Tuesday, June 28, 2022

Mengendalikan Tubuh Akhwat by deusxxx @semprot (unfinished - closed)

 Scene 1: -


Scene 2: -


Scene 3 : Kegilaan di Kontrakan


Hari Minggu Siang ini, aku berpikir keras diteras rumah. memikirkan gimana caranya aku bisa mendapatkan penghasilan dan pendapatan. Karena sebelumnya, Rista biasa mencari uang dengan memberikan les privat tambahan. Tapi dengan aku berada di tubuh ini, tentunya hal itu sangat tidak mungkin.


*Arrrggghh sial...*


*krucuk krucuk kruck* suara perutku berbunyi nyaring


Mbak Dewi hari ini tidak masak dan memintaku mencari makan sendiri. Katanya dia dan suaminya sedang berhemat karena banyak pengeluaran tak terduga bulan ini. Apa dia lupa adiknya ini sudah tidak bisa cari uang sendiri, sampai disuruh cari makan sendiri.


Ku periksa rekening tabunganku yang semakin menipis. Uang yang kuminta 3 juta dari bapaknya Rista pun belum juga dikirim.  Sedangkan uang didompet akhwat ini pun sudah habis untuk keperluan makan. Jika mau ke ATM, di sekitar sini tidak ada ATM bank yang Rista punya, perlu motor untuk pergi ke ATM yang dimaksud, mau tak mau aku harus menunggu kedatangan Mas Anwar, membawakan motor untukku.


Kalau dulu mah, tinggal nyolong dan jual barang haram udah untung besar. Sekarang tentunya aku harus putar otak untuk mencari pendapatan untuk bisa hidup.


"Ngelamunin apa Ris?" Tanya Mas Eko tiba2 dari arah belakang


"Ehh.. Anu mas...", kataku belum sempat menyelesaikan perkataanku


"Mikirin anu mas? Hehehe", tanya Mas Eko sambil terkekeh


"Bukan gitu mas Eko.... iihhh.. Ini lho uang Rista habis.. Rista bingung harus gimana.. Kalau dulu kan Rista bisa cari uang sambil ngasih les privat ke anak2. Sekarang sudah ga bisa.. Rista sudah lupa semuanya"


"Ohhh.. Iya ya repot juga ya. Padahal dulu kamu pintar jadi bisa ngasih bimbingan privat. Repot kalau semua ilmu yang kamu miliki hilang gini"


"Nah itu dia mas.. Rista bingung.. Uang dari abi juga belum dikirim-kirim. Kayaknya abi juga lagi susah.."


"Oh kamu minta bapak? Saran mas jangan dik, kasihan bapak kalau kamu minta uang ke beliau. Beliau sudah tua dan sudah tidak punya pendapatan selain uang pensiunan yang tidak seberapa"


"Itu dia mas.. Rista sebenarnya juga ga tega.. Tapi gimana yaa.."


"Hayo kok berduaan aja nih aku ga diajak", tiba2 Mbak Dewi muncul dari balik pintu


"Mas kamu jangan berduaan dengan yang bukan mahrom lho. Inget..", kata Dewi sambil memandang ketus ke arah suaminya


"Ngga kok Mi.. Ini lho adikmu lagi kesusahan uangnya habis katanya. Dulu dia biasa cari uang dengan ngasih les privat. Sekarang kan sudah ga bisa..", jawab Mas Eko


"Hmmm mau nggak mau kamu harus cari kerja sampingan juga Ris. Mangkanya segera nikah biar ada yang nafkahin. Hehehe", canda Mbak Dewi


"Temen Mas banyak yang jomblo mungkin kamu ada yang cocok Ris.. Hehe", tawar Mas Eko


"Ehhh... Hmmmm.. Entahlah mas. Rista masih bingung"


"Yasudah kamu pertimbangkan dulu Ris. Sebentar mas ada perlu sama mbakmu"


Aku memandangi suami istri yang menjadi kakak kandung dan kakak iparku itu


"Ihh.. Bi.. Ntar malam aja kenapa. Malu lah ada Rista", kudengar samar2 Dewi berbicara lirih


"Gapapa toh dia gak liat. Ayo Mi.. Abi udah ga tahan pengen main sama ummi"


"Ihh Abi.. Yaudah jangan lama2, umi mau masak bi", kata Dewi sambil menarik suaminya ke kamar


Lalu tak berapa lama kedua pasutri itu sudah berada dikamarnya. Andai mereka sadar tembok rumah ini begitu tipis sehingga desahan dan lenguhan mereka samar terdengar olehku.


"Ayo bii.. Ngga pas itu punya abi", kata Dewi dengan manja terdengar jelas dari balik tembok


Membayangkan tubuh sexy Dewi sedang dikontoli suaminya tentunya membuat hasratku tak terbendung juga. Bagaimana permainan seks seorang akhwat bercadar, apakah liar atau apakah membosankan, sungguh aku benar2 penasaran. Akupun berinisiatif untuk mengintip apa yang sedang terjadi didalam kamar mereka. Untungnya mereka tidak menutup pintu kamar dengan benar. Jadi ada celah bagiku untuk mengintip persetubuhan mereka. Kulihat kedua pasutri itu sudah telanjang bulat. Hanya saja Dewi masih nampak mengenakan kerudung serta cadarnya. Tubuhnya sudah dibiarkan telanjang Sedangkan kedua kakinya sudah mengangkang menerima batang penis suaminya yang sudah keluar masuk didalam memeknya yang berbulu lebat itu.


"Ooouhhh.. Bi... Ssshhh"


"Miii.. punya umi sempit benerrr... Ahhh", desah Mas Eko sambil terus menyodoki vagina istrinya


"Aaahhh.. Iya bi...kan jarang kamu sentuhhh", lenguh Dewi menerima sodokan penis suaminya


"Iya ya bi.. Afwan deh.. Mi kulum penis abi dong sekali kali..", pinta Mas Eko tiba tiba


"Haram bii.. Gak bolehhh... Kan bagian itu kotor bi tempat kencing", tolak Mbak Dewi


"Aahhh Umi selalu gitu. Sudah Abi bersihkan pakai sabun mi...  Padahal harusnya penis abi bisa lebih panjang Tapi umi kurang merangsang penis abi.."


"Yang halal2 aja ya bi.. Tubuhku slalu siap cuma buat kamu kok abi, masukin aja ya...", bujuk Dewi sambil mendekap erat tubuh suaminya yang sedikit tambun itu


"Yasudah lah kalau umi ga mau..", jawab Mas Eko kesal lalu mengakhiri persetubuhan mereka dan segera kembali berpakaian lagi


Dicabutnya batang penisnya dari vagina istrinya penuh kekecewaan. Lalu Mas Eko memungut kembali pakaiannya yang berserakan dan dipakainya kembali. Tampak sekali kekecewaan di wajah Mas Eko karena istrinya tidak menuruti permintaannya. Demikian pula Mbak Dewi, wajahnya sampai bingung tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat perubahan sikap Mas Eko yang tadinya sudah birahi tinggi, kemudian berubah menjadi tidak berminat lagi. Hanya karena Ia tidak mau mengulum penis suaminya.


Padahal aku tahu niat Mbak Dewi baik, ia berusaha taat dengan ajaran agama. Kulihat tangannya menggenggam erat mencengkeram sprei kasur. Sepertinya Ia ingin menangis. Namun pada akhirnya mbak Dewi hanya bisa diam saat itu sampai Mas Eko akhirnya benar2 pergi dengan motornya entah kemana..


*Duh ada2 aja urusan rumah tangga, masalah sepele jadi besar gitu* gumamku dalam hati sambil menanggalkan seluruh pakaianku lalu berbaring di ranjang dan tertidur. Hobby baruku saat ini tiduran sambil telanjang. hehehe


***


Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Akupun terbangun dari tidurku yang  cuma sebentar ini. Suasana sudah gelap dan begitu sunyi malam ini. Entah kemana Mbak Dewi dan Mas Eko pergi.


"Mbak Dewi... Mas Ekoo..", kataku memanggil nama mereka memastikan apakah mereka ada dirumah apa tidak. Aku beranikan diri melangkah keluar kamar dalam keadaan telanjang. Dengan mengendap endap, kususuri sudut rumah dan tak kutemukan kedua orang itu. Timbul niat nakal dari pikiran kotorku.


Aku berjalan menuju ruang tamudan kududukkan tubuhku pada sofa. Ku lucuti pakaianku satu persatu hingga telanjang bulat dan hanya menyisakan kerudung terusan panjang sebagai identitasku sebagai seorang akhwat.


Kunyalakan laptopku  yang kebetulan ada diruang tamu setelah tadi dipinjam Mbak Dewi dan kuputar beberapa video porno dari website porno favoritku. Tentu saja genre yang kuputar adalah genre gangbang, genre yang benar2 menjadi favorit fantasyku. Nikmat sekali melihat seorang gadis kepayahan melayani pria2 yang menggilir tubuhnya. Kemudian sambil memandangi tayangan yang sudah mulai memanas, kembali aku mainkan area kelamin milik gadis baik-baik ini. Sambil tak lupa memilin puting susunya yang imut mengacung sempurna berwarna pink itu agar semakin membuatku terangsang dan bergairah


"sshhhh aaahh.. enak sekali memek kalau dikocok2 gini" lenguhku menikmati puting susu Rista yang mulai menegang akibat kurangsang terus


Lalu aku turunkan tubuhku duduk dilantai dan bersandar pada sofa, kubuka kedua kakinya lebar2 dan langsung kumainkan memek suci Rista dengan kedua tangannya yang halus mulus ini.


"Ssshhh... Aaahhhh... Kubayangkan akhwat bernama Rista ini akan menunjukkan tubuhnya kebeberapa ikhwan. Bagaimana rasanya yaa.. Ssshhh.. Ristaa.. Enak bener bayangin kamu striptease dihadapan ikhwan2 yang pingin kenalan sama kamu itu.. Kamu sombong sekali Rista tidak pernah merespon mereka yang ngechat kamu mengajakmu taaruf.. Aaahhh", desahku merancau sambil terus mengangkang memainkan memekku dan menikmati tayangan video cewek jepang yang sedang digangbang beberapa pria, tampaknya wanita itu sangat menikmati kontol2 pria pria itu bergiliran keluar masuk ke dalam lubang memek, anus dan mulutnya. Mereka mengerjai tubuh wanita itu sepuasnya sambil tertawa tawa karena sudah menguasai betul tubuh gadis itu.


"Ssshhh.... Ouuuhh", kurasakan vaginaku sedikit terbuka akibat kurangsang. Ditambahn lagi cairannya semakin banyak melumasi kulit vagina akhwat ini


Kurangsang kedua pentil susu tubuh indah ini. Pentil susu berwarna pink yang akan membuat siapa saja pria yang melihatnya ingin menetek ke payudara mulus berkulit putih ini. Kuremas remas dan kugoyang tubuh sexy ini dengan penuh gairah. Kubuat tubuh akhwat alim ini bak lonte yang sedang bergoyang duduk bersandar dengan kondisi mengangkang, tanganku terus mengocok lubang senggamanya hingga lendirnya menetes melalui kedua pahaku


"Aaaaahhh.. enak banget... Sini akhi, Rista yang sombong ini akan puasin nafsu syahwatmu..." desahku sambil terus memilin puting susu dan mengocok memeknya secara bersamaan.


Memek Rista memang mudah sekali basah. Hanya beberapa detik saja, tempiknya sudah terasa hangat dan lembab, benar saja, beberapa saat kemudian dari dalam lubang memek suci itu keluarlah lendir pelumas yang licin itu. mengalir nikmat perlahan membasahi kulit vagina harum ini


*cret cret cretttt* beberapa semburan cairan kecil  keluar dari dalam lubang memek ini


"Ssshhhh aaaahhh.." aku mendesah bersamaan dengan tubuhku yang bergetar getar hebat memuncratkan cairan bening dari memeknya sebanyak 3x. Namun akuasih belum puas


Aku ulangi lagi gerakan mengocok dengan cepat lubang memek akhwat cantik ini penuh nafsu tanpa mempedulikan kondisinya yang telah sangat becek dan kulit vaginanya mulai perih. Kali ini memekku terasa lebih sensitif dari sebelumnya. Jika disentuh akan terasa semakin gatal, sehingga mau tak mau tanganku harus lebih cepat mengocok bagian dalam memek akhwat ini agar bisa melegakan rasa gatalnya. Tubuhku kembali terasa bergetar hebat, kakiku sampai kelojotan dan kembali aku orgasme untuk kedua kalinya.


*srett srett srett* lendir vaginaku keluar, aku sampai tak mengeluarkan desahan panjang diorgasme ku kali ini saking nikmatnya semburan deras dari vaginaku


Kupandangi layar laptopku yang masih menampilkan adegan erotis dari Jepang itu. Kulihat lubang anus dan memek si cewek jepang itu sudah belepotan peju para pria yang menggilirnya dan wajah wanita itu terlihat sangat sange dan begitu menikmati momen gangbang itu. Dia hanya pasrah telanjang diantara para pria membiarkan pria2 yang mengerubunginya menancapkan batang kontolnya ke lubang2 yang ada pada tubuhnya


*Nikmat sekali ngebayangin Rista digangbang, akhwat alim dikontolin dan dipejuin rame rame aaahhh.. Apalagi sama anak berandalan.. Belum lagi si lonte bercadar Dewi itu.. Perlu di ajari jadi binal biar makin cocok jadi lonte. nikmat sekali tubuh di balik gamis cadarnya... Aaaahhh... sebuah pemandangan luar biasa kalau Rista dan Dewi harus melayani pria2 sange yang ingin menikmati aurat mereka..* pikiranku semakin kotor dalam hati sehingga membuatku semakin bergairah liar dan semakin bersemangat merangsang merusak harga diri akhwat cantik ini


*crettt crettt crettt* lagi2 memekku memuncratkan cairan bening seperti air mancur dengan kencang. Pantatku sampai terangkat 3x akibat kuatnya dorongan semprotan cairan bening seperti urine itu, aku merasa begitu puas dan lega sekali saat cairan dalam memekku menyembur dan keluar cairan terus-terusan, kurasakan memek Rista saat ini terasa berkedut kedut dan kulit labianya terasa menebal.. Disentuh sedikit saja tubuh ini langsung bergetar hebat dan geli luar biasa. Aroma tubuhnya begitu wangi meskipun berkeringat deras. Tubuhnya terlihat sangat sexy dengan bias kilau dari keringat yang membasahi tubuh putih mulusnya


Setelah mengumpulkan tenaga, Akupun bergegas berganti posisi dan kutunggingkan tubuh telanjang akhwat ini sambil kembali kurangsang sekali lagi memeknya yang sudah mulai terasa sedikit perih. Memekku sudah benar2 licin dan basah maksimal, walau sedikit terasa sakit dan panas, namun aku tak peduli, malam ini aku berniat ingin menyiksa memek si Rista sombong yang tubuhnya sudah aku kuasai ini. Kugoyangkan pantat indah putih mulusnya pelan pelan begitu menggoda lalu kutampar-tampar pantat mulus ini dalam posisi terus menungging lebar memamerkan lubang memeknya


*cepless plak plak ceplesss ssshhhh.. Aaahhh* suara tamparan pada pantat mulus akhwat cantik ini disertai desahannya yang kubuat begitu menggairahkan membayangkan dirinya sedang diperkosa kasar


Kubuka dinding memeknya kiri dan kanan hingga terbuka lebar, lalu mulai kukocok lagi belahan memek muslimah cantik itu sekencang dan sekuatnya sambil kulebarkan selangkangannya dalam posisi menungging. Sengaja tidak kutusuk memakai jari agar keperawanan akhwat ini masih terjaga. Kukocok dengan cepat bagian biji itilnya yang menonjol keluar dan langsung membuat tubuhku menggelinjang kuat


"Aaaahhh... Aaahhh.. gilaaa... enak sumpah... aaaaahhh...", mulutku sampai tak berhenti mendesah saking nikmatnya merangsang tubuh gadis berjilbab syati ini. Tubuhnya bergetar hebat dalam posisi tetap menungging saat kuraba, kuremaa dan kukocok lubang kelaminnya


Kurasakan tubuh mungil akhwat ini terasa ingin pipis tiba2 saat tanganku asyik mengocok vaginanya. Perasaan itu semakin lama semakin kuat. Kenikmatan yang tak pernah aku rasakan selama hidupku. Karena aku tidak oernah melihat gadis berjilbab syari secantik dan sealim ini begitu nakal. Gerakan tubuhku semakin tak beraturan. Sungguh tak kusangka tubuh wanita begitu luar biasa bergairah saat terangsang. Prosesnya muncul secara bergiliran dan tiap-tiao tahap mempunyai sensasi yang berbeda dan semakin kuat. Aku sama sekali tak mengurangi kecepatan rangsangan tanganku ke memeknya dan ingin menumpahkan isi semua cairan yang ada di memek suci ini sampai aku benar2 puas


"Aaaahhh Iyaaa pipisss.. aku keluar.... Aaaahhhhh..", kataku sambil mengganti posisi ku menjadi jongkok seperti mau pipis


*serrrrr serrrr serrrrr Cuuurrrr currrrr* cairan hangat seperti urine itu mengucur deras dari lubang pipisku sangat banyak selama beberapa detik, hingha menggenangi ruang tamun


Tubuhku menegang hebat, lalu bergetar sangat cepat. Tiba tiba aku merasakan tubuhku terasa sangat letih dan akupun ambruk tak kuat menahan posisi jongkok. Dari dalam memekku, masih terasa keluar cairan yang menetes netes hangat. Sambil pantatku terus bergoyang-goyang diatas lantai seperti meratakan cairan seperti urine itu ke jembutku hingga basah. Aku istirahatkan tubuhku sejenak menikmati pencapaianku barusan hingga membuat lantai ruang tamuku basah terkena cairan pipis, lendir memek, dan keringat tubuhku


"Aahhh nikmat sekali...Hahhhhh...", lenguhku puas sambil kuubah posisi tubuh telanjangku terlentang, sehingga punggung dan pantatku tiduran diatas lantai ruang tamu yang penuh dengan cairan yang keluar dari memekku


Saat sedang asyik memilin pelan kedua puting susu ini sambil mengangkang, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara ketukan pintu


*tok tok tok* suara ketukan pintu tiba2, aku lalu panik berdiri dan segera mematikan suara desahan dari laptopku yang terdengar sangat jelas sedari tadi. Dengan tergesa-gesa kuambil gamis, bra dan juga celana dalamku yang tadi bertebaran kemana mana


"Siapa?", teriakku dari dalam rumah


"Aku mbak, Anwar mau anterin motor"


*lho kok pagarnya ngga djkunci sih sama Mbak Dewi*, kataku dalam hati panik, samar2 kulihat Mas Anwar mengintip dari jendela melihat kondisiku


"Eehh.. I.. ya.. Se.. Sebentar.. Mas Anwar..", jawabku panik sambil merapikan ruangan sebisaku. Kulap dengan tisu lantai ruang tamu yang sangat basah akibat ceceran cairan squirtku tadi, dan buru buru ku minimize tampilan video porno pada laptopku


Segera kuraih bra dan celana dalamku dan buru2 kukenakan. Agak kesulitan mengaitkan bra dan menepatkan di 2 gunung kembar ini karena walau tidak terlalu besar tetapi cukup bulat. Lalu segera kukenakan gamisku hingga aurat akhwat ini kembali tertutup sempurna. Kucium tubuh ini, ternyata samar2 tercium aroma cairan memek, anyir, pesing, dan bercampur dengan aroma keringat Rista yang wanginya khas, tapi aku tak peduli karena memakan banyak waktu jika harus membilasnya dengan air di kamar mandi


Lalu aku buka pintu ruang tamu yang kukunci dan ternyata Mas Anwar sudah ada didepan pintu ruang tamu kontrakanku bersama dengan temannya. Ternyata sosok mas Anwar bertubuh atletis berkulit agak gelap dan tatapan matanya begitu tajam. Belum lagi wajah temannya pun tak kalah mengerikannya. Badannya lebih berotot dibandingkan Mas Anwar dengan tatoo pada lengannya.


Tatapan mata kedua pria itu yang yang terus menatap kearahku membuatku semakin risih saja. Entah mengapa aku risih dipandangi seperti itu. Mungkin naluri dari tubuh Rista ini yang membuatnya merasa risih jika dirinya dipandangi terus oleh pria. Padahal dulu semasa hidup, memandangi gadis cantik adalah hobbyku. Ada kenikmatan tersendiri memandangi gadis2 itu. Baik yang berpakaian terbuka, hingga yang model akhwat macam Rista ini, keduanya sama sama nikmat dipandang dengan pesonanya masing-masing.


Sejak kapan pria2 ini tiba dikontrakanku? Apakah mereka benar mengintip aktivitas ku dari tadi? Apakah mereka tau apa yang barusan aku lakukan? Mana mereka berdua lagi bagaimana kalau mereka memperkosa Rista dan aku masih terperangkap di dalam tubuhnya  Lalu tiba tiba terlintas begitu saja adegan video porno jepang yang baru saja aku tonton. membayangkan aku harus mengulum penis mereka


*huwekk.. najissss...*


"Halo Rista, lama tak jumpa.. gimana kabarmu Ris?", tanya Mas Anwar membuyarkan lamunanku


"Ehh.. iya mas.. Baik.."


"Hehe.. Oiya, Motornya diturunin sekarang ta?",


"Ehh.. Iya mas, diturunin sekarang gapapa"


Lalu Mas Anwar dan temannya segera berjalan kembali keluar dan menurunkan motor kiriman dari abi Rista dikampung. Kedua pria itu lalu berjalan ke arah gang depan karena memang mobil tidak bisa masuk ke dalam gang kampungku sehingga harus mereka parkir didekat jalan utana. Tak lama, Mas Anwar dan temannya sudah kembali sambil menuntun motor bebek berwarna hitam keluaran lama yang konon milik ibunya Rista dulu dan sudah tidak terpakai.


"Ni Ris motornya..", kata Mas Anwar


"Ya ampun maaf ya mas sampai merepotkan gini nuntun jauh..Iya terima kasih mas..", jawabku


"Sama2 Ris. Heheheh.. Duh haus sekali", kata Mas Anwar sambil memegang lehernya


"Oh, iya minum dulu lho didalam mas..", tawarku


Mereka lalu saling berpandangan dan akhirnya setuju untuk minum sebentar didalam. Sepintas ada senyum penuh maksud yang kulihat di wajah mereka


"Yasudah aku permisi masuk ya Ris, tapi ga bisa lama2 karena deadline pekerjaan kami mepet. Hari ini sudah harus selesai kirim barang2 dimobil ke alamat tujuan", kata Mas Anwar


Aku persilakan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu tempatku masturbasi tadi dan akupun langsung ijin menuju dapur untuk membuatkan mereka secangkir teh


"Kok sepi Ris rumahnya?", tanya Mas Anwar basa basi


"Iya mas ga tau pada kemana tadi mbakku..", jawabku sambil mengaduk teh


"Oohh.. Mbak Dewi disini juga? Ngga takut nih kamu sendirian?"


"Ngga mas, sudah biasa kok, paling Mbak Dewi keluar sebentar", jawabku


"Lama kamu ga pulang kampung, ga kangen sama abimu Ris?"


"Iya mas, masih belum bisa pulkam nih.. Ya sementara telpon2an aja sama abi"


Lalu setelah secangkir teh siap, aku hidangkan ke meja ruang tamu dan dengan segera mereka minum teh tersebut bersamaan. Aku sampai terkejut karena belum apa-apa teh yang kuhidangkan sudah habis sekejap saja.


"Nambah mas tehnya?", tanyaku


"Ngga usah Ris, maaf diluar tadi gerah banget. Panas... Kayaknya kalau teh kurang mantab, kalau susu bolehlah.. Hehehe...", jawab Mas Anwar cengengesan


"Susu? iya akhir2 panas memang mas, sebentar saya carikan susu dulu", jawabku


"Susu mbaknya boleh kok. Heheheh", celetuk temannya yang berbadan kekar bertatoo itu


"Hah susu saya?", tanyaku polos


"Hehe bercanda dia Ris.. Oiya tadi abimu nitip pesan ke aku, motornya sering-sering dipanasi karena motor lama", kata Mas Anwar sambil pandangannya menatap tajam ke arah dadaku yang terlihat menonjol karena kerudungku kusingkap kebelakang


"Oh gitu ya mas.. Yasudah nanti Rista telepon abi ngabarin kalau motornya sudah diantar sama Mas Anwar.. Makasih banyak ya mas. Maaf merepotkan lho", kataku


"Iya gapapa Ris, saya senang bisa bantu. Kalau gini kan ga bisa ketemu kamu. Hehehe"


"Hehe iya mas.. makasih ya.."


"Oh iya tadi kamu lagi ngapain nih tadi didalam? heheheh.. ", tanya Mas Anwar sambil terkekeh


*glek* aku menelan ludah


"Hmmm.. Lagi bersih bersih rumah aja mas", jawabku


"Oh bersih bersih.. Pantesan kok licin gini lantainya. Heheheh", kata Mas Anwar sambil menggerakkan telapak kakinya diatas keramik lantai.


"I.. Iya Mas.. Tadi Rista pel mangkanya licin",


"Pel pakai cairan memek ya mbak? Kayaknya tadi mbak juga lagi liat film seru ya dilaptop", kali ini Teman Mas Anwar ikut basa basi sambil menunjuk layar laptop yang entah sejak kapan kembali menayangkan adegan panas cewek jepang yang sedang posisi duduk diatas penis pria dan disekelilingnya mengacung banyak penis. Si wanita lalu terlihat sibuk mengulum satu2 penis2 yang mengelilingnya itu


*Sialan perasaan tadi itu laptop udah gw matikan kok nyala lagi ya..* umpatku dalam hati


"Eeehhh film??? Ooohh iya.. maaf ini tadi saya sedang liat film drama jepang..", kataku sambil buru2 mematikan laptopku menutup gambar erotis itu


"Lho kok dimatikan Ris, gapapa dilanjut aja nontonnya. Aku juga penasaran sama film drama jepangnya. Kayaknya seru Heheheh..", kata Mas Anwar sambil menunjukkan rekaman masturbasiku tadi yang ternyata dia rekam dari celah gorden jendelaku.


"Eehh..", hanya itu yang terucap dari mulutku


"Tidak kusangkan anak pengurus masjid di kampung nakal sekali", kata mas Anwar


"Colmek dirumah sendirian, sampe muncrat2", imbuh temannya


"Errr.. Sudah ya jangan dibahas.. mas jangan bilang siapa2 yaa..."


"Iya aku tidak akan bilang siapa2 kok asal ada syaratnya. Hehe", kata mas Anwar sambil tersenyum licik


"Sya.. syarat apa mas?"


"Hehehe.. To the point aja ya, Kamu lepas seluruh pakaianmu dihadapan kita, dari dulu aku penasaran bentuk dibalik gamismu itu Ris. Perlihatkan auratmu yang slalu kamu tutup sehari-hari. Itung2 balas jasa juga uda mas anterin motormu"


"Ta.. tapi.. aku malu mas.."


"Malu? Kamu colmek macam lonte gitu masih bisa malu?? Gapapa kalau kamu gak mau. Tapi aku akan kirim rekaman ku tadi ke pemuda2 sama bapak2 kampung kita. Mereka pasti akan sangat tekejut melihat tingkahmu. Apa kata mereka, anak Bp. Joko pengurus masjid, yang slalu mengenakan gamis syari, anggota aktivis dakwah, aktif di kegiatan dakwah kampus pula, ternyata  suka masturbasi sampai becek di kontrakannya", goda Mas Anwar


*glekkk..*


"Bayangkan betapa hancur perasaan Abimu disana melihat kelakuan anaknya yang keliatanmya ukhti ternyata naukhti.."


"Ja.. jangan mas.. Jangan disebar ya.. Kasihan abi mas.. Please hapus video itu"


"Kalau gitu, kasih lihat auratmu ke kita. Aku cuma mau lihat lebih jelas aurat tubuh akhwat anak kesayangan dan kebanggaannya Pak Joko"


"ayo ukhti, aku gak sabar nih liat memek ukhti yang tadi muncrat2 itu. Heheheh..", imbuh teman mas Anwar sambil menyeringai mesum


"jangan disebar ya mas..", pintaku sekali lagi dan Mas Anwar menyanggupinya


Kutarik nafasku dalam-dalam, mempersiapkan show pertamaku memamerkan tubuh akhwat ini dihadapan lelaki. Mas Anwar, Tetangga dekat rumah dikampung halaman Rista


Mas Anwar mengarahkan kamera handphonenya ke arahku. Aku tidak bisa protes melihatnya merekamku karena dia punya kartu asku. Kusingkap kerudung penjangku kebelakang, Kuturunkan seluruh resleting gamisku yang berada dibagian dada. Lalu kuangkat gamis terusan itu keatas, sehingga gamis yang kukenakan tadi sudah terlepas dari tubuhku. Terlihat dengan jelas  tubuhku yang berkulit putih mulus dihadapan kedua pria itu. Dadaku masih terbungkus sebuah bra warna putih, senada dengan warna celana dalamku.


"Sexy mulus bener kulitmu Ris, coba angkat kedua tangamu keatas, aku mau liat ketiakmu", Kata Anwar sambil membetulkan posisi penisnya dibalik celana panjangnya


Kuangkat kedua tanganku, memamerkan ketiak akhwat jni yang putih bersih tanal bulu


"Wow.. sexy sekali.. Duh terpaksa ngocok aku kalau gini", kata teman Anwar sambil mengeluarkan penisnya daei celana dan ia mulai mengocok penisnya memandangi tubuh Rista.


Lalu setelah mereka puas memandang ketiakku yang bersih mulus tanpa bulu, kuputar tubuhku membelakangi mereka, sambil melepas pengait braku perlahan dan membiarkan penutup payudara itu terlepas talinya turun melalu kedua lenganku. Kemudian aku putar tubuhku kembali dengan posisi payudaraku sudah terbuka dengan bebas tanpa penutup sama sekali


"Fakk.. Bener dugaanku, dibalik gamismu rupanya tubuhmu sangat indah Rista. Payudaramu bulat, putingnya mancung menggoda berwarn pink", puji Anwar sambil terus merekam tubuhku


"Cukkk.. Ga rugi aku War melok koen isok ndelok susu (ikut kamu bisa lihat susu)", kata teman Anwar sambil mempercepat kocokannya begitu terangsang melihat kesexyan akhwat bernam Rista ini


Lalu tanganku sudah bersiap melepas celana dalamku dan kutarik perlahan kebawah hingga sedikit memperlihatkan bulu2 halus yang mulai mengintio. Sengaja kuberlama2 menggoda kedua pria ini sebelum akhirnya kutunjukkan alat kelamin Rista ini. Lalu kuturunkan lagi sedikit celana dalamku semakin kebawah sehingga semakin menampakkan bulu jembut yang dipotong rapi membentul segitiga oleh gadis ini


*brum brum brum* tiba2 terdengar suara knalpot motor semakin mendekat ke arah rumahku


Aku dan Kedua pria itu langsung panik setelah menyadari suara motor tersebut adalah milik Mas Eko dan Mbak Dewi. Terdengar pintu gerbang yang mulI dibuka. Aku bergegas mengenakan kembali seluruh pakaian yang sudah kutanggalkan tadi dengan cepat. Kutarik lagi celana dalamku keatas dan buru2 aku kenakan gamisku. Teman Mas Anwar pun segera memasukkan kembali batang penisnya ke dalam celananya. Aku rapikan kerudungku dan kupastikan pakaianku sudah rapi sebelum Mbak Dewi dan Mas Eko masuk kedalam rumah. Aku langsung berlari ke sofa dan pura2 mengobrol dengan Mas Anwar dan temannya


*ceklek* suara pintu dibuka


"Aslmkm.. Lho... ada Mas Anwar juga tho.. Dari tadi mas? Rista, mbak ingetin yaa.. Kalau ada tamu apalagi cowok lain kali jangan ditutup gini ya.. Menghindari fitnah", kata Mbak Dewi menceramahiku


"Iya maaf mbak, tadi banyak nyamuk mangkanya Rista tutup", jawabku


"Halo Mbak Dewi, iya nih dapat tugas negara dari abimu anter motor buat Rista. Dari mana mbak?", kata Mas Anwar


"Owalah, ini ana dari pasar belanja buat besiok. Mas Anwar, permisi ana mau taruh belanjaan dulu ya", kata Mbak Dewi sambil berjalan menuju Dapur


"Lho Ris sudah bangun kamu? Oh ada Mas Anwar thoh.. Kirain ada tamu siapa kok ada sepatu pria", kata Mas Eko menyusul masuk rumah setelah memarkirkan motornya diteras rumah


"Oh.. Mas Eko.. Iya ini anter motornya Rista. Sehat mas?", Jawab Mas Anwar


"Alhmdlh sehat mas.. Oh iya sebelumnya bapak sudah cerita kalau Mas Anwar mau antar motor buat Rista. Ga tau kalau ternyata hari ini thoh.. heheheh..", jawab Mas Eko terkekeh


"Iya Mas, kebetulan saya juga ada jadwal ke sini jadi sekalian. Yasudah kami pamit dulu mas", kata Mas Anwar buru-buru beranjak dari sofa


"Lho Kok buru2 mas? Minum dulu kek", kata Mas Eko mencoba menahan kepergian mas Anwar


"Sudah mas tadi dibuatin Mbak Rista, ini saya mau lanjut kerja lagi. Ada beberapa kiriman yang belum terkirim dan harus segera saya kirim Saya permisi pamit ya Mas, Dewi aku duluan yaaaa", kata Mas Anwar sedikit berteriak


"Iya Mas Anwar, afwan ana lagi beresin barang2 belanjaan barusaaannn.....", teriak Mbak Dewi dari dapur.


"Mas, saya permisi balik dulu" , kata Mas Anwar


"Owalah.. yasudah kapan2 mampir lagi mas.. Ati2 jangan ngantuk Mas Anwar", kata Mas Eko


"Iya mas siappp", jawab Mas Anwar


Lalu setelah mereka berdua pergi Mas Eko langsung masuk ke dalam kamar dan Mbak Dewi dari dapur juga langsung jalan ke kamar. Kesempatan ini aku gunakan untuk benar2 membereskan ruang tamu dan memastikan tidak ada aroma pesing dan anyir yang tertinggal. Kuhapus pula history internet ku dilaptop dan segera kubereskan laptopku dari ruang tamu


Aku segera membereskan ruang tamu dan mengepelnya sampai bersih, tak lupa kusemprot2 dengan pangharum ruangan agar aroma tempikku yang khas ini tidak tercium lagi di ruang tamu


*syukurlah ngga parah.. Fiuuuhhh.. Deg2an sekali..* kataku dalam hati sambil bernafas lega



**bersambung**


===========


Scene 4 : Kajian


Sayup sayup kudengar suara ayam berkokok hingga membangunkanku dari tidur. Suasana masih sedikit gelap karena matahari belum terbit sempurna. Dengan sedikit malas, Aku segera mengecek kondisi sepeda motor bebek yang abi kirim kemarin. Starternya ternyata tidak bisa memakai double starter, harus manual pakai kaki. Aku coba berkali kali, namun gagal. Cukup melelahkan memang memakai tubuh selemah Rista ini, namun aku harus terbiasa dan adaptasi dengan tubuh ini


"Dik Rista mau kemana pagi2 gini udah starter motor?", suara pria dari belakang tiba2 mengejutkanku


Ternyata Mas Eko sudah ada dibelakangku entah sejak kapan. Wajahnya tersenyum penuh maksud kearahku. Aku tidak tahu mengapa senyumnya begitu terlihat licik menatap kearahku, lalu aku menyadari penampilanku yang tidak seperti biasa yang dia lihat. Aku keluar rumah tanpa mengenakan kerudung. Rambutku kuikat keatas seadanya. Sedangkan tubuhku kututup hanya dengan sebuah tanktop mini berwarna putih yang menampakkan sebagian besar kulit putih cerahku ini, terlebih lagi bagian payudaraku yang kubiarkan menggantung tanpa penutup sehingga tonjolannya tercetak jelas pada tanktopku. Puting susuku samar2 tercetak samar dari balik tanktopku yang tipis yang kupakai, belum lagi kedua pasang paha kubiarkan terekspose dengan hotpant super mini berwarna hitam sehingga memamerkan kaki Rista tanpa cacat.


Aku lupa pria ini adalah Mas Eko, pria beristri wanita bercadar yang pasti tidak pernah melihat sosok akhwat syari tiba2 berpakaian seperti ini. Sehingga memandangku dalam keadaan sexy, harusnya menjadi momen yang jarang terjadi baginya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, aku mencoba tetap tenang dan membiarkan tubuhku dilirik diam2 olehnya, itung2 mamerin body adik iparnya juga.


"Ini lho mas, aku mau nyoba hidupin motor ini tapi ga bisa. Susah banget", kataku sambil mencoba kembali menstater motor bebek tua ini sehingga kedua payudaraku berguncang dibalik tanktop tipis yang kukenakan. Jakun Mas Eko sampai naik turun melihat kearah tonjolan gunung kembarku yang sedikit mencetak puting susuku yang mulai mengeras. Wajahku mulai meneteskan keringat dari rambutku, namun motor tetap bergeming tidak mau nyala


"Mas Eko bantu, kalau bisa nanti mas dapat hadiah ya. Hehehe..", godanya


"Hmmm iya deh, coba mas Eko bisa nyalain motor ini ngga", tantangku


Lalu dia berjalan kearahku dengan tenang. Sepertinya dia berusaha bersikap normal dan tidak merasa ada yang aneh dengan penampilanku. Kulihat dia memutar sebuah kenop dibalik body motor, dan menarik sebuah tuas yang terletak di bawah tombol klakson.


*sialan lupa gw kalau harusnya itu ditarik dulu saking udah lamanya gw ga pake motor bebek* sesalku


Sekali hentakan kaki, Mas Eko berhasil menyalakan motor bebek berwarna hitam ini. Mesin langsung menyala dengan suara yang berisik dan sedikit kasar. Sepertinya memang minim perawatan dan jarang diservis


"Hehe asyik Mas Eko dapat hadiah. Hehehe...", godanya


"Alhmdlh bisa nyala..Hmmmm..Mau hadiah apa mas? Jangan yang mahal2 bokek mas..", kataku


"Hmm apa yaa.. Hehehe...", godanya


"Yaudah gak usah. Gak jadi. Hehehe", godaku membalasnya


"Enak aja... Eh tp jangan bilang Mbakmu lho permintaan mas. Mas penasaran dek. punyamu pink apa cokelat sih.. Kulitmu bagus banget soalnya putih mulus. Baru sadar Mas.. Gak pernah liat soalnya. Hehehe.. Jadi penasaran sama warnanya pucuknya", katanya mulai to the point. Sepertinya dia benar2 tergoda


"Punyaku pink apa cokelat? Maksud mas?", aku pura oon semakin mempermainkan dia


"Pentil kamu dek Rista. Mas penasaran... Tuh udah nonjol kayaknya pingin Mas Eko liat. Hehehe..."


"Yeeee.. Mas nanti dijewer Mbak Dewi lho..", jawabku


"Mangkanya kamu ga usah cerita2. Rahasia kita aja. Lagian ini Mbakmu lagi tidur pulas dik. Hehehe.. Ayo dek, putingmu warnanya apa... Hehehe", katanya semakin vulgar ketawa-ketiwi malu malu mau


"Pink mas...", jawabku  sambil tertunduk membuat pria yang kayaknya alim ini ternyata tergoda juga


"Masak? Mas ga percaya", katanya


"Gimana caranya biar mas percaya?", pertanyaanku semakin menggodanya


"Mas mau liat putingmu. Heheheh..", jawabnya sambil terkekeh


"Haaaah? Ngga mau ah mas, nanti kalau Mbak Dewi tau gimana..."


"Aman sebentar aja. 3 detik aja dik"


Aku menengok ke dalam kamar sebentar memastikan si Dewi sedang tertidur dikamarnya. Setelah aku rasa aman dan aku semakin sange karena sebentar lagi aku perlihatkan salah satu aurat berharga akhwat bernama Rista ini dihadapan kakak iparnya.


"Yasudah.. silakan dicek sendiri mas", kataku sambil dengan nakal mengangkat tanktopku keatas memamerkan payudara Rista


Hawa dingin udara pagi langsung terasa menusuk kulit tubuhku saat kuperlihatkan perut dan payudaraku dihadapan lelaki yang saat ini menjadi kakak iparku ini. Rasa dingin yang begitu kuat membuat puting susu ini semakin tegang dan mengeras saja. Mas Eko memandang kearah puting susuku tanpa berkedip sambil nafasnya semakin berat. Aku yakin ingin sekali dia sentuh bahkan dia kulum puting susu menggemaskan ini. Lalu setelah aku rasa waktu sudah melewati 3 detik segera kututup lagi


"Yah... Kok sudah ditutup kan Mas belum puas..", katanya kecewa


"Sudah lewat 3 detik mas", jawabku


"Kalau mas boleh jujur, kamu cantik banget dek, kulitmu putih bersih lebih mulus dari mbakmu, kamu juga lebih berani makai baju sexy gini diluar..", gombalnya


"Ga boleh gitu mas... Mbak Dewi lebih sexy daripada aku kok, cuma ngga diperlihatkan buat orang2, spesial buat mas aja", kataku mencoba menasehati Mas Eko


"Iya sih, tapi mas jenuh dek.. Kalau melayani mas mbakmu kaku banget..", katanya mulai curhat


"Ya tinggal mas aja yang komunikasi ke Mbak Dewi gimana baiknya.."


"Ternyata dek Rista lebih berani, pakai pakaian terbuka diluar rumah.. mas suka.. Hehehe.. "


"Ya kalau Rista juga kalau keluar rumah harus pakai gamis dong mas.. Ini kan masih ketutup pagar jadi ngga keliatan orang.. Lagian Kebetulan Rista lupa ini langsung nyelonong keluar aja tapi ganti gamis dulu.. Dan ga sengaja ketauan Mas Eko. Kalau ketauan Mbak Dewi diomelin aku mas"


"Iyaa.. jangan sampai mbakmu tau. Mas jaga rahasia kok. Asal kapan2 kamu tunjukin  auratmu lg ke mas yaa. heheheh", kata Mas Eko menggodaku


"Nggak mau ah, sekali ini doang", jawabku sewot


Oiya, usiaku dengan Dewi sebenarnya tidak jauh beda. Usia Kami hanya terpaut 3 tahun saja. Aku berusia 25 tahun sedangkan Mbak Dewi 28 tahun. Sejujurnya agak susah menilai mana yang lebih menarik karena jika kulihat, Dewi juga terlihat cantik dengan matanya yang sayu dibalik cadarnya. Belum lagi dibalik gamis lebarnya itu ternyata tubuhnya juga amatlah sexy, pantat dan payudaranya lebih berisi dibandingkan tubuh Rista. Tetapi perutnya tetap rata tanpa ada lemak disana. Aku rasa Rista dan Mbak Dewi memiliki pesonanya masing masing


"Yasudah mas, aku ke kamar dulu. Gak enak sama Mbak Dewi", kataku dan segera kumatikan motor yang sudah cukup panas mesinnya itu sambil meninggalkan Mas Eko yang terus memandangi tubuhku dengan balutan minimalis.


Akupun kembali ke kamar dan tak lupa sebagai anak yang berbakti aku segera menghubungi bapaknya Rista


"Halo, abi...", kataku


"Asslmlkm anak cantik abi", kata abi ramah


"wlkslm.. Abi ini motornya sudah sampai. Kemarin sudah dikirim Mas Anwar.. Makasih ya bi.."


"Alhmdlh kalau sudah sampai nak.. Ini abi baru mau transfer 3juta nak.. Maaf ya agak lama.. Nanti kalau ATM sudah buka, abi transfer"


"Iya Abi, terima kasih banyak ya bi..."


"Demi kesayangan abi, abi akan carikan nak.."


***


Setelah memastikan uang transferan dari Abi masuk, kuamankan sebagian di tabunganku. Sisanya, untuk keperluan sehari hari baik uang makan, bensin, dan segala kebutuhan penting lainnya. tak lupa kubelanjakan sebagian untuk berbelanja online membeli daleman2 sexy, celana dalam model tali2an, model transparan, dan yang model terbuka bagian vaginanya (hanya diberi batu2 hias tepat digaris lubang vagina).Untuk bra pun ku pilih yang model minim kain dan terlihat sangat sexy. Semua kulakukan agar kubisa membuat akhwat ini menjadi rusak dan nakal. Hehehe..


Tak lupa kubelikan juga sebuah gamis murah berbahan tipis menerawang, sengaja kupilih yang kekecilan agar bisa menampakkan lekuk tubuh Rista . Walau semuanya akan menutup aurat ketika dipakai, paling tidak gamis tersebut akan menerawang, sehingga lekuk tubuh beserta daleman sexynya bisa kuekspose ditempat umum.


*yang tertutup dan nerawang yang bikin penasaran* gumamku dalam hati


***


"Dik, hari ini ada kajian lho. Dik Rista mau hadir?", sapa Mbak Dewi ketika aku sedang asyik menonton tv melihat kartun spons kuning yang tinggal dilaut itu


"Eh kajian? materinya apa mbak?", tanyaku tidak bersemangat menghadiri acara seperti itu


"Tentang Zina Dik. Paling nanti Mbak sama Mas Eko kesana karena temanya menarik. Sangat sering terjadi itu sekarang ini. Miris", gumam Mbak Dewi dengan nada serius


*Hmmm.. kayaknya menarik nih* kataku dalam hati


"Iya mbak, aku mau datang", tanyaku


"Iya nanti kita berangkat bersama. Bada isya ya dik berangkatnya. Nanti kamu Mbak bonceng aja, biar Mas Eko pakai motormu", kata Dewi


"Ok mbak", jawabku


Singkat cerita, Setiba di tempat kajian, banyak ikhwan yang curi curi pandang ke arah kami. Mbak Dewi terlihat menundukkan pandangan menghindari kontak mata, pesonanya memang luar biasa. Sedangkan aku berjalan santai dipandangi seperti itu oleh mereka. Memang kehadiran kami cukup mengundang perhatian. Mbak Dewi mengenakan jubah lebarnya yang serba hitam, namun tidak mampu menyembunyikan keindahan matanya yang selalu bersinar dengan bulu matanya yang lentik. Sedangkan aku berpakaian gamis syari warna warni dengan kerudung yang menjulur menutup dada, wajah Rista yang memang cantik menawan membuat siapa saja pasti akan menoleh kearahnya dan tak bosan memandangnya. Mas Eko berjalan tegap penuh percaya diri diantara kami berdua, seolah memberi isyarat kepada mereka bahwa aku dan Mbak Dewi adalah miliknya, membuat iri para ikhwan disana


"Ukhti Ristaaa...", kudengar seorang pria memanggil namaku.


Terlihat pria tersebut sedikit berlari mendekatiku. Keadaan yang gelap, membuatku tidak mampu melihat dengan jelas wajah pria yang memanggilku. Lalu begitu mendekat aku ingat ternyata dia adalah ikhwan yang kugoda kapan hari di taman. Ikhwan cupu yang gelagapan bernama Adi


"Ukhti ikut  juga?", tanya Adi


"Iya akhi...", jawabku kaku karena disebelahku ada Mbak Dewi dan Mas Eko. Jadi aku sama sekali tidak bisa bebas.


"Yasudah Ayo masuk dik. Sebentar lagi dimulai. Permisi mas, kami mau masuk dulu ke dalam", kata Mas Eko dengan gesture badan yang sedikit aneh tidak seperti biasanya, memotong pembicaraan Adi yang menyapaku


*Mana mungkin dia cemburu melihatku berbicara dengan ikhwan lain. Lagian kenapa dia cemburu, kan dia sudah beristri juga* , gumamku dalam hati


Kemudian kami masuk ke gedung tempat kajian diadakan. Suasana tak kusangka cukup ramai dan kebanyakan yang hadir adalah para ikhwan. Sedangkan akhwat ada beberapa saja tidak sebanyak para ikhwan. Posisi duduknya dipisah antara ikhwan dan akhwat sehingga aku tidak mampu tebar pesona ke para ikhwan. Hehe..


*cara satu2nya untuk caper disini adalah satu, aku harus rajin bertanya nanti* kataku dalam hati


Seminar kemudian dimulai dengan pembukaan oleh moderator. Oiya, sebelum seminar dimulai, para peserta seminar mengisi form absensi yang berisi nama dan nomor telepon, dengan tujuan jika ada ikhwan dan akhwat yang siap menikah, bisa saling bertukar kontak dan segera berproses taaruf untuk menghindari berpacaran. Seminar berlangsung cukup menarik karena pembahasan yang dibahas adalah zina sehingga membuatku tidak mengantuk. Pembahasannya meliputi seperti misalnya bahaya zina dan pacaran, Jauhi pacaran, hukum zina, apa yang harus dilakukan untuk menghindari zina dan sebagainya.


Singkat cerita, tibalah sesi tanya jawab. Sang moderator menengahi antara penanya dan pengisi acara. Aku pun bersiap memberikan pertanyaan. Dengan cepat aku mengacungkan jari. Seketika seluruh pandangan diruangan ini tertuju kepadaku. Aku sempat grogi dan mengurungkan niat untuk bertanya, tetapi sudah terlanjur. Akhirnya setelah aku dipersilakan bertanya, aku lalu berdiri dan memperkenalkan nama.


"Saya Rista, saya mau bertanya, misalkan saya diperkosa .. Apakah itu termasuk zina?", tanyaku simple tapi berani


Semua mata langsung terbelalak kearahku tidak menyangka aku akan menanyakan pertanyaan seperti itu, termasuk Mbak Dewi yang sampai mengernyitkan alisnya ke arahku. Sang ust pengisi kajian dengan tenang mencoba menjawab pertanyaanku


"Bagi si pelaku, tentu saja itu termasuk zina. Namun bagi anti (anda) bukan zina karena anti hanya korban, anti sebenarnya tidak menginginkannya dan terpaksa melakukannya. Sudah puas dengan penjelasan saya ukh?", kata ust pengisi kajian


"Begitu ya Ust.. Namun, saat diperkosa tetapi saya malah menikmatinya bagaimana ust?", pertanyaanku semakin membuat seluruh hadirin terbelalak bahkan Mbak Dewi sampai menarik gamisku mengingatkanku agar tidak sevulgar itu


"Errr... Sepemahaman saya selama si wanita terpaksa melakukannya, maka si wanita bebas dari hukuman..", jawabnya mulai terpatah patah


"Oke sudah puas dengan jawabannya ukhti?", tanya moderator mencoba menyudahi pertanyaanku yang menjurus


Aku sudah bersiap ingin bertanya lagi tetapi Mbak Dewi sudah menarik gamisku lagi agar duduk dan tidak bertanya lagi


"Kasih kesempatan yang lain Dik. Kamu ini tanyanya kok gitu", kata Mbak Dewi terlihat emosi


"Aku kan hanya bertanya sesuatu yang mengganjal dipikiranku mbak...", jawabku memberikan alasan.


"Iya tapi jangan gitu dik. Sadar ngga pertanyaanmu itu bisa menggoda dan mengundang nafsu ikhwan?", kata Mbak Dewi lagi dengan ketus


"Ngga lah mbak, kan sudah pada besar harusnya mengerti, kalau tergoda berarti iman mereka dipertanyakan", jawabku mencoba membela diri dan Mbak Dewi pun tidak berargumen lagi


Setelah itu seorang ikhwan bertanya. Namun pertanyaannya tidak menarik dan membosankan sehingga aku tak memperdulikannya. Lalu tidak ada yang bertanya lagi dan si moderator malah menawariku untuk bertanya lagi. Mbak Dewi tidak sanggup menghentikanku dan membiarkanku berdiri dan bertanya.


"Saya perkenalkan lagi nama saya Rista. Menyambung pembicaraan tentang zina, saya ingin bertanya tentang taaruf yang katanya solusi menghindari pacaran sebelum menikah. Pertanyaan saya, sebelum menikah apakah calon suami boleh melihat aurat calon istrinya? Menurut saya itu penting karena jika tidak cocok bisa menimbulkan penyesalan dikemudian hari.", tanyaku membuat suasana sedikit gaduh


Para ikhwan beberapa ada yang bertepuk tangan mendengar pertanyaanku yang begitu berani. Sedangkan para akhwat hanya tertunduk malu mendengar pertanyaanku yang tabu itu. Termasuk Mbak Dewi kakakku itupun malah menutup mukanya setelah mendengar pertanyaanku. Entah apa yang yang sedang  dipikirkannya tentangku


"Ehemmm.. Sepemahaman saya, kalau ikhwan misalkan.. Ingin menikahi wanita bercadar, disaat mendekati pernikahan, si pria boleh melihat wajah calon istrinya yang bercadar. Tentunya dengan didampingi mahrom si wanita.." jawab pengisi kajian


"Sudah puas ukhti jawabannya?" tanya sang moderator


Akupun menggeleng tidak puas dengan jawabannya. Lalu kulanjutkan berkata


"Itu kan kalau pria yang ingin melihat wajah calon istrinya yang bercadar. Bagaimana kalau calon suami yang ingin melihat payudara atau bentuk vagina calon istrinya. Mereka tentu ingin memilih yang sesuai kriteria mereka kan Ust..", tanyaku membuat akhwat yang hadir semakin tertunduk malu


"Afwan, sejauh pengalaman saya mendengar curhatan para calon suami istri, mereka tidak pernah membahas hal itu dan sama sekali tidak mempermasalahkan bentuk tubuh istrinya", jawab pengisi seminar


"Tidak pernah dibahas ya karena memang kebanyakan malu ust. Mereka tidak berani menanyakan hal itu kepada calonnya. kawatir calon istrinya akan ilfeel dengan mereka nanti. Lalu begitu menikah, betul saja para suami tidak bergairah melihat tubuh istrinya yang tidak sesuai ekpektasi mereka."


"Jadi mau anti gimana?", malah sekarang beliau yang bertanya


"Kalau saya boleh usul, ketika proses taaruf para ikhwan boleh melihat aurat akhwat ust. Biarkan mereka menentukan pilihannya setelah tau luar dalam calon istrinya. Karena ikhwan pasti punya kesukaan sendiri2. Ada yang suka dengan bentuk payudara kecil, ada yang suka payudaranya besar, ada yang suka puting kecil, ada yang suka puting besar, ada yang suka bulu vagina jarang, ada yang suka bulu vagina lebat alami", kataku mencoba menjelaskan dengan begitu vulgar


"Tidak boleh seperti itu ukhti.. Tidak bisa.. Yasudah kajian saya tutup sampai disini. Syukron atas kehadirannya. Afwan untuk segala kekurangannya.", akhirnya sang moderator menutup seminar buru-buru karena pertanyaanku semakin vulgar dan sangat tabu


Akhirnya selesai acara seminar, Para ikhwan terlihat berkerumun di form yang ditempel di papan pengumuman. Terdengar samar2 kudengar mereka menyebut-nyebut namaku


"Mana kontak ukhti Rista.. Mana nomor handphone Ukhti Rista.. bagi donk.."


Saat pulang pun, beberapa bahkan ada yang langsung meminta kontakku. Aku pun dengan senang hati memberikan kontak nomor teleponku kepada mereka. Beberapa ada pula yang meminta kontak ke Dewi. Gadis bercadar ini juga memiliki pesonanya sendiri sehingga membuat para pria terkesima dan ingin meminangnya, tetapi ditolaknya semua permintaan itu dengan halus dengan alasan dia sudah bersuami


"Ris, ngga malu apa nanya seperti itu?", tanya Mbak Dewi protes


"Maksud mbak?", tanyaku bingung


"Kamu sudah bikin gaduh tadi dengan pertanyaan2 tabu itu.. Lihat para ikhwan jadi berebut mau taaruf sama kamu.."


"Iya sih.. Aku cuma menanyakan apa yang mengganjal dibenakku mbak.. Aku yakin para akhwat juga sebenarnya ingin tahu ukuran suaminya kan. Misalnya mbak Dewi, pasti sebelum menikah membayangkan seberapa besarnya penis Mas Eko, begitu malam pertama ternyata kurang puas karena ternyata penisnya tidak sesuai yang dimau Mbak Dewi."


"Astgrlhdzm.. Ngga dek mbak ngga pernah mikir gt.."


Kulihat Mbak Dewi terdiam sesaat. Entah apa yang dipikirkannya setelah mendengarkan perkataanku. Suasana sepi malam ini. Mbak Dewi berjalan menunduk tak berkata. Matanya hanya memandangi langlah kakinya sendiri yang terbungkus sepatu slip onnya.


"Mbak Dewi dulu sebenarnya juga mau kan liat ukuran penis Mas Eko sebelum mbak putuskan menikah, takutnya tidak sesuai dengan yang mbak Dewi bayangkan..", aku semakin menggodanya


"Hmm.. Mbak jujur tidak begitu peduli sama ukuran dik, mau kecil atau besar bagi mbak sama saja, yang penting keluarga dijalankan dengan lurus dan harmonis sudah cukup buat mbak..", jawabnya lirih


"Mbak bilang gitu karena mungkin mbak hanya pernah merasakan punya Mas Eko, coba mbak pernah merasakan yang lain, mungkin mbak akan berpikir ternyata lebih nikmat yang besar karena lebih terasa. Hehehe", aku semakin menggoda Mbak Dewi yang bercadar itu


"Iih apaan sih dek.. Kamu kok gitu ngomongnya.."


Kamipun terus berjalan menyusuri jalan paving ini menuju ke arah parkiran. Rupanya Mas Eko sudah menunggu kami. Wajahnya begitu sumringah melihat kami


"Ini nih bintangnya seminar tadi. Langsung sukses bikin melek semua peserta. Luar biasa kamu dik, begitu berani", puji Mas Eko


"Apaan sih bi. Aneh tau.. Si Rista udah aku omelin jangan gitu lagi tanyanya", kata Mbak Dewi sebal ternyata suaminya juga cukup terhibur dengan pertanyaanku


"Gapapa kali Mi. Memang harus begitu. Apa yang disampaikan Rista ada benarnya", kata Mas Eko membelaku


"Tau ah", jawab Mbak Dewi jutek


"Yasudah yuk pulang", ajakku menengahi mereka yang terlihat mulai gontok2an


***


Sesampai di kamar, seperti biasa aku telanjang tanpa sehelai benangpun. Sambil melihat film porno di laptop, aku pun bermasturbasi memainkan tubuh indah akhwat ini. Kembali kupilih genre favoritku yaitu gangbang. Sungguh puas sekali melihat wanita kerepotan dan bekerja keras menghadapi banyak kontol yang antri mengewe lubang memeknya. Melihat tayangan itu saja, Puting susu Rista ini sudah menonjol keluar dan langsung mengeras. Padahal sama sekali belum kusentuh. Sungguh tubuh ini begitu mudah naik libidonya. kucoba jepit puting susunya itu dengan jepitan jemuran untuk menambah sensasi nikmat dan sakit secara bersamaan


"Aaaaahhhh.... Sakitt Oohhh.. Kenakan Ris tubuhmu.. Sampak becek gini memekmu", kataku saat puting susu berwarna pink ini sudah kujepit dengan jepitan jemuran sambil kukocok vagina Rista yang mulai banjir


Lama kelamaan putingnya mampu beradaptasi dan terbiasa, puting satunya pun kujepit lagi dengan jemuran dan kurasakan rasa sakit yang nikmat di kedua puting susu Rista. Keduanya terasa semakin membesar dan mengeras dalam posisi dijepit. Akibat tindakan ini, pikiran semakin melayang hebat, otak menjadi penuh dengan hal2 nakal dan gila. Sambil posisi kedua putingku dijepit, kubuka kedua kakiku lebar-lebar dan kusandarkan ke meja belajarku, lalu mulai kumainkan biji clitorisku perlahan. Kugosok pelan biji mirip kacang itu sampai memekku terasa semakin lama semakin berdenyut denyut. Sebentar saja, memek akhwat ini sudah mengeluarkan lendir kental sehingga memberikan pelumas bagi jemari2 lentik ini merangsang tempiknya sendiri


Semakin kutambah kecepatan gesekanku, semakin nikmat saja rasanya. Walau sedikit perih namun aku tak peduli. Kubuka lebar vagina suci milik akhwat bernama Rista Amelia ini, lalu kucoba colok sedikit dengan jari telunjukku. Tidak terlalu dalam hanya disekitar hymen tipis yang masih menutup keperawanku, aku berhati-hati melakukannya jangan sampai keperawanan gadis ini hilang akibat kecerobohanku. Aku pikir, lebih baik keperawanan Rista ini diberikannya suatu saat nanti kepada pria yang dicintainya. Toh mungkin aku tidak akan selamanya ada di tubuhnya


"Ssshhhh... Iyaaa.. Rista Akhwat nakal... Rista cocok jadi lonte. Aahhhh...", rancauku membayangkan akhwat ini sedang disetubuhi beberapa ikhwan.


*Srett Srettt Srettt* memek Rista menembakkan cairan beberapa kali.


Tubuh ini lemas, padahal baru satu kali muncrat saja tubuh yang bakat binal ini menyemprotkan cairannya. Mungkin karena efek datang ke kajian tadi dengan berjalan kaki sehingga membuat perasaan capek yang tidak seperti biasanya.


*cling cling cling* suara ringtone WA


"Aslmlkm Ukhti Rista sudah tidur", sebuah pesan dari nomor tak dikenal


"Afwan, antum siapa?"


"Kenalkan ana Fuad, Ana tadi ikut seminar. Ana tertarik dengan pendapat anti tadi"


"Oh afwan karena banyak sekali yang minta nomor ana tadi", jawabku menyombonglan diri dan mencoba membuatnya cemburu


"Antum setuju dengan pendapat ana yang mana?", lanjutku bertanya


"Soal itu ukh, melihat aurat calon pasangan sebelum menikah. Jujur ana kurang suka dengan puting susu yang areolanya lebar. Ana khawatir salah pilih pasangan ukhti"


"Terus mau antum apa?"


"Gini Ukhti. Ana berminat taaruf dengan anti  Bolehkah ana melihat puting susu anti? ana penasaran sekali dengan aurat anti dibalik gamis dan kerudung panjang yang anti kenakan. Anapun bersedia kirim foto penis ana kalau ukhti mau lihat"


"Tidak2 antum tidak perlu kirim foto penis antum saat ini", jawabku buru2


"Jadi gimana Ukh, Ana ingin taarufan sama anti.."


"Ana sih kepinginnya sebelum taaruf ada pra taaruf dulu akhi", jawabku


"Apa itu pra-taaruf ukhti?"


"Ya proses memperlihatkan aurat ke calon yang akan bertaaruf dengan kita. Daripada jalan taaruf tetapi begitu melihat aurat calon pasangan, jadi tidak cocok. Mending dilihat diawal.. Nanti antum bebas melihat aurat ana sebelum berproses taaruf. Tetapi ingat hanya melihat saja, tidak ada sentuhan. Tidak ada hubungan sex diluar nikah.. Gimana?"


"Boleh2 Ukhti Rista, ana mau pra-taaruf dulu dengan anti"


"Antum tunggu undangan dari ana ya. Nnti ana kabari lagi, oh iya afwan, antum transfer dulu ya 200ribu ke rek ana baru antum bisa pra-taaruf dengan ana", tiba2 terlintas begitu saja untuk menarik biaya untuk bertaaruf denganku


"Lho kok bayar ukh?", tanyanya terkejut


"Afwan, sebagai biaya antum melihat aurat ana. Gimanapun ana masih punya harga diri sebagai akhwat. Kalau antum keberatan ya tidak apa2 saya tidak memaksa antum taaruf dengan ana"


"Siap Ukhti Rista, 200ribu ya.. Ana transfer sekarang. ana benar2 menanti undangannya"


"Syukron akhi, bisa ditransfer di Bank EnaEna No. Rek 1457666xxxx"


Setelah itu secara bergiliran banyak pesan WA yang masuk ke handphoneku dan mengajakku taaruf, beberapa ada yang setuju menjalani pra-taaruf denganku yang kupatok dengan biaya Rp 200.000 per orang untuk melihat saja. Sampai akhirnya kuhitung total ada 15 ikhwan yang setuju menjalani pra-taaruf denganku. Kucoba mengecek rekeningku, ternyata mudah saja mendapatkan tambahan 3juta dalam sehari.


*Jadi berasa open BO. Bodoamatlah ya yang penting untung hehehe* gumamku


**bersambung**


==========


Scene 5 : Mulai Dikerjai


"Dik, Mbak hari ini ada acara sama temen2 mbak. Kamu dirumah sendirian yaa", kata Mbak Dewi membuka pembicaraan pagi ini


Sepiring nasi goreng lengkap dengan mie instan sudah tersaji diatas meja. Tak sabar langsung kulahap saja sepiring nasi goreng dengan mie instan itu tanpa ragu


"Yee.. laper banget ya kamu? Sampek ga jawab Mbak.. Hufff", kata Mbak Dewi


"Iyaa aku denger mbak... Mbak pulang jam berapa?" tanyaku sambil terus mengunyah


"Paling bada isya dik. Padat sekali jadwal mbak hari ini. Kamu gapapa kan sendirian?"


"Mas Eko pulang jam berapa? Sekarang dia dimana?", tanyaku kepada Mbak Dewi


"Tuh lagi ngorok dikamar. Habis gini mbak bangunin. Biasanya dia pulang sampai rumah kan jam 5 sore. Kamu jaga jarak lho sama mas mu itu. Gitu2 dia bukan mahrom kamu"


"Iyaaaa", jawabku sambil kembali menyantap terus sajian lezat di piring itu hingga habis


"Yasudah kamu mandi dulu gih. Biar Mbak bangunin Mas Eko", katanya sambil bergegas menuju kamar tidurnya


Setelah Mbak Dewi masuk ke kamar. Akupun segera mencuci dan membereskan piringku, lalu aku langsung meraih handuk dan bergegas mandi. Karena tau Mas Eko pagi ini juga harus segera mandi karena harus bekerja jadi aku tidak perlu mengantri menunggu mandinya yang lama


Kutanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, baik daster gamis dan juga kerudungku, langsung kumasukkan pakaianku ke dalam ember berisi sabun deterjen. Kubalur kulit lembut akhwat ini dengan sabun cair dan kuratakan busanya kuseluruh tubuhku. Kugosok merata ke seluruh bagian tubuhku  ini mulai dari leher, punggung, perut, dada, selangkangan, dan vaginaku. Pada bagian dada, kunikmati sejenak bagian kenyal ini dengan meremas-remas kecil ke payudara bulat yang menggantung indah ini sambil kupilin putingnya hingga penuh dengan busa sabun yang menggumpal


"Ssshhhh.... Uuuhh", lenguhku


Semakin kurangsang, aku semakin menikmati kegiatan mandiku. Pikiran2 nakal kembali menguasaiku sambil membayangkan bagaimana jika tubuh indah ini dinikmati banyak pria. Pasti mereka tidak akan menolak sama sekali. Perlahan tanganku mulai bergerak menuju lubang kelamin punya akhwat bernama Rista ini. Kubasuh dan kubasahi jembutnya dengan busa sabun dan sedikit kutarik2 keatas seolah ingin membentuk bentuk mohawk. Lalu kududukkan bersandar di kamar mandi sempit ini mengangkang, vaginanya begitu terbuka. Kuraih benda apapun yang panjang di kamar mandi, kudapatkan sikat WC yang ada gagangnya. Lalu kucoba menggosok tempik ini dengan sikat WC ini, rasanya tidak enak.. Malah sakit dan perih yang kurasa saat benda kaku itu kumainkan perlahan dilubang akhwat ini


Karena kesal karena birahiku belum tersalurkan dengan sempurna, aku putuskan untuk menyudahi kegiatan mandi ini. Segera kukeringkan tubuh basahku dengan handuk dan aku langsung menyadari, aku tidak membawa baju ganti ketika masuk ke kamar mandi tadi.


*Duh bodohnya aku*


"Mbak Dewiiiii....", aku mencoba memanggil kakakku agar ia mengambilkanku baju ganti


Namun sayang tidak ada suara yang menjawab panggilanku. Sekali lagi kucoba memanggil nama kakakku namun tidak dijawabnya


"Ya dek...?", tiba2 kudengar suara Mas Eko


"Mbak Dewi mana mas?", tanyaku


"Sudah berangkat 5 menit yang lalu. Ada apa?" tanya Mas Eko


"Ehhh.. Anu mas... Aku lupa bawa baju ganti. Boleh minta tolong mas masuk kamar dulu. Biar aku bisa keluar dari kamar mandi", pintaku mencoba tidak menggoda kakak iparku


"Masuk kamar ya... Oke dik", jawab Mas Eko


Kulilitkan handuk untuk menutup tubuhku sementara. Setelah menunggu beberapa detik, kubuka pintu kamar mandi. Tak kulihat keberadaan Mas Eko di dalam rumah baik di ruang tamu ataupun meja makan, akupun berjalan mengendap-endap menuju ke kamarku. Kubuka pintu kamarku dan betapa terkejutnya aku, ternyata kakak ipar Rista ini sudah berada di dalam kamarku


"Lho Mas Eko ngapain disini?", aku terkejut sambil berusaha menutupi bagian2 tubuh


"Lho tadi katanya Mas disuruh masuk kamar, ya ini mas masuk. Hehehe", goda Mas Eko


"Maksudku ke kamar mas Eko sendiri, bukan ke kamarku.....", protesku


"Yasudah toh hari ini mbakmu ga ada dirumah. Heheheh"


"Emang kenapa kalau Mbak Dewi ngga ada dirumah?", aku semakin berpikir ngga2 apakah Mas Eko yang katanya alim ini akan memperkosaku


"Lebih bebas aja kalau ngga ada Dewi... Heheheh"


"Mas tolong keluar dari kamarku, aku mau pakai baju...", pintaku


"Yaudah pakai baju aja sambil mas liatin disini.. Atau kamu mau pakai handuk terus selama dirumah? hehehe...", goda Mas Eko


"Mas...... Mas kan harus berangkat kerjaa...", kataku mencoba membujuknya


"Mas sudah ijin sakit tadi, jadi mas ngga masuk kerja hari ini. Heheheh... Kesempatan bisa berduaan sama adik iparku yang cantik mana bisa kusia2kan"


"Tapi mas...."


"Ayo ke ruang tamu...", ajaknya sambil menarik tubuhku yang hanya berbalut handuk


"Mas... Rista belum pakai baju ....", kataku namun tetap saja tubuhku yang hanya dibalut handuk ditariknya keluar kamar


Lalu tubuhku didudukkan di sofa ruang tamu. Mas Eko memandangiku dengan tatapan tajam penuh nafsu. Sepertinya dia sudah lupa tubuh ini adalah tubuh adik iparnya sendiri.


"Mas mau kasih liat penis mas ke kamu. Siapa tau kamu suka", katanya sambil mulai melepas celananya


"Eeehhh.. Mau ngapain mas?", tanyaku kebingungan


"Katanya aurat pasangan itu penting. ini mas mau kasih liat ke kamu dik. Anggap saja Kamu taaruf sama mas", jelasnya


"Gak mungkin mas... Mas kan kakak iparku.. Tidak bisa kita taaruf mas..", jawabku mencoba mengeles


"Anggap aja ini latihan buat kamu dik. Sebelum berproses taaruf dengan ikhwan lain. Kamu bisa latihan sama penis mas", bujuknya


Batang kontol suami Mbak Dewi ini sudah tersaji jelas dihadapanku. Berdiri tegak dengan ukuran sedikit dibawah standard nasional negara ini. Aku jijik memandang kearah penis berjembut lebat berwarna cokelat itu, kupejamkan mataku dan kupalingkan muka tanda aku tak berselera melihat organ kelamin pria


"Ini Dik. Penis kakak iparmu. Ayo pegang.. Jangan malu2. Heheheh", katanya sambil menarik tangan kananku untuk menyentuh kelaminnya


"Gak mau mas.. Itu kan.. punya Mbak Dewi.", aku mencoba mencari alasan dan mencoba menghindari kontak mata dengan kelaminnya sambil tanganku menolak untuk disentuhkan kelamin Mas Eko


"Ngga papa, salah sendiri mbakmu itu kurang pintar memuaskan nafsu Mas. Ini itu gak boleh. Saran Mas, kamu jangan gitu dik. Apapun yang diminta suamimu kelak, lakuin aja biar dia benar2 puas", kata Mas Eko


"Mas, udah mas, Rista ga mau pegang punya mas.. Punya mas itu haknya Mbak Dewi.. Mas Eko jangan paksa Rista nyentuh itu mas.."


"Hmmmm Mas ijinin kok dek, ayolah pegang dikit..", katanya sambil menjulur2kan batang penisnya ke tubuh adik iparnya.


"Jangaann mass.. Gini aja.. Rista punya usul..", kataku kemudian mencoba menghentikan kelakuannya yang memaksaku memegang penis gemuknya


"Usul apa?", tanya Mas Eko sambil berhenti menggodaku


"Punya mas tolong tutup dulu... Rista ngga nyaman..", bujukku


Lalu Mas Eko menutup kembali penisnya dan dimasukkan kembali ke dalam celananya


"Gimana? Kamu punya usul apa?"


"Mas boleh menyentuh seluruh tubuh Rista. Tapi sebaliknya, Rista tidak mau sentuh punya mas. Rista betul2 menjaga perasaan Mbak Dewi mas.. Tolong mas mengerti..", bujukku lagi


Terlihat Mas Eko berpikir sejenak. Dipandanginya seluruh tubuhku, tidak kubalas kontak matanya yang jelalatan menatap tubuh adik iparnya yang hanya berbalut handuk dengan rambut yang sudah dibiarkan tergerai basah.


"Hmm Ok dik, tetapi seharian ini kamu harus telanjang dirumah. Dan Mas boleh motret tubuhmu ya dik buat bacolan koleksi mas. Heheheh.."


"Hmmm yasudah boleh mas.. Ingat Rista ga mau sentuh punya mas sama sekali! oiya dan No kiss juga, Rista mau nyerahin ciuman pertama buat suami Rista kelak", kataku beralasan dan mengingatkannya


"Iye iyee.. Yasudah sekarang lepas handukmu dik. Heheheh"


*Aku semakin tidak sabar untuk memamerkan tubuh telanjang Rista ke kakak iparnya ini. Hahaha.. Hancur harga dirimu Ris*, kataku  dalam hati sambil menyeringai dari dalam tubuh akhwat ini


Kemudian aku berdiri sambil kulepaskan ikatan handuk yang menutup tubuhku sehingga aku langsung telanjang bulat di hadapan suami Mbak Dewi itu


"Sempurna.. Tubuhmu bagus banget Ristaa", kata Mas Eko yang matanya jelalatan memandangi seluruh auratku sambil menggaruk penisnya


"Sudah ya mas..", godaku


"Enak aja sudah, hari masih panjang ini. Sekarang coba letakkan tangan diatas kepalamu, perlihatkan ketiakmu, duh mulus bener..", Kata Mas Eko


"Iya mas", jawabku dan kuangkatlah kedua lengan Rista keatas, menampakkan ketiaknya putih bersih mulus tanpa bulu


"Sexy.. Sexy sekali tubuhmu dik..", kata Mas Eko sambil mendekatiku


Aku kebingungan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Tetap dalam posisi membuka ketiak, Mas Eko semakin mendekati tubuh Rista. Tiba2 bibirnya menciumi ketiak akhwat ini


"Aduh mas..", aku terkejut dan berusaha melawan mencoba mendorong tubuh Mas Eko dengan sekuat tenaga agar menjauh dari tubuh yang kukuasai


"Kenapa kamu melawan? Tadi katanya aku boleh menyentuhmu sesukaku?", protes Mas Eko


"Sentuh pakai tangan mas bukan diciumin.. Aku.. Risih..", jawabku


"Oh gitu.. baiklaahh.. Sekarang angkat tanganmu lagi posisi pasrah", kata Mas Eko sambil dia berjalan ke arah tubuh bagian belakangku


Langsung dipeluknya erat tubuh Rista. Pinggangnya ramping dengan perut rata tanpa timbunan lemak memang terlihat begitu Sexy. Mas Eko terus memeluk tubuh adik iparnya itu, sesekali tangannya bermain diketiak Rista yang putih halus tanpa bulu


Nafas Mes Eko begitu berat sambil tangannya mulai bergerak perlahan2 turun kepinggang dan bergerak maju kedepan untuk mulai meremas payudara Rista yang sudah menggelantung terbuka bebas. Kucoba bertahan dan membiarkan suami Mbak Dewi ini mulai menjamah tubuh yang kukuasai. Tangannya meremas2 payudara Rista yang kencang dan bulat walau tidak begitu besar. Semua tubuh akhwat ini menurutku sudah sangat proporsional. Tidak kurang dan tidak dilebihkan.


"Aku pilin puting susumu ya Ris.. Kecil menantang, menggairahkan", ijin Mas Eko dan aku terus membiarkannya menyentuh bagian2 tubuh Rista yang dia inginkan


Tangannya mulai mencubit dan menekan pelan kedua putingku bersamaan. Tubuh Rista seperti tersengat listrik untuk beberapa saat. Desiran birahi sepertinya mulai menjalar di syaraf-syaraf sensitif tubuhnya. Mas Eko mulai memuntir kedua puting Rista, memainkan birahi adik iparnya dan mencoba terus merangsang adik iparnya yang tak kalah alim dari istrinya itu


"Ssshhh.. Tak kusangka kamu begitu nakal Riss.. Nih pentilmu semakin keras mas pilin-pilin"


"Adduuuuhh mas.... ", aku masih bertahan mencoba tidak mendesah walau rasanya begitu nikmat. Bahkan tubuh akhwat ini pun menikmatinya, terbukti dari vaginanya mulai terasa lembab dan gatal


Aku pejamkan mataku pasrah tanpa suara. Hanya suara lenguhan2 kecil yang keluar sepertinya berasal dari tubuh Rista sendiri, bukan kemauanku. Setelah puas membuat puting susu Rista menegang dan keras, tangan Mas Eko menjalar melewati perut datar putih mulus akhwat adik iparnya itu, meraba dan meremas bongkahan pantat Rista yang mulus bersih menggoda.


"Gedean Mbakmu sih, tapi punyamu lebih sekal dan kenceng", kata Mas Eko sambil terus meraba-raba bongkahan pantat Rista sambil sesekali dielus2nya pantat telanjang ini


*plak plak plak* Mas Eko mulai menepuk2 pelan pantat Rista saking gemasnya melihat lekuk tubuhnya. Sebuah tepukan nakal, tidak bermaksud menyakiti


"Adik ipar nakal.. adik ipar nakal ya kamuu.. plak plak plak", terus dipukul2nya pelan2 menggoda


"Aku berusaha bertahan dan membiarkan perlakuan suami Mbak Dewi itu, namun tubuh Rista berkata lain, vaginanya malah membanjir


*Masak tubuhmu menikmatinya Ristaaa.. Dicabuli seperti ini*, kataku dalam hati


"Aaaahh..", tak sadar keluarlah desahan nakal dari mulut gadis ini


Lalu Tubuhku diminta menungging berpegangan pada sofa ruang tamu. Tanganku menahan pada sandaran sofa  Sedangkan pantatku kutunggingkan dengan kakiku tetap berpijak pada lantai. Setelah itu Mas Eko mengambil posisi dibelakang, tepatnya pada belahan pantat Rista yang menungging sexy menggoda syahwatnya. Pria yang sepertinya terlihat kalem dan alim ini begitu semangat mencabuli tubuh adik iparnya.


Dibukanya belahan pantat akhwat ini, Mas Eko terlihat tidak melakukan apa2 beberapa saat. Kutoleh untuk melihat apa yang dilakukannya dibelakang. Rupanya dia sedang memandangi kedua lubang yang tersaji didepan matanya, lubang vagina dan juga lubang anus adik iparnya, yang berlubang sempit, siapapun pasti ingin mencoba membobolnya


Kurasakan jari telunjuk Mas Eko mulai ditancapkan ke lubang anus Rista. Tubuh ini sampai terdongak dan menegang hebat. Tangan Mas Eko mulai menowel-nowel lubang anus adik iparnya ini, membiarkan tubuh Rista menggelinjang kegelian sambil beradaptasi dengan kehadiran telunjuknya yang bergerak-gerak merangsang lubang anusnya. Jantung Rista kudengarkan sampai terasa berdebar kencang. Nafas yang dikeluarkan pun sampai terpatah2. Tubuh Rista merespon dengan gejolak birahi yang mulai menyerang nafsu syahwatnya


Telunjuk Mas Eko terus nakal bergerak pelan memutari lubang anus Rista, tanpa sadar tubuh Rista merespon, dengan semakin menunggingkan kedua pantatnya yang mulus telanjang. sebelum akhirnya telunjuk itu ditancapkan perlahan menembus permukaan tipis kulit anusnya. Mas Eko mulai mencabuli anus adik iparnya. Tubuh Rista semakin merespon dengan mendesah keenakan. Sedikit kubuka kedua kakinya membiarkan lubang pantatnya diobok-obok suami kakak kandungnya.


"Aaahhh..", tak terasa tubuh ini mendesah kencang kesakitan. Saat telunjuk Mas Eko semakin masuk kedalam lubang pembuangan Rista


Padahal aku terus berusaha tetap datar dan staycool tidak konsentrasi pada rangsangan Mas Eko. Namun sayang, tubuh Rista mengiyakan, tubuhnya menikmati dan mendesah dalam tiap permainan cabul suami kakaknya.


Telunjuk Mas Eko mulai keluar masuk, menggesek lubang akhwat yang kukendalikan ini. Kurasakan lubang anus gadis ini mulai berkeringat dan mulai berlendir, memberikan pelumasan lebih pada telunjuk Mas Eko untuk mengorek lubang pantat Rista lebih cepat. Panas sekali rasanya kulit lubang anus Rista, dan juga sedikit perih.


"Uuhh.. Aahh.. ouhh.. Ssshhh..", aku mencoba menahan desahan dari akhwat ini. dengan menggigit bibir bawahnya.


"Anget Ris lubang pantatmu.. Mbakmu ga pernah mau pantatnya kumainin gini. Dia terlalu kaku dan membosankan..", rancau Mas Eko sambil terus mencabuli lubang pembuangan Rista


*Ya Tuhaannn.. Ini sangat menjijikkan, aku tidak sanggup membayangkan jika Mas Eko tau siapa yang sedang berada didalam tubuh adik iparnya. Seorang pembegal yang hampir membuat adik iparnya tewas


Dan gawatnya lagi tiba2, tubuh ini terasa ingin kencing. Aku mencoba mengempet perasaan yang tertahankan ini. Rasa menyiksa yang harus segera dikeluarkan pada vaginanya.


"Mas Eko, aku mau kencinggg..", kataku


"Keluarkan aja dik.. Jangan ditahan.. Keluarkan kencingmu disini...", ujar Mas Eko sambil terus menusuk2kan jemarinya ke lubang pantatku


"Malu Mas, bakalan kotor rumah ini..."


"Ngga papa dik, nanti mas bersihin. Ayo jangan ditahan", katanya sambil kali ini mendaratkan tangannya pada vagina adik iparnya


Terasa sekali tubuh Rista menegang, kakinya bergetar hebat. Perlahan kukendorkan otot2 vagina Rista yang terasa menahan rasa ingin kencing. Benar saja, cairan bening sedikit kuning mulai keluar dari lubang kecil pada vaginanya. Mas Eko langsung menarik tangannya, memberikan waktu kepadaku untuk menuntaskan pipis yang keluar dari vagina akhwat ini


*cuuuurrrrrrrrrrrr*


Semakin lama cairan urine itu mengucur semakin deras. Membasahi keramik lantai rumah kontrakan kami. Harga diri serta martabat Rista Amelia Jihan saat ini mulai kuhancurkan semakin parah. Membuat gadis ini kencing dalam posisi menungging setelah vagina dan anusnya dikobel-kobel kakak iparnya


"Hahaha.. Nakal sekali kamu Ris kencing sembarangan"


*plak plak plak* sebuah tamparan gemas mendarat pada kedua pantatnya yang putih bersih


Lalu tangan Mas Eko mulai kembali mengucek vagina Rista. Bergerak jarinya dengan kecepatan tinggi mengobok penuh nafsu vagina adik iparnya


"Aaaahhhhh.. Mas...", kembali tubuh ini mendesah keenakan, padahal bukan aku yang melakukan.Sepertinya tubuhnya benar-benar merespon dengan baik rangsangan-rangsangan cabul Mas Eko.


Terus dikuceknya bibir vaginaku dengan tempo sedang. Padahal vaginaku masih kotor terkena najis pipis. Namun Mas Eko tak Peduli, ia terus mengucek vaginaku dengan cepat. Tubuhku bergetar hebat, lendir pelumas Rista pun banjir membanjiri alat kelaminnya. Tubuh Rista kembali terangkat, kali ini sebuah semburan mirip air mancur yang keluar dari alat kelaminnya


*sret sret sret*


Tubuhnya orgasme. Memuncratkan squirtnya cukup banyak, menyisakan tubuh yang lemas dan kelelahan


Kuyakin Mas Eko sudah benar2 tidak tahan lagi ingin menancapkan alat kelaminnya ke lubang adik iparnya yang sudah super licin. Tubuh Rista ambruk, kedua kakinya menutup sebentar lubang vaginanya. Namun Mas Eko kembali membuka pangkal paha adik iparnya, dan mulai mengocok kembali alat kelamin adiknya yang cantik itu. Membuat tubuh indahnya kini kembali mengejang2 menahan syahwat yang meledak-ledak. Sesekali jari telunjuk Mas Eko menyeruak masuk, tetapi segera kutahan khawatir keperawanan akhwat ini jebol oleh tangannya. Sengaja keperawan gadis ini kusimpan dan kujaga dulu, entah kapan aku putuskan untuk melepas keperawanannya.


Untung Mas Eko mengerti, ia tidak menusukkan jarinya lebih dalam. Tetapi kali ini tangannya meneyerang biji clitoris vagina Rista. Terasa sekali tubuhnya yang kukendalikan ini alat kelaminnya mendadak sangat gatal butuh digatuk, hingga lendir cintanya terus keluar. Tangan Mas Eko semakin cepat menggosok itil Rista yang sebesar biji kacang, membuat kaki mulus akhwat ini bergetar-getar hebat


"Aaahhhh... Adduuuuhhh.. aahhh..", tubuhnya kembali mendesah mengaduh


"memekmu bocor sayang.. lendirnya tumpah terusss.... Ssssshhh...", kata Mas Eko semakin cepat menowel-nowel clitoris Rista


"Massss.. Aku mau keluar lagii ..", kataku sampai tubuhku tersedak saat mengeluarkan cairan squirt yang mengucur deras


*sret sret sret sret sret* Tubuh akhwat ini akhirnya mengalami orgasme


Tubuh yang kukendaliikan ini kembali ambruk tak bertenaga. Nafasnya tersengal2 dengan puting susunya yang masih tegak menggemaskan. Mas Eko beristirahat sejenak. Tangannya masih cukup letih, setelah mengocok dan mengobok kedua lubang adik iparnya


"Capek ya Ris? Sebentar Mas cuci tangan dulu.. Hehehe", kata Mas Eko sambil membiarkanku tetap terbaring dilantai yang masih kotor terkena kencing tadi. tanpa pakaian sehelai benangpun


Selang beberapa saat, Mas Eko sudah kembali ke ruang tamu. Kali ini ia membawa tongsis dengan handphonenya yang sudah terpasang. Ditaruhnya tongsis itu menyorot ke arahku. Menyuting keadaan tubuh adik iparnya yang sudah berantakan. Rambutnya basah terkena keringat dan acak2an. Sedangkan tubuhnya terbaring basah2an bersama kencingnya sendiri.


"Dik, sekarang Mas minta kamu masturbasi menghadap kamera. Mas tau pasti kamu pernah melakukannya. Gadis nakal sepertimu tidak mungkin tidak pernah masturbasi. Sekalian nanti mas tunjukkan ke para ikhwan yang kapan hari pada ngajakin kamu taaruf. Biar mereka tau, seberapa nakalnya akhwat yang mereka ajak taaruf. Heheheh", kata Mas Eko sambil tersenyum mesum


Tubuhku lalu didudukkan pada lantai dan bersandar pada sofa. Kubuka lebar mengangkang kedua kaki Rista yang mulus tanpa cacat, menampakkan vaginanya yang masih terlihat sempit dan masih perawan. Lalu, kukendalikan tangannya mulai menjelajah ke kelaminnya untuk mulai masturbasi menghadap kamera dihadapan kakak iparnya


Mas Eko sudah tidak tahan, sambil memandangiku yang mulai masturbasi. dia pun kembali mengeluarkan penisnya yang sudah tegang, menikmati pemandangan tubuh telanjang adik kandung istrinya yang sedang mencabuli kelaminnya sendiri dengan jemari tangannya yang lentik


Aku mulai mendesah terangsang. Akhirnya satu persatu fantasy ku menjadi kenyataan.  Membuat akhwat cantik alim bermasturbasi dihadapan ikhwan bukan mahromnya. Membuatnya terlihat nakal dan murahan dengan bermasturbasi penuh kenikmatan


"Aaaahhhh.. sssshhhhh..", Aku semakin terangsang


Begitu pun Mas Eko, ia sudah berdiri didekatku sambil terus mengurut penisnya, yang ukurannya tidak seberapa itu. Kocokannya semakin cepat


"Ssshhh.. Ayo dik... Kobel terus memekmu .. Buat dia muncrat lagi kayak tadi.. Shhhh.." Mas Eko terus mengocok sambil berdiri dihadapanku


Aku percepat kocokan tangannya agar vagina gadis ini semakin basah dan semakin banjir. Tanganku bergerak begitu cepat, sesekali kurangsang pula biji itil kecil akhwat cantik ini. Tubuhnya mulai mengejang, nafasnya mulai tersengal, vaginanya semakin gatal


"Aahh.. Aku keluaarrrr.."


*sret sret sret sret sret* cairan vaginaku menembak2 kuat seperti air mancur


Saking besar tekanannya hingga membuat pantatku ikut terangkat. Aku selesaikan masturbasiku, karena rasanya lubang pantat dan vaginaku nyut2an dan perih karena terus terkena gesekan dan juga lendir yang memerihkan. Keringat deras membasahi seluruh tubuh akhwat ini membuat tubuhku mengkilap eksotis


"Aarrrrgghhh Mas keluarrr...", tiba2 Mas Eko pun klimaks saat aku sedang tak siap.


*crot crot crot crot*


Semburan lahar hangat Mas Eko tumpah, jatuh mengenai wajah Rista yang sudah kelelahan. Aku tak sempat menghindar, dan kubiarkan saja dia menumpahkan sperma ke muka adik iparnya hingga tetes terakhir. Memang kuakui wajah Rista sangatlah cantik, dan juga lugu. Rasanya memang sangat nikmat menyemburkan peju ke wajahnya.. Aahh..


***


8 jam sudah tubuh Rista telanjang hari ini, selama itu pula Mas Eko terus mencabulinya. Dengan tak henti2nya menyiksa puting susu, vagina, dan juga lubang pantat adik iparnya dengan jari2nya. Sampai akhirnya pada pukul 16.00 ia sudahi menyiksa aurat Rista. Untungnya Mas Eko tetap komitmen tidak mau mengambil keperawanan Adik iparnya ini karena masih sayang sama Dewi


Setelah selesai dan Mbak Dewi sudah mau pulang, Mas Eko mempersilakan aku membersihkan diri, kembali menjadi akhwat yang terlihat menjaga diri dan menyambut kedatangan Mbak Dewi. Kami bertigapun makan malam bersama seperti biasa seolah-olah tidak ada yang terjadi.


**bersambung**


=========


Scene 6 : Pra-Taaruf


Hari H Pra-Taaruf pun sudah tiba, aku memutuskan memakai gamis dan daleman model standard saja, agar kesan akhwat baik2 masih  melekat selama proses pra-taaruf kali ini. Karena aku yakin, pasti ada ikhwan yang tidak suka melihat daleman dan gamis ketat seperti yang sudah kubeli, kurang berasa kesan akhwatnya.


Undangan sudah kusebar melalui pesan WA kepada siapa saja yang sudah transfer ke rekeningku. Kuputuskan untuk menyewa 1 kamar hotel yang cukup layak ditengah kota ini. Sesi pra-taaruf kulaksanakan start pukul 15.00 - selesai


"Kemana nih pagi2 kok udah cantik aja Ris?", goda Mbak Dewi memergokiku


"Eh iya mbak, ada acara nih. Oiya mbak, paling malam ini aku ngga pulang ya", jawabku singkat


"Hmm.. Gak boleh pacaran lho dek. Ga boleh berdua2an juga. Inget kalau berduaan yang ketiga itu setan"


*Ngga berduaan kok mbak, ini berlima belasan, dan setannya aku sendiri* kataku dalam hati sambil terkekeh


"Acara apa sih kok sampai gak pulang segala?", tanya Mbak Dewi lagi penuh curiga, sambil merapikan sedikit cadarnya yang miring


"Rahasia. Hehe.. Udah ya mbak aku berangkat dulu.. Daaahhh...", kataku sambil berjalan keluar rumah.


"Astgfrlhdzm.. Jangan lupa salam dek!", kata Mbak Dewi sambil geleng-geleng kepala


aku memang tidak mau menceritakan kegiatanku ini kepadanya, malas saja jika dia akan menceramahiku macam-macam. Masak iya aku berkata Aku mau kasih lihat auratku untuk dilihat kepada para ikhwan sebelum taarufan. Bisa diceramahi habis2an aku. Kulihat Mbak Dewi tidak mencercaku dengan berbagai pertanyaan interograsi yang detail, sehingga aku tidak perlu menyiapkan kebohongan yang lain.


Aku berangkat ke hotel menggunakan jasa Taxi Online, singkat cerita aku telah tiba di resepsionis, aku tunjukkan code booking onlineku kepada pria staff resepsionis itu. Aku sempat deg-degan khawatir resepsionis itu tidak mengijinkanku menginap . Ternyata pemikiranku salah, aku lega ternyata dia tidak bertanya macam2 kepadaku dan langsung memberikanku sebuah kartu kamar. Untungnya aku mendapatkan kamar di lantai 1, sehingga para ikhwan nanti tidak perlu repot kujemput ke lobby untuk naik lift, karena akses lift memerlukan kartu kamar agar bisa berfungsi.


"Langsung menuju kamar 112 ya, bersikaplah seperti biasa agar karyawan hotel tidak curiga ya akhi", ketikku dan kukirimkan ke sebuah grup yang kubuat dengan ikhwan2 yang mengikuti kegiatan pra-taaruf ini.


Aku rebahkan tubuhku dikasur hotel yang empuk. kunyalakan AC kamar dan sedikit menikmati dinginnya ruangan yang sudah lama tak kurasakan. Kuputuskan untuk kencing sebentar dan tak lupa kucuci vaginaku agar wangi. Tidak lucu aja kalau tiba2 aku nanti kebelet pipis ditengah sesi. Sambil menunggu kedatangan mereka. Aku menonton film porno kembali melalui handphone agar bisa menaikkan libidoku.


Kuberbaring diatas springbed ukuran king size yang begitu nyaman, jauh berbeda dengan kasur di kontrakanku. Kuangkat gamis keatas dan mulai kucolek memekku dengan jari telunjukku. Gerakan colmek kubuat perlahan saja kali ini agar tidak begitu basah. Yang penting terasa sensasi gelinya yang nikmat


"Sshhh.. Aaahhh" lenguhku menikmati pemanasan kali ini


*Tok tok tok* suara pintu diketuk setelah aku colmek kurang lebih 10 menit


*Jam berapa ini kok udah datang* kesalku


Jam menunjukkan pukul 14.15 masih lama sebenarnya dari sesi yang kujadwalkan. kubukakan pintu kamar, ternyata sudah berdiri 7 orang ikhwan yang tersenyum ke arahku. Demi menjaga image, kubalas senyuman itu dengan senyum tipis sambil menundukkan pandangan berlagak malu-malu.


"Aslmlkm ukh..",kata mereka sambil tidak menjabat tanganku dan hanya memberikan isyarat dengan merapatkan kedua telapak tangan didepan dada. Mereka paham untuk tidak bersentuhan dulu antara ikhwan dan akhwat.


"Wlkmslm, masuk dulu akhi", kataku mempersilakan mereka masuk


Baru 8 orang (termasuk aku) diruangan ini, ternyata ruang kamar hotel yang kupesan sudah terasa sempit. Para ikhwan yang hadir untungnya bersedia menunggu kedatangan ikhwan yang belum datang dan sambil membuang waktu, mereka mengajak ngobrol


"Afwan total ada berapa ikhwan ukh yang mau pra-taaruf dengan anti?"


"Ada 15 orang akhi", jawabku


"Banyak juga yaa.. Wah bisa sempit ruangan ini ukh.."


"Cukup lah ya walau agak dempet2an. Hehehe"


"Boleh dimulai sekarang aja ukh? Ana udah tidak sabar"


"Iya ukh sekarang aja, nanti yang lain bisa menyusul, demi mempersingkat waktu ", kata ikhwan yang lain


"Sabar akhi, kasian yang lain. Ana malas kalau ngulang lagi perkenalan dari awal"


Akhirnya para ikhwan mengerti alasanku dan setuju untuk menunggu kedatangan ikhwan yang lain. Beberapa menit kemudian akhirnya tibalah beberapa tamu undangan yang lain


*tok tok tok* suara pintu diketuk


Kubukakan pintu kamar dan ternyata 7 orang ikhwan sisanya sudah hadir. Akhirnya acara pra-taaruf bisa dimulai tepat waktu. Pukul 15.00 bahkan sudah kami mulai


"Bisa dimulai ukh.. Kami disini ingin prataaruf dengan Ukhti Rista sebelum melanjutkan ke proses taaruf", kata seseorang ikhwan disambut anggukan kepala ikhwan2 yang lain


"Jadi nanti Ukhti bisa pilih salah satu dari kami mana yang ukhti pilih untuk menjalani proses taaruf"


Aku berdiri ditengah2 mereka, suasana seperti ini membuat jantungku berdebar kencang. Bagaimana nantinya acara ini akan berlangsung.


"Ayo ukh, perkenalkan diri ukhti dulu", pinta salah satu ikhwan yang tak kuingat nama2 mereka.


"Iya akhi.. Nama ana Rista Amelia Jihan, ana usia 25 tahun..", kataku memulai acara


"Udah 25 ya Ukhti? Wah udah waktunya nikah tuh ukh.. aktivitasnya apa ukh?", tanya salah satu ikhwan, ikhwan yang lain menyimak dengan seksama


"ana kuliah jurusan pendidikan guru di Universitas Majuterus Pantangmundur, dan biasanya ana juga kerja sambilan dengan menjadi guru privat", jawabku


"Guru privat kelas berapa?"


"SD dan SMP akhi", jawabku


"sebelumnya Ukhti Rista apakah pernah taaruf?"


"Pernah akhi, tetapi kandas tengah jalan. Ternyata beliau berbohong dan sudah beristri 2", kataku mengarang cerita


"Oh begitu.. langsung anti hentikan saat itu juga prosesnya?"


"Iya akhi, ana tidak suka ikhwan pembohong"


"Sejak kapan Ukhti Rista berjilbab syari?", tanya salah seorang ikhwan lagi


Aku kemudian berpikir sejenak. Mencari jawaban yang tepat dan terkesan natural


"Waktu SMA, ana masih belum memakai kerudung. Seragam sekolah ana bahkan masih ketat dan roknya pendek hingga diatas lutut akhi. Baru awal masuk kuliah, ana mulai mengenakan jilbab syari"


"Wow selama SMA brarti Ukhti bajunya masih sexy sexy?"


"Iya akhi. Hehe.. Tapi ya akhirnya saya mutusin hijrah", kembali aku mengarang cerita


"Alasan pakai gamis syari kenapa ukh?"


"Ana lihat wanita bergamis itu terlihat anggun. Ana coba pakai pakaian syari ternyata ana cocok. Akhirnya keterusan akhi sampai sekarang", jawabku


Para ikhwan mengangguk mendengar jawaban yang kuutarakan. Semua terkesan jujur dan tidak dibuat-buat.


"Jadi anti menggunakan pakaian syari agar karena terlihat lebih anggun ya? Klo suami minta lepas hijab ukhti bersedia?", tanya seorang ikhwan


"Jujur saja awalnya iya akhi, ana memakai gamis awalnya memang ingin terlihat lebih anggun dan dewasa, keterusan deh.. Kalau lepas hijab, afwan ana belum bisa. sudah terbiasa berpakaian seperti ini akhi"


"Menurut kami, anti memang cantik kok pakai kerudung, apalagi kalau polosan cuma pakai kerudung aja. hehehe", goda seorang ikhwan disetujui oleh ikhwan yang lain sambil tertawa malu2


"Akhi bisa aja"


"Tapi menurut ana, anti itu akhwat paling berani dibanding akhwat2 yang pernah ana kenal. Anti orangnya to the point, Anti yang paling bisa bersuara, itu yang membuat kami kagum dengan anti", kata salah satu ikhwan  disambut anggukan yang lain


"Syukron akhi. Ana hanya merasa perlu menyampaikan hal hal yang menurut ana mengganjal dipikiran ana, termasuk pentingnya aurat kami para akhwat bagi calon suami kami"


"waktu SMA pernah pacaran?", tanya yang lain


"Pernah akhi"


"Berapa kali?"


"3 atau 4 kali. jawabku mengada-ada"


"Wow dulu suka ganti2 pacar ya..ngapain aja waktu pacaran ukhti?"


"Ana tidak pernah sampai ML akhi waktu SMA dulu.. sebatas berciuman dan saling raba saja. Karena itu ana ingin hijrah setelah itu. Afwan jika antum semua jd sedikit kecewa"


"Oh tidak apa2 ukhti. Setiap manusia punya masa lalu, menurut ana tidak masalah", kata salah satu ikhwan dan diamini yang lain


"tetapi anti masih perawan kan ukh?"


"Masih kok akhi, bisa antum cek sendiri biar sama2 enak"


"Yasudah yuk dimulai ukhti. Tolong ukhti perlihatkan aurat ukhti, agar penis kami bisa semakin tegang dan mengeras melihat aurat anti yang anti tutup rapat itu"


Para ikhwan semakin mengerubungiku dan mendekat kearahku. Mereka mulai melucuti celana dan baju yang mereka kenakan. Hingga akhirnya mereka hanya mengenakan sebuah celana dalam yang dibiarkan menutup sementara aurat mereka. Tubuh2 ikhwan yang mengerubungiku bermacam-macam bentuk. Ada yang kurus kering, ada yang standard, ada yang gemuk, dan ada yang atletis kekar.


"Ayo Ukhti Rista, perlihatkan auratmu. Kami penasaran apakah auratmu sesuai dengan kriteria istri kami", kata salah satu ikhwan


"Perlu ana buka pula kerudung ana akhi?"


"Jangan dulu ukh, nanti saja. Kami ingin menikmati auratmu versi ukhti-ukhti terlebih dahulu"


Akupun mengangguk dan perlahan. Mereka duduk mengerubungiku. Sedangkan aku berdiri ditengah-tengah para ikhwan. kusingkap kerudung lebar yang dipakai tubuh Rista yang menutup dada ke belakang. sehingga tonjolan payudara yang bulat terlihat dari gamisnya. Langsung kutampakkan buah dada Rista yang membulat dibalik gamis yang sedikit ketat.


"Arggggghh Gak kuat..*


*crot crot crot*


Seorang ikhwan berperut gemuk langsung tidak tahan mengeluarkan spermanya begitu melihat lekuk buah dadaku dibalik gamis yang kukenakan. Padahal ia hanya menekan2 penisnya dari celana dalamnya saja. Tak kusangka bisa keluar begitu cepat ikhwan gemuk itu..


Wajah ikhwan itu terlihat malu, karena dia sudah keluar lebih dulu. Sedangkan ikhwan yang lain masih pemanasan mengumpulkan birahi sambil memandangi tubuh Rista yang perlahan kupreteli pakaiannya.


"Ana tidak lolos kualifikasi ya ukhti?", tanya ikhwan itu dengan wajah penuh kekecewaan, mengapa ia bisa keluar secepat itu


"tidak belum ana putuskan kok akhi, antum masih boleh lanjut ikut akhi", jawabku menghibur wajahnya yang perlahan sumringah


Wajahnya langsung bahagia, dia kembali semangat mengikuti proses ini, walau penisnya telah layu.


Beberapa bahkan sudah ada yang memelorot celana dalam sambil mengocok kelamin mereka. Kuturunkan resletingku Perlahan hingga kulit putih tubuh akhwat ini semakin terbuka. Sebentar saja aku sudah setengah telanjang dihadapan mereka, menyisakan bra, celana dalam, dan kerudungku saja.


"Sexy sekali tubuhmu ukhti.. Kulit anti putih mulus.. Sungguh beruntung siapa diantara kami yang bisa meminang ukhti kelak. Coba anti berputar 360 derajat sambil angkat tangan ukhti.."


Aku turuti permintaan mereka dengan berputar pelan2 agar mereka bisa memandangi tubuh Rista lebih detail. Lalu kuangkat kedua tanganku keatas tinggi-tinggi, kutampakkan kulit ketiakku yang putih bersih tanpa bulu itu dihadapan mereka


"Sexy banget anti... Luar biasa, wanita idaman sekali anti ukh.. Ayo ukhti remas payudara anti, kami ingin lihat calon istri kami pintar menggoda hingga hubungan badan menjadi lebih intens dan panas"


Aku kembali menuruti permintaan mereka, kumainkan payudara Rista dengan kedua tangannya. Kuremas2 dadanya yang bulat itu dihadapan para ikhwan dengan nakal dan bitchy. Semakin banyak ikhwan yang menanggalkan celana dalamnya dan mulai mengocok sendiri batang penis mereka


"Goyang bokongmu.. Ukhti Rista.. Menarilah erotis sambil perlahan anti buka tali bra anti. Perlihatkan puting susumu sayang", pinta ikhwan semakin berani dan riuh


Kugoyangkan pantat Ukhti Rista dihadapan para ikhwan dengan erotis. Sesekali kumainkan karet celana dalamnya dan kuturunkan sedikit memamerkan bulu jembut Ukhti alim ini. Lalu kugoyang sambil berjongkok dengan kaki mengangkang, memperlihatkan betapa basahnya celana dalamnya tepat ditengah penutup kelaminnya itu


"Arrghhh Ukhti sexy sekali..." erang seorang ikhwan dan dia mencapai klimaksnya melihatku goyang jongok. Padahal aku hanya bergoyang ala kadarnya dan asal2an, tetapi mereka sudah mulai mencapai klimaksnya


*crot crot crot crot*


Lahar panasnya yang putih kental itu jatuh ke lantai hotel. Ikhwan itu langsung loyo dan sedikit mundur kebelakang. Memberikan space kepada rekannya untuk melihatku lebih dekat. Sambil terus bergoyang erotis, mulai kubukakan pengait bra Ukhti Rista hingga jatuh perlahan dari pundak hingga terlepas cupnya menahan menutup payudaranya yang selalu ia jaga. Kuputar tubuh Gadis berjilbab ini membelakangi mereka dan kututup payudaranya dengan kedua tanganku. Sebelum kubalikkan tubuhnya menghadap kepada para ikhwan kembali sambil terus kututup payudaraku dan kuremas-remas nakal dihadapan mereka


Penis2 mereka semakin tegak dan mengeras melihat tubuh Ukhti cantik yang kukendalikan ini semakin berani memperlihatkan auratnya semakin terbuka. Kocokan pada penis mereka semakin cepat. Terdengar suara desahan bersahutan yang keluar dari mulut para ikhwan dengan nafasnya yang mulai berat


"warna puting susu ana Pink kecokelatan atau cokelat tua? Yang paling cepat angkat tangan dan jawab yang benar ana kasih hadiah", godaku semakin membuat para ikhwan riuh dan bertepuk tangan


"cokelat tua.. pink kecokelatann.. cokelat mudaa .. ", para ikhwan mulai menerka warna puting susuku sambil mengacungkan jari


Kutunjuk satu ikhwan yang gemuk, yang tadi keluar sperma paling cepat. Terlihat wajahnya bingung saat tau aku memilihnya untuk menjawab


"pink kecokelatan..", jawab ikhwan gemuk.


Kubuat tangan Ukhti Rista perlahan mulai melepas kedua tangan yang dari tadi menutup payudaranya. Seluruh mata memandang terkesima ke arah gunung kembar Ukhti cantik yang selama ini tidak pernah dia perlihatkan kepada siapapun.


"Betulll..", kataku sambil membuka lebar payudara indah milik Rista dihadapan para ikhwan


Ikhwan itu begitu senang sebentar lagi menerima hadiah dari Akhwat cantik yang sudah berdiri topless dihadapannya


"Kuijinkan antum sentuh puting ana selama 30 detik", kataku membuat seluruh ikhwan begitu riuh iri dengan keberuntungan si ikhwan gemuk


"Beruntung sekali ikhwan itu" beberapa ikhwan telihat ngobrol lirih seperti rasan-rasan


"Ana mulai sentuh susu anti ya Ukhti..", ijin ikhwan gemuk dan kuanggukkan kepala mengijinkannya


Tangannya yang penuh lemak itu mulai meremas payudara Rista, secara bersamaan. Tubuh Rista terasa menegang dan kurasakan detak jantungnya semakin meningkat. Sang ikhwan gemuk lalu mulai mencubit puting susu yang mancung menggoda itu. Lalu dengan jempol dan telunjukknya mulailah ikhwan itu memuntir puting susu Rista bersamaan


"Aahhhhh.. ", Sebuah desahan terdengar manja keluar dari bibirnya yang tipis


Pentil susu akhwat ini semakin terasa menebal dan keras karena sentuhan ikhwan gemuk itu yang terus memilin2 kedua puting susunya selama beberapa saat


"Sudah 30 detik akhi hah.. hah.. hah.." ,kataku mengingatkan sambil tersengal-sengal karena rangsangan pada puting susu akhwat ini


Lalu aku berdiri tegak, payudara Rista menggantung bebas, dan ujung putingnya mengacung. Kubiarkan sejenak mereka memandangi tubuh bagian atas yang sudah terbuka seutuhnya dihadapan mereka.


"Melihat ukhti seperti ini saja kami sudah ereksi ukh, gimana kalau anti sudah telanjang bulat. Luar biasa pesona anti. Wajah lugu tetapi begitu berani dan pandai membuat kami terangsang hebat. anti sungguh cantik, mata bulat anti sayu dan meneduhkan, bibir tipis anti juga terlihat menggoda sekali, nikmat sekali rasanya untuk dicium. tubuh anti begitu sexy. Aahhh ..", kata salah satu ikhwan mulai mendesah sambil memuji tubuh Rista, tak mampu ia menahan konaknya. Tubuhnya mulai mengejang dan menegang, hingga kembali tumpah sperma salah satu peserta yang mengukuti pra-taaruf ini


*crot crot crot crot crot*


3 orang ikhwan tak sanggup menahan ejakulasinya dan dikeluarkannya dengan deras menggenangi keramik hotel tempat kami berada.


"Afwan anti, tubuh anti terlalu menggairahkan hingga belum apa2 kami sudah keluar. Sangat sexy dan sempurna.."


"Syukron atas pujiannya antum ya akhi", jawabku


"Remas dan mainkan pentil susu anti dong ukhti...", kami ingin lihat anti mendesah kenakan sambil mainin puting susu anti yang kecil mungil itu..


"Iya akhi", jawabku lalu segera meremas gunung kembar Rista dengan kedua tangannya sendiri. Kupelintir dan kucubit puting susu akhwat ini dengan nakal dihadapan para ikhwan, suhu ruangan begitu dingin, tetapi suasana mulai memanas.


Aku lalu memutuskan untuk rebahan pada ranjang. Kunaikkan tubuhku keatas kasur dengan sprei berwarna putih itu dengan merangkak, sedikit memamerkan pantat Rista dalam posisi menungging. Lalu sambil terlentang,  Kumainkan puting susu Rista sebelah kiri, sedangkan tangan kanannya kukendalikan menyusup ke dalam celana dalam dan mulai menggaruk alat kelaminnya


"Ssshhhh... aaahh....", desahku


Aku mulai masturbasi dihadapan para ikhwan. Para ikhwan langsung berdiri mengelilingi kasur hotel, memandangi akhwat dihadapannya sedang menikmati tubuhnya sendiri. Ikhwan berjumlah 15 orang ramai2 mengocok mengelilingi tubuh Ukhti Rista yang kurasuki ini dengan pandangan penuh birahi.


"Oohhh.. Oohhh.. Ssshhh.. ", lenguhan2 suara para ikhwan yang terus beronani memandangi akhwat dihadapan mereka yang keasyikan masturbasi


"Afwan Ukhti.. Ana tidak sabar lihat tempik anti.. ijinkan ana turunkan celana dalam anti agar tempik anti terlihat oleh kami"


"Silakan akhi.. Ingat jangan bersentuhan akhi..", kataku sambil kuangkat pantatku agar ikhwan itu bisa memelorot celana dalam yang menempel pada tubuh Rista.


"Wowww....." mereka begitu riuh melihat alat kelamin akhwat cantik yang sedang tiduran.


Vaginanya merekah, tidak hitam, samar terlihat warna pink pada bagian dalamnya. Belum lagi, jembutnya yang dipangkas rapi model segitiga menghiasi bagian atas kelaminnya


"Arrrggghh gak kuat ana ukhhh.. Liat aurat anti saja ana sudah cepat keluarr.. aaahhh", sambil terdengar desah beberapa ikhwan


*crot crot crot crot crot crot*


Beberapa ikhwan langsung muncrat tidak sanggup menahan birahi mereka yang sudah diubun-ubun. Mereka tumpahkan semuanya diatas kasur tempatku sedang terbaring pasrah


Kehormatan Rista yang selama ini Ia jaga sudah kurusak. Tubuhnya telanjang totalnya sudah kuexpose ke ikhwan2 pengajiannya. Aku pertontonkan aurat indah dan terjaganya muslimah cantik bernama Rista ini. Tubuhnya sudah tersaji telanjang bebas. Para ikhwan mencoba menahan konaknya dengan melambatkan tempo kocokan penisnya.


Pandangan mereka semua sudah sangat bernafsu memandangi tubuh telanjang gadis ini. Kain satu2nya yang menempel ditubuhnya hanyalah kerudung yang saat ini masih menutup rapi aurat rambutnya. Kukendalikan tangan Rista dan kututup kelaminnya dengan tangannya karena sedari tadi para ikhwan terus menatap ke area paling rahasia dari seorang wanita.


"Jangan ditutup atuh ukhti. Kami ingin melihat  kelamin calon istri kami. Ayo Ukhti Rista buka vagina anti ukh, jangan malu-malu. biar penis kami bisa tau seperti apa lubang memek tempat pensis kami bersarang nanti. Hehehe", ujar salah satu dari para ikhwan mulai ngomong kotor


Pelan2 aku singkirkan tanganku dan kubuka vaginaku dihadapan mereka. Pandangan mereka menatap tajam ke lubang senggamaku. Terlihat masih rapat belum terjamah penis pria


"Aaahh.. Bagus banget tempik anti. Kayaknya masih rapet nih. Terlihat tempik anti begitu terawat, warnanya bagus. Aaaahhh.. ngaceng ana ukh... Aarrggghh  ane keluarin aja gak kuat ini penis ana nahan..", erang seorang Ikhwan


*crot crot crot crot*


Penisnya menembakkan sperma cukup banyak dan sedikit terciprat ke pahaku. Namun kumaafkan karena ia memang tidak sengaja. Lalu penis yang tadinya tegak itu perlahan mulai layu dan mengecil.


"Sekarang kami ingin tau apakah anti benar2 perawan. Coba anti buka lebar2 memek anti dan tunjukkan kepada kami kalau anti memang masih perawan.", kata seorang ikhwan


"Iya akhi"


Kubuka lebar kulit labiaku dan kuperlihatkan bagian dalam lubang memekku dihadapan mereka. Seseorang bahkan iseng menyinari lubang memekku dengan senter handphonenya.


"Selaput daranya masih utuh nutup sebagian besar lubang vaginanya, iya nih ukhti Rista masih perawan", katanya entah benar atau cuma sok tau


Mereka berkerumun memandangi bagian dalam lubang memekku dari jarak dekat. Dengus nafas hangat mereka samar2 terasa berhembus menyentuh kulit dalam lubang kewanitaanku. Hanya terkena hembusan nafas dan dipandangi begitu saja, birahi tubuh Rista semakin bergelora


"Boleh ana  jilat memek anti Ukhti Rista? Ana tidak ingin salah pilih, memek calon istri ana harus nikmat cairan lendirnya", kata seorang ikhwan


"Ana juga mau.. Ana juga mau.. Ana juga...", kata ikhwan yang lain.


Tanpa menunggu persetujuanku mereka mulai mengantri untuk menjilati lubang kewanitaanku. Ikhwan yang tadi langsung berada di garis terdepan berlutut dan mulai menjilati lubang memekku


"Aaaaaahhhhh... Ooooohh.. Geli akhiii.. Ingat perjanjiannya antum semua dilarang sentuh anaaaa.  ", desahku saat lidah basahnya mulai menyapu bibir vaginaku


"Kami tidak menyentuh anti, kami hanya menjilati lubang memek anti yang udah becek itu  Buka lebih lebar ukhti.. Ana ingin jilat bagian dalam memek anti", pintanya


Suasana semakin memanas, mereka semakin semaunya. Kubuka lebar lubang memekku dengan kedua tanganku dan ikhwan-ikhwan itu mulai berbaris rapi menjilati vaginaku yang sangat basah


*slurupppp slurupppp sluruppp*


*Sssshhh.. Geli akhi... Aaahhh.." aku mulai terbuai dengan permainan lidahnya


Kemudian secara bergantian satu persatu ikhwan ikhwan itu menjilati bagian dalam vaginaku dan merasakan rasa lendir memekku seperti apa.


"Segerrr.. Sama sekali tidak bau amis cairanmu ukhti.. Enak sekali cairan memekmu ukh.. slruppp sluruppp", puji seorang ikhwan sambil terus menjilati lubang pribadi ku itu


"Iyyaaahhh.. Aaahhh.. Syukron akhi... Sshhh.. Afwan ana keluarrrr", desisku sambil menarik sprei kasur saking nikmatnya jilatan yang kurasakan pada vaginaku..


"keluarkan anti. jangan anti tahan"


"Ooohhh... Aaahhhh..", desahku


*srett sreettt sreetttt* cairan dari kelamin Rista meluber keluar dari lubang vaginanya


Para ikhwan itu berebutan menyeruput cairan vagina Rista seperti kucing yang sedang kehausan.


"Aaaahhh.. Jangan rebutaannn. Satu satu akhiiii.. Sssshh... Ana keluar lagiiii Oouuhh"


*sret sret sret sret* air cintaku kembali mengucur bak air mancur.


"Luar biasa akhwat ini. Bisa squirting berkali kali. Tak sabar ana meminang anti ukhti. Dilayani tubuh seindah ini. It's my dream.." Puji seorang ikhwan


"Sekarang kami sudah tau kenikmatan aurat anti. Syukron untuk sajian nikmatnya ukh.. Sekarang giliran anti yang memilih kontol kami. Kata para ikhwan sambil mendekatkan alat kelamin mereka kepada gadis ini


Mereka langsung mengerubungi tubuh Rista, mengocok penis mereka dekat2 ke tubuh telanjangnya. Desahan demi desahan semakin terdengar ramai. Mereka beronani diatas tubuh akhwat yang sedang kukendalikan ini


"Aaaahhh ana tak tahan lagi, Ana pejuin wajah cantikmu Ukhti Rista"


*crot crot crot crot* semburan cairan putih kental itu langsung mendarat tepat dikeningku. Rasanya terasa lengket dan hangat. Ditambah lagi aromanya membuat mual.


*crot crot crot crot* kembali lahar panas kental berwarna hitam kembali ditembakkan ke wajahku. Membuat wajahku semakin penuh ceceran sperma mereka


"Ana juga keluarrrrr... Aaaahhh..", kata ikhwan sebelah kananku ambil tubuhnya bergetar hebat


*crot crot crot* kali ini tumpahannya menyembur tepat di bibir serta sebagian hidungku


Suasana semakin tak karuan, mereka bergantian menyemburkan spermanya ke wajahku. Menjijikkan tapi juga bikin sange berat. Mereka benar2 menumpahkan wajah cantik Ukhti Rista si muslimah alim dengan peju2 kental mereka


*crit crit" semburan ikhwan terakhir ini begitu lemah dan hanya menetes karena encer


"coba anti berdiri", kata salah seorang ikhwan


Aku turuti permintaannya, ternyata dia lalu tiduran dibawahku. Kemudian aku disuruhnya duduk berjongkok dan vaginaku tepat diatas kepalanya.


"Aaaaahhh...", kembali dari mulut Rista keluar desahan merdu.  Terasa sekali lidah ikhwan itu kembali menjilati vagina Rista. Rasa geli luar biasa, membuat tubuhnya bergetar hebat, ditambah lagi, posisi Rista yang berjongkok membuatku harus mempertahankan keseimbangan dan butuh tenaga extra. Vagina akhwat ini kembali terasa lembab dan mulai becek kembali.


"Oohhh Ukhti Rista... Memek anti becek lagi... Anti gampang sange ya ukh?"


"Iya akhiiiii.. adduuhh.. Ssshhh..", aku mencoba menahan bibirku kembali mendesah. Tubuh ini benar2 menikmati permainan gila ini


*Serrr serrrr serrrr serrrr serrrrr* aku kembali squirting dengan semburan kencang, kali ini dengan posisi berjongkok


Cairan lendir ku menyemprot 5x  menyemprot hingga terkena wajah ikhwan yang sedang tiduran menjilati memekku. wajah ikhwan itu menjadi basah terkena lendir memekku yang muncrat muncrat.


"afwan akhi ana muncrat tidak permisi", kataku


"tafadhol ukh. Anti boleh sesukanya yang penting anti tidak jaim", jawabnya sambil kembali menjilati sisa cairan vagina yang masih menempel di garis vaginaku


Kaki akhwat ini terasa lemas hingga aku tak sanggup lagi untuk berjongkok. Tubuhnya langsung terduduk tepat di kepala ikhwan dibawah. Memek Rista tepat menancap di bibirnya


"Afwan akhi kaki ana terasa mau copot. Hah.. Hah.. Hah..", kataku dengan nafas tersengal sengal akibat orgasme yang hebat barusan


Tubuhku langsung ambruk dilantai, Lalu beberapa ikhwan membenarkan posisi tidurku kembali terlentang. Ikhwan-ikhwan itu terus mengocok penisnya memandangi tubuh akhwat cantik yang sudah terbaring lemah didepan mereka


"Kami juga ingin merasakan puting susu calon istri kami. Karena dari puting susu terbaiklah asi berkualitas bisa diproduksi. Hehehe .", kata seorang ikhwan diamini ikhwan yang lain.


Mereka berebutan mengenyot puting susu Rista bergantian. Aku hanya bisa pasrah membiarkan mereka menjilati payudara Rista sesuka mereka. Desahan lenguhan kami bersahut-sahutan dari ruang kamar hotel ini. membuat suasana kamar ini menjadi terasa meriah


"Puting susu anti menggemaskan sekali. Udah pink, bentuknya pun sempurna. Bener2 puting susu idaman..", puji seorang ikhwan sambil terus memelintir dan menetek ke pentil susuku


"Aaahh.. Ssshh.. Syukron akhi...Nikmatin pentil ini akhii", hanya itu yang kubisa kujawab.


*crot crot crot crot crot crot crot* mereka menumpahkan isi buah zakar mereka bergiliran. Kebanyakan mereka tumpahkan ke wajah muslimah ini. Sebagian lainnya jatuh di leher dan payudaranya


"Sekarang ukhti ratakan, peju kami ke wajah ukhti. Tanda kami telah menyelesaikan pra-taaruf ini dengan baik. Ayo patuhi perintah ana. Istri yang baik adalah yang patuhi kepada suami", perintah salah satu dari mereka


Setalah rata, salah satu diantara mereka menarik kerudungku, hingga terlepas. Rambut hitam Rista jatuh terurai


Mereka membantu membersihkan sisa sperma yang mereka tumpahkan ke wajah akhwat ini dengan kerudung yang kupakai. Pelan2 mereka bersihkan dengan telaten menggunakan kain kerudungku


"Akhirnya kami bisa melihat anti tanpa kerudung, cantik sekali luar biasa.. Namun anti lebih  menarik tetap dalam versi akhwatnya, bikin sange abis. Hehehe..", ujar salah satu ikhwan


"Gimana Ukhti Rista? Siapa diantara kami yang paling pantas melanjutkan proses lebih jauh?", tanya seorang ikhwan yang sudah cukup puas menikmati aurat Rista yang ia jaga mati2an kupertontonkan semudah itu.


"afwan akhi, ana belum punya jawaban. Sperma antum semua rasanya hampir sama. Ana belum bisa membedakan mana yang terbaik bagi ana kelak", jawabku


"Mungkin anti sempat melihat ukuran kami, siapa yang paling anti suka dari sisi ukuran dan bentuknya", kata seorang ikhwan


"Ana belum ada jawaban akhi", jawabku sambil menggelengkan kepala


"Ok kami tunggu jawabannya ya ukhti"


lalu satu persatu mereka mulai mengenakan pakaiannya dan meninggalkan ruangan kamar hotel. Meninggalkanku yang sudah mereka pejuin rame2 di dalam ruang hotel ini


**bersambung**


==========


Scene 7 :  Pindah Raga


"Hei Bliss.. Keluar kau.. aku ingin bertanya kepadamu", pekikku dalam mimpi, karena hanya dari mimpilah aku bisa berbicara dengannya


Tiba2 asap hitam pekat mengelilingi ruang kosong ini. Lalu terdengarlah suara tawa menggema yang memekikkan telinga


"Hahaha.. Ada apa Rony? Kau mencariku.."


"Pertanyaan pertama yang paling mengganjal pikiranku, dimana jiwa asli gadis itu sekarang?"


"Hahaha... Mengapa kau peduli pada jiwanya.. Jiwanya selalu ada didekat raganya. Dia selama ini memandangi tubuhnya yang sedang kau kendalikan Rony."


Aku terkejut mendengar jawaban si iblis. Aku tidak tahu selama ini jiwa Rista melihat segala tingkah lakuku mengendalikan raganya


"Jadi selama ini jiwanya melihat apa saja yang sudah kuperbuat pada tubuhnya?", tanyaku


"Ya.. Jiwanya menangis saat tubuhnya kau buat tak memiliki harga diri Rony. Hahaha.. Jahat memang kau Rony, aku suka. Mengapa kau bertanya tentang hal itu?"


"A... Aku hanya berpikir ingin mengembalikan tubuh ini ke jiwanya yang asli.."


"Hohohoi kenapa Rony? Kau sudah bosan? Apakah kau tidak puas bermain2 dengan tubuh gadis cantik itu lagi?"


"Tidak aku tidak bosan. Bahkan aku sangat puas dan senang. Segala imajinasiku kurealisasikan ke tubuhnya. Hanya saja, aku tidak bisa menikmatinya secara totalitas.."


"Hmm kenapa?"


"Aku puas ketika kupamerkan tubuhnya yang slalu ia tutup itu, aku senang bisa explore gairah gadis itu yang mudah naik, Namun aku merasa aneh, ketika para pria mulai berbuat lebih. Mereka tak segan menyemburkan sperma mereka ke wajah gadis itu seperti ketika prataaruf kemarin, itu rasanya seperti mereka menyemburkan spermanya ke wajahku. Membuatku jijik blis.."


"Hahaha.. hahahah.. Wkwkwkw.. Hanya perasaanmu saja itu mah.. Mereka tetap menyemburkan ke wajah gadis itu, bukan ke wajahmu!"


"Iya memang, tetapi aku merasa seperti itu..  Aku tak sanggup lanjut melakukannya. Aku jijik melihat batang penis mereka didekatku.. Apalagi membayangkan aku berciuman, mengulum kelamin mereka, bahkan mereka pasti akan menyetubuhiku.. Najiss.. Aku pria normal. Tentu saja itu Membuatku muntah!"


"Hahaha.. di dunia satanis itu sudah biasa Rony, kau nikmati saja berciuman serta mengulum penis pria2 itu. Toh yang mereka lihat adalah sosok gadis cantik, bukan tukang begal seperti kau"


"Sorry aku tidak sanggup melakukannya blis.. tak bisakah kau keluarkan aku dari tubuh gadis ini? Lalu kukendalikan dia dari luar tubuhnya? Sehingga dia sendiri yang akan merasakan semuanya", kataku penuh harap mungkin ada cara seperti itu


"Hmm sebentar.. Ada sebuah cara, biasanya manusia meminta hal seperti itu kepada kami ketika mereka menginginkan seorang budak sex. Perlu diadakan ritual khusus dan perjanjian dengan kami. Kami jamin gadis yang mereka inginkan akan bertekuk lutut & patuh terhadap apapun perintah mereka"


Sebuah titik terang bagiku. Aku semakin ngaceng membayangkan bisa mengendalikan gadis itu sesukaku tanpa berada didalam tubuhnya


"Ritualnya seperti apa?"


"Berzina dengan calon budakmu lalu berikan dia mantra sugesti", jawab iblis serius


*glek aku terkejut mendengarnya. Mendadak kurasakan desiran panas membayangkan aku bercinta dengan akhwat itu*


"Mantra sugesti? Aku tidak paham.."


"Jadi nanti Calon tuan dan calon budak bercinta seperti biasa, bacakan mantra yang akan kuajarkan padamu ke calon budakmu saat kau setubuhi dia. Kalau berhasil, dia akan melakukan apapun yang kau katakan, walau logika tau itu salah. tetapi tubuhnya akan tetap melakukan perintahmu"


"Mantra? benarkah yang seperti itu ada?" Tanyaku heran


"Hei kau meremehkanku, kami iblis punya kesaktian. Kami iblis punya teknologi yang kalian tidak punya.", Kata iblis sombong


"Ya.. kau akan kuajari sebuah mantra yang akan mensugesti gadis itu, setubuhi gadis itu sambil mebisikkan mantra yang akan kuajarkan. Maka batang penismu akan memiliki kemampuan iblis yang membuat dia bertekuk lutut padamu, menuruti segala perintahmu. Tancapkan pada rahimnya dan semburkan spermamu pada gadis yang mau kau jadikan budak, maka dia menjadi milikmu selamanya"


"Mengerikan, Kau jangan bercanda blis.. Apakah benar bisa seperti itu.. Itu seperti ritual2 pada film.."


"Aku tidak bercanda.. Oiya yang harus kau tahu, kau dan budakmu akan tunduk padaku. Dia juga akan menjadi persembahan untuk kami. heheheh"


"maksudmu?"


"budakmu akan menjadi budak kami juga para iblis. Dia akan disetubuhi ramai-ramai oleh kami. Rahimnya akan kami gunakan sebagai wadah untuk melahirkan anak2 kami. Anak-anak iblis"


"Hahhhh..... Mengerikan.."


"Bukan hanya itu, satu semburan sperma kami kalau diduniamu normalnya menjadi satu anak. Tetapi dari sperma iblis. Bisa2 Rista melahirkan hingga 5-6 anak, itu hanya dari 1 iblis saja. Kalau dia disetubuhi oleh 5 iblis, Rista bisa melahirkan hingga 30x. kalau 20? kau bisa bayangkan sendiri. hahaha... kau bayangkan berapa anak iblis yang bisa lahir dari tubuh alimnya itu kalau kami terus menyetubuhinya. Ditambah lagi, kelahiran bayi iblis tidak selama manusia yang butuh hingga 9 bulan lebih. Kalau bayi kami biasanya butuh 1 hari saja dan mereka akan lahir, itulah mengapa jumlah kami jauh lebih banyak dari kalian para manusia"


"Dimana kalian biasa menyetubuhi manusia?"


"Biasanya kami akan hadir di mimpinya. Lalu kami setubuhi dia didalam mimpinya itu.  Ketika hamil, perutnya tidak akan membesar, Hanya saja dia akan merasa sakit selama 1 hari. Badannya akan terasa sangat letih, capek, mual, demam, diare dan kepala pusing selama 1 hari penuh"


*Glekk.. tak kusangka ternyata resikonya begitu tinggi ketika Kita sudah menanda tangani perjanjian dengan iblis. Mengerikan.. Tetapi aku ngaceng juga. Membayangkan memek Rista dikontolin kontol iblis yang ukurannya pasti besar2 seperti yang pernah kutonton di hentai-hentai*, batinku dalam hati


"Baiklah aku setuju, kau nanti juga boleh menyetubuhinya. Lalu bagaimana caraku bisa bersetubuh dengan Rista? Sedangkan tubuhku sudah hancur tak berbentuk"


"Kau harus masuk ke dalam tubuh pria  dan menjadikannya budak sex dengan tubuh pria itu. Kira2 kau ada target mau bersemayam ditubuh siapa??", tanya iblis


Tiba2 aku hanya memikirkan satu nama yang cocok, 1 orang yang kelihatannya kuat dan pure evil.


"Endrix", kataku


"Namun ingat, kau tidak akan menguasai tubuh pria itu 100%, kau hanya akan bergabung dengan jiwa pria itu. Apa yang kau pikirkan, tubuhnya akan melakukannya. Kau pun akan merasakan kenikmatan bersetubuh melalui tubuh pria itu nantinya. Apa yang ia rasakan, kau juga akan merasakannya"


"Hmm.. menarik blis.. Bagaimana strateginya?"


"Kalau begitu, segera kendalikan gadis itu untuk menemui Endrix, mengajak bercinta pria itu dan ketika akan bersetubuh, keluarlah dari tubuh gadis itu dan pindahlah ke tubuh Endrix. Jadi nantinya yang kalian setubuhi adalah jiwa Rista yang asli, karena saat kau keluar dari raganya, jiwanya akan langung mengambil alih raganya lagi 5 detik kemudian"


"lalu bagaimana caraku keluar dari tubuh Rista?"


"Hehehe...", tiba2 iblis tertawa


"Apa yang lucu?", tanyaku mulai curiga


"Hanya ada 1 cara kau bisa meninggalkan tubuh Rista dan masuk ke tubuh Endrix, kalian harus bersetubuh, pastikan kau buat Rista orgasme dan berteriaklah Akuuu keluarrrr sambil dari lubang memeknya mengeluarkan cairan... Maka jiwamu akan keluar dan berpindah ke tubuh Endrix melalui pertemuan penis dan vagina yang telah menyatu"


"Jaa.. Jadi aku harus bersetubuh terlebih dahulu???"


"Hahahaha.....", lalu si Iblis pun lenyap meninggalkanku yang dongkol


***


Beberapa hari semenjak kejadian Pra-Ta'aruf, tidak ada hal-hal erotis yang terjadi. Banyak ikhwan masih memintaku bertaaruf dengan mereka. Namun kuputuskan nanti saja, setelah aku keluar dari tubuh gadis ini dan berpindah ke tubuh yang lain. Akhir-akhir ini aku banyak berpikir mencari cara agar Rista bisa menjadi budakku. Membayangkan bisa menyetubuhinya sesukaku adalah hal terbaik di dunia.


Memang sudah kuputuskan mungkin aku akan bergabung dengan jiwa Endrix, aku tau sikapnya kurang lebih sama denganku. Kami sama2 kuat, cabul, dan brandal. Aku sedang mencari cara gimana caranya agar kami bisa bertemu tanpa khawatir diganggu oleh kedua temannya. Karena mereka bertiga slalu bersama, Bisa gawat kalau aku malah berpindah ke Itonk yang gemuk dan penisnya kecil itu. Ingin kujapri Endrix namun bingung memulainya


*Masak iya aku langsung bilang, mas ngentot yuk, tentu dia akan mengajak teman2nya turut serta pula*


"Ngelamun apa dik?", Mbak Dewi tiba2 menepuk bahuku


Membuatku segera menutup layar hpku yang masih menampilkan grup WA "Belajar Kelompok", karena tadi aku bermaksud Japri no Endrix melalui grup itu


"Ehhh.. ngga kok Mbak, Mbak Dewi ngga ada kajian?"


"Ngga ada dek, Hari ini mbak lagi kosong, jadi dirumah aja"


"Adek mau?" katanya sambil menawariku sebungkus  gorengan"


Aku terima bungkusan itu karena kebetulan perutku memang sedang keroncongan akibat belum makan tadi pagi.


"Mbak..", kataku lirih sambil mengambil lagi sebiji gorengan dari kantong plastik.


"Ya dek.. Eh jangan banyak2 nanti perutnya gendut lho", kata Mbak Dewi sambil meremas perut Rista yang sebenarnya masih rata tanpa lemak


"Ihh.. Mbak, aku balas..", akupun membalas Mbak Dewi dengan mengincar payudaranya yang slalu ia tutup dengan kerudung dan cadar super lebar itu.


Tanganku tepat meremas payudaranya yang tersembunyi dibalik jubah panjangnya. kurang lebih kuremas sebanyak 3x bagian dadanya, kepalanya bahkan sempat terdongak, lalu kedua tangannya mendekap dadanya dan menutupnya rapat2


"Adik kok pegang punya Mbak.. hufff", kata Mbak Dewi dongkol


"Abis kakak tadi remas perutku ya aku balas dong"


"Iya tapi balasnya ngga kesitu jg kali dik", jawab Mbak Dewi kesal


"Kenapa sih Mbak, kan yang remas adikmu sendiri  bukan cowok kan... Hmm punya Mbak Dewi lebih besar daripada punya Rista kayaknya..", Kataku sambil meremas payudara Mbak Dewi


Kali ini Mbak Dewi membiarkanku meremas miliknya. Dia hanya diam melihat tangan adiknya ini sedang meremasi payudaranya. Bukan hanya 1, tetapi kali ini kedua payudaranya kuremas.


"Mbak, Rista buka ya.. Rista penasaran punya Mbak Dewi apa lebih besar daripada punya Rista", kataku


"Jangan Dik, Mbak Malu.. Ngga penting juga besaran punya Mbak atau punyamu.. Udah udah mbak mau nyuci baju..", kata Mbak Dewi sambil menepis tanganku menyudahiku meeremask payudaranya yang terasa hangat dan empuk


"Yah mbak...", kataku sebel


***


Didalam kamar aku seperti biasa terbaring telanjang, memainkan organ kelamin akhwat ini membuatnya selalu becek dan terangsang. Kuberanikan menyapa Endrix terlebih dahulu. Dia memang paling sedikit bicara dibandingkan kedua temannya yang lebih berisik. Kedua temannya Itonk dan Bobby sering menggodaku dan mengirimkan pesan pribadi ke WA ku dengan pembahasan yang cabul. Namun Endrix tidak pernah sama sekali mengirimiku pesan pribadi


"p"


"p"


"p"


Ketikku mencoba mulai menyapanya, bingung mau ngomong apa. Beberapa saat kemudia terlihat Endrix mulai mengetik sesuatu


"P = penis Lu butuh kontol ya Ris? Heheheh", kata Endrix


"Yee enggak kok.."


"Kenapa? kok tumben lu chat gw.. Biasanya lu sibuk chat an sama Bobby dan Itonk"


"Lho kok tau?"


"Mereka slalu kirim screenshotan chat an mereka sama lu"


"Ohhh.. Iya kamu kok ngga pernah?", tanyaku seolah aku berharap


"Hmm.. Aku tidak begitu suka chat, lebih enak ketemu", jawab Endrix


"Kamu mau ketemu aku?", aku mencoba menawarkan diri to the point


"Wow.. Lu ga takut sama gw? Heheheh", kata Endrix


"Siapa takut. hehe.."


"Hmmm.. Heheheh.. Nantangin nih, Mau ketemu dimana? Dirumahmu? Gw datangi sekarang"


"Eh Jangan ke rumah lagi ada Mbak Dewi.."


"Gw gak takut sama Mbakmu, Gw hajar sekalian memeknya pakai kontol gw, toh suaminya gagal muasin dia"


*Barbar sekali ini orang, eh darimana dia tau soal hubungan sex mereka?* pikirku


"Hmm ketemu di club666",katanya kemudian


"Hah?", aku kaget


Club666 adalah sebuah club malam elit yang berada dikota ini. Tidak sembarang orang bisa datang kesana. Apalagi aku yang dulu hanya tukang begal. Aku hanya pernah mendengar tentang seberapa mahalnya tempat itu. Minuman2 yang mereka jual tidak akan pernah bisa terbeli dari hasil jual onderdil motor rampasan. Banyak pelacur yang ada disana, katanya mereka adalah pelacur kelas atas. Tiap malam para pria pengunjung club malam dimanjakan dengan tarian striptease dari gadis-gadis cantik dan binal


"Gimana Ris? Lu Tau kan?", tanya Endrix lagi


"Eh iya aku tau.. Oiya tapi jangan ajak teman2mu ya aku malu"


"Hmmm.. Padahal rame2 lebih asyik.."


"Please Mas berdua aja..", pintaku


"Asal ada syaratnya", kata Endrix


"Apa mas?" tanyaku


"Lu datang kesana pakai baju paling sexy yang lu punya. Masak iya lu ke club malam pakai gamis. Mau pengajian apa lu"


"Hah? bajuku syari semua mas.. Ga ada yang sexy.."


"Gw gak peduli. Lu bisa datang telanjang ke kesana hanya memakai kerudung.. Tinggal pinter2nya lu aja. Yaudah sampai ketemu nanti malam jam 21.30 disana. inget dandan yang sexy lu!"


Setelah menyelesaikan telepon, Aku baru ingat, beberapa paket pakaian yang kubeli melalui online store sudah sampai 2 hari yang lalu dan belum kubuka. Aku langsung buru2 membuka paket itu dan mengecek kondisinya.


Kubuka paket pertama yang dibungkus plastik warna hitam, kukeluarkan isinya dengan tergesa-gesa. Sebuah bra dan celana dalam super mini. Pada bra hanya berupa tali-talian dan hanya menutup bagian puting saja. Sama sekali tidak memberikan pengaman dan nutup bentuk payudara. Sedangkan celana dalamnya modelnya sama, berupa tali-talian yang hanya menutup bagian garis tengah vagina dan garis pantat, sisanya terexpose bebas


Lalu kubuka bungkusan paket yang agak besar berisi gamis transparan berwarna abu-abu berukuran XS. Padahal ukuran normal gamis yang biasa dikenakan Rista adalah ukuran M. Gamis ini biasanya diwajibkan memakai daleman tambahan karena modelnya yang transparan.


Tapi rencananya aku akan memakainya langsung pada tubuh akhwat ini dan kupadukan dengan bra dan celana dalam model tali yang barusan kubeli. Kuperhatikan tubuhku dicermin. Benar saja, Tubuh Rista terlihat sangat sexy. Lekuk tubuhnya benar2 tidak ada yang tersembunyi. Areola putingnya samar terlihat, demikian juga dengan bulu jembutnya yang terlihat dari gamis yang menerawang itu. Belahan pantatnya yang ditutup celana dalam putih model tali pun tampak jelas menerawang, menampakkan bulatan pahanya yang putih mulus tanpa cacat


*gila ini ukhtea apa lonte* gumamku dalam hati memandangi tubu Rista didepan cermin


***


Jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.00, hanya suara cicak tertawa yang terdengar dari rumah ini. Sisanya hanya keheningan dengan dinginny malam. kulihat kamar Mbak Dewi dan Mas Eko sudah tertutup rapat tanpa ada suara, sepertinya sudah pada tidur terlena dalam mimpi mereka masing-masing


Aku berjalan mengendap2 meninggalkan rumah, memakai gamis transparan, bra dan cd tali2an. Kupadukan dengan kerudung panjang berwarna abu2 tua yang senada dengan gamisku yang transparan, untuk menutup aurat rambutku


*Maaf Rista sepertinya malam ini kamu harus pecah perawan. Dan aku akan menguasai tubuhmu dari luar sayang. Heheheh..*


Aku pun berangkat menuju Club666 menggunakan taxi online yang sudah kupesan. Didalam sudah menunggu pengemudi Taxi yang seumuran dengan Rista. Tak henti2nya mas-mas itu memandangi Wajah Rista yang terlihat cantik walau tanpa make up.


"Tujuan sesuai aplikasi ya Mbak?, tanya pemuda itu ramah, namun matanya terus jelalatan ke arahku


Sengaja kubuka jaket yang kukenakan. Sehingga mas driver menyadari gamis transparanku. kulitku terlihat menerawang bebas dari balik gamisku. Walau bagian dadaku masih kututup dengan kerudung panjang yang menutup hingga dada.


"Mbak mau clubbing?"


"Iya diundang temanku mas.."


"Wah teman mbak pasti orang hebat bisa masuk ke sana, soalnya itu tempatnya orang2 elit setau saya."


"Benarkah?"


Padahal kutau persis, Endrix hanyalah berandal kampung. Dia dan teman2nya sehari2 hanya menggoda gadis2 di sekitar rumah, hidup di jalanan dengan kehidupan yang tak tentu arah. Tidak mungkin Endrix orang penting disana.


"Saya kaget kirain Mbak mau ke pengajian karena pakai gamis. Tapi setelah dibuka jaketnya, sexy bener.. Mbak terlihat jauh lebih sexy dan menarik dibandingkan semua cewe disana kayaknya.


"Hehe mas bisa aja"


"Emang Mbak berapaan harganya? Yg model ukhti2 gini.. penasaran saya. Heheheh", ksta driver taxi online sambil terkekeh


"Maksud mas?", aku tidak paham maksud pertanyaannya


"Harga buat booking kamu mbak? Datang ke club backingan paling aman, dengan busana ukhti-ukhti tetapi transaparan, pasti mahal sekali ya mbak. Soalnya yang bakalan sewa kamu pasti bukan sembarangan orang


"Maaf mas, saya  bukan pelacur seperti yang mas sangka."


"Ahhh saya tidak percaya mbak*


Kendaraan terus melaju melewati jalanan  sepi dengan hujan deras yang mengguyur kota malam ini. Sampai pada akhirnya akupun tiba di club malam tersebut. Sebuah bangunan tinggi denga lampu berwarna-warni


"Aku sudah sampai", kukirimkan pesan pada Endrix


"Masuk saja", jawabku tidak lama kemudian


Akupun melangkah masuk menuju club malam itu. Begitu masuk, tubuhku langsung diperiksa security. Wajah security heran melihatku, sepertinya terkejut ada wanita berjilbab panjang berpakaian syari datang ke club malam. Setelah aman, aku dipersilakan masuk


Suasana musik memekakkan telinga, nyala lampu yang begitu menyilaukan mata, berwarna-warni bergerak menyorot mengikuti musik yang menggema. Beberapa pemuda pemudi berjoget disertai musik dj yang menghentak-hentak


Kudapati beberapa pasang pria mengamati gerak-gerikku yang kebingungan. Bingung karena tak tau harus berbuat apa. Mau pesan minuman es teh disini mungkin tidak ada


Sebuah tepukan tiba-tiba mendarat pada bahuku. Aku menoleh segera berharap itu adalah Endrix. Rupanya salah, terlihat 2 orang pemuda chinese yang menampakkan senyumnya yang nakal kepadaku


"Hai boleh kenalan?"


"Eehh.. iya.."


"Aku Tom dan ini Andrew...", kata mereka berdua memperkenalkan diri sambil mengajakku berjabat tangan


Aku mencoba tetap menggunakan kebiasaan akhwat yaitu tidak menerima sembarangan jabat tangan kepada yang bukan mahrom. Kujawab dengan menangkupkan kedua tanganku didepan dada


"Rista..", jawabku


"Kesana yuk", ajak mereka sambil menunjuk sebuah sofa panjang dengan meja bundar ditengahnya


Aku pun menyetujuinya dan mengikuti kedua pemuda chinese itu. Lalu kududukkan pada sofa yang begitu empuk ini. Rasanya begitu nyaman, kulihat pada meja terdapat beberapa minuman keras dengan merk2 yang tak pernah kutahu sebelumnya


"Minum Rista?", kata Andrew sambil menuangkan segelas kecil minuman memabukkan itu


"Ehh.. aku ngga minum mas.. eh kohh..", tolakku


"Hehe santai saja kamu boleh panggil mas, koh atau namaku sekalian.. coba aja sedikit, kamu sudah sampai sini masak iya ngga minum..", kata Andrew lagi sambil sedikit memaksaku meraih minumannya


Kuterima gelas yang dia berikan padaku. Lalu perlahan aku mulai menenggak minuman keras itu. Rasanya begitu pahit sekali. Aku coba segera habiskan saja minuman itu dalam beberapa teguk.


"Gimana merasa lebih baik?", Kata Andre lagi sambil menuangkan kembali minuman itu ke gelasku


"Ehh sudah mas.. Aku sudah ngga minum", Aku coba menolak namun dia tetap memaksa


"Kesini sama siapa Rista? Jarang lho ada ukhti2 kesini.. Hehehe..", tanya Tom


"Janjian sama teman.. Katanya disuruh ke sini. Tapi dia belum keliatan..", jawabku sambil meneguk sekali lagi minuman yang sudah disodorkan padaku


Lalu Andrew terus menuangkan minuman memabukkan itu kepadaku. Kami terus mengobrol hingga beberapa saat. Suasana disekitar semakin ramai, semakin malam semakin banyak orang datang. Mereka bergoyang dan berjoget pada dance floor besar yang berada di tengah2 club malam ini.


"Jaketmu aku lepas ya..", Kata Tom dan tanpa persetujuanku dia langsung menarik lepas pakaian paling tebal yang berada ditubuhku


Kedua mata pemuda chinese itu terkesima, Dalam suasana remang2, bagian dalam gamisku terlihat. Kulit Rista yang putih menerawang diantara kain transparan gamis yang dikenakannya. Ditambah lagi bh model tali2an yang tidak menutup payudaranya yang membusung menggoda itu


"Hmm.. Sexy sekali kamu..", puji Andrew


Tubuhnya semakin mendekat pada posisi dudukku. Sedangkan Tom kali ini menuangkan minuman dan diberikannya kepadaku. Aku semakin terbiasa menenggaknya, dan langsung kuminum habis segelas minuman keras itu


Tangan Andrew mulai memeluk pundak Rista, sesekali dielus2nya pundak yang tertutup kain transparan berwarna abu ini. Sedangkan tangan satunya mulai berani mendarat pada pahaku. Kurasakan tangannya menarik keatas rok gamisku perlahan lahan.


Aku mencoba mempertahankan tubuhku  agar mereka tidak kurang ajar. Aku tepis tangan Andrew dari pundakku dan kusingkirkan tangannya yang bermain-main di pahaku


"Maaf mas.. Tangannya dijaga..", tegurku


"Hehe.. Maaf, pakaianmu yang tertutup tapi menerwang ini jauh lebih sexy dibandingkan cewek yang memakai rok mini", kata Andrew sambil tangannya saat ini meraih tanganku dan digenggamnya erat


Tom yang sedari tadi hanya melihat, kali ini ikut mendekati posisi dudukku. Dibelainya pipiku, sebentar sebelum tangannya mulai menarik tubuhku hingga terbaring oada sofa. Tenaganya cukup kuat, dalam sekali hentakan tubuhku sudah dibuat terlentang pada sofa panjang club malam ini. Suasana yang gelap dan remang2 membuat rontaanku tidak terdengar karena hingar bingarnya tempat ini.


Tom menahan tubuhku dengan kedua tangannya. Sedang Andrew  menyibak rok gamisku. Mereka berdua dibuat terkejut dengan model celana dalamku yang begitu berani. Sebuah celana dalam model tali yang hanya menutup garis vagina saja, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka, termasuk bulu jembut Rista yang terexpose bebas


"Tolonggg.. toloong..", aku mencoba meronta sambil melawan namun suara bass music EDM membuat suaraku hilang tak terdengar. Dalam sekali tarikan celana dalamku terlepas dari tubuhku. Alat kelamin Rista sang ukhti alim terlihat begitu sempurna dihadapan pemuda keturunan chinese bernama Andrew ini. Dibukanya ikat pinggangnya sambil menyeringai


Aku panik aku berusaha merontabsekuat tenaga. Namun tangan Tom yang kekar itu bisa mengatasi rontaanku sehingga perlawanku sempura. Penis Andrew mengacung, lengkap dengan kulupnya yang tidak ia sunat


"Dari dulu gw slalu berfantasy ngentot sama ukhti-ukhti, akhirnya kesampaian juga." Katanya sambil tubuhnya mulai menindihku. Terasa begitu berat ditindihin pria kekar keturunan chinese itu


Aku semakin meronta dan melawan namun semua terasa percuma. Kurasakan batang penis Andrew mulai menyentuh bibir vaginaku. Aku sudah pasrah, rencanaku gagal untuk mentransfer jiwaku ke Endrix. Kurasakan penis itu mulai masuk menembus bibir vaginaku. Sialnya lagi vagina Rista malah basah dalam posisi seperti ini


Aku hanya memejamkan mata, kurasakan alat kelamin Andrew semakin masuk kedalam hampir menembus selaput dara Rista. Sebelum akhirnya, aku tidak melihat kejadian cepat itu. Tiba2 tubuh Andrew terhempas terpelanting ke samping. sedangkan Tom sudah mengerang kesakitan memegangi perutnya


"Siapa suruh kalian sentuh nih cewek?"


"Bbb...boss... Endrix?", Mereka berdua ketakutan melihat sosok yang berada didepannya


Pemuda berandal yang kesehariannya berpakaian compang camping sekarang ia menggunakan setelan jas maskulin berwarna hitam. Dengan sepatu pantopel yang terlihat amat mahal. Namun dandannya masih sama urakannya. Masih tetap dengan tindik dan tatoo dibeberapa bagian tubuh serta wajahnya


Andrew segera membetulkan kembali pakaiannya. Penisnya yang tidak disunat dan layu itu kembali dimasukkan ke dalam celananya


"Siapa suruh kalian ganggu dia hah? Dia milik gw, kalian jangan sentuh dia kecuali atas ijin gw!!! Pahammm!!!!?"


"Aaa.. aampunn.. Boss.. Sa.. saya kira Rista ini cuma ce.. cewek.. BOan.. yang nyari customer..", jawab Tom ketakutan. Andrew membungkukkan badannya berkali-kali dihadapan Endrix sambil meminta maaf


"Udah sekarang kalian pergi. Muak gw liat wajah kalian!!", kata Endrix mengusir kedua pemuda yang terlihat seperti anak buahnya itu


"Ampunn... Boss.. Kami permisi dulu.."


"Lu gapapa Ris? Untung gw gak terlambat datangnya."


"Aa..aku gapapa.. mas.. Makasih sudah nolongin aku..", kataku


"Ngga gw gak mau aja jatah perawan lu diambil sama mereka. Hahahah", kata Endrix sambil tertawa menyebalkan


Endrix langsung menarik tanganku. Melewati para pengunjung club666 yang sebagian melirik kearahku berlari kecil melewati mereka. Sepertinya Mereka bingung melihat muslimah berkerudung lebar sedang berada di tempat seperti ini. Sama seperti security di depan tadi.


Endrix mengajakku di sebuah ruangan yang terletak dilantai 3. Sedikit jauh dari hingar bingar club malam yang penuh hentakan musik dan teriakan hura-hura. Di Ruangan ini terdiri dari banyak bilik dengan pintu yang dicat warna merah. Setiap bilik memiliki akses pintu masing2. Samar2 terdengar lenguhan dan desahan dari beberapa bilik. sepertinya ini adalah ruangan khusus untuk bersetubuh dan menyewa lonte.


Suasana disini lebih sunyi dan tenang, sehingga suara  desahan sekecil apapun bisa terdengar. Endrix mengajakku ke salah satu bilik yang masih kosong, lalu dikuncinya bilik kamar kami. Ukuran biliknya kecil, hanya selebar 3x3 meter. Terdapat sebuah kasur berukuran single bed ditengah2nya. Dan.. Ya..hanya itu saja benda diruangan ini.


Tanpa buang waktu Endrix langsung mengecup bibir Rista penuh nafsu. Tindik pada bibirnya terasa mengganjal tiap dia mencium bibir akhwat ini. Tangannya langsung meremas kedua pantat Rista dan ditepuk2nya dengan kasar. Aku gelagapan didalam tubuhnya menerima serangan seperti ini, Tetapi aku percaya, ini adalah pertama dan terakhir aku berhubungan badan dalam posisi terperangkap di tubuh akhwat cantik ini


"Sexy sekali lu lonte.. Sange gw liatin pakaian lu yang nerawang gini", kata Endrix sambil meremas pantat Rista kembali.


Tubuhnya menghimpit tubuh akhwat ini pada tembok. Lalu kembali bibirnya bergerak liar mencumbu bibir tipis Rista.


*Ssshhh.. sange gw Ris liat lu..*, Kata Endrix sambil mulai melucuti pakaiannya sampai telanjang. Cukup atletis tubuh berandal itu dan kulihat penis pemuda ini begitu panjang. Mengacung menantang sambil melihat kearahku


Endrix lalu memintaku berlutut dan langsung ditepuk2nya penisnya yang berurat dan panjang itu kewajahku membuatku sangat tak nyaman


"Sepong kontol gw! Ukhti lonte!!", Kata Endrix dengan kasar mendorong wajah Rista ke arah penisnya. Kubelum siap melakukannya. Kubuat bibir Rista tertutup rapat, Endrix malah semangat mengerjai gadis ini. Tangan Endrix mulai menampar2 pipi Rista agar ia buka bibirnya. Setelah terbuka sesaat, penis itu langsung menyeruak masuk ke bibir tipis Ristam Endrix memegangi kepala akhwat ini sambil batang penisnya disodok-sodokkan dengan kasar ke mulut Rista


"Hooookkhhh.. Hookkhh..", Suara yang keluar dari mulut Rista menerima batang penis yang disodokkan dengan kasar ke mulutnya. Beberapa tetes air liur mulai terjatuh dari sela-sela bibirnya yang terus terbuka


"Hahaha.. Hahaha.. Ayo Lonte sepong yang bener kontol gw!!!", kata Endrix terus memegangi kepala Rista dan menyodokkan batang penisnya dengan keras ke rongga mulut akhwat ini. Pantat Berandal itu terlihat maju mundur menyodokkan alat kelaminnya ke mulut Rista


Setelah puas, tubuh gadis muslimah itu dilemparkan begitu saja ke ranjang. Wajah Endrix menyeringai menyeramkan. Dialah sosok iblis di dunia manusia


"Singkap rokmu sendiri dan minta gw entot tempik lu!!", perintah Endrix


Aku bingung harus melakukan apa. Tubuhku malah loading, merespon lama perintahnya. Wajah Endrix terlihat kesal karena aku tidak melakukan apa2. Dia langsung menindih tubuh Rista yang kukendalikan ini, disingkapnya kerudung yang menutup dadanya hingga puting susunya yang telah mengeras itu terlihat dari balik gamisnya yang trasnparan


Endrix langsung melumat puting susu kecil dan menantang itu tanpa henti. Ia terus mengulum pentil yang terasa semakin menebal dan mengeras. Tubuh Rista menggelinjang tak beraturan. Jantungnya berdebar kencang, nafasnya tersengal-sengal, sedangkan tangannya hanya mendorong lemah tubuh Endrix agar tidak terlalu intens melumat puting payudaranya.


"Ssshhhh.. Aahh..", aku mulai mendesah, namun kucoba menahan rasa syahwat nikmat itu dengan menggigit bibir bawahku


Ciumannya bergerak kasar menciumi perut Rista, sekali tarikan, rok gamis yang kukenakan pada tubuh akhwat ini sudah tersingkap memperlihatkan lubang vagina Rista yang sudah terbuka dan berlendir. Tanda sudah siap untuk dibuahi. Celana dalam talinya sudah tidak terpasang pada semestinya. Namun Endrix tidak buru2 menancapkan batang penisnya ke kelamin akhwat ini


Kali ini lidahnya bermain-main menjilati vagina akhwat alim bernama Rista ini. Dibukanya lebar kulit labia Rista, lalu lidahnya mulai menyeruak masuk menjilati permukaan daging lembut organ kewanitaan gadis ini. Terdengar suara seruputan pada bibirnya yang basah, Endrix menyerap habis cairan lendir Rista. Tubuh gadis ini menggeliat penuh nikmat, mulutnya melenguh keenakan , dan kakinya pun semakin mengangkang membuka jalan bagi berandal ini untuk menjilati isi kelaminnya lebih dalam


"Masukin mas... Aku sudah ngga tahan", pintaku manja merayunya agar aku bisa masuk ke dalam tubuhnya pula


Aku sudah tak sabar untuk keluar dari permainan menjijikkan ini. Endrix terus merangsangku dengan intens penuh nafsu. Lubang vagina Rista diludahinya dengan ludah yang kental sebelum akhirnya kembali ia jilati. Lalu diludahinya lagi organ kelamin suci akhwat ini sebelum akhirnya kembali ia jilat dengan lidahnya


Tibalah saat yang aku tunggu, Endrix mulai menepatkan posisi penisnya di vagina akhwat ini. Wajahnya menyeringai menyebalkan saat penisnya mulai ditepuk-tepukkan ke bibir vagina gadis ini. Dalam sekali sontekkan


*Blessss*


Darah segar mengalir dari dalam vagina si akhwat. Rasanya benar menyakitkan. Penis Endrix rasanya terlalu besar bagi vagina Rista yang masih sempit. Dan pada Akhirnya keperawanannya direnggut oleh berandal ini.


"Hahaha.. Keperawanan lu milik gw", katanya sambil mulai menggenjot vagina Rista perlahan


Rasanya seperti bagian tubuh bawahku dibelah dua saat penis besarnya mengoyak vagina sempit akhwat ini. Aku mendesah kencang tak sanggup sudah aku tahan untuk tidak mendesah kencang


"Aaahhh.. Oouuhhh.. Aaahhhh..", hanya lenguhan kenikmatan yang kurasakan ini


Aku menanti momen saat vagina Rista akan mengeluarkan lendir cintanya. Endrix terus menggenjot vagina gadis ini tanpa ampun dan cepat. Payudara yang masih berada dibalik gamis transparan saja ikut berguncang-guncang saking kerasnya tiap sodokan Endrix pada kelamin gadis ini. Mulutnya melenguh, mendesah, mengaduh, dengan kaki yang semakin dibuka lebar.


Kubuat tangan Rista memeluk rapat tubuh atletis Endrix dan tidak akan kubiarkan ia mencabut penisnya ke vagina gadis ini. Tiap tusukannya semakin cepat menggesek vagina gadis ini


*Ya tuhaann siksaan apa lagi ini, nikmat benerr.. sshhh*


Aku melenguh sexy agar Endrix terus semangat menyetubuhi kelamin gadis ini


*jleb jleb jleb jleb*

Kurasakan sebuah rasa yang ingin kukeluarkan dari vagina Rista. Rasa yang begitu nikmat dan melegakan ketika dikeluarkan. Rasa yang slalu kucari2 ketika menikmati tubuh gadis ini seorang diri. Rasa orgasme!!


"Aahh.. Ahhh. aahhh..", mulut Rista terus mendesah


Kakinya begerak-gerak cepat, tubuhnya menggelinjang tak karuan kesana kemari.. Kurasakan vaginanya segera mengeluarkan isinya


"Aaaahhh.. Aahh.. Akuu.. Keluarrrr!!!!!", pekikku kencang


*Siuuuuuuuutttt*


Jiwaku terasa terhisap menuju vaginanya, terus bergerak super cepat lalu masuk melalui celah lubang kencing Endrix yang terus menumbuk2kan kelaminnya ke kelamin muslimah itu. Jiwaku kurasakan mulai menjalar ke tubuh pria berandal itu. Tubuh Endrix sempat tersentak begitu kuat. Menghentikan sejenak aktivitasnya menggenjot tubuh gadis yang terlihat pingsan dihadapanku


*Hadapanku?*


Mataku melihat tubuh gadis dengan vagina yang masih dihujami penis. Kulihat wajah Rista yang terpejam seperti pingsan. Tubuh gadis itu tidak bergerak, hanya nafasnya tersengal-sengal. Aku  sadar, aku benar2 di tubuh Endrix sekarang!


*Wuhuuu!!!* Pekikku dalam hati


Aku senang bukan kepalang. Kurasakan sebuah tubuh baru, tubuh yang penuh tenaga dan kaya akan stamina. Aku mulai menggenjot sekali lagi vagina gadis itu perlahan-lahan, menikmati tiap gesekan penisku pada vaginanya yang mulai mengering karena berhenti beberapa saat tadi


Mata gadis itu perlahan bergerak-gerak, seolah baru bangun dari tidur panjangnya. Bahkan ia sempat2nya menguap. Lucu sekali gadis ini. Matanya terbelalak menyadari situasi pada tubuhnya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja


"Aaahhhh... Jangann.. Ya Tuhann.. Apa yg sedang antum lakukan.. Astgflhzmm..", gadis itu meronta menyadari keadaanya, tubuhnya terus berusaha melawan dan memberontak


Tubuhnya terus melawan, dengan sisa tenaganya yang tak mungkin menandingi kekuatanku. Aku semakin bersemangat mengerjai akhwat alim inim Langsung kulumat bibir tipisnya dengan lembut, dan terus kusodok2 vaginanya yang mulai kembali basah, Kuciumi seluruh wajahnya, lalu turun ke payudaranya, untuk melumat habis puting susu yang terlihat mengacung nikmat itu.


"Aaahhh.. Ssshhh..", perlawanan Rista mengendor, dia mulai mendesis


Kembali kupercepat sodokan pada vaginanya yang kembali tumpah oleh lendir yang membanjir. Aku kenal betul tubuhnya yang mudah terangsang itu, dalam keadaan terangsang sedikit, vaginanya akan memproduksi lendir pelumas berlebih. Rontaannya sedikit berkurang, hanya sebuah tepukan2 tak berarti pada dadaku. Kudorong kuat2 penisku  menembus vaginanya, Rista hanya pasrah mengangkang menerima kenyataan vaginanya sudah disodok berkali-kali oleh pria yang tidak ia kenal.


"Dosa... Ini.. dosa.. apa yg udah ana lakuin..",  Rista mulai menangis


Kusodokkan kembali penis Endrix yang panjang ke vaginanya. Gadis itu tersentak hingga kepalanya mendongak. Tangisan berganti menjadi desahan sensual. Bahkan tangannya malah memeluk tubuh pria yang menindihnya dengan erat. Rista sudah menikmati semua ini, tubuhnya sudah bereaksi untuk menerima keadaan dan berusaha meneruskan dosa terindah yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Desahan desahan nikmat terus keluar dari bibirnya yang tipis. Kulumat lagi bibir yang rasanya manis itu, tidak ada lagi perlawanan, dia hanya diam sambil pelan2 membalas cumbuanku


"Mmmphhh.. Aaahh.."


 Mulai kubacakan mantra sugesti yang akan membuatnya bertekuk lutut kepadaku untuk selamanya. Ku dekatkan bibirku pada telinga kanannya sambil terus menyetubuhi akhwat alim ini.


"Simsalabim abaracadavra.. Gadis ini bernama Rista.. Mulai Detik ini tubuhnya milikmu wahai iblis. Dialah budakku.. apa yang kukatakan adalah kewajiban baginya. Tidak ada alasan untuk menolak apapun perintahku. Dengan persetubuhan antara tuan dan budaknya ini. Dengan pertemuan antara spermaku dengan rahimnya.. Hai iblis.. inilah persembahanku.. Dialah Rista.. Budakku! Kuadakan perjanjian dengan engkau.. Terima persembahanku!!", kataku sambil terus menggenjot vaginanya dengan cepat dan segera menyelesaikan ritual malam ini dengan menyemburkan sperma pada liang vaginanya


Tubuh Rista langsung bergetar cepat. Matanya terpejam seolah sedang mencerna sugestiku, antara menolak dan menerima terjadi pertempuran batin dipikirannya. Terus kusodokkan vaginanya tanpa berhenti. Nikmat sekali rasa vagina sempit ini. Membuatku tak tahan dan mulai kedutan..


"Aarrrrgghhh... Keluarrr... "


*crot crot crot crot crot*


Kusemburkan spermaku pada rahim akhwat itu. Wajahnya terlihat sangat menggodaku. Cantik lugu bercampur menjadi satu. Belum lagi suara desahannya yang merdu itu, silau matanya juga sayu. Membuatku kembali bergairah dan tak ingin berhenti dulu


Untung stamina Endrix begitu kuat. Barusan ia ejakulasi kini nafsunya sudah naik lagi.

Kutarik tubuh Rista yang sudah kelelahan.


"Sudah mas....", desahnya lirih manja


*luar biasa mantra iblis itu. Rista benar2 dibuat tidak seperti mesin yang kaku. Dia masih bisa minta sudahan dengan manja, Pikirannya menolak namun tubuhnya tidak bisa menolaknya.*, kataku dalam hati


"Sudah? Jangan bercanda! Lu adalah lonte gw! Lepaskan seluruh pakaian lu! Layani  tuanmu! Mulai sekarang gw adalah tuanmu, panggil gw tuan", perintahku


"I..Iya Tuan.. Ana lepas pakaian ana..", Kata Rista tanpa bisa melawan


Wajah gadis itu tersipu malu saat mulai melucuti pakaiannya sendiri dihadapanku. Ada sedikit perlawanan pada akal pikirannya namun tubuhnya tetap melakukan apa perintahku. Terlihat gadis itu sudah melucuti gamis transparannya. Dengan malu2 ia lepas kain terakhir pada dadanya. Dibukanya pengaitnya perlahan, lalu dibiarkannya tali2an itu jatuh menampakkan seluruh tubuhnya yang sudah telanjang


"Bagus.. Lonte Pintar.. Kerudungmu biarkan saja karena lu adalah akhwat lonte mulai sekarang!"


"Ba.. baik tuan.."


"Sekarang Lu nungging!"


Rista menuruti kemauanku. Terlihat ada ketakutan pada wajahnya yang cantik lugu itu. Dia mulai memposisikan tubuhnya dalam posisi menungging, memamerkan bongkahan pantatnya yang putih mulus.


*plak plak plak* kutampar2 pantat akhwat telanjang itu sebelum kuarahkan batang penisku pada vaginanya yang sudah belepotan terkena semburan spermaku tadi


aku kembali mengarahkan batang penisku panjang ke liang senggama gadis alim ini. Kali ini dalam posisi anjing yang membuatnya terlihat sexy dengan payudaranya yang menggantung. kusodok vagina Rista dari belakang dan diapun mendesah penuh gairah..


"Aahhh.. Aahhh.. Aahh.."


"Enak?"


"Sshhh.. Iyaa.. sakit.. tapi enak.. tuaann.. Aaahh"


Desahan demi desahan terdengar kencang darinya membuatku semangat untuk kembali menyetubuhi gadis cantik alim yang resmi menjadi budakku.


Malam ini kami bercinta hingga 5x kali, membuat rahimnya berkali-kali harus menampung sperma Endrix, tuannya.


**bersambung**


Oke mulai sekarang Aku berganti menjadi Endrix si berandal itu. Aku adalah pikirannya. pikirannya adalah kelakuanku. Untuk mempermudah penulisan, biarlah penulis tulis nama Endrix saja, sedangkan Rony hanya akan penulis tulis disaat terjadi perbincangan mimpi dengan iblis




==========


Scene 8 : Babak Baru (POV : Rista)


Aku terbaring telanjang diatas ranjang dibilik kamar ini. Aku tidak ingat betul bagaimana aku bisa berada ditempat ini. Tetapi aku yakin aku datang kesini atas kemauanku sendiri


Rasanya aku baru saja mengalami tidur yang sangat panjang. Samar2 kuingat beberapa kejadian erotis yang terjadi pada tubuhku. Namun aku tak ingat siapa dan bagaimana semua itu terjadi. Kurasakan vaginaku mulai lembab dan basah. Kuarahkan tanganku pada vaginaku


"Ssshhh.. Perihh..", kataku sambil meringis


Satu2nya hal yang kuingat adalah aku sudah berzina dengan seorang pemuda semalaman. Yang aku tahu, Pemuda itu adalah pemuda yang sering menggodaku dilingkungan rumah bersama teman2nya. Aku tidak begitu ingat bagaimana aku bisa bersamanya. Yang kuingat sekilas, akulah yang mengajaknya bertemu.


"Apa yang terjadi padaku.. Mengapa aku menjadi seperti ini"


Kulihat alat kelaminku, semalam akhirnya lepas juga keperawananku yang sudah kujaga ini. Keperawanan yang seharusnya kelak kuberikan kepada imamku. Tak terasa air mata mulai jatuh dari mataku. Membayangkan aku bukanlah gadis baik-baik yang bisa menjaga diri, dan kini aku merasa begitu hina dan kotor karena telah kehilangan keperawananku. Aku merasa berdosa. Bagaimana bisa aku bersetubuh dengan pria tanpa adanya ikatan halal.. Aku sudah berzina. Dan semalam aku merasakan birahiku begitu menggelora, birahiku yang selama ini kutahan dan coba slalu kupalingkan. Yaa, aku merasakan sendiri birahiku semalam meledak-ledak, Aku pun bahkan mengakui aku menikmati berzina dengan pemuda itu


"Menikmatinya? Astghfrlhdzm.. Apa yang sudah kupikirkan", kataku sambil menyadari tanganku malah mengucek2 area vaginaku hingga becek dan menimbulkan rasa nikmat.


Aku buru2 menarik tanganku menjauh dari vaginaku. Kuatur perlahan pikiranku yang kacau. Perlahan otakku mengajakku jalan2 mengingat kejadian yang rasanya sudah berlalu cukup lama.


aku ingat semua berawal akibat aku pulang larut malam dari kampus untuk menyelesaikan skripsiku, ditengah perjalanan pulang, aku dihadang oleh dua orang pemuda yang berniat jahat padaku, aku ketakutan dan panik hingga pada akhirnya motorku ditendang oleh pemuda yang dibelakang hingga aku terjatuh dan.. Entahlah aku tak mengingat kejadian setelah itu


Lalu otakku samar2 memperlihatkan diriku yang nakal setelah kejadian itu. Setiap hari aku telanjang ketika dikamar, memainkan area kelaminku dengan desahan nikmat, melihat film porno yang haram itu begitu sering


*Itu aku?? Aku tak percaya*


Aku juga mengingat samar2, aku tak hanya melakukan perbuatan rendah itu dikamar tapi juga diruang tamu hingga bahkan seseorang memergokiku. Aku tak ingat siapa orang itu. Aku juga melakukannya di taman, 3 berandalan itu memergokiku melakukan perbuatan cabul itu. Kali ini aku sedikit mengingatnya. Lalu mereka memasukkanku ke grup WA.. aku buru2 memeriksa handphoneku. Benar saja kudapati sebuah grup yang tak kuketahui bernama "Grup Belajar Kelompok"


"Astghflhdzm.. Apa ini!!!", mataku terbelalak melihat betapa mesum isi dalam group itu. Beberapa chat mesum bahkan kutanggapi dengan gaya cabul puka. Lalu kudapati Brandal2 itu mengirimkan foto penis mereka kepadaku. Kupandangi foto2 itu sedikit lama, lalu aku segera sadar dan menutup foto2 itu dari handphoneku sambil berkali kali istighfar


"Apa yang sudah ana lihat.. Zina mata ana. astghflh...", kataku sambil buru-bur menghapus foto2 itu dari gallery handphoneku


Tanpa keraguan, aku putuskan untuk keluar dari group penuh dosa itu. Aku scroll ke bawah gallery, kudapati beberapa fotoku yang nakal. Dengan berbagai pose menampakkan auratku seutuhnya dengan gaya sexy


"Ana melakukan ini? bagaimana bisaa.. Apa yang terjadi pada ana? Kenapa ana melakukan semua kenakalan ini dan tubuh ana rasanya menikmatinya dengan ikhlas tanpa terpaksa", buru2 aku hapus foto2ku yang sexy dan telanjang itu dari gallery handphone


Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 09.15, waktu yang sangat kesiangan bagiku untuk bangun tidur. Biasanya aku terbangun pukul 04.00 untuk melakukan ibadah shubuh lanjut membaca ayat2 suci. Tetapi kali ini aku bangun jam 9. Aku meninggalkan kewajiban 5 waktuku untuk pertama kalinya sejak aku memasuki usia baligh. Aku memang menyesal, tidak melakukan ibadah itu. Tetapi entah mengapa, aku tidak begitu memikirkannya. Aku cium aroma tubuhku yang masih tak karuan. Aroma tubuh pria bernama Endrix itu masih samar tercium pada tubuhku. Wajar saja semalam aku dan dia sudah berhubungan layaknya suami istri, kuingat keringat kami saling bercampur satu sama lain selama pergumulan panas. Aku dan dirinya bergantian saling menindih dan saling melumat satu sama lain


Tiba2 air mataku menetes, teringat betapa susah payahnya aku menjaga harga diriku dan mencoba taat pada ajaran agama selurus mungkin. Namun, semua itu akhirnya percuma. Aku mengganggap betapa rendahnya harga diriku. Aku benci dengan tubuhku sendiri, bagaimana bisa tubuhku menikmati perbuatan dosa yang baru saja kulakukan. Aku mulai terisak-isak, menyesali semua kejadian yang sudah terjadi. Aku ingat sekali malam itu, saat pemuda itu terus mencumbuku.


Tubuhku dan tubuhnya sama2 telanjang, saling menindih satu sama lain dengan berbagai macam posisi. Kelamin kami saling bertemu dan vaginaku benar2 menerima penisnya. Terbukti dari vaginaku yang tak pernah berhenti menghasikkan pelumas. Aku benar2 bingung, bagaimana bisa aku berhubungan suami istri dengan pemuda itu. Pemuda yang aku tak kenal. Pemuda yang seingatku hanya sering menggodaku ketika lewat didekatnya. Bagaimana bisa aku bersamanya. Aku benar2 tidak begitu mengingatnya.


Aroma sperma pria benar-benar kuat menempel di seluruh tubuhku. Kembali kurebahkan tubuhku mengingat kejadian semalam. Penuh penyesalan, tetapi ada syawhat yang timbul setelah memikirkan hal itu dalam-dalam, tanpa sadar tanganku sudah bermain pada vaginaku kembali


Kubuka kedua kakiku, tanganku dengan nakal mulai mengucek area vaginaku. perlahan-lahan saja karena terasa masih sedikit perih. jemariku mulai merambah area dalam vaginaku. Mengocok dan menggelitik bagian dalam vaginaku. Nikmat, terasa nikmat sekali meraba kelaminku sendiri hingga cairan vaginaku kembali banjir. Aku semakin bersemangat merangsang tubuhku. Tangan kiriku memilin puting susuku yang semalam digigit, dihisap, dan dilumat oleh pria itu


"Aahhhhh... Sshhhh.." aku mendesis keenakan melakukan hal memalukan ini. Namun tubuhku menginginkannya


Kutambahkan jari yang masuk ke dalam vaginaku. Rasanya telunjuk saja tidak cukup. Kucoba menggunakan jari tengahku. Jari yang kata orang artinya Fuck Sign. Tubuhku menggeliat keenakan, nikmat sekali rasanya.


"Aahhh. Aahh.. Aahhh", aku mencoba dua jari sekarang yaitu telunjuk dan jari tengah agar rasanya lebih mantap


Tubuhku menggelinjang sexy penuh gairah. Vaginaku terasa nikmat tersodok dua jariku sendiri. Gairah yang biasanya aku tahan-tahan, kali aku lepaskan dengan penuh imajinasi nakal dengan bermasturbasi. Geliatan2 pada tubuhku semakin liar saking nikmatnya.


Masturbasi, aku tahu tentang hal itu, namun aku tidak pernah tertarik melakukannya. Karena aku merasa, kegiatan itu berdosa dan hanya akan membawa banyak kemudharatan (keburukan). Tetapi kali ini aku melakukannya dengan kesadaranku sendiri, setelah malam panas bersama pemuda itu. Sedang asyik2nya meraba kelaminku dengan mata terpejam, aku baru menyadari sedari tadi security tempat ini memandangiku yang sedang asyik2nya berusaha mencapai puncak birahiku sendiri.


"Kyaaa....", teriakku dan Langsung kututup rapat auratku yang terbuka telanjang seutuhnya dengan gamis transparanku sebisanya sambil meminta Pria itu keluar dari kamar, pemuda yang bekerja sebagai security di club malam ini hanya memandangku dengan mesum sambil tersenyum nakal.


"Maaf mbak mengganggu colinyaa. Heheheh.. Saya diminta Mas Endrix memeriksa keadaan mbak dan membangunkan Mbak, karena tempat ini mau dibersihkan. Btw sexy bener mbaknya.. Style Ukhti - ukhti tapi sangean. heheheh..", ujar seorang security sambil tertawa menyebalkan


"Err.... Ma.. Mas.. Tolong keluar dulu.. Saya belum berpakaian..", kataku sambil panik berusaha menutup sebisanya auratku


Senyumnya begitu merendahkanku. Bagaimana tidak, seorang gadis berkerudung sedang masturbasi telanjang dan menggeliat mendesah keenakan seperti tadi. Tentu saja security itu pasti menganggapku pelacur seperti gadis2 lainnya. Dia lalu menutup pintu kembali sambil menungguku diluar.


*Duh betapa malunya diriku.. Yaa Tuhaan apa yang sebenarnya terjadi.. Kejadian demi kejadian memalukan terus2 terjadi padaku.. Jika memang ini cobaanMu, kuatkan hambamu ini..*, aku merasa begitu malu


pertama kalinya dalam hidupku auratku terlihat oleh pria bukan mahrom, bukan hanya sebagian aurat namun seluruhnya, tubuh telanjangku sudah terlihat. Bukan hanya 1 orang namun 2 orang dalam jarak waktu yang berdekatan. Mana posisiku saat  dilihat sedang begitu memalukan yaitu saat bermasturbasi.


"Kalau sudah selesai berpakaian bilang mbak", teriak security itu memberikanku waktu untuk berpakaian.


Aku segera mencari bra dan cd, namun tidak kutemukan. Aku hanya menemukan sebuah benda yang bentuknya tali2an.


"Apa ini? ini bra dan cd yang kupakai sebelumnya?" kataku kebingungan sambil membolak2 balik benda itu


Kucoba memakai kedua benda yang hanya berupa tali2 itu. Benar saja ini memang cd dan bra, namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Bra yang kupakai hanya menutup bagian putingku. itu pun areolanya masih keliatan, dan kulihat vagina ku lebih parah lagi. Bulu pubisku terlihat seutuhnya, bahkan vaginaku hanya tertutup dengan tali pada bagian belahannya. Tali cd itupun bahkan terselip di belahan vaginaku sehingga aku terlihat tidak mengenakan apa2 dan malah membuat semakin basah saja.


"Astghflhdzm.. aku kok memakai daleman seperti ini.."


Lalu kulihat baju gamis yang kubawa, memang benar ini adalah gamis syari, tetapi biasanya dikenakan menggunakan daleman agar tidak menerawang. Mana ukurannya kekecilan bagi ukuran tubuhku. Kulihat size tagnya XS, jauh dari ukuran tubuhku yang biasanya M. Aku tidak bisa dan tidak seharusnya mengenakan pakaian seketat ini. Tetapi karena tidak ada pakaian lain, aku putuskan memakainya saja dan segera meninggalkan tempat maksiat ini.


Akhirnya akupun selesai mengenakan pakaian. Kuperhatikan diriku yang memakai gamis ini. Pakaian yang sangat membuatku terlihat seperti wanita murahan. Entah bagaimana ceritanya aku bisa memakai pakaian seperti ini. Padahal aku selalu berdakwah agar wanita menutup aurat secara sempurna, menghindari pacaran, dan lain2, namun kali ini aku lah yang terjatuh pada lubang dosa, bukan hanya pacaran. Bahkan aku sudah kehilangan keperawanan dengan pemuda yang tak kukenal.


Kulihat bagian dadaku begitu menonjol, pantatku pun terlihat semok dari biasanya saking ketatnya gamis yang kupakai. Sebalnya lagi, gamis ini sama sekali tidak menutup tubuhku. Bagian dalam lekuk tubuhku terlihat jelas, puting susuku, lekuk payudaraku, warna kulitku dan bulu pubisku terlihat menerawang dari gamis ini. Aku belum terbiasa memakai pakaian ini. Kuberanikan untuk bertanya pada security


"Mas disini sedia baju kah? Buat aku.. ", tanyaku


"Biasanya ada sih mbak, kami sering menemukan pakaian sisa pengunjung club ini yang ketinggalan. Tapi kayaknya ngga cocok sama style mbak yang model ukhti2 gini. Karena yang ada seingat saya hanya tanktop mini", jawab security itu


"Saya boleh pinjam tanktopnya mas? pleasee.. Nanti saya kembalikan"


"Ada tapi ngga usah dikembalikan juga mbak. Toh saya juga ga tau baju itu punya siapa, saya ambilkan dulu mbak. Tapi mini ya..", kata security itu sambil berlalu mengambilkan baju yang dimaksud


Setelah beberapa saat, pria itu sudah kembali membawakan pakaian yang dimaksud. Aku segera menerima pakaian itu dan melepas kembali gamisku. Kuputuskan untuk mengenakan tanktop sebagai pakaian rangkepanku. Lalu kembali kututup dengan gamis transparan. Ini jauh lebih baik daripada membiarkan auratku terexpose menerawang.


Lalu setelah selesai aku beranikan untuk keluar dari bilik, dan menemui security. Security ini matanya jelalatan memandangiku. Aku dibuat risih dengan tatapan matanya dan kualihkan dengan menundukkan pandangan


"Mbak mau mandi dulu? Tubuh mbak bau sperma. Heheheh", kata security itu sambil terkekeh


Betapa malunya aku, bahkan mas security bisa mencium aroma ini saking kuatnya aroma air mani lelaki itu menempel pada tubuhku. Aku setujui saja usulnya karena aku sendiri tidak nyaman dengan keberadaan aroma anyir ini. Kemudian security itu mengantarkanku pada kamar mandi yang biasanya digunakan karyawan yang bekerja di tempat ini.


"Silakan mbak kalau mandi dulu", kata Mas Security sambil menunjuk sebuah kamar mandi kecil khusus karyawan


Didalam kamar mandi, kutanggalkan kembali seluruh pakaian ku. Kusiram tubuhku yang baunya tak karuan ini dengan banyak air. Lalu Kubasuh dengan sabun hingga aroma amis tersebut benar-benar hilang, berganti dengan aroma sabun yang menyegarkan. Aku sempat berpikir, mengapa sabun batang ini berlubang bagian tengahnya, namun kutepis pemikiran tidak penting itu


Setelah selesai mandi, kubiarkan tubuh telanjangku sejenak sambil menunggu sedikit kering karena tidak ada handuk disini. Tapi lama2 gerah juga berlama2 dikamar mandi sempit dan tertutup ini sehingga aku memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.


Setelah beres semua, aku diantar mas security meninggalkan club666, tempatku berada saat ini yang aku tak ingat pasti mengapa aku bisa ada disini.


"Oh iya mbak, ada titipan dari Mas Endrix", kata security sambil merogoh saku bajunya


"Apa itu mas?", tanyaku karena ia hanya memberikanku selembar kertas yang terlipat


"Tidak tau mbak, saya ga berani lancang buka2", kata security


Akupun menerima lembaran kertas itu dan meninggalkan gedung club666, saksi bisu tempat dimana aku sudah berhubungan suami istri dan kehilangan keperawananku, dengan pria yang tidak kukenal. Aku putuskan untuk segera menemui pemuda brandal bernama Endrix yang sudah mengambil keperawananku untuk meminta pertanggung jawaban dan jawaban mengapa semua ini bisa terjadi.


Kubaca kertas yang ditinggalkannya untukku sembil berjalan perlahan menuju jalan raya.


"Untuk Budak Sexku bernama Rista, yang sedang membaca tulisan ini. Setelah kau baca tulisan ini, kau resmi menjadi budakku. Tugasmu hari ini adalah memamerkan auratmu kepada orang2 dijalan yang kau temui. Mulai sekarang itulah caramu bersedekah! Sedekahmu sudah tidak dengan harta tetapi dengan auratmu. Semakin banyak yang menerima sedekahmu, semakin baik! Ingat ini adalah kewajiban! Kau tidak bisa menolak perintah ini. Lalu sebagai bukti kau sudah berhasil melaksanakan tugas ini dengan baik, kau harus berfoto dengan mereka dan kirimkan bukti foto itu kepadaku di grup kita, awas kalau lupa akan ada hukuman buatmu"


Mataku terbelalak membaca isi pesan ini. Endrix, pemuda itu memintaku untuk sengaja memamerkan auratku yang kujaga selama ini. Katanya sebagai ganti dari sedekah harta. Aku mencoba memikirnya dalam2. Akal sehatku tentu saja langsung menolaknya. Tidak seharusnya wanita menampakkan tubuhnya. Karena itu aku selali menutup seluruh tubuhku dan memastikan tidak ada yang nampak hingga menggoda pria.


Aku tidak ingin mematuhi perintah itu, tetapi tidak dengan tubuhku. Semakin kutolak, rasanya tubuhku semakin penasaran untuk mencoba melakukannya dan menstimulasi otakku untuk membayangkannya. Bagaimana rasanya bersedekah aurat seperti yang pemuda itu minta. Diotakku semakin jelas memvisualisasikan bagaimana jika aku melakukan perbuatan gila itu, seorang wanita yang kesehariannya berpakaian syari, mulai menunjukkan auratku kepada pria bukan mahrom, dan pria2 itu menggodaku, menyentuhku, bahkan sampai menyetubuhiku.


"Ssshhhh... aduuuuhh", tiba2 putingku mengeras dan vaginaku terasa gatal dan lembab


*Apa yang terjadi dengan tubuhku Ya Tuhann.. Membayangkan perbuatan nakal itu syahwatku langsung naik..*, pikirku dalam hati dan kembali untuk tidak memikirkan tindakan cabul itu


Aku terus mencoba tidak mematuhi perintah itu dan mengabaikannya. Namun yang kurasakan justru rasa takut. Rasa takut yang tak terhingga. Aku takut pria itu benar2 marah dan menghukumku. Aku takut jika aku melanggar perintahnya dia akan murka. Ini adalah rasa takut yang sama seperti yang kurasakan jika aku tidak menjalankan ibadah 5 waktu yang menjadi kewajiban agamaku.


"Addduuuuhhh..", tiba2 aku mengaduh


Putingku rasanya gatal dan mengacung maksimal. Tanpa sadar aku malah memilin pucuk payudaraku itu dipinggir jalan. Nikmat, rasa gatal pada puting susuku sedikit lega, namun sekarang rasa gatal itu berpindah pada alat kelaminku. Vaginaku juga rasanya banjir sekali saat ini. Terasa sekali bebera cairan meluncur menetes jatuh melewati pahaku.


Entah mengapa tubuh ini rasanya malah bernafsu, akal pikiranku tidak bisa membendung syahwatku. Semakin aku tolak, semakin aku bergairah. Aku bingung bagaimana menggaruk alat kelaminku di trotoar yang banyak kendaraan lalu lalang ini.


Nafasku mendadak tersengal-sengal, tubuhku mulai memanas. Pikiranku kemana-mana, membayangkan pria2 itu senang dengan apa yang sudah kuberikan. Aku sedekahkan auratku kepada mereka dan mereka menerimanya dengan bahagia. Ada rasa puas yang menggebu yang membuat jantungku berdebar kencang. Ada rasa nikmat yang kurasakan ketika aku berbagi tubuh. Senikmat ketika aku menyisihkan sebagian penghasilanku untuk mereka yang membutuhkan. Akhirnya setelah menimang2, Aku putuskan untuk mencoba, menaati perintah yang sudah ia berikan tanpa membuatnya kecewa.


***


Jam sudah menunjukkan pukul 11.00, cuaca hari ini sedang terik-teriknya. Jalanan di sekitarku ini ramai dengan berbagai macam kendaraan yang melintas, baik mobil ataupun motor. Memang tempat ini berada  dipusat kota dan berbatasan dengan salah satu ruas jalan utama dikotaku. Suara klakson kendaraan bermotor silih berganti bersahutan. Kondisi jalan siang ini begitu padat sehingga traffic light didekatku  sering mengunci tidak ada yang mau mengalah. Kendaraan dari jalur lain yang seharusnya hijau, tidak bisa melintas.


Aku berjalan sendirian ditrotoar. Tak banyak memang orang yang berjalan kaki di sini. Mereka lebih memilih menggunakan motor atau mobil karena tidak perlu capek-capek berjalan panas panasan di cuaca terik ini. Aku terus berjalan tanpa arah, sambil terus memikirkan cara bagaimana aku bersedekah dengan auratku. Ditambah lagi, aku berjalan dengan gamis super ketat ini, walau sudah kurangkap dengan tanktop rasanya tubuhku masih terlihat sexy dengan gamis menerawang yang mengundang.


Bagian belakang tubuhku rasanya berbeda deperti biasanya, setiap aku berjalan dengan gamis sexy ini,goyangan pantatku rasanya menggoda saking ketatnya. Aku seperti merasakan beberapa pasang mata pengguna motor melirik ke arahku. Yaa walau itu hanya perasaanku saja. Belum tentu mereka memandangiku. Aku hanya mulai dikuasai imajinasi. Karena kondisi lekuk pantatku yang terlihat jelas tercetak sempurna. Ditambah lagi, celana dalam tali yang kukenakan mulai terselip pada belahan pantatku sehingga membuatku harus berkali2 membetulkan posisi celana dalamku diam-diam


Entah hanya perasaanku atau tidak, aku merasakan para pengguna motor sengaja memelankan kendaraanya agar bisa menikmati tubuhku dari belakang yang sedang berjalan, dan kadang membetulkan posisi celana dalam. Terdengar riuh klakson dari belakang yang tidak sabaran. Padahal kendaraan yang didepan sedang sibuk memandangi getaran pada pantatku ketika sedang berjalan


Aku menjadi semakin tergoda, pikiranku semakin nakal, mungkin sekali ini tidak apa lah aku berbuat seperti ini. Toh kenyataannya aku sudah kehilangan keperawananan. Ini adalah bukti, aku tidaklah sebaik penampilanku. Yang penting tujuanku hanya satu, bersedekah membahagiakan orang lain. Kusingkap kerudungku kebelakang, sehingga kali ini puting susu dan payudaraku tercetak jelas. walau sudah dilapisi tanktop berwarna putih dan gamis transparan. Aku pilin sebentar kedua putingku agar semakin menonjol keluar dan tercetak menempel di kain gamis super tipis ini.


Kulihat seorang tukang becak yang sepertinya sedang tertidur di bawah sebuah pohon, sambil menutup mukanya dengan topi koboinya. Sepertinya bapak itu kelelahan hingga tertidur dibawah pohon rindang itu. Usianya tidak terlalu tua. Mungkin sekitar 45-50 tahunan. Kudekati bapak itu sambil berjalan perlahan mendekatinya. Jantungku semakin berdegup kencang memikirkan apa yang akan kulakukan


Kulirik kebelakang ke arah jalan raya, suasana masih cukup padat kendaraan. Beberapa pemotor ada yang menoleh kearahku dan memandangiku karena laju kendaraan yang padat merayap. Hal ini semakin membuatku nervous tak karuan. Aku ragu apakah benar aku wajib melakukan ini. Namun rasanya, gairahku sudah diujung dan tidak bisa kutahan lagi. Gairah yang biasa kutahan dengan melakukan hal2 positif, akan segera meledak seperti bom waktu

Kulihat ke bagian dada gamisku, tercetak jelas putingku yang hanya tertutup tali kecil, sudah sangat mengeras dan mancung. Kuturunkan perlahan resleting gamisku yang berada di bagian dada hingga belahan payudaraku mulai terbuka dibalik tanktop. Setelah resletingku mentok, aku mencoba mengeluarkan satu payudaraku dari tanktop yang kukenakan dihadapan bapak tukang becak yang tertidur itu. Kudiamkam beberapa saat posisiku mengeluarkan payudaraku dihadapannya. Sampai pada akhirnya sebuah angin kencang bertiup akan menerbangkan topinya, dengan sigap tangan bapak itu menahan topinya agar tidak terbang dan beliau langsung terduduk, memandangi keheranan kearahku..


"Eeehhhh...", betapa terkejut aku saat tau bapak tukang becak itu sudah terbangun dan melihat ke arah payudaraku yang kubuka didepan matanya


Bapak tukang becak sampai melongo memandagi pemandangan didepannya. Sialnya lagi, resleting gamisku malah macet tidak mau dinaikkan. Aku begitu panik sampai resleting itu kutarik paksa hingga rusak.


*Aaaa.. berakhir sudah harga diriku..* sesalku sambil terus membetulkan pakaianku dan memasukkan kembali payudaraku ke dalam


"Eeee.. Lg ngapain mbak? kok.. su.. su.. sunya di.. bukaa..", kata bapak itu tak kalah paniknya


Aku langsung membenarkan kembali posisi kerudungku yang sebelumnya kusingkap ke belakang dan segera menutup bagian payudaraku dengan kain kerudung panjang yang kupakai. Aku kira semua sudah aman, namun ternyata salah. Bapak tua itu fokus memandang kearah gamis transparanku yang samar2 mencetak jelas tubuhku. Ingin rasanya aku kabur saat itu juga, tetapi kakiku terasa tidak sanggup melangkah


"itu tem..tempik.. Mbaknya keliatan...", kata tukang becak sambil menunjuk ke arah vaginaku yang samar2 menerawang bagian kelaminku itu


"Ehh iya ta pak? maaf saya ngga sadar", kataku sambil mengecek pakaian gamisku dan berusaha menutup nya dengan tanganku walau percuma


"Iya Mbak, duh bajunya sexy bener, keliatan semua. Hehehe", kata bapak tukang becak memandangiku mupeng sambil menggaruk pangkal pahanya


"Hmmm.. Pak...", aku mencoba memulai pembicaraan walau bingung harus bagaimana


"Iya mbak?", tanya bapak itu sambil matanya terus jelalatan


"Aduhh.. bapaknya liatin saya terus.. Saya jadi malu..", kataku semakin salah tingkah menutup kembali beberapa auratku yang terexpose


"Hehehe.. Habis mbaknya menggoda saya.. Kasih liat susunya ke saya.. Mbak lagi butuh ya?"


*Glekk.. betapa malunya aku, rasanya diriku sudah tidak ada harganya*


"Butuh apa pak?"


"Dibelai.. Hehehheh*


"Sa.. saya...", aku semakin gugup tidak tau harus berkata apa


"pindah tempat aja yuk mbak.. Saya carikan tempat yang aman", kata bapak tukang becak sambil membetulkan posisi celana bagian tengahnya


"Ke.. Kemana pak?"


"Saya tau tempat yang sepi mbak.."


*Yaa Tuhann.. Aku malu.. Tapi tubuhku sepertinya menginginkan lebih..* kataku dalam hati sambil merasakan vaginaku mulai gatal


"Eehhh.. Hmmm.. iya pak...", katanya sambil menyiapkan becaknya agar bisa kunaiki


Akhirnya aku dibawa tukang becak menjauh dari jalan raya kota. Dia belokkan becaknya ke sebuah gang sempit, tak kulihat sama sekali ada orang yang melintas di gang sempit ini


"Saya hafal jam segini mereka biasanya pada tidur mbak, jadi aman. Heheheh", kata Bapak itu sambil turun dari becaknya


"Mbak.. Liat susunya lagi dong", pinta bapak tukang becak sambil menyeringai dihadapanku


"Err... pak.. iyaa.. boleh..", jawabku sambil menyibak kembali kerudungku kebelakang memamerkan payudaraku yang tidak tertutup belahannya karena resleting gamisku yang rusak. Aku perlihatkan auratku itu sambil tertunduk malu tidak sanggup memandang wajahnya yang tersenyum mesum kearahku


Mata bapak itu terus mengarah ke payudaraku. Iya pandangi puas2 pemandangan indah dihadapannya. Sepertinya ia tidak percaya ada seorang gadis berkerudung lebar pakaiannya menerawang dan lebih parahnya sedang menunjukkan bagian tubuh yang seharusnya dia jaga. Kubiarkan beberapa saat bapak itu memandangi payudaraku ini.


*Rista apa yang kamu lakukaaann.. Auratmu lagi dilihatin terus sama bapak tukang becak. Dan kamu biarkan bapak itu memandangimu* kataku dalam hati merasa berdosa namun juga ada rasa penasaran yang terpuaskan dari tubuhku


Tiba2 tangan kasar bapak itu meremas payudaraku yang kukeluarkan dihadapannya. Betapa terkejutnya aku karena secara tiba2 dia berani menyentuhku. Tubuhku terus dipepetnya pada tembok gang, lalu bapak itu mulai menjilati puting susuku dengan penuh nafsu


"Aaahhhh.. Pak.... Jangann..", aku berusaha meronta dan menutup kembali payudaraku, mendorong tubuh tuanya. Namun sayang tenaganya masih cukup kuat untuk memojokkanku


Si bapak tukang becak menahan tanganku. Mulutnya terus2 menjilati, mengulum serta memainkan puting susuku.  Rasa geli yang tertahankan, karena bibirnya yang kering itu terus menggesek bagian payudaraku


"Pak...", aku memanggilnya lirih


Bagian bawahku rasanya sudah banjir. Nafasku sudah tersengal sepertinya birahiku sudah tak sanggup kukuasai. aku mulai pasrah, Kubiarkan bapak itu terus menetek ke puting susuku yang sudah dilumatnya habis2an


"Nikmat bener pentilmu mbak, beda sama punya istri saya. Heheheh"


"Aaaahhh... Ssshhh.. Jangan digigit bapak..", kataku sambil memejamkan mata menahan nikmat didada, tiba2 seperti tersengat karena gigitan nakal bapak tukang becak


"Eh? maaf mbak habis tetek mbaknya bagus sekali. Nikmat sekali.. Saya jadi gemas.. Kok mbak mau ngelakuin ini? Mbaknya perek ya? Gak laku ya mbak? Heheheh", kata tukang becak mulai berani menghinaku


"Sa.. Saya.. bukan.. pelacur.. pak.. Sa.. Saya.. cu..cuma.. berniat sedekah...", jawabku terbata saking malunya rupanya bapak ini kembali membahas tubuhku, aku terus menggelinjang akibat dadaku yang terus dirangsangnya


"Sedekah? sedekah pakai tetek? Oh gitu.. Ya udah ikut saya aja mbak saya ajak ke tempat yang cocok buat mbaknya", kata Bapak itu menawariku sambil menghentikan lumatannya pada payudaraku. Entah mengapa aku malah kecewa dia berhenti menyusu ke payudaraku


"Eehh? Sa.. Saya.." kataku semakin kebingungan karena bapak tikang becak itu menarikku kembali ke becaknya


*Ya Tuhann.. aku mau dibawa kemanaa..*, kakiku sampai lemas membayangkan aku dibawa ke suatu tempat lalu bapak tukang becak ini mencabuliku, dan gawatnya vaginaku sekarang malah semakin banjir karena pikiranku


"Mbak ikut saya biar sedekahnya bisa maksimal. heheheh..", kata bapak tukang becak dan akupun hanya bisa pasrah saat beliau mulai mengayuh becaknya meninggalkan gang sepi ini.


"Mbak namanya siapa? rumahnya dimana?", tanya bapak tukang becak sambil terus menggowes becaknya mencoba basa basi


"Sa.. Saya Rista pak. Saya ngon

. ngontrak pak di da.. da..erah Ngewejaya", kataku terbata karena ketakutan


Kami melewati jalanan kota yang padat kendaraan. Bapak tukang becak cukup lihai mencari jalan2 tikus sehingga perjalanan kami tidak terjebak kemacetan yang terjadi di ruas jalan utama. Setelah 10 menit mengayuh sepedanya, bapak itu mulai memelankan laju sepedanya


Sampai pada akhirnya bapak itu berhenti, aku sampai terkejut kenapa dia malah berhenti disebuah warung. Jantungku semakin berdegup kencang. Diwarung ini lumayan banyak orang dan semua yang ada disana ternyata pria. Mata mereka seketika memandang kearahku. Kulihat ada beberapa bapak tukang becak lainnya, bapak ojol, dan bapak2 yang sepertinya tidak bekerja dan hanya ngopi saja di warung itu mengenakan singket putih lusuh. Mereka terus memandang ke arah tubuhku


"Ayo Mbak katanya mau berbagi", goda bapak tukang becak sambil memintaku turun dari becaknya


"Pak.. kok malah kesini kan banyak orang...", aku mencoba protes tapi tidak digubrisnya


"Bapak2, Mbak ini namanya Mbak Rista, kesini katanya mau berbagi", kata Bapak tukang becak sambil memperkenalkan diriku.


*Glek.. Sepertinya aku mulai paham tujuan Bapak Tukang becak*


"Berbagi apa nih pak Dirno? Kenapa mbaknya bajunya nerawang gitu? Tanktopnya sampai keliatan lalu sempaknya malah ngga nutup sama sekali, keliatan itu teteknya nonjol sama jembutnya", tanya bapak ojol yang rupanya kenal bapak tukang becak. Matanya terus menatapku tajam


"Eehh.. Pak.. Bukan gini maksud saya...", Aku jadi panik tak bisa berkata


"Ini Pak, Mbaknya mau sedekah badan. Kalau mau berbagi jangan nanggung atuh Mbak, masak ke saya aja. saya nanti khilaf.. Hehe.. lebih baik ramai2 biar sedekahnya mbak lebih terasa manfaatnya. heheheh..", kata bapak tukang becak itu sambil menyeringai


"Mas, utangku mangan wingi tak saur nggawe mbak'e yo? heheheh.." (Mas utangku makan kemarin saya bayar pakai mbaknya ya?), kata Pak Dirno sambil terkekeh


"Iya boleh Pak, monggo.. silakan. Heheheh", jawab penjaga warung juga turut tersenyum menyeringai sambil menyiapkan meja"


"Tutup sebentar aja pak warungnya", saran bapak tukang ojek dan Mas Penjual Warung lamgsung menutup sebentar warungnya.


Suasana mendadak gelap. Hanya lampu remang2 yang menyinari kami didalam. Ditambah lagi, karena ruangan pengap dan tertutup sehingga membuat suhu didalam menjadi terasa panas dan gerah.


"sini!!", kata bapak tukang becak menarik tanganku dengan sedikit kasar


Tubuhku dibaringkan diatas meja olehnya. Seketika bapak2 semua yang ada diwarung mengelilingi tubuhku yang sudah terlentang diatas kasur


"Mbak Rista, mau berbagi tubuhnya ke bapak2 semua. Saya lagi baik nih pak tidak saya nikmatin sendiri. Hehe.. selamat menikmati bapak bapak", kata Pak Dirno sambil memegangi kedua tanganku keatas dalam posisi terbaring


"Beneran nih pak? Mbaknya ikhlas?", kata seorang bapak yang masih ragu


"Ikhlas pak. Mana ada cewek berpakaian seperti itu. Ini cewek kerudungan tapi lonte pak, kayaknya lagi depi orderan. Heheheh", Kata Pak Dirno


"Cantik2 kok sepi toh mbak.. Mbakmya kemahalan kali pasang tarifnya. Hahahah", goda Pak Ojek sambil mulai mengelus kakiku yang terus meronta


"Ayo pak jangan lama2 keburu nanti digrebek", kata Mas penjaga warung mengingatkan


"Iya juga ya... Daripada jadi pada curiga. Heheheh.. Yasudah ayo..", kata bapak singlet putih yang kepalanya botak


Mereka sudah memandangiku sangat bernafsu. Wajah mereka tersenyum sumringah melihat kepasrahanku. Aku begitu ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi.


"Pak.. jangan.. bukan gini maksud saya..", kataku ketakutan sambil mencoba melawan dengan sisa tenaga yang ada


"Tadi katanya kamu mau berbagi rejeki? Ayo ini waktunya!", kata Pak Dirman


*Aku kebingungan disituasi seperti ini, aku tau ini salah.. Tetapi aku merasa ini adalah kewajibanku! Aku wajib bersedekah dengan tubuhku yang dulu kujaga ini kepada mereka, jika tidak aku sedekahkan justru aku merasa berdosa sekali*, hatiku begitu bimbang, entah mengapa aku malah berpikir seperti itu


"I..Iya udah.. Pak.. Boleh.. Tapi.. jangan dimasukin ya pak...", pintaku memohon


"Hahaha... Oke, setuju asal kamu bersedia ikhlas dicabuli dan ditelanjangi, lagian bisa kena penyakit saya kalau asal colok ke lonte. Saya gak tau lonte kayak kamu udah main sama sapa aja", kata bapak tukang becak yang lain


*Jlebbb.. sakit hatiku dipanggil lonte oleh mereka,

Mereka benar2 menganggapku seorang pelcaur yang sudah sering melayani Pria.. Padahal aku adalah seorang akhwat yang sudah berusaha taat pada agamaku..*


"Yaudah ayoo mulai", kata penjaga warung sudah tidak tahan sambil melucuti celananya


Gamisku langsung disingkap keatas oleh mereka, dan lubang vaginaku langsung menjadi target utama mereka. Celana dalamku yang berupa tali itu diselipkan dan digesekkan ke sela sela dinding vaginaku


"Ooouuhh.. Pak...", desahku. Tangan2 kasar bapak-bapak itu mulai berebutan berusaha menyentung kelaminku


"Memekmu indah sekali Mbak Rista", puji seorang bapak yang tak kukenal namanya itu sambil menusukkan telunjuknya kedalam vaginaku


"Aaahh.. pelan pelan bapak..", kataku sambil menahan malu yang amat sangat. Area intimku sudah menjadi pertunjukan gratis bagi mereka


"Kalau begitu ayo lebih ngangkang lagi!!", perintah bapak ojek sambil mengobel-obel vaginaku yang sudah langsung lembab dan berair


Kakiku kupasrahkan mengangkang membiarkan tangan-tangan kasar bapak ini mengocok alat kelaminku. Bukan hanya 1 tangan, tetapi 3 tangan sudah berebutan memainkan alat kelaminku. Jemari mereka terus mengocok bagian dalam vaginaku. Jari yang lain pun mengucek-ucek clitorisku dengan kecepatan tinggi. Sebentar saja, keringatku sudah mulai membasahi tubuhku karena dikelilingi bapak2 yang tak kukenal ini menjadi gerah. Lama kelamaan kurasakan vaginaku terasa panas dan juga pedas. Aku merintih sejadi-jadinya karena rasa panas yang menyiksa pada kulit vaginaku


"Aaaaahhhhh... Ouuuuhhh.. Sakittt..Perihhh"


"Oiya, Bapak sampai ngga sempat cuci tangan gara2 dikasih kesempatan cabulin gadis secantik kamu. Maaf ya Mbak tangan bapak masih belepotan sambal. Paling memekmu sekarang panas ya?", kata bapak ojol sambil terus mengocok vaginaku dengan tangannya yang masih belepotan sambal


"Aaaaahhhh... Pak.. cuci tangan dulu.. Panass pak...", aku mendesah sambil memohon karena rasa panasnya sungguh luar biasa menyiksa


Bapak itu tak peduli permintaanku, tangannya yang masih berlumuran sambal itu terus mengocok vaginaku dengan cepat. Mungkin saat ini vaginaku rasanya sudah berasa aroma bawang karena terkontaminasi sambal yang melekat pada jari2nya. Kurasakan semakin lama vaginaku yang sudah banjir ini terasa semakin panas dan perih membuat perasaan yang cukupenyiksa


"Ssshh.. Sakit Pak... Sudaaahhhh... Adduuuhhh..", pintaku sambil mencoba menahan tangannya yang terus mengocok area intimku


"Sudah om.. Kasian mbaknya, becek-becek perih. Heheheh", kata Pak Dirno


Bapak itu akhirnya setuju, dihentikannya jemarinya mengocok memekku. Lalu untuk membersihkan sisa sambal yang menempel pada bagian dalam vaginaku. Seorang bapak mengambil sepotong es batu yang bentuknya pipih dari dalam gelas yang berisi es teh, lalu dengan es batu itu, ia mulai membasuh vaginaku


Tubuhku sampai tersontak kuat saat rasa dingin mulai menjalar pada kelaminku. Tetap ada sedikit perasaan perih dan tidak nyaman saking nyelekitnya suhu es batu itu pada vaginaku. Kurasakan seluruh vaginaku mendadak semakin terasa sejuk dan dingin. Es Batu itu pun terasa sedikit lengket pada bibir vaginaku saking dinginnya.


"Ouuhh Pak.... Sudaahh.. Sshhh..", desahku mulai tak terkendali


Ditempel-tempelkannya benda dingin yang lama2 mencair itu terus ke area kelaminku. Aku mencoba menahan untuk tidak mendesah lagi karena semakin aku mendesah maka harga diriku semakin hilang. Bibirku kututup rapat saat bapak itu mengusap seluruh sisi vaginaku dengan es batu.


"Mmmm...Ooohhhh..", aku tidak sanggup menahan rasa cabul penuh nikmat ini sampai akhirnya aku mendesah lagi


"Hahaha.. Mbaknya malah semakin ngangkang. Nantangin ya?", ejek Pak Dirno


Aku benar2 tak menyadari kalau kakiku semakin mengangkang memberikan jalan agar es batu itu bisa menyeka seluruh vaginaku. Sedikit demi sedikit rasa panasnya hilang, tetapi lama2 kurasakan es batu itu pun mulai mencair. Menyisakan air yang terasa dingin membasuh vaginaku.


"Sudah bersih nih pak. Monggo dilanjut cabulin memek mbaknya", katanya


Lalu mereka memintaku untuk duduk diatas meja, dan mereka langsung menarik lepas gamisku keatas. Aku hanya bisa mengangkat tangan pasrah saat mereka menarik lepas pakaian utamaku sehingga auratku semakin terbuka semakin banyak


"Baju ga ada fungsinya nih. Hahaha", kata bapak yang menarik gamisku lalu dilemparkannya ke lantai, kemudian tanktop yang kukenakan pun berakhir sama, dilemparkan oleh mereka ke lantai


Tubuhku hanya menyisakan beha dan cd tali yang juga tidak menutup sama sekali. Lalu dalam posisi duduk, merek berebutan meremasi dan memainkan puting susuku. Tangan2 mereka dengan nakal mencoba menyusup sambil terus memberikan rangsangan pada kedua puncak gunung kembarku itu. Tubuhku menggelinjang sexy ke kiri dan ke kanan perlahan, betapa nikmat yang kurasakan saat tangan mereka menjamah aurat2ku yang slalu kujaga


"Bagus banget tetekmu Mbak, pentilmu juga mungil ga kayak punya istri saya yang sudah kendor", puji salah seorang bapak sambil terus memilin puting susuku seperti sedang memutar kenop radio


Aku terduduk pasrah memandangi tangan2 kasar itu meremas payudaraku serta berebutan memelintir puting susuku. Mereka terus meremas-remas payudaraku dengan kasar, memilin dan memelintir kedua puting susuku hingga semakin terasa menebal dan mengeras


"Sange ya kamu pentilmu kami mainkan. Hehehe", kata tukang becak lainnya


Seorang bapak2 yang sudah telanjang dada dari belakang tiba2 meremasi kedua payudaraku bersamaan. Menyandarkan tubuh langsingku kepada tubuhnya yang gemuk penuh bulu. Kulitku terlihat sangat kontras paling cerah saat duduk diantara mereka.  Bapak2 yang lain berusaha menciumi tubuhku dengan bibir serta kumisnya yang tebal itu


"Aaahhh.. Ssshhhh..." aku mendesis kencang menerima rangsangan bertubi tubi seperti ini


"Angkat tanganmu cantik, bapak kepingin jilatin ketiakmu yang wangi"


Kuangkat kedua lenganku keatas pasrah dan kuletakkan tanganku diatas kepala. 2 orang bapak2 mulai menciumi dan menjilati ketiakku yang sudah berkeringat basah itu, karena suasana didalam warung ini pengap dan tertutup rapat. Kedua ketiakku yang berkeringat langsung dijilati oleh mereka dengan lahap. Ciuman dsn lumatan mereka membuatku semakin kelojotan akibat sensasi geli yang luar biasa


Dalam posisi tetap seperti ini, kedua kaki kembali dibuka, tubuhku masih bersandar pada perut seorang bapak yang badannya gemuk dan dadanya berbulu itu. Kemudian Pak Dirno yang mengantarkan aku tadi kepalanya sudah berada diantara pahaku. Lidahnya mulai perlahan menjilati garis lubang vaginaku. Terasa begitu basah dan berlendir, yang pasti liurnya semakin lama tercampur dengan lendir pelumas yang diproduksi oleh organ intimku


"Ssssshhhh... Aaaahhh..Aaahhh", tubuhku bergoyang hebat menerima rangsangan hebat ini. Tak terasa tubuhku malah bergoyang goyang dirangsang total seperti itu. Ketiak diciumi, leherku digigiti, payudaraku dikulumi, serta vaginakupun dijilati. Semua rangsangan ini benar2 sudah membawaku merasakan nikmatnya tubuh seorang wanita ketika dirangsang bersamaan. Hal yang tidak bisa dirasakan jika hanya melayani 1 pria. Tanpa sadar aku terbuai dalam permainan, tubuhku semakin bergoyang dengan nakal terbawa nikmat syahwat yang menggebu, aku seolah lupa statusku adalah akhwat yang seharusnya menjaga kesuciannya. Tapi saat ini dimata mereka, aku hanyalah wanita berkerudung yang binal dan nakal seperti seorang pelacur


Sudah hampir 10 menit posisiku masih sama duduk bersandar sambil mengangkang. Kedua tanganku masih kuangkat keatas membiarkan bapak-bapak ini bergantian menciumi dan menjilati ketiakku. Puting susuku pun rasanya sudah mengeras maksimal karenal meneteki seluruh bapak2 diruangan ini secara bergantian, sedangkan lubang vaginaku sudah dijilati oleh aaah sudahlah aku tidak bisa mengingat mereka satu persatu.


"Aaaahhh.. Ouuuhhh.. Aahhh.. Sssshhh..", rancauku menerima rangsangan demi rangsangan yang sangat menyiksa penuh kenikmatan ini


"Tempikmu enak sekali Mbak Rista, pasti sering dijilatin pacarmu ya?", kata Bapak tukang becak terus menghisap lendir pelumas vaginaku


"Ssshh.. Saya.. belum punya.. pacar.. sshhh.. paakkkk"


"Masa sih cantik cantik belum punya pacar? kalau gitu Mbak Rista jadi pacar saya saja. Biar saya bisa nikmatin tempik mbak rista setiap saat", kata Mas pemilik warung


"Hahaha.. Saya juga mau pak.. Saya juga.. Saya juga pak...", jawab bapak2 yang lain.


Salah seorang bapak pun akhirnya mendaratkan ciumannya ke bibir tipisku, dilumatnya bibirku dan disapunya lidahku oleh lidahnya dengan ganas. Aku berusaha meronta dan menghindar karena rasanya sangat tidak nyaman, namun sayangnya dia terus memaksa menciumku. Akhirnya aku sudah tak sanggup menghindar dan bibirku pun sudah dikuasainya  Lidah kami saling beradu didalam rongga mulut yang saling bertemu. Liurku sampai menetes netes karena bibir tipisku dipaksa terus terbuka menerima liurnya.


Lalu bapak gemuk dibelakangku menarik kepalaku dan memaksa kepalaku untuk menoleh kebelakang. Kali ini bapak gemuk yang menahan tubuhku dari belakang itu menciumiku dengan beringas sambil kedua tangannya meremasi gunung kembarku. Aroma rokok yang kuat terasa sekali pada rongga mulutnya. Remasan pada pyayudaraku juga sangat kuat sehingga membuatku sedikit merasakan sakit pada tiap remasannya. Aku mencoba menahan rasa sakit dan lebih berkonsentrasi pada aroma nafas saat mulutnya terus melumat bibirku yang tipis ini. Lidahku terus dilumatnya habis, bersamaan dengan liurku yang terasa ia hisap sampai habis pula


Tubuhku tiba2 bergetar getar hebat. Pertama kali aku merasakan seperti ini. Antara rasa malu dan nikmat bercampur menjadi satu. Kurasakan vaginaku terasa terbuka tanda tubuhku sebenarnya sudah sangat siap untuk disetubuhi. Namun karena sepakat untuk tidak berhubungan badan, bapak2 itu sama sekali tidak menusukkan penisnya pada vaginaku. Justu saat ini malah aku yang memikirkan rasanya dimasuki alat kelamin mereka satu persatu. Membayangkan hal itu saja tak terasa membuatku semakin birahi tak karuan


"Saya mau pipis pakkk.....Ooohh... berhenti pakkkk", pekikku seketika


"Keluarin aja mbak ga usah ditahan", kata seorang bapak ojel online yang terus mengucek vaginaku dengan cepay


"Aaahhh.. Aduuuhhhh... Jangan disini pakk.

 jorokk.. saya.. aaahhh!"


*sret sret sret* lendir cintaku muncrat beberapa kali, menyemprot membasahi meja makan warung ini, karena tak sanggup kutahan lagi


Lalu kurasakan kembali sebuah jilatan yang cukup intens menyapu sisa2 cairan lendir kelaminku. Tubuhku bergetar hebat kembali saat vaginaku yang masih terasa sensitif itu disentuh. Mereka tidak memberikanku kesempatan untuk istirahat. Ingin rasanya kututup kakiku rapat-rapat sesaat karena saat ini vaginaku sedang terasa geli dan sangat sensitif akibat selesai orgasme


"Berhenti pak.. saya mohooonn... Ssshhh.", kataku


*Ya Tuhan, spa yang terjadi dengan tubuhku. Tubuhku sangat menikmati perlakuan kurang ajar mereka*, kstaku dalam hati disela2 kenikmatan ini


Aku berusaha menutup kakiku rapat agar mereka menghentikan sentuhan mereka pada area kelaminku, namun sayangnya kedua kakiku malah dipegangi dan ditahan agar terus mengangkang lebar memberikan akses kepada mereka untuk terus menjilati dan mengocok2 vaginaku sesuka mereka


"Aaaaahhhh sudaaahhh... Aku keluar lagi pakkkkk"


*serrr serrr serrrrrr* kembali aku menembakkan cairan bak air mancur


Pantatku sampai turut terdorong 3x saking kencangnya semburan air mancurku


Tubuhku lemas tak berdaya setelah aku orgasme kedua kalinya. Namun mereka sama sekali tak memberikanku waktu istirahat. Pak Dirno, menarik tubuhku yang lemas dan diposisikan menungging. Betapa malunya diriku diperlakukan seperti ini. Mereka terdiam memandangi lubang vaginaku dan anusku. Tidak menunggu waktu lama, sebuah jari telunjuk mulai bermain mengitari lubang anusku. Mataku terbelalak menyadari mereka mulai bermain2 pada lubang haram itu


"Aaahhh.. Pak Jangan main2 disituu.. kotorr... Uuhh..", desahku tak berdaya


"Tubuhmu yang ksu berikan gratisan ini dudh kotor mbak. Hahahah", kata bapak itu sambil mulai merangdang lubang pantatku agar terbuka


Bapak itu terus meraba lubang pantatku itu dengan nakal. Sesekali telunjukanya dimasukkan sedikit ke lubang anusku. Lalu sebuah tangan yang lain sudah mulai mengincar lubang vaginaku kembali. Garis pantatku dibukanya lebar sehingga kedua lubang tubuh bawahku tanpak jelas. Yang satunya mulai terbuka yang satunya lagi mulai menganga. Tangan2 mereka terus merangsang area anus dan vaginaku dengan sedikit tusukan dan belaian nakal. Kurasakan sebuah benda masuk ke lubang anusku. Rupanya mereka mulai menancapkan satu persatu sedotan ke lubang anusku Kepalaku sampai mendongak keatas


"Bapak2 ngapainnn aahh..", desahku semakin terang2an karena sudah tertanam beberapa sedotan ke lubang anusku


"Mbak, 1 sedotan 500 rupiah ya, nanti Mbak Rista wajib ganti kerugian saya karena sedotan saya ditancepin ke lubang bokongnya Mbak Rista


Kulihat kebelakang, mereka tersenyum menyebalkan memandangi lubang pantatku yang sudah dipenuhi sedotan


"1..2..3..4..5..6..7..8..9..10..11..12..13..14..15..16..17..18, ada 18 sedotan nih ya sudah nancep di lubang bokongnya Mbak Rista. Heheheh", ujar Pak Dirno memandangiku yang sedang melihat kebelakang memastikan kondisi pantatku yang sudah tertancap 18 sedotan. Rasanya lubang pantatku begitu terbuka saat ini. membuatku semakin malu saja, dihadapan para bapak2 ini dalam posisi anus tertancap 18 sedotan


"Aaahhh.. Aaahhh.. Ouuuhh..", lalu mereka mulai menarik dan memasukkan sedotan2 itu secara random membuat area kubang anusku geli sekali


Kepalaku menegang ketika sebuah sedotan ditarik dan ditancapkan. Belum lagi jari2 mereka bergantian mulai menusuk2 perlahan lubang vagina kembali.  vaginaku terasa semakin terbuka dan belum lagi lubang anusku yang terasa semakin kedutan dan melebar serasa ingin kuberteriak


*Jangan siksa aku pak, setubuhi aku sajaaa... Ya Tuhann apa yang kupikirkan. Bagaimana bisa aku berharap mereka menyetubuhiku saat ini. tubuhku benar2 menikmati pencabulan mereka kepadaku..* pikirku dalam hati


"Sssshhh...", aku hanya mampu mendesis pelan berusaha menahan libido yang semakin memuncak


"Tempikmu gatal ya mbak sekarang? Suka ya dicolok2 gini? Masih becek terus aja. Haha.." kata bapak kaos dinglet yang saat ini menjilatiku membuatku tersipu malu


Payudaraku yang menggantung bebas pun tak luput dari jemahan bapak2 pengunjung warung ini. Sentuhan-sentuhan mereka benar2 membuyarkan imanku dan merobohkan keyakinanku. Aku benar2 menikmati pencabulan mereka kepadaku. Bahkan pinggulku kugoyang2kan karena aku sudah lupa martabatku sebagai seorang muslimah. Beberapa kepala menyusup kebawah untuk menjilati puting susuku yang menggantung


"Aahhhh.. Pak...", aku mendesak nikmat daat kedua putingku dikenyot bersamaan


"Itilmu bapak gigit yaaa..", kata Pak Dirno tiba2


"Aaaakhhhhh.. jangann.. Oouuhh.. sakit pakkkk..", Bapak itu beneran menggigit clitorisku tanpa menunggu persetujuanku hingga membuat tubuhku tersedak


Tubuhku lagi lagi bergetar hebat, nafasku sudah memburu dan keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhku. Kepalaku terasa paling gerah karena mereka tidak melepas kerudungku


"Bapak2, Kita sudahi yuk. Saya mau buka warung lagi nih pak", ajak pemilik warung karena dia ingin segera membuka warungnya lagi.


"Iya pak, yasudah ayo kita pejuin tubuh lonte ini rame2", ajak Pak Dirmo dan disetujui oleh bapak2 yang lain.


Lalu mereka melepas satu persatu sedotan yang ditancapkan ke lubang anusku dan ditata dengan rapi sedotan2 itu di atas bulu pubisku


Mereka tanpa malu malu mengelilingi tubuhku yang terlentang sambil mengeluarkan batang2 penis mereka. Mereka lalu mengocok alat kelamain mereka bersamaan sambil memandangi tubuhku


"Coli bareng2 yuk mbak. Mbaknya juga juga harus coli"


"Hahhh? Iya deh pak...", jawabku pasrah.


Akupun memainkan vaginaku sendiri dihadapan mereka. Tanganku mulai perlahan mengocok vaginaku yang sudah basah dijilati dan dicabuli oleh bapak2 itu sedari tadi. Entah sepertinya tubuhku sudah biasa melakukan masturbasi ini. Wajah mereka sangat bernafsu memandangiku yang sedang masturbasi dihadapan mereka. Kubuang harga diriku untuk sesaat, menyingkirkan status muslimah taatku menjadi gadis yang sedang masturbasi dihadapan para bapak2. Kocokan mereka pun semakin cepat, beberapa ada yang melenguh saking menikmatinya


"Mbak buka tempikmu!"


Akupun reflek membuka labia vaginaku lebar lebar memamerkan isinya dihadapan bapak bapak ini. Bapak itu memandangi lubang vaginaku sambil terus mengocok batang kelaminnya dengan cepat


"Aaaarrrgggghh" tiba tiba beliau mengerang


*crot crot crot* penis bapak itu langsung menyemprotkan spermanya ke bibir vaginaku. Rasanya hangat dan meleleh membasahi tepat di sela lubang kelaminku.


"Waaa asyik nih kita buang aja ke tempik Mbak Rista semua yuk pak", ajak bapak tukang becak dan disetujui


Akhirnya mereka mulai berbaris rapi mendekat ke arah vaginaku. Kulihat penis2 mereka mengacung semua menghadap ke arahku. Akupun hanya menunggu sambil memandangi mereka beronani seolah berharap mereka kembali menyiram kelaminku dengan sperma mereka.


"Arrrhggghhh keluarr..."


*crot crot crot crot crot crot crot crot crot*


Satu persatu mereka menumpahkan spermanya tepat ke bibir vaginaku yang masih kubuka lebar dengan kedua tanganku ini. Beberapa ada yang tepat pada bagian dalam vaginaku yang terbuka dan beberapa ada yang mengenai tangan serta bulu pubisku.


"Aaah lega... Jadi semangat kerja nih kalau gini. Hehehe" kata bapak ojol sambil kembali mengenakan jaket kebesarannya.


Aku masih membuka vaginaku lebar lebar, menunggu sperma mereka semua jatuh menetes kebawah sembari mengistirahatkan tubuhku yang masih bernafas tersengal sengal. Vaginaku terasa begitu lengket dan bau. Sungguh tumpahan sperma mereka banyak sekali membasahi vaginaku. Untungnya tidak ada yang masuk dirahim jadi akupun merasa aman


*cekrik cekrik cekrik* suara kamera handphone memotret


"Jangan difoto bapak..", pintaku malu sambil reflek menutup auratku


"Buat konsumsi pribadi kok mbak. Pose mbak ini sexy sekali. buat saya bacolin sering sering. Heheheh.." kata seorang bapak sambil terkekeh


"Udah jangan ditutupin badan lu. Toh udah kita grepe2 tadi. Hehehe", ujsr bapak singlet putih


Perlahan kubuka kembali tanganku yang menutup dada serta vaginaku. Lalu kembali kubuat kakiku mengangkang dihadapan mereka. Lalu bapak2 yang lain pun mulai ikut memotret poseku yang mengangkang membuka vagina yang berlumuran sperma itu


"Mbak kasih tanda peace dong", pinta salah seorang bapak


Dengan tertunduk malu, aku tak punya pilihan selain berpose peace dihadapan kamera mereka sambil menunjukkan vaginaku yang dipenuhi ceceran sperma mereka. Awalnya aku difoto tanpa expresi, namun mereka memintaku tersenyum menghadap ke arah kamera dan akupun melakukannya kuberikan senyum terbaikku


"busyet cakeo benerr", puji tukang becak yg lain


Setelah semua puas, akhirnya mereka mulai mengenakan pakaiannya satu persatu dan mulai meninggalkan lokasi ini secara buru2.


"Pak.. Saya boleh minta tisu...", pintaku kepada pemilik warung yang sudah bersiap membuka kembali warungnya


"untuk apa?", tanyanya sambil mengatur kembali barang dagangannya


"Buat membersihan air mani bapak2", jawabku


"Tisu saya memang gratis buat bersihin sisa makan mbak. Kalau buat bersihin peju, mbaknya bayar saya 20.000 per 5 lembar", godanya


*Hah? Aku harus membayar 20ribu untuk mengambil tisu dan kugunakan untuk membersihkan air mani mereka ke tubuhku? Gila.. Seolah aku yang menginginkan ini semua sehingga harus membayar demi sebuah tissu*


Akupun bangkit setelah beberapa saat rabahan di meja. Sperma mereka langsung jatuh meluber ke meja ini. Lalu kuambil uang 100ribuan yang kukantongi di gamis transparanku dan kuserahkan ke mas penjaga warung


"Total 18 sedotan dikali 500 jadi 9000, tisunya 20ribu, jadi total mbaknya harus bayar 29ribu ya..", ujar mas penjual warung sambil terkejut melihatku memberikan uang 100ribuan


"Waduh, saya ngga ada kembaliannya Mbak. Kembaliannya ngga usah ya.. Itung2 biaya buat mbaknya, karena beruntung bapak2 pembeli di warung saya bersedia menikmati tubuh mbak. Heheheh", lanjut pemilik warung secara tak sadar merendahkanku


*Astghfrlhdzm.. Seolah aku yang bayar mereka untuk menikmati tubuhku* kataku dalam hati


Aku hanya tersenyum kecut karena masih kecapekan. Lalu kuambil beberapa helai tissue dan kubersihkan peju2 kental yang menempel di sekitar vagina serta tanganku


"Nitip bersihkan peju yang dimeja dan lantai juga mbak", perintah Mas Penjaga Warung


"Iyaaaa mas....." jawabku malas2an


Lalu kumeninggalkan warung itu dengan berjalan terseok seok, karena vagina dan anusku rasanya hancur dikocok-kocok kasar dengan mereka, dan kakiku yang terus dipaksa mengangkang serasa mau copot. Aku tutup kembali tubuhku dengan gamis transparan yang kukenakan, tak lupa kerudung panjang untuk menutup to jolan dadaku, dan berharap tidak dikerjai lagi.


Akupun mulai melangkah meninggalkan warung menuju jalan Raya, berharap ada angkot yang bersedia mengantarkanku kembali ke rumah kontrakan. Setelah menunggu beberapa saat, untunglah ada sebuang angkot. Aku tutup tubuhku rapat2 selama di dalam mobil angkutan umum ini. Cukuplah sedekah yang kulakukan hari ini


*Astghfrlhdzm.. aku sampai lupa tidak meminta dokumentasi foto sebagai laporan untuk berandalan itu, teledornya aku Ya Tuhaann..*


**bersambung**



=========


Scene 9 : Tanggung Jawab (POV : Endrix)


Nama gw Endrix, gw berandalan kampung. Kerjaannya cuma ganggu orang, ngecengin cewek2 cantik sambil godain mereka sampai mereka salting. Gw hobby ngewe. Sudah banyak wanita yang udah gw rasain lubangnya. Tapi pada cerita ini gw gak akan cerita mengenai gimana gw bisa tidurin wanita2 pelacur itu semua.


Gw anak konglomerat, uang gw banyak. Gw butuh ini tinggal tunjuk, gw butuh itu tinggal lu yang sediain.  Tapi gw bosan hidup seperti itu. Gw lebih banyak menghabiskan waktu dijalanan. Bersama para berandal kawan-kawan gw. Lebih menantang, lebih banyak dinamika, dan seru aja. Ithonk si gendut dan Bobby adalah dua sahabat gw dari kecil. Gw tinggal di salah satu rumah bokap yang letaknya agak pinggiran kota, katanya sih Rumah dia yang lama. Sekarang bokap dan nyokap tinggal di ibukota, gw ngga ikutan. Gw kepingin hidup disini ngelakuin apa aja yg gw mau.


Kedua teman gw udah gw anggap sodara gw sendiri. Jadi ngga ada gap diantara kita. Mereka kadang suka mengatai gw bodoh memilih hidup seperti ini. Tapi gw gak peduli. Gw suka ngabisin waktu bareng mereka. Jd kenakalan gw bisa maksimal. Tidak perlu hidup terkekang dengan aturan2 yang dibuat oleh bokap gw. Selama gw lg gak ada kepentingan di rumah, gw bakalan hidup di jalanan. Toh kalau gw kepingin hidup mewah, gw tinggal pulang. ATM gw juga kayaknya diisi melulu sama bokap.


Dikampung ini ada 2 orang gadis yang menarik perhatian kita. Penampilan mereka berbeda dari gadis yg gw tau. Pakaian mereka tertutup dari atas sampai bawah. Bahkan yang satunya, malah pakai cadar. Entah mengapa gw penasaran sama badan mereka yang ditutup itu. Awalnya gw ga tau nama mereka berdua siapa. Tapi beruntungnya gw, rupanya salah satu gadis itu tak sealim penampilannya. Gw dan teman2 mergokin dia sedang masturbasi di taman. Sebuah kegilaan yang gw gak pernah sangka. Dan anehnya gw merasa kalau dia colmek karena ada faktor dalam diribgw juga. Entah apa yang terjadi sama otak gw kok bisa berpikir seperti itu


Setelah gw dapat kartu ASnya gw yakin gw bakalan bisa menguasai itu akhwat. Singkat cerita, kita semakin dekat sama ini akhwat, sampai dia kita masukkan ke sebuah grup mesum dan melayani pembicaraan cabul kita. Rista nama akhwat itu. Ukhti2 yang tak gw sangka ternyata naughty.


Malam itu tiba, gadis itu mengajak gw kencan. Tanpa berpikir 2x, gw langsung undang dia di salah satu club malam punya bokap gw dikota ini. Gw ambil keperawanannya. Gw setubuhi dia sepuas gw malam itu. Tapi ada yang aneh ketika gw bersetubuh dengan gadis itu. Gw seperti mendapatkan tenaga baru. Gw merasa gw mampu memberikan sugesti yang pasti bakalan dituruti apapun itu oleh mereka yang mendengarkan bisikan sugesti gw. Menarik sekali, gw senang dengan kemampuan baru gw. Sepertinya iblis suka kepada gw sehingga memberikan ilmu kepada gw. Hahaha..


***


Seperti biasa gw sedang bersantai bareng Ithonk dan Bobby di taman siang hari ini. Kita sudah tau akhwat yang bernama Rista itu leave group belajar kelompok. Bobby dan Ithonk terlihat paling emosi dan berniat ngasih hukuman ke Rista. Tapi gw mah santai aja. Gw yakin akhwat alim itu akan kembali ke gw karena dia udah jadi budak gw.


Benar saja, selang beberapa saat kita ngobrolin Rista, akhwat itu WA ke gw


"Afwan, boleh ana bertemu?"


"Afwan? siapa itu? Nama gw Endrix bukan Afwan", tanya gw


"Ana ingin bertemu"


"Ada urusan apa?", tanya gw


"Kita bahas nanti waktu ana bertemu antum"


"Oke datang aja ke rumah gw ini alamatnya Jl Memek Timur No 666"


"Ana kesana sekarang"


Gw bacakan pesan WA akhwat itu ke Bobby dan Ithonk, mereka sampai tertawa terbahak-bahak. Belum tau aja dia sapa gw kok berani-beraninya mendatangi gw.


"Kita apakan nih sih Rista? Kesel gw tau dia leave group.", kata Ithonk


"Tenang aja, sebentar lagi dia bakalan balik lagi ke group wa kita. Heheheh", jawab gw


"Kok lu yakin bener bos?", tanya Bobby


"Heheheh.. Beberapa hari yang lalu gw udah entot tuh si Rista, sampe 5x nampung pejuh gw. Hahahah"


"Eh anjirr seriusan lu? kok bisa lu ga ngajak kita?", protes Ithonk


"Heheheh.. Dia maunya sama gw bego", jawab gw sombong


"Gimana rasanya memeknya? Secara akhwat gitu pasti memeknya masih suci", tanya Bobby penasaran


"Jelas sempitlah.. ngegrip bener memeknya. Apalagi itu memek anget sama banjir terus-terusaan.. Haha.. Itu gadis beda sama lonte2 yang sering kita pakek. Itu gadis masih suci dan polos. Tapi tubuhnya bakat sange. Masih perlu diajari dan diarahkan biar jadi lonte sejati. Heheheheh", jawab gw


"Anjrit penasaran gw", kata Bobby


"Hahahah... Eh gw duluan ya, keburu tu akhwat sampek rumah gw."


"Ikutan dong bosss", kata Ithonk memelas


"Enak aja. Kontol tuh gedein dulu. Hahahah", jawab Endrix


"Sialan lu!", jawab Ithonk kesal


Gw pun langsung pulang dengan motor sport kesayangan gw. Perjalanan tidak memakan waktu terlalu lama, karena memang jarak dari taman ini ke rumah tidak terlalu jauh. Mungkin hanya sekitar 3 KM saja. Gw pun sudah  sampai di rumah. Rumah yang terlalu besar bagi gw untuk tinggal seorang diri. Tapi ngebayangin Si Rista bakalan sering gw ajak kesini, kayaknya gak akan sepi2 amat tempat ini


40 menit kemudian, Telepon gw berdering. Kulihat layar ponsel ku menampilkan nama "Budak Sex". Gw ga ingat kapan gw ganti namanya Rista jadi Budak Sex di hape gw


"Halo Aslmklm.."


"Iya, masuk aja. pintu ngga gw kunci"


Akupun sudah menunggu kedatangan akhwat cantik itu sambil menenggak minuman keras yang tersaji diatas meja Ruang Tamu. Kubayangkan apa yang akan kulakukan pada gadis alim itu setelah ini, membuat batang kontol gw mengeras


*tok tok tok* terdengar suara pintu diketuk


Akupun berjalan dan membukakan pintu Ruang tamu rumah gw. Benar saja, didepan mata gw sudah terlihat seorang gadis berpakaian syari. Pakaiannya benar2 tertutup membuat kontol gw semakin tegak mengeras. Entah mengapa gw kalau lihat style akhwat gini suka lebih sange. Mungkin lonte2 yang bajunya terbuka udah sering gw nikmati tubuhnya. Apalagi gw inget betul nikmatnya tubuh akhwat yang masih suci ini, benar2 berbeda dengan wanita pada umumnya yang pernah gw setubuhi. Gw jadi ketagihan sama akhwat.


"Halo Rista.. Masuk ayo masuk.." kataku mencoba ramah


Gadis itu hanya mengangguk pelan, kedua matanya terus menunduk kebawah, tak berani menatap wajah gw. Melihat tingkah lakunya begini saja gw makin sange sekaligus gemas dengan gadis ini. Bola matanya yang bulat dan sayu dihiasi tai lalat didekatnya itu begitu mempesona di mata gw. Gw masih gak percaya akhirnya gw ngerasain memek cewek style akhwat syari gini. Bahkan sampai 5x dan tanpa pemaksaan


"Silakan duduk, Ada urusan apa kesini?", tanyaku


Terlihat akhwat itu kebingungan, dia bingung mulai dari mana untuk memulai pembicaraan ini. Kedua tangannya terlihat memainkan jari jemarinya, sepertinya dia benar2 gugup


"Rilex saja, oiya ini minuman dari Italia. Silakan", kata gw sambil menuangkan gelas berisi minuman beralkohol itu


"Syu.. syukron.. Ta.. Tapi A.. Ana tidak minum min.. minuman.. keras..", Jawab Rista terbata-bata


"Ohhhh.. Iya lupa. hehehe.. Sluruupppp.. Aaahh enak bener nih minuman", Jawab gwa sambil menenggak habis minuman itu dihadapan gadis alim ini


"A.. Ana.. To the point saja. Antum sudah mengambil kesucian ana.. Hiks hiks hiks..", kata Rista mulai berbicara sambil menangis


Gw biarkan sejenak gadis itu hanyut dalam emosinya. Wajar, tentu saja keperawanan adalah sesuatu yang sangat penting bagi ukhti-ukhti syari macam dirinya.  Kembali kutuangkan kembali minuman keras dan langsung ke tenggak sambil mendengar keluh kesah gadis ini


"A.. Ana sudah berusaha.. Menjaga kesucian  ana untuk suami ana kelak.. Namun antum sudah merampasnya. Hiks hiks hiks"


"Lalu?"


"Aa..Ana.. minta.. antum tanggung jawab atas apa yang sudah antum perbuat!!  Hiks hiks hiks hiks", tangisan gadis itu semakin pecah. Suaranya mulai serak akibat tangisannya yang mulai membanjiri raut wajahnya yang kian memerah


Sepertinya terpaksa sekali ia utarakan kalimat itu. Tentu saja kriteria suami idamannya bukanlah seperti gw yang bejat ini. Dia pasti tau akan hidup seperti apa jika pada akhirnya dia menikah dengan gw


"Tanggung jawab? emang lu yakin hamil waktu gw entot?", tanya gw santai


"Eehhh.. Ana.. belum memastikan.. Tetapi antum sudah merampas kesucian ana. Hiks hiks hiks"


"Hehehe.. Lebay lu ah, kali aja gitu peju gw meleset ga goal. jadi lu gak hamil. Lagian udah biasa kali jaman sekarang cewek ga perawan. Eh, Lu punya pacar?", tanya gw


"Mudah seka.. sekali.. antum berkata.. demikian.. A.. Ana.. Tidak pacaran.. Tapi ana.. Sudah berproses Taaruf dengan ikhwan..", jawab Rista terbata-bata


Entah mengapa gw tau arti afwan, ikhwan, dan taaruf. Padahal ini kata yang asing bagi gw selama ini. Tetapi gw jadi paham artinya tanpa gw sadari


"Kali aja lu sama dia juga pernah khilaf hingga kalian bercinta. Dan lu hamil anak dia. Ngapa lu minta gw yang tanggung jawab? Karena lu tau gw tajir ya? Hahahah", goda gw


"Astghrlhzm.. Ana tidak pernah berbuat begitu dengan ikhwan itu. Antum sudah fitnah Ana! Ana hanya melakukan itu dengan antum dan antum harus tanggung jawab!"


"Kok yakin bener lu gw hamilin.. Ya emang gw udah sembur rahim lu 5x juga sih. Tapi kan belum tentu hamil apa nggak. Heheheh", kugoda gadis itu


"Astgfrlhdzm.. Afwan jangan dibahas lagi perbuatan memalukan itu.."


"Memalukan? Engga lah, lu yang minta ketemu gw, lu yang goda gw pakai pakaian transparan, gila sexy bener lu kemarin. Desahan lu nikmat banget Ris, apalagi pas gw genjot memek suci lu itu..", gw mencoba memanas2i akhwat ini semakin parah


Terlihat wajahnya kian memerah tertunduk malu. Kedua tangannya meremas rok gamisnya, sepertinya menahan  emosi yang amat sangat karena omongan gw.


"Lu ga pingin nikah sama laki lu? Kasian dia kalau lu mutusin taaruf lu dan lu nikah ama laki bejat kayak gw. Heheheh.."


"Ana....", gadis alim itu bingung ingin berkata apa


"Lu berhak buat nikah sama laki pilihan lu. Gw sebagai tuan lu ga ngelarang kok lu nikah ama laki yg lu suka. Tapi...", kataku memulai menghancurkan harga dirinya


"Tapi? Maksud antum?", tanya Rista


"Lu tetap budak sex gw. Suami lu kelak wajib ijinin lu jadi budak sex gw", kata gw penuh kemenangan. Karena gw yakin sugesti gw bakal masuk ke otak dia.


"Antum keterlaluan! Antum jahat... antum ibbb... Ssshhhhh ..", kalimatnya terhenti saat tiba2 kulumat bibir tipis akhwat itu penuh birahi


"Apa? Ibliss? Iya gw iblis beewujud manusia. Heheheh.. Dengar suara lu yang merdu bikin sange gw.. Heheheh.. Ayo lepas pakaian lu Rista.. Layanin Gw! Jangan lupa panggil gw tuan!", perintahku sambil kulumat bibir atas dan bawahnya bergantian


"Lepaskan anaaa!!! Antum jangan.. Aduuuhhh..", kata gw sambil mulai  meremas payudaranya yang masih tersembunyi di balik gamisnya


"Oh iya, kemarin dari club malam gw, lu udah sedekah tubuh gak hah? mana bukti foto2nya? gw liat!!!", kata gw sambil terus menggerayangi tubuh akhwat cantik yang masih berpakaian lengkap ini


"Aa.. apa yang antum lakukann.. Sudah cukuppppp", kata Rista sambil terus meronta, kakinya terus berusaha menendangku tapi tidak sakit sama sekali


"Mana dokumentasinya gw liat!! Lu udah sedekah tubuh belum?", tanya gw.


"Su.. sudah.. Aaahhh.. tapi anak tidak foto.... hiks hiks", gadis itu terus menepis tangan gw yang merogoh payudara dan lubang memeknya yang tertutup gamis


"Alaahhh bohong ya lu!! Hah? Lu harus terima hukuman!!", kata gw mulai mengerjainya


Gw rasakan akhwat bernama Rista ini berusaha mendorong badan gw, tapi apalah daya tenaganya yang tidak seberapa. Dalam sekali tangkapan, kedua tangannya gw tangkap. Gw ciumi wajahnya yang putih mulus itu sambil sesekali gw jilat2 kedua pipinya yang bersemu merah. Rista terlihat menolak dengan memalingkan wajahnya dari wajah gw


"Ssshhh.. Jangan diteruskaann... sudaahhhh... Aaahhhh", tiba2 gadis alim itu mendesah saat tangan gw kembali meremas teteknya yang terbuka tersingkap dari kerudungnya


"Udah ayo layanin gw! Gw hukum lu karena lu bandel ga patuh perintah gw!!", kata gw sambil menyingkap rok gamisnya keatas hingga menampakkan kedua kakinya yang putih mulus


Lalu gadis alim itu gw posisikan di paha gw sambil menungging, sedsngkan gw duduk pada sofa. Posisi kami saat ini seperti seorang ayah akan menghukum anaknya dengan memukuli pantatnya. Rista terlihat kelabakan tetapi tidak ada perlawanan berarti dari tubuhnya. Gw remas2 kedua bongkahan pantatnya yang putih mulus menunggin itu dari celana dalamnya yang berwarna ungu, lalu gw pelorot celana dalamnya hingga sebatas paha. Terlihatlah garis pantatnya yang sexy


"Anjir... Sexy bener bokong lu Ris.. Kemarin samar2 sih. Sekarang lebih jelas. Hehehe...", kata gw sambil mengelus dan meremasi kedua pantatnya yang terbuka


"Aahh.. Apa yang antum lakukan.. Sudah mas... Jangan sentuh anaaa", rengeknya sambil terlihat linangan air matanya


*plak plak plak...*  gw tampar2 pantat telanjangnya yang sexy itu


"Ga usah sok jual mahal lu.. Mulut lu nolak tapi tubuh lu malah nungging nih. Lonte lu. Hahahah", kata gw sambil gw buka belahan pantatnya


Lalu tangan gw usil mainin sekitar lubang anusnya yang berkerut berwarna cokelat muda. Telunjuk gw bergerak perlahan mengitari lubang itu secara melingkar. Tubuh Rista menggelinjang hebat, suara desisan serta desahan sexy terus keluar dari bibirnya yang tipis


"Demen lu pantat lu gw cabuli Hah?", kata gw mulai memasukkan telunjuk gw perlahan ke lubang anusnya


"Aaahhhh.. Antum ngapain... Jangan diteruskannn.. Ohhh..", Rista mendesah sambil menggoyangkan pantat sexynya saat telunjuk gw sedikit gw masukkan ke lubang tainya


Gw buka celana kolor gw dihadapan akhwat alim itu yang kini tepat berada di wajahnya yang cantik itu. Gw kocok kontol gw dihadapannya. Terlihat gadis itu memejamkan mata tak berani memandang kontol gw yang sudah tegak, panjang, dan keras. Urat2nya yang tebal mungkin membuat gadis alim ini tak sanggup memandang alat kelamin gw


"Ayo.. Cium dan bersihin kontol gw.. Lu itu budak sex gw!! Udah mulai sekarang apa kata gw lu harus turuti!", kata gw mensugesti Rista


Kutampar2 batang kontol gw ke wajahnya yang alim itu. Terlihat sekali Rista tidak suka dengan perlakuan gw. Tapi gw gak peduli, gw yakin udah dapetin ini akhwat 100%, cuma dia sok2an jaim menjaga imagenya sebagai seorang akhwat taat


"Ayo emut kelamin gw! Buka mulut Lu!!"


"Aaahhhh... Ga boleehh mas... Ini gak boleehhh.. Hiks hiks hiks..", Rista kembali merengek agar gw menghentikan pencabulan gw ke tubuhnya yang indah itu


*plak plak plak* gw tampar lagi kedua pantatnya yang mulus


lalu, telunjuk gw kembali gw arahkan ke lubang anus akhwat itu. Kudorong masuk perlahan membelah lubang anusnya yang sempit


"Aaahhhhhh...", Rista mendesah cukup keras


Kesempatan emas itu tak gw sia2kan. Saat mulutnya terbuka langsung gw dorong kepalanya yang masih berkerudung lebar itu ke arah kelamin gw. Rasanya rongga mulutnya benar2 hangat. Membuat kontol gw nyaman di dalam mulutnya


"Ayo sepong kontol gw!!", kata gw sambil menghentak2kan kepalanya agar lebih semangat mengoral kelamin gw


"Hmmphh.. Hmpphhh.. Oookhhhh..", dari sela bibirnya yang tipis itu keluar air liur yang cukup banyak, sepertinya mulutnya tak sanggup menampung batang kontol gw yang panjang


"Aaahhhhh...", kembali dia mendesah saat jari telunjuk gw bergerak semakin dalam ke lubang anusnya si Rista


Gw mulai mencabuli lubang anusnya lebih semangat. Telunjuk gw bergerak maju mundur di dalam lubang anusnya yang semakin terbuka. Sedangkan Rista sudah mulai patuh, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan begitu sexy sambil mengulum dan menjilati penis gw


Gw semakin sange berat. Mendengar desahan dan rintihannya yang terdengar nikmat. Gw cabut telunjuk gw dan kedua tangan gw mulai melucuti gamis syarinya yang berwarna biru muda. Rista sudah tidak meronta, dia sudah pasrah membiarkan tangan gw melepas satu persatu kancing gamisnya dari atas sampai bawah. Bagian depan tubuhnya sudah terbuka, menampakkan payudaranya yang terlihat segar menggoda terbungkus bra berwarna merah cerah.


Gw remas-remas saja payudara akhwat itu dari branya. Kembali tubuh Rista bergetar saat gw sentuh area dadanya. Tangan gw mulai menyusup ke balik bra merahnya, mencari keberadaan putingnya yang kenyal dan lembut itu.  Gw lihat Rista mencoba menahan desahannya. Ia gigit bibir bawahnya sambil membiarkan tangan gw mulai memilin2 pentil susunya yang masih tersembunyi dibalik bra merahnya dalam posisi menungging.


Tangan kanan gw lalu kembali mendorong kepalanya untuk tidak berhenti mengulum kontol gw yang masih keras. Rista sudah mulai bisa menguasai dirinya. Dia buang sesaat rasa malu dan harga dirinya, dengan mulai menjilati seluruh batang kontol gw sampai basah penuh air liurnya yang rasanya manis


"Lu berdiri, lepas semua kain yang ada pada tubuh lu.. Kecuali kerudung lu..", perintah gw saat yakin sugesti gw sudah menguasai tubuh akhwat ini


"Ngga mauuuu... Aaahhhh .", Rista masih mencoba meronta dan melawan, lalu gw langsung tusukkan jari tengah gw ke tempiknya yang sudah basah


"Ayo lepas semua baju lu! Atau gw panggil teman2 gw buat gilir lu!!!!!"


"Eehhhh.. Jangann mas... Jangaaannn.."


"Lepasin baju lu!!"


"Ba.. baik Mas.. ",suara Rista masih bergetar namun terdengar begitu pasrah


"Panggil gw tuan!", perintah gw


"Ehhh... I.. Iya.. Tuann..", kata Rista


Lalu akhwat itu berdiri gemetaran, gadis cantik alim itu mulai melepas gamis yang sedari tadi menggantung terbuka pada bagian dada dan perutnya. Lalu ditariknya lepas celana dalamnya yang tadi sudah gw turunin sebatas paha. Tak lupa ia lepas pula kedua kaos kaki panjang berwarna cream yang biasa ia pakai saat keluar rumah. Terakhir, dia lepas pengait branya sendiri dihadapan gw. Hanya kerudung yang tersisa pada tubuhnya.


"Bagusss... Kerudung tetap lu pake.. Karena Rambut lu itu aurat. Tapi tubuh lu itu wajib lu buka buat bahan sedekah!!"


"Berlutut sekarang lu dihadapan kontol gw!", perintah gw


"I.. Iya tuan...", kulihat sekilas air matanya jatuh namun sayangnya dia tidak punya kesempatan untuk melawan kuasa gw


"Sekarang lu minta gw, memohon ke gw agar gw mau dilayani ama lu!"


"Apa?"


"Buruan!!"


"Nggak mauuu.."


"Duuhh lu udah jadi lonte sok-sokan jual mahal", kata Gw mendekati tubuh telanjang akhwat itu yang sedang berlutut dihadapan gw


Gw tarik kepalanya agar mendongak menghadap ke arah mata gw, karena sedari tadi gadis ini terus mencoba memalingkan muka dari tatapan gw. gw lumat habis bibirnya yang tipis itu penuh nafsu. Lidahnya gw jilat2 dengan lidah gw. Dan gw remas2 toketnya menggelantung bebas itu dengan kasar


"Hmmmpphhh..", suara desahnya tertahan saat tangan gw mulai memencet pentil susunya yang pink kecokelatan itu


"Jilati dan kulum kontol gw. Awas kalau lu gigit gw jual lu ke preman pasar!", perintah Gw


"Aaahhh.. Ampunn.. ja.. jangann.."


"Ya udah lu layani gw sekarang!!"


Kubiarkan gadis alim itu mulai menggenggam kontol gw dengan jari2nya yang lentik putih sambil gemetaran. Lalu mulai ia arahkan sendiri kontol gw ke mulutnya. Gerakan sepongannya masih kaku, sesekali masih terkena giginya sehingga membuat kontol gw terasa perih sedikit


"Jangan kena gigi!!", kata gw kesal


*sluruppp sluruppp sluruuppp*, Rista perlahan mulai terbiasa menjilati kontol. Lidahnya mulai lincah menjilati batang kontol gw yang penuh urat itu ke kiri dan kekanan memastikan semuanya sudah terjilati dengan benar


Kembali gw pegang kepalanya dan gw hentak2an kepalanya ke kontol gw agar kulumannya lebih mantab. Mata Rista terbelalak.. Air matanya kembali menetes walau tadinya sudah mulai mengering. Kembali bibir tipisnya harus menampung batang kontol gw yang panjang. Air liurnya sampai kembali menetes disela2 mulutnya. Gw terus hajar lubang mulutnya tanpa ampun , gw tetap dorong2 kepalanya agar lebih semangat ngemut kontol gw


Setelah puas, tubuhnya gw tarik keatas dan  gw rabahkan diatas sofa. Gw buka kedua kakinya  yang putih mulus itu lebar-lebar hingga memeknya terlihat jelas sudah menganga dihadapan gw. Gw lepas celana serta kaos gw sehingga gw sudah telanjang dihadapan akhwat alim ini. Rista memejamkan matanya tak sanggup memandang gw yang sedang telanjang, tangannya pun masih berusaha menutupi area intimnya dari pandangan gw . Namun segera gw singkirkan tangannya itu agar gw bisa memandangi memek indahnya yang daging dalamnya berwarna pink itu sedang merekah


*Juhhh Juhhh* gw ludahin lubang memek akhwat itu sampai air ludah gw menempel pada lubang memeknya


Lalu gw mulai mengarahkan kontol gw ke alat kelaminnya. Rista hanya bisa pasrah sambil memejamkan matanya rapat2 tanpa melawan. Kontol gw mulai membelah bibir memeknya yang sudah basah setelah gw ludahi bercampur dengan lendir memeknya


"Aaaahhhhhhh.. Jangaannnn lagii...", Akhwat itu mulai mendesah nikmat, kakinya ia coba katupkan, tetapi kembali gw buka paksa kakinya agar kembali mengangkang


"Enak sayang? Hah??", kata gw semakin kesetanan mulai menyetubuhi gadis itu sambil menikmati betapa sempit dan hangatnya lubang kelamin akhwat itu.


*jleb jleb jleb jleb jleb* kulihat batang kontol gw sudah keluar masuk membelah lubang intimnya yang jembutnya dipangkas rapi.


"Ouuuhhh.. Oouuhh.. Sakitttt...", desah Rista sambil memejamkan mata, sepertinya ia tak sanggup memandang tubuhnya sedang berzina dengan lelaki yang bukan siapa2nya


"Memek lu jarang dikontolin soalnya. Jadi sakit.  Lama2 lu jadi budak gw bakalan terbiasa kok Ris..  Karena tiap saat memek lu bakalan dikontolin.. Ouuhh... Aahh.  Aahh..", rancau gw sambil terus menggenjot lubang vaginanya


*tulilut tulilut tulilut* terdengar suara nada dering handphone yang masih ia simpan didalam tasnya


Namun dia pun sepertinya tak peduli. Dia lebih memilih membiarkan gw menyetubuhinya dengan penuh kenikmatan seperti ini. Lubang vaginanya begitu terasa hangat dan sempit, untungnya seluruh penis gw masih bisa terbenam seutuhnya di dalam vaginanya sehingga rasa hangatnya begitu terasa hingga ke bola bola gw


*Ceplak ceplak ceplak* suara peraduan perzinahan kedua tubuh kami


Desahan demi desahan keluar dari mulutnya yang tipis itu, rintihan suaranya begitu halus dan merdu, rasanya sangat merangsang di telinga gw. Gw semakin semangat menggenjot tempiknya yang masih sempit itu


"Aahh.. Aaahhh..", lenguhannya semakin jelas terdengar menggema pada dinding rumah gw yang sepi


Sambil gw sodok memeknya yang udah becek. Gw lumat kembali bibirnya yang tipis menggemaskan. Gw ciumi bibirnya tanpa ampun. Lalu ciuman gw terus turun mengarah lehernya. kerudungnya gw singkap dan mulai gw jilati leher jenjangnya yang sedikit berkeringat namun tetap wangi.


"Oohh.. Tuannn... Aaahhh..Sudaaahhh..", Rista terus merancau sekaligus memohon. Antara menikmati dan juga ingin mengakhiri persetubuhan ini


Ciuman gw terus turun hingga ke dadanya yang terbuka. Buah dadanya sedang berguncang bersamaan dengan tiap sodokan gw ke lubang kelaminnya. Gw pencet puting susu kanannya, sambil gw perkuat tiap sodokan gw ke memeknya. Tubuh Rista menggelinjang hebat. Antara rasa sakit dan juga rasa nikmat sepertinya menjalar pada tubuhnya yang sexy mulus itu. Sesekali gw tampar-tampar toketnya yang bulat itu sebelum gw kulum dan gw gigitin


"Aaaaaahhhhhh... Tuannnnn... Ooouhhh..", desahan Rista begitu manja


*tulilut tulilut tulilut*


"Aah siapa sih ganggu aja!! Coba lu angkat dulu teleponnya!!!", kata gw sambil mencabut batang kontol gw dari lubang memeknya, mempersilakan akhwat alim itu lepas dari dekapanku


Rista berjalan perlahan sambil sedikit merintih memegangi kemaluannya. Sepertinya kemaluannya terasa perih setelah gw hajar habis-habisan. Akhwat itu berjalan menuju tasnya dan meraih  ponselnya


"Dari siapa?", tanya gw penasaran


"Dia lalu menunjukkan layar ponselnya, menunjukkan nama seorang ikhwan. Ikhwan - Mas Adi, itu nama yang tertulis pada layar handphonenya.


"Adi itu siapa?", tanya gw


"I.. Ikhwan.. Yang sedang.. Berproses Taaruf.. dengan.. anaa.", jawab Rista terbata


Gw pun mengangguk mempersilakan Rista mengangkat teleponnya. Karena yang menelpon adalah Adi, calon suaminya, atau pacarnya, atau apalah ia menyebut ikhwan yang berproses dengannya itu.


Tiba2 terlintas ide nakal gw. Gw minta dia angkat telpon sambil gw kerjai


"Angkat aja.. Jangan lupa di loudspeaker"


"Ba.. Baik...", jawab Rista sambil mensliding layar handphonenya untuk mengangkat telepon


"Halo Asslmlkm.. Ukhti dimana?", tanya Adi diseberang sana


"Walkmslm.. A.. ana.. masihh.. Aaaahhhhh..", tiba2 Rista tidak bisa melanjutkan perkataannya.


Karena  gw mulai peluk tubuh akhwat telanjang itu dari belakang cukup erat. Sampai kontol gw tergencet pada garis pantatnya yang mulus. Gw mulai memainkan kedua puting susunya dari belakang. Tubuh Rista seketika menegang, kakinya seolah tidak sanggup menopang beban tubuhnya yang tidak seberapa itu. Lalu gw mulai cium leher belakangnya yang udah gw singkap kain kerudungnya. Suara Akhwat itu mendadak bergetar dan terbata-bata


"Anti kenapa ukh?", tanya Adi cemas mendengar desahan sexy dari gadis yang ia suka


"Afwan.. Tidak apa2 akhi.. Ana.. hanyaa.. Oohhh... Ini.. Lagi... Sshhh.. Nyari cicak...", jawab Rista membuatku terkekeh senang dia membohongi ikhwannya


"Nyari cicak? Tapi buat apaa...", kata Adi keheranan


"Iyaa.. Aaahhh... Cicaknya.. nakal.. Akhii... Nyusup... ke celah... Uuuhhhh .", jawab Rista saat tanganku mulai mengocok vaginanya yang sudah banjir dalam posisi berdiri


"Hah? nyusup?", Adi mulai kebingungan


"Aaahhh... Ssshhh.  Anaa.. Mau Keluarrrr... ", pekik Rista sambil memeknya terasa sekali berkedut2 tanda akan segera menumpahkan isinya


Buru2 gw hentikan tangan gw ke lubang tempiknya. Mencegah dia mencapai orgasme pertamanya. Kulihat dia memandang gw dengan tatapan matanya yang sayu. Gw hanya menyeringai, Gw ingin mempermainkan birahinya agar tidak puas dulu. Agar dia terbiasa hidup sebagai lonte yang hyper-sex.


Lalu gw baringkan tubuhnya diatas sofa sambil kembali mengarahkan kontol gw ke lubang kelaminnya. Perlahan kontol gw kembali tertanam menembus liang senggamanya. Setelah itu kembali gw mulai genjot tempiknya dengan brutal dan kuat.


"Aaahhh.. Aahhh.. Aduuuhh.."


Tubuh Rista seperti kejang2 antara rasa malu, bingung, takut, birahi rasanya semua tercampur menjadi satu. Kakinya kembali bergoyang-goyang seperti menahan kencing. Tubuhnya terlihat semakin begetar dan menggeliat tak beraturan. Rasanya Kembali dia akan mencapai orgasmenya kembali, namun kembali kukerjai dia kuhentikan tiba2 sodokanku sehingga kali ini dia memandang gw dengan tatapan memohon.


"Anti mau keluar kemana?", tanya Adi malah bego


"Lupakan saja akhi.. Hah.. hah.. hah..", jawab Rista sambil nafasnya ngos2an gagal mencapai orgasmenya


"Ini.. ana mau balikin buku anti.. Ana bisa menemui anti kapan?", tanya Adi diseberang sana


"Hah? Sebentar ana aaahhhhhh.....", kembali Rista mendesah hebat, saat kembali gw hajar lubang kelaminnya dengan kontol gw


"Ukhti anti gapapa?"


"Na'am Akhi.. Aaaahhh.. Nanti ana kabari lagi.. Ana ada urusan.. Oooohhhhh...", lalu teleponpun dia tutup terburu2 khawatir calon suaminya itu semakin curiga mendengar desahannya yang semakin tak bisa ia kendalikan


"Heheheh.. Nakal ya lu.. ngentot sambil telponan sama calon suami lu.. Hahahah... Terima nih kontol gw", kata gw semakin semangat setelah gw permainkan martabatnya sebagai seorang calon istri


"Aaahhhh... Aaahhh.. Tuannn... Aaahhh", desahan Rista semakin menjadi. Tiada lagi air mata penyesalan. Kali ini dia begitu menikmati persetubuhan. Desahannya begitu nakal dan merangsang


*jleb jleb jleb jleb*


Memeknya sudah begitu banjir sehingga mempermudah kontol gw untuk terus menyetubuhi lubang kelamin sempitnya. Payudaranya sampai berguncang-guncang karena sodokan gw yang begitu keras. Tubuhnya sudah penuh  dengan keringat, sehingga membuat tubuh telanjangnya terlihat mengkilap dengan aroma khas yang begitu memanjakan hidung, membuat gw semakin sange dan bersemangat menggenjot memeknya yang nikmat itu


"Sudahh.. Sudaahh.. Ana mau keluarr tuan..."


Kembali aku kerjai akhwat itu dengan menghentikan penetrasiku ke lubang kelaminnya. Wajahnya kali ini tampak jelas begitu kecewa. Bahkan kurasakan dia maju mundurkan pinggulnya agar tempiknya terus bergesekan dengan kontolku


"Tolong jangan begini tuannn.."


"Gini gimana?", godaku memandangi wajahnya yang sudah terlihat begitu sange


"A.. ana..", dia bingung mau berkata apa


"Apa? gw gak paham nih..."


"Tolongg jangan berhenti.. jangan siksa anaa se.. seperti ini...", akhirnya gadis itu mengakui perasaannya sambil tersilu malu, wajahnya semakin bersemu merah membuatnya terlihat semakin cantik dibalik wajahnya yang lugu


"Hahahah.... Hahahahahah.. Kalau gitu sekarang lu mohon kw gw agar gw bersedia setubuhin lu? gw kasih yang lu mau!!", perintah gw penuh kemenangan


"Ta.. Tapiiii...", dia masih berusaha membujuk gw agar dia tidak melakukan hal memalukan itu


"Kenapa hah? Ayo Mohon ke gw, minta gw entot lu!"


"Tu.. Tuan.. Tolong setubuhi anaa...", katanya sambil membuang rasa malunya


Gw berhasil menghancurkan harga dirinya. Seorang akhwat meminta untuk di setubuhi oleh pria yang bukan siapa-siapanya. Gw sangat puas karena Rista saat ini menjadi budak sex gw yang semakin pintar


"Hahahahah... Bagus gw turuti keinginan lu", kata gw kembali mulai memompa vaginanya yang sempit itu kembali dengan kecepatan tinggi. Terasa sekali tempiknya sudah becek dan berlendir, memudahkan kontolku dijepit oleh lubang kelaminnya yang hangat itu.


"Ooouuuhhhh.. Tuaannnn.. Aaahhh .Teruuusss"


*jleb jleb jleb jleb*


Kali ini gw yakin tubuhnya sudah benar-benar menjadi milik gw. Bahkan dia mulai berani memeluk gw, tidak membiarkan gw hentikan sodokan gw ke tempiknya.. Desahan akhwat itu semakin terdengar sexy dan kencang. Nafasnya kembali mulai tersengal-sengal..


"Teruuss... Tuaannnn.. Aahhh.. Jangan berhenti.... Ana mau keluarrrr..."

 

Tubuh Rista menggelinjang hebat, seluruh tubuhnya sampai tersentak-sentak dan bergetar hebat. Sepertinya dia bakal mengalami orgasme yang selama ini ia tahan. Aku teruskan menghajar lubang tempiknya yang hangat itu sambil kuciumi wajah cantiknya


"Aaaahhhh.. keluarrrrrr....", tubuhnya terangkat kuat


*sret sret sret sret* memeknya mengeluarkan cairan bening dengan  deras


Tubuh Rista  tersentak hebat sambil kakinya gemetaran. Dari lubang kecil di vaginanya, tersembur cairan bening yang mirip dengan urine. Menyemprot membasahi kontolku yang terus menggenjot memeknya tanpa henti. Rista terus membiarkan cairan itu mengucur dari lubang kelaminnya, membasahi kontol gw yang masih keluar masuk menghajar lubang  senggamanya itu


"Aaahhh.. sudahhh.. sudaaahh.. Tuaann.. Ana sudah lelaahh.."


*sret sret sret* sekali lagi cairan squirtnya tumpah, sepertinya sisa orgasme sebelumnya


"Sudah? Gw aja belum crot kok lu udah minta sudahan. Enak aja!"


Aku semakin semangat menggenjot tubuh akhwat sexy yang sudah kelelahan ini. Setiap tusukan gw semakin kuat dan brutal. Kugesek2 vaginanya dengan batang kontol gw yang semakin terasa gatal dan hangat saja. Sepertinya akibatterkena cairan squirtnya yang banyak .


"Lu tadi bilang yakin kalau lu bakal ngandung anak darah daging gw. Sekarang nih terima pejuh gw. Gw hamilin lubkalau itu mau luuuu.  Aarrrgggghhh..", pekik gw sambil menumpahkan seluruh isi lendir kontol gw


*crot crot crot crot crot* cairan mani gw tumpah banyak mengguyur rahimnya


Seluruhnya tertanam pada rahim gadis alim ini. Tanpa ada yang tersisa sedikitpun. Gw pastikan persaingan sel sperma di rahimnya akan semakin sengit. Kubiarkan kontol gw sejenak berada di jepitan tempiknya, sambil kontol gw terus mengeluarkan sperma hingga tetes terakhir. Setelah gw pastikan semua pejuh gw sudah tersembur ke rahimnya. Baru gw cabut kontol gw dari organ intimnya


"Hah.. Hah.. Hah..", Nafas Rista terdengar ngos2an. Kedua kakinya sudah ia katupkan rapat untuk menutup memeknya yang masih meluberkan sperma gw dari celah garis lubangnya


"Udah lu ga usah sok jaim2 mulai sekarang. Apa yg gw bilang lu harus turutin tanpa tapi.. tanpa nanti. paham???", kata gw sambi kembali mencoba meracuni otak akhwat itu.


Gw pun kembali berpakaian. Sedangkan Rista kuminta tetap telanjang.


"Punya body bagus kok ditutupin. Mubadzir amat lu.. Heheheh..", ejek Gw


"Af.. afwan.. tuann...", jawab Rista sudah berhasil kukendalikan


"Yasudah pokoknya gw gak mau tanggung jawab sama anak yang ada di rahim lu kalau lu hamil! Lu cuma budak gw, lu gak pantes jadi bini gw.  Gw saranin lu minta pria itu.. Siapa tadi namanya? Adi? Lu minta Adi buat nikahin lu secepatnya. Gw yakin dia gak akan nolak kok.. Keburu perut lu buncit entar. Heheheh", kata gw


"I.. Iya Tuann.. Saya.. akan minta... Mas Adi.. segera.. menikahi saya....", jawab Rista pasrah


"Bagus.. Oiya tadi dia minta ketemuan kan?? udah lu kasih aja alamat rumah gw dan ajak ketemuan besok.  biar lu bisa ketemuan disini.Hehehe


"Eehh.. Gapapa tuan?", tanya Rista


"Gapapa, tenang lagian gw tau.. lu ga mau berduaan kan? besok gw tengahin. Heheheh"


"Eehhh.. Iya Tuann.."


"Yasudah sekarang lu pulang! Oiya, gw udah masukin lu ke group belajar kelompok lagi. Awas lu kalau leave2 lagi!! gw jual lu gratisan ke rekan-rekan gw.", ancam Endrix


"Ba.. Baik Tuaannn..", jawabnya pasrah


"Dan lu mulai sekarang gak boleh pakai beha sama daleman kalau kemana2. Awas lu kalau gak patuh! Terima hukuman dari gw", ancam gw sambil menyuruh budak sex gw itu pergi dari rumah gw tanpa membolehkan dia mengenakan pakaian dalamnya.


Bongkahan pantatnya gw perhatikan dari belakang terlihat bergetar saat dia berjalan. Dari lubang kelaminnya masih menetes netes sperma gw yang jatuh berceceran di lantai. Demikian juga payudaranya yang terlihat menggelantung tanpa penahan, walau masih bisa disamarkan dengan kerudung panjangnya, namun kalau jeli pasti keliatan teteknya ga pake beha sedang berguncang-guncang mengikuti langkah kakinya.


***bersambung***



===========



Scene 10 : Afwan Akhi.. (POV Rista)


"Duh duh duh.. Adek mbak yang sudah sembuh ingatannya ini ngelamun aja sekarang kerjaannya", kata Mbak Dewi membuyarkan lamunanku


"Eehh.. Mbak.. Afwan.. Rista cuma tiba-tiba kangen sama Abi..", jawabku sambil memainkan sendok yang sudah tenggelam di dalam gelas. Kuaduk2 teh di meja walau gulanya sudah larut sempurna


"Ya udah pulang aja sana nengok abi"


Pandanganku menerawang jauh saat ini, mengingat kejadian2 memalukan bersama pria itu. Membuatku kembali berdebar kencang, membayangkan dari rahimku, aku melahirkan anak dari lelaki bejat itu. semoga aku tidak sampai mengandung anak dari Endrix, lelaki super bejat mirip iblis itu. Lelaki yang begitu aku benci, Lelaki yang sudah merenggut kehormatanku. Namun entah mengapa aku tidak bisa melawan perintahnya, setiap perkataannya sepertinya harus aku turuti. Apapun itu


"Dekk? Iihhh.. malah ngelamun nih.. Ya udah kapan2 kamu bisa pulang ke rumah dek. Nengokin abi. Abi juga pasti kangen banget sama kamu. Beliau pasti lega betul saat tau ingatanmu sudah kembali. Aduh panas bener..", ucap Mbak Dewi sambil buru2 melepas bibirnya dari cangkirnya karena tehnya kepanasan


"Mbak Dewi temenin Rista pulang ya...", pintaku manja


"Eeehhh udah besar kok masih minta diantar.. Pulang sendiri masak gak berani?", kata Mbak Dewi


"Ihh Mbak Dewi.. Nanti Rista nyasar lho mbak.. Atau malah diculik gimana hayo..", aku terus membujuknya


"Gak mau ah.. Lagian mbak juga lagi banyak jadwal ngisi kajian. Kamu pulang sendiri yaa.. Kan udah besar masak nyasar.. Kalau diculik kasian penculiknya, jadi punya tanggungan ngasih makan kamu.. Hihihi"


"Uuuhh Mbak Dewi tegaa..."


"Biarin weeekkkk.... Udah ah mbak berangkat dulu yaa. Aslmklm.."


"Wlkmslm.. Ati2 dijalan mbak", kataku


Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Seperti biasa Mbak Dewi sudah bersibuk dengan kegiatan dakwahnya. Akupun sudah bersiap untuk kembali ke kampus. Rasanya, sudah lama sekali aku tak mendatangi tempatku menimba ilmu itu. Tak sabar rasanya aku menuntaskan studiku hingga aku bisa segera mendapatkan gelar sarjana pertamaku


*tulilut tulilut tulilut* 

(Ikhwan - Adi memanggil)


"Halo aslmkm.. Ukhti? Hari ini jadi ketemu kah? mau balikin buku anti"


*glekkk* aku kembali megingat perintah Endrix agar meminta Adi datang ke rumahnya


"Eehh . Wlkmslm.. I.. iya Akhi.. Bisa datang ke alamat Jl. Memek Timur No. 666?"


"Rumah siapa itu ukh? Bukannya alamat Ukhti di Jl Ngewe Jaya No. 69?"


"Itu.. alamat.. Udah antum ga usah banyak tanya.. Datang aja ke alamat tersebut", jawabku ketus


"Afwan afwan.. Yasudah bada ashar ana meluncur ke alamat tsb ya ukh, sebentar saja ana cuma balikin buku. Tidak usah masuk ke dalam rumah. Nanti malah jadi fitnah"


"I.. Iya akhi.."


*Maafkan ana ya akhi.. Ana tidak sebaik yang akhi kira.. Ana akan jelaskan semuanya setelah ini. Terserah antum mau sudahi proses taaruf atau bagaimana, ana sudah siap dan ikhlas..*, tiba2 air mataku jatuh mengalir membasahi pipi


Kubuka handphoneku, mengabari Endrix kalau Adi akan ke rumahnya setelah ashar. Akupun menghela nafas panjang, memikirkan mengapa nasibku seburuk ini. Jujur saja cobaan ini terlalu berat buatku. Tetapi aku masih mencoba bertahan, menghibur diri dengan menganggap mungkin ini memang garis takdir yang harus aku jalani


"Afwan, ana ke rumah Tuan jam berapa?", tanyaku kepada tuanku Endrix


"Sekarang juga boleh, kita have fun dulu. Heheheh.", jawab Endrix


*Aku marah pada diriku sendiri, seolah aku menawarkan tubuhku untuk dinikmati oleh pria bejat itu*


"Baik Tuan..", jawabku karena aku tak punya kesempatan untuk menolaknya


Kuurungkan niatku untuk datang ke kampus. Karena aku lupa sudah buat janji dengan ikhwan bernama Adi itu untuk mengembalikan buku yang dia pinjam sebulan yang lalu


Kubaca lagi layar handphone ku dari lelaki bejat itu. Mataku terbelalak memandang tulisan yang kubaca


"Jangan lupa lu ga boleh pake bra dan celana dalam mulai sekarang. Bawa semua bra dan sempak lu kemari. Gw pastikan semuanya udah gw sita dan gak ada yang tersisa dirumah lu. Toh lu udah ga butuh itu semua. Heheheh"


"Iya tuan.. Baik..", jawabku tanpa sanggup melawan


Aku siapkan tas ku yang agak besar, lalu kuambil seluruh celana dalam dan bra yang kupunya dan kumasukkan semua ke dalam tas. Termasuk bra dan celana dalam model tali2an yang pernah ia lihat saat aku menemuinya. Aku terkejut melihat didalam rakku, kutemukan beberapa model celana dalam serta bra lain yang juga terlampau sexy. Aku tidak ingat kapan membeli daleman2 sexy itu. Aku pikir, lebih baik model yang ini kusimpan saja, daripada Endrix semakin berpikir buruk tentangku jika tau aku punya daleman model sexy dan mini seperti ini.


Kutanggalkan kembali gamis yang kukenakan. Kulepas bra dan celana dalam yang saat ini kupakai dan kumasukkan ke dalam tas. Sehingga resmi, mulai saat ini aku tidak boleh mengenakan bra dan celana dalam lagi


*Ya Tuhann.. Maafkan hamba..*, kataku dalam hati sambil kembali menangis tak sanggup menghadapi cobaan seberat ini


***


Aku sudah tiba kembali di rumah lelaki bejat  itu. Aku langsung masuk ke dalam karena sebelumnya dia sudah memberiku ijin agar langsung masuk ke dalam saja jika sudah sampai. Saat aku tiba diruang tamu, betapa terkejutnya aku. Rupanya Endrix tidak sendiri. Dia sedang bersama kedua teman berandalannya. Ithonk dan Bobby, kalau tidak salah itu nama mereka di group belajar kelompok.


"Waahh.. Akhwat lonte lu sudah datang Boss", kata Ithonk menyambut kedatanganku


Aku tak menggubris hinaan lelaki gemuk itu. Pandanganku malah tertuju pada layar TV Led yang ada diruang tamu. Aku tersentak rupanya persetubuhanku dengan Endrix di rumahnya kemarin direkam CCTV. Tampak jelas saat Tubuh Endrix sedang menyetubuhiku dan aku pun mendesah kencang menggoda dalam posisi mengangkang. Betapa hancur hatiku melihat film porno yang kuperankan sendiri. Aku langsung melihat ke langit2 rumahnya. Rupanya benar, tiap sudut ruangan rumah ini dipasang cctv. Bahkan di ruang tamu ini ada 4 CCTV yang dipasang di tiap sudut ruangan, dan aku tidak menyadarinya


"Hehehe datang juga lu.. Sini2..", perintah Endrix sambil melambaikan tangannya memintaku mendatangi ketiga lelaki itu 


Aku sempat ragu dan ingin segera lari keluar dari rumah ini, namun aku tak sanggup. Aku tau siapa orang yang kuhadapi ini. Seorang pria bejat kaya yang punya banyak anggota dan relasi yang tersebar dimana-mana. Bahkan beberapa orang di club malam miliknya pun sampai tunduk kepadanya. menandakan betapa orang ini bukan lelaki biasa. Aku berjalan pasrah mendatangi ketiga pemuda yang sedang duduk santai di sofa. Tempatku kemarin disetubuhi oleh Endrix.


"Gelas kita sudah habis. Tolong tuangkan minuman itu ke gelas kita", perintah Endrix


"Eehh.. I.. Iya tuan..", jawabku patuh sambil kemudian menuangkan minuman haram ke ketiga gelas pria itu.


"Lu bawa yang gw pesan?", tanya Endrix


"I.. ini.. Tuan...", jawabku sambil menyerahkan tas ransel besar berisi pakaian dalamku


Lalu tas itu kemudian dibuka oleh Endrix dan dikeluarkan seluruh isinya langsung ke lantai. Pakaian dalamku langsung jatuh berserakan. Aku hanya tertunduk malu. Berharap mereka tidak berbuat lebih hari ini


"Hehe banyak juga koleksi sempak dan beha lu. Warna warni lagi.. Heheheh", ejek Endrix


Yaa, aku memang suka warna2 cerah. Seluruh gamisku pun kebanyakan berwarna cerah, termasuk pakaian dalamku. Ithonk dengan menjijikkan mulai menciumi celana dalamku. Sebagian celana dalamku dipakaikan di kepalanya, sedangkan Bobby mengenakan braku pada kedua matanya menjadi seperti kacamata, membuatku begitu malu karena mereka mengenakan dalaman yang biasa kukenakan tidak pada tempatnya


"Lu bawa ini juga? heheheh", kata Endrix sambil menunjukkan pakaian dalam model tali2anku


"I.. Iya..", jawabku gugup


"Anjirr lonte aja dalemannya ga kayak gini lho..", ejek Bobby sambil mengamati betapa sexynya daleman model tali yang kini ada di genggamannya


"Coba lu ganti baju lu, pake nih sempak sama beha tali2an ini", kata Ithonk sambil melempar pakaian menjijikkan itu kepadaku


"Hah? ganti Disini?", jawabku terkejut


Tidak biasa bagiku berganti pakaian dihadapan lelaki. Bahkan dihadapan abiku sendiri aku pun tidak pernah melakukannya. Bagaimana mungkin aku sengaja tampakkan auratku didepan ketiga lelaki brandalan ini.


"Siapa suruh lu gantinya disini? lu ganti baju di jalan depan sebelum pagar. Sebelum masuk ke rumah ini. Hahahah..", Kata Endrix sambil tertawa terbahak-bahak


"Apaaaa???", aku tidak percaya mereka begitu tega kepadaku


"Buruan atau bakalan kita gunting2 tu gamis lu. Pulang dari sini bugil lu", ancam Endrix


"I.. Iya.. Tuann..", jawabku pasrah.


Akhirnya aku kembali ke posisi awal sebelum masuk ke dalam rumah ini. Kupastikan keadaan sekelilingku aman. Kulihat hanya seorang bapak pedagang cilok yang sedang duduk istirahat tak jauh dari tempatku berada, dan disisi kananku, terdapat beberapa pemuda yang  sedang bermain sepak bola


"Gw hitung sampai 10 kalau lu belum mulai ganti baju, gw akan hancurin gamis lu itu!", ancam Endrix dari balik pagar sambil tersenyum menyebalkan


"Eeeehhh.. Ada orang tuan... Ana malu..", kataku mulai panik


"10"


"9"


"8", Endrix tak peduli dan mulai menghitung mundur


"Tuann.. Bapak itu liat ke arah anaaa...", pintaku memelas


"7"


"6"


"5"


"4"


Aku sudah tak peduli pada nasibku. Dengan cepat kubuka gamis ku di tempat terbuka ini, Kusingkap kerudung panjangku ke belakang dan langsung kuturunkan resletingku. Buru2 kuangkat kain gamisku keatas hingga lolos terlepas dari tubuhku. Payudaraku langsung menggantung bebas tanpa penutup sama sekali, demikian juga area vaginaku yang hanya ditutupi bulu pubisku. Aku sedikit melirik ke arah bapak penjual cilok, rupanya benar dia sedang terbelalak memandangiku yang sedang melucuti pakaianku sendiri didepan rumah! 


*Hancur harga diriku Ya Tuhann.. hiks hiks hiks* aku mulai panik


Tanganku gemeteran, beberapa kali daleman tali2an ini terlepas dan terjatuh ke tanah dari tanganku sehingga membuat tubuh telanjangku terekspose lebih lama dari seharusnya. Bapak penjual cimol masih terus melihatku dari kejauhan tanpa berani mendekat.


"Wih, mbak'e gak klamben (wih, mbaknya ngga pakai baju)", celetuk salah seorang pemuda yang sedang sepak bola. Membuat seluruh teman2nya melihat kearahku dan menghentikan pertandingan bola sementara


"Woww... uayu cukk mbak'e jilbaban tapi udoh... (cantik cuk mbaknya, jilbaban tapi telanjang) bodyne putih mulus..", komentar temannya yang lain


"Opo'o iku? onok masalah ambek pacare ta? (Kenapa itu? Ada masalah sama pacarnya ya?)", tanya pemuda yg yg lain


"Emboh cuk.. Ndelok thok ae gak usah melok2.. Rejeki nomplok iki.. Mbak e uayuuu.. Body ne suexy mulus.. (ga tau cuk..  Liat aja gak usah ikut2. Rejeki nomplok ini.. Mbaknya cantik, body sexy mulus), jawab temannya


"Cukkk dadi pacarku tak geble bendino wedokane.. (cukk.. Jadi pacarku aku entot tiap hari itu ceweknya) sexy bodynya", komentar pemuda yang lain


Aku semakin panik, Aku mencoba tenang walau tetap saja panik. Tanganku gemetaran sehingga aku gagal mengaitkan pengait bra tali ini beberapa kali sampai pada akhirnya bra ini terpasang pada dadaku, walau tak sempurna menutup auratku. Setelah berhasil memasang bra tali2an, aku langsung memakai celana dalamnya agar menutup garis vaginaku saja.


*Astgrlfhdzm.. Ana sangat malu Ya Tuhaann....*


Aku akhirnya berhasil memakai seluruh daleman super terbuka itu. Endrix malah bertepuk tangan setelah aku berhasil mengenakan pakaian memalukan ini.


"Bagus2 Ris.. Lu emang budak sex gw yang pintar. Liat lu udah menghibur bapak penjual cilok dan juga pemuda2 disana pakai badan lu. Hahaha...", Kata Endrix sengaja mengulur waktu terus mempermalukanmu


Aku tidak peduli dengan ocehannya. Aku buru2 berjalan menuju pagar rumahnya dan 


*ceklek* Endrix menggembok pintu pagarnya!


"Mas, apa maksudnya ini? Ijinkan ana masuk mas.. Ana malu!!!", pintaku sambil menggoyang2 pagar rumahnya hingga membuat kegaduhan


"Kalau lu semakin berisik, malah banyak orang yang akan kesini liat body. Lu mau ha? Hahahah.. hahahaha...", tawa Endrix terus mempermainkanku


"Mas pleaseee.. Jangan gini... Ana malu mas.. Ya Tuhann.. Hiks hiks hiks... Mas jahat.."


"Hukuman buat lu.. karena lu ga manggil gw dengan sebutan TUAN. hahaha..."


"Afwan tuannnn.. Afwwaannnn.... Tolong jangan perlakukan ana seperti ini.."


"Bodoamat. Lu didepan sana 5 menit. Hadap ke arah mereka. Tangan lu pegangan pada besi pagar rumah gw, biar mereka bs puas mandangin body lu yang indah itu. punya body bagus itu dipamerin jangan disembunyiin.. Gw ajarin lu jadi lonte yang bener. Hahahah..."


"Tapi tuaannn..."


"Tidak ada tapi2an.. cepet lakuin atau gw tambah waktunya jadi 15 menit lu pose didepan rumah gw nunjukin aurat lu ke orang2. Hahaha..."


"Ba.. Baik.. Tuann..", aku sudah tak bisa berkata lagi. Air mataku kembali menetes dipermalukan seperti ini


Kuhadapan tubuhku menghadap ke arah bapak dan pemuda pemuda yang sedang main sepak bola itu. Jelas sekali mereka memandangi tubuhku penuh nafsu. Bagaimana tidak, berkerudung tetapi berpakaian hanya berupa tali yang sama sekali tidak menutup harta termahalku. Aku hanya mampu menundukkan pandangan membiarkan bapak penjual cilok dan para pemuda yang bermain sepak bola mengarahkan pandangannya kepadaku


"Bagus.. Sekarang Lu singkap tali yang nutupin pentil lu ke arah mereka. Kayaknya mereka penasaran sama pentil lu Ris..", ujar Endrix berbisik kepadaku


"Aa.. Apaa?? I..Iya Tuann.."


Aku buka tali yang menutupi puting susuku sehingga kali ini mereka bisa memandang aurat payudaraku dengan bebas tanpa penghalang sekecil apapun


"Wow.... Pentile uapikkk cukk.. Mancungg .."


"Sexy cuk mbake.. Anjiiirrr gak tahan akuu.."


"Body sempurna iki cuk.. Ga gede, gak cilik, pas digenggaman. Kulite yo putih mulus koyok bintang bokep jepang"


"Bener cukkk"


Kudengar komentar2 pemuda itu memandangi tubuhku. Mereka benar2 leluasa melihat aurat tubuhku yang selama ini kujaga baik-baik. Namun kali ini aku biarkan terbuka agar dilihat mereka. Sedangkan pria bejat dibalik pagar yang terus mengawasiku dibelakang ini tertawa puas tubuhku dipamerkan ke orang2. Aku tak sanggup berbuat apa2. Aku hanya bisa pasrah mengangkat tanganku keatas membiarkan payudaraku menggantung bebas dihadapan mereka. Demikian juga bapak penjual cilok, dia terus memandang tajam ke arah tubuhku. Sesekali kulihat tangannya membetulkan posisi celananya yang sepertinya sudah menyempit itu


"Turunin sempak lu biar mereka bisa liat memek lonte lu! Hahahahh...", Endrix semakin menjadi


"Ja.. Jangan tuaannn.. hiks hiks", aku mulai menangis dipermalukan begini


"Atau gw kasih ijin mereka buat gerayangin tubuh lu?", ancam Endrix


"....", aku tidak bisa menjawab perkataannya


Tanganku mulai menurunkan celana dalam taliku sebatas paha. Sekarang seluruh auratku terbuka dengan bebas dihadapan para pria di depan rumah Endrix. Yang kubiarkan tertutup sempurna hanyalah rambutku. Mereka semakin terbelalak dan geleng-geleng kepala melihat kearahku


"Gendeng pacare (gila pacarnya) pacare disuruh bugil diluar", kata seorang pemuda


"Iyo cukk. Tapi aku yo ngaceng"


"Sama cukkk, gak ngaceng gak normal lu.."


Terlihat berkali-kali mereka membetulkan posisi penis mereka yang tersembunyi dibalik celana mereka, sedangkan aku hanya bisa pasrah membiarkan tubuhku terbuka dalam pose menantang


"Ok cukup, lu boleh masuk sekarang", Kata Endrix sambil membukakan pintu pagar dan akupun segera masuk ke dalam rumahnya dengan segera.


Ithonk dan Bobby memandangiku dengan tatapan nakal saat melihatku sudah kembali ke ruang tamu dengan hanya berpakaian tali-talian saja. Aku berusaha menutup auratku sebisaku menggunakan tangan sambil berjalan malu-malu.


"Wow.. Lonte kita sudah sexy aja. Heheheh ..", ejek Ithonk dan Bobby


Kedua pemuda itu rupanya sudah telanjang bulat sambil mengocok alat kelamin mereka sendiri. Aku tundukkan pandanganku tidak berani memandang ke arah tubuh mereka yang telanjang bulat.


"Lu kesana sekarang. Layani dua org teman gw itu. Heheheh"


"Eeehhhh.. I.. Iya Tuan..", jawabku sambil berjalan ke arah mereka yang sudah tersenyum mesum ke arahku


"Sini Rista cantik...", pinta Bobby


"iya mas...", jawabku


"Hei panggil mereka tuan juga!!!", perintah Endrix


"Eehh.. Iya afwan tuan...", jawabku pasrah


Aku kemudian duduk diantara kedua teman Endrix yang sudah telanjang bulat. Benar saja, dalam sekejap tubuhku langsung digerayangi oleh mereka. Bobby langsung menarik kepalaku dan mengajakku berciuman panas, lidah serta bibirku langsung dilumatnya penuh nafsu. Kami langsung bertukar air liur dengan intens. Aku berusaha menghindar namun tangannya terus menahan kepalaku agar terus menghadap ke arahnya sehingga dia leluasa menciumiku. Sedangkan Ithonk sudah menyingkirkan tali bra yang menutup puting susuku dan langsung dikulumnya puting susuku dengan kuat


"Aaahhhh... Sshhhh...", aku mendesis menerima rangsangan hebat ini.


Lalu Ithonk menarik tanganku ke arah penisnya dan tangan kiriku disuruh untuk mengocok penisnya yang gemuk. Begitupun tangan kananku, Bobby pun memintaku mengocok batang kelaminnya sehingga kedua tanganku saat ini sedang sibuk mengocok kedua alat kelamin teman Endrix ini.


Ithonk menarik kepalaku dan kali ini bibir tipisku dilumatnya tanpa ampun. Lidah kami saling melumat bibirnya yang kasar tak lupa melumat bibir atas dan bawahku secara bergantian. Sedangkan Bobby kali ini asyik menciumi dan mengulum puting susuku sebelah kanan. Rasanya aku sudah seperti wanita murahan. Yang bergantian diciumi oleh pria tanpa ada penolakan sama sekali. Parahnya, tubuhku menikmatinya. Kurasakan vaginaku sudah Terbuka dengan produksi lendir yang begitu melimpah sehingga membasahi sofa rumah Endrix


"Ajib bener tetek lu Ris.. Bener2 jarang disentuh nih masih bagus bentuknya. Lama2 keseringan diemut bakalan dower pentil lu sluruupppp"


"Aaaaahhhhh... Tuannnnn...", desahku


"Kocok yang bener Lonte!!", kata Ithonk sambil menarik kepalaku kembali untuk diciuminya sepuasnya. Sedangkan tangannya meremas-remas payudaraku yang sudah terbuka, sesekali tangannya dengan nakal memilin2 puting susuku sehingga membuat sengatan kecil pada tubuhku. Tubuhku menggeliat saat tangan serta mulut mereka bergantian memainkan puting susuku


*tulilut tulilut tulilut* tiba2 saja handphoneku berdering


"Angkat dulu telponnya. Kali aja dari calon suamimu", kata Endrix


Aku langsung bergegas mengambil handphone yang kusimpan didalm tasku. Ternyata benar, yang menghubungiku adalah Mas Adi, aku langsung panik mengingat kondisiku saat ini yang sudah berpakaian lebih buruk daripada pelacur ini.


"Tu.. tuann.. Teman ana bilang akan datang sedikit terlambat..."


"Haha bagus jadi lu bisa lebih lama ngelayanin kita dulu sebelum ketemu calon suami lu", jawab Endrix


"Hehehe.. Ssshhhh", kembali bibirku langsung dilumat oleh Bobby, tangannya pun tsk berhenti meremas2 payudaraku. Sedangkan Ithonk sudah menyingkap kerudungku dan meciumi leherku sehingga membuatku terasa geli diperlakukan seperti itu


"Aaahhhhh... Tuaaannnnn.... Ssshhhhh", aku mendesis saat tangan Ithonk mulai menjamah alat kelaminku.


Jemari gemuknya mulai mengucek2 bibir vaginaku dengan perlahan. Seluruh area sensitifku sudah dirangsang oleh mereka saat ini. Tekanan darahku rasanya naik dengan cepat. Nafasku mulai berat dan tubuhku menggeliat tak beraturan menikmati rangsangan2 merek pada tubuhku


"Becek anjir tempik lu? Sange lu? Dasar jilbab lonte!", kata Ithonk memakiku lalu semakin mempercepat kocokannya ke vaginaku


"Aaahhh.. Addduuduuuhhh.. Aaahhh. ", Pantatku sampai terangkat karena kocokannya pada kelaminku begitu brutal.


Tubuhku gemetaran dan kakiku bergetar-getar. Rasany belum apa-apa isi dalam vaginaku akan meledak. Aku semakin tidak tahan dan tidak sanggup untuk menahan rasa ingin kencing ini


"Tuannn.. Ana keluaaarrr...."


*srettt srettt sretttt*, vaginaku menembak-nembak seperti air mancur beberapa kali


Cairan bening itu tumpah membasahi tangan Ithonk. Tanpa Rasa jijik Ithonk menjilati cairan yang keluar dari lubang kecil vaginaku itu. Tubuhku tersandar lemah, tetapi aku sadar. Mereka baru saja memulai permainan ini 


"Muncrat-muncrat lu lonteee.. Emut kontol gw. Lonte kayak lu pasti butuh kontol saat ini. Hahahah..", kata Ithonk sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan mendorong mulutku agar mulai mengulum penisnya


Penis Ithonk yang pendek itu terasa sekali aromanya tak sedap. mungkin akibat lipatan lemak pada selangkangannya membuat lipatannya itu menjadi sarang keringat dan juga daki sehingga menghitam. Aku meronta karena belum siap memasukkan benda menjijikkan itu ke mulutku. Tetapi itu terus memegangi kepalaku dan mendesak mulutku agar segera mengulum alat kelaminnya. Sampai pada akhirnya pertahananku jebol dan benda kenyal mirip cacing gemuk itu masuk ke mulutku


*slurupp sluruppp sluruppp*


Mulutku mulai mengoral penisnya dengan terpaksa. Aku terus mencoba menahan indera penciumanku agar tidak muntah saat mengulum alat kelamin lelaki gemuk dekil itu. Alat kelaminnya mulai bergerak keluar masuk mulutku. Kucoba membuang rasa jijikku dan mulai menjilati batang penisnya yang kutaksir hanya 7 cm ketika berdiri tegak mengeras seperti ini.


"Hahahha... Bagus.. Sekarang Jilatin telor gw juga. Biasanya gatal telor gw ini. Hahahah", kata Ithonk sambil mengarahkan hidungku mencium buah zakarnya yang hitam, bulat, dan berbulu lebat itu


"Hmmppphh..", awalnya aku ragu untuk menjulurkan lidahku


Tetapi karena Ithonk terus mendesakkan telor hitamnya ke bibirku serta hidungku, mau tak mau kubuka juga mulutku dan mulai menjilati telor hitamnya


"Aaahhhh.. enak bener Rista jilatan lu.... Ssshhhh.. terus bersihkan sampai bersih sayannnggg..."


Aku terus menjilati telor hitam Ithonk. Sebuah urat yang berada di tengahnya pun tak luput dari jilatanku. Ithonk sampai memejamkan mata seolah begitu meresapi nikmatnya jikatanku pada buah zakarnya


"Gantian Punya Gw Ris", kata Bobby sambil menarik kepalaku ke arah penisnya yang sudah mengacung tegak


Penis Bobby cenderung lebih bersih daripada punya Ithonk. Warnanya cokelat muda dengan kepala penisnya yang sedikit kemerahan. Jembutnya pun lebat dengan buah zakarnya yang berwarna cokelat tua. Aku pelan2 memasukkan penis itu ke mulutku. Walau ukurannya tak sepanjang punya Endrix tetapi penis itu terasa penuh memenuhi rongga mulutku. Sesekali kujilati lubang kencing berandal itu karena entah mengapa penisnya lebih enak dan nyaman untuk dikulum daripada punya Ithonk


"Aaaahhhh... Lonte pinterrr... Ssshhh", desah Bobby sambil membiarkan aku improvisasi teknik kulumanku lada kelaminnya


Lalu aku turun dari sofa dan berlutut dihadapan Bobby yang sedang duduk di sofa. Aku kocok sebentar penis itu sebelum kumasukkan kembali ke dalM mulutku. Mukutku semakin liar dan turun semakin ke bawah. Kujilati buah zakar Bobby tanpa diperintah. Sepertinya logika sudah tak berfungsi. Aku benar2 menikmati permainan ini sekarang


"Oi Thonk Ni lonte udah mulai doyan kontol, coba lu ambilkan mainan itu dong! Gw mau liat seliar apa dia sama kontol", Kata Endrix


"Mainan itu? Ohhh. yaa.. Hehehe", kata Ithonk sambil masuk ke dalam salah satu kamar


Lalu selang beberapa saat diapun kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah "mainan", berbentuk panjang berwarna hitam.


"Dildo raksasa dengan panjang 27 cm. Heheheh", kata Itonk sambil terkekeh lalu menyerahkan benda itu kepada Endrix


Aku sampai melongo melihat benda itu. Warnanya hitam dan bentuknya berurat. Panjangnya pun luar biasa. Punya Endrix saja menurutku sudah panjang, namun mainan itu ternyata jauh lebih panjang daripada punya Endrix


"Untuk apa dildo itu Ndrix?", tanya Bobby


"gw pingin Liat Rista bayangin menikmati kontol orang Afrika. Hehehe", jawab Endrix


"Af.. afwan.. Maksud mas?", tanya Adi kebingungan


"Gw minta lu nungging dan kita bakalan nancepin mainan kontol ini ke lubang tai lu. Anggap lu sedang dipake orang Afrika. Heheheh", kata Endrix


"Hahahaha... Ke lubang tai. Hahaha", tawa mereka bertiga bersamaan begitu menyebalkan. Aku begitu ketakutan membayangkan benda sebesar itu beneran ditancapkan ke lubang pantatku


"Af..afwan.. Ga.. boleh Tuann. Ga boleh dimasukkan ke lubang tersebut..", Kataku sambil ketakutan


"Selama disini, yang haram jadi halal. Yg halal bisa jadi haram.. Hahahahh", kata Ithonk


"Sekarang lu bersandar ditembok dan tunggingkan pantat lu tinggi-tinggi menghadap belakang. Lepaskan sempak tali lu itu. Tunjukkan sexynya  bentuk pantat lu ke kita", perintah Endrix kepadaku


"Ta.. Tapi Tuann.."


"Ngga ada tapi2an.. Atau ntar kita gilir lu didepan calon suami lu! Mau lu hah?"


"Ja.. jangannn.. I.. Iya.. Tuann.. Ana patuhi perintah tuan..", jawabku sambil melepas celana dalamku. Sehingga bagian bawah tubuhku kini sudah terbuka tanpa kain sama sekali dihadapan para lelaki itu.


Aku lalu berdiri memenuhi permintaan pemuda kekar berandalan itu. Kusandarkan tubuh telanjangku dan kuposisikan pantatku menungging menghadap mereka. Mereka semakin menelan ludah melihat bongkahan pantatku yang membulat sexy tanpa tertutup apa2 itu tersaji di depan mereka.


"Bokong yang sangat indah putih, bersih, dan mulus.. Jadi pingin gw tampar2 plak plak plak", puji Bobby sambil meremas kedua bongkahan pantatku lalu ditampar2nya.


"Ohhhh... Sakit tuann.."


Lalu Itonk mendekatiku dengan membawa sebotol cairan seperti minyak. Aku dimintanya untuk membuka kakiku lebar2 dan kedua tanganku berpegangan menghadap tembok. Lalu, dituangkannya minyak itu di sela-sela pantatku hingga licin dan mengkilap. Belahan pantatku dibukanya dan cairan itu menetes banyak membasahi lubang anusku. Lalu dioleskannya tepat pada lubang anusku dengan jari telunjuknya agar merata. Kurasakan lubang anusku saat ini terasa hangat dan licin akibat cairan yang sepertinya berfungsi sebagai pelumas itu. Cukup banyak dia menuangkannya sampai tumpah menetes melewati vagina dan jatuh ke kakiku


"Sekarang gw mau masukkan dildo ini ke lubang Pantat lu!" perintah Endrix


"Jangan Tuan.. Jangan masukkan benda itu ke lubang anus ana", pintaku ketakutan membayangkan bagaimana rasanya benda sebesar itu masuk ke dalam lubang pantat yang sempit


"Nungging yang bener lu Ris!! plak plak plak", kata Endrix sambil menampar bongkahan pantatku


Akupun diperintah Endrix untuk semakin menungging dan membuka belahan pantatku lebar2 dengan kedua tanganku sendiri sampai lubang pantatku nampak jelas oleh mereka.


"Gw masukin sekarang. Hehe", Kata Endrix sambil mengarahkan mainan penis itu ke lubang anusku


"Jangaann Tuan... Ampunn jangan disitu.. Tuann", pintaku menyadari lubang pantatku dalam bahaya karena mainan itu sudah terasa menyentuh lubang pantatku


Endrix lalu langsung menancapkannya dengan kasar ke lubang pantatku dengan sedikit memutar benda itu searah jarum jam, tanpa adaptasi dulu sehingga otot elastis pantatku sedikit terlambat dan langsung dipaksa terbuka menganga agar mainan penis itu bisa masuk ke lubang pembuanganku


"Oooouuhhggghhhh... Aduuhh.. Aaaahhh  Sakittt... Jangan tuaannn..... Sudaaahh.. Ampuuunn.. Ssshhhh", rintihku saat dengan kejam Endrix mulai memaju mundurkan mainan itu menembus lubang pantatku


Endrix tak peduli permintaanku, benda itu terus didorongnya masuk sampai tertancap cukup dalam menembus pantatku. Setelah dirasa cukup dalam, dia lalu menghentikan sejenak mainan seks itu menembus lubang analku memberikanku kesempatan untuk ambil nafas sekalian membiarkan lubang anusku adaptasi terlebih dahulu dengan benda panjang itu. Setelah nafasku mulai teratur, dia lalu menekan sebuah tombol yang ada pada batang mainan itu. Dildo itu mulai bergerak dan bergetar didalam lubang pantatku.


*wuuungg wuuunggg* suara dildo bergetar


"Ooooohhhh... Oooohhhh... Sudaaahh Ampunn tuan... Sakiittttt", kataku tak menyangka rupanya benda itu bisa bergerak2 seperti sedang mengebor lubang anusku.


Kakiku bergetar hebat, kurasakan vaginaku langsung terasa nyut2an. Tubuhku menggeliat tak karuan. Aku terus mencoba menahan tubuhku agar terus menungging dan mengangkang. Sedangkan mainan itu rasanya terus melubangi lubang pantatku agar semakin lebar. Lama kelamaan, memang rasanya lubang anusku semakin terasa lebar dan sedikit lega. Seperti ingin buang air besar. Demikian pula dengan vaginaku yang tiba2 terasa kedutan dan ingin menumpahkan isinya. Aku menggelinjang hebat dan


*Serrrr... Serr.. Serrr.. Currrrr* disaat bersamaan, vaginaku sampai memuncratkan cairan bening bercampur urine itu beberapa kali dalam posisi lubang pantat masih tertancap dildo. Cairan itu terus mancur tak berhenti akibat pengeboran dildo itu ke lubang anusku. Tubuhku sudah terangsang hebat. Kakiku sampai lemas tak bertenaga, tetapi aku masih terus berusaha menungging karena mainan itu terus bergerak2 di dalam lubang anusku memberikan rasa yang awalnya sakit menjadi semakin nikmat


"Aaahhhh.. Aaahhhh... Aaahhh..", desahku mulai terbiasa dengan kehadiran mainan itu pada lubang pantatku


"Busyet malah kencing keenakan lu. Hahahah..", kata Bobby


Lubang pantatku belum apa2 sudah terasa perih. Kurasakan pula lubangku ini sudah melebar, terbiasa dengan kehadiran dildo hitam 27 cm yang sedang menyeruak masuk ke dalam pantatku itu. Tubuhku masih menungging dan kelojotan karena mainan itu tak berhenti bergetar di lubang pembuanganku. Itonk lalu mendekatiku dan meneteskan minyak lagi ke lubang pantatku sehingga pantatku kembali terasa hangat dan licin serta tersisa sedikit rasa perih yang kurasakan.


Aku berusaha menahan tubuhku tetap dalam posisi menungging berdiri berpegangan pada tembok. Perasana ini begitu menyiksa, semakin lama, kakiku terasa semakin berat untuk menopang tubuhku. Sedangkan Endrix masih mengawasi dildo itu, jika mulai kendor kembali ia tancapkan kembali lebih dalam sehingga lubang pantatku terus "dibor" oleh mainan penis itu.


"Oouuhh.. Aaaahhhh.. Ouhhhhh.. Tuannn.. Sudaaahhh..." desahku liar


"Bagus banget nih, ini Mengebor Pantat Akhwat. Hahahah...", kata Ithonk yang rupanya sedari tadi merekamku


"Jangan direkam tuann.. Aah.. Aaahh..", pintaku


"Sayang kalau momen awal pantat lu digali gak diabadikan. Hehehe", jawab Ithonk


"Oohhh.. Aaaahh.. Aaahhh.. Ouuuhhh..", rancauku semakin liar.


Lalu Endrix mengambil alih tubuhku yang sedang menungging berpegangan pada tembok, dicabutnya batang penis mainan itu lalu dilemparkan ke lantai. Sedangkan penis Endrix kurasakan sudah berada diantara garis pantatku. Selama beberapa detik Endrix membuka lebar garis pantatku dan didapatinya lubang pantatku yang sudah menganga lebar berbentuk bulat itu sambil kurasakan batang penisnya menyentuh2 bagian bibir lubang pantatku


"juh juh juh" Endrix mulai meludahi lubang Anusku sebelum batang penisnya mulai diarahkan ke lubang pantatku yang sudah menganga


"Beberapa celup aja ya Ris. jadi pingin gw nyicip lubang tai lu", katanya sambil menancapkan batang penis ya yang sudah keras


"Jangan disitu.... Aaaahhhhhh.... Oooohhhh.... Jangan setubuhi ana disituu...", pekikku karena terasa kontol Endrix mulai membelah lubang anusku yang terasa semakin melebar saja


"Bodoamat. Lubang Akhwat kayak lu gini keknya mantab.. Pasti gak pernah dipake. Hehehe.. Anjirlaah enak bener lubang tai lu Ris... Demen gw. Hahaha..", kata Endrix sambil menampar2 pantatku dan mulai menggenjot lubang pantatku tanpa ampun dengan kasar dan cepat


*jleb jleb jleb*


"Oohhh.. Aaahhh.. Aaahhh.. Oouuuhh.. Tuaannn...", desahku tak kuasa menahan rasa sakit ini saat penis Endrix membombardir lubang pantatku dari belakang


Terasa sekali penis Endrix yang melubangi lubang anusku. Menggesek-gesek lubang pantatku yang berbentuk bulat sempurna. Terasa sekali saat ini lubang pantatku membuka lebar menyesuaikan dengan diameter penisnya yang cukup tebal. Rasanya begitu sakit dan perih saat batang kerasnya menggesek kulit dalam pantatku yang tipis dan sensitif


"Ahhh.. Enak bener lubang tai lu Ris.. Oohh..", kata Endrix sambil mendesah menikmati menganalku


Setelah puas beberapa kali sodokan, dicabutnya batang penis itu dari dalam lubang anusku. Lalu rupanya, Bobby juga ingin mencoba jepitan lubang pantatku. Penisnya yang sudah mengeras itu langsung didorong masuk menembus lubang pantatku sebelum menutup kembali, sehingga kepalaku terdongak sekali lagi menerima sebuah penis kembali hadir di dalam lubang pantatku


"Gw juga coba ya Ris jepitan lubang pantat lu...", kata Bobby mulai mendorong masuk alat kelaminnya ke dalam lubang pembuanganku


*blesss* penis Bobby masuk sempurna didalam lubang pantatku


"Aaahhhhh.. Ampunnn.. Sudaahhh... Tuaannn.. Cukuuupp.. Sakit...." desahku memohon sambil berlinang air mata


Aku bahkan tak hanya kehilangan keperawananku sebelum menikah. Bahkan lubang anusku sudah mereka pakai untuk menyetubuhiku. Kedua hal yang seharusnya dilarang dan diharamkan, dan aku telah melakukan kedua perbuatan itu. Aku benar2 berpikir telah menjadi gadis yang tidak bisa menjaga diri..


"Jancukkkk.. Nganal Akhwat enak cukkkk...", Kata Bobby sambil terus menyodomi pantatku beberapa kali sampai ia puas


Setelah beberapa saat lubang pantatku dihajar kelaminnya, Tubuhku langsung ambruk terjatuh tersandar pada tembok.


"Lu gak mau nyoba lubang pantatnya Thonk?", tawar Endrix


"Hehehe.. nggak.. khawatir gagal gw masukin kesana..", jawab Ithonk


"Oiya kontol lu kan pendek ya? Hahahah", ejek Endrix


"Ajg lu", balas Ithonk


Kurasakan lubang pantatku kedutan terasa perih, lengket, panas dan gatal. Nafasku langsung tersengal-sengal, Tubuhku berkeringat deras padahal AC ruangan ini sudah cukup dingin.


"Gw mau entot tempiknya aja, ngangkang lu!!", kata Ithonk berjalan sambil mengocok kelaminnya ke arahku


"Iya Tuannn.."


"Boleh gw pakai tempik lu??"


"Eehhh.. I..Iya boleh Tu.. Tuannn..", kataku lalu mengangkang kearah lelaki gemuk itu


Lalu Ithonk yang gemuk itu mulai menindihku dan menciumi bibirku. Kututup mataku dengan kedua tanganku tak sanggup menerima kenyataan ini. Kenyataan kalau sebentar lagi vaginaku akan disetubuhi lelaki lain lagi selain bajingan Endrix itu. Betapa rendah dan kotornya diriku


*Maafkan aku abi.. Mbak Dewi... Mas Adi.. Rista benar2 gadis yang kotor..* kataku dalam hati


"Aaaaahhhh..", desahku saat kelamin Ithonk mulai membelah bibir vaginaku perlahan


"Hehe.. Sempit bener lubang tempik lu Ris.. Baru Endrix aja yang pakai pertama kali?"


Aku hanya mengangguk lemah menjawab pertanyaannya. Seolah aku gadis yang harus biasa bersetubuh dengan banyak pria pakai urutan segala. Lalu Batang penis Ithonk mulai penetrasi di dalam vaginaku. Alat kelaminnya yang gemuk dan pendek itu maju mundur membelah serta menggesek dinding vaginakh bagian dalam. Rasanya vaginaku semakin basah dan gatal tergesek penis hitam itu


*jleb jleb jleb jleb*


Aku menutup mulutku dengan tanganku, berharap aku tidak mendesah saat disetubuhi, karena dengan aku mendesah aku akan mengakui kalau aku menikmati disetubuhi lelaki gemuk dan dekil ini


"Kenapa lu tahan? Gak mau desah lu? Masih punya harga diri lu?", kata Ithonk semakin semangat menggenjot tubuhku


Beberapa kali keringatnya menetes dari rambutnya yang keriting itu mengenai wajahku. Aku terus memalingkan muka dan memejamkan mata tak sanggup menatap wajah lelaki yang saat ini berada di atasku. Ithonk semakin cepat memompa vaginaku, membuat vaginaku semakin gatal dan nikmat saja. Aku berusaha menaham desahanku namun sayangnya, rasa ini terasa nikmat bagi tubuhku.


"Aahhhh.. Ooouuuh.. Aaahhh.. Ssshhh..", Akupun akhirnya mendesah juga saking nikmatnya rasa yang kurasakan pada alat kelaminku saat bergesekan dengan kelamin pria


"Tuh kan.. Lu gak bisa berbohong Ris. Tubuh lu itu butuh kontol buat muasin syahwat lu. Lu harus akui itu. Hehehe", kata Ithonk tiba2 menghentikan sodokannya dan mencabut batang penisnya


Aku mulai berani memandang ke arahnya. Ada rasa sedikit kecewa saat lelaki gemuk itu menghentikan menyetubuhiku. Berharap saja penis itu menggesek kembali kulit vagina bagian dalamku yang saat ini terasa basah dan gatal. Mungkin karena penisnya yang kecil itu, jadi tidak terasa sakit dan hanya terasa menggaruk2 bagian dalam kelaminku sehingga membuatku menikmati tiap gesekannya. Berbeda dengan saat kelaminku disetubuhi oleh penis Endrix yang panjang dan besar itu. Walau jauh lebih nikmat karena rasanya vaginaku penuh dan gesekannya merata sempurna ke seluruh kulit dalam vaginaku, namun ada rasa sakit juga karena vaginaku harus beradaptasi melebarkan lubangnya menyesuaikan dengan ukuran penis Endrix


*Astgfrlhdzm.. Apa yang sudah aku pikirkan. Mengapa aku malah menganalisis dan membandingkan rasa dari disetubuhi kedua pria ini*, kataku menyesali pikiranku


Tak kusangka rupanya mereka belum cukup puas menyiksaku. Kini Endrix, Bobby dan Ithonk telah berdiri mengerubungiku semakin dekat. Aku kemudian diminta berlutut dan mereka semakin mendekatkan batang kontol mereka ke wajahku yang mendongak menghadap ke batang rudal mereka. Batang penis mereka bergelantungan didepan mataku dan mereka tampar2kan kelamin mereka ke pipi, hidung, kening, serta bibirku. Kulihat penis Endrix yang paling mengerikan Panjang dan berotot. panjangnya dari dagu hingga alisku


"Sekarang waktunya lu bersihin kontol kita Ris, karena barusan masuk ke lubang pantat dan lubang tempik lu. Heheheh", kata Endrix


Lalu ketiga berandal itu dengan kurang ajar menepuk nepukkan batang penisnya ke seluruh wajahku dengan kencang. Lama2 tamparan penis-penis mereka membuat pipiku terasa sakit


*tepok tepok tepok tepok* suara penis yang menepuk-nepuk wajahku


"Buka mulut lu Rista. Julurkan lidah lu. Sepong kontol gw", kata Endrix sambil mengangkat kedua tanganku dan dicengkeramnya dengan kuat


Dipegangnya erat kedua tanganku keatas olehnya, sehingga aku harus mengulum penis besar itu dengan posisi kedua tangan keatas menampakkan kedua ketiakku yang basah berkeringat. Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya kujulurkan lidahku sambil menatap sayu ke arah Endrix seperti sedang menunggu batang kejantanannya yang besar itu masuk ke mulutku. Tanpa buang waktu, penis Endrix langsung didorong masuk ke rongga mulutku


"Hooookkhhhh... Hooookhhh..", air liurku menetes deras dari sela mulutku. Penis itu sangat besar, tidak kusangka rasanya seperti tercekik seperti ini. Tetapi Endrix tak peduli, terus dipaksanya masuk batang penis besar itu ke mulutku. Bobby dan Itonk pun tidak diam saja, mereka terus menampar pipiku dengan kontol-kontol mereka.


"Jangan punya Endrix aja Ris. Kontol Bobby sama gw juga", kata Itonk


Lalu aku berganti mulai memasukkan batang penis Itonk, penis yang paling kecil diantara mereka bertiga. Aku manfaatkan momen mengulum penis kecil ini untuk mengambil nafas. Karena sebelumnya, penis besar Endrix begitu penuh sehingga membuatku kesulitan bernafas. Setelah itu, Bobby menarik kepalaku untuk menyepong penisnya pula. Kulahap penisnya dengan nafsu yang menggebu. Gerakan kepalaku semakin cepat maju dan mundur mengulum penis-penis mereka. penis-penis itu bergantian keluar masuk dalam mulutku tanpa membolehkan aku menggerakkan tangan sama sekali. Rasanya sungguh tersiksa. Aromanya bermacam macam, ada yang tidak berbau ada pula yang baunya luar biasa. Aku terus dipaksa dalam posisi seperti ini. Tanganku tidak boleh bergerak sama sekali  dan tetap dipegangi tertahan diatas kepalaku dalam posisi berlutut. Mereka dengan mudah dan leluasanya memasukkan batang penis mereka ke mulutku secara bergantian


Lalu setelah puas penisnya aku oral, tubuhku kembali didudukann mengangkang pada sofa. Tangan Endrix dengan brutal mengocok vaginaku. Jemarinya dengan cepat digosok2 ke bibir vaginaku. Diperlakukan seperti itu, tubuhku menggelinjang hebat, perlahan aliran darahku terasa semakin meningkat. Tubuhku semakin mengejang dan menggeliat tak beraturan. Kakiku bergetar getar seperti menahan pipis.


Tidak cukup sampai disitu. Vaginaku langsung dijilatinya secara mendadak. Lidahnya yang kasar terasa hangat basah membasahi area dalam vaginaku, lalu clitorisku pun tak lepas dari permainan lidahnya. Dikeluarkannya clitorisku agar lebih nampak, lalu Dijilat dan dikecup2nya bagian itu dengan sangat intens hingga akhirnya tubuhku gemetaran hebat. Bobby dan Ithonk pun turut serta kembali merangsangku. Melihat puting payudaraku yang menganggur, mereka lalu mulai mengulum, menjilati dan menyedot puting susuku bersamaan


"Ooooohhh aaaaaaaahhh.. Aaahhhh.. Tuannnn..", desahanku semakin menjadi saat ketiga pria itu menjlati ketiga titik sensitifku


*cretttt crett crett* tumpah juga cairan lendirku akibat rangsangan yang luar biasa dari Endrix dan teman-temannya. Setelah ledakan hebat yang mengeluarkan seluruh isi cairan pada alat kelaminku, tenagaku rasanya sudah habis. Aku begitu kelelahan dan kehabisan nafas. Rasanya vaginaku kedutan dan ikut berdegup-degup seirama dengan debar jantungku


Kulihat Endrix mulai mengbil posisi kembali diatasku. Dengan sisa tenaga, aku berusaha melawan saat Endrix mulai mengarahkan batang penisnya ke vaginaku. Aku ingat betul betapa perihnya vaginaku setelah disetubuhi penis pria ini


"Jangan Mas... Tolong hentikan sudah cukup..", kataku sambil menahan dada atletis lelaki berandal itu agar tidak menyetubuhiku lagi


Dipegangnya kedua kakiku oleh tangannya yang kekar. Aku masih tetap berusaha meronta, namun Itonk dengan sigap memegangi tubuh bagian atasku. Penis Endrix mulai terasa membelah vaginaku, semakin dalam


"Aaaaaahhhhhhh...", pekikku saat benda panjang itu semakin menyeruak masuk ke dalam tubuhku


Kurasakan vaginaku kembali terbuka, seolah dia ijinkan penis berandal ini menginvasi kesuciannya. Vaginaku sudah tidak suci dan terjaga seperti dulu. Kini dalam 1 hari saja, alat kelaminku itu sudah disetubuhi 2 lelaki dan dia masih berharap disetubuhi karena lendir pelumasku malah semakin banjir


"Addduuuuhh sakit masss... Aaaahhh", pekikku saat penis Endrix semakin menyeruak masuk semakin dalam


Tubuhku sampai bergerak menggelinjang kekiri dan kekanan menahan rasa sakit. Kurasakan vaginaku mulai menyesuaikan diameter batang penis Endrix yang jauh lebih besar dan keras daripada punya Ithonk. Batang penisnya semakin dalam menembus vaginaku


Penisnya terus mengobok2 vaginaku dengan kuat. Tiap sodokannya terasa kuat dan mantab. Vaginaku terasa penuh sesak dan tak berhenti memproduksi lendir pelumas


"Ooouuuuhh... Ouuuhhh.. Ouuuuhh..", desahku menikmati tusukan penis Endrix


"Enak ya Ris? desahan lu beda daripada waktu ngewe sama Ithonk tadi. Hehehe..", kata Endrix sambil tak henti2nya menyodok vaginaku dengan kuat. Betapa malu aku mendengar fakta yang terbantahkan itu. Tubuhku mengakuinya, permainan Endrix lebih terasa nikmat dibanding Ithonk


Sambil terus menyetubuhiku, wajahnya didekatkan kepadaku. Bibirnya langsung melumat bibir tipisku ini. aku balas cumbuan panasnya dengan berusaha mengulum balik lidahnya. Lidahku bergulat dengan lidahnya, saling menguntal satu sama lain, saling bertukar liur satu sama lain. Aku sudah tak peduli toh semua sudah terjadi. Bibir atasku dikecup dan dihisap kuat, demikian juga dengan bibir bawahku. Kupeluk erat tubuh kekarnya seolah tak ingin dia cabut batang penisnya yang panjang itu dari liang kelaminku


"Mantab benerrrr... Demen dia sama kontol panjang", kata Itonk mengakui aku terlihat lebih menikmati saat disetubuhi Endrix


"Gw hamilin lu ya Ris.", Kata Endrix semakin memperkuat sodokannya


"Aaaahh Aaaahhhh.. Ouuuuhhhh... Ampunnnn", pekikku

karena sodokannya semakin cepat dan keras.


Tubuhku sampai tersentak sentak diranjang empuk ini. Kakiku semakin mengangkang lebar memberikan akses sepenuhnya agar kontol raksasa itu terus menyodok tempik gadis muslimah ini


"Arrrrgggghhhhh", erang Endrix tiba2


*CROT CROT CROT CROT CROT*


sebuah tembakan sperma yang benar2 banyak. Rahimku terasa hangat terkena sperma kental dengan kuantitas yang banyak ini. Bahkan sampai saat ini kurasakan penis Endrix masih kedutan didalam vaginaku mengeluarkan sisa sperma yang diproduksi oleh zakarnya. l


"Tempik yang sangat nikmat. Sempit dan mantab jepitannya. Enak sekali tubuh lu Rista", puji Endrix


Setelah puas menyetubuhiku, lelaki berandal itu lalu mencium bibirku singkat sebelum mencabut penis yang masih terlihat panjang dan keras itu dari lubang intimku. Diusapkan penisnya ke bulu pubisku beberapa kali agar penisnya bersih, menyisakan nafasku yang masih tersengal-sengal, dengan vaginaku yang terus mengeluarkan lendir sperma yang meluber dari rahimku...


***bersambung***



===========


Scene 11 : Afwan Akhi (Part 2) (POV Rista)


Lendir mani Endrix telah disemprotkan seluruhnya ke dalam rahimku. Rasanya bagian dalam vaginaku terisi penuh oleh spermanya. Vaginaku tak sanggup menampung lahar hangat itu hingga tumpah keluar. Nafasku ngos-ngosan, bagaimana tidak, batang penis besarnya telah mengoyak vaginaku tanpa ampun. Dia terus menyetubuhiku penuh nafsu dihadapan teman-temannya. Kuraba vaginaku yang dengan tangan. Rasanya masih terasa kedutan dan perih. Kakikupun rasanya mau copot, karena permainan kasar berandalan itu


Puas dia menyetubuhiku, Bobby dan Itonk langsung mendekatiku. Tubuhku yang masih lelah langsung ditariknya, dan dia meminta jatah kuluman bibirku. Dengan sedikit malas2an, aku coba kulum batang penis Bobby yang sudah menegang. Sedangkan dari belakang, Itonk menggerayangiku dan memainkan payudaraku dengan leluasa. Kedua tangannya yang gemuk mulai meremas, dan memilin kedua putingku untuk membangkitkan hasrat seksualku kembali. Bra taliku rupanya sudah dilucutinya dan dilempar entah kemana, sehingga kali ini aku sudah telanjang bulat menyisakan kerudung panjang syariku yang sudah disingkap ke belakang


Benar saja dirangsang seperti itu oleh mereka, membuat nafsuku kembali meningkat lagi.  aku tidak tahu mengapa tubuhku selalu bereaksi dengan rangsangan2 nakal mereka. Kulumanku semakin kuat ke penis Bobby. Kuhisap penis itu dan kujilati dengan liar. Lidahku memutari tepat pada garis lubang pipisnya. Lalu lanjut kulahap penis tegak itu sampai mentok seluruh batangnya masuk kedalam mulutku


"Oohhh... Yeahh.. Bitch.. Smart girl...", pujinya sambil menikmati permainan mulutku


"Kamu suka kontol hah? Jawabbb...", ceracaunya sambil tangannya mendorong kepalaku agar terus melumat batang kelaminnya


"I.. Iya.. Sukaaaaa... Tuan.. Ssshhhh..", jawabku lalu kembali meneruskan kulumanku


"Bagusss.. Lonte memang harus seperti itu. Tiada hari tanpa memikirkan kontol. Hehehe", cerocos Bobbya sambil menikmati kulumanku


Tangan Itonk semakin kuat memilin putingku. Dipelintirnya kuat kedua puting susuku hingga menyembul keluar dan semakin mengeras.  Diangkatnya kerudungku dan tengkuk leherku dijilatinnya dengan panas. Perlakuan mereka benar2 membuatku merasakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan. Mereka benar2 pandai memainkan birahiku. Tanganku perlahan mendekati penis Ithonk dan mulai mengocoknya batang kelaminnya.


"Nah gitu.. Ada kontol nganggur harus lu sikat. Hahahah", kata Bobby memandangiku begitu rendah


Lalu setelah puas aku oral, tubuhku diminta menungging. Bobby memegangi penisnya dan ditampar2nya batang kelaminnya itu kepantatku dalam keadaan menungging sexy ini


"Lu bersedia gw setubuhin?", tanya Bobby


Aku tak punya pilihan jawaban lain selain mengangguk. Toh aku tahu jika aku menolak dia tetap akan melakukannya


"Iya Tuan..", jawabku pasrah


Bobby mulai mendorong masuk alat kelaminnya ke lubang vaginaku. Sisa sperma Endrix yang masih lengket pada vaginaku menjadi pelumas tambahan bagi penisnya untuk menyetubuhiku


"Aaahhhh.. Sssshh..", desahku saat penis Bobby masuk semakin dalam menuju rahimku


Setelah kurasakan seluruh batang kelamin Bobby masuk ke dalam vaginaku. Lalu tangan pemuda itu mulai memegangi pinggangku dan menyodok-nyodok organ kelaminku dari belakang. Kedua alat kelamin kami bertemu dan saling menumbuk satu sama lain


*jleb jleb jleb jleb jleb* berkali2 batang keras itu mengobok2 vaginaku dalam posisi menungging.


Lalu Kedua Tanganku dipegangi oleh Bobby sehingga tubuhku tersentak-sentak tanpa berpegangan, payudaraku sampai menggelantung bebas dan terguncang-guncang


"Anjingg... Tempik lu nikmat bener Rista... Sedep lah ini", pujinya sambil semakin cepat menggenjot vaginaku


"Ooohhh... aaahhh.. aaahhhh..", Desahku semakin kencang saat penis Bobby sudah menguasai lubang vaginaku seutuhnya


*plak plak plak* suara tamparan pada pantatku


"Berisik, sini mulut lu gw sumpal pake kontol", kata Itonk sambil membenamkan batang penisnya yang pendek ke mulutku


"Hmppphhh...", suara desahku terhenti karena tiba2 mulutku sudah diisi penis Itonk


Posisiku saat ini diapit menungging oleh mereka berdua. Bobby dari belakang menyetubuhuku  sambil menampar-nampar kedua bongkahan pantatku, sedangkan Itonk dari depan membenamkan alat kelaminnya ke mulutku


Kujilati penis mungil itu dari buah zakarnya yang hitam, dan terus naik hingga membasahi seluruh batangnya, lalu kujilati sebentar garis lubang kencingnya, sebeluk kulahap kembali ke dalam mulutku. Semua kulakukan atas instingku sendiri. Aku sudah lupa dan tidak bisa berpikir jernih. Tugasku sekarang hanyalah melayani mereka


"Holyyysitt.. Tambah pinter Lu Ris baru juga diajarin udah lihai. Bakat lonte lu.. Hahahah", katanya sambil merem melek karena penisnya kujilati dengan liar ditambah rasa nikmat pada vaginaku yang digesek2 oleh texture kasar dari penis Bobby yang berurat sehingga rasanya semakin gatal dan nikmat saja


"Aaarrrggghhh..  Gw keluar....!!!", erang Bobby


Aku juga merasakan hal yang sama. Isi cairan dari vaginaku juga terasa mau keluar deras


"Aaaaaahhhh. Aku juga keluarrr ttuann....", pekikkku...


*CROT CROT CROT SRETT SEETTTT SRETTT* peju dan cairan squirt kami keluar bersamaan. Tembakan spermanya terasa sampai ujung rahimku yang terasa hangat dan lengket. Bobby langsung mencabut batang penisnya dan membiarkan tubuhku ambruk kehabisan tenaga setelah tangannya melepaskan kedua tanganku


"Giliran gw lagi yang Ris yang belum nyumbang peju ke tempik lu..", Kata Itonk yang tiba2 membalikkan tubuhku terlentang, tidak memberikan kesempatan untukku beristirahat sejenak saja


Diangkatnya kedua kakiku lebar2 dan disandarkan pada kedua bahunya. Lalu batang penisnya kurasakan sudah kembali menyentuh bibir vaginaku. Aku hanya memandangi wajahnya yang dekil berlemak itu dengan pasrah. Menantikan sebuah batang lagi tertancap ke lubang kewanitaanku hari ini


*Bleessss*


"Ouhh..", desahku pelan


Sekali lagi sebuah batang penis menancap ke dalam vaginaku. Tanpa berlama lama, langsung dipompanya penis itu maju mundur di dalam lubang intimku


"Ssshhh... Aahh..", desahku sedikit berkurang mengingat penis Itonk yang kecil rasanya berbeda dengan kedua lelaki sebelumnya


"Gilaaa... anget bener tempik lu Risss...", katanya sambil menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Tahi lalat didekat hidung dan mataku pun dijilatinnya dengan nakal. Membuatku sedikit tak nyaman dengan aroma mulutnya yang bau miras bercampur  rokok.


Walau penis Ithonk kecil, aDia pandai mengatur tempo tetap stabil sehingga penisnya tetap tegang dan tidak loyo sehingga vaginaku tetap memproduksi lendir pelumas. Terus dipompanya penis mungil itu menggesek kulit vaginaku bagian dalam dengan cepat dan konstan. Lama2 vaginaku pun menikmati tiap tusukannya yang tidak menyakitkan.


"Sshh.. Aah. aah. aah", desahku seirama dengan tiap sodokannya hingga kurasakan tubuh gemuk itu bergetar kuat dan penisnya kurasakan mulai berkedut kedut di dalam vaginaku


"Aaarrrgggghh.. Keluar"


*CROT CROT CROT* didorongnya dalam2 penisnya ke dalam vaginaku


sekali lagi vaginaku menjadi tempat menampung air mani para berandal yang sebelumnya tidak kukenal itu. Cairan putih kental hangat berbau amis dan anyir itu kembali meluber keluar dari lubang vaginaku. Tubuhku terasa sesak karena harus ditindih oleh tubuh Itonk yang gemuk. Nampak dia sangat kelelahan sehingga tubuhnya terjatuh menimpa tubuhku yang mungil


"Woi bangun lu Tonk. Malah tidur lu", kata Endrix yang terlihat sudah kembali fit


Dengan sisa tenaga Itonk menyingkir dari atas tubuh telanjangku. Lalu tanganku ditarik oleh Endrix dan dilucutinya kerudungku, satu2nya kain yang masih menempel di tubuhku. Rambutku langsung tergerai bebas saat jepit rambutku pun terlepas saat ditarik


Setelah itu tubuh telanjangku ditarik ke kamar mandi oleh Endrix. Lelaki berandal itu membiarkan pintu kamar mandi terbuka agar aktivitas kami didalam bisa tetap terlihat dari luar. Endrix lalu menyalakan shower dan air langsung mengguyur tubuhku yang mandi keringat dan mani itu.


Seluruh tubuhku basah, rambutku juga demikian. Endrix lalu ikut bergabung dan membiarkan tubuh atletisnya ikut terguyur air shower. Dibawah guyuran air shower, tubuhku disandarkan pada dinding. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu. Kubalas lumatannya. Bahkan kali ini aku berani memegang rahangnya terlihat kokoh itu


"sluruppp slurupp.. ssshhhhh.... aahhh..", aku terus membalas jilatan dan lumatan lidahnya pada lidahku


Lalu ciumannya bergerak turun ke arah leherku. Endrix mulai menciumi leher bagian kananku. Sesekali digigitnya leherku hingga meninggalkan bekas memerah


"Sshhhhhh.. sakit tuannn..", desahku namun tidak ada reaksi penolakan dari tubuhku


Kubiarkan lelaki itu menggigit-gigit hampir seluruh permukaan leherku sehingga meninggalkan bekas memerah yang cukup banyak. Setelah itu gigitannya terus turun ke arah buah dadaku. Digigitnya daging kenyal dadaku itu dengan lahap. Kiri dan kanan bergantian dan gerakannya acak. 


Aku hanya bisa mendongakkan kepalaku membiarkan lelaki yang menjadi tuanku ini seperti ini memakanku. Seluruh payudaraku akhirnya membekas berwarna merah cukup banyak setalah ia gigitin sedikit demi sedikit. Dibawah guyuran air yang begitu deras ini rasanya tubuhku semakin terasa perih terutama pada bagian-bagian yang memerah karena gigitan nakal Endrix.


"Aaaahhhhhhh.. aduuuuuhhh.. sakit tuaaann", aku terkejut saat lelaki itu juga menggigiti puting susuku


"Tubuhku Indah bener Ris.. Senang gw lu jadi budak sex gw. Hahahah.. Gw udah gak perlu pakai jasa pelacur2 murahan kalau gw udah dapetin mutiara yang tersembunyi, akhwat suci macam lu ini", kata Endrix


Wajahku memerah, saat ia menyebutku dengan sebutan mutiara tersembunyi. Walau dia menganggapku sebagai pelacurnya, rupanya dia masih memandangku sebagai perhiasan yang begitu indah. Aku jadi ingat pada sebuah kalimat "Dunia ini adalah perhiasan dan Seindah2nya perhiasan adalah istri yang shalihah", namun sayang perhiasan yang ia maksud bukanlah istri shalihah, namun seorang akhwat lonte seperti ia selama ini menganggapku begitu.


Buaian pujian itu tak berlangsung lama, karena aku sudah kembali diminta berlutut dihadapannya


"cium kontol gw, lonte!", perintah Endrix sambil menyeringai menyebalkan


Aku langsung patuh pada perintahnya, karena sudah menjadi kewajibanku untuk menjalankan semua perintahnya. Kubuang seluruh martabatku sebagai muslimah yang terjaga dengan mulai menjilati penis pria yang saat ini menjadi tuanku. Kukulum dalam-dalam penis besar itu tanpa rasa bersalah, karena mulai saat ini mengulum penis bagiku adalah kewajiban, bukan sesuatu yang diharamkan seperti yang selama ini aku pahami. Dibawah guyuran shower, kulum dan kujilati batang penis tuanku dengan semangat dan kupastikan semua bagian sudah kujilat dengan lidahku tanpa ada yang terlewat. Kujilati buah zakarnya yang hitam itu sampai bersih dengan air liurku sampai dia puas.


Selang beberapa saat, Endrix lalu menarik tubuhku berdiri. Tubuh kami berdua sudah basah sempurna terguyur air dari shower. Tubuhku disandarkan ke dinding kamar mandi. Lalu dijambaknya rambutku dengan kasar hingga kepalaku mendongak keatas dan langsung dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya melumat habis lidahku tanpa ampun hingga aku kesulitan bernafas dibawah guyuran air ini. Ditambah lagi bibir atas dan bawahku pun tak luput dari kecupan2nya yang erotis


"Sssshhh...", desahku menerima serangan kasar ini


Ciuman Endrix semakin turun kebawah mulai menggigiti telingaku dan terus turun ke leherku. Dicupangnya kembali leherku beberapa kali hingga terasa semakin pedih ditambah posisi kami yang masih diguyur air. Diremasnya kuat payudaraku dan puting susuku. Mulutnya langsung melumat habis puting susuku dengan lahap. dikulum dan digigitnya tanpa ampun putingku itu sampai aku hanya bisa menahan sakit dengan bersandar pada dinding kamar mandi. Lalu dalam posisi berdiri ini, tangannya mulai mengocok vaginaku dan sebentar saja tubuhku kembali kelojotan hebat, vagina kedutan sebelum akhirnya kembali muncrat muncrat akibat perlakuannya yang kasar itu


*Sretttt Srettt Sreettttt... Srettttt* vaginaku muncrat berkali kali akibat ulah nakal Endrix


"Tempik lonte doyan muncrat!", katanya sambil terus mengocok dengan cepat vaginaku


"Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.. sudah tuaaannnn.... ana keluarr lagiii"


*Sreett seettt sretttt sretttt* kembali vaginaku menyemburkan cairan squirt dengan deras


Endrix terus mengocok vaginaku tanpa ampun. Tanganku mulai menahan tangannya yang semakin menggila mencabuli vaginaku  berharap dia hentikan aksinya itu. karena saat ini vaginaku terasa begitu perih menyiksa dan nyut-nyutan


"Sudah tuannn.. vagina ana sakit sekali... Aaahhh...", pintaku


"Lubang tai lu ngga sakit kan?", tanyanya tiba-tiba


"Hah?" aku terkejut


Dibaliknya tubuhku langsung menghadap kedinding kamar mandi. Diambilnya beberapa tetes sabun cair yang ada didekatnya dan dioleskan ke batang penisnya  yang mengacung hinhha penisnya terlapisi oleh busa sabun


"Gw sabuni lubang pantat lu biar bersih pakai kontol gw. Heheheh"


"Eehhhh jangan tuannnn.. Sakittt..", pintaku sambil membayangkan akan seperti apa rasa panas dari busa sabun yang menggesek2 bagian dalam lubang pembuanganku


Endrix tak peduli dengan permintaanku. Lalu diludahinya lubang anusku dan diratakan dengan jarinya. Lalu langsung kontol panjangnya itu meringsek masuk membelah lubang pantatku.


"Ooooooohhh... Sakittt masss.. Ampuuuunnn..", pintaku memelas karena rasanya sangat perih ketika penis besar itu melubangi anusku kembali


"Lonte jalang... Tempik lu gampang becek, lubang tai lu tu bisa gw pake sesuka gw. Ga usah protes lu. tugas lu cuma jalankan apa yg gw suruh. Paham??", kata Endrix sambil terus membobol lubang pantatku yang terasa semakin melebar itu. Kurasakan busa sabun mulai turut melapisi kulit anusku


"I.. Iyaaahhh. Aaahhh Ooouuuuhhhh.. sakit tuann.. Ampuuuunnn.. panasss...", akupun sampai menangis karena kali ini dia menganalku dengan kasar dan brutal


"Enak ya Ris?", goda Endrix sambil terus menyodok lubang pembuanganku


"Iyaaaaahhhh... Enak tuan... Tapi perihhh... Ouuuhhhh...", jawabku mulai menikmati ini semua


Lalu Endrix menggendong tubuhku untuk duduk diatas closet kamar mandi. penisnya masih bersarang didalam lubang pantatku. Lalu tubuh ini dipangkunya dalam posisi mengangkang lebar, vaginaku nampak terbuka menganga menghadap Bobby dan Jthonk yang berada di luar kamar mandi. Sementara batang penis Endrix kembali menyodok2 lubang pantatku secara brutal dalam posisi dipangku olehnya


Bobby dan Itonk pun tidak tahan setelah hanya bisa mengocok penis mereka menyaksikanku dianal oleh Endrix. Kembali kedua teman Endrix itu mendatangiku dan Endrix dan turut serta meramaikan perzinahan ini. Batang penis Bobby langsung diarahkan ke dalam lubang vaginaku. Pelan tapi pasti, batang tegangnya itu menembus kembali vaginaku.


"Ooooooohhhhh... Gak muaat tuaannn.. Gilaaaa... kalian mau apakan tubuhku Aaaahhhhhh...", pekikku saat kedua lubang bawahku dijebol oleh mereka berdua bersamaan. Endrix menyodok lubang anusku dari bawah sambil memangkuku sedangkan Bobby mencoblos vaginaku yang terbuka bebas dari arah depan


*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*


Kedua penis itu bergantian memompa kedua lubang bawahku bergantian. Rasanya tubuhku begitu penuh oleh kehadiran dua buah penis dalam waktu bersamaan ke dalam tubuhku. Tak terasa aku menitikkan air mata, karena logikaku sesekali masih berusaha melawan, menyadari betapa rendahnya dan murahannya tubuhku hingga disetubuhi 2 orang pria dalam satu waktu memakai dua buah lubang pada tubuhku


Lalu, Itonk pun tak mau kalah melihat kedua temannya sedang asyik menikmati lubangku bersamaaan. Penis kecilnya diselip2kan diantara penis Bobby yang membombardir vaginaku


"Kasih ruang dikit Bob. Penis Gw juga mau masuk ke tempiknya", kata Itonk sambil terus berusaha mendorong penisnya agar masuk ke dalam vaginaku


"Apaaa? Gak muatt Aaaaaahhhh aaaahhhh",  desahku menerima kenikmatan luar biasa ini. Aku benar2 diperlakukan lebih rendah dari pelacur, karena pelacur aja banyak yang tidak mau diperlakukan seperti ini


Bobby terlihat sedikit mengalah. Membiarkan penis Itonk meringsek masuk ke sela vaginaku. Setelah cukup masuk baru penis Bobby didorong masuk kembali ke dalam vaginaku


"Oooohhhh.. Tuann.. Gilaaa kaliaaann", tubuhku kalian apaaakkaaann Aaaahhhh", desahanku semakin menggila


"Triple Penetration Rista... Tempik lu bakalan ndower karena harus menampung dua kontol sekaligus, semua lubang lu itu diciptakan tugasnya ya buat ini, selain buat kencing sama buang tai. Hahahah", kata Bobby sambil menggenjot alat kelaminku bersamaan dengan penis Itonk


"Kalian Jahattt.... Aaahhhh.. Aaahhhh..", desahku semakin nakal membiarkan ketiga penis itu menyodok lubang vagina serta pantatku bersamaan


"Tenang saja Rista, calon suamimu nanti juga ikhlas semua lubang istrinya sudah dower. Hahahah", ejek Ithonk


10 menit sudah aku digenjot bertiga oleh mereka. Kurasakan lubang vaginaku sudah melar dan hancur setelah dipaksa menampung 2 batang penis. ditambah lagi lubang pembuanganku yang juga menganga karena semakin terbiasa dimasuki batang penis seorang pria


"Anjing gw kepingin keluar nih..", Kata Ithonk


"Awas lu kalau peju lu kena kontol gw", kata Bobby


"Ya resiko itu mah. Lubang sempit gini dipaksa masuk 2 kontol... Aaarggghhh", kata Ithonk sambil mulai mengerang


"Semprot bareng2 aja", kata Endrix dan kedua temannya setuju


Sodokan mereka semakin mantap dan kuat. Dua buah lubangku yang berdekatan ini terasa sudah beradaptasi, membuka semakin menganha. Tubuhku bergoyang goyang erotis menikmati tiap tusukan 3 batang sekaligus pada lubang vagina dan anusku


"Arrrggg Argggghhhhh Aggggghhhh" merek bertiga mulai mengerang hawa panas mulai terasa menjalar pada bagian bawahku


*CROO CROT CROT CROT CROT CROT CROT CROT CROT* semburan demi semburan bersahutan menembak pada lubang pantat dan vaginaku. Rasanya terasa sangat panas karena ketiga jenis sperma yang berlainan gen itu sudah mengguyur rahim beserta duburku. Kubayangkan persaingan milyaran sel sperma  akan semakin sengit pada rahimku. Siapa yang jadi pemenangnya


*Tapi sperma punya Endrix kasian salah lubang.. Astghfrlh.. apa yang kupikirkan* kataku dalam hati menyadari air mani mereka menyemprot ke lubang2 pada tubuhku


Kuangkat tubuhku dari pangkuan Endrix. Sperma mereka langsung tumpah sangat banyak jatuh menetes netes meluncur dari vagina melewati pahaku dan tertarik terseret ke dalam lubang pembuangan kamar mandi


***


Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Langit sudah mulai berkurang sinarnya.  Didalam rumah ini, ketiga lelaki itu sudah kembali berpakaian lengkap, hanya aku yang dibiarkan tetap telanjang dan mereka hanya mengijinkanku mengenakan kerudung panjangku. Aku diminta menuangkan minuman keras dan menyulutkan rokok untuk ketiga pemuda berandal ini sambil menunggu kedatangan Mas Adi. Sesekali mereka mencumbuku sambil tertawa2 dan aku meladeni mereka cumbuan mereka bergantian. Mereka menawariku untuk minum minuman mereka juga namun aku menolak halus. Aku masih menganggap minuman itu haram. Padahal aku sudah melakukan sesuatu keharaman yang lain. Menunjukkan aurat, campur baur dengan lelaki, bersentuhan dengan lelaki, oral sex, zina bahkan oleh ketiga orang lelaki sekaligus, dan anal sex adalah keharaman yang sudah kulakukan hari ini.


"Ris, lu joget2 dulu deh. sambil nunggu calon suami lu datang, oiya jangan lupa lu joget kondisi dildo ini nancep ke tempik lu", perintah Endrix sambil melemparkan mainan penis panjang 27 cm itu ke arahku


"Ba.. Baik Tuann..", kataku mencoba taat tanpa tapi, taat tanpa nanti


Perlahan kutusukkan sendiri mainan itu ke kelaminku. Kupastikan benda itu tidak jatuh saat aku berdiri. Kakiku rasanya gemetaran saat ada benda asing tertancap disela-sela alat kelaminku. Rasanya begitu nikmat menggaruk vaginaku yang senantiasa gatal. Dengan hati-hati Aku mulai berjoget erotis dihadapan mereka. Sambil sesekali kulihat ke bawah memastikan dildo itu tidak jatuh terlepas dari lubang kelaminku. Aku mulai bergoyang sebisaku sambil mengingat-ingat beberapa goyangan nakal dari cewe2 yang pernah tak sengaja kulihat pada aplikasi tiktod. Kugoyangkan pantatku kekiri dan kekanan, kumainkan payudaraku sesekali sambil memasang wajahku yang mupeng


"Heheh kaku bener lu jogetnya.. Kapan gitu lu gw jadikan penari di club malam gw, biar lu bisa dan terbiasa show dihadapan pria", kata endrix sambil menghisap rokok memandangi tubuh telanjangku yang terus bergoyang


"I.. Iya.. Tuan.. Saya bersedia...", jawabku sambil terus bergoyang nakal dalam kondisi dildo tertancap pada vaginaku


"Ris, minuman gw habis nih, tolong tuangin lg ke gelas gw", kata Bobby sambil memandangi tubuhku yang terus begoyang telanjang


"I..Iya Tuan.. ana tuangkan..", jawabku sambil mendekati meja menuangkan minuman haram itu


*tulilut tulilut tulilut* suara handphone samar terdengar karena dentuman bass dari home theater rumah Endrix sangat memekakkan telinga memainkan house music


"Telpon tuh Ris.. Mungkin dari calon suami lu", kata Endrix sambil mengecilkan volume musik


Aku raih handphoneku dan menyudahi jogetan erotisku, kulihat nama Mas Adi pada layar handphoneku


"Aslmkm.. iya akhi?", kataku


"Wlkmslm.. Afwan ana sudah didepan ukh.. Rumahnya besar banget", kata Mas Adi


"Sebentar tunggu dulu akhi. Ana keluar setelah ini", jawabku sambil menutup telepon


"Afwan tuan.. Teman ana sudah sampai didepan rumah.. Saya ijin menemui beliau dulu..", ijinku kepada mereka


"Gw temenin lu keluar, ntar lu malah kabur", kata Ithonk


"Eehh.. Iya Tuan.. Afwan.. ana boleh berpakaian?"


"Ya boleh silakan.. Tanpa daleman sama sekali dan dildo itu masih tertancap di tempik lu kondisi menyala. Heheheh", kata Endrix..


"I.. Iya tuan.. syukronn..", jawabku lalu aku langsung mengenakan gamisku tanpa memakai kain apapun dibaliknya


Lalu aku dan Ithonk berjalan ke luar rumah. Mas Adi sumringah melihatku berjalan ke arahnya. Aku berjalan tertatih-tatih dan begitu pelan, agar benda berbentuk penis itu tidak jatuh dari vaginaku. Mas Adi terlihat memandang heran kearahku,  tidak beberapa lama wajahnya semakin terkejut melihatku menemuinya bersama pria lain.


"Af.. Afwan akhi su.. sudah.. me.. menunggu lama..", kataku berusaha bersikap normal menahan tidak mendesah sambil menggigit bibir karena getaran mainan penis pada kelaminku begitu menyiksa


"Na'am gapapa ukhti Rista.. Ini bukunya Ukh", Kata Mas Adi sambil mengembalikan buku berjudul "Mewujudkan Keluarga Sakinah" kepadaku


"Iya Akhi.. Ahh.. syukron. Akhi..bi.. bisa.. pulang dulu.. Sudah mendekati waktu maghrib nih..", bujukku agar lelaki itu segera pulang


Namun sayang, lelaki yang akan menjadi suamiku itu menatapku dengan tatapan penuh kecurigaan. Terlebih saat ini Ithonk memasang wajah senyum-senyum menyebalkan


"Afwan Ukhti Rista, ana boleh bertanya?", kata Mas Adi


"Taf.. Tafadhol (silakan) Akhi.."


"Ini rumah siapa ya Ukh? kok besar sekali?", tanya Mas Adi


*Ya Tuhan akhiii.. Jangan nanya macam2, semakin lama antum bertanya, semakin tersiksa alat kelamin anaa...* gusarku dalam hati


Aku bingung menjawabnya pertanyaan basa basinya yang tidak penting itu. Tubuhku sudah gemetaran berkeringat deras. Kakiku sudah tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri, belum lagi vaginaku yang sudah becek begitu deras dan terasa gatal. Parahnya lagi suasana sekitar rumah begitu sepi karena kendaraan yang lewat di depan sudah jarang mendekati waktu maghrib seperti ini


"Err.... Inii.. Ru.. rumahh.. Ana kerja disini akhi.. ", jawabku terbata


*Wuuuuunngggg wunnnngggg..* tiba2 suara dildo yang menancap pada kelaminku terdengar jelas dan keras di suasana sunyi ini


Aku sampai kelabakan dan ingin kumatikan benda itu namun tidak mungkin. Aku berusaha bersikap tenang seolah tidak menyadari suasana itu. Mas Adi jelas sekali terlihat menyadari suara itu


"Afwan handphone anti getar ya ukh? Kayak suara getar-getar"


*Ya Tuhan Mas Adiiii.. Sudah jangan nanya2 lagiii.. Ana udah gak tahannn..", teriakku dalam hati


"Bu.. bukan Akhi... Bukan handphone ana..", jawabku sambil keringat dingin karena kurasa benda itu mulai mengendor di dalam vaginaku yang licin


"Itu hp gw mas... Heheheh", kats Ithonk tiba2 sambil terkekeh menyebalkan


"Afwan Ukhti siapa lelaki itu?" Tanya Mas Adi penuh kecurigaan


"Eehhhh.. Eeerrr... Anaa... ngasi.. bimbingan belajar ke dia Akhi...", jawabku mulai berbohong


"Anti ngelesin disini? Berduaan?", Jelas sekali Mas Adi tidak suka melihatku berduaan dengan lelaki lain


"Engg.. Enggak kok Akhii... Ada lagi 2 orang temannya di dalam.. Me.. mereka lagi.. belajar.. kelompok.. Ana.. yang ngajar.. agar nilai.. mereka.. bagus karena.. sudah mau ujian..", kembali aku membohongi calon suamiku.


"Ohhh.. begitu.. Yasudah anti sampai jam berapa ngajarnya? Ana tungguin disini boleh? Sudah mau malam, ana kepikiran kalau anti pulang sendiri", kata Mas Adi


"Enggak usaahhhh... Akhi pulang aja . Ana gapapa.. Shh..", aku mulai mendesis kecil karena rasanya vaginaku sudah ingin keluar


"Ok ok mas.. Gapapa.. Tunggu sebentar ya. Habis ini kita selesai belajarnya. Ayo Mbak Rista lanjut lagi. Biar Mbak Rista bisa segera pulang. Heheheh..", kata Ithonk memotong pembicaraan kami sambil terkekeh


"Ya udah.. Sebentar ya Akhi..", kataku sambil kembali berjalan cepat kembali ke dalam rumah


"Iya ana tungguin Ukh...", jawab Mas Adi begitu sabar


Setiba di dalam Ithonk langsung tertawa terbahak-bahak. Bobby dan Endrix sampai heran dan bingung apa yang sudah terjadi.


"Napa lu ketawa2 sendiri? Gila lu ya?", kata Bobby


"Hahaha... Calon suaminya lagi nungguin Ukhtinya di luar sekarang.. Nih lonte ngaku lagi ngasih bimbingan ke kita. Hahahaha.."


"bimbingan? Hahahaha.. Yang ada Lu yang kita bimbing jadi lonte!", kata Endrix sambil mengangkat keatas gamisku tanpa permisi dan langung diambilnya dildo yang sudah tertancap dari tadi


"Aaahhh..", desahku saat mainan itu dicabut dengan cepat


"Anjirr becek bener nih dildo.. Sange lu ngobrol ama laki lu sambil nikmati getaran dildo? Hah?", ejek Bobby


"Enggak.. Tuann.."


"Ya udah, tuh lakinya lagi nunggu didepan. Nunggu ukhtinya kita entot. Hahaha", kata Ithonk sambil menarik tubuhku ke sofa dan menyandarkanku disana.


"Ayo sekarang lu kerja yang bener biar lu bisa segera pulang. Kasian laki lu nunggu diluar nungguin calon istrinya didalam lagi ngentot. Hahaha", kata Bobby


Mereka bertiga lalu kembali melucuti celana mereka dan kembali menampakkan alat kelamin mereka yang sudah kembali berdiri mengancung ke arahku. Endrix langsung menarik tubuhku dan memangkuku. Dia naikkan rok gamisku tanpa membuka pakaianku itu. Batang penisnya langsung ditancapkan menuju alat kelaminku


"Aaahhhhhhhh...", desahku sedikit kencang karena sedari tadi desir birahiku aku tahan


Endrix mulai menyetubuhiku dengan posisi aku dipangku olehnya menghadap ke depan. Lalu Bobby dan Ithonk berdiri di kiri dan kananku. Tanpa menunggu perintah, tanganku langsung mengocok alat kelamin mereka dan secara bergantian penis2 mereka aku masukkan dan aku kulum dengan mulutku. Yang kupikirkan saat ini adalah segera pulang dan menemui calon suamiku yangvsedang menungguku didepan rumah itu


*jleb jleb jleb jleb*


" ah ah ah ah ah ah..", desahku bersamaan dengan tiap sodokan cepet penis Endrix ke vaginaku. Terdengar begitu nakal dan menggoda


"Jilati terus kontolku Rista.. Rista Lonteee... Aaahhh..", desah Ithonk saat penisnya yang gemuk itu kujilati lubang pipisnya


"Tempik lu makin banjir aja Ris.. Sssshhhh..", kata Endrix terus memompa vaginaku


Kulihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 17.20. Hari semakin gelap saja, sedangkan di dalam rumah aku masih harus "bekerja sebagai budak sex" oleh ketiga berandalan ini. Tidak ada suara lain selain suara gesekan kelamin, ciuman, pertukaran liur, sepongan pada penis yang terdengar di ruangan ini


Endrix sudah melepaskan batang penisnya daei vaginaku dan kali ini Bobby yang akan menyetubuhiku. Dia tiduran terlentang di lantai, sedangkan aku dimintanya untuk memompa tubuhku sendiri diatasnya. Aku arahkan sendiri batang penismya yang berotot itu ke lubang kelaminku. Karena begitu kokoh dan keras. Mudah saja penis itu membelah organ intimku yang sudah becek dan gatal. Dengan tidak sabar aku masukkan alat kelaminnya ke vaginaku agar vaginaku bisa digaruk2 oleh batang penisnya yang bertexture kasar


"Oooohhhh.. Aaahhhhh.. tuannnnnn....", aku semakin mendesah menjadi 


"Enak Rista.... Terus goyangkan tubuh lu diatas kontol gw. Aaaahhh..", kata Bobby sambil turut menyodok vaginaku dari bawah.


Lalu Endrix ikut turut serta di persetubuhanku dengan Ithonk. Kulihat dia mulai mengoleskan minyak pada alat kelaminnya yang panjang. Setelah itu, pantatku sedikit ditunggingkan dan kali ini dia arahkan batang penisnya ke lubang pantatku kembali


"Aaahhh... Tuannn.. Jangan disituuuu.. Aaahhhh...", kepalaku sampai mendongak karena sekali lagi tubuhku dimasuki 2 penis oleh Endrix dan Bobby


Bobby terus menyodokkan alat kelamiinya ke vaginaku dari bawah, sedangkan Endrix dari belakang menghajar lubang anusku


*plok plok plok plok* suara persetubuhan kami terdengat jelas


Tubuhku dihimpit oleh mereka berdua. Tidak cukup sampai disitu Ithonk pun mendekatiku dan memintaku mengulum batang penisnya. Jadilah seluruh lubang pada tubuhku harus melayani tiga penis. Bobby pada vaginaku, ithonk pada mulutku, dan Endrix pada lubang pantatku. Desahan demi desahan kami terdengar bersahut-sahutan. Aku hanya berharap Mas Adi tidak mendengar kegaduhan yang terjadi di dalam rumah ini


***


Jam sudah menunjukkan pukul 17.45, kurang lebih sudah 25 menit aku sudah melayani mereka bertiga. Aku begitu lemas dan lelah. Aroma tubuhku sudah tidak sewangi seperti biasanya

 Kuraba vaginaku dan lubang pantatku yang terasa begitu perih. Tersisa ceceran air mani Endrix dan Bobby. Meluber cukup banyak hingga sedikit meninggalkan noda oada gamisku. Bibirku juga mengalami nasib yang sama. Sperma Ithonk dimuncratkan saat aku mengulum batang penisnya dan aku harus menelan cairan mani pria gemuk itu sampai tal tersisa


Aku kembali merapikan pakaianku sebelum meninggalkan rumah ini. Terlihat beberapa noda sperma pada gamisku, khusunya pada bagian rok gamisku bagian belakang. Aku lalu keluar hingga ke pagar depan. Kudapati disana Mas Adi masih setia menungguku, wajahnya tersenyum saat melihat aku sudah selesai bekerja


"Sudah selesai Ukhti Rista ngajarnya? Ayo iring2an ke rumah anti.. Ana pastikan anti sampai dirumah dengan selamat. Ana akan jagain Ukhti Rista", kata Mas Adi penuh semangat


Mataku berkaca-kaca mendengar dan melihat keluguan pemuda yang tulus mencintaiku ini. Air mataku tak kuasa kubendung hingga sedikit menetes jatuh ke pipiku, buru2 aku usap air mata yang jatuh itu dan memastikan Mas Adi tidak melihatku sedang menangis


*Afwan Akhi....*, kataku dalam hati dan kami pun beriringan pulang mengendarai motor masing2 menuju ke rumah kontrakanku..


***bersambung***


==========



Scene 12 : Tugas Baru (POV Endrix/Rony)


Aku sadar aku sedang bermimpi. Dimimpiku seluruh pandanganku berwarna hitam. Entah apa nama alam ini. Aku sebut saja ini  alam mimpi. Rasanya aku sudah lama tidak datang ke tempat ini pasca kepindahan tubuhku ke Endrix. Kucoba memanggil sosok bertanduk dan memiliki sayap lebar berwajah mengerikan itu, sembari mengungkapkan beberapa uneg2 yang selama ini kutahan


"Blisss.. Keluar!! gw mau bicara...."


Benar saja, tidak beberapa saat kemudian, asap hitam mulai berkumpul menjadi satu. Membentuk sebuah makhluk beetubuh manusia dengan otot2nya yang besar. Berwajah mengerikan dengan taring-tarung yang tajam. Kepakan sayapnya membuat desiran angin kencang yang membuat tubuhku terasa mau terbang. Kali ini kemunculan iblis lebih dramatis. Ada petir2 menyambar pula disekujur tubuhnya. Aku sempat terkesima dengan cara muncul si iblis yang baru ini


"Hahahaha.. Ada apa Rony kau mencariku?"


"Anjirr keren sekali sekarang kemunculan lu. Heheheh", pujiku


"Oiya? Aku saat ini lebih kuat dari sebelumnya. Itu semua berkat kau. Kau semakin membuat akhwat itu rusak. Semakin dia rusak, semakin kuat tubuhku. Hahahahah..."


"Jadi kau akan semakin kuat saat aku merusak gadis alim?"


"Yaa begitulah.. Semakin banyak yang kau rusak, aku akan semakin kuat kaupun kelak akan menjadi tangan kananku yang paling kupercaya. Seiring kuatnya tubuhku, akan kuberikan beberapa ilmu baru kepadamu"


"Lu ada ilmu baru blis? Instal ke gw dong.."


"Enak aja, tidak semudah itu aku memberikan ilmu kepadamu. Tubuhmu harus kuat dulu sebelum aku berikan tambahan ilmuku. Sudah sekarang kau fokus menghancurkan akhwat itu saja"


"Bagaimana cara gw biar bs dapat ilmu baru?"


"Hmmm.. semakin sering kau berikan tubuh akhwat itu ke para lelaki dan buat mereka berzina tentu akan ada reward untukmu. Lalu jika kamu bisa membuat banyak gadis2 alim berjilbab panjang menjadi seperti Rista, semakin besar reward untukmu.. Hahahaha" kata iblis


"Jadi lebih baik aku suruh Rista melayani lelaki selain aku dan teman-temanku?"


"Yaa.. Buat dia menjadi pelacur yang wajib melayani pria2.. Semakin alim pria yang ia goda, semakin besar reward untukmu. Karena kau adalah tuannya", jelas si Iblis


"Begitu ya? Lalu, bagaimana caraku untuk memperdaya akhwat lain? Apakah aku bisa mensugesti mereka?"


"Hehehe.. Itu adalah PR bagimu Rony. Ingatlah sugestimu hanya berlalu saat kau berhasil menyetubuhi seorang wanita dan menumpahkan spermamu ke rahim mereka. Jika belum, sugestimu tidak mempan


*Hmmm agak sulit juga.. Secara gadis2 berkerudung lebar itu sulit sekali didekati*, kataku dalam hati


"Apakah aku bisa merasuki tubuh mereka?", tawarku


"Hahahahah.. Bukannya kau jijik jika harus mengulum batang penis pria? hahahahah.. Mau apa kau merasuki gadis2 itu lagi? Sudah kau konsentrasi saja membuat akhwat bernama Rista itu menjadi akhwat pelacur murahan. Hahahaha...", kata Iblis tiba2 menghilang dengan tiba-tiba menyisakan suara tawanya yang menggema



"Blis gw belum selesai.. Yeeee", kata gw dongkol


***


Siang ini,


Seperti biasa gw, Bobby dan Ithonk sedang duduk santai di sebuah mini market dekat rumah Rista, berharap aja si Cadaran Dewi, mbaknya Rista yang bikin penasaran itu lewat sekitar sini. Dewi adalah target utama gw selanjutnya. Namun Dewi berbeda dengan Rista, Kita belum punya kartu AS gadis bercadar itu. Didekati saja pasti lah sulit.


Sedangkan Rista sudah benar-benar menjadi budak kami. Apa yang kami perintahkan dia wajib melaksanakan. Rista sudah resmi menjadi gadis penghibur bagi gw dan teman2 gw. Sambil merokok, kita sedang menikmati sebuah video masturbasi yang dilakukan akhwat itu tadi malam. Betapa nakalnya akhwat itu memainkan tempiknya sendiri dihadapan kamera. Terlihat dengan jelas sprei ranjangnya telah basah terkena kencing dan cairan lendir tempiknya. Semua itu tak lain karena kemampuan sugesti gw yang sudah merasuk ke akal pikirannya


"Udah jadi lonte bener nih Rista. Tempik sampai nyemprot-nyemprot gitu. Hahahah..", ujar Bobby


"Ndrix, lu ada kepikiran gak buat sedekahin tubuh budak lu ke orang lain?", tanya Ithonk


Pertanyaannya membuat gw terkejut. Karena semalam gw rasanya bermimpi dan terlintas ide gila ini. Cuma gw gak ingat betul mimpi apa pastinya. Gw cuma ingat kalau gw kasih Rista ke lelaki lain, maka gw bisa dapat kekuatan. Lalu kalau gw dapat mangsa akhwat baru, gw juga akan dapat reward yang menguntungkan bagi gw . Kurang lebih begitu isi mimpi yang gw ingat


*siapa yang bakal kasih hadiah ya? Bodoamat lah gw lupa..*, kata gw dalam hati


"Woy Ndrix, malah ngelamun lu*


"Eh apa? sory gw lagi mikir..", jawab gw


"Mikir mesum lu pasti. Hahahah.. Lu ada niat buat sedekahin Tubuh Rista ke orang lain gak? Biar dia makin jadi lonte tuh kalau bisa dipake orang-orang"


"Gimana yaa.. Agak berat sementara ini buat kasih ijin dia ngentot sama orang lain. Cuma kalau nyuruh dia eksib-eksib gw ikhlas mah.. Secara kita juga dapetin tu lonte juga ga mudah", jawab gw


"Ya gapapa kali Ndrix, Biar budak sex itu semakin terbiasa ngentot. Coba lu pikir baik2, betapa menyenangkannya liat akhwat tapi bisa dipake, dan akhwat itu ternyata milik lu. Betapa bangganya lu.. Lu ga usah jual mahal2 tubuhnya. Toh lu juga ga butuh duit, duit di rekening lu bertambah tiap saat. Hehehe .", bujuk Bobby


"Ya gw pikir-pikir lagi deh", kata gw sambil menyulut sebatang rokok kembali sambil menghirup aroma tembakau itu dalam-dalam


"Ok coba lu pikir2 dulu. Sambil nunggu mangsa baru. Hehehe..", kata Bobby


"Mangsa baru? Siapa?", tanya gw


"Gw kepikiran Mbaknya Rista yang cadaran itu. Gmn menurut lu? Lu gak penasaran desahan suara akhwat alim cadaran gitu?", kata Bobby


"Gw juga kepikiran itu sih, cuma belum dalat kesempatan aja kita", jawab gw


Saat sedang asyik ngobrol, sepintas gw melihat seorang wanita bercadar masuk ke dalam mini market. Mata kita langsung tertuju kepada wanita itu. Sosok akhwat mengenakan gamis lebar dan kerudung berwarna pink yang ditutup cadar warna hitam, disampingnya ada seorang pria sedikit gemuk sepertinya dia adalah suaminya.


Pandangan mata gw menangkap pemandangan indah saat kedua pantatnya bergoyang sexy dibalik gamisnya yang tidak ketat saat berjalan. Memang pantat itu tertutup sempurna, namun entah mengapa, gw merasa pantat itu sangat menggoda dibalik gamisnya itu. Bongkahan daging kenyal itu terlihat secara kasat mata bergoyang ke kiri dan ke kanan perlahan saat berjalan. Terbayang betapa bulatnya pantat wanita bercadar itu di balik gamisnya


"Njir.. itu Dewi Mbaknya Rista?", tanya Bobby


"Iya... Bener... Harta karun terpendam..", kata gw sambil tak kuasa berhenti memandangi akhwat bercadar itu yang sudah masuk ke dalam mini market


"Ya udah langsung samperin Yukk... Sambil kita tunjukin kelakuan adiknya. Heheheh..", ajak Ithonk


"Tunggu, jangan begitu. Ga akan ada seninya. Kita taklukan dia dengan cara lain", kata gw


"Gimana caranya?" tanya Bobby dan Ithonk bersamaan


"Belum tau. Belum gw pikirkan", jawab gw


"Anjing lu Ndrix!! Yoweslah.. hahahahah"


Gw lalu ikutan masuk ke mini market. Berpura-pura cari camilan atau minuman di dalam sana. Gw lihat wanita bercadar itu sedang berjalan memilih-milih pembalut, sedangkan suaminya sedang berjalan di rak bagian lain sambil membawa keranjang belanja yang sudah mulai penuh. Gw berpura-pura melihat-lihat barang di rak pembalut sembari diam-diam memandangi Dewi yang masih terlihat bingung mencari pembalut yang dia mau.


Tiba-tiba wanita itu menungging untuk mengambil pembalut yang diletakkan di rak paling bawah, bongkahan pantatnya yang terlihat sexy itu menyembul tepat di depan mata gw. Gw terkesima beberapa saat melihat keindahan pantat itu selama beberapa detik. Walau dibalik gamisnya dia masih memakai celana rangkepan, cetakan pantatnya masih menggiurkan dan menantang. Nikmat sekali rasanya menyelipin kontol diantara bongkahan pantat akhwat cadaran ini sambil ditepuk-tepuk.


Menyadari keberadaan gw yang sedang asyik memandangi pantatnya, Dewi terlihat terkejut dan risih. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Apakah dia memergoki gw yang keasyikan memandangi pantatnya, atau dia sedang berpikir mengapa ada sosok pria bertampang urakan di rak pembalut wanita. Entahlah..


Raut wajahnya begitu menggemaskan dibalik cadarnya. Sinar matanya yang yang teduh dengan sedikit riasan pada mata dan alisnya membuat gw terpana. Walaupun sebagian besar wajahnya ditutup kain dan hanya terlihat bagian matanya saja, tetapi kecantikan akhwat bercadar itu tetap tidak mampu ia sembunyikan. Sepertinya, mata Dewi saja cukup mewakili kecantikan wajahnya secara keseluruhan. Mata gw bahkan secara terang-terangan terus menatap wajah Dewi. Menyadari gw memperhatikan wajahnya, buru-buru Dewi menundukkan pandangan dan pergi meninggalkan gw sambil melangkah cepat dengan tertunduk.


"Sudah bi? ini pembalut ku sudah dapat. Ya Tuhan abi belanja apa aja kok banyak banget... Hemat biii!", kudengar Dewi  terkejut melihat keranjang belanja suaminya yang sudah penuh


"Gak papa mi, biar stok makanan dirumah banyak.. Lagian stok peralatan mandi abi juga habis nih mi. Jadi numpuk deh belanjaannya..", jawab suaminya


"Yasudah ayo ke kasir kalau gitu bi..", ajak Dewi manja sambil bergelayut manja pada lengan suaminya.


Lalu kedua pasangan yang terlihat berbahagia itu berjalan bergandengan menuju kasir. Aku turut mengantri di belakang mereka. Kulihat sesekali suaminya diam-diam mencuri kesempatan memeluk pinggang dan kadang sesekali menyentuh pantat istrinya. Dewi hanya membalas dengan mencubit lengan suaminya diam-diam pula. Sungguh sepasang suami istri yang terlihat begitu mesra dan bahagia.


Suami Dewi terlihat mulai menyerahkan satu persatu barang belanjaan mereka ke Mbak kasir yang selalu melayani customer dengan senyum. Karena jika cemberut sepertinya akan didenda sama pemilik mini market ini.


"Totalnya 547.500..", kata Mbak kasir sumringah


Wajah suaminya terlihat terkejut mendengar total belanjanya yang mencapai angka 500ribuan. Lalu dengan gemetaran suami Dewi menyerahkan sebuah kartu debet ke Mbak kasir. Mbak kasir mulai menggesek kartu tersebut ke mesin EDC, memasukkan angka dan Suami Dewi mulai menekan password, namun gagal. Mesin tidak mampu memproses total belanja Dewi dan suaminya. Beberapa kali Mbak kasir mengulangi memasukkan dan mencabut kartu itu ke mesin EDC, namun sayang sepertinya kartu tersebut gagal terbaca kembali


"Maaf pak apa ada kartu yang lain? kartu bapak tidak bisa terbaca sepertinya ada masalah..", kata Mbak kasir ramah


"Ah.. masak sih? seingat saya kemarin bisa mbak..", kata suami Dewi membela diri


"Iya pak, maaf.. Sudah saya coba beberapa kali tetapi tidak bisa. Apa ada kartu yang lain pak?", tanya Mbak kasir itu lagi


"Engg.. enggak ada mbak.. Gimana ya.. Ummi bawa uang ngga? Nanti abi ganti..", kata suami Dewi kepada istrinya yang terlihat mulai gelisah menahan malu


"Ngga ada bii.. Bulan ini saja abi belum terima nafkah dari abi..", jawab Dewi mengecilkan volume suaranya.


"Errrr....", Suami Dewi juga tampaknya mulai bingung harus bagaimana


"Saya aja yang bayar", kata gw tiba-tiba mengejutkan sepasang suami istri itu hingga menoleh ke arah gw dibelakang mereka


Dewi lalu menundukkan pandangan menyadari gw yang tadi terang-terangan memandangi wajahnya yang cantik bercadar itu hingga membuatnya salah tingkah


"Saya aja yang bayar mbak..", kata gw sok jadi pahlawan sambil menyerahkan kartu debet unlimited gw


"Ehh.. Jangan mas....", kata suami Dewi tidak enak, walau gw tau kata "jangan"nya itu hanya basa basi


"Udah gapapa mas. Ini mbak nitip barang saya dibayar sekalian aja", kata gw sambil melempar pembalut itu, entah mengapa gw jadi bawa pembalut ke kasir


"Waduh.. saya jadi ga enak mas.. Kan belum kenal sudah punya hutang..", kata suami Dewi, sedangkan kulirik Dewi masih tertunduk malu-malu menyembunyikan matanya yang indah


"Udah gpp mas santai aja", kata gw


*Bayarnya pakai tubuh bini lu aja ntar. lumayan harganya 500ribuan bini lu. Hehehe*, kata gw dalam hati


"Saya boleh minta kontaknya mas? Nanti saya bayar hutangnya", kata suami Dewi sambil mengambil handphonenya


"Oh boleh.. 08xxxxxxxxxxxx", kata gw selangkah lebih maju karena akhirnya gw punya kontak suami Dewi


Lalu suami Dewi menelpon nomor gw dan meminta gw menyimpan nomornya yang sudah ada pada hp gw


"Disimpen dulu mas. Nama saya Eko, kalau Mas siapa namanya? Biar saya simpan nomornya", kata suami Dewi ramah


"Ok saya simpan nomornya.. Nama saya Endrix", kata gw sambil kasih nama pria ini dengan nama "Eko (suami lonte bercadar)" di kontak handphone gw biar gw gak lupa karena nama Eko dikontak gw cukup banyak.


"Segera saya hubungi Mas Endrix buat lunasi hutang saya", kata Eko sambil menyalami tangan gw lalu berpamitan


"Afwan merepotkan..", kata Dewi menganggukkan kepalanya kepada gw, memandang wajah gw beberapa detik sebelum kembali menunduk dan mengikuti langkah suaminya sambil berjalan dibelakangnya


Akhirnya dua insan suami istri itu pamitan dan meninggalkan mini market. Gw pun kembali ke tempat Bobby dan Ithonk nongkrong. Satu langkah ke depan, akhirnya gw punya kontak handphone suaminya. Tinggal sedikit tipudaya gw bisa mendapatkan apa yang gw mau.


"Dear Iblis, beri aku kekuatan agar bisa membuat tipu daya.", kata gw dalam pikiran gw. Gw sendiri jg bingung mengapa gw malah minta kekuatan ke iblis


"Anjirrr lu balik2 bukannya bawa Dewi malah bawa pembalut. Sableng lu. Hahahaha", kata Bobby terheran melihat gw yang balik-balik malah ngasih pembalut


"Anjing ngapa gw malah beli pembalut", kata gw juga ikutan bingung


"Kalau pembalut bekas tempik gadis cadaran itu gapapa gw terima. Hahahah.. Lumayan buat ngelap peju gw setelah coli", kata Ithonk mesum disambut tawa kami


***


*jedag jedug jedag jedug*, suara bass House Music yang menggelegar


Ruang tamu gw terdengar berisik karena dentuman Bass House Music yang memekakkan telinga. Didepan kita, sudah ada sosok akhwat yang hanya mengenakan Kerudung panjang, berjoget telanjang meliuk-liukkan tubuhnya


Ya, tentu daja akhwat itu adalah Rista. Akhwat berkerudung syari yang sudah menjadi budak sex gw. Goyangan Rista masih sangat kaku, pinggulnya hanya bergerak ke kiri dan kekanan sebisanya sambil sekekali tangannya meremas kedua gunung kembarnya sendiri. Wajahnya terlihat memerah menahan malu. Matanya yang berhiaskan tahi lalat itu memandang malu-malu ke arah kami para tuannya


"Goyang yang bener lu Ris.. Lu mau jadi Lonte Pro Player gak??", Kata Ithonk sambil menenggak minuman keras memandangi tarian erotis akhwat berkerudung syari itu


"Eehhh.. Iya tuannnn..", jawab Rista


"Yaudah sekarang lu harus belajar ikhlas, goyangkan tubuh indah lu semaksimal mungkin. Buang rasa malu lu. Pikiran lu cuma satu, muasin pria pakai keindahan tubuh lu! Udah itu aja tips dari gw.", kata Bobby sambil mengocok batang kontolnya memandangi budak akhwat gw ini berjoget mengikuti irama musik


"Iya Tuan...", kata Rista masih tersipu sambil terus mencoba menggoyangkan tubuh telanjangnya


Gw maklumi gadis ini sebenarnya memang gadis alim dan baik-baik. Jadi memang butuh waktu membinalkan gadis seperti ini. Tapi gw menikmati sikapnya yang malu-malu itu. Itulah nilai jual akhwat bernama lengkap Rista Amelia Jihan ini, sosok akhwat alim, pintar, dan gadis baik2 yang akan menuruti apapun perintah tuannya. Dengan dia bersikap malu-malu maka kesan akhwatnya masih kental dan menjadikan ciri khas baginya. Berbeda dengan para lonte penari striptease di club malam gw yang emang binal dari sononya.


"Af.. afwan.. Tuannn tuan.. Ssshhhh.. Saya kebelet pipis.. Ngga kuat nahan lagi..", kata Rista sambil mendesis tiba2 kepada kita


Oiya sedari tadi memang lubang kelaminnya masih tertancap oleh batang dildo berwarna hitam sepanjang 25 cm. Mainan itu terus mengebor lubang kelaminnya hingga cairan tempik akhwat itu tercecer-cecer dilantai membasahi keramik marmer ruang tamu gw


"Lu mau pipis?", tanya gw


"I.. iya.. Tuann... Aahhhh....", desah Rista semakin terperangkap dalam birahinya


"Yaudah.. Nih, buat nampung kencing lu...", kata gw sambil menyerahkan botol miras yang sudah kosong


"A.. Ana kencing disini?", tanya Rista tidak percaya, gw memperlakukan gadis itu dengan rendah


"Ya..", jawab gw mantap


"Ba.. baik tuannn..", kata Rista sambil mulai berjongkok melepaskan dildo yang tertancap dalam lubang tempiknya


Wajah gadis itu mulai memerah memejamkan mata menahan malu yang amat sangat, mungkin ini pertama kalinya dia akan kencing dihadapan pria, dan hanya diwadahi botol bekas miras pula. Terlihat dia menggigit bibir bawahnya sambil mulai mengeden menahan nafas. Pelan tapi pasti, cairan bening kekuningan mulai keluar dari lubang kecil pada alat kelaminnya. Semburan pertama meleset, kencing Rista semburat kemana-mana. Pelan-pelan ia coba mengatur tekanan air kencingnya agar bisa tepat masuk ke dalam lubang botol miras.


Wajah Rista terlihat lega saat cairan yang daritadi ia tahan itu akhirnya bisa ia keluarkan. Semakin lama botol miras kosong itu semakin terisi penuh oleh kencing akhwat cantik berkulit putih itu. Rupanya cairan kencingnya begitu banyak sehingga tidak mampu tertampung sepenuhnya pada botol. Cairan kencing akhwat cantik itu bahkan mulai tumpah membasahi keramik marmer rumah gw karena tidak mampu tertampung dalam botol.


"Anjing.. gw bilang pipis di botol malah pipis sembarangan lu", kata gw kesal karena rumah gw jadi pesing akibat aroma kencing Rista yang menggenangi keramik rumah gw


Entah mengapa gadis alim ini kencing begitu banyak. Apakah karena memang suhu ruangan yang gw setel paling dingin, ataukah gadis ini memang lagi sange. Atau kah keduanya. Yang jelas gw jadi punya ide untuk menghukum akhwat alim ini


"Af..afwann.. tuannn.. Tidak muat botolnya....", Kata Rista ketakutan sambil terus terkencing-kencing semakin banyak


"Hahaha.. Anjingg lu Ris.. pipis sembarangan kayak anjing lu", kata Bobby sambil mendekati Rista sambil melucuti celananya hingga terlepas


Kontol Bobby bergelantungan berjalan ke arah Rista. Lalu dengan kasar Bobby menjambak kerudung Rista hingga kepalanya terdongak. Dalam sekali dorongan saja kepala Rista sudah dipaksa melumat kontol kawan baik gw itu, bibir Rista sudah mengulum batang kontol Bobby. Rista menciumi kontol Bobby sambil tempiknya terus mengeluarkan air kencing. Bobby terus mendorong kepala Rista dengan kasar agar Rista mendeepthroat batang kontol panjang Bobby seutuhnya.


Rista terlihat kelabakan saat rongga mulutnya menampung seluruh kontol Bobby. Gw lihat tempik Rista mulai berhenti meneteskan air kencing. Sepertinya ia sudah menuntaskan hajat kecilnya. Bobby semakin menjadi-jadi menghentak-hentakkan kepala Rista ke batang kontolnya, Rista terlihat sedikit menitikkan air mata, entah karena sedih memikirkan nasibnya. Atau karena kehabisan nafas tak kuasa menerima batang besar Bobby ke mulutnya


"Aarrrggghhhh...", pekik Bobby tiba-tiba sambil mencabut kontolnya dari mulut gadis berkerudung lebar itu


*crot crot crot crot* semburan-semburan peju Bobby menembak ke arah wajah putih mulus Rista beberapa kali.


Wajah cantik Rista mulai belepotan peju Bobby. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, pipinya yang merona merah menjadi landasan sempurna bagi Bobby untuk menumpahkan seluruh maninya. Ia sama sekali tak sungkan-sungkan menyemburkan seluruh pejunya ke wajah akhwat itu


"Cantik bener muka lu belepotan peju.. Dasar lonte anjing!! Awas lu kalau lu bersihin peju gw dari muka lu", kata Bobby sambil menampar2 wajah Rista dengan batang kontolnya, sambil memastikan tidak ada lagi sisa peju yang keluar dari kontolnya


"I..Iya Tuann.. Tidak akan ana bersihkan sperma tuan..", jawab Rista pasrah wajahnya tertempel cairan lengket beraroma anyir itu


"Kalau sudah, tutup botol itu, lalu bersihkan kencing lu yang berceceran di lantai itu", perintah gw sambil menunjuk genangan kencing Rista yang membanjiri lantai gw


"Hah? pa.. pakai apa tuannn...", kata Rista


"Terserah pakai apapun barang yang lu punya, tapi jangan pakai barang rumah gw sedikit pun", kata Gw


Terlihat Rista mulai kebingungan mencari sesuatu. Sempat dipandangnya gamisnya yang berceceran di pintu masuk rumah gw. Karena ketika ia tiba tadi gw langsung minta ia menanggalkan seluruh pakaiannya kecuali kerudung lebarnya. Namun sepertinya ia urungkan tidak jadi memakai gamisnya sendiri untuk membersihkan kencingnya. Sepertinya ia berpikir bisa repot kalau gamis itu sampai kotor karena gamis itu adalah pakaian satu-satunya.


Lalu gw terkejut Rista mulai melucuti kerudungnya, satu-satunya kain yang ada pada tubuhnya untuk membersihkan cairan kencingnya sendiri. Ia lalu menunggingkan tubuhnya dan mulai membersihkan ceceran kencingnya pelan-pelan dengan membuat kain lebar itu sebagai kain lap. Pantatnya yang putih mulus bergoyang-goyang menungging sambil terus mengelap air kencing dengan kerudung yang ia pakai.


Setelah beberapa saat Rista mengelap lantai rumah gw, akhirnya lantai rumah gw benar-benar bersih dari ceceran kencing akhwat itu. Hanya saja aroma pesingnya masih ada. Kain lebar yang biasa ia kenakan pada kepalanya itu sudah benar-benar basah oleh air pipisnya yang beraroma pesing menyengat.


"Kenapa lu pakai kerudung lu buat bersihin?", tanya gw penasaran


"Anaa.. bingung mau pakai apa.. tuann..", jawab Rista masih tertunduk, sisa sperma Bobby sudah mulai mengering di wajahnya


"Yasudah sekarang lu buang kain itu, baunya sangat menjijikkan. Heheheh..", kata  gw


"Baik tuann..", jawab Rista dan mulai ia buang kain pesing itu ke dalam tempat sampah rumah gw


Tubuh akhwat itu sudah telanjang bulat tanpa kain sedikit pun, rambutnya yang sebahu sedikit bergelombang dibiarkan jatuh terurai tanpa ikatan. Ithonk langsung menarik tubuh Rista ke sofa. Entah sejak kapan kawan gw yang bertubuh big size itu sudah telanjang bulat. Dibukanya lebar kedua kaki akhwat yang putih mulus tanpa luka sedikit pun itu lebar-lebar. Menampakkan tempiknya yang berwarna cokelat muda sedikit berbulu dan berwarna pink pada bagian dalamnya. Tempik itu sudah terbuka, dan terlihat lezat siap untuk dinikmati


*juh juh juh juh juh*


Diludahinya lubang tempik Rista beberapa kali oleh Ithonk hingga air liurnya melumasi alat kelamin gadis itu. Ithonk mulai mengarahkan kontolnya yang pendek gemuk dan gadis itu mulai sedikit meronta


"Aaahhhhhh...", desahan Rista begitu merdu saat penis itu mulai membelah memeknya yang sudah terbuka dari tadi


"Anjing lu pakai meronta segala.. Lu itu lonte anjinggg ga usah sok jual mahal... Arrrgghh..", kata Ithonk sambil menyetubuhi Rista dengan kasar


Pantat hitam Ithonk yang berlemak dan penuh dengan selulit mulai maju mundur menyodok2 alat kelamin akhwat berwajah cantik berkulit putih bersih itu. Tampak jelas sekali kontras warna tubuh mereka berdua. Ithonk terus menyetubuhi Rista dengan tempo sedang, sepertinya Ia masih ingin menikmati hangatnya lubang tempik akhwat itu dan tidak ingin buru-buru menyudahinya


*jleb jleb jleb jleb*


"Aaahhh.. Ouuuuhhh... Aaahhh ..", desahan Rista begitu sexy terdengar samar diantara bersiknya suara musik dangdut yang kali ini gw putar


*cling cling cling* suara WA pada handphone gw


"Mas Endrix, maaf mas saya belum bisa bayar hutangnya.. Rupanya saldo di rekening saya sudah tinggal 200ribu mas..", kata Eko suami Dewi


"Oh ya gapapa mas", jawab gw


"Kalau boleh saya mau pinjam lagi boleh mas? Maaf ada kebutuhan mendesak..", kata Eko lagi membuat gw terkejut


Mudah sekali orang ini mau pinjam duit. Emang dia bisa bayarnya apa. Tentunya gw tidak masalah meminjamkan duit gw karena gw juga ada perlu dengan istrinya. Gw jadi ingat adegan film porno jepang yang menceritakan suami tidak bisa melunasi hutang lalu merelakan istrinya sebagai alat pembayaran hutangnya.


*Hehehe.. bisa juga nih ide gw pakai* kata gw dalam hati


"Boleh aja mas. Kebetulan saya juga bingung ngabisin uang direkening saya. Hehehe..", kata gw sombong


"Makasih banyak mas Endrix. Ini rekening saya.. Mas boleh pinjami saya beberapa pun. Saya lagi butuh mas untuk menghidupi istri saya..", kata Eko mengiba


"Ok", jawab gw mantab


Lalu gw mulai mentransfer sebesar Rp 20juta kepada lelaki itu. Sengaja gw besarkan pinjaman gw agar dia bingung bayarnya. Setelah selesai, gw kirim bukti transfer ke suami pecundang itu


"Banyak sekali mas.. Makasih banyak ya mas.. Segera saya kembalikan kalau ada rejeki lebih", kata Eko


"Udah bawa dulu aja mas. Uang itu gak seberapa kok.. Nganggur ditabungan saya", jawab gw dengan penuh kesombongan


"Iya mas terima kasih..", kata Eko


"Iya Mas, salam buat istrimu", iseng gw ketik kata itu


Eko mulai menulis sesuatu, tetapi lama sekali tidak ia kirim. Sepertinya ia bingung mengatur jawaban dari kata-kata gw barusan. Kudongak pandangan gw ke depan menonton Rista yang sedang melayani kawan gw. Rupanya bobby sudah turut serta mengerjai adik ipar Eko itu. Tubuh Rista sedang digerayangi oleh Bobby dan mereka berciuman dengan begitu panas. Sedangkan Ithonk masih terus menyetubuhi lubang tempik Rista yang becek tak habis-habis itu


"Hmpphh.. Tuannnn... Ssshhhh", terlihat air liur mereka berdua membentuk seperti benang yang memanjang saling menempel saat bibir mereka berhenti berciuman


Lalu Bobby kembali melumat bibir tipis Rista penuh nafsu. Bahkan kali ini Rista lah yang terlihat penuh nafsu menjilati lidah Bobby yang ia biarkan terjulur. Rista dengan nakal mulai mengecup dan mengulum lidah Bobby dengan bibirnya, sedangkan tangan Bobby masih terus memilin puting susu akhwat itu tanpa henti


*ceplok ceplok ceplok ceplok* suara tempik Rista yang terusbditumbuk kontol gemuk Bobby


"Aahhh anjing tempik lu enak anjinggg...", Kata Ithonk terus menyetubuhi Rista


Lalu kualihkan pandanganku ke layar handphoneku. Rupanya Eko sudah membalas pesan WA


"Maksud mas titip salam untuk istri saya?"


"Iya salam untuk istrimu yang bercadar itu", jawabku menggoda pria itu melihat responnya


"Iya mas, nanti saya sampaikan salam dari Mas Endrix untuk istri saya..", jawab Eko dari pesan WAnya


"Mampus lu.. Kesel kan lu.. Tp lu punya utang ama gw jadi lu ga bisa berbuat apa2. Hahahah..."


***


Suasana sudah gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30, waktu yang sangat terlambat bagi Rista untuk pulang ke rumah. Karena biasanya ia pulang setelah magrib. Namun sepertinya hari ini ia harus lembur. Terlihat akhwat itu kelelahan dengan rambutnya yang sudah acak-acakan. Ia tertidur ngos-ngosan diapit oleh Bobby dan Ithonk. Dari lubang tempiknya berceceran cairan putih kental, setelah dipakai bergantian oleh Bobby dan Ithonk lubang kelamin itu tanpa henti. Kedua kawan gw pun tertidur pulas memeluk tubuh telanjang Rista


Seharian ini gw sama sekali tidak setubuhi tubuh Rista. Karena gw sengaja menyimpan kesangean gw untuk Dewi yang cadaran itu. Biarkan imajinasi gw memainkan apa yang harus gw lakuin agar Dewi bisa menjadi milik gw. Jadi untuk hari, gw biarkan kawan-kawan gw yang seharian ini yang pakai tubuh budak sex gw.


*krucuk krucuk krucuk Kukuruyukk*, terdengar suara dari perut Ithonk


Mereka bertiga lalu terbangun setelah mendengar bunyi perut Ithonk yang menggelegar membangunkan tidur mereka


"Anjing suara petir apa itu?", kata Bobby


"Suara perut gw anjing. Gw lapar!!", jawab Ithonk


Rista terlihat tersenyum simpul memandangi tingkah kedua pria itu. Sepertinya ia mulai terbiasa dengan kami bertiga, Ia sudah tidak malu2 lagi dan sama sekali tidak berusaha menutup auratnya yang sudah biasa ia buka di ruangan ini.


"Ris, beliin makan dong.. Nasi Goreng Mas Tono didepan pos kamling disana enak", perintah Ithonk tiba-tiba sambil menunjuk ke arah timur


"Hah.. kok ana..? Ana mau pamit pulang ", jawab Rista


"Kata siapa lu boleh pulang sekarang?", kata Ithonk lagi


"Iya Ris, lu belikan kita makan dulu baru lu boleh pulang..", kata Bobby


Terlihat budak sex gw memandang ke arah gw seolah menunggu perintah resmi dari gw karena gw lah tuannya yang paling utama. Kawan-kawan gw cengengesan menunggu perintah gw


"Iya lu boleh pulang setelah belikan kita nasi goreng", jawab gw disambut jempol oleh kedua kawan gw


"Ta.. Tapi tuan.. Kerudung ana sudah ana buang..", kata Rista manja mencari alasan


"Ya salah sendiri lu jadikan lap..", jawab gw bodoamat


"Udah lu gak usah pakai kerudung sekali-kali.. Ingat beli 4 ya, kalau lu ga mau jatah lu bisa gw makan. Heheheheh..", kata Ithonk kesal karena perutnya semakin lapar


Rista lalu berjalan pasrah menuju gamisnya yang berserakan. Ia lalu mulai memnungut dan mengenakan kembali gamisnya menutup aurat tubuhnya, tentunya tanpa daleman sama sekali. Hanya gamis yang menutup tubuh telanjangnya. Dibiarkan rambut2nya tergerai tanpa kerudung untuk malam ini saja, demi melaksanakan perintah tuan-tuannya. Lalu ia sisir rambut sebahunya  yang sedikit bergelombang dengan jemari lentiknya dan memastikan rambutnya sudah tidak acak-acakan lagi. Diambilnya dompat dari dalam tasnya. Wajahnya terlihat kecewa setelah memandang isi dompetnya


"Uang ana.. tinggal 20ribu tuan.. Sepertinya hanya cukup untuk sebungkus nasi goreng", kata Rista


"Sapa suruh lu beli pakai duit lu? Lu kan bisa Barter sama Mas Tono penjual nasgor itu", Kata gw tiba2 tercetus ide gila


"Barter?"


"Iya barter nasi goreng ama tubuh lu. Hahahahah"


"Hah? Tu..an.. Jangannnnn... ana tidak bisa", Rista mulai menolak


"Semua perkataan gw adalah kewajiban buat lu. Paham?", kata gw


"Tapi ana.. tidak bisa dengan pria lain...", kata Rista


"Jadi lu maunya cuma sama kita bertiga?", imbuh Bobby


"...", Rista tidak mampu menjawab


"Lu mau patuh apa gw panggil seluruh penjual nasgor dikampung buat gilir tubuh lu?", ancam gw


"Eehhh. Ja.. jangan.. Tuaann.. Baik.. saya bersedia", jawab akhwat itu ketakutan


"Ok kita anter lu ke Nasgor Mas Tono dekat pos kamling itu. Entar lu malah kabur lagi kalau berangkat sendiri", kata Bobby mulai mengenakan pakaian diikuti oleh Ithonk


"Ngga tuan.. Ana tidak berani kabur..", kata Rista


"Udah gapapa kita antar, sekalian kita mau lihat lu nawarin tubuh lu ke Mas Tono

 Hehehe", jawab Bobby


Akhirnya kami berempat memutuskan naik mobil mengantarkan Rista menuju Mas Tono, penjual nasi goreng yang terletak di pos kamling pemukiman gw. Kurang lebih 1,5 KM dari rumah gw. Bobby dan Ithonk di depan sedangkan gw dan Rista dibelakang. Tak lupa di gamis Rista kita pasang microphone agar bisa kita dengar percekapan gadis ini nanti dengan Mas Tono si penjual nasi goreng. Selama perjalanan, gw gerayangi tubuh Rista, gw ciumi bibirnya penuh nafsu. Membayangkan sesaat lagi gw lihat budak sex gw pertama kalinya memuaskan lelaki lain diluar gw dan kawan-kawan gw, membuat gw sange berat.


"Inget lu itu lonte. Jadi tawarkan tubuh lu semaksimal mungkin agar para lelaki berminat sama tubuh lu! Anggap lu lagi jualan.. Jual diri..", kata gw mensugesti kembali pikiran gadis itu dan kembali gw ciumi bibir tipisnya


*sluruppp sluruupppp Ssshhhhhh* gw ciumi bibir tipis Rista penuh nafsu sambil tangan gw meremas tetek empuknya yang terbungkus dibalik gamisnya


"Udah udah, udah sampek Ndrix", kata Bobby lalu membuat gw menyudahi merangsang Rista


"Ana takut tuan..", kata Rista merajuk tidak berani keluar dari mobi


"Udah ga usah banyak bacot. Lu tinggal tawarin tubuh lu ke Mas Tono. Simple. Tenang kita juga tau dia suka nonton bokep kok kalau lagi gak ada yang beli. Jadi dia pasti mau pake tubuh lu. Heheheh", kata Ithonk


"Ta.. tapi...", jawab Rista masih kebingungan


"Udah ayo keluar dari mobil!!! Awas lu kalau sampai misi ini gagal!!", ancam gw sambil mendorong gadis itu keluar dari mobil gw


Akhirnya Rista keluar dari mobil. Ia mulai menoleh ke kiri dan kanan memastikan suasana aman. Sepertinya ia masih kikuk karena tidak biasa keluar rumah tanpa kerudung. Lalu gadis itu mulai menyebrang jalan berjalan mendekati rombong Mas Tono. Suasana disana lumayan ramai, ada 2 motor yang mengantri yang terdiri seorang bapak-bapak dan sepasang cowok cewek yang sepertinya mereka sedang berpacaran. Terlihat para lelaki disana langsung menengok dengan kehadiran Rista yang berjalan malu-malu.


Memang disuasana yang remang-remang ini, kulit tubuh Rista yang putih terlihat begitu menarik perhatian sehingga reflek pandangan mata langsung tertuju ke arah "cahaya" gadis itu. Dipandangi seperti itu Rista semakin tertunduk malu. Kecantikan wajahnya kali ini dibiarkan terbuka tanpa kerudung yang biasa menghiasi kepalanya, membiarkan rambut sebahunya tergerai begitu saja.


"Ya Mbak pesan apa?", tanya Mas Tono Ramah sambil tangannya cekatan memainkan spatula pada wajan mengaduk-aduk nasi goreng yang sedang ia masak


"Na.. Nasi goreng 4 mas..", jawab Rista terbata karena wajahnya masih menjadi target tatapan2 tajam para lelaki disana.


Mas Tono terlihat belum memandang wajah akhwat budak sex gw itu, karena saat ini matanya sedang fokus tertuju pada nasi goreng yang sedang ia masak.


"Ih matanya jelalatan yaaa", tiba2 terdengar suara wanita dari microphone Rista


Rupanya asal suara berasal dari pembeli nasi goreng sejoli tadi. Si wanita nampaknya protes cemburu karena si cowok terus memandangi  wajah Rista yang terus tertunduk malu-malu.


"Maaf... Nggak lah Yankkkk.. Jangan cemburu lah...", jawab si cowok ngeles


"Au ah... Nyebelin kamu yank", protes si wanita


Rista hanya memandangi sejenak kedua sejoli itu lalu kembali menundukkan pandangan. Sepertinya hatinya sedang gundah gulana. Satu sisi ia ingin tidak menjalankan perintah gw, di satu sisi yang lain dia harus menjalankan perintah gw dan kebingungan bagaimana cara memulai menawarkan tubuhnya ke Mas Tono si penjual nasi goreng


Setelah 10 menit menunggu, sepasang sejoli itu sudah pergi. Tinggalah Rista dengan 2 orang lelaki yaitu Mas Tono, dan bapak pembeli nasi goreng.


"Eh..", terdengar Mas Tono terkejut setelah memandangi wajah cantik Rista, karena sedari tadi ia sibuk dengan nasi gorengnya sehingga tidak menyadari betapa cantiknya calon pembelinya kali inj


Tahi lalat di dekat matanya membuat wajah cantik Rista lebih memiliki ciri khas. elain hidungnya yang bangir dengan bibirnya yang tipis menggemaskan. Beberapa detik Mas Tono terpana memandangi wajah Rista sampai bapak pembeli disampingnya menepuk Mas Tono menyadarkannya dari lamunan kotornya.


"Errr.. Pedas apa ngga Mbak nasi gorengnya?"


"Ojo pedes2 Mas.. sakno mbak'e, mencret2 engkok" (jangan pedes2 mas, kasian mbaknya, mencret-mencret nanti), kata Bapak pembeli ikut berkomentar


"I.. Iya pak.. Sedang aja jangan pedes2", jawab Rista ragu-ragu


Mas Tono lalu mulai memasak, sepertinya pesanan Rista digoreng bersamaan dengan punya Bapak pembeli itu. Mata bapak pembeli mulai jelalatan memandangi tubuh Rista. Entahlah apakah bapak itu menyadari Rista disana berdiri tanpa mengenakan BH ataukah ada pikiran-pikiran nakal lain yang terlintas di dalam otaknya. Memang sepintas tetek Rista sedikit tercetak di balik gamisnya, apalagi ketika dia berjalan tetek indah itu ikut terguncang seirama dengan langkah kakinya


Tanpa terasa Mas Tono sudah selesai memasak dan mulai membungkus nasi goreng pesanan budak sex gw itu.


"Totalnya 48 ribu", kata Mas Tono sambil terus membungkus


"Errrr.... I.. iya...", Rista terlihat kebingungan


Akhwat itu mulai merogoh saku gamisnya dan seperti berpura-pura mencari uang. Tentu saja tidak ada uang di saku gamisnya karena itu hanyalah aktingnya saja. Terlihat Mas Tono dan bapak pembeli satunya melihat ke arah Rista sambil kebingungan.


"Hmmm.. Mas... Maaf.. Errr... Sepertinya uang saya.. jatuh...", kata Rista terbata-bata


"Oalah yasudah mbak gakpapa, kapan2 aja waktu beli kesini lagi baru dibayar", kata Mas Tono ramah sambil mulai membersihkan wajan.


Tentu saja pria polos itu tidak tahu rencana Rista yang akan menukar tubuhnya dengan 4 porsi nasi goreng. Gw lihat dari belakang kaki Rista sedikit gemetaran. Kedua kakinya gelisah dan terus bergerak-gerak.


"Ja.. Jangan.. mass....", kata Rista


"Ayo Mas, mie gorengku ojok lali", kata bapak pembeli (Ayo Mas, mie gorengku jangan lupa)


Bapak pembeli itu semakin kesal karena pesanan mie gorengnya tidak segera dimasak oleh Mas Tono karena Rista yang terlalu lama bernegosiasi.


"Udah gapapa mbak, bayar kapan-kapan saja", kata Mas Tono sambil mulai memanaskan minyak bermakud memasak mie goreng pesanan bapak pembeli disamping Rista


Rista menoleh ke arah gw, gw kasih instruksi agar Rista harus berani menawarkan tubuhnya sebagai transaksi jual beli ini. Dia menunjuk ke arah bapak pembeli yang "mengganggu", tapi gw tetap minta dia jalankan misi sesuai rencana awal. Kalau perlu bapak pembeli itu juga ketibanan rejeki nomplok. Wajahnya lemas karena gw tetap bersikeras misi ini harus berhasil dengan baik


"Ma.. Mass.. Kalau saya bayar tidak dengan uang bo.. boleehh?", kata Rista tiba-tiba mengejutkan Mas Tono dan bapak pembeli


"Hah? maksud mbak??", Mas Tono sampai bingung menghentikannya mengaduk mie goreng sejenak


"Ya.. saya.. bersedia.. lakuin.. apa aja... permintaan mas..", kata Rista terbata-bata dengan pipinya yang semakin bersemu merah


"Ah mbak ini bercanda aja. Udah gapapa, dibayar besok besok aja..", kata Mas Tono masih tidak percaya


Tetapi bapak pembeli itu rupanya sedikit tergoda, ia pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas dengan penawaran menarik itu. Sepertinya bapak itu cukup pengalaman dalam memahami situasi. ia berbisik-bisik ke Mas Tono. Mas Tono terlihat sempat terkejut dan mulai mengangguk-angguk sambil tersenyum


"Gi.. gimana mas.. saya boleh bayar selain dengan uang.. saya ngga mau ada hutang ke masnya..", kata Rista kembali


"Ya.. Yakin mbaknya mau melakukan apapun? Jadi saya yang tentuin harganya ya. Heheheh..", kata Mas Tono mulai tersenyum mesum


"Yakin mas.. I.. iya bol.. boleh mas...", jawab Rista pasrah


"Tadi mbaknya pesan nasi goreng 4 kan. Jadi saya punya 4 permintaan ke Mbaknya:1. Untuk nasi goreng pertama saya minta mbaknya lepas semua baju mbak dan masuk ke dalam pos kamling belakang,


2. untuk nasi goreng kedua, saya minta Mbaknya ngijinin bapak pelanggan setia saya ini gerayangi tubuh mbak,


3. Untuk nasi goreng ketiga, Mbak harus sepong kontol pelanggan setia saya ini sampai crot


4. Untuk nasi goreng keempat saya minta besok pagi jam 6, mbak sudah ada dikost2an saya. Saya minta Mbak menjadi istri saya selama satu hari


Gimana mbak bersedia?", tanya penjual Mas Tono penuh kemenangan


Rista kembali menoleh kearah gw dengan ketakutan. Pandangan matanya yang sayu menampakkan rasa getir yang teramat sangat. Ia meminta persetujuan dari gw dan berharap gw mengurungkan niat gw menawarkannya ke pria lain. Tentu saja gw terima usul nakal dan luar biasa dari Mas Tono itu dengan senang hati dan suka cita. Gw berikan tanda 2 jempol ke arah Rista tanda gw setuju dengan syarat2 Mas Tono si penjual nasi goreng. Rista hanya bisa mengangguk pasrah menyadari takdirnya yang begitu murah. Tubuhnya setara dengan 4 bungkus nasi goreng


"I.. iya mas.. saya bersedia...", jawab Rista pasrah sambil berjalan masuk ke dalam pos kamling


"Aku dhisikan yo Mas. Kon masak seng enak ae gawe aku. Hahahah.. Tak test sek arek wedok iki, layak po ora dadi bojomu mene", (Aku duluan ya mas. Kamu masak yang enak aja buat aku. Hahahah.. Aku test dulu cewek ini layak ngga jadi istrimu besok) kata bapak itu sambil menyusul Rista masuk ke dalam Pos kamling


Sayangnya gw tidak bisa melihat kejadian di dalam pos kamling itu karena pintu ditutup rapat. Tapi gw yakin bapak itu akan memperlakukan Rista dengan baik karena besok Rista masih harus menjadi istri Mas Tono sehari. Akhirnya gw cuma bisa mendengar percakapan mereka samar dari microphone yang terpasamg lada gamis Rista.


"Lepas bajumu cantik..", gw dengar suara bapak pembeli nasgor dari microphone Rista


"Iya pak...", kata Rista, sepertinya ia mulai melucuti pakaiannya sendiri


"Anjirrr lonte emang ya kamu.. ga pake BH sama sempak.. Gatal ya tempikmu? Memang berharap dientot ya kamu??"


"Aaahhhh.. Bapak.. Ssshhh... Ngga pak..."


"Alaahh.. Sejak awal saya udah curiga kok tetek mbaknya goyang-goyang kayak gak pake.. Ternyata beneran.. Sange ya mbak??"


"Aahhhh.. pak.... "


"Susumu bagus mbak.. Bulet kenceng empuk pentilnya pink.. Beda sama susu istri saya yang mulai kendor dan pentilnya item. Hahahah.."


"Aahhhhh... Pelan2 pak... Sshhh.."


"Mana bisa pelan bapak mainin tetek seindah ini sayang..."


"Ooohhh pakkkk..."


"Gatel nih tempik kamu pasti. Sini saya kocok memekmu lonte!!!"


"Aduhh aduuuuhhh pak...... Ssshh.."


"Jancuk.. belum apa2 udah becek tempikmu mbak.. Dasar pecun... Ayo berlutut, kulum kontol saya"


Lalu yang terdengar hanya suara "cepok-cepok" basah sepertinya berasal dari bibir Rista yang mulai menjilati dan mengulum kontol bapak itu


"Teruss.. Yang semangat dong kulumnya!!!", terdengar perintah bapak itu dari microphone


"Eeehh.. Iya pakkk... Hmmmpphhh..", jawab Rista sambil terhenti sepertinya mulai mengelum kontol bapak gendut itu tadi


"Ooohhh.. bagus.. Ayo jilati endokku (telor) juga mbak.."


"I.. iya pak...."


"Aaahhhhh... bagus jilatin sampai bersih endok saya.. Heheheh.."


*sluruppp sluruuupppp sluruuuppp*


"Bagus sekarang kulum kontol saya seluruhnya.. Aaahhhh"


"Hmmppphhh... Sshhh.."


"Aaahhh.. enak sekali seponganmu lonteee... Lebih enak daripdada istri saya dirumaaahhh... Arrrrgggghhh.. Bapak gak kuat.. Terima peju bapak lonteee...."


"Aaahhhh pak.... Jangan dimulut sa.. Hmmmm"


"Harus dimulutmu cantik biar pos kamling ini ngga kotor. Heheheh.. Jangan di buang peju saya.. Ayo telaaannn.. Nah pinter.."


Lalu gw lihat bapak itu sudah keluar dari pos kamling sambil menutup resleting celananya. Bapak itu tersenyum puas sambil cengegesan dengan Mas Tono. Lalu Mas Tono menyerahkan pesanan nasi goreng dan mie gorengnya kepada bapak pembeli itu. Lalu ia pergi dengan sepeda motornya meninggalkan lokasi. Tidak berapa lama, Rista keluar sudah berpakaian lengkap. Sesekali disekanya wajahnya yang nampak berkilau karena keringat itu. sepertinya ia kepanasan karena suasana didalam ruangan pos kamling itu pasti pengap dan gerah.


"Ini alamat saya mbak, besok jangan terlambat ya. Besok kamu kusewa 1 hari buat jadi istriku", kata Mas Tono sambil memberikan secarik kertas ke Rista


Lalu Rista berjalan lunglai ke arah gw. Wajahnya pucat, pandangannya begitu penuh dengan kesedihan.


"Gimana rasanya kontol bapak2? Ris...", tanya Bobby


"Gak enak.. bau..", jawab Rista dengan lugunya


"Terus pejunya lu telan?", tanya Ithonk


"I.. iya.."


"Hahahahaha.... Nelen peju bapak2 lu. Hahaha...", tawa kami mengejek Rista


Tampak jelas sekali emosinya yang coba ia tahan, tangannya mencengkeram erat gamisnya. Menyesali takdir yang begitu kejam bagi akhwat sebaik dirinya. Namun apalah daya, Dia adalah budak gw, perintah gw adalah kewajiban baginya. Hahahahah..


**bersambung**



==========


Scene 13 : Kawin Kontrak (POV Rista)


Aku berada dalam sebuah kota yang sebagian besar berwarna merah. Bahkan langitnya pun berwarna merah darah. Disetiap bangunan terdapat api-api yang menyala-nyala. Pada ujung atap bangunan yang tajam, terlihat asap hitam yang mengepul tebal membakar sesuatu diatas sana, menimbulkan bau busuk yang menjijikkan.


Tiba2 tanganku ditangkap oleh sebuah makhluk berwajah mengerikan. Makhluk itu berdiri telanjang, seluruh kulitnya berwarna merah menyala, dibagian belakang tubuhnya terdapat sayap yang berbentuk seperti sayap kalelawar tetapi lebih tajam-tajam. Sekali ia kepakkan sayapnya, seluruh pakaian yang kukenakan langsung robek seketika.


Dalam waktu tidak sampai 2 detik, tubuhku sudah telanjang bulat dihadapan makhluk mengerikan itu. Gigi-giginya yang tajam menyeringai menatap ke arahku yang ketakutan. Seolah makhluk itu ingin memangsaku sekarang juga. Batang penis makhluk itu mengacung tegak dan semakin besar. Dia lalu berteriak lantang seperti sedang mengumpulkan tenaga. Kulihat alat kelaminnya semakin lama semakin membesar dan terus membesar, membuatku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.


Lalu setelah selesai mentransformasi ukuran penisnya hingga berukuran super raksasa, makhluk itu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan berkuku tajam. Area vaginaku langsung diarahkan ke batang penis raksasanya yang berwarna merah yang sudah berdiri tegak siap untuk memperkosaku. Aku tidak sanggup melawan karena tubuhku dicengkeram erat dengan kedua tangannya yang sangat kuat


"Hegggghhh..", mataku melotot seperti mau keluar saat penis raksasa itu mulai ditancapkan ke vaginaku


Benda raksasa itu mulai membelah vaginaku semakin dalam. Terasa vaginaku sampai berdarah sepertinya belahan lubang kelaminku mulai robek karena dipaksa menampung alat kelamin yang besarnya bisa 7x punya Endrix. Belum apa2 vaginaku sudah terasa perih yang teramat sangat. Darah mengucur deras dari alat kelaminku itu


"Ooohhh.. Besar... terlalu besar ituu.. ahhhhhhhhh....", pekikku seolah aku akan mati saat itu juga


*zlabbbbbb* tiba2 semua menjadi kosong


***


Mataku langsung terbuka, sebuah mimpi buruk yang baru saja muncul sebagai bunga tidurku. Jelas sekali ini mimpi yang sangat mengerikan. Tubuhku berkeringat deras, nafasku juga tersengal-sengal. Semua kejadian tadi terasa begitu nyata. Untungnya aku terbangun dari tidurku sehingga makhluk tadi belum sempat menancapkan alat kelaminnya yang sangat besar itu seutuhnya ke lubang vaginaku. Jika dianalogikan mungkin panjangnya seperti tongkat baseball, atau mungkin bisa lebih dari itu.


*Makhluk apa itu? Setankah?? Astghfrlh.. Astaghfrlh..*


Mungkin sebelum tidur aku lupa berdo'a sehingga muncul mimpi mengerikan seperti tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 shubuh. Tiba saatnya untuk melaksanakan ibadah 5 waktu kewajiban agamaku. Namun entah mengapa tubuhku terasa begitu berat dan enggan melakukannya. Padahal biasanya aku selalu mengutamakan  kewajiban ini diatas semua urusanku


"Nanti aja ah.. masih malas..", gumamku sambil meraih handphone yang semalaman aku cas.


Lalu aku langsung membuka Grup WA Belajar Kelompok, dan memutar video porno dimana aku menjadi bintang filmya. Aku ingat betul ini adalah rekaman saat pertama kalinya Endrix mengijinkan teman-temannya untuk menyetubuhiku. Terlihat ketiga berandal itu mencumbuku dan mengerubungi tubuh telanjangku. Tangan2 mereka dengan leluasa menjamah seluruh tubuhku yang sudah terbuka tanpa penutup. Kepalaku terlihat sibuk sekali dalam video tersebut, bergantian mereka memaksa menarik kepalaku kekiri dan ke kanan, bergantian menciumi bibirku, kuingat betul  air liur mereka bercampur menjadi satu dirongga mulutku. Lalu tangan-tangan mereka berebutan meremasi kedua gunung kembarku, memilin-milin putingnya dan mencubit-cubutnya dengan nakal hingga mengeras.


"Ooohhh.. Ya Tuhann. Nikmat sekali ini.. Aahhhhh...", desahku sambil mulai kupilin puting susuku sendiri membayangkan rasa pada rekaman video itu


Lalu adegan terus berlanjut, mereka mulai bergantian melumat puting susuku yang sudah mulai mengeras. Bobby dan Ithonk terlihat menetek pada kedua puting susuku secara bersamaan. Rasanya bagian dadaku seperti  disedot oleh mulut mereka hingga kempes. Lalu terlihat Endrix mulai menyetubuhiku. Terlihat jelas kelamin Endrix keluar masuk menyodok-nyodok alat kelaminku. Melihat hal itu, tiba-tiba vaginaku terasa gatal dan mulai basah. Kucoba mengocok alat kelaminku  sambil membayangkan kenikmatan yang kurasakan saat dikerjai oleh mereka bertiga


"Ssshhh.. Aaahhhh... Enak..", aku mendesah nikmat


Cairan vaginaku tumpah meluber membasahi kain sprei tempat tidurku. Tanganku tak bisa berhenti mengocok lubang senggamaku sendiri. Walau vaginaku terus menghasilkan lendir, jemariku sama sekali tidak berhenti memainkan lubang kelaminku sendiri. Sudah beberapa hari ini aku melakukan perbuatan nakal dan memalukan ini. Bermasturbasi sambil menggerayangi tubuhku sendiri dan menonton adegan video mesumku dengan mereka. Terbayang betapa nikmat rasanya vaginaku ditumbuk oleh Endrix, Bobby dan Ithonk secara bergantian. Membayangkan itu saja, cairan vaginaku tumpah tanpa perlu disentuh.


"Aahhhhh..." desahku lirih membiarkan vaginaku terus mengucurkan cairan bening beraroma pesing ini cukup deras 


Tubuhku mengejang dan bergetar-getar hebat. Vaginaku terus memuncratkan air bening yang beraroma pesing ini hingga habis. Kain sepreiku benar-benar basah seperti barusan kena ompol. Lalu setelah tetes terakhir berhenti, kurasakan tubuhku mulai lemas dan terasa begitu lega. Nafasku tersengal-sengal puas karena tubuhku telah meraih orgasmenya pagi ini. Kuurungkan niatku untuk beribadah dan melanjutkan bermasturbasi memulai pagi ini


***


1 Jam sudah berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sebenarnya masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah 5 waktu namun aku putuskan untuk melewatkannya. Sudah sering sekali aku lalai menjalankan kewajiban agama ini. Bahkan pernah kewajiban ibadah 5 waktuku tak kulaksanakan sama sekali karena aku lebih memilih untuk menjalankan kewajibanku yang lain. Yaitu melayani Tuan Endrix.


Aku pikir percuma juga aku ibadah toh setelah ini aku akan berzina dengan Mas Tono penjual nasi goreng yang memintaku untuk menjadi istrinya. Sebagai ganti karena aku tidak bisa membayar pesanan nasi goreng yang kupesan semalam.  Unungnya rumah kontrakan Mas Tono tidak begitu jauh dengan rumah kontrakanku.


Aku lalu mulai membuka lemari bajuku. Kuputuskan memakai dalaman saja hari ini, sedikit melawan perintah tuanku. Namun tak masalah, karena pasti nanti akan dilepas juga. Pilihanku jatuh kepada Bra sexy berwarna hitam berenda transparan. Pada bagian putingnya, terdapat lubang sehingga mengexpose puting susuku yang dibiarkan terbuka. Sedangkan untuk celana dalamnya juga berwarna hitam, berenda dan posisi tengahnya berlubang, sehingga lubang vaginaku tetap terbuka.


Setelah itu, Aku segera memilih pakaian apa yang akan kupakai. Kubongkar sebagian isi lemari dan kulihat sebuah gamis cantik berwarna hijau olive, setelah menimang-nimang, kumasukkan gamis itu kedalam tasku sebagai pakaian cadangan. Mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Buat jaga-jaga saja


Lalu Aku mulai mencari gamis lain yang cocok kupakai pagi ini. Pilihanku jatuh kesebuah gamis berwarna putih pada bagian rok dan lengan panjangnya. Di area depan, terdapat corak kotak-kotak hitam putih pada bagian perut dan dada sehingga penampilanku cukup lucu seperti papan catur. Hihihi..


*oke ini aja bagus*, gumamku dalam hati


Kututup rambutku dengan sebuah kerudung panjang syari berwarna hitam yang menjuntai menutup dada dan punggungku. Tak lupa kukenakan kaos kaki berwarna krem yang pada telapak kakinya, berwarna hitam. Sungguh busana yang sangat agamis. Orang tak akan menyangka kalau aku akan berzina dengan penampilan seperti ini. Setelah itu kusemprotkan beberapa kali parfum beraroma wangi segar menyengat pemberian Tuan Endrix agar tubuhku lebih sensual dan menarik perhatian.


Jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Tak lupa aku meminta ijin kepada Tuanku sebelum berangkat


"Tuan, ana berangkat dulu untuk menjalankan perintah tuan melayani pria lain. Ana ijin menjadi istri Mas Tono sehari ini saja ya Tuan.. Afwan kalau nanti ana slow respon balas chat tuan, mungkin ana masih sibuk menjadi istri Mas Tono", ketikku dan kukirim ke Grup Belajar Kelompok


Kutunggu beberapa menit namun tidak ada jawaban. Tentu saja, mereka pasti masih bum bangun jam segini. Jujur saja jantungku saat ini berdegup kencang. Tuan Endrix mulai memintaku melayani pria lain sekarang, bukan tidak mungkin dia akan memintaku mengulangi perbuatan ini dikemudian hari. Berzina dengan pria lain diluar dia dan teman-temannya


*maafkan aku ya Tuhannn..*, kataku dalam hati


Lalu aku scroll chat WA ku, dan kudapati pesan Mas Adi yang dia kirim kemarin jam 14.00 siang, saat itu aku masih dirumah Tuan Endrix sehingga aku tidak tahu dia mengirimiku pesan


"Sudah makan belum ukhti?", begitu isi pesannya


Aku bingung membalas apa pesan tersebut, karena sudah benar2 terlambat untuk menjawab pertanyaan pemuda baik-baik itu. Lalu aku putuskan untuk mengabaikan dan tidak membalas pesan Mas Adi 


*gila aku.. Dengan Mas Endrix aku meminta ijin dan melaporkan segala aktivitasku. Tetapi dengan Mas Adi calon suamiku, aku tidak membalas pesan chatnya. Bahkan aku tidak pernah ijin kemana saja aku dan apa saja yang sudah kulakukan selama ini dibelakangnya. Afwan Akhi...*


Aku kemudian melihat ke arah jam dinding kamar, jarum jam terus bergerak sehingga aku harus segera bergegas berangkat. Aku berjalan mengendap-endap keluar kamar. Sia-sia, Rupanya di ruang tamu sudah ada Mas Eko yang sedang asyik menatap layar handphone. Aku harus mencari alasan yang masuk akal agar dia tidak curiga.


"Waduh wanginya adik ipar mas. Pagi-pagi mau kemana dek?", tanya kakak iparku itu


"Ada urusan dikampus Mas. Ngurus skripsi sama sekalian ada beberapa keperluan di Sekretariat LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Mbak Dewi kemana mas?", kataku


"Mbakmu lagi ke pasar. Eh hape mas baru lho. Baru beli kemarin harganya 8jutaan. Kameranya bagus dek.. Desainnya Keren kan? Mbakmu juga kemarin Mas belikan hape baru, harganya 4 juta. Kasian hapenya yang lama layarnya udah pecah", kata Mas Eko mencoba pamer


*Ya Tuhaann mas.. ga penting sekali Mas Ekooo....*


"Coba kamu selfie pakai hapeku dek, pasti keliatan bagus banget"


"Iya bagus mas.. Kapan-kapan ya.. Ya Udah Rista berangkat dulu mas. Ijinin ke Mbak Dewi ya.. Aslmlkm..", jawabku segera meninggalkan ruang tamu ini


"Lho dek? ini mas mau liatin hasil kameranya.. Dek?? Yeee ditinggal...", kata Mas Eko kesal karena aku tidak menggubrisnya sama sekali


***


Akhirnya jam 6 lewat sedikit aku tiba di depan rumah kontrakan Mas Tono. Kulihat rombong nasi gorengnya yang bertuliskan "Nasi Goreng & Mie Goreng Mas Tono. Maknyusss!!!" terparkir rapi di teras rumah kontrakannya. Aku mulai mengetuk pagar rumah Mas Tono perlahan, agar tetangganya tidak mendengar suara ketukan pagarku.


Tiba-tiba sosok berambut ikal sedikit panjang bertubuh kurus itu keluar dari rumah dalam kondisi telanjang dada. Kelihatannya Mas Tono baru saja bangun tidur, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan dan cara memandangnya yang masih sedikit merem saat melihatku.


"Eh mbak.. Sebentar..", Mas Tono kembali masuk ke dalam rumah kontrakannya.


Aku semakin was was dan berharap tidak ada yang orang yang melihatku bertamu di rumah Mas Tono sepagi ini. Tentunya mereka akan curiga jika tahu keberadaanku di Rumah Mas Tono. zseorang wanita datang ke rumah seorang pria, berdua-duaan didalam rumah. Walau saat ini aku menjadi istri Mas Tono namun tidak ada berkas pendukung yang menyatakan hal itu


Lalu Mas Tono sudah kembali dalam kondisi berpakaian dan segera membukakan pagar rumahnya dengan terburu-buru. Kepalanya celingukan memastikan suasana sekitar aman tidak ada orang. Dia membantuku memasukkan motor bebekku dan aku buru-buru disuruhnya masuk ke dalam rumah


"Masuk dulu mbak. Biar ga ada yang lihat"


"Ehh.. Iya Mas...", jawabku sambil segera masuk ke dalam rumah kontrakannya yang sederhana ini


"Duduk dulu mbak.. Mau minum apa?", kata Mas Tono sopan


"Ehh ngga usah repot-repot mas..", jawabku


"Gak papa kok. Sebentar saya buatkan teh dulu ya", kata Mas Tono lalu ia segera berjalan menuju dapur


Beberapa saat kemudian lelaki kurus berambut ikal lumayan panjang itu sudah kembali dengan membawa nampan berisi dua buah cangkir teh yang masih panas


"Aduh mas kok jadi repot-repot.", kataku ngga enak hati


"Ngga papa Mbak santai aja. Maaf rumah saya berantakan", kata Mas Tono sambil menggaruk rambutnya yang ikal


Rupanya Mas Tono cukup sopan dan kalem. Walau rumornya dia hobby melihat film porno seperti kata Bobby dan Ithonk, namun tidak kulihat gelagat mesum dari lelaki kurus ini. Menyadari hal ini cukup membuatku sedikit lega, sepertinya Mas Tono tidak akan memperlakukanku dengan buruk.


"Mbak maaf lho kemarin itu usulnya Pak Suroso buat ngerjai Mbak, ngetes mbak serius ngga dengan kata-kata Mbak. Ternyata mbaknya serius bahkan sampai gituan sama Pak Suroso.. Saya sebenarnya ikhlas kalau misal Mbak ngga ada uang, mbak bisa bayar kapan-kapan.."


"Iya gapapa Mas.. Yasudah sudah terjadi juga"


"Maaf ya mbak.. Oiya Mbak namanya siapa?"


"Saya Rista mas.."


"Kalau saya Tono mbak.. Martono lebih lengkapnya. Hehehe.."


"Oh iya mas.. Hehe.."


"Maaf mau nanya mbak Rista, Emang Mbak Rista aslinya pakai kerudung lebar gini ya? Saya agak pangling. Untung saya ingat tahi lalat mbak yang didekat mata itu. Hehehe"


"Iya Mas saya sebenarnya berjilbab gini setiap hari. Kemarin kebetulan lagi sama teman-teman jadi saya lepas"


"Oohhh.. Mbak kerja dimana?", tanya Mas Tono sambil meraih cangkir tehnya


"Saya masih kuliah mas, sibuk nyelesaikan skripsi. Tapi kadang saya juga ngelesi sih.."


"Ngelesi? anak2 SD?"


"Iya, SD dan SMP.."


"Ohhh.. Diminum dulu mbak..", kata Mas Tono


Lalu aku mulai meminum secangkir teh buatan Mas Tono itu. Terasa melegakan tenggorokanku yang terasa anyep sejak berangkat dari rumah. Aku menunggu apa yang akan dilakukan oleh Mas Tono selanjutnya. Karena dari tadi tidak dia tidak melakukan apapun, hanya ngobrol-ngobrol biasa.


"Maaf mas..", kataku tiba-tiba


"Iya Mbak Rista?"


"Kalau Mas Tono gimana, sudah nikah?"


"Hehe.. Belum mbak.. Boro-boro nikah.. Pacaran saja saya belum pernah.."


"Ohhh..", jawabku sambil mengangguk-angguk


"Mbak Rista gapapa nih? Kalau mau berubah pikiran saya ngga papa kok mbak. Sudah biasa menjomblo juga kok.."


"Iya.. Saya gapapa kok mas.."


"Emang kemarin kenapa mbak nawarin begitu? Hehehe"


*teng teng teng*  suara pintu pagar tiba-toba terdengar


"Wah kayaknya Pak Suroso sudah datang", Kata Mas Tono sambil melihat ke arah depan rumahnya


*glek* aku menelan ludah mendengar nama bapak-bapak gemuk kemaren


"Pak Suroso? Mau kesini mas?", tanyaku berusaha tetap tenang padahal jantungku deg-degan


"Iya, Pak Suroso bersedia jadi saksi katanya..", jawab Mas Tono lugu


"Hah?? Saksi? untuk apa?", jawabku


"Kan kalau mau jadi suami istri harus nikah dulu Mbak.. Kata Pak Suroso sih harus gitu biar halal. Hehe..", Kata Mas Tono polos


"Ohh.. iya...", aku tersipu malu


Aku yang paham agama ini terasa tertonjok mendengar perkataan polos Mas Tono. Aku bahkan lupa poin penting tentang status pernikahan agar hubungan menjadi halal. Karena seringnya aku melayani nafsu birahi Mas Endrix dan teman-temannya sehingga aku mulai menyepelakan arti pernikahan.


"Saya bukakan pintu Pak Suroso dulu ya Mbak Rista", kata Mas Toni sambil bangkit dari duduk


Entah apa yang direncanakan bapak paruh baya itu. Iya begitu mudah mengelabui Mas Tono yang lugu. Aku jadi berpikir apakah benar Mas Tono suka film porno seperti yang dibilang Bobby dan Ithonk, karena dari tadi sikapnya begitu baik kepadaku. Bahkan dia sama sekali tidak mendekatiku dan menyentuhku. Tidak ada tanda-tanda perkataannya yang menjurus ke hal-hal cabul.


Pak Suroso akhirnya masuk ke dalam rumah Mas Tono. Bapak bertubuh gemuk berambut botak berusia sekitar 45 tahun itu tersenyum mesum menampakkan gigi-giginya yang kuning ke arahku. Pakaiannya cukup rapi sepertinya dia memang berniat sekali menjadi saksi kawin kontrak kami. Sebuah kemeja berwarna putih dengan lengan yang dilipat begitu kontras dengan warna kulitnya yang cokelat tua. Sekujur lengannya dipenuhi dengan bulu lebat. Dipadupadankan dengan celana kain berwarna hitam


"Wah mbaknya pakai baju ala ukhti nih?", kata Pak Suroso memandangiku terus-terusan


"Iya pak, katanya Mbak Rista setiap hari memang  biasanya berjilbab lebar",kata Mas Tono


"Cantik sekali calon istrimu Tono. Heheheh.. Rista ya namanya? nama yang cantik.. Suka saya yang jibaban model ustadzah gini.", kata Pak Suroso terus memandangiku dengan tatatapan tajam


"Eeehh.. Tapi saya lho yang jadi suaminya hari ini pak", kata Mas Tono mencoba meluruskan kembali kesepakatan


"Iya tidak masalah. Akhirnya kamu gak jomblo lagi ya Tono.. Heheheh", kata Pak Suroso mengejek Mas Tono


"Hehehe.. Jangan diingetin pak. Sedih saya dengarnya", kata Mas Tono


"Memang kamu kesehariannya sibuk apa Mbak Rista? Jangan2 kamu seorang ustadzah ya?", kata Pak Suroso menebak-nebak


"Sa.. Saya mahasiswi aja pak, sesekali juga ngelesi ngajar anak2 dan sibuk di LDK ngurusin Dakwah Kampus", jawabku


"Tuh kan beneran ustadzah.. Heheheh.. Yasudah yuk dimulai akad nikahnya keburu siang", lanjut Pak Suroso


Bak akad nikah betulan, Aku dan Mas Tono didudukkan berdampingan didepan meja ruang tamu. Sedangkan Pak Suroso sudah siap duduk dihadapan kami, menjadi pengulu merangkap saksi di kawin kontrak ini.


"Oke, jadi disini saya akan menikahkan kalian berdua menjadi sepasang suami istri.", ujar Pak Suroso serius dan dijawab anggukan oleh kami


"Sebelumnya saya minta kalian jujur, Tono apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?", Tanya Pak Suroso


"Belum pernah Pak.."


"Oke masih perjaka ya berarti. Lalu kamu Mbak Rista, apakah kamu pernah berhubungan suami istri sebelumnya?"


"Errr.. pernah pak...", jawabku tersipu malu


"Hehe berapa kali?", selidik Pak Suroso


"Maaf saya tidak ingat...", jawabku tertunduk malu


"Tidak ingat? Jadi saya anggap kamu melakukannya lebih dari 1x. Sudah berapa pria yang sudah berhubungan badan denganmu? Ngga nyangka saya, Ustadzah nafsuan ya kamu..", tanya Pak Suroso dengan menatapku begitu mesum


"Maaf pertanyaan ini untuk apa ya pak?", tanyaku protes


"Saya mau tau kalian itu masih perjaka gadis atau sudah duda janda. Karena sebenarnya wanita yang sudah kehilangan keperawanan itu sudah bukan lagi seorang gadis. Melainkan dia sudah menjadi janda", jelas Pak Suroso


Kami hanya mengangguk-angguk penjelasan Pak Suroso. Memang aku pernah mendengar pemahaman soal janda, ada yang beranggapan janda itu artinya seseorang yang sudah pernah berhubungan badan. Entah itu terjadi karena pernikahan sah, perzinahan, atau pemerkosaan, jika sudah tidak perawan berarti dianggap janda.


"Jadi Mbak Rista sudah berhubungan badan dengan berapa pria? Biar saya bisa tahu Mbak Rista sudah janda berapa kali..", imbuh Pak Suroso dengan serius


"Sa.. saya cuma dengan 1 orang pak..", jawabku berbohong. Bisa panjang nanti kalau aku menjawab 3 orang


"Oke, karena kamu sudah janda, kamu tidak perlu wali untuk menikah lagi. Jadi bisa kita mulai sekarang.. Mas Kawin sudah ada?", Tanya Pak Suroso


"Wah belum ada pak..", Jawab Mas Tono


"Ga usah nominal besar. Seribu Rupiahpun bisa kok karena wanita yang baik kan yang ringan maharnya Hehehe.."


"Ohh gitu ya pak.. Saya ada kalau seribu rupiah"


"Yasudah kita mulai ya. Saya nikahkan dan kawinkan kamu saudara Tono dengan saudari Rista dengan mas kawin berupa uang seribu rupiah dibayar tunai", kata Pak Suroso sambil menjabat tangan Mas Tono


"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Rista dengan mas kawin berupa uang sebesar seribu rupiah dibayar tunai", jawab Mas Tono cepat


"SAH!!! Kalian sekarang resmi menjadi sepasang suami istri.. Selamat yaa.. Jangan lupa mas kawin 1000 rupiahnya segera diserahkan ke Mbak Rista.", ajak Pak Suroso sambil berdiri 


Mas Tono terlihat sumringah setelah menikahiku. Walau kesepakatannya hanya satu hari, entah mengapa dia begitu bahagia. Wajahnya tersenyum puas. Pak Suroso pun memandangiku terus-terusan dengan tatapan cabul.


"Ayo, karena ngga ada resepsi, kita rayakan sekarang.. Tono ayo segera setubuhi istrimu. Hehehe.. Ijinkan saya sebagai saksi nikah kalian melihatnya", kata Pak Suroso mesum


Aku terkejut mendengar perkataan Pak Suroso. Semuanya tidak sesuai dengan skenario yang kupikirkan. Padahal aku sempat berpikir Mas Tono tidak akan memperlakukanku macam-macam, tetapi dengan kehadiran bapak mesum ini, aku jadi khawatir.


"Kita rayakan disini ya sayang. Didepan Pak Suroso sebagai tamu kita satu2nya", Kata Mas Tono tiba2 tersenyum nakal


"Saya malu mas...", jawabku


"Sudah gapapa, toh Pak Suroso malah yang sudah liat tubuhmu duluan daripada saya", Kata Mas Tono sambil bibirnya tertuju ke arah bibirku


Akhirnya bibir Mas Tono menyentuh bibirku. Awalnya hanya sentuhan bibir biasa. Sebelum akhirnya dia mulai semakin bernafsu  mencumbu bibirku. Tubuhnya yang kurus  meringsek maju ke arahku. Bibirnya mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Lidahku pun bernasib sama, ia lumat habis dan dihisapnya air liurku sampai kering


"Eehh.. Ssshhhhh..", Aku terkejut dengan perlakuannya yang berubah 180 derajat, yang tadinya kalem sekarang menjadi bernafsu


"Saya bantu melucuti pakaian istrimu", Kata Pak Suroso sambil merangkak ke arahku yang sedang duduk diciumi Mas Tono dengan beringas hingga tubuhnya hampir menindih tubuhku. Pak Suroso lalu duduk dibelakangku dan menahan tubuhku dari belakang. Sehingga kali ini aku duduk bersandar pada perutnya yang buncit.


Tangan berbulu bapak berbadan gemuk itu mulai mempreteli kancing gamisku uang berada di depan. sementara itu Mas Tono terus melumat bibirku dengan penuh nafsu sambil tangannya mulai menyusup masuk ke dalam rok gamisku.


"Aaahhh...", aku mendesah saat tangannya langsung menyentuh alat kelaminku yang sudah basah


"Sshhh.. istri nakal ya kamu.. Sempak macam apa ini bolong tengahnya. Biar gampang dikocok ya memeknya Heheheh..", Kata Mas Tono sambil terus mencabuli vaginaku.


"Apa kata saya.. Istrimu ustadzah Nafusan Ton. Mana ada ustadzah model sempaknya kayak lonte. Kalau ngga dia itu emang ustadzah lonte Ton. Hehehe.."


"Ssshhhh.. Memekmu bacek banget mbak Rista... Ssshh..  Pertama kali saya megang memek secara langsung. Biasanya cuma tau lewat film bokep.. Heheheh", Kata Mas Tono jujur


Tangannya terus mengucek vaginaku dengan gerakan cepat. Sesekali terasa sakit karena kuku Mas Tono yang panjang beberapa kali mengenai kulit bibir vaginaku. Setelah itu, tak kusangka tiba-tiba Mas Tono mengambil dompetnya dan mengambil uang 1000 rupiah. Lalu dimasukkannya uang koin itu ke dalam vaginaku



 "Aaaahhh... Ngapain mass.... Uuhh..", aku semakin mendesah saat tangan Mas Tono mendorong masuk uang koin 1000 rupiah ke dalam alat kelaminku hingga tertanam dilubang vaginaku


"Mau nyerahin maharku ke kamu..", jawab Mas Tono


"Istrimu Sangat murahan Tono. Hehehe.. Bahkan ia terima uang 1000 rupiah dengan memeknya itu. Hahahaha... Sepertinya dia tidak akan keberatan juga kalau bapak penghulu alias saya ikut menyetubuhinya. Hehehe...", kata Pak Suroso merendahkanku sambil mulai menowel2 kedua puting susuku


"Tapi hari ini saya saja lho pak yang dapat jatah. Bapak jangan ikutan Heheheh", kata Mas Tono


"Beres.. Saya hanya bantu ngerangsang istrimu saja. Kecuali kamu atau istrimu nanti ngijinin saya ikutan, ya saya akan dengan senang hati melakukan. Heheheh", ujar Pak Suroso terkekeh


Lalu dirogohnya saku dompetnya, setelah itu ia ambil selembar uang kertas sepuluh ribuan yang sudah lecek hampir sobek.


"Ini saya bawa uang 10ribu, sapa tau istrimu yang murahan itu lagi butuh duit. Heheheh..", kata Pak Suroso sambil menggesek-gesek uang kertas sepuluh ribuannya pada puting susuku


"Uuuhhhhh.. Pak....", desahku manja


"Dasar ustadzah Lonte, sempak model mamerin memek. Beha model mamerin pentil.. Nih ambil uang sepuluh ribu saya buat wanita murahan kayak kamu.. Heheheh..", Kata Pak Suroso terus menggesek kedua puting susuku dengan uang kertas itu


Entah sejak kapan gamisku sudah terbuka bagian dadanya. Sehingga braku yang berwarna hitam berenda pun sudah terlihat jelas mengurung payudaraku yang putingnya menyembul keluar. Pak Suroso terus memilin-milin kedua puting susuku dan menampar pucuk payudaraku itu dengan uang kertas yang ia genggam. Sedangkan Mas Tono terus mencumbuku dan mengocok vaginaku yang sudah begitu becek.


Setelah puas mengocok lubang senggamaku dan memasukkan uang koin 1000rupiah ke dalam vaginaku yang sudah banjir terkena lendir, rok gamisku disingkapnya keatas hingga kedua kakiku terbuka sempurna dihadapan suami kontrakku itu. Celana dalamku yang berlubang ditengahnya itu terexpose jelas menampakkan kelamin beserta bulu pubisku dihadapan kedua pria  yang saat ini sedang memandangiku oenuh nafsu


"Busyett.. mulus bener nih paha...", puji Mas Tono sambil meraba2 permukaan kulit pahaku


"Aaahhhh.. Geli mas.....", desahku saat tangan kasar Mas Tono meraba pahaku  dengan nakal


Lalu bibirnya usil menciumi permukaan pahaku. bibir Mas Tono yang bertekstur kasar dengan sedikit kumis dan brewok yang tumbuh tipis di sekitarnya itu membuatku semakin kegelian. Tubuhku secara reflek menggeliyat saat bibir Mas Tono mulai perlahan bergerak menciumi pahaku secara acak. Sesekali lidahnya menjilati kedua pahaku. Ditambah Lagi Pak Suroso juga tak henti-hentinya memilin puting susuku bersamaan. Membuat tubuhku seperti tersengat listrik karena rasa gelinya begitu luar biasa ketika paha dan putingku dirangsang bersamaan


Aku sejujurnya risih dengan perlakuan Mas Toni yang terus melumasi pahaku dengan air liurnya yang bau. Tetapi rasa geli yang semakin menjalar di syarafku ini memainkan birahiku sehingga tubuhku terus menggeliat akibat rangsangannya . Walau aku sebenarnya risih, tetapi Vaginaku malah semakin memproduksi lendir licin yang semakin membasahi lubang kelaminku. Belum lagi ciuman dan jilatan Mas Tono semakin keatas menuju ke area kelaminku.


"Ja.. jangan.. mass.... Jangan kesitu kotorr.. Aaahhhh...", Aku mendesah dengan Tubuh bergetar hebat


Bibir kasar Mas Tono sudah mendarat menciumi vaginaku. Tanganku berusaha menahan kepalanya, namun dengan mudah ditepisnya kedua tanganku dan ia terus menjilati vaginaku, sehingga aku hanya bisa pasrah merelakan vaginaku dijilati dan diciumi dengan beringas olehnya. Lidahnya mulai bergerak menyapu belahan vaginaku semakin dalam. Tubuhku semakin meronta, tidak pernah kubayangkan sebelumnya, vaginaku yang selama ini kujaga sejak aku baligh (hampir mencapai usia dewasa, sekitar umur 15an), pada akhirnya bernasib menyedihkan. Beberapa pria sudah melihat, menyentuh, bahkan menyetubuhi vaginaku.


"Aauuhhhh.. Mas... Geli... Aaahhhh.. Ssshhhh..", desahku semakin berisik karena jilatan Mas Tono begitu dalam


"Hehehe.. Cairan memekmu enak sekali istriku.. Ternyata gini rasanya. Gurih gurih manis.. Hehehe...", kata Mas Tono cengengesan sambil kembali menyedot habis seluruh lendir vaginaku


*slurup slurup slurup slurup* suara mukutnya yang terus menyedot cairan vaginaku, tubuhku sampai kelojotan ksrena bibirnya terus meringsek masuk ke dalam lubang kelaminku


"Oh Masak Ton? Punya istri saya pesing soalnya lendir memeknya. Hahahah.. Saya mau coba boleh Ton?", kata Pak Suroso sambil pindah posisi mendekati vaginaku


"Nih Pak coba aja, tapi sudah habis pak. Perlu dikocok lagi memek istri saya.. Hehehe", Kata Mas Tono sambil mempersilakan Pak Suroso menciumi vaginaku


"Ja.. Jangan.. Mas.... Aaahhh.. Ngga gini kesepakatannya.... Ooohhh..", protesku namun percuma


"Sudahlah, yang penting suamimu ngijinin.. Tugas istri kan melayani dan menuruti suami dengan baik. Hehehe", Kata Pak Suroso mulai menciumi dan menjilati dinding belahan vaginaku. Karena sudah kering, tangannya dengan nakal turut merangsang clitorisku pula


"Oooohhhhh...", pekikku semakin terangsang hebat saat vaginaku diucek dan diciuminya


Setelah menghentikan jilatajnya beberapa saat, kini jemari tebal Pak Suroso mulai mencabuli lubang vaginaku dengan cepat. Tubuhku kembali menggeliyat tak beraturan menahan nikmat. Tak kusangka, kakiku bahkan semakin terbuka mengangkang dihadapan bapak mesum berperut gemuk ini. Kulihat jelas telunjuk pak Suroso ia colok-colokkan ke liang senggamaku dengan kecepatan penuh.


*Ya Tuhannnn.. Ini terlalu nikmatttt..*, kataku dalam hati sambil memejamkan mata sambil mengejang-ejang


*kocokocokocokocok*


Telunjuk Pak Suroso sepertinya sudah terlumasi oleh cairan vaginaku. Sehingga rasa sakit akibat tusukannya jauh lebih berkurang daripada saat vaginaku kering tadi. Sebentar saja vaginaku sudah kembali berlendir sangat banyak tanda tubuhku kembali terangsang. Tanpa membuang waktu Bibir tebal Pak Suroso langsung mendarat di lubang vaginaku kembali. Kepalaku sampai terdongak saat lidah kasarnya mulai meringsek masuk ke sela-sela belahan vaginaku


"Ooooohhhhh... Bapakkk.... Aaahhh... geliii..", Tubuhku sampai bergetar dan rasanya aku akan mencapai orgasme pertamaku


Mas Tono memegangi kedua tanganku dengan erat. Tubuhku terus menggeliat dan perasaan ingin kencing semakin tak tertahankan. Aku meronta berharap Pak Suroso menghentikan jilatannya ke kelaminku. Namun dayangnya vaginaku terus dijilati tanpa ampun sehingga aku tak sanggup lagi menahan perasaan ingin keluar.


"Aaaahhhhhhhh..", desahku kencang


*cret cret cret*, dalam kondisi kedutan vaginaku menembak-nembakkan cairan bening beberapa kali


Nafasku tersengal-sengal. Belum apa-apa tubuhku sudah berkeringat deras. Pak Suroso memandangiku sejenak dsn memberikanku sedikit waktu untuk berisitirahat setelah squirt tadi. Setelah dirasa tubuhku mulai kembali tenang, mulutnya kembali menjilati vaginaku tanpa rasa jijik sedikit pun. Sisa cairan squirt bercampur sedikit urine yang kukeluarkan terus dijilatinnya seolah dia sedang melepas dahaga. Vaginaku saat ini sedang sensitif-sensitifnya akibat orgasme pertamaku. Jadi sedikit sentuhan saja, tubuhku langsung tersentak hebat.


Aku berusaha menahan kepalanya agar berhenti namun Pak Suroso malah semakin membenamkan kepalanya diantara pahaku.Aku begitu kegelian menerima serangan lidah Pak Suroso yang tanpa ampun terus mencocolkan lidahnya ke seluruh bagian vaginaku. Kali ini lidahnya bermain-main menggelitik bagian clitorisku. Aku kembali menggeliat. Tubuhku berkeringat deras diapit oleh kedua lelaki yang baru ketemui kemarin malam ini. Kembali aku mengejang-ngejang hebat. Kuremas kepala Pak Suroso yang berambut jarang itu kuat-kuat


"Ooohhh.. Pakkk.. Saya keluar lagiii.. Aaahhhhh...", desahku tak kuasa menahan rasa ingin keluar ini


*creett creettt cretttt* sekali lagi vaginaku mengeluarkan cairan bening dari lubang kencingku


"Ooohhhhh... Sshhhhh.. Bapak.. Aahhh.. Mas...", desahku saat tiba2 puting susuku dilahap oleh Mas Tono


Lidahnya bermain-main diujung puting susuku. Tanpa disadari, tubuhku mulai naik turun erotis menggeliat manja. Aku semakin terjebak dalam kenikmatan ini. Perlakuan mereka yang terus menjilati bagian-bagian sensitif tubuhku membawaku melupakan harga diriku sebagai seorang gadis berjilbab yang seharusnya menjaga diri.


Mas Tono mulai mengulum puting susuku bergantian. Sedangkan tangannya terus meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus bra renda berwarna hitam. Begitu pula dengan Pak Suroso yang terus menjilati alat kelaminku penuh nafsu


"Iyaaahh terusss enakkkk.. Aahh..", aku akhirnya jujur dengan perasaanku sendiri


Aku mulai menikmati dijilati oleh pria-pria ini. Semua kenikmatan ini begitu membekas dan terekam di ingatanku. Sejak pertama aku bersetubuh dengan Mas Endrix, jujur aku menikmatinya. Perasaan kenikmatan saat disentuh, dicumbu, dan disetubuhi oleh pria tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Dulu aku yang selalu meneriakkan anti pacaran. anti perzinahan dan free sex. Sekarang, malah aku begitu menikmati dosa-dosa ini


Walau otakku masih melawan untuk tidak terperdaya dengan kenikmatan semu ini. Namun semakin aku tahan, jujur saja aku semakin tersiksa. Semuanya kenikmatan ini seolah menjadi kebutuhan pokok yang harus aku penuhi. Berkali-kali aku bermasturbasi, baik karena diperintah Mas Endrix ataupun atas keinginanku sendiri, namun aku tak pernah terasa senikmat sentuhan langsung dari para lelaki


"Oohhh.. Benar katamu Tono. Lendir memek gadis ini nikmat sekali. Saya sudah kuras habis jus memeknya hehehe.. Beda rasanya dengan punya istri saya dirumah.. Sempurna sekali kamu Mbak Rista.. Cantik, body bagus, putih mulus, tempiknya becek gurih nikmat.. Hehehe", puji Pak Suroso sambil memelorot lepas celana dalamku yang mengganggu


Entah mengapa pujian cabul itu membuatku tersipu malu. Ada rasa bangga saat tubuhku dipuji. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh serta pikiranku. Segala yang berbau cabul dan nakal aku semakin suka. Sejak pertemuan dengan Mas Endrix, pelan tapi pasti aku merasa segala hal yang kuyakini dan kuoegang teguh mulai sirna, berganti menjadi perasaan yang selalu haus akan sentuhan pria seperti saat ini


Kedua pria ini memandangi vaginaku yang sudah terbuka. Terlihat lecek dan basah setelah mereka bergantian mengocok, mencolok dan menjilati area kelaminku itu. Mas Tono terlihat melongo memandangi vaginaku. Buru-buru aku tutup area kewanitaanku itu karena


Mas Tono lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang. Tubuhnya Mas Tono kurus tetapi six pack pada bagian perutnya.  Tanpa sadar aku terang-terangan memandangi alat kelaminnya yang sudah menggantung terbuka dengan bebas


"Dilihatin aja nih.. Kulum dong sayang..", kata Mas Tono sambil berdiri dihadapanku


"Ehhh.. iya mas..", jawabku tersipu dan mulai meraih batang penis Mas Tono si penjual nasi goreng


Aku lalu berlutut dihadapan Mas Tono. Kukocok sebentar penis Mas Tono hingga pelan-pelan alat kelaminnya itu muali menegang dan mengeras. Rupanya saat ereksi, penis Mas Tono cukup besar dan berotot. Setelah kurasakan batang penis Mas Tono sudah berukuran maksimal barulah aku masukkan benda itu kedalam mulutku. 


"Ooohhh.. Hangat sekali mulutmu sayang... Sshhhh..", kata Mas Tono sambil mendesis menahan nikmat


"Gimana rasanya sepongan  ukhti-ukhti Ton?", tanya Pak Suroso


"Sshhh.. enak pak.. hehehe...", kata Mas Yono cengengesan


Dengan gerakan perlahan, kepalaku maju mundur mengulum penis mas-mas penjual nasi goreng itu. Sesekali kujilat batang penisnya dari bawah dan kumasukkan lagi seutuhnya ke dalam mulutku. Kujilat batang itu dari bawah menuju bagian kepalanya. Pada garis lubang pipisnya tak lupa kujilati tipis2 dengan lidahku membuat tubuh kurus Mas Tono sedikit mengejang. Mas Tono begitu menikmati servis oral seksku ini. Wajahnya merem melek keenakan sambil sesekali memebelai kepalaku


"Sudah sudah.. bisa keluar saya lama2 disepong kayak gini. Hehehe", kata Mas Tono tiba-tiba dan mendorong tubuhku terbaring terlentang


Mas Tono kembali melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kurasakan batang penisnya mulai menyentuh belahan vaginaku. Kupejamkan mataku rapat-rapat sambil menghela nafas, tidak perlu ada lagi penyesalan. sepertinya ini adalah takdir yang harus kuterima. Membiarkan vaginaku dizinahi oleh pria-pria. Penis Mas Tono didorong perlahan ke vaginaku, namun meleset.


"Gak pas itu Tono. Terlalu ke atas itu kontolmu", komentar Pak Suroso


Rupanya kali ini Pak Suroso hanya melihatku akan disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Dia seperti sedang menyaksikan film porno secara live dan real time dihadapan matanya sendiri. Sambil merokok ia menantikan show persetubuhan pertama antara Aku dan suami kontrakku.


"Iya pak.. Baru pertama kali saya.. Belum pengalaman. Hehehe", kata Mas Tono polos sambil kembali mengatur posisi penisnya agar tepat menusuk vaginaku


"Kalau kesulitan saya siap gantiin sekarang juga. Hehehe", kata Pak Suroso


"Hehehe.. Ngga pak, saya akan terus berusaha sampai bisa gol.", Kata Mas Tono


Kembali ia coba dorong perlahan alat kelaminnya ke arah lubang vaginaku. Aku hanya bisa pasrah menantikan benda tumpul milik Mas Tono menjebol kelaminku. Beberapa kali percobaan mas Tono mencoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, sampai akhirnya batang penis Mas Tono kurasakan mulai membelah vaginaku. Mataku semakin terpejam mencoba menikmati saat alat kelamin Mas Tono perlahan menerobos masuk ke liang senggamaku


"Bagus Tono, udah pas itu. Dorong terus ke memek istrimu.", Kata Pak Suroso sambil mengehembuskan asap rokoknya memandangi persetubuhan suami istri kontrak antara aku dan Mas Tono


"Oohh.. Mas.. Ssshhh..", desahku manja


"Ssshhh.. enak sayang memekmu.. Duh beruntung saya punya istri cantik seperti kamu Mbak..", Kata Mas Tono sambil terus mendorong masuk penisnya lebih dalam


"Tapi cuma sehari Ton. Hahahaha", imbuh Pak Suroso


"Yang penting saya bersyukur ngerasain memeknya Mbak Rista. Hehehe..", kata Mas Tono sambil terus konsentrasi mendorong penisnya ke dalam vaginaku


Setelah seluruh penis Mas Tono masuk, pemuda itu mulai menggenjot tubuhku yang masih tertutup oleh gamis. Hanya bagian bawahku yang terbuka dan sedang terjadi pertemuan dua kelamin dalam ikatan kawin kontrak ini


"Hah.. Hah.. Hah...", Mas Tono terus menggenjotku dengan nafas tersengal-sengal


*jleb jleb jleb jleb jleb*


Terlihat sekali Mas Tono tidak bisa mengatur tempo dan berusaha menuntaskan hubungan badan ini sesegera mungkin. Wajahnya yang kurus semakin terlihat berkeringat deras saat terus menyetubuhiku. Aku biarkan penis pemuda itu terus memompa menggesek dinding vaginaku. Tiap gesekan penisnya yang berurat terasa begitu nikmat. Rasanya seperti sedang menggaruk-garuk bagian dalam vaginaku yang semakin gatal


"Aaahhh.. Aahhhh.. Aahhh.. Pelan-pelan mas..", kataku mencoba mengingatkan karena takutnya diabakan segera keluar


Benar saja, beberapa detik kemudian Mas Tono terlihat akan mencapai puncak kenikmatannya. Seluruh tubuhnya mulai mengejang dan penisnya terasa kedutan. Aku menyadari pemuda ini akan segera klimaks dan keluar.


"Aku keluarin di dalam ya sayang... hah hah hah", kata Mas Tono semakin cepat menggenjotku


"Jangan di dalam mas...", Pintaku


"Ngapain diluar.. Didalam aja Ton. Kalian kan suami istri sekarang..", imbuh Pak Suroso


Kulirik bapak-bapak botak berperut buncit itu. Rupanya saat ini dia sedang onani memandangiku yang sedang disetubuhi penjual nasi goreng langganannya. Penis Pak Suroso sudah tegak, namun masih gemuk dan terlihat pendek


*Astghfrlh.. Kenapa aku malah melamun melihat kelamin bapak itu.. Astgfrlh..", kataku dalam hati


"Aaarrrgghhh.. Aku mau keluarrrrr...", tiba2 Mas Tono memekik dan seluruh tubuhnya bergetar sambil mulai bersiap menyemburkan maninya


"Aahhh.. Jangan didalam mas.....", aku mencoba meronta


*crot crot crot crot*


Namun sayangnya, cairan spermanya sudah terlanjur menyembur di dalam rahimku. Seluruh sperma kental Mas Tono tertanam dan terasa hangat didalam vaginaku. Setelah puas menyetubuhiku, langsung dicabutnya batang penis Mas Tono dari dalam vaginaku dan diapun segera meninggalkanku yang sedang terbaring di atas lantai ruang tamu kontrakannya. Sisa sperma miliknya meluber keluar dari dalam vaginaku, sedangkan tubuhku masih terbaring lemas dengan nafas ngos-ngosan.


"Saya mandi dulu Pak.. Dari tadi belum mandi", Kata Mas Tono meninggalkanku berduaan dengan Pak Suroso di ruang tamunya


"Lho saya kok ditinggal..", Kata Pak Suroso


"Kan ditemenin istri saya pak. Inget pak jangan dientot istri saya. Heheheh", kata Mas Tono sambil berlalu


"Siap Ton. Aman, istrimu tidak akan saya entot kok untuk saat ini", Kata Pak Suroso sambil tersenyum mesum


"Hehehe.. cantik sekali kamu Mbak Rista...", Kata Pak Suroso mulai bangkit sambil melucuti celana panjangnya


Kemudian dia berjalan dengan penisnya yang bergelantungan lemas ke arahku


Menyadari diriku dalam bahaya, aku mundurkan tubuhku kebelakang. Tetapi Pak Suroso terus mengikutiku hingga tubuhku sudah berhimpitan dengan tembok. Pak Suroso tersenyum mesum setelah dirinya merasa sudah memegang kendali atas tubuhku. Dalam posisi duduk bersandar pada tembok, kepalaku dipegangnya erat dengan kedua tangannya. Kemudian kepalaku didorong menuju buah zakarnya yang berwarna hitam sedikit basah itu.


"Ayo sepong kontol saya!"


"Pak ini tidak sesuai kesepekatan..", kataku


Pak Suroso terus memukul-mukulkan batang penisnya ke wajahku dan memaksa menjejalkan penisnya ke arah mulutku. Aku terus meronta dan kututup mulutku rapat-rapat. Lalu dengan kurang ajar Pak Tono menempelkan buah zakar hitamnya ke arah hidungku dan membuatku reflek menahan nafas karena aromanya membuatku muntah.


"Maaf selangkangan saya jamuran jadi hitam dan gatal gini. Ayo Mbak bersihkan dan jilatin seluruh bagian hitam pada telor dan selangkangan saya. Sapa tau penyakit gatal-gatal di selangkangan dan telor saya bisa sembuh karena dijilatin sama Mbak Rista. Hahaha", Kata Pak Suroso sambil mendesak kepalaku ke arah kelaminnya


*Alat kelaminnya sungguh bau dan menjijikkan. Bagaimana mungkin semalam aku menjilati benda ini*, sesalku dalam hati


Memang suasana semalam sangatlah gelap. Karena di pos kamling itu lampunya oadam dan tidak bisa menyala jadi aku tidak sanggup melihat jelas kondisi tubuh Pak Suroso. Pak Suroso terus memaksaku menciumi area kelaminnya yang sebagian besar berwarna hitam dan berbau itu


"Aahhh.. Jangan pak.. Saya gak mau...", pintaku memelas sambil terus meronta menahan nafas karena hidungku sudah menyentuh buah zakar bapak itu


"Ayo Jilat.. plak plak plak", kali ini sebuah tamparan mendarat di kedua pipiku


"Ampun Pak.."


*plak plak plak plak*


"Ayo jilat!! Buka mulutmu atau saya akan kencingi wajahmu!", kata Pak Suroso


Tamparan demi tamparan pada pipiku terus dilakukannya. Semakin lama dipukuli, rasanya semakin perih. Terpaksa perlahan kubuka mulutku dan kujilat buah zakar berwarna hitam berkerut itu. Kucoba menikmati telor hitam milik Pak Suroso itu dengan ikhlas. Awalnya kujilati dengan menahan nafas dan membuang perasaan jijik yang ada. Setelah semakin terbiasa kujilati daki-daki yang menempel di buah zakar Pak Suroso, aku beranikan diriku untuk menjilati area yang lain


"Nah gitu kan pinter. Jadi kamu gak perlu dikasari kalau gini. Ayo jilatin juga selangkangan saya yang gatal perih ini.. Sshhhh..", Perintah Pak Suroso


Kupandang sejenak selangkangannya yang hitam kemerahan itu. Sebenarnya aku begitu mual melihat bagian tubuhnya yang hitam dan sedikit bergerinjal texturenya itu. Pelan-pelan kucocol lidahku ke selangkanan pak Suroso yang abu-abu kemerahan penuh daki. Lidahku mencoba membiasakan merasakan aroma tidak sedap dari area kelamin bapak gemuk itu. Setelah itu lidahku mulai menari-nari mengitari bagian bola-bola kelamin Pak Suroso sebelah kiri dan kanan hingga seluruh bagian bola zakarnya terkena jilatanku. Kubuang penuhbrasa jijikku dan kembali kusentuhkan lidahku ke area licin selangkangan Pak Suroso yang hitam. Air liurku mulai menyapu perlahan membasahi area selangkangannya. Kali ini jikatanku ke selangkangannya lebih fasih dan tanpa ragu-ragu


"Aaahh.. jancukk.. Sambil didoakan Mbak Rista.. Sapa tau gatal-gatal saya  bisa sembuh setelah dijilati dan didoakan sama Ustadzah Rista. Sshhhh..", kata Pak Suroso sambil mendesis keenakan mendorong kepalaku agar lebih dalam menjilati selangkangannya


Tentu saja aku tak menuruti perkataannya. Konyol rasanya aku berdoa sambil menjilati selangkangan bapak yang baru kutemui kemarin malam itu. Ku coba menahan aroma yang timbul dari bagian dalam selangkangannya. Pak Suroso membuka kakinya lebih lebar agar lidahku menjangkau bagian selangkangan sebelah belakangnya.


Setelah seluruh bagian hitam pada buah zakar dan selangkangannya berhasil kujilati barulah aku diminta mengulum alat kelaminnya yang sudah mengacung tegak. Kuciumi sebentar kepala penisnya, lalu kujilati dari bawah keatas batang penisnya yang gemuk dan sedikit lunak itu seperti sedang menjilati Es Krim. Kucoba menikmati mengoral penis Pak Suroso yang hitam dan berbulu lebat itu. Walau Beberapa kali jilatanku bersentuhan dengan bulu kelaminnya yang bau. 


*sluruppp slurupp slurupppp* jilatanku terdengar begitu basah melumasi batang penisnya yang gemuk


"Aduh aduh aduh.. Baru ditinggal sebentar istriku sudah nakal ngulum kontol Bapak pelanggan nasgor saya..", kata Mas Tono mengejutkan kami dari belakang


"Iya Ton, istrimu ini ketagihan kontol. Lihat kontol saya sebentar saja dia jadi pingin jilat-jilat gini. Yasudah saya persilakan jilatin kontol saya biar istrimu ini senang. Heheheh", goda Pak Suroso


"Nakal ya kamu yank.. Baru beberapa saat kita nikah, kamu sudah jilatin kontol pria lain.. Kamu istri nakal harus dihukum..", kata Mas Tono


"Eehh ngga mas semua itu boh.. Hmmmpphhhh..", belum selesai aku menyelesaikan perkataanku, kepalaku sudah didorong oleh tangan Pak Suroso agar menjilati batang penisnya lagi


"Mau dihukum apa nih istri lontemu Ton? Heheheh.."


"Dihukum lubang anusnya dianal kontol Pak Suroso. Silakan pak entot lubang tai istri lonte saya ini. Saya mau coli sambil liat Istri saya melayani penghulu nikahnya. Hehehe..", Kata Mas Tono


"Lho kok berubah pikiran Ton? katanya saya gak boleh entot istrimu?", tanya Pak Suroso heran


"Ya tadi saya merenung dikamar mandi pak. sepertinya kontol saya kurang memuaskan istri saya pak. Jadi harus dikasih kontol Pak Suroso buat lubang tainya juga biar dia senang dapat 2 kontol hari ini"


"Saya kagum dengan keikhlasanmu Ton. Rela istrinya dianal pria lain..", Kata Pak Suroso


"Ahh. cuma istri sehari aja pak. Setelah tau dia lonte, saya akan ceraikan hari ini juga. Heheheh..", Kata Mas Tono


"Hayuk kita garap lonte ini Ton, kontol saya ngaceng pingin silaturahmi ke lubang bool ustadzah lonte...", Kata Pak Suroso


"Silakan bapak nikmati lubang tai istri lonte saya ini.. Saya mau liatin dulu sambil belajar dari bapak cara anal yang benar", kata Mas Tono


"Yasudah kamu pelajari ya gimana caranya menganal seorang wanita", kata Pak Suroso


"Pak jangan.. Haram pak.. Haram...", pintaku memelas menyadari lubang pantatku akan menjadi target mereka selanjutnya


"Heheheh.. siap2 lubang taimu saya pake. Jadi fungsinya tu lubang bukan cuma buat buang tai, tapi juga buat garuk kontol", kata Pak Suroso mesum


"Haram pak jangannn..", aku terus berusaha menjaga martabatku sebagai seorang akhwat yang tidak boleh dianal


Mereka tak peduli dengan rontaanku, lalu mereka berdua menyeret tubuhku ke dalam kamar. Terdapat sebuah kasur kecil berukuran single bed 90x200. sebenarnya hanya cukup untuk 1 orang saja. Namun Pak Suroso tetap membaringkanku diatas kasur itu. Dengan ganas bapak yang hampir berusia paruh baya itu mulai menciumi bibirku. Lidah kami beradu dengan liar. Bibirku sesekali digigit olehnya dan diludahinya bibirku sebelum dilumat lagi


"Juh juh juh juh.. Liat nih Ton istri lontemu.. bibirnya harus diludahi karena mudah sekali dia sepong kontol pria bukan mahromnya. Heheheh", kata Pak Suroso kembali melumat bibirku dengan kasar setelah diludahinya beberapa kali


"Sshhhh.. Hmmpppphhh.. Ahh..", desisku saat bapak itu terus menciumiku dengan ganas dan begitu rendah


Lidahnya bergerak menjilati bibirku katas dan bawah. Aku hanya bisa pasrah membiarkan serangan penuh nafsu itu mendarat tiada henti menyerang bibirku yang tipis


"Bibirmu menggoda sekali ustadzah.. Sshhhh.. sange saya liat kamu pakai baju gamis syari gini.. ", Kata Pak Suroso sambil menyingkap rok gamisku keatas hingga bagian bawah tubuhku terbuka kembali


"Mana saya mau cium dan jilati memek alimmu.. sluruppp sluruppp"


"Ohhh bapak.. ssshhh.. Aahhhh....", aku kembali mendesah saat kelaminku kembali diseruputnya


"Memekmu gatal yaah... Hah..", kata Pak Suroso sambil mengocok vaginaku dengan cepat


"Oohh yesss... Aaah.. Bapakkk... saya mau keluar... Sudaahhh..."


*creett cretttt creettt* vaginaku menembakkan cairan squirt beberapa kali


"Cok.. memek lonte.. dirangsang sebentar udah moncrot.. Ustadzah lonte suka zina ya lu... juh juh juh juh", kata Pak Suroso sambil meludahi lubang vaginaku beberapa kali


"Ayo lu pasti ustadzah kalau masturbasi bayangin kontol ustadz2 ya? Hah??? Memek Perek!!! Ustadzah lonte. Nungging lu!!", kata Pak Suroso mulai galak


"Iya Pak.. jangan kasar2 bapak..", pintaku


"Halah.. ukhti lonte kayak lu ngapain dialusin. Enakan dikasari. Ya ga Ton?"


"Iya Pak, istri saya yang lonte itu enaknya dikasari.. Semakin kasar dia akan semakin sange", kata Mas Tono sambil tanpa kusadari dia mulai merekam perlakuan Pak Suroso dengan kamera handphonenya


"Bagus Ton, dokumentasikan saya pakai memek ustadzah kampus ini. Hehehe.. Ngangkang lu. Mohon ke gw minta dianal!!!"


"Pak maaf jangan disitu pak.. di vagina saya saja gapapa jangan disitu..."


"Apa itu vagina? Ayo ustadzah lonte, lu harus bilang memek!! Ulangi!", Kata Pak Suroso sambil mencabuli vaginaku keluar masuk dengan kedua jarinya


"I.. Iyaa.. Aahhhh.. Bapak.. Pakai memek saya saja pak.. jangan dilubang pantat saya...", kataku jijik mengucapkan kata cabul dan nakal itu


"Gimana Ton? Dia minta dientot memeknya? Boleh saya entot memeknya?"


"Jangan Pak, lubang tainya saja", Kata Mas Tono sambil terus merekam sambil onani


"Anjir lu kebiasaan liat bokep jadi hobi coli lu. Bahkan punya istri masih aja coli lu. Heheheh", Kata Pak Suroso


"Hehe buat ngerangsang aja pak biar bisa berdiri maksimal kontol saya", jawab Mas Tono


"Lu denger sendiri kan? Suamimu minta saya entot lubang tai lu", Kata Pak Suroso sambil mulai meraba lubang pantatku


"Jangan pak.. Haram....", Kataku lemas namun sepertinya semua percuma


"Ton kamu ada cairan semacam minyak? buat ngelumasi lubang pembuangan istri lontemu ini"


"Ada minyak bekas goreng kemarin pak?"


"Boleh deh Ton"


Lalu Mas Tono bergegas keluar kamar mengambilkan minyak yang dimaksud. Tak beberapa Mas Tono kembali sbil membawa minyak bekas yang diwadahi mangkok kecil. Ternyata jumlahnya sedikit


"Segini cukup pak?"


"Iya coba dulu", Jawab Pak Suroso


Mas Tono kemudian menyerahkan mangkok berisi minyak bekas itu ke Pak Suroso


*juh juh juh juh*,Tiba-tiba pak Suroso meludahi lubang pantatku


"Buat tambahan pelumas dari ludah saya", terang Pak Suroso


Lalu dengan perlahan, Pak Suroso mulai menuangkan minyak bekas itu ke pantatku sedikit demi sedikit. Sambil sesekali telunjuknya dimasukkan untuk melumasi kulit dalam lubang pantatku


"Aaahhhh.. Sakit Pak...", kataku sambil meringis kesakitan


Jari pak Suroso bergerak lincah terus memberikan minyak bekas ke lubang pantatku hingga oantayku terasa sedikit hangat dan licin. Setelah seluruh minyak di mangkok habis, barulah Pak Suroso mengarahkan batang penisnya yang sudah tegang ke lubang pantatku. Penis gemuk itu meringsek masuk membelah lubang pantatku yang masih sempit.


"Ssshhh.. Pak.. jangan disitu.. Uuuuhh..", desisku


Penis Pak Suroso terus ia coba dorong hingga dapat menembus lubang anuskum Sementara Mas Tono terus merekam adegan anal ku bersama pembeli setia nasgornya.


"Heekkkhhh..", kurasa pantatku rasanya kedutan


*jleb.. jlebbb..*


Penis Pak Suroso mulai diterima kehadirannha oleh lubang pantatku. Tubuhku belakangku langsung terasa ada yang mengganjal saat alat kelamin Pak Suroso mencoblos lubang pembuanganku. Kakiku terasa gemetaran sehingga membuatku sulit mengimbangi posisiku yang sedang menungging


"Ohhh... nikmat sekali pantatmu ustadzahhhh... Ssshhh.. oohh..", desah Pak Suroso


Sodokan batang penisnya ke lubang pantatku semakin menjadi, karena pantatku sudah memproduksi semacam pelicin yang biasanya dikeluarkannya saat proses pembuangan. Terasa perih sekali lubang pantatku saat digasak pria gemuk ini. Walau ukuran penisnya tidak lah besar, namun tetap saja kehadiran benda asing pada lubang anusku membuatku kesakitan


"Oooouuhhh.. ouuuhhh.. pak...", kataku sambil mencengkeram erat sprei kasur


"Gilaaa saya gak sabar mau keluarrrrr... Aarrrggg..."


Tubuh Pak Suroso mengejang hebat. Pinggangku sampai diremasnya kuat-kuat saat penisnya mulai kedutan di dalam lubang anusku


*crot crot crot crot*


Beberapa semburan hangat menembak berkali-kali ke dalam lubang pantatku. Rasanya lubangku itu saat ini sedang tak karuan. Antara sakit, perih, sesak, licin dan hangat. Semua bercampur menjadi satu. Pak Suroso langsung mencabut batang penisnya keluar dari lubang anusku. Terasa sekali lubang anusku dempat terbuka lebar beberapa detik sepeninggal penisnya keluar. Sebelum pada akhirnya lubang itu menyempit kembali ke ukuran semula.


"Hahaha.. Mantab sekali lubang bool ustadzah. Ternyata sama saja kotornya. Hahahaha.. Ton saya pinjam kamar mandimu mau cuci kontol saya", Kata Pak Suroso dan meninggalkan kami dikamar


Lalu Mas Tono merangkak naik keatas ranjang. Tubuhnya yang kurus berlerut sixpack langsung menindihku yang sedang ngos-ngosan. Aku hanya bisa pasrah saat penisnya kembali diarahkan ke dalam lubang vaginaku tanpa meminta ijin kepadaku


*blessss*


"Aaahhhhh.. Mas...."


"Duh nikmat sekali ngentot kamu Mbak..." Kata Mas Tono memulai menyetubuhiku kembali


Sekali lagi penis Mas Tono yang berurat dan bertexture bergerigi itu terasa nikmat menggaruk kulit vaginaku bagian dalam. Sesekali kami berciuman mesra. Kubalas ciumannya dengan sebuah ciuman yang penuh nafsu membara. Walaupun ini adalah sebuah pernikahan kontrak selama 1 hari, kuanggap lelaki yang dihadapanku ini adalah suamiku yang harus kulayani dengan baik. Ironisnya, aku tidak pernah melakukan hal ini dengan calon resmi suamiku. Bersentuhan saja kami tidak pernah.


*jleb jleb jleb jleb*


"Aahh.. Aahhh.. Enak Mas.. Terus.. Terus mas...", desahku nakal membiarkan vaginaku digenceg-gencey alat kelamin penjual nasi goreng itu


"Aahhh.. Maaf Mbak saya lagi-lagi mau keluar. Ga bisa tahan lama liat muka mbak yang cantik ini memeknya sedang saya genjot", Kata Mas Tono 


Kembali kurasakan batang penis kedutan di dalam tubuhku. Tusukan Mas Tono semakin cepat dan dia akan mencapai klimaks keduanya hari ini. Aku pasrahkan saja vaginaku akan menjadi tempT pembuangan sperma pria kurus berambut ikal ini


*crot crot crot*


Penisnya langsung menyemburkan lahar yang terasa kental, lengket, dan hangat di dalam rahimku. Setelah kedutannya mereda, tubuh kurus Mas Tono langsung ambruk menindih tubuhku. Rasanya begitu gerah mengingat aku sama sekali belum melepas gamis serta kerudung saat ini. Hanya celana dalamku saja yang sudah tertinggal di ruang tamu tadi


"Lho lho lho.. Saya cuma ninggal nyuci kontol sebentar kok Mas Tono sudah lemes ngos-ngosan? Hehehe", Tiba-tiba Pak Suroso sudah kembali sambil cengar-cengir


***


Jam dinding ruang tamu menunjuk pukul 12 siang. Tak terasa aku sudah berada di rumah ini selama 6 jam. Tubuhku saat ini sudah telanjang dan hanya menyisakan kerudung yang menutup aurat rambutku


*slurup slurup slurup slurup*


Dua orang pria yang kutemui kemarin malam sedang asyik duduk diruang tamu sambil ngobrol santai. Membahas apapun yang ingin mereka bahas. Mulai dari politik, olahraga, sampai membahas istri orang. Sedangkan aku saat ini duduk berlutut dalam keadaan telanjang mengulum penis mereka bergantian, hanya menyisakan kerudungku yang masih terpasang dengan rapi menutup rambutku


"Istrinya Pak Fahri kasian ya. Ditinggal suaminya tugas keluar kota terus. Pulangnya kadang sampai minggu depan", Kata Pak Suroso sedang membicarakan istri tetangga mereka


"Iya Pak, biasanya Bu Fahri beli nasgor ke tempat saya. Wajahnya kayak sedih pak..", kata Mas Tono


"Ya sedihlah Ton. Dia gak bisa dapatin jatah kontol suaminya.. Hahahah..", Kata Pak Suroso


"Pak Suroso aja silaturahim ke rumah Bu Fahri siapa tau bisa dapat jatah pak. Mumpung lagi kangen kontol dia", usul Mas Tono


"Gundulmu Ton.. Kalau bisa segampang itu ya saya bersyukur. Usia udah 35 tahun keatas tapi body masih kayak mahasiswi.. Hehehe..", Jawab Pak Tono


"Hehehe Betul pak. Saya setuju! Bodynya Bu Fahri masi bagus. Teteknya menggoda sekali apa lagi kerudungnya suka disingkap ke belakang jadi tonjolannya kelihatan menggoda", Kata Mas Tono


"Hehe Tapi Istrimu ini masih yang terbaik Ton di kampung ini. Cantik, hidung bangir, body mulus, kulit putih bersih, tetek meskipun ga begitu besar tapi pas digenggaman. Apalagi, dia bersedia sepong kontol selain suaminya dengan ikhlas.", Kata Pak Suroso mesum sambil tangannya meremasi payudaraku yang sudah terbuka bebas


"Aahhhhh..", desahku


"Hahaha.. Syukur lah pak saya punya istri shalihot penurut seperti ini", kata Mas Tono sambil mengelus2 kerudungku


"Gak ada niat perpanjang kontrak Ton? Saya jadi semangat silaturahim ke kelamin istrimu nanti. Hahahah", kata Pak Suroso sambil menarik kepalaku dan meminta giliran untuk mengulum penisnya


"Mau ngga mbak kontraknya diperpanjang?", tanya Mas Tono kepadaku


"Hah? Engg.. enggak mas..", jawabku


"Hahaha.. Mampus lu Ton ditolak nih ustadzah Lonte.."


"Saya sudah ada calon suami mas..", jawabku tersipu


"Yaelah.. Kasian calonmu. Ga tau kalau calon istrinya sedang melayani pria lain", kata Pak Suroso


"Kamu sudah pernah ngentot sama calonmu?", tanya Bapak gemuk itu lagi


Aku jawab tegas pertanyaan itu dengan gelengan kepala mantab


"Hahaha.. Lalu gimana kalau kamu hamil dari hubungan dengan Tono?", Tanya Pak Suroso sambil membelai kerudungku


"Iya Mbak, nikah sama saya saja. Saya akan jadi suami yang tanggung jawab. Hehehe..", kata Mas Tono sambil menarik kepalaku ke arah penisnya dan langsung kuhalap alat kelaminnya


*slurupp sluruppp slurupp* suara jilatanku pada kedua kelamin pria ini


"Ngga bisa mas.. Maaf saya sudah komitmen menjalin hubungan pernikahan dengan beliau. Aahhhh...", jawabku sambil mendesah saat tangan Mas Tono memencet puting susuku


"Yaudah Yuk Ton nikmatin calon istri orang ini bareng2 hari ini. Kata Pak Suroso sambil menarik tubuhku ke sofa. Posisiku saat ini langsung menghadap keluar jendela. Mataku bisa melihat jelas suasana jalanan depan rumah Mas Tono yang beberapa kali beberapa kali berseliweran kendaaran yang lewat, baik itu mobil maupun motor


Menyadari tubuhku sewaktu-waktu bisa saja terlihat dari luar, Aku segera menutup tubuhku yang sedang telanjang ini karena jendela rumah Mas Tono memang terbuka tanpa adanya gorden yang menutupi dalam rumah.


Tubuhku langsung dipangku oleh Pak Suroso. Tubuhku langsung berhadapan langsung dengan wajah Pak Suroso. Diciuminya bibirku dengan penuh nafsu, sambil kedua tangannya memilin puting susuku dengan kasar. Lalu Mas Tono juga tak tinggal diam. Dia lalu menaiki sofa dan menyodorkan batang kelaminnya ke arah bibirku. Menyadari keinginannya, aku segera menggenggam alat kelaminnya itu dan kumasukkan batang penisnya ke dalam mulutku


"Aaahhh.. Ustadzah suka main rame2 ya? Semangat banget. Hehehe", goda Pak Suroso sambil langsung mengarahkan batang penisnya ke dalam vaginaku


"Lho sorry Ton. Lupa saya ga boleh dimasukkan ke memek istrimu. Hehehe", Kata Pak Suroso menghentikan sodokannya


"Aahh.. Gapapa pak, pake aja memeknya. Saya sudah gak peduli. Dimata saya Mbak Rista ini cuma lonte yang butuh kontol.. Aaahh.. enak seponganmu sayang..", Kata Mas Tono merem melek menikmati lidahku yang menjilati organ kelaminnya.


"Ya udah klo gitu.. Goyang Lu ustadzah! Biar memek lu bisa digaruk kontol saya. Hehehe", perintah Pak Suroso


Aku mengangguk pasrah dan mulai menaik turunkan tubuhku diatas tubuh gemuk Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya keluar masuk begitu nikmat saat tubuhku memompa penisnya.


"Bagus lonte!! Terus!! Ssshhh..", kata Pak Suroso menikmati penisnya diurut vaginaku yang duduk diatas pangkuannya


*slep slep slep* Suara vaginaku memompa penis Pak Suroso


"Mainkan tetekmu!!", perintah Pak Suroso sambil kedua tangannya memegangi pinggangku


Aku meneruskan tubuhku untuk naik turun dipangkuan Pak Suroso. Kurasakan batang penisnya terus naik turun membelah vaginaku yang sudah becek. Kemudian Tanganku mulai meremas payudaraku yang menggelantung bebas dihadapannya. Kupilin puting susuku sendiri dan membiarkan bapak berusia 45 tahunan itu menikmati pemandangan indah dihadapannya. Seorang gadis berkerudung telanjang dengan nakal memainkan payudaranya sendiri dihadapan pria yang bukan siapa-siapanya  Sementara mulutku masih sibuk dengan mengulum penis Mas Tono yang terus menegang karena permainan oral seksku


Setelah itu Mas Tono meminta Pak Suroso membalikkan tubuhku kembali menghadap ke dalam rumah, sehingga kali ini tubuhku menghadap ke Mas Tono. Pak Suroso lalu mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku dan mengarahkan kelaminnya ke dalam lubang pantatku


"Hajar lubangnya bareng2 Ton", kata Pak Suroso sambil mulai mendorong batang kejantannya kembali ke lubang pantatku


"Aduuuhhh.. sshh.  Ooohh sakit pak... Jangan disitu...", desahku saat penis itu terus meringsek masuk ke dalam lubang sempit itu


"biar lubang taimu terbiasa disodok kontol ustadzah.. Heheheh", kata Pak Suroso sambil terus membenamkan alat kelaminnya ke dalam lubang pantatku


"Aahhhh pak..."


Lalu Mas Tono mulai mengarahkan alat kelaminnya ke kelaminku yang sudah terbuka siap untuk kembali disetubuhi. Mudah saja bagi Mas Tono kali ini menancapkan ke dalam vaginaku. Selain karena sudah terbuka menganga, vaginaku saat ini juga sudah sangat licin karena lendir yang terus keluar dari dalam kelaminku itu


"Aduh cuk enak e memekmu mbak... Ssshh..", desah Mas Tono


"Iya Ton. Jancuk ini emang lonte.. malah semangat kalau didouble penetration. Hajar memeknya Ton sampek dower tu memek..", Kata Pak Suroso menyemangati Mas Tono


"Iya Pak, Enak nih memeknya dibikin dower biar suaminya nanti tinggal nikmatin memek dowernya saja. Hahaha..", Kata Mas Tono


"Aahhh.. Mas.. pelan-pelan.. Pak... Jangan dalem2 ke lubang pantat saya.. Aaaaahhh...", desahku kesakitan


*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*


Mataku memandang ke arah bawah sambil bibirku kugigit meringis menahan sakit. Kulihat bagaimana proses kedua kelamin itu keluar masuk bersamaan ke kedua lubang bawahku. Terlihat sekali penis mereka leluasa menghajar lubang vagina serta anusku tanpa ampun. Walau penis Pak Suroso gemuk nyatanya penisnya masih sanggup dicolokkan ke lubang pembuanganku itu.


*Beda dengan Ithonk.. dia masih tidak percaya diri memasukkan kelaminnya ke lubangku yang itu...*, kataku dalam hati


*Astghfrlhh.. Apa yang sudah kupikirkan*, lanjutku segera menepis bayang2 disetubuhi ketiga tuanku itu


"Aarrggghhh.. Saya keluar..", pekik Mas Tono tiba-tiba


*crot crot crot*


Bukannya menarik keluar penisnya, Mas Tono malah membenamkan penisnya semakin dalam. Dan disemburkannya tanpa ragu ke dalam rahimku. Terasa sekali penisnya kedutan didalam vaginaku dan cairan kental hangat itu merembes keluar melalui sela2 kedua kelamin kami.


"Hah.. Hah.. Hah.. Lega.. Semoga hamil kamu Mbak biar calonmu mutusin kamu. Nanti kita nikah dan aku akan rawat kamu sebaik mungkin dibantu Pak Suroso. Biar kebutuhan batinmu tercukupi Heheheh..", Kata Mas Tono


"Wah ide bagus itu Ton kalau saya dijinin ngentot istrimu nantinya", Kata Pak Suroso lalu mengganti posisi tubuhku


Kali ini tubuhku ditelentangkan ke sofa. Kemudian Pak Suroso mengangkangkan kedua kaki selebar mungkin, lalu diarahkannya kelaminnya ke dalam vaginaku yang masih menyisakan sisa sperma Mas Tono


"Saya ijin belanja dulu Pak Suroso buat jualan nanti malam. Kamu layani tamu istimewa kita dengan baik istri lonteku..", Kata Mas Tono sambil mencium bibirku


"Oiya jangan disembur ke dalam pak. Ga lucu nanti Mbak Rista hamil anak Pak Suroso. Hehehe..", Kata Mas Tono sambil berlalu meninggalkanku yang mulai dikerjai Pak Suroso seorang diri


*Oouuuhh.. Mas Adi.. Afwan Akhiii.. Vagina ana.. sudah diobrak abrik penis-penis pria.. Aaahhhh...* desahku dalam hati


*jleb jleb jleb jleb*


Tusukan penis Pak Suroso begitu kencang, walau tidak sampai mentok tapi cukup memberikan kenikmatan. Kubiarkan saja bapak-bapak ini terus menggenjot vaginaku. Toh semua sudah terjadi, tidak ada alasan bagiku untuk meronta dan melawan. Setelah puas menyetubuhiku dengan posisi konvensional. Pak Suroso kembali memintaku berganti posisi, kali ini memintaku menungging. Kedua pantat telanjangku ditamparnya beberapa kali sebelum penisnya kembali ditancapkan ke dalam vaginaku


"Aahhhhh... Aaahhhh.. Ahhhhhh", desahku semakin bersemangat melayani bapak ini


Walau penisnya tidak besar tetapi Pak Suroso begitu pengalaman. Temponya begitu teratur dan tidak terburu-buru sehingga kenikmatan yang kurasakan tiada habisnya. Bahkan tubuhku ikut maju mundur bersamaan dengan tiap sodokan batang penisnya dari belakang


"Iya bagus, goyang yang bener.. Goyangkan pantat mulusmu ini Ustadzah Rista..", kata Pak Suroso sambil membelai kedua pantatku yang sedang menungging dihadapannya


*plak plak plak plak*


"Ahhh.. pak.. Terusss.. enak.. enak.. aahhh.. aaahhhh..", aku semakin terbuai permainannya


"Enak mana ngentot sama saya atau sama si Tono?", goda Pak Suroso


"Iyaahh.. enak sama Bapak.. Ouuhh.."


"Jadi saya boleh sembur peju saya ke memekmu ya ustadzah Rista?"


"Iya bolehhh pak.. Semburkan sperma bapak ke memek saya saja...", jawabku semakin gila


Aku sudah lupa aku adalah seorang akhwat berjilbab syari yang seharusnya menjaga diri. Bukan seperti pelacur yang mengijinkan seorang pria menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Bahkan ironisnya kuberikan tubuhku secara gratis kepada mereka. Tubuh serta akal pikiranku sudah tidak mampu melawan kenikmatan ini. Keduanya sudah tunduk pada nafsu syahwat bersetubuh dengan para pria. Tubuhku bergerak menuruti birahiku, bergoyang seirama dengan tiap tusukan Pak Suroso. Serta berharap bapak yang sedang mendoggyku ini puas dengan pelayananku sebagai wanita


"Ooohhh.. Saya mau Keluarrrr...", Kata Pak Suroso tiba-tiba lalu membenamkan penisnya dalam-dalam ke vaginaku


"Iyaaa pak didalammm pak.. Aahhhh..", pekikku saat merasakan sebuah cairan hangat kembali menembak-nembak dalam rahimku


*crot crot crot crot*


Semburan sperma Pak Suroso begitu banyak menyemprot ke dalam kelaminku  Tubuhku langsung terjatuh tak berdaya setelah beberapa jam ini melayani mereka tanpa henti. Sperma Pak Suroso mulai meluber perlahan, bercampur dengan sperma Mas Tono yang sudah mengering.


"Hehehe. Nikmat bener tubuhmu Mbak Rista..", puji Pak Suroso sambil kembali berpakaian


Aku bahkan tak sanggup menjawab perkataannya. Nafasku tersengal-sengal dan kurasakan kedua lubangku mulai terasa perih. Mata Pak Suroso terus menatap kearah tubuh telanjangku begitu rendah. Senyumnya begitu merendahkan harga diriku.


Kenyataannya aku sudah menjadi akhwat yang tak punya harga diri. Kali ini aku benar-benar mengakui hal itu. Ternyata tubuhku bukan hanya sanggup melayani Mas Endrix dan teman-temannya saja. Tetapi tubuhku pun sanggup melayani kedua orang pria yang baru saja kukenal dengan kesadaran penuh, Tanpa paksaan apapun, dan kulakukan semua itu dengan ikhlas. 


"Kalau kamu gak mau sama Tono. Kamu nikah saja sama saya. Saya jadikan kamu istri kedua saya. Kalau istri saya menolak poligami, akan saya ceraikan asal saya bisa jadikan kamu istri saya.. Hehehe.."


"Jangan pak.. Hah.. Hah.. Hah.. Saya jadi gak enak sama istri bapak.."


"Yasudah kalau gitu gapapa kamu jadi istri Tono. Toh dia sudah  ijinin saya buat setubuhin kamu nantinya. Heheheheh...", Kata Pak Suroso


Tak kutanggapi perkataannya dan kubiarkan tubuh telanjangku berisitirahat sejenak dari rasa lelah sisa pertempuran dari pagi hingga siang hari ini. Seiring dengan berlalunya permainan gila ini, kembali kesadaranku perlahan muncul. perlahan rasa penyesalan mulai merambati pikiranku. Penyesalan karena aku sudah mengkhianati Mas Adi. Dia yang benar2 menginginkanku jadi istrinya dan tulus mencintaiku bukan hanya karena nafsu.


"Tono lama bener, yasudah saya pulang dulu Mbak. Ga enak saya lama2 dirumah Tono. Nanti istri saya mikir macem-macem suaminya ngapain sih lama2 bener di rumah Tono. Bisa2 dikira saya homo. Hahahah.. Saya pamit dulu mbak, salam buat Tono", kata Pak Suroso sambil keluar meninggalkan rumah Mas Tono


Sepeninggal Pak Suroso, akupun segera meraih pakaianku yang kocar-kacir. Ada yang diruang tamu, ada yang di kamar tidur Mas Tono. Kubersihkan sisa sperma kedua pria itu dari tubuhku dengan tisu yang tersedia diatas meja ruang tamu. Kemudian sambil menunggu kedatangan Mas Tono, kuputuskan untuk membereskan beberapa barang yang berantakan akibat pertempuran hari ini


Selang 15 menit kemudian Mas Tono sudah kembali, lengkap dengan tas plastik besar yang berisi bahan-bahan yang ia butuhkan untuk berjualan nasi goreng nanti malam


"Kemana Pak Suroso?", tanya Mas Tono heran melihatku sudah sendirian duduk diruang tamu rumahnya


"Sudah pulang..."


"Pak Suroso enggak ngeluarin pejunya didalam kan?", tanya Mas Tono curiga


"Ehh.. Errr.. Enggak kok mas.. Diluar kok..", jawabku berbohong


"Yasudah kalau gitu. Soalnya tu bapak-bapak kadang suka bohong. Hehehe.. Oiya, Nanti kamu bantu saya jualan ya", kata Mas Tono dan akupun menyanggupinya


***


Jam 17.30 aku dan Mas Tono sudah bersiap menata rombong nasi gorengnya di tempat pos kamling biasanya. Beberapa orang yang seliweran sempat menoleh ke arahku


"bojomu ta Ton?" (istrimu ya Ton?), tanya seseorang pengendara motor yang melintas sambil menyapa Mas Tono sambil terus berjalan


"Oiyo laaahhh..", jawab Mas Tono sedikit berteriak dengan bangga


Beberapa saat kemudian, pembeli nasgor Mas Tono mulai berdatangan. Terlihat sekali Mas Tono kelabakan melihat banyaknya pembeli yang datang hari ini. Sesekali disekanya keringat yang menetes dari keningnya sambil ia terus menggoreng. Akupun tak kalah sibuk, kupotong sayur dan ayam dan kusiapkan kertas bungkus untuk membungkus pesanan-pesanan makanan itu.


Beberapa pembeli memuji kecantikanku dan memuji keberuntungan Tono bisa mendapatkan asisten secantik aku. Aku hanya tersipu malu dipuji seperti itu. Entah mengapa akhir-akhir ini aku begitu suka jika  dipuji. Namun Mas Tono memberi penjelasan hanya dibantu olehku hari ini saja. Tentunya beberapa pembeli kecewa karena mereka tidak bisa menemuiku lagi.


4jam berjualan saja dagangan Mas Tono sudah habis tak tersisa. Biasanya dia pulang malam jam 1 itupun kadang masih tersisa beberapa porsi. Kali ini jam 21.30, Mas Tono sudah bisa pulang dan seluruh bahannya sudah habis tak tersisa. Bahkan kuingat tadi pembeli terakhir yang kehabisan nasi dan mie goreng, akhirnya hanya memesan Telur Dadar saja demi bisa mendapatkan kesempatan mengobrol denganku


"Duh kalau Mbak Rista bisa bantu jualan saya setiap hari. Pasti dagangan saya cepat laku nih mbak. Laris manis. Hehehe..", kata Mas Tono


"Alhmdlh.. Rejeki Mas Tono", jawabku


Setelah semua beres, mas Tono kembali mengajakku ke kamar dan akupun melayani pemuda itu kembali malam ini. Desahan demi desahan bersahut-sahutan terdengar.  

Berbagai macam gaya ia coba, ada yang gagal, ada pula yang berhasil, karena memang Mas Tono belum pengalaman. Akupun berusaha totalitas melayaninya dengan baik. Total malam ini ia tanamkan bibit spermanya ke rahimku sebanyak 3x lalu setelah ia benar-benar puas,  aku baru dibolehkan pulang sebelum shubuh. Saat orang2 belum pada bangun sehingga aku bisa aman keluar dari rumah ini


**bersambung**



=========


Scene 14 : Ternyata (POV : Endrix)


Gw tersenyum membaca pesan WA dari suami Dewi. Katanya dia lagi butuh dana 10 juta lagi untuk membayar beberapa utangnya dia ke beberapa orang kenalannya. Gw sih ga ada masalah. Toh dana segitu cuma kecil buat gw. Sambil menyeruput secangkir kopi hitam ditemani sebatang rokok putihan, gw geleng-geleng kepala melihat tingkah suami Dewi yang seolah sudah tak punya malu pinjem duit melulu ke gw


"Tolong lah mas.. Saya sedang butuh dana ini..", pintanya memelas


"Tapi lu nanti balikinnya gimana? Total utang lu ke gw udah 50juta bro...", jawab gw


Terlihat suami Dewi mengetik panjang, namun tidak jadi dikirim-kirim. Sepertinya dia kebingungan membalas apa, dia mungkin tidak menyangka total hutangnya sudah sebanyak itu


"Apapun caranya saya pasti akan usahakan membayar hutang saya mas.. Tolong saya mas..", kata Eko


"gini aja, kita ketemuan dulu. Ngobrol-ngobrol santai. Ada beberapa perjanjian yang perlu lu tandatangani kalau lu mau nambah hutang lagi. Buat jaga2 aja biar lu ga kabur. Heheheh..", kata gw


"Boleh-boleh mas.. Ketemu dimana?"


"Di Cafe 69 dekat pom bensin seberang kampung lu aja. Tau kan?"


"Ohh.. iya2 tau mas.. Jam berapa?"


"Jam 2 siang ini", jawab gw


Lalu pandangan gw kembali menghadap ke depan. Terlihat Rista sedang berjongkok telanjang, kerudung panjangnya ia singkap kebelakang sehingga teteknya dibiarkan terbuka menggelantung bebas dihadapan gw dan teman-teman gw. Sambil mengejan, dari tempiknya perlahan mengeluarkan kencing yang jatuh pada wadah yang telah temen-temen gw siapkan. Mereka menertawakan akhwat itu karena ia sudah mulai terbiasa kencing dihadapan kita. Gw, Ithonk, Bobby sepakat hari ini akan cek kencing Rista, apakah dia sudah hamil ataukah belum. Karena menurut pengakuannya, dia sudah terlambat menstruasi 1 bulan lebih.


"kencing aja keliatan sexy bener lu. Heheheh", ujar Ithonk sambil mengocok kontolnya


Setelah pancuran kencingnya berhenti dan tertampung hampir memenuhi wadah, Rista lalu membuka kemasan test pack yang sudah ia beli, dicelupkannya alat itu ke air kencingnya sendiri, sambil menunggu beberapa saat. Nampak sekali kekhawatiran di raut wajahnya yang cantik itu.


"Kalau lu hamil siapa ya kira2 bokap dari anak lu.. Lu Kali Ndrix?", canda Bobby


"Enak aja kalian berdua juga urunan buang peju ke tempiknya. Bukan gw aja. Harus tes DNA nih biar tau bokapnya. Hahaha", jawab Gw


"Atau jangan-jangan Mas Tono yang berhasil ngehamilin? Hahaha.. Eh Ris, kapan hari waktu lu ngewe sama Mas Tono penjual nasgor itu, dia crot berapa kali ke tempik lu?", tanya Ithonk


"Err.. kalau ga salah 5x tuan..", jawab Rista sambil mukanya bersemu merah.


"Seharian cuma 5x? Sayang sekali si Tono gak manfaatin waktu dengan baik. Dikasih kesempatan ngentot akhwat cakep malah cuma 5x doang. heheheh", Kata Bobby


"Btw gimana Ris hasilnya udah keliatan?", tanya gw


Wajah Rista tertunduk lesu. Pandangannya kosong melihat hasil test pack yang sudah menunjukkan dua garis yang berarti dirinya benar sedang hamil


"Ana hamil tuan...", kata Rista menahan kesedihan dan tangisan


"Hahahahha... Hahahah... Selamat Ya Rista..", Kata Bobby dan Ithonk bersamaan


"Ya udah sekarang lu tinggal cari bapak buat anak lu. Buruan lu ajak calon suami lu itu nikah. Kalau perlu goda dia agar dia mau ngentot sama lu. Terus bilang kalau lu hamil hasil hubungan badan ama dia. Beres. Lu ga usah sedih. Hehehe", kata gw


"Atau lu berdiri telanjang dipasar sambil pegang kertas tulisannya "Butuh suami untuk ayah dari anak saya", pasti banyak yang mau daftar tuh. Heheheheh..", imbuh Bobby


"Gausah telanjang.. Kalau ceweknya secantik Rista mah udah pasti banyak yang mau bro. Asal ada tulisannya "Boleh coba memek saya dulu sebelum nikah" Heheheh...", kata Ithonk disambut tawa kami


"hiks hiks hiks hiks.. Kalian jahat...", kata Rista sambil sesunggukan menangis direndahkan harga dirinya


Mungkin dia sedang membayangkan dan mengutuk dirinya sendiri. Selama ini dia slalu anti dengan pacaran dan free sex. Tetapi kali ini, dia sudah melakukan itu bahkan hingga hamil. Parahnya tidak ada satupun yang tahu siapa ayah dari janin yang dikandungnya itu. Termasuk Rista sendiri


Melihat akhwat cantik itu menangis, bukannya iba, teman-teman gw malah ketawa terbahak-bahak. Mereka mengaggap ini semua salah Rista yang mereka nilai cewek gampangan. Mereka bahkan tak peduli dengan suasana hati Rista yang saat ini sedang kalut, dan mengajak gadis itu untuk melayani kebutuhan syahwat mereka kembali


"Ayo Rista bikin anak lagi yuk", ajak Bobby sambil menarik tubuh telanjang Rista ke kasur


Rista sempat meronta, air matanya jatuh. Terlihat sekali wajahnya masih tidak berselera melakukan perzinahan kembali, setelah dirinya mengetahui sedang dalam kondisi hamil. Namun Bobby terus merangsang tubuh telanjang gadis berkerudung itu. Tangannya dengan nakal mengocok tempik Rista hingga gadis itu meronta dan mengejang. Bobby yang jauh lebih kuat tentu saja mudah untuk menguasai perlawanan tak berarti akhwat itu. Mudah saja bagi Bobby untuk membuka lebar kaki Rista. Dalam sekali dorongan saja, kontolnya yang sudah tegak langsung bersarang ke tempik budak gw itu. Tubuh Rista tersentak hebat saat batang berotot Bobby ditancapkan seluruhnya ke lubang senggamanya.


"Aaahhhh...", pekik Rista saat kontol Bobby mulai bersarang ke tempiknya


"Lu hamil bukan brarti lu bisa bebas tugas jadi budak sex kita. Inget tugas tubuh lu itu buat dientot sepuasnya. Hehehe.. Ssshhh..", kata Bobby sambil terus melakukan penetrasi ke tempik basah Rista


*jleb jleb jleb jleb*


Lalu Ithonk pun mulai turut serta naik keatas kasur. Tubuh gemuknya sudah telanjang bulat dan bersiap turut menikmati keindahan serta kenikmatan tubuh akhwat itu. Ithonk lalu mengangkangi tubuh Rista yang sedang terlentang disetubuhi Bobby. Dengan kurang ajar teman gw yang gendut itu menampar-namparkan batang kontolnya ke mulut Rista agar Rista mau buka mulut. Terlihat awalnya Rista menolak karena suasana hatinya saat ini sedang tidak enak. Ithonk nampak kesal karena kontolnya tak juga dikulum akhwat itu, sehingga dengan kasar ia tarik pentil susu Rista dengan kasar hingga melar. Rista mengerang kesakitan hingga mulutnya terbuka. Kesempatan itu dimanfaatkan Ithonk untuk menjejalkan kontolnya ke bibir budak gw. Mau tak mau Rista pun membuka mulutnya, membiarkan batang kontol Ithonk keluar masuk di bibirnya yang tipis


"Hmppphhh.. Ssshhhh.. Sudah tuan...", lenguh Rista sambil mencoba meronta


"Hehehe.. udah ga usah jual mahal lg lu. Hamil bukan alasan lu gak mau layanin kita-kita. Hehehe..", kata Ithonk sambil merem melek batang kontol dikulum Rista


"Justru lu harusnya berterima kasih ke kita, karena kita udah sumbang peju ke tempik lu. Ayo bilang terima kasih!", kata Bobby


"Aahhh.. Iyaa.. Syukron.. tuan...", jawab Rista dalam keadaan terpaksa


"Syukron buat apa? ulangi yang jelas!!!"


"....", Rista tidak menjawab


Kembali Ithonk menarik pentil susu Rista dengan kasar hingga gadis itu sedikit kesakitan.


"Aaahhh.. Aahhh.. Syukron tuan-tuan.. sudah menyumbangkan peju tuan ke memek ana. Aaaahhh....", kata Rista debgan mimik muka memerah


Mungkin dia berpikir bagaimana bisa dia berterima kasih untuk sesuatu yang berdosa itun


"Heheheh.. Masih boleh kan memekmu dipejuin lagi?", tanya Bobby


"Shhh.. I.. Iyaaaahh.. Boleh..", jawab Rista pasrah sambil tubuhnya mengejang karena tempiknya terus disodok kontol Bobby


"Bagus.. Biar memek lu ada fungsinya selain cuma buat kencing doang", kata Bobby sambil terus menghajar tempik Rista


"Emang apa fungsinya tu tempik?", tanya Ithonk mesum


"Buat nampung peju. Heheheh..", jawab Bobby


"Coba Ris sebutkan fungsi tempik lu selain buat kencing? Heheheh..", goda Ithonk sambil terus menjejalkan kontol gemuknya ke mulut Rista


"Iyaahhh.. memek ana.. buat menampung peju tuan-tuan.. Aaahhh...", jawab Rista sambil mendesah karena Bobby terus menyetubuhinya


*jleb jleb jleb jleb jleb* sodokan kontol Bobby terus membombardir tempik Rista


"Anjingg.. Tempik lu masih seret anjing padahal udah dipake berkali-kali.. Aaahhh..", kata Bobby sambil terus semangat menyetubuhi Rista


"Aahh.. Aahh.. Aaahhh.. Aahhh..", desah Rista mulai terdengar erotis bebarengan dengan tiap sodokan kontol Bobby


Sambil terus mendesah, tiba-tiba Ithonk memberikan sebuah pil dan dimasukkannya ke mulut Rista yang sedang terbuka karena terus mendesah digenjot Bobby. Rista sempat terkejut karena telah dicekoki semacam obat tanpa persetujuannya. Ithonk tersenyum mesum setelah yakin obat yang diberikannya tadi berhasil ia cekokkan ke akhwat itu


"Hah.. Hah.. obat apa itu.. tadi tuan.. Ahhh.. Aahhh..", kata Rista terus digenjot sambil ketakutan


"Hehehe.. Jangan khawatir.. obat itu akan membuatmu semakin ketagihan sex.. Lalu Gairah sex lu akan meningkat berkali lipat.. Tubuh lu akan terasa menghangat.. Pikiran lu akan dipenuhi hal-hal cabul..", kata Ithonk


"Apa?? Sshh..", kata Rista terkejut


"Kita juga belum tau efeknya akan seperti apa kalau lu minum itu pil. Hahahah...", Kata Ithonk


"Anjir lu cekokin dia pil 'sakti'?", tanya gw terkejut


"Ya bos.. Biar Rista makin binal dan binal hahahah..", jawab Ithonk


"Napa lu ga ijin dulu.. Kita belum tau efeknya kalau dicekokin ke cewek", kata gw sambil geleng-geleng kepala


"Jusru ini waktunya kita trial ke cewek bosss...", sela Bobby sambil mengganti posisi Rista menjadi menungging, lalu ia kembali menggenjot tempik akhwat itu dari belakang. Sedangkan Ithonk mengambil posisi berdiri dihadapan Rista dengan batang kontolnya mengacung tepat di depan mata akhwat itu


Pil itu belum ada namanya. Gw dapat barang tersebut dari relasi gw yang pernah ke Tiongkok. Dia hadiahkan ke gw 1 toples penuh. Dia hanya menyebut pil-pil itu dengan sebutan "Pil sakti". Ramuan itu akan memberikan efek luar biasa. Gw pernah mencoba memakainya sekali dan efeknya pikiran gw hanya berisi ngentot, ngentot dan ngentot. Semakin bergairah dan ereksi tiap saat. Alhasil gw sewa 5 pelacur malam itu dan kontol gw ga bisa berhenti ngaceng seharian. Sejak itu gw belum coba pakai lagi karena efeknya yang luar biasa dan begitu menyiksa karena celana gw jadi sempit terus-terusan


Benar saja, setelah menenggak pil tersebut, beberapa menit kemudian, gerakan Rista yang tadinya meronta dan sedikit melawan kini mulai berbeda. Berganti menjadi gerakan seorang wanita yang begitu haus sex. Lenguhannya begitu binal, goyangan tubuhnya mendadak erotis dan nakal, tubuhnya ia goyangkan menggoda, terang-terangan ia buka kakinya lebar dan mulai ia mainkan itilnya sendiri saat Bobby masih menggenjot tempiknya. Rista terlihat semakin sange. Nafsu birahinya tidak mampu ia tahan lagi, tubuhnya bergoyang liar, seolah ia lupa keadaannya yang saat ini sedang mengandung janin. Desahannya semakin kencang seolah ingin didengar banyak orang, sepertinya dia sedang berusaha mengumumkan ke semua orang kalau dirinya adalah akhwat lonte yang siap dipakai.


"Aaahhh.. Punya ana gataalll.. Oouuuhhh...", desah Rista sambil terus mengocok itilnya


Desahan itu tak berlangsung lama karena kembali mulut Rista kembali dijejali batang kontol Ithonk yang gemuk itu dari depan. Dengan cepat Rista mengulum dan menjilati alat kelamin teman gw yang gendut itu penuh nafsu. Jilatan demi jilatan ia lancarkan ke batang kontol gemuk Ithonk. Kemudian tak segan ia meludahi kepala penis Ithonk untuk memberikan pelumas tambahan, dikocok sejenak dengan jemarinya yang lentik, lalu ia kulum kembali batang hitam gemuk itu dengan liar dan nakal. Lidahnya berputar-putar mengitari kepala kontol Ithonk yang berwarna merah. Dikecupnya kepala kontol Ithonk sebelum kembali ia masukkan seluruh batang kontol Ithonk ke mulutnya. Tubuh Ithonk langsung bergetar seperti menahan geli saat akhwat cantik itu menjilati batang kencingnya. Kedua tangan berlemak Ithonk mendorong kepala Rista agar terus mengulum alat kencingnya tanpa jeda.


"Aarrrggghh gak tahan gw disepong akhwat lonteee. gw keluarrrrrrr...", kata Ithonk tiba2 sambil mencabut batang kontolnya sambil dikocok cepat. Rista lalu menjulurkan lidahnya dengan nakal bersiap menerima tetesan peju Ithonk


*crot crot crot crot*


Kontol Ithonk langsung menyemburkan pejunya ke lidah Rista yang terjulur. Sebagian besar langsung jatuh menetes mengenai indera pengecap akhwat cantik yang sedang menungging itu. Sebagian lainnya menyembur mengenai bibir tipisnya yang basah. Setelah kontol Ithonk berhenti mengeluarkan peju, dia lali menggosokkan sisa peju di kontolnya ke bibir Rista sehingga bibir gadis itu kini sudah belepotan peju Ithonk.


Dengan nakal Rista tunjukkan peju Ithonk yang sudah terkumpul banyak di permukaan lidahnya ke Ithonk, lalu perlahan akhwat itu mulai menelan air mani itu tanpa rasa jijik hingga habis tak tersisa.


"Tuan.. Syukron sudah kasih sperma ke ana.. Ijinkan saya bersihkan penis tuan sampai bersih..", kata Rista membuat gw terkejut


"sperma? penis? Maksud lu peju dan kontol?? ayo bilang peju dan kontol...", kata Ithonk sambil menepuk-nepuk kontolnya yang sudah lembek ke wajah akhwat cantik itu


"I..iya.. Kon.. kontol tuan... Ana mau bersihkan kontol tuan yang masih bel.. belepotan peju..", jawab Rista tersipu malu


*Baru dicekokin 1 pil aja nih akhwat alim sudah menggila..*, kata gw dalam hati tak percaya dengan perubahan besar sikap budak gw itu


Lalu Rista mulai menjilati sisa peju Ithonk yang masih menempel di batang kontolnya. Dia jilati kontol hitam gemuk itu dengan sepenuh hati. Lidahnya bergerak lincah menyapu tiap bagian alat kelamin Ithonk. Kontol Ithonk terus dijilati oleh gadis berkerudung panjang itu sampai bersih kembali tanpa ada sisa cairan putih kental yang menempel di batang kelamin itu.


Setelah bersih, diciuminya kepala kontol Ithonk berkali-kali tepat pada lubang kencingnya.


"Bagus cium kontol gw.. Bukti kalau lu gak bisa hidup tanpa kontol. hahahah", kata Ithonk penuh kemenangan


*cup cup cup* suara ciuman


"Iya Tuan.. Ana suka kontol. Ana butuh kontol.. Ana cinta kontol...", Kata Rista merendahkan dirinya sendiri sambil mencium berkali-kali kepala kontol Ithonk dengan bibirnya


Bobby iseng mencabut batang kontolnya dari dalam tempik basah Rista. Lalu teman gw itu turun dari ranjang membuat jarak dengan akhwat yang kini seperti lonte itu. Rista menoleh kebelakang sambil memasang wajah penuh kekecewaan. Sepertinya dia kecewa, batang kontol yang dari tadi memberikan gesekan kenikmatan pada kelaminnya mendadak berhenti dan keluar dari liang senggamanya. Bobby tersenyum licik sambil memandangi tubuh telanjang gadis berkerudung panjang itu.


"Kenapa berhenti tuan?", protes Rista


"Lu butuh kontol gw?"


"Iya tuan.. ana.. butuh kontol tuan..."


"Sini, jalan kesini sambil merangkak. Heheheh"


"Ba.. Baik tuan.."


Rista pun turun dari ranjang. Memposisikan dirinya menungging, dan berjalan merangkak mendekati Bobby. Bobby terus menggodanya dengan berjalan menjauhi Rista yang mulai mendekatinya. Terjadilah sedikit kejar-kejaran diantara mereka. Bobby tertawa puas melihat akhwat cantik itu terus mengejarnya demi mendapatkan sebatang kontolnya.


"Tuan.. Jangan siksa Ana.... Ana butuh kontol tuan..", kata Rista sambil mengejar Bobby sambil merangkak


Dari lubang tempik Rista keluar cairan bening yang tumpah membasahi lantai kamar gw. Cairan tempik Rista menetes kemana-mana karena Bobby terus menghindari tubuh Rista dan Rista terus mengejar kontol Bobby


"Ana mohon tuan... berikan kontol tuaannn.. Ana mohon tuan.. kontol.. Ana mau kontol.. Jangan siksa ana.. Aaahhh..", kata Rista mulai bersujud sambil memohon kepada Bobby


Tempik Rista terus mengeluarkan cairan seperti urine dari lubang kecil di tempiknya saat Rista bersujud memohon kepada Bobby agar teman gw itu berhenti menggodanya


"Hahaha.. Gila efek pil sakti ini. Akhwat alim jadi rusak gini kelakuannya. Hehehe..", Kata Ithonk terkesima melihat perubahan sikap Rista yang sudah berubah 180 derajat, tidak malu-malu lagi, tidak jaim-jaim lagi


"Sini sini.. lu butuh kontol gw buat apa hah? sini sini..", goda Bobby


"Tuan.. Memek ana gatal tuan.. Butuh kontol tuan buat garuk memek ana..", pinta Rista memelas sambil terus bersujud kepada Bobby


"Aaahhhh.. Sssshhh..", tiba2 tubuh Rista mengejang dan bergetar hebat. Terdengar suara desahan nakal yang keluar dari mulutnya. semburan cairan dari lubang kecil tempik Rista itu semakin deras. Dalam keadaan bersujud, Rista seperti sedang terkencing-kencing


"Heheheh.. Oke sini lu lonte butuh kontol. Cium dan jilati kontol gw sepuas lu.."


"Syukron tuan..", jawab Rista sumringah


Dihampirinya Bobby sambil terus merangkak. Pantat akhwat yang putih mulus itu terlihat bergoyang-goyang menggoda saat dirinya merangkak mendekati Bobby. Sedangkan lubang tempiknya sudah lecek dan basah terkena cairan alat kelaminnya sendiri. Lalu seperti anak kecil yang mendapatkan Es Krim, kontol Bobby langsung digenggamnya erat, dikocoknya penuh nafsu, dan dia masukkan sendiri kontol teman gw itu ke mulutnya.


Kulirik jam tangan gw, rupanya sudah jam 1 lewat. Gw harus menemui suami Dewi sambil membawa ketikan perjanjian yang kapan hari iseng sudah gw buatkan draftnya. Gw pun pamitan kepada kedua kawan gw dan mengijinkan mereka menyetubuhi Budak Sex gw sepuas mereka hari ini.


"Mau kemana lu?", tanya Ithonk


"Ada urusan bentar..", jawab gw


"Hmm ya udah.. Akhwat lu kita pake seharian ini ya?", kata Bobby sambil membiarkan batang kontolnya diciumi dan dijilati oleh Rista


"Pakai aja. Gw mau cari mainan baru. Heheheh..", jawab gw


***


Jam sudah menunjukkan pukul 14.10, Gw mulai tak sabar menanti kedatangan Eko suami Dewi. Pandangan mata gw terus menuju ke arah parkiran, menantikan kedatangan suami Dewi itu. Draft perjanjian sudah gw letakkan diatas meja. Draft perjanjian yang akan merubah kehidupan suami istri itu pastinya. Gw seruput secangkir kopi latte yang sudah tersaji diatas meja.


Tak berapa lama, gw melihat seorang pengendara motor memarkirkan motor maticnya di depan Cafe 69. Postur tubuh pengendara motor yang sedikit gemuk dan pendek itu seperti postur tubuhnya Eko suami Dewi. Benar saja, pengendara motor itu memang Eko. Kepalanya terus menoleh ke kiri dan ke kanan, raut mukanya terlihat begitu kebingungan dan hopeless


Dia langsung masuk ke dalam cafe dan menghampiri tempat duduk gw. Gw sambut dia dengan senyum licik menjengkelkan. Dibelakangnya, terlihat seorang waitress wanita yang berjalan mengikuti dari belakang membawa list menu.


"Selamat datang, mau pesan apa kak?", tanya waitress itu ramah setibanya di meja bulat tempat gw duduk


"Er... Es teh saja Mbak.. satu", jawab Eko


"Duduk dulu lu bro...", kata gw


Eko lalu menarik kursi dengan tergesa-gesa dan langsung duduk.


"Bagaimana mas? Saya beneran butuh uang 10 juta mas. Ini saya mulai diteror dan diancam sama para debt collector..", Kata Eko gemetaran langsung to the point


"Hahaha.. Emang lu utang buat beli apaan? Dana yang gw kasih itu bukan buat utang, tapi buat nyukupin kebutuhan lu sama istri lu", kata Gw


Eko terkejut mendengar pertanyaan gw. Sepertinya dia begitu malu dengan gw. Mungkin dia malu karena kalap melihat rekeningnya mendadak gendut sehingga beli barang-barang yang seharusnya tidak perlu dia beli


"Saya pakai buat DP motor, beliin Dewi Hp baru, Hape saya juga kebetulan kameranya rusak jadi saya sekalian beli hape baru, lalu saya pakai beli beberapa baju dan perlengkapan rumah tangga mas.."


"Ya ampun boros sekali lu bro.. Parah.. Emang gaji yang lu terima sekarang berapa?"


"Pendapat saya sistem bagi hasil mas, ngga terima gaji bulanan. Beberapa bulan ini saya gagal berjualan mencapai target.."


"Emang lu jualan apa?"


"Madu mas.."


"Coba lu jualan yang lain.. Yang gampang lakunya"


"Jual apa mas?"


"Yang layak lu jual.. Hehehe", jawab gw mesum membayangkan Eko menjual istrinya sendiri


"Apa ya?", Kata Eko sambil menggaruk-garuk rambutnya tidak paham


"Oiya gimana kabar Dewi bini lho yang cadaran itu?", iseng gw tanya memalingkan obrolan. Bosan bahas utang-utang melulu


Eko terkejut kembali dengan pertanyaan gw, disaat genting begini gw malah bertanya kabar istrinya yang bercadar


"Alhmdlh Dewi baik mas.. Sehat.."


"Siplah semoga sehat slalu buat istri lu, btw, wajahnya gimana sih dibalik cadarnya? penasaran Gw..", kata gw santai sambil meminum secangkir kopi gw


"Hah?", Eko terkejut


"Coba liat wajah istri lu tanpa cadar", kata gw sambil menggoyang-goyang kantong berisi duit 10juta yang sudah gw siapin buat Eko


Dengan gemetaran dia buka handphonenya, dia tunjukkan foto Dewi yang sedang tidak memakai cadar kepada gw. Sebuah Foto saat mereka selfie di kamar, Dewi tampak anggun mengenakan kerudung panjang berwarna hitam. Senyumnya indah menampakkan deretan giginya yang putih. Wajahnya hampir mirip dengan Rista, kulitnya kuning langsat dan mulus tanpa jerawat. Wajah Dewi terlihat lebih Dewasa dibandingkan adiknya yang masih single itu


"Cantik bener istri lu.. Udah gw kira dia cantik. Kelihatan matanya aja pas cadaran udah begitu menawan. Pas dibuka cadarnya wajahnya cantik sempurna.. Hehehe.. Ngaceng terus ya lu pasti?", tanya gw


"Maaf?", tanya Eko


"Lu ngaceng terus ya kalau lagi sama bini lho?


Eko tak sanggup menjawab pertanyaan gw. Dia tak bergeming sama sekali sambil terus menunduk. Entah karena dia malu ataukan menahan emosi dengan pertanyaan gw yang kurang ajar. Walau tubuhnya ga segendut Ithonk, tapi gw yakin kontol Eko tidak jauh berbeda ukurannya dengan kontol Ithonk yang kecil. Mangkanya gw pancing dengan pertanyaan begitu Hehehe


"Oiya seminggu lu ngentot sama dia berapa kali? Dewi pernah orgasme gak? Heheheh...", lanjut gw menanyakan pertanyaan kurang ajar lainnya


"Urusan pribadi saya mas, tidak bisa saya umbar mas. Maaf saya tidak bisa cerita-cerita..", jawab Eko tegas, masih mencoba menjaga rahasia ranjang dan kehormatan istrinya. Tentu saja dia tidak akan menceritakan apakah istrinya sampai orgasme atau tidak selama melayani suaminya. Terlebih dia adalah ikhwan yang memiliki seorang istri bercadar, image mereka harus mereka jaga sebaik mungkin


"Ohh.. yasudah maaf.. Utang-utang lu yang sampe dikejar Debt Collector juga gw gak akan ikut campur. Bodo amat gw mah. Gw cabut dulu yee!", kata gw memgerjainya sambil menarik kembali sebungkus uang 10juta yang gw bungkus kantong berwarna cokelat itu


"Err... maaf maaf... Iya.. saya jarang berhubungan suami istri dengan istri saya", kata Eko  tiba-tiba sambil menahan tangan gw yang akan menyimpan kembali sebungkus uang 10 juta itu ke dalam ta


Gw terkekeh dalam hati. Gw yakin ni orang pasti tak akan berkutik dengan pesona harta gw. Hahahah


"Jarang lu setubuhi? Lu ga nafsu sama istri lu apa?", kata gw sambil duduk kembali membatalkan cabut dari tempat ini


Pembicaraan kami hentikan sejenak karena waitress wanita tadi datang membawakan segelas es teh pesanan Eko. Eko pun buru-buru menyeruput minumannya hingga habis separuhnya


"Istri saya.. kaku mainnya.. Apa-apa ga boleh... Jadi punya saya langsung tidak jadi berdiri karena apa-apa dilarang", jawab Eko tertunduk


"Maksud lu? coba lu cerita yang lebih jelas"


"Jadi istri saya itu sosok wanita yang taat sama agama. Beberapa pendapat memang ada yang melarang oral sex, tetapi ada juga yang membolehkan. Nah istri saya termasuk yang melarang oral sex dan menganggapnya haram.."


"Oh.. jadi maksud lu, lu gak puas sama servis bini lu? Mangkanya lu jarang ngentot sama bini lu?"


"Iye betul kurang lebih gitu mas..."


"Aah itu mah lu nya aja yang gak pinter ngerayunya. Atau kontol lu kecil kali jadi dia kurnag puas sama punya lu dan gak mau sepong punya lu.. Heheheh...", kata gw


"Se.. Sekarang saya boleh terima uangnya?", tanya Eko terburu-buru mencoba mengalihkan pembicaraan tabu ini


"Sabarrr.... Dana pasti gw kasih asal lu pinter. Hehehe.. Ini baca-baca dulu beberapa poin Perjanjian Hutang Piutang yang sudah gw susun. Gw yakin lu gak bakalan bisa ngelunasin utang lu, mangkanya gw buatkan ini perjanjian spesial buat lu..", Kata gw sambil menyerahkan draft perjanjian yang sudah gw buat


Eko dengan tangan gemetaran menerima surat perjanjian utang piutang itu. Baru sebentar ia baca surat itu, mukanya sudah memerah dan matanya melotot membaca poin demi poin surat perjanjian itu. Nafasnya tiba-tiba berat menahan emosi. Tangannya dikepalkan erat seolah hendak memukul gw.


"Saya menolak!!!! Bajingan lu!! Lu anggap saya dan istri saya apa?", Kata Eko penuh amarah meledak-ledak kepada gw, menarik kerah kaos gw dengan kedua tangannya yang sedikit gemuk


Beberapa pengunjung serta staff Cafe ini menoleh ke arah kami, penasaran apa yang sedang terjadi dengan teriakan keras Eko barusan


"Hehehe.. Lu kalau gak mau ya gak papa, gw gak ada masalah. Gw beri waktu lu 1 bulan untuk lunasi semua utang lu sebesar 50juta, dan lu gak berhak ambil uang 10 juta ini sebelum lu bayar dulu utang lu yang 50juta itu..", kata gw sambil menarik lepas cengkraman tangan Eko pada kerah kaos gw. Lalu memasukkan kembali uang 10 juta ke dalam tas gw


"Tu.. Tunggu....", kata Eko lirih menahan tangan gw


Senyum gw mengembang. Karena gw yakin ni orang pasti akan bertekuk lutut tak berdaya dihadapan gw


"Apa? Lu berubah pikiran? Kalau gt Isi semua titik-titik ini dan lu tanda tangani, baru kita bahas selanjutnya. Waktu gw terbuang banyak cuma karena ngurusi hidup lu doang.."


"Tapi hari ini beneran ya saya dapat 10 juta?"


"Ambil kantong itu setelah lu isi dan tanda tangani", jawab gw


Tangannya kembali gemetaran meraih pulpen yang telah gw sediakan. Diisinya beberapa bagian yang harus diisi pada surat tersebut lalu ia tanda tangani atas kemauannya sendiri. Gw melihat setetes air matanya jatuh sedikit membasahi surat kesepakatan perjanjian itu. Cupu. Bagaimana bisa dia menangis disaat seperti ini. Seharusnya sebagai pria normal dia akan merobek surat itu dan menolak mentah-mentah. Hehehe..


"Sudah mas.."


"Oke gw bacakan lagi isi perjanjiannya..", kata Gw penuh kemenangan


"Surat Perjanjian Hutang Piutang.. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Eko Nurmanto, usia 35 tahun, yang memiliki hutang selanjutnya disebut pihak kesatu. Nama Endrix, usia 30 tahun, yang memberikan hutang selanjutnya disebut pihak kedua.


- Bahwa benar pihak kesatu memiliki hutang kepada pihak kedua dengan nominal Rp 60.000.000,- dan bersedia melunasi hutangnya 1 bulan setelah surat ini ditanda tangani.


- Jika pihak kesatu tidak bisa melunasi hutangnya dan melewati batas pembayaran yang telah ditentukan, maka pihak kedua berhak atas segala harta pihak kesatu. Jika pihak kesatu tidak memiliki harta yang senilai/sepadan dengan nilai hutang, pihak kesatu wajib menyerahkan hartanya yang paling berharga yaitu istrinya yang bernama Dewi Amelia Jihan kepada pihak kedua untuk dipekerjakan


- Opsional : Pihak kesatu memperoleh keringanan tidak perlu membayar hutangnya, namun sebagai gantinya istri dari pihak kesatu yang bernama Dewi Amelia Jihan menjadi alat pembayaran yang sah. Dengan Rincian sbb:

- Harga tiap pertemuan Rp 500.000 jadi jika nominal hutang 60.000.000,- maka diperlukan pertemuan sebanyak 120x

-Pertemuan yang dimaksud terserah pihak kedua, pihak kesatu beserta istri wajib menuruti pihak kedua tanpa terkecuali

-Selama menjadi alat pembayaran, istri pihak kesatu wajib bersedia dipanggil sewaktu-waktu untuk "bekerja menjalankan kewajibannya" dan wajib memanggil pihak kedua dengan sebutan "Tuan"

-Selama menjadi alat pembayaran, istri pihak satu dilarang melayani pihak kesatu kecuali atas ijin pihak kedua

-Pihak kedua diperbolehkan menjual istri pihak kesatu sebagai ganti pelunasan hutang kepada siapapun jika diperlukan

-Jika selama menjadi alat pembayaran istri pihak kesatu hamil, maka diluar tanggung jawab pihak kedua

-Jika istri pihak kesatu hamil, maka tetap wajib bekerja kepada pihak kedua dengan ikhlas

-Jika istri pihak kesatu ketagihan bekerja kepada pihak kedua, maka pihak kesatu harus rela istrinya bekerja seumur hidup kepada pihak kedua / sampai pihak kedua bosan / tidak memerlukan istri pihak kesatu lagi

-Jika pihak satu melanggar kesepakatan perjanjian ini, pihak satu wajib menceraikan istrinya dan menyerahkan seutuhnya istrinya kepada pihak kedua, serta wajib membayar keseluruhan hutang beserta bunganya sebesar 25% belum termasuk denda keterlambatan sebesar 1% tiap harinya


Tertanda, Eko Nurmanto", kata gw membacakan ulang perjanjian tersebut


"Ada pertanyaan?", tanya gw


Lelaki itu hanya tertunduk dan menggeleng pasrah. Semua poin tersebut ia setujui tanpa bisa membantah sedikitpun. Rupanya faktor kebutuhan serta ekonomi yang macet memaksanya rela "menjual" istri tercintanya kepada gw, si pemilik dana. Dengan senyum kemenangan gw serahkan dana 10 juta tambahan buat Eko, suami Dewi itu.


"Terima kasih Mas... Terima kasih mas...", kata Eko berkali sambil menahan tangis


"Hehehe.. Jadi bagaimana? lu berencana mencari uang 60juta dulu dalam sebulan ini, atau langsung jual istri lu ke gw? Sekalian gw training istri lu biar pinter ntar. Heheheh.."


Eko wajahnya langsung pucat pasi. Diseruputnya segelas Es teh yang hanya menyisakan es batu yang mencair itu. Tanpa sadar minumammya telah habis, saat tahu dia menjual istrinya ke gw sebagai alat pembayaran hutangnya


"Errr... Langsung saya jual mas... Saya tidak punya kemampuan cari duit sebanyak itu dalam sebulan.."


"Pilihan yang bagus.. Seorang Suami harus pandai putar otak disaat kritis. Hahahah... hahahahh...", tawa gw terbahak-bahak


"Jadi kapan lu jual istri lu ke gw?", tanya gw sambil ngaceng membayangkan akan menikmati kehangatan tubuh akhwat bercadar yang bikin penasaran itu


"Secepatnya mas.. Kasih saya waktu dan persiapan..", kata Eko semakin pasrah


"Hahahah.. Jangan lama-lama.. Gw kasih waktu lu 3 hari, kalau lu lama ga kasih kabar gw jemput sendiri istri lu ke rumah lu", kata gw sambil membereskan barang-barang gw


"Ehhh.. Tapi mas?", kata Eko


"Udah ga ada tapi-tapian, gw cabut dulu. Nih duit nitip kasih ke kasir buat bayar kopi gw dan minuman lu. Kembaliannya buat lu aja. Lumayan buat nraktir bini lu seblak", kata gw sambil menaruh uang seratus ribu di meja dan pergi meninggalkan lelaki tak berdaya itu


"Iya terima kasih mas..", jawab Eko tertunduk


**


Sedang asyiknya naik motor perjalanan pulang ke rumah, tiba-tiba saat gw belok, gw berpapasan dengan wanita bercadar yang mempesona dengan motor maticnya. Mata gw menatap sosok wanita anggun yang sudah tidak asing lagi itu. Siapa lagi wanita di sekitar daerah sini yang bercadar kalau bukan si Dewi.


"Kemana tuh akhwat? Buru2 bener", kata gw


Karena gw penasaran gw putuskan untuk puter balik dan  ngikutin dia dari belakang. Dewi memacu motornya lumayan ngebut. Tetapi untungnya, tenaga motornya tak sebanding dengan motor sport gw sehingga gw tetap bisa mengikutinya dari belakang tanpa kesulitan sambil berjaga jarak agar dia tidak curiga.


Dewi lalu berbelok menuju sebuah gang sempit. Gw putuskan semakin melebarkan jarak sejenak mengingat motor gw yang berisik karena memakai knalpot racing. Bisa gawat kalau dia menyadari sedang dibuntuti dari belakang. Dewi melajukan kendaraannya pelan-pelan, begitu juga dengan gw. Suasana gang ini sangat sepi. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 15.30, tetapi tidak satupun gw melihat keberadaan 1 orang pun disini.


Dewi lalu berhenti pada sebuah bangunan rumah yang terletak di paling ujung, jauh dari rumah warga sekitar karena sebelah rumah ini masih berupa tanah kosong dan perkebunan yang cukup luas. Terlihat Dewi memasuki rumah 2 lantai yang masih dalam tahap pembangunan itu. Gw putuskan mengendap masuk ke dalam bagunan ini pula memastikan apa yang dia lakukan di rumah ini. Kondisi bangunan ini masih berantakan. Beberapa tumpukan semen dan bekas adukan semen yang mulai mengering terlihat di ujung ruangan. Alas yang belum dikeramik, tembok yang masih berupa acian, jendela dan pintu yang masih belum terpasang. Dilantai satu, gw tak menemukan keberadaan Dewi. Kemungkinan Dewi naik ke lantai dua.


Gw berjalan perlahan mengendap menaiki tangga yang belum jadi 100%, semakin gw mendekat, semakin gw mendengar suara seseorang sedang bercakap-cakap di sebuah ruangan. Perlahan gw menuju asal suara itu dan benar saja Dewi sedang berada di ruangan tersebut. Yang lebih mengejutkan lagi, Dewi disana tidak sendiri. Seorang pria memakai kaus lusuh, rambutnya tertutup sebuah topi yang kotor penuh debu, dan tangannya belepotan semen kering, sepertinya dia seorang kuli bangunan yang sedang membangun rumah ini.


*Ada apa ini? apa Dewi dan Eko yang punya rumah ini?* tanya gw dalam hati


*tulilut tulilut tulilut* nada dering terdengar dari Handphone Dewi


Terlihat Dewi buru-buru meraih handphone dari dalam tasnya. Wajahnya terlihat pucat saat melihat layar handphonenya sendiri


"Sebentar suami ana telpon", kata Dewi kepada bapak kuli bangunan itu


"Aslmklm.. Ya abi? Oohh.. Err.. Iya ini ummi ada kajian mendadak nih bi.. Apa? Oh i.. iya.. mungkin umi sampai malam kajiannya.. Abi nanti makan malam beli lauk sendiri ya.. Ya udah umi kajian dulu ya bi.. Afwan.. Aslmklm.."


"Kajian? Hehehe Mbak cadaran tapi pinter bohong ya..", kata kuli itu


"... Saya sudah tepati permintaan bapak datang kesini tidak lebih dari 15 menit. Tolong jangan kasih video itu ke suami ana....", pinta Dewi memelas


*Video? video apa?* tanyaku dalam hati sambil terus mengintip


"Hahaha.. Dewi Dewi.. Kamu sayang betul ya sama suamimu? Saya jadi bayangkan kalau suamimu tau kelakuanmu. Hehehe...", kata bapak kuli bangunan itu


"Bapak jangan macam2.. permintaan bapak sudah ana turuti..", ujar Dewi


"Hehehe.. Tapi belum semua kamu turuti.. Sekarang bersihkan kontol bapak sini. Dari pagi bapak belum cebok nih..", kata bapak tukang bangunan itu


"Tapi pak.."


"Ayo tidak ada tapi-tapian. Laksanakan saja apa kata saya..", kata bapak kuli bangunan


Dewi lalu dengan patuh berlutut di hadapan bapak kuli bangunan itu. Tangannya yang halus mulai melucuti celana bapak itu. Kemudian Dewi sedikit memelorot celana bapak kuli bangunan itu.Tanpa ragu Dewi mengeluarkan kontol bapak kuli bangunan itu dari celana dalamnya. Walau usianya sudah tua dan tampak berkeriput, tapi gw akui kontol bapak itu masih prima. Terlihat kuat, tegak, keras, dan berotot. Panjangnya kurang lebih sama dengan punya gw, bedanya punya bapak itu terlihat lebih gelap dan berjembut lebih lebat


"Hehehe.. Ayo nikmati dulu kontol favoritmu ini Dewi..", kata Bapak kuli bangunan sambil membiarkan tangan Dewi mulai mengocok perlahan kontol berotot itu


*gila! apa yang sedang terjadi! Kenapa Dewi yang seharusnya alim itu bisa patuh ke bapak tua bangka itu!!*, pertanyaan datang bertubi-tubi mengisi otak gw, belum lagi melihat semua kejadian ini kontol gw langsung ngaceng maksimal.


Tangan Dewi dengan nakal terus mengocok kontol bapak kuli bangunan itu dalam posisi berlutut hingga kontol bapak kuli semakin mengeras tegak. Tangan Dewi terlihat tidak kaku saat mengocok kontol itu, bahkan menurut gw gerakan kocokannya sudah terlihat mahir. Sepertinya cerita Eko yang menyebut Dewi tidak berminat memainkan kontol itu hanyalah pendapatnya saja. Dia saja yang tidak pintar mengatur istrinya mengeluarkan bakat terpendamnya. Dewi yang didepan mata gw saat ini bukanlah Dewi yang alim, lugu, dan kaku menurut pendapat gw selama ini. Tetapi Dewi yang penurut, menuruti semua apa yang dikatakan bapak kuli bangunan itu tanpa protes sama sekali.


"Jangan lupa cium kontol saya sayang. Jangan kamu lepas cadarmu. Ciumi kontol bapak dengan bibirmu yang masih kamu tutup kain cadarmu itu.. Sshhh.. Aahh..", kata bapak itu merem melek


"Iya bapak ana akan cium kontol bapak... Syukron sudah ijinkaan ana ciumi kontol Bapak ", jawab Dewi nakal


"Untuk wanita shalihah seperti kamu yang aslinya haus kontol, bapak ijinkan. Heheheh.."


Lalu tanpa membuka cadarnya, Dewi langsung mengarahkan kontol bapak kuli bangunan itu ke arah bibirnya yang masih tertutup cadarnya yang berwarna pink senada dengan kerudung yang dikenakannya saat ini. Pelan-pelan cadarnya perlahan basah, basah terkena air liurnya sendiri yang terus mengecup dan menjilati batang kontol itu dari balik cadarnya dengan penuh kenikmatan


"Aahhhh.. Dasar cadaran nakal ya kamu Dewi.. Suka kontol ya kamu.. Aaahhh.. Ssshhh.. Enak sayang..", rancau Bapak itu keenakan karena kontolnya terus diciumi akhwat bercadar kakak kandung Rista itu


"Kulum sayang.. Kulum kontol bapak..", kata Bapak kuli memerintah dan Dewi langsung patuh tanpa protes sedikit pun


"Ana lepas cadar ana ya pak?", tanya Dewi menatap manja


"Jangan.. Tetap pakai cadarmu..", kata Bapak Kuli


Lalu Dewi menyusupkan kontol tegak keras berotot itu ke dalam cadarnya. Tidak terlihat kondisi di balik cadarnya bagaimana dia memainkan alat kelamin kuli itu dengan mulutnya. Yang jelas bapak kuli itu saat ini menegangkan tubuh sambil merem melek keenakan. Bisa gw bayangkan nikmatnya batang kontolnya itu merasakan kehangatan dan basahnya rongga mulut Dewi. Dewi dengan telaten terus menjilati dan mengulum kontol bapak kuli itu dari balik cadarnya. Terlihat kepala Dewi berganti-ganti posisi saat mengulum kontol kuli itu. Dari samping, bawah, atas, sepertinya dia ingin seluruh bagian kontol kuli bangunan itu terlumasi oleh air liurnya


"Oohh nikmat sekali mulutmu sayang.. Siapa sangka bibirmu yang kamu tutup cadar itu begitu suka jilatin kontol. Air Liurmu hangat sayanh.. Oiya, bagaimana? suamimu masih belum pernah kamu kulum kontolnya?", tanya kuli bangunan itul


"Belum pak... Sshhhhh... Slurup slurup slurup...", jawab Dewi


"Bagus.. mengulum kontol suami sendiri itu memang haram, tapi kalau kulum kontol saya baru halal. Pegang prinsip itu Dewi.. Heheheh..", ujar kuli bangunan itu sambil tersenyum mesum


"Baik.. Syukron nasihatnya Pak Sul..", jawab Dewi sambil kepalanya sibuk menjilati kontol kuli bangunan itu dari berbagai arah dan posisi


*Oh ternyata nama kuli itu Pak Sul.. Kok bisa sih anjir!* kata gw dalam hati masih tidak percaya dengan apa yang gw lihat


*treetttt treettttt treetttt* tiba-tiba hape gw bergetar, rupanya ada pesan WA masuk


"Ndrix lu balik rumah sekarang bantu kita. Ni lonte nafsunya gede banget. Kontol kita udah crot berkali-kali masih disepong terus sama dia..", kata Ithonk


"Bodoamat. salah sendiri lu kasih pil itu", jawab gw sambil kembali fokus mengintip momen mesum di depan mata gw


Gw putuskan mulai merekam kejadian perzinahan di dalam ruangan itu. Siapa tau dibutuhkan nanti kalau nih akhwat jual mahal ke gw. Dewi masih sibuk mengulum dan memainkan kontol Pak Sul si kuli bangunan dengan sepongan-sepongan erotis. Terdengar beberapa kali bunyi decakan pada bibirnya yang terdengar begitu basah. Pak Sul terus membelai kerudung wanita bercadar itu dengan tangannya yang masih kotor bekas semen yang mulai mengering


*treettt treettt tretttt* HP gw getar lagi


"Ndrix buruan lah lu balik. Rista terus-terusan ngompol nih.. Kasur lu sebagian besar basah kena cairan dia yang terus keluar kayak kencing...", kata Ithonk sambil mengirimkan video


Gw buka rekaman video itu. Gw lihat Rista sedang menungging memamerkan bongkahan pantatnya yang bulat, putih, mulus dan sexy. Dari tempiknya memang terlihat mengucurkan cairan bening yang terus menetes menggenangi kasur gw. Sebagian ada yang jatuh merambat perlaham melalui pahanya. Benar kata Ithonk, kasur gw benar-benar basah seperti kena ompol Rista.


"Ayolah Ndrix jinakin budak lu ini.. Udah ga bs ngaceng kontol gw kehabisan peju....", kata Ithonk


"Aaahh.. elu ganggu gw aja. Ok gw balik kesana"


Tak lupa gw sempatkan foto beberapa kali adegan Dewi yang masih sibuk berlutut menciumi kontol bapak kuli, sebagai barang bukti ternyata Dewi sama saja dengan Rista. Tampaknya memang alim, ternyata mereka punya sisi kebinalan sendiri


Pelan-pelan gw melangkah turun membiarkan  sepasang manusia itu meneruskan perzinahan mereka. Jujur saja gw masih penasaran apa yang akan terjadi diantara mereka. Kontol gw begitu ngaceng lihat Dewi takluk dihadapan kuli bangunan itu. Namun apalah daya, gw mesti mengurus budak sex gw yang sedang terpengaruh pil sakti


***


Akhirnya gw sampai di rumah gw. Langsung saja gw menuju ke lantai dua. Tempat dimana teman-teman gw biasa menikmati tubuh Rista, selain di ruang tamu pastinya. Gw buka pintu dan  gw lihat kasur gw sudah acak-acakan. Kasur gw banjir kena ompol Rista. Aromanya sedikit pesing, sepertinya cairannya kali ini juga banyak kandungan urinenya


"Tuh Tuh tuan lu datang. Kasih salam gih..", kata Bobby lega


Dengan nakal Rista berjalan merangkak telanjang. Seluruh otak dan pikirannya saat ini dikuasai oleh nafsu menggebu. Akal sehatnya sudah hilang, sepertinya terbuang bersamaan dengan cairan squirt yang sudah ia tumpahkan daritadi. Benar-benar luar biasa memang efek pil "sakti" ini. Cewek yang tadinya alim bisa jadi hypersex gini. Karena itu gw ga berani pakai pil itu lagi karena efeknya bisa bikin jadi gila.


"Sini lonte cium kontol gw... Hehehe..", kata gw meneruskan kesangean gw melihat kebinalan Dewi tadi


"Iya Tuan.. Ana butuh kontoollll..", kata Rista patuh merangkak lebih cepat menuju ke arah gw.


Setelah sampai, Rista langsung berlutut dihadapan gw sambil melucuti celana jeans gw dan mengeluarkan batang kontol gw yang sudah keras dan tegak


"Sssshhhh... Kontol besar.. Ana suka kontol besar..", kata Rista nakal sambil mengocok kontol gw


"Ssshhh.. Bagus Rista... Lonte jalang.. Lu pantas jadi lonte murahan... Cium kontol gw", kata gw sambil mengelus kepalanya yang masih tertutup kerudung


"Ana ijin cium kontolmu tuan.."


"Silakan.."


"Syukron Tuan", jawab Rista sambil mulai mengecup kepala kontol gw


Rista lalu mulai menciumi tiap bagian kontol ge sebelum akhirnya kontol gw dimasukkan seluruhnya ke dalam bibirnya yang tipis menggairahkan itu


"Aahhh.. Anjir lu emang pantes jadi akhwat pemuas nafsu pria-pria Rista... Sshhh..", kataku mulai menikmati kulumannya yang lebih nakal daripdada biasanya


Rongga mulut Rista sangatlah hangat. Sudah berkali-kali kontol gw masuk ke mulutnya. Tapi kali ini rasanya terasa lebih hangat dari sebelumnya. Apakah mungkin karena pengaruh pil tadi sehingga suhu tubuhnya meningkat. Entahlah. Yang jelas saat ini didepan mata gw, seorang akhwat cantik sudah menjadi boneka sex yang hanya memikirkan kontol dan keasyikan mengulum kontol gw dan gw menikmatinya


Lubang kencing gw mulai disapu dengan lidahnya yang basah. Terasa sekali tekstur kasar lidahnya yang bergerak membasuh garis lubang kencing gw dengan intens. Lalu lidahnya turun merambati batang kontol gw. Jilatannya menyusuri otot-otot kontol gw hingga membuat batang gw mengkilap. Gw angkat kontol gw agar akhwat ini bisa leluasa menjilati Telor gw


"Bersihkan telor gw juga!", perintah gw


Tak perlu diperintah 2x, Rista mendekatkan kepalanya lebih dekat ke dalam selangkangan gw tempat zakar gw berada. Lidahnya bergerak nakal menyapu telor gw, sesekali dia berhenti menjilat karena jembut gw nyangkut dilidahnya. Lalu kembali dia terus membasuh telor hitam gw bahkan urat tengah telor gw juga dihisap-hisapnya sampai pipi Rista terlihat kempot.


"Shit.. Na ukhti slut bitch...", kata gw sambil memegangi kepalanya agar terus menciumi telor zakar gw lebih dalam


"Aaahhh.. Tuan... Ana ga bisa nafas..", erang Rista gelagapan


Setelah puas menyiksa mulut serta hidungnya dengan aroma buah zakar gw, gw suruh dia menungging di lantai.


"Nungging lu! angkat pantat lu keatas!! Goyang pantat lu ambil minta gw entot tempik lu yang najis itu!!", kata gw semakin terbakar nafsu


Kebiasaan gw kalau semakin nafsu, gw akan semakin berkata kasar dan merendahkan lawan main gw. Tetapi selama ini, para wanita yang gw rendahkan harga dirinya itu tidak pernah protes,  karena gw udah bayar mereka mahal untuk muasin nafsu gw


Walaupun demikian, Rista sangatlah berbeda dengan wanita-wanita itu. Gw sama sekali ga perlu mengeluarkan uang sepeser pun buat menikmati tubuhnya dan menginjak harga dirinya. Karena dia memang budak sex gw yang wajib patuh dengan gw


"Tuan.. masukkan kontol tuan ke tempik ana..", pinta Rista sambil membuka lubang tempiknya dihadapan gw


"Bukan Tempik.. Tapi Tempik najis.. Bilang yang kenceng!!!!", perintah Gw


"Iya Afwan tuan.. TUAN MASUKKAN KONTOL BESAR TUAN KE TEMPIK NAJIS ANA....", pekik Rista


"Akhwat Lonte Gratisan! Tempik lu emang najis cuma buat kencing sama tempat buang peju doang!!!", kata gw langsung mendorong kontol gw masuk ke dalam lubang tempiknya


*blesssss*


"Oooohhh.. Tuannn.. Enak.. Aahhh.. Aahhh..", Rista langsung mendesah liar saat kontol gw membombardir alat kelaminnya. Tubuhnya turut bergerak maju mundur sesuai sodokan kontol gw ke tempik najisnya


"Anjirrr... Tempik najis lu udah becek anjirr.. Mana pelumasnya pake kencing lagi.. Dasar Lonte murahan!! plak plak plak", kata gw sambil menampar-nampar pantat Rista yang bulat indah itu


"Ohhh.. Afwan Tuan... Afwan... Aaahhh.. Aahh.. Afwan", rancau Rista


"Minta maaf napa lu hah?", kata gw sambil terus menghajar lubang memeknya


"Afwan aaahh.. tempik ana.. najisss...", kata Rista semakin bergoyang nakal


Sodokan kontol gw semakin kuat. kontol gw tak berhenti mengeras. Gw akuin jepitan memek akhwat ini memang beda dari memek wanita2 pelacur yang udah pernah gw sewa. Walau sudah sering gw entot, tempik Rista masih terasa sempit dan ngejepit kontol gw dengan nikmat, tekstur dalam tempiknya begitu terasa menggaruk kulit batang kontol gw


*jleb jleb jleb jleb*


"Jancuk.. Walau tempik lu gratis dan bebas gw pakek.. Tapi gw akuin tempik lu sempit banget kayak perawan. Sshhh..", desis gw


"Syu.. Aahh... Syukron Tuan.. Aaahhh Aahh..", desah Rista


"Akhwat kayak lu emang nikmat anjirrr... Perek pemuas kontol lu Ristaaa!!!", kata gw semakin menjadi


Setelah puas doggy style akhwat cantik budak sex gw, gw minta Rista kali ini yang entot kontol gw. Gw rebahan dibawah sedangkan Rista menaiki tubuh gw. Tangan mungilnya meraih kontol gw dan dan dimasukkannya sendiri ke dalam lubang tempiknya. Mata Rista terpejam saat batang kontol gw perlahan membelah lubang tempiknya dari bawah


"Ooohh.. Besar sekali tuan kontolnya... Sakit..", kata Rista sambil terus menurunkan tubuhnya sehingga kontol gw semakin masuk ke dalam lubang senggamanya


"Goyang tubuh lu diatas gw! Goyang yang erotis...", perintah gw


Tempik Rista yang becek itu mulai naik turun menjepit kontol gw. Terasa sekali lendir tempiknya begitu banyak dan hangat melumasi alat kelamin gw sehingga mudah sekali lubang kelaminnya itu gw belah pakai kontol gw. Sambil terus memompa, gw pandangi keindahan didepan mata gw. Akhwat cantik itu mulai meremasi toketnya sendiri. Matanya terus terpejam dengan kepala mendongak keatas merasakan birahinya yang meluap-luap. Tangannya memuntir-muntir kedua pentil susunya bersamaan sambil sesekali ditariknya pentil susu kecil berwarna cokelat muda sedikit pink itu, mulutnya tak pernah berhenti mendesah nakal, tubuh telanjangnya yang putih mulus terus bergerak naik turun diatas kontol gw begitu sexy


"Lonte!! Puaskan tempik lu yang najis itu lonte!!!"


"Aaahhh.. Ahh.. Ouuuhh.. Tuannn.. Enak.. Ouuuhh..", desah Rista sambil dengan cepat menaik turunkan kelaminnya diatas kontol gw


*jleb jleb jleb jleb*


Mudah sekali menembus tempik becek akhwat sange itu. Seluruh bagian kelaminnya benar-benar basah. Aroma kelamin akhwat itu sudah tak karu-karuan. Sisa wangi sabun, bercampur dengan aroma keringat, ditambah aroma sisa peju teman2 gw, ditambah aroma cairan lendir serta kencingnya yang bercampur menjadi satu. Tp gw gak peduli, yang penting budak sex gw yang cantik imut menggemaskan ini melayani gw dengan totalitas sampai gw puas. Benar saja diservis sebinal ini oleh Rista, kontol gw tak bisa bertahan lebih dari 10 menit. Rista terlalu indah bagi gw hari ini sehingga membuat gw cepat  klimaks. Siapa yang bisa tahan melihat akhwat cantik, bibirnya menawan, matanya bulat indah, berkulit putih mulus sedang telanjang menyisakan kerudung syarinya, teteknya indah, tempiknya ngegrip, sedang bergoyang memompa kontol kita pake kelaminnya sambil mendesah nakal didepan mata.


"Aarrrrgghh anjir gw keluarrrrr anjir..."


*crot crot crot crot*


Kontol gw meledak-ledak menembakkan peju ke tempik najis Rista. Walau kontol gw sudah menembakkan peju dan mulai kendor, Rista masih terus memompa tubuhnya diatas tubuh gw dengan nakal. Dia belum puas dan masih butuh dipuaskan. gila!!!


Lalu setelah penis gw semakin layu, Rista bergelayut manja turun ke bagian bawah tubuh gw yang sedang terlentang lemas.


"Afwan gara2 ana kontol tuan jadi ngeluarin peju.. Ana bersihkan dulu kontol tuan..", katanya begitu menggemaskan dengan senyum yang menawan


"Oohhh.. Na Ukhti.. Nakal lu Ris anjirr... Aaahhh..", desah gw keenakan kontol gw dijilati oleh lidahnya.


"Tumbenan lu cepet keluarnya. Hehehe", canda Ithonk


"Iya njir, hari ini terlalu banyak hal porno yang gw lihat.. Ssshhh..", kata gw sambil mendesis karena Rista terus melumat kontol gw


Rista sama sekali tidak ragu menyapu peju gw dengan lidahnya dan menelannya tanpa rasa jijik. Dijilatinya seluruh sisa peju yang menempel di kontol gw hingga habis tak tersisa. Terlihat sekali gadis ini belum mencapai kepuasan. Tangannya masih berusaha mengocok batang gw, tapi sayangnya seluruh isinya udah gw keluarkan tanpa sisa sehingga kali ini batang gw sudah benar2 butuh istirahat. Lalu akhwat ini melihat kesekeliling, 2 pria teman gw pun sudah KO tak sanggup melayani nafsunya yang mendadak meluap-luap karena pengaruh pil "sakti".


"Tuan.. kontolnya sudah ana bersihkan sampai bersih...", Kata Rista sambil mengocok dan sesekali disepong kembali


"Ahh... Iya lonte pintar..", jawab gw kegelian


"A.. na.. Masih mau tuan...", katanya jujur sambil memasang muka menggemaskan


"Wadefak.. Masih butuh kontol tempik najis lu?", kata gw tak percaya


"Iya Tuann.. Tempik ana masih gatal pingin digesek kontooll.. Ssshhh..", kata Rista sambil colmek kembali, membuat cairan squirtnya muncrat-muncrat tiada henti


Dari lubang pipisnya kembali mengeluarkan cairan bening begitu banyak dan deras. Gila, akhwat ini squirt terus-terusan.


"Lu kalau masih butuh kontol lu cari diluar sana! Lu coba mampir ditempat tongkrongan preman pasti mereka langsung entot lu bergiliran dengan senang hati.. Udah lu pulang sekarang Ris, gw capek!! cari kontol diluar sana", usir gw


Wajah Rista sekilas terlihat kecewa karena birahinya masih belum terlampiaskan seluruhnya. Dengan tubuh gemetaran dia kenakan kembali gamisnya. Terlihat pahanya yang mulus masih menjadi jalur aliran kecil cairan bening yang terus keluar dari lubang kecil dikelaminnya itu. Kakinya tidak sanggup berjalan dengan benar. Lututnya terus gemetaran tidak mampu menopang tubuhnya sendiri.


"Ana.. Ana.. pamit pulang dulu tuan..", kata Rista setelah menyelesaiakan tugasnya hari menjadi budak sex gw


Gw hanya memberikan kode tangan "mengusir" ke arahnya. Lalu tak lama kawan-kawan gw pun pamitan pulang dari rumah gw setelah hari ini full mendapatkan pelayanan terbaik dari budak sex gw yang bernama Rista itu


***


Malam semakin larut, mata gw masih belum juga mampu terpejam. Pikiran gw masih tak tenang, bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dengan Dewi. Semua perkiraan dan rencana gw meleset. Gw selamanini membayangkan Dewi perlu training dan treatment khusus agar menjadi budak sex kedua gw. Gw kira akan perlu waktu dan effort lebih untuk menjinakkan Dewi mengingat dia adalah akhwat bercadar yang sangat alim dan dikenal sebagai ustadzah di lingkungannya.


Namun kenyataan siang tadi membalikkan semua fakta yang selama ini gw percaya. Seorang Dewi yang bercadar itu menuruti hampir semua perintah seorang kuli bangunan. Bagaimana bisa? Gimana cara bapak itu bisa menguasai Dewi? Apa yang terjadi diantara mereka? Sejak kapan mereka berbuat zina seperti itu?


Pertanyaan demi pertanyaan muncul tiada henti dikepala gw. Lalu seketika lampu kamar gw padam. Di dekat pintu tiba-tiba mengeluarkan asap hitam yang pekat. Asap itu semakin menebal hingga hampir memenuhi kamar tidur gw. Gw terkejut melihat kejadian ini. Apakah penunggu rumah gw marah? apakah ada penampakan di rumah gw? Seperti apa wujud penunggu rumah gw?


*Ah sialan.. Jadi nambah lagi pertanyaan bodoh gw*


Jujur aja gw panik. Pertama kali dalam hidup gw berhadapan dengan kejadian mistis seperti ini. Benar saja, tidak beberapa lama dari balik asap yang mulai menipis muncul sosok makhluk yang selama ini gw hanya lihat di film-film. Sosok makhluk yang bertubuh amat besar dan memiliki sayap, tubuhnya begitu kekar berambut panjang dengan gigi yang tajam. Matanya merah melotot ke arah gw, dikepalanya terdapat dua buah tanduk runcing. Warna kulit makhluk itu merah membara.


"Se.. Setaaannn...", pekik gw melihat makhluk menyeramkan itu sambil merapatkan tubuh telanjang gw pada sandaran kasur


"Hahahah.. Setan matamu! Aku iblis dodol.. Hahahah..", jawab makhluk itu


"Iblis? Siapa lu hah??", tanya gw sok berani, padahal ketakutan jg


"Aku adalah iblis.. Namaku Deus.. Hahahah.."


"Mau apa lu ke rumah gw? Pergi!!!", kata gw


Tiba-tiba dalam dalam sepersekian detik iblis itu melesat tiba-tiba mencekik leher gw dengan kencang. Entah sejak kapan dia berpindah tempat dari depan pintu dan langsung berada di depan gw sambil mencekik leher gw


"Kurang ajar kau berani usir-usir iblis!! Hah.. Gw pites kau..", kata Iblis bernama Deus itu


"Khookhhii.. (Sorry)", jawab gw sambil tercekik


"Hahahah.. Karena aku sedang baik aku ampuni kau.."


"Ada apa iblis datang ke saya?", tanya gw lebih sopan sambil gemetaran karena kekuatan makhluk ini luar biasa. Dicekik sebentar saja leher gw sudah memerah dan membekas cengkraman tangannya


"Hahahah.. Sadar gak kau gimana lu bisa tiba2 kuasai akhwat bernama Rista itu? Itu semua karena aku iblis sakti mandraguna. Hahahah .."


*Yee ngaku-ngaku..* kata gw dalam hati


"Apa ngaku-ngaku? Lu mau gw pites dan gw jadiin upil kuda nil hah?", kata Deus murka sambil melotot kenarah gw


Ditelunjuknya tiba-tiba mengeluarkan sebuah jurus bercahaya. Sepertinya siap ia tembakkan ke gw. Entah apakah beneran gw akan jadi upil kuda nil kalau kena tembakan cahaya itu. Mirip dengan jurus2 film kartun yang dulu pernah gw tonton


*Holisit.. Dia bisa baca pikiran* kata gw panik dalam hati


"Errr.. Maaf maaf saya lancang...", jawab gw ketakutan


"Kau tidak mikir gimana ceritanya seorang akhwat bisa masturbasi di taman? Itu semua karena kekuatanku. Heheheheh..", kata iblis sombong


"Hahhh.. Jadi selama ini Rista berada di bawah pengaruh anda?", tanya gw kaget


"Bukan begitu.. Selama ini kau aku jadikan alat untuk menghancurkan gadis itu."


Gw semakin bingung dan garuk-garuk kepala. Otak gw mencoba mencerna kalimat makhluk menyeramkan itu. Iblis itu sepertinya menyadari kebingungan gw. Lalu didepan mata gw tiba-tiba terpampang sebuah layar raksasa yang menunjukkan kronologi semua yang terjadi sehingga gw bisa menguasai Rista. Gw benar-benar tak percaya dengan semua yang telah terjadi. Memang semuanya menjadi serba mendadak. Tiba-tiba gw punya kekuatan sugesti yang bisa mengendalikan tubuh akhwat itu sesuai keinginan dan perintah gw. Gw semakin paham dan mengangguk mulai memahami situasi


"Jadi tanpa sepengetahuan saya, ditubuh saya ada jiwa lain?", tanya gw masih tak percaya


"keluarlah", perintah Iblis


Tiba-tiba dari dalam tubuh gw keluar mahkluk berwujud manusia tapi transparan dengan warna sedikit pucat kebiruan. Gw benar-benar tak percaya semua ini riil gw alami.


"Dia Rony, jiwa yang selama ini berada dalam tubuh kau. Sekaligus dari dia lah kesaktianku bisa kau miliki. Termasuk kesaktian sugesti yang sudah kau miliki"


"Halo salam kenal Ndrix", sapa Makhluk transparan bernama Rony itu ramah


"Jadi tanpamu dan Rony, semua ini tidak akan terjadi?", tanya gw


"Ya.. Tapi tenang saja, selama kau mau bersekutu denganku kau akan kuberikan kekuatan. Tentunya dengan Rony tetap berada disampingmu. Karena dia sudah menjadi khodammu.."


"Khodam?"


"Ya.. mereka adalah makhluk halus anak buahku yang akan membantumu dan memberimu kemampuan spesial"


"Apakah Rony khodam saya akan masuk kembali ke tubuh saya? Tak bisakah kau keluarkan dia dari tubuh saya?", tanya gw karena gw merasa tidak nyaman jiwa gw ternyata dihinggapi makhluk lain.


"Tidak bisa, karena dia juga butuh bersetubuh dengan akhwat budak sexmu melalui ragamu. Dengan mengentot akhwat itulah dia bisa memiliki tenaga dan memberimu kemampuan spesial. Kenapa? apakah kau tidak nyaman dengan keberadaannya didalam ragamu?


"Jujur saja iya.."


"Waahh.. ga ada gw lu ga bisa gini bro..", protes Rony kecewa


"Hehehe.. Tenang saja, dia tidak peduli sama sekali dengan apa yang kau kerjakan diluar ngerusak akhwat. Dia hanya butuh melampiaskan nafsunya dengan mengentot tubuh akhwat melalui badan kau Ndrix.. Kau tidak keberatan?", tanya Deus


"Err yaudah kalau begitu saya tidak keberatan.." Jawab gw


"Bersedia menjadi pengikutku? cap darah disini dan kau akan kuberikan kekuatan.." kata Deus


Gw pun mengambil pisau dan menyilet telunjuk gw. Gw teteskan darah gw ke surat perjanjian dengan iblis itu


"Sekarang kau ikrar berjanji menyerahkan jiwa lu ke kami serta menjadi pengikut kami sampai mati!!", perintah Deus


"I.. Iya.. Saya, Endrix dengan ini berikrar akan menyerahkan jiwa saya kepada iblis dan saya bersedia menjadi pengikut iblis sampai mati...", jawab gw mantab


"Bagus.. Selamat datang  dan selamat bergabung di kelompok pemuja Iblis. Heheheh...", kata Deus sambil terkekeh


"Err saya boleh bertanya?", kata gw


"Silakan"


"Kenapa akhirnya anda menampakkan diri ke saya? kenapa tidak dari dulu?"


"Pertanyaan bagus.. Aku putuskan menunjukkan wujudku ke dirimu karena aku merasa saat ini adalah waktu yang tepat. Hehehe.."


Gw garuk kepala gw karena jawabannya sama sekali ngga ngejawab pertanyaan gw. Gw coba bertanya hal lain yang lebih mudah dimengerti


"Apakah iblis sepertimu hanya satu?"


"Tentu saja tidak, jumlah kami amatlah banyak. Ada apa kau menanyakan itu?"


"Dewi.. Apakah anda tahu apa yang terjadi dengan ustadzah itu?", tanya gw penasaran dan berharap mendapat jawaban yang paling tepat


"Hahahah.. Betul sekali dugaanmu. Inilah mengapa aku akhirnya menampakkan wujudku pada kau Endrix. Pak Sul, kuli bangunan itu dia memiliki kemampuan sepertimu.. Dia dibantu oleh iblis lain yang aku tidak kenal. Memang tugas iblis macam-macam, tiap iblis berbeda-beda tugasnya untuk menggoda manusia. Salah satunya tugas kami adalah menjerumuskan gadis-gadis alim itu. Mereka para akhwat berjilbab lebar, memiliki pesonanya sendiri, tidak seperti wanita pada umumnya. Sangat tepat gadis2 berpakaian syari itu jika dijerumuskan.. Mereka adalah target utama kami, merusak iman mereka.. Dan lagi banyak pria yang menyukai gadis-gadis akhwat syari macam itu. Hehehehe..", kata Deus


Gw mengangguk setuju dengan perkataannya. Memang banyak juga pria yang justru tergoda dan sange melihat para akhwat yang berpakaian serba tertutup dan serba lebar itu. Padahal pakaian mereka tertutup dan tidak terlihat lekuk tubuhnya, tetapi itulah yang membuat pria-pria itu semakin penasaran dengan para akhwat. Sedikit nampak kulit di tubuh mereka sudah menjadi pemandangan yang menimbulkan birahi luar biasa bagi mereka


"Lalu apakah Pak Sul itu adalah saingan saya?", tanya gw berikutnya karena gw masih bingung harus bersikap bagaimana jika pada akhirnya gw berhadapan dengan kuli bangunan itu


"Hahahah.. Semua terserah kau Endrix. Bisa saja kau menganggapnya pesaing. Bisa juga kau anggap dia rekanmu untuk menghancurkan akhwat-akhwat alim yang ada di sekitarmu. Hahahah. ", jawab Deus


Terjawab sudah apa yang gw pikirkan seharian ini. Rupanya begitu.


"Oke karena kau sudah tau tentang keberadaan kami dan bersumpah menjadi pengikut kami. Kuberikan kau kesaktian ini.. Pakailah..."


"Apa ini?", tanya gw kebingungan


"Kacamata. Hehehe..."


"Iya, maksud saya, Untuk apa kacamata ini?", tanya gw sambil buru-buru memakai kacamata yang sudah diberikan kepada gw itu


"Dengan kacamata itu, kau bisa memantau Budak sex kau dari jarak jauh, kau bisa melihat apa saja yang ia lakukan walau kau tak berada didekatnya. Menarik bukan? Jadi kau bisa mengendalikan dan menguasai budakmu lebih maksimal.", Jawab Si Iblis Deus


"Luar biasa! Ada kemampuan lain dari kacamata ini?"


"Tentu saja! dengan kacamata itu pula kau bisa melihat siapa saja pria yang memiliki kekuatan pengendali. Silakan kau manfaatkan fitur-fitur canggih yang ada pada kacamata itu"


"Anjay... fitur fitur", kata gw


"Bersenang-senanglah Endrix, akurlah kau dengan Rony Khodammu itu. Heheheh..", kata Deus tiba2 lenyap seketika dan lampu kamar tidur gw menyala kembali


**bersambung**



==========


Scene 15 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 1)


Dewi Amelia Jihan,  adalah Kakak kandung dari Rista Amelia Jihan, Usianya 28 tahun, selisih 3 tahun dengan adiknya. Dewi adalah seorang ustadzah yang dikenal supel dan baik hati dilingkungan tempat tinggalnya. Orang-orang biasa memanggilnya Ustadzah Dewi, tidak ada satupun warga sekitar yang tidak mengenalnya, bahkan anak-anak kecil pun tahu tentang dirinya, karena Dewi suka menyapa dan memberi salam kepada siapa saja. Cadarnya sudah menjadi ciri khas pada dirinya. Tidak ada lagi wanita dilingkungan tempat tinggalnya yang bercadar seperti Dewi, sehingga selain dipanggil Ustadzah Dewi banyak yang memanggilnya ustadzah bercadar.


Dewi memiliki seorang suami yang bernama Eko. Kenyataan inilah yang membuat sebagian besar pemuda dan duda di sekitar tempat tinggalnya pupus harapan untuk meminangnya. Mereka awalnya berebutan menjadikan Dewi sebagai istri mereka. Mereka mendambakan anak2 mereka akan lahir dari rahim gadis shalihah dan cantik seperti Dewi. Bidadari Surga kata mereka, Wanita shalihah yang bisa menjaga diri, menutup aurat secara syari, mandiri, ramah, lembut, pintar, serta banyak lagi nilai-nilai kebaikan yang ada padanya. Namun pada akhirnya, Dewi telah memilih Eko sebagai imam dalam mengarungi bahtera rumah tangga


Delapan tahun usia pernikahannya dengan Eko, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Tetapi karena sifatnya yang begitu sabar dan ikhlas, Dewi tetap bersikap biasa dan menjalani hari-hari tanpa beban. Walau beberapa ibu-ibu suka menyindir halus "kapan nih anaknya terbit?", namun Dewi tetap tak ambil pusing dengan pertanyaan itu. Dia beranggapan Tuhanlah yang lebih tau kapan saat yang tepat dia dan suaminya dikaruniai seorang anak.


Pernah mereka memeriksakan kondisi mereka ke dokter kandungan dan oleh dokter disarankan untuk pergi ke lab. Hasil lab ternyata cukup mengecewakan. Kualitas sperma Eko tidak bagus sehingga sulit membuahi sel ovum Dewi. Beberapa minggu setelah hasil diagnosa keluar, suaminya terlihat murung, begitu kecewa, putus asa, serta emosi jiwa. Namun dengan sabar Dewi selalu menghibur suaminya itu dan percaya mukjizat bisa saja terjadi. Eko khawatir dia tidak akan bisa memberikan keturunan bagi Dewi. Rasanya, harga dirinya sebagai seorang pria hancur saat itu juga


Sekedar info, Eko dulunya adalah seorang akhwat hunter. Julukan bagi sekelompok orang yang berkumpul, membagikan, membahas foto-foto akhwat sebagai objek pemuas nafsu mereka. Ikhwan alim dan shalih hanyalah kedoknya. Dia memiliki fetish terhadap wanita berhijab lebar sejak dia kuliah. Dia gemar datang ke kajian untuk cuci mata melihat para akhwat yang berkumpul dan mengikuti kajian bersama. Baginya akhwat adalah sebuah keindahan  sempurna dan melihat keanggunan mereka memakai gamis, bikin nafsu birahinya memuncak.


Hingga pada suatu kesempatan dia melihat sosok Dewi sedang mengikuti kajian. Eko jatuh cinta pada gadis itu sejak pandangan pertama. Awalnya Dewi acuh dan risih saat Eko mendekatinya dan langsung mengajaknya ta'aruf. Namun Eko tidak patah semangat setelah penolakan pertama. Dia semakin gigih berhijrah dengan tujuan mendekati Dewi. Dengan sungguh-sungguh Eko pelajari sosok Dewi, kegemarannya, hal yang gadis itu tidak suka, bahkan jadwal-jadwal kajian sehari-hari Dewi, Eko pun hafal. Hari ini mengisi kajian di sini, besok ikut kajian di situ. Eko benar-benar hafal diluar kepala. Dia rela "menyamar" dan belajar sebagai ikhwan alim agar layak menjadi calon imam bagi para wanita shalihah itu. Bahkan dia rela belajar agama dengan sungguh-sungguh demi menarik perhatian Dewi. Usahanya membuahkan hasil, Dewi akhirnya mau menerima pinangannya. Walau dirinya bukanlah sosok ikhwan berwajah tampan, ataupun kuat secara materi. Tetapi Dewi tetap memilihnya karena kesungguhan lelaki itu untuk berubah dan belajar.


Setiap hari Eko bekerja sebagai sales madu untuk kesehatan. Suami Dewi itu slalu berangkat kerja jam 07.00 pagi. Sepeninggal suaminya bekerja mencari nafkah untuknya, Dewi langsung bersibuk dengan agenda kajian dan dakwahnya. Dewi memiliki beberapa murid yang tentunya sekumpulan akhwat juga. Tidak ada satupun muridnya yang berjenis kelamin pria. Dia membatasi diri berinteraksi dengan ikhwan kecuali sedang ada event yang mengharuskan ikhwan dan akhwat berkomunikasi lebih intens.


Kehidupan ranjang mereka berjalan seperti biasa dan seperti pada umumnya. Tidak ada hal-hal yang menyimpang dari hubungan suami istri itu. Dewi tetap melayani suaminya sesuai dengan ajaran agama. Selama tidak menyimpang dia akan melakukannya. Jika agama tidak menghendaki, dia tidak akan mau melakukannya. Namun karena hal inilah yang membuat Eko kecewa. Disaat berhubungan badan, Dewi dinilai kaku, kolot, dan membosankan. Segala fantasy dan gairah menggebu terhadap akhwat itu ambyar seketika. Pelayanan Dewi tidak mampu memuaskan fantasy serta fetishnya. Dewi melayaninya begitu tradisional dan konvensial, jauh berbeda dengan Eko yang menginginkan hubungan yang lebih banyak variasi.


Padahal dulu dia berencana membagikan foto-foto Dewi ke sesama anggota Akhwat Hunter, berbagi kenikmatan dengan mereka, jika perlu mengajak sesama anggota akhwat hunter bersama menggarap tubuh istrinya. Namun semua imajinasinya tidak bisa ia wujudkan. Karena berfoto telanjang saja Dewi tidak mau. Segala cara sudah ia lakukan untuk membujuk Dewi agar mau difoto telanjang. Namun semua bujuk rayunya ditolak Dewi dengan halus. Dewi benar-benar berhati-hati, karena bisa saja HP suaminya hilang dan berakibat fatal pada tersebarnya foto-foto telanjang dirinya.


Tak cuma itu saja, Eko mencoba mencari cara agar Dewi bisa lebih nakal dan binal ketika berhubungan badan. Karena selama ini Dewi hanya rebahan, ciuman, mengangkang, masukkan, dan udahan. Tidak ada sentuhan lebih, tidak ada kuluman dan jilatan pada kelamin. Eko benar-benar frustasi tidak sanggup menaklukan Dewi yang lurus itu. Walau kelamin Eko kecil, namun Eko menyadari birahi serta imajinasinya begitu besar, liar dan nakal. Imajinasinya itu ingin ia wujudkan bersama dengan istrinya, Dewi.


Pernah Eko mengajak Dewi melihat film porno, dengan tujuan Dewi bisa mendapat inspirasi bagaimana seharusnya wanita melayani seorang pria. Namun yang malah terjadi, Dewi ngambek dan tidak mengajak suaminya bicara selama seminggu penuh. Dia benar-benar kecewa suaminya yang dianggapnya shalih memintanya melihat film yang penuh dengan aurat dan perzinahan itu. Eko sampai minta maaf berkali-kali saat itu, dan karena kebaikan hatinya, Dewi memaafkan kekhilafan suaminya.


Akhirnya Eko benar-benar pasrah, kehidupan sexnya monoton dan dia jadi sulit "bangun" karena kurangnya rangsangan dan sentuhan dari Dewi. Segala cobaan untuknya semakin lama semakin  dirasa berat, mulai dari pelayanan Dewi yang begitu-begitu saja sejak malam pertama hingga delapan tahun usia pernikahannya, sampai pada fakta kalau spermanya tidak cukup baik untuk bisa menghamili istrinya. Eko benar-benar frustasi.


***

Dua bulan sebelum kejadian Endrix melihat Dewi bersama dengan Pak Sul, Si kuli bangunan..


Dewi seperti biasa memulai hari dengan gaun gamisnya yang sederhana, tidak banyak motif dan aksesoris pada pakaiannya. Sebuah gamis berwarna abu-abu yang dia padukan dengan kerudung berwarna hitam yang panjang hingga menutup pinggulnya, cadar yang menutupi sebagian wajah cantiknya berwarna senada dengan warna kerudungnya. Wajahnya ia rias begitu minimalis, hanya berupa bedak tipis, lip gloss, eye liner dan sedikit pensil alis untuk merias area matanya. Satu-satunya bagian wajahnya yang nampak pada dirinya.


Kebetulan hari ini tidak ada jadwal kajian karena beberapa muridnya berhalangan hadir. Sehingga Dewi memutuskan mengisi kegiatan hari ini dengan bersilaturahim dengan tetangga. Dewi berniat mengunjungi Rumah tetangganya yang bernama Bu Wito sambil membawakan sekantong jeruk yang ia beli di pasar tadi pagi. Bu Wito hanyalah nama panggilan karena statusnya sebagai istri Pak Wito. Nama aslinya adalah Bu Rahmiah. Rumah Bu Wito terletak di gang sebelah. Tepat di belakang rumah kontrakan Dewi persis.


"Aslmkm.. Bu Wito..", kata Dewi memberi salam


"Wlkmslm.. Wah Ustadzah Dewi... Sebentar sebentar rumah saya berantakan", kata Bu Wito mengintip dari jendela rumahnya


Wajah Bu Wito terlihat terkejut saat kedatangan Dewi yang mendadak itu. Lalu Bu Wito buru-buru kembali masuk ke dalam rumahnya.


"Iya bu gapapa.. Maaf saya ngga ngabari Bu Wito dulu kalau mau main ke rumah..", kata Dewi


5 menit kemudian Bu Wito baru membukakan pintu dan mempersilakan Dewi masuk. Setiba di dalam rumahnya yang berantakan, Bu Wito mengajak Dewi ke dapur, menunjukkan alasan mengapa rumahnya berantakan. Karena sedang ada perbaikan bagian plafon yang bocor.


"Maaf Ustadzah Dewi rumah lagi berantakan. Lagi perbaikan rumah nih.. Tuh plafonnya bocor", kata Bu Wito sambil menunjukkan bagian plafon dapurnya yang diperbaiki


Dewi melihat ke area dapur Bu Wito sejenak. Seorang tukang bangunan terlihat sibuk memperbaiki plafon rumah Bu Wito. Tukang bangunan itu sempat melirik ke arah Dewi yang bercadar. Naluri binatangnya kembali naik. Jakunnya naik turun melihat Dewi. Desiran nafsu kuli bangunan itu seketika mendidih saat melihat keindahan bidadari Surga dihadapannya. Dewi yang hanya menampakkan mata indahnya saja itu sudah cukup membangkitkan nafsu syahwatnya.


"Ohh.. Diperbaiki apa diganti bu?", tanya Dewi basa basi


"Iya nih, ganti gipsum sama dikasih waterproof aja ustadzah, sama cek genteng bagian mana yang bocor", jawab Bu Wito


Lalu kedua wanita itu kembali ke ruang tamu. Dewi ingat kalau tujuannya ke rumah Bu Wito adalah membawakan jeruk kesukaan tetangga dekat rumahnya itu.


"Oh iya bu.. Ini saya bawakan jeruk. Tadi saya ke pasar kok jadi ingat Bu Wito sukanya jeruk. Jadi saya beli aja. Hihihi", kata Dewi lembut


"Ya ampun kok repot-repot tho Ustadzah.. Makasih lho.. Sebentar saya ke dapur dulu saya buatkan minum ya Ust.."


"Ngga usah repot Bu Wito.. Saya ngga lama kok", kata Dewi


"Aah mau kemana tho kok buru-buru. Sebentar saya buatkan minum dulu", Kata Bu Wito


Lalu Bu Wito berjalan kembali menuju dapur. Suara getokan palu sejenak berhenti saat Bu Wito berada di dapur. Sambil menunggu Bu Wito, Dewi mengamati keadaan sekeliling rumah Bu Wito yang masih berantakan. Saking berantakannya, mata Dewi bahkan melihat sebuah celana dalam dan beha yang berserakan di lantai ruang tamu rumah tetangganya itu. Namun Dewi tidak berpikir negatif, dia menganggap mungkin Bu Wito habis nyuci baju dan kebetulan ada pakaiannya yang jatuh.


3 menit kemudian Bu Wito kembali dengan membawa nampan berisi secangkir air dan langsung disajikannya kepada Dewi


Dewi tersenyum ramah karena Bu Wito sampai repot-repot membawakannya segelas minuman. Bu Wito segera menyajikan sajian minumannya ke Dewi. Dewi menerima minuman itu dengan senang hati. Mata Dewi melirik melihat isi dalam gelas itu. Ia terheran-heran melihat minuman yang disajikan Bu Wito. Sebuah minuman berwarna kuning muda berbusa dan ada bagian yang berwarna putih-putih melayang seperti putih telor. Tidak pernah Dewi melihat minuman semacam ini baik bentuk serta aromanya


"Minum dulu Ustadzah, langsung dihabiskan ya Ust biar manfaatnya bisa maksimal.."


"I.. Iya bu..", jawab Dewi sambil meraih minuman itu


Dewi menatap kembali gelas minumannya. Ia semoat ragu untuk meminumnya. Tetapi hatinya juga ngga enak sama Bu Wito yang sudah menyiapkan minuman tersebut untuknya. Dewi pun memperhatikan sekeliling rumah, ia pun memastikan posisinya tidak terlihat oleh tukang yang sedang sibuk bekerja memperbaiki plafon dapur. Setelah dirasa aman, Dewi menyingkap cadarnya dan mulai meminum minuman dari Bu Wito. Wajahnya sempat terkejut saat minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya. Namun demi menghormati Bu Wito, Dewi terus meminum minuman yang disajikan Bu Wito itu hingga habis


"Itu ramuan turun temurun keluarga saya Ustadzah Dewi.. Buat kesehatan dan stamina. Hihihi.. Gimana rasanya Ustadzah?", kata Bu Wito


"Ee.. Enak kok bu.. Seger..", jawab Dewi mencoba menjaga perasaan tetangganya


"Syukurlah kalau Ustadzah Dewi suka..", kata Bu Wito sambil tersenyum manis


Padahal sesungguhnya minuman itu rasanya begitu aneh. Terasa serik saat ditenggorokan dan anyir, sedikit berbau, berbusa, rasanya ketika menyentuh lidah terasa menyentak keras dan suhunya hangat. Untungnya manisnya gula sedikit melegakan cita rasa minuman dari Bu Wito tersebut


"Saya makan jeruknya ya Ustadzah..", kata Bu Wito sambil mulai mengupas jeruk pemberian Dewi


"Iya boleh bu.. Pak Wito kerja ya bu?", tanya Dewi basa basi


"Iya biasalah Ustadzah.. Pulangnya nanti malam.."


"Dirumah Bu Wito sendirian?"


"Iya nih, cuma ada Pak Sul, tukang bangunan langganan saya.. Kalau Ustadzah Dewi ada kebutuhan perbaikan rumah bisa pakai jasa Pak Sul Ustadzah. Dijamin puas pelayanannya"


"Oohh.. Berdua aja bu?", tanya Dewi.


Jika Bu Wito adalah dirinya, tentunya dia enggan dan tidak nyaman berduaan dengan pria yang bukan mahrom dalam satu atap rumah


"Iya nih Ustadzah kalau jam segini cuma berdua aja. Gimana lagi. Kalau ditinggal dan ngga ditungguin nanti Pak Sul kerjanya asal-asalan. Baru nanti agak siang jam 3, anak saya pulang sekolah..", Jawab Bu Wito sambil mengunyah jeruk pemberian Dewi


"Oh iya, sudah kelas berapa bu putranya? Saya ambil juga ya bu jeruknya kayaknya enak. Hehehe...", kata Dewi karena mulutnya tidak tahan dengan rasa dan aroma minuman dari Bu Wito yang terasa semakin mencekik tenggorokannya


"Oh iya ambil aja Ustadzah.. Gara-gara minuman saya ya? Hehehe.. Ga enak ya? Anak saya kelas 1 SMA ustadzah...", jawab Bu Wito


"Oh ngga kok bu. Minumannya enak kok. Manis seger..", kata Dewi mencoba menjaga perasaan tetangganya


"Mau lagi ustadzah minumnya?", tawar Bu Wito sumringah


"Ngga Bu, ini saya mau pamit kok.."


"Owalah.. kok buru-buru tho ustadzah..."


"Iya bu.. Saya inget jemuran saya belum saya ambil. Tiba-tiba Mendung nih bu..", kata Dewi


Dewi pun berpamitan, memang silaturahim yang relatif sebentar karena tujuannya kali ini hanyalah sekedar memberikan buah jeruk yang ia beli di pasar tadi pagi kepada Bu Wito


"Yasudah bu Wito saya pamit dulu. Maaf jadi merepotkan, pakai dibuatkan minuman resep keluarga turun temurun lagi sama ibu..", kata Dewi


"Iya Ustadzah Dewi gapapa, Biar Ustadzah Dewi pernah mencoba minuman warisan turun temurun keluarga saya.. Makasih ya jeruknya..", kata Bu Wito dan Dewi pun kembali pulang ke rumahnya


Setelah Dewi meninggalkan rumahnya, Bu Wito langsung menanggalkan daster yang tadi dipakainya. Payudaranya yang besar dan bulat menggelantung bebas berjalan menuju ke arah Pak Sul, tukang bangunan langganannya. Pak Sul bersiul memandangi Bu Wito yang tengah berjalan telanjang kearahnya.


"Suit suit.. Ada yang alergi pakai baju nih.. Hehehe..", ejek Pak Sul


"Ah Pak Sul.. Lanjut pak..", Kata Bu Wito manja


Pak Sul pun turun dari tangga dan langsung mendekati istri dari Pak Wito itu. Tangannya yang kasar langsung meremas dan bibirnya langsung mengulum puting susu yang berwarna cokelat kehitaman milik Bu Wito. Bu Wito mendesah hebat. Tubuh montoknya langsung menggelinjang saat Pak Sul terus mencaplok kedua gunung kembarnya yang besar bergantian. Pak Sul pun tak lupa mencumbu bibir Bu Wito yang dirias dengan lipstik tebal warna merah. Diciuminya bibir Bu Wito penuh nafsu hingga lipstik wanita berusia 45 tahun itu belepotan


"Mmmphhh.. Pak Sul.. Sshhh..", Desah Bu Wito saat mereka saling mencumbu


"Bu Wito memang pintar. Hehehe.. Sudah dipastikan minuman tadi diminum ustadzah Dewi?", kata Pak Sul sambil kembali menjilati puting Bu Wito yang besar hitam seperti biji salak.


Tubuh semok Bu Wito sekali lagi menggeliat saat lidah Pak Sul dengan nakal menowel2 puting susu istri Pak Wito itu. Payudaranya yang besar dan memek Bu Wito yang berjembut lebat menjadi santapan sehari-hari Pak Sul selama membetulkan rumahnya. Puting susu Bu Wito terus dilumat Pak Sul sampai Bu Wito mendongakkan kepala. Bu Wito merasakan pentil susunya terasa seperti disedot oleh bibir kasar Pak Sul


"Aaahhh.. Sudah pak. Minuman berisi campuran ludah, rendaman Kontol, kencing, peju Pak Sul ditambah sedikit air hangat dan gula sudah diminum habis sama Ustadzah Dewi. Katanya enak pak. Seger.. Hahaha..", tawa Bu Wito


"Bagus.. Dengan begitu Ustadzah Dewi akan jadi milik saya", kata Pak Sul tersenyum penuh kemenangan


"Aku masih kurang memuaskan sampean ya pak? Kok Pak Sul sampai ngincer Ustadzah Dewi segala.. Dia alim lho pak. Ga liar dan binal kayak saya, dijamin Pak Sul yang mesum ini akan kurang puas kalau main sama Ustadzah Dewi. Hehehe..", kata Bu Wito


"Hehehe.. Sealim-alimmya perempuan mereka tetap butuh kontol kok bu.. Heheheh.. Bu Wito jangan khawatir. Bu Wito tetap jatah dapat kontol kok", kata Pak Sul sambil menyodorkan kontolnya yang keras dan panjang


"Bu Wito mau ini lagi?", kata Pak Sul sambil menggoyangkan kontolnya didepan wanita paruh baya itu


"Mau pak.. Kontole sampean guede soale.. Enak pak.."


"Ciumin kontol saya gih..", pinta Pak Sul


Tubuh telanjang Bu Wito dengan nakal berlutut dihadapan kuli bangunan langganannya. Tangan Bu Wito langsung menggenggam kontol Pak Sul


"Aaahh.. Kontolmu pak.. Guede.. Seneng aku kontol ngene iki (gini ini). Kontol suami saya kecil jadi saya kurang selera sejak saya merasakan kontol gede", kata Bu Wito sambil mengelus dan menciumi batang kelamin Pak Sul


"Oohh.. Bagus bu.. Ssshh.. jilati kontol saya sepuas ibu. Kontol suami ibu memang kecil, mangkanya ibu butuh kontol besar buat puasin  nafsu Bu Wito.. Hehehe", kata Pak Sul sambil menikmati jilatan Bu Wito


"Iya Pak, kontol suami saya kecil. Coba kalau gede kayak punya Pak Sul pasti saya ga perlu kontol Pak Sul. Hihihi", kata Bu Wito sambil kembali melanjutkan menjilati kontol Pak Sul


"Yakin nih? Liat Bu Wito yang binal gini saya rasa Bu Wito bisa nih dikasih 2-3 kontol lagi. Hehehe..", goda Pak Sul


"Hah? Tempik saya nanti ancur pak kalau 3 kontol itu besarnya kayak punya Pak Sul"


"Bagus tho bu.. Jadi tempik Bu Wito bakalan tambah ndower. ini aja udah ndower gini..", Kata Pak Sul sambil membuka tempik Bu Wito sambil mengocok tempik istri Pak Wito itu


Bu Wito menjilati dan mengulum kontol Pak Sul penuh semangat. Walau kontol Pak Sul hitam, dan berjembut lebat namun karena besar, keras, dan panjangnya kontol itu membuat Bu Wito ketagihan. Lidah Bu Wito menyapu keseluruh batang kontol Pak Sul yang berurat.


"Aduh aduh.. Bisa crot saya kalau disepong kayak gini. Langsung tempik ibu saya entot saja bu. Saya udah ga tahan", kata Pak Sul sambil mendorong tubuh telanjang Bu Wito terlentang.


Pak Sul langsung menindih Bu Wito yang sudah telanjang bulat itu dan langsung disetubuhinya istri Pak Wito itu ketiga kalinya hari ini. Kontol Panjang dan keras Pak Sul dengan mudah menembus tempik Bu Wito yang sudah sedikit kendor itu.


"Ssshhh.. tempikmu Bu.. Ndower.. Hehehe..", ejek Pak Sul


"Ndower kakean (kebanyakan) disodok kontol gede sampean pak.. Ooohh.. Oohhh...", desah Bu Wito sambil mengangkang membiarkan tukang bangunannya itu menyetubuhi tubuhnya yang montok


"Masak saya aja bu yang udah nyoba tempik Bu Wito? Heheheheh.."


"Hehehe.. Pak Sul, Pak Dirman anak buah Pak Sul, Mang Imin penjual sayur. Siapa lagi yaa... Ssshhh..", kata Bu Wito tersenyum nakal


"Ya ampun.. Ibu nakal sekali.. Sama Dirman pernah? kok  saya ga dikasih tau ya sama dia.. Sama Mang Imin juga? hahaha... Bu Wito Bu Wito.. tempikmu udah dipake orang-orang ternyata", ejek Pak Sul


"Iya, Pak Dirman waktu Pak Sul gak bisa dateng kapan hari itu. Kebetulan saya ga ditinggali uang sama suami waktu kran rumah saya bocor tiba-tiba. Yasudah saya tawari Pak Dirman buat genjot saya sebagai gantinya.. Kalau sama Mang Imin waktu saya belanja. Biasalah ibu2 belanja cuma pake dasteran, saya sengaja gak pake beha biar lega. Mang Imin curi-curi pandang ke susu saya. Yasudah saya tawari masuk ke rumah lalu dia genjot saya juga pak.. Aaahhh.. Terus pak genjot saya... Enak kontole sampean pak", kata Bu Wito semakin menjadi


"Aaahhhh.. Bu Wito Perek... Saya semakin semangat genjot Bu Witoo..", kata Pak Sul


*jleb jleb jlen jleb*


"Oohh Bu.. Saya crot di dalam tempik Bu Wito ya..."


"Monggo (Silakan) pak.. Tempikku sampean pejui aku ikhlas pak.. Pokoke kontol sampean gak bosen ambek tempikku", kata Bu Wito


"Gak bosen bu, asal Bu Wito tetep patuh sama saya. Melayani semua keinginan saya.. Heheheh.. Aarrgghh keluar buuu..."


*crot crot crot crot*


Pasangan paruh baya bukan mahrom itu kembali klimaks kesekian kalinya. Peju Pak Wito menyembur deras dirahim Bu Wito. Bu Wito membiarkan kelaminnya disembur peju Pak Sul hingga penuh. Nafas kedua manusia ini bersahutan tersengal-sengal. Setelah saling beradu kelamin dengan api birahi yang membara.


Kasihan Pak Wito, Sebenarnya perbaikan plafon rumahnya hanya memerlukan waktu 2 hari saja, namun karena Pak Sul lebih sering menggarap istrinya daripada plafon rumahnya, pekerjaan jadi molor hingga 4 hari. Seolah Pak Wito harus membayar lebih untuk Pak Sul bisa menggarap istrinya


***

2 hari setelah Dewi berkunjung ke rumah Bu Wito


*tulilut tulilut tuliut* handphone Dewi berdering


Dewi yang saat itu sedang sibuk memasak di dapur, buru-buru mencuci tangan dan meraih handphonenya. Sebuah nomor tak dikenal menelponnya melalui panggilan suara apliasi WA.


"Halo aslmklm...", kata Dewi


"Wlkmslm.. Ustadzah Dewi?"


"Iya betul.. Afwan dengan siapa ya?"


"Saya Pak Sul.. Tukang bangunan Bu Wito. Dapat nomor Ustadzah dari Bu Wito..


"Oh iya Pak Sul ada apa pak?", tanya Dewi


"Ustadzah sedang butuh jasa perbaikan rumah tidak? Saya sedang tidak ada pekerjaan..", kata Pak Sul


"Apa ya pak.... Hmmm... Sementara belum ada deh pak. Nanti kalau ada ana hubungi bapak ya..", kata Dewi


"Oh gitu ya Ust.. Yasudah saya tunggu infonya ya ustadzah..", kata Pak Sul


"Iya Pak.. Afwan.."


"Iya Ustadzah.. Yasudah Aslmkm.."


"Wlkmslm.."


**


Diseberang sana, Pak Sul memutar otak bagaimana caranya agar dirinya bisa bertemu dengan Dewi. Setelah merusak Bu Wito dan menjadikan Bu Wito wanita haus sex, Pak Sul berencana membuat Dewi menjadi seperti Bu Wito. Pesona akhwat bercadar itu begitu berbeda dibandingkan wanita lain sehingga Pak Sul langsung tertarik menggaet Dewi. Karena itulah Dewi diberikan minuman spesial itu. Kalau tidak segera menemui Dewi, bisa-bisa efek jampi-jampi minuman yang sudah diminum Dewi keburu hilang. Karena ada 2 syarat yang harus dipenuhi untuk menguasai tubuh target.


Yang pertama, Pak Sul harus berhasil memasukkan beberapa cairan yang berasal dari tubuhnya ke tubuh si target. Dan hal itu telah sukses ia lakukan. Ia berhasil memasukkan keringat yang berasal dari batang kontolnya, ludahnya, air kencingnya, dan juga spermanya ke tubuh Dewi yang tanpa sadar telah ia minum semua.


Yang kedua, Jika sudah berhasil memasukkan beberapa cairan yang berasal dari tubuhnya. Pak Sul tinggal melakukan finishing touch, yaitu menghipnotis dan mensugesti apapun yang ia inginkan ke si target. Jika sudah, maka si target akan berhasil ia kuasai sepenuhnya. Walau akar pikiran mereka menolak, namun tubuh si target akan terasa wajib melaksanakan seluruh sugesti yang sudah diberikan


Kemampuan ini ia tidak dapatkan secara cuma-cuma. Harga yang ia perlukan pun sangatlah mahal. Dia harus menjual jiwanya kepada iblis agar bisa memiliki kemampuan ini. Saat itu, tubuhnya sedang sekarat karena jatuh dari lantai 3 proyek rumah yang sedang ia bangun. Beberapa tulang punggungnya remuk, lengan dan kakinya patah serta harus diamputasi. Sebuah kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dikala keputusasaan menguasai pikirannya, tiba-tiba seekor iblis mendatanginya. Iblis itu menawarkan kesembuhan dan beberapa kemampuan sakti dengan beberapa syaratal diantaranya dia harus menjadi pengikut si iblis dan setelah menjadi pengikutnua, dia harus menjadikan wanita baik-baik menjadi wanita yang suka berzina. Tanpa pikir panjang Pak Sul menerima semua persyaratan yang diajukan oleh iblis. Pak Sul setuju asalkan dia bisa sembuh dan tidak jadi cacat seumur hidup. Jadilah Pak Sul seperti sekarang, memiliki kemampuan pengendali dengan sugesti-sugestinya.


Karena sudah tidak punya pilihan lain, Pak Sul memutuskan langsung datang ke rumah Dewi saja. Tidak ada pilihan lain, lebih baik sekarang atau tidak sama sekali. Begitu pikirnya


***


Sementara itu si cadar cantik bernama Dewi tampak sedang gelisah kebingungan. Sedari tadi, dia gagal menyalakan mesin sepeda motornya. Sudah ia coba beberapa kali menggunakan starter kaki, namun mesin motor masih saja bergeming tidak mau menyala. Wajahnya terlihat mulai cemas, karena jadwal kajiannya sudah semakin dekat. Mbak Dewi kemudian pergi keluar rumahnya, berharap ada seseorang yang bisa dimintai tolong.


Pak Sul yang saat itu sedang menunggu di depan rumah Dewi langsung tersenyum penuh kemenangan menyadari bidadari surganya sedang terlihat kebingungan di depan rumahnya. Mata Dewi melirik ke Pak Sul dan berjalan terburu-buru ke arahnya.


"Pak Sul.. Alhmdlh.. Ana butuh bantuan nih pak..", kata Dewi kebingungan


"Iya Ustadzah, ada apa Ust?"


"Ini Pak, motor ana ngga mau nyala.."


"Saya periksa dulu ya Ust.. Emang ustadzah sore-sore gini mau kemana?"


"Iya boleh pak.. Biasa Pak ada kajian.."


Lalu Dewi kembali berjalan ke teras rumah tempat motornya berada. Sedangkan Pak Sul mengikutinya dari belakang. Pak Sul sudah bersiap memberikan hipnotis kepada Dewi dari belakang. Mulutnya mulai komat-kamit membacakan sebuah mantera sebelum melakukan aksinya


*plok*, tepuk Pak Sul dari belakang cukup kuat ke pundak Dewi


Dewi terkejut tiba-tiba Pak Sul menepuknya dari belakang. Dewi lalu menoleh ke belakang dan Pak Sul sudah bersiap memberikan hipnotis sugestinya


"Iya Pak?", tanya Dewi


"Tatap mata saya Ustadzah Dewi.. Tatap mata saya.. Setelah saya selesai memeriksa motor Ustadzah, saya akan diperbolehkan memeriksa tubuh Ustadzah. Ustadzah Dewi wajib menuruti permintaan saya.. Apapun perintah saya , adalah kewajiban buat Ustadzah Dewi. Paham ustadzah?", kata Pak Sul dengan lugas


"Pa.. Paham pak..", jawab Dewi kebingungan


Ilmu hipnotis Pak Sul ini unik. Target tetap terlihat sadar 100% dan tidak tertidur selama disugesti. Bahkan otak si target pun masih sadar saat Pak Sul mensugestinya. Namun tubuhnya serta mulutnya akan bergerak sendiri, mengikuti setiap perintah Pak Sul tanpa bisa menolak sedikitpun.


Pak Sul langsung mencoba menstarter kaki motor Dewi. Dalam 3x ayuhan kaki, motor Dewi langsung menyala. Dewi langsung sumringah


"Alhmdlh.. Syukron Pak Sul motor ana akhirnya bisa hidup.."


"Ok, sebagai gantinya Ustadzah Dewi  ngisi kajian ditempat saya. Ingat.. Saya mau kaji  tubuh ustadzah Dewi."


"I.. Iya Pak.. Dimana tempatnya?"


"Ikuti saya.. Saya ada tempat yang cocok.."


Lalu, Pak Sul dan Ustadzah Dewi mengendarai motor beriringan. Ustadzah Dewi terus mengikuti motor Pak Sul dari belakang. Mereka berbelok ke sebuah gang kecil. Suasana gang ini sangatlah sepi. Rumahnya besar-besar namun tidak terlihat ada penduduk yang terlihat di sekitar jalanan gang sempit ini. Mereka terus berjalan mengendarai motor hingga tiba pada sebuah bangunan rumah 2 lantai yang terletak paling ujung. Sedikit jauh dari rumah-rumah besar sebelumnya. Kiri kanan bangunan ini masih berupa kebun dan tanah kosong yang tak terurus dan terkesam sedikit angker. Mereka lalu memarkirkan motor di dalam rumah dan segera masuk ke dalam bangunan yang masih belum jadi itu


"Masuk dulu Ustadzah. Ini rumah yang bangun saya. Namun pemiliknya minta saya berhenti sementara waktu karena kehabisan dana untuk melanjutkan pembangunan rumah ini"


Dewi hanya mengangguk. Jantungnya berdegup cepat. Dia tidak tahu mengapa dia mau diajak berduaan ke tempat seperti ini. Batinnya berkata tidak, namun tubuhnya terus bergerak menuruti tiap perkataan Pak Sul. Dewi dan Pak Sul masuk ke dalam bangunan rumah yang belum jadi itu. Mereka masuk ke salah satu ruangan, sepertinya nantinya akan menjadi kamar tidur utama pemilik rumah. Namun didalamnya masih belum ada apa-apa. Hanya sebuah kursi kayu dam meja tempat biasa para kuli bangunan menaruh makanan dan minuman selama mereka bekerja.


"Oke ga usah buang waktu. Sekarang saya mau periksa tubuh Ustadzah. Heheheh.. Coba ustadzah Dewi berdiri disana dekat tembok", kata Pak Sul sambil ia dudukkan tubuhnya pada kursi kayu


Dewi berjalan menuju tembok yang ditunjuk oleh Pak Sul, lalu berdiri tepat sesuai perintah kuli bangunan itu.


"Sekarang Ustadzah Dewi balik badan hadap ke tembok, saya mau lihat bokong Ustadzah.."


"I.. Iya Pak.."


Dewi langsung menuruti permintaan kuli bangunan itu. Tubuhnya segera ia hadapkan ke tembok sehingga tubuh bagian belakangnya menghadap ke Pak Sul. Pak Sul menelan ludah saat melihat Dewi menuruti perintahnya untuk menghadap ke tembok. Sang ustadzah hanya diam pasrah sambil menanti perintah selanjutnya


"Hmm.. Kerudung Ustadzah yang panjang itu nutupi bokong ustadzah. Coba singkap dulu kerudungnya. Saya mau liat lekuk bokong ustadzah.."


"Seperti ini pak?", kata Dewi sambil menyingkap bagian belakang kerudung panjangnya yang menjuntai


"Iya bagus.. Duh sexy bener bokongmu ustadzah.. Goyang pantatnya dong Ustadzah.. Kapan lagi saya lihat seorang ustadzah apalagi ustadzah cadaran menggoyangkan pantatnya. Heheheh..", kata Pak Sul sambil tersenyum mesum


"Afwan.. Ana tidak pernah bergoyang Pak.."


"Tidak apa-apa sebisamu saja Ustadzah.. Saya tau ustadzah itu punya bakat buat joget sambil goyang. Coba dulu Ust..."


Dewi menghela nafas panjang. Perlahan mulai ia goyang tubuhnya membelakangi Pak Sul. Ia gerakkan pinggulnya ke kiri dan kanan sebisanya sesuai perintah Pak Sul. Goyangan pinggul Dewi terlihat kaku. Otaknya berusaha mencerna mengapa bisa dia saat ini bergoyang memalukan dihadapan lelaki yang baru dikenalnya itu. Tubuhnya tidak mampu ia kuasai. Tubuh Dewi terus bergoyang, mencoba menghibur pria yang saat ini terus menatap ke arahnya.


"Hehe.. Gak papa Ustadzah.. Walau goyangannya masih kaku, yang penting bokong ustadzah sexy jadi tetap layak dinikmati.. Terus Ust.. Angkat rok gamismu saya mau liat sempakmu Ust.."


"Ehh? Ta.. Tapi ana pakai celamis (celana gamis) pak..", kata Dewi


"Ya dilepas dong Ust celamisnya..."


"I.. Iya pak..", kata Dewi gemetaran


Tangannya mulai menarik rok gamisnya keatas hingga seluruh celamisnya terlihat. Setelah itu tanpa membuang waktu, Dewi menurunkan celamisnya samlai terlepas dari kedua kakinya.


"Buang celanamu ke tempat sampah diluar itu Ustadzah.. Kamu sudah tidak memerlukannya"


"I.. Iya pak..", jawab Ustadzah Dewi lalu ia buang celana gamisnya ke tempat sampah yang ada diluar bangunan


"Sekarang Ustadzah Dewi angkat rok gamisnya sambil goyangin pantat. Ustadzah Dewi goyang sambil pamerin sempak ke saya", perintah Pak Sul


"I.. Iya.. Pak Sul.. Saya coba..", kata Dewi semakin kebingungan. Sekilas air matanya menetes, namun tetap saja tubuhnya tidak bisa ia kendalikan.


Dewi mulai mengangkat roknya, memperlihatkan sepasamg kaki dan oahanya yang begitu mulus, hingga celana dalam berwarna kremnya terlihat menutup bongkahan pantatnya yang semok dan sexy. Kedua tangannya memegangi roknya, menahan roknya agar terus terbuka memperlihatkan celana dalamnya dihadapan Pak Suk. Lalu sang ustadzah mulai bergoyang menghadap ke tembok Goyangannya begitu nakal. Pantat sexynya berlenggak lenggok ke kiri dan ke kanan. Ustadzah Dewi begitu malu dan ingin menangis saat itu juga


*ini salah.. ini salah.. apa yg terjadi dengan tubuh ana* kata Dewi dalam hati sambil terus bergoyang erotis


"Coba kamu tampar bokongmu sendiri Ustadzah.. Bulet bener bokongmu Ust.. Ngaceng saya. Saya sambil coli ya Ustadzah. Heheheh.."


"Apa? Co.. Coli?", tanya Dewi tidak mengerti


"Onani ustadzah.. Saya mau onani lihat Ustadzah goyang sambil mamerin sempak. Boleh kan?"


"Eehhh.. Iya.. Pak.. Silakan..", jawab Dewi sambil semakin malu. Harga dirinya sebagai wanita terjaga hancur seketika karena melakukan gerakan menjijikkan dihadapan kuli bangunan itu


"Ayo Ustadzah pukul-pukul Bokongmu yang sexy itu.. Aaahh.. Indah bener bidadari surga goyang sexy dihadapan saya..", kata Pak Sul mulai mengocok kontolnya


*plak plak plak plak* Ustadzah Dewi terus bergoyang sambil menampar2 bongkahan pantatnya sendiri dihadapan kuli bangunan mesum itu"


"Aaahhh.. Sexy bener.. Turunin dong sempakmu Ustadzah.. Terus lempar ke saya sempak bekasmu.. Penasaran saya sama bokong Ustadzah Dewi.."


"Ba.. baik pak.."


*Gilaa.. ada apa dengan ana.. Tubuh ana seperti menikmati semua kegilaan ini..* jerit Dewi dalam hati


Dewi mencoba melawan tubuhnya. Dia tidak mau auratnya semakin dibuka dihadapan lelaki bukan mahromnya. Tetali tubuh Dewi terus bergerak menuruti tiap perkataan Pak Sul. Perlahan tangan Dewi menarik ke bawah celana dalamnya sendiri. Garis belahan pantatnya semakin lama semakin terlihat di hadapan kuli bangunan itu. Sambil menahan malu, Dewi terus menurunkan celana dalamnya hingga terlepas dari kedua kakinya. Lalu sesuai perintah Pak Sul, dilemparkan celana dalamnya sendiri ke arah kuli bangunan itu. Pak Sul langsung menangkap kain berbentuk segitiga itu dan menciumi bagian tengahnya bekas tempik Dewi yang sedikit basah


"Becek tempikmu ustadzah.. Suka ya goyang2 didepan saya? Heheheh.. Slurup slurup slurupp..", Kata Pak Sul sambil terus menciumi celana dalam Dewi yang terkena sedikit lendir tempiknya itu


Betapa merahnya saat ini kedua pipi Dewi di balik cadarnya. Pertama kalinya selama hidup, pantatnya ia perlihatkan ke orang lain selain suaminya, ditambah lagi dengan nakal ia lempar bcelana dalamnya keseorang pria dan pria itu terlihat menikmati menciumi bekas celana dalamnya


"Sexy bener Ustadzah Dewi bokongmu. Coba buka belahannya Ustadzah sambil nungging. Saya penasaran sama lubang taimu Ustadzah..."


"Apa?"


"Kasih liat lubang taimu ke saya ustadzah..", ulang Pak Sul


"Eer... I.. Iya.."


Kemudian Dewi sedikit menurunkan tubuhnya dan berpegangan pada tembok sehingga kali ini tubuhnya menungging dihadapan Pak Sul. Setelah dirasa cukup imbang, sambil terus membungkuk menungging, Kedua tangannya membuka belahan pantatnya. Hingga lubang pantat tempat ia buang kotoran itu terlihat jelas oleh kuli bangunan yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu


Dewi begitu tersiksa dengan posisinya. Akalnya benar-benar menolak dan tahu ini semua salah. Namun tubuhnya seolah tidak peduli dengan sinyal yang dikirimkan otaknya. Tubuhnya terus bergerak sesuai apa yang dikatakan Pak Sul


"Duh ga keliatan dari sini lubang taimu Ustadzah.. Masi sempit Coba Ustadzah nungging di meja itu deh", Kata Pak Sul sambil menunjuk sebuah meja kayu yang terbengkalai di rumah itu


Tanpa bisa menolak, Dewi berjalan menuju meja yang ditunjuk Pak Sul. Lalu tubuhnya merangkak naik ke atas meja dan langsung menungging dihadapan pria paruh baya itu. Dewi lalu menyingkap rok gamisnya hingga bongkahan pantatnya yang bulat sekal tanpa penutup itu terpampang jelas dihadapan Pak Sul. Kuli bangunan itu mulai berjalan mendekati Dewi. Mata Dewi begitu ketakutan sadar dirinya dalam bahaya. Tetapi sekali lagi tubuhnya tidak mau menuruti perintah otaknya, dan lebih menuruti perintah Pak Sul


Tangan kasar Pak Sul mulai menampar-nampar bongkahan pantat Dewi cukup keras


*plak plak plak plak plak* tamparan demi tamparan diterima Dewi hingga kedua pantatnya memerah


"Aahhh sakit pak..", desah Dewi kesakitan


"Ssshhh.. Bokong Ustadzah mantab bener..", Kata Pak Sul sambil mengelus bokong Dewi yang mulus


Pak Sul lalu membuka belahan pantat wanita bercadar itu. Dengan sekuat tenaga Dewi melawan agar tubuhnya menghindar. Sempat tubuhnya menghindar sebentar, namun sayang tubuhnya tetap tidak bisa ia kendalikan. Dewi pasrah saat tangan Pak Sul mulai bermain-main di sekitar lubang pantat Dewi


"Ssshhh.. Sempit sekali Ustadzah lubang taimu. Hehehe", kata Pak Sul sambil telunjuknya mengitari lubang pantat Ustadzah Dewi


"Ahhhmm kotor pak disitu..."


"Coba saya periksa kotor apa ngga..", Kata Pak Sul sambil menusukkan telunjuknya ke lubang tai Dewi


"Aaahhhh..", Dewi mendesah hebat saat tang Pak Sul masuk dilubang sempit itu semakin dalam


Tubuh Dewi seketika mengejan saat jemari kasar Pak Sul bermain-main didalam lubang pantatnya. Tubuhnya gemetaran kegelian, untuk pertama kalinya tubuhnya disentuh pria selain suaminya. Bahkan suaminya sendiri tidak pernah ia ijinkan untuk menyentuh area tersebut


"Su.. Sudah pak.. Berhenti.. Cukup.. Aahhh.. kotor pak..", kata Dewi mencoba melawan tubuhnya kembali sekuat tenaga


Pak Sul terkejut rupanya Dewi masih bisa sedikit menolak walau dibawah pengaruh ilmu hipnotis sugestinya. Namun penolakan itu masih dalam batas wajar, Toh tubuh Dewi masih tetap menungging pasrah membiarkan jemari Pak Sul bermain di lubang pantat si ustadzah bercadar


"Oh iya ini kotor dikit.. heheheh..", kata Pak Sul sambil mengelapkan telunjuknya ke gamis Dewi


Setelah puas bermain-main dan mencolok lubang tai Dewi dengan telunjuknya, Pak Sul inlalu menciumi bongkahan pantat sexy Dewi yang terekspose bebas didepan matanya. Bibir Pak Sul bergerak cepat mencium serta menjilati permukaan kulit pantat Dewi yang mulus dengan gerak acak. Seketika tubuh Dewi langsung tersentak seperti tersengat listrik. Tubuhnya terus bergetar dan mengejan menahan sentuhan kasar bibir serta lidah Pak Sul yang terus mendarat pada kedua pantatnya


"Sshhh.. Kenyal bener bokongmu Ustadzah.. Wangi lagi. Heheheh..", kata Pak Sul terus menjilati seluruh bagian pantat Ustadzah Dewi.


"I... iya pak.. Ssshhh geli... pak...", kata Dewi sambil mendesis menahan rasa geli yang ia rasakan


Setelah puas mencium dan menjilati pantat Dewi. Pak Sul kembali duduk dikursinya


"Sini ustadzah...", pinta Pak Sul


Tanpa perlu diperintah 2x, Dewi berjalan menghampiri Pak Sul yang sudah duduk sambil kembali mengocok batang kontolnya agar terus mengeras dan berdiri tegak. Dewi sepintas melihat batang kelamin Pak Sul. Sungguh ia tak percaya bentuk kelamin Pak Sul yang besar dan panjangnya jauh berbeda dengan milik suaminya. Sadar matanya memandang sesuatu yang haram, Dewi dengan sekuat tenaga berusaha memejamkan mata serta memalingkan muka dari arah batang kelamin Pak Sul. Baginya, tidak pantas seorang wanita melihat aurat kelamin pria selain suaminya sendiri. Bahkan punya suaminya sendiri pun, Dewi tidak pernah menatapnya berlama-lama.


"Saya kok tiba-tiba pingin dikocokin sama Ustadzah Dewi.. Bisa bantu kocok kontol saya Ustadzah? Heheheh", perintah Pak Sul mesum


Dewi terkejut mendengar permintaan Pak Sul yang semakin kurang ajar. Tidak pernah dirinya bersentuhan sedikitpun dengan pria yang bukan mahromnya. Apalagi sampai memegang batang kontol seorang pria. Dewi sadar ini semakin menyimoang dan tidak benar. Akalnya masih terus berusaha melawan


"Ta.. Tapi pak..", kata Dewi mencoba protes


"Ngga usah banyak alasan.. Cepet kocok kontol saya ustadzah.. Ingat perkataan saya adalah kewajiban yang harus kamu lakukan Ustadzah Dewi.."


"I.. Iya pak.. Afwan..", kata Dewi sadar ia tidak punya pilihan lain selain melaksanan perintah Pak Sul


Mata Dewi terpejam rapat ketika tangannya bergerak meraih batang kontol kuli bangunan itu. Hatinya menangis dan mengutuk dirinya sendiri, menggenggam penis suaminya saja ia tidak pernah, sebaliknya menggenggam penis pria lain ia lakukan. Dewi mulai mengocok kontol Pak Sul. Pertama kali dalam hidupnya, Dewi memegang kontol dan kontol yang ia pegang saat ini luar biasa besar, panjang dan berotot.


"Adududuh.. Sakit bego.. Bukan gitu.. Itu namanya ditarik-tarik.. Bisa patah kontol saya", protes Pak Sul


"Af.. Afwan pak.. Ana.. tidak pernah..", kata Dewi menundukkan pandangn terus menghindari kontak mata dengan kontol Pak Sul


"Hah? Ustadzah ga pernah kocok kontol suami?", tanya Pak Sul terheran-heran


Dewi menggeleng lemah. Sadar akan polosnya lawan mainnya kali ini, Pak Sul tiba-tiba mengingat perkataan Bu Wito yang menganggap Dewi tidak liar dan binal seperti dirinya sehingga dijamin Pak Sul tidak akan mencapai kepuasan karena nafsu Pak Sul yang begitu tinggi


Pak Sul mencoba menepis pendapat itu. Memandang kecantikan dan keindahan tubuh Akhwat bercadar seperti ustadzah Dewi saja sudah membuatnya ngaceng maksimal. Dia sangat yakin akan sangat puas dengan permainan Ustadzah polos alim yang kini ada dihadapannya itu. Dengan telaten Pak Sul mencoba mengajari Dewi cara mengocok yang benar.


"Genggamnya jangan kenceng2 Ustadzah. Bayangkan tangan ustadzah itu lubang yang siap di tembus kontol saya. Saya cuma butuh gesekan dari lubang tangan ustadzah saja. Jangan terlalu kencang dan ditarik-tarik kontol saya. Hehehe..", kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya sendiri memberi contoh kepada Dewi


Dewi menggangguk lalu kembali ia coba mengocok batang kontol kuli bangunan berusia paruh baya itu. Dewi mengocok kontol Pak Sul sambil memejamkan mata dan membuang muka. Membuat Pak Sul gemas akan kepolosan Ustadzah bercadar itu


"Aduh.. gimana kamu bisa dapat feelingnya Ust kalau ngocok kontol saya sambil buang muka gitu. Ayo pandangi kontol saya. Lihat dengan jelas kontol saya yang semakin mengeras saat dikocok tanganmu. Paham?", kata Pak Sul


" Iya.. Afwan pak.."


Dewi memberanikan diri membuka mata Memandangi batang kontol Pak Sul. Mata Dewi terbelalak memandangi alat kelamin dihadapan matanya itu. Sebuah Batang kontol yang mengacung tegak berwarna hitam dengan kepala kemerahan, terlihat begitu besar dan juga bertekstur kasar karena otot-otot yang mengitari hampir seluruh bagian batangnya. Ditambah lagi bulu jembut Pak Sul yang lebat dibiarkan tumbuh alami menghiasi bagian atas alat kelaminnya menambah keangkeran alat kelamin kuli bangunan itu.  Kehidupan Pak Sul yang berat sebagai kuli, tanpa sadar membentuk kontolnya menjadi kekar, besar dan panjang


Dewi tiba-tiba membayangkan dan membandingkan kontol Pak Sul dengan milik suaminya. Sungguh bentuknya yang jauh berbeda. Punya Eko terlihat kecil. Ketika mengeras pun mungkin panjangnya tidak sampai 10 cm. Ia pun mulai mengingat punya suaminya saat tidak sedang ereksi. Hanya kepala kontolnya saja yang terlihat. Batangnya hilang entah kemana.


*Astghrlh.. Apa yang ana pikirkan..* kata Dewi dalam hati


"Ayo pegang Ustadzah jangan ngelamun aja.. Kenapa? kamu kaget ya liat ukuran kontol saya? Punya suamimu kalah besar ya? Hahahah..", kata Pak Sul penuh kemenangan


Dengan gemeteran Dewi mencoba meraih kembali batang kontol Pak Sul. Kali ini dengan jelas ia melihat langsung kulit tangannya yang terlihat kontras dengan warna batang kontol Pak Sul. Dewi menggenggam batang kontol Pak Sul dan mencoba mengocoknya dengan penuh perasaan. Dia bayangkan betul tangannya itu adalah lubang kelaminnya yang disodok-sodok oleh kontol besar Pak Sul


Semakin lama ia semakin mempercepat tempo kocokannya. Entah mengapa birahi akhwat bercadar itu mulai naik saat tangannya mulai terbiasa mengocok alat kelamin Pak Sul yang terus tegak dan keras itu. Pikirannya kemana-mana, nafasnya semakin memburu. Tanpa sadar dari balik cadarnya terdengar lenguhan yang lembut dan sexy


"Hehehe.. Kenapa Ustadzah? Suka kontol saya ya? Jangan sungkan-sungkan kalau mau, Ustadzah Dewi boleh jlat dan kulum kontol saya..


"Kulum punya bapak? Haram pak...", kata Dewi


"Hehehe.. Haram kalau kamu kulum kontol suamimu.. Kalau kontol pria lain halal ustadzah..", kembali Pak Sul mensugesti sang ustadzah cantik bercadar


Dewi langsung bimbang mendengar perkataan Pak Sul. Disatu sisi ia tau ini salah, di satu sisi yang lain nafsunya mulai naik dan tubuhnya begitu ingin mencoba sensasi baru yang belum pernah ia rasakan selama 8 tahun pernikahannya dengan Eko.


"Kulum kontol saya Ustadzah. Tenang saja, buat variasi aja Ustadzah.. Kamu pasti bosan dengan kontol kecil suamimu", bujuk Pak Sul


"I.. Iya Pak? Afwan saya ijin cium punya bapak..


Dewi lalu mulai berani mencium kontol Pak Sul. Bukan ciuman secara langsung, secara Dewi masih menciumi kontol itu dengan bibirnya yang masih tertutup cadar. Dia pegang kontol Pak Sul yang keras, mengocoknya perlahan dan dibalik cadarnya bibir Dewi sedang menciumi kontol itu penuh kenikmatan.


Senyum Pak Sul mengembang. Tubuh Dewi sudah berhasil ia kendalikan. Birahi sang ustadzah semakin ia kuasai. Akal sehat Ustadzah Dewi mulai termakan oleh nafsu birahinya sendiri.


"Boleh kamu jilat juga Ust.. Itu cuma daging kok", kata Pak Sul merem melek karena Dewi semakin pandai Dewi mengocok dan menciumi kontolnya


"Permisi ya Pak Sul ana coba jilat punya bapak", Kata Dewi sambil buru-buru menyingkap cadarnya dan memasukkan batang kelamin Pak Sul di balik cadarnya. Dewi semakin penasaran dan semakin berani berbuat lebih


Dewi hanya menjulurkan lidahnya sedikit. Menowel kepala kontol Pak Sul dengan ujung lidahnya. Pak Sul mengamati tingkah ustadzah bercadar yang saat ini sedang berlutut dihadapannya itu dengan gemas


"Yang banyak Ustadzah jilatnya. Kalau cuma dikit ngga terasa", kata Pak Sul


"Afwan Pak Sul. Baru pertama Pak..", Kata Dewi sambil mulai menjilat batang kontol Pak Sul lebih banyak


"Iya gitu.. Aahhh.. Enak Ustadzah... Lidahmu basah bener ust..", Kata Pak Sul sambil semakin mengangkang agar Dewi lebih leluasa menjilati alat kelaminnya


"Gini ya pak.. Slurupp Sluruppp Sluruuppp..", kata Dewi sambil mulai berani menjilati kontol Pak Sul lebih banyak lagi. Lidah Dewi terjulur maksimal, menyapu tiao bagian kontol Pak Sul


"Iya.. Benarr.. Ssshhh.. Kamu pintar sekali Ustadzah... Sekarang masukkan ke mulutmu Ust kontol bapak"


"Afwan ya pak..", kata Dewi dan langsung mengulum kontol kuli bangunan itu


"Ssshhhh... Ooohh Ustadzahh pinter...", rancau Pak Sul saat dia merasakan kontolnya mulai dilahap oleh Dewi dibalik cadarnya


Dewi terus berhati-hati dalam mengulum kontol kuli bangunan itu. Dia terlihat begitu konsentrasi, bahkan sesekali matanya terpejam seolah menikmati kontol Pak Sul keluar masuk di dalam mulutnya. Pak Sul memandangi Ustadzah Dewi yang sedang keasyikan mengulum kontolnya. Diusapnya kening Dewi dengan lembut dengan harapan Dewi bisa lebih enjoy dan tidak canggung berbuat gila dengan dirinya. Dewi melirik manja ke arah Pak Sul, lalu kembali akhwat bercadar itu asyik mengulum kontol tukang bangunan yang baru ia kenal itu


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.45, waktu maghrib telah lewat. Dewi bahkan sampai sengaja meninggalkan ibadahnya karena sibuk kajian privat dengan Pak Sul. Suasana di dalam bangunan itu semakin panas.


"Gerah Ya Ustadzah?"


"Iya Pak.."


"Ustadzah kalau mau lepas aja bajunya.."


"Hah?"


"Tak perlu malu Ust.. Cuma ada saya kok.."


"Tapi.. Pak.."


"Kalau gak mau gapapa.. Saya cuma kasihan sama ustadzah aja kalau sampe kepanasan..", Kata Pak Sul


Kembali terjadi perang batin di dalam pikiran Dewi. Diakuinya suasana malam ini begitu gerah. Terasa sekali sekujur tubuhnya mulai berkeringat sehingga membuatnya tidak nyaman. Terlebih seperti kebiasaannya sehari-hari, Dewi selalu memakai sebuah kaos dibalik gamisnya. Karena pakaian yang bertumpuk itulah Dewi mulai terasa kepanasan. Apalagi saat ini kepalanya sibuk bergerak menjilati dan menciumi kontol Pak Sul


Pak Sul tidak memaksa Dewi melepas pakaiannya. Pak Sul sudah tidak tahan untuk segera menyetubuhi Ustadzah bercadar yang sudah tunduk padanya itu. Pak Sul menuntun Dewi kembali rebahan di atas meja kayu yang ada di ruangan itu. Kemudian Pak Sul dengan acuh mulai melucuti pakaiannya sendiri di hadapan Dewi. Dewi terkejut dan begitu malu melihat pria dihadapannya kini telanjang bulat. Sepintas dia terbuai melihat otot-otot tubuh Pak Sul. Walau usianya sudah tidak lagi muda, tetapi otot tubuhnya masih terbentuk dan terlihat prima. Dada Pak Sul terlihat bidang dan perutnya terlihat  six pack. Memang terbukti sekali pekerja kasar seperti Pak Sul memiliki postur tubuh yang lebih terlihat perkasa. Belum lagi batang kontolmya yang berotot, besar dan panjang itu masih mengacung tegak dihadapan Dewi. Buru-buru Dewi menutup matanya dengan kedua tangannya dan memejamkan mata rapat-rapat


"Hehehe.. Sange ya Ustadzah liat saya telanjang?", Pak Sul terkekeh melihat tingkah Dewi


Pak Sul membuka lebar kaki Dewi. Tempik Dewi sudah menganga dihadapannya. Sebuah tempik yang terlihat masih segar dan kemerahan. Namun sayangnya kondisinya kering kurang pelumas. Lalu Pak Sul tanpa meminta ijin kepada Dewi langsung menjilat alat kelamin Dewi yang masih kering itu


"Ooooohhh.. Pak... Jangan.. Kotorr...", kata Dewi sambil tersentak saat kelaminnya dijilat oleh Pak Sul


"Justru karena tempikmu kotor Ustadzah, mau saya bersihkan..",  jawab Pak Sul sambil kembali menjilat tempik Dewi untuk yang kedua kalinya


Tubuh Dewi menegang hebat. Seluruh syaraf tubuhnya langsung bereaksi menerima rangsangan Pak Sul yang mendadak itu. Pelan tapi pasti alat kelaminnya mulai lembab dan sedikit basah. Pak Sul semakin semangat menjilati tempik Dewi yang terus merintih kegelian


"lezat ustadzah tempikmu.. Harum lagi.. Slurup slurup slurup slurup..."


"Ohhh.. Pak.. Geli... Sudah...", kata Dewi terus kelojotam berusaha menutup kakinya tapi ditahan oleh Pak Suk


Pak Sul terus menjilati kelamin Dewi semakin dalam. Tubuh Dewi mengejang dan meronta liar. Matanya masih ia tutup rapat dengan kedua tangannya. Sedangkan tempiknya ia biarkan terbuka sehingga Pak Sul bebas menjilati serta menciumi lubang tempiknya


"Aahhh.. Ouhh.. Pak.. Geli...", Rancau Dewi terus menggelinjang


Terasa sekali tempiknya kini mulai kedutan dijilati oleh Pak Sul. Sadar Ustadzah bercadar dihadapannya mulai terangsang, Pak Sul langsung berhenti mejilati kelamin Dewi. Diarahakannya batang kontolnya ke lubang tempik Dewi yang sudah lembab. Dewi sedikit lega saat Pak Sul menghentikan jilatannya. Namun Kelegaan itu tak bertahan lama, karena kini ia merasakan sebuah benda yang meringsek masuk ke area kelaminnya


Dewi memberanikan diri membuka matanya. Tampak Pak Sul sudah mulai membenamkan kontolnya ke lubang tempik Dewi. Dewi buru-buru meronta, terus dilawannya tubuhnya agar tidak meneruskan perzinahan ini. Tetapi gagal, tubuhnya malah semakin mengangkang memberikan jalan kepada Pak Sul agar batang kontolnya penetrasi dibdalam kelaminnya


*bless* kontol Pak Sul masuk ke dalam tempik Dewi


"Aaahhh.. Jangan Pak.. Dosa... Sudah Pak..", kata Dewi terus mencoba melawan dan menghindar


Mata Dewi mulai berkaca-kaca, sadar betul dia akan semakin berdosa jika terus melakukannya. Tapi Pak Sul terus menyeringai menyebalkan menatap wajah Dewi yang ketakutan. Batang kontolnya terus didorong masuk ke kelamin ustadzah bercadar itu. Sedangkan kelamin Dewi sukses mengkhianati Dewi. Karena lubang itu malah semakin deras memproduksi lendir cintanya


"Dosa? Hehehe.. Ini cuma daging ustadzah.. Ustadzah tenang aja. Pasti nanti ketagihan.. Tuh tempik Ustadzah juga udah becek. Saya mulai genjot yaa..", kata Pak Sul mulai mempercepat sodokannya


*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*


Pak Sul menikmati jepitan tempik Dewi yang masih terasa begitu rapat. Berbeda dengan punya Bu Wito yang sudah sering ia pakai. Dewi terus menggelinjang dan mendesah kuat saat penis Pak Sul membombardir alat kelaminnya


"Aahh.. Aahh.. aaah. Sudah pak... Aaahhh", desah Dewi sambil meringis kesakitan


Tempik Dewi yang biasanya hanya diisi kontol suaminya yang kecil, kini harus beradaptasi kembali agar bisa menampung batang kontol Pak Sul yang jauh lebih besar daripada milik suaminya


"Ohhhh Ssshh sempit sekali ustadzah tempikmu.. Suamimu jarang minta jatah ya? apa kontolnya terlalu kecil? Heheheh.. Ssshhh"


"Pak.. Sudahhh.. Aaahhh.. ini salahh.. Jangan... Ouuhh..", Dewi masih mencoba melawan dan tidak membiarkan keyakinannya runtuh begitu saja.


Namun Pak Sul tak peduli, Pak Sul terus menyetubuhi Ustadzah bercadar itu penuh nafsu. Dengan nakal sambil terus menggenjot kelamin Dewi, Pak Sul mencoba menciumi bibir Dewi yang masih tertutup cadar. Dewi mencoba memalingkan muka tetapi Pak Sul terus menciumi wajahnya yang tertutup cadar itu. Hingga semakin lama cadar Dewi basah penuh air liur Pak Sul karena terus diciumi secara brutal. Lalu disingkap lah cadar Dewi hingga bibirnya yang selama ini ia sembunyikan terbuka. Pak Sul langsung melumat bibir Dewi tanpa ampun.


"Mmpph.. Ssshhh...", Dewi membiarkan bibirnya diciumi oleh Pak Sul


Sambil terus berciuman dan saling melumat. Kedua kelamin mereka saling beradu. Desahan mereka terdengar bersahut-sahutan.  Bahkan tangan Dewi sudah bergelayut manja memeluk tubuh atletis Pak Sul.


"Aaahhh.. Saya keluar Ustadzahhhh.. Argghh..


"Jangan didalam pak.. Aaahhh..", pinta Dewi


Untungnya Pak Sul menurutinya dan langsung mencabut batang kontolnya. Pak Sul lalu menyemburkan pejunya ke cadar Dewi. Peju Pak Sul begitu banyak menyembur mengenai cadar dan sedikit kerudung Dewi. Pak Sul puas setelah seluruh isi kontolnya berhasil ia tumpahkan ke Dewi


"Hah hah hah hah..", Dewi bernafas tersengal-sengal setelah pertama kalinya tempiknya merasakan sebatang kontol pria yang ukurannya besar, jauh berbeda dengan milik suaminyam


Kedua kakinya sudah ia tutup rapat, namun tempiknya masih saja kedutan. Cadar hitamnya nya sudah belepotan cairan putih, lengket, dan kental milik Pak Sul. Buru-buru Dewi mengambil tisu dan membersihkan cadarnya dari Peju Pak Sul


"Takut ketahuan suamimu?", tanya Pak Sul melihat tingkah Dewi yang masih masih sibuk membersihkan cadarnya


"I.. Iya Pak..", Jawab Dewi sambil terus mengelap cadarnya dengan tisu beberapa kali


"Bilang aja tadi kena ingus temen kajian.. Heheheh..", Kata Pak Sul sambil kembali berpakaian


"Besok lagi ya ustadzah.. Tadi mulainya kesorean. Jadi jujur saya kurang puas kalau cuma sekali crot nya. Hehehe", kata Pak Sul


Dewi tidak menjawab perkataan pria itu. Wanita itu masih sibuk mengenakan kembali celana dalamnya, menutup kembali kelaminnya yang baru disodoki oleh kuli bangunan bernama Pak Sul


Tanpa pamitan, Dewi langsung meninggalkan lokasi perzinahannya dengan sang kuli bangunan. Buru2 dia pergi meninggalkan bangunan itu sambil menahan air mata. Batinnya menangis sadar dirinya sudah berbuat dosa


***


Sesampai di rumah Dewi melihat suaminya sudah tertidur di ruang tamu. Jam sudah menujukkan pukul 20.45 saat itu. Dewi memeriksa kamar Rista. Sayangnya kamar adiknya itu masih gelap tak berpenghuni


"Kemana lagi ni anak, akhir2 ini pulang malam terus.. Ya Tuhan jagalah adik hamba. Jauhkan dia dari perbuatan yang melanggar aturanMu.. Jangan seperti hamba yang bodoh ini begitu mudahnya hamba...", doa Dewi dalam hati tak sanggup ia teruskan.


Dewi kembali mulai terisak membayangkan kejadian memalukan yang baru saja ia lakukan. Air matanya tumpah. Berkali-kali ia mengutuk tubuhnya yang mengkhianatinya. Kesedihannya tumpah parah saat itu. Sambil berjalan gontai, Dewi kembali mendekati suaminya. Dia pandangi wajah suaminya penuh cinta. Dibelainya rambut suaminya yang cepak itu. Wajah Eko terlihat begitu letih setelah seharian bekerja


"Afwan ya abi. Ummi sudah mengkhianati abi.. Ummi selalu menolak mengulum punya abi. Tapi dengan pria lain ummi melakukannya. Afwan ya bi.. Bahkan tubuh ummi sudah.. sudah.. sudah. ", kata Dewi tak sanggup ia teruskan. Kembali wanjta bercadar itu menitikkan air mata sambil membelai wajah suaminya yang masih tertidur pulas


Setelah air matanya reda, Dewi lalu beranjak ke kamar mandi. Ia bermaksud mandi besar setelah seharian tubuhnya bersentuhan dengan pria yang bukan mahromnya. Dia hanya berharap dengan mandi besar bisa menyucikan tubuhnya kembali, setelah baru saja ia bermaksiat, berzina dan berdosa. Dosa yang menjadi titik awal kehidupan barunya.


*Tut tut tut tut* tiba-tiba handphone Dewi berbunyi saat Dewi sedang berada di dalam kamar mandi, sebuah pesan WA masuk. Dari Pak Sul...


**bersambung**



=========


Scene 16 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 2)


"Halo Ustadzah Dewi sayang.. Saya sudah kangen lagi nih..", sebuah pesan WA dari nomor yang belum sempat disimpan di kontak handphone Dewi


Ya siapa lagi kalau bukan dari Pak Sul, kuli bangunan yang baru saja Dewi kenal beberapa hari yang lalu.


Dewi malas membalas pesan tersebut dan buru-buru menghapus pesan itu dari history chatnya. Cukuplah ia mengkhianati suaminya sekali saja. Tidak boleh terjadi lagi, dia sudah berjanji akan selalu setia kepada suaminya saat itu juga. Kembali Dewi mencoba menguatkan imannya, tidak terjebak dalam kesenangan sementara.


10 menit kemudian, Pak Sul menelpon Dewi. Dewi ketakutan melihat nomor telepon yang tertera dihapenya. Nomor yang tadi mengirimi dia pesan kali ini berani menelponnya. Ingin sekali ia tolak panggilan itu, tetapi entah mengapa Dewi malah menerima telepon dari Pak Sul


"Duh lama sekali ustadzah angkat teleponnya", kata Pak Sul


"Sudah pak.. Sudah cukup. Tadi itu pertama dan terakhir.. Ana sudah tidak mau melakukannya lagi..", kata Dewi tegas


"Yakin sudah tidak mau lagi? Heheheh.. Kontol saya belum puas silaturahmi ke tempik ustadzah nih.. Heheheh.."


"Pak Sul jangan kurang ajar! Sudah pak, Afwan ana tutup dulu, ada suami!", kata Dewi terkejut saat melirik ke arah Eko yang ternyata sudah terbangun dan berjalan menuju kamar


*tut tut tut tut* telepon ditutup oleh Dewi


"Lho Ummi udah pulang?", tanya Eko saat masuk ke dalan kamar


"I..Iya sudah Bi.. Sudah dari tadi.. I.. Ini ummi selesai mandi", jawab Dewi terbata


"Ummi gapapa? Kok kayak gelagapan?", tanya Eko curiga


"Ehh.. Ngga kok perasaan abi aja..", elak Dewi


"Yakin?", tanya Eko masih tidak percaya


"Beneran.. Abi...", jawab Dewi meyakinkan suaminya


*Duh gini amat ya nyembunyiin sesuatu dari suami. Paham ana betapa ga tenangnya orang kalau selingkuh* ujar Dewi dalam hati


"Hmm yasudah.. Btw, Ummi seger banget nih.

..  Harumm.. Mana cuma pakai handuk lagi", kata Eko mulai membelai pundak telanjang Dewi


"Abi mau ngapain?", kata Dewi menyadari suaminya mulai nemandangi tubuhnya


"Hehehe.. Ummi.. Abi jadi pingin nih.."


"Ihh.. Abii.. Jangan bii.. Abi capek habis kerja.. Tidur aja yaa.."


Padahal sesungguhnya Dewi lah yang kecapekan setelah tempiknya dihajar kontol Pak Sul. Walau tidak lama, tetapi cukup melelahkan baginya karena kontol Pak Sul yang besar dan panjang itu terasa memaksa lubang kelamin Dewi untuk menyesuaikan diameter kontol kuli bangunan itu.


"Gak mau ah.. Abi mau main sama ummi dulu..", Kata Eko sambil menubruk tubuh istrinya ke tembok


Dalam satu kali hentakan, handuk Dewi terlepas hingga tubuhnya kini telanjang bulat dihadapan suaminya. Dewi segera mematikan lampu dan pasrah ketika suaminya mulai mencumbunya


"Kok dimatiin sih mi..", protes Eko


"Biar setan ga bisa liat tubuh Ummi.. Abi ga cemburu apa kalo setan liat tubuh telanjang Ummi, Hayo?", jawab Dewi


"Ya tapi kan.. Abi pingin liat keseksian Ummi.."


"Hihihi.. Gelap-gelapan aja ya Abii.. Sini masukin sini.. Jangan lupa doa dulu ya..", kata Dewi mencoba menyenangkan suaminya


"Ihh ummi.. Udah nafsu gini disuruh baca doa ilang deh nafsunya", kata Eko mulai kehilangan gairah


"Wajib dong abi baca doa biar ngga diganggu setan.. Jadi ga? Kalau gak jadi lanjut tidur..", kata Dewi mencoba terus merayu suaminya


Eko menarik tubuh Dewi ke atas ranjang dan langsung menindih tubuh telanjang istrinya. Eko sadar batang kontolnya sudah mulai kembali menciut  dan melunak sehingga ia begitu tergesa-gesa untuk segera bersetubuh dengan istrinya sebelum batang kontolnya benar-benar mengecil seutuhnya. Eko khawatir jika tidak segera dimasukkan, kontolnya akan segera mengecil kembali ke ukuran aslinya sehingga nanti jadi tidak bisa masuk ke dalam tempik istrinya. Eko terus mencumbu istrinya sambil mencoba memasukkan mendorong kontolnya ke tempik Dewi. Namun usahanya gagal, kontolnya tidak bisa berdiri seperti tadi ketika dia melihat Dewi hanya mengenakan handuk


"Sabar abi.. Pelan-pelan.. Kalau ga bisa besok lagi ya. Mungkin abi kecapekan..", kata Dewi menghibur suaminya yang mulai frustasi karena gagal menjalankan kewajibannya memberikan nafkah batin kepada Dewi


Eko lalu berusaha mengocok batang kontolnya sendiri agar bisa bangun dan berdiri lagi. Tetapi kontolnya tetap tidak mau berdiri. Eko semakin mempercepat kocokannya, namun bukannya kenikmatan yang didapat, malah sakit yang ia rasakan.


"Ummi kulum punya abi dong biar bisa berdiri..", pinta Eko


"Hehehe.. Abiii.. Haram sayang.. Sudah jangan dipaksa ya.. Besok lagi ya abi.. Abi kecapekan tuh..", kata Dewi tidak tega melihat suaminya sedang berusaha membangunkan kejantanannya


Eko mencoba kembali menindih tubuh Dewi dan mendorong-dorong kontolnya ke tempik Dewi. Bukannya masuk, kontol Eko malah tertekuk. Kontol Eko terlalu lunak sehingga ketika didorong tidak mau masuk ke kelamin istrinya. Ditambah lagi tempik Dewi masih kering karena tidak ada rangsangan sama sekali sebelum mereka berhubungan.


Tidak tega melihat suaminya yang terus berusaha, Dewi mencoba membantu dengan mengocok alat kelamin suaminya. Didikan kilat sore tadi bersama Pak Sul coba ia praktekkan. Pelan tapi pasti kontol Eko mulai berdiri. Tidak ingin membuang waktu karena dirasa kontolnya sudah cukup keras, Eko langsung mengarahkan kontolnya ke tempik Dewi lagi. Kali ini usahanya membuahkan hasil. Kontol Eko berhasil membelah tempik Dewi


Setelah itu Eko mulai memompa tempik istrinya dengan terburu-buru. Eko terlihat ingin segera menuntaskan dan tidak berlama-lama. Eko khawatir jika terlalu lama bermain-main, malah keburu kontolnya mengecil lagi karena memang staminanys yang payah. Dewi terlihat memejamkan mata selama sang suami menyetubuhinya. Ia ingin merasakan kenikmatan saat berhubungan dengan suaminya. Tetapi yang ia rasakan justru kehampaan. Ia sama sekali tidak bisa menikmati persenggamaan ini. Tidak ada desahan yang keluar dari mulutnya. Semua terasa hambar, bahkan dia sama sekali tidak merasakan keberadaan kontol suaminya


"Hah.. Hah.. punya ummi nikmat sekali..", kata Eko sambil terus memompa tempik Dewi


"iya.. bi.. teruuss bi..", kata Dewi menyemangati suaminya, mencoba menghibur suaminya yang tadinya frustasi


"Arrgghh Ummi.. Abi keluar.."


"Iya bi.. keluarin.. Semoga jadi anak ya bi.."


*crut crut*


Semburan peju Eko tumpah. Terasa encer dan sedikit jumlahnya menyemprot tempik Dewi. Setelah selesai menyemprotkan pejunya, Tubuh Eko seketika langsung ambruk menindih Dewi. Kepala Eko bersandar di dada telanjang Dewi. Nafasnya terdengar tersengal-sengal karena seluruh staminanya terkuras habis saat menyetubuhi istrinya. Dewi membelai rambut suaminya penuh kasih sayang


"Ummi menikmatinya?", tanya Eko sambil memandangi wajah cantik istrinya sambil memainkan rambut istrinya yang tergerai sedikit basah


Dewi mengangguk lemah sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang hambar. Sehambar persetubuhan malam ini. Kalau boleh jujur, Dewi tidak pernah tau yang namanya kepuasan sex ketika berhubungan badan. Karena selama 8 tahun usia pernikahannya dia merasakan sex itu biasa saja tidak ada yang spesial. Dia tidak tahu nikmatnya sex itu seperti apa dan bagaimana. Jadi, dia menyimpulkan selama suaminya puas dan bisa ejakulasi dia sudah menuntaskan tugasnya diranjang sebagai seorang istri.


Setelah suaminya tertidur pulas, pikiran Dewi menerawang kembali ke kejadian sore tadi. Desahannya saat itu begitu alami. Perasaannya begitu menggebu-gebu saat Pak Sul menikmati tubuhnya, meraba sebagian tubuhnya, bibir mereka saling mencumbu, semua perasaan campur aduk itu belum pernah ia rasakan sebelumnya. Selama persetubuhan dengan Pak Sul, nafas Dewi begitu memburu, adrenalinnya tadi seperti tidak sabar, Pak Sul akan melakukan apa lagi ke tubuhnya. Lalu Dewi membayangkan kontol besar panjang dan berotot Pak Sul. Bagaimana rasanya ketika mulutnya mencium, menjilati serta mengulum kontol itu, kenikmatan serta kenakalan yang begitu berkesan baginya. Tubuh Dewi mengakui semua kenikmatan itu, termasuk tempiknya yang banjir terus-terusan saat tubuhnya dirangsang terus-terusan oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itum


Belum lagi saat kontol Pak Sul mengoyak lubang kelaminnya. Rasanya begitu puas dan nikmat tiada tara. Sangat berbeda ketika dia melayani suaminya yang baginya terasa biasa saja dan cenderung hambar. Walau sadar kejadian tadi sore adalah sebuah dosa, tetapi Dewi mengakui inilah pertama kalinya dia menikmati yang namanya berhubungan badan.


Diam-diam Dewi membuka handphonenya dan mengecek pesan masuk di WAnya


"Yakin ga mau lagi? Kalau berubah pikiran hubungi saya. Saya tunggu Ustadzah. Hehehe", Dewi membaca pesan dari Pak Sul yang dikirim beberapa menit yang lalu


Dewi lalu mulai mengetik membalas pesan dari Pak Sul. Hatinya gundah dan bingung. Apakah dia harus kembali terjebak kenikmatan bersama Pak Sul, atau tegas menolak kenikmatan yang diberikan Pak Sul. Namun pada akhirnya kenikmatan mengalahkan segalanya. Sugesti Pak Sul masih membekas di relung hatinya. Dewi memantabkan diri menghubungubkembali kuli bangunan itu


"Afwan Pak Sul tadi saya takut ketauan suami..", Tulis Dewi


"Akhirnya ustadzah cantik balas WA saya. heheheh"


"Ada apa pak?", kata Dewi mencoba tetap tenang padahal hatinya gundah gulana


"Saya sudah kangen lagi nih sama ustadzah cantik.."


"Masak sih ana cantik, kan Pak Sul belum lihat wajah ana", goda Dewi


"Cantik kok Ustadzah.. Walau bercadar saya tau ustadzah Dewi itu cantik seperti bidadari..", ujar Pak Sul menggombal dengan cara kampungan


Pipi Dewi bersemu merah seketika. Dewi senang dipuji oleh Pak Sul. Tanpa terasa hati Dewi mulai berbunga-berbunga


"Mungkin Ustadzah juga minat lagi sama ini", kata Pak Sul


Lalu Pak Sul mengirim pesan kembali kepada Dewi. Kali ini sebuah Foto. Dewi begitu tegang gambar apa yang dikirimkan Pak Sul, terlebih disebelahnya ada suaminya sedang tidur lelap. Dibukanya foto yang dikirimkan Oleh Pak Sul. Dewi tertegun melihat foto itu. Sebuah foto zoom batang kontol hitam yang begitu berotot, keras, dan angker. Dewi sampai menelan ludah berkali-kali memandang foto itu. Dewi ingat betul kontol ini lah yang ia kulum tadi sore


"Gimana? Suka sama kontol saya?"


"Besar sekali Pak Sul..", jawab Dewi tanpa sadar semakin terbuai dengan pesona kontol Pak Sul, tidak ada respon penolakan dari wanita bercadar itu


"Suka Gak ustadzah?"


"Hmm.. Ngga ah.. Hihihi", jawab Dewi malu-malu


"Kalau gak jujur besok saya ke rumah ustadzah lho.. Kita buktikan Ustadzah bisa nolak kontol saya gak.."


"Eehh.. Jangan pak.. Iya sukaaa.. besar sekali..."


"Suka kontol besar ya Ust?", tanya Pak Sul cabul


"Eehhh.. Hmm.. Iya..", jawab Dewi jujur


"Jadikan wallpaper handphonemu dong Ust kalau suka.."


"Apa? Ngga mau aah. Ketauan suami ana gimana..."


"Ya jangan sampai tau suamimu.. Ayo buruan bikin wallpaper terus screenshot ke saya"


"Beneran nih pak?", tanya Dewi semakin dag-dig-dig


"Iya buruan!"


Dewi melirik kembali ke arah suaminya yang sedang tertidur memunggunginya. Hatinya bimbang, akhwat alim seperti dirinya apakah pantas memajang gambar wallpaper Kontol seorang pria di handphonenya.


*Mas Eko kan jarang buka2 handphone ana.. Semoga aman..*, kata Dewi semakin tergoda memasang wallpaper kontol. Ada perasaan tertantang yang ia rasakan saat ini, desiran nafsu liar kembali menyeruak di pikiran Dewi.


Lalu Dewi segera masuk ke pengaturan handphonenya dan menjadikan foto kontol Pak Sul sebagai wallpaper handphonenya. Seketika nafasnya menderu melakukan kegilaan kecil ini karena selama ini wallpaper handphonenya selalu diisi dengan gambar2 agamis. Tak lupa ia segera screenshot tampilan handphonenya dan dikirimkan ke kuli bejat itu.


"Hehehe.. Bagus biar kalau kamu kangen kontol, kamu bisa mandangi foto kontol saya di layar handphonemu.. Jangan diganti lho Ust. Kalau kamu ganti kamu saya kasih hukuman. Hehehe..", Kata Pak Sul mengancam


"Ehh.. I.. Iya Pak.."


*Berarti suami ana gak boleh pegang handphone ana sedikitpun. Bisa runyam nih kalau ketauan..*, kata Dewi dalam hati


*Eh tapi kalau ketauan, suami ana akan ceraikan ana.. Terus ana bisa nikah sama Pak Sul*, pikiran Dewi semakin kemana-mana


*Astgfrlh apa yang sudah ana pikirkan.. Afwan Abi..*


*Tulilut tulilut tulilut* Handphone Dewi mendadak berdering membuyarkan keheningan di dalam kamar. Pak Sul mendadak menelponnya malam-malam. Dewi reflek menolak panggilan telepon itu sambil menoleh ke arah suaminya.


Terlihat Eko bergerak sejenak berganti posisi tidurnya ketika nada dering handphone Dewi berbunyi. Dewi panik tak karuan melihat suaminya berganti posisi karena terganggu dengan suara ringtone handphonenya. Dewi memandangi tubuh suaminya terus-terusan sambil was-was, memastikan suaminya itu tidak terbangun


"Sebentar suami ana bisa bangun pak, nanti saya telepon", kata Dewi melalui pesan WA


Dewi menunggu beberapa saat, meyakinkan suaminya benar-benar tidur. Setelah dirasa aman. Dewi mengendap-endap mengambil headset dan segera menghubungi  Pak Sul kembali


"Halo Ustadzah.."


"Iya Halo pak...", jawab Dewi lirih


"Ya Ampun dengar suara ustadzah yang lembut aja kontol saya jadi ngaceng lho Ust.. Hehehe.."


"Masa sih pak? Hihihi", kata Dewi berbisik-bisik agar suaminya tidak terbangun mendengar suaranya


"Perlu bukti?"


Lalu Pak Sul meminta sebuah video call ke Dewi. Dewi semakin tak karuan tegangnya, apakah bisa dia video callan dengan pria lain disamping suaminya. Terlebih lagi dia ingat saat ini tubuhnya sedang telanjang dan tidak memakai cadar seperti biasanya. Lalu Dewi memutuskan mengambil kerudung dan sebuah cadar untuk menutup rambut serta wajahnya sebelum mengangkat telepon dari Pak Sul. Karena Dewi masih merasa aneh dan belum siap jika rambut serta wajahnya terlihat oleh pria lain yang bukan mahromnya.


"Nih Kontol saya ngaceng kalau denger suara Ustadzah..", kata Pak Sul memamerkan kontolnya yang tegak berdiri melalu video call.


"Eh iya.. Besar sekali sih punya bapak..", kata Dewi berbisik


Terlihat wajah Pak Sul melongo saat melihat layar handphonenya. Pak Sul terkejut melihat Dewi yang masih memakai kerudung dan cadar saat tidur


"Ustadzah.. Kalau tidur masih pakai kerudung sama cadar?", tanya Pak Sul heran


"Ya ngga lah pak. Ini karena angkat videocall bapak saja saya pakai kerudung sama cadar lagi..", jawab Dewi pelan-pelan


"Aahh.. Padahal saya penasaran sama kecantikan bidadari surga yang wajahnya selalu ditutup ini.. Hehe", gombal Pak Sul


"Hihihi.. Pak Sul bisa aja..", jawab Dewi perlahan sambil tersipu malu dipuji oleh Pak Sul


"Terus Ustadzah sekarang bugil apa pakai baju nih?", tanya Pak Sul mesum


"Coba tebak pak.. Hihihi", goda Dewi


"Hmm kalau benar saya dapat hadiah ya.."


"Iya boleh.. Tapi tebak dulu..."


"Pasti ustadzah Dewi sekarang lagi bugil. Habis main sama kontol suaminya yang kecil, terus ustadzah gak puas.. Ya kan..? Heheheh", Kata Pak Sul


"Ihh kok bener sih pak.. Iya ana lagi gak pakai baju.. Ana harus kasih hadiah dong", kata Dewi berbisik-bisik


"Hehehe.. Minta hadiah apa ya?", goda Pak Sul


"Jangan yang susah ya pak.."


"Ngga susah kok, saya cuma pingin VCS sama ustadzah malam ini", kata Pak Sul


"VCS? apa itu pak?", tanya Dewi bingung


"Hehehe.. Ustadzah ini begok bener... VCS itu Video Call Sex, jadi Ustadzah temenin saya ngesex lewat video call. Paham gak Ustadzah?", kata Pak Sul


"Hmm.. gimana caranya pak.."


"Ustadzah videocall sambil masturbasi, lalu ustadzah bayangin semua yang saya katakan"


"Hmm.. coba dulu ya pak.. Saya belum pernah.. Afwan kalau saya bodoh. Hihihi"


Dewi melirik sejenak ke arah suaminya yang masih tertidur pulas


"Sekarang buka seluruh kain penutup yang ada ditubuh Ustadzah..", kata Pak Sul


"Sudah gak pakai apa2 saya pak.."


"Coba arahin kamera Ustadzah ke tetek ustadzah..", kata Pak Sul


"Hah.. Malu saya pak..", kata Dewi masih belum percaya diri menunjukkan teteknya ke pria lain


"Ayo lah katanya tadi saya dapat hadiah. Gitu aja gak mau. Yasudah gak usah aja!", Kata Pak Sul ngambek


"Iya iya pak, Afwan.. jangan marah ya Pak..", Kata Dewi menyadari Pak Sul emosi


"Ayo mana tetekmu Ust..."


Lalu Dewi mengarahkan kamera handphonenya ke kedua gunung kembarnya yang terbuka dengan gemetaran


"Wow.. Heheh.. Pemandangan yang sempurna. Tetek besar dan putingnya kecil.. Jadi gini ya teteknya bidadari surga.. Aahh saya sambil coli nih Ust..", Kata Pak Sul


Kembali pipi Dewi bersemu merah menerima pujian mesum itu. Bagaimana bisa seorang ustadzah senang dipuji teteknya besar dan dibilang sempurna. Bagaimana bisa seorang ustadzah membiarkan tubuhnya menjadi bahan onani pria lain. Semua pikiran itu semakin membuat dewi terangsang. Dewi sadar ini semua salah. Tetapi sayang, kendali Pak Sul semakin kuat mempengaruhi pikiran serta tubuh Dewi


"Jangan diiatin terus.. malu pak..", kata Dewi sambil mengarahkan kembali kameranya ke wajah bercadarnya


"Kenapa malu Ust? Tubuhmu itu indah.. seharusnya ustadzah bangga.  Liat itu tetekmu sangat menggoda.. Saya pasti bangga kalau punya istri cantik sexy kayak Ustadzah Dewi.. Tiap saat akan saya kenyot tuh tetek besar.. Kalau jalan bareng saya akan bangga nih punya istri cantik bercadar seperti ustadzah"


Dewi mulai terpengaruh dengan sugesti-sugesti nakal Pak Sul. Pikiran sang ustadzah membayangkan tiap perkataan Pak Sul. Betapa tak karuan rasanya jika dirinya benar2 telanjang dihadapan Pak Sul dan Pak Sul mulai melumat puting susunya setiap saat


"Pak.. Sshhh.. Hah.. Hah.. Hah..", nafas Dewi mulai tak karuan berfantasy sesuai sugesti Pak Sul, tanpa sadar Dewi mulai memilin kedua pentil susunya sendiri


"Bagus.. Mainkan pentilmu sayang.. Hibur saya yang sedang menonton tubuh telanjangmu.. Saya suka bidadari saya berjoget telanjang. Tubuhmu indah Ustadzah..  Kamu tidak perlu malu memamerkan tubuhmu sayang. Aahhh... Saya kenyot pentil kirimu Ust.. Sshhh.."


Dewi lalu memainkan puting susunya sendiri. Tubuhnya meliuk perlahan-lahan diatas kasur. Dewi menikmati imajinasinya yang diatur tersugesti oleh perintah mesum Pak Sul. Tanpa dia sadari, Pak Sul terus menghipnotis dirinya, menjadikan sang ustadzah menjadi wanita yang haus sex


"Ssshhh.. geli pak..", desah lirih Dewi agar Eko tidak mendengar desahannya


"Goyang Ustadzah... Saya sedang onani menatap keindahan tubuh bidadari surga yang sedang menari menghibur saya.. Pentilmu mulai dikenyot satu-satu bergantian.. Lidah saya melumat habis kedua pentil susumu yang mungil. Aaahhh..", kata Pak Sul


"Ooohhh.. Ssshh.. Pak.. Sshhh..", desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya. Tubuhnya semakin berkeringat deras terbakar nafsu malam ini membayangkan Pak Sul menetek ke pentil susunya. Tangannya semakin keras mencubit pentil susunya sendiri


"Iya bayangkan Ustadzah.. berjogetlah bak pelacur dihadapan saya.. Mainkan pentilmu Ust.. Pilin pentilmu.. Ustadzah semakin terangsang dan minta saya setubuhi sekarang.."


"Aahhh..  Sshhh.. Masukin punyamu pak..", Kata Dewi terus menggoyangkan pinggulnya sambil terus memainkan pentil susunya, Dewi semakin terangsang dengan sugesti nakal Pak Sul


"Punya saya? Apa maksudnya Ust saya tidak paham.."


"Ssshh.. Masukin burung bapak..", Dewi semakin berani


"Burung? Saya tidak punya burung sayang.. Coba yang jelas kamu minta apa bidadariku?"


"Pe..penis Pak Sul.. Saya mau..", Dewi semakin tersipu malu..


"Penis? apa itu Ust... Yang jelas dong.. Heheheh..", Pak Sul terus menggoda


Dewi mengingat kata yang dilontarkan Pak Sul. Sebuah kata yang sangat cabul. Tidak mungkin seorang wanita alim seperti Dewi mengucapkan kata tabu itu secara gamblang. Tapi karena saat ini bayang-bayang kontol Pak Sul terus menghantuinya. Akhirnya Dewi memutuskan memberanikan mengucapkan kata tabu itu


"Saya.. Mau Kontol Pak Sul.. yang besaarr itu...", Kata Dewi menahan malu


"Hahahaha.. Oh Ustadzah minta kontol saya.. Saya masukkan ke tempikmu ya ustadzah..", goda Pak Sul sambil terus mengocok menatap wajah sange Dewi dari layar handphonenya


"Iya.. Masukkin ke punya saya..", kata Dewi


"Punya mu yang mana? Lubang tai apa tempik hah?", goda Pak Sul


"Tem.. Tem.. Tempik ana Pak.. Masukkan ke tempik anaa.. Ssshh..", Dewi semakin terangsang


"Tempikmu mulai gatal.. Tempikmu butuh kontol untuk menggaruk rasa gatal itu..", Kata Pak Sul sekalian mensugesti Dewi


"Iyaahh.. Gatal pak.. Ssshhh.. Aduhh", Dewi mulai menggaruk tempiknya sendiri


"Hehehe.. Tempik Ustadzah gatal butuh kontol besar.. Saya masukkan ke tempikmu ya Ust.. Aaahhhh..", Kata Pak Sul membayangkan penisnya masuk ke kelamin Dewi


"Aahhh... Ssshhhh.. Pak Sul.. Punya ana tiba-tiba jadi beneran gatal... Sshhh..", kata Dewi sambil merapatkan kakinya menahan rasa gatal in


"Betul tempikmu mengakuinya ustadzah.. Tempikmu butuh kontol.. Jika tidak dikontoli akan semakin gatal dan gatal.. Gatal ditempikmu hanya bisa diobati dengan peju pria selain suamimu.. Ssshhh Terus mainkan tempikmu Ustadzah.. Bidadari surga harus suka colmek. Heheheh"


"Aahhh.. Pakk.. Gatalll.... Aahh..", Kata Dewi tak mampu menahan rasa gatal pada lubang kelaminnya


"Tiap saat kamu akan masturbasi karena tempik gatalmu semakin menjadi-jadi.. Masturbasi lah terus sambil membayangkan kontol saya menyetubuhimu.. Ssshhhh..Ingat, Tempikmu akan berhenti gatal kalau sudah disodok dan dipejuin kontol selain kontol suamimu.. ", kata Pak Sul terus mensugesti Dewi dan tanpa sadar Dewi sudah terjebak dalam tiap sugesti Pak Sul


"Oohhh.. Sshhh.. Uuhh.. Teruuss pak.. Saya suka kontol Pak Sul", Dewi terus membayangkan sugesti nakal Pak Sul dan menggaruk kelaminnya yang semakin gatal jika digaruk


"Bagus sayang.. Tempikmu akan gatal terus-terusan.. Tempikmu mulai sekarang juga alergi celana dalam Ust... Semakin sering pakai celana dalam, lubang kelaminmu itu akan semakin gatal menyiksa Ustadzah Dewi.. Solusinya berhenti memakai celana dalam. Dan tentu saja peju adalah obat satu-satunya untuk menghilangkan sementara rasa gatal pada tempikmu Ust.. Peju lelaki selain suamimu.. Heheheh..", Pak Sul terus mengulang dan menambah sugestinya agar Dewi semakin patuh


Ya, Dewi malam ini semakin dikuasai oleh Pak Sul. Sugesti pria bejat itu perlahan meruntuhkan iman Dewi. Kehadiran Pak Sul mulai berpengaruh pada cara pandang dan pemikiran sang Ustadzah. Ditambah lagi Dewi sudah bertekuk lutut kepada kontol Pak Sul yang memberikan kenikmatan luar biasa bagi tubuhnya. Sadar suaminya tidak bisa memberikan kepuasan seperti Pak Sul, Dewi lebih memilih menuruti dan menikmati permainan kuli bejat itu. Dia ingin mengeksplore kembali rasa yang selama ini tidak pernah ia rasakan selama pernikahannya dengan Eko. Dewi akhirnya mengerti kenikmatan sex itu seperti apa. Dia ketagihan dengan rasa nikmat yang diberikan oleh kontol Pak Sul. Kali ini bukan hanya tubuhnya yang menginginkan, tapi akalnya pun jauh lebih menginginkannya. Pikiran-pikiran liar dan nakal mulai menguasai Dewi. Tanpa sadar tangan Dewi terus bergerak meraba kelaminnya sendiri. Jemarinya mulai mengucek dan memainkan tempiknya disamping suaminya yang sedang lelap tertidur. Diseberang sana, Pak Sul semakin sange melihat Ustadzah Dewi teeus melakukan masturbasi di samping suaminya


"Ooohh.. Pak Sul.. Gatal Pak.. Tempik ana semakin gatal.. Sshh..", desah Dewi sambil terpejam menikmati masturbasi pertamanya selama dia hidup di dunia ini


"Sexy sekali Ust.. Aahhh. Wajahmu cantik sayang kalau sange.. saya mau crot nih Ustadzah... Saya hamilin kamu ya Ust... Ssshh.."


"Iya hamili saya pak.. Saya ikhlas.. Saya mau.. Pak Suuulllll...", desah Dewi semakin menggila


"Aaahhh.. Saya keluar banyak Ust.. Peju saya tumpah.. Nih Liat..", Kata Pak Sul sambil mengarahkan kameranya ke arah tumpahan pejunya


"Duh bisa hamil beneran ana kalau itu semua masuk ke rahim ana", kata Dewi takjub


"Iya dong Ust.. Ustadzah mau saya hamili? Ustadzah Dewi cinta sama saya kan?? Ustadzah mau jadi istri saya???"


"Ehh.. Kenapa tiba-tiba nanya gitu pak..", kata Dewi terkejut mendengar Pertanyaan Pak Sul tiba-tiba


"Hehe.. Ustadzah ngga jawab pertanyaan saya.."


"Tidak mungkin Pak.. Saya sudah bersuami..", kata Dewi semakin bimbang dengan perasaannya


"Ustadzah memang sudah bersuami.. Tapi ustadzah juga cinta saya kan?"


"Pak Sul jangan nanya gitu pak.. Saya.. tidak mungkin dengan Pak Sul.. Saya sudah punya suami.. ",


"Hehehe.. Pikir dulu ustadzah. Tidak perlu buru-buru jawab sekarang. Lihat nanti ustadzah akan lebih milih saya atau suamimu sekarang. Saya pamit dulu Ust.. Terima kasih..", Kata Pak Sul lalu menutup telepon mendadak


Dewi terdiam sesaat. Apakah jawabannya salah. Apakah salah jika Dewi tegas menolak godaan Pak Sul? Apakah pantas Pak Sul kecewa kepadanya? Dewi pada akhirnya memutuskan masih mencoba menjaga bahtera rumah tangganya dan tetap setia kepada suaminya. Dewi tidak bisa mendua saat ini karena Dewi menyayangi suaminya..


***

Keesokan paginya, selepas ibadah shubuh, Dewi langsung memeriksa handphonenya. Matanya terbelalak saat melihat tampilan wallpaper hanphonenya yang masih bergambar kontol Pak Sul. Dewi baru ingat kemarin ia ganti tampilan handphonenya dengan gambar cabul itu. Dewi kembali bimbang, apakah dia kembalikan gambarnya seperti semula, ataukah membiarkan foto itu tetap mejadi tampilan utama handphonenya. Pada akhirnya, Dewi memutuskan tetap menggunakan gambar kontol Pak Sul. Karena dia merasa lebih tertantang jika menggunakan gambar itu. Ada sensasi tersendiri yang ia rasakan.


Dewi langsung membuka pesan WA, dengan harap-harap cemas Dewi berharap akan ada pesan dari Pak Sul.Ternyata, tidak ada pesan satu pun dari Pak Sul yang masuk ke dalam inbox WAnya. Dewi kecewa, padahal dia sangat berharap mendapat sapaan atau sekedar "hai" dari Pak Sul. Dewi lalu mencoba mengetik sebuah pesan ke Pak Sul. Tetapi setelah ditimang-timang, Dewi mengurungkan niatnya. Tidak baik seorang wanita yang menyapa pria terlebih dahulu. Apalagi statusnya sudah bersuami


Dewi lalu memasukkan handphonenya ke dalam tas, mengingat gambar kontol Pak Sul menjadin tampilan utamanya layar handphonenya, Dia harus berhati-hati menyimpan handphonenya. Sementara itu Eko masih tertidur pulas diranjang dalam keadaan telanjang. Dewi menatap lama ke arah kelamin suaminya yang menciut hanya terlihat kepalanya saja. Kontol Eko terlihat kecil, tersembunyi diantara kedua pahanya.


"Afwan ya bi.. Ummi istri yang tidak setia..", Kata Dewi lirih


Lalu Dewi menyibukkan diri dengan kesibukan pagi seperti belanja, memasak dan membersihkan diri. Dewi mencoba menghilangkan bayang-bayang Pak Sul dan melupakan pria itu dengan menjalani rutinitas seperti biasanya. Walau dalam hatinya, Dewi masih menunggu kiriman pesan WA dari Pak Sul. Baru kemarin dia bertemu tapi sekarang sudah merindu.


*Kok kangen ya Ya Tuhan.. Astgfrlh.. Ana mikir apa..*


Dewi terus-terusan gelisah pagi ini. Ditambah lagi tempiknya pagi ini sudah begitu gatal sejak kemarin dia masturbasi untuk pertama kalinya. Dewipun memutuskan pergi belanja ke pasar untuk menyiapkan sarapan bagi suaminya dan juga adiknya.


Dipasar saat ini cukup ramai. Banyak pedagang yang sudah berjualan. Pembeli yang sebagian besar ibu-ibu sudah pada mengerubungi lapak-lapak para pedagang. Untuk berjalan saja, Dewi harus berduselan dengan orang-orang karena saking ramainya pasar hari ini. Kesempatan berduselan itu dimanfaatkan Dewi sebaik mungkin. Tangan Dewi secara diam-diam menggaruk tempiknya yang terus-terusan gatal saat tubuhnya berhimpitan dengan pengunjung pasar yang lain. Bukannya lega, tempik akhwat bercadar itu semakin gatal saat digaruk. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Dewi. Walau saat ini masih pagi dengan udaranya yang sejuk, justru Dewi merasa begitu gerah dan kepanasan


Lali Dewi buru-buru berjalan ke arah ponten umum pasar yang terletak di bagian pojok belakang. Suasana di ponten pasar ini sangatlah sepi. Jarang pembeli yang menggunakan ponten umum pasar ini. Apalagi para ibu-ibu pasti mikir dua kali jika mau kesana. Karena letaknya yang jauh dan juga sepi jarang dilewati orang  Mungkin hanya beberapa pedagang pria yang berani menggunakan ponten umum yang letaknya lumayan jauh itu. Itu pun karena terpaksa saking kebeletnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Dewi masuk ke salah satu bilik ponten. Suasana ponten begitu kumuh dan kotor. Banyak sampah berserakan di depan bilik seperti botol, sisa makanan, wadah-wadah peralatan mandi bekas, dan juga tisu yang dibuang sembarangan. Aroma tiap bilik ponten pun begitu menjijikkan karena pesing bau air kencing. Dewi menatap ke arah tembok ponten, banyak sekali gambar2 mesum yang ada disana. Ada gambar kontol berbagai bentuk serta beberapa tulisan nakal yang tertulis di sudut-sudut tembok


Dewi lalu menutup pintu bilik ponten. Sialnya, pintu bilik tersebut tidak bisa dikunci karena tidak ada pengganjalnya. Ketika pintu di tutup, pintu bilik akan menyisakan sedikit celah yang terlihat dari luar


*Aman lah, toh jarang yang ada yang pake toilet ini*, kata Dewi


Dewi pun memastikan keadaan diluar ponten aman tidak ada seorang pun. Setelah itu, Dewi mencoba menutup kembali pintu ponten yang tidak bisa ditutup rapat itu. Ada celah sekitar 3 cm yang terlihat dari luar. Tubuh Dewi semakin gerah dan kepanasan di dalam bilik yang pengap ini. Karena terus-terusan berkeringat, gatal pada tempik Dewi semakin menyiksa. Kelaminnya semakin terasa lembab dan berair. Dewi tak punya pilihan lain selain mengangkat roknya ke atas dan langsung melepas celana gamis serta celana dalamnya. Akhwat bercadar itu langsung duduk di lantai bagian closet jongkok yang posisinya lebih tinggi dibandingkan bagian lantai yang lain.


"Apa benar ya pakai celana dalam bikin punya ana semakin gatal..", kata Dewi sambil berpikir


Dewi lalu membuang celana dalamnya oada tempat samoah yang ada di dalam ponten. Rasanya begitu tak karuan saat Dewi memutuskan membuang celana dalamnya. Karena sejak balita dia sudah didik selalu memakai celana dalam dimanapun ia berada.


Setelah duduk, Dewi langsung membuka kakinya lebar-lebar mengangkang. Digaruknya kelaminnya sendiri sambil duduk di dalam ponten yang kotor penuh bercak hitam dan lumut itu. Tangan Dewi bergerak cepat mengocok clitorisnya. Mata Dewi terpejam sambil menahan rasa gatal yang meyiksa pada tempiknya


"Ssshhh.. Aaahh.. enak... Ssshhh..", lenguh Dewi saat tangannya terus mengucek dan menggaruk kelaminnya yang gatal


Memang rasanya nikmat dan melegakan. Tetapi bukannya hilang rasa gatalnya,tempik Dewi semakin terasa panas dan perih karena terus-terusan ia garuk dan membuat rasa gatalnya semakin parah. Tubuh Dewi semakin berkeringat kegerahan. Dewi memutuskan menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjang di dalam kamar mandi kotor itu. Hanya kerudung, cadar, serta kaos kaki dan sandalnya yang ia sisakan pada tubuhnya. Pakaiannya ia letakkan begitu saja pada lantai ponten karena tidak ada tempat untuk menggantungkan pakaiannya itu.


"Aaahhhh... Gatall.. Ssshhh..", Kata Dewi terus mendesah keenakan


Disadarinya atau tidak, tempiknya semakin licin dan menghangat karena terus2an di kocok seperti itu. Dewi semakin menjadi dan menikmati garukannya. Tangannya bergerak sangat cepat bahkan kali ini telunjuknya mulai mengobel bagian dalam lubang tempiknya sendiri.  Sedangkan tangan kanan Dewi malah meremasi tetek besarnya yang sudah terbuka menggelantung bebas. Puting susunya tak lupa ia mainkan, karena puting susunya lama-lama juga ikutan terasa gatal. Dewi sangat tersiksa merasakan pentil susu dan tempiknya yang semakin gatal tak terhingga itu. Keringat mengucur deras melalui pori-pori kulitnya membuat tubuhnya terlihat mengkilap kali ini. Tubuh Dewi semakin mengejang dan bergetar hebat.. Kakinya bergerak-gerak tak beraturan dan tempik sang ustadzah semakin kedutan


"Aarrrggghh... Aahhh.. Ssshhh..", pekik Dewi begitu puas dan kencang


Tubuhnya langsung lemas. Tempiknya terasa nyut-nyutan dan perih. Dari tempiknya keluar cairan yang menyiprat-nyiprat mengenai tangannya. Tangan Dewi lengket dan basah oleh lendir tempiknya sendiri, begitu banyak dan hangat. Dewi lalu mencoba menyalakan air keran bilik tempatnya berada. Namun sayangnya, kran tersebut sama sekali tidak mengeluarkan air. Dicarinya tisu di dalam tas, tetapi tak ditemukan kertas pembersih itu. Dewi kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membersihkan tangannya. Karena tidak ada pilihan, Dewi usapkan tangannya yang belepotan lendir itu pada tembok bilik ponten umum sampai bersih. Dibiarkan sejenak tubuhnya telanjang karena memang tubuhnya masih berkeringat deras.


*srek srek srek srek* tiba-tiba terdengar suara langkah menuju ponten


Dewi langsung panik dan segera berpakaian kembali dengan terburu-buru. Dewi langsung membelakangi pintu, ia tidak berani menatap pintu karena Dewi yakin, waktunya tidak akan cukup untuk mengenakan seluruh pakaiannya. Ketika Dewi sedang memasang pengait bra nya, orang itu sudah melintas melewati bilik ponten tempat Dewi berada. Orang itu berhenti melirik sejenak ke celah bilik ponten Dewi yang tidak tertutup rapat. Dia terkejut ternyata didalam ada seseorang. Orang itu semakin terkejut setelah menyadari yang berada di di dalam ponten tersebut adalah seorang wanita berkerudung lebar. Mata lelaki itu semakin terbelalak, melihat situasi di dalam. Dewi yang memunggunginya tengah sibuk mengenakan gamisnya. Dewi tidak tahu kalau tubuhnya sedang dipandangi dari belakang. Kedua mata lelaki itu sempat menangkap beberapa detik punggung serta kedua paha, serta pantat Dewi yang sempat terbuka sebelum ditutup kembali oleh gamisnya. Pria itu menyadari Dewi tidak mengenakan celana dalam saat kembali berpakaian.


Dewi lalu keluar dari dalam ponten umum, wajahnya tersipu malu sambil menundukkan pandangan tidak berani menatap pria yang sedang sibuk menyapu halaman ponten. Rupanya lelaki itu adalah petugas kebersihan pasar yang kebetulan sedang membersihkan area sekitar ponten


"Bisa dipakai toiletnya mbak?", tanya lelaki itu


"Ehh.. Bi.. Bisa Pak.."


"Mbaknya ngapain tadi?"


"Sa.. Saya buang air kecil pak..", Kata Dewi sambil permisi buru-buru meninggalkan tempat itu


Sepeninggal Dewi, pria itu mengecek ke dalam bilik ponten yang dipakai Dewi tadi. Ia coba menyalakan kran, ternyata kran tersebut tidak mengeluarkan air sama sekali. Ditambah lagi, lantai pontennya masih kering, tidak terlihat bagian yang basah terkena kencing . Hanya beberapa ceceran air dan lendir, namun pria itu tidak tahu kalau air itu adalah air tempik Dewi. Lalu dia membuka tempat sampah ponten, ditemukannya sebuah celana dalam yang masih tercium aroma khas tempik menempel pada kain segitiga itu. Pria itu mengendus-endus celana dalam Dewi beberapa detik sebelum akhirnya ia masukkan celana dalam bekas ukhti bercadar itu pada saku celananya


"Krannya rusak, Gak ada tanda2 bekas dipakai kencing. Sempak sengaja dibuang, Jangan2 mbaknya habis colmek tadi atau kepingin diperkosa? Heheheh.. Padahal cadaran lho.. Yasudalah", kata pria itu menerka-nerka sambil tersenyum mesum melanjutkan tugasnya membersihkan area sekitar ponten


***


Seharusnya Dewi sore ini ada jadwal mengisi kajian akhwat hijrah. Dewi ingin sekali datang memberikan kajian kepada akhwat-akhwat yang baru hijrah itu. Tetapi sayangnya, gatal di tempik sang ustadzah sudah tidak terbendung. Mumpung suaminya sedang bekerja dan Rista pergi entah kemana, Seharian ini Dewi sibuk mengocok kelaminnya sendiri, karena rasa gatal pada lubang kelaminnya tak kunjung reda. Karena suasana rumah sedang kosong, Dewi manfaatkan waktu sendiri dirumah dengan masturbasi menggaruk tempiknya


"Aaahhh.. Ssshh.. nikmat sekali kalau dikocok ginii..", Desah Dewi sambil mengangkang bersandar pada tembok dapur


Walaupun sore ini waktunya untuk memasak menyiapkan malam, Dewi juga melakukan masturbasi disela-sela waktu memasaknya. Ia hanya mengenakan celemek, sedangkan seluruh tubuhnya ia biarkan telanjang. Karena dengan telanjang, Dewi bisa mengurangi rasa gerah yang membuat tempiknya semakin gatal. Saat sedang memotongi sayuran untuk lalapan, Dewi melirik sebiji timun yang cukup besar. Dewi langsung teringat dengan kontol Pak Sul.


*Mirip punya Pak Sul ukurannya.. Sshh Pak Sul..* pikir Dewi sambil merah timun itu


Sebelum timun itu ia potong, ia mainkan dulu didalam timun itu dan diarahkan menuju tempiknya tempiknya. Pelan-pelan Dewi mendorong timun itu masuk ke dalam kelaminnya. Bentuknya yang kaku terasa menyiksa lubang kelaminnya. Ia terus dorong timun itu keluar masuk di dalam lubang kelaminnya walau tidak sampai seutuhnya yang penting timun itu bisa ia gunakan untuk menggaruk kulit dalam kelaminnya yang gatal


"Aaahhh.. Pak Sulll.. Gatal pak...", desah Dewi sambil terus menyodok tempiknya dengan timun itu beberapa kali


Tetapi tetap saja, rasa gatal itu semakin menjadi. Dewi masih saja belum puas karena timun itu tidak mampu menyembuhkan rasa gatalnya. Dewi semakin tersiksa, ingin rasanya ia menghubungi Pak Sul, tetapi Dewi masih terlalu gengsi untuk melakukannya. Dewi masih mencoba tidak tergoda dan mengkhianati suaminya lagi. Setelah dirasa timun itu tidak bisa memberikan kepuasan, Ia kupas timun itu dan ia sajikan sebagai lalapan untuk makan malam.


"Timunnya kok enak Mi.. Seger.. Beli dimana?", tanya Eko sambil makan dengan lahap ketika ia sudah tiba dirumah


"dipasar tadi biii. Enak ya bi.."


"Enak mi.. seger..", kata suami Dewi itu


Dewi hanya tersenyum kecut melihat suaminya menikmati timun bekas masturbasinya lalu melanjutkan menemani suaminya makan malam hingga selesai


Malam pun tiba, belum sempat menyentuh Dewi, Eko sudah tertidur pulas. Sebenarnya Dewi ingin malam ini suami tercintanya itu menyentuh serta mencumbunya. Tetapi sebagai seorang istri, Dewi malu jika harus minta jatah duluan. Akhirnya Dewipun mencoba tidur dengan kondisi tempiknya masih gatal tidak kunjung reda. Tentu saja Dewi kesulitan tidur. Akhwat itu begitu gelisah. Dewi melirik suaminya yang sudah tertidur lelap. Kemudian Ia ambil handphone dari dalam tasnya. Ia periksa inbox WAnya dan berharap Pak Sul mengiriminya sebuah pesan. Tetapi sayang, harapan Dewi Pupus. Pak Sul sama sekali tidak mengirim pesan seharian ini. Akhirnya malam ini Dewi kembali masturbasi untuk kesekian kalinya sambil memandangi kontol Pak Sul dilayar handphonenya


"Oohhh... Pak Sul...", desah Dewi mamendangi foto kontol Pak Sul sampai dia capek mengocok tempiknya sendiri,Dewj sudah benar2 merindukan kelamin Pak Sul.


Hari demi hari berlalu sejak Pak Sul tidak memberi kabar. Pernah Dewi mencoba menghubungi ponsel kuli bangunan itu namun sudah tidak aktif. Dewi semakin merindukan sosok pria perkasa itu. Eko suaminya masih tidak mampu memberikan kepuasan yang setara dengan yang diberikan Pak Sul. Ditambah lagi, Eko pun jarang menyetubuhinya karena keseringan kelelahan sepulang kerja. Ketika bisa berhubungan badan pun, kontolnya cepat menciut mengecil, sehingga ketika Eko berusaha penetrasi, kontolnya beberapa kali gagal masuk ke dalam liang senggama Dewi. Hanya sekali dua kali ia berhasil mencoblos kelamin istrinya itu pun prosesnya tidak lama dan berlalu begitu cepat. Sementara itu ketika melayani suaminya, Dewi masih berpegang teguh pada keyakinannya. Tidak ada sisi binal yang ia tunjukkan kepada suaminya. Ia takut suaminya akan curiga jika melihat Dewi berubah terlalu vulgar dan drastis saat bersenggama. Dewi masih enggan mengulum kontol suaminya. Akhwat bercadar itu tetap dingin saat berhubungan badan dengan suami sahnya itu. Dewi melayani suaminya dengan gaya konvensional saja. Tidak ada oral sex, tidak ada variasi gaya yang lain.


Tempiknya yang gatal tidak bisa disembuhkan dengan gesekan kontol Eko yang kecil. Tusukan Eko masih terasa hampa. Tidak ada gesekan yang terasa nikmat diantara kelamin Dewi dan Eko. Peju Eko pun keluarnya sangat sedikit, seperti kata Pak Sul, peju suaminya tidak bisa menghentikan rasa gatal yang Dewi derita. Semakin lama Dewi semakin tersiksa menahan hasratnya yang semakin menggebu dan tidak terlampiaskan dengan baik.


Sampai pada hari ke lima pasca Pak Sul menghilang, Dewi sudah tidak kuat menahan tempiknya yang semakin gatal parah. Dewi memberanikan diri mencari keberadaan Pak Sul. Dewi memutuskan mencari Pak Sul ke rumah Bu Wito, tempat mereka pertama kali bertemu


"Aslmkm..", kata Dewi lembut ketika sudah tiba di depan rumah Bu Wito


"Wlkmslm.. Lho Ustadzah Dewi.. Sebentar Ustadzah saya ambil kunci rumah dulu.", Kata Bu Wito


"Bu Wito, saya cuma sebentar kok bu.. Cuma mau nanya Bu Wito tau Pak Sul dimana ya? Saya coba hubungi kok tidak bisa", Kata Dewi


"Wah ada apa nih ustadzah nyari Pak Sul segala. Kok tumben.."


"I..Itu bu.. rumah saya ada yang bocor butuh tukang buat betulin", kata Dewi berbohong


"Yang bocor genteng apa lubangnya Ustadzah Dewi nih?", tanya Bu Wito cabul


"Eehhh.. Genteng bu.. Gimana Bu Wito tau dimana Pak Sul", jawab Dewi polos


"Owalah.. Pak Sul lagi sakit Ust..", Kata Bu Wito


"Hah? Sakit apa Bu? Pria kuat gitu bisa sakit juga", kata Dewi


"Lhoo.. Tau dari mana kalau Pak Sul kuat Ust.. Hayoooo..", goda Bu Wito


"Errr.. Kan kerjaanya Pak Sul kuli bu jadi pasti kuat...", jawab Dewi ngeles


"Hehe Ustadzah bisa aja... Ustadzah mau saya kasih alamat kost Pak Sul? Tapi itu Kost2an khusus kuli setahu saya Ust..", kata Bu Wito


"Khusus kuli? Hmm.. Boleh deh bu..", jawab Dewi sambil mencatat alamat Pak Sul yang diberikan Bu Wito


Tanpa membuang waktu, Dewi langsung menuju alamat yang diberikan Bu Wito. Ternyata kost Pak Sul lumayan jauh dengan tempat tinggal Dewi. Kurang lebih 20 menit Dewi sudah tiba di kost Pak Sul. Dewi memandang sejenak kost2an itu. Terlihat sangat sederhana dan terkesan kumuh berantakan. Dewi langsung memarkirkan motornya. Parkirannya bahkan seperti bekas kandang sapi. Pak Sul rupanya ngekost ditempat berantakan dan awut-awutan seperti ini. Mengingat tempat ini adalah tempat kost-kost para kuli yang pastinya murah dan sangat sederhana, jadi wajar jika kondisinya memprihatinkan. Kost-kostan ini bentuknya memanjang. Kamar kost-kostmya berhadap-hadapan dengan total 10 kamar.


*Info Bu Wito, kamar Pak Sul itu yang paling pojok*, gumam Dewi dalam hati


Lalu akhwat bercadar itu bergegas berjalan menuju kamar Kost Pak Sul. Hati Dewi begitu berdebar-debar saat ini. Entah apa yang akan dikatakannya nanti ketika bertemu Pak Sul yang sedang sakit


*tok tok tok* Dewi mengetuk pintu


"Aslmlkm...", Dewi memberi salam


Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Dewi mengulang hingga 3x tetap tidak ada sahutan. Dewi lalu mencoba membuka gagang pintu kamar Kost Pak Sul.


*klek* pintu terbuka


Dewi terkejut rupanya pintu kamar tidak terkunci. Didapatinya Pak Sul sedang tertidur pulas telanjang bulat di atas tikar. Kamar Kost Pak Sul luasnya mungkin hanya 2.5 x 2 m. Sangat sempit dan tidak layak huni. Sedangkan kamar mandinya berada diluar, ditengah-tengah bangunan kost ini.


Pak Sul tiba-tiba terbangun. Kehadiran Dewi yang mendadak dikamar kostnya membuatnya terkejut. Seketika batang kontol Pak Sul langsung berdiri mengeras melihat bidadari bercadar favoritnya sudah berada dikamar kostnya. Dewi yang menyadari hal itu, langsung memalingkan muka tidak berani memandang ke arah kontol Pak Sul yang besar


"Tuh kan saya yakin Ustadzah cinta sama saya. Heheheh.. Sampai bela-belain kesini.."


"Pak Sul ngomong apa sih. Ana kesini karena dapat info dari Bu Wito katanya Pak Sul sakit mangkanya ana jenguk sambil ana bawakan makanan. Nih dimakan dulu pak Nasi Rawonnya mumpung masih hangat.", Kata Dewi sambil menyerahkan sebungkus nasi rawon kepada Pak Sul


"Kalau gak cinta ngapain repot-repot jenguk sambil bawa makanan. Heheheh..", kata Pak Sul


"Ge Er", kata Dewi manyun sambil menyiapkan mangkok yang ia bawa dari rumah.


"Ustadzah.. Nginep sini dulu yuk.."


"Hah? Saya belum ijin suami.."


"Ya ijin aja sekarang Ust.."


"Ijin apa coba?"


"Bermalam di rumah Pak Sul mau ngentot sampai puas"


"Ngawur.. Bisa-bisa ana diceraikan suami ana Pak"


"Ya Kalau cerai saya malah senang, Ustadzah jadi istri saya.."


"Pak Sul mau punya istri janda?"


"Kalau jandanya macam bidadari gini, Saya ga bisa nolak. Hehehe"


Dibalik cadarnya, Dewi terseyum. Ia begitu lega melihat kondisi Pak Sul rupanya tidak separah yang ia bayangkan. Bahkan sempat-sempatnya Kuli bangunan itu menggombal


"Makan dulu Pak.. Aaaa", Dewi mulai menyuapi Pak Sul


Pak Sul membuka mulutnya dan dia makan dengan lahap rawon pemberian Dewi. Dewi terus menyuapi pria itu dengan sabar dan telaten.


"Pak Sul kok bisa sakit gimana ceritanya?"


"Iya Ust.. Mungkin saya kecapekan saja", Jawab Pak Sul


"Pria sekuat Pak Sul bisa sakit ya ternyata.. Aaaa..", kata Dewi sambil memberikan suapan terakhir


"Ya kan saya cuma manusia Ustadzah.. Bisa sakit", jawab Pak Sul


"Yasudah habis ini saya pamit pulang ya Pak. Pak Sul istirahat dulu ya.."


"Pulang? Ngga nginep aja Ust temenin saya? Nginep aja disini beberapa hari. Kalau ada Ustadzah disini, saya bisa cepet sembuh. Heheheh..", rayu Pak Sul


"Gombal. Tapi saya ga bawa baju ganti Pak..", jawab Dewi


"Gak Perlu bawa baju ganti Ust.. Kamu setiap hari telanjang aja disini jadi bajumu itu masih bersih. Heheheh.. Ayo lepas bajumu sayang..", perintah Pak Sul


"Huff Pak Sul.. Ana ijin suami ana dulu ya Pak.." Lalu Dewi mulai mengetik pesan kepada suaminya. Jantung Dewi semakin berdebar kencang, sebentar lagi dia akan kembali merengkuh kenikmatan yang pernah diberikan Pak Sul


"Bi, ummi ada kajian mendadak diluar kota. Mungkin bisa 3 harian. Atau tergantung selesainya kapan. Abi jangan khawatir, Ummi baik-baik saja ya. Sudah dulu ya bi.. Baterai Ummi habis, ummi matikan handphone ummi ya. Oiya, dirumah jangan berdua-duan lho sama Rista. Abi harus jaga jarak dan tundukan pandangan sama Rista. Awas lho kalau berdua-duan. Ummi marah!", ketik Dewi masih sempat posesif. Lalu ia matikan handphonenya


"Sudah ijin? Sini Ustadzah sayang.. Saya tau kamu disini butuh saya dan kontol saya buat menggaruk tempikmu yang gatal itu kan.. Liat kontol saya Ustadzah semakin sange. Heheheh..", kata Pak Sul


"Pak Sul...", Kata Dewi sambil berjalan menuju kuli bangunan yang sudah telanjang dengan kontol yang keras mengacung itu


Dewi lalu berlutut dihadapan Pak Sul. Dewi langsung genggam kontol Pak Sul yang sudah mengeras dari tadi. Sudah lama Dewi menahan perasaan nafsu syahwat ini. Nafsu yang membuat beberapa hari ini Dewi menderita karena nafsunya tidak terlampiaskan dengan baik. Tetapi Pak Sul malah menepis tangan Dewi agar tidak menyentuh kontolnya. Dewi pun kebingungan melihat tangannya ditepis Pak Sul


"Coba Ustadzah jujur dulu. Ustadah cinta sama ya? Hehehe.."


"Pak Sullll... Sudah dong kok nanya itu lagi..", protes Dewi, dia sudah tidak tahan ingin menikmati kontol yang sudah membuatnya ketagihan


"Jawab dulu, kalau sudah jawab ustadzah boleh mainin kontol saya.."


"Hufff.. Iyaa.. Saya cinta Pak Sul...", Dewi sudah tidak bisa berpikir jernih, yang ia butuhkan saat ini adalah batang kontol panjang yang bisa memuaskan nafsunya yang sudah lama tidak ia raih.


"Hahahah.. Gitu dong jujur. Pakai jaim segala.. Yasudah kalau gitu saya butuh bukti kalau memang ustadzah cinta sama saya, Ustadzah harus menuruti semua perintah saya. Apapun itu..", Kata Pak Sul sambil menghipnotis Dewi kembali


"I..Iya saya akan lakukan semua perintah Pak Sul.. Sebagai bukti cinta saya sama Pak Sul..", kata Dewi sudah dikuasai sepenuhnya oleh Pak Sul


"Hehe.. Bagus yasudah sekarang kamu cium dulu kontol saya Ust.. Kontol saya juga kangen sama bibir Ustadzah..", Kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya


"I.. Iya Pak", jawab Dewi langsung meraih kontol Pak Sul.


Dewi lalu memasukkan batang kontol Pak Sul dibalik cadarnya. Didalam cadarnya bibir Dewi menciumi kepala kontol Pak Sul dengan sexy. Diciuminya perlahan kepala kontol itu tepat dilubang kencing kuli bangunan itu. Kepala Dewi bergerak ke kiri dan ke kanan memastikan seluruh kepala kontol Pak Sul sudah ia ciumi seluruhnya


"Ohh... Ustadzah.. iya cium terus sayang.. Kamu tidak bisa hidup tanpa kontol. Kamu sudah tidak butuh kontol suamimu lagi.. aahhh.. terus Ust.. Iya jangan lupa  jilatin lubang kencing saya sekalian. Ssshh..", perintah Pak Sul


Lidah Dewi langsung begerak menyapu lubang kencing Pak Sul. Dijilatinya terus menerus garis pada kontol Pak Sul itu berkali-kali oleh Dewi sehingga kuli bangunan itu mulai menggeliat keenakan merasakan sapuan lidah Dewi pada lubang kencingnya


"Ooohh.. Ustadzah Dewi.. Jilatanmu kayak perek Ust.. Bilang dong kalau kamu kangen kontool.. Aaaahh... enak bener jilatanmu kontool..", rancau Pak Sul sambil mendorong kepala Dewi agar Dewi masukkan batang kontolnya


"Oohh.. Pak Sull.. Ssshhh..", Dewi langsung memasukkan seluruh batang kontol Pak Sul kemulutnya dengan dorongan tangan Pak Sul yang brutal. Kepala Dewi naik turun mengulum kontol Pak Sul penuh nafsu dibalik cadar hitamnya


"Aaarrrggghhh Sudah lama daya tahan peju saya buat mejuhin ustadzah.. saya ga tahan.. Saya mau keluar...", Kata Pak Sul sambil menahan kepala Dewi agar kontolnya tetap berada di dalam mulut Dewi


*crot crot crot crot crot*


Kontol Pak Sul menembak berkali-kali ke mulut Dewi. Dewi sampai tersedak dan reflek tubuhnya langsung melepehkan peju Pak Sul yang sangat banyak di dalam mulutnya. Dewi belum siap untuk itu. Karena memang pertama kalinya ia merasakan langsung peju pria berada di dalam mulutnya


"Aduh kenapa dilepeh Ustadzah.. Kan jadi mubadzir peju saya..", kata Pak Sul kecewa


"Afwan Pak.. Saya kaget... Saya belum pernah menelan sperma sebelumnya.."


"Hehe yasudah saya maafkan, tapi ustadzah saya hukum..", Kata Pak Sul


"Hu.. Hukum apa pak?", Kata Dewi kebingungan


"Angkat gamismu Ust..", perintah Pak Sul


"I.. Iya pak...", kata Dewi sambil mengangkat rok gamisnya.


Rupanya Dewi tidak mengenakan celamis hari ini sehingga kedua kakinya yang mulus langsung terlihat ketika rok gamisnya ia singkap hingga celana dalamnya kelihatan


"Sebentar saya ambil spidol dulu", Kata Pak Sul bergegas berjalan menuju tasnya untuk mengambil spidol


Lalu Pak Sul menuliskan sesuatu di celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat tidak pantas dan jauh dari statusnya yang merupakan seorang ustadzah yang menjadi panutan di kampungnya


"Sex gratis sex gratis sex gratis", tulis Pak Sul pada celana dalam Dewi kemudian Pak Sul tak lupa menambahkan gambar dua kontol di kain segitiga milik Dewi itu


"A.. Apa maksudnya ini pak?", tanya Dewi bingung


"Sex gratis.. Hehe.. Jadi mulai sekarang Ustadzah Dewi jadi pacar sekaligus perek saya. Heheh... Ini hukuman buat Ustadzah karena sudah buang-buang peju saya"


"Perek?", tanya Dewi semakin bingung


"Pelacur.. Pelacur gratisan.. Mulai sekarang Ustadzah adalah pelacur gratisan, bisa dipake sesukanya karena Ustadzah butuh kontol setiap harinya. Ingat Itu!", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali


"Ta..tapi Pak?"


"Sudahlah, Ustadzah tidak usah protes. Sekali saya bilang ustadzah adalah perek, berarti ustadzah memang perek. Perek yang suka kontol", kata Pak Sul


Akal sehat Dewi ingin protes. Bukan itu yang Dewi inginkan. Dewi hanya memikirkan kontol Pak Sul saat ini. Bukan menjadi seorang perek sesuai perintah Pak Sul. Tetapi alam bawah sadar Dewi bergejolak. Dewi tiba-tiba semakin merasa tertantang setelah diminta menjadi perek gratisan oleh Pak Sul. Apa jadinya seorang Ustadzah menjadi seorang perek gratisan. Membayangkan hal itu, tempik Dewi langsung banjir. Terlihat jelas lendirnya menempel pada celana dalamnya hingga membentuk sebuah garis


"Tuh lihat, tempikmu tertantang jadi tempik perek. Langsung banjir tuh. Hahaha.. Sekarang lepas seluruh pakaianmu, sisakan kerudung dan cadarmu saja. Ngaceng lagi gw mau pakek ustadzah perek", ejek Pak Sul


"I.. iya Pak..", jawab Dewi menuruti perintah Pak Sul


"Lepasnya sambil goyang. Goda saya biar Ustadzah semakin pantas jadi perek.. Hahahah..", Kata Pak Sul sambil kembali mengocok kontolnya yang mulai mengeras kembali setelah menjadikan Dewi perek gratisan


Pinggul Dewi mulai bergoyang perlahan. Wajahnya tersipu malu dibalik cadarnya. Pertama kalinya Dewi akan membuka aurat inti tubuhnya dihadapan pria selain suaminya sendiri. Sambil terus bergoyang, Dewi mulai menurunkan resleting gamisnya yang terletak di depan. Setelah itu, Dewi mulai meloloskan gamis yang dipakainya dari kedua tangannya sehingga gamis itu langsung terjatuh dilantai. Kini di tubuh Dewi hanya menyisakan bra dan celana dalam yang sudah dicoret-coret Pak Sul


"Berapa harga kalau mau pakek tubuh sexy ustadzah perek?", tanya Pak Sul tiba-tiba membuat Dewi kebingungan


"...", Dewi tak mampu menjawab menahan malu


"Berapa?", tanya Pak Sul


"Gratis Pak..", jawab Dewi sambil mulai bergoyang kembali


"Heheh.. Saya mau deh pakek tubuhnya. Ayo lepas semua bajunya layani saya..", kata Pak Sul menggoda Dewi


"Iya Pak..", jawab Dewi lalu ia mulai melepas pengait branya


Mata Pak Sul langsung melotot menahan konak saat melihat toket Dewi yang besar dengan putingnya mungil. Jakun Pak Sul naik turun, bstang kontolnya sampai mengangguk tidak sabar menggarap tubuh indah sang ustadzah. Dipandangi liar seperti itu, Dewi malu-malu menutupi kedua gunung kembarnya dihadapan kuli bangunan itu


"Jangan ditutupi.. Sexy sekali Ustadzah.. Ayo perlihatkan keindahan tubuhmu sayang. Saya mau liat.. Punya body bagus malah ditutupi.. begok", Kata Pak Sul berjalan mendekati Dewi sambil tersenyum cabul


Pak Sul langsung menyingkap cadar Dewi hingga bagian bibirnya terbuka. Pak Sul langsung melumat bibir menggiurkan Dewi yang selalu Dewi tutup dengan kain cadar itu. Mereka berciuman panas, lidah mereka saling beradu, saling melumat satu sama lain. Dewi pun sudah semakin terpengaruh oleh tiap perkataan Pak Sul, karena setiap perkataan Pak Sul sudah menjadi kewajiban baginya. Dewi membalas ciuman Pak Sul dengan liar pula. Lidah mereka terus saling menjilat hingga membentuk benang liur diantara keduanya. Sambil terus berciuman, tangan Pak Sul mulai memainkan toket Dewi yang sudah bergelantungan bebas. Tangan kasarnya langsung meremas-remas toket besar itu penuh nafsu. Dewi pun mendesah kesetanan, gesture tubuhnya begitu menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Sul. Pentil susu Dewi lalu dipuntir-puntir oleh Pak Sul sehingga membuat Dewi menggeliat.


Dewi pun membalas dengan mengocok kontol Pak Sul dengan tangannya. Seketika kontol itu semakin mengeras dan menegang. Nafas mereka saling menderu, tubuh mereka saling berhimpitan saling menyentuh dan meraba. Padahal Dewi sadar, Pak Sul bukanlah Mahrom yang bisa ia sentuh sesukanya. Tetapi Dewi tak peduli, karena Dewi sudah setuju menjadi pereknya Pak Sul


"Kita pacaran mulai sekarang.. Tubuhmu milik saya..", Kata Pak Sul sambil terus meraba seluruh bagian kulit Dewi yang terbuka


"Iya Pak.. Saya pacar bapak.. Ssshhh..", jawab Dewi sambil menikmati rabaan tangan kasar Pak Sul


"Pacar perek.. Lepas sempakmu. Saya sudah gak sabar mau pejuhin tempikmu yang becek..", Kata Pak Sul sambil terus menciumi bibir Dewi dan tangannya mulai menyusup ke dalam sempak Dewi


"Aaaaahhh.. Pak... Geli.. Sshhh.."


" Becek bener tempikmu.. Butuh kontol saya ya kamu? Kamu perek kan?"


"Iya Pak Saya Perek... Masukin kontol bapak sekarang. Ana sudah ngga kuat dari kemarin nunggu kontol Pak Sul..", kata Dewi begitu cabul sambil buru-buru menarik lepas celana dalamnya


"Oke, saya turuti permintaanmu. Saya tau suamimu pasti tidak bisa memuaskan tempikmu yang kayak tempik perek ini..", Kata Pak Sul semakin mempercepat mengocok tempik Dewi dari balik celana dalam akhwat bercadar itu


Dewi sudah tidak tahan lagi. Tempiknya sudah benar-benar gatal menyiksa. Dia lepaskan celana dalamnya sendiri dihadapan pria bukan mahromnya itu dan membiarkan kuli bangunan itu terus mencabuli area kelaminnya. Jemari kasar Pak Sul terus merangsang itil sang ustadzah bercadar. Mata Dewi terpejam erat menikmati tempiknya yang terus diobok-obok tanpa ampun oleh Pak Sul. Tubuh Dewi menegang dan menggelinjang seperti tersengat listrik ribuan Volt


"Ooohhh... Ssshhhh.. Pak Sulll... Saya pingin kencingg.."


"Awas aja kalau kamu kencing disini. Heheheh..", Kata Pak Sul terkekeh, sama sekali tidak ada niatan berhenti mengobok kelamin Dewi


Dewi berusaha mati-matian menahan perasaan ingin kencingnya. Kakinya bergetar dan ia rapatkan kuat-kuat agar air dari dalam vaginanya tidak keluar, tetapi dasar Pak Sul, ia buka kembali kaki Dewi dan terus melanjutkan menyiksa tempik Dewi


Setelah puas mengobok-obok kelamin Dewi, Pak Sul langsung mendorong tubuh telanjang Dewi hingga jatuh terlentang di tikar tempat biasa dirinya tidur. Wajah Pak Sul tersenyum penuh kemenangan. Pada akhirnya ustadzah bercadar yang selalu memakai pakaian lebar menutup auratnya itu berhasil ia telanjangi dan setuju menjadi perek yang siap mematuhi perintahnya.


Kedua kaki Dewi sudah mengangkang pasrah menunggu disetubuhi kuli bangunan itu. Matanya sayu memandangi tubuh telanjang Pak Sul. Dibalik cadarnya, terdengar suara ngos-ngosan Dewi yang lirih dan manja. Tubuh Pak Sul merangkak menindih tubuh telanjang Dewi. Pak Sul mulai menciumi tubuh atas Dewi. Cadar Dewi kembali disingkap dan bibir Pak Sul langsung melumat bibir Dewi kembali. Kemudian ciuman Pak Sul turun ke leher Dewi  yang sudah tersingkap kerudungnya sebagian. Dewi terus mendesah keenakan saat bibir kasar Pak Sul mulai menciumi area lehernya, sesekali ia jilati leher Dewi yang terlihat lezat bagi kuli bangunan itu. Hingga Pak Sul akhirnya mulai menggigit leher Dewi di beberapa bagian hingga menyisakan bekas memerah pada kulit mulus leher Dewi


"Aahh.. Sakit Pak jangan digigit.."


"Heheheh.. Kapan lagi saya bisa nyupang leher ustadzah..", Kata Pak Sul mulai menggigiti area dada Dewi


Dewi terus menggelinjang hebat. Tubuhnya sesekali tersentak kuat saat gigi Pak Sul mulai menggigiti area dadanya. Pelan tapi pasti dada Dewi mulai membekas kemerahan, semakin lama semakin banyak luka memerah bekas gigitan itu. Dewi terpejam pasrah membiarkan Pak Sul terus menyupang tubuhnya hingga terus turun menuju buah dada Dewi.


"Aahh.. Sakit Pak Sul..."


Pak Sul semakin kesetanan mendengar desahan lembut Dewi. Kuli bangunan itu terus menggigiti payudara Dewi yang bulat kenyal. Dewi meringis berkali-kali, namun Pak Sul seolah tak peduli. Toket Dewi sudah penuh luka merah bekas gigitan Pak Sul. Pak Sul tersenyum puas memandangi kondisi sang Ustadzah ysng meringis kesakitan menahan rasa perih dan hangat pada dadanya. Pak Sul kembali mencium sejenak bibir Dewi yang menggoda, sebelum kepalanya kembali turun mendekati payudara Dewi. Lidah Pak Sul langsung mendarat di pentil susu Dewi, tubuh Dewi tersentak saat lidah Pak Sul menowel-nowel ujung pentil susunya. Dewi semakin mendesah dan tubuhnya menggelinjang tak beraturan. Perlahan Pak Sul mulai menjilati pentil susu mungil Dewi sambil digigitnya pelan-pelan. Mata Dewi terpejam membiarkan tubuhnya sudah menjadi milik Pak Sul. Pak Sul dengan beringas mulai netek pada pentil susu Dewi yang mungil itu. Dewi sampai mendongak keatas saking nikmatnya Pak Sul memainkan pentil susunya


"Oooooohhh.. Pak.. Aaahhh..", desah Dewi


Pak Sul semakin semangat mengulum pentil susu Dewi yang sudah mengacung tegak menggiurkan. Dewi bahkan memeluk tubuh pria yang menindihnya itu begitu mesra. Pak Sul lalu bersiap menusukkan kontolnya ke tempik basah Dewi. Perlahan batang kontol Pak Sul mulai membelah kelamin Dewi. Tubuh Dewi semakin menegang kuat menahan kontol besar itu bersarang di tempiknys yang masih sempit


"Pak.. Aahhh.. Sakitt.. Ssshhh.. Aaahhhhh..", Desah kencang Dewi saat Pak Sul terus mendorong masuk kontolnya ke lubang sempit Dewi


"Oohh.. Nikmat bener tempikmu pacarku.. Aahh.. Perek.. Sempit bener tempikmu.. Harus sering2 dikontoli ini biar terbiasa Ust.. Aahh", Desah Pak Sul sambil terus mendorong kontolnya semakin masuk ke dalam tempik Dewi


*Blessss*


Akhirnya kontol besar Pak Sul sudah bersarang seutuhnya pada kelamin Dewi. Tempik Dewi kedutan karena otot-otot kelaminnya sedang menyesuaikan diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang. Pak Sul kemudian mulai menggenjot tubuh Dewi.


Gesekan yang terasa nikmat menggaruk tempik Dewi yang gatal. Setelah sekian lama Dewi mencari "sesuatu" yang bisa memberikan kenikmatan pada kelaminnya. Bahkan kontol suaminya sendiri tidak bisa memberikan kenikmatan yang selama ini ingin ia cari dan ia rasakan. Sensasi kenikmatan sex yang sudah lama ia begitu penasaran bagaimans rasanya, akhirnya bisa didapatkan Dewi melalui kontol seorang kuli bangunan


"Ohh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh..", desah Dewi begitu liar, Dewi sudah melupaka rasa malunya


"Hehehe.. Ustadzah suka kontol saya ya? Kenceng bener desahnya. Nanti kedengaran temen-temen kuli saya di sebelah lho.."


"Iyaahh Aahhh Aaahh.. Kontol Pak Sul.. Ana sukaaa.. Oouuhhh..", rancau Dewi saat kontol Pak Sul mulai membombardir tempiknya


*jleb jleb jleb jleb*


"Suka mana kontol saya atau kontol suamimu Ust? Heheheh.."


"Ana suka kontol Pak Suuul.. Aahhh nikmat Pak.. Terussss.. Tempik ana gataall.. Garuk terus pakkkk...", desah Dewi dengan nakal


"Kalau begitu saya mau bagi tugas saja dengan suamimu Ust.. Suamimu tugasnya ngasih nafkah lahir, saya tugasnya ngasih ustadzah nafkah batin.. Setuju? Hehehe..", kata Pak Sul kembali mencoba menhipnotis alam bawah sadar Dewi


"I..Iyaaahhh Pak setujuuu.. Pakk.. Ouuhh nikmat pak.. Terus.. Aaahh", Kata Dewi


"Ingat, suamimu sudah tidak berhak mendapatkan nafkah batin darimu Ust.. Karena nafkah batin dari kamu itu hak saya.. Kamu sudah haram melayani suamimu sendiri.. Heheh..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot tempik Dewi


"I.. yaaahh.. Aaahh.. Pak Suul.."


Ustadzah itu terus berkonsentrasi merasakan kenikmatan pada tiap sodokan kontol Pak Sul. Dewi sudah tidak peduli pada martabatnya sebagai seorang istri dan ustadzah. Dewi benar2 menikmati perselingkuhan kali ini. Tubuhnya benar-benar ikhlas melayani Pak Sul


Terlihat jelas kontol Pak Sul dan Tempik Dewi saling beradu. Kontol besar panjang itu terus menghujami tempik Dewi yang sudah becek. Sodokan Pak Sul semakin kencang dan perkasa memberikan kenikmatan surga pada tubuh Dewi. Kedua insan yang sedang berzina itu begitu menikmati satu sama lain. Kelamin mereka saling bertemu, bibir mereka saling mencumbu, tangan mereka saling meraba, Keringat mereka saling menyatu.


"Pak.. Saya.. keluarrr..", kata Dewi sambil tubuhnya mengejang-ejang


"Keluarkan bareng saja Ust.. Aaarrggggh..", kontol Pak Sul mulai kedutan


"Aaahhh.. Pak Suul..", tempik Dewi pun merasakan hal yang sama


Kedua insan manusia yang sedang berzina itu mengerang bersamaan. Kedua kelaminnya oun bersamaan mengelusrkan cairan.


*crootttt crott croottt srettt srettt sreett*


Pak Sul menumpahkan seluruh pejunya ke rahim Dewi. Cairan putih, lengket, kental dan berbau itu menyemprot sempurna di bagian terdalam dari rahim sang ustadzah. Dewi sempat terkejut saat Pak Sul menyemburkan peju begitu banyak. Dewi sempat ingin melepaskan kelaminnya dari kontol Pak Sul saat itu, namun sayangnya terlambat. Kontol Pak Sul sudah menyemburkan pejunya. Peju yang sangat banyak yang belum pernah ia terima sebelum-sebelumnya. Jumlahnya Sangat jauh jika dibandingkan milik suaminya yang hanya berupa tetesan kecil dan tidak kental seperti peju Pak Sul. Nafas Dewi tersengal-sengal, tubuh telanjang Dewi terlentang lemas kehabisan tenaga karena ini pertama kalinya ia bersetubuh dengan begitu panas. Setelah puas, Pak Sul mencabut batang kontolnya dari lubang kelamin Dewi. Dewi meraba lubang kelaminnya sendiri, didapatinya cairan peju Pak Sul meluber keluar dari dalam lubang kelaminnya sendiri


Pak Sul lalu berdiri dihadapan Dewi sambil menyeringai mesum. Tak disangkanya sang ustadzah alim sudah dengan ikhlas melayaninya dengan baik. Dewi terlihat masih kelelahan. Tetapi Pak Sul tak peduli dengan kondisi Dewi. Ditariknya tubuh Dewi yang masih terkulai lemas agar berjongkok dihadapannya


"Pacar perek, tanggung jawab! Ayo bersihkan sisa peju saya. Gara2 kamu saya jadi crot. Ayo bersihin!", kata Pak Sul sambil tersenyum penuh kemenangan


"I.. Iya pak..", kata Dewi


Lalu Dewi menggenggam kontol Pak Sul. Dewi sempat dibuat kagum oleh kontol pak Sul. Walau sudah keluar, kontol itu masih panjang meskipun tidak sekeras sebelumnya. Berbeda dengan kontol suami Dewi yang hanya terlihat kepalanya saja kalau sudah keluar. Batangnya hilang entah kemana.


Dewi lalu mulai menjilati sisa sperma Pak Sul. Dewi kembali merasakan citarasa cairan produksi kontol Pak Sul itu. Awalnya ia begitu jijik saat cairan lengket itu menyentuh lidahnya. Terasa begitu kental dan texturenya begitu serik, karena milyaran sel sperma ada pada cairan peju itu. Dewi menjilatinya tidak buru-buru karena ia harus membiasakan diri lidahnya menerima rasa unik itu. Dewi jilat kepala kontol Pak Sul dan terus turun ke arah batang kontolnya yang berotot. Dewi menyisiri sedikit demi sedikit kontol Pak Sul dengan telaten dan teliti, memastikan tidak ada lagi sisa peju pada kelamin si kuli bangunan


Pak Sul tersenyum puas memandangi sang ustadzah yang kesulitan membersihkan sisa peju pada kontolnya karena Dewi harus menyingkap beberapa kali cadarnya yang jatuh. Pandangan Pak Sul tertuju ke arah tempik Dewi yang sedang berjongkok, jelas sekali terlihat sisa spermanya yang menetes-netes jatuh dari dalam kelamin sang akhwat bercadar. Pak Sul sudah tak peduli lagi ustadzah di hadapannya bisa hamil karena perbuatannya. Jika memang Dewi hamil, dia berharap gadis itu diceraikan oleh suaminya sehingga ia bisa menjadikan Dewi sebagai seorang istri untuk melayani kebutuhan biologisnya tanpa rasa was-was. Siapa yang tidak senang dan bangga jika punya istri secantik Dewi. Jika suaminya tidak menceraikan Dewi, tidak masalah. Karena Dewi sudah menjadi pereknya yang siap melayani kapan pun saat dibutuhkan. Pak Sul  semakin bersemangat untuk merusak akhwat itu semaksimal mungkin sesuai ikrar janjinya kepada iblis yang sudah memberikannya kekuatan. Menjadikan seorang akhwat alim menjadi pelacur gratisan.


***bersambung***



==========


Scene 17 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 3)


Adzan shubuh berkumandang, membangunkan Dewi dari tidur yang cuma sebentar. Kerudung dan cadarnya sudah ia tanggalkan, mengingat di kamar kost ini begitu panas karena sama sekali tidak ada kipas angin. Sehingga Dewi akhirnya melepas seluruh kain yang ada pada tubuhnya dihadapan lelaki yang bukan mahromnya itu.


Tangan Dewi meraba area kelaminnya yang terasa sedikit perih. Didapatinya sisa peju Pak Sul yang telah mengering. Bukan cuma di tempiknya, di payudara, perut, wajah Dewi juga terdapat sisa-sisa peju yang telah mengering. Entah berapa kali sudah Pak Sul semalaman menyemburkan pejunya ke tubuh Dewi


Dewi melamun sejenak, kembali ia bayangkan betapa panasnya persetubuhannya dengan Pak Sul kali ini. Bahkan Dewi sudah tak canggung lagi melepas kerudung serta cadarnya dihadapan kuli bangunan yang kini menjadi pacar sang ustadzah itu. Dewi kemudian mulai mengingat bagaimana Dia dan Pak Sul saling berciuman, menjilat kelamin satu sama lain, menggeliat keenakan, mendesah bersamaan, saling meraba, hingga bergetar bebarengan karena orgasme, dan semburan peju Pak Sul juga sudah amat banyak tertanam pada rahimnya.


"Abi.. Afwan ya Abii.. Umi menikmati ini semua. Ummi siap kalau abi akan ceraikan ummi setelah abi tahu kelakuan ummi yang sudah merasakan kontol pria lain.. Bahkan Ummi ketagihan dengan kontol pria lain bi.. Tubuh Ummi menikmati ini semuaa.. Afwan ya bii.. Ummi mulai jatuh cinta dengan Pak Sul pria perkasa ini.. Tapi Ummi juga masih cinta abi kok..", kata Dewi dalam hati


Dewi lalu memandangi kontol Pak Sul yang ngaceng saat Pak Sul sedang tertidur pulas. Kontol yang membuat Dewi ketagihan sex. Nafas Dewi terasa berat saat memandangi alat kelamin yang berotot panjang dan keras berwarna hitam itu. Lalu dengan Nakal Dewi merangkak, dijulurkan lidahnya untuk menjilati kelamin Pak Sul yang sedang tertidur


"Ssshh.. Pak Sul.. Keras banget.. Ssshhh.. slurupp slurupp slurupp", dengan Nakal Dewi mencium dan menjilati kontol Pak Sul.


Pak Sul menggeliat sejenak saat Dewi menciumi alat kelamin Pak Sul. Tetapi karena rasa kantuknya yang begitu hebat, Pak Sul kembali tidur terlelap membiarkan Dewi yang masih menciumi kontol kuli bangunan itu. Dewi dengan lihai mengocok, dan mengulum batang penis yang besar itu. Dewi saat ini sudah lupa dengan statusnya sebagai seorang ustadzah. Dewi sudah keasyikan menjadi pacar sekaligus pereknya Pak Sul yang kewajibannya hanya melayani nafsu syawhat Pak Sul


"Ohhhh.. Pak Sul.. Besar sekali kontol bapak.. Dewi sukaaa.. Slurupp Sluruupp Ssshhh..", rancau Dewi sambil terus mengulum dan menjilati kontol Pak Sul tanpa henti. Kontol yang benar-benar berbeda dengan milik suaminya


Dewi melirik jam dinding yang terletak ditengah-tengah ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 04.25, Dewi lalu memutuskan menyudahi mengulum kontol Pak Sul untuk melanjutkan ibadah shubuh. Namun sebelum itu, Dewi harus mandi besar dulu karena semalaman ia telah berhubungan badan dengan Pak Sul. Dewi lalu mencari pakaiannya yang tadinya berserakan di ruangan kost itu, namun Dewi tidak bisa menemukannya. Di ruangan kost Pak Sul itu Dewi hanya menemukan celana dalam dengan tulisan "sex gratis dan gambar kontol"


"Pak.. Pak Sul.. Tau gamis ana ngga? kok ga ada ya?", tanya Dewi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Sul agar terbangun


"Hmmm.. ngga tau.. udah gpp kamu ga usah pakai baju Ust.. Telanjang saja selama disini..", jawab Pak Sul setengah sadar lalu merubah posisi tidurnya


"Tapi ana mau keluar bentar, mau mandi.."


"Halaahhh Bodo amat.. Jalan telanjang keluar sana.. saya ngantuk.. Groookk..", jawab Pak Sul dan tertidur kembali sambil mengorok


Dewi kesal melihat Pak Sul yang seolah tak peduli dengan kondisinya. Bagaimana mungkin Dewi keluar dari kamar ini hanya mengenakan celana dalam yang ditulisi tulisan serta gambar cabul itu. Bagaimana kalau nanti Dewi ketahuan penghuni kost lain. Apa yang harus ia lakukan, Dewipun tak tahu. Namun akhirnya Dewi memutuskan untuk mandi saja daripada buang-buang waktu di kamar ini keburu matahari semakin tinggi, malah penghuni kost lain bisa-bisa sudah pada bangun.


Dewi berjalan keluar mengendap-endap. Udara pagi yang dingin langsung menusuk tubuh telanjangnya. Puting susu Dewi tiba-tiba kembali mengeras saat udara pagi menyentuh tubuh telanjangnya. Dengan terburu-buru Dewi berjalan menuju kamar mandi dan memasuki kamar mandi sederhana itu


*cekrek cekrek cekrek* suara pintu tidak bisa ditutup rapat, ketika didorong daun pintu kembali terbuka kembali


Dewi mencoba menutup pintu kamar mandi namun gagal. Pintu kamar mandi terus terbuka dan tidak mau tertutup. Dewi semakin panik, tidak mungkin dia mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar seperti ini. Dewi terus mencoba menutup dan membanting pintu agak keras tetapi tetap saja pintu tidak mau tertutup sempurna.


"Duh.. kenapa lagi ini Ya Tuhan.. Aman gak ya..", kata Dewi dalam hati lalu Dewi melihat keluar dan suasana masih sepi. Dewi kemudian memberanikan diri melepas celana dalamnya dan telanjang bulat dikamar mandi itu untuk segera mensucikan dirinya


Dewi mulai menyiram tubuhnya dengan air. Dewi sudah tidak peduli pintu kamar mandi yang tidak bisa ditutup itu. Pada akhirnya Dewi memberanikan diri mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar dan langsung menghadap keluar. Sebuah perasaan  tak karuan yang baru ia rasakan dalam hidupnya. Dalam hatinya entah mengapa, Dewi merasa lebih sexy ketika mandi dengan pintu terbuka seperti saat ini. Apalagi kiri kanannya adalah kamar-kamar kuli bangunan yang sewaktu-waktu bisa saja memergokinya sedang mandi. Dewi semakin merasa tertantang dan adrenalin Dewi semakin meninggi. Membayangkan saat ini dia adalah satu-satunya wanita yang ada di tempat ini. Antara rasa takut, tegang, waspada, sange, bercampur menjadi satu membuat sang ustadzah berfantasy semakin nakal. Sambil menyiram air, Dewi memainkan lubang tempiknya. Dikocoknya itilnya sendiri sambil membayangkan seseorang memergokinya sedang mandi. Membayangkan itu saja tempik Dewi sudah kembali lengket dan licin


"Tidak.. Sudah cukup! cukuplah ana khianati suami ana hanya dengan Pak Sul.. Ya Tuhan kenapa saya jadi seperti ini.. Ooohh enak..", kata Dewi sambil terus memainkan itilnya


Dewi malah duduk mengangkang di bak kamar mandi. Lalu dia mengocok tempiknya sendiri sambil menghadap ke arah luar kamar mandi. Diseberang sana terlihat pintu kamar kost entah punya siapa yang masih tertutup rapat. Dewi menikmati masturbasinya sambil berharap ada seseorang yang memergokinya melakukan perbuatan cabul itu. Tangan Dewi tak lupa untuk meremas dan memainkan pentil susunya yang mengeras. Dewi semakin menggeliat saat tangannya terus memilin pentil susunya semakim intens.


"Oohhh.. Ssshhh", rancau Dewi menikmati masturbasinya


Sepertinya sugesti Pak Sul sudah benar-benar merasuki jiwa dan pikiran Dewi secara perlahan. Pelan tapi pasti, sosok ustadzah Dewi yang terkenal alim dan lurus menjadi seorang wanita yang suka berbuat cabul dan ketagihan berbuat mesum. Bahkan saat ini Dewi tidak ragu masturbasi di kamar mandi Kost-kostan kuli bangunan, Dewi semakin tertantang membayangkan tubuh telanjangnya sedang berada diantara pria2 perkasa itu. Hal itulah yang membuat nafsunya meledak-ledak lagi pagi ini. Membayangkannya saja, lubang kelamin sang ustadzah kembali gatal dan kembali menginginkan sebatang kontol untuk menggaruk kelaminnya


Tubuh Dewi sudah basah dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia kemudian melanjutkan mandi sambil colmek menggunakan sabun batangan yang berada di dalam kamar mandi itu. Dewi tidak peduli sabun itu punya siapa dan bekas apa karena lubang ditengahnya. Dewi terus menyabuni seluruh tubuhnya hingga penuh dengan busa. Tempik Dewi sudah licin terkena busa sabun. Dewi terus menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke dalam tempiknya yang sudah berbusa itu


"Ooohh.. Aahhhh..", Dewi terus mendesah. Dia lupa dia seharusnya saat ini buru-buru untuk ibadah shubuh.


Tetapi nafsu birahinya yang sudah tinggi membuatnya menunda-nunda untuk segera beribadah. Tubuhnya lebih keasyikan memperkosa dirinya sendiri, menikmati status barunya sebagai seorang perek sesuai perintah Pak Sul


"Lho kok gak ditutup pintunya mbak?", Seorang pria tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar mandi, terkejut saat melihat Dewi sedang mandi tanpa menutup pintu. Padahal saat itu posisinya sedang mengangkang, mendesah memainkan itilnya yang gatal


"Eeehhh.. kyaa...", Dewi terkejut saat seseorang memergoki dirinya sedang mandi atau bahkan sedang masturbasi


Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Dewi langsung membanting pintu kamar mandi, tetapi sayang pintu itu masih gagal tertutup sempurna. Dewi mencoba menahan pintu itu agar tidak terbuka dengan tubuhnya. Akhirnya Dewi memutuskan buru-buru menyudahi acara mandi paginya. Dewi hanya menyiramkan beberapa kali air dan membilas sabun yang ada pada tubuhnya hingga bersih. Dalam kondisi tubuhnya yang masih basah kuyup, Dewi memutuskan segera memakai satu-satunya kain yang tersisa pada tubuhnya yaitu sebuah celana dalam bertuliskan "sex gratis" dan gambar 2 buah batang kontol


Perlahan Dewi buka pintu kamar mandi, sambil memastikan keadaan di luar sana. Berharap pria tadi sudah tidak ada didepan kamar mandi. Tetapi harapannya tidak tekabul, Pria itu masih menunggunya di depan kamar mandi sambil menyengir saat tau Dewi mengintip dari dalam.


"Buruan mbak saya mau pipis..", kata pria yang usianya hampir sama dengan Pak Sul itu sambil menyengir menyebalkan ke arah Dewi


Dewi akhirnya tidak ada pilihan lain selain keluar dari kamar mandi. Ia tutup tetek besarnya dengan tangannya lalu berjalan mengendap keluar sambil menunduk.


Pria itu terbelalak memandangi tubuh Dewi yang keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana dalam.


"Itu pintunya biar bisa ditutup diganjel batu yang dipojok sana mbak. Hehehe..", kata bapak itu sambil menunjuk sebongkah batu yang cukup besar dipojok kamar mandi


*Ya ampun.. bodohnya ana.. malah keasyikan mandi dengan pintu terbuka..*, kata Dewi salam hati


Bapak itu memandangi celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Bapak itu lalu menyeringai mesum memandangi wajah serta tubuh atas telanjang Dewi yang masih basah


"Sex Gratis? Beneran nih? Nanti digenjot beneran nangess.. Heheheh", ledek pria itu


Muka Dewi memerah, Dewi sadar pria itu telah membaca tulisan mesum yang ditulis di celana dalamnya. Dewi tidak mempedulikan bapak kuli bangunan itu dan berlari kecil kembali ke kamar Pak Sul, Dewi begitu malu karena pada akhirnya bertambah lagi seorang pria yang bukan mahromnya melihat hampir seluruh auratnya. Padahal sejak duduk di bangku SMP aurat Dewi sudah selalu ia jaga dengan berpakaian syari.


Pria itu memandangi tubuh Dewi yang berlari ke arah kamar Pak Sul. Pria itu terkesima dengan pemandangan lekuk tubuh Dewi walau hanya dari belakang. Pantat Dewi yang bulat mulus bergetar-getar dan berguncang saat Dewi berlari. Bapak kuli itu belum tahu, tubuh yang dipandanginya saat itu adalah tubuh seorang ustadzah yang kesehariannya selalu memakai cadar. Setelah Dewi masuk ke dalam kamar Pak Sul, barulah pria itu masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan hajat buang air kecilnya yang sudah ia coba tahan sejak beberapa menit yang lalu


Di dalam kamar rupanya Pak Sul masih tertidur pulas. Dewi memandangi kontol Pak Sul yang masih berdiri tegak saat pria itu sedang tertidur. Mata Dewi sayu, nafsu birahinya semakin naik. Dibukanya celana dalamnya yang basah karena tadi Dewi memakainya tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu. Dewi lalu mendekati tubuh telanjang Pak Sul yang masih tidur. Tempik Dewi sudah meneteskan cairan pelumas sejak kejadian dipergoki di kamar mandi barusan.


Perasaan campur aduk yang begitu luar biasa bagi Dewi yang tidak pernah menggunakan pakaian terbuka ketika kemana-mana, sensasi memperlihatkan aurat tanpa sengaja kepada seorang pria yang tidak dikenalnya menjadi pengalaman nakal yang tidak mungkin Dewi lupakan. Aurat yang selama ini ia tutup akhirnya menjadi tontonan pria bukan mahromnya secara gratis. Antara nafsu, malu, mau, takut bercampur menjadi satu. Tanpa disadari, perasaan itu membuat tempik Dewi semakin banjir saja


Dewi lupa dengan kewajiban ibadahnya. Dewi batalkan niatnya untuk ibadah shubuh. Sambil mengocok tempiknya yang banjir dan gatal dengan telunjuknya, Dewi lalu berlutut mendekati kontol Pak Sul. Tanpa jijik dan malu, Dewi jilat kembali kontol kuli bangunan yang penuh otot dan berwarna hitam itu. Dewi ratakan air liurnya melumasi batang kontol Pak Sul yang penuh otot. Garis Lubang kencing Pak Sul pun Dewi jilatin penuh nafsu, sambil sesekali ia masukkan kepala kontol Pak Sul ke dalam rongga mulutnya


"Oh.. Pak.. Bangun Pak.. Ana kepingin lagi.. Ssshhh..", kata Dewi begitu binal sambil terus menciumi kontol Pak Sul


Namun dasar Pak Sul kalau tidur kayak orang mati, Pak Sul tetap tidak bergeming walau saat ini dihadapannya ada seorang bidadari surga sedang telanjang asyik mencium dan menjilati batang kontolnya. Dewi sudah tidak tahan lagi, Kakak kandung Rista itu merangkak menaiki tubuh Pak Sul. Lalu Dewi mengarahkan batang kontol Pak Sul ke lubang kelaminnya sendiri. Karena tempik Dewi sudah basah dan kontol Pak Sul yang keras, Dewi tidak kesulitan membenamkan kelamin Pak Sul ke dalam kelaminnya sendiri.


*bless*


Pelan-pelan Dewi turunkan tubuhnya, sehingga kontol Pak Sul semakin menyeruak masuk ke dalam jepitan kelaminnya yang masih sempit, karena 8 tahun Dewi menikah, kontol suaminya gagal membuat tempik Dewi melonggar. Sehingga jepitan tempik Dewi saat ini masih terasa seperti perawan. Dewi memejamkan mata menahan otot kelaminnya yang sedang menyesuaikan ukuran kontol besar Pak Sul


"Aaahhhh.. Sshhh.. Pak..", desah Dewi sambil menyetubuhi Pak Sul yang masih tidur pulas


Dewi semakin menggila memompa tempiknya di gagang kontol Pak Sul yang keras itu. Bokongnya yang mulus terlihat begitu sexy naik turun memompa kelamin hitam milik Pak Sul. Tubuh Dewi semakin nikmat "mengulek" kelamin Pak Sul. Digoyangkannya tubuhnya dengan nakal diatas tubuh Pak Sul. Getaran tubuh Dewi begitu kuat, desahan sexy Dewi terdengar begitu kencang pagi ini. Seolah Dewi lupa, desahannya bisa saja terdengar oleh 9 pria lain di area kost-kostan khusus kuli bangunan ini.


Pak Sul tiba-tiba mengucek matanya. Bokong Pak Sul pun perlahan ikut naik turun seirama dengan "ulekan" tubuh Dewi yang begitu semangat dan liar. Kesadaran Pak Sul pelan-pelan terkumpul. Akhirnya Pak Sul terbangun sepenuhnya setelah menyadari tubuhnya sedang digoyang oleh Dewi. Terlebih terasa sekali kontolnya yang dijepit rapat oleh tempik Dewi yang hangat.


"Waduh.. Ustadzah pagi-pagi sudah sange yah.. Heheheh..", Kata Pak Sul sambil mulai meremasi tetek besar Dewi yang bergelantungan dihadapannya


"Tempik ana gatal Pak.. Ana butuh kontol. Aahh.. Aahh.. Aahhh.."


"Pagi-pagi bukannya ngaji malah ngajak ngewe.. Dasar Ustadzah Perek.. Jual diri sana Ust.. Biar dapat kontol buat garuk tempikmu yang gatal itu...", kata Pak Sul sekalian mensugesti agar Dewi menjadi perek sejati


"Kok jual diri.. katanya ana gratis Pak.. Aahh.. Aahhh.. Aahhhh Ouuhh Pak Sul kontolmu besar banget sayang..", Kata Ustadzah semakin semangat memompa tempiknya ke kontol Pak Su


"Iya kalau sama saya gratis, kalau sama pria lain tarik biaya lah, duitnya lumayan buat saya. Hehehe.. Tapi terserah ustadzah kalau kamu mau dientot gratisan, itung-itung dapat pahala sedekah berbagi harta terbaik yang dimiliki ustadzah.. Kapan lagi ustadzah sedekah tempik. Heheheh.. Suaminya sibuk cari nafkah, istrinya malah sibuk melonte melayani kuli bangunan.. Hah Hah Hah.. Tempikmu nikmat bener Ust...", Kata Pak Sul semakin memperkuat tusukannya


"Iyaah.. Ana istri murahan ketagihan kontol besar kuli.. Aaahh kamuu ga cemburu sayang aku digenjot temen2mu. Aaahhh.. Aaahhh.. Aahhh..", Dewi semakin terkena sugesti hipnotis Pak Sul


"Semakin perek kamu, semakin aku sayang kamu ustadzahkuu.. Suamimu juga pasti bangga tempik istrinya semakin pengalaman dikontolin kontol-kontol kuli. Oohh.. bangsat tempikmu malah becek jancok disuruh jual diri..Tempik Perek.. Ngentot..", Kata Pak Sul menyadari Dewi orgasme dengan memuncratkan cairannya perlahan


"Aahhhh.. Pak Sul.. Ana semakin ngebayangin  yang nggak nggak nih pak.. Ouuuhh.. Ouuuhhh.. Kontol bapak mantab banget..", kata Dewi semakin kesetanan bergoyang di atas tubuh Pak Suk


*jleb jleb jleb jleb*


"Ustadzah Perekkk.. Malah semangat goyangnya disuruh jual diri.. Ustadzah hobby ngentot lu perek.. Hahahah..", ejek Pak Sul saat melihat Dewi semakin bergoyang dengan panas


*Tok Tok Tok* tiba-tiba pintu diketuk


"Sopo?", pekik Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi dari bawah


"Dirman Sul..", kata seorang pria dari luar


"Opo man? Ganggu ae.. Melbuo (masuk aja)", Kata Pak Sul


Dewi tidak percaya Pak Sul mempersilahkan temannya untuk masuk ke kamar saat dirinya sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Dewi sempat menghentikan pompaan tempiknya karena terkejut Pak Sul menyuruh temannya masuk. Pak Sul menyadari Dewi begitu ketakutan dan Pak Sul pun berusaha meyakinkan Dewi semua akan baik-baik saja


"Tenang, dia ga tau kalau kamu itu Ustadzah. Bersikaplah seperti Perek yang gak punya malu dan terus goyang.. Heheheh", Kata Pak Sul


Seorang pria yang dipanggil Dirman oleh Pak Sul pun masuk kedalam kamar kost Pak Sul. Rupanya Pak Dirman adalah pria yang memergoki Dewi mandi tanpa menutup pintu tadi. Mata Pak Dirman terbelalak melihat pemandangan indah dihadapannya. Dewi sedang duduk diatas tubuh Pak Sul. Kedua kelamin mereka saling bertemu dan saling bertumbukan. Ditambah lagi tetek indah Dewi yang bulat besar menggantung bebas tanpa penutup menjadikan pemandangan itu menjadi salah satu pemandangan terbaik selama Dirman hidup.


Dewi sudah pasrah saat pria yang tak dikenalnya itu masuk ke dalam kamar sambil menatapnya mesum. Dewi begitu malu sampai tak sanggup memandang wajah teman Pak Sul itu dan goyangan tubuhnya mendadak menjadi penuh keraguan. Dewi benar-benar malu saat ini dan harga dirinya sebagai seorang akhwat terjaga mendadak hancur. Perzinahannya dengan Pak Sul pada akhirnya diketahui oleh temannya sesama kuli.


Bahkan teman kuli Pak Sul melihat adegan panas itu secara live didepan matanya sendiri. Dewi mencoba menutupi tetek besarnya yang bergelantungan karena goyangan tubuhnya yang terus disodok dari bawah oleh Pak Sul. Namun tangan Dewi ditepis oleh Pak Sul dan Pak Sul melarang Dewi menutup tubuhnya sama sekali. Pak Sul memegangi kedua tangan Dewi dan kembali menghujami tempik Dewi dari bawah sehingga tubuh telanjang sang ustadzah terekspose bebas dihadapan Pak Dirman.


"Gendakanmu ganti maneh ta Sul? (Teman kencanmu ganti lagi ya Sul?)", tanya Pak Dirman sambil mengucek celana bagian pangkal pahanya


"Wajarlah wong ganteng iki. Hahaha..", jawab Pak Sul


"Taek.. Nemu nang endi kon perek ayu ngene? (Ketemu dimana lu perek cantik gini?)", kata Dirman sambil duduk memandangi perzinahan Pak Sul dan Dewi


"Sek tak takone (bentar saya tanyakan). Heh, dimana rumahmu sayang? Sshh..", tanya Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi


"Errr.. Aahh.. Saya di daerah Ngewe Jaya pak.. Sshhh.."


"Ngewe Jaya kan daerah rumahe Bu Wito yo?", tanya Pak Dirman


"Iyo bener.. Oiyo Cok, kon nggeble (ngentot) ambek Bu Wito gak ngomong2 asuu.. Untung Bu Wito crito", protes Pak Sul


"Lho iyo Cok.. Lha Bu Wito mancing-mancing nggawe daster tapi gak BH an (Pakai daster tapi ga pakai BH). Susune Guede nggarai (bikin) gak konsen kerjo.. Terus Bu Wito teko-teko nyekel (tiba-tiba pegang) kontolku cok. Gak sido nggarap omahe malah sido ne nggarap Bu Wito aku (Gak jadk garap rumahnya malah jadinya nggarap Bu Wito aku)", Kata Pak Dirman sambil membetulkan posisi celana dalamnya karena terangsang melihat tubuh Dewi yang cerah mulus begitu kontras dengan kulit Pak Sul


"Pancen (memang) perek Bu Wito. Senengane kontol gede. Tapi sayange tempik e ndower. Hahaha..", Kata Pak Sul sambil mempercepat sodokannya


"Iyo gak popo pokok'e oleh tempik gratisan istri orang. Hahaha..", jawab Pak Dirman


Seketika Dewi bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan. Apakah Bu Wito yang mereka maksud adalah Bu Wito yang dikenalnya. Bu Wito tetangga belakang rumah yang baik dan kalem itu. Ingin sekali Dewi menanyakan hal itu namun ia urungkan. Ia kawatir jika terlalu kepo, Pak Dirman bisa curiga. Dewi mencoba berpura-pura menjadi perek yang sama sekali tidak mengenal Bu Wito agar Pak Dirman tidak curiga. Bisa berabe kalau Dirman sampai tahu kalau Dewi adalah Ustadzah yang cukup dikenal di daerah Ngewe Jaya.


"Aaahhh.. Saya sudah mau keluaarrr tempikmu nikmat dasar lonte murahan...", Tiba-tiba Pak Sul mendesah kuat dan "membanting" tubuh Dewi hingga terlentang agar Pak Sul bisa menunda sejenak klimaksnya.


Pak Sul merubah posisi Dewi menjadi dibawah, lalu Pak Sul langsung menindih tubuh telanjang sexy itu dan kembali batang kontol Pak Sul dibenamkan ke kelamin sang ustadzah membuat akhwat itu langsung terdongak kepalanya. Pak Sul langsung menggenjot tempik Dewi dengan cepat. Dewi semakin kewalahan dengan sodokan bertenaga Pak Sul yang begitu terasa mentok hingga rahimnya. Tubuh Dewi menggeliat penuh kenikmatan, inilah kenikmatan yang ia dambakan. Setelah 8 tahun pernikahannya ia tidak merasakan nikmatnya berhubungan badan. Barulah kali ini, tempik Dewi merasa begitu keenakan dan menagihkan. Tempik sang ustadzah terus mengeluarkan cairan licin yang membuat kontol Pak Sul mudah keluar masuk memompa kelamin Dewi. Ditambah lagi saat ini Dewi sedang berhubungan badan sambil dilihat orang lain. Membuat birahi sang ustadzah yang selama ini ia jaga, menjadi meledak-ledak tak karuan melampaui logika berpikirnya, entah mengapa Dewi merasa semakin bergairah dan merasa sexy dengan aktivitas sex semacam ini


"Ouuuhhh.. Aaahhh.. Pak Sulll.. Terus paakkkk ..", Desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya erotis ditindih Pak Sul


"Cok, uayune Sul purel mu.. Mari ngene gantian yo (Cuk, cantik bener  Sul lontemu. Habis gini gantian ya)", kata Pak Dirman sambil mulai ngocok memandangi kebinalan Dewi


"Enak'e.. Bayar Cok..", jawab Pak Sul


"Halah tulisan sempak'e lho sex gratis. Heheheh", jawab Pak Dirman mulai onani melihat rekan kulinya menggenjot wanita cantik dihadapannya


Pak Sul semakin mempercepat sodokannya ke tempik Dewi hingga tubuh atletis kuli bangunan itu bergetar hebat. Terasa sekali kelamin Pak Sul berkedut-kedutan dan akan memuntahkan lendir peju yang sangat banyak siap untuk membuahi sel telur Dewi.


"Ohhh.. Saya keluaaarrr ....", pekik Pak Sul sambil mendorong kontolnya masuk seluruhnya ke tempik Dewi


*crot crot crot crot crot*


Cairan putih kental dan lengket Pak Sul tumpah di rahim Dewi. Terasa sekali di dalam rahimnya cairan peju Pak Sul menyemprot berkali-kali memberikan rasa hangat bagi dinding dalam rahim Dewi. Dewi terkulai lemas, ada senyum kepuasan yang terlukis pada bibirnya. Senyum kenikmatan bercinta yang akhirnya bisa ia rasakan bersama Pak Sul. Sebuah dosa paling besar selama hidupnya yang pernah Dewi lakukan. Tempik Dewi belepotan oleh cairan beraroma anyir dan berteksture kental lengket itu. Dari dalam lubangnya terus mengeluarkan sisa-sia semburan peju Pak Sul yang meluber keluar karena tidak sanggup ditampung oleh rahim Dewi yang sempit. Jembut Dewi dijadikan Pak Sul sebagai tempat untuk mengelap sisa peju yang menempel di kontolnya. Pak Sul menduduki dada Dewi dan meminta Dewi membersihkan sisa peju yang masih ada pada batang kelaminnya. Dewi dengan patuh menjalankan semua perintah Pak Sul tanpa pernah protes. Kontol hitam itu dijilatinya, membersihkan sisa2 perzinahan yang terjadi diantara mereka berdua hingga beesih tak tersisa. Setelah puas, Pak Sul kemudian duduk diatas kursi sambil menyalakan sebatang rokok.


Pak Sul tersenyum puas, Dewi sang ustadzah alim terkulai lemas dihadapannya dalam keadaan telanjang bulat. Seluruh kain pada tubuhnya sudah terlepas menampakkan seluruh auratnya. Termasuk cadar dan juga kain kerudungnya yang biasanya terpasang rapi di kepala akhwat bercadar itu. Dari tempik sang ustadzah, terlihat mengkilap karena campuran antara lendir tempik, keringat Dewi dan lendir peju Pak Sul yang menempel begitu banyak hingga meluber-luber keluar. Nafas Dewi masih ngos-ngosan. Suasana ruang kost ini memang sangat panas karena tidak ada sirkulasi udaranya. Tubuh Dewi berkeringat deras. Ketiaknya yang mulus samar terlihat mengkilap karena keringatnya sendiri. Kaki Dewi masih mengangkang setelah tempiknya masih terasa nyut-nyutan dihajar kontol besar Pak Sul. Dewi seolah lupa didalam ruangan ini masih ada Pak Dirman yang sedang memandang penuh birahi kepadanya


"Sul, Tak gawe oleh gak? (Sul, saya pakai boleh gak?)", tanya Pak Dirman sambil berkali-kali dia mengucek bagian tengah celananya yang mulai mengeras


"Mbayar aku 3juta", jawab Pak Suk


"Taek a. Gratis cok sesuai tulisan sempak'e perek iki. Hehehe..", kata Pak Dirman


"Kon kok eroh sempake ono tulisan Sex gratis?" (lu kok tau sempaknya ada tulisan sex gratis?)


"Mau pas adus perek iki gak nutup lawang. Ngaceng aku Sul. Hahahah..(Tadi waktu mandi perek ini gak nutup pintu. Ngaceng aku Sul. Hahahah..)", Kata Pak Dirman


"Owalah.. Jancokkk.. pancen Perek Dewi iki.. Adus yo ga nutup lawang.. Njaluk (minta) diperkosa. heheheh..", kata Pak Sul menyeringai memandangi Dewi yang masih terkulai lemas diantara kedua kuli bangunan ini


Pak Dirman terus mengocok memandangi tubuh telanjang Dewi yang terbaring lemah. Perlahan Pak Dirman berjalan mendekati Dewi yang sudah terkulai pasrah


"Heh kon kate lapo?" (Hei lu mau ngapain?), tanya Pak Sul tiba-tiba terkejut melihat Pak Dirman mendekati Dewi yang masih lemas


"Nggeble perek iki Sul" (ngentot perek ini Sul), jawab Pak Dirman sudah tidak tahan menahan kontolnya yanv mulai ngaceng


"Gak Gak, Gak oleh. Perek iki nggonanku, kon ambek Bu Wito ae (Gak gak gak boleh, perek ini milik gue. Lu sama Bu Wito aja)", jawab Pak Sul


"Pelit ga asyikkk..", Jawab Pak Dirman sambil kecewa


"Hahaha ora urus (gak ngurus)", jawab Pak Sul


"Ayolah Sul, aku pingin ngentot perek iki cokkk.. Nafsu aku ndelok mbake.. Uayu asuuu.."


"Mangkane goleko purel cok. Usaha cookk.. Wes wes ndang geble Bu Wito kono. Tempik ndower seneng kontol gede", kata Pak Sul


Pak Dirman ngedumel karena tidak diijinkan Pak Sul menggarap tubuh Dewi. Pak Sul masih belum puas, saat ini dia ingin menikmati Dewi seorang diri. Nanti kalau sudah bosan, mungkin dia baru akan rela berbagi pereknya ke teman-temannya. Setelah Pak Dirman meninggalkan ruangan, Dewi dengan manja merangkak mendekati Pak Sul yang sedang duduk diatas sebuah kursi. Tangan Dewi mengocok kontol Pak Sul kembali. Dewi ragu menanyakan perihal pembicaraan antara Pak Sul dan Pak Dirman tadi.


"Pak.. ", kata Dewi lembut sambil terus mengocok kontol Pak Sul


"Ya? Masih pingin ngentot ya Ust? kok udah kocok kontol saya lagi. Heheheh", kata Pak Sul


"Afwan.. Tadi Pak Sul nyebut2 Bu Wito.. Maksudnya Bu Wito tetangga ana?", tanya Dewi


"Iya betul. Bu Wito istri Pak Wito itu. Heheheh.. Jangan dikocok aja Ust. Sepong juga pake mulutmu.. Ssshhh..", Kata Pak Sul sambil mendesah


Dewi terkejut bak disambar gledek. Bu Wito yang dikenalnya adalah ibu-ibu yang baik, tidak pernah terlihat ada masalah dengan Pak Wito bisa selingkuh dengan Pak Sul. Mendadak ada api cemburu yang membakar hati Dewi. Dia tidak menyangka Pak Sul juga sudah pernah berhubungan intim dengan Bu Wito. Dewi mencoba menahan amarah serta perasaan cemburunya saat ini. Ingin ia protes dan marah ke Pak Sul. Sayangnya selama ini Dewi terlalu berpikiran naif. Dikiranya Pak Sul hanya terbuai dengan dirinya. Kecewa, Dewi benar-benar hendak protes dan marah saat ini, tetapi ia urungkan. Dewi sadar akan posisinya. Dia tak lebih baik daripada Bu Wito. Dia dengan sukarela ketagihan kontol kuli bangunan itu hingga membuatnya melakukan dosa ternikmat didunia. Dosa berzina dengan pria bukan mahromnya.


Ia takut Pak Sul akan meninggalkannya setelah semua yang telah terjadi. Lalu Dewi mencoba merajuk manja mendekatkan kepalanya kembali ke kepala kontol Pak Sul yang berwarna merah. Dewi ingin terlihat manis saat ini agar Pak Sul tidak memikirkan wanita selain dirinya. Tidak hanya itu, kemudian Dewi mulai menjilati kontol Pak Sul dengan patuh sambil terus berusaha mengorek fakta lebih dalam. Lidah Dewi bergerak lincah menyapu tiap bagian alat kelamin kuli bangunan yang warnanya hitam itu. Pak Sul membelai rambut panjang sang Ustadzah yang sudah tergerai basah terkena keringat. Sambil menjilati kontol Pak Sul, tangan Dewi juga memainkan itilnya yang semakin gatal. Sehingga saat ini Dewi terlihat sedang asyik masturbasi sambil menjilati kontol Pak Sul.


"Kenapa kamu nanya itu ustadzah sayang? Aaahh.. Perek suka kontol lu anjingg.. Jilat yang bener.. Aaahhh.."


"Err.. Katanya Pak Sul cinta sama ana.. Kok...", Dewi mencoba mengatur kata-katanya. Takut menyinggung Pak Sul


Ucapan Dewi begitu lirih dan lembut. Dewi takut jika Pak Sul akan marah jika dia terlalu menginterograsinya


"Cemburu?"


"...", Dewi tidak mampu menjawab. Rasanya tidak mungkin dia terang-terangan menyatakan rasa cemburunya kepada Pak Sul


"Hehehe.. Bu Wito itu sama seperti kamu. Tidak puas dengan kontol suaminya.. Lalu ketagihan kontol saya.. Heheheh.. Kamu ga usah cemburu, ingat statusmu itu hanyalah pacar perek buat saya. Tugas kalian berdua itu sama, sediakan tempik kalian buat dipejuhin. Daripada tempik kalian gak guna, karena kontol suami kalian tidak mampu muasin tempik lonte2 berkerudung macam kalian.. Ssshh Enak bener ust seponganmu.. Ssshh..", kata Pak Sul sambil mendesis menikmati permainan lidah Dewi


Dewi mengangguk lemah sambil menahan rasa marah. Pak Sul jelas-jelas merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Tetapi Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Sugesti Pak Sul kepada sang ustadzah agar menjadi seorang perek tetap wajib ia laksanakan. Memang benar apa yang dikatakan Pak Sul. Tugasnya hanya menyediakan tempiknya yang gatal buat dipejuhin. Dewi juga akhirnya sadar tidak bisa menguasai Pak Sul seutuhnya. Dewi harus rela berbagi kontol dengan Bu Wito, tetangganya sendiri yang selalu baik kepadanya. Rupanya Bu Wito sama dengan dirinya. Tempik istri Pak Wito itu juga gatal butuh peju Pak Sul. Dewi tidak bisa egois saat ini.


"Kamu jangan cemburu dengan Bu Wito Ust. Wajar jika seorang istri tidak puas dengan kontol suaminya, dia akan mencari kenikmatan yang lain. Lihat dirimu, Sudah bersuami tapi mau jadi pacar dan perek saya secara sukarela. Suami kerja, istri malah enak berzina sama kuli. Heheheh.."


Rasa cinta Pak Sul itu bukanlah rasa ingin memiliki seutuhnya, tetapi malah sebaliknya. Pak Sul hanya menjadikan Dewi sebagai pemuas nafsunya dan menjadikan Dewi boneka sex yang wajib taat kepada seluruh perintahnya, Tidak lebih. Dewi sadar akan hal itu, tetapi bukannya ingin lepas dari Pak Sul. Dewi malah tertantang untuk menjadi Perek kesayangan Pak Sul.


"Pak Sul lebih milih ana atau Bu Wito? sluruppp sluruppp", tanya Dewi semakin penasaran. Jelas sekali Dewi terlihat tidak mau menjadi nomor dua saat ini. Tubuh telanjang Dewi masih berlutut dihadapan Pak Sul. Bibir Dewi pun masih sibuk menjilati kontol kuli bangunan itu


"Kamu sama dia sama aja.. Bedanya dia sudah kepala 4 sedangkan kamu kepala 2. Anggap saja kamu istri muda saya.. Heheheh.."


"Pak Sul lebih suka ana atau Bu Wito?", tanya Dewi sekali lagi ingin memastikan


"Jujur saja, Bu Wito itu lebih pintar daripada kamu. Saya sudah menjalin hubungan dengan Bu Wito hampir setahun. Kamu masih amatiran. Kamu masih kurang binal Ustadzah.. Memeknya Bu Wito saja sudah pengalaman dikontoli 4 batang. Suaminya, Saya, Pak Dirman, dan tukang sayur saya lupa namanya.. Kalau saya suruh telanjang diluar dan melayani seluruh kuli yang ada disini dia pasti senang hati melakukannya. Karena Bu Wito sudah berjanji kepada saya, akan menjadi perek saya yang paling taat. Bu Wito bahkan saat ini sudah tidak minat sama kontol suaminya. Kamu kalau mau jadi perek kebanggaan saya harus lebih berani daripada Bu Wito. Heheheh"


Dewi terkejut mendengar cerita Pak Sul. Tak disangkanya Bu Wito yang kalem bisa senakal itu. Dia saja masih malu luar biasa saat tubuhnya dipandangi  1 orang pria yang bukan mahromnya. Sedangkan Bu Wito berani mengobral seluruh aset tubuhnya ke semua pria demi taat kepada Pak Sul. Dewi semakin cemburu, rupanya Pak Sul menganggap Bu Wito lebih hebat dibandingkan dirinya. Dewi sakit hati, dia menyesal telah membandingkan dirinya dengan Bu Wito. Semua yang terjadi rupanya masih belum cukup untuk meyakinkan Pak Sul. Pak Sul masih menganggap Dewi amatiran. Agar bisa menjadi wanita yang diharapkan Pak Sul, Dewi perlahan-lahan harus segera membuang rasa malunya. Dalam hati Dewi berjanji akan menjadi wanita seperti yang diinginkan Pak Sul.


"Yasudah ga usah bahas Bu Wito lagi. Kamu unggul 4 hal Ust. Kamu lebih cantik, lebih muda, bodymu sexy lalu yang terpenting Tempikmu lebih rapet. hehehe..", ujar Pak Sul


Pipi Dewi bersemu merah mendengar pujian Pak Sul. Kuli bangunan itu rupanya mengagumi kecantikan serta keindahan tumbuhnya. Ditambah lagi, Pak Sul juga menyukai jepitan kelamin Dewi sehingga sang ustadzah senang bukan kepalang setelah tau kelaminnya bisa memuaskan kontol Pak Sul.


Oiya, Sudah beberapa hari saya tidak mandi Ust.. Boleh bantu jilatin peler saya juga?", Kata Pak Sul tiba-tiba


"Hah?.. Peler?", Dewi kebingungan


"Peler Ust.. Endog saya.. Ini lho", kata Pak Sul sambil menunjukkan bagian kontolnya yang letaknya dibawah dengan bentuk bulat berkerut.


"Kotor Pak.. Ana tidak berani..", kata Dewi masih ragu


"Nah kan.. Kamu masih suka membangkang perintah saya, kalau Bu Wito, dia akan senang hati diberikan kesempatan bersihkan peler saya. Kalau ustadzah memang penyuka kontol, ustadzah harus berani menjilati seluruh bagian kontol lakik. Termasuk pelernya..", kata Pak Sul mulai memanas-manasi dan mensugesti Dewi kembali


"Tapi pak..", kata Dewi masih takut dan ragu


"Kamu mau apa nggak?? Ingat kewajibanmu itu juga menyervis kontol saya termasuk bersihin semua bagian kontol saya pakai lidahmu", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali


"I.. Iya mau pak.. Saya bersihkan peler Pak Sul..", jawab Dewi patuh seketika


Awalnya Dewi takut menjilati benda menjijikkan itu. Tetapi karena bujuk rayu Pak Sul, pada akhirnya Dewi mau menjilati buah zakar Pak Sul. Walau awalnya hanya satu sentuhan kecil melalui ujung lidahnya, lama-lama Dewi berani menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati peler Pak Sul secara menyeluruh. Bola-bola hitam keriput milik kontol Pak Sul perlahan mulai dijilat tanpa rasa jijik oleh Dewi. Dewi kemudian juga diminta menciumi bola-bola hitam Pak Sul itu


"Cium peler saya ustadzah.. Bukti kamu saat ini wajib berbakti pada kontol-kontol pria. Ustadzah saat ini tidak lain adalah Ustadzah perek yang hobbynya ngemut kontol dan jilatin peler. Ustadzah butuh kontol. Kontol adalah kebutuhan pokok ustadzah yang wajib dipenuhi. Ustadzah haram sepong kontol suami, lupakan kontol suami. Sebagai gantinya, Ustadzah halal dan wajib sepong kontol Pria lain. hahahah..", Kata Pak Sul mensugesti Dewi agar semakin binal


Dewi terus menciumi bulatan hitam itu terus menerus sambil mendengar semua sugesti Pak Sul yang menjijikkan


"Jilat terus Ustadzah.. Jilat peler saya sampai bersih. Heheheh.. Ssshhh.."


"I.. Iya pak..."


Jilatan serta ciuman Dewi mulai turun semakin ke bawah. Dewi terus menciumi dan menjilati bagian perbatasan antara peler Pak Sul dan lubang tainya. 


"Yaa gitu.. bagus ustadzahhh.. Kamu semakin pintarr... Ssshh.. Sampe bersih Ust...", Kata Pak Sul sambil mengangkat tubuhnya agar Dewi semakin leluasa menjilati area bawah kelaminnya.


"Mulai saat ini Ustadzah tidak bisa hidup tanpa kontol.. Tugas mulutmu juga nambah sekarang, Sepong kontol, bersihkan peler, sama dipejuin. Ngerti?"


"Ngerti Pak..", jawab Dewi sambil terus mengulum kontol Pak Sul


"Bagus.. Sekalian jilat lubang pantat saya Ust.. Bibirmu yang suci itu pasti bisa bersihin lubang pantat saya", Kata Pak Sul sambil membokongi Dewi dan membuka lubang pantatnya dihadapan sang Ustadzah


"Ana jijik Pak.. Jangan disitu .", Dewi menolak permintaan aneh Pak Sul itu


"Ustadzah, tugasmu itu melayani dan patuh sama saya. Sudah jangan mbangkang kamu.. Ayo jilat lubang pantat saya sampai bersih. Tenang saja, awalnya memang jijik tapi kalau sudah terbiasa, Nilaimu sebagai seorang perek akan bertambah. Ayo ini jilat lubang taek saya", Kata Pak Sul sambil menggoyangkan garis pantatnya beberapa sentimeter saja dihadapan Dewi


"I..Iya Pak.. Afwan..", jawab Dewi sambil perlahan menjulurkan lidah dan kedua tangannya membuka belahan pantat Pak Sul


Awalnya Dewi ragu menyentuhkan lidahnya ke lubang pantat Pak Sul yang berwarna hitam pekat itu. Ditowelnya sedikit lubang itu dengan lidahnya. Sempat terasa rasa aneh dan bau tidak enak yang Dewi rasakan. Namun Dewi mencoba bertahan dan menahan nafasnya, ia mulai melanjutkan menjilati lubang anus Pak Sul lebih enjoy lagi. Lidah Dewi menyapu lubang kecil itu. Dewi tersedak, rasa dan aromanya masih belum bisa ia terima dengan baik. Garis Pantat Pak Sul bergerak menggesek-gesek wajah cantik Dewi. Dewi julurkan lidahnya sekali lagi. Memberanikan diri menjilati lubang pembuangan Pak Sul. Dewi jilati lubang pembuangan itu sambil menahan nafas karena lubanh tai Pak Sul begitu kotor, lidahnya bergerak amat cepat menyapu lubang pantat Pak Sul. Pak Sul sampai kegelian saat lidah Ustadzah Dewi mulai terbiasa bermain di lubang anusnya. Walau masih terkesan terburu-buru dan tidak bisa menikmati, Pak Sul mencoba memahami jam terbang Dewi yang masih minim menjadi seorang perek. Dewi mulai semakin berani menjilat lubang pantat Pak Sul semakin dalam. Lidahnya ia dorong semakin masuk menyapu bagian dalam anus Pak Sul


"Iyya.. Gitu Ustadzah.. Terus jilat sampai bersih.. Lidahmu terus dorong masuk ke lubang tai saya.. Aaahh Bagus.. Jilatin terus anjing... Ustadzah anjingggg... Perekkk.. Oohh.."


Lalu sekali lagi Pak Sul tidak mampu menahan birahinya akibat tingkah Dewi yang begitu patuh membersihkan lubang pembuangannya. Tubuh Dewi dibuatnya menungging, lalu batang kontolnya yang sudah kembali tegang mulai mengoyak kelamin sang ustadzah. Dihajarnya lubang tempik Dewi dengan kasar sambil bongkahan pantatnya ditampar-tampar oleh Pak Sul


"Tempik perek nikmat bener tempikmu sayang.. Ahh.. aaahhh.. Ahhh... Goyang bokongmu anjing!!! Nungging yang bener Ustadzah Sediakan tempik ustadzah buat saya kontolin!! Ayo anjing.. plak plak plak", perintah Pak Sul semakin kesetanan merendahkan Dewi dan menampar-nampar bokong mulus Dewi


"Aaahhh.. Aahhhh.. Ooouuuhh Iyaaahhh pak..", rancau Dewi


Dewi bukannya marah, malah Dewi lebih semangat melayani Pak Sul. Sebutan anjing baginya seolah pujian bagi Dewi. Bongkahan pantatnya bergoyang begitu sexy dengan kondisi tempik dibombardir kontol sang kuli. Pantat Dewi sudah membekas merah karena terus-terusan ditampar Pak Sul dengan kasar


Pak Sul terus menyodok tempik Dewi dari belakang dengan kasar kurang lebih 10 menitan. Dewi kelojotan membiarkan kelaminnya dihajar dengan begitu perkasa oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itu. Sodokan yang mantab membuat rasa gatal pada tempiknya tergaruk dengan sempurna oleh texture berotot kontol Pak Sul


"Saya pejuin lagi tempikmu ustadzah perekkk... Jalang lu Dewii!! Aaarrgggghhh.."


*jrot jrrot jrot jrot* peju Pak Sul menembak rahim Dewi sangat kental dan banyak tanpa ragu. Sekali lagi rahim Dewi menjadi tempat pembuangan peju untuk kesekian kalinya selama tinggal di kost kuli bangunan itu. Tubuh Dewi bergetar terus menerus setelah mencapai orgasmenya pagi ini. Walau Pak Sul sudah mencabut batang kontol dari tempiknya, Tubuh Dewi masih kejang-kejang. Dari lubang tempiknya keluarlah sisa peju Pak Sul yang tidak bisa ditampung seutuhnya oleh kelamin Dewi


***


Jam Sudah menujukkan pukul 11.00, tak terasa kedua pasangan zina ini sudah berhubungan intim kurang lebih 5 jam lebih. Dan Pak Sul selalu menyemburkan pejunya ke rahim Dewi tanpa ampun sejak pagi tadi. Dewi dan Pak Sul terus berhubungan bak suami istri yang sedang kasmaran. Tidak ada keraguan dan penyesalan diantara kedua manusia yang sedang dimabuk birahi ini. Toh Dewi juga sudah mengikhlaskan kelaminnya memang dipergunakan Pak Sul kekasih selingkuhannya itu sepuasnya


"Saya lapar mau cari makan dulu..", kata Pak Sul


"Bapak sudah sehat? biar ana saja yang belikan makanan", Jawab Dewi


"Gak usah, ustadzah disini saja. Saya cuma sebentar. Ada warung nasi di  dekat pasar sini", kata Pak Sul


"Afwan ana jadi merepotkan Pak Sul.."


Pak Sul kemudian pergi membeli makanan, meninggalkan Dewi yang dibiarkan telanjang di dalam kamar kostnya. Sepeninggal Pak Sul, Dewi mencoba mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan panas dengan kuli bangunan bernama Pak Sul itu.


Dewi melihat ke arah kelaminnya sendiri. Kelaminnya yang sudah lecek setelah digempur berkali-kali oleh kontol kuli bangunan itu. Aroma peju Pak Sul yang kuat masih tercium jelas dari lubang tempik Dewi. Sisa peju yang sudah mengering masih terasa menempel sehingga membuat permukaan kulit tempik Dewi terasa kaku dan kering. Dengan tisu basah ditangannya. Dewi mulai membersihkan jembut serta seluruh tempiknya hingga bersih dari noda peju Pak Sul


Setelah membersihkan area kelaminnya. Dewi basuh pula seluruh keringat di tubuhnya dengan tisu basah yang ia bawa. Ia putuskan hanya menyeka tubuhnya dengan beberapa lembar tisu basah karena ia takut keluar kamar saat ini walau hanya untuk sekedar mandi. Dewi masih belum siap jika nanti malah mengulangi kejadian seperti tadi pagi saat dirinya sedang mandi dan melihat tubuh telanjangnya dengan leluasa.


Setelah dirasa cukup bersih dan bau keringat lumayan berkurang. Dewi bingung harus melakukan apa diruangan pengap ini. Beberapa menit saja menunggu, tubuh Dewi sudah kembali berkeringat karena memang panasnya suhu ruangan tempat tinggal Pak Sul. Kembali alat kelamin Dewi berkeringat sehingga membuat lubang senggamanya itu kembali gatal karena mulai berair.


"Ya Tuhaannn.. punya ana gatal lagi..", Kata Dewi sambil menggaruk tempiknya sendiri


"Ssshh.. Ana butuh kontolll...", kata Dewi sambil mulai masturbasi


Tangan Dewi dengan cepat mengocok itilnya sendiri membuat tubuh sang ustadzah kembali menggelinjang hebat. Kelakuannya saat ini benar-benar seperti perek dan wanita murahan. Yang ada dipikiran Dewi saat ini hanyalah kontol dan kontol. Dalam waktu 2 hari dengan dibimbing oleh Pak Sul, sang ustadzah bercadar yang alim menjadi seorang perek yang hanya memikirkan kontol untuk memuaskan kelaminnya yang selalu gatal.


"Ooohhh.. Ana butuh kontolll... Aaahhh.. Ana keluarrrr", rancau Dewi sambil tubuh bagian bagian bawahnya tersentak hebat.


*sret sret sret sret*, Tempik Dewi menyemburkan cairan squirt untuk pertama kalinya


Dewi sudah tidak bisa lagi menahan perasaan "ingin kencing" yang sebelumnya coba selalu ia tahan. Dewi biarkan cairan bening dari kelaminnya itu menembak tanpa malu-malu lagi. Semburan yang sangat banyak hingga membuat tikar Pak Sul basah akibat cairannya yang barusan keluar itu. Nafas Dewi tersengal hebat setelah squirt pertamanya yang berhasil ia capai. Ada kepuasan yang ia rasakan setelah mengalami klimaksnya, walau saat ini kelaminnya masih kedutan dan semakin gatal. Dewi kembali mencoba meraba tempiknya kembali, memainkan lubangnya dengan jemari lentiknya. Terasa sekali tempik Dewi sudah begitu becek dan basah. Bahkan di tangannya pun menempel sebuah lendir lengket yang berasal dari dalam kelaminnya


Dewi jilat lendirnya sendiri yang menempel pada tangannya hingga bersih, dan tangan Dewi kembali dicolokkan memainkan alat kelaminnya dengan cepat. Sambil membayangkan kontol Pak Sul menghajar tempiknya kembali setelah ini. Dewi benar-benar terangsang, martabatnya sebagai seorang muslimah yang terjaga perlahan ia lupakan. Ia mulai menikmati profesi barunya. Menjadi perek Pak Sul. Membayangkan dirinya dijadikan Perek oleh kuli bangunan itu membuat tempiknya kembali kedutan dan mencapai squirt keduanya


"Oooohhh.. Ana jadi perekkk.. Ana ikhlas jadi perekk.. Aaahhh.. tempik ana butuh kontolll Aaahhhh.. Afwan Abiii.. Ana ketagihan kontooll.. Aaahhh.. Anaaa keluarrr..."


*sreettt sreettt sreeettt sreeettt*


Kembali lubang kelamin Dewi yang sudah tidak alim lagi itu menyemburkan cairan squirtnya sangat deras. Tangan Dewi sampai banjir oleh cairan squirtnya. Tubuh Dewi terbaring lemas, buah dadanya yang besar naik turun seirama dengan tiap tarikan nafasnya. Sedangkan lubang kelaminnya sudah lungset, saking beceknya alat kelamin sang ustadzah.


15 menit berlalu, Pak Sul sudah kembali membawakan makanan dan sebungkus kresek lainnya. Pak Sul sempat terkejut melihat tubuh telanjang Dewi yang sudah mengkilap karena berkeringat deras. Kontol Pak Sul kembali mengeras saat itu, tetapi coba ia tahan. Ia butuh makan agar energinya tidak habis dan siap menggenjot kelamin Dewi kembali.


"Makan dulu Ust.. Kamu pasti laper dari kemarin malam belum makan. Oh iya ini saya bawakan pakaian buat kamu selama disini"


"Syukron Pak.. Afwan sudah merepotkan Pak Sul. Pak Sul kan masih sakit kok sudah keluar-keluar..", kata Dewi sambil menerima sebungkus kresek pakaian itu


"Setelah ngentot tempikmu, tubuh saya jadi lebih enakan. Sepertinya tempikmu bisa jadi obat penghilang rasa sakit Ust.. Hehehe..", jawab Pak Sul


"Ah Pak Sul bisa aja.. Astghfrlh ini baju apa pak?"


"Ya baju Ust.. Hehehe.. Saya belikan yang ukuran S yang paling murah soalnya 15ribuan. Hehehe..", kata Pak Sul cengengesan


Dewi bingung melihat pakaian pemberian Pak Sul. Sebuah tanktop mini dengan bahan yang sangat tipis berwarna putih, lalu Pak Sul juga membelikan sebuah celana pendek pinggang karet berwarna hitam yang potongannya mini pula sehingga jika dipakai akan menampakkan bentuk kaki Dewi seutuhnya


"Tapi Pak Sul kan tahu saya tidak pernah berpakaian seperti ini..", protes Dewi


"Ya saya kan ngga punya uang Ust buat beli baju-baju gamis yang biasa ustadzah pakai. Itu aja saya cari yang termurah sesuai isi dompet saya. Kalau ga suka yasudah ga usah dipakai ust..", Jawab Pak Sul Ngambek


"Bukan begitu Pak.. Saya cuma belum siap pakai baju seperti ini..", kata Dewi merasa tidak enak


"Ustadzah Dewi tenang saja, disini tidak ada yang tahu kamu seorang ustadzah.. Disini kamu itu perek ust. Jadi berpakaianlah seperti perek. Mau pakai gak?", kata Pak Sul


"I.. Iya coba saya pakai deh Pak.. Mubadzir sudah dibelikan juga", jawab Dewi


"Bagus gitu dong.. Kamu itu perek Dewi.. Berpakaian sexy tentu tidak masalah buatmu..", kata Pak Sul


Dewi lalu memungut celana dalam dengan tulisan sex gratis miliknya satu-satunya di ruangan ini. Lalu Dewi mulai memakai celana pendek yang mengexpose mulusnya kedua kakinya


"BH ana mana pak?", tanya Dewi setelah menyadari BHnya belum diserahkan kembali ke dirinya


"Tidak perlu pakai BH.. Heheheh..", kata Pak Sul mesum


"Tapi Pak..."


"Tidak ada tapi-tapi.. Ingat kamu harus patuh dengan perintah saya Ust.. Tetekmu yang besar itu nilai jualmu Ustadzah.. Gak perlu ditutup tetekmu", Kata Pak Sul tersenyum sange


Dewi hanya geleng-geleng kepala menuruti permintaan mesum "kekasih selingkuhan"nya itu. Dewi tidak punya pilihan lain selain mengenakan tanktop berwarna putih itu menutup tubuhnya tanpa mengenakan BH. Ukurannya tentu saja kekecilan karena Dewi biasa mengenakan gamis berukuran L agar tubuhnya tidak tercetak di pakaian yang biasa ia kenakan.


Dewi tidak percaya diri dengan pakaian yang dikenakannya. Toketnya terlihat besar sampai tanktop yang ia pakai penuh sesak tidak mampu menampung bulatan toket Dewi. Belahan dadanya terlihat penuh dan sexy dibalik potongan rendah area dada pada pakaiannya. Belum lagi karena tipisnya bahan tanktop yang Dewi kenakan, kedua pentil susunya yang berwarna cokelat muda itu menerawang dan tercetak di kain berwarna putih itu. Sedangkan kedua kaki mulusnya yang biasa selalu ia tutup dengan gamis, kini dibiarkan terbuka dan hanya ditutup sebuah celana pendek kolor tipis berwarna hitam. Pakaian Dewi sungguh sexy menampakkan lekuk tubuhnya. Ditambah lagi paras wajah Dewi yang cantik dengan tatapan matanya yang tajam sayu membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoda.


Dewi berdiri tertunduk malu mengenakan pakaian sexy itu dihadapan Pak Sul. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup area dadanya yang sesak seperti mau tumpah keluar dari tanktop mini itu. Aneh memang jika Dewi malu-malu saat ini, karena sebelumnya Pak Sul sudah melihat, menjamah serta menikmati keindahan tubuh telanjang Dewi. Pak Sul sampai geregetan melihat tingkah polos Dewi


"Ngapain Ust ditutupin tetekmu?"


"Ana..Malu Pak.. Pakaian ana begitu sexy mengundang syahwat.."


"Begok.. Seharian kamu sudah telanjang dan saya nikmati tubuhmu, kok malah sekarang dikasih pakaian malah malu dan ditutupin. Aneh kamu..", kata Pak Sul


Dewi bingung menjawab apa. Dia benar-benar tidak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia benar-benar merasa tidak nyaman mengenakan pakaian sexy ini. Karena seumur hidupnya, terakhir ia memakai pakaian tanpa lengan di luar rumah adalah ketika Dewi masih TK.


"Udah kamu mulai sekarang harus terbiasa jadi perek saya. Saya lapar mau makan dulu"


Pak Sul cuek saja membiarkan Dewi yang terlihat masih kikuk dengan penampilan barunya. Pak Sul kemudian mengambil sebungkus nasi campur yang tadi ia beli di pasar. Sebuah nasi bungkus yang amat sederhana, isinya tidak seberapa dengan porsi nasi dan bihun yang sedikit dengan potongan lauk yang kecil ditambah sedikit sambal. Pak Sul memakan nasi bungkus itu dengan lahap.


"Makan dulu keburu gak enak", kata Pak Sul sambil meletakkan nasi bungkus jatah Dewi yang belum disentuh sama sekali


"Iya Pak..", jawab Dewi mencoba mengabaikan rasa tidak nyamannya


Dewi kemudian turun melahap habis nasi bungkus pemberian Pak Sul. Hanya beberapa suap saja sebungkus nasi itu sudah habis karena memang porsinya yang sedikit dan murah.


"Maaf saya cuma belikan nasi murahan itu Ust.. Saya lagi seret setelah beberapa hari ngga ada pemasukan karena sakit", kata Pak Sul


"Iya gapapa kok Pak.. Ini saja sudah haru kita syukuri Pak Sul..", jawab Dewi


Dewi mencoba mengerti dengan  kondisi perekonomian Pak Sul yang jauh dari kata cukup. Dalam hatinya, Dewi prihatin dengan keadaan Pak Sul yang hidup serba kekurangan. Sebagai seorang ustadzah yang selalu memikirkan permasalahan ummat, ada rasa iba yang sangat besar melihat keadaan Pak Sul yang tinggal di kost-kostan tak layak huni ini. Dalam hatinya ingin sekali Dewi membantu Pak Sul. Namun apalah daya, mencukup kebutuhan rumah tangganya sendiri saja Dewi dan Eko kesusahan.


Setelah puas beristirahat, Pak Sul kembali mendekati tubuh Dewi yang kini berpakaian sexy. Memandangi tubuh indah dengan balutan sexy seperti itu terus-terusan tentu saja sebagai lelaki normal, Pak Sul mulai tergoda. Ditambah lagi pemandangan tetek Dewi yang begitu sesak dibalik tanktop yang Dewi kenakan saat ini membuat Pak Sul ingin menetek di pentil susu Dewi


Pak Sul lalu menarik tali tanktop Dewi hingga salah satu toket bulatnya meloncat keluar. Sebuah pentil susu yang nampak lezat dan membuat birahi Pak Sul kembali memuncak melihat keindahan tubuh Dewi. Lidah Pak Sul langsung melumat habis pentil Susu Dewi, Dewi hanya diam membiarkan bibir kasar Pak Sul melumat habis pentil susunga yang sudah mengacung. Sesekali kepala Dewi terdongak menaham kenikmatam saat pentil susunya di sedot kuat-kuat


"Aahhhh.. toketmu indah sekali ustadzah..Bayangkan ratusan pria memandangi toketmu yang indah ini. Bayangkan ratusan pria itu mengantri untuk menetek ke pentil susumu Ust.. Betapa beruntungnya kamu diberikan kesempatan bersedekah tetek indahmu seperti itu.. Slurup slurup slurup.. Sshh.."


"Aaahhh.. Pak... Teruss.. Netek ke pentil ana.. Ouuhhh.. Enak..", rancau Dewi


"Pentil susumu ngaceng Ustadzah.. Oouuhh.. Anjing.. Nikmat bener pentilmu.. Sshhh..", Kata  Pak Sul sambil memelorot toket satunya lagi sehingga kali ini tanktop Dewi tidak menutup kedua gunung kembarnya. Mata Dewi terpejam pasrah membiarkan bibir kasar Pak Sul mengemut kedua pentilnya secara bergantian


Setelah puas ngemut pentil susu sang Ustadzah, Pak Sul menunggingkan tubuh Dewi kembali. Celana hotpant hitam beserta sempaknya Dewi langsung dipelorot sampai lutut sehingga tempik dan bulatan pantat Dewi terbuka seutuhnya. Pak Sul memainkan lidahnya di area tempik Dewi dari belakang. Mata Dewi terbelalak kegelian saat area kelaminnya di jilati oleh Pak Sul. Tangan Pak Sul terus membelah tempik Dewi semakin lebar. Hingga lidah Pak Sul lebih bebas menjelajah area dalam kelamin Dewi


"Ya Ampun.. enak banget pak.. Tempik Anaa.. Aahhh.. Terus jilatin Pak.. Nikmat.. Ouuhhh..", desah Dewi begitu lantang karena kelaminnya terus-terusan dijelajahi oleh lidah Pak Sul


"Becek bener tempikmu Ustadzah.. Perek beneran kamu Ustadzah.. Saya genjot tempik kamu lagi Ust..", kata Pak Sul sambil membenamkan batang kontolnya yang sudah mengeras


*Blessss*


"Iyaaaahh.. Enak kontol bapak... Aaahhh.. Aaahhh.. Sodokannya mantab sekali.."


"Enak mana sama kontol suamimu? Hahahha ..", goda Pak Sul lagi


"Enak kontol Pak Sull.. Aaahhh.. Aahhh.. Teruss sayangg.."


*jleb jleb jleb jleb*


"Iya kontol letoy suamimu sudah haram berada di tempikmu yang nakal ini. Tempik becek doyan digenjot kuli.. Oohhh..*


"Iyaaahh Pak.. Ana sudah tidak butuh kontol suami anaaa.. Aaahhh.."


"Bersumpahlah Ustadzah.. Oohhh.."


"Ana bersumpah kontol suami ana sudah haram pakai tempik ana.."


*jleb jleb jleb jleb*


"Lalu..", goda Pak Sul


"Tempik ana halal digenjot para kuli seperti Pak Sul. Aaahhh.. Ana keluarrrr Pakkkkk..."


"Perekkkk.. digenjot kontol bukan mahrom malah muncrat.. Udah melonte aja lu perekkk.. Muncrat2 tempik lu..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot lubang kelamin Dewi.


*sret sret sret sret*


Dari lubang kencing Dewi, kembali keluar cairan bening yang menyembur keluar beberapa kali saat kontol Pak Sul terus membombardir lubang utamanya. Tubuh Dewi sampai tersentak sentak beberapa kali saat squirtnya kali ini. Saat ini kelamin Dewi sedang sensitif-sensitifnya setelah mencapai orgasmenya. Tiap sodokan Pak Sul yang kuat begitu menyiksa birahinya. Dewi mencoba menahan tubuh Pak Sul agar istirahat sejenak membiarkan tubuh Dewi istirahat setelah orgasme. Namun sayangnya Pak Sul tidak tahu hal itu, Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi tanpa Ampun. Sehingga tempik Dewi saat ini begitu tersiksa


"Aaahhhh.. Aaahh... Pak.. Sudaaahh.. Keluarrrr lagiiii.. Aaauhhh..", pekik Dewi tak kuasa menahan tempiknya yang terus terkencing-kencing


*sret sret sret sretttt* Dewi orgasme kesekian kalinya hari ini


Cairan bening hangat Dewi muncrat kembali mengenai kontol Pak Sul. Kaki kananDewi diangkat oleh Pak Sul, lalu Pak Sul kembali menghajar kembali alat kelamin Dewi tanpa ampun dalam posisi satu kaki Dewi terangkat ke atas


"Aaahh.. Aahh.. Aahhhh..", desah Dewi menikmati tiap sodokan Pak Sul


"Becek tempikmu Ust... Sialan nikmat bener kelamin lu anjinggg.. Aaahhh..", kata Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi dari belakang dengan posisi satu kaki terangkat


"Kontol bapak juga enak.. besar sekali.. ana sukaaa.. Abiii.. Afwan ummi ketagihan kontol besaaarrr.. Oouuhhh..", rancau Dewi begitu binal


"Asuuu.. Istri Lonteee suka kontol kuliii..  Saya mau keluar Ust.. Aaarrggghhhhh..."


*crot crot crot crot crot*


Kembali Pak Sul menumpahkan seluruh lendir pejunya tanpa ragu-ragu ke ustadzah istri orang ini. Tempik Dewi kembali belepotan peju Pak Sul yang begitu banyak. Seluruh rahim Dewi terisi penuh oleh Peju lengket dan hangat Pak Sul. Setelah Puas Pak Sul mencabut kelaminnya dari kelamin Dewi. Kini kedua kelamin mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Tempik Dewi sudah terbiasa dan beradaptasi dengan ukuran diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang


***


Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, mendekati saat maghrib. Selama dikontrakan Pak Sul, Dewi benar2 lalai dengan kewajiban lima waktunya. Shubuh lewat, dhuhur lewat  dan ashar pun akan segera lewat. Bukannya bergegas mengambil wudhu, Dewi malah saat ini asyik menjilati kontol Pak Sul dan tidak menggubris waktu asharnya yang akan segera habis. Awalnya Dewi kepikiran dan merasa berdosa karena sudah meninggalkan kewajiban yang selama ini tak pernah ia tinggalkan itu, namun sekarang Dewi sudah tidak peduli dan acuh tidak memikirkan kewajiban 5 waktunya. Dewi sudah memiliki kewajiban yang lain, yaitu berzina.


"Ana mandi dulu nanti lanjut lagi ya Pak Sul..", kata Dewi manja


"Udah gak malu lagi nih?"


"Ana sedang berusaha menjadi wanita yang diinginkan Pak Sul. Ana akan buktikan ana bisa lebih baik dari Bu Wito..", Kata Dewi sambil menyudahi mengulum kontol Pak Sul


Dewi memberanikan diri keluar dari kamar kost Pak Sul. Rupanya langit sudah berupa senja. Sebentar lagi warnanya akan hilang menjadi gelap gulita. Dengan pakaian sexy pemberian Pak Sul, Dewi coba mengumpulkan rasa percaya dirinya berpakaian seronok seperti itu. Dewi mencoba membuang statusnya sebagai seorang ustadzah alim yang harus menutup aurat. Dewi mencoba menikmati status barunya yaitu sebagai perek tak punya malu dan mengumbar auratnya kemana-mana


Dewi memberanikan diri melucuti pakaiannya saat sudah tiba dikamar mandi. Pintu kamar mandi masih macet tidak mau ditutup. Meskipun tahu harus mengganjal pintu itu dengan batu, Dewi enggan melakukannya. Dewi malah tertantang mandi diluar dal kondisi pintu terbuka. Ada adrenalin yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dengan mandi pintu dibuka seperti ini. Dewi semakin tertantang, siapapun yang melewati atau berada didekat kamar mandi, akan bisa melihat kondisi sang ustadzah yang sudah telanjang bulat. Dewi mulai mengguyur tubuhnya yang sudah bau keringat itu. Dibasuhnya tubuhnya hingga bersih dan wangi menggunakan sabun yang ada di kamar mandi umum kost-kostan kuli itu.


Dewi merasa kali ini aman saja karena tidak ada kuli yang melewati kamar mandi selama ia sedang mandi. Karena memang biasanya para kuli akan kembali ke kost setelah maghrib setelah seharian bekerja. Dengan berjalan mengendap-endap Dewi kembali  berjalan menuju kamar Pak Sul. Didalam kamar kost, Pak Sul terlihat sedang mengeluarkan semua isi dompetnya. Wajahnya tampak kebingungan menyadari keadaan keuangannya yang mulai menipis. Dewi melihat hanya ada 1 lembar uang pecahan 10ribu dan 1 lembar pecahan 2ribu yang dipegang oleh Pak Sul.


"Afwan ya pak Sul.. Gara ana2 nginep disini Uang Pak Sul jadi habis...", kata Dewi tidak enak hati


"Ngga kok Ustadzah.. Ini memang kesalahan saya ngga kerja selama hampir seminggu jadi uang saya habis. Sepertinya saya besok harus cari pekerjaan. Kemarin Bu Wito menawari saya merbaiki saluran dapurnya yang mampet. Mungkin besok sy ke rumah Bu Wito Ust..", Kata Pak Sul


"Hmm.. Bu Wito ya..", kata Dewi


Sekali lagi timbul rasa cemburu yang menghinggapi perasaan Dewi saat Pak Sul menyebut nama Bu Wito. Ingin sekali Dewi melarang Pak Sul ke rumah wanita istri Pak Wito itu. Tetapi dia sendiri bingung, karena Pak Sul saat ini benar-benar membutuhkan uang sehingga Pak Sul harus mengiyakan permintaan Bu Wito.


"Hehehe.. Kenapa? Cemburu?", Tanya Pak Sul sambil membelai pundak Dewi yang terbuka karena sang ustadzah saat ini mengenakan tanktop putih sexy yang dibelikan Pak Sul


Dewi hanya menghela nafas panjang. Dewi menyadari posisinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain. Dia sendiri tidak bisa terlalu posesif melarang Pak Sul menemui Bu Wito sementara dia sendiri adalah istri orang. 


"Andai ana ada uang dan bisa bantu Pak Sul.. Pak Sul ga perlu capek-capek kerja. Pak Sul kan belum sembuh benar..", kata Dewi penuh perhatian


"Kamu mau bantu cari uang? Heheheh...", Kata Pak Sul sambil menyeringai karena terlintas pikiran mesum dibenaknya


"Kalau ada jalan, ana mau pak.. Yang penting ana bisa bantu Pak Sul. Ana sudah merepotkan Pak Sul.."


"Selalu ada jalan untuk gadis cantik dan sexy sepertimu Ustadzah.. Hehehe.."


"Bagaimana caranya pak?"


Pak Sul kemudian berjalan ke meja dan mengambil sebotol cairan yang bentuknya seperti minyak urut


"Ikut saya....", kata Pak Sul sambil menarik tangan Dewi


Dewi terkejut dan kebingungan apa yang direncanakan oleh Pak Sul. Dewi tahu benar Pak Sul adalah sosok pria yang benar2 cabul. Dewi semakin merasa ketakutan, tetapi di sisi lain Dewi juga semakin penasaran apa yang akan terjadi olehnya. Pak Sul membawa tubuh Dewi ke luar menuju kamar pertama di Kost-kostan kuli bangunan ini.


*tok tok tok*, Pak Sul mulai mengetuk pintu


"Iyoo sopo??" pekik orang dari dalam


"Aku.. Sul..", jawab Pak Sul


"Ono opo Sul? Ganggu ae", Kata orang di dalam


*ceklek* pintu dibuka keluarlah seorang pria yang berbadan gemuk dan berambut keriting


"Opo Sul? Pegel aku mulih kerjo (capek aku pulang kerja)", kata Pria itu


"Nah kebetulan Pak Kus.. Ini saya bawakan terapist. Heheheh.."


Dewi kebingungan mendengar ucapan Pak Sul. Apa yang dimaksudnya dengan terapist. Istilah yang belum dipahami oleh Dewi. Apalagi pria yang bernama Pak Kus itu mulai memandangi Dewi dari atas sampai bawah.


"Wah... larang iki pasti Pak Sul.. Terapist tuwek2 ae isok 200ewu, nek modelan ngene isok 700ewu Pak (Wah.. Mahal ini pasti Pak Sul.. Terapist tua-tua aja bisa 200ribu, kalau model seperti ini bisa 700ribu pak)", jawab Pak Kus


"Masalah harga nanti bisa dibicarakan boss sama Mbak Dewi langsung.. Harga spesial pokoknya. Dewi, pijat Pak Kus dengan baik ya. Hehehe.. Saya ke sebelah-sebelah dulu sambil menawari jasa pijat ke penghuni kost lain..", Kata Pak Sul sambil menyerahkan sebotol minyak yang dia bawa tadi


"Pi..pijat??", kata Dewi kebingungan lalu tubuhnya langsung di dorong oleh Pak Sul dan Pak Sul menutup pintu kamar Pak Kus


"Hehe santai saja mbak ga usah tegang gitu.. Duduk dulu mbak.. Maaf ngga ada kursi", kata Pak Kus


"Err.. Iya Pak..", kata Dewi


"Namamu Dewi ya? Saya Kus.. Kusanto..", kata Pak Kus memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan


"Iya saya Dewi, Pak..", jawab Dewi sambil meraih jabat tangan Pak Kus, padahal normalnya Dewi ketika menjadi seorang akhwat bercadar dia akan menolak jabatan tangan dengan halus.


Kemudian bapak-bapak gendut itu duduk disebelah Dewi begitu dekat. Belum pernah Dewi duduk sedekat ini dengan pria kecuali dengan Pak Sul dan juga suaminya. Awalnya Dewi merasa begitu risih apalagi aroma ketiak Pak Kus begitu menyengat mengganggu hidungnya


"Sudah lama jadi terapist mbak?"


"Eehhh.. mak.. maksud bapak?"


"Hah? Kamu ga paham? Tukang pijat.."


"Tu.. Tukang Pijat?.. Sa.. saya.. Barusan.."


"Jangan gugup.. santai saja sama saya..", Kata Pak Kus sambil membelai pundak Dewi yang mulus


"I..Iya.."


"Kenapa jadi terapist? Butuh duit ya?", kata Pak Kus sambil kali ini lengan besarnya mulai memeluk pinggang Dewi yang ramping


Dewi ingin protes karena tangan Pak Kus dengan kurang ajar menyentuh tubuhnya  Namun Dewi urungkan itu, mengingat pakaiannya sendiri saat ini begitu menggoda sehingga wajar Pak Kus bisa nekat berbuat  demikian.


"Bisa dimulai?", kata Pak Kus


"I..Iya pak..", jawab Dewi masih gugup


Lalu Pak Kus mengangkat kaos kutangnya hingga terlepas dari tubuhnya. Terlihat perut Pak Kus yang besar penuh timbunan lemak terbuka dihadapan Dewi. Dewi begitu malu melihat tubuh setengah telanjang pria yang tidak dikenalnya itu. Setelah itu Pak Kus tengkurap disamping Dewi. Dewi terlihat masih bingung apa yang harus dia lakukan. Pak Sul sama sekali tidak memberikan waktu untuk mempersiapkan ini semua.


Dewi lalu mulai menuangkan cairan minyak yang tadi diberikan oleh Pak Sul. Benar saja, dari aromanya memang tercium cairan itu adalah minyak urut. Dewi mulai meratakan minyak urut tadi ke telapak tangannya dan mulai ia usapkan ke punggung Pak Kus secara merata. Setelah itu Dewi mulai memijat-mijat kecil punggung Pak Kus seperti yang biasa ia lakukan ke suaminya. Pak Kus terlihat menikmati pijatan Dewi. Berkali-kali Pria itu menghela nafas menahan kenikmatan sentuhan lembut tangan Dewi yang terus memijat punggungnya


"Enak juga pijatanmu Mbak.. Walau masih pemula. Tapi cukup nikmat. Heheh.."


"Terima kasih Pak..", Jawab Dewi sambil terus mengurut punggung Pak Kus


"Sudah punya pacar atau suami mbak?", tanya Pak Kus


"Eehhh.. Su.. Sudah pak..", jawab Dewi


"Pacar atau suami?", tanya Pak Kus


"Su.. suami pak..."


"Dibolehin sama suaminya kerja jadi teraphist?"


"Bo.. boleh kok pak..", Jawab Dewi berbohong


"Hehehe.. Baik juga suaminya ngijinin istri cantiknya jadi tukang pijat..", Kata Pak Kus


Setelah punggung Pak Kus selesai dipijat, Pak Kus lalu tidur terlentang. Dari balik celananya terlihat sesuatu yang menggelembung. Dewi menyadari hal itu, tetapi Dewi tidak berani menatap tonjolan di balik celana Pak Kus. Dewi lalu melumuri kembali tangannya dan mulai memijat pergelangan tangan Pak Kus yang gemuk. Dewi memijat dengan hati-hati. Karena Dewi tahu, Pak Kus adalah seorang pekerja yang kasar. Jika sampai Dewi salah memijat bisa berabe


"Oh iya berapa nih biayanya? Saya belum tau.. Jangan mahal2 mbak saya ngga punya uang..."


"Eehhh.. Errr.. Berapaa.. yaa.. Terserah Pak Kus saja...", jawab Dewi bingung


"Kalau saya mah maunya gratisan. Hahahah..", jawab Pak Kus sambil tertawa terbahak-bahak


"Jangan lah Pak.. Masak gratis..."


"25ribu untuk pijatnya. Bagaimana? Saya tidak ada uang soalnya..", Kata Pak Kus


"25ribu? Iya deh boleh.. Pijet aja ya pak..", kata Dewi


"Lho emang selain pijat bisa ngapain lagi? Heheheh..", tanya Pak Kus sambil tersenyum mesum


"Ngg.. ngga pak.. Maksud saya..", kata Dewi bingung melanjutkan kata-katanya


Tak terasa Dewi sudah memijat kedua tangan Pak Kus, tak lupa Dewi juga melumuri tubuh gendut Pak Kus dengan minyak urut agar pria gendut itu merasa hangat dan rileks.


"Kakinya juga Pak?", Tanya Dewi


"Iya Dong.. 25ribu full body massage..", Kata Pak Kus sok-sokan pakai bahasa inggris


"Si.. siap.. pak.."


Lalu Dewi mulai memijat area kaki Pak Kus. Perlahan jemari Dewi bergerak mengolesi betis Pak Kus dan mulai menekan betis Pak Kus dengan kuat, kaki Pak Kus terasa keras dan kaku sehingga Dewi harus memijit dengan kekuatan lebih. Pak Kus sesekali merintih keenakan menikmati urutan dan pijatan Dewi yang apa adanya itu. Lalu Dewi mulai memijat area jari kaki dan telapak Pak Kus. Memandangi kecantikan wajah dan keindahan tubuh wanita dihadapannya membuat Pak Kus semakin tidak bisa menahan syahwatnya. Ditambah lagi, sentuhan Tangan lembut Dewi yang terasa meraba kulit kasarnya malah membuat birahi Pak Kus memuncak. Pak Kus semakin tersiksa karena celananya semakin sempit karena kontolnya yang mulai berdiri


"Pahanya juga ya Mbak..", Kata Pak Kus


"I.. Iya.. Pak.. Sebentar..", jawab Dewi semakin gugup


Lalu Dewi kembali meraba dan mengoleskan minyak urut ke paha Pak Kus. Dewi semakin deg-degan karena kali ini dia terpaksa harus memandang area menggelembung punya Pak Kus. Terasa sekali tangan Dewi gemetaran saat tangannya berada didekat kelamin Pak Kus. Pak Kus sadar akan hal itu. Pak Kus tahu Dewi itu masih pemula yang malu-malu dan tidak bisa langsung binal. Karena itu Pak Kus berencana menggoda sang ustadzah yang kini menjadi tukang pijat dadakan itu lebih nakal


"Bagian dalam pahanya juga mbak.. Capek sekali disitu.."


"Ini pak?", kata Dewi sambil menekan area paha Pak Kus


"Bukan.. kurang naik lagi.."


"i..ini?", tanya Dewi lagi mencoba memijat paha Pak Kus semakin keatas


"Bukan.. lebih naik lagi.. Sebentar saya lepas celana saya dulu biar ngga ganggu", Kata Pak Kus sambil memelorot celananya sendiri dihadapan Dewi


Dewi semakin salah tingkah menghadapi situasi seperti ini. Mata Dewi sempat melirik tonjolan kontol Pak Kus. Bahkan kepala kontolnya sedikit mengintip karena sempak Pak Kus kekecilan.


"Ini lho mbak..", kata Pak Kus sambil menekan area selangkangannya


Dewi tertegun dan semakin kikuk bingung harus bagaimana. Dengan ragu Dewi mulai mengoleskan minyak urut ke area selangkangan Pak Kus dan mulai memijat area itu. Dewi bingung cara memijat area itu karena posisinya yang tidak enak untuk dipijat. Tetapi Dewi terus mencoba memijat area selangkangan Pak Kus sebisanya. Pak Kus semakin tersenyum mesum memandangi wajah Dewi yang terlihat kebingungan.


"Gerah ya mbak? Sampai berkeringat gitu.. Hehehe..", Kata Pak Kus menyadari kening Dewi mulai berkeringat deras


"Ng.. Ngga papa.. Pak..", jawab Dewi masih terus memijat selangkangan Pak Kus yang sebenarnya tidak apa-apa itu


"Saya tambahi 25ribu deh, tapi Mbak Dewi harus lepas bajunya. Heheheh. ", kata Pak Kus sambil menyeringai mesum


Tak perlu menunggu jawaban Dewi. Pak Kus kemudian duduk dan langsung menarik keatas tanktop yang dikenakan Dewi hingga kini bagian tubuh atas sang ustadzah sudah terbuka bebas. Terlihat payudaranya yang besar membusung sempurna dihadapan Pak Kus. Dewi begitu malu karena sekali lagi aurat tubuhnya dilihat oleh seseorang yang bahkan baru ditemuinya setengah jam yang lalu. Tangan Dewi mencoba menutup kedua gunung kembarnya dihadapan Pak Kus, namun Pak Kus langsung menepis tangan Dewi agar tidak menutup area susunya


"Saya bayar 25ribu buat liat tetekmu. Ayo ga usah ditutup.. Pijat saya lagi.. Ini pijat kontol saya...", Kata Pak Kus sambil buru-buru melucuti sempaknya hingga kontolnya yang sedari tadi sudah tegak akhirnya bisa terbebas dari sangkarnya.


Kontol Pak Kus tidak panjang, tetapi diameternya cukup besar dan kepala kontolnya pun besar dengan jembut yang tumbuh acak-acakan disekitarnya. Dewi reflek memalingkan muka memandang kelamin yang milik pria bukan mahromnya itu


"Ayo pijat kontol saya Mbak.. Buka matamu... Liat kontol saya.. Heheheh..", Kata Pak Kus


Tangan Pak Kus lalu menuntun tangan Dewi untuk meraih batang kontolnya. Dewi tidak bisa menolak pada situasi saat ini. Jika dia menolak, pasti Pak Kus akan menceritakan semuanya kepada Pak Sul dan tentunya Pak Sul akan kecewa terhadapnya. Ditambah lagi Dewi malah akan semakin tertinggal oleh Bu Wito jika dia tidak bisa menuruti permintaan Pak Kus kali ini. Dewi memantapkan hatinya, menerima keadaanya menjadi tukang pijat sesuai permintaan Pak Sul.


Perlahan mata Dewi terbuka, memberanikan memandang batang kontol yang sudah berdiri dihadapannya. Sedangkan si empunya yang punya kontol, terus memandang mesum ke arah Dewi. Perlahan tangan Dewi mulai meremas batang kontol Pak Kus yang sudah berdiri.


"Aaahhh.. Iyaa.. Pijat kontolku mbak...", kata Pak Kus semakin birahi


Tangan Dewi menggenggam erat batang kontol itu dan perlahan Dewi memberanikan diri untuk mengurut serta mengocok kontol Pak Kus. Seketika Pak Kus langsung merintih penuh nikmat karena kocokan tangan Dewi.


"Aaahhh.. Tetekmu besar mbak.. Boleh saya pegang?"


"I.. iya boleh.. Pak..", kata Dewi patuh dan pasrah


Sambil terus mengocok kontol Pak Kus. Payudara Dewi dibiarkan diremas-remas oleh Pak Kus. Pak Kus begitu menikmati keindahan toket Dewi yang membulat dan tidak kendor itu. Sesekali tangannya memilin puting 

susu Dewi yang sudah menegang. Diperlakukan seperti itu, tentu saja Dewi mulai merintih. Nafsu Dewi mulai naik saat pria gendut itu terus memainkan puting susunya.


"Aaahh.. Pak...", desah Dewi


"Pentil susumu imut sekali sayang, teteknya besar tapi pentilnya mungil. Heheheh..", kata Pak Kus terus memuntir-muntir puting susu Dewi


Dewi semakin mempercepat kocokannya. Terasa sekali libido Dewi semakin meninggi akibat rangsangan Pak Kus. Ditambah lagi, tempik Dewi sudah benar-benar banjir saat ini. Dewi mencoba menahan birahinya yang semakin menyiksa. Tidak mungkin dia meminta Pak Kus untuk menyetubuhinya. Walau kalau boleh jujur, kelamin Dewi saat ini sudah benar-benar lembab dan gatal. Namun Dewi mencoba bertahan tidak tergoda, Sebisanya Dewi mencoba mengakhiri permainan ini sebatas pijat memijat saja


"Saya tambahi 10 ribu lagi kalau kamu mau memijat kontol saya pakai tetekmu mbak.. Aaahhh", kata Pak Sul sambil mendesah karena kontol ya terus dikocok Dewi


Dewi mengangguk lemah. Tubuhnya merangkak menaiki tubuh gendut Pak Kus. Lalu Dewi menurunkan tubuhnya, mendekatkan payudaranya ke kontol Pak Kus. Dijepitnya kontol Pak Kus dengan payudaranya yang besar lalu Dewi mulai mengocok kontol Pak Kus dengan payudaranya


"Aaahh.. Sexy bener terus mbak.. Ludahi kontol saya.. Aaahhh..", kata Pak Kus semakin merancau


Dewi lalu meludahi kepala kontol Pak Kus, membiarkan air liurnya sendiri menjadi pelumas bagi toketnya sendiri untuk "menghibur" kontol Pak Sul dengan jepitannya. Kembali Dewi mengguncangkan payudaranya ke atas dan kebawah sambil menjepit kontol Pak Kus yang berada di tengah-tengah gunung kembarnya


"Aarrrggghh.. Saya tambahi 20ribu, Sepong sekalian kontol saya mbak.. Saya sudah ga tahan...", Kata Pak Kus


Dewi yang mulai menikmati kegilaan ini pun langsung menuruti permintaan kuli bangunan gendut itu. Tanpa rasa malu, Dewi langsung melahap kontol Pak Kus ke dalam mulutnya. Tubuh Dewi saat ini masih duduk diatas tubuh gendut Pak Kus. Tubuh bagian atasnya sudah telanjang, sedangkan bagian celananya masih tertutup oleh celana hot pant mini berwarna hitam yang menampakkan kemulusan pahanya. Kepala Dewi terlihat naik turun melumat habis alat kelamin Pak Kus yang sudah berdiru tegak maksimal itu. Lubang bibir Dewi tanpa henti terus mengoral kontol Pak Kus dengan cepat. Kepala Dewi bergerak begitu lincah merangsang kelamin kuli bangunan bernama Kusanto itu tanpa rasa jijik.


"Aaarrgggghhh saya keluarrr... Sini saya pejuin wajahmu mbak..", Kata Pak Kus sambil menahan kepala Dewi agar tidak bisa bergerak menghindar dari semburan pejunya


*crot crot crot crot crot crot* Kontol Pak Kus menyemburkan mani berapa kali.


Wajah cantik Dewi seketika belepotan lendir lengket beraroma anyir dari kontol  Pak Kus. Seluruh wajahnya terkena cairan yang menggumpal menjijikkan itu. Pak Kus memandangi puas hasil semburannya ke wajah Dewi yang terlihat tidak karuan terlapisi oleh cairan putih lengket itu . Tidak disangka semprotan pejunya bisa begitu banyak, Pak Kus begitu puas. Walau Dewi masih pemula. Tetapi kecantikan, keindahan tubuh, dan keluguannya membuat Pak Kus begitu menikmati servis dari teraphist yang aslinya berprofesi sebagai ustadzah itu


Setelah wajah Dewi dibersihkan dari peju Pak Kus, Dewi kembali berpakaian seperti sebelumnya. Pakaian yang amat sexy seperti seorang pelacur tulen


"Terima kasih ya Dewi.. Berapa totalnya sayang?", Tanya Pak Kus sambil membelai rambut panjang Dewi


"Se.. sebentar saya hitung dulu.. pak.. Pijat 25ribu.. Buka Baju 25ribu.. Pijat Pakai susu saya 10ribu.. Dan oral burung Pak Kus 20ribu.. Totalnya 80ribu pak..."


"Hmmm.. Ga terasa jatuhnya mahal juga.. Padahal uang saya tinggal 100ribu.. Yasudah ini ambil... kembali 20 ribu yaa.."


"Pak.. Saya ngga ada kembaliannya..", jawab Dewi bingung


"Aduhhh.. Gimana yaa.. Hmm.. Saya ada solusi..", kata Pak Kus


"Gimana Pak?"


"20ribunya kamu lepas seluruh bajumu sampai telanjang bulat. Lalu saya foto buat bacolan saya.. Hehehe.. Mau?", tawar Pak Kus


"I.. iya boleh pak...", jawab Dewi


Dewi lalu menanggalkan seluruh pakaian yang ada pada tubuhnya hingga telanjang bulat. Sebenarnya Dewi begitu malu mempertontonkan seluruh auratnya ke Pak Kus, kuli bangunan yang baru ia kenal itu. Namun semua ini ia lakukan demi menuruti permintaan Pak Sul. Karena dalam pikiran Dewi sudah tertanam mindset, setiap perintah Pak Sul adalah kewajiban bagi Dewi yang harus ia laksanakan. Pak Kus memandangi tubuh indah Dewi sambil menelan ludah berkali-kali. Lalu Pak Kus mulai mengambil beberapa foto telanjang Dewi, sebagai bahan untuk coli


***


Singkat cerita, setelah dari Pak Kus, Dewi masih harus menjadi therapist plus plus yang melayani sebagian besar penghuni kost-kostan kuli itu. Tidak semuanya, karena rupanya beberapa penghuni Kost tidak ada dikamarnya, termasuk Pak Dirman yang sampai saat ini belum kembali setelah ijin mau menemui Bu Wito. Sehingga total Dewi menjadi wanita tukang pijat bagi 6 orang penghuni Kost. Beberapa ada yang menawar Dewi untuk berhubungan badan, tetapi Dewi menolak halus dengan cara mematok harga yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 700ribu untuk merasakan kenikmatan tempiknya. Tentu saja sebagian besar kuli disana mundur teratur tidak bisa membayar semahal itu.


Jadinya selama menjadi therapist disana, Dewi hanya melayani maksimal sebatas oral sex saja tanpa ada hubungan badan. Walau jika boleh jujur, Dewi begitu tersiksa menahan birahinya yang sudah diubun-ubunnya. Karena tempiknya sudah benar-benar gatal saat menjadi pemijat di sana. Tetapi Dewi tidak berani berbuat lebih karena perintah Pak Sul hanya menjadi pemijat saat itu, tidak sampai berhubungan badan.


Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Sudah 8 jam Dewi bekerja semalaman demi membantu keuangan Pak Sul. Pak Sul sumringah karena Dewi pulang dengan membawa banyak uang.. Total Dewi mendapatkan uang sebesar 650ribu dari hasil memijatnya malam ini.


"Hahaha.. Kamu memang perekku yang berguna... Lihatlah 1 hari saja kita bisa dapat uang sebanyak ini..", kata Pak Sul


"Gimana? Mereka entot kamu ya?"


"Ehhh.. Ngga pak.. Ana ngga berani..."


"Begookk.. Tugas perek itu ya ngentot begookk... Gimana sih kamu.."


"Tapi mereka tidak punya uang pak.. Uang mereka hanya cukup membayar jasa pijat ana...", kata Dewi ketakutan


"Halaahh.. Kamunya aja kali yang jual mahal... Kalo jual murah2 pasti kita bisa dapat 1 juta lebih hari ini"


"Afwan Pak.. Saya benar2 tidak tahu pak..", kata Dewi semakin terpojok


"Sudah sebagai hukuman 500nya saya ambil. 150ribunya buat kamu..", kata Pak Sul sambil melempar beberapa lembar uang itu ke Dewi


"Sekarang buka bajumu semuanya!"


"Mau ngapain pak?", tanya Dewi bingung


"Begookk.. ngentot begokkk.. Ayo bukaaa!! Tempikmu pasti sudah amat gatal sekarang!!! Kontol saya juga lagi ngaceng pingin dijepit tempik ustadzah..", kata Pak Sul


Pada akhirnya pagi itu Dewi melayani Pak Sul untuk terakhir kalinya di kost-kostan kuli bangunan itu. Kembali kedua pasangan zina itu saling menikmati satu sama lain. Melayani satu sama lain dan saling bertukar cairan satu sama lain. Dewi begitu menikmati permainan dan tiap sodokan kontol Pak Sul dan sukarela memberikan kenikmatan terbaik kepada Pak Sul, memuaskan nafsu birahi sang kuli bangunan itu sekaligus mengobati rasa gatal tempik Dewi yang sudah ia coba tahan sejak melayani Pak Kus.


Keesokan harinya, Pak Sul memutuskan kembali bekerja menjadi kuli bangunan. Walau sebenarnya dia bisa saja tidak bekerja dan menjadi gigolo dengan menjual istri orang, dia enggan melakukannya. Menjual Dewi mungkin hanya menjadi sampingan baginya. Sedangkan pekerjaan utamanya tetaplah menjadi kuli bangunan. Pak Sul kemudian mempersilakan Dewi untuk mengenakan kembali gamis serta cadarnya, menjadikan sosok wanita itu kembali menawan dengan pesona misterius yang tersembunyi di balik cadarnya. Dewi lalu pamit pulang kembali ke suaminya dan menjalani kehidupan sebagai seorang istri Eko dengan normal. Namun sesuai perintah Pak Sul, Dewi dilarang melayani suaminya diranjang. Sejak saat itu lah Dewi resmi menjadi milik Pak Sul, mematuhi segala perintah Pak Sul dan menjauhi segala larangan Pak Sul. Dewi menjadi seorang ustadzah sekaligus seorang perek yang haus akan kontol sesuai permintaan Pak Sul.


**bersambung**



============


Scene 18 : Rista - Pulang Kampung


Pasca mendapatkan kekuatan dan peralatan canggih baru, Endrix tak sabar menggunakannya untuk lebih mengeksplore kemampuan Rista untuk menjadi seorang budak sex sejati. Endrix tidak puas jika Rista hanya melayani dirinya dan teman-temannya saja. Deus si iblis pun menginginkan lebih dari itu. Ia menginginkan Rista benar-benar menjadi wanita yang bisa dipakai oleh banyak pria yang kesehariannya wajib dipenuhi oleh sex bebas dan perzinahan.


Kebetulan saat yang ditunggu tiba.  Setelah mengetahui dirinya hamil, Rista meminta ijin kepada Endrix ingin pulang kampung menemui abinya untuk membahas pernikahan dengan calon suaminya. Pernikahannya dengan Adi harus dipercepat sebelum perut akhwat itu semakin membesar. Rista juga sudah menceritakan kepada Endrix jika gadis itu sudah mendesak calon suaminya untuk segera menikahinya apapun yang terjadi.


Rista tidak ingin aib nya diketahui oleh abi, keluarga besar, serta kerabat dekatnya. Bahkan calon suaminya sendiri tidak tahu menahu jika di dalam perut Rista sudah terdapat janin buah pemberian dari salah satu pria-pria yang pernah menyetubuhinya. Miris memang, Rista sendiri tidak tahu siapa ayah dari anak yang dikandungnya, mengingat akhwat itu sudah berhubungan badan dengan banyak pria karena perintah tuannya yang sudah mengabdikan diri kepada iblis.


Rista mengancam Adi jika tidak segera menikahinya, Rista akan membatalkan dan memutus proses taaruf saat itu juga. Tentu saja Adi tidak mau proses taaruf dengan gadis yang disukainya kandas ditengah jalan. Adi pun menyetujui permintaan Rista untuk mempercepat pernikahan mereka. Rista tidak ingin anak yang dikandungnya hamil tanpa seorang ayah. Citranya sebagai akhwat alim dan terjaga bisa saja hancur seketika jika mereka semua tahu jika Rista yang dikenal alim itu hamil diluar nikah. Endrix lalu menghubungi si akhwat cantik yang kini menjadi budak sexnya sebelum gadis itu berangkat, sekaligus mencoba kemampuan barunya.


"Lu pulang kampung sampai kapan?", tanya Endrix


"Kemungkinan seminggu tuan..", jawab Rista


"Anjing lama banget.. Gw kasih waktu 3 hari saja!! males gw denger rengekan Ithonk dan Bobby yang kangen sama tempik lu. Heheheh..", kata Endrix


"Tapi tuan... Kan banyak sekali yang harus ana bicarakan dan persiapkan dengan abi.. Calon ana juga mau menemui abi disana.. Kasih saya waktu tuan..", pinta Rista


Endrix kemudian berpikir sejenak dan akhirnya dia pun memberikan ijin kepada budaknya itu untuk cuti bekerja sejenak selama seminggu


"Hmm.. Ok tapi ada syaratnya...", kata Endrix


"Syarat apa tuan?"


"Lu wajib cari cowok buat ngentot sama lu selama disana. Gw gak mau budak gw tempiknya nganggur dan fungsinya cuma buat kencing doang. Hehehehh.. Kalau lu keberatan, liat aja, Mbak lu yang cadaran itu akan gantiin tugas lu buat ngelayanin gw, Ithonk, dan Bobby", kata Endrix mengancam


Seketika tubuh Rista lemas. Bahkan disaat penting seperti ini tuannya tanpa ampun memberikan tugas-tugas yang tidak masuk akal. Rista begitu dilema bagaimana mungkin dirinya menawarkan tubuhnya untuk disetubuhi selama di kampung halaman. Ditambah lagi saat ini didalam perutnya ada janin darah dagingnya buah dari sex bebasnya. Apakah aman jika Rista berhubungan badan dengan kondisi ada janin didalam perutnya. Rista benar-benar tidak tahu. Sebagai gadis baik-baik, sedikitpun tidak terlintas keinginan untuk keguguran atau menggugurkan kandungan yang ada didalam perutnya. Rista tidak setega itu mencelakai janin darah dagingnya sendiri. Namun, jika dirinya menolak, apakah tega dirinya mengorbankan kakak kandung yang dicintainya menggantikan posisinya untuk melayani Endrix dan teman-temannya.


"Tolong jangan libatkan Mbak Dewi tuan...", pinta Rista ketakutan saat Endrix menyebut nama kakaknya


"Kalau begitu lu wajib turutin perintah gw. Lu mesti ngentot selama disana. Inget Lu itu lonte berwujud Ukhti, Rista..", kata Endrix


"Ana bingung tuan.. Ana harus melayani siapa selama disanaa..", Kata Rista kebingungan


"Gadis secantik lu gampang cari pasangan.. Lu bisa jual diri di pasar, pasti bakalan banyak yang ngantri ngecrotin tempik lu.. Heheheh..", kata Endrix


"Apaaa...", Rista tidak percaya dengan usul Endrix yang begitu merendahkan harga dirinya


"Sudah! Semua tergantung lu.. Lu kan pinter, kalau lu gak patuh, gw bakalan pesta sex dengan mbak lu yang cadaran itu. Inget, gw bisa tau apa aja yang lu kerjakan. Mata gw dimana-mana.. gw tunggu live reportnya ke grup belajar kelompok. Biar kawan2 cabul gw pada seneng liat video bokep lu selama pulang kampung. Heheheh..", kata Endrix


"Ta.. Tapi tuann.."


"Oiya jangan lupa lonte syari pakaiannya wajib gamis sexy selama disana, biar laku jual dirinya. Hehehehh. Udah dulu..", kata Endrix


*tut tut tut* telepon pun diakhiri oleh Endrix


***


Jam menunjukkan pukul 23.00, Rista telah tiba di terminal. Sempat terjadi pertentangan dengan Mbak Dewi mengapa Rista memilih bus malam. Tidak tega kakak kesayangannya itu membiarkan adik semata wayangnya berpergian jauh malam-malam sendirian. Namun Rista berhasil membujuk kakaknya. Dia yakinkan kakaknya semua akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikawatirkan.


Di terminal malam ini suasana tidak seramai ketika pagi atau siang hari. Kebanyakan hanya terlihat bapak-bapak, atau pemuda-pemuda berusia 20-30an yang duduk menunggu kedatangan bus malam. Hanya sedikit wanita yang terlihat di terminal malam ini. Jika ada, itupun kebanyakan hanyalah ibu-ibu penjaga warung makan yang berjualan disekitar terminal.


Suasana masih gelap dan amat dingin,  ditambah lagi Rista mengenakan gamis ketat dengan bahan kain furing transparan berwarna putih sesuai perintah Endrix yang mewajibkan gadis itu berpakaian sexy walaupun tetap syari. Selain ketat menampakkan lekuk tubuh, Bahan kain ini menampakkan jelas kulit tubuh Rista yang putih mulus. Sehingga orang bisa melihat keindahan kulit dibalik gamis yang dikenakannya. Rista sebenarnya risih mengenakan gamis seperti ini. Dia merasa beberapa pria memandang tajam kearahnya selama dia berjalan di terminal. Agar tidak terlalu ekstrim, Rista akhirnya memutuskan memakai sebuah jaket hoodie untuk menutup tubuh bagian atasnya agar branya tidak menerawang dengan jelas.


Beberapa pasang mata jelalatan memandangi Rista saat sedang berjalan. Mereka memandangi area rok gamis Rista yang menembus hingga menampakkan bongkahan pantat serta kedua kakinya. Pantat Rista terlihat sexy menggoda dengan dibungkus sebuah celana dalam sexy renda berwarna putih yang samar-samar menarawang. Rista berjalan tertunduk malu, disadari betul banyak mata yang memandangi bongkahan pantatnya yang tercetak di gamis ketat dan transparan itu. Rista hanya mencoba terus berjalan sampai dia bisa menemukan kursi untuk duduk agar pantatnya yang tidak menjadi pusat perhatian


Sedangkan berpuluh kilometer dari lokasi Rista berada, Endrix sedang asyik coli sambil memakai kacamata canggih pemberian Deus Sang Iblis. Sebuah kacamata yang fungsinya seperti kacamata virtual reality yang membuat pemakainya seolah memandang langsung keadaan tempat dimana Rista berada. Endrix cukup puas karena banyak pasang mata memandangi budaknya, betapa bangganya dia ketika budak sexnya menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Terlihat bagaimana Rista berusaha menutupi pantatnya dengan menarik jaket hoodienya kebawah agar bisa menutup pantatnya yang menjadi objek nakal orang-orang di terminal itu sampai dia menemukan sebuah kursi tunggu yang kosong.


Lalu Endrix mencoba fitur mic yang ada pada kacamata itu


"Halo halo.. test test.. Tem tempik.. Tempik Rista diobral.. Halo Halo..", kata Endrix iseng


Endrix melihat Rista berhenti sejenak kebingungan sambil memegangi telinganya setelah mendengar dirinya mengatakan halo-halo. Endrix paham fungsi mic tersebut rupanya untuk memberikan perintah jarak jauh kepada budak seksnya yang hanya akan terdengar oleh telinga Rista


"Gw awasi lu Ris.. Ingat Lu harus bangga tubuh lu diperhatikan oleh mereka. Teruskan.. Lebih binal lagi.. budak sex gw harus pinter menggoda. Hehehe..", perintah Endrix


Rista kembali terlihat kebingungan. Ditelinganya terdengar jelas Endrix memberikan perintah kepada dirinya. Rista pada akhirnya sadar ucapan Endrix yang mengatakan bahwa tuannya itu memilik mata yang ada dimana-mana itu bukanlah hanya gertakan sambal. Terbukti saat ini Endrix bisa melihat dan bahkan memberikan perintah kepadanya. Tidak ada lagi celah bagi Rista untuk membohongi atau mencari alasan tidak mematuhi perintah majikannya.


Sambil menunggu kedatangan bus, Rista mencoba mengecek beberapa pesan yang masuk ke handphonenya


"Aslmlkm.. Ukhti. kabari ana ya jika sudah sampai di rumah abi anti.. Ana akan segera datang minta ijin ke abi anti untuk menikahi anti"


"Iya jangan lama2 ya akhi... Antum percepat semuanya ya. Ana tunggu kedatangan antum.."


"Iya ukhti... Semoga semuanya lancar ya ukthi.. Anti hati2 naik bus malam.. Jaga diri ya.. Kalau bisa cari duduk yang sebelahnya perempuan juga ya ukhti.."


"Ana usahakan ya akhi.. Sudah dulu ya akhi.. Antum tidur dulu saja biar shubuhnya ngga kesiangan.."


"Iya Ukhti.. Yasudah ana tidur dulu. Aslmlkm.."


"Wlkmslm.."


Lalu entah mengapa Rista malah scroll handphonenya dan membuka grup belajar kelompok tempat pembicaraan serta beberapa foto dan video mesum dirinya berada. Seperti biasa pembicaraan mengarah ke hal-hal cabul yang merendahkan martabat Rista.


"Ris, jangan lama-lama lu atau mbak lubyang cadaran itu bakalan menanggung semua kewajiban lu kakak lu", ketik Ithonk


"Iya.. Duh lubang tai akhwat cadaran pasti masih sempit. Kita bakalan hajar lubang pantat Mbak lu yang cadaran itu sampai ndower. Hehehe..", ketik Bobby


"Lama bro prosesnya, lubang tainya Rista aja sampai sekarang masih rapet walau sering kita pake..", Ketik Endrix


"Ya kalau gitu, butuh banyak kontol lagi biar lubang tai si cadaran itu bisa ndower. Dihajar semua pengunjung satu klub malamnya Endrix boleh juga tuh.. Bener2 party kita.. Temanya "Striptease Akhwat Niqab. Asshole Available Ready For You.." Pasti banyak yang minat", Ketik Ithonk


Rista benar-benar tersinggung saat mereka merendahkan Mbak Dewi. Ingin rasanya Rista menegur lelaki-lelaki bejat itu dan menampar mereka. Tetapi tentu saja dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu. Rista hanya pasrah mereka membicarakan dan merendahkan harga diri kakak kandungnya


"Tolong jangan ganggu Mbak Dewi..", ketik Rista


"Mau kemana mbak?", tanya seorang bapak-bapak tiba-tiba dari arah belakang.


Rista terkejut tiba terdengar dari arah belakangnya muncul seseorang yang mengajaknya berbicara dan dia pun segera menutup layar handphonenya agar isi pesannya tidak terbaca oleh bapak itu


"Saya mau ke Tuban pak", jawab Rista mencoba tenang.


"Wah kebetulan.. Sama dong.. Boleh saya duduk?", tanya bapak itu ramah


Rista mempersilakan pria yang usianya mungkin sudah 45 tahun itu duduk disebelahnya. Seorang pria berusia setengah baya dengan rambut cepak dan postur tubuh yang kekar berotot. Rista geser sedikit posisi duduknya agar bapak itu bisa duduk  kemudian Bapak itu duduk mepet disebelah Rista. Jarak duduk bapak itu cukup dekat hingga pundaknya dengan pundak Rista berhimpitan, walaupun sebenarnya space bangku mereka sebenarnya masih cukup kosong. Rista sedikit merasa risih duduk berduaan sedekat ini, ditambah lagi udara dingin malam ini begitu terasa menusuk tubuhnya yang berpakaian transparan dibalik jaket hoodienya.


Bus malam jurusan Tuban mulai terlihat memasuki terminal. Rista dan bapak itu segera berdiri. beberapa penumpang lainnya ikut berdiri bersiap masuk ke dalam bus. Benar saja, Kebanyakan dari mereka adalah pria-pria dengan berbagai macam usia. Hanya satu dua penumpang yang berjenis kelamin wanita. Kami semua segera masuk ke dalam bus sambil berdesakan agar bisa mendapatkan kursi yang diinginkan


"Ayo mbak naik dulu, daripada nanti ngga dapat kursi malah capek harus berdiri selama di jalan", tawar bapak itu


"I.. Iya.. Pak .", Jawab Rista sambil buru-buru beranjak dari kursi


Saat menaiki bus, Rista berada di depan bapak-bapak itu. Ketika menaiki tangga, pantat Rista tepat berada didepan mata bapak-bapak itu. Seketika darah bapak bertubuh atletis berusia sekitar 45 tahun itu mendidih melihat bongkahan pantat Rista yang menggoda dan menerawang dibalik gamisnya yang ketat.


Para penumpang berlomba mendapatkan kursi yang mereka inginkan. Kebanyakan mereka mencari kursi yang sebelahnya belum ada orangnya, sehingga Rista kesulitan mencari posisi kursi yang sederet masih kosong karena sudah ditempati penumpang pria pada tiap deretnya. Penumpang wanita yang ada pun pada akhirnya terpaksa duduk disebelah penumpang pria. Posisi bangku-bangku favorit sudah mulai terisi. Akhirnya Rista dan bapak yang baru ditemuinya mendapatkan posisi bangku paling belakang yang berisi 5 baris kursi.


"Duduk disini saja mbak. Sudah pada full semua nih..", Bapak itu langsung meletakkan tasnya ke rak barang yang posisinya berada di atas dan duduk di deret paling ujung dekat jendela.


Rista terpaksa duduk disamping bapak yang baru ditemuinya itu. Walau kursi penumpang sisi sebelahnya masih kosong, Rista tetap memilih untuk duduk disamping bapak itu. Memang Rista memiliki sifat tidak enakan, sehingga dia takut menyinggung jika memilih duduk berjauhan dengan bapak itu. Toh bapak- bapak tadi terlihat ramah jadi Rista merasa lebih baik duduk disampingnya.


Rista kemudian mencoba menaruh tas ranselnys di rak atas. Rista mencoba mendorong tas itu sekuat tenaga sambil jinjit. Tinggi tubuhnya yang hanya 152 cm membuatnya harus berusaha extra sekuat tenaga mendorong tasnya masuk ke dalam rak yang sudah penuh. Bapak disampingnya seketika menelan ludah memandangi gamis Rista yang terlihat menerawang menunjukkan keindahan kulit tubuhnya. Bapak itu terus melamun memandangi area bawah pusar Rista. Jelas sekali celana dalam renda berwarna putih yang dikenakan Rista menerawang dari balik gamisnya. Tiba2 bus bergerak saat gadis itu belum siap, sehingga keseimbangannya hilang dan terhuyung-huyung seperti mau jatuh. Reflek, Rista berpegangan pada tubuh bapak-bapak tadi dan untungnya tangan Rista ditangkap dengan sigap oleh bapak itu agar tidak terjatuh


"Hati2 mbak, boleh saya bantu?", kata si bapak


"Iya.. maaf Pak", jawab Rista sambil membenarkan posisi berdirinya kembali


Bapak itu pun kemudian berdiri dan membantu Rista mendorong tasnya masuk ke dalam rak bagian atas. Entah disengaja atau tidak, tubuh Rista dihimpit oleh tubuh bapak itu cukup kencang. Tubuh Rista terhimpit diantara diantara badan kekar bapak itu dan pinggiran kursi bus. Rista merasakan tubuh bapak itu begitu berat dan kuat karena memang terlihat dari lengannya yang berotot seperti rajin ke gym. Kemudian Rista juga merasakan bapak itu menggesekkan kelaminnya sesekali ke pantat Rista saat mencoba membantu mendorong tasnya. Rista tidak mau suudzon saat ini, tidak mungkin dia menuduh orang yang sudah menolongnya berbuat cabul terhadapnya. Rista memutuskan membiarkan bapak itu terus menggesek-gesekkan batang kelaminnya ke belahan pantatnya sambil terus membantunya mendorong tas itu sampai aman tidak akan terjatuh.


Bus pun mulai berjalan perlahan meninggalkan terminal. Suasana masih gelap dan dingin malam ini, jendela-jendela sebagian besar dibuka karena AC bus tampaknya sedang rusak, sehingga angin malam semilir berhembus melewati celah lubang jendela. Terdengar beberapa penumpang sudah mulai tertidur sambil mengorok bersahut-sahutan karena memang perjalanan cukup jauh yaitu sekitar 6 jam, jadi mereka manfaatkan waktu dengan tidur sambil menunggu tiba di tujuan


Rista mencoba memejamkan matanya karena biasanya jam segini ia telah tidur. Jarang sekali dia melakukan perjalanan tengah malam seperti saat ini. Rista mencoba mengatur posisi duduknya senyaman mungkin dan terus mencoba memejamkan mata, tetapi suara deru mesin yang kencang membuatnya kesulitan tertidur. 


Selang beberapa menit kemudian Rista masih belum juga berhasil tertidur. Bagian punggungnya mulai berkeringat karena gerah kepanasan memakai jaket tebal. Rista kemudian memutuskan untuk melepas jaketnya. Hawa dingin langsung terasa menembus kulitnya ketika jaket yang ia pakai sudah lepas dari tubuhnya. Memang tidak mungkin gamis tipisnya yang transparan itu bisa melindunginya dari hawa dingin.


"Gerah ya mbak sampai dilepas jaketnya?", kata Bapak-bapak yang duduk disampingnya


"Dingin sih pak, cuma punggung saya terasa gerah dikit. Hehe", jawabku


"Oh iya sambil ngobrol aja yuk biar ga bosen perjalanannya", ajak bapak-bapak itu


"Nama saya Naryo", Kata Pak Naryo memperkenalkan diri sambil mengulurkan jabat tangan


"Nama saya Rista pak", jawab Rista sambil merapatkan kedua telapak tangan ke depan mencoba menolak jabat tangan Pak Naryo dengan santun


"Rista.. nama yang cantik seperti orangnya. Nama panjangnya siapa mbak?", tanya Pak Naryo


"Rista Amelia Jihan pak", jawab Rista


"Bagus sekali namanya. Cocok sekali dengan wajah mbak yang cantik hehe.. Kerja apa masih kuliah mbak?", tanya Pak Naryo


"Kuliah pak, ini masi skripsi, tapi juga disambi kerja sampingan aja"


"Kerja sampingan apa?"


"Ngajar guru privat pak buat anak SD dan SMP"


"berapa biasanya harga sewa 1 jamnya?", tanya Pak Naryo mesum


"Maksud bapak?", tanya Rista kebingungan dengan pertanyaan Pak Naryo


"Sewa kamu jadi guru privat..", kata Pak Naryo


"Oohh.. 100ribu pak setiap sesi.. Mata Pelajaran matematika dan Bahasa Inggris ya pak"


"Oh murah banget yaa.. Saya kira 800ribu 1 jam 1x keluar.."


"800ribu? kemahalan pak. Hehehe.. Maksud bapak keluar gimana pak?", tanya Rista bingung menampakkan keluguannya


"Hehehe.. Bapak doakan segera lulus mbak dan segera nikah. Biar bisa merasakan nikmatnya menikah. Jadi mbak Rista gak perlu kerja. Biar Mbak Rista bisa urus rumah Hehehe", kata Pak Naryo


"Aamiin..", Jawab Rista


"Memang nikmatnya nikah apa pak?", tanya Rista penasaran


"Ya nikmat melayani suami dirumah mbak. Buatin sarapan untuk suami, buatin kopi untuk suami, Menyiapkan baju kerja, Mencuci pakaian suami, Beres2 rumah dan gak lupa melayani suami diranjang. Heheheh", kata Pak Naryo sambil tersenyum


"Banyak juga ya pak tugasnya istri. Semoga saya siap pak. Karena saya sejujurnya kaum rebahan pak. Hihihi", jawab Rista


"Maksud mbak?", tanya Pak Naryo bingung


"Ya biasa rebahan sambil mainan hape pak, males ngapa2in. Hehehe"


"Owalah.. Hahaha.. Kirain mbaknya suka rebahan. Kan suami jadi senang mbak rebahan terus, jadi selalu siap tempur diranjang", goda Pak Naryo semakin menjurus


"Aah.. bapak bisa aja..", jawab Rista tersipu malu


Pembicaraan terhenti sejenak karena bapak kernet sudah terlihat mulai mendekati mereka untuk menarik karcis bus. Rista lalu meraba saku jaket dan gamisnya, namun tak ditemukan dompetnya. Rista kemudian ingat kalau dompetnya dia letakkan didalam tas yang sudah tertata rapi diatas.


"Dompet saya diatas pak.. Nanti aja boleh?", tanya Rista mencoba menawar


"Aahh ga usah mbak, ini saya bayarin aja", kata Pak Naryo sambil menyerahkan uang 200 ribu ke Bapak kernet.


"Buat berdua cukup kan? Kembaliannya bawa aja buat rokok", kata Pak Naryo


"Oh nggih, suwun pak.", kata bapak kernet sambil berjalan kembali kedepan


"Ya ampun pak, saya jadi merepotkan nih, nanti sampai tujuan saya ganti uangnya pak", kata Rista tidak enak hati


"Oh gapapa mbak ga usah ganti uangnya, saya traktir kok", kata Pak Naryo ramah


"Wah jangan pak. Jadi sungkan saya sama bapak", jawab Rista tidak enak hati


"Hehehe.. Sudah gapapa.. ", kata Pak Naryo


Lalu mereka kembali ngobrol basa basi sambil membuang waktu agar tidak bosan. Perjalanan 6 jam didalam bus sangatlah membosankan, oleh karena itu banyak penumpang yang lebih memilih untuk tidur selama perjalanan. Tanpa terasa, pak kernet turut serta ikut nimbrung dibangku belakang. Entah sejak kapan bapak kernet turut serta asyik mengobrol bersama di bangku deret belakang ini.


"Bapak sudah lama jadi kernet pak?", tanya Pak Naryo


"Lama sekali pak.. Sudah hampir 15 tahun saya kerja ngernet gini


"Wah jarang dirumah ya.. Pasti kangen terus sama istrinya..", kata Pak Naryo


"Iya pak, setiap pulang besoknya sudah berangkat lagi. Jadi saya punya kesempatan hubungan sama istri saya cuma 1 jam saja setiap minggunya", kata Pak Kernet tersenyum kecut disambut tawa Pak Naryo


"hubungan apa pak?", tanya Pak Naryo mancing2


"hubungan nganu pak.. badan.. alias ngewe. Heheheh", jawab Pak Kernet sambil melirik ke arah Rista


"Ooohhh.. Jangan2 kencang2 pak, ada Mbak Rista tuh", kata Pak Naryo melirik Rista yang terlihat memerah mukanya


Lalu kedua bapak itu tertawa menyadari keberadaan Rista yang sedang tertunduk malu. Bukan hanya karena pembicaraannya, tetapi bapak kernet mulai berani menatap tubuh Rista secara frontal, walau berpakaian syari tapi tetap saja menerawang. Rista dibuatnya salah tingkah karena kurang nyaman dipandangi terus-terusan seperti itu


"Jangan terlalu vulgar pak liatin Mbak Rista. Hehehe", kata Pak Naryo membuat pak kernet garuk2 kepala karena ketahuan daritadi dia memandangi Rista.


"Soalnya Bajunya Mbak Rista aja sexy gitu.. Bisa nerawang jelas.. Kan bikin saya salfok. Hehehe", kata Pak Kernet kembali memandangiku mesum


"Iya saya dari tadi juga mikir, apa gak malu Mbak Rista pakai baju nerawang gini..", kata Pak Naryo


"Ehhh.. Eerr.. Iya pak maaf kalau pakaian saya gini. Saya juga tidak menyangka bakalan menerawang gini bajunya. Karena buru-buru yasudah saya lanjut pakai. Saya kira terminal pasti malam-malam gini sepi. Ternyata lumayan ramai..", jawab Rista beralasan


"Ohhh.. kirain biar Mbak Rista minta digodain dan disiulin orang-orang. Hehehe", kata Pak Kernet semakin menggoda akhwat itu


"Hehehe.. Bapak bisa aja mikirnya", Kata Pak Naryo


"Yasudah saya kembali ke depan dulu pak. Kasihan sopir saya ngga ada yang nemenin ngobrol", kata Pak Kernet sambil berjalan kembali ke depan


"Iya Pak, monggo.", kata Pak Naryo sambil menyengir


Sepeninggal Pak kernet, Rista kembali mencoba untuk memejamkan matanya kuat-kuat. Berharap agar dirinya bisa tertidur dan ketika bangun sudah bisa sampai di terminal. Dicarinya posisi yang nyaman untuk tidur, kepalanya dihadapkan ke samping membelakangi Pak Naryo. Rista tidak menyadari, sedari tadi Pak Naryo terus mencuri-curi pandang kearahnya. Melirik ke tubuhnya yang begitu menggoda.


5 menit kemudian, Rista terlihat mulai tertidur.  Pak Naryo mencoba memandangi wajah Rista yang terlelap. Kemudian Pak Naryo mengamati keadaan sekitar. Orang yang paling dekat dengan posisi kursinya nampaknya sudah tertidur pulas sambil mengorok. Pak Naryo semakin gelisah dan tidak tahan dengan aroma tubuh Rista yang wangi dan membuatnya mulai birahi. Seluruh pikirannya mulai dikuasai pikiran mesum nan cabul. Birahinya semakin mendidih di ujung kepalanya. Aroma tubuh gadis itu ditambah kulit tubuh yang menerawang dari balik gamisnya sukses menggoda bapak-bapak paruh baya itu


Pak Naryo kemudian berniat melakukan hobi rahasianya, hobi yang tidak diketahui oleh orang lain selain dirinya sendiri. Hobinya adalah ia gemar eksib mengeluarkan batang kontolnya di dekat wanita. Sering ia lakukan tindakan mesum itu dimanapun ia berada asal ada perempuan didekatnya. Di warung, di atas motor, di dalam mobil, di depan toilet wanita, Pak Naryo gemar mengeluarkan batang kelaminnya didekat wanita yang ia jadikan objek birahi.


Apabila si objek target melihatnya, justru Pak Naryo semakin semangat menggoda perempuan itu dengan mengibaskan batang kelaminnya dihadapan mata mereka yang melihat jijik ke arahnya. Kalau Para perempuan korban eksibnya terlihat salah tingkah dan tersipu malu, Pak Naryo begitu puas dan bangga. Kebanyakan korbannya tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa memilih untuk menjauhi Pak Naryo sesegera mungkin. Mereka berpikir lebih baik menjauh daripada berurusan dengan orang yang memiliki "kelainan" seperti Pak Naryo.


Karena keadaan di rasa aman, Pak Naryo segera mengeluarkan batang kontolnya yang besar dan keras. Batang kontol yang daritadi sudah membuat sesak area selangkangannya. Endrix yang melihatnya dari jauh semakin tidak sabar menanti kejadian apa yang akan dialami budak sexnya itu. Sungguh pengalaman luar biasa baginya bak sedang melihat tontonan bokep virtual reality, seolah dia sedang berada di dekat Rista dan terlihat detail situasi disana.


Tiba-tiba tanpa sadar kepala Rista jatuh bersandar pada pundak Pak Naryo, membuat pria itu semakin kesurupan ingin segera menikmati momen mendebarkan ini. Sambil mengocok kelaminnya, Pak Naryo juga membelai pipi kenyal Rista yang berona merah. Pak Naryo kemudian mencolek garis lubang kencingnya yang sedikit mengeluarkan cairan dan dicolekkan ke bibir tipis Rista. Rista langsung mengulet sejenak merubah posisi tidurnya setalah dicolek bibirnya oleh Pak Naryo. Nafas Pak Naryo tersengal-sengal di momen mendebarkan ini. Kocokannya semakin cepat karena syahwatnya terus memuncak akibat ulahnya yang mulai mengerjai Rista yang sedang tertidur


Pak Naryo memainkan kontolnya sendiri sambil terus memandangi tubuh Rista yang terlihat sexy berbalut gamis transparannya. Ia pandangi paha menggoda Rista yang samar terlihat dari lubang-lubang kecil pada gamis yang dipakainya. Lalu Pak Naryo mulai memberanikan diri menyentuh tangan Rista, mengusap punggung telapak tangan akhwat itu perlahan sambil menikmati betapa mulus kulit tubuh gadis itu.


"Aahh.. Mbak Rista.. Kamu cantik sekali.. Sshhh...", kata Pak Naryo sambil terus mengocok disamping Rista


Tangan kiri Pak Naryo tiada henti mengelus punggung telapak tangan Rista semakin intens. Lalu Perlahan Pak Naryo semakin berani menggeser tangan Rista dan mengarahkan tangan Rista ke arah kepala batang kontolnya. Ia sentuhkan telapak tangan Rista tepat pada garis lubang kencingnya dan langsung membuat tubuh pria itu menegang menikmati lembutnya jemari Rista yang menggesek-gesek kepala kontolnya


"Ohhh.. Tanganmu lembut sekali Rista... Pasti nikmat sekali kalau kamu kocokin kontol saya. Ssshh..", desah Pak Naryo sambil tanpa henti menggesek kepala kontolnya dengan telapak tangan Rista yang masih tertidur nyenyak


"Saya sange sayaangg sshh....", Kata Pak Naryo lirih sambil kali ini mencium telapak tangan Rista


Pak Naryo kemudian semakin mendekati tubuh Rista yang sedang tertidur. menyingkap kerudung yang menutup payudara akhwat itu kebelakang secara perlahan. Dengan gemetaran Pak Naryo pelan-pelan mengatur posisi kerudung Rista agar tidak jatuh menutupi tonjolan payudaranya yang sexy. Bra putih berenda yang dikenakan Rista untuk membungkus payudaranya nampak menerawang menggoda diantara sela sela kain transparan yang dipakainya. Pak Naryo menelan ludah berkali-kali sambil memandang kearah tonjolan yang bikin penasaran itu.


Setelah area dada Rista tersingkap dan tonjolan dadanya terlihat jelas, Pak Naryo kembali mengocok batang kontolnya. Dibayangkannya gadis itu begitu mesum oleh pikiran Pak Naryo. Sesekali ia sentuh dada Rista perlahan sambil terus onani disamping gadis itu. Tidak puas dengan itu saja, Pak Naryo kemudian mencoba menyingkap rok gamis Rista, Pak Naryo semakin keasyikan diam-diam membuka aurat tubuh Rista yang membuatnya begitu penasaran.


Tangan Pak Naryo meraih ujung rok Rista dan pelan-pelan ia angkat agar terbuka. Rista sempat menggeliat dari tidurnya berganti posisi membuat tangan Pak Naryo terkejut. Lalu Pak Naryo buru-buru menarik tangannya menjauh dari tubuh Rista untuk sementara waktu.


Kerudung panjang Rista kembali jatuh menutup area dadanya seperti semula. Pak Naryo kesal dan mencoba mengulangi menyibak kerudung Rista agar tidak menutupi tonjolan bulat payudaranya


Kembali tangan kekarnya mengocok kontolnya sambil memandangi tubuh Rista. Sekali lagi ia coba angkat rok Rista agar terlihat kedua pahanya yang mulus. Kali ini berhasil. rok Rista berhasil Pak Naryo angkat hingga kedua pahanya terbuka bebas. Pak Naryo menelan ludah dalam-dalam memandangi kaki Rista yang putih mulus sempurna tanpa luka sedikitpun. Ia semakin cepat mengocok batang kelaminnya menikmati mulusnya paha akhat cantik itu.


"Ssshhh.. Ristaaa.. Saya jadi ingin menelanjangimu sayang.. Ssshh..", kata Pak Naryo sambil terus mengocok kontolnya penuh nafsu


Tangan Pak Naryo mulai berani meraba pelan-pelan paha Rista. Menikmati sejenak betapa lembut dan kenyalnya daging kaki gadis cantik itu. Telunjuk tangan kirinya perlahan bergerak maju mundur disekitar paha Rista, seolah sedang memberikan rangsangan kepada gadis itu


"Kalau kamu bangun.. Saya paksa kamu buka baju sayang.. biar kamu telanjang disini.. Salah sendiri pakai baju nerawang menggoda saya.. Ssshhh..", kata Pak Naryo terus mengocok kontolnya dengan tangan kanannya


Menyadari batang kontolnya mulai kedutan dan ingin muncrat, Pak Naryo memperlambat tempo kocokannya. Dia menyadari jika dia biarkan spermanya keluar sekarang, nafsu nakalnya pun akan turut sirna. Dia tidak ingin itu terjadi. Pak Naryo masih ingin menikmati aktivitas cabul ini lebih lama. Memainkan tubuh Rista yang sedang tertidur sambil coli disampingnya.


Pak Naryo berulah lebih jauh dan lebih berani. Ia angkat rok gamis Rista lebih tinggi, hingga terlihatlah celana dalam yang dipakai oleh akhwat itu. Mata Pak Naryo melotot memandangi area tempik Rista yang bikin penasaran dibalut celana dalam putih berendanya. Samar-samar jembut Rista terlihat diantara renda-renda celana dalamnya. Pemandangan ini terlalu indah bagi Pak Naryo yang biasanya hanya bereksib tanpa menyentuh objek fantasinya sama sekali. Tidak pernah dia eksib sampai level seperti ini. Jantungnya semakin berdebar-debar saat memandangi area tempik Rista yang masih ditutup celana dalam putihnya


"Ooohh.. penasaran saya sama memek ukhti-ukhti cantik macam kamu, Rista..", Kata Pak Naryo sambil menowel perlahan bagian celana dalam Rista tepat pada garis kelaminnya


Tubuh Rista kembali menggeliat sejenak. Pak Naryo diam sesaat, sebelum pada akhirnya ia ulangi meraba garis kelamin Rista yang tercetak di balik celana dalam rendanya perlahan. Telunjuk Pak Naryo bergerak keatas meraba bulu jembut yang sedikit keluar, lalu kebawah lagi turun meraba garis memek Rista yang semakin lama semakin terasa lembab. Tubuh Rista merespon rangsangan itu, celana dalam Rista mulai sedikit basah membentuk garis yang tercetak berasal dari lubang tempiknya.Tubuh Rista kembali menggeliat.


Kali ini tangan gadis itu bergerak mengucek matanya dan perlahan Rista mulai terbangun membuka matanya. Pak Naryo buru-buru menarik kembali tangannya dan menutup batang kontolnya sebisanya lalu ia pun pura-pura tidur. Mata sayu Rista perlahan terbuka. Betapa terkejutnya Rista saat menyadari rok gamisnya terangkat hingga terlihat seluruh lekuk paha dan celana dalamnya. Rista sempat curiga dan memandang tajam ke arah Pak Naryo. tetapi Pak Naryo sudah pura-pura tertidur sambil kedua tangannya menutup resleting celananya yang terbuka.


*Kok bisa tersingkap gini ya..*, kata Rista dalam hati


Rista lalu membetulkan kembali beberapa bagian pakaiannya yang tersingkap dan mencoba kembali untuk memejamkan mata. Pak Naryo perlahan melirik kembali ke arah Rista, memastikan akhwat itu sudah tertidur kembali dan mencoba mengulangi aksinya mengerjai Rista. Pak Naryo kembali mengeluarkan batang kontolnya dan mengocok kembali kelaminnya yang sudah mengeras sambil terus memandangi wajah cantik Rista yang matanya terpejam menggemaskan.


Sedang asyik-asyiknya mengocok di samping Rista, tiba-tiba mata Rista terbuka. Rupanya Rista hanya berpura-pura tidur sambil menunggu apakah benar yang melakukan ini semua adalah Pak Naryo. Rista terkejut memandangi Pak Naryo sedang asyik mengocok kontol disampingnya. Begitu pula dengan Pak Naryo yang juga terkejut menyadari gadis disampingnya memergoki dirinya sedang coli. Suasana menjadi sepi untuk beberapa saat. Rista bingung harus berbuat apa disituasi seperti ini. Beda dengan Pak Naryo, Bukannya panik, Pak Naryo malah semakin percaya diri mengocok kelaminnya sambil dipandangi oleh Rista. Rista semakin bingung dan ketakutan harus bagaimana. Apakah dia harus berteriak saat ini, tapi nanti tentu saja teriakannya akan mengganggu tidur orang-orang disekitarnya. 


"Ris", tiba-tiba suara Endrix terdengar ditelinganya membuat Rista semakin ketakutan


"Awas lu kalau berbuat bodoh, Lu turuti permainan Pak Naryo. Ikuti semua keinginannya. Paham? Ingat nasib mbak lu tergantung sama lu. Heheheh..", perintah Endrix 


Rista hanya diam pasrah setelah mengetahui pria bejat yang menjadi tuannya rupanya mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Pada akhirnya Rista hanya membiarkan Pak Naryo yang terus cengengesan memandangi tubuhnya sambil onani


Melihat gadis itu pucat dan kebingungan, Pak Naryo berada diatas angin. Ia tidak tahu mengapa gadis itu hanya terdiam dan terlihat begitu pasrah. Pak Naryo tidak peduli  yang penting keberuntungan berada dipihaknya. Pak Naryo yakin Rista tidak akan berani teriak dan melaporkan aksi cabulnya kepada orang-orang disekitarnya. Pak Naryo semakin berani mengeluarkan seluruh kelaminnya dihadapan Rista, termasuk pelernya yang hitam kendor itu ia perlihatkan ke Rista. Ia kocok perlahan kontolnya dihadapan Rista sambil tersenyum cabul. Rista semakin ketakutan memandangi batang kontol hitam yang lebih besar daripada punya Endrix itu.


"Hehehe.. Kamu suka sama kontol saya? Kok dilihatin terus.. Heheheh", tanya Pak Naryo kurang ajar


"Enngg.. Enggak pak... Saya ngga liat..", jawab Rista tersipu malu dan memalingkan pandangannya


"Kamu sengaja kan pakai baju seperti ini? Kamu eksibisionis ya? Saya paham karena saya juga punya hobby seperti itu. Heheheh...", Kata Pak Naryo merasa diatas awan


"Sudah Pak.. Jangan diteruskan.. Bukan maksud saya seperti ini..", pinta Rista


"Tenang, jangan ramai-ramai nanti orang-orang pada bangun..", kata Pak Naryo


"I.. Iya..", jawab Rista lirih menurunkan volume suaranya


"Jawab kamu sengaja eksib kan?", tanya Pak Naryo lagi


Rista tidak langsung menjawab. Dia pikirkan jawaban yang masuk akal namun tidak menepis tuduhan bahwa dia sedang melakukan aksi eksibisionis.


"I.. Iya pak.. Tetapi saya terpaksa melakukannya karena disuruh pacar saya, katanya biar saya lebih percaya diri", jawab Rista beralasan


"Ohhh.. Pacarmu suka mamerin kamu ya? Boleh juga pacarmu. Betul itu, salah satu latihan biar bisa lebih percaya diri itu ya eksib. Hehehe.. Yasudah sekarang coba kamu pamerin tubuhmu ke saya.. Mumpung semua lagi pada tidur", kata Pak Naryo dengan seringai liciknya


Memang benar kebanyakan penumpang di bus malam ini sudah tertidur dan suasana amatlah hening. Hanya suara deru mesin yang terdengar dan suara pak kernet yang sedang bercakap-cakap dengan Pak sopir di depan.


"Angkat rokmu Mbak.. Saya mau lihat sempakmu lagi. Hehehe..", kata Pak Naryo cengengesan sambil terus coli


Rista melihat keadaan sekitar, terlihat sekali dia sebenarnya enggan melakukannya. Tangannya bergetar dan seolah berusaha melawan perinyah Pak Naryo


"Buka Rista!!!!", perintah Endrix membuat Rista semakin ketakutan


 Ia beranikan untuk mengangkat roknya sendiri dihadapan bapak-bapak itu. Diangkatnya perlahan roknya hingga paha nya kembali terbuka, kali ini, bukan Pak Naryo yang usil, tetapi semua dilakukan oleh Rista sendiri. Pak Naryo semakin cenat-cenut karena ternyata gadis ini mudah sekali ditaklukkan. Ia menjadi semakin bersemangat meminta hal-hal cabul kepada Rista.


"Sekarang pegang kontol saya Mbak Rista..", pinta Pak Naryo


Rista ragu menuruti permintaan itu. Tetapi dia ingat kalau Endrix sedang mengawasinya dari jauh sehingga mau tidak mau Rista harus menuruti permintaan bapak-bapak hobi eksib itu. Pelan-pelan Rista mengenggam batang kontol Pak Naryo dan mulai mengocoknya dengan lembut


"Aahhh.. Nikmat sekali Mbak Rista.. Sudah pinter ngocok ya kamu... Sshhh.. Sering kocok kontol pacarmu ya?", kata Pak Naryo


"Iya Pak..", jawab Rista berbohong. Padahal Rista malah belum pernah kocok kontol calon suaminya sendiri


Tangan Pak Naryo pun mulai berani meremas-remas tetek Rista yang terlihat sexy dan bikin penasaran dibalik gamis transparan itu. Tangan Pak Naryo yang berotot begitu kuat mencengkeram dan meremas dengan kasar tetek Rista sebelah kanan membuat gadis itu mulai mendesah lirih


"Ssshhh..", desis Rista sambil tangannya terus mengocok kontol Pak Naryo


"Enak ya diremas-remas susunya? Heheheh"


"Sakit pak.."


Pak Naryo kembali meremasi kedua gunung kembar Rista dengan kasar. Remasannya begitu kuat membuat Rista sedikit menahan sakit dan hanya bisa pasrah yang terpenting Mbak Dewi terjaga martabatnya. Tangan Rista terus dipaksa mengocok kontol Pak Naryo semakin mengeras


"Hmmm.. Saya ingin lihat kamu lebih berani eksibnya sekarang.. Coba lepas gamismu itu sisakan hanya bra dan sempakmu saja..", kata Pak Naryo sambil merem melek keenakan kelaminnya terus dikocok akhwat cantik


"Apa? Banyak orang pak disini.. Kalau ketahuan gimana..", kata Rista 


"Justru itu sensasinya.. Saya juga sering kepergok kok waktu eksib..Tapi saya malah semakin ketagihan melakukannya  Ayo lepas gamismu biar kamu semakin percaya diri Rista sesuai keinginan pacarmu.. Heheheh.."


Rista terdiam sejenak. Menimbang-nimbang apakah dia harus melanjutkan kegilaan ini. Tetapi Rista kembali ingat Mbak Dewi kakak kesayangannya. Rista tidak ingin Mbak Dewi menjadi seperti dirinya. Pada akhirnya, gadis itu memantabkan hati, meyakinkan dirinya menuruti permintaan Pak Naryo. Rista melihat ke arah depan. Memastikan keadaan aman sebelum dia bertindak lebih gila. Tidak terlihat penumpang yang masih terjaga, hanya pak kernet dan pak sopir didepan yang masih asyik mengobrol melepas bosan selama perjalanan.


Rista kemudian mengatur posisi duduknya dan mulai menarik resleting gamisnya yang terletak di belakang itu kebawah. Kulit punggungnya mulai terbuka. Suasana dingin semakin terasa menusuk tubuhnya yang minim lemak. Pelan-pelan Rista mengangkat gamisnya keatas hingga terlepas dari tubuhnya. Pak Naryo melotot tidak percaya melihat keindahan didepan matanya. Tubuh Rista benar-benar sempurna. Tiap bagian lekuk tubuhnya mengundang syahwat. Tonjolan payudaranya memang tidak besar, tetapi pas untuk digenggam. Ditambah lagi Rista memakai kerudung panjang syari yang menambah nilai pesonanya. Membuat gairah Pak Naryo semakin mendidih melihat aurat ukhti-ukhti yang seharusnya terjaga bisa ia pandangi sepuasnya. Rista saat ini hanya menyisakan kerudung, BH, celana dalam, juga kaos kaki serta sandalnya.


"Lepas saja sekalian kaos kakimu Mbak.. Biar gak kotor", Kata Pak Naryo dan Rista pun menarik lepas kaos kakinya


Pak Naryo semakin terkesima dan tak bosan-bosannya memandangi tubuh Rista yang hanya menyisakan pakaian dalam saja. Pak Naryo jadi ingat tubuh artis-artis porno jepang yang sering ia tonton. Seperti itulah gambaran tubuh Rista yang memang sudah Rista jaga selama lebih dari 20 tahun. Tanpa luka dan goresan sama sekali, karena memang Rista rajin merawat kesehatan kulitnya tubuhnya dengan rajin menggunakan skincare.


Pak Naryo lalu meminta Rista kembali mengocok kontolnya. Sedangkan tangannya perlahan mulai meraba tiap bagian tubuh akhwat yang duduk di sampingnya itu. Rabaan tangan Pak Naryo mulai bergerak dari pundak Rista, dan turun perlahan melewati himpitan ketiak tanpa bulu gadis itu. Nafas Rista teerdengar begitu berat mencoba menahan nafsu birahinya, texture kasar tangan Pak Naryo yang membelai tiap bagian tubuhnya membuatnya semakin kegelian, dan mulai menggoa syahwat akhwat cantik itu


"Angkat keatas tanganmu sebentar Mbak Rista..", pinta Pak Naryo


Rista yang mulai terjebak kenikmatan mulai menuruti permintaan Pak Naryo tanpa banyak protes. Sekali lagi tubuhnya mulai merasakan kenikmatan sentuhan nakal pria. Sugesti Endix yang menginginkan Rista semakin binal masih tertanam kuat di relung hatinya yang paling dalam. Dalam alam bawah sadarnya, ia memang sudah menganggap perintah Endrix adalah sebuah kewajiban yang harus ia taati, membuyarkan iman yang selama ini ia jaga dan ia yakini. Diangkatnya kedua tangannya keatas, memamerkan betapa bersihnya kedua ketiaknya dihadapan Pak Naryo. Tangan Pak Naryo bergerak, meraba selempitan ketiak Rista yang terbuka dan terlihat tanpa bulu. Jemarinya bergerak perlahan di area ketiak Rista, membuat Rista menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan nikmat geli yang berikan oleh jemari nakal Pak Naryo.


Tangan Pak Naryo bergerak melingkar diketiak Rista. Rista terpejam menahan rangsangan birahinya akibat sentuhan-sentuhan nakal Pak Naryo. Tubuhnya kembali menikmati rangsangan yang diberikan oleh kaum pria, seperti rangsangan-rangsangan yang pernah Rista terima sebelumnya. Yang awalnya akal pikirannya menolak, lama kelamaan nafsunya menguasainya mengalahkan logikanya.


Setelah puas meraba ketiak mulus Rista, kepala Pak Naryo mulai mendekati tangan Rista yang masih dalam posisi terangkat. Ujung hidung Pak Naryo mulai menyentuh permukaan ketiak Rista yang bersih tanpa bulu. Pak Naryo menikmati betapa harumnya aroma tubuh gadis itu.


"Ssshhh... Wangi sekali tubuhmu Mbak Rista.. Ssshhh.."


"Pak.. geli.... Sshhh..", Rista mendesis lirih


Pak Naryo mulai menjilati ketiak Rista secara perlahan. Pak Naryo begitu menikmati aroma tubuh gadis itu  Sontak tubuh Rista langsung mengejang seperti tersengat listrik bertekanan tinggi saat lidah kasar Pak Naryo mulai bermain melumasi ketiak Rista dengan air liurnya. Mata Rista terpejam rapat, mencoba menahan desiran birahi yang terus dibangkitkan oleh Pak Naryo. Lidah Pak Naryo terus menjilati ketiak Rista penuh kenikmatan. Nafas Rista sampai terdengar tersengal-sengal sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan geli yang luar biasa akibat jilatan nakal Pak Naryo


"Ssshh.. Pak.. Sudahh.. Geli..."


"Oohh.. Mbak Rista.. Ketiakmu saja begitu nikmat seperti ini... Sshhh .", kata Pak Naryo


Sambil terus menjilati ketiak Rista, Tangan Pak Naryo perlahan meraba bagian dada gadis itu. Tangan nakal Pak Naryo mulai menyusup mencari keberadaan pentil susu Rista. Lalu, dimainkannya perlahan puting susu Rista hingga gadis itu kembali menggeliat menerima rangsangan nakal Pak Naryo, sambil sesekali diremasnya buah dada yang tidak terlalu besar itu. Setelah puas bermain di gunung kembar Rista, tangan Pak Naryo kemudian turun bergerak meraba perut gadis itu yang rata tanpa lemak, lalu turun menuju bagian kelamin Rista. Tubuh Rista sedikit tersentak saat tangan Pak Naryo mulai sampai di area kelaminnya. Rista melirik tangan Pak Naryo yang mulai meraba celana dalam yang dikenakannya.


Lalu Pak Naryo mulai menggesek-gesek garis kelamin Rista dengan perlahan diatas permukaan kain segitiga itu perlahan, membuat tempik Rista kembali merespon alamiah mengeluarkan sedikit cairan . Tubuh Rista semakin mengejang dan mendesah perlahan, tangan Pak Naryo terus menggelitiki lubang kelamin Rista yang semakin basah. Seluruh tubuhnya semakin bergerak tak beraturan karena dirangsang tiada henti oleh Pak Naryo. Tanpa terasa sempak Rista sudah benar-benar becek dan dari dalam kelaminnya terus mengeluarkan cairan yang membasahi bagian tengah celana dalam yang dipakainya. Pak Naryo semakin semangat membuat banjir kelamin Rista


"Ooohh.. Pak.... Ssshhhh..", Rista mulai terbuai dengan kenikmatan pada area tempiknya


Rista membuka kakinya lebih lebar, agar tangan Pak Naryo semakin leluasa meraba area tempiknya yang lembab itu. Tempik Rista semakin bocor memproduksi cairan hangat, lendir kenikmatan ity terus mengucur dari kelaminnya membuat celana dalam berendanya sudah bebar-benar basah. Pak Naryo semakin blingsatan mendapati akhwat disampingnya sudah begitu terangsang.


Tangan Pak Naryo mencoba menyusup ke dalam celana dalam Rista, betul saja suasana didalam sana terasa hangat. Jembut Rista terasa basah terkena cairan kelamin dan juga keringatnya sendiri. Telunjuk Pak Naryo mulai meraba lipatan kulit kelamin Rista yang texturenya halus. Rista kembali mendesah tak karuan, tangan Pak Naryo terus menggoda kelaminnya agar semakin terangsang


"Aahhh.. Pak.. Uuuhh...", Rista merintih perlahan 


Pak Naryo sudah tidak sabar memagut bibir tipis Rista yang berwarna pink itu. Bibir Pak Naryo mulai perlahan mendekati bibir Rista yang sudah pasrah. Rista sempat menolak sebentar sebelum akhirnya Pak Naryo menahan kepala gadis itu agar tidak bisa menghindar. Bibir mereka saling bertemu dan Pak Naryo melumat bibir itu dengan lembut  Bibir tipis Rista yang menggiurkan itu terasa begitu nikmat ketika dicumbu. Terdapat sedikit aroma manis yang terasa akibat dari lip ice yang ia pakai. Pak Naryo semakin bersemangat melumat bibir Rista penuh nafsu. Kali ini sudah bukan hanya bibir saja yang bertemu. Lidah Pak Naryo pun sudah mulai menyeruak masuk menjilati lidah Rista yang mssih berada di dalam rongga mulutnya


"Sssshhhhh... Pak....", desis Rista sambil mencengkeram kursi tempat duduknya


Mereka berciuman cukup lama. Suasana dingin malam itu sudah tak terasa lagi bagi keduanya. Tubuh mereka yang saling menghimpit sehingga menimbulkan perasaan hangat malam itu


"Sepong kontol saya Mbak... Sshhhh...", pinta Pak Naryo


Rista langsung menurunkan tubuhnya sambil mengocok kontol Pak Naryo. Tangan lembutnya terus memainkan kelamin bapak-bapak itu  dan kemudian batang kontol itu mulai dimasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Bibir dan lidah Rista begitu lihai memainkan daging panjang berotot milik Pak Naryo. Pak Naryo memejamkan mata keenakan menikmati permainan oral sex Rista. Rongga dalam mulut Rista terasa begitu hangat dan basah, membuat kontolnya terasa betah di dalam bibir akhwat itu


"Ooohhh.. Enak..  Terus Mbak Rista... Sshh..", Kata Pak Naryo sambil membelai kepala Rista


Rista mempercepat kulumannya. Kepalanya naik turun mengulum daging panjang Pak Naryo dengan tempo yang semakin cepat. Sesekali tangannya mengocok kelamin keras itu agar air liurnya melumasi permukaan kontol Pak Naryo dengan sempurna, sesekali pula ia jatuhkan gumpalan air liurnya tepat di garis kencing kepala kontol Pak Naryo. Pak Naryo tidak menyangka bisa mendapatkan servis yang begitu sempurna dari seorang akhwat berwajah cantik yang baru saja ia temui. Wajah kalem dan lugu Rista berbanding terbalik dengan kegilaan permainan seksnya yang begitu luar biasa


Tangan Pak Naryo kembali menjamah tonjolan payudara Rista yang masih terbungkus BH berendanya. Telunjuk Pak Naryo menyusup melewati celah kecil bra Rista dan kembali memilin-milin pentil susu gadis itu. Rista semakin terangsang hebat saat area sensitifnya kembali dimainkan, tanpa sadar kuluman Rista semakin lama semakin cepat.


"Ssshhh.. Pentilmu kenyal sekali Mbak... Seponganmu luar biasa.. Aaahhh.. Sudah-sudah nanti saya keluar...", kata Pak Naryo lirih dan meminta Rista menghentikan sepongannya


Setelah Rista menghentikan sepongannya ke kelamin Pak Naryo. Pak Naryo menurunkan cup bh rista ke bawah hingga pentil susunya keluar. Rista masih saja menunduk malu saat seorang pria lagi-lagi melihat auratnya. Mulut Pak Naryo langsung melumat habis pentil susu Rista. Rista kembali mencengkeram erat kursi yang ia duduki saat pentil susunya terasa dikenyot oleh Pak Naryo. Kepala Rista sampai terdongak keenakan, Pak Naryo terus memainkan pentil susu Rista dengan gemas. Texturenya yang kenyal dan wangi sabun yang masih menempel pada pentil susu Rista membuat Pak Naryo tidak bisa menghentikan jilatannya ke payudara akhwat itu


"Aaahhhh... Sshhh.. Uuuhh.. Pak... Teruss..", desah Rista pelan-pelan manja meminta bapak-bapak itu tak berhenti menjilati pentil susunya.


Setelah puas menjilati puting susu Rista, Pak Naryo menutup kembali payudara Rista dengan cup bhnya. Pak Naryo tersenyum mesum memandangi kemolekan tubuh Rista yang sexy hanya mengenakan sempak dan bh berenda itu. Wajah Rista menatap sayu sambil menahan malu saat tubuh sexynya dipandangi oleh Pak Naryo.


Pak Naryo kemudian merebahkan tubuh Rista pada kursi belakang bus yang memanjang. Tubuh kekar Pak Naryo menindih tubuh Rista. Kembali Pak Naryo menciumi seluruh bagian tubuh Rista mulai dari bibir, dan terus turun ke bawah. Disingkapnya sejenak kerudung Rista dan dijilatinya leher Rista yang berkeringat deras itu. Tubuh Rista semakin menggelinjang tak beraturan saat Pak Naryo menjilatu bagian belakang telinganya. Kemudian ciuman Pak Naryo terus turun dan tangan Pak Naryo langsung slkembali membuka cup bh Rista hingga kedua gunung kembar Rista terbuka.


Pak Naryo langsung melahap puting susu Rista itu dengan lidahnya hingga area pentil susu Rista menjadi basah terkena jilatan Pak Naryo. Tubuh Rista tak berhenti menggeliat saat Pak Naryo menyedot pentil susunya kuat-kuat. Rista mencoba mendesah, namun mulutnya ditahan oleh Pak Naryo. Setelah puas memainkan pentil susu Rista, ciuman Pak Naryo terus lanjut turun melewati perut dan menuju  area tempik Rista. Disingkapnya sempak Rista bagian selangkangannya hingga lubang tempik Rista sedikit mengintip


Dihirupnya aroma jembut Rista yang khas. Rista menggigit bibirnya sendiri mencoba terus menahan rasa geli nikmat yang ia rasakan saat ini. Nafas hangat Pak Naryo yang menderu membuat Rista semakin gelisah tak karuan. Lidah Pak Naryo mulai menyapu kulit labia Rista perlahan. Rista tersentak hebat saat lidah Pak Naryo mulai menyapu kelaminnya yang basah. Semakin lama lidah itu menyeruak masuk semakin dalam menjilati bagian dalam lubang kelaminnya. Kepala Rista menggeleng ke kiri dan ke kanan. Kakinya pun semakin mengangkang memberikan jalan kepada Pak Naryo agar terus menikmati liang senggamnya


*sluruppp sluruppp sluruppp*, suara jilatan lidah Pak Naryo ke tempik Rista


"Ssshhhh..", Rista mendesis kuat


"Nikmat memekmu Mbakk.. Wangi dan gak kecut.. Heheheh..", puji Pak Naryo sambil terus menjilati tempik Rista yang mulai banjir


"Pakkk.. Sudah... Saya geli... Aahh..", Kata Rista lirih


"Sebentar saya belum puas jilmek memekmu cantik..", Kata Pak Naryo sambil meneruskan menjilati memek Rista


Tangan Pak Naryo menarik bibir kelamin Rista agar semakin terbuka lebar. Tampaklah bagian dalam tempik Rista yang berwarna merah muda. Lalu kembali lidah Pak Naryo menyapu cairan-cairan yang menempel pada dinding kelamin Rista. Rista kembali mengejang, kaki akhwat itu bergetar-getar mencoba menahan orgasmenya yang mulai terasa ingin ia keluarkan saat ini juga


"Sudah Pak.. Saya mau pipis...", pinta Rista


"Hehehe.. Ok deh..", jawab Pak Naryo memandangi wajah sayu Rista yang terlihat begitu sange.


Setelah puas menjilati tempik Rista hingga basah dan lecek tak karuan. Pak Naryo kembali menindih tubuh Rista sambil memegangi batang kontolnya yang sudah sangat keras


"Lagian Saya sudah ga tahan lagi pingin ngentot cewek secantik kamu..", Kata Pak Naryo sambil menyingkap bagian selangkangan sempak rista hingga bibir kelamin Rista tidak terhalangi celana dalamnya.


"Jangan Pak..", pinta Rista menyadari batang kontol Pak Naryo sudah menyentuh kelaminnya


"Jangan berisik nanti orang depan bangun lho..", ujar Pak Naryo sambil menunjuk penumpang di depan mereka yang sedang tertidur pulas


Pak Naryo mulai mendorong masuk kontolnya ke arah lubang tempik Rista. Dibungkamnya mulut Rista agar tidak ceroboh mengeluarkan suara desahan. Kontol Pak Naryo mulai membelah masuk di belahan lubang kelamin akhwat cantik itu. Tubuh Rista kembali menggeliat hebat seolah tubuhnya sedang dibelah oleh kontol besar Pak Naryo.  Semakin lama kontol bapak-bapak itu tertancap semakin dalam, membuat tempik Rista langsung l

perih dan kedutan karena harus menyesuaikan diameter lubang kelaminnya dengan diameter kontol Pak Naryo yang besar.


"Ssshhh.. Pak... Aduuhhh..", kata Rista menahan desahannya karena saking besarnya kontol Pak Naryo


"Becek memekmu Mbak... Ssshhh.. Nikmat sekali.. Uuhhh", kata Pak Naryo berbisik ditelinga Rista dan melanjutkan mendorong masuk batang kontolnya semakin dalam ke kelamin gadis itu


*blessss*


Pak Naryo perlahan mulai memompa tempik Rista dengan batabg kontolnya. Tubuh Rista hanya bisa pasrah ditindih Pak Naryo. Dia rela berkorban melakukan ini semua asalkan kakak kandungnya tetap terjaga kehormatannya. Pak Naryo leluasa mengobok-obok tempik Rista tanpa ada penolakan sama sekali dari gadis itu. Mata Rista terpejam rapat dan sesekali bibirnya meringis menahan linu pada alat kelaminnya yang terus dihajar oleh kontol Pak Naryo. 


"Sshh.. Ahh. Pak..", desah Rista pelan sekali agar penumpang di depannya tidak bangun


"Ssshh.. Enak bener jepitan memekmu Mbak Rista... Aaahhh...", Kata Pak Naryo sambil melumat kembali bibir Rista


Terjadi kembali pertukaran ludah diantara kedua bibir itu. Air liur mereka saling menyatu membentuk sebuah benang tipis yang saling terhubung diantara lidah mereka. Lalu Pak Naryo melumat bibir Rista yang tipis bergantian atas dan bawah.  Rista biarkan bibirnya dicumbu bapak-bapak itu sepuas hatinya. Sedangkan kedua kelamin mereka terus bertemu dan saling bertumbukan. Jika suasana hening, pastilah terdengar bunyi ceplak-ceplak pertemuan kedua kelamin yang sudah basah oleh lendir itu


*ceplak ceplak ceplak* suara tumbukan kelamin Pak Naryo dan Rista


"Pak.. Sudah.. Nanti orang-orang bangun.. Ssshhh.."


Pak Naryo tak menggubris permintaan Rista. Bahkan sodokan demi sodokan kontol Pak Naryo lebih kuat dan cepat dibandingkan sebelumnya. Mata Rista terbelalak menyadari Pak Naryo memperkuat sodokan pada kelaminnya. Ingin Rista mencoba mendesah sekencangnya. namun coba ia tahan. Ia tutup mulutnya sendiri dengan lengannya agar bibirnya tidak mengeluarkan desahan


" Ampun pak... Aduhh.. Sudah... Sshh..", pinta Rista


"Hehehe.. Oke lah. lagian saya juga gak mau keluar sekarang", Kata Pak Naryo sambil mencabut batang penisnya dari tempik Rista


Setelah Pak Naryo melepaskan tubuhnya, Rista segera duduk dan membetulkan posisi BH dan sempaknya yang sudah disingkap oleh Pak Naryo. Rista bermaksud mengambil kembali gamisnya namun dengan cepat Pak Naryo menahan Rista untuk mengenakan kembali gamis bahan kain furingnya yang transparan itu. Rista kembali kebingungan menyadari kemesuman Pak Naryo rupanya belum berakhir.


"Siapa suruh kamu pakai baju sekarang. Sekarang saya mau kamu Eksib lebih ekstrim lagi.. Coba kamu jalan ke depan dengan kondisi seperti ini. Hehehe..."


"Hah? Nanti saya ketahuan pak... Lagian Pak kernet dan pak sopir bisa melihat saya nanti.. Jangan pak..", kata Rista


"Heh lu wajib patuhi permintaan bapak itu. Ingat nasib Mbak lu ada ditangan lu!!! Lagian tidak masalah jika mereka melihatmu!! Ayo lakukan permintaannya Rista!", kata Endrix tiba-tiba terdengar dari telinga gadis itu


Sungguh Rista begitu ketakutan saat ini. Ingin sekali ia tidak mematuhi permintaan Pak Naryo, tapi kembali bayang-bayang wajah cantik Mbak Dewi yang bercadar itu membuat  Rista tidak tega. Rista masih ragu untuk melakukan request gila dari Pak Naryo. Bagaimana mungkin dirinya berjalan ke depan bus hanya mengenakan sempak dan celana dalam saja yang dimana Pak kernet dan Pak sopir masih mengobrol seru di depan sana. Selain itu, dia tidak bisa memastikan apakah semua penumpang dalam keadaan tidur. Ataukah ada sebagian yang masih terjaga. Ini semua terlalu beresiko baginya


"Ayo mbak Rista. Saya tahu kamu menikmati ini semua. Kamu ingin memamerkan tubuhmu kan? inilah saatnya.. Ayo jangan ragu tunjukkan keindahan tubuhmu mbak..", Kata Pak Naryo


"Tapi Pak.. Saya takut..", kata Rista


"Ayolah mereka semua sedang tidur. Berjalanlah perlahan. Kalau kamu tidak ceroboh, semua pasti aman-aman saja. Heheheh..", kata Pak Naryo sambil mengurut batang kontolnya sendiri


"Lakukan Rista!!!! Atau besok gw kirim video mbak lu keenakan gw anal!!", kata Endrix membuat Rista mau tak mau segera berdiri dan memulai aksi gilanya


Tubuh Rista gemetaran hebat dan nafasnya tersengal-sengal begitu tegang dengan situasi saat ini. Rista tidak habis pikir mengapa dia ditakdirkan tiap saat harus berbuat mesum dan berzina dengan orang2 yang tidak dikenalnya. Semua takdir ini coba ia jalani penuh kesabaran dan keikhlasan. Perlahan dia langkahkan kakinya menuju depan ke arah pak kernet dan pak sopir yang sibuk menghadap depan memperhatikan kondisi jalan raya.


Permukaan jalan yang tidak rata membuat bus berjalanan meliuk-liuk. Keseimbangan tubuh Rista menjadi tidak sempurna karena bus tidak berjalan dengan stabil. Rista terpaksa sesekali berpegangan pada kursi penumpang saat berjalan saat tubuhnya hampir terjatuh. Pak Naryo memandangi pantat Rista yang begitu sexy ketika berjalan dengan celana dalam rendanya. Terlihat sekali Rista berjalan Penuh was-was sambil ia perhatikan kepala para penumpang yang ada memastikan mata mereka sedang terpejam dan tidak menyadari kehadirannya.


Tubuh Rista yang begitu putih mulus terlihat kontras diantara kegelapan malam ini. Aroma tubuhnya yang wangi tentu saja akan membuat penumpang yang memiliki penciuman sensitif bisa merasakan kehadirannya. Rista terus berjalan mengendap-endap ke depan. Sesekali langkahnya terhenti saat dia harus melewati penumpang yang mengulet membetulkan posisi tidurnya.


Rista hampir sampai dibelakang Pak kernet dan Pak Sopir yang fokus melihat ke arah depan. Keringat deras jatuh membasahi kening Rista saat ini. Dia begitu tegang saat ini berdiri setengah telanjang diantara para penumpang bus malam. Ketika Rista sudah sampai di depan dan bersiap kembali ke belakang, mata Pak Kernet menoleh ke belakang saat itu juga. Pak kernet menyadari kehadiran seseorang di belakangnya. Mata Pak kernet langsung terbelalak melihat pemandangan indah didepannya. Tidak disangkanya, Rista yang tadi ia ajak berbicara di belakang bus dengan gamis menerawang saat ini sedang berjalan setengah telanjang menyusuri bus. seketika tubuh Rista lemas, aksi eksibnya malam ini akhirnya harus ketahuan oleh Pak kernet.


"Mbak Rista!!!!", kata Pak kernet terkejut


(lanjut post berikutnya)

"Ada apa pak?", tanya Pak Sopir sambil melirik  dari kaca spion yang terletak di tengah bus


Rista terlihat kebingungan berdiri mematung dengan kondisi kaki gemetaran. Dari lubang kelaminnya menetes deras cairan tempiknya yang keluar jatuh melewati celah selangkangannya. 


Pak sopir melongo melihat pemandangan indah dibelakangnya dan reflek menoleh melihat kebelakang memastikan apa yang dilihatnya di kaca spion bukanlah fatamorgana.


Dilihatnya Seorang gadis berkerudung berdiri terdiam hanya mengenakan sempak dan BH saja. Wajah Rista nampak tersipu malu sambil tertunduk tidak mampu melihat ke arah wajah kedua pria itu. Kerudung panjangnya tersingkap ke belakang sehingga bagian dadanya bergelantungan terbuka menggoda dalam kondisi terbungkus bra berenda berwarna putih. Pak sopir sampai melongo dan terus memandang ke belakang menatap tubuh indah Rista dan masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya


*Ciiiiittttt ciiittttt*, suara bus tiba-tiba oleng


Sopir itu kehilangan kendali setir busnya karena matanya sibuk memandangi ke arah Rista. Bus meleyot tajam, sopir bus membanting setir mendadak membuat bus bermanuver tiba-tiba. Seluruh  penumpang dibelakang terkejut dan membuat mereka terbangun dari tidurnya. Awalnya mereka tidak menyadari keberadaan Rista. Namun setelah pandangan mereka berangsur semakin jelas, barulah mereka menyadari gadis itu sedang berdiri setengah telanjang di depan. Mereka melongo melihat keadaan Rista yang terlihat sexy dari belakang. Menampakkan punggungnya dengan bulatan pantat yang menggoda.


Penumpang menjadi riuh dan tidak mengantuk lagi melihat ada gadis sedang berdiri hanya mengenakan BH dan celana dalam saja, beberapa penumpang ada juga yang tidak tergoda bahkan merasa jijik melihat Rista. Mereka mengancam akan melaporkan kegiatan cabul ini. Pak kernet langsung berinisiatif mengamankan kondisi yang mulai tidak kondusif. Beberapa pasang mata lainnya tidak mampu memandang kondisi gadis itu dan hanya menunduk sambil menggelengkan kepala tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebagian besar pasang mata yang lain  memandang sange ke arah tubuh Rista yang berkerudung namun tanpa mengenakan pakaian. Para wanita disana lebih memilih diam memandang Rista dengan tatapan keheranan dan sesekali mereka menggelengkan kepala. Dua orang wanita itu adalah seorang perempuan berusia sekitar 23  tahunan yang berambut panjang yang dibiarkan tergerai. Sedangkan satu orang lainnya seorang wanita  berusia sekitar 35 tahun berbusana ala akhwat syari menutup aurat dari bawah sampai atas lengkap dengan kaos kaki yang menutup kakinya.


"Pak kenapa ada pelacur di dalam bus?  mbak segera pakai pakaiannya, jangan maksiat disini!!" kata seorang penumpang bapak-bapak berpeci yang keberatan dengan kondisi Rista yang hampir telanjang


"Eehhh.. Maaf pak..", jawab Rista panik dan hampir menangis karena eksibnya kali ini ketahuan seluruh penumpang bus


Pak Naryo dibelakang malah tertawa licik melihat Rista yang kebingungan. Tangannya diam-diam tak berhenti mengocok batang kontolnya menikmati situasi memalukan yang dialami Rista didepan sana.


"Bapak tenang dulu.. Ini Mbaknya bukan pelacur. Tadi waktu naik bus, kondisinya sudah seperti ini karena dia barusan dikerjai preman. Masak bapak tega melihat mbak ini sendirian diluar sana dalam kondisi ga pakai baju. Kalau saya sih gak tega pak..", kata pak kernet beralasan


"Tapi wanita ini sudah buat kita hampir celaka!! Sudah turunkan saja saya. Saya tidak mau dekat dengan maksiat!!", ujar pria itu

begitu keras


"Kalau bapak tidak suka, yasudah bapak boleh turun nanti uangnya akan saya kembalikan. Saya gak tega pak liat mbaknya..", kata Pak Kernet


"Yasudah saya turun saja. Bisa dosa saya lama-lama di dalam bus ini ..", kata bapak itu penuh emosi sambil mengambil barang bawaannya.


Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Bus berhenti sejenak didaerah pertokoan yang sudah sepi. Beberapa penumpang yang tidak setuju beriringan keluar meninggalkan bus. Tetapi Kebanyakan memilih tetap tinggal di dalam bus. Termasuk dua orang wanita yang ada didalam bus pun memilih tetap tinggal. Mungkin mereka tidak berani berhenti di tempat yang tidak dikenal dan malah nanti jadi berabe tidak bisa sampai di terminal tujuan


"Bapak-bapak, tadi saya cuma ngarang cerita. Heheheh... Sekarang saya mau nanya maksud Mbak Rista jalan dalam kondisi setengah telanjang gini apa ya?", tanya Pak kernet sambil menyeringai


"Errrrr.... Saya...", Rista kebingungan. Tempiknya semakin bocor sampai menetes keluar melalui celah selangkangannya saat seluruh mata didalam bus memandang kearahnya


"Sakit mungkin Mbaknya pak..", kata seorang penumpang


"Mbak sudah mbak tutup mbak.. malu!!!", ujar si penumpang wanita berkerudung lebar yang tampak alim


"Pak kernet...", Ujar Pak Naryo tiba-tiba


Rupanya Pak Naryo sudah maju ke depan dibelakang Rista. Lalu Pak Naryo membisikkan sesuatu ke Pak Kernet dan Pak Kernet mengangguk sambil tersenyum mesum.


"Menurut cerita bapaknya, Mbak Rista ini pengidap eksibisionis..", kata Pak Kernet


"Apa itu pak? Masinis??", tanya seorang penumpang


"Eksibisionis.. Itu lho Pak, orang yang gemar mamerin badannya ke orang lain..", jawab Pak Naryo


"Itu mah gila namanya!! Tapi boleh juga nih buat hiburan. hehehe..", komentar salah seorang penumpang bus


"Yasudah yasudah.. Toh sudah terlanjur kejadian.. Biar bapak-bapak dan mas-mas ngga bosan dijalan. Gimana kalau Mbaknya kita suruh eksib di sini? Anggap saja Mbaknya lagi ngamen. Biar Mbaknya juga bisa menyalurkan hobinya. Heheheh..", Usul Pak Kernet


"Setujuuuuu..", jawab para penumpang serentak sambil menyeringai memandang tubuh telanjang Rista


"Jangan pak.. Dosaa.. Astghfllh..", kata perempuan berkerudung syari tidak oercaya mendengar usul mesum tersebut


"Kita suruh ngapain enaknya?", tanya Pak kernet kembali


"Suruh nyanyi saja pak..", usul seorang penumpang


"Gak seruuuuu...", protes penumpang yang lain


"Gimana kalau disuruh goyang pargoy kayak di tiktod pak?", usul seorang pemuda


"Pargoy? Gimana tuh?", tanya pak kernet


"Goyang sexy yang kayak ulet kepanasan itu pak. heheheh..", kata penumpang itu


"Setujuuuuu", jawab para penumpang bersamaan kecuali kedua wanita disana


"Setujuuu.. Yang penting goyang dah.. Gini kan jadi ga bosen perjalannya..."


"Bersedia ya mbak? kalau gak mau mbak saya turunkan disini..", Kata Pak kernet


Tidak ada pilihan bagi Rista. Endrix pun pasti saat ini sedang mengawasinya sehingga ia harus terpaksa mengikuti aturan main pak kernet. Rista mengangguk sambil berdiri menghadap ke arah penumpang. Semua mata tertuju kepadanya. Para penumpang yang dibelakang pindah kursi sedikit maju ke depan agar bisa melihat lebih jelas. Bahkan pak sopir pun mulai mengurangi kecepatan dengan drastis, melambatkan laju bus selambat mungkin. Sepertinya ia ingin pertunjukan ini bisa lebih lama dan tidak buru2 selesai.


"Goyang Mbak Ristaa.. Sudah ga sabar nih", kata Pak Kernet


Suara riuh tepuk tangan didalam bus. Kebanyakan adalah para bapak dan para pemuda. Penumpang wanita pun ikut penasaran walau hanya melirik sesekali ke arah Rista.


Pak Sopir lalu memutar musik dangdut kencang-kencsnv. Para penumpang bertepuk tangan riuh, seolah menyemangati Rista untuk mulai bergoyang. Sebagian besar mereka mengarahkan kamera handphonenya ke arah gadis yang masih tampak malu-malu itu


"Mbak.. sudah mbak.. bapak-bapak kasian mbaknya.. Jangan disuruh aneh-aneh lagi", wajah perempuan berkerdung syari itu mulai prihatin


"Ayo goyangkan tubuhmu Mbak Rista jangan malu dan ragu. Pacarmu pasti bangga. Heheheh.. ", kata Pak Naryo


Tubuh Rista perlahan mulai bergerak mengikuti irama lagu. Dimiringkannya tubuhnya lalu, pinggulnya mulai bergoyang perlahan ke depan dan ke belakang dengan goyangan seronok. Tubuh Rista terus bergerak sexy, terutama pantatnya yang terus ia goyangkan maju mundur dengan nakal mengundang birahi siapa saja yang melihatnya. Semua mata memandang ke arah pinggul Rista. Birahi mereka tanpa sadar semakin naik memandangi gadis berkerudung itu terus-terusan bergoyang panas.


"Kerudungnya lepas juga sekalian BH sama sempakmu mbak.. Sange nih", kata seorang bapak memberikan perintah.


"Jangan pak, lebih baik sisakan kerudungnya dulu. Ntar baru dilepas. Kita nikmati versi ukhtinya dulu pak", kata penumpang yang lain dan pendapat pemuda ini disetujui oleh yang lain


"Sekarang mulai buka semua dalemanmu mbak. Biar kita bisa lihat body mu seutuhnya. Hehehe", kata seorang pemuda


"Ok Ok Mbak Rista, terus goyang sambil lepas sempak dan BHmu. Sisakan kerudungmu saja", perintah Pak Naryo


Rista mengangguk mendengar perintah Lak Naryo. Semua sudah terlanjur terjadi. Tidak mungkin ia tiba-tiba membatalkan semua kegilaan ini.


"Sudah mbak jangan dituruti permintaan bapak-bapak ini!!", kata si penumpang wanita berkerudung syari iba melihat Rista yang pasrah melakukan perintah pria-pria itu


Rista bisa saja menolak permainan gila ini. Tetapi Rista tahu, Endrix sedang mengawasinya saat ini. Endrix memang sedang melihat budak sexnya saat ini bergoyang seronok menghibur para penumpang bus malam itu. Sudah 2x ia sampai ejakulasi menikmati budak sex syarinya sedang menghibur para penumpang disana. Endrix begitu senang, tugasnya merusak gadis alim itu semakin parah bisa tercapai. Namun semua belum cukup bagi sang iblis. Rista harus dirusak dan dijerumuskan lebih jauh lagi.


Tubuh Rista terus berlenggak-lenggok menggoyangkan pantatnya. Tanpa sadar ia semakin menunggingkan pantatnya sambil terus bergoyang membuat bongkahan pantatnya terlihat semakin semok. Goyangan Rista semakin nakal dan berani. Kedua tangannya ia angkat keatas memamerkan ketiak mulusnya yang tanpa bulu sambil meliuk-liukkan pinggul dengan nakal. Wajahnya yang malu malu namun birahi membuatnya semakin terlihat menggoda para pria di dalam bus itu.


"Buka BHnya sekarang!! Udah gak sabar woii!!", protes seorang penumpang


"Jangan Mbak.. jangan kamu turuti kata mereka.. Sudaahhh. ", pinta perempuan berkerudung syari terus berusaha menjaga kehormatan Rista


kedua tangan Rista kemudian bergerak menuju punggung dan meraih pengait BH nya, kemudian Rista dengan gemetaran mulai melepas pengait BH itu dalam sekali sentakan dan dibiarkannya jatuh lolos dari tubuhnya. Para penumpang semakin riuh saat aurat akhwat itu semakin terbuka. Terlihat pipi Rista bersemu merah menahan malu. Tanpa sadar tangannya menutup kedua payudaranya rapat-rapat


"Buka Mbak Rista, kami mau liat susumu, cantik", kata bapak2 paruh baya dengan tatapan sangat sange


"Buka buka buka buka", mereka terus menyoraki menyemangati Rista agar memperlihatkan payudaranya


Kembali suasana menjadi ramai saat perlahan  Rista menyingkirkan tangannya, membuka  kedua gunung kembarnya dihadapan orang-orang didalam bus ini. Payudara Rista sudah terbuka terlihat menggantung bebas tanpa penutup. Putingnya mancung menantang berwarna cokelat muda. Siulan dan kalimat pujian dan pelecahan bersahut-sahutan.


*suit suit suit* suara siulan


"Sudah pakk.. Sudah cukup kasihan mbaknya", Kata si wanita berkerudung syari semakin panik melihat Rista yang sudah menanggalkan BHnya


"Busyettt.. tetek Ukhti bagus bener..."


"Sexy bener tubuhmu mbak... jadi makin ngaceng kontol saya"


"Ayo semakin nakal goyangnya.. Jilbab lonteeee"


"Jancuuukkkk.. Pentil e wes mancung... Lonteee Syari iki.."


Mereka mulai melecehkan Rista dengan menyebut akhwat alim itu sebagai lonte. Mereka sudah memandang Rista begitu murahan saat ini karena dianggap memiliki kelainan eksibisionis. Dipandangi seperti itu, pentil susu Rista malah semakin mengeras dan tegang. Tubuh Rista semenjak dikuasai Endrix yang memang mudah sekali terangsang. Semakin direndahkan harga dirinya, semakin basahlah kelamin Rista. Rista menyibak kerudungnya kembali karena jatuh kembali menutup dada kebelakang agar tidak menghalangi tatapan mesum mereka ke arah payudaranya. Para pria disana sudah banyak yang mulai  mulai beronani mengocok batang penis mereka sambil memandangi kesexyan goyangan serta tubuh Rista yang kini hanya menyisakan kerudung serta celana dalamnya saja.


"Lanjut Mbak... Tunjukkan memekmu mbak.. Ahh ngaceng saya jancukk..", kata seorang bapak2 tua


"Tempikmu buka mbakkk.. Buka sempakmu mbak..." kata seorang pemuda sambil coli


"Buka sempaknya buka sempaknyaaa", pinta pria-pria yg lain.


Suasana semakin gaduh, mereka semakin tak sabar melihat tubuh telanjang Rista. Rista lalu melanjutkan goyangan sexynya perlahan ke kiri dan ke kanan sambil mulai menurunkan celana dalam berenda yang ia kenakan. Di telinga Rista, selalu terdengar bisikan perintah Endrix yang mewajibkan gadis itu harus menuruti seluruh permintaan semua orang di dalam bus. Tidak ada pilihan untuk melawan perintah tuannya. Rista wajib patuh dan taat kepada perintah Endrix atau akibatnya bisa fatal.


"Goyang yang lebih berani lu.. Kalau lu udah pinter, lu bakal gw jadikan penari striptease di tempat gw. Bayarannya lumayan lho. Mungkin bisa 3x lebih besar daripada gaji calon suami lu kelak. Heheheh .", kata Endrix


Rista mengangguk pasrah dan mencoba lebih memberanikan diri bergoyang dihadapan para penumpang bus. Bulu jembutnya mulai mengintip sedikit saat kain segitiga itu semakin turun tampak menggoda dan bikin penasaran. Jakun seluruh pria disana naik turun memandangi aksi striptease gadis berkerudung syari yang mungkin pertama kalinya mereka lihat secara live itu.


Tangan Rista mulai menarik turun celana dalamnya semakin kebawah hingga area bulu jembut gadis itu semakin terbuka lebar. Pelan tapi pasti kain kecil penutup memek akhwat itu semakin turun kebawah melewati kedua pahanya dan dibiarkan menggantung sejenak di lutut. Rista kembali bergoyang nakal dalam kondisi celana dalamnya yang sudah menggantung di lutut, berlenggak dan bergoyang sambil meremas kedua payudaranya yang menggelantung bebas. Sesekali Ia bergoyang sambil mencolek kelaminnya dihadapan membuatnya terlihat semakin nakal. Setelah puas, barulah celana dalam itu diturunkan terlepas dari kedua kaki mulusnya, Rista pun resmi telanjang di dalam bus ini.


Seluruh penumpang di dalam bus terus memandang sange kearah tubuh telanjang Rista yang masih terus bergoyang nakal dan binal sambil menanti perintah selanjutnya. Rista kemudian memutar badanya, kali ini ia hadapkan tubuhnya ke kaca depan dan membelakangi para penumpang. Lalu, mulai  ia goyang pelan2 pantatnya memamerkan lekuk bongkahan pantat yang putih mulus itu. Aroma tubuh keringat Rista yang keluar deras mulai menyeruak tercium ke seluruh bus. Aroma tubuh Rista itu tercium begitu khas dan sangat merangsang orang-orang disana. Sudah bawaan lahir, Rista memang memiliki bau badan yang khas dan wangi, terutama ketiak dan area tempiknya. Jika ditambahkan parfum, aromanya akan semakin nikmat berkali-kali lipat membuat pria siapapun akan gelisah terangsang jika berada didekatnya.


"Wow... cantik dan sexy sekali tubuhmu Mbak.. Putih bener kulitnya.. Wangi pula bau badanmu mbak.. Sshhhh..", puji seorang pria mengagumi tubuh Rista


"Teteknya bagus sekali mbak, gak kendor dan mengacung sempurna",


"Duh pentilnya ngacung.. Enak banget tuh pentil diemut sayang"


"Buka lubang memekmu mbak. Ngga keliatan tuh ketutupan jembut"


Komentar demi komentar dari para penumpang bus yang tersisa begitu terdengar cabul. Rista hanya membalas perkataan mereka dengan tersenyum kecut karena jujur saja walau saat ini ia birahi, tetapi rasa malu pada dirinya tetap ada. Mereka pun semakin semangat onani sambil memandangi tubuh Rista yang bergoyang-goyang menikmati alunan musik dangdut remix. Segala pujian dan perkataan mereka seolah menjadi penyemangat Rista dan membuat birahi gadis itu semakin tinggi dan tidak terkendali. Rista semakin semangat meliuk-liukkan tubuhnya yang sudah telanjang bak penari striptease club malam


"Lihat itu, para penumpang mulai menggila setelah melihat tubuh Mbak Rista. Coba mbak Riata juga Open BO disini juga. Sebutkan nama dan usia Mbak Rista", kata Pak kernet


"Na.. Nama Sa.. Saya.. Rista Amelia Jihan, Usia 25 tahun, mulai sekarang saya Open BO di sini..", kata Rista


"Status?", tanya seorang penumpang


"Single.. Mau nikah bulan depan.."


"Hahahah... Asyekkk.. test drive dulu... Calonnya juga pasti ngijinin kalau Mbak Rista menghibur disini. Heheheh..", kata seorang bapak-bapak


"Mbak Rista sekarang sudah resmi open BO nih. Mulai sekarang Mbak Rista jual diri disini. Mbak Rista mulai masturbasi disini biar calon pelanggan mbak tahu kemampuan memek mbak menampung batang kontol. Lihat gagang perseneling itu. Ayo mbak, masturbasi pakai gagang perseneling bus itu. Heheheh..", kata Pak Naryo cengengesan


"Iya pak baik..", jawab Rista patuh sambil kemudian ia berlutut menghadap gagang perseneling bus yang panjang dengan bahan besi itu, ujungnya tumpul dilapis kulit sintetis.


"Busyet pakai dijilatin dulu persenelingnya", kata seorang pria


Rista menjilati besi gagang perseneling berkarat itu perlahan, seolah benda itu adalah sebuah batang kontol pria berukuran jumbo. Kesempatan ini tak disia-siakan pak sopir, saat tubuh Rista berada didekatnya, tangan Pak Sopir pun dengan nakal meremas2 payudara dan memuntir puting susu Rista yang sedang asyik menjilati perseneling bus ini.


"Wah bapak curang curi start megang-megang tetek Mbaknya", protes seorang penumpang


"Hehehe.. Ya saya bisanya cuma gini pak. Saya masih harus konsen nyetir nih pak", jawabnya membela diri


"Ya udah gapapa pak, itung-itung biar bapak tetap bener nyetirnya. Hehehe", jawab penumpang itu


Lalu Rista mulai mengecup ujung perseneling itu dengan mulutnya sebelum dia kulum perlahan memasuki rongga mulutnya. Rista menjilati benda panjang untuk menaikkan dan menurunkan transmisi bus itu hingga basah terlumasi air liur. Setelah dirasa benda itu sudah cukup basah, Rista kemudian berdiri dan mulai mengangkangi benda panjang itu. Diarahkan gagang perseneling itu pada lubang vaginanya yang sudah becek daritadi, dan perlahan tubuh Rista turun menduduki gagang perseneling bus yang sedikit karatan itu.


"Hahaha.. Mari kasih seikhlasnya bapak-bapak, Mbaknya ngamen dengan cara masturbasi pake tuas perseneling bus. Hehehe", ujar Pak kernet


Beberapa penumpang mulai melemparkan uang koin 500an ke tubuh telanjang Rista yang naik turun menggenjot gagang perseneling. Seolah Rista sedang benar-benar mengamen dengan masturbasi menggunakan tuas perseneling bus ini.


"Itu mbak, tubuhmu sudah mulai dihargai, walau masih recehan, tapi kamu wajib tetap berterima kasih Heheheh...", kata Pak Naryo sambil turut melempar uang koin 500an kearah Rista


"Aaahhhh... Ssshhh.. Terima kasih.. bapak-bapak...", kata Rista sambil meringis dan kepalanya terdongak karena benda keras itu dipaksa keluar masuk kelaminnya


Penumpang berkerudung syari sudah tidak tega melihat nasib yang dialami Rista. Segala ucapannya tidak digubris oleh Rista, Rista sebenarnya ingin berhenti tetapi tidak bisa. Tubuhnya seolah sudah dikendalikan dan wajib menuruti permintaan tuannya. Ingin sekali wanita berkerudung syari menolong Rista. Matanya tidak tega melihat Rista yang masturbasi menggunakan tuas perseneling dihadapan seluruh orang di dalam bus ini dan para penumpang betepuk tangan sambil melempari uang koin melihat pertunjukan yang dilakukan oleh Rista


Setelah vagina Rista beradaptasi dan mulai terbiasa menerima kehadiran gagang perseneling, pompaan vaginanya terasa lebih lancar karena tuas perseneling itu sudah terlumasi oleh lendir Rista  Terlihat sekali perseneling Pak Sopir sampai basah dan mengkilap terkena lendir tempik Rista yang basah


"Ouuuhhhh... Ssshhh..", desah Rista sambil terus meringis sambil ia percepat naik turun tubuhnya


Perlahan Rista semakin merasakan perseneling Pak Sopir semakin membelah tubuh area bawahnya. Tempik Rista mulai sedikit perih karena lecet. Karena texture karat besi perseneling itu menggesek-gesek kulit labianya. Rasanya sakit luar biasa tetapi Rista seolah tak peduli, Rista terus berbuat seperti ini demi menghibur tuannya yang sedang asyik coli memandangi kegilaannya dari jarak sangat jauh


*Clepp.. Cleppp.. Cleppp..* suara tempik Rista yang terus memompa perseneling Pak Sopir


"Aaaahhh.... Aduuuhhh.. Ouuuuuhhh.. Sakittt", desah Rista


Para penumpang terlihat begitu menikmati aksi masturbasi Rista didepan bus itu. Tak jarang yang sudah terang-terangan beronani hingga telanjang sambil mengocok dihadapan gadis itu. Tangan Pak Sopir juga dengan leluasa meraba bagian-bagian tubuh Rista, sesekali ia terpaksa memindah perseneling dalam kondisi gagang perseneling itu masih berada didalam kelamin Rista sehingga Rista mengaduh kesakitan karena tuas perseneling berubah posisi.


Semakin lama, lubang tempik Rista tampak semakin lancar ditembus  tuas perseneling bus, berkat pelumas sempurna yang keluar dari liang kewanitaannya, Rista bisa merasakan sedikit kenikmatan saat benda panjang untuk oper gigi itu keluar masuk menyiksa tempiknya. Lubang kelaminya terasa semakin lebar dan ndower saja saat ini karena harus kemasukan benda yang diameternya jauh lebih besar daripada diameter penis normal pria negara ini.


Rista menggoyangkan pantatnya semakin erotis mengulek tuas perseneling itu. Kaki Rista mengangkang dan kedua tangannya mulai meremas payudaranya sendiri yang terus berguncang seirama dengan tubuh sexy yang terus naik turun diatas tuas perseneling bus. Sementara tangan Pak sopir kini ikutan memuntir pentil susu Rista menambah libido gadis itu semakin memuncak.


"Ssshhhh.. Aaahhhh... Aaahhh.. Pak..", desah Rista kencang


"Sudah mbak.. Sudahhh cukup... Jangan dituruti lagi permintaan mereka", ujar wanita berkerudung itu berlari mendekap tubuh telanjang Rista yang sudah semakin menggila. Dia sudah benar-benar tidak tega melihat mereka merendahkan harga diri Rista


"Mbak Jangan ikut Campur!! sini lu!", kata seorang pria mulai kesal kepada si wanita berkerudung


"Aduuuhhhhh", pekik si wanita berkerudung syari kesakitan karena ditarik paksa oleh pria itu


"Apa hak lu nyuruh Rista berhenti? lu Maknya apa? Kalau lu Maknya lu temani Rista telanjang juga buat menghibur kita", kata pria itu sambil meremas payudaranya.


"Kurang Ajaarrr!! Jaga tangan anda", kata wanita berkerudung itu emosi


Lalu pria-pria yang lain mendekati wanita berkerudung itu sambil mengocok kontol mereka masing-masing. si wanita berkerudung memandang pucat ke arah mereka. Sadar dirinya saat ini juga sedang dalam keadaan bahaya. Lalu tiba-tiba dari arah belakang tubuh wanita berkerudung itu dikunci dengan kuat. Para pria seketika langsung menyeringai dan tertawa mengerikan memandangi wajah ketakutan perempuan berjilbab lebar yang cantik itu dalam posisi terkunci tak berdaya


"Cantik-cantik banyak bacot lu", kata pria yang berdebat dengannya tadi membelai pipinya yang merona merah


"Udah kita telanjangin saja sekalian", usul seorang pria dari belakang yang mendekap tubuh wanita berkerudung itu kuat-kuat dan disambut anggukan pria-pria lainnya


"Setuju pak!! Kita beri dia pelajaran!", ujar seorang pemuda sambil tersenyum menyebalkan


Lalu 4 orang pria mulai menarik baju gamis wanita itu hingga robek dan dengan kasar mereka menarik resleting gamisnya hingga rusak, para pria itu langsung menggerayangi tubuh perempuan berkerudung syari itu penuh nafsu. Tangan2 mereka berebutan menjamah bagian-bagian penting tubuh wanita itu hingga si wanita berkerudung syari menggeliat tak beraturan. Dari bibirnya samar-samar terdengar desahan kecil yang coba ia tahan


"Penasaran kita sama desahan lu", ujar seorang penumpang yang meremasi payudara wanita itu dari belakang


"Jangan.. Tolonnngggg...", pekik wanita itu


Teriakannya percuma saja dan tidak ada yang menolongnya, karena semua orang didalam bus itu sudah setuju untuk menelanjangi wanita bergamis syari itu hingga telanjang bulat. Rista pun hanya bisa terdiam tidak bisa melakukan apa-apa. Karena jika dia bertindak bodoh, tentunya dia harus mengorbankan kakak kandungnya sendiri menjadi budak sex tuannya


Para penumpang yang lain mulai menyingkap rok gamis wanita itu, dan mereka langsung meraba kedua pahanya yang mulus sambil tertawa-tawa. Kaos kaki cokelat dan sepatu wanita itu tetap dibiarkan terpasang, hanya saja bagian rok wanita itu sudah tersingkap hingga celana dalamnya terlihat jelas. Tak cuma paha, area kelaminnya yang masih tertutup celana dalam mulai dicabuli dengan bejat oleh pria-pria itu, wanita itu mengejang dan mengerang mencoba melawan sekuat tenaga.


Celana dalamnya perlahan basah, tubuhnya terangsang walau seluruh akal pikirannya menolak pencabulan terhadapnya. Sayangnya, rontaan dan perlawanannya sia-sia. Tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria-pria yang memegangi dan menggerayangi tubuhnya. Celana dalam wanita itu dipelorot sampai lutut sehingga terlihat tempiknya yang dihiasi bulu jembut yang dipangkas rapi berbentuk segitiga. kemudian jemari nakal mereka mulai menusuk,meraba dan mengocok area kelamin wanita syari itu secara bersamaan.


"Aaahhhhh.. Jangann..", kata wanita itu berusaha menepis tangan-tangan nakal yang berusaha mencabuli tempik sucinya


Tangan halusnya ditangkap dan direntangkan oleh seorang bapak gendut. Lalu tangan-tangan yang lain kembali mencabuli kelamin wanita berkerudung syari itu. Mulutnya mendesis perlahan, mencoba ia tahan rasa birahi yang mulai menyerang tubuhnya


*kocokocokocokocok* secara bergantian mereka mencabuli tempik wanita itu


"Ah kalian kurang ajar. Saya laporkan ke polisi... Aaahh.. ", protesnya sambil mendesah karena tangan-tangan pria-pria itu terus menjamah lubang kelaminnya


"Lu bawel bener Mbak.. Kita nikmatin tubuh lu disini. Kita jadikan lu lonte hari ini.. Ayo lempar semua pakaiannya ke luar, lonte itu gak butuh baju", kata bapak-bapak gendut yang sedang menahan tubuh wanita itu


Gamis si wanita berkerudung syari tidak bertahan lama menutup auratnya. Pada akhirnya tubuhnya semakin terbuka karena gamis itu mulai rusak akibat ditarik paksa hingga robek terbelah menjadi 2 bagian. Lalu seorang pria mulai menarik lepas pengait BH si wanita berkerudung syari dan langsung dibuangnya keluar sekaligus gamisnya yang telah rusak


Wanita itu begitu malu, wajahnya memerah dan matanya terlihat sembab. Kedua tangannya berusaha menutup payudara yang sudah terbuka bebas. Tubuh mulusnya dipandangi oleh bapak-bapak dan pemuda-pemuda yang mengerubunginya


"Sini foto selfie dulu. Awas lu kalau lapor-lapor kita kirim foto ini ke nomor suami lu!", ancam seorang pemuda sambil memotret beberapa kali tubuhnya yang sudah terbuka bagian atasnya itu


"Lho hape saya itu? Maling kamu.. Kembalikan!!", kata si wanita berkerudung, menyadari handphonenya sudah di pegang pria tak dikenal itu


"Lu berisik bener, gw kirim ini foto2 lu ke suami lu kalau lu banyak bacot. Diem lu!! Oiya ini duit lu gw ambil juga buat biaya muasin memek lu ntar!!", kata pria tu sekali lagi sambil menjarah uang dari dompet wanita itu


"Ini KTPnya.. Namanya Arina Humaira.. Umur 35 tahun.. Hmm cantik sekali namamu Cocok dengan wajahmu yang memang cantik sayang..", kata bapak gendut sambil membelai pipi Arina


"Pak jangan kurang ajar. Kembalikan handphone dan uang sayaa!!! Aduuuuhhhh... Aaahhhh... Bajingan kalian..", kata si wanita berkerudung sambil mendesah saat lubang tempiknya mulai dicabuli kembali oleh 3 telunjuk pria yang mengerubunginya


Tangan-tangan pria disana langsung bergantian menyiksa lubang tempiknya dengan cepat. Arina mulai kelojotan dan kepalanya terdongak.


"Anjir lu daritadi protes sekarang malah ngangkang..  Munafik lu. Nih liat tempik lu banjir gini. sange lu??", kata seorang bapak-bapak sambil tangannya terus mengocok tempik Arina hingga becek


Seorang pria menarik lepas celana dalam yang sudah menggantung dilutut Arina dan dilemparkannya kain segitiga itu keluar. Sehingga tubuh wanita itu sudah telanjang  bulat saat ini hanya menyisakan kerudung, sepatu dan juga kaos kaki ukhtinya yang berwarna cokelat muda dengan panjang sebetis. Kemudian Tangan-tangan para pria mulai menggerayangi tubuh wanita itu dengan leluasa. Gadis itu mendesah kencang. Belum apa-apa dari dalam tempiknya menyemburkan cairan deras yang keluar dari lubang kencingnya akibat dirangsang dari segala arah oleh penumpang-penumpang bus malam ini.


*Currrrr.... currrrr....*, cairan deras keluar dari dalam tempiknya


"bacot lu doang gede. Memek lu tuh kencing-kencing mbak saking sangenya.", kata salah satu bapak-bapak sambil mulai menjilati lubang kelamin wanita itu


"Aaaahhhh... Aaaahhhh... Ooohhh.. Jangan disituuu.. Aaahhh..", Arina mendesah kencang


"Gw sumpal kontol mulut lu!!!", kata pria yang berdebat dengan wanita itu tadi


"Hmmmppphhhh..", Arina terkejut saat sebatang kontol sudah didorong-dorong di bibirnya yang sengaja ia tutup rapat-rapat


Lalu karena kesal Arina tidak juga membuka mulutnya, hidung wanita itu dipencet agar ia kesulitan bernafas sehingga terpaksa ia membuka mulutnya untuk mengambil nafas. Lalu begitu mulutnya terbuka, pria itu langsung memasukkan batang kontolnya ke dalam mulut Arina. Arina menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya nampak begitu syok karena sepertinya ini pertama kalinya ia memasukkan batang kontol ke dalam mulutnya


"Sepong kontol gw yang bener lu!!!", kata pria itu sambil mulai mendorong kepala Arina agar kontolnya masuk hingga tenggorokan gadis itu


"Ayo pakai tempik ukhti ini bareng-bareng", ajak seorang pria sambil mengarahkan batang kelaminnya ke tempik Arina


Arina ketakutan melihat kontol pria yang akan menyetubuhinya. Namun dirinya tidak bisa berbuat banyak karena tubuhnya saat ini juga sedang ditahan tidak bergerak mengulum batang kontol seorang pria


"Hmppphh.. Hmpphhhh..", Arina menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kepala kontol pria itu sudah menyentuh tempiknya yang basah


*blesssss*


"Aaahhhh.. Sempit bener lubang memek lu.. Gw entot lu sekarang", kata pria itu sambil mulai menggenjot tempik Arina


Kontol itu mulai bergerak maju mundur dengan cepat menghajar kelamin akhwat itu. Arina pasrah. membiarkan seseorang menghujami lubang kelaminnya tanpa ampun. Sodokan demi sodokan kontol pria itu terasa semakin mantab dan juga keras karena jepitaj tempik Arina yang memang masih sempit mencengkeram dengan baik batang kontol yang menyetubuhinya


"Gantian pak..", pinta seorang pemuda


Bapak itu berhenti menyetubuhi Arina dan mempersilakan pemuda itu menikmati jepitan kelamin akhwat itu. Arina terkejut dan melihat kearah kelaminnya tidak percaya. Tempiknya harus kembali merasakan batang kontol pria yang lain. Pemuda itu langsung mengatur posisi kontolnya dan ditempelkan ke bibir tempik Arina yang sudah berlendir


*blessss*


"Ooohhhh..", desah Arina tak kuasa menahan perih karena kali ini dia menerima sebuah batang kontol yang lebih panjang dari sebelumnya


Pemuda itu mulai menggenjot perlahan  tempik Arina. Tubuh Arina malah mengangkang melebarkan lubangnya sendiri, karena terasa sekali lubang kelaminnya saat ini perih karena belum biasa menerima kontol besar dan panjan


*jleb jleb jleb*


"Aaahhh.. Aahhh..", Arina mulai mendesah tidak berdaya saat kontol perkasa pemuda itu berkali menghajar lubang kelaminnya


Singkat cerita, pria-pria itu bergantian menghajar lubang tempik Arina. Wanita itu hanya bisa pasrah, satu demi satu mereka secara bergiliran mencolokkan batang kontol mereka ke lubang kehormatan wanita itu. Sengaja para pria itu tidak langsung ejakulasi ditempik Arina. mereka ingin menikmati pesta ini lebih lama hingga mendekati terminal tujuan


"Gw bikin status nih ke WA lu : Malam-malam perjalanan jauh, hati senang mendapat banyak batang memasuki lubangku.. Gw kirim nih!!!", ujar pria tadi kesal sambil mengirim ketikan status WAnya


"Jangannn.. Maaaff... Tolong hapus status itu mas..."


"Hapus?? Ok. tapi syaratnya.. Lu mohon ke kita buat pejuin tempik lu! Suami lu bakalan senang tau lu pulang-pulang hamil. Hahahah.."


"Eeehhh Iyaa.. Bapak-bapak.. tolong pejuin punya saya sepuasnyaa.. Sudah Mas tolong dihapus mas statusnya.. Hiks hiks hiks...", kata Arina tidak bisa membayangkan status cabul itu dibaca suami, keluarga, dan juga teman-temannya


"Oke gw hapus.. Sekarang lu layani semua bapak-bapak yang antri pejuin tempik lu itu. Anggap saja lu sedang melayani suami lu sendiri. Malam ini lu istri kita", kata pemuda itu


"I..Iya.. Bapak-bapak.. sini saya layani... Anggap saya istri bapak-bapak..."


"Hajarrrr!!!!", para pria itu langsung kembali mengayunkan batang-batang kontolnya ke wanita berkerudung itu


Seketika mereka menyeret dan merebahkan tubuh Arina bersandar pada kursi paling belakang. Kaki Arina dibuka lebar-lebar, dan sebuah batang kontol langsung ditancapkan ke lubang kelamin Arina


*blessss* sebuah kontol bersarang ke tempiknya dan langsung digenjot dengan brutal


Kepala Arina terdongak saat kontol itu menyetubuhinya tanpa ampun. Bibir akhwat itu mengeluarkan suara desahan yang terdengar merdu, membuat siapa saja yang mendengar desahannya semakin sange kuar biasa.


*jleb jleb jleb jleb jleb*


"Aahhhhh... Aaahhhh.. Ouuuuhhh... Hmpphh.. Sabar pelan-pelan..", Kelamin Arina langsung dijejali banyak kontol secara bersamaan. Mereka saling berebutan menanamkan kontolnya ke tempik Arina.


Belum selesai satu orang pria menyetubuhinya, sebuah batang kontol juga perlahan menyeruak masuk ke dalam tempik wanita itu. Arina terperanjat saat melihat tempiknya akan disetubuhi 2 batang kontol bersamaan. mereka terus memaksakan batang mereka masuk ke lubang sempit itu. Mata Arina terbelalak saat lubang tempiknya beradaptasi semakin lebar agar mampu menampung 2 batang kontol sekaligus. Mereka sudah tidak sabar mengantri dan tidak mau menunggu lagi. Batang-batang kontol itu berdesakan berebutan masuk menghajar lubang kelamin wanita itu


"Aahhh.. satu-satu.. gak muat bapak-bapak.... Jangan bersamaan aahh..", rintih Arina kewalahan melihat lubang kelaminnya dijejali kontol-kontol yang sudah keras


"Muat Mbak.. Ayo lu harus yakin memek lu muat dikontoli 2 batang sekaligus. Suami lu pasti bangga!!"


"Aaahhhhhh... pak.....Ampuunn.. Aahhhh..", desah wanita berkerudung syari itu


Arina menggelinjang hebat saat 2 kontol itu mulai masuk semakin dalam membelah kelaminnya. Rasanya lubang kelaminnya seperti robek dan terbelah semakin lebar. Tidak disangka akibat dia berusaha menolong Rista, tubuhnya menjadi bulan-bulanan seperti ini. Arina kembali berusaha melawan namun sayang kedua kontol itu sudah menguasai lubang kelaminnya seutuhnya. Pelan tapi pasti kedua kelamin bapak-bapak itu secara bersamaan menghajar lubang tempik Arina


*jleb jleb jleb jleb*


"Ndower tuh memek lu. Hahahah.. Pejuin aja pak jangan ragu.", kata pria yang berdebat dengannya tadi


Endrix yang memandang dari kejauhan tak percaya dengan pesta sex di bus itu. Tidak disangkanya akibat menyuruh Rista eksib di dalam bus, membuat seluruh penumpang di dalam bus ikut terlibat kegilaan ini. Bahkan Rista tidak sendiri, seorang wanita disana pun turut serta menjadi pelampiasan seluruh penumpang bus malam itu. Tentu saja Deus sang iblis suka akan hal ini. Ketika manusia-manusia berzina massal saling beradu kelamin dan sex bebas sepuasnya tanpa aturan.


Situasi rupanya semakin tak terkendali. Bukan hanya Rista dan Arina yang sudah dikerjai, Bahkan gadis yang berambut panjang tadi diam-diam nasibnya sudah sama saja. Gadis itu sudah telanjang bulat sambil dikelilingi pria-pria yang sudah sange. Dikiri kanannya sudah berdiri 2 orang bapak-bapak yang sedang merem melek menikmati kontolnya dijilatin bergantian oleh gadis itu, sedangkan dibawahnya seorang pemuda sedang menghajar lubang tempiknya dengan kasar. Terlihat lubang tempiknya begitu basah dan cairan kelaminnya sampai menetes-netes saat kontol pemuda yang menyetubuhinya terus menggenjot kelamin gadis itu. Gadis berambut panjang itu hanya mendesah pelan harus melayani ketiga pria itu. Payudaranya yang berguncang-guncang ditampar-tampar di emut oleh pria-pria itu dengan kasar. Wajahnya terlihat belepotan lendir berwarna putih kental karena barusan disembur oleh salah seorang penumpang bus malam ini


"Aahhh.. Aahh.. Aahh..", desah si gadis berambut panjang kewalahaj


"Ayo lonte.. Tempik lu nikmat bener.. Ssshhh.. Goyang badan lu", kata pemuda yang menggenjot kelaminnya


Rista tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kedua gadis itu berbeda nasib dengan dirinya. Rista memiliki seorang tuan yang memiliki kekuatan yang bisa mengatur pikirannya sehingga setiap perintahnya harus ditaati tanpa bisa ia tolak, sedangkan kedua gadis itu adalah gadis normal dan baik-baik seharusnya tidak bernasib malang seperti dirinya. Rista menyesali semua yang terjadi dan merasa bersalah terhadap kedua gadis itu


Lamunan Rista terhenti saat melihat Pak kernet mengambil sebuah kardus bekas air mineral dan ia potong persegi. Lalu ia lilitkan sebuah tali rafia ke kertas kardus itu. Nampak Pak Kernet berundingan dengan Pak Naryo sambil sesekali terkekeh. Pak kernet lalu mulai menulis sesuatu di kertas kardus itu. Sesekali Pak Naryo dan Pak Kernet menyeringai memandangi tubuh Rista yang masih naik turun menikmati masturbasi dengan tuas perseneling dengan mata terpejam semakin sange. Setelah selesai menulis di kardus itu, Pak Naryo memberikannya kepada Rista dan dikalungkan pada leher gadis itu.


"Ayo silakan dibaca harga jualan Mbak Rista", kata Pak Naryo


Harga Jual Tubuh Rista Amelia Jihan:

- Cium bibir (30 detik) 500

- Grepe (30 detik) 1500

- Ngobok memek (30 detik) 500

- Netek dan jilmek (30 detik) 1500

- Sepong kontol (1 menit) 1000

- Toilet (1 menit) 2000 rupiah


Para penumpang membaca daftar harga tersebut dengan seksama. Rista benar-benar syok tidak menyangka tubuh yang selama ini ia rawat dan ia jaga dengan cara ia tutup rapat-rapat auratnya dihargai begitu rendah oleh mereka.


"Toilet itu maksudnya apa pak?", tanya seorang penumpang


"Kalau bapak kebelet buang peju, bisa ke mulut mbaknya. Atau terserah kemana saja ke seluruh tubuhnya. Hehehe..", Kata Pak Naryo


"Oh kirain saya boleh kencingin Mbak Rista Heheheh..", kata pria itu cengengesan


"Jangan pak, bus saya nanti bau pesing. Heheheh", jawab Pak Kernet


"Jancuk murah e.. Gelem aku (mau aku)", kata seorang pemuda


"Kalau ngentot mbaknya boleh?", tanya pemuda yang lain masih terus mengocok batang penis berototnya semakin cepat karena tubuhku diobral murah


"Ngentot sama saja dengan biaya toilet pak. Tempiknya buat buang peju kan? Hehe..", jawab Pak Naryo


"Jadi ngentot Mbak Rista biayanya cuma 2000an saja pak? Murah bangeeettt...", ujar seorang penumpang


"Iya, 2000 setiap menit pak. Kalau bapak ngewenya 10 menit ya bayarnya 20ribu. Tapi jangan lama2 pak gantian sama yang lain. Murah ya pak? Heheheh.. Mbak Rista itu gak butuh duit soalnya butuhnya cuma kontol dan peju", jawab Pak Naryo


Penumpang yang lain pun semakin riuh dan bersemangat. Sepertinya Pak Kernet dan Pak Naryo sudah berhasil menjual tubuh Ukhti Rista keseluruh penumpang bus.


"Sekarang Mbak Rista jalan berlutut sampai ke belakang. Tawarkan diri Mbak ke para penumpang. Heheheh", kata Pak Naryo


Rista lalu melepas tuas perseneling yang sedari tadi menghajar lubang kelaminnya. Setelah dicabut, tempik Rista malah terasa cenut-cenut dan perih. Dengan lunglai dan menahan perih, Rista lalu berjalanan sambil berlutut menuju ke arah penumpang yang duduk paling depan. Sedangkan di kursi paling belakang terlihat Arina dan gadis berambut panjang masih disetubuhi beberapa pria-pria secara bergantian


"Mau pesan apa pak..", tanya Rista pasrah


"Saya mau cium bibir kamu saja"


"itu aja pak?", jawab Rista terkejut


"Iya saya takut kamu penyakitan. Apalagi memekmu habis kena tuas karatan gitu. Hahahaha", kata Bapak itu


"Ba.. baik pak..", jawab Rista


Lalu bapak itu mengeluarkan uang koin 1000 dan dilemparkan ke tubuh Rista


"Saya ngga ada uang 500, jadi saya cium bibir kamu 1 menit ya"


Pria itu mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Rista yang tipis menggoda berwarna merah muda. Langsung Dilumatnya habis bibir Rista penuh nafsu atas dan bawah sambil sesekali pria itu menjilati bibir Rista hingga basah. lalu setelah puas memainkan bibir, lidah bapak itu menyeruak masuk melumat habis lidah Rista dengan penuh nafsu. Belum apa2 mulut Rista  sudah belepotan air liur yang baunya menjijikkan. Disedotnya lidah Rista dengan kuat dan Rista hanya bisa pasrah indra pengecapannya menjadi bulan-bulanan lidah pria itu. Lalu kembali bibir bapak itu melumat bibir Rista hingga tak terasa waktu 1 menit sudah berlalu


"Bibir kamu manis cantik..", puji bapak itu


"Te..terima kasih pak.."


Lalu Rista menolek ke kiri, menawarkan penumpang deret sebelah


"Bapak mau pesan apa?", tanya Rista kepada bapak-bapak yang masih duduk di deret depan namun beda kursi


"Sepong kontol saya saja", kata pria itu sambil melempar uang koin 1000 ke rista.


"Sama saya juga mbak", kata bapak satunya juga melemparkan uang kertas 1000an


"Ok jadinya 2 menit ya karena kamu sepongnya 2 kontol sekaligus", kata Pak kernet sambil membetulkan celananya yang mulai sesak melihat kegilaan di busnya


Rista mulai membuka ikat pinggang kedua bapak itu dan menurunkan resleting celana mereka


"Permisi pak...", kata Rista minta ijin mengeluarkan batang kontol si bapak


"Iya silakan mbak. Sepong yang bener ya!", kata bapak satunya


Kedua pria itu bersandar santai pada kursi, memandangi kecantikan wajah Rista yang bertahi lalat di dekat matanya itu. Lalu mulut Rista langsung melahap batang kontol bapak yang kiri. Sedangkan kontol bapak yang kanan ia kocok menggunakan tangannya


Kepala Rista bergerak naik turun mengulum batang kontol yang tebal itu. Sesekali lidah Rista dijulurkan dan menjilati batang kelamin itu dari bawah ke atas hingga terlumasi oleh air liurnya, sebelum akhirnya ia kulum kembali dengan cepat batang kontol itu


"Aahhh... gila... Saya jadi ga enak sama istri saya. Mbak ini lebih pinter nyepongnya. Hehehe"


"Sama pak.. Saya juga jadi kepikiran istri saya. Rejeki nomplok kita disepong ukhti cantik gini.."


Rista lalu mulai mencaplok kontol bapak yang kanan, dan kontol bapak yang kiri ia kocok dengan tangannya


Ia lalu memainkan batang kontol itu memakai mulutnya dengan teknik yang sama. Sesekali ia jilati batang kontol itu dari bawah keatas dan terus menyapu hingga lubang kencing bapak itu juga dijilati beberapa saat dengan nakal hingga tubuh bapak itu mengejang kegelian.


"Ok sudah 2 menit", kata Pak Naryo


"Busyet cepet bener...", keluh Bapak sebelah kiri


Rista lalu kembali berjalan berlutut menuju kursi penumpang deret kedua yang ditempati 2 bapak-bapak dan 2 orang pemuda yang seumuran dengannya


"Ma.. Mau.. saya layani apa bapak dan masnya?"


"Saya mau grepe dan ciumin kamu saja Mbak...", ujar seorang penumpang berwajah tampan ala fakboy


"Saya mau jilatin memek dan puting kamu..", ujar bapak-bapak penumpang di sebelah pemuda tadi


"Masnya total biayanya 2000, bapak 1500 pak..", kata Rista


Lalu mereka memberikan uang sesuai dengan yang disebutkan oleh Rista


"Kamu naik aja dipangku mereka berdua Mbak Rista", kata Pak Naryo


"Iya pak.."


Lalu Rista berdesakan duduk dipangku kedua pria itu. Tangan pemuda itu langsung menggerayangi tubuh telanjang Rista. Payudara Rista ia remas-remas penuh nafsu sambil sesekali puting susunya yang kenyal diplintir-plintir. Kepala Rista terdongak dan tubuhnya bergetar. Saat kepalanya terdongak, pemuda itu melumat bibir tipis Rista yang begitu menggoda


"Aaahhh.. Uhh.. Ssshhh.. mas..", desah Rista saat pemuda itu terus memainkan pentil susu Rista yang sensitif


Pemuda itu semakin semangat menggerayangi dan menciumi bibir Rista. Rista membalas pagutan bibir pemuda itu. Bahkan tangan Rista bergelayut manja di leher pemuda itu sambil mereka terus saling berciuman dan melumat lidah satu sama lain.


"Mbak saya nambah mau ngentot kamu... Berapa??", kata si pemuda sambil mengeluarkan batang kejantanannya


"Aahhh.. Iyaa... 2000 saja mas biayanya..", jawab Rista sambil menatap wajah pemuda itu dengan sayu tanda dirinya sedang sange


"Oke nanti uangnya. kamu goyang dulu sambil entot kontol saya mbak.. Aahhh.."


"Ouuhhh.. Iyaahh.. Aahhh.. Maaf mas.. ijin masukkan kontolmu mas...", jawab Rista semakin sange dan dikuasai nafsunya


Kedua muda mudi yang seumuran itu akhirnya berhubungan badan dengan panas. Berzina dihadapan para penumpang bus yang lain. Mereka sudah tidak peduli dengan durasi yang sudah ditentukan untuk berciuman dan menggerayangi. Rista dan pemuda itu terus berciuman dengan mesra. Lidah mereka saling melumat satu sama lain. Kerudung Rista di sibak oleh pemuda itu dan ia gigit leher jenjang Rista yang tadinya masih tersembunyi dibalik kerudungnya. Dari leher Rista yang sudah berkeringat itu, tercium aroma tubuhnya yang khas dan membuat seluruh pria disana semakin bergairah. Tangan fakboi itu tak berhenti memainkan puting susu Rista yang kecil kenyal. Sedangkan tubuh Rista sibuk naik turun agar lubang tempiknya bisa mengurut kontol pemuda tampan itu


*jleb jleb jleb jleb*


"Aahh.. Ahh.. Aahh.. Enak mas.. Aah..", desah Rista begitu manja


"Suka ya sama kontolku? Kamu cantik mbak..", puji pemuda itu sambil mengecup bibir Rista kembali


"I..yahh.. Makasihh.. mas..."


"Mau jadi pacarku...?"


"Aahhhh... Tapi saya mau nikah mas... Ouuhh.."


Wajah Rista bersemu merah karena mendapat pujian dan permintaan menjadi pacar dari pemuda tampan itu. Tubuh telanjang Rista semakin semangat naik turun memompa kontol pemuda itu memberikan pelayanan terbaik. Ini pertama kali bagi Rista bersetubuh dengan pria tampan, berbeda dengan sebelumnya yang ia layani kebanyakan bapak-bapak atau pemuda dengan wajah standard ke bawah. Sehingga ketika dirinya melayani pemuda tampan, Rista lebih enjoy dan menikmati persetubuhan kali ini.


Rista dengan mata sayu memandangi wajah tampan ala fakboy pemuda itu. Rista terbuai dengan ketampanan pemuda yang wajahnya seperti artis yang pernah ia idolakan dulu sebelum ia berhijrah. Tanpa sadar Rista sendiri yang mencumbu bibir pemuda itu penuh birahi. Ia layani pemuda itu dengan penuh keikhlasan, membuat siapa saja yang melihat kedua pasangan itu jadi ikutan sange. Tubuh Rista bergoyang sexy diatas pangkuan pemuda itu. Kelamin mereka saling bertemu, kontol pemuda itu menembus membelah tempik Rista yang sudah menghangat. Rista tak ragu menciumi bibir pemuda itu. Bibir mereka terus beradu saling melumat seolah dunia milik mereka berdua


"Gantian mas. sudah 1 menit lebih nih..", protes bapak disebelah yang sudah sangat sange melihat persetubuhan pemuda pemudi itu sambil menarik tubuh Rista turun dari pangkuannya


Jujur saja Rista belum puas melayani pemuda tampan ini. Rahim akhwat itu masih terasa hangat ingin merasakan bercinta dengan pemuda fakboi itu lebih lama. Namun sayangnya, Rista harus melayani pria-pria lain yang sedang mengantri mendapatkan servisnya


"Pak, bisa gak kebagian saya kalau ngantri gini. Udahlah kita garap barengan aja gimana?", usul seorang penumpang yang dari tadi sabar menanti tapi tak kunjung tiba waktu gilirannya


"Bayarnya gimana pak?", tanya penumpang bus yang lain


"Bayar 5000 aja buat ngentot mbak Rista sepuasnya...", usul Pak Kernet


"Setujuuuu!!!!!", kata pria-pria penumpang bus itu bersamaan


Tubuh telanjang Rista diseret ke deretan bangku paling belakang. Beberapa penumpang bus mengikuti dengan tidak sabaran. Rista dijadikan satu deret dengan Arina dan juga gadis berambut panjang sudah sedari tadi dikerjai di tempat itu. Ketiga wanita itu sengaja dikumpulkan agar mempermudah para pria menyetubuhi ketiga gadis cantik itu bergantian


Pak Naryo pun turut serta bergabung bersama dengan Pak Kernet. Dijilatinya pipi Rista penuh nafsu dengan kasar. Tai lalat diantara hidung dan matanyapun tak luput dari jilatan Pak kernet dan Pak Naryo. Air ludah hangat mereka melumasi hampir seluruh permukaan wajah cantik Rista, lalu kembali mereka cium bibir Rista secara bergiliran


Sedangkan tangan-tangan lain berusaha meraba tubuh telanjang Rista. Pentil susunya ditarik-tarik hingga melar memanjang. Lubang tempik Rista tak luput dicabuli tanpa ampun oleh tangan-tangan jahil penumpang bus. Rista melirik ke kiri dan kanannya. Ia lihat kedua penumpang wanita tadi juga bernasib sama saja. Bahkan tempik kedua wanita manis itu sudah belepotan peju para bapak-bapak dan pemuda yang sudah bergantian menyetubuhi mereka berdua


"Oh iya kenalin lagi dong nama2 kalian. Biar kalian sesana lonte bisa saling mengenal. kita juga pingin tahu nama kalian..", kata Pak Kernet menghentikan menciumi bibir Rista sejenak


"Saya Rista Sssshhh.. Oouuhh. ", jawab Rista sambil mengejang karena lubang kelaminnya sedang dijilati oleh bapak-bapak berkumis


"Saya Anya.. Iyaaahhh pak... aduhhhh...", ujar gadis yang rambutnya panjang tergerai sambil kelojotan lubang memeknya sedang dipejuhi seseorang


"Sa.. Saya.. Arina... Aaahhhh... Ssshhh pakkkk sakittt..", ujar wanita berkerudung yang sedang dihajar 2 kontol sekaligus


"Kalian Lonte2 paling cantik dan paling murah yang pernah saya tahu. Mana modelan ukhti-ukhti lagi. Hahahah", kata Pak Naryo penuh kemenangan sambil mengelus pipi Rista dan menjilati wajah Arina. Tampak sekali wajah wanita berkerudung itu begitu tidak suka diperlakukan begitu murahan oleh seluruh pria didalam bus.


"Ouuuuhhh.. Hmmphh", desah Rista tiba-tiba terhenti saat bibir seorang pemuda menciuminya kesetanan tanpa permisi. Tubuh Rista menggelinjang hebat, dari lubang kelaminnya mulai terasa kedutan seperti ingin buang air kecil. Ditambah lagi kali ini kontol Pak Kernet sudah bersarang di dalam kelaminnya dan mulai menggenjot kelamin Rista dengan cepat


"Pak... Saya keluarrrrr..... Aaaahhhhhhh...", pekik Rista kencang


Pak Kernet mencabut batang kontolnya memberikan waktu kepada tempik Rista untuk orgasme sebentar


*srettt sreettt sreetttt sretttt* dari lubang kencingnya menyembur cairan squirt yang menembak nembak seperti air mancur.


Kaki Rista mengangkang sambil gemetaran. Kali ini sebuah batang penumpang yang lain bersarang pada lubang kelaminnya. Rupanya yang sedang menggenjot tempik Rista kalin adalah bapak pertama yang tadi bilang hanya mau cium saja takut tertular penyakit. Pada akhirnya bapak itu tidak bisa menahan godaan birahinya, tubuh Rista terlalu sexy dan mubadzir jika tidak dinikmati. Rista hanya bisa pasrah mendesah menerima takdir yang ia terima. Bapak ity mempercepat sodokannya pada lubang kelamin Rista


"Aarrrrggghh..", desah bapak-bapak itu kencang


*crot crot crot*, akhirnya bapak itu klimaks setelah menyetubuhi Rista dan mencabut kontolmya dari kelamin Rista


Lalu setelah bapak itu pergi, kelamin Rista kembali harus dijejali batang kontol yang lain yang perlahan kembali menghajar lubang kelaminnya. Seluruh penumpang bus bergantian menggilir ketiga wanita itu. Rista, Arina dan Anya duduk pasrah mengangkang, sedangkan para penumpang tinggal memilih mau menyolok kontolnya ke lubang yang mana.


Sebuah Lidah kembali menjilati bibir Rista, dengan kasar lidah itu menepuk2 kedua bibir atas bawah Rista dan diludahinya bibir Rista sebelum dilumatnya kembali penuh nafsu. Lidah Rista ditarik hingga terjulur dan pria-pria disana meludahi mulut Rista yang terbuka itu bergantian. Sebagian ada yang mengenai pipi, kening, hidung dan matanya. Mukut Rista penuh ludah dan terpaksa ia menelan semuanya hingga bersih tak tersisa. Sedangkan di bagian bawah, lubang kelamin Rista juga masih sibuk dihajar kontol seorang bapak-bapak penumpang bus


"Memek saya sakit pak..", kata Rista mulai merasakan perih karena lubang tempiknya tiada henti dimasuki batang kontol pria-pria disana bergantian


"Lihat tuh Arina, memeknya muat 2 kontol. Jangan manja kamu lonte", ujar seorang bapak-bapak penumpang sambil menunjuk Arina yang sedang mengejang keenakan dikontoli 2 kontol sekaligus pada lubang senggamanya


"Aarrrggghhh saya keluarrr.."


"Saya juga pak.. Semprot bareng2 aja tempik Arina.. Aaarrgghhh.."


*crot crot crot crot crot*


Rahim Arina seketika disebur peju kedua pria itu bersamaan. Bisa dibayangkan persaingan sel sperma mereka agar bisa membuahi sel telur Arina akan berlangsung sangat sengit karena jumlahnya begitu banyak. Arina hanya memandang pasrah lubang senggamanya yang sudah penuh dengan peju 2 orang penumpang bus malam ini. Tempiknya terasa hangat, lengket, dan juga bau.


Namun dia tidak bisa beristirahat lebih lama karena kontol Pak Naryo yang besar dan panjang langsung ditancapkan tanpa ampun segera ke lubang kelamin Arina.


"Aaahhh bapak.... Ooohhh besaarrr pak..", desah Arina saat Pak Naryo menancapkan kontolnya tanpa permisi


"suka kan kamu?", goda Pak Naryo


*jleb jleb jleb jleb*


Sedangkan pada area payudaranya yang bulat, 2 orang bapak-bapak sedang menetek pada pentil susunya yang sudah mengeras. Tangan Arina diangkat ke atas dan kedua ketiaknya yang mulus dijilati penuh nafsu oleh Pak Kernet dan seorang pemuda. Bibir Arina juga tidak lama kemudian bergantian diciumi oleh para pria disana. Kepala wanita berkerudung itu sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan, membiarkan bibir sucinya diciumi oleh para penumpang bus sesukanya


"Aaahh Saya keluarrrr...", pekik Pak Naryo dan semakin mendorong batang kontolnya semakin dalam ke tempik Arina


*crot crot crot crot*


Semburan peju kental Pak Naryo sangat banyak karena sedari tadi ia tahan birahinya. Begitu keluar tentu saja semburan pejunya meledak-ledak dan gadis yang beruntung mendapatkan semburan kuat itu adalah Arina, akhwat berusia 35 tahun itu. Aroma tempik akhwat itu sudah bau anyir dan pesing karena kontol berbagai macam bentuk dan aroma sudah silaturahim ke lubang kelaminnya. Nafas Arina tersengal-sengal. Seluruh tubuhnya mengejang-ejang tak karuan.


"Hah.. Puas sekali rasanyaa.. Tempik yang nikmat..", kata Pak Naryo sambil memberikan ruang bagi pria lain untuk bergantian mengerjai Arina


Sedangkan kondisi Anya sudah tak beraturan. Rambut panjangnya sudah acak-acakan, Dia sedang menungging dan menghadap ke pintu keluar sambil berpegangan pada pipa pegangan. Pantat serta punggungnya sudah belepotan peju. 2 orang pria tampak bergantian menusukkan kontolnya ke lubang analnya yang sudah lebar merekah membentuk bulatan besar. Sesekali lubang pantat Anya diludahi sebelum disodok kembali oleh batang penis yang bergantian menyodominya


"Ohhh.. Sakit pak.. Sakittt.. Aaaahhh..", desah Anya


"Yesss.. nikmat bener lubang pantatmu cantik ..", kata pria itu sambil mempercepat tusukannya


*plak plak plak plak* berkali-kali pria itu menampar pantat gadis bernama Anya itu sampai memerah


"Aarrrggghhh keluarrr...", kata pria itu sambil menyemprotkan pejunya ke lubang pembuangan Anya


*crot crot crot crot*


Tiba-tiba lubang pantat Anya sudah disembur oleh peju salah satu pria yang tadi menganalnya. Peju kental itu langsung menetes jatuh karena kondisi lubangnya yang masih melebar. Lalu kembali pria yang lain menusukkan kontolnya ke lubang pantat gadis berambut panjang itu tanpa ampun


"Ooohhhh.. Mas... Aaahhh", desah Anya semakin kencang


Tubuh Rista sudah terlihat kelelahan.  Jembutnya sudah ternoda sebuah semburan peju entah sejak kapan dan siapa yang menyemburkannya. Tempik Rista masih perih sehingga ia tutup  alat kelaminnya dengan tangan agar tidak disetubuhi dulu untuk sementara waktu. Rista lalu dikerubungi 5 orang penumpang bus. Mereka lalu bersamaan  menggoyang-goyang batang penis mereka diwajah cantiknya. Lalu ditepuk-tepuknya wajah Rista dengan penis2 mereka semakin merendahkan harga diri akhwat itu


"Hehehe.. Kapan lagi saya bisa disepong Mbak2 cantik berjilbab lebar. Ayo sepong kontol kita mbak", kata seorang bapak-bapak


Rista lalu membuka mulut dan mulai menjilati penis2 gemuk mereka bergantian dengan lahap


*slup slup slup* suara penis para penumpang disepong oleh gadis cantik itu


Rista berusaha memaksakan seluruh batang penis para pria itu masuk seutuhnya ke rongga mulutnya. Karena memang kebanyakan ukurannya yang tidak begitu panjang dan cenderung tidak begitu keras sehingga mudah memasukkan kelamin mereka sampai mentok ke mulutnya yang sempit


"Aahh.. Ohhh.. Enak banget seponganmu Mbak Rista. Gila Gilaaa.. Gak nyangka saya cewek jilbaban kayak mbak bisa sepong kontol seenak ini", kata seorang pemuda merem melek menikmati permainan mulut Rista sedang menyervis alat kelaminnya


"Ya kalau gak jago sepong ya ga layak open BO pak. Aaahhh", jawab Pak kernet sambil terus mengocok memandangi Rista sedang mengulum 5 batang kontol.


Rista lalu mulai menjilati perlahan batang kontol seorang bapak  terus naik hingga merambah ke garis lubang pipis bapak itu. Lalu beberapa saat kemudiran Rista kembali melahap batang kelamin itu tanpa rasa jijik hingga mentok. Secara bergantian Rista mengulum batang-batang kontol itu, membuatnya terlihat begitu sibuk dan kepayahan harus menjilati 5 batang kelamin pria.


"Oohh cukkk.. Enak sekali mbak... terus.. Jangan kena gigi nanti berdarah heheheh..", desah seorang pemuda sambil menahan kepala Rista agar penisnya terus berada di mulut gadis itu, sungguh indra penciuman Rista begitu tersiksa karena jembut pemuda itu amatlah bau dan tepat berada didepan lubang hidung akhwat itu


"Jongkok dong Mbak Rista", kata salah seorang penumpang


Lalu, tubuh Rista jongkok mengikuti permintaan pria tadi.


kelima pria tadi mulai mengelilingi tubuh Rista yang sedang berjongkok dan mengarahkan batang kontolnya ke wajah Rista. Rista kembali harus menyepong satu demi satu batang-batang kontol itu. Tangan mereka dengan kuat memegangi kepala Rista agar sodokannya semakin mantap menohok tenggorokan Rista secara bergantian.


"Aaarrrggghhhh cukkk.. Keluar saya pak

..", Kata seorang bapak sambil terus menghajar mulut Rista dengan batang kontolnya lalu dengan buru-buru segera dikeluarkannya batang kontolnya dari mulut gadis itu


*crot crot crot* penis gemuk itu menyemburkan spermanya ke wajah putih mulus Rista. Menjadikan wajah cantik Rista harus belepotan peju lengket kental berwarna putih. Cairan kental itu jatuh tepat diatas bibir dan hidungnya.


"Hmppphhh Hmppphh..", Rista sampai kesulitan bernafas karena sudah beberapa menit Rista disodok tenggorokannya dengan kontol secara bergantian


"Enak ya? Suka kan kamu sama kontol... Tenang... Habis gini kamu dapat banyak kontol dan peju Mbak Rista", kata bapak-bapak yang asyik disepong kontolnya oleh Rista sambil menahan kepala gadis itu


*jlek jlek jlek jlek jlek* suara penis bapak itu yang keluar masuk dalam mulut Rista dengan brutal


"julurkan lidahmu!!", perintah bapak-bapak yang sedang meminta jatah sepongan Rista


Bapak-bapak tadi mulai onani mengocok kontol mereka dengan cepat diatas wajah pasrah Rista. Tangan mereka mengocok kontol mereka masing-masing dengan cepat sambil memandangi wajah cantik Rista yang sudah pasrah menunggu semburan peju mereka.


Selang beberapa saat kontol-kontol bapak-bapak itu terlihat mulai kedutan. Tubuh mereka mulai mengejang dan bergetar hebat tanda mereka akan orgasme. Rista kembali bersiap dan pasrah menjulurkan lidahnya sambil memejamkan matanya menantikan wajahnya kembali disembur peju


"Aarrggg keluarrrr"


"Saya juga pakkk"


*crot crot crot*


*crot crot crot crot*


Lendir hangat kental menyeruak masuk ke dalam tenggorokan Rista. Beberapa ada yang meleset mengenai hidung dan bibir Rista  Rasa cairan itu sangat gatal dan serik, Sulit sekali ditelan karena sangat kental dengan texturenya yang gatal. belum lagi aromanya yang begitu anyir terasa menyiksa didalam mulut Rista.


"Telan sampai bersih, awas kalau lu buang!", ujar salah satu pria yang telah memejui mulutnya


Rista mengangguk pasrah karena ia tidak bisa menjawab perintah itu. mulutnya saat itu sudah penuh dengan peju. Perlahan Rista tutup mulutnya dan mulai menelan cairan kental itu. Tenggorokannya langsung terasa gatal, Wajah Rista begitu tersiksa saat menelan semua peju yang tadi diberikan oleh kelima pria tadi.


Mata Rista sampai terpejam tak kuasa menahan cita rasa yang membuat mual itu. Setelah selesai ia julurkan kembali lidahnya untuk membuktikan semua peju pria-pria itu sudah berhasil ia telan.


"Hehehe... Kenyang kamu mbak minum peju kita"


"Eh bersihkan sisa peju kita dong mbak", ujar salah seorang bapak-bapak yang baru saja menumpahkan pejunya ke mulut Rista


Rista kebingungan mencari cara membersihkan sisa leju yang masih menempel di kepala-kepala kontol itu. Bisa saja ia jilat lendir kental itu dengan lidahnya tetapi rasanya saat ini perutnya masih mual karena barusan menelan sperma sebanyak itu. Rista kemudian berlutut sambil mulai membersihkan sisa peju mereka dengan ujung kain kerudungnya. Satu demi satu kontol pria-pria itu bersih kembali setelah dibersihkan oleh Rista menggunakan kain kerudung syarinya.


Tiba2 tubuh Rista kembali ditarik dan didudukkan pada bangku penumpang paling belakang. Rista hanya bisa pasrah saat seorang pria menyeret kembali tubuhnya untuk kembali duduk di kursi belakang. Payudara Rista yang menggantung bebas tanpa penutup itu langsung dihisap putingnya kuat-kuat bersamaan. Dalam posisi kaki mengangkang, organ intimnya dijilati oleh Pak Kernet penuh kenikmatan dan menimbulkan suara becek yang berisik. Tubuh Rista tersentak seperti tersengat listrik, ditambah bibir kasar mereka terasa mengecup dan mengulum puting susu  yang sudah mancung mengeras. Lalu diwaktu bersamaan, kepalanya ditarik paksa dan bergantian menciumi para penumpang bus yang sudah kesetanan penuh nafsu birahi, tubuh Rista langsung menggelinjang hebat saat tangan2 kasar mereka menggerayangi hampir seluruh bagian tubuhnya


"Ooooohhh pak.... saya mau pipissss....", kata Rista tak sanggup menahan rangsangan pada lubang senggamanya. Tubuhnya kembali mengejang2 hebat dan lubang kelaminnya terasa mulai kedutan


*Serrrr serrr seeeeeeeerrrrr* cairan squirt bercampur urine langsung keluar seperti air mancur dari tempik Rista


"Lha malah pipis Mbak Rista", ujar seorang penumpang


Setelah menuntaskan squirtnya kembali Pak Kernet mengambil posisi menyetubuhi akhwat cantik itu. Dibukanya kaki Rista lebar-lebar. Mata pria-pria yang mengerubunginya tertuju pada tempik akhwat itu. Terlihat sudah lecek dan berlendir  tak karuan begitu basah. Pak kernet kemudian mulai mengarahkan batang kontolnya. Perlahan batang kontol itu masuk membelah tempik Rista


"Aaahhhh.. Pak...", rintih Rista


"Uuuhhh mantab bener tempikmu Mbak Rista... Ijin buang peju ditempikmu Mbak..", kata Pak kernet mulai menyodok tempik Rista perlahan maju mundur


Kontol Pak kernet perlahan mulai bergerak maju mundur memompa alat kelamin Rista. Wajah Rista terpejam sambil merintih perlahan. Pak kernet semakin lama mempercepat tempo sodokannya. Membuat tubuh Rista tersentak-sentak seirama dengan tiap sodokannya yang kuat. Kontol panjang Pak kernet terasa kedutan saat dijepit oleh dinding kelamin Rista yang hangat dan basah itu.


Pentil susu Rista yang mengacung tidak dibiarkan menganggur sebentar saja. bapak-bapak dan  pemuda disana bergantian mengulum dan menjilati pentil susu itu hingga basah. Sedangkan pria yang lain menyodorkan batang kontolnya ke mulut Rista sehingga mulut Rista kembali sibuk menyepong kontol-kontol lagi


"Arrrgghhh saya keluarrr...", kata Pak Kernet tiba-tiba sambil tubuh kurus dekilnya mengejang kuat


*crot crot crot*


Kembali lubang kelamin malang Rista harus menjadi tempat menampung peju pria-pria disana. Peju Pak Kernet menggumpal kental dan jatuh perlahan keluar meluber saking banyaknya sehingga tidak bisa ditampung seluruhnya oleh lubang tempik Rista yang sudah nyut-nyutan


***


Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 kondisi jalanan sudah mulai sedikit ramai. Didalam bus yang gelap itu, masih terjadi pesta sex yang tidak pernah orang sangka sama sekali. Rista, Arina dan Anya masih sibuk merelakan tubuhnya melayani pria-pria disana. Bergantian para pria mencicipi lubang tempik ketiga gadis itu sepuas mereka. Hanya satu pria yang belum mengeluarkan peju sama sekali yaitu Pak Sopir


Setelah para pria disana puas, mereka mulai mengambil dompet mereka masing-masing dan melemparkan uang pecahan 5000an kearah ketiga gadis yang sudah bermandikan peju itu. Ketiganya tampak kelelahan saat ini, tubuh ketiga gadis itu sudah berbau tidak sedap, saking banyaknya keringat,liur dan sperma yang menempel pada tubuh mereka.


"Nih 5000nya terima kasih sudah menghibur kita hahahah.. Kalian bagi sendiri ya uang itu!!", ujar Pak kernet diikuti tawa pria-pria yang lain.


"Lho saya kapan nih?", protes Pak Sopir menyadari semua pria di dalam sudah cukup puas dan kehabisan tenaga


"Hahaha.. salah sendiri bapak jadi sopir", ujar Pak Kernet


"Ngga bisa begitu pak, saya juga mau pak!!", kata Pak Sopir lalu ia berhentikan sejenak busnya di jalanan yang sepi


Lalu Pak Sopir mulai berjalan kebelakang, memilih siapa gadis yang akan ia setubuhi. Pada akhirnya pak sopir memilih Arina, gadis yang berwajah cantik dan paling dewasa diantara mereka bertiga. Wajah Pak Sopir memandangi mesum ke arah wajah cantik Arina dengan senyum yang menyebalkan. Arina tidak sanggup memandang wajah berlemak mengerikan Pak Sopir yang begitu mesum memandangi kearahnya yang sudah belepotan peju. Lalu tiba-tiba bibir Pak Sopir melumat bibir Arina dengan penuh nafsu


"cantik sekali kamu...", ujar Pak Sopir sambil terus menciumi bibir Arina dan menjilati bibir akhwat itu. Arina berusaha meronta karena diperlakukakan begitu rendah oleh Pak Sopir. Setelah puas bermain-main di wajah cantik akhwat itu, tangan Pak Sopir mulai menggerayangi payudara Arina yang bulat dan sesekali puting susu wanita 35 tahun itu dipelintir keduanya


"Oohh pak... Ssshh", desah wanita berkerudung syari itu


Tubuh Arina didorong kebelakang tersandar pada kursi. Lalu tubuh gemuk Pak Sopir menindih tubuh gadis itu sambil mulai mengarahkan batang kontolnya yang gemuk ke kelamin Arina. Pelan tapi pasti, kontol Pak Sopir mulai menyeruak masuk membelah bibir kelamin Arina yang sudah bau sperma itu


"Aaaahhh Pakkkkk....", Desah Arina kesakitan karena memang lubang kelaminnya saat ini sudah benar-benar perih karena dipakai bergantian oleh bapak-bapak dan pemuda-pemuda penumpang bus


jleb jleb jleb jleb


Tubuh gemuk Pak Sopir semangat menggagahi tubuh Arina yang pasrah mengangkang. Kedua kelamin mereka saling bertumbukan. Mudah saja bagi kontol Pak Sopir menghajar lubang kelamin akhwat itu karena lubang itu masih menyisakan lendir peju sisa-sisa orang yang baru saja memakai tempik Arina. Menjadikan sisa peju-peju sebagai tambahan pelicin kelamin Arina yang sudah lecek bentuknya


"Aaahhhh.. Hangat sekali tempikmu sayang... Sssshhh...", kata Pak Sopir sambil mulai mengulum memainkan pentil susu Arina


"Pak.. Aaaahhhh..."


Pak sopir bus semakin mempercepat sodokannya menghajar tempik akhwat itu. Beberapa saat kemudian tubuh Pak Sopir mulai bergetar hebat dan kontol gemuknya pun mulai kedutan di dalam tempik Arina


"Oooohhh...Oohhh Aarrrgggh.."


*crot crot crot crot*


***


Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 tepat. Seluruh penumpang bus sudah kembali berpakaian lengkap. Sisa sisa pesta sex semalam sudah dibersihkan. Rista dan Arina berkewajiban membersihkan sisa-sisa sperma yang berceceran di dalam bus dengan kerudung mereka. Kontol-kontol seluruh penumpang yang ada juga wajib mereka bersihkan dengan kerudung mereka sehingva kerudung mereka saat ini aromanya sudah aroma peju dan begitu kotor terkena keringat dan debu  Sedangkan untuk tubuh Rista, Arina, dan Anya yang belepotan peju setelah menjadi budak sex 1 malam, oleh para penumpang hanya boleh dibersihkan jika mereka saling menjilati tubuh mereka satu sama lain sampai bersih. Jadinya Rista dipaksa menjilati  sisa sperma yang menempel pada Arina, Arina menjilati sisa sperma yang menempel pada tubuh Anya dan Anya menjilati sisa sperma yang menempel pada tubuh Rista. Akhirnya ketiga gadis itu saling menjilati tubuh mereka satu sama lain, awalnya mereka ragu saat mereka diminta menjilati tempik rekannya, namun karena terus dipaksa akhirnya mereka bersedia melakukannya asalkan tubuh mereka kembali bersih  Tubuh ketiga gadis itu memang sudah bersih dari sperma, tetapi tidak dengan baunya. Bau sperma yang khas masih tersisa samar-samar pada tubuh sexy mereka.


Arina sudah kembali berpakaian lengkap. Setelan gamis motif bunga dan warna kerudung hijau muda yang cerah telah mengembalikan kecantikan dan keanggunannya. Karena seluruh pakaian yang ia kenakan telah di buang oleh para pria, Ia terpaksa memakai baju yang ada di dalam tas bawaannya. Demikian juga dengan Anya yang telah menggunakan pakaian yang masih sama dengan sebelumnya. Terlihat kaos lengan pendeknya yang ketat itu sedikit lusuh dan kotor. mungkin karena sering terinjak-inja saat kaosnya itu terlepas dari tubuhnya dan terjadi pesta sex barusan di dalam bus itu


Sedangkan Rista memutuskan berganti pakaian yang lebih normal. Tidak dengan pakaian yang menerawang. Sudah cukup semalaman ini ia melakukan kegilaan yang tak akan pernah ia lupakan selama hidupnya. Berkali-kali ia meminta maaf kepada calon suaminya dalam hati. karena tubuhnya sudah begitu murah dan mudah disetubuhi oleh banyak pria.


Bus telah berhenti di terminal tujuan, para penumpang pun berbondong-bondong turun meninggalkan bus. Rista sudah malas berhubungan dan berbicara dengan Pak Naryo yang masih memandanginya dengan tatapan genit. Rista pun buru-buru turun dan meninggalkan bus itu setelah bus berhenti total.


"Rista...", suara seorang pemuda memanggil mengejutkannya


Rista menoleh kebelakang mencari asal suara yang memanggil namanya. Dilihatnya pemuda fakboi tampan yang sempat membuatnya terlena. Seketika jantung Rista berdegup kencang memandang wajah pemuda yang sedang berjalan menghampirinya. Dalam hatinya, Rista Penasaran mengapa lelaki itu memanggil namanya, Rista lalu berhenti sejenak menunggu pemuda itu


"Ini nomor aku.. save ya", kata pemuda itu sambil menyerahkan secarik kertas


"Tadi keganggu, cuma sebentar..", kata pemuda itu tersenyum kecut


"Apanya?", tanya Rista


Kalau diingat-ingat lagi, Rista baru sadar pemuda itu bahkan tidak ikut menggilir dirinya bersama dengan pria-pria lainnya. Sehingga mungkin hanya dia satu-satunya pemuda yang tidak menyemburkan spermanya malam itu


Pemuda itu hanya menggaruk rambutnya sambil tersenyum kecut


Wajah Rista langsung memerah menahan malu. Dia ingat betul momen sebentar yang terjadi antara dirinya dengan pemuda itu. Betapa manjanya dirinya saat melayani pemuda tampan itu. Bahkan Rista ingat bagaimana ia menikmati bercumbu dengan sosok pemuda tampan itu. Perasaan yang sungguh berbeda ketika dia berciuman dengan Endrix maupun pria-pria lain yang pernah berciuman dengannya. Kepada mereka ciuman lebih ke arah nafsu semata, sedangkan dengan pemuda itu entahlah rasanya campur aduk tidak bisa diungkapkan dengan kata. Jantung Rista kembali berdebar cepat melihat sosok pemuda itu tersenyum mengesankan. Dalam hati, perasaan Rista campur aduk. Namun ia mencoba mengingat sosok calon imamnya yang sudah menunggunya selama ini. Segera Rista buang jauh godaan sesaat ketampaan pemuda itu.


"Eehhh.. Iya mas..", tanya Rista sambil menundukkan pandangannya masih menahan malu karena mengingat kejadian erotis diantara keduanya


"Nama aku Andre. Maaf soal kejadian di bus tadi. WA atau call aku ya. Aku boleh temenan sama kamu kan?", ujar Andre sambil tersenyum ramah


"Iya Mas boleh.. Yasudah saya jalan dulu ya mas", kata Rista buru-buru pamitan kepada pemuda itu dan segera akhwat itu berlalu


Rista begitu terburu-buru karena ia sedang mencari-cari keberadaan Arina dan Anya. Disisirinya seluruh tempat di terminal mulai dari tempat tunggu, keberangkatan, kantin, mushola, toilet umum, dan parkiran namun tidak juga terlihat sosok kedua wanita itu. Rista merasa tidak enak hati akibat ulahnya, kedua wanita itu turut menjadi korban pencabulan yang dilakukan seluruh pria yang ada di bus malam itu. Paling tidak Rista hanya ingin meminta maaf atas semua kejadian yang telah terjadi. Namun sayang, keinginannya untuk sekedar meminta maaf tidak bisa terpenuhi. Karena kedua wanita itu sudah tidak terlihat lagi


***bersambung***



==========


Scene 19 : Rista - Berbakti


Rista duduk melamun sendiri di sebuah cafe yang terletak dekat dengan terminal sambil menunggu dijemput abi. Segelas es teh yang ia pesan tak kunjung ia minum juga. Pikirannya saat ini sedang tak karuan. Mengingat kejadian pesta sex di bus tadi malam.  Sebuah pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan selama hidupnya.


Sebenarnya kemarin Rista sudah janjian dengan abi agar di jemput di terminal saja. Tetapi akibat kejadian semalam yang tak terduga, Rista memutuskan pindah tempat saja. Rista tidak ingin bertemu dengan pria-pria yang sudah mengerjainya selama di bus tadi malam jika ia berlama-lama berada di terminal itu


"Rista.. Ndukkk...", pekik seorang lelaki tua bertubuh kurus memanggil namanya


"Abi.. sini...", jawab Rista sumringah melihat sosok lelaki yang telah membesarkannya sejak kecil itu sudah berdiri didepan pintu masuk cafe


Dengan berjalan cepat abi melangkah ke arah Rista, sedangkan Rista hanya berdiri mematung menahan kesedihan melihat abinya dari kejauhan. Ingin sekali ia berkeluh kesah dan bercerita banyak kepada abinya. seperti kebiasaan Rista dari dulu selalu menceritakan masalah sekecil apapun kepada abinya. Tetapi masalah kali ini terlalu berat dan memalukan baginya sehingga Rista hanya bisa memendam semua uneg-unegnya di dalam relung hatinya saja


"Abi....", kata Rista lirih sambil menahan derai air matanya


Tiba-tiba rasa menyesakkan dada itu semakin terasa. Rista sudah merasa gagal menjadi anak perempuan yang terjaga di hadapan abinya. Padahal abi nya selalu berharap agar Rista menjadi wanita yang menjunjung tinggi nilai agama. Tetapi Rista tidak bisa menjadi seperti yang abi inginkan. Rista telah gagal dan terjerumus ke dalam dosa maksiat yang setiap harinya selalu ia lakukan


*Maafkan anakmu ini ya Abi..*, kata Rista dalam hati


Rista melihat raut wajah abi yang berseri setelah melihat anak gadis bungsunya yang paling ia manja. Terlihat jelas Abi wajah begitu bahagia saat bertemu dengan putri bungsunya. Karena semenjak kejadian Rista hilang ingatan, Abi belum sempat menengok keadaan putri kecilnya. Namun sekarang Abi bisa bernafas lega, putri bungsunya sudah berada dihadapannya dalam keadaan sehat wal'afiat.


Memandang wajah abi yang semakin dekat, terlihat jelas usia abi nya yang sudah semakin tua dan kulit wajahnya yang semakin berkeriput. Rista akhirnya menumpahkan air matanya. Melepaskan segala kesedihannya sejadi-jadinya. Tak kuasa ia menahan perasaan bersalahnya kepada lelaki yang sudah lelah jatuh bangun membesarkannya sejak kecil dulu. Segala memory yang telah lalu, tiba-tiba muncul begitu saja dipikiran Rista.


"Abiiii.. Hiks hiks hiks", tangis Rista terdengar sesunggukan sambil memeluk erat tubuh abinya yang semakin kurus


"Lho putri kecil abi kenapa menangis??", tanya Abi kebingungan


"Rista.. Rista.. Kangen abiii.. Hiks hiks hiks...", jawab Rista membohongi abinya, padahal penyebab tangisannya lebih dari itu.


"Sudahhhh.. tenangkan perasaanmu dulu nduk.. Kita pulang yuk", ajak abi dan Rista pun setuju


"Iya bi..", jawab Rista pada akhirnya ia sama sekali tak meminum es teh yang ia pesan


***


Akhirnya Rista dan abinya pulang mengendarai sebuah motor bebek berwarna hitam dengan ciri khas batoknya yang getar. Motor bebek tua yang sudah abi pakai selama puluhan tahun. Abi mengemudikan sepeda motor begitu lambat dan hati-hati. Bahkan terkadang cenderung membahayakan pengendara lain saking pelannya. Angin terkadang berhembus semilir membuat perasaan Rista begitu was-was, Rista khawatir abinya bisa mencium aroma sperma yang masih terasa menempel di tubuhnya jika dihirup dari dekat. Oleh karena itu, Rista sedikit menjaga jarak agar abinya tidak bisa mencium aroma sperma yang tercium samar dari tubuhnya.


Hingga selang beberapa saat kemudian, mereka telah tiba dirumah. Sebuah rumah sederhana, namun terlihat asri dan nyaman. Ada beberapa tanaman yang ditanam menghiasi pekarangan. Memang abinya Rista ini senang bercocok tanam. Berbagai jenis tanaman ada di taman mini yang hijau itu.


"ini rumah kamu masih seperti dulu nak.. Suasananya masih sama tidak ada yang berubah", kata Abi sambil memarkirkan sepeda motornya


"Iya bi.. Dulu waktu kecil Rista suka bantu abi siram-siram tanaman, ujung-ujungnya badan Rista basah semua. Hihihi.."


"Iya bukannya bantuin abi, mslah gangguin abi. Ummimu cuma bisa geleng-geleng kepala saat itu", kata abi sambil sedikit mengenang masa lalu.


"Iya abi, Rista kangen sekali sama rumah.. Sudah lama ngga pulang ke sini.", jawab Rista


"Iya kedua anak abi yang cantik sekarang terlalu sibuk di kota..", kata Abi


"Hehehe.. Afwan Ya Abi.. Tapi Rista dan Mbak Dewi kan disana juga nyari pendapatan bii.. Ngga cuma main-main aja.."


"Iya abi paham nduk.. Ayo masuk dulu..", ajak abi nya


Suasana di dalam begitu gelap, karena rumah ini hanya ditinggali oleh Abi sepeninggal ummi meninggal 2 tahun yang lalu. Rista melihat keadaan sekeliling rumah, hanya terdapat beberapa perabotan tua yang usianya lebih tua daripada usia Rista saat ini. Ruang tamu rumah terdiri dari sebuah televisi tabung, sofa motif daun dengan ukiran kayu, sebuah meja ruang tamu yang terbuat dari besi dengan beberapa bagian yang sudah berkarat.


Kemudian Rista melihat dinding ruang tamu yang yang tidak full tembok. Sebagian tembok dan sebagian lagi berupa kayu yang terlihat dedikit rapuh. Terdapat pula foto 2 gadis kecil mengenakan seragam putih merah dengan rambutnya yang diponi ke depan. Betul saja, itu adalah foto sosok Mbak Dewi dan juga Rista ketika masih duduk di sekolah dasar. Juga ada foto berempat, foto Abi, Ummi, Rista dan Mbak Dewi ketika mengenakan seragam khas pernikahan adat jawa, sepertinya waktu salah satu saudara keluarga besar menikah.


"Itu foto waktu tantemu menikah, kalian masih kecil2", kata abi tiba2 mengejutkan Rista dari belakang


Rista hanya mengangguk-angguk, kembali memory-memory masa kecilnya terngiang di dalam pikirannya


"Bi, Rista ke kamar dulu ya? Rista mau mandi sekalian ganti baju, gerah nih pakai gamis daritadi", kata Rista


"Iya Nduk..", jawab Abi lalu abi pun mengantarkan Rista ke kamarnya


"ini kamarmu nduk, masih sama kondisinya seperti saat terakhir kamu pergi ke kota untuk kuliah. Cuma tadi pagi spreinya abi ganti karena tau kamu mau nginap disini", kata abi sambil meletakkan tas Rista diatas kasur dan kemudian sosok pria berusia 55 tahun itu meninggalkan Rista seorang diri di kamar.


Setelah itu Rista mencoba menutup pintu kamar. Rupanya pintu kamar sedikit rusak tidak bisa menutup dengan rapat. Dan tembok kamar ini juga sama dengan diruang tamu, sebagian tembok dan sebagian lainnya dari kayu. Jika lebih dilihat lagi, tembok kayu ini terdapat celah sehingga bisa dipakai untuk mengintip keluar. Suasana kamar terasa gerah, Rista pun mencoba menyalakan kipas angin kecil yang ada di sebuah lemari rias, ternyata rusak. Hanya mendengung saja tanpa sedikitpun baling-balingnya berputar. Wajah Rista mulai berkeringat namun sebagai anak berbakti ia tidak pernah berkeluh kesah. Rista pun bergegas menuju kamar mandi  yang letaknya dibagian belakang rumah.


Di dalam kamar mandi, Rista tanggalkan seluruh pakaian serta kerudungnya hingga telanjang bulat. Lalu Rista pun mengambil air wudhu dan berniat mandi wajib. Diguyurnya tubuh telanjang beserta rambutnya hingga seluruh tubuhnya basah. Diusapnya benar-benar seluruh tubuhnya dengan sabun hingga aroma sperma tidak lagi membekas sama sekali pada tubuhnya. Setelah selesai, Rista kemudian mengeringkan tubuh serta rambut dengan handuknya.


"Aduh, lupa ga bawa baju ganti lagi", kata Rista di dalam kamar mandi


Kemudian Rista memutuskan berjalan mengendap-endap ke kamar dengan hanya melilitkan handuk pada tubuhnya. Abi yang mengetahui hal itu hanya bisa  geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putri bungsunya yang terlihat masih kekanakan itu. Rista hanya tersenyum kecut ke arah abi dan berlari kecil menuju kamarnya.


Setelah selesai mandi dan berada di dalam kamar, Rista memutuskan mengambil sebuah tanktop berwarna putih dan sebuah rok mini berwarna hitam yang bisa menampakkan celana dalamnya jika ia sedikit salah posisi. Sejak menjadi budak Endrix, Rista memang wajib telanjang atau hanya boleh memakai pakaian seperti ini ketika tidak keluar rumah atau dirumah sendirian. Ketika keluar rumah, Endrix mengijinkan Rista tetap memakai gamis, namun syaratnya harus gamis yang tipis, menerawang. atau sangat ketat. Rista kemudian memandangi keadaannya di depan cermin. Pakaiannya sangatlah sexy saat ini. Dadanya terlihat menonjol terbungkus tanktop ketat. Kakinya terlihat mulus dan sexy saat mengenakan rok mini hitam yang tidak bisa menutup seluruh pahanya itu. Awalnya Rista ragu memakai pakaian seperti ini dirumah, tapi Rista akhirnya meyakinkan dirinya sendiri bisa memakai pakaian ini. Toh dirumah ini hanya ada dirinya dengan abi saja, sehingga Rista yakin abi tak akan marah jika dirinya mengenakan pakaian seperti ini


Setelah semuanya beres, Rista kemudian keluar kamar dan berjalan ke arah ruang tamu tempat biasanya abi membaca koran. Ketika sampai di ruang tamu, Rista terbengong sesaat, ternyata Abi tidak sedang sendirian saja saat ini, melainkan ada sosok Mas Anwar. Tetangga depan rumah yang biasa bantu-bantu abi kalau abi ada keperluan. Mas Anwar pulalah yang mengantar sepeda motor Rista beberapa bulan yang lalu ke kontrakan saat ia masih lupa ingatan. Mas Anwar terbelalak memandangi Rista yang biasanya memakai gamis dan kerudung panjang hingga menutup dada, kali ini sosok itu terlihat sangat sexy hanya mengenakan tanktop ketat dan rok mini yang memperlihatkan lekuk tubuhnya


"Rista.. Ada Mas Anwar ini, yang antar motormu kemarin. Kesini sebentar nak", perintah abi tanpa melihat keadaan pakaian putrinya karena sedang asyik membaca koran.


"Iii..iiya biii..", jawab Rista semakin kebingungan dan mengurungkan niat kembali ke kamar dan berjalan perlahan menuju ruang tamu dalam kondisi apa adanya


"Lho kok kamu ga pakai baju nduk?", tanya abi terkejut dengan penampilan Rista yang hanya mengenakan tanktop ketat dan juga rok mini


"Eehhh.. Iya abi maaf panas sekali hari ini.. Rista kira tidak ada tamu tadi dirumah, mangkanya Rista pede keluar kamar hanya pakai baju gini", kata Rista beralasan


"Ini Mas Anwar.. inget kan? dulu waktu kamu kecil kamu sering diantar pulang sekolah sama Mas Anwar. Maklum saat itu abi masih sibuk-sibuknya kerja sampai pulang sekolah saja kamu harus diantar anak tetangga. Dulu juga Mas Anwar yang suka mandiin kamu setelah pulang sekolah. Hehehe", kata Abi mencoba mengenang masa lalu


"I..Iya inget kok bii", jawab Rista salah tingkah karena Mas Anwar terus memandangi dirinya tanpa berkedip


"Maaf Nak Anwar, Si Rista ini habis kecelakaan jadi maaf kalau kayaknya Rista jadi linglung gitu", kata Abi


*Ini bukan linglung abi. Ini namanya malu!!!* kata Rista dalam hati


"Nduk, tolong buatkan minuman buat Mas Anwar. Mau Kopi atau teh Nak Anwar?", tanya Abi


"Hmm saya lagi kepingin susu pak. Heheheh", kata Mas Anwar sambil menyeringai menatap Rista tajam


"Susu? Wah bapak ga pernah nyusu nak Anwar. Sebentar bapak belikan dulu ya", kata Abi lalu buru2 berdiri dari kursinya.


Seperti biasa Abi memang biasa memuliakan tamu, jadi ada permintaan khusus oleh tamu, Abi pun langsung cepat tanggap segera menyajikan untuk tamunya


"Rista aja yang belikan bi", tawar Rista buru-buru karena ia pasti tidak nyaman karena harus berduaan dengan Mas Anwar di rumah


"Jangan. Kamu nanti malah nyasar, kamu temani Mas Anwar aja Nduk, Abi cuma sebentar", kata Abi


Rista akhirnya hanya bisa terdiam menatap abi yang sudah menstarter sepeda motor bebeknya dan meninggalkan rumah. Pada akhirnya Rista pun diminta menemani Mas Anwar. Mas Anwar, usianya sebenernya tidak jauh berbeda dengan Rista. Usia Mas Anwar saat ini 29 tahun. terpaut 4 tahun dengan usia Rista. Tetapi walau demikian wajah Mas Anwar terlihat lebih tua daripada usia aslinya. Mungkin karena pekerjaannya menjadi sopir mobil pengangkut barang bangunan adalah salah satu pekerjaan yang kasar dan membutuhkan tenaga besar. sehingga wajahnya pun terlihat lebih kasar daripada usia sebenarnya


"Heheheh.. Kangen aku sama kamu Ris...", kata mas Anwar sambil pindah tempat duduk disamping Rista dan menempelkan tubuhnya erat ke gadis itu.


Lalu Mas Anwar memutar video saat dirinya memergoki Rista sedang masturbasi. Saat sedang mengantarkan sepeda motor ke kontrakan Rista, diam-diam dirinya mengintip dari celah jendela yang sedikit terbuka memergoki gadis itu sedang keasyikan masturbasi. Dalam rekaman video itu, terlihat tubuh Rista yang sedang telanjang memainkan alat kelaminnya sendiri sambil mendesah nakal menggairahkan. Lendir kelaminnya terluhat berceceran dilantai menjadikan rekaman cabul itu terlihat lebih artistik apalagi ketika Rista tiduran diatas cairan tempiknya sendiri, punggung dan pantatnya ikut terkena ceceran lendirnya sendiri sehingga tubuh Rista terlihat mengkilap dan menggairahkan. Rista sadar itu semua bukan dirinya yang melakukan. Tapi Rista juga mengakui bahwa dalam rekaman tersebut memang benar dirinya


"Kamu mau liat abimu tau kelakuan anaknya kalau dirumah mainin memek kayak gini? Hehehe..", kata Mas Anwar mulai mengancam


Tangannya yang dekil langsung memegangi tangan Rista. Lalu dengan cepat bibir Mas Anwar berusaha menciumi bibir Rista dengan sedikit memaksa.


"Hmmmpphhhh...Mas jangan kurang ajar!!", kata Rista memberontak menghindari ciuman Mas Anwar


"Gausah berontak, inget gak dulu kamu sering Mas mandikan waktu kecil. Dulu aku sudah biasa liat kamu telanjang. Dulu aku juga suka iseng mainin putingmu yang masih mendelep dan memekmu yang masih imut tanpa jembut Rista Hehe.. Besar-besar kamu jadi gadis yang sexy menggairahkan..", goda Mas Anwar sambil membelai pundak Rista dan memainkan tali BH Rista sambil menikmati lembutnya kulit gadis itu


"Jangan mas...", Rista mencoba bertahan menjaga imagenya dirumah ini


"Mau kukirim video nakalmu ke abimu? Biar abimu tau gimana anak gadisnya colmek?", kata Mas Anwar sambil mengancam menekan tombol "kirim" ke WA abi


"Jangan dikirim ke abiiii..", kata Rista panik


"Yasudah ayo buruan, Keburu bapakmu itu pulang", kata Mas Anwar


Rista tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Mas Anwar. Rista tetap mencoba positif thinking. Ini semua tidak akan berlangsung lama karena abinya akan segera pulang. Setelah Mas Anwar merasa berhasil menguasai Rista, pemuda itu kembali mencoba mencumbu bibir Rista. Kali ini Mas Anwar melakukannya lebih tenang, diciumnya bibir Rista dengan kecupan lembut, Rista sudah tidak memberontak lagu. Lalu lidah Mas Anwar meringsek masuk kedalam mulut gadis itu dan mencari-cari keberadaan lidah gadis itu. Lidah Mas Anwar kemudian mulai melumat lidah Rista beberapa saat. Rista hanya diam pasrah membiarkan Mas Anwar terus melumat lidahnya. Sambil terus menciumi Rista, tangan Mas Anwar menyusup masuk ke dalam tanktop Rista. Lalu meremas buah dada gadis itu.


"Aahhhh.. Mas...", desah Rista karena remasan kuat Mas Anwar pada payudaranya


"Kontolku jadi makin ngaceng nih.", kata Mas Anwar sambil mulai menurunkan celananya dan memamerkan batang penisnya yang cukup panjang dan berotot.


"Kocokin kontolku Ris...", pinta Mas Anwar


Rista langsung menggenggam kontol Mas Anwar. Dikocoknya kelamin pemuda itu perlahan sambil bibir mereka terus bertemu dan saling mencumbu. Dilumatnya bibir Rista semakin penuh gairah sampai Mas Anwar puas. Lalu ciuman Mas Anwar terus turun ke area leher Rista. Dijilatinya leher jenjang Rista yang masih wangi sehabis mandi. Kumis tipis Mas Anwar beberapa kali menggesek permukaan leher Rista sehingga tubuh Rista menggelinjang sesaat karena rasa geli yang terasa pada lehernya. Sesekali digigitnya perlahan leher Rista di beberapa bagian hingga meninggalkan bekas kemerahan oada leher gsdis itu


"Ooouuhh... Mas..", desah Rista sambil terus mengocok kontol Mas Anwar.


Tangan mas Anwar lalu segera menyusup masuk ke balik tanktop Rista kembali. Kali ini tangan Mas Anwar menyusup lebih dalam. melewati cup Bra berwarna merah yang dipakai oleh Rista. Dicarinya daging kenyal pucuk payudara Rista dengan jemarinya sambil terus menyusup di dalam BH gadis itu. Tubuh Rista langsung menggelinjang saat Mas Anwar tanpa ancang-ancang langsung memencet pentil susu Rista. Rista mendesah kuat dan Mas Anwar terus memencet-memencet pentil susu Rista beberapa kali hingga tubuh gadis itu kelojotan dan mendesah perlahan. Setelah Mas Anwar puas memainkan pentil susu Rista, tanktop berwarna putih yang dipakai Rista langsung disingkap keatas. Demikian juga dengan Cup BH yang menghalangi pandangan juga diangkat oleh Mas Anwar keatas sehingga tubuh bagian atas Rista saat ini sudah terlihat menggantung bebas. Payudaranya begitu menggiurkan dengan puting susu Rista yang sudah mengeras dan siap dinikmati  Pandangan mata Mas Anwar tampak takjub mengagumi kemolekan tubuh Rista yang sudah dewasa


"Luar biasa bagus tubuhmu Rista... Sempurna.. Gak nyangka tetekmu udah ngebentuk bulat sexy. Dulu waktu kecil mah masih flat dan pentilnya mendelep. Hehehe", puji Mas Anwar sambil menowel pentil susu Rista membuat gadis itu mengejang perlahan


Rista kemudian memegangi tanktopnya agar terus terbuka dan Mas Anwar bisa lebih leluasa memainkan gundukan susunya. Diremas-remasnya kedua tonjolan gunung kembar Rista dengan gemas. Rista hanya duduk terdiam membiarkan dua gunung kembarnya diremas-remas oleh tetangganya. Tubuh Rista sampai harus terdorong oleh tubuhMas Anwar yang berotot hingga akhirnya tubuh Rista ditindih diatas sofa tua itu. Lidah Mas Anwar dengan buas mulai menjilati  puting susu Rista penuh kenikmatan


"Sluruppp sluruppp slurupppp* suara jilatan Mas Anwar ke pentil susu Rista sebelah kanan


"Sssshhhh... Aaaahhhh... Mass..", desis Rista saat lidah Mas Anwar terus menari-nari menjilati ujung puting susunya yang perlahan semakin mengeras


"Nikmat banget pentilmu sayang...", kata Mas Anwar sambil berganti melumat puting payudara Rista yang sebelah kiri.


Sambil menindih tubuh Rista dan menjilati pentil susu gadis itu. Tangan Mas Anwar bergerak meringsek ke rok mini yang dipskai Rista. Posisi kaki Rista sudah tak beraturan sehingga celana dalam berwarna putihnya sudah terbuka bebas. Tangan Mas Anwar mulai mengocok kelamin Rista dari permukaan kain celana dalam gadis itu.


"Aahhh.. Ssshhh.. Uuuhh",  Rista berusaha sekuat tenaga mencoba menahan rasa geli akibat rangsangan lidah dan kocokan tangan Mas Anwar yang intens mengulum puting susu dan memainkan area kelaminnya. Kemudian Mas Anwar menyusupkan tangannya dan membelai jembut Rista sejenak sebelum tangannya menjamah lubang kelamin gadis itu yang sudah terasa lembab. Rista mencoba menahan mati-matian rangsangan itu dengan membatasi lenguhannya agar tidak terdengar kencang. Sungguh tidak mungkin dirinya terlihat terangsang dan menikmati pencabulan ini.


*klonteng klonteng klonteng* suara pintu pagar dibuka


Rista dan Mas Anwar langsung panik membetulkan pakaian mereka masing-masing sebelum abi masuk ke dalam rumah. Mas Anwar kembali ke kursinya sedangkan Rista masih berusaha merapikan BH dan juga tanktop ketatnya


"Asslmlkm...", kata abi sambil melangkah memasuki ruang tamu


"Wlkmslm...", jawab Rista dan Mas Anwar bersamaan


"Maaf Nak Anwar, nunggu lama. Ini susunya.. Toko yang didepan sana tutup jadi Saya ke minimarket yang dipinggir jalan raya", Kata Abi sambil meletakkan susu kotak itu ke meja.


"Maaf pak saya jadi merepotkan. Bapak kan ga perlu repot-repot sampai nyarikan segala", kata Mas Anwar


"Gapapa Nak.. Ayo diminum susunya", kata Abi


"Terima kasih pak.. Saya puas sekali pak sama susunya", kata Mas Anwar melirik nakal Rista yang duduk mematung tersipu malu


"Puas? Nak Anwar ini gimana, kan susunya belum diminum", kata Abi heran


"Oh iya pak belum saya minum ya.. Saya minum ya pak susunya", kata Mas Anwar sambil buru2 menegak susu kotakan itu hingga habis tak tersisa


"Oiya nak, mumpung nak Anwar disini  sekalian saya mau kabari, Sebentar lagi anak saya Rista ini mau menikah", kata Abi membuat Mas Anwar terkejut


"Ihh Abi apaan sih, kan belum pasti juga. Cuma mau melamar kok bi...", jawab Rista tersipu malu


"Yaa abi sih yakin pilihan anak abi pasti pria baik-baik, jadi memang harus disegerakan", goda abi


"kapan Rista nikah pak?", tanya Mas Anwar masih terkejut mendengar pengumuman dari abi itu


"Ga tau, kayaknya secepatnya tergantung mereka. Saya ngikut mereka saja kalau kepingin segera", jawab Abi


"Gitu kamu tadi ga bilang Ris ke saya.", kata Mas Anwar terlihat sewot


"Errr.. Maaf mas, saya pikir hal ini ngga penting buat dibahas. Toh nanti saya umumkan waktu undangannya saya kirim ke mas..", jawabku


"Tapi harusnya kamu kabari mas tadi.", jawabnya ketus


*ini cowok kenapa ya? kayak cemburu gitu* pikir Rista saat itu


Suasana tiba2 berubah, yang tadinya mereka penuh canda tawa kini serba terdiam. Terlebih Mas Anwar, dia jadi banyak diam sampai akhirnya diapun berpamitan pulang. Obrolan-obrolan dari Abi pun hanya dijawab sekenanya. Apalagi jika abi membahas tentang lamaran Rista, Mas Anwar hanya mengangguk terdiam tanpa berkomentar


"Saya ijin pulang dulu pak", kata Mas Anwar menyudahi silaturahimnya


"Lho kok buru2 nak?", tanya abi terheran-heran


"Nggih pak, ada kiriman barang yang harus saya antar", jawab Mas Anwar beralasan


Lalu pemuda itupun pamit. Sesekali Rista menangkap sebuah tatapan kesedihan dari mata Mas Anwar. Hingga Mas Anwar berjalan menuju pagar rumah, ia pun masih terdiam tanpa banyak berkata


***


Jam sudah menunjukkan pukul 15.00, Rista terbangun dari tidurnya. Rumah terasa sepi sore ini. Lalu Rista ingat, jam segini biasanya waktunya Abi berolah raga. Ya walaupun usianya sudah renta, tetapi Abi giat menjaga pola hidup dan staminamya dengan berolahraga sepeda. Walau sepeda Abi hanyala sepeda tua yang rantainya sering lepas ditengah jalan, tetapi tidak menyurutkan semangat abi untuk tetap berolahraga di usianya yang semakin renta.


Sambil menunggu Abi, Rista membuka handphone untuk memeriksa beberapa pesan WA yang masuk


"Aslmlkm Ukhti.. Rencana hari jumat ana akan ke rumah anti dengan orangtua. Keluarga anti apakah tidak ada acara di hari tersebut?", kata Mas Adi melalui pesan WA


"Ana tanyakan abi dulu ya akhi.. Ana juga belum mengabari Mbak Dewi bisa pulang ke rumah juga ngga..", jawab Rista


"Tafadhol.. Kabari ana segera ya Ukh..", kata Mas Adi


Rista kemudian menghubungi Mbak Dewi.


"Aslmlkm.. Mbak Dewi..."


"Wlkmslm.. Ya Dek.. Ada apa... Uuhh...", kata Mbak Dewi sedikit aneh saat menjawab teleponnya


*Mbak Dewi kenapa ya kok kayak kesakitan?*


"Mbak hari jumat besok apa bisa pulang ke rumah? Ini rencana Mas Adi mau silaturahim antar keluarga dengan membawa semua keluarganya..", kata Rista


"Auhh.. Afwan ya dek... Mbak.. Sshh.. Kayaknya mbak.. Uuhh.. gak bisa.. Mbak ada jadwal kajiann.. Ssshhhh..", kata Mbak Dewi menjawab sambil sesekali terdengar mendesis


"Beneran ga bisa ya mbak.. Rista berdua aja dong sama abi waktu menemui keluarga Mas Adi?", tanya Rista


"Uhh.. Iyaah.. Afwan Ya Dek... Ssshh..", jawab Dewi


"Mbak ngapain sih kok kayak sakit gt?", Tanya Rista penasaran


"Ihh.. Iyahh.. Mbak.. Perut Mbak.. Mulessss... Ssshh..", jawab Mbak Dewi


"Oohhh.. Yasudah cepet sembuh ya mbak.. Minum obat.."


"Iyaahh.. Salam buat keluarga Adi ya dek.. Sshhh.. Mbak sih ok ok aja kok sama calon suamimu.. Sudah dulu.. Mbak.. ga tahann pingin keluar.... Sshh.. Aduuhhh"


*tut tut tut tut* telepon pun terputus seketika


"Ih gak sopan langsung ditutup..", kata Rista


***


Selesai mandi, Rista keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk saja. Toh jam segini biasanya Abinya juga belum sampai di rumah. Saat berjalan menuju kamar, Rista terkejut karena melihat sosok abi yang ternyata sudah berada di dalam rumah sambil menyeka keringatnya


Abi terkejut melihat Rista yang hanya mengenakan handuk saja. Sampai-sampai segelas air putih yang dibawanya tumpah.


"Nduk kok ga pakai baju? Malu lah...", kata Abi


"Rista kira Abi belum pulang... Yasudah Rista ke kamar dulu ya bi mau ambil baju.."


Sesampai di kamar. Rista memilih-milih pakaian yang ada didalam tasnya. Saat sedang asyik memilih baju, Kemudian secara tiba-tiba terdengar suara Endrix yang marah-marah ditelinganya


"Kemana aja lu seharian hah?", kata Endrix


Rista bingung menjawabnya, wajahnya hanya pusat pasi. Lalu Rista segera mengambil handphonenya dan memang benar dilihatnya 5x panggilan tidak terjawab dari Endrix. Buru-buru Rista segera menghubungi pria biadab itu


"Af.. Afwan tuan.. Seharian ana jarang pegang hape...", kata Rista sambil ketakutan


"Ehhh.. Hari ini lu udah berbuat mesum belum? Kok gw belum liat yah?" kata Endrix


"Eehhh.. Su.. Sudah tuan.. Tadi.."


"Tadi kapan? Gw gak liat"


*Palingan ni orang tadi lagi tidur.. mangkanya ga tau*


"Tadi tuan.. agak pagi tadi..", jawab Rista


"Coba mana buktinya?", tanya Endrix


"Ngg.. Afwan.. Ngga ada tuann.."


"Alaahhh.. Lu nya aja yang mau boongin gw.. Udah lu sekarang gw awasi lg! Awas lu kalau ga buat adegan bokep", kata Endrix


*tutu tut tut* telepon ditutup


Rista langsung lemas kembali, adegan semalam saat dirinya menjadi pemuas syahwat seluruh penumpang bus malam tidak berarti bagi Endrix saat ini. Belum lagi tadi pagi dia sudah berbuat mesum dengan Mas Anwar walau hanya sebentar, Endrix malah tidak mau mengakuinya. Endrix tetap memintanya berzina hari ini.


Dengan gontai Rista segera berpakaian, ia memutuskan memakai daster berpotongan dada rendah dengan model ketiak terbuka. Talinya kecil dan menggantung pada pundaknya yang putih mulus. Potongan daster itu amatlah pendek, sehingga kedua kaki Rista yang mulus terlihat dengan jelas.


"Hawanya gerah banget pakai ini aja ..", kata Rista dan kemudian Rista pun keluar kamar


"Makan dulu nduk... Ini tadi abi belikan nasi goreng kesukaanmu", kata Abi


"Iya bi.. Waah kebetulan perut Rista udah lapar nih bi...", Jawab Rista pura-pura riang agar abi nya tidak kepikiran betapa kalutnya Rista saat ini.


Kemudian Abi dan Rista makan bersama. Kalau diingat-ingat,  sudah jarang sekali mereka makan berdua. Mungkin terakhir mereka berkumpul bersama ketika lebaran tahun lalu. Itupun berempat ditambah kehadiran Mbak Dewi dan Mas Eko. Rista makan dengan lahap, sesekali Rista menyeka nasi yang menempel pada pipi abinya penuh kasih sayang. Rista memang dari dulu tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ditambah lagi setelah Ummi meninggal dunia, Rista menjadi semakin sayang dan lebih memperhatikan abi nya


"Bi setelah selesai makan Rista pijitin abi ya?", kata Rista


"Boleh nduk. kebetulan badan abi capek semua setelah olahraga.."


"Iya bi, karena itu Rista mau mijitin abi"


Setelah selesai makan dan mencuci peralatan makan, Rista masuk ke dalam kamar abi sambil membawa minyak urut. Abi sudah bersiap hanya mengenakan sarung. Memang biasanya dulu waktu masih ada Ummi, abi ketika dipijat selalu hanya mengenakan sarung agar mempermudah proses pemijatan.


"Rista mulai ya bi", kata Rista sambil mulai naik ke kasur


"Iya nduk..", jawab abi


Rista kemudian mulai memijat dari punggung abi. Dilumasinya punggung abi yang kurus kering dengan minyak urut. Lalu perlahan tangan Rista mulai meraba meratakan minyak hangat tersebut ke punggung abi dan memijit perlahan punggung abinya. Tubuh Abi Rista bergerak sedikit mengatur posisinya agar bisa lebih rileks. Entah mengapa dalam kondisi berdua dengan abi seperti ini jantung Rista malah berdegup kencang, ditambah lagi sikon saat ini yang mengharuskan Rista harus segera berbuat cabul, membuat Rista bingung harus bagaimana menghadapi ancaman Endrix. Jam sudah menunjukkan pukul 20.45, waktu yang sangat terlambat untuk mencari pria yang bersedia menyetubuhi tubuhnya


"Bi, hari jumat calon Rista dan keluarganya mau silaturahim ke rumah.. Abi Bisa ya bi ketemu sama mereka?", tanya Rista kali ini sambil memijat lengan Abinya yang kurus


"Iya nduk.. Mbakmu apa bisa pulang juga?"


"Tadi Rista sudah menghubungi Mbak Dewi.. Katanya Mbak Dewi ada jadwal kajian yang ga bisa ditinggal bi.. Tapi Mbak Dewi setuju2 saja kok bi.."


"Hmm Mbak mu itu memang dari dulu kajian nomor 1. Gapapa ya nduk kalau kita  menemui keluarga calon suamimu cuma berdua aja? Abi khawatir nanti dikira keluarga kita ngga kompak"


"Hmm ya gapapa sih bi.. Mau gimana lagi Mbak Dewi memang gitu orangnya lebih memikirkan ummat dan banyak membuang waktunya dengan kajian dakwah..", Kata Rista


"Yasudah semoga keluarga calon besan mengerti", kata Abi sambil memejamkan mata menikmati pijatan Rista yang lembut


"Jangan lupa lu malam ini wajib berbuat cabul. Kalau lu kesulitan cari lawan, Lu bisa mesum sama bokap lu sendiri kalau perlu. Heheheh", bisikan Endrix terngiang-nginag di pikirannya


Perasaan Rista semakin tak karuan setelah mendengar perintah Endrix. Tiba-tiba saja dia kembali takut Endrix akan mencelakai Mbak Dewi jika dia tidak segera berbuat cabul malam ini. Rista semakin tidak bisa konsentrasi. Pijatannya semakin tak karuan


"Kok jadi ga enak nduk pijetnya? Hehehe", protes abi


"Afwan abiii..", jawab Rista sambil mencoba kembali menenangkan pikirannya


"Kamu kalau capek sudah jangan dipaksa pijat abi. Abi gapapa nduk. Sudah biasa ini", kata Abi


"Rista belum capek Abi.. Sekarang  Rista pijet kaki ya bi..", kata Rista sambil bergerak kesamping kaki Abinya yang kurus kering


"Monggo..", jawab Abi


Rista kemudian mulai melumasi kaki Abi dengan minyak urut. Kemudian perlahan kaki kurus itu ia pijat penuh kasih sayang. Pijatan demi pijatan terus dilakukan oleh Rista. Tidak ada protes dari Abi, sepertinya pijatannya kali ini cocok untuk Abi.


"Capek ya Bi kakinya? kaku sekali nih", tanya Rista basa basi sambil memijat cukup kuat kaki ayah kandungnya itu


"Iya nduk, habis main sepeda kaki Abi jadi sedikit linu. Stamina abi juga sudah ga kayak dulu. Hehehe..", kata Abi


Pijatan Rista kemudian terus naik mengarah ke paha abi. Dipijatnya sejenak bagian itu agar abi lebih rileks. Tangan Rista tanpa sengaja sesekali menyentuh tonjolan tengah yang terlihat dari sarung Abi. Rista menyadari tonjolan itu semakin lama semakin membesar saat tangannya menyentuh kelamin abinya sendiri


"Bii.. Sarungnya Rista angkat ya bi.. biar lebih leleluasa mijetnya", Kata Rista


"Monggo nduk..", jawab Abi


Rista kemudian mengangkat sarung Abi. hingga seluruh paha kurus ayah kandungnya terbuka hingga selangkangannya. Samar peler Abi yang berwarna hitam terlihat mengintip di bawah celah sarungnya. Jantung Rista berdegup kencang saat ini setelah melihat biji peler Abinya yang sedikit mengintip di balik sarungnya. Rista semakin memijat paha abi semakin keatas hingga hampir mengarah ke selangkangannya. Terlihat tubuh Abi Rista kali ini lebih kaku dan tegang dari sebelumnya. Abi sedang berkonsentrasi penuh menjaga agar batang kontolnya tetap tertutup oleh sarung dan tidak dilihat putri bunsunya.


Tangan Rista sesekali menyentuh peler Abi yang terbuka. Abi hanya memejamkan mata sambil mendesis lirih saat tangan anak gadisnya menyentuh tipis bola-bola buah zakarnya. Namun Abi tidak bisa mengingatkan anak gadisnya tentang hal itu, karena terlalu tabu dan memalukan jika sampai membahas hal itu. Abi hanya menganggap mungkin Rista tidak sengaja menyentuh bagian itu


"Biii..", kata Rista lirih sambil kali ini ia sengaja membelai dan meremasi peler Abinya yang hitam dan kering itu


"Eehh.. Yyy.. Yaa.. Ndukk..", jawab Abinya tergopoh-tergopoh panik


"Rista buka semua ya.. Tinggal burung Abi yang belum dipijit..", kata Rista langsung menarik sarung abi


"Eee.. Itu nya ga usah nduk....", kata Abi terkejut mendengar perkataan putri bungsunya yang ia anggap masih kecil itu


"Gapapa bi.. Rista mau mijat seluruh bagian tubuh Abi..", kata Rista memasang tampang memelas dan berusaha menarik sarung ayah kandungnya itu.


Abinya terkejut dan berusaha menahan sarung tersebut agar tidak dibuka seluruhnya oleh Rista. Tetapi Rista tetap memaksa dan akhirnya terjadi sedikit momen tarik-menarik namun pada akhirnya abi nya pun mengalah


"Abi malu nduk...", kata Abi pasrah saat mata Rista memandangi batang kontol abinya yang sudah berkerut dan lemas


"Rista kan mahrom Abi.. Gapapa Abiii Rista lihat burung abi...", kata Rista sambil memandangi batang kontol abinya yang terlihat loyo


"Jangan dilihatin terus nduk...", kata Abi


"Rista bantu pijitin ya bi biar bisa keras lagi burung abi.", kata Rista sambil mulai menggenggam kontol abinya


Tangan Rista perlahan mengocok batang kontol abinya secara perlahan. Kocokan Rista yang lembut dan nyaman itu tentu saja semakin lama membuat kontol abi mulai sedikit tegang. Wajah Abi hanya terpejam tak sanggup melihat putri kecilnya sedang mengocok batang kontolnya. Sebagai pria normal, dikocok seperti itu oleh seorang gadis cantik tentu saja membuat kontolnya mulai bangun


"Punya abi mulai keras nih.. hihihi..", Kata Rista sambil tersenyum manis


Batang kontol ayah kandung Rista ukurannya standard, bentuknya sedikit keriput karena usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Tangan Rista perlahan membelai lembut kepala kontol ayah kandungnya yang belum mengeras maksimal


"Ndukkk.. Sshhh..", Abi mendesis perlahan


"Abi selama ummi 3 tahun ga ada, pasti tersiksa yaa..", Kata Rista sambil terus membelai lubang kencing kepala kontol abinya dan sesekali mengocoknya perlahan


Abinya tidak menjawab. Abi sedang begitu tegang saat ini sambil matanya terpejam. Tanpa dia inginkan, batang kontolnya mengeras sendiri dan semakin berdiri menegak karena Rista terus merangsang area itu


"Abi kok jadi nervous sih.. Tenang saja abi.. Gak akan Rista gigit burung Abi..", kata Rista bercanda


Abi kembali pasrah. Putri bungsunya saat ini asyik meraba batang kontolnya yang sudah tegak. Respon tubuh alamiahnya lah yang membuat batang kontolnya semakin mengeras ketika disentuh, apalagi tangan Rista yang begitu lembut menambah kenikmatan yang dirasakan kelamin Abi. Jadi mau tidak mau batang kontol siapapun akan tetap bangun diperlakukan seperti itu.


"Rista sebentar lagi menikah.. Rista masih belum merasa menjadi anak Abi yang berbakti..", Kata Rista sambil membelai lubang kencing ayah kandungnya dan meraba urat yang terletak dibawah kepala kontol abi


"Nduk.. Ndukk... Sshh..", kata Abi semakin kebingungan


"Abii.. Ijinkan Rista sebelum menikah berbakti sama abi lebih baik lagi ya bi.. Abi sudah 3 tahun di tinggal ummi.. Abi pasti kesepian. Sekarang Ada Rista.. Rista mau menemani abi dulu sebelum Rista menikah...", kata Rista manja sambil terus mengocok kontol abinya agar lebih mengeras dan tegang lagi


"Ndukkk.. Aduhhh..", kata Abi semakin kebingungan menghadapi situasi seperti ini


"Abi pasti 3 tahun ini bingung cara melepas syahwat abi selama ditinggal ummi. Sekarang ada Rista.. Rista mau jadi anak yang berbakti bagi abi..", Kata Rista sambil mulai berdiri


Dalam posisi berdiri, Rista kemudian menarik daster mininya terlepas dari tubuh mulusnya. Ternyata dibalik daster itu, Rista sudah tidak memakai apa-apa lagi sehingga kali ini Rista sudah telanjang bulat dihadapan ayah kandungnya


"Nduukkk...", mata abi terbelalak tidak percaya melihat Rista yang melepas baju dihadapannya


"Ini aurat Rista yang selama ini abi rawat. Aurat Rista boleh abi lihat.. Kan Abi mahrom Rista? Sekarang Rista sudah bukan anak kecil lagi Bi.. Rista sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Ijinkan Rista melayani Abi dengan baik ya Bi.. Rista akan buktikan kalau Rista anak berbakti.. Rista akan layani abi dengan totalitas, Abi bisa lampiaskan semuanya ke Rista menggantikan ummi yang sudah tiada..", kata Rista mantab


"Tapi nduk...", Abi masih terlihat ragu


"Abi tidak perlu kawatir. Calon suami Rista juga tidak akan keberatan kok kalau Rista melayani lelaki cinta pertama Rista yaitu Abi..", kata Rista sambil tersenyum cantik


Rista lalu kembali merangkak perlahan ke kasur dalam keadaan telanjang bulat mendekati tubuh ayah kandungnya yang telah terlentang. Kembali tangan Rista menggenggam erat kontol Abi dan mengocoknya perlahan. Lalu Batang kontol Abinya ia masukkan ke mulutnya sendiri


"Nduukk. Aaaahhh..", desah Abi mulai sedikit lepas tidak setegang tadi


Rista kemudian mulai menyepong kontol Abinya dengan tempo perlahan. Kepalanya terlihat begitu sibuk naik turun mengurut batang kontol Abinya yang sudah mengeras itu


"Aahh.. Ndukk.. Ssshhh.. Enak.. Terus..", kata Abinya mulai jujur dengan perasaannya


Rista tersenyum melihat Abi mulai menikmati situasi ini, pada akhirnya Abinya bisa menerima momen intim berdua dengan putri bungsunya. Rista pun bisa lebih lepas dan tidak canggung. Diangkatnya batang kontol abi yang berwarna cokelat tua penuh jembut itu keatas. Lalu Rista menjilati peler abinya dengan penuh kenikmatan


*sluruppp sluruppp sluppp* suara jilatan Rista yang riuh berdecak-decak menjilati peler ayah kandungnya


"Jadi gara2 burung ini Rista lahir.. Terima kasih ya burung", kata Rista sambil menjilati setiap bagian kontol abi


"Aaahhhh.. Ris... Gayamu mengingatkan abi gimana ummi mu dulu. Aahhh enak ndukk..", desah abi menerima jilatan putri bungsunya pada area biji pelernya


"Memang ummi dulu gimana bi?", tanya Rista manja sambil kali ia menjilati urat tengah peler Abinya dan bergerak keatas hingga berhenti di lubang kencing abi


"Ummi mu dulu waktu masih muda sangat liar kalau lagi berhubungan badan dan teriakannya berisik.. Aaahh.."


"Gitu ya bi ummi? Hihihi.. Tapi kalau ummi ga gitu, Rista ga akan lahir lho bi..", Kata Rista sambil kembali menjilati batang kontol abi nya yang tegak berkeriput iyu


"Aaahhh.. Iya... Ndukk.. Abi ada permintaan...", kata abi sambil merem melek keenakan


"Apa bi?", tanya Rista tak sabar


"Kamu bersedia jadi seperti ummi waktu masih muda dulu. Ummi kalau layani abi selalu bilang kata2 jorok dan berisik. Kamu bisa nduk?"


"Rista usahakan bi...", jawab Rista


*Sluruppp sluruppp slruppppp* Rista terus mengulum seluruh bagian kontol Abi dengan semangat


Lidahnya begitu lincah membasahi seluruh bagian kelamin ayah kandungnya


"Ssshhh.. Anak abi nakal.. Mirip Umminya dulu.."


"Abiii.. dulu memek ummi pasti puas kena kontol abi...", goda Rista


"Hmm Anak nakal kamu nanya gitu ke orang tua.. Sini nungging!! Kamu abi hukum", kata Abi mulai memainkan birahinya yang sudah ia tahan 3 tahun lebih


Rista lalu menungging menanti hukuman dari abi dengan menungging dihadapan ayah kandungnya


*plak plak plak plak* Pantat Rista ditampar tampar. tentu saja sebuah tamparan manja tidak menyakitkan


"Ampun abi.. aafwan.. Rista sudah salah..", Kata Rista


"Nakal kamu Rista.. Hayo memek kamu becek gini.. Dihukum malah becek.. Anak nakal.. Binal kayak umminya dulu...", kata Abi semakin bersemangat


Setelah menampar pantat putri bungsunya, abi kemudian mulai mencolokkan telunjuknya ke dalam tempik Rista. Didorongnya perlahan telunjuknya membelah tempik Rista semakin dalam. Kepala Rista terdongak, tubuh Rista bergetar hebat, tangannya mencoba terus menjaga keseimbangan posisi nunggingnya karena kakinya semakin gemetaran saat telunjuk abi mulai maju mundur menusuk-nusuk lubang tempik anaknya


"Aaahhh.. abiii.. aahhhh.... aaahhh..", desah manja Rista begitu kencang


"Kamu sudah ga perawan ya nduk? Hayooo.. kok ga keluar darahnya..", kata Abi penasaran


"Iya bii afwannn.. Rista.. Rista ceroboh.. Rista keasyikan masturbasi sampai keperawanan Rista pecah..", kata Rista berbohong


"Duh anak abi ternyata nafsunya tinggi ya.. bener2 mirip ummimu.. Bayangin apa kamu kalau lagi masturbasi?? Nih memekmu tambah basah.... Sssshhhhh...", kata abi semakin mengobok dan mengorek bagian dalam tempik Rista


" Rista bayangin tempik Rista digenjot kontol Artis Korea ganteng.. Abiii sakit biii.. Ouuhhh", Kata Rista tubuhnya semakin menggelinjang tak beraturan..


"Hmm nakal sekali anak abi. Pantesan kamu begitu pingin dapat beasiswa ke Korea. Rupanya pingin ngerasain kontol orang Korea ya kamu... Sshh..", kata Abi


*sret sret sret sret*


"Abi Ristaa keluarrr..."


Dari kelamin Rista keluarlah cairan bening yang menembak-nembak deras karena ulah abinya yang mengoyak-ngoyak lubang kelamin anak bungsu kesayangannya


"Hehehe.. Muncrat2 memek anak abi.. Hmmm baunya nikmat sekali nduk..", kata Abi sambil mengendus lubang tempik Rista yang banjir


Tiba-tiba Rista terkejut, ayah kandungnya membuka belahan tempiknya hingga terbuka semakin lebar dan tanpa menunda, Abi langsung menyeruput seluruh cairan yang keluar dari lubang kelamin Rista dari belakang. Terasa sekali hembusan nafas Abi mengenai bibir tempiknya yang sudah lembab dan basah. Tubuh Rista seketika kembali bergetar hebat saat lidah kasar Abi menjilati bagian-bagian tempiknya


"Aahhh... Bi tempik Rista abi apakan.. aaaahhh... Kotor biiii", desah Rista manja


"Ini abi lagi nyebokin tempikmu ndukkk.. Kotor... Habis banjir mirip punya umminya.. Hmmmm... Slruppp sluruppp.."


"Abiii... Aahhh geli biiii..", desah Rista semakin kencang


Lalu setelah puas menunggingkan putri bungsunya. Tubuh telanjang Rista langsung dilentangkan diatas kasur kayu yang sudah berumur itu. tangan abi langsung meremasi buah dada anak gadisnya dengan kuat dan terus-terusan dengan gemas


"Gak nyangka abi ternyata Tetek anak abi tumbuh begitu indah... Abi jilat ya pentil susumu nduk..."


"Iya biiii.. bolehhh.. mainin tetek Rista ya biii..", kata Rista memanja kepada ayah kandungnya


Abi kemudian menindih tubuh Rista. Terlihat batang kontol abi yang sengaja ia gesek-gesekkan menyentuh-nyentuh bibir kelamin Rista yang sudah basah. Lalu Abi pun mulai melumat pentil susu Rista sebelah kiri..


"Oohh biii.. belum ada ASInya abii.. Nanti kalau anak Rista lahir abi boleh netek sambil minum ASI Rista sepuasnya... Aaahhh... Enak bi.. terusss..", kata Rista


"Hmmm Ibunya ini gimana.. Bukannya ngasi ASI ke anak. malah kasih ke kakeknya.. Ibu cucu Abi nakal sekali..." , kata Abi sambil berganti melumat pentil susu Rista sebelah kanan


Sambil memainkan pentil susu putri bungsunya. Tangan Abi kembali menjamah lubang kelamin Rista. Dikocoknya kembali itil anaknya dengan Cepat. Kaki Rista sengaja semakin mengangkang agar tangan Abi bisa mudah mengocok biji itilnya yang sensitif. Tubuh Rista menggeliat begitu sexy, dari bibirnya terdengar suara lenguhan manja yang tak pernah berhenti. Abi memandang terpesona, tidak menyangka anaknya yang dikira alim ternyata sama binalnya dengan ibunya ketika diranjang.


"Abi kalau mau masukin masukin aja bi.. Gapapa.. Tubuh Rista kan milik abi... Ssshhh....", kata Rista sambil mengangkang menggoda


"Yakin nduk?", tanya Abi terkejut


"Iya bi.. Masukin bi.. Tempik Rista mau berterima kasih sama kontol abi.. Gara2 kontol abi, Rista bisa lahir ke dunia ini..", kata Rista menatap abi nya manja


"Yasudah, abi masukkan ya nduk.. Duh kamu bener2 jadi wanita yang menggairahkan nduk.. kontol abi cenat cenut liat tingkahmu yang nakal menggoda abi terus..", kata Abi sambil mengarahkan batang kontolnya ke kelamin putri bungsunya


"Iya bii.. Abi boleh pake tempik Rista agar syahwat abi bisa tersalurkan.. Aaahhhh.. Biii...", kata Rista tiba-tiba mendesak saat kontol abi yang sudah berkerut mulai membelah tempiknya


*blesss* kontol abi mulai tertanam psda tempik Rista


"Ooohhh... Ndukkk.. Ndukkk.. Tempikmu anget ndukkkk... Oohh..", kata Abi sambil mulai mendorong kontol keluar masuk didalam tempik Rista yang sudah begitu basah


Tubuh kurus abi mulai menggoyang tubuh anaknya sendiri. Suara aduan kelamin ayah anak itu begitu terdengar berisik di keheningan malam. Suara lenguhan mereka bersahut-sahutan. Suasana yang begitu intim dan paling intim selama mereka menjalani hubungan didunia sebagai ayah dan anak. Sambil terus menggenjot tempik anaknya, Abi menciumi wajah putrinya yang cantik. Mulai dari kening, pipi, hidung, tai lalat di wajah putrinya, semuanya tak lepas dari ciuman penuh kasih sayang abi.


"Abi cium bibirmu yang tipis ini ya nduk.. Bibir tipis mirip bibir ummimu..", kata Abi


"Iya bi cium bibir Rista..", kata Rista sambil memejamkan mata menantikan bibir abinya mencumbu bibirnya


"Mmmmpphhh.. Shhh..", bibir keduanya mulai bertemu


Sebuah kecupan lembut, Abi mencumbu bibir atas dan bawah putrinya bergantian. Lalu ciuman abi semakin intens dengan mulai melumat lidah anak gadisnya yang akan menikah. Lidah mereka saling melumat dan bergantian saling menindih bertukar ludah


"Ssshhhh.. Nduk.. Nanti abi keluar kan di luar ya nduk..", kata Abi mulai mempercepat tempo sodokannya ke kelamin anak gadisnya


"Di dalam saja ga papa.. Abiii.. Aaahhh.. Aaahhh.. Rista masih periode aman kok bi... Enak bii kontol abi masih keras sekali...", puji Rista berbohong sambil mendesah penuh kenikmatan


Rista tidak mau Abi tahu dirinya saat ini dalam kondisi hamil. Sehingga Rista memutuskan membohongi abi kesayangannya itu. Entah bagaimana perasaan abi saat tau Rista hamil entah anak siapa


*jleb jleb jleb jleb jleb* sodokan abi semakin mantap menghajar tempik Rista


Tidak salah abi selama ini rajin berolahraga  sehingga staminanya begitu terjaga. Sudah lebih dari 5 menit abi terus menggenjot menyetubuhi tubuh anak gadisnya yang ia sayangi. Kenangan-kenangan kenakalan masa muda istrinya dulu kembali terngiang-ngiang di dalam pikirannya. Setelah semua kenangan itu sudah begitu lama tertimbun semenjak kedua putrinya beranjak dewasa dan tumbuh menjadi gadis-gadis cantik nan alim.


Abi sempat melupakan memory-memory kenakalan bersama istrinya dulu, tetapi melihat tingkah nakal Rista putri bungsunya malam ini, gelora api nafsu syahwat yang selama ini coba ia alihkan, kembali menyala-nyala. Syahwat yang selama ini ia tahan kali ini ia tumpahkan seluruhnya. Akibatnya, putri bungsunya saat ini sedang mendesah-desah penuh kenikmatan disodok kontolnya


"Abii.. Abiii.. Ouhhh.. Bi...", desah Rista sambil mencengkeram sprei kasur yang telah lusuh terkena keringat yang keluar dari tubuh mereka


"Ndukk.. Tempikmu.. sempit ndukk.. Abi.. keluarrr.. Aaarrgghh gak tahann..."


*crot crot crot crot crot crot*


Peju abi Rista meledak-ledak di dalam tempik anak gadisnya. Peju yang sudah coba ia tahan setelah istrinya tiada. Abi memeluk tubuh Rista dengan erat, membiarkan sejenak kontolnya yang masih berdenyut-denyut dicengkeram oleh tempik anaknya. Cairan kental itu menembak hingga menyembur mengisi seluruh rahim Rista hingga penuh. Cairan peju abi begitu kental. Jauh lebih kental dari siapapun yang pernah menyetubuhi Rista


Terbukti sekali selama ini abi berusaha mati-matian menahan syahwatnya. Hingga spermanya terasa begitu kental, begitu panas dan keluar sangat banyak. Tubuh Abi seketika lemas, jatuh menindih tubuh telanjang anak kesayangannya. Rista mengecup kening abinya. Berbisik manja ke sosok yang ia sayangi sejak dulu. Rasa sayang apa adanya dan tanpa drama


*Terima kasih abi untuk semuanya*, kata Rista lirih sambil mengecup hangat kening abinya


**bersambung**



==========


Scene 20 : Dewi - Kajian


Seperti biasa pagi ini Dewi menyiapkan sarapan untuk suaminya yang hendak berangkat kerja. Sedangkan Rista saat ini sedang tidak ada di kontrakan, saat ini Rista sedang berada di rumah Abi untuk membahas acara lamaran dan rencana pernikahannya dengan Adi, ikhwan calon suami Rista.


"Rista sampai kapan mi di rumah abi?", tanya Mas Eko sambil menyomot tempe goreng hangat yang baru selesai dihidangkan Dewi


"Katanya sih kurang lebih seminggu bi.. Eeh bi sabar lah kan masih panas itu tempenya"


"Hehehe anget mmi.. Sehangat tempik ummi kok..", goda Eko


"Ihh abi, bahasanya kok jorok gitu sih. Ummi gak suka..", protes Dewi sambil memasang wajah manyun


Setelah selesai memasak, Dewi segera menghidangkan lauk pauk sarapan ke meja makan. Eko sudah menunggu disana dengan wajah kelaparan.


"Diambilkan apa ambil sendiri bi?", tanya Dewi


"Ambilkann ummi....", jawab Eko manja kepada istrinya


"Ih udah gede masih kayak bayi apa2 minta diambilin", kata Dewi menggerutu tetapi tetap dia ambilkan sarapan untuk suaminya


"Hehehe jangan sambil mencucu gt mmi.. Nanti pahalanya berkurang lho kalau ga ikhlas...", goda Eko kepada istrinya


"Habis abi manjanya kayak bayi..", Kata Dewi


"Heheheh.. kan dapat pahala Ummi.. Ehh.. Mmi hari ini ada kajian ngga?"


"Ada bii.. Kenapa?"


"Sampai jam berapa?"


"Kayaknya sih sampai malam jam 9an lewat bi.."


"Aduhh.. Padahal mumpung Rista ngga ada dirumah abi pingin dilayani ummi  di ruang tamu.."


"Iih Abi aneh2 aja.. Ummi gak mau ahh.."


"Yah ummi..."


"Udah Abi makan dulu. Abi ga usah mikir jorok. Nanti setelah sampai rumah ummi mau langsung tidur, soalnya hari ini jadwal ummi Full bi.. Jadi afwan ummi belum bisa layani abi dulu..", Kata Dewi beralasan dan menolak ajakan suaminya dengan halus


"Yah ummi.."


"Udah ahh.. Ummi mau mandi dulu.. Bau tempe goreng nih..", kata Dewi sambil mencium ketiaknya sendiri


"Hehe Abi suka bau tempik ummi kok..", kata Eko cengengesan


"Ihh Abi ini mesum mulu. Udah ah, Abi kalau mau berangkat. berangkat aja. Takutnya Ummi ga denger waktu di kamar mandi", kata Dewi sambil berjalan ke kamar mandi meninggalkan duaminya sarapan seorang diri


Lalu Dewi berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Nafasnya saat memasuki kamar mandi terpatah-patah sambil sesekali ia mendesah. Ditanggalkannya seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Payudaranya yang besar mulai ia remas-remas dan ia pilin putingnya hingga mengeras. Dibukanya kakinya mengangkang duduk pada closet dan bersandar pada tembok kamar mandi. Kemudian tangannya mulai mengucek kelaminnya sendiri.


*tut tut tut* Dewi melakukan panggilan video di dalam kamar mandi sambil tangannya terus memainkan puting susunya agar semakin kencang


"Haloo Ustadzah...", tiba2 Pak Sul mengangkat video call Dewi


"Pak.. jangan kenceng2 suaranya masih ada suami ana .."


"Hehehe.. Maaf maaf saya sudah kangen sama ustadzah.. Tuh tetek kayaknya makin besar yaa.."


"Hmm gara2 Pak Sul nih diremas2 terus tetek ana.. Ana mau liat kontol Pak Sul.. Sshhh"


"Hehe yasudah sekarang ustadzah masturbasi sambil saya liatin kontol saya.."


"Iya, ini tangan ana lagi ngocok tempik ana gatal sekali pak tempik ana.. butuh kontol Pak Sul sekarang..", kata Dewi begitu murahan sambil mengarahkan kamera handphonenya ke arah tempiknya agar dilihat Pak Sul


"Aahhh.. Lonte jalang.. Mulutmu kotor sekali ustadzah perek.. Suami di rumah malah colmek sambil diliatin pria lain berharap dapat kontol.. Ustadzah lonte..", kata Pak Sul


"Aahhh.. Pak Sul memek ana semakin gatal pak.. mau kontol Pak Sul.. Aaahh..", kata Dewi sambil mempercepat colmeknya


"Iya memek lonte jalang memang begitu, gatal terus butuh kontol keras dan panjang.. Hehehe.. terus kocok memek kamu ustadzah... Nih liat kontol saya siap pejuin tempik gatalmu itu Ust...", kata Pak Sul sambil mengocok kontolnya memandangi Dewi yang juga sedang asyik masturbasi.


"Ana mau dipejuin kontol bapak.. Aaahhh.. Aahhh.. Pak Sulll.. Sini pejuin tempik ana pak..", Tubuh Dewi bergetar-getar tak beraturan dan memeknya mulai semakin kedutan akibat rangsangan tangannya sendiri


"Sini kamu ustadzah.. Gw pejuin tu tempikmu yang gatal itu.. Tempik cuma buat nampung peju..", kata Pak Sul sambil terus mengocok


"Aarrrrggg iyaahh tempik ana butuh pejuu.. Aaahhh.. keluaaarrrr pak...", desah Dewi sambil terus mengocok biji itilnya yang merekah, kedua kakinya bergetar hebat dan seluruh badanya tersedak-sedak begitu liar


*Seeerrrr serrrrr serrrrrr..* dari lubang kecil di tempik Dewi, keluarlah cairan bening yang menyembur-nyembur Deras hingga tubuh Dewi ikut terangkat saking kencangnya dorongan dari lubang itu


"Hehehe berapa hari ga dientot tempikmu sudah seliar itu Ustadzahhh sampai kencing-kencing..", Kata Pak Sul memandangi puas tubuh telanjang Dewi yang terduduk lemas pada kloset duduknya. Dari lubang tempiknya masih keluar cairan yang menetes perlahan sisa orgasmenya barusan.


Setelah menuntaskan masturbasinya dihadapan Pak Sul, Dewi keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Tangannya tak pernah berhenti mengocok lubang kelaminnya yang selalu gatal. Beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Pak Sul karena Pak Sul sedang sibuk melanjutkan proyek bangun rumah besar tempat pertama kali dirinya dengan Pak Sul berzina. Karena tidak pernah menerima kontol, akibatnya tempik Dewi yang sudah disugesti Pak Sul akan selalu gatal jika tidak disetubuhi itu semakin menyiksa wanita bercadar itu


Jam dinding menunjukkan pukul 08.00 pagi. Dewi sedang asyik tiduran telanjang di sofa ruang tamu sambil memandangi layar handphonenya. Tangannya tak pernah berhenti meraba kelaminnya sendiri


"Aaaahhh.. Aaaahhhhh.. Anata no inkei wa watashi no chitsu de kimochigai..", suara desahan berbahasa jepang terdengar cukup lantang  dari speaker handphone sang ustadzah.


Dewi begitu menikmati menonton link bokep Jepang yang dikirimkan Pak Sul ke handphonenya. Matanya tak pernah lepas dari adegan erotis yang membangkitkan nafsu birahi itu. Terlihat seorang wanita cantik sedang dalam keadaan terikat sedang dicabuli oleh beberapa pria. Tubuhnya sedang telanjang bulat dan para pria menggerayangi tubuh telanjangnya dalam posisi kedua tangan terikat keatas. Nafas Dewi begitu berat dan jantungnya berdebar kencang sambil tangannya terus mengocok alat kelaminnya  sendiri. Tubuhnya yang baru saja selesai mandi kembali berkeringat,  betapa gerah suhu ruang tamunya karena seluruh pintu rumahnya ia tutup rapat agar tidak ada yang mengganggunya ketika sedang masturbasi sambil telanjang ria di ruang tamu. Dibayangkannya dirinya yang saat ini sedang dalam posisi seperti yang terjadi pada pemeran wanita pada film tersebut


Sekedar info, Bokep tersebut bercerita tentang seorang suami yang memiliki hutang kepada seseorang pengusaha kaya raya dan tidak bisa membayar semua hutangnya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Akibatnya Si pengusaha meminta suaminya agar menjadikan istrinya sebagai alat pembayaran seluruh hutangnya. Awalnya si suami tentu saja menolak, namun karena rasa sayang istrinya kepada si suami, si istri pun bersedia. Pada akhirnya,  wanita itu menjadi hiburan para debt collector yang bekerja untuk pengusaha itu dan istrinya harus dicabuli dihadapan suaminya semalaman penuh hingga pagi. Pagi harinya  istrinya harus dibawa ke sebuah markas milik pengusaha itu dan jumlah pria di markas itu semakin bertambah banyak. Si istri harus melayani seluruh pria itu 4 hari 3 malam non stop


"Ahhh.. Aahh.. Ahh.. Aahh.. kontol .. ana butuh kontol.. aaahh.. aahh.. Memek ana gatal butuh kontol..", desahan Dewi semakin menggila sambil tangannya terus menusuk dan mengocok lubang kelaminnya


*tulilut tulilut tulilut* suara handphone Dewi berbunyi


Dewi ingin mengabaikan telepon itu dan terus menikmati video bokep jepang kiriman Pak Sul sambil terus masturbasi. Tetapi si penelepon tidak berhenti menelpon hingga Dewi pun dengan malas mengangkat telpon tersebut karena merasa terganggu. Dewi pun segera mempause bokepnya dan mengangkat telepon itu


"Aslmklm.. Ustadzah..", Ukhti Nisa rekan kajian Ustadzah Dewi yang menghubungi


"Wlkmslm.. Iya ukhti ada yang bisa ana bantu?", kata Dewi sambil tangannya tak berhenti menggaruk dan memilin puting susunya sambil mengangkat telepon dalam posisi mengangkang


"Afwan Ustadzah.. Mau mengabarkan untuk jadwal kajian nanti malam pesertanya mantan-mantan ex-napi pemerkosaan dan pencabulan, kan rencana akan diisi Ustadz Faruq, tetapi sayangnya Ustadz Faruq mengalami musibah mobilnya tabrakan di tol dan berhalangan hadir. Kami mencoba menghubungi ustadz yang lain ternyata semuanya sudah ada jadwal kajian di tempat lain, jadi tidak ada yang bisa menggantikan."


"Inalilahi.. Terus bagaimana ukh?", tanya Dewi


"Akhirnya terpaksa kita harus memakai seorang ustadzah untuk isi kajiannya Ukh.. Kami sudah mencoba menghubungi beberapa ustadzah mereka menolak ukh karena pesertanya ikhwan. Harapan ana tinggal ustadzah Dewi. Ustadzah Dewi bersedia ya mengisi kajian para ikhwan ex-napi itu? Mumpung animo mereka begitu besar mengikuti kajian..", pinta Ukhti Nisa


"Iya boleh ukhti.. Berapa jumlah pesertanya ukhti?", tanya Ustadzah Dewi sambil tangannya terus masturbasi memainkan itilnya membayangkan akan banyak ikhwan yang menatap dirinya nanti.


"ikhwan kurang lebih 10 orang saja Ukh.. Mereka semua mantan narapidana pelaku pemerkosaan dan pencabulan. Jadi Ustadzah isi kajian tema seputar itu ya Ukh. Kali aja kalau yang isi seorang Ustadzah mereka jadi ngga ngantuk. Hihihi.."


"10 orang ya Ukh? Baik ana bersedia Ukh.. Dakwah kan tidak mengenal siapa pendengarnya, kita tidak bisa pilih2 siapa yang harus dengar, harus menyeluruh..", kata Dewi semakin sange


"Tapi afwan, ana nanti berhalangan hadir ya Ustadzah karena ana harus memastikan keadaan Ust. Furqan sampai semua dirasa aman. Untuk bahan laporan ke pusat Ust.", jawab Ukhti Nisa


"Tafadhol Ukhti.. Ana bisa handle sendiri, lokasi dimana Ukh?", kata Ustadzah Dewi


"Di Gedung Serbaguna Jl. Burungbesar Ukh.. Tolong Ustadzah Dewi kasih mereka bimbingan ya Ust.. Jadi Usahakan Ustadzah Dewi ngasih kajian yang menarik dan bisa membuat mereka paham ya Ust..", kata Ukhti Nisa


"Ana usahakan ya Ukhti.."


"Yasudah ana tutup dulu teleponnya.. Aslmlkm.."


"walkmslm.."


Setelah selesai menerima amanah dari Ukhti Nisa, Dewi melanjutkan menonton tayangan video porno jepang yang tadi ia tunda. Kembali ia mainkan seluruh auratnya sambil membayangkan tubuhnya digerayangi oleh para ikhwan mantan napi yang akan menjadi peserta kajiannya


"Ssshhh... Aaahhhh...."


***


Dewi pun dongkol, rupanya masturbasi saja tidak cukup menghilangkan rasa gatal yang ada pada kelaminnya. Pada akhirnya sang ustadzah memutuskan menemui Pak Sul di proyek rumah yang sedang dibangun kuli bangunan itu. Dewi sudah tidak tahan lagi. Rasa gatal pada kelaminnya tak kunjung reda bahkan semakin parah jika terus dikocok. Suasana cukup terik, matahari memancarkan sinarnya cukup terang hari ini. walau sebenarnya jam masih belum terlalu siang. Lebih tepatnya jam 10.30


Dewi memacu motornya terburu-buru dan tidak sabar bertemu dengan kekasih yang sudah memberinya kenikmatan dunia yang selama ini tidak bisa ia capai bersama suami sahnya. Dengan Menggunakan gamis lebar dan cadar serba hitam, pakaiannya berkibar-kibar terkena angin sambil memacu motornya dengan ngebut. Tak sabar Dewi bertemu dengan Pak Sul, karena Pak Sul sendiri masih melarang Dewi melayani suaminya hingga saat ini sehingga Dewi hanya bisa menuntaskan birahi dan rasa gatal memeknya hanya kepada Pak Sul.


"Percuma kontol kecil suamimu tidak akan bisa ngilangin rasa gatal tempikmu Ustadzah..", begitu pesan Pak Sul kepada dirinya


Tibalah sang Ustadzah ke rumah besar yang sedang dibangun itu. Beberapa motor disana terlihat terparkir, termasuk motor butut Pak Sul. Sedangkan di seberang jalan, terdapat sebuah mobil SUV keluaran terbaru yang modelnya jarang terlihat di jalanan sedang parkir. Dewi bertanya-tanya ini mobil siapa di dalam hatinya. Karena rumah ini letaknya jauh dari rumah lainnya.


Kuli-kuli bangunan terlihat sibuk bekerja, dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang memasang genteng, ada yang memasang plafon, ada yang sedang mengaduk semen, dan pekerjaan lain sebagainya. Tetapi saat itu Dewi tidak melihat sosok Pak Sul diluar. Kemudian Dewi menghampiri seorang tukang bangunan yang sedang konsentrasi mengaduk semen.


"Pak Permisi, Pak Sul ada didalam?"


"Aa.. ada Bu..", jawab tukang bangunan itu terkejut melihat sosok wanita bercadar menghampiri dirinya


"Ana boleh masuk ke dalam Pak?", suara lembut Dewi yang lirih begitu terdengar merdu


kemudian Dewi mencoba terlihat ramah kepada tukang tersebut agar pria itu tidak grogi mengobrol dengan dirinya. Dewi mencoba memasang senyumnya yang sangat cantik. Walau percuma saja dia tersenyum, toh bibir indahnya juga tidak nampak oleh tukang bangunan yang grogi itu


"I.. Iya B..Bu.. Boleh Bu..", jawab tukang bangunan itu


Dewi melangkah masuk ke dalam mencari keberadaan Pak Sul sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, namun sayang Pak Sul belum terlihat juga


"Pak, ana mau nanya. Pak Sul dimana ya?", tanya Dewi kepada tukang yang sedang sibuk mengecat tembok


Tukang bangunan itu terkejut melihat kehadiran wanita bercadar di dalam rumah ini. Karena tidak pernah ia mengobrol sama sekali dengan wanita bercadar selama hidupnya.


"Pak Sul? kayaknya tadi diatas Bu sama koko..", jawab tukang bangunan itu sambil kembali melanjutkan pekerjaannya


*koko?*, tanya Dewi dalam hati


Dewi kemudian melangkah naik menuju lantai kedua. Benar saja Pak Sul sedang berada di sana bersama 3 orang kuli lainnya. Mata Dewi justru lebih fokus menangkap seorang pria keturunan chinese yang terlihat tampan. Dada Dewi sempat berdesir beberapa saat ketika menatap wajah pria tampan itu. Tatapan matanya begitu tajam terlihat menusuk hingga ke dalam matanya. Rambutnya yang panjang disisir klimis kebelakang dan pakaiannya terlihat mahal. Terdapat tattoo di lengan pemuda chinese itu menambah kesan macho yang melekat pada dirinya. Sebentar saja rahim Dewi merasa menghangat setelah melihat pria chinese tampan itu, namun buru-buru ia tundukkan pandangan tak sanggup menatap wajah tampan itu berlama-lama.


Pemuda Chinese tersebut terkejut ada sosok seorang wanita bercadar memasuki rumahnya tanpa ijin. Dewi juga salah tingkah dan tidak enak, Dewi tahu sepertinya pria chinese ini adalah pemilik rumah besar yang dibangun ini. Dewi merasa pria Chinese itu menatapnya dengan tatapan tidak suka sehingga Dewi semakin terlihat kikuk.


"Ma.. Maaf Pak.. Saya masuk ke rumah bapak tanpa ijin.. Tapi saya tadi sudah ijin kok sama bapak-bapak yang dibawah.. Saya kesini mencari Pak Sul..", kata Dewi mencoba menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah itu


"Oh.. Iya gapapa Mbak.. Woyy Sul, nyari lu tuh!", kata Pria Chinese itu ketus.


"Ehh.. Iya Koh.. Saya permisi sebentar", lalu Pak Sul mengajak Dewi turun ke bawah dulu meninggalkan lokasi proyek rumah.


Kemudian mereka berdua saling berbicara di bawah pohon yang letaknya beberapa meter dari rumah besar itu. Terlihat Pak Sul begitu panik melihat Dewi tiba-tiba datang ke tempatnya bekerja, padahal ia sudah melarang perempuan bercadar itu untuk datang


"Aduh.. Ustadzah ngapain kesini? Kan saya sudah bilang saya lagi sibuk jangan diganggu dulu", Kata Pak Sul


"Afwan Pak Sul.. Ana sudah tidak tahan..", kata Dewi mencoba jujur dengan perasaannya


"Aduh Ustadzahhh... ustadzah ga tau Koh Richard itu galaknya setengah mati. Kalau Pekerjaan ga beres sedikit dia bakal ngomel berjam-jam bisa-bisa saya gak gajian Ust.. Sudah Ustadzah pulang saja dulu..", Kata Pak Sul


"Tapi Pak... Ana benar2 butuh..", Kata Dewi memohon sambil memegangi tangan Pak Sul menahannya agar tidak pergi.


"Ya Ustadzah kan cerdas tau lah harus ngapain. Jangan jadi begok ya ustadzah. Ustadzah Boleh cari kontol yang lain kok. Jual diri sana pasti banyak yang minat. Huss Huss..", Kata Pak Sul ketus mengusir Dewi sambil ngeloyor kembali masuk ke dalam bangunan rumah besar yang belum selesai itu


"Pak Sul...", Kata Dewi tak bisa menahan Pak Sul kembali bekerja


Sementara itu dari lantai 2, Koh Richard memandangi Pak Sul dan Dewi yang sedang berbicara berbisik-bisik di bawah pohon. Tatapannya menatap tajam ke arah Dewi. Kemudian ia tersenyum, sebuah senyum penuh maksud sambil ia kepalkan tangannya rapat-rapat.


Dewi hanya memandang Pak Sul yang berjalan meninggalkannya. Dewi begitu sedih dan kebingungan saat ini. Tidak ada lelaki lain yang terpikirkan oleh Dewi selain Pak Sul. Karena hanya Pak Sul yang bisa menghilangkan sementara rasa gatal pada tempiknya. Tetapi karena Pak Sul Sudah mengijinkannya "berpetualang", Dewi semakin mantap tidak bergantung pada Pak Sul lagi untuk memuaskan gairahnya yang sudah tidak bisa dibendung oleh apapun. Dewi pun berjalan lunglai kembali menuju sepeda motornya dan segera meninggalkan rumah besar itu


"Siapa wanita bercadar itu?", Tanya Koh Richard sekembalinya Pak Sul ke lantai 2


"Err.. Mbak Dewi Koh namanya.. Mbak Dewi pelanggan saya buat betulin rumahnya. Kebetulan rumahnya tadi ada masalah dan saya diminta betulin tapi saya bilang gak bisa karena harus fokus ke rumah kokoh..", kata Pak Sul berbohong


"Oh.. gitu.. Boleh juga..", Kata Koh Richard


"Kenapa koh? Suka sama Mbak Dewi? Saya kenalin deh. Asal ada bonus buat saya Heheheh...", Kata Pak Sul menyeringai


"Hahaha.. Setan lu Sul. Udah kembali kerja sono. Ga Level dia ama gw", Kata Koh Richard


***


Dewi mengendarai sepeda motor maticnya menuju tempat dimana ia akan mengisi kajian. Jadwal kajian sebenarnya masih sangat lama mengingat saat ini masih pukul 14.00. Tapi Dewi memutuskan berangkat ke lokasi sekarang saja. Karena hari ini dia benar-benar bingung harus kemana. Di rumah saja membuatnya bosan, sehingga ia putuskan untuk mengecek lokasi kajian yang akan diisi olehnya. Jadwal kajian pukul 19.00, masih ada waktu 5 jam lagi sebelum kajian dimulai. di dalam gedung ini masih sangat sepi. Hanya seorang ikhwan yang terlihat sibuk mendekorasi tempat acara kajian. Menata sound system, meja, kursi, dan karpet


"Ustadzah Dewi kok sudah datang?", tanya seorang ikhwan berkacamata bernama Ryan menyadari kehadiran Dewi


Dewi kenal betul sosok ikhwan ini. Karena memang beberapa kali Ryan dan Dewi menjadi panitia kajian dalam sebuah event yang cukup besar di organisasi dakwahnya. Dan lagi, Dewi ingat betul Ryan pernah mengajaknya taaruf namun karena saat itu Dewi masih fokus menyelesaikan studinya, Jadi ia tolak permintaan Ryan dengan halus.


"Ahh.. I.. Iya.. Ana mau cek.. kondisi di gedung ini dulu akhi.. Jadi ana datang lebih awal..", jawab Dewi


"Iya Ukhti gapapa. Ana bingung saja kok ukhti Dewi sudah hadir. Hehehe", Kata Ryan


"Oiya.. Antum sudah dapat update kondisi Ust. Faruq?", tanya Dewi basa basi


"Beliau sudah dibawa ke Rumah Sakit.. Alhmdllh tidak parah Ukhti, hanya beberapa luka ringan di tangan dan kepala sedikit benjol", jawab si ikhwan bernama Ryan itu


"Alhmdlh.. Antum disini sendirian?", tanya Dewi


"Iya Ukhti.. panitia yang lain takut berhalangan hadir karena pesertanya para mantan narapidana yang masih liar dan wajahnya sangar. Hehehe..", kata Ryan


"Serius alasan mereka seperti itu?", kata Dewi terkejut


"Bercanda kok Ukh. Hehehe.. Ana handle sendiri masih sanggup kok Ukh.. Biar yang lain bisa bantu jadi panitia di kajian lain"


"Hehehe.. Kuat betul antum bisa mengatasi 10 orang. Yakin bisa mengatasi 10 orang? Hihihi..", goda Dewi


"Maksud Ukhti?", tanya Ryan bingung sambil membetulkan kacamatanya


Afwan kamar mandi disebelah mana akhi? Punya Ana sudah ga tahan kebelet pipis pingin segera dikeluarin.. Hihihi", kata Dewi menyelimurkan pembicaraan


Wajah Ryan melongo mendengar perkataan Dewi. Tidak perlu sebenarnya Dewi menyebutkan "punya ana" dan  "pipis pingin segera dikeluarin" kepada ikhwan itu. Akibat mendengar Dewi mengatakan hal itu saja, Pikiran ikhwan tersebut sudah kemana-mana. Apalagi Ustadzah Dewi adalah akhwat dambaannya yang kecantikan wajahnya sudah bukan menjadi rahasia umum walaupun ia bercadar.


"Eehh.. Ada Ukh.. Di sebelah sana.. Mau ana antar?", kata ikhwan itu


"Boleh Akhi? Nanti ana gangguin kerjaan antum lagi...", tanya Dewi dengan nada manja


"Boleh Ukhti.. Yuk saya antar", jawab si ikhwan sambil garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal.


Lalu mereka berdua berjalan beriringan ke kamar mandi tanpa adanya obrolan. Hanya suara tapak langkah kaki yang terdengar, saat mereka menyusuri lorong gedung menuju toilet


"Ini Ukhti, kamar mandinya. Afwan agak kotor tapi memang adanya ini aja", kata Si Ikhwan


"Tidak apa akhi. Pipis ana juga kotor kok.. Hihihi.. Antum tunggu didepan pintu ya.. Ana takut sendirian disini..  Antum jangan buka pintu lho, soalnya pintu ngga ana kunci",  goda Dewi membuat si ikhwan bingung menjawab apa


Dewi pun memasuki toilet kecil itu dan menutup pintu toilet. Toilet kecil yang berukuran hanya 1,5 X 1,5 meter. Dewi kemudian menanggalkan celana dalamnya terlebih dahulu, sebuah celana dalam nakal bertuliskan "sex gratis" pemberian Pak Sul yang entah mengapa Dewi bangga memakainya. digantungkan celana dalamnya itu di gantungan baju yang ada di kamar mandi. Lalu Dewi mulai menggaruk sebentar alat kelaminnya yang gatal sebelum ia kencing sambil sesekali mengusap jembutnya yang cukup lebat karena belum sempat dipangkas. Cairan kencing Dewi tumpah dengan bunyi gemricik yang sangat berisik jatuh ke dal lubang kloset.


Diluar kamar mandi, pikiran Ryan sudah melalang buana mendengar suara cipratan kencing yang keluar dari kelamin wanita pujaan hatinya. Tanpa sadar alat kelaminnya dirasakannya semakin mengeras karena saat ini hanya ada dia dan Dewi ditempat itu. Bagaimanapun Ryan adalah pria normal yang memiliki nafsu syahwat, masa mudanya juga pernah nakal dan pernah melihat bokep walau karena penasaran saja. Bisa saja Ryan berbuat nekat masuk ke dalam kamar mandi itu dan mencabuli Dewi. Tetapi nafsunya coba ia tahan, ia tidak ingin menyakiti Dewi yang sudah ia kagumi itu. Ia lebih memilih menahan hasrat birahinya, daripada hubungan pertemanan dan rekan kajian dengan wanita pujaan hatinya hancur karena satu kesalahan saja.


"Akhi, bisa masuk ke sini sebentar?", kata Dewi tiba-tiba dari dalam sambil kepalanya mengintip keluar membuat ikhwan bernama Ryan itu terkejut tak menyangka Dewi sendiri yang memintanya masuk ke dalam kamar mandi


Ikhwan itu salah tingkah dan gemetaran melangkahkan kakinya memasuki toilet sempit berduaan dengan Ustadzah Dewi, perempuan yang masih diam-diam ia kagumi . Seketika mata ikhwan itu menangkap sebuah celana dalam berwarna krem yang Dewi gantungkan di gantungan baju kamar mandi, keringat dingin menetes segera dari keningnya menyadari Dewi telah menanggalkan celana dalamnya sedang duduk berjongkok diatas closet tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik gamisnya. Tetapi sepertinya Ryan tidak sempat membaca tulisan kecil mesum yang membuktikan seberapa murahannya Dewi, karena buru-buru ikhwan itu menundukkan pandangannya tidak berani menatap celana dalam Dewi yang tergantung di dekatnya.


"Ahhh.. Ana lupa belum pakai celana dalam.. Afwan itu celana dalam ana akhi.. Mau ana pakai dulu tapi Antum sudah terlanjur masuk", kata Dewi tersipu malu sambil menggoda ikhwan itu dengan mengambil kain itu menggenggamnya erat


"Ehhh.. Iya Ukh.. Afwan ana perlu keluar dulu kah? agar anti bisa pakai dulu?", jawab Ryan terbata-bata sesekali melirik celana dalam Ustadzah Dewi


"Tidak perlu akhi, ana percaya antum tidak akan macam-macam ke ana walau ana tidak pakai celana dalam saat ini", kata Dewi


"Anti kenapa memanggil ana masuk ke dalam sini Ukh?", tanya Ryan mencoba stay cool, walau jantungnya saat ini berdebar tak karuan.


"Pintu kamar mandinya tidak bisa dikunci akhi... Antum bisa betulin?", pinta Dewi


"Sebentar coba ana lihat dulu pintunya", kata Ryan buru-buru dan dia pun punya alasan tidak memandangi Dewi yang masih berjongkok diatas closet


Ikhwan bernama Ryan itu kemudian mulai memeriksa kondisi pintu yang sudah terlihat rapuh dan engsel-engselnya berkarat itu. Keringat dingin mulai menyerang tubuh kurus ikhwan itu karena suasana yang cukup gerah di dalam ruangan sempit ini ditambah lagi saat ini dirinya berduaan dengan ukhti bercadar pujaan hati para ikhwan. Semakin ia tidak bisa berkonsentrasi membetulkan pintu. pikirannya sedang membayangkan dibalik gamis itu, Ustadzah Dewi yang bercadar sedang tidak memakai celana dalam. Dewi ingin sekali menggoda ikhwan itu dan mendapatkan kontol pengganti Pak Sul.


Tetapi dia sendiri bingung harus memulai darimana agar ikhwan itu tergoda. Dewi juga sebenarnya tidak tahu apakah kontol Ryan itu besar dan bisa menyembuhkan rasa gatalnya. atau kah malah letoy seperti punya suaminya. Kalau letoy, tentu saja semua akan sia-sia karena tempiknya akan tetap terasa gatal tidak bisa dipuaskan kontol seperti itu. Di situasi menegangkan seperti ini, tiba-tiba Dewi merasa ingin kembali pipis untuk kedua kalinya


"Antum jangan melihat kebelakang akhi.. Ana sudah ga kuat.. kebelet nih.. Ana pipis dulu ya Akh.. Antum jangan liat ana pipis ya akhi.. Ana angkat rok gamis ana..", kata Dewi semakin menggoda ikhwan itu


Wajah Ryan semakin pucat dengan kejujuran Dewi. Ia berusaha mati-matian tidak menghadap ke arah Dewi dan meneruskan mengutak-atik kenop pintu kamar mandi sembari Dewi meneruskan buang hajatnya. Terbayangkan betapa tersiksanya Ryan dibelakangnya saat ini sedang berjongkok ukhti bercadar sedang membuka kelaminnya dan mengeluarkan cairan kencing dari lubang kelaminnya perlahan


*currrrrrrrrr* air kencing Dewi mulai keluar


Suara gemericik air kencing Dewi yang jatuh langsung mendarat pada pembuangan closet menimbulkan sedikit keramaian di toilet yang hanya ditempati oleh mereka berdua. Aroma semerbak kencing Dewi langsung menguasai ruangan toilet kecil yang kotor ini. Setelah selesai kencing, Dewi tak langsung menutup kembali pakaiannya. Saat ini dia malah mengangkat gamisnya lebih keatas sehingga seluruh tempiknya yang berjembut lebat itu semakin terlihat jelas. Dewi sangat berharap Ryan memberanikan diri menoleh kearahnya dan melihat lubang kelamin yang selalu ia jaga itu. Tetapi iman Ryan tidak goyah, dia masih menjaga kehormatan Dewi sebagai seorang ustadzah dan mssih asyik membetulkan pintu toilet. Kemudian Dewi mulai menggaruk kelaminnya dan memainkan itilnya saat ikhwan itu masih kesulitan dan tidak menyerah berusaha membetulkan pintu. Tangan Dewi lincah mengocok alat kelaminnya yang sudah sangat berlendir sehingga menimbulkan suara basah berdecak yang berasal dari kelaminnya


*kocok kocok kocok* dengan cepat tangan Dewi mengocok kelaminnya sendiri.


Situasi begitu sunyi, hanya terdengar suara kocokan basah dari arah kelamin Dewi dan suara percikan cairan Dewi yang jatuh menyebar kemana-mana. Ryan masih menjaga imannya dengan baik, walau dalam hatinya ia begitu penasaran apa yang dilakukan Dewi hingga terdengar suara becek yang terdengar dari arah belakangnya. Ditambah lagi, suara hembusan nafas Dewi yang semakin terdengar berat dibalik cadarnya menambah godaan bagi ikhwan itu. Tetapi pada akhirnya, Dia sama sekali tidak berani menoleh kebelakang walau Dewi sudah menggoda imannya habis-habisan dengan tingkah lakunya


"Afwan Akhi... Vagina ana gatal.. Ana garuk sebentar yaahh.. Ssshhh..", kata Dewi sambil mendesis semakin menggoda Ryan


Ikhwan itu semakin merasa kebingungan dan nervous karena dari arah Dewi malah saat ini terdengar suara kocokan yang terdengar  semakin becek. Tanpa sadar batang kontolnya semakin bangun dan tegak mengeras. Hal yang memang lumrah karena dia ada lelaki normal yang memiliki ketertarikan terhadap wanita. Siapa yang tidak tergoda dengan posisinya yang sangat mendukung untuk bermaksiat saat ini. Terlihat beberapa kali ikhwan itu membetulkan posisi batang kontolnya yang semakin mempersempit area selangkangannya


*Hadap sini akhi.. liat ana sedang masturbasi. Hadap sini Akh...*, kata Dewi dalam hati


"Afwan Ukhti.. Sepertinya pintu toilet memang rusak tidak bisa diperbaiki..", kata Ikhwan itu menyerah dan permisi keluar dari toilet meninggalkan Ustadzah Dewi sendirian di kamar mandi sambil wajahnya terlihat begitu memerah, tegang, dan berkeringat


*Duh gagal deh*, kata Dewi dalam hati


Kemudian karena dirinya masih sangat terangsang saat ini, pada akhirnya Dewi memutuskan masturbasi sebentar di toilet tersebut tanpa mengunci pintu sambil menunggu waktu kajian. Diintipnya keluar kamar mandi rupanya Ikhwan bernama Ryan sudah tidak terlihat di depan ruang kamar mandinya  Dewi duduk berjongkok diatas closet jongkok. Dewi lalu mencolokkan Jemari lentiknya dan mulai menusukkan perlahan ke dalam lubang kelaminnya. Pelan-pelan ia dorong telunjuknya semakin masuk diantara jepitan kelaminnya sendiri  Tiap gesekan dan sentuhan area dalam memeknya memberikan kenikmatan yang semakin lama semakin besar. Tempik Dewi perlahan kembali mulai lembab dan licin, Dewi semakin mempercepat masturbasinya dengan menrangsang seluruh bagian dalam lubang tempiknya.


"Ouuuuhhhh... Shhhhh.. Ana butuh kontoll... Siapa saja tolong liat ana masturbasi.. Ssshhh..", desah Dewi sedikit kencang berharap ada seseorang yang mendengarnya


Tangannya terus mengobok-obok alat kelaminnya tiada henti. Cairan dari kelamin Dewi mulai jatuh berjatuhan. Mata Dewi terpejam membayangkan alat kelaminnya sedang diobok-obok oleh pria. Dia juga membayangkan saat sedang masturbasi tubuhnya diperhatikan oleh banyak pria yang memandang penuh nafsu ke arahnya


"Sshhh.. Ahhh.. Oouuhh.. Enak...", desah Dewi sambil terus menggosok tempiknya yang gatal tidak hilang-hilang


*BRAKKK!!!!* tiba2 pintu dibuka kencang mengejutkan Dewi.


Tangan Dewi seketika berhenti mengocok kelaminnya, tetapi cairan lendir Dewi tidak mau berhenti mengeluarkan cairan yang terus menetes-netes. Cairan itu terus jatuh keluar dari lubang tempiknya bercampur dengan air kencing yang dari tadi belum ia bersihkan dari closet. Wajah Dewi pucat pasi melihat ada seorang pria yang tidak dikenal sedang menyeringai ke arahnya


"Hehehe.. Ukhti lagi asyik ya?", kata pria itu sambil menurunkan resleting celananya dan menutup kembali pintunya


"Nih saya kasih kontol kayaknya ukhti lagi butuh kontol..", kata pria itu sambil mengibaskan batang kontol ya yang sudah mengeras dan mendekati tubuh Dewi yang masih berjongkok


"Tenang, rahasiamu aman Ukh.. Asalkan kamu mau mainin kontol saya juga. Hehehe .", kata pria itu sambil dengan kurang ajar menampar-namparkan batang kontolnya ke arah wajah Dewi yang masih tertutup cadar.


Pria itu mengangkat cadar Dewi sehingga bibir Dewi terlihat olehnya, dan cadarnya disibakkan hingga menutup kedua mata Dewi. Lalu pria itu langsung menjejalkan batang kontolnya ke arah mukut Dewi yang sudah pasrah. Batang kontol yang cukup besar dan berotot, langsung memenuhi rongga mulut Dewi yang sempit.


Pria itu menampar-nampar kedua pipi Dewi kiri kanan bergantian sambil terus menyodokkan batang kontolnya ke mulut Ustadzah Dewi


*plak plak plak* pipi Dewi ditampar-tampar perlahan


"Ini kan yang kamu mau? Hah? Hah? Kamu pingin kontol kan? Ayo nikmati kontol saya sepuasmu Ukhti. Hahaha..", Kata Pria itu sambil terus menghajar mulut Dewi dengan batang kelaminnya


"Hoookkhhh.. Hoookkkhh...", Dewi sampai hampir muntah karena tenggorokannya tersedak menerima kontol besar pria itu


*tulilut tulilut tulilut tulilut*  Tiba-tiba Suara handphone Dewi berdering nyaring dan buru-buru Dewi mengambil handphone dari saku gamisnya karena kawatir suara dering teleponnya menimbulkan kegaduhan di gedung serbaguna ini. Dewi meminta ijin mengangkat telepon dan untungnya pria itu mengijinkan karena ia juga was was aksinya akan diketahui orang lain.


Terlihat nama Rista di handphonenya


*Ya Tuhan.. Ristaaa kamu kenapa telepon disaat seperti ini.....* ,kata Dewi sambil mengangkat telepon


"Aslmlkm.. Mbak Dewi..."


"Ya Dek.. Ada apa... Uuhh...", kata Dewi sambil terkejut karena saat ini tubuhnya ditarik dan dihadapkan menungging pada tembok toilet oleh pria tak dikenal itu


"Mbak hari jumat besok apa bisa pulang ke rumah? Ini rencana Mas Adi mau silaturahim antar keluarga dengan membawa semua keluarganya..", kata Rista


"Auhh.. Afwan ya dek... Mbak.. Sshh.. Kayaknya mbak.. Uuhh.. gak bisa.. Mbak ada jadwal kajiann.. Aahhhh..", jawab Dewi sambil tersedak saat area kelaminnya mulai dicabuli pria itu dengan cepat dan kasar


"Beneran ga bisa ya mbak.. Rista berdua aja dong sama abi waktu menemui keluarga Mas Adi?", tanya Rista


"Uhh.. Iyaah.. Afwan Ya Dek... Ssshh.. Aahh..", jawab Dewi semakin menggelinjang tak karuan saat kelaminnya yang masih bau pesing terus ditusuk jemari kasar pria itu terus-terusan


"Mbak ngapain sih kok kayak sakit gt?", Tanya Rista penasaran


"Ihh.. Iyahh.. Mbak.. Perut Mbak.. Mulessss... Ssshh.. ini lagi BAB..", jawab Mbak Dewi sambil berusaha menahan agar tidak mendesah lagi


"Oohhh.. Yasudah cepet sembuh ya mbak.. Minum obat.."


"Iyaahh.. Salam buat keluarga Adi ya dek.. Sshhh.. Mbak sih ok ok aja kok sama calon suamimu.. Sudah dulu.. Mbak.. ga tahann pingin keluar.... Sshh.. Aduuhhh", jawab Feei


*tut tut tut tut* telepon pun terputus seketika


"Aahh.... Keluarrrr..", kata Dewi dan tubuhnya langsung bergetar-getar hebat


*Sreetttt sreetttt sreetttt* dari lubang kecil tempik Dewi keluarlah cairan yang menembak beberapa kali cukup deras.


Kaki Dewi terasa lemas seketika tidak mampu menopang berat badannya. Tempiknya terasa kedutan dan sedikit panas karena terus-terusan dikocok dan digosok dengan kasar oleh pria berwajah seram itu. Dibiarkannya lendir cintanya jatuh langsung ke pembuangan closet. Perlahan Dewi mencoba berdiri sambil berpegangan pada tembok. Kakinya masih terasa gemetaran tak sanggup berdiri dengan sempurna. Pria itu kembali menyibakkan cadarnya membuka bibir Dewi yang menggairahkan dan langsung dilumatnya bibir Dewi penuh nafsu


"Aahhh..Ssshhh...", desah Dewi pasrah saat pria itu melumat bibirnya tanpa ampun


Aroma mulut pria itu sangatlah tak karuan. Dewi sangat tidak bisa menikmati berciuman dengan pria itu. Jauh lebih menjijikkan dibandingkan aroma mulut Pak Sul. Dewi mencoba menahan nafas saat pria itu terus melumat habis lidahnya tanpa ampun.


Setelah puas menciumi bibir Dewi, Dewi kembali diminta berjongkok dihadapannya


"Sekarang Ukhti colmek sambil sepong kontol saya!", perintah pria itu


"I.. Iya..", jawab Dewi ketakutan


Tangan Dewi kembali mengarah ke lubang tempiknya. Kali ini dengan perasaan ketakutan. Karena kali ini ia harus masturbasi dihadapan pria tak dikenal dan harus sambil mengulum batang kontolnya yang besar itu. Jemari Dewi mulai menyelinap masuk ke kulit labia tempiknya. Kemudian perlahan Dewi mulai merangsang sendiri kelaminnya dengan jemari lentiknya. Tusukan-tusukan kecil dua jarinya sudah cukup membuat tempik akhwat itu banjir dengan deras.


Lalu setelah memastikan wanita bercadar dihadapannya benar-benar masturbasi, pria itu kembali membenamkan batang kontolnya ke bibir Dewi. Bibir Dewi yang sempit kembali dipaksa menerima kontol besar tebal itu. Dewi begitu terlihat kewalahan. Pria itu memegangi kepala Dewi dan menahannya agar tidak bergerak, lalu dengan kejam pria itu menghajar lubang mulut Dewi dengan sodokan yang begitu kasar berkali-kali hingga air liur Dewi menetes keluar dari sela bibirnya yang kewalahan menerima kontol besar itu


"Aaahhh.. enak bener.... Ssshhh.. Cadaran kelakuan kayak lonte lu bangsat.. Hahaha.. Nih makan kontol gw.. makan kontol gw..", kata pria itu penuh kemenangan sambil terus menghajar mulut Dewi tanpa ampun dengan batang kontolnya dengan cepat


Tubuh Dewi benar-benar tersiksa menerima perlakuan ini. Tetapi entah mengapa dari lubuk hatinya dia malah semangat serta libidonya semakin meningkat. Lubang tempik ya sampai harus terasa kedutan berkali-kali dan terpaksa menyemburkan "air mancurnya" beberapa kali saat dalam posisi masturbasi sambil dihajar kontol seperti saat ini


*sretttt.. Sretttt... Srettttt..*, cairan squirt keluar berkali-kali dari lubang tempik Dewi jatuh mengenai lengan panjang gamisnya yang tak berhenti terus merangsang alat kelaminnya sendiri


Tempik Dewi semakin banjir, beberapa kali Dewi sampai  menyemburkan cairan squirt dalam posisi menyepong kontol besar itu dengan brutal. Pria itu terus memegangi kepala Dewi dengan erat dan menyodoki mulut Dewi dengan kontolnya sampai dia klimaks


"Arrrgggghhhhh...", tiba-tiba pria itu mengerang hebat dan mencabut batang kontolnya dari mulut Dewi


*crot crot crot crot crot* cairan peju kental nan banyak langsung menyembur ke arah wajah serta cadar Dewi


Lalu sebelum pria itu pergi setelah menuntaskan birahinya, Tak lupa dia minta Dewi untuk membersihkan sisa-sisa peju yang masih menempel pada kepala kontol serta lubang kencingnya. Tanpa rasa jijik Dewi bersihkan sisa peju pria itu dengan lidahnya hingga bersih kembali seperti semula. Stelah itu tak lupa Dewi cium-cium batang kontol berotot itu dengan mesra dari peler hingga kepala kontolnya. Sepertinya Dewi sedang mengucapkan terima kasih kepada kontol itu karena sudah membantu memuaskan syahwatnya yang sudah tak tertahankan dari beberapa hari yang lalu, walau jujur saja lubang tempiknya masih amat gatal karena memang harus disodok kontol terlebih dahulu agar bisa sembuh untuk sementara waktu. Setelah selesai pria itu buru-buru keluar dari kamar mandi dan pergi entah kemana meninggalkan Dewi seorang diri.


Lalu dengan sisa tenaga, sang ustadzah bercadar meninggalkan toilet gedung dengan berjalan tertatih karena hampir 1 jam lubang kelaminnya terus-terusan dirangsang tiada henti.


***


Suasana gedung sudah ramai. Para peserta sudah duduk dengan rapi. Mereka kebanyakan mantan narapidana kasus pencabulan dan pemerkosaan yang harus diberikan wawasan agar tidak mengulangi perbuatannya. Wajah mereka sebagian besar sangar dengan tatapan yang tajam menakutkan. Terlihat ikhwan bernama Ryan berdiri paling belakang menghadap ke panggung memandangi Dewi yang tengah bersiap mengisi kajian. Dewi sempat melirik ke arah wajah para peserta, wajahnya seketika syok berat saat matanya menangkap sosok pria yang ia ingat betul seringainya yang menakutkan, rupanya pria yang mencabulinya di kamar mandi tadi sore adalah salah satu peserta kajian ini. Pria itu saat ini memandangi Dewi dengan tatapan tajam dengan tersenyum mesum menyebalkan


Kajian pun dimulai dengan kondisi Dewi yang masih amat terangsang. Tubuhnya terlihat gelisah. Dari layar proyektor yang fokus menyorotnya, terlihat jelas Dewi beberapa kali merubah posisi kakinya. Sering kali kaki Dewi terlihat menggesek dan menjepit pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatal pada kelaminnya. Ingin sekali Dewi terang-terangan menggaruk kelaminnya saat ini. namun tidak mungkin ia lakukan karena semua mata saat ini tertuju kepadanya. Dewi hanya bisa mencuri-curi gerakan menggesek-gesekkan kakinya dan sesekali menekan pangkal pahanya agar mengurangi rasa gatalnya.


"Aslkmlkm wr wb.. Perkenalkan Ana Ustadzah Dewi saat ini ana disini menggantikan Ust Faruq yang sedang tertimpa musibah. Mari kita doakan beliau agar bisa segera pulih dan kembali mengisi kajian seperti sedia kala", kata Dewi mulai opening


"Membahas tentang Zina. Sebenernya manusia itu tidak bisa lepas dari yang namanya zina. Semua manusia pasti pernah melakukannya. Tinggal seberapa besar zina yang sudah kita lakukan. Nah dikesempatan kali ini ana akan menjelaskan satu-satu macam2 zina mulai dari yang paling kecil sampai yang terbesar.", kata Dewi


Kemudian Dewi mulai berdiri. Dewi merasakan celana dalamnya begitu lembab dan hangat. Di bawah sana kelamin Dewi terus meronta dan berkedut seolah sedang menunggu kehadiran kontol dijepit lubang tempiknya


"Jadi zina yang pertama itu zina panca indera. Macamnya ada banyak sekali mulai dari zina hati.. Mau tau contohnya? Sekarang antum amati ana.. Terus amati ana..", kata Dewi sambil berdiri. Membiarkan para ikhwan bekas narapidana memandangi wajah dan tubuhnya.


"Bagaimana apa yang antum rasakan?", tanya Dewi


"Yaaa.. Saya merasa sedikit nafsu melihat ustadzah yang wajahnya bikin penasaran. Kayaknya sih cantik dibalik cadarnya..", jawab salah seorang peserta kajian secara blak-blakan. Wajar karena mereka adalah para pelaku kriminal yang kalau berbicara langsung ceplas-ceplos


"Lalu dihati antum semua memikirkan apa? mencabuli / menyetubuhi ana?", tanya Dewi


"Iya Ustadzahhh.. Ada perasaan ingin menyetubuhi. Heheheh.. Maaf ustadzah kalau kami terlalu jujur ngomongnya.. Hehehe..", jawab seorang peserta lainnya sambil cengengesan


"Afwan, mas tolong diatur kata-katanya", protes Ryan dari baris paling belakang


"Tidak apa-apa akhi.. Antum jangan khawatir, memang ana butuh kejujuran dalam kajian kali ini biar semuanya jelas.. Nah, perasaan niat dalam hati ingin menyetubuhi itu namanya Zina Hati.. Ada niat buruk yang ada dalam hati antum kepada ana itu sudah termasuk zina.. yang paling kecil", kata Dewi


Para peserta mengangguk-angguk paham. Dewi kemudian beristirahat sejenak sambil minum air mineral yang sudah disediakan diatas meja. Terasa sekali tempiknya semakin gatal jika dia berdiam diri sejenak seperti ini.


"Yang kedua zina mata, mungkin antum semua paham dengan zina mata ini. Antum memandangi ana yang sudah berpakaian  menutup aurat seperti ini bahkan sampai memakai cadar hingga tak nampak muka ana. Apakah antum bernafsu melihat ana yang seperti ini? Atau antum baru bernafsu saat melihat wanita berpakaian sexy dan bahkan telanjang?"


"Jujur saja melihat wanita bercadar saja ada rasa nafsu birahi yang saya rasakan Ustadzah.. Lebih bikin penasaran", jawab seorang peserta dan dijawab anggukan oleh peserta yang lain


"Naah itu dia.. Sudah jelas ya. zina mata itu sangat mudah sekali kita lakukan bahkan dalam situasi tak sengaja sekalipun. Karena itu agama menyarankan kita untuk menundukkan pandangan ketika bertemu lawan jenis, apapun dan bagaimanapun cara berpakaian wanita itu..", kata Dewi


"Ustadzah boleh saya tanya?", kata seorang peserta


Dewi terkejut saat tahu yang bertanya adalah pria yang mencabulinya di toilet sore tadi sebelum kajian


"I.. Iya silakan...", kata Dewi mulai grogi


"Barusan saya mengalami sendiri nih ustadzah. Ada seorang Ukhti yang justru pingin ada yang melihat kearahnya yang sedang asyik sendiri di kamar mandi. Tidak tanggung-tanggung, ukhti-ukhti itu ingin ada yang melihat ke arah kelaminnya. Itu gimana Ustadzah penjelasannya? Hehehehh..", kata pria itu sambil tersenyum mesum


Suasana menjadi gaduh saat itu juga setelah mendengar cerita peserta itu. Semua peserta disana yakin pria itu hanya membual dan tak percaya ada seorang ukhti-ukhti yang berperilaku seperti itu.


"Ahh lu mungkin lagi mimpi tuh.. Mana ada ukhti kayak gitu, lonte kali", kata salah seorang peserta


"Atau lu diganggu setan tuh. Sebenarnya yang lu liat itu penampakan. Hahahah...", kata peserta yang lainnya


Pria itu tidak menggubris komentar peserta-peserta yang lain. Matanya terus menatap ke arah Dewi yang terlihat semakin grogi diberikan pertanyaan tak terduga seperti itu. Dari layar besar yang menyorot kearahnya, Dewi menyeka keningnya, padahal saat ini ruangan cukup dingin. Dewi mengatur nafas mencoba merangkai jawaban yang tepat untuk mrnjawab pertanyaan itu


"Afwan.. Menurut ana.. wanita itu sama dengan pria. Wanita juga punya nafsu syahwat. Bahkan saya pernah baca, wanita itu justru syawatnya bisa jauh melebihi pria. Karena itu agama membatasi wanita menikah hanya dengan satu pasangan saja, sedangkan lelaki boleh lebih dari satu. Salah satu alasannya Karena jika wanita menikah lebih dari satu pria, wanita itu bisa semakin liar tak sanggup mengatur syahwatnya", kata Dewi


"Jadi maksud ana, mungkin wanita yang antum sebutkan tadi memang benar bisa saja seperti itu, karena dia sudah tidak sanggup membendung nafsu syahwatnya dan hilang akal sehatnya sehingga meminta seorang pria melihat auratnya..", kata Dewi


"Hilang akal sehat? Gila dong ustadzah. Hahahaha... Kalau gila dan dia berhubungan badan dengan seorang yang bukan mahrom, saya pernah dengar itu bukan termasuk zina", kata pria itu seolah sedang mengejek Dewi


"Betul kata antum, jika pelaku zina ternyata gila, dia tidak akan berdosa. Ana lanjutkan. Kemudian setelah zina mata, jenis zina panca indera yang lainnya ada banyak seperti zina penciuman, zina sentuhan, zina pendengaran. Kali ini antum semua coba maju ke panggung. Ana jelaskan semuanya sekaligus.."


Lalu seluruh peserta berjalan mendekati ustadzah Dewi yang sedang duduk diatas sofa kursi panggung, mereka semua mengerubungi Dewi. Dewi semakin berdebar-debar saat dikelilingi pria-pria ini. Dalam jarak sedekat ini aroma parfum Dewi yang wangi dan sensual tentu saja tercium oleh mereka.


"Antum semua mencium aroma tubuh ana?"


"Iya ustadzah harum sekali. saya jadi sange ustadzah...", kata seorang peserta


"Ini namanya zina penciuman. Saat hidung antum mencium aroma dari tubuh wanita sehingga membuat libido birahi antum meninggi, itu zina penciuman hidung. Karena itu sebenarnya agama melarang wanita memakai wangi-wangian yang berlebihan. Sekarang antum semua boleh sentuh tubuh ana bagian manapun yang antum mau.. Ini namanya zina sentuhan..", kata Dewi sambil merentangkan kedua tangannya pada sandaran sofa begitu pasrah.


Syahwatnya mulai tak terkendali saat tempiknya sudah benar-benar gatal saat ini setelah puasa kontol Pak Sul beberapa hari. Para peserta yang kesemuanya mantan narapidana pencabulan dan pemerkosaan tidak percaya apa yang dikatakan oleh sang ustadzah bercadar dihadapan mereka


"Beneran Ustadzah? Kami semua boleh sentuh  bagian tubuh ustadzah yang mana aja?", kata Seorang peserta


"Ustadzah Dewi, ini apakah tidak berlebihan Ukhti?", tanya Ryan tidak percaya


"Akhi.. Tidak apa-apa ya.. Tolong akhi rahasiakan ini semua terlebih ke teman-teman dakwah ya.. Sebagai gantinya akhi juga boleh ikut.. Sini Akhi...", tawar Dewi menggoda


Terlihat Ryan berdiri mematung saat ini. Kontolnya saat ini pun mengeras melihat Dewi wanita yang ingin dinikahinya dulu sedang dikerubungi pria-pria berwajah sangar itu. Tetapi Ryan masih mencoba bertahan tidak terburu-buru, penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Ryan menatap layar besar, jelas sekali terlihat Dewi tertuduk pasrah dikelilingi seluruh peserta yang berwajah seram-seram itu


Pria yang mencabuli Dewi di toilet berada di baris paling depan. Tanpa permisi, disingkapnya rok gamis Dewi hingga keatas menampakkan kedua pahanya yang mulus. Seluruh peserta terbelalak tak percaya melihat pemandangan indah dihadapannya. Kemudian mereka mulai memberanikan diri turut menggerayangi tubuh Dewi bersamaan. Tangan mereka berebutan menjamah seluruh tubuh Dewi. Pria yang mencabuli Dewi menarik lepas celana dalam Dewi sambil membacakannya keras-keras apa yang tertulis di kain segitiga itu sambil diangkatnya tinggi-tinggi celana dalam Dewi.


"Sex Gratisssss.... Sex Gratiisss Woyyyy.. Ustadzah sekaligus ngelonteee..",kata pria itu


Semua bertepuk tangan riuh melihat Dewi sudah duduk mengangkang memperlihatkan tempiknya yang basah dan berjembut lebat itu. Langsung area kelamin Dewi menjadi target utama tangan-tangan mereka. Mereka berebutan menyentuh bagian organ intim ustadzah Dewi. Jari-jari kasar pria-pria itu bergantian mencoblos lubang tempik Dewi. 3 pria bersamaan mencabuli lubang kelamin Dewi dengan jemari kasar mereka. Dewi mendesah tak karuan, fantasynya selama ini akhirnya terwujud. Menjadikan tubuhnya menjadi pemuas nafsu banyak pria sekaligus.


Tak puas hanya aurat bawah Dewi yang terlihat, mereka mulai menurunkan resleting gamis Dewi dan melepas gamis itu dari tubuh sang ustadzah. Tangan-tangan mereka bergerilya ke seluruh tubuh Dewi. Ada yang meleas resleting, ada yang masih asyik menusukkan jari-jari mereka ke lubang kelamin Ustadzah Dewi dan yang tidak kebagian hanya bisa meraba dan meremas sesekali payudara Dewi yang masih tertutup oleh gamis hitam yang dikenakannya


Setelah resleting gamis Dewi sudah diturunkan maksimal. Mereka menarik lepas gamis sang ustadzah, sehingga hanya menyisakan sebuah bra putih yang masih menutup payudaranya. Itupun tak bertahan lama karena akhirnya bra yang menutup dada Dewi pun segera dilucuti hingga tak tersisia


Tinggallah tubuh Dewi saat ini hanya menyisakan kerudung, cadar dan kaos kaki panjang yang masih menutup kaki hingga betisnya. Dewi hanya pasrah duduk bersandar pada kursi membiarkan tangan para peserta kajian menggerayangi seluruh bagian tubuhnya yang telah terbuka. Pentil susunya yang mungil menjadi bulan-bulanan cubitan-cubitan nakal tangan-tangan para peserta yang sudah mulai dikuasai nafsu syahwat


"Aaahhhh... Ssshhh.. Sekarang ana yakin antum semua sudah bernafsu kepada ana. Aaahhh... Ouuuhhh.. Ini namanya zina sentuhan... Aahhhh..", kata Dewi masih mencoba menjelaskan


Namun para peserta nampak ya sudah tak peduli dengan penjelasan Dewi. Mereka lebih fokus kepada tubuh telanjang ustadzah cantik bercadar yang saat ini ada dihadapan mereka. Tangan Dewi diangkat keatas, lalu mereka berebutan menjilati kedua ketiak sang ustadzah.


"Aahhhhh geliiii.... Sudahhh cukup.. Ana mau lanjut menjelaskan zina selanjutnya.. Aaahhh..", kata Dewi tak kuasa menahan geli karena kedua tangannya tetap dipaksa terbuka sehingga mereka bergantian bisa menjilati ketiak ustadzah Dewi sepuasnya.


Bukan cuma ketiak saja, lidah mereka juga mulai menjilati puting susu Dewi yang sudah mulai mengeras. Kedua puting susu Dewi itu bergantian dijilati oleh kesepeluh mantan napi pelaku pemerkosaan. Dewi sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa pada akhirnya ia harus meneteki 10 orang mantan napi pelaku kriminal. Sesuatu yang sama sekali tak pernah ia bayangkan selama menjadi muslimah taat sebelum jatuh terperosok ke dalam nikmat zina yang dikenalkan oleh Pak Sul.


"Ooohhhh... Ssshhh.. Enak..", kata Dewi semakin terbuai permainan gila ini


"Zina nikmat yang ustadzah?", goda salah satu peserta sambil mengobok-obok lubang kelamin sang ustadzah dengan dua jari telunjuk dan jari tengahnya


"Iyaahh.. zina memang membawa kenikmatan tapi berdosa.. teruss... Ouhh..", desah Dewi binal


Setelah tubuh atas Dewi basah terkena jilatan air liur para peserta kajian yang juga para mantan napi itu, tubuh Dewi ditunggingkan oleh mereka diatas sofa kursi yang ada. Lalu secara bergantian dalam posisi menungging, Dewi membiarkan belahan lubang kelaminnya dijilati dari belakang oleh para mantan napi itu. Tubuh Dewi bergetar-getar saat mereka satu persatu menjilati lubang kelamin Dewi yang sudah becek berlendir itu. Dewi mengejang, kedua payudaranya yang besar bergoyang-goyang bebas sebelum akhirnya kembali beberapa kepala menyusup masuk ke dalam dadanya untui menetek ke pentil susunya yang menggoda itu. Dibalik cadarnya  bibir Dewi terkatup rapat menahan perasaan nikmat yang dialami oleh lubang tempiknya akibat jilatan-jilatan nakal para napi itu


Dewi melirik ke arah Ryan, dalam hatinya ia sebenarnya tidak rela memperlihatkan kebinalannya kepada rekan dakwahnya. Dewi tidak rela pada akhirnya rekan dakwahnya tahu betapa murahannya dirinya. Mata Dewi tertegun menyaksikan Ryan yang rupanya justru sedang asyik onani melihatnya dikerjai para napi. Ryan begitu semangat memandangi wanita bercadar pujaannya begitu ikhlas memberikan tubuhnya kepada para napi untuk dinikmati. Kocokan Ryan begitu cepat. Terlihat batang kontol Ryan memerah saking cepatnya kocokan yang dilakukan oleh ikhwan itu


Namun Dewi tak bisa berlama-lama melihat rekan dakwahnya sedang onani memandangi dirinya, karena tiba2 kepalanya ditarik paksa menghadap kedepan, cadarnya disingkap kebelakang hingga mulutnya ustadzah Dewi tidak tertutup lagi. Lalu sebuah batang kelamin seorang pria langsung menyeruak masuk ke dalam mulutnya. Dewi berusaha mengulum kontol pria itu dengan sepongan terbaiknya, walaupun tubuh bagian bawah sang ustadzah semakin tak karuan rasanya karena harus dijilati terus-terusan oleh para napi pelaku pemerkosaan dan pencabulan yang memiliki nafsu syahwat diluar batas normal.


"Aaaahhhhhhh....", Tiba-tiba Dewi mendesah kencang


Dilihatnya sejenak organ kewanitaannya, rupanya pria yang mencabulinya ditoilet tadi mulai mengocok lubang tempiknya dalam posisi menungging dengan jemarinya. Tubuh Dewi bergetar hebat. Tidak pernah ia merasa sesexy ini karena saat ini tubuh telanjangnya sedang dinikmati para pria secara berjamaah. Kepala Dewi semakin terdongak saat kembali tangan-tangan nakal mulai berebutan menusukkan jari-jari mereka ke dalam lubang tempiknya yang sudah terasa lebar itu. Gerakan jemari mereka seolah ingin membuat tempik Dewi lebar. mereka tarik-tarik kulit labia kelamin Dewi sambil terus menusukkanya keluar masuk menembus kelamin sang ustadzah


"Aarrgghhh.. Afwan ana muncrattt...", pekik Dewi sambil tubuhnya bergetar hebat


*srettt srettt sretttt sretttt*, tempik Dewi menyemburkan cairan bening ke arah belakang berkali-kali


Setelah cairan bening yang keluar begitu deras dari dalam kelamin Dewi habis,  kemudian, keluarlah sebuah lendir kental begitu banyak dari dalam lubang kelaminnya. Lubang tempik Dewi sudah menganga. Dewi sudah tidak tahan lagi. Bagian dalam kelamin sang ustadzah sudah terasa begitu gatal. Tubuh Dewi terlihat lemas terduduk pasrah setelah orgasmenya. Para peserta memandangi tubuh polos sang ustadzah yang nafasnya ngos-ngosan sambil tersenyum nakal.


"Ustadzah lanjut isi kajian dalam posisi telanjang. Heheheh", kata seorang peserta


Satu persatu persatu peserta bejat itu kemudian turun dari panggung meninggalkan tubuh telanjang Dewi yang masih terduduk lesu. Dari kelamin wanita itu masih mengeluarkan cairan bening sesekali sehingga membuat sofa yang didudukinya merembes basah


Dewi gelagapan berada dipanggung dalam posisi telanjang. Semua mata memandang kearah tubuh mulusnya. Semua peserta mengocok kelaminnya masing-masing sambil memandangi tubuh sexy Dewi yang sudah terbuka. Ikhwan bernama Ryan memandangi Dewi dengan iba, tetapi tangannya tak bisa berhenti mengocok batang kontolnya sendiri menyaksikan kemolekan tubuh telanjang Dewi di depan matanya secara langsung


"Ja.. Jadi seperti inilah bahaya zina, selain membuat ketagihan juga bisa membawa penyakit apalagi jika hubungan sex dilakukan terlalu bebas.. Memang semuanya terasa nikmat, tetapi jika keterusan bisa membuat kita ketagihan dan bisa juga membawa penyakit.. Antum semua pikirkan sendiri mana yang terbaik bagi antum.. Aahhh.. Memek ana gatal.. Afwan ana ijin garuk memek dulu..", kata Dewi sambil menggaruk bagian dalam alat kelaminnya di atas panggung yang sudah tidak tertahankan itu


Para peserta menertawakan Dewi yang malah terlihat seperti keenakan masturbasi diatas panggung. Layar proyektor menampilkan gamblang jemari lentik Dewi yang bergerak lincah keluar masuk mencolok lubang kelaminnya sendiri. Tangan Dewi bergerak cepat menggaruk tempiknya yang sudah sangat gatal karena semakin berlendir itu. Bukan hanya menggaruk kelaminnya, tangan Dewi yang lain justru memainkan payudaranya, meremasnya sesekali dan memilin-milin puting susunya yang telah mengacung.


"Ustadzah, saya mau bertanya kenapa cewek dilarang disetubuhi dari lubang pantat?", tanya seorang peserta


"Ehhh.. I.. Iya.. Karena lubang tersebut sangat kotor dan bisa bawa penyakit.. Sshhh..", jawab Dewi sambil tak berhenti mengucek tempiknya sendiri


"Masak kotor sih ustadzah? Coba kami mau lihat lubang pantat ustadzah kotor apa ngga..", kata peserta yang bertanya tadi sambil maju ke depan


"Apa?", kata Dewi terkejut


Lalu pria itu meminta Dewi menungging membelakangi para peserta kajian. Punggung serta bongkahan pantatnya yang mulus tersorot kamera. Seluruh peserta menelan ludah, termasuk Ryan sampai melongo memandangi tingkah Dewi yang begitu pasrah patuh pada permintaan cabul mereka. Tangan Dewi membuka belahan pantatnya, menunjukkan kedua lubang bawahnya yang terlihat nikmat itu.


"Tidak jelas ustadzah lubang pantatnya...", protes salah seorang peserta


"Mas, bantuin sorot kameranya tepat ke lubang pantat Ustadzah Dewi, biar bisa terlihat jelas di layar proyektor", pinta peserta yang berada di atas panggung. Kemudian dia duduk disamping Dewi yang masih menungging membelakangi peserta kajian. Dari saku celananya ia mengambil sebuah benda berbentuk lingkaran


Ikhwan bernama Ryan buru-buru mengambil kamera yang tersambung pada proyektor. Lalu Ryan mulai menyuting lubang pantat Dewi dari jarak dekat dengan lampu flash yang cukup terang. Terlihat lubang pantat Dewi begitu jelas pada layar proyektor. Semua peserta menelan ludah melihat lubang pembuangan sang ustadzah yang berwarna cokelat tua itu.


Lalu peserta yang duduk disebelah Dewi memasang sebuah speculum yang fungsinya untuk melebarkan lubang vagina atau lubang pantat untuk keperluan medis pada lubang pantat Dewi sehingga  lubang pantat Dewi bisa terbuka semakin menganga. Dewi sedikit mendesah merasakan lubang tainya mulai terbuka lebar dipaksa melebar oleh alat yang dibawa peserta itu. Ia menoleh ke layar besar proyektor yang menampilkan bagaimana bentuk lubang pantatnya saat ini terbuka lebar. Lubang Tai Dewi terlihat jelas pada layar proyektor. Lubang yang biasanya kecil itu kini terbuka menganga berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 5 cm. Bagian dalamnya yang berwarna kemerahan dan sedikit kotor bahkan terlihat jelas karena diterangi lampu flash kamera.


Peserta tadi kemudian mulai membersihkan lubang pantat Dewi dengan semacam alat berbentuk selang yang bisa menguras isi lubang pantat sang ustadzah. Alat itu dimasukkan ke dalam lubang pantat sang ustadzah dan mulai menyemburkan air bening ketika ditekan. Cairan bening itu keluar mulai menyembur menyapu kotoran-kotoran yang berada didalam lubang pantat dang ustadzah hingga bersih. Tubuh Dewi gemetaran saat lubang pantatnya dibasuh hingga bersih tanpa ada kotoran.


"Nah sudah bersih nih Ustadzah lubang tainya.. Jadi sudah halal ya? Heheheh...", ledek peserta itu


"Eehhh err....???", Dewi terkejut tidak sanggup menjawab argumen peserta itu.


"Yang berminat sodomi Ustadzah Dewi tolong naik ke atas panggung!", kata peserta itu menawarkan lubang bokong Dewi ke rekan para mantan napi-napi itu tanpa menunggu persetujuan Dewi


Beberapa Mantan Napi yang berminat naik ke atas panggung. Orang pertama adalah pria yang mencabuli Dewi di toilet gedung. Dia buka celananya dan segera mengeluarkan batang kontolnya yang besar dan tebal. Seluruh Proses sodomi akan terlihat jelas dari layar proyektor karena Ryan masih menyunting lubang pantat Dewi hingga saat ini. Pria itu mulai menampar-nampar pantat sexy ustadzah Dewi dan mulai mengarahkan batang kontolnya ke lubang pantat Dewi. Kepala Dewi sampai tersedak saat batang kontol itu mulai menembus ke lubang yang telah menganga itu.


"Ooooohhhhh...", pekik Dewi saat kontol pria itu mulai masuk semakin dalam ke lubang pembuangan sang ustadzah.


Pria itu mulai memompa maju mundur lubang pantat Dewi dengan batang kontolnya. Gesekan-gesekan kontol dan lubang tai Dewi terlihat sangat jelas pada layar proyektor. Dewi terlihat kesakitan tidak nyaman saat lubang pembuangannya mulai dihajar oleh batang kelamin pria. Setelah pria itu puas, lubang pantat Dewi kembali diisi oleh batang kontol lain yang tak kalah besarnya. Kepala Dewi sampai tersandar pada sandaran sofa karena ia sudah pasrah menerima lubang tainya saat ini sedang disodok-sodok para peserta kajian yang semuanya mantan napi cabul-cabul itu.


*crot crot crot crot* sebagian peserta sudah tidak mampu menahan untuk tidak klimaks akibat betapa mesumnya kajian yang diisi ustadzah Dewi hingga sperma mereka menyemprot ke lubang tai sang ustadzah


Entah sudah berapa kontol yang menghajar lubang anus Dewi. Sebagian ada yang sampai menyemburkan spermanya ke dalam lubang tai itu. Terlihat jelas dari dalam lubang pantat sang ustadzah keluar cairan kental lengket berwarna putih yang jatuh menetes-netes ke sofa. Setelah semua puas barulah speculum yang dipakai untuk melebarkan lubang Dewi dilepas dan lubang pantat Ustadzah Dewi perlahan kembali ke ukuran aslinya. Tubuh Dewi kembali ambruk jatuh tiduran pada sofa. Nafasnya kembali tertatih-tatih karena lubang pantatnya masih terasa perih setelah dihajar batang kontol yang besar-besar


Semua peserta turun kembali ke bawah meninggalkan Dewi yang sudah terlentang lemas tak berdaya di atas sofa.


"Afwan sepertinya kajian sudah harus diakhiri..", kata Ryan yang ternyata sudah berdiri ditengah-tengah panggung karena tidak tega melihat kondisi Dewi yang dikenalnya begitu alim dan terjaga itu sudah dalam kondisi tak karuan


Tetapi Dewi buru-buru menarik lengan Ryan dan memintanya untuk menarik kembali kata-katanya


"Ana belum selesai isi kajiannya akhi. Biarkan ana tuntaskan sampai selesai..", pinta Dewi memelas sambil menggenggam erat tangan ikhwan itu.


Tentu saja ikhwan itu terkejut karena dengan mudahnya Dewi memegang tangan lelaki yang bukan mahromnya. Dipegangi oleh Dewi seperti ini saja, birahi ikhwan itu kembali naik. Seluruh sinyal syahwatnya mengirim perintah ke otaknya agar melanjutkan kegilaan ini semua. Batang kontol ikhwan itu kembali berdiri dan semakin mengeras membuat celananya terasa semakin sesak.


Dewi melirik ke arah celana Ryan yang telah menggembung. Tangan Dewi dengan fasih meraba pangkal paha Ryan, sang ikhwan langsung mendesah sambil memejamkan matanya. Menyadari Ikhwan rekan dakwahnya itu sudah dikuasai nafsu syahwat, Dewi memberanikan diri menurunkan resleting celana Ryan dan berusaha mengeluarkan kelamin ikhwan itu dari celananya. Dalam sekali tarikan, batang kontol Ryan sudah berhasil dikeluarkan oleh Dewi dari dalam celananya. Wajah ikhwan itu memerah saat Dewi menggenggam batang kelaminnya dan perlahan mengocoknya


"Kali ini ana akan contohkan zina yang lain. Seorang wanita yang telah bersuami menyepong kontol ikhwan lain..", kata Dewi sambil mencaplok kontol Ryan ke dalam mulutnya


"Aahhhh.. Ukhtii... Ini terlalu nikmat buat ana.. Anti sangat binal.. Aaahhhh...", kata Ryan sambil tubuhnya bergetar kegelian karena Dewi mulai melahap batang kontolnya penuh nafsu sambil lidahnya terjulur panjang mengolesi batang kontol Ryan dengan air ludahnya.


"Hmppphhh.. Sluruppppp.. Slurupppp.. Sshhh..", Dewi begitu liar mengulum kontol Ryan. Sesekali tangannya mengocok kelamin Ryan agar terus semakin menegang maksimal


"Aaahhh.. Ana keluar Ukhtiiiii...", kata Ryan tiba-tiba


*crot crot crot* Ryan menyemburkan spermanya ke wajah ustadzah Dewi


Dewi terkejut karena pemuda itu keluar begitu cepat. Bahkan dia belum siap menerima semburan air mani ikhwan itu sehingga peju Ryan langsung menyemprot ke wajah dan cadar sang ustadzah tanpa persiapan. Wajah Dewi seketika belepotan sperma, cadarnya pun langsung berbau anyir khas aroma cairan mani pria.


"Aahh.. Afwan Ukhtiii.. Ana benar-benar tidak kuat menahan ejakulasi ana karena Anti begitu liar mengulum penis ana.."


"Tafadhol Akhi.. Afwan dan syukron untuk kontolnya ya akhi...", jawab Dewi lalu membiarkan Ryan berjalan gontai turun dari panggung


Dewi belum puas juga, karena vaginanya belum digesek batang kontol hari ini. Dirabanya lubang kelaminnya sendiri yang sudah begitu basah karena sudah terangsang hebat. Ia mulai masturbasi diatas panggung, mengucek tempik dan memilin pentil susunya sendiri dihadapan para peserta kajian yang juga asyik beronani memandang tubuh telanjang sang ustadzah. Tatapan wajah Dewi begitu sendu, dari balik cadarnya terdengar lenguhan manja tanda betapa dirinya saat ini sedang sange berat.


"Tolong setubuhi ana.. Ana mohon... Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi merengek kepada para narapidana sambil terus colmek sexy diatas sofa


"Hehehe.. Kita takut kena penyakit nih ustadzah.. Katanya zina dan sex bebas bisa bikin kena penyakit tadi? Heheheh", goda seorang peserta


"Ana pastikan tubuh ana aman dari penyakit.. Ana mohon setubuhi ana...", pinta Dewi memelas


"Ok boleh, tapi syaratnya ustadzah keluarkan semua uang ustadzah di dompet dan berikan kepada kami seluruhnya, baru kami mau menyetubuhi ustadzah", kata salah seorang napi sambil menyeringai jahat


Dewi langsung meraih tas ransel yang ia bawa dan mengambil seluruh uang yang ada didalam dompetnya. Buru-buru dia hitung semua uang yang ada di dompetnya. Uang yang diberikan oleh suaminya yang seharusnya digunakan untuk uang belanja bulanan, justru dipakainya untuk membayar kontol-kontol pria-pria itu


"Ana ada uang 1.525.500", kata Dewi sambil menyerahkan seluruh uangnya kepada salah satu napi


"Hmmm cuma segini ya ustadzah.. Kurang nih sebenarnya.. tapi gapapalah mumpung kita lagi berbaik hati. Hehehe..", kata napi yang menerima uang Dewi sambil menarik tubuh Dewi dari atas panggung dan dilemparkan tubuh telanjang Dewi ke bawah tempat dimana para peserta duduk lesehan.


Seluruh peserta kajian langsung kembali mengerubungi Dewi sambil mengocok batang kontol mereka masing-masing. Mereka tarik lepas cadar Dewi hingga wajahnya yang cantik jelita terlihat dihadapan mereka. Kini ditubuh Dewi hanya menyisakan kaos kaki panjang dan juga kerudung hitam saja yang masih terpasang rapi menutup rambutnya. Mata mereka terpesona memandang kecantikan wajah Dewi yang dari tadi tersembunyi dibalik cadarnya. Demikian juga dengan Ryan yang sampai melongo melihat wajah asli Dewi yang jelita itu.


Tubuh Dewi kemudian didudukkan dan dipaksa untuk menyepong kontol seluruh peserta kajian. Terlihat kepala Dewi mulai sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan untuk menyepong batang kontol para peserta kajian satu-satu. Sedangkan kedua tangan Dewi sibuk mengocok batang kontol yang lain secara bergantian. Para peserta semakin kurang ajar, kerudung Dewi dijambak ke kiri dan ke kanan bergantian menyepong kontol mereka dengan kasar. Dipeganginya kepala Dewi sebelum mereka menyodokkan batang kontolnya yang besar itu ke mulut Dewi dengan kasar sampai mentok berkali-kali.


"Hoookhhhh.. Sshhhhh..", Dari mulut Dewi keluar air liur kental karena perlakuan mereka rasanya membuat Dewi seperti tercekik


"Sekarang waktunya kita genjot memekmu Ustadzah Lonte...", Kata salah seorang peserta


Lalu tubuh Dewi didorong hingga menungging di atas karpet merah tempat para peserta kajian duduk. Dari belakang terlihat seorang peserta mulai mengarahkan batang kontolnya ke tempik Dewi. Diludahinya lubang kelamin Dewi beberapa kali sebelum pria itu mulai menusukkan kelaminnya ke kelamin sang Ustadzah.


*blessss....*


"Oooouuuhhh...", Lenguh Dewi ketika batang kontol itu menembus organ kelaminnya


Lenguhan Dewi tak bisa lama. karena mulutnya kembali dijejali sebatang kontol milik salah satu peserta lainnya. Kedua lubang Dewi mulai dikerjai oleh dua orang peserta kajian. Sedangkan peserta lainnya menggerayangi tubuh telanjang sang Ustadzah. Mereka ciumi seluruh tubuh sang ustadzah dan bergantian memuntir-muntir puting susu akhwat itu.


Menerima perlakuan seperti itu, tentu saja tubuh Dewi merespon dengan cepat. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Vaginanya semakin terasa kedutan dan puting susunya semakin sensitif. Kontol peserta itu terasa nikmat menggaruk-garuk bagian dalam kelamin sang ustadzah. Dewi terpejam menikmati setiap sodokan kontol yang bersarang didalam jepitan kelaminnya itu


"Ustadzah Dewiiii!!!!", pekik seorang wanita dari arah belakang melihat seluruh kejadian yang terlihat gamblang dari layar proyektor


Dewi sekilas melirik ke arah asal suara. Mata Dewi terbelalak seketika


"Ustadzah Nisa??", kata Dewi tak percaya rekan dakwahnya melihatnya dalam kondisi memalukan seperti ini


Ustadzah Nisa, akhwat berusia 27 tahun, baru saja menikah 2 tahun yang lalu dan memiliki seorang anak yang masih bayi. Tubuhnya tidak tinggi, hanya sekitar 145 cm. Tetapi payudaranya cukup besar dan terlihat menggairahkan dibalik kerudungnya yang terjulur hingga menutup perutnya. Wajahnya cantik dan memakai kacamata, membuat Ustadzah Nisa terlihat smart dan kutu buku


Melihat kehadiran Ustadzah Nisa, rekan dakwahnya yang tadi pagi menelponnya untuk memintanya memberikan kajian, Wajah Ustadzah Dewi terlihat malu. Begitu pula dengan Ustadzah Nisa yang terlihat begitu syok dan ketakutan, memandangi tubuh telanjang Dewi yang sedang dihajar depan dan belakang dengan tatapan tak percaya. Demikian pula dengan ikhwan bernama Ryan itu, tiba-tiba pemuda itu menghentikan onaninya setelah menyadari kehadiran Ustadzah Nisa dan buru-buru memasukkan batang kelaminnya


"Apa maksud semua ini Ustadzah....", Kata Ustadzah Nisa tidak percaya


"Hehehe.. Ini sedang kajian zina Ustadzah.. Kita sedang praktek bareng-bareng. Ustadzah ikut saja sekalian", Kata seorang peserta berjalan mendekati Ustadzah Nisa


Menyadari dirinya dalam keadaan bahaya. Ustadzah berkacamata itu mencoba untuk segera beranjak keluar dari ruangan itu. Namun sayang para peserta dengan sigap menangkap tubuh mungil Ustadzah Nisa dan menarik tangannya ke tengah-tengah panggung


"Kalian jangan libatkan Ustadzah Nisa!! Cukup ana saja!!", pinta Dewi menyesal karena tidak bisa membendung nafsu syahwatnya, dan berakibat Ustadzah Nisa harus turut dikerjai oleh mereka


"Oh.. Namamu Ustadzah Nisa.. Cantik juga wajahmu, pakai kacamata bikin gw makin nafsu...", Kata seorang peserta sambil meremas kedua pipi Ustadzah Nisa sebelum akhirnya ia lumat habis bibir mungil ustadzah itu


"Hmmmmphhh..", Ustadzah Nisa mencoba meronta dan melawan


"Sudah jangan melawan.. Nikmati saja ini semua", kata peserta lain sambil menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa yang masih tertutup gamis berwarna putih.


"Kurang ajar kalian.. Apa yang kalian la.. Aaahhhhh...", kata Ustadzah Nisa tiba-tiba mendesah karena rok gamisnya tiba-tiba sudah disingkap dan peserta yang lain dan mereka mulai mengocok alat kelamin Ustadzah rekan Dewi itu dari balik celana gamisnya


"Masih perawan gak lu?", kata salah seorang peserta yang mengocok kelamin Ustadzah Nisa


"Sshhhh.. Ana sudah bersuami.. Kalian akan ana laporkan ke polisi!! Aahhh..", desah Nisa kembali karena tangan-tangan mereka terus menggerayangi area kelaminnya.


"Hahaha.. Sebelum itu kita mau liat lu telanjang dan kita entot lu gantian. hahaahah...", kata peserta sambil memelorot celamis beserta celana dalam Nisa hingga terbuka sampai lututnya dan langsung tangan kasarnya mencabuli tempik Ustadzah Nisa yang berbulu tipis


"Jangaaann.. Aaahhh..", desah Ustadzah Nisa sambil menangis


*kocokocokocokocok*


"Awas lu kalau berani lapor-lapor. Lihat rekan kajian lu yang cowok itu malah merekam lu sambil coli. Hahahah.. Hasil rekamannya akan tersebar dengan cepat. Heheheh .", kata peserta yang mencabuli Dewi di toilet tadi siang sambil menunjuk Ryan yang rupanya mengarahkan kamera proyektor ke tubuh Ustadzah Nisa


"Akhi Ryan.. Jangaaannnn!!! Aaahhhh..", Kata Nisa tidak percaya apa yang dilakukan Ryan yang malah merekam tubuhnya yang sedang ditelanjangi oleh para peserta kajian


Para peserta mulai terbagi menjadi 2 kelompok. 5 orang mengerjai Ustadzah Dewi dan 5 orang lainnya termasuk peserta yang mencabuli Dewi ditoilet turut serta menelanjangi dan menggerayangi tubuh Ustadzah Nisa. Perlawanan Nisa mulai mengendor. Tubuhnya dipegangi dan dicengkeram dengan kuat membuatnya sakit sendiri jika terus melawan. Tubuhnya mulai pasrah membiarkan seluruh auratnya dijamah peserta kajian. Bahkan dengan mudah mereka melucuti gamis putih Ustadzah Nisa hingga wanita itu bernasib sama dengan Dewi, hanya menyisakan kerudung dan kaos kaki panjangnya saja. Sedangkan payudaranya yang bergelantungan bebas sudah diremasi ramai-ramai oleh para mantan napi itu


Setelah itu, para peserta berebutan mengulum dan menjilati puting susu Ustadzah Nisa yang sudah mengacung keras itu. Ustadzah Nisa mendesah hebat. Tak disangkanya puting susunya yang biasanya ia pakai untuk memberikan ASI anaknya, kini dihisapi oleh para peserta kajian mantan napi itu. Mereka berebutan menghisap ASI Nisa. Ustadzah Nisa mennggelinjang hebat. Rasanya kedua puting susunya disedot hingga habis tak tersisia  Jatah ASI anaknya akan habis hari ini disedoti oleh para mantan napi cabul itu


"Jancukk. Susune segeerr.... Legi (manis) Cukkk..", komentar seorang peserta yang terus menghisapi air ASI Ustadzah Nisa sampai mulutnya kempot


Ustadzah Nisa mendongakkan kepalanya, kedua puting susunya terus meneteki pria-pria yang usianya mungkin sebaya dengan bapaknya. Mereka bersemangat meminum ASI sang ustadzah berkacamata.


"Gantian cuk.. Aku yo gelem netek pentile Ustadzah..", kata peserta yang lain


"Aahhh.. Jangannn.. Aaahhh..", Desahan Nisa semakin tak karuan karena kedua pentil susunya menjadi rebutan para mantan napi itu. ASI Ustadzah Nisa berceceran kemana-mana sesekali menyemprot deras karena terus diremas-remas dan digigit oleh para Napi dengan kasar.


Sementara itu kondisi Dewi juga memprihatinkan. Kali ini lubang tempiknya sedang berusaha ditembus oleh dua batang kontol. Dewi meringis kesakitan ketika kedua kontol itu sedang terus berusaha masuk bersamaan ke lubang kelaminnya dan sepertinya tidak akan muat


"Aaahhh.. Memek ana gak muat menerima dua kontol antummm yang besar-besar itu.. Aaahhh..", rancau Dewi sambil membuka lebar kakinya memberikan akses kepada kedua pria itu untuk membobol kelaminnya bersamaan. Mereka terus mendorong batang kontolnya ke tempik Dewi. Membuat Dewi merintih dan membukakan kelaminnya dengan tangannya sendiri agar dua kontol itu bisa masuk bersamaan ke dalam alat kelaminnya


*Blesssss*


"Oooouuuhhh.. Gilaaa.. Antum gilaaa.. Bisa hancur memek ana... Aaaahhhh...", pekik Dewi


"*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*


Pada Akhirnya kedua kontol itu bergantian menembus lubang tempik Dewi yang sempit. Sesekali kedua kontol itu masuk bersamaan ke alat kelamin Ustadzah Dewi, dan tubuh Dewipun sampai tersentak kencang saat menerima dua batang kontol bersamaan masuk ke dalam kelaminnya. Dewi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan meringis sebelum mulutnya kembali diminta untuk mengulum sebuah batang kontol kembali


Setelah puas menghajar tempik Dewi dengan 2 batang kontol, ganti peserta lain yang menghajar 2 lubang bawah Dewi. Kali ini sebaliknya, 2 batang kontol bersarang ke dalam lubang tai sang ustadzah. Lubang pantat Dewi berusaha menyesuaikan diameter kedua batang kontol besar itu. Terlihat lubang pantat Dewi mulai terbuka lebar membentuk lingkaran setelah terus-terusan dijejali alat kelamin pria yang saat ini menyodominya. Sedangkan 1 batang kontol leluasa menyodok-nyodok kelamin ustadzah kakak kandung Rista itu


"Ooohhh.. Ustadzahhh.. Lubang lu nikmat bener.. Ssshhh.."


"Hmmpphhh.. Ouuuhhhh... Sshhh.. Terus mas.. Aahhh", lenguh Dewi menikmati tubuhnya diperkosa brutal oleh mereka


"Kita bikin lubang lu ndower malam ini ustadzah. Terima kasih sudah mengijinkan kita silaturahmi ke kelamin dan lubang tai lu Ustadzah Dewi", kata seorang peserta yang keasyikan menganal Dewi dengan cepat


"Iyaaahhh.. Antum semua boleh silaturahim ke memek dan lubang pantat ana.. Ana suka kontol antum semuaa.. Aaahhh Aaahh Aahhh..", kata Ustadzah Dewi begitu binal


"Aarrrrggghh sialan gw keluarrrr..", pekik Pria yang menyetubuhi tempik Dewi


*crot crot crot crot*


Tepat sebelum keluar, pria itu mencabut kelaminnya dan dia keluarkan seluruh pejunya tepat di bibir kelamin Dewi. Dewi tak berhenti mendesah, karena saat ini pantatnya sedang dihajar 2 batang kontol secara bersamaan. Dari balik cadarnya, mulut Dewi tak bisa diam. Dia terus melenguh dan mendesah keenakan.


"Napa lu keluarin di luar?", tanya rekannya yang masih menganal Dewi


"Gw takut dia hamil broh..", jawab peserta yang barusan menyemburkan mani ya ke bibir kelamin Dewi


"Halaahh.. cemen... Ustadzah Dewi kayaknya juga lagi butuh sumbangan peju biar dia bisa hamil.. Ya kan Ustadzah?"


"Oohh.. Aahhh.. Iyaahhh.. hamili ana... Suami ana kesulitan hamili ana.. Oouuhhh..."


"Tuh kan apa gw bilang", kata pemuda itu kali ini ia memindahkan sodokannya ke tempik Dewi yang nganggur


"Ooohhhhh.. Oooohhhh... Ouuuhhh..", lenguh Dewi sangat kencang saat kembali lubang tempiknya harus disetubuhi batang kontol yang lain


***


"Aarrrggggghhhh", tiba-tiba terdengar erangan keras seorang pria


Rupanya seorang peserta sudah berhasil menanamkan air maninya ke dalam rahim Ustadzah Nisa. Wajah Ustadzah Nisa begitu ketakutan. Air matanya mulai menetes keluar dari matanya yang berbinar. Belum tuntas ia membesarkan anaknya yang masih bayi, kini segumpal peju sudah menyemprot di dalam rahimnya kembali, dan parahnya lagi, air mani itu bukan milik suami sahnya. Ustadzah Nisa takut dia akan hamil dari perzinahan ini.


Namun mereka para mantan napi tidak peduli. Tubuh telanjang Ustadzah Nisa kembali ditarik dan diangkat, lalu sang Ustadzah dipaksa untuk bersetubuh kembali dengan pria lainnya dalam posisi women on top. Sedangkan di kiri dan kanan Ustadzah Nisa, sudah berdiri dua orang peserta yang menamparkan batang kontolnya ke pipi Ustadzah Nisa. Belum pernah akhwat itu menyepong kontol seorang lelaki sekalipun pun. Karena ia termasuk akhwat yang menganggap mengoral penis pria hukumnya haram dan harus dijauhi serta dihindari


*plak plak plak* berkali kali mereka menampar Pipi Ustadzah Nisa karena dia terus menolak membuka mulutnya


Lalu seorang peserta menjambak kerudung Ustadzah Nisa hingga terlepas dari kepalanya. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang seketika langsung tergerai karena ikatannya lepas. Pemuda-pemuda itu kemudian menjambak rambut Nisa dan berebutan menciumi bibir tipis Nisa membuat Nisa kelabakan meladeni permintaan ciuman bibir mereka


*juh juh juh* sesekali pria-pria itu meludahi bibir Nisa yang tipis


"Jangan jual mahal lu ukhti lonte.. Gw ludahin muka lu!!", kata seorang peserta sambil terus meludahi wajah Ustadzah Nisa hingga penuh dengan air liur


"Kerudung lu udah lepas. Sekarang lu bukan ustadzah lagi. Sekarang lu lonte yang kewajibannya muasin kita. Paham lu? plak plak plak.. Ayo sepong kontol kita perek.. Ustadzah kontoll.. Atau lu mau kita kirim video lu ke ortu lu hah?? Biar mereka tau kalo lu jadi ustadzah lonte pemuas kontol?", kata pemuda itu sambil kembali menampar2 pipi Ustadzah Nisa dengan keras


Ustadzah Nisa terlihat ketakutan dan kembali menangis. Perlahan ia buka mulutnya dan mulai ia memasrahkan sebatang kontol masuk ke dalam mulutnya. tanpa ampun, pemuda-pemuda itu bergantian meminta jatah sepongan ustadzah Nisa membuat sang ustadzah tersedak berkali-kali karena tidak siap rongga mulutnya yang sempit itu menerima batang-batang kontol para mantan napi yang sudah ngaceng maksimal itu


"Iya gitu.. bener... Sshhh... Anjir enak juga sepongan lu...", Kata Seorang peserta yang saat ini disepong oleh Nisa. Sedangkan peserta yang lain meremas kedua payudaranya yang penuh dengan ASI itu hingga muncrat-muncrat sambil memilin-milin puting susunya yang terus mengeluarkan ASI.


"Ampuuunnn Mas....", pinta Ustadzah Nisa sambil menangis


"Jancuk jangan kena gigimu ******.. Sepong yang bener lu!!!", kata si peserta yang disepong kontolnya


"Jangan berhenti goyang begok... Tempikmu jadi kering ini. Goyang yang bener lu. Memek lu tu fungsinya buat tempat buang sperma!!"


"I..Iya Afwan...", jawab Ustadzah Nisa sambil menggoyangkan pinggulnya dengan erotis memberikan kenikmatan tersendiri kepada kontol yang kini bersarang pada lubang kelaminnya


"Jangan berhenti sepongnya. Memek sama mulut lu  harus kerja dua-duanya..", kata pemuda yang sedang berada dibawah Nisa


*jleb jleb jleb jleb jleb*


"Memek lu malah becek sekarang.. Sok jual mahal lagi.. Ustadzah doyan kontol lu...", lanjutnya


"Ahh.. Ahh.. Aahh.. Aahh.. Aahh..", desah ustadzah Nisa semangat memompa batang kontol pemuda itu dari atas


Kemudian kembali sebuah batang kontol menyusup ke dalam mulutnya ketika Nisa asyik mendesah


"Berisik suara lu.. Sepong kontol gw lonte!! Perek anjing!!", kata peserta yang belum kebagian jatah sepongan Nisa


Ustadzah Nisa saat ini dalam posisi Women On Top. Lubang tempiknya dihajar kontol dari bawah. Sedangkan mulutnya bergantian meneyepong 3 kontol yang saat ini mengacung mengelilinginya. Sedangkan pria pertama yang sudah menanamkan mani pada rahimnya, asyik memeras Air Susu Ustadzah Nisa yang terus mengalir ketika diremas.


"Aaahhh buka mulut Lu! Gw pejuin mulut lu perek!!!"


*crot crot crot crot* Tiba-tiba pria yang disepong kontolnya oleh Nisa langsung menyemburkan spermanya yang sangat kental.


Nisa belum siap menelan peju pria, karena selama hidupnya ia belum pernah melakukan perbuatan menjijikkan itu. Dimuntahkannya cairan kental itu olehnya sebelum tertelan kedalam tenggorokannya. Pria itu langsung murka melihat Nisa memuntahkan cairan pejunya


"Sapa suruh lu buang peju gw! Ayo jilatin itu ceceran peju gw sampai bersih!!!", perintah pria itu


"Tolong jangan seperti ini Mas.... aduuuhhhh..", Rengek Nisa saat tiba-tiba pria itu menjambak rambutnya dengan kasar


"Jilat sampai bersih kata gw. Jilatin peju gw seperti anjing sedang minum.. ini hukuman buat lu karena lu jual mahal dari tadi!! Suami lu bakal bangga sama lu karena lu berhasil bikin kontol kita muncratin peju. Hahahah", perintah pria itu


"I.. Iya.. Afwan...", kata Nisa sambil berjalan merangkak seperti anjing


Lalu Ustadzah Nisa mulai menungging, diturunkan kepalanya lalu perlahan ia jilatin peju yang sudah jatuh ke karpet merah ruangan itu sedikit demi sedikit. Nisa sempat terkejut merasakan rasa peju yang ia jilat. Terlihat ia kesulitan menelan cairan kental itu karena saking serik dan kentalnya cairan peju yang dikeluarkan oleh pria itu. Nisa terus mencoba menghabiskan ceceran peju yang barusan ia muntahkan sesuai perintah pria tadi. Sebelum pada akhirnya kembali seorang peserta mendekati tubuhnya dan mengarahkan batang kontolnya ke lubang tempik Ustadzah Nisa yang sedang menungging sambil menjilati air mani


*blesssss*


"Aaahhhhh.. Ampunn..", pekik Nisa saat kembali lubang kelaminnya ditusuk oleh kontol mantan napi peserta kajian dari belakang


Nisa kemudian dihajar dari belakang dalam posisi doggy style. Sang Ustadzah rekan Dewi itu sempat menghentikan menjilati ceceran sperma karena ia harus berkonsentrasi kepada kontol yang menghujami kelaminnya. Tanpa disadarinya, saat sedang disetubuhi itu, air susunya muncrat-muncrat seirama dengan tiap tusukan pria itu. Tubu Ustadzah Nisa saat ini mungkin sudah pada titik terangsang tertinggi


"Woi... jangan berhenti minum peju gw lu!!"


"Aaahhh.. Iyaaahhh..", pekik Nisa sambil mencoba kembali menjilati peju yang tercecer diatas karpet yang ia muntahkan tadi


Payudaranya yang bulat bergoyang-goyang bebas. Lidahnya pelan-pelan menjilati air mani sedikit demi sedikit.


*jleb jleb jleb jleb jleb*


"Aaahhh.. Nikmat bener tempik lu perekkkk.. Udah lu jadi perek aja lah.. Dijual laku luu.. Aaahhh..", Kata pria yang mendoggy Ustadzah Nisa


"Lu bersedia jadi lonte???", tanya peserta lain


"Ngga mau... Aahhh.. Oouuuhhh", jawab Nisa sambil menahan sakit pada lubang kelaminnya karena dihajar kontol yang sangat besar


"Hajar dua lubangnya aja kalau gitu!! memek dan lubang anusnya", kata pria barusan


"Apaa.. Jangaannn.. Iya ana.. Ana... mau... Aaahhh", jawab Nisa pasrah


"Mau apa?", goda pria tadi


"Ana mau jadi lonte.. Ouuuhhh..", jawab Nisa pasrah


"Hahahaha.. Bagusss.. Sekarang lu tulis nomor WA lu ke tetek lu biar ada yang pesen tubuh lu!! Temen2 kriminal gw juga lagi butuh akhwat lonte macam lu", kata pria itu sambil mengambil spidol dari meja tempat Dewi mengisi kajian


Lalu Ustadzah Nisa mulai menuliskan nomor WAnya pada bongkahan payudaranya sendiri. Betapa malunya dia menulis angka demi angka yang selama ini selalu ia privasikan. Tidak sembarang ikhwan bisa mendapatkan nomor teleponnya selama ini. Sebentar lagi akan banyak pelaku kriminal yang akan membeli tubuhnya dan memintanya melayani nafsu bejat mereka. setiap harinya


"Sekalian harga jual tubuh lu, lu tulis diatas memek lu!!"


Ustadzah Nisa syok mendengar permintaan itu. Dia benar-benar tidak tau berapa harga yang pas untuk tubuhnya. Kemudian dia mulai menuliskan nominal yang membuat pria itu tertawa terbahak-bahak


"Hahaha.. 3 juta mana ada yang mau beli.. Coret! ganti 150ribu!!!"


"Apa..?", Ustadzah Nisa tidak menyangka aurat yang selama ini ia jaga, dihargai semurah itu


"cepat revisi!!"


"I.. Iya...", lalu Nisa sambil menangis mencoret tulisan 3jutanya dan diganti dengan 150ribu rupiah


"Hehehe.. Sekarang lu pose dua jari sambil tersenyum yang cantik! Biar banyak yang minat beli tubuh lu!!!


Awalnya Nisa enggan melakukannya. Tetapi karena pria itu terus mengancamnya, Akhirnya Nisa bersedia berpose manis memamerkan senyum indahnya dengan gaya cute 2 jari membuat siapa saja akan tergoda membeli tubuhnya yang dijual murah meriah itu


"Bagus sekarang waktunya mejuhin memek lu lonte. Ngangkang!!!"


"Jangan mas.... Ampun.. Sudah..", pinta Ustadzah Nisa memelas


Para pria yang mengelilinginya tidak peduli. Mereka kemudian mulai membuka paksa kaki Ustadzah Nisa. Lalu, mereka mulai mencabuli tempik ustadzah Nisa. Ada yang menusuk-nusukkan telunjuknya, ada yang mengucek biji clitoris sang Ustadzah. Kembali tubuh Ustadzah Nisa menggelinjang hebat saat dirangsang seperti itu. Kedua kakinya bergetar hebat sambil terus mengangkang. Sesekali dari lubang kencingnya keluar cairan hangat berwarna bening akibat terus dicabuli seperti itu


Seorang pria sudah tidak sabar menyetubuhi Sang Ustadzah berkacamata. Sekali dorongan, batang kelamin pria itu kembali bersarang di dalam kelamin Ustadzah Nisa. Tubuh Nisa tersentak menerima kontol yang begitu besar dan panjang. Menembus liang kewanitaannya yang begitu sempit


*jleb jleb jleb jleb*


"Ah. ah. ah. ah. ah. ah.", rintihan Ustadzah Nisa terdengar begitu manja


Pria itu kemudian melumat bibir tipis sang Ustadzah. Nisa hanya bisa pasrah bibirnya dilumat bergantian atas bawah oleh pemuda itu. Demikian juga dengan lidahnya yang tanpa perlawanan dikuasai oleh lidah pria itu. Pria itu mempercepat tempo sodokannya ke tempik Ustadzah Nisa. Tubuhnya mengejang hebat dan tiba kontolnya yang besar berkedut-kedut didalam rahim Nisa yang hangat


"Ooohhh..", lenguh pria itu


*crot crot crot crot*


Sekali lagi alat kelamin Ustadzah Nisa menerima air mani dari pria yang berbeda lagi. Lalu setelah dengan pria itu selesai, ustadzah Nisa kembali disetubuhi habis-habisan oleh para peserta lainnya dengan berbagai macam posisi dan gaya malam itu bersamaan dengan Ustadzah Dewi


Jam sudah menunjukkan pukul 23.00, seluruh  peserta sudah menyemburkan spermanya ke tubuh Ustadzah Dewi dan juga Ustadzah Nisa. Terlihat tubuh kedua akhwat yang dikenal shalihah itu sudah berlumuran peju. Ustadzah Nisa terbujur lemas dalam posisi mengangkang. Kakinya dibiarkan tetap mengangkang sedangkan dari lubang kelaminnya masih meneteskan air mani hasil urunan para peserta kajian. Ustadzah Dewi lebih parah. Selain dari lubang kelaminnya yang penuh peju Dari lubang anusnya terus mengeluarkan cairan lengket kental berwarna putih sangat banyak. Entah sudah berapa batang kontol yang sudah menyemburkan peju ke lubang tai Dewi.


"Pinjem kerudung lu buat bersihin peju", kata Seorang peserta


pria itu kemudian menarik lepas kerudung Dewi dan ia gunakan kerudung hitam itu untuk membersihkan batang kontolnya dari sisa-sisa lendir tempik Dewi dan juga cairan pejunya. Lalu setelah bersih kerudung Dewi dioper ke peserta lainnya hingga seluruh peserta kajian membersihkan sisa peju mereka dengan kerudung hitam Dewi. Kedua ustadzah saat ini sudah telanjang bulat. Kerudung Dewi sudah kotor dan kerudung Nisa entah sudah berada dimana.


"Eh lu ga minat ngentot sama temen2 ustadzah lonte? Jangan malu-malu entot aja", tawar seorang peserta kepada Ryan, satu-satunya pria disana yang belum merasakan jepitan kelamin kedua ustadzah cantik itu


"I.. Iya.. Ana ma.. mau..", kata ikhwan bernama Ryan itu sudah gelap mata


"Ayo sekarang kalian nungging, biar temen kalian ini merasakan memek kalian juga..", perintah pria tadi kepada Ustadzah Dewi dan Nisa


"Afwan ya ustadzah Dewi.. Ana tidak sanggup menahan syahwat ana merasakan memek anti..", Kata Ryan sambil mulai mencobloskan kontolnya ke lubang senggama Dewi


*blessss*


"Ooohhh.. Akhi... Sshhhh..", desah Dewi menerima kontol Ryan didalam lubang kelaminnya


*jleb jleb jleb jleb* suara setiap sodokan kontol Ryan ke lubang kelamin Dewi


Ryan dengan semangat mulai menggenjot kelamin Dewi dari belakang dengan kecepatan sedang. Setelah puas menikmati jepitan tempik Dewi. Ryan mencabut kontolnya lalu menggeser tubuhnya ke tubuh sang akhwat berkacamata


"Afwan yaa Ustadzah Nisa.. Ana juga mau merasakan memek anti.. Ssshhh...", kata Ryan


Ustadzah hanya diam saja memasrahkan pantatnya menungging tinggi menunggu ikhwan bernama Ryan itu menjebol rahimnya


"Aaahhhh.. Akhi... Sshhh..", Desah Ustadzah Nisa saat ikhwan itu mulai menyetubuhinya dengan cepat


Ryan dalam hati bersyukur menerima tawaran menjadi panitia kajian kali ini seorang diri. Akhirnya dia bisa menyetubuhi 2 ustadzah cantik dambaan para ikhwan. Tidak perlu menikahi kedua ustadzah cantik, dia bisa melihat seluruh aurat dan bahkan merasakan bersetubuh dengan kedua akhwat jelita yang saat ini sedang menungging pasrah disetubuhi olehnya. Membayangkan hal itu membuat sodokan Ryan semakin bersemangat. Ryan bergantian menyodok tempik Dewi dan Nisa sesuka dia sampai pada akhirnya kontolnya mulai berkedut tanda akan segera ejakulasi.


Benar saja beberapa detik kemudian, Peju Ryan menyembur mengenai bongkahan pantat mulus kedua Ustadzah. Ryan membagi semburannya dengan adil mengenai pantat Dewi dan Nisa. Setelah puas dan kontolnya mulai lemas Ryan pun turun dari panggung penuh kepuasan


"Sudah puas mas? Enak ya ngentot sama teman kajian sendiri? Heheheh", goda salah seorang peserta dan hanya dijawab senyum kecut oleh Ryan


"Ayo foto bersama dulu buat kenang-kenangan kajian zina ini", kata seorang pria tiba-tiba sambil menyiapkan kamera handphonenya dan meminta Ryan memfoto mereka.


Kedua ustadzah cantik itu kemudian didudukkan mengangkang di sofa panggung, memamerkan lubang kelamin mereka yang belepotan peju. Sedangkan para peserta kajian berbaris rapi mengelilingi Ustadzah Dewi dan Ustadzah Nisa yang duduk mengangkang diatas sofa panggung ditengah-tengah mereka


*cheerss.. ceklikkkkkkk* suara kamera mengabadikan momen yang baru saja terjadi ini


***bersambung***



==========


Scene 21 : Dewi - Alat Pembayaran


*Beberapa hari setelah kejadian kajian zina yang melibatkan Dewi dan Nisa*


Dewi  siang itu sedang asyik teleponan dengan Ustadzah Nisa. Semenjak kejadian Kajian Zina beberapa hari yang lalu, Ustadzah Nisa sangat sulit ditemui dan dihubungi. Kebetulan hari ini status WA Ustadzah Nisa sedang online dan buru-buru Dewi menghubungi akhwat berkacamata itu. Dewi ingin segera meminta maaf kepada sahabatnya sekaligus rekan dakwahnya itu karena dirinya, Ustadzah Nisa jadi ikut terlibat permainan gila kemaren


"Afwan ya Ukhti, gara2 ana anti jadi kena juga..", kata Dewi


"Tidak apa-apa Ukh.. Sudah menjadi takdir ana.. Itu awalnya gimana sih Ukh kok anti bisa diperkosa mereka?", tanya Ustadzah Nisa penasaran


"Mereka tergoda dengan ana. Ditambah lagi situasi ana saat itu wanita seorang diri disana..", jawab Dewi sedikit berbohong


"Akhi Ryan ngga ngelindungi Ustadzah?", tanya Nisa semakin penasaran


"Percuma Ukh.. Akhi Ryan cuma sendiri melawan 10 orang justru membahayakan dirinya sendiri..", jawab Dewi


"Hufff.. Ana berencana melaporkan mereka semua Ukhti. Mereka sudah keterlaluan.. Biar kapok mereka", kata Nisa


"Eehh.. Jangan Ukhti.. Biarlah ini menjadi aib kita saja. Jangan sampai kejadian ini tersebar di Lembaga Dakwah kita ya Ust..Ana kawatir semua akan menjadi runyam dan malah tidak karu-karuan.. Ana juga sudah sampaikan ke Akhi Ryan tidak perlu menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun", kata Dewi


"Tapi ana kesel Ukh.. Yasudah kalau itu mau anti", kata Nisa


"Anti sekarang dimana? gimana keadaan anti?", kali ini Dewi yang bertanya


"Alhmdllh.. Baik Ustadzah.. Afwan ana akhir-akhir sibuk terus jarang ngecek hape. Ana sedang sibuk belajar berbisnis nih Ukh.. Awalnya ana ragu dan terpaksa menjalani bisnis ini.. Tapi setelah tahu hasilnya menjanjikan, ana jadi ga bisa berhenti Ustadzah. Syukurlah keuangan semakin lancar.. Pelanggan semakin banyak Lumayan buat bantuin suami juga.."


"Sibuk bisnis apa nih Ustadzah Nisa? Ajak2 dong...", tanya Dewi kali ini yang penasaran


"Mau?? Hihihi.. Udah dulu ya Ustadzah. Teman-teman ana sudah datang.. Om Om.. Siniii...", kata Ustadzah Nisa diseberang sana seperti memanggil seseorang


*Om Om?* tanya Dewi dalam hati


***


Tiba-tiba dari arah luar rumahnya terdengar bunyi gembok pagar yang ditenteng. Sepertinya suara itu terdengar dari rumahnya


*teng teng teng teng teng* Suara pagar yang dipukul itu semakin kencang memekikkan telinga.


"woy Ko, keluar lu. Jangan sembunyi lu Ko", pekik suara seorang pria dari luar


Suara teriak-teriakan kencang yang memanggil nama suaminya, menimbulkan kegaduhan di siang hari yang terik ini. Dewi yang merasa tidak enak dengan para tetangga memutuskan untuk segera keluar rumah, karena mereka terus memanggil nama Eko suaminya


"Afwan, mas-mas nyari suami saya? suami saya masih kerja belum pulang. Mungkin bisa ketemu besok..", jawab Dewi sedikit galak


"Tidak bisa!! Gw ada urusan sama suami lu, mana suami lu?? Kita tunggu sampai pengecut itu datang", teriak Bobby


"Sebentar, ana hubungi suami ana dulu mas..", kata Dewi


Dewi lalu kembali kedalam rumah kontrakannya untuk mengambil handphone dan segera mengubungi suaminya


"Halo aslmlkm Bii.. Ini didepan rumah ada 2 pria wajahnya serem nyari abi.. Mereka marah2. Ada apa ya bi?"


"Iya mi.. Bilang saja Abi lagi ngga ada dirumah ya"


"Sudah bii.. Mereka memaksa menemui abi dan menunggu sampai abi pulang"


"Aduhhh.. Ummi kira2 bisa atasi mereka nggak?"


"Maksud abi? Ummi ngga paham"


"Coba Ummi rayu mereka", kata suamiku yang membuat Dewi syok


"Abi minta ummi ngerayu mereka? Abi gimana sihhh.."


"Bukan, maksud abi, coba ummi ngobrol baik2 dengan mereka. Ajak mereka masuk rumah, suguhi minuman, Siapa tau perkataan ummi yang santun bisa melembutkan hati mereka. Gitu lho mmi..", bujuk Eko


"Jadi abi kasih ijin mereka masuk kerumah?"


"Iya untuk kali ini aja mmi.. Please Abi juga bingung ngehadapin mereka. coba ummi temui mereka dulu yaa.. Siapa tau mereka bisa melunak"


"Abi ada masalah apa sih sama mereka?"


"Nanti Abi jelasin.. Ummi sekarang layani mereka dulu ya. Sudah dulu Abi mau lanjut kerjaa. I love you", kata Eko langsung menutup pintu


"Gimana sih bii.. kok malah ditutup..", jawab Dewi dongkol


Lalu setelah Dewi selesai menghubungi suaminya, ia memberanikan diri untuk kembali keluar rumah menemui ketiga pemuda2 berwajah preman itu.


"Semoga lisanku dilancarkan ya tuhan..", kata Dewi dalam hati


"Afwan mas.. Ana sudah mencoba hubungi suami ana, tetapi beliau tidak bisa pulang sekarang karena masih menyelesaikan urusan kerjaan."


"Tidak bisa, kita harus ketemu suami lu hari ini juga!! Ada urusan yang harus diselesaikan. Boss gw sudah ngomel2 nih mbak, suami mbak pembohong janji melulu ga pernah ditepati", kata Ithonk


Betapa terkejutnya Dewi saat suaminya dibilang pembohong. Seingatnya selama menjadi istri Eko 8 tahun, suaminya tidak pernah sekalipun membohonginya


"Afwan, tidak enak kalau sampai tetangga ana dengar. Apakah mas mas bersedia masuk dulu ke dalam rumah? dibahas baik2 dengan pikiran jernih..", bujuk Dewi


Mata Bobby dan Ithonk saling berpandangan.  Mereka tidak menyangka Dewi mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya. Lalu, kedua pria itu memandangi tubuh Dewi yang dibungkus pakaian syari dari atas sampai bawah. Tatapan mata mereka sangat jelalatan hingga membuat Dewi tidak nyaman. Wajar saja, meskipun Dewi saat ini sudah binal, tetapi saat ini dirinya sedang tidak dalam keadaan terangsang dan gatal, sehingga logika wanita bercadar itu masih bisa diatur dan dikendalikan. Sebagai seorang akhwat, dipandangi dengan tatapan seperti itu amatlah tidak nyaman baginya. Sehingga ia hanya bisa terus menundukkan pandangan menghindari tatapan nakal Bobby dan Ithonk


"Okeh kalau gitu, kita tunggu didalam", kata Bobby


Dewi segera membukakan pagar rumah dan mempersilakan kedua pria itu masuk ke dalam rumahnya. Sama sekali Wanita bercadar itu tidak berani menatap wajah keduanmnya. Sedangkan Bobby dan Ithonk memandangi tubuh Dewi tiada henti. Saat Dewi berjalan membelakangi mereka. Mereka berjalan dibelakang gadis itu sambil memandangi bongkahan bokong Dewi yang  terlihat sexy dibalik gamisnya yang sedikit kekecilan. Maklum, dia sedang berada di rumah sehingga dia memakai gamis apa adanya. sambil berbisik-berbisik dan tertawa terkekeh, mereka terus memandangi pantat Dewi ketika berjalan. Tangan pria berandal gemuk yang bernama Ithonk bahkan memberikan gesture meremas2 pantat akhwat itu dari kejauhan. Sungguh sikap mereka sangat melecehkan Dewi


"Silakan duduk mas", kata Dewi sambil mempersilakan ketiga pemuda berandal itu duduk di sofa.


"Perkenalkan nama saya Bobby, dan ini Ithonk", kata Bobby sambil menjulurkan tangan ke Dewi. Namun dengan halus Dewi menolak jabat tangan itu dengan menarik tangannya dan meletakkan tangannya didepan dadanya sambil menundukkan pandangan. Lalu Dewi permisi ke dapur sebentar.


"Afwan, saya kedapur dulu..", kata Dewi mencoba tetap tenang dan berjalan ke arah dapur


Lalu Itonk dan Bobby segera duduk di sofa yang ada diruang tamu tersebut


"ciye ciye dikacangin lu hahahaha", ejek ithonk kepada Bobby


"Sialan.. Akan gw buat tu lonte menyesal nanti", kata Bobby sambil mengepalkan tangan


Sesampainya didapur Dewi langsung kembali menghubungi suaminya. Dari tadi Dewi mencoba terlihat tenang, padahal dalam hatinya saat ini dia sedang ketakutan


"Halo aslmlkm.. Abii Mereka sudah didalam rumah, Ummi tidak nyaman abi.. Abi pulanglah. Umi takut sendirian", kata Dewi manja meminta suaminya pulang


"Afwan ummi.. Abi juga bingung belum bisa pulang.. Coba ummi tetap tenang sambil menemani mereka sebentar ya.. Abi cari solusi dulu"


"Ihh.. Abiii.. Yaudah semoga ummi bisa.. Aslmlkm", kata Dewi ketus karena suaminya bersikap tidak gentle dan melemparkan masalahnya ke istrinya


Sedangkan diruang tamu, para berandal itu asyik tertawa-tawa dan berbisik-bisik seperti merencanakan sesuatu. Kemudian Ithonk membuka beberapa lembar berkas yang mereka masukkan didalam tas.


"Sexy bener itu body bininya Eko. Lu liat gak ia up bokongnya Thonk? Enak banget disodok tuh sambil ditampar-tampar, gak kalah sama si Rista", kata Bobby


"Penasaran gw sama onderdil dan wajah dibalik cadar ama gamisnya.. Bakalan secantik Rista gak menurut lu?", kata Ithonk


"Iya pastinya, liat aja tuh matanya, bikin sange njir. Teduh bener", kata Bobby


"Lama bener dia, gw susul ke belakang ah", kata Ithonk sambil berjalan mengendap menuju dapur tempat Dewi berada


Ithonk berjalan perlahan mendekati Dewi yang sedang membuatkan teh. Lalu ditepuknya bahu Dewi pelan-pelan membuat akhwat bercadar itu terkejut


"Astgflhldzm..", Dewi sampai menjatuhkan sendok saking terkejutnya


"Afwan mas tunggu diruang tamu saja. ana lagi buat teh. Lain kali tolong jangan asal sentuh seperti itu..", kata Dewi sedikit protes kesal. Sebagai seorang akhwat, diperlakukan begitu saja, sama saja tidak menghormati dirinya


Lalu ia menundukkan kepalannya kebawah mengambil sendok. Saat posisi menunduk mengambil sendok itulah, bongkahan pantat Dewi terangkat keatas dan semakin menggoda Ithonk. Lekukannya begitu membulat sempurna menantang, samar2 tercetak garis celana dalamnya yang tertutup gamis. Pria  itu sampai bergerak jakunnya saking tak tahan melihat keindahan pantat Dewi yang masih tersembunyi dibalik gamisnya yang kekecilan


"Hehe maap maap mbak, habis mbaknya lama sekali di dapur. Saya kira lagi ngapain..", kata Ithonk sambil berjalan kembali ke ruang tamu


Lalu Dewi kembali keruang tamu sambil membawa 2 cangkir teh yang ia letakkan diatas nampan. Sambil duduk berlutut Dewi menata cangkir2 teh itu pada meja ruang tamu, menghidangkan minuman hangat itu kepada ketiga berandal.


"Duduk sini mbak", kata Bobby sambil menepuk sofa disamping posisi duduknya.


Sengaja oleh mereka hanya menyisakan satu ruang duduk ditengah-tengah sofa. Sebelah kanan, tempat Bobby duduk, sedangkan sebelah kiri tempat Ithonk duduk.


"Afwan boleh ana duduk disisi ujung?", kata Dewi mencoba menjaga jarak dengan pria yang bukan mahromnya


"Tidak bisa, sini saya jelasin masalah suami mbak yang pengecut itu. Sini duduk sini mbak", ajak Bobby lagi sambil kembali menepuk-nepuk sofa


"Tenang kita sudah sepakat bicarakan ini baik-baik kok mbak, biar sama2 enak", kata Itonk membujuk Dewi agar tidak perlu ketakutan lagi


Dewi akhirnya terpaksa duduk diantara Ithonk dan Bobby. Terlihat sekali bagaimana canggungnya dia duduk diantara dua pria yang tidak dikenalnya itu. Kedua kaki serta bahunya dirapatkan untuk menjaga tubuhnya agar tidak bersentuhan dengan mereka. Dewi tidak bisa seenaknya kali ini. karena kedua pria disampingnya ini mengenal suaminya sehingga ia harus menjaga image sebagau istri shalihah.


"Jadi begini mbak.. Suami Mbak si Eko itu punya hutang sama boss saya. Sesuai kesepakatan jatuh temponya sebenarnya 2 minggu yang lalu, Namun tidak ada itikad baik dari suami mbak. Dia malah slalu kabur menghindar", kata Bobby mulai bercerita


"Demi Tuhan, tidak mungkin Mas Eko sampai berhutang. Kami tidak merasa kekurangan dari segi materi", kata Dewi terkejut mendengar perkataan Bobby.


"Yaa.. Tapi uang yang dikasih Eko ke mbak itu uang hasil utang ke boss saya.", kata Ithonk


"Benarkah?", tanya Dewi terkejut


Bobby dan Ithonk mengangguk bersamaan. Tangan Dewi bergetar, tubuhnya mulai terisak menangis. Suaminya sama sekali tidak pernah bercerita tentang hal ini. Jika tau kalau suaminya ternyata selama ini berhutang , tentu Dewi tidak akan sembarangan menerima pemberian suaminya. Motor baru, hape baru, gamis dan cadar baru, alat dapur baru, dan sebagainya, tentu Dewi akan menolak itu semua. Ia begitu menyesal tidak pernah bertanya detail sisa tabungan suaminya. Suaminya hanya menjawab kalau tabungannya masih ada dan aman, tidak perlu kuatir


"Memang suami ana hutang berapa?"


Lalu Bobby menunjukkan selembar kertas rincian hutang suami Dewi. Betapa terkejutnya Dewi melihat nominal hutang suaminy


"60juta... itu total hutang belum bunga. Kalau dengan bunga mencapai 85juta..". jawab Bobby tersenyum melihat ekspresi wajah Dewi yang syok


"Astghfrlh.. Demi tuhan tidak mungkin suami saya hutang sistem bunga seperti itu..", Dewi semakin sedih melihat suaminya ternyata berhutang memakai bunga. Padahal mereka sudah sepakat untuk menghindari riba


"Namun kenyataannya suamimu setuju. ini tanda tangannya", kata Ithonk sambil menunjukkan tanda tangan asli milik suami Dewi


"Afwan saat ini ana juga tidak ada tabungan untuk membantu melunasi hutang suami ana, ana juga tidak bisa bantu apa2..", kata Dewi


"Oh tidak, saya tidak minta mbak melunasi hutang suami mbak. Sruppppppp", kata Bobby sambil menyeruput teh buatan Dewi


"Saya hanya mau bertemu dengan suami mbak, mana itikad baiknya. Bukannya kabur kayak gini dan berlindung dibalik tetek istrinya", kata Bobby lagi


"Afwan.. mas bilang apa?", kata Dewi ingin memastikan kembali apa yang didengarnya barusan


"Apa? berlindung di balik ketek istrinya?", kata Bobby


"Oh.. afwan ana salah dengar"


Dewi merasa dia mendengar sebuah kata yang familiar diucapkan oleh orang-orang yang pernha bersetebuh dengannya. Tiba-tiba saja Dewi teringat dengan cerita bokep Jepang yang ditontonnya. Tentang seorang istri yang melunasi hutang suaminya dengan cara memakai tubuhnya. Dewi segera menepis pikiran itu. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana perasaan suaminya yang pasti akan sangat kecewa kepadanya.


"coba mbak hubungi suami mbak lagi. jika tidak bisa saya berikan opsi terakhir. Win win solutions. Heheheh..", kata Bobby sambil menyeringai


"Iya mas afwan ana coba hubungi suami saya kembali", kata Dewi sambil mengambil handphone di kantong gamisnya


"coba diloud speaker. Saya juga mau ngomong", kata Bobby lagi


*tuutttttt tuttttttt*


"Halo aslmlkm.. Gimana ummi? umii berhasil rayu mereka?"


"Wlkmslm.. Blm abi.. coba abi ngomong sama mas Bobby", Kata Dewi sambil menyerahkan handphonenya ke lelaki yang duduk disampingnya


"Bobby siapa Mmi?", tanya Eko


"Yang nagih utang Abi..."


"Halo.. Mas, saya orangnya Boss Endrix..", tiba-tiba Bobby menyahut


"Oohh... iya iya maaf mas..", jawab Eko


"Mas Eko ini gimana.. kok malah ngilang,? malah bersembunyi dibalik tetek istrinya", kata Bobby membuat Dewi terkejut kembali


Dewi yakin sekali mendengar kata "tetek istrinya", sebuah kata yang cabul dengan dia sebagai subjeknya. wanita bercadar itu gusar dan tidak nyaman berada diantara mereka. Jelas sekali lelaki disampingnya mengucapkan kata cabul yang sangat tidak pantas diucapkan kepada seorang akhwat bercadar.


Ingin ia usir para berandal ini, namun abinya di kampung selalu menekankan untuk selalu memuliakan tamu sesulit apapun situasinya, sehingga Dewi mencoba untuk bersabar


"Jadi saya boleh pakai solusi alternatif win win solution ya biar sama2 enak. Habis gini istrimu saya jelaskan solusi alternatifnya. Setelah ini istrimu kita bawa ke markas. Kalau lu mau liat istrimu diewe, segera datang ke Endrix. Heheheh.."


"Errr.. Tapi Mas tolong jangan kasar kas...."


*tuut tuut tuttt* telepon ditutup langsung oleh Bobby


Dikantornya, eko berkali-kali menggaruk kepalanya membayangkan apa yang akan terjadi dengan istrinya. Ia terlihat begitu kebingungan dan berjalan mondar mandir diruang kerjanya. Eko ingat betul beberapa poin demi poin surat perjanjian yang secara garis besar tak lain akan menjadikan istrinya sebagai budak sex Endrix dan the gank.


"Aarrrgghh siaallll....", teriak suami Dewi itu dikantor membuat beberapa rekan kerjanya menoleh ke arahnya kebingungan


"Ada masalah apa pak eko?", tanya sales manajer kantor Eko


"Ini ada masalah keluarga pak di rumah.. Maaf maaf...", jawab Eko tidak enak


"Masalah serius ya? Ya udah bapak selesaikan dulu masalahnya daripada bapak tidak bisa kerja dengan baik dikantor. Pak Eko boleh pulang dulu, nanti saya sampaikan pimpinan", kata Pak manajer


"Eh beneran pak?"


"Iya, tapi potong gaji ya bulan depan.."


"Aaahhh.. iya gapapa deh pak. Makasih Pak Men (Pak menejer)", kata Eko dan langsung merapikan meja kerja meninggalkan kantor dan ingin segera melihat kondisi istrinya.


***

"Saya ada solusi.. Suami mbak juga sudah setuju kok.. Heheheh", kata Bobby


"solusinya seperti apa mas?"


"Silakan Mbak baca dulu suratnya, ini ditulis dan ditanda tangani oleh suamimu sendiri. Silakan baca sendiri, biar ngga dikira saya mengada-ada. Sruuppppppp", Kata Bobby sambil kembali menyeruput teh


Dewi lalu membaca tulisan disecarik kertas yang ditulis oleh suaminya sendiri. Dia baca kata demi kata dengan seksama penuh konsentrasi


"Yth. Sdr. Endrix & gank

di tempat


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eko Hardianto

Alamat : Jl Sukacolok Gg. Taman


Dengan surat ini menyatakan jika nanti pada akhirnya, dibatas waktu yang telah ditentukan saya tidak bisa melunasi hutang saya sebesar Rp 85.000.000 maka saya bersedia menyerahkan harta saya yang paling berharga di dunia yaitu:


Nama : Dewi Amelia Jihan

Usia : 28 tahun


berikutnya disebut "Istri"


Dengan demikian Sdr. Endrix & Gank berhak atas istri saya dan istri saya wajib menjalankan kewajiban-kewajiban serta perintah Sdr. Endrix & Gank tanpa terkecuali. Kami sepakat istri saya yang bernama Dewi Amelia Jihan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah atas hutang saya dan boleh digunakan Sdr. Endrix dan Gank sepuas-sepuasnya


Demikian surat ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan siapapun. Atas perhatian, kerjasama, serta bantuannya saya sampaikan terima kasih

 

Ttd : Eko Nurmanto"


Tumpah sudah airmata Dewi membaca surat itu. Betapa hancur hatinya, saking berat cobaan suaminya sehingga suaminya tega menulis surat yang secara tak langsung "menjual istrinya" kepada Endrix dkk sebagai alat pembayaran pengganti uang


Dewi sama sekali tidak menyangka suaminya berbuat sejauh itu. Rasanya hancur sudah semua dinding yang selama ini dia jaga, Dewi yang selalu menjaga keshalihannya dihadapan suaminya, pada akhirnya dia harus di jual kepada yang memberi hutang suaminya itu.


*Tidak aku harus menjaga harga diriku, Aku tidak mau di cap murahan menerima semudah itu.. aku harus menolak usul ini*, kata Dewi dalam hati


"Saya menolak mas!", kata Dewi begitu tegas dan penuh keyakinan


"Ow? menolak? coba baca dulu poin2 di halaman belakangnya", usul Ithonk santai


"- Bahwa benar pihak kesatu memiliki hutang kepada pihak kedua dengan nominal Rp 60.000.000,- (85.000.000,- dengan bunga) dan bersedia melunasi hutangnya 1 bulan setelah surat ini ditanda tangani.


- Jika pihak kesatu tidak bisa melunasi hutangnya dan melewati batas pembayaran yang telah ditentukan, maka pihak kedua berhak atas segala harta pihak kesatu. Jika pihak kesatu tidak memiliki harta yang senilai/sepadan dengan nilai hutang, pihak kesatu wajib menyerahkan hartanya yang paling berharga yaitu istrinya yang bernama Dewi Amelia Jihan kepada pihak kedua untuk dipekerjakan


- Opsional : Pihak kesatu memperoleh keringanan tidak perlu membayar hutangnya, namun sebagai gantinya istri dari pihak kesatu yang bernama Dewi Amelia Jihan menjadi alat pembayaran yang sah. Dengan Rincian sbb:

- Harga tiap pertemuan Rp 500.000,-, jika nominal hutang 85.000.000,- maka diperlukan pertemuan sebanyak 170x

-Pertemuan yang dimaksud berupa tindakan cabul, mesum, perzinahan, dan perngentotan. Pihak kesatu beserta istri wajib menuruti pihak kedua tanpa terkecuali

-Jika istri pihak ke satu menolak, maka alat pembayaran hutang akan dibebankan kepada adik kandungnya yang bernama Rista Amelia Jihan.

-Selama menjadi alat pembayaran, istri pihak kesatu wajib bersedia dipanggil sewaktu-waktu bahkan tengah malam sekalipun untuk "bekerja menjalankan kewajibannya" dan wajib memanggil pihak kedua dengan sebutan "Tuan"

-Selama menjadi alat pembayaran, istri pihak satu dilarang melayani hubungan ranjang kepada pihak kesatu kecuali atas ijin pihak kedua

-Pihak kedua diperbolehkan menjual istri pihak kesatu sebagai ganti pelunasan hutang kepada siapapun jika diperlukan

-Jika selama menjadi alat pembayaran istri pihak kesatu hamil, maka diluar tanggung jawab pihak kedua

-Jika istri pihak kesatu hamil, maka tetap wajib bekerja kepada pihak kedua dengan ikhlas

-Jika istri pihak kesatu ketagihan bekerja kepada pihak kedua, maka pihak kesatu harus rela istrinya bekerja seumur hidup kepada pihak kedua / sampai pihak kedua bosan / tidak memerlukan istri pihak kesatu lagi

-Jika pihak satu melanggar kesepakatan perjanjian ini, pihak satu wajib menceraikan istrinya dan menyerahkan seutuhnya istrinya kepada pihak kedua, serta wajib membayar keseluruhan hutang beserta bunganya sebesar 25% belum termasuk denda keterlambatan sebesar 1% tiap harinya


Tertanda, Eko Nurmanto dan Endrix"


"Gilaa.. ini adalah cara yang haram dan salah.. ana menolak!!", kata Dewi


"Gapapa mbak menolak, tetapi gantinya Rista menjadi milik kami", ancam Bobby


"Tidak ini semua ngga ada hubungannya dengan Rista!! Jangan ganggu adik ana!!! kalian menjijikkan", emosi Dewi tak tertahankan lagi


"Hahahahah.. terserah. Ok mbak kita pamit dulu. Besok Rista menjadi milik kami", kata Bobby penuh kemenangan


Mereka begitu yakin, Dewi tidak akan bisa melawan jika Rista sudah dia libatkan. Mereka tahu betul Dewi begitu sayang kepada adiknya sehingga ia yakin sudah memenangkan permainan ini


Saat Bobby dan Ithonk berdiri bermaksud meninggalkan rumah Dewi, tangan Dewi menahan tangan Bobby, Bobby tersenyum penuh kemenangan


"Tunggu mas.. Ana bersedia.. ", kata Dewi


"Kalau gitu.. Ikut kita", kata Bobby sambil membawa Dewi pergi


***


"Halo cantik..", Sapa Endrix setelah Dewi tiba di markas kebesarannya


"Kamu kan? Yang di swalayan...?", kata Dewi terkejut. Dewi ingat betul pria ini yang membayari belanja bulanannya beberapa bulan yang lalu


"Ya setelah itu suamimu ketagihan pinjam duit ke saya. Hehehe", kata Endrix


"Jahat kamu mas!!!", kata Dewi penuh emosi


"Gw hanya bantu suamimu yang lagi kesulitan. Apa salah? Heheheh", kata Endrix


"Ini Bro suratnya, suruh mbaknya tanda tangan juga biar sama-sama enak", Kata Bobby sambil menyerahkan surat yang dibawanya tadi


"Ok, Kalau setuju silakan tanda tangan disini mbak", kata Endrix penuh kemenangan


Dewi tak punya pilihan lain selain menanda tangani surat itu sehingga resmi sudah Dewi menjadi budak Sex Endrix & gank


"Bagus.. begini kan sama2 enak. Tenang aja, lu lama2 akan ketagihan...", kata Endrix mulai kasar.


Desiran nafsu Dewi juga tak disadarinya semakin naik. Bayang-bayang film porno yang ia tonton benar2 terjadi padanya. Semakin Dewi terangsang, semakin lubang kelaminnya terasa gatal. Tubuh Dewi mulai berkeringat, gejolak api birahi mulai membakar tubuh serta pikirannya. Dewi tetap berdiri sambil menggenggam erat tangannya. Mencoba menahan desiran syahwatnya, dan menjaga imagenya sebagai istri shalihah.


"Ayo semangat lah lonte.. Jangan bengong gitu.. Oh iya anggap ini masa training jadi hari ini belum dihitung pertemuan pertama ya.", kata Endrix


"Waah menang banyak nih kita", kata Ithonk sambil menekan area selangkangannya yang mulai mengeras


"Oiya kenalan lagi, tadi lu belum jadi budak sombong sekali gak mau jabat tangan sama gw.. Kenalkan nama gw Bobby", kata Bobby sambil menjulurkan tangannya ke Dewi


Dewi masih ragu menerima jabat tangan Bobby, pelan sekali tangannya bergerak mendekati tangan Bobby dan akan meraih jabat tangan itu. Saat sudah hampir bersalaman tiba2 Bobby menarik kembali tangannya menjauhi tangan Dewi


"Ciuh gak sudi! Najis. Hahahah", ejek Bobby


Dewi begitu terhina dipermainkan dan ditertawakan seperti itu


"Sombong bener Ndrix dia, tadi dia juga gak mau disentuh pundaknya waktu didapur. Heheheh", kata Ithonk masih dendam kepada kejadian itu


"coba Sekarang lu sentuh dia masih sombong gak ni akhwat", kata Endrix


Dewi sedikit menjaga jarak dan terus berjalan mundur, ketiga pria itu mendekat ke arah muslimah bercadar itu sambil menyeringai menyeramkan memegang kendali permainan ini


"Kalian jangan macam2.. ana akan teriak..", Kata Dewi saat menyadari tubuhnya sudah bersandar pada tembok tidak bisa melangkah mundur menjauhi mereka


"Heheheh.. teriak aja, orang2 yang kesini akan gw kasih uang buat merkosa lu sekalian. Mereka juga pasti penasaran tubuh wanita bercadar seperti apa. Hahahah..", kata Endrix


"Kalian keterlaluan!!!", kata Dewi


"Udahlah Mbak, lu nikmatin aja profesi baru lu. Lu bakalan suka kok", goda Ithonk sambil cengengesan


"Ayo, kalian.. td dia galak ke lu-lu pade kan? balas galakin lah.. Hahah", kata Endrix


Bobby dan Ithonk mulai mendekati tubuh Dewi. Mereka berniat membalas kesombongan Dewi tadi yang menolak untuk disentuh. Dewi yang sudah tersudut hanya bisa bersandar pada dinding, tangan gadis itu dirapatkannya di dada mencoba mempertahankan harga dirinya. Lalu dengan cepat ditangkapnya tangan Dewi dan langsung diletakkan diatas kepalanya oleh Bobby.


"Sini tangan lu, sombong bener lu gak mau disentuh tangannya..", Kata Bobby sambil membelai merangsang permukaan jemari Dewi yang lembut


Lalu dibaliknya tubuh gadis bercadar itu dengan kuat dan cepat menghadap tembok. Tangan Dewi terus ditahan dan diletakkan diatas kepalanya hingga posisinya kali ini menghadap tembok dengan tangan diatas kepala


Diendusnya sebentar aroma ketiak muslimah bercadar itu oleh Bobby dan Ithonk. Hidung mereka mulai menciumi bagian ketiak Dewi perlahan. Nafas samar-samar terdengar Dewi tersengal-sengal dari balik cadarnya. Nafsunya semakin bangkit karena diperlakukan seperti itu. Tetapi Dewi masih terus mencoba bertahan tidak langsung menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya


"Tadi dia dipegang bahunya aja marah-marah. Kesel Gw.. Sekarang gw mau raba pantat lu yang sexy ini sepuasnya. Hehe", kata Ithonk


Kali ini Ithonk meraba bongkahan pantat Dewi yang bulat tercetak pada gamisnya yang sedikit ketat. Kedua bongkahan pantat Dewi dirabanya terus perlahan dengan gerakan melingkar. Disusuri oleh jemarinya perlahan pantat sekal itu sambil mencoba memberikan rasa geli pada tubuh Dewi


Bobby pun turut menggerayangi bagian belakang tubuh Dewi. Kedua pria itu mulai leluasa  meraba  dan menggerayangi punggung serta pantat Dewi dengan gerakan acak. Dewi yang terus dirangsang seperti itu bergerak-gerak meronta menepis birahinya. Tangan Bobby dan Ithonk bersamaan mulai meraba pantat Dewi dan meremas-remas kedua bongkahan pantat itu bersamaan.


"Ssshh", Dewi mendesis pelan sambil menggigit bibirnya mencoba tidak tergoda dengan rangsangan itu. Tubuh Dewi sedikit meronta dan melawan mencoba tidak terbuai permainan nakal mereka


Tanpa disadarinya, tubuhnya yang terus meronta menyebabkan pantatnya bergoyang-giyang sehingga malah menjadi tontonan indah bagi ketiga berandal itu. ketiga pria itu mendekati tubuh Dewi yang masih terus meronta.


*plak plak plak plak plak plak plak* Tiba-tiba Endrix turut serta sambil menampar-nampar pantat Dewi


"Lu pake rangkepan celamis di balik gamis lu?", tanya Endrix


"I.. Iya..", jawab Dewi


"Turunkan.. Mulai sekarang lu dilarang pake rangkepan dibalik gamis lu", kata Endrix


"I.. Iya..", jawab Dewi


"Panggil kita tuan!", bentak Endrix


"I.. Iya tuan..", Kata Dewi sambil dengan hati-hati ia pelorot celamisnya hingga terlepas dari kedua kakinya. Celamis Dewi langsung direbut dan dibuang begitu saja oleh Endrix


bertubi-tubi pantat sexy Dewi ditampar-tampar oleh Endrix, Bobby dan Itonk bergantian dengan kasar. Perlahan perlawanan Dewi mulai melemah. Pantatnya tidak lagi bergoyang-goyang karena disadarinya semakin dia meronta, tamparan mereka akan semakin kencang


"Angkat Roknya", kata Endrix


"Eehh.. Ngga mau!!!!!", kata Dewi kembali meronta


*plak plak plak* Bobby ikutan menampar pantat sexy Dewi


"Ayo angkat, atau lu bakalan nyesel!!"


"I..Iya Ampun..", kata Dewi tak tahan pantatnya terus ditampar hingga memerah.


Dewi pun mulai mengangkat roknya sendiri keatas. Kedua kakinya yang indah mulai tersingkap dengan kaos kakinya yang masih terpasang rapi. Tampaklah celana dalam model biasa berwarna cream. Dewi menahan posisi itu beberapa saat agar ketiga pria itu bisa memandangi area pantatnya sepuas mereka.


"Hahaha.. Ini sempak model jadul masih dipake aja. Gmn lu bisa laku dijual kalau sempak lu model gini", kata Endrix sambil meremas pantat dan sesekali dipukul-pukulnya bongkahan pantat Dewi yang masih tertutup celana dalam model standardnya itu


"Bro, dia kan sekarang jadi lonte kan.. jadi ga perlu pake sempak, yang dibutuhin itu lubang tempik sama lubang pantatnya buat dipejuin. Heheheh", kata Ithonk sambil turut menampar-nampar pantat Dewi


"Aaahhhh.. Sakit mas..", lenguh Dewi


Dewi hanya bisa pasrah bersandar pada dinding saat tangan-tangan ketiga pria itu menjamah dan memukuli pantatnya. Sesekali tubuhnya memberontak dan melawan namun sayangnya ia tidak bisa terlepas dari cengkraman ketiga pria itu


"Oh iya, ni lonte kan gak butuh sempak", kata Endrix sambil menarik ke bawah celana dalam Dewi hingga perlahan belahan pantat Dewi terlihat. Endrix terus menarik turun celana dalam Dewi hingga sebatas lutut sang Ustadzah. Pantat Dewi sudah terbuka bebas dihadapan ketiga pria itu. Sebuah pantat yang sekal, semok, dan sexy dipadukan mulusnya kulit pahanya yang berwarna cerah.


"Anjirrr.. Sange juga dia.. Sempaknya sampai becek gini", kata Endrix sambil mengendus aroma celana dalam bekas Dewi


"Gimana Aroma tempiknya bro?"


"Hehehe.. Sedikit Asem..", jawab Endrix


"Nggakk..Sudah mas.. Ana gak bisaa!!" kata Dewi agar Ia tidak terjun semakin parah.


Cukuplah Dewi menjadi budak Pak Sul saja. Tidak bisa dibayangkan dia akan memiliki 2 tuan. Bagaimana jika Endrix memanggilnya, ketika Dewi sedang bekerja melayani Pak Suk


*plak plak plak plak plak* kembali ditampar-tamparnya pantat telanjang akhwat bercadar itu dengan kasar oleh Bobby dan Endrix


"Goyang bokong lu", perintah Endrix sambil membelai pantat sexy Dewi


*tulilut tulilut tulilut*, suara HP Endrix berbunyi


Endrix mengangkat teleponnya sambil terus memainkan area pantat Dewi


"Ya? Lu dimana? Didepan rumah Gw? Ok masuk aja. Ini baru mulai kok.. Heheheh.. Apa? Lu mau denger suara istri lu? Nih ngomong", Kata Endrix sambil memberikan hape kepada Dewi


"Abii.. Abi jangan kesini.. Abi jangan liat.."


*tut tut tut* Telepon direbut dan ditutup oleh Endrix


Di luar, Eko segera memarkir motornya dihalaman lalu ia buru-buru masuk memastikan bagaimana keadaan istrinya.


"Halo Mas Eko heheheh", kata Endrix sambil terkekeh menyadari kehadiran Suami Dewi yang melongo melihat keadaan istrinya.


Dewi pun demikian, ia salah tingkah saat suaminya melihat keadaanya dalam posisi yang memalukan seperti ini. Dimana Dewi saat ini berdiri menghadap tembok, dengan kedua tangan memegangi rok gamisnya sendiri, celana dalamnya sudah dibiarkan menggantung pada lututnya sehingga bongkahan pantat Dewi sudah terbuka bebas tanpa penutup.


Dipandangnya wajah suaminya sekilas sebelum ia memalingkan muka. Dewi ingat suaminya lah yang menjualnya kepada Endrix dan Ganknya. Dewi benar-benar sudah sangat kecewa, tak sanggup ia pandang lama-lama wajah suaminya. Setega itu suaminya menjual dirinya sebagai cara untuk membayar hutang


"Abi tegaaa...!", kata Dewi sambil memejamkan mata mencoba menahan tangis yang begitu menyesakkan


"Afwan ummi.. abi udah buntu.. Lalu mas Endrix ngasi opsi itu.. Tidak ada jalan lain umii.. Afwann..", kata Eko juga lemas melihat keadaan istrinya. Pantat istrinya memerah setelah ditampar berkali-kali oleh berandal itu


""Lu pasti capek habis kena macet. Sekarang lu duduk dulu sambil liat Istri lu jadi penari striptease. ", kata Endrix sambil meremas kuat pantat Dewi


"Apaaa?", Dewi tidak percaya dengan perintah Endrix


"Ayo Lu telanjangin diri lu sendiri. lepaskan semua pakaian lu sampai tak tersisa!!! Suami lu ingin liat istrinya jadi penari striptease", perintah Endrrix


Eko lalu duduk disofa, demikian juga dengan Endrix, Bobby dan Ithonk. Mereka membuka 1 botol beer sambil menikmati pertunjukan striptease Ustadzah Dewi. Eko tertegun gemetaran memandang istrinya yang saat itu sedang dikerjai 3 pemuda berandalan tajir ini. Dewi semakin muak melihat suaminya yang malah pasrah begitu saja tanpa berusaha menolongnya sedikit pun.


"Buka.. Buka.. Buka... Kasih liat auratmu ukhti..", goda Ithonk


"Minum bro?", Tawar Endrix kepada Eko namun Eko menolaknya dengan halus


"Lepas cadarmu nanti aja terakhir-terakhir. Yang penting aurat tubuhmu dulu Ukhti", perintah Bobby sambil menenggak segelas minuman keras perlahan


Dewi kebingungan saat ini, walau dirinya sudah mulai terbiasa telanjang dihadapan pria lain, tetapi kali ini ia harus membuka pakaiannya dihadapan lelaki yang bukan mahrom ketika ada suaminya sendiri. Ada perasaan canggung yang ia rasakan.


*Lanjutin gak ya.. Toh pasti ujung-ujungnya pasti ana telanjang juga nanti* kata Dewi dalam hati


Setelah memantapkan hati, tangan Dewi mulai menarik turun resleting gamisnya.


"Sambil goyangin pantat lu!", perintah Endrix


Bobby dan Ithonk sudah mulai onani memandangi Dewi mulai melepas pakaian yang ia kenakan. Sedangkan Eko suaminya, tak berkedip sedikit pun saat ini. Walau ia sudah sering melihat tubuh telanjang istrinya. Tetapi situasi kali ini begitu berbeda. Rasa cemburu, bernafsu, marah, malu bercampur menjadi satu. Tanpa sadar batang kelamin Eko mengeras. Jauh lebih keras daripada biasanya.


Dewi menggoyangkan tubuhnya dengan kaku karena ia tidak pernah berjoget dan bergoyang selama hidupnya. Ia hanya pernah melihat sesekali goyangan penyanyi dangdut waktu ia naik bus pulang ke kampung halaman. Dari pengalaman kecil itulah, ia coba praktekkan sambil ia ingat-ingat seperti apa goyangan sexy para penyanyi dangdut itu.  


Pantat Dewi mulai berlenggok ke kiri dan ke kanan menggoda, sesekali tubuhnya sedikit ia turunkan dengan menekuk lututnya sambil terus bergoyang. Sementara tangannya mulai meloloskan gamisnya dari pundaknya hingga bagian atasnya terbuka, tetapi gamis bagian rokmya masih bisa terpasang menutup area bawah sang ustadzah. Dari balik gamisnya rupanya Dewi masih memakai daleman berupa kaos polos berwarna merah.


Dewi mulai membuka kaosnya melewati kepalanya hingga kulit tubuhnya semakin terbuka. Kulit tubuh yang bersih dan berwarna kuning langsat seperti kebanyakan kulit wanita Indonesia. Walaupun tidak seputih Rista, namun Tubuh Dewi tak kalah mulusnya. Keseksian tubuh bagian atasnya saat ini semakin terlihat menggoda karena buah dadanya yang ranum masih terbungkus bra berwarna putih. Sehingga membuat para pria siapa pun pasti akan penasaran dengan bentuk payudara dari Ustadzah Dewi yang masih terbungkus bra itu


Dewi mencoba menutupi area dadanya saat ini karena ketiga pria itu terus memandangi tubuhnya sambil menenggak minuman keras. Sedangkan suaminya masih duduk kaku tanpa berkomentar apa-apa. Sesekali tangan Eko menggaruk bagian tengah selangkangannya yang mulai sesak. Sedangkan Pandangan mata Eko masih fokus melihat istrinya yang difungsikan sebagai penari striptease oleh Endrix


"Jangan ditutup tetekmu Ukhti.. Ayo perlihatkan ke kita.. Buka BHmu!", kata Bobby sambil mengocok kontolnya yang semakin tegang


"I.. Iya..", jawab Dewi gugup sambil melirik suaminya yang terlihat begitu terangsang


Tangan Dewi bergerak kebelakang mencari pengait bra nya. Dalam sekali tarikan, bra putih itu terbuka, dan Dewi segera melucuti sendiri kain terakhir yang menutup area payudarnya itu. Tubuh atas Dewi sudah terbuka bebas. Tangan Dewi langsung berusaha menutupi payudaranya sebisanya


"Angkat tangan lu keatas kepala. Jangan lu tutup toketmu Ukhti. Ayo mana pentil susumu kita mau lihat.. Hahaha... Nih liat kontolku udah ngaceng berat", goda Ithonk


"Kontol lu kecil jangan sok keras. Lihat nih kontol gw.. Udah ngaceng meyakinkan. Ayo buka tangan lu, ga keliatan toket lu!!", kata Bobby


"Ana malu...", jawab Dewi masih enggan membuka payudaranya


"Lu harusnya bangga, punya body bagus jangan ditutupi aja. Hehehe.. Ayo singkirkan tangan lu dan tunjukkan bentuk pentil susu lu", kata Endrix juga mulai tergoda dan mulai meremasi batang kejantanannya yang masih tersembunyi di balik celana


Sambil tubuhnya bergetar, Dewi mulai mengangkat tangannya keatas. Membiarkan kedua gundukan payudaranya yang besar menggantung bebas dihadapan lelaki-lelaki itu. Puting susu Dewi yang kecil dan mancung sudah terbuka. menggoda siapa saja untuk menjilati daging kecil berwarna cokelat muda itu


"Sexy.. Ayo lanjut goyang!!! lepaskan pula seluruh gamis lu dan sisanya!!", kata Bobby sambil kembali menenggam minuman keras.


Setelah payudara Dewi terbuka menggantung bebas, Dewi muali mencoba percaya diri dan menikmati ini semua. Tubuhnya perlahan bergoyang, pinggulnya bergerak ke kiri dan ke kanan. kedua tangannya meraba tubuhnya sendiri, meremasi payudaranya sendiri. kadang-kadang diangkatnya keatas memamerkan ketiaknya yang halus bersih tanpa bulu. Desiran nafsunya yang coba ia tahan semakin tidak terkendali di situasi seperti ini. Tanpa sepengetahuan para pria yang memandangi tubuhnya, dari kelaminnya rupanya sudah mulai meneteskan cairan lendir cinta tanda ia amat terangsang. Dari balik kerudung dan cadarnya, Dewi mulai gerah, bukan karena kepanasan tetapi karena tiap titik sensitif tubuhnya sedang terbakar api syahwat.


Sementara itu, Eko semakin gelisah. Ingin sekali ia beronani disaat seperti ini. Dewi terlihat sangat indah, jauh lebih indah dari biasanya. Apalagi tubuh istrinya sukses membangkitkan libido para berandal tajir yang saat ini asyik mabuk-mabukkan sambil memandangi istrinya yang perlahan-lahan mulai telanjang. Ia hanya bisa diam-diam mengucek batang kontolnya.


"Lu kalau ngaceng coli aja. Lu ga pernah liat istri lu jadi penari striptease kan? Hehehe", kata Endrix


Tanpa diminta dua kali, Eko akhirnya memberanikan diri untuk mengocok batang kelaminnya. Tidak disangka rupanya batangnya bisa tumbuh sekeras ini. Eko mulai mengeluarkan seluruh batang kontolnya dan mulai beronani memandangi istrinya yang bergoyang dihadapannya. Situasi dimana Dewi istrinya menunjukkan tubuhnya kepada pria lain, benar-benar menjadi pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan. Impian dan fetishnya selama menjadi akhwat hunter akhirnya keturutan. Gairahnya jauh lebih besar daripada biasanya saat ketiga pria itu menggoda dan merendahkan harga diri istrinya.


Setelah puas memainkan tubuh bagian atasnya, Dewi bersiap menurunkan gamisnya yang masih menutup kedua kakinya. Dipelorotnya gamisnya pelan-pelan dan langsung saja, bulu jembutnya yang dipangkas rapi sudah tersaji sempurna dihadapan para pria itu, lubang tempik sang ustadzah masih belum terekspose jelas saat ini, karena masih belum dipamerkan oleh Dewi. Mereka bertepuk tangan sorak sorai. Melihat wanita bercadar kakak kandung Rista itu sudah menanggalkan gamisnya seluruhnya sehingga tubuhnya benar-benar telanjang. Dalam keadaan telanjang. Dewi terus berjoget erotis, meraba seluruh tubuhnya sendiri sambil mengeluarkan desahan kecil yang manja terdengar dari balik cadarnya. Sesekalinya tangannya menjangkau lubang tempiknya mencoba merangsang titik agar lebih basah dan bergairah


*plok plok plok* para pria bejat itu bertepuk tangan menyaksikan Dewi menelanjangi dirinya sendiri dihadapan suaminya


"suit suit suit mantap benerrrr. Gila ini jauh lebih menggairahkan daripada penari striptease di tempat lu Ndrix. Hahaha", kata Ithonk


"Bayangkan kalau akhwat cadaran ini jadi bintang tamu di club malam lu terus dia jadi penari striptease guest star dan surprise disana. Cuan Ndrix Cuaaannn!!!", kata Bobby


"Bener juga.. Sekalian sama Rista.. Adik kakak jadi penari Striptease. Hahahah. ", kata Endrix


"Tolong jangan libatkan Rista...", pinta Dewi


"Hahaha.. Emang lu ngatasi dientot semua tamu?", goda Bobby


Dewi tak sanggup menjawab pertanyaan itu. Yang ada dipikirammya saat ini, Rista tidak diganggu oleh para berandalan ini. Dewi Tidak bisa membayangkan jika adiknya yang manja itu harus dikerjai oleh mereka.


*Biarlah ana berkorban, asal adik ana terjaga kesuciannya* kata Dewi dalam hat


"Woy Ukhti, sini lu! Mana liat lubang memek lu!! gak keliatan daritadi"


"I..Iya Tuan...", jawab Dewi dan berjalan pasrah mendekati para pria itu


Eko memandangi Dewi, Dewi hanya membalas tatapan mata suaminya dengan lirikan sekilas. Ia lalu mendekati para tuannya dan bersiap menerima perintah selanjutnya


"Duduk diatas meja! Perlihatkan memekmu Ukhti.. Buka lebar-lebar lubang kelaminmu", pinta Ithonk


Dewi yang sudah terangsang dengan patuh menuruti permintaan Ithonk. Ia lalu duduk mengangkang membuka lebar-lebar lubang kelaminnya  di depan suami beserta 3 pria itu. Para pria disana  termasuk suaminya sendiri semakin semangat untuk coli setelah melihat Dewi yang semakin patuh kepada mereka.


"Gimana rasanya istrimu jadi objek coli Mas?", tanya Endrix


"Err.. Saya Bangga.. Mas... Tubuh Istri saya ada gunanya buat bahan coli para boss boss disini", jawab Eko dengan jujur semakin mempercepat kocokannya.


Dewi terkejut mendengar jawaban Eko. Bukannya cemburu, suaminya malah bangga tubuh istrinya menjadi objek onani. Ada perasaan kecewa yang Dewi rasakan, tetapi Dewi tak bisa menyalahkan semuanya kepada suaminya. Karena Dewi sendiri juga merasa, dirinya tak sesuci yang orang kira. Lubang kelaminnya sudah dicoblos oleh banyak pria hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan saja.


"Dan Lu? gimana rasanya striptease dihadapan suami lu dan orang-orang yang gak lu kenal?", Tanya Endrix kepada Dewi


"Ana.. deg-degan awalnya.. Marah.. Malu.. Te..tetapi ana berusaha patuh dengan tuan.. Daripada tuan ganggu adik ana.. Lebih baik ana yang berkorban..", Jawab Dewi sambil tertunduk dengan posisi masih membuka bibir vaginanya lebar-lebar


"Sekarang Lu masturbasi dihadapan kita. Hehe gw pingin denger desahan cewek bercadar..", kata Endrix kembali


"A.. Ana tidak bisa tuan.. Afwan..", jawab Dewi berbohong. Padahal selama dirumah ketika sendiri, Dewi selalu melakukannya untuk mengobati lubang tempiknya yang gatal terkena sugesti Pak Sul.


"Hmm.. Gw maafkan.. Gw paham karena lu cewek bercadar yang pasti tidak pernah melakukannya", Kata Endrix


"Ajarin Ndrix, biar bisa binal nih cewek cadaran", kata Ithonk


"Gasssss", imbuh Bobby


"Gw mau ajari istri lu dulu. Biar pinter jadi cewek. Hehehe", kata Endrix kepada Eko


"Ehh.. Iya mas.. Silakan..", jawab Eko pasrah menyerahkan istrinya kepada Endrix


"Ikut gw ke kamar. Lu pasti ga mau lu ngelayanin gw sambil dipandangi suami lu sendiri. Hehehe", kata Endrix sambil menarik tubuh telanjang Dewi ke kamarnya yang berada dilantai 2


***


Didalam kamar, Endrix tersenyum begitu mesum. Bagaimana tidak, pada akhirnya gadis bercadar yang menarik perhatiannya selama ini bisa ia kuasai. Sungguh ia begitu bersyukur memiliki kekuatan pemberian sang iblis sehingga memudahkan segala rencana busuknya. Memiliki sosok akhwat cantik seperti Dewi dan Rista sebagai asetnya tentu kelak akan menguntungkan bisnisnya pula


Endrix mulai melucuti pakaian yang dikenakannya hingga hanya menyisakan celana dalamnya. Ia dekati tubuh telanjang Dewi yang dari tadi berdiri mematung sambil menundukkan pandangan. Kedua tangannya menutup bagian aurat terpentingnya saja sebisanya


Didekapnya tubuh Dewi dari belakang dengan erat. Endrix tidak terburu-buru dan langsung tancap gas, dia ingin menikmati Dewi perlahan-lahan agar akhwat bercadar itu bisa menikmati dan terbiasa berzina. Dia berusaha membuat Dewi melakukannya senyaman mungkin seolah ini adalah malam pertamanya bersama akhwat bercadar itu. Endrix ingin Dewi pun bisa menikmati permainan pertamanya dengan dia . tangan Endrix dengan lembut memegang pundak Dewi dari belakang, lalu kedua tangannya mulai membelai lengan Dewi yang masih berusaha menutup buah dadanya.


Endrix kemudian menaikkan sedikit kerudung bagian belakang Dewi hingga terlihat sedikit rambutnya yang masih terikat rapi tersembunyi dibalik kerudungnya. Lalu diciumnya dengan lembut tengkuk leher gadis bercadar itu, dari belakang, dan berlanjut ke leher bagian kanan Dewi. Dewi terdengar sedikit melenguh membiarkan pria itu mencumbu lehernya


Endrix tersenyum mendengar desahan manja sang ustadzah bercadar. Setelah puas mencium tengkuk leher Dewi, Endrix berjalan perlahan menghadap ke arah gadis bercadar itu. Endrix Memandangi wajah akhwat yang terus menundukkan pandangan itu. Dibelainya pipi Dewi yang masih tertutup cadarnya dengan pelan-pelan


"Gw akan mulai buka cadar lu.."


Dewi tidak mengiyakan, tetapi juga tidak menolaknya. Dilepasnya ikatan cadar Dewi tanpa perlawanan. Setelah wajah Dewi terbuka, Endrix tidak terburu-buru menatap kecantikan paras Dewi. Namun, digulung dan dilipatnya cadar Dewi sangat rapi dan diletakkannya di atas meja


Dewi dibuat takjub dengan perlakuan Endrix yang ternyata bisa begitu romantis. Hatinya mulai sedikit tenang dan rileks. Dikiranya Endrix adalah sosok yang akan langsung tancap gas bermain kasar. Tetapi itu semua hanya strategi Endrix, membuat gadis itu ikut menikmati dan nyaman dengan perzinahannya. Dewi salah mengira, sebenarnya Endrix adalah iblis yang sangat jahat. Semua itu hanyalah tipu daya untuk membuat Dewi bertekuk lutut kepada manusia berkekuatan iblis itu. Endrix lalu memandang wajah cantik Dewi yang bermata tajam nan indah itu. Matanya berbinar sayu, bibirnya tipis serta hidungnya pun mbangir. Endrix begitu terpesona menatap wajah cantik Dewi. Memang Rista juga cantik, tetapi ada perasaan lebih puas yang Endrix rasakan ketika menatap wajah Dewi, karena selama ini Dewi terus menutup wajahnya hingga membuatnya penasaran


"Lu cantik Dewi..", puji Endrix sambil memegang dagu Dewi agar akhwat itu tidak terus menatap ke bawah


Endrix membelai pipi Dewi, lalu bibirnya mendekati bibir akhwat yang selama ini tertutup oleh cadar itu. Dikecupnya tipis dan pelan bibir Dewi yang terlihat basah. Lalu bibir kasar Endrix mulai mengecupi bibir atas dan bibir bawah Dewi secara bergantian. Melumat bibir sang ustadzah secara perlahan hingga tak tersisa. Lalu lidahnya mulai menyusup masuk ke dalam rongga mulut Dewi yang hangat.


Perlahan Dewi menggerakkan lidahnya, mencoba untuk meladeni cumbuan Endrix. Lidahnya mulai bersentuhan lembut dengan lidah Endrix, semakin lama lidah mereka beradu semakin cepat. lidah mereka saling menindih dan melumat satu sama lain.


"Ssshhhh.. Tuan..", dewi mulai mendesah saat lidah Endrix mulai bermain menyerap air liur lidah Dewi perlahan, lalu ditukar dengan air liur nya yang lebih kental.


"Hmmmm Nikmat sekali bibir lu..", kata Endrix kembali menciumi bibir Ustadzah Dewi semakin intens dan bernafsu


Kontol Endrix semakin mengeras dan menegang tak  terbendung oleh celana dalamnya, hingga sebagian kepala kontolnya sampai kelihatan sedikit dari dalam celana dalamnya


Bibir Endrix terus mengecup lembut bibir tipis Dewi, lidah Dewi pun sudah tidak canggung membalas lumatan Endrix, saling beradu dan saling menjilat satu sama lain.


Merasa Dewi sudah mulai terbawa suasana, Endrix mulai memeluk pinggang Dewi sambil terus menciumi bibir gadis itu. Tangan Endrix semakin turun merambat perlaha menggerayangi tubuh telanjang Dewi dan diakhiri dengan meremas perlahan bongkahan pantat Dewi yang semok beberapa kali


" Ssshh.. Tuan Ouuhh..", Dewi mendesah lirih saat tangan Endrix mulai nakal meremas bongkahan pantatnya dengan tempo lambat.


Ciuman Endrix mulai turun ke bawah, sambil disingkapnya kerudung Dewi, bibir pria itu mulai mengecupi leher jenjang Dewi yang selalu Ia tutup dengan kerudung itu


"Lepas kerudung lu. Sudah saatnya lu perlihatkan semua aurat lu ke gw", kata Endrix dan dijawab anggukan pasrah Dewi


Mata Endrix memandangi akhwat cantik itu sedang melepas kerudungnya. Kain terakhir yang ada ditubuhnya. Tangan Dewi mulai melepas ikatan rambutnya, sehingga rambut semi gelombang Dewi terurai indah


Endrix melongo takjub, melihat sesosok bidadari surga yang sehari-hari berpakaian sangat tertutup kini berdiri telanjang dihadapannya dengan rambutnya yang panjang terurai bebas.


Dewi sudah semakin terangsang saat ini, tangannya tanpa sadar tidak lagi menutup kedua payudara beserta alat kelaminnya yang berbulu rapi itu. Tetapi ia tidak ingin terlihat binal secara langsung, Ia menunggu pria dihadapannya menjamah tubuhnya. Endrix kemudian menyandarkan tubuh Dewi ke dinding. Lalu kembali ia menciumi leher jenjang Dewi, kali ini ia lebih leluasa menciumi leher akhwat yang sudah tidak tertutup kerudung lagi. Dihirupnya aroma keringat Dewi yang wangi hingga mulut Dewi mengeluarkan suara lenguhan pelan. Dewi mendongakkan kepalanya keatas, memberikan ruang bagi Endrix untuk mengecupi lehernya


Ciuman Endrix semakin turun kebawah, mendekati area pegunungan kembar sang ustadzah. Endrix mengagumi kedua gunung kembar Dewi yang besar dan kencang menggantung dengan puting cokelatnya yang mancung menantang


"Toket lu bagus.. Sempurna Ukhti", puji Endrix membuat pipi Dewi kemerahan mendapat pujian seperti itu


"Sshhh.. Syukron.. tuan..", jawab Dewi


Dewi tersenyum simpul mendengar pujian dari Endrix. Pujian pada tubuhnya yang selama ini ia tutup dan ia jaga. Endrix mulai meremas perlahan payudara Dewi yang besar menggantung seperti mangga. Mulut Dewi mendesah perlahan. Tangannya menggenggam erat, saat pria itu kini mulai menciumi puting susunya.


"Aaahhh... Ssshhh.. Gelii...", Dewi semakin mengencangkan suara desahannya


*slurupp sluruppp sluruppp*


Lidah Endrix begitu menikmati daging empuk kenyal berwarna cokelat puncak payudara Dewi. Dengan gerakan memutar, lidah Endrix dengan nakal bergerak mengitari aerola Dewi hingga membuat Dewi semakin kelojotan dirangsang seperti itu. Wanita itu sampai menggigit bibir bagian bawahnya menahan rasa nikmat yang diberikan pada puting susunya, kiri dan kanan bergantian


"Sekarang waktunya lu belajar nikmatin kontol", kata Endrix sudah tidak tahan batang kontolnya mengeras begitu kencang


Dewi mengangguk lemah. Endrix menurunkan celana dalamnya hingga terlepas dari tubuhnya yang six pack. Kini kedua manusia yang sedang berzina itu sama-sama telanjang di kamar.


"Astghfrlhldzm!!", pekik Dewi saat melirik kontol Endrix


"kenapa?", Endrix terkejut melihat respon Dewi


"Apa itu Tuan..?", tanya Dewi sambil  menutup matanya dan tangannya menunjuk ke arah Kontol Endrix yang memang panjang dan besar


"ini kontol Gw..", kata Endrix lega, rupanya Dewi terkejut hanya karena melihat batang kelaminnya yang membanggakan


"Kok besar sekali.. kayak belalai gajah tuan....", Kata Dewi pura-pura lugu sambil tetap menutup matanya tidak berani memandang kelamin lawan mainnya


Endrix gemas melihat keluguan wanita bercadar itu. Kontol Endrix perlahan mulai layu dan merunduk lagu. Memang mirip belalai gajah. Diraihnya tangan yang dipakai Dewi untuk menutup matanya, lalu perlahan diletakkannya pada kelaminnya


"Iya punya gw panjangnya bisa sampai 20 cm Ukhti, suami lu kecil pasti. Hahahah", kata Endrix sambil membiarkan tangan Dewi mneyentuh kelaminnya


"Ya ampun.. Besar sekali Tuan..", kata Dewi malu-malu menowel-nowel kontol Endrix yang kembali mengeras dan berdiri setelah disentuh wanita itu.


Semakin disentuh, kontol aendrix perlahan mulai menegang kembali. Dewi mulai berani menggenggam batang Kontol Endrix lebih erat. Endrix tersenyum melihat Dewi yang masih malu-malu kontolnya. Dikecupnya sekali lagi bibir istri Eko itu, wajahnya yang lugu menggemaskan itu membuat Endrix tidak bosan menciumi wajah sang ustadzah


"Berlutut lu..", pinta Endrix


Endri mengarahkan tubuh Dewi untuk berlutut dihadapannya.  Dewi pasrah dan menuruti, Dewi iseng menaruh kontol raksasa itu di atas wajahnya. Panjang kontol Endrix melebihi panjang kepala Dewi dari dagu hingga hidung


"Sekarang saya ajari lu mengulum kontol. Pertama kocok dulu kontol gw..", kata Endrix


Dewi lalu mulai menggenggam penis Endrix. Sebenarnya Dewi sudah terbiasa mengocok batang kontol Pak Sul. Tetapi dalam situasi ini, biarlah orang menganggapnya masih lugu. Genggaman Dewi begitu kuat mencengkeram kontol Endrix. Lalu Dewi mulai mengocok kontol Endrix dengan erat


"Adu du du duh.. Bukan gitu caranya! itu namanya ditarik2 bukan dikocok", kata Endrix sambil kesakitan


"Terus gimana tuan...", tanya Dewi pura-pura polos


"Coba lu bayangkan tangan jari-jari lu itu adalah sebuah lubang, misalnya ini adalah lubang memek lu, nah, kontol gw keluar masuk didalam lubang yang lu buat ini. Coba lagi!", Kata Endrix mengajari dengan telaten


Lalu Dewi mulai mengulangi mengocok kontol Endrix. Kali ini dia bayangkan tangannya adalah lubang tempiknya yang akan disodok-sodok kontol besar tuannya. Gerakan tangan Dewi sudah ia buat tidak kaku lagi, jemarinya yang membuat lubang itu mulai mengocok dengan kontol aendrix dengan fasih.


"Aahh.. Iya bener.. Terus Ukhti.. Lu pinter.. Bakat jadi lonte.. Aaahhh..", Desah Endrix menikmati kocokan fasih Dewi


Tanpa disuruh, Dewi mulai mengulum kontol Endrix. Dilahapnya kontol panjang Endrix tanpa persetujuan tuannya. Dewi sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sabar menikmati kontol panjang dan besar milik Endrix yang ukurannya kurang lebih sama dengan Pak Sul itu.


Dewi mulai menjilati lubang kencing Endrix hingga membuat pria itu bergetar tubuhnya merasakan kegelian. Lalu Lidah Dewi dengan liar menyapu tiap bagian batang kelamin Endrix tanpa rasa jijik. Setelah semua terlumasi dengan air liur sang ustadzah, Dewi mulai memaju mundurkan kepalanya menyepong kontol Endrix.


"Aaahh.. pinter sekali lu.. Sepongan lu sangat nikmat. jangan lupa lu ciumi peler gw sebagai tanda lu udah bersedia jadi pemuas kontol gw.. Ssshhh", Rancau Endrix sambil membiarkan akhwat yang berlutut dihadapannya itu menyepong kelaminnya terus-menerus


Dewi mengangkat kontol Endrix keatas, lalu tanpa rasa jijik Dewi langsung menciumi bola-bola peler Endrix yang ditumbuhi jembut itu. Endrix mendesah kencang menikmati ciuman sang ustadzah pada bola pelernya. Dewi juga menjilati urat peler Endrix yang berada ditengah-tengah kelamin bagian bawahnya. Seluruh peler Endrix sampai basah, dan Dewi pun kembali menyepong kontol Endrix semakin bergairah


"Yaaa.. Aaahhh. Bagus sayang.. Lu sudah luluss...Inget lu masih haram sepong kontol suami lu.  Lu cuma bole nyepong kontol ke lelaki selain suami lu. Paham?", kata Endrix sedikit menjambak rambut Dewi


Endrix sepertinya mulai kesetanan. Ia semakin bergairah sehingga membuat permainannya yang tadinya pelan, menjadi sedikit kasar dan liar


Setelah puas batang kontol dikulum Dewi, Endrix menarik tubuh telanjang Dewi dan menghempaskan tubuh telanjang gadis itu pada ranjang. Endrix memandangi Dewi penuh nafsu. Wajah akhwat itu sudah terlihat pasrah tak berhenti menatap kearahnya seolah menunggu untuk dinikmati


Endrix langsung berlutut di lantai. Kepala Endrix berada ditengah selangkangan Dewi. Wajah Endrix begitu bernafsu memandangi tempik Dewi yang jembutnya dipangkas rapi itu. Endrix membuka bibir vagina Dewi, begitu merah dan tampak basah. Lidah Endrix langsung menjilati kelamin sang ustadzah. Sentuhan pertama lidah Endrix langsung memberikan sengatan pada tubuh Dewi. Perlahan dari mulut sang ustadzah, terdengar kembali melenguh, kepalanya menoleh ke kiri ke kanan memejamkan mata menahan rasa geli yang ia rasakan pada lubang senggamanya


"Ooohh Tuannn.. Kotor disituuu.. Sudah tuan.. Uuhh...", Kata Dewi menahan rasa geli pada tempiknya


"Memek lu nikmat sekali. Slurup slurup slurup", Kata Endrix sambil mulai menjilati itil sang ustadzah


Bergetarlah tubuh Dewi menerima serangan cepat lidah Endrix pada biji itilnya. Kelamin Dewi mulai terasa menghangat dan langsung mengeluarkan lendir cintanya tiada henti, Endrix dengan rakus langsung menyeruput habis lendir tempik Dewi yang mengucur deras. Dewi menggeliat dan mendesah, kedua tangannya mencengkeram sprei kasur dan diremasnya sprei itu saking kuatnya seruputan Endrix pada cairan tempik Dewi.


"Aaahhh.. Tuann.. Ouuuhh Tuan... Aaahhh..", desah Dewi semakin kencang karena Endrix semakin rakus menjilati lubang kelamin Dewi yang semakin lembab dan becek


Diluar kamar, Eko yang mendengar suara istrinya mendesah begitu kencang langsung terlihat gelisah. Ia penasaran dengan yang dilakukan Endrix kepada istrinya hingga sampai mendesah sekencang itu, padahal selama ia berhubungan suami istri, Dewi hanya mendesah lirih saat Eko menyetubuhinya


"Nikmat sekali, memek lu wangi.. Slurupp slurupp slurupppp", puji Endrix


"Tuaann.. Sudah ana mau pipisss.." , kata Dewi sambil mendorong kepala Endrix agar menghentikan jilatannya


Endrix tidak peduli, dia tangkap tangan istri Eko itu sambil mempercepat jilatan pada biji itilnya. Dewi mencoba mengkatupkan kakinya agar Endrix menghentikan jilatannya kepada kelamin istri Eko itu.


"Sudaah Tuaannn.. Ana mau pipis beneraann"


"Keluarkan ajaa.. jangan sungkan2.."


"Jorok Tuann.... Najissss.."


tubuh Dewi bergetar hebat. ada sesuatu yang ingin ia keluarkan dari lubang kencingnya. Kaki Dewi pun semakin gelisah dan ia pun sudah tak sanggup menahan perasaan ingin kencing itu


*Sreettt sreettt srettttt* Dewi mencapai orgasmenya


"Aaaaahhhh.. Aaahhh.. Keluarrr...", Kata Dewi panik karena cairan squirtnya menyembur dengan deras


Sprei tempat tidur Endrix basah, terkena cairan squirtnya. Tempik sang Ustadzah kedutan, nafasnya tersengal-tersengal. Endrix tersenyum mesum, memandangi Ustadzah Dewi yang baru saja mencapai orgasmenya yang begitu liar.


Endrix memberikan waktu sejenak agar Dewi bisa menikmati sisa2 orgasmenya. Mata Dewi terpejam, namun kedua kakinya dibiarkannya mengangkang. Endrix naik ke atas ranjang, menduduk dada Dewi dan meminta akhwat itu mengulum batang kontolnya agar bisa semakin mengeras tegak dari sebelumnya. Dewi yang terbaring lemah menerima batang kontol itu dan melahap kontol Endrix. Endrix memaju mundurkan pantatnyabdan terus menjejalkan alat kelaminnya kepada mulut sang Ustadzah.


"Aaahh.. istri yang pinter lu.. inget lu cuma boleh sepong kontol selain punya suami lu. Heheheh..", kata Endrix sambil menahan kepala Dewi dan mulai menghajar mulut sang ustadzah dengan kasar memakai batang kontolnya


"Hmmpphh.. hmmpphhh..", Dewi meronta kesulitan bernafas karena kontol Endrix yang besar dan keras terus keluar masuk didalam rongga mulutnya hingga mencapai tenggorokannya.


Setelah puas dioral sang ustadzah. Dewi mencabut batang kelaminnya dari mulut Dewi dan tubuhnya turun kebawah. Sudah tidak sabar ia merasakan kenikmatan lubang senggama Ustadzah istri Eko itu. Dewi hanya bisa pasrah, kali ini perzinahannya sudah direstui oleh suaminya sendiri. Sehingga rasa bersalahnya sedikit berkurang dan tidak ada yang perlu ditahan lagi. Karena lubang kelamin Dewi saat ini juga sudah gatal sangat parah ingin digaruk kontol.


Endrix mengarahkan alat kelaminnya ke liang senggama Dewi. Dewi memejamkan mata  merasakan kepala kontol Endrix yang mulai membelah lubang kelaminnya. Didorongnya kontolnya pelan-pelan membelah kelamin Dewi. Dewi meringis kecil saat kelamin Endrix mulai menyeruak masuk ke dalam vaginanya


*blesssss*


"Tuannn.. Aaahhhh", desah Dewi



Endrix terus mendorong kontolnya semakin masuk kedalam rahim Dewi.  Tubuh Dewi menggeliat merasakan rudal raksasa yang mulai bersarang di dalam organ intimnya. setelah dirasakan cukup dalam. Endrix mulai memompa kelamin Dewi yang sempit dan becek itu. Kontol Endrix begitu jantan mulai menghajar tempik Dewi


"Ooohhh.. Tuann.. Aahh.. Aaahhhh.. Aaahhh", Dewi mendesah kencang bersamaan dengan tiap tusukan Endrix


"Mendesahlah yang kencang agar suami lu tau istrinya keenakan dientot kontol besar. Hahahah..", kata Endrix semakin kuat menyodok tempik Dewi hingga gadis itu mendesah dan menggeliat dengan sensual.


*jleb jleb jleb jleb*


"Oouuhh.. Oouuuhh.. Aaahhh.. Aahhh..", desahan Dewi semakin menjadi


Dewi tak menjawab perkataan Endrix. Saat ini sang ustadzah hanya berkonsentrasi menikmati lubang kelaminnya yang terus disodok oleh Endrix. Bibir Dewi yang terus mendesah tiba-tiba dilumat oleh Endrix. Lidah mereka kembali beradu begitu panas, bahkan Dewi sampai memeluk tubuh Endrix seolah tidak ingin pria itu berhenti menyetubuhinya. Tubuh Dewi turut bergoyang seirama dengan tusukan kontol Endrix. Sisi liarnya yang selama ini ia tahan mulai tidak bisa dibendung lagi.


"Hahaha.. Suka ya lu dientot.. Udah ga usah sok-sokan alim lu.. Bentar lagi lu bakal menikmati hari-hari sebagai budak sex. Hehehe..", kata Endrix sambil tertawa terbahak-bahak melihat sang ustadzah memeluk tubuhnya sambil menikmati persetubuhan ini. istri Eko ini menjadi miliknya sekarang.


*ceplak ceplak ceplak ceplak*


Dewi semakin meremas dan mencakar punggung Endrix yang tak pernah berhenti menyodok lubang tempiknya. Kaki Dewi sudah terbuka lebar mempersilakan tuannya untuk menyetubuhi alat kelaminnya. Tubuh sang ustadzah berkeringat deras, hingga nampak berkilau terkena cahaya lampu yang remang.


Endrix meminta Dewi berganti posisi. Dewi diminta menungging dan wanita yang sebenarnya alim itu pun mematuhinya. Tubuh Dewi menungging begitu sexy. Bongkahan pantatnya terlihat besar dengan lubang kelaminnya yang sempit terlihat mengintip di celah belahan pantatnya. Endrix melumasi jemarinya dengan air liur dan dioleskan ke lubang kelamin Dewi, lalu pria itu kembali menancapkan batang kontolnya kepada sang Ustadzah


"Oohh.. Tuann..", pekik Dewi saat Endrix kembali mecobloskan kontolnya dari belakang


Kembali Endrix menyetubuh akhwat cantik itu. Tubuh Dewi menungging pasrah, kedua payudaranya yang besar bergoyang-goyang akibat sodokan kontol Endrix yang begitu kuat. Mulut Dewi tak berhenti mendesah saat kontol Endrix dengan perkasa menggagahinya. Dewi sudah takluk dengan kontol besar Endrix. Sepertinya sebentar lagi dia tak lagi bergantung pada Pak Sul yang sok sibuk dengan pekerjaan bangun rumahnya


"Ooohhh.. Oohh.. Aaahhh.. Terus .. Tuann.. Enaakk.. Aaahhh...", rancau Dewi membuat Eko yang berada diluar sana tanpa sadar mengocok kontolnya sambil membayangkan istrinya disetubuhi habis-habisan oleh Endrix


Eko sudah tidak tahan lagi mendengar desahan kencang istrinya, ia langsung bangkit berjalan menuju kamar tempat dimana istrinya sedang disetubuhi Endrix. Pintu tidak dikunci, Eko mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka Matanya terkejut mendapati istrinya sudah digenjot habis-habisan oleh Endrix. Tanpa busana, tanpa kerudung dan cadarnya. Kontol Eko langsung menegang hebat. Ia cemburu, tidak pernah istrinya mendesah sealami dan senikmat itu selama mereka berhubungan badan 8 tahun. Desahan Dewi selama ini palsu, hanya untuk menghibur suaminya agar bisa segera ejakulasi menanamkan benih pada rahimnya


Eko kembali beronani, memandangi istrinya yang sedang berzina dengan Endrix penuh desahan kenikmatan. Kedua insan itu sudah berganti posisi kembali dengan posisi konvensional  Dewi di bawah mengangkang lebar  dan Endrix menindihnya dan menghujamkan kontolnya ke kelamin Dewi. Dewi memeluk erat tubuh Endrix yang atletis. Endrix pun mencumbu istri Eko dengan bergairah, istri Eko itu membalas tak kalah penuh gairah dengan gesture tubuhnya yang begitu binal. Liur mereka saling menguntai satu sama lain. Kelamin mereka terus bertumbukan menimbulkan suara ceplak ceplak yang begitu basah. Ya basah, tempik Dewi sudah banjir, sprei lusuh itu menjadi saksi, betapa kelamin istrinya saat ini begitu basah sampai tercecer-cecer. Eko terus mengocok kontolnya dengan cepat menikmati persetubuhan istrinya dengan pria itu.


"Aarrrgghhh ummi nakal.. Aaarrgghh..", desah Eko


*crot crot crot* tumpahlah peju Eko, lebih kental dan lebih banyak dari biasanya


Ia terduduk lemas, dan penisnya kembali layu. Sekarang hanya tersisa kecemburuan saja yang masih terasa di hatinya, setelah nafsu birahinya turut hanyut bersamaan dengan keluarnya air mani dari kelaminnya. Eko mengepalkan tangannya erat menahan amarahnya, Melihat istrinya pasrah mengangkang dan mendesah keenakan digagahi oleh Endrix.


"Oohh.. Ooohh.. aaahh.. Tuan.. Enaakk.. Enakk..", desahan Dewi menggila, lubang tempiknya benar-benar gatal terasa nikmat digaruk oleh kontol Endrix yang berotot


"Gw pejuin tempik lu yaa.. Heheheh..", Kata Endrix semakin menguatkan sodokannya ke kelamin sang Istadzah Dewi


"Diluar Tuann.. Jangan Didalaamm Aaahhh.."


"Memek lu buat buang peju anjirrrr.... Aarrrggghh.."


*crot crot crot crot*


Mata Eko terbelalak, kelamin istrinya benar-benar menjadi wadah pembuangan peju Endrix tanpa ragu. Peju yang amat banyak itu langsung luber tak mampu tertampung seluruhnya di dalam rahim Dewi. Nafas Dewi ngos-ngosan dengan tubuhnya yang penuh keringat. Endrix tersenyum sinis ke arah Eko setelah menyadari suami Dewi itu mengintip persetubuhan panas itu. Eko masih syok berat tertuduk lesu melihat kelamin istrinya benar-benar disembur mani oleh pria lain. Eko berjalan lunglai meninggalkan mereka dikamar, tidak menyangka istrinya bisa begitu pasrah digagahi pria lain. Padahal untuk mendapatkan bidadari surga seperti Dewi, Eko benar-benar harus berjuang extra hingga harus pura-pura memperdalam agama .


Tidak lama kemudian kedua insan bukan mahrom itu keluar dari kamar. Dewi sudah kembali mengenakan kerudung dan cadarnya, sedangkan tubuhnya masih tetap dibiarkan telanjang seperti tadi. Endrix sudah berpakaian lengkap sambil tersenyum puas karena akhirnya pejunya sudah tertanam di tubuh Dewi sehingga kemampuan mengendalikan yang dimilikinya juga berlaku kepada Dewi. Dewi menjadi miliknya total saat ini.


***


Dewi tertunduk malu tidak berani menatap mata suaminya, Eko mengepalkan tangannya menahan amarah dan api cemburu. Apa yang dikatakan Endrix sepertinya adalah kebenaran. Dia tidak pandai merayu dan memainkan perasaan istrinya sehingga bercinta dengan istrinya selama ini terasa flat karena dianggapnya istrinya yang begitu kolot dan kaku. Padahal saat melayani Endrix, istrinya begitu terlihat bergairah dan binal


"Udah boleh kita pake sekarang nih lonte Ndrix?"


"Boleh pake aja gw mau minum dulu.. Hehehe..", kata Endrix sambil duduk santai diatas sofa melihat rekan-rekannya mulai mendekati tubuh Dewi yang hanya bisa berdiri mematung itu.


Eko terkejut kembali, rupanya mereka masih belum selesai mengerjai istrinya. Ingin rasanya Eko memohon agar pria-pria itu berhenti mengerjai Dewi, tetapi semua sudah terlambat. Dia sendiri yang menyetujui usul menjadikan istrinya sebagai alat pembayaran yang sah.


Bobby dan Ithonk langsung menggerayangi tubuh telanjang Dewi. Tubuh Dewi kembali menggelinjang saat tangan-tangan mereka menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Cadar Dewi kemudian disingkap oleh Bobby hingga terlihatlah bibirnya yang tipis sensual berwarna pink itu. Bobby langsung mendaratkan bibirnya mengecul bibi Dewi  yang sudah terbuka. Kedua tangan Dewi diangkat keatas menampakkan keindahan ketiaknya yang tidak hitam bersih tanpa bulu. Lalu Bobby dan Ithonk mulai menjilati kedua ketiak Dewi bersamaan. Sontak, tubuh Dewi menggeliat begitu sexy. Pinggulnya tanpa sadar sedikit bergerak ke kiri dan kanan sambil pasrah ketiaknya yang terbuka dijilati oleh Bobby dan Ithonk. Lalu, kembali Bobby mendekati wajah Dewi dan mengecup bibir istri Eko itu lebih panas lagi


"Keluarin Lidah lu!", kata Bobby


Bobby menjulurkan lidahnya dan melumat lidah Dewi yang sudah terjulur dengan begitu panas. Mereka saling bercumbu, saling memagut satu sama lain. Terlihat lidah Dewi dan Bobby saling berusaha menindih dan menggulung bertukar liur. Dewi juga tampaknya tak mau kalah membalas melumat bibir serta lidah Bobby dihadapan suaminya. Sambil berciuman tangan Bobby tak lupa menggosok tempik Dewi. Sedangkan Ithonk menciumi dan mengulum pentil susu yang sebelah kanan, membuat sang ustadzah melenguh manja menerima dua serangan sekaligus


Setelah berciuman dengan Bobby, Ithonk mengarahkan kepala Dewi untuk menghadap ke wajahnya. Lalu gantian Ithonk yang kini melumat bibir dan lidah Dewi dengan penuh nafsu. Ciuman mereka begitu panas dan liar sampai terdengar bunyi kecap-kecap pertukaran liur mereka.


"Sshhhh.. Bibirmu nikmat sayang.. Ssshh", kata Ithonk kembali melumat habis bibir Dewi dan tangannya terus memilin pentil susu sang Ustadzah.


Eko semakin tertegun memandangi istrinya kali ini harus berciuman dengan 2 orang. Bergantian mereka menciumi bibir Dewi. Semakin lama semakin liar dan kasar. Lidah serta bibir Dewi dijilati terus-menerus oleh mereka sambil menggerayangi tubuh polos sang ustadzah. Tangan Dewi lalu diarahkan kedua pria itu untuk mengocok kontol mereka. Dewi yang sudah begitu terangsang langsung menggenggam batang kontol Bobby dan Ithonk bersamaan dan mengocoknya dengan perlahan. Sedangkan kepalanya masih sibuk menoleh ke kiri dan kanan karena harus menciumi bibir kedua pria itu bergantian


"Bagus, tangan lu akan terbiasa ngocok kontol  mulai sekarang. Hehehe..", kata Bobby sambil membiarkan Dewi mengocok batang kelaminnya


Setelah itu. Tubuh Ithonk merambat turun dan memposisikan wajahnya diantara selangkangan Dewi. Masih tercium aroma peju Endrix dari kelamin Dewi yang sudah lecek itu. Ithonk lalu membuka bibir kelamin Dewi dan mulai menjilati kelamin istri Eko itu. Tubuh Dewi seketika kembali bergetar, merasakan sebuah rangsangan nikmat pada alat kelaminnya. Tanpa rasa jijik, Ithonk semakin menciumi dan menjilati kelamin Dewi yang bekas di pakai Endrix. Kepala Dewi terdongak sambil bersandar pada dinding. Perlahan kakinya dibuka agar pria gendut itu bisa lebih dalam menjilati lubang kelamin sang ustadzah.


"Oohhh.. Mas..... Ssshhh Geli...", desah Dewi


"Bau memeknya gimana Thonk habis gw pake? Hahahah..", kata Endrix


"Pesing Anjirr.. Tapi tetep nikmat lah memek nih ukhti", jawab Ithonk sambil kembali menjilati lubang kelamin Dewi didepan suaminya


Eko tak berkedip melihat istrinya dikerjai kedua pria itu. Perlahan nafsunya kembali naik, setelah melihat pemandangan indah saat istrinya begitu pasrah dan patuh menyerahkan tubuhnya untuk melayani kedua pria itu. Bobby masih menciumi bibir Dewi dan memainkan puting susu akhwat itu. sedangkan Ithonk masih menguras habis lendir tempik Dewi yang mulai basah.


Kemudian Tubuh Dewi diminta sedikit menungging sambil berpegangan pada tembok. Bongkahan pantat Dewi yang mulus sexy itu tertungging dihadapan Eko dan Endrix


*plak*


"lebih nungging lagi", perintah Bobby


*plak*


"Ayo kurang sexy, goyangin pantat lu!", imbuh Ithonk


*plak plak plak plak plak* kembali tamparan bertubi-tubi diarahkan ke permukaan pantat Dewi yang mulus sexy


Pelan-pelan Dewi pun menurunkan pantatnya dan bergoyang perlahan. Eko menelan ludah saat melihat istrinya menungging sexy dan menggoyangkan pinggulnya sangat menggoda.


Bobby lalu membuka belahan pantat Dewi, terlihatlah lubang anus Dewi yang masih tertutup rapat dan berwarna sedikit gelap


"mau apa kalian mas... Aaahhh. ", pinta Dewi ketakutan menyadari tangan Bobby sudah bergerak disekitar lubang anus akhwat itu


Dewi menyadari lubang pantatnya dipandangi oleh para berandal itu dengan mesum. tangannya reflek berusaha menutupi pantatnya namun langsung ditangkap dan dikunci oleh Ithonk


"Sudah gw bilang lu itu lonte. Lubang ku yang manapun boleh dipake buat menghibur kita. Lu udah gak punya harga diri mulai skrg!", kata Ithonk sambil mencengkeram erat lengan Dewi


"Hajar!!", Kata Endrix sambil melemparkan dildo bergerigi ke arah Ithonk


Mata Eko terbelalak melihat kontol mainan itu. Bentuknya sangat panjang mungkin bisa mencapai 25 cm. ditambah lagi bentuknya yang tajam bergerigi terlihat akan begitu menyiksa istrinya


"Okeeee"* jawab Ithonk


"Ampunn.. mas.. sudaahh.. Jangaaann", Dewi juga ketakutan saat melihat mainan itu


"Panggil kita tuannnn, gw udah bilang berapa kaliii.. Lu bego apa?", kata Ithonk emosi


*plak plak plak plak*, kembali pantat muslimah shalihah itu ditampar berkali kali oleh Ithonk


"Aaaahhh.. Aaahhh..", Dewi mengerang kesakitan


Dewi mencoba kembali melawan, namun semakin ia melawan semakin sakit kuncian yang dilakukan oleh Ithonk. Lalu Ithonk mulai meludahi pantat Dewi agar licin. Diarahkan dildo besar bergerigi itu ke lubang anus sang ustadzah. Tanpa sadar tangan Eko mulai menggaruk-garuk batang kelaminnya yang mulai mengeras melihat lubang anus istrinya akan dihajar dildo bergerigi


"Aahh.. jangan.. jangan disana.. haramm..", Dewi mulai melawan sekuat tenaga


"Denger-denger suami lu, ga pernah pake lubang bool ya? Hehehe.. Katanya lu ga mau.. Ini hukuman buat lu.. Sebagai lonte, lu terlalu sombong", kata Bobby sambil turut memegangi dildo itu dan mulai mendorong masuk perlahan ke lubang anus Dewi, sedangkan Ithonk tertawa-tawa sambil mengucek tempik Dewi agar wanita itu semakin terangsang


"Aaaahhhhh.. Ampun Sakitt...", Dewi menjerit kesakitan saat benda bergerigi itu mulai meringsek masuk ke lubang anusnya yang masih sempit


Tubuh Dewi langsung lemas tak berdaya dan terlihat mulai pasrah. Dildo itu dilepas oleh Bobby dan dibiarkan sejenak menancap pada lubang anus sang Ustadzah. Tangan Ithonk masih mengocok kelamin Dewi dan menxabuli bagian dalamnya hingga akhwat itu menungging semakin mengangkant


"lihat.. Kontol lu aja belum ngerasain lubang bokong istri lu. Kalah sama Kontol mainan kita. Hahaha...", Ejek endrix kepada Eko sambil menepuk-nepuk pundak suami Dewi itu


Lubang anus Dewi mulai memproduksi semacam lendir licin. Bobby lalu kembali mulai mendorong masuk dildo itu semakin dalam. Lubang anus Dewi terlihat kedutan berusaha beradaptasi menyesuaikan diameter dildo besar itu. Kepala Dewi kembali terdongak saat Bobby perlahan mulai memaju mundurkan dildo bergerigi itu mengoyak lubang anus sang ustadzah dalam posisi menungging berdiri berpegangan pada tembok


"Aaaahhhhhh... Jangannn.. jangan di situ mas.. Harammm.. Aahhh..", Desah Dewi saat dildo itu terus didorong keluar masuk ke dalam lubang anusnya.


Tubuh Dewi mengejang menahan perih, semakin lama dildo itu semakin masuk kedalam lubang pembuangannya . Terlihat dari lubang kelamin sang ustadzah, sedikit mengucurkan air kencing akibat respon naluriah dari tubuhnya. Wajah Dewi begitu malu saat menyadari kelaminnya sedikit mengeluarkan kencing akibat lubang anusnya sedang diobok-obok mainan kontol bergerigi itu


Ithonk lalu kembali mendorong dildo itu itu lebih kedalam dengan gerakan memutar. Terlihat lubang anus Dewi ikut memutar searah dengan putaran dildo yang tertancap dilubang pembuangannya itu. Berkali-kali Ithonk kembali menyiksa lubang bokong Dewi hingga akhwat itu kembali terkencing  untuk kedua kalinya


"Aaaahhhh..sudah mas.. sakittttt..", Dewi mulai  mendesah


"Njir, dianal malah kencing lu.. Lonte murahan. Heheheh. ", kata Bobby sambil mencabut keluar dildo bergerigi itu setelah puas ia siksa lubang anus sang ustadzah.


"Dewi tidak berani memandang wajah suaminya. Kondisinya saat ini benar-benar memalukan. Lubang pantat Dewi mengabga lebar setelah dihajar mainan kontol-kontolan itu. Sedangkan Eko diam-diam berusaha membetulkan posisi selangkangannya yang mulai sempit untuk kedua kalinya setelah melihat istrinya dipermainkan seperti itu


"Jangan sedih lu budak, liat itu. Suami lu malah ngaceng saking senangnya melihat kondisi lu sekarang. Hahahah..", kata Endrix mengejek Eko


Eko yang ketahuan saat ini sedang sange berat mencoba menenangkan dirinya yang daritadi memang terlihat gelisah membetulkan posisi duduknya


"Daripada lu ngaceng ga jelas, mending lu rekam deh istri lu sendiri sedang dikerjai. Judulnya Akhwat bercadar menjadi budak sex karena suami tidak bisa bayar hutang. Hahaha...", kata Endrix sambil menyerahkan kamera kepada Eko


Eko hanya bisa pasrah dan patuh lalu mengarahkan kamera itu untuk menyuting tubuh telanjang istrinya yang saat ini berdiri dan berciuman dengan kedua pria itu secara bergantian. Tubuh telanjang Dewi kembali digerayangi sepuasnya. Tangan Eko sedikit gemetaran memegang kamera menahan nafsu yang terjadi pada dirinya. Dewi baru menyadari kalau suaminya saat ini sedang merekam perzinahan istrinya sendiri dan buru-buru menutup mukanya


"Jangan direkam abii.. Ummi maluuu...", kata Dewi sambil menghindari kamera


"Napa malu? Lu bakalan jadi artis porno yang laris kalau gini caranya. Hehehe..", kata Ithonk sambil menangkap tangan Dewi


Tetapi tangan Dewi kembali ditahan oleh Bobby dan Ithonk sehingga kali ini seluruh aurat istri Eko itu sudah terekam sempurna di kamera tersebut. Eko leluasa merekam istrinya yang saat ini kembali diciumi dan digerayangi bergantian oleh Bobby dan Ithonk. Puting susu Dewi dipilin bersamaan oleh mereka berdua. Dewi hanya bisa berdiri lasrah direndahkan seperti itu


"Sepong kontol kita sambil berlutut!", perintah Ithonk


Dewi tanpa banyak berkata langsung menurunkan tubuhnya dan memposisikan tubuhnya dihadapan kedua kontol Ithonk dan Bobby. Kedua pria itu menampar-nampar wajah Dewi dengan batang kontol Mereka. Lalu tangan Dewi mulai menggenggam kedua batang kelamin pria itu dan mulai mengocoknya dengan semangat.


Dewi kemudian mulai menyingkap cadarnya dan mulai melahap kontol Bobby sambil tangannya tak berhenti mengocok kedua batang kontol itu dengan gerakan memutar. Mulut Dewi mulai sibuk mengoral batang kelamin Bobby yang lumayan panjang. Sesekali lidah Dewi terjulur untuk menjilati batang kontol Bobby.


"Ooohhh.. Aaaa nikmat beneerrr...",Bobby dan Ithonk mendesah lega bersamaan menikmati sepongan hangat dan kocokan tangan Dewi


Kemudian kepala Dewi berganti tertuju pada kontol Ithonk yang kecil. Ukurannya kurang lebih sama dengan milik suaminya hanya saja diameter punya Ithonk lebih besar. Kontol Ithonk mulai Dewi lahap dan mulut sang Ustadzah mulai mengurut Kontol pria gendut itu dengan mulutnya. Sedangkan kedua tangan Dewi masih terus sibuk mengocok dua batang yang saat ini berada didepan matanya. Ithonk mendesah keenakan, mulut Ustadzah Dewi yang hangat memberikan kenikmatan tersendiri bagi batang kelaminnya.


Bobby yang merasa kontolnya sudah tegang maksimal tidak mau menyia-nyiakan momen tersebut. Tubuh Dewi direbahkan pada lantai, dan Ia mulai mengarahkan batang kontolnya ke kelamin Dewi. Dewi membuka kakinya lebar-lebar mempersilakan pria itu menyatukan kontolnya ke lubang tempik Dewi. Dalam satu kali hentakan, kontol Bobby langsung bersarang ke dalam lubang tempik Dewi


*jleb jleb jleb jleb jleb*


"Aaahh..  Aahhhhh.. Aahhh", desah Dewi penuh kenikmatan saat kontol Bobby langsung memompa liang senggamanya


Lalu Ithonk mengarahkan batang kontolnya ke mulut Dewi hingga menghentikan suara desahan nakal sang ustadzah dan berganti menjadi suara kuluman yang begitu basah. Bobby terus menyodok lubang kelamin Dewi dengan semangat sambil kedua tangannya meremasi gunung kembar Dewi yang putingnya sudah mengeras itu


"Anjiiirr.. nikmat bener lubang memek bidadari surga. Hahahah...", kata Bobby


Eko sudah tidak tahan melihat istrinya sedang melayani kedua pria itu. Sambil terus mengarahkan kamera ke arah mereka bertiga, Eko mulai mengocok alat kelaminnya sendiri. Suami Dewi sudah sangat terangsang melihat kebinalan istrinya sendiri. Ithonk yang melihat Eko sedang coli merekam istrinya dikerjai mulai menggoda suami Dewi itu.


"Lu mau ngerasain sepongan istri lu? Seumur-umur lu belum pernah disepong istri lu kan?", tanya Ithonk sambil memegangi kepala Dewi dan menjejalkan kontol gemuknya ke mulut istri Eko itu


"Boleh mas? Iya saya belum pernah dikulum istri saya sendiri", Kata ko


"Tanya istri lu!", kata Ithonk sambil mencabut kontolnya dari mulut Dewi. Dewi terkejut kontol Ithonk keluar dari mulutnya dan berusaha memasukkan kelamin cowok gendut itu lagi ke mulutnya


"Mmi.. Punya abi juga disepong dong..", tanya Eko kepada istrinya


"Aahhhh.. Afwan Abii.. Haram yaa bii..Kita ga boleh melakukannya..", jawab Dewi begitu binal dan meraih kontol Ithonk, menggenggam kuat dan kembali kontol Ithonk dimasukkannya sendiri ke dalam mulutnya dengan lahap


"Hahaha.. Liat sendiri kan istri lu udah menjadi milik kita.. Udah lu coli aja sono liat istri lu ngelayanin kita", ejek Ithonk sambil menyentak-nyentakkan kepala Dewi agar mengulum kontolnya lebih semangat


Bobby terus menyetubuhi Dewi semakin cepat. Tiap sodokan kontol Bobby terdengar mantab menghajar lubang kelamin Dewi Kedua kelamin itu saling bertumbukan menimbulkan suara yang becek. Tempik Dewi sudah terbuka lebar bersilaturahim dengan kontol Bobby, sedangkan Dewi sendiri masih asyik sibuk mengulum kontol gemuk Ithonk


Setelah Bobby cukup puas menghajar tempik Dewi, Mereka berganti posisi, kali ini Ithonk yang akan menyetubuhi istri Eko itu. Diarahkan kontol gemuknya ke dalam lubang kelamin Dewi yang sudah menganga dan basah, dalam sekali dorongan saja berganti kontol Ithonk yang kali ini menghujami kelamin sang Ustadzah. Ustadzah Dewi semakin mengangkang, memberikan ruang kepada Ithonk yang bertubuh besar agar lebih mudah menyetubuhi dan membenamkan kelamin pria itu ke dalam lubang kelaminnya


Dewi tidak banyak mendesah kali ini. Ia hanya sedikit merintih sambil mendongakkan kepala sebentar saat kontol Ithonk didorong masuk ke kelaminnya. Sambil terus digenjot Ithonk, Dewi tak berhenti mengulum kontol Bobby agar tetap tegak dan keras. Ithonk begitu bersemangat dan mempercepat tempo tusukannya pada kelamin sang Ustadzah yang terasa hangat, becek, dan berlendir itu


"Anjingg.. Memeknya seret bener.. Becek lagiii.. Aaaahhh... Gua keluarrr nih lama-lama.. Anjing.. Memek lonte sialan.. Aaahhh..", Kata Ithonk mempercepat sodokannya ke lubang kelamin Dewi


"Arrrgggh keluarrrrr", Desah Ithonk tiba-tiba sambil mencabut batang gemuknya dari liang senggama Dewi. Buru-buru ia arahkan kepala kontolnya ke perut Dewi dan segera ia tumpahkan air maninya ke perut rata Dewi begitu banyak


*crot crot crot crot*


disemburnya perut Dewi beberapa kali dengan pejunya. Ithonk ingat pesan Endrix, sementara ini mereka berdua dilarang menyiramkan air mani mereka ke dalam rahim Dewi. Endrix ingin menguasai rahim gadis itu seorang diri untuk sementara waktu sampai sang Ustadzah benar-benar bertekuk lutut padanya. Perut Dewi jadi belepotan peju cukup banyak. Sebagian menetes kebawah karena posisi tubuh Dewi yang terus berganti.


"Njir cepet bener lu crotnya. Heheheh..", ejek Bobby sambil mengambil alih tempik Dewi dan kembali ia setubuhi akhwat itu sambil ngobrol dengan Ithonk


"Aaahhh.. Aahhh.. Aaahhh..", desahan Dewi begitu kencang terdengar kembali saat kontol Bobby bersarang di jepitan kelaminnya kembali


"Memeknya terlalu nikmat bro.. Hah hah hah..", jawab Ithonk sambil tersengal-tersengal. Perutnya yang berlemak dan dekil terlihat berkeringat deras. Ithonk langsung terduduk lemas, dengan batang kontolnya yang semakin layu dan menciut .

Dia hanya bisa melihat Bobby yang masih perkasa menyetubuhi Dewi dihadapan suaminya


"Hah. hah. hah. ana capek mas.. Sudah ya.", pinta Dewi memelas sambil terus digenjot Bobby


"Ini masih siang.. Hari ini lu wajib lembur. Hehehe..", kata Bobby terus menggenjot tempik Dewi tanpa ampun


*jleb jleb jleb jleb*


Diangkatnya salah satu kaki wanita bercadar itu ke pundaknya. Lalu kontolnya kembali ia cobloskan ke tempik Dewi sesukanya. Tubuh Dewi kembali menggeliat dengan salah satu kakinya yang terangkat tersandar pada pundak Bobby. Bobby lalu menyingkap kembali cadar yang dipakai Dewi, dan langsung saja pria itu menciumi akhwat bercadar itu tanpa ampun. Lidahnya begitu liar menjilati seluruh bibir Dewi sebelum mendorongnya masuk untuk melumati lidah Dewi tanpa ampun.


Terlihat wajah Dewi terpejam pasrah, saat Bobby menciumi bibirnya. Sedangkan tangan Bobby memainkan buah dada Dewi yang menggoda dengan pentil susunya yang sudah menegang. Dewi melenguh dan membusungkan dadanya agar Bobby terus merangsang payudaranya. Lidah Bobby dengan cepat menjilati puting susu Dewi  Tibuh Dewi sampai kelojotan menerima rangsangan yang begitu besar seperti yang dialaminya saat ini. Kontol Bobby terus menghajar tempik Sang Ustadzah dengan perkasa. Disingkapnya kerudung panjang dewi sampai lehernya terbuka, lalu Bobby menyupang leher Dewi berkali-kali hingga meninggalkan bekas merah lada beberapa bagian


"Aaahhhh.. Sakittt.. Tuann.. Aaahh.. Jangan digigit", lenguh Dewi begitu manja


Eko semakin mempercepat kocokannya. Pemandangan istrinya sedang telanjang disetubuhi pria lain adalah pemandangan terindah yang pernah ia lihat. Dewi yang mengejang, merintih, digerayangi tubuh dan diciumi bibirnya dengan penuh nafsu oleh pria lain sangat membuat pria itu semakin terangsang. Eko mulai mengocok kembali batang kontolnya melihat istrinya sedang berzina. Sedangkan istrinya hanya pasrah saja melihat suaminya sedang asyik coli merekam dirinya melayani Bobby


"Semangat dong. Lu kan istri shalihah.. Membahagiakan suami dapat pahala lho. Heheh", kata Endrix turut berkomentar


"Iya suaminya keliatan bahagia liat istrinya akhirnya disetubuhi laki lain.. Sampe coli gitu. Hehehe..", kata Ithonk


"Awas lu kalau peju lho ngotori rumah gw.. Buang peju lu ke muka istri lu!!", kata Endrix


Eko semakin mempercepat kocokannya. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya sudah tidak mampu merekam dengan stabil karena tubuhnya terus-terusan bergetar semakin mengejang. Eko mendekati wajah istrinya dan mengarahkan batang kontolnya dihadapan wajah istrinya yang terlihat memejamkan mata menunggu suaminya menyiramkan wajahnya dengan peju


"Arrrgggghh Ummii.. Abi.. keluarrr... Aaahh..", Desah Eko


*crot crot crot*


Kontol Eko menembakkan pejunya 3x mengenai cadar istrinya. Istrinya hanya bisa pasrah. Tidak pernah selama ini suaminya menumpahkan air mani ke wajah cantiknya  Tetapi kali ini ia tidak bisa protes. Karena tuannya lah yang memberikan perintah. Setelah selesai ejakulasi, kontol Eko kembali layu dan tubuhnya seketika lemas. Matanya hanya tersisa sayu menatap istrinya yang semakin kelojotan disodok kontol oleh Bobby. Dengan sisa tenaganya, Eko kembali bangkit dan meneruskan merekam istrinya yang sedang disetubuhi oleh Bobby kembali


*jleb jleb jleb jleb*


Bobby mempercepat sodokannya ke kelamin Dewi. Ingin ia segera menuntaskan ini semua. Karena teman-temannya sudah lebih dulu berejakulasi hari ini. Desahan Dewi terus menggema begitu nakal bersamaan dengan tiap dorongan kontol Bobby yang menembus kelaminnya


"Ouhh . Ouuhh.. Ouuhhh.. Ouuhh..", desah Dewi begitu binal


"Aaanjingg keluarrrr gw.....", kata Bobby mencabut batang kontolnya dan berpindah posisi ke wajah Dewi. segera diarahkannya kepala kontol Bobby ke wajah wajah Dewi


*crot crot crot crot*


Kembali wajah cantik Dewi disembur peju untuk kedua kalinya. Kali ini jumlahnya jauh lebih banyak dan jauh lebih kental. Tetesan peju Bobby merata mengenai kening serta cadarnya. Setelah selesai, Eko mengclose up wajah istrinya yang berceceran sperma dan rekaman pun di stop.


Tubuh Dewi langsung terbaring lemas dengan kondisi memalukan. Wajah cantiknya berlumuran sperma suaminya dan Bobby. Sedangkan alat kelaminnya hari sudah dicoblos tiga batang kontol dihadapan suaminya sendiri. Tubuh telanjang Dewi masih begitu merangsang dengan segala pesonanya. Bobby dan Ithonk kembali menarik tubuh Dewi dan diajaknya istri Eko itu ke kamar. Dewi hanya bisa pasrah tanpa seijin suaminya ia meninggalkan suaminya seorang diri dan lebih memilih melayani kedua pria itu lagi


"Aaahhh.. aaahh.. Yessss... Iyessss... Enak... terus tuaannnn.. Aaahhh..", rancau Dewi begitu binal entah apa yang terjadi di dalam kamar


"Mulai sekarang istri lu resmi jadi lonte.. Lu rela?", tanya Endrix


"Iya mas.. Mau gimana lagi.. Istri saya sudah bersedia juga..", jawab Eko pasrah


"Yasudah, lu boleh pulang. Istri lu lembur dulu disini. Besok lu jemput dia kalau gw udah hubungi lu. ngerti? Pulang dulu sana!!", kata Endrix


Eko lalu bersiap meninggalkan rumah Endrix, meninggalkan istrinya yang ustadzah bercadar itu untuk disetubuhi habis-habisan seharian oleh Endrix and the gank.


"Jangan kawatir. Entar lu gw kirimin video bokep istri lu.. Lu tunggu aja sambil coli..", ejek Endrix lalu ia pun menyusul ke dalam kamar bersama teman-temannya untuk menggilir Sang Ustadzah Dewi hingga keesokan harinya


***bersambung***



===========


Scene 22 : Rista - Membalas Rasa yang Tak Terbalas (Part 1)


"Nduk.. Abi tolong buatkan kopi", kata abi pagi ini disela-sela ia sedang asyik membaca koran


"Iya bi" jawab Rista sambil berlalu ke dapur


Tak terasa besok adalah hari dimana keluarga besar Adi akan berkunjung ke rumah Rista untuk datang melamar gadis berjilbab lebar yang putih cantik itu. Rista pagi ini mengenakan daster longgar berpotongan rendah yang menjadi tontonan gratis bagi abinya. Diam-diam abi Rista suka melirik dan mencuri pandang ke arah payudara anak gadisnya yang sudah tumbuh menggairahkan itu. Walaupun tidak sebesar punya kakaknya, tetapi payudara Rista cukup bulat dan membentuk sexy menggoda dipadukan dengan pinggangnya yang ramping.


Sayang, Abi tidak tega meminta jatah kembali kepada anak kandungnya sendiri, setelah kejadian pijat panas yang dilakukan oleh Rista beberapa hari yang lalu. Ia terlalu malu untuk "mengajak" anak gadisnya sendiri untuk melayani nafsu syahwatnya. Norma-norma kepercayaan masih coba Abi pegang teguh, bagaimanapun ada rasa bersalah saat ia menyetubuhi anak kandungnya yang akan menikah itu. Walaupun Abi menyadari, rupanya anak gadisnya sudah tidak perawan lagi, terbukti dari tidak adanya selaput darah yang robek ketika ia tancapkan batang kontolnya ke lubang kelamin putrinya yang telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Abi tidak menafikan ada kepuasan yang ia rasakan saat bersetubuh dengan Rista, wajar ia menikmatinya, sudah beberapa tahun Abi menahan syahwatnya yang tidak pernah ia lampiaskan. Ia abaikan nafsu birahinya dengan aktif menjadi pengurus desa dan pengurus masjid. Jadi ketika ada kesempatan emas itu, Abi tidak kuasa menolaknya.


Di dapur, Rista sedang melamun sambil mengaduk segelas kopi hitam pesanan ayah kandungnya. Wajah cantiknya menatap sayu pada secangkir kopi sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bertemu dengan orang tua serta keluarga besar calon suaminya. Pikirkan Rista jauh membayangkan seandainya benar apa yang ia pikirkan, bagaimana jika keluarga besar Adi itu adalah keluarga yang benar-benar religius, tentunya dirinya amatlah tidak pantas. Walaupun kesehariannya Rista terlihat gadis yang suci dan menjaga diri, namun pada kenyataannya lubang kelaminnya sudah dinikmati oleh banyak pria. Rista merasa sangat hina dan kotor. Apakah orangtua Adi layak mendapatkan mantu yang kelakuannya lebih murahan daripada lonte, karena lonte saja biayanya bisa mahal. Sedangkan dirinya terkadang ia menggratiskan tubuhnya kepada pria-pria.


"Ini bi kopinya", kata Rista sambil berjalan lesu sambil meletakkan secangkir kopi diatas meja ruang tamu


Rista memandangi sosok abinya yang semakin kurus dan menua masih asyik membaca koran. Dibaca-bacanya satu persatu berita yang menarik baginya. Wajah abi begitu serius saat membaca berita, bahkan saat mengambil secangkir kopi yang dibuat oleh Rista, matanya sama sekali tak berpaling menatap pada lembaran koran itu


"Bweeehhhh.. kopi apa ini nduk?", kata abi sambil menyemprotkan kopi yang baru saja diseruputnya ke lantai


"Lho kenapa bi?", tanya Rista terkejut melihat abi memuntahkan kopi bikinannya


"Asinnnnnn..", jawab abi sambil mengecap2 mulutnya


"Ya ampuunnn.. Maaf abi.. kayaknya Rista salah...", jawab Rista merasa bersalah


"Salah? anak abi sudah mau nikah masih ga bisa bedain mana gula mana garam? hahaha..", ledek abi


"Ihhh bi ga sengaja Rista bii.. Ya udah Rista bikinkan kopi yang baru", kata Rista mencucu sambil buru-buru mengangkat kopi asin itu dan membawanya kembali ke dapur.


sesampainya didapur, Rista langsung mondar-mandir mencari benda yang bernama gula itu


"Ohhh.. ternyata habis..Pantesan aja", kata Rista sambil membuka sebungkus gula yang baru


*Nah ini baru gula..*, kata Rista dalam hati sambil menuangkannya kedalam wadah.


Lalu setelah Rista berhasil membuat kopi yang benar, Rista langsung kembali ke ruang tamu. Rupanya abi sedang teleponan dengan seseorang. Wajah abi begitu serius


"Ooo.. Nggeh nggeh...", kata abi sambil menutup telepon


"Siapa bi yang telpon?", tanya Rista


"Mas Anwar", jawab Abi


"Ngapain bi?"


"Mas Anwar tadi bicara serius dengan abi, katanya dia tidak bisa lihat kamu nikah sama pria lain. Nduk, Anwar itu suka sama kamu. Dia minta abi untuk bujuk kamu buat batalin rencana pernikahanmu"


"Ih siapa dia sih bi kok ngatur-ngatur gitu. Terus abi jawab apa?"


"Ya abi jawab abi tidak bisa apa-apa. Calon Rista itu pilihannya dia sendiri. Tugas saya merestui dan yakin dengan pilihan anak saya. Terus tadi abi juga undang Anwar malam ini datang ke rumah. Apa yang jadi uneg-unegnya, coba kalian bicarain biar sama-sama enak.. Biar clear semua", kata Abi sambil menyeruput kopi yang dibuat oleh Rista


"Ih.. Abi ngapain sih pakai undang Mas Anwar segala. Mas Anwar itu sudah nembak Rista 5x bi, mulai dari SD.. Dan selalu Rista tolak...", jawab Rista emosi


"Ya sudah nanti kamu jelaskan dan bujuk dia agar cari wanita lain saja"


Sebenarnya Rista enggan menemui Anwar bukan karena ia sudah menyatakan cinta sebanyak 5x kepadanya. Tetapi pria yang ternyata mesum itu punya kartu as yang bisa ia pakai untuk mengancam Rista yaitu rekaman masturbasi yang dilakukan tubuhnya. Walau Rista tahu, yang direkam oleh Anwar bukanlah "jiwa asli"nya, tetapi Rista tidak bisa memungkiri bahwa tubuh dalam rekaman itu adalah tubuhnya sendiri.


*tulilut tulilut* handphone Abi berdering nyaring


"Aslmlkm Pak RW.. siap terima perintah.. Ooo.. nggeh nggeh nggeh.. Sekarang? Nggeh.. Nggeh.. Siap.. Wlkmslm..", kata Abi sambil menutup telepon


"Siapa Bi?", tanya Rista


"Pak RW.. Pak RW kepingin ketemu abi untuk bahas masalah sungai yang sering mampet kena sampah. Kamu cari makan sendiri ya nduk. Abi berangkat dulu kayaknya abi bakalan lama karena langsung tinjau lokasi. Aslmlkm..", kata Abi sambil segera bergegas pergi.


"Iya bi.. Wlkmslm..", Jawab Rista lalu segera masuk ke dalam rumah dan mengunci kamarnya


***


*Lapar nih, ke warteg dulu ah beli makan* kata Rista dalam hati sambil mengelus perutnya yang rata tanpa timbunan lemak itu. Gadis cantik itu pun pada akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar untuk membeli makan di sebuah warteg yang terletak tak jauh dari rumah tempat tinggal gadis itu


Lalu segera Rista mengenakan sebuah gamis yang sudah tergantung rapi pada gantungan baju kamarnya dan rambut panjang sebahunya langsung ia tutup dengan selembar kerudung terusan yang panjang hingga menutup lekuk dadanya. Tak lupa ia kenakan sebuah kaos kaki panjang berwarna krem untuk menutup kulit kakinya yang putih mulus tanpa luka sama sekali itu. Letak warungnya hanya beberapa gang saja dari rumah Rista, sehingga Rista pun memutuskan berjalan kaki menuju warung karena motor yang ada dirumah juga sedang dipakai abinya ke rumah Pak RW.


Saat masuk ke dalam warung, rupanya suasana warung terlihat masih sepi. Hanya Rista saja yang ada disana dan juga seorang bapak penjual warteg ini. Terlihat tumpukan berbagai pilihan masakan yang nampak menggugah selera itu


"Ya mbak mau pesan apa?", tanya bapak penjual nasi sedikit terperanjat menyadari kehadiran Rista karena bapak itu sedang asyik menatap layar handphonenya.


"Bungkus nasi pecel 1 aja pak, lauknya telor dadar saja, peyeknya yang banyak ya pak", pesan Rista


"Siap mbak, silakan duduk dulu", kata bapak penjaga warung


*Brrruuuummmm* terdengar suara knalpot motor berderu kencang mendekati warung ini. Suara mesinnya tiba-tiba berhenti tepat didepan warung. Sepertinya ia berhenti dan memarkir motor didepan warung ini


*jeglek* bunyi standar motor yang diturunkan


Rista melirik ke depan dan melihat sesosok pemuda pengendara motor itu berhenti dan sepertinya akan membeli sesuatu di warung ini. Rista pun segera menggeser posisi duduknya agar pemuda itu bisa leluasa memesan makanan. Rista melirik ke arah pemuda pengendara motor yang sudah masuk ke dalam warung. Wajah yang tadinya tertutup oleh helm akhirnya bisa dilihat oleh gadis itu. Rista menyipitkan matanya melihat Wajah pemuda itu. Wajah yang tidak asing baginya. Pemuda itu pada akhirnya menyadari kalau dia sedang dipandangi seorang gadis yang duduk didekatnya. Pandangan pemuda itu bertemu dan menangkap tatapan mata Rista. Buru-buru Rista menundukkan pandangan setelah menyadari pemuda itu juga menatap ke arah wajah cantiknya. Rista mencoba mengingat-ingat sosok yang sepertinya pernah dikenalnya itu sambil gelisah.


"Pak, pecel 1 ya. Lauknya telor dadar. Peyeknya yang banyak ya, makan sini pak", kata pemuda itu membuat Rista terkejut karena pesanan pemuda itu sama persis dengan dirinya


2 menit kemudian barulah Rista mengingat siapa pemuda disampingnya itu, begitu pula dengan pemuda itu. Ia mendadak menoleh memandangi wajah Rista lagi


"Rista" "Danu", ujar mereka  bersamaan sambil saling menunjuk


"Lho kamu kok disini? Kan kamu sedang merantau kuliah" tanya Danu sambil duduk dan Rista mempersilakan pemuda tampan dan gagah itu duduk disebelahnya


"Iya, lagi pulang kampung aja kangen bapak. Hehehe..", kata Rista


"Ini mbak pesanannya..", kata bapak penjual warung tiba-tiba menghentikan obrolan mereka sejenak


"Napa dibungkus? Makan disini aja bareng sama aku", kata Danu ramah


"Ehh.. Iya deh.. Pak, makan disini saja ya", kata Rista sambil menyerahkan kembali bungkusan nasi pecelnya agar dihidangkan memakai piring


"Idih pesanannya sama persis sama aku. Ikut-ikut aja kamu Ris", kata Danu sambil melirik isi piring Rista


"Enak aja, orang ana duluan yang pesan", jawab Rista


"Hehehe.. Masih aja ya bilangnya ana antum", balas Danu


"Udah kebiasaan Dan.. Afwan..", kata Rista tersipu malu


Danu adalah teman masa kecil Rista yang telah tumbuh menjadi pemuda berwajah tampan dengan tubuh yang atletis. Sama dengan Anwar, mereka bertiga sekolah di tempat yang sama bajk di bangku SD maupun SMP. Rumah Danu terletak beberapa gang di belakang rumah Rista. Berbeda dengan Anwar yang rumahnya tepat berada didepan persis Rumah Rista. Danu dan Rista seumuran, sedangkan Anwar usianya lebih tua 2 tahun dari Rista dan Danu. Ketika duduk di bangku SMA Danu adalah ketua OSIS sedangkan Rista adalah wakilnya. Waktu sebelum hijrah, Rista sempat mengagumi sosok Danu dan bahkan ia menyadari kalau dirinya sempat menyukai Danu saat masih duduk di bangku SMA.


Pemuda tampan ini memang jago segala macam hal. Baik akademis maupun olahraga, semua dikuasainya dengan baik. Ketika pertandingan sepak bola dan basket, banyak siswi-siswi yang selalu menjadi supporter Danu kemanapun ia dan sekolahnya bertanding. Sedangkan Anwar berbeda 180 derajat dengan Danu. Anwar sama sekali tak memiliki prestasi apa-apa. Bahkan ia hampir tidak naik kelas waktu kelas 1 SMA karena sering bolos sekolah  Wajah Anwar jauh dari kata tampan. Wajahnya dekil dengan rambutnya yang keriting. Tatapan matanya begitu tajam. Bahkan karena kerasnya kehidupannya, wajah serta tubuhnya tumbuh penuh dengan luka. Anwar berbeda dengan Danu dan Rista, saat Danu dan Rista bersekolah di sekolah negeri favorit, Anwar hanya bisa diterima di sekolah swasta yang penuh dengan anak-anak berandal yang kehidupan sekolahnya penuh dengan tawuran  dan trek-trekan


"Antum sibuk apa sekarang?", tanya Rista


"Masih gawe aja Ris. Hehehe..", jawab Danu


"Kerja apa?", tanya Rista


"Rahasia", jawab Danu sambil tersenyum manis


"Oohh.. gitu yaudah ana ga nanya2 lagi", kata Rista sewot


"Hehehe kamu ngambekan masih kayak dulu..", kata Danu sambil terkekeh


"Ristaaaa... Ayooo ngentot... Dia pemuda tampan. lu pasti sange sekarang. Memek lu gatal kalau gak ngentot Ristaaa.. Memek lu wajib dimasuki kontol setiap hari Ristaaaa.. Ayo ajak dia, goda dia Rista.. budak gw!!!", tiba-tiba suara Endrix terdengar ditelinga gadis itu membuat gadis itu tiba-tiba ketakutan


Bahkan disaat pertemuan kecil dengan teman masa lalunya, Endrix tak segan menyuruhnya untuk berzina kembali. Rista mencoba tidak mendengarkan perintah Endrix, tidak mungkin disaat seperti ini Rista mengajak Danu berhubungan badan. Tetapi Endrix terus mensugesti Rista.


"Memek dan lubang anus lu akan terasa gatal Rista kalau lihat lelaki.. Ayo lu harus nurut perintah gw! Ngentot Ris.. Ngentot.. Memek lu gatal Ris... Apalagi lubang pantat lu..", kata Endrix terus membisiki Rista


Rista mencoba bertahan tetapi perlahan lubang anusnya gatal.  Duduk Rista mendadak menjadi gelisah. Endrix tanpa ampun tiba-tiba mensugesti Rista, memainkan birahinya hanya dengan perintah suaranya saja. Rista mencoba mengalihkan suara Endrix dengan berusaha ngobrol dengan Danu, tetapi sayangnya sepertinya suara itu begitu mempengaruhi tubuhnya. Rista merapatkan kedua pahanya dan coba ia menahan gejolak birahi yang muncul tiba-tiba menggoda kelaminnya. Tak disangkanya sugesti Endrix sepertinya berhasil menguasai tubuhnya. Dirasakannya vaginanya semakin panas dan gatal saja. Lubang bokong Rista juga sama saja. Rasanya gatal bukan main, seperti ada puluhan cacing kremi yang merambat dipermukaan lubang tainya. Duduk Rista semakin tidak tenang. Berkali-kali ia geser pinggulnya untuk menggaruk pantatnya sambil merubah-rubah posisi kakinya. Namun tak berhasil. gatal itu berasal dari bagian dalam lubang kelamin dan pembuangannya. Sesekali dirapatkannya pahanya agar menjepit kelaminnya yang mulai sulit ia kendalikan itu.  Kelaminnya kedutan dan mendadak basah, Danu hanya memandangi Rista dengan penuh keheranan


"Kamu kenapa Ris kok tiba-tiba gelisah?"


"Ehh. Ngga kok. Kaki ana gatal", jawab Rista beralasan


"Eh masa digigit nyamuk? Bahaya nih siang-siang gini ada nyamuk", kata Danu sambil melirik ke arah bawah melihat kaki Rista


Rista buru-buru membetulkan posisi kakinya kawatir ada bagian kulit tubuhnya yang tersingkap.


"Udah biarin aja Dan", kata Rista sambil merapatkan kedua pahanya yang semakin gatal dan menahan sebisa mungkin rasa gatal pada kedua lubang bawah tubuhnya.


"Harus disemprot nih!", kata Danu


"Eh disemprot? apanya Dan?", tanya Rista terkejut mendengar kata "semprot"


"Ya ini kolong-kolongnya biar ga ada nyamuk yang sembunyi", jawab Danu


"Oh kirain..", kata Rista entah mengapa pikirannya kali ini jadi nakal sekali


"Kirain semprot apa emang?", tanya Danu penasaran


"Eh enggak kok lupain aja Dan..", jawab Rista sambil tersipu malu membuat Danu memasang wajah bertanya-tanya


Entah mengapa disaat seperti ini Rista malah membayangkan ukuran kelamin Danu. Otaknya sudah dipenuhi hal-hal cabul. Karena Endrix masih terus menggoda dan membisikkan sugesti-sugesti nakal yang ditujukan kepada budaknya yang sebenarnya alim itu.


"Rista, bayangkan lu ngentot sama pemuda tampan itu. Lu jarang kan dapat cowok ganteng? kesempatan lu Rista buat ngerasain kontol cowok ganteng. Eh.. gue juga ganteng sih..", kata Endrix membuat Rista tiba-tiba tersedak


"Uhuk Uhuk Uhuk..", Rista tiba-tiba tersedak


"Eh pelan-pelan Rista makannya.. Jadi tersedak kan.. Minum dulu", kata Danu sambil segera mengambilkan Rista minum


*Endrix mah ga ganteng.. Menang tititnya doang yang besar.. Duh Tubuh Danu yang atletis pasti tititnya juga panjang dan besar. Penasaran... Danu mau ga ya jima' (bersetubuh) sama ana.. Kira2 Danu pernah jima' gak ya..*, kata Rista dalam hati melanjutkan pikiran mesumnya


Rista kemudian menepis pikiran nakal itu dan buru-buru mencoba menghabiskan pesanan nasi pecelnya. Satu demi satu suap nasi mulai masuk ke dalam mulutnya. Sambil kakinya terus bergantian bergerak-gerak mencoba menghilangkan rasa gatal yang ia derita. Sesekali tangan Rista mencoba menggaruk area bawah tubuhnya. Tetapi tidak leluasa, karena saat ini ada Danu disampingnya.


"Dan ana duluan ya..", kata Rista tiba-tiba setelah ia tidak sanggup menghabiskan sepiring nasi pecel yang porsinya memang porsi kuli itu. Padahal sebenarnya ia bisa saja berlama-lama sambil pelan-pelan menghabiskan sepiring nasi pecel yang ia pesan. Tetapi saat ini rasa gatal yang begitu mengganggu membuat Rista tidak tahan. Hanya ada satu hal yang Rista inginkan, Ia ingin sekali  menggaruk lubang kelamin dan lubang pantatnya dengan leluasa di dalam kamar tanpa ada yang menganggu


"Kok buru-buru amat Ris? Makanmu aja belum habis", kata Danu sambil menahan Rista agar tidak beranjak pergi


"Eh maaf..", kata Danu tiba-tiba sambil melepaskan tangannya dari tangan Rista yang tanpa sadar ia pegang agar gadis itu tidak pergi


"Maaf kenapa?", tanya Rista


"Kamu kan gak boleh disentuh sama yang bukan mahrom Ris..", kata Danu


"Oh.. iya gapapa kok Dan", kata Rista


"Jadi boleh nih aku sentuh lagi?", kata Danu


Rista berpikir sejenak. Ia sadar betul bersentuhan dengan yang bukan mahrom itu dilarang oleh agamanya. Tetapi itu dulu, saat ia masih suci. Saat ini tubuhnya sudah kotor dan tidak memiliki harga diri. Tubuh sucinya sudah disentuh oleh banyak laki-laki, bukan hanya sentuhan, bahkan mereka sudah menancapkan kelamin mereka ke lubang senggama gadis cantik berjilbab lebar itu. Rista berpikir sudah tidak pantas jika ia masih sok jual mahal setelah apa yang sudah ia lakukan selama ini, apalagi kali ini yang mau menyentuhnya adalah Danu, pemuda tampan yang pernah ia suka di masa sekolah waktu ia masih memulai hijrah. Tentu saja Rista kali ini mengijinkan pemuda itu menyentuhnya


"Boleh kok Dan.. Antum boleh pegang tangan ana kok..", kata Rista sambil menyerahkan tangannya ke danu agar dipegang oleh pemuda itu


"Serius nih Ris? Aku pegang beneran lho?", kata Danu tidak percaya


"Boleh Danu.. Nih..", kata Rista kembali menyerahkan tangannya ke pemuda itu


"Dulu kamu menolak waktu aku ajak berjabat tangan. Padahal dulu kita satu organisasi. Tetapi sekalipun kita ga pernah bersalaman. Hehe..", kata Danu sambil mulai meraba jemari lentik Rista dan memainkan jemari gadis itu dengan lembut


"Afwan ya Danu.. Dulu karena sikap ana antum jadi tersinggung..", jawab Rista


"Btw sekarang kok dibolehin?", tanya Danu penasaran


Rista bingung menjawab apa. Dipikirkannya jawaban yang tepat agar Danu tidak curiga betapa murahannya tubuh gadis berjilbab lebar disampingnya itu


"Jadi antum gak mau nih? Ya udah lepasin!!", jawab Rista pura ngambek"


"Ehh jangan.. Iya iya maaf.. Kapan lagi bisa pegang tanganmu yang dari dulu buatku penasaran pengen pegang. Habis putih banget kulitmu Ris..", kata Danu sambil terus melanjutkan membelai tangan Rista


Agar bapak penjual nasi tidak curiga melihat kelakuan pemuda pemudi itu, Danu pura-pura menikmati tiap suapan makanan yang ia makan, sedangkan tangan kiri Danu tak lepas memainkan jemari Rista yang ia letakkan dibawah meja agar tak terlihat. Belaian tangan Danu ke tangan Rista sangat lembut dan membuat Rista sedikit kegelian. Tangan Danu terus membelai punggung telapak tangan Rista yang putih mulus. Jantung Rista semakin berdegup kencang. Gairah gadis itu semakin menyiksa tubuhnya yang saat ini terasa begitu sensitif. Setiap sentuhan kulit antara kulit tubuhnya dengan kulit Danu, seperti menimbulkan sengatan syahwat birahi. Jemari Danu seperti menyetrum tubuh Rista setiap jari-jari kasarnya membelai tangannya. Pelan tapi pasti, tubuh Rista semakin terangsang bahkan kelaminnya yang gatal itu sudah mulai mengeluarkan lendir hangat yang begitu deras


"Halus bener tanganmu Rista..", ujar Danu memuji betapa halusnya kulit tubuh akhwat itu


"Ya kan ana cewek, kalau kasar mah tangan ikhwan. Hihihi..", jawab Rista manja


"Ngga, aku sudah sering memegang tangan cewe, tetapi tanganmu beda, halus sekali Rista, dan putih mulus. Aku suka", katanya sambil terus mengelus jemari serta tangan Rista tanpa bosan sedikitpun


"Ah playboy juga ternyata antum.. Berapa cewek yang sudah antum pegang tangannya?", tanya Rista penasaran


"Banyak.. Hehehe tapi kan ada yang ga sengaja juga Rista.. Kayak pas lagi nyerahin atau nerima barang, tiba-tiba kesentuh kan ga sengaja tuh..", kilah Danu


"Aahh ngeles mulu kamu", kata Rista manja


"Duh seneng aku dipanggil "kamu" sama kamu Ris.. Heheh..", kata Danu sambil mulai memberanikan diri menggenggam kedua tangan gadis berjilbab lebar itu


"Afwan salah ngomong, maksud ana "antum"", kilah Rista kali ini sambil tersipu karena terbuai dengan suasana


"Rista, jujur.. Dari dulu aku tertarik sama kamu. Kepintaranmu, kecantikanmu, kebaikanmu. Aku suka semua yang ada padamu Ris.. Aku ingin menjadi pacarmu Ris.. Perasaan ini sudah lama, sejak SMP kelas 2 aku suka sama kamu Ris.. Kamu mau jadi pacarku?", kata Danu serius sambil menggenggam erat tangan Rista


Mata Rista berbinar tiba-tiba. Tak disangkanya Danu memiliki rasa yang sama terhadapnya dulu. Rista tak sanggup menjawab perkataan Danu. Hatinya mulai gundah dan bimbang, karena Rista sudah terlanjur memberikan harapan begitu besar kepada Adi, ikhwan culun gemuk itu untuk menjadikan Rista sebagai istrinya. Secara fisik, Danu memang jauh lebih menarik. tampan, badan bagus, dan tinggi. Bahkan saat masih aktif di OSIS, Rista mengakui bahwa dirinya dibuat terpesona oleh pesona Danu


"Ana....", kata Rista perlahan


"Ngga, ngga usah dijawab dulu Ris. Aku cuma cerita uneg2 masa lalu aja kok. Hehe"


"Iya gapapa Dan. Kejadian dulu tuh emang suka seru ya.", kata Rista mencoba mengalihkan pembicaraan juga


"Betul Ris. Aku ingat dulu aku saingan sama Mas Anwar kakak kelas kita. Dia pernah bikin surat ke kamu kan? Entahlah apa isinya. Aku waktu itu sedikit cemburu Ris..", kata Dany sambil mengenang kisah yang telah lalu


"Hehehe.. Oh iya? Surat apa ya yang dia kirim Ana... Ana lupa dan ga ana gubris.. Masak masih SD kok sudah pacar-pacaran", jawab Rista


"Surat cinta kayaknya. Hehehe... Kalau sampai kamu balas surat dari Anwar, aku pasti mundur Ris, secara dia dulu kakak kelas yang lebih senior jadi dulu aku hormat kepadanya. Tapi untungnya, kamu malah sama sekali ngga jawab surat itu. Hahaha", Kata Danu mulai meremas tangan Rista perlahan


"Oh iya Dan, dulu ana memang ngga kepikiran pacaran sih. Masih seumur segitu tau apa. Haha.. Kayaknya ana buang deh surat dari dia.", kata Rista sambil tersenyum kecut


"Hah dibuang? Waaahhh jahatt.. Padahal bikinnya dia itu perlu 3 hari lho Ris. Tega ya kamu hiks hiks", katanya sambil akting menangis bercanda


"Iyaa jahat sekali ya ana.. Biarin aja lah toh udah masa lalu", kata Rista


"Btw, Kamu malam ini ada acara ngga? Jalan yuk.", ajak Danu


"Ngga ada sih, mau kemana Dan?", tanya Rista penasaran


"Yaa jalan aja ke alun2 atau kemana gitu, cari makan atau jajan", katanya


"Hmm boleh deh.. Jam berapa?"


"Jam 7 aja gimana?"


"Yaudah boleh deh", jawabku


"Eh tapi abimu ngijinin gak nih kita jalan? Beliau kan ketat sekali"


"Nanti ana ijin ke abi. Abi sih ga masalah. Toh beliau juga kenal kamu. Kamu gimana ada yang marah ngga kalau aku jalan sama kamu?", tanya Rista sedikit genit


"Ada!!!", jawab Danu


"Siapa Dan? Gak jadi deh kalau gitu..", jawab Rista merajuk


"Itu Si Anwar Depan rumahmu pasti marah kalau tau kamu jalan sama aku. Hahaha"


"Owalah... Mas Anwar biarin aja lah. Siapaku juga dia kok jadi marah. hehe", kata Rista sambil menyeruput segelas es teh yang esnya telah mencair itu


Lalu Danu mulai menceritakan kejadian-kejadian menarik di masa lalu. Bagaimana ia merasa Anwar adalah saingan terberatnya. Belum lagi semakin lama, semakin banyak teman-teman cowok yang mendekati Rista. Danu benar-benar cemburu saat itu, tetapi ia mencoba tetap tenang dan terus menyembunyikan perasaannya. Saat itu, ia menganggap Anwar adalah saingan terberatnya. Tetapi apalagi daya, Danu saat itu tidak berani melakukan apa-apa dihadapan Rista dan bersikap sok cuek keoada gadis itu, sehingga Rista tidak tahu perasaan yang dipendam oleh Danu selama ini.


Tangan Danu terus memainkan jemari Rista dengan lembut. Tangan Rista mulai terasa sedikit berkeringat, entah karena grogi atau karena tangannya yang kesumukan karena terus digenggam erat oleh Danu. Rista hanya diam saja membiarkan tangannya dibelai-belai oleh Danu sambil diam-diam melirik ke wajah pemuda tampan itu. Rista semakin bimbang, Danu rupanya memendam rasa kepadanya selama ini. Pemuda tampan  disampingnya itu seperti sedang mengobati luka yang selama ini ia coba tahan dengan membelai jemari tangan Rista.


Danu dari dulu ingin sekali menyentuh tangan Rista yang selalu dilihatnya putih mulus itu. Sudah 15 tahun Danu berpuasa tidak pernah bersentuhan dengan Rista, karena dulu Rista sama sekali tak mau disentuh oleh orang yang bukan mahrom. Mungkin hanya waktu SD saja Danu pernah menyentuh Rista, itu pun Rista yang masih kecil belum tahu apa-apa. Dan yang membuat Rista semakin tidak enak hati dengan Danu, 15 tahun lebih pemuda itu menyimpan rasa cinta, betapa bodohnya Rista tidak menyadari hal itu


Jujur saja saat ini Rista mulai bimbang memilih calon suaminya. Adi adalah ikhwan culun gemuk dengan wajah biasa saja, tetapi begitu perhatian dan mencintainya dengan tulus. Rista hanya tidak enak hati kepada pria itu karena pria itu sudah begitu baik kepadanya, bahkan besok ikhwan itu akan datang ke rumah mengajak keluarga besarnya untuk meminang Rista


Sedangkan yang satunya lagi adalah Danu pemuda berpostur atletis dengan wajah tampan yang dulunya adalah siswa favorit diantara para perempuan di sekolah. Sosok yang telah menyukai Rista lebih dari 15 tahun sejak masa mereka masih sekolah dasar dulu. Rista juga mengakui kalau sempat suka juga dengan Danu, sebelum akhirnya Rista memutuskan untuk berhijrah total dan memutuskan membuang rasa cinta semunya sejauh mungkin.


Pandangan Rista menerawang keatas, dihembusnya nafasnya panjang-panjang, pikirannya begitu bingung menentukan memilih satu diantara mereka berdua. Rista pun juga tidak melupakan Endrix tuannya. Entah bagaimana dia akan menghadapi situasi dimana saat dia sedang asyik bersama suaminya tiba-tiba Endrix memintanya untuk datang dan melayaninya. Pandangan Rista menerawang jauh tidak sanggup memikirkan hal itu jika benar-benar terjadi. Saat sedang melamun memikirkan itu, tiba-tiba hidung dan tai lalat Rista ditowel oleh Danu


"Dandan yang cantik ya nanti Ris. Kalau bisa pakai seragam SMAmu, entah kenapa jadi kepingin lihat Rista wakil OSISku dulu berpakaian SMA", kata Danu sambil tersenyum manis


"Hah? Gak mau ah.. Udah umur berapa kok masih pake seragam SMA", kata Rista


"Ayolah Ris.. Aku ingin melihatmu mengenakan seragam SMA lagi.. Pasti cantik banget...  Mau ya?", kata Danu merayu gadis itu


"Hmmm Masih ada gak ya seragam ana.. Nanti ana cari deh..  Emang biasanya ana ga cantik nih?" tanya Rista pura2 manyun manja


"cantik.. cantik banget.. 1000%", kata Danu sambil membelai pipi Rista dengan lembut


"Gombal kamu Dan..", kata Rista sambil bersemu merah


"Ehhhheemmmm", tiba-tiba mereka berdua mendengar bapak penjual warung berdehem lalu buru-buru Danu menarik kembali tangannya


Mereka menyadari deheman bapak penjual warung itu adalah kode untuk mengingatkan Rista dan Danu agar tidak kelewat mesra di warungnya. Danu sudah tidak sungkan-sungkan lagi memegang bagian wajah gadis itu. Setelah sebelumnya ia sudah cukup puas membelai tangan Rista.  Menyadari suasana yang terasa semakin kikuk, akhirnya mereka memutuskan menyudahi ngobrol di warung tersebut dan segera membayar ke bapak penjual warung


"Aku traktir Ris", kata Danu sambil mengambil uang kertas 50ribu dari dalam dompetnya


"Makasih ya Dan.. Kapan-kapan aku ganti", kata Rista sambil tak berhenti membetulkan posisi duduknya karena lubang memek serta lubang anus gadis itu sudah sangat gatal sekali.


"Ga usah diganti Ristaa.. Iya, Sama-sama.. Nanti ya jam 7 aku jemput ke rumahmu. Oiya aku minta nomor handphonemu dong Ris", kata Danu


"Hmm Makasih ya Dan.. Ini nomor handphoneku 081***********", jawab Rista dan Danu terlihat mencatat angka-angka yang disebutkan Rista ke dalam kontak ponselnya.


"Oke deh.. Eh.. Kamu naik apa Ris?", tanya Danu kembali


"Jalan kaki aja", kata Rista


"Aku antar ya", ajak Danu


"Hmmm.. Boleh deh.. Tapi sampai depan gang aja ya. Jangan didepan rumah.. Begitu juga nanti malam, Jemput di depan gang rumah ana aja ya Dan.. Ga enak sama tetangga..", jawab Rista


"Ok My Princess", kata Danu sambil tersenyum bahagia


***


Jam dinding menunjukkan pukul 18.00. Setelah sepulang dari warung tadi, seharian Rista hanya tiduran terlentang telanjang diatas kasur sambil berusaha menghilangkan rasa gatal pada lubang kelamin dan lubang anusnya. jemari lentiknya bergantian ia tusukkan ke dalam lubang kelamin maupun lubang pembuangannya. Rasanya memang  nikmat saat telunjuknya keluar masuk ke dalam lubang anus dan lubang senggamanya, tetapi hal itu sama sekali tidak sanggup menyembuhkan rasa gatal yang menyiksa. Bahkan semakin ia mainkan kedua lubangnya, rasa gatal yang dirasakan Rista semakin parah. Rista semakin tersiksa, tubuh telanjangnya menggeliat tidal beraturan. Seprei kasurnya sampai basah terkena lendir tempiknya sendiri yang terus mengucur deras tanda ingin disetubuhi.


Sampai tak terasa ia ketiduran karena kecapekan "menyiksa" kedua lubangnya. Ia terbangun ketika waktu sudah mendekati malam. Rista sedikit terkejut mendapati sebuah botol parfum yang bentuknya memanjang masih tertancap diantara liang senggamanya. Rista buru-buru mencabut botol parfum itu dan mengingat-ingat kapan dia masturbasi memakai botol itu. Namun Rista tak begitu memikirkannya lagi. Mungkin tadi siang dia keasyikan hingga meraih benda apapun yang bisa dijadikan alat penggaruk kelamin serta lubang analnya yang gatal. Rista kemudian bangun dari kasur tidurnya dan berjalan pelan mengecek keadaan rumah yang terlihat masih sepi. Rista berjalan perlahan menuju Kamar tidur Abi yang masih tertutup, sepertinya Abi masih belum pulang dari urusan tugasnya sebagai perangkat desa. Kemudian Rista mengurungkan niatnya untuk mengecek kamar tidur abinya dan lalu gadis cantik bertahi lalat di dekat hidungnya itu memutuskan untuk segera mandi membersihkan diri dan membasuh seluruh tubuhnya yang basah karena keringatnya sendiri. Setelah selesai mandi, Rista mulai sibuk mencari baju seragam SMAnya dulu


*Dimana yaa baju sekolah ana..* kata Rista dalam hati sambil matanya dengan teliti melihat satu demi satu tumpukan pakaian didalam lemarinya yang telah usang.


Diubek-ubeknya seluruh isi lemari pakaiannya. Setelah dikeluarkan satu persatu pakaian di dalam lemarinya, beberapa saat kemudian akhirnya seragam SMAnya ketemu juga. Di tumpukan bawah tersimpan rapi bersama dengan rok abu-abu dan kerudung putihnya yang sudah panjang syari. Seragam SMA Rista masih putih bersih, karena waktu kelulusan sekolah, ia memutuskan langsung pulang dan tidak ikut hura-hura mencoret-coret seragam dan pawai dengan motor bersama siswa yang lain.


Dikenakannya seragam SMAnya yang masih tampak putih bersih itu membungkus celana dalam dan branya yang berwarna ungu. Perlahan kancing demi kancing dikaitkan ke tubuh seksinya. Sedikit mengetat karena tubuh Rista saat ini sedikit lebih berisi dibandingkan ketika dia masih SMA. Area dadanya terlihat sempit dan bulat karena payudaranya ternyata telah berkembang secara signifikan. Lalu ia coba kenakan rok abu-abu panjangnya. Sama saja, area pinggul Rista sedikit mengetat dan membentuk lekuk tubuh yang sexy dibalut seragam SMA putih abu yang ikonik.


"Hmm duh sexy sekali ana pakai baju SMA yang kekecilan ini", kata Rista sendiri sambil meliuk-liukkan tubuhnya didepan cermin lemari usangnya.


Sambil menunggu waktu, Rista kemudian membaca sejenak beberapa pesan di ponsel pintarnya. Group pertama yang dibuka Rista adalah group belajar kelompok tempat Endrix and the gank berkumpul. Tidak seperti biasanya grup itu sepi. Rista tidak menyadari alasan grup itu sepi karena saat ini ketiga lelaki berandalan-berandalan itu sudah punya "mainan baru", siapa lagi kalau bukan Dewi kakak kandungnya yang bercadar itu. Rista pun menutup ponselnya dan duduk melamun sambil menantikan jarum jam menunjuk pukul  7 malam.


*cling cling* suara notifikasi WA masuk


Buru-buru Rista membuka kunci handphonenya kembali dan berharap pesan itu dari Danu. Rupanya, pesan yang masuk adalah pesan dari ikhwan yang akan melamar dirinya. Wajah Rista tampak kecewa melihat siapa yang mengirimkan pesan. Dibacanya pesan itu malas-malasan karena saat ini Rista hanya menunggu sosok Danu, pria yang pernah ada dihatinya dulu sebelum ia memutuskan total berhijrah.


"Asslmlkm Ukhti.. Lagi ngapain ukh?" tanya Adi


"Wlkmslm.. Ini lagi dirumah aja"


"Ukhti jangan telat makan ya.."


"Na'am (iya)"


"Ya udah salam untuk abi anti ya. Sampai ketemu besok ya Ukh. Mungkin besok ana dan keluarga sampai rumah anti Ba'da dhuhur", kata Adi


"Na'am.. Semoga lancar perjalanannya", jawab Rista singkat dan malas-malasan


Memang Adi ini adalah sosok ikhwan yang membosankan. Rista memilihnya hanya karena melihat sosoknya yang tulus mencintainya, dan Rista merasa jika kelak Adi tau siapa dirinya sebenarnya, Adi hanya akan pasrah saja tanpa bisa banyak protes. Rista saat itu lebih memilih ia dan calon suaminya harus pasrah. Mengingat Endrix adalah orang yang punya kekuatan baik kekuatan materi dan juga magis. Tetapi dengan melihat kehadiran sosok Danu, Rista jadi berpikir bagaimana jika Danu bisa menyelamatkannya dari jeratan Endrix yang terus mengancamnya dan memperbudaknya dengan cara tidak manusiawi.


*Teng teng teng* suara pintu pagar yang dipukul-pukul


*Nah Danu datang* kata Rista dalam hati sambil hatinya berdegup kencang


"Sebentar", teriak Rista dari dalam sambil memeriksa kembali cara berpakaiannya apakah telah layak.


Wajahnya sudah terlihat cantik putih berseri berbalut kerudung putih dengan riasan tipis minimalis sesuai syariat dan sebuah lip ice agar bibir tipisnya tampak basah. Dilihatnya sekali lagi tubuhnya yang terlihat sexy menggoda terbungkus seragam SMA. Rista memutuskan untuk menyingkap kerudungnya kebelakang seperti stylenya dulu ketika ia masih SMA sehingga area dada yang terdapat lambang OSIS di saku kemejanya tidak terhalang oleh kain kerudungnya. Tonjolan dadanya terlihat bulat ketat dan rok panjangnya pun tidak sanggup menutupi betapa indah lekuk pinggulnya.


"Hmm kurang sepatu hitam dan kaos kaki panjang biar semakin kelihatan kayak siswi SMA. Hihihi", kata Rista sendiri dan untungnya Rista kebetulan membawa sebuah sepatu sneaker berwarna hitam untuk jaga-jaga jika dibutuhkan.


Lalu setelah seluruh tubuhnya terlihat sempurna bak siswi SMA, Rista buru-buru mengambil kunci untuk gembok pagar di atas kulkas, dan dibukanya pintu ruang tamu yang sedari tadi ia tutup itu. Suasana di depan rumahnya amatlah gelap, lebih gelap daripada biasanya. Karena memang saat ini langit tampak mendung. Rista dekati pintu pagar rumah dan mendapati sosok yang ada disana rupanya bukan Danu.


"Mas Anwar?" kata Rista terkejut dan seketika akhwat itu salah tingkah, sungguh ia benar-benar lupa kalau Abinya mengundang Anwar malam ini untuk datang ke rumahnya


"Iya Ris.. Heheheh.. Wah mau sekolah kamu kok pakai baju sekolah", kata Anwar tersenyum menyebalkan


Rista tampak ragu untuk membukakan pintu pagar ke pria bejat ini. Sifatnya sama saja dengan Endrix, bedanya Anwar ada rasa suka kepada Rista sejak masih kecil sampai sekarang. Sedangkan Endrix tidak pernah menyatakan rasa walau berkali kali berandalan itu memuji kecantikan dan keindahan tubuhnya. Tetapi pemuda itu tampaknya hanya bermaksud menjadikan Rista seorang wanita budak sex yang menuruti segala perintahnya dan teman-temannya


*Kalau ana buka sama saja ana mempersilahkan masuk harimau ke rumah* kata Rista dalam hati


"dibukain ngga? Aku tadi sudah janjian sama bapakmu, katanya aku disuruh datang ke rumahmu malam ini buat nyelesaiin semuanya", katanya sambil matanya jelalatan memandangi tubuh Rista dari atas sampai bawah.


"Oh.. I.. I.. iya mas.. Ana bukakan..", kata Rista sambil membukakan pintu pagar pemuda bejat itu


Rista mempersilakan Anwar masuk ke dalam rumah. Kembali Anwar menatap Rista begitu bernafsu  apa lagi melihat sosok akhwat yang kesehariannya berpakaian gamis lebar kerudung panjang itu kali ini sedang memakai seragam SMA yang ketat. Sengaja Rista tak mengunci kembali pagar itu sembari berharap Danu segera datang sehingga Anwar tidak bisa berbuat macam-macam.


Tanpa Rista suruh,  Anwar langsung duduk di sofa ruang tamu gadis itu sambil menyeringai menyeramkan, lalu pandangan matanya menatap kearah foto Rista saat masih kecil. Kembali sebuah senyum mesum tampak dari mulutnya saat memandangi foto gadis yang kali ini hanya tertunduk kaku didekatnya. ml


"Waktu kecil kamu cantik dan imut gini.. Pas udah gede makin cantik, makin binal dan nakal. Suka colmek bayangin kontol Hehehe..", katanya mulai berkomentar sambil memandang rendah ke arah Rista


"Apa yang mau mas sampaikan?", tanya Rista mencoba memalingkan pembicaraannya yang menjurus ke arah cabul


"Ini WA bapakmu. Baca aja Ris..", katanya sambil menyerahkan handphonenya kepadaku


Kubaca sebuah pesan WA dari abi kepada Mas Anwar.


"Nak Anwar, Maaf bapak tidak bisa nemenin Nak Anwar waktu ke rumah, Nak Anwar nanti ditemenin Rista nggih. Bapak ada urusan sejenak. Paling baru bisa pulang besok sebelum lamarannya Rista. Monggo nak Anwar selesaikan urusannya dengan Rista biar ngga ada yang mengganjal di hatinya nak Anwar. Nak Anwar boleh bermalam di rumah kalau misalkan kemalaman, takutnya Rista juga butuh bantuan. Bapak kepikiran kalau Rista sendiri di rumah. Dia masih suka teledor", kata Abi kepada Anwar


"Siap pak. Matur suwun.. Saya akan jaga Rista malam ini sambil ngobrol banyak dengan Rista. Saya nanti tidur diruang tamu aja dan mastikan semua aman.", jawab Anwar


"Inggih nak, monggo. Teng kamar bapak monggo." (iya nak silakan, di kamar bapak juga silakan), jawab abi


"Siap pak. Kulo siap jagi putrine njenengan" (Siap pak, saya siap jaga putrinya bapak)


*Abiiiiiii kenapa mempercayakan anakmu ke lelaki mesum ini* kata Rista dalam hati


Rista kemudian terus melihat ke arah jam dinding, masih jam 18.30 dan jarum jam terasa bergerak begitu lambat. Kemungkinan 30 menit lagi Danu datang ke rumah menjemputnya. Rista melirik ke arah luar rumahnya, jalanan depan rumah terlihat gelap dan sepi. Memang kampung Rista jika sudah malam penduduknya sudah jarang seliweran keluar rumah


*Danu tolong...*, kata Rista dalam hati


"Btw kamu dirumah kok dandan cantik sekali? Mana pakai baju SMA lagi.. Memang kamu mau menyambut kedatanganku ya Ris?" Kata Anwar sambil pindah tempat duduknya lalu tangannya mulai menyentuh area paha Rista dengan nakal


"GE ER", jawab Rista sambil menyingkirkan tangan Anwar yang kurang ajar itu


"Terus kenapa Pake baju SMA?", kata Anwar sambil membelai pundak Rista dan mencium pundak gadis itu


"Ana ada acara reuni..", jawab Rista sedikit berbohong dan menjauhkan duduknya dari Anwar


"Reuni apaan malam-malam? Hehehe.. Palingan kamu dibooking sama seseorang dan dia minta kamu pake baju SMA. Ya kan? Heheheh", kata Anwar kembali mengusap paha Rista yang tercetak di balik rok abu-abunya.


"Gila antum anggap ana seperti itu!!", kata Rista tersinggung, walau apa yang dikatakan Anwar ada benarnya sedikit


"Udah kamu ga usah sok jual mahal.. Kamu juga sange kan Ris? Kita nikmatin malam ini sama-sama. Hehehe...", kata Anwar sambil kali ini tubuhnya semakin menghimpit tubuh Rista


"Mas jangaaaaannn... Pleasee.. Katanya mau ngobrol buat nyelesaikan semuanya??", kata Rista berusaha mengulur waktu sampai Danu tiba


"Ngobrol? aku tidak butuh itu. Aku sudah ikhlas. asalkan aku bisa mencicipi kenikmatan tubuhmu Rista..", kata Anwar sambil tubuhnya mulai memaksa menindih tubuh gadis itu


Rista berusaha memberontak dan melawan sekuat tenaga. Namun sayang, tenaga Rista sama sekali bukan lawan Anwar yang sehari-hari pekerja angkut muatan. Bibirnya mulai menyentuh bibir tipis gadis itu


"Mas.. Hmmphh.. Jangan...", kata Rista lagi sambil terus meronta


"Heheheh.. Ayo sayang.. Aku tau kamu juga pingin sekarang..", kata Anwar sambil tangannya mulai menyingkap rok abu-abu yang dipakai Rista


Akhirnya Anwar mulai mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Rista dengan posisi menindih tubuh gadis itu pada sandaran tangan sofa. Lidahnya dengan lahap melumat habis lidah Rista sambil dikecup-kecupnya bibir tipis Rista yang terasa manis karena lip ice yang dipakainya


"Manis bener bibirmu.. Ssshh.. Nikmat sekali bibirmu sayang", komentar Anwar


"Mas.. Aduhh.. Sudaaahh.. Sshh.. Uuuhh..", desah Rista sambil terus meronta


Rista tidak ingin Danu memergokinya sedang berbuat mesum dengan Anwar saingan Danu sejak kecil. Pasti Danu akan sakit hati dan kecewa melihat gadis pujaan hatinya sedang diciumi oleh seorang pria yang dari dulu sudah menjadi saingan terberatnya untuk mendapatkan hati Rista. Rista terus berusaha menghindari bibir Anwar yang terus berusaha menciumi dan menjilati wajah serta bibirnya. Namun sayangnya semakin kuat Rista menolak, semakin kuat kuncian Anwar. Pria itu semakin kuat mencengkeram dan sedikit mencekik leher Rista agar Rista tidak melawan.


Sesudah berhasil menundukkan perlawan Rista, Anwar mulai mengunci tubuh gadis itu agar tidak bisa menghindar lagi dan perlahan ia mulai mencumbu bibir Rista. Rista sudah sangat ketakutan dan akhirnya hanya bisa pasrah membiarkan pemuda yang sudah dikuasai nafsu birahi itu menciumi bibirnya yang basah  Dihisap-hisapnya bibir bawah Rista perlahan sampai Anwar puas lalu berganti pria itu melumat bibir atas Rista penuh nafsu. Rista semakin pasrah dan semakin mengendorkan pertahanannya yang sia-sia lalu membiarkan pria itu melumat bibir atas dan bawahnya secara bergantian


"Ssshhh.. Masss..", desah Rista saat tangan Anwar sudah meraba area lubang kelaminnya yang masih terbungkus celana dalam yang mulai lembab


Sambil terus melumat bibir gadis cantik itu, Tangan Anwar lalu mulai mengocok area tempik Rista yang masih terbungkus celana dalam berwarna ungu. Jemarinya dengan kasar mengocok area bibir tempik Rista dengan cepat, membuat gadis itu melenguh perlahan menahan nafsu, apalagi kondisi tempik Rista yang memang sudah gatal sejak tadi siang mmebuyarkan imannya. Rista sadar kekuatannya tak akan bisa mengalahkan pemuda pekerja kasar ini. Jemari Anwar yang tebal dengan nakal terus menggosok area tempik Rista tanpa henti, membuat tubuh gadis itu terus menggelinjang menahan nafsu birahi yang semakin naik. Tanpa sadar, Desahan dan lenguhan terdengar lirih keluar dari mulut gadis cantik itu. Kedua kaki Rista pun semakin dibuka lebar memberikan akses kepada tangan Anwar agar bisa leluasa mengocok kelaminnya yang gatal.


"Tadi gak mau sekarang malah ngangkang. Hahahah.. Dasar Ukhti Sangean..", kata Anwar sambil berhenti mengocok tempik Rista tiba-tiba


Anwar tersenyum mesum kearah Rista tanpa melakukan apa-apa seolah sedang menunggu reaksi Rista yang tampaknya mulai berhasil ia kuasai itu. Rista memandangi wajah Anwar dengan sayu seperti menunggu pria itu mencabulinya kembali. Entah sengaja atau tidak, Rista malah membiarkan posisi kedua kakinya dalam keadaan mengangkang. Nafas gadis itu tersengal-sengal. Dari sela kerudungnya mengucur keringat yang perlahan membasahi wajahnya. Lubang kelamin Rista sudah amat gatal dan basah saat itu. Rista ingin sekali tangan Anwar bergerak mencabuli area lubang senggamanya sekali lagi. Anwar terus memandangi wajah horny Rista berharap gadis itu memintanya untuk melanjutkan perbuatannya. Tanpa diduga, Anwar terkejut melihat tangan Rista tiba-tiba menarik tangan Anwar ke pangkal selangkangannya sendiri yang masih terbungkus celana dalam. Terlihat bagian tengah celana dalam itu sudah basah dan lembab  tanda Rista sudah mulai terangsang.


"Mas... Jangan berhenti.. Terusiinnn..", pinta Rista manja.


"HAHAHAAHA..", tawanya menggelegar menyadari Rista yang sudah terlena oleh rangsangannya


"Kamu mau aku lanjutin?", tanya Anwar dan Rista segera menjawab dengan mengangguk cepat


"Hehehe.. Sini cari keberadaan kontolku dan sepong kontolku Rista", perintah Anwar


Rista lalu turun dari sofa dan mulai berlutut dihadapan Anwar. Dibukanya resleting celana jeans biru lusuh yang dipakai oleh Anwar dengan segera. Tanpa permisi Rista menarik keluar batang kontol Anwar yang sudah tegak dan menegang keras itu. Rista terkejut melihat bentuk kelamin mantan kakak kelas sekaligus tetangganya itu, ukuran kontol Anwar ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan punya Endrix. Warnanya pun lebih hitam dan berbulu lebat sehingga terkesan lebih angker dan menakutkan. Otot-otot kelamin Anwar yang keriting menimbulkan tekstur kasar pada batang kontolnya membuat Rista menelan ludah berkali-kali. kontol itu semakin berdiri tegang saat tangan Rista perlahan mengocoknya.


"Woii.. ijin dulu Rista... Main kocok aja", goda Anwar sambil menepis tangan Rista mengocok batang kontolnya


Rista terlihat kebingungan bagaimana caranya ia harus minta ijin untuk mulai memainkan batang kelamin kakak kelasnya itu. Kembali Rista mencoba perlahan mengocok alat kelamin Anwar namun Anwar kembali menepis tangan Rista


"Mas ijinkan Rista mainin punyamu..", kata Rista manja sambil mulai mengocok penis hitam itu lagu


Namun tangan Rista kembali ditepis mentah-mentah oleh Anwar. Wajahnya tersenyum mesum kearah wajah kebingungan gadis itu.


"Aku rekam dulu buat kenang2an, mantan murid tercantik dan terpintar di sekolah saat ini sedang berlutut memohon memainkan kontolku. Hehehe....", katanya sambil mengambil handphone dari saku celananya dan mengarahkan kameranya ke wajah cantik Rista


Rista buru-buru menutup wajahnya agar tak terekam dengan kedua tangannya. Gadis itu tentunya sangat malu, jika Anwar nanti menyebarkan video mesumnya ke seluruh teman sekolahnya dulu


"Ayo Rista gausah malu2, atau kamu mau rekamanmu masturbasimu dilihat bapak kandungmu sendiri. Heheheh", ancamnya


"Jaangan mas... Jangan dilaporin abi ana...", pinta Rista, walau sebenarnya Abinya saja sudah pernah berzina dengannya. Tetapi tentu saja itu hanya menjadi rahasia antara bapak dan anak saja.


"Yaudah, jadilah budak seksku Rista.. Ayo bilang Ijinkan ana sepong kontolmu ya mas! Ayo bilang!!!", perintahnya


"Errr.. Jangan mas....", kata Rista masih berusaha menolak menjadi budak sex Anwar


"Ayo bilang.. Tak sabar aku pamerin video kamu minta ijin sepong kontolku ke Danu. Hehehe.."


*glek* Rista mati rasa saat itu juga mendengar perkataan Anwar


"Mas jangan libatkan Danu.. Ana mohon mas..", kata Rista tidak mau pria bernama Danu itu mengetahui siapa dirinya sebenarnya


"Hahaha.. emang kenapa kalau Danu tau? Kamu takut dia tahu betapa binalnya kamu ya? Hahaha.. Munafik kamu Ris..", kata Danu


"Tolong mas.. cukup Mas Anwar saja yang tau...", pinta Rista


"Hehehe.. Berdiri kamu!", perintah Anwar


Saking ketakutannya, Rista langsung berdiri menuruti perintah Anwar. Lalu Anwar merogoh ke dalam saku celananya dan mengambil sebuah spidol yang biasa ia pakai untuk mencatat saat ia kerja. Lalu Anwar mulai menulis di pakaian seragam sekolah Rista


"Kelulusan ga afdhol kalau seragamnya masih bersih gini", kata Anwar sambil terus menulis dan menggambar di pakaian seragam Rista.


Anwar terus menulis dan mencoret-coret pakaian Rista. Rista sekali lagi hanya bisa pasrah saat pakaian seragam sekolahnya dicoret-coret kakak kelasnya


"Nah begini lebih bagus..", kata Anwar sambil puas memandangi tubuh Rista


Rista syok melihat tulisan "Budak Sex dan 6 batang kontol yang tergambar di baju seragamnya. Tubuhnya semakin terlihat binal dengan balutan seragam ketat itu ditambah dengan tulisan yang membuatnya terlihat seperti siswi SMA murahan


"Hahahah.. Budak sex yang butuh banyak kontol.. Cocok sekali kamu pakai baju ini Rista.", kata Anwar sambil tertawa puas melihat hasil karyanya


"Ayo sekarang kamu memohon ke aku, minta jatah sepong kontol!!! Memekmu pasti becek sekarang", Kata Anwar


"Ijinkan Rista sepong kontolmu ya mas..", Rista tak punya pilihan lain selain mengikuti perintahnya


"Aduhhh.. Kurang binal sayang.. Kayak gak ikhlas gitu. Ulangiii!!!!", kata Anwar mempermainkan harga diri gadis itu


Dengan kesal Rista mencoba berpikir dan mengatur kalimatnya, agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan Anwar. Lalu Rista membayangkan menjadi budak sex tulen yang benar-benar butuh kontol saja, bukan yang lain.


"Mas.... Afwan.. Ijinkan Ana sepong kontolmuuuu.. Tolong... Ana suka liat kontolmu mas. Gede bangetttt.. Rista pingin jilatin kontolmu Mas Anwar...", Rista pun mulai berimprovisasi


"Haha.. Bagus.. Kamu suka kontol besar ya? gedean mana sama kontol calon suamimu?", godanya kembali


"Iya ana suka kontol besar mas.. Gedean kontolmuu Mas... Dia gendut pasti kontolnya kecil", jawab Rista meledek calon suaminya sendiri


"Hehehe.. Jadi kamu lebih suka kontolku daripada kontol suamimu kelak? Heheheh..", kata Anwar terkekeh


"Iyaaahh.. Ana lebih suka kontol Mas Anwar daripada kontol calon suami ana..", jawabku


"Hehehe.. Beruntung sekali calonmu. Walau kontolnya kecil tapi bisa dapetin bidadari surga sepertimu. Hehehe.. Dijamin memekmu kelak ga akan puas sama kontol suamimu.  Ya udah aku ijinkan. Jilat kontolku sepuasmu Ris", kata Anwar sambil memelorot celananya hingga terlepas dari kakinya


Kali ini batang kontol Anwar terbuka seutuhnya dan terlihat jelas dihadapan Rista. Bentuk kontolnya yang berwarna cokelat tua penuh urat yang mengitari batang kelaminya itu sudah berdiri keras, panjang dan tegak. Kepalanya mirip jamur berwarna merah pucat. Disekitar batang kontolnya ditumbuhi bulu jembut yang dibiarkan tumbuh berantakan. Peler Anwar juga terlihat hitam penuh jembut. Sekali lagi Rista menelan ludah apakah mampu ia mengulum kontol itu.


Perlahan Rista berlutut dihadapan Anwar. Rista mulai mengocok sebentar batang kelamin itu sebelum dimasukkan ke dalam mulutnya. Jemari Rista begitu terasa pas menggenggam batang kontol besar itu. Semakin lama kocokan Rista semakin cepat. Anwar mulai memejamkan matanya sambil melenguh menikmati kocokan tangan lembut Rista yang putih mulus itu. Setelah dirasakannya kontol Anwar sudah tegak maksimal. barulah perlahan Rista memasukkan alat kelamin tetangga depan rumahnya itu kedalam mulutnya


"Oohhhh... Shittt enak Rista... Ouuuhh", lenguh Anwar sambil melebarkan kakinya agar Rista lebih leluasa menjilati batang kontolnya


Dengan gerakan perlahan, Rista mendorong semakin masuk batang kontol tegang itu mengarah ke tenggorokannya. Kontol Anwar begitu panjang. Ditambah lagi aroma kontol Anwar begitu menjijikkan sehingga Rista sampai harus menahan nafas saat mengulum alat kelamin kakak kelasnya itu. Rasa serta aromanya begitu menyiksa. Mulut Rista terlihat penuh oleh penis Anwar. Lalu kepala Rista perlahan mulai maju mundur mengulum batang kontol Anwar. Anwar mengejang hebat saat gadis cantik yang ingin dipacarinya sejak dulu itu sedang berlutut menikmati batang kontolnya yang besar. Rista sedikit melirik keatas, rupanya Anwar masih terus memandangi gadis yang disukainya itu sedang mengulum organ intimnya sambil menyeringai menyebalkan.


"Hahaha.. Tak kusangka gadis incaranku dari dulu saat ini bisa bertekuk lutut dihadapanku sedang asyik menikmati kontol. Heheheh.. Jilatin pelerku juga Ris.. Aahhh..", desah Anwar


Rista kemudian tanpa rasa jijik mulai mengangkat batang kontol Anwar dan beberapa detik memandangi buah peler pemuda itu, lalu Rista langsung menjulurkan lidahnya menjilati bola2 buah zakar Anwar yang berwarna hitam keriput dengan jembut yang lebat itu


*Slurup slurup slurup*, suara jilatan ke peler Anwar


"Ssshhh.. Pinter kamu Rista... Aahhh..", katanya sambil mendesah keenakan


Rista terus menjilati peler Anwar semakin dalam. Kali ini hidung bangir gadis itu sudah tertempel diantara paha Anwar. Sedangkan lidahnya dengan jilatan-jilatan  cepat terus melumuri buah peler hitam Anwar dengan air liurnya


Lalu jilatan Rista kembali naik menuju batang kontol Anwar yang keriting penuh urat dan jembut. Rista menjulurkan lidahnya seluruhnya dan langsung menyapu tiap bagian batang kontol Anwar yang semakin terlumasi oleh air liur akhwat cantik itu. Rista kemudian mulai menjilati garis lubang kencing Anwar yang ada pada kepala kontolnya yang berwarna merah pucat dengan jilatan2 kecil yang cepat dan intens ke kelamin kakak kelasnya itu


"Pinter kamu Rista.. Aaahh.. enak jancukk..", katanya sambil mendorong kepala Rista semakin dalam agar gadis itu semakin melahap seluruh kontolnya


Sambil kepala Rista terus didorong masuk oleh Anwar hingga seluruh batangnya berhasil masuk ke tenggorokan gadis itu. Anwar menahan kepala Rista beberapa detik agar akhwat itu mendeep throat batang kontolnya. Mata Rista tanpa terasa sampai mengeluarkan air mata karena saat ini rongga mulutnya sedang tersiksa diganjal batang kontol Anwar


"Hhhookkkhhh..Sssshhhh..", Air liur Rista langsung menetes deras berjatuhan saat Anwar tiba-tiba mencabut batang kelaminnya ke mulut adik kelasnya itu


Rista tidak diberi waktu terlalu lama untuk beristirahat, karena Anwar kembali menahan kepala Rista yang masih terbungkus kerudung putih itu agar menelean seluruh batang kontolnya dari ujung kepala hingga pelernya. Rista kembali kelabakan. anwar menahan batang kontolnya selama beberapa detik di rongga mulut Rista yang hangat


"Hoookkkkkhhh.. Oookkhhhh.. Shhh", Kembali Rista memuntahkan air liurnya sesaat setelah Anwar mencabut batang kontolnya secara tiba-tiba


Nafas Rista tersengal-sengal. Beberapa bagian seragamnya basah terkena air liurnya yang jatuh menetes keluar dari sela bibirnya yang tipis


"Aslmkm.. Ristaaaaa..", Tiba-tiba sebuah panggilan seseorang dari luar rumah mengejutkan mereka berdua


Rista secara reflek langsung melihat ke arah jam dinding dan matanya langsung terkejut saat menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 19.15


***Bersambung***

0 comments:

Post a Comment