Wednesday, September 27, 2023

Ibuku dan Ayahnya by tiger3554 @semprot

 Ibuku dan Ayahnya
(Season 1)

Part 1



“Arisan”

Di rumah kontrakan



Perkenalkan namaku jaka, umur 16 tahun, postur tubuh kurus kecil, tak jarang teman teman di sekolah memanggilku dengan sebutan cungkring.

Tahun lalu Ibu dan ayah bercerai, aku tinggal berdua di sebuah kontrakan kecil bersama ibu. Minggu depan umurnya genap 40 tahun, tapi tubuh ibu masih terlihat kencang dan mulus, bodinya montok dengan payudara besar menggantung di dadanya. Tapi meskipun demikian ia adalah seorang ibu yang baik hati dan penyayang, terkadang aku suka horni melihat ibu di rumah dengan pakaian yang seadanya, tetapi ketika mengingat ia adalah ibuku, selalu muncul rasa bersalah ketika aku memikirkan hal tersebut.

Pernah suatu hari paha ku sakit karena jatuh saat main futsal, ibu sangat cemas dan mengkhawatirkan anaknya satu2nya ini, ia menawarkan ku untuk dipijatnya. Awalnya ku tolak tapi beliau bersikeras untuk memijat pahaku.



“Kamu harus nurut sama ibu nak, ibu gamau kamu kenapa2” ucap ibu



sambil tangannya mengurut pahaku, dengan posisi berhadapan dan tubuh ibu sedikit membungkuk, aku bisa melihat bongkahan payudaranya yang masih kencang dari celah kerah bajunya.



“Iyah bu”



Seketika tanpa sadar aku menelan ludah melihat bongkahan lembut yang menggantung dan terlihat urat2 halus di sekelilingnya, namun sayang pentilnya tidak bisa terlihat. ibu menatapku aku langsung buang muka karena takut ketauan sedang menatap ke arah dadanya.

20 menit berselang ibu telah selesai memijat pahaku. Hp nya berdering dia mengangkat telepon tersebut rupanya nenek menelepon untuk menyuruh ibu datang ke rumah untuk membantunya mempersiapkan acara arisan di rumahnya. Oh iya kontrakan ini dan rumah nenek jaraknya tidak begitu jauh, ibu sengaja mencari kontrakan dekat orangtuanya agar gampang sewaktu-waktu bila ada perlu. Nenek dan kakek sudah menawarkan untuk tinggal bersana mereka pasca ibu berpisah dengan ayah, tetapi ibu tidak enak hati dan ingin mencoba hidup mandiri ditambah malas dengan gunjingan tetangga disana.



“Nak, besok ibu ke rumah nenek ya untuk bantu bantu mau arisan, nanti pulang sekolah jangan main sampe malam, ibu sudah siapkan makanan”



“Baik bu”



Ibu memutar badannya dan berjalan. Ke arah dapur. Terlihat dari belakang bongkahan pantatnya berayun ketika berjalan dibalik daster. Aku yang sudah tidak kuat langsung pergi ke kamar dan mengocok kontolku sambil membayangkan ibu. Dan mencium bantal yang sudah ku semprot dengan parfum yg biasa ibu gunakan. Wanginya seperti aku sedang berada didekatnya.



Di rumah nenek



Nenek Ida adalah nenek yang baik dan penyabar sama seperti anaknya ibuku. Dia mempunyai 2 anak yang pertama anak laki yakni pamanku yang tinggal di luar kota dan kedua adalah ibuku. Dirumahnya tak jarang dijadikan untuk tempat berkumpul/acara seperti hari ini ada acara arisan. Tampak ia sedang menyiapkan cemilan2 di piring sambil menunggu anaknya Nisa (ibuku) mengambil piring yang kurang di dapur.

Tapi 15 menit berselang tak nampk anaknya kembali, padahal jarak dapur tak begitu jauh dari ruang tamu, akhirnya nenek mencoba mencari anaknya di dapur, beberapa langkah sampai ke dapur ia mendengar suara lenguhan dan suara seperti dua bibir bergumul “cpokk cpokk cpookk”

Karena penasaran ia langsung menuju dapur, tapi tak sengaja ia menendang kardus yang ada di bawah berisi air minum kemasan sampai salah satu kemasan gelas air minum itu menggelinding dan di ambil oleh Ibu Nisa.



“Kamu dari mana aja sih kok ambil piting lama banget” hardik nenek



“Ini tadi bapak minta tolong untuk dibuatkan kopi ma” ucap ibu sambil membetulkan rok nya yg sedikit tersingkap.

Ibu menggunakan dress selutut pada hari itu. Tak berselang kakek keluar dari dapur sambil memegang secangkir kopi, ia menggunakan kaos oblong dan sarung.



“Kenapa sih ribut ribut, tadi aku suruh nisa buat kopi” sambil berlalu jalan ke arah teras depan.


Bersambung…

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 2

“Hubungan Terlarang”

Di rumah kontrakan



Sepulang sekolah aku langsung bergegas ke dapur untuk makan karena merasa lapar sekali. Setelah makan aku kebelet pipis dan seketika mata tertuju pada celana dalam ibu yg tergantung di gantungan belakang pintu. Tumben, pikirku. Ibu biasanya sangat teliti ketika merapikan sesuatu, ah mungkin karena terburu2. Setelah pipis aku dekati celana dalam itu rupanya belum dicuci dan bekas dipakai semalam. Tanganku memegangnya dan karena tak kuat aku bawa ke kamar untuk aku coli. Sungguh baru pertama kali aku coli menggunakan celana dalam ibu, adrenalin sangat terpacu di setiap ayunan tangan ketika cd itu menyentuh kontolku. Croot croott croot … karena sangat tak kuat ga berselang lama sperma ku keluar. Karena takut ketauan aku langsung menyeka sperma ku di cd bekas ibu dan menaruh cd nya lagi di kamar mandi. Setelah lemas tubuhku aku ingin kembali ke kamar untuk tidur, melewati kamar ibu aku menoleh rupanya pintu kamar tidak tertutup rapat, aku berniat menutupnya tapi karena rasa penasaranku aku masuk ke kamar ibu, membuka lemari dan melihat lihat cd dan BH nya. Terasa nyaman sekali ada di kamar ini, bersih wangi khas parfum ibu.



Setelah melihat lihat aku berniat untuk kembali ke kamarku terdengar suara getar hp berbunyi di atas meja kecil samping kasur. Oh ternyata ibu lupa membawa hp. Saat ku lihat ternyata hanya pesan spam sms dari operator. Karena penasaran aku buka hp nya pakai sidik jari, karena waktu pertama kali beli hp ini aku yg setting kunci keamannannya. Aku lihat2 galeri tidak ada yg aneh hanya foto2ku dan foto selfie ibuku, sungguh manis senyumnya.

Ketika aku buka whattsap ternyata ada panggilan tak terjawab dari kakekku sebanyak 7x. Dan ketika membuka chat nya :



“Nis, sini bapak kangen”

“Bapak tunggu di dapur”



Hanya ada 2 chat tsb, dan aku merasa janggal karena kakek tidak biasa berkata seperti itu. Disaat kebingungan aku mendapatkan ide untuk memulihkan backup chat di wa ibu dan melihat chat2 sebelumnya dari kakek.



Setengah jam berlalu, proses pemulihan selesai, aku buka kembali chat ibu bersama kakek. Betapa kagetnya ketika melihat kakek mengirim foto dirinya memakai sarung dan kaos oblong sedang memegang kontolnya dengan pesan “Nis, ada yang kangen nih” ibu cuma menjawab “ih bapak jangan kirim foto2 begitu nnt bagaimana hp ku diliat jaka dan tak sengaja dibuka chatnya?” Sepertinya ibu lsg menghapus foto tsb. Tanganku gemetar dingin dan masih syok tapi penasaran untuk scroll keatas.

“Nisa sayang bapak, kirim foto kamu yang cantik dong”

*ibu mengirim foto selfie*

“Yang ga pake baju dong” tambah kakek



Gilaaa, aku ga nyangka ternyata ibu dan kakek punya hubungan seperti ini.

Tapi sepertinya ibu tidak menuruti keinginan kakek untuk mengirim foto.



Di rumah nenek..



Ceplok..ceplok..ceplok suara hentakan pinggul kakek menyutubuhi ibu dengan gaya doggy di kamar belakang, acara arisan sudah di mulai dan nenek sedang bersama teman2 arisannya di teras depan. Tanpa mengetahui suaminya sedang menikmati tubuh anaknya sendiri.

“Akh..aach acch.. cepat keluarin pak nanti mama masuk bahaya” gumam ibu sambil merasakan geli di lubang memeknya..

Dengan hanya menggunakan dress selutut ibu hanya perlu menyingkap sedikit rok nya ke atas dan menurunkan cdnya ke paha, sebaliknya kakek setengah telanjang dengan sarung tergeletak. Tangan kakek meraih buah payudara kanan ibu sambil memacu pinggulnya merasakan jepitan memek anaknya yg begitu sempit karena sudah lama tak dijamah pria.

“Rapet dan hangat sekali memekmu nisa, makasih yaa sudah memenuhi kebutuhan biologis bapak, mamamu sudah tak bisa memenuhinya”



“Akkhhh… akkh… sebentar kagi keluar sayang”

“Achh..acchh ayo pak cepet..”



“Nisa! Nisaaa! “

Teriak nenek dari teras..

Sontak mereka menghentikan persetubuhan sore itu..

Ibu menghampiri nenek dengan baju yg sudah sedikit berantakan dan lutut yg sedikit lecet karena bertumpu di lantai.



“Iya ma..”



“Ambilkan air kemasan gelas nak yg di kardus kurang nih”



Ibu kembali kedalam mengambil kardus minuman dan dibawanya kedepan, setelah masuk rumah rupanya kakek sudah menunggunya dibalik pintu depan dan memberi sinyal untuk melanjutkan persetubuhan tadi, tapi ibu juga memberi isyarat bahwa itu bahaya bisa di dengar org2 di teras depan. Mereka terlihat berdebat tanpa suara. Sampai akhirnya ibu menawarkan untuk menyepong kontol kakek dibalik pintu dimana diluar sedang banyak org. Dijilat nya batang itu dari samping kanan dan kiri, biji nya di elus lembut oleh tangan ibu. Sampai akhirnya dilumat habis sampai mentok tenggorokan begitu terus sampai kakek orgasme dan cairan sperma keluar di mulut ibu, karena merasa tak nyaman ibu berlari kecil menuju kamar mandi untuk memuntahkan sperma itu. Setelah ibu pergi kakek mengendap endap untuk mengambil hp nya yg sedari tadi menyala dengan mode rekam di atas meja tv.

*click* kakek menyetop mode rekam. Membuka galeri dan ternyata kakek juga merekam saat dia mendoggy ibu di kamar tadi. Senyum penuh kemenangan tersirat di bibirnya.

Gambar hanya ilustrasi

<a href="https://www.imagebam.com/view/MEBP8IM" target="_blank" class="link link--external" rel="nofollow ugc noopener"><img src="https://thumbs4.imagebam.com/43/b5/68/MEBP8IM_t.jpeg" data-url="https://thumbs4.imagebam.com/43/b5/68/MEBP8IM_t.jpeg" class="bbImage " loading="lazy" style width height /></a>



Di rumah kontrakan



Jantungku berdegup kencang membayangkan semua ini, perasaan marah dan horni bercampur aduk didalam kepala, sialnya kontolku menjadi begitu keras membayangkan kakek menyetubuhi tubuh molek ibuku. Sampai tak terasa malam telah tiba, suara motor kakek terdengar sampai depan kontrakan, mengantar ibu pulang. Aku buka pintu dan cium tangan kakek ku, tercium wangi parfum ibu ditangannya, ibu pun ikut cium tangan kemudian kakek berpamitan.
Yang ada di benaku sekarang adalah kapan awal mula mereka melakukan perbuatan ini? Dan kenapa ibu mau melakukannya?

Bersambung…

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 3

“Awal Dari Segalanya…”
Flashback…
2 tahun yang lalu ibu, ayah dan aku berkunjung ke rumah nenek. Suatu sore aku asyik bermain bola dengan anak tetangga neneku, kakek pulang dari bengkel dan memasuki rumah mencari nenek untuk minta dibuatkan kopi, tapi tidak nampak terlihat istrinya disana. Akhirnya kakek inisiatif ingin membuat kopi sendiri ia berjalan ke dapur melewati kamar tamu yg dipakai ibu dan ayah tidur, kakek mendengar desahan dan lenguhan seseorang, ketika mendekat pintu kamar tidak tertutup rapat kakek melongo ternyata itu desahan anaknya sendiri yg sedang disetubuhi suaminya dengan gaya woman on top dengan posisi duduk di kursi dan ibu memeluk erat ayah, terlihat menantunya membelakangi dan anaknya menghadap pintu sehingga kakek bisa melihat ekspresi anaknya sedang meracau keenakan di entot suaminya.

“Ah ah ah…”

“Terus sayang, goyang lagi pinggulnya” ujar ayah

“Uh uh uh..”

“Ceplok ceplok ceplok..” terdengar suara kulit beradu satu sama lain

Tak lama kemudian suaminya tak kuat menahan orgasme

“Akhhh….”

Nampak ekspresi kekecewaan dari ibu, tapi berusaha ditutupinya dengan tersenyum manis menatap ayah, dan ibu baru sadar bahwa ia merasa sedang ada yg memperhatikan di sela sela pintu yang terbuka, bergegas ia memakai pakaian lalu beranjak ke kamar mandi meninggalkan ayah yang lemas lunglai mendapatkan puncak kenikmatannya. Ketika membuka pintu ia melihat dibawah dekat pintu masuk kamar terdapat nota pembelian / struk bengkel punya kakek. Ketika ia sampai di kamar mandi rupanya ayahnya baru selesai buang air mereka saling tatap canggung, hingga ibu duluan bertanya kepada kakek

“Sudah pulang pak?”

“Iya nis, bengkel udh sepi jadi bapak pulang lebih awal”

“Oh gitu baiklah, permisi pak aku mau mandi” nisa berlalu masuk. Kakek mencium aroma tubuh nisa tidak seperti biasanya, ia melihat anaknya itu seperti seorang wanita yang bukan anaknya, ada perasaan merinding sekaligus horni, mengingat apa yg sudah ia saksian tadi. Kakek berniat pergi ke depan tapi entah setan apa yg merasukinya ia malah mendapatkan ide untuk mengintip, rasa penasaran dan horni membuatnya gelap mata. Karena ia paling mengetahui seluk beluk rumah ini jadi ia tahu bahwa ada celah lubang kecil di jendela yg bisa ia gunakan untuk mengintip anaknya itu. Sampai di lubang intip itu dia terperanga melotot melihat keindahan tubuh anaknya yang putih mulus montok, posisi ibu waktu itu sedang mengambil sesuatu dibawah sehingga ia terlihat nungging dengan pantat naik keatas, terlihat gundukan memeknya dari belakang tanpa bulu jembut sehelaipun, membuat kakek mengeluarkan batangnya dan langsung mengocok saat itu juga.



Malam hari, kakek membuat rencana agar ia bisa menyetubuhi anaknya sendiri. Ia menengok ke samping istrinya sedang tertidur pulas sudah tidak bisa memenuhi hasrat biologisnya lagi, dia benar2 tergila gila dengan anaknya sendiri, Nisa.



Keesokan hari kakek mengajak ibu berbicara empat mata

“Nis, ada yang mau kakek sampaikan”

Deg! Jantung ibu berdetak hebat, pasti kakek akan membahas kejadian kemarin, perasaan canggung dan malu kini ia rasakan.

“Iya pak ada apa?”

“Sepertinya kakek ingin menikah lagi nis”

“Hah?! Kenapa pak? Bapak ada masalah sama mama?”

“Ngga nis, bapak anu..”

“Anu apa pak?!…”

“Ibumu sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis bapak, maaf bapak tidak sengaja melihat kamu dan suami kemarin, melihat itu bapa jadi sedih dan merasa hampa nis, bapa butuh sentuhan wanita”

“Tapi apakah harus menikah lagi pak?”

“Terus gimana nis? Kamu punya solusi untuk bapak?”

“Aku bingung pak” nisa menangis ia merasa kasian terhadap ibunya. Ia pergi meninggalkan bapaknya di ruang tengah.



Malam hari ayah izin pamit dinas keluar kota, nenek sudah tidur. Kakek memanggil ibu yang sedang di kamar ke ruang tv.

“Nis..”

“Iya pak”

“Kesini temenin bapak”

Ibu beranjak dari kasur menuju ruang tv

“Ada apa pak?”

“Nis, bapa tau ini salah, tapi bapa minta tolong sama kamu”

“Apa pak?”

“Tolong bantu bapak menyalurkan hasrat libido bapak”

“Ya tuhan bapak, dosa pak! Apa yg bisa nisa perbuat? Nisa ini anak bapak?”

Ibu pergi ke kamar, beberapa lama berselang ibu merasa haus, ia keluar kamar menuju dapur, ibu melihat kakek masih di ruang tv, kakek terlihat sedang mengelus elus kontolnya sambil menangis. Itu pertama kalinya ibu melihat kakek menangis, ia merasa iba melihat ayahnya seperti itu. Disisi lain ibu kaget melihat ukuran kontol kakek yang begitu besar dan panjang, 2 kali lebih besar dari punya ayah. Setelah mengambil minum ibu berniat mendekati kakek.

“Pa udah hentikan, nanti mama bangun keliatan malu”

“Gapapa nis ini bapak kocok sendiri aja sambil bayangin kamu”

“Aduh bapakk”

“Bapak mohon nis..”

“Apa yg bisa nisa lakukan? Nisa gamau melakukan hubungan suami istri dengan bapak”

“Bapak minta izin coli sambil liatin kamu saja boleh ga?”

“Sekali ini aja ya pak?”

“Sini duduk samping bapak”

Ibu duduk disamping kiri kakek, ia memalingkan muka, kakek mengocok kontolnya dengan tangan kanan sambil menatap anaknya yg sedang berpaling ke arah lain.

Crott crott croott… sperma kakek memuncrat tinggi hingga mengenai lengan ibu.

“Udah ya pak, udah keluar. Nisa mau masuk kamar takut jaka atau mama bangun”

“Makasih nisa anak bapak”

Kakek merasa lemas sekaligus lega, ia melihat liukan tubuh anaknya dari belakang ketika berjalan ke arah kamar membuatnya merasa bersemangat untuk dapat mencicipi lubang kenikmatan anaknya itu.

Hari itu adalah awal dari segalanya, ibu hanya melihat sekilas tapi ia merinding melihat kontol kakek, membuat bergidik sekaligus penasaran untuk menyentuhnya, tapi sekilas dia langsung membuyarkan pikiran itu, karena ia sudah bertekad bahwa itu adalah yang pertama dan terakhir. Namun, ternyata dugaan ibu salah, keesokan hari kakek melanjutkan aksinya lagi, ia kembali memohon sama ibu untuk melakukan coli sambil melihat anaknya itu, begitu terus selama beberapa hari bahkan ketika ibu sedang video call sama ayah yang sedang tugas diluar kota. Ibu merasa bersalah namun apa daya, ia merasa kasihan sekaligus iba terhadap ayahnya sendiri ditambah ia merasa belum bisa berbakti kepada orang tua karena dulu ia sempat akan dijodohkan dengan orang lain yg bukan ayahku.

“Mas imran ini baik orangnya nis, ditambah dia sudah mapan”

“Tapi ma..”

“Mama dan bapak berharap suatu saat ketika usaha kami sepi, mas imran ini bisa membantu kita nis”

Tapi karena tekad mama waktu itu ia malah bersikeras menikah dengan pacarnya yang tidak lain adalah ayahku yang sekarang secara karir biasa saja, malah bisa dibilang ngepas. Makanya ayah ikut temannya dinas keluar kota agar dapat penghasilan lebih.

Sore itu, kakek kembali meminta ibu menemaninya untuk ngocok, kali ini kakek memberanikan diri meminta ibu untuk memegang tangan kirinya sambil tangan kanannya mengocok kontol besarnya itu. Setiap kenikmatan yang dirasakan ia spontan merejang tangan ibu membuat ibu kaget dan menoleh ke arah batang besar ayahnya. Selama beberapa hari melakukan apa yg diminta kakek ibu selalu menoleh ke arah lain, ia tidak mau menatap kakek atau barangnya, hingga kakek bertanya.

“Nis, kenapa setiap bapak ngocok kamu memalingkan wajah?”

“Aku canggung pak”

“Lihat sini nis, bapak pengen lihat wajah kamu yg cantik”

“Udah gini aja pak, aku gamau”

Pergolakan batin ibu membuat ia bersikeras untuk tidak melihat batang atau wajah kakek, ia takut khilaf, sebagai seorang perempuan yg sering ditinggal suami ia tak ingin menjadi tak terkendali. Tapi hari itu berbeda, kakek sedikit memaksa.

“Nis, tangan bapak pegal hari ini, kamu yang kocokin yah sayang”

“Aduh bapak, nanti mama sama jaka pulang gimana”

“Makanya cepat kocokin sekarang yah, ini lama daritadi ga keluar”

“Yaudah sini, cepat keluarin ya tapi, aku takut mama sama jaka pulang”

Dengan terampil ibu mengayunkan tangan putih dan lembutnya, kakek menggelinjang hebat sambil merangkul bahu ibu dan merejangnya.

“Nis sambil cium ya..”

“tadi katanya cuma kocokin”

“Bapak gakuat liat kamu nis”

“Ngga pak ah…”

“Sebentar aja sayang”

“Pak..”

“Dipipi aja sini”

Tangan kakek langsung menarik dagu, ia menempelkan bibirnya tepat dipipi kanan ibu, menghirupnya dalam dalam.

“Sungguh wangi sekali anakku”

“Cepat keluarin pak”

“Nis..”

“Iyaa..”

“Kayanya kontol bapa kurang basah”

“Nisa gamau sepong!!”

“Diludahin aja nis, biar basah terus kocok lagi”

Mendengar itu ibu langsung meludahi batang kakek dan lanjut mengocoknya, kali ini dengan tempo yg lebih cepat agar cepat mendapatkan orgasme, ciuman kakek di pipi kini turun ke leher, karena sedikit terbawa suasana ibu tidak menyadarinya malah sedikit menikmati sampai akhirnya kedua bibir itu bertemu dan berpagutan, dagu ibu ditarik langsung dilumatnya bibir indah itu oleh kakek.

“Akhh terus sayang”

“Clok clok clok”

“Kocok lebih cepat ah ah”

Akhirnya sperma keluar begitu deras membasahi tangan ibu, entah apa yg ibu rasakan tapi setelah kakek orgasme ia malah tanpa sadar kembali mencium kakek yg tergolek lemas, mendapat perlakuan seperti itu kakek seperti dapat durian runtuh. Rupanya putrinya sedang horni, ah bukannya dari tadi gumam kakek dalam hati. Karena pada kondisi itu dikarenakan umur, kontolnya hanya bisa ngaceng sekali. Ia membalas ciuman ibu, dilumatnya bibir itu, turun ke leher, terdpat lenguhan kecil dari ibu.

“Ah ah..”

Tangan kakek hendak menjamah dua bukit kembar anaknya.

Namun tak lama suara motor datang, jaka pulang dari pasar mengantar nenek. Meraka menghentikan kegiatan itu.



Semenjak hari itu, ibu merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol dirinya, disisi lain ia baru memperhatikan perawakan ayahnya yg begitu gagah meskipun bedada di usia tua, tapi ada yg aneh, setelah hari itu kakek tidak meminta ibu lagi untuk membantunya menyalurkan hasrat seksualnya, ibu jadi khawatir apa yang terjadi dengan ayahnya itu, tumben ketika situasi hanya berdua di rumah pun kakek tidak meminta ibu untuk ngocok kontolnya.

Pagi itu, seperti biasa jaka sedang mengantar nenek ke pasar.

“Jaka sudah berangkat nis?”

“Iya sudah pak”

“Nis”

“Iyaa..?”

“Buatkan bapak kopi”

“Baik pak”

Hari itu tampak tak seperti biasanya, kemarin ketika nenek dan jaka baru pergi kakek lngsung melakukan perbuatan itu terhadap ibu, tapi hari itu berbeda, perbincanganpun terlihat sewajarnya seperti anak dan ayah pada umumnya.

Keseharian ibu adalah membantu nenek membersihkan rumah dan menyiapkan bahan makanan karena nenek berjualan lauk pauk yang buka siang sampe malam.

“Pak.. ini kopinya”

“Terima kasih”

Ibu duduk diseberang bapa.

“Bapak udah ga minta nisa kocokin lagi, udah ga ngerasa horni lagi ya, atau bapa udh ketemu wanita lain?”

Ibu secara langsung bertanya kepada kakek karena merasa bingung.

Kakek hanya senyum simpul

“Bukan begitu nis”

“Terus kenapa pak?”

“Bapak ngocok kadang bukan ketika sama kamu saja, bapak dikamar sendiri suka ngocok bayangin kamu, tapi entah kenapa rasanya kontol bapa makin lama mencapai orgasme nis”

“Kenapa pak”

“Bapak gatau, mungkin bapak ingin merasakan tubuh kamu seutuhnya, bapak bosan dengan tangan bapak atau tangan kamu nis”

“Tapi pak, bapak udah janji ga minta lebih”

“Iya bapak tau nak, tapi melihat kamu setiap hari menyiksa bapa nak, ingin rasanya bapak perkosa kamu, tapi bapak ga bisa melakukannya, bapak gamau memaksa, bapak mau kamu juga menginginkan bapak”

Ibu menghela nafas panjang

“Gimana nis? Mau kah melakukannya sama bapak? Bapak tau kamu juga butuh nis”

“Aku gamau pak, aku takut, aku merasa bersalah sama mas ari, sama mama sama jaka”

Melihat ibu meneteskan air mata kakek mengambil tissue dan memberikan kepada ibu, pagi itu ia perhatikan lagi anaknya semakin dilihat semakin bikin horni, duduk disampingnya sambil memupuk pundak anaknya, kakek menarik bahu ibu dan memeluknya, dilepas dan dicium pipi anaknya itu, turun ke leher, ibu sedikit menolah halus tapi kakek menariknya lagi.

“Nis bila kamu belum siap memberikan lubang memek mu, bapak mohon kamu mau menyepong bapak ya, bapak ingin merasakan kehangatan bibirmu”

“Tapi pak..”

Sebelum melanjutkan ucapannya bibir ibu langsung dilumat kakek, mereka berpagutan bertukar air liur, tangan ibu membelai wajah kakek, tangan kakek berada di pinggul ibu, lama mereka melakukan itu.

“Hmhmm…hmhm ah”

“Nis, mau yah”

Ibu mengangguk lembut, kakek merebahkan dirinya bersandar di sofa ruang tengah sambil menyingkap sarung yg ia kenakan ke atas, ibu mencoba menyingkap rambutnya dikedua daun telinga agar mudah ia mengulum kontol besar itu. Dipegangnya batang kemaluan kakek, panas berurat dan sudah menjulang tinggi, ada rasa ngeri sekaligus merinding yg jbu rasakan, ia tak bisa membayangkan bila kontol itu memasuki liang memeknya. Pertama tama ibu menjilat buah pelir kakek sambil batangnya dikocok kocok terus dijilat sampai batangnya, kakek menggelinjang hebat tak karuan.

“Ahhhhhh..enak banget jilatan kamu sayang”

“Hmhmmppp”

Tiba saatnya ibu menghisap seluruh batang itu, ia tak yakin mulutnya muat tapi ia tetap mencoba, benar saja tidak muat seluruhnya hingga sisa batang yg tidak terhisap ia bantu dengan mengocoknya. Posisi kakek duduk di sofa dan ibu disamping kiri membungkuk memberikan kepalanya membuat tangan kakek bebas mengelus rambut ibu yg halus dan wangi, turun ke punggung, kemudian ke pantat. Lama ia mengusap2 pantat ibu dan menarik rok dasternya ke atas, ibu tidak menyadari nya, tangan kakek lanjut mencari lubang memek ibu, mengelusnya dengan lembut, sudah becek dan basah, ibu menepis tangan kakek, tapi kakek semakin berani dengan lembut mengusap memeknya lagi dibalik cd yg ibu kenakan, pemandangan tak lazim yang sungguh membuat ruangan terasa panas, lama mengulum kontol kakek terdengar suara hp berbunyi, rupanya ayah menelepon ibu dengan mode video call.

“Duh mas ari menelepon, bapak cepat keluarin”

Ibu menghiraukan telepon dan mempercepat kulumannya, kakek melenguh “ahhhhh” tapi tidak kunjung mencapai puncak.

“Angkat aja dulu nis, bapak belom mau keluar ni, kasian ari kangen kamu”

“Yaudah aku angkat dulu..”

“Sambil kocokin ya nis”

“Nanti keliatan pak”

“Kameranya ke wajah kamu aja”

Diangkatlah video call tersebut

“Halo sayang”

“Halo ayah, tumben pagi pagi nelepon”

“Hehe iya ayah kangen nih”

Sambil mengocok kontol kakek ibu mengobrol lewat vc dengan ayah. Tiba tiba di seberang telepon ayah bicara yg membuat kakek sedikit kaget.

“Sayang turunin kameranya sedikit aku mau liat nenen kamu dong, sambil mainin ya”

Mendengar itu ibu dan kakek saling emnatap

“Tapi yah, dirumah ada ayah”

“Lagi dimana dia?” Ayahku bertanya

Kakek memberi sinyal di dapur

“Di dapur” jawab ibu

“Yaudah bentar aja, mainin pentilnya aku mau ngocok nih udh sange”

Seperti dikomando ibu membuka bh nya dan menurunkan sedikit kamera depan ke arah dadanya, diangkat daster itu, otomatis tubuh bagian bawah ibu terlihat jelas hanya dibalut cd saja.

“Kamu cantik banget sayang”

Ibu hanya senyum sambil memelintir putingnya dan sedikit meremas buah dadanya.

Melihat pemandangan itu kakek seperti mendapatkan angin segar, tangannya meraih paha anaknya itu mengelus2 lembut sampai ke pangkal paha, karena kamera hanya menyorot hanya sampai bagian dada, otomastis ekspresi ibu berubah kenikmatan ketika kakek mengelus pangkal pahanya dan kadang mencuri2 mengusap belahan memeknya, karena tangan ibu sudah tidak mengocok kontol (tangan kanan pegang nenen tangan kiri pegang hp) kakek turun kebawah sofa, ia menciumi paha putih mulus ibu, menghirup memeknya dibalik cd yg ibu kenakan. Sontak ibu merasa sangat horni dan ekspresi itu sekaligus disaksian oleh suaminya lewat video call.

“Sayang ekspresi kamu binal banget, sama kaya lagi aku entotin”

“Hehe iyah itu karena aku kangen kamu mas”

Tanpa ayah ketahui dibawah sana, dipangkal paha dalam ibu ada kepala kakek sedang mengendus menciumi memek ibu, kakek berniat membuka cd, ibu memberi syarat jangan, tapi kakek bersikeras untuk membukanya perlahan dengan bahasa isyarat ia berjanji hanya ingin menciumi memeknya, ibu pasrah ketika ternyata kakek langsung menjilati memeknya, mempermainkan itilnya dengan lidah liarnya, ibu menggelinjang hebat dan melenguh keras

“Ahhhhhhhh….”

“Sayang kamu horni juga ya?” Tanya ayah di ujung telepon

“Iyah ni mas, kapan pulangnya sih aku gakuat pengen dientotin”

Mendengar itu kakek semakin liar menasukan lidahnya ke lubang memek ibu membuat ibu menggelinjang hebat kembali sampai ibu dan kakek panik ketika ayah meminta ibu menurunkan kameranya dan menyuruh ibu colmek.

“Syang aku mau liat memek kamu dong sambil dielus ya”

Karena tau itu ga mungkin ibu hanya menjawab

“Ga bisa sayang, aku lagi haid, nanti jijik”

“Yahhh…yaudah aku kocok lagi nih”

Akhirnya ayah diujung telepon mencapai orgasmenya

“Udah keluar ya sayang?”

“Udahan ya aku takut bapak liat”

“Oke sayang makasih ya, tunggu aku pulang”

Ibu menutup hpnnya, dan menjambak menekan kepala kakek agar lebih dalam ke arah memeknya, pupil mata ibu menghilang ia merasakan nikmat yang sungguh dahsyat.

“Nis masukin yah”

“Jangan pak”

“Bapak udah gakuat, bapak juga tau kamu udh ga tahan”

“Jangan pak aku belum siap ahhhh..”

“Yaudah lanjut sepong bapak ya, bapak juga akan jilmek kamu sampai keluar”

Akhirnya mereka melanjutkan dengan posisi 69, sunggung pemandangan yg luar biasa, rasa ngilu antara keduanya menciptakan lenguhan lenguhan kecil nikmat

“Ahhh terus pak..”

“Ahh ahh ahh nisa sedoot sampe dalam”
Kepala ibu naik turun dengan lincahnya ia menghisap dan menjilati kontol kakek, begitu juga kakek menjilati memek ibu sambil sesekali menancapkan jari tengahnya ke lubang memek ibu.

Gambar hanya ilustrasi

 


Akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan bersama. Tergolek lemas di sofa ruang tengah, jam sudah menunjukan pukul 09.00 WIB. Sebentar lagi nenek dan jaka pulang.


Bersambung…


;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 4

“Pengakuan”

Di rumah kontrakan



Setelah mengetahui hubungan kakek dan ibu aku jadi sering meminjam hp ibu untuk sekedar mengecek isinya, tapi tak pernah menemukan apapun hingga suatu malam hp ibu berbunyi dan aku lihat kakek video call ibu. Hah! Ngapain malam2 kakek video call ibu?

“Bu hp nya bunyi tuh!” Ucap ku

“Siapa yg telpon nak?” Ibu sambil mengambil hp nya

“Kakek video call, ngapain ya malam2 gini”

Dengan gelagapan ibu menjawab

“Eh anu mungkin kakek mau menanyakan soal tanaman yg ia beli kemarin”

“Malam2 gini?”

“Iya yaudah ibu angkat dulu ya di kamar”

“Disini aja bu kenapa harus dikamar”

“Gpp ibu mau sekalian tidur sudah ngantuk soalnya” sambil berjalan ke kamar

“Kamu jangan tidur malam2 nak”

Sungguh buatku penasaran kenapa mereka video call malam2, ingin rasanya mengintip tapi kamar ibu tidak ada celah sama sekali untukku bisa mengintip. Akhirnya dengan hati2 aku tempelkan telingaku ke pintu kamar ibu, tapi sial aku tidak bisa mendengar apa2.



Tok! tok! tok…

Pagi hari pintu kamarku berbunyi, rupanya ibu memanggil dibalik pintu, dengan badan yang masih lemas aku bangun dan membuka pintu.

“Selamat ulang tahun sayang anak ibu”

Sambil memegang kue dengan satu tangan menjaga agar lilin nya tidak mati, ibu dengan cantik tersenyum membawakan kue ulang tahun untuku. Sebagai informasi tanggal lahir aku dan ibu hanya beda sehari di bulan yang sama, jadi dari dulu kita sudah sepakat untuk merayakan ultah bersama, ibu genap 40 tahun dan aku 17 tahun.

“Makasih ya bu, mudah2an ibu diberi kesehatan dan selalu cantik awet muda”

“Hehe bisa aja kamu gombalnya mentang2 sudah 17 tahun sini cepet tiup lilinnya ibu berat pegang kue”

“Iya bu” kutiup lilin di kue ibu menaruh kue tsb dan memelukku, rasanya hangat sekali tubuh ibu dibalik daster yang ia kenakan pagi ini, tidak lupa wangi parfumnya menyeruak membuat mood ku menjadi bahagia sekali sekaligus horni. Setelah itu diciumnya kening dan pipiku. Semakin menjadi jadi lah kontolku menegang mendapatkan bibirnya mendarat di pipi. Sambil tanganku melingkar di pinggulnya yang montok aku mengajak ibu memotong kue dan memakannya bersama di ruang tengah. Sebagai informasi juga kontrakan kami ini hanya memiliki 2 kamar dan satu ruang tamu, serta dapur kecil di belakang. Pintu kamar ibu dan kamarku berhadapan. Kadang aku suka melihat ibu sehabis mandi tubuhnya dililit handuk berjalan menuju kamar.

Malam ini dia begitu anggun, tawa kecilnya membuatku jatuh cinta, belum pernah ku menemukan wanita secantik ibu, manis dengan kulit putih mulus, pantat bahenol tp paha dan kakinya tidak terlalu besar. Ada satu hal yang membuatku selalu langsung horni ketika melihat ibu pakai daster, yaitu tahi lalat di dada kiri yang berwarna kecoklatan. Ketika memperhatikannya menyantap kue tiba tiba krim putih yg ada di kue jatuh dari mulut ibu tepat di dada bagian atas.



“Aduhh jatuh ni krimnya”



Dengan cekatan ku ambilkan tissue, dan entah setan dari mana spontan tissue itu aku langsung seka ke dadanya sehingga sekilas aku bisa merasakan gundukan empuk itu tanpa sengaja saat membersihkannya. Untung ibu tidak merasa janggal dengan apa yg ku perbuat.



“Nak, ada yg mau ibu sampaikan”

“Apa itu bu?”

“Jujur ibu sudah tidak mampu untuk membayar kontrakan ini nak, kakek mu kemarin menawarkan untuk tinggal disana bersama nenek, karena kebetulan disana kan ada kamar kosong meskipun cuma 1”

Mendengar hal itu aku hanya bisa mengiyakan karena aku sadar akupun tidak bisa membantu ibu untuk membayar kontrakan.

“Kapan pindahnya bu?”

“Besok lusa nak”



Hari H pindahan tiba,

Kakek meminta tolong temannya yg punya mobil bak untuk membantu membawakan barang2 milik kami dari kontrakan, pak saiful namanya. Sedari tiba di kontrakan kami, aku perhatikan matanya tak pernah lepas mencuri pandang terhadap ibuku, hari itu ibu mengenakan daster tanpa lengan yg sedikit ketat sehingga bentuk bodinya yg aduhai tercetak sempurna begitupun ketika ibu berjalan gundukan payudara maupun pantatnya berayun indah membuat semua yg menatapnya pasti horni. Ibu merapikan perintilan bumbu dapur ia jinjit untuk mengambil sesuatu dibagian atas dapur, aku hendak membantunya tapi pak saiful tiba2 datang membantu ibu mengambil barang tersebut dengan posisi tubuhnya menempel di tubuh ibu bagian belakang, entah sengaja atau tidak pak saiful seperti sedang menekan bagian pinggul nye ke arah pantat ibu, tapi hanya sebentar saja. Aku yg melihat kejadian itu menjadi kesal tapi tak bisa berbuat banyak. Setelah selesai mengangkat barang2 ke mobil bak, ibu minta izin untuk mandi dulu karena ia merasa gerah. Pak saiful dan aku selesai merapikan barang di depan kontrakan ketika aku masuk aku melihat kakek seperti sedang memfoto ibu yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya dililit handuk. Deg! Aku tersentak kaget sekaligus bingung campur aduk, aku jadi penasaran akan isi galeri hp kakekku, jangan2 banyak foto atau video ibu??? Membayangkannya membuat kontolku tiba2 mengeras.

Rumah nenek 2 lantai, mempunyai 3 kamar, dibawah ada 2 dan di atas ada 1. Kamar yg dibawah diisi oleh nenek dan kake satu, akan tetapi satu lg digunakan sebagai gudang karena barang2 merka banyak. Maka ibu menempati kamar di lantai 2, awanya aku tidak masalah untuk tidur diluar kamar tetapi ibu menolaknya dan meminta aku untuk satu kamar dengannya karena ia merasa takut dengan suasana lantai 2 rumah ini yg jendela nya menghadap kebun orang. Hatiku senang campur aduk ketika tahu akan satu kamar dengan ibu, dengan begitu aku jadi lebih sering melihatnya dan kalo beruntung aku bisa melihat tubuh ibu dengan pakaian seksi. Ibu diberi tugas okeh nenek untuk mengantarkan bekal makan siang untuk kakek ke bengkelnya, sedangkan aku diberi tugas untuk mengantarkan nenek kemanapun ia mau pergi kalau sedang libur sekolah.

Siang itu seperti biasa ibu membawa rantang makanan ke bengkel untuk untuk kakekku, 15 menit berselang nenek memanggilku memberi tahu bahwa ibu lupa membawa satu rantang lagi, akhirnya aku disuruh nenek untuk membawakannya ke bengkel. Jarak rumah nenek ke bengkel tidak begitu jauh, bisa dengan jalan kaki. Sesampinya di bengkel aku sedikit heran karena tidak ada siapa2 dan pintu bengkel setengah tertutup, akhirnya aku memutuskan masuk ke dalam namun sesampainya depan pintu terdengar suara cekikian wanita seperti sedang bercengkrama dan aku tau itu suara ibu, dengan hati2 ku taruh rantang yg kubawa di atas etalase dan berjalan pelan ke arah ruangan yg hanya di sekat gorden bau oli, aku sibak perlahan gorden tsb, dan menerawang kedalam karena sedikit gelap aku samar samar melihat kakek sedang memangku ibu. Deg! Jantungku berdegup kencang melihat pemandangan itu, rasa marah campur kaget menyelimutiku ditambah rasa cemburu karena melihat ibu begitu bahagia bersama kakek. Ibu hanya menggunakan tangtop hitam dan rok selutut sedangkan kakek hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Mereka tertawa karena menonton tayangan di tv sambil sesekali kakek melayangkan ciuman ke leher, ibu menggelinjang.. ia memalingkan wajahnya ke arah kakek dan bibir mereka saling beradu. Suasana kini menjadi hening tangan kakek bergeriliya dari pinggul ke arah dada ibu. Kontolku mendadak sangat keras, lebih keras dari biasanya. “Hmhpppmhh…” lidah ibu disedot kakek seluruhnya, tangtop ibu dibuka dan memperlihatkan buah dadanya yg dibalut bh. Dengan beringas kakek menciumi dan mencupang dada ibu bagian atas, sampai ia melepas bh itu dan melahap puting ibu yg ranum kecoklatan.

“Indah sekali tubuhmu ini nisa, wangi nya ga bisa bapak lupakan” mereka melakukan percumbuan itu selama 30 menit sampai kakek berdiri dan memelorotkan celananya. Terpampanglah kontol besar itu, aku kaget dan merasa insecure dengan ukuran penis ku yg tidak ada setengahnya dari milik kakek, posisi kakek berdiri dan ibu duduk di sofa hanya memakai cd bersiap untuk melumat kontol kakek. Disibaknya rambut ibu oleh tangan tua itu, kemudian ia tarik kepalanya mendekati batang berurat panjang. Sungguh hangat rasanya ketika mulut yg indah itu bisa menyelimuti kontol. Dengan terpejam kakek menikmati setiap inci dari jilatan dan hisapan yg dilakukan ibu, tak jarang ibu tersedak karena saking panjangnya kontol kakek, tak lama berselang ibu dituntun untuk nungging di sofa, karena gemas kakek menggigit bongkahan pantat yg mulus putih nan kenyal itu, ia menjilati memek ibu dengan lahap, dan dalam sekejap kakek memasukan kontolnya ke lubang kenikmatan itu.

“Ahhh..pelan pak..”

“Plok plok plok”

Kakek menghujamkan pinggulnya sejurus dengan tangan yg tak lupa menepuk pantatnya, melihat pemandangan tersebut aku sudah tidak kuat, dibalik celah gorden ku keluarkan kontol ku dan langsung ku kocok disana, karena itu pertama kali aku melihat langsung ibu digagahi, belum sampai satu menit kontolku memuntahkan sperma membasahi gorden bengkel. Rasanya beda sekali dengan hanya membayangkan, ketika melihat langsung debaran jantungku semakin kencang terpacu.

“Plok.. plok..plokk..”

“Ah ah ah bapak enak banget..”

“Hangat sekali memek kamu nis..”

“Pak aku sudah tak kuat, keluarin pak..”

“Bapak belum mau keluar nis, duh becek sekali ini punyamu”

“Ah ah ah…”

“Pak aku takut mama nyariin nih, kelamaan ahh ahh..”

“Udah tenang saja..”

“Aduhh linu sekai pak.. nikmattnyaa..”

“Coba gaya miring nis, udah lama nih..”

Aku menelan ludah melihat bodi ibu yg sama sekali tak terlihat seperti ibu ibu kebanyakan, payudaranya yg indah, pinggulnya yg meliuk ketika merubah posisi, kapan aku bisa menikmati tubuh itu, kakek saja boleh kenapa aku tidak?

“Croottt croot crott…”

Kakek memuntahkan spermanya didalam rahim ibu, melihat itu aku bingung, apakah ibu pakai pil kb? Karena kakek tidak memakai kondom. Takut ketauan aku pulang dengan mengendap pelan pelan, aku tunggu ibu di belokan gang yg biasa ia lewati sepulang dari bengkel dengan sebelumnya aku kirim pesan ke dia lewat whatssap.

“Bu tadi nenek nitip rantang yg ketinggalan, aku sudah menaruhnya di atas etalase bengkel, dan ada yg mau aku omongin, aku tunggu di belokan gang”

Deg! ibu seperti di sambar petir

Anaknya baru saja menaruh rantang makanan, disaat ia sedang bersetubuh dengan kakek.

Sesampainya di belokan gang ibu langsung menghampiriku

“Nak apa kamu melihat semuanya?”

“Iyah bu..”

“Nak biarkan ibu menjelaskan..tapi tidak disini, mari kita pulang”

Dengan lemas ia memegang lenganku, aku melihat sorot matanya kosong seperti seseorang yg ingin membuat pengakuan dosa.

Sampai di rumah nenek kita masuk kamar.

“Sudah sejak kapan bu?” Aku bertanya..

“Setahun..”

“Kenapa ibu melakukannya? Apakah ini yg membuat ibu bercerai? Terlebih ibu melakukan ini dengan kakek yg tidak lain adalah ayah kandungmu?”

“Ibu bingung menjelaskan dari mana nak..yang jelas bukan ini yg membuat ibu dan ayah mu bercerai, ayah punya simpanan lagi nak..” sambil terisak ia meneteskan air mata

“Trus apa hubungannya dengan kakek?”

“Awalnya kakek hanya meminta ibu menyalurkan hasrat birahinya nak karena nenek sudah tidak bisa melayani kakekmu, karena ibu merasa iba ibu lakukan apa yg ia minta, akan tetapi ibu terlena nak dengan kegagahan kakekmu”

“Bu..”

“Kenapa tidak laki2 lain bu? Kan banyak laki2 didunia ini?”

Ibu kembali terisak, kali ini lebih kencang

“Maafkan ibu nak, maafkan kakekmu, ia sekarang sedang sakit sakitan, ibu harap kamu tidak memberi tahu siapa2 dan ibu harap kamu bisa menerima kenyataan ini”

Tangannya merejang bahuku, kemudian bersimbah memeluk kakiku, aku angkat ia dan memeluknya, entah setan dari mana ketika memeluknya tanpa sadar aku mencium leher ibu karena tidak kuat dengan aroma wanginya.

“Nak..”

Aku terus mengendus lehernya, ibu terlihat risih

“Hentikan nak, sadarlah ini ibumu..”

“Kakek saja boleh bu, kenapa aku tidak?”

“Ibu tidak mau nak, kamu masih dibawah umur”

“Aku sudah 17 tahun bu”

Ibu gelagapan

“Entahlah nak, yang jelas ibu merasa canggung bila harus melakukan itu juga dengan kamu maafkan ibu nak”

“Ibu tidak menyayangiku”

“Bukan seperti itu nak”

“Aku juga menyukaimu bu, aku ingin menikmati tubuh ibu yg cantik ini”

“Nak..”

“Maafkan ibu..untuk sekarang ibu tidak bisa”

Mendengar itu aku langsung berbalik dan meninggalkannya di kamar

“Nak, mau kemana?”

Brukk!! Aku menutup pintu dengan keras, aku kesal cemburu sekaligus marah pada ibuku, kenapa kakek boleh melakukannya sedangkan aku tidak?

Malam itu aku tidak pulang ke rumah, sebelum meninggalkan rumah aku sudah memberi tahu nenek ingin menginap dirumah teman, ibu khawatir dan mengirim pesan

“Nak kamu dimana? Pulang nak sudah

malam, kamu belum makan sayang”

Aku tidak membalasnya, ibu menelepon aku tidak mengangkatnya.

Waktu menunjukan pukul 01.00 pagi ibu kembali mengirim pesan

“Pulanglah, ada yg ingin ibu bicarakan, ibu akan mengikuti maumu tapi tidak sekarang belum tahu kapan yg penting kamu pulang dulu “

Membaca pesan itu seperti nendapatkan angin.

“Ibu mau ngentot denganku malam ini?”

“Kamu masih dibawah umur sayang, pulang dulu ibu kangen”

“Aku gamau pulang kali ibu gamau melakukannya denganku” seperti anak kecil merengek minta dibelikan mainan

Tapi ibu tidak membalasnya, tidak pula membaca pesan itu. Aku jadi curiga ia sedang kembali bercinta dengan kakek, tapi ketika aku pulang kakek sedang duduk merokok di teras.

“Katanya nginep kamu jaka”

“Tidak jadi kek”

“Baiklah, suruh ibumu buatkan kopi untuk kakek ya”

ibu sedang membuat kopi didapur, aku naik ke kamar, tak lama berselang ibu datang, aku tak melihatnya karena masih kesal.

“Kamu masih marah sama ibu?”

“Apa yg ibu maksud dengan mengikuti keinginanku di pesan tadi?”

“Apa benar kamu menyukai ibu?”

“Iya aku sangat menyukaimu”

“Kok bisa? Aku kan ibumu?”

“Kakek saja bisa” dengan nada kesal

Ibu sedikit tersenyum mendengar itu, sambil mengelus rambutku ia berkata

“Baiklah nak, ibu akan membiarkan kamu menikmati tubuh ini, tapi tidak sekarang ya”

“Kapan bu?”

“Nanti ibu kasih tau, pokoknya belum saatnya”

“Baiklah bu..aku akan menunggunya”

“Tapi ibu ingin kamu berjanji”

“Apa bu”

“Jangan kasih tau siapapun tentang hubungan ibu sama kakek ya, kamu harus pura pura tidak tahu juga, ibu takut kao sampai kakek tau, ia akan memisahkan kita dan mendaftarkanmu di pesantrem yg jauh”

Kami berbaring miring saling berhadapan di kasur ia mengusap usap rambutku, aku menatapnya tak henti mengagumi kecantikan ibu, bongkahan payudara menyembul terlihat jelas dengan posisi itu.

Cklek!

Pintu kamar dibuka, ibu memberi isyarat untukku memejamkan mata, ia beranjak dari kasur rupanya itu kakek. Samar samar aku mendengar obrolan mereka karena saling berbisik

“Tadi di bengkel udah pak”

“Aku takut jaka bangun”

“Nanti mama nyariin bapak”

Itulah kalimat yg samar aku dengar dari percakapan mereka

“Bapak cuma ingin tidur sambil memelukmu”

“Ada jaka pak”

“Bapak peluk dari belakang”

Ibu menyerah dengan desakan bapak, karena ia pikir anaknya sudah tahu, dan kakek hanya minta peluk ia kemudian mengiyakan. Ibu berbaring menghadapku sedangkan kakek memeluknya dari belakang. Ternyata tak hanya memeluk, kakek dengan lembut mencium tengkuk leher ibu, mengusap usap pinggul naik ke atas dada, karena berhadapan aku sedikit membuka mata, ibu memberi isyarat untukku jangan bergerak. Ia menepis tangan kakek di dadanya tapi kakek tidak menggubris. Dengan posisi seperti ini ditambah lampu sudah remang aku tidak bisa melihat wajah kakek karena tertutup ibuku begitupun sebaliknya.

“Ahh..ah”

Ibu mendesah, tanpa ku ketahui ternyata tangan kakek yg tadi ya di dada sekarang sudah dibawah meyibak rok ibu dan menggesek gesek memeknya, tak lama ku lihat cd ibu becek, masih dengan mata sedikit terbuka aku melihat pemandangan itu. Detak jantung terpacu begitu kencang, andai saja aku yg ada di posisi kakek, karena sudah tak kuat aku menurunkan tangan dan mengeluarkan kontol dari resleting, mengusapnya perlahan sambil menatap ibu, ia melihatnya sekaligus menggelengkan kepala dengan isyarat “jangan”

Tapi aku tak menghiraukan ibu, aku sudah tidak kuat, ibu menarik tanganku, ia menggenggamnya erat, aku tarik lagi aku kocok kontolku sendiri, ibu meneteskan air mata sambil kembali menggelengkan kepala untuku jangan melakukannya, tapi aku tak peduli. Ibu menangis, aku memejamkan mata sambil mengocok kontolku, tak lama berselang aku merasakan ada tangan yg mengusap kepala kontolku perlahan. Ketika membuka mata aku melihat itu tangan ibu, sambil menangis ia mengusap kontolku, mengocok nya perlahan. Sungguh nikmat sekali, tak lama kakek beranjak dari posisinya, ibu langsung melepaskan tangannya dari kontolku.

“Mau apa pak”

“Masukin. Bapak sudah tak kuat”

“Nanti jaka bangun”

“Dia sudah terlelap itu lihat saja”

“Tapi pak…”

“Ayo bapak lakukan pelan pelan supaya tidak bangun”

Sial pikirku! Baru sebentar tangan ibu yg halus mengocok kontolku ada saja yg mengganggu!

“Tunggu pak, aku selimutin jaka dulu… ibu berbisik”



Dengan posisi masih miring kakek membuka celana ibu dan langsung memasukan kontolnya, ia langsung memompa tanpa henti.

“Ahhh..” ibu melenguh kecil

Didalam kondisi itu aku merasakan ada tangan masuk keselimut dan langsung memegang kontolku, itu tangan kanan ibu, sambil tangan kiri iya menaikan bajunya agar payudaranya terlihat, ia mengocok kontolku dengan lembut sambil menatapku dengan ekspresi keenakan digenjot kakek, ibu menggigit bibir bawahnya, melihat itu sambil tangan lembutnya menjamah kontolku, aku langsung orgasme. Aduh cepat sekali keluarnya pikirku, ia hanya tersenyum kecil melihatku, aku malu sekali sama ibu. Ia menarik tangannya dan melanjutkan persetubuhan dengan kakek sedangkan aku merasa lemas, dan puas sekali meskipun hanya dikocokin tapi rasanya sangat nikmat melebihi ketika mengocok sendiri. Lenguhan ibu menjadi sedkiit kencang, entah sengaja atau tidak tapi aku jadi mendengar jelas rintihannya

“Ahhh enak pak.. masukin yg dalam pak..”

“Jangan keluar dulu pak, aku belum sampe ahhh ahhh…”


Gambar hanya ilustrasi


Bersambung….

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 4

Teganya Kakek

“Ayolah bu..”
“Ibu gamau sayang..”
“Kemarin malam ibu mau kocokin kontol aku waktu kakek ngentot ibu dikamar kok sekarang aku minta kocokin lagi ibu menolak sih?” Rengekku sambil mengelus kontol dibalik celana
“Yaaa kemarin kan memek ibu ada yg masukin sayang jadi ibu sadar ga sadar mau kocokin punya kamu hehe..”
“Yaudah aku masukin kontolku ke memek ibu sekalian sini..”
“Hehe ngga ah, punya kamu kecil ga sebesar punya kakek, lagian nanti kalo udah masuk pasti langsung keluar hihi…”
“Ahh ibu…” aku merengek sekaligus sakit hati sebenarnya mendengar ibu bilang seperti itu, aku jadi semakin tidak pede dengan ukuran kontol ku, ditambah durasi orgasme yg begitu cepat. Sambil masih mengelus ngelus dibalik celana aku menundukan kepala, ibu melihatku iba.
“Sayang…”
“Iya bu?”
“Ibu mau kasih kamu penawaran menarik”
“Apa tuh bu?”
“Gimana kalo kamu kocok sendiri aja, sambil liatin ibu..”
“Yah tanggung amat bu..kan ibu ada disamping aku nih”
“Yaudah kalo kamu gamau hihi..”
Aku kesal mendengarnya, tapi sekaligus horni karena melihat sikap ibu yg tak biasa. Sangat ceria sekali dan terlihat lebih genit dari biasanya, tidak seperti ibu yg ku kenal, anggun dan tak banyak berbicara.
“Hmhm yaudah aku mau bu, tapi ibu buka baju ya, telanjang..”
“Hihi gamau ah enak aja, ayo cepetan nanti kakek datang loh”
“Yaudah deh..” aku mengeluarkan kontol ku dari balik celana, posisi kami berhadapan, ibu tersenyum melihatku, aku tau dalam benaknya ukuran kontolku tak ada apa2nya dibanding punya kakek.
“Ayo sayang kocok..ibu mau lihat seberapa lama kamu keluar tanpa melihat ibu telanjang, anggap saja ini latihan buat kamu”
“Kalo aku berhasil lama keluar ibu mau bantu aku?
“Belum tentu hehe..”
Tanganku mulai mengurut dan mengusap usap perlahan, aneh sekali aku pikir aku bisa kuat menahan rasa geli dan nikmat karena tidak melihat ibu telanjang, tapi ternyata aku salah, sensasi ngocok sambil dilihat ibu langsung membuatku sangat menikmatinya, benar benar memacu adrenalin, melebihi ketika mengintip ibu di kamar mandi.
“Croott croot…” aduh cepat sekali keluarnya
“Hahaha… udah keluar tuh sayang…”
“Duh iya ni bu, gimana dong?”
“Ya ga gimana gimana, bersihin tuh peju kamu berceceran di sofa, nanti nenek marah”
kecewa sekaligus malu terhadap ibu aku hanya langsung mengiyakan sambil mengambil tissue dan mengelapnya.
“Udah ya sayang, ibu mau ke bengkel bareng sama kakek kamu, tumben nih dia minta ditemenin dari pagi hihi..”
Mendengar ibu berkata seperti itu hatiku cemburu sekali pada kakek, aku berniat menyusul mereka diam2 ke bengkel, dan merekam ketika mereka bercinta, untuk bahan coliku dirumah. Sesampainya di bengkel seperti waktu itu pintu bengkel belum terbuka semua hanya setengah, aku masuk dengan hati2, tapi tidak terdengar suara apapun hingga di pintu gorden dengan hati2 aku tengok kedalam tidak ada siapa2 disana, sepertinya ibu dan kakek tidak ke bengkel pikirku, tapi kenapa pintunya sudah terbuka setengah?
Aku memutuskan untuk pulang, tapi kerika membalikan badan aku kaget kakek sudah ada dibelakangku.
“Ngapain kamu disini jaka?”
“Anu ini kek aku mencari ibu, tadi katanya ia ke bengkel sama kakek”
“Iya tadi ibumu aku suruh ikut kesini pagi2 untuk mengambil rantang kemarin ketinggalan”
“Oh gitu, yaudah aku pamit pulang ya kek”
“Iya hati2 kamu..”
Dimana ibu berada? Aku kira ia akan bercinta dengan kakek pagi ini. Karena haus aku membeli pop ice di sebrang bengkel kakek, sambil menunggu aku melihat ke sebrang kakek menutup bengkelnya dan pergi menggunakan motor, mau kemana ya pikirku. Setelah membayar pop ice aku bersiap pulang ke rumah, tapi langkahku terhenti ketika melihat mobil bak pak saiful berhenti di depan bengkel, ia turun dan membuka pintu bengkel kemudian memasukan mobilnya dengan posisi mundur, ketika melihat di kursi penumpang, aku samar mengenali orang itu, ia ibuku. Mereka masuk kedalam, deg! Sedang apa ibu dengan pak saiful di bengkel berdua??
Tidak jadi pulang aku memutuskan untuk mengintip mereka, dengan hati2 aku masuk dan berdiri di samping pintu gorden bengkel.
“Pak kan tadi udah di hotel”
“Aku masih sange nisa, kamu sih cantik banget”
Hahh!! Mereka baru saja pulang dari hotel dan ngentot disana! Ada apa ini ? Apakah kakek tau apa yg ibu lakukan?
“Ayolah nis, disepong dulu aja aku sudah tak tahan”
“Baiklah, tapi ini yg terakhir ya, pokoknya utang bapakku sudah dianggap lunas!” Ujar ibuku kesal. Hah? Utang kakek? Kakek punya hutang ke pak saiful?
Sambil memelorotkan celananya pak saiful kulihat toket ibu sudah diremas remas, posisi pak saiful duduk di sofa dan ibu bersimbah duduk dibawah sofa bersiap melahap kontol dekil yg ukurannya tidak jauh beda dengan punya ku. Karena terbiasa dengan batang kakek, itu tidak kesusahan mengulumnya, dikulim sampe mentokpun ibu masih terlihat sanggup. Tangan pak saiful masuk kedalam baju ibu, ia meremas remas kasar. Kontolku langsung tegak berdiri, tanpa pikir panjang aku langsung mengeluarkannya dan langsung coli. Seperti biasa tak sampai semenit langsung crott, tak kehabisan ide, aku langsung menyalakan hp dan merekam kegiatan mereka. Tinggi pak saiful lebih pendek dari ibu tidak seperti kakek yg mempunyai perawakan tinggi gagah dengan kontol besar, aku heran kenapa gen yg menurun kepadaku adalah gen ayah yg badannya kurus bukan kakek. Kini posisi ibu menindih pak saiful yg sedang duduk di sofa, mereka berciuman mesra sekali bertukar ludah saling menjilat, ibu mengenakan rok yg ternyata sudah diangkat ke atas, ia bersiap memasukan batang kecil itu ke memek indahnya. Tanpa kesusahan batang itu dimasukan, ibu mulai naik turun memompa pak saiful yg kesusahan menggapai mulut ibu karena perbedaan postur mereka, pak saifuk melumat habis toket ibu dengan sangat ganas.
“Ahhh…ahh..”
“Ceplok ceplok ceplok”
“Enak sekali memek anak temanku ini ya tuhan”
“Pak ganti posisi yuk, aku kurang berasa”
“Iya sayang, mau posisi apa”
“Aku yg nungging pak”
“Hehehe itu juga posisi kesukaanku”
Blesss… titit kecil itu memasuki liang kenikmatan ibu, ibu tak pernah tidak seksi dengan posisi nungging, pantatnya bersisi, pinggulnya melengkung bak gitar spanyol. Pokoknya setelah ini aku harus mendapatkan tubuh ibu bagaimanapun caranya.
“Ahhh sayang, rapet sekali memek ini”
“Dorong yg kencang pak”
“Siap tuan putri ahh ahhh”
“Ahh pak saiful geli…”


Gambar hanya ilustrasi

Sedang asyik merekam ada tangan yg memegang pundaku pelan, aku kaget bukan main ternyata itu kakek, ia memberi isyarat untuk tidak bersuara. Ia mengajaku keluar dan menjelaskan semuanya.
“Jaka, aku terpaksa menjual ibumu karena punya hutang sama pak saiful, nenek dan kakek menggadaikan surat rumah yg kita tinggali sekarang”
“Kakek jahat! Selain menjaul kakek juga meniduri ibu!”
“Hahaha rupanya kau sudah tau”
“Tega sekali kakek..”
“Hehe aku tau kamu juga ingin menikmati tubuh ibumu kan? Aku sering liat kau mengintik ketika ibumu mandi hahaha”
“Iya aku memang mengukainya tapi tidak akan tega menjualnya sepertimu”
Plakkk! Ia menamparku…
Aku berusaha mendorongnya
Plakkk!! Ia menamparku untuk yg kedua kalinya, sampai kerika ia mau menamparku lagi ibu dari belakang menahan kakek.
“Sudah sudah, ada apa ini?” Ujar ibu
“Dia harus diberi pelajaran”
“Sudah nak ayo kita pulang” ibu mengajaku.
Dari luar aku melihat pak saiful keluar bengkel dengan membenarkan posisi celananya. Sial mereka sudah selesai bercinta. Diperjalanan pulang aku mencerca ibu dengan berbagai pertanyaan
“Kenapa ibu mau melakukannya?”
“Ibu terpaksa nak, kakek dan nenek punya hutang sama pak saiful dan ketika kakek menawarkan ibu rasa ini salah satu jawabannya”
“Aku cemburu bu”
“Aku juga ingin menikmati tubuh ibu”
“Ssst jangan kencang2 ngomongnya sayang nanti ada yg dengar”
“Aku gamau ngocok sambil melihat ibu, aku mau ngentot dengan ibu”
“Sayangg…”
“Iya bu…”
“Sebenarnya kakek sudah tau apa yg kamu lakukan”
“Trus?”
“Dia tidak mau ada orang yg menyentuh ibu selain dirinya?”
“Tapi pak saiful?”
“Pak saiful pengecualian sayang, untuk bayar utang”
“Kita bisa melakukannya diam2 bu”
“Hehehe kamu gigih banget sih sayang, nanti ibu kasih hadiah deh”
“Apa itu bu”
“Nanti dirumah, yuk kita pulang”


Bersambung….

;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 5
“Hadiah”

Sesampainya dirumah ibu mengajaku ke kamar, ia menutup pintu dengan perlahan, membalikan badan dan tersenyum manis.

“Duduk disana sayang” ibu menyuruhku duduk di tepi ranjang.

“Iya bu..”

“Tunggu ya, ibu mau ganti baju”

15 menit berselang ia datang dengan menggunakan dress yg sangat sexy, entah darimana ia punya baju itu, aku tidak pernah melihatnya. Dress yg terlihat seperti pecuma menutup kemolekan tubuh ibu, ia menghampiriku yg duduk di tepi ranjang, kemudian memegang pipiku sambil berdiri, dikecupnya keningku, deg! Jantungku berpacu kencang, ciumannya turun ke pipi, kanan….kiri…. Dan…. Bibir…

Ibu menyuruhku rebahan, dan ia ikut rebah diampingku. Dibalik celana kontolku sudah mengeras, tangan lembut ibu mengusap usapnya dari luar celana, dari pangkal sampai kepala kontolnya. Duh… aku sudah tidak kuat, kami berciuman mesra lama sekali.


Gambar hanya ilustrasi

“Bu aku boleh ngentotin ibu sekarang?

“Bukan itu sayang hadiah yg ibu maksud”

“Terus apa?”

“Ibu akan sepongin titit kamu kali ini, rasanya tak kalah enak kok sama memek ibu”

“Kenapa sih bu?”

“Maaf ya nak sepertinya titit kamu tidak bisa memuaskan ibu, hanya akan membuat nanggung. Ibu ga suka”

Aku kecewa mendengarnya sekaligus malu terhadap ibu.

“Gapapa kan sayang ibu isepin aja ya?”

Dikeluarkanlah batang kecilku itu sambil ibu kocok perlahan, sungguh pemandangan yg indah sambil dikocok aku bisa melihat pemandangan gunung kembar yg menggemaskan.

“Cklekk!!” Pintu dibuka dari luar

“Apa yg kalian lakukan?”

Kakek masuk dan melihat kami. Ibu beranjak dan menjelaskan semuanya

“Aku mau memberi sedikit hadiah pak untuk jaka”

“Jangan, bapak gamau berbagi tubuh kamu”

“Tapi pak, tidak sampai main, kalo bapak tidak mengizinkan aku akan bilang nenek jaka tentang hubungan kita”

“Baiklah, tapi bapak tidak percaya, bapak mau lihat apa yg kalian lakukan”

“Tunggu diluar aja pak, aku malu”

“Nggak, bapak mau disini”

Ibu menyerah, ia kembali ke ranjang dimana aku sudah memasukan kontolku lagi, karena kedatangan kakek kontolku sudah tidak tegang. Ibu mengeluarkannnya dan bersiap menghisap. Kakek tertawa melihat batang mungilku ini.

“Hahaha kontol segede itu mana bisa memuaskan ibumu jaka”

Aku tertunduk malu. Ibu mulai menjilati, oh sungguh nikmat sekali, hangat rasanya mulut ibu, tidak kesusahan ia melahap seliruh batang kontolku, dimainkannya lidah ibu di dlm, aku terperanjat menahan rasa nikmat yg teramat sangat.

“Ahhhh…”

Ibu berbisik “tahan sayang jangan cepat cepat keluar”

Baru ia berkata seperti itu kontolku spontan memuncratkan sperma di dalam mulutnya.

“Ahh ibu aku gakuat lagi..”

Lagi lagi cepat sekai aku orgasme, kakek tersenyum simpul melihat ku, ia mendekati kami.

“Kakek jadi kasian melihatmu nak, tapi jujur batang itu ga bisa memuaskan ibumu” kalo gitu kakek akan kasih kamu hadiah, kami bisa melihat kita bersenggama

“Jangan ah malu” ibu membalasnya

“Tidak apa2 biar dia belajar dari bapak”

“Kamu tunggu diluar aja ya jaka”

“Ngga bu aku disini aja aku mau lihat”

“Maafin ibu ya sayang, sungguh”

Kakek naik ke ranjang, ia langsung menindih ibu, melumat bibirnya, mencoum lehernya, meremas toketnya. Aku yg duduk disamping mereka hanya bisa melongo, ibu tidak berani menatapku, seolah merasa bersalah karena ia tidak bisa memenuhi keinginanku. Dengan cekatan kakek melorotkan cd ibu, terpampang jelas memeknya yg tembem dan mulus, kakek melihatku menelan ludah.

“Sini jaka…”

“Iya kek..”

“Kamu mau ga jilatin memek ibumu sampai becek, kakek lg sariawan”

“Jangaan..” ibu memohon

“Jangan mau nak”

“Yaudah kalo gamau kakek langsung tancapkan kontol ini” balas kakek sambil memegang kontolnya

Aku bingung, sekaligus kaget mendapat tawaran itu.

“Aku mau..”

“Jaka sayangg jangan nak…”

“Gpp bu jaka mau belajar memuaskan ibu, mungkin bukan dengan kontolku, tapi semoga ibu suka aku jilmekin”

Aku membuka kaki ibu, kudekatkan mulutku dan dengan cepat aku menempelkan lidah ku, menjilatinya naik turun, ibu menggelinjang keenakan.

“Jaka sayang ahhh…”

Tangannya menjambak rambutku kemudian ia menekan kepala ku lebih kencang ke arah memeknya, sedangkan kakek bersiap di atas mendekatkan batang besarya ke mulut ibu, ia langsung melahapnya, kontolku yg sudah menciut tadi kembali mengeras, kakek sudah mewanti wantiku agar tidak memasukannya ke memek ibu. Sial!

“Jaka sudah sayang ibu udah ga kuat, bapak ayo cepetan masukin”

“Baiklah nisa klo itu mau kamu”

Aku minggir, kakek bersiap menancapkan kontolnya, aku hanya bisa melihat adegan itu dari samping, ibu meminta ku memegang erat tangannya. Lalu kakek tanpa ampun memompa pinggangnya.

“Aahh ahh ahh..oh my god enak banget” ibu melenguh menikmati setiap hentakan dari pinggul kakek.


Gambar hanya ilustrasi

“Maafin ibu ya jaka, kakek kamu jauh lebih perkasa dan kontolnya bikin ibu ketagihan”

Tangan ibu yg ku genggam aku tarik mendekati kontolku, berharap ia bisa mengelusnya, lagi dan lagi aku hanya mendapatkan kocokan dari tangan ibu.

Awalnya tangan ibu mengusap lembut kontolku dibalik celana namun karena ia tak bisa menahan nikmatnya dientot kakek, kadang tangannya ia lingkarkan di pinggang kakek. Ibu seakan tidak menghiraukan adanya aku disampingnya. Tak berapa lama ditengah persetubuhan hp kakek berbunyi, nenek menelepon! Kakek menyuruhku mengangkatnya, dan bilang kalau ia masih di bengkel. Aku menjawab telepon dari nenek diluar kamar dan mengatakan sesuai yg kakek perintahkan. Begitu selesai menelepon, ketika hendak mengembalikan hp nya aku tersadar akan kebiasaan kakek yg suka merekam ibu, akhirnya kubuka galleri dan benar saja banyak video mesum mereka, aku tengok ke kamar mereka masih ngentot, masih ada waktu pikirku, aku kirim semua video itu ke hp miliku.


;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Part 6
“Penantian Berharga”

Setelah kejadian hari itu, aku masih ingat bagaimana lembutnya dinding kemaluan ibu yg begitu lembut menbasahi mulut dan pipiku, sensasi yg luar biasa ketika tubuh ibu reflek merejang kenikmatan setiap juluran lidahku mengenai klitorisnya. Ekspresi ibu keenakan yg takkan pernah kulupa. Tapi entah kenapa pula sejak hari itu aku tak pernah mendapatkan kesempatan lagi untuk melakukannya.

“Kamu tunggu diluar aja ya jaka, jagain kita, kasih kode kalo ada nenek hehe” perintah ibu, dengan muka berseri seri..
“Ceklek…” pintu ditutup..bahkan untuk mengintipun aku tidak mendapatkan lampu hijau.
Setiap hari aku coli pakai video yg kudapatkan dari hp kakek. Setiap hari, sehari bisa 5 kali. Ada satu video yg menjadi favoritku. Yaitu ketika ibu masuk ke kamar kakek dan disana ada nenek yg tertidur, mereka melakukannya disamping nenek yg sedang terlelap. Dibawah sinar lampu tidur yg remang, ibu berjalan jinjit mendekati ranjang, dengan hati2 menengok ke arah nenek memastikan sudah terlelap. Ibu duduk di samping ranjang, ia menyibakan selimut yg dipakai kakek, dan mengeluarkan batang kontol kakek yg gagah itu, dikocoknya perlahan, ibu meludahi batang kakek, kemudian dikocok lagi, sungguh binalnya ibuku, aku tak menyangka ia seliar ini. Menggunakan daster tipis dengan dada terbuka kakek dengan mudahnya mengeluarkan 2 buah payudara putih nan indah itu, diremasnya perlahan, tak lama kakek memberi isyarat untuk ibu mengulum batangnya. Ibu memulai dari buah zakar, ia menjilatinya dengan telaten sambil batangnya dikocok perlahan…kakek terlihat menahan lenguhannya, naik ke atas batangnya tak luput dari sapuan lidah ibu yg seperti ahli dalam mengulum kontol. Sekarang batang itu memenuhi mulut ibu, ia mengulumnya naik turun, tangan kakek berada di kepala ibu satu dan satu lagi ada di payudaranya..
Karena sudah tak kuat menahan kakek menarik ibu dengan hati hati ke atas ranjang, ia menindihnya, dengan tanpa basa basi memasukan batang besarnya ke liang kenikmatan yg setiap hari dia cicipi. Ibu menutup mulutnya khawatir mengeluarkan suara yg dapat membanvunkan nenek, mereka melakukan dengan posisi missionary, saling berpandang dan sesekali mendaratkan ciuman, sungguh gila aku merasakan keduanya seperti memiliki hubungan yg spesial, seperti ada perasaan saling mencintai…
Kakek dan nenek ada undangan dari keluarga besar di luar kota, tadinya kami diajak tetapi karena nenek ingin temoat jualan nasinya tetap buka dan nenek juga menitipkan bengkel kepadaku jadinya kami tidak jadi ikut, waaah kesempatan pikirkuu.. inilah saatnya aku berduaan dengan ibu..
“Bu, jaka kangen..” aku raih pinggang ibu dari belakang sambil mencium tengkuk lehernya, tapi ibu menepis tanganku dan sedikit menghindar
“Hehe sayang ahh jangan macem2 kakek udah pesen ibu harus setia…”
“Yaaah ibuu… diam diam ajaa”
“Ngga ah sayang lagian badan ibu lagi ga enak..” ia berlalu dari dapur
Gondok sekali hatiku hanya bisa memandang tubuh indahnya dari belakang tanpa bisa mencicipinya, dikamar aku berpikir keras bagaimana caranya agar bisa ngentot dengan ibu, terpikir untuk memperkosanya saja, tapi aku paling tidak bisa memaksa jika orang itu gamau. Dan muncullah ide untuk membeli obat tidur… aku pesan online dan mengirimnya ke bengkel…
Esoknya di pagi hari obat tidur sampai, kakek nenek pulang sore ini. Masih ada waktu pikirku…sebelum ke bengkel aku buatkan teh untuk ibu, dan tentu saja tidak lupa aku teteskan obat tidurnya. Ketika sedang fokus mengaduk teh, aku dikagetkan dengan tepukan di pundak.
“Hehhh lagi apa kamu tumben tumbenan bikin teh pagi hari”
“Eh ibu iya nih, aku lagi pengen teh… ee kalo ibu mau nanti minum aja ya”
“Wuiih siapp sayangku, yaudah sana katanya mau berangkat ke bengkel” balas ibu
“Iyaaa sabar dong aku mau minum teh dulu nih” aku tenggak segelas teh yang tentunya belum ditetesin obat.
“Aku berangkat ya bu”
“Iyaaa hati hati sayang” ibu menjawab dengan nada yang senang sekali, ia merasa senang dibuatkan teh, padahal ia tak tahu bahwa didalamnya sudah aku kasih obat tidur.
Sampai bengkel aku harap2 cemas, ibu minum ga ya tehnya pikirku, sudah setengah jam berlalu. Di keterangan obat berfungsi selama 4 jam tidur. Aku mengetes dengan menelepon ibu, kalo ia tidak menjawabnya 3x aku akan pulang ke rumah dan benar saja ibu tidak menjawab teleponku. Deg deg deg… hatiku bergetar sekaligus sangat tidak sabar sampai rumah, kupacu motorku dikecepatan yg tidak biasa, sesampainya dirumah aku masuk perlahan…
“Bu..ibuuuu….”
Aku memenggil memastikan ibu menjawab apa tidak…
Di ruang tv tidak ada, aku ke dapur tidak ada juga…ahh mungkin di kamar..
Dan sepertinya benar ketika aku naik ke lantai 2 pintu kamar ibu sedikit terbuka…
“Buu ibuuu…” tidak ada jawaban
Ah berarti obat sudah bekerja…aku melihat kamar benar saja ibu sedang tertidur, tapi ia tidak sendiri!!!!

Ada pak saiful yg juga tertidur!!!

Mereka tidur berhadapan dengan posisi baju ibu sudah terbuka! Sial! Pantesan ibu menyuruhku buru2 ke bengkel! Rupanya ia sudah punya janji dengan pak saiful! Sepertinya mereka meminum teh yg kubuat, aku coba menggoyang tubuh mereka berdua tidak ada reaksi!

Karena sudah tidak kuat aku langsung mendekati ibu, meraba lengannya, terus naik ke leher terus ke bibir… ah sungguh cantik, kulumat bibir hangatnya, masih terasa basah mungkin tidak lama sebelumnya mereka berciuman. Tanganku turun ke arah dada, meraba 2 buah gundukan empuk milik ibu, kucium dan kuhisap perlahan pentil indah itu ahhh sungguh nikmat…ini yang aku tunggu… kemudian tiba saatnya ku pelorotkan celana ibu…ku telentangkan badannya,



kubuka celanaku yg didalamnya ada batang yg sudah tidak kuat untuk memberontak keluar…aku sudah lama menunggu momen ini, memang ukurannya tidak sebesar milik kakek tapi selama beberapa hari aku sudah melatihnya agar tidak cepat keluar….kunaikan kedua kaki ibu…dengan menggenggam kedua lututnya, hati hati ku mengarahkan kontol ini ke memeknya…kuketan tekan…hangat sekali ketika ujung kepala kontolku masuk…”ahhhh….” Tapi sedikit susah jadi yg kulakukan seperti sedang menggesek gesekan ke dinding liang kenikmatan itu…karena belum basah kuludahi ujung batang kontolku…pinggang maju mundur perlahan sampai akhirnyaaaa… “blesssss…..ah ibu jaka masuk nih” akhirnya batangku masuk sepenuhnya…hangat dan nikmat sekali jepitannya….”ah..ah…ahh…” kupacu perlahan sambil bibirku melumat bibir cantiknya….turun ke leher…ahh nikmatnyaa….”clok clok clok….”
Jepitan memek ibu semakin membuat batangku tidak kuat, tapi aku tahan…ku keluarkan dan merubah posisi ibu menjadi miring menghadap oak saiful, kemudian kumasukan lagi batangku dengan posisi pantat ibu miring ahhh…dengan posisi ini kontolku lebih terjepit lagii….”clokk…clokkk..clokkk…” memek ibu basah banget aku sudah tidak kuat, hangat sekali kurasakannn…sampai akhirnya aku keluar di dalam…”ahhh..ahhh enak sekali memek ibu…” terkulai lemas di pinggir ranjang.
Aku melihat jam sebentar lagi kakek dan nenek pulang, aku bersiap…memakai baju…dan tak lupa mematikan hp yg dari awal sudah ku posisikan merekam di samping kasur….

Aku bersiap pergi ke bengkel lagi…
Sesampainya di bengkel nenek menelepon, ia menyuruhku pulang…dan ketika sampai aku kaget ketika melihat rumah nenek ramai orang orang…ternyata istri pak saiful datang menggerebek rumah nenek…ibu dan pak saiful ketauan …untung pak RT menenangkan warga yg emosi, kulihat wajah kakek memerah menahan emosi…

Beberapa bulan kemudian ibu hamil…
Karena malu akhirnya kami memutuskan untuk pindah rumah…semua orang mengira anak yg dikandung ibu adalah anak pak saiful…tapi ibupun tidak tau, bisa saja itu anak kakek…atau mungkin….anakku….??

0 comments:

Post a Comment