.
Perlahan ia membuka kantung kresek yang terikat itu. Wajahnya takut2 saat melihat isi dari kantong kresek tersebut. Didalamnya ada sebuah kertas foto dan sebuah flashdisk 16gb. Perlahan ia tarik keluar kertas foto yang berukuran 5R. Annisa langsung terkejut karena yang sedang dilihatnya adalah foto Farhan suaminya yang sedang bekerja. Sementara di bagian bawahnya terdapat data lengkap suaminya. Biodata, pekerjaan, hobby, rekam medis, bahkan hal sensitif seperti nomor rekening serta pin ATM milik suaminya tercantum difoto tersebut.
Pikiran Annisa langsung menerawang maksud dan tujuan si pengirim paket. Namun batinnya mengetahui benar bahwa niatnya adalah buruk.
"Astaghfirullh. Apa maunya ini orang?." Gumam Annisa kembali melirih melihat sebuah flashdisk yang ada di tangannya.
Dengan jantung yang berdebar tidak karuan, Annisa mengambil OTG di tas kerjanya lalu menancapkannya pada smartphonenya. Didalamnya hanya ada 1 folder Dangan judul "Annisa". Saat Annisa membuka folder nya, ada 5 video dengan durasi yang berbeda-beda. Ada yang hanya 1 menit, ada yang sampai 5 menit. Annisa berusaha menerka video seperti apa yang akan tayang apabila ia memilih membuka salah satu filenya.
"Asli ini orang maunya apa sih?" Batin Annisa sambil memilih acak salah satu video lalu menekan tombol play.
Matanya seakan hendak melompat keluar, kelompak matanya membuka begitu lebar sangking kagetnya melihat sebuah video erotis dimana ada dua orang insan yang sedang berhubungan intim di tempat terbuka.
*Liat tuh ton.. si cewe kek nya menikmati kali tuh. Mukanya sampai gitu..*
*Iya ya bre. Duh, ngocok sambil liatin cewek secakep itu dientot aja rasanya senikmat ini. Apalagi kalo bisa ngentot beneran ama itu cewe??? Uhhh sial lah pen ngecrot gua bre*
Suara yang terdengar dari video yang di putar oleh Annisa.
Air mata wanita cantik itu langsung mengalir deras membasahi pipinya yang putih kemerahan. Dahinya mengernyit menyaksikan video saat dirinya sedang digumulin oleh seorang pemulung di taman saday*na. Dengan napas yang teisak Annisa memutar video selanjutnya, ia kembali menyaksikan saat dirinya disetubuhi oleh bencong taman yang sama. Kembali ia next ke video selanjutnya, ternyata isinya tetaplah seperti itu. Video sex dirinya yang diambil menggunakan sebuah kamera handphone saat dirinya dikerjai oleh Parjo dan si bencong di taman sadayana.
Sementara di video terakhir yang berdurasi paling panjang, terputar video saat dirinya sedang di setubuhi didalam rumahnya sendiri oleh seorang kurir paket. video yang satu ini berbeda dari video-video lain, hasilnya sangat jernih. Bahkan terdengar suara desah demi desah manja dari Annisa yang sedang di genjot oleh karno sang kurir perkasa.
"Apa yang harus aku perbuat?? Gak sangka bakal begini jadinya huu huuu" deru Annisa ditengah tangisannya
Dirinya tidak menyangka akan menerima akibat atas perbuatannya secepat ini. Apalagi ancamannya berkaitan dengan mas Farhan suaminya. Siapapun yang merencanakan hal ini, ia benaran lihai dan langsung tepat sasaran.
Annisa menyesali segala perbuatan hinanya. Tangannya tidak berhenti menyeka air matanya yang terus jatuh bercucuran. Keteguhan hatinya runtuh. Pikiran untuk menerima perintah dari seseorang yang tidak dikenalnya itu sudah menyeruak didalam kepalanya.
*Maafin istrimu ini mas* batin Annisa sambil menutup video mesum tersebut lalu membuka plastik yang bertuliskan nomor 2. Ia pun menerima takdir yang akan dijalaninya.
"Hah?? Ini???!" Ucap Annisa terkejut


#Esok harinya#

Annisa masih terduduk di kursi rias kamar tidurnya. Matanya masih sedikit sembab hasil dari menangis semalaman. Untung tidurnya nyenyak sehingga kondisi fisiknya saat ini bisa dikatakan fit walau suasana hatinya masih tidak karuan.
Sementara wanita cantik itu terus menatap kosong ke arah cermin, di pikirannya ia masih menerka-nerka siapa lelaki yang akan menjemputnya nanti. Mungkin sudah setengah jam ia mematung seperti itu dengan segala kegundahannya, masih sekitar satu jam lagi sebelum waktu yang ditentukan.
Wajahnya sudah dibaluti oleh riasan make up yang membuat kecantikannya semakin terpancar bak mentari di pagi hari. Namun matanya menatap sinis kearah dirinya sendiri.
"Cantiknya dirimu ini annisa.. tapi sayang ya..." Lirihnya sambil membuang napas panjang
"Sayang kamu sudah menjadi wanita yang begitu kotor, Yg sudah membiarkan begitu banyak lelaki menggunakan tubuhmu. Belum lagi nanti. Pasti akan lebih banyak lagi tau!" Umpat Annisa kepada bayangannya sendiri di kaca cermin.
Ia berulang kali berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan menarik napas panjang lalu menghembuskan ya perlahan, dadanya berulang kali juga ia usap-usap. Tv kamar pun ia hidupkan sebatas memutar alunan musik jazz yang dapat merilekskan pikiran.
Di atas meja riasnya, hp Annisa sedang menyala menampilkan sebuah pesan dari Farhan, suaminya.
*Karena urusan pekerjaan, Abi sepertinya akan pulang lebih lama. Mungkin besok atau malah lusa. Umi tidak apa-apa Abi tinggal 2 hari lagi kan sayang?*
Annisa sebenarnya sedikit lega. Setidaknya suaminya tidak akan mengetahui apa yg akan terjadi padanya hari ini.
*Iya abi gapapa kok. umi pasti bisa jaga diri kok sayang. Yg penting Abi jangan lupa dijaga kesehatannya. Jangan telat makannya, kalo perlu minum suplemen yg umi siapin. lalu Abi juga selalu doa ya buat kebaikan kita. Hehe* balasan Annisa.

Sementara itu, di luar rumahnya tampak dua orang pria turun dari sebuah taksi. Salah satunya memberikan uang kepada supir sebagai imbalan atas jasa yang mereka pakai. Sementara satu orang lagi langsung mengambil hp dari sakit celananya. Ia langsung menelpon seseorang.
"Halo bos. Kita sudah sampai. Sudah siap menjalankan rencana." Ucapnya
Taksi yang membawa merekapun pergi lalu pria yang satunya datang menghampiri.
"Saya harus apa bang?" Tanyanya pada pria yang sedang menelpon.
Pria yang sedang menelpon itu hanya menjawab dengan isyarat agar ia sedikit menjauh darinya. Sepertinya ada perbincangan yang tidak boleh didengar bahkan olehnya. Perintah itupun langsung dipatuhi olehnya.
Tidak lama berselang, seusai menelpon ia langsung memanggil rekannya tersebut. Masing-masing mereka berjalan mendekat.
"Jadi gini. Itu rumah cewek yang bakal lu bawa. Jalankan sesuai yang sudah kita rencanakan. Jangan pernah lari dari rencana. Ingat apa yang terjadi kalau sampe lu keluar dari jalur!" Ancam pria itu
Pria yang memberi ancaman ini adalah seseorang yang mungkin berumur sekitar 30an dan memiliki postur badan yang atletis hasil dari olahraga dan gym yang ia tekuni. Perawakannya nya cenderung tampan dengan matanya yang sedikit cipit.


Sementara lelaki yang diancam adalah seorang lelaki paruh baya. Mungkin berumur 60an. Bekerja sebagai pedagang bakso bakar keliling di pusat kota. Ia sudah menduda sejak 20 tahun silam ketika istrinya menceraikannya akibat dari krisis ekonomi yang dideranya. Anaknya 3. 2 orang lelaki dan 1 orang perempuan. 2 anaknya yang lelaki telah pergi merantau demi mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak, sementara 1 orang perempuan, si anak bontot memilih menetap demi membantu sang ayah.
Sampai 4 hari lalu mereka masih menjalani kehidupan mereka yang biasa ketika seseorang mendatangi mereka lalu memberi ancaman yang langsung menggetarkan hati sang ayah. Seperti tidak bisa menghindar lagi, si ayah hanya mampu menyetujui permintaan dari si pengancam. Walau mengetahuinya apa yang akan ia lakukan pastilah sebuah dosa.
"Oi Ono! Kek Sugiono! Malah melamun ni tua Bangka. Udah jam 10. Yuk kita mulai" ucap pria bertubuh atletis kepada seorang kakek tua yang ternyata bernama Sugiono tersebut.


"Eh iya. Maaf bang sony." Jawabnya sembari mengikuti langkah pria bertubuh atletis itu menyebrangi jalan menuju rumah Annisa.
Sony. Sony Alexander Panjaitan. Adalah seorang pria asal tanah K*ro yang sudah 2 tahun merantau. Ia bekerja sebagai salah satu tangan kanannya Mr. R, seorang pria misterius yang saat ini begitu antusias terhadap Annisa Febrianti.
Sony sendiri adalah seseorang yang sangat setia dan loyal terhadap atasannya, apalagi penyelamat hidupnya. Ia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Mr.R yang menjadi pahlawan baginya. Saat ini ia sedang membawa lelaki tua bernama Sugiono untuk berjumpa dengan Annisa. hanya tinggal beberapa langkah lagi sebelum sampai ke pintu gerbang rumah bidadari cantik itu.

*TENG TENG TENG TEENGG!*
Annisa yang masih melamun duduk di kursi meja riasnya terkejut ketika pagar rumahnya di tepuk oleh seseorang. Orang yang ia tunggu untuk datang menjemput dirinya.
"Iya sebentar" jawabnya singkat dengan nada yang lumayan tinggi
Jantung Annisa semakin berdebar. Saking gugupnya, Bulir keringatnya keluar membasahi kulitnya yang begitu halus. Dengan segera ia menuju jendela rumahnya lalu mengintip keluar ke arah 2 orang pria yang umurnya terpaut jauh.
"Jadi mereka orangnya??" Tanya Annisa dalam hati
Di tangan sudah dipegangnya sebuah tas yang hanya dapat diisi dengan sebuah dompet kecil dan telepon genggam saja. Sebelum membuka pintu rumahnya, ia mengecek sekali lagi persiapannya apakah sudah sesuai dengan arahan.
"Huffh.. moga sudah semua. Sekali lagi, maafin istrimu ini mas.. umi pamit dulu untuk keluar dengan mereka ya?" Ucapnya pelan sambil membuka pintu rumahnya.
Diluar pagar, Sony dan Sugiono tentu terhenyak sesaat. Melihat seorang wanita cantik muncul dari balik pintu rumahnya.
"Kata si bos cantik. Tapi tak kusangka secantik ini. Wesss. Rezekimu banget loh ini kek.. jiahhh malah ngiler duluan. Wkwkwk" kata Sony sambil menepuk bahu Sugiono
Tak hanya Sony, rupanya Sugiono juga sempat terpaku melihat kecantikan Annisa. Pupil matanya membesar, bahkan tanpa disadari sesuatu di selangkangannya ikut merespon wanita seksi yang sedang dipandanginya tersebut.

Annisa tampak canggung mendekati kedua pria tersebut. Bukan tanpa sebab, keduanya adalah orang yang pasti akan menjerumuskannya dalam kemaksiatan. Kontras sekali dengan Sony dan Sugiono, insting kelaki-lakiannya membuat mata mereka terus memandang tajam seakan menguliti Annisa. Bukan tanpa sebab juga, Annisa saat ini memakai dress minim yang terbungkus pada plastik nomor 2. Bukan hanya minim seperti kurang bahan, pakaiannya begitu pas di badan sehingga menampilkan bentuk tubuh Annisa yang aduhai. Belahan dadanya yang putih kemerahan bak pualam seakan tumpah kemana-mana. Paha mulus jenjangnya terekspos indah karena bagian bawah dressnya tidak sampai menutupi seluruh paha mulusnya.

Saat ini Penampilan Annisa berubah drastis. seorang akhwat yang biasa selalu mengenakan hijab di kepalanya, menutupi tubuhnya dengan pakaian modis dan trendy, kini menjadi seperti seorang model seksi yang biasa kita lihat di majalah dewasa.
Sony kembali menepuk pundak pak Sugiono, untuk kembali menyadarkan bapak tua itu dari lamunannya. Jelas saja pak Sugiono kaget dengan tepukan Sony, namun tak lama mata nakalnya kembali menatap Annisa yang begitu sedap di pandang.
"Nah kenalin kek. Ini dia Annisa yg udah kita bicarakan dari kemarin. Dan.. neng Annisa ya kan namanya. Cantik seperti orang nya hehe. Kenalin aku Sony dan kakek ini namanya Sugiono. Kami kemari untuk menjemput kamu" ucap Sony mendekati Annisa yg sudah membukakan gerbang pagarnya
"Iya mas. Aku Annisa.." ucap Annisa pelan mengenalkan diri
"Mungkin kamu udah tau ya tujuan kita kemari. Kamu juga sudah dandan cantik begini artinya sudah menyetujui keinginan si bos. Gak perlu buang waktu lagi kan ya. Mari kita mulai ya cantik" ucap Sony terus mendekati Annisa hingga berdempetan
"Emhh iya mas aku setuju asal tolong.. tolong jangan rusak rumah tanggaku. Mas Farhan gak salah apa-apa. Pliss" pinta Annisa yang tiba-tiba mengambil tangan Sony
Sebenarnya Sony tidak menyangka perempuan yang sangat dinanti oleh bos nya bisa takluk semudah ini. Wanita yang bos nya bilang sangat menjaga jarak dengan lawan jenisnya malah berani mengambil tindakan duluan.
Bibirnya tersenyum lebar menyaksikan gelagat Annisa yang sepertinya sudah siap menerima perintahnya. Apalagi saat ini Annisa terlihat sangat menggairahkan, perpaduan wajah cantik dengan body seksi berlekuk bak gitar spanyol.
"Enggak.. enggak.. gak bakalan. Asal kamu nurut aja sama kita" jawab Sony
"Nurut kok.. mas.." ucap Annisa
"Yowes. Aku bakal jelasin ke kamu rules nya hari ini. Simak baik-baik ya" kata Sony sambil terus mendekap tangan Annisa
Di sebelahnya pak Sugiono ikut mendekat. Ia seperti takut-takut menghampiri kedua orang yang sedang berpegangan tangan tersebut. Wajahnya juga berulang kali menoleh ke arah jalan seolah memperhatikan keadaan sekitar.
"Jadi gini cantik. Saya disini sebenarnya cuma mengantarkan kakek ganteng ini kemari. Selanjutnya kamu cukup nurutin apa yg diminta sama beliau. Jangan ada pertanyaan, jangan ada penolakan, cukup lakukan semua instruksinya. Paham?" Ucap Sony dengan muka serius.
Tatapan tajam Sony ke wajahnya membuat wanita seksi itu memalingkan pandanganya. Tangannya masih berada di genggaman Sony, ibu jarinya mengelusi punggung tangan Annisa.
"Iya mas.. paham.." jawab Annisa dengan wajah memerah. Annisa pun hanya membiarkan tangannya dielusi oleh Sony.
"Pinter.. saya suka sekali sama wanita sepertimu. Udah cantik, seksi, penurut lagi. Bagi saya perempuan seperti kamu tuh saat ini nilainya 60 dari 100. Hahaha." Kata Sony dengan pedenya
'Eh 60? Masa aku cuma dinilai 60 sih?' Batin Annisa mempertanyakan
Dirinya yang dikagumi oleh Begitu banyak lelaki, begitu banyak pula lelaki yang pernah ia tolak cintanya. Satu sisi dirinya ia tidak memperdulikan penilaian yang diutarakan Sony kepadanya, namun disisi lainya ia merasa tersindir atas nilai pas-pasan itu.
"Iya mas.. maaf kalau cuma 60" ucap Annisa menundukkan kepalanya
"Jiah jangan kecewa dulu atuh. Kalau barangmu bagus nilaimu bisa nambah jadi 100" sambung Sony
"Barang?? Barang apa?" Tanya Annisa penasaran
"Ini loohh"
"Aaahhh" lenguh Annisa


POV Annisa Febrianti

Tiba-tiba saja bg Sony mencengkram kedua payudaraku. Cengkraman nya begitu kuat sehingga langsung terasa nyeri di melon kembarku. Tidak sampai disitu, tiba-tiba ia menarik payudaraku sehingga posisiku saat ini semakin menempel denganya.
"Mpphh sakit" rintihku memelas kepada bg sony
"Gede juga tetekmu. Kirain cuma gede bh nya doang" ucap Sony yg mulai mengurut gumpalan lemak di dadaku dari luar pakaian dan bra yg sedang kukenakan.
"Ehhmmpp" desahku menahan remasannya yang sangat kasar. Tidak seperti lelaki lain yang pernah menyentuh payudaraku, baru kali ini payudaraku di remas sekencang ini. Bahkan mas Farhan sendiri belum pernah melakukannya sekasar ini.
Pak Sugiono yang berada didekat kami juga sepertinya sedang menenggak ludahnya, liur di bibirnya seakan mau jatuh menahan rasa ingin menyentuhku.
Tangan bang Sony terus meremasi kedua melon kembarku dengan ganasnya, sementara aku hanya bisa pasrah dengan perlakuannya.
"Ini bh nya tak singkirkan aja ya cantik" katanya sambil mengarahkan tangannya menyusur tapi bra yang kupakai. Tak begitu lama pengait bra ku pun dapat di bukanya dengan mudah. Lalu ditariknya braku ke atas hingga terlepas.
"Nah gini kan lebih cantik loh. Seksi banget kamu" katanya sambil memperhatikan tonjolan payudaraku yang sudah tidak terbungkus bra lagi.
Pakaian yang ketat ini mampu memperlihatkan setiap lekuk tubuhku, apalagi sekarang tidak ada lagi bra yang menutupi payudaraku sehingga putingku sedikit mengecap dari pakaianku.
"Bos cuma kasih aku waktu setengah jam buat bikin kamu ikut sama kek Ono. Tp belum 5 menit aja kamu udah ok, ya 25 menit lagi bisa kita pake untuk yang lain kan cantik? Hehe" ucap Sony kembali meremas payudaraku.
"Ii. Iiya terserah mas aja uhmmm" jawabku
Kali ini telapak tangannya pasti dapat merasakan kenyalnya melon kembar yang selama ini kurawat. Melon kembar yang sudah tidak terbungkus bra kawat yang kupakai sebelumnya.
Meski masih kuat, tapi untung saja remasannya tidak sekuat tadi. Wajahnya juga semakin mendekat dan mulai mengecupi rambut dan pipiku.
"Wanginya kamu sayang. Bikin makin napsu aja. Kita langsung ke hidangan utama aja yah. Takut engga keburu kalo leha-leha gini" ucap bang Sony melepas remasannya lalu mengambil sesuatu dari tas selempang ya
Aku hanya diam dan menuruti kemauannya. Tanpa perlu dibilangnya secara langsung pun aku mengerti, yang dia maksud adalah dia ingin langsung meniduriku. Emang itu lah yang selalu diinginkan setiap lelaki apabila melihatku hanya dari sisi kecantikan ku saja.
Karena membelakangiku, aku masih tidak bisa melihat apa yang diambil bang Sony dari tasnya. Namun setelahnya ia langsung membuka resleting celananya lalu mengeluarkan batang kemaluannya yang sudah tegang ntah sejak kapan. Lalu dia berbalik badan.
'besar!' batinku melihat secara langsung kemaluannya.
Tak kusangka pria yang berperawakan tidak terlalu tinggi memiliki penis sebesar itu. Ukurannya mungkin mirip lengan anak bayi. Warnanya juga serupa dengan kulit pemiliknya yang bewarna putih langsat.
Bang Sony lalu mengoyakkan sesuatu yang ada di tangannya. Setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata itu adalah gel pelumas yang biasa digunakan untuk melancarkan penetrasi penis pria pada vagina wanita. Apa dia bermaksud mengoleskan pelumas itu di penisnya yang besar?
Mata ku tidak bisa beralih saat ia menuangkan cairan licin itu ke ujung gundul penisnya yang telah disunat itu. Ia lalu mengusapnya merata membasahi seluruh penisnya yang begitu perkasa. Aku sungguh tertegun melihat penis dari pria yang akan menyetubuhi ku ini.
Namun saat ia mulai mendekatiku lagi, aku langsung bergidik ngeri menyadari batang sebesar itu akan memasuki kemaluanku. Apalagi kemaluanku belum basah karena belum menerima rangsangan. Apa bisa pelumas itu meminimalisir rasa sakitnya nanti? Semoga aja.
Bang Sony berjalan mendekatiku. Tentu ujung penisnya naik turun seiring langkahnya. Mataku kembali seperti terhipnotis melihat benda mengkilat lucu yang datang mendekat.
Tanpa kusadari ternyata bang Sony sudah memegang leherku. Tanpa aba-aba juga ia langsung menarik leherku hingga bibirku yang mungil bersentuhan dengan bibirnya.
Aroma rokok dari mulutnya langsung menyeruak masuk. Untung saja karena pengalaman sebelumnya, aku sedikit terbiasa dengan aroma rokok yang begitu bau.
Lidahnya langsung bergerilya. Sengaja ia tekan masuk kedalam menembus bibirku menyusuri setiap jengkal isi mulutku. Sementara di bawah, tangannya mengelusi pahaku, naik keatas hingga sampai kepada tali celana dalamku. Sembari berciuman, dengan mudah ia bisa melolosi celana dalam dari kaki jenjangku. Lalu yangannya mengangkat satu kakiku. Ia melepas ciumannya lalu melirik ke bawah.
"Udah siap menerima kontol gedeku kan cantik?" Tanyanya sambil menggesek kepala penisnya di bibir vaginaku. Terasa dingin karena pelumas yg dipakainya mengenai kulit kemaluanku.
"Iya mas.." jawabku sambil menganggukan kepala.
Dengan perlahan pinggulnya ia dorong kedepan, kepala penisnya pun terasa menyundul membelah bibir vaginaku. Namun tidak semudah itu menaklukan sempitnya liang kehormatan ku ini, apalagi dengan ukuran penisnya yang jumbo tersebut.
Usaha pertama gagal. Ia kembali memundurkan pinggulnya. Lalu dengan bantuan tangannya, ia mengarahkan penisnya tepat menuju lubang kenikmatan ku, lalu kembali ia dorong maju pinggulnya. Kembali kepala penisnya terasa membelah bibir vaginaku. Namun ketika hendak masuk lebih dalam, penisnya masih tidak bisa masuk karena sempitnya vagina mungil ku ini.
"Uuuhh sakit mass mmm" desisku menahan ngilu akibat dorongan penisnya.
Kali ini ia tidak langsung menarik kembali penisnya. Masih ia dorong agar kepala penisnya bisa membuka pintu gerbang liang senggamaku. Namun tetap saja gagal. Ia belum berhasil menembus lubang kenikmatan milikku ini.
Kaki ku ia turunkan. Kali ini ia menuangkan lagi sisa gel yang ada dikemasannya pada ujung penisnya. Setelahnya ia mendorong tubuhku ke arah pak Sugiono.
Tampaknya bang Sony ingin pak Sugiono menahan tubuhku agar tidak ikut terdorong ketika ia mencoba mendorong penisnya masuk nanti.
Kaki kananku kembali ia angkat lalu dengan tangannya ia mengatur posisi penisnya agar tepat di lubang vaginaku.
"Ahhhhh masshhhh" desahku kembali menahan sakit ditengah dorongannya.
Lubang vaginaku seperti dipaksa untuk merekah ketika kepala jamurnya berusaha masuk lebih jauh. 1x 2x 3x usaha tarik ukurnya namun tetap saja penis jumbonya belum berhasil memasuki vaginaku.
"Gila sempit banget memekmu cantik. Rasanya macem mau memperawani anak gadis. Hehe" kata bang Sony kembali mencium bibirku mesra.
Ditengah ciumannya, kembali kurasakan usaha penetrasinya. Pinggulnya kembali ia dorong, kali ini dengan tenaga yang lebih besar hingga kepala jamur penisnya perlahan membelah masuk dalam vaginaku.
"Euhhmmm" desahku
Kali ini desisku tertahan ciumannya. Bg Sony juga sepertinya memahami kondisiku yang sedang menahan rasa sakit. Ia begitu lembut memanjakan bibir dan lidahku. Tangannya juga sudah ia lepas dari penisnya dan kini sudah mencengkram lembut susuku. Ia remas perlahan supaya menambah rangsangan pada diriku.
Vaginaku seperti dipaksa meregang ekstra lebar ketika bang Sony terus memaksa masuk batang kemaluannya. Perih dan ngilu masih terasa namun tidak sesakit sebelumnya saat Mili demi mili penis bang Sony terus bergesek masuk hingga tak lama kemudian, seluruh penisnya dapat terbenam didalam liang kawinku.
'ahhh.. penis lelaki lain lagi didalam memekku!' batinku merasakan liang kawinku dipenuhi oleh batang haram lain.
"Anjir rapet banget memekmu cantik. Udah.. rileks aja supaya lebih enakan." Ucap bang Sony melihat wajahku yang masih menahan rasa sakit
"Ehhmm. Uhhhhh... Iyaahhh masshhh" jawabku
Bang Sony mendiamkan sejenak penisnya didalam vaginaku. Tak perlu kuarahkan, dinding vaginaku seperti paham yang harus dilakukannya. Dinding dalam vaginaku dengan sendirinya bergerak seperti memberi tekanan atau pijetan pada penis bang Sony.
"Memek mu kelas atas ini. Bisa mijet gini loh. Uh enaknyaa" desah bang Sony merasakan kenikmatan pada batang kemaluannya
Setelah beberapa menit diam, akhirnya bang Sony mulai menggerakkan pinggulnya. Ia tarik, lalu ia dorong kembali. Penisnya yang jumbo itu pun tampak keluar masuk dari vaginaku. Ketika di tarik, dinding dalam vaginaku seperti ikut tertarik ikut lalu masuk kembali saat ia mendorong penisnya
"Aaahhhh ahhhhh ahhhhhh masshhh penuh kali memek kuuh ahhhhh" desahku ditengah genjotanya yang tidak begitu kencang
"Enak kan kontolku sayang? Memek serapet ini memang nomor Wahid! Harus sering2 di entot biar lebih terbiasa kontol besar" katanya sambil mengencangkan pompaannya
"Iyahh massh ahhh tapi pelan pelan ajah ahhhh ahhh"
Genjotan bang Sony semakin cepat. Padahal baru saja vaginaku bisa menyesuaikan bentuknya dengan penis jumbo itu. Perlahan cairan cintaku pun keluar ikut membasahi penisnya sehingga batang sebesar itu saat ini dengan gesit bisa keluar masuk.
Di tengah pompaan penis bang Sony, tiba-tiba dari arah belakang sebuah tangan muncul meraba-raba payudaraku. Ternyata itu adalah tangan pak Sugiono yang ntah berapa lama sudah aku lupakan sosoknya.
Aku beneran lupa kalau sedari awal bang Sony menyetubuhi ku tadi, pak Sugiono sberada di punggungku, menahanku agar tidak terdorong ke belakang. Tangannya yang mulai keriput meremasi payudaraku meski baru dari luar dressku. Tidak bisa kulihat ekspresinya saat ini, namun remasannya perlahan menguat.
"Oi kek. Kamu nanti dulu. Jangan sekarang!" Kata bang Sony menepis tangan kek Sugiono dari susuku.
"Maaf aku gak tahan liat mbak ini" kata pak Sugiono beralasan
"Ya udah. Sana minggir dulu." Perintah bang Sony yang membuat pak Sugiono melepaskan badannya dari punggungku. Ia pun menjauh duduk di kursi teras rumahku.
Eh iya, aku pun baru menyadari. Saat ini aku sedang berhubungan badan di teras rumahku! Bahkan dengan lelaki yang bukan muhrim ku! Tapi sudah lah. Semoga tidak ada yang lewat dan melihat aksi cabul kami ini.
*Splokk splokkk cplokkkk*
Bunyi gemericik dari perpaduan kelamin kami semakin terdengar akibat vaginaku yang semakin basah. Raut wajah bang Sony pun seperti sangat menikmati legitnya liang kawin dari seorang akhwat yang sedang berpakaian seksi.
Sementara aku? Perlahan aku pun mulai menikmati setiap tusuk demi tusuk penis bang Sony di vaginaku. Aku tidak bisa membohongi diriku. Meski akal sehatku berkata agar segera menyudahi persetubuhan ini, namun cairan yang begitu banyak keluar dari vaginaku adalah jawaban sebenarnya. Tubuhku berkata lain, bahkan vaginaku mengakui kenikmatan persetubuhan ini.
"Ouhhh ahhhhh penuhh.. sesakkk mas... Ahhhhh" desahku.
"Kontol siapa dulu dong. Kontol Sony. Hahaha" tawanya penuh percaya diri.
Memang penis bang Sony adalah salah satu yang terbesar yang pernah memasuki vaginaku. aku tidak bisa membedakan ukuran penisnya dengan penis pria tua yang dulu pernah menyetubuhi ku di taman. Kira-kira ukurannya mirip.
"Ganti gaya yuk cantik" ucapnya menurunkan kakiku dari pinggangnya. Aku hanya bisa pasrah. Rasanya apapun yang diperintahnya pasti akan kulakukan.
*Plopph*
Terdengar sebuah suara ketika ia menarik lepas batang kemaluannya. Seketika vaginaku terasa kosong karena sebelumnya terisi penisnya yang berukuran jumbo.
Bang Sony memutar tubuhku. Ia memintaku untuk membungkuk, Aku pun tau kalau ia ingin mendogy ku. Segera kubungkuk kan badanku, ku tinggikan pantatku.
*Plakk*
"Auuww" jeritku kaget karena ia menampar pantatku
"Asooyyyy bahenol banget pantatmu cantik." Ucapnya sambil menampar pantatku lagi.
"Awwww.. masshhhh" rintihku
Ia kembali mengatur posisi. Ia pegang penisnya yang masih tegang mengkilap mengarah ke vaginaku, lalu ia dorong perlahan.
"Uhh udah ku sodok td tapi sekarang udah menjepit lagi aja" desahnya kesulitan menerobos sempitnya vaginaku
Dengan jemari satunya ia berusaha melebarkan bibir vaginaku, lalu ia tekan lebih kencang penisnya. Perlahan penis jumbonya kembali tenggelam kedalam sempitnya liang kawinku.
Tak nunggu lama seperti tadi, kali ini ia langsung tancap gas. Vahina ku langsung ia bombardir dengan sodokan sodokan kencang nan kuat. Tubuhku sampai terdorong maju setiap ia menggenjotku. Mulutku hanya bisa menganga dan mengeluarkan desahan akibat perbuatan bang Sony ini.
"Aaahhhh ahhhhhh aahhhhh pelan mashhh pelan.. hahhhh ahhhhhh" erangku
"Tahan sayang. Saya mau sampai. Saya mau nembak uhhhh" kata Sony terus sekuat tenaga menggenjotku
"Iyaahh masshh keluarin ajahh ahhhhh aahhhhh" desahku
baru sebentar setelah bertukar gaya, bang Sony malah mau keluar secepat ini. Padahal aku baru mulai menikmati persetubuhan haram ini. Sedikit kecewa tapi setiap sodokan yang masih ia lakukan masih membuatku keenakan.
'Tahan bang Sony.. sedikit lagi.. sedikit lagi aku pun.. keluuu' ucapku dalam hati.
Belum sempat aku menyelesaikan pikiranku, tiba-tiba bang Sony melepaskan penis jumbonya. Secepat kilat ia berpindah ke depanku lalu menyonloskan penis jumbonya kedalam mulutku yang masih menganga.
Aku yang tak siap dengan yang bang Sony hanya bisa memejam pasrah. Ketika ujung penisnya sampai di tenggorokanku, penisnya memuntahkan laharnya.
*Crot crot crot*
Sekitar 3 semburan hangat langsung memasuki kerongkongan ku yang membuat mau tak mau spermanya langsung ku telan seperti menelan bulatan kuning telur.
"Ahhhh leganyaaa" erang bang Sony sambil terus mengurut penisnya yang perlahan mulai melentur.
Penisnya masih ia jejalkan di mulutku. Rasanya asin karena penisnya masih terolesi oleh cairan cintaku. Spermanya juga sepertinya ada yang lengket di tenggorokanku sehingga membuat rasa tidak nyaman. Namun ntah ide darimana, tiba-tiba mulutku mengatup dengan sendirinya memulen penis bang Sony yang hanya mampu separuhnya masuk dalam mulutku. Dengan telaten aku hisap pelan penisnya yang bisa kurasakan mulai loyo dan mengecil. Tak sampai disitu, penisnya aku jilatin hingga bagian penisnya yang terlumuri cairan cintaku bersih tak tersisa.
"Busset bukan cuma cantik tapi kamu pandai banget memuasi lelaki" puji bang Sony sambil mengelusi kepalaku yang sedang menjilati batang penisnya
Setelah bersih, aku pun menelan sisa-sisa cairan cinta yanh terkumpul dimulutku. Dengan sekali tegukan, semuanya ludes kutelan. Aku pun perlahan bangkit.
Aku hanya melempar senyuman ke arah bang Sony yang dibalasnya dengan sebuah kecupan di keningku.
"Thanks cantik. Muahh" ucapnya sambil mengecup keningku sekali lagi.
"Iya mas sama-sama" balaski sambil merapikan dressku yang sedikit acak-acakan. Rok nya yg naik sepinggang kembali aku turunkan, sementara saat aku berniat mengenakan kembali bra ku, bang Sony melarangnya.
"Kamu gak perlu pakai bra cantik. Cukup seperti ini saja selama dengan kek ono" ucapnya sambil merapikan celananya
"Iya mass" jawabku.
Kulihat pak Sugiono bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arahku sambil membenarkan posisi penisnya yang mungkin menegang karena melihat persetubuhan barusan.
"Dah.. sekarang giliranmu kek. Jalankan sesuai rencana. Saya pergi dulu." Kata bang Sony menepuk punggung pak sugiono
"Iya mas. Pasti tak jalankan sesuai arahan" jawab pak Sugiono
"Saya pamit ya mbak. Kita pasti bakalan jumpa lagi" ucapnya ambil mengecup bibirku lalu pergi berjalan kaki.
"Sekarang kamu ikut bapak ya mbak" tiba-tiba saja pak Sugiono mengajakku.
Aku yang belum mengetahui apa maksud dan tujuan mereka pun mengangguk menyetujui.​


Bersambung


:::::::::::::::::::


part 12

Mulai Berubah


Hujan telah reda. Suara burung terus berkicau kian merdu di pepohonan yang semakin kesini semakin rindang. Namun awan mendung itu belum lah pergi, ia masih menghiasi langit siang kala itu.
Di sebuah bus yang sedang melaju kencang dijalan tanpa hambatan, jalan tol sebutan umumnya. Seorang bapak tua sedang duduk bersebelahan dengan seorang wanita cantik. Wajahnya berseri indah karena perasaannya yang sedang gembira. Ia tidak menyangka perintah yang ia kira sebelumnya akan rumit dan menyengsarakannya malah membuatnya senang dan bangga. Mengapa tidak? Dimana lagi bisa dijumpai seorang lelaki tua yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual bakso bakar kini berpergian dengan seorang wanita cantik yang baru saja ditanaminya.
Ditanami? Ya.. bapak tua itu belum lama ini berhasil menabur benihnya ke ladang indah alami milik si wanita cantik. Benihnya begitu kental dan superior. Tidak ada yang tahu benih yang ditanam itu akan bertumbuh kembang atau layu sebelum berkembang. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Berbanding balik dengan wajah si bapak tua yang riang gembira, wajah si wanita cantik itu tampak lesu. Meski riasan dan kecantikannya tiada banding namun aura kegundahannya masih terpancar dari tatapan matanya yang menatap nanar keluar jendela.
Meski ia sudah membulatkan hatinya untuk menuruti semua keinginan si pengancam dan menjadi seorang wanita murahan, namun satu sisi kewarasannya masih menentang segala tindakan amoralnya.
Tangannya terus berulang kali menarik turun bawahan dress nya yang meninggi karena posisi duduknya yang terus bergeser. Meski berusaha seperti itu, pahanya yang putih mulus itu masih menjadi santapan mata genit pak Sugiono yang duduk disebelahnya.










POV Annisa Febrianti

"Ndukk. Sekitar sejam lagi kita sampai ke tujuan. Mukanya jangan masam gitu dong. Nanti cantiknya berkurang loh" kata pak Sugiono merogoh kantongnya lalu mengeluarkan uang sebanyak 200rb sebagai ongkos bus.
Tidak lama setelahnya kernet busnya mendatangi kami meminta uang ongkosnya. Saat menerima uang dari pak Sugiono, mata si kernet melirik ke arahku. Tatapannya mengarah ke wajahku lalu menurun ke arah payudaraku yang bergoyang seraya bus yang terkena guncangan. Yah, biarlah..
Namun tiba-tiba si kernet membungkuk berbisik ke pak Sugiono. Mereka terlibat didalam sebuah pembicaraan yang cukup asik, aku tidak bisa mendengarnya karena suaranya terlalu kecil. Setelahnya si kernet kembali berdiri tegak lalu berjalan menuju penumpang yang lain. Namun terjadi suatu keanehan yang kurasa. sebelum ia menuju penumpang lain, ia melemparkan senyuman genit kearahku dibarengi oleh lidahnya yang menjulur keluar seolah ingin menyantap makanan lezat.

Apa mungkin??

Bus tetap melanjutkan perjalanannya. Menyusuri setiap ruas jalan yang akan membawaku ke daerah dingin nan asri, hujan sering turun membasahi, tempat yang biasa mereka sebut Puncak.
Karena ini weekend, jalanan cukup padat yang membuat perjalanan yang harusnya hanya 3 jam, sepertinya akan memakan waktu 4 jam lebih. Namanya juga daerah wisata dimana orang-orang akan menghabiskan waktu liburnya bersama keluarga menjauh dari hiruk pikuk hidup di perkotaan untuk sesaat menikmati hidup menghirup udara segar di daerah pedesaan.
Udara yang mulai dingin juga berimbas pada tubuhku, Pakaian minim ini membuatku sedikit kedinginan. Tanganku kuarahkan ke lenganku untuk ku elusi, sebatas memberikan efek hangat meskipun cuma sebentar.
Tidak kusangka di dadaku, putingku juga mengeras. Membuat cetakannya yang terlihat dari luar dressku semakin terlihat jelas.
Semenjak pergi dari rumah aku sudah tidak mengenakan bra. Untung saja setelah membujuk pak Sugiono, ia masih memperbolehkanku memakai celana dalam meski negosiasi tadi berjalan lumayan alot. Sejak di jalan sampai di bus ini, sudah begitu banyak lelaki yang melirik kearahku dengan tatapan menggerayangi. Tapi bukan salah mereka juga. Kucing juga kalau disodori ikan, pastilah dimakannya.
Ditengah lamunanku, tak terasa kami telah sampai ke tujuan. Bus yang kami naikin berhenti di loket. Penumpang lain pun turun perlahan. Namun disaat aku hendak ikut turun, pak Sugiono melarang dan menyuruhku untuk tetap duduk di kursi.
Setelah semuanya turun, kernet yang tadi mengutip ongkos datang menghampiri. Pak Sugiono ikut berdiri lalu kembali berbisik kepadanya. Perasaanku kembali tak enak, tapi sepertinya aku tau apa yang sebentar lagi akan terjadi.
Seperti yang diperkirakan, pak Sugiono tiba-tiba mengedipkan mata kepadaku seakan memberi kode yang harus aku tangkap. Ia juga mempersilahkan si kernet mendekatiku. Sandaran tangan kursiku pun ia naikkan lalu ia duduk di sebelahku, di posisi pak Sugiono duduk sebelumnya.
Hanya tinggal kami bertiga di bus ini, Supir yang membawa kami baru saja turun meninggalkan kami. Apakah ia tidak mengetahui apa yang akan si kernet lakukan atau ia tidak memperdulikan? Ya sudahlah. Bukan urusanku.

Si kernet ini berkulit hitam dengan wajah yang buruk rupa. Tubuhnya kurus seperti kurang nutrisi. Tulangnya menyembul keluar seolah akan mengoyak kulitnya yang legam. Bibirnya juga hitam, ntah memang bawaannya atau akibat banyak merokok.
Setelah duduk, si kernet menatapku lalu mengajak bersalaman. Aku pun mengangkat tanganku lalu bersalaman dengannya. Saat bersalaman ia tidak mengucapkan kata apapun, hanya saja ia menarik tanganku lalu mencium punggung tanganku dengan mesra. Oh. Persis seperti aku mencium tangan mas Farhan setiap akan berangkat bekerja.
Tidak hanya punggung tanganku, ciumannya menjalar naik ke lengan lalu ke bahuku. Kumisnya yang tipis namun keras membuatku sedikit kegelian.
"Kamu Annisa ya? Aku Anton. Kenalan yuk??" Katanya ketika ciumannya sampai di area wajahku.
"Iya mas aku Annisa" jawabku ketus.
'Harusnya kan berkenalan dahulu baru berani seperti ini, ini malah nyium nyium dulu baru ajak kenalan!' kesal ku dalam hati
Hidungnya terus mengendusi tubuhku, menikmati aroma tubuhku yang terawat seakan beraoma wangi. Padahal pagi tadi aku mandi.
"Baru ini jumpa lonte sebening kamu Nissa. Kamu berani banget tau di muka umum tapi penampilannya seksi gini. Mana hari masih terang." Katanya sambil melanjutkan ciumannya di daerah leherku
Aku tidak menjawab pertanyaannya itu karena aku bukan lah lonte seperti yang ia pikir. Meski penampilanku seperti lonte, tindakanku pun seperti lonte, namun semua ada dasarnya. Ada alasannya. Makanya aku mau manut aja diperlakukan seperti ini sama kamu. Tapi asal kamu tau, aku bukan lonte!
Saat aku kesal sendiri karena dia menyebutku lonte yang berani berpenampilan seksi di siang hari, aku merasakan geli di kupingku. Ternyata daun telingaku sedang di gigit nya lembut. Ia sedot lalu digigitnya lembut kembali. Secara tidak sadar nafsuku kembali meninggi. mulutku mengeluarkan desahan kecil yang terdengar olehnya.
"Udah mulai sange ya?" Tanyanya sambil lanjutkan ciumannya.
"Ehmmm" desahku
Lagi-lagi nafsuku mengambil alih. Hanya dengan rangsangan dileher dan telingaku, birahiku kembali meninggi. seluruh bagian kulitku menjadi titik rangsangan yang membuat setiap sentuhan akan memancing birahiku melambung lebih tinggi lagi.
"Aroma kamu enak banget. Bau tubuhmu buat aku semakin ingin make tubuhmu yang aduhai ini" celotehnya lagi. Kali ini tidak hanya sekedar ciuman atau kecupan, tangannya sudah hinggap di payudara ranumku.
Jemarinya mencari bagian putingku yang sudah mengeras karena udara dingin dan birahiku yang sedang meninggi. Dengan ibu jarinya, ia mencubit puting payudaraku lalu menariknya kencang. Anehnya bukan sakit yang kurasakan melainkan sebuah sengatan nikmat yang membuat pikiranku melayang.
"Ahhhnnnn"
Ciumannya kali ini perlahan menurun kembali dari daun telinga menuju leher lalu ke belahan payudaraku. Stimulus yang ia berikan di putingku dan gesekan kumisnya di kulit leherku memberikan kenikmatan yang aku tidak tau darimana asalnya. Rasanya ingin sekali kupeluk kepalanya yang saat ini sedang mengecupi bagian belahan payudaraku. Tapi aku masih malu.
Jemarinya tetap memainkan puting payudaraku dari luar dress tipis ku. Ia pilin lembut ia tarik kencang lalu ia lepaskan. ia remas lembut bongkahan susu kenyalku lalu tepat di putingku, ia tekan menggunakan ibu jarinya hingga payudaraku seakan masuk kedalam.
*Srett*
Kini ia menurunkan dressku hingga menyembul keluarlah payudara ranumku tepat di depan wajahnya. Matanya melirik antusias terhadap 2 buah melon kembar yang sedang mekar itu. Ditengah lirikannya tiba-tiba ia membenamkan muka nya tepat ditengah lalu dengan kedua tangannya ia raih payudara kanan dan kiriku, ia tekan hingga menjepit mukanya yang buruk rupa itu.
Sungguh kontras perpaduan antara warna kulit mukanya yang legam dengan warna payudaraku yang putih kemerahan. Seperti black and white, perbedaan ini justru menimbulkan perpaduan warna yang terlihat aesthetic.
Aku merasakan si kernet, Anton namanya, menghirup dalam-dalam bau payudaraku ketika wajahnya ia jepit. Pastilah ia menyukai aromaku, apalagi keempukan susu bulatku yang sedang menjepit kepalanya.
"Enak?" Tanpa sadar aku menanyakan sesuatu yang tidak perlu.
"Enwakk tetekmhu lembhut bwanget" suaranya tidak terdengar jelas namun maksudnya pasti dia suka dengan payudaraku. Siapa juga cowok yang akan bilang kalo payudara ranumku tidak enak?.
Anton kemudian menarik lepas kepalanya dari jepitan tetekku. Tangannya juga ia lepas dan diarahkannya untuk membuka seleting celananya. Tak cukup menurunkan seletingnya, ternyata Anton juga melepaskan kaitan kancing celananya hingga celananya melorot kebawah. Kini Anton hanya memakai celana dalam.
Celana dalamnya sudah sangat usang dan seperti sudah longgar hingga bulu jembutnya keluar. Penisnya juga sudah tegang, ya pasti karena perbuatannya barusan. Karena dirasa mengganggu Anton pun melepas celana dalamnya hingga kini bagian bawahnya tidak mengenakan apapun lagi.
Ukuran penisnya biasa saja, masih kalah besar dari penis pak Sugiono, dan jelas jauh lebih kecil dari penis bang Sony. Tapi penisnya sangat panjang dan bengkok ke atas. Membuatku penasaran gimana rasanya jika barang haram itu menggaruk isi liang kawinku.
Masih terpana mataku melihat bentuknya, tiba-tiba Anton sudah mendekatkan penisnya ke arah dadaku. Dengan tangannya ia menggerakkan penisnya menampar payudara tepat di putingku hingga mengeluarkan bunyi.
*Plek.. plekk.. plekk..*
Tidak sakit, namun setiap ia menamparnya, terasa seperti sengatan listrik mengalir dari dada menuju vaginaku. Yang membuat cairan cintaku keluar dan membuat lembab liang kawinku.
"Masa aku jadi ikut sange karena cowok buruk rupa ini?? Gak lah. Siapapun kalau diginiin pasti nafsunya meningkat. Iya. Pasti itu.." batinku coba menyangkal
*Plok plok plok*
Anton terus mengusili melon kembarku menggunakan penisnya. Penisnya terus menampari payudara kanan dan kiriku bergantian. Sesekali juga ia sentuh kan penisnya yang bau pesing itu ke pipiku, lalu kembali menampari puting payudaraku. Tidak lama berselang penisnya ia taruh diantara keduanya, tepat di belahan payudaraku. Lalu ia memintaku menekan penisnya memakai bongkahan susuku.
"Jepit pake tetekmu nis.. aku mau coba titjob. Tetek pacarku kecil jadi gak bisa jepit kontolku" pintanya sambil terus menggesekkan penisnya di belahanku.
*Gleg*
Aku tak menyangka kalau Anton sudah memiliki pacar. Ingin rasanya menyudahi ini karena menjaga perasaan pacarnya, tapi Anton sendirilah yang memulai ini semua. Aku hanya mengikuti keinginannya. ada perasaan bersalah, ada perasaan tidak enak ke ceweknya Anton walaupun kami tidak saling kenal.
Maaf..
Tapi Setelah mendengar omongannya tanganku malah bergerak sendiri memegang susu kanan dan susu kiri ku. Kutekan agar dapat menjepit penis Anton yang berada di tengahnya.
"Enaknyaaaaaaa.. jadi gini toh rasanya" erangnya merasakan empuknya jepitan payudaraku.
Penisnya seolah menghilang diantara kedua susu kenyalku hanya menyisakan ujung gundulnya yang berwarna cokelat kemerahan, kulihat ke atas, wajahnya memejam nikmat dengan sedikit lenguhan dari bibirnya yang memonyong. Setelah itu pinggulnya mulai ia naik turunkan membuat penisnya ikut naik turun di payudaraku. Kulit hitam penis kerasnya menggesek di kulit putih lembut payudaraku. Rasanya keset tapi tidak sampai membuat sakit.
Sudah lama aku tidak diposisi seperti ini, pertama kalinya adalah dengan mas Farhan waktu awal menikah dulu. Namun kini dengan Anton, kernet bus yang baru saja kutemui.
Anton terus mengiyang pinggulnya, penisnya yang panjang membuat terkadang ujung gundulnya keluar dari belahan payudaraku sampai menyundul daguku. Seingatku dulu, waktu penis mas Farhan ku jepit seperti ini, ujungnya tak pernah mengenai daguku. Mungkin karena pendek, makanya mas Farhan menyuruhku menjulurkan lidahku untuk meraih penisnya yang sedang menyetubuhi payudaraku.
Ingin kulakukan hal yang sama ke Anton. Namun aku masih malu memulainya.
'Ayo ton.. suruh aku menjulurkan lidahku. Suruh aku menyepong kontolmu yang lagi memperkosa susuku ini!' ucapku dalam hati menginginkannya
Tangan anton yang semula di pinggang nya, kini bergerak menuju putingku yang berwarna cokelat muda. Dengan jempolnya langsung ia cubit lalu ia tarik ulur. Setelahnya ia elus lalu ia pilin seperti mainannya. Rasanya geli tapi enak. Perbuatannya itu membuat birahiku semakin meninggi.
*Happp. Heuuummm... uumhhhhhh.. sllurppp.. slurrpp*
Lagi lagi tubuhku bergerak diluar kendaliku. Tiba-tiba saja kepalaku menunduk menurun agar mulutku bisa menangkap batang haram milik Anton itu. Hasilnya dengan sekali percobaan aku berhasil menyarangkan kepala penis Anton didalam mulutku.
Rasanya asin anyep, Mungkin efek jarang cebok atau jarang dibersihkan. Tapi aku tidak memperdulikannya toh nafsuku sudah mengabaikannya. Anton kaget saat aku berinisiatif sendiri mengulum kontolnya yang hitam. Saat ini bagian pangkal komtolnya berada di jepitan payudaraku sementara kepala kontolnya berada didalam hangatnya mulutku.
"Uuhhh lonte enak bangettttt" erang Anton saat aku menghisap lembut lubang kencingnya itu
Kembali aku menatap kepada tuan yang sedang kulayani. Pandangan kami bertemu, aku yakin dia pasti sangat menyukai pemandangan yang ia lihat sat ini.
Seperti sedang menjilati lolipop manis, lidahku sedang menggerayangi setiap jengkal batang bengkok dan jamur hitam milik Anton. Lubang keluar air kencingnya juga sering aku gelitikin memakai ujung lidah. Ntah dari mana ilmu ini kudapat. Tapi aku yakin Anton pasti keenakan karena dia jadi merem melek menahan nikmat. Tapi bukan hanya dia, sebenarnya aku juga sama. Tindakan hina ini turut melecut birahiku. Vagina ku sudah sangat lembab, sudah sangat gatal rasanya hingga ingin di garuk.
Tidak lama setelahnya, Anton menarik lepas kontolnya dari dada dan mulutku. Kemudian Ia menarik pentilku kuat hingga aku berdiri mengikutinya menuju lorong bus yang sedari tadi telah sepi ditinggal turun penumpang lainnya. hanya ada aku, Anton, dan pak Sugiono saja disini.
Ia menyuruhku membelakangi nya. Satu kakiku ia ambil lalu angkat untuk bertumpu di salah satu kursi bus. Sementara Anton berjongkok dengan kepalanya berposisi tepat di depan selangkanganku.
*Slerppp*
Dengan satu gerakan minimalis, Anton menyingkap celana dalam ku dan langsung menjilat labia mayora vaginaku. Membuatku seperti terkena sambaran gledek. Nikmatnya bukan main hingga hampir saja aku mendapatkan orgasme pertamaku denganya.
"Ahhhhhhhh euhhmmmmmmm aahhhhhhhh"
Meski tidak sampai orgasme, tapi suara desahanku tidak bisa ku kontrol. Setiap jilatan lidahnya di vaginaku membuatku diambang batas kewarasanku.
"Gurih beut rasa memek lontemu nis.. memek terawat memang beda yah. Ehmmm enakkk" kata Anton terus menjilati bibir vaginaku. Seakan balas dendam atas rangsangan lidahku di lubang kencingnya tadi, kini Anton yang gantian menggelitiki klirotisku dengan ujung lidahnya.
'ahhhh enaknya. Enak nyaa.. terussss anton.. bikin aku nembak ton...' batinku berharap
Anton dengan rakusnya terus menjilati vaginaku. Semua cairan cintaku yang merembes keluar, pasti langsung di lahap olehnya.
"Annisa. Memekmu aku colok pake jari ya?? Aku liat udah ngempot terus dari tadi minta di colok ini memek lonte" kata Anton memperhatikan vaginaku dari dekat. Ia juga sambil menyeka area sekitar bibirnya yang basah terkena lendir vaginaku
Aku hanya mengangguk lemah. Terserah mau di colok pake apa olehnya, mau pake jari atau pake kontolnya, tidak masalah. Memek aku sudah gatel banget dan harus digaruk.
"Jawab dong niss. Jangan angguk angguk aja!" Kata Anton sambil memencet klirotisku.
"Iyaa aku mau dicolok tonn!" Jeritku kebablasan karena perbuatannya itu
"Ok tuan putri cantik. Bagaimana dengan ini! Siap-siap ya. 1.. 2.. 3..!" Ucapnya tiba-tiba memasukkan 2 jarinya kedalam liang kawinku
"Aaacchhhhhhhhhhhhh!" Erangku tidak menyangka Anton langsung mencolok vaginaku dengan 2 jarinya.
'Seenak jidatnya aja memang ini orang, bukannya perlahan atau pelan-pelan dulu karena masih penetrasi pertama, ini malah langsung ditusuk gitu!' batinku kesel
"Memek lontemu udah banjir gini lho niss. Udah bisa langsung di coblos. pake apa aja bisa masuk sih ini. Hahaha" ejek Anton melihat kearah wajahku yang bete
Belum hilang kekesalanku, Anton menambah kekesalanku. Ia langsung mengaduk liang kawinku dengan rpm yang begitu tinggi. Saking cepatnya, terdengar suara gemericik air dari perpaduan kecepatan jarinya bergesekan dengan dinding vaginaku. Bunyi kecipak nya terdengar sangat jelas bahkan olehku yang sedang merem melek merasakan nikmatnya keusilannya.
Keusilannya ini malah kembali membuatku diambang klimaks. Gelombang orgasme yang sedari tadi kutahan sepertinya akan segera meledak. Sebisa mungkin aku tidak ingin mengotori isi dalam bus ini. Apalagi kalau cairan cintaku menyembur sampai membasahi kursi, yang pastinya akan sulit dibersihkan dan akan meninggalkan aroma tidak sedap nantinya.
Tentu saja lelaki yang sedang mengaduk liang kawinku ini tak peduli. Anton terus menghujani vaginaku dengan tusukan-tusukan jemarinya. Anehnya, saat ini aku merasa vaginaku sangat sesak oleh jarinya. Ntah lubang vaginaku yang memang sangat rapat atau jarinya Anton yang gemuk. Padahal seingatku jarinya cungkring seperti orangnya. Tapi ya sudahlah, toh tetap saja rasanya nikmat.
Tidak cukup sampai disitu ternyata. Seraya mengaduk vaginaku, Seperti sedang menyeruput teh manis panas yang dituangkan ke mangkuk Anton kerap menghisap cairan yang membanjir keluar dari dalamnya.
"Auhhhh ahhhhh aaaaahhhhh ahhnnnn" Desahanku semakin tidak karuan pikiranku pun semakin melayang, aliran darahku semakin mengalir cepat, hembusan nafasku semakin tak beraturan. Di bagian atas, payudaraku yang sudah menggelantung bebas keluar dari dressku ikut maju mundur seraya kembang kempisnya dadaku. Aku sudah enggak tahan lagi. Sebentar lagi waktunya!
"Ayoo nisa jangan di tahan. Keluarin aja. Aku mau liat lonte secantik kamu squirt. Ayoo" kata Anton menyemangati ku.
"Iyaahh aahhh aahhhh teruss jangan berenti.. ahh. bentarr lagii kok ahhhh aahhhh" erangku mendesah.
Kulirik ke bawah, ternyata sembari mengaduk vaginaku ia selalu memperhatikan ekspresi ku. Malu tapi aku sangat menikmatinya. Dari arah belakang pak Sugiono mendekat. Bisa kusadari dari langkah kaki dan suara uang recehan yang bunyi di saku bajunya.
"Lama amat sih bang. Sini tak bantuin kamu. Gini nih biar mbak cantik ini bisa nembak. Nihhh" katanya sambil tiba-tiba mencubit kasar pentil payudaraku dari arah belakang.
"AAHHHHH KELUARR AAAAAAAAAAAHHHHHH!!" jeritku saat orgasme melandaku.
Anton pun segera mengeluarkan jarinya dari dalam liang kawinku
*Crrttt crrttt crrttt*
Benar saja. Cairan cintaku menyembur bak keran air yang dibuka sepenuhnya, cipratannya sangat banyak dan deras. Untung saja Anton sigap menampung dan meminum cairan cintaku dengan mulutnya jadi hanya sedikit yang membasahi lantai bus dan kursi penumpang.
dibawah ia masih menutupi vaginaku dengan mulutnya. Ia menunggu sisa-sisa klimaksku yang masih sesekali mengalir keluar. Ntah berapa tegukan cairan cintaku yang di telannya tapi ia meminumnya seperti orang kehausan. Kini pak Sugiono yang melepaskan pentilku dari cubitannya sambil meremas bongkahan susuku.
"Ahhhh" desisku yang masih merasakan ngilu di sekujur tubuhku.
Ntah sudah berapa lama aku tidak meraih orgasme senikmat ini. Padahal baru di setubuhi dengan jarinya aja, belum pake kontol bengkoknya.
"Gimana enak kan? Annisa si lonte rendahan yang memeknya sampe muncrat aku kocokin. Wkwkwkw" tawa Anton penuh kemenangan.
Yah.. dia emang benar. Dia berhasil mengalahkan ku. Meski wajahnya buruk rupa, badannya kurus, bau keringatnya sangat menyengat, tapi ia salah satu dari lelaki sejati yang kukenal, yang mampu membuatku meraih orgasmeku.
"Shhh.. ii..iya enak hh hah hahh" jawabku sambil mengatur nafasku yang masih ngos-ngosan.
Anton tersenyum mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. Tangannya yang saat aku orgasme tadi beralih memegangi pahaku, kini ia angkat untuk kembali mengobeli vaginaku
"Ahhh. Jangan dulu ton.. masih ngiluu ahhh" rintihku.
Anton jelas tidak menghiraukannya. Jarinya tetap mengobeli vaginaku, malah sengaja ia colok pakai 1 jarinya
"Ini memek.. memek nakal. Sukanya di colok sampe muncrat, wkwkwkwk" celotehnya sambil menyolok 1 jarinya keluar masuk.
"Auhhh ahhh ahhhh jangan dulu antonnnn.. ahh perihhhhh.. ngiluu tonn" desahku merasa vaginaku kembali di kocok.
Meski tidak seperih tadi, tapi masih ada ngilu yang kurasakan dampak orgasme dahsyat barusan. Namun perlahan birahiku datang kembali seiring permainannya di vaginaku.
"Jangan?? Jangan 1 jari?? Oooh aku tau. Mau yang kayak tadi?? Ya udah. Nih ku tambahin" katanya sambil memasukkan jarinya yang lain kedalam vaginaku
"Aiihhhhhh!" Lenguhku kembali merasa sesak di liang kawinku. Ini adalah rasa yang sama seperti tadi saat dia membuatku orgasme.
Ku bungkukkan sedikit badanku ingin melihat kondisi vaginaku yang sedang di permainkannya. Alangkah terkejutnya aku melihat 3 ruas jarinya sedang keluar masuk dari dalam liang kehormatan ku, liang yang selalu aku jaga agar tidak gampang dower dan longgar seperti vagina cewek kebanyakan. Namun sekarang 3 jarinya itu seperti dengan mudahnya bisa masuk keluar dari vaginaku. 3 jarinya tampak begitu basah mengkilap setiap kali keluar dan langsung terbenam hilang ketika masuk kembali.
"Ahhhh Anton... Jangan 3 jarii. Ahhhhh ahhhhh" lenguhku kembali merasa nikmat atas kekasaran nya.
"Jangan 3?? Hmm jadi berapa jari? 2 aja? Atau... 4??!"
Ia sempat menghentikan kocokannya, lalu mengeluarkan 1 jarinya hingga hanya 2 jarinya yang berada didalam vaginaku. Namun tidak lama ia kembali memasukkan kembali 1 jari lagi hingga 3 jari yang bersarang. Kulihat 1 jari tangannya ada yang bergerak mendekati lubang kawinku.
"Heh mau apa kamu antoonnn?! Jangan coba-cob.. ngghkkk AAHHH!" Erangku saat Anton tiba-tiba mencoba memasukkan 1 jari lagi kedalam vaginaku
Jari-jarinya memang cungkring seperti yang kuingat sebelumnya. Tapi 4 jari? Tetap saja kebanyakan. Vaginaku tidak akan muat dimasukin jari sebanyak itu.
"Kamu beneran lonte kan niss? Biasanya lonte mau 3 jari, mau 4 jari, bahkan 5 jari bisa aja masuk ke lobang memeknya. Soalnya memek lonte ya udah pasti melar. Nih memek kamu beda sih. 3 jari aja masih berasa jepit gini, 4 malah gak muat loh" katanya terus mencoba memasukkan 1 jari kelingkingnya.
Setiap percobaan Anton terus gagal namun ia belum menyerah. Terus ia coba menyelipkan 1 jari lagi sampai pintu liang senggamaku terasa perih.
"Pliss Anton. Udah cukup jangan dipaksa.. memek aku gak muat, pliss.." rintihku memelas. aku pun semakin meringis menahan perih.
Mungkin rengekan ku barusan membuatnya iba. Anton menatap wajahku yang kesakitan lalu menghentikan percobaannya itu."Ya sudah deh. 3 jari aja deh" ucapnya mulai mempercepat kocokannya.
"Aahhh iyaa... Ini aja udah penuh ahhh memekku ton.. jangan 4 jari.. gak muat. Emmpphh" desahku gelagapan ditengah kocokannya.
Rasa perih tadi kembali berubah menjadi nikmat. Tidak lama pun suara kecipak kembali keluar yang berarti liang vaginaku sudah basah lagi. Ah, kok tubuh aku menyerah lagi semudah ini?Setelah semenit mengaduk lagi vaginaku, Anton berdiri menatapku. Kocokannya berhenti. ia mengeluarkan jarinya dan memperlihatkan jarinya yang begitu basah ke arahku. Dengan tangan yang satunya ia menarik keluar batang penisnya yang bengkok dari dalam celana dalamnya lalu dengan jemarinya yang basah itu, ia mengoleskan cairan yang menempel di jarinya ke penisnya yang panjang.
Apakah Anton udah ingin menyetubuhiku? Biarlah.
Aku yang sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi padaku hanya bisa pasrah. Bahkan, tubuhku dengan sendirinya mengambil posisi agar Anton bisa lebih mudah memasukkan penisnya kedalam liang kawinku.
Aku sengaja berbalik membelakangi Anton. Kunaikkan bongkahan pantatku agar Anton bisa mulai menyetubuhiku dengan gaya doggy alias anjing kawin. Setahuku, ini gaya yang disukai oleh banyak lelaki yang sudah pernah menyetubuhiku.
Kulihat ke belakang, Anton sepertinya menelan ludah. Matanya menatap bokongku yang begitu mengkal. Didepannya terpampang seorang cewek cantik yang posisinya seolah mengundang untuk di setubuhi. Begitupun denganku, sisi binalku memang menginginkan batang haram panjang milik Anton untuk segera menggaruk vagina ku yang sudah sangat gatal. Bahkan tanpa sadar bibirku tersenyum dengan sendirinya saat kulihat Anton berjalan mendekat sambil memegangi penisnya yang sudah sangat keras itu. Sebentar lagi aku akan kembali dipuaskan!
Kepalaku kembali menghadap kedepan ketika kurasakan sentuhan kulit kasar telapak tangan Anton menyentuh bongkahan pantatku. Dielusnya sesaat lalu dengan sedikit remasan, ia menampar bokongku.
"Ahhh!" Pekikku nikmat.
Mataku pun memejam menghayati. Vaginaku terasa semakin gatal ketika kurasakan ada sesuatu yang lunak menyentuh labia Mayoraku. Oh, inilah saatnya! Anton akan segera menyetubuhi ku.
"Uhhhhh" rintihku saat merasakan adanya gesekan dari sebuah benda keras yang tak lain adalah penis pria mencoba meringsek masuk kedalam liang kawinku.
Namun karena keelastisannya, penis itu tidak bisa masuk dengan mudah meski vaginaku masih basah. Anton pun menariknya keluar kembali.
*Cuihh* Mungkin Anton meludahi ujung penisnya sendiri agar memudahkan penetrasinya.
Ternyata dugaanku tepat, tiba-tiba kurasakan cairan dingin menyentuh pintu liang senggamaku diiringi dengan sebuah dorongan.
"Ahhhh. Emphhhhhh ...." Desahku merasakan penisnya perlahan masuk semakin dalam. Semakin dalam lagi hingga aku merasakan ujung penisnya menyundul dinding rahimku.
Penis Anton tidak begitu besar, namun panjangnya diatas rata-rata. Tidak salah lagi kalau dibandingkan yang lainnya, penis Anton adalah penis terpanjang yang pernah masuk kedalam vaginaku.
"Aah enaknya memekmu niss.. memek lonte kelas kakap.. ahh.. berasa sempit di kontolku" desahnya menikmati sensasi jepitan dari dinding vaginaku
"Aahhh iyaahhhh aaahhhhh panjang banget kontolmu antonnn.. sampe terasa ke ujung memekku tau.. ahhhhhh" lenguhku.
Bukan hanya Anton yang merasakan nikmat. Sesuai dugaanku tadi ternyata kontol bengkok miliknya memang mampu menggaruk liang kawinku, menghilangkan rasa gatal didalamnya. Selagi menikmatinya, tangan Anton meraih leherku lalu menariknya membuat kepalaku mendekat kearahnya.
*Cupp*
Anton melumat bibirku mesra. Bibirnya dan lidahnya yang tadi ikut mengobrak-abrik vaginaku kini mengobrak-abrik mulutku. Lidahnya mengulati lidahku lalu menjelajahi setiap isi dalam mulutku.
"Mmpphh"
Di selangkanganku, kurasakan penisnya mulai bergerak maju mundur. Anton menggerakkannya secara perlahan untuk meresapi nikmatnya gesekan antara dinding vaginaku yg sedang mencengkeram batang haramnya. Sungguh nikmat rasanya diperlakukan seperti ini. Ciuman dari mulutnya yang bau juga ntah mengapa jadi terasa nikmat, bahkan lebih nikmat dari ciuman yang biasa dilakukan oleh bibir mas Farhan yang terawat. Terlebih lagi penisnya mampu menyentuh bagian terdalam vaginaku yang penis mas Farhan pun belum mampu menjamahnya.
"Engghhh... Ahhh... Enakk ton.... Ahhhhh" lenguhku tanpa sadar disela ciuman kami.
Tanpa sadar pinggulku pun ku goyang seolah berusaha memberi kenikmatan lebih kepada Anton. Usaha ku itu langsung membuahkan hasil. Kutatap mata Anton yang setengah terbuka menahan rasa nikmat ulekan dinding liang kawinku.
"Unghhhh ahhhh" desahan Anton yang tertahan karena bibir kami yang masih saling memagut.
Sembari berciuman mesra, tangan Anton merayap naik keatas menggapai kedua bongkahan daging kenyal payudaraku. Jemarinya langsung mencari titik pusat payudaraku, yaitu puting berwarna cokelat muda yang ada di ujungnya.
Dipilinnya lembut, diputernya kearah yang berbeda dengan sedikit tarikan disetiap puteran.
Oh~. Lengkap sudah rangsangan yang kuterima.
Ketiga titik tersensitifku sedang dijamah oleh lelaki lain, oh.. oleh antonnyang bukan pasangan halalku.
bibir Anton melepaskan pagutannya, lalu ia dengan begitu lembut mengecupi seluruh wajahku yang dimulai dari keningku. Bibir hitamnya terasa begitu kenyal saat bersentuhan dengan kulit wajahku yang putih dan halus.
"Mukamu cantik sekali nis. Matamu indah. Bodymu juga aduhai. Tambah lagi memekmu sempit.. Kalo kata bule, perfect! Ahhhh" ucapnya sambil menatap tepat ke mataku.
Pandangannya begitu lembut dengan ekspresi muka yang sangat bangga bisa menyetubuhiku.
"Ahhhh ahhhhhh bisa ajahh kamu aahhhhh aku.. aku gak sesempurna itu anton.. ahhh ahhhhh" desahku berusaha menjawab pujiannya.
Aku sesungguhnya sudah tidak peduli lagi dengan semua kata yang keluar dari mulut baunya, mau pujian, mau hinaan, semua sudah sama saja. Sudah tidak ada bedanya lagi. Yang penting saat dia bisa memberiku kenikmatan duniawi ini.
"Aahhhh iyaaa... Aaaahhh aahhhhh ssshhhhhh aahhhhh"
Aku terus mendesah seiring mulai intensnya goyangannya. Genjotan nya juga mulai menguat, membuat penisnya bisa masuk sedikit lebih dalam lagi. Ujung gundulnya seolah terus menyeruduk mencoba masuk kedalam rahim terdalam ku.
Vaginaku pun terus menerimanya dengan suka cita. Lendir kenikmatan didalamnya terus bercucuran keluar yang membuat semakin mudahnya Anton untuk terus memompa penis haramnya. Suara kecipak air pun sudah terdengar merdu dari selangkanganku.
Anton melepaskan tangannya dari tetekku, akupun kembali menungging membelakanginya. Tangannya ia taruh di pinggangku lalu dengan semangatnya semakin menguatkan genjotanya.
"Aahhhhh aahhhhhhh... Auuhhhhhh aahhhhhhh..... Ahhhhhhh enakkkkhhh ... Aahhhhhh" racauku terus mendesah menikmati setiap sodokan penis panjangnya
"Ahh hahaha.. lebih enak mana dibanding kontol cowok lain yang pernah ngentotin memekmu nis?? Hghhhk" tanya Anton terus menggenjotku.
Bisa-bisanya ia menanyakan hal seperti itu saat seperti ini? Bukannya menikmatikubseutuhnya, malah menanyakan sesuatu yang gak perlu. Ahhh.. kontolmu semakin nikmat anton...
Namun sesaat aku terpikir. Jujur diantara semuanya, baru penis Anton yang masuk sedalam ini kedalam vaginaku. Tapi soal kenikmatan? Rasanya semua terasa nikmat apalagi kalau lagi intens seperti ini.
"Eemmmhh ahhhh. Aahhhh ahhhhh.. gak tahu ahhhh ahhh.. semua enaakkk ahhh. Kontol kamu juga enakkhhh ahhhhh" jawabku tidak peduli lagi.
Namun saat menjawabnya, barulah aku teringat dengan Abang kurir yang tempo hari menyetubuhiku beberapa saat yang lalu yaitu mas Parjo, dan seorang kakek tua di taman yang aku tak ingat namanya. Mereka juga mampu memberikan kenikmatan seperti ini meski penis mereka tidak sepanjang milik Anton.
"Hahhh.. udah banyak pengalaman banget ya kamu nis.. lonte memang beda. Nakal!"
*Plak!* Ucapnya sambil menampar bokongku.
*Plak! Plak!*
"Aahhhhh jangan aahh... Jangan di tamparr ahhhhhhhh emhhhh" lenguhku tertahan karena tiba-tiba saja setelah menampar bokongku, Anton mencelupkan jarinya kedalam lubang anusku.
"Kalau lobang yang ini udah pernah di pake juga pasti kan??" Tanyanya sambil perlahan menusuk-nusuk lubang anusku
"Hengkkkk... Ahhhh iyahhh ton pernah.. ahhhhh" jawabku semakin menikmati.
Rasanya semakin nikmat saat Anton ikut memainkan lubang anusku. Penis panjangnya yang sedang keluar-masuk liang kawinku kini beriringan dengan satu atau dua jarinya yang keluar masuk dari liang anusku.
Ahh..
Pikiranku semakin tidak waras. Kenikmatan haram ini sungguh menggoyah imanku.
Kesadaran ku juga semakin memudar seiring dengan gelombang orgasme yang sudah mulai terasa. Sekujur tubuhku seperti menegang, kepalaku dengan sendirinya mendongak kearah atas dengan bola mata yang ikut menatap ke arah langit-langit bus ini.
Nikmatnya sudah tak tertahankan. Setiap Hujaman kontol Anton ke dalam vaginaku semakin mendekatkan ku pada orgasme ku. Kali ini pasti lebih dari sebelumnya, seolah aku mengetahui hal tersebut
"Oalah Nisa.. malah keenakan karena memek dan bool nya tak colok bersamaan. Tapi ahhh.. memang memek terbaik memek kamu ini nis.. banjir tapi berasa jepit banget. Ahhh" lenguhannya juga ikut menguat.
"Iyaahhh pakee aja terus ton . Ahhhhh enakkk... Aahhhh dikit lagi ton.. ahhhhh dikit lagi aku nyampe ahhhhhh" desahku kelonjotan.
Anton pun sepertinya paham. Ia semakin mempercepat rpm genjotanya.
*Plok splokk splokkk cplokkkk*
Suara perkawinan kami pun semakin nyaring. Bunyi nya mungkin terdengar merdu ke seisi bus ini.
Biar lah. Toh tidak ada siapapun lagi selain kami. Kalau pun ada ya biar lah juga. Toh aku memang udah kotor dan udah siap semakin kotor!
"Keluarkan niss. Aku juga mau keluar.. ahh biar barengan.. keluarin aja Nissa!" Lenguh anton semakin mempercepat genjotanya.
Anton juga sepertinya akan mendapatkan orgasmenya. Padahal baru sebentar ia menyetubuhi ku, mungkin kurang dari 10 menit dan ia sudah akan keluar. Tapi tidak masalah asal ia bisa membuatku orgasme lagi.
"Iyahhh dikit lagi ton... Ahhh dikit lagiih. Ahhhhh ahhhh!" desahanku menguat.
Kini Anton berfokus ke intensitas genjotan penisnya saja. Jarinya sudah tidak ia colok ke lubang anusku lagi.
Selagi Anton sekuat tenaga menggempur vaginaku, aku tidak menyadari keberadaan pak Sugiono yang ternyata sudah tepat berada di depanku.
"Lagi lagi lama amat kamu bikin cewek manisku keluar. Nih aku bantuin" katanya sambil mencari putingku yang sedang terombang-ambing akibat sodokan Anton.
Anton tidak menggubris pak Sugiono dan terus memompa penisnya sekuat tenaga ke vaginaku. Aku yang sudah hampir dilanda klimaks ini juga tidak terlalu peduli dengan apa yang pak Sugiono perbuat. Namun kini tangannya sudah mencapai putingku.
Dengan gerakan seperti peternak sapi memerah susu sapinya, ia lakukan gerakan serupa di payudaraku.
"Aachhhhkkk ahhhcckkkk aahhhhhhhhhhh aahhhhhhhhh" desahku menikmati cabulnya kedua lelaki ini.
Nikmat sekali. Semakin nikmat saat pak Sugiono memerah payudaraku seakan memerah susu sapi, memerah seakan akan ada susu yang akan menyembur keluar dari puting payudaraku. Tentunya tidak seperti sapi yang akan mengeluarkan susunya, namun yang keluar adalah gelombang orgasme yang sangat nikmat. Sebuah ledakan dari birahiku yang sedari tadi terus dibangunkan oleh Anton.
"Aaahhcccchhhh keluar tonn.. AHHHH AKU PIPISSS ANTONNNNN!!!" Jeritku mendapatkan klimaksku yang kedua.
*Crrttttttt! Ccccrrtrrrr! Cccrrrttrrtt!*Anton pun tiba-tiba mendorong sekuat-kuatnya penisnya masuk kedalam vaginaku lalu mendiamkannya.
*Crott! Crot! Crott!*"Aahhhhhhh!"
Sepertinya antonpun mendapatkan ejakulasinya.
Semburannya begitu hangat dan kuat menyirami rahimku. Aku yakin didalam liang kawinku, sperma haram lelaki ini sedang berenang bebas di cairan cintaku yang masih tertahan tidak bisa keluar akibat penisnya masih menancap dalam vaginaku.
"Oogghh enaknya memekmu sayang. Makan pejuhku! Jadilah jabang bayi! Ahhhhh!" Jerit Anton terus menyemprotkan spermanya.
Oooh gini rasanya!. Ini rasanya ketika meraih klimaks disaat bersamaan. Rasa ini pasti membuatku ketagihan. Pasti akan membuatku mau seperti ini lagi dan lagi!
Aku sungguh menikmati persetubuhan kami ini. Aku seperti bukan terpaksa melakukan hal tabu ini, malah sepertinya aku yang menginginkan persetubuhan ini.
"Hahhh. Ahhhhhh.. eeemmhhh" Anton masih mendiamkan penisnya didalam vaginaku. Ia masih menikmati sisa-sisa orgasmenya. Begitupun halnya aku. Aku pun masih berusaha mengatur kembali napasku yang tidak karuan.
*Tes* *tess*Tetes demi tetes cairan cintaku sepertinya membasahi pijakan kaki kami.
Meski penisnya masih menyumpal tapi tetap saja ada yang merembes keluar dari sela vaginaku.
Didepanku pak Sugiono, untung dia menahan tubuku agar tidak jatuh. Kini aku menumpu dipundaknya yang terasa begitu nyaman di kepalaku. Tangannya sudah memegangi punggungku lalu mengusapnya dengan lembut seperti sedang me"puk-puk" anak bayi.
"Mantap sayang" ucapnya di telingaku seperti memuji anak yang baru belajar akan hal baru
"Hahhhh iyaah pak... Ahhh hahhhh" jawabku tersengal
Dari belakang, Anton kemudian melepas penisnya.
*Ploppph*
*Crrtttttt!*
Tumpah!. Cairan cintaku yang sedari tadi tertahan oleh penisnya kini tumpah dilantai bus yang sudah mulai karatan ini.
Sebisa mungkin aku menahan agar tubuh bagian bawahku tidak ikut terjatuh. Lututku bergetar menahannya dengan sisa-sisa tenagaku yang ada.
"Ini ngentot terenak yang pernah kurasakan nis. Malu sih sebenarnya baru sebentar udah nembak aja. Biasanya aku tahan lama loh. Tapi memekmu buat kontol aku berasa lemah gini. Hahaha" ucapnya sambil menggesek-gesekkan kepala penisnya yang sudah melunak di bibir vaginaku
"Emhhhh... Iyaahhh.. sekarang udah puas kan ton? Sshhh hempphh" lenguhku masih memejam dibahu pak Sugiono
"Puas. Puas banget malah. Bisa ngentot cewek secantik kamu. Makasih ya Nisa. Lain waktu aku boleh ya aku pake kamu lagi??" katanya menyudahi aksi cabulnya.
Lain waktu lagi dengannya? Bukan masalah mau atau tidak. Tapi aku harap saat aku bertemu kembali dengannya, keadaanku sudah berubah. Bukan Annisa yang masih terjerat oleh ikatan kotor ini. Bukan Annisa yang bisa dipake begitu mudah. Tapi Annisa yang asli, yang tidak akan begitu mudah takluk di tangan lelaki.
Ingin sekali menjawab seperti itu. Tapi aku masih tidak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutku. Ntah mengapa aku bisa seperti ini. Hahhh....
"Iya Anton. Aku mau.." jawabku yang membuatnya menyeringai lebar.
Setelahnya setelah tenaga kami kembali terkumpul, aku dan Anton sama-sama merapikan pakaian kami yang acak-acakan. Sementara pak Sugiono tampak sibuk menelpon seseorang yang tidak kuketahui isi percakapannya.
Sebelum berpisah, Anton kembali mengecupi keningku. Yang anehnya, ntah mengapa ia menyelipkan selembar uang 50.000 ke belahan payudaraku yang terpampang menggiurkan.
Setelah melihat kembali pakaianku dan mengingat yang barusan terjadi, pasti lah ini bayaran atas jasaku yang sudah memuaskannya. Bayaran atas jasa seorang pelacur yang telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Sudah selesai kan ndukk? Ayo pergi ke tempat tujuan kita" kata pak Sugiono memanggilku mendekat.
"Iyah pak.. Nissa siap" jawabku
Aku kembali menggandeng lengan pak Sugiono.
kami pun pergi.

Bersambung


:::::::::::::::::::


Part 13






Mulustrasi Annisa Febrianti



DORONGAN

Hari mulai petang. Cahaya kuning keemasan matahari senja menyinari kulit putih kemerahan seorang wanita cantik yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria tua menuju sebuah penginapan murah di daerah puncak. Mata lentiknya ditutupi oleh sebuah kacamata hitam yang dipakai untuk sedikit menyamarkan jati dirinya yang merupakan seorang istri sholehah dari godaan para pria hidung belang yang sedaritadi mengintainya.

Untungnya ia masih bisa selamat dari percobaan-percobaan nakal pria hidung belang itu, saat ini Annisa telah sampai di sebuah penginapan dengan nuansanya yang sedikit remang. Lampu-lampu di areanya serasa kurang terang dan malah menimbulkan kesan yang tidak benar. Ditambah lagi saat memasuki area penginapannya tadi, Annisa melihat beberapa orang wanita dengan pakaian minim berdiri seolah menunggu seseuatu di depan pintu setiap kamar penginapan.

'Mereka itu.. pakaiannya.. apa mungkin?? Berarti aku juga bakalan gitu??' batinnya menerawang

Wanita cantik itu kembali tersadar, pakaian yg ia kenakan saat itu juga tidak terlalu berbeda dengan pakaian wanita lainnya. Pakaian yang menampilkan aurat dan menonjolkan lekuk tubuh pemakainya. Pakaian yang begitu sedap dipandang dan tentunya akan menarik perhatian setiap pria yang memandangnya.

"Sejam lebih lagi tamu spesial kita akan datang. kamu harus servis dia hingga puas ya." kata pak sugiono melirik ke arah Annisa yang baru saja meletakkan tasnya ke meja rias kamar.

Annisa yang paham betul atas keadaannya hanya bisa menggerutu namun tetap menyetujui perintah pak Sugiono. Ia pun mengangguk gemulai sambil memberikan senyum tipis dibibirnya.

Sore itu Annisa diberi waktu 1 jam untuk beristirahat oleh pak Sugiono sebelum melanjutkan apa yang telah diperintahkan olehnya.
Annisa tidak menyia-nyiakan waktu istirahatnya. Ia langsung rebahan di tempat tidur yang menurutnya lumayan nyaman untuk ditiduri. Sementara pak Sugiono tampak bolak-balik mengecek telepon genggamnya, mengecek notifikasi yang kapan saja bisa muncul saat Sony memberinya instruksi baru.
Tidak perlu menunggu lama, wanita cantik itu tampak langsung tertidur pulas disebelah seorang bapak tua yang kini menguasai rambutnya yang panjang.


-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Sementara itu di suatu tempat di lokasi yang berbeda dari Annisa, seorang pria dengan wajah yang terawat namun berperut buncit sedang menyerahkan amplop berisi uang kepada seorang lelaki yang lebih muda daripadanya. Amplop itu lumayan tebal yang menandakan jumlahnya yang tidaklah sedikit.

"Jadi deal ya pak. Saya belum bisa ekspos wajahnya tapi Saya berani pastiin kali ini barang kita lebih bagus dari yang sebelum-sebelumnya. Kalo nantinya bapak beda pendapat, saya pulangin 80% dari uang yang bapak serahkan ini." Ucap seorang pria dengan matanya yang agak sipit.

"Hahaha baiklah pak Sony. Saya percaya sama bapak. Lagian bapak belum pernah mengecewakan saya. Toh dari dulu barang yang bapak sodorkan saya highclass semua toh! Jadi saya percaya. Hahaha" balasnya dengan riang gembira

Pria dengan mata sipit itu adalah Sony. Pria yang menjadi orang dekatnya pria misterius yang sangat mengagumi Annisa. Pria yang menjadi dalang dibawanya Annisa pada hari itu.

"Hehe Syukurlah bapak paham, biasanya customer lain tidak suka main gacha seperti ini. Saya sodorin foto baru mereka mau atau engga. Ya sudah lah.. itu kan mereka yang gak paham dengan selera saya. " Ucapnya sambil melirik ke arah smartphonenya yang menyala

"Nah kebetulan sekali. saya baru dapat kabar dari anggota, barangnya bapak sudah ready di penginapan XZX. Ya mungkin sekitar 30menitan dari sini. Tapi dia masih istirahat, baiknya bapak berangkat sejam lagi saja." Sambungnya.

"Ooh ya bagus lah. Jadi saat main sama saya nanti dia dalam kondisi fit. Bisa repot kalau dia tidak tahan dengan luapan birahi dan stamina yang saya punya. Hahaha" tawanya terkekeh

"Haha bapak memang monster. Barang yang saya kasih biasanya kewalahan sama bapak. Jadi khusus untuk bapak saya bocorkan sebuah rahasia. " Ucap Sony yang membuat lelaki tambun itu penasaran

"Apa itu? Kamu mah udah jadi langganan tetap saya malah main rahasia-rahasiaan segala." Tanya nya dengan muka serius
"Barang bapak kali ini bukan seperti wanita-wanita sebelumnya yang sudah lama terjun didunia ini. Dia masih baru. Dia masih polos dan kurang berpengalaman. Tapi saya malah yakin bapak suka dengan model yang seperti ini kan?" Kata Sony melirik serius wajah pria itu

"Hmm.. pengamatan yang bagus. Hahaha. Ya.. saya suka dengan wanita yang seperti itu. Wanita yang masih bisa saya ajarin untuk menjadi lebih nakal dan binal. Wanita yang bisa saya ajari kalau kontol saya tercipta untuk dipuaskan olehnya. Apalagi kalau dia masih baru. Berarti tempiknya masih sempit. Haha" jawabnya ringan

"Hahaha. Ok lah pak. Kebetulan saya ada kegiatan lain dan harus segera pergi. Sekali lagi senang bertransaksi dengan anda. Semoga pak Joko puas dengan barang saya dan terus menjadi langganan saya" ucap Sony menjulurkan tangannya

"Samasama. Kalau barangnya bagus tentu saya akan terus kembali memesan barang ke kamu to. Yah.. Ok saya pun pergi dulu. Saya harus siap-siap untuk pertempuran nanti malam" ucap pria yang ternyata memiliki nama joko itu menjabat tangan Sony.

Dari wajahnya terlihat mereka berdua sama-sama puas dengan transaksi yang baru saja mereka lakukan. Mereka secara bersamaan pergi dengan wajah yang tersenyum riang.

"Gak nyangka cair 20jt sekali transaksi gini. Bisa cepat kaya kalau tiap hari dapat transaksi senilai ini. Tapi aneh ya. si bos kan suka banget sama cewek itu, tapi kok malah senang pujaan hatinya di pake orang lain? Dasar kelainan. Hahah. Biarlah. Dia ya dia. Hahaha " batin Sony sambil menepuk kantungnya yang berisi amplop berisi uang

"Seleranya Sony bagus. Barang pilihannya juga pasti bagus. 20jt mah kecil. Kalau emang barangnya bagus? 50jt juga saya bayar. Btw, Jadi gak sabar ketemu itu lacur. Mana ini Kontol ku udah keras daritadi. Ckckck" Batin Joko masuk kedalam mobilnya.

Lelaki berperut tambun yang bernama lengkap Joko Hariansyah adalah seorang kepala keluarga yang memiliki hidup berkecukupan. Bagaimana tidak? Memiliki 3 orang istri dan memiliki total 7 orang anak. Yang paling besar, yang berasal dari istri pertama sebentar lagi akan tamat kuliah sementara yang paling kecil berasal dari istri terakhir sebentar lagi akan masuk sekolah dasar. Harta disana-sini dengan jumlah uang tabungan yang fantastis. Sudah begitu, rumah tangga besarnya juga dapat dikatakan harmonis dengan tidak banyaknya pertengkaran didalamnya. Ketiga istrinya saling bersahabat, ke 7 orang anaknya juga mengayomi 1 dengan yang lainnya. Siapa yang tidak ingin memiliki kehidupan seperti pak Joko yang makmur?
Tapi bukanlah seorang manusia jika sempurna, seseorang seperti pak Joko juga mempunyai kelemahan. Kelemahan yang sangat mendasar bagi setiap lelaki yang hidup di dunia ini. Kelemahannya adalah hasratnya yang begitu tinggi, begitu menggebu-gebu bak seorang lajang yang belum pernah menyalurkan hasratnya.

Pak Joko saat ini berusia mendekati 50 tahun, namun ia masih bugar dan belum puas mencicipi banyak wanita muda. Meski sudah beristri 3, ia belum terpuaskan. Hal itulah yang membuatnya sering jajan dan kerap mendekati model cantik bahkan sosok yang merupakan publik figur.
Sifat dan perangainya sebenarnya tidak lah semua buruk. Ia adalah seorang kreatif dan pekerja keras yang berhasil memajukan perusahaan tempatnya bekerja. Dirinya sangat dihormati dan dikagumi oleh bawahannya. Bahkan tidak jarang bawahannya bercita-cita memiliki kehidupan seperti pak Joko.
Saat ini pak Joko yang baru saja menggelontorkan uang 20jt untuk jajan wanita, tengah melaju memacu mobilnya ke penginapan XZX dimana sang lacur idamannya berada. Ia sama sekali tidak tahu kalau perempuan yang akan ia temui adalah seseorang yang ia kenal.

Begitupun Annisa, ia yang telah terbangun dari istirahat singkatnya tengah mandi mempersiapkan diri menunggu kedatangan tamu spesial yang telah dibilang oleh pak Sugiono tadi.

Sungguh, mereka berdua sama sekali tidak menyadari bahwa sebentar lagi kehidupan mereka akan berubah.


-_-_-_-_-_-_-


"Uhh udah cantik lagi sayangnya bapak." Ucap pak Sugiono yang membuat Annisa kaget dan langsung menolehkan mukanya ke belakang

"E.. eh.. iya pak. Nissa lagi riasan. Ntar lagi siap kok" kata Annisa menepuk pipinya lembut meratakan make up yang ia pakai.

Annisa tengah duduk berias diri. Wajahnya sudah sangat cantik dengan rambutnya yang terbentang jatuh lurus kebawah. Ia memakai pakaian dress mini yang menampakkan belahan payudara serta paha mulusnya. Selain itu, lekuk tubuhnya juga terpampang jelas akibat ketatnya dress yang dipakai.

*Cupp*

Pak Sugiono tiba-tiba mendaratkan kecupan manis ke ubun-ubun Annisa yang masih menyelesaikan riasannya. Aroma harum shampo langsung menyeruak di hidungnya, membuatnya suka menghirup aroma rambut hitam lebat Annisa. Bahkan pusakanya yang sedang tertidur perlahan terbangun menghirup aroma wangi Annisa.

Dari kaca didepannya Pak Sugiono memperhatikan wajah Annisa dan menyadari kalo di bibir sensualnya belum memakai lipstik. Tiba-tiba ide ngeresnya muncul dan ia langsung membuka seleting celana keepernya lalu mengeluarkan batang haramnya yang sudah cukup menegang.

Annisa tentu kaget di kaca, ia melihat disebelahnya sudah mendekat sebuah penis haram yang sudah pernah memasuki liang kawinnya.

"Sebelum make gincu, sepong dulu kontolnya bapak ndukk" pintanya sambil mendekatkan penisnya ke arah mulut Annisa

Annisa pun menghentikan sementara kegiatan berias nya. Kepalanya ia toleh kan ke kanan ke arah penis pak Sugiono berada. Bedak yang sedang ia pegang pun ia letakkan di meja rias lalu menjulurkan tangannya menggenggam penis hangat pak sugiono.

*Cupp*

'haupphh.. empphh emmhhhh~'

Annisa dengan binalnya langsung manut saja. Ia sekilas mengecup lubang kencing penis pak Sugiono sebelum membuka mulutnya selebar mungkin lalu melahap batang haram tuannya tersebut.

"Aghh hangatnya mulutmu ndukk" lenguh pak Sugiono

"Ehmmmm emmpphhh" desis Annisa meresapi rasa dari batang haram yang sedang ia kulum

Mata lentiknya sengaja melirik keatas ke arah muka pak Sugiono, pandangannya sangat binal dan semakin menggoda batin pak Sugiono. Pandangannya matanya itu seolah mengajak pak Sugiono untuk berbuat lebih.

"Ughh enaknya... Terus ndukk.. terus hisap kontol bapak.. ughhh" gumam pak Sugiono semakin belingsatan

Annisa juga tampak menikmati. Kepalanya kini mulai maju mundur mengikuti garis kejantanan pak Sugiono. Penisnya yang lumayan besar itu tampak basah akibat liur Annisa yang melumurinya.

'ahh.. lagi-lagi. Kontol lain masuk ke mulutku. Gini kan caranya? Gini kan gerakannya?? Eummhhh' batin Annisa berusaha memuasi pak Sugiono dengan mulutnya

Padahal annisa lagi berias karena tamunya akan segera datang, padahal pak Sugiono tahu betul ia tidak boleh melakukan hal ini sekarang. Tapi birahinya sudah meninggi, pusaka nya sudah tegak menjulang melihat penampilan bidadari cantik yang duduk didepan meja rias penginapan murah itu.

"Emhh.. Kamu udah mandi kan nduk?" Tanya pak Sugiono

"Slrpppp... emhhhh.. udahhh pak.. sllrppp happh.. empphh" jawab Annisa melepas penis pak Sugiono lalu kembali menghisapnya lagi.

Mata pak Sugiono merem melek menikmati sepongan Annisa di penisnya, sementara Annisa sesekali melirik ke arah tuannya yang sedang menahan emutan mautnya. Terlihat Annisa sudah semakin mahir melakukan tugas menyepong penis ini. Ia tahu kapan harus mengganti hisapan menjadi emutan, kapan mengganti emutan menjadi jilatan, kapan mengganti jilatan menjadi kecupan, dan kapan kecupan kembali menjadi hisapan.

"Ughh enak banget seponganmu sayang. Kalo gini terus bapak bisa keluar ahh" erang pak Sugiono menahan nikmat
Kedua tangan pak Sugiono sudah berada di kepala Annisa yang sedang maju mundur. Ia belai perlahan seolah memberikan reward agar Annisa lebih semangat menyepong penisnya.

"Ughh.. aahhh bapak keluar.. aghhhh!" Erang pak Sugiono tiba-tiba.

*CROTTT CROTTT*

"Ehhhh?" Kaget Annisa

Penis pak Sugiono tiba-tiba menyemburkan sperma kentalnya di mulut Annisa yang masih menyepongnya. Annisa yang kaget langsung berusaha meminumnya agar tidak tumpah ke pakaian yang baru ia kenakan.

*Glupp glupp*

Annisa tidak perlu mengeluarkan penis pak Sugiono terlebih dahulu baru bisa meminum spermanya, ia bisa langsung menelannya dengan sedikit tegukan. Rasa amis dari sperma pak Sugiono langsung menyeruak di kerongkongan Annisa. Matanya memejam menahan rasa tidak enak itu.

"Uhh udah sayang. Malah ngilu kalo di hisap terus" erang pak Sugiono

"Iya pak maaf. Uhuk uhukkk" Annisa sedikit terbatuk lantaran sperma kental pak Sugiono ada yang menyangkut di kerongkongannya.

Pak Sugiono yang menyadari itu langsung lari secepat kilat mengambil air untuk diminum Annisa. Setelahnya barulah Annisa merasa lega. Memang sperma milik pak Sugiono memiliki tingkat kekentalan yang lebih dari sperma pada umumnya. Hal itu lah yang membuat spermanya sangat lengket apalagi kalau dikeluarkan di mulut.

Setelahnya Annisa lanjut berias. Tidak lupa pula ia ke kamar mandi untuk berkumur membersihkan mulutnya yang kotor terkena sperma lengket pak Sugiono.

Sekitar 15 menit kemudian Annisa sudah menyelesaikan riasannya. Ia tampak lebih cantik lagi daripada yang tadi. Di tambah bibirnya yang kini dibaluri lipstik berwarna merah muda yang menyejukkan pandangan.

Pak Sugiono tetap berada di kamar yang sama, ia duduk ditepi ranjang sambil bertukar pesan dengan Sony. Annisa yang sesekali mencuri pandang kearahnya menyadari gelagat aneh pak Sugiono yang seakan akan mengatakan sesuatu kepada dirinya. Dan benar sekali tebakan wanita cantik itu.
Pak Sugiono mengangkat kepalanya, pandangannya menuju ke arah Annisa yang saat ini sudah berdiri melihat seluruh penampilannya di cermin panjang.

'wow. Cantik sekali kamu Annisa. Jujur sampai sekarang bapak belum percaya dikamar ini, di tempat ini, bisa bersama kamu. Seperti mimpi rasanya sudah pernah berbuat hal selayaknya suami istri kepadamu. Maafin bapak ya.. tapi ini juga demi keluarga bapak..' ucapnya dalam hati terus memandangi Annisa

"Sepertinya tamu spesial kamu akan sedikit terlambat nduk. Selagi menunggunya, kamu pergi keluar kamar gih. Kenalan dulu dengan cewek lain yang ada disekitar" ucap pak Sugiono mendekati Annisa

"Baik pak." Jawab Annisa singkat
Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Penginapan tempat Annisa berada bermodel seperti kamar susun dengan jumlah 15 kamar. Annisa menempati kamar 02, kamar 01 - 05 adalah kamar VIP dengan fasilitas yang lebih baik ketimbang 10 kamar lainnya.
Di luar kamar nuansa remangnya semakin kentara. Lampunya yang kurang memadai, aroma rokok dari orang-orang sekitar, bahkan ada wanita yang menuliskan harganya di selembaran kertas yang dipegangnya. Setelah sekali lagi melihat kondisi sekitarnya kali ini Annisa benar-benar yakin, penginapan yang ia tempati malam ini adalah penginapan esek-esek.

Ini adalah kali pertama Annisa menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Ia masih bingung. Ia berkali-kali menoleh keadaan sekitar sebatas mengamati sampai tiba-tiba, seseorang datang menyapanya.

"Kakak yang baru datang tadi ya?" Tanya seorang wanita muda, mungkin tidak terpaut jauh umurnya dari Annisa.

"Eh.. iya kak" jawabnya singkat.
Tanpa perlu ditanyakan lagi, Annisa tahu betul perempuan yang membuka percakapan dengannya itu adalah seorang psk. Terlihat dari caranya berpakaian dan gelagatnya yang nyentrik. Sebatang rokok pun tengah ia hisap seperti sudah terbiasa merokok. Kali ini Annisa tampak grogi, wajar saja ini adalah kali pertama ia berbicara dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial atau lebih dikenal dengan PSK.

"Aku Gita. 24 tahun. Kenalan yuk. Kakak masih baru kan? " Tanya Gita memperhatikan secara seksama gelagat Annisa

"Iya kak.. baru tadi sore aku sampe sini kak" jawab Annisa yang masih belum paham

"Oalah. Bukan baru itu kak. Maksud saya kakak pelacur baru kan? Itu loh. Gimana sih.." ucap Gita yang terlihat agak sebal

*Degg!*

Batin Annisa terenyah. Meskipun ia menyadari posisinya saat ini, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau ucapan dari Gita itu menjadi seperti peluru yang menembus batinnya, yang menyakitkan hati dan perasaannya.

Annisa pun tampak ragu untuk menjawab. Pupil matanya melirik ke kanan dan ke kiri seperti berpikir. Disatu sisi, saat ini ia tidak lah berbeda dari pelacur, namun disi lain ia menyadari ia melakukan ini sebatas untuk menyelamatkan suami dan rumah tangganya. Ia tak mau salah jawab.

"Malah bengong ih. Kakak.. oo kakak.." sambung Gita mendekatkan dirinya. Ia juga menjulurkan tangannya hendak memberi salam

"Aku Nissa kak. Maaf. Aku masih baru jadi belum paham" jawab Annisa enggan namun tangannya tetap menyambut jabat tangan dari Gita.

Setelah mempertimbangkan semua aspeknya, Annisa dengan terpaksa menyebut dirinya sebagai pelacur juga. Namun tetaplah kondisinya berbeda dari yang lain. Ia melacur bukan karena uang dan harta melainkan karena suami dan rumah tangganya.

"Tuh kan.. bener aku. Dari tingkah kakak aja aku tau kalo kakak ini masih awam." Kata Gita sambil menghisap rokoknya

"Hehe iya kak. Masih perlu banyak belajar ya? Biar bisa jadi kayak kakak juga" Jawab Annisa mencoba mengakrabkan diri

"Gak perlu jadi kayak aku juga toh kak. Aku sebenarnya benci sih ngomong gini, tapi wajah dan body kakak lebih nyahud dari aku. Jadi kayaknya kakak salah tempat!" Ucapnya membuang asap rokoknya ke Annisa

"Uhukk uhukk"
Annisa terbatuk akibat menghirup asap rokok nya Gita.

"Lha lha jadi batuk.. maaf dong.. kakak gak ngerokok juga to ya?" Tanya Gita

"Ehhem.. iya kak aku gak merokok kak" jawab Annisa

"Bener deh. Nampak banget kakak anak barunya. Sama rokok aja musuhan. Haha" kata Gita kembali menghisap rokoknya

"Jadi kak, maksudnya Nissa salah tempat gimana ya?" Tanya Nissa penasaran
Gita melihat ke arah kamar lain yang didepannya berdiri seorang wanita. Dengan bibirnya Ia memberi isyarat kepada Annisa untuk ikut melihat kearah yang sama dengannya.

"Udah kakak lihat cewek yang disana? Yang pake tentop merah?. liat juga yang lainnya. Liat body dan mukanya. Gak jauh beda sama aku kan? Paling bedanya di usia doang. Kakak tuh beda tau. Pelacur sekelas kamu itu menurut aku gak layak ditempat seperti ini." Ketus Gita

"Lagian disini tuh sunyi. Saking sunyinya malah dibilang orang jadi tempat angker. Jarang ada yang nyari lacur dimari. jadi kalo ada pelanggan datang, dan dia liat kakak, Ya pasti kami diabaikan dong. Yang ada pelanggan ke kakak semua sementara kami cuma jadi debu-debu disini. Sekali lagi maaf bukan nya aku benci dan ngusir kakak ya. Tapi pasti jadi gitu keadannya" Sambung gita yang kali ini menghembuskan asap rokoknya ke arah lain

Annisa tertegun. Awalnya ia mengira kalau Gita membencinya, tapi setelah mendengar penjelasannya barusan, kembali ke dasarnya, Gita hanya takut tidak dapat 'job' selama Annisa berada di penginapan itu. Ia pun sedikit iba dengan Gita.

"Cuma malam ini kok Nissa disini kak. Mungkin besok udah cabut" kata Annisa coba menenangkan

"Udah dapat pelanggan? Ooh aku tau. Pelanggan kakak yang milih tempat ini? Pantes lah kalo gitu.. aku paham sekarang" celetuk Gita dengan sedikit senyuman lega

"Iya kak udah.. hehe" jawab Annisa ikut tersenyum

Setelahnya Annisa dan Gita tampak lebih akrab, Gita lebih terbuka lagi ke Annisa. Ia bahkan menceritakan kisah hidupnya yang pedih dimana suaminya pergi meninggalkan dirinya dan 2 orang anaknya yang masih kecil. Gita juga menceritakan pelacur lain Yang bekerja di penginapan itu, yang rata-rata bercerita mirip dengannya.

obrolan mereka terus berlanjut seakan mereka telah lama berteman. Gita sungguh pandai mencairkan suasana, meski orangnya terlalu ceplas-ceplos, ia bisa mencairkan suasana. Annisa sudah tidak grogi lagi. Malah ia seakan sedikit mengerti, seperti inilah kehidupan seorang pelacur. Mereka adalah perempuan yang kuat, yang rela mengorbankan tubuhnya demi uang. Uang yang akan digunakan untuk hidupnya dan untuk hidup keluarganya.



mulustrasi ASIH



Mulustrasi GITA



Tidak terasa setengah jam mereka mengobrol. Sudah hampir jam 8 malam dan belum ada tanda-tanda kedatangan tamu spesial yang pak Sugiono sampaikan. Annisa masih mengobrol dengan Gita, malah saat ini ia sudah ditemani lagi oleh Asih, PSK lain yang kini ikut serta dalam obrolan mereka. Mereka bertiga tengah duduk di kursi plastik dengan teh manis panas untuk menemani obrolan serunya. Gita tampak menjadi yang paling banyak bicara dengan Asih yang selalu tertawa terkekeh dengan suara lantangnya sementara Annisa hanya sesekali ikut dalam obrolan.
Saat asik asiknya, dari arah pintu gerbang tampak 2 unit sepeda motor masuk. Sorot lampunya begitu terang menyorot remangnya kondisi sekitar kamar. Sontak gita, asih, Annisa, serta PSK lainnya melihat kearah 2 motor tersebut. Salah 1 motor ditunggangi oleh 1 orang sementara motor lainnya ditunggangi 2 orang. Total 3 orang pria turun dari motornya yang telah terparkir tidak jauh dari gerbang penginapan.

"Eh sih.. ada tamu tuh. Akhirnya!" Ucap Asih girang

"Langsung datang 3 orang. Kesempatan nih buat pelorotin uangnya sampe kandas." Ucap Gita sambil sedikit menurunkan kembennya sehingga belahan payudaranya semakin terlihat.

Asih juga kelihatan merapikan pakaiannya. Ia memakai pakaian mirip Annisa, dress mini dengan crop yang terbuka di bagian dada sementara Gita memakai atasan kemben diserasikan dengan sebuah rok selutut.

Ketiga pria yang datang itu tampak memperhatikan sekitarnya. dari jauh mereka seperti sedang memilih kemana akan melangkah. Dan bener saja, setelah membuka jaketnya, mereka langsung berjalan kearah tempat ketiga orang wanita yang sedang duduk mengobrol itu.
"Permisi mbak.. hehe.. kami disini mau cari yang enak-enak. Ada gak ya??" Ucap salah satu dari ketiga pria tersebut

Gita dan Asih langsung berdiri menyambut kedatangan pria tersebut dengan Annisa yang kemudian juga ikut berdiri.

"Mau yang enak gimana ni bang? Kami gak paham loh. Ya kan? Hehehe" jawab Gita meminta persetujuan Annisa dan Asih

"He'em kalo gak dijelaskan mana bisa kami paham hihihi" sambung asih tertawa kecil.

Sementara Annisa hanya tersenyum tanpa memberi jawaban. Ia hanya bisa mempelajari cara Gita dan Asih dalam berkomunikasi dengan pelanggan.

Si pelanggan sendiri dari dalam hatinya sebenarnya sudah menetapkan pilihan. Sejak melihat kecantikan Annisa, tanpa perlu berbicara satu sama lain, Annisa sudah terpatri menjadi pilihan mereka.
Ketiga pria itu, sebut saja rudi, rusli, dan rudheus adalah buruh pabrik yang bekerja yang jaraknya tidak jauh dari penginapan. Ketiganya adalah buruh kasar yang berkeseharian memikul beban untuk dibawa dari unit bahan baku ke unit produksi.

"hehehe mana mungkin adek adek ini gak paham maksud kita. Bisa aja kalian. Hehe" kata Rudheus ikut menyambung obrolan

"Iya nih. Padahal udah pada pengalaman." Sambung Rusli dengan nakalnya mencolek dagu Gita

"Eh bang kok udah main colek colek aja yah! Nyebelin!" Gerutu Gita setengah hati menepis tangan usil rusli

"Jangan cemberut gitu nanti hilang loh cantiknya" sambung Rudi merogoh isi kantungnya lalu memperlihatkan beberapa lembar uang pecahan 100rb.

Mata Gita dan Asih langsung menghijau. sementara Rudi dengan pamernya mengeluarkan uangnya tadi lalu kembali memasukkannya ke dalam saku celananya

"Kalau mbak-mbak sekalian mau ini, mbak harus pande menyenangkan kita-kita dong. Hahaha" tawa Rudi yang disahuti tawa Rusli

Kita semua baru gajian. Mau mencari kesenangan, mau ngabisin duit, tapi kalo mbak-mbak cantik ini ga bisa diajak senang bareng yaa gimana lagi. Ya kan rus?? Ya kan Rudi?! Hahaha" sambung Rudheus ikut memamerkan uangnya

"Hehe bukannya kita gak mau loh bang. Tapi ya kan harus jelas dulu jual beli nya. Hehe" ucap Asih melingkarkan tangannya di perut Rudi

"Nah ini baru pinter.. siapa nama kamu cantik?" Tanya Rudi ke asih

"Asih bang. Purwasih. tapi kalo Abang kasih adek jajan, nama adek jadinya sayang. Sayangnya abang. Hehehe" ucap Asih manja

Gita yang melihat temannya maju duluan pun tidak mau kalah. Ia mendekatkan diri ke Rusli dengan mentel nya. Wajahnya ia buat semanis mungkin menarik perhatian Rusli.

"Abang juga boleh kok colek dagu Gita lagi. tapi ya, gak gratis. Abang harus kasih Gita jajan dong" kata Gita blak-blakan.
Bukan Gita kalo bukan "to the point". Orangnya terlalu lurus untuk diajak belok. Namun Rusli malah kembali mencolek genit dagu Gita, seolah menyetujui sarat dari Gita.

"Iya dek gemesss. Deal yaa" tanya Rusli

"Deal." Jawab Gita genit

Sementara Annisa tampak celingak celinguk memperhatikan Gita dan Asih, Rudheus menghampirinya. Tangannya juga dengan beraninya langsung memegang bahu kiri Annisa.

"Kalau kamu cantik, siapa namanya? Kok diam aja daritadi?" Tanya Rudheus merangkul Annisa

"Aku Nissa bang" jawab Annisa risih

"Mbak Annisa gimana? Mau gabung sama kita-kita kan? Lumayan loh dapatnya" tanya Rudheus mulai mengelus bahu Annisa

*Gila ini cewek cakep banget. Mana kulitnya mulus banget lagi. Duhhh* batin Rudheus terpana. Secara gak sadar, batang kemaluan Rudheus pun perlahan terbangun.

"Tapi bang.. Nissa ud... Empphh" lenguh Annisa.

Belum sempat Annisa menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Rudheus sudah menarik Annisa jatuh ke pelukannya. Mendekap erat Annisa hingga ia tidak bisa lepas dari pelukannya itu.

"Mau kan mbak Nissa? Temannya yg lain udah mau kok. ayolah. Ya?. Kita pesan kamar VIP saja biar muat bertiga" kata Rusli semakin membara melihat Rudheus berhasil mendekap annisa
Annisa gelagapan mencoba melepaskan diri dari dekapan Rudheus. Badannya seperti cacing kepanasan berusaha melepaskan diri, namun dekapan Rudheus masih lebih kuat lagi mencengkram sampai payudara bulat Annisa kini menjepit ke bidang dadanya. hidungnya juga kembang kempis menghirup aroma harum dari tubuh Annisa. batang kemaluannya yang baru terbangun kini sudah tegang maksimal.

"Wanjaiii. Si rudeng malah dapat yang paling bening pula" celetuk Rudi yang lengannya dirangkul asih

"Hahaha santai lah bro. Ntar kita bisa icip juga kok. Kan kita mesti sekamar" Kata Rudi menenangkan

"Yoi.. si Rusli ini gak sabaran kali. Udah dapat Gita kok. Haha. Tapi Ntar kalo aku udah bosan sama ini bispak, Lo bisa make dia sepuas Lo. Hahah" tawa Rudheus seakan sudah menang dan mengejek rusli

"Anjir lah rudeng. Gak gitu cara mainnya. Sesuai kesepakatan tiap 1 ronde kita gantian! Ingat itu njirrr" ucap Rudi yang ikut kesal ke Rudheus

"Iya betul. Kawan macem apa lo kalo mau enak sendiri." Sahut Rusli

Meski sudah punya pasangannya sendiri, Rudi dan Rusli tetap berusaha mendapatkan wanita tercantik di penginapan. Apalagi Rusli yang begitu terpana dengan Annisa, ia sesaat menyesali perbuatannya mencolek dagu Gita, bukannya dagu Annisa.

Sebelum ke penginapan, mereka bertiga memang sudah melakukan persiapan. Uang sudah dipersiapkan, istirahat yang cukup ketika siang, bahkan sudah meminum obat kuat agar bisa terus ON dan tahan lama. Kalau kata bapak penjual obat, 1x meminum obat kuatnya harusnya bisa membuat seseorang tahan minimal 40 menit dan mampu bermain 4 ronde. Jadi malam ini harusnya mereka bisa main bergantian plus tambah 1 ronde lagi dengan yang dipilihnya.

Gita dan Asih sebenarnya tidak jelek, malah ketimbang PSK lain di penginapan, mereka termasuk yang termuda dan berwajah rupawan. Namun ketika mereka disejajarkan dengan Annisa, ketimpangan itu jadi jelas terlihat. Annisa bukan sekedar cantik, body nya yang bahenol dan kulit terawatnya yang mulus menjadi daya jual utama. Jadi tidak salah kalau Rudheus, Rudi, dan Rusli memperebutkan bidadari cantik itu. Apalagi kalau harga belinya sama.

"Iya iya. Kalian macem gak ngerti bercanda aja lah. Aku tau kok berbagi nikmat ke teman. Pahala juga toh buat aku. Hahaha" kata Rudheus puas melihat temannya sewot

"Dasar ya. Anjir banget. Haha" sahut Rusli

"Abang Abang sayang.. jadi kita mau disini dulu atau langsung ke kamar? Ingat ya. Kasih jajannya harus didepan biar kita ikhlas kasih enak-enak nya" kata Gita dengan genitnya mengecup pipi Rusli

"Iya pasti kita bayar didepan dong sayang" jawab Rusli membalas kecupan tersebut.
Sebuah kecupan mendarat di pipi Gita yang putih lalu kecupan tersebut berpindah ke ciuman dibibir Gita. Tidak ada perlawanan dari Gita, malah sepertinya Gita meladeni ciuman Rusli. Bibir mereka berpagutan, tubuh mereka sudah berpelukan.

Disebelahnya asih dan Rudi juga sudah memulainya. Bukan hanya berciuman ternyata tangan Rudi sudah membelai payudara kecil Asih. Di belainya lembut payudara mungil itu dari luar dress yang asih kenakan. Sementara di atasnya, bibir mereka juga saling memagut seperti tidak mau kalah dari pasangan Rusli dan Gita.
Disebelahnya lagi, Annisa masih didekap Rudheus. Tapi Annisa kini sudah tidak belingsatan seperti cacing kepanasan lagi. Ia seperti sudah menerima yang akan terjadi. Saat Rudheus melepas dekapannya, untuk sesaat mereka beradu pandang. Annisa menatap sayu wajah Rudheus yang sedang terpana akan kecantikannya. Wajahnya begitu ayu nan sedap di pandang, mata Rudheus tidak berkedip sedikitpun seolah terhipnotis oleh kecantikannya.

"Woi rudeng. Sini duitmu kumpul!" Teriak Rusli yang menyadarkan Rudheus dari keterpakuannya.

"Ah! Ga asik banget ini orang ganggu aja!" Gerutu Rudheus dengan terpaksa menjauh sebentar dari Annisa

Mereka bertiga tampak serempak mengambil uang dari saku celana masing-masing. Jumlahnya juga sama yaitu 500ribu per orang dengan total seluruhnya menjadi 1.5juta. Gita yang diam-diam mengintip pun seperti kaget lalu mendatangi komplotan itu.

"Abang Abang sayang. Mau enak-enak sama kita 1 2 ronde atau full 1 malam? Hmm?" Tanya Gita mengangkat alisnya

"1 malam dong sayang" jawab Rusli menghitung kembali 5 lembar uang 100ribu yang dipegangnya

"Kalau full 1 malam sih masa 500ribu?? Masa adek secantik ini Abang takar semurah itu? Sayang dong body adek ini. Tambah lagi dong bang..Huhu" rengek Gita sambil meremas buah dadanya sendiri

"Hmm.. gimana ya dek? Biasanya kan cuma 250rb, ini udah kita naikkan jadi 500. Masa masih kurang??" Tanya Rusli

"Tambah dikit lagi aja Abang. Ya tambah yaa.. emhhh" ucap Asih tiba-tiba datang dan mencium pipi Rusli

"Njirr. pande banget adek ini merayu.. ya udah kita tambah 50ribu seorang deh. Ya gak teman-teman??" Kata Rusli balas mengecup pipi Asih

Rudi yang sudah memegang uang 500ribu di tangannya pun berjalan mendekati Annisa yang masih berdiri diam. Senyuman genit terpampang diwajahnya yang kusam, dengan langkahnya yang semakin mendekat.

*Nyutt!*

"Ahh~"

Rudi dengan pedenya mendaratkan sebuah remasan di payudara kenyal annisa. Bongkahan daging kenyal itu langsung saja diremas oleh telapak tangan Rudi yang kasar.

Annisa yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba tersebut kaget dan mengeluarkan desahan. Namun yang kaget bukan Annisa hanya sendiri, Rudheus dan Rusli ikut kaget mendengar suara desahan manja yang keluar dari mulut Annisa. Sontak mereka berdua ikut memalingkan pandangannya ke arah Rudi dan Annisa.

Kali ini sepertinya Rudi yang menyombongkan diri, tau diperhatikan oleh teman-temannya, dengan muka sombongnya ia mulai meremas-remas payudara bulat Annisa. Remasannya membuat pemilik gunung kembar itu meringis karena cengkeramannya begitu kuat.

"Uhhh.. pelan abangg.. uhhhhh... Mpphhhh" Desis Annisa

"Sekel banget susu mu Nissa. Waahh" kata Rudi takjub dengan tekstur payudara Annisa yang tidak hanya begitu kenyal tapi juga begitu lembut. Bahkan sampai saat ini pun, telapak tangan kasarnya sama sekali belum pernah menyentuh benda lain yang selembut bongkahan payudara indah Annisa.

Memang Annisa sudah tidak memakai bra lagi dibalik dress-nya yang ketat, membuat Rudi langsung bisa menikmati payudara indah milik istri Farhan itu. Rasanya begitu lembut, begitu membuat candu seakan menghardik tangan Rudi untuk terus meremasinya.

"Ahhh bang pelann.. nenen aku sakit.. ahhh" ringis Annisa lagi

"Pelan dikit Rudi! Lu gak liat Nissa kesakitan!!" Bentak rusli

Rusli coba menjadi pahlawan. Ia melepas Asih yang sedang menggandengnya mesra, dan melepas tangan Rudi dari susu Annisa.

"Nafsu boleh tapi jangan kasar bro" kata Rusli

"Oh ya. Keburu nafsu. Maaf ya sayang" kata Rudi memperlemah remasannya lalu mengecup pipi Annisa

Annisa memasang muka cemberut. namun tidak begitu di pandangan Rudi, baginya muka Annisa yang lagi kesal itu sangat imut dan membuatnya tidak tahan untuk mengecupnya lagi.

"Ya udah supaya cantikku ini gak merajuk lagi, khusus malam ini aku tambah 500rb lagi. Jadi 1 juta buat kalian" katanya sambil menelusupkan uang 1 juta ke belahan payudara Annisa yang terbuka
"Bang jangan letak uang di belahan aku" tolak Annisa mau mengambil uangnya yang terhimpit dibelahan susunya. Namun Rudi menghalangi tangan Annisa.

"Udah biar aja disitu ya sayang. Muahh" kata Rudi kembali mengecup pipi annisa

"Horee! Kami nambah 50ribu aja ya. Kan Rudi udah nambah 500ribu lagi. Haha" kata Rudheus riang

Gita dan Asih pun tersenyum menyetujui.
"Yok ngamar" kata Gita

Rudheus, Rudi, dan Rusli serempak mengangguk dengan muka gak sabar



Mulustrasi Rudheus, Rudi, dan Rusli



-_-_-_-_-_-_-_-



Sementara itu di dalam kamar di penginapan XZX, pak Sugiono tampak membiarkan para lelaki yang sedang butuh kepuasan itu menggoda Annisa serta nego ke teman-teman barunya. Bukannya ia menyetujui, tapi begitulah kira-kira perintah dari Sony yang memberi arahan agar membiarkan Annisa berbuat sesukanya sampai pak Joko datang nanti.

"Kalau Annisa mau ya, sekarep wae. Toh dia juga lagi belajar jadi lonte." Pikir pak Sugiono

Sony juga telah memberitahunya kalau pak Joko akan telat dan mungkin akan sampai sekitar 40 atau bisa-bisa 60 menit lagi. Jadi, Masih ada waktu untuk Annisa gabung dengan teman-temannya itu .



-_-_-_-_-_-_-_-_-



Sementara itu di kota hujan, sebuah mobil Pajero hitam sedang terjebak di kemacetan. Pengemudinya tampak kesal dengan gigi nya yang sengaja ia geretkan. Sudah 30 menit waktunya terbuang percuma dengan sebuah tonjolan di selangkangannya.

"Gara gara si Ike nih, aku jadi telat gini. Padahal niatku cuma mau ambil pakaian aja. Malah jadi molor hampir sejam gini. Apes amat" gerutunya sambil memutar musik instrumental yang bisa menenangkan suasana hatinya.
Kemudian matanya melirik ke arah dashboard dimana sebuah maps sedang terpampang dilayar, ia pusatkan kembali lokasinya, dan kembali ia gusar melihat perkiraan waktu perjalanannya yang masih sekitar 50 menit lagi.

"Sabar ya Jhonny. Ntar lagi kamu bisa masuk ke sangkar yang baru kok, moga sangkarnya bagus dan gak karatan ya. Hehe" batinnya sambil mengelusi tonjolan di celananya.



-_-_-_-_-_-_-



Sementara itu di kamar VIP No.4

"Slrrrppphh.. emmpphhh.. aahhh.. ahhhh..."
Seorang wanita berparas aduhai sedang mendesah manja diiringi oleh desahan desahan binal dari 2 orang wanita lainnya.​



Bersambung


:::::::::::::::::::

Part 14


MENANG TAPI KALAH



Mulustrasi Annisa Febrianti (saat mejeng bersama Gita dan Asih)



Mulustrasi Annisa Febrianti


Mulustrasi Asih


Mulustrasi Gita


MulustrasiRudheus, Rudi, Rusli

Rudheus sedang menegang menikmati emutan mulut dari seorang wanita cantik. Wanita muda yang telah bersuami namun belum dikaruniai anak. Matanya memejam sayu dengan wajah menengadah keatas. Ia duduk di tepi ranjang dengan paha yang terbuka lebar sementara sang bidadari sedang berjongkok dibawah tepat di selangkangannya yang bau. Penisnya sedang dioral dengan penuh penghayatan. Sang bidadari sengaja memajukan mundurkan kepalanya dengan hisapan lembut berharap dapat memberi kenikmatan pada batang penis yang sedang dilahapnya. Kepalanya terus saja maju mundur mengikuti panjang penis milik lelaki bernama rudheus itu.

"Mpphh enaknya seponganmu Nis. Kirain masih amatir ternyata udah pro banget.. ahh" desahnya nikmat.
Ia tak menyangka akan mendapat giliran pertama untuk memakai Annisa. Sebelumnya, mereka bertiga berebutan siapa yang akan menjadi yang pertama. Untuk itu, Rusli mengusulkan untuk beradu suit. Yang menang 3x lah yang akan mendapatkan servis Annisa terlebih dahulu. Dan.. Rudheus lah yang memenangkan adu suit tersebut.

"Sllurppp.. emhhhppp.. mmmpphhh" desis Annisa yang terus menyepong penis haram milik buruh pabrik yang bukan mahramnya tersebut.

Annisa kini semakin lihai melakukan oral, ia semakin pandai menggunakan lidahnya, kini Annisa tidak hanya mengemut dan menghisap, tapi ia sudah pandai melakukan jilatan yang bisa memberi rangsangan lebih kepada laki-laki yang di servisnya.

"Ahh enak sekali si rudeng. Bikin iri aja. Ahh ahh" kata Rusli sambil terus memompa penisnya keluar masuk ke vaginanya Gita.

"Yaelah masih ngeluh aja ini anak. Lagi ngentotin anak orang pun masih aja ngeluh." Sahut Rudi yang sedang menggenjot vagina asih

Kedua wanita itu sedang baring bersebalahan dengan keadaan sedang disetubuhi. Keduanya sama-sama mengeluarkan lenguhan manja akibat rangsangan penis sang pria di liang kawinnya. Tapi badan Asih lebih terayun akibat sodokan Rudi yang lebih kuat. Suara hentakan antar ke-empat selangkangan pun tidak kalah dari suara lenguhan yang terdengar. Rudi dan Rusli benar-benar menikmati persetubuhannya dengan Gita dan asih. Tapi tetap saja, mereka berdua sudah tidak sabar menanti gilirannya dengan Annisa.
Melihat temannya yang sedang asik, meski penisnya sedang dipuasi oleh mulut Annisa, tapi ternyata Rudheus belumlah puas sampai disitu. Matanya mengarah ke arah payudara Annisa yang sudah mencuat keluar dari dress nya, pikirannya memikirkan sesuatu yang lain.

"Say, pake tetekmu yang besar itu juga dong. Jangan dianggurin aja itu tetek" pinta Rudheus
Tanpa mengeluarkan penis prianya dari mulutnya, Annisa menganggukkan kepala. Dengan tangannya ia meraih sendiri buah dadanya itu, bermaksud melakukan hal yang sama seperti waktu dengan Anton. Tapi panjang penis Rudheus tidaklah sebanding dengan panjang penis Anton, sehingga walaupun masih menyisakan ujung gundulnya saja di mulutnya, Annisa masih tidak dapat menjepit penis Rudheus di susunya.
"Fuahhh~" ucap Annisa ketika melepas kulumannya dari penis Rudheus. Liurnya sebagian tertinggal di penis keras itu, sebagian terjatuh tepat di kulit mulus susu besarnya.

Annisa melirik keatas memandang ke wajah Rudheus. Punggungnya juga ia tegakkan agar dadanya dapat mencapai penis Rudheus. Lalu ia posisikan penis keras itu tepat ditengah susunya.

*Nyuttt*

Bidadari itu bukannya menuruti tuannya dengan menjepitkan batang penis tuannya dengan susunya, tapi dengan sedikit usil ia genggam penis itu lalu ia menepuk nepukannya tepat ke putingnya yang sudah mengeras.

"Ughhhh" desis rudheus

Akibatnya puting bulat berwarna cokelat muda itu sedikit basah terkena bekas liur yang menempel di ujung penisnya. Setelah beberapa kali tepukan di ujung puting susu kanan, Annisa juga melakukan beberapa kali tepukan penis rudheus di puting susu sebelah kirinya. Setelahnya barulah ia posisikan penis rudheus di belahan dadanya lalu menekan susu kanan dan kirinya.

*Nyesss....*

Penis Rudheus kini tenggelam diantara payudara kenyal annisa. Matanya kembali memeram merasakan keempukan daging sintal dada Annisa. Sang pemilik payudara indah itu bahkan tersenyum melihat ekspresi lucu Rudheus yang begitu menikmati payudaranya.

Sementara Rudi dan Rusli sesekali mencuri pandang ke arah Rudheus. Walau mereka sedang bersenang-senang, setiap melihat Annisa rasa penasaran yang tertahan semakin saja membesar. Mereka semakin dan semakin ingin segera menyetubuhi wanita cantik itu.

"Aach aacch aacchhh oocchhhh" desah Gita tersentak sentak.

Rusli kini semakin kuat menyodok Gita. Ia sungguh bangga bisa membuat wanitanya sampai tersentak seperti itu meski penisnya tidak terlalu besar. Ia sungguh berharap Annisa dapat melihat kehebatannya.
"Memekmu ternyata enak. Lumayan njepit lah. Kirain bakalan dower kayak memek lonte biasanya hahh hahh" ucap Rusli terus menggempur vagina Gita

"Acchh acchhh iya entot terus bang. Bikin memek aku dower pake kontol mu. Acchh" desah Gita semakin menikmati

"Ahh. Masa lu samain memek STW yang biasa lu pake dengan memek cewek muda kayak Gita. Gile x lu.." sahut Rudi

"Memek neng asih juga masih jepit. Masih pantas lah kita bayar lebih 500ribu." Sambungnya

"Mpphh ahhh makasih sayang.. genjot terus.. bikin asih pipis sayang" desah asih
Penis Rudi sepertinya sedikit lebih besar dan panjang dari penisnya Rusli. Sementara penis Rudheus adalah penis terbesar diantara mereka, meski tidak jauh berbeda dari milik Rudi.

"Kan kirain doang. Rupanya enak.. jadi penasaran sama memek cewek itu, memek si Annisa" kata Rusli melihat kearah temannya

"Tenang nanti bakal kita icip juga kok memeknya. Kalo dari wajahnya sih, pasti sudah banyak yang pake itu memek. jangan berharap lebih ke lonte cantik, biasanya longgar. Cantik begitu pasti laku keras" Ucap rudi tak mau terlalu berharap.

"Iya juga ya. Malah biasanya lonte yang mukanya jelek yang memeknya lebih rapet. Tapi siapa juga yang nafsu sama yang mukanya jelek. Makanya rapet, pula jarang di pake. Hahaha" tawa Rusli

"Ya kan.. makanya sukur kita bisa make ini lonte yang masih lumayan jepit memeknya. Tapi teteknya lebih gede tetek si Gita ini deh" ucap Rudi menjulurkan tangannya meraih payudara Gita yang bergetar disetubuhi Rusli

"Soal memek ya kita belum tau, tapi soal tetek pasti si Nissa juaranya. Liat tuh bentukan dan kenyalnya. Pasti yahudd bener! Ini mah jauh" ucap Rusli yang kini bergantian menjulurkan tangannya meraih payudara kecil asih lalu sedikit menamparnya pelan

Asih yang mendengar ucapan Rusli tampak kesal. Tapi sodokan demi sodokan yang didera vaginanya mampu menyisihkan rasa kesal itu lalu kembali membuatnya menikmati genjotan Rudi. Bahkan tamparan tangan Rusli di dada kecilnya semakin membuatnya bernafsu.

"Ahhh ahhhhh enakkk genjot teruss .. teruss.. ahhh" racaunya semakin bernafsu
Annisa yang mendengar sayup obrolan mereka semakin berdesir. Nafasnya kian memburu menyaksikan batang kejantanan milik Rudheus yang sedang ia titjob, ditambah lagi sebelah badan kurus Rudheus, ia bisa melihat 2 orang pasangan yang sedang bersenggama ria.

"Kok badan aku makin panas. Apa aku pengen juga??" Batin Annisa menerka. Matanya tidak bisa terlepas dari lubang kencing penis rudheus yang hilang timbul dari belahan payudaranya
Tanpa disadarinya, ia jadi semakin bersemangat menekan nekan penis Rudheus dengan payudaranya. Memberikan tit job ternikmat yang pernah ia berikan.

"Uhhh udah Nissa.. cukup.. kalo terus digituin aku bisa cepat keluar. Uhh.. sekarang gantian, kamu baring sini" ucapnya mendorong badan Annisa sehingga penisnya terlepas dari jepitan susu kembar itu.

"I.. iya bang" jawab Annisa.

Padahal ia masih ingin menservis penis itu dengan susunya, ia masih ingin melihat penis itu timbul tenggelam di belahan payudaranya. Tapi ia pun menuruti. Annisa pun berdiri, namun belum sempat berbaring, Rudheus tiba-tiba mengangkat dress-nya terlepas. Membuat bagian atas Annisa sudah telanjang bulat mempertontonkan susu ranumnya dan hanya menyisakan celana dalamnya saja. Hanya tinggal melepaskan celana dalamnya saja, kondisinya akan sama dengan Gita dan asih, yang sudah telanjang bulat tanpa memakai apapun lagi.

Annisa lalu berbaring sesuai arahan tuannya. Posisinya pun bersebelahan dengan asih, membuat dari kiri ke kanan, posisinya adalah Gita, asih, dan Annisa.

Ia menolehkan kepalanya ke arah asih yang sedang merem melek, raut wajah nya sangat menikmati genjotan Rudi di vaginanya. Hembusan angin desahan asih bahkan sesekali menerpa wajah Annisa disebelahnya. Annisa pun makin terangsang, tanpa perlu disentuh pun kini vaginanya mulai terasa lembab.
Ia masih memandangi asih saat celana dalamnya tiba-tiba ditarik turun oleh seseorang. Tapi Annisa tidak memperdulikannya, bahkan saat 1 kakinya diangkat naik, ia hanya pasrah saja bahkan ikut menggerakkan kakinya.

Setelah melemparkan celana dalam itu menjauh dari pemiliknya , rudheus mendekatkan wajahnya sejajar dengan vagina sang bidadari. Di selangkangannya Rudheus memperhatikan dengan jelas bentuk vagina Annisa yang begitu tembem dengan labia Mayoranya yang berwarna merah muda. Aroma kewanitaannya juga ia hirup hikmat dengan semakin mendekatkan hidungnya ke vagina Annisa. Sungguh suatu hal yang menggoda. Tidak mungkin ada lelaki yang akan menyia-nyiakan vagina seindah ini jika tersaji gratis dihadapannya.

*Sllurppp*

Insting kelakilakiannya mengambil alih tubuhnya sehingga tanpa disadari, lidahnya sudah menjilati vagina indah tersebut.

"mpphhhh... Ehmmmphhh" desis Annisa saat vaginanya disentuh oleh benda lunak nan basah milik Rudheus
"Tempiknya harum. Bentuknya cantik. Bulu jembutnya tipis. Rasanya gurih. Persis sesuai wajahnya yang ayu. Sempurna banget. Sllurppp" puji Rudheus terus menjilati sajian kesukaannya.

"Ahhhnnn.. emphh.." desah Annisa menggelinjang

Annisa kini ikut merem melek. Lidah basah Rudheus terus menyapu sekujur vaginanya. Lidah itu berputar-putar dan menoel Noel klirotis Annisa yang membuat pemiliknya sesekali mengejang nikmat.
Sementara Rudi yang masih menyodok asih disebelahnya semakin terangsang dengan kehadiran Annisa disebelahnya. Tanpa meminta izin dari rudheus, tangannya kini menjulur meraih payudara Annisa yang menganggur.

"Kenyal amat ini tetek. Mana besar pula. Jadi makin enak di grayangin gini" kata Rudi memuji payudara Annisa lalu meremas-remas nya

Tangan kasar itu kali ini tanpa penghalang dengan begitu bebasnya menjamah payudara Annisa. Puting bewarna cokelat mudanya juga tak luput dari jepitan dan cubitan jarinya.

"Aahhh jangan di tarik gitu pentil aku bang.. ehmmpp" desis Annisa saat Rudi menarik kuat puting payudaranya keatas hingga bongkahan melon besar itu terlihat memancung

sementara Rudheus terus memainkan hasrat Annisa lewat vaginanya. Lidahnya saat ini sudah berhasil membuka bibir kerang milik Annisa lalu menusukkannya kedalam menuju liang kawinnya. Tangan kanan Rudheus, mengambil payudara kanan Annisa yang tidak dimainkan oleh Rudi lalu ikut mengelusnya lembut diiringi remasan perlahan.

Annisa semakin merinding dengan perlakuan kedua lelaki itu di bagian sensitifnya. Bulu kuduknya berdiri karena rangsangan lidah basah rudheus dan tarikan jemari rudi. Matanya sudah ikutan merem melek seperti matanya asih yang sedang dipandanginya. Bedanya adalah, vaginanya masih belum dijejali penis seperti yang asih alami.

Kakinya semakin gusar untuk terus bergerak, rasa gatal didalam vaginanya muncul kembali seakan minta digaruk. Tapi Annisa masih malu untuk meminta duluan.

"Aachh acchhh... Aku mau muncrat bang.. acchhh" erang Gita yang sepertinya akan mendapatkan orgasmenya

"Aacccccchhhh!" Sambungnya lagi saat klimaksnya datang

"Hehehe si lonte satu ini udah pipis aja. Aku masih belum loh sayang. Terima ini! Hnggkkk" Ucap Rusli semakin kencang menggenjot Gita

"Hebat lu bro. Aku juga ga mau kalah. lonte ini juga biar kubuat pipis.. hhnnggkkk!" Ucap Rudi melepas cubitannya dari susu Annisa lalu fokus menggempur vagina Asih.

"Aacchhh fvckkk enakkk aaacchhh!!"

"Oooohhhh auuuhhhh aacchhhh"

Gita terus mengerang diiringi suara erangan Asih yang menguat. Keduanya semakin belingsatan di sodok oleh penis milik tuannya. Sementara Annisa, malah jadi semakin bernafsu ingin merasakan nikmat yang sama seperti teman lontenya itu.

"Mau aku entot gak sayang??" Tanya Rudheus ke Annisa yang semakin gelisah

Annisa melirik kebawah, kearah selangkangannya tepat dimana Rudheus masih menyicipi vaginanya yang basah. Dalam hatinya ia sungguh ingin batang kejantanan Rudheus menjejali liang senggamanya yang begitu gatal. Tapi sisa-sisa akal sehatnya melarang, bukannya ia tidak mau, hanya saja ia tidak ingin dianggap semakin murahan oleh para buruh pabrik itu.

Annisa adalah sosok yang populer dikalangan teman dan rekan kerjanya. Ia begitu fashionable dengan tubuh indah yang ideal. Banyak lelaki dari berbagai kalangan usia terpana dengan kecantikannya. Sifatnya yang ramah dan pandai bergaul juga menjadikan Annisa punya banyak teman dan kolega. Karena kesempurnaannya itu, banyak juga lelaki yang terlanjur takut untuk mendekatinya karena merasa level Annisa tidak akan bisa digapainya. Namun kondisinya saat ini sangat lah unik dimana seorang istri Sholeha dengan spek bagai bidadari sedang mengalami gejolak batin. Gejolak yang ia tahu akan menjerumuskannya lebih dalam apabila tak bisa ia bendung. Tapi, syahwatnya berkata lain.

"Ehmmpppp" desis Annisa saat Rudheus bangkit menindih tubuhnya lalu mencium bibirnya.
Rasa manis langsung terasa dibenak Rudheus, rasa yang sangat berbeda dari rasa lendir kewanitaan yang baru saja ia cicip dari vaginanya.

"Kok diam aja sayang? Pengen kontolku gak??" Tanya Rudheus sambil menggesekkan penisnya di pintu vagina Annisa.

Sekilas sebuah sengatan muncul dari gesekan ujung gundul yang digesekkan itu. Annisa menatap sayu ke mata Rudheus yang begitu dekat dengannya. Hembusan nafasnya dapat terasa di bibir Rudheus yang baru saja bersentuhan dengan bibirnya. Ia masih bimbang, ia sangat menginginkannya tapi tidak mau kalau ia yang mengutarakannya duluan.

Suara desahan dari 2 pasangan disebelahnya terus memacunya birahinya kian meninggi hingga melampaui akal sehatnya, belum lagi Rudheus yang terus menggesek naik turun ujung gundul penisnya.
Rudheus sepertinya sangat paham kalau wanitanya itu ingin sekali disetubuhi, tapi ia masih jual mahal. Makanya ia terus menggodanya dengan gesekan penisnya dan sesekali gigitan di daun telinga Annisa.
Annisa malah memalingkan pandangannya dari Rudheus. Ia kembali menatap Asih yang merem melek keenakan membayangkan apabila dirinya bertukar posisi dengannya.

"Pasti enak ya, kalau di entot kencang kayak kak Asih?" Batinnya menerawang
Rudheus terus menggesekkan penisnya. Kali ini ia buat gerakan yang lebih variasi untuk menggoda Annisa. Vaginanya yang kian basah semakin menggoda untuk di masukin, yang membuat Rudheus sengaja menekan nekan penisnya masuk sedikit lalu mengeluarkannya kembali.

"Anjai.. baru masuk dikit aja udah terasa ngempot" batin Rudheus semakin penasaran tapi ia juga urung untuk kalah dari Annisa.

"Ehmppp~" desis Annisa menutup separuh matanya meresapi nikmat akibat kembali merasakan pintu liang kawinnya perlahan membuka dimasuki penis haram lelaki lain.

Namun kembali saat ujung gundulnya baru masuk setengahnya, Rudheus kembali menariknya keluar. Terus begitu hingga lama kelamaan Annisa yang merasa kentang menatap jutek ke Rudheus.
"Kenapa sayang?? Kalo mau kontol bilang dong. Hehe" tanya Rudheus kembali mencelupkan penisnya sedikit lebih dalam.

"Ahhhhh bang" rintih Annisa menatap sayu

Annisa masih mempertahankan harga dirinya. Ia masih bertahan untuk tidak mau meminta duluan. Ia berharap lelakinya itu langsung saja menancapkan penisnya tanpa harus bertanya apalagi memintanya untuk menjawab terlebih dulu.

Rudheus sebenarnya juga sudah tidak sabar, tapi ia masih ingin menunggu Annisa melunak dan menepikan rasa sok jual mahalnya. Tapi anehnya setiap Rudheus sedikit memasukkan ujung penisnya, rasanya ia ingin memasukkannya lebih lama lagi dan tentu lebih dalam lagi. Terus seperti itu sampai Rudheus akhirnya terpaksa menyerah kalah.

"Ahh sial lah cewek ini masih sok jual mahal juga. Padahal tempiknya udah banjir gini. Haddeh!" Batinnya
Tanpa perlu menunggu jawaban annisa, kali ini Rudheus yang sudah memasukkan setengah ujung gundulnya terus menekan masuk penisnya. Perlahan, sedikit demi sedikit penisnya terus membelah bibir vagina Annisa dan menghilang ditelan goa kenikmatan milik wanita cantik itu.

*Srtt.. srtt.. Srtt.. srrtt.. bleshh!*

"Empphhhhh.. ahhh.. Bang... Udah masuk yaa?? Sshhh.. emmpphhhh" desis Annisa merasakan liang kawinnya kembali dijejali sebuah penis baru.

"Ahhh.. hmmmp.. iya udah masuk.. anjai rapat banget kamu sayang.. uhhhh" desis Rudheus

"Akhirnya jebol juga itu memek. Lama amat lu rudeng. Udah, buruan pompa!. Biar cepat gantian." Kata Rusli yang terus menyodok Gita

"Aachhh keluarrrr!!"

*Srrrrrrr*

Asih ternyata sampai duluan. Tubuhnya mengejang disebalah Annisa. Rudi yang mengetahui wanitanya orgasme menghentikan sebentar pompaannya. Ia juga sebenarnya sudah akan klimaks, tapi sengaja memberikan jeda kepada Asih agar menikmati orgasmenya dahulu sekalian membuat Rudi bisa menahan diri sedikit lebih lama lagi.

"Sekarang giliran kita yang enak-enak ya sayang?? Nih Abang mulai.. hhgkkkk!" Kata Rudheus mulai memaju mundurkan pinggulnya.

"Sshhh emmpphh... He'em.." balas Annisa mulai merasakan ada yang keluar masuk dari liang kawinnya
Penisnya seperti diempot vacum. Penisnya juga seperti di jepit dan diurut. Benar-benar sesuatu yang langka dirasakan, apalagi dari seorang yang bukanlah perawan.

Kini Annisa berada diposisi yang sama dengan Asih dan Gita. Mereka bertiga sedang dientot bersebelahan dengan posisi misionaris.
Saat baru saja mulai menikmati persetubuhannya, bayang-bayang mas Farhan terlintas dibenak Annisa. Biasanya di jam segini mereka sudah berpelukan sambil menonton film di layar tv jumbo kamarnya, saling bermanjaan menikmati momen indah berdua.

"Maafin umi ya Abi.. tapi ini semua demi Abi juga. Demi keluarga kecil kita..." batin Annisa. Ia merasa bersalah. Ia jadi tidak enak tapi rangsangan di vaginanya membuat rasa penyesalan itu tidak berlangsung lama hinggap di benaknya.

Kaki kiri Annisa kini diangkat menyender di bahu kanan Rudheus. Dengan agak menyamping, Rudheus kini lebih cepat menggenjot vagina Annisa. Banyaknya cairan cinta nya tentu sangat membantu proses penetrasi batang keras Rudheus. Jepitan dari vagina sempitnya membuat penis Rudheus seakan diempot masuk ketika di tarik.

"Gak nyangka memek kamu seenak ini sayang. Rasanya Sempit dan legit! Hoohhhhh mantap sekaleeee.... Hggkkkk!" Racau Rudheus

"Enak rudeng? Serius masih sempit?? Berarti salah dong perkiraan lu tadi Rudi" kata Rusli

"Ya itukan cuma perkiraan. Kalo memeknya masih rapat ya bagus. Wajahnya bagus, memeknya juga bagus. Gak rugi kita keluar lebih banyak. Hahaha" kekeh Rudi

"Iya enak kali memeknya. Kontolku berasa di jepit. Memeknya bahkan lebih sempit dari memek anak kuliah yang kuperawani dulu. Padahal becek gini tapi masih bisa njepit. Wuedan!!" Kata Rudheus terus menggenjot vagina Annisa

"Ya udah cepatan nembak. Biar gantian" kata Rusli gak sabar

"Hahah sorry Bro. Aku kan tahan lama. Meski jumpa memek seenak ini, aku gak akan muncrat secepat itu. Malah aku yang akan buat memek ini muncrat berkali-kali dulu. Hahaha" kekeh Rudheus menyombongkan diri

"Sshhh ahhhh emmpphhh ahhhhh ahhhhh pelan ajahh bang.. ahhhh emmph pelannn ahhhh" desah Annisa kelonjotan terus digenjot dengan kencang oleh rudheus

"Mana bisa pelan kalo ngentotin cewek seenak kamu sayang. Biar 2 disebelah juga semakin ngiler. Hahaha " jawab rudheus semakin bersemangat

"Sial kau rudeng!" Kata Rudi dan Rusli bersamaan

Seluruh tubuh Annisa bergetar mendapat sodokan yang begitu kencang. Payudaranya juga berayun-ayun mengikuti irama sodokan sang pejantan. Sungguh pemandangan yang begitu jarang, di sebuah penginapan murah di kota hujan, di kamar 402, 3 orang wanita muda dengan intensnya sedang dikawini oleh 3 orang pria buruh kasar pabrik.



-_-_-_-_-_-_-_-sememtara itu..

Pak Sugiono tengah bersantai sambil merokok di teras kamar no.404. ia mendengarkan alunan musik yang diputar melalui handphone jadulnya. Suasananya sangat tenang, hanya saja banyak nyamuk yang terkadang menggangu waktu tenangnya tersebut.

Namun alunan musik yang diputarnya itu berhenti, berganti dengan alunan ringtone yang menandakan ada seseorang yang sedang menghubunginya. Pak Sugiono langsung menoleh melihat identitas si pemanggil, dahi nya langsung mengernyit saat melihat nama Sony tertera di layar handphone.

"Kek Ono. Pelanggannya udah mau sampai. Cepat siapin Annisa. Jangan sampe beliau kecewa!" Kata Sony

"Iya siap bang. Laksanakan" jawabnya

Telepon itu pun terputus. Pak Sugiono dengan sigap langsung berjalan menuju kamar 402, tempat dimana Annisa sedang dinikmati. Langkahnya cepat, tatapannya fokus, ia sedang mempersiapkan alasan untuk mengambil Annisa dari ketiga buruh kasar pabrik itu.



-_-_-_-_-_-_-_-sementara itu..

Disuatu tempat di kota gudeg, sesosok lelaki yang baru pulang dari kegiatan rapatnya sedang berbelanja oleh-oleh khas setempat. Tawar menawar pun terjadi sampai ia berhasil mendapatkan 30% diskon untuk seutas gamis yang dipilihnya. Dipikirannya, gamis itu akan ia berikan kepada istri cantiknya dirumah sebagai oleh-oleh.

"Si bapak pande banget nawarnya. Kewalahan saya. Padahal ini barang baru loh pak, masih langka di pasaran. Yowes anggap aja rezeki buat si bapaknya" Kata si penjual

"Hehe. Terima kasih Bu. Ini rezeki istri saya kok. Hehe" ucapnya sambil membayar

"Oooh untuk istri toh. Bapaknya ganteng gini pasti istrinya juga cuantik ya. Yowes salam buat istrinya si bapak" kata si penjual

"Ya untuk istri saya toh Bu. Masa untuk selingkuhan? Mana punya saya. Hehe. Insyaallah nanti saya sampaikan salam ibu" jawab pria itu dengan senyum lalu pergi meninggalkan sebuah toko pakaian ternama di jl. Mali*boro.

Pria tampan itu pun berjalan menelusuri jalan setapak yang begitu panjang, ramai sekali tempat itu. Ya, daerah situ memanglah salah satu ikon kota gudeg. Banyak muda-mudi berkumpul untuk nongkrong, untuk berbelanja, atau sekedar ingin menikmati suasananya yang syahdu. Pria itu menikmati setiap langkah kakinya, alunan instrumen Jawa klasik menggema lewat audio yang terpasang di sudut jalan. Tepat di depannya berjalan sepasang suami istri. Mereka begitu mesra sehingga membuat pria itu semakin rindu dengan istri cantiknya yang ia tinggal di rumah seorang diri.

"Kapan-kapan umi harus aku ajak kemari. Biar kami bisa seperti pasangan itu. Enaknyaa" batinnya terus mengamati pasangan didepannya

"Umi lagi apa ya? Eh. udah mau jam 10. Jam segini sih biasanya umi udah mau tidur." Batinnya teringat kebiasaan istrinya

Ia pun kembali menatap kantung kresek tempat gamis yang baru ia beli. Pikirannya berimajinasi membayangkan istrinya yang cantik sedang memakainya sambil bergandengan tangan.
"Moga umi suka dengan surprise ku ini" batinnya penuh harap

Ia pun menepi dipinggir jalan lalu memanggil taksi untuk kembali ke hotel tempatnya menginap.




-_-_-_-_-_-_- pada waktu yang sama di tempat berbeda.

*Tok tok tok!*

Terdengar suara ketukan pintu. 6 orang yang berada didalamnya pun kaget tidak menyangka kalau akan ada gangguan seperti itu.

"Buka pintunya rud. Liat sapa yang datang" kata Rusli menyuruh rudi

"Lu aja lah gue lagi asik gini. Atau lu aja rudeng. Cepat buka pintu noh" suruh Rudi ke Rudheus

"Njirr.. Bukan lu aja yang asik. Gak liat apa lu gua lagi enak juga?? Hggkkk" jawab rudheus mengelak

Ketiga pria itu saling mengelak untuk membuka pintu. Siapa juga yang mau menghentikan sementara perbuatan mesumnya, apalagi Rudi dan Rusli, yang sepertinya sedang menyongsong klimaksnya. Rudheus juga yang sedang enak-enak nya mengawini seorang bidadari, pastilah tidak mau rugi.

"Achkk ahhckkk.. adu suit aja lagi bang.. aahhhh" usul Gita sambil terus mendesah

"Gimana gais?" Kata Rudi meneruskan ide Gita ke temannya

"Ahh sial bikin ribet aja sih. Siapa juga yang ganggu orang lagi enak-enak?!" Ucap Rusli kesal
Meski kesal, meski tidak mau saling mengalah, tapi seperti ya tidak ada cara lain lagi. mereka pun setuju untuk adu suit.

"Kayak tadi ya. Maksimal 4 kali suit. Yang menang 2x, dia yang buka pintu." Ucap Rusli

"Ok" jawab Rudheus

"Ok lah" jawab Rudi

Mereka bertiga tetap menggenjot wanitanya. Penisnya masih keluar masuk dengan kencang meski mereka terlihat saling mengobrol dan akan beradu suit sementara wanitanya dibawah hanya pasrah menikmati. Rusli yang menjadi juri sudah memberi isyarat kalau adu suit akan dimulai. Rudheus dan Rudi pun sudah menyiapkan tangannya.

"Ok ya.. 1.. 2...3!"

"Sial. Malah menang pula" gerutu Rudi

"Ok ya. Babak ke-2. 1..2...3!"

"Waduh kok jadi aku yang menang" ucap Rudheus

"Rudi 1x Rudheus 1x. Kalo antara Kelen 1x menang lagi, dia yang buka pintu" kata Rusli tersenyum jumawa
Sungguh aneh. Biasanya semua orang akan berkompetisi untuk menang. Tapi tidak untuk saat ini, dia yang memenangkan adu suit adalah dia yang kalah karena aktifitas seksualnya akan terganggu.

"Ok ronde ke-3. 1..2...3!"

Rudi, Rusli, dan rudheus langsung menunjukkan tangannya namun naas bagi rudheus,

"Ah siall! Kok aku lagi!" Celetuk Rudheus yang ternyata kembali menang.

*TOK TOK TOK!!*

"Misi mas!!"

Ketukan terdengar semakin keras diiringi suara pak Sugiono yang memanggil. Rudheus yang masih tampak tak ikhlas melepas penisnya dari vagina Annisa tampak semakin mengernyit. Ia belum berhenti bergoyang, penisnya masih keluar masuk liang kawin betinanya yang begitu acuh dengan keadaan.
"Udah cepat sana. Nanti malah ribet kalo gak cepat dibuka." Celetuk Rusli kembali bersuara

*Ploopph*

Dengan sangat terpaksa Rudheus menarik lepas penisnya keluar dari vagina Annisa. Seketika seperti ada ruang kosong dalam vaginanya yang membuat Annisa merasa hampa. Annisa juga merasa tanggung, saat dia lagi enak-enak nya malah di buat kentang karena pejantanya harus membukakan pintu dan meladeni seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Dengan langkah seribu Rudheus langsung mengambil sebuah handuk digantungan lalu melilitkannya menutupi pinggang dan kemaluannya.

"Sabar ya sayang. Ntar lagi kontolku bakal masuk lagi ke memekmu kok" kata Rudheus mendekati Annisa lalu meremas payudara kanannya

"Emmphhh~" desis wanita cantik itu

Rudheus pun membuka pintu kamarnya. meski teman-temannya masih saja melakukan tindakan haram itu, namun Rudheus tetap membuka lebar pintunya. Pak Sugiono yang berdiri tepat dipintu pun langsung dapat melihat kedalam kamar, ia sedikit terkejut melihat Annisa sedang dalam keadaan telanjang terbaring di kasur bersebelahan dengan 2 orang wanita lain yang sedang disetubuhi. Begitu juga temannya, seperti tidak ada rasa malu, mereka tetap melanjutkan aktivitas nya. Bahkan Rudi semakin mempercepat genjotannya di vagina Asih yang membuat suara kecipaknya kian lantang terdengar di telinga pak Sugiono.

"Ada apa ya pak?" Tanya Rudheus dengan muka kesal

"Maaf sebelumnya mengganggu mas nya sekalian. Tapi saya ada urusan dengan mbak Annisa yang sedang baring disitu" kata pak Sugiono menunjuk ke arah Annisa

"Dia lagi aku pake pak. Kalo mau pake dia besok aja." Kata Rudheus semakin kesal

"Bukan begitu mas. Mbak annisanya sudah ada janji. saya hanya membuat mbak Annisa menepati janjinya aja" ucap pak Sugiono tetap tenang
Beda dari pak Sugiono yang tampak tenang, Rudheus tampak semakin kesal. Ia yang belum lama memakai jasa Annisa, sudah terganggu seperti ini.

"Mana bisa seperti itu. Aku udah bayar. Kami udah deal dan bayar juga" kata Rudheus dengan nada suara yang semakin meninggi

Rusli yang masih menggenjot Gita tampak menghentikan goyangannya. Matanya melirik ke arah Rudheus yang sedang meladeni pak Sugiono lalu melirik ke arah Annisa yang masih terbaring mengangkang. Tiba-tiba ia melepaskan penisnya dari vagina Gita.

Ia mengendap mundur dan melangkah kebelakang Rudi yang masih meneruskan genjotannya di vagina asih, terus mengendap kearah Annisa yang tidak menyadari kehadirannya lalu mengambil kaki Annisa yang terjuntai di pinggiran ranjang.

"Ehhh.. ehhh.... sshhhhh....bang... ahhhhh!!...empphhhhh sshhhhh aahhhhh ahhhh" erang Annisa dengan mata terbelalak.

Rupanya tiba-tiba vagina nganggur milik Annisa sudah dimasuki penis lain lagi. Rusli yang dari awal memang begitu menginginkan Annisa langsung saja menancapkan penis kerasnya kedalam liang kawin Annisa.

Untung saja penisnya berukuran lebih kecil, untung saja penis itu masih licin terkena sisa cairan cinta Gita, untung saja vagina Annisa sudah sangat basah, ia jadi berhasil mencoblos Annisa dalam 1 hentakan keras.
"Oohh gini rasanya.. enak banget.. lebih jepit dari memek Gita yang udah agak longgar" racaunya terus menggenjot kencang Annisa.

Sama seperti Rudheus. Ia begitu menikmati lunah kenikmatan milik istrinfarhan itu. Rasanya benar-benar membuat ketagihan dan mubasirnjika disia-siakan.

Badan Annisa kembali tersentak sentak di gempur oleh penis keras Rusli. Karena tahu waktu nya tidak banyak, Rusli langsung sekuat tenaga menggenjot vagina sempit Annisa.

"Aaahhhhh bang!... Aaahhhh! Aaahhhhh!" Erang Annisa kesulitan mengatur napasnya

"Anj1ng! Gitu ada kesempatan main coblos cewek orang aja lu. Oalah" celetuk Rudi masih memompa Asih. Ia tak menyangka Rusli akan senekat itu. Padahal dalam hatinya ia merasa kesal, kenapa tidak bertindak lebih dulu dari Rusli. Apalagi Annisa berada disebelahnya.

"Ahhh. Ahhh.. enak banget memeknya.. hangatt.. ahhh.. biar... Akhirnya kesampaian.. ahh ahh ahh" desah Rusli mengabaikan Rudi

Rudheus dan pak Sugiono yang mendengar erangan Annisa pun langsung melihat sumber suara. Rudheus kian menggerutu melihat wanitanya sedang dipake oleh temannya, sementara pak Sugiono masih menyampaikan maksudnya kepada Rudheus.

"Jadi saya ambil kembali ya mbak Annisanya. " Kata pak Sugiono kembali dengan lembutnya meminta izin

"Enak aja lu kakek tua. Udah lu pulang sana. Urus aja urusan Lo sendiri" kata Rudheus sambil menolak pundak pak Sugiono hingga ia mundur beberapa langkah

"Woi! Kok main kasar gitu kau!" Teriak seorang lelaki.

"Anj1ng siapa lagi ini!" Katanya mencoba melihat orang yang teriak tadi
Tak lama ia pun melihat seorang lelaki dengan tubuhnya yang besar datang. Nyalinya seakan menciut karena mengetahui lelaki tersebut adalah seorang preman yang menguasai penginapan itu.
"maaf bang. Tapi yang salah kakek tua ini. Kami udah bayar kok dia mau ambil barang kami aja" ujarnya kepada preman itu

"Oh syukur kamu datang. Tlg dilanjut aja mas" kata pak Sugiono mempersilahkan preman itu berbicara dengan Rudheus

"Ehmmpp ahhhh ehmmpppp ahhhh ssshhhh" desah Annisa dari dalam kamar

"Auuhhh auuhhh aaahhhh aaauuhhh" erang Asih disebelahnya

Preman kekar itu melihat sekilas kedalam kamar lalu menatap tajam Rudheus. Ia memperhatikan ketiga orang wanita yang sedang berbaring diranjang dimana 2 orang sedang digenjot sementara 1 orang lagi menganggur.

"Sini dulu bro." Ucapnya menarik Rudheus yang cuma berbalut handuk keluar kamar.

"Cewek yang lagi lu pake itu, punyanya bapak ini. Kalo lu melawan ke bapak ini, berarti Lo mencari masalah dengan gue. kalo lu dan teman lu siap kena hajar ya silahkan. Melawan lah!" Lanjutnya menggertak

"Tapi kami kan udah bayar mahal bang. Rugi di kami dong" kata Rudheus melunak

"Uang kalian saya balikin. Saya gak ada masalah dengan uang. Saya kembalikan semuanya. Tapi saya mau ambil mbak Annisa. Yang lain silahkan pakai sepuas kalian" timpal pak Sugiono

"Nah. Uang lu bakal balik. Berarti lu tadi sama aja ngentot gak bayar. Rugi apanya lu? Malah lihat tu. Teman lu uda ikut make lontenya bapak ini gratis gak pake bayar." Kata preman itu
Pak Sugiono pun merogoh sakunya mengambil uang 1.5juta langsung diserahkannya ke Rudheus sebagai yang ganti mengambil kembali Annisa. Tapi saat uang itu sudah dipegang Rudheus, tiba-tiba saja preman itu mengambil uangnya sebagian.

"Ini untuk sewa kamar dan izin make lonte dimari. Ok ya" ucapnya pergi sambil menepuk bahu pak Sugiono

"Dah pak. Lontenya bapak udah bisa bapak ambil kembali. Kalo mereka ngulah lagi, lapor ke saya" Timpalnya lalu lanjut kembali ke pos jaganya

Rudheus tampak diam dan ketakutan setelah bertemu preman itu sementara teman-temannya juga hanya bisa terdiam tanpa bisa ikut membantu Rudheus. Pak Sugiono tanpa perlu meminta izin langsung masuk kedalam kamar lalu mendekati Annisa yang masih dikawini oleh Rusli. Batinnya tampak senang melihat ekspresi Annisa yang sedang merem melek dibuat Rusli tapi dorongan pekerjaannya membuatnya mau tak mau harus memisahkan sejoli yang sedang kawin itu.

"Misi bang. Udah ya ngentot nya. Tamu spesial mbak nya ntar lagi sampe" kata pak Sugiono melerai. Ia meminta dengan sopan.

Rusli yang masih menggenjot Annisa terpaksa menyudahi perbuatannya lalu melepaskan penisnya dari vagina Annisa.

*Ploopph*
Kembali terdengar suara dari vagina Annisa saat Rusli menarik keluar penis kerasnya.

"Ayok mbak. Baru bapak tinggal bentar udan di entot aja sih si mbaknya. Hehe.. tamu spesialnya ntar lagi sampe mbak, jadi mbak harus lekas bersih-bersih lagi" kata pak Sugiono sambil mencoba menegakkan Annisa dari posisinya yang berbaring.

"Mpphh Iyah pak.. hahhh... Hahhh... Bentar.. Nisa masih gemetar pak.. mpphh" rintih Annisa merasakan pinggulnya bergetar karena sodokan kasar Rusli tadi.

Annisa pun berusaha bangkit. Saat Annisa mau mengambil kembali pakaiannya, pakaian itu langsung diambil duluan oleh pak sugiono.

"Gak perlu pakai baju lagi nduk. Langsung aja ke kamar" perintah pak Sugiono yang membuat Annisa terdiam

Annisa sebenarnya ingin menyanggah pak Sugiono, namun ia tak berani apapun selain mengiyakannya. Rudheus kembali masuk kedalam kamar. Dalam kekesalannya, ia melihat Gita sedang free dan langsung saja melesakkan penisnya kedalam vaginanya.

"Aacchhhh!" Erang Gita saat Rudheus dengan tega langsung saja menancapkan pusakanya. Meski vaginanya sudah agak longgar, tapi ukuran penis rudheus yang lebih besar dari penis rusli membuatnya melotot terkejut.

"Sial.. sial! Sial!" Celetuk Rudheus sambil memompa kasar penisnya

Rusli yang masih berdiri hanya diam saja melihat temannya itu menggenjot lontenya. Ia sama sekali tidak marah, malah ia sedikit bersyukur sempat mengawini lonte yang jauh lebih bagus kualitasnya dari Gita.
'biarlah. Toh udah sempat celup bentar' batinnya menyeringai

"Agghhh keluar!" Erang Rudi

Rudi yang masih saja menggenjot Asih sedari tadi akhirnya klimaks. Ia mengeluarkan spermanya didalam vagina asih.

"Anjai ini anak. Orang lagi kisruh dia malah terus ngentot" kata Rusli

"Berisik. Diem lu. Daripada lu malah make lonte teman lu saat dia lagi kesusahan. Hahh.. hufffh" jawab Rudi masih ngos-ngosan

"Haha. Iya ya. Maaf ya bro. Tenang. Nanti kita cari lagi lonte yang lebih cakep dari mbak Nissa" kata Rusli sambil mengamati Rudheus yang melampiaskan kekesalannya kepada gita
Rudheus tidak menjawab ucapan temannya itu dan terus menggenjot vagina Gita dengan kasar. Untung saja kekesalannya itu bedampak buruk bagi daya tahannya. Tak lama kemudian, ia menyemburkan sperma kentalnya mengisi rahim Gita yang kosong.

"Aachhh hangat bang. Hangat rahimku terisi spermanya Abang" desah Gita merasakan rahimnya terus terisi sperma milik Rudheus

Rudi dan Rudheus sudah 1x ejakulasi sementara Rusli masih belum. Setelah Rudi mencabut penisnya dari vagina asih, Rusli langsung menarik tangan asih untuk berdiri menumpu pada dinding. Dari belakang buruh kasar itu langsung menyoblos vagina Asih tanpa jijik akan sperma Rudi yang masih mengisi liang kawinnya.
Malam itu, meski tidak terlalu puas karena ketidakhadiran Annisa, ketiganya mampu main 3 ronde sebelum tertidur bersama ke-2 lontenya.




-_-_-_-_-_-_-



Campur aduk. Begitulah yang dirasakan oleh pak Sugiono saat ini. Ia tengah menuntun seorang bidadari telanjang. Matanya tidak bisa lepas dari buah dada ranum yang bergetar karena dibawa berjalan tanpa penghalang. saat ini mereka menjadi tontonan oleh pelacur kamar lain yang masih menantikan tamu di luar kamarnya.

Darahnya tiba-tiba berdesir hebat saat melihat ke bawah tepat pada kemaluan Annisa. Ia melihat sebuah cairan menetes ke lantai. Bukan sperma, itu adalah sisa-sisa cairan cinta milik sang bidadari yang merembes keluar dari liang surgawinya.

Campur aduk. Baginya saat ini Annisa adalah seorang wanita yang sangat siap untuk di santap dan juga seorang wanita yang harus ia persembahkan untuk disantap lelaki lain. Pikirannya tak tenang melihat tubuh polos Annisa yang berjalan menyusuri lorong menuju kamar 404.

Mereka telah sampai di depan pintu. Pak Sugiono langsung membuka kunci dan menekan handle pintu. Namun saat hendak membukanya sang preman datang kembali menghampiri mereka.

"Bentar dulu pak" ucapnya mengagetkan pak Sugiono dan juga Annisa

"Ada apa bang?" Tanya pak Sugiono memutar badannya

"Ini ada lebih 100rb dari yang bapak kasih tadi. Nih" katanya memberikan selembar uang pecahan 100rb

"Oh makasih bang. Saya kira tadi semua untuk kamar" kata pak Sugiono menerima uang tsb.

"Iya gapapa. Hitung-hitung berbagi rezeki aja. Ngomong-ngomongin.. cantik juga lonte yang bapak bawa ini. Namanya Annisa ya?" Katanya berbasa basi

"Iya bang ini Annisa." Balas pak Sugino memperkenalkan

Annisa hanya bisa menunduk malu dengan keadaannya. Ia bisa dengan jelas merasakan lirikan tajam si preman menelusuri setiap jengkal tubuhnya.

Si preman lantas menyodorkan tangannya hendak menjabat tangan. Yang tentunya dijabat dengan sedikit gugup oleh Annisa.

"Annisa, bang." Kata Annisa pelan

"Wahh.. suaranya imut banget. Jadi gemas deh" katanya yang membuat Annisa semakin malu
Ia semakin mendekati Annisa. Tangannya belum juga melepaskan jabatan tangan Annisa. Pak Sugiono yang berada disebelah Annisa tak berani melarangnya mendekat.

"Barang bagus ini pak.. kira-kira bapak jual berapa??" Ucap si preman dengan lantang.
Ia bahkan berani langsung memegang susu kanan Annisa lalu meremasinya sebatas untuk mengetahui tingkat kekenyalannya.

"Empphhh... Emmpphhhhh" desis Annisa

Annisa yang masih memegang teguh prinsipnya untuk menjadi pelacur selama dibawa pak Sugiono tidak melawan tindakan asusila dari preman tersebut. Ia membiarkan saja tangan kekar preman itu mempermainkan susunya, mulai dari meremas yang kanan lalu berpindah ke yang kiri. Ditambah lagi saat ini ia masih merasa tanggung akibat tidak bisa meraih orgasmenya barusan.
"Bang.. jangan sekarang ya. Annisa nya lagi buru-buru. Please bang" ucap pak Sugiono memberanikan diri mencegah tindakan cabul si preman .

"Buru-buru? Berarti nanti aku bisa dapat gratis ya pak?" Tanya si preman menatap ke pak Sugiono

"Iya pak janji. Selepas tamunya pulang besok itu giliran abangnya" jawab pak Sugiono
Annisa yang payudara mengkal nya masih diremasi hanya tertunduk. Dadanya bergejolak mendengar kesepakatan yang dibuat seenaknya oleh pak Sugiono. Tapi karena saat ini dirinya masih dilanda birahi, ia pun dengan ikhlas menyanggupi kesepakatan tersebut.

"Oke pak. Tapi untuk sekarang masih saya 5 menit aja. Bapak masuk aja duluan. Saya gak akan ingkar" kata si preman

Pak Sugiono masih ragu tapi beberapa detik kemudian ia masuk ke kamar dan meninggalkan preman tersebut bersama Annisa di luar kamar.
Sebelum masuk, ia sempat berbisik ke Annisa. Ia berpesan agar dirinya kuat untuk malam ini. Lalu Annisa pun mengangguk.

Setelah pintu ditutup, si preman yang masih memegang payudara mengkal Annisa mengajaknya ke kamar sebelahnya. Ia sengaja menarik puting susu kanan Annisa agar ia bergegas mengikutinya.
Sadar akan waktunya tidak banyak, begitu sampai di kamar si preman langsung melorotkan celana training yang ia pakai. Sebuah celana dalam cokelat yang sudah kucel langsung dapat terlihat oleh Annisa.
Annisa meneguk ludah. Ia berasumsi dibalik celana dalam itu pasti ada ular kobra yang sudah siap mematoknya.

"Kamu ngapa liatin doang. Sini.." perintahnya

Annisa mendekat. Ia masih tidak tau mulai dari mana. Si preman yang sudah tak punya banyak waktu langsung saja menurunkan sendiri celana dalamnya lalu mengangkat tubuh Annisa dengan mudahnya.
Ia turunkan Annisa ke ujung ranjang kamar kosong itu. Ia buat Annisa mengangkang dengan menekuk kakinya.

"Sllrrppp... Bisa juga icip lonte secantik kamu" katanya mengambil penisnya lalu mengarahkannya ke vagina Annisa

*Bleshh......*

"Aahhhhhhh~"

Annisa mendesis panjang saat si preman langsung saja mematokkan ular kobranya ke liang kawin Annisa. Ukurannya yang tak terlalu besar serta vagina Annisa yang masih basah membuat penetrasi pertama itu langsung berhasil.

"Hrrhghhhh"

Ternyata si preman ikut mendesis ketika merasakan kehebatan jepitan liang kawin Annisa selama proses penetrasinya. Tubuhnya langsung memanas diberi kenikmatan yang begitu hakiki.

"Enak banget. Betul kataku tadi. Kamu ini barang bagus Annisa" katanya mulai memompa penisnya naik turun

" Aahhh iyaahhh bang... Ahhhhh...makasih.. ahhh.. Ahhhhh."

Splok..
Splokkk..
Splokkk...

Si preman semakin menaikkan ritme pompan penisnya. Waktunya cuma 5 menit, Ia tidak ingin 1 detik pun terbuang percuma. Di ujung ranjang itu, Annisa kembali merasakan sebuah batang haram lain yang bukan milik suaminya.

Birahinya yang sebelumnya meninggi akibat rudheus dan kawan-kawan belum lah hilang. Ia masih haus akan garukan dari batang kelakian dan kini ia dapatkan dari si preman.
Tubuh Annisa terlihat kecil bila dibandingkan lelaki yang kini mengawininya. Untung saja ukuran penisnya tidak mengikuti bentuk tubuh pemiliknya, karena jika iya, mungkin penisnya bisa sebesar botol minwral 1.5liter.

Splok..
Splokk..
Splokkk...

Tubuhnya semakin terguncang karena si preman semakin kuat menggenjotinya. Annisa semakin meram melek dibuat keenakan. Begitupun si preman ia sangat menikmati tubuh Annisa.
Selagi mengentotinya, tangannya selalu bergerak kesana kemari mempermainkan payudara Annisa. Ia juga sesekali menundukkan tubuhnya agar bisa mencium Annisa mesra.

"Drrrtt. Ting... Ting... Ting...."

Sayangnya waktunya tak banyak. Selagi menikmati tubuh betina barunya, ternyata waktu 5 menit yang ia janjikan sendiri sudah habis ditandai oleh bunyi timer hp nya yamg berbunyi.

"Ahh tanggung banget." Gerutunya sambil mematikan bunyi alarm nya tersebut.

"Emmpphhh.. iyaahhh bang.... Ahhhhh ahhhhh... "

Ia masih menggenjot Annisa dengan cepat. Ia masih ingin terus menikmati jepitan liang kawin bidadari cantik yang sedang ia rasakan. Tapi sebagai lelaki sejati ia harus menepati janjinya.
"Maaf tapi udah dulu ya cantik. Besok kita lanjut" katanya sambil menghentikan gerakannya

*Ploophh~*

Ia pun menarik keluar penisnya yang tampak sangat basah dibaluri cairan cinta Annisa. cairan cinta itupun sempat menetes jatuh dari penis si preman yang masih ereksi.

"Emphhhhh.........." Annisa yang sudah 2x di buat kentang pun cuma bisa membatin.

"Yuk kamu aku balikin ke kamarmu" kata si preman langsung mengangkat lalu menggendong Annisa.

"Oh ya sebelum itu ini dulu"

*Blesshhh*

"Aiihhhhh! Abangggg!!"

Ternyata penis itu kembali menancap sempurna karena saat menggendong Annisa, si preman sengaja mengarahkan penisnya kearah selangkangan Annisa dan ketika si preman menurunkan sedikit tubuh Annisa, penisnya bisa langsung masuk kedalam vagina Annisa yang sangat basah. Ia pun berjalan dengan gampangnya sambil menggendong Annisa menuju kamarnya.
Didepan kamarnya dengan sangat gentleman ia membukakan pintu lalu menurunkan Annisa dari tubuhnya lalu mengecup keningnya mesra.

"Sesuai janji saya sudah balikin si cantik ini. Besok giliran saya ya" ucap si preman kepada pak Sugino yang seperti ya uring-uringan menunggu kembalinya Annisa

"Iya bang. Aman." Jawab pak Sugiono singkat dengan senyuman terbebas dari khawatir.
Si preman pun keluar kamar.





Setengah jam setelah Annisa dibawa kembali ke kamarnya.​



Annisa Febrianti

Annisa terpaksa kembali membersihkan diri dan berias dengan terburu-buru. Ia sudah membersihkan sisa-sisa pergumulannya dengan Rudheus, Rusli, bahkan si preman tadi. Pakaiannya juga kembali ia ganti. Annisa tidak menyangka pak Sugiono ternyata sudah membawa pakaian lain untuknya. Yang membuatnya lebih terkejut adalah, pak Sugiono tidak menyuruhnya memakai pakaian seksi seperti sebelumnya, melainkan pakaian lengan panjang dengan sebuah rok hitam panjang dan sebuah hijab.

Meski agak ketat tapi setidaknya pakaian itu bisa menutupi kulit mulusnya. Tampilannya berubah 180⁰ dari yang sebelumnya sangat binal menjadi lebih sopan dengan hijab trendy menutupi kepalanya.

"Ternyata kalau pake kerudung gini kamu jadi makin cantik nduk" puji pak Sugiono melihat Annisa berias.

"Hehehe. Makasih pak atas pujiannya" jawab Annisa melempar senyum manis

*Degg*

Seperti ada debaran di dalam dada pak Sugiono ketika melihat senyuman indah itu. Ini adalah kali pertama bapak penjual bakso bakar itu melihat Annisa dengan hijabnya.

*Nyuttt* tiba-tiba pak Sugiono meremas susu Annisa yang masih merapikan lisptiknya

"Bagus. BH nya gak dipake" kata pak Sugiono terus memijit payudara Annisa

"Gimana mau pake bra pak? Kan Nisa kesini gak bawa apa-apa. Huhh" celotehnya sambil memanyunkan bibirnya

"Hehehe" pak Sugiono tersenyum melihat respon lucu dari Annisa.

"jangan di remas dulu nenen aku pak. Nanti nafsu aku balik lagi.. shhhh" kata Annisa mulai menikmati remasan tangan pak Sugiono

"Biarin aja nafsu kamu melambung. Malah bagus kamu jadi bisa mengeluarkan bakat terpendam kamu saat melayani tamu spesial kamu nanti ndukk" kata pak Sugiono

"Alasan bapak aja kan" kata Annisa pura-pura kesal

"Hehe tau aja kamu ndukk" katanya sambil mencari puting Annisa dari balik kain bajunya

"empphh... Ih bapak makin nakal ihh.. jangan di tarik tarik pentil aku pak.. sshhhh" desis Annisa merasa nafsunya semakin meningkat

"Iya iya. Ya udah deh. Bapak kedepan dulu. Makin lama sama kamu buat makin pengen ngentot kamu ndukk. Hehe" kata pak Sugiono cengengesan dan keluar dari kamarnya

"Huh.. dasar laki-laki. yg dipikirin cuma selangkangan aja. Dasarrr" ucap Annisa pelan

"Tapi ya.. aku juga.. kenapa sekarang dikit-dikit kepancing?? Isss. Aneh deh." Batinnya merasa kalau vaginanya sudah lembab lagi karena perlakuan pak Sugiono barusan.

Di gerbang penginapan XZX, sebuah mobil Pajero masuk dan parkir disebelah motor milik Rudheus dan kawan-kawan. Pak Joko dengan senyum lebarnya langsung turun. Pak Sugiono yang baru menyalakan rokoknya pun langsung membuang jauh-jauh rokoknya lalu menghampiri tamu spesial yang telah lama dinanti itu.

"Maaf. Saya Sugiono, orang yang ditunjuk pak Sony untuk memandu bapak selama disini" dengan sedikit membungkuk pak Sugiono memperkenalkan diri

"Ya ya.. jadi mana barang yang kata Sony bagus itu??" Tanya pak Joko mengamati seluruh PSK yang berada di luar kamar

"Barangnya sudah menunggu dikamar pak. Bapak mau langsung aja atau mau minum teh atau kopi dulu??" Tanya pak Sugiono kembali membungkuk

"Hm, Saya mau ngopi dulu. Dimana lesehannya?" Tanya pak Joko lagi

"Itu pak. Lesehannya ada disebelah sana" ucap pak Sugiono menunjuk pake ibu jarinya

"Ya udah. Gini aja. pak Sugiono ya? Saya ngopi, tapi ntar yang nyajikan kopinya buat saya ya dia. Bisa kan? Ya udah saya kesana dulu" Kata pak Joko

"Baik pak. Pasti bisa" Jawab pak Sugiono lalu kembali menuju kamar Annisa

Annisa lagi duduk di tepi ranjang sambil melihat-lihat IG Story temannya di Instagram. Hatinya sedikit meringis ketika membaca salah satu postingan temannya tentang betapa pentingnya tidak menyerahkan tubuh ke lelaki yang bukan pasangan halalnya.

sebuah notifikasi muncul, matanya langsung membulat. Ternyata suaminya mengiriminya sebuah pesan:

"Met istirahat umi sayangku. Kiss n hug u from J0gja"

"Iya abii.. Kiss n hug u too. Tapi maaf ya, umi masih belum bisa beristirahat. Love u sayang" ucapnya dalam hati sambil mencium layar smartphone nya.

Belum sempat Annisa membalas pesan dari Farhan, suaminya. Pak Sugiono masuk kembali. Ia langsung duduk disebelah Annisa. Matanya memandangi wajah Annisa yang cantik itu. Tangannya juga mengelusi punggung nya yang dibaluti sebuah gamis.

"Nduk, tamu spesialmu sudah datang." Katanya yang membuat Annisa berdebar

"Bener pak? Duh.. kok aku jadi gak pede gini pak??" Ucap Annisa grogi

"Gak pede kenapa to nduk?? Kamu itu perfec. Sempurna seperti bidadari. Cukup jadi diri kamu yang biasa aja udah mampu meluluhkan setiap lelaki loh ndukk" ucap pak sugiono terus mengelus punggung Annisa
Syukurnya kata-kata pak Annisa itu bisa membuat Annisa sedikit lebih tenang. Tidak biasanya Annisa seperti itu, namun saat ini ia seperti akan melakukan aksi yang akan berdampak ke hidup banyak orang . Jantungnya berdebar, telapak tangannya sedikit basah karena khawatir.

"I.iiya pak.. Nissa coba yang terbaik" balas Annisa

"Yowes. Itu udah bapak bawakan kopi sachet. Kamu bikin deh. Terus kamu bawakan ke beliau. Orangnya udah duduk di joglo sana" tunjuk pak Sugiono dari jendela

"Ooh jadi itu orangnya pak? Iya pak.. Nissa buat dulu ya" kata Annisa mengambil kopi yang diberikan pak Sugiono.

Sebelum menjerangkan air panas, Annisa sekali lagi mengintip pria yang menjadi tamu spesialnya. Namun posisi pria itu membelakangi nya ditambah lagi ia tidak bisa begitu jelas melihatnya karena penerangan disitu memang kurang.

"Dari postur badannya, kok aku familiar ya?? Huh.... Gak nyangka ternyata sulit jadi cewek gak bener begini" batinnya mulai memanaskan air

Di luar pak Joko tengah menunggu barangnya datang. Ia beneran seorang yang hebat, belum 5 menit dipenginapan itu, sudah beberapa PSK yang menawari jasanya kepada beliau. Jelas saja semua ditolak oleh pak Joko, namun sebagai permintaan maafnya, ia memberi 50ribu kepada setiap PSK yang ia tolak.
10 menit berlalu . Annisa tampak keluar dari kamarnya membawa secangkir teh. Penampilannya jelas langsung menjadi sorotan diantara semua PSK yang sedang melihatnya, apalagi kalau bukan karena pakaian yang begitu syar'i.

Tapi Annisa acuh mengabaikan semua tatapan nanar yang menerpanya. Didalam hatinya ia masih ada sedikit keraguan namun masih dapat ia tutupi dengan keteguhannya.

Ia terus melangkah mendekati tuannya yang sebenarnya dengan hati yang deg-degan. Ia berkali-kali menenggak ludah karena grogi, bingung harus seperti apa awalnya. Namun perkataan pak Sugiono yang mengatakan ia supaya ia cukup seperti apa adanya saja kembali menenangkan hatinya.
"Kamu pasti bisa Nissa. Keselamatan suami dan keutuhan rumahtanggamu, kamu yang nentuin. Jangan lemah. Jangan lembek. Pasti bisa!" Batinnya menyemangati diri sendiri

Ia berjalan terus semakin mendekati tamu spesialnya. Semakin dekat Annisa semakin dapat melihat punggung tamunya itu, dan pada akhirnya.

"Misi pak. Silahkan ini kopinya" ucapnya menyuguhkan kopi hitam buatannya.

"Annisa!!!" Kejut pak Joko

"Pak Joko?!" Ucap Annisa lebih terkejut





Bersambung


:::::::::::::::::::

Part 15 (A)



Tamu Spesial​





"Annisa??!" Kaget bapak tajir itu dengan mulutnya yang menganga.

Matanya melotot terbuka secara penuh dengan ekspresi yang sangat jelas, terkejut. Ia bahkan sampai mengucek matanya memastikan yang dilihatnya itu bukanlah sebuah ilusi ataulah bayang-bayang. Disebelahnya saat ini berdiri seorang bidadari cantik yang biasa ia jadikan sebagai model sedang menyuguhkan segelas kopi hitam panas kepadanya.

Namun yang terkejut bukanlah bapak itu saja, si pembawa kopi pun tidak kalah terkejutnya. Secara reflek ia langsung memalingkan mukanya menghindari tatapan mata dengan bos (cerita) ditempatnya bekerja itu. Raut mukanya menyiratkan kepanikan, ia sama sekali tidak menyangka kalau pak Joko adalah tamu spesialnya malam ini.

"Annisa? Kamu Annisa kan? Coba lihat kesini" ucap pak Joko yang masih tidak menyangka.

Jantung Annisa seakan mau copot, Keringatnya mengucur deras padahal udara disekitarnya sangat dingin. Ia masih tidak berani memalingkan mukanya memandang ke arah pak Joko, Kepanikan melandanya. Sekali lagi hatinya masih berusaha menyanggah kenyataan yang berada dihadapannya.

"Hei.. kamu.. lihat kemari.." ucap pak Joko sekali lagi semakin penasaran.

Annisa semakin panik. Air matanya seakan mau keluar. Walaupun demikian ia harus menghadapinya. Ini salah satu cobaan yang didapatnya dari mengikuti perintah lelaki misterius itu. Tatakan cangkir yang dipegangnya bergetar akibat tangannya yang gemetaran.

'dari banyak lelaki kenapa harus pak Joko si?? Aduh gimana ini??' tanya Annisa dalam hati

Sesaat kemudian tepat sebelum emosi pak Joko meninggi, Annisa menolehkan mukanya menunjukkan wajah cantiknya ke arah pak Joko. Seketika itu juga pak Joko kembali terkejut. Yang dilihatnya adalah benar Annisa Febrianti, seorang anak buahnya yang menjadi model dikantor yang dipimpinnya. Annisa juga masih tidak menyangka, orang yang ia lihat sekarang, pak Joko, yang sepengetahuannya adalah seorang suami yang akur dengan ketiga istrinya malah berada ditempat yang tidak seharusnya.

"Maaf pak. Tapi Nisa punya alasan untuk keadaan ini. Nisa mohon bapak paham dan tidak bertanya lebih jauh" Ucap dara cantik itu menunduk malu dihadapan pak Joko.

Rupanya belum sempat pak Joko bertanya, Annisa berinisiatif untuk terlebih dahulu menjelaskan keadaanya. Pak Joko pun tertegun melihat Annisa, yang ia katakan barusan adalah jawaban dari apa yang akan ditanya olehnya. Meski bukanlah sebuah jawaban yang melepas rasa keingintahuannya, namun jawaban itu sudah cukup menjawab rasa penasaran dalam dirinya.

"Ya sudah. Kamu duduk dulu sini. Saya tidak akan bertanya tentang alasan kenapa kamu ada disini saat ini. Tapi ijinkan saya bertanya hal yang lain. Boleh?" Tanyanya menatap wajah ayu Annisa.

"Apa itu, pak??" Jawab Annisa

Annisa masih tidak mampu bersikap tenang. Ia masih gelisah, mata lentiknya terus berkedip dengan frekuensi yang tidak biasa, yang menandakan kalau ia masih gugup dan malu berhadapan dengan bosnya itu.

"Saya cuma mau memastikan satu hal saja, kamu juga sudah cukup kenal dengan saya. Saya juga cukup kenal dengan kamu Annisa. Jadi yang mau saya tanyakan adalah, benar kamu yang akan memuaskan saya malam ini??" Tanya pak Joko dengan lantang

Annisa langsung menelan ludahnya. Pandangannya langsung merangkak turun disusul oleh kedua tangannya yang saling menggenggam. Ia (ingat) sesungguhnya merasa sangat malu tapi tekadnya mampu memberikan sedikit rasa percaya diri untuk menjawabnya.

"i.. iiya pak. Nissa orangnya" jawabnya pelan

*Glek*

Kali ini pak Joko yang menenggak ludahnya. Alisnya mengangkat dan bibirnya tersenyum melihat anggota cantiknya sebentar lagi akan memuasinya. Matanya juga menyusuri setiap lekuk tubuh Annisa dari ujung kaki hingga ujung kepala. Saat di bagian dada, sorotan matanya sesaat terhenti. Seperti ada yang aneh, seperti seperti tidak ada pengganjalnya, seperti tidak ada apapun yang melindungi kedua gunung kembar indahnya, seperti dibiarkan membusung sehingga menantang tangannya yang sudah gatal untuk menyentuhnya.


"Kamu ngapain berdiri disitu terus?? Silahkan duduk sini Annisa" ucap pak Joko menepuk lahan kosong disebelah tempatnya duduk

Annisa pun langsung menuruti perintah tuan barunya, meski masih sungkan ia langsung saja duduk (by) disebelah pak Joko tapi tidak benar-benar berdempetan.

"Duh kamu ini Niss. Masa jauhan gini. Sini dekatan" kata pak Joko menyuruh Annisa mendekat

"Baik pak" jawab Annisa pelan lalu mendekatkan posisi duduknya

Suasananya mendadak menjadi canggung. Pak Joko yang biasanya pandai membawa suasana malah diam seribu bahasa dan hanya memainkan hp nya saja, sementara Annisa yang duduk disebelahnya hanya terdiam menunggu langkah selanjutnya dari sang tamu spesial.

"Pak Joko.. kenapa bapak?? Apa bapak emang terbiasa berbuat seperti ini sebelumnya? Terus, apa (kata) istri-istri bapak tau??" Gumam Annisa dalam hati sambil melirik kearah pak Joko yang masih memainkan hp nya.

"Ishh. Kenapa mikirin itu. Kan gak penting juga. Masalahnya ada di aku loh. Gimana kedepannya? Kita kan sekantor pak. Gak mungkin kan aku berpura-pura tidak mengingat malam ini??" Tanya Annisa dengan muka yang tampak lesu

Ditengah lamunannya, tiba-tiba saja tangan pak Joko sudah mendarat menyentuh paha kirinya. Annisa langsung tersadar dan merasa geli ketika tangan itu kembali bergerak mengusap dari atas ke bawah. Meski tangan satunya masih memainkan hp, tangan yang satunya kini sudah mulai aktif memulai pekerjaannya.

"Emphh" desis Annisa menahan geli

Usapan tangannya masih bergerak teratur. Meski masih dibalutkan rok panjang, telapak tangan milik pak Joko pastilah bisa merasakan betapa kenyalnya paha jenjang milik istrinya Farhan itu saat ia menekan sedikit lalu kembali mengusapnya perlahan.

"Empphh" kembali Annisa mendesis

Rupanya kali ini desis Annisa didengar dengan jelas oleh pak Joko yang membuatnya memalingkan pandangannya dari ponsel lipatnya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu, Annisa. Kini kita bisa masuk ke acara selanjutnya. Hehe" ucap pak Joko menuntun tangannya menggapai dagu Annisa

Keduanya kembali bertatapan. Pak Joko dapat melihat pupil mata Annisa yang membesar dengan matanya yang begitu lentik. Hidungnya yang mancung begitu indah dipasangkan dengan bibirnya yang sensual.

"Kamu memang cantik. Malah bagi saya, kamu itu model tercantik yang pernah saya terbitkan Annisa" pujinya dengan melempar senyum

"Mpph. I-iyaa pak.." jawab Annisa gagap. Ntah kenapa dia sedikit tersipu dengan pujian yang dilayangkan kepadanya.

Seraya menahan dagu dara cantiknya dengan jari telunjuk, jempolnya menjalar keatas meraih belahan bibir bawah milik sang dara. Dengan gemas bibir sensual itu ia usap dengan (dalam) perlahan. Dari kanan ke kiri, dari kiri ke kanan. Lalu bergerak menyentuh bibir atasnya dan kembali mengulang gerakan serupa.

"Cantik sekali.. mata ini.. hidung ini.. bibir ini.. yang membuat perusahaan kita menjadi besar seperti saat ini. Kecantikan ini juga yang membuat banyak lelaki diam-diam mendambakan kamu Annisa. Diam-diam berfantasi tentang kamu. Diam-diam menjadikan kamu bahan dalam coli-nya. Emhhhh" ucap pak Joko diiringi dengan sebuah ciuman mendarat tepat dibibir Annisa

"Emppphhhhh~"




POV Annisa Febrianti​





Kini bibir kami sudah bersentuhan. bibir pak Joko, atasan ditempatku bekerja ini mulai memilin lembut bibir bawahku dengan kedua bibirnya. Dapat kurasakan juga hembusan nafas dari hidungnya yang mancung menerpa kulit wajahku.

Pak Joko adalah seseorang yang kuhormati, Setidaknya sampai sebelum ketemu tadi, aku masih menganggapnya seoramg panutan, bahkan aku ingin mas Farhan meniru pak Joko dalam hal membangun pekerjaan dan memperindah rumah tangganya. Tapi tak ku sangka seseorang yang begitu kuhormati ini bisa berprilaku menyimpang seperti ini. Bibirnya yang merupakan milik ketiga istrinya kini sedang berciuman dengan bibirku yang merupakan seorang istri dari lelaki lain.

Tapi kuakui, ciuman pak Joko beda. Terasa lebih enak, bahkan bisa kusadari dengan ciumannya yang baru seperti ini saja, libidoku perlahan meninggi. Mataku memejam menikmati permainan bibirnya. Ditambah kini lidahnya mulai ikut bermain. Bibirku yang tidak terlalu tebal ini ia jilat perlahan. Mulai dari yang bawah hingga bibir yang atas tidak luput dari kelihaian lidahnya. Disela jilatannya, ia juga seperti menyedot lembut bibirku kedalam mulutnya lalu kembali dijilatinya lagi dengan rakus.

'Ya, gak salah lagi. Pak Joko memang berpengalaman dalam hal ginian.' batinku semakin menikmati ciuman nya.

Tangannya yang masih di daguku kini bergerak menurun ke leherku lalu menuju kedua gunung kembarku.

'empphhhh' desisku tertahan ciumannya
Tiba-tiba saja kurasakan putingku dicubit olehnya. Kedua susuku yang saat ini sedang tidak mengenakan bra pun menjadi sasaran empuk bagi tangannya yang sedang menganggur. Rasanya sedikit sakit karena jepitannya begitu kuat tapi masih bisa kutahan.

"empphhhh bapak.." desisku pelan

Pak Joko melepas ciumannya. Kulihat ekspresinya berubah, tidak sama lagi seperti sebelumnya, kini tatapannya tajam seperti singa sedang berburu mangsanya. Ia melihatku seakan hendak menerkam ku. Tatapannya serupa dengan tatapan setiap lelaki mesum yang hendak menyetubuhiku.

"Bibir kamu manis sekali. Lebih manis dari bibir ketiga istri bapak. Apalagi ini.. belum diapa-apain kok udah tegang gini??" Ucapnya tidak melepas cubitannya di putingku

"Sshhh.. Gak tau pak kenapa bisa gitu.. empphh" desisku masih menahan cubitannya

Bukannya memelan, kini jarinya malah menarik putingku sehingga kurasakan ngilu dibagian areolaku. Ingin sekali rasanya kutepis tangannya itu namun aku tidak berani.

"Sshhhhh bapak.. pentil Nisa sakit pakk sshhhhh.. jangan dicubit terus bapakk" erangku tanpa sadar menurunkan kepalaku hingga menyender di dadanya.

"Hehehe maaf maaf.. habis pentil kamu ini gemesin banget tau. Padahal masih dilapisin kain baju tapi udah bikin bapak sangek gini" katanya sambil melepas cubitannya

"Lagian kamu berani amat cuma pake outer tanpa pake daleman. Orang-orang yang liat sekali pandang pasti bisa lihat ini pentil nyeplak. Mana kamu pake jilbab pula. Wihh.. benaran buat saya tambah pengen itu.." lanjut pak Joko kembali meraba susuku.

Ahh.. remasannya kali ini begitu lembut. Ia seperti memijit kedua bongkah melon kembarku. Untaian (aldi1010) jilbabku yang tadi sempat turun menutupi kini sudah disingkapnya yang membuat bidang dadaku terbuka sehingga semakin menonjolkan lekuk bentuk payudara indahku.

"Emphh.. iyaah pak. Td Nissa disuruh pakaian seperti ini untuk nyambut bapak. Biar bapak senang katanya. Jadi ya Nissa pake, bapak. Emmpphhhh.." jawabku sambil berusaha menahan agar tidak mendesah terlalu kencang.

"Pantes.. tapi kamu sungguh pantas berpakaian seperti ini. Perawakan kamu cantik, susu kamu bulat kencang, badan kamu langsing. Nilai 9.5 bagi saya. Boleh dong kalo kamu ke kantor seperti ini" ucap pak Joko

'ke kantor berpakaian seperti ini? Gila kali ya.. mana mungkin pak. Bisa-bisa aku digilir orang 1 gedung kali pak' batinku menolak

Aku yang merupakan seorang model memang menjadikan tampang dan lekuk tubuh sebagai daya jual, tapi aku sama sekali tidak pernah membayangkan akan menjadikan daerah (kurung) kewanitaanku sebagai daya jual spesialku. Malah suamiku, mas Farhan sebenarnya ingin aku selalu memakai hijab yang dapat menutupi payudaraku yang memiliki ukuran sedikit lebih besar dari pada perempuan lain pada umumnya.

"Nissa gak bisa pak kalo di kantor" jawabku singkat.

Remasannya didadaku semakin menghanyutkan ku. Meski dengan tegas aku menjawab tidak mau, ntah kenapa sesaat aku membayangkan akan berpakaian tanpa dalaman saat bekerja. Setiap pijatan tangannya semakin membuatku panas yang semakin membuatku ingin mencoba hal baru yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

"Saat ini kamu memang tidak mau. Tapi suatu saat nanti pasti kamu jadi mau." Balas pak Joko mendekatkan wajahnya

Kami pun kembali berciuman. Kali ini tanpa izin lidahnya langsung masuk kedalam mulutku. Sementara tangannya semakin kuat meremasi kedua susuku. Tanpa sadar lidahku ternyata sudah membalas permainan lidahnya. Lidah kami seperti menari-nari didalam mulutku. Tentu air liur kami saling bertukar, malah sepertinya kurasa pak Joko dengan sengaja menyalurkan air liurnya untuk ku telan.

*Glukk*

"Emphhhhhh bapakkk!" ucapku menyeka mulutku yang basah

"Hehehe. Enak kan ludah bapak??" Tanyanya sambil menyeringai mesum menatapku

Ternyata pak Joko memang sengaja memasukkan air liurnya kedalam mulutku dan langsung kutelan. Jelas saja aku merasa jijik tapi ini termasuk permintaan pelanggan yang tidak bisa kutolak. Kulihat pak Joko tiba-tiba menatap ke arah yang berbeda yang membuatku ikut melihat kearah yang sedang dilihatnya.

Alangkah terkejutnya aku ternyata di sisi lain penginapan ini, seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur sedang melakukan hubungan intim dengan pelanggannya di teras depan kamarnya. Si pria sedang duduk di sebuah kursi plastik sementara dirinya sedang naik turun di pangkuannya. Karena kegugupanku dengan pak Joko, aku baru menyadari ternyata suara desahannya terdengar jelas sampai sini.

"Wah. Ada yang main di outdoor tuh. Mana keduanya telanjang bulat. Mereka sama sekali gak malu. Menantang banget ya?. Ck ck ck" ucap pak Joko yang memperhatikan pasangan itu dengan seksama

"Iya pak.. tapi bapak juga sama kok. Bapak lagi remasin dada Nisa di outdoor juga, gak beda jauh sama mereka kok bapak" jawabku menaruh tanganku ke tangannya yang masih aktif meraba-raba payudaraku

"Oh iya yah. Hahaha saya tidak sadar loh Nis.. hm Saya jadi penasaran kamu pernah tidak seperti itu?? Main di luar??" Tanyanya

"Empphh pernah pakk" jawabku

"Wah ternyata kamu berani banget. Kalo gitu mumpung kita juga sedang outdoor, bapak minta kamu servis kontol bapak disini" pinta pak Joko

"Tapi pak. Kan lebih enak dikamar pak. Ngapain diluar pak??" Ucapku berharap pak Joko mengurungkan niatnya bercinta ditempat terbuka seperti ini

"Kamu bilang pernah. Sama lelaki lain mau masa sama atasan sendiri nolak sih. Gimana kamu ini??" Kata pak Joko

"Bapak gak minta pendapat kamu Nissa. Bapak perintahkan kamu untuk memuasi saya disini saat ini juga" hardik pak Joko

Pak Joko ini memang tidak pernah mau perintahnya diabaikan. Dia tidak suka diatur dan maunya mengatur. Ya, sesuai dengan jabatannya yaitu seorang bos. Aku pun tidak bisa menolaknya dan hanya mampu menyetujuinya.

"Baik pak.. iya.." jawabku dengan mulai memposisikan diri

Aku bangkit berdiri tepat didepan pak Joko yang masih duduk. Pak Joko melihat kearah ku dengan seksama menunggu tindakan apa yang akan kulakukan. Sebenarnya akupun masih tidak terlalu paham biasanya (Aldi1010) para pelacur itu akan berbuat apa di saat seperti ini. Tapi dari pengalaman yang kulakukan, aku memutuskan untuk menservis batang kejantanannya dengan mulutku terlebih dahulu.

"Bapak.. izin Nisa bukain resleting celana nya yah" ucapku meminta izin.

Pak Joko pun mengangguk. Ia bahkan memposisikan duduknya agar lebih rileks. tangannya ia taruh telentang di senderan kursi sementara kakinya sedikit melebar seakan mengundangku segera masuk ke antara kedua kakinya.

Seperti yang dimintanya, aku pun menurutinya. Langsung saja aku berjongkok diantara sela kakinya, kembali kusingkap kain hijabku yang menjuntai turun lalu segera menurunkan resleting celananya. Belum sempurna resleting nya kuturunkan, aku bisa merasakan betapa gagahnya batang kejantanannya yang tersirat dari tonjolan yang menonjol di selangkangannya.

*Glekk* Tanpa sadar aku menelan ludahku.

Sebuah batang yang sangat perkasa semakin menonjol dibalik celana dalamnya yang berwarna putih. Aku yang melihatnya sungguh terpaku, padahal belum aku keluarkan dari sarangnya tapi aku tau kalau penis pak Joko pastilah sangat besar.

"Jangan diliatin aja dong. Keluarin" ucap pak Joko yang ternyata memperhatikanku terbengong

Aku pun langsung menurunkan karet celana dalamnya yang membuat batang kemaluannya yang ternyata sudah keras langsung menyembul keluar dan hampir saja menamparku. pupil mataku langsung membesar melihat sebuah penis yang lebih besar mungkin 3x atau bahkan 4x lipat lebih dari milik mas Farhan suamiku berada sangat dekat dengan wajahku.

"Gede banget bapak!" Ucapku keceplosan

"Hahaha. kaget ya bos kamu kontol nya Segede ini? 26cm loh ini. Gak kalah dengan kontol afrika Sono Nisa. Hahaha" tawa pak Joko bangga akan penis nya

Sungguh besar penisnya pak Joko. Bentuknya juga indah, beda dari penis lain yang pernah kutemui. Ujung gundulnya berwarna merah jambu dengan batangnya yang berwarna kuning Langsat. Penis yang pastinya dirawat dengan baik oleh pemiliknya.

"Iya bapak. Gede banget." Jawabku terpukau tanpa bisa memalingkan pandanganku dari kemaluannya ini.

Darahku berdesir membayangkan kalau penis sebesar ini akan memasuki lubang kemaluanku. Ukurannya semakin besar saat semakin kudekatkan wajahku. Penis pak Joko ini bahkan lebih gemuk dari milik bang Sony yang rasanya saja sudah sangat besar.

'berarti ketiga istri pak Joko selalu dimasukin kontol sebesar ini. Hebat banget mereka' batin ku tanpa sadar semakin mendekatkan wajahku sampai penisnya hampir menyentuh kulit hidungku

Tanganku langsung menggenggam batang nan keras itu. Saking besarnya penis milik pak Joko, tanganku tidak bisa menggenggam seutuhnya. Ibu jariku tidak bisa kusentuhkan dengan ujung jari tengahku. Sungguh penis terbesar yang pernah kulihat dan genggam (jangan) langsung. Seketika pikiranku menerawang seperti apa rasanya kalau penis sebesar ini terus menghujami vaginaku nantinya.

'Bisa-bisa memekku jadi melar kalo dimasukin kontol pak joko' batinku khawatir sambil menatap keatas

Kulihat pak Joko tersenyum merasakan halusnya tanganku yang mulai mengocok penisnya. Ia menikmati alunan tanganku yang mengelusi penisnya dari bawah ke atas lalu kembali kebawah lagi. Ujung gundulnya yang berwarna merah jambu ini juga tak lupa ku elusi yang membuat pak Joko semakin merasakan geli nikmat.

Belum sampai 5 menit ku servis menggunakan tanganku, pak Joko sudah memberiku perintah agar aku menggunakan mulutku.

"Hauump" Mulutku kubuka selebar-lebarnya agar penis pak Joko bisa masuk.

Namun karena ukurannya yang super jumbo itu, mulutku yang mungil ini tidak bisa menampung semuanya. Bahkan yang saat ini bisa masuk hanyalah kepala jamurnya serta tak sampai seperempat batang kemaluannya saja. Aku mencoba lebih merilekskan otot pipiku sebelum mencoba memasukkannya lebih dalam.

"Uhuuk uhuk!"

Penis itu kembali terlepas saat aku terbatuk karena memaksanya masuk lebih dalam. setelahnya kembali kuraih dan kucoba memasukkannya sekali lagi dalam mulutku. Kumajukan kepalaku coba menelan lebih dalam batang supernya ini.

Air mataku seakan mau menetes. Aliran udara yang masuk kedalam dadaku juga berkurang karena tertahan penisnya. Sungguh gila kalau penis sebesar ini yang tidak muat dimulutku sebentar lagi akan memasuki lubang kawinku yang masih sempit.

"Sudah jangan dipaksakan kalo gak muat di mulut." Ucap pak Joko yang melihatku meneteskan air mata

Aku pun mengangguk. Sebagai gantinya ku ulurkan lidahku untuk menjilati kemaluannya. Lubang kencing nya yang sedikit membuka menjadi bagian pertama yang kujilat. Terasa asin bekas urine yg masih menempel di ujungnya. Tapi jujur saja, penis pak Joko adalah penis terbersih yang pernah ku temui. tidak ada kotoran dan baunya tidak terlalu menyengat.

Kepalaku kini naik turun menjilati penis pak Joko dari ujung ke ujung. Aku tidak tahu ini hanya perasaanku saja atau tidak, sepertinya penis pak Joko menjadi sedikit lebih besar lagi daripada sesaat tadi sebelum kuservis pake mulutku.

"Ughhh enak Niss!.. mulut kamu enak. Hanget rasanya. Iyah.. bolannya juga.. hisa Annisa. Eumpphhh urgghhh"

Erang pak Joko saat aku mencoba mengemut bola latto-lattonya. Bulu kemaluan pak Joko tidak terlalu lebat, termasuk di kedua kantung telurnya membuatku mudah untuk menjilati dan mengemutnya.

Kini kemaluan pak Joko sudah basah terlumuri liurku. Pak Joko terus saja mengerang nikmat, desahannya semakin kuat meski belum sekuat desahan yang terdengar dari kedua pasangan yg sedang berhubungan intim di depan kamar itu.

"Ahhhh enak Niss.. jilati teruss.. lidah kamu hangat. Enak banget"​

"Iyah bapak.. ssllrrppp.. ini Nisa jilatin lagi ya kontolnya bapak.. sllrpppp~" jawabku berusaha tampil seeksotis mungkin

Tidak terasa hampir 10 menit aku menservis batang kemaluannya. Lidahku mulai pegal, kepalaku pun terasa linu karena daritadi naik turun lalu miring ke kiri kanan demi memuasi pak Joko. Tapi dari yang kuperbuat ini, libidoku (jangan) terus meninggi sehingga meskipun lidah ku pegal, kepalaku linu, aku masih masih tetap semangat mencicipi es batang super besar kesukaanku ini. Terus kujilati sampai akhirnya pak Joko sudah ingin aku berhenti menyeopong kontolnya dan lanjut ke tahap berikutnya.

Pak Joko membimbingku bangkit berdiri. Kami kembali berhadapan dengan posisinya yang masih duduk. Ia menjulurkan tangannya memelukku. Tinggi Kepalanya yang sejajar dengan dadaku membuat wajahnya kini tepat mengenai payudaraku. Ia memelukku erat seperti yang biasa dilakukan suamiku saat pulang bekerja.​

(di)

"Harum.. kenyal.. body kamu bikin bapak nyaman Annisa.." katanya sambil mendekap erat dadaku

Sial. Aku kembali mengingat kebiasaan suamiku saat ada lelaki lain melakukan hal yang serupa terhadapku.

'lagi dan lagi.. maafin umi, abii' batinku

Kurasakan dadaku sedikit sesak karena pak Joko membenamkan kepalanya di antara kedua payudaraku cukup erat. Tangannya mengunci di pinggang membuatku tidak bisa merubah posisi.

"Kamu sudah basah belum??" Tanya pak Joko yang masih memelukku

Libidoku memang sudah tinggi akibat perbuatannya menyepong penisnya tadi. Kurasakan vaginaku juga memang sudah terasa lembab tapi rasanya belum terlalu basah karena belum ada rangsangan langsung diareanya.

"Nissa kurang tau pak. Rasanya sedikit lembab tp belum terlalu" jawabku kini ikut memeluk kepalanya

"Ohh" jawabnya singkat.

Ia melepaskan salah tangannya yang sebelumnya mengunci di pinggangku. Tangan itu ia arahkan mengangkat rok hitamku lalu langsung meraba area vaginaku.​

"Sshhhh" desisku merasakan elusan tangannya

"Bener kamu. Memekmu belum terlalu basah Niss" katanya menggesekkan tangannya dari balik celana dalam yang masih kupakai

"Ahhh bapak... Mpphhhh.." pekikku saat jari yang tadi menggesek dari balik kain celana dalam tiba-tiba sudah menelusup masuk menggesek labia mayoraku.

Tak sampai disitu, jari pak Joko yang sedikit gempal kurasakan mencoba masuk mencoblos liang kawinku. Tentu aku membiarkannya. Malah aku semakin erat memeluk kepala pak Joko di dadaku.

"Empphhh.. ahhhh... Ahhhhh.. bapakkk.. aaahhhhh" desahku karena jari pak Joko kini sudah mulai mengorek isi dalam liang vaginaku

"Celana dalamnya belum terlalu basah tapi isi dalam memekmu sudah basah kok Nissa. Nih liat kalau gak percaya" ucapnya sambil menarik lepas jarinya keluar lalu memperlihatkan jarinya yang sudah mengkilap basah.​

Pak Joko kemudian menatap dan melempar senyum padaku. Ia juga mengecupi area payudaraku.
Aku yang mengerti maksud tujuannya kembali memposisikan diri. Ku lepas pelukanku dari (copas) kepalanya. Dengan tanganku sendiri aku melepas celana dalamku, ku tarik turun lalu melepasnya dari sela kaki. Pak Joko melihatku dengan senyumannya yang begitu khas dengan penisnya yang sudah mengacung tegak melawan gravitasi.

Ntah sejak kapan pak Joko juga sudah menurunkan celananya sampai ke mata kakinya membuatku semakin dapat melihat dengan jelas penisnya yang berukuran super jumbo itu.

Kedua tanganku kini melingkar di lehernya lalu kuangkat kakiku naik keatas bersandar pada kursi dan memposisikan diriku di atas pangkuannya.​

Ku kecup mesra kening atasanku ini dan perlahan menurunkan pinggulku.


Inilah saatnya!​




Bersambung....

:::::::::::::::::::

TAMU SPESIAL
(bagian dua)


Mulustrasi Rani


suatu tempat di kota hujan.
Pukul 20 malam lewat.


Seorang perempuan bertubuh semok dengan kaus ketat nya yang berwarna merah muda sedang mengunyah jajanannya. Lekuk tubuhnya begitu jelas tersirat yang mengakibatkan banyaknya pandangan menuju kearahnya. Disebelahnya seorang pria berparas tampan sedang menyerahkan uang pecahan 30rb kepada seorang ibu penjual martabak. Dengan tatapan penuh cinta ia terus memperhatikan pasangannya yang terus saja mengoceh tentang ini itu. Saat ini pasangan itu sedang bertamasya mengisi waktu kosong yang mereka miliki.

"Sayang. Makan kok belepotan gini. Mulutnya di lap dulu atuh" ucap pria tampan itu

"Eh gak sadar Rani mas. Habis martabaknya enak loh. Mas yakin gak mau coba?" Tanya nya mengelap pinggiran bibir kenyalnya lalu menyodorkan sesuap kepada lelaki yang dikasihinya

"Mau. Dari tadi dong sayang. Kan aku nunggu. Hehe" jawab pria itu dengan langsung melahap pemberian pasangannya

Saat ini Perempuan semok itu sangat bahagia, sudah lama ia ingin menghabiskan waktu dengan kekasihnya tercinta, seseorang yang kelak akan menjadi imam nya, seseorang yang akan menjadi suaminya. Begitupun si pria tampan, ia juga merasakan hal yang sama. Dinginnya malam kala itu tidak menyurutkan semangat romantisme pasangan muda tersebut. Mereka sangat lengket, lengan sang perempuan saja tidak pernah lepas dari lengan pria tampannya, langkahnya selalu beriringan, mereka adalah pasangan yang Annisa kenal. Mereka berdua adalah Rani dan Bahri.

"Jadi kita nginap dimana mas malam ini?" Tanya Rani

"Aku cek di ag0da, semua pada full yank. Tapi td waktu beli martabak, si ibu nya bilang di pertigaan sana kita ambil kiri, disana ada 2 penginapan (jangan) murah yg lumayan. Apa tadi ya namanya? Hmm.. namanya penginapan XZX dan family deh kayanya.." jawab Bahri teringat akan omongan ibu penjual martabak

"Ya udah mas terserah kamu aja mau bawa aku nginap dimana. Yg penting nyaman aja" ujar Rani yang sepertinya ingin segera istirahat.

Bahri pun tampak berpikir sejenak sambil coba cek nama kedua penginapan tadi di go0gle, namun tidak ada data yang sesuai

"yg muncul malah penginapan di kota lain. Namanya sama sih" batinnya

"Ya udah yank kita ke XZX aja. Td kata ibunya itu yg lumayan rekomen bagi pasangan kayak kita" ujar Bahri sambil mengangkat plastik belanjaan milir Rani
"Yowes ayuk" kata Rani kembali menggandeng lagi tangan Bahri

"Tapi kita nonton theater itu dulu ya sayang. Mumpung disini. Plisss ya ya ya.." pinta Rani dengan memasang muka anak kecil saat mengingat di daerah itu, sedang berlangsung pertunjukan Senda tari dari salah satu grup yang ia suka.

Bahri menatap manis ke arah Rani yang menurutnya lucu. Ia mengangguk, ia melempar senyuman lalu berkata.

"Iya iya.. Ayuk" jawab bahri

"Yeayy makacih ayank ku. Muach" balas Rani sambil mengecup pipi pria disebelahnya.

"Ih ayank.. main cium aja yaa" ucap Bahri dengan pipi yang memerah. Meski ia merasa sedikit malu karena sepertinya ada orang julit yang memperhatikan kemesraan mereka, disatu sisi ia juga merasa bangga telah mendapatkan pujaan hatinya.


Mereka pun beranjak..






-_-_-_-_-_-_-_-_- diwaktu yang sama



Mulustrasi Annisa Febrianti




POV Annisa Febrianti




Ughh..

Mataku terpaksa memejam sambil mengernyitkan dahi. Perih. Sangat perih. bahkan seingatku ini lebih perih ketimbang saat aku kehilangan keperawanan ku dahulu. Saat ini sekujur vagina ku terasa sangat ngilu. Ntah bagaimana caranya akhirnya penis raksasa milik atasanku ini sudah berhasil menyeruak masuk membelah vagina sempit ku. Didalamnya kembali kurasakan ada bagian yang robek sehingga rasa seperti ini kembali hadir. Padahal pak Joko sudah mendiamkan penisnya selama beberapa menit, seolah memberiku waktu untuk terbiasa akan keperkasaan penis supernya.

Memang jujur saja, rasanya liang kawinku seperti dipaksa meregang ekstra lebar menyesuaikan bentuknya dengan besarnya penis pak Joko. Bahkan seluruh urat syaraf didalam vaginaku seperti memberi tahu bahwa meski bersifat elastis tapi setelah ini mungkin liang kawinku tidak akan kembali sesempit biasanya.

Setelah beberapa saat, mungkin lebih 5 menit, akhirnya aku membuka mataku yang sedari tadi memejam. Kulihat wajah pak Joko tepat didepanku dengan memasang tampang bangga langsung mencium bibirku. Lidahnya juga masuk meliliti lidahku. Kami pun berciuman mesra sembari atasanku ini masih memberi waktu agar aku bisa lebih rileks lagi.

Tangannya menuju ke resleting bajuku. Fyi baju yang ku kenakan saat ini memiliki seleting dibagian depannya sehingga saat pak Joko menurunkannya, sepasang payudaraku langsung menyembul keluar. Ia pun mulai mencengkeramnya lalu meremasnya lembut.

'emmpphhhhh'

Untungnya rangsangan di bibir dan payudaraku ini sukses membuat birahiku naik sekali lagi. Ini hal yang bagus karena dengan tingginya birahiku, rasa sakit di vaginaku bisa berkurang secara signifikan.

"Sempit banget kamu Annisa. Bapak macem habis memprawani gadis loh" kata pak Joko disela ciumannya

"Ahhhh.. shhhhhh kontol bapak yang kegedean tauuu.. kayak kontolnya kuda emphhhhh" desisku masih mencoba menyesuaikan rasa sakit di vaginaku

"Lah? Emang kamu pernah liat kontol kuda??" Tanya pak Joko dengan mengangkat satu alisnya

"Mmpphhh~ belum ahh... Belum sih pak... Mmpphhh~" rintihku

Sembari berucap tadi, aku mengambil inisiatif mencium bibir milik pak Joko. Kali ini aku yang memulai duluan karena mencium pak Joko rasanya nikmat dan dapat memicu birahiku.

Selagi kami berciuman kurasakan pak Joko mulai menggerakkan pinggulnya. Sementara sedikit saja pergerakan akan menimbulkan gesekan antara penisnya dengan (di copas) dinding vaginaku yang membuatku kembali merasakan nyeri. Walau tak sesakit tadi tapi masih terasa sampai ke ubun-ubun.

"Emmppphhhhh!" Rintihku lagi

"Harus dibiasakan Nis.. kalau gini terus kapan kita mulainya" kata pak Joko melepas ciumanku.

"Ahhhh iyaah bapak.. Nisa tau.. tapi memek Nisa masih sakit.. kontol bapak kebesaran. Sshhh.... Oouuhhhhh pak..." erangku terus merintih.

Memang benar kata pak Joko. Kalau seperti ini terus tidak akan ada gunanya. Pak Joko tidak akan keluar dan dia tidak akan puas. Mau tidak mau walau sakit, aku harus mulai bergoyang, aku harus bisa memuasi penisnya yang berukuran super jumbo itu.

"Bapak jangan gerak yahh.. sshhh.. biar Nissa aja.. biar Nissa aja yang goyang.. ouuuhhhh...." pintaku mulai mencoba menggerakkan pinggulku

"Uhhhhh!"

Rasanya sakit sekali setiap ada gesekan didalam vaginaku. Tapi kali ini rasa sakit ini tak ku hiraukan. Perlahan kuangkat pinggulku lalu perlahan kuturunkan lagi. Dahiku terus mengernyit menahan sakit sementara kulihat wajah pak Joko seakan bersinar sangat menikmati jepitan vagina sempitku.

"Emmpphhh...."

"Sshhhhhh ahhhhhh"

"Emmpphhhhhh..... Ahhhh..."

Aku terus mengerang terus mencoba mengakrabkan vaginaku dengan penis jumbo atasanku ini.

Setelah beberapa saat, mungkin sudah setengah jam dari awal masuknya tadi. Akhirnya aku bisa secara perlahan menggoyang penis pak Joko dengan vaginaku. Isi dalam vaginaku sudah sangat basah dan becek tapi belum cukup untuk membuatku bisa memompa penis pak Joko dengan cepat.

Untungnya atasanku ini orangnya sabaran, untungnya lagi jepitan dinding liang kawinku ini mampu memberikan kenikmatan bagi penis supernya. Matanya memejam nikmat. Napasnya juga semakin memburu. Desahannya dikit demi (ini) sedikit semakin terdengar ditelingaku.

'bapak.. pak joko... nikmati memekku ini. Cepatlah keluar biar ini semua cepat selesai. ' batinku berharap

Seiring dengan berjalannya waktu, kini vaginaku sudah dapat sedikit beradaptasi. Goyangan pinggulku sudah mulai teratur naik turun. Tanganku juga masih memelukku erat leher pak Joko, membuatku bisa lebih kencang memompa penis jumbonya.

Kuintip kebawah, ketempat penisnya hilang timbul. ternyata daritadi, belum seluruh batang penis pak Joko yang masuk kedalam vaginaku. Masih tersisa mungkin seperempat batang lagi. Pantas saja walaupun vaginaku sudah banjir dan aku menggenjot dengan lumayan cepat tapi tidak ada suara benturan antar kulit yang terdengar.

Diposisi saat ini saja, kurasakan ketika menurunkan pinggulku, penis raksasanya sudah mampu menyundul pintu rahimku. Apalagi kalau masuk semua. Bisa-bisa rahimku jebol jadinya.

"Ergghhhh" erangku menahan sakit

Sebisa mungkin aku berusaha lebih menurunkan pinggulku lagi, aku ingin batang kemaluan pak Joko masuk seutuhnya hingga tidak bersisa. Tapi sepertinya memang sudah mentok dan tidak bisa lagi. Gila memang pak Joko ini, Penisnya sebesar terong raksasa dan panjangnya seperti penggaris. 30cm? Mungkin..

"Shhhh aahhhhhhh"

Aku mengangkat pinggulku dan kembali menurunkannya. Namun vaginaku memang tidak mampu menampungnya, anehnya saat mencoba melahap penisnya, rasa itu kembali muncul. Rasa yang membuatku dimabuk kepayang. Rasa yang membuatku ketagihan. Rasa nikmatnya bercinta.

Meski liang senggamaku masih dipaksa merenggang ekstra lebar (karya) tapi kini aku mulai bisa menikmatinya. Setiap gerakan yang tadinya hanya menyiratkan rasa sakit kini sudah berubah menjadi rasa nikmat.

"Bagus.. iya gitu.. terus.. teruss. Hmm.." kata pak Joko yang sedang merem melek

"Ahhh iyaahh bapakk ahhh sshhhhh!" Desahku sbil mengangguk setuju

"Sshhhh aahhhhh aaahhh ahhhh bapakkk ahhhhh" racauku berusaha semakin meningkatkan tempo genjotanku

Pak Joko yang tadi melihatku ku meringis kesakitan, meski sedang merem melek nikmat, dari sorotan matanya aku bisa menebak ia sedang memikirkan sesuatu tentangku. Ia begitu heran dengan perubahan ekspresi wajahku.

"Ahh iya kenapa nisa?? Mphh" Tanya pak Joko semakin menikmati pelayananku

"Sshhh ahhh ahhh... inihh pak.. Kontol gede bapakk sekarang udah muat ke memeknya Nissa ahhhhh ehhmpppp" desahku manja

"Ahh.. hahaha.. ya bagus biar bapak bisa sering make kamu. Gak banyak wanita yang bisa terima ukuran kontol bapak. Apalagi terima stamina bapak" Ucap pak Joko menatap ku bangga. Tangannya yang tadi masih meremasi kedua payudaraku sekarang sudah di memegangi pipiku

"Kalau kamu bisa mengimbangi bapak, bapak janji naikin gaji kamu 2x lipat. Ditambah kamu bapak kasih 1 mobil dinas." Goda pak Joko

Saat ini aku memang menikmati perzinahan ku denganya, liang senggamaku seakan sengaja menyesuaikan bentuknya demi dapat mendapat rasa nikmat yang amat sangat. Tapi begitu semua ini berakhir, saat aku terlepas dari belenggu pria misterius itu, aku tidak akan mau merelakan tubuhku dinodai oleh lelaki lain lagi. Meski godaan pak Joko sangat berat, aku tidak mau terus terjerumus ke jurang ini. Saat ini biarlah, tapi ini tidak akan berlangsung selamanya. Aku harus mencari tau siapa pria misterius itu. Aku akan membuatnya melepas rantai yang terpasang di leherku ini!.

"Empphh aahhhh ahhhhh. Untuk saat ini terserah bapak aja.. ahhh ahhhhh" jawabku mengikuti permainannya

Tubuhku terus kuayun. Semakin lama semakin kencang dan semakin kencang lagi. Gesekan antara bagian dalam liang kawinku dan kulit tebal penis jumbo pak Joko jadi semakin intens. Untung saja tempat yang diduduki pak Joko terbuat dari semen hingga mampu menahan kami. Kini tangan pak Joko sudah turun menumpu tubuhnya yang semakin bergoyang kubuat.
Karena sudah tidak ada penopangnya, kini kedua susuku berayun bebas mengikuti irama tubuhku yang masih memompa penis perkasa pak Joko. Sesekali pak Joko mendekatkan wajahnya agar kami kembali berciuman. Ciumannya juga tetap saja hebat. Lidahnya mampu menyapu seluruh isi mulutku dan mengemut lidahku. Rasanya oh.. membuatku ingin terus diciumi olehnya. Pro player emang berbeda.

Dibawah, vaginaku terus mengeluarkan lendir pelumasnya saat penis pak Joko terus saja keluar masuk didalamnya. Dinding vaginaku yang bergesek langsung dengan kulitnya terus memberi sinyal kenikmatan ke otaku. Tubuhku semakin (aldi1010) merinding. Tubuhku semakin panas. Syaraf vaginaku juga sudah semakin rileks dan membuatku semakin lupa daratan hingga tanpa kusadari, orgasme hebat datang menyerangku.

"AHHHH! PIPISSSS! AHHHHH!!!" Pekik ku mendongakkan kepalaku ke atas

CRRTTT! CRRTTT! CCCRRTTTTT!!

Cairan cintaku meledak keluar menghantam penis pak Joko yang masih bersarang di dalam liang kawinku. Bahkan sangking rapat dan sesaknya batang penisnya menutup vaginaku, tidak ada sedikitpun cairan cintaku yang menetes keluar.

"Ssshhhhh keluar... Pipishh ku keluar .. ahhhh.. emhhhh.... Aku... Keluar bapakkk ahhhhhhh" desisku nikmat

"Kok udah keluar aja kamu Nissa? Gak adil kan bapak aja belum keluar" kata pak Joko memeletkan lidahnya seperti mengejekku

Aku tidak menjawab pak Joko. Aku masih menikmati setiap denyutan surgawi didalam vaginaku yang terlalu nikmat untuk diabaikan. Cairan cintaku terus mengalir merendam penis pak Joko yang masih mendiami vaginaku.

"Enakk pak.. ahhhhh.. kontol gede pak Joko bikin Nisa pipis. Sshhhh... Mmmmpphhhh" desahku merinding menuntaskan gelombang orgasmeku

"Awas ketagihan kamu Nissa. Jarang loh ada laki-laki yang kontolnya segede punya bapak. Untung aja bapak ini bos kamu, jadi kalo pengen kamu bisa minta ke saya langsung. Hahaha" tawa pak Joko

"Sshhh bapakk ihh.. memek bawahan sendiri dibuat pipis gini.. emphhhh jahattt.. ahhhhh" candaku meladeninya sambil terus mendesah nikmat

"Emang tugas bawahan melayani atasannya. Mulai sekarang kamu harus terus melayani saya. Buat saya puas. Buat saya terlena atas keindahanmu Annisa Febrianti" ucap pak Joko dengan mimik serius. Tangannya ia gunakan membelai rambutku lalu mencium lembut keningku.

Aku terkejut mendengar ucapannya barusan. Aku tak ingin ini semua berkelanjutan sampai di kantor. Pak Joko memang perkasa, tapi tidak berarti aku harus bertekuk lutut atas keperkasaannya ini.

"He'em.. Nissa bukannya menolak pak. Tapi nissa mohon cukup bapak yang mengetahui keadaan Nisa yang seperti ini. Pliss ya pak? Sshhh" Pintaku memelas.

"Jadi kamu nolak??" Tanya pak Joko

"Buk.. bukan gitu bapak... Ahhhh" desisku

Penisnya yang masih menancap kokoh di vaginaku membuatku belum bisa terlepas dari kegagahannya. Meski berusaha menolak, tapi saat pak Joko menggerakkan penisnya sedikit saja, setruman kenikmatan kembali menderaku.

"Ya udah kamu jawabnya nanti saja. Sekarang tugas kami cuma satu yaitu memuasi bapak" ucap pak Joko tiba-tiba mengangkat tubuhnya lalu berdiri.

"Aahhhh bapakkk"

Aku yang tidak siap kembali kelonjotan akibat penisnya yang menancap semakin dalam saat pak Joko berdiri tadi. Tubuhku digendongnya dengan mudah. Mau tidak mau aku terpaksa mengalungkan tanganku di lehernya dan mengalungkan kakiku di pinggangnya. Sejujurnya aku masih merasa lemas akibat klimaksku barusan, tangan dan kaki ku masih gemetaran menahan berat tubuhku agar tidak jatuh ke bawah.

Untung saja penis pak Joko yang sangat perkasa itu mampu menjalankan fungsi tambahannya yaitu sebagai pengait tambahan yang membuatku semakin kuat bergelantungan di tubuhnya yang berdiri tegak.

Pak Joko tidak memegangi tubuhku yang ia gendong. Tangannya hanya menjuntai kebawah sama sekali tidak berbuat apapun namun pandangannya memandang tajam ke arah wanita yang memasih memakai hijab dihadapannya.

Ujung penisnya terasa sangat mentok menyundul rahimku, sebuah area dimana sebelumnya cuma karnet bus yang kunaiki tadi yang mampu menjamahnya. Namun penis pak Joko beda. Sangat berbeda. Panjangnya mungkin sama namun diameter dan tingkat kekerasannya jauh diatasnya. Diameternya mungkin 2x lipat dari penis si karnet dan lebih 3x lipat dari penis suamiku.

"Bapak... Punya bapak nancap dalam banget. Sshhhh. Ssshhhhhh" desisku

Pak Joko tak bergeming. Ia malah terus melangkahkan kaki kanannya lalu bergantian dengan kaki kirinya. Ia berjalan dengan membawaku yang masih berusaha berpegangan ditubuhnya.

"Ssshhhhhh"

"Sssssshhhhhh"

"Eeuummmppphhhh"

Setiap langkah yang dilakukan pak Joko membuatku semakin kelonjotan sampai-sampai mataku memejam. Aku tidak tau akan dibawa kemana, sejujurnya aku tidak perduli. Hanya saja aku ingin sebentar saja mencabut penis jumbo pak Joko dari liang kawinku ini.

"Itu cewek yang baru datang tadi kan? Enak banget dapat sugar Daddy. Apa aku harus berpenampilan seperti itu? Pakaiannya ukhty tapi kelakuannya ughty."

Samar-samar aku mendengar percakapan dari seseorang yang tidak kukenal. Pastilah ia sedang melihatku yang sedang digendong pak Joko. Biarlah.. terserahnya mau berkata apa tentangku.

Kurasakan pak Joko terus melangkah. Ia terus berjalan sampai ke depan sebuah kamar. Kubuka mataku ternyata kami telah sampai di kamar tempatku semula.
Pak Joko masuk kedalamnya lalu berjalan (aldi1010)menuju ranjang yang sudah dirapikan oleh pak Sugiono. Dengan tangannya ia memegang pantatku lalu dengan perlahan menurunkanku berbaring di ranjang.

"Aahhhhhhh!"

*Ploopph*

Tak mampu kutahan desahanku saat perlahan penisnya yang super besar itu meringsek keluar dari liang senggama sempitku. Saat keluar, bagian dalam vaginaku seakan ikut tertarik keluar.

Sungguh saat ini kurasakan lubang vaginaku menganga lebar, tidak langsung menutup seperti biasa. Nafasku masih terengah-engah menahan letihnya digendong oleh pak Joko tadi sebelum mendadak aku menjerit lagi

"Aaaaacchhhhh!"

Tiba-tiba pak Joko mencelupkan 3 jarinya kedalam vaginaku. Jari gemuknya langsung masuk seluruhnya mengobok-obok bagian paling sensitifku.

"Aahhhhh aahhhhhh pakk... Aahhhh bapakkkk udahhhh.. aaahhhhh" erangku sambil berusaha menahan tangan pak Joko.

Tapi apa daya, tangan pak Joko tidak bisa kutahan sepenuhnya dan masih dapat bergerak bebas mengocok liang kawinku dengan kasar. Bunyi kecipak air terdengar merdu, malah ada cipratan air keluar di setiap kocokan jarinya. Kulihat wajah pak Joko tersenyum telah berhasil menyiksaku seperti ini.

"Aaahhhhh aahhhh udah bapakk... Aahhh aahhhh udaaaahhhh" racauku ditengah kocokannya.

"Memek kamu ini masih sempit sekali Annisa. Harus di biasakan sama yang gede. Ini bapak kocok supaya memek kamu semakin lebar dan mudah dimasukin kontol bapak" ucap pak Joko beralasan

Rasanya nanonano. Tau kan permen nanonano? Yang rasanya manis asam asin itu? Begitulah rasanya sekarang liang kawinku ini. Vaginaku dapat merasakan perih, ngilu, geli, nikmat pada satu waktu. Pak Joko yang sangat mahir dalam bercinta ini tentu tidak puas sampai disitu. Sembari terus mengocok liang kawinku bak mainannya, ia duduk di sebelah wajahku. Penisnya yang masih tegang maksimal kulihat berdiri tegak begitu gagah menantang gravitasi. Ku perhatikan sekali lagi, ukurannya benar-benar wah. Mirip dengan mentimun besar yang sesekali ku jumpai di pasar induk.

Sepertinya maksud pak Joko duduk didekat wajahku adalah agar aku dapat menservis penis raksasanya. Ya, tanpa perlu di suruh pun tanganku yang tadi berusaha menahan laju tangan pak Joko mengocok vaginaku saat ini kugunakan untuk meraih penis pak Joko lalu menggenggam nya erat.

"Nah begitu.." ucap pak Joko senang

Bos ku itu tampak senang aku mengelusi penisnya. Penisnya masih terasa licin dan lengket akibat sebelumnya terkena cairan pelumasku. Sangking besarnya, Satu tanganku saja tidak cukup untuk menggengam batang kejantanannya itu.

Ku elusi lembut batangnya itu mulai dari atas kebawah lalu lanjut dari bawah ke atas. Karena dikamar ini penerangannya lebih memadai kini aku dapat melihat jelas, penis pak Joko sedikit berbeda dari kebanyakan penis yang pernah merasakan sempitnya liang senggamaku.

Ternyata bukan hanya ukurannya tapi dari segi kerapian dan kebersihannya penis pak Joko jauh lebih terawat dari penis lelaki yang setidaknya pernah ku sentuh. Jujur saja bahkan penis milik suamiku kalah terawat dari penis atasanku ini.

*Splokkk.. splokkk.... Splokkkk*

Tapi semakin kesini aku semakin tidak bisa fokus membelai penis pak Joko dengan tanganku. Jarinya yang masih mengobok-obok kencang vaginaku membuat pikiranku melayang tidak bisa fokus berbuat apa-apa selain menikmati kekasarannya.

"Ahhhhh ahhhhhh aaacchhh ssssshhhhh aahhhhhh"

Desahan terus keluar dari mulutku. Tangan kananku masih berusaha setidaknya menggenggam penis pak Joko sementara tangan kiriku kugunakan menyumpal mulutku yang terus mengeluarkan desahan. Mataku menatap sayu ke arah langit kamar sembari merasakan nikmat yang teramat sangat. Cairan cintaku terus saja keluar merembes bahkan sudah jatuh meleleh ke sprei tempatku berbaring.

3 jari gemuknya pak Joko terus dengan tega menyeruak keluar masuk dari vaginaku dengan kencang. Bahkan jari jempolnya terkadang ia gunakan untuk menekan klirotisku saat 3 jari lainnya terus mengocok isi dalam liang kawinku.

Mulutku membuka merasakan nikmatnya permainan pak Joko di vaginaku. Yang tadinya sudah kencang kini pak Joko semakin meningkatkan tempo kocokannya. Kocokannya itu sungguh nikmat dan tak lama lagi sepertinya akan membuatku klimaks.

*Drrrtt drrrttt*


Namun disaat genting itu tiba-tiba terdengar suara getaran dari arah meja rias, tempat pak Joko meletakkan barang bawaannya. Ternyata smartphone milik pak Joko menyala menandakan adanya panggilan masuk. Pak Joko seketika menarik lepas jarinya keluar dari vaginaku dan membuatku merasa kentang.

"Ssshhhhh bapakkkk" desisku merasa sangat tanggung

Atasanku itu tidak memperdulikan dan langsung beranjak mengambil smartphone nya. Tangannya yang basah terkena cairan cintaku ia gunakan untuk menggengam dan membuat smartphone nya itu ikutan basah.

"Halo. Kamu ini ganggu saja. Nanti saya hubungi kembali!" Ucap pak Joko dengan tegas di teleponnya

Pak Joko menggerutu sembari kembali berjalan menghampiriku. Aku yang masih terlentang dan mengangkang ini sangat menginginkan jari gemuknya atasanku itu melanjutkan apa yang ia tinggalkan tadi namun aku harus menghela napas karena ternyata pak Joko malah menaiki ranjang dan mengarahkan pusaka perkasanya itu ke arah pintu liang kawinku.

Ah, sebentar lagi batang besar itu akan kembali memasuki liang sempitku. Vaginaku akan kembali dipaksa meregang ekstra lebar lagi agar muat menerima penis pak Joko. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku, bersiap menerima batang kejantanan tersebut.

"Bapak masukin ya" ucapnya sambil menepuk penisnya di area kewanitaanku.

Pak Joko sengaja membasahi kulit penisnya menggunakan sisa cairan cintaku yang merembes ke bagian luar vaginaku. Dengan ditambah sedikit liurnya pak Joko mulai mengarahkan ujung gundulnya ke pintu vaginaku.

"He'em.. emmphhhhh" jawabku menyetujuinya

Atasanku itu terus menggesek labia mayoraku menggunakan ujung gundulnya sebelum mulai menekan pelan membelah masuk kedalam vaginaku. Tapi tetap saja tidak berhasil semudah itu. Meski sudah pernah dimasuki oleh penis jumbonya tapi liang kawinku ini masih terlalu sempit dimasuki untuk yang kedua kali.

Pak Joko menekan pahaku agar semakin mengangkang lalu kembali mengarahkan penisnya ke vaginaku.

"Eempphhhhhhhh ssshhhhh"

Kembali aku mendesis saat merasa adanya dorongan di pintu liang kawinku itu. Penisnya yang besar belum lah masuk, baru hanya setengah kepala jamurnya saja. Tanpa pamrih terus ia dorong kedepan pinggulnya hingga perlahan penis itu terus meringsek masuk membelah rongga vaginaku.

"Aaahhhhhhhhhhhhh!!! Bapaakk!!!" Jeritku kencang. Kepalaku bahkan sampai mendongak keatas.

Saat kepala jamurnya berhasil masuk seutuhnya, dengan satu hentakan kuat pak Joko menancapkan seluruh penis jumbonya masuk kedalam vaginaku. Saking kuatnya, badanku yang sedang telentang ini sempat terdorong maju. Rasa sakit kembali terasa di vaginaku meski tidak sesakit tadi. Kutoleh ke bawah, kali ini seluruh penis pak Joko benar-benar menghilang dilahap oleh vaginaku yang mungil.

"Aahhh enaknya memekmu Annisa" desis pak Joko sambil mengidamkan penisnya, merasakan hangatnya liang kawinku.

Tidak lama kemudian pak Joko mulai memajumundurkan pinggulnya. Dengan tempo pelan ia memompa penisnya keluar masuk dari vaginaku.

Vaginaku sungguh sesak. Tidak ada lagi tempat tersisa didalamnya. Bahkan isi liang kawinku pasti menyesuaikan bentuknya seperti bentuk penis pak Joko yang notabenenya bukanlah suamiku. Beda sekali rasanya ketika aku yang memegang kendali seperti tadi dengan pak Joko yang saat ini memegang kendali. Meski tempo pompaan pak Joko terbilang lambat, tapi rasanya vaginaku nyut-nyutan menerima penisnya.

5 menit berlalu dan pak Joko masih dengan tempo lambatnya terus menyetubuhiku. Aku mulai rileks dan nyaman. Lendir cintaku terus keluar membantu penetrasi penisnya masuk keluar. Tangan pak Joko yang tadi memegang pahaku kini berada di payudaraku, mengelusinya lembut.

Puting cokelat mudaku juga sesekali ia pelintir lalu tarik keatas. Rasanya nikmat. Birahiku semakin meninggi seiring godaan fisik pak Joko ditubuhku.

"Aahhhhh ashhhhh sshhhhh aaahhhhhh aaaaaaahhhh yaahhhh ahhhhh" desahku semakin menguat

Aku semakin larut di buatnya. Sosok lelaki yang seharusnya hanya menjadi atasan ditempat kerjaku sekarang sedang menyetubuhiku. dia begitu lihai. Ukuran penisnya begitu besar. Untuk saat ini aku paham, seperti ini lah yang dirasakan istrinya ketika disetubuhi. Tidak ada rasa sakit lagi, malah rasanya sangat nikmat.

"Aaahhhh"

"Gimana Annisa? Enak?" Tanya pak Joko terus memompaku

"Ahhh.. iyaahhh pak... Enak bapakkk ahhhh ahhhh enakk" racauku menikmati

Belum sampai 10 menit pak Joko menyetubuhiku dengan gaya misionaris ini, ditambah lagi ritmenya lamban dan perlahan. Tapi vaginaku sudah tidak tahan lagi, gelombang orgasmeku akan segera tiba. Ooh tuhan. Kenapa penis atasanku bisa seenak ini??

Sodokan demi sodokan lembut pak Joko membuatku semakin tidak karuan. Desahanku semakin kencang, mataku memejam nikmat, bahkan vaginaku sudah menyesuaikan ukurannya dengan penis pak Joko. Setiap penis itu masuk seutuhnya kedalam liang senggamaku, seketika itu pula terasa sesuatu seperti sengatan yang membuatku akan mencapai klimaksku.

Tak lama kemudian, aku merasakan ada nya gelombang yang akan keluar dengan dahsyat. Benar saja, aku mencapai gelombang orgasmeku yang luar biasa.

"Aaaaacchhhhh agghhh bapaakkkkk!!" Jeritku meraih orgasmeku

*CRRTTT CRRTTT CCCRRTTTTT*

Kali ini pak Joko langsung mengeluarkan penisnya dari vaginaku.

*Syurrrrr*

Cairan squirtku kini mengucur deras membasahi tempat tidur. Tanpa sadar saat orgasme barusan aku sampai mengangkat pinggulku keatas dan di saat itulah pak Joko mendekatkan wajah nya memperhatikan vaginaku yang sedang menyemprotkan cairan orgasmenya.

Belum tuntas vaginaku menyemprotkan cairan cintanya, 2 jari pak Joko kembali menancap dalam vaginaku. Mataku terbelalak.

"Annisa, Liat nih lobang memekmu. Sudah menganga dan sepertinya sudah longgar. Hahaha" kata pak Joko membuka lebar lubang kawinku dengan jarinya

*Cuiih*

Tanpa aba-aba ia meludahi liang surgawiku. Aku yang masih didera syahwat terlarang ini masih saja mengejang menikmati sisa orgasmeku.

*Cuihh*
*Cuiih*
*Cuiih*
*Cuiih*

5x ia membuang ludahnya tepat masuk kedalam lubang surgawiku yang menganga terbuka oleh jarinya. Terasa liurnya yang hangat mengalir masuk semakin kedalam. Tidak lama kemudian tanpa memberiku istirahat, pak Joko kembali mengarahkan penisnya ke vaginaku. Tanpa basa basi, ia dorong kuat hingga penis raksasa itu bisa masuk dengan 1 dorongan saja.

"Aahhhhhhhhhhh!"

aku menjerit merasakan vaginaku kembali meregang ekstra lebar dibuat oleh penisnya.

"Sekarang giliran bapak yah" ucapnya mulai menggenjotku dengan kencang

*SPLOKKKK*

*SPLOKKKK*

*SPLOKKKK*

Suara penis pak Joko yang sedang keluar masuk dari vaginaku mengeluarkan suara nyaring. Kecepatan genjotannya yang kencang membuat mulutku menganga tanpa bisa berkata apa-apa. Sungguh aku tak menyangka, meski akulah pemiliknya, tapi aku tak tahu kalau vaginaku dapat menerima Hujaman penis sebesar milik pak Joko dengan mudahnya.

"Ahh iya benar.. memek kamu enak Annisa. Memek kamu nomor satu.. biarkan bapak menambah kuat sodokan bapak. Henggkkk" ucapnya menambah speed

"Aahhh bapakk... Pelan.. pelan ajahh.. aahhh vaginaku bisa rusak pak... Ahhh pakk.. tolongg..ahhhh" lirihku kelonjotan menerima sodokannya

Atasanku itu jelas tidak menghiraukannya. Ia terus menyodokku dengan ganas. Tangannya sesekali berpindah dari paha ke tetek bulatku lalu mencengkeramnya kasar. Tubuhku bergoyang maju mundur dibuatnya. Mataku merem melek tak kuasa akan kehebatan atasanku ini.

5 menit ia bertahan dengan speednya sebelum ia tiba-tiba menarik lepas penisnya keluar.

Plooooph!!


https://images4.imagebam.com/2a/b7/d4/MEYTRYC_o.jpg











Bersambung 


:::::::::::::::::::


Part 15 (C)





TAMU SPESIAL​

(bagian tiga)​

















Mulustrasi Annisa Febrianti​









Suasana malam itu terasa sunyi. Angin semakin menderu kencang diiringi langit yang mulai bergemuruh. Kilatan halilintar sesekali menampakkan jati dirinya sembari rintik hujan yang mulai turun di daerah itu. Di sebuah penginapan yang terletak di kawasan puncak, terlihat beberapa wanita dengan pakaian seksinya hanya terpatri diam menatap layar hp menunggu di depan pintu kamarnya. Malam itu sangat sepi, sungguh sepi hingga membuat beberapa orang terpaksa menghembuskan napas lirihnya. Jangankan untuk singgah, cuma beberapa orang saja yang terlihat berlalu lalang di kawasan itu. Di penginapannya sendiri, hanya ada beberapa unit motor dan 1 unit mobil yang terparkir di parkiran penginapan usang itu.



Namun dari 11 kamar yang ada, saat ini ada 3 kamar yang sedang dalam keadaan on fire. Dimana nyansa didalamnya sungguh berbeda dari keadaan diluar sana yang sepi dingin.



Di kamar nomor 2 contohnya, terdapat 3 orang remaja tanggung sedang berpesta dengan 2 orang teman wanitanya. Ketiga lelaki itu tetap on meski sudah beberapa kali keluar sebelumnya. Berbeda dengan wanitanya yang tampak semakin lunglai. Bukan hanya karena kalah jumlah, obat kuat yang sebelumnya telah diminum oleh ketiga lelaki tersebut memberi efek lebih pada tubuhnya. Meski sudah keluar berkali-kali, namun penisnya masih dapat berdiri keras.



Sementara dikamar nomor 11, terdapat seorang pria berwajah seram dengan tubuhnya yang kekar sedang menyetubuhi salah seorang dari psk yang sedang mangkal di penginapan itu. Ia sengaja memilih yang paling muda dan cantik diantara mereka, dan secara gratis tentunya. Batang kejantanannya terus keluar masuk menghujam vagina yang kelihatan telah longgar itu. Napasnya terus menderu kencang, dada bidangnya nampak mengembang mengempis. Wanitanya sampai seperti meloncat-loncat saat rahimnya disodok dengan kuat oleh preman penjaga penginapan itu. Ia memang sudah meniatkan akan mengakhiri persetubuhannya di ronde pertama dan juga terakhir ini. Ia sudah mau keluar.



Sementara di kamar nomor 4, juga terdapat seorang dara jelita yang di kemaluannya sedang keluar masuk sebuah batang haram berukuran raksasa. Ukurannya tak masuk akal hingga membuat sang dara terus merintih. Matanya memejam, ntah itu karena merasakan nikmat atau karena menahan sakit. Matanya begitu sayu antara membuka atau menutup dengan bibir bawahnya yang terus ia gigit.



Peluh keringat disekujur tubuhnya keluar membasahi gamis yang masih ia pakai. Hijab instan yang ia kenakan juga sudah kusut tidak karuan karena guncangan dari sodokan demi sodokan yang begitu kuat dari seorang pria besar berperut tambun.



"Hahhh hahhh ini sayang... Rasakan ini.. hengkkk!" Deru pria tambun itu terus membombardir vagina wanitanya dengan cepat



Dara jelita itu tampak kepayahan namun tak bisa berbuat banyak. Jemarinya ia gunakan untuk mencengkram erat kain sprei tempatnya dikawini. Mulutnya kini sudah menganga diiringi suara desahan manja yang terus keluar. Bahkan air liurnya tampak mengalir jatuh dari bibir mungilnya.



"Aahhhh aaahhhhh ouuuhhhhhhhh aaaachhhhh" erangnya merasakan tusukan demi tusukan



Vaginanya terlihat sedikit membengkak kemerahan dan sangat basah. Hal itu membuat bentuknya yang memang sudah tembam semakin kelihatan semakin cabi dan menggemaskan. untung dari dalam cairan pelumasnya terus saja mengalir tanpa henti untuk memudahkan penis raksasa itu menjalankan aksinya. Diatasnya sang pejantan terus mencengkram erat bongkahan payudara wanitanya. Secara bergantian ia memainkan payudara kenyal itu, bahkan sesekali ia tidak tahan untuk tidak menamparnya gemas.



Splokkkk



Splokkkk



Splokkkk!



Splokkkk!



Splokkkk!



Splokkkk!



..... Ploopph!



"Uhhhhhhh"

Desis wanita cantik itu



Saat genjotan kencang itu terjadi tiba-tiba saja pria itu mencabut lepas penisnya membuat mata sang dara yang tadinya memejam kini terbelalak merasakan vaginanya yang sedari tadi sangat sesak kini terasa begitu hampa.



"Sini kamu Annisa" ucap sang pejantan menarik lengan sang dara.



"Ahhhh... Bapak...." Balas wanita cantik itu kepayahan



Rupanya sang pejantan ingin berganti posisi. Sang dara berparas jelita yang bernama lengkap Annisa Febrianti itu tampak lunglai berusaha menuruti keinginan pak Joko, sang pejantannya.



Atasan ditempatnya bekerja itu menarik Annisa kearah meja riasnya lalu menempatkannya dalam posisi membelakangi nya. Tangannya ia taruh dipundak Annisa lalu menekannya kebawah seakan memberi isyarat agar dara itu menunduk agar posisinya menungging. Dari belakang pria berperut tambun itu kembali menelan ludahnya ketika melihat dua bongkahan bokong sekel nan indah yang tersaji di depannya. Kemudian tangannya secara naluriah menggapai bongkahan mulus itu lalu mencengramnya pelan sebatas merasakan kelembutan dan kekenyalannya.



Lalu setelah puas bermain di bokong itu, tangannya menyusur ke arah paha mulus annisa. Ia angkat satu kaki Annisa keatas kursi meja rias lalu membungkukkan badan tambunnya mengintip sebentar keadaan liang kawin dara jelita itu.



"Bagus.. masih menganga lebar lobang kawinmu Annisa. Cantik.. bapak suka.. siap ya.. Henggkkkk!" ucapnya sambil mengambil posisi lalu kembali menancapkan pusaka dahsyatnya masuk ke liang surgawi Annisa



"Ouuhhhhhhh bapaakkk!! AAHHHH AKUU KELUARRR! AAAHHHHHHHHH!!!"



Bersamaan dengan ditancapkannya batang haram milik atasannya itu, Annisa kembali mengerang nikmat meraih orgasmenya. Badannya mengejang dan seperti anjing, lidahnya sampai menjulur keluar sangking menikmati klimaksnya saat itu.



CRRTTT CRRTTT CCCRRTTTTT!!!



cairan cintanya menyembur tatkala pak Joko kembali menarik lepas penisnya. Bak air keran yang terbuka lebar, cairan cinta itu langsung menyemprot mengguyur lantai keramik dibawahnya. Tak hanya itu, air liurnya juga ikut menetes dari lidahnya yang menjulur panjang keluar. Annisa terlihat sangat menikmati orgasmenya itu.



Setelah semburannya selesai pak Joko memandang birahi wanitanya itu. dengan tangan kanannya ia memegang penis perkasanya lalu mengarahkannya lagi ke vagina Annisa sementara tangan kirinya menuju ke arah payudara Annisa lalu meremasnya dari arah belakang.



"Hhennggkk!!"



*Ssleeeppph!*



"Ssshhhhhh... Bapakkk.. oouughhghh penuh memekku!!!"



Penis perkasa itu kembali di tancapkan ke vagina yang masih saja kedutan paska orgasmenya. Meski sudah begitu basah, proses penetrasi nya tetap tidak semudah yang dibayangkan. Pak Joko mesti mendorong kuat penisnya menembus jepitan liang senggama dara jelita itu hingga batang raksasanya masuk seutuhnya. Namun kali ini Annisa tidak mengeluarkan suara desahan seperti sebelumnya. Ia hanya mendesis menahan ngilu di liang kawinnya karena sekujur dinding vaginanya masih sangat sensitif pasca orgasme tadi.



Tak lama, Pak Joko mulai memompa penisnya keluar masuk dari vagina Annisa lagi. Pelan, perlahan, penis itu kembali membombardir vagina Annisa. Sembari memberikan sodokannya, pak Joko mengangkat gamis yang masih Annisa kenakan. Dari bawah ia angkat gamis itu lalu meloloskannya dari atas. Begitu pula dengan hijab sang dara. Pak Joko membuka lilitan hijabnya lalu melepaskan kain penutup rambut wanita cantik itu sehingga rambutnya yang tebal mengkilap, mahkota sang dara itu terlihat jelas di mata pak Joko.



"Wah.. rambutmu panjang, hitam dan lebat Annisa. Harumnya juga menggairahkan. Sempurna." Ucap pria itu mengendus bagian belakang kepala Annisa. Lubang hidungnya sampai kembang kempis menikmati aroma itu. Sepertinya pak Joko sangat menyukai aroma wangi yang keluar dari rambut Annisa.



Kendati dipuji oleh tuannya, Annisa tidak menggubrisnya. Ia masih fokus akan setiap sodokan yang diterimanya. Vaginanya masih terasa sedikit ngilu.



Tubuh Annisa kini sudah polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Tubuhnya begitu mulus dan membuat pak Joko terus saja berdecak kagum melihatnya dari arah belakang sementara Dara jelita yang sudah telanjang bulat hanya bisa terus mendesis pelan. Ia terus memejam menahan sodokan pak Joko yang semakin kencang.



Sudah lewat 30 menit mereka bersetubuh namun belum terlihat tanda-tanda pak Joko akan meraih ejakulasinya. Sementara Annisa sudah kepayahan karena merasa lemas sudah berkali-kali orgasme di buatnya.



Kakinya gemetaran menahan tubuhnya yang maju mundur dibuat atasannya itu. Tangannya menumpu ke meja rias yang ikut bergetar menahan berat tubuh Annisa.



"Sshhh pak... Aahhhh bapak... Bapak.. aahhh kapan keluarnya bapakkk?? Nissa capek pak..." Tanya Annisa yang sudah kewalahan. Ia sedikit melirik kebelakang sebelum kembali menatap kedepan seraya terus mendesah.



"Hahhh.. haahhh.. hahhh... meski napas saya mulai tersengal tapi saya kuat main lebih dari ini Annisa. Lihat saja.. henggkkk!!" Jawab pak Joko kembali menaikkan ritmenya



"Ahh iyahh pak.. bapak kuat banget.. ahhh.. besar banget juga... ahhhh. Nisa kewalahan bapak buat.. ahhh aahhhhh" lirih Annisa kembali membuka matanya melihat ke belakang, ke arah pak Joko lalu kembali memejam menikmati.



Tangan pak Joko kembali menyasar susu kenyal Annisa. Ia usap lembut lalu meremasi nya secara bergantian kedua bongkahan indah itu. Rangsangan di vagina dan susunya itu ternyata kembali memacu tinggi syahwatnya. Birahi nya kembali memuncak. Ia bahkan kembali memejam nikmat saat pak Joko sengaja memelintir dan menarik putingnya dengan sedikit kasar ke depan.



"Aahhhh aahhhhhh jadi gini rasanya? Gini rasanya dientot sama bos sendiri.. aahhhh.. ahhhh enak ... Ahhhhhh ahhhhhh" desah Annisa kembali mengingat yang menyetubuhi nya saat ini tak lain tak bukan adalah pimpinannya. Namun seketika ia tercekat, seharusnya kalimat itu hanya boleh diutarakan didalam hatinya saja. Ia kelepasan sehingga atasannya itu dapat mendengar dengan jelas perkataannya barusan.



"Hahh.. hahh... Enak? Enak ya kontol saya?? Bukan kamu yang pertama, kedua, atau ketiga yang bilang begitu. Banyak lagi yang lain. Banyak dari mereka ketagihan dengan kontol super saya. Hahaha" lugasnya dengan begitu pede.



Memang tidak banyak lelaki disekitarnya yang memiliki pusaka sebesar milik pak Joko. Tak pelak dalam hatinya, Annisa setuju. Ia mengakui kehebatan atasannya itu. Ia juga percaya bahwa bos nya itu pasti dapat dengan mudah membuat banyak wanita bertekuk lutut hanya dengan menggunakan penisnya saja. Bos nya sungguh perkasa!



"Sshhhhh... Iyahh.. aahhh bapak benar.. kontol bapak hebat... Aahhhh.. punya bapak.. kontolnya bapak... ahhh... adalah kontol terbesar yang pernah masuk ke memek Nisa bapak.. aahhhh! Pasti kontol bapak bisa bikin siapapun ketagihan.. aahhh ahhhhh!" Jawab Annisa sambil mendesah manja. Wajahnya juga naik turun memberi anggukan. Batinnya menyetujui keperkasaan bosnya itu.



Tersirat senyuman tipis dari wajah pak Joko. Ia yakin kali ini sang dara telah jatuh dalam ke-alfa-annya. Bahkan saat sedang menyetubuhi wanita tercantik di kantornya itu, pikirannya melayang membayangkan ia melakukan hal serupa tepat di meja kerja kantornya.



'Kalau begini di kantor nanti, aku tak perlu repot repot menyewa wanita panggilan lain lagi. Wanita ini saja lebih dari cukup. Annisa febrianti, model kesayanganku. Mulai sekarang kamulah tempat pelampiasanku. Kamu harus tunduk dan patuh padaku. Aku lah tuan sejatimu, yang berkuasa atas raga seindah ini. Hahaha' batin pak Joko yang masih terus menyodok vagina Annisa.





Sementara itu di luar kamar tempat mereka bertempur, pak Sugiono telah membawa sebuah kursi kayu lalu duduk tepat didepan pintu. Sayup-sayup pendengarannya mendengar suara rintihan manja seseorang yang ia kenal. Seorang wanita dengan spek bidadari yang sedang dipakai oleh tamu spesial majikannya. Secangkir kopi panas juga telah ia sediakan untuk menemani waktu rondanya, dengan sebatang rokok yang baru ia nyalakan.



"Malam ini enaknya ngapain lagi ya?" Batinnya berpikir.



Baru saja ia sadar kalau tidak ada lagi yang bisa ia kerjakan. Bukan hanya itu, ia juga baru menyadari kalau tidak ada tempat untuknya tidur malam ini. Sony hanya memesan 1 kamar saja untuk Annisa dan tamu spesialnya. Ia pun melirik kamar lain sambil merogoh saku celananya.



"Asuu.. cuma tinggal 75 rebo. Cukup gak ya?" Ucapnya dengan suara lemas.



Terpikir olehnya untuk memesan kamar lain untuk istirahat malamnya. Namun sepertinya pak Sugiono harus mengurungkan niatnya karena uangnya hanya tersisa sedikit.



"Untung ya untung bisa bawa dan make cewe secakep dia. Tp sial juga uangku tinggal segini. Untuk tidur di kasur tambahan aja gak cukup kalo segini. Tidur diluar deh jadinya. Siall!" keluhnya sambil menggerutu



"Duh mana itu suara si Annisa makin kemana-mana deh. Bikin si Otong bangun lagi. Sabarr... Sabarrr..." Gerutunya sambil menggaruk rambutnya yang memutih











-_-_-_-_-_-_-_-_-_-





Di dalam kamar 04.

Pergumulan dua orang insan terus berlangsung. Pak Joko yang perkasa mampu menghadiahi Annisa dengan 5x squirt hanya dalam tempo 1 jam saja sementara dirinya belum 1x pun ejakulasi.



Wanita cantiknya sudah tampak semakin kewalahan dan kepayahan. Wajahnya kusut dengan tubuh mengkilap yang sudah tidak berbalut pakaian lagi. Saat ini Annisa sudah kembali mengangkang di atas ranjang sementara atasannya itu sedang memompa penisnya keluar masuk dengan gaya misionaris.



Matanya kian sayu antara membuka dan menutup dengan desahan yang keluar dari mulutnya tidak lagi sekuat sebelumnya. Ya, wanita cantik itu sudah diambang batasnya. Ia belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Apalagi oleh suaminya sendiri. Suaminya lebih lemah ketimbang para lelaki yang pernah menjamah tubuhnya, apalagi kalau dibandingkan dengan pak Joko? Tentu bagaikan langit dan bumi!.



Kucuran keringat membasahi setiap inchi baik tubuh pak Joko maupun Annisa. Dinginnya kota hujan itu tak mampu membendung panasnya proses kawin yang mereka lakukan.



Kontras dengan kondisi lunglai Annisa, pak Joko semakin kemari malah semakin mempercepat sodokannya. Suara benturan antar selangkangan mereka semakin merdu terdengar diikuti suara rintihan manja Annisa.



Namun Rintihan manja Annisa yang semakin meredup bukan membuat iba atasannya itu, malah bagi pak Joko setiap rintihan yang keluar dari mulut bawahannya itu semakin membuatnya ingin meningkatkan lagi rpm genjotannya. Sayang, saat ini ia sudah dalam laju tertingginya.



Splokk!



Splokkkk!



Splokkkk!



Splokkkk!





"Aahhhhh"



"Aahhhhhhhh"



"Aaahhhhhhhhhh"

Annisa terus mendesah manja



"Hahhh.. "



"hahhh..."



"Hahhhh..."



"henggkkk!"



"Nikmat sekali tubuhmu Annisa. Jepitan memekmu bikin bapak semakin semangat menyodokmu. Hennggkkk!!" Erang bos nya Annisa itu



Pak Joko semaksimal mungkin terus menggempur liang kawin Annisa. Napasnya semakin menderu seiring pinggulnya yang maju mundur dengan kencang. Matanya tertuju fokus menatapi bawahan cantiknya yang sedang terengah-engah itu. Ia sungguh ingin dipandang digdaya, yang mampu membuat lawan mainnya tak kuasa menahan nikmat dari keperkasaannya.



Sebagai seorang bos yang selalu ingin mendapatkan hasil maksimal sesuai rencana dan target sasaran, sedari awal pergumulan mereka, pak Joko sebenarnya telah menetapkan targetnya. Dimana target yang ia buat adalah sesuai dengan asumsi dan pengalaman beliau selama ini di dunia perlendiran tersebut.



Biasanya ia mampu membuat wanitanya menjerit nikmat hingga lebih dari 10x dalam sekali persetubuhannya. Namun untuk wanita dengan spek bagai bidadari seperti Annisa, pak Joko telah mematokkan skor 8-1, atau sekalah-kalahnya adalah 7-1. Namun sepertinya jepitan dari dinding vagina kelas atas Annisa membuat lelaki perkasa itu harus merelakan targetnya. Baru 5x Annisa orgasme tapi pak Joko sudah merasakan tanda-tanda ia akan segera mencapai ejakulasinya.



Dahinya mengernyit menahan nikmat. Ia tak ingin kalah. Ia ingin semua sesuai ekspektasinya namun seluruh batang raksasanya yang saat ini sedang di ulek oleh setiap otot dinding liang kawin Annisa terasa terlalu nikmat. Ia bahkan sudah berkali-kali mengatur napasnya agar bisa bertahan lebih lama namun tetap vagina Annisa masih terlalu nikmat. Meski tubuhnya sudah lunglai tapi tidak dengan jepitan vaginanya yang terus memberikan sensasi tiada banding jauh melebihi setiap wanita yang pernah dikawininya.



Bagai simbiosis mutualisme, penis pak Joko dan vagina Annisa seperti mendapatkan keuntungan dari pertemuan keduanya. Ditambah lagi dengan pria sekaliber pak Joko yang sangat perkasa yang telah mencicipi puluhan wanita, tentu ia akan terhina jika saja tidak menyanggupi target yang ia buat sendiri.



"Hahhhh... Hahhhhhh... Hhahhhh!"



Napasnya terus menderu, bahkan semakin kencang. Penisnya sudah berada dititik terkerasnya dengan uratnya yang menjulur keluar. Sekujur kulit penisnya telah mengkilap basah terkena cairan cinta annisa sementara kepala penisnya sudah sangat merah terus bergesekan menembus liang senggama yang sempit itu.



Dengan sisa-sisa tenaganya Annisa semakin mencengkram erat kain sprei ranjangnya sementara pahanya terbuka lebar di tahan oleh tangan pak Joko. Lelaki itu semakin kesetanan, gerakannya semakin kencang saja seakan menghiraukan target yang ia buat sendiri.

Dari ekspresi wajahnya tampak pak Joko akan segera menyelesaikan ronde pertamanya. Meski kalah, meski tak sesuai target, tapi sangking enaknya, pak Joko yang biasanya tidak mau kalah itupun kali ini terpaksa mengaku kalah. Ia sangat mengakui kenikmatan dari liang kawin seorang bawahan tercantiknya.



"Aarrggggg sialannn. Nikmat banget memek kamu Annisa... Aargggg.... Ini enak banget... Bapak gak tahan... arrgghh.. Rrgghh!!!" Erang pak Joko terus menggempur Annisa sekuat tenaga



"Aahhhhh iyaahh bapak.. sshhhhhhh sssshhhhhhh mmmpphhhh keluarin ajahh bapak... Ssshhhhh eesshhhhhhh" rintih Annisa pelan. Meski ia juga menikmati, ia juga ingin segera beristirahat setelah semua ini berakhir.



'iyah... Ahhh... Ahhh... Keluarin semuanya pak.. aku mohon.. aku sudah lelah pak.. aku mau semua ini berakhir.. ahh.. aku mau istirahat...'

batinnya



Pak Joko yang memang sudah diujung ternyata memang tidak mampu menahan ejakulasinya.



"ARGHHHH RASAKAN ANNISA . RASAKAN INIIII!!" jerit pak Joko. Dengan sekuat tenaga lelaki tambun itu mendorong penisnya hingga menembus rahim hangat itu hingga membuat mata Annisa terbelalak. Ia mementokkan seluruh penisnya masuk tanpa ada bagian yang tersisa.



CROTTT!

CROTTTT! CROTTT!! CROTTT!!

CROTTT!! CROTTT!!



Batang raksasa itu meletus. Semburannya amat kencang hingga dinding rahim Annisa seakan disemprot oleh air bertekanan tinggi. Bukan hanya soal semburan, kuantitas nya juga sangat banyak. Miliaran sel sperma berkualitas yang keluar dari dalam batang raksasa itu langsung tertampung dalam rahim Annisa. Annisa langsung berdesir hebat merasakan semburan demi semburan sperma milik atasannya yang belum berhenti itu. Rasa lengket nan hangat sperma lelaki itu mampu memenuhi setiap inchi rahim istri dari seorang lelaki bernama Farhan itu. Bahkan saat rahimnya terisi penuh oleh sperma milik serta hangatnya lelehan sperma atasannya, tanpa diduga Annisa ikut meraih kembali orgasmenya.



"Mmmpphhhhh bapakkkkkkk~"



CRRTTT!



CRRTTT!





Badannya mengangkat hingga melengkung keatas efek dari orgasme yang dideranya. Pupil matanya menghilang dengan lidah yang memelet keluar. Ekspresinya sangat luar biasa binal. Pak Joko yang melihatnya sampai tak habis pikir Annisa yang biasanya supel, kalem, dan selalu menjadi idola dikantornya itu saat ini tak lebih seperti seorang pelacur murahan yang sedang didera kenikmatan palsu dunia. Pak Joko begitu puas melihatnya.



Tak lama setelah orgasmenya mereda. Annisa tampak langsung tertidur pulas akibat kelelahan. Sementara pak Joko masih berada diatasnya. Bahkan penis perkasanya saja belum ia cabut dari vagina kelas atas yang berhasil membuatnya ejakulasi sebelum targetnya tercapai.



Pria tambun itu tampak berpikir sejenak. Matanya mengarah ke arah wajah Annisa yang terlelap lalu tersenyum. Ia lalu bergerak mundur yang membuat penisnya terlepas dari jepitan vagina Annisa



"Sshhhhh" rintih Annisa dalam tidurnya



Annisa masih terbaring dalam posisi mengangkang sementara pak Joko mendekatkan wajahnya mengamati kondisi vagina Annisa yang baru ia setubuhi.



Tampak vaginanya sangat merekah dengan lubangnya yang masih menganga. Tak sampai disitu, pak Joko dengan usilnya memasukkan 1 jarinya mengorek liang kawin Annisa yang terbuka itu seakan mencari-cari sesuatu. Seketika senyumnya melebar ketika menyadari bahwa spermanya telah masuk semua tanpa ada sedikitpun yang tumpah keluar. Pak Joko sepertinya saat ingin menghamili dara jelita itu.



Setelahnya pria tambun itu berdiri meninggalkan Annisa yang masih mengangkang, membiarkannya terlelap sembari beristirahat. Ia berdiri lalu tersenyum tipis ketika melihat dari ujung penisnya menetes jatuh cairan hasil dari perkawinan mereka. Pak Joko kemudian mengambil handuk yang terpatri di dalam lemari langsung melilitkannya menutupi pinggul hingga lututnya lalu membuka pintu kamarnya. Terpaan angin sepoi langsung menerpa perut tambunnya.



"Ternyata diluar sedingin ini ya.. " katanya menyadari ternyata suhu udara diluar sangat berbeda dari suhu kamarnya. Ia sampai memeluk tubuh tambunnya sendiri.



"Eh kamu masih disini. Siapa tadi namanya kamu?" Tanyanya ke pada seorang pria tua yang sedang duduk di depan kamarnya sambil menghembuskan rokoknya



"Eh. Eh.. maaf pak. Saya Sugiono. Apa ada yg bisa saya bantu pak?" Jawabnya dengan tergesa karena panik tidak menyangka tamu spesialnya tiba-tiba keluar dari kamar.



Pak Sugiono seperti kebingungan. Dengan polosnya ia mengintip kedalam kamar melihat kondisi wanita cantik yang ia bawa. Ia menelan ludahnya sendiri karena melihat Annisa sudah terbaring dalam posisi mengangkang tanpa ada yang menutupi.



"Santai saja kamu. Annisa tidak kenapa-kenapa. Yang lebih penting, saya mau tahu. Kenapa cewek itu bisa sama kamu?." Ucap pak joko yang melihat gerak-gerik pak Sugiono



Pak Sugiono tampak takut. Ia mundur selangkah. Matanya melirik ke kiri ke kanan menghindari tatapan pak Joko yang mengarah kepadanya. Hatinya terus bertanya, apa ia boleh menjawab atau tidak. Ingin sekali rasanya ia menelpon bang Sony tapi tak mungkin ia lakukan saat itu juga.



Ditengah kebingungannya ia mendapatkan suatu ide. Ide yang mungkin bisa menyelematkan nya dari situasinya saat ini. Dengan memberanikan diri ia menatap ke arah pak Joko.



"Maaf tuan. Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya mendapat mandat untuk membawa wanita itu kemari. Saya tidak tahu info selain itu. Itu aja tuan. Maaf" jawabnya dengan sedikit bergetar



"Bener kamu tidak tahu?. Hmm. Jika kamu berubah pikiran, silahkan temui saya." Kata pak Joko sambil mengambil segepok uang lalu meletakkannya di sebelah gelas kopi pak Sugiono.



"Baik. Tapi maaf pak. Saya tidak tahu" balas pak Sugiono sedikit nanar setelah melihat segepok uang tersebut



"Ya sudah. Saya masuk dulu" ucap pak Joko berjalan masuk lalu menutup pintu kamarnya.



Tatapan Pak Sugiono tidak bisa lepas dari uang yang diberikan tamu spesialnya. Ia sebenarnya juga tidak terlalu tahu alasannya tapi sepertinya ia akan mengutarakan apa yang ia tahu tanpa ada yang dikurangi ataupun yang dilebihkan kepada pak Joko nanti.





Didalam kamar, pak Joko duduk di tepi ranjang. Tepat disebelah Annisa yang masih berbaring dengan kakinya yang masih mengangkang. Ia sengaja tidak membenarkan posisi tidur Annisa agar tetap bisa memantau kondisi terkini vagina betinanya.



Kembali diintipnya. Senyumnya kembali merekah saat melihat liang senggama milik Annisa itu masih memerah dan menganga yang menampilkan isi dalam lubang kewanitaannya. Meski menganga, bentuknya tetap cantik dan tentu saja dapat memancing setiap pria yang melihatnya untuk segera menyelipkan penisnya masuk ke dalam lubang kenikmatan itu.











-_-_-_-_-_-_-









Tidak terasa waktu sudah pukul satu dini hari. Annisa masih saja terlelap sementara pak Joko dengan penisnya yang telah kembali mengacung tegak kini ikut berbaring disebelah Annisa. Ia menyaksikan secara seksama keindahan wajah Annisa yang tepat menghadap kearahnya. Rambut Annisa yang acak-acakan juga ia rapikan agar keindahan itu lebih terpancar.



Ia daratkan kecupan di pipinya, lalu ia kecup keningnya, lalu ia kecup bibir manisnya. Tidak cukup sampai disitu, tangannya kini mencari puting cokelat muda Annisa yang terekspos bebas. Ia tarik pentil payudara montok itu lalu ia pilin memutar kemudian ia sentil sentil pentil itu sampai dada kenyal itu bergetar gemas. Susu kenyal Annisa juga ia usapi dan remas. Terkadang remasannya pelan, terkadang remasannya kuat sampai membuat bentuk dari payudara Annisa seakan mau meledak. Rasanya menyenangkan mengerjai seorang wanita yang sedang tertidur pulas. Apalagi saat melihat mimik wajahnya yang berubah namun tetap dalam tidurnya. Pak Joko semakin sumringah.



Hampir sejam pak Joko memberikan Annisa waktu untuk beristirahat. Sebenarnya ia pun hampir tertidur akibat minimnya aktivitas yang ia lakukan tapi instingnya sebagai lelaki berkata lain. Penis raksasanya yang masih saja berdiri tegak tanpa dipandu seperti tersengat naik turun, seakan meminta tuannya untuk kembali melakukan hal tabu seperti sebelumnya.



'iya sebentar.. sabar' batinnya memandangi penisnya sendiri



Ia pun bangkit dengan memegangi batang raksasanya.....









Bersambung...​



:::::::::::::::::::

Part 15 D



TAMU SPESIAL​




Mulustrasi Annisa Febrianti




Pak Joko bangkit dari posisi tidurnya. Ia menggeser badannya ke bagian bawah tubuh Annisa, tepat dibawah Annisa yang masih mengangkang. Tampak sepertinya ia sedang melakukan sesuatu didalam mulutnya.

Cuihh!.. cuihh!

Ternyata pak Joko mengumpulkan liurnya lalu langsung meludahi penisnya. Dengan air liurnya itu pak Joko mengusapi penis raksasanya sampai mengkilap licin.

Cuiihh!

Ia kembali meludah. Tapi satu lemparan ludah lagi menuju kearah vagina Annisa. Lubang vaginanya yang sebelumnya menganga merekah sudah sedikit tertutup sehingga pak Joko memutuskan untuk memberinya pelumas alami agar siap menerima sodokannya lagi.

Dengan setengah berdiri pak Joko menyiapkan raganya. Kaki Annisa ia pegang lalu naikkan ke pundaknya yang lebar. Dengan tangannya ia menggengam penis super jumbo miliknya lalu menuntunnya kearah liang kenikmatan sang dara jelita yang masih saja tertidur dengan lelap.

"Siap siap yaahh" ucapnya sambil memandangi wajah wanitanya dengan penuh nafsu

Penis itu tampak mengkilap basah terkena ludahnya sendiri. Di ujungnya sudah ia baluri dengan liur yang lebih banyak untuk membantu proses penetrasinya. Penis itu sudah begitu licin dan siap berperang. Kini ujung dari batang raksasa itu sudah dituntun tepat berada di pintu gerbang kewanitaan Annisa.

Sambil memperhatikan kemolekan betinanya ia memajukan pinggulnya secara perlahan. Nafsu membuatnya kembali ingin segera dipuasi. Ia pun mendorong lembut penisnya hingga menyentuh pintu gerbang kewanitaan annisa. Terus ia dorong hingga secara perlahan ujungnya yang bewarna merah itu masuk membelah vagina Annisa.

"Sshhhhhhhhhhhhh" desis Annisa dalam tidurnya

Meski kepala penisnya sudah masuk namun Annisa belum juga terbangun. Dara jelita itu tetap terlelap meski suara desis-an lirih keluar dari mulutnya. Tentu hal itu membuat pak Joko gembira. Senyumnya merekah. Kali ini ia tarik lagi penisnya sampai kepala penisnya hampir keluar seluruhnya, lalu dengan santainya lagi, ia mendorong lebih dalam penisnya.

"Uuhhhh" desis pak Joko tersenyum nikmat

Pak Joko benar-benar menikmati proses penetrasi penisnya. Ia juga sebenarnya takjub dengan vagina Annisa dimana yang ia lihat sebelumnya menganga lebar tapi saat dimasuki lagi, liang kewanitaannya ternyata masih sesempit ini dan tidak mudah untuk dimasukin kembali.

Pak Joko yakin jika dengan tenaga ekstra sebenarnya vagina milik bawahannya itu pastilah dapat tembus dengan 2 atau 3 kali dorongan. Tapi ia memilih cara yang berbeda.

"Ehhmmmm.. sshhhhhhh~"

Dalam tidurnya Annisa masih saja mendesis setiap kali pak Joko berusaha mendorong penisnya masuk lalu mendesis lagi ketika pak Joko berusaha menarik penisnya lagi.

Mulut pak Joko membuka. Ia begitu menikmati penetrasi penisnya kali ini. Seumur hidup baru kali ini ia menikmati hal seperti itu, bahkan sama istri sahnya sekalipun saja ia belum pernah merasakannya. Penis jumbonya belum masuk seutuhnya. Baru kepalanya saja tapi sensasinya sungguh luar biasa.

"Nikmat sekali tubuhmu ini Annisa. Kamu sempurna. Sempurna untuk menjadi seorang pemuas buat diriku yang hyper ini!" Lirihnya saat kembali mendorong pinggulnya kedepan.

Ternyata setelah berulang-ulang melakukan gerakan serupa, meski tuannya masih terlelap ternyata vagina Annisa sudah mengeluarkan lendiran pelumasnya. Alhasil, kini secara perlahan penis pak Joko dapat masuk sedikit lebih dalam.

"Eehmmmmm" desis Annisa sedikit mengangkat kepalanya

Pak Joko yang menyadari kini penisnya masuk semakin dalam malah kembali menarik penisnya keluar. Tidak sampai terlepas dari vagina Annisa tentunya, namun saat menyisakan ujung kencingnya saja, pak joko kembali mendorongnya lembut.

"Eehhmmmmm sshhhhhhh" desis Annisa sambil menggerakkan kepalanya

Kali ini penis pak Joko masuk lebih dalam lagi. Tampak sudah separuh nya yang terbenam masuk. Senyuman kembali merekah saat pak joko merasakan sensasi pijetan nikmat dari dinding vagina Annisa di sekujur penisnya. Karenanya ia jadi tak mau berlama-lama lagi, pak Joko tak mau menarik penisnya seperti sebelumnya. Ia terus saja mendorong penisnya masuk membelah sempitnya lubang kenikmatan itu.

"Henggkkk.....!!" Tegas pak Joko terus memajukan pinggulnya

"Aaaahhhhhhh!" Pekik Annisa dengan mata yang terbelalak

Seketika Annisa tersadar saat penis raksasa atasannya itu telah kembali masuk seutuhnya kedalam liang kawinnya. Rahimnya kembali ditusuk oleh sesuatu yang ekstra besar lagi keras.

Matanya terbuka dengan lebar karena sensasi sesak yang kembali di rasakan rahimnya. Dengan pikirannya yang masih melayang-layang, ia berusaha mengintip kebawah, dimana ia melihat bos nya itu telah kembali mencobloskan batang raksasanya kedalam liang kewanitaannya. Lalu Annisa menatap lirih ke arah bosnya saat merasakan batang raksasa itu ditarik keluar.

"Maaf membuat kamu terbangun Annisa. Saya tidak tahan akan godaan yang kamu tawarkan. Hehehe. Henggkkhhh!!" ucap pak Joko menatap ke arah Annisa yang masih tampak linglung meresapi keadaan disekitarnya sambil mementokkan lagi penisnya

"Aahhhhhhh bapakkk.. ahhhhhhh!" Jerit Annisa dengan manja

Belum sempat pikiran Annisa kembali normal, pak Joko sudah memulai genjotannya. Vagina sempit Annisa dengan pasrah mulai dihujami oleh sodokan sodokan yang mengencang di setiap detiknya.

Dara jelita itu pun perlahan mulai mendesah. Ia bukan hanya sudah sadar, ia bahkan menyadari kini vaginanya seperti sudah dapat menerima penis raksasa atasannya itu.

Masih sakit tentunya tapi tidak seperti sebelumnya. Bahkan rasa nikmat dari penis atasannya itu sudah dapat mengatasi setiap rasa sakit yang dideranya.

"Aahhhh"

"Aaahhhhh yahhhh"

"Aauuhhhhhh"

"Aaaaaaahhhhhhhhh"

Desahannya semakin kuat. Bahkan vaginanya semakin becek saja ketika pak Joko semakin mengencangkan tempo genjotannya.

Dengan gaya misionaris andalannya pak Joko dengan pede terus menghujami vagina Annisa dengan penis perkasanya. Annisa kembali memejam nikmat. Bukan hanya Annisa, kali ini pak Joko juga memejam nikmat merasakan kenikmatan tiada tara yang diterima sekujur penisnya.

"Enak... Ahh.. nikmat.. ahh.. rasanya seperti dijepit. Rasanya seperti dicengkeram. Ughhh enakkk...." racau pak Joko sangat menikmati

Tanpa sadar tangannya semangkin mencengkram kuat pinggul ramping Annisa yang sedang dipeganginya. Ranjang yang menjadi saksi bisu pertempuran mereka pun perlahan mengeluarkan bunyi decit akibat saking kuatnya genjotan pak Joko. Meski sedang telentang, perlahan tubuh Annisa tergeser semakin naik ke arah ujung ranjang tapi tepat sebelum mencapai ujungnya, pak Joko menghentikan genjotannya lalu dengan sigap melepas paksa penisnya dan mengarahkannya ke perut Annisa

"Arrggggghhhh! KELUARRR!!" Jerit pak Joko menyemprotkan cairan spermanya kearah pusar Annisa.

CROTTT!

CROTTT!

CROTTT!


Annisa yang sedang menikmati keperkasaan bosnya itu pun ikut kaget saat batang sebesar itu ditarik keluar secara mendadak sehingga vaginanya masih menganga ekstra lebar. Ia pun merasakan suatu cairan yang lengket namun hangat membasahi area perutnya seiring dengan ejakulasi penis atasannya itu.

"Aahh.. kok?? bapak udah keluar?? Hemmppp" tanya Annisa mencoba menegakkan badannya melihat ke arah perutnya yang terasa lengket dan hangat

Pak Joko yang masih menuntaskan sisa-sisa birahinya itu tak menjawab dan terus mengurut penisnya dengan tangannya sendiri. Sesekali ia elus lembut lalu sedikit menekan diarea pangkalnya sehingga batang raksasa itu kembali mengeluarkan 1 muncratan lagi. Wajahnya sangat menikmati dengan senyum lebar di bibirnya.

Wajah Annisa menampilkan raut heran. Ia juga bingung. Selagi menikmati perkawinannya tadi, ia yang dari awal berpikir akan menerima sepenuhnya sperma milik atasannya itu di dalam rahimnya ternyata jadi sedikit merasa kecewa.

Kenapa di perut sih??
Batin Annisa ketika membayangkan sperma hangatnya masuk menyembur dalam rahimnya

Namun perasaan kecewa itu hanya bertahan sesaat saja. Pupil matanya kembali membulat saat melihat penis milik pak Joko yang tetap keras meski baru saja menumpahkan lahar hangatnya. Tanpa di perintah pun ia langsung melebarkan kakinya sendiri seolah memberi ruang agar atasannya itu kembali menyetubuhinya.

"Aahh puas nya saya... Nikmat sekali... Saatnya ronde kedua. Siap? Hengghkkk!!" Ucapnya kembali mengarahkan penisnya kedepan pintu liang kawin Annisa lalu mendorongnya kencang

"iyaahh bapakk.. Si.... Aahhhhhppp!" jerit Annisa dengan manja

Belum sempat Annisa menjawab pertanyaan bos nya itu, ia dipaksa mendesah kencang karena penis raksasa bosnya itu kembali menyodok vaginanya.

Mereka kembali bersetubuh. Tubuh Annisa kembali bergoyang meski sedang disetubuhi dengan gaya misionaris. Ranjangnya pun kembali berdecit seakan mau ambruk jika pak Joko terus mengeluarkan tenaga sebesar itu untuk menggenjot dara jelita bernama lengkap Annisa Febrianti itu.



-_-_-_-_-_-_-_-_-di luar hotel



Sepasang kekasih yang tengah kasmaran tampak memasuki gerbang penginapan. Mereka masih membicarakan tentang pertunjukan yang baru saja di tonton. Dengan bergandengan tangan, mereka berjalan semakin masuk kedalam area penginapan sampai Bahri, menyadari sesuatu.

"Yank. Kamu yakin mau nginap disini? Tempatnya ehm.. kamu tau lah ya.." kata Bahri sambil memperhatikan sosok wanita penghibur yang sedang menunggu diluar kamar

"Rani terserah mas aja. Hm, Pantes ibu itu nyarankan tempat ini mas. Soalnya tempat seperti ini biasanya aman dari penggerebekan karena punya deking sih." ucap rani ikut mengamati sekitarnya

"Jadi kita disini aja yank?" Tanya Bahri

"Rani ok aja mas." Jawab Rani singkat karena ia pun sebenarnya sudah terbiasa menginap di tempat seperti itu.

Mereka pun mengambil kunci kamar di resepsionis lalu menempati salah satu kamar kosong. Setelah menutup pintu, Bahri langsung memeluk tubuh Rani dari belakang. Ia mengecup leher Rani dari luar hijabnya. Ia juga mengendus bau keringat Rani yang menurutnya harum kendati belum mandi sejak pagi tadi.

"Kenapa mas?? Udah pengen ya? Hihi" tanya Rani menikmati pelukan pacarnya

"Iya sayang. Mas pengen ngentot kamu" katanya berbisik ditelinga Rani.

Tangannya juga mulai mencari bongkahan super gede yang menempel di dada pacarnya itu. Setelah dapat, jemarinya langsung mencengkram bulatan kenyal itu dengan keras. Ukurannya yang besar membuat tangan Bahri tak mampu mencengkram seluruhnya.

"Uhhh mas... Ih si mas nakal deh.. tapi Ayuk mas. Hihi" jawab Rani sambil menikmati remasan pada susu jumbonya

"Langsung aja yah yank" pinta Bahri saat mulai melucuti satu persatu pakaian pacarnya setelah membuka sendiri pakaiannya.

Sebelum tidur mereka pun menyempatkan untuk berhubungan intim. Mereka tampak sangat bahagia malam itu.




-_-_-_-_-_-_-_-_- di tempat lain



"Huaciiiimm!!"

Seorang pria tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan ingus yang keluar dari lubang hidungnya.

Tubuhnya menggigil. Ia buru-buru mengambil remote AC lalu menyetel suhu ruangan kamarnya agar tidak terlalu dingin. Setelahnya ia kembali masuk kedalam selimut dan memeluk gulingnya. Ditengah usahanya untuk kembali terlelap, ia membuka layar handphonenya sebatas untuk melihat wallpaper yang terstel disana. Tampak seorang wanita cantik yang sedang memegang setangkai bunga mawar.

Sebuah senyuman indah terpapar di wajahnya yang sebenarnya sungguh mengalahkan keindahan dari mawar yang dipegangnya. Sembari menatap layar handphonenya itu, Farhan kembali tertidur dengan senyuman tanpa tahu apa yang sedang dilakukan istrinya tercinta.

"Kangen... Umii... Abi kangen banget sama umi.."
Ucap Farhan sebelum kembali tertidur pulas.




-_-_-_-_-_-_-_-_- sementara itu




Pukul 03.00 dini hari


"Arrgghhhhhhh assuuuuuuu nikmat bangettttt!!"

CROTTT CROTTT CROTTT!!

untuk kali ketiga pak Joko kembali memuntahkan lahar hangatnya. Kali ini tepat mengarah kedalam rahim Annisa yang telah siap menjadi tempat penampungan pejuh nya.

Annisa mendongak keatas dengan menggigit bibir bawahnya saat merasakan dinding rahimnya disemprot lagi oleh sperma yang begitu hangat dan kental. Kulit disekitar vaginanya tampak ikut memerah menerima sodokan kuat atasannya yang berlangsung lebih dari 2 jam tanpa henti.

Tak lama berselang dari ejakulasi atasannya, Annisa kembali dilanda orgasme. Ternyata banyaknya sperma pak Joko yang mengisi rahimnya menjadi pemicunya. Meski tubuhnya sudah teramat lelah, namun sebuah semburan masih dapat menyemprot dari vagina Annisa ketika penis raksasa yang menyumpalnya ditarik lepas oleh sang pemilik.

"Emmmhhh shhhhhhhhh!!!" Erang Annisa dengan mata terpejam. Ia hanya bisa menikmati orgasmenya dengan seadanya akibat daya tahan fisiknya sudah terkuras habis.

Tidak begitu lama kemudian, pak Joko menurunkan kaki Annisa dari pundak nya lalu menuntun Annisa untuk menungging. Rupanya ia belum selesai. Penisnya masih mengacung keras menentang gravitasi. Beda dengan Annisa yang sudah tidak bertenaga dan sangat lemah membuatnya pasrah saja diposisikan seperti itu.

Kembali ia merasakan adanya sesuatu yang besar menyentuh bibir vaginanya. Annisa tak menggubrisnya karena ia tahu betul apa itu. Ia hanya memejam sambil menggigit bibir bawahnya bersiap menerimanya.

Blesshhh!

Saat posisinya sudah sesuai, batang raksasa pak Joko kembali didorong menyeruak masuk kedalam vagina Annisa yang sudah sangat kucel. Vagina yang sebelumnya sempit itu pun kembali dipaksa untuk meregang ekstra lebar. Tanpa rasa kasihan pak Joko perlahan kembali menggenjot Annisa dengan tempo sedang. Jepitan dari dinding vagina sang dara yang sedang terkulai lemas itu tetap membuat pak Joko puas dan ingin terus memakainya.

"Hahhh... Hahhhh... Hahhhhh" desah pak joko sangat menikmati.

Sejam berselang, masih dalam posisi menungging, Annisa tampak sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya maju mundur dengan payudaranya yang gondal gandul. Batang kejantanan pak Joko tampak begitu mengkilap terlumeri cairan cinta Annisa yang membanjiri liang kawinnya. Dengan sangat cepat, pak Joko memacu pinggulnya mengebor vagina dara jelita itu. Wajahnya merah padam seakan sengaja tidak melimitasi tenaga yang keluar untuk tindakan asusilanya. Hasilnya, ia merasakan sebuah gelombang kenikmatan tiada tara yang belum pernah dirasakan sebelumnya dari para istri sahnya ataupun dari para pelacur kelas atas yang pernah dipakainya.

"Hahhh hahhh.. aku mau keluar lagi... Hahhh.. udah pingsan pun memeknya masih ngempot.. hahh hahh... Luar biasa sekali kamu Annisa!" Racaunya ditengah gempurannya

Meski sudah berjam-jam digenjot oleh batang terbesar yang pernah masuk kedalam kemaluannya, vagina Annisa masih menunjukkan kualitasnya. Dindingnya masih bisa menjepit erat batang raksasa itu dengan grip yang luar biasa. Terbukti dari setiap pak Joko menarik penisnya, terlihat dinding vagina Annisa seakan ikut tertarik keluar dan kembali masuk saat penis itu kembali ditanamkan kedalamnya.

Tak lama kemudian, pak Joko sudah diambang batasnya. Ia menaikkan sedikit lagi pinggul Annisa agar posisinya lebih sesuai dengan tinggi selangkangannya. Dengan sisa tenaganya itu ia sekuat mungkin memompa vagina Annisa.

Genjotannya luar biasa sampai membuat ranjangnya seakan mau ambruk. ranjang tempat pertempuran mereka ikut bergoyang ekstra kencang. Suara gemericik perpaduan antara tumbukan penis raksasa pak joko dengan vagina sempit Annisa juga terdengar lantang.

Napasnya terengah-engah diambang ejakulasinya. Tangannya mencengkram kuat kedua bongkahan pantat Annisa yang sekel bak bokong biduan terkenal. Bulir keringat dari wajahnya berjatuhan membasahi kulit bening annisa yang berada dibawahnya.

Setiap ia mendorong penisnya terasa sengatan listrik nikmat yang langsung menjalar ke otaknya, lalu sengatan itu kembali muncul saat ia menarik penisnya. Mulutnya terus mendesah dengan napasnya yang kian memburu. Sementara penis raksasanya kian menegang dan semakin keras dibarengi dengan kedutan ringan.

"Hhaaahhhhhhhhh... Hahhhhhhhh... Hhaahhhhhhh!! Sedikit lagi.. sedikit lagi!!!!" Jerit nya kencang

Splokkkk splokkkk splokkkk
Splokkkk splokkkk splokkkk
Splokkkk splokkkk splokkkk
Splokkkk splokkkk splokkkk
Splokkkk splokkkk splokkkk

"Hahhhh! Hahhhhh! Ini dia... Ini dia!... INI DIAAAA! AAGGH!" Jeritnya saat merasakan adanya sebuah gelombang ledakan dari penisnya

CROT!!
CROTTTT!!
CROTTTT!!

akhirnya penis itu meletus kembali. Aliran lahar hangat kembali mengisi rahim Annisa. Namun kini pak Joko dengan napasnya yang masih tersengal-sengal mendiamkan saja penisnya agar semua sperma yang dikeluarkannya bersarang di rahim dara jelita itu tanpa ada setetes pun yang luber keluar.

Setelah ia melihat Annisa yang sudah tak sadarkan diri akibat keperkasaannya, Hatinya sangat gembira dengan wajah yang sangat riang seperti habis memenangkan sebuah kejuaraan. Setelah 3 kali ejakulasi, penisnya kini perlahan menciut loyo. Ditengah prosesnya, ia tetap merasakan nikmat jepitan liang kawin bawahannya itu dengan seksama.

Setelah beberapa saat, barulah ia merasakan bahwa dengkulnya bergetar. Ia jadi ingat akan usianya. Ia pun memutuskan untuk membaringkan dirinya.

Walau menciut, penisnya masih lah besar dan panjang. Ukurannya bahkan tetap lebih besar dari penis milik suami Annisa yang sedang dalam kondisi ereksi terbaiknya. Dengan penisnya yang masih tertancap sempurna, pak Joko dengan berhati-hati meluruskan kaki Annisa agar posisinya telungkup sempurna lalu memutar Annisa agar ia berbaring tepat diatas tubuhnya.

Kini Annisa berbaring di tubuh pak Joko. Kepalanya menyender di bidang dada atasannya yang berlemak itu sementara di vaginanya masih bersarang kemaluan atasan nya yang sudah lisut. Lelah tapi nikmat, capek tapi rasanya luar biasa , begitulah kira-kira yang ada dibenak lelaki beristri 3 itu disaat mengecup manja ubun-ubun sembari menghirup aroma rambut wanitanya. Teman bermainnya kali ini sungguh membuatnya puas. Pikirannya menerawang kebelakang, memilih siapa wanita terbaik yang pernah ditiduri olehnya. Namun seketika ia membuyarkan pikirannya sendiri. Ia mengambil nafas panjang lalu membuangnya perlahan.

Kamu yang terbaik Annisa..
ucapnya dengan lembut sambil meremas kuat payudara kenyal milik wanita yang sudah tidak sadarkan diri itu.

Tak terasa baginya waktu sangat cepat berlalu, Ia bahkan tak menyangka kalau saat ini sudah pukul 05 pagi. Sebentar lagi ayam akan berkokok dan mentari akan terbit dari ufuk timur. Dengan tangan kanannya ia cengkram erat susu kiri Annisa lalu dengan tangan kirinya ia dekap tubuh ramping Annisa. Ia merasakan hangatnya tubuh Annisa sembari terus mendekapnya erat hingga tanpa sadar ia terlelap dengan sendirinya.




-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-




Beberapa menit kemudian.


Seorang wanita tampak membuka matanya sambil menoleh ke arah sebelah kiri. Tatapannya masih sayu dan kesadarannya belum pulih sepenuhnya lantaran dengkuran yang sangat nyaring di telinganya.

Dengan perlahan ia menggeser tubuhnya mendekat ke arah sumber suara lalu ia mengangkat tangannya menutup mulut dari pasangannya yang terbuka lebar.

"Ih si sayang bikin kebangun aja deh." Katanya dengan suara kecil sambil memanyunkan bibirnya yang seksi

Benar memang, setelah ia menutup mulut pasangannya, bunyi dari dengkurannya tidak senyaring sebelumnya. Meski masih terdengar tapi dengan begitu kini ia bisa kembali melanjutkan tidurnya.

Matanya kembali memejam lalu terlelap dengan cepat hingga tiba-tiba dari luar kamarnya, terdengar suara.

Sontak ia mengernyitkan dahi. Dikala sedang ngantuk ngantuk nya, disaat ia ingin melanjutkan tidurnya, wanita muda itu malah mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Aahhh... Aahhhhh... Aahhhhh..."

Ia berusaha kembali memejamkan matanya meski pikirannya melayang kemana-mana. Suara erotis yang didengarnya membuatnya semakin tidak tenang.

Wanita muda bertubuh sintal itu bernama Rani. Wajahnya tampak cemberut karena waktu tidurnya yang berharga terganggu oleh dengkuran pacarnya sendiri dan kini terganggu karena kemesraan orang lain.

Disebelahnya sedang terlelap lelaki berwajah tampan yang belum menjadi suaminya, Bahri. Meski belum menikah tapi mereka saling menyayangi dan telah menjalin sebuah ikatan percintaan serius.

Rani memasang muka jutek ke arah Bahri yang masih mendengkur ringan. Ia menyalahkan pasangannya itu karena suara dengkurannya lah yang menjadi awal ia jadi terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Padahal cuacanya dingin, matahari juga belum sepenuhnya terbit menerangi.

Kendati demikian, ia tak bisa berlama-lama memasang wajah juteknya. Rasa sayangnya yang begitu besar lantaran pasangan tampannya itu mau menerima dirinya apa adanya, membuatnya luluh.

Rani mendekatkan wajahnya lalu mengecup pipi Bahri.

Cuuph!

Raut wajah Rani kini berseri. Meski tidurnya terganggu namun Rani membalasnya dengan kecupan. Sebuah kecupan manis penuh cinta dari wanita yang memiliki bentuk bibir sensual.

Diluar kamarnya, seseorang wanita berwajah ayu terlihat sedang maju mundur teratur. Kantung matanya tampak menghitam akibat begadang semalaman. Kendati demikian, suara desahannya masih terdengar seksi dan mampu menghipnotis setiap pendengarnya ikut terlucuti birahinya.

"Ini yang terakhir neng. Rasakan. Rasakan kontol Abang!" Erangnya sekuat tenaga menggenjoti betinanya

Lelaki itu sudah diambang batas. Begitupun dengan wanitanya yang sudah teramat lelah. Ia hanya bisa mendesah pasrah ketika dibawa keluar kamar untuk melanjutkan percintaannya. Mau diapakan juga terserah, asal setelah ini ia diizinkan untuk beristirahat.

"Aahhh.. ahhhh.. ahhhh..." desah wanita itu mengangguk pasrah

Ia terus mendesah sembari berharap pelanggannya yang bernama Rudheus itu segera menuntaskan hajatnya.

Sementara itu dari dalam kamar, telinga Rani masih dapat mendengar desahan manja itu. Entah kenapa rasa kantuknya malah jadi berkurang. Entah kenapa rasa kantuk yang tadi sangat membebani matanya itu berubah menjadi gairah.

Kini Rani tidak lagi memejam. Ia sedang memandang penuh nafsu ke arah wajah tampan pacarnya yang terlelap menghadap langit-langit dengan nafsu.

"Kenapa aku jadi gatel sih. Kan tadi sebelum tidur udah.." lirih Rani sambil mengusapi vaginanya dari luar celana kulot tidurnya

Karena suara desahan itu birahinya jadi ikut tersulut. Vaginanya jadi ikutan gatal karena mendengarkan suara desahan manja itu. Padahal sebelum tidur tadi ia sudah mendapatkan kepuasannya ketika bercinta dengan pacarnya. Alhasil saat ini, ia menatap nafsu kepada pejantanya yang masih saja tertidur pulas.

Rani bukan lah seorang amatir seperti Annisa. Jika Annisa adalah pemain baru yang kerap bingung harus berbuat apa untuk memuasi dirinya sendiri ataupun pasangannya, Rani berbeda. tanpa berpikir pun ia sudah tahu harus berbuat apa.

Tangannya yang tadi mengusapi vaginanya kini sudah berada disebuah tonjolan kecil yang berada di selangkangan pacarnya. Ia usapi lembut meresapi bentuknya yang masih imut tersembunyi dibalik boksernya. Tidak sampai disitu tentunya. Setelahnya ia merubah posisinya. Rani bergerak mendekat ke selangkangannya. Dengan telaten tanpa membangunkan pemiliknya ia sudah berhasil mengeluarkan penis pacarnya yang masih lisut. Bentuknya seperti jempol tangan hanya saja sedikit lebih besar. Warnanya cokelat tapi tidak secokelat cokelat. Ia jadi gemes sendiri melihat kelamin milik pacarnya itu.

"Mmpphhhh" desahnya saat bibir sensualnya mengecup manja ujung kepala jamur itu lalu mencaplok seluruh penis mungil itu masuk kedalam mulutnya

Di atas sebuah kasur di penginapan esek, kini terdapat seorang wanita yang sedang mengulum penis kendati pasangannya sedang tertidur pulas.

"Enak... Nyamm.. nyammm...." Batinnya menjilati penis Bahri dengan sangat rakus

Liur nya telah membasahi sekujur penis yang belum mengeras itu. Meski demikian, lidahnya tetap saja bergrilya memberi jilatan yang membuat kulit cokelat batang kejantanan itu semakin mengkilap karena basah.

"Rrggghh" desis Bahri yang masih terlelap

Bahri juga sedang bermimpi indah. Dimana ia sedang melakukan ritual malam pertama dengan perempuan yang disukainya. Siapa lagi kalau bukan Rani. Entah kenapa timingnya begitu pas, dan begitu tepat. Di mimpinya itu pun tampak Rani sedang memberikan servis blowjob di penisnya sementara di real life secara tidak sadar, Rani juga sedang memblowjob penisnya.

Perlahan penis itu mengeras dan membuat Rani bahagia. Ia semakin semangat dalam menservis penis itu karena usahanya berhasil.

"Hehehe maaf ya yank. Aku udah gak tahan. Langsung ku masukin aja yah" ucap Rani meminta izin ketika ia memposisikan dirinya ke atas tubuh pacarnya

Rani pun membuka celananya. Ia menurunkan celana kulot lebarnya diikuti celana dalamnya. Kini ia sudah bottomless. Vaginanya tampak sudah lembab padahal belum disentuh sedikitpun.

"Suaranya makin nyaring aja deh. Tapi gapapa. Aku juga bakal mendesah gitu kok sebentar lagi" batinnya berharap. Telinganya masih dapat mendengar dengan jelas suara desahan manja dari luar kamar

Rani mengambil posisi. Ia bangkit dengan setengah jongkok di atas selangkangan Bahri. Diambilnya penis itu dan diarahkannya ke Pintu vaginanya.

"Uhhhh" desisnya ketika pinggulnya ia turunkan

Dengan mudah penis milik pacarnya langsung menghilang tidak terlihat lagi karena sudah amblas di dalam liang kenikmatan Rani. Rani pun memejam nikmat. Mulutnya menganga merasakan gatal di vaginanya sedang diobati oleh penis pria nya.

Hanya beberapa detik ia diam merasakan sumpalan di vaginanya sebelum ia mulai menaik-turunkan pinggulnya. Lagi dan lagi matanya memejam nikmat. Desahan manja mulai keluar dari mulutnya. Rani sangat menyukai hal ini.

Naas baginya, pasangannya itu pun ternyata sedang mimpi basah. Sungguh sebuah kebetulan lagi, di mimpinya pun Bahri sedang merem melek keenakan ditunggangi oleh pacar semok-nya. Ia merinding nikmat setiap penisnya bergesekan dengan dinding vagina Rani.

CROTT!!

CROTT!

CROTTT!!


tiba-tiba saja penis Bahri berkedut hebat lalu dengan tega mengeluarkan lahar hangatnya kedalam vagina Rani. Rani terdiam seakan tidak percaya. Ia sampai menolak mengakui kalau pacarnya baru saja ejakulasi padahal ia sedang panas-panasnya.

Namun rasa hangat yang mengisi rahimnya menyadarkannya. Ia tampak kesal. Ia pun mengangkat pinggulnya hingga penis itu terlepas.

Ploopph!

Seketika cairan kental berwarna putih menetes dari lubang kawinnya membasahi pangkal paha bahri. Rani pun meraih cairan itu dengan jemarinya lalu mengendusnya.

"Kamu kok udah keluar aja sih sayang. Huhh..." Ucap Rani dengan ekspresi kesal

Kebalikan dari Rani, Bahri tampak berseri dan tidur semakin lelap. Malah ia langsung menyamping dan memunggungi Rani yang sedang sebel kepadanya.

"Iiih kamu ya yank.. malah di punggungi lagi. Iihh... Suara itu pun ganggu aja! Sebel.. sebellll!" Jeritnya dalam hati. Rani masih dapat mendengar suara desahan pasangan yang sedang bercinta di depan kamarnya.

Tubuhnya belingsatan tidak bisa diam. Vaginanya masih gatal ingin di garuk. Ia kini berinisiatif untuk memainkan vaginanya sendiri menggunakan jemarinya.

"Uuhhhh" desahnya ketika 2 jarinya telah masuk kedalam

"Mas Bahri jahat. Aku ditinggal pas lagi pengen pengen nya.. uhhhh" batinnya sambil mengobok-obok vaginanya sendiri

Awalnya terasa nikmat. Namun semakin lama rasa nikmat itu memudar. Padahal Rani sudah menggunakan 3 jarinya bermain di dalam vaginanya sendiri namun tetap saja hal itu belum cukup. Ia menggerutu bingung. Ia kepanasan padahal udara ditempat itu harusnya terasa dingin.

"Aahh.. aahhhh..."

Suara desahan yang memicu birahinya kian terdengar keras. Bahkan suaranya seperti mendekat saja hingga kini ia yakin suara erotis itu berada di depan kamarnya.

Dengan tatapannya yang sayu Rani menatap kearah sumber suara. Ia begitu membara yang membuat tubuh semoknya bergerak sendiri.

Tanpa sadar Rani sudah berjalan ke arah pintu. Ia intip dulu sesaat mengamati keadaan sekitar. Saat melihat ke sisi sebelah kanan kamarnya, bola mata Rani membesar. Ia menemukan sumber desahan yang membuatnya seperti ini. Ia menemukan dua insan sedang bercinta di teras kamarnya. Rani menggigit bibir bawahnya sendiri sambil mengusapi vaginanya. Ia begitu ingin disetubuhi.

Setelah melihat pacarnya yang masih tertidur pulas, diam-diam ia mengendap keluar. Padahal saat ini ia hanya memakai kaus ketat berwarna putih yang menutupi payudara jumbonya sementara di bawahnya ia sudah bottomless. Namun Rani tidak peduli. Dengan tetap menggigit bibir bawahnya sendiri ia berjalan keluar kamar menghampiri pasangan yang tengah bercinta itu.

Tampak pasangan itu terkejut ketika seorang wanita cantik berjalan mendekat. Bahkan mata si lelaki hidung belang itu hampir keluar ketika menyadari wanita yang mendekatinya itu sudah tidak memakai celana lagi. Bokongnya terpampang jelas dengan paha nya yang begitu mulus. Matanya tidak berkedip melihat dengan jelas vagina Rani yang tembam dikelilingi oleh rambut yang lumayan tebal. Padahal ia sedang menggenjoti seorang wanita berparas ayu, namun insting kelelaki lakian-nya membuatnya ingin mencicipi wanita semok itu juga.

"Aaahhhh" jerit wanita yang bernama asih itu.

Tiba-tiba saja lelaki itu mencabut batang penisnya dari vagina betinanya. Tindakan spontan itu membuat asih yang sudah begitu lemas langsung tersungkur di lantai. Ia juga keheranan, kenapa tiba-tiba ia sudah tersimpuh lemas di lantai yang dingin itu.

napas dari lelaki itu terasa berat. Dadanya kembang kempis dengan sorot mata yang begitu tajam menatap ke wajah Rani karena ia sebenarnya sudah berada diujung klimaksnya. Tanpa pikir panjang ia pun mendekati wanita berbody semok itu lalu langsung melumat bibir sensualnya.

Mmpphh!!

Jelas tidak ada penolakan dari rani. Ia malah menyambut ramah pagutan dari bibir hitam prianya. Kedua insan yang tidak saling mengenal itu pun bercumbu mesra tidak memperdulikan asih yang masih terkulai lemas.

Sambil terus bercumbu, satu tangan lelaki itu turun meremas payudara jumbo wanita itu sementara rangan satunya mengambil kaki kanan Rani untuk diangkatnya. Penisnya yang memang sudah mengeras maksimal itu ia arahkan mendekat sampai ujung kepala jamurnya menyentuh bibir dari vagina Rani.

Jlebbb!!

"Aaahhhh!" Desah Rani dengan manja.

Tanpa basa-basi penis basah milik lelaki itu langsung menghujam vagina Rani yang sudah kegatelan. Keduanya mendesah nikmat saat kelaminnya bertemu.

Splokk

Splokk

Splokk

Lelaki yang sudah kepalang tanggung itu langsung tancap gas. Genjotannya langsung ia pacu sekuat tenaga yang membuat tubuh Rani terhentak hentak naik turun. Susu jumbonya juga demikian. Hentakan itu membuat kedua susu itu tampak gondal-gandul

"Aah... Ahhh... Ahhh.." desah Rani manja.

Ia begitu menikmati permainan beringas yang dilakukan oleh lelaki yang bahkan sebelumnya tidak pernah ia jumpai itu. Tidak berbeda dari Rani, lelaki itu pun tampak sangat menikmati setiap genjotannya.

Meski vagina Rani tidak serapet milik asih, tapi body rani lebih bahenol dan seksi. Buah dadanya sangat besar dan berukuran diatas rata-rata membuatnya lebih bernafsu lagi menggenjotnya. Kaus ketat Rani pun ia singkap lalu menundukkan sedikit tubuhnya agar ia bisa menghisap puting mancung yang sudah tegak menantang.

"Aahhh. Ahhh... Ahhh..." Desah mereka bersamaan

Tidak ada percakapan diantara mereka. Yang terdengar hanyalah suara desahan dan benturan antar kulit kelamin. Keinginan Rani sudah tercapai. Ia terus mendesah kencang tidak memperdulikan tempat. Namun miris pria yang mampu membuatnya mendesah seperti itu bukanlah pacarnya, melainkan seorang lelaki yang bernama rudheus.

Sesaat kemudian erangan rudheus semakin kuat saja. Tangannya juga semakin erat mencengkram pinggul Rani. Penisnya mulai berkedut. Rudheus sudah hampir sampai di puncaknya.

"Aaahhhhhhh!" Pekik Rani sambil memeluk erat tubuh rudheus

Crrttt!!

Crrttt!!

Crrttt!!

Crrttt!!


"Aagggghhhh!" Pekik rudheus tak lama berselang

CROTT!

CROTT!

CROTT!

Tepat disaat rudheus mencapai ereksi maksimalnya, ternyata Rani yang keluar duluan. Vaginanya jadi mengejang sehingga mampu menjepit lebih erat. sebuah semburan hangat juga muncul dari dalamnya menubruk ujung gundul penis milik rudheus sehingga membuat buruh pabrik itu ikut meraih klimaksnya.

Mereka memejam bersamaan menikmati kenikmatan duniawi itu. Bahkan Rani memeluk erat lelaki yang bukan siapa-siapanya itu selagi menikmati orgasme dahsyatnya.

"Ah.. hahh.. akhirnya..." Lenguh Rani setelah nafsunya terlampiaskan.

Mereka masih berpelukan dengan satu kaki Rani diangkat oleh rudheus. Setelah selesai memuntahkan spermanya rudheus langsung merasa lelah. Ia turunkan kaki Rani lalu mendorong Rani hingga punggungnya bersender ke dinding kamar.

Kedua bongkahan bokong semoknya yang tidak tertutup apa-apa menempel menghimpit ke dinding yang dingin membuat pemiliknya tersadar. Akal sehatnya perlahan kembali dan membuatnya merenung sesaat.

Ahhh.. puas rasanya.. tapi siapa lelaki ini?.. dia kah yang membuatku keluar barusan??
Batinnya bertanya-tanya mendapati dirinya masih memeluk seorang lelaki

"Mmpphhhh" desahnya sambil memejam ketika merasakan pergerakan dari penis yang masih bersarang di liang vaginanya.

Rudheus yang sudah terlampau lelah memilih mencabut penisnya. Ia juga melepaskan pelukan Rani dan menatapnya nanar.

"Uuhhhh" desah Rani ketika merasakan ada lelehan yang merembes dari vaginanya

"Hah.. hah... Terima kasih." Ucap rudheus dengan matanya yang setengah terbuka

Rani membalas tatapan lelaki itu dengan sebuah kecupan di pipinya. Ia memang tidak mengenalnya, tapi lelaki itu sudah membebaskannya dari hasrat birahinya sendiri sehingga Rani memberikannya sebuah kecupan terima kasih.

Rudheus membalas senyumannya. Ia merasa beruntung dapat menggenjot wanita lain selain selain pelacur yang disewanya. Apalagi setelah di perhatikan, ternyata wanita yang baru digenjotnya itu ternyata memiliki wajah yang begitu cantik.

Gak nyangka bisa dapet bonus gini. Bonus ngentot cewek lain selain Gita dan asih..
Batinnya menyeringai bahagia

Rudheus juga membalas kecupan terima kasih Rani dengan menurunkan lagi kaus nya yang tersingkap. Secuil rasa gemasnya juga kembali hadir dan membuat tangannya dengan usil meremas payudara jumbo Rani.

"Aahhhhh" desah Rani dengan manja


Lalu Ia pun melangkah pergi meninggalkan Rani. Setelah hajatnya terpenuhi, hanya tempat tidur saja yang ada dibenaknya. Ia ingin istirahat. Ia ingin tidur.

Rani juga ikut melangkah kembali ke kamarnya. Kakinya masih bergetar saat ia naik kembali ke tempat tidurnya dan berbaring disebelah Bahri yang masih mendengkur.

Rani memejamkan matanya. Perlahan kesadarannya memudar dan ia pun terti
dur. Namun sesaat sebelum tertidur ia mendengus lirih.

Hah.. padahal lagi off dari kerjaan. Tp malah ngentot sama orang lain lagi. Haddeh!






Bersambung 


:::::::::::::::::::

Part 16 (a)​


PELAMPIASAN​



mulustrasi Annisa Febrianti




Pukul 10.00wib



Seorang lelaki berwajah tampan sedang berdiri mempresentasikan materi yang telah disusunnya 2 hari di hadapan atasannya dan rekan bisnisnya. Cuaca saat itu sangat terik, bahkan biasnya mampu menerangi setiap titik diruang rapat yang berukuran 10m x 20m itu. Dengan penuh percaya diri, lelaki itu menjelaskan satu persatu detail penyelesaian masalah yang sedang didera perusahaannya. Para peserta rapat tampak serius mendengarkan. Mata mereka menatap tanpa berkedip. Mereka begitu antusias mendengarkan lelaki tampan yang sedang berdiri tegak itu. Sontak saat pemaparannya itu selesai, hampir seluruh peserta rapat menghadiahi nya dengan tepuk tangan yang amat meriah.

Seusai rapat disaat sedang berbenah dan hendak mematikan laptopnya, salah seorang atasannya datang menghampiri. Namun belum sempat berbicara dengan lelaki itu, mata atasannya teralihkan oleh layar laptop yang masih menyala dimana seorang wanita cantik tengah berpose dengan gayanya yang terlihat imut.

"Farhan.. luar biasa.. saya salut sama kamu bisa membuat materi yang seluar biasa tadi." Ucap atasannya sambil menepuk pundak lelaki yang ternyata adalah suami dari Annisa Febrianti.

"Terima kasih. Ini karena saya sudah mempersiapkan bahannya sejak lama pak. Saya juga telah memikirkan strategi bisnis yang dapat meningkatkan income perusahaan kita disaat yang seperti ini pak. Jadi dari situ timbul ide-ide brilian dan tentunya semua ide tersebut pasti langsung saya masukkan ke materi saya tadi pak. Hehe" ucapnya dengan tersenyum bangga akan materi yang dipaparkannya.

"Pantes.. selain kamu sudah memikirkannya dengan Mateng, saya yakin ini juga pasti karena kamu punya istri yang secuakep itu kan?. Saya juga kalo punya istri secakep itu pasti pikiran saya selalu fresh. Dengan melihat mukanya saja bisa ngilangin penat. Tentu kerjaan juga jadi beres. Ya kan?? Hebat banget kamu loh bisa punya istri secakep itu. Top markotop kamu. Hahaha" tawa riang atasan Farhan sambil menyenggol lengannya​

Farhan pun tersenyum sambil ikut memperhatikan layar laptop itu. Memang disana kecantikan istrinya terlihat jelas. Wajahnya begitu sedap dipandang. Senyumannya begitu menceriakan. Tatapannya begitu meneduhkan. Lelaki yang menjadi suami dari akhwat cantik pada wallpaper itu pun menyeringai dalam hatinya. Selain dipuji atas kerja kerasnya, ia juga dipuji atas keberhasilannya memperistri cewek secantik Annisa.


"Bapak bisa aja.. hehe.. tapi ya Alhamdulillah benar pak. Istri saya cantik. Istri saya sering jadi solusi dalam permasalahan hidup saya. Dia bukan cuma cantik pak, tapi pandai juga. Hehe" ucapnya malu sambil men-shutdown laptopnya. Jelas farhan setuju dengan ucapan atasannya. Wajah ayu istrinya itu memang selalu dapat menenangkannya.

"Ya sudah. Besok kamu sudah bisa pulang. Saya kebetulan masih ada kegiatan lain di kota ini. Katanya besok ada rencana kemana gitu tapi saya belum tahu pasti. jadi saya pulang belakangan saja. Sekali lagi saya puas atas kerjaan kamu kali ini. Tingkatkan ya. Good job!" Ujarnya sembari meninggalkan Farhan yang masih berusaha menahan bibirnya untuk tidak tersenyum lebar.

Farhan kemudian melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti tadi. Dengan cepat ia memasukkan laptopnya kedalam tas disusul dengan kabel charger serta beberapa aksesori tambahannya lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celana keepernya.

'assalamualaikum umi. Umi lagi apa? Alhamdulillah rapat Abi lancar. Hasilnya memuaskan. Abi sampai dipuji loh.. hehe.. btw Semua berkat doa umi loh ini. Hehe.. insyallah besok Abi sudah bisa pulang. Udah kangen berat sama umi ku sayang.' ketiknya lalu mengirimkan chat tersebut by WhatsApp ke istri tercintanya​

Setelah ngirimin pesan teks tersebut wajah cerianya sedikit memudar. Disana terlihat masih centang satu yang menandakan bahwa pesannya belum terkirim.

"Hmm.. masih centang 1. Tumben jam segini hp umi belum aktif. Mungkin lagi sibuk ya? Ya sudah deh, nanti juga dibalas sama umi kalo udah baca pesan Abi" ucapnya dengan sedikit heran.


Farhan pun meninggalkan ruangan rapat menuju langsung ke hotel tempatnya menginap.




-_-_-_-_-_-_-_-sementara itu di kota hujan.



Saat ini hujan sedang turun. Meski tidak deras, udara dingin dipadukan dengan semilir angin berhembus sudah cukup untuk membuat malas orang-orang untuk beraktifitas seperti biasanya. Apalagi hujannya sudah berlangsung sejak pagi tadi. tentu membuat udara kian menyejuk seakan menghipnotis orang-orang untuk tetap tiduran di kasurmya atau sebatas bersantai ria.




penginapan XZX, pukul 10.30wib.


Pak Sugiono tampak sedang memakan semangkuk Indomie kuah yang masih panas. Ia begitu menikmati sarapannya yang sudah terlambat itu, ditambah lagi di sebelahnya ikut duduk seorang wanita berdandan menor dengan bibirnya yang merah cerah menemani santap siangnya.

"Enak kek Indomie buatan ike?" Tanya wanita disebelahnya

"He'em enak. Wong lapar semua jadi wuenakk.. slrrppp.." jawab pak Sugiono sambil menyeruput mie kuah dengan rasa kari ayam itu

"Ya sudah kalo gitu mie buatan ike harus kakek habiskan ya. Sekarang Ike yang gantian minta bayarannya.. ok?. happppp emmpphhhh" ucap wanita itu berpindah dari tempat duduknya menuju ke selangkangan pak Sugiono

"Eh eh.. bentar .. ampun deh ini betina gak sabaran banget.. tapi yowes la. Slrrpp" ucap pak Sugiono kembali menyantap Indomie kuahnya

Wanita bernama Ike itu langsung saja berjongkok. Wajahnya bahkan ia turunkan lagi agar dapat menyepong penis keriput milik pak Sugiono dengan lahap. Selagi empunya fokus menghabiskan makanannya, penis tua itu ikut dilahap oleh seorang wanita bohai berumur hampir 50 yang memang bekerja di penginapan tersebut.

Pak Sugiono sebenarnya gembira akan serangan yang diterimanya itu. Sambil memandang kebawah memperhatikan wajah betinanya yang naik turun di batang kejantanannya, ia pun terseyum mesum. kapan lagi seorang kakek tua yang kelaparan dan sedang makan, mendapat blowjob dari seorang wanita.

Ahh nikmatnya..
Batinnya menikmati makanan serta service dari Ike





Sementara Di kamar 404.


Annisa perlahan membuka matanya. Tangannya ia angkat membersihkan encesnya yang sedikit keluar membasahi pipi mulusnya sebelum ia terkejut. Ia begitu kaget dengan posisi tidurnya sendiri dimana tubuhnya sedang terbaring lantang diatas tubuh atasannya. Kagetnya semakin bertambah lagi kala menyadari di selangkangannya masih tertancap sempurna sebuah penis raksasa milik lelaki yang menjadi bos ditempatnya bekerja itu.

Penis berukuran raksasa itu sudah mengeras lagi. Seperti lelaki kebanyakan, saat-saat mendekati bangun tidur, pastilah pusakanya terbangun meski pemiliknya masih terlelap tanpa kesadaran. Tidak beda dengan pak Joko, disaat pemiliknya masih bermimpi indah, batang kejantanannya itu ternyata sudah kembali menegang didalam vagina Annisa. Ntah sudah berapa jam batang kejantanan itu mengeras dan terus bersarang di dalam vagina tembem itu.

"Sshhh.... pantes sesak banget rasanya... Uuhhhh...." Desis Annisa saat menggerakkan sedikit saja pinggulnya.

Saat ini ia ingin ke kamar mandi. Jadi ia sengaja menggeser tangan pak Joko yang masih memeluknya lalu dengan perlahan menurunkan badannya. Ternyata usahanya itu malah membuat gesekan antara penis perkasa atasannya itu dengan dinding vaginanya yang masih menjepit erat begitu terasa. Tak pelak Annisa jadi memejamkan matanya merasakan sensasi luar biasa yang sedari tadi ia rasakan sebelum tidur.

Plooooph!

Akhirnya penis itu terlepas saat Annisa sepenuhnya berada disebelah atasannya yang masih tertidur itu. Ketika terlepas, penis itu langsung mengacung dengan tegak dan membuat Annisa yang melihatnya tertegun. Ia menelan ludah. Pupil matanya membesar masih tak percaya benda sebesar itu pernah masuk kedalam liang kawinnya.

Tanpa sadar Annisa merogoh area selangkanganya sendiri, jemarinya meraba bibir kemaluannya sebelum ia arahkan menuju pintu vaginanya. ia kembali terkejut saat merasakan adanya sebuah lubang yang menganga disana. Akhwat yang sedang bertelanjang bulat itu tak menyangka kemaluannya akan terbuka selebar itu. Sambil menatap sinis ke arah menara Pisa itu, ia pun jadi mengerti. Apalagi alasannya kalau bukan karena penis super besar yang telah berdiam didalam sana selama berjam-jam, bahkan selama mereka tidur.

"Memekku jadi melar gini deh. Karena ini.. ihhhh sebel!" Gerutunya sambil seakan mau menyentil ujung dari batang kemaluan atasannya namun menarik jemarinya lagi karena tidak berani.

Tak lama setelahnya ia beranjak menuju kamar mandi. Ia pun mandi membasuh badannya yang lengket dan kumal akibat pertempurannya tadi malam. Dengan seksama ia bersihkan seluruh tubuhnya meski dalam hati, ia tahu kalo hal itu akan sia-sia mengingat persetubuhan haramnya pasti akan berlanjut.

Sekitar 30 menit lebih wanita cantik itu mandi. Setelahnya ia berias secukupnya dan mengenakan sebuah tengtop hitam yang sudah tersedia di dalam lemari kamarnya. Saat dikenakan, warna tengtop yang berlawanan dengan kulitnya yang putih membuat kontras yang menarik pandangan mata. Apalagi tengtop itu tampak ketat dan kekurangan bahan sehingga tidak mampu menutup belahan susu indah dan udel perutnya.

Yah gimana lagi? Adanya cuma ini doang kan...
Batin Annisa sambil lenggak-lenggok memperhatikan penampilannya di cermin

Melihat bosnya masih tertidur sementara dirinya telah kembali cantik jelita, Annisa memutuskan untuk memesan sebuah makanan. Namun sebelum keluar dari kamarnya, ia menutupi tubuh telanjang bosnya itu menggunakan selimut yang sama sekali tidak mereka pakai sejak semalam agar tidak masuk angin.

Sambil menghembuskan nafas panjang, ia memberanikan diri membuka pintu kamarnya lalu keluar. Annisa langsung melirik kanan kiri. Untungnya saja situasi saat itu sedang sepi. Tepat ketika kakinya melangkah, perutnya berbunyi yang menandakan kalau ia sangat lapar. Dengan memegang perut rampingnya yang keroncongan, perlahan ia berjalan menuju dapur penginapan yang terletak diujung belakang.

Begitu masuk ke daerah dapur Annisa mendapati pak Sugiono sedang memakan indomie kuah dengan asap yang masih mengepul dari kuah mie nya. Ia langsung menelan ludah. Aromanya sangat sedap. Annisa jadi ngiler melihatnya. Lantas akhwat cantik itu jadi menginginkan mie yang sama dan hendak meminta tolong pada pak Sugiono untuk membuatkannya.

Saat berjalan mendekati pak Sugiono, Annisa kembali dibuat kaget untuk kesekian kalinya karena mendapati sesosok wanita didepan pria tua tersebut. Wanita itu dengan intens sedang memberikan sepongan ke penis pak Sugiono yang sedang makan.

"Eh bapak ngapain??" Jerit Annisa kelepasan

"Mpprrppp! Eh neng Annisa. Maaf bapak gak nyadar kalo neng disini" ucap pak Sugiono reflek berdiri yang membuat penisnya terlepas dari mulut wanita bernama Ike tersebut. Ike pun tampak kesal. Ia mendengus pelan sambil melotot memperhatikan wanita muda itu. Ia tak suka karenanya, aktifitasnya jadi terganggu. Mukanya jadi jutek namun ikut berdiri disebelah pak Sugiono.

"Maaf pak Nisa jadi ganggu. Tapi Nisa laper pak" ucap Annisa dengan malu-malu sambil memegangi perutnya yang tak terturupi

"Masak sendiri dong mbak. Wong ini kakek mie nya aja aku yang masakin" tegas Ike dengan ketus ke Annisa

"Eh??.. Maaf mba. Maaf.. Iya Nisa bisa kok masak sendiri" balas Annisa yanh jadi merasa bersalah karena telah merusak kesenangannya. Ia pun memilih tuk memasak mie nya sendiri saja.

"Udah neng. Biar saya aja. Neng balik ke kamar aja ntar tak bawain Indomie panas seperti ini" kata pak Sugiono langsung memotong pembicaraan sambil menghentikan langkah Annisa yang ingin masuk lebih dalam ke area dapur.

"Huh. Yowes pergi sana. Kamu ganggu aja kesenangan orang" timpal Ike lagi yang masih kesal karena proses ngemut lolipop tuanya jadi tersendat

Tanpa menjawab Annisa meninggalkan mereka berdua. Ia merasa malu karena menganggu kesenangan pak Sugiono dan wanita yang ia anggap sebagai pelacurnya beraksi. Tak sampai disitu, sambil menunjuk bibirnya sendiri, tiba-tiba terbesit dalam pikirannya kalau seorang pelacur memang lah harus seperti itu, harus bisa membuat puas tuannya.

Iya.. harus seperti itu biar pelanggan puas kan..
Batinnya yang hendak menirukan apa yang dilakukan Ike pada pak Sugiono ke tuannya, pak Joko.

Annisa pun mempercepat langkahnya untuk kembali ke kamar sebelum tiba-tiba ia dipanggil oleh seseorang.

"Annisa!" Teriak seseorang dari kejauhan yang membuat langkahnya terhenti. Seketika Annisa menoleh dan melihat seorang wanita yang ia kenal sebelumnya.

"Gita? Ya.. Sayaa.." jawab Annisa dengan lembut

Rupanya Gita lah yang memanggilnya. Seorang wanita muda yang berprofesi sebagai pelacur. Annisa pun sedikit berbelok lalu mendatangi teman barunya itu.

"Gimana say? Puas tuanmu itu?" Tanya gita secara langsung karena merasa penasaran.

"Nisa ga tau. Puas gak ya??. Hehe" jawab Annisa sambil diam-diam melirik ke kamar Gita.

Annisa sepertinya penasaran dengan tamu semalam, yang ia tinggalkan saat sedang enak-enaknya. Apakah buruh pabrik itu masih ada di kamar atau sudah pulang?

Melihat gelagat Annisa, Gita yang paham langsung menunjuk ke arah pagar. Ternyata ketiga buruh pabrik itu baru saja meninggalkan kamar dan sudah berada di sepeda motornya yang terparkir dekat pintu masuk penginapan.

"Gimana sih nis? Masa ga tau puas tuanmu puas apa kagak? Udah ninggalin kami gitu aja huh. Bete aku" ketus Gita dengan membuang tatapannya

"Iya iya maaf ya. Habis tuannya Nissa datang tiba-tiba. hehe.." jawab Annisa sembari merangkul Gita dan memijitnya lembut seolah membujuk agar Gita dapat memaafkan nya.

Disitu Gita menjabarkan kondisi mereka sepeninggalan Annisa. Gita dan asih sama-sama dipakai hampir semalaman. Malah asih harus bekerja sampai subuh karena dipake terus sama rudheus. Ia juga menjelaskan kalau dua dari tiga buruh pabrik itu masing-masing mendapatkan 3 kali giliran sementara rudheus tahan sampai 5 kali.

"Dan si rudheus itu dari tadi malam masih aja jutek karena belum sempat sama kamu nis." Ucap Gita yang membuat Annisa kepikiran

"Hehehe mungkin belum rezeki dia juga kali git. Aku juga tadi malam main sampe jam berapa ya? Sampe mau subuh mungkin? Ga tau deng. Soalnya aku sampe gak sadar git.." kata Annisa sambil berusaha mengingat-ingat

"Hah? Ngaco kamu. Mana mungkin 1 orang bisa berbuat gitu. Laki-laki mah biasa 1x atau 2x crot. Kalo pake obat 3x atau 4x crot nis.. Paling kamu nya aja yg lemah 2 kali crot langsung pingsan. Hehehe" sahut Gita gak percaya

"beneran deh Gita.. tuan ku itu kuat pake banget.. itunya juga super besar, staminanya juga. Aduhh.. aku digarap semaleman loh.. aku jadi paham kenapa dia gak cukup punya istri 3" ucap Annisa yang membuat gita terkejut

"Iya kah? Tapi serius aku jadi penasaran sama tuanmu itu. Apa dia memang sekuat itu? Hihi" kata Gita yang sebenarnya ingin mencoba keperkasaan pak Joko sebelum memperhatikan area sekeliling di belakang Annisa.

Dari arah gerbang ternyata rudheus dengan sepeda motornya datang mendekati dan langsung menggenggam tangan akhwat yang cuma memakai tengtop hitam itu.​

"Eeh?" Jerit Annisa terkejut

"Annisa!" Panggil Rudheus yang dengan gesit langsung turun dari motornya

"I.. iya.." jawab Annisa menoleh. Ekspresinya cukup kaget karena buruh pabrik yang bernama rudheus itu ternyata datang lagi menghampirinya.

Tanpa basa basi rudheus langsung menarik tangan Annisa mengajaknya masuk ke dalam kamar meninggalkan Gita yang masih diam terpelongo berdiri di luar. Dengan sedikit amarah rudheus mendorong Annisa ke dinding lalu mencengkram kuat susunya dari luar tengtopnya.

"Ahhh.. sakit bang.." lirih Annisa yang merasakan nyeri pada susu kanannya

"Ini balesan karena kamu ninggalin kami nis. Mmhhh!" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya. Kemudian ia mencium bibir Annisa.

"Mmpphh.. mmpphhh.." desah mereka bersamaan

Annisa yang terkejut dengan serangan dadakan itu tidak bisa mengelak. Bibirnya telah dicaplok oleh bibir hitam rudheus, bibir mungilnya juga ditekan kedalam. bahkan tanpa aba-aba susu bulatnya sudah diremas-remas dengan kuat olehnya. Annisa sampai mengepalkan tangannya menahan sakit akibat cengkraman sekuat tenaga itu.

Seakan tak cukup dengan buah dadanya, satu tangannya lagi langsung saja mencari sesuatu yang terletak di selangkangan Annisa. Apalagi kalau bukan mahkota milik sang dara yang masih dilapisi oleh celana dalam berwarna merah tua.

"Emmpphhhhh" desis Annisa saat jari tangan rudheus sudah menyentuh labia mayora miliknya dan masih terus bergeser menuju pintu gerbang kenikmatannya

"Anjai tempik mu bisa selonggar ini dalam semalam. Habis main sama kuda yah?" Kaget Rudheus setelah 2 jarinya begitu mudah melesak masuk menembus lubang vagina dara cantik itu.

"Ahhhh bang.. ahhhh. Jangannnn bang.. ahhhhhhh!" Erang Annisa saat Rudheus menambah 1 jari lagi lalu mengocok kencang vaginanya

Annisa mendongak keatas dengan menggigit bibir bawahnya. Seketika ia merasakan sebuah sengatan dahsyat yang membuat tubuhnya menggelinjang bagai cacing kepanasan. Bulu kuduknya juga berdiri dibarengi syahwat yang tiba-tiba bergelora.

"Ssshhhhhh bangg... Emppphhh ahhhhhhhhh... Aahhhhh" desis Annisa dengan manja

Atas rangsangan yang diterimanya, tanpa sadar tangannya bergerak sendiri mengalungkan diri ke leher rudheus yang berada didepannya lalu meremas kuat pundak lelaki yang sedang memberinya rangsangan itu.

"Eemmpphhh udaaah bangggg!!! Udaahhhhhh! Uuhhhh" Lirih Annisa yang sebenarnya keenakan dengan rangsangan yang diberikan oleh tangan nakal itu

Tubuhnya bergetar dengan hebat ditengah kecokan rudheus. 3 jari penjantannya telah basah, bahkan melumeri celana dalam yang telah ia turunkan sebatas pahanya.

Ketika memberi kocokan kencang itu, perasaan rudheus yang tadinya kesal kini sudah berangsur membaik. Ia juga sudah dapat merasakan kalau ditengah rangsangan intensnya, liang kawin Annisa perlahan mulai memberikan jepitannya lagi. Perlahan lubang vagina itu menjepit. rudheus pun senang. Kini ia dapat merasakan jarinya seperti dijepit dan diempot oleh liang surgawi dara jelita itu lagi.

"Oke gini nih baru mantap" ucap rudheus ditengah kocokannya sambil melihat ekspresi binal betinanya

Semakin dirangsang ternyata membuat vagina Annisa semakin menjepit. Saat itu lah rudheus langsung menurunkan celananya yang membuat penisnya yang sudah mengacung langsung terlepas dari celana dalamnya.





POV Annisa Febrianti


Rasanya sangat geli. Geli yang nikmat, geli yang membuatku jadi ketagihan. Oh, apa sekarang semudah ini tubuhku untuk ditaklukkan. Apalagi oleh seseorang seperti dia?

Baru diperlakukan seperti ini saja rasanya sudah luar biasa. aku seperti akan mendapati orgasmeku. Semalam vaginaku sudah pernah di kocok oleh jari kasarnya tapi tidaklah senikmat permainannya saat ini. Meski kasar tapi anehnya vaginaku malah menyukainya.

Rintihan yang semula kusuarakan kini sudah berubah menjadi desahan. Kepalaku kusenderkan dibahu kekarnya. Jemariku mencengkram erat pundaknya yang legam. Aku yakin dia dapat merasakan deru nafasku di kulit lehernya yang juga legam itu. Desahan ku semakin kuat. aku semakin terlena oleh permainan tangannya, bahkan aku menyukainya. tanpa sadar tubuhku sudah merespon balik tindakannya itu, salah satu tanganku sudah memegang penisnya yang telah ia keluarkan dari sangkarnya.

Penisnya tidaklah besar, kalah jauh dari penis milik pak Joko. Warnanya hitam. Uratnya juga tampak disekelilingnya. Tapi ntah mengapa rasanya penis yang sedang kugenggam ini memiliki cita rasa tersendiri yang membuatku ingin segera mencicipinya, lagi.

Birahiku yang semakin meninggi membuatku melebarkan pahaku, memberi ruang agar bang rudheus bisa lebih leluasa mempermainkan liang kawinku ini. Semakin ku lebarkan kakiku, semakin jelas tetesan cairan cintaku terciprat saat 3 jarinya itu keluar masuk dengan cepat.

Ditengah terpaan nikmat yang kurasakan, aku mulai membelai lembut penisnya yang ku genggam. Kurasakan jalur urat di sekujur penisnya yang tergolong panjang. Diameter penisnya juga tidak kecil-kecil amat, bahkan lebih besar dari milik kedua temannya. Apalagi jika dibandingkan dengan milik suamiku. Jelas berbeda jauh. Dan sebentar lagi aku yakin, batang haram ini pasti segera mengisi rahimku.

"Enak kan??" Tanya Rudheus dengan matanya yang menatap tajam memperhatikan wajahku yang meram melek keenakan.

"Emmpphh... He'em...." Desisku mengangguk lemah di lehernya

"Kalo mau dilanjut, aku mau make kamu tapi aku gak mau bayar. Aku mau free alias gratis." Ucapnya sambil terus mempermainkan birahiku. Jari jempolnya juga kini ia pakai untuk membelai klirotisku sehingga membuatku semakin kewalahan dengan permainannya.

Sebenarnya tanpa ditanya pun pastilah aku akan manut saja. Dia mau berbuat apa, pastilah aku pasrah saja. Apalagi dengan kondisi seperti ini dimana syahwat telah kembali menguasai ragaku. Padahal bang rudheus bukan lah orang yang semestinya aku puaskan. Dia tidak berhak, sama sekali tidak ada hubungannya denganku.

Ahh... Biarlah. Aku bingung mau menjawab apa. Kembali aku hanya mengangguk lemah di lehernya. Menyetujui apa pun yang bang rudheus mau lakukan.

Dikocok seperti ini saja vaginaku rasanya sudah mau muncrat. Birahiku semakin mencuat ke ubun-ubun. Kedutan di di Ding vaginaku mulai terasa. Untungnya bang rudheus segera menghentikan permainan jarinya. Terasa kentang memang, tapi tak apa karena saat ini aku malah ingin muncrat bukan karena permainan jarinya, melainkan permainan penisnya yang keras ini.

Ia pun mengeluarkan 3 jarinya dari liang surgawiku. Ia angkat jarinya itu ke depan wajahku. Tampak jarinya mengkilap dan sangat basah, bahkan beberapa tetes cairan cintaku mengalir lurus menuruni kulit lengannya yang hitam.

"Ahhh" desahku dengan manja saat jari basah itu ia lap kan ke susuku yang masih tersembunyi dibalik tanktop hitam yang kukenakan.

Tak menyiakan waktu, ia langsung menurunkan celanaku meloloskannya dari kakiku yang membuat saat ini aku sudah tak memakai apapun dibagian bawah tubuhku. Ia pun menatapku dengan menyiratkan sebuah senyuman tipis saat melihat vaginaku yang terekspose bebas.

Lalu bang rudheus membalikan tubuhku agar menghadap ke dinding kamar. Ia dorong sedikit kedepan sehingga kini dadaku menempel pada tembok yang terasa dingin ini.

Plak!

"Auhhh!"

Tiba-tiba bang rudheus menampar kencang bongkahan pantatku. Bongkahan daging kenyal bokongku sampai bergetar akibat tamparannya itu. Pastilah ia gemas melihatnya. Melihat sesuatu yang sekel, putih, halus, dan bersih sedang tersaji gratis di hadapannya.

Plak!

Plak!

Plak!

Tidak sekencang tadi, tapi ia kembali menampar bongkahan pantatku berulangkali sampai warnanya yang putih jadi sedikit memerah. Bokongku terasa panas. Kulitnya terada perih tapi anehnya aku justru menikmatinya.

Plakk!!

"Auhhh.." rintihku lagi sambil menatap sayu kearahnya

Tamparannya kali ini sedikit turun kebawah. Sembari memberi tamparan gemes itu, ia sekalian mencengkram bongkahan pantatku yang malah semakin menungging seakan minta terus ditampar ini.

Plakk!

" Auuhh..... Abanggg!.." lenguhku ddngan manja sambil menggigit bibir bawah.

Tamparan terakhir lebih kebawah lagi menuju tepat di tengah kedua pantatku. Tepat di antara lubang pembuangan dan vaginaku. Bahkan bersamaan dengan tamparan itu, ia langsung saja mencelupkan 2 jarinya masuk lagi ke vaginaku. Sebuah sengatan nikmat kembali terasa menjalari tubuhku sehingga tanpa sengaja sebuah jeritan manja keluar dari mulutku.​

"Hehehe" tawanya begitu puas saat melihat kulit mulus bokongku yang sudah memerah.

Masih dengan jarinya yang bersarang di liang kawinku, Ia menarikku. Ia menyetel posisi tubuh ku agar lebih menungging lagi sementara tangan satunya mengambil rambutku lalu menjambaknya ke arah belakang.

Kepalaku otomatis terangkat dan membuat tubuhku lebih meliuk. Sambil mencumbui kulit mulus punggungku, bang rudheus kini ikut mengambil posisi. Ia lalu mengeluarkan jarinya. Beberapa detik setelahnya terasa sebuah benda tumpul langsung menyundul-nyundul pintu kenikmatan ku.

Apalagi kalau bukan penisnya, kan?

Sepertinya bang rudheus sudah tidak sabar menggenjotku. Penisnya sudah begitu keras dengan cairan precum di lubang kencingnya.

Begitupun denganku. Aku sudah menunggu saat ini, saat dimana ia akan menggaruk rasa gatal di vaginaku dengan penisnya. Meski rambutku sedang dijambaknya, aku berusaha menatapnya dengan sayu. Wajahku seakan mengatakan ingin segera di genjot olehnya. Bahkan sambil terus menatapnya dengan sayu, sengaja kugigit bibir bawahku.

Uhhhh......

Penisnya telah bergerak. Ujung gundulnya ia gesek perlahan di bibir vaginaku. Ia naik turunkan ujung gundul hitam miliknya menyusuri labia mayora bewarna merah muda milikku. Ketika ujung gundul itu tiba di pintu kenikmatanku, ia dorong pinggulnya maju. Secara perlahan kurasakan penis itu menyeruak masuk membelah sempitnya vaginaku yang sudah basah. Usaha Bang rudheus kali ini tidaklah sesulit kemarin. Kali ini ia langsung berhasil dalam penetrasi pertamanya.

"Ughhh mantapp" erang bang rudheus

Suara desahan yang bang rudheus lantu kan membuatku yakin ia masih menikmati ku. sambil terus melenguh merasakan nikmat dari jepitan vaginaku, dari belakang ia terus mendorong pinggulnya. Sedikit demi sedikit batang kejantanan mikik bang rudheus pun semakin terbenam hingga masuk sepenuhnya.

"Aauhhhhh" desahku dengan manja sambil memejam nikmat

Ketika sudah masuk sepenuhnya, ia semakin menarik rambutku. Ia seperti dengan sengaja membuatku dalam posisi yang tersiksa seperti ini. Kulit kepalaku rasanya sakit akibat jambakannya tapi di sisi lain, vaginaku sangat menikmati kehadiran sebuah batang haram yang kembali mengisi didalamnya.

"Ahh.. Rasanya semalam masih sempit loh. Masih jepit banget.. Enggak selonggar ini. Ini sih rasanya mirip memek lonte yang subuh tadi.." Katanya sambil perlahan memompakan penisnya keluar masuk

Meski sudah sadar kalau lubang vaginaku pastilah memelar karena keperkasaan penis pak Joko, tapi ntah mengapa hatiku terasa sakit. Rasanya seperti teriris saat bang rudheus mengatakannya langsung saat menyetubuhiku.

"Tapi untung kamu cantik Annisa. Jadi gapapa lah longgar dikit. Yang penting bisa dientot. Ya kan.. hengkkk!" Katanya sambil mulai meningkatkan ritmenya

"Emhhhh.. iyaahh bang... Ahhhhh.. ahhhhh" balasku sambil menahan tubuhku agar tidak terlalu terdorong ke dinding

Tak lama kemudian ia melepaskan jambakannya dari rambutku. Namun kali ini ia menarik kedua tanganku ke belakang yang membuat susu bulatku menempel sepenuhnya di tembok yang lembab ini. Pinggulnya semakin aktif. Batang kejantanan nya semakin cepat menggenjot vaginaku.

Splok..

Splokk..

Splokkk..

"Ini yang aku mau dari semalam. Walau udah ngentot sama 3 lacur itu, aku belum puas. Aku sampai tidak bisa tidur karena terus memikirkanmu. Sukurnya sebelum pulang kebagian juga ngentot kamu Annisa" ucapnya dengan peluh keringat di keningnya.

Aku pun kembali menatap pada pejantan hitamku ini. Ku perhatikan wajahnya yang mulai basah berkeringat. Disana terlihat kantung matanya memang tampak menghitam, apa benar dia tidak bisa tidur karena memikirkan ku? Tapi seingatku hanya Gita dan asih yang bersama dengan tadi malam.

"Ahh.. aahhh.. yaahh... aahhhh.. 3?? Emmpphh...." Desahku dengan manja sambil menanyakan siapa yang satu orang lagi

Seingatku semalam hanya Gita dan asih yang tersisa setelah aku pergi meninggalkannya. Lalu siapa 1 orang lagi? Apakah pelacur lain yg mangkal disini?. Tapi ahh.. apa juga peduliku.

"Iya 3. Semalam subuh ada lonte lain yg datang minta dientot. Bodynya sih lebih semok darimu. Susunya lebih gede. Tapi kamu lebih cantik. Kamu lebih mulus. Kamu lebih bisa buat sangek.. ugghhh.. ku entot memeknya dia sambil terus membayangkan nikmatnya mengentotmu Annisa." balasnya terus menggenjoti ku dengan kencang

"Ahhh ahhh.. iyaah... Maaf semalam Nisa gak bisa layani kamu bang.. maafhhh" racauku yang jadi merasa bersalah.

"Kalau gitu sebagai gantinya, layani aku dengan baik. Puasi aku Annisa!" Ucapnya dengan nada yang lebih tinggi

"Aaahh iyaahh.. iyaahh bang.. iyaahhh" jawabku sambil terus mendesah manja

Aku disetubuhi dengan gaya anjing kawin lagi, posisi yang aku suka dalam bercinta. Lambat laun Bang rudheus semakin kencang menggenjotku. Nafasnya menderu menikmati liang surgawiku yang baginya sudah tidak rapat lagi. Tapi ya ini lah aku apa adanya, yang penuh dengan kekurangan.

5 menit berselang, ternyata bang rudheus kelihatan akan segera ejakulasi. Untungnya aku pun akan segera meraih orgasmeku. Percintaan ini terasa semakin nikmat meski ntah kenapa bang rudheus tak sekuat semalam.

"Annisa. Aku mau keluar.. keluarin dimana??" Tanyanya sambil mengerang

"Sshh... Terserah kamu bang.. dimana aja boleh Abang..." Jawabku yang seakan tidak peduli karena sebenarnya akupun merasakan hal yang sama.​

"Oke kalau begitu. Siap siap yaah. Henggkkk!" Desahnya mantap sambil mendorong pinggulnya

Batang kejantanan nya ia dorong sampai mentok. Bahkan ujung kepala jamurnya kini terasa menusuk di mulut rahimku. Aku pun merinding merasakan sensasinya.

"Aahhh!" Jeritku dengan manja saat ia terus mendorong pinggulnya meski ia tahu penisnya sudah mentok didalam.



:::::::::::::::::::

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment