Monday, January 6, 2025

Istriku ... by cah_anteng69

 Original Short Story

Kamis 15 Desember 2022

-- 22.45 --

Ak kembali mengecek ponselku menunggu kabar istriku Nuri yg belum pulang dari kerjanya sebagai terapis di sebuah panti pijat. Biasanya ia akan sampai rumah jam 10 malam, namun hampir 1 jam ia belum memberi kabar. Sudah 5x ak menanyakannya namun belum ada balasan sama sekali. Sudah 10x panggilanku selalu di reject baik via WA ataupun telpon seluler.

Tak lelah dan kutahan rasa kantukku, ak setia menunggu kepulangannya. Jika saja ak tidak duduk di kursi roda sudah pasti akan kujemput dirinya, dan yg pasti ak tidak akan membiarkan dirinya terjerumus dalam dunia perlendiran.

-- 23.30 --

"Klunting" ponselku berbunyi, dengan penuh harap ak membuka ponselku menanti kabar istriku.

"Pah, maaf tadi mamah barusan dipanggil Bos. Ini mamah sudah otw pulang, tapi mampir dulu beli martabak kesukaan papah" isi pesan istriku yg membuatku lega. Meski sebetulnya tidak sepenuhnya lega, ada rasa cemburu, emosi dan nafsu yg menjadi satu mengingat jika ia dipanggil Bosnya maka tak lain dan tak bukan hanyalah urusan perselangkangan.

Dengan dada bergemuruh dan tangan bergetar ak membalas pesan istriku untuk berhati-hati selama diperjalanan. Terlebih Nuri tak bisa mengendarai kendaraan baik motor maupun mobil. Bayangan istriku yg menaiki ojol kembali membuat dadaku bergemuruh. Ojol mana yg berpikiran positif ketika menjemput penumpang wanita di panti pijat? Meski ada hanya 1 banding 10, sisanya tak perlu dijelaskan lagi. Seringkali dan tak terhitung lagi jumlahnya istriku kesal dengan driver ojol yg memperlambat laju kendaraannya agar bisa berlama-lama membonceng istriku. Bahkan alibi rem mendadak sudah bosan didengar istriku.

-- 00.10 --

"Makasih mas, sudah payment lewat g*pay" ucap istriku yg langsung berjalan memasuki rumah. Tak ia pedulikan permohonan driver ojol yg meminta rating bintang 5.

"Assalamualaikum" ucap Nuri ketika membuka pintu rumah atau lebih tepatnya paviliun yg kami sewa perbulan.

Kubalas salamnya menyambut kedatangan istriku yg menjadi tulang punggung rumah tanggaku. Ia letakkan tas dan plastik kresek berisi martabak telur kesukaanku. Nuri lalu berlutut didepanku kemudian memelukku. Kubalas pelukannya, kuacuhkan aroma keringat pria dan aroma sperma di tubuhnya. Bagiku pelukannya selalu hangat dan selalu menenangkan jiwa dan ragaku.

"Maaf ya pah, tadi sebenarnya mamah bisa pulang lebih awal. Tapi papah tau sendiri kan, kalo Bos memanggil maka pantang bagi siapapun menolaknya" ucap istriku sembari mencium pipiku. Kubalas ciumannya dan lagi lagi tidak ak pedulikan aroma sperma di sekitar bibirnya.

"iya mah, gapapa. Yang penting mamah sudah sampai rumah dengan selamat udah cukup" ucapku yg kembali mencium pipinya. Senyuman terkembang di wajah cantiknya, Nuri membalas ciumanku sembari memelukku lebih erat.

"Btw besok jadi libur kan?" tanyaku saat kami masih berpelukan.

"Jadi dong, besok kita ke pantai terus malamnya dinner di kafe yg lagi viral. Pokoknya besok kita kencan lagi seperti pas pacaran" ucap Nuri yg kembali mencium pipiku. Ak hanya tersenyum melihat raut bahagia di wajahnya yg letih setelah seharian bekerja. Sementara tanganku mulai jail membelai dadanya yg masih terbungkus Bra, kaos dan jaketnya. Nuri tersenyum, tangannya lalu membelai selangkanganku dan sedetik kemudian Nuri bangkit dari posisinya.

"Dilanjut nanti ya pah, mamah mau mandi dulu" ucap Nuri lalu berjalan ke kamar mandi. Meski sudah lewat tengah malam Nuri tetap nekat mandi. Pantang baginya untuk tidur dalam kondisi tubuh masih tersisa bau sperma maupun keringat pria selain diriku.

Ak lalu mengarahkan kursi rodaku ke dapur sembari membawa tasnya dan martabak yg ia beli. Kuhindangkan martabak yg dibelinya lengkap dengan secangkir teh hangat. Kurang tas selempangnya dan kubuka ponselnya untuk mencari penyakit. Lebih tepatnya penyakit hati karena isi chatnya hanyalah pria-pria hidung belang. Kebanyakan hanyalah menanyakan jadwal Nuri sisanya pujian atas service yg diberikan Nuri. Setelah puas mencari penyakit hati, ak lalu membuka akun sosmednya yg juga dipenuhi penyakit.

Jika saja kelumpuhanku tidak berimbas pada kejantananku pastilah ak ikutan ngaceng ketika melihat Nuri berjoged dengan dress code yg ditetapkan pihak panti pijat. Terlebih dress code bertema office girl dimana Nuri hanya dibalut rok span yg sangat mini dan kemeja ketat menerawang sehingga bra Nuri samar terlihat.

Setengah jam kemudian Nuri beres mandi dan sudah mengenakan dasternya. Ia lalu duduk disampingku kemudian menyeruput teh yg kubuat.

"Jangan kelamaan nontonin sosmed mamah pah" ucap Nuri ketika menyomot martabak dan menyuapkan padaku.

"Iya mah, lagian papah baru aja buka kok. Btw daritadi banyak yg nanyain mamah avail gak buat besok" ucapku seraya mengulurkan ponselnya. Secepat kilat Nuri update status WA-nya dengan mengatakan jika besok Off. Setelah update status Nuri letakkan ponselnya di atas meja lalu bergelayut manja di tubuhku. Tanganku membelai rambut hingga punggungnya berharap dengan hal itu bisa sedikit mengurangi beban pikiran dan merelaksakan tubuh lelahnya.

Meski tubuhnya sudah tidak bisa kunikmati seorang diri namun setidaknya ak tau diri dan berusaha selalu ada untuknya.

"Gimana hari ini?" tanyaku saat Nuri menyeruput kembali tehnya. Sejenak ia nampak berpikir lalu tersenyum ke arahku.

"Hari ini lumayan dapet 5 tamu, cuma 2 yg minta bersetubuh. Tapi hari ini tipsnya dikit, gak tau kenapa" balas istriku sembari mengambil dompet di tasnya lalu menunjukkan 10 lembar uang seratus ribuan.

"Ya sudah tak apa, rejeki kita memang segitu hari ini" ujarku mencoba menenangkannya. Meski hatiku rasanya seperti disayat pisau berkarat. Nuri harus sampai rela disetubuhi oleh pelanggannya demi 3 lembar uang gambar Bapak Proklamator

"Papah gimana hari ini?" tanya istriku menyiratkan sebuah harapan.

"Ya tadi papah coba berdiri tanpa bantuan tongkat tapi ya baru 5 detik pinggul papah rasanya udah sakit. 3x percobaan tapi semuanya sama" balasku terasa sangat menyedihkan.

"Kalo itunya?" tanya istriku ketika tangan kanannya hinggap di selangkanganku. Ak hanya bisa menghela nafas dan tertunduk. Meski impotenku hanya sementara namun sedih rasanya ketika istriku Nuri menanyakannya.

"Ya sudah gapapa pah, bulan depan kita kontrol lagi ya" sambung istriku memberiku semangat. Akupun hanya bisa mengangguk lemah, ketidakberdayaanku membuatku minder ketika tau istriku digauli pria lain. Puas merenungi nasib, kami memutuskan untuk beristirahat. Berharap hari esok kami bisa memulai sesuatu yg lebih baik.

Jumat 16 Desember 2022

-- 07.30 --

Kami selesai mandi dan sarapan setelah sempat bermesraan dan memanjatkan doa merayakan 5 tahun usia pernikahan kami. Meski tak sampai bersetubuh karena penisku hanya bisa bangun kurang dari 5 detik. Tak ada ceremonial, tak ada rencana liburan dan hanya cukup bersama selama sehari penuh.

Aktifitas pagi ini hanya kami habiskan duduk didepan tv dengan saling berpelukan. Dan sedikit mengenang kemesraan kami dulu sebelum ak menderita kelumpuhan. Terbesit rasa penyesalanku 2 tahun lalu saat pandemi covid melanda negeri. Jika saja waktu itu ak tidak bebal, kemungkinan besar ak masih bisa menafkahi istriku lahir batin. Nuri yg melihat gelagat aneh dariku segera memelukku lebih erat dan mencoba memberiku semangat untuk bisa segera pulih.

-- 09.15 --

Ak mulai terlelap setelah minum obat yg diberikan dokter sewaktu kontrol seminggu yg lalu. Meski sudah kontrol berkali-kali namun hasil yg didapat masih belum menunjukkan tanda-tanda ak bisa berjalan seperti sediakala. Hanya untuk berdiri saja ak hanya bisa bertahan selama 5 detik selebihnya ak hanya bisa duduk di kursi roda atau terbaring lemah di kasur.

Pov Nuri

-- 09.30 --

Pintu rumah paviliunku diketuk dari luar pertanda ada tamu datang. Dengan hati berdebar ak membuka pintu dan cepat-cepat menyuruh tamuku masuk. Tamuku tak lain dan tak bukan adalah bosku Pak Beni di panti pijat tempat ak bekerja sebagai terapis merangkap pelacur. Ya itulah profesiku saat ini, ak menjalani profesi tersebut selama hampir 2 tahun belakang. Tepatnya setelah Mas Riko suamiku menderita kelumpuhan dan phk dari kantornya. Bukan ak yg ingin menjalani profesi ini namun Mas Riko-lah yg menyarankanku untuk terjun ke dunia perlendiran atas dasar faktor ekonomi dan kesehatannya. Meski sempat ak menentangnya tapi karena desakan faktor ekonomi akupun terpaksa mengikuti sarannya dengan syarat ia tak boleh protes atas apa yg ak lakukan selama bekerja. Lagipula bagaimana ia memprotesnya jika ia sendiri hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Ohhh God jahatnya mulutku.

"Riko sudah tidur?" tanya Pak Beni setelah ak mengunci pintu. Pak Beni dengan lancang memeluk tubuhku dari belakang dan mengendus leherku.

"Eehh sudah Pak" jawabku yg kegelian saat bibirnya mengecup leherku dari belakang. Kedua tangannya mulai merambat ke dadaku yg hanya terbungkus daster tanpa bra.

"Eehhhmmm Pak" desahku saat Pak Beni meremas payudaraku dan memilin putingnya.

"Berapa waktu yg kamu berikan padaku hari ini?" tanya Pak Beni yg semakin intens meremas payudaraku.

"Ehhh aahh 2,5 jam Pak. Aarrhhh ralat aassshhh 3 jam pak" balasku yg semakin terangsang berkat remasan tangannya di payudaraku. Ak dibimbing menuju karpet di ruang tamu, ak lalu duduk di pangkuan Pak Beni yg berusaha melepas dasterku.

Tak perlu usaha banyak karena daster yg kugunakan hanya menutupi setengah pahaku. Ak sudah telanjang di pangkuannya dan langsung kupagut bibirnya. Seketika rasa bersalah menghantui pikiranku ketika teringat suamiku yg terbaring di kamar. Tapi salahku juga sih karena kemarin sempat iseng curhat ke Pak Beni kalo ak lagi butuh uang untuk bayar sewa paviliun.

Pak Beni dengan rakus melumat bibirku sembari meremas payudaraku yg bulat kencang berukuran 36B. Putingku yg sudah mengeras tak luput dari jari-jemarinya yg memilin putingku. Meski sudah banyak yg nenen padaku, namun warna putingku belumlah terlalu gelap.

Puas berciuman Pak Beni langsung menyosor payudaraku secara bergantian. Jilatan, hisapan, dan gigitannya silih berganti hinggap di payudaraku membuatku semakin terbuai kenikmatan terlarang. Akupun hanya bisa merintih dan mendesah nikmat meresapi rangsangan di dadaku.

"Sange ya?" tanya Pak Beni saat satu tangannya membelai rambut kemaluanku yg selalu kucukur rapi. Akupun hanya bisa memejamkan mata dan mengangguk tapi tanganku meremas satu payudaraku yg bebas dari jamahan tangannya.

"Bukain lah, akan kuberi kenikmatan yg sudah tidak kamu dapatkan dari Riko" ujar Pak Beni dan langsung kulaksakan perintahnya. Tak butuh waktu lama tubuh Pak Beni sudah telanjang dengan penis tegak mengacung. Kugenggan penisnya yg besar dan panjangnya 2x lipat dari penis suamiku. Kutatap manik matanya dengan wajah sayu menanti kenikmatan terlarang yg akan kami raih pagi ini. Segera kujulurkan lidahku ke penisnya yg besar berurat, lidahku dengan telaten menjilati batang penisnya dari pangkal sampai ke ujungnya.

"Pantes Dr Kevin selalu ketagihan" ucap Pak Beni yg mengingatkanku pada kejadian semalam. Dr Kevin, seorang dokter yg sudah menjadi pelanggan tetapku selama hampir 2 tahun. Jika ia berkunjung, ia tak mau dilayani oleh terapis selain diriku, bahkan ia akan sabar menanti jika kebetulan ak sedang melayani pelanggan lain. Dirinya juga sudah berkali-kali memintaku untuk menerima pinangannya sebagai istri kedua. Namun ak selalu menolaknya. Sebagai gantinya, ak harus selalu siap melayaninya kapanpun ia datang.

Lamunanku akan Dr Kevin buyar ketika Pak Beni dengan kuat menahan kepalaku lalu menekan pinggulnya keatas sehingga penis besarnya masuk sangat dalam di rongga mulutku. Ak sampai tersedak, namun Pak Beni seakan tak peduli. Ia terus menahan kepalaku sampai beberapa puluh detik lalu melepasnya. Hanya 10 detik ak mengambil udara segar Pak Beni kembali melesakkan penisnya dalam-dalam ke rongga mulutku. Ada sekitar 5x Pak Beni melakukannya, ia lalu menarik tubuhku hingga ak berada di posisi WOT. Kedua tangannya aktif meremas payudaraku, disaat ak mulai memasukkan penisnya ke vaginaku yg sudah sangat basah.

Tanpa perlu diperintah, ak segera menaik-turunkan pinggulku. Penis besarnya terasa sekali menggesek dinging vaginaku. Desahan dan rintihan otomatis keluar dari mulutku hingga menggema memenuhi ruangan. Ak tak takut jika suamiku terbangun mendengar desahabku yg semakin nyaring karena obat yg ia minum sudah kutambah dengan obat tidur pemberian Pak Beni semalam.

"Aarrhhh terus Ri, memekmu nikmat banget ssshhh aahhhh" desah Pak Beni yg semakin intens meremas atau melumat payudaraku. Sesekali mulutnya meracau tak jelas ketika ia menampar pantatku yg sekal. Entah pujian atau hinaan yg ia lontarkan, bagiku sama saja.

10 menit bergoyang diatas tubuhnya, ak merasa sesuatu hendak meledak dalam diriku. Nafasku semakin berat dengan desahan yg semakin nyaring. 5 menit kemudian dinding vaginaku terasa berdenyut diiringi tubuhku yg bergetar hebat diatas tubuhnya.

"Aahhh ak keluar Pak aahhhh sshhh" ucapku lemah dan hampir menindih tubuhnya. Pak Beni langsung membalikkan tubuhku hingga kini ak berada dibawah tubuh kekarnya. Tanpa memberiku jeda waktu, Pak Beni langsung melesakkan penisnya ke vaginaku yg masih berdenyut dan terasa sedikit ngilu.

Dengan cepat dan keras Pak Beni menyodok vaginaku. Kedua tangannya sesekali meremas payudaraku ataupun menarik putingku. Sesekali juga bibir kami saling berpagutan menumpahkan segala rasa nikmat yg menjalari tubuh kami. Akupun dibuat kelojotan atas aksinya yg menggagahiku. Tak bisa kubayangkan jika suamiku tiba-tiba bangun lalu melihat kelakuan bejatku di hari yg sangat spesial bagi kami.

15 menit kemudian gerakannya semakin cepat, nafasnya juga semakin berat ditambah keringat semakin membasahi tubuh kami. Tak lama kemudian Pak Beni melesakkan penisnya dalam-dalam dan bisa kurasakan semburan hangat spermanya yg menyembur di rahimku. Disusul tubuhku yg bergetar dan mengejang beberapa saat sebelum akhirnya lemas dibawah tubuhnya.

"Hhaaahh eehhh hhaahhhh, nikmat banget jepitan memekmu Ri. Makasih ya ak puas" ucap Pak Beni lalu menindih tubuhku dan memagut bibirku. Kusambut pelukan dan pagutan bibirnya sebagai ungkapan rasa terimakasihku karena ak juga merasa puas bersetubuh dengannya.

Setelah mengatur nafas, Pak Beni tiba-tiba membopong tubuhku. Dibawanya tubuh telanjangku ini kekamar mandi. Lagi dan lagi kami mereguk kenikmatan terlarang dalam posisi berdiri. Meski Pak Beni baru saja keluar di rahimku namun penisnya masih terasa kuat saat kembali menggempur vaginaku. Senyuman menghiasi wajah kami berdua menandakan kepuasan yg tak bisa kami gambarkan. Pak Beni kembali menyemburkan spermanya di rahimku setelah ak mendapat 2x orgasme. Kami lalu mandi bersama dengan penuh kemesraan melupakan status kami masing-masing.

-- 11.45 --

Pak Beni pamit pulang, meski masih ada sisa waktu kurang lebih 1 jam sebelum Mas Riko bangun dari tidurnya. Kupakai lagi daster yg tadi kukenakan tanpa memakai pakaian dalam. Ak lalu mengantarnya sampai ambang pintu, dan menutupnya setelah ia keluar dari rumahku. Ak lalu melenggang menuju kamar sembari menggenggam uang 2 juta pemberian Pak Beni. Kusimpan uang pemberiannya dengan rapi di tasku, ak lalu mengecek kembali ruang tamu dan kamar mandi untuk memastikan tidak ada jejak persetubuhan antara ak dan Pak Beni. Setelah yakin tidak ada jejak yg tertinggal, ak lalu merebahkan tubuhku disamping Mas Riko yg masih tertidur pulas. Kupeluk tubuhnya dan tak lama kemudian ak mulai memejamkan mata.

-- 13.20 --

Pov Riko

Ak terbangun setelah 3 jam tertidur, kulihat istriku juga tertidur di sampingku dengan masih mengenakan daster yg ia kenakan sejak pagi tadi. Ak lalu meraih botol air minum yg telah disiapkan istriku tadi pagi. Kutenggak sampai habis setengahnya lalu kembali merebahkan tubuhku di samping istriku. Kupandangi wajahnya yg tetap memancarkan kecantikan meski tanpa make up.

Kembali dan lagi-lagi ak merasa sangat bersalah atas apa yg ak lakukan di masa lalu. Sejenak ak kembali merenungi kebodohanku 2 tahun lalu saat pandemi covid melanda negeri.

--- 17 Juli 2020 ---

"Maaf Pak, untuk mencegah penyebaran virus covid-19 bapak harus test swab dulu sebelum melakukan perjalanan" ucap salah seorang nakes yg mencegatku saat ak hendak pulang setelah perjalanan dinas selama 3 hari.

"Saya sehat kok mas. Tidak ada gejala apapun, lagipula saya harus segera pulang" ucapku yg tak ingin test swab karena menurutku pandemi ini terlalu dibuat-buat demi keuntungan pihak tertentu. Ak sangat yakin jika pandemi ini hanyalah konspirasi yg dibesar-besarkan.

Seorang nakes yg mencegatku bersama seorang polisi tetap memaksaku untuk melakukan test swab, akhirnya ak mengalah dan mengikuti instruksi mereka. Motor yg ak kendarai diarahkan ke sebuah bangunan yg digunakan sebagai posko test swab. Ak turun dari motorku lalu mengambil antrian dan betapa terkejutnya ak karena ternyata ak harus keluar uang hanya untuk test swab. Pikiran negatifku mulai mengisi otakku, bagiku semua hanyalah bisnis dan rakyat jelata adalah korbannya. Lagipula aneh juga, pemerintah memaksa warganya untuk test swab tapi rakyat harus bayar untuk itu.

Emosi dan kalut, ak segera mengendap berjalan keluar bangunan. Setelah situasi aman, ak segera menuju motorku yg terparkir di di pinggir jalan lalu secepat kilat meninggalkan bangunan tsb. Namun tak lama sirine polisi terdengar dibelakangku. Ak dengan nekat segera memacu motorku lebih cepat lagi berharap ia tak bisa mengejarku.

"Ccciiittttt brruuuaaakkkkk" motor yg ak kendarai menabrak truk yg mencoba menyalip dari arah berlawanan. Ak sempat terseret beberapa meter sebelum akhirnya pandanganku gelap.

--- 20 Juli 2020 ---

Ak terbangun dengan kondisi lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit. Tanganku terpasang selang infus ditambah beberapa bagian tubuhku yg diperban. Ak mencoba menoleh kekanan dan kekiri dan kudapati istriku yg tertidur di sampingku.

"Mm...mah" ucapku sedikit terbata karena tenggorokanku terasa sangat kering. Istriku mengangkat kepalanya dan sedetik kemudian tangisnya pecah sembari memelukku.

"Alhamdulillah papah udah sadar, yg sabar ya pah" ucap istriku sesenggukan. Ak tak paham apa yg ia ucapkan, ak mencoba menggerakkan tubuhku namun hanya kakiku yg sulit digerakkan.

"Mah, bisa panggilin dokter? Kaki papah sulit gerak" ucapku pada Nuri istriku namun tangisnya semakin pecah.

"Mah, apa yg terjadi mah?" tanyaku sedikit keras karena istriku tidak bergeming dari pelukanku. Tak lama seorang suster menghampiriku lalu meminta istriku untuk memberi ruang untuknya. Ak menanyakan kondisi tubuhku saat suster tsb mengecek tubuhku namun suster hanya berkata jika nanti dokter yg akan menjelaskannya.

5 menitan kemudian seorang dokter yg sangat kukenal masuk ke ruang rawat inap tempatku berada. Iapun tersenyum lalu menyalamiku kemudian duduk di kursi samping ranjang.

"Sorry bro, ak udah berusaha sebisaku namun sepertinya kamu belum bisa berjalan untuk sementara waktu, kecelakaan yg menimpamu menekan syaraf otot kakimu. Sisanya patah tulang yg bisa sembuh dalam waktu kurang lebih 6 bulan" ucap Kevin dokter yg menanganiku sekaligus teman terdekatku saat SMA. Ucapannya membuat jantungku berhenti berdetak, Kutatap wajah istriku yg masih sesenggukan.

"Ini mimpi kan Vin? Maksutku dok?" tanyaku yg dibalas gelengan kepala.

"Ak harap kamu sabar menjalani cobaan ini Rik, ak sebagai temanmu akan mengusahakan semaksimal mungkin agar secepatnya kamu bisa berjalan lagi" ucapnya seraya memelukku, memberiku semangat agar ak tabah menjalani cobaan yg menimpaku.

--- 20 Juli 2020 ---

Setelah test swab ak diijinkan untuk pulang dan menjalani rawat jalan. Selama dirawat ak hanya termenung meratapi nasibku yg akan berubah 180°, karena tak hanya kakiku yg tak mampu menopang tubuhku tapi juga kejantananku yg ikutan tak bisa berdiri. Setibanya ak dirumah, ak hanya bisa terbaring lemah di kasur dan merenungi kebodohanku. Jika saja ak tidak terlalu percaya dengan teori konspirasi dan ak mau ikut test swab bisa dipastikan ak masih bisa berjalan normal seperti sediakala.

"Ini makan dulu pah, habis itu minum obat ya. Semoga papah lekas sembuh" ucap istriku lalu menyuapiku makan. Akupun merasa bersalah pada istriku karena kebodohanku istriku sampai menangis berkali-kali hingga matanya sembab. Beres makan, ak minum obat dan tak lama akupun tertidur.

--- 15 Agustus 2020 ---

Setelah sebulan menjalani rawat jalan, ak dibuat shock atas kedatangan managerku Pak Tomy. Ia datang dengan membawa surat phk karena kondisi keuangan kantor sedang tidak stabil imbas pandemi. Ia sangat menyesal karena tidak bisa mempertahankanku terlebih ak salah satu karyawan andalannya. Akupun tak bisa berbuat banyak, kutandatangani surat yg ia sodorkan lalu Pak Tomy menyodorkan amplop coklat berisi pesangon beserta gaji terkahirku. Istriku yg melihatnya ikutan sedih dan hanya bisa menangis sembari memelukku. Oh God, kapan cobaan ini akan berakhir?

--- 5 oktober 2020 ---

Ak dan istriku terpaksa pindah dari rumah ke sebuah rumah paviliun yg disewakan perbulan, hal itu kami lakukan karena tak mungkin kami bisa membayar kontrakan rumah yg tiap tahun nilainya bertambah. Orangtuaku maupun orangtua Nuri sudah menyarankan untuk tinggal di rumah mereka, namun ak secara halus menolaknya karena memang prinsip setelah menikah tidak ingin merepotkan kedua orang tua kami. Motorku satu-satunya juga ikutan terjual untuk biaya sehari-hari dan kontrol ke dokter. Meski dokter yg menanganiku adalah temanku saat SMA namun ak tak enak hati jika meminta keringanan. Bukan karena apa-apa, ak hanya tak ingin merepotkan orang lain meski kondisiku tak berdaya.

Keinginan egoisku inilah yg akhirnya memaksa Nuri untuk bekerja. Awalnya ia bekerja sebagai kasir di sebuah toko namun hanya bertahan 1 minggu karena pemilik toko setiap bertemu dengannya menatap istriku dengan tatapan penuh nafsu. Bahkan baru 3 hari bekerja, pemilik toko sudah berani melingkarkan tangannya di pinggang istriku.

Berusaha survive, istriku mencoba peruntungannya menjadi marketing perusahaan pialang. Namun lagi-lagi istriku tak betah karena manajernya tiba-tiba meminta istriku mengenakan pakaian yg sedikit terbuka. Malahan saat bertemu dengan calon klien, sang manajer tiba-tiba memeluk istriku dari samping. Jengah, istriku memutuskan resign setelah 5 hari bekerja.

Tak putus asa, istriku kembali mencoba peruntungannya dengan bekerja sebagai spg sebuah brand rokok. Untuk kali ini istriku bisa bertahan selama sebulan karena uang yg didapat sepadan dengan jerih payah istriku. Namun di bulan kedua, istriku diberhentikan karena aturan ppkm. Sangat disayangkan, namun kami tak bisa berbuat banyak.

2 minggu berselang, tepatnya awal bulan Desember 2020. Ak iseng menyodorkan ponselku yg berisi lowongan pekerjaan sebagai seorang terapis. Jelas istriku menolaknya mentah-mentah, bahkan saat menjadi spg saja ia tak sekalipun mengijinkan lawan jenis menyentuh ujung jarinya. 3 hari istriku tak mau berbicara denganku. Akupun hanya pasrah dan tak pernah membahasnya lagi.

Namun, 2 hari setelahnya istriku mengajakku berbicara serius mengenai pekerjaan.

"Pah, sepertinya itu solusi terakhir kita pah. 2 minggu lagi papah kontrol dan tabungan kita sudah mulai menipis" ucap istriku sembari menunjukkan saldo di rekeningnya. Satu sisi ak bersyukur namun satu sisi ak tak rela jika istriku sampai bersentuhan dengan lawan jenisnya. Bahkan banyak rumor yg mengatakan jika bekerja di sebuah panti pijat sama saja dengan melacurkan diri. Ak bimbang, istriku juga bimbang. Akhirnya seminggu ini kami hanya menghabiskan uang di rekening istriku untuk biaya hidup sehari-hari.

--- 15 Desember 2020 ---

Ak dan istriku baru selesai sarapan, istriku membantuku berjalan namun hanya selangkah kakiku sudah lemas. Ak mencobanya lagi sebanyak 4x namun hasilnya sama. Kakiku hanya mampu bertahan selangkah lalu kembali lemas. Ak akhirnya hanya bisa terduduk di kursi roda menahan nyeri dipinggangku.

"Nanti kita coba lagi ya pah" ucap istriku dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang. Namun belum reda rasa nyeri di pinggangku, ak dibuat tercekat oleh pernyataan istriku yg meminta restuku untuk bekerja sebagai terapis.

"Mamah sudah berpikir matang-matang seminggu ini, dan mamah akan mencobanya. Tentu atas seizin papah juga" ucap istriku yg duduk didepanku seraya menggenggam kedua tanganku.

"Mamah udah kirim cv kesana?" tanyaku lemah.

"Belum, mamah minta ijin dulu ke papah" ucap istriku yg membuatku sedikit lega, sedikit ya karena sisanya campur aduk. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ak hanya bisa mengangguk dan memberinya ijin.

"Makasih pah, mamah gak tau ini benar atau tidak tapi yg pasti mamah sudah memastikan ke pihak spa kalo gak semua terapis bisa 'dipakai'. Semua tergantung terapisnya, kalo mau dapat duit tambahan ya silahkan. Tapi kalo cukup dengan gaji sama tips ya gak masalah" ucap istriku yg membuat dadaku bergemuruh. Bayangan istriku berada 1 ruangan dengan pria selain diriku membuatku cemburu, kesal namun hanya bisa pasrah karena hanya dialah satu-satunya harapan untuk mencukupi kebutuhan rumah tanggaku.

Sore harinya istriku mengirim cv via email dan konfirm ke pihak spa. Malam harinya kami sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Terlebih besok adalah anniversary pernikahan kami yg ketiga.

"Ya Tuhan lancarkanlah urusan dunia kami" batinku sebelum terlelap dalam mimpi.

--- 16 Desember 2020 ---

Pov Nuri

Hari ini ak dan suamiku Mas Riko merayakan anniversary pernikahan kami yg ketiga dengan perasaan hambar. Tak ada ceremonial dan tak ada rencana liburan, kami terdiam dalam pikiran campur aduk. Hanya ucapan doa yg bisa kami panjatkan kepada Yang Maha Kuasa agar kehidupan kami diberi kelancaran. Kegelisahan Mas Riko semakin tampak ketika ak mendapat WA dari pihak spa. Tak kuat rasanya melihat isi pesannya hingga ak mengabaikannya. Mas Riko yg melihatku tertekan segera mendekat lalu menggenggam kedua tanganku.

"Tak apa mah, coba dibuka saja pesannya. Papah tau ini sangat menyakitkan namun papah tau akan ada pelangi setelah badai. Papah gak berhak memaksa mamah melakukannya, jika mamah mau papah memberi ijin dan restu. Namun jika mamah tak mau papah nanti yg akan mencari kerja. Karena biar bagaimanapun papahlah yg wajib menafkahi mamah lahir batin apapun kondisi dan apapun resikonya" ucap Mas Riko yg membuatku sedih. Sedetik kemudian ak menghambur dalam pelukannya dan tangisku yg kutahan akhirnya pecah.

"Mamah gak bisa menjanjikan apapun, tapi mamah akan berusaha selalu ada buat papah. Mamah cinta mati dan sangat menyayangi papah apapun keadaannya. Mamah harap papah tak berpaling dengan apa yg mamah lakukan" ucapku sesenggukan ketika berada di pelukannya. Elusan tangannya di punggungku menguatkan diriku yg selalu rapuh.

"Papah percaya sama mamah, apapun yg mamah lakukan papah akan selalu support sebisa papah" ucap suamiku yg semakin erat memelukku. Dengan sekuat hati, ak membuka pesan WA dari pihak spa.

"Selamat Siang, Saudari Nuri Rokhayati. Kami dari Manajemen Semprot spa 'n Massage menginformasikan untuk jadwal test dan interview pada hari:

Kamis, 17 Desember 2020
pukul 15.00
bertempat di Semprot Spa 'n Massage.

Jika bersedia untuk menjalani tes dan interview mohon balas pesan ini.

Salam

Semprot Spa 'n Massage"

Sejenak ak berpikir dan menatap wajah suamiku. Anggukan kepalanya menjadi tanda bahwa ia setuju. Ak lalu membalas pesan tsb dengan mengatakan ak siap untuk test dan interview besok. Setelah membalasnya ak kembali memeluk suamiku. Hingga tak terasa air mataku kembali menetes.

--- 17 Desember 2020 ---

13.00

Ak masih diam mematung di depan cermin dengan tubuh masih terlilit handuk. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada kegelisahan yg mendalam bagiku karena masih tak menyangka dengan keputusanku, bukan keputusanku tapi keputusan bersama dengan suamiku.

Ak masih melamun didepan cermin hingga tak sadar suamiku sudah berada di sampingku.

"Mamah gugup?" tanya suamiku, dari raut wajahnya ak bisa melihat ada ketidakrelaan namun juga pasrah dengan keadaan.

"Pah,,,," ak tak bisa melanjutkan kata-kataku namun sedetik kemudian Mas Riko menggenggam tanganku.

"Good luck ya mah. Lagipula ini masih tahap test dan interview. Masih ada kesempatan jika mamah memilih mundur" ucap suamiku, dan kubalas dengan anggukan.

"Mamah akan berusaha sebaiknya" ucapku lirih dan sedetik kemudian air mataku menetes. Dengan berat hati ak melepas handukku lalu mengenakan pakaian yg telah kusiapkan sebelumnya. Rok span selutut dan kemeja warna biru langit membungkus tubuhku. Ak lalu merias sedikit make up diwajahku, kemudian menyisir rambutku.

Setelah siap, ak memilih bergelayut manja dulu dengan suamiku. Kecupan demi kecupan mendarat di wajah kami. Jika saja suamiku tidak menderita impoten bisa dipastikan tubuhku akan ia telanjangi lalu disetubuhi dengan segala perasaan.

"Sudah pesen ojol mah?" tanya suamiku saat tangannya hinggap di kedua payudaraku. Ak hanya mengangguk menikmati sentuhannya di tubuhku.

-- 13.45 --

Ojol yg kupesan sudah tiba di depan rumah. Ak segera mengenakan sepatuku lalu berpamitan dengan suamiku.

"Hati-hati ya mah. Semoga semuanya dilancarkan" ucap suamiku yg tak melepas genggaman tangannya. Kupeluk tubuhnya dan kucium bibirnya cukup lama. Ak lalu mengenakan maskerku lalu berjalan keluar rumah.

--- 14.30 ---

Ak tiba di sebuah bangunan yg dijadikan tempat spa. Dengan gugup ak melangkah masuk dan langsung disambut seorang wanita berumur dengan pakaian yg sangat seksi namun tidak proper dengan ukuran tubuhnya.

"Nuri Rokhayati?" tanya wanita tsb lalu mengulurkan tangannya sembari memperkenalkan diri. Kubalas uluran tangannya lalu duduk dikursi bersama Tante Erni. Tante Erni lalu memulai sesi interview dengan menanyakan seberapa siapnya diriku menjalani profesi sebagai terapis. Akupun menjawab jika ak siap dengan segala resiko pekerjaan yg akan kujalani. Puas dengan jawabanku Tante Erni lalu menjelaskan perihal upah yg akan ak terima.

"Kamu tetap dapat upah sesuai umr ditambah 10% dari tiap tamu yg memakai jasamu. Singkatnya jika tamu membayar jasamu sebesar 300rb maka 30rb menjadi hakmu. Ditambah nanti jika kamu mau menawari 'servis tambahan' maka itu sepenuhnya milikmu" ujar Tante Erni yg membuatku gugup. Belum cukup kegugupanku, ak dikejutkan dengan kedatangan seorang terapis beserta tamunya. Hal yg membuatku tercengang adalah ia dengan mesra menggandeng tamunya ke meja reception sementara satu tangannya membawa bra dan cd. Ia bahkan tanpa malu memeluk tamunya bahkan sampai mencium pipi tamunya ketika tamu tsb sudah menyelesaikan pembayaran.

"Sinta, sini kenalin calon terapis baru ditempat kita. Namanya Nuri, nanti kalo dia diterima tolong dibimbing ya" ucap Tante Erni ketika sang terapis yg dipanggil Sinta selesai mengantar tamunya keluar.

"Oohhh hai, namaku sinta. Sebenarnya bukan nama asliku, kalo mau tau nama asliku harus diterima dulu disini. Hihihihi" ujar Sinta sembari mengulurkan tangannya. Dengan gugup ak menerima uluran tangannya dan sedikit berbasa-basi. Tak lama Sinta pamit untuk bersih-bersih dan istirahat sejenak.

"Aslinya kamu cantik banget ya kalo gak gugup, beda sama yg difoto" ucap tante erni memujiku. Akupun hanya tersenyum kikuk dan mengucap terimakasih atas pujiannya. Tante Erni lalu menanyaiku beberapa pertanyaan seputar kehidupanku dan kehidupan rumah tanggaku. Pembawaannya yg ramah dan ceria membuatku cepat akrab. Bahkan di sela-sela sesi interview kami terkadang melepas tawa, Tante Erni paham betul cara menangani kegelisahan dan kegugupanku.

"Dari Tante cukup sih, sisanya nanti sama Pak Bos ya" ucap Tante Erni sambil bangkit dari duduknya. Ia lalu menghampiri meja reception dan melakukan panggilan ke Pak Bos.

"Oke Bos, ak ajak keliling dulu ya" ucap Tante Erni lalu menutup telponnya. Ia kemudian menghampiriku dan mengajakku berkeliling sembari menjelaskan tiap tempat.

Pertama tentu lobby dan reception, tempat dimana tamu memesan layanan spa atau konfirm jika sudah pesan via online.

Kedua showing room, tempat dimana para terapis berbaris rapi denhan dress code yg telah ditentukan didalam ruangan yg dikelilingi tembok kaca.

Ketiga kamar tempat terapis bekerja melayani tamunya, tempatnya berada di lantai 2. Meski tempatnya tertutup dan kedap suara namun ada cermin 1 arah yg bisa melihat aktifitas yg berada di dalam.

Keempat masih dilantai 2, terdapat ruangan yg berisi berbagai keperluan spa. Mulai dari minyak urut, lulur mandi sampai body scrub.

Kelima loker room yg masih berada di lantai 2. Tempatnya sedikit terpencil namun isinya sangat rapi. Tempat ini digunakan para terapis berganti kostum, baik itu saat awal opening atau setelah melayani tamu.

Keenam, ruangan Pak Bos yg berada di lantai 3. Hanya terapis yg dipanggil Pak Bos yg diijinkan masuk. Berhubung ak akan melakukan test, maka ak diperbolehkan naik ke lantai 3.

Namun sebelum ak naik ke lantai 3 Tante Erni lebih dulu menyodorkan dress code yg dipakai terapis hari ini.

 

 "Dipakai ya, biar Pak Bos percaya kamu siap bekerja disini. Tapi,... Jika kamu berubah pikiran maka kamu diperbolehkan pulang" ucap Tante Erni dengan sorot mata yg tajam. Sejenak ak terdiam beberapa saat sebelum Tante Erni kembali buka suara.

"Kamu punya waktu 5 menit untuk memutuskan. Pergilah ke toilet yg berada di loker, pikirkan baik-baik langkahmu kedepan. Jika kamu ragu, maka kamu bisa meninggalkan tempat ini tanpa perlu berpamitan. Namun jika kamu yakin dan mau, ak tunggu di lantai 3 dengan kondisi sudah memakai dress code yg ak berikan" ucap Tante Erni lalu melangkah kakinya ke lantai 3.

Ak lalu memasuki toilet yg berada di loker. Keraguanku muncul ketika melihat dress code yg Tante Erni berikan. Dress code bertema pramugari ini sangat seksi dan sangat terbuka. Atasannya hanya berupa croptop dan kemeja lengan pendek yg tidak mampu menutupi perut. Sementara bawahannya berupa rok span yg sangar mini. Jika ak memakainya dalam kondisi duduk maka orang yg duduk didepanku bisa melihat logo tesla. Dan jika ak membungkuk maka cd-ku akan terlihat jelas jika dilihat dari belakang.

Tersisa waktu 2 menit, ak segera meyakinkan diriku. Segera ak melepas kemeja dan rokku lalu mengenakan dress code yg Tante Erni berikan. Saat itulah ak melihat diriku sangat seksi, terlalu seksi malahan. Dan tak bisa kubayangkan ekspresi Mas Riko suamiku ketika ia melihatnya.

Tante Erni tersenyum ketika melihatku mengenakan dress code yg ia berikan. Disampingnya juga terdapat seorang terapis yg berpakaian sama denganku.

"Kenalin, ini Eva. Dia nanti yg akan memberimu panduan SOP selama bekerja" ucap Tante Erni, ak lalu bersalaman dengan Eva kemudian Tante Erni mengajakku masuk.

"Sore Pak Bos, sore Pak Kevin Perkenalkan ini Nuri calon terapis kita yg baru" ucap Tante Erni yg membuat tubuhku kaku seketika. Ak tak percaya dengan apa yg kulihat, orang yg dipanggil Pak Kevin ternyata adalah Dr Kevin. Orang yg menangani suamiku sekaligus teman semasa SMA-nya. Ak diam sering bahasa dan keringat dingin membasahi tubuhku. Sementara Pak Kevin atau Dr Kevin hanya tersenyum ketika melihatku. Tante Erni lalu menyenggol lenganku, menyadarkanku untuk bersikap sopan pada 2 orang pria yg sedang duduk sembari menikmati wine.

"Tak apa Er, mungkin dia terkejut bertemu denganku disini. Akupun juga terkejut karena tak menyangka dia akan sampai di tempat ini" ucap Dr Kevin sembari berdiri lalu menghampiriku.

"Kau sudah mengenalnya Vin?" tanya Pak Bos yg masih duduk mengamati tubuhku dari atas sampai bawah.

"Ya, dia istri temanku" ucap Dr Kevin seraya mengangkat daguku. Sejenak kami saling bertatap muka, jantungku berdegup lebih kencang dan seketika berhenti berdetak saat ia dengan lancang mencium pipiku.

"Santai saja, kamu aman disini. Ak yg akan menjagamu selama kerjaanmu disini sesuai SOP. Om Beni atau Bosmu juga akan menjagamu, menjamin kehidupanmu dan mencukupi semua kebutuhanmu" ucapnya lagi dan kembali mencium pipiku.

"Hahahaha, interesting. Erni, terimakasih sudah membawa Nuri kesini. Kamu bisa keluar dan melanjutkan pekerjaanmu" titah Pak Beni diikuti anggukan Tante Erni. Ia segera keluar ruangan meninggalkanku bersama 2 orang pria dan seorang terapis. Pak Beni lalu menghampiriku, dengan santai ia melingkarkan tangannya di perutku. Kemudian ia bimbing diriku menuju sisi ruangan yg tersinari lampu sorot.

"Sekarang, om mau tau seperti apa bentuk tubuhmu secara keseluruhan. Lepas semua yg melekat ditubuhmu. Jika 1 menit kamu belum juga melakukannya, pintu keluar terbuka lebar untukmu" ucap Pak Beni seraya duduk di kursi yg berada di depanku.

"Eva juga akan telanjang, jadi kamu tak perlu malu. Lagipula dari luar saja sudah terlihat tubuhmu bagus, seksi dan sangat menggoda. Harusnya itu menjadi sebuah kebanggaan buatmu" lanjut Pak Beni yg masih menatapku menunggu responku dengan tak sabaran. Sejenak kulirik Eva yg mulai menanggalkan pakaiannya sampai telanjang. Ak dengan berat hati mulai melepas kemejaku diikuti crop top yg ak kenakan. Kini tubuh bagian atasku hanya tertutupi Bra saja, ak lalu perlahan dan penuh rasa malu mulai menurunkan rok span yg kurasa hanya menutupi sebagian pantat dan selangkanganku. Sepintas kedua mata Pak Beni dan Dr Kevin tidak berkedip saat ak membungkuk meloloskan rokku dari kakiku.

"Oke kamu lolos" teriak Pak Beni diiringi tepuk tangan Eva. Akupun terkejut dengan pernyataan Pak Beni, namun keterkejutanku hanya ditanggapi senyuman oleh Dr Kevin.

"Belum semuanya itu Om" ucap Dr Kevin sembari memeluk tubuh Eva dari belakang lalu meremas payudaranya. Eva yg tiba-tiba diremas menggelinjang manja, mungkin sudah bukan hal baru baginya. Dan oohhhh God, ampuni dosaku, karena setelah hari ini ak mungkin berada di posisi yg sama dengan Eva.

"Sini sayang, gak perlu sampe telanjang. Biar om yg telanjangi" ucap Pak Beni yg tiba-tiba berdiri didepanku. Satu tangannya meraih tanganku lalu menuntunku duduk di sofa, berhadapan dengan Dr Kevin dan Eva.

"Sudah kamu gak perlu berpikir macam-macam. Cukup ikuti alurnya, ak yakin kamu bisa bekerja dengan baik" ucap Pak Beni sembari mengelus lenganku. Aku merinding dibuatnya, ingin rasanya ak menepisnya namun entah dorongan dari mana ak justru membiarkan Pak Beni berbuat lebih jauh lagi. Satu tangannya mengelus lenganku den satu tangannya lagi merangkul pundakku. Tali bh-ku diturunkan, Pak Beni dengan lembut mengendus pundakku membuatku semakin merinding.

"Gak usah malu ya, nanti kita semua yg ada disini bakal telanjang" ucap Pak Beni ketika melepas pengait bh-ku hingga dengan mudah Pak Beni melepas bh-ku.

"Wow, perfect. Sungguh keindahan yg sangat sempurna. Om pikir bidadari itu hanyalah dongeng namun sekarang om yakin bidadari itu benar ada" ucap Pak Beni yg memujiku. Entah pujian atau pelecehan karena sedetik kemudian tangan Pak Beni mulai membelai payudaraku lalu meremasnya. Ak yg sedari tadi hanya diam menunduk mulai menahan desahanku. Meski tangannya kekar namun sentuhannya di payudaraku terasa sangat lembut. Pak Beni menarik daguku lalu tanpa aba-aba bibirnya langsung memagut bibirku. Ak yg awalnya diam lama-kelamaan mulai membalas pagutan bibirnya yg mulai terasa memabukkan. Jantungku semakin berdebar saat satu tangannya mulai merambat ke perutku lalu tak lama kemudian tangannya sudah berusaha membuka cd-ku.

Secara spontan ak membantunya melepas cd-ku. Kuangkat pantatku lalu dengan sekali tarik cd yg kukenakan sudah berada di lututku. Ak semakin terbuai saat tangannya membelai pahaku kemudian berakhir di selangkanganku yg ditumbuhi rambut yg selalu kucukur dengan rapi.

Tentu dorongan nafsuku yg tiba-tiba ini bukan hanya karena sentuhannya, namun juga karena suara desahan Eva yg terdengar sangat erotis. Terlebih sudah beberapa bulan terakhir ak sama sekali tidak disentuh suamiku. Sentuhan dan pagutannya semakin membuatku terbuai nikmatnya dosa. Antara mempertahankan dan merelakan berkecamuk dipikiranku selama beberapa saat sebelum akhirnya Pak Beni bangkit lalu membawaku kekamarnya. Meninggalkan Dr Kevin dan Eva yg sudah bersetubuh.

Setibanya ak dan Pak Beni dikamar, Pak Beni menyuruhku duduk ditepi ranjang sementara ia mengunci pintunya. Pak Beni meraih tasnya yg tergeletak di meja, ia lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya.

"3 juta, 500rb jika kamu mau bercinta denganku dan sisanya jika kamu mau menginap" ucap Pak Beni santai sembari menyodorkan uangnya padaku. Bimbang dan bahagia menjadi 1 di otakku. Namun sepintas pikiran nakal memenuhi otakku, apa lagi yg akan ak pertahankan? Ak sudah telanjang di hadapan pria selain suamiku, tak hanya 1 namun 2 sekaligus. Bahkan ak membalas pagutan Pak Beni saat ia melepas penutup terakhir di tubuhku. Lagipula Mas Riko tak bisa memberiku nafkah lahir batin. Ditambah ak bukanlah seorang gadis yg masih perawan.

Kumantapkan hatiku menerima uang yg Pak Beni berikan. Dengan penuh kesadaran ak menarik tubuh Pak Beni agar mendekat kearahku.

"Pak Bos akan menjagaku kan? Memenuhi kebutuhanku dan menjamin kehidupanku? Kalo iya, Nuri siap melakukan perintah Pak Beni" tanyaku yg sudah menghilangkan harga diriku. Ak rendah serendahnya di mata Pak Beni karena hanya dengan uang 3 juta ak merelakan tubuhku untuk ia nikmati sepuasnya.

"Hahahaha, tenang sayang. Meski bisnis spa lagi surut saat masa pandemi namun ak yakin mampu memenuhi kebutuhanmu, dan menjamin kehidupa...." belum sempat Pak Beni melanjutkan kalimatnya ak sudah lebih dulu menurunkan celana beserta cd-nya. Betapa terkejutnya diriku saat melihat batang penisnya yg 2x lipat milik suamiku. Ak menatap Pak Beni tak percaya dengan sesuatu yg ia simpan.

"Apa segitu masih kurang besar dan panjang?" tanya Pak Beni diiringi gelengan kepalaku.

"B..bb..besar sekali pak, besar dan panjang. 2x lebih besar dari milik suamiku" ucapku gagap di awal.

"Hahaha, nikmatilah. Turuti nalurimu, kuyakin kamu akan ketagihan" ujar Pak Beni sembari membelai kepalaku. Kuanggukan kepalaku dan mulai menggenggam penisnya yg terasa sangat penuh padahal ak menggenggamnya dengan kedua tanganku. Kukocok perlahan sembari menatap manik matanya yg memancarkan kepuasan. Batangnya besar, panjang hitam dan berurat membuat sesuatu dalam diriku berdesir. Akupun secara reflek mendekatkan wajahku pada penisnya. Namun belum sempat ak membuka mulut, Pak Beni telah lebih dulu mengangkat daguku.

Dengan penuh penghayatan Pak Beni mulai memagut bibirku. Tanpa perlu diminta ak membalas pagutannya dengan tetap mengocok penisnya.

"Hhmmm cccppp aahhhmmm" pagutan kami semakin memanas saat tangan Pak Beni membelai payudaraku. Perlahan Pak Beni mendorong tubuhku hingga ak telentang di kasur. Pak Beni merengkuh tubuhku sembari terus berpagutan. Tanganku pun tak lepas dari penisnya, semakin kukocok penisnya hingga Pak Beni sedikit menggelinjang.

Puas berciuman, bibir dan lidah Pak Beni merambat menelusuri leherku. Tak kupedulikan dirimu yg membuat beberapa tanda di leherku. Malah ak memalingkan wajahku agar leherku yg belum ia jamah bisa ia tandai. Tak bisa kubayangkan ekspresi suamiku besok ketika melihat leherku penuh tanda dari pria selain dirinya.

Setelah cukup memberi tanda di leherku, Pak Beni mulai mengarahkan bibir dan lidahnya ke dadaku. Ia remas payudaraku dengan gemas, bahkan putingku yg sudah menegang ia pilin menggunakan jarinya.

"Aaaaahhhhhhhh" desahku saat lidah dan bibirnya mencaplok putingku. Sensasi ini, rasa ini sungguh luar biasa. Ak sampai merem melek merasakan lidahnya yg menari-nari di ujung payudaraku secara bergantian. Sungguh kenikmatan yg sangat kurindukan mengingat beberapa bulan terakhir ak sama sekali tidak dijamah suamiku, dan kini ak kembali merasakannya dari pria lain. Nafsuku sudah naik ke ubun-ubun hingga ak melupakan statusku sebagai seorang istri. Lebih dan lebih ak menginginkan lebih dari ini. Ak ingin kembali merasakan kenikmatan bercinta sekalipun bukan dengan suami sendiri.

Pak Beni lalu melanjutkan aksinya, ia buka lebar-lebar pahaku hingga vaginaku yg tentu sudah sangat basah terpampang jelas. Kuresapi rabaan tangannya di pahaku hingga ak sedikit tersentak saat satu jarinya membelai bibir vaginaku.

"Sudah basah, kamu menginginkan sesuatu yg lebih kan sayang?" tanya Pak Beni di sela-sela jilatannya di payudaraku.

"Aahh iya sayang, ak ingin lebih. Puaskan ak sayang, aahhhh ssshhh" racauku saat Pak Beni kembali menggesekkan jarinya di klitorisku. Pak Beni lalu menggeser tubuhku agar rebahan di kasur. Ia buka pahaku lebar-lebar dan seketika tubuhku terasa dialiri sengatan listrik saat lidahnya menjilati bibir vaginaku sementara kedua tangannya kembali meremas payudaraku.

Ak dibuat mendesah keras dan kelojotan hingga ak tak peduli jika suara desahanku terdengar sampai keluar kamar. Bagiku, kenikmatan yg kurasakan tak bisa kubiarkan menghilang begitu saja. Ak ingin dipuaskan dan yang lebih penting ak ingin memuaskan hasrat orang yg telah membuatku kembali merasakan kenikmatan duniawi. Desahan dan eranganku beriringan dengan jilatan dan hisapannya di vaginaku yg semakin intens. Ak tak peduli jika ini sebuah dosa karena yg ada di otakku hanyalah kenikmatan yg sedang kurasakan.

Tak butuh waktu lama tubuhku mengejang dan menegang pertanda ak meraih orgasmeku setelah sekian lama. Desahanku semakin kencang bersamaan dengan denyutan nikmat di vaginaku. Tubuhku seketika lemas dan terasa sangat sensitif.

"Hehehe, mau lagi?" tanya Pak Beni yg sudah berada diatas tubuhku. Segera kurangkul lehernya dan kupagut bibirnya sebagai jawaban atas pertanyaannya. Pak Beni lalu memposisikan penisnya di bibir vaginaku, kupejamkan mataku saat perlahan ia mulai menusukkan penisnya.

"Aaarrhhhh" erangku ketika perlahan penisnya membelah dinding vaginaku. Bisa kurasakan vaginaku sedikit meregang menerima desakan penisnya yg besar dan panjang.

"Aaakkhhh shit!!! Memekmu sempit banget" ujar Pak Beni ketika penisnya sudah masuk setengahnya. Sejenak dia diamkan penisnya agar ak bisa beradaptasi. Bibirnya kembali memagut bibirku dan kubalas tak kalah bernafsu.

"Tahan ya kalo sakit" ujar Pak Beni lalu sedetik kemudian ia lesakkan penisnya dalam-dalam hingga seluruh batang penisnya terbenam di vaginaku. Ak sempat memekik, karena merasa perih. Namun sebisa mungkin kutahan karena aku yakin yg ada setelahnya hanyalah kenikmatan yg sangat kurindukan.

"Aakkhhhh gila rapet banget" ujar Pak Beni dengan mata terpejam. Pak Beni lalu memagut bibirku sembari mengayunkan pinggulnya secara perlahan. Terasa sekali gesekan penisnya di vaginaku hingga ak semakin hanyut dalan hasrat penuh dosa. Akupun semakin terbuai dengan kenikmatan yg ia berikan tatkala ia mengangkat kedua tanganku dan menghirup aroma ketiakku bergantian.

"Gila-gila!!! Aakkhhh seret banget memekmu sayang. Kontolku serasa diurut nikmat memek perawan" ujar Pak Beni lagi yg semakin cepat mengayunkan pinggulnya. Ak yg sudah terbakar birahi ikut menggoyangkan pinggulku. Kusambut hujaman penisnya di vaginaku yg semakin licin. Pak Beni lalu menegakkan tubuhnya, ia peluk pahaku ke sisi samping tubuhnya kemudian menggenjotku semakin cepat.

"Aarrsshhh aaassshhhhh aahhhh sayang aku mau keluaaaahhhh" jeritku setelah hampir 15 menit Pak Beni menggenjot tubuhku. Hal yg tak kusangka adalah panggilan sayang untuknya yg keluar begitu saja dari mulutku. Pak Beni lalu kembali menindih tubuhku, genjotannya pun semakin cepat, dan kuat diiringi deru nafasnya yg semakin memburu. Sebisa mungkin ak mengumpulkan kesadaranku untuk meminta Pak Beni tidak mengeluarkan spermanya di dalam rahimku. Namun sepertinya sia-sia karena rangsangan yg ia berikan di payudaraku membuat permintaanku seketika sirna.

Tak lama kemudian tubuhku mengejang dan bergetar diiringi denyutan di vaginaku. Disusul Pak Beni yg melesakkan penisnya dalam-dalam lalu menyemburkan benihnya di rahimku.

"Aaakkhhhh-aaaaaahhhhhh" erang Pak Beni ketika 5x semburan spermanya menyiram rahimku. Pak Beni lalu membelai rambutku kemudian memagut bibirku. Ak yg merasa nikmat membiarkan tubuhnya menindihku selama beberapa saat. Kupeluk tubuh kekarnya seakan tak ingin lepas darinya.

Setelah selesai mengatur nafas, Pak Beni mencabut penisnya lalu menyodorkannya ke wajahku. Ak dengan senang hati membersihkan penisnya dari sisa cairan kenikmatan yg baru kami raih. Dengan telaten ak menjilati batang penisnya sampai bersih lalu kumasukkan penisnya kedalam mulutku sebagai ungkapan rasa terimakasih telah mengantarku meraih 2x orgasme.

"Gimana puaskan?" tanya Pak Beni setelah mencabut penisnya dari mulutku. Ak tersenyum lalu mengangguk namun tanganku secara reflek menggenggam penisnya.

"Nuri jadi disuruh nginep kan pak?" tanyaku genit saat Pak Beni merebahkan tubuhnya disampingku. Akupun segera memeluk tubuhnya, tanganku menggenggam penisnya seakan tak ingin lepas. Melihat hal itu Pak Beni hanya tersenyum lalu mencium keningku.

"Jadi dong, nanti sehabis mandi kamu kabari suami kamu kalo sudah langsung disuruh kerja" ujar Pak Beni membalas pelukanku. Ak dan Pak Beni terlibat talk after sex, hal itu membuatku serasa habis bersetubuh dengan suamiku sendiri. Karena yg ak tau talk after sex adalah mempererat hubungan.

-- 18.30 --

Setelah cukup lama berbincang Pak Beni mengajakku untuk membersihkan diri dikamar mandi yg berada di kamarnya. Instingku bekerja secara alami dan menggerakkan tubuhku untuk memandikannya terlebih dahulu. Kuteteskan sabun mandi cair di dadaku lalu kutempelkan ke punggungnya. Kugesekkan tubuh bagian depanku ke punggung hingga ke kakinya. Ak lalu membilas tubuhku kemudian kembali meneteskan sabun mandi cair di dadaku. Giliran tubuh Pak Beni bagian depan yg kugesek dengan dadaku. Mulai dari dada lalu lompat ke kakinya dan berakhir batang penisnya. Kuselipkan penis jumbonya diantara 2 gunung kembarku yg masih bulat kencang. Kukocok penisnya dengan kedua payudaraku sembari menatap sayu wajahnya yg keenakan. Tak butuh waktu lama penisnya kembali ngaceng. Panjang, besar, keras dan berurat membuatku kembali terpantik api birahi. Segera kubilas tubuh kami lalu dengan penuh hasrat kujilati penisnya dari ujung sampai pangkalnya. Ak lalu teringat saat suamiku masih bisa memberi nafkah batin, ia selalu mendesah saat ak menjilati buah zakarnya. Kulakukan hal yg sama dengan yg kulakukan dulu pada suamiku dan benar saja, tubuh Pak Beni sedikit bergetar saat ak dengan rakus menjilati buah zakarnya.

"Aaarrhhhhh gila liar juga kamu aahhhh ssshhhh terus sayang" ucapan Pak Beni membuatku bersemangat. Kuulangi lagi sampai beberapa kali jilatanku dari ujung sampai pangkalnya dan berakhir di buah zakarnya. Merasa tak tahan, Pak Beni mengangkat tubuhku lalu membalikkan tubuhku hingga ak membelakanginya.

"Plak-plak-plak-plak"

Pak Beni dengan gemas menampar pantatku yg sekal. Ia lalu mengarahkan penisnya ke arah bibir vaginaku, bukan Pak Beni yg melesakkan penisnya. Namun diriku yg secara reflek memundurkan tubuhku hingga setengah penisnya perlahan terbenam di vaginaku. Gemas dengan kelakuanku Pak Beni memegang pinggangku lalu dengan cepat dan kuat ia lesakkan setengah penisnya ke dalam vaginaku. Kuresapi rasa ngilu dan sedikit perih di vaginaku. Ak sudah tak peduli dengan siapa ak bercinta karena yg ada dipikirinku adalah hasrat untuk kembali melampiaskan nafsuku yg sudah lama tertahan.

Kusambut hujaman penisnya yg semakin kencang diiringi desahanku yg tak lagi kutahan. Dengan sukacita ak menyambut remasan tangannya di payudaraku yg semakin lama semakin brutal. Bahkan ak sampai tersenyum saat dengan kasar Pak Beni menjambak rambutku hingga ak mendongak ke atas.

"Lagi aahh lagi sayang terus lebih kasar lagi aasssshhh aaahhhh" racauku saat ak hampir mencapai klimaks. Ya ak ingin lagi ak ingin dipuaskan lagi.

"Aaaahhhhhhh maafkan ak suamiku, bukan niatku untuk berselingkuh karena yg kurasakan benar-benar nikmat" batinku saat tubuhku bergetar disusul lesakkan kuat penis Pak Beni di dalam rahimku. Dinding vaginaku berdenyut hampir bersamaan dengan semburan sperma Pak Beni yg kembali menyiram rahimku. Terasa hangat dan juga nyaman saat rahimku kembali dibuahi. Entah ak akan hamil atau tidak ak tidak memikirkannya. Ak justru meminta Pak Beni untuk tidak buru-buru mencabut penisnya. Dengan nafas masih ngos-ngosan ak berusaha membilas tubuhku namun tangan Pak Beni sudah lebih dulu mengarahkan shower ke tubuhku. Pak Beni dengan mesra membasuh tubuhku lalu menyabuniku. Tentu yg ia sabuni hanya sekitar payudara saja. Puas menyabuniku tubuhku kembali dibilas lalu tak lama kemudian Pak Beni mencabut penisnya. Ak dengan segera berlutut didepannya lalu melahap penisnya yg berlumuran sperma dan cairan kenikmatanku. Setelah bersih ak berkumur lalu dibopong keluar kamar mandi. Pak Beni merebahkan tubuhku dikasur empuknya lalu ia meraih pakaiannya.

"Yuk keluar dulu, tetep telanjang aja karena habis ini gantian Kevin yg akan memuaskanmu" ujar Pak Beni yg membuat tubuhku terdiam.

Ak melangkah keluar bersama Pak Beni, kulihat Eva sudah terkapar di sofa dengan wajah berlumuran sperma. Kulihat juga ada Tante Erni yg duduk di sebelah Eva berhadapan dengan Dr Kevin yg masih telanjang. Pak Beni lalu membimbingku untuk duduk di pangkuan Dr Kevin sementara ia duduk di balik meh kerjanya.

"Ak print surat kontrakmu dulu ya sayang" ujar Pak Beni.

Akupun dengan kikuk duduk dipangkuan Dr Kevin yg langsung memelukku. Posisiku yg membelakangi Dr Kevin memudahkannya menjamah tubuhku. Aku hanya diam antara malu dan juga bernafsu ketika merasakan penisnya menggesek bibir vaginaku. Tante Erni yg duduk didepanku tersenyum lalu bertepuk tangan.

"Selamat ya, kamu resmi diterima. Nanti tinggal tandatangan aja, habis itu ikut tante ke loker" ujar Tante Erni lalu beranjak dari duduknya. Ia hampiri Pak Beni yg sudah selesai mencetak surat kontrakku lalu menanyakan perlu dipesankan apa untuk makan malam. Pak Beni menuliskan sesuatu di secarik kertas lalu menyerahkan ke Tante Erni.

"Pak Kevin, ijin bawa Nuri ke bawah dulu ya" ujar Tante Erni ke Dr Kevin yg masih asyik menjamah tubuhku. Dr Kevin lalu menghentikan aksinya kemudian menyuruhku mengenakan daster.

"Jangan lama-lama, karena ak sudah tak sabar mencicipi tubuhmu" ujar Dr Kevin seraya meremas pantatku. Ak mengangguk kikuk lalu mengikuti langkah Tante Erni.

-- 21.00 --

Ak, Pak Beni, Dr Kevin dan Eva menikmati makan malam diruangan Pak Beni. Ak duduk disamping Dr Kevin sembari saling menyuapi. Ak sejenak melupakan statusku. Ada rasa bahagia ketika berada disini karena ak kembali merasakan sesuatu yg telah hilang dalam diriku. Beres makan, ak dan Eva menemani 2 pria kekar ini menikmati rokoknya. Ak bergelayut manja pada Dr Kevin sementara Eva memijat pundak Pak Beni.

"Sudah kasih kabar ke suami kamu?" tanya Dr Kevin saat tangannya mengelus lengan kiriku. Aku mengangguk lalu membelai gundukan di selangkangannya. Tak lama Dr Kevin mengajakku ke kamar yg sore tadi kugunakan melayani hasrat Pak Beni. Ak dibopong layaknya istrinya sendiri, meninggalkan Pak Beni yg masih betah dipijit Eva.

Setibanya di kamar Dr Kevin dengan mudah menelanjangi diriku yg hanya terbalut daster tanpa pakaian dalam. Tak tinggal diam, ak turut membantu Dr Kevin melepas kain yg melekat ditubuhnya. Dada yg bidang dengan roti sobek diperutnya membuatku terpana. Terlebih lagi ukuran batang penisnya yg hampir sama dengan Pak Beni. Dengan instingku, ak memeluk tubuhnya. Kulit kami yg langsung bersentuhan membuat darahku berdesir.

"2 juta untuk melayaniku sampai pagi. Tentu saja nanti gantian dengan Om Beni" ujar Dr Kevin membalas pelukanku.

"Hihihi siap sayang. Kulayani kalian sampai pagi" balasku. Kami saling tatap lalu bibirnya mendekatkan bibirnya. Dengan penuh hasrat ak membuka mulutku menyambut pagutan bibirnya.

-- 21.45 --

Pov Riko

Kulihat pesan terakhir istriku yg mengatakan jika ia sudah disuruh bekerja mulai hari ini dan tak bisa pulang karena ada acara penyambutan terapis baru hingga disuruh menginap karena acara diadakan sampai malam. Akupun hanya bisa mengucap syukur karena ia telah diterima bekerja. Meski masih ada yg mengganjal dihatiku karena ini pertama kalinya ia menginap. Waktu ia jadi spg ia selalu menolak jika disuruh menginap karena harus mengurusku. Ak tak mau berpikir macam-macam dan mensugesti pikiran positifku. Bosan melanda ak sampai tak bisa tidur karena ini pertama kalinya ak tidur tanpa istri disampingku. Bahkan sampai jam 3 dinihari ak belum terlelap karena masih kepikiran istriku. Selalu kubuang pikiran negatifku karena ak tak bisa melakukan apa-apa.

-- 06.00 --

Ak belumlah tertidur, lelah rebahan ak lalu beranjak ke kursi rodaku. Kuarahkan kursi rodaku ke dapur dan menyiapkan sarapan. 2 telur ceplok beserta 2 cangkir teh hangat kuhidangkan diatas meja sembari menunggu kepulangan istriku.

-- 06.20 --

Ponselku berdering, segera kuraih ponselku dan terpampang nama istriku. Segera kujawab panggilan telponya dengan hati berdebar.

"Halo pah, ini mamah otw pulang. Ini lagi nggu ojol. Papah udah sarapan?"

"Belum mah, ini baru beres goreng telur buat sarapan kita. Mamah hati-hati pulangnya ya"

"Iya Pah, tunggu mamah pulang ya. Nanti kita sarapan bareng"

"Iya Mah. Papah tunggu"

"Aahh hihihi dah dulu ya pah. I love you"

"Kenapa mah? Kok kaya mendesah?"

"Ohh enggak Pah, mamah cuma ngantuk aja. Tadi mamah menguap kok"

"Oh kirain. Ya sudah hati-hati mah. Love you"

Lega rasanya menerima kabar dari istriku meski sedikit janggal. Namun sebisa mungkin ak menghilangkan pikiran negatifku. Segera ak mandi menyegarkan pikiran dan tubuhku. Kutunggu kepulangan istriku meski mata ini mulai terasa berat karena semalam ak tak bisa tidur.

-- 07.20 --

Tok-tok-tok

"Assalamualaikum" salam istriku ketika ia sudah pulang. Kubalas salamnya lalu mengarahkan kursi rodaku ke ruang tamu. Kubuka pintu depan dan kudapati istriku berdiri dengan senyum menghiasi wajahnya. Pakaian yg ia kenakan berbeda dengan yg kemarin ia pakai. Namun belum sempat ak menanyakan istriku sudah lebih dulu memelukku. Aroma parfum ditubuhnya yg sedikit berbeda membuatku sedikit bertanya-tanya. Namun lagi lagi belum sempat ak menanyakan istriku sudah lebih dulu mencium pipiku. Istriku lalu membawaku ke dapur, ia duduk di kursi kemudian mulai mengajakku sarapan. Aku mengiyakan ajakannya lalu sarapan ditemani tanda tanya.

"Maaf ya pah, kemarin mamah ditraining dulu. Trus disuruh mijat tamu. Lumayan kemarin dapat 2 tamu. Setelah closing mamah kira bisa langsung pulang tapi ternyata ada acara penyambutan. Jadi ya terpaksa ikut acara" ujar istriku menjelaskan alasannya semalam. Akupun hanya bisa tersenyum lalu mengucapkan syukur.

"Iya sudah gapapa mah. Mamah Happy kerja disana?" tanyaku sembari menyesap tehku.

"Ya sementara mamah happy pah. Nanti kalo mamah bosen tinggal cari kerja yg lain. Hihihi" jawab istriku yg membuatku lega.

"Trus kok ini pakaiannya beda dari yg kemarin?" tanyaku lagi

"Ooohh ini, jadi karena mamah gak bawa baju ganti. Mamah dipinjami kemeja sama celana teman baru mamah. Sama-sama terapis juga" ujar istriku sembari bergelayut manja.

"Mamah lelah? Kapan lagi mulai kerjanya?" tanyaku penasaran

"5 hari lagi pah. Katanya sih suruh vaksin dulu, biasa aturan baru. Jadi ya ikutin aja" balas istriku

Aku sangat berterimakasih karena ia rela bekerja demi diriku. Ak lalu meminum obat dan tak lama ak tertidur.

--- 23 Desember 2020 ---

-- 07.00

Kulihat istriku nampak ceria pagi ini. Ia bangun lebih awal lalu menyiapkan segala kebutuhanku selama sehari. Tak hanya itu ia juga mandi lebih lama dari biasanya. Parfum yg ia gunakan juga lebih wangi bahkan meski ak didapur ak bisa menghirup aroma parfum di tubuhnya. Pakaian yg ia kenakan kali ini juga sedikit berbeda. Kaos lengan pendek yg cukup ketat dipadu celana jeans panjang yg juga ketat. Setelah berdandan ia tersenyum kearahku yg masih menyesap teh buatannya.

"mamah pergi kerja dulu ya pah. Semoga nanti banyak tamu yg milih mamah" ujar istriku lalu mensejajarkan tubuhnya denganku.

"Amin mah, jaga diri baik-baik ya" balasku ketika istriku mencium punggung tanganku. Seandainya ak tidak duduk dikursi roda dan tidak impoten ak sudah pasti menggumulinya semalam suntuk. Sebelum istriku benar-benar berangkat kami menyempatkan untuk bermesraan sejenak.

Tin-tin

Bunyi klakson mobil didepan rumahku. Ak heran siapa yg datang sepagi ini. Namun ternyata itu adalah mobil jemputan untuk istriku.

"Mamah berangkat ya pah. Muachhh" ucap istriku sembari mencium pipiku. Dengan berat hati ak merelakan istriku pergi bekerja. Meski ada sesuatu yg janggal dengan sikapnya hari ini namun sebisa mungkin kusingkirkan pikiran negatifku walau sangat sulit.

-- 07.20 --

Pov Nuri

Kulangkahkan kakiku menuju mobil yg terparkir didepan rumahku. Sebelum memasuki mobil, ak melambaikan tanganku pada suamiku yg masih setia menunggu kepergianku. Senyuman suamiku menjadi penyemangat bagiku yg kini sudah resmi bekerja sebagai terapis merangkap pelacur di sebuah panti pijat. Sebetulnya bukan hari ini hari pertamaku. Melainkan lusa, hari ini Pak Beni mengajakku menginap di hotel. Susah untuk dijelaskan kenapa bisa sampai separah ini, namun ak sudah berkomitmen menjalankan perintah Pak Beni. Pak Beni pun juga tidak memaksa, bahkan ia membuka lebar-lebar pintu keluar jika ak berniat berhenti.

"Pagi sayang, sudah kamu jalankan saranku kemarin?" tanya Pak Beni yg langsung menarik tubuhku kedalam pelukannya saat ak baru saja menutup pintu mobilnya.

"Hihihi, sudah Om. Suamiku senang kok karena tau dokter yg memeriksanya temannya sendiri" jawabku membalas pelukannya.

"hahaha. baguslah kalo gitu. Sep, anter ak ke hotel. Jemput besok siang" ucap Pak Beni memberi perintah pada mang Asep supir pribadinya.

"Kok ke hotel om? Ada acara disana?" tanyaku pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Ada, acaranya ngentotin kamu sampai besok" ujar Pak Beni santai sembari meremas payudaraku. Ak lalu duduk dipangkuannya dan tanpa malu ak mencium bibir Pak Beni

"Kali ini hanya om sendiri kan yg Nuri layani?" tanyaku memastikan karena ak belum siap jika kembali melayani pria lain lagi.

"Hehehe tenang aja sayang. Kali ini hanya kita berdua. Bertiga sama Asep tapi dia cuma nganter kita aja" balas Pak Beni

"Hihihi siap deh. Apapun perintah Pak Beni akan Nuri laksanakan" ujarku bersemangat. Mobil melaju menembus kota yg sedang sepi karena aturan ppkm yg lebih ketat saat pandemi. Tak lama, kami tiba di hotel berbintang. Tak malu atau mungkin sudah hilang rasa maluku, ak dengan santai menggandeng tangan Pak Beni. Pak Beni yg melihatnya hanya tersenyum. Senyumnya tak pudar sedikitpun bahkan ketika kami berdua sudah tiba disebuah kamar yg mewah. Segera kulepas semua yg melekat ditubuhku lalu kuraih tangan Pak Beni yg masih berdiri didepanku.

"Nuri dah siap om" ujarku yang tak butuh jawaban. Pak Beni dengan buas menggumuli tubuhku. Setiap saat disetiap sudut kamar menjadi saksi betapa pasrahnya diriku melayani nafsunya yg tiada habisnya.

 

 --- 15 Januari 2021 ---

-- 20.30 --

Pov Nuri

Ak sedang beres-beres room setelah melayani pria hidung belang yg bernafsu besar tapi titinya kecil dan mudah keluar. Hari ini ak hanya mendapat 2 pelanggan, dan hanya 1 yg meminta servis tambahan. Maklum karena masih ppkm jadi ruang gerak masyarakat sedikit dibatasi.

Setelah beres-beres ak meraih ponselku dan video call dengan suamiku. 1x panggilan tidak terjawab lalu di panggilan kedua kami terhubung.

"Halo mah, pulang jam berapa?" tanya suamiku yg sedang rebahan.

"Bentar lagi pah. Nggu jam 9, papah udah makan?" tanyaku balik lalu mengarahkan kamera depanku ke tubuhku yg masih telanjang.

"Sss....sudah mah. Mamah udah makan?" tanya suamiku lagi

"Sudah tadi pah, tapi cuma dikit karena gak cocok sama lauknya. Palingan nanti mampir warung lesehan. Papah mau titip apa?"

"Samakan aja sama mamah, kan mamah yg traktir hihihi"

"Hihihi oke deh" balasku menggantung karena pintu room terbuka dan muncul sosok tante Erni.

"Jangan keburu pulang ya, kamu dipanggil Pak Bos" ujar tante Erni yg langsung kuiyakan.

"Pah, mamah pulang agak telat ya. Dipanggil Pak Bos, biasalah urusan perselangkangan" ucapku dengan berat hati namun juga excited karena sudah 2 minggu Pak Beni tidak memintaku untuk melayaninya. Dr Kevin pun juga lama tidak berkunjung.

"Ya sudah gapapa mah. Nanti kalo mau pulang kabari ya"

"Iya Pah, dah dulu ya. Love you"

"Love you too mah"

Selesai video call dengan suamiku, ak segera bergegas membersihkan tubuhku dari atas sampai bawah. Kupastikan tidak ada aroma pria yg tadi kulayani sebelum ak mempersembahkan tubuhku ke Pak Beni. Beres mandi, ak hanya melilitkan handuk di tubuhku lalu secepat kilat ak menuju lantai 3 dimana Pak Beni berada.

"sini sayang" ujar Pak Beni yg sudah melepas pakaiannya hingga nampaklah penisnya yg tegak menjulang bak tiang bendera. Ak lalu melepas handukku, kemudian melangkah mendekati Pak Beni. Dengan santai ak duduk dipangkuannya lalu memagut bibirnya.

"Kangen ya?" tanya Pak Beni yg kubalas dengan anggukan.

"Kangen banget malahan Om" balasku sembari menarik tangannya agar hinggap di payudaraku.

"Bikin live show buat suamimu dong sayang" pinta Pak Beni yg langsung ak turuti. Kuraih ponselku yg tergeletak di meja lalu menekan tombol videl call ke suamiku.

"Halo mah ada ap...?" belum selesai suamiku bertanya. Ia sudah lebih dulu terpana melihat tubuh telanjangku yg duduk di pangkuan Pak Beni.

Pov Riko

Ak terpana dengan kondisi istriku yg kini sedang ditunggangi Pak Beni. Tubuh mereka sudah basah peluh namun sepertinya mereka tak akan berhenti dalam waktu dekat. Istriku sudah meraih 4x orgasmenya. 3x dironde pertama dan 1 di ronde kedua dan akan orgasme lagi.

"Aaahhh enak Om aassshhhh nikmat banget kontol Om di memekku" racau istriku yg sudah sepenuhnya takluk dengan penis Pak Bosnya. Istriku yg berada di posisi doggy dibuat kewalahan dengan genjotan Pak Bosnya yg semakin ganas. Berkali-kali istriku menggeleng, entah karena saking nikmatnya atau tak kuat menahan gempuran Pak Bosnya.

"Kamu nginep sini ya sayang, kupuaskan kamu semalam suntuk" titah Pak Beni yg langsung disetujui istriku. Ak hanya bisa menghela nafas dan pasrah melihat respon istriku.

"Aassshhh om remas lagi toketku aaahhhh aaaaaahhhh" jerit istriku saat Pak Bosnya meremas kuat kedua payudaranya.

"Maaf ya pah, aahh ssshhhhh aaahhh mamah gak pulang malam ini eeehhhhh" ucap Istriku disela-sela desahannya. Ak hanya mengangguk lemah sembari menyaksikan istriku yg terus digempur Pak Bosnya.

-- 23.30 --

Tubuh istriku kembali mengejang dan menegang beberapa saat sebelum akhirnya disusul geraman dari Pak Bosnya yg kembali menyemprotkan spermanya di rahim istriku.

"Aahhh enak banget memek istrimu bro, jika saja ini gak ada Covid bakal laku keras jasa istrimu ini" ujar Pak Bos istriku ketika mencabut penisnya dari vagina istriku. Pujian dan pelecehan sudah kenyang kudengar, ak hanya bisa tertunduk lemah karena tak berdaya ketika istriku diperlakukan seenaknya. Namun sepertinya istriku sendiri yg merelakan dirinya dilecehkan oleh Bosnya sendiri sehingga ia hanya bisa nurut apapun perintah Bosnya.

-- 23.50 --

Ak lalu mematikan sambungan video call antara ak dan istriku. Lelah, mengantuk dan tak berdaya ak mencoba memejamkan mata dan tak lama kemudian ak kembali tertidur tanpa istriku disampingku.

---- Kembali ke awal ---

--- Jumat, 16 Desember 2022 ---

Pov Riko

Ak diam-diam mengambil obat tidur yg selama ini kusimpan di bawah kasurku. Obat tidur cair itu kuteteskan pada sebuah kain lalu perlahan kudekatkan ke hidung istriku. Setelah 5 menit ak segera turun dari kasur lalu berjalan santai ke arah lemari. Kuambil laptop yg kusimpan dan membuka rekaman cctv yg kusembunyikan di ruang tamu dan kamar mandi. Kubuka file rekaman cctv yg berada di dapur namun hanya kulihat sepintas saja karena ekspresi istriku tidak membuatku bergairah. Barulah di rekaman kedua hasratku naik membuat otongku menegang.

Terpampang jelas di layar laptopku wajah istriku yg sedikit kewalahan melayani gempuran Pak Beni. Terkadang Pak Beni meremas kuat payudara istriku atau terkadang menampar pantat istriku. Desahan dan rintihan istriku memantik api birahiku. Namun bukannya ak mengajak istriku bercinta, ak malah menurunkan celana yg kugunakan lalu mengeluarkan penisku. Dengan penuh hasrat ak mengocok penisku yg sudah ereksi maksimal sembari menatap layar laptop yg memperlihatkan kondisi istriku yg masih menungging. Di belakangnya Pak Beni semakin brutal menggenjot tubuh istriku.

"Aakkhhh ak keluar lagi aaakkhhhh" jerit Pak Beni ketika kembali menyiramkan spermanya ke rahim istriku bersamaan dengan muncratnya spermaku di lantai ruang tamuku


-------- END --------

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment