Friday, July 28, 2023

TERNYATA PACARKU... by Schiffer_RA @semprot

EPISODE 1

"Hooaaammm"

Dengan malas aku membuka mataku.
Ya, namaku Rian. Aku adalah seorang Mahasiswa semester 7 jurusan IT disalah satu Universitas ternama di Jakarta.

"Anjirr sudah jam 7 aja, perasaan baru juga merem" kataku sambil mengecek hp.

Mataku tertuju pada salah satu notifikasi di HP yang ku pegang. Aku tersenyum melihat salah satu notifikasi tersebut. Ya itu adalah notifikasi dari pacarku.

Aku pun mengambil handuk dan bersiap untuk mandi.
Ya dan seperti yang kalian tahu, ritual hampir semua laki-laki kalau mandi itu cepat.
Selesai mandi aku pun memakai pakaian ku untuk bersiap pergi ke kampus untuk melanjutkan persiapan Magang.

"ganteng kali bah" kataku yang melihat pantulan bayanganku dicermin.

Aku pun mengambil kunci motor ninjaku dan bersiap berangkat. Sebenarnya ayahku adalah salah 1 direktur ternama disebuah perusahaan, tentunya soal materi aku tidak bermasalah.
Ayahku sebenarnya menentang untuk aku ngekos, tp dasarnya aku yang ngeyel pengen ngekos. Aku hanya minta motor ninja ke ayahku.

Saat sudah mengunci pintu kos ku.
Tetanggaku pun baru keluar dan akan pergi kuliah.

"Assalamualaikum ukhti" sapaku pada tetanggaku yang cantik ini

"waalaikumsalam juga mas Rian" jawabnya

Ini adalah tetangga sebelah kosku, namanya Maya.
Seorang gadis feminim dengan tinggi 155cm, dan harus ku akui gadis ini memiliki warna kulit putih mulus, dapat kulihat dari wajah dan tangannya. Ya semua itu karena jilbab yang selalu menjulur ditubuhnya. Saking lebarnya tu jilbab, aku sampai tak dapat melihat bukit indah yang dimiliki oleh tiap wanita.
Jujur aja kelen laki-laki yamg pertama dilihat dari seorang wanita pasti bukitnya

"seger ya rasanya, pagi-pagi keluar kos udah disambut pemandangan indah" kataku mencoba menggoda tetangga ku ini

"pemandangan apa mas" jawabnya dengan tersenyum malu

"ini belum apa-apa aku sudah liat bidadari muncul dari balik pintu tepat di depan mataku" kataku yang tambah menggodanya

Pipinya Maya pun bersemu merah.
"udah ih mas Rian. Maya berangkat kuliah dulu ya" jawabnya dengan cepat

Terlihat oleh Maya tersenyum manis sebelum pergi meninggalkan ku.

"huuuffftttt cantik banget tu cewek" gumamku

"ehh inget Rian lu udah punya cewek bego" kataku

Aku pun berjalan kearah parkiran dan mulai starter motorku. Saat hendak menarik pedal gas, kulihat Maya sudah naik kesalah 1 mobil yang datang menjemputnya. Ya dia dijemput oleh pacarnya.
Saat hendak masuk mobil, Maya sempat melihat kearahku dan tersenyum kembali. Aku pun membalas senyuman nya.

Sampai ditempat kuliah, aku hanya mengikuti dengan malas setiap penjelasan ketua angkatanku tentang Magang yang sebentar lagi akan kami lakukan.

Setelah 2 jam, akhirnya selesai juga penjelasannya. Akupun bergegas pergi ke kantin karena kampung tengah(perut) sedang tawuran karena dari pagi memang aku belum makan. Aku pergi bersama 2 sahabatku, Rio dan Rendi.

Rio ini sahabat ku sejak dari SD sedangkan Rendi,aku baru mengenalnya saat mulai kuliah saat kita sama-sama dikerjain waktu OSPEK dulu.
Rio ini orangnya bar bar, sedangkan Rendi ini kebaikannya. Rendi ini terkesan cool. Ya 11 12 lah sama aku. Kita sama-sama semester 7 walau beda jurusan

Ya jangan karena tadi pagi aku menggoda Maya kalian jadi mikir aku ini bar bar juga ya. Sebenarnya aku ini terkenal cuek, ya karena aku mungkin terkesan ngomong seadanya saat diajak bicara oleh orang yang baru ku kenal. Tapi saat bertemu dengan orang yang sudah lama ku kenal, jiwa setanku bergejolak
"eh pada mau makan apa ini? " tanya Rio

"gua ayam bakar kuy" jawabku

"gua soto aja yo" jawab Rendi

"ya udah bentar gua pesen dulu yak" kata Rio sambil memesan

"gimana persiapan magang lu yan? " tanya Rendi

"ya gitu lah Ren, gua hanya ngikut aja kek mana maunya temen-temen gua" jawabku sambil mengecek HP

"hmmm gitu, tapi lu jangan maen nerima-nerima aja Yan. Kadang kita harus bersuara juga" tambah Rendi

"santai kuy, gua mah yang penting nilai gua aman, hahahaha" kataku sambil tertawa

Tak lama kemudian

"taraa pesenan sudah diantar" kata rendi yang tiba-tiba muncul di meja kami

"anjay, cocok lu jadi pelayan Yo" kataku sambil menepuk pundaknya

"eh sopan donk kalau ngomong. Mana ada pelayan genteng kek gini" kata Rio yang tak terima dengan candaanku

"udah ah makan gaes, laper gua dari pagi belum makan" kataku sambil mengambil pesenanku

Kami pun makan sambil berbincang-bincang random.
Tak lama kemudian, aku dikagetkan dengan tangan halus yang menutup mataku.

"tebak siapa hayo" tanya seorang dibelakang tubuhku

"hmmm, bentar-bentar aku mikir dulu ya" jawabku

Sebenarnya aku tahu itu suara siapa. Itu adalah suara lembut pacarku.

"aduhhh siapa ya susah amat nebaknya, gk ada bantuan 50:50 atau phone a friends gitu" kataku sambil menahan tawa

"isssss, masa gk tau ini suara siapa sih" jawabnya lagi dengan gemas

Sumpah suara pacarku ini lembut cuy. Apalagi kalau sudah manja-manja gini

"aaaa aku tau, ini pasti suara masa depanku" ucapku kembali menggoda pacarku

"yey, pacarku emang paling bisa deh" kata pacarku sambil merangkulku

Pacarku pun menyuruh Rio dan Rendi untuk minggir dari sebelahku.

Oh iya, pacarku ini namanya Vani. Kami sudah 2 tahun pacaran. Vani ini mempunyai tinggi 156cm dengan tubuh yang sangat montok serta kulitnya yang putih. Dadanya 36B ditambah dengan bokong yang naik menjulang dengan rambut di kuncir belakang dan memiliki poni. Kalau urusan cantik ya sama lah dengan Maya tetanggaku. Hal ini karena Vani ikut kelas Yoga/fitnes dan senam serta dia sering perawatan wajah. Jadi tiap laki-laki yang memandangnya pasti akan melotot. Vani ini baru semester 5 namun berbeda jurusan juga denganku. Dan katanya semester ini dia persiapan untuk KKL. Untuk urusan ranjang hmmm, ya aku adalah laki-laki yang memerawani Vani
*Flashback singkat

Hari itu kami pulang kehujanan setelah kencan kami di taman. Kami pun akhirnya berteduh di kosnya Vani.
Nah disini lah aku berhasil memerawani Vani.

Saat memasuki kamar kosnya, Vani memintaku untuk mandi duluan baru setelahnya Vani yang mandi. Setelah selesai mandi, Vani memberikan ku kaos dan juga celana miliknya. Ya walaupun sempit yang penting adalah.

Jujur dari td gua gk fokus karena dada Vani tercetak jelas karena kaos santainya yang basah. Sedari td pula ku atur posisi joni agar tdk sesak.

Setelah Vani selasai mandi, kami pun duduk berdua di kamarnya. Melihat Vani yang nampak kedinginan, akupun memeluknya dari belakang. Aku mengecup tengkuknya dan menciumi lehernya.

Vani pun membalikkan tubuhnya kemudian Aku kecup kecup tipis bibir dia dan kulihat mulutnya agak terbuka, seperti mamancing lidahku untuk menerobosnya, akupun langsung menyeruakan lidahku kedalam mulut Vani dan kemudian lidahku menari-nari didalam mulutnya, aku merasakan lidahku pun seperti ada yang melawan tarian lidahku, oh Vani memainkan lidahnya juga untuk melawan tarian lidahku.

Kami melakukan frenchkiss yang cukup lama hingga saat mulut kami saling lepas, dapat terlihat benang ludah kami yang membentang antara bibirkua dan bibir Vani. Aku lihat Vani tersenyum sayu kemudian aku mulai mengecup hidung mancungnya, kemudian aku kecup kedua matanya dan keningnya, aku turun dan mulai mengecup pipinya dan kemudian aku mulai menyerang lehernya dan kulanjutkan membuka bajunya. Kami memang sempat beberapa kali melakukan petting sebelumnya. Aku mulai menjilati payudara Vani dan gerakanku semakin lama semakin mendekati puting susunya,tapi aku tidak langsung menyerang putingnya melainkan memutar-mutarkan lidahku disekitar aerolanya, Vani terlihat semakin kelonjotan aku perlakukan begitu. Hingga akhirnya lidahku menyentuh putingnya hingga terdengar suara desisan dari mulut Vani.
‘eesssst ahhh” hanya itu yang kudengar dari mulutnya

aku kemudian mulai menghisap puting itu sambil menggigit-gigit kecil puting tersebut, dan lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Vani. Tanganku juga tak kubiarkan menganggur karena sekarang tanganku sudah berusaha melepaskan celana Vani dan setelah itu terlepas akupun melepas celanaku.

Vani sekarang sudah telanjang bulat dan celanakupun sudah terlepas, tapi aku tidak membuka bajuku. Aku memegang tangan Vani kemudian aku mengarahkannya ke penisku yang sudah menegak, kemudian tangan Vani mulai mengelus penisku dan lama-lama elusan itu menjadi kocokan yang membuatku merasa agak linu. Saat itu Vani belum mau mengoral penisku karena dia masih merasa jijik. Tangankupun tidak tinggal diam dan tanganku mulai mengelus permukaan vagina Vani dan memainkan klitoris dia. Lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Vani.

“Sayang, aku gak tahan ni. Aku gesek-gesekin disini ya” Ucapku sambil menempelkan penisku di permukaan vagina Vani, kulihat Vani hanya terdiam.

Akupun mulai menggesek-gesekan penisku di permukaan vagina Vani, mulai dari gerakan naik turun, kiri-kanan dan juga memutar-mutarkan penisku di permukaan vagina Vani, aku mendengar Vani mendesah “oouhhh eeghhhh uhhh” tidak karuan. Karena gak tahan akupun menempatkan penisku di lubang vagina dia. Sungguh vagina Vani hanya seperti garis lurus. Menandakan dia masih perawan.

Kemudian aku memandang Vani dengan pandangan yang seolah meminta. Kulihat Vani dengan pandangan sayu dia tersenyum kemudian mengangguk, kemudian dia memejamkan matanya.

“uuhhh eessttt, pelanh sayangh, sakit banget uhh” Vani memintaku pelan karena dia merasa kesakitan.
Aku melihat dia meremas kuat sprei kasurnya.

“uuhh enak banget, aku mulai goyang ya sayang’ kataku, dan Vanipun kembali mengangguk sambil tetap terpejam dan menggigit bibir bawahnya.

Akupun mulai menggoyangkan badanku, kami melakukannya di posisi itu hingga aku berejakulasi diperutnya.

“Makasih ya sayang udah ijinin aku jadi yang pertama” Aku mengecup kening dia, dia terlihat seperti menangis karena disela matanya yang terpejam aku melihat butiran air mata.

“Iya sayang, aku percaya kamu kok. Janji ya gak bakal ninggalin aku” Vani berkata sambil membuka matanya, kemudian kami saling berpelukan.

*Flashback Off

"yank, aku ada persiapan KKL di daerah *titt* ni. Kamu juga persiapan magang kan" tanya pacarku

"iya syg, tadi juga baru di bahas angkatanku" jawabnya sambil melanjutkan makan

"hmmm kalau sudah ketemu dan berduaan, yang lain kek kambing congek" protes Rio

"eh yank, denger ada suara-suara gk? " tanya Vani dengan usil

"eh kampret biji mata di pasang donk, orang ganteng begini masa gk liat" kembali Rio melakukan protes

Kami berempat pun tertawa bersama-sama.

Setelah selesai makan kami pun berpisah untuk pulang. Aku dan Vani sudah berada di parkiran untuk mengantarnya kembali ke kosnya.

"yank, bentar sore aku ada jadwal fitnes dan senam ni" kata Vani

"hmmmm mau ku antar yank" tawarku pada pacarku

Karena memang biasanya Vani pergi dengan teman kosnya.

"ehmm enggk deh yank, aku sama temanku aja" jawab pacarku

"ya udah, tapi inget jangan nakal" kataku mengingatkan pacarku ini

"uhh iya masa depanku, aku ini punyamu syg" kata pacarku sambil meremas joni di balik celanaku

"ya udah kalau gitu, tapi nanti kabarin ya" pintaku

"iya sayang, muuuaaacccchhh"

Kami pun sempat berciuman sebelum akhirnya kami pergi dari kampus kami

*Bersambung...


=======================


EPISODE 2

Malam hari

"suntuk banget anjir" gerutuku

Ya dari tadi aku bolak balik baring dan main PS 4 yang ada di kamarku karena memang tidak ada kerjaan. Aku tidak mencari kerja part time seperti kebanyakan mahasiswa karena memang untuk urusan uang aku tidak pusing.

Bukan mau sombong tiap bulan ayahku selalu mentrasfer setidaknya 20jt sebulan.
*tok tok tok

Akupun di kagetkan dengan suara ketukan pintu di luar kosku.

"perasaan gua udh bayar uang kos dah" gumamku

"iya bentar gua datang" kataku

*ceklekkkkkk

"Assalamualaikum mas Rian" kata seseorang di depan pintu kosku

Aku seketika terdiam melihat pemandangan di depan mataku.

"halo mas, mas, mas Rian" dengan sedikit meninggikan volume suara sambil melambai di depan wajahku

"eh i-iya wa.. waalaikumsalam May" jawabku terbata sambil tersadar dari lamunanku

Setelan Maya malam ini sangat berbeda dari yang biasa ku lihat sehari-hari

Dia hanya menggunakan pakaian santai dengan rambut teruai melewati lengan kanannya tapi tetap dia menggunakan rok panjangnya. Tampak rambutnya masih basah yang menandakan dia baru selesai mandi. Dengan lengan kiri terjuntai, di pegang oleh tangan kanannya (lebih tepatnya di bawah dadanya) jadi terpampang lah hal yg selama ini apa yang di sembunyikan jilbabnya. Ukuran dadanya tdk dapat ku tebak, yang jelas itu besar menonjol. Di tambah dengan lengannya yang seperti dugaanku putih mulus.
Di tambah dengan aroma khas wanita yang baru selesai mandi, tanpa sadar penisku sedikit demi sedikit bangkit.

"Mas Rian kenapa, kok kayak melamun tadi?" tanya tetanggaku ini

"eng-enggk papa May, hanya agak lelah aja karena aktivitas seharian" jawabku berbohong

Aku berusaha menguasai diriku agar otakku kembali normal. Aku berusaha agar mataku tdk turun melihat dada yang selama ini selalu di sembunyikan

"oh mas Rian capek ya. Ya sudah mas Rian lanjutin istirahat aja" ucap Maya

"emang ada apa May?" tanyaku

"ini tadi sebenarnya mau minta tolong mas Rian buat benerin lampu kamar mandiku mas. Dari tadi pagi lampunya tidak mau menyala tapi... " jawab Maya sambil menunduk

Belum sempat Maya menyelesaikan kalimatnya aku pun langsung mengiyakan permintaannya.

"bisa May, bisa kok aku perbaiki" kataku dengan semangat 45

"ehmmm tadi katanya mas Rian lelah" kata Maya sambil mengigit bibir bawahnya

*shiiittttt,
Melihat Maya menggigit bibir bawahnya, otakku semakin tak karuan. Bibirnya kecil tipis serta warna pink natural walau tanpa lipstik sekalipun.

"i-iya itu kan tadi May, se-sekarang mah udh sehat wal afiat ini mah. Mau di suruh buat Candi malam ini juga gas" kataku kembali berusaha menguasi diriku

"yang bener mas?" tanya Maya sambil tersenyum kearahku

*deg deg deg

"anjir manis banget ni cewek" gumamku

"i-iya beneran donk. Apasih yang enggk buat Maya" jawabku semakin tak karuan

"emmm ya udah mas. Mari aku antar mas Rian masuk" ucap Maya kembali

Aku mengikuti Maya dari belakang sambil tetap berusaha menguasai diriku.
"eh dimohon kerjasamanya ya, jgn berdiri seenak jidat lu" gumamku sambil memegang penisku

*
Sesampainya di dalam, aku langsung masuk ke kamar mandi Maya untuk mengecek lampunya.

"oh ini bohlamnya yang konslet May" kataku pada Maya setelah mengecek lampu

"ya udah Mas besok aja, aku gk punya stok bohlam mas" jawab Maya

"bentar ya, aku kayaknya ada stok bohlam deh May" kataku sambil keluar kamar mandi

"gk usah mas, takut ngerepotin" kata Maya mencoba menolak

"udh gk papa May" kataku meyakinkan

"tapi Mas..."

Belum sempat Maya menyelesaikan kalimatnya aku pun langsung berlari menuju kamarku untuk mengambil bohlam

*
"dah selesai ni, coba nyalain saklarnya May" pintaku pada Maya

*ceklekk
"gmn mas, bisa nyala" tanya Maya

Akupun keluar kamar mandi sambil mengacungkan jempol tanda berhasil, hahaha

Ketika aku ingin pamit pulang, Maya menawari aku duduk sebentar sambil menikmati jus yang telah ia buat.

"May kalau tadi lampunya gk bisa nyala, kamu mandinya gmn?" tanyaku sedikit usil

"emmm pintu kamar mandinya aku buka mas biar cahaya dari luar bisa masuk" jawab Maya sambil menunduk

"anjir tau gitu td aku trobos aja pintu kamar kosnya" gumamku sambil membayangkan tubuh Maya yg basah terkena air

Setelah itu kami pun brrcerita tentang masalah kuliah kami masing hingga tak terasa sudah jam 10.
Aku pun pamit pada Maya untuk kembali ke kamarku. Gk enak cuy kalau sampai tetangga tau. Kalau aku yg cuek ini mah bodo amat, nah Maya ini kalem cuy takut gua mentalnya gk kuat dengar ocehan netijen.

Setelah sampai kamar, aku mengambil HP ku. Aku melihat ada sekitar 20 WA dan 10 panggilan tak terjawab dari pacarku dan pas ku cek lg, ternyata itu sekitar pukul 20.30.
Ya dri td siang aku memang menunggu kabar dari Vani tapi tak kunjung ada, hingga akhirnya karena gabut akhirnya aku main PS sampe malam tadi sebelum akhirnya Maya datang meminta bantuan ku
Ya jujur tadi aku sempet kelupaan sedang menunggu kabar dari Vani saat berada di kamarnya Maya.

Akupun mencoba menghubungi Vani, tp tak ada jawaban. Padahal WA ku centang 2

"hmmm biarlah mungkin dia ketiduran. Besok saja aku minta maafnya " gumamku sebelum akhirnya aku tertidur

*pagi hari di parkiran kos

Brummmmmmmmmm.....
Aku sedang mamanaskan motorku. Kembali aku mengecek HP ku dan lagi-lagi WA ku belum di balas oleh Vani.

"kemana dah ni cewek" gumamku

Selang beberapa lama aku melihat Maya berjalan menuju ke arah gerbang kos.
"Assalamualaikum Ukhti" sapaku pada Maya
Ya dia kembali dengan pakaian tertutupnya, namun tiba-tiba otakku kembali mengingat kejadian semalam di mana dia hanya mengenakan pakaian santainya, bayangan dadanya selalu terlintas di pikiranku

"waalaikumsalam mas Rian" Maya membalas salamku dengan senyum manisnya

"a-aku kira kamu sudah berangkat May, ternyata malah bertemu disini" ucapku sambil mencoba bicara normal sambil mematikan motorku

"hmm belum mas, tadi aku buat sarapan dulu soalnya" jawab Maya kembali tersenyum

Saat kami lagi asik mengobrol tiba" dari arah gerbang.
"Maya!! Ngapain kamu berduaan di situ" teriak seorang laki-laki mengenakan jas kantor sambil berdiri di samping mobil

"Hmmm maaf Mas aku duluan yaa, tapi sebelumnya terima kasih untuk yang semalam mas Rian sudah mau membantuku" ucap Maya

"iya sama-sama May, kalau tiap hari minta bantuan juga tdk papa" jawabnya sambil tersenyum menatap kearah Maya

Kembali Maya tersenyum sambil menundukkan kepalanya

"sudah kamu berangkat gih, itu 'herder' kamu udh marah-marah tuh" ucapku sompral

"ehhh i-iya mas Rian, sekali-lagi terima kasih ya. Assalamualaikum" pamit Maya sambil tetap menunduk

"waalaikumsalam May" jawabku sambil kembali menstarter motorku

"hmmm kenapa ya setiap aku menatap Maya dia selalu menunduk. Apa karena sifat kalem dan pemalunya ya" gumamku

Saat hendak menarik gas, aku melihat pacar Maya menatap sinis ke arahku. Sebelum akhirnya ia masuk mobil dan menghilang dari pandanganku.

*

Sesampainya di kampus, aku dan angkatanku kembali membahas Magang kami yang seminggu lagi akan kami lakukan. Namun aku tak begitu fokus karena terus memikirkan Vani yang sampai saat ini belum ada kabar.

Setelah selesai aku pun mencari Vani. Aku bertanya ke temannya yaitu anak-anak manajemen apakah hari ini melihat karena memang Vani memang Vani mengambil jurusan itu.
Namun teman-temannya bilang dia tidak masuk hari ini.
Aku jadi berpikir yang tidak-tidak kemana perginya pacarku sampai-sampai pacarnya pun tak di kabari.

*Bersambung...

====================


EPISODE 3

*Jam 8 malam

"hugffffftttttt" aku mendengus dengan kesal

Aku sudah tiba di area kosku. Seharian aku mencari Vani bahkan sampai kosnya. Aku bertanya pada teman sekamarnya namun tetap nihil. Dengan langkah gontai aku menuju ke kamarku.

"anjir laper bnget ni perut" gumamku sambil memegang perut

*ceklekkk krrikkkkk

"kok gelap ya, perasaan gua gk pernah matiin lampu dapur dah" tanyaku pada diri sendiri

*petttt

Seketika kamarku menjadi terang dan..

"SURPRICEEEE..... !!!"

Aku pun terperanjat kaget karena tiba-tiba ada 3 makhluk di depanku dengan antusias berteriak padaku.

"selamat ulang tahun sayang" suara lembut memberi ucapan selamat sembari berjalan ke arahku dengan membawa kue ulang tahun di tangannya.

"selamat ulang tahun ya Yan" ucap salah satu laki-laki

"weh weh selamat ulang tahun kawan, gk nyangka udh setua ini ya lu hahaha" tambah suara laki-laki yang amat sangat aku kenal

Ya pacarku dan kedua sahabatku memberikan aku kejutan dihari ulang tahunku yang bahkan aku sendiri lupa karena panik dengan menghilangnya pacarku sejak kemarin.

"kok bengong sih yank, ini tiup dulu kue ulang tahunnya" kata Vani berusaha menyadarkanku dari lamunan

*takkkk

"aduh.." teriak Vani

Aku sedikit menjitak kepala Vani

"kamu tu ya yank bisa-bisanya bikin aku khawatir, aku nyariin kamu seharian tau. Tapi makasih ya sayang, aku gk nyangka kamu bakal ngasih aku kejutan kayak gini" kataku langsung membawa Vani kepelukanku

"hihihi.. Maaf ya sayang udh ngilang seharian. Biar surpice gitu tau. Kan kamu selalu lupa ulang tahun mu sendiri" kata Vani menjelaskan semuanya

Ya harus aku akui, aku ini sering sekali lupa dengan ulang tahunku sendiri. Aku pun tambah mengeratkan pelukanku pada pacarku ini.
Sungguh aku sayang sekali dengan Vani.

"ehemmmm, uhuuuukkk uhuuuuk. Udah kelar belum dramanya. Kek mo muntah tengok kalean begitu" ucap Rio yang tiba-tiba merusak momen ku dan Vani

"eh setan, lu bedua ngapa masih disini. Udah kelar kan ngucapinnya, ya udah balik sono" ucapku pada kedua sahabatku

Saking tersepona nya, sampe lupa aku kalau ada mereka berdua.

"eh biji kuda, udah di ucapin tapi malah ada ucapan terima kasih. Minimal kasih makan gitu kek, ye gk Ren" balas Rio dengan sengit

"hmmm suka-suka lu deh Yo" ucap Rendi tetap cool

"hahahaha ya udh deh iya, ntar gua beli makan dulu di luar yak" kataku pada kedua sahabatku

"eh gk usah yank, aku udah bawa KFC sama Pizza buat kita makan bareng kok. Mending sekarang buat permintaan dulu trus tiup lilinnya. Pegel tau yank bawa pegangin kuenya" ucap Vani berusaha melepas pelukanku

"hehe iya deh iya, siniin kuenya" jawabku cepat

Aku berharap hubunganku dengan Vani sampai ke pelaminan dan hubunganku dengan kedua sahabatku tetap seperti ini sampai tua nanti.

*Haaahuuuuuffttttttt

Kami berempat pun makan makanan yang dibawa oleh Vani sambil bersenda gurau hingga tak terasa sudah jam 10 malam.
Kedua sahabatku pun pamit padaku untuk pulang lebih dulu. Tinggallah aku berdua dengan Vani di kamarku

"sini yank" pintaku pada Vani

Saat Vani berjalan kearahku, aku baru ngeh kalau puting dada pacarku agak sedikit menyembul. Tapi entahlah mungkin hanya persaanku saja.
Vani pun duduk di pangkuanku.

"hihihi kamu seneng gk dengan kejutannya yank? " tanya Vani padaku

"banget yank, kaget tadi aing" ucapku meniru logat orang sunda

"hehehe itu idenya Rio yank. Dia yang rencanain ini semua. Makanya seharian ini kita gk pergi ngampus" ucap Vani padaku

Hmmm aku baru sadar juga kalau tadi di kampus aku tak melihat batang hidung Rio dan Rendi. Maklum cuy, udh panik mencari Vani kesana-kemari.

Tiba-tiba Vani berdiri dari pangkuanku.
"aku masih punya hadiah kecil buat kamu yank" ucap Vani berbisik di telingaku.

Vani pun mulai meliuk-liukan tubuhnya seraya tangannya meraba-raba seluruh tubuhnya.
Vani menari dengan lemah lembut seraya menggigit bibirnya sambil menatapku.
Kemudian Vani balik badan sambil trus menari, tak lama Vani mengangkat sedikit bajunya  dan terpampanglah perut belakang serta pantat montoknya yang masih berbalut hotpants.

Penisku pun bereaksi melihat aksi pacarku ini. Aku pun berdiri mencoba untuk merangkulnya. Namun Vani dengan cepat membalikkan badannya kemudian mendorongku hingga aku terbaring di kasur.
Vani pun kemudian naik tepat di atas penisku dan sejurus kemudian dia melepas semua pakaiannya.

"shitttttt" umpatku dalam hati

Tampak oleh ku tubuh sintal Vani terbalut lingeri tanpa penutup dada. Pantas saja dari tadi aku seperti melihat puting dada Vani menyembul dari balik bajunya.

Vani kemudian duduk di atas penisku, dan yang membuatku kaget. Ternyata bagian bawah lingerinya tak tertutup yang artinya vagina Vani saat ini ada diatas penisku tanpa penghalang sama sekali.

"ah sejak kapan Vani jadi berani seperti ini" gumamku dalam hati

"ini hadiah kecil buatmu sayang, kamu suka?" tanya Vani sambil berbisik di telingaku yang ku jawab dengan anggukan

Vani pun kembali meliuk-liukkan tubuhnya seraya tanya terus bermain dari rambut, dada, perut sampai penisku pun tak luput dari tangannya.

Aku yang sudah tak tahan pun bangkit yang membuat kini Vani berada di bawahku. Tanpa berkata-kata lagi aku dengan ganas mulai mencium bibir tipisnya.

"ehmmmm, emffffftttttttt" hanya itu yang keluar dari mulut kami

Ciumanku pun turun kearah leher Vani.
“smoooocchhhhhhh”, aku baru saja mencium leher Vani dan terus menciuminya.

"ahh.... Ohh hemfftttttt" Vani berusaha menahan desahannya

tanganku ikut berpetualang dengan meremas dada pacarku dan meraba bagian punggungnya, dia terkadang melihat ke langit-langit pertanda dia sedang keenakan saat bibirku terus menjilati dan menciumi lehernya kemudian turun ke dada montoknya.

“awwwhhhh hiiiihi geli sayangggg ahhh enaaakk”, rancu dia gak jelas, semakin lama aku semakin terus menghajar leher pacarku, dia semakin keenakan dan desahnya semakin menjadi.
“arrrggkkk arrghhhhh awwwhhhkk awwwrrhhkk”, desah pacarku, suara dia yg serak basah membuatnya semakin seksi saat mendesah.
“awwhhhh yanggg enaaaak bangeeett terus sayaaaanggg”, desah dia.
kedua tangan pacarku kali ini turut berpetualang dengan menghalus lembut punggungku.

Aku pun melepas ciumanku kemudian berdiri seraya meminta Vani untuk mengoral penisku. Vani pun menurut lantas Vani memposisikan diri untuk bersiap mengulum kontolku dengan berlutut di depanku dan kepalanya mendekati penisku.

“awwwwwwwwwwwhwhhhhhhhhhhhhhh”, desah panjangku saat kontolku masuk ke dalam mulut pacarku. Namun hanya masuk 3/4 bagian saja karena memang ukuran penisku lumayan tebal dengan panjang 18cm.
Hehehe maklum dulu pas SMP iseng-iseng pergi ke tukang urut penis.
Aku hanya bisa merem melek merasakan nikmatnya.
dia lalu mulai menggerakkan kepalanya menyerupai ritme saat berhubungan badan dengan naik dan turun dengan pelan dan intim.
“awwhh awhh arrgghh aeehmmm aehhh”
“aooohhh yaampun enak bangeeet awwhhhh”
“awwhhh yeess ahhh” desahku

aku terus mendesah dengan posisi kontol sudah tegang sangat maksimal, Vani terus mengulumku hingga rasanya sangat basah sekali.

“ahhh enak banget yanggg ahhhhww ahhhhww”
“yeehhh ahhhh ahhh whhhh ahhhh”
aku terus mendesah keenakan, pacarku lalu melepas kulumannya dan menatapku dengan senyuman puas melihat aku yg sedang lemes karena merem melek keenakan.
“enak sayang?”, tanya dia yg lalu mendekatkan kepalanya di dadaku seperti meminta pelukan, aku pun memeluk dia.

Kali ini kubaringakan tubuhnya Vani, kemudian aku membuka selangkangannya. Dan terpampang lah Vagina yang berwarna pink alami dihiasi bulu-bulu halus disekitar nya.
Aku pun mulai menjilati permukaan Vagina pacarku.

"sluurrrppppp sluuurrrpppp slurrrpppp"

"awwhh awhh arrgghh aeehmmm aehhh enggff" hanya itu yang keluar dari mulut Vani

Aku sangat suka menjilati vagina Vani karena aroma khasnya, hal ini juga yang menjadi titik lemah Vani  ketika aku ngentot dengan dia.

“ahhh enak banget yanggg ahhhhww ahhhhww”
“yeehhh ahhhh ahhh whhhh ahhhh”
"yank udah yank, please masukin" pinta Vani dengan tatapan sayu kearahku

Aku pun kemudian memosisikan penisku kearah Vanginanya.
Agak susah memang untuk memasukkan penisku walaupun vagina Vani sudah banjir oleh cairannya.

*blesss

“auuuuhhhhhhhhhhh yanggggggg ahhhhhhhhhhhh”, desah kami berdua panjang saat penisku berhasil menerobos masuk liang vaginanya.

didalam tubuhnya, penisku rasanya hangat, dan diremas-remasnya oleh vaginanya yg berbulu tipis itu. lantas aku menggerak-gerakkan pantat dengan gerakan maju dan mundur dengan ritme sedang.

“ahh ahhh awhh awhhh”
“ehhhmmm ahhhhh”
“ooohhhhh awwhhhhhahhh”
“woooohhh ahhhh awhhhh”
“awwhhhh ooohhhhh”desahan demi desahan keluar dari mulut kami berdua

Selang 2 menit setelah aku menggenjot vaginanya
“awhhhh aahhhh yank aku gak kuat yank”, ujar pacarku
“CROOT CROOT CROOOOOT”
“AWWWWWWHHHHHHHHHHHHHHHHH”, desah panjang pacarku.

Kuhentikan genjotanku, terasa ada yang mengalir membasahi penisku.

"hooossshhhh hooossshhh" pacarku berusaha mencari nafas

"enak yank?" tanyaku padanya

Vani hanya menjawab dengan anggukan lemah.
Akupun kemudian melepas penisku dan menganggkat tubuh pacarku ke arah meja dikamarku. Akupun memposisikan agak Vani agak menunduk. Aku sangat suka posisi ini karena aku dengan mudah dapat melihat vagina dan pantat montoknya dari belakang.

Aku yang sudah tak tahanpun kembali memasukkan penisku.
*bleeessaa

"ohhhhh"

Kembali aku menggenjot vaginanya namun dengan ritme agak kencang

*plokk plokk plokk
Suara selangkanganku beradu dengan pantatnya Vani.

“awwkk awkkk awkk awkk yank awwkkk”
“awwwkk ahh yank ahhhwkkk enak yank”
“aaaawwkkk yank oohhh yank”Vani terus mendesah tiada henti

Setelah 15 menit dengan posisi ini.
“awwkkk  yank, ayo yank, nampaknya aku mau orgasme lagi yank awwkkk”
“ayooo yank dikit lagi yank”

aku lalu menaikkan ritmeku sedikit lebih kencang, sambil tangan ku meremat susunya.

"AWWWKKKK AAHHH YANK OOOOHHHH AWWKKKK YANK AAAHHHHWWW”, desah panjang pacarku, diiringi dengan tubuhnya mengejang, kakinya bergetar hebat, aku memeganginya dari belakang agar dia tak terjatuh, kontolku berasa diremas-remas didalam dan vaginanya berubah menjadi sangat hangat.

“yank cabut dulu yank ahhhh”, perintah pacarku, lalu aku mencabutnya diiringi dengan tetesan cairan bening mengalir dari bibir vaginanya. lalu dia duduk dikasur sambil berusaha mengambil nafas.

“lemes yank? ”, tanyaku sambil bercanda.

“iya mas, lemes dan terasa penuh vaginaku”, balasnya.

lalu aku memposisikan diri berbaring pada punggungku dan memerintahkan pacarku untuk menaiki-ku.

“ayo yank, naik sini”, perintahku diiringi dengan pacarku menaiki badanku. dia meraih penisku yg lebar dan panjang untuk dimasukkan pada bibir vaginanya yg sempit.

“awwwhhhhhhhhh”, desah panjangnya saat penisku kembali memasukki tubuhnya. lalu dia bergerak naik dan turun diatasku, menyaksikannya yg berwajah sange dan horny, pemandangan yg sangat indah.

“awwhh yank awwhhh ohhhh”
“eehhmmm yank ehhmmmmm”desah Vani kembali

“sayanggg, aku juga mau keluar
Keluarrin di mana”, desahku ditengah-tengah pacarku sibuk menyetubuhiku.

"aahhhhh oohhhh di dalam aja gk papa yank, aku aman kok ahhhhh" jawab Vani disela desahannya

lalu Vani menggerak-gerakkan pantatnya seperti goyang ngebornya inul daratista yg membuat aku gak bisa nahan lebih lama lagi.

“awwwkkkkkkkkk yankkkk aku mau keluaaaar yankkkk”, desah panjangku yg diiringi dengan badanku mengencang dan mataku merem melek keenakan.

“croooot crooooot croooot croooooooooot”, pejuh demi pejuh menyembur rahimnya. diiringi dengan rasa lemas.

“awwwhhh anget banget yank semburanmu”, ujar pacarku menyaksikanku saat keenakan.

lalu setelah beberapa saat, pacarku melepaskan penisku dari dalam tubuhnya, dan berbaring disebelahku.

“gimana yank, hadiah kecilku enak  gk? ”, ujarnya sambil memelukku.

“enak yank, enak banget. Uhhh nikmat banget vaginamu yank, sempit pula" jawabku sambil mencium keningnya

"itu mah punyamu yang gede sayang, hehe gimana lingeri baruku yankk" tanya Vani kembali

"bagus yank, kamu terlihat seksi sekali tadi. Apalagi waktu nari tadi. Bikin mupeng tau" jawabku pada

"eh tapi tadi kamu seriusan dari td pakai pakaian itu, td sekilas putingmu kelihatan loh" terangku pada Vani

Jelas aku takut kalau sampai kedua sahabat ku melihat puting dada nya Vani menyembul.

"hihi iya yank. Hmmm gk tau aku yankk, kalau itu biarlah anggap aja berbagi rejeki hihihi" canda Vani padaku

"eh kamu tu ya" aku menarik Vani ke arah pelukanku

Kami berdua pun terlelap dalam keadaan bugil.


*3 hari berlalu

"hmmm udah 3 hari ini kok aku gk pernah liat Maya ya" gumamku

Aku berada di parkiran kosku saat ini, hari ini aku dan beberapa temanku pergi ke PT tempatku magang guna mengantar surat izin magang dari kampusku.
Ya semenjak kejadian kejutan Vani dan 2 sahabatku, aku tak pernah melihat Maya baik itu pagi hari seperti ini atapun saat balik kos.

Beberapa menit kemudian aku mendengar suara langkah kaki. Mataku lalu tertuju pada sesosok gadis yang melangkah pergi meninggalkan kamar kosnya.

"Assalamualaikum ukhti" ucap ku excited  melihat Maya berjalan di depan parkiran

"ehh e e wa-waalaikumsalam Mas" ucap Maya gugup

Maya manundukan pandangan ketika menjawab salamku. Aneh ini pertama kalinya dia seperti itu.
Aku pun berjalan mendekati Maya.

"kok baru kelihatan May" tanyaku padanya

"eng.. Anu mas a-aku lagi padat-padatnya jam kuliah" jawab Maya.
Terasa sekali dia gugup bicara denganku.

"kamu kenapa May" tanyaku kembali

"eng-enggk papa kok Mas" jawanya yang masih tak berani menatapku

Tak tau dorongan dari mana aku memberanikan diri untuk memegang tangannya.
Maya pun nampak kaget tapi tak berusaha untuk melepas peganganku.

*plakkk
Aku merasakan ada seseorang yang menepuk dan mencengkram lenganku. Tiba-tiba tangan itu membalikkan badanku.

"bangsatttt ngapain lu megang-megang tangan cewek gua!!! " teriak laki-laki di hadapanku. Ya dia adalah pacarnya Maya

"weitsss kalem boss, gua gk ada apa-apa sama Maya, iya gk May" jawabku santai

"alah bacot lu njing, lu suka kan sama Maya ngaku lu? " lanjutnya penuh emosi

"Mas Andre sudah" suara Maya berusaha menenangkan pacarnya
"aku tu gk ada apa-apa sama mas Rian mas" lanjut Maya

"tuh denger sendiri kan pacar lu bilang apa" ucapku kembali santai

Andre pun seketika mencengkram baju kerahku.
"elu gk usah macem-macem ya bangsatttt" ucapnya kearahku
Namun secepat kilat aku berhasil melepas cengkramannya. Ia pun nampak terkejut.

"huufffttttt jadi lecek kan baju gua" kataku sambil memperbaiki kerahku

Sedikit informasi aku dari SD sudah menggeluti Karate bahkan hingga sekarang. Jadi jangan heran kenapa aku dapat dengan mudah melepaskan diri.

Tinggi badan Andre sama dengan ku 180cm namun di lihat dari postur tubuhnya, dia lebih kekar sedikit di banding diriku. Ya namun tak ada rasa takut sedikitpun dalam diriku dengannya.

"gua udah bilang gk ada apa-apa antara gua dan Maya. Kalau lu masih ngeyel ayo dah gua ladenin lu" ucapku terpancing emosi

Dari raut wajahnya Andre nampak sedikit mengendur emosinya.

"mas udah mas" ucap Maya mencoba menenangkan Andre

"Alah udah lah bodo amat, mau lu ada hubungan kek enggak kek terserah lu" Andre berkata sambil berjalan kembali ke arah mobilnya.

"maafin dia ya Mas Rian, dia memang tempramen orangnya" kata Maya mencoba menenangkanku

"iya May santai aja" ucapku mencoba meredam emosiku

Kulihat ada sedikit ketegangan di wajah Maya.
Maya yang sadar aku perhatikan pun menunduk lagi.

"emmm ya sudah mas a-aku jalan duluan ya mas, Assalamualaikum" pamit Maya ke arahku

"waalaikumsalam, hati-hati dijalan May" jawabku pada Maya

Aku pun kembali menaiki motorku.
"huffftttt ada aja pagi-pagi yg bikin emosi" umpatku dalam hati.

Saat mobil Andre menghilang dari pandanganku, aku pun baru melajukan motorku untuk melanjutkan aktifitas ku hari ini.....

Brummmmmmmmm........

*Bersambung...


====================



EPISODE 4

hari ini adalah hari pertamaku magang di salah satu PT yang ada di daerahku. Setelah beberapa hari lalu mengantar surat dari kampusku, ternyata PT yang akan aku jadikan tempat magang ini adalah anak perusahaan dari perusahaan ayahku.
Ya jadi kalau untuk nilai ya tdk usah ditanya lagi lah ya
Setelah kejadian beberapa hari lalu dengan Andre pacarnya Maya, aku jadi jarang bertemu sapa dengan Maya. Bahkan bisa di bilang bukan dari kejadian itu, tp dari kejadian kejutan yang dibuat oleh pacar dan kedua sahabatku. Maya terlihat seperti menghindar dariku. Yang biasanya dia selalu memberi salam ketika bersapa dengan ku, kali ini aku yg selalu menyapanya, kalaupun di jawab pun Maya sama sekali tak melihat ke arah wajahku.

"hmmm sebenarnya ada apa ya dengan Maya, apa aku ada salah kata atau ada yang salah dengan sikapku hingga dia jadi seperti itu" gumamku sambil melamun

"WOYY!!! melamun aja lu dari tadi gua perhatiin" ucap seseorang sambil menepuk pundakku

"astaga!!!.. Kampret lu Dik, ngagetin orang aja" kataku pada salah teman magangku, namanya adalah Dika.

"hehehe lagian lu baru juga hari pertama magang dah ngelamun aja, lagi mikirin apa sih lu?" tanya Dika padaku

"kagak ada cuy, lagi boring aja gua" jawabku sekenanya

"awasss lu ntar di semprot ama pak Ridwan, denger-denger dari orang kantor sini, pak Ridwan itu killer cuy" ucap Dika mencoba menakutiku

"hmmm gk tau aja die kalau PT ini masih punya bokap gue" gumamku

"yaelah yang penting kan semua tugas di kerjain dengan bener mah aman cuy, santai aja kali" jawabku santai

"santai-santai gimana, lu udah tau kerjaan lu apakan. Jangan sampe dpt nilai C lu" kembali Dika mencoba menakutiku

"hedehhh denger bacotan lu gua jadi lapar Dik, cari makan yuk. Kebetulan dah jam makan siang kan" ajakku pada Dika

"ya udah ayo" jawab Dika dengan semangat

"huuu dasar, giliran makan aja cepet" ejekku padanya

"ya kalau untuk urusan perut mana bisa di tunda Yan, anak kos wajar keles" kilah Dika

Kami berdua pun pergi untuk makan siang, tak lupa mengajak beberapa temanku yang magang di PT ini namun beda ruangan


*brruuuummmmmmn

Aku memarkirkan motorku di area kosku.
"akhirnya sampe juga" ucapku lirih

Tanpa sengaja aku melihat Maya yang nampak baru pulang kampus, namun anehnya dia pulang tak di antar oleh Andre.

Aku pun berinisiatif untuk mendekatinya sekedar untuk mencairkan hubungan antar tetangga kami yang kurasa agak renggang akhir-akhir ini.

"Assalamualaikum May" ucapku memberi salam

"eh wa-waalaikumsalam mas" balas Maya yang sejenak menetapku kemudian menunduk kembali.

"tumben May pulang sendirian, ehemmm si 'anu' kemana? " tanyaku pada Maya

"emmm Mas Andre lagi ada jadwal nge-gym mas jadi gk sempat ngantar Maya balik" jawab Maya

"loh kenapa gk menghubungi ku saja May, tau gitu kan tadi kita bisa pulang bareng" tambahku pada Maya

"enggg anu mae, saya gk enak sama mas Rian. Nanti takutnya ada yang mikir enggak-enggak, lagi pula mas Rian kan udah punya pacar. Takutnya nanti salah paham dia mas" jawab Maya panjang lebar

"hmm sudah mulai agak lunak ini" pikirku

"yaelah yang penting kan kita gk aneh-aneh May. Orang cuma pulang bareng ye kan" ucapku meyakinkan Maya

"tapi mas.."

"udh gk usah tapi-tapian, kayak sama siapa aja" jawabku memotong ucapan Maya

Aku pun mengambil HP dari saku celanaku.

"08.." ucapku di depan Maya

"maksudnya mas?" tanya Maya kebingungan

"ya nomor kamu Maya masa nomkr togel" aku mencoba menggoda Maya

Maya nampak semakin malu, dan aku bisa liat sekilas iya menggigit bibir bawahnya.
Sumpah ni cewek manis banget dah kalau malu-malu kayak gini.
Walaupun Maya tak seperti Vani yang punya aura menggoda, Maya ini terkesan dapat membuat orang-orang penasaran dengannya.

"emmmm 08xxxxxxxxxx" ucap Maya dengan suara lirih sambil menunduk

"ok sudah aku simpan ya May" kataku senang

"i-iya Mas" jawab Maya tetap menunduk

"kalau gitu saya jalan duluan ya mas" tambah Maya bermaksud pamit

"eh sama-sama aja May, ini jg aku mau balik ke kamar kok" ucapku mengajak Maya

Di sepanjang jalan Maya hanya menunduk terus dan ampailah kami di kamar masing-masing.

"hmm sudah ya Mas saya masuk dulu" ucap Maya

"iya May, kalau butuh apa-apa aku ada di kamar loh" ujarku kembali menggoda tetanggaku ini

Maya pun langsung membalik badannya menghadap pintu kamarnya, namun entah lupa atau gimana..

*Duukkk

"aduh.."

Dengan cekatan aku menaruh telapak tanganku pada pintu agar keningnya tak membentur pintu.

"tuh kan ati-ati May, dibuka dulu atuh pintunya, kamu gk papa kan? " tanyaku pada Maya

Maya pun akhirnya menoleh kearahku dan bertemu lah tatapan mataku dan dia. Dapat kulihat seketika pipinya memerah.

"emmm e e anu iya Mas, aku lupa tadi" jawab Maya seraya menundukkan kepalanya sambil mencari kunci di tasnya

Setelah pintu terbuka Maya pun pamit sekalian berterimakasih padaku.

"Maya Maya" gumamku tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala

*

*bruuuummmmm
aku kembali menyalakan motorku setelah selesai bersih-bersih kamar kosku.
Ya sore ini aku ingin menemui Vani di tempat senam nya. Aku tak memberi tahunya sama sekali karena memang rencananya aku ingin mengajak dia makan malam di luar. Ya Quality Time kalau kata orang-orang
Aku pun meninggalkan pekarangan kosku.
Selang 20 menit sampai lah aku di tempat Vani melakukan rutinitas senam dan fitnes nya.
Setelah aku memarkirkan motorku, aku pun masuk sambil mengamati gedung ini dan ternyata tempatnya memiliki 2 lantai. aku pun berhenti dan bertanya seluk beluk tempat ini pada resepsionis, ternyata lantai 1 berisi orang-orang sedang nge-gym sedangkan dilantai 2 khusus untuk kelas senam dan yoga.

Aku pun mengutarakan maksudku pada resepsionis tentang maksudku ke tempat ini namun seraca diam-diam.
Sang resepsionis pun paham dan akhirnya menunjukkan dimana jalan yang harus aku lalui untuk sampai ke lantai 2.

Setelah sampai di atas aku mencari keberadaan Vani. Namun aku tak kunjung menemukan dimana pacarku itu. Padahal kegiatan senam tengah dilakukan dan aku melihat salah 1 member tersebut adalah temas kos Vani.

Aku pun tidak menyerah dan terus mencari dan akhirnya aku menemukannya. Ternyata Vani sedang melakukan Yoga di ruangan sebelah, tampak kulihat Vani mengenakan bra sportnya berwarna kuning serta legging berwarna abu-abu.

Terlihat oleh ku tubuh pacarku di penuhi butiran keringatnya yang menambah keseksiannya.
Uhh tak terasa penisku berekasi melihat tubuh pacarku itu.

Sedang asik mengamati, tiba-tiba ada seorang pria menggunakan boxer mendatangi Vani.

"masa itu instruktur yoga nya" gumamku

Kulihat pria itu seperti mengatakan sesuatu pada Vani sambil memegangi pinggang dan paha Vani.
Posisi Vani saat seperti sedang merangkat namun perutnya agak di turunkan dengan kepala mengadah ke atas, jadi pantat montoknya terlihat seperti nungging.

Dapat kulihat sesekali pria itu seperti sedikit sengaja menyentuh pantat pacarku.

Perasaan tidak nyaman mulai menjalar di seluruh tubuhku.
Aku dapat melihat dengan jelas pacarku seperti di gerayangi, namun yang membuatku aneh kenapa Vani hanya diam saja diperlakukan seperti itu.
Akupun sebenarnya ingin segera melabrak pria itu tapi entah kenapa tubuhku tidak sejalan dengan kemauanku. Akhirnya akupun lanjut mengamati mereka.

Setelah berubah pose pun pria itu tak kunjung pergi dari Vani, padahal disitu banyak juga wanita-wanita lain yang sepertinya perlu bantuan pose yoga.

Tak lama pose pun yoga berubah, kali ini nampak pacar berbaring dengan kaki di tekuk ke atas.
Sialnya si pria tetap masih disitu dan yang lebih parah kali ini iya berpindah posisi, jadi aku tak dapat melihat apa yang dilakukannya pada pacarku.

Sekitar 2 menit, akhirnya pria itu pergi meninggalkan Vani. Dapat ku lihat samar-samar dada Vani seperti terayun dengan cukup jelas yang menandakan pacarku seperti kekurangan oksigen.
Wajah Vani pun nampak sedikit memerah.

"anjirrr apa yg barusan dilakukan pria itu" umpatku dalam hati

Tak lama pacarku pun bangkit dan segera pergi kesuatu tempat dan menghilang dari pantauanku. Aku pun bergegas ingin masuk ruangan itu tapi sial ruangan itu terkunci.

"shittttt" kembali aku mengumpat

Sekitar 30 menit aku menunggu, yang aku lihat malah pria yang tadi di dekat Vani kembali ke ruangan tempat yoga sedang berlangsung dan langsung membatu wanita-wanita yang ada disitu.

Aku kembali gelisah kemana gerangan pacarku pergi.
Tak lama kemudian pacarku muncul, namun ada yang aneh dari penampilan pacarku.
Sekilas walau kurang jelas, aku melihat bagian bawah legging atau lebih tepatnya di bagian vagina pacarku nampak sedikit basah.
Dan wajah pacarku nampak seperti kelelahan.

Akupun jadi berpikir yang tidak-tidak dengan pacarku.

*15 menit kemudian

Aku melihat kegiatan yoga telah usai dan para member mulai keluar dari ruangan tersebut. Aku pun menunggu sambil mencari dimana pacarku.
Nampak kembali pacarku berjalan sambil berbincang dengan pria itu atau lebih tepatnya instruktur yoga pacarku.

Saat mengetahui keberadaanku, pacarku nampak sedikit kaget namun tiba-tiba dia tersenyum kearahku.

"emmm ngapain kesini yank" tanya pacarku sambil mencoba merangkulku

"iya aku tadi mau kasih kejutan buat kamu dengan tiba-tiba ke sini buat ngajak kamu pulang bareng" jawabku datar

"o-ohhh, udah berapa lama yank" tanya pacarku lagi

"baru aja, mungkin sekitar 15 menit yang lalu" jawabku berbohong pada pacarku

"oh gitu yank" ucap pacarku yang nampak lega

"oh iya sini aku kenalin sama instruktur yoga ku yank" Vani pun menarik lenganku untuk berkenalan dengan instrukturnya

"ha-halo mas, sa-ya Billy seorang instruktur yoga di tempat ini" ucap nya sambil mengulurkan tangan

"oh iya, gua Rian" ucapku kembali datar sambil menerima uluran tangannya

Setelah perkenalan singkat itu aku dan pacarku pun berjalan menuju parkiran. Namun sepanjang jalan aku hanya diam saja hingga sampai lah di tempat parkir.

"emmm yank, aku perhatiin kok dari tadi kamu diem, cuek gitu juga sama Billy? " tanya Vani padaku

"kan kamu tau sendiri aku ini emang gini kalau dengan orang yg gk aku kenal" jawabku sekenanya

"tapi tu kamu lain yank, walaupun kamu cuek tapi tatapan matamu ke Billy itu kayak ada aura kebencian gitu" terang Vani padaku

Jelas untuk urusan yang ini Vani memang tau, dia sangat hafal bagaimana sikap ku kalau aku tidak suka dengan seseorang.

"enggak, perasaanmu doank kali" ujar ku membela diri sambil memakai helm

"eeee kamu cemburu ya sayang? " tanya Vani sambil tersenyum menggodaku

"ngapain harus cemburu, gantengan juga aku" jawabku lagi

"utuk utuk utuk sayangku cemburu ih, aku tu gk ada apa-apa sama Billy sayang, tenang aja" terang Vani padaku

"gk ada apa-apa gimana, orang jelas-jelas tadi gua liat dia gerayangi tubuh lu" umpatku dalam hati

"hmmm" jawabku singkat

"uhh kalau ngambek jelek loh, udah ih ntar malam aku nginep di kosnya ayank deh" tawar Vani berusaha menenangkan ku

Aku sebenarnya senang mendengar ucapannya namun disisi lain masih kesal juga.

"udah ah balik ayo buruan, laper ni" ucapku

"cie seneng kan tau pacarnya mau nginep, pasti mau minta yang aneh-aneh" ujar Vani kembali menggodaku

Aku pun tak menanggapi lagi perkataan Vani.
Dan langsung memakaikan nya helm. Namun saat aku memakaikannya, sedikit tercium aroma aneh di sekitar kepala atau lebih tepatnya wajah Vani.

"yank kok diem, yank...." kata Vani berusaha menyadarkanku dari lamunan

"ehhh hmmm udh buruan naik" perintahku padanya

"hihi siap masa depanku" jawab Vani seraya naik ke atas motor

Aku pun teringat sesuatu.
"tadi aku liat wajahmu seperti nampak kelelahan, sedikit sayu juga matamu yank" selidikku pada Vani

"oh i-tu emm a-anu kan habis yoga yank, pasti kan lelah donk" kilah Vani

Jelas-jelas disini dia berbohong padaku.
"oh ya udah" jawabku sekenanya.

*bruuuuummmmmmmm...

Di perjalanan aku sedikit berpikir. Kenapa dan sejak kapan Vani berani berbohong padaku dan aku harus mencari tau ada hubungan apa Vani dan Billy.


*Bersambung.....


===============

EPISODE 5

POV Vani

"hmmmmm"
Aku membuka mataku, aku melihat pacarku tidur disebelahku. Ya saat ini aku sedang berada di kosnya pacarku. Karena kejadian kemarin akhirnya aku memutuskan untuk menginap di kosnya.

Semalaman aku di gempur habis-habisan olehku, entahlah hanya perasaanku saja atau apa tapi tadi malam pacarku bermain dengan ganas, aku tak diberi kesempatan untuk istirahat olehnya sampai pacarku menumpahkan semua spermanya di dalam tubuhku.
Tak biasanya dia seperti ini, ya kuakui pacarku memiliki stamina yang sangat bagus serta ukuran penisnya yang selalu membuatku orgasme berkali-kali. Aku beruntung memilikinya

"duh rontok semua rasanya ni badan" gumamku sambil bangkit dari kasur pacarku

Aku pun bergegas menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"hmmm sadar Vani kamu pasti bisa lepas dari jeratan nafsumu sendiri" ucapku disela-sela mencuci muka.

Saat aku melihat kaca, aku jadi teringat kejadian di toilet tempatku melakukan Yoga bersama Billy.
Namun yang bikin aku ayok adalah kedatangan pacarku di tempat itu. Aku pun juga dapat melihat tatapan tak bersahabat pacarku pada Billy.
Aku sangat hafal sifat pacarku bila tak suka pada seseorang.

"haduh bodohnya kamu Vani bisa-bisanya kamu dengan mudah di goda oleh Billy" umpatku pada diriku sendiri

Sudah 6 bulan terakhir ini aku sedikit bermain API dibelakang pacarku. Aku jadi tak dapat mengontrol nafsuku ketika titik lemahku disentuh.
Bahkan orang pertama yang membuatku seperti ini adalah salah satu dari sahabat pacarku sendiri.

*Flashback 6 bulan lalu

Aku terbangun dari tidurku setelah semalaman bercinta dengan pacarku.

"yank bangun kamu gk berangkat kuliah? " tanyaku seraya membelai pipi pacarku ini

"hmmm 5 menit ya yank" jawab pacarku masih menutup matanya

"hehhh gaboleh gitu ih, udah ayo bangun sayang" kembali aku memaksa pacarku sambil menarik hidungnya

"aduh aduhhh, iya-iya bawel" ucap pacarku sambil bangkit dari tidurnya

"nah gitu donk hihihi" ucapku manjaaa seraya bangkit dari tempat tidur

Saat aku bangkit pacarku tiba-tiba menarikku kembali ke kasur.
"kamu mau godain aku ya sayang" tanya pacarku seraya melumat bibirku

"emmfffftttt emmmmffftttt muuuachhhh" suara bibir kami saling beradu

"emmmffttt ahhhh sayang ihh masih pagi ini loh" protesku setelah aku melepas ciumannya

"hehe kamu sih, aku jadi horny lagi kan" kata pacarku dengan tatapan penuh nafsu

Aku baru sadar kalau tak ada sehelai benang pun menempel pada tubuhku.

"emmmmfftttt emmmmfftttt yank u-udah " desahku saat tiba-tiba pacarku menjilati putingku

"muuuaaachhhh hehehe kamu seksi banget sayang aku gk tahan" ucap pacarku

"udah ya sayang nanti lagi, aku beneran capek semalaman kamu genjot" ucapku mengiba

"lagi pula kamu harus berangkat kuliah sayang" ucapku lag pada pacarku

"iya udh deh, tapi janji nanti lagi ya" ucap pacarku memelas

"iya sayang muaaaachhhh udh gih mandi sana" ucapku sambil mengecup ringan bibirnya

Akhirnya pacarku pun beranjak dari kasur untuk mandi.
Uh aku jadi membayangkan betapa indahnya bila kita sudah menikah nanti. Aku sangat sayang pada pacarku, bukan karena dia yang merenggut perawanku tapi dari cara dia memperlakukanku.

"yank aku berangkat duluan ya, itu aku ada tinggalin duit kalau kamu males masak buat makan" pamit pacarku padaku

"iya sayang hati-hati ya" ucapku pada pacarku

"muuuuacccchhhh emmmmfftttt" tak lupa kami berciuman

Setelah pacarku pergi aku kembali masuk ke kamar pacarku.
Aku hari ini tidak masuk kuliah karena hari tidak dosen yang mengajar sedang ada urusan jadi hanya menitip tugas ke ketua kelas kami.

"hmmm mau ngapain ya hari ini, kalau nunggu sayang pulang bisa jenuh nanti" gumamku dalam hati

"hmm bersih-bersih kamar aja deh, ngelihat kamarnya sayang udh kayak pasar ikan" ucapku

Memang seperti ini lah rata-rata laki-laki jika tinggal sendirian di kos, berantakan. Walaupun katanya sudah di bersihkan tapi nyatanya yaa tau sendirilah gimana laki-laki.

Aku pun membersihlan kamar pacarku dari mulai tempat tidur, dapur dan ruang tamu.
Hingga tak terasa sudah jam 10.

"huuffftttt akhirnya selesai juga" ucapku sambil baring menikmati kipas

Setelah dirasa keringatku kering, aku pun bergegas untuk mandi. Ya tau sendirilah kalau perempuan mandi, lama sis.
Setelah selesai mandi, akupun mengeringkan rambutku

*tok tok tok
"siapa?" tanyaku karena mendengar suara ketukan pintu

*tok tok tok
"Yan lu ada di dalam gk?" tanya suara di balik pintu

"iyaa ini mau di bukain pintu" jawabku sambil bergegas membuka pintu
Akupun tak menghiraukan tubuhku yang hanya terlilit handuk.

*ceklekkkk
Setelah ku buka pintu ternyata itu salah satu sahabat pacarku. Kami pun terdiam sejenak

"ada apa kesini R**?" tanyaku padanya

Kulihat dia tak menjawab pertanyaanku.
"hmm malah bengong" gumamku

"hey R** ada di tanyain kok malah gk jawab" tanyaku dengan suara agak kencang

"eh hmm iya Van, gu-gua mau nyari Rian. Riannya ada?" tanya nya padaku

"Rian lagi di kampus, kenapa gk nyari di kampus aja" tanyaku padanya

"emm gua kira di Kos, kemarin dia bilang hari ini gk ada jadwal kuliah" jawabnya

"semalam dia dapat info dari ketua kelasnya kalau hari ini ada kuliah sampe siang, memangnya ada perlu apa? " tanyaku kembali padanya

"ini gua mau minjem kameranya Rian, dia udh tau kok, kalau gk percaya tanya deh ke Rian" jawabnya

"ya udah bentar gua cari dulu kameranya" ujarku sambil balik badan untuk mencari kamera

*ceklekkkkk

"hey apa-apain sih kamu R**" tanyaku padanya karena tiba-tiba dia memelukku dari belakang

"Van gua gk bisa lupain lu, maafin gua Van" ucapnya kembali setengah memaksa memelukku

"R** kita udah gk ada hubungan apa-apa ya, lepasin ah" pintaku padanya

Ya sahabat pacarku ini dulunya adalah mantan pacarku di SMA, kami dulu menjalin kasih di SMA namun aku memutuskannya karena di malam kelulusan angkatannya, dia ketahuan selingkuh olehku.
Aku melabrak dia di sebuah cafe karena sering mendapat informasi dari temanku kalau dia itu selingkuh.
Aku tak pernah menceritakannya pada pacarku karena takut merusak persahabatan mereka.

"gua minta maaf Van, gua khilaf waktu itu" ujarnya

Aku terperanjat ketika dia tiba-tiba menyentuh sambil meremas dadaku dari luar handuk.

"ahhhh R** jgn kayak gini ahhh" aku menahan desahan sambil mencoba melepaskan diri darinya

"ahhh Van lu cantik banget, uhh gede banget dada lu Van"

Seketika handukku di lepas olehnya.
"ahhhh" jeritku

Tubuhku kembali di gerayangi olehnya, kali ini membalikkan badanku kembali.

"ahhhh R** stoppp ahhhh uhhhhh mmmfffttt" jeritku saat dia menghisap puting dadaku kananku

"sluuurrpppp mmffftttt sluuurrpppp mmmffftttt, muachhh ah Van montok banget dada lu" ucap sambil meremas dada dan memilin puting dada kiriku

"emmmfffttttt ahhhh emmmmfftttt"
Aku berusaha menutup mulut ku agar tdk mendesah

Tangan kanannya pun akhirnya sampai di Vaginaku.

"emmfftttt jangan R** please" aku berusaha menolak saat tangannya berusaha menyentuh baginaku

"ahhhhhh" hanya itu yang keluar dari mulutku saat dia berhasil menyentuk permukaan bibir vaginaku.

Saat itu lah aku merasa seperti ada sengatan listrik disekujur tubuhku

"enggg, emmmftttt sssshhhhhh R-R** aahhhh emmfffftttt" kali ini aku tak kuasa menahan desahanku.

Dia terus menggosok jari di sekitar bibir vaginaku hingga akhirnya

"Sluuurrpppp sluuurrpppp sluuurrpppp"

"ahhhhhhh R-R** ge-geli ahhhhhh ssshhhhhhh emmmmffftttt" desah ku karena sekarang R** menjilati vaginaku

Dia menjilati bibir vagina ku dari ujung bawah hingga ujung atasnya yg membuat aku klejotan tak karuan.

“awwwwwwhhhhhhh R**”, desah panjang ku saat ujung lidahnya mengenai klitoris vaginaku

Aku hanya terdiam sambil klejotan, menahan desahku dengan mengigit bibirku sendiri dan tangannya terus memainkan dadaku. terkadang tanganku mencengkram rambutnya  saat dia sedang intens memberikan serangan pada alat vitalku.

“ssshhhh shhhhh hmmmm shhhhhh awhhhh shhhh stthhhmmm”dapat kurasakan Vaginaku sudah becek oleh cairan cintaku sendiri

“awwwhhhh R**, jangan pakai jari please”, pintaku padanya
namun dia tak menghiraukan ku dan malah  terus masukkan memainkan jarinya di dalam vaginaku. jarinya bergerak keluar masuk dan membentuk seperti pancing untuk menstimuli bagian atas rahimku. Aku semakin klejotan bagaikan cacing yg terkena garam, tanganku berusaha menarik tangannya agar berhenti mengobok-obok vaginaku, namun tenagaku kalah denganya.

“AAHHHHH  R** AHHHWWHHHHHHH”, teriak ku  kencang diiringi dengan tubuhku yg mengencang dan keenakan, diikuti dengan nafasku yg memburu.

"enak gk Van, tapi kamu udah gk perawan ya Van" tanya nya padaku

Aku tak menjawab pertanyaan sama sekali, aku hanya menutup mataku sambil mengatur kembali nafasku. Jujur serangan yang dia berikan sungguh sangat nikmat, aku sampai lupa siapa yang sedang mengobel vaginaku saking nikmatnya.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di vaginaku kembali. Begitu ku lihat R** sudah membuka pahaku dan bersiap memasukkan peniska ke Vaginaku.

"jangan R** please, untuk yang ini jangan aku gamau R**" ucapku padanya sambil berusaha mendorongnya

"gua udah horny banget liat kamu Van, please biarin gua ngerasain Vagina lu" ujarnya masih yang ingin mencoba menyetubuhiku

"please R** apapun bakal aku lakuin tapi yang ini jangan aku mohon" pintaku memelas padanya

"hmm ya udah deh, untuk saat ini gua mau lu nyepong gua" jawabnya seraya bangkit dari atasku

Aku pun mencoba untuk berjongkok tepat di depan nya sambil memegang penisnya.
Untuk ukuran penis, dia masih kalah jauh dengan pacarku namun aku harus menuruti kemauannya.

Akupun melahapnya dengan penuh penghayatan agar dia cepat muncratt.

"ehhhhmmmm ahhhhh enak banget Van”, ujarnya sambil memejamkan mata.

Aku bergerak maju dan mundur, lidahku ku memainkan dengan permainannya dengan lihai, nampak kulihat sekilas dia merem melek keenakan.

“Van, dorong masuk terus ahhhhhh”, ujarnya sambil memegangi kepalaku dan mendorongnya agar penisnya bisa masuk semua kedalam mulutku.

“uhuuuuk..uhuuuukkk..uhuuukkkk”, suara batuk ku diiringi dengan dia mengeluarkan penisnya dari mulutku hingga membuat ludahku yg terkumpul keluar dari mulutku.

Dia kembali memasukkan penisnya pada mulutku. Aku pun memainkan lidah dengan tempo cepat dibantu dengan tangan kananku ngocokin bagian pangkal penisnya. Dia hanya merem melek keenakan sambil membelai rambutku.

“terus Van gua bentar lagi mau keluar sayangg”, ujarnya dengan belaian yg lembut pada rambutku.
penisnya terasa semakin mengencang di mulutku.  Akupun semakin bergerak dengan cepat.

“ahhhh Van ahhhh aku mau keluar sayanggggg”, dia mencengkram kepalaku.

“aahhkkkk Van ooowwhhhhh yangggggg awwhhhh croooooooot crooooooot crooooooot crooooooot croooooooooot”, semburan demi semburan keluar dari buah zakarnya menuju tenggorokanku

lalu dengan perlahan dia mengeluarkan kontolnya dari dalam mulutku.
"uhhuuukkk uhhhuuuukkk uhhuuukkk" aku terbatuk sambil berusaha menuntahkan semua spermanya

"nikmat banget mulutmu Van uhhh" ujarnya sambil berusaha kembali memakai pakaiannya

Akupun hanya bisa terbaring setelah apa yang baru saja aku alami. Aku pun menutup mataku menggunakan lenganku.

Entah sudah berapa menit tiba-tiba R** kembali pada ku.

"Van ini gua udah dpt kameranya Rian, hmmm sekarang gua mau balik dulu" ujarnya padaku namun tak ku tanggapi dia

"emmm makasih ya Van, mulut lu nikmat banget sumpah. Kapan-kapan boleh ya kita gini lagi" tanyanya padaku

Kembali aku tak menggubris segala kata-katanya.
Tak lama kemudian aku mendengar suara pintu di buka kemudian di tutup kembali.

Aku pun berusaha bangkit dan menuju kamar mandi sambil merenungi kejadian barusan.

Sejak kejadian itu R** selalu meminta jatah blowjob dariku. Hal ini aku lakukan karena ternyata dia diam mengambil fotoku bugilku saat kejadian kemarin.
Awalnya aku menolak namun karena ancamannya yang akan memberi tahu pacarku akhirnya akupun menurut.
Lama kelamaan pun aku jadi menikmatinya, walaupun itu
Hanya sebatas dia menjilati dan memasukkan jarinya pada vaginaku harus kuakui aku sangat puas.
Tetapi aku masih tidak mau dia memasukkan penisnya kevaginaku, sebisa mungkin aku harus bertahan dari nafsuku ini agar dia tak berhasil menyetubuhiku. Ya walaupun dada dan mulutku selalu menjadi sasaran penisnya namun bagiku vaginaku hanya milik pacarku.

*Kembali pada ulang tahun pacarku

"smochhhh smocchhhh emmmmffftttt emmmmffftttt" hanya suara itu yang keluar saat aku dan R** berciuman.

"ahhhh udah R** please nanti keburu R** balik kesini" ucapku saat aku berhasil melepas ciumannya

"bentar aja Van please" pintanya sambil melepas celana hotpants ku.

"lu mau ngapain R** please jangan yang itu" pintaku memelas

"wahh lu pake daleman kayak gini buat apa Van, ahhh lu mau ngentot sama Rian ya. Uhh jadi iri gua" ucarnya seraya jarinya menyeruak masuk kevaginaku yang sudah basah

"ssshhhh shhhhh hmmmm shhhhhh awhhhh shhhh stthhhmmm”hanya itu yang keluar dari bibirku saat dia kembali mengobel vaginaku

“AAHHHHH R** AHHHWWHHHHHHH MMMFFFTTTTT”aku berusaha sekuat mungkin menahan desahanku saat orgasme

Tiba-tiba R** memosisikan ku menungging. Kemudian dia merapatkan kaki. Kemudianmulai memasukkan penisnya di sela sela bibir vaginaku.
Dia pun mulai menggenjotku tanpa penetrasi ke vaginaku dari belakang.

"ehhhhmmmm ahhhhh enak banget Van, walau bukan vaginalu yang gua pake”, ujarnya seraya terus memompaku

Aku hanya bisa menutup mulutku untuk menahan agar aku tidak mendesah karena walau penisnya tak masuk. Namun penisnya terus menggosok-gosok klitorisku.

“ahhhh Van ahhhh aku mau keluar sayangg”, dia mencengkram pinggul ku serta menggejotku semakin cepat.

Karena gesekannya semakin kencang, aku oun dibuat glonjotan olehnya.

“aahhkkkk Vani sayanggggg ooowwhhhhh awwhhhh croooooooot crooooooot crooooooot crooooooot croooooooooot”semburan demi semburan sperma keluar dari penisnya di barengi dengan orgasmeku.

Aku pun hanya mendongakkan kepalaku keatas menikmati orgasme yang kudapat.

"hahhhh uhhh hahhh udah R** buruan lepasin" pintaku padanya untuk mengakhiri ini

Dia pun menurut dan melepasku dari pelukannya.

Setelah itu kami pun bersih-bersih agar tak meninggalkan jejak mencurigakan.

Tok tok tok cekleeekkk

"wehhh udah lama lu nunggu, hehe sory tadi gua boker dulu di rumah sebelum kesini jadi agak telat" ucap laki-laki itu saat datang membawa kue ulang tahun

"iya taruh di situ aja kulkas aja R**" pintaku padanya

"ehhh kok kayak keliatan merah gitu mukamu Van" tanyanya padaku

"eemmmm mu-mungkin aku kelelahan menyiapkan surprice buat Rian" jawabku sekenanya

"oh ya udah deh" ujar R** kembali

Diapun bergegas membawa kue dan menaruhnya di dalam kulkas.
Kami bertiga pun akhirnya mengobrol sambil menunggu kepulangan pacarku.

*Kembali kejadwal Yoga

Aku sedang berada di tempat ku biasa melakukan Yoga, ya ini ada lah rutinitasku 3x dalam seminggu.

Saat aku sedang melakukan gerakan yoga, tiba-tiba ada yang menghampiriku.

"ada kesulitan gk Van? " tanya seorang laki-laki

"ehhh enggk kok Bil" jawabku padanya
Dia ini Billy. Billy adalah seorang instruktur Yoga yang baru, ya baru sekitar seminggu lalu dia disini. Dan dari situ pula aku dekat dengan dia.

"ini kurang kebawah Van" ucapnya seraya memegangi pinggangku

"ini juga kurang dibuka kakinya Van" tambahnya kembali saat dia memegang pahaku

Akupun menurut dan mulai menurunkan pinggangku dan aku mulai mengadahkan kepalaku ke atas

Entah sejak kapan tangannya mulai bergerilya dia pantatku.
Sebenanya aku ingin protes namun lagi-lagi ada sengatan listrik yang menjalar keseluruh tubuhku.

"ohhh sial" gumamku dalam hati
Hanya karena ransangan dipantatku aku mulai basah.

Tak lama posepun berubah.
Aku mulai membaringkan tubuhku dengan kakiku di tekut ke atas.
Billy pun berada di atasku, tiba-tiba di tersenyum kearahku seraya tangannya menyentuh dan meremas dadaku.

"ohhh aahhhhh" aku mencoba menahan desahanku
Aku mencoba melihat di sekitar takutnya ada yang memergoki kami berdua. Namun syukurlah semua member Yoga sedang fokus dengan gerakan sehingga tak memperhatikanku

Billy pun mulai memilin-milin putingku dari luar bra sportku.
Tak lama kemudian dia memasukkan tangannya kedalam dan mulai meremas serta memilin dadaku.

Aku pun kaget dan hanya mampu menutup mulutku.
"ohhhh emmmmffftttt ssshhhhhh emmmftttt" desahanku tertahan oleh tanganku sendiri

Karena sudah tak tahan, aku meminta Billy untum berhenti. Dia pun tersenyum kearahku kemudia bangkit kemudian memberi isyarat untuk pergi ketoilet.

Akupun hanya menggangguk sambil mengatur nafasku kembali. Aku jadi gampang horny sekarang.

Aku pun bangkit dari tempatku kemudian menyusul Billy di toilet.

*Ceklekkkk

"smochhhh smocchhhh emmmmffftttt emmmmffftttt"

"ah lu seksi banget sih Van" ujarnya sambil terus mencium bibir dan meremas dadaku

"ehhhhmmmm ahhhhh ssshhhttttt enak Bil" ujarku menahan birahiku

Billy nampaknya tak kuasa menahan nafsunya. Dia membalikkan badanku seraya menundukkan badannku untuk menungging. Aku hanya pasrah mengikuti kemauannya.
Diapun berhasil menurunkan setangah legging yang ku pakai.
Dia pun tiba-tiba memasukkan penisnya kedalam Vaginaku dengan sekali hentakan, aku pun dibuat kaget olehnya.

"aahhhh ohhhhhhh sssshhhhhh B-Bil kenapa lu masukin, ahhhhh" kataku terbata-bata

"ahhh ohhhhh pantatlu vagina lu ohhh Van nikmat banget" ujarnya seraya terus menggenjotku

Harusku akui sangat nikmat namun aku telah melanggar janjiku sendiri.

"ca-cabut Bil please ohhhh aku gamau kalau kayak gi-gini" ucapu seraya menahan desakan biarahiku

"ehhhhmmmm ahhhhh lebih enak begini tau Van"

"pl-please aahhh Bil cabut, lu bisa pake mulutku aja Bil tapija-jangan di vagina " ujarku berusaha menahan genjotannya

Billy pun akhirnya berhenti dan mencabut penisnya dari vaginaku.
*ploppp
"Uhhhh"

"ni kalau gitu lu sepong gua sampe gua muncrat" ucapnya dengan penis yang masih berdiri tegak.

Aku pun jongkok dan mulai memasukkan penisnya kedalam mulutku seraya memaju mundurkan kepalaku.

“ehhhhmmmm ahhhhh enak banget Van ahhhh mulut lu ternyata juga enak”, ujarnya.

Aku pun bergerak maju mundur dengan ritme yang cepat berharap agar dia cepat keluar.

Sekitar 15 menit
“ahhhh Van ahhhh gua mau keluar Van”, dia mencengkram kepala kepalaku dengan kuat.

“aahhkkkk Van ooowwhhhhh shhhhhh awwhhhh croooooooot crooooooot crooooooot crooooooot" banyak sekali peju yang keluar dan masuk ke tenggorokanku

“uhuuuuk..uhuuuukkk..uhuuukkkk”aku terbatuk dan memuntahkan semua spermanya setelah aku melepas penisnya

"ahhhhh nikmat banget" ucapnya sambil memakai kembali boxer yang dia kenakan barusan

Diapun membantu ku berdiri.
"Van ohhh gua pengen lagi, giman kalau kita cari hotal aja" pintanya padaku

"hmmmm aku gk janji Bil, tapi kalau lu mau kayak gini lagi. Lu gk boleh masukin ke Vaginaku. Apapun selain vagina bakal aku turutin Bil" jelasku padanya

"emang kenapa kalau gua genjot vagina lu kayak tadi, buktinya lu nikmatkan saat gua genjot tadi" tanyanya padaku

"vagina ini hanya buat pacarku Bil jadi please, tadi itu aku hanya lepas kontrol aja" jawabku

"hmmm ya udah deh, tapi kalau gua mau lagi lu gak boleh nolak" perintahnya padaku

"iya Bil" jawabku sekenanya

"iya udah ayo kita balik lagi" ujarnya padaku

Setelah itu kami pun keluar dari toilet menuju ketempat Yoga.

Hingga saat waktunya pulang, aku sempat berbincang bincang sedikit dengan Billy.
Sampai aku kaget melihat kedatangan pacarku, wajah pacarku nampak sangat serius melihat kearah aku dan Billy. Aku pun jadi gugup apa pacarku tau kelakuanku

Aku mendekatinya seraya memperkenalkan Billy padanya.
Dapat kulihat ekspresi tak bersahabat pacarku pada Billy.
Setelah selesai perkenalan aku dan pacarku pun pulang.
Disepanjang jalan Aku melihat pacarku hanya diam seribu bahasa. Aku menanyakannya mengapa sikapnya seperti itu, aku pun menjelaskan hubunganku dengan Billy hanya sebatas teman, walaupun ada kejadian tak terduga tadi.

Aku pun menawarkan diri untuk nginep dikos pacarku guna menenangkan hatinya.

Sampai saat sebelum jalan ada 1 pertanyaan yang membuatku kaget.

"tadi aku liat wajahmu seperti nampak kelelahan, sedikit sayu juga matamu yank?" tanya nya tiba-tiba

"aduh mampus, apa aku ketahuan" gumamku dalam hati

"oh i-itu emm a-anu kan habis Yoga yank, pasti kan lelah donk" jawabku dengan gugup

"oh ya udah" jawab pacarku datar

Ya malam itupun aku di genjot habis-habisan oleh pacarku.

*

"yank, sayang" suara seseroang memanggilku seraya memelukku

"ehhh ke-kenapa yank" tanyaku pada suara laki-laki di belakangku

"kok ngelamun? " tanya balik pacarku

"emmm gk papa yank, hanya badanku masih terasa pegal habis kamu genjot semalaman hihihi" jawabku sekenanya

"hehe kamu sih cantik dan seksi" ucapnya sambil mencium leherku

"ssshhhhhh udah yank, nanti kita telat loh" pintaku pada pacarku

"hehe ya udah ayo mandi bareng" ajaknya

"ayo yankk" ucapku manja padanya

Kami berdua pun mandi untuk melakukan aktifitas kami hari ini, aku pergi tempat KKL sedangkan pacarku pergi ke tempat Magang.

*Bersambung....

====================


EPISODE 6

POV Rian

"NGAPAIN KAMU NGELAMUN RIIIAAANN!!" teriak seseorang padaku

Bagai tersambar petir aku langsung cepat menaruh jari-jariku di atas komputer di depanku. Entahlah apa yang aku ketik.

"eng-enggk pak saya tadi la-lagi lagi berpikir" jawabku sekenanya

"pppffffftttttt huaaahhahahahahahaha" tawa seseorang

Pas aku angkat kepalaku untuk melihat siapa yang tertawa.

"ehhh monyet lu mau gua lempar dari gedung ini" ucapku agak emosi dengan temenku ini
Aku kira tadi yang meneriakiku itu pak Ridwan

"hahahahaha lu dari tadi gua panggil kagak dengar, ya udh sekalian aja gua kerjain" ucapnya masih menjahiliku

"alah tai lo, gua Smack bisa lupa jalan pulang lu" ucapku lagi pada Dika

"weh sante bos kalem, lagian lu udah 5 hari ini kerjaannya ngelamun mulu, ngelamunin apa lu? " cerca Dika padaku

Sudah 5 hari ini aku masih nampak memikirkan pacarku, aku ingin mencari tahu kenapa dia berbohong padaku. masih sangat membekas di ingatanku kejadian nyata 5 hari lalu di tempat Yoga pacarku. Pacarku pun setelah kejadian itu, 3 hari dia selalu tidur di kosku.
Dan gk usah aku jelasin pasti kalian udah paham lah apa yang kami lakukan.

Aku juga tak menemukan perubahan apapun dari tubuh Vani. Tapi entahlah, aku akan terus mencari tahu sejak kapan dan kenapa Vani berbohong padaku.

"kagak cuy, biasa lagi kasmaran-kasmarannya gua" ucapku sekenanya sambil senyum

"ohh lagi lengket-lengkatnya ama Vani yak, ya emang cantik ama montok sih tuh Vani" ujarnya memberi penjelasan

"eheeemmm kagak usah ngomong montok kali di depan gua" ucapku padanya

"hehehe sory cuy, kan memang montok dia. Banyak yang ngincer cuy termasuk di angkatan kita juga banyak yang incer dia. Tapi malah curut kek lu yang dia pilih wkwkwkwk" ujarnya kembali menjahiliku

"ohh bener-bener lu yak, gelud kita ayo" ucapku sambil menggulung lengan bajuku

"hahahahaha" Dika tertawa sembari menjauh dari hadapanku

"hedeh tu anak" desahku capek dengan kelakuan setan berkedok temanku ini

*

Saat jam 2 aku memilih untuk pulang duluan, aku beralasan tidak enak badan. Pikiran ku lagi kacau jadi aku butuh healing cuy.

Aku mengendarai motorku namun entah kemana tujuanku aku juga bingung.

Sampai saat dari kejauhan aku melihat sesosok wanita berjilbab yang ku kenal. Ya dia adalah Maya.

*bruummmm brummm
"assalamualaikum ukhti" ucapku memberi salam saraya menghentikan motorku

"eh wa-waalaikumsalam" balasnya padaku

"eneng mau kemana atuh, kok sendirian?" tanyaku padanya

"emm mau balik ke kos mas" jawabnya

"ohh lagi nunggu jemputan yak?" tanyaku kembali

"iya mas" jawabnya

"hmmm udab berapa lama nunggu May" kembali aku menanyainya

"hmmm gk tau mas" jawabnya kembali

Walaupun dia menunduk seperti biasa, aku dapat melihat sedikit tetesan keringat di dahinya yang menandakan sudah cukup lama dia menunggu.

"mau barengan sama aku gk May" ucapku menawarkan diri

"emmm gk papa mas aku nunggu disini aja" ucapnya mencoba menolakku

"heiii liat, kamu sudah keringetan May. Pasti lu juga udah capek nunggu" ucapku yang langsung menarik tangannya untuk menaiki motorku

"ta-tapi mas, nanti kalau mas Andre nyariin aku gimana?" tanyanya mencoba kembali untuk menolakku

"emang kamu sudah menghubungi Andre?" tanyaku kembali

"emm dari tadi sudah aku WA dan coba telepon namun tak ada jawaban mas" jawabnya padaku

"ya udah sini bareng aku aja, ini kan jaman udah wifi, tinggal kirim WA aja" ucapku sengit agar dia mau pulang bersamaku

Akhirnya dia pun mau untuk pulang bersamaku.

*bruummmmmm

"loh mas ini bukan kan arah kos kita, kok lewat sini? " tanyanya padaku

"hehe aku mau ke Mall dulu ya May, ada sesuatu yang harus aku beli" jawabku padanya

"hmm ya udah mas" ucapnya lagi

Karena dia seperti canggung. Dengan berani aku meraih tangannya lalu ku taruh di pahaku
Dapat kulihat dari spion kaca Maya tersenyum.

*tiba di Mall

"emmm May kalau kamu juga mau ambil barang buat belanja, ambil aja" tawarku padanya

"eng-enggk usah mas, aku lagi gk bawa uang" ucapnya menolak tawaranku

"udah sini biar aku belanjain" ucapku mantap sambil tanganganku menggenggam tangannya

Aku dan Maya kesana kemari mencari bahan makanan dan juga alat mandi. Sesekali kembali aku menggodanya seperti sepasang suami istri lagi belanja, dan di situ lah pertama kali aku melihatnya tertawa. Dan entah kenapa hatiku jadi adem melihatnya tertawa, seakan-akan ada beban yang terlepas keluar dari dalam dirinya.

"totalnya Rp 1.000.000,00 ya mas" ucap sang kasir

"ini mbak pake ini aja" balasku seraya memberi kartu atm ku

Setelah selesai berbelanja aku pun mengajak Maya untuk makan siang.

*tiba di parkiran Kos
*brummmmmm

"emmm makasih ya mas, udah mau belanjain aku. Nanti uang nya aku ganti deh mas" ucapnya padaku

"ehhh gk usah May, anggap aja ini gladi resik buat calon ehemmmm" ucapku kembali menggodanya

Dapat kulihat wajah Maya memerah.
Sumpah cuy, ni cewek cantik, manis, kalem, pemalu. Tipikal cowok-cowok pakboy lah pokoknya

"ya udah ayo sini biar aku bawain sekalian barang bawaanmu" ucapku lagi

Di sepanjang jalan aku kembali melirik ke arah Maya, dapat kulihat seutas senyum tersungging di bibir kecilnya.

*

"fiyuhhhhh, dah semua kan May. Ya udah aku balik dulu ya" ujarku padanya

"emmm aku antar sampai pintu depan ya mas" ucapnya menawarkan diri

"boleh deh" jawabku mengiyakan

*sampai di depan pintu

"sekali lagi makasih ya mas" ucapnya berterimakasih padaku

"hehehe iya gk papa May, tiap hari juga mah sanggup kok Aa' hihihi" ucapku kembali menggodanya

Pipinya pun kembali memerah.

"ya udah kamu masuk gih, kasian nanti gerah" ucapku padanya

"i-iyaa mas" ucapnya kembali

"emmm mas Rian" kembali Maya memanggilku

"iya kenapa May" ucapku menoleh saat tanganku sudah memegang gagang pintu

*cuuuupppppppppp
Aku di buat kaget karena Maya tiba-tiba mengecup pipi kananku kemudian dia langsung kabur menutup pintu kamarnya.

Aku tersenyum dengan kejadian itu.

"hmmmm ada kemajuan ni, Maya nampaknya sudah mulai membuka dirinya untukku" gumamku dalam hati

Malamnya aku terus kepikiran dengan kejadian tadi.
Maya Maya.

Aku pun berinisiatif untuk mengajak Maya makan malam bersama.
Aku memesan 1 bucket KFC melalui gofood untuk ku bawa ke kamar Maya.

*

"ini Mas uang nya terimakasih" ucapku seraya memberi beberapa lembar uang

"oh iya mas terimakasih kembali" ucapnya

*tok tok tok

"iya siapa ya disitu" tanya suara seorang gadis dari balik pintu kamarnya

*Ceklekkkk

"assalamualaikum ukhti" ucap ku memberi salam pada gadis dihadapanku

Dapat kulihat kembali bidadari cantik yang selalu tertutup tubuhnya kini hadir di depanku dengan pakaian santainya.

"wa-waalaikumsalam Mas" balasnya dengan gugup

Aku tersenyum simpul saat melihat lagi wajah memerah gadis yang ada dihadapanku.

"emm Maya udah makan?" tanyaku padanya

"e e be-belum Mas, i-ini tadi baru mau masak" jawabnya yang tak berani menatapku

Mungkin dia masih malu dengan kejadian tadi dia mencium pipiku.

"oh ya udah pas banget, ni aku udah beli makan malam buat kita berdua" ucapku padanya

"e e i-itu anu Mas.."

"hei sudah gk usah tapi-tapian ini udah aku beli loh, kan mubadzir nanti" ucapku sembari tersenyum

"eemmmm masih lama ni berdirinya, masa tamu gk disuruh masuk" kataku untuk menyadarkan lamunannya

"o oh i-iya Mas, mari masuk"

Sesampainya di dalam, dia mengatur meja untuk tempat kami makan berdua.
Dapat kulihat Maya sangat cekatan mengerjakan pekerjaan rumah. Cocok ni buat di jadiin istri

"ehh sadar bego" gumamku

"ma-mari Mas silahkan duduk" ucapnya yang masih selalu gugup di hadapanku

Kamipun duduk berdua untuk makan malam.
Dapat kulihat Maya sangat canggung makan dihadapanku. Aku pun kembali tersenyum dengan tingkah laku lucu gadis di depanku ini.

"gimana May dengan KKL nya" tanyaku membuka obrolan.

"engggg minggu depan baru mulai Mas" jawabnya

"ohhh emmm kamu sudah menghubungi Andre May, ya takutnya nanti dia anarkis karena tadi aku membawamu pulang hehehe" tanyaku kembali padanya

"emm da-dari tadi siang belum ada kabar dia Mas, WA, sms, dan telfonku juga tidak di respon" jawabnya

Dapat kulihat tatapan kosong matanya saat aku membahas Andre.

"oh ya sudah, mungkin lagi sibuk May. Biasa orang kantoran behhh kerjaannya itu buuaanyaaakk" ucapku hyperbola agar dia tersenyum

"iya mungkin Mas, tapi ya udah lah Mas" jawabnya

Tampak wajahnya sudah kembali seperti biasa.
Akupun tersenyum.
Kami pun kembali mengobrol sembari menghabiskan makanan kami. Ya walaupun lebih tepatnya seperti wawancara sih, karena kebanyakan aku yang bertanya sihelivr.net/gh/twitter/twemoji@14.0.2/assets/72x72/1f601.png" data-shortname=":grin:" />

"glekkkkk glekkkk ahhhh kenyangnya" ucapku setelah meneguk minumanku

Saat hendak membersihkan bekas makan malam kami. Aku melihat masih ada sisa nasi di dekat bibir Maya. Ehemm dengan berjiwa Hero, aku langsung mengambil nasi yang ada dibibir Maya.

Saat aku sedang mengambil, Maya tiba-tiba menatapku.
Disitu kami terdiam sejenak karena mata kami saling pandang untuk beberapa saat.

Sumpah demi apapun cewek yang ada di depanku ini manis pake banget. Aku sampai terpana beberapa saat.

Kami pun sama-sama tersadar, aku dengan cepat memindahkan tanganku dari bibirnya.
Keadaan pun jadi sedikit awkard.

"e e a-anu maaf May aku gk bermaksud lancang tadi" ucapku memberi penjelasan

Ini pertama kalinya aku gugup di hadapan cewek.

"i-iya Mas eng-enggak papa kok" balasnya padaku

Maya dengan cepat membersihkan meja makan dan menaruh sampah sisa makanan di dapur.
Sementara aku masih kikuk di tempatku.

"haduhhh lu kenapa sih Yan, sadar" gumamku sambil menepuk pipiku

Aku pun berdiri dari tempat dudukku untuk segara pulang.

"M-Mas" ucap Maya memanggilku

"i-iya May, kenapa?" tanyaku berusaha menguasai diri

"e e Mas mau pulang?" ucapnya berbalik menanyaiku

"eh i-iya May, udah malam ni" jawabku padanya

"Ma-mari Mas aku antar kedepan" ucapnya menawarkan diri

Akupun berjalan didepan sedangkan Maya di belakangku.
Sampai di depan pintu aku berbalik dan tanpa sengaja...

*buukkkkk

"aduuhhh" jerit Maya setelah menabrakku

"May kamu gk papa kan?" tanyaku khawatir sambil memegang bahunya

"i-iya gk papa kok Mas" jawabnya sambil mengusap keningnya

Mayapun mendongak keatas karena memang aku lebih tinggi darinya.
Seketika kami berdua terdiam kembali saling menatap 1 sama lain.

Entah setan mana yang merasuki ku. Aku tiba-tiba mencium keningnya.

"cuuuuuppppp"

Setelah melepas kecupanku, aku kembali menatap matanya. Dia diam tanpa reaksi apapun.
Aku melihat kebawah kearah bibir tipisnya yang sedikit terbuka.
Dengan berani aku memiringkan kepalaku dan mendekati wajah Maya.
Tanpa sadar kulihat Maya memejamkan mata.

"cuuuppllll ssmmmoooooocccchhhhhhh"

Dapat kurasakan bibir tipis Maya pada bibirku.
Sangat lembut dan ada sedikit rasa manis.

Saat aku menjauhkan bibirku darinya. Maya membuka kembali matanya. Dan seperti tersadar dia pipinya memerah dan dia kembali menundukkan kepalanya.

Tanpa berkata-kata aku membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamar Maya.

"emmmm Assalamualaikum May, makasih ya sudah nemenin makan" ucapku padanya sembari tersenyum

"i-iya Waalaikumsalam Mas" ucapnya dari balik pintu

Aku pun masuk kedalam kamar dalam keadaan hati yang tak karuan, senang bercampur kaget dengan kejadian tadi.
Entah dapat keberanian dari mana aku sampai mencium Maya. Tak hanya dikening, namun dibibir tipisnya.
Aku mengingatnya sembari memegang bibirku.

"ah ini hari yang sangat tak terduga dalam hidupku" gumamku seraya tersenyum

Aku pun terlelap dalam keadaan senang bukan main.

*esoknya di tempat Magang

"Na na na na, du du du du" suaraku berirama

"busetttt seneng banget hari ini lu bro, habis dapat jatah yak semalam hahaha" ucap seseorang menjahiliku

"berisik lu Dik, diem napa" umpatku pada temanku ini

"eleh kemarin aja lesu kek emak-emak yang menang arisan tapi di cancel" ejeknya kembali

"bodo amat" ucapku padanya

Entah kenapa dari pagi aku begitu semangat menjalani magangku.

"Ahh Maya, bisa gila lama-lama aku" gumamku mengingat kejadian semalam.

"hei dapet jatah dari Vani lu yak, berapa ronde lu. Beh tuh pantatnya Vani kalau di entot dari belakang uhhhh" ujarnya kembali mengungkit Vani

"info lapangan kosong" ucapku padanya

"hahhh buat apaan Yan" tanyanya padaku

"gelud ae lah kita" ujarku menantang temanku ini karena memang Dika ini barbar orangnya.
11 12 lah kayak Rio.

"wkwkwkwk toilet dulu yak Yan tiba-tiba perut mules" kilahnya berusaha menghindariku

Setelah Dika pergi, aku kembali dengan aktifitasku.

"ehh Rio dan Rendi gimana yak, hihihi gegara akhir-akhir ini deket dengan 2 cewek gua jadi jarang main dengan mereka. Ya udah lah nanti gua coba hubungi mereka " gumamku dalam hati.

*ddrrrrttttttttttt

Aku mengambil HPku karena HPku bergetar tanda ada yang menghubungi ku.
Saat kulihat ternyata Vani menelepon ku

A : Aku
V : Vani

V : Halo yank
A : halo juga sayangku cintaku manisku
V : eh tumben nyebutnya lengkap bener
A : hehehe kenapa sayang, gk boleh?
V : ya boleh donk, cuma tumben aja. Hayo habis dapat rejeki nomplok yaaa

"iya rejeki nemplok banget" gumamku

A : hehe enggk kok sayang, oh iya ada apa nelfon aku. Tumben lagi di tempat kerja bisa nelfon

V : hehe aku lagi di toilet yank. Emmm akhir pekan nanti kita ke pantai yuk. Capek yank butuh healing

A : emmm boleh deh nanti aku siapin mobil yank

V : yey muachhhh, oh iya ajak tu 2 demit temen mu yank. Kan udah lama kayaknya kalian gk barengan

A : oh iya bener kamu yank. Udah lama aku gk bareng mereka. Ya udah nanti aku kabarin mereka biar ikut bareng.

V : hihihi ya udah bye sayangku muaccchhhh sampai jumpa akhir pekan ini. Love you

A : iya sayang love you to

Saat sambungan telfon terputus Aku segera mengabari ke 2 sahabatku untuk menginfomasikan kegiatan yang akan kita lakukan di akhir pekan.

"ah minggu yang menyenangkan" gumamku sambil tersenyum.


*Bersambung....

=================


EPISODE 7

PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK

Vani memegangi dengan erat wastafel kamar mandi ku, matanya terpejam, punggungnya sudah maju kedepan, vaginanya sungguh terasa sedang memijat pijat dan sangat becek, mulai terasa badannya kembali akan orgasme.

“ssshhhhhhhhhhhhh yank ehhhmmmm buruan keluarin shhhhhhhh besok kita kan mau pergi ehhmmmm ahhhhhh aku udah 2x keluar loh shhhhhhh ”, dia bergetar cukup hebat mengeluarkan desahnya, hanya menggegam dengan erat wastefel itu.

"mau orgasme lagi yah yank hehe”, ujarku dengan canda.

Aku sangat suka menggenjot vagina Vani dari belakang. Dari posisi ini aku dapat melihat dengab jelas bongkahan pantatnya yang sangat montok.

“ssshhhhh ahhh yank, aku mau keluar sayangg ahhhhh ahhh yank”, ujar pacarku terus merancu dan mendesah, mendengar itu aku terus memompa vaginanya semakin cepat.

PLOK PLOK PLOK PLOK

“shhhhh ahhh sayangggg ahhhh ahhhh ahhhhhhh”, desah panjangnya, sembari berusaha menahan getaran yg menyerang seluruh badannya, selain itu penisku terasa hangat dan seperti dipijat-pijat, bener-bener enak dan luar biasa.

Aku tak memberi kesempatan pacarku untuk istirahat karena disaat ini lah Vaginanya semakin menyempit dan seperti menyedot.

Lalu kembali ku naikkan tempo genjotanku di vaginanya.

PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK

“aawwhhh yankm awwhhh AHHHH sayanggg awwhhh udah yank awhhhhh AHHHHH”desah Vani mencoba menghentikan genjotanku

tak terasa pinggul sudah mau copot dan badanku berkeringat, desakan pejuh akhirnya sudah mendekat dan siap untuk muncrat. aku menggerakkan yg cepat untuk terakhir kalinya dan badanku mulai menegang.

“arrrghhhkk arrggkkkk yangggg arrkkkgghhh ooohhhh hooshh hooshh hoosshh”.

CROOT CROOOT CROOOT CROOOT.

semburan demi semburan tertembak ke dalam vagina pacarku dan aku memeluk pacarku karena badanya juga menegang yang menandakan dia kembali orgasme.

"hoossshhh hoossshhh enak banget yank ahh sumpah vaginamu bikin nagih" ucapku di sela-sela sisa orgasme kami.

"hoossshhhh yank, lemes banget aku. Ngilu yang terakhir tadi kamu gk ngasih istirahat. Tapi enak banget kok yank hihihi" ujarnya padaku

"smochhhh smocchhhh smochhhh" cukup lama kami berciuman sebelum kami berangkat untuk tidur.

Semenjak kejadian di tempat Vani yoga.
Dia jadi lebih perhatian padaku, selalu mengabariku dan sering tidur di kosku.
Aku yang awalnya ingin menyelidiki kenapa pacarku berbohong, kini aku mengurungkan niat tersebut.
Yang penting saat ini dia tidak lagi macam-macam di belakangku.

*

"sayang buruan ayo!!" teriak Vani padaku

"iya iya yank udah siap ini loh" ucapku membela diri.

"hmmm kebiasaan deh telat bangun, di bangunin kek kebo" ucap Vani padaku

"hehehe kan libur yank, gk papa donk sekali-kali" ucapku sambil mendekatinya

"smoooooccccchhhhhhh" kami sedikit berciuman

"ahhhh udah yank tadi malam kan udah" ujar Vani melepas ciumanku

"hehe kamu menggoda banget tau" kataku sambil meremas dadanya

"udah ih ayo berangkat kasian temen-temen mu pada nunggu yank"

"siap bos" ucapku

Vani saat ini memakai setelan pakaian santai dan celana hotpants. Tak lupa dia memakai kacamata hitam untuk menghindari silau sinar matahari, tapi ya tau sendiri lah rata-rata orang pakai kacamata malah di taruh di kepalanya.

*bruuuummmmm
Suara mobil yang terparkir di pekarangan kosku.
Ya aku memesan mobil rental untuk kami gunakan kepantai, karena aku lagi mager buat bawa mobil jadi aku menyuruh Rio yang mengambil mobil rental itu.

Aku menyuruh pacarku pun bergegas masuk kedalam mobil sementara aku memasukkan perlengkapan pantai kami dibagasi belakang.

"lah Rendi kemana Yo?" tanyaku pada Rio

"gk tau tu, tadi pas gua telfon katanya datang telat cuy" jawab Rio seraya mulai melajukan mobil

"emang dia gk ngabarin karena apa telatnya? " tanyaku lagi

"kagak cuy, pas gua mau nanya udah keburu di kasih mati"

"ya udah lah yang penting dia datang" ucapku kembali

"eh lu gk lupa makanan kan cuy?" kata Rio kali ini menanyaiku

"yaelah ngeraguin gua lu" kataku

"ya sapa tau lu khilaf karena barengan mulu ama cewek lu" canda Rio

"eh kunyuk kok jadi gua yg lu bawa-bawa sih" protes Vani

"serem amat cewek lu Yan wkwkwk kurang lu belai yak" crocos Rio

*pletakkk

"aduhhh sakittt WOII!!" teriak Rio karena dilepar botol vit oleh Vani

"makanya mending tu mulut di pake buat dzikir daripadi nyerocos terusss" ujar Vani tak mau kalah

Aku yang dari tadi mendengarkan hanya bisa tertawa melihat kelakuan pacar dan sahabatku.

Rencananya kami ingin berlibur dipantai, kemudian menginap di salah satu resort dekat pantai itu.
Malamnya juga kami berencana untuk menonton di bioskop.

"Ah bakal menguras tenaga ni, mana masih ngantuk pula" gumamku

"entar kalau dah nyampe bilang yak, mau tidur bentar ni ngantuk bet" pintaku

"ihh ayank kok mau bobo lagi" protes Vani

Aku pun cuek dan langsung merebahkan kepalaku dipaha Vani.
Sebelum terlelap aku dengan cepat mengecup bibir Vani.

"Smochhhh"

*plaakkkk

"aduh kok di pukul sih yank?" tanyaku

"kalau mau nyium liat-liat, tu ada kambing congek di depan lagi nyetir" jelas Vani

"sempet-sempet yak lu bedua mesra-mesraan di depan gua" protes Rio

"kita di belakang kali Yo wkwkwkwk" kilahku

"bacottt sama aja tod" teriak Rio

"udah ah bangunin ye" pintaku kemudian terlelap.

*
"yank, ayank bangunnn dah nyampe ini" ucap Vani membangunkan ku

"haahhhhh ohhh heehhhhh" ucapku kayak orang linglung

"kayaknya baru merem deh, dah nyampe aja" kataku sambil bangkit dari tidurku

"yeee dasar, makanya kalau main itu santai jangan buas-buas kayak semalam hihihi" ucap Vani menggodaku

"hehe kamu sih jadi cewek kok seksi banget, mana tahan pacarmu ini, apalagi bagian ini" ucapku sambil meremas dada montok Vani

"ahhhhhh mmmmhhhhh yank, jangan disini ah" protes Vani

"hihi iya-iya. Eh Rio kemana yank" tanyaku

"oh dia lagi ngurusin administrasi yank, sekalian nyari resort yang view nya bagus" jelas pacarku

"wihh tumben tu anak ada inisiatif begitu" kataku

"gatau tu yank kesambet apa dia" jelas pacarku lagi.

Kami berdua pun turun dari mobil dan membawa barang bawaan kami.
Setelah semua urusan administrasi selesai, kami membawa barang kami menuju resort yang sudah dipesan oleh Rio.

"pinter juga ni bocah nyari resort yank viewnya bagus" gumamku setelah melihat resort yang akan kami tempati

"eh Rendi kok belum ada kabar yak" tanyaku pada Rio

"ya mana gua tau Rian, lu pikir gua bokapnya apa" ucap Rio

"ya lu telfon lah bego" ucapku

"udah gua telfon dari tadi gk di angkat anying, lagian juga ini masih jam 10 sante lah" ucap Rio memberi penjelasan

Sekian lama kami saling adu bacot, tiba-tiba Vani meminta izin padaku.

"yank aku pergi jalan-jalan bentar yak" pinta Vani padaku

"loh mau kemana yank, kenapa gk barengan aja nanti" tanyaku

"nungguin kalian lama ah, lagipula deket-deket sini doank yank. Udah gk sabar ni main di pantai tau" kata Vani memberi penjelasan

"ya udah tapi jangan jauh-jauh yak, teruusss kalau ada apa-apa langsung hubungin aku" pintaku padanya

"iya sayangku uluh uluh" ucap Vani menggoyang-goyang pipiku

"hooooekkkkkkk bisa muntah gua tiap saat liat lu bedua" ucap Rio

"ih bilangin tu sama temenmu yank, udah jomblo sirik pula" pinta Vani padaku

"ohh bener-bener lu ye"

"hihihi daaaa sayang" ucap Vani menginggalkanku dan Rio

"apa lu liat-liat" tanya Rio nyolot

"lah ngelunjak bocah" ucapku

Kami pun melanjutkan pertengkaran kecil kami seperti yang biasa kami lakukan sejak kami masih SD.

*

"hmmmm udah jam segini kok Vani belum balik-balik yak" gumamku sambil melihat jam tangan yang sudah menunjukkan jam 11 siang

"huuuuffftttt haaahhhhh sayang aku pulang" ucap Vani menyalamiku

"dari mana aja kamu yank udh sejam loh ini kamu baru balik" tanyaku

"hehe habis jalan-jalan yank, seru banget sampe lupa waktu" jelas pacarku

Ada sedikit keanehan pada pacarku, wajahnya ssikit  merona merah dan tampak sedikit sayu. Sedangkan tadi dia keluar menggunakan topi.

"wajahmu kenapa memerah yank" tanyaku

"emmm kan cuaca pantai panas yank, mungkin kena sinar matahari" jawab pacarku

Aku setengah percaya dengannya, aku dapat membedakan warna merona merah karena kena sinar matahari. Tapi ini, wajah wajah merona merah pacarku yang sangat aku kenali. Wajah nya seperti ini ketika kami selesai bercinta.
Hatiku kembali tak tenang.

"itu apa di pahamu yank, kok seperti cairan di pahamu?" tanyaku saat mengamati seluruh tubuhnya

"itu keringat yank, kan panas" jelas pacarku

"udah ih aku masuk dulu ya sayang, gerah mau mandi hihihi. Sayang mau ikut?" tanyanya menggodaku

"enggk deh yank, aku di sini aja" jawabku

Setelah itu Vani berjalan masuk untuk membersihkan tubuhnya.
Aku kembali tenggelam dengan pikiranku.
Apa yang terjadi dengan pacarku ini.

"yan, yan, Rian" ucap seseorang memanggil namaku

"eh iya iya kenapa" jawabku kaget

"ngapain lu ngelamun Yan, masih siang loh ini" ucap seseorang laki-laki

"Eh elu Ren ngagetin gua aja lu, baru nyampe lu" tanyaku pada Rendi

"iya Yan, sory ya gua telat" ucap Rendi memberi penjelasan

"ngapa lu kayak kecapekan itu" tanyaku kembali pada Rendo

"biasa Yan, banyak kerjaan ni. Ya udah gua masuk dulu yak" jelas Rendi

"ya udah kamar lu sono noh bedua ama Rio" jelasku padanya

"ok Yan. Eh tapi elu Yan" tanya Rendi balik

"gua ya ama Vani lah bro" jelasku

Dapat kulihat sedikit perubahan ekspresi pada wajah Rendi.

"oh ya udah Yan, taro barang dulu yak" ucap Rendi pamit padaku

"woke" jawabku

Setelah semua sudah datang, aku mengajak mereka untuk makan siang di resto.
Makanan yang kami bawa sengaja aku tak makan untuk kami bakar di malam harinya.
Selepas itu kami lanjut untuk beristirahat kembali.

*

Sekitar jam setengah 3 kami semua suda bersiap untuk menuju pantai.

"dah ayo jalan udah kagak begitu panas kan yak" ucap Rio

"lemah amat takut ama panas" kataku mengejek

"eh onta lu dari tadi lu yee, gelud ayo anying. Gua udah belajar MMA ni" ucap Rio menantang

"sok atuh, pantai luas. Ntar kalau lu tepar tinggal gua buang ke air" celoteh ku lagi

"wah wah wah gas lah ayo dah gatel tangan gua" ucap Rio tak sabar

"hei adek adek udahan yak main nya ntar keburu sore" ucap pacarku melerai ku dan Rio

Kulihat Vani memakai pakaian pantai cukup mini. Panjanghnya dia tas paha. Sementara bagian atas nya agak rendah jdi terlihat sedikit dada Vani menyembul keluar.

Sementara Rendi?
Ya seperti biasa dia cuek dengan tingkah laku kami.

Setelah pertengkaran kecil ku lagi. Kami pun akhirnya mulai berjalan-jalan.
Semilir angin, deru ombak burung camar menari nari ah suasana yang membuat hati tenang.

Namun ternyata pantai ini justru ramai di sore hari, tampak kulihat berbagai macam orang ada disini.
Ada yang main sepak bola, volli. Ada yang sedang berbaring dan lain-lain. Apa karena Weekend ya makanya ramai.

Namun daya tarik tersendiri buatku adalah banyak turis berbikini disini. Wuooohhhh namanya juga laki-laki liat barang bagus ya pasti langsung melotot.

"heiii mata nya itu tolong bapak dijaga ya" ucap seseorang membuyarkan lamunanku

"hehe apaan yank, orang aku lagi liat pantai
" kilahku

"liat pantai gimana, orang mah liat pantai adem ayem menikmati. Nah ini matanya melotot kek mo copot" ujar pacarku sepertinya ngambek

"uluh uluh uluh enggk sayang, liat dikit doank" ucapku mencoba menenangkannya

"gamau males" ucap Vani sambil buang muka

"nanti aku isiin saldo gopay deh di keranjang belanja ada Lipstik yang mau di beli kan" ucapku merayunya

"ya udah deh kalau ayank maksa" ucap Vani berbalik badan sambil tersenyum.

Mudah kali bah, katanya cewek kalau ngambek itu nenanginnya susah ternyata Ez boylivr.net/gh/twitter/twemoji@14.0.2/assets/72x72/1f923.png" data-shortname=":rofl:" />

"Mas Mas, emmm bisa minta tolong gk" ucap seseorang di belakangku

Akupun berbalik badan
"eh iya, masnya manggil saya" tanyaku memastikan

"iya mas saya tadi memanggil mas, oh iya kenalin saya Reza" jawabnya

"Rian" ucapku sambil menyambut uluran tangannya

"ada yang bisa saya bantu mas" tanyaku

"ini mas kami lagi main Volli cuma kekurangan orang, say liat dari kajauhan dari tinggi mas nya bisa di ajak untuk main. Jadi kalau berkenan bisa gk masnya bergabung bersama kami" jelasnya

"emmm gimana ya mas, tapi saya kurang jago mas main Volii" ucapku merendah

"tidak papa mas, yang penting masnya mau main" ucapnya memohon

"ya udah deh mas saya ikut"
"gk papa kan yank" tanyaku pada Vani

"gk papa tau yank, kan tujuan kita kesini buat refreshing" jelas Vani padaku

Karena sudah mendapat izin aku pun ikut untuk bermain volli.

"woyyy jagain cewek gua, jangan pada liatin gunung mulu lu" teriakku pada Rio dan Rendi yang jelalatan melihat pemandangan para turis memaki bikini

"santee Yan, aman" jawab Rio

"ya udah yank bye" ucapku pada Vani

"bye sayang" jawab Vani padaku

*

Aku bermain dengan sungguh-sungguh. Hehehe aku bukannya tak tau main, aku bisa seluruh olahraga namun ya hanya sekedar bisa. Tidak yang pro pro banget lah.

Saat tim lawan melakukan serve, bola nya nampak terlalu kencang dan menuju ke arah air.
Aku pun dengan terpaksa mengambil bola itu karena memang saat ini bagianku untuk melakukan serve.

Saat mengambil bola, aku tak sengaja melihat Rendi dan Vani tengah mengobrol santai di air pantai. Lebih tepatnya mereka sedang berendam.

Aku hanya menganggap itu hal biasa, jadi ku teruskan mainku.
Saat tengah asik main, aku kembali tak sengaja melihat sekilas Rendi dan Vani, kali ini posisi Rendi ada di belakang Vani. Baju yang dikenakan Vani kini telah basah kuyup dan otomatis lekuk tubuhnya terlihat terutama dadanya.

"ngapain posisi mengobrol kok seperti itu" gumamku

Dan yang lebih buat aku kaget adalah, tangan Vani seperti bergerak dalam air. Nampak dengan jelas olehku wajah Rendi seperti menahan sesuatu.
Jelas aku jadi tidak konsen dengan mainku.

*buukkkk

"aduhhhhh" teriakku saat bola volli tepat mengenai pelipis kiriku

"wehhh mas mas, kamu tidak papa kan Mas" tanya Reza

"gk papa mas, hanya sedikit pusing saja" jawabku

Jujur ini pertama kalinya aku terkena smash bola voli tepat di pelipisku, dan ya rasanya kepalaku kunang-kunang bercampur pusing sedikit.

Saat tersadar aku langsung menoleh ke arah Vani dan Rendi. Tapi mereka sudah tidak ada. Aku yang jadi semakin berpikir yang tidak-tidak dengan mereka berdua.

"ya sudah mas, mas istirahat saja dulu" ucap Reza

"iya mas, maaf ya mas saya udahan dulu mainnya" ucapku meminta maaf

"sudah tidak papa mas, justru saya yang harusnya minta maaf karena saya, masnya jadi terkena bola" jelasnya

Setelah itu akupun bangkit dan langsung mencari keberadaan pacarku dan Rendi.

"kemana mereka pergi" gumamku melangkah sambil memegangi pelipisku

"wehhh nyariin sape lu" ucap Rio mengagetkanku

"eh elu Yo. Yo lu liat cewek gua sama Rendi kagak" tanyaku padanya

"hehe kagak liat cuy, gua tadi kebelet parah jadi gua boker cuy" jelas Rio

"hmmmm kemana mereka pergi" gumamku.

Sedari tadi emosiku sedikit naik melihat Vani dan Rendi yang nampak sedikit intim. Karena selama ini di depanku mereka sangat terlihat jarang mengobrol. Namun aku belum memiliki bukti apapun.

"eh itu Rendi Yan" ucap Rio padaku

"woyyy Ren sini, dari mane lu" teriak Rio memanggil Rendi

Rendi yang melihat kami pun berjalan mendekati kami.

"ni gua beliin minum Yo Yan" ucap Rendi menyodorkan minum padaku dan Rio

Entah lah setelah melihat walau hanya sekilas, Rendi terlihat sangat berbeda, Dia terlihat lebih santai dan saat kulihat kebagian celananya. Nampak sedikit mengembung.

Seketika otakku jadi kemana-mana. Dari mulai kejadian di tempat Yoga Vani, dan sekarang ini. Aku melihat kejanggalan-kejanggalan pada pacarku itu.
Namun kali ini dengan sahabatku sendiri.

"widihhh perhatian banget lu Ren aaa jadi pengen punya pacar kayak elu" ucap Rio

"makasih Ren" jawabku datar

"dari mana lu tadi" tanyaku pada Rendi

"emm anu yan, cari minum tadi" jawab Rendi

"iya gua tau, cuma sebelum lu beli minum lu habis ngapain" tanyaku kembali

"e e itu Yan, gua habis jalan-jalan tadi" jawab Rendi.

Dapat kulihat raut tegang di wajahnya. Dan kali ini emosiku semakin bertambah.

"ngapain lu bohong di depan gua bego" gumamku

Jelas Rendi berbohong untuk menutupi sesuatu. Yang berarti tadi di air Vani dan Rendi telah melakukan sesuatu. Seandainya mereka tidak melakukan sesuatu, Rendi tak akan berbohong padaku.

"oh gitu, lu gk liat cewek gua" tanyaku semakin dalam

"e-emmmmm enggak liat gua Yan" kilah Rendi semakin kikuk

Aku kembali mencoba menahan emosiku. Aku tak ingin menghajarnya, karena jika aku hajar tanpa bukti yang ada aku yang terlihat salah. Apalagi ini tempat umum.

"heiiii tegang amat, kenapa dah lu bedua" tanya Rio menengahi kami

"heiii kaliaaan" teriak seorang wanita menghampiri kami

Aku menoleh kearah sumber suara tersebut dan ternyata itu Vani pacarku sedang berjalan ke arahku.
Dapat kulihat lirikan cowok-cowok lain saat Vani melintas.
Ya baju yang dikenakannya masih sama seperti tadi, basah kuyup dan saat kulihat dari dekat, tercetak lah Bikini yang dikenakan oleh Vani.

"hei sayang segitunya liatin pacarnya" ucap Vani menyadarkan ku

"hmm kamu dari mana tadi" tanyaku

"emmm habis jalan-jalan tadi, trus main air liat ni baju aku jadi basah kuyup" jawab Vani

Lagi-lagi kebohongan yang aku dapat. Aku serasa ingin marah padaku

Namun saat dia menjelaskan sambil memutar tubuhnya, amarahku seketika hilang.

"hmm ya udah ayo pulang, nanti kamu kedinginan. Tu liat banyak cowok-cowok yang liatin badan kamu tu" ucapku mengajak Vani untuk kembali ke resort

"hihi kenapa yank, kamu juga horny ya liat tubuhku dibalut pakaian basah" bisik Vani menggodaku

"udah ah ayo balik" ucapku menggandeng Vani karena pusing akibat terkena bola kumat lagi

"gua balik duluan, lu bedua terserah mau ngapain" ucapku pada Rio dan Rendi

"cepet amat baliknya Yan, gua masih mau cuci mata dulu sih disini. Sapa tau dapat cewek bule ye kan" corocos Rio

"i-iya gua juga masih mau disini" ucap Rendi

Aku yang mendengar jawaban mereka langsung bergegas kembali ke resort. Namun walaupun hanya sekilas aku melihat Rendi sedikit tersenyum kearah aku dan Vani.

"liat aja, semua kebohongan ini akan aku bongkar" gumamku.

*Tiba malam hari

Kami sedang memasak berbeque untuk makan malam ini. Aku sengaja membawa berbagai perlangkapan agar kami dapat mengadakan acara berbeque. Namun aku agak kurang mood saat ini, aku hanya menanggapi setiap obrolan yang dilontarkan baik oleh Rio atapun pacarku.
Sementara Rendi, dia lebih banyak diam apalagi saat aku menoleh kearahnya.
Dia pasti langsung buang muka.

"oke dah siap ni gaes, waktunya makan" ucap Rio pada kami semua

Saat makan kembali aku hanya terdiam, sambil sedikit memperhatikan Vani dan Rendi bergantian.

"yank, kamu kenapa. Sejak habis dari pantai sikap kamu aneh" tanya Vani setengah berbisik

"gk papa kepalaku hanya sedikit pusing tadi kena bola Volli" jawabku setengah berbohong

Ya dilain sisi sakit di daerah pelipisku sedikit berkurang, namun pikiranku yang saat ini sedang sakit.

"ihh kenapa gk bilang yank, mana sini coba yang kena bola" ucap Vani terlihat khawatir

"udah ih gk papa, dikit doank kok" ucapku

"bener gk papa yank?" tanya Vani kembali

"iya bener, makanannya di habisin dulu" pintaku pada Vani

Setelah selesai makan dan minum, kami membereskan semuanya.

Setelah semua beres, Kami pun bergegas untuk pergi ke bioskop karena memang itu rencana awal kami.
Namun saat hendak berangkat, kepalaku mendadak jadi tambah pusing.

"aduhhh yank bentar deh, kepalaku pusing" ucapku pada Vani

"loh yank kok bisa kita udah mau jalan ini loh" ucap Vani

"gatau yank tapi beneran deh" ucapku sambil memegangi kepalaku

"ya udah kita batalin aja ya sayang, kamu istirahat aja" ucap Vani terlihat khawatir sekaligus kecewa
Karena memang Vani sangat ingin menonton film yang saat ini tayang di bioskop

"udah yank kamu berangkat bertiga aja sama Rendi dan Rio" ucapku padanya

Sebenarnya aku khawatir Vani pergi tanpaku, namun saat kuingat Rio juga ikut, jadi tak mungkin Vanu dan Rendi mau macam-macam.

"tapi kamu gimana yank?" tanya Vani

"udah aku bisa langsung tidur kok sayang, udah ya sana gih. Kan kamu pengen banget nonton tu film" ucap ku meyakinkan.

"hmmmm tapi kalau ada apa-apa kabarin ya" ucap Vani

"iya sayang" jawabku

"ya udah aku pergi dulu sayang, Muachhhh" ucap Vani kemudian keluar dari kamar kami

Aku yang sedari tadi tak kuat menahan kepalaku pun langsung terlelap.

*

"ougghh sshh aahhhh mmmmffftttt"

"engggg mmmmffftttt kamu ke-kenapa nekat sih ahhhh"

Aku samar samar mendengar suara erangan dan desahan disampingku namun aku tak bisa membuka mataku. Badanku terasa sangat lemas dan juga rasa kantuk begitu besar begitu menggangguku. Namun aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Kupasang telingaku baik baik.

PLOK PLOK PLOK
seperti suara benturan kulit jelas di samping kananku. Kasur ini pun terasa bergoyang goyang seperti ada gempa. Ada apa dengan tubuhku aku sama sekali tak bisa bergerak.

“ahh ahh sshh uhh nikmat banget pantatlu” suara seorang laki-laki yang tidak begitu jelas

"pppffffftttttt ahhhhhh ohhhhh sssshhhhh pelan-pelan please"

PLOK PLOK PLOK PLOK

aku mendengar suara desahan begitu lantang di sampingku yang tengah terlentang tertidur.

“bangsat ada apa ini kenapa dengan diriku”, aku mengutuk diriku sendiri yang tak mampu bergerak.

“uuuhhhhhh oughh” suara wanita yang mendapat kenikmatan terdengar jelas oleh telingaku

“cep clep plok plok plokk plokk ” hanya itu yang terdengar.
Ada apa ini kenapa aku, apa ini hanya mimpi tapi terasa sangat nyata bagiku. Suara desahan kedua manusia disampingku terdengar nyata.
Apa itu adalah pacarku Vani tapi dengan siapa. Tanyaku dalam hati.

Aku hanya bisa menggerutu dalam hati, aku tak dapat berbuat apapun. Aku sangat marah pada diriku sendiri.

"muach muach slurrpp sluurp"

Tak lama kemudian ranjang bergoyang goyang kembali kali ini begitu keras lebih keras dari yang tadi akupun sampai terlonjak lonjak karenanya.

"ahhh  enggggg sshhhhh akumau keluarr ahh sshhh" erang si wanita

"ah gua juga mau keluar aaaahhhhhhh" suara pria disampingku begitu nikmat

Seiring dengan itu Aku yang benar benar lemas kemudian tertidur kembali karna kelelahan berusaha bergerak dan sakitnya kepalaku.

*

Aku terbangun dipagi hari. Dapat kulihat Vani tertidur disampingku. Aku kemudian berdiri sekedar untuk mencari air minum. Aku masih memikirkan peristiwa tadi apakah itu hanya mimpi namun begitu nyata. Apakah itu suara Vani yang selingkuh dibelakangku.

"aku harus segera mencari tahu semua ini sebelum semakin runyam" gumamku.


*bersambung...

====================


EPISODE 8

"kira-kira begitu ya adik-adik" Ucap lelaki paruh baya

Ya saat ini aku dan teman-teman magangku sedang rapat dengan Pak Ridwan. Aku tak begitu memperhatikannya karena saat ini otakku di penuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Vani pacarku.

8 hari setelah kami pergi berlibur, Vani jadi jarang mengabariku. Paling hanya malam saat dia sudah sampai kos. Karena siang hari ketika ku hubungi selalu tak bisa. Alasannya tidak boleh pegang HP di saat kerja.

Saat pulang dari tempat liburan pun suasanya jadi agak awkard baik aku, Rio, dan Rendi tak begitu banyak bicara. Hanya Vani yang terlihat seperti biasa saja, seperti tak terjadi apapun.
Aku tidak bodoh, pasti ada sesuatu yang bahkan membuat Rio jadi jarang bicara ketika di dalam mobil saat kami perjalanan pulang. Karena aku sangat tau karakter sahabatku ini.

Gara-gara memikirkan hal ini, aku jadi sering hilang fokus saat bekerja. Pak Ridwan sudah beberapa kali menasehatiku, dia tak berani marah karena beliau tau siapa aku. Ya aku hanya bisa meminta maaf.

"kenapa aku jadi seperti ini. Apa karena rasa sayangku terhadap Vani" gumamku mempertanyakan diri sendiri.

"hmmm aku tak bisa seperti ini terus. Aku akan mencari tau apa yang di sembunyikan oleh Vani. Terutama dengan Rendi"


Aku pun kembali meminta izin untuk pulang duluan.
Tempat pertama yang akan aku tuju adalah kosnya Vani.

*

Sesampainya dikamar kos Vani, aku tak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Jangan tanya kenapa aku bisa masuk.
Aku dan Vani sudah menduplikasi kunci kos kami masing-masing jadi aku bisa keluar masuk ke kosnya sesuka hatiku begitupun sebaliknya.

Karena tak menemukan petunjuk apapun, aku pun keluar dari kosnya.

*ceekkklllleeeekkkkk

"loh Mas Rian, tumben Mas main kemari?" tanya sesosok gadis yang ada di sebelah kosnya Vani

"oh iya Da hehe lagi pengen kesini aja" jawabku sekenanya

"loh tapi jam segini ya Vani nya belum pulang Mas" jelas gadis yang bernama Ida ini

"iya aku tau kok, hmmm Da aku boleh tanya sesuatu gk sama kamu" tanyaku meminta izin

"mau tanya apa Mas kayaknya serius banget ni sampe nanya ke aku" jawabnya

"emmmm aku ingin kamu ceritakan semua yang kamu tau tentang Vani" pintaku padanya

"e-emmm aku gk begitu dekat dengan Vani Mas" ucapnya padaku

"gk papa Da, sekecil apapun itu aku terima kok" ucapku

Tampak ada sedikit keraguan di wajahnya. Ida pun sempat menoleh kekanan dan kiri.

"ngobrolnya di dalam aja deh Mas" ucap Ida sambil membawaku masuk ke kosnya.

"jadi gimana Da, ada sesuatu yang kamu ketahui tentang Vani. Belakangan ini sikapnya sudah mulai berubah" ucapku memberi penjelasan.

"emmm tapi Mas Rian jangan bilang kalau dapat info dari aku ya" pinta Ida

"iya aku janji gk bakal bawa-bawa nama kamu Da" ucapku mantap

"emmm sudah beberapa waktu ini aku sering melihat Vani di antar pulang oleh laki-laki lain Mas. Dan dan...." ucapan Vani tiba-tiba terhenti

"dan apa Da?" tanyaku semakin dibuat penasaran

"dia sering di Antar pulang oleh Re-Rendi Mas" ucapnya sambil terbata

*DEGGGG

Kembali aku termenung mendengar penuturan Ida. Ada hubungan apa Rendi dan Vani sampai-sampai harus Rendi yang mengantar Vani pulang.

"Mas, Mas Rian haloo" ucap Ida memanggil ku

"ehh i-ya di lanjutin aja Da ceritanya" ucapku berusaha tenang.
Jujur emosi ku jadi tidak stabil mendengar penuturan dari Ida.

"emmm maaf Mas jika ini dapat merusak persahabatan Mas dengan Rendi" ucap Ida meminta maaf

"sudah tidak papa Da, aku memang butuh informasi seperti ini" ucapku padanya

"trus apa lagi yang kamu Da" tanyaku kembali

"emmm selain Rendi, ada 2 lagi laki-laki yang pernah mengantarkannya pulang Mas"

*DEGGGGG

"si-siapa Da?" tanyaku

"aku tidak begitu kenal Mas, tapi sering di antarnya itu pas jadwal senamnya Vani mas" tambahnya

*DEGGGGG

Tiap informasi yang di sampaikan oleh Ida membuat jantungku berdegup dengan kencang.
Aku sangat tau siapa yang di maksud oleh Ida. Dia pasti Billy tapi 1 nya lagi siapa.

"Vani di antar pakai apa Da" tanyaku balik

"emmm kalau sama Rendi naik motor mas, kalau sama yang 2 lagi ada yang pakai motor dan ada yang pakai Mobil mas" jelas Ida

"mobil Da, emmm merek dan warna apa mobilnya Da?" tanyaku kembali

"warna Fortuner warna hitam mas" jelasnya

"kamu hafal nomor platnya" tanyaku lagi

"kalau itu enggk Mas" jawab Ida.

Jujur aku tambah emosi dengan kenyataan yang sedang aku dengar ini. Bagaimana bisa pacarku tega melakukan ini padaku.

"mas Rian gk papa" tanya Ida yang nampak khawatir

"gk papa Da, lanjutin aja yang kamu tau" pintaku

"emmm a-anu mas beberapa kali aku mendengar suara desahan dari kamarnya Vani" terang Ida kembali

"ka-kamu yakin Da?" tanyaku memastikan

"yakin Mas, walaupun itu samar-samar aku sangat yakin itu suara desahan" ucap Ida

Nafasku agak tercekat mendengar tiap kata yang keluar dari Ida.

"Mas, Mas Rian kenapa Mas" tanya Ida yang nampak khawatir

"aku gk papa Da" ucapku mengatur nafas seraya memegang dadaku

"haahhhhh ada lagi yang kamu tau Da" tanyaku kembi setelah nafasku kembali teratur

"emmm enggk ada Mas, udah itu aja" jawabnya

Namun dari sorot matanya aku masih yakin ada ygang disembunyikan oleh Ida.

"ya udah Da, makasih banget ya infonya. Hmmm btw aku balik dulu ya Da" kataku

"e eh i-iya Mas" jawabnya terbata

Ida mengantarkan ku sampai ke pintu depan.

"sekali lagi makasih ya Da" ucapku padanya sambil berbalik badan

Saat aku akan jalan...

"emmm Mas sebenarnya Rendi itu mantan pacarnya Vani Mas. Dulu putus setelah Rendi lulus SMA. Aku tau karena dulu aku 1 angkatan dengan Vani. Tapi kami beda jurusan jadi mungkin Vani tak begitu mengenalku. Dulu Vani dan Rendi itu pasangan Hitz di sekolah jadi wajar banyak yang kenal. Sekali lagi maaf ya Mas" ucap Ida setelah itu dia menutup pintu kos nya

Aku hanya diam mematung mendengar kenyataan ini. Rendi sahabatku dan Vani pacarku.

********

Sesampainya di kosku Aku berbaring di atas kasurku. Aku termenung memikirkan keadaan ini, aku bingung kenapa Rendi ataupun Vani tak pernah memberitahukan hal ini. Kenapa harus menutupi hal ini. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepalaku setelah mendengar penuturan dari Ida tadi siang, terutama desahan-desahan yang si bicarakan Ida.

Seketika aku teringat kejadian liburan kemarin dimana aku seperti setengah sadar mendengar desahan seorang wanita di sebalah tempat tidurku.
Aku jadi sangat yakin kalau semua yang aku alami itu bukan mimpi.

*ddrrrrttttttttttt

Getaran HP membuatku sedikit terkejut.
"Rio?" gumamku

A : Aku
R : Rio

A : hngggggg knp Yo?
R : eee Rian, lu besok malam ada waktu gk ada yang mau gua omongin?
A : yaelah ribet amat, tinggal ngomong sekarang.
R : emmm gk bisa Rian harus gua omongin secara langsung.
A : hedeh kayak sama siapa aja lu Yo. Ya udah deh besok kita ketemuan dimana?
R : emm di Cafe deket kampus kita gimana?
A : ya udah, jam brp kesana?
R : jam 8 Yan.
A : oke. Inget kalau janji ketemu jam 8 tu jam dah siap-siap bukan jam 8 baru lahir wkwkwk
R : iya Yan. Gua pasti ontime. Ya udah ketemu besok yak
A : woke brother

*tutttttttt

Setelah sambungan terputus aku jadi berpikir sejenak. Ada yang aneh dari cara bicara Rio barusan.
Ya laki-laki ketika sudah kumpul dengan temannya, 90% tidak akan memanggil dengan nama aslinya. Tapi ini Rio langsung menyebut namaku, pasti ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

*******

"Hoaaaammmmm"
Shittt aku ketiduran. Ya semalam setelah menerima telfon dari Rio, aku tak sadar telah tertidur.
Saat mengecek HP aku melihat ada panggilan tak terjawab dari Vani. Namun entah kenapa aku tak ingin dihubungi dulu olehnya. Bukan karena aku tak sayang.
Aku sangat sayang dengan Vani. Tapi aku tak suka dibohongi. Terlebih ini berhubungan dengan sahabat, eh mantan sahabat bernama Rendi.

Akupun bergegas untuk kembali ke aktivitas ku yaitu kembali ke tempat Magang.

****

*brruummm

Mesin motor kembali kupanasi. Pikiranku benar-benar kacau. Aku harus sesegera mungkin menyelesaikan masalahku ini.
Apakah dengan kekerasan?
Tentu tidak, aku punya prinsip jika tidak diserang, aku tidak akan menyerang duluan.

Jika aku menghajar Rendi saat ini, yang ada aku yang akan disalahkan karena main hakim sendiri tanpa adanya bukti.

"Assalamualaikum Mas" sapa seseorang padaku

"eh i-iya waalaikumsalam" jawabku sambil menoleh ke sumber suara.
Aku terpaku melihat gadis berjilbab didepanku. Bukan karena tak pernah melihat, hanya saja wajahnya yang cantik, manis serta sikap pemalu nya yang membuatku selalu penasaran dengan gadis didepanku ini. Terlebih lagi aku pernah merasakan bibir lembutnya.

"mas, mas kok bengong" ucap maya menyadarkan lamunanku

"eh i-iya kenapa May" ucapku tersadar

"Mas Rian dari tadi ngelamun, jadi aku agak khawatir" ucapnya sambil menunduk seperti biasanya

"aaa luluh aku diperhatiin bidadari, hehehe enggak papa cuma banyak pikiran aja di tempat magang. Banyak banget kerjaannya" jawabku sekenanya

"emmmm ya u-udah, syukurlah ka-kalau mas Rian gk kenapa-kenapa" ucap Maya

Aku tersenyum melihat Maya yang terlihat khawatir denganku.

*ttiiiiinnnnnnnnnnnn

Seketika aku dan Maya menoleh karena mendengar suara klakson.

"hedehhhh herdernya datang pula" gumamku

Kulihat Andre keluar dari mobil dengan pandangan sinis kearahku.

"emmm a-aku permisi dulu ya Mas assalamualaikum" ucap Maya seraya pamit padaku

"iya May waalaikumsalam. Hati-hati ya"

Saat hendak masuk mobil kulihat Maya tersenyum manis kearahku.

*DEGGGGG

Ah jantungku lagi-lagi seperti berhenti berdetak.
Aku pun menggeleng-geleng wajahku agar tersadar.

Akupun tersenyum. Ya bertemu dengan Maya seperti obat untuk permasalahanku saat ini. Entah kenapa Melihat senyumnya membuatku jadi tenang.

"masa iya gua suka sama Maya" gumamku sambil tersenyum

Namun aku jadi melihat dengan seksama kearah mobil yang ditumpangi oleh Maya.
Fortuner Hitam.
Seketika aku teringat dengan perkataan Ida kalau Vani sering diantar oleh 3 orang yang berbeda, namun ada 2 orang yang muncul hanya pada saat jadwal senamnya. Aku jadi ingat kembali kalau di tempat Vani melakukan Yoga, lantai 1 nya adalah tempat gym. Dan dari prawakannya Andre ini pasti sering ngegym.

Potongan-potongan petunjuk mulai aku dapatkan.
Setelah itu kujalankan motorku menuju tempat magangku.

*******

*ddrrrrttttttttttt

A : Halo iya-iya gua lagi otw ni.
R : gua kira lu lupa Yan.
A : ya kagak lah cuy mana mungkin gua lupa. Dah ah gua udah di atas motor ni
R : hmmm ya udah gua sampai ketemu di Cafe Yan.
A : woke

Aku pun menstarter motorku guna menuju tempat janjianku dengan Rio.

*****

"dah lama nunggu?" tanyaku pada Rio

"kagak Yan baru aja kok gua" jawab Rio

"hmmm ya udah, ni gua udah didepanlu. Sekarang kasih tau gua apa yang mau lu omongin. Kalau lu ada masalah tinggal cerita aja ama gua" ucapku

"emmmm gua bingung harus mulai dari mana Yan" ucap Rio bimbang

"mulai dari Nol ya kaka" ucapku meniru pegawai pom bensin

"Yan gua lagi serius" jawab Rio menatap ku

Dari sini aku sadar kalau benar-benar ada hal penting yang ingin disampaikan Rio padaku.

"hufffftttt ya udah buruan kasih tau gua" ucapku

"emmm Yan. Si Vani Yan. Cewek lu Yan.... " ucap Rio menggantung

"Vani kenapa Yo?" tanyaku

"Va-Vani selingkuh Yan sama Rendi" ucap Rio terbata

Aku pun terdiam. Bukan karena kaget mendengar kalau Vani beneran selingkuh namun aku diam karena sampai Rio sahabatku mengetahui hal ini.

"e-elu serius Yo" ucapku mencoba santai

"se-serius Yan. Gua liat pakai mata kepala gua sendiri waktu kita nginap di resort kemarin" ucap Rio memberi penjelasan.

"hmmm apa lu punya bukti Yo" tanyaku diplomatis

"gua mungkin gk punya bukti Yan, tapi gua ini sahabat lu dari kecil. Jadi gk mungkin lah gua bohongin lu" ucap Rio meyakinkanku

"oke oke, apa dasarnya sampai lu bilang kalau Vani selingkuh sama Rendi" tanyaku kembali

"ee gu-gua liat mereka pelukan dan ciuman di sebelah lu tidur Yan"

*DEGGGGG

"eemm saat itu entah kenapa kepala gua pusing Yan. Jadi gua berjalan buat nyari obat. Pas sampe depan kamarlu gua gk sengaja ngeliat mereka begitu Yan. Tapi tiba-tiba semua gelap dan gua pingsan Yan" ucap Rio memberi penjelasan.

Bener dugaanku, hal yang aku rasakan saat tak bisa berbuat apa-apa saat di resort saat itu adalah nyata. Ya Vani selingkuh dibelakangku.
Emosiku seketika naik.

"Yan, Rian, Yan lu gk papa Yan" tanya Rio

Jelas aku kenapa-kenapa. Orang yang dekat denganku. Orang yang aku percayai menjadi temanku tega menusukku dari belakang
Terlebih lagi dengan pacarku sendiri.

Aku tak tau lagi harus berbuat apa. Kenyataan-kenyataan yang aku dapat malah membuat pikiranku semakin kacau. Kenapa kenapa dan kenapa. Hanya itu pertanyaan yang selalu muncul di kepalaku.

"gua gk tau harus ngomong apa ke elu Yo" ucapku memandang keluar Cafe

"Gua balik duluan ya Yo" ucapku sambil berdiri

"Yan, Yan lu gk bakal nekat berbuat macem-macem kan Yan" tanya Rio yang nampak khawatir

"Yan gua tau lu pasti syok dan emosi. Gua juga emosi Yan Tapi lu harus bisa kontrol emosi lu Yan. Jangan sampe lu sendiri yang rugi" ucap Rio menyadarkan ku

"hmmm tenang aja Yo, gua gk bakal berbuat aneh-aneh yang bakal ngerugiin gua kok" ucapku

Ya, sesaat yang lalu aku hampir kalap untuk mendatangi Rendi. Rasanya ingin ku hajar habis-habisan tu orang. Namun ucapan Rio tadi menyadarkan ku.

"tenang Yan, gua bakal bantuin lu kalau lu mau balas dendam. Tapi ingat jangan lu main tangan. Gua sangat tau lu Yan" ucap Rio menenangkanku

"thanks Yo, lu emang bener-bener sahabat gua" ucapku menepuk pundaknya

"ya udah gua balik duluan Yo" ucapku padanya

"oke Yan. Tapi ingat kata gua, jangan gegabah." ucap Rio mengingatkanku

Aku pun akhirnya pamit duluan pada Rio.

*

Di perjalanan pulang aku termenung. Entah kenapa Vani dan Rendi tega seperti itu.
KEBOHONGAN adalah hal yang paling tidak di sukai siapapun termasuk aku. Namun ini, aku dibohongi oleh 2 orang sekaligus.

Dilain sisi aku bingung. Apakah aku harus memutuskan Vani atau tidak. Aku sangat sayang pada Vani, aku bahkan berdoa agar kelak menikah dengannya. Namun kejadian ini membuatku bimbang antara melepaskan Vani atau tidak. Jujur melepaskan Vani adalah hal berat untukku.

Sementara Rendi. Tunggu saja, aku akan buat hidupmu mati secara perlahan-lahan.
Tak hanya Rendi, namun Billy dan 1 lagi laki-laki yang belum aku ketahui identitasnya yang akan aku buat menderita.

Yang harus aku lakukan sekarang adalah mencari bukti sambil mengikuti tiap permainan yang sedang berjalan. Aku akan berpura-pura tidak tau tentang kelakuan Vani sampai semua nya terbongkar.

"liat saja, aku akan buat kalian tau siapa Rian Atmajaya sebenarnya" gumamku


*Bersambung.......

=====================


EPISODE 9

*brruuuukkkk
"aduhhhh"

"eh mbak, mbak gk papa kan. Aduh mbak sory-sory gk sengaja saya mbak" ucap seorang pria padaku

"emm enggak papa kok mas salah saya juga gk liat jalan dengan baik" balasku sambil mengambil buku yang aku bawa

"aduhhh mbak bener-bener sory ni"

"iya mas gk papa" ucapku seraya berdiri.
Pandangan kami pun saling bertemu.

*Deggggggg
Disinilah aku merasakan yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

"mbak, halo mbak" ucap pria yang berdiri di depanku

"ehhh i-iya mas aku minta maaf juga karena tadi sudah menabrak masnya"

Ya namaku Maya Paramitha. Biasa di panggil Maya.
Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Tak banyak yang bisa aku ceritakan dari diriku ini. Namun orang-orang banyak yang bilang aku ini selain cantik juga manis, aku juga selalu mengenakan jilbab besar untuk menutupi dadaku.

Aku benar-benar menutup diriku karena waktu SMA aku sempat hampir di perkosa dengan teman SMA ku. Untungnya hal itu tidak terjadi karena satpam sekolah datang membantu ku. Aku benar-benar bersyukur dan ada sedikit trauma dengan laki-laki. Laki-laki yang ingin memperkosa ku beralasan tidak tahan melihat ukuran dadaku.
Mulai dari situ lah aku benar-benar menutup diriku.

Ya walau pun begini aku punya seorang pacar. Lebih tepatnya karena di jodohkan. Namanya Mas Andre, dia adalah karyawan di salah satu perusahaan di kota ini. Namun aku tak memiliki perasaan apapun padanya.

"Rian" ucap laki-laki di depanku saraya mengulurkan tangannya

Aku sedikit terkejut tiba-tiba di ajak kenalan seperti ini

"loh kenapa mbak, tangan saya kotor ya. Bentar ya mbak" dia pun mengeluarkan tisu dari tasnya kemudian membersihkan tangannya

"udah ni mbak, dah bersih dan kinclong ni. Bisa di cek  juga loh mbak"

Entah kenapa tiba-tiba aku mengulurkan tanganku untuk menyambut uluran tangannya

"Maya mas" ucapku seraya menundukkan kepalaku.

Aku tak kuat menatap lama matanya. Ini pengalaman pertama yang membuatku kikuk dan malu seperti ini.

"hehe gitu dong mbak, emmmmmm huffffffttttt aahhhhh"

Aku melihat dia mencium tanganku setelah bersalaman denganku barusan.

"wah memang cewek cakep tu aroma beh, aroma syurga hihihi"

Aku yang mendengar dia seperti ini hanya bisa tersenyum.

Lucu, humble, baik, itulah kesan pertama ku saat berkenalan dengan dengannya, dan aku akui mas Rian ini ganteng.

"hehehe ya udah May, duluan yak ada jam kuliah ni. Emmm sering-sering nabrak ya May biar tiap hari bisa ketemu" ucapnya sambil pergi dari hadapanku

"Mayaaa" teriaknyaa

Aku pun menoleh kearahnya.

"hehehe daaaaaa" mas Rian berlalu sambil mengedipkan matanya kearah mataku

*Degggg
Jantungku berdegup cepat
"ya Tuhan, ada apa denganku" ucapku seraya tersenyum.

*

"sory ya May, lagi gk bisa keluar antar lu balik kosan" ucap pacarku di seberang telefon

"iya Mas gk papa kok, nanti aku balik bareng temenku aja"

"ya udh gua balik kerja dulu ya May"

"iya Mas"

*tuttttuttttutttt

"huffffffttttt" aku menghela nafas karena lagi-lagi mas Andre tak dapat menjemput pulang.

Aku pun menunggu taksi di halte dekat kampusku.

*brruuuuummmmmmm

Tiba-tiba ada motor yang berhenti di halte ini.

*cekrekkk
"Assalamualaikum Ukhti" ucap laki-laki yang duduk di atas motor

"wa-waalaikumsalam"
*Degggg
Kembi jantungku berdegup cepat karena mengenali suara itu.

"hehe kok sendirian May. Mau balik kos yak. Sini bareng aku aja" ucapnya menawarkan diri

"eng-enggak usah mas aku naik taksi aja"
Kembali aku menundukkan pandanganku

"heehhhhhh jam segini jarang taksi lewat sini May, udah bareng aku aja. Lagian bidadari gk bagus berlama-lama di dunia luar"

Aku semakin di buat tak karuan oleh mas Rian.

"ta-tapi mas...."
Belum sempat aku selesai bicara, mas Rian sudah menggandeng tanganku

"udah ayo, ntar keburu lapar juga loh May"

Lembut, tangan besar ini sangat lembut. Memegang tangan mungilku.

Nyaman.. Hanya itu yang dapat ku ungkapkan saat dia memegang tangan ku.

Singkat cerita aku tiba di kosku.

"makasih ya mas udah mau anterin aku" ucapku pada nya namun aku tak berani menatap matanya

"sama-sama May"

"mas kok gk langsung balik" tanyaku padanya

"hehe bidadari harus di kawal sampe ke tempat tujuan dengan selamat"

Kembali ucapannya membuat ku semakin deg-degan dan tanpa sadar aku mengigit kecil bibir bawahku.

"sok atuh yang mana kamarnya May" ucapnya kembali meraih tanganku

Aku pun hanya pasrah saja karena memang aku bingung. Aku benar-bener ngeblank saat berhadapan dengan mas Rian.

Kamar demi kamar kami lewati.
"udah mas, disini kamar saya"

"oh ini toh, ya ya ya bagus kok area kosnya" ucapnya melihat area kos

"mas, emmm anu, itu..." ucapku malu

"ada apa May" tanyanya

"emmm ta-tanganku mas"

"uppsss hehehe sory May, gk sadar bener. Lembut banget sih jadi gk berasa hihihi"

Dengan deg-degan aku mengambil kunci kamarku.
Aku memang baru 3 hari pindah di kos ini.

*ceklekkk

"loh mas nya kok belum pulang" tanyaku

*ceklekkk

Kulihat dia membuka kamar kos tepat di sebelah kamarku.

"hehehe selamat siang tetangga baru"

Aku kembali deg-degan mengetahui kalau mas Rian ternyata tetangga kosku.

"ihhhh mas Rian ternyata di sini toh, pantes aja kok santai dari tadi ternyata mas Rian lagi acting"

"hahahahaha maaf ya May, aku juga kaget loh ternyata tetangga baru ku ini seorang bidadari hahaha"

Dapat ku lihat maa Rian tertawa begitu renyah. Entah kenapa aku sangat menyukainya. Tawanya, tatapannya, candanya.

"ihhhhh" aku pun tanpa sadar memukul dadanya
Dan dengan sekejap dia menangkap tanganku

Kami pun kembali bertatapan.
Tatapannya kembali membiusku

"ehhhh a-aku pamit masuk dulu ya mas" sambil melepas tanganku dari nya

"iya udah masuk gih May, ehemmm" seraya tersenyum

Aku kembali menunduk karena tak berani menatap lama matanya

"as-assalamualaikum mas"

"waalaikumsalam"

*ceklekkkkk

*deg deg deg

Aku mencoba menetralisir detang jantungku yang tak karuan ini

"Maya, hei May"

"ehhhh.."

*Flasback Off

"ehhhh iya Mas ada apa"

"lu itu yang kenapa, bengong mulu dari tadi"

Aku kembali dari lamunanku saat pertama kali berkenalan dengan mas Rian.
Saat ini akubsedang berada di dalam mobil mas Andre. Ya dia mengantarku untuk kembali ke kosku.

"maaf mas aku sedang mikirin tugas kuliah"

"huuufffttttt ya udah, lain kali kalau lagi berdua gini bicara donk. Gua kayak bicara ama patung kalau lu gk ngomong"

"i-iya mas" jawabku

Mas Andre sekarang lebih cuek dan tempramen kepadaku, entahlah hal itu aku rasakan saat aku menolak saat dia mencoba mencium bibirku.

"ya udah, gua besok gk tau bisa jemput lu ato enggak. Besok gua kabarin lagi"

"iya mas"

Kulirik sedikit mas Andre menyetir sambil membalas pesan, entah siapa itu tapi kelihatannya dia nampak senang.

Aku pun kembali melihat keluar jendela.
Aku masih kepikiran terus malam dimana bibirku pertama kali di sentuh, bukan oleh mas Andre. Tapi oleh mas Rian

Ya kejadian malam di mana bibir kami menyatu adalah pengalaman pertama bagiku. Namuj anehnya aku tak marah.

*Flasback

*buukkkkk

"aduuhhh" jeritku setelah menabrak mas Rian

"May kamu gk papa kan?" tanyanya sambil memegang bahaku

"i-iya gk papa kok Mas" jawabku sambil mengusap keningku

Akupun mendongak keatas.
Seketika kami berdua terdiam kembali saling menatap 1 sama lain.

*Deg deg deg
Jantungku berdegup sangat cepat karena posisi kami.

"cuuuuuppppp"

Aku sangat kaget karena mas Rian tiba-tiba mencium keningku.

Setelah melepas kecupannya, dia kembali menatap mataku. Aku hanya bisa diam tanpa reaksi apapun.

Dan lagi tanpa sadar aku merasakan hangat di bibirku. Ya mas Rian mencium tepat di bibirku, aku pun reflek memejamkan mata.


"cuuuppllll ssmmmoooooocccchhhhhhh"

Nyaman, hanya itu yg aku rasakan saat dia melumat bibir mungil ku. Sementara nafasku seperti terhenti.

Saat dia menjauhkan bibirnya dariku. Aku membuka kembali matanku. Dan seperti tersadar aku kembali menundukkan kepala.

Tanpa berkata-kata mas Rian membuka pintu kamarku dan keluar.

"emmmm Assalamualaikum May, makasih ya sudah nemenin makan" ucapnya

"i-iya Waalaikumsalam Mas" ucapku

*deg deg deg

Aku mencoba mengatur nafasku, dapat ku rasakan dada ku naik turun taratur mengikuti nafasku.
Aku memejamkan mataku saraya mencoba mengigat kejadian barusan.

"ah ada apa dengan diriku, ini ciuman pertama ku pada laki-laki yang aku sukai"

Tak ada perasaan marah, seperti saat mas Andre mencoba mencium ku. Yang ada hanya perasaan nyaman saat mas Rian mengecup bibirku. Aku pun sedikit mengusap bibirku, aku seperti merasakan bibir mas Rian seperti masih menempel di bibirku.

Ya harus ku akui aku telah jatuh cinta pada mas Rian. Aku ingin memiliki nya tapi itu tak mungkin. Aku sangat malu untuk menunjukkan perhatian ku padanya.
Karena status kami yang sudah memiliki pacar.

"May, Maya"

*Flashback off

"ehhh iya mas" aku terkejut saat mas Andre memanggil ku barusan

"hmmm tuh dah sampe kosan, turun gih. Gua mau balik kantor"

"i-iya mas, makasih udah mau antar aku balik ke kos" ucapku

"ya sama-sama"

Aku pun keluar dari mobil mas Andre. Saat hendak melambaikan tangan mas Andre langsung menancap gas mobil nya tanpa memperdulikan aku.

"huuufffttttt" aku hanya bisa mendesah ringan

Akupun berjalan menuju ke kamarku. Namun baru beberapa langkah.
Aku ku mendengar suara motor di belakangku. Suara motor yang sangat aku kenal.

Entah kenapa aku hanya diam mematung, tak dapat berjalan dan tak dapat menengok kebelakang untuk melihat pemilik motor tersebut

Tiba-tiba aku mendengar bisikan di telingaku.

"Assalamualaikum ukhti, lagi nunggu abang kerja pulang ya"

*deg
Suara itu membuatku tak dapat berkata-kata.

Aku sangat mengenal suara itu, suara yang membuatku nyaman namun sekaligus dapat membuatku salah tingkah seperti sekarang ini.

Tanpa sadar dia sudah ada di depan ku.
Di pegang nya daguku dan di angkat untuk menghadap kearah wajahnya.

Lagi-lagi aku tak dapat berkata apa-apa. Tatapan kami bertemu kembali. Tatapan yang membuat ku selalu menundukkan pandangan ku karena tak kuat menatap matanya.

"May, heiiiii"

Aku pun tersadar dan cepat-cepat menundukkan kembali pandangan ku.

"eh i-iya mas, a-ada apa"
*deg deg deg

Jantungku masih berdegup kencang karena sejak kejadian malam itu aku tak berani bertemu dengannya.

"emmm baru pulang ya May" tanya nya

"i-iya mas, ba-baru aja kok ini" aku berusaha agar tak terbata-bata saat mengobrol dengannya tapi percuma

"ohhhh ya udah bareng yuk ke kamar. Eh maksud nya kamar masing-masing"

"i-iya mas" ucapku mencoba menahan kegugupanku

Aku tak tau kenapa bisa aku segugup ini pada pria di hadapanku.
Apakah ini karena cinta?

Kami pun berjalan berdampingan menuju kamar kami. Aku pun hanya bisa diam di sepanjang jalan. Kadang aku melirik sedikit ke arahnya, namun seperti tersadar dia langsung melihat kearahku.
Aku pun segera kembali menundukkan kepalaku. Sedikit dapat ku lihat dia tersenyum melihat tingkah ku.

"hmmmm May" panggil nya saat kami tiba di depan kamar.

"i-iya mas"

"tentang kejadian malam itu, aku gk sengaja May. Maaf ya May, itu aku reflek sumpah"

"i-iya mas, gk papa saya juga minta maaf mas"
*deg deg deg
Jantungku tak mau di ajak kompromi

Aku seakan malu untuk membahas kejadian itu, walau saat itu aku merasa nyaman namun aku tak enak terhadap pacar mas Rian.

"tapi May..."

"u-udah gk papa mas, udah lupain aja" potongku.

karena begitu gugup aku dengan cepat masuk ke dalam kamarku.

*buuuukkkk

"aduhhhh" teriakku

Dengan sigap ada yang memang tubuh ku dari belakang.

"May, kamu gk papa. Ya ampun kamu belum buka pintu kamarmu May" dapat ku dengar suara mas Rian nampak sedikit khawatir padaku.

Aku baru ingat belum membuka pintu kamarku karena sangat gugup berbicara dengan mas Rian

"ehh, i-tu a-anu mas..."

*ceklekkkk

"sayangggg....."

Aku dan mas Rian reflek menoleh kearah suara itu.
Tampak sesosok wanita keluar dari kamar mas Rian.
Ya itu adalah pacar mas Rian.

Kami bertiga pun hanya bisa terdiam saling berpandangan.


*bersambung....

==================


EPISODE 10A Bersama Billy

POV Vani

"mmffggfhhhh engggggg hhmmmmmm Bi-Bill"

"sssttttt diem Van, udh nikmati aja"

Billy masih asik memainkan puting dadaku dari luar bra sportku. Saat ini aku tengah melakukan kegiatan rutinku yaitu Yoga.
Posisiku saat ini berbaring dengan kaki tertekuk.

"hmmmmm mmmmfff ntar yg lain liat Bil ahhhhhhh"
Aku menutup mulutku sambil melihat karah samping, takut suaraku kedengaran oleh peserta lain.

"mantep banget toket lu Van"
Billy terus memilin-milin puting ku yang membesar karna aku udh benar-benar horny. Aku tak sanggup, bahkan sampai merinding bila dadaku di sentuh. Billy sangat pandai bermain di dadaku, dia memilih, kadang remasan-remasan kecil yang aku dapat.

"ya kembali pantatnya diangkat, jangan lupa tutup mata ya, hayati setiap gerakan"
Billy memberi arahan pada peserta lain agar mengangkat pantat mereka.

"hmmmmm mmmmfff engggggg mmmmmm"
Billy dengan cepat memasukkan tangannya kedalam bra sportku.
Rangsangan yang aku terima semakin menjadi, sentuhan tangan Billy dapat ku rasakan lembut. Dia benar-benar memanjakan dadaku.

"Bill u-udah ya please ennnngggg mmmfffftttt"

"udah nikmati aja Van, muka lu udah sange hahaha"
"muuuuaccchhhh hhmmmmm mmmmmmfffttttt"
Billy dengan lembut melumat bibirku. Aku tak dapat melawan karena rangsangan yang dia berikan bnr-bnr membuatku horny.

"mmffggfhhhh muuuuaccchhhh, manis bibir lu Van"
Tangan Billy akhirnya keluar dan melepaskan dadaku.
"haahhhhhh haaahhhhh huuufffttttt"
Aku memejamkan mata smabil mencoba mengatur nafasku, dapat kurasakan seluruh tubuhku berkeringat. Pdahal dari td aku tak melakukan gerakan apapun.

"baik semuanya, hentikan kegiatan"
Spontan aku membuka mata dan langsung berusaha untuk duduk. Billy sudah menjauh dari tubuhku.
Dapat kulihat peserta lain juga sudah mengambil posisi duduk untuk mendengar arahan dari Billy.

"baik latihan nya cukup untuk hari ini ya, silahkan semuanya berkemas untuk kembali ke rumah masing-masing. Kita bertemu di pertemuan selanjutnya. Oke selamat sore semua"

"sore kak Billy"

*

"pulang bareng yuk Van"

"hmmm gua pulang sendiri aja"

"pulang sendiri?, cowok lu mana?"

"lagi magang dia"

"ohhh pacarlu masih kuliah, hahaha sama gua aja Van, gua udah kerja gini. Gampang lah buat jajan lu"

"pacar gua juga bisa ngasih gua jajan kali"

"pfffftttt hahaha itu kan uang dari bokap nya dia. Udah sini pulang bareng gua"
Billy dengan cepat menggandeng tanganku setengah memaksa.

Tubuhku yang memang lebih kecil dari dia tak sanggup melawan. Aku hanya pasrah saat Billy menggandeng tanganku.

Saat akan masuk ke mobil milik Billy.
"woyyy Bill"
Aku dan Billy serentak menengok ke arah suara laki-laki yang memanggil nama Billy.

"Woy Ndre elu rupanya, mau balik juga lu"
"haha iya ni, dah lumayan keringat lah"
"oh iya Bill, sape tu cewek yang lu gandeng. Cakep amat, sexy pula. Dapat dimana lu cwek cakep begini"
"ohhh ini cewek gua men"
"ihh apaain sih Bill, bukan mas kami hanya temenan" mendengar ucapan dari teman Billy, bukannya marah aku malah senang di puji sexy.
"hahaha awas mbak, Billy ni penjahat kelamin"
"enak aja gua ni anak baek-baek, ya gk Van"
Aku dengan reflek mencubit pinggang Billy karena memang tau kelakuan dia. Namun aneh nya aku tak melawan kalau dia sudah menyentuhku.

"oh iya. Andre"
Aku menyambut uluran tangan laki-laki dihadapanku.
"Vani mas".

"sudah jangan lama-lama pegangan tangan"
Billy dengan cepat melepas genggaman tanganku dan mas Andre.

"yaelah dikit doank napa men, kayak sama sape aja lu"
"eeiiitttsss ini jatah gua"
Aku yang mendengar itu dengan malas membuka pintu mobil Billy kemudian masuk.

Dapat kulihat dari luar jendela Billy berbisik-bisik pada mas Andre. Senyum tersungging dari mulut kedua laki-laki itu.

"hbs rencanain apa lu, kok pake bisik-bisik segala"
Aku menanyai Billy yang sudah masuk kedalam mobil.
"hehe ada deh, dah yuk jalan"
"hmmmmm".

*saat sampai kos

"ehhh mau ngapain lu ikut turun dari mobil"

"gua mau pinjam toilet lu bentar yaelah"

Dengan terpaksa aku membawa Billy masuk kedalam kosku.

*

"uhhhh lengket banget ni badan"
Aku mangambil handuk untuk segera mandi.

"Bill lama amat sih di dlm ngpn sih"
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan tanganku di tarik ke dalam kamar mandi.
Sontak aku kaget hampir teriak, namun mulutku di bekap oleh Billy.

"sssttttt jgn berisik ya Van, td kan gua udh bkin lu enak sekarang gantian donk"
"mmmmm maksud lu apaan" tanyaku
Tanpa aba-aba Billy langsung melumat bibirku.

"muachhhh mmmmfff mmmffttttttt"
Saat aku hendak berontak, aku merasakan geli di dadaku. Ternyata tangan Billy sudah menggerayangi dadaku.

"muachhhh bibir lu manis Van, gua suka dah"

"sssttttt sshhhhhh emmmmmm Bill"
"muachhhh muuuuuuaaaaaaccccchhhhh slurpppp"
Billy mulai mencium dan menjilati leherku.
Mendapat ransangan seperti itu, aku hanya bisa menutup mata sambil mendesah.

"aaaahhhhhhh sssttttt emmmggggg emmmmffff"
Hanya itu yang keluar dari mulutku.

Tiba-tiba Billy melepas tangannya dari dadaku dan mengambil air di gayung lalu menyiramnya ke bra sport yang masih aku kenakan.

"aahhhhh dingin Bill"
Dapat kurasakan putingku mengeras di balik braku.

Billy lalu mendorongku kedinding kamar mandi lalu mengangkat kedua tanganku dengan tangan kirinya.

"haahhhhh haahhhh emmmfffff ssssstttttt aaaahhhhhh"
Billy dengan rakus menjilati putingku yang masih terbungkus bra sportku yang basah kuyup.

"Bi-bill ahhhh mmmfffffff aaaaahhhhh ahhhhh geli Bill"
Billy tak memperdulikan omongan ku dan terussss menjilati putingku bergantian.

"ahhhhhhhhhhhhhhh"
Kembali aku dibuat terkejut karena tangan Billy yang kanan menyentuh Vaginaku dari luar legging yang ku pakai.
Dengan perlahan Billy mengusap-usap bagian klitorisku.

"aaaaahhhhhhh aaaahhhhh Bill aahhhhhh"
Billy kemudian melepas jilatannya dan membisikkan sesutau di telingaku.
"lu cantik banget Van, beruntung banget cowok lu"
Di perlakuan lembut seperti ini aku jadi hilang akal, aku udah bener-berlner hanyut dalam permainannya.

Kembali Billy menjilati puting dadaku.
"aaahhhhhh aahhhhhh eeenggggggg mmfffgff mmmfgfffff"
Tanpa sadar aku membuka pahaku lebih lebar agar tangan Billy lebih leluasa bermain di klitorisku.

Sekitar 5 menit tiba-tiba aku merasakan akan meledak.
"te-teruuusssss Bill aahhhhhhh te-teruuussss syg aku mau nyampeee aaahhhhhh ahhhhhhh mmmmfff ahhhhh Bill"
Seperti mendengar kemauanku Billy semakin liar menjialti puting dan bermain dengan klitorisku.

"ahhhhh aaahhhhh Bill aku nyampe Bill ahhhhhhh mmmmffff aaahhhhhh AHHHHHHH BILLY"
Aku langsung ambruk kedepan begitu mendapat orgasmeku, Billy dengan sigap memelukku agar tak jatuh.
Aku mencapai orgasme hanya dari sentuhan dada dan klitoris yang bahkan itu tak bersentuhan langsung.

"hhaaaahhhhh haaahhhhhh emmmffff hhaaahhhhh"
Aku mencoba mengatur nafasku.

"enak ya Van" bisik Billy di telingaku
Entah kenapa aku hnya mengangguk.

"lu udah 2 kali ni, gua kapan donk"
Aku tak menjawab pertanyaan dari Billy karena masih mengatur nafasku.

Billy kemudian menggendongku dan dia membawaku ke kamar dan membaringkan ku di kasurku.

Aku hanya dapat melihat saat dia melepas semua pakaiannya.
Dengan sigap dia kembali mendekatiku dan membuka pakaian ku satu-satu.
Setelah aku bugil tanpa selehelai benangpun menempel di tubuhku.

Dia lalu membuka pahaku. Nampak dia terlihat kagum melihat Vaginaku.
"Bill u-udah ya"
"waaahhhh masih bentuk seperti garis ya, mulus banget Van memek lu, kontol cowok lu kecil ya"
"ehhh enak aja..... Ahhhhhhh"
Aku terperanjat karena Billy perlahan menjilati vaginaku.

"aarrggggghhhh aaaahhhh aaahhh mmmmfff Bill"
Billy hanya menjilati bibir vaginaku tanpa menyentuh klitorisku.
"aaahhhh u-udah Bill aaaaahhhh ahhhhh"
Sungguh aku tak dapat berfikir jernih. Mulutku berkata sudah, namun karena permainan lembutnya aku malah membuka pahaku semakin lebar.

"gurih memek lu Van sluuurrp sluuurpppp"
Dia terus menjilati vaginaku tapi klitorisku tak di sentuhnya sama sekali.
"aaaahhhhh"
Dengan reflek aku menyentuh klitorisku sendiri.
Dengan cepat Billy memegang tanganku.
"eiiitttssss gk boleh main sendiri donk"
"Bill aaaashhhhhhhh terusin Bill please"
Tanpa sadar aku meminta Billy melanjutkan aktifitasnya yang semula ku tolak.

"hehe sluuurrrpppp"
"aaaahhhh aaaahhhhh" kembali Billy menjilati vaginaku.
Aku dapat merasakan jilatan Billy sangat nikmat. Beda banget dengan Rendi ataupun pacarku sendiri.
Tak lupa tangannya bermain dengan dadaku.

"aaaaahhhhhb aarrrggghhhhh" desahanku semakin menjadi karena dia memasukkan lidahnya dalam vagina ku.

5 menitan aku di perlakukan seperti itu aku tak tahan.
Kembali gelombang orgasne aku rasakan.
"aaaahhhhh aaarrggghhhb terussss Bill teruuussss aaaaahhhhh"

Disaat orgasme ku akan muncrat, Billy dengan sengaja melepas jilatannya pada vagina dan remasannya pada dadaku.

"aaaaahhhhh Bill kenapa lu lepas Bill aaaahhhhh"
"eiiitttssss kan aku dah bilang gk blh di mainin sendiri"
Billy memegang tanganku yang berusasa menggosok vaginaku.
Aku kesal dengannya karena membuatku kentang.
Namun billy hanya tersenyum.

Jadilah dinding vaginaku menjadi gatal, ujung puting dadaku menjadi keras.
"masukin Bill please, aku udah gk tahan"
Billy kemudian mendekatkan kepalanya padaku.
"muuuuaccchhhh ini kamu yg minta ya sayang"
Aku hanya mengangguk lemah, aku sudah tak peduli lagi, intinya sekarang rasa gatal di vaginaku hrs hilang.

Di bukanya kembali pahaku, dapat kulihat kontolnya Billy mengacung tegak.
Namun bukannya segera memasukkan kontolnya, dia malah hanya menggesek-gesekkannya di bibir vaginaku.

"aaaahhhhhh aaahhhhh Bill bu-buruan masukin, ja-jangan di gesek-gesek aja"
Billy hanya tersenyum mendengar celotehanku.
Billy masih mengesek-gesek kontolnya sambil mencium bibirku dan bermain dengan putingku.

"muuuuaaaccchhhhh u-udah Bill please masukin sayang"
Billy tersenyum penuh kemenangan.

Dengan pelan Billy memasukkan kontolnya kedalam vaginaku.

"slleppp aaaahhhhhh" aku mendesah begitu kontolnya masuk sempurna dalam vaginaku.
Memang untuk ukuran, pacarku menang dari Billy. Namun ada sensasi tersendiri begitu kontol Billy masuk ke vaginaku.

Dengan pelan dan pasti Billy mulai menggenjot vaginaku.
"aaaaahhhhh mmmmmffff aaaahhhhh Bill"
"ahhhhh memek lu sempit Van aahhhh nikmat banget"
Tak lupa kembali Billy mulai menjilati puting dadaku.
"aaahhhhhhh aarrrggghhhhh"
Sensasi nikmat ransangan yang diberikan Billy membuatku melayang.
Baru berapa genjotan aku rasanya ingin meledak.

"aaahhhhh aaahhhh mmffff aaaarrhhhh te-terussss Bill aku mau nyampe aaahhhhh"
Billy terus mengenjotku dengan ritme yang sama namuj jilatanya di putingku yang semakin menjadi.
Tak lama kemudian gelombang orgasme yang tadi sempat tertunda akhirnya datang.
"aaahhhh Bill enak Bill aaaahhhhhh mmmfffff ahhhhh aku keluar Bill AAAARRRRGGGHHHHH croootttt croooottt croooot "
Dapat kurasakan cairan mengalir dari dalam vaginaku.
Billy pun menghentikan genjotannya.
"hehe enak ya sayang, sampe teriak gitu"
"hhhaaaaaqhhhhhh haaaaahhhhh haaaaahhhhh"
Aku hanya dapat mengangguk.

2 menit aku mengatur nafasku. Billy kemudian bangkit dan mengangkat tubuhku.
Diarahkannya tubuh ku ke tembok, dan dia menunggingkan pantatku.
"pantat lu sexy banget Van aaahhhh bkin tambah nafsu aja"
Aku sudah tak dapat merespon kata-katanya lagi, yang aku tunggu adalah apa yang akan dia lakukan padaku selanjutnya.

Billy kemudian mengarahkan lagi kontolnya ke vaginaku. Dan dengan 1 dorongan kontolnya masuk lebih dalam lagi.
"aaahhhh gila kok makin sempit gini Van aahhhh"
"aaaaahhhhhhhhh"
Aku hanya dapat mendesah keenakan,
Kembali Billy mengenjot Vaginaku tak lupa dia memainkan puting dadaku. Rambutku juga dia belai, dia cium leherku, punggunggku. Semua bagian tubuhku dia sentuh.
Dan dengan cepat dia menarik kepalaku kesamping lalu dia melumat habis bibirku.

Sekitar 5 menit diposisi seperti itu. Billy tiba-tiba mulai manaikkan ritme genjotannya.
"muuuaccchhhh aaaahhhhh Van gua mau keluar"
"aaaahhhhh Bill ahhhhhh"

PLOKK PLOKK PLOKK
PLOKK PLOKK PLOKK
PLOKK PLOKK PLOKK

"aaaahhhhh nikmaaattt banget.... Memek lu Van, gua keluarin di dalam"
Aku yang juga mau sampai hanya bisa mendesah tanpa bisa menjawab omongannya.
"aaaahhhhhhh aaaqhhhhhhg Bill aaaahhhu aku mau nyampe lagi Bill"
Suara benturan daging pantatku dan selangkangannya semakin cepat. Dan..
"AAAARRRRGGGHHHHH BILL"
"AAAAAAAAAAAAAHH VAN croooot crooooot croooot crooooot croooot "
Kami berdua sama-sama mencapai puncak. Bahkan aku hampir jatuh, untung saja Billy masih sigap memegangku.

Setelah 2 menit mengatur nafas, dan kesadaran kami sama-sama kembali. Billy kembali mencium bibirku
" muachhhh Van, nikmat banget memeklu aaaahhhh"
Dapa kurasakan sperma Billu sangat penuh di vaginaku bahkan mungkin ada sebagian yang mengalir keluar.

*PLOOPPPP
"aaaahhhhhhh"
Billy melepas kontolnya dari vaginaku.
Seerrrrrrr, sperma Billy mengalir deras keluar dari vaginaku.
Diangkatnya tubuhku, direbahkannya di kasurku.
"muuuuaccchhhh makasih Van, gua bakal ketagihan ni sama lu. Tenang Van nanti kalau lu hamil gua bakal tanggung jawab"

"hahhhhhh hhaaahhhhh hhaaaahhhhh"
Aku masih sibuk mengatur nafasku. Aku melihat wajah Billy kembali.
Entahlah, usahaku untuk bertahan dari godaannya gagal. Aku menolak namun tubuhku menikmatinya sangat menikmati.
Namun kalau harus menikah dengannya, jelas tidak. Aku sangat mencintai pacarku, aku tak ingin kehilangan dia, ini semua hanya havefun.

Apakah aku selingkuh?
Entahlah, menurutku selama tak memakai hati itu bukan selingkuh
Ya aku tak selingkuh, aku hanya terjebak dalam kenikmatan saja.

*Bersambung....

==============


EPISODE 10B Kejadian Saat Berlibur

"yank aku pergi jalan-jalan bentar yak" ucapku

"loh mau kemana yank, kenapa gk barengan aja nanti?" tanya pacarku

"nungguin kalian lama ah, lagi pula deket-deket sini doank yank. Udah gk sabar main di pantai tau" ucapku memohon

"ya udah tapi jangan jauh-jauh yak, terusss kalau ada apa-apa langsung hubungin aku"

"iya sayangku uluh uluh" ucapku sambil menggoyang-goyang pipi pacarku.

"hoooekkkk bisa muntah gua tiap saat liat lu bedua" ucap Rio

"ih bilangin sama temenmu yank, udah jomblo sirik pula" ucapku

"oh bener-bener lu ye"

"hihihi daaa sayangg" ucapku meninggalkan pacarku dan sahabatnya.

*

Aku pun berjalan mengitari pantai. Aku mengikuti map posisi seseorang yang akan aku temui.
"Disini kayaknya deh, tp knp harus di bawah tebing gini yak" ucapku

Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang.
Saat aku menengok..

"Rendi!!!,, kenapa harus meluk-meluk sih Ren" ucapku mencoba melepas pelukannya

"hehe gua masih sayang sama lu Van"

"lepasin Renn... Aaaaaaaaaaaaahh"
Rendi tiba-tiba meremas dada kananku.
Sementara lidahnya menyapu bagian leher belakangku.

"ahhhhhhhhhhhhhh Ren, lu ma-mau ngapain. Le-lepasin Renn"
Aku hanya bisa mendesah di perlakukan Rendi seperti itu.

"sluuurrp mmmmuuaahh lu wangi banget Van ahhh dada lu kenyal Van. Gede pula"

"ahhhhhhhhhhhhhh"
Tubuhku seperti tersengat listrik begitu Rendi menyentuh putingku dari luar bajuku. Aku pun berhenti memberikan perlawanan.

Rendi seketika mengendongku dan membawaku ke arah balik batu besar yang ada di bawah tebing pantai ini.

"gua gk tahan Van"
Rendi langsung meloloskan celana nya dan terpampang lah kontolnya yang sudah tegang maksimal.

Tak lupa Rendi menaikkan baju ku dan dengan paksa membuka BH yang aku kenakan.

"ahhhhhhhhhhhhhh emmmfffgtttttttt mmmmfff"
Aku menutup mulutku, berusaha agar desahanku tak terdengar jika ada orang yang lewat.

Rendi menjilati puting dada kiriku sementara tangannya meremas dada kananku.
Rasa geli menjalar di sekujur tubuhku. Dan tak terasa vagina ku mulai basah.

"Re-Ren stop please, na-nanti ada yang li-lihat Ren aaaaahhhhhhhhh" ucapku berusaha menarik kepalanya agar menjauh dari dadaku.

Rendi tak peduli dengan ocehanku. Malahan jilatan dan sedotannya pada puting dadaku semakin keras.
"Ahhhhhh Ahhhhhhhh Ren"
Aku mendongakkan kepalaku sembari kembali menutup mulutku agar tak mendesah.

Sungguh aku tak kuat mendapat ransangan seperti ini, sensasi takut ketahuan orang dan juga horny bercampur menjadi 1.

"sluuurrp mmmmuuaacccchh" Rendi melepas jilatannya pada dadaku

"ahhh dadalu memang mantep Van. Rugi gua dulu ninggalin lu. Lu mau maafin gua kan Van"

"hahhhh haahhhhhh"
Aku tak menjawab ucapannya karena aku sedang fokus mengatur nafasku.

Rendi pun dengan cepat menuntunku agar jongkok.
"lu mau apa Ren haahhhh haahhhh"

"sepongin kontol gua donk sayang"
Aku kaget dengab perubahan yang terjadi pada Rendi.

"ta-tapi Ren..."

"lu mau gua bongkar semua ke Rian?"
Mendengar nama pacarku di sebut aku hanya bisa pasrah.

Dengan terpaksa aku mulai memuka mulutku dan memasukkannya ke dalam mulutku.

"uhhh aaahhhhh enak banget mulut lu Van.."
Ukuran kontol Rendi yang sedang begitu mudah masuk kedalam mulutku.

"mmmfffttttt mmmmfff mmmfftttttt"
Aku ingin ini cepat selesai, aku dengan cepat memaju mundurkan kepalaku.

"wahhhh anjinggg nikmat banget mulut lu Van ohhhh.."
Rendi seketika memegang kepalaku dan dengan cepat memaju mundurkan kepalaku.

"glokkk glokkk glokk"

"ahhhhh sshhhiiittttt gua mau keluar Van.. Ahh"
Rendi mulai meracau keenakan.

Rendi dengan cepat mengeluarkan kontolnya,
*ploppp

 di gapainya kepalaku, dan dengan cepat dia melumat bibirku.
Tangannya menuntunku untuk mengocok kontolnya dan...

"crooooootttttttt croooooottttt croooottttttt"

Spermanya keluar dan mengenai pahaku.

"mmffggfhhhh muuuuaccchhhh ahhhhhh"
Rendi akhirnya melepaskan bibirku.
Entah kenapa aku jadi sangat horny di perlakukan Rendi seperti ini. Vaginaku sudah sangat basah.
Namun aku tak ingin kebablasan seperti saat dengan Billy yang berhasil menggenjot vaginaku.

"haahhhhh hhaaaahhhhh ah nikmat banget Van"
Aku hanya diam menutup mata sambil mengatur nafasku.

"memek lu gua genjot di sini ya Van"
Mendengar Rendi berbica seperti itu sontak aku kaget.
"ehhh hhaaaahhhhh enggk, inget lu udah janji ya Ren haahhhh haahhhhh" ucapku padanya

"tapi gua sayang sama lu Van, gua bakal tanggung jawab kalau lu hamil. Nanti gua nikahin lu" ucapnya

"enggk Ren please, inget Rian dia sahabat lu. Gua juga udah sayang bnget sama dia Ren. Lu terserah mau apain gua tp jangan vagina gua" ucapku memohon.
Walau ku akui sedang horny berat, namun otakku masih berpikir rasional.

"aahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh"
Aku mendesah begitu Rendi tiba-tiba menyusupkan tangannya ke dalam celanaku.

"liat udah banjir begini sayang.."

"please Ren... Ntar Ri-Rian curiga kalau gua gk balik sekarang" ucapku menahan dorongan birahi.

"oke ya udah kita balik sekarang, lagi pula gua udha punya rencana sendiri"

"ahhhhhhhhhhhhhh haahhhhh haahhh"
Aku kembali berusaha mengatur nafasku begitu tangan Rendi lepas.

"Ayo balik sayang" ucap manja Rendi

"gua bukan pacar lu Ren, stop panggil gua begitu" ucapku padanya seraya aku meralikan pakaianku.

"gu-gua balik duluan" ucapku oadanya begitu selesai merapikan pakaianku.

Akupun dengan cepat meninggalkan Rendi. Kulihat Rendi hanya tersenyum. Entahlah apa arti senyumannya itu.

*

"huuufffttttt hahhh sayang aku pulang" ucapku sambil menyalami pacarku

"dari mana aja kamu yank udh sejam loh ini kamu baru balik?" tanya pacarku

"hehe habis jalan-jalan yank, seru banget sampe lupa waktu" kilahku.

"wajahmu kenapa memerah yank? " tanya pacarku

*DEG
"emm kan cuaca pantai panas yank, mungkin kena sinar matahari" ucapku berusaha tenang

"itu apa di pahamu yank, kok seperti ada cairan pahamu?

Pertanyaan bertubi-tubi dari pacarku membuatku jadi khawati.

" mati gua, sperma Rendi belum gua bersihin" batinku

"itu keringat yank, kan panas" ucapku berbohong

"udah ih aku masuk dulu ya sayang, Gerah mau mandi hihihi. Sayang mau ikut?" tanyaku menggoda mencoba mengalihkan perhatiannya yand dari tadi menatap teliti tubuhku

"enggk deh yank, aku disini aja" jawabnya

Aku dengan cepat masuk untuk membersihkan tubuhku.

*

Sekitar jam 3 kami berempat  menuju kearah pantai.
Aku mengenakan cukup mini, belahan dadaku nampak begitu jelas. Sedangkan bagian bawah hanya sampai sebatas paha.

Pantai cukup ramai di sore hari. Sampai ada seorang pria yang menyamperi kita dan mengajak pacarku untuk bermain Voli.
Aku pun mengizinkannya ikut bermain karena memang kita kesini buat refreshing.

Saat pacarku sedang main Voli, Rendi tiba-tiba mengandeng tanganku dan membawa ku ke dalam air.

"lu mau ngpn lagi sih Ren?" tanyaku padanya

"cuma mau ngajak lu berendam doank kok" ucapnya

"Basah semua baju gua" gumamku

"Van, lu beneran dah ngelupain apa yang terjadi antara kita Van?"

"udah lah Ren gua gk mau bahas hal beginian, capek gua. Yang lalu biarlah berlalu" ucapku diplomatis

"tapi gua masih sayang sama elu Van, gua akui gua salah dulu tapi masa gk ada kesempatan ke 2 buat gua" ucapnya memelas

"denger ya Ren, sekarang perasaan gua udh full buat Rian. Dan kalau emg bnr lu sahabatnya mestinya lu dukung donk" ucapku..

Tiba-tiba Rendi berubah posisi menjadi dibelakangku.
Dan dengan lembut mulai meremas dadaku.

"ahhhhhhhhhhhhhh Ren..."
Aku berusaha menahan desahanku agar orang di sekitar tak curiga.
Untungnya air pantai nya mencapa sebatas dadaku jadi aktifitas Rendi tak terlihat begitu jelas.

"e-lu ngpn sih Ren, le-lepasinn ahhhhh ..."
Aku berusaha menahan tangannya sekuat tenaga tapi...
"ahhhhhhhhhhhhhh........"
Rendi langsung memasukkan tangannya ke dalam bra ku dan langsung bermain dengan puting nya.

Aku berhenti melawan, tiba-tiba aku menjadi sangat terangsang hanya dengan permainan tangan pada putingku. aku pun melihat ke arah pacarku.

"Ren... Stopp nanti Rian lihat kesini Ren ahhhhhh"
Ucapan ku tak sejalan dengan tubuhku.
Perasaan aneh ini menjalar begitu saja di tubuhku, horny dan takut ketahuan oleh orang di sekitar memacu adrenalinku.

"makanya lu diem biar Rian gk liat kesini" bisik Rendi sambil mencium leherku.

Tanpa sadar tanganku mengeluatkan kontol Rendi dari balik celananya. Entah setan apa yg membuat tanganku bergerak sendiri.
Ku kocok pelan kontolnya yang sudah sangat keras.

"ahhh Van, iya Van begitu terussa sayangg ahhhh tangan lu juga nikmat Van aahhhhhhh" racau Rendi.

Aku sudah tak peduli lagi jika ada yang melihat, ransangan pada dadaku seperti sengatan listrik yang menjalar keseluruh tubuhku.

"ahhhhhhhhhhhhhh Van gua keluar Van AARRRGGGGGGHHHHHHH..." Rendi meremas dadaku agak kuat setelah dia keluar.

"hahhhhhh hhaahhhhhh haaahhhhhhh" aku merasakan hembusan nafas Rendi di leherku

"oh Tuhan kenapa denganku, apa ada yg melihat kami" gumamku

Setelah di rasa tak ada yg melihat, aku merapikan pakaianku dan segera keluar dari air. Nampak Rendi mengikuti di belakang ku.

"udah Ren jgn ikutin gua, gua mau ke kamar mandi" ucapku pada Rendi.

"gua gk lagi ngikutin lu, gua mau beli minum"

Akupun dengan cepat ke kamar mandi dan membersihkan diriku. Ini kedua kalinya hari ini Rendy membuatku horny, tapi untungnya aku masih bisa berfikir jernih.

Dengan bergegas aku keluar untuk mencari pacarku.
Dari kejauhan aku melihat pacarku bersama kedua sahabatnya.

"heiii kaliaannn" teriakku

Akupun mendekati mereka. Dapat kulihat para lelaki melotot melihat ku berjalan. Bajuku yang transparan akibat basah kuyup, tercetak dengan jelas bikini yang aku gunakan. Ada sensasi sendiri melihat para lelaki mupeng melihatku.

"hei sayangg segitunya liatin pacarnya" ucapku

"hmmm kamu dari mana tadi" tanya pacarku

"emm habis jalan-jalan tadi, trus main air lihat ni bajuku basah kuyup" ucapku berbohong

"hmmm ya udh ayo pulang, nanti kamu kedinginan. Tu liat banyak cowok yang liatin badan kamu"

"hihi kenapa yank kamu horny ya liat tubuh ku dibalut pakaian basah" bisikku menggoda pacarku.

"udah ah ayo balik" ucapnya menggandeng tanganku.

Malam hari nya kami makan berbeque. Aku kaget karena tadi di pantai pacarku terkena bola di pelipisnya. Aku sangat khawatir karena katanya kepalanya sempat pusing.

Kamipun melanjutkan makan dan minum. Dari sehabis makan dan minum badanku tiba-tiba jadi panas, ada rasa gatal yang mulai menjalar di vaginaku.

Pacarku juga mendadak tambah pusing. Aku hendak membatalkan acara nonton kita kebioskop. Namun pacarku bilang tdk papa pergi tanpa dirinya.
Akhirnya akupun meninggalkan pacarku dikamar untuk beristirahat.

"gawat kenapa rasa gatal di vaginaku semakin parah, dan ohhh shiittt rasanya becek sekali" gumamku

Saat aku keluar kamar aku hanya melihat Rendi.
"loh Ren, ma-mana Rio" tanyaku berusaha menahan sesuatu

"gatau tu dikamar paling, katanya kepalanya juga pusing" ucap Rendi

"haahhhh kok bisa, u-udah batalin aja kalau gitu"

Dengan tiba-tiba Rendi memepetkanku ke tembok.

"ahhhhhhhhhhhhhh mau a-apa kamu Ren, aaaahhhhhhh" jeritku karena tiba-tiba Rendi merarik tanktopku keatas dan meremas dadaku

"malam ini lo milik gua Van muuuuaccchhhh"

Rendi langsung mencium dan menjilati leherku.
"aaaaahhhhhhhhh"
Setiap sentuhan yang ku rasakan seperti sengatan listrik ke sekujur tubuhku.

"ohhh vaginaku tambah gatal aahhhh" gumamku menahan desahanku.

Rendi dengan cepat melepas bh yang aku gunakan. Dan..

"sluuurrp mmmmuuaahh sluuurrp"
"aaaaahhhhhhhhh Re-Rendi stop... Ahhhhhhhhhhhhh " jeritku saat kembali dia menjilati puting dadaku

Aku hanya bisa meremas kecil rambut Rendi. Dann...
"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh Ren.."
Tangan Rendi berhasil masuk kedalam celanaku.
Jarinya mulai menari mengosok-gosok bibir vaginaku.

"ohhhhh Ren yaa yaa te-terusssss ahhhhhh"
Tanpa sadar aku menyuruh Rendi untuk melanjutkan aktifitasnya

Rasa gatal berganti jadi rasa geli di vaginaku karena gosokan jari Rendi di vaginaku.

Tak bertahan lama tiba-tiba aku merasa ingin orgasme.
"ahhhhh oohhhhhh Ren gua ma-mau keluar Ren ahhhhhhhhhh.... terusssss Ahhhhhh... Ren.... AARRRGGGGGGHHHHHHH....." tubuhku mengejang saat mencapai orgasme.
Rendi dengan sigap menahan tubuhku agar tidak jatuh.

"gimana enak sayang? Basah banget loh ini" bisiknya di telinga ku.

"hahhhh haahhhhhh hahhhhh"
Aku memejamkan mataku sambil berusaha mengatur nafasku.

Baru saja mengalami orgasme tubuhku mulai seperti cacing kepanasan lagi, vaginaku jadi tambah gatal.

Menyadari itu Rendi segera menggendong tubuhku, di bawanya tubuhku ke kamarku dan pacarku.
Rendi membaringkanku di sebelah pacarku.
Dengan dengan cepat melepas pakaiannya dan juga pakaianku.

Aku berusaha menolak namun rasa panas di tubuh, rasa gatal di vagina ku mengalahkan logikaku.

Rendi membuka pahaku lebar-lebar.
"ahhhhh Ren, mau ngapain sssttttt" ucapku

"indah banget memek lu Van, nikmatin aja ya sayang sluuurpppp "

"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh mmmmfff" aku menutup mulutku agar suara desahanku tak terdengar oleh pacarku

"maaf sayang ahhh maafin aku" aku menoleh kearah pacarku yang tertidur pulas.

"Re-Ren su-sudahhhh, aaaaaaaaaaaaahh.... Please.. Di sebelah ada pacar gua ahhhhhh"

"sluuurrp sluuurpppp sluuurpppp"
Rendi seakan tak memperdulikan aku dan terus menjilat seluruh permukaan vaginaku.

"ahhhhhhhhhhhhhh Ren te-terussss, mau keluarrr aahhhhhh.... Ren ahhhhhh..... AARRRGGGGGGHHHHHHH" lagi aku mengalami orgasme hebat hanya dengan permainan di permukaan vaginaku

"Hahh haaaahhh hhaaaahhhhhh"
Aku kembali menoleh ke samping, tapi pacarku masih terlelap.

"aman sayang, pacar lu udah gua kasih obat tidur" bisik Rendi

Aku kaget dengan penuturan dari Rendi, dia bahkan sampai nekat memberi obat tidur pada sahabat nya sendiri.

Rasa gatal kembali menjalar di vaginaku. Aneh, belum pernah sebelumnya vaginaku gatal seperti ini.
Tiba-tiba aku merasakan sebuah benda masuk kedalam vaginaku

*Bleeeesssss

"ahhhhhhhhh... Ren jangan aaahhhhh.... ke-kenapa lu masukin aahhhhhh.... " aku mendesah karena Rendi berhasil menancapkan kontolnya di vaginaku.

"mmffggfhhhh muachhhh muuuuaccchhhh mmmffffggtttttt"

PLOK PLOK PLOK

Rendi tanpa ampun langsung mengenjot vaginaku.
Aku tak dapat mendesah karena dia menciumku dengan buas.

"muachhhh ahhhh nikmat banget memek lu Van, ngejepit banget aaahhhh....."

"aahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh enhhghggg aahhhhhh" aku seperti sudah tak peduli lagi dengan suara desahanku.
Rasa gatal yang menyerang vaginaku membuatku lupa daratan.

"ahhhhhhhhhhhhhh.... Ren keluar lagi Ren ahhhh.... AARRRGGGGGGHHHHHHH....." aku kembali orgasme. Tubuhku pun melengking ke atas.

Rendi yang dari tadi belum keluar segera membalikkan tubuhku. Diangkatnya pantatku hingga kini aku menungging.

Aku kaget karena ada cairan di lubang pantatku. Saat aku menoleh, Rendi seperti memberi oil pada pantatku.

"lu mau apain gua lagi Ren ahhhh..."

"diem, gua mau rasain pantatlu juga. Udah gua bilang malam ini lo milik gua"

Aku merasakan geli saat jari Rendi mulai masuk ke pantatku.
"aaggghhhhhhh Ren... S-stopp.. "

Rendi tak memperdulikan ucapanku dan Rendi mulai teratur memasukkan jarinya.
"aaagggghhhhhh sakit.. Renn..." aku merasakan sakit saat Rendi memasukkan 1 jari lagi.

Aku lega saat Rendi menarik jarinya, namun terasa Rendi mengoles oil lagi ke pantatku.
"kamu jangan teriak ya sayangg, awal doank sakit kok" bisik Rendi

"aaagggghhhhh sakittt Ren.. Geliii aahhhhhh..." tak terasa aku mengeluarkan air mata karena Rendi memasukkan kontolnya dalam pantatku. Ini pertama kali pantatku di masuki kontol dan anehnya bukan pacarku.
"gila sempit bangetttt, sabar ya sayangg bentar lagi enak kok" ucap Rendi

Dengan perlahan Rendi mulai menggenjot pantatku.
"Ren.. Sa-sakiiitttt.... Ahhhhhhh.... Haaaaa aaaa"
"ini udah pelan sayang sabar ya aahhhhh gilaaa nikmat banget ni pantat"
Aku merasa pantatku seperti terbakar namun itu hanya sebentar, rasa nikmat mulai menjalar di pantat dan vaginaku.

"aaahhhhh.... Enakkkk... Renn...." aku tak sadar mengucapkan kata seperti itu.
"hehe kan aku udah bilang pasti enak. Hehe lagi pula tenang ya sayang pacarmu gk akan bangun kok"
"Rio juga gk akan kesini, karena tadi gua juga kasih obat tidur ke dia, dan untuk kamu sayang aku kasih obat perangsang hehe" ucapnya seperti tanpa dosa.

"ougghhh sshhhh aaahhhh mmmmffftt"
"eeennnngggg mmmffftttt kamu ke-kenapa nekat sih aahhhh" ucapku yang kaget karena Rendi berbuat sampai sejauh itu.

"hehe aku pingin milikin kamu lagi sayang, kamu itu cuma punya aku" bisiknya lagi.

Rendi tiba-tiba menaikkan ritme genjotannya

PLOK PLOK PLOK PLOK

"ahh aahhh sshhhh uhh nikmat banget pantatlu" ucap Rendi

"pppffftttt ahhhhh ooohhhhhh ssshhhh pelan-pelan please" ucapku menahan geli pada pantat dan vaginaku.

PLOK PLOK PLOK PLOK

"uuugghhhh oogghhhhh"

Rendi menarik rambutku dan berusaha mencium bibirku.
"muachhhh muuuuaccchhhh sluuurpppp sluuurpppp"

Dapat kurasakan kasur bergoyang sangat keras. Rendi sangat bersemangat sekali menggenjot pantatku.
Akupun merasakan gelombang orgasme kembali datang padaku.

"aahhh... engg... Sshhhh.... Aku mau keluarr... Aahhhhhhhhhhhh... "

"aahhhh gua juga mau keluar aaaahhhhh" racau Rendi semakin mempercepat genjotannya dan...

CROOOOOT CROOOOOOT CROOOOT

aku mengejang hebat dan ambruk. Rendipun menindih tubuhku. Orgasme kali ini rasanya lebih nikmat dari orgasme sebelumnya..
Dapat kurasakan cairan sperma keluar dari pantatku.
Dan seketika aku terlelap tidurrr.

*

Esok paginya ketika terbangun. Aku panik setengah mati, melihat selimut yang melekat pada tubuhku. Aku menoleh kesamping tapi pacarku sudah tak ada.
Aku kembali mengingat kejadian semalam saat Rendi berbuat nekat dan bahkan sampai menyetubuhi ku.

"kan aku lagi main sama Rendi dan dan tiba-tiba... Ohhhh" aku panik dan langsung membuka selimutku.

"haahhhh siapa yang memakaikan aku pakaian"
Aku takut kalau pacarku yang memakaikan aku pakaian.
"apa dia tau semua perbuatan ku tadi malam ohhh Tuhan jangan sampai pacarku tau" gumamku.


*Bersambungg....

==================


EPISODE 11

*Baca lagi chapter 9 biar gk bingung.
Episode 10 fokus di POV Vani


POV RIAN

*Cekkllekkkkk...

"Sayanggg....."

Aku menoleh kearah sumber suara perempuan. Namun bukan perempuan yang sedang ku rangkul dari belakang.

Kami terdiam sejenak di posisi ini.
Ternyata itu adalah pacarku Vani.
Ekspresinya tiba-tiba berubah melihatku merangkul perempuan yang tak lain adalah Maya.
Aku reflek memegangnya karena dia hampir terjatuh setelah tadi menabrak pintu kamarnya sendiri.

*Cekkllekkkkk

"ya ampun mas maaf i-itu tadi pacar mas kan. Aduh gimana ni mas dia pasti salah paham" ucap Maya setelah aku melepas rangkulanku.

Maya tampak panik karena pacarku melihat kami bersentuhan. Lebih memeluk sih sebenarnya.
Ekspresi pacarku nampak jelas tak menyukai pandangan barusan dan langsung menutup pintu kamarku tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.

"udah tenang aja May, nanti biar aku jelasin baik-baik ke dia. Toh kita kan memang tak memiliki hubungan apapun" ucapku meyakinkannya

Mendengar ucapanku, wajah panik Maya nampak berubah menjadi kecewa.
"May... Mayaaa..."

"eh.. I-ya mas"

"kamu gk papa May?"

"iya gk papa kok mas" ucap Maya mencoba tersenyum kepadaku

"ya udah kamu masuk gih"

"iya mas"
Maya pun langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

"lah tumben kok gk salam, apa marah yak?" gumamku.

Aku pun segera masuk ke kamaraku sendiri.
Didalam kulihat Vani sudah duduk di meja makan sambil menatap tajam kearahku.
Dengan santai aku berjalan dan ikut duduk di meja makan.
Dapat kulihat makanan yang sepertinya Vani yang memang memasak.

"ngapain tadi kamu meluk-meluk cewek lain?" tanya  pacarku.
Aku masih dengan ekspresi santai mengambil botol minum di depanku kemudian mulai meneguknya.
"kalau di tanya itu di jawabb....." ucap Vani lagi.

"kamu mau aku jawab apa yank?" tanyaku senormal mungkin.

"orang nanya malah balik tanya. Aku tanya ngapain tadi kamu meluk tu cewek.. ?"

Sebenarnya aku malas menjawabnya karena jujur saat ini suasana hatiku sedang kacau dan itu semua karena wanita di depanku ini.

"hmmm gini loh yankk tadi tu aku..." ucapanku terhenti setelah melihat wajah pacarku.
Terlihat dengan jelas ia manahan tangisannya.

*Deggggg.....

Hatiku tiba-tiba terenyuh. Aku paling tak tega melihat seorang wanita menangis. Yang awalnya aku marah kini berubah karena melihat wajah pacarku yang menahan air mata.
" ahhhh aku masih mencintai wanita ini.." batinku

"kenapa gk di lanjutin haaa.. Udah ketauan kan sekarang haa, mau jelasin apa la...." belum sempat pacarku menyelesaikan ucapannya, aku sudah bangkit dari tempat duduk kemudian mendekatinya dan memeluk tubuh pacarku ini.

Disaat seperti ini, wanita hanya perlu pelukan. Jangan jelaskan apapun padanya saat dia dalam keadaan seperti ini, karena jika kita mencoba menjelaskan semua dia takkan percaya, cukup dengarkan sampai dia tenang.

"udahhh nangisnya..?" mendengar itu pacarku tambah mempererat pelukannya

Setelah beberapa lama, akhirnya dia melepas pelukannya sendiri. Aku kemudian jongkok dan memegang dagu pacarku. Ku kecup ringan bibir tipisnya.

"muachhhh aku sama dia gk ada hubungan apa-apa sayang, itu tetangga aku. Tadi itu dia mau jatuh, jadi aku tolongin" ucapku memberi penjelasan.

"alahhh boong hikss.. Mana ada maling mau ngaku hiksss"

"hmm udah mulai tenang.." gumamku

"loh aku gk boong sayang, coba deh liat tadi posisinya gimana. Kalau pelukan kan pasti depan dengan depan"

Nampak pacarku berfikir sejenak.
"hmmm iya juga ya, tapi bener kan kamu gk ada apa-apa sama cwek itu?" tanya nya lagi

"iya gk ada apa-apa sayangku muachhhh "
Kembali ku kecup ringan bibir tipisnya.

"iya udah eh muachhhh" kini pacarku mulai membalas kecupanku

"hehe gitu donk kan cantik.."

"ohh jadi selama ini aku gk cantik gitu?" tanya pacarku cemberut

"lah baru sadar kalau selama ini gk cantik bu?" tanyaku menggodanya

"ihhh kamu tu ya yank"

"a a a a-aduhhhh, adu du duh... I-iya iya Ampun yank becanda doank" Vani dengan cepat menarik hidungku

"emohhh ngambekk lagi aku.. " ucapnya membuang muka setelah melepas jarinya dari hidungku.

"ehhh enggggg mmmmfff sa-sayang aahhhh..." pacarku mendesah begitu aku meremas dan memainkan puting payudara nya sebentar.

"sayang ihhh nakal kamu ya.." ucapnya setelah aku melepas tanganku dari payudaranya

"wellkkkkkkk..." aku menjulurkan lidah dan mencoba menjauh darinya

"ohhh udah berani yaa sekarang awass kamu yankk...." ucap Vani mulai mengejar ku.

Cukup lama main kucing-kucingan. Kulihat Vani mulai ceria kembali.
"hayoo loh mau kemana haahhhh... haahhhhh
.. " ucap Vani mengatur nafas setelah berhasil memegang tangan ku dengan kedua tangan nya.

Melihatnya nampak lelah, aku dengan cepat memegang kedua tangannya, mengangkat tangannya dan mendorong pelan tubuhnya kearah tembok..
" ahhhh..... " Vani mendesah begitu ke pepetkan tubuhnya ke tembok.

*cuuppppppp

Bibir kami saling berpagutan.
"muachhhh muuuuaccchhhh sluuurpppp sluuurpppp"
Cukup lama kami saling merasakan bibir kami masing-masing.
Entah kapan terakhir kali aku mengecup bibir pacarku ini.
Dan setelah itu, ya tak perlu aku jelaskan lagi apa yang terjadi antara kami berdua, aku menggempur tubuh pacarku habis-habisan. Pacarku kekuar 4 kali sedangkan aku keluar 2 kali dan Semua kutumpahkan di dalam vaginanya.

*

Tengah malam aku masih terjaga. Aku tak bisa tidur, aku masih memikirkan Vani pacarku ini. Tentang hubunganya dengan Rendi, bahkan sudah sejauh mana hubungan mereka. Aku menengok kesamping, melihat pacarku tertidur sangat pulas.
"hmmm aku harus mencari informasi lebih jelas, tp dari mana ak hrs memulai" gumamku

Rendi, tak kusangka selama ini lu dulu memiliki hubungan khusus dengan Vani pacarku.  Namun hanya diam saja ketika dihadapanku.
Aku tak ingin menghajarnya karena menurutku itu percuma.
Aku punya cara lain untuk menanganinya. Tapi kalau memang harus baku hantam ya sok atuh, welcome gua mah.

Untuk pacarku sendiri, aku tak tau bagaimana kedepannya. Disatu sisi aku kecewa di sisi lain aku masih sayang padanya.
Tak mungkin kan aku memukul seorang wanita, harga diri laki-laki jatuh sekali jika berani memukul seorang wanita.

"anjir kok tiba-tiba lapar" gumamku
Aku baru teringat kalau tadi saat di meja makan, aku tak segera langsung makan tapi malah mengenjot pacarku sendiri.

Ya akhirnya malam itu aku bergegas makan dan segera ikut tidur di sebalah pacarku.
Namun saat hendak tidur aku iseng mengecek hp pacarku. Dan ternyata ada notif WA dari kontak bernama Andre.
Seketika aku menyipitkan mataku begitu aku membaca pesan itu.

"jangan lupa hari Rabu sore di Mall xxxx ya cantik"

Begitu isi pesan yang ku baca.
"wah wah wah, kamu sudah bermain api di belakangku ya sayang. Bukan api kecil yang kamu mainkan sayang" gumamku sambil melihat kearah pacarku.

"oke aku ikut cara main mu"
Kutaruh kembali hp pacarku di posisi semula dan memejamkan mataku.

*

Di hari-hari berikutnya pacarku masih menginap di rumahku.
Entah lah untuk menghindari kecurigaan ku atau bagaimana. Dan ternyata benar dugaan ku.
Di hari rabu pagi, pacarku menelfon.

"sayang.." ucapnya di seberang telfon.

"hmmmm...knp yank?" tanyaku padanya

"aku hari ini gk nginep dulu yaa, kan kemarin udah nginep terusss hihihi.."

"hmm iya deh sayang, emg mau ada acara ya sayang?" pancing ku

"hihihi mau jalan bareng temen yank, sampe malam kayaknya" jawabnya

"ohh gitu to yank, ya udah kamu hati-hati ya" ucapku

"iya sayang.. Awas ya kamu genit sama tetangga sebelah kamu.. Daaaaa muuuuaccchhhh love you sayang"

"iya sayang tenang aja, love you to"

Setelah telfon tertutup aku segera bergegas pergi melakukan aktivitas magangku.
Aku jadi teringat kejadian beberapa hari lalu saat pacarku melihat ku memegang tubuh Maya dari belakang. Sejak saat itu Maya jadi sedikit menghindariku.

"hmmm apa aku beliin dia makanan lagi apa yak, biar hubungan kita normal lagi" gumamku

Saat aku sedang berjalan kearah parkiran, aku melihat Maya sedang menunggu seseorang di luar gerbang.
"ahh kesempatan bagus ni" gumamku sambil berjalan untuk menemui Maya.

"Assalamualaikum ukhti, sendirian aja" ucapku memberi salam

"ehhh... Wa-waalaikumsalam mas Rian" jawabnya
Tampak kembali seperti biasa Maya selalu menundukkan wajahnya ketika berbicara denganku. Dia seperti tak berani menatapku.
Ya walaupun disitulah yang justru membuat aku gemas.

"lagi nunggu Andre ya May?" tanyaku

"eng-enggak mas, hari ini Mas Andre gk bisa antar jemput aku" jawabnya

"oh tumben, jadi ini lagi nungguin apa?"

"Go-gojek Mas"

"hmmm gimana kalau ikut aku aja, aku anter ke kampus May" ucapku menawarkan diri

"ehhhh engggg i-itu anu mas, gausah gk papa mas" tolaknya

"heiii tidak boleh menolak tawaran loh ya"

Tiba-tiba gojek yang di pesan Maya pun muncul dan berhenti di depanku dan Maya.
"atas nama mbak Maya ya?" tanya sang driver

"iya mas itu nama saya" jawab Maya

"mas bisa gk di cancel aja, pacar saya lagi ngambek mas jadi gini deh" ucapku sekenanya

Kulihat Maya nampak terkejut dengan kata-kata ku barusan.
"wahh gk bisa mas udah masuk aplikasi, ini juga orderan pertama saya mas" ucapnya memelas padaku

"wah bantu saya donk mas biar baikan sama pacar saya, hmmm atau gini dehhh ni uang ongkosnya mas ambil aja gpp nanti biar pacar saya tetep sama saya. Nanti pacar saya, saya suruh kasih bintang 5 gimana?" tanyaku sambil memberi uang pada driver ini.

"hmmm gmn ya mas, ya udah deh yang penting ada uangnya hehehe" ucapnya sambil meraih uang yang aku beri

"seppp makasih ya mas atas perhatiannya" ucapku

"iya sama-sama mas. Semoga lekas baikan sama pacarnya ya mas" ucapnya memberi semangat

"siap mas"

"saya jalan dulu mas. Mari mbak" ucap driver

*brruuummmmmmmm

"mas kenapa gitu sih?" tanya Maya

"hehe biar aku bisa anterin kamu May" ucapku sekenanya

"tapi aku gk mau ngerepotin kamu mas"

"udah gk papa ih, sama aku aja ya ya ya pleasee.."ucapku memohon

" hmmm ya udah deh mas"

"yess.. Ya udah tunggu bentar yak"

Aku pun bergegas mengambil motorku.
"ayo naik" ucapku pada Maya

"i-iya Mas"

"hehehe udah siap sayang...aku jalan ya.." ucapku menggodanya

"ehhh engg apa sih mas.." ucap Mencubit lengan ku

"aduhhh.. Hehehe pegangan dong sayang.."

Tak kusangka tiba-tiba Maya menaruh tangannya di paha kananku.
"hehehe yuk jalann..." ucapku

Di perjalanan sempat kulirik di kaca spion Maya tersenyum. Aku pun ikut tersenyum melihat reaksi Maya yang tersenyum bahagia.


*Di KANTOR

"ahhh kelar juga ni kerjaan" gumamku saat tugasku telah selesai.

PLAKKK

"aduhhhh..."
Aku dengan cepat berbalik untuk melihat siapa yg telah memukulku.

"si anyinggg.." gua melempar bulpoin yang tergeletak di mejaku ke arah manusia yang berdiri tepat di belakang ku.

"heitttssss gk kena.. Hahahaha lu kenapa Yan Yan, hari-hari kalau gk ngelamun ya senyum senyum sendiri. Yan sebagai temen yang baik gua saranin lu periksa kejiwaan dah" ucap Dika padaku

"jemb*t lah lu Dik, sehari aja lu gk berisik bisa gk" ucapku padanya

"lah gua mah emg gini orang Yan, ganteng humoriss. Setttt kurang apa coba gua" ucapnya menyombongkan diri

"lu tu kurang laku bego hahaha"

"heittssss gua ini lagi mencari pasangan yang pass aja Yan. Mana kita tau jodoh gua doanya kenceng makanya sampe sekarang gua masih sendiri" kilah Dika.

"helehh ngelesss aja lu, tinggal bilang kgk ada yg mau aja susah"

"wehhh sekate-kate lu, nih liat aja selesai magang dari sini gua bakal gandeng cewe"

"haaaaa?, emang lu udah nemu tu orang nya" tanyaku

"hehe beluk, eitttsss tapi ada yg gua incer di sini Yan" bisiknya padaku

"haaa? Sape Dik?" tanyaku sedikit penasaran

"hehehe rahasia donk, ntar kalau dah gua taklukin gua kasih tau dah"

"alah tai luu, udah sono-sono lu pergi"

"yeee orang lagi curhat juga"

"bodo.." ucapku kembali ke meja kerjaku

"hmmm kira-kira Vani kemana ya ama orang yang namanya Andre" gumamku

Sambil aku berfikir, aku kepikiran dengan Maya.
"apa ntar aku lewat kampus lagi yak biar ketemu ama Maya"

Tiba-tiba mataku terbuka lebar mengingat Maya.
"bentar-bentar, tadi Maya bilang kalau Andre pacarnya gk bisa antar jemput dia hari ini. Jangan-jangan Andre yang di maksaud itu Andre pacarnya Maya" gumamku

Aku mencoba mengingat kembali perkataan Ida tetangga kos Vani kalau Vani pernah di antar oleh orang memakai mobil Fortuner Hitam yang mana itu adalah mobil yang sering di pakai Andre buat menjemput Maya.

Perlahan-lahan teka-teki mulai terjawab satu-persatu. Dan aku sangat yakin kalau itu adalah Andre yang akan di temui pacarku hari ini.

Saat kulihat jam ternyata sudah jam 3. Dengan segera aku bergegas untuk pergi mencari keberadaan Vani pacarku.

*

Saat di perjalanan pulang aku melihat kembali Maya yang sedang menunggu sesuatu.
Karena kampus dan kantor 1 arah jadilah aku melewati kampusku.
Segera kutepikan motorku untuk menemui Maya.
"Assalamualaikum May" ucapku memberi salam

"eh Waalaikumsalam mas Rian"

"nunggu gojek lagi ya?" tanya ku

"i-iya mas, tapi dari tadi gk dateng-dateng gojeknya" ucapnya memberi penjelasan.

Tanpa memberi penjelasan aku segera menarik tangan Maya untuk ikut denganku.
"ehhhg Mas tunggu.." ucap Maya

Aku tak memperdulikannya. Rencananya aku berganti baju lalu menyusul pacarku. Namun karena bertemu Maya disini, rencanaku berubah.
"udah sini ikut aku May"

"ta-tapi mas.." Maya berusaha menolakku

"temenin mas sebentar ya May" ucapku menatapnya

Seakan hipnotis, Maya pun luluh dengan kata-kataku dan ikut denganku naik motor.

*

Di perjalanan aku berbelok arah menuju Mall xxxx.
"loh Mas, kita mau kemana mas?" tanya Maya

"temenin Mas dulu bentar ke Mall ya May please" ucapku memohon

"hmmm i-iya udah deh mas" lagi dan lagi Maya menurut denganku

Sesampainya di Mall, aku mengajak Maya berkelilng sebentar. Aku berjalan bergandengan dengan Maya menyusuri Mall ini. Maya kulihat tersenyum dengan perlakuanku.
"kita beli minuman dulu yuk May" ajakku

"i-iya mas..."

Aku dan Maya membeli Boba yang memang ada di Mall ini.
Saat sedang menunggu pesanan mataku tak sengaja tertuju kearah salah satu restoran seperti 'ALL YOU CAN EAT'.
Aku seperti melihat pacarku duduk sendirian di situ.
"hmm mbak, mbak punya masker gk mbak? " tanyaku pada mbak penjual boba

"ada mas.." jawabnya

"boleh saya minta 2 mbak, kebetulan saya sama pacar saya lupa bawa" ucapku yang membuat Maya kembali tersenyum tipis

"ohh bisa mas, bentar ya saya ambilin" ucap mbak nya.

"ini mas maskernya.." ucapnya sambil memberi masker padaku

"makasih mbak" ucapku mengambil masker tersebut.

Aku segera mengenakan masker tersebut. Aku tak ingin pengintaianku ketahuan oleh pacarku.
Tak lupa aku juga memakaikan masker pada Maya.

"ini mas minumannya.. Hehe mas nya romantis banget sampe masker aja di pasangain buat pacarnya" ucapnya sambil menyerahkan minuman
Kulirik sekilas kearah Maya.

"hehe iya mbak, biar pacar saya nyaman sama saya tau mbak" ucapku mengambil minuman itu seraya memberi uang.

"makasih ya mbak.." ucapku

"iya mas sama-sama" balasnya

"yukk sayang" ucapku menggandeng tangan Maya.

Maya kembali menunduk dan mengikutiku.
Aku pun kembali melihat ke arah restoran tempat aku melihat pacarku. Dan sekarang dia tak sendirian, sudah ada laki-laki yang menemaninya dan sekrang semakin jelas kalau itu adalah Andre.

"makan dulu ya May, laper ni" ucpaku pada Maya

"i-iya Mas"

Aku mencari posisi yang dekat dengan mereka tanpa disadari oleh mereka. Setelah menemukan tempat  yang pas, aku mengajak Maya untuk duduk.

"mau pesen apa mas?" tanya pelayan yang datang menghampiri kami

"saya pesen paket premium ya mas" ucapku pada pelayan

"oke minumnya mas? "

"gk usah mas, ini minuman saya sudah ada" ucapku

"oh ya sudah mas, tunggu sebentar ya mas" ucapnya meninggalkan kami

"mass kenapa makan disini?" tanya Maya

"lah kenapa memang May, aku lagi pengen disini tau" ucapku

"tapi kenapa sma aku mas, nanti pacar mas tau bisa salah paham lagi nanti"

"hmmm pacarku gk akan tau May meskipun dia disini, kan kita pake masker"

"haaa maksud mas?" tanyanya..

"tuu coba lihat kearah kanan" ucapku pada Maya.

Mayapun menoleh kearah kanan dan terlihat lah hal yang ingin kuperlihatkan pada Maya.


*Bersambung.....

=================


EPISODE 12

"hmmm pacarku gk akan tau May meskipun dia disini, kan kita pake masker"

"haaa maksud mas?" tanya nya

"tu coba liat kearah kanan" ucapku pada Maya.

Mayapun menoleh kearah kanan dan terlihat lah hal yang ingin kuperlihatkan pada Maya.

Nampak Maya sejenak terdiam melihat 2 pasang manusia di samping kanan kami. Sengaja aku tak duduk berhadapan dengan Maya agar tak terlalu mencolok penyamaran kami.

Setelah beberapa saat Maya pun menoleh ke arahku. Tatapan kami bertemu satu sama lain.
Namun anehnya aku tak menemukan rasa kecewa dari sorot matanya.

"May,kamu gk papa kan?" tanyaku

"hmmm gk papa kok mas" jawabnya kembali menundukkan pandangannya.

"yakin May, kan itu pacar kamu May?" tanyaku kembali.

"tapi kan itu ada pacar mas juga" ucapnya.
Maya kembali mengangkat kepala dan menoleh ke arahku.

Dari sorot matanya, nampak Maya membutuhkan penjelasan ku. Tapi tak cuma dia, aku juga ingin tau kenapa Maya seperti terlihat biasa saja mengetahui pacarnya jalan bareng cewek yang tak lain adalah pacarku sendiri.

"hmm gimana ya ngejelasinnya" ucapku

"kalau gk bisa jelasin ndak papa mas, aku gk maksa" ucap Maya namun dia masih menatapku.
Aku tak tau apa yang ada di pikiran Maya, namun ia sangat berbeda dari Maya yang biasa aku kenal.
Kali ini ia berani bertatapan lama denganku.
Akhirnya aku menyerah

"huuufffttttt aku lagi mencari bukti perselingkuhan pacarku May" ucapku sambil menghadap kedepan.

"maksud mas, mas udah tau lama tentang ini, tentang mas Andre sama pacar mas?" tanyanya.

"hmmm sebenarnya sudah agak lama aku curiga sama pacarku, tapi untuk Andre ini aku juga baru mengetahuinya baru-baru ini. Masih ingat kejadian yang kita kepergok dengan pacarku? "

"iya masih ingat mas memangnya kenapa mas?"

"malam nya aku mengecek isi hp pacarku dan ya aku menemukan ajakan kesini atas nama Andre. Awalnya aku tak kepikiran kalau itu Andre pacarmu May" ucapku.
Aku tak bercerita awal mula kecurigaan ku, karena aku rasa itu tak terlalu penting.

"kenapa bisa mas menyangka kalau itu Andre pacar aku mas, kan yang punya nama Andre gk cuma 1 doank?" tanyanya.

"apakah mas sudah tau selama ini tapi mas diam saja, dan sekarang baru mas mengajakku untuk melihat sendiri kelakuan pacarku? Tanya nya bertubi-tubi.
Nampak kali ini kejelian dari Maya aku tak mengira dia akan tanya sedetail ini.

"emmm itu anu May..."

"permisi mas mbak, ini pesenannya sudah datang maaf kalau lama. Silahkan dinikmati" ucap pelayan yang mengantarkan  pesanan kami.

"oh iya makasih mas" ucapku.

Setelah pelayan itu pergi, aku mengajak Maya untuk makan sejenak untuk mengalihkan pertanyaan bertubi - tubi dari Maya.

"sejak kapan mas tau semua ini?" tanya Maya di sela-sela makan kami.
Maya kembali menoleh kearahku, ia menatapku lekat-lekat.
Sengat berbeda dari Maya biasa yang terlihat manis dan kalem. Didepan ku kini Maya yang nampak tegas.

"hmm jadi gini May..."
Akhirnya aku mengalah dan menceritakan awal aku curiga, dari awal di tempat pacarku berlatih yoga. Namun hanya seputar kecurigan pada Andre saja yang kuceritakan, mobil fortuner milik Andre yang aku dapat info dari Ida temen kos pacarku. Isi pesan ke hp pacarku, dan puncak nya ya kejadian hari ini.

Setelah menceritakan semua itu, aku kembali memakan pesanan kami. Kulihat Maya nampak berfikir sejenak.

"trus kenapa gk kamu langsung kesana ngelabrak mereka May?" tanyaku.

"eh i-itu..." nampak Maya kebingungan menjawab pertanyaan ku.

"kamu kayak biasa aja gitu lihatnya, dari awal sorot matamu tak ada perasaan marah disana" ucapku padanya.

Kali ini Maya kembali menjadi dirinya yang biasa, menunduk untuk menghindari tatapanku.

Sembari tersenyum aku  berinisiatif  mengambil makanan dengan tangan kanan dan tangan kiriku meraih dagunya.

"aaaa.. aaaa... aaaaa... " ucapku seraya memperagakan seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya.

"enakkk.. ???" tanyaku.

Maya hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"tadi kan semua pertanyaan Maya sudah mas jawab, jadi sekarang gantian Maya yang jawab pertanyaan mas ya" ucapku menatap matanya sambil tersenyum.

Aku tau seperti ada yang di sembunyikan oleh Maya. Namun aku tak mau memaksa, wanita itu harus di perlakukan lembut agar apa yang kita inginkan tercapai, Ya meskipun harus bersabar. Kalau kita paksa yang ada dia merasa tak nyaman dan akan menjauh.

"hmmmm kalau belum mau cerita gk papa kok May" ucapku sambil mengusap kepalanya.
Ini pertama kalinya aku mengusap kepala Maya.

"emmm itu anu mas..." belum sempat Maya menyelesaikan kalimatnya. Aku dengan segera memakai kembali maskerku. Tak lupa memakaikan kembali masker Maya.

"kenapa mas..?" tanya Maya.

"ssssttttt diem dulu bentar ya May" ucapku lembut sambil menunjuk kearah pacarku dan Andre.

Mereka nampak sudah akan pergi dari tempat makan ini. Dan benar saja mereka pergi bergandengan tangan. Mereka pergi kearah kasir lalu membayar makanan mereka.

"ayo May kita ikutin mereka" ucapku menggandeng tangan Maya.

"ta-tapi mas makanannya...."

"udah biarin aja, nanti malam aku minta di buatin nasi goreng ya" ucapku mengedipkan mata.

Maya kembali hanya bisa pasrah atas ajakan ku.
aku pun mengajak Maya untuk membayar makanan kami.
Selesai membayar aku dengan bergegas mengikuti kemana pergi Andre dan pacarku.

"mas pelan mass..." ucap Maya menyadarkanku.

"ehh iya sory ya May hehehe...." ucapku perlahan.

Memang aku nampak buru-buru untuk mengejar mereka, namun aku tau jika terlalu cepat dan dekat akan terlihat mencurigakan.

Kulihat mereka masuk kearea butik pakaian, dimana pakaian dengan berbagai macam merek pakaian mahal ada disana.

Kembali dengan perlahan aku dan Maya mengikuti mereka masuk kedalam butik.
Agar tak menimbulkan kecurigaan aku mengajak Maya bersikap seolah mencari pakain juga sambil mendekati mereka.

Namun aku kehilangan jejak mereka.
"aduhh sial kemana lagi tu, perginya cepet amat dah" umpatku.

"kenapa mas..?" tanya Maya padaku

"ohh enggak ini loh mas lagi..." ucapanku terhenti saat melihat bagian seberang tatakan pakaian.

Tiba-tiba merekan sudah ada di depan mata, hanya tatakan yang berisi pakaian yang menjadi penghalang kami. Akupun memberi isyarat pada Maya agar diam.

"yang ini aja gimana..? " tanya Andre

"emmm terserah mas Andre aja sih tapi aku gk gitu yakin itu cocok mas" jawab Vani pacarku.

Kulihat Andre mengambil setelan blezer khas orang kantoran. Ya aku tau pacarku sedang magang di sebuah bank, tapi apa cocok. Lagi pula pacarku masih magang.

"yaelah kamu pakai apapun tetep cantik tau hahaha" ucap Andre.
Yang membuat aku kaget adalah Andre tiba-tiba merangkul Vani dan mau mencium Vani pacarku.
Namun pacarku mencegah Andre menciumnya.

"mas jangan disini ih, banyak orang" cegah pacarku

"hehe santai gk ada orang disini" ucapnya mencoba mencium kembali.

"emmm mas itu di sebelah ada orang mas" ucap Vani memberi penjelasan.

Kulihat Andre menoleh ke arahku dan Maya.

"halah santai aja kali ya gk mas hahaha" ucapnya padaku.
Aku hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

"emm mas sama mbak nya mau cari apa ya..? " tanya pacarku tanpa sadar yang dia tanya adalah pacarnya sendiri.

Kembali aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"wehhh bisu ya mas, dari di jawab hanya ngangguk-ngangguk doank.." ucap Andre

"mas gk boleh gitu ih.." ujar pacarku menenangkan Andre.

"ya habis udah bedua pake masker, ni yang cowok pake topi segala, noh liat pake kacamata hitam juga kan. Teroris ya lu bedua, mau ledakin ni mall ya" ucap Andre meledek ke arah ku dan Maya.

"mas udah ih, maaf ya mas mbak hehe suka sembarangan memang kalau ngomong ini" ucap Vani pacarku

Aku sebenarnya agak emosi di katain seperti itu. Namun aku tahan, sementara Maya dari tadi hanya diam menunduk.

"hahaha kayak gini aja kamu belain, ya udah deh. Nih ayo kita coba di kamar pas" ucap Andre sambil menyerahkan pakaian yang tadi dia pilih.

"yukk. Emm sekali lagi maaf ya mas mbak" ucap pacarku berlalu meninggalkan kami. Kembali aku hanya mengangguk.

"anjing lah baru kali ini gua di maki diem aja" umpatku dalam hati.

"masss..."

"ehh iya May"

"trus kita gimana ni sekarang?" tanya Maya padaku.

"emmm kita ikutin mereka sampe pulang" jawabku padanya

"mass.." kembali Maya memanggilku

"iya ada apa May? " tanyaku lembut.

"mas gk marah ya lihat kejadian ini, semua kenyataan ini?" tanya balik Maya padaku

Aku sendiri bingung harus menjawab apa. Di satu sisi aku marah, tapi di sisi lain aku masih menyayangi Vani pacarku. Tak mungkin aku menggunakan kekerasan pada Vani. Harga diri banget main fisik ke perempuan. Untuk saat ini aku harus mencari bukti-bukti sebelum aku melakukan balas dendam.

"emm nanti aku kasih tau ya, sekarang kita fokus ke mereka dulu" jawabku.

Akupun dengan segera mengandeng tangan Maya u tuk mengikuti mereka ke arah kamar pas.
Tak lupa aku mengambil pakaian, entah apa yang aku ambil. Akan terasa aneh dan mencurigakan kalau aku tak memegang apa-apa.

Saat aku melihat mereka, pacarku Vani masuk kesalah satu kamar pas. Namun ternyata Andre juga ikut masuk.

"what the fuck...!!!" umpatku

Dengan segera aku mendekati kamar pas tersebut. Dan untungnya kamar pas di samping kamar pas mereka itu kosong.

"loh mau ngapain kita masuk sini mas?" tanya Maya panik saat ku bawa masuk ke kamar pas.
Aku memberi isyarat untuk diam dengan menaruh jari telunjuk ku di depan masker yang ku gunakan.

"mereka lagi di kamar sebelah" bisikku pada Maya.
Maya pun hanya mengangguk mendengar instruksi dariku.

"mas kenapa harus ikut masuk sih?"

Samar-samar aku mendengar suara pacarku Vani dari bilik kamar pas sebelah.

"kan mas mau bantuin kamu pake ini hehehe" ucap Andre.

Aku semakin fokus mendengarkan percakapan mereka dengan menempelkan telingaku di dinding dan lucunya Maya juga mengikutiku.

*cuphh sluuurpppp cuphh sluuurpppp

Kali ini suara percakapan mereka sudah tak terdengar lagi namun berganti suara aneh yang kudengar. Ku fokuskan kembali pendengaran ku untuk memastikan suara apa itu.

"cuphh sluuurpppp cuphh sluuurpppp.. Ughhhh"

Meski samar-samar aku sangat kenal dengan suara itu. Itu sangat yakin kalau itu adalah suara orang yang  sedang...

"mas itu suara apa..?" tanya Maya sambil memegang tanganku. Fokusku buyar saat Maya menanyaiku barusan.

"emmm itu anu May.."

"ahhhh...."
Kami berdua kaget mendengar suara barusan. Yang jelas itu bukan suara Maya. Dan sudah bisa di pastikan kalau itu suara Vani pacarku.

Maya semakin mengeratkan pegangannya begitu mendengar suara itu.

"gila lancang bener mereka di tempat umum kek gini" umpatku dalam hati.

*clokk clookkk clookkk
"ahhhh.... Mmmpppffff.... Ahhh... Ough... Ahhh!!
Kembali terndengar suara aneh itu, namun yang aku yakini itu adalah suara memek basah yang sedang di kobel.

Maya nampak semakin tegang. Pasti ia bertanya-tanya apa yang terjadi di bilik sebelah antara pacarku dan pacarnya.

"pela... cuphh sluuurpppp cuphh sluuurpppp.. Ughhhh" Nampak sepertinya mulut Vani kembali di lumat.

Walaupun dalam keadaan marah. Namun aksi mereka dan suara desahan Vani membuatku horni.
Kontolku perlahan mulai bangkit. Aku sedikit memundurkan pantatku agar tonjolan kontolku tak begitu terlihat.

"nggghhh... Pelan.. Ahhhh"
*CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK "ahhh....! Ngghhhh..... Ahhhhhh..."

suara kobelan di memek pacarku semakin terdengar jelas. Harus kuakui nyali Andre besar sekali berani mengerjai pacarku di tempat seperti ini.

"Ahh! Ahhh!... Ahhh.... Mmmmfffttttt.. U-udah mas please.. Ahhhhh...."
*CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK

Sepertinya Andre tak menghiraukan desahan pacarku dan malah semakin semangat memainkan memek pacarku. Aku malah semakin larut menguping dalam permainan mereka.

"anjing lah.. " umpatku karena kontolku semakin tegang mendengar desahan Vani.
Dan yang lebih anjing lagi, momen awkard terjadi antara aku dan Maya. Tatapan kami saling bertemu dimana sorot mata Maya seperti meminta penjelasan apa yang sedang terjadi di sebelah.

" ahhhh... Ahhh! Ahhh! Yesshh... Ohhhh... Aku mau dapet mass aahhh.... Ohhhh..."
Desahan Vani nampak semakin liar terdengar.

*CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK
"ahhh... Mass.. Aku keluar oohhh.... Aahhhhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH"
Terdengar lolongan Vani pacarku yang telah meraih orgasmenya.

Cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya Andre membuka obrolan.
"hehe enak banget ya kayaknyaa?" tanya Andre.

"haahhhhh... Haahhhhh... Ihh mas jahat.." jawab pacarku sambil berusaha mengatur nafasnya

"hahaha kamu lagi di bikin enak kok malah ngatain orang jahat hahaha" ucap Andre tertawa.

"nanti kalau ada yang denger gimana mas ihh" ucap pacarku sedikit panik.

"udah ih santai aja sih kecuali..," ucap Andre tak meneruskan kata-katanya

"kecuali apa mas?" tanya pacarku

"haha udah lupain aja, ya udah yukk keluar..." ajak Andre pada Vani.

"tapi belum di coba ini mas"

"udah langsung beli aja, berapa sih harga nya. Biar gua yang bayar" ucap sombong Andre

Lama terdiam kudengar pintu bilik sebeleh terbuka yang menandakan mereka telah keluar.

"gua kira mau sekalian ngentot lu bedua" gumamku.

Namun langkah laki mereka seperti berhenti di depan pintu bilik kami.
"oh iyaa mas, jangan coli yaa yang di dalam sini hahahaha" ucap Andre mengagetkan ku.

Kembali aku dan Maya saling menatap satu sama lain.
"anjing anjing, kok binatang itu tau di sini ada orang" kembali aku mengumpat dalam hati.

Setelah ku rasa aman aku mengajak Maya untuk keluar dari bilik kamar ini.
Namun saat melangkah keluar kembali Maya menggenggam erat tanganku. Sorot mata yang meminta penjelasan kembali hadir menatap ku.

"hmmm nanti aku jelasin semua di kos.." ucapku seraya memberikan senyuman.

Mayapun mengendurkan pegangan tangannya. Kami pun dengan segera pergi dari mall ini untuk pulang.
Disepanjang jalan kami terdiam seakan larut dalam pikiran kami masing-masing.

**Tiba di Kos

Aku telah selesai mandi dan segera mengenakan pakaian. Ku ambil buah-buahan yang ada di kulkasku untuk ku bawa ke kamar Maya.
Malam ini kita berdua sepakat untuk menjelaskan apa yang terjadi dengan hubungan yang sedang kita jalani bersama pacar kami masing-masing.

*tok tok tok

"May ini aku.." ucapku di depan kamar Maya

"masuk aja mas, enggk aku kunci" jawab Maya dari dalam.

Mendapat izin, aku segera masuk dan duduk di meja makan milik Maya. Tak lupa buah-buahan yang aku bawa aku taruh di atas meja.
Maya pun datang dari arah dapur membawa nasi goreng sesuai dengan janji nya di Mall tadi.
Mataku kembali terpana dengan wanita di depanku ini.

"emmm ini mas nasi nya udah aku goreng tadi, pake telor mata sapi kan" ucap Maya padaku
Kali ini Maya seperti sudah tak canggung saat berada di depanku
"ehhh i-iya May makasih ya" ucapku terbata.

"Kok jadi gua yang grogi anying.." umpatku

Kami berdua pun mulai menyantap makanan yang ada di depan kami.
Sungguh masakan Maya sangat enak. Nasi yang ada di piring ludes aku makan.

"laper banget ya mas?" tanya Maya sembari tersenyum manis kearahku

"ehhh hehehe aku kelihatan rakus ya May" ucapku cengengesan

"enggk kok mas, malah aku semakin suka kalau mas mau ngabisin makanan buatanku" ucap Maya kembali.

"haahhh semakin suka?." tanyaku

"ehhh i-itu anu mas..." kembali kini Maya menundukkan pandangan nya seperti biasa.

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu wanita di depanku ini.

Setelah selesai makan aku duduk di ruang tamu kamar Maya sambil memakan buah apel yang ku bawa tadi.
Setelah selesai mencuci piring Maya mengikutiku duduk di ruang tamu ini.
Saat Maya telah duduk, aku menaruh apel yang ku makan.

"ok ladies first" ucapku
Paham dengan yang aku maksud Maya mulai menceritakan yang sempat dia pendam saat di Mall tadi

"emmm jadi gini mass...."



*Bersambung...

==================


EPISODE 13

"hahhhhhhh kelar juga ni laporan" gumamku
Ya aku sedang membuat laporan akhir bulan di kantor tempatku magang. Memang pegawai asli maupun mahasiswa magang seperti ku di perintah untuk membuat laporan akhir bulan walaupun laporan milimku tak sebanyak pegawai asli di kantor ini.

"haaaa....' eeeee...... Aaaahhhhhhh.... "
Aku tenang berusaha mengendurkan otot-ototku yang kaku. Entah kenapa selalu harus mengeluarkan suara saat aktivitas ini ku lakukan. Seperti ada yang kurang jika tak di barengi dengan suara.

Kutengok jam tanganku dimana waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 siang.
Kembali aku larut dalam pikiranku sendiri. Aku kembali mengingat kejadian mengikuti pacarku bersama seseorang yang sangat tak terduga, ya iti adalah Andre, pacar Maya.

Aku juga jadi sedikit tau tentang hubungan Andre dan Maya yang sebenarnya. Ingat malam ketika aku makan bersama dengan Maya di kamarnya?.
Saat itulah kami saling bertukar cerita kami masing-masing.

Maya bercerita kalau dia di jodohkan oleh orang tuanya dan juga orang tua Andre. Hal ini bisa terjadi karena keluarga Andre sempat menolong keluarganya Maya. Namun apa yang mengakibatkan hal itu terjadi Maya enggan mengatakan nya.

Awalnya Maya tidak setuju dengan perjodohan itu. Namun orang tuanya memaksa dengan alasan tak enak dengan orang tua Andre. Apalagi orang tua Andre nampak sangat senang dengan Maya.

Sangat berat Maya menerima keputusan itu. Namun Maya memberikan syarat kalau dia mau menikah dengan Andre asal Maya selesai kuliah dulu. Mau tak mau orang tuanya menyetujui hal itu.

Maya sendiri mengungkap kalau selasa pacaran dia tau kalau Andre itu suka main dibelakangnya. Maya tak ambil pusing akan hal itu karena sejatinya dia tak memiliki perasaan dengan Andre. Ketika hal itu disampaikan ke orang tuanya, orang tua nya Maya justru tak percaya dengan ucapan anaknya.

Orang tuanya mengatakan menikah dengan Andre itu impian setiap gadis, dimana Andre memiliki fisik yang bagus, tampan dan juga mapan, karena Andre adalah pekerja kantoran. Ya standar umum orang tua lah.

Namun yang orang tuanya Maya tidak tau adalah sifat temperamental Andre. Sifat itu tak di tunjukkan baik kepada orang tua nya dan orang tuanya Maya. Dia menujukan sifat kesatria di depan mereka semua.

"pemain betul orang ini" gumamku

Maya hampir terhanyut dalam sandiwara Andre sampai suatu ketika Andre mencoba mencium nya. Saat itu Maya menolak halus. Dan dari sini lah Andre mulai menunjukkan sifat aslinya. Dia marah pada Maya karena tak mau di cium. Andre mengatakan dia berhak mencium nya karena mereka ini sudah di jodohkan yang tak lain sebentar lagi mereka akan sah menjadi suami istri.
Namun Maya menolak dengan alasan nanti setelah menikah.

Ketika hal itu disampaikan Maya, aku sempat bertanya apa Maya pernah pacaran sebelum dengan Andre. Dan Maya hanya menjawab dengan gelengan kepala.

'what the fuck' otak ku langsung flashback saat pertama kali mencium bibir Maya. Dimana ciuman itu tak di sengaja.
Jadi bisa kusimpulkan sendiri kalau itu adalah ciuman pertamanya.

Kembali kecerita Maya.
Aku juga sempat bertanya setelah melihat kejadian kemarin dengan mata kepala sendiri, apa yang akan dia lakukan.
Namun Maya nampak bingung dengan apa yang akan dia lakukan. Dan dari cerita nya inilah aku jadi tau kenapa Maya nampak biasa saja saat tau Andre selingkuh. Ternyata tak ada cinta di hatinya.

Setelah selesai dengan ceritanya. Giliran aku yang menceritakan kisahku padanya.
Dan pertanyaan yang sama terlontar tindakan apa yang akan lakukan sekarang. Aku juga menjawab bingung.
Sebenarnya aku akan memutuskan Vani. Namun sebelum hal itu terjadi aku ingin menghukumnya terlebih dahulu.

Aku tak menceritakan tindakan apa yang akan aku lakukan pada laki-laki yang telah berselingkuh dengan Vani pacarku.
Bahkan aku sekarang harus menambah rencana karena Andre ikut masuk ke dunia Vani.

*PLAKKKK

"Fuckkk...." aku mengumpat sambil menoleh karena seseorang memukul kepalaku dan sudah bisa kalian tebak siapa dia.

"hehehe udah dapa pangsit belum?" tanya Dika padaku.

"wangsittt bangsattt wangsitt" ucapku

"oh iya itu maksudnya hihihi"

"lu tu ya sumpah gua jorokin lu dari lantai paling atas gedung ini dah" ucapku padanya

"wehh wehh wehhh selowww mamen" ucap Dika menepuk pundakku

"kepala bapak kau selowww"

"hehe ini cappucino buat lo" ucapnya seraya menyodorkan es cappucino padaku

"kalau sachet muntah gua"

"eh bangsat udah gua bawain ngelunjak lu ye" ucap Dika

Dika pun mengambil kursi dan duduk di sebelahku.
"eh Yan gua mau cerita ama lu ni" ucapnya serius

"hmmmm.. Sluuurrp" balasku menyeruput minuman ku.

"lu ingat gk omongan gua yang waktu itu?" tanya nya

"henggggg...." balasku cuek

"lu tau Mbak Siska gk Yan. Nah itu dia Yan yang gua incer" ucapnya berbisik

"hegggg...uhuk.. uhuk.. uhuk..." aku tersedak mendengar ucapan kawan ku ini

"biasa aja kali reaksinya" jawabnya santai.

"si anying yang bener lu dik, serius lu suka sama mbak siska?" tanyaku

"ehh bangsat ssstttttttttt.......jangan kenceng-kenceng bego" ucapnya sambil menutup mulutku

"hmmmmm.. haaahhhh... Ya elu sih. Wahhh seriusan ege lu naksir sama mbak siska?" tanya ku berbisik memastikan cerita Dika.

"apakah tampang ini kurang meyakinkan buat lu?" ucap Dika memasang tampang serius

"hmmm tampang lu kek om-om cabul yang ngincer anak SMA dik" kata ku mengejek

"ehhh laknat gua santet lu yee" ucap Dika padaku lagi.

"hahaha lagian lu nyadar donk tai... Elu tu masih bau kencur buat dia dan lu tau kan posisi dia apa?"

"iye tau gua Yan, tapi yg namanya Cinta itu buta Yan" ucap Dika dramatis.

Mbak Siska ini adalah sekretaris nya pak Ridwan. Dia cantik, tinggi semampai, dengan toket yang bisa di bilang sngat pas dengan tinggi badannya pantatnya yang menantang, ya khas sekretaris pada umumnya lah. Apalagi sekretaris yang dari jepang. Wkwkwkwkwkwk
Mbak Siska ini sudah menjanda, jadi aura seorang wanita matang sudah keluar pada dirinya.

"buta sih buta Dik, tp ya ingat status juga lah anjeng.."

"elu sih ngebokep mulu, jadi kagak tau berita kan. Noh ada kakek-kakek yang nikah dengan cewek umur 17 tahun" ucapnya meyakinkan ku.

"ya terussss...?" tanyaku

"umur itu bukan penghalang untuk hadirnya cinta pada diri seseorang" ucapnya dramatiss

"ya udah kalau konsepnya begitu ngapa gku nikahin aja nenek-nenek"

"ya kagak gitu juga lah anjeng" ucapnya padaku

"hahahahahahaha lagian lu sok sok an, liat donk mbak Siska itu siapa. Kriterianya juga pasti yang lebih dewasa lah. Secara dia sudah pernah gagal membina rumah tangga sekali, pasti ada rasa trauma lah mau menjalin hubungan. Apalagi sama bocah kek lu wwkwkwkwk" ujarku menjelaskan.

"temen kek gini tu enaknya di jadiin tumbal proyek bener dah" ucap Dika

"hahaha ya itu terserah lu sih Dik, kita memang gk bisa nentuin hati mau suka dengan siapa. Tp itu tadi ingat kata gua tadi. Iya gua tau jodoh itu gk ada yang tau tp ya, yaaa gitu lah pokoknya Dik" ucapku

"gua musti gimana ya Yan?" tanyanya

"lah ya mana gua tau anjeng elu yang suka ngapa jadi gua yang mikir" jawabku

"ya kan lu udah pernah pacaran ya kasih tips gitu kek"  ucap Dika memohon

"hmmm pacar gua kan masih bisa di bilang lagi tumbuh ni. Jdi gampang gitu Dik. Kalau yang udah kayak mbak Siska lu butuh perjuangn extra. Jgn cuma modal nanya kamu lg apa, udh makan belum. Nah basi tu PDKT yang kek gitu" ucap gua menjelaskan

"lah kan gua ganteng Yan"

"pantes lu kgk laku njeng, di usia seperti mbak Siska tu butuh patner yang bisa di ajak sharing dan diskusi tolol. Modal tampang doank mah kgk mempan"

"hmm trus gimana caranya bego, dari td kan gua tanya gitu" tanya nya kembali

"lu udh gede ya pake otak lu dikit lah, sering-sering ajak dia ngobrol aja lah. Nanti tinggal tunggu moment dia nyaman dia pasti mulai cerita kehidupan pribadinya. Nah dari situ lu bisa mulai dah" ucap gua

"oh gitu, ok makasih Yan" ucap Dika sambil beranjak pergi

"eh mo kamane lu pantek?" tanya ku

"lah ya mo balik ke meja gua lah, ngapain lama-lama disini" jawab Dika

"si anying bayar dulu woy, lu pikir sesi mario teguh tadi gratis apa" ucapku

"noh lu udah minum yang gua bawa tadi kan, daaa sekali lagi makasih bro" ucap Dika sambil berlalu.

"jemb*t memang tu bocah" gumamku


*dddrrrrrtttttttttt dddrrrrrtttttttttt dddrrrrrtttttttttt

Aku merasakan hp ku bergetar. Saat ku aku mengecek hp ku. Nama Rio muncul di layar hp ku.

A : Aku
R : Rio

A : Hallo, gimana Yo?
R : Seperti yang lu minta, gua udah selidiki semua hal menyangkut Rendi Yan.
A : thanks bro, info apa aja yang udah lu dapet?
R : jadi gini, orang tua Rendi itu adalah pebisnis Yan. Kalau gk salah bergerak di kuliner gitu deh. Tapi katanya sedang tidak baik-baik tu bisnis nya. Dan ternyata Rendi punya adek cewek men. Gila cakep coy adeknya. Adeknya mahasiswa baru juga. 1 jurusan ama Vani Yan. Nama nya Rini.
A : buset banyak banget lu dpt info. Udah kek intel aja lu Yo.
R : hehe demi lu Yan. Kalau perlu ukuran sempak nya bakal gua cari tau.
A : najis buat apa gua tau bego.
R : hehehe kali aja lu mau taruh alat pelacak gitu di sempaknya ahahaha
A : alah tai lu
R : ya udah Yan gua mesti lanjutin kerjaan gua ni. Kalau butuh apa-apa bilang aja ye. Bye...
A : iye gua juga makasih Yo. Cuma lu memang sahabat baik gua dan...

*tuuuuttttttt... tuuuutttt.....

"si anjing gua belum kelar ngomong juga" umpatku

Ya diam-diam aku meminta tolong Rio untuk mencari tau tentang Rendi. Walaupun dulu sering ngumpul bareng, tapi Rendi tak pernah menyinggung perihal kehidupan keluarganya.

Dan semenjak kejadian berlibur itu, baik aku ataupun Rio tak pernah berjumpa dengan Rendi lagi.
Aku sengaja menyuruh Rio untuk mencari tau tentang Rendi. Aku tak ingin langsung menghajar fisik nya.
Luka fisik bisa sembuh dalam kurun waktu 3-7 hari.
Tapi aku akan membuat dia merasakan luka mental sedikit demi sedikit.

Aku kembali mengecek hp ku. Kulihat kembali WA ku, disitu lah aku melihat isi chat Vani yang mengatakan maaf karena tak bisa datang menginap di kosan ku untuk beberapa waktu karena sedang sibuk-sibuknya tutup buku di bank tempat dia KKL. Ya aku maklumi itu karena memang di bank setiap akhir bulan pasti seperti itu.

Aku juga diam-diam sudah memasang kamera di kos pacarku. Letaknya di atas lemari pakaiannya. Dia tidak akan curiga karena Vani itu pendek. Jadi takkan mungkin sampai memeriksa bagian atas lemarinya.

"hmmm apa aku aja kali ya yang datang ke kosan nya" gumamku

Aku memutuskan untuk sebentar malam menginap di kosan nya Vani. Ya walaupun kedepan nya bakal gua putusin, tapi saat ini kontol ku sedang tidak bisa di kontrol.
Aku pun larut kembali dengan aktivitas ku di kantor ini.

*MALAM HARI

"baju udah, cas hp udah, hmmm apaan lagi ya. Udah deh kek nya toh peralatan mandi ku di sana ada" gumamku
Aku pun bergegas ke kos pacarku.

*Cekkllekkkkk

"ehhh May ngapain di luar malam-malam gini?" tanya ku saat melihat Maya di luar kamarnya

"eh Mas, hmmm anu mas sedang mencari udara segar aja" balasnya
Kali ini Maya nampak rileks berbicara dengan ku. Namun tetap dia tak berani menatap mataku.

"jangan lama-lama takutnya masuk angin"

"iya mas, emmmm mas mau kemana?" tanya Maya.

"oh ini lagi mau jalan-jalan bareng Rio kawanku May. Dah lama gk ketemu jadi pengen ngobrol dulu di luar hehehe" jawab ku berbohong

"oh ya udah mas jangan pulang terlalu malam ya" ucapnya nampak perhatian sekali padaku

"hehehe siap May. Ya udah kalau gitu mas berangkat dulu ya" ucapku padanya

"iya mas"

Aku pun mendekati nya mengulurkan punggung tanganku.
"loh kenapa mas?" tanya Maya

"lah kagak mau salim dulu, cium kening gitu kek" ucapku menggoda Maya.
Rona merah di pipi Maya nampak jelas terlihat.

"mas ihhh..."

"hahaha udah mas jalan ya Assalamualaikum"

"waalaikumsalam mass" balas Maya


*Tiba Di Kos Vani

Aku mengangkat sedikit alis ku.
"lah mobil sape nih?" gumamku

Aku pun bergegas untuk menuju kamar pacarku.
Sesampainya di depan kamarnya, aku mengeluarkan kunci duplikat ku. Saat aku mencoba memasukkan kunci itu, ternyata agak susah.
Saat tengah berusaha memasukkan kunci, tanpa sengaja pintu itu terbuka sedikit.
Kembali aku mengangkat alisku.

"ada yang gk beres ni" gumamku

Aku segera membuka hp ku dan mencoba menyambungkannya dengan kamera yang ada di dalam kamar pacarku.

Dan ternyata dugaan ku benar. Setelah mendapat gambar yang di tangkap oleh kamera yang ku pasang. Kulihat sepasang manusia sedang bercumbu mesra di sana. Namun dengan pakaian yang lengkap, bisa di pastikan itu adalah pacarku Vani.
Namun aku tak dapat mengetahui pasti siapa laki-laki yang sedang bersama nya.

Posisi mereka saat ini sedang berbaring. Dimana Vani pacarku di bawah dan laki-laki tersebut menindih tubuh pacarku.
Segera kumatikan hp ku, dengan cepat aku kembali menuju parkiran kos dan memotret bagian depan kos pacarku. Tak lupa pintu kamar aku tutup kembali.

Hasil potretku ku kirim via WA pada pacarku. Namun tak mendapat respon sama sekali.
"lama banget sial, gua telfon aja lah" gumamku.
Awalnya aku berniat langsung melabrak mereka, namun aku takut lepas kendali dan jadi lah aku memiliki ide lain.
Aku mencoba VC namun tak diangkat oleh pacarku.

"aduh bego oramg lagi enak-enak gitu mana mau jawab panggilan VC" gumamku
Aku pun mencoba untuk menelfon biasa.

*tuuutttttttt.... tuuutttttttt.... tuuutttttttt... Nomor yang anda tuju sedang sibuk...

Aku tak putus asa, kembali aku mencoba menghubungi pacarku

*tuuutttttttt... tuuutttttttt.. Clikkk

A : Aku
V : Vani

V : Ha.. Haloo yank kenapa mmmmfffttt
A : gapapa yank, kangen aja.
V : ohh gitu ssshhhh... aahhh...
A : kenapa suara mu yank, kok kayak mendesah gitu.
V : ehh eemmm itu anu yank, habis maem pedes tadi. Masih kerasa sampe sekarang hehe
A : ohhh jangan makan pedes terus tau
V : heheh ssshhhh iya sayang besok enggk lagi kookk ssssshhhh... aahhhh...
A : yank kamu dimana sekarang
V : la-lagi di kos yank ba-baru aja pulang mmmmffftttt..
A : ohh gitu, coba deh liat gambar di WA yang aku kirim.
V : kamu kirim a-apa sayang
A : liat aja bentar.
V :............ Loh ini dimana yank, kok kayak di depan kos ku.
A : hehe aku emg lagi di depan kos mu sayang. Baru aja nyampe, kangen tau pngen nginep. Aku kesitu ya
V : eh eh bentar yank be-bentar.
A : loh loh kenapa sayang aku kan sudah sampe sini. Kangen tau, emang kamu gk kangen?
V : ka-kangen kok sayang. Hmmm bentar ya aku rapihin kamar dulu.
A : alah kayak sama sapa aja yank, ntar juga kan berantakan lagi hahahaha daa aku masuk yank
V : ta-tapi yank..

Akupun mematikan hpku dan bergegas menuju kamar pacarku. Tak mungkin laki-laki tersebut dapat keluar dari kamar pacarku sekarang.

*TOK TOK TOK

"yankk sayang" aku mencoba memanggil pacarku sambil mengetuk pintu kamarnya.

*Cekkllekkkkk...

"hei sayang uhhh" ucapku sambil langsung memeluk pacarku ini.

Aku mencari sisa-sisa percumbuan pacarku tadi.
"hmmm sudah di semprot sedikit parfum ni" gumamku

"hmmm masih wangi aja kamu yank, baru kelar mandi ya" goda ku sambil melepas pelukan ku

"be-belum ayank, kan tadi aku dah bilang baru sampe kos" jawab pacarku

Dapat kulihat ekspresi tegang dari wajahnya.
"hihi rambutmu juga berantakan sekali sayang" ucapku sambil mengucel rambut nya.

"ihhh kan belum mandi yank" ucapnya senormal mungkin

Aku pun melihat kesekitar ruangan kos pacarku ini untuk mencari jejak dimana laki-laki tersebut berada. Aku berani jamin laki-laki itu masih ada di dalam sini.

"sa-sayang kenapa kok sampe segitunya ngeliat kamar aku?" tanya pacarku gugup

"hehehe udah lama tau aku gk kesini yank" ucapku sekenanya

"muachhhh... muuuuaccchhhh.. mmmmffffffff..." aku dengan cepat memepetkan tubuh pacarku kearah dinding dan langsung melumat bibirnya.
Tak lupa aku juga langsung memasukkan tanganku kedalam tanktop yang dia kenakan.

"mmmmffftttt... Ahhhhh.... Muuuuaccchhhh... Mmmmfffttttt.. Sa-sayang... Mmmmfffttttt... Aahhhhhh...." desahan pacarku mulai terdengar saat tanganku mulai bermain dengan puting dadanya.
Ya Vani sudah tak mengenakan bra lagi.

"aku gk tahan sayang muuuuaccchhhh ka-kamu cantik banget" ucapku merayu agar libido nya naik.

ku angkat tanktopnya hingga terpampang buah dada yang menggelantung sangat sekel dan terlihat putingnya yang berwarna merah muda mengeras dan menonjol ke depan. Seingat ku puting Vani tak menonjol begini. Apa karena sudah sering di hisap?. Entah lah.

Langsung aku mainkan buah dadanya, kuremas remas sambil kuciumi lehernya dan kunikmuti aroma khas tubuhnya yang sangat menggairahkan. Vani nampak nya sudah mulai on dan langsung mengincar kontolku. Setelah tangannya meraba raba,dia lalu mengelus elus kontolku yang masih terbungkus celanaku.

Sekilas aku seperti merasa ada yang mengawasi kami berdua. Hatiku pun tersenyum.
"hmmm makan adegan liveshow orang ngentot, tadi lu mau ngentotin pacar gua kan. Nah makan ni hahaha coli coli dah lu" gumamku dalam hati.

Tidak lama kemudian tangannya membuka retsletting jeansku lalu pengaitnya juga hingga kini terlihat batang kontolku yang hanya ditutup cd kecilku. Karena cdku yang pendek dan dalam keadaan ereksi, membuat kepala kontolku sudah nongol lewat atas. Aku yang masih asik mempermainkan buah dadanya, masih kuhisap-hisap bahkan ku cupang sampai merah.

Tangan Vani kini sudah mulai meraba dan menyentuh kepala kontolku.Bahkan tangannya dengan cepat menarik Cd ku hingga kini kontolku sudah tidak terhalang apapun dan langsung dia menangkapnya dan mulai dia kocok perlahan.
aku kembali menciumi bibirnya dan tanganku yang semula bermain di area dadanya kini mulai turun dan langsung menyelinap ke hotpants dan segera melepasnya. Kini terlihat jelas gundukan daging di antara selangkangannya yang selama ini sudah ku masuki.

Aku langsung melanjutkan melucuti tanktopnya dan sekarang tubuh pacarku sudah bugil di hadapanku.
Tanpa sepatah kata yang keluar karena nafsu yang sudah di ubun-ubun.
Aku membopong Vani dan marebahkannya di atas kasur. Namun dengan cekatan Vani duduk tepat berhadapan dengan kontolku.
Pacarku pun tanpa ragu mulai mengocok batang kontolku dan dia juga langsung menjilati kepala kontolku lalu memasukan batang kontolku ke dalam mulutnya,

“HHmmph…aahhhhhkkkk.... , ssslurrp.... Hmmmppphhh... ” suara yang kudengar dari mulutnya

Kutekan kepalanya hingga sampai batang kontolku masuk jauh lebih dalam dan menyentuh pangkal tenggorokanya hingga dia terlihat seperti ingin muntah. Pacarku kembali mengendalikan permainan, dia mengocok terus kontolku dan mengulum batangnya lalu memaju mundurkan kepalanya, kadang rambut lurusnya juga sering tergerai ke depan dan menyentuh kontolku. Sungguh kenikmatan yang luar biasa, entah dia semakin jago atau bagaimana yang jelas hanya nikmat yang kurasakan.

Kuakhiri kegiatan oral sex ini dan langsung membaringkan tubuh pacarku ini. Aku membuka lebar paha pacarku dan terpampang lah memek nya.
Anehnya vaginanya masih berbentuk garis dan berwarna pink merona. Aku mulai mempermainkan vagina pacarku yang rasanya asin ketika lidahku menyapu dinding vaginanya yang masih imut. Kusapu permukaanya dengan lidah, lalu aku buka bibir vaginanya dan terlihat lubang kenikmatannya.

Tanpa jeda langsung aku tusuk dengan lidahku lalu aku dorong kepalaku dan kutarik lagi dan kudorong lagi seperti gerakan mengocok, kontan saja membuat pacarku gelegepan menerima rangsangan itu. Kini tangan pacarku mulai menekan nekan kepalaku dan menjambak rambutku.

"ahhhhhhhhhhhhhh.... Mmmmfffttttt... Aaakkkhhhh.... Ohhh... Nikmat banget yankk ohhh.... Ahhh...." hanya itu yang keluar dari mulut pacarku

Aku kembali tersebut saat mendengar bunyi sesuatu yang entah apa itu. Namun firasatku mengatakan kalau itu adalah laki-laki tadi yang sedang bersembunyi dan mengintip aktivitas bersama pacarku.

Tangan kiriku yang menganggur kugunakan untuk meremas buah dadanya yang ranum itu. Puas menjilati vaginanya dan menyedot-nyedot kelentitnya, kini kugunakan jari tengahku untuk memainkan vaginanya yang sudah becek oleh cairan vaginanya itu.
Pelan pelan kugosok jari tengahku itu ke di depan lubang vagina Nonix yang sudah terbuka. Perlahan kumasukkan sedikit demi sedikit membuatnya melenguh dan terdiam kaku hingga

*BLESSSS
"Ahhhhhh....." desah pacarku kembali saat jariku tertelan kedalam vaginanya.

lalu kutarik jariku perlahan lagi dan ketika hendak keluar aku dengan cepat menusknya lagi dan terus mengeluar masukan jariku hingga semakin cepat semakin cepat membuat tubuh pacarku ikut terguncang karena doronga dan sodokan jariku. Tubuh pacarku menggeliat geliat dan tangannya meremas remas sprei tempat tidur matanya terpejam dan kepalanya mendongak ke atas.

"ahhhhhhhhhhhhhh... Ooohhhhhh... Mmmmfffttttt... Ennggggg..... Ohhhh.... Aku mau nyampe yank.. Ohhhh...."
Mendengar ituKocokan jariku kupercepat,  kuputar jariku aku obok obok vagina pacarku ini.

"aahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh... Ohhhh... Yankk.... Ooohhhh aku keluar aaahhhh.... AARRRGGGGGGHHHHHHH....."

Tubuh pacarku nampak mengejang, dan jariku banjir terkena cairan yang keluar dari vagina pacarku
Melihat vaginanya yang sudah sangat banjir akupun langsung mengambil posisi,untuk menindih pacarku ini.

Kugosokkan penisku di bibir vagina pacarku, Saat kepala kontolku menyentuh lubang vaginanya terasa hangat dan nikmat, apalagi setelah kutekan sedikit demi sedikit hingga kepala kontolku sudah hilang.

"aakkkkhhhh..... Ohhhh.."
Nikmat sekali rasanya kontolku berada di vagina pacarku ini yang empot empotan memijit dan menghimpit kontolku yang belum masuk sepenuhnya. Dengan sedikit tekanan pantatku kumajukan

*BLESSS…
Kontolku akhirnya tenggelam di lubang kenikmatan  pacarku ini.
"ahhh nikmat banget" gumamku

Perlahan aku kocok dengan memaju mundurkan pantatku,semakin lama aku tambahkan speed dan semakin cepet, lalu aku putar pinggulku agar vaginanya semakin mengikuti tebal kontolku dan menyentuh seluruh bagian terdalam vaginanya.

"Aaaahhhkk... eeeunghh... ahhhhh... Oohhhhh.. sayang... Aaaakkkhhhhh"
 hanya itu yang keluar dari mulut pacarku.

Ku genjot terus vaginanya semakin cepat semakin cepat dan semakin cepat tubuh pacarku terpental pental. Bahkan buah dadanya ikut terpental dan saat yang bersamaan tangan pacarku mencengkram pundakku matanya terpejam kepalanya mendongak ke atas. Aku sangat cepat mengocok vaginanya hingga

"Aaaahhhkk... eeeunghh... ahhhh.... Ooohhhhhh.. Aku keluar lagi yankk oohhhh.....AARRRGGGGGGHHHHHHH..."

Aku pun tak memperdulikan hal itu dan terus menggenjot vagina pacarku yang sudah orgasme, terasa hangat kontolku disiram air kewanitaaanya. Tak lama kemudian kini giliranku. Semakin kupercepat lagi kocokan kontolku, kugenggam dan kuremas buah dada pacarku ini.

"ahhhh... Aku mau keluar sayang... Ahhhh.." ceracauku

"te-terusss yank ohhh.... Mmmmfffttttt... Aku mau keluar lagi ohhhh...... Ahhhhh..... Aakkkkhhhhh... Ohhhh sayang..."

“terima sperma aku sayank.. AARRRGGGGGGHHHHHHH.... "

*CROOOOOT CROOOOOOT CROOOOT
kebenamkan dalam-dalam kontolku di vagina pacarku ini bersamaan dengan itu kurasakan cairan orgasme pacarku kembali mengalir.

Hening sesaat saat aku dan pacarku mencoba mengatur nafas kami.

" haaahhhhh.. Hahhhh.. Mmmmfffttttt.. Haahhhhh"

Pacarku melenguh saat kucabut kontolku dari vaginanya, terlihat lelehan spermaku juga ada yang mengalir menetes dari vaginanya.
Kini aku pun tergeletak di sebelah tubuh pacarku.

"kamu nafsu banget sih sayang, bahkan aku gk di kasih istirahat tadi.. Hhhaaahhhh" ucap Vani padaku

"hehehe udah lama gk dpt jatah dari kamu tau muuuuaaacchhhh" ucapku sambil kembali mencium bibirnya

"iya tapi liat ni, aku kyk berasa gk punya kaki ini.. Lemes banget sayang"

"hehe maaf ya sayang, ya kamu sih cantik juga sexy, sapa coba yang gk tergoda" ucapku merayunya

"ih kamu tu ya. tanggung jawab, aku belum mandi ni yank"

"hehe siap bos.." ucapku.

Entah sadar atau tidak, namun wajah tegang pacarku saat aku datang sekarang berubah menjadi wajah kepuasan.

Akupun dengan segera menggendong tubuh pacarku menuju kamar mandi. Aku sudah tak memperdulikan laki-laki yang sedang mengintip aktivitas ku tadi. Sekarang aku yakin dia masih di sini karena tadi sempet sedikit aku mendengar lenguhan seseorang.

Aku memandikan pacarku dengan perlahan. Sesekali meremas dadanya.

"ahhhh... Sayangggg u-udahh..."

Namun nampaknya pacarku sangat lelah untuk ronde ke 2.

"yank aku duluan keluar ya.." ucap pacarku

"lah kenapa gk barengan aja" ucapku yang masih menyabuni tubuhku sendiri

"hehehe kalau kelamaan disini bareng kamu dalam keadaan telanjang, bisa-bisa besok gk bisa keluar kos aku hihi daa sayang" ucap pacarku sambil berlalu meninggalkan ku.

"hmmm ya sudah lah... Fuuuu..fuuu..lalalala" gumamku sambil bersiul dan menyanyi.

Saat selesai mandi aku bergegas menuju dapur untuk mengambil minum, namun yang membuatku kaget saat melewati dinding kamar pacarku, ada seperti bekas cairan yang di lap. Tidak mungkin donk dinding tiba-tiba basah gitu aja.

"hahaha firasat gua coli tu orang..." gumamku dalam hati.
Nekat amat coli di dekat kamar sini, kagak takut ketauan apa. Aku pun melanjutkan langkah ku menuju arah kulkas. Aku tersenyum puas, entah siapa laki-laki tadi, yang jelas malam ini dia tak jadi ngentot dengan pacarku. Mungkin ini bisa di bilang langkah pertama yang tidak aku rencanakan.
Tapi kalian pasti bisa merasakan gimana dongkol hati laki-laki itu.

Di tinggal pas lagi ngaceng-ngaceng nya, takut ketahuan, dan hanya tangan yang menjadi pelampiasan hahahahaha.
Aku juga yakin tadi pacarku keluar duluan itu hanya untuk memastikan laki-laki itu dpt keluar dari kos ini dengan selamat.

Slow but on point HAHAHAHAHA

"sayang kamu dimana...?" teriak pacarku memanggilku

"di dapur sini ayang.."




*Bersambung.....

==================


EPISODE 14

"ahhhhhhhhhhhhhh.... Mmmmfffttttt.... ahhh... Ohhhhh.... Aahhhhh...."

Aku seperti mendengar desahan seorang wanita. Entahlah rasanya ada yang aneh dengan diriku. Diriku saat ini masih memejamkan mata sambil mendengar desahan-desahan erotis seorang wanita.

" hahaha gimana enak gk Van"

"eh what, kok ada suara laki-laki anjing" gumamku

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"aahhhh..... Oohhh... I-iyaa enak banget ahhhh.... Terussss...... Ohhhh......" erang si wanita

Rasanya aku sangat mengenali suara ini. Anehnya aku tak dapat menggerakkan seluruh badanku.

"hahaha dasar lonte lu, lu haus kontol ya haha. Gimana enak kan ngentot di depan pacar sendiri" ucap sang pria.

"ohhh..... Iya enak banget aaahhhhh.... Terusinn oohhhhh..."

Waiiitttt aku semakin yakin dengan suara desahan ini. Ini mirip seperti suara desahan Vani pacarku.
Aku pun membuka mataku dan...

"eehhh si anjing sudah bangun ya hahaha" ucap pria yang sangat ku kenali.

"ehh sayang kamu sudah bangun.. Ohhhhh... Aaaakkkhhhhh..... Mmmmfffttttt... Aahhhhh..."

Bangsattt... Apa yang sedang terjadi ini. Di depan mataku aku melihat Vani terikat tangan dan kakinya. Ikatan itu mengikat tangan Vani, membalut perut, memutar didada dan kaki Vani di buka lebar sehingga terpampang jelas Vaginanya. Dan yang paling parah adalah ada kalung seperti kalung anjing di lehernya.

Dan yang membuatku kaget saat ini adalah ada 1 lagi laki-laki yang sedang menggenjot Vani dari bawah.

"gimana, seneng liat cewek lu gua pake. Ehhh perek deh harusnya.. Hahahahaha" ucap pria yang tak lain adalah Andre.

Posisi Vani saat ini adalah WOT, Andre berdiri di samping sambil menjambak rambut Vani agar terus menjilati dan mengocok kontolnya. Sementara 1 laki-laki lain menggenjotnya dari bawah.

"mmffggfhhhh.. Mmmmfffttttt.... mmffggfhhhh"
Aku tak dapat mengeluarkan suaraku karena ternyata mulutku di lakban.
Aku pun baru menyadari kalau posisiku saat ini sedang duduk dan di ikat di kursi.

"hahaha ngomong apa lu, gk terima perek lu gua pake haaa??" tanya Andre padaku.

ANJINGG ANJINGG ANJINGG

Hanya itu yang bisa terucap dari batinku ini.
Sekuat apapun aku berontak namun ikatan ini tak dapat terlepas.

"udah nikmatin aja tontonannya ya hahahaha"

"ehhh udah bangun dia Ndre oohhh.... Gila perettt banget ini memek.." ucap pria satunya mencoba menoleh ke arahku.

FUCKKKKK... itu adalah Billy. Laki-laki yang ku liat di tempat Gym.

"eh bro hahaha sory ya memek Vani gua pake. Habis ni memek bikin nagih bro" ucap Billy menatapku

Aku tak mengerti kenapa bisa ada di situasi seperti ini. Intinya sekarang aku ingin menghajar 2 bajingan ini.

"ngapain lu melotot anjing haaaa, gk terima lu hahaha" ucap Andre padaku

"ohhh... Terussin anjing.. Gila nikmat banget ni mulut oohhhhh... Teruusss"

Kulihat kali ini Andre langsung memasukkan kontolnya kedalam mulut Vani sambil memegangi kepalanya. Kurasa sebentar lagi dia akan keluar.

"mmffggfhhhh... Mmmmfffttttt... nngggg.... Mmmmfffttttt...." hanya itu yang keluar dari mulut pacarku.

Andre semakin cepat menggenjot mulut pacarku.
"ohhhh.... Aaahhhh... Gilaaaa niii muluttt gua keluar anjing AARRRGGGGGGHHHHHHH..."

Tubuh Andre mengejang dan memasukkan sedalam mungkin kontolnya kedalam mulut pacarku.
Bebarengan dengan itu Billy nampak menghentikan genjotan nya.

"mmffggfhhhh... Buaahhhhh... Aaahhhhh... Haaahhhhh... Haaahhhhhh..."
Pacarku nampak sedang mengatur nafasnya kembali saat kontol Andre keluar dari mulutnya. Kulihat lelehan sperma keluar dari mulut Vani.

Andre pun memegang dagu Vani dan mendongakkan kepala nya. Jari jempol Andre mulai mengusap perlahan bibir Vani kemudian memasukkan jempolnya kedalam mulut Vani. Setelah itu Andre menaruh kontolnya di pipi Vani.

"hahaha gimana rasa kontol dan sperma gua Van enak kan?" tanya Andre

Wajah Vani nampak sayu dan nampak horny berat melanda, kemudian Vani tersenyum.
"aaahhh... Iya enak banget.. Hehehe" ucap Vani sambil mencium kontol Andre.
Aku mengepalkan tanganku. Emosiku meledak-ledak namun aku tak dapat berbuat apa-apa.

"nah gitu donk anjing cantik.. Jilat kontol gua hahaha" ucap Andre.

"gua belum keluar ini anjing.." ucap Billy

"ohh sory bro hahaha ni perekk emang mantap, bisa-bisanya lu dapat ni perek" balas Andre

"hahaha perek kayak gini mah gampang bro" ucap Billy.

Andre kemudian berdiri sambil lalu menyuruh Vani untuk memeluk Billy. Kontol Billy nampak masih menancap di vagina Vani.

Andre menyentuh pantat Vani, kemudian mengarahkan kontolnya tepat di pantatnya. Bisa kutebak kalau dia ingin double penetration dengan menganal Vani.

Andre nampak tersenyum licik kearahku. Dan...
PLOKKK
"AARRRGGGGGGHHHHHHH..."

***

"wuahhhh.... Hahhh... Haaahhhhh... Haahhhhh"
Aku terkaget dan mencoba melihat sekeliling ku. Aku tak menemukan hal yang aneh. Aku Mengecek seluruh tubuhku. Aku tak terikat di kursi.
Ternyata Aku masih berada di tempat tidur ku. Sekujur tubuhku penuh dengan keringat.

Aku mengusap wajahku seraya memejamkan mataku dan mencoba mencerna yang barusan aku terjadi.

"bangsaaattttt mimpi apa itu tadi anjinggg...." gumamku. Kembali aku mengepalkan tanganku

Aku melihat jam ternyata sudah setengah 8. Aku kemudian beranjak dari kasurku. Dan bergegas untuk mandi. Di bawah guyuran air aku kembali mengingat mimpi yang barusan saja aku alami.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian ku. Aku kembali dengan aktifitasku di tempat magang. Tak terasa juga beberapa bulan telah berlalu. Aku telah menyiapkan semua rencana yang akan aku lakukan kepada bangsat-bangsat yang telah meniduri pacarku.

Perlahan-lahan juga rasa sayangku pada Vani mulai berkurang. Kami juga jadi jarang bertemu. Entah lah hanya perasaanku saja atau. Sekarang aku malah lebih sering bersenda gurau dengan Maya. Dan sekarang baru perlahan aku mulai menyadari kalau kemungkinan Maya memiliki perasaan terhadap ku. Ya aku tak memiliki bukti, namun dilihat dari sikapnya yang masih terkesan malu dan salah tingkah padaku, itu bisa jadi indikasi kalau Maya memiliki perasaan terhadapku. Namun aku tak mau besar kepala dulu. Saat ini tujuan ku adalah untuk menjalankan rencanaku sampai tuntas.

Maya juga sangat jarang bertemu dengan Andre, namun seperti Maya nampak biasa saja dengan hal itu. Mungkin Andre sedang sibuk mencari waktu bertemu dengan Vani atau ada kerjaan di kantor juga aku tak tau.

*

Kembali aku dengan aktifitas magangku di kantor. Saat jam istirahat aku sangat suntuk.

"kemana ni anak Dajjal, tumben kgk kemari" gumamku.

Aku pun bergegas menuju ke kantin kantor di lantai 1. Ya setidaknya menghilangkan suntukku saat ini. Jujur hari ini rasanya badmood, emosiku jadi kurang stabil karena mimpi semalam.
Saat memasuki kantin, aku terbelalak ketika melihat sepasang manusia di pojok sedang bercengkerama.

"badjingan.. Seriusan ni" umpatku dalam hati.

Akupun berjalan mendekati mereka.
"weh weh weh lagi asik ni kayaknya" ucapku pada mereka seraya duduk disamping sang pria.

Dapat kulihat mereka berdua salah tingkah.
"eh.. emmm elu Yan. Hehehe iya ni ke-kebetulan tadi ketemu mbak Siska sendirian tadi di sini. Jadi gua temenin hehe" terang Dika padaku

"hehe iya mas Rian. Ini tadi mas Dika nemenin ngobrol" timpal mbak Siska.

"ohhhhh kebetulan toh.." ucapku seraya tersenyum dan menyenggol lengan Dika.

"hehe haus gua Yan, wajar donk orang haus ke kantin" balas Dika padaku.

"gila cepet banget deketnya, udah dapet apa lu hahaha" bisikku pada Dika

"eh si bangsat..." umpat Dika sambil menyenggol lenganku.

"kenapa ini mas kok pada bisik-bisik. Hmmm hayo lagi ngomongin aku ya?" tanya mbak Siska mencairkan suasana.

"hehe enggk kok mbak, ini ngomongin masalah kerjaan kok iye gk Yan" ucap Dika

"heleh kagak mbak dia ni tadi..... ADUHHHH.. " umpatku setelah ada yang menginjak kaki ku.
Kulihat Dika melotot kearahku.

"loh kenapa Mas?" tanya mbak Siska

"eh eng... Itu anu mbak. Tadi kayak kram dikit kaki ku" jawabku padanya

"owalah sering-sering olahraga mas Rian. Masih muda masa udah ada tanda-tanda asam urat hahaha" celetuk mbak Siska padaku.

"hahaha emang gitu dia mbak, ganteng doank tapi penyakitan hahaha" Dika menimpali candaan mbak Siska padaku.

"anak anjing.." umpatku dalam hati.

"hihihi ya udah saya balik duluan keruangan saya ya" ucap mbak Siska.

"hehe iya mbak" jawab ku dan Dika kompak.

"ehhh babi cepet amat pergerakan lu" ucapku seraya menepuk kepala Dika.

"hahaha gua gitu, gimana udah bisa di sebut pria jantan ato belum" ucap Dika

"tai lu, emang udah jadian lu sama mbak Siska?" tanyaku.

"hehe belum" jawab Dika meringis.

"buahahahahaha, awas jadi badut doank lu" ejek ku padanya.

"kgk babi, ngeremehin bet lu" balas Dika padaku.
Kami pun bersenda gurau sebentar sebelum kembali ke meja kami masing-masing.

*

"huuffftttttt.... Kembali lagi ke meja ini" gumamku

*Deeerrrrttttt Deeerrrrttttt Deeerrrrttttt
Kurasakan HP ku bergetar.

"papa?" gumamku

A : Aku
P : Papa

A : halo pa ada apa?
P : halo Yan, cepat datang ke sini kamu.
A : ke rumah pa?
P : ke kantor papa buruan.
A : lah aku masih magang ini pa.
P : udah buruan cepet kamu ke kantor papa sekarang.
A : iya iya pa Rian ke sana.
P : buruan, papa juga sudah suruh pak Bejo buat jemput kamu di sana.
A : haahhhh ngapain di jemput sih pa kan Rian...
P : udah buruan, papa tidak terima penolakan.
A : ya udah Rian kesana.
P : ok 5 menit sampe
A : lah cepet amat pa, ini jakarta pa bukan...

*tuuttt tuuttt tuuttt
Telfon tiba-tiba si matikan oleh papaku.

*huuufffttttt... Kenape lagi tu orang tua" gumamku

Saat aku akan bergegas,
"ehh udah mau berangkat, ada yang nyariin noh di bawah" ucap salah satu karyawan disitu.

"hehe iya mas ini juga mau turun" balasku.

Aku pun bergegas turun. Aku tau siapa yang mencari ku begitu mendapat telfon dari papa.

*

"eh den Rian. Maaf ini saya mau jemput tadi di suruh...."

"hmmm iya pak saya sudah tau, tadi papa nelfon kalau pak Bejo mau jemput" ucapku pada pak Bejo.

"hehe iya udah den, monggo masuk den" ucap pak Bejo membuka pintu mobil.

*brummmmm.....

Di perjalanan aku sedikit bertanya dengan pak Bejo perihal kondisi orang-orang di rumah. Dan nampaknya baik-baik saja menurut penuturan pak Bejo.

"kira-kira kenapa ya pak, papa manggil saya?" tanyaku

"waduh kalau itu saya kurang tau den, wong saya kan cuma di suruh jemput aden aja" jawab pak Bejo.
Pak Bejo ini adalah supir pribadi papa. Beliau ini sudah mengabdi sekitar 20 tahun.

*

"halo Ndan, apa kabar" ucapku pada satpam di kantor papa.

"ehhh siap baik-baik saja komandan" ujar pak Asep.

"hehe hahahahaha" tawa kami berpelukan.
Aku sangat akrab dengan satpam papa ku ini.

"ehemmmmm" suara seorang wanita

"ehh mbak Amel" ucapku pada sosok wanita di depan kami. Mbak Amel ini adalah sekretaris papa.

"bapak sudah nunggu di atas mas" ucap mbak Amel padaku.

"iya mbak, dah gua tinggal dulu ndan. Biasa panglima tertinggi memanggil" ucapku pada pak Asep.

"siap ndan" balas pak Asep.

Aku pun jalan bersama mbak Amel, lebih tepatnya aku berjalan di belakangnya.

"ehmmmm mbak, kira-kira kenapa ya kok saya di panggil sama papa?" tanyaku padanya.

"waduh kalau itu kurang tau mas, orang saya cuma di suruh jemput mas di bawah tadi"

"hmmm gitu, ya udah deh mbak makasih ya udah mau jemput tadi" ucapku berterima kasih saat tiba di depan ruangan papa.

"sama-sama mas" balasnya

*ceklekkkkkk

"Pa..." ucapku memanggil.

"eh sudah datang kamu" jawab papa sambil merapikan mejanya.

"duduk..!" perintah beliau

Aku pun duduk tepat di depan meja kerja papa.
"kenapa pa, tumben banget Rian di suruh ke kantor. Kgk di rumah aja?" tanyaku

"hhmmmm papa sudah dapat laporan kalau kamu ini sering melamun di kantor cabang papa" ucap beliau

"haahhhhh.." aku terbengong dengan ucapan papa barusan.

"ehmmm anu itu pa, itu bukan bengong pa. Rian hanya sedang berpikir aja" jawabku sekenanya.

"gk usah bohong kamu. Noh papa juga ada foto kamu waktu lagi bengong kok" ucapnya sambil menunjukkan foto ku saat lagi melamun.

"si anying sape yang foto ni, masa pak Ridwan yang moto" gumamku

"gk usah panik gitu mukanya, di sana itu kenalan papa semua. Papa yang suruh untuk selalu memonitoring kamu di sana" ucap papa memberi penjelasan.

"hmmm suntuk itu pa" ucapku lagi

"tadi bilang lagi mikir, sekarang suntuk. Yang bener yang mana?" tanya papa berhasil memojokkan ku.

Aku hanya bisa diam seribu bahasa di depan beliau.
"sekarang papa kamu serius dengan magangmu, bentar lagi kamu bakalan lulus Rian. Kamu nanti yang akan meneruskan perusahaan ini kelak"

"tapi pa, semua kerjaan Rian udah Rian lakuin dengan bener kok. Bahkan laporan juga selalu aku selesai duluan di banding yang lain" ucap ku membela diri.

"papa gk mau tau, kamu harus serius dalam bekerja. Tidak alasan karena kerja mu bagus atau apa, kalau kamu malas itu akan jadi bumerang buat kamu sendiri" kali ini papa berbicara dengan nada penekanan. Jadilah aku bulan-bulanan kena omelan dari papaku ini.

Aku hanya bisa menunduk ketika di ceramahi oleh papa. Jujur aku tak takut apapun di dunia ini. Tapi itu tidak berlaku untuk papa dan mama. Aku sangat takut dengan kedua orang tuaku.

Setelah selesai dengan ceramah nya, entah sudha berapa lama. Akhirnya aku terbebas dari ruangan papa.

"kenapa mas kok muka nya kek orang abis di tagih debt collector gitu?" tanya mbak Amel.

"ini kalau lagi becanda kagak lucu ya mbak Amel"

"hahaha lucu tau muka mas Rian, abis kena semprot bapak ya?" tanya lagi

"hmmm ya gitu deh mbak" jawabku malas.

Mbak Amel pun kembali menemani ku untuk turun ke lantai bawah.
Saat tiba di coridor depan pintu masuk tiba-tiba aku berpapasan dengan orang yang ada di mimpiku semalam.

ANDRE....

"wah wah, si anak kemarin sore ngapain lu kemari hah?" tanyanya nyolot

"oh di liat dari pakaiannya sih lu mau magang disini?.. Hahaha kagak pantes ada di perusahaan gede ini. Sono lu jadi ojol gitu kek" ucapnya kembali meremehkan ku.

"eh kalau ngomong itu...." ucapan mbak Amel terputus saat aku meremas kecil tangan nya.
Aku pun sejenak menatap mata nya untuk memberi kode agar diam.

"mbak Amel juga ngapain sih mbak jalan bareng ama ni bocah hahhh kalau butuh karyawan biar saya yang cari mbak" kembali ucapan pedas terlontar dari mulut bajingan ini.

"ni orang memang dari sono nya songong begikah" gumamku.

"hmmm.. Dunia ini sempit juga ya ternyata. Gk di kos gk di mall, sekarang di sini, masih aja ketemu bajingan kek gini" ucapku meledek nya. Tak percaya juga aku kalau bajingan ini bekerja di kantor papa.

*srekkkk

"eh maksud lu apa anjing haaa?" tanyanya seraya mencengkram kerah ku.

Lagi aku kembali menenangkan mbak Amel agar tak ikut campur urusanku.
Aku pun melihat sekeliling nampak para karyawan mulai memperhatikan ke arah kami.

"lu budek apa gimana haaa, jangan lu pikir bisa dapetin apa yang lu mau dengan modal tampang dan kontol lu doank" ucapku mulai memanasinya.

Benar kata Maya, Andre orang tempramental.
"ANJING LU, LU MAU NANTANGIN GUA HAA?" teriaknya.

Dari arah pintu masuk ku lihat pak Asep berjalan mendekati kami. Aku yang melihat itu memberi kode untuk stay.

"hemmmm hahaha ngapain gua ngotorin tangan gua buat lu haaa, mending gua cabut dari sini. Oh iya urusin tu Maya, jangan pacar orang yang lu urusin"

"BAJINGAN, ANJING LU" teriaknya

*BUKKKKKKK

Aku tersungkur ke lantai, begitu mendapat pukulan dari nya di wajahku.

"KYAAAAA... Ya ampun mas Rian.." teriak mbak Amel begitu melihat aku terjatuh.

"STOOPPPP...." teriak pak Asep.

Andre menoleh kearah pak Asep kemudian dia menghentikan gerakannya.

"bubar, kalau mau jadi jagoan jangan disini" ucap pak Asep.

Pak Asep pun membantuku berdiri.
"pak Andre gk tau dia ini siapa?" tanya pak Asep.

"dia ini..."

"AKKHHHHH bodo amat anjing, elu gua tandain ya anjing. Urusan kita belum kelar" Andre pun bergegas pergi setelah mengancam diriku.

"mas ya ampun mas, mas gk papa?" tanya mbak Amel padaku

Beberapa karyawan di kantor ini juga langsung menuju ke arahku karena memang mereka semua tau aku ini siapa. Aneh nya Si bangsat tadi tak tau aku ini siapa. Karyawan baru apa gimana yak.

"mas kenapa gk di lawan aja sih mas, saya ikut emosi ni liat mas di pukul tadi" ucap pak Asep padaku.

Aku pun mulai merapikan pakaianku yang kusut akibat terjatuh barusan.

"udah santai aja, pukulan dari orang kek gitu mah kgk berasa" ucapku santai.

"maaf ya mas, harusnya tadi mas gk ngehalangin saya untuk memberi tahu siapa mas nya ini. Mas Rian kenapa ngehalangin aku tadi?" tanya mbak Amel yang terlihat khawatir.

"hehe ada lah mbak, urusan luar. Eh tau nya di karyawan di kantor papa. Ya biarkan dia tau dengan sendirinya siapa saya mbak. Dan lagi, tolong jangan bilang ke papa masalah barusan ini. Biar saya yang selesaikan dengan cara saya sendiri"
Nampak para karyawan hanya diam mendengar penjelasanku barusan.

"ya udah saya balik dulu ya" ucapku pada mbak Amel dan karyawan yang ada di TKP

"mas gk mau di rawat dulu bekas pukulan tadi?" tanya mbak Amel.

"alah luka kecil ini mbak, pukulan kecil kek gitu gk bakal ninggalin bekas" ucapku meyakinkan.

Aku pun langsung berjalan keluar dari kantor papaku tak lupa pak Asep mengekoriku dari belakang.

"mas ada malasah apa ya sama pak Andre?" tanya pak Asep begitu kami sampai di luar.

"hmmm biasa ndan masalah cowok, sebenarnya mau ku ladenin tadi ndan. Cuma aku pingin buat image dia terlihat jelek di mata orang lain" ucapku memberi penjelasan.

"ya udah, pokoknya kalau sekali lagi dia berbuat kurang ajar kek gitu lagi, gua jadi orang pertama yang bakal potong lehernya" ucap pak Asep

"hahaha sante Ndan saya sendiri yang bakal memenggal kepala tu orang".

"ya udah saya balik duluan ya ndan" ucapku pada pak Asep

"ok ndan siap, kabarin kalau butuh bantuan bilang ndan. Siap aing mah" balasnya padaku

"hahaha ok ndan"

*Brummmm.....

Di tengah perjalanan pulang. Aku kembali mengingat kejadiaj tadi. Rasanya dunia memihak padaku untuk melakukan balas dendam. Aku tak perlu memutar otak terlalu jauh untuk balas dendamku dengan Andre.

*

Sesampainya di kos, aku pun bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi aku mengambil sedikit plester di kotak P3K ku untuk, aku plester di ujung bibirku.

*drreeetttttttttttt

Aku pun mengecek ponselku yang bergetar. Ternyata ada WA masuk.

*sebentar jangan lupa ya kak*

Begitulah isi WA itu. Aku pun hanya tersenyum membaca pesan itu.
Aku pun bergegas mengenakan pakaian ku untuk bertemu dengan seorang gadis hari ini. Ya aku berhasil mendekati seseorang beberapa minggu belakangan ini. Dan kami sudah janjian untuk bertemu di sebuah restoran.


*Tiba di restoran


Ternyata aku datang lebih dulu di banding dia. Aku pun memesan minuman sembari menunggu kedatangan orang yang aku tunggu. Tiba-tiba..

"ehh kak maaf ya telat, udah nunggu lama ya" ucap seorang gadis yang baru saja tiba di meja yang aku pesan

"eh enggk kok, santai aja duduk gih" ucapku padanya

"loh ini kenapa ada plester di unung bibir nya kakak?" tanya nya padaku begitu melihat wajahku tak lupa jemarinya juga ikut menyentuh pipiku.

"eh ini jatoh tadi.." ucapku berbohong

"kakak bohong kan.. Abis berantem sama sapa tadi? " tanyanya seraya melotot ke arahku

"lah ngapain juga kakak bohong cantik" kali ini aku tersenyum ke arahnya agar dapat meyakinkan dirinya.

"hmmm ya udah deh kak, awas aja berani bohong" ancamnya padaku

"kagak bakal" balasku seraya tersenyum.
Akhirnya dia pun duduk di tempat duduknya.

*

"mau pesen apa mas mbak?" tanya seorang pelayan yang aku panggil barusan.

Aku pun memesan nasi goreng, sedangkan gadis di depan ku nampak bingung mau pesan apa.
Dasar wanita, apapun di hidupnya tu ribet banget.
Akhirnya setelah sekian lama dia pun memutuskan untuk memesan yang sama seperti diriku.

"oke di tunggu 5 menit ya mbak mas" ucap sang pelayan.

"hmmm abis ini kita kemana kak?" tanya nya padaku

"katanya mau nonton" jawabku

"hehe kirain kakak lupa"

"enggk cantik tenang aja ya" ucapku meyakinkan dirinya.

"Tapi nanti antarin aku pulang ya kak" ucapnya padaku

"iya tenang aja, masa kakak biarin gadis cantik pulang sendirian malam-malam"

"hihihi bener ya kak?" tanya kembali.

"iya RINI...."



*Bersambung...

===================


EPISODE 15

Aku tengah duduk di pinggir kasur. Ya aku baru bangun dari tidurku, dan mengecek HP ku.

"tumben spam chat banyak banget" gumamku sambil tersenyum.
Hp ku penuh dengan chat dari Vani yang menanyakan kabar ku.

Tiba-tiba aku merasakan rangkulan dari belakang.
"emmmmm kak.... Udah pagi ya?" tanya seorang gadis di belakang tubuhku.

"hehe iya ni udah pagi tuan putri" balasku

"hoammmm ngantuk banget ni" ucapnya sambil merebahkan kepalanya di pundakku.

Aku pun menoleh kearahnya.
"muachhhh muuuuaccchhhh"
Aku kaget karena gadis ini mencium bibirku dengan lembut. Aku hanya diam saja menikmati bibir gadis ini.

"muachhhh... Bibir kakak enak banget, empuk.. Hihihi" ucapnya padaku

"hehe murni ni, kagak kesentuh rokok sama alkohol"

"hehe lagi donk" ucapnya.

"eeiittttsssss... Mandi dulu yok masih pagi ini tuan putri" ucapku menghentikan gerakannya.

"ihhhh dikit doank"

"hahaha ya udah ni" ucapku

Kembali gadis ini mencium bibirku.
"gila agresif banget ini cewek" gumamku.

"muaaaaaahhhhh"

"udah kan.. Puas?" tanyaku

"hihi sebenarnya belum. Eh kak semalam kita udah ngapain aja ya. Aku lupa hihihi"

" lah lupa kamu apa yang semalam kita lakuin? " tanyaku kembali.

"aduhh lupa bener kak, ihhh sebel pasti enak deh" balasnya

"hehehe coba ingat-ingat lagi" ucapku bangkit dari kasur, tak lupa sedikit aku menowel hidungnya.

Akupun berjalan kearah kamar mandi sambil memandang kearah kasur. Tampak gadis ini sedang berpikir mengingat kejadian semalam.

Sebenarnya semalam tak terjadi apapun. Setelah habis berkencan dengan dia, aku sedikit memasukan obat tidur pada minumannya. Ya aku sedang memainkan ingatannya. Aku membuat keadan seolah-olah kami telah bersetubuh.

Tubuhnya aku buat telanjang bulat dan hanya berbalut selimut. Sedangkan aku?
Aku hanya mengenakan celana boxer. Kalau di tanya kenapa aku tidak entotin ni cewek, jawabannya karena cewek ini tak tau apapun. Ya walaupun semalam aku hampir lepas kontrol, aku sedikit menggerayangi dada cewek ini, sampai-sampai meninggalkan bekas di dadanya. Ya anggap itu bonus lah agar dia semakin percaya semalam sudah ku garap.

"kak udah belum aku mau pipis ini" teriaknya di balik pintu kamar mandi.

"iya tinggal pake handuk doank ini" balasku sambil melilitkan handuk di tubuhku.

Saat aku keluar kamar mandi, gadis di depanku ini sempat melongo sebentar.
"heii... Haloooo...." ucapku mencoba menyadarkannya

"badan kakak bagus banget" ucapnya sambil memegang dadaku.

"lah kan semalam udah liat" ucapku berbohong.

"ihhh aku beneran lupa kak... Tapi ini kakak yang buat kan hihihihi" ucapnya seraya menunjukkan bekas cupangan di dadanya.

"hehehe kamu sexy banget, kakak jadi gk tahan deh..."

"huuuu udah ih mau pipis aku" ucapnya masuk ke kamar mandi.

"sekalian mandi" ucapku

"iya bawelll..."

Aku langsung pergi ke arah dapur untuk mencari air guna menyegarkan tenggorokanku.
Saat aku buka kulkas aku baru tersadar...

"lah iya ini kan bukan kos gua" gumamku
Aku baru ingat kalau ini kos gadis itu.

"ya bodo amatlah" gumamku sambil minum air dari dalam kulkas.

"cepat buruan mandinya, nanti telat ngampus loh" teriakku begitu melihat jam.

"iyaa hihihi bawel banget sih kak..."

*TOK TOK TOK

"ada yg ketok pintu noh" ucapku karena ada orang diluar kos ini.

"bentar kak lagi pake handuk ni, kenapa gk kakak aja yg bukain"

"yee kalau aku yg buka mah heboh ntar" ucapku.

"eh iya deh.. Bentar - bentar"
Gadis itu keluar dari kamar mandi dan berlari kearah pintu kosnya.

*Cekkllekkkkk..

"lama banget sih buka nya.." ucap suara laki-laki.

"loh kakak ngapain ke sini sih..." ucap gadis itu.
Aku mengenal suara ini. Aku pun tersenyum dan langsung pergi menemui mereka.

"siapa Rin..?" tanyaku.
Sontak mereka berdua pun menoleh ke arahku.
Tampak sang laki-laki sangat syok melihat kehadiranku.

"eh kakak kok keluar sih..?" tanya Rini padaku.

"aku kira siapa gitu Rin, abis suaranya kayak marah gitu sama kamu hehe" ucapku berbohong.

"hmm ya udah sih, hehe oh iya ini kakak kandung aku kak" ucap Rini seperti mengenalkanku pada laki-laki di hadapanku.

"e-elu ngapain di sini haaa.....?" tanya laki-laki ini.

"isss apaan sih kak, gak usah ngegas gitu deh nanya nya. Emang kalian saling kenal?" tanya Rini.

"haha ini pertama kali nya aku berjumpa dengan kakakmu Rin" ucapku tersenyum

"Rian..." ucapku menjulurkan tangan seolah mengajak kenalan seseorang.

Laki-laki di depanku hanya terdiam tak menyambut uluran tanganku. Aku tau pikirannya pasti terguncang, bagaimana tidak. Dia melihat sang adik membuka pintu kosnya hanya mengenakan handuk dan tiba-tiba muncul laki-laki dari belakang.

"ihh kakak tu, kak Rian udah baik loh ngajak kenalan juga"

"maaf ya kak hehehe, ini kakak aku Rendi. Biasa dia itu emang gitu orangnya" ucap Rini padaku.

Akupun hanya tersenyum melihat ke arah Rendi di depanku. Wajah kebingungan dan panik tampak muncul di wajahnya.

"elu ngapain berduan dengan laki-laki ini haaa, ngapain keluar hanya pake handuk haaaa..." tanya terlihat panik.

"apasih kak, tadi malam tu kita habis jalan. Terus kak Rian ngantar aku pulang. Karena keasyikan main terus kita ketiduran deh" ucapnya menjelaskan

Ya memang benar ucapannya Rini, hanya itu yang terjadi. Namun di pikirannya Rini semalam aku dan dia habis ngentot.

"keasikan main taikkk lo, lu gk usah aneh-aneh ya Rin. Nyokap suruh gua buat jagain elu jadi lu jgn coba macem-macem.." ucap Rendi pada Rini.
Aku hanya bisa tersenyum.

"alah udah deh, aku tu udah gede kak. Gk usah atur-atur aku lagi. Aku udah gede terserah aku mau lakuin apapun" ucap Rini.

"elu tu yaaa.." ucap Rendi seraya maju ke arah Rini.
Namun dengan cepat aku menghadang nya agar dia tak menyakiti Rini.

"weh kalem bro, sama cewek jangan kasar. Terlebih ini adek lu kan" ucapku padanya.
Aku memberikan tatapan intimidasi padanya. Tampak nyali nya menciut seketika.

Aku tersenyum dan berbisik padanya.
"memek adek lo mantep bro. Mantep kayak memeknya Vani"

"mungkin bisa gua pake semau gua, ntar kalau dah bosen ya gua tinggal jual aja memek adek lo ke om-om" tambahku
Saat aku mengatakan itu, kembali wajah Rendi tampak pucat dan sangat panik.

"ihh udah-udah" ucap Rini memisahkan kita berdua.

"kak aku udah gede ya gk usah atur-atur aku lagi, kakak gk berhak atur-atur aku ya. Udah deh kakak mending pulang atau pergi magang sana" ucap pada Rendi.

Aku tersenyum begitu mendengar Rini menyerang kakaknya sendiri.
"hahaha ini adalah salah 1 yang aku mau, ya walaupun terjadi tiba-tiba sih" gumamku.

Rinipun menutup pintunya tanpa memperdulikan Rendi.
"loh kenapa di tutup, kan kakakmu masih di luar?" tanyaku

"udh ih males aku sama dia kak, sibuk aja sama urusanku. Orang aku udah gede juga" balasnya

BINGO, aku berhasil membuat Rini memihak padaku.
Akupun kembali tersenyum.

"udah yuk kak ayo siap-siap, luapin aja tu kakakku. Aku juga lg ada kuliah pagi hihihi" ucapnya padaku.

"ya udah ayo berangkat" balasku.

"cium dulu hihihi" pinta nya

"ya udah ni..." balasku seraya menunduk agar Rini bisa menggapai bibirku.

*

Rini sudah berangkat terlebih dahulu, aku kini tengah berdiri santai memanaskan mobil yang ku pinjam.
Tiba-tiba aku melihat Rendi berjalan ke arahku entah muncul dari mana.

"eh BANGSAT LU APAIN ADEK GUA HAAAA...." teriaknya seraya mencengkram kerah baju ku.

Aku hanya tersenyum melihat wajahnya yang nampak sangat marah padaku.
"dapat keberanian dari mana ni bocah" gumamku.

"telinga lu lubang kan? Lu tadi gk dengar apa yang gua bilang haaa" ucapku memainkan emosinya.

"ANJING..." dia mengayunkan tangan kanannya hendak memukulku.

Dengan cekatan aku melepas tangan kirinya yang masih mencengkram kerahku, dan aku sedikit menunduk mengambil ancang-ancang dari bawah. Dengan cepat aku menghantam rahang nya.

*BUGGGGG....

Seketika tubuhnya rubuh kebelakang.
"huuufffttttt lecek kan baju gua" gumamku sambil merapikan bajuku.

Akupun mendekati dan jongkok di sebelahnya. Tampak wajahnya sangat syok, dia masih sadar namun tak dapat menggerakkan tubuhnya.
Ya aku tau titik-titik melumpuhkan musuh dari beladiri yang aku tekuni.

"nah baru diem kan sekarang" ucapku padanya.

"dapat keberanian dari mana lo kok bisa mau nyerang gua"
 
"seperti yang gua bilang, memek adek lu enak banget. Hahaha lu gk tau kabar tentang adek lu sendiri haa?.. Ato jangan-jangan lu udah pernah ngentot sama adek lo sendiri?" ucapku padanya.

Nampak Rendi hanya mampu mengatur nafasnya tanpa membalas perkataan ku.
" gua udah tau semuanya bro, apa hubungan lu sama Vani dan apa yg udah lu lakuin di belakang gua" ucapku sambil menepuk pipinya.

"sekarang lu rasain sedikit apa yg gua rasain dulu, ato lu mau liat gua ngentotin adek lo" ucapku kembali memainkan emosinya.

"dengerin baik-baik, gua bakalan ngelakuin hal yang lebih parah dari yg elu lakuin ke gua" ancam ku padanya.

"oh iya bentar, gua mau kasih lu sesuatu" ucapku sambil mengambil sesuatu di dalam mobil.

Saat aku kembali, aku memaksa membuka mulutnya.
Aku membuka 2 linting serbuk dan memasukkannya.

"noh kenang-kenangan dari gua buat lu. Gua sengaja beli ini buat lo doank. Kalau butuh gua beli beliin lagi hahaha" ucapku tertawa.

"loh mas kenapa itu mas" terdengar seseorang
Aku pun menoleh ke arah suara tersebut.

"gk tau ini bu, juga baru liat saya udah terbaring di sini" ucapku pada seorang wanita paruh baya mendekati kami.
Kemungkinan ini ibu kos nya Rini.

"sampe lo buka mulut, lo tau apa yg bakal gua lakuin ke Rini" ancamku pada

"ya ampun kenapa ini mas, kok bisa sampe baring disini?" tanya nya.

Nampak Rendi masih belum bisa menjawab pertanyaan.
"apa gua mukulnya kekencangan ya" gumamku

"emmm ambilin air coba bu buat dia minum" pintaku

"oh iya mas sabar ya saya ambilin" ucap wanita itu sambil pergi meninggalkan kami.

"anak pintar" ucapku menepuk pipinya.
Akupun menyelipkan bungkus lintingan tadi kedalam kantong baju Rendi.

*

"ini mas airnya" ucap wanita itu setelah kembali membawakan air.

"makasih bu" ucapku sambil membantu Rendi untuk duduk.
Akupun mulai memasukkan air ke dalam mulutnya.
Bukan tanpa alasan aku ingin agar semua serbuk yang aku masukkan tadi agar tertelan semuanya.

"ini bu udah, makasih ya bu" ucapku seraya memberikan botol yang berisi air tadi.

"sama-sama mas, Trus ini gimana mas?" tanya wanita ini.

"emm bentar lagi paling normal bu, ibu bisa bantuin jaga dia gk. Saya mau pergi kerja ni bu" ucapku meminta tolong.

"emmm gimana ya mas, mas kan orang asing disini. Eh maksudnya kan gk ngekos disini, jadi agak gimana gitu mas" ucap wanita ini.

"hehe ini kakak nya Rini salah satu penghuni di sini bu" ucapku

"owalah sodaranya mbak Rini, ya udah deh saya bantu mas" ucapnya

"makasih ya bu" ucapku sambil membopong Rendi ke samping kosnya Rini.

*

"udah bu saya titip dulu ya" ucapku

"iya mas makasih ya udah bantuin tadi"

"hehe sama-sama bu. Kalau perlu ibu nanti telfon ambulan aja bu" ucapku

"oh iya mas, tadi sudah saya telfon ambulan pas ambil air"

"oh bagus donk bu, Ya udah saya pamit dulu ya bu" ucapku mengundurkan diri.

"oh iya mas monggo" ucapnya mempersilahkanku.

Aku berjalan dengan senyum mengembang, saat melihat Rendi duduk dengan tatapan kosong.

***

Beberapa hari berlalu setelah kejadian tak terduga di kosnya Rini, Aku tersenyum. Ya walaupun merubah sedikit rencana ku namun hal itu tak membuat ku rugi. Aku yakin sekali jika saat ini Rendi tengah kebingungan dan rasa takut menghampirinya.

Rini sampai saat ini juga masih perhatian padaku. Ya meskipun aku tak memiliki perasaan untuknya, bukan karena apa. Namun dia hanya pancingan untuk menyiksa Rendi.
Sebenarnya aku memiliki beberapa foto bugil milik Rini yang ku ambil saat nginep di kosnya.

Tentu saja bukan untuk ku sebar, aku hanya akan mengirimkannya ke Rendi seorang. Aku tak ingin mengambil lebih banyak keuntungan dari Rini.

Aku bahkan tak sampai menyetubuhinya. Apakah aku php pada Rini?
Tidak, Rini sudah memiliki seorang pacar. Bahkan pacarnya adalah seorang pengusaha. Namun entahlah, aku juga bingung kenapa wanita sampai mau di tiduri oleh orang lain yang bukan pacarnya.

Apakah karena sudah mengenal seks?
Entahlah aku tak paham. Jalan pikiran wanita sangat susah untuk si tebak.

Hubunganku dengan Vani. Ya kami masih pacaran, bahkan akhir-akhir ini Vani jadi semakin perhatian padaku. Entah lah apa yang terjadi padanya.

Maya?
Hehe kami semakin dekat, jujur ada sedikit benih-benih suka yang ku rasakan pada Maya. Namun kalau untuk sampai ngentot dengan dia aku belum kepikiran sampai situ. Aku masih menikmati moment berdua dimana sifat kalemnya ini yang selalu membuatku gemas.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Aku dikagetkan dengan getaran hp yang ku taruh di meja kerjaku.

Aku : iya Halo.
P     : halo bos, kita sudah tau lokasi rumahnya. Jadwal mengajarnya. Tempat nongkrong nya. Semua nya dah pokoknya.
Aku : ok kirim semua dalam bentuk file.
P     :  baik bos

TUTTTTTTTTTTTTTT

sambun telfon langsung kumatikan.
"ya pelan namun pasti" gumamku tersenyum.

"Woiiiii Yan habis telfon sape lu serius amat" ucap seseorang mengagetkanku.

"si anjing, le ya bener-bener. Kagak usah ngagetin anjing" ucapku

"hehehe gk tau kenapa semenjak gua di sini demen banget gua ngagetin lu Yan"

"Aalah tai lu" ucap ku melepas tangan Dika dari pundakku

"hehehe kalem kali Yan ah, noh gua bawain lu cappucino ice" ucap Dika menaruh minuman itu di mejaku

"heh apaan nih, gua gk bisa minjemin duit ke elu" ucapku

"eh ****** gua bukan mau pinjem duit kontoll"

"sluuurrp.. Trus maksudnya ini apaan?. mau kerja di sini setelah selesai kuliah lu?" tanya ku sambil minum.
Ya Dika akhirnya tau juga kalau ini adalah anak perusahaan ayahku.

"elu sekali lagi ngadi-ngadi gua tampol lu yee"

"terusss ni maksudnya apaan kontol?" tanyaku sekali lagi

"hehe itu sebagai terima kasih karena udh ngasih gua saran Yan" ucapnya padaku.

"haaa saran?.. Saran apaan dah?" tanya ku bingung.

"lu kayaknya kebanyakan ngentot deh Yan. Jadi pelupa gini" jawab Dika.

"apa hubungannya kontol, dah cepet kasih tau yang jelas jangan setengah-setengah... Sluuurrp.. "

"gini, ini hadiah karena saran lu gua sama mbak Siska hehehe" ucap Dika

"haaaa lu udh ngentotin mbak Siksa Dik?" tanyaku padanya

"sssttttt pelanin suara lu kontol. Kagak lah, emg lu pikir gua elu. Gua sama mbk Siska udah jadian Yan" jawab Dika

"haaaa... Uhukk.. Uhukk.. Uhukk.. Keselek gua anjing. Seriusan lu Dik?" tanyaku

"yeee seriusan ini mah, tapi kami belum berani sampaikan ke publik Yan" jawab Dika terlihat senang.

"wah si anjing boleh juga lu. Eh tapi lu beneran belum pernah ngentotin mbk Siska Dik?" tanyaku sekali lagi

"gk cuma pelupa ternyata lu ini tuli ya anjing. Belum gua apa-apain gua mah" jawabnya

"wahahaha santai Dik. Eh tapi kalau butuh tutor inbox ya" ucapku menawarinya

"kgk usah nyet, lu pikir gua cupu apa gimana anjing" ucapnya membela diri

"hahaha ya menurut lu hahaha" aku tertawa melihat reaksi dari Dika

"elu yak bener-bener Yan"

"hahaha kalem bro, gua doain semoga apa yg lu impi-impikan tercapai. Sapa tau sampe palaminan ya kan hahaha"

"hehehe amin Yan. Gua nikahin janda juga kgk masalah"

"hahaha tp klw sampai beneran nikah komisi buat gua lebih gede kan. Gk cuma es doank ahahahahahaha" ucapku terpingkal-pingkal

"hahaha temen anjing emang lu Yan" Dika ikut tertawa bersamaku.

Setelah itu kami berbincang mengenai hal-hal lain lagi. Aku tak menyangka kalau Dika berhasil menaklukan hati mbak Siska.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Aku kembali mengecek hp ku yang bergetar. Layar hp menunjukkan kalau pacarku sedang mwncoba menghubungi ku.

Aku  :  halo
Vani :  halo sayang, kangennn.
Aku  :  tumben yank, biasanya juga sekarang sibuk.
Vani :  ih sayang tu, justru karena sibuk sekarang kangen tau
Aku  :  hahahaha ya udah mau ketemuan dimana?
Vani :  ntar malam nginep di kosku ya, ya ya sayang.
Aku  :  iya ntar aku ke kos deh
Vani :  yesss hihi makasih ayank
Aku  :  iya sayang
Vani : muachhhh ya udah yank aku lanjut kerja dulu ya.
Aku :  iya sayang.

Sambungan telfon pun terputus. Kalau di pikir-pikir sudah lama aku tak berjumpa dengan Vani. Entahlah mungkin karena kesibukan kami masing-masing.
Ya dan kalau nginep di kos Vani, kalian tau lah apa yang bakal gua lakuin.
Aku juga mengingat sudah lama kontolku hanya di pake buat pipis doank.

*Deeerrrrttttttttt Deeerrrrttttttttt

Kembali aku mengecek hpku. Aku tersenyum begitu tau nama yang muncul di hp ku.
Namun aku memutuskan untuk mereject panggilan tersebut. Ya sudah dari kemarin nomor itu selalu menghubungi ku.

"hahahaha hahahaha" tawa jahatku

***
*Malam Harinya

*TOK TOK TOK

*Cekkllekkkkk

"ihhhhh sayang......." ucap Vani langsung memelukku saat aku sudah sampai di kosnya

"hahaha iya sayang ettt dah jangab kenceng-kenceng meluknya" ucapku

"biarin.. Kangen kok... Lagipun kan pacar sendiri bebas donk" ucapnya mempererat pelukannya

"hahaha dasar..." ucapku mengusap rambutnya

"hihihihi...." tawa Vani mendongakkan kepalanya.
Vani kemudian meraih kepalaku dan mencium bibirku.

"Muachhhh muuuuaccchhhh mmmmmm muuuuaccchhhh"

"muachhhh hihihi masih tetep manis yank" ucapnya

"hahaha ngaco aja kamu yank. Hehe emang kamu pernah ngerasain yang pait?" pancingku

"emmm pernah yank, dulu mantan aku waktu SMA tu perokok berat. Jadi kalau kita ciuman tu kayak sepet + pait gitu yank. Kan kalau sayang gk ngerokok hihihi" ucapnya menjelaskan

"hahaha emg pengaruh ya sayang"

"hihi udah ihh muuuuaccchhhh.. mmmmmm..."

Kembali kami berciuman. Tanganku dengan cekatan meramas dada dan pantat pacarku.

"ahhh masih sangat kenyal" gumamku saat meramas dada dan pantatnya.
Dengan cepat aku membopong Vani menuju kasurnya. Dengan perlahan aku membaringkan tubuhnya, dan melecuti seluruh pakaian yang ia kenakan.

Setelah tak ada satu helai benang melekat pada tubunya, aku mulai mencium leher dan membuat cupangan di lehernya jenjangnya.

"ahhhhhhhhhhhhhh... Sssttttt..." Vani hanya mendesah saat aku mengangkat kepala ku dari lehernya. Dan benar saja tanda bekas kemerahan sudah ada pada lehernya.
Sejurus kemudian ciumanku turun menuju dadanya. Kembali aku membuat cupangan di dadanya yang besar dan ranum ini.

" ahhhh... Sa-sayang.... Uhhhhh..." hanya itu yang keluar dari mulut Vani.
Petualanganku menyusuri tubuh Vani tak sampai situ, kali ini kulanjutkan  ke liang memek nya. Memek tembem nya tanpa di tumbuhi bulu bertemu dengan lidahku. Dengan perlahan dan lembut aku permainkan memek nya yang membuat Vani kelonjotan  gk karuan dan mendesah ringan. Bahkan cairan bening keluar dari memeknya pertanda lubrikasinya sudah cukup. Kemudian aku memasukkan kedua jariku

"ahhh... Sayang ka-kamu mau apain aku Ahhhhhh..."
Aku tak menjawab karena konsentrasi ku pada memeknya. Aku melanjutkan gerakan menyentuh bagian atas dinding memeknya. Vani hanya menunjukkan ekpresi wajah linu namun enak.

"ahhh.. Pe-pelan sayang linu sayang oohhhhh...." desahannya tanpa henti.
Aku hanya berkonsentrasi untuk membuat Vani squirt, dengan penuh penghayatan agar Vani segera squirt. Lama-kelamaan desahan Vani makin menjadi, bahkan kini ia ikut mengobel bagian luar memeknya sendiri.

" ahhhhhhhhhhhhhh... Ooohhhhhh... Sa-sayanggg... Uhhhhh... Aahhhhh..."  dapat kurasakan memeknya mulai mengencang dan aku menekan bagian atas memeknya yang menandakan ia akan mengalamai squirt. Vani semakin mendesah tak karuan, matanya merem melek, bahkan pahanya di buka semakin lebar.

" ahhhh... Yankkk....mmmmfffttttt... Ooohhhhhh... Aku mau keluar yank... Aaahhhh...." mendengar itu, aku semakin meningkatkan kobelan ku.

"ahhhh... Sa-sayangg.... Ohhhh... Minggirrr.... Aahhhh.... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." Vani tak dapat menahan desahannya dan cairan bening muncrat dari memeknya mengenai sprei kasur dan Vani mengejang tak karuan. Sambil memandanginya aku menunggu hingga squirt yang di alaminya mereda.

" ohhh sayang kenapa kamu berani bermain di belakang ku" gumamku.

"enak sayang?" ucapku sambil membelai rambutnya yang sudah acak-acakan.
Vani hanya bisa tersenyum sambil mengangguk pertanda ia sangat menikmatinya.

Aku pun berdiri dan mulai melepas pakaianku.
"yank, emmmm cobain anal yukk" ajak Vani padaku.

"haaa kamu mau yank?" tanyaku meyakinkan.

"iya sayang mau.." balasnya.

"ya udah kamu ada baby oil gk?" tanyaku

Dengan cepat Vani mengambilnya dan memberikannya padaku. Vani sendiri memposisikan dirinya tengkurap rata namun pada bagian pinggulnya di ganjal oleh 2 bantal yang membuat pantatnya terangkat. Aku pun membuka lebar kedua kakinya, serta melihat lubang anusnya yang beraih dan siap menerima benda asing.

Setelah cukup lubrikasi dengan menuang baby oil pada anus dan kontolku tentunya, aku mengarahkan kontolku pada lubang itu. Dengan perlahan walau beberapa kali aku dorong rasanya susah untuk bisa masuk, kembali aku dorong pelan demi pelan namun dengan hentakan kuat agar dapat masuk. Beberapa kali Vani mendesah dan memberi instruksi padaku kapan maju kapan tahan.

"ahhh... Sayang... Udah masuk ya kepalanya.. Ohhhhh..." tanya Vani yang mulai terlihat berkeringat di punggung mulusnya.

"beluk yank, tapi udah mulai kebuka dikit lubangnya" balasku dengan menahan gerakanku.

"bentar sayang ohhh.... Hmmm...ayo dorong lagi sayanggg aahhhhhhhhhhhhh..." desah panjang Vani saat kontolku masuk lebih dalam. Dengan perlahan kepala kontolku berhasil masuk, sekarang tinggal bagian batangnya saja.

"hooaaahhhh... Aahhh.... Bentar yankkk oohhhhh kontolmu gede banget aauuuuhhhh...." dengan sedikit paksaan akhirnya setengah kontolku bisa masuk.

"ahhh... Udah yankk... Ohhhh.... udah mentokk yankk... Ahhhhh..." desah Vani saat kontolku masuk setengah. Aku hanya terdiam sambil berfikir betapa sempitnya lubang anus Vani. Ingiin rasanya langsung ku genjot dengan kecepatan tinggi.

Akupun perlahan mulai bergerak menarik kontolku sampai ujung lantas mendorongnya hingga maksimal. Gerakan pelan itu membuat Vani mendesah keenakan.

"ahhhhh... Sayang... Kontolmu rasanya sampai kepalaku... Oohhhh... Aahhhh..."

"aahhhh sempit banget yank ahhh... Ohhhh.." aku pun ikut mendesah karena memang lubang pantatnya sangat sempit.

Vanipun membenamkan kepalanya pada bantal. Hingga 6 menit sudah aku bekerja pada anusnya, akupun mulai menaikkan tempo genjotanku

"ahh... Sayang.. Udah mau deket aahhh... Ooohhhhhh... Aahhh..." desahan yang keluar dari mulutny menambah nafsuku untuk terus mengenjot lubang anusnya.

"ahh... Mau meledak sayang.. Aaahhh..ohhhh....aahhhhh aku gk kuat sayang aahhhh..." desahan Vani semakin kencang di tambah kembali tubuhnya mulai mengencang. Lantas beberapa saat kemudian  Vani keluar dan tubuh ya bergetar hebat.

"Aaaahhhkk... Sayang... Aaauuuhhhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." desahan panjang itu menandai klimaks yang dialami oleh Vani. Aku memegangi tubuhnya agar tak melakukan hal diluar kewajaran. Aku membiarkan beberapa detik agar Vani dapat mengatur nafasnya kembali.

" ahh... Sayang cabut dulu aah... Ohhh.. Hooosshhh.. Hooosshhh.." pintanya.
Akupun perlahan menarik kontolku keluar dari lubang anusnya. Terlihat anusnya tertutup kembali seperti semula seakan tak pernah di masuki oleh benda asing.

Perlahan Vani membalikkan tubuhnya menghadap kearahku. Wajahnya penuh dengan keringat menambah kesan keseksian yang ia miliki. Ia memberikan senyuman padaku, akupun ikut berbaring di sampingnya dengan kontol yang masih berdiri tegak.

"ayo yank lagi, aku belum keluar ini" pintaku padanya.
Vani tersenyum dan dengan cekatan memposisikan nya dirinya berbaring dan membuka lebar-lebar kakinya. Dengan semangat aku berdiri di selangkangan nya dan mulai mengarahkan kontolku.

*BLEESSHHHH
Kontolku yang panjang dan besar telah masuk sepenuhnya kedalam memek Vani. Aku mendiamkan ny beberapa saat sebelum mulai menggenjotnya. Vani terlihat melihatku dengan tatapan sayu dan horny menjadi satu.

Dengan penuh kekuatan aku mulai menggenjot memeknya dengan irama yang sama. Aku harus mencari bagian atas dinding memeknya lagi.

"ahh.. Aahhhh... Iya yank enak banget ohhh yank.. Aahhh... Ohhh.. Aahhh.." desahanya mulai kembali terdengar di telingaku. Nampak Vani mulai meremas sprei kasurnya sendiri.

"kamu kangen ya dengan yang gede sayang" tanya ku memancing di sela genjotanku.

"ahhh.. I-iya sayang yang gede lebih enak oohhh... Aahhh... Terusss... Aahhh..." Vani menjawab tanpa sadar pertanyaan ku.
Akupun tersenyum dengan jawaban yang diberikan.

Kembali aku menggenjot memeknya dengan penuh penghayatan, dadanya yang besar bergerak naik turun menambah kesan seksi pada pacarku ini.

" ahhh... Yankk aku mau nyampe lagi yank... Ohhhh.. Aahhhh... Berhenti dulu yaannkkk... Oohhh..." desah Vani meminta berhenti. Namun aku tau kalau dia akan keluar aku justru semakin mempercepat genjotanku.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Tubuh Vani makin bergerak tak karuan, dia terus meminta untuk berhenti namu kembali tak kuhiraukan.

"sayang ohhhh... Aku keluar yankkk.. Aaahhh... Ooohhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." desahan panjang di iringi getaran hebat di tubuhnya, keringat semakin bercucuran, tangannya meremas sprei dengan kuat dan kakinya mengapit pinggulku dengan kuat.

Tak memberi waktu lama aku kembali menggenjot memeknya karena aku merasakan akan segera keluar juga.

"aaauuuhhhhh... Sa-sayangg bentar yankk... Aahhhhh... Berhenti dulu sayang... Ohhhh.."

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Aku semakin mempercepat genjotanku. Aku sudah tak peduli apapun lagi. Melihat wajah Vani yang keenakan. Desakan spermaku begitu nyata akan keluar, badanku kurasakan semakin mengencang.

"Aahhhh..... Sa-sayanggg aku keluar lagi ooohhhh.... Aahhh... AARRRGGGGGGHHHHHHH.."

"AHHHH AKU JUGA SAYANG OHHHHH AARRRGGGGGGHHHHHHH"

*CROOOOOT CROOOOOOT CROOOOT

Teriak panjang kami di sertai keluarnya spermaku di dalam memeknya. Tubuhku pun lemas dan ambruk seketika menimpa tubuh sintal Vani.

"hhhaaaahhhh... Hhaaahhhh.. Hooosshhh.."
Hanya suara itu yang terdengar dari kami karena kami sedang berusaha menarik nafas sedalam dalamnya.

"enak sayang?" tanyaku membuka obrolan.
Aku pun mulai bangkit dari tubuh Vani.

"kamu tu yaaa uhhh udah di bilang berhenti juga masih aja ohhh"

"hihihi tapi enakkan?" tanyaku menggodanya

"ihhh apaan sih yank hihihi"

Akupun mencabut kontolku dari memeknya dan spermaku ikut keluar begitu aku mencabut kontolku.

"auhhh... Pelan sayang ngiluuu.." ucap Vani.

"hehe maaf sayang.." aku mencium keningnya agar dia lebih tenang.

Akupun bangkit dan ingin segera ke kamar mandi. Tak lupa aku mengecek hp ku kembali.
Kembali aku tersenyum. Belasan panggilan tak terjawab.

"sayang mau kemana?" tanya Vani

"minum sayang hauss, mau ke kamar mandi juga ini" balasku

"ambilin aku minum juga ya" pinta Vani

"hmm siap sayang" ucapku tersenyum.

Saat tengah minum kembali hp ku bergetar. Aku pun mengambil hp yang ku raruh di atas meja.

Aku :  Halo boy
P     : ssshhhhhhh hhhaahhhhh ssshhhh Yan, gua mohon Yan. Gua butuh barang itu sshhhhh
Aku : lu mau lagi, ya udah kalau mau ya besok aja. Gua lagi gk kota ini
P    : sshhhhh be-bener ee Yan sshhhh hhhaahhhh
Aku : hahaha iya bener lah tolol
P     :  oke gu-gua tunggu besok ssshhhhhh hahhhhh
Aku : hahahaha ok Ren *ttuuuuttttttt

Aku pun langsung menutup telfon dari Rendi. Nampak sekali kegelisahan yang di alami oleh Rendi.

"Ok, perlahan tapi pasti lu bakal ancur Ren hahahaha" gumamku

"sayang....kok lama" terdengar suara Vani memanggilku

"iya ini otw ke situ sayang...."




*Bersambung.....

==================


EPISODE 16
"hooaaammmmmm jam brp ini anjing" gumamku saat terbangun dari tidurku. Di hari libur aku menyempatkan untuk tidur siang

Sudah beberapa hari berlalu sejak aku menginap di kosnya Vani. Ya, malam itu juga akhirnya aku berhasil  menganal pantatnya. Entahlah, sangat jarang Vani memikirkan posisi saat ngentot. Tapi kemarin dia malah menawarkan anal sex. Aku tidak tau dia meminta hal itu karena ingin memberikan yang pertama buat ku seperti keperawanannya dulu, atau sebagai pengganti rasa bersalah padaku karena dia sudah anal sex terlebih dulu sebelum denganku.

*Derrrrtttttttttt

Aku di kagetkan oleh getaran hp ku sendiri. Dengan segera aku mengambil untuk mengecek ada pemberitahuan apa. Senyum kecil mengembang di wajahku.

Aku : ya halo ada apa boy
Rendi :  sshhhhtttt.... Yan.. Gua bu-butuh lagi Yan... Sshhhhhtttt..... Hhuuuuffffffftttt...sshhhhtttt..
Aku : Duit yg lu kasih udah habis. Lu pikir barang itu murah harga nya?
Rendi : Yan tolongin gua Yan sshhhhtttt....
Aku   :  hahaha apa untung nya gua nolongin lu haaa.. Lu duluan yg mulai ya njing hahaha.
Rendi : ssshhhtttt... gua minta maaf Yan Hhuuuuffffffftttt.... Sssshhttttt...
Aku   :  haha gua ni orangnya balas budi. Lu baik ya gua baik. Berhubung lu kyk setan ya jgn salahin gua hahaha.
Rendi : sssshhhhttttt... Yan tolong gua Yan
Aku    :  hahaha bukan urusan gua lagi. Lu cari jalan sendiri. Oh iya semoga lu gk berakhir di hotel para sampah masyarakat hahahahaha
Rendi : halo Yan, Yan..

Aku langsung mematikan HPku.
"hahaha selamat berjuang" gumamku dalam hati.

Ya, selama ini aku terus membeli narkoba untuk Rendi. Ya memang itu rencanaku untuk membuat dia menjadi seorang pecandu, namun hari saat Rendi datang ke kosnya Rini, semua seperti berjalan lancar buatku. Dia selalu mentransfer beberapa juta untuk membeli narkoba. Ya sekarang dia sudah jadi pecandu, terdengar suara menggigil yang keluar dari mulutnya tadi.

Sebenarnya aku ingin langsung menghubungi polisi, namun kalau aku memberi tahu polisi akan ribet karena pasti aku akan di introgasi oleh para polisi.

Yang ku dengar juga, sekarang dia sangat jarang ke kantor tempatnya magang. Ya kurasa dia tak ingin ciri-ciri kecanduan nya terbongkar. Perlahan-lahan kehidupannya mulai terganggu sedikit demi sedikit.

"hahahaha oh inikah nikmatnya balas dendam" ucapku. Namun ini semua belum berakhir.

"ok let's go, target kedua" gumamku tersenyum.

Ya sebenarnya aku pribadi yang baik. Namun ketika aku memiliki rasa dendam, sifatku menjadi sangat-sangat jelek.

Aku teringat saat SMA, ada sekitar 5 kakak kelas yang sampe pindah sekolah karena berani mengganggu ku. Bahkan kudengar kabar kalau salah satu dari mereka ada yang sampai tak mau sekolah.
Ya dulu saat SMA, ketika ada yg berani mengganggu ku, aku langsung menghajarnya. Bahkan ketika di kroyok sekalipun aku berhasil membalas mereka satu persatu.

Saat itu sekitar 6 orang dari sekolah lain mengeroyok ku karena aku berpacaran dengan perempuan yang ketua mereka sukai. Jadi dia tak terima dan kemudian mengeroyokku. Aku masih ingin 3 diantara mereka berhasil ku lumpuhkan, namun karena mereka membawa benda tumpul, aku akhirnya tersungkur. Jadilah aku bulan-bulanan mereka, namun aku tak pingsan. Kesadaranku masih ada, dan di sela kesadaranku aku berucap
"kalau mau keroyok gua, keroyok sampe mati. Jangan sampe gua bisa pulang. Sampe gua bisa pulang, gua ketemu salah satu elu di jalan. Bakal gua habisin lu".

Setelah selesai itu, satu persatu mereka ku hajar habis-habisan. Hahaha jika mengingat kebrutalan ku saat itu, kadang berpikir kok bisa ya gua kayak gitu.
Ya sekarang kalau harus beradu jotos, sebenernya udah malas. Tp kalau kepepet ya hayyukkk gua mah.

Kembali ke diriku yang sekarang. Aku bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh ini.
Setelah selesai aku segera berganti pakaian untuk pergi dengan tetangga manisku.

Ya rencananya petang ini aku ingin mengajak Maya untuk dinner, ya sekedar menghilang kan suntuk. Ini juga sebagai rasa terima kasih ku karena selama ini tiap malam dia selalu masak untukku.

Sebenarnya aku ingin mengajak Vani. Namun katanya dia sudah janjian pergi dengan temannya.
Aku yang sudah terbiasa dengan hal itu ya biasa aja gitu, gk yang ada rasa dongkol di dalam hati karena penolakan dari Vani.

*TOK TOK TOK TOK TOK TOK

aku mengentuk pintu kos tetanggaku ini.

*Cekkllekkkkk

"Assalamualaikum ukhti" kataku mengucap salam.

"Waalaikumsalam mas" balas sang pemilik kamar kos.

Aku mendadak terdiam melihat Maya. Walau sering melihat, entah kenapa setiap pertama melihat nya aku seperti terhipnotis. Tatapan mata di balik kacamatanya entah memiliki kekuatan apa, walau sebenarnya dia tak dapat menatap mataku lama-lama.

"mas kok ngeliatin aku segitunya" ucapnya membuyarkan lamunanku.

"eh emm itu.."

"ada aneh di wajahku ya mas?" tanyanya menundukkan kepalanya lagi.
Yasalam, betapa imut dan feminim nya gadis di depanku.

"ehehehe enggk kok May, hehe kamu cantik tau manis pula hehehehe" ucapku jujur.

Mendengar ucapanku, seperti biasa Maya tambah tak berani untuk menatapku.

"ih mas Rian ngomong apa sihhh...."

Omongan Maya terhenti saat aku mengusap kepala yang berbalut jilbab. Maya tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Tatapan kami bertemu,

"oh Tuhan tatapan mata ini" batinku

Tanpa sadar usapanku turun menuju pipi, kuelus-elus sebentar. Maya masih terpaku dengan aksiku ini. Entah mengapa Lama-lama jariku menuju kearah bibir tipis nya, ku usap pelan. Bibir yang tanpa sengaja pernah ku kecup dan merasakan betapa lembutnya bibir ini.

"ehhh a-ayo kita berangkat May" ucapku membuyarkan kediaman kami. Serta menjauhkan jariku dari bibirnya

"ahh.. I-iya mas" dengan cepat Maya kembali menunduk.

Aku segera mengandeng tangannya untuk lekas pergi. Senyum kecil mengembang dariku, aku juga sempat melihat sekilas ke Maya. Walau wajah gugup yany kulihat, namun senyum manisnya nampak tersungging di wajahnya.

"Lama-lama gua bisa demen ama ni cewek" gumamku.

*

Setelah sampai tempat tujuan, kami memesan makanan. Disini aku berusaha memancing agar Maya tak terus menunduk di depanku. Aku ingin kita bersenda gurau lepas tanpa ada perasaan canggung di antar kami. Saat aku berhasil membuatnya tertawa, entah kenapa hatiku juga merasa senang.

Saat makanan datang, aku tak berhenti mengajaknya mengobrol. Entahlah rasanya sangat nyaman bisa mengobrol dengan Maya.

"gimana mas magang nya?" tanya Maya

"hahaha aman May. Kamu sendiri gimana?" tanyaku balik.

"hehe ya gitu lah mas, lagi banyak-banyaknya tugas"

"oh udh biasa itu mah, tp mas yakin kamu pasti bisa kok ngejalaninnya" ucapku

"hmm iya mas, emmmmm anu mas gimana hubungan mas...."

Tengah asik mengobrol sambil makan, mataku tak sengaja melihat Vani berjalan berdua bersama temannya, namun di belakangnya aku melihat laki-laki yang tak asing bagiku. BILLY...

"mas halo mas..." ucap Maya berusaha membuyarkan lamunanku.

Aku langsung segera mencari maskerku namun tak kunjung menemukan. Tiba-tiba Maya memberikan ku masker dan kacamatanya.

"mas cari ini kan?" tanya nya

"loh kok...."

"sssttttt.. Aku dah tau mas" ucap Maya seperti tau kenapa aku mencari masker.

"tapi kacamata ini May?" tanyanya

"ini kacamata biasa mas, mataku masih normal kok" ucapnya padaku

Dengan segera aku memakai masker dan kacamata yang di berikan oleh Maya. Aku berusaha bersikap senormal mungkin. Namun tak kusangka Maya menggenggam tanganku Sambil tersenyum manis ke arah ku.

Dan yang lebih membuat ku kaget adalah mereka duduk tepat di belakangku. Entahlah Vani tak mengenali saat melewati ku karena masker atau karena sibuk berbicara dengan temannya.

"wih seriusan Van, kok bisa gitu ya?" tanya teman wanita Vani.

"ya mana gua tau, hihi tp aneh gitu sih" jawab Vani.

"eh mas nya diem aja hihihi, siapa namanya mas?" tanya nya kepada Billy

"hemm Billy"

"Ira, temennya Vani. Hmm masnya ini..."

"kgk usah ngawur lu, Billy temen gue di kelas Yoga" sela Vani.

"hehe kirain.. Eh gue ke toilet bentar ya"

"mo ngapain lu, cepirit lu yakk hihihi" canda Vani

"ih enak aja kalau ngomong, pipis dulu gue bentar daaa.. "

Temen Vani yang bernama Ira berlalu melewati ku untuk menuju kamar mandi.

"Lu knp Bil, akhir ini kok kayak gelisah ketakutan gitu. Lu juga kyk kurang tidur gitu. Ada apa Bil?" tanya Vani.

"Van, hmmmm udh beberapa hari ini gk tenang gue" jawab Billy

"gk tenang kenapa"?

"emm gu-gue di teror Van" jawab Billy terdengar gugup.

"haaa di teror. Maksud lu?"

"tiap hari ada yg ngirim gua kertas ini Van"

"kertas apaan ni.. Haaaaa STOP Or DIE. Siapa yg ngirim ini Bil?" tanya Vani.

"gk tau gue Van. Hampir tiap malam gk bisa tidur nyenyak gue"

Dapat ku rasakan suara ketakutan dari Billy. Senyum mengembang di wajahku.

"da-dari mulai kapan lu dapat teror kek gini?" tanya Vani.

"udah semingguan ini Van, awalnya ada yg taro kertas itu di mobil gua. Gua pikir hanya becandaan orang iseng, tpi lama-kelamaan teror nya makin menjadi, dari 3 hari kemarin tiap sore pasti ada yg ngantar paket. Pas gue buka tulisan itu yg selalu muncul. Bahkan tadi malam, kaca rumah gua pecah karena di lepar batu"

"e-elu gk coba lapor polisi Bil?"

"u-udah tapi gk di tanggepin serius sama mereka. Gu-gue harus gmn Van.?" tanya Billy.

"makanya itu sekarang gue di sini ikut lu karena bingung dan takut Van" lanjut Billy

"hmmm gue juga bingung Bil harus gimana"

"Oiiiii seriussss amattt...." kata seorang wanita yang ternyata adalah Ira. Sontak saja hal itu semua baik itu aku atau pun mereka berdua pasti kaget.

"ehhh.... Elu Ir bikin jantungan aja ih" ucap Vani

"hehehe sory-sory, lagian lu pade serius amat ngomongnya"

"ya orang ngobrol mah kudu fokus tau" kilah Vani.

"eleh bacot lu. Eh mas nya diem aja dari tadi, hehehe lg sariawan ya mas" goda Ira pada Billy.

"eh.. Eee-enggak kok hehehe, cuma bnyak pikiran aja" ucap Billy setenang mungkin.

"Target 2 Locked" gumamku.

Ya ini adalah rencana ku kepada Billy. Aku ingin membuat dia di selimuti rasa takut dan tidak tenang dengan menerornya. Aku ingin membuat mental dia down dan jadi kurang fokus menjalani kesehariannya. Aku meminta bantuan seseorang untuk menjalankan aksiku. Dan bisa di pastikan 70% rencanaku terhadap Billy sukses.

"tinggal Finishing" gumamku.

Mereka pun akhirnya bensendagurau. Tak sedikitpun Vani atau Billy membahas hal itu, namun yg lebih banyak mengobrol adalah Vani dan Ira. Sementara Billy lebih banyak diam.

Aku dan Maya lebih dulu selesai ketimbang Vani. Aku memutuskan untuk langsung pergi dari tempat ini.
Sebelum pergi aku pergi ke meja kasir untuk membayar.

"emmm May, jalan duluan deh biar mas selesaiin dulu" pintaku pada Maya.

"mas gk papa aku duluan?" tanya Maya

"iya gk papa May" jawabku meyakinkan.

"ya udah jangan lama-lama ya mas"

Setelah Maya agak menjauh, aku meminta secarik kertas pada mbak kasir. Untung nya mbak kasir nya berbaik hati.

Kembali aku menuliskan kata STOP OR DIE. Tentu saja tanpa sepengetahuan mbak kasir nya apa yang ku tulis.

"emmm mbak nanti tolong kasih ini ke mas yang di sana itu ya" pinta ku pada mbak kasir sambil menunjuk ke arah Billy.

"apa ini mas?" tanyanya

"ini tiket nonton BTS mbak" jawabku iseng

"ihhh seriusan mas, buat saya aja gimana?" tanyanya kembali.

"lah di tanggepi serius donk..." gumamku

"hehehe bukan tau mbak ih, udah kasih aja ke pria di sana itu nanti mbak. Oh iya nanti kalau di tanya dari siapa. Bilang aja gk tau ya mbak" kataku sambil menyerahkan beberapa uang.

"hehehe ok mas gampang itu mah hihihi"

"hehe ok ya udah mbak saya pergi dulu ya. Makasih mbak" jawabku membuka masker sambil mengedipkan mata.

Mbak nya pun tampak salah tingkah melihat aksiku barusan. Dengan segera aku menuju parkiran.

"dah lama nunggu princes?" tanyaku pada Maya.

"eh mas, enggak kok" jawabnya kembali tersipu.

"pulang?" tanyaku sambil tersenyum yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Maya.


*BRUMMMMMMMM



*Hari Eksekusi

Aku sedang bersiap dengan semua perlengkapan ku. Ya hari ini aku akan pergi ke tempat Billy.
Dia mengiyakan karena sebenarnya aku mengajak ketemuan menggunakan HP milik Vani. Jadi yang ada di benaknya Vani lah yang mengajak ketemuan.

Tak lupa aku mencari gambar lingeri dan g-string yang kucari dari salah satu aplikasi online kemudian ku kirim pada Billy agar di makin semangat.
Tanpa menunggu lama ia pun mengiyakan.

*DEERRTTTTTTTT

Aku : Iya halo
P     : eh halo mas ganteng, hihihi gimana dengan kesepakatan kita. Kerjaku bagus kan?
Aku : haha ingat aja ni mbak nya. Iya mbak pasti ingat kok.
P     : mas yakin gamau pake yang lain?
Aku : hahaha udah mbak tak bayar pake uang aja.
P     : hihihi ya udah deh. Tapi nanti kalau berubah pikiran aku siap kok mas
Aku : hahaha makasih mbak
P      : hihi ya udah mas ganteng byeee....
Aku : iya mbak bye.
*Tuuuuutttttttttt

"huuufftttt masih aja gk nyerah tu perek haha, tapi emang mantep sih bodynya" gumamku.

Dengan segera aku bergegas menuju lokasi rumah milik Billy. Aku tak ingin dia sampe rumahnya lebih dulu ketimbang dia.

*

Sampai di tujuan. Sesuai dengan petunjuk dari orang suruhanku, aku pun dapat menemukan dengan mudah rumah milik Billy. Ato lebih mirip rumah kontrakan sih.
Aku pun mengecek pot bunga tempat Billy menaruh kunci rumahnya. Aku memang sengaja memintanya menaruh kuncinya di situ. Sebenarnya dia ingin menjemput namun aku beralasan kalau ingin memberi kejutan. Tentu saja tanpa dia ketahui kalau yang mengirim pesan itu bukan Vani.

"nah dapat" gumamku.
Aku menemukan kunci rumah Billy dengan gampang. Setelah pintu terbuka, aku mulai masuk menjelajahi rumahnya Billy. Tidak terlalu besar, namun rumah ini termasuk rapi untuk ukuran seorang pria.

Aku pun mempersiapkan semua peralatan yang ku bawa dari tas ku bahkan termasuk infokus. Aku menggeledah kamarnya dan menemukan leptopnya Billy. Senyum kembali mengembang.

"huuufffttttt akhirnya kelar juga" gumamku.

*TOK TOK TOK

mendengar suara ketukan aku segera bersembunyi di balik pintu kamar. Tak lupa sapu tangan berisi obat bius sudah ada di genggamanku.

*CEKKLLEKKKKK

"hehehe halo sayang ahh.... Udah lama nunggu ya" ucap Billy ketika membuka pintu.

"hihi sembunyi dimana kamu manis" tanya nya kembali.

Nampaknya dia sangat semangat, sengaja memang beberapa hari aku tak lagi menerornya.
Saat pintu kamar terbuka, dengan cepat aku langsung membekapnya dengan sapu tangan berisi obat bius yang sudah aku siapkan.

"hhmmmmmmmmmffggggggffffttttttt"

Hanya beberapa detik Billy sudah jatuh pingsan.
Tak begitu sulit membekapnya karena memang sudah terbiasa untuk ku melakukan itu.

Aku kemudian mengambil kursi dan mulai membawa tubuh Billy untuk ku ikat di kursi tersebut.
"huhhhhh berat banget ni orang, keberatan bidji kayaknya hahahaha" gumamku.

Setelah selesai mengikatnya. Aku lalu mulai membuka leptop Billy, tak lupa ku sambungkan ke infokus yang ku bawa tadi.

"kalau gk salah kode nya itu ******. Wah kebuka anjir hahaha gua kirain nipu tu perek" gumamku.

Kubuka semua folder-folder yang ada di leptopnya Billy. Tak ada hal lain, hanya bokep isinya.
Namun mataku tertuju pada sebuah folder 'PEREK-PEREK KU'. Setelah ku klik muncul folder dengan nama-nama yang sudah jelas itu nama-nama wanita.
Terhitung oleh ku ada sekitar 20 folder

"anjir banyak banget foldernya gila" gumamku.

Akupun mengklik salah 1 folder bernama 'ANA' .
"si anjing..." aku terkejut karena banyak video dan foto bugil bahkan ngentot seorang wanita dan tentunya ada Billy di dalam nya.

Akupun mendekat ke arah Billy.
*PLAKKKKK

"Banyak banget cewek yang udah lu kontolin ya anjing" kataku.

Akupun kembali menuju ke arah leptopnya Billy. Ku scroll sampe bawah dan mataku tertuju pada folder 'VANI KESAYANGANKU'. Bahkan ada gambar love di folder itu

"jangan-jangan...." gumamku

Dengan cepat aku mengklik folder tersebut. Saat ku buka isinya sama seperti folder tadi namun lebih banyak foto dan lebih sedikit video. Bahkan hanya ada 2 video di folder itu.

Perlahan aku mengklik salah 1 video untuk memastikan siapa wanita itu. Jantungku berdegup kencang. Foto itu menampilkan foto bugil seorang gadis yang sedang bugil, ada pria di belakang sambil mencium bibirnya. Tangan si gadis memegang pipi sang pria. Tak lupa tangan sang pria meremas payudara besar dan kenyal milik gadis itu.
Ya itu adalah foto Vani pacarku bersama Billy.

Sebagi lelaki normal tentu saja kontolku langsung mengeras. Foto selanjutnya yang membuatku keringat dingin. Di foto itu Billy sedang menjilat memek Vani, sementara Vani seperti keenakan sambil menjambak rambutnya Billy.

"ohhh sayang kenapa kau jadi binal seperti ini" gumamku.

Aku pun tersadar dan mengambil flash yang sudah ku bawa memang.
Dengan segera aku mencolok flash itu ke leptop Billy dan mulai memindahkan folder yany berisi foto dan Video Vani.

Saat tengah memindahkan file, aku menuju kearah kulkas untuk mengambil air dingin. Kulihat ada beberapa botol dan aku membawanya ke kamar.

*BYURRRRRRRRRRR

Satu persatu aku menyiram kepala Billy dengan botol berisi air dingin. Rupanya 1 botol sudah cukup membangunkan binatang ini.

"hhmmmmmm mmmmmmmfftttttt"

Dapat kulihat wajah kebingungan Billy dengan keadaannya yang sekarang terikat dan mulut yang ku lakban.

Begitu dia melihat ke arahku. Nampak raut ketakutan di wajahnya. Dengan senyum mengembang aku mendekatinya dan membuka lakban di mulutnya.

"huuufffttttt ssssttttt e-elu si-siapa?" tanyanya.

Dia tak mengenaliku karena memang aku sedang mengenakan masker di wajahku. Tanpa berkata-kata, aku berjalan menuju ke arah leptop. Kulihat file yang ku salin sudah selesai. Akupun mencabut flash dan menyimpannya dalam kantong.
Kembali aku membuka foto pertama Vani yang kulihat, tak lupa infokus yang sudah ku sambungkan dan ku arahkan ke dinding kamar Billy.

"gimana rasanya memek pacar gua?" tanya ku melepas masker.

"Ri-Rian...." jawabnya terbata.
Dia terlihat ketakutan sambil terus menggigil.

"kenapa, kaget lu gua bisa ada di sini haaa binatang" aku berjalan mendekati Billy.

Dalam keadaan telanjang dan terikat di kursi, Billy hanya diam tak mampu menjawab kata-kataku. Apalagi terpampang besar foto dirinya dan Vani di dinding kamarnya.

"eh lu bisu ya anjing haaaa, kalau di tanya tu di jawab. Memek pacar gua enak ya anjing" teriak ku di depannya.

"Yan maafin gua Yan, gu-gua gk maksud gitu ke elu...."

"CUUUIIIIHHHHHHH.. Udah kayakk gini baru mau ngaku salah ya kontol" ucapku meludahi wajahnya.

"gua tanya sekali lagi atau gua potong kontol lu. Gimana rasanya memek pacar gua?" tanya ku mengancam.

"e-enak ba-banget Yan.."

*PLAAAKKKKKK

terdengar keras tamparanku di wajahnya.
"udah berapa kali lu ngentotin memeknya?"

"..."

"jawab kontol" ucapku sambil menjambak rambutnya.

"akhhhh.. Lu-lupa Yan"

*PLAAAKKKK

"enak lu yee, pacar orang lu entot. Udah berapa pacar orang yang lu giniin. Kenapa isi folder Vani paling di antara cewek lain yang udah lu entot?" tanyaku bertubi-tubi.

"gu-gua....."

*PLAAKKKKK

"cepet jawab kontol..."

"gu-gua sa-sayang sama Vani Yan"

"oh jadi karena sayang lu bisa ngentotin pacar gua trus iya?"

"...."

*PLAAAKKKK

"udah gua bilang kalau di tanya itu di jawab kontol"

"akhh.. Sory Yan so-sory. Tolong lepasin gu-gua Yan. Gua janji ba-bakal jauhin Vani Yan"

"huuufffttttt... Cowok yang modal kontol kayak lu gk bakal jera kalau gua lepasin" ucapku.

Aku pun menuju ke arah leptop Billy dan mulai menyetel salah 1 video ngentot yang ada di leptopnya. Tak lupa speker leptop aku nyalakan.

"aahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..... Aahh..... Ooohhhhh.... Aaahhhhhh te-terusss.... Aahhh.... Aahhhh....... Billy Ahhh...."

Seketika kontol Billy berdiri tegak melihat layar tancap video dirinya sedang ngentot dengan cewek yang entah siapa karena aku memutar video secara random. Aku pun mulai mengambil beberapa obat yang ku bawa. Ada 5 butir tablet dan 5 suntikan.

Saat ku mendekat kearahnya, ku buka paksa mulutnya dan langsung memasukkan langsung 5 tablet obat ke dalam mulutnya. Agar cepat masum ke dalam tubuhnya, aku mencekoki air dingin yang ku bawa tadi.

"uhuuukkkk... Uhuuuukkkk
.. welkkkkk... Apa yg lu masukin ke mulut gua Yan?" tanyanya.

*PLAAKKKK

"bacot lu, anjing itu harus nurut sama tuannya"
Akupun kembali melakban mulutnya. Kulihat dia meronta-ronta semakin panik saat aku membawa 5 suntikan.

"sssttttt.... Lu tenang ya. Yang lu minum dan yang ada di suntikan ini hanya obat tekanan darah kok" ucapku.

Aku pun mulai menyuntikkan semua suntikan yang ku bawa ke dalam tubuhnya.

"kita liat apakah itu langsung bereaksi" gumamku saat sudah menyuntikkan semuanya.

Jaid menurut dokter. Obat tekanan darah dapat memicu terjadi disfungsi ereksi. Akibatnya seorang pria bisa impoten. Namun dalam kasus ini aku memasukkan dengan dosis yang sangat tinggi.

Aku sengaja memutar bokep di depannya agar kontolnya berdiri dan kemudian aku memasukkan obat tersebut.

Perlahan-lahan kontol Billy mengecil, padahal videonya masih berlangsung bahkan bisa di bilang lagi panas-panasnya.
Kulihat sekujur tubuh Billy penuh dengan keringat. Bukan merasa kasihan justru aku semakin bersemangat. Senyum mengembang di wajahku.

Dan saat video telah berakhir, kontol Billy sudah layu total. Kulihat air mata mengalir di pipinya.
Aku mendekatinya dan melepas lakban di mulutnya. Tapapannya kosong.

Aku mulai melepas ikatan di kaki dan tubuhnya.
Seketika tubuhnya langsung ambruk kesamping. Kulihat dia seperti zombie yang tam dapat berbuat apa-apa.

Akupun segera merapikan kembali barang-barang ku dan bergegas keluar dari kosnya.

"selamat berjuang dengan kontol lu yang udah mati. Semoga masih ada perek yang mau sama lu hahaha. Oh ya santai gua udah maafin lu hahaha" ucapku sambil meninggalkan Billy yang tergeletak tak berdaya.



*BERSAMBUNG....

=====================


END


"nasi goreng enak ya mas"

"beh juara pokoknya May" ucapku sambil menyunyah nasi goreng yang kami pesan. Ya malam ini aku sedang makan di warung nasi goreng bersama Maya, lebih tepatnya karena janji sih. Maya janji mau aku ajak untuk makan malam di luar, namun dia yang memilih tempatnya. Jadi ya di warung nasi goreng ini lah.

Aku tak masalah sih, aku tipikal orang yang apapun selama masih bisa di makan ya los masuk perut pokoknya hahaha.

"mas tapi beneran gk papa kan makan di sini?" tanya Maya.

"lah aku mah apapun gas, santai May" jawabku pada Maya. Kami melanjutkan makan kami dengan sedikit di bumbui canda tawa kami.
Maya sekarang sudah tak semalu dulu kalau berbicara denganku, ya walau kadang saat aku menatap matanya dia langsung menurunkan pandangan nya serta rona merah terpancar dari pipinya. Namun justru hal itu yang aku sukai dari Maya.

Hubungan ku dengan Vani?
Ya kami masih pacaran, namun komunikasi kami sudah tak begitu intens.
Terakhir kali kami bertemu, dia membahas tentang Rendi yang katanya terciduk polisi di kos nya. Sebenarnya aku tau kenapa sampai di ciduk, namun aku pura-pura bodoh saja bertanya ke Vani alasan kenapa dia di tangkap. Bahkan Vani tak menyangka kalau Rendi itu mengonsumsi ganja. 1 orang sudah down.

Kalau Billy?
dari yang aku dengar info dari kelas Yoga nya, dia sudah menghilang entah kemana. Namun lagi-lagi bukan aku jika tak tau informasi. Billy sudah pergi meninggalkan kota ini untuk berobat. Akibat obat yang aku cekoki padanya berdampak sangat buruk pada kontol nya. Bisa ku tebak kalau di pergi keluar untuk mencari pengobatan untuk kontol nya yang sudah mati.

Kenapa tak membuatnya mati saja?
Hahaha kalau langsung mati, cuma beberapa detik donk dia menderita. Menyiksa dengan perlahan-lahan itu yang tak hanya membekas pada fisik nya, namun pada mental nya juga.

*

"udah siap??,, pegangan, ntar jatuh loh" pinta ku pada Maya setelah kami menyelesaikan makan kami. Kami hendak pulang karena ku rasakan dari angin malam yang menerpa kami, firasatku mengatakan kalau akan turun hujan.

"iya mas ini juga mau pegangan" balas Maya mencengkram jaketku. Segera saja ku pegang tangannya dan menaruhnya melingkar di perutku.

"ehh... Eehhh... Mass.. Kok.."

"sssttttt.... Biar gk jatuh manis" ucapku menggoda Maya. Ku lihat dari kaca spion Maya tersenyum setelah tangannya melingkar di perutku.

*Bruuuummmmmm.....

Baru saja 2 menit berjalan, kurasakan rintik air sudah menerpa Helm dan tubuhku. Dan benar saja hujan datang seketika bagaikan kang parkir yang tiba-tiba muncul saat kita hendak pergi.
Karena sudah kepalang tanggung di atas motor jadi ku pacu saja motorku sampai tiba di kos.
Setiba nya di kos, buru-buru kami turun dari atas motor dan segera menuju ke kamar kami.

"ssshhhh... Huuufffttttt..."

"Dingin ya May?" tanya ku khawatir pada Maya.

"dikit mas... Sshhhhh...." Jawab Maya menggosok-gosok tangannya.

"duh maaf ya, tadi mas kira cuma gerimis doank. Ternyata malah hujan deres" ucapku meminta maaf padanya.

"gk papa Mas, jarang juga aku bermain hujan kok" jawab nya dengan senyum manis tersungging di wajahnya. Saat sudah sampai di depan kamar Maya, entah setan mana yang merasuki ku, tiba-tiba aku memeluk Maya.

"ehhh... Mass.. Kok.."

"sssttttt mas dingin" ucapku mencoba menenangkan diri.

"lu ngapain meluk bego" gumamku memaki diri-sendiri.

"i.. Iyaaa.. Ta.. Tapi per.. Cu.. Maaa.. Maasss, baju aku basah.." ucap Maya terbata-bata.
Dapat kurasakan tubuh Maya bergetar entah karena kedinginan atau karena pelukanku ini.
Dapat juga kurasakan degupan jantung Maya bergerak begitu cepat.

"gimana?? Anget kan?" tanyaku yang masih memeluk nya dari depan. Maya hanya mengangguk menjawab pertanyaan ku.

Tiba-tiba tangan kananku bergerak mendekati wajahnya. Aku angkat dagu nya, terlihat wajah cantik dan manis di balut dengan bibir berwarna pink yang tak hilang terkena air. Matanya sayu memandangku,

"mass...." hanya itu yang keluar dari bibir Maya.

*Deg.. Deg... Deg...
Jantungku ikut berdegup cepat melihat dan memeluk tubuh gadis yang ada di dekapanku ini.

Dengan keberanian aku mencium bibir Maya. Ciuman ringan kembali untuk merasakan kedua kali nya bibir Maya di bibirku. Dulu saat pertama kali bibir kami bersentuhan, bibir Maya terasa manis di bibirku. Bahkan saat ini, saat kedua kali nya aku merasakan nya. Bibir itu tetap sama rasanya, Manis.

"smooccchhh......"

Kulihat Maya menutup matanya saat bibir kami bersentuhan. Dan saat terlepas, mata nya kembali melihat ke arahku. Mata lentik di balik kacamatanya menatap ku dengan tatapan seperti pengharapan.
Tak mendapat penolakan, kembali aku mencium bibir Maya.
Kulakukan dengan perlahan untuk merasakan tiap inci bibirnya baik yang atas atau yang bawah, bahkan lama-lama kecuapanku berubah menjadi lumatan. Maya yang awalnya pasif, kini mencoba membalas lumatan ku. Kurasakan bibir tipis nya mencoba melumat bibirku perlahan, ya ciuman kaku dari nya menandakan kalau ia tak mahir dalam hal ini.

"enghhhhh....." lenguh nya saat lidahku masuk kedalam mulutnya. Lidahku menari nari mencari lidah Maya dan saat ku dapat, aku langsung menyedot ringan lidah gadis cantik ini. Tiba-tiba lidah Maya juga ikut bergerak, kami pun saling bertukar air liur kami masing-masing. Kami lakukan dengan perlahan ciuman kami ini. Bahkan saat ini tanganku mulai aktif meraba punggung gadis di depanku.

Kontolku?
Udah dari tadi bangkit saat ciuman pertama tadi, dada nya yang kurasakan kenyal menempel ketat di tubuhku.Dapat ku rasakan nafas Maya menjadi agak berat.

"smooccchhh... Mmmmfffttttt... Smooccchhh... Ahhh...hhhhh"
Kami berdua seperti berlomba mencari nafas setelah cukup lama bertukar air liur. Wajah cantik nya memerah, menambah kesan seksinl di mataku.

Aku merogoh kantong celana ku guna mencari kunci kamar ku, dan begitu dapat. Kembali aku mencium bibir Maya. Sambil berciuman aku mendorong perlahan tubuhnya untuk mendekat ke arah pintu kamarku. Dan begitu terbuka, aku segera mendorong nya kedalam kamarku sambil kami masih bertukar air liur.

Saat sudah di dalam, aku mendesak tubuh Maya sampai menempel ke dinding, perlahan tanganku mengarah ke dada nya yang sudah menonjol sedari tadi karena memang baju nya telah basah.

"nnnngggghhhhh...."
Tubuh nya kembali bergetar saat tanganku sudah berada di dadanya. Dapat kurasakan dadanya seukuran dengan Vani, namun dada Maya terkesan bahkan rasanya sangat padat.

Ku remas perlahan dada padat dan juga kenyal itu yang membuat pemiliknya kembali bergetar seluruh tubuhnya.

"smooccchhh..... Ahh... Masss..." desah Maya begitu kedua tanganku meremas kedua bohkahan dada ini.
Setelah nya, tangan kananku mencoba membuka dan melepas jilbab yang di kenakan oleh Maya. Dan setelah terlepas, aku langsung menyerang leher jenjang nya.

" hmmmmmm... Aaaakkkhhhhh.. " desahnya saat lidah ku menyapu lehernya. Ku kecup perhalan kemudian ku main kan lidahku di area lehernya dan sampai di telinganya.

"ssshhhh... Oughhhh... Mass... Ge..gelii mas... Oughhh" ucap Maya meremas rambutku. Tanganku tak henti-hentinya meremas dada Maya, dan sejurus kemudian aku mulai melepas satu persatu kancing yang melekat di pakaiannya. Setelah terbuka, aku melepas kecupanku pada telinga dan beralih melihat ke arah dada nya yang masih terbungkus bra.
 
"sshhh... Aahhh... Hhooossshhhh.. Hoosshhhh"
Kembali perlahan aku melepas bra yang menempel pada dadanya dan setelah terlepas, terlihat lah dada ranum yang belum terjamah oleh laki-laki. Besar, padat, kenyal, putih berurat membuatku melongo, areola yang melingkar berwarna coklat muda serta di puncak dadanya menyembul kecil pentil berwarna coklat muda juga.

"masss.... Hoosshh.. Hooosshhh.." ucap Maya menatapku sambil tangan nya menutupi bagian pentil dadanya, namun percuma karena dadanya malah nampak menyembul. Dengan sabar aku mencium kembali bibirnya dan perlahan melepas tangannya agar tak menutupi dada indah nya.

" mmmuaaahh.... Mmffggfhhhh... Smooccchhh... Ahhhh"
Setelah mencium nya lagi, ku lihat dadanya mulai naik turun mengikuti tarikan nafas gadis ini.

"mmffggfhhhh... Ougghhhhh.. Maasss.... Aaahh...."
Desah Maya saat aku berhasil mengecup puncak dadanya yang berwarna coklat muda itu. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya kembali meremas pelan rambutku.

Aku mulai perlahan mencumbui dada ranum ini. Kumainkan lidah ku berputar mengelilingi areola, kemudian dengan cepat menyedot bagian pentil nya. Hal ini aku lakukan berulang-ulang yang membuat gadis di depan ku ini mendesah hebat.

"Ougghhhhh... Aaahhh... Ge.. Geelii... mass...."

Puas bermain dengan dadanya, kembali aku menyerang bibirnya. Kini tangan kananku turun ke arah selangkangan gadis ini, ku masukkan tanganku melewati rok dan juga CD nya.

"eengghhhh..... Aaahhhh....."
Kembali tubuh gadis ini bergetar hebat saat jariku berhasil menyentuh bibir memeknya. Dapat ku rasakan dengan jariku, memeknya masih seperti garis yang menandakan belum ada tangan laki-laki lain yang sampai disini.

Ku usap perlahan klitorisnya naik turun, kemudian berputar membentuk huruf O. Ku lakukan perlahan agar sang gadis gelonjotan kenikmatan.

"aahh.... Engggg... Oughhhhh.. Maaassss... Aahhhhh.. Ge.. Geli... Maasss ougghhhh..."
Kembali aku menyerang dada montok gadis ini dengan memainkan lidah ku di puncak dadanya.
Setelah beberapa menit berlalu, ku rasakan tubuh gadis ini mulai menegang.

"aahh... Maass... U.. Dahh... Maass... Ada yang mau keluar ougghhh... Mass... Aahhh.."
Mendengar itu, tanganku semakin cepat memainkan klitorisnya, mulutku semakin kuat menyedot dadanya.

"awwhhh.. Masss.. Oughhh.. Keluar.. Masss... Aaahhhh.... AARRRGGGGGGHHHHHHH...." desah panjang Maya di iringi dengan cairan keluar dari memeknya serta tubuhnya bergetar hebat kemudian hatuh ke pelukan ku. Aku menghentikan jari dan mulutku agar Maya dapat beristirahat menikmati orgasme yang mungkin orgasme pertama kali di hidup nya.

"mass...." ucap Maya dan dengan tangan tiba-tiba memegang tanganku sambil menatap ke arahku. Aku tak tau apa arti tatapan itu, apakah untuk terus lanjut atau menyesal dengan yang sudah terjadi

"kita balik ke kamar mu ya" ucapku sambil tersenyum ke arahnya. Aku tau kalau Maya ini menyukaiku, jujur saja perasaan ku pada Maya juga mulai tumbuh rasa suka. Namun aku tak mau merusak masa depannya karena ku. Aku masih bisa berpikir jernih walau kontolku sudah ngaceng berat.
Segera saja aku menggendong tubuhnya dan membawa nya kembali ke kamarnya, tak lupa aku menanyakan kunci kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, aku segera menurunkan tubuhnya dan tampaknya Maya sudah dapat berdiri kembali.

"aku balik ke kamar dulu ya" ucapku pada Maya.
Saat aku berbalik tiba-tiba Maya memelukku dari belakang.

"aku sayang kamu mas hikkksss..." ucapnya lirih di belakangku. Tak tega dengan nya, aku berbalik badan dan kembali memeluknya. Tubuh kami yang seharusnya dingin terkena air hujan tadi seolah hilang begitu saja.

"kalau kita berjodoh, setelah lulus kuliah mas langsung ngelamar kamu" ucapku spontan dan kembali kami menatap satu sama lain dan...

"smooccchhh... Muachhhh... Smooccchhh.." bibir kami kembali merasakan satu sama lain.
Setelahnya, aku meminta Maya untuk segera mandi dan mengganti pakaiannya sementara aku kembali ke kamar ku dan melakukan hal yang serupa dengannya.


*Keesokan Hari.

"anjirr gini ya rasanya jadi bos" ucap ku yang tengah duduk di meja kerja Ayahku. Ya kini aku sedang berada di ruangan ayahku. Aku disini karena tau dari sektretaris ayah ku kalau beliau sedang dinas ke luar kota. Jadi aku iseng-iseng ke ruangannya.

*Tok.. Tok.. Tok..

"ya masuk..." ucapku mendengar suara ketukan pintu.

"hehe permisi pak, bapak manggil saya?" tanya seorang laki-laki yang suara nya sangat aku kenal.
Aku yang masih menghadap ke belakang memutarkan kursi kerja ayahku sambil tersenyum ke arah laki-laki yang tengah berdiri di depan ku.

Dan sudah dapat ku tebak raut wajah laki-laki ini nampak kaget dan kebingungan dengan apa yang ada di hadapannya..

"k.. Ka... Kau.. " ucap nya terbata.

"ohh pak Andre, ya saya tadi memanggil bapak untuk datang ke ruangan saya" ucapku santai dengan menaikkan kaki ku ke atas meja.

"e.. E.. Lu ngapain di sini hahhhh?" tanyanya.

"wah bapak tidak kenal siapa saya?" tanyaku.
Kemudian aku bangkit dari kursi ku mendekatinya dan berdiri tepat di depan nya.

"kenalkan penerus perusahaan Atmajaya Grup. Rian Atmajaya" ucapku mengambil tangannya untuk menyalami ku. Ku lihat dia hanya mematung, kebingungan, kaget dan sedikit emosi terpancar di wajahnya.

"kaget ya, hahaha..." ucap ku mulai berjalan mengelilingi tubuhnya.

"ya kemarin gua ke sini itu ya di panggil bokap gua, bukan untuk magang di tempat ini. Masih ingat kan elu, ya saat itu gua sempat di pukul sih, tapi kagak berasa anjirr, berasa di pukul wanita" ucapku mencoba menyindir dan memainkan emosi nya.
Nampak sekali nafas nya mulai tidak teratur, tangan nya mulai mengepal.

"oh iya lupa, tujuan saya kemari untuk membahas tiap laporan - laporan yang pak Andre buat dan setelah saya liat seksama dan teliti laporan yang anda buat ini sepertinya sangat bagus sampai-sampai mungkin ayah saya tidak sadar kalau anda sudah berbuat curang" ucapku.

"maksud lo apa anjing...?" ucapnya mulai emosi sambil meremas kerah baju ku.

"maksud gua, elu udah gunain dana kantor seenak jidat lu" ucapku di depan mukanya.

"anjing....." ucapnya mencoba melayangkan pukulan.
Namun dengan cepat aku melepas tangan kirinya yang masih memegang kerahku, memutar tangannya ke belakang dan mengunci lehernya dengan menggunakan tangan kanan ku.

"hhhgggggg.... Aahhhkkkkk... Huuuekkk..." hanya itu suara yang keluar saat aku berhasil mengunci tubuhnya.

"elu gk usah macem-macem bangsat. Elu kemarin berhasil mukul gua itu karena lagi gua kasih aja, gk usah Geer bisa mukul gua lu"

"oh iya, ini laporan-laporan yang elu kasih bisa gua jadiin bukti buat elu nginep di hotel pemerintah" ucap ku

"oh iy 1 lagi, gua juga udah tau kerjaan haram sampingan elu. Tinggal masalah waktu aja elu di grebek" sambungku kembali. Dan kemudian aku melepas dan mendorong tubuhnya menjauh dari ku.

"hhhngggg... Uhukkk.. Uhukkk m. Hooekkk....haaahhhhh.. Hhaaahhh... Hahahaha lu pikir bisa menjarain gua anak bau kencur" ucap nya memegangi lehernya dengan wajah yang memerah dan air mata yang keluar.

"hahaha santai saja bapak Andre, saya tidak akan memecat bapak kok. Biar waktu saja yang menjawab" ucapku santai sambil tersenyum.

"hoosshh... Hoosshh.. Urusan kita belum kelar ya anjing.. Awas aja lu.." ucap nya masih berani menunjukku dan kemudian meninggalkan ruangan ini sementara Aku hanya tersenyum melihat nya.

*dddrrrtttttt..... Dddrrtttttt..... Dddrrtttttt...

Aku merogoh saku celanaku untuk melihat siapa yang menghubungi ku. Aku hanya tersenyum melihat nama di layar hp ku.

A : Halo...
V : halo sayang, ntar malam jadi kan?
A : iya jadi sayang
V : iya udah aku bakal dandan cantik pokoknya hihihi
A : iya sayang. Udah lanjut kerja sana
V : iya bawel

*tutttt......
Panggilan pun aku akhiri, ya aku ada janji malam ini untuk makan malam bersama Vani pacarku. Ya aku sudah menyiapkan sesuatu yang tidak akan di lupakan oleh nya.

*tok.. Tok... Tok...

"permisi mas, gimana urusannya?" tanya mbak Siska yang langsung menerobos masuk.

"hehehe aman mbak, makasih ya mbak sudah kasih info mengenai ayah saya" jawabku.

"ihh.. Justru kita yang harus makasih mas, kalau bukan karena mas. Kita gk bakal tau kelakuan si bangsat Andre itu" umpatnya

"wuihhh bisa maki juga ya mbak nya hehe" ucapku kaget dengan ucapan yang keluar dari mulut mbak Siska.

"ehh maaf mass hehe terlanjur emosi" ucapnya malu.

"hehehe santai aja mbak, ya udh mbak saya balik dulu ya" ucapku berpamitan.

"eh iya mas" balasnya.
Akupun segera kembali ke kos ku untuk mempersiapkan malam malam spesial untuk Vani pacarku.

*Malam nya

Aku tengah berada di tempat yang memang telah aku persiapkan. Ruangan outdoor di lantai 2, sehingga dapat melihat jalanan, serta gedung pencakar langit di sekitarnya. Aku menaruh 3 kursi disini dan juga tablet yang ku taruh di meja makan yang sudah ku persiapkan. Setelah semua siap, aku menunggu kedatangan Vani pacarku namun aku tak langsung duduk namun bersembunyi dulu.

Beberapa menit kemudian dari tempat ku mengintai, aku melihat Vani datang. Ya ku akui memang pacarku ini memang cantik, tak perlu ku jelaskan pakaian nya saat ini inti nya cantik dengan lekuk tubuhnya tercetak jelas.

Dia langsung duduk di kursi yang sudah ku siapkan. Namun wajahnya nampak bingung saat melihat ada 3 kursi di situ. Tak lama kemudian datang seorang pria yang aku undang dengan menggunakan nomor nya Vani pacarku. Ya laki-laki itu adalah Andre, dia dengan cepat langsung memeluk Vani dari belakang dan langsung mencium nya.

Kulihat Vani tampak panik dan terkejut begitu mengetahui kalau orang yang memeluknya bukan aku, dia berusaha melepas pelukan Andre dan setelah terlepas entah ocehan apa yang di lontarkan Vani pada Andre.

"it's show time" gumamku.
Aku keluar dari persembunyianku dan bergerak menuju ke arah mereka.

"selamat malam.." sapa ku pada mereka berdua.
Keduanya sontak menoleh ke arahku dan kaget setengah mati mendapatiku ada di sana terutama Vani. Aku cuek saja dan terus berjalan ke arah kursi tengah yang sudah aku siapkan.

"loh gak mau duduk?" tanyaku begitu aku sudah duduk dengan santai.

"maksud lo apa haaa, apalagi sekarang yg elu buat haaa?" ucap Andre emosi.

"i.. Ini maksudnya apa sayang??" tanya Vani padaku.

"hahhh sayang??, ja.. Jadi dia..??" tanya Andre nampak bingung.

"kenapa??, kaget lagi ya??" tanyaku pada Andre. Tangan ku secara otomatis memplay sebuah video yang ada pada tablet di atas meja makan.

"aahhh... Oughhh.... Aawwwhhh..."
Suara desahan keluar dari video yang aku putar di hadapan mereka berdua. Ku lihat mereka berdua nampak syok melihat video yang sedang aku putar.

*klikk

"so tujuan gua ngundang kalian berdua kemari itu untuk mengklarifikasi isi video ini" ucapku dengan tenang. Kulihat Vani menutup mulut nya.

"ohh jadi ni lonte pacar lu ya, hahaha dunia ini memang sempit yaa. Oke gua aku gua udah ngentot dengan cewek lo ini. Dan elo tau, memek ama pantat nya gua kontolin, hahaha dan aneh nya ni lonte punya memek ama pantat paling enak yang pernah gua rasain" ucap Andre. Hal ini membuat Vani jatuh terduduk kemudian menangis.
Aku yang melihat hal itu berdiri dan mendekati Andre.

"kenapa, gk terima lu anjing haaa?" ucap Andre menantang diriku.

*buuuuakkkkkk......

"AARRKKKKKK....." teriak Andre langsung tersungkur menerima pukulan telak ku tepat mengenai pelipis nya. Ya di karena kan pelipis adalah bagian muka yang rentan, jadi otomatis keluar darah segar dari pelipis kananya.

"huuufffttttt.... Ini pertama dan terakhir gua mukul lu ya anjing. Jaga itu mulut lu, perempuan itu gk layak lu sakitin kayak begini" ucap ku santai.
Kulihat Andre sedang berusaha menghentikan pendarahan di pelipisnya.

"bangun sini kalau lu mau lawan gua anjing" ucap ku dengan keras. Di tengah keheningan perkelahian kami, suara tangis Vani mengiringi.

"cuihhhh..... Urusan kita belum selesai" ucap Andre berdiri. Setelah berhasil berdiri, dia berjalan meninggalkan kami berdua namun jalan nya sempoyongan.

"apa sekuat itu ya pukulan ku" gumamku.

"sayang.. Hiikkksss... Hikkssss.. Maaf.." ucap Vani bangkit dan memeluk ku dari belakang.

"a.. Aakuu.. Sayang sama kamu yank... Hiikkssss... Maafinn aku.." sambung nya.

"maafin?, udah berapa berapa kali kamu boongin aku haa???" ucap ku melepas pelukannya dan menghadap ke arah Vani. Vani tak berani menatap ku sama sekali.

"kenapa kamu gk mau jujur, tentang hubungan mu dengan Rendi haaa???" tanyaku padanya.
Vani tampak kaget karena aku mengetahui hal itu.

"kenapa kaget??, aku tau semuanya, dari awal sejak kita liburan di pantai, kejadian mu dengan Billy di tempat Yoga. Dan beberapa Video yg aku dapat ini karena aku pasang kamera di kos mu. Semua nya" ucapku.

"kenapa Van kenapa??" tanyaku lagi

"a.. Aakuu minta maaf sayang,, Hiikkksss aku janji gk bakal ngulang lagi. Lagi pula yang aku sayang dan cinta cuma kamu sayang hiikkksss.. Lagi pula hanya tubuh aku aja sayang, hati aku enggk" ucap Vani memberi penjelasan.

"jadi menurut kamu kalau hanya tubuh tapi gk pakai hati itu gk selingkuh namanya??" tanyaku sedikit emosi. Dan di jawab anggukan kepala oleh Vani.
Aku mengusap wajahku begitu mendapat jawaban dari Vani.

"Sadar gk selingkuh itu aktivitas apapun dengan lawan jenis yang tidak jujur terhadap pasangan. Mau itu pakai hati atau tidak tetap aja namanya selingkuh" ucapku kesal.

"Hikkssss.... Hiikkksss... Hiikkssss" hanya itu yang keluar dari bibir Vani.

"kita putus..." ucapku datar.

"sayang... Pleasee... Aku gamau putuss sayang... Aku sayang dan cinta sama kamu hikkkss...." ucap Vani memegang tanganku.

"keputusanku udah bulat" ucapku melihat ke langit-langit.

"enggk... Enggk.. Aku gamau putus hikkkssss... Aku janji aku bakal berubah sayang hiikkksss... Kasih aku 1 kesempatan lagi please... Hiikkssss.." ucap nya memelas.

"kamu bisa dapat yang lebih baik dari aku. Kamu harus belajar menghargai suatu hubungan, menghargai pasangan mu nanti" ucapku memberi nasehat.

"hhiikkkssss... Gamau sayang... Hikkksss" tangisan Vani semakin menjadi, air matanya membasahi pipi nya.

"jaga diri ya sayang" ucapku.

"muuuuaccchhhh...."
Aku mencium kening nya cukup lama sebelum akhirnya berjalan meninggalkannya. Sementar Vani, terdunduk sambil menangisi kepergianku.

Kalau ada yang bilang, cuma segitu aja hukuman buat Vani?
Ya aku rasa itu sudah cukup, aku tak bisa menyakiti wanita lebih dari ini. Dengan memperlihatkan Video nya sendiri, bahkan di hina seperti itu oleh laki-laki yang sudah menyebutnya lonte, pasti mental nya sudah down saat ini.


Di perjalanan turun, aku mendengar suara ribut - ribut dari luar.

*Dorrrr......

Aku tersenyum mendegar suara tembakan pistol.

*Dorrrr......

"hahhh 2 kalii..." gumamku.
Akupun bergegas turun menuju asal suara tembakan itu. Setelah sampai aku sudah melihat Andre di bawa oleh pihak kepolisian dengan kedua kaki nya mengeluarkan darah.
Aku tersenyum sambil meninggalkan area tersebut.

Buat yang tidak tau, aku sudah menyiapkan semuanya polisi yang berjaga di bawah karena ingin menangkap Andre. Ingat kerjaan sampingan Andre yang aku sebut saat menemuinya di kantor?
Ya sampingan Andre adalah bandar Narkoba. Dengan semua info dan bukti yang sudah ku kumpulkan selama ini, polisi akhirnya bergerak menangkap Andre.

Masalah suara tembakan?
Itu pasti dia mencoba melawan para aparat. Tapi dasar nya orang nya ini bebal, jadi setelah mendapat tembakan pertama pasti dia mencoba kabur lagi.
Mission Completed??
Ya bisa di bilang bagitu.

*

Setibanya di kos, aku di sambut oleh senyuman manis gadis tetangga kos ku. Aku perlahan mendekati nya dan memeluk tubuhnya.

"aku akan melamar mu" ucapku

"aku tunggu mas" balasnya


* T A M A T *

==================

EPILOG
*BEBERAPA TAHUN BERLALU

"awwhhh... Aahhh... Ougghhh.... Engghhh.. Iya terusss.. Mass oughhhh.. Ohh.. Enak.. Banget mass..."

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

suara benturan daging pahaku dengan pantat wanita yang kujadikan istri ini.

" aahhh... Iyaa.. Sayang... Ouhhhh... Nikmat banget ini ohhh... " ucap ku teruss mengenjot memek istriku dengan posisi Doggy.

"aahhh... Iya masss... Teruss... Dikit lagi mass... Ougghhhh... Yaa.. Keluar... Keluar.. Aku keluar mas... Aahh... Mas Rian suamku AARRRGGGGGGHHHHHHH...."

*seerrrrrrr...
 
Kuhentikan genjotan ku karena tubuh istriku bergetar hebat karena orgasme keduanya. Tubuhnya melengking aku pegangi, kurasakan cairan hangat keluar dari memek istriku ini. Dapat Kurasakan juga memeknya meremat kontol ku dengan kuat.

"aahhh.... Mas... Aku keluar lagi.. Kamu kuat banget sih oughh.." ucap nya. Istriku kemudian melepas kan kontol ku dari memek nya dan merebahkan tubuhnya.

"yahh trus aku gimana ini yank?" tanyaku pada istriku.

"hihihi bentar ya mas, aku istirahat dulu" ucap nya.

*Cekkllekkkkk....

"ihhh lama amat sih main nya, giliranku kapan?" tanya suara wanita membuka pintu kamar dalam keadaan bugil dengan muka cemberut.

"sini sayang" ucap ku membuka kedua tangan ku guna meredam rasa jengkel nya dengan kontol yang masih tegak. Segera saja wanita itu menghambur ke arah ku dan langsung mencium ku.

"muachhhh... Smooccchhh... Smooccchhh..."

"horny ya sayang, ini udah basah kuyup gini" ucap ku meraba memeknya yang sudah basah di penuhi lendir cintanya.

"ahhh... Enggghhhh.. Sayang ihhh..." jawab nya.

"ehh mbak, hihihi ini giliran mbak. Aku udh gk kuat ngelayanin mas Rian" ucap istriku.

"curang kamu mah mentang-mentang istri pertama May oughhh... " ucap wanita yang sedang aku sentuh klitoris nya.

"hihi privilege istri pertama to mbak" ucap Maya istri pertama ku.

"awass ya oughhhh..." Lenguh wanita di depan ku yang tengah menjadi istri ke dua ku.

"sayang ohhhh...." sambung nya.
Langsung saja aku membaring kan nya dan membuka lebar paha nya.

*BLESSS....

"oughhhh..."
Dengan cepat aku langsung memasukkan kontol ku ke memek nya. Memek nya tak berubah sama sekali. Masih erat cengkeramannya.

"hihihi jangan di buat pingsan mbak Vani nya mas" bisik Maya di telinga ku.

Ya aku telah menikahi Maya dan Vani. Maya menjadi istri pertama ku. Setelah aku wisuda, aku langsung melamarnya dan tak perlu babibu orang tua Maya setuju karena kasus yang menimpa Andre. Kami resmi menikah saat Maya menginjak semester 5.

Untuk Andre sendiri?
Dia sedang mendekam di penjara karena kasus narkoba yang menjeratnya, namun ternyata salah 1 kaki nya yang tertembak oleh petugas harus di amputasi karena infeksi terhadap peluru yang menyebabkan kaki nya membusuk dan harus di amputasi.

Untuk Vani?
Setelah kami putus banyak hal terjadi, dia menjadi pendiam dan malas untuk bersosialisasi. Itu aku tau dari kedua orang tuanya. Awalnya aku cuek dan malas tau, namun istri pertama ku memiliki hati seperti malaikat.
Ya Maya menyuruh ku untuk memberi nya kesempatan ke 2. Awalnya aku menolak karena aku tak ingin menduakan Maya.
Namun Maya berbesar hati padaku, takut kalau Vani berbuat yang tidak - tidak bahkan sampai bunuh diri.

Semenjak saat itu Maya jadi sering berkumonikasi dengan Vani. Dan saking sering nya berkomunikasi, cara berpakaian Vani juga ikut berubah. Kini dia berhijab tanpa memperlihatkan tubuhnya yang montok. Mirip seperti cara berpakaian Maya. Tutur katanya, pokoknya semua berubah deh.
Lama-lama hatiku luluh juga.
Setelah aku menikahi Maya, setahun kemudian barulah aku menikahi Vani. Ya awalnya aku tak menduga kalau bakal menikah 2 wanita dan Maya setuju membagi cintaku pada Vani. Aku tak tau terbuat dari apa hatinya. Namun dengan syarat apa-apa harus Maya duluan, ya seperti ini contohnya.

Aku di buat kaget saat Maya berada di antara aku dan Vani yang melakukan gaya missionary. Memeknya di arah kan ke mulut Vani sementara bibirnya di gunakan untuk mencium ku.

"smooccchhh.... Smooccchhh... Smooccchhh"

"sluuurrp.. Sluuurrp... Sluuurrp..."

"ahhhh... Gila sejak kapan kamu jadi nakal gini sayang" tanyaku pada Maya.

"hihihi aku sering begini bareng mbak Vani kok mas kalau mas pulang nya telat" ucap Maya.

"ihhh aku nya jangan di cuekin donk ahhh..." ucap Maya.

Dengan cepat aku langsung mengenjot memek Vani yang ada di bawah tubuhku. Vani mendesah karen aku menggenjot memeknya, Maya mendesah karena Vani menjilati memeknya sedangkan aku mendesah karena menikmati memek istri kedua ku ini.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"AAHH... AHHHH... OUGHHHB... AAAAKKKHHHHH..."


*DOK... DOK... DOK...

Kami bertiga berhenti sejenak karena mendengar suara ketukan pintu kamar kami.

"hey mau sampai kapan kalian main, udah waktunya makan malam ini.!!!" ucap suara seorang wanita dari luar kamar.

"eehhh... I.. Iya Ma ini Rian mau keluar kok" jawabku.

"kalian itu yaa berisik banget mainnya.. Ya udah mama tunggu di meja makan" lanjutnya lagi.

"i.. Iya ma.." balasku.

Kami bertiga saling menatap 1 sama lain dan kemudian tertawa bersamaan...

******


EKSTRA PART


POV Vani

Setelah selesai mandi, akan keluar dari kamar mandiku hanya memakai handuk saja. Seger rasanya di badan setelah kegiatan rutin ku ikut Yoga.

Namun aku heran kenapa Billy tak menjahiliku lagi, biasanya saat di tempat Yoga dia akan selalu menyentuh tubuhku bahkan temannya yang dia kenalkan padaku ikut menjahili tubuhku juga.
Teringat dengan jelas di pikiranku bagaimana dia menjahiliku di Mall. Ya dia adalah Andre.

Aku tak tau kenapa birahiku meledak-ledak saat tubuh ku di sentuh selain oleh pacarku. Akal sehat ku tiba-tiba hilang berganti dengan nafsuku yang semakin menjadi-jadi.

*TOK TOK TOK TOK TOK

Aku tersadar dari lamunanku mendengar suara ketukan pintu kamar kos ku.

"iya bentar..." aku segera menuju pintu depan untuk segera membuka pintu agar dapat mengetahui siapa yg berkunjung.

*Ceklekkk...

"haii cantikkk...."

Betapa terkejut nya aku begitu tau siapa yang ada di depanku ini.

"wahh persiapan banget ya mau ketemu aku..." dengan senyum nya lalu dia menutup pintu kosku.

"gk muat tu handukkk nutupin tubuh seksi mu..."

Aku yang tersadar dari lamunan ku baru sadar kalau aku hanya mengenakan handuk. Jelas saja atasan payudaraku menyembul dan pahaku yang jenjang terekspose di depan mata nya.

Dengan cepat cowok di depanku melumat bibirku. Lumatan nya terasa sangat hangat yang awalnya aku ingin menolak namun tubuhku seperti tersengat listrik.
Aku yang awalnya ingin berontak terbius oleh permainan bibir dan lidah Laki-laki ini.

Di mulai dari kecupan, lumatan hingga lidahnya yang menyeruak mencoba masuk ke dalam mulutku.

"smooccchhh...." terlepas lah kedua bibir kami di sertai dengan air liur yang mengalir.

"aahhh... Bill.. E-elu ngapain kemari.." tanyaku dengan tatapan sayu menahan gejolak nafsu yang mulai menyeruak.

"hehehe kangen jahilin kamu sayang..."
Ya pria yang barusan menerobos masuk dan langsung melumat bibirku adalah Billy.

"ka-kangen..???"

"yupp.. Terutama ini..."

"ahhh....." pekik ku setelah Billy dengan cepat melepas handukku.
Kini terekpose lah seluruh bagian tubuhku.

"Bill... Ahhhh... Pelan. .." Billy mulai memainkan dada ku yang sudah terbuka akibat ulahnya melepas handuk ku barusan.

"ahhh...."
Billy menarikku dalam pelukanya dan kembali dia melumat bibirku.

"ahhh.. Ya Tuhan kenapa tubuhku sangat menginginkan ini..." bathinku.

Dengan telaten dan sudah naik nafsuku, aku membuka bajunya, dan juga celana Billy. Hingga akhirnya kita berdua sama-sama berdiri telanjang.

Tiba-tiba Billy melepas lumatannya didorong tubuhku kebawah, hingga wajahku tepat dihadapan kontol nya.

"hisap sayang kayak yang biasa kamu lakuin..." ucap Billy sambil memainkan kontolnya di sekitar bibirku.

Aku hanya terseyum kemudian dijilatinya batang itu, dari mulai batangnya sampai ke palkon. Begitu bolak balik sampai sekitar lima kali, sampai akhirnya batang itu masuk ke mulutku dengan sempurna.

Kumainkan batang itu dengab telaten dari mulai menghisap, menjilati di ujung lubang di sertai dengan kocokan pelan bata batangnya.

5 menit kemudian Billy menarik kembali tubuhku hingga berdiri. Kembali kami ciuman sebentar, kemudian Billy mengangkat tubuhku, dan membawa ke atas kasur.

Dibukanya paha ku dengan lebar sehingga vaginaku yang sudah basah itu terpampang di depan wajahnya.

Billy kemudian membenamkan wajahnya di memekku. Lidahnya menyapu tiap bagian memekku dengan perlahan.

"aahhh..... Bi-Bill... Aahhh..." aku mendesah sambil meremas rambut milik Billy.
Permainan lidahnya sungguh membuat bulu kudukku merinding.

"hehe udah becek aja ni memek..." ucap Billy.
Aku hanya terpejam mencoba mengatur nafasku.

Billy kemudian membalikkan tubuhku hingga menungging di atas kasur. Kedua kakiku direnggangkan Billy, kemudian tangannya mulai mengelus-elus memekku dan dengan gemasnya Billy menggigit-gigit bongkahan pantatku.

Billy mulai mencium pantatku dengan perlahan, hingga ciumannya perlahan turun kebagian anusku.

"aahhh.... Bill sayang... Ougghhhh..." kembali tubuhku menggelinjang saat 1 jari Billy masuk ke dalam memekku.

"AAAUUHHHHH...." aku berteriak karena sekarang Billy memasukkan 2 jari ke dalam memekku.

Selama 5 menit Billy terus mengerjai lubang memekku dengan kedua jarinya, sampai pantatku mengejang-ngejang menahan kenikmatan yang melandanya. Memekku bahkan terasa ikut berkedut.

“auhhhh….enak bangettt…..auhhh….terusss…” Desahku.

"hehehe enak ya sayang??..."

"oughhhh... I-iya... Enakkk.. Oughhhh... Gue keluarrr... AARRRGGGGGGHHHHHHH...." tubuhku mengejang merasakan orgasme yang di berikan oleh Billy. Tubuhku pun ambruk di atas kasurku.

Billy sedikit menarik pinggulku agar lebih menungging dan memposisikan memekku tepat di depan kontolnya yang sudah ereksi penuh. Billy mengarahkan ke titik sasaran dan secara perlahan menekan pinggulnya dan berusaha membenamkan kontolnya. Karena memekku sudah basah kuyup, kepala kontol relatif mudah menerobos masuk ke dalam.

“Aiiihhh…tunggu Bill….istirahat bentar….baru juga keluar…”. Protesku.

"Auhhh......." aku mendesah begitu batangnya masuk sepenuhnya dalam memekku.

“kontolku selalu nagih sama memek kamu ini sayang…..” Kata Billy mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Ditarik perlahan, kemudian dilesakkan lagi dalam-dalam. Tarik perlahan-lahan lagi, lalu dibenamkan lagi sampai mentok.

"auhhh... Ahhh.. Oughhhhh... Eeengggghhh..." aku hanya mampu mendesah merasakan tiap dinding memekku bergesekan dengan batang milik Billy.

"terusin Bill,, oughhhh... Aahhhh..." ceracauku yang menikmati tiap tusukannya karena nafsu birahiku yang naik lagi tanpa bisa ditahan.

Billy nampak semakin bernafsu begitu sadar aku ikut menikmati persetubuhan ini. Memekku makin banjir, membuat suara berkecipakan ketika dikocok. Billy pun mempercepat tempo genjotannya.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"huhh..aahhhh.... Ouhhh.. rasain nih.. rasainn… enakk kan..” seru Billy penuh nafsu menggenjot memekku sambil meremas-remas pantatku.

Aku hanya melenguh-lenguh kenikmatan sambil menggoyang-goyang pinggulku berusaha mengimbangi genjotan Billy.

“Ouhh..ouhhh.. Hhahhhh… hahhh… iya.. iya… entot terus gw.. entott gueeee…” lenguhku semakin binal.

"wahhh.... Anjing lu Bill mulai duluan lagi..." terdengar suara laki-laki yang membuatku kaget..

"hehehe sory bro, udah gk tahan gua ama ni memek..." ucap Billy.

Aku kaget setengah mati begitu melihat mas Andre sudah ada di ruangan kos ku berdiri cengengesen.

"Eh, Mas Andre…. ngapain? Kok tumben kesini gk bilang-bilang" tanya ku kaget dari posisi tertelungkup, aku mencoba bangkit tapi punggungku ditahan Billy.

"hehehe ini rencana kami berdua buat kamu sayang..." ucap Billy sambil mulai menggenjot memekku lagi. Aku yang masih panik karena dilihatin lagi ngentot, jadi blingsatan di buatnya.

"Eh.. Ougghhh .. stop.. stop dulu Bill... Aahh... ” pinta ku panik.

Tapi Billy tidak peduli dan tetap menggenjot memekku semakin semangat.

“Tenang Sayang, Andre ga akan ikutan sekarang. Kita mau main-main ini. Pasti seru kok” kata Billy meyakinkan.

“Bro, lo duduk manis aja ya disitu. Nonton saja,, jatah gua dulu ini”ucap Billy pada Andre.

“Jadi gini, anggap saja kalau Andre ini pacar lu. Dan lu lagi gw entot tepat didepan pacar lu. Ini namanya fantasi cukcload” ucap Billy padaku.

“hehehe Anggap saja gw pacar lu Van”. Balas Andre sambil nyengir.

“Tapi memang gw beneran ingin pacaran sama lu sih seperti yang pernah gw bilang. Ya udahlah, anggap saja kita jadian sekarang ya sayang.” Kata Andre.

Andre lalu mendekatiku lalu melumat bibirku. Andre mencium ku dengan lembut sekali, Billy malah menghentikan sebentar genjotannya melihat pemandangan ku berciuman dengan Andre.

“nikmatin ngentotnya ya sayang”. Kata Andre melepaskan diri, lalu menarik kursi dan duduk di situ.

Aku seperti tersadar. Perasaan kagetku yang tadi, berubah menjadi sebuah senyuman penuh arti. Entah ada apa dengan diriku dan tubuhku ini. Tubuhku seakan mengizinkan aku negntot sambil di lihat oleh pacarku.

“Iya sayang…kamu sabar dulu ya….biarkan pacarmu ini di entot cowo lain…Auhhh… aagghhh” desahku, karena setelah itu kontol Billy kembali menggenjot memekku yang membuatku kembali mendesah-desah.

Dengan kasar Billy menggenjot memekku yang membuat cairan cintaku bahkan sampai mengalir ke pahaku.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Tidak sampai 5 menit digenjot dengan posisi doggy style, aku mulai merasakan bahwa desakan orgasme mulai menyodok-nyodok. Lenguhan dan teriakan ku mulai semakin tidak terkendali seperti halnya goyangan pinggulku.

"hehehe gimana rasanya ngentot sambil di lihat pacar Van??" tanya Billy.

"aauggghhhh.. ouhh.. Ya.. Ya..enak sekali... Aahhhh... ” Desahku merasakan tumbukan benda tumpul menyentuh rahimku.

" Kamu suka ya ngentot sambil di lihat pacar, ini namanya cukcload Van”

“Iya…..iya.. Cepetin.. cepetin… genjot makin cepat.. Ayoo.. hahh.. hahhhh…” ceracau ku yang sudah tak peduli karena aku merasa diambang klimaks.

Billy seakan menanggapi permintaan ku dengan semakin cepat memompa memekku.

“Hiaaahhhhh…. Ouughhhhhh…. Shhhhhhhhh.. aku…ke…lu…arrrrrrr….ARGGHHHHHHHH……”lenguh ku kembali mendapat orgasme. Tubuhku tersentak-sentak merasakan kenikmatan orgasme barusan. Kembali tubuhku ambruk di atas kasur kesayanganku.

*PLOPPPPP
suara kontol Billy yang terlepas dari memekku.

Billy kemudian menggangkat tubuhku dan membalikkannya agar terlentang. Tubuhku sudah di penuhi oleh keringat. Aku hanya bisa pasrah melihat Billy membalikan tubuhku.

Billy seakan tak mau memberikanku waktu istirahat, dia melebarkan pahaku dan kembali menggerakkan kontol nya di bibir memekku dan dengan satu hentakan keras kontolnya langsung amblas masuk ke dalam memekku yang sudah sangat banjir.

"AARRRGGGHHHH..” jerit KU tanpa sadar karena desakan tiba-tiba pada memekku.
Tanpa buang waktu lagi Billu langsung menggenjot memekku dalam RPM tinggi. Suara kecipakan bunyi kocokan terdengar lagi. Mata membeliak, dan tubuhku hanya bisa pasrah menerima tusukan Billy .

"tuh liat Van, pacarmu nafsu tu liat kamu di entot orang lain.." ucap Billy.

Aku menoleh dan melihat Andre saat itu sudah melepaskan celananya. Kontolnya yang sudah tegang itu dikocok-kocok sendiri. Entah kenapa nafsuku kembali ON menyaksikan aksi Andre itu.

Aku melingkarkan kedua kakiku dibalik punggung Bilky dan tanganku meremas kuat sprei kasurku, sengaja aku sedikit memainkan lidahku. Hal itu nampaknya membuat Billuly makin semangat. Toketku diremas-remas penuh nafsu olehnya.

“Hoohh.. hohh…. rasainnn…sprema gw nih… Van..” tanggap Billy tak kalah nafsunya. Sepertinya dia akan keluar. Kurasakan kontolnya semakin membesar di dalam memekku.

Diiringi lenguhan keras Billy yang meremas toketku dengan kuat dan membenamkan kontolnya dalam-dalam,

“HUAAHHHHHH…. Hahhhh… Hahhhhh…AARRRGGGGGGHHHHHHH... ” ujarnya, sampai tubuhnya mengejang-ngejang, lalu berhenti sesaat.
Kurasakan cairan hangat masuk kedalam rahimku.

“ahhh... Oughhhh.. Memek lu memang yang terbaik….Thanks ya Van ” ucap Billy sambil melumat bibirku.

Pelan-pelan Billy mencabut kontolnya yang mulai mengecil. Aku dapat merasakan banjir peju keluar membasahi bibir memekku dan mengalir turun membasahi sprei tempat tidurku. Lalu Billy langsung ambruk dipojok kasurku karena kecapean. Nafasnya terengah-engah.
Aku pun mencoba mengatur nafasku.

Saat mengatur nafas, kurasakan ada tangan yang menboca membersihkan lelehan sperma di memekku, dan saat ku lihat ternyata itu adalah Andre.

"aahhh... Bill kenapa keluar di dalam, ntar kalau hamil gimana??" tanyaku begitu tersadar dia keluar di dalam barusan.

"hehehe kan kamu punya pacar, tu lagi bersihin memek mu.." ucap Billy menunjuk Andre.

Melihat Andre tersenyum setelah membersihkan memekku, dengan inisiatif aku mencium bibirnya.

"hehehe makasih ya sayang..." ucapku pada Andre sambil tersenyum.

"iya sayang" balas Andre.
Perlahan, usapan tissue di memekku, digantinya dengan usapan tanganya sendiri.

"aauhhh....."
Aku tersentak karena Andre sudah memasukkan jarinya dengan kasar ke memekku. Aku melenguh tertahan ketika memekku dikerjai. Jemari Andre dengan ahlinya mengocok dan mengobel-ngobel memekku. Bahkan 2 jarinya sekarang sudah masuk bergerilya.
Hal ini membuat tubuhku ON kembali.

Tanganku pun sekarang sudah meraba-raba kontol Andre. Ku kocok-kocoknya dengan cepat.

Bahkan sekarang aku mengubah posisi miring, sehingga kontol Andre tepat dihadapanku. Tidak tunggu lama, kini batang hitam itu masuk ke mulutku.

"hahaha Tubuh lu emang sempurna, Van. Gw nafsu banget, apalagi pas lihat lu dikentot tadi. ” ucap Andre.

Jemari Gilang menghentikan aktivitasnya di area selangkanganku, dan mulai menjamah bongkahan dada putih yang kenyal milikku.
jemar li Andre mulai memilin-milih dan menjepit putingku,.

"aughhh... Eeennghhhh.... Enghhhhh... Ougghhhh..." lenguh ku.

Kemudian Andre memegang kepalaku melepaskan kontolnya, lalu duduk selonjoran diatas tempat tidur, dengan punggungnya bersandar didinding kamar.

"sini sayang..." ucap Andre padaku.
Aku yang paham lalu mendekati Andre.

Kini aku duduk di pangkuan Andre, dikangkangnya pantatku lalu memegang batang yang sudah tegang itu dan mengarahkan ke memekku.

“OUhhhhhhhh…..” Desah ku manja.
Walau memekku sudah banjir, aku harus menaik turunkan tubuhku dengan pelan diatas kontol Andre sampai 5x agar memekku terbiasa. Karena batang Andre hampir mirip dengan kontol Rian pacar sahku.

"aahhh... Maafin aku sayangg aku ingin menolak tapi ini sangat nikmat ohhh..." gumamku.

Sesudah terbiasa, lalu Andre memegang kedua pinggulku, kemudian digerakannya pinggul ku bergoyang-goyang. libidoku juga sudah naik ikut membalas goyaangan lelaki itu.

Andre nampak makin lama makin brutal menghajar memekku dengan posisi WOT, membuat toketku bergerak-gerak liar karena goncangan. Kedua tangan Andre kini mencengkram kuat-kuat kedua bongkah daging ku dan semakin mempercepat kocokannya.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

“Aiiihhhhh….pelan… sayang... .” desahan ku merasakan sedikiti sakit, tapi langsung berganti dengan rasa nikmat di memekku.

“Nggahhhh.. ngahhhhh… ouuuuhhh… iya.. that’s right… ayo truuss… sayang.. ”. Teriakku.

"hehehe asik banget keliatannya..."

Billy kini berdiri di sebelahku dengan menyodorkan kontolnya..

“Ayo bersihin nih” Katanya menyodorkan batangnya yang masih belepotan sperma.

Aku yang sudah hilang akal sehat kerena menerima begitu bnyak rangsangan, langsung membuka mulutku dan memasukkan batang itu. Ku sedot, lalu batangnya ku jilati sampai bersih.

Aku menggoyangkan tubuhku dengan liar, sambil tanganku mengocok batang Billy yang mulai tegang. Ternyata Kombinasi kocokan dan jilatan, sukses membuat batang Billy bangkit lagi.

"hehehe saksi sekali kamu sayang.." Timpal Andre, yang masih memelintir-lintir puting ku.

"ougghhhh... Aahhhhh.... Enggghhhh..." desahku tertahan kontol Billy yang masuk kedalam mulutku.

Hingga sekitar 1 menit kemudian.

"ENGGHHHH.... AAAHHH... OUGGHHHH... AKU KELUAR... EEEUNGHH... AARRRGGGGGGHHHHHHH..." pekikku kembali merasakan orgasme yang melanda tubuhku.
Pinggul bergetar selama beberapa saat sampai gelombang orgasme nya mengendur. Kontol Billly pun sudah tak ku genggam dan kulum lagi.

"haaahhhh... Hahhhh.. Haahhhh.." desahku ambruk di dada Andre.

"Enak ya sayang?” Tanya Andre. Dia memberikan kesempatan sejenak padaku untuk menikmati sisa-sisa orgasme. Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Andre.

Dengan perlahan Andre kembali membalikkan tubuhku agar posisi tubuhku menungging. Kepalaku terbenam di bantal kasurku. Kembali memekku di hajar oleh kontol Andre. Suaraku tertahan oleh bantal yang ada di depanku ini.
Sesekali bahkan Andre menampar pantat mulusku.

Billy kurasakan ikut merangsangku. Kedua bongkah toketku yang mengayun-ayun bebas akibat goncangan dan benturan paha Andre pada pantatku diraihnya. Tangan Billy meraih toketku dan meremas-remasnya. Rambutku ditariknya, sehingga kini aku menungging dengan posisi sempurna. Bibirku di lumat dengan penuh nafsu oleh Billy. Setelah itu Billy menurunkan kepalanya kebawah, lalu melumat kedua payudaraku.

"ooouuuggghhhh.... Aahhhhh..." desahan-desahan terus keluar dari mulutku.
Rangsangan yang di berikan dua laki-laki ini membuatku semakin nikmat tak karuan.

Hingga tak sampai 5 menit kurasakan otot dinding memekku semakin erat mencengkram benda asing di dalamnya.

“OUUUUUGGHHHHHHHH…. YESSSSSSSS…… Gillllllaaaaaaaaa...Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ..”desahku panjang mengiri ledakan orgasme ku yang entah sudah berapa kali ini. Bahkan tanganku sampai meremas sprei kasurku kuat sekali.

*PLOPPPP

*PLAKKK

"aaahhh..."

Kurasakan Andre mencabut kontolnya sekaligus menampar pantatku yang masih bergetar karena orgasme yang ku rasakan.

Tak sempat mengambil nafas, Billy sudah berdiri di hadapanku dan menarik rambut dan kepalaku dan di arahkan wajahku ke kontolnya.

" oughhh... Bentar dulu Bill"
protesku yang nampak nya sia-sia. karena Billy sudah menekan kepala ku sehingga mulut ku langsung penuh oleh kontol ku. Bahkan aku hampir tersedak karena paksaan kontol Billy yang menyentuh tenggorokanku.

"engghhhhh....." lenguh ku tertahan karena kembali Andre memasukkan kontolnya ke memekku.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Andre dengan kasar langsung menggenjot memekku tanpa ampun. Bahkan kini kontol Billy semakin leluasa keluar masuk dalam mulutku.

Serangan liar kedua laki-laki ini membuatku bingung antara mengemut kontol yang ada di mulutku atau ikut menggoyang pantatku agar kontol di dalam memekku lebih leluasa menghujam lebih dalam memekku.
Namun aku tak menyerah, rangsangan yang di berikan kedua laki-laki ini kembali membuatku ON.

Aku terus berusaha untuk bisa mengemut-ngemut, menyedot-nyedot kepala kontol Billy, dan sekali-sekali lidahku memainkan lubang kontol Billy.

“Ahhhh… shhhhhhhh.. mmmhhh….. ashhhhhhhh….. gilakk gua ngaceng lagi... ” ceracau Billy sambil menjambaki rambut ku.

Tiba-tiba aku merasakan ingin keluar lagi, tubuhku sangat menikmati posisi ini.
Namun Andre menghentikan genjotannya yang membuatku belingsatan karena gagal mencapai Orgasme.

“oughhh , kok berhenti sih sayang?” Tanyaku heran. Aku yang tadinya sudah kewalahan, malah berharap terus disodok.

“Jepitan memek lu enak banget. Gue belum mau keluar. Mau istirahat dulu.” Jawab Andre.

"sini sayang..." ucap Billy yang sudah duduk terlentang.
kesadaranku sepertinya sudah hilang hanya menurut saja tubuhku diperlakukan sesuka mereka. Aku mendekati Billy, membuka pahaku lebar-lebar dan menduduki batang Billy yang mengacung tegak.

"Ouhhhhhhh….” aku mengerang kenikmatan ketika kontol Billy menerobos memekku tanpa ada hambatan berarti. Memekku yang sudah banjir memudahkan proses pencoblosan itu. Tak menunggu lama, aku mulai bergerak naik turun mengocok kontol Billy.

“Yah terus sayang… oughhh... Memek lu emang nikmat Van…..” ujar Billy menyemangati goyanganku di atasnya sambil meremas-remas toket ku.

“Ahhhhh… ngahhhhh..ahhhh…” desah ku sambil menggoyang maju mundur pantatku.
Rasa nikmat menjalar di sekurur tubuh bahkan dinding memekku.

Tiba-tiba Andre memeluk ku dari belakang dari langsung ikut meremas toketku. Leher ku dicium, dan digigiti oleh Andre. Tangan Andre juga mulai meremas-remas pantatku. Dan sesekali membelai lobang pantatku. Membuat ku tambah menggelinjang karena perasaan nikmat. Semua titik sensitifku diserbu kedua lelaki ini.

"oughhhh... Aahhh.... Sayang kamu ngapain..???" ucapku kaget karena Andre memasukkan jarinya ke lubang anal ku.

Eranganku tambah kencang saat jari Andre masuk semakin dalam dan mulai mengocok nya.

“Ahhh… ahhh… sayang … mau di apain pantat gue…” rengek ku kebingungan. Cairan pelumas memekku yang membanjir sampai ke lubang pantatnku dan posisi nungging ini memudahkan Nadre mengocok pantat ku.

Hingga Andre menghentikan kocokan jarinya dan mengeluarkannya dari lubang analku.
Billy yang berbaring telentang di bawahku langsung mendekap punggung ku sambil berkata:

“Gue mau kasih kejutan sex yang belum pernah lu rasakan sayang... ”sambil tersenyum.

Aku merasakan kontol Andre ada di lubang analku. Aku yang tersadar mulai sedikit meronta-ronta.

"ahhh... Gue gk mau di anal... Please... Sakittt..."
rengek ku berusaha membalik meronta, tapi tertahan oleh pelukan Billy yang memaksa kontolnya masuk makin dalam ke memek ku.

"hehehe sabar ya sayang, sakit nya bentar doank kok. Habis itu bakal enak" ucap Andre tersenyum sumringah.

"Ahhh.. Andre.. please.. ….sakittttt…” rengek ku hampir menangis ketika merasakan kepala kontol Andre mulai mendesak lubang pantatku.

Setelah tarik-dorong berapa saat akhirnya kontol itu masuk juga ke pantat ku.

“Aaaahhhhhhhhh….. sakitttt….” pekik ku kesakitan. Aku meremas dada Billy dengan kencang.

“Keluarin…..sak…it….auhhh…..” Air mata ku sampai keluar. Padahal kurasa belum semua batang Andre masuk. Namun rasanya pantatku seperti terbakar.

"Anjirrrr…enak banget pantat lu…sempit…”

Blessshh!!!
Dengan tekanan kuat sekali lagi, kontol Andre langsung amblas ke dalam lubang pantatku.

“Aiihhhhh… ahh.. ahhh.. ahhhhhhh” erang ku lagi. Kali ini sangat panjang. Bahkan sampai Billy harus menutupnya dengan tangannya cara melumat bibirku tak terdengar keluar.

Andre mendiamkan batangnya didalam anus aku, mungkin untuk membiasakannya dulu. Namun tetap saja rasa perih masih menjalar si anusku. Lalu secara perlahan Andre menarik kontolnya, kemudian memasukkannya pelan.
Sementara aku hanya bisa mendesah di sela-sela lumatan Billy pada bibirku.

“Gimana cuy?” Tanya Billy

“Anjirrr…enak banget ini pantat ahahahaha. Kontol gw kayak dijepit dan dihisap secara bersamaan”

"seriusan lu, ya udah ntar gua juga mau coba.."

"hahaha bentar, gua belum puas ama ni pantat..."

"hahaha sipp gua tunggu.."

Sambil berkata begitu, Andre lalu merengkuh toket ku, dan dia langsung menggenjot pantat ku dengan kecepatan yang ditingkatkan. Rasanya agak kesusahan menggepur anus ku, mungkin karena susah menggenjotnya mengingat masih sempitnya lubang anusku.

Namun aneh nya Erangan kesakitan ku hanya bertahan sebentar saja. Begitu pantatku terbiasa dengan kontol Andre, dan ditambah Billy yang sudah kembali menggenjot memekku, jeritan kesakitan ku sudah berubah jadi erangan nikmat.
Namun masih terasa sedikit sakit namun nikmat.

Apalagi saat Billy menaikkan tempo menghajar vaginaku, dan melahap kedua payudaraku bergantian. Desahan demi desahan kenikmatan kembali melanda ku. Walau sesekali aku menggigit bibirku, tanda masih kesakitan.

“Gimana? enak kan di Double begini?” Tanya Billy.

Aku hanya menjawab dengan anggukan, karena memang sudah mulai terasa nikmat.

" hahahqh Ini kejutan buat kamu. Dengan kasih kenikmatan sex yang berbeda. Enjoy ya sayang... ” Kata Andre dari belakang.

“Ouuuuhhhh……ouhhhh.. Eeenghhhh… shhhhhhhhhhh.. lebih cepet.. lebih cepet…” lenguh ku karena merasa gelombang orgasme kembali datang.

Mendengar ku mendesah Billy lebih cepat mengoyangkan batangnya. Andre juga sudah dengan kecepatan maksimal memompa anus ku. Mereka seperti sedang lomba untuk mencapai kenikmatan.

“Ohhhh… enak banget….aduhhh…. terussss….genjottt truuss… oughhh” Teriak ku memenuhi ruangan. Akal sehatku sudah hilang, mau-maunya kedua lobangku dimasukin kontol orang lain begitu. Namun rasa nikmat yang menjalar di anus dan memek ku berkata lain.

“Enak ya dianal, sayang?” Tanya Billy ditengah-tengah persetubuhan.

“Iya enak banget…oughhhh…ternyata enak..auhhhhh.. AAAHHHHHH... ” Teriak ku saat Andee meremas kencang toketku.

“Nanti gantian aku yang anal kamu ya sayang” Bujuk Billy, yang hanya kujawab dengan anggukan.

Kurasakan kontol Andre semakin membesar, dia menggenjot anusku dengan kasar. Andre memompa pantat ku gila-gilaan karena kurasa dia akan crot.

Tapi ternyata Billy yang duluan meledak orgasmenya. Sambil meremas pinggul Pacarku kuat-kuat, punggung Billy ikut melengkung dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam dan spermanya menyembur di dalam memek ku.

“Annjingggg…gw keluarrrr…..ahhhhhh..” lenguh Billy penuh kepuasan, lalu kemudian diam menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Aku sudah bodo amat saat spermanya masuk ke vaginaku. Resiko gak ku dipikirkan lagi. Itu karena aku akan mencapai orgasmes. badanku kelonjotan dan tanganku blingsatan menarik-narik kain sprei.

“OOoouuuuuughhhhh… Houuuhhhhhh… Yaahhhhh.. Yessssss….enak bengatttttt…….” teriak ku penuh kenikmatan birahi.

Andre terus menggenjot ku yang sedang dilanda badai orgasme. Genjotan Andre yang tidak berhenti ketika aku sedang klimaks, membuat ku kembali dilanda orgasme berturut-turut.

“Ahhhhhh.. kok… kok… gue kheluarrr lagiii… hahhhhh.. AARRRGGGGGGHHHHHHH... ” erang ku.
Tubuhku gelonjotan dan jatuh lemas di dada Billy.

Andre tetap memompa pantat ku, dia menekan dalam-dalam kontolnya ke pantat ku dan meledakkan orgasmenya seperti orang histeris.

“HOOAHHHHHHH…. HHAAAHhHHH….Keluar juga akhirnya… AARRRGGGGGGHHHHHHH... ” lenguh Andre penuh kepuasan.

*Plopppp

Suara kontol Andre yang keluar dari anusku, Andre pun ikut terkapar di samping tubuhku yang sedang menindih tubuh Billy.

Hanya desahan nafas menandakan kepuasan yang mendalam yang kami alami.

Hingga tak terasa pandangan ku gelap dan aku pun terlelap saking lelahnya orgasme

--------

POV Rian

Aku yang setelah melihat rekaman cctv begitu syok. Marah, emosi, cemburu bahkan horni jadi 1. Ya sebagai lelaki normal tentu saja aku horni melihat adegan persetubuhan, bahkan aku sempat mengocok kontol ku sendiri, namun terhenti saat melihat pacarku Vani di anal oleh Andre.
Rasa emosi dan marah ke mereka berdua sudah mencapai puncak. Hatiku seperti teriris mendengar Vani menjerit saat di Anal.

"tunggu aja kalian berdua..." umpatku mematikan rekaman cctv.

0 comments:

Post a Comment