Marlene
Perkenalkan namaku Marlene, sekarang berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum berencana untuk memiliki anak dulu karena masih berkonsentrasi dengan karier dan pendidikan S2-ku. Aku bekerja sebagai head marketing di salah satu bank swasta ternama di Jakarta, di samping itu sorenya aku menyempatkan diri mengikuti kuliah, tidak setiap hari sih, paling dalam seminggu 2 atau 3 hari dan waktunya sudah kusesuaikan dengan jam kerjaku. Teman-temanku bilang aku beruntung karena dikarunia wajah yang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang indah, mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda, selain itu ditambah pula mendapatkan suami yang terbilang cukup tampan dan mapan. Aku dan suamiku, Beny, baru menikah sekitar dua tahun. Bagiku ia bukan sekedar pendamping hidup, tapi juga partner seks yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi gairahnya yang begitu tinggi. Sebelum menikah memang aku adalah gadis yang lugu, seks adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan nikmatnya seks setelah menikah, aku begitu ketagihan, selalu menginginkannya lagi dan lagi. Beny adalah seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, ia mampu merubah diriku dari seorang gadis lugu menjadi aku yang liar dan haus seks seperti sekarang ini. Ia mengenalkanku pada alat bantu seks , kami mempunyai beberapa alat bantu seperti butterfly, kondom sambung dan vibrator. Alat itu kadang kami pakai dalam ritual seks kami, dari semua alat bantu tersebut semuanya memberikan kenikmatan yang berbeda-beda. Terkadang kalau lagi birahi tinggi dan suamiku tidak ada, aku juga suka masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku bermasturbasi bahkan sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi kepadaku, dan dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi di depannya, malah katanya aku sangat seksi dan merangsang. Kalau sudah begitu masturbasiku pasti berlanjut dengan persetubuhan yang liar dan panas. Selain dengan alat bantu, kami juga suka bersetubuh di tempat-tempat yang tidak lazim dan bisa dibilang berisiko ketahuan orang lain karena bosan kalu di tempat tidur terus dan perlu ada tantangan, kata suamiku. Kami pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana risiko ketahuan sama orang lainnya sangat tinggi walau kami lakukan pada pagi hari. Terus terang rasanya seru sekali, nikmat sambil deg-degan. Selain itu kami pernah bersetubuh di atas balkon sebuah hotel di Amerika ketika bulan madu kami dulu, tidak terbayang kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana jadinya tuh, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh di kolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan oleh pelayan hotel. Sejak menikah pula aku mulai berani tampil seksi yang tidak berani kulakoni sewaktu masih gadis dulu. Entah mengapa ada kebanggan sendiri kalau orang-orang menatapku dalam balutan busana seksi dengan tatapan mupeng. Beny sendiri tidak keberatan dan juga bangga istrinya ditatapi seperti itu.
Nah dalam kesempatan ini aku mau bercerita tentang hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat pada usiaku yang ke-28. Pada waktu itu kami sepakat merayakan di sebuah cottage di salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang tidak berpenghuni, sehingga hanya kami berdua. Kami menyewa salah satu cottage yang ada posisinya strategis sehingga dapat menikmati pemandangan laut yang menambah kesan romatis. Kami tiba di sana pagi hari tepat pada hari ulang tahunku, pengurus cottage meninggalkan kami setelah berpamitan. Memang dari awal aku sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan diberikan oleh Beny, tetapi aku tidak menduga betapa luar-biasanya kejutan tersebut. Ia memang termasuk royal dalam memanjakanku. Saat makan siang di depan pondok kami di pinggir pantai, ia memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.
"Happy Birthday ya Say!” ucapnya mesra sambil mengecup pipiku
Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas di ranjang ia ternyata sangat romantis.
"Sini gua pakaikan" kata Beny seraya memakaikan kalung tersebut.
"Thanks ya say!" kataku.
"Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya loh" katanya.
"Apaan tuh? jangan main rahasia?rahasiaan dong" kataku lagi.
"Sekarang kita selesaikan makanya dulu, nanti hadiah utamanya diberikannya bukan di sini" katanya genit.
Bukan di sini? Wah aku semakin penasaran saja jadinya, apa ya yang akan dia berikan sebenarnya? Pasti bukan sekedar sex toy baru lagi atau lingerie yang seksi untuk membawa pada permainan seks yang romantis dan menggairahkan. Mungkin juga hadiah itu ada di travel bag yang sejak tadi ia bawa.
"Mari kita bersulang!", kata suamiku sambil mengangkat gelas berisi red wine, "demi kebahagiaan kamu, sayang" katanya lagi.
“Demi kebahagiaan kita!” kataku mengangkat gelas dan menyentuhkannya dengan gelasnya
Kami pun meneguk habis isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang bebagai hal, dari obrolan ringan, hubungan kami dan mereview kembali perjalanan asmara kami sejak pacaran hingga kini. Di tengah obrolan tiba-tiba aku kok merasa begitu horny, aku terangsang sekali, mungkin pengaruh wine juga, begitu pikirku.
Tak lama setelah menyelesaikan makan, kami berjalan-jalan sebentar melihat-lihat pemandangan di sekitar tempat kami. Indah sekali memang, deburan ombak dan lambaian nyiur sungguh membebaskan kami dari suasana hiruk pikuk ibukota tempat kami tinggal. Tak lama kemudian, kami tiba di daerah berkarang-karang yang indah.
"Ok, now...ready for the main course?" katanya sambil nyengir nakal
"Apaan sih? Bikin penasaran orang aja" kataku tersenyum.
"Pokoknya hadiah kali ini beda deh dari sebelum-sebelumnya, hehehe" katanya lagi, “omong-omong say, lu pasti lebih cantik kalau cuma pakai kalung itu aja!”
Aku pun tersenyum mengetahui maksudnya, maka satu persatu aku melepaskan pakaianku mulai dari kaos, hotpants, hingga bra dan celana dalamku sampai akhirnya aku tidak memakai apapun lagi selain kalung pemberiannya itu dan cincin kawin yang masih melingkar di jari manisku.
“Lu yakin di sini ga ada orang lain lagi kan say?” tanyaku meyakinkan.
“Seperti yang lu liat dari tadi, cuma kita dan binatang-binatang di sini!” jawabnya sambil pandangannya menyapu tubuh telanjangku.
"Say, I love you!" katanya menatap dalam-dalam mataku lalu mencium bibirku dengan lembut.
Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan. Kamipun mulai berciuman, tetapi masa cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan, aku yakin kejutan sebenarnya baru akan ia buka, aku menikmati saja permainan yang dipimpinnya ini. Sambil berciuman dengan penuh nafsu, tanganku melucuti pakaiannya, kemeja pantainya kulempar kemudian tanganku menyusup ke balik celana pendeknya dan meraih penisnya yang sudah menegang. Kulepaskan pagutanku, lalu bibir serta lidahku mulai menelusuri lehernya, kemudian terus ke bawah. Sasaran lidahku berikutnya adalah dadanya yang bidang. Kukecup putingnya bergantian kiri dan kanan dan mulai kumainkan lidahku pada putingnya. Kukecup, kujilat, kugelitik, kugigit, inilah mandi kucing yang menjadi salah satu jurusku untuk memanjakannya. Kudengar ia melenguh dan mendesah lirih. Tak lama kemudian, aku berjongkok di atas pasir pantai. Kuturunkan celana pendek beserta celana dalamnya. Serta merta kulihat penisnya yang tegak bagaikan pentungan. Kuremas dan kukocok benda itu perlahan sambil kujilati kepalanya yang kian membesar dan memerah. Selanjutnya aku juga memanjakan batang penisnya yang berurat. Kujilat setiap titik batang penisnya. Akhirnya bibirku mendarat pada buah pelirnya. Kujilat dan kukulum sambil terus mengocok penisnya yang kian mengeras. Mulutku terasa penuh saat kumasukkan benda itu ke mulutku. Dia terus melenguh sambil kedua tangannya meremas rambutku dan mendorong, menarik kepalaku maju mundur. Aku kian ganas mempermainkan penisnya, kulakukan gerakan maju mundur mengulum penisnya hingga akhirnya kurasakan penisnya berdenyut-denyut. Kupercepat permainan tangan dan mulutku. Namun ia menghentikanku,
“Sabar say, jangan terlalu nafsu, baru pemanasan masa langsung crot?”
Kini ia mengeluarkan handuk dari travel bag dan menggelarnya di pasir agar kami bisa berbaring. Ia merebahkan tubuhku di atas handuk lalu menindihku, kupandangi matanya lembut dan kukecup bibirnya dengan lembut. Kurasakan tangannya meremas buah dadaku yang telah mengeras kedua putingnya. Tangan satunya turun terus mengusap pahaku hingga menyentuh rambut lebat vaginaku. Diusapnya belahan bibir hangat dan akhirnya klitorisku yang mungil dengan lembut tapi dengan penuh nafsu.
"Ooohh terus say.. teruuss.. aah!!" desahku lembut sambil memeluk dan mengelus rambutnya.
"Sekarang ya say, gua nggak tahan lagi!" katanya kehilangan kontrol.
"Iyaa Sayaang, gua juga mau sekaraanngg.. ayoo.." kataku sambil membuka kedua pahaku.
Ia pun mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku dengan penuh perasaan, kepala penisnya terasa menggesek bibir vaginaku, lalu melesak masuk, didorong lagi...dan lagi...
"Ooohh Sayang.. ayoo masukkan kontolmu cepaatt.. aku nggak tahan lagii.." erangku sambil mencoba menekan pantatku seraya membuka paha lebih lebar dan akhirnya amblaslah penisnya ke dalam lubang vaginaku
Dia mendesah nikmat di balik kecupan buas bibirku yang sudah hilang kontrol. Luar biasa, kami bercinta dengan penuh gairah di atas pasir pantai, desahan kami berpadu dengan suara deburan ombak dan tiupan angin. Goyangan pinggul dan pantatku yang membuat penisnya terasa diurut oleh otot-otot kewanitaanku. Ia menjilati, menghisap, dan menggigiti payudaraku dengan nafsu birahi tinggi dan gemas sambil tetap menggenjot vaginaku dengan irama yang berubah-ubah diselingi oleh desahan-desahan nikmatku.
"Ooohh.. aahh.. mmff.. say.. ohh.. oohh.. teruuss say, enak banget!"
Nafasku turun naik seolah-olah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku menggeser pantatku dari tempatku berpijak. Sedikit gesekan pada vagina saja memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa. Sungguh aku sudah lupa diri dibuai permainannya, setiap remasan dan kenyotan pada payudaraku membuatku menggelinjang dalam kenikmatan.
Hari itu setiap sentuhan maupun hujaman pada vaginaku rasanya lebih nikmat satu juta kali dibanding biasanya. Ketika aku sudah di ambang klimak tiba-tiba dia malah menghentikan genjotannya dan membuka kedua pahaku dan menjilati seluruh kemaluanku.
"Aaaccrhh..", aku yang sempat merasa nanggung pun kembali menggelinjang nikmat.
Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya mengerti, sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku dan memilin putingku. Orgasme pun akhirnya menerpaku, aku tidak tahan lagi dan mendesah sejadi-jadinya dengan tubuh menggelinjang dahsyat. Cairan kewanitaanku mengucur dengan deras dan langsung diseruput oleh suamiku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali ia hari ini, lebih hebat dari biasanya. Dari vagina sekarang dia kini naik menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku hanya bisa terpejam menikmati sisa-sisa orgasme tadi. Antara sadar atau tidak sadar aku merasa saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka mata bukannya suamiku yang menindihku tetapi Pak Asmar, si tukang perahu yang mengantar kami ke pulau ini. Ia sudah telanjang dada, tinggal memakai celana sedengkul lusuhnya, sambil dengan nikmatnya menyusu dari payudaraku. Tentu saja aku terkejut, aku mau marah tetapi tidak bisa karena kenikmatan demi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan segalanya. Aku menoleh ke samping dan kulihat Beny berjongkok dan tersenyum sambil mengarahkan handycam ke arahku.
"Say, kamu...apaan ini? Kamu....", aku tak sanggup meneruskan kata-kataku karena menahan nikmat.
"Hai say...ini loh surprisenya, nikmati aja dulu yah", kata Beny
Aku tidak bisa tidak melenguh menahan rangsangan Pak Asmar. Tangan tukang perahu itu mulai memainkan puting kiriku, lalu menjilat payudara kananku. Aku pun mulai menggelinjang waktu tangan Pak Asmar meraba semakin ke bawah ke vaginaku dan akhirnya menemukan klitorsku. Aku jadi terangsang membayangkan diriku digauli orang lain di depan suamiku sendiri. Ia menghadapkan handycamnya pada kami seperti kameramen film bokep saja.
“Maaf ya Bu udah ngagetin, Ibu bener-bener cantik dan montok, Bapak jadi gak tahan nih!” kata Pak Asmar.
Tukang perahu itu lalu melanjutkan menggarapku. Dia menyedot – nyedot payudaraku dengan penuh semangat sambil jari-jarinya mengobok-obok vaginaku.
Aku melihat Beny sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu sedemikian rupa. Aku pun memutuskan untuk menikmati saja permainan gila yang disebutnya surprise ini karena sudah tanggung untuk berhenti dan sudah terlanjur keenakan.
“Diisep yah Bu, kaya ke suami Ibu barusan!” Pak Asmar berlutut di sampingku dan mengacungkan penisnya ke wajahku.
Aku mengiyakan saja dan dengan segera kusambar dan kumasukan ke dalam mulutku, kuhisap dan kunikmati sedemikian rupa. Pria itu pun menggelinjang dan mendesah menahan nikmat.
"Teruus Bu Marlene, teruuss....enaknya!!", katanya meracau.
Penis Pak Asmar ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya dan kepalanya bersunat. Tidak terlalu lama aku mengoral batang pria itu, Beny memintaku telentang di atas handuk. Aku lepaskan batang Pak Asmar dan Beny kembali melumat vaginaku setelah sebelumnya handycam ia letakkan pada tripod membiarkannya merekam adegan kami. Tubuhku bergetar hebat merasakan belaian tangan mereka pada sekujur tubuhku. Sementara Pak Asmar masih asyik menjilati payudaraku yang menegang hebat, Beny kini menciumi bibirku dengan lembut, sengaja aku tidak mau melepas bibirnya agar tidak terlalu malu dengan si tukang perahu ini dan feelingku lebih tersalurkan padanya.
Pak Asmar
“gimana? Udah siap dimasukin lagi say? kapan lagi ngerasain yang gini…saya udah bilang ke Pak Asmar kok supaya gak kasar" bisik Beny..
"Malu sih say…ssshhh… bener nggak papa? aaahhh…gila enaaak banget…" desahku menahan nikmat
"nggak papa say, nanti kalo sakit ya nggak usah dipaksa…pokoknya kamu nikmati aja…ok" katanya menenangkan, lalu ia memberi kode pada Pak Asmar untuk bersiap siap
Terus terang, aku sebenarnya gemetaran ketika pria itu mulai menyiapkan penisnya. Rasanya tidak sreg melakukan seperti itu di depan suamiku sendiri, tapi disisi lain aku ingin merasakan sensasi aneh itu dimana diriku bercinta dengan laki laki lain dengan disaksikan olehnya. Rasa penasaran dan nafsu yang menggelegak bercampur aduk dengan cemburu dan perasaan bersalah. Pak Asmar memegang penisnya yang telah tegang itu, serta mulai di usap-usapkan dengan lembut di belahan bibir kemaluanku yang sudah sedikit terbuka. Ujung kemaluannya yang bersunat menyerupai cendawan merah itu menggosok gosok bibir vaginaku. Ahh...sensasinya sungguh luar biasa.! Sengaja si tukang perahu itu menggosoknya cukup lama agar aku terangsang habis-habisan. Mataku melihat ke arah penis pria itu yang sedang menempel pada bibir vaginaku siap mengobok-oboknya. Karena masih sedikit grogi, kedua tanganku mencoba menahan badan Pak Asmar dan badanku agak melengkung, khawatir kalau kesakitan, aku menarik pantatku ke atas untuk mengurangi tekanan penis Pak Asmar pada bibir vaginaku, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantatku dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluanku sambil mencium telingaku
"Ibu rileks aja…, Bapak gosok gosok dulu yaa…biar enak….ok? uuuhh....asyik nih Bu, becek banget....kalo Bapak masukin sekarang…, boleh ga?" Pak Asmar bertanya sambil cengengesan
Aku bingung dan hanya menggeleng-gelengkan kepala ke kiri kanan, tidak tahu apa yang harus kujawab, mau sih tapi masih deg-degan, mataku memandang sayu ke arah vaginaku yang sedang didesak oleh penis tukang perahu itu dan mulutku terkatup rapat seakan-akan menahan debaran jantungku.
"Gapapa say?” bisikku meminta ijin suamiku
Beny mengangguk dan mencium mesra bibirku "Enjoy aja say, ga usah malu, I always love you kok” lalu ia mengangguk ke arah Pak Asmar.
Pria itu pun tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang telah basah itu, biarpun kedua tanganku tetap mencoba menahan tekanan badannya.
“Jangan tegang gitu dong say..santai aja….biarkan masuk…and enjoy" bisik Beny dekat telingaku seperti menemani orang melahirkan saja.
Mungkin, entah karena tusukan penis Pak Asmar yang mendesak desak atau karena ukuran penisnya yang lumayan besar, aku tidak tahan untuk tidak merintih ,
"aahh.. , ssshh ya pelan-pelan Pak… jangan kasar yaahh…. aahh.", rintihku lirih dengan wajah meringis menahan nyeri.
Pak Asmar mengakangkan kedua kakiku yang gemetar lebih lebar lagi. Kepala penisnya yang bersunat itu telah terbenam sebagian di dalam vaginaku, kedua bibir kemaluanku menjepit dengan erat kepala penis pria itu, sehingga belahan kemaluanku terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penisnya. Setiap pergerakan mili demi mili dari penis pria itu memberikan sensasi yang tidak tertahankan. Pak Asmar terus memompa penisnya didalam vaginaku, sementara itu suamiku mendekati vaginaku dan menggesek-gesekkan jarinya pada klitorisku agar aku lebih terangsang. Tubuhku menggeliat dan mulutku terus mendesah.
"Bagaimana say…lebih enak kan sekarang?” tanyanya sambil tangan satunya meraih payudara kiriku dan meremasnya lembut.
"Sshhhhh...iya sih, mulai agak enak say….eeemmhh…beneran nggak papa niiih say…aahhh….nanti kalo gua ketagihan gimana...aahhh" wajahku memerah dan mulutku makin menceracau tak karuan, aku memang sudah mulai menikmatinya, batang itu terasa sesak di vaginaku padahal baru keluar masuk sebagian saja.
Pak Asmar menghentikan tekanan dan kocokan penisnya, sambil mulutnya mengguman, "Sakit Bu?…Bapak kurang lembut. .., maaf yaa…nafsu banget sih, ini Bapak lembutin deh!"
"aagghh…, nggaak kok Pak…udah mulai enak…tapi…jangan terlalu dipaksakan. .., yaahh.masukkan pelan pelan lagi yaaa… agak dalam yaa...aahh” jawabku terpatah-patah sambil terus menggeliat-geliat dan merangkulkan kedua tangan ke punggungnya, sopan juga orang ini ternyata pikirku.
"Oke deh Bu, Bapak mau masukin lagi…ntar kalau sakit bilang aja", sahut Pak Asmar dan tanpa menunggu jawabanku, segera saja ia merojokkan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang terhenti tadi, tetapi kali ini kocokannya dilakukannya dengan lebih cepat.
Secara lembut tapi pasti, penisnya menguak dan menerobos masuk ke dalam vaginaku. Aku semakin rileks dan enjoy ketika penis itu telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vaginaku, aku kini pasrah diperlakukan apapun olehnya dan kedua tanganku tidak lagi menahan badannya. Suasana pantai dengan deburan ombak dan suara hembusan angin semilir membantu membuatku terhanyut dalam permainan, ditambah pula Beny yang mengulum lembut payudaraku. Pak Asmar menekan lebih dalam lagi sehingga aku meringis meringis menahan sakit bercampur nikmat, kedua pahaku menggeletar. Sodokan-sodokan penis pria itu terasa semakin bertenaga saja sampai tubuhku ikut terguncang-guncang hebat. Beny mundur membiarkan Pak Asmar lebih leluasa menikmati tubuhku, ia nampaknya begitu menikmati menonton istrinya sendiri digumuli oleh pria tua ini. Ada kira-kira sepuluh menitan si tukang perahu menggarapku dalam posisi itu, aku merasakan vaginaku berdenyut semakin cepat yang pertanda sudah di ambang orgasme.
"Aduuh Pakk……..aahh….." aku pun melolong panjang sambil kedua tangannya mencengkeram pasir pantai dengan kuat dan tubuhku melengkung ke atas serta kedua kakiku melingkari pinggang pria itu menahan tekanan penisnya di dalam vaginaku. Pak Asmar mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vaginaku sejenak sambil bertanya lagi,
"Sakit…, yaa Bu? Tahan dikit yaa, Bapak goyang pelan pelan kok ..sebentar lagi bakal kerasa nikmatnya …dijamin deh …!", katanya di telingaku.
Dengan mata terpejam aku hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang,
"aagghh.. terush aja Pak, saya udah enak kok, ayoh!!", pintaku.
Kemudian Pak Asmar melumat bibirku dengan ganas, kami pun beradu lidah. Pinggulnya kembali bergerak dengan cepat naik turun menggenjoti vaginaku, sambil badannya mendekap tubuhku dalam pelukannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat, terkadang batangnya dikeluarkan dari vaginaku, kemudian dihunjamkannya lagi, sehingga aku dibuatnya melenguh dan merintih berkepanjangan.
Tak selang lama kemudian aku merasa akan keluar lagi, badanku bergetar dengan hebat dari mulutku keluar desahan panjang,
"Aaduuh… , oooohh…, keluar lagi Pak...aaahh...aaahhh...lebih dalem!!" kedua kakiku kembali melingkar dengan ketat pada pantat Pak Asmar
Dengan mata embeliak dan tubuh menghentak hentak aku kembali mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badanku akhirnya terkulai lemas dengan kedua kaki tetap melingkar pada pantat Pak Asmar. Dengan tersenyum mesum, pria itu terus melakukan goyangan goyangan memutar dengan lembut. Biar sudah tua dan jelek begitu ternyata Pak Asmar pandai juga memuaskan wanita, ia telah memberikan multi orgasme padaku dan juga tahu cara memperlakukan wanita pasca orgame, sungguh aku terbuai dibuatnya. Pak Asmar lalu melepaskan dirinya dan bergeser ke samping, dia memberi kesempatan kepada Beny untuk mendekatiku.
"Gimana say…enak ga? Masih sakiittt?” tanyanya mesra
"Dasar yah lu....terus terang yah…rasanya nikmat banget sayang…gua sampai multi orgasme tadi…” kataku sambil mencubit putingnya dan berbisik malu tapi dengan nada protes, “ eh…..sekarang pengen sama punya kamu ya say…, kasihan kan kamu belum keluar…" kataku menawarkan diri padanya
Beny rupanya terangsang hebat melihat pemandangan istrinya sendiri digarap pria lain, dengan segera ia masukkan batang penisnya ke vaginaku yang sudah sangat basah itu.
"Aaghh", erangku dengan mata terpejam dan bibir digigit, wajahku memancarkan ekspresi kepuasan
Maka Beny pun menambah kecepatannya menyetubuhiku, penisnya keluar masuk diiringi suara kecipak karena vaginaku sudah sangat becek serta diiringi erangan dan desahanku setiap kali ia menyodokkan penisnya. Bisa kurasakan liang kemaluanku ini semakin licin oleh pelumas dari kewanitaanku.
"Ahh…, ahh", aku semakin keras berteriak, suaraku bersahutan dengan deburan ombak, memang tempat bercinta kali ini sungguh eksotis dan memberikan sensasi lebih, “ayo say...terus, enakkk…, eeemm…, mm!".
Tubuh Beny nampak mengejang, aku tahu inilah reaksinya ketika orgasme, tak lama kemudian, ia pun menancapkan dalam-dalam penisnya di vaginaku dan diiringi leguhan panjang dari mulutnya,
"Uuhh…hh…aku keluar ya yaah", erangnya "mm sshh…enaknya!!!" erangnya sambil kedua tangannya memeluk badanku dengan erat dan penisnya yang terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluanku menyemburkan spermanya yang hangat dengan deras, aku dapat merasakan setiap semprotannnya. Badannya tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme bersamaku, sementara cairan spermanya yang hangat masih terus memenuhi rongga vaginaku. Di saat yang sama badanku juga bergetar dengan hebat dan kedua pahaku menjepit dengan kuat pinggulnya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutku. Sungguh luar biasa enak dan menggairahkan sekali persetubuhan ini. Kami berpelukan saling berciuman kecil menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi, aku sampai baru ingat kalau kami bukan cuma berdua, Pak Asmar sejak tadi duduk di atas batu karang menonton kami berdua sambil mengisap rokoknya.
Dengan cengengesan, pria itu kembali mendekati kami,
"Masih kuat gak Bu? Gimana kalo Bapak puaskin lagi?” tanyanya.
"Eeehhmm…gimana ya?" aku memandang bimbang pada suamiku, pengen sih tapi masih gengsi kalau terus terang mengaku gitu.
"Lho say...kalo masih pengen ya silakan aja, mumpung Pak Asmar masih ada" kata Beny.
" Tapi…tapi… mmm.. bolehlah Pak, kita coba lagi…” kataku
“Tapi kali ini agak cepat ya…kalo pelan-pelan kurang rasanya, dijamin asoy deh pokoknya" kata Pak Asmar.
Aku melirik pada Beny sambil menggigit bibir bawah, lalu pandanganku berpindah ke arah penis si tukang perahu yang sudah kembali berdiri tegak itu sambil tanganku merapikan handuk di bawahku yang sudah acak-acakan akibat pergumulan kami.
“Ayo Pak silakan dimulai aja!” Beny mempersilakan si tukang perahu itu menikmati tubuh istrinya.
Tanpa diminta lagi, pria itu pun mengambil posisi di antara kedua pahaku dan mulai mendekatkan penisnya ke vaginaku lagi.
“Udah siap Bu? Hehehe...” tanya Pak Asmar
Aku hanya mengangguk, dalam hati kecilku aku juga ingin merasakan bagaimana bercinta dengan sedikit kasar, pasti ada sensasi tersendiri. Aku memandang Beny lagi dan ia hanya mengangguk padaku. Sementara di antara pahaku Pak Asmar telah memegang pinggangku dan mendorong masuk penisnya dalam dalam
“Aaaahh!!” desahku merasakan hujaman benda tumpul itu
Gerakan pria itu terlihat mulai sangat kasar, berbeda dari babak sebelumnya yang lemah lembut. Tangan kasarnya meremas kedua payudaraku dengan brutal dan jari-jarinya memencet juga memelintir putingku, aku merasa seperti diperkosa saja layaknya. Batangnyanya benar benar dihunjamkan dengan hentakan hentakan kasar dan brutal, sperma Beny yang tertampung di vaginaku tadi sampai meleleh keluar dibuatnya. Aku menoleh ke samping melihat bagaimana reaksi suamiku melihat istrinya sendiri setengah diperkosa begini, tetapi dilihat dari ekspresinya dan matanya yang tidak berkedip sepertinya dia malah menikmatinya sambil senyum-senyum padaku. Bahkan tangannya ikut meremas-remas payudaraku. Luar biasa…ini sungguh menggairahkan, sebuah pengalaman seks baru yang sensasional dimana aku seorang istri bersetubuh dengan pria lain di depan suami sendiri dan si suami menikmatinya seperti tontonan, aku benar benar terangsang hebat memikirkannya
Beny lalu berkata padaku, “Say, sekarang kita threesome ya” sambil megarahkan batang penisnya ke mulutnya untuk dioral.
Tanganku serta merta meraih penis itu, kumulai dengan menjilati lubang kencingnya yang membuatnya blingsatan Aku menggerakkan mataku melihat reaksinya. Ternyata dia juga memperhatikanku yang sedang menjilat-jilat penisnya.
"Always amazing say, gua ga pernah bosen disepongin lu, uuuhh", kata Benny sambil tangannya mengelus rambutku yang terurai panjang.
Mendengar pujiannya itu, aku pun makin bersemangat, kami memang sering saling memuji ketika bercinta dan terus terang itu meningkatkan kualitas kehidupan seks kami. Aku ingin melihatnya benar-benar blingsatan, ingin mendengar rintihan nikmatnya yang luar biasa, juga ingin melihat bagaimana jika tubuhnya menggeliat-geliat dengan penuh gelinjang karena merasakan jilatan dan kuluman nikmat dari mulutku. Kugenggam penisnya dan kumasukkan ke mulutku ,lidahku langsung bekerja dipadu dengan bibirku yang menyedot-nyedot benda itu. Kami merubah posisi menjadi doggy style dengan Pak Asmar tetap di belakang dan aku mengoral penis Beny.
"Aduh say...kontol si bapak kayanya mentok di dalem nih, gila enak bangetthhh...ssshh", kataku lirih.
“Hehe...ayo hajar terus Pak, istri saya puas sama Bapak nih” sahut Beny
“Pasti Pak, istri Bapak seksi, bahenol gini gimana saya ga nafsu” kata Pak Asmar menggoyangkan pantatnya maju mundur membombardir vaginaku dari belakang.
Tanganku meremasi kain handuk dan satunya memegangi penis suamiku. Tangan Pak Asmar kini mencaplok kedua payudaraku dan tanpa menunggu lebih lama ia meremas-remas gunung kembarku dengan liar, putingku pun dibuatnya semakin mengeras oleh cubitan dan gesekan jarinya. Sepuluh menitan dalam posisi ini aku merasakan sudah mau klimaks lagi
“Mau keluar say...aaahhh...aahh” desahku
"Wah...pijatan memek istri Bapak mantep, kenceng banget" puji Pak Asmar
Memang kalau klimaks vaginaku berkontraksi sangat cepat sehingga penis yang bersarang di vaginaku pun terpijat lebih kuat. Pak Asmar semakin bersemangat menggenjot vaginaku dan aku sendiri kembali mengoral penis Beny sambil dibantu mengocoknya dengan tangan. Tidak sampai tiga menit, aku pun meraih kepuasan, kenikmatan itu bukan main dahsyatnya. Tubuhku sampai menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan menahan nikmat itu. Aku merintih dan mendesah sejadi-jadinya mumpung pantai ini sepi, paling hanya binatang-binatang sekitar sini yang mendengarnya. Di kejauhan nampak beberapa kapal dan perahu lewat, aku tidak tahu apa mereka beruntung meneropong kemari melihat kami, aku tidak peduli, kalau iya anggaplah itu tontonan gratis mereka. Tugasku belum beres, kedua pria ini masih belum keluar dan terus mengerjai tubuhku. Pak Asmar masih menghujam-hujamkan penisnya ke vaginaku, kadang dengan gerakan memutar sehingga aku menggelinjang nikmat dan aku mulai menggerakkan tanganku lagi mengocok pelan penis suamiku. Buah dadaku tetap menjadi bagian dari tangan Pak Asmar yang tak bosan-bosan meremas-remasnya. Makin lama si tukang perahu itu semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vaginaku dan mulai mendengus-dengus. Aku benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, dengan cepat birahiku pun bangkit lagi, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan. Pak Asmar mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantatku, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam vaginaku hingga menyentuh bagian terdalamnya. Sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam vaginaku, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vaginaku ikut berputar-putar mengebor liang vaginaku sampai ke sudut-sudutnya. Gerakannya bertambah cepat dan ganas memompaku hingga akhirnya....
"Oohh… Bapak ngecrot nih Bu!", dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Pak Asmar kembali menekan habis pantatnya dalam-dalam sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluanku
Cairan hangat memenuhi vaginaku, kedua tangan pria itu mendekapku erat-erat.
"Sssh…, sshh…, hhmm…., hhmm!", dari mulutku terdengar suara keluhan merasakan semprotan spermanya di kewanitaanku.
Beny nampaknya tidak keberatan pria ini ejakulasi di dalam vaginaku. Malah ia kelihatannya bernafsu menyaksikannya. Aku merasakan penisnya semakin berdenyut di mulutku dan tak lama kemudian creet.. creet.. cret, spermanya bercipratan di mulutku. Karena beberapa hari tak bersetubuh maka cairan itu cukup banyak serta kental juga sehingga mulutku penuh oleh cairan putih susu itu. Beny menarik lepas penisnya dari mulutku dan sperma yang masih menetes dari lubang penisnya ia geser-geserkan ke bibirku. Kami bertiga lemas dan lunglai, Pak Asmar menindih tubuhku dan mengecupi pundakku sambil meresapi orgame yang telah kami raih. Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, tukang perahu itu kemudian membalikkan tubuhku. Ternyata dia masih belum puas menggarapku, besar juga tenaganya padahal usianya sudah setengah abad lebih. Ia mengangkat kedua kakiku sampai vagina dan telapak kakiku menghadap langit lalu dengan setengah jongkok ia memegang penisnya dan menempelkannya ke bibir vaginaku.
"Uuuh.. uuhh.. uuhh", lenguhnya sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vaginaku.
Dan tiap kali Pak Asmar mengaduh aku pun ikut mengaduh,
"aah Pak...iya enak Pak."
Walaupun dengan nafas yang masih memburu Pak Asmar masih bersemangat menggenjot vaginaku. Vaginaku menjadi sangat lebar dan pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal pahaku. Kedua tangan pria itu memegang kedua betisku dan membantuku memompa penisnya secara teratur, setiap kali penisnya masuk, vaginaku ikut masuk ke dalam sebaliknya ketika penisnya keluar, vaginaku pun mengembang dan menjepit penisnya. Kami melakukan posisi ini cukup lama karena Pak Asmar menggenjotku dengan tempo lambat. Sementara aku mengerang dan berkelejotan di bawah sana, Beny berbisik..
"Say, gimana? Enjoy ga akhirnya bisa threesome?"
"Ya, gua puas banget, awalnya tegang tapi ternyata asyik juga bisa digarap dua penis sekaligus. Seru gila!" sahutku.
Hanya sekitar sepuluh menit Pak Asmar menggenjotku dalam posisi demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.
"Gua mau keluar nih....ssshhh...ssshhh", kataku dengan terengah-engah
Akhirnya, "Aaarrcchh ..", aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya.Tak lama kemudian, Pak Asmar memuntahkan spermanya juga di dadaku. Kubaluri cairan kental itu di dadaku hingga merata lalu kujilati yang menempel di jariku. Itulah akhir pergumulan kami siang itu.
###########################
Malam harinya
"Gimana say hadiahnya tadi?", tanya Beny ketika kami berendam di bathtub dan mendiskusikan seks tadi siang.
"Hihi, lu kok tega sih, gua kan istrilu, tapi rela istrinya digituin orang", kataku.
"Hhhmmm…aneh sih emang, gua juga heran…seharusnya gua kan cemburu lu dientotin sama pria itu…tapi justru malah terangsang berat ngeliatin lu entotan sama dia, gila…menggairahkan sekali… aneh ya say…” katanya sambil memijat payudaraku, "by the way, lu menikmatinya nggak say?", dia balik bertanya.
Jujur dalam hati belum pernah aku mendapatkan kenikmatan sedemikian rupa, satu penis saja sudah enak apalagi dua. Aku hanya terdiam, tidak tahu mau menjawab apa, awalnya aku takut, deg-degan, sebal juga, tapi pada akhirnya aku tidak bisa menyangkal kalau aku sangat menikmatinya. Aku hanya tersenyum, aku nggak mau munafik semalam aku sangat enjoy dan mungkin suatu saat rindu untuk mengulanginya lagi. Jujur aku merasa menjadi wanita sejati tadi siang itu
"Eehhmmm...gimana ya jawabnya?” kataku sambil senyum-senyum
"Ayo dong say, omong aja, gua penasaran banget apa pendapatlu….ayo dong cerita honey" desaknya sambil memeluk tubuhku lebih erat.
"Iya deh, gua cerita, tapi lu nanti gak marah kan?”
"Wah...wah..memangnya seberapa heboh sih say?" ia terlihat makin penasaran.
"Ok..bener lho ya nggak boleh marah kalo gua jujur…kan lu yang minta" aku menekankan, “terus terang ya, gua bener bener menikmati yang tadi itu…luar biasa deh… coba kalo banyak batang yang masuk enak kali ya… kadang pengen juga cobain digangbang apalagi kalo banyak yang nyemprot di dalam. Terus udah gitu mandi sperma….kayak apa ya rasanya?” aku coba untuk tenang menjawab meskipun getaran suaraku tidak mampu menutupi kegugupanku, wajahku pun sampai merah dan menunduk malu
Beny menaikkan alis dan bersiul pendek, agaknya ia kaget juga mendengar fantasi liarku.
“Wew, tanggung tuh, orgy aja sekalian hehehe”
“Why not? Gua jadi kepingin bener bener sex party loh…digilir rame-rame, dari depan belakang,..rasanya gimana gitu…Aduh gua kayanya udah kelewatan ya?”
“Terus terang gua shock juga dengan kejujurannya tapi boleh juga fantasilu.. kapan-kapan mungkin bisa kita realisasi"
“Beneran nih? dasar suami gila ah lu!” aku mencipratkan air ke arahnya.
“Lu kan juga enjoy dasar istri gatel!” dia balik mencipratkan air padaku.
Setelah bercengkerama mesra di bathtub kami melanjutkannya bercinta sebentar di ranjang sebelum akhirnya terlelap.
######################
Keesokan harinya
Pagi-pagi jam tujuh lebih aku sudah bangun dan tidak bisa tidur lagi. Maka kuputuskan untuk mandi lalu menyiapkan makanan untuk Beny seperti yang biasa kulakukan sehari-hari di rumah. Cottage tempat kami menginap ini fasilitasnya cukup lengkap juga, lemari es yang berisi buah-buahan dan minuman dingin. Ada kompor dan lemari dapur yang lengkap dengan sachet kopi, teh, coklat dan sebagainya. Sambil menikmati teh hangat, aku membuatkan sarapan berupa roti coklat dan kopi untuk suamiku tercinta.
“Say...say...bangun dong” aku menggoncang pelan tubuhnya untuk membangunkannya.
“Jam berapa emang sekarang?” tanyanya dengan malas.
“Setengah delapan”
“Aaahh...nanti aja lah siangan mumpung libur, capek kan semalem lembur” katanya sambil merubah posisi tidur.
“Oke deh say....gua udah bikinin sarapan di meja depan, gua jalan-jalan dulu yah deket sini”
“Thanks say...love you!” katanya tersenyum tapi tanpa membuka mata.
“Love you too” aku mengecup pipinya.
Setelah memilih pakaian berupa kaos hitam tanpa lengan dan bawahan berupa kain samping Bali yang memperlihatkan paha kananku setiap kali aku menggerakkan kakiku, aku memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan menikmati pemandangan pagi di pulau ini. Suara ombak dan hembusan angin sepoi-sepoi yang meniup dedaunan di pohon membuat hati terasa teduh. Jejak-jejak kakiku menapak pada pasir pantai yang kulewati. Di dermaga aku melihat boat yang kemarin mengantar kami ke pulau ini tertambat di sana, memang berdasarkan jadwal jam sembilan nanti kami akan dijemput untuk berkeliling dengan boat di sekitar sini, ternyata Pak Asmar sudah datang lebih awal. Omong-omong Pak Asmar, aku jadi ingat lagi kejadian kemarin dimana aku bersetubuh dengannya di depan suamiku dan juga terlibat threesome, sungguh luar biasa, sungguh fantastis. Tiba-tiba saja pagi itu birahiku sudah naik lagi. Dalam hatiku terbersit keinginan untuk mengulangi kegilaan kemarin saat suamiku tidak ada, kupikir harusnya nggak masalah kalaupun dia sampai tahu, bukankah kemarin itu Pak Asmar juga sudah menikmati tubuhku di depannya. Terdorong kerinduanku aku memberanikan diri mendatangi boat itu. Kudapati Pak Asmar duduk di bangku panjang penumpang tengah menyantap nasi bungkus sarapannya, nampaknya ia tidak menyadari kedatanganku karena menghadap ke arah lain.
“Pagi Pak Asmar!” sapaku.
“Eh, si ibu, pagi...pagi Bu!” ia nampak sedikit kaget dan balas menyapaku, “kok sendirian Bu? Bapak mana?” tanyanya sambil matanya menatapi tubuhku yang berbalut pakaian seksi ini,
“Belum bangun, Bapak sendiri kok datang pagi amat, bukannya jadwalnya jam sembilan nanti?”
“Iya tadi baru bantuin tetangga anterin barang, pas lewat sini ya udah sekalian aja nungguin kan ga lama lagi”
“Boleh naik Pak?”
“Ohh...boleh...boleh, mari saya bantuin!” ia menaruh makanannya di bangku dan menghampiriku untuk membantu naik ke boat.
Ia menyambut tanganku dan memeganginya sementara aku melangkah ke boat. Kulihat matanya melirik paha kananku yang tersingkap ketika naik ke boat. Aku sadar kalau sesekali matanya curi-curi pandang ke arah tubuhku. Aku menjatuhkan pantatku di bangku sambil menumpangkan kaki sehingga kain samping itu sedikit tertarik ke atas, membuat pahaku semakin nikmat ditonton oleh si tukang perahu itu.
Aku mengajaknya ngobrol biasa saja tanpa mengungkit-ngungkit yang kemarin, mulai dari pekerjaan dan keluarganya. Ternyata Pak Asmar telah menduda selama dua puluh tahun lebih, istrinya kabur dengan lelaki lain meninggalkan dirinya dengan seorang putra.
‘Ooh...jadi Bapak udah lama ga pernah gituan lagi yah?” tanyaku memancingnya
‘He-eh sih” jawabnya sambil garuk-garuk kepala.
“Pantes Bapak kemarin semangat banget mainnya hehehe...” godaku.
“Hehe...itu sih, abis ibu cantik, seksi banget lagi, jadi saya kan ga tahan banget” pria itu cengengesan, “omong-omong mau kaya kemarin lagi ga Bu?”
"Apaan Pak?" aku berpura-berpura tidak tahu.
“Ah Ibu pura-pura ga tau nih” pria itu duduk di sebelah kananku dan merapatkan posisi sehingga lengan kami saling bersentuhan, “wah pagi-pagi udah disuguhin yang putih mulus gini Bapak gak tahan Bu” tangannya mulai mengelus perlahan pahaku.
Aku tersenyum dan mengangkat kaki kananku dan menumpangkan ke kaki kirinya, sehingga ia dapat menikmati paha jenjangku itu dengan tanpa harus curi-curi pandang lagi. Kurasakan permukaan telapak tangannya yang kasar mengusap-ngusap betisku kemudian semakin merayap naik ke atas mengusap-ngusap pahaku.
“Wahhh Bu, mulus banget….“ ia memuji kehalusan dan kelembutan permukaan pahaku
Sekujur tubuhku merinding panas dingin saat telapak tangan Pak Asmar semakin aktif merayapi pahaku.
"Pak kalau ntar suami saya tau gimana nih?" godaku.
"Makanya mumpung suami ibu belum dateng, kita cepet-cepet Bu...lagian udah kepalang tanggung Bu.. Cuek saja dechh.." jawabnya sambil senyum-senyum melihat ke arah belahan dadaku
Tangannya semakin bersemangat mengelus-elus pahaku, bahkan tangannya masuk semakin dalam mendekati selangkangan.
“Aahhh...Bapak nakal ih!” desahku manja
“Hehehe...tapi Ibu suka kan?” godanya, tangannya makin berani masuk ke dalam sampingku dan sudah menyentuh celana dalamku, jari-jarinya mengelus-elus vaginaku dari luar.
"Geli Pak....ssshhh....aaahh?" aku mendesah.
"Bapak pengen banget nih Bu...” katanya sambil menekan-nekan vaginaku.
"Kepengen apaan Pak?" tanyaku.
"Kepengen sama memek ibu, tetek ibu...pokoknya ngentotin ibu habis-habisan, Bapak belum puas kemarin nih."
“Bu...boleh ga?”
“Boleh apaan Pak?”
“Kemarin itu bapak wanti-wanti saya ga boleh cium ibu, kalau ibu sendiri gimana boleh ga? soalnya ibu cantik banget saya kepengen ciuman sama ibu”
Aku hanya tersenyum lalu mengulum bibirnya dengan lembut, sebentar saja kami sudah beradu lidah dengan penuh nafsu, aku merasakan ada rasa ikan asin dari sarapannya. Pria itu pun tak ingin kalah dengan menyedot juga lidahku. Tangan kiriku meraih simpul ikatan kain sampingku dan melepaskannya sehingga bagian bawahku pun terbuka menyisakan celana dalam saja. Tangan Pak Asmar tetap mengelus-elus kadang menekan vaginaku, dia berusaha agar jarinya masuk ke celana dalamku supaya bisa menyentuh vaginaku yang mulai basah.
"Oogghh Pak... buka aja sekalian" aku mendesah perlahan menahan rangsangan yang dilakukan pria itu.
Akhirnya tangan kanannya dapat menarik tali celana dalamku dan sret...ia menariknya turun dibarengi gerakan kakiku sehingga lepaslah kain berbentuk segitiga itu dan tergeletak di lantai boat. Kini tangannya bisa leluasa bermain di lubang kenikmatanku, jari telunjuknya memainkan klitorisku dan jari tengahnya digoyang-goyangkan di bibir vaginaku. Dengan tetap berpagutan bibir, tangan kananku meremas-remas penis Pak Asmar yang masih berpakaian lengkap. Aku memberanikan diri duduk di pangkuannya hingga dadaku tepat di depannya. Pak Asmar mencium pipi lalu bibirku sambil tangannya mulai meraba raba payudaraku, kubalas dengan elusan dan remasan di selangkangannya yang kurasakan makin menegang. Ciumannya mulai turun ke leher, aku memejamkan mata menikmatinya. Ia menghentikan sejenak percumbuan panas kami untuk membuka bajuku, kuangkat tanganku dengan pasrah membiarkan kaos tanpa lengan itu lepas dari tubuhku. Kini aku telah telanjang di depan pria itu, payudaraku terpampang jelas di depan wajah tuanya. Dipandanginya dengan nanar sepasang gunung kembarku, ada sorot mata kagum sebelum wajahnya dibenamkan di antara kedua bukit itu, tangannya kepalanya mengusap usap kedua buah dadaku sambil meremas remas dengan gemas. Bibir Pak Asmar mulai menyentuh putingku, tanpa buang waktu lagi ia langsung menyedot putingku seperti seorang bayi yang menetek, lidahnya bermain main di putingku sementara tangannya bergerilya menggerayangi tubuhku. Aku mendesis perlahan di dekat telinganya, bergantian pria itu mengulum dari satu puting ke puting lainnya, kutekan kepalanya ke dadaku. Pria itu begitu rakus melumat payudaraku, entah mungkin gemas atau mungkin sudah nafsu. Tanganku mulai bergerak membuka kancing kemeja lusuhnya dan melepaskannya sehingga terlihat tubuh tuanya yang walaupun agak kurus tapi masih kencang dan menyisakan keperkasaan masa mudanya, kulitnya yang hitam kasar menandakan ia sering bekerja keras di bawah terik matahari. Aku berlutut di depannya, kubuka resleting celananya lepas, lalu kutarik turun celananya hingga terlepas dan kini hanya tersisa celana dalam yang menempel di tubuhnya. Pak Asmar hanya tersenyum melihat perbuatanku.
“Udah keras yah Pak” kataku sambil meremas kejantanannya yang sudah tegang dari balik celana dalam
“Iyah Bu...udah ga tahan pengen ngentot sama Ibu lagi nih!” jawabnya lirih, aku melihat dadanya turun naik, napasnya mulai menderu, aku tahu ia sedang menahan birahi.
Kupeloroti celana dalamnya sehingga kejantanannya keluar dari sarangnya, lumayan besar dan tegang, kubelai, kuremas, kuciumi dan kukocok dengan tanganku, sesekali kujilat kepala kejantanannya, nampak cairan bening sudah meleleh dari ujungnya
“Aaahh...enak Bu!” Pak Asmar mendesis sambil memperhatikanku menjilati kejantanannya
Lidahku terus menjelajahi daerah kejantanannya, dari ujung hingga pangkal bahkan kantong pelirnya, desisannya makin tak karuan.
Pak Asmar adalah pria kedua yang merasakan permainanku oralku yang sering mendapat pujian dari suamiku. Menghadapi permainanku di penisnya, reaksi Pak Asmar tidak beda jauh dengan Beny, desah kenikmatan keluar dari mulutnya, kombinasi antara jilatan dan kocokan tanganku membuatnya merem melek, tangannya meremas remas rambutku sambil menekan kepalaku ke penisnya.
“Uuuhh...udah dulu Bu, ntar keburu ngecrot, Bapak pengen jilatin memek ibu, boleh ga?” tanyanya menahan kepalaku.
“Boleh dong Pak, jilat sampai puas, bikin saya kelejotan!” aku berdiri menghadap dirinya yang tetap duduk, vaginaku tepat di depan wajahnya
Ia mengangkat kakiku ke bangku lalu membenamkan wajahnya ke selangkanganku, lidah si tukang perahu itu langsung mendarat di bibir vaginaku, menyapu-nyapu klitorisku
“Aaahhh....Pak...yahh enak!!” aku mendesah menikmati jilatannya
Kedua tanganku berpegangan pada atap boat, tanpa kusadari pinggulku bergoyang mengikuti iramanya, kurasakan jilatannya semakin menghebat menyapu vaginaku. Aku menggeliat menahan nikmat, goyangan pantatku semakin tak terkontrol sehingga vaginaku menyapu seluruh wajah Pak Asmar, namun nampaknya ia menikmati sapuan bulu-bulu kewanitaanku di wajahnya. Kuremas rambutnya dan makin kutekankan pantatku ke wajahnya, aku sudah tak peduli lagi bahwa diriku yang wanita karir yang berpendidikan tinggi ini sedang mekangkangi ini seorang tukang perahu yang usianya sepantaran ayahku, saat itu aku menempatkan diriku sebagai seorang wanita yang ingin mereguk kepuasan seksual sebanyak-banyaknya dari seorang pria. Cukup lama kami bertahan dengan posisi itu sampai vaginaku benar-benar becek hingga akhirnya Pak Asmar menarik tubuhku kembali duduk di pangkuannya. Bibirnya kembali menyusuri leher dan dadaku, tercium aroma vagina ketika ia melumat bibirku. Kami masih saling melumat bibir ketika kuraih penisnya dan kugesekkan ujungnya pada bibir vaginaku yang sudah basah.
“Saya masukin sekarang Pak” ujarku lirih sambil menekan tubuhku ke bawah, “aaahh...aaahhh”
Pelan-pelan kejantanannya makin melesak masuk ke liang kenikmatanku, tatapan matanya tak pernah lepas dari ekspresi wajahku saat proses penetrasi. Aku pun balik menatap matanya dan terlihat ekspresi kenikmatan terpancar di wajah tuanya. Aku mendesis nikmat memulai gerakan naik turunku. Pria itu membenamkan wajahnya di dadaku, berkali kali pagutan gemas mendarat di bulatan payudara dan putingku, aku menggeliat ketika bibir dan lidahnya menyusuri leher dan telingaku, antara geli dan nikmat bercampur menjadi satu.. Aku mengintensifkan gerakan naik turunku, desahanku pun semakin keras berpadu dengan suara air laut diterpa angin pagi. Kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil memeluknya erat, kejantanannya makin dalam melesak di vaginaku.
“aaaaaaahhhhhh….aaaahhhhh” jeritku ketika ia menyentakkan pinggulnya ke atas, kuremasnya yang tinggal sedikit, tubuh kami berpacu dan makin melambungkan diriku tinggi ke puncak kenikmatan. Aku merasa diriku semakin liar sejak bercinta dengannya kemarin, aku tidak ragu dan malu lagi bercinta dengan orang selain suamiku, aku begitu menikmati cumbuan dan kocokannya. Kini Pak Asmar membaringkanku di bangku boatnya, kaki kiriku menjuntai ke bawah dan kaki kananku dinaikkan ke pundaknya, pinggulku sedikit terangkat, membuatnya makin bebas dan dalam melesakkan kejantanannya ke vaginaku, dan tentu saja makin nikmat kurasakan.
Ada mungkin sepermpat jam ia menggenjotku tapi belum ada tanda tanda orgasme, kali ini sepertinya ia lebih fit dari kemarin, permainannya pun lebih halus dan tidak buru-buru, irama kocokannya lebih teratur, sepertinya saat mau mencapai orgasme ditahan dengan menghentikan gerakan kocokannya beberapa detik kemudian kembali mengocok dengan cepat. Lima menit kemudian kami berganti posisi lagi
“Berdirinya kagok Bu, bikin pegel, ganti yuk” katanya mengajakku
Kali ini aku berdiri dan berpegangan pada atap boat dan ia mengocokku dari belakang, posisi berdiri, tangan kasarnya mengelus kedua buah dadaku, remasan lembut yang makin liar seliar kocokannya.
“aaaahh…ya pak…trus pak…truuuusssss” desahku sekeras genjotannya yang makin cepat.
Aku menggoyang pinggulku melawan gerakannya, dan efeknya sungguh hebat, vaginaku terasa teraduk aduk penisnya, yang tentunya menambah kenikmatan. Goyanganku makin liar melawan arah sodokan Pak Asmar dan tak lama kemudian tubuhku menegang. Aku akhirnya mencapai orgasme terlebih dahulu, vaginaku berdenyut kencang meremas remas kejantanan Pak Asmar. Pria itu belum menghentikan kocokannya justru kecepatannya bertambah. Aku menjerit keras dalam nikmat orgasme, peduli amat toh pulau ini tidak ada orang lain, sungguh nikmat dalam selingan kocokannya. Tiba tiba kurasakan denyutan hebat dari penisnya menghantam dinding vaginaku, semprotan cairan sperma yang hangat menyirami vaginaku. kembali aku menjerit nikmat menerima denyutan demi denyutan, Pak Im meremas pantatku ketika menyemprotkan spermanya di vaginaku
“Ehm...eehhmm” sebuah suara berdeham dari samping belakang membuat kami sedikit terkejut dan menoleh ke sana.
Aku mendapati Beny sedang jongkok di dermaga menyaksikan perbuatan kami, entah sejak kapan. Pak Asmar kaget dan langsung melepaskan pelukannya sehingga penisnya tercabut dari vaginaku.
"Tenang! Tenang!" sahutnya mencoba menenangkan.
“Udah bangun say...dari kapan disitu? Kok ga nyadar gua?” tanyaku
“Belum lama juga, lu orang aja keasikan ngentot sampe ga sadar ada yang dateng hehehe” tawanya sambil melangkahkan kaki naik ke boat.
Aku menyambutnya dengan pelukan mesra dan sebuah kecupan ringan di bibirnya, tangannya membalas dengan remasan gemas pada pantatku.
"Bagaimana istri saya Pak?" tanya Beny pada Pak Asmar yang masih bengong
"Ehehehe...asyik, bahenol, terus memeknya juga seret banget. Bapak sampe ga tahan jadi main sebelum dapet ijin dari Bapak, maaf ya” jawabnya sambil cengengesan.
"Udah keluar berapa kali nih?" tanya Beny lagi
“Baru sekali kok, Ibu kalau ngentot liar juga ya hehehe!"
Saat mendengar itu istriku tersipu sipu malu dan segera menyambung, " habis seru sih main sama si Bapak! hihihi!".
Dengan cepat Pak Asmar kembali rileks. Untuk kembali memanaskan suasana, kutarik
tangan pria itu lalu duduk di bangku dan memintanya untuk mencumbui vaginaku. Tanpa diminta lagi, ia langsung menerkam selakanganku, ia jilat dan lumat penuh nafsu.
Beny mendekati kami dan mengeluarkan BB-nya untuk merekam adegan kami.
“Sini dong say!” panggilku dengan nada manja.
Kuraih selangkangannya dan kurasakan penisnya sudah mengeras di balik celana pendek yang dipakainya.
“Udah gede ya say!” sahutku lirih sambil meremas-remas penisnya dari luar celana.
“Ya iyalah liat lu hot gini mana ga ngaceng” jawabnya sambil terus mengarahkan BB.
Kemudian tanganku memeloroti celana itu, tak ayal lagi penisnya pun langsung mengacung tegak di depan wajahku. Aku langsung menyambut penis kesayanganku itu yang telah sangat keras. Kulihat matanya merem-melek menikmati jilatan dan kulumanku pada penisnya. Sementara lidah Pak Asmar terus menyapu vaginaku yang semakin becek dan berdenyut. Dia reguk cairan birahiku yang terus mengalir keluar, lidahnya menyentil-nyentil klitorisku membuatku semakin berasa melayang.
“Duh say...mau keluar nih! ga tahan!” erang Beny
Aku tersenyum melihat reaksinya dan memompa penisnya lebih cepat di dalam mulutku. Aku ingin dia memuntahkan air maninya ke mulutku. Permainan lidah dan hisapan mautku akhirnya membuat orgasmenya tak lagi bisa terbendung. Aku merasakan ejakulasinya di mulutku. Aku menerima lima kali kedutan semprotan spermanya di mulutku.
“Eeemmm...hheelm...eeeemmhh!” itulah yang terdengar dari mulutku yang sedang meneguk habis spermanya sambil tanganku terus ikut memerasi penisnya, kutelan semua cairan itu tanpa ada yang tersisa di batangnya.
Pak Asmar lalu menggelar terpal di lantai kapal agar kami bisa berbaring di tempat yang lebih luas. Aku duduk di terpal
“Ayo say, sekarang giliran lu yah, fuck me please!” kataku seraya meraih batang kemaluan Beny yang mulai bangun lagi, kuurut sebentar kemudian Beny mengambil posisi di antara kedua pahaku, tanpa disuruh ia benamkan penisnya membelah bibir vaginaku.
Aku pun mengerang nikmat sepajang prosesi penetrasi berlangsung. Ia segera mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut membuaiku seperti biasanya. Pak Asmar berlutut dekat kepalaku dan menyodorkan batang kemaluannya minta dikulum olehku. Kuraih benda itu dan kulakukan yang harus kulakukan. Kedua tangan kasar si tukang perahu kini aktif meremas dan menggelitik payudara dan putingku. Posisi threesome kami terus bertahan selama kurang lebih dua puluh menit. Kami tetap bersemangat berpacu dalam birahi meski tubuh kami sudah mulai dibanjiri keringat. Aku kembali menjerit penuh kepuasan yang kudapat dari suamiku, lalu tergeletak lemas di atas terpal. Setelah ngobrol-ngobrol ringan dan memulihkan tenaga kami memulai ronde berikut. Pak Asmar telentang di lantai dan aku mengangkang di atasnya dalam posisi membelakangi. Kini giliranku yang harus aktif menciptakan kenikmatan. Kugoyang pinggulku maju mundur dan berputar putar. Sementara itu, Benny belum bergabung lagi, ia kembali merekam dengan detail setiap pergulamatan kami. Pak Asmar tak henti hentinya melenguh lenguh keenakan karena goyangan liarku. Ia pun tak kalah ikut menggerakkan pinggulnya menyodok ke atas, sodokannya lumayan kuat sampai aku ikut tersentak-sentak kedepan. Akhirnya dalam waktu yang hampir bersamaan kami pun kembali diterpa badai orgasme yang sangat dahsyat. Semburan lahar panas yang bertubi tubi yang dipancarkan oleh penis si tukang perahu itu mengisi vaginaku, sebagian meluap lalu meleleh leleh keluar.
Sekarang Beny meminta Pak Asmar menggantikan posisinya sebagai kameramen. Ia membaringkan tubuhku dalam posisi menyamping lalu mengangkat kaki kiriku dan menaikkannya ke bahunya
“Uuuhhh...udah basah ginin say” erangnya ketika menekan masuk penisnya.
“Ya iyalah, udah disemprot terus dari tadi” jawabku
Ia mulai menghujani rongga vaginaku dengan sodokan sodokan mantap. Setiap kali ia mendorong batang kemaluannya, vaginaku terasa berdenyut denyut. Luar biasa nikmatnya dan membuatku ketagihan berat. Ia terus menyodok dan menyodok sampai rongga itu bergerak semakin menyempit sampai akhirnya memancarlah cairan cintaku yang penuh dengan kepuasan. Tubuhku menggigil menahan berjuta juta sengatan kenikmatan. Kami terbaring di atas terpal sambil melihat hasil rekaman di BB suamiku, aku dan suamiku saling senyum melihat rekaman itu, memang kami kadang mendokumentasikan persetubuhan kami. Pada hari terakhir kami di pulau tersebut banyak yang kami lakukan bersama-sama, baik di pantai, boat, hutan tengah pulau atau pun di cottage tempat kami menginap, malam itu aku tidur bersama suamiku dan Pak Asmar. Saat itu kami mendiskusikan acara liburan itu. Kami sepakat menilai liburan kami saat itu menjadi liburan paling berkesan. Sejak itu kami semakin kreatif dalam urusan seks, biar bagaimanapun bagi wanita seks harus didukung dengan cinta, yang aku lakukan dulu juga karena aku mencintai suamiku. Aku berpikir tidak adil kalau hanya aku yang menikmati pria lain dalam hubungan seks, maka dalam kesempatan lain aku mengajak teman kerjaku di bank dari bagian HRD, Veronika, untuk threesome bersama suamiku. Ia adalah wanita pertama yang bercinta dengan Beny setelah menikah denganku. Setelah itu wanita lain seperti sepupuku, rekan kerjaku yang lain, klien, dan teman kuliahku juga turut mewarnai kehidupan seks kami, demikian juga pria-pria lain. Akan kuceritakan satu-satu di lain kesempatan bila sempat menulisnya.
By: Marlene Gozali
0 comments:
Post a Comment