SEPOTONG ROTI
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing - masing orang.
Di pagi yang cerah ketika sinar matahari turun dengan begitu bebasnya. Nayla dengan riang tersenyum menikmati kegiatan pagi di rumahnya. Kedua tangannya memotong - motong bawang yang berada di atas talenannya. Terkadang ia berpindah ke arah panci yang berada di atas kompornya untuk melihat keadaan sup yang sedang dibuatnya. Terkadang ia juga berpindah ke dalam kamarnya untuk menemui suaminya yang sedang bersiap - siap.
“Mas, mau berangkat jam berapa ?” Tanya Nayla sambil menatap suaminya.
“Sebentar lagi dek… Sekitar jam enam” Jawab suaminya sambil tersenyum.
“Jam enam ?” Tanya Nayla sambil melihat ke arah jam dindingnya.
“Eh bentar lagi dong… Tapi sayurnya belum jadi mas” Lanjut Nayla panik.
“Hahaha ya gapapa… Sayurnya buat adek aja… Maaf yah, mas buru - buru… Udah ditunggu sama rekan kerja yang lain soalnya… Bentar lagi nih bakal dateng temen - temen mas” Ucap suaminya yang membuat Nayla merasa sedikit kecewa. Bukan kecewa karena suaminya pergi meninggalkannya. Tapi ia kecewa karena ia merasa tidak mampu memberikan bekal sarapan untuk suaminya.
“Hmmmm adek buatin roti 'sandwich' aja yah… Kebetulan di dapur ada roti tawar” Ucap Nayla terpikirkan ide.
“Boleh dek… Makasih yah” Jawab suaminya tersenyum sambil merapihkan dasinya.
Nayla pun buru - buru menuju ruangan dapurnya. Ia mencari roti tawar sisa yang tersimpan di dekat meja makannya. Saat menemukannya, ia buru - buru membuka kulkas untuk mencari selai yang bisa ia oleskan pada roti 'sandwich' buatannya.
“Hmmm untung masih ada selainya” Ucap Nayla dengan lega. Ia lalu kembali ke meja makanya. Ia mengambil satu potong roti tawar lalu mengambil pisau untuk mengoleskan selai itu di atas roti tawar itu. Setelah selesai, ia menutupnya menggunakan potongan roti tawar lainnya sehingga menghimpit selai stroberi itu diantara kedua roti tawar itu.
“Hihihihi jadi kasian deh sama selainya… Masa dijepit sama roti - roti ini… Gimana yah rasanya dihimpit mereka” Ucap Nayla kepikiran.
Namun saat dirinya kembali melihat ke arah jam. Ia menyadari kalau dirinya baru saja membuang - buang waktunya. Ia pun kembali melanjutkan pembuatan 'sandwich'nya menggunakan roti sisanya.
“Fiyuhhh akhirnya selesai juga… Lumayan bisa buat 4 roti 'sandwich'” Ucap Nayla tersenyum.
Ia lalu menengok ke kanan juga ke kiri. Ia seperti mencari sesuatu. Ia pun akhirnya menemukan apa yang ia cari. Ia membuka kotak bekal itu. Lalu memasukan keempat 'sandwich' itu ke dalam kotak bekal itu.
Tiba - tiba terdengar suara mobil yang berhenti di depan. Nayla bergegas menoleh ke luar. Benar saja, nampaknya mobil yang akan menjemput suaminya sudah datang. Nayla dengan panik berlari menuju ke dalam kamarnya. Saat ia sampai di depan pintu kamarnya. Ia terkejut dengan penampilan gagah suaminya.
“Maassss… Wahhh, mas cakep banget” Ucap Nayla terkagum yang membuat suaminya tersenyum.
“Hahahah makasih yah dek” Jawab suaminya yang sudah mengenakan setelan kemeja rapih berikut celana kain dan jas berwarna hitamnya. Rambut suaminya yang tersisir rapih ditambah ketampanan wajahnya membuat Nayla seketika jatuh hati padanya. Rasa cinta yang dimilikinya lama - lama semakin tumbuh kepadanya. Nayla tersenyum, apalagi saat perlahan suaminya datang untuk mendekat.
“Mas mau pergi dulu yah… Adek gapapa kan sendirian di rumah” Ucap suaminya yang membuat Nayla mendadak sedih karena bakal ditinggal pencuri hatinya.
“Gapapa sih, tapi adek bakal kangen sama mas” Ucap Nayla dengan manja yang membuat suaminya paham kalau Nayla membutuhkan belaian darinya.
“Duhhh sayaannggg… Sini mas peluk, mas juga kangen adek kok” Ucap suaminya yang langsung memeluk Nayla dengan erat.
“Aaawwww erat banget mas… Adek sampe gak bisa napas” Ucap Nayla sambil tersenyum saking bahagianya.
“Hahaha maaf… Habis gemes banget sih sama kamu dek… Adek cantik… Pasti mas bakal kangen banget sama adek” Ucap suaminya saat melepaskan pelukannya sejenak sambil menatap wajah cantik Nayla.
“Iyya mas… Adek juga… Pasti bakalan kanggeeennn banget sama mas” Ucap Nayla melebih - lebihkan untuk menunjukan kalau dirinya juga sangat merindukan suami tampannya.
Ditengah tatapan mereka yang semakin mesra. Tiba - tiba wajah suaminya mendekat ke arah bibir tipis Nayla yang membuat pipi bidadari cantik itu berubah menjadi warna merah.
“Maasss mmmppphhhhhh” Desah Nayla saat tiba - tiba suaminya melayangkan cumbuan kepadanya.
“Mmmpphhhhh… Mmppphhhh” Cumbu suaminya sambil memegangi kepala bagian belakang Nayla sedangkan tangan satunya memegangi punggung mulus Nayla.
Bibir suaminya dengan nafsu mendorong bibir Nayla. Tak jarang bibirnya membuka untuk mengapit bibir bawah istrinya. Tak jarang lidahnya juga bermain dengan memasuki rongga mulut istrinya. Suaminya dengan aktif bergerak sedangkan Nayla dengan pasif menerima tiap rangsangan yang sedang suaminya berikan. Mereka berdua sampai memejam karena menikmati tiap jilatan yang mereka lakukan di dalam rongga mulut Nayla.
Ya, lidah mereka sedang saling jilat di dalam. Lidah mereka sedang bertempur. Lidah mereka sedang pedang - pedangan. Terkadang lidah Nayla ditindihi oleh lidah suaminya. Terkadang lidah Nayla yang menindihi lidah suaminya. Percumbuan mereka yang semakin panas membuat liur mereka jatuh melewati sela - sela mulut Nayla. Nayla tersenyum menikmati waktu paginya. Ia sangat menikmati cumbuan suaminya. Ia pun berharap bisa menikmati waktu ini lebih lama lagi.
“Pak Miftah… Non Nayla… Itu mobilnya sudah daattttt… Eeehhhh” Ucap seseorang yang mengejutkan pasangan suami istri itu.
Miftah sebagai sang suami buru - buru melepas cumbuannya. Sedangkan Nayla dengan malu - malu segera memunggungi sumber suara itu untuk menyembunyikan wajah cantiknya.
“Maaf pak… Maaf non… Saya gak tau kalau kalian lagi enak - enak” Ucap seorang pria tua yang membuat Miftah hanya tersenyum saja.
“Gapapa pak… Yasudah bilangin ke mereka… Saya sudah siap… Saya akan segera kesana” Ucap Miftah yang membuat orang itu bergegas pergi.
“Siap pak, laksanakan !” Jawab pria tua itu.
“Dasar ihh… Nafsu banget… Untung pak Urip gak ngeliat wajah adek… Eh gak liat kan yah ?” Ucap Nayla khawatir kalau pembantunya itu bakal melihat wajahnya yang selama ini ia sembunyikan.
“Enggak… Enggak bakal liat kok” Ucap Miftah tersenyum.
“Yaudah mas… Sana berangkat… Adek mau ambil cadar adek dulu di lemari” Ucap Nayla sambil bergegas pergi ke dalam kamarnya.
“Oh yah tapi dek” Ucap Miftah yang membuat Nayla berhenti melangkah.
“Apa gapapa adek tinggal sendiri nanti ? Gak takut sama orang itu ?” Ucap Miftah mengisyaratkan sesuatu yang membuat Nayla hanya tersenyum saja.
“Gak usah dipikirin mas… Adek gapapa kok” Ucap Nayla hanya tersenyum lalu membuka lemarinya untuk mengenakan cadarnya.
Nayla bernama lengkap 'Nayla Salma Nurkholida' merupakan akhwat berusia 22 tahun yang baru saja menikah 3 bulan yang lalu. Parasnya sungguh menawan. Siapapun yang melihatnya akan membuat hati mereka tertawan. Dengan postur indah yang dimilikinya, ia dengan mudah mampu membuat siapapun jatuh hati kepadanya. Tingginya sekitar 160 cm. Beratnya sekitar 49 kg. Postur idealnya itulah yang membuat suaminya tertarik untuk meminangnya.
Nayla sebelumnya merupakan lulusan fakultas 'tarbiyah' di salah satu universitas bergengsi di ibu kota. Meski dirinya berasal dari jurusan 'tarbiyah', ia sangat menyukai dunia modeling sehingga dirinya begitu rajin untuk mengupload foto - foto yang berisi dirinya ketika bergaya di depan kamera. Foto - fotonya pun menjadi terkenal hingga satu persatu 'followers' pun berdatangan. Tak cuma 'followers', bahkan ada produk hijab terkenal yang ingin diendorse olehnya. Kesempatan ini pun tak disia - siakan oleh Nayla. Sehingga lambat laun ketika dirinya menjalani dunia perkuliahannya, ia pun nyambi menjadi seorang selebgram.
Ada hal unik yang dimiliki oleh Nayla dibandingkan selebgram - selebgram lainnya. Kalau selebgram lain mengandalkan wajah cantiknya untuk meningkatkan pamor mereka. Nayla justru menyembunyikan sebagian wajahnya menggunakan cadar ataupun masker. Ya, Nayla merupakan hijabers bercadar yang sudah ditekuninya semenjak dirinya lulus dari pondok pesantrennya. Bisa dibilang sebelum Nayla masuk kuliah pun, ia sudah mantap untuk bercadar.
Tak ada satupun teman - temannya yang pernah melihat wajah cantiknya tanpa menggunakan cadar. Meski demikian, mereka semua sudah tahu kalau Nayla pastilah memiliki wajah cantik yang menawan. Mata indahnya sudah menjelaskan semuanya. Belum lagi dengan lekuk tubuhnya yang selalu dibalut dengan gamis longgar sehingga menyembunyikan keindahannya.
Kecantikannya sudah terkenal. Keindahannya sudah terkenal. Nayla sudah lama terkenal sejak dirinya menjadi mahasiswi disana. Maka tak heran kalau ada lelaki tampan kaya raya yang akhirnya tertarik untuk meminangnya. Ya, dia adalah suaminya sekarang.
MEBEP8B
MEBEP8B_t.jpeg 'MIFTAH
Miftahul Hidayat' adalah nama suaminya. Kalau istrinya saat ini berusia 22 tahun. Miftah kini telah berusia 29 tahun. Ada rentang jarak sekitar 7 tahun antara dirinya dan istrinya. Namun hal itu bukanlah penghalang baginya untuk memupuk rasa cinta dengannya.
Miftah merupakan direktur muda berwajah tampan yang menjadi idola para wanita karier yang bekerja di kantornya. Meski banyak wanita di kantornya yang begitu mengejar - ngejar dirinya. Namun hatinya dengan mantap memilih Nayla sebagai istrinya. Pertama kali ia mengenal istrinya saat melihat pose bergayanya di instagram pribadinya. Miftah langsung jatuh hati padanya. Ia pun berulang kali melayangkan DM untuk mengajaknya berkenalan. Namun usahanya sia - sia karena tak ada satupun DM yang dibaca olehnya. Namun ia tak menyerah, Ia kemudian dengan rajin memperhatikan tiap 'story' yang dibuat oleh bakal calon istrinya. Akhirnya ia menyadari kalau lokasi perfotoan selanjutnya berada tak jauh dari kantornya. Ia pun memutuskan untuk menemuinya. Ia akhirnya bisa bertemu dengannya lalu berkenalan dengannya. Hal itulah yang menjadi awal pertemuan mereka berdua. Bahkan sekarang, mereka masih tak menyangka kalau diri mereka merupakan jodoh yang sudah ditentukan di langit sana.
Nayla buru - buru menuju dapurnya. Ia pun menurunkan volume api di kompornya lalu membawa bekal makanan yang sudah disiapkannya untuk suaminya.
MEBE9P1
18/41/8d/MEBE9P1_t.jpg
'NAYLA
Dengan hijab panjang berwarna putih yang dikenakannya. Dengan cadar yang juga berwarna putih yang menutupi sebagian wajahnya. Dengan kaus berlengan panjang berwarna cerah serta 'training' panjang berwarna hitam yang menutupi kaki jenjangnya. Akhwat berkulit bening itu dengan percaya diri menuju ke arah luar rumah untuk menemui suaminya. Saat Nayla keluar rumah lalu memberikan bekal itu kepada suaminya, terdengar suara sorakan yang berasal dari dalam mobil berwarna hitam itu.
“Ciyyeeee dianterin istrinyaaa… Wuihhh cantik amat bos istrinya… Emang gak salah bos saya ini… Panutan banget dah, pinter banget nyari istri yang cantik dan sholehah kayak gini” Terdengar sorakan - sorakan yang membuat Nayla tersipu malu. Ia pun menyembunyikan senyumnya dari balik cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
“Hahahaha kalian ini berlebihan deh… Yaudah mas pamit dulu yah… Jaga diri di rumah” Ucap Miftah mengkhawatirkan istrinya.
“Iyya mas… Aku akan . . . .”
“Ciyeeee so swieeetttt” Terdengar sorakan selanjutnya yang membuat kedua pasangan pasutri ini malu - malu saat menatap ke arah mobil itu.
“Maaf agak rame disini… Mas duluan yah” Ucap Miftah mendadak canggung karena tak bisa mengekspresikan perhatiannya kepada istrinya di hadapan rekan - rekan kerjanya.
“Iyya mas hati - hati yah di jalan” Ucap Nayla sambil melambaikan tangan yang lagi - lagi membuat orang - orang di mobil bersorak.
Miftah pun masuk ke dalam mobil. Nayla pun terus melambaikan tangan hingga mobil itu perlahan hilang dari pandangan matanya.
Nayla lagi - lagi tersenyum apalagi saat mengingat momen - momen indah di pagi tadi. Ia sudah merasa bahagia saat dapat menikmati waktu sesaat bersama suaminya. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Ia pun sudah merindukan suaminya dan berharap suaminya bisa pulang lebih cepat.
Sudah menjadi resiko untuk menikahi suami sibuk yang hari - harinya diisi dengan bepergian keluar kota untuk menjalin relasi dengan perusahaan besar lainnya. Nayla sudah memahami resiko itu. Meski awalnya ia tak mempermasalahkan karena dirinya terkadang juga sibuk dengan aktifitasnya sebagai seorang selebgram. Lama - lama ia tak sanggup juga karena perasaan menyiksa yang tumbuh dihatinya ketika merindukan seseorang.
Belum lagi dengan sikap orang - orang yang membuatnya merasa tak nyaman. Ya, entah kenapa belakangan ini ada orang - orang yang membuatnya merasa tak nyaman. Ia pun menoleh ke kanan. Ke arah rumah kontrakan yang didiami seseorang.
“Syukurlah pagi ini pak Beni gak keliatan” Ucap Nayla dengan lega sambil mengelusi dadanya.
“Non Nayla. . . .” Ucap seseorang yang membuat Nayla terkaget.
“'Astaghfirullah' pak Urip… Bikin kaget aja” Ucap Nayla hingga tubuhnya meloncat.
“Eh non maap… Masa gitu aja kaget… Pagi - pagi ngelamunin apa sih ?” Ucap pria tua berkacamata itu.
“Hihhhh ada deh… Lagi ngeliat keadaan… Untungnya pak Beni gak keliatan” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhakhak… Gak usah khawatirin itu non… Kalau pak Beni berani bertindak macem - macem lagi… Nanti akan saya tinju kok mukanya” Ucapnya sambil memamerkan kemampuan tinjunya yang jelas tidak ada apa - apanya.
“Hihihih makasih yah pak… Untung ada bapak disini… Aku jadi gak perlu khawatir lagi kalau ada orang yang kayak pak Beni lagi disekitar sini” Ucap akhwat bercadar itu sambil tersenyum.
“Tenang non Nayla… Itulah gunanya saya disini” Ucap pak Urip yang memberikan ketenangan di hati Nayla.
'Untung Urip Bejo' adalah nama lengkap dari pria tua berkacamata itu. pak Urip merupakan pria berperawakan gempal dengan perut tambun yang dimilikinya. Rambutnya sudah menipis. Brewoknya sudah berwarna putih. Kulitnya sudah berkeriput bahkan dadanya sampai tumpah karena tubuhnya yang kelebihan berat badan. Usianya sudah 59 tahun. Ia merupakan orang kepercayaan Miftah yang sudah lama bekerja untuknya. Saat Nayla pindah untuk tinggal bersama suaminya. Otomatis Pak Urip pun mengabdi sebagai pembantu rumah tangganya. Kesibukan keluarga Nayla dan Miftah membuat rumah mereka menjadi terbengkalai. Itulah tugas dari pak Urip sesungguhnya. Ketika malam tiba, pak Urip pun pulang ke rumahnya yang letaknya berada di sebelah kiri Rumah Nayla.
MEBE9O4
84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Pak Urip saat itu hanya mengenakan celana kolornya serta kaus singletnya. Sebenarnya, Nayla merasa tak nyaman saat melihatnya namun ia juga tidak enak untuk menegur orang yang sudah menjadi kepercayaan suaminya itu.
“Hihihihi ada - ada aja… Kalau gitu, aku mau ke dalem dulu yah pak” Ucap Nayla dengan nyaman saat pamit pergi untuk melanjutkan kembali memasaknya.
“Iyya non, silahkan” Ucap Pak Urip dengan ramah.
'Sayyurrrr…. Saaayyuurrr… Sayurrrnya buuu… Sayurrr !!!'
Terdengar suara orang memanggil ibu - ibu untuk membeli sayurnya.
“Eh ada tukang sayur yah… Aku mau beli dulu ah” Ucap Nayla yang kemudian bergegas memasuki rumahnya untuk mengambil uang untuk membeli sayur di tukang sayur itu.
“Hati - hati non… Entar jatuh” Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla tersenyum saja.
Setelah mengambil uang di dalam kamarnya. Nayla pun bergegas menuju tukang sayur untuk membeli perbekalan sayur yang akan ia masak di keesokan harinya.
“Selamat pagi mang Yono… Tumben nih gak ada ibu - ibu lain yang beli” Ucap Nayla menyapa tukang sayur itu.
“Huahahaha… Gak tau nih… Apa jangan - jangan semesta sedang mengizinkan kita untuk menikmati waktu berdua” Ucap tukang sayur berkumis tebal itu.
“Heleehh preetttt… Mana bisa aku menikmati waktu berdua dengan mamang” Ucap Nayla sambil memilah - milih sayurnya.
“Ah yakin nih ?… Nanti saya sepik - sepik dikit malah baper loh” Ucap mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih mana ada… Gak percaya” Ucap Nayla tertawa ngakak mendengar kepercayaan diri tukang sayur itu.
“Mau bukti ? Mau nyoba gak mbak ?” Ucap mang Yono sambil mendekatkan wajahnya yang membuat Nayla menggeleng kepalanya.
“Ogaahhhh” Ucap Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Huahahahaha… Terbukti kan mbak Nayla takut baper ke saya… Emang saya gak ada lawannya soal urusan baper - baperin cewek” Ucap Mang Yono dengan percaya diri yang membuat Nayla geleng - geleng kepala saja.
“Terserah” jawab Nayla sambil tersenyum.
'Supriyono' adalah nama lengkapnya. Usianya sudah 40 tahun. Kulitnya gelap dan kumisnya tebal. Perawakannya juga agak gempal namun tidak sebesar pak Urip. Perutnya juga maju tapi tidak semaju pak Urip. Tingginya berada lebih sedikit dari Nayla. Namun sifatnya yang ramah membuat ibu - ibu kompleks mudah akrab dengannya termasuk juga Nayla.
MEBE9O7
31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
Mang Yono sehari - harinya bekerja sebagai tukang sayur gerobak yang ia tarik menggunakan motornya. Meski pendapatan sehari - harinya tidak begitu besar. Ia terlihat selalu bahagia apalagi kalau sudah bertemu dengan pujaan hatinya yakni mbak Nayla.
Sudah bukan menjadi rahasia umum kalau kecantikan Nayla disukai oleh laki - laki lain bahkan bagi mereka yang sudah beristri. Hampir tiap harinya, mereka diam - diam menstalking foto 'instagram' Nayla yang sudah diikuti oleh ratusan ribu 'followers'. Beberapa ada yang mengagumi fotonya saja. Bahkan beberapa ada yang menjadikan foto itu sebagai bahan coli termasuk mang Yono sendiri. Menurutnya, kecantikan Nayla tidak ada duanya. Bahkan tidak bisa dibandingkan dengan istrinya yang sudah berkeriput. Sesekali mang Yono pun mupeng berharap bisa menyelupkan batang kejantanannya meski hanya lima menit saja.
'Dicelupin aja pasti udah crot… Huahahahha… Apalagi sampe digenjot…'
Batin mang Yono sambil memperhatikan keindahan akhwat bercadar itu dari samping. Penisnya pun mulai mengeras. Padahal baru saja pagi tadi dirinya beronani sambil menatap foto cantiknya.
'Emang kalau udah nafsu bawaannya pengen mesum melulu… Moga aja yah kita bisa enak - enak suatu hari nanti… '
Mang Yono pun dengan penuh harap berdoa sambil menatap tubuh indah Nayla yang begitu ramping dan mempesona.
“Ini yah mang… Berapa semua ?” Tanya Nayla.
“Buat mbak Nayla limaribu aja… Tapi kalau mbak mau nyium saja, saya kasih gratis deh… Huahahahha” tawa mang Yono yang membuat Nayla merinding.
“Ihhh dasar, bikin geli aja… Ogaaahhhh” Ucap Nayla yang segera membayar lalu lekas pergi meninggalkan tukang sayur itu.
Untungnya ia sudah terlampau akrab dengan tukang sayur berkumis itu. Andaikan belum, mungkin nasibnya bakalan di-'blacklist' sama seperti pak Beni.
'Eh astaghfirullah… Baru aja diomongin…'
Batin Nayla saat baru saja tiba didepan gerbang rumahnya.
“Mbak, apa kabar ?” tanya orang itu yang langsung membuat Nayla tidak nyaman.
“Baik” Jawab Nayla dengan singkat.
“Senang rasanya bisa ketemu mbak lagi… Mbak cantik banget hari ini” Pujinya sambil melihat penampilan Nayla dari atas ke bawah.
Tatapannya yang seolah sedang meng-'scan' tubuhnya itu membuat Nayla reflek menutupi dadanya menggunakan tangannya. Nayla merasa telanjang padahal dirinya sudah berpakaian lengkap termasuk menutupi sebagian wajahnya menggunakan cadar.
“Maaf aku sibuk… Aku mau pergi” Ucap Nayla buru - buru ingin kabur dari situasi ini.
“Tunggu mbak… Saya. . . . “ Ucap pria kekar itu sambil memegangi lengan Nayla yang sontak membuat Nayla berteriak.
“LEPASIN !” Jerit Nayla sambil menggerakan lengannya. Suaranya yang terlampau keras membuat ibu - ibu yang mulai berdatangan membeli sayur di mang Yono pun menoleh. Pak Urip yang sedang menyirami halaman juga keluar dan mendapati majikannya sedang digoda oleh tukang sapu jalanan itu.
“Heyyy heyyy ada apa ini ! Masih berani gangguin non Nayla… Pergii !!! Pergiii !!!” Ucap Mang Yono sambil mengarahkan selang air itu ke tukang sapu jalanan itu.
Orang itu dengan terpaksa pun pergi meninggalkan mereka. Saat ia berjalan melewati ibu - ibu yang sedang membeli sayur mang Yono. Ia mendengar ibu - ibu itu membicarakan dirinya. Namun ia menghiraukan. Ia terus berjalan melewatinya begitu saja.
“Makasih yah pak Urip… Kalau gak ada bapak mungkin orang itu udah . . . Ah serem deh, pokoknya makasih banget yah pak” Ucap Nayla merasa lega karena ada pembantu tambunnya yang menyelematkannya dari perlakuan tukang sapu itu.
“Tenang, kalau pak Beni ngeganggu lagi… Saya akan siram mukanya biar dia sadar siapa yang sedang diganggunya itu” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla tersenyum senang.
“Makasih banget yah pak… Makasih sekali lagi… Maaf waktunya mepet banget, aku mau ke dalem dulu yah… Mau siap - siap pergi soalnya” Ucap Nayla teringat kalau ada sesi perfotoan di pagi hari.
“Siap non, serahkan rumah kepada saya… Saya akan menjaganya dengan sekuat tenaga” Ucap Pak Urip kepada majikannya.
“Makasih… Aku izin pergi dulu yah” Ucap Nayla pergi dengan terburu - buru.
“Iya non, hati - hati yah” Ucap Pak Urip.
Setelah majikan alimnya itu pergi ke dalam rumahnya. Pak Urip pun menoleh ke arah jalan yang dilewati oleh pak Beni tadi. Ia dengan ketus pun mencaci sosoknya menggunakan matanya. Ia pun menatap sosok kekar itu. Ia hanya tersenyum sambil mengarahkan selang itu ke tanaman yang ada di belakangnya.
“Dasar kerjaannya ganggu aja !” Lirih pak Urip.
Beni, tidak diketahui nama lengkapnya. Ia merupakan pria misterius yang tinggal tepat disebelah kanan rumah Nayla. Orang - orang hanya tahu kalau sehari - harinya ia bekerja sebagai tukang sapu jalanan. Sosoknya kekar. Kalau jalan pasti tegap. Lengannya berotot dan ada tato yang dicetak di dada kanannya. Kulitnya juga berwarna gelap. Ia juga mempunyai kumis tebal yang tidak dirawat olehnya. Sehari - harinya ia terbiasa menggunakan topi. Ia bahkan sering bertelanjang dada untuk memamerkan kejantanan tubuhnya.
Ada rumor mengatakan kalau pak Beni dulunya adalah seorang preman pasar. Ada juga yang mengatakan kalau pak Beni dulunya ditinggal nikah sehingga membuatnya sedikit gila. Makanya terkadang ia suka mencuri - curi pandang tiap kali ada wanita cantik yang lewat. Termasuk diri Nayla yang merupakan tetangga dekatnya.
Untuk kalimat terakhir, itu bukanlah rumor belaka. Ya, Nayla sendiri berani mengonfirmasinya karena ia seringkali memergoki pak Beni mengintipnya dari luar pagar rumahnya. Bahkan ia pernah memergoki pak Beni memasuki pagar rumahnya tanpa sebab sebelum diusir oleh suaminya. Bahkan ia pernah mendapati celana dalamnya hilang saat ia gantung dijemuran. Ia pun mencurigai pak Beni sebagai pelakunya. Makanya ia begitu ketakutan saat lengannya dipegang oleh pria kekar itu tadi. Untungnya ada penyelamatnya yakni pak Urip. Nayla jadi terbebas. Ia pun dengan lega melanjutkan aktifitasnya.
MEBE9OA
8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
*-*-*-*
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Oke waktunya berangkat... Untung masih ada waktu lebih Ucap Nayla setelah bersiap dengan gamis berwarna putihnya.
Dengan pakaian serba putih mulai dari hijab di ujung kepala sampai gamis yang menutupi mata kaki. Nayla telah bersiap untuk bekerja mempromosikan hijab yang akan diendorsekannya.
Nayla pun tak sabar untuk berpose di depan kamera. Ia merasa percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Sebagai selebgram bercadar, ada pesan yang ingin ia sampaikan kepada 'followers' - 'followersnya' terutama akhwat - akhwat penggemarnya. Ia ingin menunjukkan kepada mereka kalau menggunakan cadar tidak serta merta membuat mereka ketinggalan zaman. Cadar tidak membuat kecantikan mereka tertutupi. Justru membuat mereka semakin cantik dibandingkan dengan wanita yang gemar memamerkan lekuk tubuh mereka di depan khalayak ramai. Itulah motivasi terbesar Nayla ingin menjadi selebgram. Ia ingin berdakwah di tengah pekerjaannya sebagai selebgram bercadar.
Nayla berjalan menuju depan rumahnya untuk menaiki motornya. Ia pun memasukannya kuncinya ke dalam lubang kunci motornya. Ia kemudian menstarternya hingga motor 'matic' berwarna pinknya menyala seketika.
Pak Urip, aku mau pergi dulu yah... Tolong jaga rumah Ucap Nayla kepada pria tua yang sedang memotong rumput itu.
Iya non, hati - hati di jalan yah Ucap pak Urip sambil tersenyum.
Iyya pak, makasih... Wassalamualaikum Ucap Nayla saat berjalan pergi.
Walaikumsalam non Ucap Pak Urip sambil tersenyum. Setelah majikannya pergi. Ia pun mendesah di dalam hati.
Hah, bisa - bisanya tadi pak Beni mau bertindak macem - macem... Jaga diri yah non... Saya gak bisa jagain non kalau non lagi di luar rumah Ucap pak Urip yang kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
*-*-*-*
Sesampainya Nayla di tempat kerja.
Nayla bergegas memarkir motornya lalu melepas helmnya. Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju fotografer yang tengah fokus memfoto modelnya. Nayla tersenyum tiap kali melihat model itu bergaya. Model itu memang cantik. Nayla pun bangga karena ada akhwat lain yang sepertinya yang bergaya di depan kamera menggunakan cadarnya.
Cieee yang difotoin calon Ucap Nayla setelah sang fotografer menyudahi foto - fotonya.
Hihihi mbak Nayla... Baru dateng yah ? Tanya akhwat itu lekas menghampiri.
Iyya nih Put... Dah lama yah nunggunya ? Maaf agak terlambat Ucap Nayla pada akhwat bercadar itu.
Ah santai aja mbak... Kita juga baru pada dateng kok... Aku sama Putri juga baru dateng... Tadi cuma pemanasan aja biar gak kaku di depan kamera Ucap sang fotografer menyela.
Hihihi Putri mah gak bakalan kaku kok... Paling cuma malu - malu, iya gak Put ? Tanya Nayla pada Putri.
Yeeee gak yah... Orang dah lama kenal Ucap Putri mengelak yang membuat Nayla tertawa.
Obrolan hangat pun terjadi di lokasi 'photoshoot' sebelum sesi perfotoan dimulai. Di depan Nayla terdapat akhwat bercadar bernama Putri. Usianya baru 20 tahun. Ia juga masih kuliah di kampus yang sama dengan Nayla sebelum kelulusannya. Nama lengkapnya adalah 'Putri Nadila Khoirunnisa'. Tingginya hampir sama dengan Nayla yakni 157 cm. Beratnya jauh lebih ringan daripada Nayla yakni 44 kg. Ia juga mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nayla. Yakni sama - sama terbiasa menggunakan gamis lebar serta cadar atau masker yang menutupi sebagian wajahnya.
MEBEJIO
63/19/82/MEBEJIO_t.jpg 'PUTRI
Putri terlihat sangat cantik dengan pakaian serba pink yang dikenakannya. Hijabnya berwarna pink, gamisnya juga berwarna pink bahkan roknya pun sama. Hanya cadarnya saja yang memiliki warna berbeda yakni berwarna hitam. Meski demikian, kecantikannya masih terpancar pada dirinya. Matanya begitu indah membuat siapapun mudah jatuh hati padanya. Beruntungnya ada satu lelaki yang bisa mendapatkan hatinya. Yakni sang fotografer bernama Andri yang kini duduk disebelahnya. Mereka memang sering melakukan 'project' bersama. Bahkan Nayla juga mengenalnya. Andri pun mengejutkan orang - orang ketika dirinya tiba - tiba melamar Putri tepat setelah selesai melakukan sesi perfotoan. Untungnya Putri menerimanya, kalau tidak Andri bisa - bisa malu tujuh turunan.
Ah itu dia bos besar udah datang... Siap - siap yuk Ucap Andri saat melihat 'manager' yang ingin diendorsekan produknya datang. Nayla dan Putri pun berdiri. Mereka mendekati ibu 'manager' itu untuk mendengarkan pengarahan darinya.
Terlihat Nayla dan Putri manggut - manggut saja saat mendengarkan pengarahan dari ibu 'manager'. Sang ibu 'manager' juga mengarahkan apa saja pakaian yang akan kedua selebgram ini kenakan. Ia juga meminta mereka berdua untuk merekam video untuk mempromosikan produknya. Setelah pengarahan selesai, mereka berdua pun diminta berganti pakaian untuk bersiap - siap melakoni sesi perfotoan pertama.
'Cekreekk... Cekreekk... Cekreekk... '
Andri dengan profesional bergerak kesana - kemari untuk mencari sudut terbaik untuk memotret modelnya. Berulang kali Andri meminta modelnya untuk lebih tersenyum lagi. Ia juga meminta modelnya untuk melakukan pose memutar agar gamis yang dikenakannya terkena efek - efek terbang tertiup angin.
Saat giliran Nayla, Andri berulang kali kedapatan tersenyum melihat kecantikan Nayla. Memang kecantikan Nayla tidak ada tandingannya. Andri dengan senang hati mengarahkan Nayla untuk berpose lebih cantik lagi. Untungnya Putri sedang berada di ruang ganti untuk melakukan sesi perfotoan kedua dengan produk gamis yang berbeda. Andri jadi lebih bebas berduaan dengan Nayla. Andri tersenyum. Andri memotret Nayla dengan begitu bahagia.
'Andai dirimu belum menikah Nay... '
Batin Andri saat memotret model favoritnya itu.
Sambil terus memotret, ia mengingat - ngingat terus momen - momen saat pertama kali bertemu dengannya. Ia agak menyesal karena tak langsung mengungkapkan perasaannya. Andai waktu itu ia mengungkapkannya terlebih dahulu. Mungkin dirinya yang akan menjadi suaminya sekarang.
Seketika ia melihat Putri datang mendekat. Putri datang dengan senyuman saat mendatangi calon suaminya. Putri pun bertanya untuk meminta pendapatnya.
Mas, gimana penampilanku ? Tanya Putri saat mengenakan produk gamis terbaru yang akan diendorsekannya.
Kamu cantik banget Put... Coba gaya dulu Ucap Andri sambil memotretnya.
'Cekreekk !!! '
Hihihihi makasih, mas Ucap Putri bahagia setelah dipuji oleh calon pengantinnya.
Cieeee... Cieeee habis dibilang cantik Ucap Nayla pada Putri.
Hihihi namanya juga cewek... Ya cantik lah Jawab Putri yang membuat Nayla tertawa.
Diam - diam Andri pun ikut tertawa. Namun bukan karena tawa yang Putri berikan. Melainkan karena tawa yang Nayla berikan.
'Maafin aku Put, udah jadiin kamu pelampiasan rasa kecewaku... Sejujurnya, aku masih mencintai Nayla... Hanya dia wanita yang kucinta selamanya... '
Batin Andri sambil membelakangi mereka berdua.
Waktu terus berlalu. Sesi perfotoan terus berlangsung. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul satu siang. Ibu 'manager' pun memberikan waktu istirahat bagi mereka selama satu jam untuk makan siang dan juga beribadah bagi yang menjalankan. Putri & Nayla yang kelaparan memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu. Sedangkan Andri memilih menetap untuk berdiskusi dengan bagian 'editing' untuk memilah - milah hasil jepretannya.
Mau makan apa nih kita mbak ? Tanya Putri kelaparan.
Apa yah ? Bakso aja di depan gimana ? Tanya Nayla saat melihat warung bakso di depan tempat mereka bekerja.
Yeee bakso mana bikin kenyang... Eh itu ramen aja gimana ? Tanya Putri yang membuat Nayla tertarik.
Wah boleh juga... Biar kayak Naruto hihihi Ucap Nayla tertawa saat teringat serial kartun favoritnya dulu.
Hihihi Sakura dong yang cantik Ucap Putri.
Mending Hinata yang suka ramen... Mana itunya gede lagi Ucap Nayla bercanda dengan sesama wanita.
Hihihi tau lah yang gede Ucap Putri agak iri saat melihat ukuran payudara Nayla.
Hihihi nanti punya kamu juga gede kok, pas udah nikah tapi Ucap Nayla memotivasi.
Loh emang bisa gitu ? Apa gara - gara sering diremes sama suami yah ? Tanya Putri malu - malu saat menanyakan hal itu.
Hihihi bisa jadi Ucap Nayla ikut malu saat teringat perlakuan suaminya dulu yang gemar memainkan kedua payudaranya.
Saat sedang asyik - asyiknya membahas hal - hal yang berbau kewanitaan. Mereka berdua dikejutkan oleh seseorang yang tiba - tiba mendekat.
Mbak Nayla. . . . Ucap seseorang yang membuat kedua akhwat bercadar itu menoleh.
'Astaghfirullah pak Beni ? Kenapa dia ada disini ? '
Batin Nayla terkejut.
Iya, ada apa ? Tanya Nayla dengan dingin sambil memperhatikan tubuhnya. Pak Beni sedang bertelanjang dada. Tangan kirinya memegangi sapu dan tangan kanannya memegangi kantung kresek.
Mbak laper ? Ini saya ada sesuatu buat mbak Ucap pak Beni sambil menyerahkan kantong kresek itu.
'Ihhh apaan sih sok deket ? Mau ngasih apa juga ? '
Batin Nayla saat terpaksa menerimanya.
Makasih Jawab Nayla dengan dingin tanpa sempat melihat isi dari kantung kresek itu.
Pria tua kekar itu hanya tersenyum sambil memandang wajahnya. Jelas Nayla pun tak nyaman. Akhirnya dengan tergesa - gesa ia izin pamit agar bisa menjauh dari kejaran pria tua itu.
Maaf aku mau pergi, permisi Ucap Nayla sambil menarik tangan Putri.
Eh mbak.... Itu... Itu siapa ? Tanya Putri dengan lirih setelah semakin jauh dari tukang sapu jalanan itu.
Dia pak Beni... Tetangga aku... Kata orang - orang sih, dia agak gimana gitu... Aneh deh pokoknya... Jangan deket - deket, tadi pagi aja tangan aku dipegang - pegang olehnya Ucap Nayla.
Heh dipegang - pegang ? Tanya Putri.
Iya, untung ada pak Urip pembantu aku... Dia nyelametin aku Jawab Nayla.
Tapi, dia keliatan baik deh Ucap Putri sambil melihat sosok pak Beni lagi.
Hush jangan diliatin... Cuekin aja Ucap Nayla menegur Putri.
Oh yah, emangnya isi dari kresek itu apaan yah ? Tanya Putri.
Hemmm apa yah ? Oh cuma roti ternyata Ucap Nayla saat melihatnya.
Roti ? Sepotong roti ? Tanya Putri.
Nayla pun hanya mengangguk. Ia lalu mengangkat kedua bahunya pertanda ia tak tahu apa maksud dari pria tua aneh itu.
*-*-*-*
'SORENYA
Sesi perfotoan telah berakhir. Nayla dan Putri pun pamit kepada ibu 'manager' sekaligus berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk mengendorse produk mereka. Jelas ini pengalaman besar bagi mereka berdua. Sayangnya jalan yang mereka berdua tempuh berbeda. Putri pun pulang duluan diboncengi Andri. Sedangkan Nayla menaiki motornya sendiri setelah berbelok ke arah kiri.
Hah, mas Miftah apa kabar yah ? Daritadi kok susah dihubungi... Apa jangan - jangan datanya dimatiin yah ? Lirih Nayla ditengah perjalanan pulangnya.
Jujur, ia sangat merindukan sosoknya. Apalagi di malam ini dirinya harus tidur sendiri. Ia jadi ketakutan kalau harus tidur sendiri. Padahal ia membutuhkan teman yang bisa diajaknya bercerita tentang hari ini. Ia ingin mengeluarkan keluh kesahnya. Kalau suaminya tidak ada, kepada siapa ia harus bercerita ?
Tak lama kemudian, ia pun tiba di depan rumahnya. Terlihat pak Urip sedang menyapu halaman. Lantai pun sudah bersih. Nayla sangat senang dengan kinerja pembantunya itu.
Assalamu'alaikum pak... Makasih pak atas kerja kerasnya Ucap Nayla tersenyum.
Eh non Nayla dah pulang... Walaikumsalam... Hakhakhak, kerjaan saya cuma nyapu doang kok... Gak ada keras - kerasnya sama sekali Ucap pak Urip merendah yang membuat Nayla tersenyum saja.
Oh yah non... Tadi saya buatin jus alpukat kesukaan non di kulkas... Kalau non haus bisa diambil langsung disana yah Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla senang.
Oh yah ? Makasih banget yah pak... Kebetulan aku capek banget hari ini Ucap Nayla sambil membawa kantung kresek di tangan kanannya.
Oh yah non... Maap Panggil pak Urip yang membuat Nayla berhenti melangkah.
Iya pak ? Tanya Nayla setelah berbalik badan.
Saya izin pulang dulu yah... Udah jam setengah lima... Saya mau nemenin istri di rumah Pinta pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
Huft kirain apa... Iya silahkan pak... Makasih yah untuk kerja kerasnya Ucap Nayla dengan ramah.
Sama - sama non... Mari Ucap pak Urip pamit pergi.
Pintu gerbangnya ditutup sekalian gak non ? Lanjut pak Urip setelah melewati pintu gerbangnya.
Gak usah pak... Siapa tau ada tamu nanti Ucap Nayla yang membuat pak Urip membiarkan pintu gerbang rumah majikannya terbuka.
Setelah pak Urip pulang. Nayla pun bergegas menuju dapur untuk mencari jus buatan pembantunya. Saat melewati ruang tamunya, ia menaruh kantung kresek itu di meja. Ia pun merenggangkan kedua tangannya naik untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Aaaahhhh capek banget hari ini Desah Nayla dengan sedikit menguap. Rasanya ia ingin beristirahat. Ia ingin tidur saja setelah lelah bekerja seharian.
Saat tiba di depan kulkasnya. Ia pun mengambil segelas jus buatan pak Urip lalu menaikan cadarnya kemudian meminumnya hingga habis sambil duduk di kursi dekat meja makan rumahnya. Rasanya memang nikmat saat menenggak jus dingin yang terbuat dari buah - buahan segar. Setelah menghabiskannya, ia pun menutupi mulutnya lagi menggunakan cadarnya lalu berpindah menuju ruang tamu rumahnya.
Hah kok aku laper yah ? Padahal tadi udah makan semangkuk ramen Ucap Nayla sambil memegangi perutnya.
Mungkin karena gak pake nasi kali yah hihihi Ucap Nayla sambil membuka kantung kresek yang tadi dibawanya.
Ia pun menemukan roti yang masih disegel dengan plastik seolah baru dibeli. Meski ia tahu kalau roti ini didapatnya dari pak Beni, ia tetap ingin memakannya karena ia yakin pasti roti ini memang baru dibeli di toko. Sehingga ia tidak begitu mencurigainya.
Nayla kembali menaikan cadarnya lalu menggigit roti demi roti sambil mengecek isi hapenya siapa tau ada pesan masuk yang tidak sempat ia baca.
Sambil 'menscroll' - 'scroll' isi hapenya. Entah kenapa tiba - tiba rasa kantuk datang menguasai. Matanya merem melek padahal mulutnya masih memakan roti yang dipegang menggunakan tangan kanannya. Pandangannya mulai samar - samar. Ia pun heran dengan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.
'Astaghfirullah'... Kenapa aku jadi ngantuk banget sih ? Ucap Nayla sambil memegangi kepalanya.
Lama - lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam - diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan - pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat.
Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ? Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang.
Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya.
Gilaaa kenyel banget... Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah Ucapnya sambil meremas - remas dada Nayla.
Mmmpphhh Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Asem, bikin kaget aja... Tapi merdu banget sih desahanmu, sayang Ucap sosok itu yang semakin menikmati remasan di dada akhwat bercadar itu.
Kedua tangan sosok misterius itu semakin liar. Mulanya ia mendekap dada rampingnya. Lalu naik hingga tiba di kedua dada bulatnya. Disana ia meremasnya, ia mencengkramnya, ia menekan ujung putingnya tuk menikmati kekenyalan dada ori yang dimiliki sang bidadari.
Sosok itu kemudian menaikan gamis sang akhwat. Nampak masih ada kaus dalaman yang menghalangi kulit mulusnya. Sosok itu pun juga menyingkap kaus dalaman Nayla sehingga perut ratanya terlihat dengan begitu jelas di pandangan matanya.
Paling suka saya sama udel - udel kayak gini... Rasanya lebih nafsuin aja deh ngeliat akhwat yang keliatan udelnya Ucapnya sambil membelai pusar sang akhwat.
Aaaaahhhh.... Ouhhhh mulus banget sayang kulitmu... Uhhhhh, pasti nikmat banget kalau bisa menggenjotmu sambil grepe - grepe tubuhmu Ucapnya saat menikmati kemulusan kulit perutnya.
Penasaran, ia pun kembali menaikan pakaian Nayla. Ia menaikannya hingga melewati penampakan gunung kembarnya. Dada Nayla yang masih tertutupi bra berukuran 34B itu pun terlihat. Sontak sosok itu terkejut. Ia tak menyangka kalau buah dada Nayla berbentuk bulat sempurna. Bentuknya mirip artis JAV yang implan saja. Tapi punya Nayla ini ori. Ia pun tak sabar untuk mencengkramnya sambil mendengarkan desahannya yang merangsang nafsu birahi.
Ouuhhhh... Ouuhhhhh... Ouhhh kenceng banget susumu sayanggg Desahnya sambil meremasi dada Nayla yang masih tertutupi branya.
Rasanya lebih nikmat seperti ini. Ia jadi bisa merasakan sentuhan kulitnya sekaligus kekenyalanannya. Tubuh akhwat bercadar memang berkualitas. Gak heran akhwat - akhwat seperti Nayla menyembunyikan tubuhnya karena kualitas tubuh mereka sangatlah premium.
Sosok itu menaikan bra yang Nayla kenakan. Nampaklah puting susunya yang berwarna pink. Sosok itu tersenyum senang, ia pun menatap wajah Nayla sejenak untuk mengecek keadaannya.
Mumpung masih tidur, saatnya nyusu dulu ah Ucap sosok itu bersemangat untuk menyeruput putingnya.
Sambil melihat keadaan sekitar, ia pelan - pelan mulai menunduk untuk mendekati dada bulat bidadari itu. Ia pun menjulurkan lidahnya. Ia menoelnya dengan lidahnya baru setelah itu memasukannya ke dalam mulutnya.
Sosok itu dengan penuh nafsu langsung menghisapnya sambil meremasnya dengan sekuat tenaga. Tangan satunya pun tak mau menganggur dengan meremas dada satunya. Dilahapnya susu bulat itu dengan penuh nafsu. Jilatannya kian membasahi putingnya itu. Bibirnya pun menjepit putingnya itu. Bahkan giginya sampai menggigit pelan akibat terlalu gemas dengan kemegahan susu bulatnya.
“Ssllrrpp mmpphhh… Slllrrpp mmpphhh… Nikmat banget susumu sayaaangg… Mmpphhh… Andai dari dulu saya tahu susumu seenak ini, pasti sudah saya jilat susumu ini diam - diam” lirih sosok itu dengan penuh nafsu.
Ia pun berpindah ke susu satunya. Tangan kirinya meremasnya sehingga puting susu bidadari itu mencuat mendekati bibirnya yang kian dekat untuk melahapnya. Sesekali sosok itu melirik wajahnya tuk melihat reaksi binalnya. Ia tersenyum saat melihat bidadari itu mengerang di dalam mimpinya.
“Lagi mimpi basah yah sayang ? Pasti dirimu sedang bermimpi digenjot oleh saya kan ? Sabar yah, nanti mimpimu itu akan kesampean kok di dunia nyata” Ucap sosok itu tertawa.
Lidahnya kembali menyerang putingnya. Lidahnya dengan liar menyapu puting sebelah kiri bidadari itu. Bibirnya dengan binal mencium putingnya. Lalu mulutnya mendekat tuk melahap setengah dari payudara yang teramat bulat itu. Sosok itu mengerang. Sosok itu menyedot susu itu berharap ada satu tetes yang keluar dari dalam putingnya. Namun itu tak mungkin karena Nayla belum sempat melahirkan apalagi hamil. Ia pun berambisi ingin menghamilinya agar suatu saat bisa menyusu langsung dari puting susunya.
“Mmppphhh… Mmpphhh nikmat bangett… Mmpphhhh nikmat banget susumu ini sayangg… Mmpphhhh” Desahnya sambil menyeruput dada bulat Nayla.
“Aaaaaahhhhh” Desah Nayla lagi - lagi di dalam tidurnya.
Suaranya sempat mengagetkan sosok itu hingga berdiri menjauhi Nayla. Untungnya Nayla kembali tertidur. Sosok itupun tertawa sehingga ingin memejuhi wajahnya sekarang.
“Dasar bikin kaget aja ! Huft, ngomong - ngomong pengen liat kontol saya gak, sayang ? Kontol saya gede loh” Ucapnya sambil memelorotkan celananya.
Nampak penis hitam berwarna gelap yang sudah berdiri tegak keluar dari dalam celana kolornya. Ujung gundulnya sudah basah sebagian. Sepertinya sosok itu sudah sangat bernafsu ingin menggauli akhwat bercadar itu.
“Pertama - tama, saya kontolin dulu yah susunya… Gak sabar pengen ngerasain sentuhan kulit susumu ini, sayang” Ucapnya sambil mengocok penisnya.
Pelan - pelan ia mendekatkan penisnya ke arah puting susunya. Ia pun menyentuhkan ujung gundulnya ke arah puting susunya. Saat ujung gundulnya menyentuh putingnya. Terasa sensasi nikmat yang membuatnya ingin mengocoknya terus. Sosok itu jadi kian kuat dalam membetot peninsya. Ia memajukan penisnya lalu menariknya. Ia mengocoknya maju lalu mundur. Pergerakan tangannya semakin cepat saat ujung gundulnya menyundul susu bulat sang akhwat yang begitu nikmat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Gilaaaa enak bangett susunya akhwat bercadar… Baru disentuh aja udah enak gini… Apalagi dijepit ?” Ucapnya dengan penuh nafsu.
Seketika ia terpikirkan ide. Ia tiba - tiba duduk diatas dada sang akhwat lalu menjepitkan penisnya disela - sela dada bulatnya. Tanpa ragu lagi pinggulnya bergerak maju mundur disela - sela himpitan dada sang akhwat yang begitu kuat.
“Ouuhhh nikmat bangettt… Ouhhhhh sayanggg… Ouhhhhhh… Ouhhhhhhh” desahnya sampai manyun - manyun merasakan jepitan susu sang akhwat.
Ditatapnya wajah sang akhwat yang masih memejam. Wajah cantik itu. Wajah yang tengah tertidur itu. Ia sangat beruntung bisa menggenjot dada bulatnya meski dalam keadaan tak sadar. Ia pun mencubit putingnya. Lalu menariknya naik sambil terus menggerakan pinggulnya maju mundur. Rasa gerah yang melanda membuat ia menaikan kausnya hingga tubuhnya pun terlihat dihadapan sang akhwat. Ia tersenyum. Ia pun kembali berbicara di depan sang akhwat yang masih memejam.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Andai dirimu sadar sekarang… Dirimu pasti akan terpana dengan tubuh indah yang saya punya” Ucapnya dengan penuh percaya diri saat menggenjot dada bulatnya.
Kedua tangan sosok itu meremas - remasnya dengan kuat. Sodokannya pun dipercepat. Terasa sensasi nikmat yang melanda penis hitamnya. Sosok itu sampai berulang kali mengatur nafasnya. Kepalanya juga ia geleng - gelengkan untuk mengendalikan nafsunya agar tidak keluar duluan. Baru digenjot dadanya aja udah senikmat ini. Ia pun geleng - geleng kepala membayangkan jepitan kemaluannya saat penisnya masuk menghujam dinding rahimnya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Jadi gak sabar saya… Pasti puas banget kalau bisa menggenjot selebgram bercadar sepertinya” Ucapnya dengan penuh nafsu.
Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Pergerakannya tidak pernah mengendur. Bahkan pergerakannya semakin cepat seolah sedang menggempur. Sosok itu mengusap rambutnya ke belakang lalu mengelap keringat yang membasahi wajahnya.
Ditengah sodokannya yang menggesek dada bulatnya. Matanya sedari tadi menatap cadar yang menghalangi sebagian wajah indahnya. Ia begitu penasaran. Ia ingin merasakan mulut dari selebgram bercadar itu.
“Aaaaaaahhhhhhh” Desahnya saat mementokkan penisnya hingga ujung gundulnya nyaris mengenai kaus yang masih terpasang di tubuh indahnya.
Ia lekas berdiri lalu membuka cadar sang dewi. Lalu mengocoknya dengan menyentuhkan ujung gundulnya di bibir seksinya.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhh… Nikmat bangettt… Aaahhhhhh” desahnya sambil mengocok penisnya di bibir tipisnya.
'Sudah saya duga… Wajahmu ini memang cantik… Untuk apa kamu menyembunyikan keindahanmu ini sayang ? Dengan tubuh seindah ini, dan wajah secantik ini, seharusnya kamu pamerkan dan biarkan orang - orang lain menikmatinya dengan memejuhi tubuh seksimu ini…'
Batin sosok itu membayangkan selebgram bercadar itu telanjang dikelilingi oleh orang - orang rendahan.
“Pasti puas banget… Pasti dirimu akan sangat beruntung kalau digilir oleh orang - orang seperti mereka” Ucapnya sambil mencengkram pipinya sehingga mulut Nayla perlahan membuka.
“Aaaahhhh yahhhhhhhhh” desah sosok itu merinding merasakan sepongan mulut sang dewi ketika penisnya perlahan masuk membelah mulutnya.
Terasa sensasi lembap di dalam sana. Terasa sensasi hangat di dalam sana. Sosok itu pelan - pelan menggerakan pinggulnya maju. Lalu pelan - pelan ia menariknya lagi hingga menyisakan ujung gundulnya saja. Lalu ia mendorongnya lagi lalu menariknya lagi. Ia mendorongnya lagi lalu menariknya lagi. Ia tersenyum sambil menatap mata sang dewi yang tertutupi kain cadarnya yang tipis. Ia pun tak sabar ingin menyetubuhi sang bidadari bercadar dalam keadaan sadar. Pasti akan terasa nikmat saat merasakan jepitannya sambil mendengarkan suara desahannya yang menggairahkan.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah sosok itu kenikmatan.
Rasa nikmat yang begitu enak membuatnya pelan - pelan mementokkan ujung gundulnya hingga menyundul pangkal kerongkongannya. Ia tak peduli andai sang bidadari akan terbangun. Ia terus mendorongnya hingga pangkal penisnya pun sampai di bibir tipis Nayla. Bahkan bulu jembutnya telah menyapu hidung mancungnya. Baru setelah puas, ia menariknya keluar hingga penisnya itu basah berkilauan. Bahkan liurnya sampai ada yang tertarik lalu jatuh mengenai dagu sang akhwat.
“Aaaahhhhhhh mantaaapppppp… Gilaaa puas bangetttt… Saya jadi gak kuat lagi… Saya ingin memejuhinya sekarang” Ucap sosok itu kembali memasukan penisnya ke dalam mulutnya.
Sosok itu kembali menggenjot mulutnya. Ia memaju mundurkan pinggulnya secara berhati - hati agar tidak membangunkannya. Ia tidak mau andai akhwat itu terbangun, kemudian menggagalkan niatnya yang ingin memejuhi mulutnya.
Nafas sosok itu kian berat. Terasa penisnya cenat - cenut di dalam. Tangan kirinya pun bergerak mundur untuk meremas dada bulatnya dikala pinggulnya terus maju menggempur mulut bidadari cantik itu. Hampir lima menit ia menggempur mulut sang dewi. Ia akhirnya tak tahan lagi. Rasa nikmat itu tak mampu ia tahan lagi.
“Aaahhhh… Aaaahhh… Aahhhh… Sayaannggg… Saayaannggg… Aaaahhhh rasakaannn iniiiii !!!” Ucap sosok itu sambil menarik keluar penisnya lalu mengocokkannya tepat dihadapan mulutnya.
'Crroottt… Crroott… Crroottt…'
“Aaahhhh kelluuaaarrrr !!!”
Satu demi satu lelehan spermanya tumpah mengenai bibirnya. Sebagian bahkan ada yang masuk ke dalam mulutnya. Sebagian lagi mengenai hidungnya. Sebagian lagi berceceran di sekitar mulutnya. Sosok itu sampai kelojotan karena saking nikmatnya. Sosok itu sampai merem melek merasakan nikmatnya menggenjot tubuh selebgram bercadar itu.
“Ooouuhhhh gillaaa… Ouhhhh puassnyyaa… Ouuhhh aahhh… Hah…. Hah… Hah” desah sosok itu sampai ngos - ngosan.
Sosok itu pun melangkah mundur. Ia berdiri disamping sofa itu sambil melihat keadaan sang akhwat yang tengah berantakan. Ia tersenyum puas. Ia puas karena berhasil menjalankan rencana awalnya.
Kemudian, dengan terburu - buru ia menaikan lagi celana kolornya lalu menurunkan kaus lusuhnya. Ia dengan hati - hatipun menurunkan cadarnya tuk menutupi pejuh yang menodai area disekitar mulutnya.
Namun saat ia baru saja menurunkan cadarnya. Ia melihat Nayla tiba - tiba bergerak seolah ingin bangkit dari sofanya.
'Gawwaaatttt !!!'
Batin sosok itu terkejut. Ia pun melihat ke arah pintu keluar, tepatnya di arah belakang tempat berdirinya sekarang. Ia terpikirkan ide tapi masih ragu karena sempitnya waktu yang ia miliki.
“Mmmpphhhhh bau apa ini ? Aku dimana ?” Ucap Nayla terbangun sambil merenggangkan tangannya naik.
“Nyammm… Nyaamm… Eh… Apa ini ?” Ucap Nayla tersadar saat merasakan adanya sesuatu yang kental di dalam mulutnya. Nayla pun buru - buru menyentuh mulutnya. Ia pun membuka cadarnya lalu menjulurkan lidahnya sebelum jemarinya datang untuk mengoleskannya ke sana.
Betapa terkejutnya Nayla saat melihat sesuatu yang kental berwarna putih ada di jarinya. Ia pun lalu mengoleskan wajahnya yang basah dan lagi - lagi menemukan sesuatu yang kental berwarna putih disana.
Belum selesai rasa terkejut yang Nayla miliki. Tiba - tiba ia melihat sosok kekar yang sedang berdiri di depan pintu masuknya. Mata Nayla jelas membuka lebar. Apalagi saat menyadari kalau gamis yang ia kenakan terangkat naik hingga memamerkan dada bulatnya.
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh” Jerit Nayla ketakutan. Apalagi saat ia melihat penis pria tua berbadan kekar yang sudah menegak dibalik celana kolornya. Ia pun curiga. Ia pun takut andai apa yang ada di pikirannya itu beneran terjadi.
'Ini gak mungkin spermanya pak Beni kan ? Innniiiii ?'
Batin Nayla ketakutan.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Mbak Naylaaa… Saya bisa jelaskan… Saya . . . .” Ucap Pak Beni ketakutan andai Nayla memikirkan yang bukan - bukan. Saking paniknya, pak Beni justru mendekat yang niatnya padahal ingin menenangkan Nayla.
Namun Nayla berfikiran kalau pak Beni ingin menodai tubuhnya lagi. Ia pun melangkah mundur. Ia hendak berdiri namun tubuhnya tidak mau menuruti apa yang diinginkannya. Ia kesulitan berdiri. Ia pun hanya bisa menjerit agar sosok kekar itu menjauhi dirinya.
“Aaahhhh perggiii… Peerrggiiii…. Jangan kurang ajar yah pak… Saya akan lapor polisi kalau bapak berani menodaiku lagi !” Ucap Nayla ketakutan.
“Lagi ? Saya gak pernah menodai mbak… Jujur, saya aja baru dateng… Saya tadi penasaran kenapa gerbang pintu rumah mbak terbuka” Ucap Pak Beni mencoba menjelaskan.
“Perggiiiiii… Jangan mendekat lagiii… Aaahhhh tolooonggg… Tollooonggggg” Teriak Nayla meminta pertolongan.
Untungnya tak lama kemudian, datanglah pria tua berbadan gempal yang muncul dari arah kanan mereka berdua. Kaget melihat ada pak Beni yang sedang mendekati Nayla. Sosok itu dengan sigap mengambil sapu lalu menghantam lengan pria tua kekar itu yang membuatnya terjatuh ke atas meja ruang tamu.
“Apa yang kamu lakukan disini ? Ada apa ini non, kenapa pak Beni disini ?” Ucap pak Urip yang datang dengan mengenakan pakaian santainya.
“Paakkk tolooonngggg… Pak Beni mau menodai aku pakkk… Toloongggg” Ucap Nayla yang membuat Pak Urip naik pitam.
“Apa ? Berani sekali dirimu mau menodai non Nayla… Pergi kamuuu… Pergiii dari siniii !!” Ucap Pak Urip sambil mengibaskan sapunya selayaknya pendekar pedang.
“Pakkk bukan seperti itu… Saya bisa jelaskan pakk… Tolloonggg” Ucap pak Beni yang masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana kolornya saja. Pria tua kekar itu pun akhirnya memilih kabur karena pak Urip sudah dirundung nafsu ingin menggebuki sosok kekar itu. Pak Beni akhirnya mengambil kaus lusuhnya yang terjatuh di lantai. Lalu berlari sekencang - kencangnya menuju gerbang luar.
“Dasar bajingan ! Berani sekali dirimu menodai non Nayla !” Kutuk pak Urip pada pria tua yang dikenal aneh oleh masyarakat sekitar itu.
Saat pak Beni sudah pergi. Nayla pun menangis sejadi - jadinya yang membuat pak Urip iba pada sosoknya. Pak Urip pun duduk di samping Nayla. Nayla yang ketakutan tanpa berpikir panjang langsung memeluk sosok penyelamatnya itu.
“Paakkk akuuu takutt” Ucap Nayla sambil menangis.
“Tenanggg, ada apa sih non ? Kok bisa - bisanya orang itu sampai masuk ke rumah ?” Ucap pak Urip ingin menanyakan kronologi kejadiannya.
“Gak tau pakkk… Tadi aku abis pulang kerja… Terus ketiduran disini… Tau - tau pas bangun aku ngeliat pak Beni di dekat pintu dan aku ngerasain spermanya di mulut aku pakkk” Ucap Nayla semakin mengencangkan tangisannya.
“Sperma ?” Ucap Pak Urip semakin kesal.
“Iya aku yakin banget… Ia tega menodai aku pas lagi tidur pakkk… Aku takut kalau dia dateng lagii” Ucap Nayla yang membuat pak Urip pun mengelus punggungnya untuk menenangkannya.
“Lagian kenapa non bisa tidur disini sih ?” Ucap Pak Urip heran karena biasanya majikannya itu tak pernah tidur disembarang tempat.
“Gak tau pak… Rasanya ngantuk banget… Tadi aku lagi makan roti… Dan . . . .” Ucap Nayla tersadar.
“Roti ? Roti apa ?” Tanya pak Urip.
“Roti ini ? Tadi siang, pak Beni yang ngasih aku roti ini pak” Ucap Nayla menduga kalau roti itu telah diracun oleh pak Beni.
“Roti dari pak Beni ? Kenapa masih dimakan sih ?” Ucap pak Urip berdiri lalu membuang roti itu ke dalam tempat sampah.
“Maaafff aku gak tau… Aku gak curiga sedikitpun pak… Soalnya roti itu masih disegel plastik… Aku gak nyangka kalau ada sesuatu yang bikin aku ngantuk berat di dalamnya” Ucap Nayla kembali menangis yang membuat pak Urip semakin tidak tega.
“Yasudah, itu sudah berlalu non… Jangan diulang lagi… Jauhi orang tua itu… Apapun yang diberikan jangan mau yah… Buang aja biar kejadian kayak gini gak terulang lagi” Ucap pak Urip sambil memeluk erat akhwat bercadar itu.
“Iyya pakkk… Maaffff, gak lagi - lagi pak” Ucap Nayla terisak - isak.
Pak Beni pun memeluknya erat untuk menenangkannya. Terkadang mulutnya juga mengeluarkan kata - kata. Terkadang jemarinya juga mengusap punggungnya yang masih tertutupi gamis berwarna putihnya.
“Oh iya pak… Aku minta sesuatu boleh ?” Pinta Nayla tiba - tiba.
“Ada apa non ?” Tanya pak Urip sambil menatap wajahnya.
“Tolong temani aku malam ini… Aku takut kalau orang itu datang lagi pak… Bapak bisa tidur disini atau dimana aja tapi tolong jangan biarkan aku sendiri disini pak… Aku takut” Ucap Nayla yang membuat pak Urip berpikir sejenak.
“Temani non ?” Tanya pak Urip.
“Iya pak… Toloongggg… Aku takut banget kalau tidur sendiri disini” Ucap Nayla terus memohon.
“Hmmm nanti saya izin ke istri dulu yah… Untuk sekarang non tenangin diri aja dulu… Non bisa mandi dulu apa gimana… Nanti setelah izin, saya datang lagi kesini, gitu yah ?” Ucap pak Urip yang hanya dijawab anggukan oleh Nayla.
Nayla yang masih merasa jijik dengan aroma sperma di mulutnya lekas pergi menuju kamar mandi untuk membersihkannya. Pak Urip pun hanya menetap di sofa sambil melihat ke arah pintu keluar. Ia masih kepikiran, bisa - bisanya pak Beni datang di jam seperti ini.
“Hah… Untung saja tadi bisa tepat waktu” Ucap pak Urip tersenyum lega.
MEBE9P1
18/41/8d/MEBE9P1_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 2
BERAWAL DARI MIMPI
Nayla sudah mandi. Aroma tubuhnya juga sudah wangi. Tak ada lagi aroma sperma yang menyengat di mulutnya karena dirinya sudah menggosok gigi berulang kali. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Nayla yang baru saja pulang dari musholla terdekat bergegas berganti pakaian untuk menyantap makan malam bersama pembantu yang sangat ia percaya.
Paakkk... Makan yukk Ajak Nayla yang sudah kelaparan.
Akhirnya makan juga... Daritadi saya nungguin loh non, cuma gak enak buat bilangnya... Hakhakhak Tawa pak Urip.
Yeee bapak gak bilang... Aku biasa makan jam segini soalnya, jadi aku gak tau kalau bapak udah kelaperan dari tadi Ucap Nayla merasa tak enak.
Hakhakhak gapapa non... Saya juga tamu kok disini... Tamu kan harus ngikutin kebiasaan disini Ucap pak Urip sambil tersenyum yang membuat Nayla ikut tersenyum.
Mereka berdua pun menyantap makan malam. Nayla yang tadi pagi memasak sayur sup dengan gorengan tempe serta sambal matah langsung berdiri untuk mengambilkan nasi untuk laki - laki yang telah melindunginya tadi.
Gak usah non, biar saya aja Ucap pak Urip merasa tak enak.
Udah gapapa pak... Aku kan harus membalas budi perbuatan bapak... Aku gak tau bakal kayak gimana kalau tadi bapak gak dateng menolongku Ucap Nayla yang membuat pak Urip tersipu.
Pak Urip jelas merasa malu. Ia begitu senang ketika dianggap sebagai pahlawan yang telah melindungi akhwat bercadar dihadapannya. Dilihatnya Nayla yang saat ini sedang mengenakan pakaian santainya. Meski hijab & cadar terpasang menutupi kepala dan sebagian wajahnya. Kaus santai Nayla yang tidak terlalu longgar membuat pak Urip dapat mengira - ngira bagaimana lekuk tubuhnya saat tidak berpakaian.
Ya, sebagai lelaki biasa. Pak Urip juga mempunyai nafsu kepadanya. Ia masih normal. Meski usianya sudah menua, hasrat birahi untuk menggagahi Nayla tetap ada. Tapi ia menekan semua hasrat birahinya itu demi memenuhi pengabdiannya pada pak Miftah yang merupakan sosok yang sangat berarti baginya.
Pak Urip pun tersenyum saat melihat keindahan paras Nayla.
Maaf pak cuma seadanya Ucap Nayla yang tadi sore hanya memanaskan lagi sup yang ia buat di pagi tadi.
Gapapa non, bagi saya ini sudah termasuk mewah kok... Hakhakhak Tawa pak Urip yang menghibur hati Nayla.
Mereka berdua pun menyantap makan malam bersama. Sesekali mereka mengobrol. Sesekali juga mereka bercanda. Terkadang Nayla bercurhat mengenai sikap suaminya. Terkadang pak Urip menghiburnya dengan menyadarkan Nayla kalau suaminya itu memang sibuk. Nayla pun senang dengan sikap pak Urip. Ia juga bercurhat mengenai kejadian di hari ini. Beruntung pak Urip sudah mengetahui kejadian asli di sore tadi. Nayla jadi bisa menceritakan semuanya sehingga hatinya terasa plong setelah mengungkapkan semuanya.
Sudah belum pak, biar aku bawa ke wastafel Ucap Nayla saat melihat pak Urip sudah menghabiskan makan malamnya.
Eh gak usah, biar saya aja yang membereskannya Ucap pak Urip tanggap dengan mengambil piring Nayla lalu membawanya ke wastafel. Ia bahkan mencucinya juga yang membuat Nayla menyukai kepribadiannya yang tanggap.
Anu pak, aku mau langsung tidur ke kamar yah Ucap Nayla meminta izin saat berjalan melewati dapurnya.
Oh iya non, silahkan... Saya boleh tiduran di ruang tamu sambil nonton tv kan ? Ucap pak Urip meminta izin saat sedang membersihkan piringnya.
Iyya pak boleh Jawab Nayla sambil tersenyum.
Pak Urip pun tersenyum. Nayla setelah itu pun membuka pintu kulkasnya untuk mengambil sebotol minuman yang berwarna kekuningan. Kemudian Nayla menuangkannya ke dalam gelas yang dibawanya. Lalu meminumnya sambil membelakangi pak Urip untuk menyembunyikan sebagian wajahnya.
Aahhhh segernya minuman rasa lemon ini Ucap Nayla sambil mengelap bibirnya yang basah.
Pak Urip pun menoleh saat majikannya itu mengucapkan sepatah kata. Lalu pak Urip menatap botol berisi minuman rasa lemon itu sebelum dirinya melanjutkan bersih - bersih piringnya.
Hmmm minumannya mau abis... Besok harus beli lemonnya ke mang Yono lagi nih Ucap Nayla sambil menutup botol lemon itu kemudian menaruhnya kembali ke kulkas.
Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat. Ia ingin cepat - cepat mengakhiri hari karena sudah terlalu letih dengan segala kejadian yang sudah terjadi. Ia pun berganti pakaian, ia juga melepas hijab berserta cadarnya. Tak lupa ia mengunci pintu kamarnya karena ada laki - laki lain selain suaminya yang menginap di rumahnya.
Hah waktunya tidur... Semoga besok ada kabar baik yang menyertai hariku Lirih Nayla sebelum memejamkan matanya.
*-*-*-*
Pagi telah datang diikuti oleh cahaya mentari yang bersinar terang. Burung - burung berterbangan melewati pohon - pohon yang rindang. Cuacanya sangat cerah membuat orang - orang begitu sumringah. Ada yang ingin jalan - jalan. Ada juga yang ingin berdiam di rumah menikmati pemandangan indah di halaman depan.
Nayla juga telah bangun dan bersiap - siap untuk berolahraga. Meski badannya agak pegal - pegal. Ia ingin berolahraga untuk melupakan masalah yang ia dapatkan. Nayla memang suka berolahraga maka tak heran kalau dirinya memiliki tubuh yang begitu indah.
Hmmm seger banget udaranya Ucap akhwat bercadar itu saat sedang mengenakan sepatunya di teras depan.
Akhwat berhijab serta cadar merah itu pun berdiri tegak setelah mengenakan sepatunya. Kaus berlengan panjang berwarna hitam melekat di tubuh rampingnya. Tak lupa celana 'training' panjang berwarna coklat membungkus kaki jenjangnya. Meski tak mengenakan pakaian yang memiliki warna selaras. Kecantikannya tetap melekat padanya. Penampilannya sungguh mengundang mata lelaki tuk melihatnya. Ia pun mulai berlari untuk melupakan masalah yang menghantuinya kemarin.
Setelah melewati gerbang rumahnya. Ia pun berbelok ke arah kanan. Kedua tangannya ia kibas - kibaskan untuk melemaskan otot di lengannya. Matanya pun memejam saat menikmati udara yang begitu segar.
Seketika, saat dirinya melewati rumah seseorang. Sepasang tangan tiba - tiba datang mengejutkan Nayla dari arah belakang. Rasa terkejut yang dialaminya membuatnya ingin berteriak. Namun mulutnya tertahan oleh dekapan orang itu dari belakang.
Mmmpphhh... Mmmpphhh... Mmmpphhh Desah Nayla tertahan.
Pagi - pagi udah wangi aja dirimu mbak... Main ke rumah yuk, saya janji akan memberikan kepuasan yang gak pernah mbak bayangkan Ucap sosok itu yang membuat mata Nayla terbuka lebar.
Mmmpphhh.. Mmmpphhh... Mmmpphhh Desah Nayla tertahan sambil menggeleng - gelengkan kepala.
Namun tubuhnya tiba - tiba diseret ke belakang oleh orang itu. Seketika ia mengenali suaranya. Ia juga mengenali tangan kekar yang sedang mendekap mulutnya juga perutnya. Sontak Nayla ketakutan. Ia sadar kalau dirinya sedang dibawa ke rumah seseorang.
'Pak Beni... Apalagi yang akan pak Beni lakukan padaku... Lepaskan... Lepaskaannnn... '
Batin Nayla di dalam hati.
Mmmpphhh... Mmmpphhh... Mmmpphhh Desah Nayla sambil berontak. Berulang kali tangannya mendorong dekapan tangan pak Beni agar terlepas. Namun usahanya percuma karena dekapan tangan pria tua itu terlampau kuat. Ia juga berulang kali menahan kakinya. Namun tetap saja, kakinya justru terseret seiring terbawanya tubuhnya ke dalam rumah pak Beni.
'Jebreeettt !!! '
Pintu telah ditutup. Nayla telah diculik ke dalam rumah pak Beni. Dengan kasar tubuh Nayla didorong hingga menghantam dinding rumah pak Beni. Tangan kanan pak Beni bertumpu pada dinding. Tepatnya dinding yang berada tepat dibelakang Nayla. Tangan pak Beni berada tepat di sisi kiri wajah Nayla. Wajah Pak Beni pun mendekat tuk menatap wajah cantik Nayla.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEBG1T9
b6/6d/89/MEBG1T9_t.jpg
'NAYLA
Sayaaannggg Ucapnya yang membuat Nayla benci sehingga menoleh ke kanan.
Liat sini donggg Ucap pak Beni sambil mendekap dagu Nayla lalu menolehkannya ke arah wajahnya.
Apa lagi yang bapak inginkan ? Lepaskan aku... Aku gak mau dinodai lagi oleh bapak ! Tegas Nayla meski jantungnya berdebar karena ketakutan.
Cantik sekali wajahmu ini, sayang... Akan lebih baik kalau wajah secantik ini dilumuri pejuh agar wajahmu semakin mulus Ucap pak Beni sambil membelai lembut pipi Nayla yang masih tertutupi cadarnya.
Apa bapak bilang ? Jangan kurang ajar yah pak ! Wajah aku bukan tempat pembuangan sperma bapak ! Ucap Nayla dengan tegas yang malah membuat pak Beni tertawa.
Pembuangan sperma ? Pembuangan pejuh kaliii.... Duh makin gak nahan deh, ingin rasanya mencium bibir manismu lagi” Ucapnya sambil membelai bibir tipis Nayla dari luar cadar yang dikenakannya.
Nayla pun membuang mukanya lagi. Namun, saat wajahnya digerakkan oleh jemari pak Beni agar dapat melihat sosok tua itu lagi. Tiba - tiba wajah jeleknya mendekat untuk mencumbu bibir tipisnya.
“Mmmpphhh desah pak Beni yang tiba - tiba mencumbu bibir Nayla dari luar cadarnya.
Paakkk, mmmpphhhhh Desah Nayla tak siap sehingga membiarkan bibirnya dihantam oleh bibir pria tua itu.
Meski ada cadar yang menjadi pemisah bibir mereka berdua. Nayla masih dapat merasakan sentuhan bibir pak Beni yang begitu rakus saat mencumbu bibirnya. Nayla pun berusaha mendorongnya menggunakan tangan rampingnya. Namun usahanya percuma karena tubuh kekar pak Beni terlampau kuat.
Hentikaannn... Lepaskaaannn Jerit Nayla sambil mendorong tubuh pak Beni.
Yahahaha... Manis sekali bibirmu sayang... Belum juga dengan susumu... Ouhhhh kenyalnya... Ya ini baru susu... Ini baru susu akhwat yang rasanya nikmat Desah Pak Beni sambil meremas dada Nayla.
Aaahhhh lepaskaaann.... Aahhhh sakitttt Jerit Nayla sambil menahan tangan pak Beni agar tidak semakin bebas dalam meremas dadanya.
Aahhh yahhh... Aahhhh mantapnyaaa... Ini baru susu... Ini baru susu Ucapnya sampai mengulang kata - katanya hingga dua kali.
Sembari tangannya meremas buah dada Nayla. Bibirnya kembali mendekat tuk mengincar leher Nayla yang masih tertutupi hijabnya. Karena kesulitan, ia pun mengganti targetnya dengan menaikan cadar yang Nayla kenakan. Lidahnya pun keluar lalu menjilati pipi Nayla dari balik cadarnya. Lidahnya juga mendekat ke arah bibirnya meski Nayla sudah berusaha kabur agar tidak disentuh oleh bibirnya.
Aaahhh bapaakkk... Jangaaannn
Dikala Nayla fokus menghindari lidah pria tua kekar itu. Tiba - tiba ia dikejutkan oleh celananya yang dipelorotkan oleh pak Beni. Celananya pun turun hingga ke lututnya. Ditengah kepanikan itu, tubuh Nayla tiba - tiba dibalikan menghadap ke arah dinding ruangan. Nayla pun dipaksa menungging bertumpu pada dinding. Dalam sekejap celana dalam Nayla juga diturunkan. Kejadian yang begitu cepat itu membuat Nayla tidak tahu harus melakukan apa dulu tuk mencegah perbuatan pria tua itu.
Dah lama saya ingin menghujami memekmu, sayang... Akhirnya waktunya pun tiba... Terima ini, Terima kejantanan saya ini Ucap pak Beni saat mengarahkan penisnya yang baru saja dikeluarkan dari balik celana kolornya yang diturunkannya.
'Jleeeebbbb !!! '
Mata Nayla terbuka lebar. Sebuah benda tumpul yang amat besar tiba - tiba menghantam masuk membelah liang senggamanya. Tubuh Nayla sampai terdorong maju. Tusukannya yang begitu kuat membuat penis itu dengan cepat menyundul dinding rahimnya.
Aaaaahhhh bapaaakkkk Desah Nayla hingga membuat sekujur tubuhnya lemas tak berdaya.
Yahahaha... Nikmat sekali jepitan memekmu, sayang... Ouhhhh mantappnyaaa... Ouhhhh baru nusuk aja udah senikmat ini... Apalagi kalau sampai gerak maju mundur ? Ucap pak Beni yang akhirnya mulai menggerakan pinggulnya.
Aaahhh jangaaannn... Jangaannnn paakk... Aahhhh.... Aahhhh Desah Nayla merasakan gesekan yang begitu terasa menggelitiki dinding vaginanya. Meski vaginanya belum terlalu basah. Meski penis pria tua itu terlampau megah. Rasa sakit akibat penetrasi pria tua kekar itu tak begitu terasa.
Mulut Nayla berulang kali membuka lebar. Tusukan demi tusukan yang pak Beni lakukan telah menggetarkan jiwanya. Seingatnya hampir dua minggu sejak terakhir kali dirinya disetubuhi oleh suaminya. Ini kah akibatnya hingga diam - diam ia merasakan kenikmatannya. Namun suara pak Beni yang mendesah saat sedang memperkosanya membuat ia tersadar. Ia sedang diperkosa. Ia pun kesal sehingga meminta pria tua itu untuk berhenti menggenjotnya.
Aaahhh hentikaaann... Hentikan paakkk... Aaahhh gakk maauuu... Gakk maauuuu Jerit Nayla sambil melepaskan tangan pak Beni yang sedang memegangi pinggangnya.
Aaahhh nikmat sekali memekmu sayanggg... Aaahhh yahh... Aahhhh mantaaappp Desah pak Beni dengan barbar saat menikmati kemaluan tetangganya.
Sebagai pekerja kasar yang memiliki tubuh kekar. Ia pun tak kenal dengan yang namanya kelembutan. Apa - apa ia lakukan dengan kasar. Termasuk saat menyetubuhi kemaluan akhwat bercadar itu dengan gaya barbar. Cengkraman yang ia lakukan di pinggangnya juga terlampau kuat. Ia pun terus menggenjotnya hingga perlahan kemaluan Nayla semakin basah.
Aaahhh... Aaahhh... Aaahhh paakkk ouhhhh Desah Nayla hingga berulang kali merapatkan pahanya saat merasakan sensasi aneh dari sodokan pria tua itu.
Gerakan barbar yang dilakukan oleh pak Beni malah membuat Nayla perlahan kian menikmati. Belum pernah ia digenjot dengan kasar seperti ini. Suaminya biasa melakukannya dengan lembut. Gerakan seperti ini justru membuat birahinya terpanggil hingga diam - diam menikmati perlakuan kasar tetangganya itu.
Aaahhh... Aaahhh... Enakk kan sayanggg ? Ucap pak Beni yang menyadarkan Nayla kembali.
Enggaakkk... Gak sama sekali... Lepaskan akuu... Lepaskan akuu pakkk Ucap Nayla dengan sisa harga diri yang dimilikinya.
Namun lagi - lagi sodokan barbar yang ia terima membuat hatinya bertanya - tanya.
'Aaahhh... Aahhhh kenapa rasanya seperti ini... Kenapa aku nyaris menikmati ? Ada apa ini ? Mmmpphhh... Aaahhhh... '
Batin Nayla heran.
Ditengah sodokan yang semakin nikmat. Tiba - tiba pak Beni menghentikan sodokannya. Nayla pun terkejut hingga menoleh ke belakang. Nampak pak Beni tersenyum mesum yang membuat bulu kuduk Nayla merinding dibuatnya. Nayla pun ketakutan. Apalagi saat mendengar kata yang pak Beni ucapkan.
Mari kita selesaikan dengan jantan, sayang Ucap pak Beni sambil mendorong tubuh Nayla ke dalam kamarnya. Nayla pun diam tak bisa berkata - kata karena saking takutnya. Dalam perjalanan ke kamarnya, kelamin mereka masih tetap bersatu. Bahkan sesekali pak Beni menggenjotnya yang membuat Nayla gemetar merasakan sensasinya.
“Aaaaahhhh bapaakkkk” desah Nayla yang semakin membuat pak Beni bersemangat untuk menggenjotnya.
Tepat setelah mereka memasuki kamar. Tepatnya lagi di depan ranjang tidur pak Beni. Tiba - tiba pak Beni menarik lepas kaus yang Nayla kenakan. Pak Beni dengan cepat juga melepas kait bra yang menyembunyikan dada indahnya. Nayla pun berteriak setelah pakaiannya dilucuti oleh pak Beni.
Aaahhhh jangaannn... Jangann dilepas paakk... Aaahhhh Jerit Nayla saat tubuhnya didorong oleh pak Beni sehingga membuatnya terjatuh dalam posisi tengkurap diatas ranjang tidur pak Beni.
Baru saja terjatuh, pak Beni langsung menarik lepas celana 'training' yang Nayla kenakan. Pak Beni juga menarik lepas celana dalam yang Nayla kenakan. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab dan cadar berwarna merahnya.
Yahahahaha... Orang - orang pernah bilang kalau ada yang pake hijab merah jangan sampai lepas, gitu kan yah ? Ucap pak Beni sambil menelanjangi dirinya yang membuat mata Nayla membuka lebar saat melihat bentuk fisiknya.
Nayla awalnya merasa ngeri. Namun semakin lama ia melihatnya, ia terpesona oleh tubuh pak Beni. Tubuh pak Beni begitu indah dimata wanita. Tubuhnya begitu kekar dengan dada bidang serta perut kotak - kotak yang menghiasinya. Belum lagi dengan lengan berototnya. Belum lagi dengan bulu jembutnya yang begitu lebat serta penis gagah perkasa yang sudah mengacung tegak.
Nayla pun bergidik ngeri. Baru kali ini dirinya melihat aurat seorang lelaki selain milik suami. Baru kali ini ia melihat seorang lelaki yang begitu seksi.
Jangaannn... Jangaannn mendekat paakk... Toloongg jangaannn Ucap Nayla tersadar dari lamunan kotornya.
Sebagai wanita biasa, siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh indah pak Beni. Terlepas dari usianya yang sudah terlampau tua. Terlepas dari wajahnya yang terkesan buruk rupa. Belum lagi dengan tato di dada yang menjelaskan kalau pak Beni bukanlah laki - laki yang baik hati. Nayla sempat terkesan bahkan terpesona oleh tubuh kekarnya.
Namun sebagai akhwat bercadar yang sudah pernah menikah. Sebagai akhwat bercadar yang dulu sempat belajar di pondok pesantren. Ia tahu kalau membiarkan tubuhnya diperkosa oleh pria kekar itu adalah kesalahan. Ia pun berusaha menolak meski ia sendiri tahu, dirinya tidak memiliki kesempatan untuk kabur dari sergapan pria tua itu.
Maaf saya sudah gak kuat... Saya ingin menggenjotmu sampai puas Ucap pak Beni sambil memegangi paha Nayla lalu menariknya hingga akhwat cantik itu terseret ke arahnya.
“Aaaaahhhh lepaskaaannnnn !!!” Jerit Nayla panik saat pria tua kekar itu terlihat bernafsu ingin menyetubuhinya lagi.
Kaki Nayla pun dilebarkan. Nayla sedang mengangkan dalam posisi terlentang dihadapan pria tua yang sudah telanjang.
Jangaannn pakk... Jangaannn... Jangaannn aaaaaahhhhhh Desah Nayla saat merasakan penis jantan itu kembali ambles di dalam liang senggamanya.
“Ouuhhhhh mantapnyaaaaa” Desah pak Beni dengan sangat puas.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Baik pak Beni ataupun Nayla, mereka berdua terengah - engah setelah kemaluan mereka kembali bersatu. Pak Beni dengan penuh nafsu menatap mata Nayla. Nayla dengan lemas juga menatap mata pak Beni. Mata mereka saling melakukan kontak tanpa mereka sadari. Pak Beni pun tersenyum yang membuat Nayla bergegas membuang wajahnya ke samping.
“Mari kita mulai lagi pertempurannya, sayang” Ucap pak Beni yang perlahan mulai menggerakkan pinggulnya yang membuat suara jeritan Nayla mulai kembali terdengar.
“Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Nayla saat terbaring diatas ranjang tidur pria tua itu.
Pergerakan pak Beni memang terkesan lambat. Namun itu sudah cukup untuk membuat buah dada Nayla bergoyang indah. Mata Pak Beni pun terpaku pada pergerakan lembut payudara itu. Berulang kali lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya yang kering. Kedua tangannya pun tak berhenti mengelusi paha bagian dalam Nayla yang membuat akhwat bercadar itu merinding merasakan persenggamaan ini.
“Paaakk tolloonngg… Sudahhh… Sudaahhh aaahhhhhh” desah Nayla meminta berhenti meski hatinya berkata ingin melanjuti.
“Aaahhh… Aahhh… Gak usah munafik mbak… Saya tau tubuh mbak sedang menikmati, iya kan ?” Tanya Pak Beni yang membuat Nayla kesal merasa tidak terima.
“Gak mungkin pak… Mana mungkin aku menikmati pemerkosaan ini ! Lepaskannn… Lepaskaaan aaahhhhh” Desah Nayla saat merasakan genjotan Pak Beni dipercepat.
“Yahahaha munafik sekali… Keliatan sekali dari wajahmu, kalau mbak sangat menikmati genjotan saya, iya kan ?” Desah Pak Beni saat tubuhnya agak menunduk untuk mendekap pinggang ramping bidadari cantik itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Enggaaakkk… Engaakkk pakk… Aaaaaahhhhh” desah Nayla memejam tak kuasa menahan hujaman yang begitu kuat.
Penis pak Beni dengan brutal keluar masuk menggesek dinding rahim bidadari itu. Gesekannya yang begitu cepat membuat rahim Nayla semakin basah oleh cairan cintanya yang perlahan mulai menggenangi. Suara cipratan air pun terdengar dari dalam. Suara hantaman antar pinggul juga terdengar keras yang membuat Nayla tak tahan lagi selain berteriak kencang.
“Aaaahhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla sambil mencengkram kuat sprei ranjang tidur pria tua itu.
“Aaaahh… Aaahhh… Mantapppnyaa… Mantap sekali jepitan memekmu, sayanggg” Desah pak Beni sambil mengamati gerakan payudara Nayla yang meloncat - loncat.
Ya, gerakan buah dada Nayla terlampau kuat. Gerakan buah dadanya terlihat seperti mau terlepas saja. Hantaman pinggul pak Beni menjadi penyebabnya. Bahkan tubuh polos Nayla tergerak maju mundur diatas ranjang tidur pria tua itu. Bahkan ranjang tidur yang menjadi TKP pertempuran mereka sampai bergoyang hingga terdengar bunyi denyitan disana. Usapan tangan pak Beni di tubuhnya yang mulanya berada di pinggangnya mulai menjalar ke perutnya. Usapan tangannya pun naik tuk membelai payudaranya. Pak Beni tengah memegangi payudaranya ditengah sodokannya yang semakin kuat. Pak Beni begitu puas. Rasanya sangat nikmat saat menyetubuhi akhwat bercadar dengan gaya barbar.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhhhh” Desah Nayla merasa tak sanggup lagi. Hujamannya membuat birahinya melayang ke angkasa.
Ia heran, kenapa bisa - bisanya ia nyaris berorgasme ditengah pemerkosaan yang ia terima. Saat matanya membuka. Ia mendapati pak Beni tengah menunduk hingga dada mereka saling bersentuhan. Nayla pun buru - buru membuang muka. Ia tak mau melihat sosok pria tua itu dengan jarak yang begitu dekat.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh… Buka cadarmu sayang” Ucap pak Beni saat menaikan cadar Nayla lalu menutupi pandangannya menggunakan cadar itu. Bibir Nayla pun terlihat namun matanya tertutupi cadarnya. Pak Beni pun tersenyum. Dengan rakus bibirnya datang untuk mencumbu bibir manis itu.
“Mmpphhhh… Mmppphhhhhh” Desah mereka saat saling cumbu.
Pak Beni yang sudah menindihi tubuh Nayla sangat menikmati kelezatan bibirnya. Kedua tangannya pun mendekap tangan Nayla lalu merenggangkannya ke samping. Matanya pun memejam ditengah cumbuan bibirnya yang begitu kejam. Pinggulnya juga terus bergerak naik turun tuk membombardir liang senggama akhwat bercadar itu.
Kepuasan tak terkira dialami oleh mereka berdua. Bedanya, pak Beni menunjukkannya secara terang - terangan sedangkan Nayla menyembunyikannya karena tak ingin harga dirinya terenggut oleh pria tua itu. Ia tak mau pria tua itu terlihat senang karena telah membuatnya keenakan.
'Plookk… Plokkk… Plookkk !!!'
Pinggul Pak Beni terus menggempur. Suara hantaman pinggul itu terdengar semakin keras seiring nafsu birahi pak Beni yang semakin ganas. Sela - sela jemari Nayla teremas. Hujamannya bibirnya semakin kuat yang membuatnya semakin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya menikmati tubuhmu ini sayangg… Terima ini… Terima lebih kuat lagi” Desah pak Beni setelah melepas cumbuannya.
'Plokkk… Plokkk… Plokkk… '
Terdengar hantaman pinggul mereka berdua semakin keras.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh cukkuupppp” desah Nayla merasa tak sanggup menahan gairah birahinya lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Kayaknya ada yang mau keluar nih ? Iya gak ? Memek mbak udah berdenyut yah ?” Ucap pak Beni yang membuat Nayla merasa malu.
“Hentikaannnn… Hentikaannn paakk… Akuu enggakk… Akuuu aahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla tak sanggup lagi yang membuatnya hanya bisa mendesah.
“Yahahahha saya juga mbak… Gimana kalau kita sama - sama keluar di rahim mbak… Siapa tahu nanti mbak bisa hamil oleh perbuatan saya ini” Ucap Pak Beni yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Tappii… Engggakk… Aku gak mauuu… Aku gak mauu hamil paakkk… Aku gak mau hamil dari bapaaakkk… Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh” Ucap Nayla ketakutan mendengar ucapan pria tua itu.
“Terlambat… Saya sudah meniatkannya… Saya akan membuang pejuh saya di titik terdalam rahim mbak” Ucap pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhhh enggaakk… Enggaakkk… Aaaahhhhhhhh… Toloongggg“ Desah Nayla semakin keras.
Hujaman pak Beni semakin kuat. Gerakannya juga semakin cepat. Gesekannya terasa nikmat. Terlihat wajah tuanya semakin berhasrat saat melihat tubuh polos akhwat bercadar itu. Begitu juga dengan susu bulatnya yang jarang diperlihatkannya itu. Juga dengan pentil berwarna pinknya serta ekspresi wajahnya yang ketakutan saat akan dihamili olehnya membuat pak Beni semakin tidak tahan lagi. Nafasnya terasa sesak. Dadanya terasa sempit. Ia tak kuat untuk menahan birahinya lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhh jangaannn… Jangaannn pakkk… Jangannn di dalemmm” Ucap Nayla sambil terus menjerit merasakan hujaman pak Beni yang semakin liar. Kedua tangannya bahkan mencengkram sprei ranjang tidur pak Beni saat tubuhnya terhempas maju mundur menahan serangan birahi pria tua berbadan kekar itu.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Sayaaa… Sayaaaa…. Aaahhhhhh terimaaaa iniiiiiii !” Desah pak Beni saat menusukkan penisnya hingga mentok menembus rahim kehangatan Nayla.
“Aaaaahhhhhh bapaaaaakkkkkkkkk” Jerit Nayla hingga terduduk diatas ranjang tidurnya.
Nayla pun terengah - engah. Nafasnya terasa berat. Ia pun menoleh ke kiri dan ke kanan & menyadari kalau langit masih gelap. Bahkan kamarnya juga gelap. Ia pun meraba - raba ranjang tidurnya dan menemukan hape androidnya.
“Baru jam dua pagi yah ? 'Astaghfirullah'… Untungnya tadi cuma mimpi” Ucap Nayla merasa lega.
Sepertinya trauma yang ia alami di kemarin sore terbawa hingga ke alam mimpinya. Sosok pak Beni yang tak pernah ia lihat dalam keadaan telanjang pun hadir di alam mimpinya untuk memperkosanya. Nayla yang hanya mengenakan kaus berlengan pendek serta celana pendeknya saja berkeringat. Ia pun mengelap dahinya menggunakan tangannya lalu memegangi celananya yang rupanya sudah basah.
“Kok basah ? Hah… Hah… Ternyata aku sampai mimpi basah juga yah ?” Desah Nayla menggelengkan kepalanya. Entah kenapa ia merasa kalau mimpi tadi terasa nyata. Ia dapat merasakan betul hujamannya yang begitu kuat. Seketika ia mengingat - ngingat mimpi itu. Tubuh kekarnya. Penis perkasanya sampai hujamannya saat memperkosanya. Tak pernah ia mengalami hal seperti itu sebelumnya. Bahkan suaminya pun tak pernah menyetubuhinya dengan cara barbar.
Ia seketika bangkit dari ranjang tidurnya kemudian menyalakan lampunya. Ia dengan santai berjalan menuju kaca jendela yang berada di sisi kanan ranjang tidurnya. Ia membuka kordennya lalu menyilangkan tangannya ke dadanya.
“'Astaghfirullah'… Pantas saja aku tadi menikmatinya… Itu kan cuma mimpi… Mana mungkin di dunia nyata aku menikmati persetubuhan yang dilakukan oleh pria tua bejat itu !” Lirih Nayla sambil mengamati rumah yang menjadi tempat tinggal pemerkosanya di alam mimpinya.
Nayla terus menatapnya namun yang ada malah membuatnya terbayang tubuh kekarnya. Nayla pun buru - buru membuang pikiran kotornya itu sambil kembali duduk di tepi ranjang tidurnya.
“'Astaghfirullah'… Kenapa aku malah kebayang auratnya yah ? Hmmm mas Miftah mana sih ? Mungkin gara - gara udah lama aku gak dapet nafkah batin dari mas Miftah makanya pikiranku jadi sekotor ini” Ucap Nayla merindukan sosoknya. Ia pun mengecek hapenya dan hanya terdapat centang dua yang belum berubah menjadi warna biru.
'Massss aku kangen… Tolong cepat pulang… Selamatkan aku dari pikiran kotorku !'
Batin Nayla yang entah kenapa masih kepikiran mimpinya saat disetubuhi pak Beni.
Ia pun kembali tiduran lalu merenggangkan tangannya lebar - lebar.
“Kenapa yah pak Beni setega itu ke aku ? Bahkan di mimpi aja, pak Beni sampai berani memperkosaku ?” Lirih Nayla memikirkannya.
Seketika ia teringat kejadian di kemarin sore. Ia pun teringat rasa dari sperma yang ada di mulutnya kemarin.
“'Astaghfirullah'… Kenapa bangun tidur aku jadi seterangsang ini yah ? Hah… Hah… Hah…” Lirih Nayla merasa gelisah.
Rasa terangsang itu lama - lama semakin kuat hingga membuat Nayla tak sanggup lagi menahannya. Ia pun memelorotkan celana pendeknya juga celana dalamnya yang sudah sangat basah akibat mimpi semalam. Ia bahkan juga menelanjangi kausnya hingga membuatnya sudah bertelanjang bulat di dalam kamarnya.
Di kala tangan kirinya meremas susunya maka tangan kanannya menekan - nekan klitorisnya. Mata Nayla pun memejam merasakan kenikmatan yang tak tertahankan. Belakangan ia jadi sering bermasturbasi ketika sang suami tidak memberinya nafkah batin. Bahkan saat memberikan nafkah batin pun, Nayla masih belum merasa puas karena suaminya lebih sering keluar duluan. Ia pun tampak ahli dalam bermasturbasi. Berulang kali ia mencubit putingnya. Berulang kali jemari telunjuknya masuk sedangkan jemari tengahnya menekan - nekan klitorisnya.
“Aaaahhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhh” desah Nayla merasakan kenikmatan yang semakin tak tertahankan.
Entah kenapa bayangan tubuh pak Beni yang sudah telanjang bulat hadir dibenaknya yang anehnya membuat masturbasinya menjadi semakin nikmat. Meski Nayla berulang kali berusaha membuang pikirannya itu. Namun sodokan pak Beni di alam mimpinya membuatnya kembali teringat akan momen - momen indah itu.
“Aaahhh… Aahhhhh… Aaahhh” desah Nayla terangsang.
Tangan kiri Nayla meremasi dada bulatnya. Gigi Nayla menggigit bibir bawahnya. Matanya masih memejam membayangkan sosok pemerkosanya itu ada di hadapannya tengah memasukan penis kejantanannya. Nayla terangsang. Nayla amat menyukai masturbasinya di dini hari ini.
“Aaahhh nikmat bangeett…. Aahhh yaahh… Aaahhhhh” desah Nayla keenakan.
Jemari Nayla semakin cepat keluar masuk vaginanya. Jemari satunya juga semakin kuat menekan klitorisnya. Pinggul Nayla sampai terangkat lalu bergoyang - goyang menahan kenikmatan yang tak tertahankan.
“Aaahhhh sebentar lagiii… Aahhhh aku gak kuat lagii… Aaahhhh… Aaahhhh bapaakkk… Aaahhhhhh” desah Nayla saat gelombang orgasme itu kembali datang untuk memuaskan birahinya.
'Crrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!'
“Kelluuaaarrrrr !” Desah dengan sangat puas hingga membuat tubuhnya kelojotan. Bahkan pinggulnya sampai terangkat. Cairan cintanya dengan deras pun menyembur membasahi sprei ranjang tidurnya itu.
“Ouuhhhh… Ouhhhh… Ouuhhhhh” desah Nayla memejam merasakan sisa - sisa orgasmenya.
“Akhirnyaa… Hah… Hah… Akhirnyaa legaaa” Desah Nayla ngos - ngosan yang membuatnya tidak merasa gelisah lagi setelah mendapatkan orgasmenya.
Namun perlahan ketika rasa kenikmatan itu mulai menghilang. Ketika akal sehatnya mulai kembali ke pikirannya. Ia teringat akan apa yang baru saja dilakukannya. Baru saja ia bermasturbasi sambil membayangkan sosok pemerkosanya. Ya, ia bermasturbasi sambil membayangkan sosok pak Beni. Sosok pria tua berbadan kekar yang telah memuaskan birahinya di alam mimpinya juga di alam imajinasinya. Memimpikan dirinya saja sudah bisa membuatnya mimpi basah. Bermasturbasi sambil membayangkannya saja sudah membuat dirinya berorgasme sepuas - puasnya.
“'Astaghfirullah' ada apa dengan diriku ini ? Kenapa belakangan aku jadi sehina ini sih ?” Lirih Nayla menyesali perbuatannya.
Ia pun mencoba mengingat - ngingat kegiatan apa yang sudah ia lakukan di hari kemarin hingga membuatnya jadi seterangsang ini.
'Buatin bekal suami, beli sayur terus kerja bareng Putri, terus pulang kerja minum jus, terus abis itu makan roti pak Beni, habis itu . . . . '
Batin Nayla terhenti saat teringat dirinya dinodai oleh pak Beni.
'Habis itu aku mandi terus makan bareng pak Urip, habis itu aku minum air lemon di kulkas habis itu aku tidur…'
Batin Nayla melanjutkan.
“Gak ada yang aneh deh perasaan… Kenapa tiba - tiba aku jadi seterangsang ini sih ? Bahkan sampai bermasturbasi membayangkan sosoknya juga ? Ihhh aneh banget sih aku ini ?” lirih Nayla menyesalinya. Ia pun sampai menangis dalam keadaan telanjang bulat di rumahnya. Ia tampak sangat menyesali perbuatannya. Ia pun menangis sambil menutupi wajahnya menggunakan gulingnya. Ia menangis hingga rasa kantuk perlahan kembali hadir hingga membuatnya tertidur dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya.
*-*-*-*
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Nayla sudah rapih dengan kaus berlengan panjang yang membungkus tubuh indahnya. Tapi, entah kenapa Nayla merasa kedinginan. Ia pun berfikir sejenak. Apa jangan - jangan karena tidur telanjang semalam yah ?
Bbrrrrrr, kok dingin yah ? Lirih Nayla saat berjalan keluar dari rumahnya.
Beruntung sinar mentari yang hangat menyambutnya menghapus hawa dingin yang dirasakannya. Ia pun berjalan keluar melewati pintu gerbang rumahnya. Tak sengaja wajahnya menoleh ke arah kanan.
Semalam di mimpi, aku diperkosa gara - gara belok ke arah sana... Aku harus menjauhi rute itu... Aku gak boleh sekali - kali berbelok ke arah situ Lirih Nayla sambil memandang benci saat teringat pemerkosaannya di dunia mimpi.
Saat wajahnya menoleh ke arah kiri. Ia pun melihat tukang sayur yang sedang ia cari.
Nah itu dia mang Yono Lirih Nayla yang membuatnya bergegas berjalan mendekati tukang sayur itu.
Ditengah perjalanannya, tiba - tiba ada seseorang yang memanggilnya.
Mbak Nayla . . . Ucap seseorang yang membuat Nayla menoleh.
Eh bu Tia Jawab Nayla sambil tersenyum.
Akhwat bercadar itu pun berhenti sejenak menanti kehadiran tetangganya yang tinggal tepat di depan rumahnya.
Mau beli sayur yah mbak ? Tanya bu Tia saat mendekati Nayla.
Iyya nih bu, buat bahan masak besok Ucap Nayla tersenyum. Mereka berdua pun kembali berjalan setelah sudah berdiri sejajar.
Hihihi mulai rempong yah sekarang kudu masak ini masak itu Ucap bu Tia bercanda.
Hihihi iyya nih bu, gak kebayang kalau nanti udah jadi seorang ibu... Kayaknya bakal capek banget deh nanti Ucap Nayla membayangkan andai dirinya mempunyai anak.
Hihihi itu sudah pasti... Tapi gak usah khawatir, semua akan baik - baik aja kok Ucap Bu Tia menenangkan.
Hihihi semoga yah bu Ucap Nayla tersenyum.
Oh yah mbak, kemarin tau gak ? Saya ngeliat pak Beni mondar - mandir di depan rumah mbak loh Ucap bu Tia mengejutkan Nayla.
Eh, kemarin sore ? Ucap Nayla kembali berhenti melangkah.
Iyya, dia kayak orang bingung gitu... Mencurigakan deh... Kadang dia ngeliat sekitar... Kadang dia ngeliat ke dalem rumah mbak... Tingkah lakunya kayak mau malingin rumah mbak... Saya jadi takut deh, mbak gak kenapa - kenapa kan kemarin ? Tanya bu Tia mengkhawatirkan Nayla.
Eh gapapa kok... Aku juga gak ketemu pak Beni kemarin... Orangnya emang suka aneh gitu yah ? Dulu aja pernah masuk ke halaman rumah gitu deh sebelum diusir mas Miftah Ucap Nayla dengan gugup.
Iyya, dia agak miring gitu deh... Ya hati - hati aja yah pokoknya... Dia udah sering dicurigai di kompleks sini Ucap bu Tia mewanti - wanti.
Iyya makasih yah bu... Aku akan lebih berhati - hati Ucap Nayla sambil tersenyum.
Mereka berdua pun kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan itu lah, Nayla tiba - tiba terpikirkan sesuatu.
'Mondar mandir di depan rumah ? Terus ngintip ke dalem ? Kayaknya pak Beni emang udah merencanakan niat jahatnya deh... Ihhh jadi takut deh, semoga aja aku gak diapa - apain lagi sama pak Beni...'
Batin Nayla ketakutan. Seketika kejadian di alam mimpinya kembali teringat. Ia pun merinding membayangkan andai dirinya beneran diperkosa oleh pak Beni.
Sesampainya mereka di gerobak sayur mang Yono. Mereka pun langsung memilah - milih sayur segar untuk dibelinya. Nampak Bu Tia memilih - milih sayur terong yang merupakan kesukaan suaminya. Sedangkan Nayla memilah - milih sayur bayam karena ingin membuat sup bayam di keesokan harinya agar bisa memiliki tenaga kuat seperti Popeye.
“Mbak Naylaa” Sapa mang Yono mengejutkannya.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“'Astaghfirullah', bapak ! Orang lagi milih sayur malah dikagetin” Ucap Nayla sambil memegangi dadanya.
“Huahahaha, orang saya manggil malah dibilang ngagetin” Ucap mang Yono tertawa.
“Orang lagi serius milih sayur malah dipanggil… Huft dasar” Ucap Nayla kesal.
“Huahahaha… Maap… Maap… Cuma mau nawarin, ini buah lemon yang biasa mbak Nayla cari… Mau gak ?” Ucap mang Yono nawarin.
“Eh iya baru inget… Kebetulan minuman rasa lemonku udah mau abis… Berapa pak harganya, sekalian sama sayur bayam ini yah ?” Ucap Nayla.
“Hmmmm semuanyaaa jadinyaaa… Gratis” Ucap mang Yono mengejutkan Nayla.
“Eh serius, mang ?” Ucap Nayla sumringah.
“Enggak dong huahahah” Tawa mang Yono yang membuat Nayla kesal.
“Dasar ngeselin” Ucap Nayla yang membuat mang Yono semakin tertawa.
“Buat mbak, ya 19.000 aja lah yah” Ucap mang Yono setelah menghitung total sekilo Lemon dan seikat Bayam.
“Mahal amat ?” Protes Nayla.
“Kayak baru kenal saya aja huahaha” Tawa mang Yono yang malah membuat Nayla kesal.
“Yaudah nih… Ambil” Ucap Nayla mengalah dengan memberi uang 20.000.
“Waduh mbak, gak ada uang pas yah ?” Tanya mang Yono.
“Gak ada mang” Ucap Nayla yang membuat mang Yono berfikir.
“Yaudah besok aja yah mbak… Nanti saya anterin ke rumah sekalian buat nganterin kembaliannya” Ucap Mang Yono.
“Ehhhh ngapain sampe ke rumah segala ? Gak usah lah… Besok aku juga beli lagi kesini” Ucap Nayla terkejut dengan alasan mang Yono ingin main ke rumahnya.
“Gapapa, sekalian mau silaturahmi… Siapa tau nanti dibikinin teh lemon sama bidadari secantik ini” Gombal mang Yono yang membuat Nayla tersipu malu.
“Husshhh 'cangkeme'… Gak boleh godain istri orang” Tegur bu Tia yang membuat mang Yono tersadar bahwa dirinya sedang tidak berduaan dengan Nayla.
“Iyya iya… Namanya juga bercanda… Iya gak mbak ?” Ucap mang Yono tersenyum sambil menatap Nayla.
Namun jawaban Nayla hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Pinggang mang Yono pun dicubit oleh Bu Tia yang membuat Nayla tertawa - tawa saja.
“Yaudah aku permisi dulu yah mang, bu… Wassalamualaikum” ucap Nayla pamit.
“Walaikumsalam mbak” Jawab Bu Tia.
“Hati - hati yah mbak” Ucap mang Yono sambil menatap lekuk indah Nayla dari belakang.
Entah kenapa tiba - tiba wajah mang Yono tersenyum. Matanya dengan binar menatap bokong Nayla yang agak nyeplak dari balik celana panjangnya.
'Indah sekali bokongmu itu mbak, jadi gak sabar pengen nyelipin kontol ke dalem... Jangan lupa diminum lemonnya yak !!!'
Batin mang Yono berpikiran mesum.
Ditengah perjalanan pulangnya. Nayla merasa adanya getaran di saku celananya. Saat ia mengambil hapenya, wajahnya seketika tersenyum saat mengetahui ada panggilan telepon dari suaminya.
“Haloo Assalamualaikum, mas” Ucap Nayla terburu - buru untuk mengangkat telepon dari suaminya.
“Walaikumsalam dek… Adek gapapa kan ? Mas udah baca pesan adek kemarin di WA… Maaf yah mas baru bisa nelpon, kuota mas abis dan ini baru saja beli… Apa beneran pak Beni bertindak macam - macam kemarin ?” Ucap Miftah mengkhawatirkannya.
“Hehehe iyya mas… Untung aja ada pak Urip kemarin yang nyelametin aku… Aku kaya ngerasa abis dikasih obat tidur… Hampir aja aku diapa - apain pas tidur… Untung ada pak Urip yang tanggap buat nolongin aku” Ucap Nayla menceritakan sebagian kisahnya.
“Tapi kamu gak diapa - apain kan dek ? Dia gak ngapa - ngapain adek kan ?” Tanya Miftah khawatir.
“Enggak mas… Enggak kok” Ucap Nayla berbohong. Ia merasa tak sanggup untuk menceritakan semua kisahnya. Ia tak mau memberi tahu suaminya kalau kemarin mulutnya habis dipejuhi oleh penis pak Beni.
“Huft syukurlah… Maaf yah, mas kemarin harus pergi… Tapi entar sore kalau gak ada halangan mas udah sampai di rumah kok” Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
“Eh serius mas ? Mas hari ini pulang ?” Tanya Nayla sumringah.
“Iyya dek, serius… Dari sekarang sampai mas pulang nanti tolong jaga diri yah” Ucap Miftah perhatian.
“Iyya mas… Adek janji akan jaga diri” Ucap Nayla tersenyum.
“Yaudah kalau gitu udahan yah… Mas mau mesen tiket pesawat dulu” Ucap Miftah.
“Iyya mas… Hati - hati di jalan yah… Jangan sampai jatuh” Ucap Nayla khawatir.
“Yeee kan bukan mas pilotnya hahahhaha” tawa Miftah yang membuat hati Nayla lega seketika. Rasanya begitu senang ketika mampu mendengar suara tawanya lagi. Mereka pun sempat bercanda sebentar sebelum mereka benar - benar menyudahi telponannya. Setelah telpon berakhir, ia pun sangat lega dan berharap bisa segera bertemu dengan suaminya.
“Alhamdulillah, nanti sore mas Miftah pulang” lirih Nayla merasa senang.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Sesampainya ia di halaman rumah, terlihati pak Urip sedang merapihkan rumput - rumput liar. Mengetahui majikannya baru pulang belanja. Pak Urip pun tersenyum untuk menyapa sosoknya.
“Wahhh ada yang abis belanja nih” Ucap pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
“Hihihhi iyya nih pak… Kebetulan stok lemon aku mau abis… Makanya beli ke mang Yono… Tapi kok aneh yah masa tukang sayur jualan buah juga” Ucap Nayla bercanda.
“Huahahaha… Mungkin mau melebarkan bisnisnya biar sekalian jualan buah juga… Soalnya buah alpukat kemarin juga saya beli dari mang Yono” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Oh yah ? Hihihi mungkin kali yah mau melebarkan bisnisnya” Ucap Nayla tertawa.
“Ngomong - ngomong, enak gak jus Alpukat yang saya buat kemarin ?” Tanya pak Urip ingin tahu.
“Enak banget pak… Rasanya seger, bikin aku ketagihan deh… Apalagi pas dingin” Ucap Nayla yang membuat pak Urip senang.
“Huahahah besok - besok saya buatin lagi yah” Ucap pak Urip sumringah.
“Hihihih aku tunggu yah pak” Ucap Nayla tersenyum.
Saat Nayla hendak masuk ke dalam rumahnya, ia seketika teringat sesuatu yang membuatnya segera mengabarkannya ke pak Urip.
“Oh iya pak… Nanti sore kalau gak ada halangan suamiku bakalan pulang… Jadi bapak gak perlu lagi nginep di rumah yah… Makasih udah nemenin aku semalem” Ucap Nayla sambil tersenyum.
“Oh yah ? Syukurlah kalau gitu… Bisa nemenin istri lagi malem nanti” Ucap Pak Urip bercanda yang membuat Nayla tertawa.
Nayla pun masuk ke dalam rumah sedangkan pak Urip terlihat termenung setelah dikabarkan oleh Nayla. Entah kenapa wajah pak Urip terlihat tidak senang. Tapi ia hanya tersenyum saja setelah itu sambil melanjutkan pekerjaannya di halaman rumah majikannya.
Sementara itu di dalam rumah, Nayla segera menaruh barang - barang belanjaannya di dapur. Ia menaruh buah lemon yang baru saja dibelinya di kulkas. Ia juga menaruh seikat bayam yang dibelinya di atas meja makannya. Ia tampak sibuk saat membuka satu demi satu pintu almari di dapurnya.
“Eh gulanya mana yah ? Apa udah abis yah ?” tanya Nayla pada diri sendiri.
“Hmmm kalau kayak gini mesti beli gulanya dulu nih… Padahal niatnya mau bikin minuman rasa lemon itu sekarang” Ucap Nayla kecewa.
Ia pun setelah itu bergerak menuju kamarnya untuk mengambil sedikit uang untuk membeli gula di minimarket terdekat.
“Ini dia kunci motornya… Ayok sekarang kita berangkat” Ucap akhwat bercadar itu hendak pergi menaiki motornya.
Dengan pakaian santai yang dikenakannya, akhwat bercadar itu pun sudah menaiki motornya. Terlihat pak Urip menoleh ketika mesin motor Nayla dinyalakan.
“Eh non mau kemana ? Tumben pergi pake baju santai gitu” Ucap pak Urip keheranan.
“Hihihihi mau beli gula pak… Gula di dapur udah habis” Ucap Nayla sambil mengenakan helmnya.
“Oalah gitu” jawab pak Urip.
“Iyya pak… Aku permisi dulu yah… Aku mau pergi dulu… Wassalamualaikum” Ucap Nayla sebelum menarik gas motornya.
“Walaikumsalam” Jawab Pak Urip sambil menatap sosok Nayla yang telah pergi.
Setelah beberapa menit berkendara, Nayla akhirnya tiba di minimarket terdekat. Memang alfa yang ada di dekat rumahnya tidak terlalu besar. Tapi minimarket itu cukup sering dikunjungi oleh orang - orang yang tinggal di sekitar.
Saat Nayla membuka pintu alfa tersebut. Terasa hawa sejuk meruntuhkan hawa panas yang ada di luar ruangan. Nayla tersenyum senang bisa merasakan kesegaran di dalam. Ia pun lekas pergi menuju sudut untuk membeli gula curah yang biasa ia beli.
“Eh mbak Nayla… Tumben” Ucap seseorang mengejutkan Nayla.
“Loh Andri, kok disini ? Mau beli apa ?” Tanya Nayla terkejut melihat sosoknya.
MEBG1W5
8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
“Eehhh mbak Naylaaa” Ucap seorang akhwat bercadar yang tiba - tiba mendekat kemudian memeluknya.
“Ehhh Putri, kalian lagi 'dating' yah ? Cieeee 'datingnya' di Alfa, hihihih” Ucap Nayla bercanda.
“Hahahaha cuma mau nemenin Putri beli bahan - bahan dapur rumah aja kok… Iya gak Put ?” Tanya Andri pada calon istrinya.
“Iyya mas… Mau belanja sekalian jalan - jalan aja” Ucap Putri malu - malu yang membuat Nayla tertawa.
MEBG1TA
https://thumbs4.imagebam.com/82/93/0f/MEBG1TA_t.jpg 82/93/0f/MEBG1TA_t.jpg
'PUTRI
Putri terlihat sangat cantik saat berbelanja. Kemeja berwarna pink benar - benar cocok untuk akhwat seusianya. Rok bermotif bintik - bintik yang menutupi kaki jenjangnya juga sangat cocok dengan dirinya. Belum lagi wajahnya yang hanya ditutupi masker berwarna hitamnya membuat orang - orang begitu penasaran akan wajah yang disembunyikan olehnya. Apakah ia sangat cantik ? Dilihat dari matanya sih iya. Diam - diam banyak sekali pengunjung yang mencuri - curi pandang ke arah akhwat berhijab 'maroon' tersebut.
“Anu sebentar yah mbak… Aku mau nyari barang dulu” Ucap Putri pergi meninggalkan Andri & Nayla berdua.
“Apa kabar ?” Tanya Andri pada Nayla.
“Baik kok ndri” Jawab Nayla.
“Gimana kabar pernikahanmu ?” Tanya Andri sekali lagi.
“Ya baik - baik aja kok… Semua lancar 'alhamdulillah'” jawab Nayla.
“Tapi bahagia kan ?” Tanya Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih ya bahagia lah… Kenapa sih nanyanya gitu ?” Tanya Nayla heran.
“Hahahahah kepikiran aja… Aku kan mau nikah takut pikiran macem - macem hadir di otakku… Kadang takut kalau pernikahanku malahan gak bahagia” Ucap Andri beralasan yang membuat Nayla paham.
“Ohhh gitu… Tenang gak usah dipikirin… Kadang pikirin negatif suka hadir kok… Tapi asal kalian saling cinta, memahami dan memaklumi pasti pernikahan kalian akan lancar- lancar aja kok… Semangat yah, jangan dibatalin… Putri udah cinta mati loh ke kamu, Ndri” Ucap Nayla memberi nasehat yang hanya membuat Andri tersenyum.
“Hahaha gak akan… Ya kali aku batalin pernikahanku dengan wanita secantik dia” Ucap Andri sambil menatap Putri yang membuat Nayla tertawa.
“Cieeee hihihihi… Aku cuma bisa doain lancar aja yah buat kalian… Semoga kalian bisa berbahagia selamanya” Ucap Nayla tertawa yang membuat Andri ikut tertawa.
Nayla pun pergi tuk mencari gula yang ingin dia beli. Sedangkan Andri menetap sambil terus memperhatikan gerak - gerik Nayla.
'Kamu bahagia yah ? Bukan itu sebenarnya jawaban yang mau aku dengar… Aku harap pernikahanmu enggak bahagia agar aku bisa menggantikan posisi suamimu untuk membahagiakanmu suatu saat nanti…'
Batin Andri menatap Nayla. Seketika pandangannya pun beralih menatap Putri. Putri memang cantik tapi entah kenapa ada sesuatu yang gak sreg di hatinya yang membuatnya malah lebih mencintai Nayla ketimbang Putri.
'Kenapa yah aku lebih mencintaimu Nay, ketimbang Putri ? Apa sih kurangnya Putri ? Dia juga cantik kok… Tapi entah kenapa sosokmu lebih menarik…'
Batin Andri merenung ketika terus membandingkan Nayla dengan Putri.
“Eh Ndri, aku duluan yah” Ucap Nayla ketika sudah membeli gulanya.
“Oh iya Nay… Hati - hati yah” Ucap Andri memberikan perhatian.
“Iyya ndri… Makasih” Jawab Nayla tersenyum yang membuat hati Andri begitu bahagia saat melihat senyum indahnya.
Nayla pun pergi menaiki motornya kembali. Sosok akhwat bercadar yang mengenakan hijab abu - abu itu pun pergi meninggalkan Andri di minimarket sendiri.
“Eh mas, mbak Nayla mana ?” Tanya Putri datang kemudian.
“Udah pergi Put… Cuma beli barang sedikit doang tadi” Jawab Andri.
“Yahhh… Padahal mau ngobrol - ngobrol dulu tadi” Ucap Putri menyesal. Andri pun hanya tersenyum mendengar jawaban Putri. Entah kenapa dirinya juga ingin mengobrol - ngobrol lebih lama lagi dengan akhwat bercadar tadi.
MEBG1T8
2b/d2/23/MEBG1T8_t.jpg
'NAYLA
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Nayla telah tiba di rumahnya. Akhwat bercadar itu pun segera turun dari motornya.
Eh pak Urip mana yah ? Tumben gak keliatan ? Ucap Nayla heran.
Nayla heran karena biasanya pak Urip selalu berada di halaman depan untuk merapihkan kebun atau sekedar mengambil dedaunan yang jatuh di halaman.
Nayla berjalan memasuki rumahnya. Ia berjalan sambil menenteng belanjaannya di tangan kanannya juga helm di tangan kirinya. Ia pun menaruh helmnya di tempat biasa. Lalu kemudian melangkah ke dapur untuk membuat minuman rasa lemonnya.
Eh pak Urip, disini rupanya Ucap Nayla saat memasuki dapur. Suara yang Nayla ucapkan secara tiba - tiba malah membuat pak Urip terkejut hingga tubuhnya sampai meloncat saat membelakangi Nayla.
Eh non, bikin kaget aja Ucap pak Urip saat menoleh sambil memegangi dadanya.
Hihihihi kok kaget sih pak... Maaf... Maaaf Ucap Nayla sambil tertawa meski hatinya merasa tidak enak padanya.
Huh, saya udah tua loh non... Kasian jantung saya... Habis saya kan dari tadi sendiri, gak nyangka kalau ada non Nayla disini Ucap pak Urip yang membuat Nayla masih tertawa ngakak.
Hihihi maaf pak... Maaf... Saya jadi gak enak deh sama bapak... Eh itu apa pak ? Tanya Nayla saat melihat adanya serbuk misterius yang tertuang di dalam gelas di depan pak Urip.
Oh itu... Itu... Itu koppi... Iyya kopi non, tadi saya mau buat kopi Jawab pak Urip terbatas - bata.
Kopi ? Tanya Nayla mendekat lalu mengambil gelas itu untuk menghirup aromanya.
Nampak raut wajah pak Urip tak nyaman. Terlihat jemarinya gelisah ingin menahan Nayla untuk tidak melakukannya.
Hmmmm kopi apa ini ? Baunya aneh Ucap Nayla sambil mengerutkan hidungnya.
Hehehe saya juga gak tau non, saya juga baru beli... Dikasih temen tadi Ucap pak Urip tertawa canggung.
Beli ? Beli apa dikasih temen ? Tanya Nayla sambil menatap pak Urip.
Dikasih temen maksudnya... Eh non mau make dapur yah ? Yaudah saya buatnya nanti aja deh... Permisi yah non Ucap pak Urip sambil membawa gelas itu lalu pergi membawanya ke halaman depan.
Pak Urip kenapa yah ? Gelagatnya aneh deh ? Apa jangan - jangan itu kopi hasil nyuri ? Hihihi ada - ada aja pikiranku ini... Yaudah aku mau buat minuman lemon dulu ah Ucap Nayla mulai bekerja dengan memeras lemon lalu memberi sedikit gula untuk menambah rasa manis disana. Tak lupa ia mengisi air secukupnya lalu memasukan air lemon itu ke botol minuman yang kemudian ia memasukannya ke dalam kulkas.
Hah selesai juga... Udah mau jam 11 yah ? Bobo siang dulu ah... Biar cepet sore, biar bisa ketemu mas Miftah hihihihi Tawa Nayla.
Akhwat bercadar itu pun bergegas memasuki kamarnya. Ia melepas hijabnya lalu cadarnya. Ia melepas gamisnya berikut juga celananya. Nayla yang sehari - harinya terbiasa mengenakan pakaian serba tertutup itu tinggal mengenakan bra beserta celana dalamnya saja. Nampak keindahannya memancar disana. Buah dadanya terasa sesak saat ditekan dengan bra berukuran 34B itu. Andai payudaranya bisa berbicara mungkin payudaranya akan meminta Nayla untuk melepas behanya saja.
Duhhh tadi padahal dingin tapi sekarang kok malah panas yah ? Apa aku tidurnya kayak gini aja ? Ihhh jangan, malu deh... Kaus apa yah yang tipis yang bisa aku pake pas tidur ? Ucap Nayla sambil memilah - milih pakaian di almarinya.
Seketika Nayla menoleh ke pintu dan menyadari kalau pintu kamarnya masih terbuka.
Eh 'astaghfirullah' Ucap Nayla buru - buru tuk menutupnya.
Ihhh kok bisa - bisanya pintu belum ketutup... Moga aja tadi gak ada yang liat Lirih Nayla menyesali kecerobohannya.
Ditengah penyesalannya, Nayla kembali ke depan almarinya untuk memilih pakaian untuk tidur siangnya. Ia mengangkat satu demi satu pakaiannya. Ia juga melihat satu demi satu kaus yang digantung menggunakan hangernya. Matanya nampak tidak fokus karena pikirannya tertuju pada hal yang terjadi sebelum dirinya menutup pintu kamarnya.
'Tadi kok, aku ngerasa kayak ada orang yang lewat di deket pintu yah ? '
Batin Nayla gelisah.
Memang perasaan wanita tak pernah salah. Karena saat ini pun ada sepasang mata yang sedang mengintip Nayla berganti pakaian. Tepatnya dari arah jendela luar yang tak disadari oleh Nayla.
*-*-*-*
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Nayla sudah terbangun dan sedang memasak untuk menyambut kedatangan suaminya. Meski ia mendengar kabar kepulangan suaminya secara mendadak. Ia sudah bersiap untuk memasak hidangan favorit suaminya yakni ayam balado pedas.
Sambil mengelap keringat di dahinya. Nayla secara telaten membolak - balikkan ayam yang ada di dalam wajannya. Nayla tampak ahli. Ia terlihat sudah seperti koki saja. Nayla memang jago memasak. Pokoknya apa saja yang dimasaknya pasti akan terasa enak.
Akhirnya selesai juga Ucap Nayla setelah mematikan kompornya.
Nayla pun meniriskan ayam itu kemudian menaruhnya diatas piring besar lalu ditaruhnya di meja makan.
Ayam balado siap, tempe goreng siap, sambel matah juga... Ah lengkap deh... Pasti mas Miftah bakal puas nanti hihihi Ucap Nayla tampak bangga atas perbuatannya.
'Tokkk... Tokkk... Tokkk...'
Assalamu'alaikum Ucap seseorang yang suaranya tak asing di telinga Nayla.
Eh mas Miftah udah pulang ? Ucap Nayla yang kemudian bergegas menghampiri suaminya.
Walaikumsalam... Maaaasssss Jawab Nayla saat melihat kehadiran suaminya.
Akhwat yang sudah mengenakan hijab dan maskernya itu bergegas menghampiri suaminya. Nayla yang sudah kangen berat langsung memeluknya yang kemudian dibalas juga dengan pelukan oleh suaminya.
Nampak pelukan suaminya terlampau erat. Nayla pun membalas pelukan suaminya juga dengan erat. Wajah Nayla lalu menengadah naik untuk menatap wajah tampan suaminya.
Sayaanggg Ucap Miftah singkat namun berdampak besar di hati Nayla.
Apaaa Jawab Nayla manja sambil tersenyum.
Mas kangen Ucap Miftah yang semakin menambah rasa cinta Nayla padanya.
Sama mas, adek juga Ucap Nayla yang langsung dihadiahi kecupan di dahi oleh suaminya.
Gimana kabarnya ? Baik kan ? Tanya Miftah setelah melepas pelukannya yang langsung direspon oleh Nayla dengan salim kepadanya.
Baik kok mas Jawab Nayla.
Aman kan ? Gak ada gangguan kan ? Tanya suaminya khawatir.
Enggak kok... Pak Beni juga gak keliatan hari ini... Semuanya aman Ucap Nayla sambil tersenyum.
'Alhamdulillah' kalau gitu Ucap Miftah tersenyum.
Mereka berdua pun langsung mengobrol panjang. Mereka juga bercanda dan saling tertawa. Mereka saling bertutur kata untuk melepas rasa rindu meski baru satu hari tak bertemu. Mereka terlihat begitu bahagia terutama dari wajah Nayla. Nayla merasa aman dengan kehadiran suaminya sekarang. Ia pun tersenyum lalu mensyukurinya kemudian menikmati ketampanan wajah suaminya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Oh yah mas… Mau minum dulu ? Mau adek buatin teh gak ?” Tanya Nayla perhatian.
“Wah boleh dek, mumpung mas lagi haus” jawab Miftah.
“Kalau gitu mas duduk dulu yah… Adek buatin dulu” Ucap Nayla tersenyum.
“Iya dek” Jawab Miftah sambil duduk di ruang tamunya. Miftah merasa bangga bisa mendapatkan istri yang penuh perhatian seperti Nayla. Ia pun duduk sambil memainkan hapenya untuk menunggu istrinya menyiapkan minuman untuknya.
“Ini mas” Ucap Nayla sambil memberikan es teh favorit suaminya.
“Wahhh makasihh banget… Eh itu apa dek ?” tanya Miftah saat melihat gelas lain yang Nayla bawa.
“Ini minuman favorit aku mas… Masa gak tau sih hihhii” Ucap Nayla tertawa.
“Oh air lemon ? Dasar sih ! Kalau gak lemon ya jus alpukat… Entar kebanyakan minum lemon jadi bau kecut loh” Ucap Miftah mengada - ngada.
“Hihihihi dasar hoax” kata Nayla tertawa.
*-*-*-*
Malam telah tiba, Nayla sudah mandi dan mengenakan pakaian dinasnya di depan suaminya. Ya, pakaian dinas merupakan istilah yang sering Nayla gunakan saat merujuk kepada pakaian menggoda yang biasa ia gunakan didepan suaminya. Nampak tubuh Nayla hanya tertutupi daster tipis yang menutupi sebagian buah dadanya serta paha mulusnya. Nampak belahan dada Nayla terlihat bahkan sebagian paha mulusnya juga terlihat.
Miftah, meski sudah berulang kali melihat aurat tubuh Nayla dan sudah beberapa kali juga menyetubuhinya. Ia masih saja ngiler tiap kali istrinya memamerkan sedikit auratnya. Memang tidak ada bosennya untuk menatap keindahan tubuh Nayla. Bahkan menatap wajahnya saja sudah cukup untuk memanjakan matanya. Apalagi ini dengan menampakkan sebagian tubuh indahnya.
“Mas mau makan pake apa ? Ayam balado apa yang lain ?” Tanya Nayla sambil berdiri untuk mengambilkan makanan untuk suaminya.
“Semuanya aja dek… Satu - satu” Ucap Miftah sambil tersenyum.
“Hihihih siap mas… Tunggu yah” Ucap Nayla sambil menyendokkan nasi ke piring suaminya.
Saat Nayla hendak mengambilkan lauk untuk suaminya. Ia sesekali harus menunduk untuk memilihkan potongan ayam yang besar untuk suaminya. Namun terkadang, tanpa ia sadari. Ia saat ini sedang memperlihatkan susu menggantungnya dihadapan suaminya. Jelas Miftah terpuaskan oleh pemandangan indah itu. Bahkan penisnya sudah menegak akibat rangsangan tak sengaja yang istrinya berikan.
Diam - diam, sesekali Nayla juga melirik wajah suaminya. Terlihat jelas kalau suaminya tengah memandang dirinya. Saat pandangan Nayla turun sedikit, ia pun baru menyadari kalau suaminya sedang menatap dada indahnya. Entah kenapa nafsu pun mulai menyerang tubuh indahnya. Terhitung sejak sore tadi, setelah Nayla mandi. Ia merasa bergairah seperti tadi pagi. Ia jadi berhasrat ingin bercinta. Ia pun bertanya - tanya ? Apakah karena kehadiran suaminya yang membuatnya ingin bercinta.
“Ini mas” Ucap Nayla sambil memberikan piring kepada suaminya.
“Makasih sayang” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu senang.
Makan, minum, ngobrol & bercanda merupakan kegiatan rutin yang mereka lakukan ketika menyantap makan malam. Makan yang harusnya bisa mereka selesaikan dalam 10 menit melebar menjadi 30 menit setelah dibarengi dengan ngobrol & bercanda.
Untuk menambah kemesraan, Miftah kadang menyuapi istrinya. Kadang Miftah juga mengelap noda yang menempel di sekitar mulut istrinya. Istrinya pun semakin senang. Namun kegelisahan yang ia rasakan lama - lama semakin kuat. Kegelisahan yang menandai keinginan dirinya untuk bercinta bersama suaminya.
“Mas…” Ucap Nayla setelah menyelesaikan makan malamnya.
“Iya dek ?” Tanya Miftah sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu yang ada di meja.
“Euummm anuuu… Kan udah lama nih hehe… Kita gak itu ?” Ucap Nayla malu - malu sambil menyentuhkan kedua ujung jemari telunjuknya selama berulang kali.
“Itu ?” tanya Miftah belum nyambung.
“Iyya mas… Kita di kamar hehe” Ucap Nayla yang terlalu malu hingga tak dapat mengungkapkannya langsung.
“Eh maksudnya ?” Ucap Miftah yang masih kebingungan.
“Iiihhhhh masa gak paham… Di ranjang mas” Ucap Nayla memberikan petunjuk besar yang membuat Miftah tertawa.
“Oh hahaha… Adek pengen bercinta yah ?” tanya Miftah yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Heem mas” Jawab Nayla mengangguk.
“Adek mau malam ini ? Ayo, daritadi mas juga gak nahan pengen mantap - mantap setelah ngeliat tubuh seksi adek sekarang” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu.
“Hihihihi iya mas… Adek mau malam ini” Ucap Nayla yang membuat Miftah semakin bernafsu.
“Kalau gitu adek siap - siap dulu sana… Dandan yang cantik yah… Biar mas yang beresin piring - piring kotor” Ucap suaminya yang membuat Nayla mengangguk malu.
“Iyya mas… Mas lebih suka adek pakek baju kayak gini apa pake cadar ?” Tanya Nayla meminta pendapat suaminya.
“Yang pake cadar dong sayang… Mas pengen ngerasain bercinta sama istri sholehah kayak adek… Pake cadarnya yak… Yang cantik” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu malu.
“Siap mas… Adek dandan dulu yah” Ucap Nayla malu - malu.
“Iyya dek… Silahkan” Ucap Miftah tak sabar ingin menggenjoti istrinya.
Sebelum Nayla masuk ke dalam kamarnya. Ia melangkah menuju dapur untuk meminum air putih dahulu agar makanan yang baru disantapnya turun semua ke perutnya. Nayla pun tersenyum, sebentar lagi dirinya bisa merasakan nikmatnya bercinta lagi bersama suaminya.
“Duh tapi kok dipikir - pikir malah bikin gugup yah” Lirih Nayla yang kemudian membuka pintu kulkasnya.
Ia tanpa ragu mengambil botol berisi air lemon itu lalu menuangkannya ke dalam gelas.
'Gleegg… Gleeggg… Gleegg…'
Nayla meminum segelas penuh air rasa lemon itu. Ia pun mengelap bibirnya kemudian. Ia lalu mendesah setelah merasakan kesegarannya.
“Aaahhhh segernya… Oh yah, aku pakai baju apa yah malam ini ?” Lirih Nayla memikirkan cara untuk memuaskan suaminya.
*-*-*-*
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
'Tokk… Tokk… Tokk…'
“Dek, Udah siap ?” Tanya suaminya setelah mengetuk pintu kamarnya.
“Sudah mas… Mas boleh masuk kok” Jawab Nayla dari dalam yang membuat jantung Miftah deg - degan.
“Mas masuk yah kalau gitu” Ucap Miftah sambil membuka pintunya.
Saat wajahnya ia naikan, ia melihat seorang wanita berhijab yang tengah memunggungi dirinya. Wajahnya langsung tersenyum seketika. Ia pun membatin dalam hati saat melihat istri cantiknya.
'Dasar adek yah… Kerjaannya bikin mas penasaran terus…'
Batin Miftah tersenyum lebar.
“Deeekkk” Panggil Miftah sambil duduk di belakang istrinya.
Miftah dengan malu - malu duduk di tepi ranjang tidurnya menghadap ke selatan sedangkan Nayla dengan malu - malu duduk di tepi ranjang tidurnya menghadap ke timur. Tangan kanan Miftah pun bergerak untuk mendekap pinggang rampingnya. Tangan kirinya juga bergerak untuk mendekap pinggang satunya.
“Sayaaannggg… Mas udah siap… Liat kamu dari belakang aja udah bikin mas gak nahan loh” Ucap Miftah yang membuat istrinya tersenyum dibalik cadarnya.
“Ah masa sih mas ?” tanya Nayla sambil malu - malu.
“Iyya dek… Apalagi setelah mas meluk adek sekarang… Rasanya pengen banget balikin tubuh adek terus ngeliat wajah cantik adek… Mas penasaran banget, seberapa cantik sih adek malam ini ?” Goda Miftah yang membuat Nayla tak tahan lagi ingin menunjukkan penampilannya kepada suaminya.
“Hihihi mas siap yah ? Tarraaa, gimana menurut mas ?” Tanya Nayla yang kemudian berdiri lalu berbalik badan tuk menghadap suaminya.
Miftah pun terdiam seribu bahasa saat menatap penampilan istrinya. Dari wajah ke atas semuanya terlihat sempurna. Nayla terlihat sangat cantik dengan hijab & cadar berwarna merah yang dikenakan olehnya. Kemeja berwarna hitam bermotif garis - garis pun membungkus tubuh rampingnya. Tak lupa celana kain berwarna coklat melengkapi penampilan indahnya di malam ini. Nayla terlihat seperti seorang 'office lady' saja yang merupakan fantasi kesukaan suaminya selama ini.
“Cantik banget dek… Ini kesukaan mas banget… Tau darimana kalau mas suka sama wanita yang pake kemeja sama celana kayak gini ?” Puji suaminya sambil berdiri lalu memandang mata indah istrinya. Kedua tangannya pun mendekap pinggang rampingnya. Jantung mereka berdua berdebar kencang. Nayla sampai menunduk malu karena pujian yang diberikan oleh suaminya itu.
“Hihihih tau dong… Adek kan udah lama tinggal sama mas” Ucap Nayla malu - malu.
Namun sebenarnya, ada alasan lain yang membuat Nayla terpikirkan untuk mengenakan pakaian seperti ini. Yakni dari mimpinya, entah kenapa ia teringat kalau ia mengenakan pakaian yang mirip seperti ini saat dirinya diperkosa oleh pak Beni di mimpinya. Ia pun berharap, suaminya mampu memberikan kepuasan seperti apa yang ia dapatkan di mimpinya.
MEBG1T9
b6/6d/89/MEBG1T9_t.jpg
'NAYLA
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
“Pinter yah adek… Tau banget apa yang mas suka” Puji Miftah sambil mendekatkan wajahnya.
“Iyya dong mas… Sebagai istri, aku kan harus bisa muasin suami” Ucap Nayla sambil memundurkan wajahnya karena terlalu malu pada pergerakan suaminya.
Miftah pun semakin gemas. Ia lalu meminta izin kepada istrinya untuk mencumbunya.
“Mas udah gemes banget pengen muasin adek… Mas boleh angkat cadar adek gak ? Mas pengen banget ngerasain bibir manis adek” Goda suaminya yang membuat Nayla mengangguk malu - malu.
“Boleh banget mas” Ucap Nayla yang membuat Miftah tak tahan lagi.
Diangkatlah cadar Nayla oleh Miftah. Ditatapnya bibir manisnya yang berwarna merah. Miftah semakin bergairah. Wajahnya pun mendekat lalu dilahapnya bibir manisnya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Mmmppphhh” Desah mereka berdua bersamaan.
Miftah menubruk bibir istrinya menggunakan bibirnya. Mereka berciuman dengan begitu panasnya. Tak pernah ia senafsu ini pada istrinya. Penampilan istrinya menjadi penyebabnya. Dikala bibir mereka bertemu, tangan Miftah merangkak naik tuk menahan sisi kepala bagian belakangnya. Tangan satunya ia gunakan untuk mendekap punggungnya. Mereka pun asyik bercumbu. Mereka asyik melampiaskan syahwat birahi yang sudah lama tak mereka salurkan.
Bibir mereka saling dorong. Bibir mereka saling sepong. Bibir mereka bertubrukan tuk melampiaskan nafsu yang sudah tak tertahankan. Nayla juga tak tinggal diam. Cumbuan suaminya membuat birahinya semakin panas. Tangan Nayla tanpa sadar mendekap dada suaminya yang berada di balik kaus santainya. Tangan satunya mendekap penisnya dari luar celana yang suaminya kenakan.
Miftah terkejut karena istrinya tak pernah seaktif ini sebelumnya. Namun ia hanya tersenyum menikmati remasan jemari istrinya pada penis besarnya.
“Mmmpphhh nakal yah adek yahhh… Mmpphhh titit mas diremes - remes coba” Desah Miftah keenakan yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Mas yang nakal… Mas gak pernah ngasih jatah ke adek… Adek kan jadi nafsu… Pokoknya mas harus tanggung jawab muasin adek malam ini” desah Nayla yang lagi - lagi membuat Miftah terkejut. Miftah tak menyangka kalau selama ini istrinya menyimpan nafsu kepadanya. Ia tak menyangka kalau istrinya menanti dirinya tuk menyetubuhi tubuhnya.
“Maaf sayanggg… Mmpphhh… Adek gak minta sih… Tau gini mas bakal menyetubuhi adek tiap hari” Ucap Miftah disela - sela cumbuannya.
“Mmpphh janji yah mas… Mmpphhh… Adek gak tahan banget soalnya nahan nafsu adek selama ini” Desah Nayla yang semakin terangsang mengobrol mesum dengan suaminya.
“Mmpphhh iyyahh dek… Kalau adek udah gak tahan, adek bisa buka resleting mas sekarang” Ucap Miftah semakin keenakan dengan remasan tangan istrinya.
“Iyyahhh mass… Mmpphhhh” desah Nayla sambil mengeluarkan penis suaminya.
Dikala bibir Nayla terus dicumbu, tangan kirinya membetot penis suaminya lalu mengocoknya. Nafsu Nayla yang membesar membuat tangannya begitu bersemangat untuk mengocok penis suaminya. Tangan kirinya bergerak maju mundur. Tangan kirinya mengocok penis suaminya tanpa ampun. Tangan kanannya juga menyelinap masuk ke dalam kausnya untuk membelai tubuh kurusnya. Nayla benar - benar sangat bernafsu. Ia pun melakukan segalanya untuk melampiaskan nafsunya.
“Aaahhh dekk… Aahhhh… Aaaahhhh” desah Miftah saat cumbuan mereka terlepas. Miftah sampai menaikan wajahnya tuk menatap langit - langit ruangan. Matanya memejam. Ia begitu keenakan saat menahan kocokan tangan istrinya yang begitu memuaskan.
“Enakk massss ? Mmmpphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla yang kali ini mengocok penis suaminya menggunakan kedua tangannya.
“Aaahhhhh enakk bangett dek… Enak bangettt… Aaaahhhh… Aaahhhhh… Terusss” desah Miftah yang membuat Nayla tersipu.
'Kenapa aku jadi senafsu ini yah ? Padahal aku gak pernah seaktif ini ketika kami bercinta ? Kenapa kok aku rasanya nafsu banget pas ngocokin tititnya mas… Padahal biasanya aku pasrah membiarkan mas Miftah melakukan apa aja ke aku…'
Batin Nayla kebingungan dengan nafsu birahinya.
'Apa jangan - jangan gara - gara mimpi semalam ?'
Batin Nayla teringat.
Entah kenapa tiba - tiba ia membandingkan penis suaminya dengan penis pak Beni yang ia lihat di mimpinya. Perbandingannya jauh berbeda. Penis pak Beni terlihat lebih besar dengan warnanya yang jauh lebih hitam. Ia juga teringat kalau penis pak Beni memilik otot - otot yang mengitari penisnya. Otot - otot itu yang membuat Nayla bernafsu saat melihatnya. Pak Beni juga memiliki tubuh kekar yang begitu sempurna. Entah kenapa saat Nayla melihat tubuh suaminya yang kurus, Nayla merasa kecewa sehingga mengurangi nafsunya kepadanya.
'Astaghfirullah… Kenapa aku malah kepikiran orang lain yah ?'
Batin Nayla kecewa.
“Aaahhhh dekk… Aahhh cukuppp… Mas mau nusuk sekarang… Mas udah gak tahan lagi” Ucap Miftah yang mengejutkan Nayla.
“Iyyahh masss” Ucap Nayla menghentikan kocokannya lalu berdiri tegap menghadap suaminya.
Nampak Miftah melepas kausnya serta menurunkan celananya. Tubuh kurus Miftah pun terlihat yang entah kenapa menurunkan nafsu birahi Nayla saat melihatnya. Nayla diam - diam kecewa. Padahal biasanya ia tak mempermasalahkan kondisi fisik suaminya. Namun birahinya yang begitu mengharapkan sosok kekar yang bisa memuasinya membuat ia lebih pilah - pilih saat bercinta dengan seseorang.
“Mas buka kemeja adek yah” Ucap Miftah bernafsu dengan melepaskan satu demi satu kancing kemeja istrinya.
“Iyyah mas” Ucap Nayla agak mendesah sambil berdiri pasrah.
“Mas, adek boleh mainin titit mas lagi ?” Ucap Nayla yang tak kuat membiarkan penis suaminya menganggur.
“Boleh, sayang” Ucap Miftah tersenyum.
Meski ia tak bernafsu pada tubuh suaminya. Meski ia tak berselera dengan bentuk penis suaminya. Nafsu birahinya yang menggebu membuatnya tak tahan ingin memainkan penis suaminya selalu. Sambil menunggu suaminya membugili dirinya, ia kembali mengocok penis suaminya yang entah kenapa ia merasa penis suaminya tak sekeras penis pak Beni.
'Kok beda yah rasanya ? Punya mas Miftah gak terlalu keras… Punyanya pak Beni seingatku kayak tombak besi… Keras bangetttt…'
Batin Nayla lagi - lagi membandingkan penis suaminya dengan penis pak Beni.
Lama - lama Nayla semakin kecewa, hasrat birahinya semakin menurun karena tidak adanya sosok pemuas seperti yang ia bayangkan.
Setelah kemeja Nayla terlepas, Miftah langsung membuka beha istrinya juga memelorotkan celananya. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab beserta cadar berwarna merahnya.
“Cantik banget sih adek ini kalau udah telanjang” Puji suaminya yang menyadarkan Nayla dari lamunannya.
“Eh hehe makasih mas” Jawab Nayla tersadar yang membuatnya menyesal karena sudah memikirkan penis orang lain dibandingkan penis suaminya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Kalau kata orang - orang, yang hijab merah jangan sampai lepas yah” Ucap Miftah sambil menidurkan Nayla yang membuat mata Nayla melebar.
'Kata - kata itu ? Bukannya itu kata yang pak Beni ucapin di mimpi aku sebelum memperkosaku ?'
Batin Nayla yang entah kenapa membuatnya jadi teringat sosok pak Beni lagi.
'Astaghfirullah… Kenapa belakangan ini aku jadi kepikiran pak Beni sih ? Kenapa aku gak bisa menepisnya seperti hari - hari biasanya… Kenapa aku justru semakin bernafsu saat teringat tubuh kekarnya…'
Batin Nayla yang keheranan dengan pikirannya.
Sebagai akhwat sholehah, ia selalu bisa menjaga pikirannya untuk tidak membayangkan hal yang tidak - tidak. Ia selalu menjadikan suaminya sebagai pelampiasan hasrat seksualnya. Namun belakangan ketika nafsu lebih menguasai akal pikirannya. Ia kesulitan untuk menghapus bayangan kekar pak Beni di pikirannya. Padahal kemarin sore ia sampai nangis - nangis saat hampir diperkosa pak Beni. Namun sekarang ketika nafsu yang menguasai, ia justru terangsang saat teringat adegan pemerkosaan di mimpinya.
“Aaaaaaahhhhhhhh” desah Miftah saat memasukan penisnya ke dalam vagina istrinya.
“Mmmppphhhhh” desah Nayla merasakan geli - geli nikmat disana.
'Kenapa rasanya ada yang kurang ?'
Batin Nayla masih kecewa karena masih ada ruang di dalam vaginanya yang tak terpenuhi oleh penetrasi penis suaminya.
“Mas mulai yah ?” Tanya suaminya sambil menatap istrinya.
“Heem mas” Ucap Nayla mengangguk.
“Uuhhhh yahhhh… Uhhhhh enak banget dek… Uhhhhhh sempit banget vagina adek” Desah Nayla saat menggesek penisnya secara perlahan - lahan.
Nayla pun merasakan geli di vagiannya. Tapi rasa geli itu masih belum cukup untuk memuaskan birahinya. Ia membutuhkan nafsu yang lebih besar lagi untuk memuaskan birahinya. Lagi - lagi ia teringat mimpinya. Ia pun sadar kalau sekarang ia membutuhkan seks kasar seperti yang pak Beni lakukan. Ia ingin disetubuhi dengan barbar bukan pelan - pelan seperti sekarang.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh yahhh… Aahhhhh enakk banget dekkk” desah suaminya sambil memejam menikmati jepitan kemaluan istrinya.
“Mmpphhh… Mmpphhh lagi masss… Mmpphhh yang kencang” Pinta Nayla gemas karena suaminya lebih menggunakan kecepatan stagnan yang itu sama sekali tidak memuasi birahinya.
“Aaahhhh iyahhh dek bentar… Ini aja udah mau keluar… Entar kalau lebih kenceng lagi bahaya” Desah Miftah yang membuat Nayla keheranan.
'Mau keluar ? Dengan kecepatan seperti ini ?'
Batin Nayla.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh nikmatnyaaa… Aahhhhhhh” desah Miftah yang akhirnya mulai mempercepat gerakan pinggulnya. Tubuh Nayla mulai bergerak maju mundur. Buah dada Nayla mulai bergoyang gondal - gandul. Pemandangan indah tubuh istrinya membuat Miftah semakin bernafsu. Gerakannya dipercepat namun itu masih belum memuaskan Nayla.
“Aaahhhh… Aahhhh… Lagi masss… Ini masih kurang… Yanggg kencenggg” Pinta istrinya gemas karena gerakannya masih belum memuaskan nafsu birahinya yang sedang terbakar.
“Aaahhhh iyahhh dekk… Aahhhh iyahhhh… Uhhhhh nikmat banget” desah Miftah saat mempercepat gerakannya.
“Aaahhh… Aahhhhh… Belumm masss… Belummm… Yangg kuattt… Lebihhh kuattt masss… Yang kencenngg jugaaa” Rengek istrinya meminta suaminya untuk lebih kuat lagi dalam menubruk rahimnya.
“Aaahhhh iyaahhh… Aahahhhhh sudahhh dek… Mas gak kuat lagii… Aahhhhhh… Aaahhhhh” desah Miftah yang justru hampir mendekati orgasmenya akibat menuruti keinginan istrinya yang ingin melakukan seks 'hardcore'.
“Maasssss ? Aahhhhhh… Aahhhhhh… Ini masih belum masss… Tolonggg jangan keluar duluuu” Pinta Nayla kecewa.
“Aaahhhh tapi dekk… Aahhhhh mas gak kuat lagi… Mas gak tahan lagi” Desah Miftah yang nampaknya sudah berada di ambang batasnya. Terlihat nafas Miftah ngos - ngosan. Terasa penis Miftah berdenyut di dalam. Cengkraman tangan Miftah juga diperkuat saat mendekap pinggang ramping istrinya. Nayla terlihat kecewa saat menyadari suaminya hendak menyudahi persetubuhannya.
“Aaahhhh… Aaaahhhh… Mas gak kuat lagi… Mas mau keluaarr… Uhhhh yahhhhhhhhh” desah Miftah tiba - tiba mementokkan ujung gundulnya ke dalam rahim istrinya.
“Aaahhhh maaasssss” Desah Nayla kecewa saat tak lama kemudian, ia merasakan cairan kental yang perlahan mulai membanjiri rahimnya.
“Keeelllluuuaaarrrrr” Jerit Miftah sepuas - puasnya.
“Mmmppphhhhhhhh” desah Nayla memejam merasakan rahimnya dipenuhi cairan kental suaminya.
Miftah pun sampai ambruk setelah menyudahi persetubuhannya. Tubuh kurusnya pun menindihi tubuh istrinya. Dada Miftah terasa empuk terkena buah dada istrinya. Mata Miftah merem melek. Ia pun tersenyum menatap mata indah istrinya.
“Hah…. Hah… Hah… Makasih yah dek… Mas puas banget… Maaf yah, mas capek banget jadi gak kuat lagi… Adek belum puas yah ?” Tanya suaminya saat menyadari kekecewan istrinya.
“Enggak kok mas… Adek udah puas… Makasih yah” Ucap Nayla berbohong karena tak ingin mengecewakan suaminya.
“Beneran ? Gak boong ? Hah… Hah… Hah… Kalau gitu makasih yah… Mas mau tidur dulu… Rasanya capek banget hari ini” Ucap Miftah yang segera bangkit melepas penisnya lalu mengelapnya menggunakan tisu yang berada di meja kecil samping ranjangnya.
“Sama - sama mas… Adek gak boong kok… Maaf yah udah ganggu waktu mas… Silahkan tidur dulu, mas pasti capek kan yah… Adek mau bersih - bersih dulu” Ucap Nayla sambil berdiri setelah melihat suaminya sudah terlelap.
'Hah… Payah… Belum juga apa - apa udah keluar…'
Batin Nayla kecewa.
'Tapi kok, kenapa juga yah aku bisa senafsu ini ? Rasanya tadi kayak gak ngapa - ngapain saat bercinta dengan mas Miftah… Kenapa juga yah aku teringat sosok pak Beni saat mas Miftah sedang menyetubuhiku ? Astaghfirullah… Dosa apa lagi ini… Kenapa aku malah teringat orang lain saat sedang bercinta dengan mas Miftah ?'
Batin Nayla menyesali perbuatannya.
Meski ia menyesal, nafsunya belum terpuaskan. Ia terlebih dahulu melihat sosok suaminya yang terlelap di belakangnya sebelum memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk melampiaskan nafsu yang belum terpuaskan tadi.
'Maafin adek tadi yah mas… Maaf karena adek malah bayangin sosok pak Beni dibandingkan menikmati perbuatan mas ke adek tadi…'
Batin Nayla dalam perjalanannya ke kamar mandi.
Wajahnya terlihat sangat menyesal. Ia pun melepas hijabnya juga cadarnya sambil membawa kemeja serta celana dan juga pakaian dalam yang tadi dilepas oleh suaminya. Dengan lilitan handuk yang menutupi tubuh indahnya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya yang kian menguasai.
Setelah Nayla memasuki kamar mandi. Ia menaruh semua pakaian yang tadi ia kenakan ke dalam ember. Ia duduk diatas toilet duduknya lalu menaruh tangan kanannya diatas vaginanya.
Aaahhhhh Desah Nayla merasakan kegelisahan yang semakin kuat saat menahan gairah birahinya.
Jemari Nayla menyentuh bibir vaginanya. Jemarinya bergerak naik turun menggesek bibir vaginanya. Tubuhnya yang sudah telanjang bulat bergetar merasakan sensasi nikmatnya. Matanya bahkan sampai memejam saat melampiaskan nafsu birahi yang tak tertahankan.
Aaahhhh... Aaaahhh massss... Kenapa gini aja kamu gak bisa, mas ? Desah Nayla heran kenapa suaminya tak mampu memuaskan nafsu birahinya.
Nafsu yang semakin besar membuat tangan kirinya ikut aktif dengan meremas payudara kirinya. Semakin kuat remasan yang ia lakukan, semakin nikmat pula kenikmatan yang ia dapatkan. Nayla pun heran kenapa gairah birahinya semakin kuat. Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya ?
Pakkk Beniii Desah Nayla saat terbayang mimpinya di pagi tadi.
Ia teringat bagaimana buasnya pak Beni saat memperkosanya di alam mimpinya. Ia terbayang bagaimana penis kekar itu dengan barbar menerobos liang senggamanya. Ia ingat betul bagaimana remasan tangan pak Beni saat mencengkram payudara bulatnya. Rasanya berbeda. Ia merasakan kenikmatan disana. Ia merasakan sesuatu yang tidak ia dapatkan sebelumnya.
Aaahhhh... Aaahhhh pak Beniii... Aaahhhh... Aaahhhh Desah Nayla ketika nafsu berkuasa.
Jemari telunjuknya semakin menekan klitorisnya. Terkadang jemarinya juga keluar masuk membelah vaginanya. Jemari kirinya juga menjepit putingnya. Ia benar - benar terangsang tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Kenapa aku terangsang banget yah ? Kenapa aku jadi kayak gini yaaahhhh Desah akhwat yang sehari - harinya menggunakan cadar itu.
Paaakkk... Ouhhhh... Paakkkk terusss... Terusss.... Aaahhhh Desah Nayla tanpa menahan diri lagi karena saking tak kuatnya menahan nafsu birahi. Sungguh ironi, akhwat bercadar yang memiliki ratusan ribu 'followers' itu tengah terangsang sambil membayangkan pak Beni, seorang tukang sapu jalanan berbadan kekar yang bahkan sedang dicurigainya telah memperkosanya. Nafsunya yang besar membuatnya kesulitan untuk mengendalikan akal sehatnya. Nayla telah terangsang. Ia dengan penuh nafsu menjadikan pria tua rendahan itu sebagai objek fantasi pelampiasan nafsu birahinya.
Aaaaahhh... Aahhhhhhh... Aaahhhh bapaaakkkk Desah Nayla tak kuat lagi. Ia merasa vaginanya berdenyut kencang. Ia merasa gairah birahinya akan meledak sebentar lagi.
Jemari Nayla semakin kencang dalam keluar masuk merangsang vaginanya. Mulut Nayla terbuka lebar. Matanya memejam membayangkan sosok kekar itu tengah berada di depannya sedang menggenjot vaginanya dengan sangat kuat. Semakin ia membayangkan sosok kekar itu tengah menggenjot vaginanya. Semakin nikmat pula rangsangan yang ia lakukan pada vaginanya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Aku gak kuat lagi... Aku mauuu keluaarrr... Aku mau kelluaarrrr... Desah Nayla dengan suara bergetar.
Nayla semakin bernafsu dalam mencolek kemaluannya. Susu bulatnya semakin mengencang. Puting susunya semakin menegak kencang. Desahannya semakin kencang ketika membayangkan penis pak Beni yang begitu panjang. Ia membayangkan penis itu semakin dalam saat menerobos masuk vaginanya. Ia membayangkan sosok itu semakin buas dalam memuasi nafsu birahinya.
Aaahhhh... Aaaaahhhh... Aaahhhh... Aaahhhh aku gak kuat lagiii... Ahh akuu... Aaahhhh kelluaarrrrrr !!!! Jerit Nayla saat gelombang orgasme semakin dekat menuju lubang kencingnya.
'Cccrrrttt... Cccrrrttt... Cccrrrttt !!! '
Mata Nayla memejam nikmat saat mendapatkan kepuasan yang ia cari - cari. Tubuhnya mengejang. Nafasnya ngos - ngosan. Kedua kakinya semakin lebar membiarkan cairan cintanya mengalir deras hingga mengenai pintu kamar mandinya.
Uuhhhh... Uhhhh... Uuuuhhhh puas banget Desah Nayla hingga pinggulnya terangkat saat mengeluarkan cairan cintanya.
Hah... Hah... Hah... Nayla tak bisa berkata - kata setelahnya. Cukuplah desahan nafasnya yang menjelaskan betapa puasnya Nayla saat bermasturbasi sambil membayangkan pak Beni.
Lagi, ia bermasturbasi membayangkan pak Beni dua kali di hari ini. Pertama di pagi tadi saat terbangun malam - malam. Kedua barusan setelah gagal mendapatkan kepuasan dari sang suami. Lambat laun ketika akal sehatnya mulai kembali. Ia pun mulai merenungi perbuatan yang baru saja terjadi.
Apa yang sudah aku lakukan ? Lirih Nayla ngos - ngosan.
Ia kembali membayangkan saat - saat dirinya menjadikan pak Beni sebagai objek fantasinya. Ia menyesal. Ia merasa sangat hina. Bagaimana bisa dirinya yang sehari - harinya mengenakan pakaian longgar serta cadar malahan membayangkan pria tua rendahan yang diduga telah memperkosanya saat sedang bermasturbasi ? Wanita macam apa dirinya ? Padahal dirinya sudah bersuami dan suaminya sedang ada di rumahnya bersamanya.
'Astaghfirullah' mas... Maafin aku mas... Maafin aku Lirih Nayla menyesal.
Sambil duduk diatas toilet duduk, Nayla menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan tangannya. Ia merasa malu pada diri sendiri. Ia merasa malu sudah bermasturbasi sambil membayangkan lelaki lain.
Nayla terus menangis di dalam kamar mandi. Ia terus menangisi diri sendiri. Ia terus menangis dalam keadaan telanjang bulat untuk menenangkan hatinya yang baru saja dikhianati oleh nafsu birahi.
Pak Beni... Apa jangan - jangan aku habis diguna - guna olehnya yah ? Lirih Nayla semakin mencurigai sosoknya.
“Kayaknya enggak, lalu kenapa aku jadi seterangsang ini sih hari ini ?” Lirih Nayla penasaran dengan apa yang telah terjadi.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 3
KEJAHATAN YANG SEMPURNA
“Dah siap mas ? Ada yang ketinggalan gak ?” Tanya Nayla saat membantu persiapan suaminya berangkat ke kantor.
“Sudah kok semuanya ? Eh udah kan yah ?” Tanya Miftah sambil mengingat - ngingat sesuatu yang mungkin saja ketinggalan.
“Bekalnya ada di meja mas… Udah aku buatin… Jangan sampai ketinggalan yah !” Ucap Nayla.
“Iyya sayang… Makasih yah udah nyiapin bekal buat Mas” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersenyum.
Nayla pun ikut tersenyum. Namun ia tidak begitu senang karena masih dirundung kesalahan atas apa yang ia lakukan semalam. Nayla masih menyesal karena bisa - bisanya ia terngiang - ngiang wajah pak Beni saat dirinya disetubuhi oleh suaminya semalam. Hal itu mengecewakan dirinya. Ia sangat kecewa pada diri sendiri. Hal itu pun berpengaruh pada kehidupan kesehariannya bersama suaminya.
Nayla berjalan menuju ruang tamu menemani suaminya. Ia berjalan menuju teras depan tuk mengantar keberangkatan suaminya. Miftah pun masuk ke dalam mobilnya. Nayla hanya berdiri tegak sambil menumpuk kedua tangannya di teras rumahnya.
“Mas berangkat dulu yah sayang… Wassalamualaikum” Ucap Suaminya pamit berangkat.
“Walaikumsalam mas” Jawab Nayla sambil melambaikan tangan.
Mobil yang dikendarai suaminya perlahan mulai pergi menjauhi rumah. Nayla masih berdiri tegak. Saat mobil itu tak terlihat lagi di pandangan mata Nayla. Akhwat bercadar itu langsung duduk lemas di teras rumahnya.
“Hah, 'astaghfirullah'… Apa yang sudah aku lakukan semalam ? Kenapa bisa - bisanya aku kayak gitu pas bercinta dengan suamiku ? Kenapa kamu Nay ? Ada apa dengan pikiranmu ? Kenapa juga yah kok aku kemarin sampai terangsang banget ?” Lirih Nayla memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya kemarin.
Ia heran, ia penasaran. Tak pernah ia seterangsang itu seperti hari kemarin. Tak pernah ia senafsu itu hingga terlampau aktif saat bercinta dengan sang suami. Tak pernah ia sekecewa itu ketika melihat tubuh suaminya karena tak memiliki tubuh idaman yang ia fantasikan.
“Pak Beni… Badannya emang bagus banget sih… Aku jadi nafsu… Hah, 'astaghfirullah'” Lirih Nayla yang lagi - lagi terbayang sosok kekar itu.
MEBHU2L
c2/de/f4/MEBHU2L_t.jpg
'NAYLA
Nayla yang saat itu mengenakan hijab serta cadar berwarna hitam yang dilengkapi dengan daster syar’i berwarna merah muda terlihat frustasi dengan kesalahan yang ia lakukan kemarin. Ia merasa seperti sudah melakukan dosa besar saja. Ia sangat menyesal. Ia butuh sesuatu untuk mengobati rasa sesal itu.
“Apa yah ? Mungkin jalan - jalan dulu bisa kali yah buat nenangin diri” Ucap Nayla terpikirkan ide.
Akhwat bercadar itu akhirnya memutuskan untuk berjalan - jalan untuk mencari angin segar sekaligus untuk melupakan kesalahan yang ia lakukan kemarin. Ia berjalan melewati gerbang depan. Ia pun berhenti sejenak saat merasa ada sesuatu yang hilang.
“Ngomong - ngomong pak Urip mana yah ? Tumben jam segini belum dateng” Lirih Nayla saat melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.12 WIB.
Nayla pun melirik ke kiri dan ke kanan. Entah kenapa hatinya lebih condong ke arah kanan. Hatinya ingin menuntunnya ke arah kanan, arah yang sebenarnya menuju rumah pak Beni.
“'Astaghfirullah', jangan ! Jangan sampe aku diperkosa beneran” Lirih Nayla bertahan karena tidak ingin dikhianati oleh nafsu birahinya lagi.
Nayla pun memutuskan berjalan - jalan ke arah kiri. Saat dirinya melewati rumah pak Urip, ia melihat pak Urip terlihat terburu - buru dalam menaiki motornya.
“Eh bapak… Bapak kenapa ? Keliatannya kok sibuk gitu ?” Ucap Nayla menghampiri.
“Eh Non Nayla… Hehe iya non… Saya mau ke rumah sakit” Ucap Pak Urip membuat Nayla terkejut.
“Eh ada apa ? Siapa yang sakit ?” Tanya Nayla penasaran.
“Istri saya non… Gak tau dari kemarin sore tiba - tiba ngedrop… Ini saya baru pulang mau bawa - bawa perlengkapan pakaian buat istri saya… Oh yah maaf yah non, saya izin libur dulu untuk hari ini” Ucap pak Urip meminta izin.
“Oh iya gapapa pak… Silahkan temani istri bapak dulu… Semoga istri bapak cepat sembuh yah” Ucap Nayla mengkhawatirkan kesehatan istri pak Urip.
“Iyya non makasih… Maaf non, saya permisi dulu yah” Ucap pak Urip sambil menstarter motornya.
“Iyya pak, silahkan” Jawab Nayla saat melihat motor yang pak Urip kendarai berjalan pergi.
Nayla pun terharu melihat perjuangan pak Urip dalam menemani istrinya. Dalam hati, Nayla terus berdoa semoga istri pak Urip tidak kenapa - kenapa.
Nayla pun keluar dari halaman rumah pak Urip untuk melanjutkan jalan - jalannya. Namun entah kenapa ia tidak 'mood' lagi untuk berjalan - jalan. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat sambil melanjutkan pekerjaan rumahnya.
Baru saja ia memasuki gerbang rumahnya, ia mendengar suara yang berasal dari sisi kanan rumahnya. Wajah Nayla pun melongok ke arah kanan. Nampak Pak Beni terlihat keluar dari rumahnya hanya dengan mengenakan celana kolornya saja.
“Pak Beni ?” Entah kenapa Nayla tertarik untuk memperhatikannya. Diam - diam ia memasuki rumahnya lalu naik ke lantai dua yang biasa ia gunakan untuk menjemur pakaiannya. Dari atas ia dapat melihat tubuh kekar pak Beni. Terlihat pak Beni sedang merentangkan tangannya. Nampaknya pak Beni sedang berolahraga untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Mata Nayla terlihat fokus. Kebetulan posisi berdiri pak Beni menghadap tepat ke arah yang dilihat oleh Nayla. Dikala pak Beni mengangkat 'dumble'-nya untuk memperkuat otot lengannya. Mata Nayla dimanjakan oleh otot - otot tubuh pak Beni yang seolah sedang mencuci matanya.
Mata Nayla pun teralihkan pada perut kotak - kotak pak Beni. Baru kali ini ia melihatnya dengan begitu bebas. Memang sebelumnya pak Beni biasa memamerkannya. Namun Nayla tidak memperhatikannya, baru kali ini ia begitu tertarik pada perut kotak - kotak pak Beni. Nayla jadi ingin menyentuhnya. Nayla jadi ingin membelainya untuk merasakan kerasnya perut yang dimiliki oleh tukang sapu jalanan itu.
Lagi, mata Nayla teralihkan pada pada dada bidangnya. Dada pak Beni sungguh lebar. Mungkin kalau Nayla memeluknya, jemarinya tidak akan sampai ketika tiba dipunggungnya. Nayla menenggak ludah. Ia pun bertanya - tanya dalam hati.
'Kenapa aku malah ngintip pak Beni ?'
Batin Nayla ketika akal sehatnya mulai kembali.
Nayla melangkah mundur. Ia memejam untuk menyadarkan dirinya. Entah kenapa ia tak sanggup menjaga pandangannya. Tubuh kekar itu. Tubuh kekar tukang sapu jalanan itu. Entah kenapa sosoknya selalu terngiang - ngiang di pikirannya. Ia pun mencoba mengintipnya sekali lagi karena penasaran.
“Loh udah gak ada ?” Lirih Nayla kecewa karena rupanya pak Beni sudah masuk ke dalam rumahnya.
Namun saat matanya teralihkan pada sisi belakang rumah pak Beni, ia melihat pak Beni disana. Ia sedang bertelanjang dada di dekat sumurnya. Terlihat pak Beni menurunkan celananya. Terlihat pak Beni menurunkan celana dalamnya.
'Astaghfirulalh… pak Beni ?'
Batin Nayla hingga matanya terbuka lebar saat pertama kali melihat pak Beni bertelanjang bulat secara langsung.
Entah kenapa matanya langsung fokus menatap benda panjang yang sudah mengacung tegak diantara selangkangannya itu. Seperti dugaannya, penis pak Beni berwarna hitam legam yang ukurannya hampir seperti tangan Nayla itu sendiri. Nayla pun bergidik ngeri. Tubuhnya sampai merinding. Ia begitu terkejut ketika pak Beni diam - diam mengocok penisnya sambil memejamkan mata seolah menikmatinya.
Nafas Nayla mendadak sesak. Ia termangu melihat pria kekar itu beronani di sisi belakang rumahnya. Nayla pun menggelengkan kepala sambil melihat ke kanan juga ke kiri.
'Astaghfirullah… Gak boleh… Aku gak boleh ngeliatin ini… Astaghfirullah… Ada apa sih ini ?'
Batin Nayla kesulitan mengendalikan hawa nafsunya.
Saat Nayla hendak pergi untuk menjauhi kemaksiatan yang ada di depan matanya. Tiba - tiba ia dikejutkan oleh suara pak Beni yang sampai di telinganya.
“Mbak Naylaaa… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah pak Beni yang membuat Nayla merinding.
'Pak Beni beronani sambil membayangkan diriku ?'
Batin Nayla terkejut.
Apalagi suara desahannya membuat birahi Nayla bergetar. Ia heran kenapa pak Beni sampai beronani sambil membayangkan dirinya. Apa jangan - jangan pak Beni sudah sering beronani sambil membayangkan tubuhnya. Nayla merinding, namun entah kenapa tiba - tiba ia mengeluarkan hapenya untuk merekam apa yang ia lihat di belakang rumah pak Beni.
Ia merekamnya, bahkan ia men-'zoom'-nya agar dirinya bisa melihat tubuh kekar itu dengan lebih jelas. Nampak penisnya terlihat semakin jelas. Hape mahal yang Nayla punya membuatnya dapat melihat aksi pak Beni secara jelas meski sudah men-'zoom'-nya berkali - kali.
“Aaaahhhhhh nikmatnyaaaaa” desah Pak Beni saat tiba - tiba mengeluarkan spermanya yang tumpah ke lantai rumahnya.
Seketika pak Beni menoleh ke arah Nayla berdiri. Nayla pun buru - buru pergi. Ia buru - buru turun ke lantai satu rumahnya sambil memegangi dadanya yang berdebar.
“'Astaghfirullah'… Kenapa aku sampai kepikiran buat ngerekam yah ? Sekotor apa sih pikiranku saat ini ?” Lirih Nayla heran dengan pola pikirnya sekarang.
Demi mengurangi rasa berdebarnya, Nayla pun membuka kulkasnya untuk meminum air lemon yang tinggal tersisa setengahnya.
“'Astaghfirullah'… Kenapa aku jadi kayak gini yah ?” Ucap Nayla yang berkali - kali beristighfar atas nafsu yang kesulitan ia kendalikan.
Ia meminum air lemon itu lagi di hari ini. Sebelumnya ia telah meminumnya di pagi tadi sebelum mengantar suaminya pergi. Ia pun meminum air lemon itu lagi hari ini. Rasa dahaganya pun hilang. Rasa segar ia dapatkan. Ia pun berjalan menuju kamarnnya untuk merenungi perbuatannya di hari ini.
“Udah mau jam delapan rupanya… Ngapain aja aku tadi hampir setengah jam ? Ngintip pak Beni ? Bukannya itu keterlaluan, Nay ?” Lirih Nayla merenungi perbuatannya.
“Hah… Hah… Hah…” Nayla mendesah ngos - ngosan. Ia pun memegangi dada kirinya untuk merasakan detak jantungnya yang bergerak cepat. Ia geleng - geleng kepala. Lalu wajahnya menoleh ke arah hape yang tergeletak diranjangnya setelah ia taruh sebelumnya.
“Pak Beni” Ucap Nayla penasaran ingin melihatnya lagi.
Dibukalah hapenya lalu masuk ke 'folder' galerinya. Ia pun melihat - lihat video. Ia pun membuka 'file' video yang baru saja direkamnya. Sambil duduk di tepi ranjangnya. Matanya terlihat fokus saat melihat pak Beni bertelanjang bulat di halaman belakang rumahnya. Nayla menjeda videonya. Ia lalu men-'zoom' layarnya untuk melihat perut kotak - kotak yang dimilikinya.
'Gleeeggggg !!!'
Nayla menenggak ludah saat terpana oleh perut kekarnya. Saat pandangannya ia alihkan pada dada bidangnya. Lagi - lagi Nayla terpesona hingga tak sadar jemari di tangan kirinya menyentuh vaginanya.
“Pak Beniiiiii” Panggil Nayla bernafsu.
Nayla kembali melanjutkan videonya. Matanya terhanyut saat pak Beni memperlihatkan penisnya yang sudah berdiri tegak. Pandangan Nayla semakin terhanyut saat tangan kekar tukang sapu jalanan itu mengocok - ngocok penisnya. Ukurannya yang besar membuat Nayla bernafsu. Pikiran Nayla pun membayangkan kalau dirinya lah yang sedang mengocok - ngocok penisnya. Pasti sangat puas. Pasti rasanya akan sangat puas bisa mengocok penis sekekar itu.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaaa” terdengar suara yang membuat Nayla merinding.
Buru - buru Nayla menjeda videonya lalu melihat ke sekitar. Suara desahan pak Beni yang begitu jantan membuat birahi Nayla bergetar. Ia pun men-'tap' layar hape kirinya dua kali untuk mundur lima detik dari video yang ia jeda tadi.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaa” Terdengar suara rekaman yang sama. Nayla kembali mengulangi rekaman hapenya untuk mendengar suara desahan pak Beni saat memanggil namanya.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaa” Suaranya yang terdengar bergairah untuk ketiga kalinya itu membuat Nayla tak tahan. Tangan kanannya pun meremas buah dadanya. Tangan kirinya pun menaikan dasternya lalu merangsang vaginanya yang rupanya sudah sangat basah.
“Aaahhhh bapaakkk… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla saat menonton pak Beni beronani sambil meraba vaginanya yang sudah sangat basah.
Rasanya tak kuat lagi. Ia tak kuat menahan birahi yang semakin menguasai. Kenapa hanya dengan melihat tubuh kekarnya saja sudah membuat Nayla kembali terangsang ? Kenapa hanya dengan mendengar desahannya yang jantan sudah membuat Nayla merasa bergairah ? Nayla heran. Namun kenikmatan yang ia dapatkan saat menonton pak Beni beronani rasanya benar - benar berbeda. Rasanya sangat nikmat. Bahkan lebih nikmat bermasturbasi seperti ini ketimbang disetubuhi langsung oleh suaminya.
“Aaaahhhh mbak Naylaaaa” terdengar desahan pak Beni lagi yang membuat Nayla semakin menikmati.
Jemari kirinya naik turun menggesek bibir vaginanya yang licin. Kadang ia juga menekan klitorisnya. Kadang ia juga memasukan jemarinya ke dalam lubang vaginanya. Terdengar suara cipratan air di dalam. Nayla pun semakin kencang dalam mencolok memeknya. Mulutnya sampai membuka dibalik cadarnya. Matanya sampai memejam membayangkan sosok yang ia kagumi itu.
“Aaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh baapaakkk… Aaahhhh” desah Nayla yang lagi - lagi membayangkan sosok pak Beni.
Jemari kanannya meremas payudaranya dari luar dasternya. Rasanya sungguh nikmat. Apalagi saat payudaranya membesar seiring nafsu birahinya yang semakin bergetar.
“Aaahhh mbaakk… Aahhhh mbaakk… Aaahhhhh” desah pak Beni di rekaman videonya yang membuat Nayla membuka mata untuk menoleh ke arah hape yang ia letakkan di ranjang tidurnya itu.
“Ouhhh bapaakk… Aku gak kuat lagi… Aku ingin bebas bermasturbasi” Ucap Nayla berdiri lalu buru - buru melepas dasternya berikut beha beserta celana dalamnya.
Dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya. Nayla duduk di tepi ranjang sambil mengangkangkan kakinya lebar - lebar. Rasanya lebih puas saat melakukannya dalam keadaan telanjang bulat, Ia pun memilin putingnya sendiri. Ia menarik putingnya. Ia juga mencengkram bulatan dadanya kuat - kuat seiring kenikmatan yang semakin dahsyat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhhh”
Tangan satunya juga mengocok vaginanya dengan cepat. Maju mundur maju mundur maju mundur. Terdengar suara cipratan yang menggetarkan nafsu birahinya. Nayla semakin hanyut dalam buaian nafsu birahinya. Ia pun menekan klitorisnya. Pinggulnya sampai bergoyang saat merasakan kenikmatan yang tak dapat ia jelaskan. Mata Nayla merem melek. Ia pun mencoba menatap rekaman hapenya untuk melihat apa yang sedang pak Beni lakukan.
“Aaaaahhh mbaakkk… Aahhh mbaakkk… Aahhhh saya mauu keluuaarrr” Desah pak Beni yang rupanya hampir mendekati klimaksnya.
Nayla pun jadi semakin cepat saat mengobel - ngobel memeknya. Liang senggama Nayla itu semakin basah dibanjiri oleh cairan cintanya yang menggenang disana. Kedua tangan Nayla tiba - tiba meremas buah dadanya. Ia membayangkan pak Beni tengah meremasnya yang membuatnya memejam menikmati fantasinya.
“Aaahhh mbaaakkkk kelluuaarrr” desah pak Beni yang membuat Nayla menoleh. Tepat saat itu sperma yang pak Beni keluarkan begitu banyak. Nayla pun terkagum - kagum atas dahsyatnya sperma yang muncrat dari dalam penisnya. Seketika ia terbayang, bagaimana kalau sperma sebanyak itu keluar di dalam rahimnya. Pasti rahimnya akan penuh. Pasti rasanya sangat nikmat membuat Nayla penasaran akan rasanya.
“Aaaahhhh… Aahhhhh… Aku gak kuat lagiiii… Aku mau keluaarr… Akuuu mau kelluuaarrr” desah Nayla yang semakin teracuni oleh pikiran kotornya.
Nayla kembali mencolek memeknya. Nayla kembali merangsang kemaluannya sambil membuka kakinya lebar - lebar. Nayla memejam untuk menikmati semuanya. Nayla mendesah. Nayla bergairah. Nayla berfantasi tuk memuaskan birahinya yang semakin tinggi. Keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk. Jemari tangannya keluar masuk di dalam vaginanya. Rasanya semakin nikmat apalagi saat membayangkan pria tua kekar itu yang sedang menyetubuhi memeknya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh bapaakkk… Aaahhhhhh” desah Nayla semakin keras.
Tubuh Nayla merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Tangan kanannya bertumpu pada ranjang di belakangnya. Pinggulnya ia angkat. Jemari kirinya pun mencolek - colek kemaluannya semakin cepat.
“Aaahhhh akuu mauu keluaarr… Aku mau keluuaar… Aku mauuu… Aaahhhhhhh” desah Nayla tak kuat lagi saat gelombang orgasmenya datang mendekati lubang kencingnya.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt…'
Nayla pun mencapai klimaksnya.
“Aaaaaahhhhhhhh” desah Nayla dengan sangat manja.
Cairan cintanya dengan deras menyembur membasahi lantai kamar rumahnya. Tubuh rampingnya kelojotan. Nafasnya ngos - ngosan tak karuan. Matanya pun memejam nikmat. Rasanya sangat puas setelah bermasturbasi sambil membayangkan sosok pria tua kekar itu.
“Haahhh… Hahh… Haahhh… Nikmat banget… Hah… Puas banget rasanyaaa” desah Nayla saat bokongnya kembali menyentuh ranjang tidurnya. Berulang kali kaki Nayla membuka - menutup tuk menikmati sisa - sisa orgasmenya. Mata Nayla pun merem melek. Ia sangat puas. Rasanya sama seperti saat diperkosa pak Beni di alam mimpinya.
“Hebaattt”
Nayla masih kelelahan. Ia terus menutup matanya sambil duduk di tepi ranjangnya.
“Luar biasaaa mbaakkk”
Nayla pun berusaha membuka matanya. Ia memegangi kemaluannya yang sudah sangat basah setelah dibanjiri cairan cintanya.
“Baru kali ini saya ngeliat akhwat bercadar bermasturbasi… Luar biasa… Luar biasa… Indah sekali tubuhmu mbaakkk”
Nayla membuka matanya lebar - lebar saat telinganya dengan jelas mendengar adanya suara dari arah depan. Ia bergegas menaikan pandangannya. Ia terkejut saat melihat ada laki - laki yang sudah memelorotkan celananya tengah beronani sambil menatap tajam tubuh telanjangnya.
“Aaaaaahhhhhhh” Jerit Nayla terkejut.
“Aaahhh… Aahhh… Tenang mbak Naylaaa… Saya gak bermaksud… Saya niatnya mau balikin kembalian yang kemarin… Eh pas saya sampai depan rumah saya denger suara desahan… Saya pun kemari dan gak nyangka liat mbak Nayla lagi asyik - asyik sendiri” Ucap pria tua berkumis tebal dengan perut tambun yang begitu maju.
“Tapi mang Yono… Apa yang mamang lakukan… Pergi mangg… Jangan kesini... Aku maluuu” Ucap Nayla sambil menutupi tubuh telanjangnya menggunakan tangannya sebisanya.
“Aaahhh… Aahhh… Maaf kali ini saya gak tahan mbak… Dari dulu saya suka menjadikan mbak Nayla objek fantasi saya… Baru kali ini saya melihat mbak Nayla telanjang… Saya gak kuat lagi… Izinkan saya beronani sambil menatap tubuh telanjang mbak” Ucap mang Yono mendekat sambil mengocok penisnya dengan cepat.
“Tapiii mangg… Tapiiiiiiiiiii” Ucap Nayla merasa malu saat penis mang Yono yang begitu besar dan hitam terlihat semakin mendekati posisinya.
“Maaf mbakk… Aahhhh… Aahhh… Izinkan saya kali ini aja… Izinkan saya beronani sekali aja sambil menikmati ketelanjangan mbak… Saya gak kuat mbak… Saya ingin memuasi nafsu saya” Ucap mang Yono saat mengocok penisnya sambil menatap dada bulat Nayla yang begitu kenyal.
Nayla pun sadar atas apa yang baru saja dilakukannya. Ia baru saja berfantasi sambil membayangkan pak Beni. Ia pun mendapatkan balasan atas apa yang baru saja dilakukannya. Seketika ia teringat hukum karma dalam agamanya yang ia pelajari di pondok pesantren. Ia pun mendapatkan balasan karmanya langsung dengan kedatangan mang Yono yang ingin beronani sambil menikmati ketelanjangan dirinya.
“Tapi tolong sekali ini aja yah… Habis itu tolong lupakan mang… Simpan rahasia ini baik - baik” Ucap Nayla pasrah karena dirinya menyadari kalau ia harus bertanggung jawab karena sudah membuat mang Yono terangsang.
“Iyyahh mbakk… Aahhh… Aahhh… Saya janji… Saya gak akan ngungkit - ngungkit lagi kenikmatan yang saya dapatkan ini” Ucap mang Yono berjanji.
“Tolong buka tangannya mbak… Tolong mengangkang seperti tadi… Itu bikin saya bernafsu ingin mengentotmu mbak” Ucap mang Yono dengan vulgar yang terpaksa dituruti oleh Nayla.
Nayla sadar kalau ia tidak menurutinya, hal itu hanya akan membuatnya menunda - nunda waktunya saja. Mang Yono akan semakin lama disini untuk memaksanya tuk memuasi nafsunya. Tapi, kalau ia menurutinya, maka mang Yono akan cepat terpuaskan yang mana akan membuat mang Yono cepat keluar. Mang Yono pun bisa cepat - cepat pergi dari hadapannya. Berdasarkan hal itu, ia pun memilih pasrah meski hatinya merasa resah karena harus menuruti perkataan tukang sayur itu.
Pelan - pelan Nayla membuka tangannya. Ia membiarkan dadanya dilihat oleh tukang sayur itu. Kedua tangannya pun bersandar ke belakang sambil membusungkan dadanya. Kedua kakinya ia naikan ke ranjang sambil dibuka lebar - lebar. Nampak vaginanya yang begitu pink terlihat di mata mang Yono. Terlihat dadanya yang masih menegak kencang menantang nafsu mang Yono. Nayla yang merasa malu membuang wajahnya ke samping. Perpaduan sikap malu - malu Nayla dengan keindahan tubuhnya membuat mang Yono semakin bernafsu. Ia mengocok penisnya dengan cepat. Ia mengocoknya sambil menatap vagina Nayla yang begitu lembap.
“Aaahhhh… Aahhhh… Indah sekali tubuhmu ini mbakk… Andai saya bisa menggenjotmu tiap hari… Aahhh pasti rasanya puas sekali” Racau mang Yono yang membuat Nayla menenggak ludah.
'Cepat maanggg keluarkaann… Aku gak sanggup lagi… Aku malu banget manggg… Cepet keluarin spermanyaaa…'
Batin Nayla merasa malu saat harus mengangkang di depan tukang sayur itu.
Aaahhhh... Aahhh... Mbak Nayla gak dapet jatah semalem yah ? Kasian banget, mending saya aja yang gantiin suami mbak buat ngasih jatah Desah Mang Yono sambil mengajaknya mengobrol. Namun Nayla memilih bungkam. Ia tidak mau berkomentar apa - apa karena yang ia inginkan sekarang adalah Mang Yono bisa cepat pergi dengan cara mendapatkan klimaksnya segera.
Cepet maaanggg... Aku maluuu Ucap Nayla karena tak tahan lagi.
Huahahhaa... Jadi makin gemes saya... Itu yang saya suka darimu mbakk... Sini mbak mendekat, saya punya 'fetish' sama akhwat bercadar soalnya Ucap mang Yono yang membuat Nayla bingung.
Fetish ? Maksudnya ? Tanya Nayla tak paham.
Nayla kemudian diminta duduk ditepi ranjangnya kembali. Mang Yono yang sudah bernafsu menelanjangi dirinya. Ia bertelanjang bulat memamerkan tubuh gempalnya. Nampak kulit mang Yono yang begitu hitam sangat bertolak belakang dengan kulit bening Nayla. Nampak tubuh gemuknya bertolak belakang dengan tubuh ramping Nayla. Namun pria gemuk itu segera naik ke atas ranjang Nayla. Ia menyentuhkan penis besarnya ke cadar Nayla. Tangan kirinya pun memegangi kepala Nayla sedangkan tangan kanannya memegangi penisnya sambil menggesek - gesekannya ke kain cadar Nayla.
Aaaahhh nikmaattt... Aaahhhh enak bangettt... Puas sekaliii mbakk... Aaahhhh... Aaahhhh Desah mang Yono memejam.
Mmppphh... Mmpphhh... Hentikaannn paakk... Cepaattt sudahiii Pinta Nayla karena terlalu risih diperlakukan seperti ini.
Huahahaha sabar mbak... Saya juga pengen cepet keluar kok tapi kok sayang yah kalau buru - buru Ucap mang Yono yang membuat Nayla kesal.
Mang Yono pun tersenyum puas. Ia kembali menggesek - gesekan penisnya ke cadar Nayla. Terkadang ia hanya mengocoknya saja sambil menyentuhkan ujung penisnya ke tepi bibir Nayla dari luar cadarnya. Pria tua itu begitu bernafsu. Rasanya puas sekali ketika dapat melampiaskan nafsu birahinya disini.
Mmpphhh... Mmpphhh... Mmmpphhh hentikaann Desah Nayla risih.
Mang Yono mengocok penisnya. Ia mengocoknya tepat di depan wajah Nayla. Terlihat wajah Mang Yono bernafsu pada akhwat bercadar itu. Nayla pun menunduk malu. Namun saat wajahnya ia naikan tuk menatap penis tukang sayur itu, ia sangat terkejut saat melihat bentuknya.
Huahahaha kaget yah mbak ? Iya saya gak disunat soalnya... Pasti baru kali ini yah mbak ngeliat kontol kayak gini Ucap mang Yono membanggakan penisnya di depan akhwat bercadar itu.
Alih - alih meresponnya. Nayla hanya membuang muka namun ukurannya yang besar serta bentuknya yang unik membuat Nayla selalu penasaran sehingga ingin melirik - liriknya lagi.
Mang Yono tersenyum. Ia menyadari tingkah laku Nayla saat itu. Ia menduga kalau Nayla ini sebenarnya mau tapi malu. Ia merasa Nayla itu mau tapi malu dengan hijab serta cadar yang dikenakan olehnya. Mang Yono tertawa puas. Ia pun bertekad akan membuat Nayla tergila - gila akan penisnya sehingga membuat Nayla mengemis minta disodok olehnya.
'Huahahaha andai beneran terjadi... Ah sial mikirin gitu aja malah bikin mau keluarr... '
Batin mang Yono merasa tak kuat lagi.
Mang Yono mengocok penisnya dengan cepat. Ia tak mau berlama - lama lagi. Ia merasa nafsunya sudah di ujung batasnya. Ia pun menatap wajah cantik Nayla yang masih bercadar. Ia lalu mendekatkan ujung kulupnya ke cadar Nayla. Ia bernafsu. Ia semakin bernafsu.
Aaahhhh... Aaahhhh... Aahhh... Mantapnyaa... Mantapnyaaaa Desah mang Yono puas.
Nayla hanya diam saja sambil sesekali membuang muka. Ia merasa harga dirinya hilang karena membiarkan tukang sayur rendahan tengah mengocok penisnya tepat di hadapan wajahnya. Apalagi dirinya sudah telanjang. Ia merasa sangat malu. Ia berharap tukang sayur itu segera menuntaskan hasratnya.
Aaahhhh.... Aahhh... Aaahhhh mbakk... Ahhhh terima inii... Terima iniii Desah mang Yono merasa tak kuat lagi.
Tubuh gempal mang Yono merinding. Tubuhnya juga tegang. Nafasnya menjadi berat. Kakinya gemetar merasakan sebentar lagi spermanya akan segera keluar. Ia benar - benar puas. Tak pernah ia beronani senikmat ini meski sudah berkali - kali membayangkan sosok Nayla yang bertubuh seksi.
Mang Yono menyentuhkan ujung kulupnya ke cadar Nayla. Tangan kirinya memegangi Kepala Nayla agar tidak menoleh ke kanan juga ke kiri. Sadar kalau pria tua itu akan memuncratkan spermanya, Nayla pun memejam tuk bersiap - siap dinodai oleh tukang sayur itu.
Aaahhhh... Aaahhhh.... Ahhhh mbaakkk... Aaahhhh ini diaaa... Rasakannn ini... Aaaahhhhh Desah mang Yono sambil mendorong pinggulnya maju hingga wajah Nayla tertusuk oleh ujung kulup tukang sayur itu.
Kellluaarrrrr !!!!
'Ccrroottt... Ccrroottt... Ccrroottt !!! '
Mmmpphhhh Jerit Nayla pasrah saat cadarnya terkena lelehan sperma mang Yono.
Sperma mang Yono muncrat begitu banyak hingga menodai cadar yang dikenakan oleh Nayla. Aromanya yang menyengat membuat Nayla merasa jijik. Perutnya menjadi mual. Namun ia berusaha menahannya. Ia pun menaikan pandangannya, ia melihat mang Yono sampai terlonjak - lonjak setelah mendapatkan orgasme ternikmatnya.
Tukang sayur itu langsung lemas setelah menghabiskan seluruh cadangan spermanya tuk menodai cadar akhwat favoritnya. Mang Yono tersenyum puas. Tukang sayur itu langsung duduk di sebelah Nayla.
Makasih mbak, saya puas banget bisa menodai wajah mbak... Hah... Hah... Hah Desah tukang sayur itu ngos - ngosan sambil diam - diam merangkulkan tangannya ke pinggang Nayla.
Lepaskan pak... Bapak udah selesai kan ? Tolong biarkan aku sendiri... Bapak boleh perg… Jangan bilang ke siapa - siapa soal masalah ini Ucap Nayla kesal sambil menahan jijik saat hidungnya mencium aroma sperma yang sangat kuat.
Huahahahah baik mbak... Tenang, saya laki - laki kok... Saya pasti akan menepati janji Kata Mang Yono berdiri sambil mengenakan celananya lagi.
Nayla lega saat mengetahui mang Yono benar - benar menepati janjinya. Akhwat bercadar itu pun menanti tukang sayur itu pergi. Nayla merasa jijik dengan banyaknya sperma yang ditumpahkan oleh tukang sayur itu di wajahnya. Bahkan saking banyaknya sampai ada yang jatuh mengenai dada bulatnya.
Hati - hati yah mbak... Jangan sampai ada orang lain yang masuk lagi... Untung saya yang masuk, kalau orang lain gak tau deh mereka akan menepati janjinya apa enggak Ucap mang Yono setelah mengenakan pakaian lengkapnya lagi.
Iyya pak maaf, aku ceroboh Ucap Nayla menunduk malu.
Huahahaha yasudah saya pamit pergi yah... Kapan - kapan kalau mbak butuh pemuas tinggal panggil saya... Daripada main sendiri mending pake kontol saya, iya kan ? Ucap mang Yono sambil mengelusi penisnya yang tak dijawab apa - apa oleh Nayla.
Oh yah ini kembaliannya... Seribu kan ? Huahahaha... Rasanya kayak habis bayar mbak 1000 biar bisa mejuhin wajah mbak aja... Huahahaha Tawa mang Yono setelah menaruh uang kembalian seribunya ke atas meja dekat pintu masuk kamar Nayla.
Mang Yono setelah itu pun pergi. Bahkan ia juga menutup pintu rumah depan agar tidak ada orang lain lagi yang masuk untuk menjaga janjinya pada Nayla. Mang Yono benar - benar menepati janjinya. Ia tersenyum merasa beruntung bisa memejuhi cadar akhwat favoritnya. Ia tersenyum dalam hati. Ia pun berharap bisa bercinta dengannya bahkan sampai menanam benih di rahimnya.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
MEBHU2L
https://thumbs4.imagebam.com/c2/de/f4/MEBHU2L_t.jpg c2/de/f4/MEBHU2L_t.jpg
'NAYLA
Sementara itu di kamar Nayla,
'Astaghfirullah'... Kenapa sih aku ini ? Aku ngerasa kayak gak ada harga dirinya lagi... Kemarin mulutku sekarang wajahku... Serendah ini kah diriku sampai - sampai orang lain bebas membuang spermanya ke tubuhku ? Entar apalagi ? Rahimku ? 'Naudzubillah'... Jangan deh... Jangan sampai... Cukup ini yang terakhir, lain waktu lagi jangan Lirih Nayla penuh harap.
Nayla pun melepas hijabnya berikut cadarnya. Nayla sudah bertelanjang bulat di dalam kamarnya. Ia pun menatap cadarnya. Cadarnya yang berwarna hitam itu ternoda oleh cairan kental berwarna bening milik tukang sayur itu. Nayla merasa jijik, bahkan ia enggan untuk menggunakan cadar ini lagi.
Semuanya gara - gara pak Beni Lirih Nayla mulai menyalahkan tukang sapu itu.
Gara - gara pak Beni aku jadi pengen masturbasi... Gara - gara pak Beni aku sampai ketahuan mang Yono disini... Gara - gara pak Beni aku gak menikmati persetubuhanku dengan suami... Semua gara - gara orang itu... Kenapa sih orang itu suka banget ganggu hidupku ? Lirih Nayla kesal dengan melimpahkan semua kesalahan kepadanya.
Tapi yang lebih aneh lagi, kenapa yah aku jadi senafsu ini ke pak Beni ? Kenapa pikiranku jadi gampang kotor juga yah ? Kenapa dua hari ini aku jadi gampang terangsang ? Apa salahku ? Apa gerangan yang membuatku seperti ini ? Lirih Nayla merenungi perbuatannya. Ia pun berbaring diatas ranjang tidurnya. Ia menyesal. Ia mengingat - ngingat lagi saat - saat dirinya dipejuhi mang Yono juga saat dirinya bermasturbasi membayangkan pak Beni.
Semakin ia memikirkannya. Ia semakin menyesal. Matanya berkaca - kaca. Ia pun menangis setelah menyadari dirinya kehilangan harga diri. Bahkan ia membayangkan dirinya sama persis dengan pelacur yang menjajakan dirinya. Bahkan pelacur saja dibayar, sedangkan dirinya ?
Siapa sebenarnya aku ini ? Lirih Nayla merasa malu.
Maasss... Maaassss... Maafkan istrimu yang sudah kehilangan harga dirinya Lirih Nayla menangis dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya.
*-*-*-*
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Wajah Nayla terlihat murung. Matanya sembap setelah menangis seharian. Ia pun berencana keluar rumah untuk menemui Putri supaya pikirannya bisa terkontrol agar tidak kepikiran mesum melulu.
Dengan mengenakan celana kain panjang berukuran longgar yang menutupi kaki jenjangnya. Dengan hijab serta cadar berwarna hitam yang menutupi kepala mungilnya. Dengan kaus berlengan panjang berwarna abu - abu yang membungkus tubuh indahnya. Nayla telah siap bepergian untuk mengatasi pikiran mesumnya. Ia masih geleng - geleng kepala tak mempercayai apa yang baru saja terjadi padanya.
Bermasturbasi ? Dikontoli ? Dipejuhi ? Sangat jauh sekali dengan 'image'-nya sebagai seorang selebgram bercadar berfollowers banyak yang terlihat sholehah. Nayla pun berusaha melupakan semuanya meski ia tahu kalau itu akan terasa sulit karena dirinya selalu terngiang - ngiang momen - momen ternodanya.
“Hah… 'Astaghfirullah'… Putri gimana yah ? Bisa gak yah aku temui dia di rumahnya ?” Lirih Nayla sambil mengambil hapenya.
Akhwat cantik itu pun duduk di teras rumahnya sambil mencari nomor Putri di kontak hapenya. Ia ingin membuat janji dengannya. Ia ingin mengonfirmasi kalau dirinya ingin bertemu dengannya. Ia pun menemukan nomornya. Ia bersiap untuk meneleponnya sekarang.
“Halooo… Assalamualaikum Put” Ucap Nayla setelah panggilan telepon tersambung.
“Iyya haloo… Walaikumsalam mbak… Ada apa nelpon ?” Tanya Putri.
“Kamu lagi sibuk Put ? Kamu ada waktu gak ? Pengen ketemu aja” Ucap Nayla 'to the point'.
“Yah, aku lagi kuliah mbak… Aku masih di kampus… Mau ngobrolin apa nih ?” Jawab Putri yang membuat Nayla kecewa.
“Yahhhh masih kuliah yah ? Yaudah lanjutin aja Put… Gak ada sih cuma ngobrol biasa aja… Maklum aku kan di rumah sendirian… Jadi agak bosen aja hehehe” Ucap Nayla beralasan.
“Oalah hihihi maaf yah mbak… Aku masih ada jam kuliah… Sore paling atau gak beberapa jam lagi aku baru ada waktu luang buat nemenin mbak” Ucap Putri.
“Hmmm yaudah deh Put… Semangat kuliahnya aja deh yah” Ucap Nayla hendak menutup telponnya.
“Oh yah mbak” Ucap Putri yang membuat Nayla menahan diri untuk menutup telponnya.
“Iyya Put, Kenapa ?” Tanya Nayla.
“Mbak punya foto - foto kita waktu 'shooting' di Bandung gak ?” Tanya Putri mengingatkan Nayla pada sesi 'photoshoot'-nya beberapa minggu yang lalu.
“Oh ada kok Put… Ada di laptop aku” Jawab Nayla.
“Aku minta yah mbak… Nanti abis selesai kuliah aku ke rumah mbak gapapa ? Nanti aku konfirmasi lagi deh kapan waktu tepatnya biar gak terkesan mendadak” Ucap Putri yang membuat Nayla tersenyum.
“Boleh Put… Kabarin aja yah nanti kalau mau kesini” jawab Nayla.
“Iyya mbak… Makasih yah” Jawab Putri tersenyum.
Panggilan telepon pun resmi berakhir. Nayla pun bingung harus bagaimana sekarang. Ia tidak mau lama - lama disini karena khawatir pikiran mesumnya kembali datang untuk mengacaukan hidupnya. Ia pun menatap kunci motornya yang sedang ia pegang.
“Andri ?” Lirih Nayla terpikirkan satu nama.
“Andri sibuk gak yah kalau aku ajak ketemuan ?” Ucap Nayla ragu.
Nayla memang sudah lama bersahabat dengan Andri. Sebenarnya mereka lahir di tahun yang sama. Namun Nayla lebih dahulu lahir yang membuat Andri lebih nyaman memanggilnya mbak ketimbang namanya langsung. Mereka juga sudah bersahabat lama semenjak Andri menjadi fotografer di tiap sesi perfotoannya. Persahabatan mereka semakin terjalin semenjak Andri melamar Putri yang merupakan kawan dekat Nayla. Nayla pun menganggap Andri sebagai kawan dekatnya saja. Ia pun berencana menghubunginya alih - alih suaminya. Ia tidak mau mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Ia pun menelpon Andri supaya bisa mendapatkan jawabannya segera.
“Haloo Ndri… Assalamualaikum” Sapa Nayla.
“Walaikumsalam mbak… Ada apa, tumben ?” Tanya Andri berdebar ketika dirinya ditelpon oleh wanita pujaannya.
“Kamu ada waktu gak, Ndri ? Aku mau ngobrol - ngobrol aja” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum di kejauhan.
“Ada kok mbak… Mau ngobrolin apa ?” Tanya Andri langsung menjawabnya. Andri berfikir sejenak, padahal ia ada janji temu bersama temannya. Namun ia menggagalkannya seketika karena ia lebih mengutamakan Nayla dibandingkan teman - temannya.
“Nanti deh aku obrolin pas ketemu langsung… Kalau kita ke kafé yang biasa kita ketemu gimana ? Bisa gak ?” Tanya Nayla.
“Oh yang biasa kita kumpul abis 'meeting' pas 'photoshoot' itu ? Bisa kok” Jawab Andri menyanggupi.
“Makasih yah… Kita ketemuan disana… Sampai jumpa nanti” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum mendengarnya.
“Iya, aku tunggu yah disana” Ucap Andri tersenyum senang. Andri merasa seperti mendapatkan durian runtuh saja. Sudah ditelpon oleh wanita pujaannya lalu diajaknya untuk ketemu dengannya. Ada apa ini ? Entah kenapa harapan muncul di hati Andri untuk membangun kisah cintanya bersama wanita binor bercadar ini. Andri pun tak ingin membuang waktu lagi. Ia langsung berganti pakaian dan bersiap - siap untuk menemui wanita pujaannya.
“Hah… Untung Andri bisa diajak ketemu… Yaudah deh aku langsung berangkat aja… Aku gak mau lama - lama disini, aku takut pikiran itu kembali datang lagi” Ucap Nayla bergegas mengenakan helmnya lalu berangkat menaiki motornya.
Eh iya, pintunya belum dikunci Ucap Nayla kelupaan hingga membuatnya kembali untuk mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu. Setelah semua siap, baru setelah itu Nayla berangkat untuk menemui Andri.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Motor yang Nayla kendarai telah berhenti. Ia pun melepas helmnya lalu menaruhnya di kaca spion motornya. Wajahnya seketika langsung menoleh ke kanan juga ke kiri untuk mencari sahabatnya. Ia pun masuk ke dalam dan wajahnya kembali menoleh ke sekitar untuk mencari sahabatnya.
“Andri mana yah ? Belum datang apa yah ?” Tanya Nayla heran.
Nayla pun duduk di salah satu kursi kosong disana. Nayla memaklumi andai Andri memang belum datang kesini. Rumah Andri tergolong jauh dari tempat pertemuannya sekarang. Ia pun mengecek hapenya lalu mengirimkan pesan kepadanya. Tak lama kemudian pesan balasan ia dapatkan langsung. Nayla tersenyum saat membaca jawabannya.
“Dasar, masih di jalan rupanya” Lirih Nayla.
Ia pun segera membalas jawabannya dengan meminta Andri agar lebih berhati - hati dalam berkendara. Entah kenapa Nayla memberikan perhatian kepadanya. Sebagai seorang wanita, ia merasa wajar saja memberikan perhatian itu kepada seseorang yang ia anggap dekat.
Layaknya seorang wanita pada umumnya. Nayla pun membuka cermin kecil yang ia keluarkan dari tas kecil yang ia bawa. Ia pun memeriksa penampilannya. Berulang kali Nayla merapihkan hijabnya yang agak berantakan setelah tertiup angin dalam perjalanan. Sebagai seorang wanita, ia tak bermaksud tampil cantik untuk menggoda Andri. Tapi, ia tampil cantik untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Tak berselang lama, muncullah seseorang dari pintu kafé yang membuat Nayla tersenyum melihatnya. Nayla pun mengangkat tangannya yang membuat Andri menoleh tuk menatapnya. Andri terlihat sangat tampan saat itu. Meski jam baru menunjukkan pukul setengah dua siang. Meski cuaca saat itu sedang panas - panasnya. Andri tampil percaya diri dengan celana jeans panjang berwarna biru serta kaus berlengan pendek berwaran putih. Ia juga mengenakan jaket berbahan jeans yang memiliki warna yang selaras dengan celananya. Jujur, Nayla terpesona oleh penampilan sahabatnya yang menurutnya keren. Apalagi wajah Andri memang tampan. Nayla pun menyambut kedatangan Andri dengan senyuman.
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
“Eh mbak, udah lama yah ? Maaf tadi aku persiapannya lama… Jadi harus ini itu dulu” Ucap Andri sambil duduk di depan Nayla.
“Enggak kok ndri… Ngomong - ngomong kamu gak panas yah paket jaket tebel gitu… Dahimu aja udah keringetan loh hihihih” Ucap Nayla yang membuat Andri tersipu malu.
“Hahahaha panas sih… Tapi aku gak tau kalau cuaca di luar bakal sepanas ini” Ucap Andri sambil mengeluarkan sapu tangannya tuk mengelap keringat di dahinya.
“Hihihih tapi kamu keren kok Ndri… Gak salah emang fotograferku ini… Udah mirip artis korea aja kalau kayak gini hihihihi” Puji Nayla yang membuat hati Andri berbunga - bunga.
“Hahaha bisa aja… Jauh lah mbak… Mbak loh cantik banget, jadi merasa terhormat bisa bertemu dengan selebgram terkenal” Puji Andri yang membuat Nayla tertawa senang.
“Hihihihi biasa ketemu aja sampai merasa terhormat segala… Eh yah… Apa kabar Ndri ?” Tanya Nayla sambil merapatkan kedua tangannya diatas meja bundar di depannya.
“Aku baik kok mbak… Kamu sendiri gimana ? Kalau dilihat dari wajahnya sih, pasti bahagia” Ucap Andri menebak.
“Ya kalau ituuu . . . .” Ucap Nayla ragu. Namun belum sempat Nayla menyelesaikan kalimatnya tiba - tiba Andri memotongnya yang membuat Nayla tertawa.
“Pasti bahagia dong… Abis ketemu aku soalnya” Ucap Andri percaya diri.
“Hihihihi apaan… Iyain aja deh biar seneng” Ucap Nayla tertawa.
Andri pun ikut tertawa setelah Nayla tertawa.
“Oh yah Ndri… Aku mau cerita boleh ?” Ucap Nayla tak lama kemudian.
“Mau cerita apa ? Boleh kok… Aku akan mencoba menjadi pendengar yang baik untukmu” Ucap Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“Aku heran… Aku bingung aja… Gak tau belakangan ini kok aku sering kepikiran orang lain yah” Ucap Nayla mengejutkan Andri.
“Orang lain ? Laki - laki lain di hidupmu maksudnya ?” Tanya Andri berdebar.
“Hehe iyya Ndri… Aku bingung… Padahal aku udah punya suami tapi kok belakangan aku malah kepikiran laki - laki lain” Ucap Nayla yang membuat Andri berpikir panjang.
'Laki - laki lain ? Di hidupnya ? Apa jangan - jangan ia sedang membicarakanku sekarang ? Bukannya ini semacam kode kalau mbak Nayla sedang memikirkanku, iya kan ?'
Batin Andri menduga.
“Hmmm kok bisa ? Apa yang membuatmu kepikiran orang lain ? Apa kedudukannya sekarang lebih tinggi dari suamimu, mbak ? Maksudnya mbak lebih mikirin dia dibandingkan suami mbak ?” Tanya Andri penasaran.
“Hmmm bisa dibilang begitu Ndri… Gak tau belakangan aku mikirin dia terus… Aku udah berusaha menepisnya, tapi aku gak bisa… Pagi tadi aja aku kepikiran dia… Bahkan semalam aku juga kepikiran dia… Udah dua hari ini kalau gak salah… Mulai parahnya sih kemarin, iya mulai kemarin… Bahkan dia juga hadir mimpi aku loh Ndri” Ucap Nayla curhat hingga membuatnya menunduk memegangi kepalanya.
“Kadang aku takut… Aku merasa malu… Gimana bisa seorang istri yang sudah bersuami malah kepikiran laki - laki lain… Aku merasa kehilangan harga diri Ndri… Aku malu pada diriku sendiri” Lanjut Nayla mengungkapkan kekesalannya.
“Apa dia orang yang kamu kenal lama mbak ?” Tanya Andri yang masih penasaran dengan identitas orang itu.
“Iya, aku udah lama mengenalnya” jawab Nayla.
“Kapan terakhir kamu ketemu dengannya ?” Tanya Andri lagi penasaran.
“Hari ini… Baru - baru ini” Jawab Nayla tanpa berfikir yang malah membuat Andri merasa kalau dia lah orang yang Nayla maksud.
'Baru - baru ini ? Sekarang ini maksudnya ?'
Batin Andri semakin yakin kalau dirinya lah yang sedang dibicarakan oleh Nayla sekarang.
“Apa ini wajar Ndri ? Apa wajar seorang yang sudah bersuami sepertiku kepikiran laki - laki lain di hidupnya” Tanya Nayla meminta jawaban.
“Wajar kok” Jawab Andri singkat.
“Eh yang bener Ndri ?” Tanya Nayla terkejut.
“Anggap aja itu ujian pernikahan” Jawab Andri lagi dengan singkat.
“Ujian ? Pernikahan ?” Tanya Nayla tertarik hingga dirinya menatap Andri dengan serius.
“Iya mbak…. Gak semua pernikahan orang - orang berjalan lancar… Ada lika - liku perjuangannya bahkan ada yang sampai kepikiran orang lain… Itu wajar kok menurut aku… Jadi jangan kepikiran lagi yah” Ucap Andri yang membuat Nayla semakin penasaran.
“Wajar ? Terus gimana cara membuang pikiran itu… Aku gak mau kepikiran lagi Ndri ? Aku takut kalau suamiku tahu, aku akan dimarahi olehnya” Ucap Nayla saat teringat kejadian semalam dan juga pagi tadi.
“Kenapa gak ketemu sama orangnya langsung… Siapa tau kamu cuma kangen makanya terus kepikiran dia” Ucap Andri yang berharap Nayla bisa sering menemuinya karena ia menduga mereka sekarang sedang membicarakan dirinya.
“Heh ? Ketemu ama orangnya ?” Ucap Nayla heran. Ia mendadak kesal ketika harus membayangkan dirinya harus bertemu langsung dengan pak Beni.
“Hahahah becanda… Maksudnya gini… Mungkin kamu kayak gitu karena kamu sering sendiri di rumah… Kamu jarang ada teman ngobrol… Akibatnya pikiran - pikiran kayak gitu sering dateng karena kamu gak punya kegiatan apa - apa di rumah… Keputusanmu untuk menemuiku sudah tepat kok… Coba aku tanya sekarang… Sekarang gak kepikiran lagi kan ?” Tanya Andri.
“Iya sih Ndri… Aku gak kepikiran lagi” jawab Nayla menyetujui omongannya.
“Nah itu… Coba sering - sering ngumpul sama temen - temen kamu… Kalau temen kamu sibuk semua, aku siap kok menemani kamu biar kamu gak sendirian terus di rumah” Ucap Andri berharap bisa sering bertemu dengannya.
“Eh apa aku gak ganggu waktu sibuk kamu Ndri ? Apalagi kan kamu harus menyiapkan pernikahan kamu ?” Tanya Nayla.
“Engga kok… Kalau untuk kamu, aku pasti ada terus” Jawab Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“Heleh, kalau kamu udah ada janji sama temen kamu terus aku minta ketemuan gimana ? Emang ada waktu buat aku ?” Tanya Nayla.
“Hahahah kan aku bisa batalin… Aku bilang aja ke temenku kalau ada bidadari cantik yang ngajak ketemu” Jawab Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi gombal… Awas dimarahin Putri loh… Oh yah, kalau kamu udah ada janji sama Putri terus aku ajak ketemu gimana ? Masih mau kamu batalin janji sama Putri buat ketemu aku ?” Tanya Nayla.
“Eh itu… Itu” Ucap Andri kebingungan. Entah kenapa ia merasa kalau Nayla sedang mengujinya. Ia pun berhati - hati harus menjawab apa.
“Hihihihi tuh kan bingung mau jawab apa” Tawa Nayla yang membuat Andri ikut tertawa setelahnya.
“Jangan khawatir pokoknya… Kalau kamu emang mau ketemu… Aku pasti akan meluangkan waktu buat kamu” Ucap Andri yang tiba - tiba mendekap tangan Nayla.
Jantung Nayla berdebar merasakan dekapan tangan Andri. Ia pun menatap tangannya yang di dekap. Ia pun lalu menatap Andri untuk berbicara dengannya.
“Anu Ndri… Maaf tangan kamu” Ucap Nayla yang buru - buru membuat Andri tersadar.
“Eh maaf, gak sengaja” Jawab Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Dasar… Jelas - jelas tadi sengaja” Ucap Nayla yang membuat Andri tertawa.
“Ngomong - ngomong makasih yah tadi udah mau dengerin keluh kesahku… Aku bingung daritadi mau ngomong ke siapa… Gak mungkin kan aku nyeritain ini ke suami aku… Untung aku kenal deket sama kamu Ndri… Aku langsung memilih kamu untuk mendengarkan ceritaku ini… Rasanya lega banget sekarang… Makasih yah” Ucap Nayla tersenyum yang membuat Andri ikut tersenyum.
“Sama - sama mbak… Lain kali kalau kamu butuh pendengar lagi, aku siap kok… Mau kamu ngoceh sejam kek, dua jam kek… Aku siap meski harus membuat kupingku berdarah - darah” Ucap Andri berlebihan yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi emang kalimatku tajem yah bisa bikin kuping kamu berdarah ?” Tanya Nayla tertawa.
“Ya enggak sih… Tapi bisa bikin kuping aku pegel dengerinnya” Ucap Andri yang kembali membuat Nayla tertawa.
Entah kenapa ia merasa bahagia tiap kali melihat Nayla tertawa karenanya. Inikah kebahagiaan itu. Inikah rasanya ketika Nayla menjadi istrinya. Entah kenapa ia sudah menganggap Nayla sebagai istrinya. Ia pun terus mengobrol panjang lebar dengannya. Mereka terus mengobrol, bercanda bahkan membicarakan masa lalu saat pertama kali bertemu. Tak jarang Nayla tertawa terbahak - bahak. Tak jarang Andri bersikap konyol untuk menghibur hati Nayla. Andri tersenyum senang, ia merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama wanita pujaannya.
“Oh yah mbak… Aku punya permintaan boleh ?” Tanya Andri setelahnya.
“Apa Ndri ?” Tanya Nayla penasaran.
“Aku boleh manggil kamu nama langsung ? Aku pengen lebih akrab sama kamu soalnya”
“Hihihihi ya boleh lah… Justru aku malah gak nyaman kalau kamu manggil aku mbak mulu… Kita kan udah lama kenal… Kenapa kita gak manggil nama langsung aja ?” Jawab Nayla tersenyum.
“Hahahahah makanya, agak sungkan untuk memanggil namamu langsung… Makasih yah. Nay” Ucap Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi gimana gitu pas denger kamu manggil aku… Kayak ada yang beda tapi aku suka… Makasih yah Ndri” Ucap Nayla tersenyum.
“Sama - sama Nay… Justru aku yang seharusnya berterima kasih…” Ucap Andri sambil menatap Nayla. Diluar dugaan Nayla pun sedang menatap Andri. Entah kenapa Andri semakin yakin kalau ini adalah kesempatan besar untuk menikung Nayla dari suaminya.
“Oh yah, aku boleh ngehubungin kamu kan ?” Tanya Andri lagi.
“Nelpon atau chat maksudnya ? Ya boleh lah” Jawab Nayla tersenyum.
“Gak dimarahin suamimu nanti ?” Tanya Andri khawatir.
“Hihihihi ya enggak lah… Suamiku gak pencemburu kok… Suamiku juga udah tau kamu kali… Aku sering cerita jadi ya gak mungkin suami aku marah nanti” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum senang.
'Wah gak nyangka rupanya aku sering diceritain Nayla ke suaminya… Apakah ini suatu pertanda ?'
Batin Andri terus berharap.
“Eehhemm… Ehheemm… Jadi kering nih kerongkongan aku… Kenapa tadi gak pesen minum dulu yah ? Hihihih” Ucap Nayla.
“Oh iya… Kamu mau mesen apa biar aku traktir nanti ?” Ucap Andri.
“Eh gak usah, kita bayar sendiri - sendiri aja” Ucap Nayla tak enak.
“Eh gak usah… Anggap aja ini terima kasihku karena udah diajak ketemu” Ucap Andri memaksa ingin mentraktir Nayla.
“Huft padahal harusnya aku yang nraktir karena udah maksa kamu buat dengerin curhat aku” Ucap Nayla tersenyum.
“Hahahha aku gak terpaksa kok… Aku malah seneng bisa jadi orang yang terpilih buat dengerin curhatan kamu, Nay” Ucap Andri tersenyum.
“Dasar… Samain aja Ndri… Aku ikut kamu” Ucap Nayla.
“Yaudah… Aku ke kasir dulu yah” Ucap Andri bahagia.
“Iya Ndri” Jawab Nayla tersenyum.
Nayla pun tersenyum malu - malu sambil menunduk. Ia merasa bahagia karena mempunyai teman yang selalu ada untuknya. Diam - diam Andri menoleh dan menatap Nayla tengah tersipu, Andri pun merasa kalau Nayla berbahagia karena bisa bertemu dengan cinta sejatinya yakni dirinya. Andri pun terus berharap saat itu. Ia pun berjalan menuju kasir sambil menunjukkan wajah tersenyum yang begitu lebar.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Makasih udah nraktir aku Ndri… Aku pulang dulu yah… Udah sore soalnya” Ucap Nayla saat melihat jam sudah menunjukkan setengah tiga.
“Iya sama - sama… Hati - hati di jalan yah… Mau aku anter sampe rumah gak ?” Ucap Andri perhatian.
“Eh gak usah… Rute kita aja berbeda Ndri… Rumah kamu juga jauh… Gak usah, aku udah gede kali… Tapi terima kasih yah perhatiannya” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum senang.
“Iyya sama - sama… Kabarin yah kalau udah sampe rumah” Ucap Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi iyya Ndri, kalau inget tapi yah” Ucap Nayla melajukan motornya.
Andri terus tersenyum di siang menjelang sore itu. Ia merasa bahagia bahkan tangan kanannya mengepal lalu meninjukannya ke angkasa.
'Yeesssss… Seneng banget rasanya bisa berduaan bareng kamu Nay !'
Batin Andri berbahagia.
*-*-*-*
Akhirnya sampai di rumah juga... Lega banget deh rasanya bisa curhat sama Andri... Kayaknya emang bener nih, aku gak boleh sendirian di rumah... Aku harus sering ngumpul sama temen kalau lagi gak kerja Ucap Nayla mengingat poin yang ia dapat setelah bertemu dengan Andri.
Nayla segera turun dari motornya. Ia melepas helmnya juga kunci motornya. Ia berjalan mendekati pintu masuk lalu membuka kunci yang mengancing rumahnya. Setelah pintu terbuka, ia menaruh helm di meja ruang tamu rumahnya. Lalu berjalan menuju kamarnya untuk menaruh kunci motornya yang ia gantung di balik pintu kamarnya. Ia merasa gerah. Cuaca memang sedang panas - panasnya. Makanya tadi ia menanyakan Andri dengan cara berpakaiannya.
Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju kulkasnya. Sesampainya ia disana, ia mengeluarkan botol minuman berisi air lemon favoritnya. Saat ia menyentuh botolnya, ia tidak langsung mengambilnya. Tapi ia melihatnya sejenak sambil memikirkan sesuatu.
Perasaan tadi pagi aku minum, airnya tinggal kurang dari setengah botol deh ? Kok sekarang air lemonnya masih setengah botol yah ? Eh lebih dari setengah malah Ucap Nayla saat mendekatkan botol itu ke wajahnya untuk melihatnya dengan jelas.
Aneh, apa aku yang kelupaan ? Kok bisa nambah sih ? Lirih akhwat bercadar itu penasaran.
Namun rasa haus yang mendera kerongkongannya membuatnya tak tahan untuk segera meminumnya. Ia pun menuang air lemon itu ke gelasnya. Lalu menaikan cadarnya sebelum menempelkan bibir tipisnya ke tepi gelas itu. Air lemon itu pun mengalir melalui mulutnya menuju kerongkongannya. Terasa kesegaran disana. Rasanya yang nagih membuatnya meminum sekali lagi.
Aaahhhh segernyaaa Desah Nayla sambil mengelap bibirnya menggunakan tangannya.
Akhwat cantik itu pun kembali menaruh botol minuman itu ke kulkas lalu menutup pintu kulkasnya rapat - rapat.
Sekarang ngapain yah ? Oh yah Putri katanya mau ke rumah yah ? Aku siapin 'file'-nya dulu ah Ucap Nayla berjalan menuju kamarnya untuk membuka laptopnya.
Nayla menyalakan kipas anginnya. Lalu tiduran di atas ranjangnya sambil menyalakan laptopnya. Sambil menanti laptopnya melakukan 'booting, 'Nayla pun memutuskan untuk tiduran miring menghadap ke samping. Entah kenapa rasanya begitu nyaman. Kasurnya terasa empuk ditambah dengan sejuknya angin yang berhembus dari kipas angin membuatnya mengantuk.
Hoaaammmss... Kok jadi ngantuk yah ? Lirih Nayla menguap hingga matanya yang sudah kedap - kedip.
Berulang kali Nayla mencoba membuka matanya sambil menanti laptopnya menyala. Namun rasa kantuk benar - benar menguasainya. Padahal ia masih mengenakan pakaian yang sama saat tadi bertemu dengan Andri. Ia belum sempat melepas hijabnya bahkan cadarnya saja masih menutupi sebagian wajahnya.
Pelan - pelan Nayla mulai tertidur. Matanya memejam dengan nikmat. Sambil tersenyum, tubuhnya mulai tenang pertanda dirinya sudah memasuki alam mimpinya.
Akhirnya... Terlelap juga dirimu, sayang Lirih seseorang yang diam - diam mengintipnya dari luar pintu kamarnya yang terbuka.
Sosok misterius itu kembali datang. Ia mendekat sambil menatap sang akhwat yang telah tertidur dalam posisi miring ke kiri. Dilihatnya laptop yang menyala dihadapannya. Dilihatnya hape yang tergeletak tepat di samping wajahnya. Sosok itu pun tersenyum. Ia mulai membuka kausnya lalu memelorotkan celana kolornya.
Dasar ceroboh... Mau dientot kok malah naruh barang sembarangan... Nanti kalau barangnya jatuh jangan salahin saya yah... Saya suka barbar soalnya kalau lagi ngentot Lirihnya sambil mengocok batang penisnya.
Sosok itu pun menaruh laptop beserta hape yang akhwat itu tinggalkan ke atas meja kecil yang berada di samping ranjang tidur Nayla.
Saat diatas ranjang tidur itu hanya terdapat tubuh sang akhwat yang sudah terbaring pasrah. Sosok itu pun mendekat lalu memposisikan Nayla dalam posisi terlentang.
Tidurnya yang lurus yah... Biar saya bisa ngeliat keindahan tubuhmu dari atas Ucap sosok itu sambil mendekap dagu Nayla yang masih tertutupi cadarnya.
Sosok itu pun berdiri. Ditatapnya tubuh sang akhwat yang telah siap untuk ia genjot. Ia menatap tubuh Nayla dari atas ke bawah. Dari ujung hijab sampai ke ujung jemari kakinya. Ia menatap hijab hitamnya lalu kaus berlengan panjangnya. Ia tersenyum melihat gundukan dada yang menonjol saat akhwat bercadar itu berbaring terlentang. Lalu saat pandangannya diturunkan lagi. Ia melihat kaki jenjangnya yang dilapisi celana kain berukuran longgar. Sosok itu jadi tak sabar ingin membugilinya. Sosok itu semakin tak sabar untuk melihat apa yang tersembunyi di balik pakaian Nayla.
Pasti sangat indah !!! Ucapnya tertawa sambil mengocoki penisnya.
Sosok itu berlutut. Kedua tangannya mendekap celana kain Nayla lalu memelorotkannya pelan - pelan. Sosok itu tersenyum senang saat dapat melihat paha mulus sang akhwat. Lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya. Pelan - pelan celananya hampir terlepas melewati telapak kakinya. Akhirnya, celananya itu benar - benar terlepas hingga menyisakan celana dalamnya saja yang menutupi sebagian selangkangannya.
Sosok itu tertawa dalam diam. Ia sangat puas melihat keseksian tubuh sang akhwat yang sudah setengah telanjang. Gemas, akan mulusnya paha sang akhwat. Tangannya mulai mendekat untuk meraba - raba paha mulusnya menggunakan tangan keriputnya.
Waahhh gilaaa... Mulus bangett... Uhhhhh... Kulitnya udah kayak kulit bayi aja... Pasti sering banget perawatan yah sayang ? Tawanya saat mengusap paha mulusnya.
Rabaannya pun naik hingga mendekap selangkangannya. Wajahnya juga mendekat untuk menghirup aroma kemaluan sang akhwat. Hidungnya telah menempel dari luar celana dalamnya. Ia menarik nafasnya lalu kemudian tertawa setelah mencium aromanya.
Mantappp bangett... Bisa mabok nih kalau keseringan nyium Ucapnya puas.
Tangan nakalnya kembali beraksi. Sosok itu mulai menurunkan celana dalam sang akhwat dengan cepat. Dalam sekejap, celana dalamnya sudah turun hingga melewati kedua lututnya. Sosok itu kembali menariknya hingga terlepas melewati kedua kaki jenjangnya.
Ditatapnya bulu tipisnya yang tumbuh disekitar goa kenikmatan itu. Ditatapnya pintu masuk goa kenikmatan itu yang berwarna pink.. Sosok itu jadi kian bernafsu untuk segera menggagahinya. Ia tersenyum. Ia sangat puas karena rencananya berjalan mulus semulus tubuh akhwat yang akan ia nikmati sebentar lagi.
Ssllrrppp... Slllrrppp... Sssllrrppp Terdengar suara seruputan saat lidah sosok itu menjilati kemaluan Nayla.
Sosok itu meludahinya. Lalu lidahnya masuk untuk menjilati dinding vaginanya. Kedua jemarinya pun membantu dengan membuka pintu masuk lubang kenikmatan itu. Lidahnya pun masuk semakin dalam. Lidahnya menggeliat meraba - raba dinding kenikmatan itu dengan penuh nafsu. Lagi, sosok itu meludahinya. Lalu giginya mendekat tuk menggigit biji kecil yang menggantung diatas goa kenikmatan itu.
Mmmpphhhh Desah Nayla dalam mimpinya.
Keenakan yah ? Tanya sosok itu tertawa.
Sosok itu kembali menjilati vaginanya. Bagian jemarinya juga menekan - nekan klitorisnya hingga membuat lubang kemaluan itu semakin basah.
Cuihhhh... Nikmatnya memek lonte satu ini... Jadi gak sabar tuk menjadikanmu pemuas nafsuku Ucapnya berdiri lalu menaikan kaus yang Nayla kenakan saat itu.
Pelan - pelan perut Nayla mulai terlihat. Pusarnya pun menyusul tak lama kemudian. Semakin ia menaikannya, semakin indah pula pemandangan yang dilihat oleh sosok yang 'bejo' itu.
Sosok itu kembali tertawa lalu menaikan kaus Nayla hingga melewati gundukan besar yang ada di dada sang akhwat. Tak lupa, ia juga menaikan beha hingga putingnya yang berwarna pink terlihat jelas dihadapan matanya.
Indahnyaaaaa Ucap sosok itu terpukau dengan bulatnya dada yang terbaring pasrah dihadapannya.
Tanpa menunggu lama, sosok itu langsung meremas - remas dada bulat sang akhwat. Ia mencengkramnya dengan penuh nafsu. Ia memilin putingnya dengan penuh nafsu. Bahkan ia menarik pentilnya lalu mencubitnya sebelum tangannya kembali menggenggam erat buah dada bulat yang dimiliki oleh sang akhwat.
Ouhhhh.... Ouhhhh.... Puas sekaliii... Puas sekali rasanya bisa remes susumu, sayanggg Desahnya penuh nafsu.
Sosok itu kembali meremas susu Nayla dengan beringas. Ia meremasnya hingga merubah warna susu Nayla menjadi warna merah. Lalu kepalanya turun. Lidahnya keluar untuk menjilati putingnya. Mulutnya pun membuka tuk mengatup pentil susunya. Sosok itu menyusu disana. Sosok itu menyeruputnya dengan rakus.
Sssllrrppp... Mmpphhh... Sssllrrppp... Mmpphhh Desah sosok itu saat menyusu.
Dikala mulutnya menyusu maka kedua tangannya meremasnya kuat - kuat. Perutnya juga telah menempel di perut rata Nayla. Sosok itu tengah menindihinya. Sosok itu juga menempelkan penisnya ke bibir vaginanya.
Aaaahhh yahhh... Mmpphhh... Mmpphhh.... Slrrpp... Ouhhhh Desah sosok itu saat menyusu, meremas bahkan menggesek - gesek penisnya di bibir vagina sang akhwat.
Terlihat pinggul sosok itu maju mundur. Sosok itu menggesak penisnya hingga vagina Nayla semakin banjir terisi oleh cairan cintanya. Sosok itu tertawa puas. Sosok itu tertawa lepas. Siapa yang menyangka di hari ini, dirinya bisa telanjang bulat sambil menikmati sosok selebgram yang sehari - harinya biasa menggunakan cadar.
Ouuhhhh.... Ouhhhh.... Ouhhhh yaahhhh Desahnya saat bangkit duduk sambil menggesek - gesek bibir vagina sang akhwat.
Matanya memejam saat penisnya melakukan 'petting' dengan cepat. Mulutnya mengerang tuk mengekspresikan kepuasan yang ia dapat. Tubuhnya kembali menunduk tuk meremas dada bulatnya. Mulutnya sampai membuka. Ia benar - benar terpuaskan dengan keindahan yang dimiliki oleh Nayla.
Aaahhhh... Gilaaa... Aaahhhh enak bangettt... Aahhh puasss bangettt... Padahal baru digesek Desahnya menikmati.
Karena tak tahan lagi. Sosok itu akhirnya bersiap untuk melahap menu utamanya. Sosok itu kembali mengangkat kaus Nayla agar susu bulatnya dapat terlihat semakin jelas. Ia juga menyingkirkan cadar yang menghalangi pemandangan gunung kembarnya sebelum dirinya bersiap untuk menyoblos liang kenikmatan duniawinya.
Akhirnyaa.... Setelah kemarin gak kesampean... Kesempatan untuk nyodok memekmu kesampean juga Ucapnya dengan penuh nafsu.
Kedua tangannya pun mendekap pinggang mulus sang akhwat. Matanya dengan binar menatap lubang kenikmatan itu. Pinggulnya pun mengarahkan. Penis besarnya dengan gagah telah siap untuk ditembakkan menuju liang terdalam dari rahim sang akhwat.
Rasakan ini sayaannggggg Serunya sambil mengambleskan penisnya langsung hingga menyundul dinding rahimnya.
'Jleeeebbbbb !!!! '
Aaaahhhhhh mantaaaappppp Desahnya dengan sangat puas.
Sodokannya yang kuat sempat membuat susu Nayla bergetar. Jepitan vagina Nayla membuat nafsu birahinya juga bergetar. Jantungnya pun berdebar. Ia tak sabar untuk melakukan genjotan pertamanya dengan semangatnya yang berkobar.
Ouuhhh yaahhhhh... Oouhhhh mantaappp... Ouuhhhh nikmat banget... Mmpphhh yaahhhh Desahnya saat ia memulai memperkosa Nayla dengan kecepatan yang cukup lambat.
Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan cepat. Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan kuat. Tapi ia lebih berhati - hari agar dirinya tidak keluar duluan karena kuatnya jepitan vagina Nayla yang ia rasakan. Berulang kali ia berusaha mengatur nafasnya. Berulang kali ia mencoba menekan nafsunya. Namun tiap kali penisnya bergesekan dengan dinding vaginanya, terasa rangsangan yang membuat nafsunya bergairah. Ia pun berhati - hati. Ia berusaha menikmati tubuh akhwat bercadar ini lebih lama lagi.
Aaahhhh yaahhh... Aahhh nikmatnyaaa... Aahhhhhh Desah sosok itu sambil memandang wajah Nayla yang sedang memejam.
Sosok itu tersenyum. Ada kepuasan yang ia dapat tiap kali membayangkan dirinya bisa bersetubuh dengan selebgram bercadar itu. Saking nafsunya, lama - lama ia pun mempercepat sodokannya. Gerakannya diperkuat. Susu Nayla sampai meloncat - loncat. Tubuh rampingnya terdorong maju - mundur dengan cepat. Diusapnya perut rata sang akhwat. Dielusnya paha mulus sang akhwat. Elusannya turun hingga ke kaki jenjangnya lalu naik lagi ke paha lalu naik lagi ke pinggang rampingnya.
Aaahhhh yaahhh... Aaahhhh nikmat bangettt.. Aaahhhh nonnnnn Desahnya dengan puas hingga membuatnya tak sanggup menahan tawanya lagi. Ia ingin tertawa dengan bebas. Ia ingin tertawa menikmati kemenangan yang ia dapatkan.
Hakhakhak.... Puas sekaliii... Puasss sekali rasanya bisa menyetubuhimu, sayanggg Tawa pria tambun itu dengan nadanya yang khas.
Yaps sosok bejat yang sudah melecehi Nayla dua kali itu tidak lain adalah pembantunya sendiri. Yaps, pak Urip lah pelakunya. Pria tua bertubuh tambun itu tak henti - hentinya mendesah sambil menatap dada indah sang akhwat yang meloncat - loncat.
Ia pun mempercepat gerakannya. Ia menambah kecepatannya lagi yang membuat ranjang tidur Nayla ikut bergoyang.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEBHU2P
https://thumbs4.imagebam.com/91/d4/2b/MEBHU2P_t.jpg 91/d4/2b/MEBHU2P_t.jpg
'NAYLA
Aaahhhh... Aaahhhh... Dari siang tadi saya menunggumu meminum minuman buatan saya.... Aahhh... Aahhh... Akhirnya, akhirnya kesampean juga.... Penantianku... Penantian untuk menyetubuhi dirimu Ucapnya dengan puas sambil menatap dada sang akhwat.
Tergoda oleh gerakan payudara Nayla yang bergoyang kencang. Pak Urip menjatuhkan tubuhnya tuk menindihi majikannya. Perut tambunnya menekan perut rata Nayla. Dada berlemaknya menekan susu empuk Nayla. Kedua tangannya meremas susu bulatnya. Lidahnya pun menjilati dada bagian atasnya sambil mencium aroma tubuhnya yang merangsang nafsu birahi.
'Plokkk... Plokkk... Plookkkk... '
Pinggul pak Urip bergerak naik turun. Kecepatannya semakin cepat. 'Powernya' semakin kuat. Pinggulnya menghempas selangkangan majikannya hingga menimbulkan suara yang terdengar keras.
'Plokkk... Plokkk... Plokkk... '
Mmpphhh... Mmpphhh... Sssllrrpp... Mmpphhh Desah Pak Urip saat menyusu sambil menggenjot tubuh seksinya itu.
Pak Urip dengan rakusnya melahap susu bulat sang akhwat. Giginya menjepit. Bibirnya menyeruput. Tangannya meremas dan pinggulnya menusuk tajam dengan sangat kejam. Pak Urip sampai ngos - ngosan saat menikmati tubuh akhwat yang sudah setengah telanjang itu. Lidahnya kembali menari - nari diatas tubuh majikannya seorang diri.
Aaahhhh... Aahhh... Aaahhhh... Sayanggg mmpphhh Desah pak Urip saat mengangkat cadar Nayla lalu mencumbu bibirnya.
Pak Urip mencumbunya. Pak Urip mengapit bibirnya. Ia mendorong bibirnya hingga wajah Nayla terbenam ke dalam kasurnya. Lidahnya juga bermain - main dengan membuka pintu masuk ke dalam rongga mulutnya. Saat lidahnya masuk, lidah pak Urip langsung menggeliat merangsang tiap sudut yang ada di dalam mulutnya. Tak lupa ia mengirimkan ludah sebagai hadiah ke dalam mulutnya. Ia juga berusaha tuk mengulum lidahnya tuk memuaskan nafsu yang menggelora di tubuhnya. Tubuh pak Urip semakin panas. Nafsunya telah berkobar laksana bendera merah putih yang berkibar diatas gunung tertinggi di Nusantara. Tak akan ada yang bisa menurunkannya. Begitu juga, tak ada yang mampu mencegah nafsu pak Urip untuk menghamili majikannya.
Mmmpphhh... Mmmmpphhhh... Rasakan tusukan kontol saya... Rasakan iniii... Rasakannn iniiii Desahnya semakin mempercepat tusukannya.
'Plokkk... Plookkk... Plokkkk !!! '
Haahh... Hah... Hahh.... Gilaaa sampai keringetan gini... Puas bangettt rasanyaaa... Aahhh puas banget bisa ngentotin selebgram bercadar kayak kamu, sayanggg Desah pak Urip begitu bernafsu.
'Tulalit... Tulalit... Tulalit... '
Saat sedang asyik - asyiknya pria tua itu mengentot tubuh akhwat bercadar dihadapannya. Tiba - tiba terdengar bunyi telpon yang berasal dari hape Nayla. Sontak pia tua itu terkejut hingga mencabut penisnya keluar dengan cepat. Saat tahu kalau rupanya itu cuma notif telpon dari hape Nayla. Ia dengan kesal langsung menghampiri hape tersebut.
Kampreett ganggu aja lu !!! Ketus pak Urip sambil menatap layar hapenya.
Hah ? Putri ? Siapa Putri ? Bodo amat... Pokoknya akan saya akhiri sekarang ! Ucap pak Urip berambisi untuk menuntaskan hasratnya sekarang. Pak Urip pun mengecilkan bahkan mematikan suara hingga tidak lagi terdengar suara notif dari hape Nayla.
Ia pun kembali menghampiri majikannya. Ia tersenyum menatap tubuh majikannya yang semakin mengencang.
Hakhakhak... Makin nafsu yah sayang ? Bodimu makin kenceng gini... Susumu jadi bulet banget hakhakhak... Maaf yah tadi ada gangguan, sekarang kita selesaikan yuk Ucap pak Urip kembali menusuk vagina Nayla menggunakan penisnya.
Aaahhhh nikmatnya hakhakhak Tawa pak Urip bersiap untuk serangan terakhir demi memejuhi rahim majikannya.
Kedua tangan pak Urip telah siap dengan mencengkram pinggang majikannya. Ia menarik nafasnya demi mengumpulkan seluruh sisa tenaganya. Bokongnya ia perkencang. Ia pun menarik pinggulnya pelan - pelan sebelum mementokkan ujung gundulnya hingga menabrak dinding rahimnya.
'Jleeeebbbb !!! '
Uuuhhhhhhh ! Desah pak Urip puas.
Lagi, pak Urip menarik pinggulnya sebelum menusuknya kuat - kuat hingga keseluruhan penis besarnya masuk ke dalam lubang kemaluan majikannya.
'Jleeeebbbb !!! '
Aahhhhh nikmatnyaaa ! Desah pak Urip sampai merinding.
Belum puas, lagi - lagi ia menarik pinggulnya lagi sebelum menghunuskan pedang tumpulnya hingga tubuh Nayla terdorong ke depan.
'Jlleeebbbb !!! '
Puassnyaaaa Desah pak Urip sampai ngos - ngosan.
Baru setelah itu Pak Urip mulai stabil dalam memaju - mundurkan pinggulnya. Tubuh Nayla mulai bergerak. Susunya kembali bergoyang. Mata pembantu tua itu pun dimanjakan oleh keindahan yang dimiliki oleh majikannya. Nafsunya yang semakin memuncak membuat gerakannya semakin dipercepat. Ia mempercepatnya. Ia juga memperkuatnya yang membuat tubuh Nayla semakin bergoyang cepat.
Aaahhhh... Aaahhhh rasakan kontolku ini... Rasakannn.... Rasakaaannnn !!! Desah pak Urip bernafsu. Tiap kali gerakan pinggulnya maju. Ia memperkuatnya hingga ujung gundulnya menyundul rahim majikannya. Tiap kali ia menarik pinggulnya ke belakang. Ia hanya menyisakan ujung gundulnya saja di dalam yang membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Aaahhhh yaahhh... Aaahhhh... Aaahhhh... Aaahhhh sayaangg Desah pria tua berperut tambun itu.
Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Gerakannya terlihat beringas. Wajahnya seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya sampai puas. Itu yang dilakukan oleh pak Urip sekarang. Wajahnya sangat bernafsu ingin memejuhi tubuh indah majikannya itu. Ia mempercepatnya. Ia menguatkan hujamannya.
Aaaahhhhh... Aaahhhh.... Saya gak kuat lagii... Saya mau keluarrrr... Saya mau kelluuaarrrr Desah pak Urip tak tahan lagi.
Dengan sisa energi yang dimilikinya. Dengan tarikan nafas yang dihirupnya. Pak Urip menghempakan tubuh Nayla hingga terdengar bunyi koplokan yang sangat keras. Kepalanya ia geleng - gelengkan. Dadanya mulai sesak. Lututnya melemas saat birahinya semakin memanas.
Aaaaahhhhh... Aaahhhh... Aaahhhh ini diaa... Ini diaaa.... Aaaaahhhhh kellluuaarrrrr Desah pak Urip sambil mengangkat pinggang Nayla lalu mementokkan penisnya sedalam - dalamnya.
'Crrroootttt... Ccrootttt... Ccerrootttt... '
Aaaaaahhhhh mantaaaapppp ! Desah pak Urip dengan begitu puas.
Semburan sperma pak Urip dengan deras memenuhi rahim kehangatan majikannya. Meski sudah mentok, pinggulnya terus mendorong hingga dirinya mendapatkan kenikmatan 'double' yang susah untuk ia jelaskan.
Tubuh tuanya sampai kelojotan. Nafasnya ngos - ngosan tak karuan. Matanya merem melek keenakan. Wajahnya tersenyum penuh kepuasan.
Hah... Hah... Nikmat banget... Hah... Hah... Desah pak Urip ngos - ngosan.
Matanya dengan tajam menatap wajah majikannya. Nayla memang masih memejam. Hal itu lah yang membuat pak Urip tersenyum senang.
Hakhakhak... Sebentar lagi sayang... Sebentar lagi dirimu akan berubah menjadi lonte bercadar yang akan menjadi pemuas nafsu saya... Uhhhhh Desah pak Urip saat mencabut penisnya secara berhati - hati agar tidak mengeluarkan spermanya dari dalam vagina majikannya.
Dengan berhati - hati pak Urip menurunkan cup bra serta kaus majikannya yang tadi ia naikan. Ia juga mengangkat kedua kaki Nayla naik lalu mengambil celana dalamnya yang kemudian ia masukan ke kaki - kakinya.
Awas jangan sampai tumpah... Hakhakhak Tawa pak Urip setelah mencabut penisnya lalu buru - buru memasangkan celana dalam hingga vagina majikannya tertutupi celana dalamnya.
Sambil mengangkat kedua kaki majikannya, ia juga memasangkan celana panjang Nayla untuk menutupi kaki jenjangnya. Dalam sekejap Nayla sudah kembali berpakaian seperti semula. Ia juga menumpuk bantal lalu menaruh kaki Nayla ke atas bantal itu hingga posisi kaki Nayla lebih tinggi dari posisi pinggulnya. Akibatnya, sperma yang ia keluarkan tadi tersimpan dengan baik di rahim majikannya tanpa khawatir akan tumpah keluar.
Hakhakhak... Semoga jadi bayi yah, sayang Tawa pak Urip membayangkan spermanya yang tersimpan begitu banyak di rahim majikannya berubah menjadi seorang bayi yang lucu suatu hari nanti.
Tak lupa ia juga menaruh kembali laptop serta hape yang ia singkirkan tadi ke atas ranjang tidur majikannya. Ia pun buru - buru mengenakan pakaian. Ia sangat bangga dengan kejahatan yang baru saja ia lakukan. Ia merasa kejahatannya begitu sempurna. Ia pun tak sabar membayangkan bagaimana ekspresi wajah majikannya saat menyadari rahimnya telah penuh oleh pejuh saat terbangun nanti.
Non Naylaaa Ucap pak Urip mendekat ke arah wajah cantiknya. Ia pun memberikan ciuman perpisahan ke bibirnya sebagai hadiah karena sudah memuaskannya di hari ini.
Jangan bilang ini akhir dari kisah kita yah... Ini baru permulaan... Maafkan saya yang sangat pemalu ini... Saya baru beraninya sembunyi - sembunyi untuk memuasi tubuh indahmu... Tapi lain kali, saya akan menampakkan diri... Saya akan menunjukkan siapa pejantan terhebat yang mampu memuasi tubuhmu... Tunggu besok yah... Saya akan menghujami memekmu lagi dan lagi sampai dirimu hamil ! Ucap pak Urip bersumpah.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEBHU2N
https://thumbs4.imagebam.com/9f/4d/8e/MEBHU2N_t.jpg 9f/4d/8e/MEBHU2N_t.jpg
'NAYLA
Ia dengan bangga pun pergi bersembunyi setelah menutup mulut Nayla dengan cadarnya. Ia pun tak sabar. Ia tak sabar untuk mendengar desahannya besok saat penisnya masuk memejuhi rahimnya.
Siapkan dirimu sayang... Besok kita akan pesta besar - besaran... Hakhakhakhak Tawa pria tua bajingan berperut tambun itu.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 4
1 - 1
'Tokkk… Tokk… Tokkk…'
“Assalamualaikum” Sapa seseorang.
'Tokkk… Tokk… Tokkkk…'
“Assalamualaikum, mbak” Terdengar suara ketukan pintu lagi yang membuat Nayla terbangun lalu mengulet diatas ranjang tidurnya.
“Ehhh… Siapa itu yah ?” Ucap Nayla setengah tidur.
Wajahnya melihat ke sekitar. Nayla melihat ke arah jam dinding rumahnya dan menyadari kalau jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih sepuluh menit saja.
“'Astaghfirullah'… Aku ketiduran yah ?” Tanya Nayla pada diri sendiri.
Ia pun bangkit dalam posisi duduk. Lalu ia buru - buru mencari hapenya dan melihat adanya panggilan tak terjawab dari Putri sekitar beberapa menit yang lalu.
“'Astaghfirullah' Putri… berarti tadi yang salam Putri yah ?” Lirih Nayla yang kemudian melihat ke arah laptopnya.
“Padahal tadi niatnya mau nyiapin foto, eh malah ketiduran” Ucap Nayla terbangun lalu berusaha berjalan menuju pintu masuk meski terpincang - pincang karena pijakan kakinya tidak seimbang.
“Duhhh kok dadaku sakit yah ? Apa gara - gara tadi tidur tengkurep ? Eh perasaan enggak deh… Selangkanganku juga kenapa yah ? Lirih Nayla mengeluhkan tubuhnya yang terasa sakit saat bangun dari tidurnya.
Assalamualaikum, mbak”
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
Terdengar ketukan suara pintu untuk yang ketiga kalinya yang baru membuat Nayla menjawab salamnya.
“Walaikumsalam Put… Iya sebentar” Jawab Nayla saat mendekati pintu masuknya.
Pintu pun dibuka, terlihat Putri yang keheranan dengan kondisi pakaian Nayla yang acak - acakan.
“Eh mbak… Mbak habis bangun tidur yah ?” Tanya Putri saat melihat kondisi pakaian Nayla.
“Heheheh iyya Put… Maaf yah tadi gak sempet jawab panggilan telponnya… Aku ketiduran” Ucap Nayla sambil mengucek matanya.
“Hihihih aduh jadi gak enak udah ganggu waktu istirahatnya” Ucap Putri tersenyum canggung.
“Ehhh gak usah gitu… Aku yang seharusnya gak enak karena kan sebelumnya kamu udah janjian dulu mau kesini… Oh yah yuk masuk” Ucap Nayla mengajak tamunya untuk masuk.
Saat Putri memasuki rumahnya. Tiba - tiba Nayla merasakan sesuatu yang mengalir keluar dari dalam vaginanya. Nayla sampai merinding. Tubuhnya bergidik. Kakinya bahkan bergetar. Matanya memejam nikmat merasakan sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya.
“Apa ini ?” Lirih Nayla sambil memegangi kemaluannya dari luar celananya.
Betapa terkejutnya Nayla saat menyadari celana dalamnya terasa lembap yang membuatnya buru - buru ingin ke kamar mandi untuk memeriksanya.
“Oh yah Put… Tunggu disini sebentar yah… Aku mau ke kamar mandi dulu… Itu ada beberapa jajanan toples kalau mau, makan aja yah” Ucap Nayla lalu berlari ke kamar mandi.
“Iyya mbak… Aku . . . .” Jawab Nayla terpotong saat melihat Nayla sudah berlari ke kamar mandi.
“Mbak Nayla kenapa yah ? Kebelet kali yah abis bangun tidur, hihihihi” Tawa Putri sambil membuka salah satu jajanan toples yang ada disana.
Sesampainya Nayla di kamar mandi. Nayla membuka celananya lalu menggantungnya di pintu kamar mandi. Ia kemudian juga menurunkan celana dalamnya lalu melepasnya. Saat kakinya ia buka lebar - lebar. Ia merasakan adanya cairan kental yang keluar dari dalam vaginanya. Masalahnya, cairan itu terhitung banyak. Nayla pun sampai heran saat melihatnya.
'Tes... Tes... Tes... '
“Uuuhhhhhhhh… Apa ini ?” Desah Nayla merinding.
Ia pun mendekatkan celana dalamnya ke wajahnya. Saat ia mencoba menghirupnya, ia langsung menjauhkan celana dalam itu karena aromanya yang sangat menyengat. Ia pun membuang celana dalam itu ke dalam ember berisi pakaian - pakaian kotor yang berada di dekat pintu kamar mandi.
Jemari kirinya lalu masuk ke dalam vaginanya untuk mengorek cairan yang tertinggal disana.
“Apa sih ini ? Aaaaahhhhh” desah Nayla merinding saat mengorek cairan kental itu dari dalam vagiannya.
Saat ia mendekatkan jemarinya untuk melihat cairan apa yang baru saja ia korek dari vaginanya. Ia menemukan cairan kental berwarna putih yang membuat pikiran Nayla mengarah seketika pada sperma seorang pria.
“Ini, gak mungkin kan ?” Tanya Nayla bergetar hingga tubuhnya bersandar pada pintu kamar mandi.
Kedua kaki Nayla melemas menyadari kalau ada sperma yang tertinggal di dalam rahimnya. Seketika ia teringat payudaranya yang terasa sakit serta selangkangannya yang terasa perih.
“Jangan - jangan ?” Lirih Nayla sampai banjir air mata. Ia pun menduga kalau ada seseorang yang telah memperkosanya. Ia pun merenung memikirkan kegiatannya selepas pulang menemui Andri. Seingatnya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa sempat menutup pintu rumahnya. Ya, ia sangat yakin. Ia membiarkan pintu depan rumahnya terbuka setelah membuka kunci pintunya. Lalu ia menaruh helmnya lalu meminum air lemon seperti biasa. Ia tertidur tapi kenapa pas bangun pintu depan rumahnya malah tertutup ?
“'Astaghfirullah'… Siapa ? Siapa orang yang tega melakukan ini ke aku ?” Lirih Nayla dengan suara bergetar menyadari ada sperma seseorang yang tertinggal di dalam rahimnya.
Sambil menangis, ia mengambil selang air yang berada di dekat toilet duduknya. Ia mengangkangkan kakinya lalu menyemprotkan air ke rahimnya untuk membersihkan noda sperma yang tersisa di dalam.
“Bantal itu ? Sudah berapa lama sperma ini ada di dalam rahimku ? 'Astaghfirullah' tolonggg… Tollonggg jangan sampe aku hamil gara - gara sperma ini” Lirih Nayla sambil menangis saat teringat tumpukan bantal yang ada diatas kakinya saat terbangun dari tidurnya. Posisi kakinya yang lebih tinggi memaksa sperma itu untuk tetap tinggal di dalam. Ia pun ketakutan. Ia tidak mau hamil hasil dari pemerkosaan seseorang.
Nayla terus menangis sambil membersihkan noda spermanya. Ia menyesali perbuatannya yang tertidur setelah pergi menemui Andri. Ia tidak menyangka kalau tubuhnya yang kelelahan langsung dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab untuk menodainya. Pikirannya pun bertanya - tanya. Siapa ? Siapa yang tega melakukan ini kepadanya ?
'Andai pak Urip ada disini ! Pasti ia sudah melindungiku dari pemerkosaan ini, haruskah aku menceritakan ini kepadanya nanti ?'
Batin Nayla ditengah tangisannya.
MEBHU2P
https://thumbs4.imagebam.com/91/d4/2b/MEBHU2P_t.jpg 91/d4/2b/MEBHU2P_t.jpg
'NAYLA
MEBG1TA
https://thumbs4.imagebam.com/82/93/0f/MEBG1TA_t.jpg 82/93/0f/MEBG1TA_t.jpg
'PUTRI
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
*-*-*-*
Di ruang tamu rumah Nayla, Putri menunggu dengan anteng sambil melihat - lihat kondisi rumah rekan kerjanya yang cukup besar. Putri pun tersenyum dibalik maskernya. Ia pun berambisi mempunyai rumah sebesar ini setelah menikah nanti. Ia pun makin tak sabar dengan pernikahannya. Seketika ia terbayang wajah Andri yang nantinya akan menjadi lelaki yang dihalalkan untuknya.
“Maaf Put... Agak lama hehe” Ucap Nayla tak lama kemudian.
“Eh mbak… Gapapa kok” Ucap Putri saat terbangun dari lamunannya.
Nayla yang baru saja menangis kembali mendatangi tamunya untuk menyambutnya. Ia pun terpaksa menemui Putri tanpa mengenakan celana dalam. Ia terpaksa melakukannya karena celana dalamnya sudah sangat tak layak pakai dengan banyaknya noda sperma disana. Nayla merinding jijik saat melihatnya. Ia pun berusaha tetap tegar dengan menyembunyikan kesedihannya di depan tamu istimewanya.
“Bentar yah, aku ambilin laptopnya dulu” Ucap Nayla lalu kemudian pergi ke dalam kamarnya.
“Iyya mbak” Jawab Putri kalem.
“Ini laptopnya… Ini fotonya… Silahkan mau ngopi yang mana” Ucap Nayla sambil menunjukan 'folder' galeri berisikan foto - foto yang Putri minta.
“Wahhh banyak banget… Makasih yah mbak” Jawab Putri tersenyum.
Disaat kedua akhwat cantik itu terduduk fokus di sofa panjang ruang tamu. Tiba - tiba datanglah seseorang dari arah pintu masuk yang membuat kedua akhwat itu menoleh untuk melihat siapa sosok yang baru datang itu.
“Permisi non… Maaf saya baru dateng” Ucap Pria tua berperut tambun dengan wajah yang sumringah itu.
“Eh pak Urip… Kan udah aku kasih libur, kok tetep dateng” Ucap Nayla terkejut saat melihat pelindungnya kembali datang.
“Hakhakhak… Gak enak saya non kalau gak dateng kerja… Eh siapa nih ? Cantik amat” Puji pak Urip pada akhwat bermasker yang duduk di sebelah Nayla. Mendengar dirinya dipuji, Putri pun tersipu yang membuatnya hanya menunduk malu.
“Oh ini Putri pak… Temen kerja aku… Dia sebentar lagi mau nikah loh” Ucap Nayla mengenalkan Putri pada pak Urip.
“Waahhhh selebgram juga dong… Pantes cantik kayak mbak Nayla” Puji pak Urip sambil mengamati kecantikannya dari atas ke bawah.
“Hihihih enggak kok pak… Aku masih jauh dari kata itu… Gak pantes aku disamain sama mbak Nayla” Ucap Putri merendah.
“Ihhh apaan… Orang 'followers' kamu aja udah banyak loh… Tiap orang juga pasti akan bilang kamu cantik” Ucap Nayla yang membuat Putri semakin tersipu.
“Hakhakhak… Duh jadi gugup nih kalau kerja dihadapan dua akhwat cantik” Ucap Pak Urip yang membuat kedua akhwat itu tertawa. Bahkan Nayla ikut tertawa, entah kenapa hatinya membaik saat pak Urip memuji kecantikannya juga teman di sebelahnya. Ia pun kagum dengan cara pak Urip yang dapat menghiburnya meski ia belum sempat mengutarakan masalahnya.
“Oh yah pak… Istri bapak udah sehat ?” Tanya Nayla teringat istri pak Urip.
“Sudah non… Kayaknya cuma kecapekan aja… Mungkin saya yang terlalu khawatir makanya sampai ngebawa dia ke rumah sakit” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla lega.
“Huft syukurlah kalau gitu” Ucap Nayla tersenyum yang membuat pak Urip kepikiran mesum. Ia pun teringat perbuatan yang baru saja dilakukannya pada tubuh akhwat majikannya. Seketika wajahnya ia alihkan pada selebgram cantik yang duduk disebelah majikannya. Ia tersenyum puas. Ia pun terpesona pada kecantikan akhwat yang katanya sebentar lagi akan menikah itu.
'Gileee temennya non Nayla ini… Udah cantik, kepalanya mungil, suka pake baju kebesaran dan yang terpenting dari itu semua… Masih perawan lagi !… Hakhakhak… Gimana yah rasanya memek seorang akhwat perawan ?'
Batin Pak Urip bernafsu.
Ia pun mulai memasukan nama Putri ke dalam target berikutnya. Tapi yang lebih ia utamakan sekarang adalah bagaimana caranya untuk membinalkan majikannya.
'Gak sabar buat nunggu hari esok… Penasaran saya gimana reaksi wajah non Nayla kalau tahu ternyata selama ini saya yang sudah melecehkannya… Hakhakhakhak…'
Batin pak Urip tersenyum saja.
“Anu non… Permisi, saya mau lanjut kerja dulu yah” Izin pak Urip pada majikannya.
“Oh iya pak… Silahkan” Jawab Nayla tersenyum manis.
Pria tua itu pun berjalan keluar. Ia pun memikirkan sebuah rencana untuk menunjukkan jati driinya pada akhwat majikannya.
“Hakhakhak… Gimana yah caranya yang keren yang bisa membuatmu kaget sekaget - kagetnya nanti… Ahhh jadi gak sabar kontol ini buat masuk ke dalam memekmu lagi” Ucap Pak Urip sambil mengelus penisnya yang sudah melemah setelah menggenjot rahim Nayla habis - habisan tadi.
Disaat Putri sedang fokus memilih foto yang akan ia kopi, tiba - tiba Nayla yang kembali kepikiran bertanya pada akhwat bermasker itu.
“Oh yah Put… Tadi pas kamu kesini, kamu lihat seseorang yang ada disekitar sini gak ?” Tanya Nayla penasaran.
“Maksudnya mbak ?” tanya Putri sambil menatap Nayla.
“Kamu lihat laki - laki yang ada di sekitar rumahku gak ? Mungkin yang lewat apa gimana” Tanya Nayla menjelaskan.
“Ohhh tadi sih ada deh” Jawab Putri mengejutkan Nayla.
“Eh siapa ?” Tanya Nayla penasaran.
“Eh ada apa sih mbak ? Anu itu loh, orang yang kemaren ngasih roti… Tadi aku lihat dia lewat di depan rumah mbak… Tapi . . . .” Ucap Putri terpotong tanpa sempat melanjutkan kata - katanya.
“Ohhh yaudah, makasih yah Put” Jawab Nayla yang membuat Putri heran.
“Emang ada apa mbak ?” Tanya Putri yang kali ini penasaran.
“Hehehe enggak kok… Gak ada apa - apa” Jawab Nayla. Putri yang paham kalau Nayla tidak ingin membahasnya lagi memilih untuk melanjutkan pemilihan foto - fotonya lagi. Nayla pun merenung. Entah kenapa ia jadi semakin membenci sosok tukang sapu jalanan itu.
'Tega sekali bapak sampai memperkosaku disaat aku tertidur !'
Batin Nayla sangat kecewa.
*-*-*-*
Malam harinya selepas makan malam
Gimana soal hari ini ? Ada cerita apa dek ? Tanya Miftah saat duduk bersama istrinya sambil merangkul bahunya di ruang tamu ketika menonton acara televisi malam.
Gak ada mas... Semua aman - aman aja Jawab Nayla berbohong.
Oh yah gak ada gangguan dari pak Beni lagi ? Tanya Miftah sambil menatap istrinya.
Gak ada mas... Iya gak ada Jawab Nayla yang saat itu mengenakan daster tipis memperlihatkan sedikit bahunya juga sebagian paha mulusnya. Rambutnya yang panjang sebahu juga terlihat. Senyumannya yang manis juga terlihat. Nayla pun menatap suaminya sambil tersenyum saat menjawab pertanyaan dari suaminya.
Mas... Aku pindah ke kamar boleh ? Bosen daritadi lihat bola terus Ucap Nayla meminta izin.
Hahahha yaudah, maaf yah mas gak bisa nemenin... Lagi seru nih pertandingannya Ucap Miftah yang begitu fokus menatap ajang AFC 'cup' antara Bali United vs Vissakha.
Iyya mas gapapa Jawab Nayla lalu berpindah menuju kamar tidurnya.
Sesampainya Nayla di kamarnya. Ia pun tiduran dalam posisi miring sambil menatap hape yang dipegangnya. Matanya menatap kosong layar hapenya. Ia masih termenung. Ia terpikirkan kejadian yang telah terjadi di hari ini.
“Kenapa pak Beni sampai tega memperkosaku ? Kenapa juga aku gak terbangun saat diperkosa oleh orang itu ? Selelah itu kah aku saat itu ? Lirih Nayla heran.
Telapak tangan kirinya menggenggam payudara kanannya. Rasanya masih sedikit nyeri. Bahkan liang vaginanya juga masih terasa sakit semenjak terbangun dari tidurnya di siang tadi.
'Astaghfirullah'... Salah apa sih aku ini ? Kenapa ia tega melakukan ini ke aku ? Lirih Nayla sambil memejam merenungi dosa apa yang membuatnya harus menjalani kehidupan seperti ini.
Saat sedang merenung, tiba - tiba ia terpikirkan sesuatu.
Eh tunggu sebentar Lirih Nayla teringat sesuatu.
Tak sengaja, ia teringat saat dirinya terlelap di ruang tamunya lalu terbangun dan melihat ada pak Beni dihadapannya. Ia teringat saat mulutnya dibanjiri oleh sperma pak Beni saat itu.
Jangan - jangan aku tadi tertidur bukan karena kecapekan… Tapi aku tertidur karena kembali diracun oleh orang itu… Kalau beneran iya, apa yah yang membuat aku terlelap tadi ? Apa yah yang membuat aku mengantuk tadi ? Ucap Nayla berfikir.
Seketika Nayla kembali teringat sesuatu.
Lemon ? Eh, masa sih ? Tapi kayaknya iya deh… Seingatku, aku cuma minum air lemon itu saat aku pulang menemui Andri... Eh beneran nih gara - gara lemon itu ? Masa sih ? Tanya Nayla tak percaya.
“Harus aku cek nih” Ucap Nayla beranjak dari ranjang tidurnya.
Saat dirinya hendak bangkit untuk memeriksa air lemon yang tersimpan di kulkasnya. Tiba - tiba notif hapenya berbunyi.
Eh ada pesan, dari siapa ? Tanya Nayla penasaran. Ia kembali tiduran di atas ranjangnya sambil memeriksa pesan di hapenya.
Assalamu'alaikum Nay, apa kabar ? Ini aku Balas seseorang.
Eh Andri ? Lirih Nayla.
Walaikumsalam Ndri... Aku baik Balas Nayla.
Makasih yah soal tadi... Aku seneng banget bisa ketemu langsung di luar urusan pekerjaan kita Balas Andri sambil menambahkan emot senyum.
Ihhh lebay... Aku kali yang harusnya berterima kasih karena kamu udah mau jadi pendengar yang baik buat aku Balas Nayla sambil tersenyum.
Hahahah padahal baru tadi loh kita ngobrol bareng, kok aku udah kangen pengen ngobrol lagi sama kamu yah Balas Andri.
Ihhhh awas nanti dimarahin Putri loh Balas Nayla.
Gak lah... Kan kita cuma ngobrol biasa... Apa mau yang luar biasa ? Balas Andri sambil memberikan emot ketawa.
Maksud ? Luar biasa gimana coba ? Balas Nayla bingung.
Hahaha gak jadi Balas Andri yang membuat Nayla kesal.
Ihhhh dasar gak jelas Balas Nayla.
Hahaha maaf... Aku cuma mau bilang kangen kamu... Oh yah ? Kamu bisa vcall sama aku gak ? Aku pengen ngeliat wajahmu lagi Pinta Andri.
Heh buat apa ? Ini udah malem Ndri... Aku juga udah pake baju dinas Balas Nayla heran.
Yaahhhh.... Pasti beruntung banget yah suamimu bisa ngeliatmu pake baju dinas Balas Andri semakin aneh - aneh yang membuat Nayla merasa tak nyaman.
Ihhh apaan sih... Maaf yah Ndri... Suamiku dateng... Aku mau tidur Balas Nayla berbohong demi bisa menutup chattannya dengan Andri.
Oh yaudah... Selamat tidur yah... Mimpi indah... Semoga kita bisa bertemu di mimpi Balas Andri yang membuat Nayla mengernyitkan dahi.
Aneh deh... Kenapa sih Andri ini ? Lirih Nayla sambil menekan layar hapenya hingga memunculkan sebuah pilihan.
'Tap !!! '
Nayla kembali menekan layar hapenya. Dalam sekejap isi chattannya dengan Andri pun menghilang seketika. Nayla hanya geleng - geleng kepala. Ia pun terpikirkan sesuatu di kepalanya.
Apa jangan - jangan Andri menyukaiku yah ? Ihhh masa sih ? Padahal dia aja mau nikah sebentar lagi... Aku harus jaga jarak deh dengannya Ucap Nayla.
Tak lama kemudian, suaminya pun datang dari pintu masuk kamarnya sambil menunjukkan ekspresi wajah yang cemberut.
Eh mas kenapa mukanya begitu ? Tanya Nayla tersenyum.
Kalah dek... Tim yang mas dukung kalah... Lemes deh rasanya Jawab Miftah yang membuat Nayla tertawa.
Hihihihi kasian amat... Sini - sini mas Ucap Nayla sambil merentangkan tangannya. Miftah dengan manja pun mendekat untuk memeluk istrinya. Istrinya dengan penuh kasih sayang memeluk suaminya. Ia menghibur suaminya ketika suaminya kehilangan semangat.
Makasih yah dek... Nyaman banget deh rasanya dipeluk adek... Apalagi bisa senderan di tempat yang empuk ini Ucap Miftah tersenyum merasakan keempukan dada istrinya.
Hihihihi dasar... Untung udah halal, mas aku bolehin deh senyamannya senderan di dada aku Ucap Nayla sambil mengusap belakang kepala suaminya.
Beruntung banget deh mas punya istri secantik kamu dek... Udah cantik, sholehah, alim & terjaga lagi Ucap Miftah yang membuat senyum di wajah Nayla hilang seketika. Nayla pun tak bisa menjawab apa - apa saat itu. Ia hanya terdiam sambil terus memeluk kepala suaminya.
Aminin aja deh mas... Oh yah mas adek ngantuk, tidur aja yuk Ucap Nayla sambil memaksakan senyum.
Ngantuk yah... Tapi mas sambil ngelonin adek yah Ucap suaminya menggoda yang membuat Nayla tersenyum saja.
Hihihii boleh mas Ucap Nayla.
Mereka berdua pun tidur dalam posisi miring ke kanan. Nayla didepan membelakangi suaminya. Ketika suaminya sudah tertidur, mata Nayla justru terjaga saat memikirkan kata - kata yang suaminya ucapkan.
'Aku bukan wanita alim yang dulu kamu kenal lagi mas... Aku sudah ternoda... Aku bukan wanita yang baik - baik lagi... '
Batin Nayla menyesali dirinya. Semakin ia memikirkan pelecehan yang dialami olehnya. Ia semakin membenci pak Beni yang ia duga menjadi dalang utamanya. Ia merasa kesal. Ia kesal karena pak Beni sudah menjadikannya wanita yang ternoda.
Tiba - tiba tangan Miftah mendekapnya erat. Nayla pun terkejut hingga mengeluarkan suara.
Belum tidur dek ? Lirih Miftah sambil memejamkan mata.
Belum mas Jawab Nayla.
Tidur... Gak usah mikirin apa - apa... Mas pasti akan menjagamu kalau terjadi sesuatu Ucap Miftah yang membuat Nayla terharu diam - diam.
Makasih mas Lirih Nayla sambil mengeluarkan air matanya.
*-*-*-*
Keesokan harinya setelah Miftah berangkat ke kantornya.
Udah jam 8 aja... Mana jam 9 harus ada disana lagi Lirih Nayla terburu - buru saat duduk di depan meja riasnya.
Nayla sedang berdandan. Dirinya tengah bersiap - siap untuk melakukan sesi pemotretan. Di depan cerminnya, Nayla dengan berhati - hati melentikkan bulu matanya menggunakan maskara. Berulang kali ia mengedipkan matanya untuk mengecek hasil lentikannya. Setelah ia merasa cantik dengan hasil riasannya. Ia tersenyum puas meski senyumannya tertutupi oleh cadar berwarna coklat muda.
Yaudah deh... Beres kan ? Apa lagi yah ? Mbok ada yang ketinggalan Ucap Nayla saat berdiri sambil melihat sekitar.
Sekali lagi, akhwat bercadar itu menatap cermin untuk mengecek penampilannya. Sungguh sempurna penampakan akhwat bercadar yang sudah menjadi istri orang itu. Posturnya yang tinggi ditutupi dengan blazer panjang berwarna coklat muda. Hijabnya juga berwarna coklat muda bahkan cadarnya juga. Sementara di dalamnya, ia menggunakan gamis panjang berwarna putih yang menutupi tubuh indahnya hingga ke mata kaki. Sekilas siapapun yang melihatnya akan membuka mulutnya karena terkagum akan keindahannya. Kelas Nayla memang berbeda. Penampilan seorang selebgram memang selalu memanjakan mata.
MEBKMYR
https://thumbs4.imagebam.com/d5/0e/df/MEBKMYR_t.jpg d5/0e/df/MEBKMYR_t.jpg
'NAYLA
Loh non mau kemana ? Cantik amat Puji pak Urip yang langsung ngiler saat melihat keindahan majikan alimnya. Pembantu tua yang saat itu tengah mengenakan singletnya langsung kesengsem. Penisnya yang sudah sempat mencicipi serabi lempitnya diam - diam langsung berdiri tegak. Secara sembunyi - sembunyi, pak Urip pun berusaha menyembunyikan tonjolan di celananya yang terlihat cukup besar.
Hihihi aku mau foto pak... Mau kerja dulu Ucap Nayla sambil menenteng tas kecilnya.
Pria tua itu hanya terdiam sambil menganga saat melihat majikannya lewat di depannya. Tangannya pun gemas ingin memeluknya. Tangannya gemas ingin menampar bokongnya. Tangannya gemas ingin menculiknya ke kamarnya lalu menggenjotnya sepuas - puasnya.
'Astaghfirullah' Lirih Nayla teringat.
Aku belum beli sayur buat besok Ucap Nayla menaruh tasnya lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam.
Titip tasnya sebentar yah pak Ucap Nayla sambil berjalan cepat menuju pintu keluar.
Namun saat teringat kalau penjual sayurnya adalah mang Yono, kakinya langsung terhenti. Ia berhenti melangkah saat teringat kejadian di kemarin pagi. Kejadian saat wajahnya dipejuhi oleh tukang sayur itu gara - gara ketelodorannya.
Mang Yono bisa nepatin janjinya gak yah ? Duh mana rame lagi disana Lirih Nayla khawatir kalau mang Yono akan menceritakan kisah memalukannya kemarin sehingga semua orang tahu mengenai aib terbesarnya.
Namun saat ia melihat ke arah jam tangan yang ada di tangan kirinya. Nayla langsung bergegas mendekat ke arah mang Yono untuk membeli sayur disana. Ia tak mempunyai waktu untuk menunda - nunda lagi.
Assalamu'alaikum Sapa Nayla pada ibu - ibu yang ada disana.
Walaikumsalam wuihhh cantik banget mbak Nayla Puji seorang ibu disana.
Cantik amat, udah kayak seorang putri raja nih Puji ibu - ibu lainnya.
Andai kamu belum nikah, mbak... Pasti udah ibu nikahin sama putra ibu... Putra ibu ganteng loh, kaya lagi Puji ibu lainnya yang hanya membuat Nayla tertawa.
Hush ngawur... Pak Miftah juga ganteng & kaya loh Ucap ibu lainnya.
Iyya kan namanya kan juga seandainya hihihi Ucap ibu - ibu itu yang membuat ibu - ibu disana tertawa semuanya.
Nayla pun ikut tertawa, namun saat wajahnya menoleh ke kanan. Ia melihat mang Yono tengah menatapnya dengan tatapan mesum. Reflek Nayla menundukkan wajahnya dan berpura - pura tidak melihat sosoknya.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
Gak nyangka saya... Cantik banget sih mbak... Saya masih gak percaya kalau kemarin saya . . . . Lirih mang Yono terpotong saat Nayla membuka mulutnya.
Mamang udah janji kan ? Tolong jangan ungkit lagi... Aku mohon Lirih Nayla dengan tegas yang membuat mang Yono tersenyum saja.
Huahahaha oke oke... Saya cuma gak tahan ingin memuji penampilanmu, mbak Ucap mang Yono yang tak dihiraukan oleh Nayla.
Nayla pun melanjutkan pilah - pilih sayurnya. Ia pun menemukan terong berkualitas tinggi. Nayla pun membelinya lalu pergi secepat - cepatnya menjauhi mang Yono.
Huahahaha gilaa tuh akhwat... Ketutup gini aja udah nafsuin banget... Apalagi kebuka kayak kemarin... Hah... Tau gini mending kemaren trobos aja yak, genjot memeknya sampe puas Lirih mang Yono tampak menyesali perbuatannya kemarin karena hanya bisa memejuhi wajahnya saja. Padahal Nayla sudah telanjang. Kesempatan untuk menyetubuhinya pun amat sangat besar.
Lain kali lagi yah mbak... Lain kali kita pasti bisa enak - enak kok di ranjang Lirih mang Yono penuh harap.
Hushhh ngelamun.... Pasti mikirin yang enggak - enggak ke mbak Nayla yah ? Ucap ibu - ibu lainnya menyadarkan mang Yono.
Hehe dikit Ucap mang Yono jujur yang membuat tangannya dicubit oleh ibu - ibu tersebut.
Aawwww sakitttt Jerit mang Yono yang membuat Nayla menoleh sejenak.
Huft untung aja mang Yono gak cerita banyak... 'Astaghfirullah' kenapa sih aku kemarin . . . ? Rendah banget sih perbuatanku... Bisa - bisanya aku masturbasi sambil bayangin pak Beni Lirih Nayla teringat kemarin. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke rumah sambil menunduk malu. Ia merenung. Ia terus menyesali perbuatannya kemarin.
Mendadak ia semakin benci pada pak Beni. Secara tak langsung ia merasa pak Beni telah mempermalukannya. Semua bermula gara - gara sepotong roti waktu itu.
Permisi mbak Ucap seseorang yang membuat Nayla menaikan wajahnya.
Saat Nayla menyadari siapa yang ada di hadapannya. Emosi Nayla langsung meluap seketika. Sosok yang membuatnya ternoda hingga kehilangan harga dirinya berada tepat di hadapannya. Nayla mendadak kesal. Apalagi saat melihat wajahnya yang tengah tersenyum seolah sosok itu tidak memiliki dosa apapun kepadanya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Ini ada roti buat mbak... Lumayan buat bekal nanti Ucap pak Beni sambil tersenyum. Senyumannya semakin merekah saat Nayla pelan - pelan menerima roti pemberiannya. Betapa bahagianya pak Beni saat Nayla menerima pemberian hadiahnya lagi.
'Braaakkk !!! '
Tiba - tiba Nayla membanting roti itu ke tanah.
'Plaaaakkkk !!! '
Wajah pak Beni tiba - tiba ditampar oleh Nayla. Pria tua yang sehari - harinya bekerja sebagai tukang sapu jalanan itu terkejut. Ia lebih terkejut lagi saat melihat wajah Nayla yang begitu murka kepadanya.
Bapak masih berani menemui aku ? Bapak masih berani menunjukkan muka bapak di depan aku ? Ucap Nayla penuh amarah.
Mbaakkk... Mbakkk kenapaaa ? Ucap pak Beni heran sambil memegangi pipinya.
Kenapa ? Aku kenapa ? Setelah apa yang sudah bapak lakukan ke aku bapak masih nanya kenapa ? Ucap Nayla terlihat menahan emosinya. Matanya berkaca - kaca. Ia benar - benar ingin marah dan melampiaskan semuanya kepadanya.
Mbaaakkk... Mbakk gapapa ? Tanya pak Beni terlihat polos seolah tak tahu apa - apa yang membuat Nayla semakin kesal.
Gapapa ? Aku gapapa ? BAPAK GAK TAU DIRI YAH ? BAPAK SUDAH MENODAI AKU... BAPAK SUDAH MERUSAK HARGA DIRI AKU... AKU HANCUR PAK... AKU RUSAK OLEH BAPAK... Teriak Nayla sambil menunjuk - nunjukkan jemarinya ke arah pak Beni.
Suara Nayla yang keras membuat ibu - ibu yang tadi mengelilingi gerobak sayur mang Yono menoleh. Mang Yono juga ikut menoleh. Mereka semua penasaran saat melihat Nayla marah - marah kepada pak Beni.
Mbakkk... Sadar mbak... Mbak kenapa ? Tanya pak Beni sambil memegangi kedua bahu Nayla.
MINGGIIRRR !! JANGAN SENTUH AKU ! PERGI !!! JANGAN PERNAH TUNJUKKIN MUKA BAPAK LAGI DIHADAPAN AKU Teriak Nayla sambil menghalau tangan pak Beni yang menyentuh bahunya.
Ibu - ibu yang melihat pak Beni berani menyentuh Nayla langsung marah - marah. Segerombolan ibu - ibu itu pun berdatangan mendekati pak Beni. Melihat Nayla tengah menangis membuat ibu - ibu itu semakin murka pada pak Beni.
Nayla pun berusaha pergi namun pak Beni yang penasaran mengenai alasan Nayla bersikap seperti ini malah memegangi tangannya seolah menahannya yang membuat ibu - ibu yang mendekat itu semakin marah.
LEPASKAAANNNN !!! Teriak Nayla dengan penuh amarah.
Lepasin pak ! Berani banget bapak menggangu mbak Nayla Ucap ibu - ibu itu sambil menampar punggung telanjang pak Beni.
Jangan berani - berani mengganggu warga sini yah pak... Lepaskan tangan mbak Nayla Ucap ibu - ibu lainnya sambil memukulkan sayur bayam yang ia beli ke lengan pak Beni.
Aahhh... Aahhh maafff… Maaafff Jerit pak Beni merasakan punggungnya sakit setelah dipukuli ibu - ibu kompleks.
Keadaan yang semakin ramai membuat pak Urip yang berada di halaman rumah pun penasaran ikut keluar. Menyadari kalau majikannya tengah menangis dan ada pak Beni dibelakangnya membuat pak Urip langsung murka.
WOYYYY PAK BENIII... PERGI DARI SINIII !!! Ucap pak Urip dengan lantang yang suaranya membuat ibu - ibu itu terkaget mendengarnya.
Pak Beni yang sedari tadi dipukuli ibu - ibu semakin tidak nyaman. Ia pun lalu kabur karena tak mau dirinya dipukuli lagi oleh ibu - ibu yang ada disana.
YA PERGI AJA SANA YANG JAUH !!! GAK USAH BALIK LAGI KESINI !!! Ucap pak Urip saat melihat pak Beni berlari terbirit - birit. Ibu - ibu yang ada disana juga mensyukuri sosok yang mereka duga sebagai pembuat onar itu telah pergi.
Mbak gapapa ? Tanya pak Urip setelah menghampiri.
Gapapa pak... Makasih Ucap Nayla menangis sambil memaksakan senyum.
Mohon maaf ibu - ibu... Ibu boleh melanjutkan kegiatan masing - masing lagi yah... Makasih yang udah belain mbak Nayla... Mbak Naylanya gapapa kok... Silahkan lanjutkan kegiatannya lagi Ucap Pak Urip meminta warga untuk bubar dengan cara yang paling halus.
Ibu - ibu itu pun bubar. Namun mulut mereka masih membicarakan sikap pak Beni yang semakin berani mengganggu warga - warga disini.
Mbak gapapa ? Masuk rumah dulu yuk Ucap pak Urip yang hanya dijawab senyuman oleh Nayla.
Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuki rumah Nayla. Nampak wajah pak Urip tersenyum saat mengantar Nayla menuju rumahnya. Matanya pun melirik ke arah tonjolan dada yang ada dibalik blazer yang Nayla kenakan. Pak Urip tak sabar. Ia pun membatin di dalam hati.
'Sebentar lagi non, non akan menemui pemuas nafsu non... '
Batin pak Urip tertawa sambil mengelusi penisnya yang semakin mengeras.
Sesampainya mereka di dalam rumah. Pak Urip dan Nayla pun duduk di sofa panjang ruang tamu rumahnya. Nayla segera mengambil tisu yang ada di meja, ia pun mengelap air matanya sambil sesekali sesenggukan menangisi kekecewaannya.
Non, ada apa ? Kenapa tadi non marah - marah ke pak Beni ? Pak Beni bertindak kurang ajar lagi yah ? Tanya pak Urip dengan penuh perhatian.
Enggak sih pak... Hiks... Hiks Jawab Nayla sesenggukan.
Lalu ? Apa yang membuat non murka kayak tadi ? Tanya pak Urip.
Gak pak... Gapapa Jawab Nayla memaksakan senyum.
Gapapa ? Non, ini saya... Saya sudah beristri dan saya paham banget soal urusan hati wanita... Non pasti ada apa - apa kan ? Ayo non cerita... Saya akan dengar semua keluh kesah non Ucap pak Urip membujuknya.
Tapi paakk... Aku... Ucap Nayla agak ragu untuk menceritakan penyebab amarahnya.
Non... Ucap pak Urip sambil tersenyum yang membuat Nayla entah kenapa jadi ingin menceritakannya.
Tapi bapak janji jangan cerita ke siapa - siapa yah... Apalagi ke mas Miftah... Tolong rahasiain cerita ini baik - baik Ucap Nayla penuh harap sambil menatap pak Urip.
Iya non, janji... Saya akan merahasiakannya sebaik mungkin Ucap pak Urip sambil mengangkat jemari kelingkingnya untuk berjanji pada majikannya.
Sebenarnya kemarin... Saat bapak nemenin istri bapak di rumah sakit. . . . Ucap Nayla terpotong.
Iyya ? Teruss ? Ucap pak Urip penuh perhatian.
Aku kan sendirian di rumah… Aku gak sadar pak... Aku gak tau... Tiba - tiba aku ngantuk banget dan akhirnya tertidur Ucap Nayla menatap kosong ke arah meja tuk mengingat momen kesedihannya. Tak sadar air matanya kembali turun. Nayla kembali menangis saat mengingat pemerkosaannya kemarin.
Heem terus ? Tanya pak Urip sambil menenangkan Nayla dengan mengusap punggung bahunya.
Tapi pak pas aku bangun... Aku ngerasain ada sperma pak di rahim aku... Aku udah diperkosa pak... Aku yakin banget pasti pak Beni pak, pelakunya ! Ucap Nayla histeris hingga menunjuk ke arah luar rumah yang dimaksudkan kepada pak Beni.
Eh yang bener ? Non udah yakin kalau pak Beni pelakunya ? Ucap pak Urip berpura - pura terkejut.
Iya pak aku yakin banget... Putri sendiri saksinya... Ia ngeliat pak Beni ada di depan rumahku sebelum dirinya datang ke rumah... Aku yakin pak... Pasti pak Beni pelakunya !!! Ucap Nayla kembali menangis yang harus ditenangkan oleh pak Urip.
Jahat banget sih dia... Yang tenang non.... Yang sabar... Yah, yang sabar Ucap Pak Urip sambil mengusap punggung Nayla.
Tapi paakkk... Kenapa harus aku ? Kenapa aku sampai diperkosa olehnya ? Apa salahku sampai aku harus menanggung semua ini pakkk ? Jerit Nayla yang kemudian menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan telapak tangannya.
Nayla terlihat kecewa, ia sangat kecewa karena harus menjadi korban pemerkosaan oleh tetangganya.
Sudahhh... Sudah non, yang tenang... Jangan nangis lagi... Eh yah, bentar yah Ucap Pak Urip sambil berdiri lalu menutup pintu depan rumahnya. Melihat Nayla masih menangis membuat pak Urip diam - diam mengunci pintu depan rumah majikannya. Ia lalu beranjak ke dapur untuk membuka kulkas majikannya. Ia mengeluarkan botol lemon yang masih penuh lalu mengambil gelas kaca sebelum kembali mendatangi majikannya.
Ini non... Diminum dulu biar tenang Ucap pak Urip sambil menuangkan air lemon itu ke dalam gelas.
Saat pak Urip menuangkan air lemon itu ke gelas. Sekilas Nayla memperhatikan botol yang sedang dituangkan oleh pembantunya itu.
'Loh kok tiba - tiba udah full... Perasaan kemarin tinggal dikit deh ? '
Batin Nayla heran.
Makasih pak... Bapak buat baru yah ? Tanya Nayla sambil menerima gelas dari pembantunya.
Hehe iyya non... Saya sengaja buat spesial untuk non... Eh non butuh sedotan yah... Bentar yah Ucap pak Urip ngeluyur ke dapur untuk mengambilkan sedotan itu untuk majikannya.
Makasih Jawab Nayla merasakan perhatian dari pembantunya.
Nayla pun mengangkat sedikit cadarnya. Sedotannya ia masukan ke dalam mulutnya. Nayla pun menyeruputnya hingga habis karena saking hausnya.
Mau lagi non ? Tanya pak Urip menawarkan air lemon itu ke majikannya. Nayla pun mengangguk.
Iyya pak... Makasih Ucap Nayla setelah mengisi ulang air lemonnya.
Pak Urip pun tersenyum sambil menatap wajah majikannya. Apalagi saat melihat majikannya dengan lahap menghabiskan dua gelas air lemon itu dengan segera. Dalam sekejap botol minuman yang ia pegang tinggal tersisa seperempatnya saja.
Lagi non, biar habis sekalian Ucap pak Urip tersenyum.
Boleh pak Jawab Nayla mempersilahkan pembantunya itu mengisi ulang lagi gelasnya. Nayla pun kembali meminumnya. Lagi, Nayla pun menghabiskan minuman di gelasnya.
Aaahhh segernya... Makasih yah pak... Lirih Nayla sambil memaksakan senyum.
Non kayaknya suka banget minum lemon yah ? Tanya Pak Urip sambil tersenyum.
Hehe iyya pak... Aku suka banget Jawab Nayla malu - malu sambil menyeka air matanya menggunakan tisu yang ada didepannya.
“Hakhakhak... Tau gak ? Saya juga suka loh Ucap pak Urip mengagetkan Nayla.
Eh bapak juga suka minum air lemon ? Tanya Nayla.
Bukan, tapi saya suka kalau ngeliat non minum lemon buatan saya... Hakhakak Tawa khas pak Urip.
Eh maksudnya ? Emang kenapa ? Tanya Nayla penasaran sambil menaruh gelasnya di atas meja.
Seketika Nayla merapatkan kedua kakinya. Bersentuhanlah vaginanya. Ia merasakan gairah yang meluap - luap di dalam tubuhnya. Dadanya terasa gatal. Susunya terasa meminta untuk diremas olehnya. Nayla pun terkejut. Tangan kirinya sampai reflek meremas dada kanannya.
'Perasaan ini ? Ada apa lagi ini ?Ada apa dengan tubuhku ? Apa yang terjadi denganku ?'
Batin Nayla hingga matanya terbuka lebar.
Itu alasan saya non Jawab Pak Urip mengejutkan Nayla.
Mmmppphhh… Maksudnya ? Tanya Nayla dengan gelisah sambil menatap pembantunya.
Seketika pak Urip berdiri dari tempat duduknya. Dengan berani ia mengangkat naik singletnya. Ia melepas kaus singletnya lalu pria tambun itu juga melepas celana dalamnya berikut celana kolornya. Betapa terkejutnya Nayla ketika melihat pembantunya itu sudah bertelanjang bulat dihadapan matanya.
'Astaghfirullah' pak... Bapak kenapa ? Pakai lagi pak bajunya !” Ucap Nayla yang langsung memalingkan wajahnya sambil menutupi matanya menggunakan telapak tangannya.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Namun nafsunya yang tengah bergejolak memaksa matanya untuk melirik penampakan tubuh pak Urip yang sudah telanjang. Nayla melihat dari atas ke bawah. Ia pun tak menemukan adanya sisi yang menarik di tubuh pembantunya. Wajah pak Urip tidak ada tampan - tampannya. Tubuhnya pun tambun, perutnya maju bahkan dadanya sampai jatuh akibat kebanyakan lemak. Warna kulitnya pun gelap. Bulu jembutnya juga tebal bak hutan amazon yang berada di benua Amerika.
Namun saat wajahnya menatap penis pembantunya. Barulah Nayla terkagum akan ukurannya yang sungguh luar biasa.
'Gedeee bangeeettt... Itu titit apa pentungan ?'
Batin Nayla tanpa sadar saat melihat ukuran penis pembantunya.
Penis pak Urip warnanya gelap. Ukurannya jumbo serta memanjang ke depan. Diameternya sekitar 5 cm. Ukurannya hampir menyerupai lengan Nayla yang ramping. Seketika pikirannya menjadi keruh membayangkan andai penis sebesar itu masuk ke dalam kemaluannya. Bukankah itu sama saja dengan memasukan lengannya ke dalam vaginanya ?
Hakhakhak.... Indah kan tubuh saya, non ? Tawa pak Urip sambil mengocok - ngocok penisnya untuk menggoda majikannya.
Suara serta tawa yang pak Urip keluarkan seketika menyadarkan Nayla dari lamunannya. Nayla yang masih bingung dan terkejut bertanya - tanya. Ia dengan polos menanyakan sikap pembantunya yang tiba - tiba bugil dihadapannya.
Apa maksud semua ini pak ? Kenapa bapak telanjang ? Hah... Hah... Hah Desah Nayla sambil menahan gairah birahi yang semakin tak terkendali.
'Astaghfirullah… Kenapa aku terangsang lagi ? Kenapa aku tiba - tiba terangsang lagi ?'
Batin Nayla menyadari keanehan tubuhnya. Seketika matanya menatap botol lemon yang telah kosong. Seketika ia teringat kalau semalam dirinya lupa untuk mengecek botol lemon itu.
'Jangan - jangan !'
Batin Nayla merasa kalau hal buruk akan terjadi padanya.
Hakhakhak... Non kayaknya kaget yah... Inget gak sewaktu non tidur di sofa ruang tamu setelah makan roti di sore itu ?” Tanya pak Urip sambil mengocok - ngocok penisnya. Nayla yang mulai ketakutan melangkah mundur dengan menyeret bokongnya diatas sofa rumahnya. Meski nafsunya tengah bergairah, ia berusaha tuk melawan meski penis itu berulang kali menggodanya dengan ukurannya yang besar.
“Bapaaakkk… Jangan mendekat pakkk… Tolonggg !” Lirih Nayla menyadari niatan buruk dari pembantunya yang berwajah buruk rupa.
“Hakhakhak… Bukan karena roti yang membuat non mengantuk… Tapi karena minuman jus yang saya buat waktu itu !” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
'Sudah kuduga… Jangan - jangan pak Urip ini ?'
Batin Nayla sangat terkejut hingga terlihat dengan jelas di wajahnya.
“Inget sewaktu di siang kemarin saat non ngeliat serbuk yang ada di gelas saya ? Itu bukan kopi loh… Tapi itu obat yang baru saya beli untuk membuatmu jadi seperti ini !” Ucap Pak Urip saat mendekat hingga menaikan kedua lututnya diatas sofa panjang rumah majikannya.
“Paakkk… Tolloongg jangan mendekat… Jangan mendekaattt !” Desah Nayla semakin ketakutan saat pria tua itu semakin mendekat ke arahnya.
“Hakhakhak… Inget gak kemarin sore sewaktu non bangun terus ngerasain ada pejuh di memek non ? Tau itu punya siapa ? Itu pejuh saya !” Ucap Pak Urip sambil menyentuh bahu kiri Nayla lalu wajahnya mendekat tuk menatap wajah cantik akhwat bercadar itu. Mata Nayla pun terbuka lebar. Hati Nayla terasa sakit. Rasanya seperti sudah dikhianati. Ia sangat terkejut bahwa orang yang ia percaya justru menjadi pelaku dibalik pemerkosaannya. Nampak mata Nayla berkaca - kaca. Ia benar - benar kecewa akan kenyataan yang sebenarnya.
“Hakhakhak… Ya saya orangnya… Saya adalah orang yang sudah memperkosamu ! Saya yang sudah mengentot memekmu… Saya yang sudah menggenjot tubuh indahmu… Saya yang sudah menyimpan pejuh di rahimmu… Puas banget rasanya bisa memejuhi akhwat sealim dirimu, sayaanggg” Ucap pak Urip sambil tersenyum lalu meremas dada Nayla dari luar gamis yang dikenakan olehnya.
“Mmpphhh pakkkkk hentikaannn… Aaahhhh sakitttt” Desah Nayla kesakitan menyadari kuatnya remasan yang pak Urip lakukan.
“Hakhakhak… Ouhhh jadi ini suara desahanmu… Beruntung sekali saya bisa mendengarnya langsung dari bibir indahmu” Ucap Pak Urip menghentikan remasannya sambil menatap wajah Nayla yang matanya berkaca - kaca.
“Kenapa bapak tega melakukan ini ke aku pak ? Apa salahku ? Kenapa bapak malah memperkosaku ? Bukannya kemarin istri bapak sedang sakit ? Kenapa bapak tega meninggalkan istri bapak lalu memperkosaku !” Tanya Nayla sambil menangis.
“Istri saya gak sakit kok non… Istri saya baik - baik aja di rumah… Kemarin saya itu buru - buru mau beli obat tidur yang sangat kuat untuk aksi kemarin sore… Hakhakhak… Sekarang saya gak mau main diem - diem lagi… Saya mau main jantan… Saya akan menunjukkan siapa diri saya dihadapanmu… Bersiap - siaplah tuk menjadi pemuas nafsuku, sayaaanggg !!” Ucap Pak Urip mendorong Nayla kemudian melebarkan blazer yang Nayla kenakan lalu meremas dadanya lagi sekuat - kuatnya.
“Aaaaaahhhhh paakkkkk hentikaaannnn” Jerit Nayla hingga memejam. Kedua payudara Nayla diremas dengan begitu kejam. Gamisnya sampai lecek. Giginya pun meringis menahan perih dari balik cadar yang tertutupi.
Meski nafsu Nayla sedang tinggi, namun akal sehatnya berusaha bertahan dengan mendorong tubuh tambun yang sudah telanjang itu menjauh dari tubuhnya.
“Hakhakhak… Ini yang saya suka non… Akhirnya… Akhirnya saya bisa mendengar suaramu saat saya memperkosamu” Ucap pak Urip bersemangat hingga memperkuat remasannya.
“Aaaaaaahhhhhh bapaaaakkkkk hentikaaannn” Desah Nayla sambil memegangi tangan pak Urip.
Nayla terbaring pasrah akibat kuatnya remasan yang dilakukan pak Urip. Saat bulatan dadanya teremas, terasa darahnya berdesir ke seluruh tubuhnya. Ia langsung merinding. Matanya pun memejam. Terdengar suara tawa pak Urip yang begitu puas. Pria tambun itu pun langsung menindihi tubuhnya. Wajahnya yang jelek langsung mendekat untuk mencumbu bibir manisnya dari luar cadar yang masih dikenakan selebgram cantik itu.
“Diaaammm nonnn… Mmppphhhh” Desah Pak Urip saat menekan bibirnya dari luar cadarnya.
Bibir Nayla terdorong. Bibirnya lagi - lagi kena sepong. Liur busuk pembantunya itu mulai mengalir membasahi kain cadarnya. Sekilas Nayla membuka mata. Ia pun menatap wajah tua pembantunya yang hancur. Tangannya pun reflek mendorongnya karena jijik harus dinodai oleh pembantu yang sudah ia percayai. Namun semua percuma. Tenaganya tak sebanding dengan keinginannya yang ingin lepas dari cengkraman pak Urip. Ia pun ingin menjerit namun bibirnya tertahan oleh cumbuan pak Urip. Nayla pun sedih hingga kembali menangis. Namun nafsu birahinya yang kian bangkit membuat tubuhnya diam - diam menikmati pemerkosaan kali ini.
“Mmpphh… Mmpphhh… Ayo lawan non… Semakin non melawan saya akan semakin bernafsu untuk mencumbuimu” Desah pak Urip sambil meremas kembali payudara bulat majikannya.
“Mmmpphhh paakkk… Hentikaaannn… Mmpphhh sakitttt” Jerit Nayla diam - diam merasakan birahinya memuncak saat terkena remasan tangan pak Urip.
Mereka terus bercumbu. Bibir mereka saling sentuh dengan penuh nafsu. Bibir pak Urip membuka lalu mengapit bibir atas Nayla dari luar cadarnya. Pak Urip menghisapnya. Lidahnya juga bergerak dengan mengorek - ngorek cadar Nayla hingga masuk ke dalam mulutnya.
Sedangkan tangannya juga tak henti - hentinya meremas susu bulat Nayla dari luar gamisnya. Sungguh pemandangan yang tak masuk akal ketika pria tua berwajah buruk rupa dengan tubuh gempal tengah menindihi seorang akhwat bercadar bertubuh ramping yang masih lengkap mengenakan pakaiannya. Terlihat wajah pria tua itu begitu senang bisa menikmati keindahan tubuh sang akhwat. Apalagi sang akhwat telah bersiap untuk melakukan perfotoan. Membayangkan hal itu membuat pak Urip semakin bernafsu. Akhirnya ia mengangkat cadarnya untuk menikmati bibir tipisnya secara langsung.
“Mmpphhhhhhhh” Desah mereka bersamaan.
Pak Urip menyeruput bibirnya. Pak Urip menghisap bibirnya. Meski Nayla berulang kali bertahan dengan menutup rapat mulutnya. Remasan yang ia terima memaksa mulutnya untuk terbuka mengeluarkan desahan yang tak sanggup ia tahan. Saat itulah lidah pak Urip merengsek masuk. Lidahnya berkeliaran di dalam mulut akhwat bercadar itu. Lidahnya pun bertemu dengan lidah Nayla. Lidah mereka saling jilat. Lidah mereka saling silat. Lidah mereka saling dorong. Lidah mereka saling bergesekan.
Akibatnya liur Nayla pun tumpah keluar dari sela - sela mulutnya. Pak Urip pun semakin beringas dengan menjepit bibir bawah Nayla lalu menariknya. Ia mengulum bibir bawah Nayla dan menikmatinya sepuas - puasnya.
“Mmpphhhh… Mmpphhh… Mmpphhhh” Nayla bertahan. Ia berusaha bertahan mempertahankan harga dirinya. Namun kenikmatan yang ia rasakan membuat mulutnya tak tahan. Tak sengaja bibirnya mengapit. Hal itu membuat lidah pak Urip terjepit. Nayla yang udah terlanjur nafsu diam - diam menghisap lidah pak Urip. Pak Urip yang menyadari pun tersenyum. Ia membiarkan majikannya itu menghisap lidahnya kuat - kuat.
“Mmpphhhh aahhh… Mmpphhhh aaahhh” desah pak Urip menikmati cumbuannya dengan Nayla.
'Astaghfirullah !'
Batin Nayla saat akal sehatnya mulai kembali. Ia pun membuka mulutnya membiarkan lidah pak Urip kembali terbebas. Namun lidah tua itu justru mengajak lidah Nayla keluar mulutnya. Anehnya Nayla tak sanggup menahan lidahnya hingga manut saja keluar. Lidah Nayla gantian disepong. Lidah Nayla dihisapnya sepuas - puasnya. Nampak wajah pak Urip maju mundur saat menyepong lidahnya. Pria tua itu benar - benar puas. Ia pun melepas cumbuannya lalu menurunkan cadarnya lagi tuk menatap wajah majikannya.
“Gimana ? Nikmat kan ? Hakhakhak” tawa Pak Urip yang membuat Nayla merasa malu karena sampai hanyut dalam buaian nafsu birahi pria tua itu.
“Ayo duduk !” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.
“Paakkk cukuppp… Sudahhh pakkk hentikann semua iniii” Pinta Nayla dengan sisa - sisa harga dirinya.
“Hakhakhak… Sudah ? Bukannya non sendiri menikmati ? iya kan ?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla terkejut. Nayla heran kenapa pria tua itu bisa tau. Namun imannya terus bertahan dengan menolak ajakan pria tua jelek itu untuk berzina.
“Enggaakkk !!” Ucap Nayla berbohong meski tubuhnya semakin terangsang akibat minuman lemon yang ia tenggak.
“Dasar pembohong !” Ucap pak Urip sambil memegangi penisnya lalu mengarahkannya tepat ke hadapan wajah Nayla.
“Ayo non… Sepong !” Pinta pak Urip sambil memegangi kepala Nayla menggunakan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengocok penisnya dihadapan wajah Nayla.
Melihat penis besar itu dikocok - kocok tepat dihadapan wajahnya membuat nafsu Nayla semakin tinggi. Namun ia enggan menuruti. Ia tidak mau menodai mulutnya menggunakan penis nista ini. Seumur - umur ia menikah dengan suaminya. Ia saja tak pernah memasukan penis suaminya ke dalam mulutnya. Nayla merasa jijik. Ia enggan menodai mulutnya yang biasa berkata baik dengan penis keriput yang kemarin telah menodai rahimnya.
“Hakhakhak… Jangan diliatin doang non… Ayo seponggg !” Ucap pak Urip memaksa dengan menaikan cadar Nayla lalu mendorong penisnya hingga ujung gundulnya mengenai bibir majikannya yang mengatup rapat.
“Mmmppphhh… Mmpphhhh” Desah Nayla sambil menggelengkan kepala menolak penis itu masuk ke dalam mulutnya.
“Hakhakhak… suka nih saya yang kayak gini… Saya semakin tertantang… Lihat saja… Saya akan berusaha untuk meruntuhkan imanmu, non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil terus mendorong pinggulnya hingga penisnya itu semakin menusuk bibir majikannya.
“Mmpphhhh paakkk… Mmppphhhh” desah Nayla tertahan dengan mulut mengatup rapat.
Cairan 'precum' yang perlahan mulai keluar membuat Nayla dapat merasakan cairan asin yang tiba - tiba jatuh di tepi bibrnya. Aroma busuk yang berasal dari selangkangan pria tua itu membuat Nayla semakin tak tahan untuk bertahan. Nayla ingin menjauh. Ia ingin mendorong pria tua itu. Namun saat kedua tangannya mendorong pinggul pak Urip. Pak Urip malah memegangi kedua pergelangan tangan Nayla lalu mengangkatnya ke atas.
“Aaaaahhhhhhh” Jerit Nayla merasakan sakit.
Hal itu tak disia - siakan oleh pak Urip untuk beraksi. Penisnya langsung melesat tajam ke dalam mulut sang akhwat. Penis busuknya berhasil masuk. Penis jumbonya berhasil menusuk. Pak Urip langsung mendorong pinggulnya hingga ujung gundulnya menyundul pangkal kerongkongan sang akhwat.
“Mmppphhhhhh” desah Nayla pasrah hingga mengeluarkan rintihan yang merangsang gairah pak Urip.
“Hakhakhak… Aaahhhhh nikmatnyaaaa…. Anget banget mulutmu sayaaanggggg” Desah pak Urip puas.
Pak Urip pun menundukkan wajahnya tuk menatap wajah majikannya. Terlihat mata Nayla memelas ingin dilepaskan. Kedua tangannya yang terangkat membuatnya terlihat pasrah. Mulutnya yang dijejali penis pak Urip membuatnya terlihat semakin nafsuin. Pak Urip tertawa puas. Ia tertawa melihat penisnya sedikit tertutupi cadar majikannya saat sedang menjebol mulut sang akhwat.
“Aaaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” Desah pak Urip saat pinggulnya bergerak maju mundur merasakan gesekan dari mulut akhwat bercadar itu.
“Mmpphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla menggelengkan kepala merasakan aroma menyengat yang berasal dari semak - semak belukar yang tumbuh disekitar batang penis raksasa penis tua itu. Aroma keringat yang keluar ditambah aroma kejantanan yang dikeluarkan oleh pria tua itu membuat Nayla semakin jijik. Namun anehnya hal itu juga meningkatkan nafsu birahinya. Belum lagi dengan efek air lemon yang semakin kuat membuat Nayla kebingungan harus bagaimana. Nafsunya memintanya untuk menikmati pelecehan ini. Namun imannya memintanya untuk bertahan dan terus berjuang menolak perzinahan yang dilakukan oleh pembantu tuanya itu.
“Aaaahhhhh…. Aaahhhh nikmattnyaaa… Aahhh yaahhhh” desah pak Urip sambil memejam menatap langit - langit ruangan.
Terasa penisnya semakin lembap. Terasa penisnya semakin basah terlapisi air liurnya. Gesekan penisnya saat terkena tepi bibir majikannya benar - benar memberikan sensasi tersendiri baginya. Bagaimana bisa mulut Nayla yang biasanya tertutupi cadar malah sedang dimasuki oleh penis tuanya yang maju mundur menodainya ?
Pak Urip merasa sangat beruntung. Ia seperti sedang menikmati budaknya saat mengangkat kedua tangan Nayla naik ke atas. Pak Urip tertawa senang. Ia jadi semakin beringas dalam memperkosa mulut majikannya.
'Plokkk... Plokkk... Plokkk... '
Gerakan pinggul pak Urip dipercepat. Kecepatannya cenderung dahsyat bahkan tergolong kuat. Tiap kali pak Urip mendorong pinggulnya maju. Ia berusaha memasukan seluruh penisnya sampai mentok. Nayla kewalahan. Terlihat mulutnya mengerang tiap kali kerongkongannya tertusuk penis pembantunya. Nayla ingin melawan tapi ia bingung dengan cara apa. Kedua tangannya dipegangi. Kedua kakinya diduduki. Nayla sampai terdorong jatuh hingga kepalanya berada diatas tepi sofanya. Nampak pria tua itu bergerak maju mundur. Ia menikmatinya. Ia menikmati pemerkosannya.
Hakhakhakhak… Nikmatnyaaa… Nikmatnyaaaa” Desah pak Urip penuh nafsu.
'Paakkk tolloongg hentikaannn… Hentikaannn pakkkk… Mmpphhhh… Mpphhh… Mmmpphhhh…'
Batin Nayla penuh harap sambil memejam menahan tusukan pembantunya.
'Mmpphhhhh kenapa ini ? Kenapa kemaluanku malah semakin gatal ? Aaahhhhh kenapa juga pikiranku semakin kotor membayangkan pelecehanku ini ?'
Batin Nayla yang kebingungan kenapa dirinya semakin menikmati pemerkosaannya.
'Sekuat inikah pengaruh obat terangsangnya ? Benar juga, gara - gara ini aku sampai menjadikan pak Beni fantasiku… Eh tunggu dulu, kalau pak Urip pelakunya berarti pak Beni bukan pelakunya dong ? Apa yang sudah kulakukan pada pak Beni ?'
Batin Nayla menyesali perbuatannya.
“Aaaaaahhhh nikmatnyaaaaa” desah pak Urip menyudahi aksinya dalam menusuk mulut majikannya.
Saat penisnya ditarik keluar, penisnya terlihat berkilauan terkena liur majikannya. Bahkan saat penisnya ditarik tadi, liur majikannya masih menempel seolah tak rela penisnya itu keluar dari dalam mulut majikannya. Pak Urip menatap Nayla sambil tersenyum. Nayla pun merasakan aura buruk yang sedang diberikan oleh pria tua itu.
“Nikmat kan non ?” Tanya pak Urip sambil menarik lengan Nayla hingga akhwat bercadar itu terpaksa berdiri dihadapan pembantunya.
“Sudaahhh pakkk… Toloonggg… Aku mohoonnn” desah Nayla penuh harap.
“Yakinnn… Bukankah non menikmatinya ?” Tanya Nayla sambil tersenyum menatap mata Nayla dengan penuh nafsu. Tinggi pak Urip yang lebih tinggi sedikit dari Nayla membuat mata mereka sejajar saat sedang berdiri berhadapan. Nayla pun membuang muka karena malu. Sikapnya yang malu - malu itu membuat pak Urip semakin geregetan ingin menaklukan imannya.
“Enggaakkk… Gak mungkin akuuuu aaaaaaahhhhh” desah Nayla terkejut saat tiba - tiba gamisnya diangkat lalu jemari tangan pak Urip masuk menyentuh vaginanya secara langsung.
Seperti tersengat arus listrik yang kecil. Tubuh Nayla mengejang merasakan kenikmatan yang tak dapat ia jelaskan. Baru kali ini vaginanya disentuh oleh pria lain selain suaminya. Kesan pertamanya pun dahsyat. Nafsunya semakin tinggi. Matanya bahkan langsung menatap pak Urip seolah heran kenapa pak Urip begitu hebat dalam membuat tubuhnya bernafsu.
“Tuhh kan enakkk ?” Kata pak Urip yang membuat Nayla merasa malu.
“Enggakk pakk… Aku gak aaahhhhhhh” desah Nayla sambil mendorong tangan pak Urip menjauh dari vaginanya akibat tak kuat menahan sentuhan yang semakin nikmat.
“Hakhakhak… Gak usah munafik non… Gak usah malu… Kalau enak ya bilang aja… Nanti saya tambahin nikmatnya” Ucap pak Urip yang semakin menekan klitoris Nayla yang membuat tubuh akhwat bercadar itu kelojotan merasakan sensasinya.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aaahhhhhhhh” Desah Nayla hingga pinggulnya bergoyang menahan rangsangan pembantunya.
Tangan pak Urip pun ditarik keluar. Ia menatap jemarinya yang rupanya sudah basah terkena bibir vagina majikannya. Pak Urip tersenyum puas. Ia lalu menjilat jemarinya sendiri sambil menunjukkan ke hadapan majikannya.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Nayla hanya mendesah ngos - ngosan. Ia tak menduga kalau rasanya akan senikmat ini. Melihat pak Urip menjilati cairan cintanya membuat pikirannya semakin kemana - mana.
'Astaghfirullah… Hah… Hah… Hah… Ada gak sih cara lain buat lepas dari nafsuku ini ? Kenapa makin kesini aku makin menikmati ? Astaghfirullah mas, tolongg… Tolllongg selamatkan aku dari nafsu bejat pak Urip, mas !'
Batin Nayla yang ingin lepas namun juga menikmati pelecehannya kali ini.
Tiba - tiba pak Urip melepas blazer majikannya. Tangannya juga meraba - raba punggung majikannya untuk menurunkan resleting yang ada disana. Pak Urip dengan paksa melepas gamis yang Nayla kenakan. Nayla yang lemas hanya bisa pasrah saja. Padahal hatinya tidak ingin. Namun nafsunya ingin telanjang untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya pada pembantu bejat yang tengah memperkosanya.
'Astaghfirullah… Kenapa aku gak bisa melawan ? Kenapa aku pasrah pas ditelanjangi ?'
Batin Nayla yang bingung sendiri.
'Hah… Hah… Hah… Bapaaakkkk !'
Batin Nayla yang diam - diam tak kuat hingga menatap penis jantan pembantunya.
“Hakhakhak… Indahnya… Ini dia… Ini dia tubuh yang saya idam - idamkan” Ucap pak Urip saat menurunkan gamis Nayla hingga terlepas melewati kaki - kakinya.
Nayla dalam sekejap tinggal mengenakan pakaian dalamnya saja. Terlihat Nayla seperti sedang mengenakan bikininya saja. Nampak lekuk pinggangnya yang aduhai ditambah dengan susu bulatnya yang bohai serta bokong montoknya yang semlohay. Pak Urip terkagum - kagum akan bentuk fisiknya. Pak Urip pun memelorotkan celana dalam Nayla lalu menurunakan cup branya hingga puting susu majikannya itu terlihat di hadapan matanya.
“Aaahhhh paaakkkk” Jerit Nayla berusaha melawan dengan menahan tangan pak Urip saat hendak menelanjanginya. Namun tangan pak Urip yang cepat membuat Nayla hanya bisa pasrah saja. Nayla pun sudah semi telanjang menyisakan hijab serta cadarnya dan juga behanya yang itupun sudah diturunkan cupnya.
“Masih mau bilang non gak menikmati rangsangan saya ?” Ucap pak Urip sambil mendekap pinggang rampingnya lalu mengusapnya naik ke arah kedua payudaranya.
“Aaaahhhhh lepaskannn… Aaahhhhhh enggakk… Aku enggaakk aahhhhh… Menikmatinyaaa aaahhhhh” desah Nayla merinding saat kulit keriput pria tua itu menyentuh tubuh indahnya. Rasanya benar - benar menakjubkan. Nayla sangat menikmati belaian di tubuhnya. Akhwat bercadar itu pun memejam secara tak sadar. Reaksi wajah Nayla yang keenakan membuat pak Urip puas melihatnya.
“Oh yah… Kalau gitu gimana dengan ini ?” Ucap pak Urip saat jemari kirinya kembali menyentuh vagina majikannya.
“Aaaahhhh paakkk jangaannnn” desah Nayla merinding.
“Kalau ini ? Mmmppphhh sslllrrpppp” Ucap pak Urip saat mengincar pentil susunya lalu menyeruputnya yang membuat mulut Nayla terbuka lebar dari balik cadarnya.
“Aaaaahhhhhh bapppaaaakkkkk” desah Nayla sampai merinding dibuatnya. Rasanya sungguh nikmat merasakan kedua titik tersensitifnya dirangsang secara bersamaan. Nampak jemari kiri pak Urip mengorek - ngorek lubang vaginanya. Vaginanya yang semakin basah memudahkan jemari pak Urip berkeliaran di dalam. Telapak tangannya juga tak tinggal diam dengan menekan - nekan klitorisnya. Nayla blingsatan. Nayla mendesah keenakan tak karuan. Berulang kali pinggulnya bergoyang sedangkan tangannya berusaha mendorong tubuh pak Urip meski dirinya sangat menikmati pelecehannya kali ini.
“Mmpphhhh sllrrppp… Mmpphh slrrppp nikmatnya menyusu di susu bulatmu, non” Desah pak Urip sambil meremas payudara kiri Nayla sedangkan mulutnya menghisap puting kirinya sepuas - puasya.
“Aaaaahhh iyaahhhhhhhh” desah Nayla tanpa sadar yang membuat pak Urip tersenyum puas.
Pak Urip menjulurkan lidahnya tuk menjilati puting sensitif majikannya. Terkadang bibirnya ikut bermain dengan menjepitnya lalu lidahnya menoel - noel putingnya yang memberikan efek kenikmatan yang luar biasa bagi akhwat bercadar itu. Terkadang giginya mendekat untuk mengigitnya pelan. Terkadang lidahnya bermain - main dengan menjilati areolanya yang membuat Nayla merinding hebat. Tangannya juga tak tinggal diam, tangannya itu meremasnya kadang juga mencengkramnya. Tangannya juga menjepit putingnya kadang juga menariknya. Ia benar - benar menjadikan Nayla boneka seksnya. Ia pun terus - terusan merangsang susu Nayla dan juga vagina sempitnya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla merasakan kenikmatan yang luar biasa. Berulang kali payudaranya secara bergantian dirangsang oleh pak Urip. Meski awalnya ia berusaha mendorong tubuhnya agar menjauh namun kini kedua tangannya hanya memegangi bahunya saja. Kedua tangannya hanya menyentuh bahunya sambil menikmati jilatan serta colekan di kemaluannya saja.
Nafsunya yang semakin memuncak membuatnya tak mampu melawan. Meski hatinya daritadi ingin memaki namun kenikmatan yang ia dapatkan membuatnya diam menikmati. Nayla malah memejam. Nafsunya benar - benar terlalu kuat untuk ia lawan. Nayla pun hanyut dalam buain nafsu birahi. Apalagi saat merasakan gelombang orgasme akan datang sebentar lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhh pakkk… Sudahhhh aaahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla yang bingung antara harus menikmati atau menolak.
Pak Urip pun tersenyum. Ia merasakan vagina Nayla berdenyut. Nafas Nayla juga semakin berat pertanda nafsunya semakin memuncak hingga akan mendapatkan orgasmenya.
“Aaahhhhh… Aahhhhh… Aaaaahhhhh” desah Nayla semakin keras saat kocokan di vaginanya semakin kuat.
Terdengar bunyi cipratan air di dalam. Nayla menikmatinya. Nayla benar - benar hanyut dalam buaian nafsu birahinya.
“Gimana non ? Semakin enak kan ?” tanya pak Urip yang membuat Nayla semakin benci mengakui. Nayla pun tak menjawab. Ia hanya mendesah membiarkan pria tua itu membantunya mendapatkan orgasmenya.
“Aaahhhh bapaakkk… Aahhhhh… Aaaaaahhhhhh” desah Nayla merasakan gelombang orgasmenya semakin dekat.
Namun saat sedang asyik - asyiknya dirangasang oleh pembantunya. Tiba - tiba pembantunya itu menghentikan colmeknya yang membuat Nayla terkejut hingga menatap pak Urip heran.
“Kenapa ? Kok mukanya gitu ? Hakhakhak” Tawa pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal. Padahal ia sudah berharap ingin mendapatkan orgasme yang begitu nikmat. Namun pak Urip menghentikannya. Nayla ingin marah tapi itu hanya akan menurunkan harga dirinya. Nayla pun hanya bisa menatapnya benci karena menahan dirinya untuk berorgasme.
“Hakhakhak enak aja… Saya tau non mau ngecrot kan… Enak aja ! Gak semudah itu non… Ayo nungging hadap dinding” Ucap pak Urip menarik tubuh Nayla lalu memposisikannya seperti apa yang ia ucapkan.
“Aaaahhhhh paaakkk“ desah Nayla saat tubuh telanjangnya dipaksa menungging memunggungi pembantunya.
Nayla yang masih ngos - ngosan hanya bisa pasrah menanti apa lagi yang akan dilakukan oleh pembantunya. Namun saat dirinya merasakan adanya satu benda tumpul yang terlampau besar ingin memasuki vaginanya membuat matanya melotot terkejut hingga menoleh menatap pembantunya.
“Kenapa non ? Hakhakhak… Ya saya akan mengentotmu… Saya akan memuasi memekmu lagi !” Ucap Pak Urip sambil tersenyum. Kedua tangannya pun mendekap pinggang ramping Nayla lalu pinggulnya pelan - pelan maju membelah liang senggama Nayla yang semakin basah itu.
“Tapii pakk tolllongg jangaann… Aaaaahhhhhh” desah Nayla merinding hingga wajahnya kembali menghadap depan kemudian memejam menikmati penetrasi pembantunya.
“Ouuhhhhh sempitnyaaa… Ouhhhhh masih rapet aja memekmu non… Ouhhhhhh” Desah pak Urip saat penisnya secara perlahan memaksa masuk membelah liang senggama akhwat bercadar itu.
“Paaakkkk gakkk muaattt aaaaahhhhhhhh” desah Nayla merinding hingga tubuhnya terdorong ke arah dinding.
Sungguh itu adalah gesekan ternikmat yang pernah Nayla rasakan seumur hidupnya. Ditengah nafsunya yang membara, ia merasakan gesekan yang membuat gairah birahinya menyala - nyala. Nayla terus saja memejam sambil membuka mulutnya lebar - lebar.
“Hakhakhakhak… Lebih enak kan non rasanya pas lagi sangek - sangeknya ? Ouhhhh saya tarik lagi yah non… Ouhhhhh makin enak aja rasanyaaa” desah pak Urip saat menarik pinggulnya lagi lalu menusuknya lagi.
Ia memaju mundurkan pinggulnya secara perlahan tuk menikmati barang berkualitas tinggi yang tengah ia cicipi. Kedua tangannya pun membelai tubuh indahnya. Telinganya dimanjakan dengan desahan suaranya. Matanya juga dimanjakan dengan penampakan punggung mulusnya. Akhwat bercadar yang tinggal mengenakan hijab serta cadar dan behanya itu semakin terangsang dengan rangsangan yang pak Urip berikan.
“Ouuhhhh… Ouhhhh paakkk… Mmppphhhhh” desah Nayla tak tahan hingga mulutnya mendesah secara tak sadar.
“Hakhakhak… Ngaku aja non… Gak usah munafik… Tunjukkan kalau non emang bener - bener menikmati tusukan saya !” Ucap pak Urip ingin membuat Nayla membuang harga dirinya.
“Aaahhhhh… Aahhh enggakkk pakk… Mana mungkin aku menikmatinyaa… Sudaaahhh… Cukuppp paakkkk… Akuuuu aaaaahhhhhhh” desah Nayla saat pak Urip tiba - tiba membenamkan penisnya seluruhnya ke dalam vaginanya.
“Uuuuhhhhhh enaknya bisa mentok gini” Ucap pak Urip lalu menarik penisnya lagi.
“Tunggguuuu… Tungguuu pakkk… Akuuuu aaaaaaahhhhh” Jerit Nayla saat pak Urip lagi - lagi menusuk penisnya hingga batang tumpul itu melesat tajam menyundul rahimnya.
“Aaaaahhhhh gilaaaa… Aaaahhhhhh” desah pak Urip puas.
Namun lagi - lagi pak Urip menarik penisnya hingga hanya menyisakan ujung gundulnya saja. Lagi - lagi kedua tangannya mengusap tubuh mulusnya. Usapannya pun maju ke depan tuk membelai perut ratanya. Nampak Nayla merinding keenakan menikmati belaiannya. Lalu usapannya semakin naik hingga tiba di payudara bulatnya. Kedua tangan Nayla yang masih bertumpu pada dinding tak bisa berbuat apa - apa selain membiarkannya. Jujur, Nayla menikmatinya. Apalagi tadi saat tubuhnya nyaris mendapatkan orgasme namun ditunda oleh pembantunya. Nafsunya kian melonjak apalagi saat tiba - tiba kedua tangan pak Urip mencengkram kuat susu bulatnya yang membuat mata Nayla melek merasakan sensasinya.
“Aaaaaaaahhhhhhhhhh”
Tidak hanya diremas rupanya. Disaat yang bersamaan, penis pak Urip kembali ambles menusuk tajam rahim majikannya yang membuat kaki - kaki Nayla lemas tak berdaya.
'Jleeeebbbbbb !!!'
“Aaaaah mantapnyaaaa !!!” desah pak Urip puas.
Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Pinggul pak Urip mulai stabil dalam mengorek - ngorek liang senggama majikannya menggunakan penisnya. Kecepatannya pun lumayan cepat hingga payudara Nayla meloncat - loncat meski masih tertahan oleh behanya. Pak Urip pun menarik lepas ikatan di behanya. Setelah beha itu terjatuh. Barulah payudara Nayla bisa terbebas hingga membuatnya meloncat semakin cepat. Sodokan pak Urip pun diperkuat. Tubuh Nayla sampai terlonjak - lonjak. Rasanya semakin nikmat. Mereka berdua pun mengerang sepuas - puasnya.
“Aaaahhhh… Aahahhhh… Aaahhhh non… Aaahhhhh” desah pak Urip sambil memegangi pinggang Nayla.
“Aaahhh bapaakkk… Aaaaahhh… Aaaahhhhhh” desah Nayla sambil geleng - geleng kepala.
'Ini gak mungkin… Ini gak mungkin… Kenapa aku gak sanggup melawan ? Kenapa aku malah diam membiarkan ?'
Batin Nayla saat ia semakin menikmati sodokan pembantunya.
Sodokan pak Urip semakin cepat. Berulang kali tangannya menampar - nampar bokong Nayla yang membuat akhwat bercadar itu menjerit - jerit merasakan sensasinya.
'Plaaakkk… Plaaakkkk… Plaaakkkk !'
“Aaahhh sakitt… Aahhhh paakkk… Aaahhhhh”
“Hakhakhak… Dasar lonte nakal ! Dasar lonte bercadar ! Bisa - bisanya lonte sepertimu menggoda saya yah !” Ucap pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
'Plaaaakkkk !'
“Aaahhh paakkk… Aku bukan wanita nakal” Jerit Nayla.
'Plaaakkkk !'
“Aahhhh paakkk amppuunnnn !” Jeritnya lagi.
'Plaaakkkk !!!'
“Dasar lonte mesum… Terima lah sodokan saya ini !” Jerit pak Urip sambil menamparnya yang membuatnya tertawa puas.
“Aahhh sakittt… Aahhh pakkk… Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aku bukaannn…. Aku bukann lon… Aaaahhhhh” Jerit Nayla saat berulang kali dirinya dilecehi secara verbal dan fisik.
Berulang kali vaginanya disodok dengan kuat. Berulang kali dirinya dituduh seorang lonte bercadar yang membuatnya semakin kecewa. Meski demikian, ia merasakan adanya gairah saat dirinya dituduh sebagai lonte. Ia pun heran. Ia bertanya - tanya apa penyebabnya.
'Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh… Apa gara - gara nafsuku ini ? Minuman itu ? Minuman itu membuatku kehilangan akal sehatku… Aahhhh tolonggg… Aaahhhh kenapa aku semakin menikmati ini ?'
Batin Nayla yang sudah diracun oleh minuman perangsang itu.
Setelah berulang kali disetubuhi dengan kontol besar pak Urip. Akhwat bercadar itu kembali merasakan adanya tanda - tanda orgasme setelah tadi digagalkan oleh pak Urip. Vaginanya kembali berdenyut. Tubuhnya semakin mengejang hingga kedua payudara bulatnya semakin mengencang. Desahan nafas Nayla juga semakin kencang. Jeritannya semakin kencang. Akhwat bercadar itu sudah berada diambang klimaks untuk mendapatkan orgasme pertamanya.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhh paaakkkkk… Akuuuuu” desah Nayla yang ingin cepat - cepat mendapatkan orgasmenya karena tidak tahan lagi.
Namun lagi - lagi pak Urip mencabut penisnya tepat setelah mendengar desahan Nayla. Saat pak Urip mencabut penisnya, Nayla langsung menoleh tak percaya kalau dirinya lagi - lagi dipermainkan oleh pembantu bejat itu.
“Paaakkkkk” Rengek Nayla tanpa sadar hingga kedua lututnya melemas nyaris terjatuh. Untungnya kedua tangan Nayla dengan kuat bertumpu pada dindingnya. Sikap Nayla yang tak tahan membuat pak Urip tertawa terbahak - bahak.
“Kenapa ? Mau crot ? Katanya tadi gak menikmati, kok mau crot ?” kata pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
Akhwat bercadar itu pun lalu diseret oleh pak Urip menuju sofa ruang tamu. Pria tua berperut tambun itu duduk diatas sofa lalu Nayla diminta duduk diatas pangkuannya dalam posisi saling berhadapan.
“Hakhakhak… Udah gak nahan pengen keluar yah ?” Tanya pak Urip saat penisnya kembali dimasuki vagina akhwat bercadar yang sudah semakin basah itu.
“Mmmppphhhh” desah Nayla sambil membuang muka.
Sikap jual mahal yang Nayla tunjukkan membuat pak Urip tertawa puas. Sikap Nayla yang sok jual mahal tapi menikmati benar - benar sesuai dengan fantasinya. Kalau Nayla langsung liar mungkin pak Urip tidak terlalu tertarik lagi. Pak Urip pun bersiap untuk menikmatinya lagi. Mungkin ini gaya terakhirnya karena sejujurnya ia juga tak tahan ingin membuang pejuhnya di dalam rahim kehangatannya lagi.
“Siap untuk ronde terakhirnya, sayangg ?” Lirih pak Urip sambil menatap majikannya.
Nayla hanya acuh mendengar pertanyaan itu. Nayla sedang benci - bencinya pada pembantu tuanya. Namun pinggul pak Urip yang bergerak tiba - tiba membuat Nayla terkejut saat tubuhnya meloncat - loncat diatas pangkuannya.
“Aaaaahhhh paakkk” Desah Nayla saat tubuhnya melonjak - lonjak diatas pangkuannya.
“Hakhakhak indahnyaaa… Indahnya gerakan susu bulatmu ini sayaangggg” ucap pak Urip yang membuat wajah Nayla memerah.
Nayla yang sedang nafsu - nafsunya memilih pasrah membiarkan pak Urip menikmati tubuhnya. Ia pasrah bukan karena ia menyerah dalam menyerahkan harga dirinya. Tapi ia lebih karena tak tahan lagi setelah dirangsang seharian. Ia juga wanita yang tak bisa menolak ketika diberi kepuasan yang tak terkira. Ia tak sanggup menahannya. Apalagi otaknya semakin keruh sehingga membuatnya kesulitan untuk mendapatkan akal sehatnya. Matanya pun sesekali menatap wajah tuanya. Namun wajah pak Urip yang juga sedang menatap wajahnya membuat Nayla jijik hingga membuang muka ke samping.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEBKMYQ
https://thumbs4.imagebam.com/54/6e/10/MEBKMYQ_t.jpg 54/6e/10/MEBKMYQ_t.jpg
'NAYLA MENOLEH KE SAMPING
“Mmmpphhh… Mmpphhh… Mmphhh… Aaahhhh yaaahhhhh” desah Nayla tak kuat lagi.
“Aaahhhh… Aahhhhh… Aaahhhh masih belum puas non ?” Tanya pak Urip bermaksud untuk mengejeknya.
Nayla lagi - lagi membuang muka karena enggan untuk berbicara dengan pria tua itu.
“Hakhakhak… Dasar sok suci… Hennkgghhhh !!!” Desah pak Urip memperkuatnya hingga tubuh Nayla semakin meloncat tinggi ke angkasa.
“Aaaaaahhhh paakkk… Aaaaahhhhh” desah Nayla ketakutan karena khawatir tubuhnya akan terjatuh akibat terloncat terlalu tinggi.
“Hakhakhak aaahhh nikmatnyaaa… Aaahhhh nikmatnyaaa” desah pak Urip tertawa puas.
“Aaahhhhh paakkk pelaannn… Pelaaannn… Aaaahhhhhh” desah Nayla merasakan hujaman yang sangat kuat yang menembus vaginanya. Seketika ia kembali merasakan dirinya hendak kembali berorgasme. Ia merasakan cairan cintanya dengan deras mengalir ke lubang kencingnya.
'Aaahhh sebentar laggiii… Sebentar lagi… Ayo pakkk yang cepaat… Cepaatt akhiri semua ini !'
Batin Nayla yang ingin cepat - cepat keluar.
“Aaaahhhhhhhh paaakkk… Aahhhhhhhh” desah Nayla saat keinginannya nyaris terwujudkan.
Sodokan pak Urip semakin kuat. Kedua payudara Nayla juga bergoyang cepat. Jeritan Nayla semakin keras. Tubuhnya meloncat semakin tinggi hingga saat tubuhnya turun, penis pak Urip semakin dalam saat menusuk vaginanya.
'Aaaahhhhh… Aaahhhhhhh… Dikittt lagiiii… Aayyooo !!! '
Batin Nayla sambil menunjukkan wajah sangeknya tanpa sadar.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip menyadari betapa nafsunya akhwat bercadar di hadapannya.
'Udah gak tahan lagi yah non ? Gak tahan pengen ngentotin saya ?'
Batin pak Urip terpikirkan ide.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhh pakkkk” desah Nayla memejam saat asyik - asyiknya dipuasi oleh pak Urip.
Tiba - tiba pak Urip menghentikan laju pinggulnya. Gerakannya yang tadi cepat tiba - tiba melambat bahkan berhenti saat Nayla sedang asyik - asyiknya dipuasi.
Sontak Nayla membuka matanya. Ia menatap pak Urip tak percaya karena lagi - lagi pria tua itu menghentikan dirinya yang nyaris berogasme. Nayla hanya diam menatap pembantunya tak percaya. Ia ingin protes namun ia takut ucapannya itu hanya akan membuat dirinya terlihat murahan dihadapan pembantunya.
“Kenapa ?” Tanya pak Urip cengengesan yang membuat Nayla semakin benci.
“Hakhakhak… Kalau non pengen ngecrot kenapa non gak coba goyang sendiri ? Usaha dong” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengar.
'Apa ? Aku ? Goyang sendiri ?'
Batin Nayla merasa tak sudih untuk melakukannya.
“Ayo non goyang dong… Goyang dongg” Ucap pak Urip sambil menghentak - hentakkan tubuhnya sesekali yang membuat tubuh Nayla terlonjak - lonjak lagi.
“Aaahhh pakkk hentikann… Aahh enggakk… Akuu gak mau melakukannyyaa” Ucap Nayla berusaha bertahan.
“Hakhakhak… Yakin ?” Tanya pak Urip saat tiba - tiba ia menggenjot tubuh Nayla lagi yang membuat tubuh Nayla kembali meloncat - loncat cukup cepat.
.”Aaahhhh pakkkk cukuupp… Aaaaahhhh… Aaaaahhhhh” desah Nayla hingga birahinya kembali terpanggil menguasai diri.
Namun saat giliran orgasmenya mau keluar. Pak Urip lagi - lagi berhenti. Nayla pun kecewa sambil menatap pak Urip lagi.
“Makanya goyang hakhakhak” Ejek pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
'Hah… Hah… Hah… Haruskah aku bergoyang ? '
Batin Nayla mulai tergoda.
Jujur, ia sudah tak sanggup lagi. Ia ingin menyudahi siksaan birahi ini.
“Aaaaaahhhhhhhh” desah Nayla saat pak Urip tiba - tiba menghentakkan tubuhnya lagi.
Namun baru satu kali hentakan pak Urip tidak melanjutkannya lagi. Nayla semakin tersiksa. Nafasnya yang terengah - engah menatap pak Urip sambil berfikir sekali lagi.
'Cuma bergoyang kan ? Gak masalah kan ? Toh ini demi diri sendiri… Jujur aku gak tahan lagi… Aku mau keluar… Aku mau menyudahi perzinahan ini…'
Batin Nayla saat hatinya bergejolak.
“Ayo mau goyang gak ? Kalau gak mau yaudah… Saya udahan” Ucap pak Urip menunjukkan langkah berani saat tiba - tiba dirinya hendak menarik lepas penisnya dari dalam rahim Nayla.
Sontak Nayla terkejut hingga reflek menahan pak Urip untuk tidak melakukannya.
“Tunggu paaakkkk” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tersenyum. Senyuman penuh nafsu yang pak Urip tunjukkan saat itu benar - benar membuatnya malu. Bagaimana bisa dirinya menahan seorang pria tua yang ingin menyudahi aksi perzinahannya ?
“Gimana, mau goyang ?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau mengangguk malu.
“Hakhakhak… Itu baru pinter… Pilihan yang bijak non… Ayo sekarang goyang… Saya akan memegangi pinggulmu agar non gak terjatuh” Ucap pak Urip yang membuat Nayla mendesah keras.
'Maafin aku mas… Bukan bermaksud mengkhianatimu… Tapi aku udah gak tahan lagi untuk melampiaskan nafsuku ini…'
Batin Nayla saat mulai menaikan tubuhnya.
“Aaahhh nikmatnyaaaa” desah pak Urip saat pinggul Nayla kembali turun ke dalam pangkuannya.
'Maafin aku mass… Maaafin…'
Batin Nayla sambil memejam saat pinggulnya kembali naik lalu turun lagi.
“Aaaaahhhh puasnyaaaa hakhakhak” Tawa pak Urip yang membuat hati Nayla semakin tersakiti. Entah kenapa rasanya seperti sedang memuasi pak Urip saja. Meski Nayla melakukannya untuk diri sendiri, desahan yang pak Urip keluarkan membuat dirinya merasa tak sudih.
“Aaaahhh yahh… Ayoo lagii non… Lagii...” desah pak Urip tertawa saat Nayla mulai stabil saat bergoyang diatas pangkuannya.
Nayla bergoyang. Tubuhnya naik turun semakin kencang. Ia pun merasakan kenikmatan yang menendang - nendang. Gesekan yang ia terima di vaginanya serta rabaan yang ia terima di pinggangnya. Nayla pun memejam menikmati itu semua kendati hatinya merasa dikecewakan oleh nafsu yang tak sanggup ia pendam.
Susu Nayla bergoyang. Gerakannya yang naik turun memanjakan mata pak Urip. Pak Urip berulang kali menjilati bibirnya sendiri sambil menatap pergerakan susu bulat itu. Gemas, Pak Urip pun menaikan tangannya tuk meremas - remas dada bulatnya. Nayla mengerang. Ia pun membuka matanya dan mendapati wajah jelek itu dengan penuh nafsu tengah menikmati keindahan tubuhnya.
'Aaaaahhhh… Aaahhhh… Maafin aku masss… Maafin aku yang sudah berzina dengan pembantumu…'
Batin Nayla yang kembali memejam demi mengurangi kekecewaannya. Semakin ia menatap pria tua yang menjadi rekan zinanya. Ia semakin kecewa karena terpikirkan sudah mengkhianati suaminya. Ia pun fokus bergoyang naik turun agar dirinya cepat selesai dan cepat menjauh dari pelukan pria tua itu.
“Aaaaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla bergoyang cepat.
“Aaaahhhh teruss non… Terusss… Terusss…. Hakhakhak” tawa pak Urip yang terpuaskan oleh goyangan nikmat Nayla.
“Aaaahhhh… Aaaaaahhhh… Maassss… Aaaahhhhhh” desah Nayla kebablasan hingga menyebut suaminya.
'Hakhakhak… Lagi mikirin suamimu yah non ? Bayangin aja terus… Lakukan sesukamu… Jangan lupa buka matamu tuk mencari tahu siapa yang sedang berzina denganmu saat ini !'
Batin pak Urip tertawa.
“Aaaahhhh paakkkk aahhhh jangann digituinnnn” desah Nayla semakin terangsang saat putingnya ditarik oleh pak Urip lalu dipelintirnya.
“Hakhakhak… Goyangnya lebih cepat makanyaaa… Yang cepaaattt !” Desah pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau menuruti.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Seperti ini ? Aaaaahhhhhh” desah Nayla semakin cepat bergoyang yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Ya, lakukan variasi… Lakukan gerakan memutar !” Ucap pak Urip yang segera dituruti Nayla.
“Aaaahhhh seperti ini ? Aaahhhh… Aaahhhh sakittt” Desah Nayla menurutinya lalu menjerit saat putingnya kembali dicubit.
Nayla pun bergoyang maju mundur dengan cepat. Terkadang ia juga bergoyang memutar yang diawali gerakan maju lalu ke kiri lalu ke kanan lalu ke belakang sebelum ke depan. Terkadang ia juga melakukan gerakan memutar sesuai arah jarum jam. Kadang ia melakukannya secara acak. Yang terpenting ia merasakan kepuasan yang membuat Nayla semakin bebas bergoyang.
'Aaaahhh… Aaahhh… Kenapa semakin nikmat… Aaahhhh…'
Batin Nayla yang tanpa sadar meremasi payudaranya sendiri.
'Hakhakhak… Makin sangek yah non ? Ayoo yang kencengg… Ayo yang binal !'
Batin pak Urip melihat nafsu Nayla yang semakin memuncak.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhhh… Aaaahhhhhh” Desah Nayla semakin manja. Nafsu yang semakin tak tahan membuat tangannya mengusapi tubuhnya dari atas kebawah. Ia membelai tubuhnya sendiri saat turun ke pinggang lalu ke perut lalu ke payudaranya lagi. Gerakan Nayla yang semakin binal membuat pak Urip merasa tak sanggup menahannya lagi.
“Aaaaaahhh terusss non… Terusssss… Aaahhhhh lebih binal lagi !” Desah pak Urip merem melek.
“Aaaahhh kenapa ini ? Kenapa tubuhku ini ? Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaaaaahhhhhhh” desah Nayla saat meremasi payudaranya dengan kuat.
“Aaahh yahh seperti itu…. Binalkan dirimu… Lampiaskan semua nafsumu sayaaanggggg” Desah pak Urip.
“Aaaahhhhh iyyaahhh… iyyaahhh… Aaahhh iyyaaahhhh” desah Nayla sambil bergoyang maju mundur.
Nafsu Nayla yang semakin tak tertahankan membuat dirinya semakin liar dalam bergoyang. Tak peduli dengan siapa ia melakukannya ia hanya ingin melampiaskan nafsunya. Tubuhnya bergoyang maju mundur. Gerakannya cepat tanpa pernah mengendur. Tangannya dengan nakal meremasi susunya. Jemarinya ikut bermain dengan menarik pentilnya. Matanya memejam sambil merasakan tusukan yang semakin menghujam. Ia pun melakukan gerakan lain. Gerakannya berubah menjadi naik turun lagi. Ia ingin meraskan hujaman penis itu lagi. Ia bergerak naik turun. Ia bergoyang tanpa ampun. Saat dirinya hendak turun, ia membenamkannya sedalam - dalamnya demi mendapatkan kenikmatan yang maksimal. Dinding rahimnya pun tertusuk ujung gundulnya. Namun Nayla tak peduli karena yang ia inginkan adalah kepuasan yang berulang kali gagal ia dapatkan. Nayla menggila. Nayla sudah seperti pelacur murahan saja.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh paaakkk” desah Nayla tak sanggup lagi.
“Aaaahhhh non… Aaahhh terusss…. Aaahhhhhh saya gak kuat lagi” desah pak Urip yang juga sudah tak sanggup menahannya lagi.
'Plokkk… Plokkk… Plokkk !!'
Pinggul mereka bertubrukan hingga menimbulkan suara yang keras. Nafsu yang tertahan membuat mereka bercinta semakin ganas. Nayla yang mengendalikan permainan terus saja bergoyang hingga tubuhnya semakin memanas. Nayla tak sanggup bertahan. Ia terus bergoyang tanpa memikirkan apapun lagi.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh akkuu mauu kelluaarr…. Aakkuu mauu kelluaaar” Desah Nayla yang nyaris terjatuh sebelum pak Urip sigap memegangi. Kedua tangan mereka pun saling mendekap. Jemari - jemari mereka pun saling memegang erat.
“Aaaahhhhhhh keluarkan non… Keluarkaaannn… Lampiaskan nafsumu itu… Aahhhhhh” desah pak Urip menyemangati.
“Aaaahhhhh iyaahhhh… Iyyyaaahhhhh… Iyyaahhhhh” desah Nayla semakin liar. Goyangannya semakin barbar. Rasanya jauh lebih nikmat dibandingkan saat disetubuhi oleh suaminya.
Nayla tak tahan lagi. Nafsunya sudah menggebu dan tak sanggup ia tahan - tahan lagi. Ia ingin berorgasme. Ia ingin mendapatkan kenikmatan melalui goyangannya kali ini. Begitu juga pak Urip, ia tak menduga kalau goyangan Nayla akan senikmat ini. Ia tak tahan lagi. Spermanya sudah sampai di ujung gundulnya dan telah bersiap untuk menembakkan seisinya.
“Aaahhhhh… Aahhh… Aaahhhh” desah mereka berdua bersamaan.
Dada mereka berdua semakin sesak. Mata mereka berkunang - kunang. Nayla yang tak sanggup lagi pun membuka matanya tuk menatap wajah pria tua yang ada dihadapannya.
“Aaaahhhh… Aaahhh bapaakk… Akuuuu aaaaaahhhhhhhhh” desah membuka mulutnya sambil menatap wajah pria tua berperut tambun itu.
“Aaahhh nonnnn saya jugaa… Saya jugaaa… Aaaahhhh… Aaaaahhhhhhh” desah pak Urip sambil menatap mata majikannya.
Aaaaaaahhhhh Desah mereka berbarengan saat penis pak Urip ambles begitu dalam di rahin Nayla.
'Crrrooottt… Crroott… Crrooottt !!!'
“Keellluuaaarrrr !!!” Desah mereka berdua bersamaan.
Diluar dugaan Nayla lebih dahulu keluar sambil menatap wajah pembantunya. Tubuhnya bergidik puas. Matanya merem melek penuh kepuasan. Nafasnya terengah - engah, ia pun ambruk sambil memeluk tubuh pembantunya itu.
Pak Urip pun menyusul kemudian. Rasanya lebih puas saat ngecrot sambil menatap mata majikannya, Ya, mereka sama - sama mendapatkan kepuasan ketika mata mereka bertemu. Suka atau tidak suka mereka telah melakukannya. Rasanya jauh lebih puas saat tahu siapa seseorang yang membantu mereka tuk mendapatkan orgasme kali ini.
“Hah… Hah… Hah” Desah Nayla ngos - ngosan saat ada di pelukan pembantunya.
“Hah… Hah… Puas banget… Hah” desah pak Urip sambil memeluk punggung Nayla lalu menekannya hingga merasakan empuknya dada majikannya.
Mata mereka masih merem melek. Mereka masih terengah - engah sambil menikmati sisa orgasme mereka.
'Hah gila puas banget… Puas banget bisa ngecrot setelah digoyang non Nayla !'
Batin pak Urip puas. Penisnya pun masih mengeluarkan sisa - sisa spermanya. Terasa vagina Nayla semakin penuh hingga menumpahkan sperma melalui sela - sela vaginanya.
“Oouuhhhh… Ooouuhhhhh… Hah… Hah” desah Nayla saat merasakan sperma pembantunya keluar melalui sela - sela vaginanya.
'Puas banget… Puas banget rasanyaa… Akhirnya selesai juga !'
Batin Nayla ngos - ngosan dibuatnya.
Perlahan setelah nafsunya terpuaskan, akal sehatnya kembali datang membawa jati dirinya sebagai seorang akhwat. Lambat laun ia menyadari apa yang baru saja dibuatnya. Matanya masih memejam namun masih terbayang di benaknya bagaimana liarnya dirinya saat bergoyang diatas pangkuan pembantunya.
'Apa ini ? Apa yang sudah aku lakukan ? Hah… Hah… Hah…'
Batin Nayla menyadari apa yang baru saja dibuatnya.
'Aku sudah berzina ? Aku sudah mengkhianati cinta suamiku ?'
Batinnya lagi benar - benar kecewa.
Sambil ngos - ngosan Nayla teringat saat tubuhnya bergerak sendiri saat menggoyang pembantunya. Padahal bisa saja dirinya pergi namun ia malah memilih bergoyang demi melampiaskan nafsu birahinya.
'Bodohnya aku ? Apa yang sudah aku lakukan ? Bukannya pak Urip tadi mau menyudahi ? Kenapa aku malah menahannya ?'
Batin Nayla semakin kecewa.
“Hakhakhak… Tega yah non… Non tega banget sudah memperkosa saya” Lirih pak Urip di telinga Nayla yang membuat Nayla semakin kecewa.
Nayla pun mengangkat wajahnya tuk menatap wajah pembantunya. Ia berfikir. Gerakannya tadi memang terlihat seolah dirinya baru saja memperkosa pak Urip. Nayla sedih. Tak sadar air matanya turun setelah mengingat semua tindakannya tadi.
“Gapapa, sekarang skornya 1 - 1 yah… Kemarin saya yang mempekrosa non sekarang giliran non yang memperkosa saya... Besok saya janji yang akan memperkosa non terus besoknya non lagi yah… Kita lihat siapa yang paling banyak memperkosa diantara kita berdua” Ucap pak Urip sambil menatap wajah majikan bercadarnya.
Nayla pun merasa malu hingga menangis memikirkan semua itu. Ditengah tangisannya, pak Urip kembali menekan punggung Nayla hingga tubuh mereka kembali berpelukan. Nayla yang lemas tak berdaya tak bisa melawan. Ia hanya menangis sambil mengutuk perbuatan yang baru saja dilakukannya itu.
“Mulai sekarang, non akan menjadi pemuas nafsu saya… Non gak akan bisa lepas karena saya akan menagih jatah untuk terus menyetubuhimu hingga dirimu hanyut ke dalam aliran nafsu yang mengalir di tubuhmu… Lihat saja nanti, pasti non yang akan meminta bahkan merengek - rengek meminta dipuasi oleh saya” Ucap pak Urip yang membuat Nayla menangis semakin kencang.
“Engggaakkk… Aku gakk mauuuu” Jerit Nayla sambil menangis.
“Hakhakhak… Terima saja takdirmu itu, sayaaanggg” tawa pak Urip sambil memeluk erat tubuh majikannya agar tidak kabur darinya.
MEBKMYP
https://thumbs4.imagebam.com/ec/15/32/MEBKMYP_t.jpg ec/15/32/MEBKMYP_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
*-*-*-*
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Nayla tengah terbaring di ranjangnya sambil menangisi nasibnya. Ia masih tak menyangka kalau justru pak Urip adalah pelaku dari semuanya. Wajahnya sembap, tubuhnya lemas, bajunya pun lecek karena terlalu lama berbaring diatas ranjang tidurnya.
Terhitung sejak pagi setelah dirinya disetubuhi pembantunya, ia langsung mandi lagi lalu mengurung diri di kamar. Ya, ia telah mengunci kamarnya karena takut pria tua itu kembali melecehkan tubuhnya. Ia ingat betul saat dirinya mandi bersama pembantunya. Berulang kali pria gempal itu meremasi dadanya dan meraba - raba tubuh mulusnya. Beruntung, ia berhasil kabur setelah berpura - pura mengambil handuk. Ia pun belum bertemu lagi dengan pak Urip sejak saat itu. Ia pun berharap kalau dirinya tidak akan bertemu lagi dengan pria bejat tersebut.
Udah jam dua yah ? Aku laper banget Ucap Nayla yang belum menyentuh makanan ataupun minuman setelah diperkosa pembantunya.
Nayla yang saat itu mengenakan kaus berlengan panjangnya serta celana longgarnya pun bangkit sambil menyeka air matanya. Ia berjalan sejenak mendekati pintu masuk sambil menaruh telinganya disana.
Gak ada suara ? Pak Urip sedang pergi apa yah ? Tanya Nayla pada diri sendiri.
Ia pun kembali menuju ranjangnya sambil berfikir keras. Ia ingin keluar tapi terlalu takut untuk melakukannya. Ia kepikiran pak Urip sedang menunggunya di luar. Ia pun mondar - mandir di dalam sambil memikirkan sesuatu.
Eh, itu ? Tanya Nayla saat melihat ke arah luar jendela.
Ia melihat pria tua berbadan kekar yang ia duga telah memperkosa dirinya. Ia jadi menyesal telah menuduhnya. Ia pun teringat kejadian di pagi tadi. Ia telah menuduh buta. Ia jadi merasa tidak enak padanya.
Pasti pak Beni kecewa padaku... Pasti ia merasa malu karena perlakuanku pagi tadi Ucap Nayla kepikiran.
Ia pun kembali berjalan mendekati pintu masuk. Tak sengaja ia melihat kalender yang terpasang di dinding samping pintu masuk.
Besok tanggal merah yah ? Alhamdulillah... Setidaknya besok aku bisa aman karena ada mas Miftah yang menjagaku Lirih Nayla dengan lega.
'Kruwek... Kruwek... Kruwek... '
Perut Nayla berbunyi. Nayla merasa lapar dan kerongkongannya benar - benar kering ingin meminum sesuatu.
Ia pun buru - buru menuju almarinya untuk mengambil hijab simpelnya berikut masker untuk menutupi sebagian wajahnya. Ia memberanikan diri membuka kunci pintu kamarnya. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri lalu mengendap - ngendap di dalam rumahnya sendiri.
Saat tiba di ruang tamu rumahnya. Ia melihat pak Urip sedang tertidur. Wajahnya tengah tersenyum mungkin karena memimpikan perbuatannya pagi tadi. Wajah Nayla terlihat benci namun kemudian berubah menjadi lega karena setidaknya pria bejat itu tengah tertidur pulas.
Nayla pun meminum segelas air sejenak lalu berlari keluar secara perlahan agar tidak membangunkan pembantunya.
Alhamdulillah bisa keluar rumah Ucap Nayla sambil memegangi dadanya.
Wajahnya pun seketika menoleh ke kanan. Ia melihat ke arah rumah pak Beni. Entah kenapa hatinya memintanya untuk menuju kesana. Ia pun berlari secepat - cepatnya untuk menjauh dari posisi dimana pembantunya berada.
'Tokkk... Tokkk... Tokkk... '
Assalamu'alaikum, pak Beni Ucap Nayla setelah mengetuk pintu rumahnya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 5
RACUN
Kaki melangkah cepat. Ia terlihat buru - buru mendatangi suatu rumah. Setibanya ia disana, ia langsung mengetuk pintu rumahnya dengan tergesa - gesa karena takut pria tua itu terbangun dan memergokinya ada disana.
'Tokkk… Tokkk… Tokkkk…'
“Assalamualaikum pak Beni !”
Nayla terlihat gelisah. Berulang kali ia menoleh ke kanan juga ke kiri. Untungnya jalanan begitu sepi. Ia pun kembali menoleh ke arah rumahnya untuk melihat kejadian disana.
“Aasssalamualaikum… Paaakkkk”
'Tokkk… Tokk… Tokkk…'
Nayla kembali memberi salam dan mengetuk pintu rumah tetangganya. Tapi lagi - lagi tak terdengar suara balasan dari dalam. Nayla terlihat semakin gelisah hingga langsung mengetuk pintu rumahnya sekali lagi.
'Tokkk… Tokk… Tookk...'
“Assalamualaikum”
Untungnya kali ini terdengar suara langkah kaki dari dalam. Nayla lega karena setidaknya ia mendengar suara dari dalam. Tak lama kemudian pintu terbuka, pria tua berbadan kekar yang keluar dari dalam rumah itu terkejut saat melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya.
“Mbak Nayla ?” Lirih pak Beni tak menyangka.
“Aku boleh masuk pak ? Ada yang mau aku omongin” Ucap Nayla tergesa - gesa yang membuat pak Beni mantuk - mantuk saja.
“Ohh… Iya iya” Jawab pak Beni sambil mempersilahkan tamunya masuk.
Pak Beni dengan ramah menyambut kehadiran tamunya. Ia pun mempersilahkan tamunya itu untuk duduk di ruang tamunya.
“Silahkan mbak” Ucap Pak Beni saat mempersilahkannya duduk.
“Makasih” Jawab Nayla tersenyum lalu duduk diatas sofa sederhana dari rumah pria tua kekar itu.
Kemudian terjadi keheningan disana. Pak Beni dengan sabar menanti apa yang ingin tamunya ucapkan saat berkunjung ke rumahnya. Sedangkan Nayla merasa canggung untuk berbicara dengan seseorang yang telah dicurigai aneh oleh warga sekomplek rumahnya. Pikirannya sudah menyiapkan kata tapi lidahnya kelu untuk berbicara. Ia pun sedari tadi menatap ke bawah karena tak sanggup tuk memulai pembicaraan.
“Oh yah… Saya buatkan teh dulu yah mbak” Ucap pak Beni untuk meredakan kecanggungan diantara mereka.
“Makasih” Jawab Nayla sambil mengangguk.
Saat pak Beni berjalan ke arah dapur untuk membuat teh. Nayla menoleh ke sekitar untuk melihat keadaan rumah pak Beni. Seperti yang ia duga, rumah kontrakan itu terlihat begitu sederhana. Rumahnya juga cenderung berantakan dengan banyaknya pakaian - pakaian yang bertebaran dimana - mana. Sofa yang ia duduki juga sudah robek - robek hingga menampakkan busanya. Nayla menjadi iba. Apalagi ditambah dengan semua tuduhan yang masyarakat tujukan padanya terlepas dari kebenarannya yang belum bisa dibuktikan.
“Ini tehnya mbak” Ucap pak Beni mengejutkan Nayla.
“Makasih” Jawab Nayla tersenyum saat menerimanya.
Pak Beni sambil duduk menyeruput tehnya sambil melirik ke arah tamunya. Ia diam - diam juga penasaran apa yang membuat akhwat alim itu bertamu ke rumahnya.
“Ssslllrrpphhh… Aaahhh” desah Nayla saat menyeruput tehnya sambil membalikan badan memunggungi pak Beni untuk mengangkat cadarnya. Nayla merasa segar. Tehnya tidak terlalu manis tapi sangat menghangatkan tubuhnya. Nayla pun kembali menaruh cangkir itu diatas meja. Ia merapatkan kedua kakinya lalu menaruh tangannya diatas pahanya.
“Aku mau minta maaf pak” Ucap Nayla tiba - tiba yang mengejutkan pak Beni.
“Maaf ? Untuk apa yah mbak ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Soal pagi tadi juga hari - hari sebelumnya… Pokoknya atas semua kesalahan yang pernah aku lakukan ke bapak baik itu yang aku sadari atau enggak” Ucap Nayla.
“Aku tahu pasti pagi tadi bapak bingung dengan perlakuan saya… Aku tahu pasti bapak juga kesulitan atas semua tuduhan ke bapak yang itu juga belum terbukti kebenarannya… Maaf aku udah menyulitkan bapak… Maaf aku egois dengan melimpahkan semua kesalahan ini ke bapak” Ucap Nayla meminta maaf.
“Gapapa… Saya udah terbiasa” Jawab Pak Beni yang membuat Nayla menaikan wajahnya tuk menatap pria tua kekar itu.
“Terbiasa ?” Lirih Nayla.
“Ya wajar sih kenapa mereka termasuk mbak menilai seperti itu ke saya… Mungkin mereka menganggap saya aneh… Mungkin mereka menganggap saya terlihat seperti seseorang yang berbeda dari orang - orang lainnya… Saya memang jarang berkomunikasi dengan orang sekitar… Tingkah laku saya juga kadang mencurigakan… Jadi saya gak bisa berkomentar kalau ada orang yang menuduh saya seperti itu” Ucap pak Beni.
“Terus, kenapa bapak gak protes atau setidaknya menjelaskan ke orang - orang kalau bapak bukan seperti yang orang - orang bayangkan ?” Tanya Nayla penasaran.
“Andai bisa… Saya orangnya pendiam… Saya bukan orang yang mudah berbicara dengan orang - orang asing yang baru saya kenal… Oh yah, saya sangat berterima kasih ke mbak karena sudah mengunjungi rumah saya… Jujur sejak pindah kesini, mbak adalah orang pertama yang bertamu ke rumah saya… Jadi maaf kalau rumah agak berantakan karena saya gak tahu kalau mbak bakal berkunjung hehe” Ucap pak Beni.
“Gapapa aku gak mempermasalahkan kok” Ucap Nayla meski wajahnya terlihat tak nyaman saat melihat sekitar.
“Hmmm oh yah… Mumpung waktunya pas… Mungkin selama ini mbak nuduh saya sebagai penganggu yah ?” Ucap pak Beni mengejutkan Nayla.
“Eehhh enggak kok kata siapa ?” Ucap Nayla jadi merasa tidak enak.
“Saya cuma keinget aja saat itu… Waktu saya diusir oleh suami mbak saat saya tiba - tiba masuk ke halaman rumah… Juga waktu kemarin saat saya masuk ke rumah mbak tanpa izin” Ucap pak Beni teringat kejadian kemarin sore.
“Jujur kemarin itu, saya ngeliat ada sesuatu hal yang mencurigakan dari rumah mbak… Saya ngeliat pembantu mbak mengendap - ngendap gitu… Saya dari luar pagar cuma bisa ngeliatin aja… Saya sampai gelisah antara bingung mau masuk apa enggak… Tapi pas ngeliat dari luar kok pembantu mbak kayak kelewatan soalnya keliatan dari sini kalau pembantu mbak itu mau nidurin mbak yang lagi ketiduran di sofa, saya gak sabar lagi dan berniat untuk datang membantu mbak… Eh tapi mbak malah kebangung dan akhirnya malah ngusir saya hehehe” Ucap pak Beni menceritakan kisah yang sebenarnya terjadi.
“Maaf waktu itu” Ucap Nayla merasa tidak enak.
Apalagi kemarin saat saya dituduh menodai mbak… Saya sakit hati mbak… Padahal saya selama ini bertingkah seperti itu karena ingin menjaga mbak dari kejauhan… Saya tahu mungkin ini terdengar agak aneh… Tapi saya suka sama mbak… Makanya saya gak mau mbak kenapa - kenapa setidaknya sewaktu mbak ada di dekat saya” Ucap pak Beni malu - malu mengakui perasaannya.
“Eh yang bener ?” Ucap Nayla terkejut.
“Hehe… Saya tahu ini salah… Saya cuma bisa melakukan apa yang bisa saya lakukan, yakni menjaga mbak dari kejauhan” Ucap pak Beni yang membuat Nayla terharu.
'Jadi itu alasan pak Beni suka ngintip aku selama ini ? Ia ingin melihat keadaanku, ia takut kalau diriku kenapa - kenapa ? Baik banget sih pak Beni, kenapa aku malah belain pak Urip daripada pak Beni sih ? Ihhh jadi makin kesel deh ke pak Urip kalau gini ! Bisa - bisanya aku membela seseorang yang telah memperkosaku !'
Batin Nayla terharu.
“Maaf yah pak… Aku bener - bener gak tahu… Aku gak tahu kalau tindakan bapak selama ini justru untuk melindungi diriku” Ucap Nayla tidak enak.
“Udah gapapa mbak… Saya juga sadar kok kalau sikap saya mencurigakan… Soalnya dari dulu saya pernah denger kalau pembantu mbak itu mempunyai niatan jahat ke mbak… Udah dari beberapa bulan yang lalu sih makannya saya berusaha terus mengawasi mbak” Ucap pak Beni memberi tahu.
“Pembantu saya ? Niatan buruk ?” Kata Nayla terkejut.
“Iya, saya pernah denger kalau pembantu mbak bilang ingin menghamili mbak… Mbak sekarang gapapa kan ? Mbak gak diapa - apain sama pembantu mbak kan ?” Tanya pak Beni yang membuat Nayla tiba - tiba menangis.
'Dari dulu ? Jadi pak Urip udah niat mau memperkosaku sejak dulu ?'
Batin Nayla menangis.
“Eh mbak… Kok nangis ? Apa jangan - jangan ?” Tanya pak Beni menduga sambil memberikan tisu yang ada di meja ruang tamunya.
“Iyya… Pak Urip udah . . . .” Ucap Nayla yang membuat pak Beni teringat kata - kata akhwat bercadar itu di pagi hari.
Mata Pak Beni terbuka lebar. Ia pun tak menyangka kejadian buruk ini beneran terjadi pada akhwat bercadar yang ia sukai.
“Maaf saya terlambat” Ucap Pak Beni saat teringat kejadian kemarin.
“Terlambat ?” Tanya Nayla sambil mengusapi air matanya.
“Andai kemarin saya gak ragu dan langsung ke rumah mbak… Mungkin saya bisa menolong mbak untuk tidak dinodai oleh pembantu sialan itu” Ucap Pak Beni terdengar marah.
“Udah gapapa pak… Lupain… Aku berterima kasih ke bapak karena udah berniat menolong aku… Makasih yah” Ucap Nayla tersenyum ditengah tangisannya yang membuat Pak Beni merasa iba.
Setelah tangisannya mereda dan pak Beni sudah memberikan kata - kata penenang. Tiba - tiba Nayla mengucapkan sesuatu yang mengejutkan pria tua kekar itu.
“Aku boleh tinggal disini pak ?” Tanya Nayla.
“Ehh tinggal ? Disini ?” Tanya balik pak Beni.
“Iya, setidaknya sewaktu suamiku gak ada di rumah… Aku boleh kan menetap disini… Aku bakal pulang kok pas suamiku ada di rumah” Pinta Nayla yang tak ingin berduaan di rumah bersama pembantu bejatnya.
“Oh gapapa… Boleh kok… Saya malah senang” Ucap pak Beni tersenyum menyadari idolanya akan tinggal bersamanya di rumahnya.
“Makasih” Jawab Nayla tersenyum.
'Kruwek… Kruwek… Kruwek…'
Seketika perut Nayla berbunyi yang membuat wajahnya memerah malu.
“Eh mbak laper yah… Saya buatkan sesuatu yah” Ucap Pak Beni tanggap dengan pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa ia masak.
“Eh gak perlu pak… Gak perlu” Ucap Nayla merasa tidak enak.
“Udah gapapa… Oh yah kebetulan saya punya mie… Mbak mau mie rebus apa yang goreng ?” Tanya pak Beni yang hanya mempunyai mie instan.
“Hehe kalau gitu… Rebus aja gapapa pak” Ucap Nayla malu - malu.
“Kalau gitu tunggu sebentar yah… Biar saya buatkan” Ucap pak Urip yang langsung memanaskan air untuk tetangganya itu.
Nayla yang notabene orang kaya merasa tidak enak karena justru dirinya yang datang ke rumah pak Beni untuk meminta makanan. Nayla pun bingung harus berbuat apa setidaknya untuk 'membayar' makanan yang sudah pak Beni buat. Untungnya ia terpikirkan sebuah ide di benaknya.
“Paaakkkk” Panggil Nayla dengan lembut saat mendatangi pak Beni.
“Eh iya ada apa ?” Tanya pak Beni saat berbalik dan terkejut oleh penampilannya. Pak Beni baru menyadari karena tak sempat memperhatikan penampilannya akibat terlalu fokus pada kedatangan bidadarinya ke dalam rumahnya. Pak Beni melihat sekilas dari bawah ke atas.
Nayla saat itu mengenakan pakaian simpel berupa kaus berlengan panjang yang ia padukan dengan hijab berwarna 'cream' serta masker yang menutupi wajahnya. Kakinya juga hanya dibalut celana kain panjang. Sekilas penampilannya terlihat biasa saja. Namun kelas Nayla sebagai seorang selebgram membuatnya terlihat begitu elegan.
MEBP1PQ
https://thumbs4.imagebam.com/42/2e/08/MEBP1PQ_t.jpg 42/2e/08/MEBP1PQ_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Berbeda dengan dirinya yang hanya mengenakan kaus oblong serta celana kolor pendek. Ia mendadak malu sudah menyambut tamu istimewanya dengan pakaian seperti ini.
“Aku gak enak kalau aku datang cuma untuk makan… Sebagai ganti bapak yang udah buatin aku makanan… Boleh gak aku merapihkan pakaian bapak biar aku ngerasa enak udah membalas kebaikan bapak” Ucap Nayla yang membuat pak Beni menoleh ke sekitar.
“Eh gak usah… Pakaian saya bau semua… Gak usah mbak” Ucap Pak Beni merasa tidak enak.
“Gapapa pak… Setidaknya aku rapihin dulu… Lagian aku juga gak bisa makan kalau pemandangannya berantakan kayak gini” Ucap Nayla tersenyum dibalik cadarnya yang membuat pak Beni ikut tersenyum.
“Yaudah tapi jangan semuanya yah… Semampunya aja sisanya biar saya sendiri yang merapihkan” ucap pak Beni merasa malu.
“Siap pak” Ucap Nayla langsung bergegas memilah pakaian yang masih bisa dikenakan dengan pakaian yang mesti dicuci terlebih dahulu.
Nayla dengan sigap mengambil pakaian - pakaian yang berantakan. Yang terlihat kotor ia masukan ke dalam ember cuci. Yang terlihat bersih ia taruh dulu diatas sofa. Ia terkejut karena kebanyakan pakaiannya masih kotor dan mesti dicuci terlebih dahulu. Pakaian yang masih bisa dipakai kemudian ia lipat sambil duduk di sofa panjang ruang tamu.
Sekilas Pak Beni melihat ke arah Nayla dan mendapati akhwat bercadar itu tengah melipati pakaiannya. Pak Beni tersenyum. Entah kenapa ia terbayang sesuatu yang mungkin akan sulit untuk ia wujudkan.
'Jadi seperti ini yah rasanya kalau punya istri secantik mbak Nayla…'
Batin Pak Beni sambil menaruh bumbu mie ke dalam panci yang sudah mendidih. Pak Beni terlihat bahagia. Ia pun berniat membuatkan mie untuknya dengan penuh cinta.
Tak lama kemudian mie nya sudah jadi. Pak Beni secara bergantian menaruh satu demi satu mangkuk mie ke meja ruang tamu dimana Nayla sudah menunggu disana.
“Ini silahkan mbak dicicipi… Awas masih panas” Ucap pak Beni perhatian.
“Makasih pak” Ucap Nayla yang sudah kelaparan dan berniat untuk melahap mie buatan pria kekar itu.
Pak Beni yang juga lapar lalu menyeruput mienya. Sekilas ia melirik dan mendapati Nayla masih terdiam sambil memegangi garpu dan sendoknya.
'Oh iya…'
Batin pak Beni menyadari sesuatu.
“Kalau gitu saya makan di dapur aja yah mbak” Ucap pak Beni menyadari kalau Nayla mesti mengangkat cadarnya terlebih dahulu untuk menyantap mie buatannya.
“Makasih pak” Ucap Nayla lega saat pria tua kekar itu peka.
Pak Beni langsung duduk di kursi lalu menikmati mie buatannya itu. Sesekali ia menyeruputnya lalu menyedot mienya. Ia menikmatinya sehingga tidak langsung menghabiskannya.
“Ini ditaruh mana pak ?” Ucap Nayla mengejutkan pak Beni hingga mangkuk yang tadi dipegangnya oleng lalu kuahnya tumpah sebagian mengenai celananya.
“Aaaaawwww” Jerit Pak Beni.
“Eehh maaf pak… Maaf” Ucap Nayla panik menyadari ia telah membuat pak Beni terkejut.
“Eh mbak udah habis yah… Udah gapapa… Biar saya aja” Ucap Pak Beni mengambil tisu lalu mengelap celananya. Untungnya kuahnya lebih banyak tumpah ke lantai. Untungnya juga celananya yang basah berada di bagian pahanya bukan di pusat selangkangannya.
'Fiyyuh nyaris aja… Bisa - bisa itunya kerebus kuah mie nih !'
Batin pak Beni.
“Aduhhh gimana ini ?” Ucap Nayla yang langsung mengambil tisu lalu mengelap kuah yang ada di lantai.
“Ehhh gak usah… Aduh” Ucap pak Beni merasa tidak enak karena tamunya malah mengepel lantai rumahnya.
“Udah gapapa pak… Ini salahku kok” Ucap Nayla kekeh dengan lanjut membersihkannya.
Pak Beni pun akhirnya tidak punya pilihan lain selain membiarkan. Masalahnya celananya yang terlanjur basah membuatnya merasa tidak nyaman.
“Euummm… Saya mau ganti celana dulu yah… Nanti saya bantu membersihkan” Ucap pria tua kekar itu yang berlari menuju kamarnya,
“Iya pak” Ucap Nayla sambil lanjut membersihkan.
Nayla yang tadi kelaparan langsung melahap habis mie yang dibuat oleh tetangganya. Ia tak mengira kedatangannya yang ingin menaruh mangkuk kotor justru membuat pak Beni menumpahkan sebagian kuahnya. Nayla jadi merasa tidak enak. Ia pun mengambil tisu lagi untuk mengelap lantai rumah tetangganya.
Ketika sedang mengelap tak sengaja matanya menoleh ke arah pintu kamar pak Beni yang sedikit terbuka. Entah kenapa ia mendengar suara yang membuatnya penasaran disana.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh mbaakkk” desah pak Beni yang suaranya tak asing ditelinga Nayla.
Saat Nayla mendekat lalu mengintip melalui celah yang sedikit terbuka. Ia terkejut saat melihat keadaan yang terjadi di dalam.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Makasih mbakkk sudah datang ke rumaaahhh… Aaaahhhhh cantik banget sih mbak… Aaahhhhh”
Ia melihat pak Beni sudah menelanjangi tubuhnya sambil melakukan onani di dalam kamarnya. Terlihat pak Beni memejam seolah sangat menikmatinya. Tubuhnya yang sudah telanjang bulat memamerkan perut ratanya juga dada bidangnya. Kulit pak Beni yang begitu gelap membuat Nayla terkesima. Apalagi tubuh kekarnya dan juga penis jumbonya yang terlihat begitu hitam dengan guratan otot yang mengelilinginya. Bulu rambutnya juga tebal. Nayla sampai tidak bisa berkedip. Ia begitu terpesona oleh penampakan tubuh pak Beni yang begitu indah.
'Gleegggg !'
“Bagus banget tubuhnya !” Lirih Nayla terkesima. Ia bahkan sampai menenggak ludah. Tanpa sadar ia memegangi vaginanya dari luar celananya.
'Kok basah ?'
Batin Nayla terkejut.
Bagaimana bisa vaginanya sudah basah hanya dengan melihat pria tua berbadan kekar yang sedang beronani ? Nayla heran apalagi saat ia merasa nafsunya kembali datang.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhh suka banget saya mbak pas mbak nungging tadi di depan saya” desah pak Beni saat melihat Nayla menungging mengelap kuah mie yang tumpah di lantai.
Mata Nayla terbuka lebar. Ia terkejut karena pak Beni bernafsu saat dirinya tadi menungging dihadapan pria tua kekar itu. Saat matanya memperhatikan pentungan milik tukang sapu kekar itu. Ia baru menyadari sesuatu. Ia baru menyadari saat melihat ujung dari pentungan milik pak Beni.
“Loohhhh… Oops” Ucap Nayla terkejut hingga menyadari kalau dirinya berbicara terlalu keras. Ia pun segera bersembunyi dibalik dinding samping pintu masuk kamar pak Beni lalu menutupi mulutnya. Benar saja, beberapa saat kemudian terdengar suara pintu ditutup rapat dari dalam.
“Hah… 'Astaghfirullah'… Nyaris aja ketahuan… Ihhh gimana sih kok bisa - bisanya aku ngintip orang lain bermasturbasi ?” Lirih Nayla sebal sendiri pada tubuhnya.
'Tapi… Tititnya itu loh ? Kok…'
Batin Nayla saat mengingat - ngingat lagi penampakan penis dari pria kekar itu. Ia menyadari kalau pak Beni juga tidak menyunat penisnya seperti mang Yono. Ia pun baru sadar saat memberi salam tadi pak Beni tidak membalas salamnya.
'Jangan - jangan pak Beni itu non yah ?'
Batin Nayla menduga.
Namun terlepas dari apa latar belakang pak Beni. Penampakan tubuhnya benar - benar membuat Nayla terkesima. Nafsunya yang kembali bangkit membuatnya diam - diam memasukan tangannya ke dalam celana dalamnya lalu memejam membayangkan pentungan hitam berhoodie yang tadi dilihatnya.
'Aduuhhh… Aku terangsang lagi… Aaahhhh…. Aaaahhhhh !'
Batin Nayla sambil bermasturbasi dalam keadaan berdiri bersandar pada dinding kamar rumah pak Beni. Ia pun terus memainkan vaginanya sambil mendengar suara desahan yang diucapkan pak Beni dari dalam.
“Aaaaaahhhhhhhhh Mbaakkk Naylaaaa” desah pak Beni dari dalam kamar.
“Mmppphhh bapaakkk” balas Nayla dari luar kamar.
*-*-*-*
Sementara itu di waktu yang sama tapi di tempat yang berbeda
“Nayla mana yah ? Kok daritadi belum datang juga ?” Ucap seseorang sambil mengamati jalanan.
Ia terlihat begitu resah. Ia terlihat begitu gelisah.
“Masss… Sini, daritadi dicariin loh” Ucap seseorang memanggilnya.
“Eh iya Put” Ucap Andri terkejut.
“Ngapain sih disana ?” Tanya Putri saat menghampiri.
“Ehh engga… Gak ada kok” Jawab Andri mendekat lalu berjalan kembali ke dalam studio.
“Ngomong - ngomong mbak Nayla kemana yah ? Kok gak ngabarin kalau gak bisa dateng ? Apa jangan - jangan mbak Nayla kenapa - kenapa yah” Ucap Putri saat berjalan disebelahnya.
“Eh kenapa - kenapa ?” Tanya Andri mendadak panik.
“Mungkin sakit kali yah makanya gak bisa ngehubungin… Tapi moga aja sih gak kenapa - kenapa” Ucap Putri saat kembali masuk ke studio foto.
'Nay… Kamu gapapa kan ?'
Batin Andri berdiam sebentar sambil berbalik menatap jalanan.
“Eh mas ayo… Kita masih ada perfotoan lagi loh” Ucap Putri lagi yang baru membuat Andri masuk ke dalam studio.
“Eh iya” jawab Andri mendekat.
MEBQ0WK
https://thumbs4.imagebam.com/57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg 57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg
'PUTRI
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
*-*-*-*
Keesokan harinya pada pukul delapan tepat.
Pagi itu cuaca agak mendung membuat sinar matahari tak begitu tembus. Tidak seperti biasanya, saat itu suasananya agak gelap karena awan begitu pekat. Orang - orang mulai berfikir kalau pagi itu hujan akan turun membasahi bumi. Maka tak banyak orang yang keluar. Mereka lebih memilih berdiam di dalam apalagi karena saat ini merupakan hari libur nasional.
Di salah satu rumah yang ada di ibukota. Nampak akhwat bercadar yang mengenakan pakaian serba gelap tengah memasak untuk menghidangkan sarapan untuk suaminya tercinta. Aroma tubuhnya sudah wangi. Pakaiannya tampak rapih. Wajahnya sudah 'glowing' pokoknya ia terlihat sangat bersiap untuk menyambut hari libur bersama suami. Ia ingin tampil cantik dihadapan suami. Ia ingin memanjakan mata suami dengan penampilannya yang begitu memukau di pagi hari.
Di ruang tamu, sang suami juga sudah mengenakan pakaian rapih. Meski terlihat santai dengan kaus polo berkerah yang menutupi tubuhnya. Serta celana panjang yang membalut kakinya. Sisiran rambutnya yang terarah ke arah kanan juga penampakan wajahnya yang cerah sudah cukup untuk memanjakan mata istrinya yang begitu mencintai dirinya. Sang suami tampak bangga pada istrinya sehingga sesekali melirik tuk menatap penampilan istrinya. Sama seperti istrinya yang sudah mandi, dirinya juga sudah mandi. Sang suami pun tersenyum sambil menonton acara televisi pagi.
'Hufttt… Untung aja kemarin aku gak ketahuan !'
Batin Nayla saat teringat kejadian kemarin sore ketika bermasturbasi di dalam rumah pak Beni.
Untungnya pas pak Beni keluar kamar dirinya sudah menarik keluar tangannya meski ia masih merasa nanggung karena masih bernafsu. Sore kemarin, ia pun menghabiskan waktu dengan mengobrol untuk mengakrabkan diri dengan pak Beni hingga menanti kepulangan suami. Saat suaminya pulang barulah ia ikut pulang dan meninggalkan kesan tersendiri bagi Nayla. Ia juga teringat bagaimana binalnya ia semalam saat mengajak sang suami bercinta meski lagi - lagi dirinya belum mendapatkan kepuasan.
'Ternyata pak Beni gak seburuk itu kok !'
Batin Nayla sambil melanjutkan kegiatan memasaknya.
'Kenapa orang - orang pada gak suka kepadanya yah ?'
Batinnya lagi sebelum dikejutkan oleh suara tak asing yang berasal dari arah belakang.
“Hakhakhak… Pagi - pagi udah wangi aja dirimu non” Ucap seseorang yang tiba - tiba datang sambil menyentuh bokong montok Nayla dari arah belakang.
“Pakkk… Jangaannn… Lepaskan ! Jangan kurang ajar yah pak !” Lirih Nayla terkejut hingga memaksa tangan pembantunya untuk menjauhkannya dari bagian privatnya.
“Hakhakhak… Gimana caranya ? Saya gak tau non… Daritadi tangan saya udah nempel sama bokong non” Ucap pak Urip malah bertindak kurang ajar dengan meremas bokong montok majikannya.
“Mmppphhh… Ada suamiku pak… Tolong jangan bertindak aneh - aneh !” Desah Nayla secara pelan setelah menerima remasannya sebentar. Nayla yang masih membelakangi pak Urip berulang kali berusaha menjauhkan tangan pembantunya itu dari bokongnya. Namun yang ada pembantunya itu malah makin kurang ajar. Nayla gundah, matanya pun melirik ke arah ruang tamu tuk melihat keadaan suaminya.
“Hakhakhak… Makin hari kok saya makin nafsu aja sama non yah… Matamu ini, seksinya tubuhmu ini, indahnya penampilanmu pagi ini… Saya jadi gak sabar pengen ngentotin tubuh non lagi hari ini” Ucap pak Urip dengan begitu vulgarnya sambil mendekap pinggul majikannya dari arah belakang. Dekapannya pun naik hingga meremas buah dadanya dari belakang. Sontak Nayla langsung memejam merasakan remasannya yang begitu terasa. Nayla pun menoleh ke belakang. Namun ia malah melihat wajah penuh nafsu yang dikeluarkan oleh pria tambun itu. Nayla kesal namun ia malah merinding karena remasannya membuat darahnya berdesir.
MEBP1PO
https://thumbs4.imagebam.com/91/9f/ac/MEBP1PO_t.jpg 91/9f/ac/MEBP1PO_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Mmppphhh jangaannn paakkk… Aku mohon !” Desah Nayla sambil memegangi kedua tangan pembantunya yang tengah meremasi dadanya.
Andai kan ada seseorang yang melihatnya. Pasti orang itu tak percaya dengan apa yang dilihat dengan kedua matanya. Bagaimana bisa ada akhwat bercadar yang sudah tampil rapih justru tengah diremasi dadanya oleh pria tambun yang tampilannya masih acak - acakan karena belum mandi bahkan rambutnya saja masih berantakan. Terlihat pria tambun itu begitu bernafsu dan masalahnya nafsu Nayla diam - diam juga bangkit meski hanya diremasi dadanya oleh pria tambun itu.
“Ouuhhh kenyalnyaaa… Kenyal banget susumu nonn… Makin gak rela saya buat lepasin kenikmatan ini sekarang… Apa saya eksekusi non aja yah sekarang ?” Ucap pak Urip sambil terus meremasi dada majikannya yang membuat Nayla terkejut lalu menoleh menatap pak Urip.
“Jangan aneh - aneh pak… Suamiku ada di sana !” Ucap Nayla ketakutan sambil melirik ke arah suaminya.
“Hakhakhak… Makanya, kalau kita buru - buru… Kita gak bakal ketahuan kan ?” Ucap pak Urip sambil menaikan sisi bawah gamis majikannya hingga kaki Nayla tersingkap. Tangannya dengan liar meraba paha mulusnya. Tangannya pun semakin naik hingga tiba di selangkangannya. Nayla mendesah juga deg - degan dengan perlakuan liar pembantunya. Dirinya yang sudah disetubuhi dua kali oleh pembantunya tak bisa melawan. Ia berdiam seperti itu bukan karena pasrah. Tapi ia hanya bingung harus melakukan apa ? Haruskah ia berteriak dan merelakan harga dirinya didepan suaminya ? Ia tak mau suaminya tahu kalau dirinya sudah dinodai oleh pembantunya. Ia pun hanya memejam saat tangan nakal pembantunya itu masuk kemudian menyentuh bibir vaginanya.
“Aaaaaahhhhhh” desah Nayla tanpa sadar.
“Hakhakhak… Kok udah basah ? Dasar ! Baru tau kalau non ini ternyata sangean yah ?” Ejek pak Urip yang membuat Nayla kesal.
“Enggaakkk aaaahhhh… Udah paakkk… Nanti ketahuan suami aku… Udahhh ! Hentikan paakkk !” Lirih Nayla sambil menahan kenikmatan yang sedang ia dapatkan.
“Hakhakhak… Emang non sanggup ? Keliatan banget muka non lagi keenakan gitu !” Ejek pak Urip sambil menekan klitorisnya yang membuat pinggul Nayla bergoyang menahan sensasinya.
“Aaaahhhh paakkk jangaannn… Aaaaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla dengan lirih lalu merapatkan bibirnya.
Melihat akhwat itu keenakan membuat pak Urip jadi semakin berani. Dikala tangan kirinya terus meremas buah dada majikannya maka tangan kanannya terus menekan klitorisnya. Jemarinya juga mulai masuk mengorek liang senggamanya. Terasa jemarinya begitu basah. Pak Urip tertawa sambil memasukan jemarinya lebih dalam lagi.
“Aaaahhhhhh paaaakkkk… Aaahhhh sudaaahhhh !” desah Nayla yang tak kuat lagi hingga memejam merasakan kenikmatan yang ia dapatkan.
“Hakhakhak… Sampai merem melek gitu non… Tenang ini belum seberapa… Akan saya berikan kenikmatan yang lebih lagi daripada ini !” Ucap pak Urip bertekad.
Tiba - tiba pria tua berperut buncit itu menaikan gamis Nayla lebih tinggi lagi hingga bongkahan pantatnya yang masih tertutupi celana dalamnya sebagian terlihat. Pak Urip yang kian bernafsu langsung menurunkannya. Dalam sekejap ia juga menurunkan celananya sendiri lalu mendekatkan pentol gundulnya ke arah lubang vagina majikannya.
“Mmmppphhhhh”
Saat dua kelamin mereka mulai bersentuhan, pak Urip mulai tersenyum senang. Berbeda dengan majikannya yang waswas. Pak Urip malah tertawa puas. Tangan kirinya jadi semakin kuat dalam meremas dada majikannya sedangkan tangan kanannya memegangi penisnya untuk memasukannya lagi ke dalam liang kenikmataan itu.
Uuuuhhhhhh nikmatnya memekmu, non… Hakhakhak” Tawa pak Urip dengan lirih saat penisnya kembali dijepit menggunakan liang senggama majikannya yang begitu hangat.
“Aaaahhh paaakkkkk” Desah Nayla hingga tubuhnya terdorong maju ke depan.
Nayla yang saat itu sedang merebus sayuran langsung memegangi tepi keramik yang menjadi alas kompor di ruangan dapurnya. Ia mencoba menahan dorongan penis pak Urip yang memaksanya untuk maju mendekati kompornya. Terasa tusukannya begitu dalam. Terasa tusukannya begitu nikmat yang membuat Nayla tanpa sadar menikmati tusukannya.
'Aaaahhhhh enakkk bangettt… Kenapa aku nafsu lagi sih ?'
Batin Nayla heran kenapa dirinya kembali terangsang.
'Bukannya aku gak minum air lemon itu lagi hari ini ? Kenapa aku masih kayak gini ?'
Batin Nayla heran.
Ditengah keheranannya, pak Urip tiba - tiba menarik pinggulnya hingga menyisakan ujung gundulnya saja di pintu masuk vagina majikannya. Kedua tangannya pun memegangi pinggul Nayla. Lalu ia meminta majikan bercadarnya itu untuk sedikit menunduk untuk memudahkan penetrasi penisnya di dalam liang senggamanya.
“Aaaaaahhhhh” desah Pak Urip dengan lirih saat penisnya ia masukkan dengan cepat ke dalam rahim majikannya.
“Aaaahhh paaakkk” desah Nayla pelan - pelan sambil menoleh menatap pembantunya.
Namun pembantunya itu malah tersenyum yang membuat Nayla sampai bingung harus bagaimana. Di lain sisi penetrasi yang pak Urip lakukan terasa begitu nikmat yang membuatnya ingin merasakannya sekali lagi. Tapi di lain sisi ia sadar kalau itu merupakan perbuatan yang salah. Sebagai seorang istri yang terhormat ia berusaha menjauh namun nafsu birahinya mencegahnya.
“Ouuhhhh noonnn… Ouhhhh yahhh… Ouhhhh nikmat banget jepitanmu itu, sayaanggg” desah pak Urip keenakan yang membuat Nayla risih.
“Mmpphhh pakk… Mmphhh jangaaann… Mmpphhh hentikaannn” Pinta Nayla secara pelan - pelan meski nafsunya berkata sebaliknya.
Sodokan pak Urip lama - lama makin kencang. Penisnya dengan jantan menggesek - gesek dinding vagina majikannya yang perlahan semakin lembap dibanjiri cairan cintanya. Pak Urip membuka mulutnya sedikit lalu mengeluarkan deru nafasnya yang hangat. Matanya lalu memejam menikmati jepitannya yang amat sangat nikmat. Dekapan tangannya dipererat. Tangannya mencengkram gamis majikannya dengan kuat. Suara benturan antar kelamin yang semakin keras membuat ia menurunkan kecepatannya. Ia melambat tapi tetap terasa nikmat. Terasa penisnya semakin basah, Terasa penisnya kesulitan karena vagina majikannya menyempit saat menjepit penisnya.
“Ouuhhh gilaaa… Ouhhhhh… Mmmmpphhhh” desah pak Urip sambil membuka matanya lagi. Ia tak ingin menyia - nyiakan momen ini. Ia pun kembali mempercepatnya sambil menikmati sisi punggung Nayla yang masih tertutupi pakaiannya.
“Aaahhhhh… Aahhhh paakkkk… Aaaaaaahhhhh” desah Nayla saat sodokan majikannya semakin kuat.
'Plookk… Plookk… Plookkk !!!'
Rahim Nayla tertusuk oleh ujung gundul pembantunya yang maruk. Deru nafas Nayla semakin sesak dan mulutnya ingin membuka tuk berteriak. Rasanya amat sangat nikmat saat penis pembantunya itu menusuknya dengan begitu kejam.
Nayla merasa aneh. Ia merasa aneh pada tubuhnya sendiri. Semakin lama pak Urip menyetubuhinya ia malah semakin menikmati pelecehannya. Ia heran tapi nafsunya tak membiarkan. Nampak tangan pak Urip menarik tubuh Nayla mundur lalu memegangi kedua tangannya ke belakang. Tubuh Nayla agak membusung. Nampak sodokan pak Urip di percepat hingga payudara Nayla bergoyang dibalik gamis yang dikenakannya.
“Aaahhhh yaahhh… Aaaaahhh… Aaaahhhhh” desah pak Urip semakin menikmati sodokannya.
“Paaakkk mmpphhh… Mmpphhh… Mmmpphh” desah Nayla sambil menggelengkan kepala.
Nayla lama - lama merasakan adanya tanda - tanda orgasme. Vaginanya berdenyut dan matanya merem melek penuh keenakan. Nayla merasa malu karena bisa - bisanya hampir berorgasme setelah diperkosa pembantunya di pagi hari. Padahal ada suaminya di ruangan sebelah. Kenapa ia malah menikmatinya bahkan nyaris mendapatkan orgasme sebentar lagi.
'Oh yah mas Miftah ?'
Batin Nayla teringat hingga wajahnya menoleh ke arahnya.
Terlihat Miftah dengan tenang menonton acara televisi. Sesekali pria tampan itu menguap di pagi hari. Sesekali pria tampan itu mengucek matanya. Sesekali ia meminum air yang ada di gelasnya. Ia terlihat tenang tanpa tahu kejadian yang ada di ruangan sebelah. Sungguh ironi memang, bagaimana bisa ada seorang suami yang terlihat tenang - tenang saja saat istrinya diperkosa di ruangan sebelah.
'Maasss toloongg jangann liaaattt !'
Batin Nayla pasrah hingga menutup matanya saat dirinya menginginkan orgasme dari penis pembantunya.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Aaaahhhh” desah pak Urip mempercepat sodokannya.
“Paaakkkk aaaahhh… Aaaaahhhh… Aaaahhh” desah Nayla terlihat tak kuat lagi.
“Aaahhh… Aahhhh… Aaahhhh puass sekali saya nonn… Terima ini ! Terima sodokan saya ini !” Ujar pak Urip memperkuat hujamannya.
“Aaaahhh paaakkk… Aaahhh… Pellaannn… AAAAAHHHHH !!!” Jerit Nayla tak sengaja.
“Deeekkk ?” Ucap suaminya saat mendengar jeritan istrinya.
“Siaaalll !” Lirih pak Urip menyadari aksinya ketahuan. Dengan segera ia menarik lepas penisnya membuat akhwat bercadar itu jatuh dalam posisi kaki ditekuk ke samping.
“Deeekk… Kenapa ?” Tanya Miftah sekali lagi sambil berlari mendekati istrinya.
Pak Urip yang takut aksinya ketahuan langsung pergi memasuki kamar mandi untuk bersembunyi dari keberadaan Miftah.
“Hah… Hah… Hah” Desah Nayla ngos - ngosan sambil menatap lantai dibawahnya. Nayla terasa kesal. Ia kesal bukan karena habis diperkosa pembantunya. Ia kesal karena dirinya keceplosan menjerit padahal dirinya hampir mendapatkan orgasme di pagi hari.
“Dekkk kenapa ? Hooaaaammm” Tanya Miftah terkejut saat melihat istrinya terduduk di ruangan dapur.
“Eh mas… Hehehe aku gapapa, tadi kaki aku… Ya kaki aku kepentok meja jadi aku duduk sebentar deh… Hehehe… Hah… Hah… Hah” desah Nayla sambil menyembunyikan ngos - ngosannya.
“Oalah kirain kenapa… Bikin khawatir aja” Ucap Miftah tersenyum dan berniat hendak membantu istrinya berdiri. Terlihat Miftah kembali menguap sambil mengucek - ngucek matanya.
“Eh nanti aja mas… Gak usah… Aku mau duduk sebentar… Hehe” Ucap Nayla menolak.
“Eh sakit banget yah ? Hoaaammmm” Tanya Miftah kembali khawatir.
“Enggak kok mas… Eh, Mas ngantuk yah ?” Ucap Nayla heran melihat suaminya dari tadi menguap terus.
“Hehe kayaknya iya… Gara - gara semalem bergadang kayaknya… Yaudah deh Mas kembali ke ruang tamu dulu yah” Ucap Miftah pamit pergi.
“Iyya mas” Jawab Nayla lega karena suaminya kembali pergi dari ruangan ini.
Saat Miftah pergi menjauh terlihat pak Urip mengintip dari balik pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Saat Nayla menyadarinya ia hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Ia kesal. Ia marah. Tapi ia marah bukan karena telah diperkosa. Tapi ia marah karena menikmati persetubuhannya dengan lelaki jelek yang menjadi pembantunya.
'Kenapa sih aku ini ? Kenapa aku malah makin rusak gini ?'
Batin Nayla heran.
Seketika ia menyadari kalau pembantunya sudah bertelanjang bulat di dalam kamar mandi. Pria tambun itu juga memamerkan penisnya yang terlihat begitu besar tengah dikocok - kocok olehnya. Nayla yang sedang bernafsu secara tak sengaja menatapnya. Nayla mematung. Matanya tak bisa ia alihkan dari penis pembantunya yang sedang dikocok - kocoknya itu.
'Astaghfirullah… Ada apa denganku ?'
Batin Nayla menyadarkan diri sambil menggeleng - gelengkan kepalanya. Ia berusaha menoleh tuk membuang pandangannya dari penis itu. Namun saat ia kembali menatap ke arah kamar mandi. Ia menyadari kalau pak Urip dengan berani malah keluar dalam keadaan telanjang bulat.
“Paaakkkk” Ucap Nayla terkejut hingga kedua tangannya ia gunakan tuk menutupi mulutnya dari balik cadarnya.
“Hakhakhak… Coba berdiri sayang, liat suamimu… Sudah tertidur belum ?” Tanya pak Urip sambil mengocok penisnya.
Nayla tanpa menjawab kata - katanya langsung berdiri untuk menoleh menatap ke ruangan sebelah. Ia terkejut saat melihat rupanya suaminya tengah tertidur diatas sofa panjangnya. Saat ia menatap ke arah meja ruang tamu. Ia menyadari adanya gelas kosong yang membuat mata Nayla terbuka lebar. Seketika ia menatap pembantunya. Pembantunya itu hanya tersenyum sambil mengangguk - nganggukan kepala.
“Ya, suamimu sudah saya beri obat tidur seperti yang saya lakukan padamu waktu itu… Gak nyangka juga kalau efeknya cukup lama… Apa dosisnya kurang banyak yah hakhakhak” Ucap pak Urip sambil mendekati tubuh Nayla yang masih berdiri ketakutan.
“Ehhh paaakkkk… Jangannn lagiii” Ucap Nayla bingung harus bagaimana. Di lain sisi ia masih bernafsu tapi di lain sisi ia enggan untuk melakukannya lagi.
Tiba - tiba bahu Nayla disentuh oleh majikannya. Nampak wajah pak Urip dengan penuh nafsu menatap majikannya. Lidahnya keluar menjilati tepi bibirnya. Wajahnya yang jelek membuat Nayla terpaksa membuang mukanya.
“Maaaff sayaangg… Tadi sodokan saya terlalu kuat yah ? Tapi sekarang tenang aja… Gak ada pengganggu yang bisa menghalangi aksi ngentot kita lagi… Ayo balik badan… Kita lanjutkan sekarang !” Ucap pak Urip sambil membalik tubuh Nayla dengan paksa yang membuat majikannya itu tidak mampu berbuat apa - apa.
“Aaahhhhh” desah Nayla kembali berbalik menatap kompor.
Entah kenapa saat melihat sayuran yang ia rebus sudah mendidih, ia langsung mematikan kompornya seolah ia tahu kalau ia membutuhkan waktu yang lama untuk melanjutkan masak - masaknya kembali. Alias, ia membutuhkan waktu yang lama untuk memuasi pembantu tuanya yang begitu bernafsu padanya sebelum dirinya bisa memasak lagi.
Pak Urip dengan penuh nafsu mengangkat gamis Nayla lagi hingga ke pinggang. Ia kini memelorotkan celana dalamnya hingga jatuh melewati kedua mata kakinya. Kedua tangannya mengusapi bokong montoknya. Nampak pria tua yang beruntung itu semakin bernafsu untuk memuasi majikan alimnya.
“Siaappp yahhh sekarang… Hennkkghhh !!” Desah pak Urip saat kembali mengambleskan penisnya menerjang liang senggama majikannya.
“Ouuuhhhhh paaaakkkk” desah Nayla memejam sambil bertumpu pada tepi keramik di depannya.
Terasa penis itu masuk begitu dalam membuat akhwat bercadar itu mengerang keenakan. Ukurannya yang besar membuat vaginanya terasa penuh di dalam. Tak ada satupun ruang yang tersisa didalam. Gesekannya yang begitu terasa membuat rasa gatal yang ia rasakan di vaginanya menghilang. Kekuatannya saat menerjang memberikan sensasi tersendiri yang membuat akhwat bercadar itu mabuk kepayang. Wajah Nayla memejam keenakan. Orang - orang yang melihatnya pasti tidak akan mengira kalau Nayla sedang diperkosa. Mereka terlihat seperti suka sama suka. Tidak ada paksaan yang terlihat dari pemerkosaan Nayla.
“Hakhakhak… Dah sange berat yah sayang ?” ejek pak Urip yang menyakiti perasaan Nayla.
Nayla ingin membalas tapi bingung dengan kata - kata yang nyangkut di lidahnya. Karena sejujurnya pun, Nayla memang sedang terangsang hebat dan membutuhkan penis perkasa yang bisa memuasi hawa nafsunya.
“Aaaahhhh paaakkkk” desah Nayla yang kini lebih bebas setelah tertidurnya suaminya di ruangan sebelah.
“Hakhakhak ya gitu sayaanggg… Mendesahlah… Mendesahlah sepuasmu karena tidak ada yang bisa menganggu aksi kita lagi” Ucap pak Urip sambil maju mundur memuasi majikannya itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla kesal sambil meanahan sodokan pembantunya.
'Kenapa ini ? Kenapa aku terangsang lagi ? Apa yang membuatku seperti ini ? Padahal aku enggak minum… Tapi kenapa aku masih terangsang kayak gini ?'
Batin Nayla ditengah - tengah sodokannya.
“Aaaahhhh… Aaahhh nikmatnyaaa… Puas banget rasanya bisa genjot memekmu lagi sayaanggg” Desah pak Urip melecehkan majikannya.
“Aaaahhh paakkkkkk pelaann… Aaahhhh… Aaaahhh” desah Nayla saat sodokan pembantunya semakin kencang.
“Hakhakhak ayo mendesah terus… Lonte sepertimu memang harus dihukum !… Bisa - bisanya lonte sepertimu malah ngajak saya ngentot ketika suamimu tidur di ruangan sebelah… Dasar lonte bejat ! Dasar lonte laknat !” Ucap pak Urip saking bernafsunya hingga melecehkan harga diri majikannya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Aku gak seperti itu paakk… Aku gak pernah ngajak bapaakk… Akuuu aaaahhhhhh” desah Nayla yang anehnya gak marah tapi malah semakin terangsang saat dirinya diejek sebagai lonte oleh pembantunya.
Menyadari majikannya malah semakin terangsang membuat pak Urip semakin liar dalam menyetubuhi majikannya. Tangannya yang tadi memegangi pinggul majikannya bergerak naik sambil mengangkat gamis yang dikenakan olehnya. Tangannya mengelusi pinggang rampingnya lalu maju ke depan tuk mengusapi perut ratanya. Terasa kulitnya yang begitu mulus. Terasa kulitnya yang begitu halus. Tangannya kembali naik tuk meraba dada majikannya yang masih tertutupi behanya. Ia pun meremasnya lalu menurunkan cup branya untuk menyubit puting susunya.
“Aaaahhhh bapaaakkk… Aaaahhhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sampai merinding merasakan sensasinya.
“Hakhakhak… Non gak pernah sepuas ini pas ngentot kan ? Hakhakhak… Nikmatilah… Nikmati persembahan yang saya lakukan untukmu… Rasakan genjotan saya… Rasakan rangsangan saya saat memijiti susumu” Ucap pak Urip sambil terus menggenjotnya dan meraba - raba dada montoknya.
Nayla blingsatan. Ia mengaku kalau belum pernah disetubuhi seliar ini oleh suaminya. Ia sangat menikmatinya. Ia sangat menikmati perlakuan pembantunya. Tapi, apakah ini merupakan perbuatan yang benar ? Tentu tidak. Dengan sisa harga dirinya ia berusaha menolak meski nafsu begitu menginginkan perbuatan lebih dari pembantunya.
“Ccuuukkuuppp… Mmpphhhh… Hentikaannn paakkk… Aaaaahhhh” desah Nayla meski wajahnya berkata sebaliknya.
“Cukup ? Yakin non ?” Ejek pak Urip sambil tersenyum.
“Cukuppp paaakk…. Sudaahhh… Akuuu aahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Nayla yang terus berseberangan dengan keinginan hawa nafsunya.
Pak Urip pun hanya tertawa melihat majikannya yang begitu tersiksa. Antara harga diri atau kepuasan. Terlihat majikannya masih bingung memilih yang mana. Pak Urip pun terpikirkan ide. Disaat sodokannya semakin cepat tiba - tiba ia menariknya lepas yang membuat keinginan majikannya itu terkabul seketika.
“Aaaaaaahhhhh” jerit Nayla saat vaginanya menjadi hampa tanpa diisi penis pembantunya.
“Non minta udahan kan ? Yaudah saya kabulkan” Ucap pak Urip yang anehnya malah membuat Nayla menoleh tak terima.
'Tapi aku… Paak… Bukan ini yang aku pinta !'
Batin Nayla merasa gelisah sambil menatap pembantunya.
“Hakhakhak… Apa liat - liat ?” Tanya pak Urip sambil duduk di salah satu kursi di dekat meja makan sambil mengocok - ngocok penisnya. Pria tua yang sudah telanjang bulat itu begitu percaya diri sambil mengocok penisnya. Ia pun menatap wajah majikannya yang masih berpakaian lengkap. Gamisnya yang tadi tersingkap juga sudah kembali ke bawah. Namun wajah majikannya malah menatap penisnya seolah masih menginginkan sodokannya.
“Non ? Masih mau ?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla menoleh.
“Apa ? Enggak… Hah… Hah… Hah” desah Nayla ngos - ngosan tapi masih menatap penis dihadapannya.
Ya Nayla sudah berbalik badan. Dirinya yang masih terangsang menatap penis raksasa itu yang begitu jantan. Ukurannya, warnanya yang begitu hitam, serta bulatannya yang begitu besar memanjakan mata Nayla yang ingin mendekapnya lalu mendapatkan kepuasan darinya. Mata Nayla seolah terhipnotis. Tanpa sadar ia mendekat yang membuat pak Urip senyum - senyum saat melihatnya.
“Heh ngapain kesini ? Katanya udahan” Ucap pak Urip yang membuat Nayla menenggak ludah.
“Tapiii akuu…” Ucap Nayla bingung dengan tubuhnya sendiri.
“Hakhakhak… Non masih mau ?” Tanya pak Urip yang membuat tubuh Nayla merinding saat mendengarnya.
“Ituu… Ituuu” Ucap Nayla bingung.
“Hakhakhak… Pasti mau lah yah… Kalau non ngaku nanti akan saya beri” Ucap pak Urip berusaha tuk menundukkan ego majikannya.
“Apa ? Mana mungkin aku . . . . Mmmpphh” desah Nayla saat vaginanya kembali gatal karena belum mendapatkan kepuasan.
“Hakhakhak… Memekmu berkata lain tuhhh” Ucap pak Urip mengejek Nayla.
“Tapii pakk… Aku mmpphhhh” desah Nayla tak kuat lagi meski hatinya merasa tidak ingin.
“Hakhakhak… Udah ngaku aja… Coba bilang aku butuh kontol bapak… Nanti saya izinkan non mainin kontol saya” Ucap pak Urip berada diatas angin.
“Apa ? Aku harus bilang kayak gitu ?” Ucap Nayla tidak terima.
“Kalau gak mau yaudah” Ucap Pak Urip berdiri lalu beranjak pergi sambil membalikan badan.
“Tunggu pakk… Mmpphhh” desah Nayla sambil memegangi vaginanya merasa tak tahan.
“Hakhakhak… Ada apa sayang ?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Tolonggg jangann pergi… Aku butuh kontol bapaakkk… Tolonggg paakk” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Sekali lagi… Yang tulus” Pinta pak Urip sambil kembali duduk diatas kursinya.
Nayla terlihat risih dengan banyaknya permintaan yang pak Urip inginkan. Namun karena nafsunya tak tahan lagi. Ia dengan rela membuang harga dirinya demi memohon kepuasan kepada pembantu tuanya.
“Tolongg puasi aku pakk… Aku butuh kontol bapaakkk… Tolongg lakukan apa aja asal aku bisa lepas dari siksaan ini pak… Bapak bebas melakukan apa aja… Tolonggg puasi aku pak” Pinta Nayla meski hatinya menangis. Nampak air matanya berkaca - kaca. Tapi vaginanya juga berkaca - kaca oleh cairan cintanya yang semakin membanjir saja.
“Hakhakhak… Baiklah… Sekarang telanjangi dirimu lalu non bisa duduk diatas pangkuan saya” Ucap pak Urip meminta.
Nayla pasrah melakukan apa yang pembantunya inginkan. Dengan malu - malu ia melepas ikatan di pinggangnya lalu menurunkan resleting di punggungnya. Dalam sekejap gamis hitamnya itu jatuh ke lantai melewati tubuh indahnya. Nampak susu bulatnya menggoda. Nampak pusarnya menarik perhatian pembantunya. Nampak kaki jenjangnya membuat pak Urip ingin menjilatinya. Nampak keindahannya membuat pak Urip semakin bernafsu ingin menggenjotnya.
Nayla kemudian menjatuhkan branya hingga membuat akhwat bercadar itu telanjang bulat menyisakan hijab beserta cadarnya saja. Dengan malu - malu ia mendekat ke arah pembantunya. Meski hatinya tak sudi namun nafsunya terus memaksanya untuk melakukan perbuatan yang merendahkan harga dirinya.
Nayla naik ke atas pangkuan pembantunya. Kedua tangannya memegangi bahunya. Ia pelan - pelan menurunkan tubuhnya hingga vaginanya kembali ditusuk oleh penis kekar pembantunya.
“Uuuuhhhhhh” desah Nayla sambil memejam.
“Hakhakhak… Indahnya wajahmu ini non… Ayo goyang… Kalau non butuh kepuasan ya usaha sendiri dong” Ejek pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau melakukannya.
MEBP1PP
https://thumbs4.imagebam.com/3c/4b/50/MEBP1PP_t.jpg 3c/4b/50/MEBP1PP_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Lagi, Nayla diminta bergoyang diatas pangkuan pembantunya. Nayla terpaksa melakukannya. Nayla terpaksa memuasi nafsu pembantunya.
Tubuhnya diangkat lalu diturunkan. Vaginanya diangkat lalu kembali diturunkan. Terasa gesekannya membuat mata Nayla memejam. Penis pak Urip yang begitu keras memberikan sensasi tersendiri baginya. Nayla sampai mendesah hingga deru nafasnya mengenai wajah pembantunya meski ada cadar yang menghalanginya. Pak Urip terus tersenyum. Ia begitu dimanjakan oleh goyangan serta raut wajah majikannya yang begitu terangsang.
“Hakhakhak… Ayo lagi non… Segini doang mah gak ada rasanya… Ayo !” Ucap pak Urip menaikan pinggulnya yang membuat tubuh Nayla terbang lalu kembali jatuh hingga membuat rahimnya tertusuk oleh penis pembantunya.
“Aaahhh iyaaahhh paaakk” Desah Nayla spontan.
Nayla mulai mempercepat goyangannya. Tubuhnya ia angkat lalu ia benamkan. Ia melakukannya sambil memejam karena tak ingin menatap pria tua yang sedang menikmati goyangannya. Ia mendesah juga mengerang penuh kenikmatan. Gesekannya membuat lendir di dalam vaginanya semakin banyak. Hal itu lah yang membuat Nayla semakin nikmat. Ia kembali mempercepatnya. Dadanya sampai bergoyang naik turun memanjakan mata pembantunya.
“Aaaaahhhhhh” desah Nayla sambil membuka mata dan mendapati pak Urip tengah menyusu saat dirinya menggoyang tubuhnya.
Nayla kembali memejam saat mendapatkan rangsangan tambahan yang membuatnya semakin kenikmatan.
Mmpphhh... Mmpphhh... Manisnya susumu... Mmpphh sslllrrppp desah pak Urip saat menyusu dan menyeruput putingnya.
Aahhh paakkk gelii... Aaahhh... Aaahhhh desah Nayla merinding.
Mmpphhh nikmatnyaaaa.... Mmpphh... Mmmpphhh desah pak Urip saat menghisap puting susu Nayla lebih kuat lagi.
Aaaahhhh... Aaaahhhhhhh desah Nayla semakin keras.
Pak Urip dengan beringas meremas dan menyeruput pentil susu Nayla hingga puas. Bibirnya mengatup rapat. Lidahnya menggeliat tuk menjilat. Nampak susu Nayla semakin basah. Nampak susunya semakin mengejang saja.
Aaaahhh... Aaaahhhhh... Aaaahhhh desah Nayla semakin keras saat nafsunya hampir mencapai puncak.
Mmpphh aaahhh... Mmpphh yaahhh... Ayo goyang terus non... Yang keras... Yang cepat !!! Desah pak Urip menyemangati.
Aaahhh iyyaahhh... Iyyaahhh desah Nayla yang sudah sangat bernafsu.
Pak Urip tertawa. Ia pun kembali menyandarkan tubuhnya tuk menatap goyangan tubuh Nayla yang semakin liar.
Sambil memegangi bahu pembantunya. Nayla mengangkat tubuhnya setinggi - tingginya lalu membenamkannya sedalam - dalamnya. Tusukan penis pembantunya jadi semakin terasa. Sensasi liarnya membuat pikirannya semakin bernafsu untuk mendapatkan kenikmatan dari pembantunya.
Aaahhhh... Aaaaahhhh
Nayla menggoyang tubuhnya maju mundur. Gerakannya seperti sedang menguleg sambel. Terasa sensasi pedas di vaginanya. Terasa sensasi panas yang membuat dirinya tak pernah puas. Nayla kemudian melakukan gerakan memutar. Gerakannya seperti sedang menggerakan persneling mobil. Vaginanya seperti sedang diubek - ubek saja. Nayla puas. Kedua tangannya pun ia taruh di sisi kanan kiri tubuhnya membiarkan tubuhnya mengaduk - ngaduk penis pejantannya.
Aaaahhh... Aaaahhhh... Aaaaahhhhh desah Nayla saat merasakan tanda - tanda orgasme mendekat.
Hakhakhak... Aayooo... Aayyooo nonn... Uhhhhhh desah pak Urip tertawa puas.
Gairah birahi Nayla terbakar. Nafsunya membara. Tubuhnya semakin gerah. Ia benar - benar ingin menuntaskannya tuk melampiaskan nafsunya pada pejantan tambunnya. Gerakannya dipercepat. Goyangannya jadi semakin nikmat.
Aaaahhh paakkk... Aaahhhh... Aaaahhhhh desah Nayla tak kuat lagi.
Ouuhhh yaaahhh... Aaayyooo nonnn... Terusss... Aaahhh nikmatnyaaaa
Dada Nayla semakin sesak dan vaginanya semakin becek. Ia sudah tak kuat lagi. Ia ingin melampiaskannya sekarang.
Aaahhh akuu mauu kelluaarrr... Akuuu maauu kelluaarrr jerit Nayla.
Tubuhnya kembali bergerak naik turun. Gerakannya yang terlalu cepat membuat pak Urip sampai harus memegangi pinggangnya. Saat ia merasakan cairan cintanya mendekati lubang kencingnya. Ia pun membamkan tubuhnya sedalam - dalamnya ke arah pangkuan pembantunya hingga pria tua itu merasakan penisnya menusuk begitu dalam ke arah rahim kehangatannya.
Aaaahhhh kelluaaaarrrrr !!!
'Jlleeebbbb !!!'
Aaaaahhhh gilaaaa... Hakhakhak tawa pak Urip puas.
'Cccrrrttt... Cccrrrttt... Cccrrrttt !!!'
Akhirnya yang Nayla tunggu - tunggu pun datang juga. Gelombang orgasme yang susah - susah ia dapatkan menyembur keluar dengan begitu derasnya menghantam penis sang pejantan yang masih menyangkut di dalam. Mata Nayla merem melek. Tubuhnya kelojotan. Rasanya sangat puas hingga saat tetes terakhirnya keluar, tubuh telanjang Nayla sampai bergidik dibuatnya.
Hah... Hah... Hah desah Nayla ngos-ngosan saat ambruk diatas tubuh tambun pembantunya. Tercium bau keringat beraroma pria tua dari tubuh pak Urip. Namun Nayla yang sudah sangat lemas hanya berdiam saja sambil memeluk tubuh tambun pembantunya tanpa sadar.
Hakhakhak... Gimana ? Puas ? Ejek pak Urip yang tak dipedulikan oleh Nayla.
Hakhakhak sombong nih... Lagian ini yang goyang siapa tapi yang keluar siapa... Jadi ini skormya gimana yah... 2-1 untuk saya kan ? Gara - gara tadi non bikin gol bunuh diri gitu ? Hakhakhak tawa pak Urip yang berhasil membuat Nayla kelojotan sampai lemas.
Hah... Hah... Apa yang bapak lakukan kepadaku ? Hah... Hah... Kenapa aku bisa terangsang lagi ? Padahal aku enggak meminum air lemon itu, pak ! Tanya Nayla yang begotu penasaran.
Hakhakhak... Entahlah... Mungkin jiwa lonte yang ada di dalam diri non mulai bangkit ejek pak Urip.
Hah... Hah... Pakkk... Aku seriusss... Apa yang bapak lakukan padaku ? Ucap Nayla tegas.
Hakhakhak.... Galak amat sih non... Iya deh iya saya kasih tau... Sebenarnya, efek dari minuman yang sering non minum kemarin itu mulai menjalar di tubuh non... Ibarat racun maka efeknya bisa membuat non gampang terangsang meski itu hanya sentuhan ringan… Cepat atau lambat baik non tidak meminum air lemon itu lagi atau meminumnya... Non akan tetep terangsang tiba - tiba... Bisa dibilang racunnya mulai hidup di dalam tubuh non... Hakhakhak tawa pak Urip yang membuat Nayla merinding.
Maksudnya ? Bisa jadi besok aku akan . . . . Ucap Nayla terputus.
Ya, non akan menggila seperti lonte yang butuh pemuas... Tapi tenang aja... Ada saya yang akan memuasimu kok hakhakhak jawab Pak Urip dengan santai yang membuat Nayla lemas.
'Benarkah ? Bakal seperti ini kah nasibku kedepannya ?'
Batin Nayla tak percaya.
Ditengah keheningan yang menimpa mereka berdua. Tiba - tiba pak Urip berdiri lalu menarik tubuh Nayla yang masih lemas tak berdaya. Sontak Nayla terkejut saat dirinya hendak dibawa ke suatu tempat. Akhwat bercadar itu lalu bertanya pada pembantunya.
Pakkk mau kemana ? Disana ada suamiku pak ucap Nayla menyadari kalau diri mereka akan menuju ruang tamu.
Hakhakhak... Saya belum keluar non... Saya mau ngentotin non di ruang tamu ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
APA ? Tapi pak... Disana ada suamiku ucap Nayla panik.
Justru itu... Saya ingin menggenjotmu disana... Saya ingin merasakan sensasi saat menyetubuhi seorang akhwat disebelah suaminya... Hakhakhak... Pasti akan puas banget rasanya tawa pak Urip yang membuat Nayla tak percaya.
Paaakkk jangaaannn... Jangann disana paakk... Jangaaannn ucap Nayla bertahan namun semuanya percuma karena tenaga pak Urip yang terlalu besar.
Ayo hadap sini... Siappp yaaahhh ucap pak Urip saat memposisikan tubuh Nayla menungging menatap wajah suaminya yang tertidur pulas. Kedua tangannya bertumpu pada tepi sofa. Pak Urip yang berada di belakang bersiap - siap untuk menyobloskan penisnya.
Paaakk tungguuu... Jangaann paaakkk... Tollonggg uuuhhhhhh desah Nayla saat vaginanya kembali ditusuk oleh penis hitam itu.
'Jleeeeebbbbb !!!'
Aaaaahhh nikmatnyaaaa desah pak Urip tersenyum sambil menatap tubuh telanjang majikannya.
Meski Nayla sudah mendapatkan klimaksnya. Meski dirinya sudah tidak gelisah akibat rangsangan nafsu birahinya. Sensasi ditusuk oleh penis pejantan tuanya itu masih terasa di tubuhnya. Vaginanya yang sudah terlalu basah memudahkan penis itu untuk masuk ke dalam. Nayla memejam. Tanpa sadar ia kembali menikmati sodokan penis pejantannya yang terlalu masuk ke dalam.
“Paaakkkk mmmppphhhh” Desah Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Hakhakhak… Apa liat - liat ? Itu loh liatin suamimu yang lagi non selingkuhin ! Bisa - bisanya suami lagi tidur malah ngentot dengan saya… Saya mah enak - enak aja hakhakhak… Hennkgghhh !” Tawa pak Urip yang langsung memulai persetubuhannya.
“Aaaaahhh bapaaakkkkk… Aaaahhhh” desah Nayla sambil memejam saat pinggul pak Urip bergoyang nikmat.
“Aaahhhh… Aaaaahhhh… Aaaahhhh… Liat ini pak Miftah… Liaat istrimu yang binal ini !” Ucap pak Urip yang membuat Nayla menatap suaminya yang tengah tertidur.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh…. Aaaahhh maaassss” Desah Nayla keenakan.
“Meski dia keliatan alim di luar… Tapi nyatanya dia gak ada bedanya sama lonte di jalanan… Liat betapa keenakannya wajahnya saat saya sodok… Liat betapa binalnya tadi saat menggoyang kontol saya… Sayang sekali yah kalau dia gak sampai hamil oleh saya ? Aaaahhhh… Aaahhhh” desah pak Urip melampiaskan fantasinya sambil menikmati jepitan vaginanya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Itu bohong masss… Maasss ahhhh toloongg… Aku diperkosa masss… Aaahhhhhh” desah Nayla yang malah makin menjerit merasakan tusukannya yang begitu tajam.
“Hakhakhak… Diperkosa kok malah menjerit keenakan… Dasar lonte ! Gak usah buat - buat alesan kalau keenakan ! Coba non tanya diri sendiri ? Non keenakan kan ? Aaahhh… Aaahhhh” desah pak Urip sambil terus menyetubuhinya.
“Akuuu… Aakkkuuu ? Aaaaaahhhhhh” desah Nayla sambil menggeleng kepala merasakan kenikmatan yang semakin enak.
'Apa benar aku seperti itu ? Jujur ya aku menikmatinya… Tapi kenapa ? Kenapa aku malah keenakan saat diperkosa ?'
Batin Nayla terkejut mengetahui kenyataan pada dirinya sendiri.
Pak Urip yang semakin keenakan menarik tangan kanan Nayla ke belakang. Akibatnya tubuh Nayla jadi terangkat sebagian. Dari belakang pak Urip dapat melihat pergerakan payudara kanan Nayla yang mendal - mendul. Pak Urip tertawa. Ia sangat puas pada persetubuhan yang sedang ia lakukan.
MEBP1PR
https://thumbs4.imagebam.com/c0/d2/86/MEBP1PR_t.jpg c0/d2/86/MEBP1PR_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Aaaaaaahhhhh… Aaaahhhhh… Aaaaaahhhh paaakkkk” desah Nayla saat menahan sodokan pak Urip yang semakin kuat.
“Hakhakhak… Aaahhhh yaahhh… Aaaahhhh ini baru ngentot… Liat pak Miftah… Liat wajah istrimu yang keenakan !” Ucap Pak Urip sambil menatap wajah suaminya lagi.
“Maasss jangann liaatt… Jangan liattt maasss… Aaahhhhh… Aaaaaahhhh” desah Nayla kembali memejam menahan kenikmatan yang ia dapatkan.
Tubuh Nayla bergoyang maju mundur semakin cepat. Tubuhnya tergerak saat dihantam oleh sodokan pembantunya yang begitu kuat. Nafsu birahinya kembali bangkit saat penis pembantunya melesat tajam membelah vaginanya yang sempit. Akhwat bercadar itu kembali menjerit. Jeritannya yang semakin keras saat tubuhnya semakin memanas. Rasanya semakin gerah saat tubuhnya semakin bergairah. Tak pernah ia bersetubuh senikmat ini sebelumnya. Tak pernah ia kembali terangsang setelah baru mendapatkan orgasme beberapa menit sebelumnya. Nayla heran, padahal sebelumnya ketika ia sudah mendapatkan orgasmenya ya sudah. Ia tidak kembali terangsang. Tapi kenapa sekarang masih terangsang.
'Apa benar aku ini mempunyai jiwa lonte ?'
Batin Nayla ditengah jeritan kenikmatannya.
“Ennggakkk ! Bukaaannn… Aaahhhh… Aaaaahhhh” Desah Nayla berupaya menepisnya.
Pak Urip mencengkram pinggang Nayla semakin kuat. Tak terasa ia hampir tiba di ambang batas kekuatannya. Nafsunya yang begitu besar membuatnya melewati batas tenaganya. Ia menyodok rahim majikannya dengan begitu bernafsu. Kecepatannya pun selalu maju. Semakin kesini sodokannya jadi semakin kencang. Makin kesini ia merasa sudah menjadi seorang pemenang. Memang ada yah di luar sana pembantu miskin sepertinya yang bisa merasakan jepitan rahim seorang majikannya ? Apalagi majikannya bukan sembarang majikan. Majikannya adalah seorang selebgram yang terlihat alim di luar dengan cadar serta gamis longgar yang selalu dikenakannya. Tapi sekarang ? Sang majikan sudah setengah telanjang dengan penis yang menancap di dalam vaginanya ? Pak Urip tertawa puas. Semua bayangan itu membuatnya ingin mengakhiri mantap - mantapnya di pagi hari.
“Aaaahhhh non… Aaahhh saya gak kuat lagi… Liat ini pak… Liat istri bapak yang akan saya pejuhi sebentar lagi !” Ucap pak Urip mempercepat genjotannya.
“Aaaahhhh paaaaakkkkk… Aaaahhhhh jangaaannn… Jangannn liat maass… Jangan liat istrimu yang binal ini !” Desah Nayla mengejutkan pak Urip.
“Hakhakhak… Non ngaku ? Liat mas ! Liat istrimu yang binal ini ! Dia telah mengaku ! Liat betapa rendahnya harga diri istri bapak sekarang ! Hakhakhak” tawa pak Urip puas.
“Aaahh bukann seperti itu… Maksudnya aaahhhh… Akuuu bukannn… Aaahhhhh” desah Nayla merasa malu saat menyadari kalimatnya. Nafsunya yang memuncak membuat dirinya spontan mengucapkan kalimat itu. Wajah Nayla pun memerah. Ia sudah terlihat pasrah.
“Aaaaaahhhhh… Aaaahhhhh… Sebentar lagiii… Sebentar lagiii… Saya mau keluuaarr… Saya mauuu keluuaarr !” Desah pak Urip tak tahan lagi.
“Aaaahhhh akuu jugaaa… Aaahhhhhh paaakkk… Aaaahhhhh” desah Nayla yang hampir mendapatkan orgasme keduanya.
Dada pak Urip semakin sesak. Nafasnya berat. Kedua lututnya melemas saat cairan cintanya ingin menyemprot keluar. Ia mulai merasakan penisnya berdenyut. Ia mulai merasakan cairan cintanya hampir mendekati lubang kencingnya. Pak Urip pun melepas genggamannya pada tangan Nayla. Ia kembali memegangi kedua pinggangnya membiarkan akhwat bercadar itu mendesah sepuasnya.
“Aaaaaahhhhhh…. Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla hingga payudaranya bergondal - gandul semakin cepat.
“Aaaahhhh nonnn… Aaaahhhh… Aaahhhh… Sayaaa kelluuaarrrr henkkgghhhh !” desah pak Urip saat menerjang rahim majikannya hingga mentok ke dalam lalu menariknya keluar hingga membuat majikannya itu berlutut membelakanginya. Lalu pak Urip memegangi wajah Nayla yang ia hadapkan ke arahnya. Namun ia yang sudah tidak tahan lagi langsung mengeluarkan spermanya ke lantai sebelum memuntahkan sisanya ke wajah alim dari majikannya.
“Liat istrimu pak… Aaaaaahhhhhh”
'Crrrooottt… Ccrroott… Crroottt !!!'
“Aaahhhh kelluuaaarr !” desah pak Urip dengan sangat puas.
“Mmmpphhhhhh” desah Nayla sambil memejam saat menerima semburan sperma pembantunya.
Lelehan spermanya tumpah membasahi dahi serta cadar dari akhwat sholehah itu. Terasa aromanya yang begitu kuat membuat Nayla merasa muak. Namun sensasi dipejuhi saat tubuhnya sedang berapi - api memberikan kenikmatan tersendiri yang kadang membuat dirinya merasa bingung sendiri. Tapi itulah yang ia rasakan sekarang. Ia pun menatap wajah pembantunya setelah wajahnya selesai dipejuhi.
“Aaahhhh nikmatnyaaa… Puas sekali saya non pagi ini hakhakhak ! Gak kebayang kalau pak Miftah bangun dan melihat istrinya ternoda kayak gini, gimana yah reaksinya ?” Tawa pak Urip begitu puas.
Nayla pun langsung menoleh menatap suaminya. Terlihat suaminya tertidur dalam keadaan bibir cemberut. Nayla pun membatin tak lama kemudian.
'Apa jangan - jangan mas Miftah bermimpi buruk ? Kenapa raut wajahnya begitu ?'
Batin Nayla merasa sedih. Lama - lama akal sehatnya datang juga saat semakin lama menatap suaminya. Ya meski nafsu masih berkuasa tapi ia tak tega kalau berselingkuh tepat disamping suaminya. Nayla merasa sedih karena perbuatan pembantunya yang begitu keterlaluan. Kenapa ia harus menjadi korban kebiadapan pembantunya ? Apa salahnya sebenarnya ?
Nayla yang menyesal mendekati suaminya sambil memegangi tangan halusnya. Wajahnya yang bersimpuh sperma meneteskan air mata. Bibirnya ingin berkata - kata. Tapi karena kurangnya kosa kata yang ia punya membuatnya jadi kesulitan mengucapkan apa yang tertanam di hatinya.
“Maaaasss” Hanya itu kata yang bisa ia ucapkan saat itu.
“Duh masih ada sisa yang netes nih… Hehehe” Pak Urip pun nyengir saat menatap tubuh majikannya yang kembali menungging. Kesempatan ini pun tak disia - siakan olehnya dengan kembali menyobloskan penisnya ke dalam rahim majikannya.
“Eeehhh paaakkk ?” Ucap Nayla menoleh ke belakang.
Penis pak Urip yang masih sedikit keras digenjotnya maju mundur dengan beringas. Nayla yang masih belum puas malah kembali menjerit dengan keras. Nafsunya yang tadi tertunda kini kembali membara. Pak Urip yang begitu tega akhirnya menancapkan penisnya sedalam - dalamnya yang membuat akhwat bercadar itu ternoda untuk kedua kalinya.
“Hakhakhak rasakan iniiii !” Desah pak Urip saat menyadari rahim majikannya berdenyut kencang.
“Aaaaahhhhh bapaaaaakkkk !” Desah Nayla dengan manja saat gelombang orgasmenya kembali datang.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!'
“Aaaaaaaaaahhhhhhhh” desah Nayla sambil menatap wajah suaminya.
'Aku ? Keluar lagi ? Mmmppphhhhh'
Batin Nayla tak percaya.
Tubuh Nayla yang lemas langsung ambruk berbaring ke lantai. Matanya merem melek penuh kepuasan. Vaginanya semakin lembap. Tubuhnya semakin kencang. Tak ada yang lebih indah dari tubuh akhwat yang sudah bertelanjang. Itu lah yang dipandang oleh sang pemenang. Pak Urip tertawa karena berhasil membuat akhwat bercadar itu tergeletak puas.
“Hakhakhak… Biasakanlah… Ini adalah kegiatan wajib kita selama beberapa hari ke depan… Bisa kan ? Mulai beradaptasi dengan racun yang ada di tubuhmu, sayaangg ? Hakhakhak” tawa pak Urip yang saking puasnya langsung menampar bokong Nayla.
“Aaaaahhhhh… Hah… Hah… Hah” desah Nayla yang kelelahan.
Matanya masih merem melek kepuasan. Rasa kenikmatan itu membuat tubuhnya benar - benar kelelahan. Mulutnya masih sedikit membuka. Dalam keadaan berbaring ia menatap tangan suaminya yang tergeletak jatuh ke bawah.
'Kegiatan wajib ? Bercinta seperti ini ? Berselingkuh disebelah suami ? Kamu keterlaluan pak ! Hah… Hah… Hah…'
Batin Nayla tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jujur meski terasa nikmat ia sadar kalau tak sepatutnya ia melakukan perbuatan seperti ini lagi. Ia adalah seorang akhwat yang sudah bersuami. Ia adalah seorang 'influencer' yang dipandang orang - orang sebagai seorang akhwat yang sangat alim. Tentu ia tidak boleh menyerah dan menjadi budak nafsu dari pembantu biadapnya tersebut.
'Racun yah ? Hah… Hah… Hah… Bukannya setiap racun ada penawarnya ? Aku harus mencari penawarnya… Aku gak boleh seperti ini terus kedepannya !'
Batin Nayla yang kemudian memejam untuk beristirahat sejenak dari sisa - sisa orgasme ternikmatnya.
Pak Urip yang sudah puas langsung berdiri sambil menatap punggung Nayla yang masih terkapar dihadapannya. Ia geleng - geleng tak percaya. Ia tak menyangka kalau bercinta disebelah suami Nayla bisa senikmat ini. Ia pun ketagihan dan berencana melakukannya lagi suatu hari nanti.
“Hakhakhak… Hmmm boleh juga” Lirih pak Urip saat terpikirkan sebuah ide.
Entah kenapa dari tadi mata Pak Urip terus menatap lubang satunya yang berada diatas vagina majikannya. Lubang itu terus berkedut seolah menggoda nafsu pejantan tua itu.
“Sssllrrrppp pasti akan terasa nikmat” Ucapnya sambil menjilati tepi bibirnya sendiri juga mengelusi penisnya yang mulai melemas.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 6
BUDAK NAFSU
Sore hari di ruang tamu rumah Nayla.
Akhwat bercadar itu sedang duduk sambil membuka laptop pribadinya. Matanya terlihat fokus menatap layar laptop pribadinya. Ia terlihat serius. Sesekali ia membuka hapenya lalu melirik ke atas untuk berfikir sejenak. Lagi, tangannya menari - nari diatas tombol 'keyboard' untuk mengetikkan sesuatu di kolom pencarian. Ia terlihat bingung. Ia terlihat penasaran.
“Kok gak ada hasil penelusurannya yah ?” Ucap Nayla heran.
Ia pun kembali mengetikkan sesuatu di laptopnya.
MEBUGNL
https://thumbs4.imagebam.com/4c/d5/22/MEBUGNL_t.jpg 4c/d5/22/MEBUGNL_t.jpg
“kok gak ada hasilnya sih ? Lemon itu sebenarnya beracun gak sih ?” Ucap Nayla bingung.
Ia pun mencoba kata - kata lain demi mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganjal di pikirannya. Lagi, ia mengetikkan sesuatu di kolom pencarian di layar laptopnya.
MEBUGNI
https://thumbs4.imagebam.com/ba/97/a0/MEBUGNI_t.jpg ba/97/a0/MEBUGNI_t.jpg
“Hmmm lagi - lagi gak nemu jawabannya… Kenapa yang keluar malah manfaat sama khasiat air lemon ? Ihhh nyebelin ? Apa sih sebenarnya yang bikin aku gampang terangsang ?” Lirih Nayla sambil menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal.
Karena kelelahan mencari, Nayla menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sofa di belakangnya. Wajahnya ia naikan menatap langit - langit ruangan. Ia terlihat berfikir. Ia merenung tanpa mengucapkan satu kata pun.
“'Astaghfirullah'… Ada apa yah denganku belakangan ini ? Gampang banget nafsuku dipermainkan sama pak Urip… Dipanggil lonte aja aku gak marah… Bahkan bisa - bisanya aku keceplosan ngaku binal… Kenapa yah aku ini ? Apa jangan - jangan aku ini emang… Lonte ?” Lirih Nayla berfikir.
Wajah Nayla menoleh ke arah luar ruangan. Sinar mentari tidak terlalu terik. Hawa panas juga tidak terlalu menyengat. Meski pandangannya menatap ke arah luar ruangan tapi pikirannya teringat akan kejadian beberapa hari sebelumnya.
“Bahkan ngebayangin pak Beni aja udah bikin aku terangsang ? Serendah itu kah diriku sekarang ? Hmmm ngomong - ngomong soal itu… Kok pak Beni gak disunat yah ? Apa iya dia itu non ? Kok diinget - inget lagi bentuknya unik yah ? Jadi penasaran deh kalau bisa masuk rasanya kayak apa… Eehhh 'astaghfirullah,' tuh kan ! Kok pikiran aku mesum lagi sih ? Pasti gara - gara racunnya masih bereaksi… Racun apa sih ini ? Racun ini semakin menggerogoti pikiranku aja deh… Ihhh nyebelin… Jangan kayak gini lagi dong Nay… Jangan lagi !” Lirih Nayla kesel sendiri.
Bahkan tangannya tak sengaja memegangi vaginanya dari luar celananya. Pikirannya kembali terbayang penis pak Beni. Penis yang menjadi impian para wanita dimana bentuknya yang sangat unik dan berukuran besar.
Akhwat bercadar yang saat itu mengenakan hijab serta cadar berwarna coklat itu semakin terangsang. Padahal pagi tadi dirinya sudah keluar dua kali dibantu oleh pembantu bejatnya. Tapi di sore harinya ia kembali terangsang. Ia membuka hapenya, lalu berkaca di layar hapenya. Tampak 'sweater' rajut yang membungkus kaus berlengan panjang di dalamnya. Tampak celana panjang yang membungkus kaki jenjangnya. Entah kenapa ia jadi kepikiran. Dengan penampilannya yang menarik perhatian bisa saja ia mengundang orang yang disukanya untuk bercinta dengannya. Tapi kok.
n4krwfnS8qs
n4krwfnS8qs
“Tapi kok bisa - bisanya aku kepikiran kayak gitu ?” Lirih Nayla. Hatinya terus bergejolak. Antara taat atau maksiat. Ia tak bisa mengendalikan nafsu birahinya. Ingin sekali dirinya kembali bermaksiat membiarkan penis - penis besar itu memasuki liang senggamanya. Ia jadi teringat penetrasi pak Urip. Ia jadi ingat rasanya dinodai oleh pembantunya itu lagi.
“Ihhhh amit - amit” Ucap Nayla sambil memegangi kepalanya menggunakan kedua tangannya.
Tangannya kembali mengetik sesuatu di layar laptopnya. Ia ingin terbebas. Ia ingin menghilangkan hawa nafsu yang selalu menguasai tubuhnya.
MEBUGNK
https://thumbs4.imagebam.com/2d/85/ce/MEBUGNK_t.jpg 2d/85/ce/MEBUGNK_t.jpg
“Kok yang keluar malah detoks sama racun tubuh sih ? Aaahhh capek deh” Ucap Nayla kembali bersandar pada sandaran sofa duduknya.
“Oh iya ? Apa aku harus menemui dokter langsung aja yah ? Siapa tau dokternya tau cara buat ngilangin racun di tubuh aku” Ucap Nayla terpikirkan sebuah ide. Wajahnya pun tersenyum dari balik cadarnya. Ia senang karena mempunyai ide untuk menghilangkan gairah birahi yang kadang – kadang suka bangkit menguasai diri.
“Dekk… Mas izin pergi yah” Ucap seseorang mengejutkan Nayla.
“Eh mas ? Mau kemana ?” Tanya Nayla terkejut saat melihat suaminya mendekat sambil mengenakan pakaian olahraga.
“Mau futsalan bareng temen - temen… Mumpung hari libur kan sekalian olahraga hahahah” Ucap Miftah yang membuat Nayla waswas.
“Tapii… Tapiii pulangnya jam berapa mas ?” Tanya Nayla khawatir karena dirinya akan kembali berduaan bersama pak Urip.
Ya malem mungkin… Tapi mas usahain sebelum jam tujuh lah yah… Sekarang udah mau jam lima… Dua jam aja cukup kok buat olahraga” Ucap Miftah tersenyum.
“Hmmmm yaudah hati - hati yah mas… Janji jangan kemaleman yah” Ucap Nayla yang membuat Miftah tersenyum.
“Iyya sayang janji kok” Ucap Miftah.
Nayla kemudian berdiri saat Miftah semakin menghampiri. Sebagai istri yang sholehah, ia pun mengecup punggung tangan suaminya lalu mengantar suaminya pergi hingga ke teras rumahnya.
“Eh pak Miftah mau kemana ?” Tanya pak Urip saat memergoki majikannya hendak pergi.
'Gawaaatttt !'
Batin Nayla menyadari kalau pak Urip tahu kalau dia akan kembali berduaan dengan dirinya. Apalagi sekilas pak Urip tersenyum mesum sambil melirik dirinya. Nayla ketakutan. Ia langsung pergi ke kamar untuk mengambil sesuatu.
“Mukena mana mukena ? Nah ini dia… Tas ? Oh disini” Ucap Nayla buru - buru mengambil mukena lalu memasukannya ke dalam tas jinjing yang ia bawa.
Saat Nayla kembali ke teras rumahnya. Terlihat suaminya dan pak Urip berjalan bersama menuju pintu gerbang pagar rumahnya. Mereka berbicara akrab yang membuat Nayla benci melihatnya. Seketika ia melihat mereka berpisah. Pak Urip terlihat berjalan menuju rumahnya sedangkan suaminya bersiap untuk pergi berolahraga bersama teman - temannya.
“Kesempatan !” Ucap Nayla melihat pak Urip pulang ke rumahnya.
Dengan berhati - hati ia melangkah menuju gerbang rumahnya. Saat sampai, wajahnya kembali menoleh ke kanan juga ke kiri. Saat menyadari jalan sudah sepi. Ia berbelok ke kanan menuju rumah yang akan menjadi tempat berlindungnya ketika suaminya tidak ada di rumah. Entah kenapa ia mempunyai firasat buruk. Pasti pembantunya itu pulang ke rumahnya untuk merencanakan sesuatu untuk kembali menakali dirinya.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk… '
“Assalamu… Eh iya… Selamat sore pak !” Ucap Nayla teringat akan pak Beni.
“Permisi pak… Selamat sorr… Eehhh… Gak ditutup pintunya ?” Ucap Nayla menyadari kalau pintu rumah pak Beni tidak tertutup rapat.
Saat wajahnya ia tolehkan ke kanan. Ia melihat pak Urip sudah kembali keluar dari rumah yang membuat jantung Nayla deg - degan. Melihat pintu rumah pak Beni sudah terbuka membuat dirinya buru - buru masuk ke dalam meski belum mendapat izin langsung dari pemilik rumahnya.
“Fiyuh untung aja” Ucap Nayla merasa lega karena dirinya tidak ketahuan oleh pembantunya.
Secara berhati - hati ia menutup rapat pintu rumah pak Beni lalu berbalik untuk mencari pemilik rumahnya.
“Paaakkk… Ini aku… Nayla” Ucap Nayla sambil berjalan mendekat menuju titik terdalam dari rumah pak Beni.
Sesampainya di ruang tamu, ia menaruh tas berisi mukenanya untuk berjaga - jaga agar bisa beribadah di rumah tetangganya kalau - kalau suaminya belum pulang sampai waktu Isya tiba. Seketika ia mendengar suara lagu dari arah kamar pak Beni. Lagu bernuansa punk pop yang cukup sering didengar juga oleh Nayla karena suaminya juga sering kali menyetel lagu ini.
“Eh pak Beni apa ada di kamar yah ?” Tanya Nayla.
A1OqtIqzScI
A1OqtIqzScI
Semakin mendekat, ia mendengar lagunya semakin keras. Lagu dari band 'Green Day' berjudul 'Holiday' semakin menggema di telinga Nayla. Nayla semakin mendekat. Langkah kakinya hanya berjarak 10 cm saja dari pintu kamar pak Beni.
“Pak” Lirih Nayla sambil mencoba mengintip dari sela - sela pintu kamar yang terbuka.
Saat Nayla mulai melihat keadaan di dalam. Betapa terkejutnya ia karena mendapati pak Beni sudah telanjang bulat di dalam kamarnya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Aaaaahhhhhhh” Jerit Nayla seketika saat melihat pemandangan indah di dalam kamar pak Beni.
“Astaga mbak Nayla” Ucap Pak Beni terkejut hingga langsung mendekati Nayla.
“Aaaahhhhh jangan mendekattt… Jangan mendekaattt” Ucap Nayla panik mendapati pria tua kekar berkulit hitam itu malah mendekat yang membuat Pak Beni ikut kebingungan dengan situasi yang terjadi kali ini.
Pak Beni kembali mendekati mp3 nya untuk mematikan musiknya lalu mencari celana tapi tidak menemukannya. Untungnya ia menemukan sebuah sarung yang merupakan pemberian teman kerjanya dulu. Ia mengenakannya, meski asal - asalan ia akhirnya dapat menutupi pentungan saktinya yang sudah membuat Nayla ketakutan saat melihatnya.
“Maaf mbak… Maaf… Saya gak tau kalau mbak Nayla mau dateng ke rumah… Semua pakaian saya lagi di jemur… Gara - gara kemarin mbak dateng… Saya langsung bersih - bersih rumah deh dan gak sempet ninggalin baju satupun biar semuanya bersih sekalian… Hehe” Ucap pak Beni malu.
“Anu gapapa pak… Aku yang salah udah masuk rumah tanpa izin… Maaf tadi aku buru - buru” Ucap Nayla yang masih menunduk karena malu sudah melihat aurat 'full' pak Beni tadi.
“Gapapa mbak… Mbak bebas keluar masuk rumah saya kok… Mari duduk” Ucap pak Beni sambil mengangkat lengan Nayla untuk membantunya berdiri setelah jatuh terkejut karena melihat ketelanjangan tubuhnya.
Nayla manut saja. Tak ada kata yang terucap saat itu hingga mereka berdua tiba di ruang tamu rumah pak Beni. Mereka pun sama - sama menjatuhkan bokong mereka di sofa ruang tamu di rumah pria tua kekar itu.
“Mbak apa kabar ?” Tanya pak Beni untuk meredakan rasa canggung setelah kepergok telanjang bulat tadi.
“Baik kok pak” Jawab Nayla yang juga canggung setelah melihat aurat pak Beni.
“Pak Miftah lagi pergi yah ?” Tanya pak Beni.
“Iya pak hehe” Jawab Nayla.
Jawaban Nayla yang malu - malu dingin membuat Pak Beni kesulitan untuk berkomunikasi dengan tetangganya itu. Tapi untungnya pak Beni peka kalau Nayla masih 'shock' karena sudah melihat tubuh telanjangnya. Pak Beni pun mencoba tenang dengan membiarkan Nayla menenangkan dirinya terlebih dahulu.
'Gede banget ! Padahal tititnya lagi gak tegang, tapi kenapa udah segede itu yah ?'
Batin Nayla saat mengingat bentuk penis pak Beni tadi.
Nayla benar - benar terkejut akan ukuran penis hitam itu. Bentuknya yang sedang lemas aja masih mengungguli bentuk penis suaminya saat sedang tegang. Nayla heran sekaligus penasaran mengenai apa yang membuat penis pak Beni bisa sebesar itu. Entah kenapa matanya pelan - pelan mulai melirik ke arah sarung pak Beni.
'Astaghfirullah… Pentungan apa itu !'
Batin Nayla menyadari penis pak Beni begitu menonjol dari balik sarung yang menutupinya. Mata Nayla tak sadar membuka lebar. Saking terkejutnya ia jadi terang - terangan menatap tonjolan dibalik sarung pria kekar itu.
“Hehe gede yah mbak” Ucap pak Beni mengejutkan Nayla.
“Eh anu enggak… Hehe eh iya hehe” Ucap Nayla gugup saat kepergok melirik tonjolan dibalik sarung pak Beni. Nayla pun tertunduk malu yang membuat pipinya memerah dibalik cadarnya.
“Mbaakkk” Ucap pak Beni sambil memegangi punggung tangan Nayla.
“Eehhh iyaa” Ucap Nayla berdebar saat tangannya dipegang oleh pria kekar itu. Tak sengaja matanya kembali melirik tonjolan penis itu. Nayla merasa bahwa tonjolannya membesar. Nayla tanpa sadar menatap wajah pak Beni yang rupanya sedang tersenyum kepadanya.
“Mbak penasaran yah ?” Tanya pak Beni mengejutkan Nayla.
“Eehhh enggak kok” Jawab Nayla deg - degan.
“Yang bener mbak ?” Tanya pak Beni sambil tersenyum.
“Iyyyaa…. Iyya beneran enggak kok… Aku gak penasaran” Jawab Nayla sambil diam - diam mencuri pandang ke arah tonjolan yang semakin membesar.
'Kok makin gede sih ? Itu beneran titid apa tangan seseorang ?'
Batin Nayla yang semakin penasaran akan bentuk yang berada dibaliknya.
“Sebenarnya saya gak nyaman pake sarung doang mbak… Boleh saya buka gak ?” Ucap pak Beni sambil tersenyum saat meminta izin.
“Ehhh bapak mau… Telanjang ?” Tanya Nayla deg - degan.
“Hehehe saya biasa telanjang pas lagi nyuci soalnya… Apalagi kayaknya mbak juga penasaran kan yah… Saya buka aja yah” Ucap pak Beni sambil berdiri dan hendak memelorotkan sarungnya.
“Tapiii paakkk… Tapiii… Tapiiiiii” Jawab Nayla yang semakin berdebar menyadari pria pemilik tubuh indah itu hendak memamerkan auratnya.
Sarung yang pak Beni kenakan sudah terlepas. Muncul lah tonjolan indah yang membuat mata Nayla membuka lebar. Kedua tangan Nayla reflek menutupi mulutnya dari luar cadarnya. Nayla terkejut. Nayla tak menyangka akan ukurannya yang luar biasa.
'Gedeee bangeeetttt !!!'
Batin Nayla saat menatapnya dengan jarak yang begitu dekat.
Penis berukuran 18 cm dengan diameter sebesar 6 cm itu terhidang didepan mata Nayla. Warnanya sungguh hitam dengan otot - otot syaraf yang mengelilinginya. Ujung gundulnya tertutupi kulupnya. Bulu jembutnya sangat lebat memancarkan aroma maskulin yang justru merangsang nafsu birahi Nayla.
Nayla terdiam. Akhwat bercadar itu malah tak berhenti menatap bentuk ukurannya yang menurutnya sangat unik. Mulut Nayla masih menganga dibalik cadarnya. Nayla terpaku akan bentuknya yang membuat dirinya semakin penasaran.
'Titid segede itu emang bisa masuk ke dalam rahim aku ?'
Batin Nayla yang entah kenapa kepikiran seperti itu. Seketika ia teringat akan mimpinya. Mimpi saat dirinya diperkosa oleh pak Beni.
'Pantes aja waktu itu rasanya enak banget… Ternyata ukurannya segede ini… Keliatan keras lagi !'
Batin Nayla yang masih terkagum akan ukurannya itu.
“Gimana mbak ? hehe… Jujur dari dulu saya terus onani sambil ngebayangin mbak… Gak tau gimana kok tiba - tiba udah segede ini… Kebayang juga sih suatu saat nanti bisa masukin kontol saya ke rahim mbak hehe” Ucap pak Beni malu - malu sambil membelai penis hitamnya.
“Eehhh ke rahim aku… Gak bakal muat pak” Ucap Nayla yang tanpa sadar malah melayani obrolan mesum itu.
“Ah masa ? Tapi saya yakin akan muat kok… Saya yakin banget” Ucap pak Beni sambil menatap Nayla dengan tatapan penuh nafsu.
Nayla menenggak ludah. Tubuh Nayla jadi bergidik membayangkan hal itu bisa terjadi.
'Duhhh kok tubuh aku gini lagi yah… Perasaaan ini… Kenapa aku tiba - tiba terangsang lagi ?'
Batin Nayla mendadak gelisah saat vaginanya terasa gatal.
“Gak mungkin pak… Memek aku kan sempit” Ucap Nayla keceplosan lalu menyadarinya. Ia buru - buru menutupi mulutnya dan berharap pak Beni tidak mendengarnya.
“Apa ? Wkwkwkkw memek ? sempit ? Tenang saya yakin pasti akan muat kok” Ucap pak Beni tertawa yang membuat Nayla merasa malu sekali.
'Duhhhh kenapa aku keceplosan gitu sih… Bodoh… Bodoh… Malu banget aku…'
Batin Nayla tersipu.
“Mbak mau megang ?” Tanya pak Beni sambil mendekatkan penisnya.
“Eehhhh…” Jawab Nayla terkejut menyadari penis hitam itu berada tepat di depan wajahnya.
“Gakk usahh… Enggak hehehe” Jawab Nayla berusaha menolak.
“Gak usah malu mbak… Pegang aja… Pegang aja dulu” Ucap pak Beni membujuk Nayla.
“Eh gak usah pak beneran… Gak usah” Ucap Nayla menolak meski dirinya juga penasaran. Sebagian harga dirinya sebagai seorang akhwat bercadar terus memaksanya bertahan meski nafsunya terus berontak untuk tunduk akan perkataan pria tua kekar itu.
“Coba aja dulu mbak” Ucap pak Beni sambil menyodokkan penisnya yang tak sengaja mengenai pipi Nayla.
'Keraassss bangeeettt… Rasanya kayak udah ditonjok pelan…'
Batin Nayla sambil memegangi pipinya. Nayla pun menaikan wajahnya tuk menatap wajah tetangganya.
“Hehe kesenggol yah mbak… Maaf” Ucap pak Beni sambil tersenyum.
Nayla pun terdiam sambil menatap wajah tua itu. Bentuk tubuhnya yang kekar ditambah dengan ukuran penisnya yang amat besar serta warna kulitnya yang hitam melambangkan keperkasaaan. Nayla merasa kalau pak Beni sudah seperti bidadara yang turun dari surga. Seorang pengawal bertubuh kekar yang ditakdirkan untuk melampiaskan hawa nafsunya. Nayla terus termenung saat itu sambil memandangi keseksian tubuh tukang sapu jalanan itu.
“Pegang dulu yah” Ucap pak Beni terus membujuknya yang membuat Nayla pelan - pelan menurutinya.
'Keraasss bangeeetttt !!!'
Batin Nayla saat menggenggam penisnya. Wajahnya kembali naik menatap wajah pak Beni. Pak Beni hanya tersenyum puas sambil sesekali memejam merasakan penisnya dipegang oleh akhwat idamannya.
“Aaaaaahhhhh enak banget rasanya mbak… Baru digenggang doang padahal” desah pak Beni yang suaranya kembali merangsang hasrat birahi Nayla.
“Hehehe masa ?” Tanya Nayla yang sudah terhipnotis hingga melupakan batasan syar’i antara dirinya dan pak Beni.
“Aaaahhhhh dikocokin dong mbak… Aaahhhh saya jadi penasaran rasanya” Ucap pak Beni jadi mupeng ingin dilayani oleh akhwat bercadar itu.
“Begini ?” Ucap Nayla yang malah menurutinya.
“Aaaahhhh iyaahhh… Iyaahhh mmpphhhh” desah Pak Beni yang semakin merangsang nafsu birahi Nayla.
“Eee…. Ennak pak ?” Tanya Nayla yang begitu penasaran saat melihat reaksi pak Beni.
“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Enak banget mbak… Teruss… Ouhhhh mmpphhh” desah pak Beni yang membuat jantung Nayla semakin berdebar.
Tangan kanan Nayla dengan perlahan mengocok penis hitam pak Beni secara maju mundur. Berulang kali pandangannya menatap kulit penis pak Beni yang terkocok maju mundur. Sekelali matanya dapat melihat ujung gundulnya. Sesekali ia melihat ujung gundul itu tertutupi kulit penisnya lagi.
“Aaaahhhh terusss mbaaakk… Yang cepaatt… Yang cepaaattt aaaahhhh” desah pak Beni meminta lebih.
“Seperti ini ?” Ucap Nayla tanpa sadar menuruti.
“Iyaaahh… Ouhhhhh” desah pak Beni merem melek keenakan.
Karena kesusahan, tangan kiri Nayla ikut membantu dalam mengocoki penis hitam itu. Dalam posisi duduk diatas sofa, akhwat bercadar itu tanpa sadar melayani penis hitam itu untuk memuaskannya. Kedua tangan Nayla bergerak maju mundur. Deru Nafasnya semakin hangat mendapati bentuk penis hitam raksasa itu dengan jarak yang begitu dekat. Sesekali matanya melirik ke atas untuk melihat reaksinya. Sesekali matanya menatap penis hitam itu untuk menyegarkan pandangannya. Mata Nayla seperti sedang dicuci. Mata Nayla benar - benar dimanjakan akan ukurannya yang luar biasa.
“Aaaahhhh lagiii… Lagggiiii… Ouhhh nikmat banget mbaakk… Nikmat banget rasanyaaa” Desah pak Beni sambil menatap Nayla.
Terlihat jawaban Nayla hanya malu - malu saat dipuji oleh pria kekar itu. Reaksi itu justru membuat pak Beni semakin bernafsu. Mimpi apa dirinya semalam bisa dilayani oleh akhwat bercadar yang merupakan selebgram terkenal.
“Mmpphhh… Mmpphhhhh” desah Nayla sambil mengocoki penis tetangganya.
Entah kenapa ia ingin meminta lebih tapi ia terlalu malu untuk mengucapkannya. Ia ingin menciumnya. Ia ingin menjilatinya. Ini aneh karena sebelumnya tak pernah ia menginginkan hal itu saat melayani penis suaminya. Tapi saat melihat penis pak Beni, dirinya jadi ingin memanjakan penis itu dengan permainan lidahnya. Tapi ia terlalu malu untuk mengucapkannya. Sepertinya ia jadi tergila - gila akan bentuk ukurannya. Nayla jatuh cinta. Ia pun membatin sambil mengocok penis hitam itu.
'Pantes belakangan ini aku sering ngebayangin pak Beni… Gak heran… Pak Beni memang mempunyai bentuk tubuh yang aku idam – idamkan…'
Batin Nayla jujur sambil menatap keindahan tubuh pak Beni.
Ia jadi teringat dulu saat kuliah kalau dirinya ingin menikah dengan seorang pria bertubuh kekar dengan wajah tampan yang dapat memanjakan matanya. Ia kini mendapatkan apa yang ia inginkan itu. Meski lelaki dihadapannya bukan suaminya. Meski lelaki dihadapannya tidak mempunyai wajah yang tampan. Namun tubuhnya yang kekar ditambah dengan bentuk penisnya yang jantan sudah cukup untuk membuat nafsu Nayla terpuaskan. Nayla jadi semakin cepat saat mengocoknya. Bahkan sesekali ia melakukan variasi untuk memanjakan nafsu tetangganya.
“Aaaaahhhh… Aaahhh mbaakk…. Iyya begitu… Aaahhh terusss… Terusss”
“Mmpphh iyaahh pak… Enakkk ? Mmpphhhh”
“Enakk bangett… Lanjutt… Aaahhhhhhhh” desah pak Beni sangat puas.
Ketika tangan kanan Nayla mengocoki penisnya maka tangan kirinya memijiti kandung kemihnya. Ketika keempat jemari Nayla mengocoki penisnya maka jempolnya ia gunakan untuk menekan kulupnya. Ia kemudian berganti tangan untuk menarik kulit penis pak Beni hingga ujung gundulnya terlihat. Tangan kanan Nayla bergerak untuk membelai ujung gundulnya itu. Kadang ia mengusapnya menggunakan telapak tangannya. Kadang ia menekan - nekan lubang kencingnya. Semua rangsangannya itu membuat dirinya semakin bernafsu. Ia pun tak tahan lagi. Ia pun segera meminta kepada pak Beni.
“Boleh aku…” Ucap Nayla sambil mengangkat cadarnya.
“Boleh mbak… Silahkan” Jawab pak Beni menyadari Nayla ingin menyepongnya.
Sambil malu - malu Nayla mengangkat cadarnya. Saat tangan kirinya masih menarik kulit penisnya. Lidahnya pun keluar untuk menjilati lubang kencingnya. Tubuh pak Beni langsung merinding. Rasanya seperti tersetrum aliran listrik. Cadar Nayla lalu menutupi penis bagian atasnya hingga pak Beni tak dapat melihatnya lagi. Seketika pak Beni merasakan sesuatu yang hangat menerpa penisnya. Sesuatu yang lembap menggelitiki penisnya menyusul tak lama kemudian. Sapuan lidahnya rupanya tengah merangsang sisi bagian bawah penisnya. Penis pak Beni dilahap. Nayla yang sudah sangat bernafsu memasukan penis itu ke dalam mulutnya.
“Aaaaahhh mbaakkkk ouhhhhh” desah pak Beni benar - benar puas.
Entah darimana Nayla mempelajarinya. Entah bisikan dari setan mana yang membuat Nayla jadi seperti ini. Rangsangan nafsu birahinya membuat Nayla jadi ingin merasakan kerasnya penis itu di dalam mulutnya. Sambil memegangi kedua paha pak Beni. Mulut Nayla bergerak maju mundur. Terasa penis keras itu menyodok kerongkongannya. Nayla membalasnya dengan menjilati sekujur penis hitam itu. Ia membasahi penis itu menggunakan liurnya. Tepi bibirnya ikut membantu untuk memandikan penis hitam itu. Tercium aroma maskulin dari bulu jembut pak Beni yang berkeringat. Nayla berusaha mendorongnya. Ia berusaha memasukan penis itu ke mulutnya meski hanya bisa memasukan ¼ nya saja.
“Mmpphhhhh… Mmmpphhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla setelah berusaha memasukannya lalu meletehkannya. Nayla pun kembali mengocoknya sambil menatap pak Beni. Nayla yang menyadari kebinalannya hanya tersipu malu yang membuat pak Beni semakin bernafsu.
“Liar juga ternyata dirimu mbak… Aahhhh lagi dong… Ayo sepong kontol saya lagi” Pinta pak Beni ketagihan.
“Hehe iya pak” Jawab Nayla malu - malu. Dirinya yang masih penasaran kembali mengangkat cadarnya. Pelan - pelan mulutnya kembali ia buka untuk melahap penis raksasa yang terus saja menggodanya.
“Aaaahhhhh iyahhh seperti ituuu… Ouhhhhh” desah pak Beni puas.
“Mmmpphhh paakkkk… Mpphhhhh keras bangett… Mmpphhhh” desah Nayla yang kembali menggerakan kepalanya maju mundur.
“Aaaahhhh lagi mbaakkk… Lebih dalem lagiii… Ouhhh yahhh seperti itu”
“Iyyahhh mmpphhhh… Mmpphhh… Mmpphhhh” desah Nayla terus memaksa meski penis itu sudah mentok mengenai kerongkongannya.
'Kenapa aku gak bisa berhenti ? Padahal aku gak ngerasain apa - apa ? Tapi kenapa aku jadi kecanduan ? Ada apa dengan sensasi ini ? Aku jadi ingin mengemutnya terus… Mmpphh pakk… Mmpphhh…'
Batin Nayla yang sudah merasakan nikmatnya menyepong penis seseorang.
Pak Beni yang semakin bernafsu mulai kesulitan mengendalikan tubuhnya. Rasa nikmat yang melanda penisnya menjalar ke seluruh tubuhnya. Dadanya terasa lega. Ujung penisnya saat dijilati lidah Nayla didalam membuatnya bergidik nikmat. Matanya merem melek keenakan. Kesepuluh jemarinya bergerak sendiri karena tak memiliki pelampiasan untuk mengekspresikan kenikmatan yang ia dapatkan. Matanya pun menatap wajah Nayla yang tengah memejam nikmat. Kedua tangannya pun memegangi kepalanya. Reflek Nayla membuka matanya. Nayla terkejut saat melihat tatapan mata pak Beni yang begitu bernafsu.
“Mmmppphhh paaaakkkk” Desah Nayla terkejut saat pinggul pak Beni bergerak dengan sendirinya.
“Aaaahhh mbaakk… Aaahhh maaaf saya gak kuat lagi… Aaahhhh rasakan ini… Rasakan ini mbaakkk… Aaahhh” desah pak Beni yang tak kuat lagi hingga memutuskan untuk memperkosa mulutnya.
“Mmpphhh paakk… Mmpphh pelaannnn… Mmpphhh” desah Nayla pasrah menyadari dirinya tidak bisa berbuat apa - apa.
Sambil memegangi kepala Nayla. Pinggul pak Beni terus bergerak maju mundur tuk menyodok mulut akhwat bercadar itu. Meski dirinya tidak mampu melihat pergerak penisnya sendiri karena terhalangi cadar Nayla. Dirinya tak mempermasalahkan dan justru semakin menikmatinya. Akhirnya impiannya selama ini terwujud. Impian untuk menikmati tubuh akhwat yang ia idolakan meski baru melalui lubang mulutnya. Nafsunya yang semakin meninggi membuatnya memaksa penisnya untuk masuk seluruhnya. Setengah dari penis itu sudah masuk ke dalam mulutnya. Pak Beni terus mendorongnya. Nampak wajah Nayla memejam menahan paksaan yang pak Beni lakukan di mulutnya. Pak Beni terus mendorong pinggulnya. Nyaris ¾ dari penisnya itu masuk ke dalam mulut Nayla sebelum ia keluarkan seluruhnya.
“Uhhuukkk… Uhuukk paakk… Uhukk” Nayla sampai terbatuk - batuk dibuatnya tapi anehnya ia menikmati sensasi yang ia dapatkan barusan.
“Aaahhh maafkan saya mbak Naylaa… Tapi barusan nikmat banget…. Saya jadi gak bisa ngendaliin diri… Ini tolonggg rangsang saya lagi… Kocok kontol saya lagi mbak… Saya udah mau keluar” desah pak Beni sambil mengocoki penisnya sendiri.
“Aaaahh gapapa pak… Iyyahh akan aku lakukan” desah Nayla yang justru semakin terangsang setelah diperlakukan demikian oleh pak Beni.
Tangan kanan Nayla kembali mengocoknya. Ia mengocok penis pak Beni yang sudah basah dan licin terkena air liurnya sendiri.
'Ada apa ini ? Kenapa rasanya berbeda ? Anehnya, aku gak marah kalau pak Beni yang melakukan… Aku justru menikmatinya… Aku justru ingin memuasi dirinya… Apa karena bentuk tubuhnya ?'
Batin Nayla merasakan perbedaan saat dilecehkan pak Urip dan pak Beni.
Memang pak Urip dan pak Beni memiliki bentuk tubuh yang berbeda. Kalau pak Beni cenderung kekar dan berkulit hitam serta penis yang tak disunat. Pak Urip memiliki tubuh gempal dengan kulit gelap yang tentunya tidak segelap pak Beni. Pak Urip juga sudah menyunat penisnya. Nayla pun merasakan perbedaan yang begitu besar saat dilecehkan oleh mereka berdua.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… iyyahh mbakk… Aahhhh nikmat banget” Desah pak Beni semakin keras merasakan nikmatnya dikocok oleh Nayla.
“Mmpphhh iyaahhh pakkk… Mmpphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla yang entah kenapa ingin membuat pak Beni berorgasme menggunakan tangannya.
“Aaahhh lebih kencang lagii… Lebih kencang lagiiii” desah pak Beni merinding merasakan kocokannya.
“Iyyahhh… Iyyahh pakkk” desah Nayla menurutinya.
“Aaahhhhh… Teruss… Terusss…. Nikmat banget kocokanmu mbakkk… Ayo terusss” desah pak Beni keenakan.
“Iyyahhh mmpphhhh… Mpphhhh” desah Nayla menurutinya.
“Ouuhhhhh sebentar lagi… Saya mau keluuaar… Ouhhhh sebentar lagi” Desah pak Beni merasakan gelombang tsunami itu sedang mendekati lubang kencingnya.
“Aaaahhhhh beneran pak ?” Ucap Nayla jadi berdebar menyadari pria tua dihadapannya akan berorgasme.
“Iyahhh benerann… Ayoo terusss… Ouhhhhhh”
Maju mundur maju mundur tangan Nayla terus mengocoknya tanpa pernah mengendur. Sebaliknya kocokannya semakin cepat. Jemari Nayla semakin terbiasa untuk mengocoki penis sebesar lengannya sendiri. Penis hitam itu mulai berdenyut. Nayla sendiri dapat merasakan denyutannya melalui tangannya.
“Aaahhhh sebentar lagiii… Aahhh mbaakkk” jerit pak Beni tak kuat lagi.
“Mmpphhh… Mmpphhhhh” desah Nayla sambil memejam takut semburannya mengenai wajahnya.
“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… Rasakaannn henkgghhhh !!!” desah pak Beni sambil mengambil alih penisnya lalu reflek mengarahkannya ke wajah Nayla.
“Kelluuuaaaarrrrr !!!”
'Crroottt… Ccrroott… Ccrroottt !!!'
“Mmppphhhhh” desah Nayla pasrah.
Semburan sperma itu dengan deras membasahi wajah Nayla serta cadar yang menutupinya. Sebagian ada yang mengenai hijabnya namun paling banyak mengenai cadarnya. Tubuh pak Beni sampai kelojotan dibuatnya. Matanya merem melek keenakan. Ia terus mengocoknya hingga mengeluarkan tetes terakhirnya. Rasanya sangat puas bisa memejuhi akhwat bercadar yang ada di hadapannya. Tubuh kekar itu mulai melemas. Ia pun jatuh berlutut di lantai yang berada di antara meja dan sofa di ruang tamunya.
“Aaaahhh puas bangeettt” Desah pak Beni ngos - ngosan. Saat wajahnya menatap ke arah Nayla. Ia menyadari kalau wajah Nayla sudah dipenuhi oleh pejuh yang begitu banyak.
“Eh mbak maaf… Maaafff” Ucap pak Beni menyadari dan bergegas mengambil tisu untuk mengelap wajah Nayla.
“Gapapa pak” Jawab Nayla merasa malu menyadari banyak sperma yang tumpah diwajahnya.
Nayla juga mengambil tisu untuk mengelap wajahnya. Dirinya jadi lebih sering menunduk karena merasa malu sudah membantu pria tua dihadapannya untuk menodai wajahnya.
“Maaf tadi saya kelewat nafsu… Saya jadi gak sadar untuk meminta mbak untuk memuasi saya” Ucap Pak Beni merasa tidak enak pada tetangganya.
“Gapapa pak… Aku juga salah… Aku tadi juga kelewat nafsu kok” Ucap Nayla malu - malu sambil membersihkan wajahnya.
“Anu… Aku mau permisi sebentar yah pak… Aku mau ke kamar mandi” Ucap Nayla terburu - buru.
“Oh iya… Sekali lagi maafin saya yah mbak” Ucap pak Beni mempersilahkan tamunya itu ke kamar mandi sementara dirinya menetap untuk membersihkan noda sperma yang menetes di lantai dan sofa ruang tamunya.
Sesampainya Nayla di kamar mandi. Ia buru - buru melepas celananya lalu menggantungkannya di gantungan di balik pintu kamar mandi itu.
Sambil berjongkok di lantai kamar mandi dan juga menyenderkan punggungnya yang masih mengenakan 'sweater' rajutnya. Ia menekan - nekan vaginanya untuk bermasturbasi sambil membayangkan kebinalannya tadi.
“Aaahhhh… Aahhhh pak Beni… Aaahhhhhhh” desah Nayla sambil melampiaskan nafsu yang tadi belum sempat terselesaikan.
“Aaahhh ada apa dengan diriku ini ? Kenapa aku jadi serendah itu ? Ouhhhh pakk Beniii… Kontol bapaakkk… Aaahhhhh” desah Nayla membayangkan penis hitam itu menembus rahim kehangatannya.
Nayla yang sedang dilanda nafsu birahi menanggalkan norma - norma yang telah dipelajarinya. Ia hanya menginginkan kepuasan. Ia bahkan sampai bermasturbasi membayangkan pria kekar yang baru saja menodai wajahnya.
“Aaaaahhh nikmat bangett… Paakkk… Paakkk… Akuuu aahhhhhhh !!!”
'Ccccrrtttt… Ccrrtt… Cccrrttt !!!'
Akhirnya Nayla menyusul tak lama kemudian.
Nayla berhasil mendapatkan orgasmenya setelah tadi digoda oleh pentungan raksasa tetangganya. Nayla benar - benar puas. Ia sampai merem melek merasakan sensasinya. Ia jadi teringat saat mengulum penis hitam itu. Padahal rasanya hambar tak ada rasa manis asin gurih dll. Tapi entah kenapa ia jadi ketagihan dan tak ingin berhenti untuk mengulum penisnya itu.
“Ada apa ini ? Hah… Hah… Hah ?” Lirih Nayla ngos - ngosan.
“Kenapa aku nafsu banget tadi ?” Lirih Nayla saat kembali mendapatkan akal sehatnya.
“Ini aneh… Padahal aku udah enggak minum air lemon lagi… Tapi yang ada aku makin menjadi - jadi… Sekuat inikah racun yang mulai menggerogoti tubuhku… Aku harus cari penawarnya… Aku gak mau racun itu mengubahku menjadi lonte pemuas” Lirih Nayla ketakutan membayangkan masa depannya andai jadi lonte pemuas.
Tapi yang ada malah dirinya membayangkan penis hitam pak Beni lagi. Nayla buru - buru menggelengkan kepalanya. Ia berusaha tuk melupakan hal itu dan berusaha untuk menjadi Nayla yang dulu lagi.
'Astaghfirullah pikiranku… Tolong sembuhkan pikiran mesumku ini !'
Batin Nayla ketakutan.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Permisi pak… Aku mau pulang dulu… Aku udah ditelpon mas Miftah katanya sebentar lagi suamiku mau pulang” Ucap Nayla pada Pak Beni.
“Iya silahkan yah mbak… Maaf soal tadi” Ucap Pak Beni merasa tak enak.
“Lupakan pak… Tolong inget… Tadi kita sama - sama kebawa nafsu… Untuk kedepannya jangan terulang lagi yah… Cukup tadi yang pertama dan terakhir” Pinta Nayla yang masih berusaha untuk menjaga imannya.
“Iya saya janji mbak… Terima kasih” Ucap pak Beni.
“Eh untuk apa ?” Tanya Nayla terkejut.
“Gak… Gak jadi” Jawab pak Beni tersenyum.
Nayla seketika sadar bahwa pasti kata terima kasih yang pak Beni ucapkan itu merujuk ke sepongannya di sore tadi. Kini tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Nayla sudah berganti baju menggunakan mukena tanpa dalaman apapun karena pakaian sebelumnya sudah kotor dan ia tak nyaman untuk mengenakannya lagi. Meski agak berlebihan, Nayla tidak mempunyai pilihan lain lagi. Nayla pun pamit keluar dan untungnya baru beberapa langkah ia keluar. Ia mendapati suaminya tiba sambil diantar oleh temannya.
“Eh sayang… Cantik amat pake mukena… Habis dari musholla yah ?” Puji Miftah yang membuat Nayla merasa malu.
“Ehh iyy… Iyya hehe” Jawab Nayla malu - malu.
“Wah cantik amat istrinya… Hebat yah bisa dapet istri sesholehah ini” Puji temannya yang membuat Nayla merasa semakin malu.
“Makasih yah mas udah nganterin suami aku” Ucap Nayla berterima kasih pada teman suaminya itu.
“Gak masalah… Saya permisi dulu yah… Wassalamualaikum” Ucap temannya itu pergi.
“Walaikumsalam” Jawab Nayla dan Miftah berbarengan.
“Eh itu apa ?” Tanya Miftah saat menyadari tas jinjing yang Nayla bawa.
“Eh ini tadi buat mukena aku… Iyya hehe… Aku ganti disana… Cuma pas pulang males copot lagi… Jadi ya gitu deh hehe” Ucap Nayla sambil berusaha menyembunyikan pakaian kotor yang ada di dalam tasnya itu.
“Hmmmm bau apa yah ini ?” Tanya Miftah sambil mengendus - ngendus.
“Ehhh gak ada kok… Yaudah yuk pulang” Ucap Nayla sambil mendorong suaminya pulang yang untungnya tak dicurigai olehnya.
'Hmmm tapi kok baunya menyengat banget yah… dan kayaknya baunya ini berasal dari tas itu deh…'
Batin Miftah tanpa sepengetahuan Nayla.
Sesampainya di dalam rumah. Nayla menemukan laptopnya masih menyala di meja ruang tamunya. Nayla pun duduk di sofa dan untungnya suaminya ingin mandi terlebih dahulu sehingga meninggalkan dirinya sendirian di ruang tamu.
'Astaghfirullah !!!'
Batin Nayla terkejut saat melihat layar laptopnya sambil duduk di sofa.
Nampak sebuah video porno yang di 'pause' menampilkan seorang wanita cantik berkulit putih tengah dianal oleh pria berkulit hitam. Nampak didepannya juga ada pria berkulit hitam lain yang tengah memasukan penisnya ke dalam mulut wanita cantik itu.
'Astaghfirullah… Itu dimasukan lewat dubur yah !'
Lirih Nayla kaget saat melihatnya lebih detail lagi.
MEBS3I5
https://thumbs4.imagebam.com/dd/c0/27/MEBS3I5_t.gif dd/c0/27/MEBS3I5_t.gif
Nayla yang penasaran malah mengklik 'play' yang membuat suara desahan dari laptop itu terdengar kencang.
“Aaaahhhhhh”
Untungnya Nayla tanggap dengan langsung memaus videonya lagi. Ia pun memejamkan mata lalu bersandar pada sandaran sofa dibelakangnya.
“Pasti ini ulah pak Urip… Bisa - bisanya dia buka situs porno pake laptop aku juga wifi di rumah aku… Ihhh nyebelin banget deh” Lirih Nayla.
Namun rasa penasaran yang melanda tubuh Nayla membuatnya ingin melihatnya lagi. Ia cukup penasaran karena warna kulit serta bentuk tubuh pria berkulit hitam yang ada di video itu mirip dengan pak Beni. Ia juga penasaran karena perpaduan antara kulit putih si wanita dengan kulit hitam si lelaki sangat menarik perhatian akhwat bercadar itu.
'Play !'
Tombol kembali ditekan. Nayla diam - diam melihat video porno itu sambil membayangkan dirinya menjadi wanita yang ada di video itu. Ia juga membayangkan ada dua pak Beni yang tengah menikmati tubuhnya.
“Kok bisa yah titid segede itu masuk ke dalam dubur seseorang ?” Lirih Nayla mempelajari hal baru.
Seketika 'scene' berganti. Ia pun terkejut saat pertama kali melihatnya.
“Eeehhh itu beneran ? Kok bisa ?” Tanya Nayla.
Ia mendapati wanita cantik itu disodok melalui lubang memeknya serta lubang duburnya oleh kedua pria berkulit hitam itu. Nayla menenggak ludah dan reflek memegangi vaginanya. Entah kenapa vaginanya kembali berdenyut. Ia membayangkan kedua lubangnya dimasuki oleh penis sebesar itu secara bersamaan.
MEBS3I0
https://thumbs4.imagebam.com/1b/e6/bf/MEBS3I0_t.gif 1b/e6/bf/MEBS3I0_t.gif
“Apa gak sakit yah ? Tapi kok, kenapa reaksi wajahnya kayak keenakan ?” Lirih Nayla jadi penasaran.
Semakin lama ia menatap reaksi wajah wanita di video itu membuat Nayla sendiri semakin penasaran. Ia menenggak ludah. Wajahnya terpaku saat menonton video porno dihadapannya.
“Dekkk malam ini makan pake apa ? Kok di dapur kosong” Tanya Miftah sambil mendekat.
“Ehhh kosong yah ?” Tanya Nayla terkejut sehingga buru - buru menutup laptopnya.
“Eh dek kenapa ? Kok laptopnya buru - buru ditutup ?” Tanya Miftah heran.
“Hehehe gapapa… Oh yah gak ada lauk yah… Hmmm… Beli ayam bakar di depan aja gimana ? Maaf aku lupa masak hehe” Ucap Nayla sambil berdiri yang membuat Miftah semakin heran.
Apalagi saat Nayla tiba - tiba kembali sambil membawa laptopnya menuju kamarnya. Nayla bertindak seolah suaminya jangan sampai mengetahui apa yang baru saja ditontonnya tadi. Miftah semakin curiga tapi ia tak ingin berpikiran yang enggak - enggak.
“Dek Nayla kenapa yah belakangan ini ? Sikapnya aneh deh” Ucap Miftah sambil memandangi pintu kamarnya.
“Ah palingan ada masalah sama temennya… Masalah soal wanita kali yah” Lanjut Miftah yang mencoba untuk terus berpikiran positif.
*-*-*-*
'KEESOKAN PAGINYA
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan tepat. Miftah sudah berangkat menuju kantornya meninggalkan istrinya dan juga pembantunya berdua di dalam rumahnya. Nayla yang sudah sarapan dan mandi sedang mengunci diri di kamarnya sambil duduk di depan meja riasnya. Nayla sudah mengenakan kemeja rapih berwarna putih. Celana panjang yang juga berwarna putih melekat tuk menutupi kaki jenjangnya. Tak lupa hijab serta cadar melengkapi penampilan indahnya. Ia juga mengenakan rompi berwarna 'cream' yang membuatnya terlihat berada di kelas yang berbeda. Nayla memang bukan orang biasa. Nayla memang seorang selebgram yang pandai mengkombinasikan pakaian sehingga membuat penampilannya terlihat begitu mengagumkan.
MEBE9OQ
https://thumbs4.imagebam.com/83/5e/69/MEBE9OQ_t.jpg 83/5e/69/MEBE9OQ_t.jpg
'NAYLA
“Sudah waktunya aku bangkit… Aku gak boleh terus berada di lingkaran hawa nafsu ini… Inget Nay, kamu itu udah bersuami… Kamu gak boleh lengah dan membiarkan tubuhmu dinikmati oleh pria - pria lain... Jaga cinta suamimu… Jaga juga janji akad yang udah kamu ucapkan di pernikahanmu dulu” Lirih Nayla sambil melentikkan bulu matanya.
“Hah… Ngomong - ngomong dokter ini bisa menyembuhkan aku gak yah ?” Tanya Nayla sambil menatap layar hapenya.
Disana tertulis ada seorang dokter bernama Amir Syarif yang ahli dalam pengobatan herbal. Ia membuka kliniknya sendiri di salah satu sudut yang berada di pusat ibukota. Dari wajahnya memang terlihat meyakinkan. Apalagi disana juga tertulis kalau dokter Amir sangat ahli dalam mengatasi masalah seksual seperti impotensi juga merangsang gairah birahi.
“Bisa gak yah dokter Amir mengatasi masalah seksualku ? Kalau beliau bisa ningkatin gairah birahi seharusnya bisa dong buat nuruninnya ?” Lirih Nayla sambil terus menatap layar hapenya.
“Udah deh berangkat sekarang aja daripada nanti nafsuku bangkit lagi” Ucap Nayla beranjak dari kursi duduknya lalu mengambil tas jinjingnya. Tak lupa ia mengambil kunci motornya untuk bersiap berangkat menuju klinik yang dimiliki oleh dokter seksual itu.
Baru saja Nayla keluar dari dalam kamarnya. Tiba - tiba ada pria mesum bertubuh gempal yang datang menghampiri lalu meremasi dada Nayla dari belakang.
“Hakhakhak… Mau kemana sayang rapih gini ? Hmmm aromanya wangi lagi” Ucap pak Urip sambil meremas juga mengendus - ngendus tubuh Nayla.
“Lepaskan pak… Aku mau pergi… Jangan ganggu aku lagi !” Ucap Nayla sambil berusaha melepaskan dekapan tangan pak Urip di dadanya.
“Pergi ? Mau kemana sayang ?… Mending disini aja sambil ngangkang di depan saya… Kita ngentot yuk… Saya jadi nafsu ngeliat non rapih pake kemeja kayak gini” Ucap pak Urip semakin mesum dengan menekan - nekan vagina Nayla dari luar celana yang ia kenakan.
“Minggir pak… Lepaskannn !” Ucap Nayla memberontak yang untungnya membuat dekapan tangan pak Urip terlepas. Kesempatan ini pun tak disia - siakan oleh Nayla. Ia memegangi tasnya lalu menghantamnya menuju kepala pak Urip.
'Plaaaaakkkk !!!'
Hantaman yang cukup keras membuat kepala Pak Urip terdorong hingga menghantam tembok. Pak Urip terlihat pusing sambil memegangi kepalanya. Nayla pun tak memperdulikan dan buru - buru pergi menjauh dari kejaran pria mesum itu.
“Dasar ! Gangguin aja” Ucap Nayla yang sudah duduk di motornya lalu merapihkan kemejanya yang agak lecek gara - gara remasan pembantunya. Ia pun menyalakan motornya lalu mengenakan helmnya. Menyadari pak Urip mulai mengejar membuat Nayla buru - buru mengegas motornya hingga berhasil kabur dari dekapan pria mesum itu.
“Tunggu non ! Cihhhh… Kabur” Ucap pak Urip tersenyum.
“Udah mulai berani ngelawan yah ? Liat aja setelah ini… Akan saya buat dirimu tersiksa dengan hujaman kontol yang akan saya lakukan nanti… Lihat saja… Akan saya buat dirimu meronta - ronta suatu saat nanti” Ucap pak Urip kesal karena tidak bisa mendapatkan jatah paginya.
Sementara itu di perjalanan . . .
“Fiyuhhh untungnya aku berhasil kabur… Gimana yah caranya biar orang mesum itu gak gangguin aku lagi ? Haruskah aku laporin ke mas Miftah ? Tapi aku gak punya bukti yang kuat ditambah lagi pak Urip udah dipercaya banget sama mas Miftah… Hah, moga aja dengan cara ini setidaknya aku bisa mengendalikan hawa nafsuku dulu… Ayolah kamu pasti bisa… Jangan sampai dirimu berubah jadi lonte lagi, Nayla” Lirih Nayla berbicara pada diri sendiri.
“Eh tunggu sebentar… Bensinku mau abis yah ?” Ucap Nayla menyadari saat jarum panahnya hampir menunjukkan huruf E.
“Huft untungnya ketahuan… Aku kudu isi bensin dulu nih… Dimana yah pom bensin terdekat ? Kalau gak salah disekitar sini ada deh ?” Ucap Nayla lalu memelankan mesinnya sambil menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.
“Nah itu dia” Ucap Nayla yang menemukannya di kiri jalan.
Dengan segera Nayla membelokan motornya menuju pom bensin. Untungnya pom itu sedang sepi sehingga dirinya bisa langsung mengisi bensin tanpa perlu mengantri lagi.
“Mau diisi berapa mbak ?” Tanya pak pom bensin itu dengan ramah.
“'Full' yah pak” jawab Nayla sambil tersenyum.
Nayla pun membuka tasnya untuk mengambil dompetnya. Tanpa sepengetahuannya, bapak pom bensin itu mencuri - curi pandang ke arah Nayla.
“Mbak ini… Mbak Nayla yah” Ucap pom bensin itu mengejutkan Nayla.
“Eh kok bapak tau ?” Tanya Nayla terkejut.
“Hahaha ya kan mbak selebgram terkenal masa saya gak tahu” Ucap bapak itu yang membuat Nayla tersipu. Untungnya bensin yang diisi sudah penuh sehingga petugas pom bensin itu segera menghentikan pengisiannya.
“Hihihi aku gak seterkenal itu kok pak… Aku masih pemula” Ucap Nayla merendah.
“Hahaha tapi bagi saya, mbak udah kayak artis banget… Saya ngefens sama mbak… Oh yah boleh minta foto gak ?” Tanya pak pom bensin itu yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihi boleh kok pak… Boleh” jawab Nayla ramah.
'Cekreeekkk !!!'
Mereka berdua pun melakukan foto bareng. Wajah petugas pom bensin itu terlihat bahagia yang membuat Nayla ikut merasa bahagia. Nayla yang sedang terburu – buru pun izin pamit untuk pergi meninggalkan pom bensin itu.
“Berapa yah pak semuanya ?” Tanya Nayla.
“Eh gak usah mbak… Saya kasih gratis karena mbak sudah mengabulkan keinginan saya” Ucap pak pom bensin itu ramah.
“Eh jangan gitu… Bapak kan juga kerja… Nanti dimarahin atasan loh” Ucap Nayla merasa tidak enak.
“Hahaha gapapa mbak… Anggap aja ini hadiah dari saya… Terima kasih yah mbak sudah mau foto bareng saya” Ucap petugas pom bensin itu tersenyum.
“Duh jadi gak enak… Tapi terima kasih banget yah pak… Akan aku ingat kebaikan bapak… Oh yah nama bapak siapa ?” Ucap Nayla.
“Oh nama saya Fahmi mbak… Fahmi Purnomo” Ucap pak Fahmi dengan begitu riang.
“Pak Fahmi yah ? Makasih banget yah pak udah bantu aku… Kalau gitu aku permisi dulu yah… Wassalamualaikum” Ucap Nayla pamit.
“Walaikumsalam mbak… Hati - hati di jalan” ucap Fahmi sambil melambaikan tangan. Fahmi terus tersenyum sambil menatap layar hapenya. Ia begitu bahagia karena bisa berfoto bersama idolanya.
Baru saja Nayla mengisi bensin. Tiba - tiba hapenya berdering yang membuat Nayla harus berhenti sejenak lagi.
“Eh Putri nelpon… Ada apa yah ?” Ucap Nayla penasaran.
Ia yang berada di pinggir jalan hendak menyebrang terpaksa menghentikan motornya. Ia mematikan mesinnya sejenak sambil duduk diatas jok motornya untuk menjawab panggilan telepon dari rekan kerjanya.
“Halooo assalamualaikum mbak” Sapa Putri.
“Walaikumsalam put… Ada apa ?” Tanya Nayla.
“Eh mbak kemaren kemana ? Kok gak dateng sih” Ucap Putri berbasa - basi terlebih dahulu.
“Eh itu… Aduh maaf Put… Kemarin aku ngedrop… Lupa bilang juga sih ke yang laen… Aku dicariin yah ? Bu Dona gak marah kan ?” Tanya Nayla menanyakan bu 'manager' yang telah mengajaknya melakukan 'endorse'.
“Enggak kok… Tapi bu Dona khawatir karena mbak gak ada kabar… Andri sama yang lainnya juga” Ucap Putri mengabari.
“Eh aduh maaf banget… Kemaren badan aku mendadak ngedrop… Sampai malem juga masih 'drop' makanya gak sempet ngabarin… Bilangin maaf yah ke bu Dona” Ucap Nayla menyesal.
“Iyya mbak… Nanti aku bilangin… Oh yah mbak lagi apa nih ? Gak ganggu waktunya kan ?” Tanya Putri.
“Aku mau ke klinik aja sih… Enggak kok… Kebetulan ini habis ngisi bensin” jawab Nayla.
“Eh masih ngedrop yah badannya ?” Tanya Putri mengkhawatirkan.
“Gak terlalu kok… Ini udah bisa kemana – mana hehe… Cuma mau mastiin aja biar besok – besok lebih prima lagi… Hehe” jawab Nayla berbohong.
“Oalah yaudah aku langsung' to the point 'aja yah… Besok pagi agak ke siang ada pemotretan lagi sama bu Dona… Mbak bisa dateng gak ?” Tanya Putri ingin memastikan.
“Bisa kok bisa… Nanti aku usahain dateng” Ucap Nayla jadi tidak enak.
“Kalau gitu besok aku jemput yah” Ucap Putri.
“Eh gak usah… Ngapain mau jemput” Tanya Nayla tidak enak.
“Gapapa… Sekalian jalan – jalan aja… Lagian arahnya kan satu jalur dari rumah aku… Biar ada temen bareng juga pas berangkatnya” Ucap Putri tersenyum.
“Hmmm yaudah deh kalau gitu… Makasih yah udah ngawatirin aku” Ucap Nayla tersentuh.
“Hihihi sama – sama… Cepet sembuh yah… Sampai jumpa besok kalau gitu… Wassalamualaikum” Ucap Putri menyemangati.
“Iyy Put… Makasih yah buat semuanya… Walaikumsalam” Jawab Nayla merasa tidak enak.
Setelah telepon ditutup. Nayla pun mendesah sambil menatap langit biru diatas sana. Ia merasa tidak enak sudah membohongi Putri. Tapi ia juga merasa tidak enak karena sudah melewatkan sesi perfotoan bersama bu Dona. Ia jadi semakin kesal pada pak Urip. Bukan hanya menganggu hidupnya tapi pria tua itu juga sudah mengganggu pekerjaannya. Tapi kemudian ia tersenyum ketika teringat Putri akan datang menjemputnya.
“Setidaknya kalau ada Putri di rumah kan, aku bisa langsung pergi tanpa diganggu pak Urip lagi” Ucap Nayla tersenyum.
Ia pun kembali berangkat menuju klinik sesuai alamat yang tertera di 'google map'.
“Akhirnya sampai juga” Ucap Nayla lega.
Ia pun segera turun lalu memarkirkan motornya di tempat parkir. Segera ia memasuki klinik dan mendapati ada satu orang lelaki yang duduk sendirian disana.
“Hmmm mbak Nayla yah ?” Ucap lelaki tampan itu.
“Eh iya… Kok tau” Ucap Nayla terkejut lagi.
“Tadi mbak yang jaga di dalem bilang kalau saya akan masuk setelah mbak… Jadi mbak duduk aja di dalem… Setelah orang yang di dalem keluar… Mbak bisa langsung masuk kok” Tanya lelaki tampan bertubuh kekar itu.
“Ohh gitu… Makasih yah mas infonya” Ucap Nayla tersenyum.
Nayla lagi – lagi lega karena tadi pagi sempat terpikirkan untuk memesan tempat terlebih dahulu mengingat biasanya orang – orang yang datang ke klinik ini cukup ramai. Setidaknya dengan pendaftaran itu dirinya bisa langsung masuk tanpa perlu mengantri lebih lama lagi. Tak lama kemudian pasien yang ada di dalam ruangan pun keluar.
“Mbak Nayla Salma Nurkholida” Panggil mbak yang berjaga.
“Eh iya… Saya mbak” Ucap Nayla sambil mengangkat tangannya.
Nayla lalu diberi berkas catatan kesehatan lalu memasuki ruangan untuk menemui dokter Amir.
“Silahkan mbak Nayla yah ?” Ucap dokter Amir sambil memeriksa berkas yang ia dapatkan.
“Iya dok” Jawab Nayla sambil duduk di depan dokter.
“Bisa diceritakan keluhannya ?” Tanya Dokter itu dengan ramah sambil menatap Nayla.
“Anu… Anu” Jawab Nayla ragu - ragu.
“Gapapa ceritakan aja mbak… Yang jelas supaya saya bisa memberikan obat yang pas untuk mbak” Ucap Dokter Amir sambil tersenyum untuk meyakinkan Nayla.
“Heheh anu gini dok… Beberapa hari yang lalu anu itu… Suami saya… Iya suami saya hehe, memberi obat perangsang ke saya biar lebih bergairah waktu bercinta katanya… Tapi kok… Hmmm belakangan efek dari obat perangsang itu masih terasa yah… Jadi kadang - kadang saya ngerasa suka . . . .” Ucap Nayla malu - malu.
“Terangsang sendiri yah ?” Ucap pak Dokter memotong yang membuat Nayla tersipu.
“Hehehe iyya begitu lah dok” Ucap Nayla kepada dokter brewok tersebut.
“Silahkan kalau gitu tiduran dulu… Biar saya periksa” Ucap Pak Dokter bersiap untuk memeriksa Nayla.
Nayla yang masih malu menuruti apa yang diminta oleh dokter. Nayla pun berbaring diatas ranjang kemudian dokter Amir mendekati sambil memasangkan stetoskop ke telinganya.
“Maaf mbak… Boleh buka kancingnya sebentar ?” Pinta dokter Amir mengejutkan Nayla.
“Eh ?”
“Tenang mbak… Ini demi pemeriksaan… Saya gak akan aneh - aneh kok” Ucap dokter itu dengan suara jantan sehingga membuatnya tampak meyakinkan. Nayla yang tidak memiliki pilihan lain akhirnya menuruti. Ia menaikan hijabnya lalu membuka rompinya terlebih dahulu. Ia lalu membuka satu demi satu kancing kemejanya hingga nampak lah beha berwarna putih yang menyembunyikan gundukan indah yang dimilikinya.
“Tarik nafas” Ucap Dokter Amir sambil menyentuhkan stetoskopnya ke kulit dada Nayla.
“Keluarkan” Ucap Dokter Amir sambil menyentuhkan stetoskopnya ke bagian yang lain.
“Lagi mbak… Iya seperti itu” Ucap dokter Amir kembali memindahkan stetoskopnya ke bagian lain.
“Tunggu sebentar” Ucap Dokter Amir sambil melepas stetoskopnya.
Nayla yang sudah membuka 4 kancing teratas kemejanya hendak bangkit untuk mengancingkan kemejanya kembali.
“Eh jangan dulu… Pemeriksaannya belum selesai” Ucap Dokter Amir sambil tersenyum yang membuat perasaan Nayla mendadak tidak enak. Nayla kembali tiduran membiarkan dokter itu memeriksa tubuhnya.
“Mmppphhhhh” desah Nayla terkejut saat tiba - tiba puting susunya ditekan oleh dokter Amir.
“Dookkkk” Ucap Nayla hendak protes.
“Tenang… Ini bagian dari pemeriksaan kok” Ucap Dokter itu menenangkan. Namun tangan nakal dari dokter itu kembali beraksi dengan meraba buah dada indah Nayla yang masih tertutupi behanya.
“Mmpphhhh dokkkk… Apa maksud semua ini ?” Jerit Nayla saat lagi - lagi puting susunya ditekan bahkan diiringi remasan yang membuat Nayla merasa terlecehkan.
Belum reda rasa terkejut yang Nayla punya. Tiba - tiba dokter Amir menurunkan cup bra sebelah kanan Nayla lalu memelintir putingnya yang membuat Nayla blingsatan tak karuan.
“Aaaahhhhh dokkk hentikaaannn” Desah Nayla tak kuat lagi.
“Hmmm menarik” Ucap dokter itu.
Tiba - tiba dokter itu juga menarik puting Nayla hingga tubuhnya terangkat naik.
“Aaaaaahhhhhh” Jerit Nayla sambil memegangi tangan dokter mesum itu.
Disaat Nayla teralihkan pada tangan nakal dokter Amir. Tiba - tiba dokter berwajah tampan yang memiliki brewok itu menurunkan resleting celana Nayla lalu memasukan tangannya untuk menekan vagina Nayla dari luar celana dalamnya.
“Aaaaahhhh dokkk… Apa ini ? Apa maksud semua ini ? Mmppphhhh” desah Nayla merinding merasakan sensasi nikmat yang tak terduga dari dokter mesum itu.
“Hmmm sangat menarik” Ucapnya yang membuat Nayla semakin kesal.
Merasa belum cukup. Jemari kanan dokter itu masuk ke dalam liang senggama Nayla yang mulai membasah. Sontak Nayla blingsatan hingga matanya memejam merasakan pelecehan dokter brewok itu. Dokter Amir juga meremasi payudara Nayla menggunakan tangan kirinya yang membuat Nayla semakin blingsatan tak karuan. Berulang kali pinggulnya terangkat naik. Berulang kali akhwat bercadar itu menjerit. Gairah birahinya mendadak bangkit. Nayla semakin terangsang oleh rangsangan tiba - tiba yang dokter mesum itu lakukan.
“Aaaaaaahhhhhhhhhhh” Jerit Nayla sekeras - kerasnya saat klitorisnya ditekan serta puting kanannya dicubit. Nayla merinding keenakan. Ia heran kenapa dokter itu begitu ahli dalam merangsang tubuhnya.
“Oke… Oke… Sudah cukup” Ucap dokter Amir sambil menarik keluar tangannya dari dalam pakaian yang Nayla kenakan. Dokter itu lalu mengambil kain lap kemudian membersihkan jemari kanannya yang bersimpuh cairan cinta Nayla.
“Hah… Hah… Hah… Apa maksud semua ini dok ? Apa yang dokter lakukan ke saya ?” Tanya Nayla dengan mata berkaca - kaca. Nayla sangat ketakutan saat tubuhnya dilecehkan orang lain lagi. Ia pun buru - buru mengelap air matanya tapi kemudian terkejut saat dokter Amir memberikannya tisu.
“Maaf… Tapi ini demi pengecekan tubuh mbak… Sepertinya kandungan obat perangsang di tubuh mbak cukup parah… Buktinya mbak mudah terangsang saat saya lakukan tes tadi” Ucap dokter Amir yang membuat Nayla kesal.
“Tes ? Jadi itu tes ? Bukannya yang pak Dokter lakukan tadi cuma melecehi tubuhku?” Ucap Nayla kesal sambil mengelap air matanya.
“Maaf… Saya paham akan kekesalan mbak… Tapi cuma itu yang bisa saya lakukan untuk mengecek kandungan obat perangsang yang masih ada di dalam tubuh mbak” Jawab dokter itu yang cukup meyakinkan. Raut wajahnya juga terlihat datar alias tidak ada nafsu yang ditunjukkan kepadanya. Tatapannya jauh berbeda dari tatapan pak Urip yang sangat bernafsu. Ia pun agak percaya kalau Dokter brewok itu melakukan semua hal ini demi pemeriksaan saja.
Nayla yang masih kesal buru - buru membenarkan pakaian dalamnya lalu mengancingkan kemejanya. Ia juga menaikan celananya. Dengan sisa amarah yang ada di hatinya. Ia kembali duduk didepan dokter Amir.
“Ini untuk obatnya… Memang terlihat seperti air biasa yang berada di dalam botol… Tapi air ini mengandung obat yang dapat menetralisir obat perangsang di dalam tubuh mbak… Cukup satu tegukan tiap pagi sekitaran pukul tujuh atau delapan… Usahakan konsisten diminum yah… Kalau mbak konsisten mungkin sekitar 12 - 14 hari mbak bisa sembuh total… Tapi kalau masih belum sembuh, mbak bisa kesini lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut” Ucap dokter itu menjelaskan.
Nayla yang masih kesal hanya mengangguk saja. Ia pun lekas membayar biaya pengobatan lalu pergi keluar dari dalam ruangan itu. Nayla pun bertekad, meski dirinya belum sembuh dirinya tidak akan kembali ke ruangan mesum itu karena tidak mau tubuhnya kembali diraba - raba oleh dokter mesum itu.
'Ihhh dokter apaan yang pengobatannya kayak gitu ? Ihhh amit – amit deh kalau digituin lagi sama dia… '
Batin Nayla yang sudah kehilangan respek kepadanya.
“Selanjutnya, mas Edwin” Ucap mbak yang berjaga. Pria tampan yang tadi menyambut Nayla pun masuk menemui dokter Amir. Nayla hanya meliriknya sejenak lalu menaiki motornya untuk kembali pulang ke rumahnya.
'SEMENTARA ITU DI DALAM RUANGAN
“Eh ada mas Edwin… Kenapa nih ?” Ucap dokter Amir yang tiba - tiba mengubah nada suaranya. Suaranya yang tadinya cukup jantan dan berat tiba - tiba berubah menjadi lembut dan agak kemayu.
“Biasa dok… Tolong periksa yah” Ucap Edwin sambil tersenyum menatap dokter brewok itu.
“Seperti biasa yah mas ?” Ucap dokter Amir membalas tatapan Edwin dengan senyuman penuh arti.
*-*-*-*
'SEMENTARA ITU DI JALAN
“Ihhhh dokter macam apa sih dia itu ? Duhhh gara - gara dia aku jadi kumat lagi kan !!!” Ucap Nayla kesal dalam perjalanan pulangnya. Berulang kali ia menyetir sambil menggesekkan kakinya tuk menahan rasa gatal yang ada di vaginanya. Bahkan saat lampu merah terjadi, Nayla diam - diam menekan vaginanya tuk menekan rasa gatal yang dideritanya. Namun gerakan tangannya itu malah membuatnya jadi semakin bernafsu.
Nafasnya ngap - ngapan. Akhwat bercadar itu butuh pelampiasan. Berulang kali tatapannya kurang fokus akibat rasa gatal yang mendera tubuhnya.
“Eeehhh 'astaghfirullah' !!!” Jerit Nayla terkejut saat mobil yang ada di depannya tiba - tiba berhenti.
“Fiyuhh untung aja bisa ngerem… 'Astaghfirullah' bahaya banget sih tadi” Ucap Nayla lega.
Namun rasa gatal yang mendera vaginanya masih menyulitkan diri Nayla. Makin kesini, rasa gatal itu malah semakin menjadi. Kini payudaranya yang terasa gatal ingin diremas. Nayla benar - benar butuh pemuas. Bahkan saat melihat adanya polisi yang bertugas menjaga lalu lintas. Matanya malah menatap celana berharap ada tonjolan yang bisa melampiaskan fantasinya.
“'Astaghfirullah' pandanganku” Ucap Nayla sambil geleng - geleng kepala.
Racun itu mulai mempengaruhi otak Nayla. Racun itu mulai mengotori pandangan Nayla. Bahkan saat ada gelandangan lewat yang hanya mengenakan celana pendek saja tanpa adanya atasan membuat akhwat bercadar itu semakin terangsang.
“Bagus banget tubuhnya… Ototnya kekar” Lirih Nayla saat melihat gelandangan yang tubuhnya memang cukup kekar.
“'Astaghfirullah'… Bisa - bisanya aku kepikiran kayak gitu ! Lirih Nayla kembali geleng - geleng kepala.
Nayla pun mengendarai motornya secara pelan - pelan. Ia takut kalau nafsunya ini malah membuatnya mengalami kecelakaan. Namun yang ada malah membuat pandangannya selalu menatap pria - pria yang lewat di pinggir jalan. Ia seperti sedang mencuci matanya saja. Tiap pria berbadan kekar yang lewat baik itu yang muda ataupun yang sudah menjadi bapak - bapak ataupun lelaki yang biasa - biasa saja tapi mengenakan pakaian ketat dipelototi semuanya oleh Nayla.
Nayla hanya bisa geleng - geleng kepala. Ia benar - benar sudah tidak kuat lagi. Ia butuh pelampiasan. Ia butuh penis besar yang panjang dan kekar yang dapat memuaskan nafsu birahinya.
“Pak Beni” Lirih Nayla terpikirkan sebuah nama.
Ia juga teringat video porno yang ia lihat kemarin sore. Ia jadi ingin seperti wanita yang ada di video itu. Ia pun akhirnya bergegas pulang bukan untuk kembali ke rumahnya tapi untuk ke rumah tetangganya.
“Aku gak kuat lagi… Aku butuh kontol gede… Maafkan aku mas… Maafkan aku… Maafkan istrimu sekali aja mas… Aku gak kuat lagi… Racun ini bener - bener menguasai tubuhku mas” Ucap Nayla sambil membayangkan suaminya saat ingin berzina bersama tetangganya.
“Tapi apa yang harus aku ucapkan… Aku gak mau dipandang rendahan olehnya” Ucap Nayla bimbang.
“Ah nantilah… Yang terpenting aku harus menemui pak Beni dulu… Tolong pak… Tolong atasi masalahku ini !” Lirih Nayla penuh harap.
Tak lama kemudian Nayla tiba di depan rumah pak Beni. Ia diam - diam masuk ke dalam pagar gerbang rumah tetangganya berharap tidak ada orang lain yang melihatnya datang ke rumah pak Beni. Ia juga sesekali melirik ke rumahnya sendiri berharap pak Urip tidak memergokinya datang ke rumah pak Beni. Ia dengan tergesa - gesa mengetuk pintu rumah pak Beni. Ia pun mengetuknya lalu berlari ke luar pagar untuk melihat keadaan di jalanan.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
“Assalamualaikum, eh… Selamat pagi pak !” Ucap Nayla lalu berlari pergi untuk mengecek sekitar.
“Ihhh pak Beni mana sih kok belum bukain pintu !” Lirih Nayla sambil menoleh ke jalanan kadang ke pintu rumah pak Beni.
Merasa belum ada jawaban, Nayla kembali ke pintu rumah pak Beni untuk mengetuknya.
'Tokk… Tokk… Tokkk… '
“Pak, ini aku… Nayla… Tolong bukain pak !” Ucap Nayla lalu kembali ke jalanan.
Namun kali ini pintu akhirnya terbuka. Namun Nayla masih belum sadar karena masih fokus melihat keadaan di jalanan. Pak Beni yang melihat penampilan Nayla langsung terpana. Belum pernah ia sekagum ini saat melihat seorang wanita. Hijabnya, kemejanya, rompinya, celananya semuanya sungguh 'matching' di tubuh Nayla. Nayla terlihat seperti seorang 'office lady' saja. Nayla sudah seperti seorang 'manager' kantor yang telah bersiap untuk melakukan rapat. Apalagi saat itu angin tengah berhembus. Hijab yang Nayla kenakan pun berkibar ke belakang. Sedangkan pak Beni saat itu cuma mengenakan celana panjang yang teksturnya mirip celana tantara hanya bisa diam mengaguminya dari kejauhan.
MEBE9OT
https://thumbs4.imagebam.com/26/be/16/MEBE9OT_t.jpg 26/be/16/MEBE9OT_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Ehh bapak…” Ucap Nayla menyadarkan pak Beni. Akhwat bercadar itu segera masuk ke dalam rumah untuk berlindung dari kejaran pembantunya.
“Mbakkk… Ada apa ?” Tanya pak Beni terkejut Nayla kembali bertamu ke rumahnya.
“Seperti omongan aku kemarin pak… Aku akan kesini tiap kali suamiku pergi pak” Ucap Nayla sambil tersenyum. Namun cara berdirinya terlihat aneh. Matanya bahkan sesekali menatap tubuh pak Beni yang tidak ditutupi apa - apa. Bahkan matanya juga sesekali menatap perut kotak - kotaknya. Ia ingin merabanya namun ia terlalu malu untuk mengucapkannya.
“Kalau gitu ayo duduk dulu” Ucap pak Beni mempersilahkan tamunya masuk.
“Iyya pak” Jawab Nayla malu - malu saat berjalan di sebelah pak Beni. Namun lagi, matanya malah terfokus pada tubuh kekar pak Beni. Nayla benar - benar di luar kendali. Ia sungguh ingin bercinta untuk melampiaskan nafsunya lagi.
“Mbak habis darimana ? Kok tadi diluar ada motor mbak ?” Tanya pak Beni untuk berbasa - basi terlebih dahulu.
“Hehe anu… Gak pak… Aku habis dari luar aja” Jawab Nayla sambil berulang kali membenahi posisi duduknya. Vaginanya benar - benar gatal yang membuatnya tak nyaman dan ingin menggaruknya segera.
“Dari luar ? Jalan - jalan yah mbak hehe ?” Tanya pak Beni kali ini sambil menatapi lekuk tubuh dari akhwat bercadar itu.
Nayla tak menjawabnya dengan segera. Ia malah memperhatikan wajah pak Beni yang tengah menikmati lekuk tubuhnya. Anehnya Nayla tak merasa marah. Ia justru menikmati tatapannya itu dan justru tergoda untuk menggoda pria tua berbadan kekar itu.
“Hehe iyya pak… Mmpphhhh” Jawab Nayla dengan nada agak mendesah sambil menekan vaginanya pelan - pelan tanpa sepengetahuan pak Beni.
'Duhhh gatel banget sihhh… Gak tahan banget pengen ituu…'
Batin Nayla gelisah.
Tubuhnya bahkan mulai berkeringat. Nafasnya semakin berat. Dadanya naik turun dengan cepat dan matanya menatap otot pak Beni yang berurat.
“Mbaakkk… Mbak gapapa ?” Tanya pak Beni saat melihat tubuh Nayla sedikit aneh.
“Heheheh aku emangnya kenapa pak ?” Tanya Nayla memaksa senyum sambil menahan gairah birahinya yang semakin tak terkendali.
“Mbak keliatan… Hmmm… Gak jadi hehe” Ucap pak Beni saat menyadari tangan Nayla. Ia melihat Nayla seperti sedang menggaruk - garuk vaginanya. Saat wajahnya ia naikan, ia menyadari kalau dada Nayla semakin besar. Kemeja yang Nayla kenakan jadi tampak sempit. Pak Beni pun menenggak ludah. Pelan – pelan penisnya mulai bangkit menyadari tubuh Nayla semakin seksi.
Tiba - tiba Nayla tersenyum. Ia mencoba menenangkan tubuhnya. Ia dengan malu - malu menaikan pandangannya tuk menatap pria tua kekar itu.
“Pakkk… Aku mau minta tolong boleh ?” Tanya Nayla sambil berpindah mendekati tempat duduk pria tua kekar itu.
“Ehhh ada apa mbak ?” Tanya pak Beni berdebar apalagi saat lengan kekarnya dibelai oleh Nayla.
“Hehe tolongg bantu aku paakkk” Ucap Nayla dengan agak mendesah sambil menatap wajah pak Beni dengan tatapan penuh gairah.
“Anuuu… Apa yaahhh ?” Tanya pak Beni bingung namun juga penasaran. Dilihat senafsu itu oleh Nayla membuat pak Beni juga ikut bernafsu. Namun ia mencoba bersabar membiarkan Nayla mengucapkan apa yang ia inginkan.
“Untuk kali ini aja… Aku mau liat kontol bapak… Boleh yah ? Aku mau mainin kontol bapak boleh ?” Tanya Nayla dengan begitu vulgarnya yang membuat pak Beni 'shock'.
“Koonn… Konntooll ?” Tanya pak Beni tak menyangka. Ia tak mengira kalau akhwat sealim Nayla bisa berkata sekotor itu.
“Heemmm paakkk… Aku udah gak nahan… Aku boleh mainin kontol bapaakk ?” Tanya Nayla yang kini semakin berani dengan membelai penis pak Beni dari luar celananya.
“Mbaakkk… Mbakk ada apa ? Mbak kenapa ? Ouuhhhhhh” desah pak Beni sambil memejam saat penisnya dibelai Nayla dari luar celananya.
“Akan aku jelaskan nanti pak tapi tolonngg… Aku gak kuat lagi… Aku keluarin yah kontolnya” Ucap Nayla tak tahan lagi sehingga memaksa memelorotkan celana pak Beni.
Nayla yang duduk di atas sofa panjang di sebelah pak Beni mulai memelorotkan celananya. Bagaikan wanita pemuas yang sangat bergairah. Ia memasukan tangannya ke dalam celana pak Beni lalu mengeluarkan penisnya yang ternyata sudah mengeras.
“Aaaaahhh mbaaakkkk” desah Pak Beni merasakan kemulusan tangan Nayla di penis besarnya.
“Geeddeee bangeett… Kesukaan aku ini paakk… Hihihiii” Tawa Nayla sambil mengocok penis pak Beni secara perlahan.
Nayla tersenyum puas saat dapat memegang pusaka suci milik pria tua kekar itu. Bentuknya yang keras membuat Nayla semakin bergairah. Ukurannya yang besar membuat Nayla semakin terangsang. Warnanya yang hitam pekat dengan adanya kulup yang menutupi ujung gundulnya membuat Nayla gemas ingin menciumnya. Pikiran Nayla semakin keruh. Ia benar – benar tak tahan ingin digenjot oleh penis indah itu.
“Aaaahhh mbaakkk… Aaahhhh enakk bangett… Aahhhh yahhh” desah pak Beni merem melek merasakan kocokan akhwat bercadar itu.
“Hihihihi bagus deh kalau bapak keenakan… Aku percepat yahhh” Ucap Nayla mulai mempercepat kocokannya.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh mbaakkkk lagiii… Aaahhhh yahhhhh” desah pak Beni sambil mengepalkan kedua tangannya menahan kenikmatan yang luar biasa.
“Mmmppphhhh gede bangeeeettt… Mmpphhh… Mmppphhh bapaakkk” desah Nayla sambil menatapi penis yang sedang ia kocok.
Tangan Nayla dengan gemulai menggenggam erat penis pak Beni. Dengan kuat ia gerakkan naik turun. Penis pak Beni pun terkocok naik turun. Sesekali ujung gundul penis pak Beni nampak saat kulupnya tertarik ke bawah. Nayla jadi gemas. Ia ingin menjilat ujung gundul itu ketika nampak ke permukaan.
'Hah… Hah… Hah… Maafin aku maass… Maafin aku… Izinkan aku sekali aja mas… Izinkan aku berzina untuk kali ini saja, mas…'
Batin Nayla meski menyesal namun tak sanggup untuk berhenti mengocoki penis pak Beni.
“Paaakkkk… Hah… Hah… Hah…” desah Nayla sambil menatap wajah pak Beni.
“Aaahhhhh… Aaaahhhhh… Ada apaa mbaakkk ?” Desah pak Beni sambil menatap wajah Nayla.
Tatapan penuh nafsu dari Nayla membuat luapan gairah pak Beni semakin bangkit. Bibirnya jadi gemas ingin mencumbunya. Namun ia tak berani tuk mengungkapkan. Berulang kali matanya menatap cadar yang Nayla kenakan berharap Nayla menyingkapnya sehingga ia dapat nyerocos tuk menghisap bibir dari bidadari bercadar itu.
“Bapaaakkk pernah bercinta kan sebelumnya ?” Tanya Nayla yang membuat jantung pak Beni rasanya seperti berhenti berdetak.
'Deeegggg !!!'
“Aaaahhhh… Maksuddnyyaaa… Maksudd mbaakkk ?” Tanya pak Beni saat tak percaya dengan telinga yang mendengar pertanyaannya.
“Hehe aku ingin bercinta dengan bapak… Bapaak pernah kan ?” Tanya Nayla yang semakin bernafsu sehingga semakin berani kepada pria tua kekar itu.
“Beelluumm… Saya belumm pernah mbaakk… Saya masih perjakaaa” jawab pak Beni yang membuat Nayla tersenyum.
“Masaaa ? Bukannya bapak sering onani sambil mikirin aku kan ?” Tanya Nayla sambil terus mengocok penisnya yang lagi - lagi membuat jantung pak Beni seperti berhenti berdetak.
“Ittuuuu… Itttuuuuu” Jawab pak Beni sambil sedikit mendesah.
“Hihihih gapapa paakk… Aku gak mempermasalahkan… Cuma aku minta pertanggung jawaban bapak… Gara - gara bapak aku jadi nafsu sama bapakkk lohhh” Ucap Nayla yang lagi - lagi mengejutkan pak Beni.
“Naaffssuu ? Sama sayaaa ? Aaaaaahhhhhh” desah pak Beni saat kocokan tangan Nayla semakin terasa nikmat.
“Bapaakkk harus tanggung jawab… Bapaakk harus muasin aku pokoknya” Ucap Nayla yang tiba - tiba menghentikan kocokannya lalu berdiri membiarkan pak Beni melongo saat celananya turun hingga ke lututnya. Seketika mata pak Beni nyaris meloncat keluar. Ia tak percaya saat melihat akhwat bercadar itu menurunkan resleting celananya.
Nayla yang sudah menyerah pada nafsunya mulai memelorotkan celananya. Saat celananya jatuh ke lantai. Ia mendorong tubuh kekar pak Beni hingga bersandar pada sandaran sofa di rumahnya. Nayla sambil tersenyum dari balik cadarnya mulai menunggangi pangkuan pak Beni. Penis kekar yang sedang berdiri tegak itu lama - lama mulai masuk membelah liang senggama sang dewi.
“Aaaaaaaaaahhhhhhhhh” desah mereka berdua secara bersamaan.
Nayla yang sudah amat terangsang mendapatkan apa yang ia cari - cari selama ini. Akhirnya ada benda tumpul nan keras yang dapat menggaruk vaginanya. Vaginanya yang sudah amat lembap memudahkan penis hitam itu untuk masuk membelah liang senggamanya. Terasa tusukannya begitu kejam. Penis hitam itu dengan perkasa masuk menyundul dinding rahimnya.
“Ouuuhhh bapaaaaakkkk” desah Nayla hingga menatap langit - langit ruangan merasakan nikmatnya tusukan dari tukang sapu jalanan itu.
“Aaaahhh mantap sekali memekmu mbaaakkk” desah pak Beni sambil menatap akhwat bercadar yang tengah menunggangi pangkuannya.
Tubuh Nayla yang sedang 'on' - 'on' nya terpampang dihadapannya. Meski Nayla masih mengenakan pakaian lengkap mulai dari cadar ke atas sampai celana dalam ke bawah. Nampak lekuk tubuhnya membuat pak Beni geleng - geleng puas.
Apalagi saat dirinya merasakan pijitan vagina Nayla pada penis kekarnya. Juga sentuhan tangan Nayla di kedua putingnya. Rasanya seperti dilayani oleh bidadari surgawi.
Apalagi saat tubuh Nayla mulai bergerak naik turun. Disitulah pak Beni mulai berkebun. Tubuh Nayla berayun - ayun. Membuat pria kekar itu mengaum - ngaum. Laksana singa yang sedang menandakan daerah kekuasannya. Pak Beni seolah sedang menancapkan daerah kekuasannya di dalam vagina Nayla.
Aaaahhhhh... Aaaahhhhh... Aaaahhhhh
Sementara Nayla menjerit - jerit. Pak Beni mendesah keenakan saat penis kekarnya mengobrak – ngabrik vagina Nayla yang sempit. Penisnya dijepit. Penisnya terapit. Rasanya begitu komplit hingga mulutnya terus berkomat - kamit. Pak Beni sampai memegangi pinggang Nayla saat goyangan tetangganya itu semakin menggila.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Aaahhh bapaakkk… Aaaahhhhh” desah Nayla sambil memejamkan mata.
“Aaaahhhh luar biasa sekali goyanganmu mbaakkk… Saya baru tau rasanya bisa seenak ini… Ayo terus mbaaakkk… Goyaaanggg lagiii… Goyaanggg yang kencanggg” Desah pak Beni sambil mengusapi pinggang ramping Nayla.
“Aaaaahhh iyaahh paakkk… Bapaakk jugaaa… Remas dadaku paakk… Ayooo remas” Desah Nayla sambil menuntun tangan pak Beni ke dadanya.
Pak Beni dengan senang hati langsung meremasnya. Kemeja Nayla langsung lecek. Vaginanya juga semakin becek. Remasan tangan pak Beni yang terlalu kuat membuat Nayla semakin bergairah.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhh” desah Nayla semakin bersemangat.
'Maafkan aku suamiku… Maaafkan istrimu ini, mas… Aku terlalu bernafsu untuk berhenti… Aku terlalu nafsu untuk menjaga harga diriku, mas…'
Batin Nayla meski menyesal namun terus bergoyang.
Luapan birahi yang semakin menjadi membuat akhwat bercadar itu semakin liar dalam bergoyang. Tidak hanya naik turun diatas pinggang sang pejantan. Ia melakukan variasi dengan melakukan goyangan maju mundur. Terkadang ia melakukan goyangan memutar sehingga penis pak Beni seperti teraduk - aduk di dalam vaginanya. Awalnya maju lalu ke kanan lalu ke belakang lalu ke kiri dan kembali ke depan. Ia memutar pinggulnya dengan cepat. Ia melakukan goyangan dengan hebat.
'Aaaaahhhh… Aaahhhh… Enak sekaliiii… Kenapa rasanya enak begini ? Aaaahhhh akuuu gak bisa berhentiii… Ouuhhh pak Beeniii… Ouuhhhh enak sekali kontolmu ini, paakkk !!!'
Batin Nayla sambil menatap wajah pak Beni.
Dilihatnya wajah pak Beni yang keenakan. Dilihatnya wajah pak Beni yang menahan kenikmatan. Melihat seperti itu membuat Nayla ingin menggodanya lebih. Ia yang merasa gerah tiba - tiba menaikan rompinya lalu melepaskan satu demi satu kancing kemejanya. Mulai dari yang teratas hingga ke bawah semuanya hampir terlepas. Mata pak Beni pun melotot keenakan menatapi buah dada indah Nayla yang kini tinggal tertutupi behanya saja.
“Ouuhhhh bapaaaakkk… Ouhhhhh… Gimana ? Gimana rasanya bercinta denganku ?” Tanya Nayla ditengah goyangannya.
“Aaaaahhhh enak banget mbaaakk… Aaaahhhh luar biasa pokoknyaa” Jawab pak Beni sambil memberikan jempol.
“Hihihihi” Nayla pun tertawa senang. Ia akhirnya bisa menikmati wajah seorang lelaki yang benar - benar keenakan saat dilayani olehnya. Nayla kembali goyang naik turun. Akibatnya payudaranya yang kini terlihat ikut bergoyang naik turun.
“Woaaahhhh… Aaaahhhhh… Aaaaahhh” desah pak Beni saat terpukau pada goyangan indah payudara Nayla.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhh bapaaakkk” desah Nayla tersenyum saat melihat mata pak Beni yang terkagum akan payudaranya.
'Gede sekali susunyaa… Ini nyata kan ? Bentuknya lebih indah daripada yang saya lihat di video porno… Ouhhh mantap sekali susumu mbaakkk… Saya jadi gemas ingin meremasnya lagi !'
Batin pak Beni yang kembali meremas dadanya.
“Aaaaahhh paaaakkkk… Iyyaaahhh… Iyya seperti ituuuuu” Desah Nayla dengan penuh gairah,
Pak Beni menurunkan 'cup' branya. Rupanya meremasnya saja masih belum cukup untuknya. Ia lalu mendekatkan bibirnya untuk menjepit pentil susu itu menggunakan giginya.
“Aaaaahhh baapaaaakkk “desah Nayla merinding keenakan.
Tanpa mengucapkan sepatah kata. Pak Beni menyeruput puting susu Nayla dengan penuh nafsu. Kadang ia juga menjilatnya. Kadang ia juga menghisapnya. Lidahnya kadang keluar untuk membasahi puting susu Nayla. Ia lalu menyeruputnya lagi yang membuat Nayla semakin bersemangat dalam bergoyang. Nayla terkejut pak Beni masih kuat bertahan padahal goyangannya sudah sangat liar. Tapi ia tersenyum tak lama kemudian karena ia akan semakin lama dalam merasakan kenikmatan dari penis tak bersunat itu.
“Aaaaahhh mbaaakkk cuukkuupp” Ucap pak Beni sambil memeluk tubuh Nayla.
“Eeeehhh udah ?” Tanya Nayla kecewa.
“Izinkan saya yang kali ini menggenjot mbak… Saya gak tahan ingin nyodok memek mbak sampe mentok” Ucap pak Beni dengan penuh nafsu yang membuat Nayla kembali tersenyum.
Nayla pun hanya mengangguk malu. Dirinya yang masih mengenakan kemeja namun terbuka kancingnya serta menyisakan celana dalam berikut hijab serta cadarnya hanya manut saja. Ketika dirinya diminta pak Beni untuk menungging menghadap dinding pun, ia juga manut. Ia yang masih bernafsu pun mengharapkan sesuatu yang luar biasa dari sodokan pak Beni. Ia tak sabar ingin disodok. Ia tak sabar untuk merasakan genjotan dari penis hitam yang tak disunat itu.
'Ayooo pakkk cepeettaannn… Ayooo sodokk aku paaakkkk !'
Batin Nayla tak tahan.
Seketika ia merasakan dekapan tangan yang begitu kuat di pinggangnya. Ia juga merasakan benda tumpul yang berulang kali mengetuk - ngetuk pintu masuk vaginanya. Nayla pun menoleh ke belakang. Dilihat pak Beni sudah sangat bernafsu untuk menyetubuhi dirinya.
“Rasakan sodokan saya ini mbaaakkkk !!! Hennkggghhhh !!!!” Desah pak Beni sambil menancapkan penisnya menembus liang senggama Nayla.
“Aaaaaaaahhhhh bapaaaaakkk” Jerit Nayla hingga tubuhnya terdorong maju ke depan. Rasanya sangat luar biasa. Rasanya sungguh nikmat. Rasanya melampaui harapan Nayla. Ini benar - benar puas. Ia jadi semakin tak tahan untuk merasakan goyangan selanjutnya.
“Aaaaaahhhh… Aaaaahhhhh… Aaahhhh mbaaakkkk… Ouhhhh nikmatnyaaa memekmu ini !” Desah pak Beni saat dirinya mulai bergoyang maju mundur.
“Aaaaahhh baapaaakk… Ouhhhhhhh… Pellaannn dikittt… Aaahhh bapaaakkkk” desah Nayla terkejut saat pak Beni langsung tancap gas saja. Seketika dirinya teringat kalau pak Beni belum pernah bercinta sama sekali sebelumnya. Maka pantas saja pak Beni langsung tancap gas. Namun dirinya tetap saja merasakan kenikmatan yang amat sangat. Namun dirinya kesulitan untuk mengimbang nafsu pak Beni yang menurutnya sangat buas.
“Aaaahhhhh enak sekaliii… Enakkk sekaliii rasanyaaaa… Ouhhhh yahhh… Ouhhhh mbaak” desah pak Beni yang justru menambah kecepatannya.
“Aaahhh jangaannnn… Jangannn cepat - cepattt paaakkk… Aaahhhh pelannn… Aaahhhh” desah Nayla semakin kewalahan tuk mengimbangi nafsu liar pak Beni.
Diam - diam mulut Nayla berulang kali membuka saat merasakan tusukan demi tusukan yang menggetarkan sanubarinya. Kedua tangan Nayla menahan sekuat tenaga dorongan yang membuat tubuhnya terus maju ke depan. Langkah kakinya juga demikian. Saking buasnya, tubuhnya semakin terdorong maju. Apalagi saat tangan pak Beni berpindah untuk meremasi bokong montoknya.
“Aaaaahhh paakkk jangann keras - keraaasss !!” Jerit Nayla merasakan sakit di bokongnya.
Bukannya berhenti Pak Beni justru menampar bokong Nayla hingga berubah menjadi warna kemerahan. Ia menampar bokong Nayla berulang kali. Ia menamparnya sambil terus menggenjot rahim dari akhwat bercadar ini.
'Plaaaakkk !!!'
“Aaahhh paakkkk !!”
'Plaaaakkk !!!!'
“Aaaaaahhh bapaaaakkk”
Hentakan demi hentakan yang pinggul pak Beni lakukan membuat Nayla semakin tidak tahan lagi. Nafsunya memuncak dan nafasnya terengah - engah. Ia merasa sebentar lagi dirinya akan berorgasme. Ia pun pasrah sambil memejamkan mata. Rasanya amat sangat nikmat. Ia tak tahu kalau berselingkuh rasanya bisa senikmat ini.
“Aaaaaaahhhh paaakkkk… Aahhhh terusss… Lebihh cepatt lagiii… Akuu mau kelluarrr paakkk… Ayooo sodok aku yang kuaaatt !” Desah Nayla memotivasi pak Beni.
“Aaaahhhh iyyahh mbaaakk… Aaahhhh hennkgghhh !” desah pak Beni yang semakin mempercepat goyangannya.
“Aaaaahhhh iiyyaaahhh… Iyyahhh teruss paaakk” desah Nayla tak kuat lagi.
Tangan pak Beni pun membantu dengan berpindah meremasi dada Nayla. Dada bulat Nayla diremas. Putingnya dipelitintir. Kadang ia menarik putingnya yang memberikan sensasi tersendiri bagi bidadari bercadar itu. Nayla pun tak kuat lagi. Ketika sodokan pak Beni yang begitu kuat menghantam rahim kehangatannya hingga mentok begitu dalam, disitulah cairan cintanya dengan deras tumpah membasahi penis pak Beni.
'Jleeeebbbbbb !!!'
“Aaaahhh bapaaakkkk… Keellluuaaarrrr !!” Jerit Nayla dengan sangat puas.
'Cccrrrttt... Cccrrrttt... Cccrrrttt...'
Cairan cintanya keluar begitu banyak. Cairan cinta Nayla menyembur seperti air keran yang baru dibuka saja. Tubuhnya merinding keenakan. Matanya memejam menahan kenikmatan yang luar biasa. Nayla sangat puas. Akhirnya rasa gatal yang selama ini menyiksa tubuhnya bisa hilang akibat genjotan nikmat yang diberikan oleh pak Beni.
“Luuaarr biasaaa… Pejuh mbakk banyak banget yang keluuaar… Kontol saya sampai basah gini mbaaakk” Kata pak Beni yang takjub saat menarik keluar penisnya dan mendapati penisnya seperti diolesi oleh pelumas saja. Rasanya memang basah tapi ada sensasi licin - licinnya. Pak Beni pun mengocoknya sambil menatapi kemaluan Nayla yang berkedut setelah dihantam penisnya berulang kali.
“Hah… Hah… Akhirnya selesai juga… 'Astaghfirullahh'… 'Astaghfirullaahh' maafkan aku mas… Maafkan akuu” Lirih Nayla setelah nafsunya terpuaskan.
'Maafkan aku sudah berzina maaasss… Aku gak kuat tadi… Aku bener - bener gak kuat dan membutuhkan penis pemuas yang bisa melampiaskan nafsuku tadi…'
Batin Nayla menyesali perbuatannya.
Saat ia menoleh ke belakang. Ia menyadari kalau ada satu tanggung jawab tersisa yang harus ia selesaikan. Ia yang sudah dipuaskan merasa tak enak kalau langsung pergi tanpa memberikan pak Beni orgasme, pak Beni pasti sudah sangat terangsang sekarang. Ia harus membuat pak Beni berorgasme barulah dirinya bisa bertaubat akibat dosa terindah yang sudah ia lakukan.
“Bapaaakk udah mauu kelluaar ?” Tanya Nayla sambil berbalik badan lalu menyandarkan tubuhnya yang lemas ke dinding di belakangnya.
“Suudaaahhh mbaaakk… Saya mau keluar sebentar lagiii… Saya boleh kan ngeluarin sekarang ?” Tanya pak Beni sambil mengocoki penisnya.
“Boleehh paakkk… Ayoo kita selesaikan segera” Ucap Nayla dengan nada lemah karena saking lemasnya.
Tangan Nayla pun membimbing pak Beni untuk mendekap pinggangnya. Pak Beni yang bernafsu akhirnya melepaskan kemeja yang Nayla kenakan. Ia juga menarik lepas behanya. Tak ketinggalan ia juga membugili dirinya hingga membuat mereka berdua sama - sama telanjang memamerkan keindahannya masing - masing.
Bedanya Nayla masih dibiarkan mengenakan celana dalamnya. Hijab, cadar serta stockingnya juga dibiarkan oleh pak Beni karena menurutnya itu lebih membuatnya seksi. Pak Beni sambil terengah - engah menarik tangan Nayla ke dalam kamarnya. Nafsunya yang memuncak membuatnya mendorong tubuh Nayla hingga terhempas ke ranjang tidurnya.
“Aaaahhhh” desah Nayla pasrah.
Dalam keadaan telanjang bulat, Nayla reflek mengangkangkan kakinya. Di saat akal sehatnya mulai kembali, sejujurnya ia merasa tak nyaman kalau harus melakukan perbuatan ini. Namun ia harus membalas budi kepada pak Beni. Ia pun berharap pak Beni bisa cepat keluar agar dirinya bisa menghentikan aksi zinanya saat ini.
“Ayoo pakkk… Buruaaannn” kata Nayla sambil memegangi pahanya berharap pak Beni bisa segera menancapkan penisnya. Nayla yang sebenarnya bermaksud ingin membuat pak Beni mulai beraksi agar bisa cepat mengakhiri namun dianggap oleh pak Beni tengah menggodanya. Pak Beni pun tak menyangka kalau Nayla bisa sebinal ini saat menggodanya. Pak Beni pun buru - buru ingin menghujami memeknya lagi. Pak Beni pun memegangi paha Nayla lalu menancapkan penisnya sedalam - dalamnya.
“Aaaaaaaaahhhhhhhhhh” desah mereka berdua secara bersamaan.
Pak Beni yang sudah sangat bernafsu tidak langsung menggenjot sang akhwat. Sebaliknya ia malah menatap mata Nayla yang membuat tatapan akhwat bercadar itu menjadi malu - malu. Saat tukang sapu jalanan itu tersenyum. Nayla hanya bisa memalingkan mukanya ke samping.
Saya boleh akhiri sekarang kan ? Saya udah nafsu banget pengen mejuhin tubuh indah mbak ucap pak Beni sambil menatap wajah Nayla dengan binar.
Nayla dengan malu - malu hanya mengangguk saja. Ekspresi malu - malunya justru semakin membangkitkan nafsu birahi pak Beni.
Melihat persetujuan dari Nayla. Pak Beni kembali menegakkan tubuhnya untuk memulai goyangannya. Kedua tangannya memegangi pinggang Nayla lalu pinggulnya ia tarik sebelum menancapkan penisnya lagi menembus rahim kehangatan Nayla.
Uuuuuhhhhh bapaakkk jerit Nayla merasakan tusukan nikmat dari pria tua kekar itu.
Seolah mulai terbiasa, ia kini tidak lagi langsung menggempur rahim sang bidadari. Ia memulainya dengan pelan namun sudah cukup untuk membuat payudara Nayla bergoyang. Mata pak Beni jadi teralihkan pada gerakan payudara Nayla. Gerakannya memang sangat indah sehingga merangsang nafsu birahinya. Lidah pak Beni jadi keluar karena ingin menjilati puting susunya yang berwarna pink. Kedua tangannya juga tak tahan kalau hanya diminta untuk memegangi pinggangnya. Tangan pak Beni pun merangsang paha mulus Nayla. Usapannya naik tuk meraba perut mulusnya. Lalu usapannya kembali naik tuk meremas susu bulatnya. Pak Beni menikmatinya. Ia sangat menikmati tubuh indah Nayla.
Mmpphhh... Mmpphh yang kerasss paaakk... Yangg cepaaattt ucap Nayla bermaksud agar pak Beni bisa segera crot untuk mengakhiri perzinahannya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Baaikkk mbaaakkk... Mbak masih nafsu yah ? Ucap pak Beni yang mengira Nayla masih butuh pemuas sehingga memintanya mempercepat hujamannya.
Namun Nayla tak menjawab. Ia malah menjerit tuk menahan hujaman penis pak Beni di vaginanya yang sempit.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaaahhh bapaaakkk jerit Nayla dengan manja.
Mendengar desahan Nayla yang menggoda ditambah melihat ekspresi wajahnya yang tengah ternoda membuat nafsu pak Beni semakin membara. Ia pun kembali menggenggam pinggang ramping Nayla lalu sedikit menundukkan tubuhnya tuk menatap wajah sangek Nayla lebih dekat lagi. Ia pun mempercepatnya sambil melihat tubuh Nayla yang sedang ia nodai.
Aaaaaahhhhh... Aaaahh... Sedikit lagiii... Saya akan keluarr sebentar lagii mbaaakk desah pak Beni sambil menatap pergerakan buah dada Nayla yang bergoyang semakin kencang.
Aaaahhhh iyaaahhh... Aaahhhh cepaatt kelluaarkaannn jerit Nayla sambil mencengkram sprei ranjang tidur pak Beni dengan kuat.
Ranjang tidur pak Beni bergoyang. Tubuh Nayla terdorong maju mundur dengan kencang. Payudaranya juga meloncat - loncat kegirangan. Sodokan pak Beni memang luar biasa. Ia pun menikmatinya sambil mengusapi tubuh mulus akhwat bercadar itu lagi. Awalnya dari pinggang ke perut lalu ke dada tuk meremasnya lalu turun lagi ke perut sebelum naik lagi ke buah dadanya. Pak Beni semakin tak kuat lagi. Ia pun menghujami vagina Nayla dengan sisa tenaga yang ia punya.
Aaaahhh... Aaaahhh... Aaaahhh jerit Nayla saat tubuhnya terangkat. Payudaranya jadi semakin meloncat - loncat. Nayla disetubuhi dengan sangat dahsyat.
'Plookk… Plokkk… Plookkk !!!'
Pinggul Pak Beni terus menggempur. Suara hantaman pinggul itu terdengar semakin keras seiring nafsu birahi pak Beni yang semakin ganas. Susu bulat Nayla terus teremas. Hujamannya semakin kuat yang membuatnya semakin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu, mbak… Aaahhh terima ini… Terima lebih kuat lagi” Desah pak Beni saat menghentakkan pinggulnya.
'Plokkk… Plokkk… Plokkk… '
Terdengar hantaman pinggul mereka berdua semakin keras.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh lebih kerasss lagiii” desah Nayla saat menyadari penis pak Beni mulai berdenyut.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Iyaahh mbaakkk... Rasakan ini... Rasakaannn inniii !!! Desah pak Beni patuh.
Hujaman pak Beni semakin kuat. Gerakannya juga semakin cepat. Gesekannya terasa nikmat. Terlihat wajah tuanya semakin berhasrat saat melihat tubuh Nayla yang sudah bertelanjang bulat. Begitu juga saat melihat susu kenyalnya juga dengan pentil berwarna pinknya. Pak Beni semakin tidak tahan lagi. Nafasnya mendadak sesak. Dadanya mendadak sempit. Ia tak kuat untuk menahan birahinya lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Beni yang membuat Nayla memejam.
“Aaahhhhh oh yah… Jangannn di dalemmm... Tolongg jangann keluar di dalemm paakkk” Ucap Nayla saat terlambat menyampaikannya.
“Apaaaahhh ?… Aaahhhh… Sayaaa… Sayaaaa…. Aaahhhhhh terimaaaa iniiiiiii !” Desah pak Beni saat menusukkan penisnya hingga mentok menembus rahim kehangatan Nayla.
“Aaaaahhhhhh bapaaaaakkkkkkkkk” Jerit Nayla kelojotan merasakan puasnya disetubuhi oleh pria tua kekar itu.
Untungnya pak Beni buru - buru mencabut penisnya. Meski beberapa ada yang terlanjur keluar di dalam. Ia masih bisa membuang sisanya ke atas perut Nayla yang sebagian juga mengenai payudara bulatnya. Pak Beni terengah - engah penuh kepuasan. Ia tak mengira kalau bercinta itu jauh lebih nikmat dibandingkan beronani saja.
Uuuhhh... Uhhhh nikmat sekali mbaaakkk... Aaahhhhh terima iniiii desah pak Beni yang sudah membanjiri perut Nayla menggunakan spermanya.
Aaaaahhhh... Aaaahhhhhh desah Nayla terengah - engah membiarkan tubuhnya dinodai oleh pejuh tukang sapu jalanan itu.
Pak Beni yang kelelahan nyaris ambruk memindihi tubuh Nayla. Untungnya kedua tangannya mampu bertumpu pada ranjang tidurnya. Ia tak jadi menindihi. Namun jarak wajahnya dengan wajah Nayla jadi semakin dekat.
Boleh sayaaa ? Pinta pak Beni yang hendak mengangkat cadar Nayla tuk mencumbunya.
Namun tiba - tiba tangan Nayla mencegahnya. Nayla hanya berbalik badan sambil memiringkan tubuhnya. Tugasnya yang sudah berakhir membuatnya enggan disentuh oleh tukang sapu itu lagi.
Mbaakkk ada apa ? Tanya pak Beni heran.
Paakk... Bapak janji ini yang pertama dan terakhir kan ? Tanya Nayla mengejutkan pak Beni.
Maksudnya ? Kenapa seperti itu ? Tanya pak Beni yang ikut tiduran menyamping di belakang Nayla dan hendak memeluknya.
Paaakkk ucap Nayla mencegah tangan pak Beni.
Pak Beni pun heran sekaligus penasaran dengan Nayla.
Maaf ucap Nayla pada pak Beni. Nayla pun bangkit lalu duduk di tepi ranjang memunggungi pak Beni.
Ada apa ini ? Mbak kenapa ? Tanya pak Beni yang ikut bangkit lalu duduk menatap punggung Nayla.
Aku boleh cerita ? Tanya Nayla.
Boleh silahkan mbak ucap pak Beni.
Aku gak tau pernah cerita ini sebelumnya apa enggak... Sebenarnya tiap kali pak Urip memperkosaku, ia selalu memberikan obat perangsang padaku... Aku jadi gak berdaya... Bahkan aku bertingkah seperti seorang pelacur saat diperkosa olehnya... Aku takut pak... Aku gak mau hidup seperti itu... Aku tadi pagi pun sampai pergi ke dokter herbal... Tapi kayaknya racun itu kembali bangkit yang membuatku bertingkah seperti tadi... Maaf pak aku bukan seorang pelacur... Maafkan sikapku tadi... Aku seperti itu bukan karena aku ini rendahan... Hanya saja aku udah gak kuat tuk menahannya dan membutuhkan pemuas yang bisa melampiaskan nafsuku ini... Aku memilih bapak dan aku berterima kasih atas usaha bapak dalam memuaskanku... Tapi tolong ini yang pertama dan terakhir yah... Aku gak mau mengkhianati suamiku lebih daripada ini ucap Nayla menangis dengan menutupi wajahnya.
Pak Beni pun tampak kecewa saat mendengar dirinya mungkin tak bisa menyetubuhinya lagi. Tapi ia mencoba memahami. Ia pun sadar kalau akhwat secantik Nayla gak pantas untuk melakukan hal seperti itu lagi. Pak Beni dengan tabah tersenyum. Ia pun menghampiri Nayla dengan duduk di sebelahnya.
Saya paham mbak... Saya mengerti perasaan mbak... Saya akan mematuhi semua ucapan mbak... Saya bahkan siap untuk menjadi budak mbak kalau dibutuhkan... Tolong jadikan saya budak mbak agar saya bisa membantu mbak di setiap kehidupan mbak ucap pak Beni sambil mengusapi punggung Nayla.
Budak ? Jangan seperti itu pak... Aku gak mau merendahkan orang lain... Aku gak mauuu . . . Ucap Nayla terpotong.
Menjadi budak bukan berarti saya menjadi rendah mbak... Anggap saja saya sebagai pembantu mbak... Tolong izinkan saya mbak... Hanya itu caranya agar saya bisa menolong mbak kalau dibutuhkan
Setelah berfikir sejenak. Nayla pun hanya mengangguk saja. Ia pun meminta izin untuk ke kamar mandi sebelum mengenakan pakaiannya lagi.
Pak Beni mengizinkan. Ia pun termenung di kamarnya sambil memikirkan masa depannya. Seketika ia tersenyum. Entah kenapa pikirannya menjadi mesum.
Bukan bermaksud buruk... Tapi moga aja racun mbak Nayla kembali bangkit agar saya bisa menjadi budak nafsunya lirih pak Beni penuh harap.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 7
HUKUMAN
Jam sudah menunjukkan pukul 10.47.
Di dalam rumah pak Beni, Nayla tengah termenung setelah melakukan dosa terindahnya. Rasa sesal telah menyesakkan dadanya. Bayang-bayang dosa atas kesalahan yang telah ia lakukan terus menghantui dirinya. Apalagi fakta bahwa dirinya adalah seorang selebgram yang kerap mengendorse hijab beserta cadar syar’i menambah penyesalan yang dirasakannya. Ia terus merasa bahwa dirinya adalah seorang munafik. Padahal ia selalu mempromosikan pakaian syar’i tapi sikapnya malah seperti ini.
Apalagi perbuatannya tadi diawali oleh dirinya sendiri yang meminta kepuasan kepada pak Beni. Padahal pak Beni bukan suaminya. Bahkan pak Beni memiliki iman yang berbeda dengannya. Tapi Nayla malah memperlakukan pak Beni seperti suaminya. Ia meminta kepuasan kepadanya. Ia dengan suka rela menyerahkan tubuh indahnya untuk dinikmati oleh pria tua kekar yang merupakan tetangga dekatnya.
“Hah 'astaghfirullah'… Rendah sekali sih diriku ini” Lirih Nayla sambil menunduk kemudian menutupi wajahnya karena malu.
“Lonte ? Apakah aku ini memang lonte ? Apa jangan-jangan omongan pak Urip itu benar adanya… Aku ini, lonte ?” Lirih Nayla terus merenung.
“Kayaknya iya deh… 'Astaghfirullah'… Aku takut banget… Jangan donggg… Jangan kayak gini lagi ! Kamu gak pantes berbuat seperti ini, Nay !” Lirih Nayla sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dibelakangnya. Matanya terus menatap langit-langit ruangan. Ia kembali merenung. Ia terlihat seperti terbebani oleh dosa yang telah dilakukannya.
MEBE9OQ
https://thumbs4.imagebam.com/83/5e/69/MEBE9OQ_t.jpg 83/5e/69/MEBE9OQ_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Sedangkan pak Beni sedari tadi hanya diam memantau sikap Nayla yang berada di ruang tamunya. Pak Beni merasa tidak enak kalau mengajak ngobrol dirinya sekarang. Ia merasa kalau Nayla sedang berada dalam fase pergolakan batin. Apalagi ia teringat perkataannya tadi selepas ia memejuhi tubuh indahnya di atas ranjang tidurnya.
'Tapi tolong, ini yang pertama dan terakhir yah… Aku gak mau mengkhianati suamiku lebih daripada ini…'
Terlihat saat itu raut wajah penyesalan di wajah Nayla. Meski dalam hati pak Beni berharap bisa menyetubuhi tubuh Nayla lagi. Kebahagiaan Nayla adalah yang utama. Kalau Nayla sudah memutuskan, dengan berat hati pak Beni akan menerimanya dengan legawa.
Pak Beni terkejut ketika Nayla tiba-tiba beranjak berdiri lalu datang menghampiri. Pak Beni yang sedari tadi duduk di dekat meja dapurnya berpura-pura memainkan hapenya. Ia tidak ingin terlihat sedang mengawasi Nayla sedari tadi.
“Paakkk… Aku mau izin pulang yah” Pinta Nayla mengejutkan pak Beni.
“Pulangg ? Bukannya ada pak Urip di rumah ?” Tanya pak Beni khawatir.
“Aku tahu pak… Tapi aku capek banget… Kepalaku pusing… Aku lagi banyak pikiran… Aku mau istirahat aja di rumah… Aku mau tidur” Ucap Nayla sambil menatap pak Beni dengan tatapan sayuk.
Pak Beni menyadari kalau Nayla terlihat sangat kelelahan. Sepertinya pergolakan batinnya membuatnya terlihat sangat lelah. Pak Beni pun iba tapi ia tak rela andai Nayla disetubuhi oleh pria kurang ajar itu lagi.
“Saya antar yah kalau gitu” Ucap pak Beni.
“Gak usah pak… Aku baik-baik aja… Aku gak mau tetanggaku tau kalau aku abis dari rumah bapak” Ucap Nayla sambil tersenyum lemah.
Pak Beni pun semakin iba. Ia akhirnya mengizinkan meski hatinya tampak mengkhawatirkannya.
“Yasudah tapi hati-hati yah di rumah… Liat-liat dulu kalau mau pulang, ada pak Urip apa enggak” ucap pak Beni menasehati.
“Iyya pak makasih” Jawab Nayla berpaling untuk pergi pulang ke rumahnya.
Nayla mengambil kunci motornya yang tergelatak di meja ruang tamu. Ia juga membawa tas jinjing berisi obat ramuan yang sudah dibelinya. Ia pun mengenakan sepatunya lalu memegangi gagang pintu rumah untuk keluar dari rumah pak Beni. Seketika Nayla menoleh ke belakang dan tersenyum menggunakan matanya.
“Makasih yah pak, aku pulang dulu” Ucap Nayla yang membuat jantung pak Beni bergetar saat melihatnya.
Belum pernah ada seseorang yang berterima kasih setulus itu kepadanya. Belum pernah ada seseorang yang menatapnya dengan penuh kehangatan seperti itu kepadanya. Pak Beni hanya bisa tersenyum lalu mengangguk untuk membalas ucapan manisnya itu. Pak Beni tanpa sadar melambaikan tangan. Nayla pun membalas lambaian tangan itu sebelum akhirnya keluar dari dalam rumah tetangganya.
“Hah… Jaga dirimu baik-baik mbak… Hati-hati dengan perlakuan buaya mesum itu” Lirih pak Beni yang hanya bisa mendoakannya dari kejauhan.
Nayla dengan berhati-hati menyalakan motornya setelah melihat keadaan di sekitar telah aman. Ia pun membawa motornya pulang dan tiba di depan halaman rumahnya dengan segera. Menyadari keadaan di depan rumahnya sangat aman. Ia buru-buru masuk untuk menghindari pertemuan dengan pak Urip.
“Hakhakhak… Akhirnya pulang juga… Saya tunggu-tunggu daritadi loh non… Siap kan non, untuk menyerahkan dirimu sekarang” Ucap pak Urip tiba-tiba saat melihat Nayla datang menghampiri.
Namun Nayla dengan cuek tak merespon ucapannya itu. Bahkan Nayla hanya datang melewatinya seakan pak Urip tidak ada disana. Pak Urip terkejut melihat Nayla hanya berjalan melewatinya. Ia pun berbalik badan tuk menatap penampakan tubuh Nayla dari belakang.
“Hakhakhak, gitu yah sekarang mulai cuek ke saya !” Ucap pak Urip yang kemudian memutuskan untuk membuntuti langkah kakinya. Dengan berani pak Urip meremas bokong Nayla dari belakang, tapi lagi-lagi Nayla tidak memberikan reaksi sama sekali. Nayla tidak mendesah, Nayla juga tidak menolak seakan tidak menganggap kehadiran pak Urip disebelahnya.
Sesampainya di dapur, Nayla menuangkan air ke gelas kecilnya. Ia dengan hati-hati mengangkat cadarnya untuk menyeruput air putih di gelasnya. Setelah itu, ia berpaling untuk menuju kamarnya untuk beristirahat seperti tujuan awalnya.
“Eeiitsss mau kemana ? Non gak boleh pergi sebelum melayani saya” Ucap pak Urip kesal yang akhirnya memeluk Nayla dari arah belakang. Tangan kanannya bahkan meremasi dadanya sedangkan tangan kirinya menekan-nekan vaginanya berharap Nayla mendesah lalu pasrah menyerahkan tubuhnya.
“Lepaskan pak… Aku capek, aku sedang gak 'mood'” Jawab Nayla dengan dingin.
“Heh ? Siapa peduli… Pokoknya non harus melepas kemejamu sekarang untuk melayani saya” Ucap pak Urip sambil menaikan menaikan rompinya lalu melepaskan satu demi satu kancing kemeja yang Nayla kenakan.
“Lepaskan pak… Toloongg” ucap Nayla dengan lemah. Ia pun membiarkan pak Urip membuka 3 kancing teratas kemejanya.
“Nah ini dia susu indahmu… Ouhhhh akhirnya bisa ngeremes susu bulatmu lagi” Ucap pak Urip saat mengeluarkan susu bulat Nayla dari luar kemejanya. Susu Nayla telah meloncat keluar. Puting merah mudanya ditekan-tekan oleh pembantu bejatnya.
Nayla mendesah lemah. Ia benar-benar kesal saat pembantunya itu memaksa dirinya untuk melayani pak Urip. Amarah Nayla pun memuncak. Ia tiba-tiba mendapatkan kekuatan untuk menyikut kepala pak Urip yang ada di belakangnya.
'Braaakkkkk !'
“Aaadduuhhhhh” Ucap pak Urip hingga berlutut dilantai sambil memegangi kepalanya.
Nayla hanya menoleh lalu memasukan kembali payudaranya ke dalam kemejanya. Ia pun lanjut berjalan menuju kamarnya lalu menguncinya dari dalam.
“Kuraang ajaarrr !!! Dasar lonte sialan ! Buka pintunyaaa !” Ucap pak Urip murka lalu menggedor-gedor pintu kamar Nayla.
'Tttookkk… Ttookkk… Tttookkk !!!'
“Woyyy bukaaa !!! Buka pintunyaaa !” Teriak pak Urip sambil terus menggedor-gedor pintu rumah majikannya.
'Tttookk… Tttookk… Tttookkk !!!'
“Wooyy bukaaa ! Heh lonte jangan kurang ajar yah ! Buka pintunyaa… Mulai berani yah sekarang ! Udah berani ngelawan perintah saya yah sekarang ?” Ucap pak Urip terus berteriak-teriak sambil mengetuk pintu rumah Nayla.
Nayla pun mengabaikan sambil menyandarkan tubuhnya di pintu masuk kamarnya. Nayla ingin menangis. Tubuhnya sangat lemah dan pikirannya sangat lelah. Suara-suara teriakan yang pak Urip berikan menambah rasa stress yang melanda dirinya. Kata-kata lonte terus ia dengar dari lisan pembantunya. Jujur itu menyakitkannya, bagaimana bisa seseorang yang telah ia percayai sebelumnya malah memanggilnya dengan panggilan Lonte.
Nayla lama-lama duduk di depan pintu kamarnya. Kedua lututnya ia tekuk. Ia memeluk kedua kakinya sendiri. Akhirnya tetesan air matanya jatuh untuk meringankan beban hatinya. Nayla menangis. Ia menangis dibalik suara-suara yang terus memanggilnya dengan panggilan lonte rendahan.
'Maaasss… Maasss Miftaaahhh… Akuu capeek bangeett maassss !!!'
Batin Nayla mengharapkan kehadiran suaminya sekarang.
Ia sangat ingin curhat kepadanya. Ia ingin bercerita akan beban hati yang sedang ia tanggung sendiri. Nayla terus menangis. Air matanya terus turun. Selama lima belas menit lebih ia terus menangis sambil mendengarkan suara gedoran pintu dibelakangnya. Bahkan pria tua gendut itu terus menyebutnya lonte sambil marah-marah kepadanya. Nayla merasa sedih. Ia benar-benar lelah ketika terus dipanggil lonte oleh pembantunya sendiri.
“Cuuihhhh… Sialaaann !!! liat aja nanti ! Non mulai berani melawan perintah saya… Saya akan memberikan mimpi terburuk yang gak akan pernah non bayangkan sebelumnya… Saya akan menghukum non… Saya akan membuat non menyesal karena sudah melanggar perintah saya !” Ucap pak Urip setelah menggedor pintu kamar Nayla.
“Hakhakhak… Lihat saja nanti… Akan kubuat dirimu menyesal… Akan kuubah dirimu menjadi lonte rendahan… Tidak, bukan cuma lonte rendahan… Tapi lonte rendahan yang sebenar-benarnya ! Hakhakhak” Tawa pak Urip setelah mengancam diri Nayla.
Jujur Nayla ketakutan. Tapi menyadari kalau pak Urip telah berhenti menakuti-nakutinya memberikan ketenangan tersendiri di hatinya. Akhirnya tidak ada suara yang mengganggu dirinya lagi. Nayla pun bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Ia benar-benar lelah & ingin beristirahat.
Nayla hanya menggeleng-geleng kepala sambil menaruh tas jinjingnya diatas kasurnya. Ia pun menaruh kunci motornya diatas meja kecil samping ranjangnya. Ia berjalan menuju cermin besar dipintu almarinya. Nayla berdiri tegak menatap bayangan tubuhnya. Sesosok wanita cantik dengan lekuk indah yang mempesona nampak dihadapan matanya. Nayla menatap wajah cantiknya. Nayla memperhatikan lekuk tubuhnya. Proporsi tubuhnya yang terlihat sempurna memang begitu menggoda. Ia pun melenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan untuk memperhatikan tubuh indahnya.
MEBE9OT
https://thumbs4.imagebam.com/26/be/16/MEBE9OT_t.jpg 26/be/16/MEBE9OT_t.jpg
'NAYLA
“Apakah kecantikanku ini merupakan sebuah dosa ? Kenapa aku harus dihukum dengan kecantikan yang aku punya ?” Lirih Nayla merenungi dirinya.
Nayla kembali berdiri tegak menatap bayangan cerminnya. Setelah mendesah sekali, ia lalu menaikan rompinya kemudian melepas satu demi satu kancing kemejanya hingga terlepas seluruhnya. Belahan dadanya mulai terlihat. Salah satu payudaranya yang tadi dikeluarkan oleh pak Urip juga mulai terlihat. Nayla lalu melepas kemejanya kemudian menjatuhkannya ke lantai.
Nampak akhwat bercadar itu kini tinggal mengenakan celana serta beha yang itupun sudah mengeluarkan salah satu payudaranya. Akhwat bercadar itu kini melepas behanya lalu menjatuhkannya ke lantai. Dua susu bulatnya bisa terbebas sekarang. Susunya yang begitu besar nampak menggantung di dadanya. Susunya sangat indah, pantas saja pak Urip maupun pak Beni begitu bernafsu akan kemegahannya.
Nayla menatap kosong ke arah cermin yang ada dihadapannya. Ia lalu menurunkan resleting celananya dan membiarkan celananya itu jatuh dengan sendirinya. Ia juga menurunkan celana dalamnya hingga membuat akhwat bercadar itu tinggal mengenakan hijab beserta cadarnya saja. Ya, Nayla sudah telanjang memamerkan keindahan tubuhnya. Tidak ada satu helai pun yang menghalangi keindahan tubuhnya.
Lihat, betapa beningnya kulit indahnya sekarang. Lihat, betapa mulusnya kulit yang ia rawat setiap harinya. Lihat, betapa indahnya lekuk pingganya serta payudara bulat yang menggantung di dadanya. Setiap lelaki pasti menginginkan wanita yang mempunyai tubuh seindah Nayla. Termasuk kedua lelaki yang sudah berzina dengannya. Kedua lelaki tua yang sudah merasakan kelezatan jepitan kemaluannya.
'Salah kah kalau aku mempunyai tubuh seindah ini ? Salah kah kalau aku terlahir dengan tubuh seindah ini ? Kalau bukan, kenapa aku harus menanggung akibat dari pelecehan yang sudah pak Urip lakukan selama ini ? Kenapa juga aku harus berzina dengan tetanggaku sendiri ? Kenapa aku harus mengkhianati suamiku ? Kenapa ? Kenapaaa !!!'
Batin Nayla hingga berteriak didalam hatinya. Matanya kembali berkaca-kaca. Ia pun buru-buru mengelapnya karena tidak ingin menangisi keadannya lagi.
Seketika ia mendengar dering telponnya berbunyi. Nayla menoleh. Ia pun mencari-cari hapenya untuk mencari tahu siapa yang sedang menghubunginya sekarang.
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
“Loh, Andri ? Dia mau mengajakku 'video call' ?” Lirih Nayla.
Nayla pun buru-buru mengelap air matanya kemudian dengan segera menerima panggilan video dari rekan kerjanya tersebut.
“Assalamualaikum, Nay” Terdengar ucapan salam segera dari Andri.
“Walaikumsalam, Ndri… Ada apa ?” Jawab Nayla dengan segera.
Andri tersenyum saat dapat melihat wajah cantik dari akhwat bercadar itu lagi. Dari layar hapenya, ia melihat wajah indah Nayla serta hijab yang melengkapi penampilannya. Sekilas tidak ada yang aneh dari penampilan Nayla sekarang. Apalagi tatapan Andri terfokus pada keindahan wajah Nayla yang sangat ia rindukan.
“Aku dengar dari Putri kamu habis sakit yah ? Gimana ? Dah baikan ?” Tanya Andri mengkhawatirkan.
“Aku udah baik kok Ndri… Ya, aku udah baik” Jawab Nayla sambil memaksa senyum.
“'Alhamdulillah'… Kamu sakit apa sih kok sampe gak ikut sesi perfotoan kemarin ?” Tanya Andri.
“Aku cuma 'drop' kok Ndri… Ya kecapekan… Mungkin juga banyak pikiran” Jawab Nayla kembali memaksa senyum.
“Oalah… Jangan paksa dirimu makanya Nay… Kalau capek ya istirahat dulu… Jangan maksa diri buat melakukan ini itu” Ucap Andri memarahi Nayla.
“Hihihihi lagi sakit kok malah dimarahin… Entar nambah sakit loh” Ucap Nayla yang kali ini dapat tersenyum lega.
“Eh jangan dong… Habis kamu sih bikin aku khawatir kemarin” Ucap Andri ikut tersenyum melihat wanita pujaannya tersenyum.
Makanya jangan dimarahin lagi... Aku lagi capek tau ! Ucap Nayla kali ini dengan nada manja untuk meminta perhatian.
“Iyya maaf… Aku ganggu waktu istirahat kamu dong sekarang ?” Tanya Andri.
“Enggak kok ndri… Aku lagi senggang… Tapi mungkin mau tidur juga habis ini hehe” Jawab Nayla.
“Oalah yaudah istirahat dulu aja yah sekarang… Tahu kan kalau besok ada perfotoan lagi ?” Tanya Andri.
“Tau kok Ndri… Tadi Putri ngasih tau aku… Katanya Putri juga mau jemput aku biar ada temen berangkat bareng katanya” Jawab Nayla.
“Yaudah kalau gitu… Sekarang kamu istirahat dulu aja yah… Isi tenaga buat besok… Besok jadwal kamu bakal padat banget loh” Ucap Andri memberi perhatian.
“Iya Ndri makasih yah… Aku usahakan bakal dateng kok besok… Sampai jumpa besok yah” Ucap Nayla yang membuat jantung Andri berdebar.
'Apa ini ? Apa jangan-jangan Nayla gak sabar untuk menemuiku besok ? '
Batin Andri senyum-senyum sendiri.
Seketika pandangannya teralihkan pada cermin yang berada di belakang Nayla. Wajahnya terkejut. Ia seperti tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia melihat punggung mulus seorang wanita dengan bongkahan pantat yang begitu padat terlukis didalam cermin itu. Seketika ia memperhatikan motif Hijab yang Nayla pakai dengan yang ada di cermin itu. Motif hijabnya terlihat mirip. Jantung Andri jadi semakin berdebar saat menyadari apa yang sedang terjadi.
'Jangan-jangan ?'
Batin Andri tak percaya.
“Udah yah Ndri… Aku mau tidur dulu… Makasih udah ngekhawatirin aku… Makasih juga udah ngingetin aku… Kayaknya aku emang butuh temen ngobrol deh” Ucap Nayla tersenyum.
“Enggg… Engggakk… Gak masalah kok… Hehe… Iya gak masalah” Jawab Andri menjadi gugup saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Yaudah yah, sampai jumpa lagi yah… Wassalamualaikum” jawab Nayla sambil mengangkat tangannya untuk melambaikan tangannya.
Namun jawaban Andri hanya melotot saja. Sekilas ia melihat belahan dada yang terlihat saat Nayla melambaikan tangan kepadanya. Namun tiba-tiba Nayla memutus panggilan videonya. Andri termenung. Sang fotografer itu hanya diam mematung. Ia mencoba berfikir apa yang sedang terjadi disana. Ia duduk ditepi ranjangnya sambil memegangi kepalanya.
“Nayla lagi telanjang kan ? Nayla lagi gak pake apa-apa kan ?” Lirih Andri tak percaya.
“Apa maksudnya coba ? Apa jangan-jangan ia sengaja menggodaku ? Ya, pasti Nayla sedang menggodaku tadi… Mana mungkin ia sengaja mengangkat panggilan videoku dalam keadaan telanjang kalau gak ingin menggodaku” ucap Andri tersenyum.
“Apa jangan-jangan Nayla melakukan hal seperti itu karena ia menyukaiku ? Ia menyukaiku sehingga ingin berzina denganku… Apa jangan-jangan ia hendak melakukan VCS denganku yah ? Ah sial kenapa aku gak peka ! Pantes aja tadi Nayla buru-buru udahan… Ah dasar bodohnya aku… Andai aku lebih peka mungkin aku masih bisa VCS-an dengannya sekarang” Ucap Andri sambil membaringkan tubuhnya di atas kasurnya.
“Ah Nayla… Indah sekali bokongmu… Aku jadi ingin berzina denganmu, Nay” Ucap Andri sambil senyam-senyum sendiri.
*-*-*-*
Sementara itu Nayla yang tidak menyadari apa yang terjadi di rumah Andri hanya tersenyum lega. Entah kenapa obrolan singkatnya dengan Andri bisa meringankan beban di hatinya. Ia berterima kasih pada Andri karena sudah menelponnya tadi. Ia pun menaruh hapenya di meja kecil samping ranjangnya. Lalu melepas hijabnya berikut cadarnya hingga membuatnya bertelanjang bulat di dalam kamar tidurnya. Ia juga melepas 'stocking' yang sedari tadi melekat di kakinya. Ya Nayla sudah bertelanjang sempurna. Tak ada satu pun helai kain yang menutupi tubuhnya saat itu. Ia sudah seperti bidadari sungguhan yang baru turun dari surga tanpa mengenakan pakaian. Kulit mulusnya, kaki jenjangnya, lekuk pinggangnya, bahkan susu bulatnya hingga wajah cantiknya yang semuanya berada diatas rata-rata. Sekilas wajah Nayla agak kearab-araban dan agak kebule-bulean juga. Wajah cantik Nayla seperti seorang 'half'-indo saja. Apalagi dengan rambut pendek sebahunya yang menjadi ciri khasnya.
Nayla pun ambruk diatas ranjang tidurnya tanpa mengenakan sehelai pakaian. Ia tidur menyamping sambil memeluk guling. Wajahnya tersenyum. Ia terlelap tanpa mengenakan satu helai pun pakaian saat tertidur diatas ranjang tidurnya.
Ia jadi terpikirkan sesuatu. Meski cobaan dari pak Urip terus datang mengganggu dirinya. Setidaknya masih ada orang baik seperti pak Beni dan Andri yang terus membantunya. Andai ia tak mengenal pak Beni, siapa yang dapat membantunya mengatasi rasa sangeknya ? Andai ia tak mengenal Andri, siapa yang dapat mengobati rasa lelah dihatinya ? Nayla tersenyum. Ia pun tertidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan saat itu.
“Makasih semuanya” Lirih Nayla ditengah tidurnya.
*-*-*-*
Matanya sayup-sayup membuka. Tubuhnya mengulat. Suaranya mengerang nikmat. Akhirnya ia terbangun setelah berjam-jam tidur diatas ranjang tidurnya. Akhwat yang sehari-harinya biasa mengenakan cadar itu pun duduk diatas ranjang tidurnya. Punggung tangannya ia gunakan untuk mengucek-ngucek matanya. Jemarinya kemudian ia gunakan untuk menyisir rambutnya ke belakang.
Meski baru bangun tidur. Kecantikan Nayla tidak pernah luntur. Apalagi dengan tubuh telanjangnya yang tidak tertutupi apa-apa. Nayla terlihat semakin cantik. Nayla pun menoleh ke arah jam dindingnya untuk memeriksa waktunya.
“'Astaghfirullah' udah mau jam setengah tiga !” Ucap Nayla terkejut karena dirinya belum melakukan shalat Dhuhur.
Ia buru-buru bangkit. Saat berjalan mengenakan sandal rumahnya ia nyaris terjatuh karena kakinya belum siap untuk menumpu berat tubuhnya. Saat tangannya memegangi gagang pintu kamarnya, ia menyadari kalau dirinya sedang tidak berpakaian.
“'Astaghfirullah'… Daritadi aku tidur gak pake baju yah ? Kok aku berani banget sih” Ucap Nayla baru menyadarinya.
Ia pun buru-buru menuju lemarinya untuk mencari pakaian untuk menutupi tubuhnya. Namun saat tangannya hendak mengambil bajunya, tiba-tiba ia teringat pak Beni saat kemarin bertamu ke rumahnya.
'Bukannya pak Beni biasa gak pake baju kalau di rumah sendirian yah ? Kenapa gak aku coba juga ?'
Batin Nayla penasaran.
Ia tak jadi mengambil baju untuk menutupi tubuhnya. Sebaliknya ia kembali menuju pintu rumahnya lalu membuka kuncinya secara diam-diam. Wajahnya ia longokkan untuk melihat keadaan di luar. Keadaannya memang sepi. Keberadaan pak Urip pun tak terlihat sama sekali.
Anehnya, bukannya takut apabila ketahuan ia malah jadi tertantang dengan adanya kesempatan yang datang. Diam-diam ia berjalan dalam keadaan telanjang bulat menuju kamar mandinya. Susunya berulang kali bergondal-gandul saat kakinya melangkah. Wajah cantiknya tampak cemas. Jantungnya berdebar kencang apabila dirinya saat ini ketahuan. Ia juga kepikiran, bagaimana nanti kalau pak Urip tiba-tiba datang lalu memergokinya sedang telanjang.
“Pasti pak Urip akan menghukumku habis-habisan !” Lirih Nayla menduga.
Nayla merasa aneh. Padahal sebelum tidur tadi dirinya merasa takut pada pak Urip hingga menimbulkan rasa trauma sejenak di pikirannya. Namun sekarang, ia dengan terang-terangan seperti ingin menantang pak Urip dengan penampilan indahnya yang sedang telanjang. Ia tidak takut lagi pada ancaman pak Urip. Sebaliknya ia malah deg-degan meski ia juga berharap pak Urip tidak memergokinya sekarang. Sepertinya porsi tidurnya telah mengubah pola pikirnya. Akal sehatnya kembali tertutupi oleh nafsu yang datang ketika tubuhnya sedang telanjang.
Untungnya ia sampai di kamar mandi dengan aman. Sambil bersandar pada pintu kamar mandi, ia mencoba memeriksa vaginanya dan benar saja kalau vaginanya tengah basah akibat pikiran mesum yang menghantuinya.
“Hah kenapa malah basah lagi ?” Lirih Nayla heran.
Namun ia tak memiliki waktu untuk bersantai. Ia baru teringat kalau waktu shalat akan segera berakhir. Ia buru-buru wudhu lalu kembali dengan segera ke ruangan kamarnya.
“Huft masih ada waktu 7 menit… Aku harus buru-buru sekarang” Ucap Nayla yang masih dalam keadaan telanjang.
Karena tak memiliki waktu, ia pun memilih untuk langsung mengenakan mukenanya lalu menggelar sajadahnya. Mukena syar’i nya sudah cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ia lalu mengangkat kedua tangannya untuk memulai ibadahnya.
*-*-*-*
Nayla menoleh ke kanan juga ke kiri. Ia mengusap wajahnya lalu buru-buru melihat ke arah jam dindingnya. Ia lega karena ia masih memiliki waktu dua menit tersisa setelah melakukan ibadahnya.
“Fiyuh masih sempat” Ucap Nayla lega.
'Kruwek… Kruwek… Kruwek…'
Seketika perutnya berbunyi. Nayla baru sadar kalau dirinya belum makan siang. Nayla pun buru-buru melipat sajadahnya lalu mengenakan sandal rumahnya lagi agar tidak membatalkan wudhunya. Ia merasa nanggung karena waktu ashar akan segera tiba. Ia tidak ingin repot-repot wudhu lagi dan memilih untuk menjaga wudhunya saja.
“Hmmm makan pake apa yah ?” Tanya Nayla yang masih mengenakan mukenanya.
Saat tiba di dapur rumahnya, ia mendapati meja makannya kosong tak ada apa-apa. Nayla baru ingat kalau pagi tadi dirinya membeli bubur ayam untuk sarapan. Ia tidak memasak apa-apa. Ia juga sudah lama tak menemui mang Yono untuk membeli sayur darinya.
“Hah, makan pake apa yah ?” Tanya Nayla bingung.
'Teeenggg… Teennggg… Teeengggg…'
“Bakso… Bakso… Baksonya paakk… Buuuu !!!” Terdengar suara seorang tukang bakso lewat.
“Nah, beli bakso aja kali yah” Kata Nayla buru-buru ke depan rumahnya.
“Eh iya, duit sama masker mana yah ?” Kata Nayla saat merogoh saku namun tak menemukan saku di mukenanya. Saat ia memegangi wajahnya, ia juga menyadari belum menutupi sebagian wajahnya.
Setelah ke kamarnya untuk mengambil barang-barang tersebut. Ia segera pergi ke teras rumahnya untuk memanggil tukang bakso tersebut.
“Manggg, baksonya satu yaahhh !” Teriak Nayla dari kejauhan yang membuat mamang tukang bakso itu berhenti.
“Eh mau beli bakso yah mbak” Ucap mamang tersebut terlihat bahagia karena dagangannya akan dibeli oleh seseorang.
“Iya mang… Sini masuk aja ke dalem” Ucap Nayla mengajak mamang tukang bakso itu masuk ke halaman rumahnya.
Mamang tukang bakso itu tersenyum senang. Setelah memarkirkan gerobak baksonya di halaman rumah Nayla. Ia terkejut saat tak sengaja menatap ke arah mukena yang Nayla kenakan.
'Alamaaakk ! Mbak Naylaaa !'
Batin mamang tukang bakso itu terkejut.
MEBXDFI
https://thumbs4.imagebam.com/38/b3/94/MEBXDFI_t.jpg 38/b3/94/MEBXDFI_t.jpg
'NAYLA
MEBXJ8Z
https://thumbs4.imagebam.com/a2/7b/a0/MEBXJ8Z_t.jpg a2/7b/a0/MEBXJ8Z_t.jpg
'MANG LASNO
Ditatapnya penampilan Nayla sekarang. Sekilas dari kejauhan tidak ada yang salah dengan mukena yang Nayla kenakan. Mukena berwarna merah muda itu melekat menutupi tubuhnya. Masker dengan warna yang selaras juga tampak biasa saja saat dilihat dari kejauhan. Namun saat mamang itu melihatnya dari jarak yang begitu dekat. Ia mendapati adanya tonjolan mencurigakan yang menggoda di dada Nayla. Saat ia melihatnya lebih jelas. Ia dapat melihat sesuatu mirip puting susu meski kelihatan samar-samar.
'Gak salah lagi... Ini beneran pentil... Jangan-jangan Mbak Nayla gak pake apa-apa lagi dibalik mukenanya !'
Batin mamang tukang bakso itu terkejut.
Pesen satu porsi yah mang ucap Nayla sambil tersenyum yang membangunkan mamang tukang bakso itu dari lamunannya.
Eh satu porsi yah mbak... Tunggu bentar yah ucap mamang bernama Lasno itu.
Iya mang... Mang Lasno udah keliling kemana aja tadi ? Tanya Nayla sambil melirik ke arah sekitar.
Cuma keliling kompleks aja kok jawab mang Lasno sambil menenggak ludah melirik ke arah dada Nayla.
'Gilaaaa... Itu susu mancung banget... Pasti sering diremes ama suaminya nih !'
Batin mang Lasno sampai melotot. Alih-alih fokus membuat satu porsi bakso. Nafsunya yang tak terkendali membuatnya nyambi mengelus-ngelus penisnya sendiri.
Ohhh gitu jawab Nayla tidak menyadari kalau mang Lasno sedang menatapi susunya yang nampak dibalik mukenanya yang semi transparan. Nayla yang masih was-was andai ada pak Urip datang justru melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Hal ini lah yang dimanfaatkan oleh mang Lasno untuk mengusapi penisnya sendiri. Bahkan saking tak kuatnya, ia mengeluarkan penisnya kemudian mengocoknya menggunakan tangan kanannya.
'Gleeegg... Itu susu kalau diremes gimana yah rasanya... Pasti kenyal-kenyil gitu deh...'
Batin mang Lasno sambil terus mengocoki penisnya.
Sesekali mang Lasno menghentikan kocokannya untuk menaruh plastik ke mangkok lalu mengambil daun bawang serta beberapa sayuran lain menggunakan tangan kanannya ke mangkok. Tangannya yang baru saja memegangi penisnya ia gunakan untuk mengambil sayuran untuk pelanggannya. Setelah usai, diam-diam ia kembali mengocok penisnya sambil melirik dada bulat Nayla.
'Anjirrr itu pentil bisa pink banget gimana ceritanya ? Itu kalau gue sruput gimana yah rasanya ?'
Batin mang Lasno sambil berfantasi pada dada bulat Nayla.
'Aaaahhhh... Aaahhh njirrrr enak banget... Baru ngocok aja udah seenak ini !!!'
Batin mang Lasno terkejut.
Pake bihun juga gak mbak ? Tanya mang Lasno agar tidak dicurigai lama oleh Nayla.
Oh pake mang... Iya pake jawab Nayla lalu kembali melihat sekitar untuk memeriksa keadaan.
Lagi, ia mengambil bihun serta mie biasa menggunakan tangan bekas ngocoknya lalu menaruhnya ke dalam sendok kuah bakso. Ia merendam mie itu di kuah bakso sebelum ia lanjut mengocok penisnya.
MEBXJ89
https://thumbs4.imagebam.com/23/9f/e2/MEBXJ89_t.jpeg 23/9f/e2/MEBXJ89_t.jpeg
'SENDOK KUAH BAKSO
'Aaaahhhh... Aaaahhhhh... Gimana yah rasanya dijepit pake susu sebesar itu ?'
Batin mang Lasno penasaran.
Tiba-tiba Nayla yang penasaran dengan keadaan rumah pak Urip malah meloncat-loncat untuk melihat ke luar pagar yang mengakibatkan dada bulat Nayla ikut meloncat-loncat juga.
'Anjirrrrrr mantul-mantull cokkk !!!'
Batin mang Lasno yang membuatnya mempercepat kocokannya.
Nayla yang tak menyadari kejadian yang terjadi kembali meloncat-loncat untuk melihat halaman di depan rumah pak Urip. Hal itu membuat susu Nayla kembali bergetar. Rasanya sudah seperti gempa bumi saja. Susu Nayla pun bergoyang kemana-mana yang membuat mang Lasno semakin bersemangat.
'Aaaahhhh mbaaakkk Naylaaaa... Aaahhh aku padamu mbaaakkk...'
Batin mang Lasno bersemangat.
Menyadari Nayla hendak menoleh membuat mang Lasno segera menarik tangannya untuk menaruh bumbu berupa garam, micin dll ke dalam mangkuk bakso Nayla. Setelah Nayla kembali menoleh ke sekitar. Mang Lasno kembali mengocok penisnya.
'Aaahhhh... Aaaahhh... Mbaak Naylaaa... Loncat lagi dongg... Ayo...'
Batin mang Lasno penuh harap.
Alih-alih loncat. Nayla malah membelakangi mang Lasno lalu agak menunduk untuk melihat keadaan di dalam rumahnya. Ia menduga jangan-jangan pak Urip bersembunyi di dalam rumahnya. Hal ini justru membuat mang Lasno dapat melihat tonjolan bokong indah Nayla. Udah gitu mukenanya agak sedikit terangkat sehingga memperlihatkan kulit mulus di kaki Nayla.
'Aaaahhhhh... Aaaahhh... Mbak minta di doggy yah... Kok nungging sihhh...'
Batin mang Lasno tergoda.
Menyadari keadaan sepi. Mang Lasno dengan terang-terangan menghadap ke arah tonjolan bokong Nayla lalu berpura-pura tengah menyodoknya. Hal itu menambah sensasi tersendiri baginya. Ia semakin menikmati onaninya.
'Aaaahhhh mbak Naylaaa... Rasakan inii... Ouhhh nikmatnya memek rapetmu mbaaakkk...'
Batin mang Lasno semakin mesum.
Tiba-tiba Nayla hendak berbalik yang membuat mang Lasno buru-buru berbalik sambil berpura-pura melakukan sesuatu.
Masih belum jadi pak ? Kok lama ? Tanya Nayla mulai curiga.
Hehe maaf mbak tadi gasnya sempet mati. Jadi kuahnya masih belum panas. Ini masih dipanasin sebentar hehe ucap mang Yono sambil membelakangi Nayla.
Oalah jawab Nayla tanpa mencurigainya.
'Fiyuhhhh hampir aja !'
Batin mang Lasno lega.
Melihat Nayla kembali memperhatikan sekitar membuat mang Lasno tidak ingin berlama-lama lagi. Ia pun fokus beronani sambil menatap dada indah sang dewi. Pinggulnya bahkan ia majukan hingga penisnya terlihat begitu besar. Ia pun membayangkan dirinya menaikan mukena Nayla lalu mendoggynya dari arah belakang. Hal itu berhasil. Ia merasakan adanya tanda-tanda akan orgasme hasil dari pikiran mesumnya.
'Aaahhhh... Aaahhh mbak Naylaaa... Terima sodokan saya... Aaahh iyaahh... Jerit terus... Yang kencang !!!'
Batin Mang Lasno bernafsu.
Aaaaaahhhh... Ouhh cuma rumput jerit Nayla terkejut saat kakinya terasa seperti disentuh oleh seseorang.
'Njirrr desahannyaaaa... Aaahhh saya gak kuat lagi... Saya mau keluaar mbaakk... Saya mauuu croottt...'
Batin mang Lasno tidak kuat lagi.
Sambil menatap dada Nayla. Diam-diam ia mengambil mangkuk bakso Nayla lalu mengarahkan penisnya ke dalam mangkok itu. Ia mempercepat kocokannya. Ia mengocok penisnya sambil membayangkan tubuh indah Nayla yang sedang telanjang.
'Aaaahhh mbaaakkk... Saya gak kuat lagii... Saya mau kelluaarrr... Aaaaaaahhhhhh !!!'
Jerit Mang Lasno sepuas-puasnya di dalam hati.
'Ccrroottt... Ccrroottt... Ccrroottt !'
MEBXDFK
https://thumbs4.imagebam.com/b8/6c/8e/MEBXDFK_t.jpg b8/6c/8e/MEBXDFK_t.jpg
'NAYLA
Spermanya dengan deras tumpah ke atas mangkok yang sudah dilapisi plastik itu. Spermanya cukup banyak yang membuat mata mang Lasno merem melek keenakan. Rasanya sungguh puas bisa beronani sambil membayangkan tubuh indah Nayla. Dengan berhati-hati ia menaruh kembali mangkuknya diatas gerobak setelah memberikan 'saus spesial 'berwarna bening yang dihasilkan dari bagian tubuhnya sendiri.
Ia pun menaruh mie yang terlalu lama ia rebus ke dalam mangkuk untuk menyembunyikan spermanya itu. Ia juga kemudian menaruh kuah serta beberapa butir bakso ke dalam mangkuk itu. Setelah memasukan kembali penisnya ke dalam sarangnya. Ia pun mengabari Nayla kalau pesanannya sudah selesai.
Mbak ini sudah jadi... Hah... Hah... Hah ucap mang Lasno agak ngos-ngosan.
Eh udah jadi yah... Mamang kenapa ? Habis capek keliling kayaknya... Hihihi tawa Nayla tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Hehe iya mbak... Makasih yah... Oh yah ini saya beri saus spesial jadi rasanya mungkin agak sedikit berbeda ucap mang Lasno mewanti-wanti.
Oh yah ? Wah jadi makin gak sabar nih jawab Nayla tersenyum sambil menenteng kresek berisi bakso pesanannya.
Menyadari Nayla sudah masuk ke dalam rumahnya. Mang Lasno pun buru-buru pergi meski sebenarnya ia sangat penasaran akan ekspresi wajah Nayla saat menyantap bakso spesialnya.
Ah bodo amat dah... Yang penting lega udah keluar ucap mang Lasno sambil melanjutkan kelilingnya.
Nayla yang sudah mengambil mangkuk lekas menuangkan bakso pesanannya itu kesana. Tanpa sadar ia langsung mengaduknya. Ia pun melepas maskernya lalu menyantap bakso yang katanya sudah diberi saus spesial itu.
Aku coba aah ucap Nayla saat menyicipi kuahnya terlebih dahulu.
Seketika dahi Nayla mengkerut. Matanya agak menyipit. Bibirnya berulang kali mengecap untuk menilai kuah spesial dari tukang bakso itu.
Hmmm ini enak... Kayak ada manis-manisnya gitu ucap Nayla terlihat senang.
Setelah itu pun Nayla menyantap baksonya dengan lahap. Ia menikmatinya meski sudah diberi saus spesial secara diam-diam oleh tukang bakso itu.
Hmmm besok-besok aku minta bakso yang ada saus spesialnya lagi ah ucap Nayla yang ternyata doyan.
*-*-*-*
Keesokan harinya sekitar jam delapan pagi.
“Aku harus buru-buru… Aku harus cepat pergi mumpung pak Urip gak ada disini” Ucap Nayla tepat setelah beberapa menit suaminya berangkat kerja.
Kebetulan pak Urip masih berada di rumahnya belum sempat datang bekerja ke rumah Nayla. Nayla pun memanfaatkan kesempatan ini. Setelah mandi dan berpakaian rapih, ia berencana untuk ngumpet di rumah pak Beni sambil menanti kedatangan Putri untuk menjemputnya menuju tempat kerjanya.
Dengan balutan kemeja berwarna putih. Dengan celana kain panjang yang juga berwarna putih. Dengan hijab dan cadar yang juga berwarna putih. Nayla memilih tema kesucian yang sebetulnya jauh berbeda dengan apa yang dialaminya sekarang. Namun ia sengaja memilih tema ini untuk meningkatkan kepercayaan dirinya juga untuk melupakan semua kejadian buruk yang pernah dialaminya.
“Oh yah… Aku mau beli sayur dulu ah… Bakal gawat kalau aku gak masak lagi… Bisa-bisa pengeluaran keseharianku bakalan bengkak nih kalau cuma buat beli makanan jadi” Ucap Nayla yang tak jadi berbelok ke arah rumah pak Beni, melainkan ke arah tempat pangkalan mang Yono berada.
“Selamat pagi pak… Bu…” Ucap Nayla dengan ramah saat menyapa mang Yono juga ibu-ibu yang berkumpul untuk membeli sayuran mang Yono.
“Selamat pagiii… Ehhh mbak Naylaaa” Jawab ibu-ibu tersebut.
MEBXDFG
https://thumbs4.imagebam.com/4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg 4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Pagi mbak… Kemana aja nih ? Saya kangen loh sama mbak” Ucap mang Yono yang langsung disoraki ibu-ibu tersebut.
“Ngapain kangen-kangen !” Ketus ibu-ibu tersebut memarahi mang Yono.
“Ya orang gak ketemu wajar dong kangen” Jawab mang Yono mengklarifikasi yang hanya membuat Nayla tertawa.
“Hihihi udah-udah jangan ribut… Oh yah ada sayur bayam gak mang Yono ? Yang paling seger mana yah ?” Tanya Nayla sambil memilih-milih sayuran.
“Ohh ini nih mbak” Ucap mang Yono mendekat tuk memilihkan sayuran sambil melirik-lirik ke arah penampilan Nayla.
'Gilaaa… Udah kayak bidadari abis turun dari sorga nih… Udah bening pake baju putih lagi… Ah jadi pengen menodainya lagi…'
Batin mang Yono mupeng.
“Ehh matanya-matanya… Jaga pandangannya mamang !” Ucap ibu-ibu itu memergoki.
“Ehhh iyya… Iyaa” Jawab mang Yono malu yang lagi-lagi hanya membuat Nayla tertawa.
“Hihihi dasar !” Tawa Nayla.
Diam-diam tanpa sepengetahuan Nayla. Pak Urip pun keluar dari dalam rumahnya untuk pergi ke rumah majikannya. Saat keluar melewati pagar rumahnya. Ia menemukan Nayla sedang belanja di warung berjalan mang Yono. Pak Urip tertawa. Pria tua berperut tambun itu seketika berpikiran mesum. Ia menatap kemeja Nayla lalu membayangkan hal yang tidak-tidak.
“Hakhakhak… Akan saya robek kemejamu itu non… Akan saya telanjangi dirimu… Akan saya buat dirimu merasakan kepuasan yang sesungguhnya… Cepatlah pulang… Saya akan menunggumu di rumah” Lirih pak Urip sambil mengelusi penisnya tak sabar untuk memejuhi rahimnya lagi.
Pak Urip pun berjalan menuju rumah majikannya. Ia diam-diam bersembunyi untuk menyambut kedatangan majikan alimnya tersebut.
“Ini yah pak uangnya… Pas kan ?” Tanya Nayla sambil menerima sayuran yang ia beli.
“Pas sih mbak… Padahal ngarepnya ada kembalian lagi biar saya bisa nganterin kembaliannya ke rumah kayak waktu itu tuh Ucap Mang Yono mupeng.
“Jangan diinget lagi pak… Jangan mulai !” Ucap Nayla kesal.
“Hehe santai mbak… Namanya juga ngarep” Ucap mang Yono yang membuat Nayla cemberut.
Nayla setelah itupun pamit pergi untuk menanti jemputan dari Putri. Saat tiba di depan pagar rumahnya. Ia berhenti sejenak sambil melihat ke arah kresek berisi sayuran yang baru ia beli.
“Pak Urip belum dateng kan yah ? Haruskah aku menaruhnya di kulkas dulu ?” Tanya Nayla pada diri sendiri.
Ia pun melongok ke dalam rumahnya. Ia ingin masuk tapi ia mempunyai firasat buruk andai dirinya masuk ke dalam rumahnya. Ia pun mendadak ragu.
“Taruh gak yah ? Apa titip ke rumah pak Beni aja kali yah” Ucap Nayla terpikirkan ide.
Akhirnya ia tak jadi menaruh sayuran itu ke rumahnya. Alih-alih berbelok ke rumahnya. Ia malah melanjutkan perjalanannya yang membuat pria tua yang sedari tadi mengintip Nayla dari kejauhan merasa kecewa.
“Kurang ajar ! Mau kemana dia ? Kenapa gak pulang ke rumah ?” Tanya pak Urip heran.
Diam-diam ia keluar dari rumah majikannya untuk mencari tahu ke arah mana Nayla pergi. Menyadari kalau Nayla pergi ke rumah pak Beni membuat pria gendut itu merasa tersaingi. Ia tak mengira kalau selama ini Nayla sering bersembunyi di rumah pak Beni.
“Jadi bajingan itu selama ini menyembunyikan non Nayla di sana yah ? Pantes aja dari kemaren kok gak keliatan ? Pasti dia memaksa non Nayla buat ngangkang juga buat bayar biaya nginap disana… Cihhh, dasar ! Tenang non Nayla… Akan saya selamatkan dirimu dari cengkraman pria rendahan itu” Ucap pak Urip sambil tersenyum menyadari ada perusak di dalam rencana sempurnanya.
Tiba-tiba dari arah kiri terdapat motor mendekat yang mengejutkan pak Urip. Diatas motor itu terdapat akhwat bercadar yang wajahnya kayak ia kenal. Pak Urip seketika tersenyum. Ia teringat kalau akhwat bercadar itu merupakan akhwat perawan yang waktu itu sempat datang ke rumah majikannya.
“Assalamualaikum pak… Mbak Naylanya ada ?” Tanya Putri setelah melepas helmnya.
“Walaikumsalam… Ohh non Nayla… Ada… Iya ada kok… Mari masuk dulu” Ucap Pak Urip dengan ramah saat menyambut tamunya.
“Oh iya pak… Makasih” jawab Putri sambil memasukan motornya ke dalam halaman Nayla.
“Dengan mbak Putri yah ? Ayo masuk dulu… Mbak Naylanya tapi lagi pergi sebentar… Paling bentar lagi pulang kok” Ucap Pak Urip sambil mengajak akhwat bercadar itu masuk ke ruang tamu.
“Hehehe iya pak… Aku Putri… Loh keluar ? Tadi katanya ada pak” Tanya Putri heran.
“Iyya mbak Nayla lagi beli sayur bentar… Bentar lagi juga pulang kok… Tadi liat kan pas kesini ada ibu-ibu ngumpul beli sayur” Ucap Pak Urip tuk meyakinkan Putri.
“Ohh beli disana ? Oalah… Kirain pergi kemana hihihi” Jawab Putri sambil duduk di sofa ruang tamu.
“Sambil nunggu mau saya buatin sesuatu ? Teh misalnya ?” Tanya Pak Urip sambil tersenyum.
“Hmmm teh boleh… Tapi jangan terlalu manis yah pak” Jawab Putri tanpa mencurigai apa-apa.
“Ah saya tahu… Pasti kalau tehnya manis takut kemanisan yah ? Soalnya kan mbak Putri udah manis” Ucap Pak Urip menggombal yang membuat Putri tertawa.
“Hihhihi bisa aja bapak” Tawa Putri yang membuat Pak Urip senyum-senyum sendiri. Pak Urip pun pergi ke dapur lalu diam-diam mengusap-ngusap tangannya saat terpikirkan sebuah ide.
'Ketawanya manis banget deh… Lumayan… Gak ada non Nayla, mbak Putri pun jadi… Lihat ini non… Ini akibatnya kalau non berani macam-macam ke saya… Non memilih sembunyi disana ? Maka jangan salahkan saya kalau mbak Putri bakal kehilangan keperawanannya…'
Batin pak Urip saat merencanakan rencana jahatnya. Ia berencana untuk menghukum Nayla. Bukan hukuman langsung yang diberikan kepadanya. Tapi hukuman tak langsung yang diberikan kepada sahabatnya.
Pak Urip membuatkan teh untuk tamunya. Ia menuang air panas sambil menaruh teh celup di cangkir beling itu. Tak lupa ia menaruh serbuk khusus. Ia tersenyum. Ia tak sabar untuk merenggut keperawanan akhwat bercadar itu.
'Memeknya akhwat perawan gimana yah ? Gak sabar deh buat ngerobek selaput daranya… Sabar yah tong… Beruntung banget sih dirimu ! Kemaren bisa jebolin memek binor… Sekarang kedapetan memek perawan… Semuanya punya akhwat bercadar lagi !'
Batin pak Urip senyum-senyum sendiri sambil mengelusi penisnya dari luar celananya.
“Ini mbak tehnya… Silahkan” Ucap Pak Urip dengan ramah.
Putri sambil tersenyum menerima teh pemberian pembantu dari rekan kerjanya itu. Pak Urip yang menyadarinya langsung berpura-pura tanggap dengan bertanya kepadanya.
“Mbak butuh sedotan ? Biar saya ambilkan” Ucap pak Urip.
“Eh boleh… Agak panas soalnya” Ucap Putri saat mengangkat cangkirnya. Ia pun kembali menaruh cangkirnya saat melihat pak Urip pergi ke dapur untuk mengambilkan sedotan.
“Ini mbak sedotannya… Silahkan” Ucap pak Urip sopan.
“Makasih” Jawab Putri sambil menyeruputnya.
Pak Urip mulai tersenyum. Ditatapnya tubuh dari akhwat bercadar itu. Wajahnya manis. Hijab berwarna hijaunya menambah aura kecantikan pada dirinya. Belum dengan jaket berwarna gelap yang menyembunyikan gamis longgarnya. Sedangkan rok panjang berwarna hitam serta 'stocking' berwarna putih menutupi kaki jenjangnya. Ditatapnya lagi wajah cantik dari akhwat perawan itu. Kacamata berlensa bening yang dikenakannya menambah fantasi yang pak Urip miliki. Entah kenapa ia merasa kalau akhwat akan jauh lebih cantik kalau mengenakan kacamata. Pak Urip pun semakin bernafsu. Ia ingin sekali mengembat keperawannnya dari akhwat bercadar itu.
“Mbak ada apa kemari ? Jarang-jarang non Nayla kedatangan temen-temennya kesini ?” Ucap pak Urip berbasa-basi demi menanti efek dari obat yang ia beri.
“Hehe aku mau jemput mbak Nayla pak… Ada sesi perfotoan abis ini… Biar bisa berangkat bareng gitu hihih” tawa Putri.
“Oh begitu… Pantes tadi non Nayla kok keliatan cantik banget… Mau ada foto-foto lagi rupanya” Ucap Pak Urip tersenyum.
“Iyya pak… Mbak Nayla emang cantik banget… Dia primadona kalau di studio foto” Ucap Putri yang tiba-tiba merasakan hal aneh pada pandangannya.
Putri tiba-tiba melepas kacamatanya. Lalu berkedap-kedip tuk memeriksa pandangannya. Entah kenapa ia merasa pandangannya kabur. Kepalanya terasa berat. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Eh mbak kenapa ? Ada yang bisa saya bantu ?” Tanya pak Urip berpura-pura panik. Ia pun pindah ke sisi Putri lalu memegangi punggungnya untuk menenangkannya.
“Gak tau nih pakkk… Aduhhhh… Kepalaku kok berat yah ?” Tanya Putri heran.
“Kepala mbak berat ?” Tanya Pak Urip.
“Iyya pakkk… Aku gak tau gimana jelasinnya… Tapi akuuuu” Ucap Putri yang kini kesulitan untuk menahan matanya agar tetap terbuka.
Putri mulai kehilangan kendali akan tubuhnya. Tiba-tiba pandangannya mendadak gelap. Ia pun jatuh tergeletak di atas sofa ruang tamu rumah rekan kerjanya.
“Mbaakkk… Mbakkk kenapa ? Mbaaakkk… Mbak udah tertidur yah ? Hakhakhak” Kata pak Urip yang awalnya berpura-pura panik lalu tertawa setelah menunjukkan jati dirinya.
“Kayaknya saya ngasih obat tidurnya kebanyakan deh… Bukannya ngantuk yang ada malah bikin kepala sakit… Tapi gapapa deh toh nantinya juga sama-sama tidur hakhakhak” tawa Pak Urip sambil menatapi wajah manis Putri.
“Tidur yang nyenyak manis… Om mau mejuhin memekmu soalnya hakhakhak… Eh jangan om lah… Panggil mas aja biar keliatan muda” Ucap pak Urip tertawa.
Pria mesum itu pun menggendong tubuh Putri yang tak berdaya lalu membawanya ke dalam kamar majikannya.
“Iyyaaaahhhh” Ucap Pak Urip saat menidurkan Putri di ranjang empuk itu.
“Hah tempat ini… Di tempat inilah saya memejuhi rahim non Nayla untuk pertama kali… Di tempat ini juga lah saya akan memerawani dirimu, mbak… Bersiaplah… Bersiaplah untuk menjadi wanita dewasa” Ucap Pak Urip sambil menelanjangi dirinya sendiri.
Tubuhnya yang gendut terpampang dihadapan akhwat bercadar itu. Perutnya yang maju serta batang penisnya yang mengacung seolah berlomba untuk menjadi yang pertama menyentuh tubuh akhwat perawan itu.
Pak Urip duduk di tepi ranjang itu. Ia mengelusi wajah Putri lalu menurunkan cadar yang selama ini dikenakan oleh akhwat bercadar itu.
“Ngapain ditutup-tutupi sih mbak… Gak pake cadar aja udah cantik gini” Ucap pak Urip saat pertama kalinya melihat wajah Putri yang tidak ditutupi cadar.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEBEAXY
https://thumbs4.imagebam.com/8e/a3/1b/MEBEAXY_t.jpeg 8e/a3/1b/MEBEAXY_t.jpeg
'PUTRI
Hakhakhak... Mulusnya kulit wajahmu mbaakk... Semulus kulit bayi... Pasti tiap hari perawatan terus yah mbak... Tapi sayang, kulit indahmu ini akan ternoda oleh kemesuman saya, hakhakhak tawa pak Urip sambil mengusap pipi wajah Putri.
Jemarinya bahkan masuk ke dalam mulut Putri. Tangan satunya digunakan untuk meremas dada Putri. Pria tua mesum itu benar-benar menikmati ketidaksadaran Putri. Kedua tangannya kini fokus membuka jaket Putri. Ia pun membuang jaket itu hingga jatuh ke lantai kamar majikannya. Setelah itu, ia mengangkat tubuh Putri sejenak lalu menurunkan resleting gamisnya yang ada di punggungnya. Setelah gamis itu longgar, ia menariknya pelan-pelan melewati kepala mungilnya. Menyadari hijab Putri agak 'menceng' sedikit. Ia juga sekalian menarik hijabnya hingga rambut panjang akhwat bercadar itu terlihat di hadapan pak Urip.
Pak Urip tertawa. Tapi tak ada waktu untuk menertawakan hal itu lebih lama lagi. Ia tak tahu kapan obat tidurnya akan terus bekerja. Ia lalu menarik rok Putri berikut celana dalamnya. Dalam sekejap akhwat yang sehari-harinya biasa mengenakan pakaian tertutup itu kini sudah telanjang bulat tanpa ada satupun helai pakaian yang menutupi.
Oouuhhh indahnya tubuhmu dari atas sini mbaakk... Izinkan saya untuk menikmatimu... Izinkan saya untuk menodai tubuhmu sekaligus memberikan kepuasan yang tak akan pernah mbak bayangkan sebelumnya ucap pak Urip saat berdiri diatas kasur menatap tubuh polos Putri yang tergeletak di bawahnya.
Pak Urip langsung jatuh diatas tubuh Putri. Perut tambunnya menindihi kulit mulusnya. Bibirnya hinggap tuk mencumbu bibir manisnya. Kedua tangannya dengan rakus meremasi susu kencangnya. Berulang kali tangan itu meremas. Pak Urip seperti sedang mengaduk adonan kue saja. Ia terus meremasnya bahkan mencubit putingnya. Sesekali ia menariknya lalu menekan puting yang berwarna pink itu. Ia juga menamparnya. Ia melakukan apa saja dalam memainkan payudara yang masih kencang itu.
Mmpphhh... Mmpphhh... Susu perawan emang gak ada duanya... Rasanya masih kenceng-kencengnya ucap pak Urip disela-sela cumbuannya.
Sedangkan bibirnya dengan rakus mendorong bibir manis Putri. Ia juga menjepit bibirnya. Lidahnya juga berkeliaran masuk menelusuri rongga mulutnya. Terkadang ia meludahi mulutnya. Terkadang ia menjilati bibirnya. Ia benar-benar menikmati bibir sang akhwat. Penisnya pun semakin mengeras. Penisnya mengeras saat terjepit diatas perut mulus Putri.
Mmpphhh... Bibir ini... Mmmpphh benar juga... Waktu saya menikmati non Nayla jarang banget bisa menikmati bibirnya... Ternyata ciuman bisa seenak ini yah... Mmpphhh desah pak Urip baru menyadari.
Lidah pak Urip kini berpindah mengincar leher jenjangnya. Ia menjilati leher Putri. Ia tak mau membiarkan satu senti pun tubuh Putri yang tak ia sentuh. Ia ingin menyentuh semuanya. Tangan kirinya juga memeluk punggung mulusnya. Sedangkan tangan kanannya masih meremasi payudara kirinya. Lidahnya naik turun menjilati leher sebelah kiri Putri. Jilatannya menyamping tuk menjilati leher sebelah kanan Putri. Lalu jilatannya turun ke arah dada bulat Putri. Tangan kirinya yang berada di punggung Putri ditariknya keluar. Tubuh bagian atas pak Urip agak dinaikkan. Kedua tangannya dengan serentak kembali meremasi dada bulatnya. Mulutnya mendekat lalu menghisap puting sebelah kiri Putri dengan penuh nafsu. Mulutnya berpindah ke kanan lalu ke kiri lagi. Ia menghisap puting sebelah kanan lalu ke kiri lagi. Ia tak hanya menghisapnya tapi juga menjilati dan menggigitnya pelan. Pak Urip yang gemas tak sengaja menggigitnya keras. Putri sampai merintih di tengah tidurnya. Namun itu tak membuat pak Urip berhenti. Ia justru lebih beringas. Ia menyusu dada Putri dengan sangat ganas.
Mmpphh... Manis banget susu perawan ini... Mmpphhh sampe gak bisa berhenti pengen nyusu terus disini... Mmpphh gak sia-sia saya memilih mbak Putri sebagai pelampiasan saya... Maafkan saya yah mbak Put... Kalau marah, marah aja ke non Nayla yang udah bikin saya kesel duluan... Mmpphh desah pak Urip disela-sela cumbuannya.
Kedua tangannya kini merentangkan kedua tangan Putri ke kiri dan ke kanan. Seperti yang ia niatkan sebelumnya, ia tak ingin melewatkan satu sentipun tubuh mulus Putri. Saat tangan Putri terentang. Lidahnya dengan liar menjilati ketiak mulusnya. Pak Urip tidak merasa jijik sama sekali. Dengan penuh nafsu ia menikmati jilatannya dalam membasahi ketiak mulusnya.
Mmpphh... Ssllrrppp... Mmpphh desah pak Urip.
Lidahnya lalu menjilati lengan kanannya. Jilatannya terus turun hingga ke sikunya lalu terus turun hingga ke jemarinya. Ia mengulum kelima jari Putri secara bergantian. Mulai dari jempolnya lalu berpindah ke jari telunjuknya lalu ke jari tengahnya hingga ke kelingkingnya. Wajah pak Urip bergerak naik turun dalam menjilati lima jemari itu. Ia melakukannya sambil duduk diatas paha Putri yang ia rapatkan. Pak Urip puas lalu berpindah ke tangan kirinya. Lagi, ia melakukan hal yang sama pada tangan kiri Putri. Ia menjilatinya. Ia juga menjilati jemari-jemarinya.
Mmpphhh... Mmpphh... Manis banget tubuh akhwat ini... Bikin nafsu banget ucap pak Urip sambil menatap wajah Putri yang tak tertutupi hijab beserta cadar sama sekali. Nampak kacamata masih melekat disana. Putri jadi terlihat manis namun tubuh polosnya membuatnya terlihat sangat erotis.
Lagi, tubuh pak Urip kembali menunduk untuk menyusu di dada bulat Putri. Selagi mulutnya menyusu maka tangan kanannya menjelajah ke sekitaran goa yang belum dijamah sama sekali. Bulu-bulu tipis tumbuh diatas goa itu. Lubang goanya juga tampak sempit petanda goa ini belum dimasuki sama sekali.
Mmpphh... Mmpphhh... Siappp yahh mbaakkk desah pak Urip saat jemarinya mulai masuk ke dalam liang senggama Putri.
Terlihat wajah Putri seperti agak kesakitan di dalam mimpinya. Pak Urip hanya tersenyum saat mengintip sejenak. Ia kembali fokus menikmati susu manis Putri sembari tangannya menjelajah ke dalam goa tak terjamah itu.
Mmpphhh... Mmpphh
Tangan nakal pak Urip bergerak keluar masuk. Menyadari goa itu mulai membanjir. Ia jadi semakin liar dalam mengobel-ngobel vagina milik akhwat perawan itu. Tangannya bergerak naik turun dengan cepat. Terdengar suara kobokan air dari dalam. Ia sesekali juga mengusap-ngusap bibir vagina Putri dengan cepat. Sesekali ia juga menekan klitorisnya yang membuat vagina Putri jadi semakin membanjir dipenuhi oleh cairan cintanya sendiri.
Pak Urip yang penasaran segera berpindah tuk melihat keadaan goa Putri. Dilihatnya cairan cinta itu mulai tumpah ke luar vaginanya. Pak Urip jadi penasaran bagaimana rasa dari cairan cinta itu. Dikangkangkan lah kedua kaki Putri. Lubang vaginanya pun membuka. Lidah pak Urip dengan rakus langsung menjilati cairan cinta Putri. Bibirnya juga mencium bibir vagina Putri. Lidahnya mengobok-ngobok goa Putri. Mulutnya sesekali menyeruput cairan cintanya untuk meminum cairan yang ada di dalam.
Ssllrrpp... Ssllrrppp... Ssllrrppp mmpphh... Asin banget tapi juga enak hakhakhak tawa pak Urip senang.
Pak Urip pun berusaha meminum cairan cinta itu hingga habis tapi yang ada cairan cinta itu terus keluar yang membuat nafsu pak Urip semakin liar. Penisnya yang sedari tadi belum mendapat jatah langsung merengek ingin menikmati tubuh Putri juga. Pak Urip yang juga penasaran langsung mengambil posisi dihadapan kedua kaki Putri.
Akhirnya... Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba... Bersiaplah mbak untuk menjadi wanita dewasa ucap pak Urip saat memasukan batang penisnya yang mengeras ke dalam liang senggama Putri.
Aaahhh gilaaa sempit banget... Memeknya juga anget banget... Jadi gak sabar pengen hennkhhh desah pak Urip saat berusaha mendorong penisnya agar lebih masuk ke dalam.
Mmmpphhh desah Putri ditengah tidurnya.
Hakhakhak... Sampe kebawa mimpi yah mbaakk... Coba sekali lagi hennkgghhh desah pak Urip kembali mendorong penisnya hingga ujung gundulnya terasa menyundul sebuah lapisan yang amat kuat.
Jadi ini selaput daranya... Jadi makin gak sabar hakhakhak tawa pak Urip puas.
Putri yang sedaritadi tertidur tiba-tiba terus mengerutkan dahinya. Vaginanya yang sebelumnya tak pernah dimasuki benda apapun terasa sakit hingga pelan-pelan mulai membangunkannya. Mata Putri berkedap-kedip. Mulutnya pun merintih merasakan rasa sakit di area vaginanya.
Mmpphhh aahhhh... Apa iniiii ? Lirih Putri mulai terbangun.
Sontak pak Urip terkejut. Tapi ia mencoba tenang dengan memberinya sebuah senyuman.
Selamat pagi mbak Put... Wah pas banget mbak bangun... Bersiap yah untuk menjalani proses menjadi dewasa... Sebelumnya maaf mungkin agak sedikit sakit tapi lama-lama bakalan enak kok hakhakhak tawa pak Urip yang membuat Putri terkejut menyadari apa yang sedang terjadi.
Paaakk... Apa inii ? Apa yang terja aaaahhhhhh jerit Putri sekeras-kerasnya saat penis pak Urip mulai maju tuk merobek selaput dara Putri.
Waduh belum robek... Kayaknya harus pake tenaga ekstra nih... Tahan sebentar yah mbak Put... Hennkgghhh desah pak Urip saat menarik pinggulnya sejenak lalu mendorongnya sekuat tenaga tuk menyundul selaput dara Putri.
'Jleeebbbb !!!'
Aaaahhhh paakkkk sakkitttttt jerit Putri mulai menangis.
Pak Urip kemudian tersenyum saat melihat cairan berwarna merah yang mengalir keluar dari dalam vagina Putri. Pak Urip bangga karena bisa memerawaninya. Apalagi ia melakukannya dalam keadaan Putri sedang sadar. Pak Urip merasa jantan. Ia pelan-pelan mulai kembali menyodoknya setelah menarik pinggulnya mundur sejenak.
Heennkgghhh !! Desah pak Urip saat menusuk vagina Putri.
Aaahhh paakkk hentikaannn... Hentikaann paakkk aaahhh... Sakittt sakitttt jerit Putri hingga berulang kali menggelengkan kepalanya.
Air matanya tumpah diiringi suara-suara rintihan ditengah proses pelepasan keperawanannya. Ia benar-benar tak menyangka kalau ia akan kehilangan keperawanannya dengan cara seperti ini. Apalagi ia mengalami proses buruk ini di dalam rumah rekan kerjanya oleh pembantu yang sebelumnya tak ia curigai sama sekali. Apalagi ia mengalami proses buruk ini menjelang hari pernikahannya. Putri amat kecewa. Ia pun menangis sejadi-jadinya ditengah tusukan penis pak Urip yang semakin dalam menembus vaginanya.
Paakkk aaahhhh... Apa yang bapak lakukan ? Kenapa bapak tega lakuin ini ke aku ? Tanya Putri ditengah isak tangisnya.
“Loh saya emang kenapa mbak ? Saya kan sedang membantu mbak supaya bisa menjadi wanita yang lebih dewasa lagi” Jawab pak Urip tanpa merasa bersalah sama sekali.
“Apa ? Ini bukan membantuku lebih dewasa lagi pak ! Ini namanya bapak sudah menodaiku ! Bapak sudah merusakku pak ! Kenapa bapak tega ? Kenapa ? Kenapaaa aaaahhhhhh” Jerit Putri saat pak Urip kembali menusukkan penis saktinya.
“Berisik ! Dasar gak tau terima kasih ! Udah dibantu malah marah-marah ! Dasar cewek !” Ucap pak Urip yang membuat Putri semakin kesal.
Putri pun tak bisa berkata-kata setelah mendengar penjelasan dari pria tambun itu. Hatinya yang terasa sakit membuatnya ingin terus menangis. Putri terus menangis. Ia menangisi nasibnya yang sudah tak lagi menjadi seorang gadis perawan.
“Sudah jangan nangis lagi mbak… Terima aja nasib mbak ! Terima nasib mbak udah menjadi pemuas nafsu saya… Hennkgghh !” Ucap pak Urip saat menusukkan penisnya setelah menarik mundur pinggulnya sejenak.
“Aaaahhhh hentikaaannnnn !” Jerit Putri.
“Hakhakhak… Sudah nikmati aja mbak… Nikmati semuanya apa adanya ! Hennkgghh !” Desah pak Urip kembali menusuknya.
“Aaaahhh sakittttt” Jerit Putri.
“Hakhakhak… Laaggiiiii hennkgghh !” Desah pak Urip yang terus menusuk-nusuk vagina Putri menggunakan penisnya.
Setelah melakukan semua itu. Ia baru mulai memaju mundurkan pinggulnya secara perlahan. Ia menggenjot vagina Putri sambil mendekap pinggul rampingnya. Ia menikmatinya. Apalagi saat payudara Putri ikut bergoyang bersamanya. Ditatapnya wajah putri yang sudah ternoda. Ditatapnya tubuh telanjang Putri yang begitu menggoda. Pak Urip sangat menikmati semuanya. Ia pun mulai mempercepatnya tuk merasakan jepitan vaginanya.
“Aaaaahhhhhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh nikmat banget rasanya mbaaakk” desah pak Urip keenakan.
“Aaaahhh hentikaannn… Hentikannn paakk… Aaaahhhh” Jerit Putri sambil berusaha melepaskan dekapan tangan pak Urip di pinggangnya. Namun semuanya percuma karena pak Urip sedang berada di posisi nafsu-nafsunya.
“Aaaaahhhhh… Aaahhh… Aaahhhh enaknya memeknya perawan… Enaknya jepitan memekmu mbak… Aaahhhh gak nyesel saya udah memerawanimu, mbak !” Desah pak Urip yang justru membuat hati Putri semakin sakit.
Ucapan Pak Urip yang seolah sedang mengingatkan Putri kalau dirinya sudah tak lagi menjadi gadis perawan terus menghantui dirinya. Ia terus menangis menahan tusukan pak Urip. Tusukannya terasa begitu dalam. Ia merasa tusukan pria tua itu mengenai rahimnya. Rahimnya terasa disundul terus menerus. Gesekan penis pak Urip pada dinding vaginanya memberikan reaksi gatal yang mengganti rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan. Benar apa kata pak Urip. Ia tak lagi mengalami rasa sakit. Sebaliknya rasa enak mulai menjulur ke sekujur tubuhnya. Tapi apa ini yang ia inginkan ? Tidak, bukan ini yang Putri inginkan. Ia pun berusaha terus menolak kendati rasa nikmat mulai menjalar ke sekujur tubuhnya.
“Hentikaannnn… Hentikann semua ini paakkk… Aku mohhhoonnn” Ucap Putri ditengah tangisannya.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh nikmatnyaaa… Nikmatnyaaa” desah pak Urip mengabaikan perkataan Putri.
Suara desahan Putri justru menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus menggenjotnya. Suara desahan Putri justru menjadi penyemangatnya untuk terus menyundul rahimnya. Rasa nikmat yang semakin menjalar membuat tangannya tak bisa hanya diam. Tangannya mulai meraba-raba tubuh polos Putri. Awalnya tangannya mengusapi perutnya lalu naik tuk meremasi dadanya. Ia meremasnya dengan kuat yang membuat Putri menjerit semakin keras. Kedua tangan Putri berusaha menahan tangannya agar tidak lebih keras lagi dalam meremas dadanya. Namun pak Urip malah menekan-nekan puting susu Putri. Rangsangan itu membuat Putri blingsatan tak karuan. Reaksi wajah Putri yang setengah keenakan dan setengah ketakutan membuat pak Urip tertawa begitu puas.
“Hakhakhak… Jelas-jelas mbak mulai keenakan kok malah nolak terus sih ? Udah pasrah aja ! Saya jamin akan memberikan kepuasan pada mbak” Ucap Pak Urip sambil terus menyodoknya.
“Aaahhhh enggaakkk… Enggakk akannn… Aaahhhhhh” desah Putri semakin keras.
Pak Urip pun terpikirkan ide. Ia memegangi tangan Putri lalu menariknya ke belakang. Tubuhnya ia mundurkan ke belakang sehingga membuat tusukannya semakin dalam. Putri yang terus bertahan agar tetap tiduran di atas kasur justru menjadi senjata makan tuan baginya. Ia tak menyadari kalau itu yang pak Urip inginkan darinya. Pak Urip pun mempercepat sodokannya. Sodokannya yang amat kuat menimbulkan suara yang terdengar menggoda.
'Plookkkk… Plookkkk… Plookkkk !!!'
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh nikmatnyaaaa” Desah Pak Urip semakin puas.
“Aaaahhhh hentikaaannn… Hentikaann paaakkk” Jerit Putri sambil memejam dan menggelengkan kepala.
'Aaahhhh gilaaaa… Memek perawan emang gak ngotak damagenya… Baru satu gaya aja udah bikin saya mau keluar ! Duh padahal pengen lebih lama lagi… Tapi jepitannya itu loh… Aaahhhh enakk bangettt !'
Batin Pak Urip kecewa saat dirinya sendiri sudah mau keluar.
“Aaaahhh yaaahhh… Aaahhhh hebat sekali memekmu itu mbaakk… Saya udah mau keluarrr… Saya akan mengeluarkannya di dalam… Saya akan membuatmu hamil sebentar lagi !” Ucap pak Urip yang membuat Putri ketakutan.
“Aaaahhhhhh… Aahhhh… Jangaannnn… Tolong jangan hamili aku paakk… Tolonggg jangaann bikin aku hamilll !” Jerit Putri ketakutan.
“Hakhakhak… Saya akan membuatmu hamil… Liat saja nanti… Rasakan ini ! Hennkgghh !” Desah pak Urip saat menyodoknya lebih kuat lagi.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaaaahhhhh” jerit Putri sekeras-kerasnya.
'SEMENTARA ITU DI RUMAH PAK BENI
“'Astaghfirullah'… Iya juga, aku belum minum obat ramuannya !” Ucap Nayla menyadari sesuatu.
Akhwat bercadar itu langsung berdiri lalu melangkah pergi ke arah luar rumah Pak Beni. Pak Beni yang penasaran langsung ikut membuntuti.
“Ehh mbakkk mau kemana ?” Tanya Pak Beni mengejar.
Saat Nayla berada di luar rumah pak Beni. Ia menyadari kalau dirinya melihat motor Putri di halaman rumahnya. Seketika ia merasa tidak enak. Firasatnya buruk. Ia pun langsung berlari menuju rumahnya sendiri.
“Ehhh mbaakkk… Tunggguuu” Ucap pak Beni mengikuti.
'KEMBALI KE ATAS RANJANG TIDUR NAYLA
“Aaahhhh rasakannn iniiii… Rasakaannnn sodokanku ini !” Desah pak Urip semakin menikmati.
“Aaaahhh hentikaannn paakk… Ampuni akuuu… Tolonggg hentikan semua ini paaakkk” Jerit Putri semakin ketakutan.
Tangan Pak Urip kembali mendekap pinggang mulusnya. Wajahnya ia turunkan tuk menatap reaksi wajah Putri yang ketakutan. Pinggulnya terus bergerak maju mundur merasakan kenikmatan. Wajahnya tersenyum merasakan kepuasan. Ditatapnya gerakan payudara Putri yang begitu menggiurkan.
'Gondal-gandul… Gondal-gandul… Gondal-gandul…'
Gerakannya sungguh indah yang dapat merangsang nafsu birahi seorang pria. Belum lagi rasa dari jepitan vaginanya yang sungguh luar biasa. Vagina Putri begitu menjepit. Penis pak Urip terasa di apit oleh lempengan serabi lempit yang begitu sempit. Mulut pak Urip terus komat-kamit. Mulutnya mendesah mengeluarkan nafas bau yang terhirup oleh hidung akhwat telanjang itu.
Putri menyadari kalau harapan dirinya sudah tidak ada lagi. Siap atau tidak, pria tua berperut tambun itu pasti akan menyiram rahimnya menggunakan sperma subur yang bisa-bisa akan menjadi janin. Putri pasrah. Ia menyadari nasibnya yang akan menjadi penampung pejuh pria tambun itu.
“Puuttt…. Putrriii ?” Ucap seseorang dari luar kamar.
“Aaaahhhhhh… Aaahhh mbaakk… Mbaakkk toloongggg !” Teriak Putri menyadari suara Nayla di luar.
'Cciihhh celaka !'
Batin pak Urip.
“Puuttt kamu dimana ?” Teriak Nayla di luar.
“Aaahhhhh tolongg mbaakkk… Akuuuu mmmpphhhhh” desah Putri saat mulutnya dibekap oleh pak Urip.
“Sssttt… Diam ! Saya akan memejuhimu dengan segera” Ucap pak Urip sambil tersenyum yang membuat mata Putri membuka lebar.
Pak Urip mempercepat sodokannya. Gesekan yang ia terima pada kulit penisnya memberikan kepuasan yang tak dapat ia jelaskan. Penisnya pun mulai berdenyut. Pria tua itu mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme sebentar lagi.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhh sebentar lagiiiiii !” Desah Pak Urip sambil tersenyum.
“Puuttt… 'Astaghfirullah' !” Batin Nayla saat melihatnya dari arah luar kamar. Ia melihat apa yang sedang pak Urip lakukan diatas ranjang tidurnya. Dari luar ia dapat melihat tubuh Putri yang terdorong maju mundur oleh sodokan pinggul pak Urip. Namun yang mengejutkan adalah saat pak Urip menoleh lalu menatap dirinya. Tatapannya yang sedang tersenyum itu membuat Nayla ketakutan hingga membuatnya terjatuh dalam posisi berlutut. Nayla membeku. Ia sejenak diam tak bisa berbuat apa-apa.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Terima ini… Terima iniiii mbaaakkkk !” desah pak Urip tak kuat lagi.
“Mbaakkk… Mbakkk kenapa ?” Tanya pak Beni yang baru saja tiba di depan pintu masuk rumah Nayla.
'Cihhhh rupanya lonte itu bawa cecunguk sialan itu yah ! Saya harus mempercepatnya… Ayoo mbak Putri… Rasakan ini… Rasakannn kontol saya ini !'
Batin Pak Urip.
“Mmpphhhh… Mmppphh… Aaaaahhhhh… Aaaahhhhh toollooongggg !” Jerit Putri saat mulutnya terlepas dari dekapan tangan pak Urip.
Mendengar jeritan seorang wanita membuat mata pak Beni membuka seketika. Ia langsung berlari. Ia berlari menuju asal muasal suara tersebut.
“Aaaahhhh rasakannn ini… Rasakaannnn mbaakkkkk !” Desah pak Beni semakin cepat dalam menyodok vagina Putri.
“Aaaahhhhh hentikaannn… Aaahhhh bapaaakkk” Jerit Putri semakin keras.
Nafas pak Beni semakin sesak. Lututnya melemas. Matanya merem melek keenakan. Ia sadar bahwa spermanya hampir mendekati lubang kencingnya. Gerakan maju mundur terus ia lakukan di dalam lubang tak terjamah Putri. Semakin cepat ia lakukan semakin cepat pula cairan spermanya tuk mendekati lubang kencingnya.
“Aaahhhh saya gak tahan lagi… Saya akan kelluuaarrr… Terima ini mbaakk… Terima pejuh saya ini… Hennkgghhhh !!!!” Desah pak Urip sambil mementokkan ujung gundulnya hingga menembus dinding rahim Putri.
“Aaaahhhh bapaaaakkkkk” desah Putri saat tubuhnya mengejang.
“Aaaahhhhhh akan saya buat dirimu hamillll… Mbaaakkk Putrriiiiiiii !”
'Crrooottt… Crroottt… Crrroootttt !!!'
Sperma pak Urip dengan deras keluar mengisi rahim Putri. Kepuasan yang tak terkira membuat mata pak Urip merem melek penuh kepuasan. Pinggulnya terus maju untuk mengosongkan tengki spermanya. Tubuhnya mengejang. Nafasnya mendadak berat. Tak pernah ia sepuas ini saat memejuhi rahim seorang akhwat. Betapa puasnya ia bisa memenuhi rahim seorang akhwat perawan menggunakan sperma kentalnya.
“Apa ini ? Kurang ajar !” Ucap pak Beni setelah melihat apa yang telah terjadi.
“Ciihhh ganggu aja !” Ucap pak Urip buru-buru mencabutnya lalu mengambil celananya. Kemudian ia membuka jendela kamar Nayla untuk kabur dari kejaran pak Beni.
MEBXJUC
https://thumbs4.imagebam.com/45/14/e4/MEBXJUC_t.jpg 45/14/e4/MEBXJUC_t.jpg
“Heeyyy tungguuu !” Ucap pak Beni hendak mengejar. Namun saat tiba di jendela kamar Nayla. Ia tak mendapati pak Urip sama sekali. Pak Urip berlari kencang sekali. Pak Beni sampai kehilangan jejak. Ia pun hanya bisa menyesalinya sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Putrriii… Puutttt” Ucap Nayla yang baru bisa masuk lalu memeluk tubuh telanjangnya yang sudah ternoda.
“Mbaaakkkkk” Ucap Putri menangis sambil membalas pelukan Nayla.
Putri yang berada di posisi setengah duduk & setengah berbaring itu hanya bisa menangis menyadari keadaannya. Ia bukan lagi seorang perawan. Sebaliknya ia telah ternoda. Ia telah ternoda oleh lelaki tua yang bahkan tidak ada tampan-tampannya sama sekali.
“Maaf Puttt… Maafin aku… Aku lupa bilang kalau ada predator seks disini… Maafin aku yah Put yang udah bikin kamu kesini kemarin !” Ucap Nayla menyesali perbuatannya. Apalagi saat matanya tak sengaja menatap selangkangan Putri. Ia melihat campuran darah beserta sperma yang keluar dari dalam vagina Putri. Ia menyadari kalau Putri telah kehilangan keperawanannya. Nayla pun ikut menangis sambil memeluk tubuh Putri.
Putri tak bisa menjawab. Luka dihatinya terlalu besar sehingga membuatnya hanya bisa menangis saat itu.
“Ini mbaakkk… Sebaiknya tutupi” ucap Pak Beni yang datang lalu memberikan selimut yang ia temukan di atas ranjang tidur Nayla. Pak Beni pun melihat sekilas tubuh telanjang Putri. Tubuhnya memang menggoda. Ia bahkan sempat bernafsu sejenak. Namun saat melihat campuran darah dan sperma yang keluar dari dalam vagina Putri. Ia mendadak semakin kesal. Ia merasa kesal karena tidak bisa menangkap pria tua berperut tambun itu.
“Makasih pak… Ayo dipake dulu Put” Ucap Nayla sambil menutupi tubuh Putri.
“Makasih mbak” Jawab Putri sambil menangis.
“Kita harus melaporkannya… Laki-laki itu sudah keterlaluan… Kita gak boleh membiarkannya melakukan perbuatan keji ini lebih lama lagi” ucap Pak Beni berambisi tuk menghukum pemerkosa Putri.
“Tapi ? Gimana caranya ? Kita gak ada bukti pak” Ucap Nayla sambil mengelus punggung Putri untuk menenangkannya.
“Bukti ? Itu ada” Ucap pak Beni sambil menunjuk Putri.
“Bapak tega ? Memangnya bapak gak mikirin keadaan Putri apa ?” Ucap Nayla kesal pada Pak Beni.
“Wanita mana yang berani melaporkan kejadian ini kalau rasa malu adalah penggantinya pak ? Misal kalau kita laporkan maka semua orang akan tahu kalau diri kita pernah diperkosa oleh pak Urip ? Apa kata orang sekitar pak ? Meski ini kasus pemerkosaan pasti 'image' buruk akan melekat di diri kita… Aku gak mungkin melaporkan ini juga pak… Apalagi kami ini merupakan selebgram… Aku gak mau 'follower' kami kecewa saat menyadari apa yang telah terjadi… Aku tahu ini egois… Tapi kamu juga kepikiran kayak gitu kan Put ?” Kata Nayla menatap Putri.
Putri hanya mengangguk setuju. Apalagi ia akan menikah sebentar lagi. Apa kata Andri nanti kalau mengetahui dirinya sudah tidak perawan lagi ?
Pak Beni pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia tampak bingung namun juga kesal. Ia pun berusaha berpikir bagaimana caranya untuk melindungi Nayla juga wanita telanjang yang ada di sebelahnya.
Sekilas ia teringat kejadian saat dirinya memberi sepotong roti. Matanya terbuka lebar. Ia menyadari kalau wanita yang sedang telanjang ini adalah wanita bercadar yang saat itu bersama Nayla.
'Dasar kurang ajar si Urip ini ! Sudah menodai mbak Nayla sekarang berani memerawani akhwat bercadar ini… Saya harus memberinya pelajaran ! Tapi apa ? Saya harus menyusun rencana… Kalau asal nonjok aja yang ada warga sekitar akan mengeroyoki saya… Apalagi image saya terlanjur buruk dipandangan masyarakat… Ah sial, gimana yah caranya tuk melindungi mbak Nayla dan mbak ini ?'
Batin pak Beni memikirkan cara.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 8
GETARAN
“Ini air hangatnya Put” Ucap Nayla sambil memberikan secangkir air hangat itu.
“Makasih mbak” Jawab Putri yang langsung menyeruputnya.
Setelah menghabiskan setengah dari air hangat itu. Putri kembali melamun. Sepertinya ia kembali terpikirkan soal kejadian buruk yang baru saja menimpanya itu. Ia masih tak percaya kalau kejadian buruk seperti itu harus menimpa dirinya. Ia telah kehilangan keperawanannya. Rasanya ia sudah tak memiliki masa depan lagi. Ia merasa hancur. Ia merasa tak memiliki kepercayaan diri lagi.
“Putt… Jangan ngelamun dong” Ucap Nayla sambil tersenyum.
“Maaf mbak… Aku masih kepikiran soal tadi… Aku masih gak percaya kalau . . . .” Ucap Putri terpotong.
“Iya aku paham apa yang kamu rasain Put… Aku menyesal… Aku minta maaf soal keputusan aku kemarin… Seharusnya aku bilang dulu ke kamu kalau pak Urip orangnya memang seperti itu” Ucap Nayla berusaha menghiburnya.
“Tapi dulu pas aku kesini dia gak keliatan kayak gitu loh mbak… Sikap mbak sendiri juga pas itu . . . .” Ucap Putri kembali terpotong.
“Iya… Awalnya aku juga gak percaya… Sejujurnya waktu kamu datang ke rumah pas mau minta foto itu, aku juga ngalamin hal yang sama kayak kamu loh, Put” Ucap Nayla mengenang kejadian buruknya.
“Eh mbak juga ?” Tanya Putri tak percaya.
“Iya cuma waktu itu aku gak tau siapa pelakunya… Karena aku diperkosa waktu lagi tidur… Awalnya aku ngira pak Beni orangnya… Inget kan sewaktu pak Beni ngasih roti ke aku ? Aku udah nuduh pak Beni waktu itu… Aku gak nyangka banget kalau ternyata justru pak Urip pelakunya… Makanya belakangan ini aku seringkali nginep ke rumah pak Beni sewaktu mas Miftah lagi gak ada di rumah… Aku lupa banget kalau kamu mau kesini… Dan aku juga gak nyangka kalau pak Urip berani ngelakuin hal itu ke kamu Put… Sekali lagi maaf yah” Ucap Nayla menyesal.
“Iyya mbak… Yasudah jangan diinget lagi… Aku takut kejadian ini menjadi trauma buatku… Lagipula bukan salah mbak kok… Cuma aku masih 'shock' aja… Mungkin butuh waktu… Tapi entah kapan aku bisa pulih dari rasa trauma ini” Ucap Putri yang masih tak menyangka.
“Iyya… Kamu pasti bisa kok Put… Kamu pasti bisa pulih… Aku yakin, kamu pasti bisa kok” Ucap Nayla tersenyum untuk menyemangati.
“Iyya makasih yah mbak” Jawab Putri yang mulai bisa tersenyum kembali.
“Oh yah ini hijab sama cadarnya… Mbak mau mandi dulu ? Nanti biar aku anter ke kamar mandi” Ucap Nayla.
“Iyya boleh… Tolong yah mbak” Ucap Putri yang masih telanjang bulat menyisakan kacamatanya saja.
Putri yang merasakan perih di selangkangannya terpaksa dibantu oleh Nayla dalam berjalan. Ia diantar Nayla ke kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Saat pintu kamar dibuka, terlihat pak Beni terkejut melihat Putri masih telanjang bulat.
“Eh bapak kirain dah pulang… Jangan lihat !” Tegur Nayla.
Putri yang tak menyangka akan kehadiran pak Beni segera menutupi tubuhnya semampunya. Wajahnya tertunduk malu. Ia benar-benar malu saat auratnya kembali terlihat oleh sosok lelaki asing yang sama sekali belum dikenalnya itu.
“Ehh maaf” Ucap Pak Beni menunduk. Ia segera patuh laksana budak yang menuruti perintah tuannya. Sepertinya pak Beni telah mendalami perannya. Ia akan menuruti semua perintah yang diucapkan oleh Nayla.
Karena merasa nanggung sudah berada di tengah perjalanan. Nayla kembali melanjutkan perjalanan Putri menuju kamar mandi. Sesampainya mereka disana, Nayla membiarkan Putri membersihkan dirinya. Pintu kamar mandi ditutup. Terdengar bunyi air mengucur dari dalam kamar mandi tersebut.
“Hah… Maaf” Lirih Nayla yang masih menyesali perbuatannya.
Nayla pun kembali ke arah pak Beni membiarkan Putri menikmati waktunya sendiri. Samar-samar terdengar suara isak tangis dari dalam. Tampaknya Putri masih belum pulih dari trauma yang menghantuinya. Nayla duduk di samping pak Beni. Wajahnya tampak kebingungan. Ia masih tak percaya pak Urip melibatkan sahabatnya dalam melakukan aksi bejatnya.
“Gimana mbak Putri, mbak ?” Tanya pak Beni pada Nayla.
“Masih trauma pak… Wajar sih, tapi moga aja cepet pulih” Jawab Nayla.
“Oh begitu” Jawab pak Beni merenung.
'Gimana yah sekarang ? Hah sialan juga pak Urip itu ! Bisa-bisanya ia mengincar mbak Putri ! Kalau dibiarin bakalan semakin menjadi tuh orang… Gimana yah cara untuk menghentikannya ?'
Batin pak Beni berfikir.
“Oh iya pak” Ucap Nayla.
“Iya mbak gimana ?” Tanya pak Beni.
“Aku habis ini kan mau kerja… Aku ngerasa gak enak ke bu Dona kalau sampai gak ikut sesi 'photoshoot' lagi… Sedangkan Putri kayaknya gak sanggup untuk mengikuti 'photoshoot' bareng aku… Aku boleh titip Putri ke bapak gak ?” Ucap Nayla mengejutkan pak Beni.
“Eh saya diminta jagain mbak Putri gitu ?” Tanya pak Beni tak menyangka.
“Iya… Melihat keadaannya… Gak mungkin juga Putri bisa pergi jauh… Kakinya susah buat berjalan… Aku gak tau gimana pak Urip melakukannya sampe-sampe membuat Putri kayak gitu… Setidaknya kalau ada bapak, pasti Putri akan merasa tenang… Karena ada yang menjaga selagi aku pergi bekerja” Ucap Nayla menjelaskan.
“Hmm saya mah oke-oke aja mbak… Tapi mbak Putrinya gimana ? Saya mah nurut aja ke mbak” Ucap Pak Beni manut.
“Makasih… Nanti aku bilangin ke Putri deh… Nanti bisa tolong gendong Putri ke rumah bapak yah… Nanti aku yang bawa motornya buat parkir di depan rumah bapak” Ucap Nayla.
“Iya mbak siap… Apapun perintahnya akan saya lakukan” Jawab Pak Beni patuh.
Nayla pun tersenyum. Untungnya tak lama kemudian terdengar suara panggilan dari dalam kamar mandi.
“Mbaakkk” Ucap Putri memanggil.
“Ehh iya Put” Jawab Nayla segera menghampiri.
Terlihat Putri sudah selesai mandi. Aroma tubuhnya wangi. Wajahnya cerah. Kulit tubuhnya bersih mengkilat. Pak Beni yang melihatnya sekilas langsung terpana. Apalagi Putri itu masih muda dan saat itu juga masih telanjang bulat. Pak Beni yang jarang melihat akhwat telanjang langsung terpana. Namun karena merasa tak enak pada Nayla. Ia pun membuang muka demi menjaga pandangannya.
Nayla dan Putri memasuki kamar Nayla. Pintu ditutup. Pak Beni akhirnya bisa mengangkat kepalanya lagi.
“Cantik banget yah mbak Putri… Duh kalau nanti cuma berduaan gimana yah ? Bakal bahaya nih” Ucap Pak Beni sambil mengelusi penisnya yang sudah berdiri.
Kebetulan saat itu Nayla keluar dari dalam kamarnya. Akhwat cantik itu segera datang menghampiri Pak Beni. Ia lagi-lagi duduk di sebelahnya yang membuat jantung Pak Beni berdebar kencang.
“Putri setuju… Tolong titip Putri yah !” Ucap Nayla sambil tersenyum.
“Ssiii… Siiappp mbak… Siappp” Ucap Pak Beni grogi saat melihat senyuman di mata Nayla.
Gara-gara melihat tubuh polos Putri tadi. Nafsu pak Beni mendadak bangkit apalagi saat ditambah senyum indah Nayla. Nafsunya jadi menggebu. Tapi ia tak berhak melampiaskannya karena Nayla sendiri tidak memintanya. Serba salah. Ia tiba-tiba berada di situasi berbahaya. Ia jadi resah tapi tak memiliki pelampiasan.
'Duh gimana ini ?'
Batin Pak Beni kebingungan.
Tak berselang lama, Keluarlah Putri dari dalam kamar Nayla. Pak Beni terperanjat akan kecantikannya. Putri yang saat itu mengenakan gamis milik Nayla terlihat sangat mempesona. Gamis berwarna hitamnya yang dipadukan dengan hijab berwarna pinknya membuat kecantikan Putri semakin bertambah. Putri terlihat begitu sholehah. Mungkin tidak akan ada yang menyangka kalau Putri baru saja kehilangan keperawanannya. Putri terlihat seperti seorang ustadzah atau mungkin ibu hajjah. Pokoknya itulah, intinya pak Beni benar-benar terpukau akan kecantikan milik bidadari bercadar tersebut.
“Pak, bantuin” Ucap Nayla sambil menepuk paha pak Beni.
“Eh iya mbak” Jawab Pak Beni tersadar.
Pak Beni segera menghampiri. Ia dengan jantan menggendong Putri di depan. Tangan kanannya memegangi punggungnya serta tangan kirinya memegangi pergelangan lututnya. Putri pun reflek memegangi bahu pak Beni. Tak sengaja mata mereka bertemu. Putri menunduk malu-malu. Mereka terlihat seperti seorang pasangan saja. Pak Beni dengan malu-malu pun berjalan mendekati Nayla.
MEBYXIQ
https://thumbs4.imagebam.com/87/95/5d/MEBYXIQ_t.jpeg 87/95/5d/MEBYXIQ_t.jpeg
'ILUSTRASI PAK BENI GENDONG
“Lalu bagaimana mbak ?” tanya pak Beni.
“Sebentar… Aku liat ke luar dulu” Ucap Nayla sambil berjalan keluar.
Setelah melihat keadaan diluar aman. Ia menyuruh pak Beni segera keluar. Nayla pun menuntun pak Beni agar tidak dilihat oleh warga sekitar. Untungnya mereka berdua sampai di depan rumah dengan aman. Setelah itu giliran Nayla yang menaiki motor Putri untuk memarkirkannya di depan halaman rumah Pak Beni. Nayla pun masuk ke dalam. Disana ia melihat pak Beni tengah menidurkan Putri diatas ranjang tidurnya dengan jantan.
“Pak… Aku titip bentar yah” Ucap Nayla pada pak Beni.
“Iyya mbak… Saya akan menjaganya” Ucap pak Beni.
“Put… Aku berangkat dulu yah” Ucap Nayla mendekati Putri. Putri pun hanya mengangguk lalu membuka mulutnya untuk menitipkan pesan kepada bu Dona.
“Bilangin aku gak enak badan yah mbak… Maaf aku gak bisa ikut kesana” Jawab Putri.
“Iya aku akan bilang ke bu Dona… Gak usah minta maaf Put… Aku yang harusnya minta maaf” Ucap Nayla.
Nayla pun pergi setelah pamit terlebih dahulu kepada pak Beni.
MEBXDFG
https://thumbs4.imagebam.com/4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg 4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEBQ0WK
https://thumbs4.imagebam.com/57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg 57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg
'PUTRI
Pak Beni yang melihat Nayla sudah pergi diam-diam melirik ke arah kamarnya sendiri. Terlihat Putri tengah tertidur dalam posisi miring. Ia pun mengambil kesempatan ini untuk melampiaskan nafsunya yang menggebu sedari tadi.
“Maafkan saya mbak Put… Kalau diam-diam saya… Aaahhhhh… Aaahhhh” desah pak Beni sambil mengocok penisnya sendiri.
Pak Beni rupanya sudah memelorotkan celananya. Ia pun mengocok penisnya sambil menatap wajah cantik Putri. Entah kenapa dirinya lebih bernafsu pada akhwat sholehah ketimbang wanita cantik yang berpakaian terbuka. Meski ia sudah pernah melihat dalamannya, hal itu tidak serta merta meruntuhkan nafsu pak Beni untuk menyetubuhinya. Namun ia teringat kondisi Putri. Ia juga tak mungkin memperkosanya. Ia pun memutuskan untuk beronani saja untuk melampiaskan nafsu birahinya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh mbakk Puttt” Desah pak Beni dengan lirih.
Sementara itu Nayla sudah tiba kembali di dalam rumahnya. Ia buru-buru berjalan ke arah kulkasnya. Ia khawatir kalau pak Urip akan datang untuk menerornya lagi. Ia ingin pergi. Ia ingin bekerja agar tidak menetap di rumah bersama pembantunya lagi.
Nayla membuka kulkasnya. Ia mengambil botol berisi air minum. Ia langsung menenggaknya sekali lalu menutup pintu kulkasnya lagi.
“Huft untung masih inget… Meski udah jam 9 lebih gapapa kali yah” Ucap Nayla yang setelah itu baru melangkah pergi.
*-*-*-*
Sesampainya Nayla di tempat perfotoan. Andri sudah berdiri disana untuk menyambut kedatangannya. Terlihat wajah sumringah pada diri Andri. Andri terlihat sangat senang ketika wanita yang ia cinta akhirnya datang.
Setelah melepas helmnya, Nayla pun menghampiri Andri untuk bersama-sama menemui bu Dona.
“Loh Nay… Putri mana ? Kok gak keliatan ?” Tanya Andri heran.
“Hmmm Putri lagi sakit, Ndri… Tadi aku dikabarin kalau Putri gak bisa dateng kesini” Ucap Nayla sambil menunjukkan wajah sedihnya.
“Oalah kok bisa ? Sakit apa ?” Tanya Andri.
“Gak tau Ndri… Mungkin cuma kecapekan” Jawab Nayla berbohong.
“Oalah tuh kan… Kamu jaga diri yah… Jangan sampai sakit lagi… Kalau nanti emang capek, bilang aja yah biar bisa istirahat dulu” Ucap Andri perhatian.
“Iyya Ndri… Makasih” jawab Nayla tersenyum.
Andri merasa sedih mendengar kabar kalau Putri sedang sakit. Tapi membayangkan dirinya bisa berduaan bersama Nayla membuat hatinya berbahagia. Ia pun terus-terusan mencuri-curi pandang ke arah tubuh Nayla. Akhwat bercadar yang mengenakan pakaian serba putih itu terus dipandangi oleh Andri. Tidak hanya wajahnya, tapi juga tubuh indahnya.
'Itu beneran kan ? Kemarin mbak Nayla sampai telanjang pas video callan bareng aku ?'
Batin Andri sambil memperhatikan tubuh indah Nayla. Andri pun menenggak ludah. Ia tak dapat membayangkan indahnya tubuh seorang selebgram yang sedang dalam keadaan telanjang.
Jam demi jam berlalu. Pose demi pose sudah Nayla tunjukan dalam balutan busana syar’i yang dilakukannya secara bergantian. Tak terhitung sudah berapa kali Nayla berganti pakaian demi mempromosikan produk yang dibuat oleh bu Dona. Rasanya cukup lelah juga. Apalagi saat jam tak terasa sudah menjukkan pukul setengah tiga sore.
Untungnya sesi perfotoan sudah berakhir. Andri & Nayla pun duduk beristirahat di ruang perfotoan sambil memainkan hapenya. Nayla saat itu masih mengenakan gamis yang ia promosikan. Ia belum sempat berganti dengan pakaiannya sendiri. Ia dengan santainya duduk di salah satu kursi sambil membalas pesan dari suaminya.
“Nay… Gimana ? Gak terlalu capek kan ?” Tanya Andri caper.
“Eh Ndri… Engga kok… Enggak” Jawab Nayla tersenyum. Nayla pun kembali membalas pesan dari suaminya.
“Oh yah, syukurlah” Jawab Andri lega.
Namun ekspresi Nayla yang agak cuek kepadanya membuat Andri merasa kebingungan. Padahal kemarin saat video callan dirinya merasa akrab padanya. Nayla terlihat seperti membutuhkan dirinya. Tapi kenapa saat bertemu langsung Nayla malah bersikap seperti ini yah ?
'Apa jangan-jangan Nayla cuma baik ke aku kalau lagi butuh aja yah ? Ah enggak deh… Nayla orangnya gak kayak gitu… Mungkin Nayla emang lagi capek… Aku gak harus menganggunya sekarang…'
Batin Andri mencoba berfikir positif.
Alih-alih mengganggu Nayla yang sedang menikmati waktu sendirinya. Ia iseng memeriksa foto demi foto hasil jepretannya untuk mencari foto terbaik yang ingin ia tunjukkan pada Nayla. Andri tersenyum sendiri melihat kecantikan Nayla. Ia merasa bangga bisa menjadi fotografernya. Tapi ia akan lebih bangga lagi kalau bisa menjadi suaminya.
Nayla yang lagi asyik-asyik membalas sebuah pesan tiba-tiba merasakan sesuatu yang tak asing lagi. Ya, gejolak birahi kembali datang menghampiri. Ia pun bertanya-tanya kenapa diri sendiri kok bisa-bisanya ia merasakannya lagi ? Bukannya tadi ia sudah menengguk air ramuan dari dokter Amir ?
'Astaghfirullah… Aku harus cepet-cepet pulang ! Jangan sampai aku terangsang di tempat seperti ini !'
Batin Nayla gelisah.
Andri yang sedang melihat-lihat foto akhirnya menemukan satu foto yang bagus. Ia pun ingin menunjukkannya pada Nayla. Namun saat dirinya hendak menunjukkan. Tiba-tiba Nayla meminta izin untuk pamit setelah mengganti pakaiannya.
“Aku mau ganti baju dulu yah Ndri… Habis itu aku mau pulang… Kalau kamu mau pulang dulu ya duluan aja yah” Ucap Nayla buru-buru pergi.
Mumpung gairah birahinya masih belum tinggi. Ia ingin buru-buru pergi sebelum dirinya kesulitan untuk menahan diri lagi. Ia tak mau kejadian sewaktu pulang dari dokter mesum itu kembali terjadi pada dirinya. Ia tak mau kehilangan kendali dimana matanya terus menatap laki-laki yang ia temui di jalanan. Ia ingin segera pulang lalu menuntaskah hasrat birahi yang sedang menyerangnya.
Setelah memasuki ruang ganti pakaian. Nayla segera membuka gamisnya. Ia juga menurunkan roknya. Setelah ia melepas pakaian yang ia promosikan. Ia pun duduk bersandar pada kursi yang menghadap ke arah pintu masuk. Nayla yang masih mengenakan bikini melebarkan kakinya. Rupanya Nayla sudah tak kuat lagi sehingga ingin membelai vaginanya lagi.
“Mmpppphhhhh” desah Nayla menikmati.
Rupanya vaginanya sudah sangat basah. Ia tak menyangka racun di tubuhnya kembali aktif untuk mengacaukan pikirannya. Namun rasa nikmat yang semakin kuat membuatnya ingin menyentuh vaginanya lagi. Jemari Nayla pun turun untuk melebarkan lubang celana dalam untuk kakinya. Vaginanya terlihat. Kedua jemarinya pun ia masukan untuk merasakan kenikmatan yang tak tertahankan.
“Aaaaaaaahhhhhhh” desah Nayla hingga memejam.
'Kenapa enak banget ? Kenapa aku malah kambuh lagi sih ? Tuh kan jadi gak bisa berhenti !'
Batin Nayla menyesal.
Alih-alih langsung bangkit untuk mengenakan pakaiannya kembali. Ia malah meraba-raba bibir vaginanya sambil memejamkan mata. Ia juga menurunkan cup branya untuk menjepit putingnya menggunakan tangan satunya. Nayla benar-benar terangsang. Ia benar-benar menikmati masturbasinya di tempat kerjanya.
“Aaaaahhhhhh… Aaaaahhhhhhh” desah Nayla tak kuat lagi.
Tangan kirinya mencengkram kuat payudara kirinya. Tangan kanannya bergerak keluar masuk menusuk vaginanya. Wajah Nayla diangkat menatap langit-langit ruangan. Ia menikmati masturbasinya. Apalagi saat ia melakukannya sambil membayangkan pak Beni.
Terbayang bagaimana penis besar berwarna hitam itu keluar masuk membelah vaginanya. Terbayang bagaimana tubuh kekar itu menindihi tubuhnya lalu menremasi buah dadanya sekeras-kerasnya. Terbayang bagaimana bibirnya dengan beringas mencumbu bibirnya. Terbayang ia ditelanjangi lalu disetubuhi tanpa pernah berhenti.
Vaginanya semakin basah. Terdengar bunyi cipratan air dari dalam. Vagina Nayla membanjir. Rasa sangek ini benar-benar mengacaukan pikirannya lagi.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sambil membayangkan penis pak Beni keluar masuk dengan sangat cepat.
Tentu ia juga menggerakan jemarinya keluar masuk dengan sangat cepat. Akhirnya Nayla tak kuat lagi. Selebgram yang sedang dilanda nafsu birahi itu merasa ingin berorgasme lagi. Tubuhnya mengejang. Nafasnya berat tak karuan. Matanya terus memejam. Pikirannya membayangkan tubuh pria kekar yang sedang telanjang bulat dihadapannya.
“Ouuhhhhh… Ouuhhhh… Aaaahhhhhh paakkk” desah Nayla tak kuat lagi.
Akhirnya saat kedua jemarinya dimasukan begitu dalam ke dalam vaginanya. Semprotan dahsyat pun keluar dari dalam lubang vaginanya.
“Mmmppphhh kelluaaarrrr !” Desah Nayla merasa lega.
Bukannya berhenti. Jemari Nayla justru mengusap-ngusap bibir vaginanya yang membuatnya mendapatkan kenikmatan 'double' hasil dari masturbasinya. Nampaknya Nayla sudah semakin ahli dalam bermasturbasi belakangan ini. Rasanya sungguh nikmat. Nafasnya pun ngos-ngosan. Pandangannya agak kabur. Ia pun bersandar sambil memejamkan mata untuk menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Hah… Hah… Hah… Akhirnya… Lega” Lirih Nayla ngos-ngosan.
'Gilaaaa… Nayla sampai crot !'
Batin seseorang yang diam-diam rupanya sedang mengintipnya.
Pintu ruangan yang tidak ditutup rapat membuat Andri diam-diam bisa mengintipnya. Ia tak menyangka bisa melihat Nayla sedang bermasturbasi menggunakan mata kepalanya sendiri. Andri membeku di tempat. Mulutnya hanya bisa melongo di tempat. Ia seperti kebingungan setelah melihat kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Hah… 'astaghfirullah'… Padahal ada Andri di luar… Kok aku malah kayak gini sih ?” Lirih Nayla yang baru menyesalinya.
'Apa ? Ada aku ? Apa jangan-jangan maksudnya, bisa aja Nayla memutuskan untuk bercinta denganku tapi Nayla sendiri malah memilih untuk bermasturbasi ? Apa Nayla menyesali perbuatannya ?'
Batin Andri berpikiran mesum.
“Boddoohhh… Booddoohhh… Jangan diulangi lagi Nay… Ayo pulang… Kamu pasti bisa kok sembuh dari kebiasan burukmu ini !” Lirih Nayla bangkit yang membuat Andri panik.
Andri pun menjauh menyadari Nayla sudah mau pergi. Terlihat Nayla sudah mengenakan kemejanya kembali. Andri pun kabur untuk bersembunyi atau setidaknya ia ingin bersikap biasa saja agar dirinya tidak dicurigai sudah mengintip aksinya tadi. Namun Andri bingung harus kemana. Ia pun memilih ke tempat parkir sambil berpura-pura bersiap untuk pulang kembali ke rumahnya. Seketika ia menyadari kalau sedari tadi dirinya membawa kameranya.
“Lah… Kenapa tadi gak sempet moto yah ?” Lirih Andri menyesal.
Padahal bisa saja dirinya memfoto Nayla yang sedang dalam keadaan telanjang. Padahal kan bisa ia menjadikan foto itu sebagai objek fantasinya di rumah. Andri menyesal. Namun saat melihat Nayla mendatanginya. Ia pun berusaha untuk bersikap biasa saja.
“Loh Ndri belum pulang ?” Tanya Nayla.
“Hehe belum Nay… Ini mau kok” Jawab Andri.
“Hati-hati yah di jalan” Ucap Nayla tersenyum.
“Iya Nay kamu juga yah” Ucap Andri perhatian.
Nayla pun pergi untuk pulang kembali ke rumahnya. Selama perjalanan meski dirinya merasa lega setelah mendapatkan masturbasinya. Ia merasa ada yang kurang. Ya, masturbasinya tadi terasa hampa sehingga ia kurang begitu puas saat melakukannya.
Akibatnya, gairah di tubuhnya masih ada meski tidak sekuat tadi. Jujur masturbasinya tadi terasa seperti mengurangi frekuensi nafsunya saja. Nafsu birahinya belum hilang. Hanya berkurang saja.
Ia pun berencana untuk menuntaskannya bersama suaminya di rumah. Ia bertekad untuk tidak melakukan zina lagi. Tidak dengan pak Beni apalagi pak Urip. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari keduanya. Ia tidak mau menodai tubuh indahnya lagi cuma gara-gara tak sanggup mengendalikan nafsu birahinya.
“Mas Miftah udah pulang belum yah ?” Tanya Nayla saat melihat ke arah jam tangannya.
*-*-*-*
Saat hendak sampai di rumahnya. Ia melewati rumah pak Beni. Ia sempat menghentikan motornya sejenak untuk melihat ke arah halaman rumah. Ia menyadari kalau Putri sudah pulang terlihat dari motornya yang tidak ada disana.
“Huft syukurlah kalau udah pulang… Tandanya Putri udah baik-baik aja kan ?” Tanya Nayla merasa tenang.
Saat wajahnya melongok ke arah halaman rumahnya. Ia menyadari mobil suaminya sudah ada disana. Nayla seketika tersenyum. Ia pun buru-buru pulang untuk menemui suaminya dengan segera.
Motor telah diparkir. Helm sudah dilepas. Nayla pun berjalan masuk sambil menoleh ke kanan juga ke kiri untuk mencari suaminya.
“Assalamualaikum” Ucap Nayla setelah mengetuk pintu rumahnya.
“Walaikumsalam” Jawab seseorang yang membuat wajah Nayla sumringah.
“Loh mas udah pulang ?” Tanya Nayla tak menyangka. Nayla pun segera mendekati suaminya untuk memberinya pelukan selamat datang.
“Udah dong” Jawab Miftah sambil merentangkan tangannya bersiap untuk menerima pelukan istrinya.
“Sejak kapan ? Kok gak ngasih tau ? Biasanya jam 4 baru pulang” Ucap Nayla dengan manja.
“Sebenarnya tadi waktu kita 'chattan' mas udah pulang loh… Cuma mau ngasih kejutan aja” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersenyum.
“Oh yah ? Makasih” jawab Nayla bahagia.
“Oh yah, besok kita jalan-jalan yuk” Ajak Miftah mengejutkan Nayla.
“Jalan-jalan ? Kemana ? Emang mas gak kerja ?” Tanya Nayla heran.
“Loh, kan besok libur sayaanggg… Besok kan tanggal merah… Mentang-mentang udah gak sekolah jadi lupa hari libur nih ceritanya ?” Ucap Miftah yang membuat Nayla tertawa.
“Eh masa iya ? Hihihihi maaf, soalnya kan keseringan di rumah” Ucap Nayla tersenyum.
“Huh dasar… Pokoknya siap-siap buat besok yah” Ucap Miftah tersenyum.
“Ihhh emang mau kemana ?” Tanya Nayla penasaran.
“Rahaassiaaa” Jawab Miftah menggoda Nayla yang membuat istri cantiknya itu kesal.
Miftah pun pergi meninggalkan Nayla karena ingin mandi untuk menghilangkan hawa panas yang menyerangnya. Nayla hanya berdiri sebal saja namun tersenyum karena akan diajak jalan-jalan oleh suaminya.
Tiba-tiba Miftah kembali mendekat sambil membawa handuk yang ia kalungkan di lehernya.
“Oh yah dek… Pak Urip mana ?” Tanya Miftah pada istrinya.
“Eh… Gaakk… Gakk tau mas… Ada apa emangnya ?” Tanya Nayla terkejut ketika tiba-tiba suaminya menanyakan pak Urip.
“Nah itu dia… Paaakkkk” Panggil Miftah yang membuat Pak Urip bergegas mendekat.
Nayla ikut menoleh ke arah yang dituju oleh suaminya. Menyadari pak Urip mendekat dan berada tepat di sebelah kirinya membuat bidadari bercadar itu merasa tidak nyaman. Nayla pun bergeser ke kanan satu langkah untuk menjauh dari pria berperut tambun itu.
“Ini paakk… Tolong besok sopiri kami yah” Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
“Maaassss” Ucap Nayla seolah tak terima.
“Hakhakhak… Mau jalan-jalan yah ? Saya diajak kan ?” Tanya Pak Urip tertawa. Nayla pun tak terima menyadari pak Urip akan menjadi sopir di perjalanan liburan mereka.
“Ya pasti dong… Kan bapak yang nyopir” Ucap Miftah sambil tersenyum lalu berkedip ke arah istrinya.
“Assyikk… Akhirnya bisa ikut liburan juga” Ucap pak Urip sambil menatap mesum majikan alimnya itu.
Nayla pun membuang muka. Ia sebal karena pembantu busuknya itu justru diajak liburan oleh suaminya.
“Tolong cek mesinnya yah pak ? Kalau perlu dibawa ke bengkel juga gapapa… Pokoknya besok mesin sudah harus siap sehingga liburan kita bakal berjalan nyaman”
“Siaaappp… Siaaappp… Akan saya lakukan pak” Ucap pak Urip sambil memberikan hormat kepada Miftah.
“Nih kuncinya” Ucap Miftah saat melempar kunci mobilnya kepada pak Urip.
Pak Urip pun menerima kunci itu. Baru setelah itu Miftah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Menyadari suaminya sudah pergi. Nayla pun ikut pergi agar bisa segera menjauh dari pembantu tua itu.
“Eeeiitss mau kemana ?” Ucap Pak Urip sambil menahan lengan Nayla.
“Lepaskan pak… Aku mau ke kamar… Aku mau istirahat” Jawab Nayla dengan ketus.
“Hakhakhak… Loh jadi lonte kok gak sopan sih… Sambut saya dong ! Saya kan tuannya non” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
“Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi yah pak !” Ucap Nayla agak meninggi namun masih ia tahan karena tak mau kedengaran suaminya yang sedang mandi.
“Loh kok kurang ajar yah ! Udah berani melawan” Ucap pak Urip yang tiba-tiba mencengkram bokong montok Nayla.
“Aaaaaahhhhhhh” desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum.
“Saya tau selama ini non sembunyi di dalam rumah pak Beni kan ? Wah saya gak ngira non lebih memilih pak Beni daripada saya… Kurang apa sih saya dimata non ? Saya ini sudah sempurna… Saya aja jauh lebih tampan dari pak Beni” Ucap pak Urip tidak tahu diri.
“Hentikaann… Lepaskan tangan bapak !” Ucap Nayla sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan pak Urip di bokongnya. Untungnya pak Urip menurutinya. Tapi seketika wajahnya tersenyum sambil mendekap dagu Nayla dari luar cadarnya.
“Jangan pernah melanggar perintah saya lagi ! Ingat ! Non itu lonte saya… Non gak berhak melanggar perintah yang sudah saya berikan… Non harus nurut… Non harus patuh… Kalau non masih deket-deket sama cecunguk miskin itu… Saya gak akan segan-segan untuk menghamili mbak Putri” Ucap pak Urip yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Apa maksud bapak melibatkan sahabat aku ?” Tanya Nayla kesal.
“Tadi sewaktu mbak Putri pulang… Kebetulan saya ngikutin dia diam-diam… Untungnya saya jadi tahu dimana alamat tinggalnya… Kalau non milih deket-deket sama si sialan itu… Ya silahkan saja… Saya akan lampiaskan nafsu saya ke mbak Putri aja… Masuk akal bukan ? Jadi mau pilih yang mana ? Non pasrah aja ke saya atau non lebih milih mengorbankan temen non buat saya ?” Ucap pak Urip yang membuat Nayla marah. Nayla tidak mempunyai pilihan. Ia tak mungkin mengorbankan temannya yang sebentar lagi akan menikah itu. Tapi ia juga tak mau untuk menjadi budak nafsu dari pembantu bejatnya itu. Nayla bimbang. Ia mendesah pelan. Ia pun mulai membuka mulutnya.
“Tolong jangan libatkan Putri lagi… Kalau aku memilih pasrah apa bapak janji untuk tidak melibatkan Putri lagi ?” Tanya Nayla meski berat hati.
“Iya” Jawab Pak Urip sambil tersenyum.
“Kalau gitu janji jangan melibatkan Putri lagi !” Ucap Nayla yang membuat Pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Gitu dong… Itu baru pilihan yang bijak… Saya bangga dengan non” Ucap pak Urip yang membuat Nayla sebal dan ingin segera pergi.
“Eh mau kemana ?” Tanya pak Urip kembali menahan tangan Nayla.
“Udah kan ? Bapak udah selesai kan ? Apalagi yang bapak inginkan dariku ?” Tanya Nayla kesal.
“Jongkok” Ucap Pak Urip.
“Maksudnya ?” Tanya Nayla heran.
“Heh… Lonte itu harus nurut… Gak boleh banyak nanya” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
Nayla terpaksa berjongkok didepan selangkangan pak Urip. Tiba-tiba pria gendut itu mengeluarkan batang penisnya. Nayla terkejut menyadari penis pak Urip sudah berereksi secara maksimal.
“Sebagai bukti kalau non mencintai kontol saya… Ayo dong cium dulu” Ucap Pak Urip sambil mengocoki penisnya.
“Apa ?” Tanya Nayla tak percaya.
“Cium kontol saya… Cium palkon saya… Hakhakhak” tawa Pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau menurutinya. Terpaksa Nayla pun mendekatkan cadarnya lalu mencium penis itu dari balik cadarnya.
“Dah, aku mau pergi” Ucap Nayla merasa terlecehkan.
“Loh belum… Angkat dulu dong cadarnya” Ucap pak Urip kembali menahannya.
“Bapaakkkk !” Ucap Nayla tak terima.
“Loh berani melawan nih ? Saya ke rumah mbak Putri aja yah kalau gitu ?” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau menurutinya.
Nayla pun mengangkat cadarnya. Penis pak Urip jadi tertutupi oleh cadar berwarna putih itu. Tak lama kemudian pak Urip tersenyum saat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh ujung penisnya.
Saat Nayla hendak menyudahi aksinya. Tiba-tiba pak Urip menahan kepala Nayla menggunakan tangannya. Nayla sontak mengangkat pandangannya tuk menatap wajah pria tua itu.
“Nanggung… Ayo sepong sekalian” Ucap pak Urip yang membuat Nayla hanya mendesah lemah.
Mulut Nayla pun membuka. Meski agak ragu, ia mulai memasukan penis hitam itu ke dalam mulutnya. Bibirnya pun menyapu kulit penis pak Urip. Lidahnya yang lembap juga menyapu kulit penis pak Urip. Pak Urip sampai merinding merasakan kehangatan dan kelembapan yang diberikan oleh mulut majikannya. Setelah ujung gundulnya mentok ke pangkal kerongkongannya. Nayla pun menyudahi aksi sepongnya sambil memberikan ekspresi jijik di wajahnya.
“Hakhakhak… Lonte pinter… Nah sekarang berdiri !” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Apa lagiii ?” Ucap Nayla protes.
Namun jawaban pak Urip hanya tersenyum saja. Tiba-tiba pak Urip mengangkat cadar Nayla lalu mendekatkan bibirnya untuk mencumbu bibir Nayla. Nayla yang tak siap hanya bisa pasrah. Bibir mereka pun bertemu. Bibir mereka saling bersentuhan. Bibir mereka saling berciuman. Bibir mereka saling tubruk untuk memuaskan nafsu yang tak mampu lagi mereka tahan.
“Mmmpppphhhhhh” desah mereka bersamaan.
Khususnya pak Urip. Cumbuan yang ia lakukan pada bibir Putri di pagi hari membuatnya jadi ingin mencumbui bibir Nayla. Ia pun melampiaskannya sekarang. Tangan kirinya menahan bagian belakang kepala Nayla. Tangan kanannya menahan punggungnya. Sedangkan bibirnya terus maju untuk menghujami bibir manis akhwat bercadar itu. Bibir Pak Urip terus mendorong bibir Nayla. Bibirnya juga membuka untuk mengapit bibir atas Nayla. Setelah puas menghisap bibirnya ia pun melepaskan cumbuannya sejenak sambil menatap wajah cantik majikannya yang sudah berkaca-kaca.
“Malam ini saya tunggu di depan rumah… Kalau sampai jam 12 malam non gak keluar… Ya, jangan salahkan saya pokoknya… Hakhakhak” Tawa Pak Urip yang pergi begitu saja.
Nayla pun terdiam sambil mengusapi air matanya. Nayla merasa ketakutan. Ia terkejut melihat siapa laki-laki yang baru saja mencumbunya itu. Ia jauh berbeda dari pak Urip yang dulu ia kenal. Bahkan jauh berbeda dari pak Urip yang ia lihat kemarin. Makin kesini, pak Urip jadi semakin mengerikan. Rasanya seperti ada roh jahat yang sudah merasuki tubuh pak Urip. Atau jangan-jangan memang sikap aslinya seperti ini ?
“Malam ini ? Mau apalagi bapak memintaku keluar ?” Ucap Nayla heran. Ia pun buru-buru memasuki kamarnya saat menyadari suaminya hampir keluar dari kamar mandi. Ia tak mau suaminya menyadari air matanya yang baru saja keluar. Ia segera mengambil tisu lalu mengelapnya agar semuanya terlihat seolah tak terjadi apa-apa.
*-*-*-*
Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 tepat.
Nayla sedang berada diatas ranjangnya bersama suaminya. Terlihat suaminya sudah bersiap untuk tidur. Suaminya itu pun menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang sambil memeluk tubuh Nayla.
“Tidur yuk… Gak sabar deh buat liburan bareng besok” Ucap Miftah tersenyum.
“Iya mas sama… Adek juga” Jawab Nayla berpura-pura tersenyum.
“Yaudah selamat tidur yah… Jangan lupa baca doanya” Ucap Mfitah dengan lembut.
“Iya mas, sudah”
Setelah itu mereka berdua pun sama-sama memejamkan mata. Dalam keadaan lampu yang agak remang-remang. Miftah tertidur sambil mengeloni istrinya dengan erat. Seketika terdengar suara ngorok dari mulut suaminya. Nayla pun menyadari kalau suaminya sudah tertidur pulas. Masalahnya ia harus menemui pak Urip di depan rumahnya demi menghindari ancamannya. Apakah bisa dirinya terbebas dari pelukan suaminya terlebih dahulu ?
Untungnya dengan sedikit pergerakan. Nayla bisa terbebas dari pelukan suaminya. Nayla pun menatap wajah suaminya sesaat seolah ia sangat menyesali perbuatannya. Ia pun mengecup keningnya diam-diam lalu meminta maaf kepadanya.
“Maafin adek mas… Adek cinta mas kok” Lirih Nayla.
Diam-diam Nayla mengganti piyamanya dengan kaus berlengan panjang berwarna abu-abu. Ia juga mengenakan hijab beserta cadar berwarna abu-abu. Ia menatap cermin sejenak sambil mengira-ngira apa rencana yang akan pak Urip lakukan kepadanya. Tapi ia tak menemukan adanya kemungkinan lain selain pak Urip pasti akan memperkosanya lagi. Nayla pun hanya bisa pasrah. Meski hatinya berat, ia harus menjalaninya ketimbang mengorbankan tubuh Putri.
MEBYXIT
https://thumbs4.imagebam.com/4a/fa/e7/MEBYXIT_t.jpg 4a/fa/e7/MEBYXIT_t.jpg
'NAYLA
Mengingat cuacanya cukup dingin. Nayla pun mengenakan jaket 'hoodie' berwarna merah lalu memasangkan tudungnya demi menutupi identitasnya. Nayla diam-diam keluar kamar lalu melihat ke arah jam dinding yang berada di ruang tamunya.
“Sudah mau jam 11… Mau apa sih pak Urip meminta aku keluar ?” Tanya Nayla kesal.
Saat Nayla sudah keluar dari dalam rumahnya. Terlihat pak Urip sedang nyantai di depan rumahnya sendiri sambil meminum secangkir kopi. Nayla pun menutup pintu rumahnya sendiri lalu menguncinya dari luar. Tak lupa ia menaruh kuncinya di ventilasi atas pintu yang kebetulan tidak terlalu tinggi. Ia pun berjalan keluar sambil menunduk ke arah pintu gerbang rumahnya. Pelan-pelan ia membuka gerbangnya sebagian lalu berjalan ke depan rumah pak Urip.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Pak Urip tersenyum melihat ada akhwat cantik yang mengenakan jaket merah sedang mendekat ke arahnya. Pak Urip menenggak habis kopinya, lalu berjalan mendekat ke arahnya.
“Sayaannggg… Yuk kita mulai kencannya” Ucap pak Urip sambil merangkul pinggang Nayla.
“Kencan ?” Tanya Nayla.
“Iya, tapi kencan ini bukan sembarang kencan… Coba deh pakai ini dulu” Ucap pak Urip sambil memberikan sesuatu yang bentuknya mirip sayur tauge berwarna pink yang mana ada kepalanya juga ekornya.
MEBYXIS
https://thumbs4.imagebam.com/1e/a1/59/MEBYXIS_t.jpg 1e/a1/59/MEBYXIS_t.jpg
“Apa ini pak ?” Tanya Nayla penasaran.
“Udah pakai aja… Masukan ke dalam memekmu” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Apa ?” Tanya Nayla kaget.
“Udah buruan… Apa perlu saya yang masukin ?” Ucap pak Urip yang membuat Nayla ketakutan.
Nayla dengan terpaksa memasukan benda aneh itu ke dalam vaginanya. Rasanya agak geli-geli gimana gitu. Apalagi saat benda itu mulai masuk membelah vaginanya. Nayla sampai bergidik nikmat. Tapi ia juga jadi kesulitan berjalan. Pokoknya Nayla merasa sangat tidak nyaman saat benda itu berada di dalam vaginanya. Namun ia tetap membiarkannya demi mematuhi perkataan pak Urip.
“Yuk kita jalan” Ucap pak Urip sambil tersenyum. Pak Urip bahkan sampai menggandeng lengannya. Meski Nayla merasa risih dengan senyuman busuk itu. Setidaknya kalau cuma diajak jalan-jalan itu lebih baik daripada diajak bercinta.
'Hah setidaknya aku gak perlu melayani nafsunya lagi !'
Batin Nayla agak sedikit lega.
Kedua insan yang berbeda zaman itu berjalan bersama-sama. Pak Urip tampak sumringah bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang memiliki tubuh sempurna. Ia sesekali juga merangkul pinggang Nayla. Senyumnya yang lebar merekah. Pokoknya pak Urip terlihat bahagia. Bahkan saat melewati pasangan muda-mudi yang asyik berpacaran, Pak Urip tampak bangga seolah akhwat bercadar yang sedang digandengnya itu adalah pasangannya.
Jalan di malam itu agak ramai. Hari libur di keesokan harinya menjadi penyebabnya. Tak heran banyak pasangan muda-mudi yang berjalan-jalan untuk berpacaran. Pak Urip pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan pasangannya. Tak jarang ia berbicara dengan sendiri seolah mengatakan “ini loh pacar saya”.
Nayla sampai malu. Sedari tadi wajahnya terus menunduk. Ia pun diam-diam menggelengkan kepala. Ia merasa dipermalukan. Untungnya ia mengenakan jaket 'hoodie'. Ia pun mengenakan tutup kepalanya demi menyembunyikan identitasnya.
'Sabar Nayla… Sabarr… Setidaknya ini lebih baik daripada diperkosa…'
Batin Nayla mencoba berfikir positif.
Hampir 100 meter mereka berjalan. Iler pak Urip tiba-tiba keluar saat mencium aroma nasi goreng yang sedang dimasak.
“Non saya laper… Makan yuk” Ucap pak Urip saat melihat ada sebuah warung nasi goreng yang berada tak jauh dari rumahnya.
“Eh laper ?” Tanya Nayla terkejut.
“Tuh aromanya enak banget… Nasgornya pak Tomi enak banget kan ?” Tanya pak Urip.
“Ehh iya… Iya sih nasgornya pak Tomi emang terkenal… Tapi, bapak mau makan disana nih ?” Kata Nayla agak ragu. Nayla merasa ragu karena sebetulnya dia dan suaminya cukup sering makan bersama disitu. Nayla pun merasa tak nyaman andai nanti pak Tomi curiga melihat dirinya berjalan berdua bersama pembantunya malam-malam.
“Iya lah… Yookkkk” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.
Nayla pun terpaksa ngikut saja. Sebisa mungkin ia mencoba menutupi wajahnya agar pak Tomi tidak mengenalinya.
MEBYXIV
https://thumbs4.imagebam.com/81/ad/97/MEBYXIV_t.jpg 81/ad/97/MEBYXIV_t.jpg
'WARUNG NASGOR PAK TOMI
“Pak… Nasgornya dua yah… Es tehnya juga dua” Ucap pak Urip pada pak Tomi.
“Dua porsi yah pak… Loh eh, pak Urip sama mbak Nayla rupanya” Ucap pak Tomi yang seketika langsung mengenali mereka berdua. Nayla yang sudah ketahuan tidak memiliki alasan lain untuk menyembunyikan wajahnya. Ia pun mengangkat wajahnya. Ia hanya tersenyum malu menyadari dirinya ketahuan oleh pak Tomi.
“Iyya dong pak… Hakhakhak” Tawa Pak Urip tampak bangga. Apalagi tangan pak Urip masih mendekap jemari Nayla. Dekapannya sangat erat seolah tak mau melepaskan dirinya.
“Oh yah pak… Mau makan disini apa dibawa pulang ?” tanya pak Tomi sambil memanaskan minyak.
“Disini aja pak… Kapan lagi bisa makan enak di luar rumah” tawa pak Urip sambil menatap wajah Nayla.
Nayla yang terus diam sedari tadi hanya bisa memperhatikan sekitar. Di dalam warung itu terdapat sepasang pasangan muda yang sedang makan bersama. Mereka terlihat seperti anak seusia SMA. Terlihat si laki-laki dari pasangan itu terus memperhatikannya. Nayla pun membuang muka sambil mencoba bersikap biasa saja.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip saat mengambil sesuatu dari saku celananya.
Nayla yang sedang bersikap cuek tiba-tiba merapatkan kakinya saat merasakan adanya getaran yang merangsang vaginanya.
“Mmpphhhhh” desah Nayla cukup keras yang membuat semua orang di warung itu menatapnya.
“Eh mbak kenapa ? Mbak gapapa ?” Tanya pak Tomi sambil menatap Nayla.
“Gapapa pak… Gapapa… Tadi aku . . .” Ucap Nayla terpotong.
“Aduhhh buruan pak… Liat kan mbak Nayla jadi sakit perut… Mbak Nayla udah laper banget tuh” Ucap pak Urip sambil tersenyum menatap Nayla.
“Oalah… Iya iyya… Tahan bentar yah mbak” Ucap pak Tomi sambil melanjutkan memasaknya.
Terlihat pasangan dari laki-laki itu ditampar oleh pasangannya. Nampaknya pandangan dari lelaki itu tak bisa dipalingkan dari keindahan Nayla. Apalagi tadi saat mendengar desahan suaranya yang menggoda. Siapa lelaki yang tidak terangsang mendengar suaranya ? Itu juga yang dialami oleh lelaki dari pasangan muda itu juga yang dirasakan oleh pak Tomi.
'Mbak Nayla kalau laper kok malah mendesah yah ? Kaget tadi saya pas dengernya…'
Batin pak Tomi sambil memasak.
“Apa yang bapak lakukan ?” Bisik Nayla kepada pak Urip.
“Hakhakhak… Nikmati apa yang saya berikan saat ini, non” Ucap pak Urip tiba-tiba menambah volume getarannya.
“Mmmppphhhh” Nayla kembali mendesah. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tangan kirinya bahkan memegangi vaginanya dari luar celananya. Tangan kanannya memegangi gerobak nasgor milik pak Tomi. Tubuhnya agak menunduk. Kedua kakinya semakin rapat.
'Hakhakhak… Pasti nikmat banget yah mbak, rasanya…'
Batin pak Urip saat melihatnya.
“Heh jangan liat !” Terdengar suara perempuan dari pasangan muda itu saat menegur pacarnya.
“Iyya maaf sayaaanggg” Jawab laki-laki itu meski sesekali masih melirik Nayla.
'Duuhhhh kenapa getarannya kuat bangettt ? Apa maksud semua ini pak !'
Batin Nayla kesal.
Pak Urip diam-diam berjalan ke arah belakang Nayla. Matanya pun melihat ke sekitar untuk memeriksa keadaan. Setelah dirasa aman. Tangan kanannya tiba-tiba menepuk bokong Nayla lalu meremasnya dengan kuat.
“Mmmpphhhhh” desah Nayla sekali lagi. Kali ini Nayla menoleh menatap pak Urip. Tatapannya terlihat kesal, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
'Sudah kuduga pasti ada yang gak beres dari rencana pak Urip… Tapi aku gak menduga kalau rencananya akan seperti ini ? Mmmmppphhh kenapa jadi seperti ini sih… Mmpphhh enakk bangettt…'
Batin Nayla diam-diam.
Laki-laki dari pasangan muda itu diam-diam menganga saat melihat tangan dari pak Urip berada di bokong Nayla. Perempuan yang duduk disebelahnya juga menyadari aksi pak Urip. Tangannya pun ia naikan untuk menutup pandangan pacarnya.
“Jangannn diliaat !” Tegur si perempuan kesal.
“Gimna non ? Enak kan rasanyaaa… Aahhh pasti enak… Gimana rasanya ? Rasanya kayak lagi diobok-obok yah memeknya ?” Lirih pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
“Hentikaann paakk… Tolloonnggg !” Pinta Nayla dengan gelisah.
“Ohhh tidak bisa” Ucap pak Urip tersenyum. Tiba-tiba pak Urip kembali menekan remotnya yang membuat getaran di vagina Nayla semakin kuat.
“Aaaaahhhhh paakkkk” desah Nayla kali ini sampai berlutut disamping gerobak itu.
“Mbaakkk… Ini udah mau mateng mbak nasgornya… Tahan bentar yahhh” Ucap pak Tomi kaget mendengar desahan Nayla lagi.
“Hakhakhak” Pak Urip hanya tertawa sambil melihat keadaan Nayla. Nayla pun merasa tak sanggup lagi. Ia sudah dipermalukan. Ia begitu murka. Namun getaran di vaginanya malah membuatnya semakin terangsang.
Nayla terus memegangi vaginanya. Nafasnya memberat. Nayla langsung ngos-ngosan meski daritadi dirinya hanya diam menahan rangsangan. Tangannya jadi ikut-ikutan untuk membelai payudaranya sendiri. Nayla berlutut sambil meremasi payudaranya sendiri. Rasanya amat nikmat. Meski ia tak ingin melakukannya, ia pun terpaksa melakukannya sambil menatap wajah pembantunya.
Kedua pasangan muda-mudi itu melongo melihat Nayla yang sedang meremasi payudaranya sendiri.
“Hah… Hah… Hah… Mmppphhhh” Desah Nayla kali ini sambil menaruh kepalanya ke tanah. Kedua tangannya juga ia taruh ditanah. Ia seperti sedang bersujud. Namun tangan kirinya ia tarik untuk memegangi vaginanya.
'Aaaahhhhhh ennaakkk banggeetttt !'
Batin Nayla tak sanggup menahannya lagi.
“Tahaannn nonnn… Tahaannnn… Bentar lagi nasinya mau jadi” Bisik pak Urip secara diam-diam sambil mengusapi bokong Nayla yang tengah menungging.
Pasangan muda yang melihat kejadian itu langsung berdiri. Terutama si perempuan yang tak tahan lagi melihat pacarnya terus melihat kejadian yang terjadi pada akhwat bercadar dan pria tua itu.
“Sayaangg pergi yukkk” Ucap si perempuan sambil menarik lengan pacarnya.
“Ehh sayangg, tapi nasinya belum abis” Ucap si laki-laki tak ingin meninggalkan tempat ini. Selagi mereka berjalan keluar, matanya terus melihat aksi mesum pak Urip. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa beruntungnya pria tua itu bisa mengusapi bokong si akhwat bercadar.
“Udah makan ditempat lain aja… Disini ada lontenya” Ucap si perempuan dengan lirih namun terdengar di telinga Nayla. Pasangan muda-mudi itu pun pergi meninggalkan luka di hati Nayla.
“Hakhakhak… Denger kan ? Mereka aja tahu siapa dirimu” Ucap pak Urip kali ini sambil mematikan remot kontrolnya.
“Hah… Hah… Hah” Nayla yang agak baikan pelan-pelan mulai berdiri. Matanya berkaca-kaca saat menahan getaran tadi. Ia pun menatap benci meski sebenarnya sangat menikmati. Diam-diam ia sangat ingin menampar wajah dari pria tua itu.
Namun pak Urip hanya tersenyum sambil menunjukkan remot yang sedang ia pegang. Ia seolah berkata kalau berani nampar maka tombol remot akan ditekan lagi. Nayla pun mengurungkan niatnya meski dirinya sangat ingin memberikan pelajaran ke pembantunya itu.
“Tolong jangan permalukan aku lagi ! Hah… Hah… Hah…” Ucap Nayla dengan kesal.
“Hakhakhak… Kita lihat saja nanti” Bisik Pak Urip tersenyum.
“Fiyuhhh maaf agak lama mbak… Ini nasinya… Mau duduk dimana ?” Ucap pak Tomi yang terlalu fokus memasak sehingga melewatkan aksi mesum yang tadi dilakukan oleh pak Urip.
“Disini aja pak… Di dekat gerobak aja biar gak kejauhan” Ucap pak Urip sambil mempersilahkan Nayla untuk duduk duluan. Pak Urip bahkan menarik kursi untuk Nayla yang membuatnya terlihat begitu 'gentleman'. Setelah Nayla duduk. Barulah pak Urip ikut duduk dihadapannya.
“Ayo dimakan non… Non kelaperan kan ? Hakhakhak” Tawa pak Urip yang langsung menyantap nasi gorengnya.
Nayla lagi-lagi tak menjawab. Ia yang begitu kesal terpaksa memakan nasi goreng itu. Sambil makan, tak sengaja ia teringat kejadian memalukan itu lagi. Wajahnya memerah. Ia pun merasa sedih karena disebut lonte oleh anak yang masih berada di bangku SMA.
“Hah dasar anak-anak… Masa nasi seenak ini gak dihabisin” Ucap Pak Tomi kesal melihat nasi buatannya tak dihabiskan oleh pasangan muda-mudi itu. Pak Tomi pun terpaksa membuang nasi itu ke ember. Ia pun membersihkan piring tersebut sambil membiarkan Nayla dan pak Urip menyantap nasi goreng buatannya.
“Gimana ? Enak kan non ?” Tanya pak Urip yang sudah menghabiskan setengah porsi dari nasi gorengnya.
“Diem !” Ucap Nayla saking kesalnya.
“Hakhakhak… Mau saya aktifin lagi nih ?” Ancam pak Urip sambil menunjukkan remotnya.
Nayla pun hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Ia pun kembali menyantap nasi gorengnya sambil menundukkan wajahnya.
'Hah… Sabar Nay… Sabar… Habis selesai makan semuanya bakal selesai kok…'
Batin Nayla mencoba menyemangati diri sendiri.
Setelah pak Urip menghabiskan nasi gorengnya. Ia melihat piring Nayla yang tinggal menyisakan sekitar 2 suap lagi. Pak Urip tiba-tiba berdiri lalu merogoh sakunya lagi.
'Hmmm nasgornya pak Tomi emang enak banget sih… Aku aja sampe lupa kalau tadi aku abis di . . . . .'
Batin Nayla terpotong.
“Mmmpphhhh bapaaaakkkk !” Desah Nayla langsung berdiri lalu menundukkan tubuhnya seperti sedang melakukan posisi rukuk. Tangan kirinya kembali memegangi vaginanya. Wajahnya pun ia tunjukkan untuk menatap wajah pak Urip.
“Ehhh mbak Nayla kenapa lagi ?” Tanya pak Tomi yang terkejut saat sedang mencuci piring.
“Eh tenang aja pak… Non kenapa ?” Tanya pak Urip seolah tidak tahu apa-apa.
“Hentiikaannn paakkk… Mmpphhhh” Tubuh Nayla langsung bergidik merasakan kenikmatan yang tak tertandingi.
“Loh kok sampai gemeteran gitu ? Hakhakhak… Apa yang salah, bokongnya yah ?” Tanya pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
'Plaaaakkkkk !'
“Aaaahhh paaakkk” desah Nayla dengan manja.
“Ehh bapakkk kok gitu ?” Ucap pak Tomi terkejut melihat sikap pak Urip.
“Loh bukan yah ?” Tanya pak Urip kali ini sambil meremas-remas bokong Nayla.
“Aaaahhhh… Aaaahhhhhhh” desah Nayla sambil menahan tangan pak Urip agar tidak meremas bokongnya lagi.
“Paakkk… Bapaakk kok . . .” Ucap pak Tomi yang hanya bisa membeku melihat kejadian didepannya. Di lain sisi ia kebingungan harus berbuat apa tapi di lain sisi ia juga terangsang gara-gara mendengar desahan Nayla.
“Aaahhhhh… Aaahhh paakkk toloongg hentikaannn… Jangann lagiii… Mmpphhhh” desah Nayla tak kuat lagi sambil mengelus-ngelus vaginanya.
“Oalah memeknya yah ? Memek non kenapa emangnya ?” Ucap pak Urip kali ini sambil menekan vagina Nayla dari belakang.
“Aaaaaahhhh bapaakkk jangann digituinnn” desah Nayla bergairah.
Pak Tomi pun menganga lebar melihat aksi pak Urip pada Nayla.
Nayla berdiri tegak sambil bersandar pada dada pak Urip. Mulutnya menganga lebar dari balik cadarnya. Tekanan jemari pak Urip di vaginanya semakin menambah rangsangan yang menggetarkan birahinya. Jujur rasanya sungguh nikmat. Ia perlahan mulai menikmatinya. Ia pun tak peduli lagi pada keadaan sekitar akibat nafsunya yang semakin membara.
“Kenapa sihhh ? Coba saya cek yah ?” Ucap pak Urip kali ini dengan berani saat memasukan tangannya ke dalam celana Nayla.
“Ehhh bapaaakkk !” Ucap pak Tomi terkejut untuk kesekian kalinya. Bahkan ia memegangi kepalanya menggunakan kedua tangannya.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh iyaahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla yang tak kuat lagi sehingga tanpa sadar malah menikmati aksi jemari pak Urip.
“Gatel yah memek non ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… He’em” Jawab Nayla mengangguk malu-malu.
“Hakhakhak… Saya garuk boleh ?” Tanya pak Urip mengejutkan pak Tomi lagi.
“Aaahhhh… Toloonggggg” Jawab Nayla sambil mengangguk karena tak kuat lagi.
'Aaahhhhh… Aaahhhh… Duhhh, aku gakk kuat lagiii… Aaahhhh kenapa gatel bangettt… Aahhh maafin aku masss… Maafin aku lagii… Aku gak kuat menahannya lagi…'
Batin Nayla setelah dirangsang habis-habisan menggunakan vibrator itu.
“Oke deh… Tapi saya garuknya pake kontol yah” Ucap pak Urip sambil memelorotkan celananya kemudian mengeluarkan penisnya.
Sontak Nayla dan pak Tomi yang berada disana terkejut saat mendengarnya. Belum hilang rasa terkejut yang mereka terima. Tiba-tiba pak Urip menurunkan celana Nayla lalu menarik benda aneh yang tadi ia selipkan ke dalam vagina Nayla.
“Aaaahhhh iyyaaahhhh… Aaahhhh bappaakkkk” desah Nayla hingga menggelinjang saat vibrator itu dikeluarkan dari dalam vaginanya.
“Oalah pantes ada ginian di dalam memek non… Liat deh geter-geter gitu… Gimana sekarang, udah gak gatel lagi kan ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Hah… Hah… Masiihhh… Masihh pakkk” Desah Nayla ngos-ngosan sambil menatap pak Urip.
“Ah yang bener… Tapi ini kan udah dikeluarin… Yaudah saya naikin lagi yah celananya” Ucap pak Urip sambil menaikan celana Nayla.
“Tapiii pakkk… Akuuu aahhhhh” desah Nayla dengan gelisah. Akhirnya tangan kirinya kembali mengusap-ngusap vaginanya dari luar celananya. Ia tak sanggup menahannya. Ia pun terpaksa melakukannya sendiri sambil menatap wajah pak Urip.
“Ohhh minta digaruk aja nih ? Yaudah, saya garuk pake kontol aja yah” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Ehhh Taapppii… Tappii… Ituuu” Ucap Nayla mendadak ragu.
“Lohhh gimana ? Mau digaruk apa enggak ?” tanya Pak Urip yang kali ini memelorotkan celana Nayla hingga ke lutut lalu menekan klitorisnya yang membuat pinggul Nayla bergoyang. Tubuhnya juga menggelinjang. Mulutnya mendesah girang.
“Aaaahhhhhh iyaahh… Iyyahhh akuu mauu… Terserah bapak aja… Aaahhhh” Ucap Nayla yang kehilangan akal sehatnya akibat rasa gatal yang kembali mendera vaginanya.
Pak Tomi diam termangu mendengar pembicaraan mereka berdua. Ia tak menyangka kalau Nayla selama ini menggunakan vibrator di dalam vaginanya. Ia jadi bertanya-tanya, apa benar selama ini Nayla menggunakan vibrator di kehidupan kesehariannya ? Lalu apa benar pak Urip biasa melakukan hal seperti ini kepada Nayla ?
Ditengah-tengah pertanyaan yang muncul dikepalanya. Ia terkejut saat melihat pak Urip sedang mendekatkan penisnya yang mengeras ke dalam vagina Nayla. Pelan-pelan penis itu mulai masuk membelah liang senggama Nayla. Nayla pun mendesah manja. Tidak ada penolakan pada dirinya. Akhwat bercadar itu hanya menungging sambil bertumpu pada meja makan yang ada di hadapannya. Pak Urip lalu menarik mundur penisnya lagi. Lalu saat tersisa setengahnya, ia kembali mendorong pinggulnya lagi. Saat hampir mentok ia menarik penisnya lagi lalu dirinya mendorong penisnya lagi. Kemudian ia menarik penisnya hingga menyisakan ujung gundulnya di bibir vaginanya. Pak Urip tersenyum. Sambil memegangi pinggul Nayla, ia mendorong pinggulnya sendiri dengan kuat hingga terasa ujung gundulnya menyundul rahim dari akhwat bercadar itu.
MEBYXIT
https://thumbs4.imagebam.com/4a/fa/e7/MEBYXIT_t.jpg 4a/fa/e7/MEBYXIT_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Aaaaahhhhh bapaaaaakkkkk” desah Nayla keenakan.
“Aaaahhhh mantapnyaaaa” desah pak Urip sampai merinding.
'Gilaaa itu sampe masuk anunya ?'
Batin pak Tomi sambil menjambak rambutnya sendiri.
Nayla yang sudah kehilangan akal sehatnya hanya bisa pasrah saat penis pak Urip keluar masuk menggaruk vaginanya. Rasanya sangat enak saat benda keras berwarna hitam itu terus menggesek dinding vaginanya. Mata Nayla merem melek keenakan. Mulutnya sedari tadi membuka mengeluarkan desahan yang begitu menggoda. Kedua tangannya mencengkram tepi meja. Meski tahu pilihannya ini salah, tapi ia tak memiliki pilihan lain lagi saat nafsunya telah bangkit menguasai diri.
'Aahhhhh… Aaahhhh… Maafin aku maass… Maafin akuu… Aaaahhhh…'
Batin Nayla diam-diam.
“Ouhhhh nakal banget kamu non… Nakal banget pake vibrator segala… Pasti non sengaja yah buat ngegoda saya ?” Tanya pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
'Plaaaakkkk !'
“Aaahhhh engggaakkk… Bukaann aku yanggg… Aaahhhhh” Desah Nayla terpotong saat tamparan kedua mengenai bokongnya.
'Plaaakkkkk !'
“Aaahhhh… Aaahhh… Udah jujur aja… Non sengaja ngajak saya keluar biar bisa ngentot di warungnya pak Tomi kan ?” Ucap pak Urip terus melemparkan fitnah kepada akhwat bercadar itu.
“Aaahhhh enggaakk… Enggaakk… Aku gak pernaahhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla saat terkena tamparan ketiganya.
'Plaaaakkkk !'
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Dasaaarr lonteee… Dasaaaarr lonte sukanya godain !” Ucap pak Urip sambil terus menampar bokong Nayla hingga memerah.
Pak Tomi diam-diam mulai terangsang. Ia tak sanggup bertahan dari tontonan langsung yang terjadi di depan matanya. Diam-diam ia mengelusi penisnya dari luar celananya. Ia benar-benar takjub melihat Nayla yang sangat terkenal di kompleksnya sedang disetubuhi oleh pembantunya sendiri.
“Aaahhhhh… Aaahhh… Aaahhhh paakkkkkk” desah Nayla dengan manja.
“Kenapa non ? Aaahhhh… Aaahhhh… Kurang keras yah ?” Tanya pak Urip sambil mendesah.
“Aaaahhhhh iyaaahhhh… Iyaahhhh” desah Nayla malu-malu mengakui.
“Hakhakhak… Maaf non baru makan soalnya… Ini rasakan ini !” Ucap pak Urip memperkuat sodokannya.
“Aaaahhhhh iyaaahhhh… Iyaaahhhhh… Aaahhhhhhh bappaaakkkk” desah Nayla dengan manja hingga tubuhnya terdorong maju mundur dengan cepat.
Kedua tangan pak Urip menarik bahu Nayla ke belakang. Nayla jadi agak berdiri. Kedua tangan pak Urip kemudian masuk ke dalam kaus yang Nayla kenakan. Resleting jaketnya yang sudah turun sedari tadi membuat pak Tomi bisa melihat tonjolan tangan pak Urip yang sedang meremasi dada bulat Nayla. Pak Tomi tak tahan lagi. Ia pun mengeluarkan penisnya sambil mengocok ditengah persetubuhan mereka berdua.
“Aaaahhhh… Aahhh paakkk pellaannn… Aahhhh jangann kuat-kuat” Desah Nayla merasakan perih didadanya.
“Aaaahhhhh… Aaaaahhhhh mana bisa nonnn… Aaahhh nikmat sekaalliiiii” Ucap pak Urip kali ini sambil menaikan kaus Nayla hingga susu bulatnya terlihat.
Tubuh Nayla kembali ditundukkan. Nayla kembali menungging memegangi tepi meja dihadapannya. Terlihat susunya menggantung indah. Beha yang dikenakannya sudah turun membuat susunya itu semakin bebas dalam bergoyang.
Setiap pak Urip menyodok vagina Nayla maka bergoyanglah kedua payudara itu dengan indah. Suara desahannya yang terucap dari mulut Nayla menambah sensasi gairah yang sungguh menggugah. Pak Tomi jadi semakin bersemangat mengocok penisnya. Ia benar-benar terpana akan keindahan persetubuhan mereka berdua. Persetubuhan dari seorang akhwat bercadar bertubuh indah dengan seorang lelaki tua berperut tambun yang memilki wajah pas-pasan bahkan cenderung dibawahnya lagi. Namun Nayla malah terlihat keenakan. Ekspresi wajahnya yang sangat menikmati menambah sensasi tersendiri bagi pak Tomi saat mengocok penisnya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh paaakkkkk akuu mauu kelluaaarr” desah Nayla mengejutkan pak Tomi dan pak Urip.
Sodokan demi sodokan yang Nayla rasakan akhirnya mulai menstimulus cairan cintanya untuk keluar mendekati lubang kencingnya. Tanpa sadar Nayla menggigit bibir bawahnya sendiri. Ia tak mengerti kenapa dirinya bisa merasakan kenikmatan seperti ini. Tiap kali pak Urip memajukan pinggulnya, terasa penis hitam itu masuk menyundul rahimnya. Tubuhnya jadi ikut maju ke depan. Payudaranya juga terlempar maju ke depan. Bulu jembut pembantunya juga menggelitiki bibir vaginanya. Rasanya amat sangat nikmat. Sebenci-bencinya Nayla, ia terpaksa mengakui kalau dirinya sangat menikmati pemerkosaannya kali ini.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Keluarkan aja non… Jangan ditahan-tahan !” Ucap pak Urip jadi semakin bersemangat menggenjot rahim Nayla.
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya. Hasilnya Nayla semakin mendesah kencang. Ia semakin merasakan betapa beringasnya pak Urip saat sedang menyetubuhi dirinya. Tangan pak Urip berulang kali mengelus-ngelus perut mulus Nayla. Usapannya pun menyamping tuk mengelus pinggang rampingnya. Lagi tangannya mendekap pinggul Nayla agar pinggulnya sendiri bisa fokus maju mundur menghajar rahim majikannya. Pak Urip tersenyum saat merasakan denyutan pada vagina majikannya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh… Bapaaakkkk… Bappaakkkk… Akuuuu mmpphhhh” desah Nayla tak kuat lagi.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Ayooo kelluaarkaannn… Keluarkan semuanya non… Jangann ada yang ditahaannn !” Desah pak Urip menyemangati.
'Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Sebentar lagiiiii… Sebentar lagi aku bisa keluar dari siksaan birahi ini… Maafin aku maassss… Aku gak kuat… Aku lagi-lagi gak kuat menahan hawa nafsuku sendiri… Maafkan diriku yang sering berzina dibelakangmu maassss….'
Batin Nayla menyesal.
'Plookk… Plookk… Plookk…'
Pinggul mereka terus bertemu, saling bertubrukan, saling berbenturan. Deru nafas mereka bersatu. Suara desahan mereka menyatu laksana paduan suara yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Lagu terindah yang dinyanyikan oleh dua insan yang tengah bernafsu. Pinggul pak Urip berpacu. Penisnya terus memburu menyedot cairan cinta Nayla yang masih sembunyi malu-malu. Tangannya yang gemas meraba susu. Tangan satunya lagi menarik tangan Nayla hingga pak Tomi dapat melihat goyangan susu Nayla yang terus bergondal-gandul.
Nayla merasa tak kuat lagi. Dirinya sudah tak kuat setelah dirangsang seharian oleh pembantu tuanya itu.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Akuuuu… Akuuuuu” Desah Nayla ngos-ngosan.
“Oouuhhhh… Ouuhhhhh… Rasakaannn inniii… Rasakaaannn kontol saya inniiii !” Ucap pak Urip bersemangat.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Iyyyaahhhh… Iyyaahhh… Akuuu… Aaaahhhhhhhh” Desah Nayla saat pembantunya itu menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya menembus rahim kehangatannya.
Seketika pak Urip mencabut penisnya keluar. Cairan cinta Nayla dengan deras menyembur membasahi celana dalamnya juga celana tidurnya yang masih menyangkut di kedua lututnya. Lutut Nayla nyaris kehilangan keseimbangan. Matanya merem melek keenakan. Akhirnya ia mendapatkan kepuasan setelah dirangsang habis-habisan oleh pembantu tuanya.
“Hah… Hah… Hah… Akhirnya, selesai juga” Ucap Nayla menunduk sambil menaruh kedua sikunya di meja warung tersebut.
“Selesai ? Enak aja !” Ucap pak Urip kembali memasukan batang penisnya.
“Mmmpphhhh paakkk… Tungguuu dulluu… Aku mau istirahat duluuuu” Ucap Nayla memohon.
“Enakkk aja… Ini lagi nanggung… Saya lagi dapet enak-enaknya niihhh” Ucap pak Urip yang kembali menggempur rahim majikannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aahhh tungguuuu paakkk… Aahhhh… Pellaaannn” Pinta Nayla sambil menghadap ke depan.
Seketika ia menyadari kalau dirinya sedang disetubuhi didalam warung nasgor pak Tomi. Apalagi saat matanya bertemu dengan mata pak Tomi. Terlihat pak Tomi sedang mengocok penisnya sambil menonton persetubuhannya. Nayla tersadar. Ia sedang bercinta di ruangan terbuka.
'Astaghfirullah… Kenapa aku baru ngeh yah ! Kenapa aku pasrah aja bahkan meminta pak Urip menyetubuhiku disini ?'
Batin Nayla merasa malu.
“Paakkkk… Aaahhhh… Aaahhhh… Toloonggg jangannn lihhh… Aaaahhhhh” desah Nayla terpotong saat gempuran Pak Urip semakin kuat.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhh akhirnyaaa… Akhirnyyaa sayaa akan keluuaarrr jugaaa” Ucap pak Urip yang sudah tak kuat lagi.
Pak Urip memperkuat cengkramannya pada pinggang Nayla. Tak terasa ia hampir tiba di ambang batas nafsunya. Jepitan vagina Nayla yang begitu kuat membuatnya tak mampu untuk menahan gairah birahinya lagi. Pinggulnya bergerak cepat. Semakin kesini sodokannya jadi semakin kencang. Semakin kesini sodokannya jadi semakin beringas. Semakin kesini dirinya jadi semakin ganas saat menikmati tubuh akhwat yang begitu panas. Pak Urip pun tertawa puas. Ia merasa senang karena bisa menikmati jepitan rahim majikannya lagi.
'Puaasss sekali sayaaa... Pagi dapet memek perawan… Malemnya dapet memek binor yang binal… Duhhh gak kuat lagi… Saya gak tahan lagi…'
Batin pak Urip tersenyum senang.
“Aaaahhhh non… Aaahhh saya gak kuat lagi…” Desah pak Urip mempercepat genjotannya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh cepaaattt akhiri pakkk… Cepaaatt keluarkannn” Ucap Nayla yang bermaksud agar dirinya bisa segera terbebas dari jeratan pemerkosaan yang dilakukan oleh pembantunya.
“Aaahhh iyyaahhh… Aaahhhh lihat kan paakkk… Non Nayla sendiri yang minta… Jadi saya akan akhiri sekarang juga” Ucap pak Urip pada pak Tomi yang seolah menjelaskan kalau dirinya melakukan seperti ini ya karena Nayla sendiri. Nayla yang menyadari itu tak terima. Namun sodokan yang ia terima hanya bisa membuatnya berteriak keras.
“Aaaahhhh paakkk… Aaahhh pellaannn… Pelaaannn… Aaahhhhhh” desah Nayla menahan sodokan pembantunya.
“Aaaaaahhhhh… Aaaahhhhh… Iyyaahhhh… Sebentar lagiii… Sebentar lagiii… Saya mau keluuaarr… Saya mauuu keluuaarr !” Desah pak Urip tak tahan lagi.
“Aaaahhhh pellaannn paakkk… Aaahhhhhh paaakkk… Pelllaaannnn” desah Nayla yang terus terdorong maju mundur tanpa henti.
Dada pak Urip semakin sesak. Nafasnya berat. Kedua lututnya melemas saat cairan cintanya ingin menyemprot keluar. Ia mulai merasakan penisnya berdenyut. Ia mulai merasakan cairan cintanya hampir mendekati lubang kencingnya. Pak Urip pun menarik kedua tangan Nayla ke belakang. Tubuh Nayla jadi terangkat naik. Susu bulatnya bergondal-gandul dengan baik. Desahan mereka semakin keras. Persetubuhan mereka semakin memanas.
“Aaaaaahhhhhh…. Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla hingga payudaranya bergondal-gandul semakin cepat.
Pak Tomi terpana. Pak Tomi ikut mengocok penisnya dengan cepat.
“Aaaahhhh nonnn… Aaaahhhh… Aaahhhh… Sayaaa kelluuaarrrr… Sayyaa kelluuaarrr… Henkkgghhhh !” desah pak Urip saat mementokkan ujung gundulnya hingga mengenai rahim dari bidadari bercadar itu.
“Aaaaaaaaaahhh bappaaaakkkk” desah Nayla saat merasakan rahimnya tersiram oleh cairan cinta pembantunya.
'Cccrrrooottt… Cccrrrooottt… Cccrrrooottt….'
“Aaahhhhh puasssnyyaaaahhhhh” Teriak pak Urip saat mampu mengisi rahim majikannya menggunakan spermanya lagi.
Rahim Nayla penuh. Rahimya kembali terisi oleh pejuh. Entah sudah yang keberapa rahimnya dipenuhi oleh pejuh pembantunya itu. Tubuh Nayla ambruk diatas meja makan. Tubuh pak Urip juga ambruk menindihi punggung Nayla. Mereka berdua benar-benar puas. Sungguh pengalaman yang luar biasa saat mereka memilih bercinta di tempat terbuka.
“Waduhhh… Udah keluar kah ?” Tanya pak Tomi melihat kedua pasangan muda tua itu sudah lemas.
Dengan sisa tenaga yang pak Urip punya. Ia menaikan tubuh Nayla lalu meremasi kedua payudaranya. Kemudian ia menaikan kaki kiri Nayla untuk melepas celana berikut celana dalamnya yang tadi masih menyangkut di lutut. Setelah celananya terlepas dari kaki kirinya. Pak Urip berganti mengangkat kaki kanan Nayla untuk melepas celananya. Setelah menendang celana Nayla agar menjauh dari posisi berdiri mereka. Pak Urip pelan-pelan mulai mencabut penisnya keluar yang membuat pak Tomi yang penasaran mendekat untuk melihat hasilnya.
“Uuuuhhhhhhh” desah Nayla saat cairan cinta pembantunya keluar melewati lubang vaginanya.
Pak Urip tersenyum puas melihat spermanya tumpah melalui rahim sempit majikannya. Pak Urip mengelap keringatnya puas. Ia sangat bangga karena bisa memejuhi rahim majikannya lagi. Sementara pak Tomi hanya bisa diam menganga. Ia tak mengira akhwat bercadar yang sangat terkenal itu baru saja dipejuhi didepan matanya sendiri oleh pembantu tuanya sendiri.
'Kalau sebanyak ini… Bisa-bisa mbak Nayla bakalan hamil nih !'
Batin pak Tomi mengira-ngira.
“Hah… Hah… Hah… Puasnya… Oh yah, berapa pak ?” Tanya pak Urip pada pak Tomi.
“Berapaaa ?” Tanya pak Tomi kebingungan sambil memegangi penisnya.
“Nasgornya pak… Nasgor” Ucap pak Urip menyadarkan pak Tomi.
“Oalah… Dua porsi nasgor sama es teh manis yah… Semuanya jadi 44 ribu pak” Ucap pak Tomi gugup.
“Nih, saya bayar pake ini cukup gak ?” Tanya pak Urip sambil melempar celana dalam milik Nayla yang tadi terjatuh di lantai.
Pak Tomi pun menangkapnya. Dengan segera ia menciumnya untuk menghirup aroma vagina Nayla yang tersisa disana. Nayla yang melihatnya hanya bisa pasrah. Dirinya yang terlalu lemas tak bisa berbuat apa-apa selain melihatnya saja.
“Masih kurang yah ? Nih, gimana ?” Tanya pak Urip saat tiba-tiba melepas bra dari balik kaus Nayla lalu memberikannya ke pak Tomi.
“Paaakkkk… Hah… Hah… Hah” Rengek Nayla kesal.
“Cukuuppp… Cuukkuppp pak… Ini sudah cukuup” Ucap pak Tomi senang mendapat hadiah dari pak Urip.
Pak Tomi yang sedang nafsu-nafsunya segera mengocok penisnya menggunakan celana dalam Nayla. Ia juga menghirup beha Nayla yang membuatnya jadi bersemangat dalam mengocok.
“Aaaahhhhh…. Aaahhhh… Aaahhhh mbaakkk Naylaaaaa” Desah pak Tomi yang akhirnya berhasil mendapatkan orgasme ternikmatnya.
'Crroottt… Cccrroottt… Ccroott !!!'
Celana dalam Nayla dipenuhi sperma pak Tomi begitu banyak. Terlihat pak Tomi begitu lemas. Ia bahkan sampai terduduk sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan beha Nayla.
“Hah… Hah… Puas banget… Beruntung banget bapak bisa keluar di dalem memeknya… Gak nyangka juga ternyata mbak Nayla ini 'entotable' juga… Tau gini udah dari dulu saya ngantri buat genjot memek mbak… Dari dulu loh saya udah nafsu ke mbak hehehe” Ucap pak Tomi mengakui perbuatannya.
“Hakhakhak… Jelas… Lonte saya ini… Eh, majikan saya ini emang nafsuan orangnya… Saya aja kewalahan tiap kali non Nayla minta digenjot oleh saya” Ucap pak Urip melancarkan fitnah lainnya.
“Akuuu ?” Ucap Nayla yang tak sanggup membalasnya karena kelelahan.
“Iyya kan sayaanng ?” Ucap pak Urip sambil menampar bokong Nayla lagi.
'Plaaaakkkk !'
“Aaahhhhhh” desah Nayla dengan manja.
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Pak Urip sudah menaikkan celananya. Nayla juga sudah mengenakan pakaiannya kembali setelah beristirahat sejenak. Tak terasa jam sudah mendekati hampir tengah malam. Pak Urip pun mewakili Nayla untuk pamit kepada pak Tomi. Tak lupa ia juga mendoakan dagangannya agar selalu laris. Apalagi ia sudah diberi jimat berupa celana dalam dan beha Nayla.
“Ayo kita pulang sayaanggg” Ucap pak Urip dengan wajah sumringah.
“Hah… Hah… Hah… Tooloongg jangan permalukan aku lagi pak… Jangan juga melakukannya di tempat umum… Aku gak mau orang-orang melihatku sebagai wanita rendahan” Pinta Nayla pada pak Urip.
“Hakhakhak… Kalau kenyataannya non emang cewek rendahan gimana ? Coba pikir-pikir lagi, siapa yang minta digenjot disana ? Hayyooo ?” Ucap pak Urip menertawakan Nayla.
“Aku tahu, tapi toloongggg” Pinta Nayla yang hanya membuat pak Urip tertawa.
jangan banyak protes… Nikmati aja semuanya… Sekarang non istirahat aja biar besok non masih punya tenaga untuk saya rendahkan… Nih pegang ! Jangan sampai hilang ! Pokoknya sebelum non masuk ke mobil… Non harus make benda ini lagi” Ucap pak Urip sambil memberikan vibratornya ke Nayla.
“Lagi ? Sampe kapan aku harus kayak gini pak ?” Tanya Nayla tak percaya.
“Ya lagi… Sampai saya puas melihat non direndahkan dihadapan orang-orang… Itu hukuman dari saya karena non diam-diam sering bersembunyi di rumah pak Beni… Nikmati hukuman dari saya… Bersiap-siap lah untuk menjadi lonte di masa depan” Ucap pak Urip yang membuat Nayla ketakutan.
Nayla hanya mengernyitkan dahinya. Ia pun mendesah lemas. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala membayangkan apa yang bakal terjadi padanya di masa depan. Apalagi besok selama liburan. Ia pun berharap bisa dekat-dekat dengan suaminya agar pak Urip tidak memiliki kesempatan untuk menganggu dirinya. Tapi masalahnya dengan benda ini, bagaimana nanti kalau suaminya melihatnya terangsang ketika benda ini bergetar ? Ia pasti akan merasa malu. Ia jadi teringat perbuatannya saat terangsang di warung pak Tomi tadi.
'Semoga besok aku akan baik-baik aja !'
Batin Nayla sambil mengangkat wajahnya tuk menatap bulan purnama.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 9
LIBURAN KELUARGA
Suatu hari sekitaran jam delapan pagi.
Terlihat sebuah mobil sedang dipanaskan. Mesin mobil itu sudah menyala sedangkan di dalamnya terdapat barang-barang yang akan dibawa. Mumpung tanggal merah, banyak sekali keluarga yang menyerukan “Wah, waktu liburan telah tiba”. Begitu juga yang terjadi pada keluarga Nayla. Mereka tengah sibuk mengemas barang-barang yang akan mereka bawa ke suatu tempat. Nayla sendiri sebenarnya tak tahu mau berlibur kemana ? Tapi ia manut saja dan mengikuti apa yang sudah direncakana oleh suaminya.
“Dek, tikarnya ada di sebelah mana yah ?” Tanya Miftah pada istrinya yang tengah sibuk memasukkan barang ke bagasi.
“Eh bukannya di kamar ada mas ?” Jawab Nayla.
“Gak ada dek, apa keselip di gudang yah ?” Tanya Miftah khawatir.
“Eh bakalan kotor dong… Banyak debunya loh mas” Jawab Nayla.
“Makanya, coba deh mas cari di kamar lagi” Ucap Miftah kembali pergi.
“Huft dasar… Sukanya mendadak terus sih” Ketus Nayla menyikapi sikap suaminya.
Nayla kembali menata barang yang akan ia masukan ke bagasi. Koper-koper berisi pakaian juga tas-tas kecil berisi jajanan serta 'snack' selama perjalanan telah ia masukan ke dalam bagasi. Ia merasa barang-barang yang akan mereka bawa sudah cukup untuk perjalanan selama dua hari. Ya, mereka akan berlibur selama dua hari satu malam. Sebenarnya tanggal merahnya sih cuma ada di hari ini. Tapi mumpung besoknya adalah hari minggu membuatnya sekalian ingin menambah waktu liburan.
Ketika sedang asyik-asyiknya menata barang. Tiba-tiba ia merasakan adanya sentuhan yang di bokong montoknya. Sontak Nayla menjerit lalu segera menoleh ke belakang.
“Eh . . .” Mata Nayla berbinar saat melihat siapa yang baru saja datang di belakangnya. Nayla mendadak kesal. Tatapannya benci. Ia pun mencoba menjauhkan tangan nakal itu dari bokong montoknya.
“Lepaskan, pak” Ucap Nayla.
“Hakhakhak… Pagi-pagi udah wangi aja nih… Gimana ? Udah dipake ?” Tanya pak Urip tanpa berbasa-basi lagi. Ia pun menarik tangannya dari bokong Nayla lalu menatap wajah cantiknya.
“Sudah” Jawab Nayla dengan dingin lalu berfokus menata barang lagi.
“Masa ? Coba saya cek” Ucap Pak Urip sambil meraba-raba vagina Nayla.
“Bapaaakkk… Aku udah bilang udah ya udah…” Ucap Nayla risih.
“Hakhakhak… Angkat gamisnya sekarang… Saya mau lihat sendiri” Ucap pak Urip kekeh. Padahal tadi tangannya sudah merasakan tonjolan aneh di vagina Nayla. Tapi ia masih ingin mengeceknya dengan menggunakan kedua matanya sekalian bisa melihat pemandangan indah yang ada di balik celana dalam majikan alimnya itu.
“Tapiii paakk… Ini di . . . .” Ucap Nayla menyadari mereka berada di ruangan terbuka.
“Terus ? Mau saya angkat paksa gamis non ?” Ancam pak Urip yang membuat Nayla ketakutan.
Nayla akhirnya tak mempunyai pilihan. Matanya melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Ia juga menatap ke arah pintu rumahnya yang terbuka khawatir suaminya akan datang dan memergokinya tengah mengangkat naik rok gamisnya.
Pelan-pelan ia mulai menarik roknya. Meski agak risih ia terpaksa untuk melakukannya. Matanya masih melihat sekitar. 'Stockingnya' mulai terlihat. Lututnya mulai terlihat. Paha mulusnya juga mulai terlihat yang membuat pria tua itu ngiler melihat kemulusannya. Karena kesusahan, Nayla pun memilih duduk di tepi bagasi lalu mengangkangkan kedua kakinya. Terlihat celana dalam berwarna pink itu nampak dihadapan mata pak Urip. Terlihat tonjolan mencurigakan yang berada di balik celana dalam pink itu.
“Buka celana dalamnya !” Ucap pak Urip.
Nayla agak kesal karena masih saja dirinya diminta untuk membuka celana dalamnya. Ia lagi-lagi terpaksa melakukannya. Ia pun menurunkan celana dalamnya sampai ke lutut hingga nampaklah suatu benda yang menyumpal vaginanya.
“Hakhakhak… Bagusss… Baguss non sudah memakainya” Ucap pak Urip tampak bangga.
“Sudah kan pak ? Aku mauu . . .” Ucap Nayla hendak menaikan celana dalamnya lagi.
“Eh tunggu dulu !” Ucap pak Urip menahannya.
“Aaaahhhhhhhhh”
Pak Urip lalu melepas vibrator itu pelan-pelan hingga Nayla mendesah merasakan gesekan dari benda yang suka bergetar itu. Wajah besarnya juga mendekat lalu menghirup aroma dari vagina yang sudah ia pejuhi berulang kali itu. Tercium aroma nikmat yang membuatnya selalu ingin menusukkan lubang sempit itu lagi menggunakan batang penisnya. Lidahnya kemudian keluar lalu menjilati bibir dari vagina yang beraroma wangi itu.
“Aaaahhhhh bappaaaakkkkk” desah Nayla dengan manja sambil menahan kepala pembantunya agar tidak lebih dekat lagi.
“Hakhakhak… Suka banget saya sama suara desahanmu itu non… Ayo desah lagi” Ucap pak Urip sambil menjilati lubang vaginanya yang membuat akhwat bercadar itu merinding nikmat.
“Aaaahhhh bapaakkk… Janggaannnn” desah Nayla menggelinjang.
Jemari pak Urip yang gemas ikut masuk untuk mengorek-ngorek liang senggama milik majikannya itu. Jemari gemuknya pun memeriksa seberapa dalam sebenarnya isi dari goa ternikmat yang pernah ia jelajahi itu. Sialnya jemarinya tak sampai. Anehnya, tiap kali jemarinya mengorek dinding goa itu. Terdengar suara desahan yang membuat pak Urip ketagihan untuk melakukannya. Ia pun terus mengoreknya. Ia tersenyum senang tiap kali pemilik dari goa itu menjerit dengan penuh kenikmatan.
“Aaahhhhh paaakkk… Aaahhhh hentikaann… Aaahhh bapaakk cukuuppp” Desah Nayla ngos-ngosan.
“Loh sial jari saya gak sampe… Coba saya cek pake benda laen ah” Ucap pak Urip berdiri tegak lalu tiba-tiba menurunkan resleting celananya. Sontak mata Nayla terbuka lebar. Sesuatu yang besar dan berwarna hitam telah keluar dari dalam resleting itu. Benda hitam itu sudah berdiri tegak. Benda hitam itu sudah mengeras. Nayla pun bergidik saat melihatnya di pagi hari itu.
“Paaakkk… Apa iniii ? Jangan disini ? Ini masih pagi paaakk… Kita lagi di luar ! Jangan sampai keliatan orang lain pak… Gimana dengan suami aku ?” Tanya Nayla panik saat duduk di dalam bagasi mobilnya.
“Tenang, saya gak bakalan ngentot non sekarang kok… Saya cuma mau cek ombak aja” Ucap pak Urip sambil memegangi kedua paha Nayla lalu menariknya untuk memposisikan lubang vagina majikannya itu berada tepat dihadapan penis hitamnya.
“Cekk ombaakk… Maksudnya ?” Tanya Nayla merinding melihat benda hitam itu sudah bersiap meluncur ke dalam vaginanya.
“Maksudnya ya kaya gini… Hennkgghhhh !!!” Desah pak Urip yang tiba-tiba menusukkan penisnya ke dalam liang senggama Nayla.
“Aaaaaahhhhh mmpphhhhhhh” desah Nayla yang nyaris menjerit keras namun tertahan oleh kedua tangannya sendiri yang sedang menutupi mulutnya. Nayla memejam nikmat. Ia terkejut pembantunya itu benar-benar membenamkan penisnya ke dalam vagina dirinya.
“Aaaahhhh nikmatnyaaaa… Coba lagi…. Hennkgghhhh !!!” Desah pak Urip kembali mendorong pinggulnya untuk memeriksa seberapa dalam sebenarnya rahim dari majikannya itu.
“Aaaahhh bapaakkk tollloongggg…. Mmppphhhh” Nayla sampai menggelinjang. Rasanya sungguh nikmat hingga membuatnya tak bisa bergerak merasakan tusukannya.
Akhwat bercadar yang saat itu mengenakan gamis putih dengan motif bunga-bunga serta hijab & cadar berwarna biru muda itu semakin tak berdaya. Padahal dirinya cuma baru ditusuk saja. Ia belum merasakan genjotan dari pembantu tuanya. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya lemas tak berdaya. Apalagi saat pria tua itu kembali menusukkan penisnya hingga penis hitam itu semakin terbenam di dalam vaginanya.
“Aaahhhh cukkuuppp paakkk… Cukuppp ouhhhhhh” desah Nayla sampai ngos-ngosan.
“Hakhakhak… Enak sekali bukan ? Kayaknya kontol saya udah mentok nih… Dalem juga yah memek mbak ? Bisa masukin semua kontol saya ke dalem” Ucap pak Urip sambil tersenyum saat menatap wajah indah Nayla.
“Cuukuuppp paakk… Cukuppp akuu mohhoonn” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tertawa lepas.
“Hakhakhak okelah” Ucap pak Urip menuruti.
Ditariknya lagi penis besarnya secara perlahan yang gesekannya memberikan kenikmatan bagi pemilik goa sempit itu.
“Uuuhhhhh baapaakkk… Mmppphhhh” desah Nayla menggelinjang.
Saat ujung gundulnya nyaris terlepas dari goa kenikmatan itu. Tiba-tiba pak Urip menghantamkan pinggulnya hingga kembali mentok ke dalam rahim akhwat bercadar itu.
“Paak mmppphhhhhhhh” Desah Nayla yang untungnya masih sempat menutupi mulutnya.
Mata Nayla berkunang-kunang. Tubuhnya bergidik. Vaginanya semakin basah setelah ditusuk oleh tongkat sakit milik pembantunya. Tak pernah ia sepuas ini saat ditusuk oleh penis sakti milik pak Urip. Bahkan ia nyaris mendapatkan orgasmenya kalau tusukan pak Urip lebih kuat lagi daripada ini.
Tiba-tiba pak Urip menarik keluar penisnya hingga terbebas dari dalam rahim sempit itu. Nampak penis hitamnya sangat basah. Cairan cinta Nayla melumuri penis itu hingga sempurna.
“Hakhakhak… Itu pembukaan dari saya non… Duh sayang waktu kita sempit banget… Kalau kita cuma berdua pasti sudah saya pejuhi lagi rahim non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil mengelap penisnya dengan rok gamis yang Nayla kenakan.
Pak Urip pun memasukan penis itu lagi ke dalam resleting celananya. Ia lalu kembali menghampiri Nayla lalu memasukan vibrator itu lagi ke dalam vaginanya.
“Ini jangan lupa… Dipake yah” Ucap pak Urip tersenyum.
“Mmmppphhhhhh” desah Nayla dengan wajah memelas.
“Oh yah… Coba cek… Masih berfungsi kan ?” Ucap pak Urip sambil menyalakan remot kontrolnya.
“Aaaahhhh bapaakkkk… Aaaahhhhh” Desah Nayla tak kuat yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Masih berfungsi ternyata… Yaudah saya sibuk… Lanjutkan kegiatanmu yah non” Ucap pak Urip tertawa puas sambil meninggalkan Nayla begitu saja.
Nayla yang masih ngos-ngosan tak percaya dengan apa yang sudah pembantunya itu lakukan. Ia sudah dipermainkan. Ia tak menyangka pak Urip memainkan nafsunya dengan begitu mudahnya.
“Aduhhh 'astaghfirullah'” Ucap Nayla yang langsung jatuh berlutut setelah turun dari bagasi mobilnya. Kakinya mendadak lemas hingga tak sanggup berdiri. Rasa gairah yang berapi-api perlahan kembali menguasai. Nafsunya telah memuncak. Ia pun ditinggalkan begitu saja saat lagi terangsang-terangsangnya.
“Hah… Hah… Hah… Aku mmppphhhh” Lirih Nayla yang diam-diam butuh pemuas.
Nayla pun bingung harus berbuat apa. Dengan tertatih-tatih ia mencoba berdiri sambil memegangi tepi mobilnya. Setelah berdiri, ia pelan-pelan membuka pintu mobilnya lalu duduk di dalam sambil menunggu kedatangan suaminya.
“Maasss… Hah… Hah… Hah… Jangan masuk dulu yah !” Ucap Nayla tak kuat lagi.
Tangannya lagi-lagi mengangkat gamisnya. Lalu pelan-pelan mengusapi vaginanya untuk melampiaskan nafsu yang tak sanggup ia tahan.
Tanpa sepengetahuan Nayla dari arah rumah sebelah. Terpantau pak Beni yang baru saja keluar dari dalam rumahnya melihat ada mobil Miftah yang sedang dinyalakan. Tepat saat itu ia melihat Nayla baru saja masuk ke dalam mobilnya. Meski ia tak melihat dengan jelas apa yang sedang Nayla lakukan di dalam. Ia merasa kalau Nayla pasti akan bepergian bersama suaminya.
Diam-diam ia ingin sekali mendekat untuk mengucapkan salam atau sekedar mengobrol dengannya. Ia ingin berbicara dengan Nayla untuk meredakan rasa rindunya. Tapi pandangan warga sekitar yang sudah terlanjur buruk kepadanya membuatnya harus mengurungkan niatnya. Pak Beni hanya bisa memperhatikan Nayla dari kejauhan. Hanya sebatas itu dirinya mampu menjaganya.
Untungnya tak lama kemudian terlihat Miftah mendekat lalu duduk di sebelah kursi pengemudi. Nampak di dalam siluet Nayla yang terkejut saat suaminya datang. Entah apa yang dipikirkan, Pak Beni merasa pasti Nayla baru saja terlelap lalu terbangun saat mendengar suara pintu mobil yang terbuka. Pak Beni tertawa lepas. Ia merasa lega setelah melihat dua pasangan suami istri itu memasuki mobil secara bersamaan.
“Syukurlah… Kayaknya mereka mau pergi liburan… Mumpung tanggal merah juga kan ? Setidaknya mbak Nayla bisa berekreasi tanpa adanya gangguan dari pak Urip… Selamat bersenang-senang yah mbak” Ucap pak Beni tersenyum.
Tak lupa ia juga mendoakan Nayla agar bisa lebih 'fresh' saat berlibur bersama suaminya. Ia pun lekas masuk ke rumahnya setelah itu.
Namun baru saja pak Beni masuk ke dalam rumah. Terlihatlah pak Urip yang membuka pintu mobil untuk duduk di kursi pengemudi. Pak Urip kemudian duduk sambil memegangi setir mobil majikannya. Wajahnya tersenyum senang. Matanya pun menatap ke arah spion tengah untuk menatap wajah indah Nayla yang sedang tersiksa. Nampak Nayla membuang wajahnya ke samping. Tatapannya terlihat seperti ada yang mengganjal sambil melihat ke arah jendela luar.
“Oh yah pak, emangnya jalan ke puncak lagi gak ramai yah ?” Ucap pak Urip membocorkan lokasi liburan mereka.
“Loh pak, kok dikasih tau… Harusnya rahasia aja pak biar 'surprise'… Tapi udah terlanjur gini ya udah hahaha… Harusnya sih agak ramai makanya ayo kita harus cepat” jawab Miftah santai.
Nayla pun jadi tahu kalau mereka akan berlibur ke puncak. Nayla pun merasa lega. Setidaknya disana ia bisa menghirup udara segara sambil menetralisir pikirannya yang sedang kotor-kotornya. Seketika ia teringat sesuatu yang membuatnya segera membuka tasnya.
“Oh yah, obatnya” Lirih Nayla dengan sangat pelan.
Ia pun buru-buru membuka tutup botolnya lalu menenggak air ramuan itu. Diam-diam pak Urip tersenyum saat melihat Nayla sedang minum. Ia pun merogoh saku kemejanya dan memegangi remot kontrolnya. Ia sangat tak sabar untuk bermain-main dengan bidadari pemuasnya itu. Ia pun tersenyum kegirangan. Ia menatap kaca spion tengah lalu mulai menjalankan mobilnya.
'Silahkan istirahat dulu yah non… Nanti kalau kita udah deket… Kita bakalan main-main lagi… Hakhakhak…'
Batin pak Urip.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFT
https://thumbs4.imagebam.com/f5/c4/3a/MEC1UFT_t.jpg f5/c4/3a/MEC1UFT_t.jpg
'NAYLA
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
*-*-*-*
Beberapa jam kemudian di lingkungan sekitar rumah Nayla. Terlihat sebuah motor mendekat. Motor itu memperlambat kecepatannya. Saat motor itu tiba di depan pintu gerbang rumah Nayla, motor itu berhenti. Akhwat yang menungganginya melongok ke dalam untuk melihat keadaan.
“Kok sepi yah ? Kayaknya gak ada orang sama sekali deh” Ucapnya sambil melihat sekitaran halaman rumah Nayla.
Terlihat pintu tertutup rapat. Terlihat garasi rumah juga tertutup rapat. Bahkan pintu gerbang masuk ke halaman rumah juga tertutup rapat. Akhwat itu merasa ada yang aneh. Padahal biasanya pintu akan dibuka, setidaknya pintu gerbang rumah akan dibuka.
“Apa jangan-jangan mbak Nayla sedang pergi yah ? Hmmm apa lagi kan sekarang tanggal merah” Ucap akhwat cantik bernama Putri itu.
Putri pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia pun segera pergi menuju tempat yang ingin ia datangi sejak awal. Ia melajukan motornya sejenak lalu tiba-tiba membelokkannya ke arah kanan menuju sebuah rumah. Ya, rumah yang letaknya berada tepat di sebelah kanan rumah Nayla. Rumah yang dihuni seorang pria tua yang kesehariannya bekerja sebagai tukang sapu jalanan.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
“Assalamualaikum” Ucap Putri setelah mengetuk pintu rumahnya.
Tak berselang lama, pintu dibuka. Muncullah seorang pria tua yang sedang bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja. Putri pun terkejut saat pertama kali melihatnya. Reflek tangannya ia angkat untuk menutupi wajah cantiknya. Demikian juga dengan pak Beni, ia tak menyangka bahwa wanita yang baru saja ia jadikan bahan coli kemarin tiba-tiba datang ke rumahnya.
“Aaahhhhh bapaakkk… Kok gak pake baju” Ucap Putri terkejut.
“Ehhhh mbak Putri… Maaf saya gak tau mbak yang dateng… Silahkan masuk dulu… Saya mau pake baju sebentar” Ucap pak Beni mempersilahkan masuk lalu ngeluyur pergi untuk mengambil kaus santainya.
Putri pun berjalan masuk kemudian berdiri di tempat sambil memperhatikan keadaan ruang tamunya. Cukup lama Putri berdiri disana sebelum pak Beni datang setelah mengenakan kausnya.
“Silahkan duduk mbak” Ucap pak Beni mempersilahkan Putri dengan sopan.
“Makasih” Jawab Putri sambil tersenyum.
Pak Beni memperhatikan penampilan akhwat yang baru saja menjadi wanita dewasa di depannya.
Dengan gamis berwarna 'cream' yang dikenakan oleh Putri. Dengan hijab yang memiliki warna serupa dengan gamis yang dikenakan olehnya. Juga masker serta tas yang melengkapi asesoris yang dipakai olehnya. Putri terlihat cantik. Penampilannya juga modis. Pakaiannya terlihat bergaya. Tatapan matanya begitu mempesona. Diam-diam pak Beni pun jatuh hati kepadanya.
“Eehhemmm anu… Mbak sehat ? Udah gapapaa kan ?” Tanya pak Beni berbasa-basi.
“'Alhamdulillah' pak… Aku udah mendingan… Udah gak terlalu sakit, aku juga udah bisa berjalan kok” Jawab Putri dengan lembut.
Terlihat tatapannya yang malu-malu. Jemarinya terlihat gelisah karena selalu meremas-remas jemari lainnya saat diajak mengobrol dengan pak Beni.
“Ehhmm emang ada keperluan apa yah mbak kemari ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hehe enggak… Eh iya itu mbak Nayla pergi yah ? Kok rumahnya sepi” Jawab Putri yang tidak langsung mengungkapkan alasan kedatangannya.
“Iya mbak… Tadi sih saya liat mbak Nayla sama suaminya kayak mau liburan gitu… Mereka pergi naik mobil… Tadi juga saya ngeliat ada koper di dalam mobilnya… Kurang tau sih mau kemana tapi ya setidaknya itu baik lah buat mbak Nayla sendiri… Setidaknya hari ini mbak Nayla bisa terbebas dari pak Urip” Ucap pak Beni tersenyum.
Mendengar nama pak Urip disebut membuat Putri langsung menunduk. Jujur nama itu masih membuatnya merasa kecewa. Nama itu masih membuatnya merasa trauma. Menyadari hal itu terjadi, pak Beni pun langsung meminta maaf kepadanya.
“Eh maaf mbak, bukan bermaksud apa-apa… Maaf kalau saya malah membuat mbak teringat kejadian kemarin” Ucap pak Beni menyesal.
“Gapapa pak… Bapak gak salah kok… Aku aja yang masih belum 'move on' dari kejadian itu… Oh yah terima kasih yah kemarin bapak udah jagain aku… Aku bersyukur banget bapak mau jagain aku selagi mbak Nayla pergi bekerja” Ucap Putri tersenyum.
“Itu bukan apa-apa kok mbak… Lagipula saya enggak melakukan apa-apa kok kemarin… Saya cuma menunggu di ruang tamu… Saya ikut seneng denger kabar mbak yang gak kenapa-kenapa sekarang” Ucap Pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Oh yah… Mbak mau minum apa, biar saya buatkan ?” Ucap pak Beni menyadari tak ada sesuatu untuk menyambut keadatangan bidadari bermasker itu.
“Eh gak usah pak… Aku cuma sebentar kok disini… Udah, gak perlu pak” Ucap Putri menolak halus.
“Udah gapapa… Setidaknya mbak minum teh sebentar yah… Bentar saya buatkan dulu” Ucap pak Beni memaksa.
Melihat tuan rumah yang sudah pergi membuat Putri tak bisa menolak lagi. Selagi pak Beni membuat minuman teh untuknya. Tiba-tiba ia teringat kejadian kemarin. Kejadian setelah dirinya diperkosa oleh pak Urip.
“Apa kubilang… Pak Beni orangnya emang baik yah” Ucap Putri sambil memangku dagunya menggunakan telapak tangannya. Sikunya ia sandarkan pada lututnya. Tubuhnya agak ditundukkan ke depan. Tatapannya terfokus ke arah tubuh kekar pak Beni yang sedang menyiapkah teh untuknya.
Ia teringat bagaimana perlakukan pria tua itu kemarin kepadanya. Ia ingat betul bagaimana pak Beni justru memberinya selimut setelah tubuh telanjangnya terungkap setelah diperkosa pak Urip. Menurutnya, itu merupakan perbuatan yang jantan dari seorang pria. Alih-alih mengikuti jejak pak Urip dengan memperkosa dirinya. Pak Beni malah menutupi tubuhnya yang membuat sebagian auratnya kembali tersingkap. Lalu ia teringat bagaimana cara pak Beni saat menggendongnya menuju rumah ini. Saat itu, dengan malu-malu ia menatap wajah pak Beni saat menggendong dirinya. Terlihat aura kebapakan yang membuat Putri merasa aman & nyaman saat berada disisinya. Pak Beni pun menggendong tubuhnya dengan mudah dan membawanya menuju rumahnya. Disana Putri dijaga hampir seharian olehnya. Ketika ia membutuhkan sesuatu, pak Beni dengan sigap datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika ia menginginkan ini dan itu. Pak Beni dengan sigap memenuhi hajatnya. Bahkan saat Putri ingin pergi ke kamar mandi, Pak Beni dengan sigap membantunya berjalan dan mengantarnya menuju ke kamar mandi. Jujur cara pak Beni dalam merawatnya membuat Putri merasa kenyamanan pada dirinya. Putri merasa seperti sudah mengenal pak Beni sejak lama.
“Kok jadi deg-degan yah” Ucap Putri dengan lirih lalu menegakkan tubuhnya kembali.
“Ini tehnya buat mbak” Ucap pak Beni sopan.
“Makasih” Ucap Putri sambil memegangi telinga cangkir itu.
“Oh yah… Mbak Putri gak liburan juga… Bukannya hari ini libur ?” Tanya pak Beni.
“Enggak pak… Aku sekarang tinggal di kontrakan sendiri… Aku juga masih kuliah jadi ya agak susah mau kemana-mana… Belum lagi kemarin . . . “ Ucap Putri sambil tersenyum sedih.
“Eh udah gak usah diceritain… Saya paham kok perasaan mbak” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Bapak sendiri gak liburan ?” Tanya Putri gentian.
“Hehe liburan kemana mbak… Saya juga gak punya siapa-siapa… Istri gak ada… Anak apalagi… Mau pulang ke rumah ortu juga ngapain… Jauh, mending disini aja yakan” Ucap pak Beni tersenyum.
“Eh masa… Bapak belum nikah ? Kirain bapak merantau kesini ninggalin keluarga di kampung sana” Ucap Putri terkejut.
“Hehe seperti yang saya katakan tadi mbak… Istri gak ada… Anak apalagi hahaha… Udah nasib saya kayaknya” Jawab Pak Beni menertawakan nasib hidupnya yang masih begini-begini saja.
“Ehhh bukannya gak ada… Tapi belum ada… Bapak pasti bisa nikah kok” Ucap Putri menyemangati.
“Hehe makasih… Walau gak tau sama siapa nanti hahahah” Tawa pak Beni malu saat mengingat usianya yang sudah tua tapi masih betah menjomblo saja.
“Pasti ada kok… Pasti” Jawab Putri sambil memperhatikan wajah pak Beni yang sedang tertawa.
Mereka pun terus mengobrol saat itu untuk mengakrabkan diri. Mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Tak jarang mereka berdua tertawa bersama. Tak jarang hanya Putri yang tertawa ataupun pak Beni yang tertawa. Putri pun merasa seperti sedang mengobrol dengan teman ayahnya saja. Pak Beni rupanya cukup asyik juga untuk diajak berbicara.
Putri pun memperhatikan. Terdengar suara pak Beni cukup jantan. Bahkan tingkah lakunya cukup sopan. Entah kenapa semakin lama ia mengobrol dengan pak Beni membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Diam-diam ia memperhatikan tubuh pak Beni yang cukup kekar. Meski tubuhnya tertutupi kaus bola berlogo Barcelona. Otot di lengannya sudah cukup untuk membuat Putri terpesona. Seketika ia teringat kejadian kemarin saat dijaga oleh pak Beni.
Saat tiduran di atas ranjang pak Beni. Diam-diam ia mendengar suara desahan dari arah luar kamar. Saat ia diam-diam berjalan melihat keadaan di luar, ia mendapati pak Beni sedang beronani sambil menyebutkan nama dirinya. Putri terkejut saat itu. Ia pun buru-buru kembali tiduran diatas ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.
Alih-alih marah, ia justru kagum pada pilihan pak Beni saat kemarin. Padahal bisa saja pak Beni memperkosanya apalagi tidak ada orang lain selain diri mereka berdua saat itu. Tubuhnya juga sedang lemah. Pasti ia tidak mampu melawan andai kembali diperkosa oleh seseorang. Namun pak Beni lebih memilih untuk beronani saja. Putri memaklumi. Apalagi pak Beni baru saja melihat tubuh telanjangnya. Putri pun semakin yakin bahwa pak Beni adalah seorang lelaki yang jantan. Ia bukan lelaki yang suka bertindak kasar. Sikapnya cenderung sopan. Sikapnya lemah lembut ketika bercengkrama dengan seorang perempuan. Putri pun tersenyum sambil memperhatikan wajah pak Beni saat pria tua itu sedang menceritakan sesuatu kepadanya. Memang terdengar aneh, tapi rasanya Putri telah jatuh cinta kepadanya.
“Hihihih” tawa Putri dengan lirih.
“Mbakk… Mbakk kok ketawa sih ?” Tanya pak Beni heran kepada Putri.
“Ehh enggak hihih… Oh yah… Bapak punya pulpen sama selembar kertas gak ?” Tanya Putri mengejutkan pak Beni.
“Eh buat apa ? Kayaknya ada deh… Bentar yah saya ambilkan” Jawab pak Beni dengan sopan.
Putri lagi-lagi tersenyum sambil memperhatikan sikapnya.
“Ini mbak” Ucap pak Beni setelah memberikan benda itu ke Putri.
Tiba-tiba Putri menuliskan beberapa angka disana. Putri juga memberikan tanda tangannya. Tak lupa ia juga menuliskan nama lengkapnya dibawah tanda tangan yang sudah ia bubuhkan disana.
“Ini nomor hape aku… Tolong telpon balik ke aku yah biar bisa aku 'save'” Ucap Putri malu-malu.
“Eh nomor mbak… Kenapa mbak ngasih nomor hape mbak ke saya ?” Tanya pak Beni heran.
“Gapapa… Itung-itung aku bisa nanya ke bapak kalau aku mau ke rumah mbak Nayla untuk ngecek ada pak Urip apa enggak” Jawab Putri beralasan.
“Oh… Kalau gitu saya telpon balik yah” Ucap Pak Beni sambil mengambil hapenya.
Seketika Putri tersenyum saat menerima panggilan dari pak Beni. Ia segera menyimpannya. Akhirnya ia mendapatkan tujuan dari perjalanannya hari ini. Dengan malu-malu ia berdiri. Ia tiba-tiba izin pamit dari rumah pak Beni.
“Aku mau pulang dulu yah pak… Makasih untuk tehnya juga nomor teleponnya” Ucap Putri malu-malu.
“Eh iya bukan apa-apa kok mbak… Hati-hati di jalan yah mbak” Ucap Pak Beni saat Putri hendak pergi.
“Iyya makasih” Ucap Putri reflek melambaikan tangan saat hendak keluar dari pintu rumah pak Beni.
Pak Beni pun membalasnya. Entah kenapa Putri semakin senang setelah mendapatkan balasan lambaian tangan dari pak Beni.
Pintu telah ditutup. Putri sudah keluar dari rumah pak Beni. Pak Beni seketika heran pada sikap Putri. Sikapnya sedikit aneh. Bahkan ia merasa kalau Putri sedari tadi terus menatap wajahnya sambil tersenyum.
“Hmmm mbak Putri kenapa yah tadi ? Gak tau ah” Ucap Pak Beni yang masih belum peka padahal Putri sudah memberikan banyak sinyal kalau ia menyukai dirinya.
“Ngomong-ngomong mbak Nayla lagi ngapain yah sekarang ? Kangen deh… Hah bisa-bisanya dari kemarin saya gak minta nomor hapenya… Kok gak kepikiran yah ? Kalau punya kan bisa tukeran kabar sekarang…” Ucap pak Beni.
Ia lalu memperhatikan 'display picture' dari nomor 'whatsapp' yang baru saja ia dapatkan. Terlihat wajah cantik Putri disana. Ia memperhatikan foto Putri cukup lama. Ia pun tiduran di sofa sambil memperhatikan DP WA itu terus.
“Mbak Putri gak kalah cantik juga yah dari mbak Nayla… Sayang banget dia udah gak perawan lagi… Sialan emang si Urip itu… Hah kok aku jadi nafsu yah… Kalau iseng aku ajak mbak Putri bercinta mau gak yah ? Pasti mau kali yah… Mbak Nayla aja mau kok masa mbak Putri enggak ?” Ucap pak Beni sambil membelai penisnya saat menatap wajah cantik Putri.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEC1UFU
https://thumbs4.imagebam.com/89/a0/51/MEC1UFU_t.jpg 89/a0/51/MEC1UFU_t.jpg
'PUTRI
*-*-*-*
Kembali ke perjalanan liburan Nayla.
Sesuai dugaan, jalanan cukup macet saat itu. Di jalanan menanjak, banyak mobil yang tak bisa bergerak akibat padatnya mobil yang memenuhi jalanan.
Udara cukup panas. Banyak pengendara berkeringat yang akhirnya membuka kaca jendela untuk mencari angin segar. Sama halnya dengan mobil-mobil lainnya. Mobil yang dinaiki oleh Nayla juga demikian. Berulang kali Nayla melihat ke arah luar untuk menikmati pemandangan sekitar. Miftah sendiri tengah tertidur pulas. Sedangkan pak Urip sesekali memperhatikan Nayla dari kaca spion tengah lalu tersenyum penuh kepuasan.
“Non” Panggil pak Urip yang membuat Nayla menengok ke depan.
Seketika Nayla melihat benda tak asing yang sedang pak Urip pegang. Matanya membuka lebar. Sebuah kejutan kembali melanda saat benda yang berada di dalam vaginanya kembali bergetar merangsang birahinya.
“Mmppppphhh”
Tubuh Nayla mengejang. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi belakang. Matanya juga memejam. Namun suaranya ia tahan agar tidak terdengar oleh orang-orang sekitar.
“Bappaaakk… Mmpphhhhh” desah Nayla merasakan getaran yang cukup kuat di vaginanya.
“Hakhakhak… Keenakan yah non ? Yaudah nikmati aja yah… Non bakal kayak gini terus kok sampe kita tiba di vila nanti” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Paaakkkk… Tolloonggg… Mmppphhhhh” desah Nayla kembali menekan vaginanya tuk menahan getaran yang semakin kuat.
“Ohhhhh kurang kuat yah… Saya tambahin yah” Ucap pak Urip lalu menambah getaran vibratornya.
“Apa ? Aaaaaahhhhhhh mmppphhhhhh” desah Nayla yang telat menutupi mulutnya.
Terlihat suaminya hampir terbangun saat mendengar jeritan Nayla. Untungnya suaminya kembali tertidur. Namun getaran di vaginanya yang semakin kuat membuatnya semakin resah tak berdaya. Nayla gelisah. Nayla mengerang dengan manja menahan siksaan penuh kepuasan yang ia dapatkan. Tubuhnya terus bersandar. Kedua kakinya tanpa sadar membuka lebar. Nafasnya semakin berat. Kedua tangannya pun meremasi dadanya juga memegangi vaginanya dari luar gamis yang dikenakannya.
“Paaakkkk hentiikkannn… Tolloongggg mmpphhhh” desah Nayla berusaha terus bertahan.
“Kenapaaa sihhh ? Masih belum kerasa yah ?” Ucap pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan getarannya.
“Apa ? Bapaakk tollonggg… Aaaaaaahhhhhhhh… Aaaahhhhhhhh” Jerit Nayla sekuat-kuatnya sambil menggoyangkan pinggulnya yang tak sanggup ia tahan.
Suaranya yang cukup keras kali ini membangunkan Miftah yang tertidur di kursi depan. Pak Urip panik, ia segera mematikan getarannya lalu berpura-pura fokus menyetir ke depan.
“Hah… Hah… Hah…” Desah Nayla ngos-ngosan. Dadanya sampai naik turun tak karuan. Punggung tangannya ia taruh di dahinya. Ia seperti baru saja berlari berjam-jam yang membuatnya terlihat begitu kelelahan.
“Deekkkk… Ada apa ?” Tanya Miftah setengah tertidur saat mendengar jeritan istrinya.
“Gapapa pak… Tenang aja… Non Nayla tadi baru aja mimpi buruk kok… Bapak tidur lagi aja” Ucap pak Urip tersenyum.
“Oalah ? Gitu ?” Ucap Miftah yang untungnya kembali tertidur.
Nayla yang masih ngos-ngosan hanya bisa menatap wajah pak Urip tak percaya. Bisa-bisanya pembantu tuanya itu berbohong dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Nayla kesal. Ia begitu kelelahan. Tapi setidaknya ia bisa beristirahat saat vibrator itu tidak bergetar lagi di dalam vaginanya.
“Apa ? Mmppphhhhh…. Mmpphhhhhh bapaakkkk” Lirih Nayla sambil menatap kaca spion tengah ke arah wajah pembantunya.
“Hakhakhak” Tawa Pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan vibratornya.
“Aaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh tollooonnggggg” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi kedua payudaranya karena tak tahan.
“Ya seperti itu non… Ouhhh seksi sekali dirimu… Ayo remas lagi… Remas yang binall !” Lirih pak Urip memuji sikap Nayla saat sedang terangsang-terangsangnya.
“Aaahhhhh… Aaahhh paakkk tolloonggg hentikaann… Aaahhhh yaahhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Nayla semakin binal saat meremas payudaranya sendiri.
Dua susu bulatnya jadi semakin gatal. Nayla berulang kali meremasnya juga menekan-nekan puting susunya dari luar. Terlihat wajah Nayla yang begitu bernafsu. Matanya memejam. Ia sangat menikmati getaran yang terus merangsang vaginanya. Nayla sudah seperti lonte binal yang sedang menggoda pria-pria yang berada di sekitarnya. Termasuk pengendara motor yang tak sengaja berada di samping mobil Nayla.
Dari luar kaca mobil yang sudah terbuka setengahnya. Terlihat pengendara motor itu terkejut melihat ada akhwat bercadar yang tengah meremasi dadanya sambil mengeluarkan suara desahan yang menggoda. Matanya pun tak bisa ia alihkan dari keindahan tubuh Nayla. Nayla benar-benar menggoda. Pengendara motor itu bahkan sampai memegangi penisnya saat melihat Nayla bahkan memasukan jemarinya sendiri ke dalam mulutnya.
“Gilaaaa… Itu akhwat lagi sange berat kayaknya… Baru tau akhwat bisa sebinal itu pas terangsang… Emang bener apa kata orang, akhwat kalau lagi sangek emang gak ada lawannya” Lirih pengendara motor itu saat melihat aksi solo Nayla.
Untungnya mobil yang Nayla kendarai sudah bisa kembali berjalan. Diam-diam pengendara motor itu pun menghafal plat mobil yang tertulis di bagian belakang mobil Nayla.
“Dari ibukota rupanya, Jakarta emang gak pernah kehabisan stok cewek cantik” Ucap pengendara motor itu yang diam-diam mengikuti mobil yang Nayla naiki.
*-*-*-*
Sesampainya di dekat Vila yang sudah mereka sewa. Terlihat Nayla masih mendesah menahan getaran yang membuatnya menjadi semakin bergairah. Hampir selama satu jam terakhir dirinya disiksa oleh getaran yang juga memberinya sebuah kenikmatan. Getaran yang diterimanya cenderung pelan. Namun itu yang justru membuatnya semakin tersiksa. Pak Urip sengaja untuk tidak memberi Nayla kepuasan berupa orgasme sehingga hanya menyetel getaran itu dengan pelan.
Terlihat wajah Nayla yang begitu tak tahan. Terlihat mata Nayla yang begitu bernafsu setelah diberi kepuasan. Terlihat tubuh Nayla yang semakin gatal akan rasa dari belaian seorang pria. Nayla kembali ingin bercinta. Nafsunya telah merenggut akal sehat di pikirannya. Yang Nayla inginkan sekarang hanyalah kepuasan. Berulang kali ia ngos-ngosan tak karuan. Tangannya terus meraba dadanya bahkan masuk ke dalam rok gamisnya. Nayla tak kuat lagi. Ia ingin bercinta. Ia ingin kembali merasakan keperkasaan seorang pria.
“Akhirnya kita sampai juga pak” Ucap pak Urip yang membuat Miftah terbangun di sebelahnya.
Nayla yang masih bernafsu jadi kesulitan untuk menyembunyikan gairah birahinya. Ia pun mencoba untuk bersikap biasa saja sambil membuang pandangannya ke arah luar. Saat pandangannya melihat keluar, ia mendapati seorang pria tua yang mengenakan 'hoodie' berwarna hitam juga celana 'jeans' panjang yang tengah duduk di depan vila yang sudah mereka sewa.
“Eehhh mas Miftah… Akhirnya sampe juga… Sudah saya tunggu-tunggu daritadi” Ucap pria tua itu yang seolah tengah menyambut kedatangannya.
“Hahaha pak Rudi, apa kabar ?” Tanya Miftah yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
“Baik kok mas… Mas Miftah sendiri gimana ? Katanya liburan bareng sekeluarga yah ?” Tanya Pak Rudi sambil melihat ke dalam mobil Miftah.
“Iyya… Ini bareng pak Urip sama istri saya… Ayo dek sini keluar” Ucap Miftah meminta Nayla tuk keluar.
“Ehhh bapak… Apa kabar hakhakhak” Tawa pak Urip yang terlihat akrab saat baru saja keluar dari kursi kemudinya.
“Eh pak Urip… Masih keliatan muda aja nih… Gak ada yang berubah” Canda pak Rudi.
“Hakhakhak… Maklum lah bahagia terus kerja di rumah pak Miftah” Ucap Pak Urip yang langsung menjabat tangan pak Rudi.
“Oh yah pak Rudi, kenalin… Ini istri saya… Nayla namanya” Ucap Miftah mengenalkan Nayla kepada pak Rudi.
“Waahhh cantik amat… Pinter yah nyari istri” Ucap pak Rudi terpana melihat kecantikan Nayla. Apalagi sikap akhwat bercadar itu hanya tersenyum malu-malu sambil menundukkan pandangannya. Pak Rudi ikut tersenyum. Ia merasa kagum pada Miftah karena bisa mendapatkan istri yang cantik dan sealim Nayla.
Nayla yang masih merasakan gatal di vaginanya kesulitan untuk berdiri tegak. Untungnya vibrator sudah dimatikan. Tapi tetap saja efeknya masih terasa hingga sekarang.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
“Hehe saya Rudi mbak… Panggil aja pak Rudi” Ucap pak Rudi hendak menjulurkan tangannya.
“Heh enak aja pengen salaman… Akhwat nih pak… Gak boleh asal pegang” Tegur pak Urip yang membuat pak Rudi merasa malu.
“Hahahaha… Bener banget bapak… Maaf yah pak Rudi… Gak boleh bersentuhan sama istri saya” Ucap Miftah tertawa yang membuat pak Rudi pun ikut tertawa.
“Oh iya juga yah hahaha… Gapapa mas, salah saya… Jadi malu saya” Ucap pak Rudi tertawa. Pak Urip pun ikut tertawa tak lama kemudian.
Namun Nayla hanya diam menatap pak Urip. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terlebih atas apa yang sudah pembantu tua itu lakukan padanya.
'Gak boleh asal pegang yah ? Hah… Hahh… Hah… Gak inget apa yang udah bapak lakuin ke aku semalam juga pagi tadi ?'
Batin Nayla yang masih ngos-ngosan menahan nafsu birahinya.
Pak Rudi pun kemudian menyalami Nayla dengan cara yang syar’i yakni hanya merapatkan kedua telapak tangannya lalu mendekatkannya tanpa menyentuhnya ke arah tangan akhwat bercadar itu. Nayla tersenyum membalas salamannya. Ia dengan malu-malu mengeluarkan suaranya untuk mengenalkan dirinya.
“Aku Nayla… Salam kenal yah pak” Jawab Nayla tersenyum.
“Oh yah dek… Dulu sewaktu mas kecil… Sering banget mas berkunjung ke vila ini bareng keluarga… Kebetulan mas udah akrab banget sama pak Rudi… Hahaha… Saking seringnya dulu kesini, kalau sekarang-sekarang ini pengen 'booking' vila… Bisa pesen jauh-jauh dari hari sebelumnya… Untungnya sekarang dapet… Kalau gak bisa kebingungan kita mau nginep dimana” Ucap Miftah menjelaskan siapa pak Rudi ke Nayla.
“Ohhh begitu” Jawab Nayla mantuk-mantuk.
“Yahh begitulah… Dulu ini suamimu agak pecicilan orangnya… Lihat pohon kelapa di sana kan ? Suamimu suka manjat-manjat coba” Ucap pak Rudi yang membuat Miftah dan Nayla tertawa.
“Hahahha bisa aja pak… Mumpung di vila… Di rumah mana bisa” Jawab Miftah malu.
“Hahaha gak nyangka sekarang mas Miftah bisa sukses… Udah gitu dapet istri cantik lagi” Puji pak Rudi sambil menatap Nayla.
Nayla pun tertunduk malu. Miftah dengan bangga pun tertawa melihat keadaan nasibnya sekarang.
“Oh yah dek, mau istirahat dulu gak ? Udah jam satuan nih… Mas mau ngobrol-ngobrol sama pak Rudi dulu… Sekalian nanya, mana aja sih tempat yang bisa buat kita jalan-jalan sore nanti” Ucap Miftah pada istrinya.
“Iyya mas… Adek juga capek hehe” Jawab Nayla yang ingin beristirahat setelah dirangsang habis-habisan oleh pembantunya di mobil tadi.
Nayla pun berjalan ke arah bagasi untuk mengeluarkan barang-barang bawaannya. Namun tiba-tiba pak Urip mendekat lalu melarang majikannya untuk membawanya.
“Biar saya aja” Ucap pak Urip yang membuat Miftah tersenyum dari kejauhan. Saat pak Rudi mengajak ngobrol Miftah. Tiba-tiba pak Urip meremas bokong Nayla lalu tersenyum menatapnya.
“Mmpphhhh” Desah Nayla tertahan sambil menatap wajah pak Urip.
“Saya tunggu di kamar… Saya udah gak tahan pengen dengerin desahan manjamu lagi, sayaangg” Ucap pak Urip yang tiba-tiba menyalakan vibratornya lagi.
“Mmppphhhh… Mmpphhh paakkk… Sudaahhh… Cukuuppp” Lirih Nayla sambil menggoyangkan pinggulnya karena tak tahan.
“Hakhakhak… Jangan lupa… Non harus bisa memuaskan saya yah nanti” Ucap pak Urip sambil mematikan vibratornya.
“Hah… Hah… Hah” Nayla tidak menjawab selain mengeluarkan desahan ngos-ngosan. Ia tak percaya kalau pembantunya langsung ingin dilayani tanpa memberinya waktu istirahat terlebih dahulu. Ia pun pasrah. Nampaknya ia harus mengangkangkan kakinya membiarkan penis pria tua itu keluar masuk di dalam vaginnya lagi.
Terlihat pria tua bertubuh gendut itu berjalan memasuki vila sambil membawa koper beserta tas yang mereka bawa. Nayla masih berdiam di samping mobil sambil mengamati pembicaraan suaminya. Nayla ingin sekali berbicara dengan suaminya. Namun suaminya terlihat asyik berbincang bersama penjaga vila bernama Rudi itu. Nayla pun melihat ke arah langit. Langit memang sedang cerah-cerahnya. Ia pun merenung di dalam hati sambil memandang langit biru tersebut.
'Hah… Maafin aku mas… Kayaknya gak lama lagi aku bakal berselingkuh lagi… Jujur aku udah gak kuat lagi… Aku udah sange berat… Aku butuh kontol seseorang mas…'
Batin Nayla yang kemudian menatap wajah suaminya lagi.
Saat wajahnya berbalik ke arah gerbang luar, ia mendapati ada pengendara motor yang sedang mengintip ke dalam. Saat dirinya memergokinya, terlihat pengendara motor itu seperti buru-buru pergi menjauh darinya.
'Siapa dia ? Ehhh… Jangan-jangan orang itu tadi ngeliat aku diremes pak Urip dong ?'
Batin Nayla deg-degan.
Terlihat pak Urip sudah memindahkan semua barang bawaannya ke dalam vila. Nayla pun mulai bergerak. Ia dengan pasrah ingin merelakan harga dirinya lagi demi membebaskan dirinya dari jeratan nafsu birahi.
'Hah…. Hah… Hah… Aku udah gak tahan lagi… Aku butuh kepuasan… Aku butuh kontol yang bisa membebaskanku sekarang…'
Batin Nayla semakin bernafsu.
Dengan perasaan gelisah, Nayla berjalan memasuki vila. Dengan hati yang dipenuhi keraguan, ia tak yakin untuk kembali melakukan perzinahan. Namun nafsunya terus menggerutu dan memaksanya untuk kembali menikmati penis kekar pembantunya. Tatapan Nayla kosong, pikirannya membayangkan bentuk penis pembantunya yang sudah berulang kali keluar masuk di dalam vaginanya. Pikirannya semakin keruh. Ditengah tubuhnya yang semakin bernafsu. Nayla menggelengkan kepala. Nafasnya memberat. Ia pun menaikan wajahnya saat memasuki vila yang sudah mereka sewa.
“Luas juga vilanya… Aku pasti bisa bermain dimana aja” Lirih Nayla yang justru kepikiran hal itu.
Ruang tamunya cukup mewah. Terdapat aquarium berisi ikan-ikan yang berenang didalam. Terdapat juga bantal-bantal yang tersedia diatas sofa vila tersebut. Kakinya pun terus melangkah, hingga dirinya tiba di suatu ruangan dimana pak Urip sedang duduk di tepi ranjang seolah menanti kehadirannya.
Nampak pak Urip tersenyum. Tangan kanannya ia angkat. Terlihat jemarinya memegang sesuatu yang membuat mata Nayla menyipit seketika. Jemarinya pun menekan benda itu. Mata Nayla langsung merem melek seketika. Pinggulnya bergoyang. Tangan kirinya menekan vaginanya dan tangan kanannya meremasi payudaranya. Nayla menatap pak Urip dengan tatapan penuh nafsu. Tatapannya begitu bergairah. Terlihat Nayla sudah tak kuat dan ingin menyerahkan tubuhnya pada pembantu tua yang sudah menjadi pejantannya.
'Akuuu gakkk kuaaat… Massss… Aku gak kuat lagii… Akuuu ingin berzina maaasss… Aku butuh pemuas yang bisa menghilangkan rasa sangekku ini, mas…'
Batin Nayla mendekat sambil terus meremasi payudaranya.
Pak Urip tersenyum melihat akhwat itu mendekat dari kejauhan. Pak Urip ikut berdiri. Pak Urip pun bersiap untuk menyambut kedatangan sang dewi.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFS
https://thumbs4.imagebam.com/cd/52/ff/MEC1UFS_t.jpg cd/52/ff/MEC1UFS_t.jpg
'NAYLA
“Paaaakkkk” Ucap Nayla yang tiba-tiba mendekap penis pak Urip dari luar celananya. Sedangkan tangan satunya membimbing tangan kanan pak Urip untuk mendekap payudaranya. Terlihat tatapannya yang begitu binal. Terdengar deru nafasnya yang berat. Pak Urip pun tersenyum. Tangannya reflek meremas dada bulat Nayla yang membuat akhwat bercadar itu mendesah.
“Mmmmppppphhhhh” desah Nayla dengan manja.
“Hakhakhak… Ada perlu apa non mendatangi saya ?” Tanya pak Urip berpura-pura tidak tahu sambil meremasi dada Nayla juga menikmati cengkraman tangan majikannya itu pada penisnya.
“Tolonngggg… Aku gak kuat lagi… Aku tersiksa pak… Tolloongg hilangkan rasa ini… Puasi akuuu… Tolooong jangan siksa aku lagi pakkk” Ucap Nayla memohon yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Caranya ?” Tanya pak Urip lagi yang membuat Nayla kesal.
“Paaakkk toloonggg… Aku butuh ini… Keluarkann paakkk… Keluaarkaannn” Ucap Nayla sambil terus meremas dan mengusap penis pembantunya.
“Ini ? Apa ini ? Sebutkan namanya dong non, biar saya paham maksud non” Ucap pak Urip yang terus bermain-main yang membuat akhwat bercadar itu semakin resah.
“Paaakkkk akuu buttuhh… Konn… Konnn” Ucap Nayla agak ragu-ragu tuk mengucapkannya. Sepertinya ia sudah bertindah kejauhan. Namun rasa gairah ini terus menyiksanya yang membuatnya terpaksa melakukannya.
“Kon ? Kon apa non ? Konfederasi ? Konsumsi ? Kontingen ? Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Konntoolll… Konttooll paaakkk… Aku butuh kontoll bapaakk… Keluarkan pakkk… Akuu mauuu aaaahhhhhhhhhh” desah Nayla saat payudaranya kembali diremas kuat.
“Hakhakhak… Kalau non mau, keluarin dong… Jangan manja… Ayo keluarin sendiri” Ucap pak Urip sambil mendorong bahu Nayla ke bawah hingga Nayla pun berjongkok di depan selangkangan pembantunya.
“Iyyaa… Akan aku lakukan… Akan aku keluarkann kontol bapak” Ucap Nayla yang sudah tak kuat lagi.
Namun telapak tangannya masih terus mengusap-ngusap tonjolan indah dari luar celana pembantunya. Matanya tampak mengagumi kebesaran penis pembantunya. Kedua tangannya secara bergantian membelai penis pembantunya dari luar celananya.
“Aaahhhhhh keluarkkann cepaaattt !” Ucap pak Urip yang membuat akhwat bercadar itu langsung menurutinya.
“Iyya paaakk… Mmpphhh” desah Nayla patuh saat resleting celana pembantunya itu mulai ia turunkan.
Pelan-pelan tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam resleting celana yang terbuka. Tangannya juga masuk ke celana dalam pembantunya untuk mengeluarkan tongkat sakti yang ukurannya sangat besar sekali. Namun Nayla malah mengocoknya di dalam. Padahal pak Urip ingin melihat kulit bening Nayla yang sedang mengocoki penis hitamnya.
Pak Urip yang kesal kembali menekan remotnya yang membuat vibrator yang tersimpan di vagina Nayla semakin bergetar kuat.
“Aaaahhhhh… Aaaahhh paakkk jangaannn… Jangann dikuatin… Iya akan aku keluariinn… Tolong jangan dikuatin getarannya paaakk… Aaahhhhh” Desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum saja.
“Cepat… Keluarkan kontol saya… Terus masukan ke mulutmu !” Ucap pak Urip setelah menurunkan frekuensi getarannya kembali.
“Iyyahhh paaakkkk… Mmmpphhhh” Desah Nayla patuh.
Penis hitam pak Urip sudah keluar. Sesuai perintah pembantunya, Nayla langsung mengangkat cadarnya lalu memasukan benda hitam itu ke dalam mulutnya. Dengan lahap wajahnya ia maju mundurkan untuk mengulum penis hitam itu. Dengan lihai lidahnya bergerak untuk menjilati penis hitam itu di dalam. Liurnya semakin membanjir menyelimuti penis hitam itu. Nayla pun merasakan sensasi nikmatnya mengulum lagi. Dikala mulutnya hanya mengulum ujung gundulnya, maka tangan kanannya dengan lihai mengocok-ngocok batang penisnya yang membuat pemiliknya tersenyum senang.
“Aaaahhhhh… Aaahhh yaahhh… Aaahhhh seperti itu nonnn… Ouhhh yaahhhh” desah pak Urip puas.
Namun nafsu Nayla yang tak terkendali membuatnya ingin melakukan variasi. Kedua bibirnya menjepit ujung gundulnya saja. Lidahnya terus menggelitiki lubang kencingnya. Tak jarang mulutnya ikut menyeruput ujung gundulnya saja. Dikala tangan kanannya aktif mengocoki maka tangan kirinya aktif memijit kandung kemih pembantunya. Sontak pak Urip tertawa merasakan puasnya servis dari majikannya. Kembali kepala akhwat bercadar itu maju mundur mengulum penisnya. Penisnya semakin basah. Penisnya diselimuti liur Nayla begitu sempurna.
“Mmppphhhh… Mmpphhhhh… Slllrrpppp bapaaakkk” desah Nayla puas.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhhh… Ayo nonnn… Lagi !... Lebih binal lagiii !” Ucap pak Urip yang segera dipatuhi oleh majikannya.
“Iyyahhh paakkk… Aakuuuu . . . . “ Ucap Nayla yang tiba-tiba meletehkan penis pembantunya lalu mengangkat penis itu hingga berdiri tegak. Meski matanya sudah tertutupi kain cadarnya. Lidahnya dengan liar mampu menjilati sisi bagian bawah penis pembantunya yang sudah berdiri tegak. Lidahnya bergerak naik turun menjilati penis itu. Kadang lidahnya hanya menjilati ujung gundulnya saja. Kadang lidahnya menyentil-nyentil lubang kencingnya yang membuat pemiliknya merinding keenakan. Kadang lidahnya melilit batang penis itu lalu bibirnya mendekat untuk mencumbu ujung gundulnya. Kadang jilatannya juga turun hingga mendekati lubang anusnya. Kadang ia kembali mengulumnya. Kadang ia kembali meletehkannya. Kadang ia kembali mengulumnya lalu menghisapnya kuat-kuat yang membuat pemiliknya mendesah kegirangan.
“Aaaahhhhhhhh… Aaahhhhh… Aahhhh yaahhhh “desah pak Urip sambil berkecak pinggang.
“Mmpphhhh… Mmphhhh… Mmpphhh yahhh… Mmpphhh” desah Nayla yang semakin bernafsu.
Entah darimana ia mempelajari teknik oral ini. Yang jelas Nayla semakin liar dalam melampiaskan nafsunya. Terlihat penis itu semakin basah. Bahkan Nayla kedapatan meludahi penisnya sebelum mengocoknya lagi sembari menatap wajah tua pejantannya.
Pak Urip pun menurunkan cadar majikannya hingga ia dapat melihat tatapan matanya lagi. Terlihat Nayla sudah bernafsu ingin merasakan kepusaan yang lebih. Seolah paham, pak Urip pun tiba-tiba menelanjangi dirinya lalu berbalik badan kemudian menungging dimana kedua tangannya bertumpu pada tepi ranjang vila itu. Kedua kakinya yang masih berdiri di lantai membuat bokongnya menjorok ke arah Nayla. Pak Urip melebarkan kedua kakinya. Ia agak menundukkan punggungnya hingga lubang duburnya nampak dihadapan wajah Nayla.
“Non mau saya genjot kan ? Ayo jilat anus saya dulu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengarnya.
“Eehhh tapiiii” Ucap Nayla yang meski bernafsu, ia tetap tahu kalau anus merupakan lubang tempat pembuangan kotoran. Bagaimana mungkin lidahnya yang biasa mengucapkan hal-hal baik diminta untuk menjilati lubang dubur itu ? Nayla agak menolak namun tiba-tiba getaran yang ia rasakan membuatnya menjerit dengan begitu nikmat.
“Aaaahhhhhh… Aaahhh paakkk ammpuunnn… Ammpunnn pakkk jangan lagiii… Iyaahhh aku akan…. Aaahhhhh” desah Nayla bergoyang saat berjongkok dihadapan bokong pembantunya.
“Hakhakhak… Cepat lakukan sebelum suamimu itu datang” Ucap pak Urip yang menyadarkan Nayla.
'Maasss…. Mmpphh !'
Nayla pun terpaksa mendekati lubang dubur itu. Meski ia merasa jijik. Meski ia tak ingin untuk menuruti perintah anehnya itu. Lama-lama wajahnya semakin dekat ke arah dubur pembantunya. Tercium aroma pantat yang membuat Nayla merasa muak. Namun ia memaksanya. Ia menarik nafasnya yang justru membuatnya semakin menghirup aroma pantat pembantunya. Ia menahan nafasnya. Cadarnya kembali ia angkat lalu lidahnya keluar untuk menyentuh lubang dubur pembantunya.
“Aaaahhhhhh noonnnn… Aahhhh yaahhhh… Aaahhhhhh” desah Pak Urip sampai merinding.
Rasanya sungguh nikmat saat duburnya dijilati oleh lidah seorang akhwat. Kedua tangannya pun mencengkram sprei ranjang tidur vila dengan kuat. Mata pak Urip sampai merem melek keenakan. Lidah itu menjilati tepi duburnya dan terkadang menjilati lubang duburnya yang belum terbuka lebar. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya bergidik nikmat. Pak Urip pun ingin meminta lebih. Ia mulai mengeluarkan instruksinya lagi.
“Lebarkan bokong saya non… Masukan lidahmu ke dalam” Ucap pak Urip yang mau tak mau harus dituruti oleh Nayla.
Akhwat bercadar yang masih berpakaian lengkap itu pun terpaksa melebarkan lubang dubur pembantunya yang sudah bertelanjang bulat. Sungguh pemandangan yang sangat absurd ketika ada akhwat cantik yang sedang menjilati lubang dubur pria tua yang memiliki wajah buruk rupa. Kedua tangannya melebarkan bokong pembantunya dengan memegangi bongkahan pantatnya. Saat lubang dubur itu semakin terbuka, terpaksa lidahnya bergerak masuk untuk menjilati lubang duburnya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh nonnnnn” desah Pak Urip tersenyum senang.
“Ssllrrppp… Ssllrrpppp… Ssllrrppp” Lidah Nayla terus aktif meski ia terus merasakan sensasi jijik ketika diminta menjilati dubur pembantunya itu. Ia berulang kali merasakan rasa pahit di lidahnya. Belum juga dengan aroma memuakkan yang terhirup di hidungnya. Namun ia terus memaksa diri untuk melakukannya agar dirinya dapat dihadiahi tusukan nikmat oleh pembantu bejatnya.
Lidah Nayla mendorong-dorong dinding anus pak Urip agar bisa masuk lebih dalam lagi. Lidahnya juga sesekali keluar lalu menjilati tepi duburnya saja. Nayla merasa jitjik. Ia sudah tak kuat lagi hingga membuatnya terbatuk-batuk menghadap ke lantai kamar vilanya.
“Uhhuukkk… Uhhuukkk… Uhhukk” Nayla merasa muak dengan aroma pantatnya. Ia bahkan mengelap lidahnya sesekali menggunakan cadarnya. Ia tak sanggup lagi. Ia tak sanggup untuk menjilati dubur pembantunya lagi.
“Hakhakhak… Makasih non… Mulai sekarang, non udah boleh goyang diatas tubuh saya… Ayo sini” Ucap pak Urip yang langsung mengambil posisi tiduran terlentang diatas ranjang empuk vila tersebut.
Bagai budak yang sudah diperintah tuannya. Nayla tanpa mengucapkan apa-apa langsung berdiri menatap penis tegak yang sudah basah berlumuran air liurnya tersebut. Tangannya kembali meremas dada bulatnya sendiri dari arah luar gamisnya. Ia terdiam sejenak menatap benda keras itu. Ia merenung. Ia merenungi dirinya yang sudah seperti ini.
'Seperti inikah takdirku pada akhirnya ?'
Batin Nayla sambil melepas celana dalam yang dikenakannya hingga turun melewati kedua kakinya. Ia lalu menarik keluar vibratornya. Lalu menjatuhkannya ke lantai begitu saja.
'Menjadi seorang budak yang selalu menghamba pada kontol seseorang ?'
Batin Nayla sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tidur vila tersebut.
'Yang haus akan nafsu, yang selalu membutuhkan seorang pemuas yang bisa mengatasi rasa sangekku ?'
Batin Nayla mulai menaiki ranjang vila tersebut. Nampak pak Urip tersenyum puas. Akhwat bercadar itu mulai mendekat tuk menaiki penis kekarnya.
'Nayla, dimana ilmu agama yang dulu kamu sempat pelajari ? Apakah semuanya sudah terlupakan oleh nafsu birahimu sendiri ?'
Batin Nayla yang sudah mengambil posisi untuk menunggangi pria tua berperut tambun itu. Tinggal ia menurunkan tubuhnya maka penis itu langsung ambles menembus vaginanya.
'Entahlah, jangan tanya diriku ! Aku ini bukan seorang santriwati lagi… Aku ini, adalah… Lonte pemuas yang selalu menghamba pada nafsu birahi…'
Batin Nayla yang langsung menurunkan tubuhnya hingga penis kekar itu ambles seluruhnya ke dalam vagina Nayla yang sudah sangat basah.
“Aaaaaaahhhhhhh bapaaakkkkk” desah Nayla yang kehilangan akal sehatnya.
“Aaaahhhh nonnnn… Nikmat sekaalliiii” Desah pak Urip dengan suara memberat.
Nayla yang sudah sangat terangsang justru malah ambruk diatas tubuh tambun pembantunya. Mata mereka bertemu. Nampak pak Urip tersenyum menatapnya. Nayla dengan penuh nafsu pun membalas tatapannya sambil menegakkan tubuhnya kembali.
'Maafkan aku suamiku… Maaf aku sudah memilih jalan ini… Sepertinya, berkali-kali pun aku mencoba melawan, aku selalu ditakdirkan untuk menjadi seperti ini… Aku seorang pemuas… Ah tidak, aku adalah lonte yang selalu haus akan kepuasan… Tolong selamatkan aku pak… Selamatkan aku dengan kejantanan kontolmu !'
Batin Nayla yang mulai menaikkan tubuhnya lalu menurunkannya dengan segera hingga dirinya merasakan gesekan ternikmat yang ia rasakan di dinding vaginanya.
“Aaaahhhhh iyaaahhh… Aaahhhhhh bapaaakk… Aaahhhh enakkk sekaliiii” Desah Nayla yang mulai konsisten saat naik turun diatas penis pembantunya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Ayooo goyangg lebih keras lagi nonnn… Ayooo… Aaahhhhh” desah pak Urip yang tak mampu mingkem akibat rasa nikmat yang selalu menyerangnya.
“Aaaahhhhh iyyaahhh… Iyyaahh paakkk… Aaahhhh akuu akannn… Mmpphhh… Melakukannyaaa !!!” desah Nayla sambil bertumpu pada perut tambun majikannya. Tubuhnya ia angkat tinggi lalu menurunkannya dengan cepat. Ia angkat lagi lalu ia benamkan lagi. Terkadang pinggulnya bergoyang memutar. Terkadang pinggulnya bergerak maju mundur. Rasa nikmat yang ia rasakan membuatnya tak sanggup berhenti untuk bergoyang diatas tubuh pembantunya ini.
Tubuh Nayla ditegakkan. Kedua tangannya ia geletakkan saja di kiri kanannya. Pinggulnya bergerak maju mundur. Matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh nafsu. Mulutnya berulangkali mendesah nikmat. Rasa gatal di vaginanya membuatnya ingin terus menggaruknya hingga membuat goyangannya semakin terasa luar biasa.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh enakkk bangett paakkk… Aahhhhhhh” desah Nayla meski masih malu-malu saat menatap pembantunya itu.
“Aaaahhhh… Aahhhhhh… Iyya kan ? Non mulai mengakuinya kan ?” Tanya pak Urip ditengah-tengah desahannya.
Namun kali ini Nayla menjawab. Hatinya kembali teringat perbuatan baik suaminya. Namun rasa nikmat membuatnya ingin terus menggoyangnya. Meski batinnya sudah memilih jalannya untuk menjadi lonte pemuas. Namun hati kecilnya selalu mengingatkan kalau ini adalah perbuatan yang salah. Nayla bingung. Ia ingin kepuasan tapi hatinya malah berbicara 'tidak, ini hanyalah kepuasan yang fana'. Ketika ia ingin menuruti hatinya namun nafsunya justru berkata 'tidak, jangan berhenti, nanti kamu akan tersiksa selamanya'.
Kata-kata itu terus bergelut di pikirannya. Hatinya bergejolak. Ia bingung harus memutuskan apa namun pinggulnya terus bergoyang merangsang nafsu birahi pembantunya. Rasa nikmat itu membuatnya ingin meremas dadanya.
Tanpa diperintah oleh pak Urip, Nayla menurunkan resleting gamisnya hingga gamisnya jatuh di sekitar pinggangnya. Nampak beha yang Nayla kenakan terlihat. Ia menurunkan 'cup' branya lalu tangannya meremasi susunya sambil terus bergoyang menikmati kepuasan yang ia dapatkan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Iyyahh betulll… Remes seperti itu nonnn… Binalkan dirimu… Nikmati kontol saya dan remas susumu kuat-kuat !” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bersemangat.
“Aaahhhh iyaahhh… Akan kulakukan paakk… Aaahhhhh… Aaaaahhhh” desah Nayla sambil memelintir putingnya sendiri.
Naik turun, naik turun, naik turun. Tubuh Nayla terus naik turun diatas tubuh pejantannya yang tambun. Terasa penis itu menggaruk vaginanya. Terasa nafsunya terpuaskan oleh goyangannya. Terasa susunya terpuaskan oleh remasannya yang membuatnya semakin liar dalam memuaskan nafsunya.
Pak Urip sendiri tidak sanggup berdiam lebih lama lagi. Ia ingin aktif menggenjot vagina majikannya. Sudah cukup baginya membiarkan Nayla bergerak sendiri ditengah persetubuhan mereka yang semakin panas. Kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pinggang Nayla yang masih tertutupi gamisnya. Pinggulnya mulai bergerak naik. Tubuh Nayla sampai meloncat saat penis tua itu mulai aktif bergerak menggempur vaginanya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh bapaakk… Aahhhhh” desah Nayla terkejut akan penetrasi pembantunya.
“Aaahhhhhh saya gak sanggup diem lagi non… Saya mau ikut genjot… Ayo sini… Saya akan memberimu kepuasan yang tidak terkira” Ucap pak Urip sambil menarik tubuh Nayla hingga berbaring diatas tubuh telanjangnya. Puting mereka bertemu. Kulit mereka bersatu. Mereka terlihat seperti kopi dan susu. Saat Nayla terjatuh diatas tubuh pembantunya, pak Urip dengan sigap langsung menggempur vaginanya yang membuat tubuh Nayla bergerak maju mundur diatas tubuhnya.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla dengan keras.
Kulit mereka bergesekan. Pentil mereka juga bergesekan. Telapak tangan pak Urip menekan punggung mulus majikannya ke arahnya. Penisnya pun bergerak kencang. Ibarat pengeboran, penisnya bergerak keluar masuk untuk mengebor minyak yang tersimpan di dalam vagina Nayla.
Vagina Nayla semakin basah. Penis pak Urip jadi semakin mudah untuk keluar masuk ke dalam. Suara pinggul mereka yang berbenturan semakin keras. Wajah Nayla yang berada tepat diatas wajah pembantunya hanya bisa memejam tuk menahan hujaman yang semakin keras.
'Plookk… Plokkkk… Plookkk !!!'
“Aaaahhhh yaaahhh… Aaahhhh puas sekaliii rasaannyyaa… Aaahhh saya gak pernah bosan untuk menyetubuhi memek rapetmu nonnnn” Ucap pak Urip ditengah kepuasannya.
“Aaahhh yaahhh… Aaaahhh pakkkkk… Aaahhh akuuu… Aaahhhhh”
Nayla kesulitan untuk mengatakan “Aku juga”. Harga diri masih menghalangi dirinya untuk mengucapkan kalimat simpel itu. Sebagai akhwat bercadar, tentu ia tak mau dirinya kehilangan harga dirinya dengan begitu mudah. Meski tubuhnya sudah menerima untuk menjadi lonte pemuas. Hatinya terus bertahan untuk menjaga batasan. Namun seiring sodokan pembantunya yang semakin kuat. Semakin goyahlah hatinya untuk menuruti apa yang diinginkan oleh tubuh indahnya.
'Aaakkuuu lonteee… Akkuu ini lonteeee… Aaaahhhh tidak, apa gak malu sama hijab & cadar yang kamu kenakan Nay ?'
Batin hatinya terus bergejolak.
'Entahhlaahhh… Aku bingungg… Aku gak tau lagi… Pokoknya aku sekarang mau terbebas dari siksaaan ini… Ayo pakk terusss… Sodok akuu paakk… Beri aku kepuasan yang aku inginkaann !'
Batin Nayla berteriak.
Namun ditengah sodokan yang semakin nikmat, tiba-tiba pak Urip menghentikan gerakan pinggulnya. Nayla agak kecewa lalu menatap wajah pembantunya tak percaya. Namun pak Urip hanya tersenyum sambil menatap wajah cantik majikannya.
“Tenang non… Saya juga gak mau persetubuhan kita berhenti begitu aja kok… Ayo ganti gaya… Cepat nungging… Saya ingin menggenjotmu pake gaya anjing kawin !” Ucap pak Urip yang membuat wajah Nayla memerah malu.
'Kenapa pak Urip tau kalau aku tadi kecewa ?'
Batin Nayla sambil mengambil posisi menungging diatas ranjang tidur yang mereka tempati.
“Indahnya bokong montokmu ini nonn !” Ucap pak Urip sambil menampar bokong majikannya.
'Plaaaakkkkk !!!'
“Aaaaahhh bappaakkk !” Jerit Nayla dengan manja.
“Hakhakhak… Non udah siap untuk jadi anjing betina saya kan ?” Tanya pak Urip sambil mengusap-ngusap bongkahan pantat majikannya yang begitu mulus sempurna.
“Aaahhh lakukaannn… Aku siap menjadi apa saja asal aku bisa terbebas dari siksaaan ini paakkk” Ucap Nayla tak kuat lagi.
“Hakhakhak… Kalau gitu bilang gugg gugg dong” Ucap pak Urip yang meminta Nayla meniru suara anjing.
Jelas itu merupakan penghinaan besar bagi Nayla. Tapi nafsu yang sudah tak tertahankan membuat dirinya manut saja asal dirinya mendapatkan kepuasan.
Meski lidahnya kelu. Meski dirinya merasa malu. Mulutnya pun membuka lalu mengucapkan apa yang seperti pembantunya perintahkan.
“Guugg… Guuggg… Aaaaaaahhhhhhh”
Tepat setelah Nayla meniru suara anjing, Pak Urip langsung menyobloskan penisnya kembali hingga akhwat bercadar itu menjerit merasakan kepuasan yang kembali ia dapatkan.
Tanpa jeda dengan nafsu yang sudah meluap-luap, pria tua yang sangat beruntung itu langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur tanpa ampun. Kedua tangannya mencengkram gamis yang masih melingkar di pinggang majikannya. Matanya menatap punggung mulus majikannya yang begitu halus. Mulutnya mengerang nikmat. Jepitan vagina majikannya begitu terasa menghimpit penis besarnya.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhh mantap sekali memekmu, non” Desah pak Urip puas.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Iyyaahhhh… Aaahhhh terusss pakkkk… Aaahhhhh” desah Nayla merasakan kepuasan yang tak terkira.
Vaginanya yang gatal disodok berulang kali tanpa henti. Gairah birahi yang meledak dipuaskan oleh sodokan penis yang setajam belati. Vaginanya terus diobok-obok. Vaginanya terus diuleg-uleg. Rahimnya semakin basah oleh penis kekar yang membuatnya tak lagi merasa gelisah.
'Aaaahhhhh… Aaahhhhhh… Enakkk sekaliii… Enakkk sekali perzinahan iniiii… Ayoo pakk terusss… Terusss setubuhi aku, pak…'
Batin Nayla yang sudah tak tahan lagi.
'Aaahhhhh andai suamiku bisa memberikan kepuasan seperti ini… Andai suamiku bisa lebih ahli dalam memberikan kenikmatan seperti ini… Aahhhh, kenapa kamu gak bisa seperti ini mas ? Kenapa justru pembantumu yang bisa memberikan kepuasan seperti ini kepadaku, mas ?'
Batin Nayla saat tubuhnya terdorong maju mundur tanpa henti.
Mendengar majikannya terus mendesah membuat pria tua itu semakin tertawa. Ia pun mengejek majikannya. Ia menganggap majikannya seorang munafik karena enggan mengungkapkan kenikmatan yang sudah majikannya dapatkan.
“Aaahhhh… Aaaahhhhh… Jangannn maluuu-maluuu aahhhh… Ungkapkan semuanyaaa… Desah yang keraasss non… Luapkannn nafsumuuu ituuu” Desah pak Urip sambil terus menyodok rahim majikannya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Iyaahhh… Aaahhhhh puass bangett paakkk… Aaahhhhh” desah Nayla malu-malu.
“Hakhakhak… Terusss… Jangann malu-malu… Ungkapkan semuanyaa… Lonte itu gak pernah malu-malu selama mendesah” Ejek pak Urip yang anehnya justru membuat Nayla semakin bernafsu saat itu.
“Aaahhhhhh… Aahhhh iyaahhhh… Akuuu gak akan… Aahhhhh… Maluu-maluu paakkk… Cepaattt sodokk lagiii… Hujami rahimku lebih keras lagii paaakkkk” desah Nayla meluapkan gairah birahinya.
“Hakhakhak… Kalau itu maumu, baiklah !” Ucap pak Urip yang benar-benar memperkuat hujamannya.
“Aaahhhhhhl… Aaahhhhh… Aaahhh iyaahhh… Iyyaahhhh” desah Nayla dengan sangat manja.
Tubuhnya terdorong maju mundur. Payudara bulatnya terus bergondal-gandul. Matanya merem melek penuh kepuasan. Kemulusan tubuhnya membuat tangan pembantunya terus bergerak tuk mengusapi kulit punggungnya yang begitu halus. Lalu tubuh pak Urip ditundukkan. Tangan kanannya mendekap tangan kanan majikannya lalu ditariknya ke belakang. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada tangan kiri majikannya. Seketika tubuh Nayla terangkat. Dadanya membusung ke depan. Disaat hujamannya semakin keras, maka semakin indahlah penampakan dada Nayla yang sedang disodok dari belakang.
“Aaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhhhh “desah Nayla dengan manja.
“Aaaahhhhh yaahhhh… Ahhhhhh… Masih kurang puas ? Haruskah saya perkuat lagi non ?” Ucap pak Urip tersenyum sambil melirik ke sisi kanan tubuhnya. Tepatnya ke sudut ruangan yang ada di seberang.
“Aaahhhhh iyaahhhh… Tolonggggg lagiii… Tolonggg hujami aku lebih keras lagiiiii” Pinta Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Kalau itu mau non… Rasakannn iniii !”
“Aaaahhhhhhhhh… Aaaaaaahhhh… Aaaahhhhhhh” desah Nayla menjerit keras.
Hampir dua menit mereka bersetubuh dengan posisi seperti itu. Wajah Nayla sampai geleng-geleng tak percaya. Ia sangat bersyukur bisa merasakan persetubuhan sepuas ini. Vaginanya semakin panas. Cairan cintanya semakin memenuhi isi rahimnya. Tubuhnya mengejang. Susu bulatnya mengencang. Terlihat susu bulatnya juga membesar. Tubuh Nayla sudah berada di fase sempurna. Fase dimana tubuhnya terlihat paling menggoda ketika dirinya berada di puncak kenikmatannya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Hebaattt banget yah non ini… Saya hampir kelluaaarrr” Ucap pak Urip puas.
“Aaaaahhhhh akuu jugaaa… Akuu jugaa pakkkk… Aaaaaahhhhhh” desah Nayla saat tiba-tiba kedua tangannya dilepas hingga membuatnya tak memiliki tumpuan di depan. Tubuhnya ambruk ke ranjang. Wajahnya jatuh ke atas sprei ranjang tersebut. Susu bulatnya terjepit. Pak Urip menabok bokong Nayla sekali tuk menghadiahi kepuasan yang ia dapatkan dari vagina majikannya yang begitu sempit.
“Ayoooo buka semuanya non” Ucap pak Urip saat menarik penisnya keluar lalu memelorotkan gamis yang masih melekat melalui kedua kakinya.
“Aaaahhhhhh” desah Nayla yang akhirnya bisa telanjang sempurna menyisakan hijab, cadar, serta stockingnya saja.
“Hakhakhakhak” Tawa pak Urip sejenak sambil melirik ke arah sudut ruangan. Pak Urip pun tersenyum sebelum memulai kembali aksi pembinalannya.
“Ayooo tidurann… Kita akhiri sekarang” Ucap pak Urip yang hanya dijawab Nayla dengan anggukan saja.
Nayla yang sudah telanjang bulat diposisikan tiduran terlentang menghadap ke atas. Pak Urip pun membuka kedua kaki Nayla melebar. Penisnya kembali ia arahkan. Dengan satu tusukan yang begitu nikmat. Ia membenamkan penisnya sedalam-dalamnya hingga menyundul dinding rahim kehangatannya.
MEC1UFW
https://thumbs4.imagebam.com/08/73/17/MEC1UFW_t.jpg 08/73/17/MEC1UFW_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Uuuuhhhhhhh paaaakkk” Desah Nayla manja.
“Aaahhh yah… Hah… Hah… Hah… Ayo selesaikan… Akan saya hamili dirimu sekarang !” Ucap pak Urip bernafsu saat pinggulnya kembali bergoyang tuk mengakhiri semua persetubuhan ternikmatnya,
Uuuuuhhhhh bapaakkk… Iyyaaahhhhhh jerit Nayla merasakan tusukan nikmat dari pembantu tuanya itu. Saking kuatnya, kedua tangannya sampai mencengkram kuat sprei ranjang tidurnya. Matanya memejam. Ia tak sabar untuk merasakan orgasme dari persetubuhannya sekarang.
Ketika nafsu sudah berada di puncak kenikmatan. Maka tak ada alasan bagi tubuh untuk menahan setiap sodokan. Itulah yang dirasakan oleh pak Urip. Ia tidak menahan diri lagi. Dirinya langsung menggempur rahim majikannya tanpa henti. Ditatapnya payudara majikannya yang bergoyang. Gerakannya yang begitu indah membuat pembantu tua itu semakin terangsang. Lidahnya pun keluar sendiri untuk menjilati lidahnya yang kering. Ia terpesona oleh warna puting majikannya yang begitu pink.
Tangannya yang gemas jadi ingin mengelus tubuh polos majikannya. Mulai dari pinggang ia berpindah ke paha. Dari paha naik lagi ke perut. Dari perut ia mengelus susu bulatnya. Disana ia menekan puting susunya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya. Ia kembali mengusap perutnya sambil menatap wajah sangek majikannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Jangaaannn… Jangannn ditarik-tarik paakkk… Aahhhhhh” desah Nayla terangsang.
“Hakhakhak… Lohhh kok ngatur… Suka-suka saya donggg… Hennkgghhh !!!” Desah pak Urip yang malah meremas payudara Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaaaaaaaahhhhh bapppaaaakkkkk” Jerit Nayla penuh kepuasan.
Mendengar jeritan Nayla yang menggoda ditambah dengan tubuh mulusnya yang lebih menggoda membuat nafsu pak Urip semakin membara. Ia kembali mencengkram pinggangnya lalu mempercepat hujamannya sehingga susu bulatnya semakin bergoyang sempurna./
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Akan saya akhiri sebentar lagiii… Tunggu sebentaaar… Tungguu sebentaar lagi yah non… Saya akannn aahhhhh”
“Aaaahhhh iiyahhh… Cepaatt keluuaarkkannn… Aku udah gak tahannn lagiii… Ayooo pakkk selesaikannn”
Ranjang tidur yang mereka tempati bergoyang. Tubuh Nayla terdorong maju mundur semakin kencang. Wajah pak Urip terlihat senang. Ia begitu girang bisa menyetubuhi akhwat bercadar yang kini sudah telanjang.
Disaat nafsu sudah mendekati puncak. Pak Urip merasakan penisnya semakin terjepit. Lubang vagina majikannya semakin menyempit. Dinding vagina majikannya menghimpit yang membuat penisnya semakin tercekik.
Pak Urip tidak kuat lagi. Ia terus menggempur vagina Nayla dengan sisa tenaga yang ia punya.
Aaaahhh... Aaaahhh... Aaaahhh jerit Nayla yang juga sudah mendekati batas maksimalnya. Sodokan pembantunya yang begitu kuat membuat payudaranya terus meloncat - loncat. Tubuhnya juga terangkat. Ia tak mengira persetubuhannya kali ini begitu dahsyat.
'Plookk… Plokkk… Plookkk !!!'
Pinggul Pak Urip terus menggempur. Ia tak memberikan waktu istirahat sedikitpun kepada majikannya itu. Suara benturan pinggul mereka juga terdengar kuat. Suara jeritan mereka juga bercampur memenuhi seisi ruangan.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu, non… Aaahhh terima ini… Terima kontol saya ini !” Desah pak Urip saat menghentakkan pinggulnya.
'Plokkk… Plokkk… Plokkk… '
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh lebih kuat lagiii… Ayoo pakk sebentar lagiii” desah Nayla saat merasakan vaginanya berdenyut.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Akan saya habisi dirimu non... Rasakan ini... Terimaaa inniii !!! Desah pak Urip.
“Aaahhhh iyyaahhhh… Iyaahhhhh” desah Nayla tak tahan lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Urip sambil merem melek keenakan.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aku jugaaa pakk… Akuuu aaahhhhh” desah Nayla sambil meremas sprei ranjang tidurnya semakin kuat.
Tubuh pak Urip menunduk. Mulutnya membuka tuk menyusu pada puting indah itu. Pinggulnya tak berhenti menggempur. Lidahnya tak berhenti menjilat. Mulutnya juga tak berhenti menghisap.
“Mmmpphhhhh… Mmpppp sllrrpp… Mmpphhh… Saya mauu kelluaarrr… Sayaa mauuu kelluuaar” Desah pak Urip mengangkat wajahnya lagi tuk menatap mata indah majikannya.
“Aaahhhh pakkkk… Akuu jugaaa… Akuuu juggaaaa” desah Nayla membalas tatapan mata pembantunya.
Akhirnya dengan satu tusukan yang begitu kuat. Penis pak Urip menembus rahim terdalam yang membuat Nayla puas tak tertahankan. Tubuh gembrot pak Urip jatuh menindihi tubuh ramping majikannya. Dada mereka bersentuhan. Wajah mereka saling bertatapan. Pak Urip pun memeluk tubuh ramping majikannya saat cairan cintanya mulai keluar membasahi rahim majikannya.
“Aaaahhhh kellluuaaaarrrrr !”
“Aaahhh akkuuu juggaaaa !!!”
'Cccrrrooottt… Cccrrrooottt… Cccrrrooottt…
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt….'
Rahim Nayla basah. Rahimnya telah penuh. Ketika rahimnya diisi oleh pejuh maka tubuh mereka diselimuti oleh peluh. Mata mereka merem melek penuh kepuasan. Sedangkan tubuh mereka kelojotan penuh kepuasan. Deru nafas mereka pun bersatu setelah mengakhiri persetubuhan ternikmat mereka yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya suara ngos-ngosan yang tersisa. Hanya senyuman penuh kepuasan yang mereka tinggalkan. Atau mungkin hanya salah satu dari mereka yang tersenyum penuh kepuasan.
“Hah… Hah… Hah… Puas sekali yah non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil beristirahat sejenak tanpa mencabut penisnya dari vagina majikannya.
Sedangkan Nayla menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Ia hanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan. Ia merenungi perbuatannya lagi. Ia merasa aneh pada dirinya. Ketika dirinya sedang nafsu-nafsunya, ia merasa sudah berubah menjadi orang lain. Ia pun heran kenapa lisannya sampai berucap seperti tadi. Ketika nafsu terselesaikan. Ia kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Nayla hanya memejam pasrah. Nasi sudah menjadi bubur. Sperma telah tertanam di dalam rahimnya lagi. Nayla pun takut kalau dirinya hamil hasil dari cocok tanam pembantunya lagi.
'Siapa aku ? Dan kenapa aku ? Maaasss…'
Batin Nayla menyesal.
'Padahal aku sudah meminum ramuannya… Tapi kenapa aku masih kayak gini ? Bahkan tambah parah… Bisa-bisanya aku bercinta disini juga di warung pak Tomi…'
Batin Nayla merenung.
'Bahkan tadi aku… Terang-terangan pasrah ingin mengambil jalan tadi ? Bukan, aku bukan lonte… Kenapa aku malah kayak tadi sihhh !'
Batin Nayla ingin menangisi dirinya sendiri.
Namun rasa lelah yang menderanya sejak tadi membuat rasa kantuk perlahan datang menghampiri. Padahal tubuhnya masih telanjang. Bagaimana nanti kalau suaminya datang dan memergokinya sedang telanjang dan pembantunya ada di seberang ?
Tapi rasa kantuknya ternyata lebih kuat. Dalam pelukan pembantunya, Nayla pun tertidur setelah mendapatkan kenikmatan yang tidak tertahankan.
'Maafin aku, mas…'
Batin Nayla sebelum tertidur pulas.
“Loh… Loh… Loh… Udah tidur ? Capek yah non… Hakhakhak” Tawa pak Urip yang kali ini berhati-hati saat mencabut penisnya. Kebetulan ia melihat bantal di sebelahnya. Ia pun menaruh bantal itu diatas paha Nayla agar membiarkan spermanya tetap menetap didalam.
Dengan santai ia berjalan menuju sudut ruangan. Ia mengambil 'handycam' yang rupanya sudah ada disana sejak lama. Ia pun memeriksa hasil rekamannya. Terlihat di rekaman itu seolah Nayla yang datang untuk menggodanya.
“Hakhakhak… Gak sia-sia saya beli benda ini… Apa sih namanya ? Helikem ? Ah bodo amat sama namanya… pokoknya dengan ini non Nayla pasti gak akan berani nolak lagi… Untungnya sebelum beli sempat diajarin dulu sama yang jualan… Kalau gak, mana paham saya make benda modern kayak gini… Hakhakhak” Tawa pak Urip tertawa senang.
Seketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pak Urip mendadak panik. Ia menoleh ke ranjang dan mendapati majikannya masih telanjang. Ia pun mengambil selimut lalu menutupi tubuh majikannya menyisakan kepalanya saja yang tidak tertutupi. Ia juga lekas sembunyi. Ia pun memilih kolong ranjang untuk menyembunyikan tubuh gembrotnya.
“Eh iya baju saya” Ucap pak Urip kembali keluar untuk memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Setelah kembali masuk ke kolong ranjang. Terlihat sepasang kaki seseorang yang berdiri di pintu masuk kamar.
“Loh adek udah tidur yah… Kasian pasti capek di perjalanan” Ucap Miftah saat melihat istrinya tertidur pulas.
Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Miftah naik ke atas ranjang untuk tiduran di sebelahnya.
Jantung pak Urip pun deg-degan mendapati Miftah berada di sebelah istrinya. Bagaimana kalau nanti Miftah menarik selimutnya dan mendapati tubuh istrinya sudah telanjang bulat ? Bagaimana kalau nanti Miftah melihat ke arah vagina istrinya dan mendapati ada lendir sperma di dalam ?
'Duhhh piyye iki ?'
Batin pak Urip kebingungan.
“Dekk… Dek… Siang-siang gini kok malah pake selimut sih… Tuh kan keringetan” Terdengar suara Miftah yang membuat jantung pak Urip semakin berdegup kencang.
'Nahh lohh kan… Piye iki ? Kalau ketahuan bisa-bisa saya gak bisa ngentot non Nayla lagi ini !'
Batin Pak Urip panik.
“Lohhhhh !” Terdengar suara Miftah yang membuat pak Urip semakin panik.
Pak Urip menaikan wajahnya ke atas. Ia begitu khawatir kalau Miftah menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya.
“Cakep banget pemandangannya… Sayang banget kalau waktunya dipake buat tidur-tiduran” Ucap Miftah yang rupanya terkejut melihat pemandangan di jendela vilanya.
Miftah pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia mengamati pemandangan sekitar. Ia lalu tersenyum kegirangan.
“Mending aku keluar aja… Mau nyari tempat untuk jalan-jalan nanti sore” Ucap Miftah tersenyum yang lalu keluar dari dalam kamarnya.
“Fiyyuuhhh… Udah keluar kan ?” Tanya pak Urip saat kepalanya melongok keluar dari dalam kolong ranjang.
“Untungnya kolong ranjangnya gak kotor… Hebat sih pak Rudi… Orangnya detil banget… Sampe kolong juga gak luput dibersihin sama dia” Ucap pak Urip sambil berdiri lalu hendak mengenakan celananya lagi.
“Hakhakhak… Gara-gara non, saya hampir jantungan tadi… Ayo perlihatkan lagi tubuh indahmu” Ucap pak Urip sambil menarik selimutnya tuk melihat tubuh indah telanjangnya.
“Hah… Beruntung saya bisa mengisi rahimmu berulang kali… Kok bisa yah saya kepikiran buat nanem benih di rahimmu, non… Kok bisa juga yah rencana mesum saya berjalan sempurna, sehingganya hingga detik ini… Hakhakhak… Gak habis 'thinking' pokoknya… Harus sering-sering bersyukur ke bapak nih… Gak salah bapak saya ngasih nama 'Untung Urip Bejo' ke saya… Hidupku jadi beruntung terus pokoknya… Hakhakhak” Tawa pak Urip puas.
Selagi mengamati lekuk tubuh Nayla yang sudah telanjang bulat. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang berasal dari arah pintu masuk kamar.
Sontak pak Urip terkejut sambil menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk.
“Pak Urip ? Apa yang bapak lakukan ? Mbak Naylaa ?” Ucap pria tua yang mengenakan 'hoodie' itu.
Pak Urip yang awalnya sangat terkejut langsung mengelusi dadanya sambil tersenyum. Ia merasa lega, ia mengira Miftah yang baru saja masuk mengejutkannya.
“Walah pak Rudi… Hufftttt” Ucap Pak Urip lega.
“Kaliaaan ? Habis ? Lohhhh” Ucap pak Rudi sampai melongo saat mendapati banyaknya sperma yang mulai tumpah dari dalam vagina Nayla.
“Kenapa pak ? Ada apa pak Rudi ? Ada yang bisa saya bantu ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Kaaalliaann ? Kaliian habisss ? Kok bisa ?” Ucap pak Rudi yang masih tak percaya dengan apa yang saya lihat.
“Hakhakhak… Mau gimana lagi ? Non Nayla sendiri yang minta… Nih liat deh” Ucap pak Urip yang akhirnya terpaksa menunjukkan rekaman 'handycam'-nya agar pak Rudi tidak membocorkan rahasia.
Pak Rudi pun menatap pak Urip tidak percaya setelah melihat rekaman barusan. Pak Urip sambil tersenyum pun merangkul pundak pak Rudi. Pak Urip kemudian mengajak pak Rudi melihat ke arah tubuh telanjang Nayla.
“Hah sebenarnya ini rahasia… Sebenarnya non Nayla ini terus memaksa saya buat memuasin nafsunya… Jujur saya gak sanggup melayani nafsunya sendiri… Bapak malam ini ada acara ? Mau bantuin saya gak ?” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi menenggak ludah.
“Apa ? Apa yang bisa saya bantu ?” Ucap pak Rudi yang tiba-tiba bersemangat.
Pak Urip tidak menjawab apa-apa. Ia malah tersenyum sambil menatap wajah pak Rudi.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 10
DI BALIK GAMIS NAYLA
Di sebuah gubug yang berada di tepian sawah. Terdapat sepasang suami istri yang tengah duduk sambil menikmati angin segar serta pemandangan hijau di depan mata. Kedua kaki mereka berayun-ayun. Kedua mata mereka disejukkan oleh pemandangan asri yang sangat menyegarkan. Nampak kepala sang istri bersandar pada pundak sang suami. Bibir mereka tersenyum. Hati mereka begitu bahagia ketika sedang menikmati waktu berdua.
Sejuk banget yah disini... Kapan-kapan kalau kita pindah ke desa gimana ? Adek mau gak ? Tanya Miftah tiba-tiba.
“Eehhh apa mas ?” Tanya Nayla terkejut.
“Adek mau gak kalau kita tinggal di desa yang punya pemandangan kayak gini ?” Tanya Miftah lagi.
Ohhhhh… Boleh mas... Boleh kok boleh… Tapi pekerjaan mas nanti gimana ? Tanya Nayla bingung.
Hahahaha bukannya rejeki udah diatur, dek ? Kalau mas kerja jadi petani aja gimana ? Tanya Miftah bercanda.
Ihh seriusan ? Emang mas mau ? Tanya Nayla tak percaya.
Gak juga sih... Mas gak mau jadi item gara-gara kena sinar matahari soalnya... Hahahah jawab Miftah tertawa.
Ihhhh dasar, gimana sih ! Ucap Nayla tersenyum.
Mereka pun terus mengobrol sambil bermanja-manja di tengah gubuk sawah.
Tak terasa waktu sudah hampir mendekati pukul 5 sore. Sejak pukul tiga tadi, mereka hanya berjalan-jalan di sekitar vila untuk menikmati suasana asri di daerah Puncak. Memang mereka sengaja tidak mengunjungi tempat wisata demi menghemat biaya pengeluaran ditengah kondisi perekonomian yang belum stabil.
Meski demikian, mereka terlihat bahagia selama berjalan-jalan menikmati waktu berdua. Mereka akhirnya bisa mengobrolkan banyak hal. Sesuatu yang jarang mereka lakukan ketika berada di rumah. Banyak hal yang akhirnya bisa mereka obrolkan terutama soal masa depan. Terutama soal perencanaan mereka dalam memiliki anak.
Namun, terlihat Nayla justru kembali melamun ditengah obrolan yang sedang suaminya bicarakan. Ia tak mendengar apapun yang suaminya ucapkan. Ia masih terpikirkan sebuah kejadian yang baru saja terjadi saat dirinya tiba disini. Kejadian yang membuatnya merasa sangat terpuaskan oleh rangsangan yang dilakukan oleh pembantunya di siang tadi.
'Kenapa yah, kok aku bisa sampai kayak tadi ? Kok bisa-bisanya aku lepas kendali kayak tadi ? Kok bisa sih aku kayak jadi orang lain pas aku dilanda nafsu birahi di siang tadi ?'
Batin Nayla heran.
'Tapi jujur, aku mengakuinya… Pak Urip memang hebat dalam memuaskan nafsuku di siang tadi…'
Batinnya saat mengenang persetubuhannya di siang tadi.
'Gara-gara dari pagi aku dirangsang pake benda ini… Aku pun sampai lepas kendali lagi…'
Batinnya sambil menekan-nekan sebuah benda yang menyumpal di dalam vaginanya.
'Ini aneh ? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah ? Anehnya lagi, kok aku malah pengen benda ini bergetar lagi yah ?'
Batinnya sambil memejam membayangkan saat-saat di mobil tadi disaat perjalanannya menuju kesini.
'Rasanya nikmat sekaliii… Ouhhh bappaakkk… Kenapa bapak hebat banget saat memainkan nafsu birahiku ini ?'
Batin Nayla yang pelan-pelan mulai terangsang gara-gara membayangkan momen di setiap pelecehan yang dilakukan oleh pak Urip.
'Iniii gawwaatt… Ohh tidak aku mulai pengen lagii… Kenapa tiba-tiba nafsuku kembali lagi ?'
Batin Nayla sambil menggerakkan tangannya menuju bibir vaginanya dari luar gamisnya. Seketika ia memejam yang malah membuatnya teringat persetubuhan ternikmatnya saat di ranjang tadi.
'Gara-gara bapak... Aku jadi terangsang terus tiap kali ngebayangin bapak pas nakalin aku...'
Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya dari luar gamisnya.
'Mmpphh... Ini aneh ? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah ? Padahal aku pengen ngerasain getaran itu lagi... Aku mau benda ini bergetar merangsang nafsu birahiku lagi...'
Batin Nayla sambil terus menekan-nekan bibir vaginanya.
'Ouhhhh kenapa belakangan aku makin kayak gini yah ? Aku udah kayak lonte beneran... Aku gak bisa berpikir jernih… Yang ada di pikiranku hanyalah kepuasan dan kepuasan terus… Ini aneh, kenapa aku kayak gini yah ?'
Batin Nayla heran saat menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.
'Apa mungkin karena ini sudah takdirku ? Ya, ini pasti karena sudah menjadi jalan takdirku... Aku udah berusaha melawan tapi yang ada pak Urip selalu berhasil memberikanku kepuasan... Aku sudah berusaha menghindar tapi yang ada nafsu itu kembali datang mengacaukan pikiranku lagi dan lagi… Meski aku mencoba terus tuk melawan tapi yang ada aku malah keenakan sendiri... Ini aneh, kenapa setiap pak Urip memperkosaku, aku malah keenakan terus yah ? Apa yang kualami belakangan ini, sepertinya bukan pemerkosaan deh ? Kalau iya kenapa aku malah bersikap seperti tadi ? Aku justru yang memintanya untuk menyetubuhiku lebih keras lagi…'
Batin Nayla sampai ngos-ngosan gara-gara nafsunya yang bangkit ini.
'Bisa gak yah pak Urip memberikanku kepuasan lebih dari apa yang kurasakan di siang tadi ? Kalau ya, aku mau disetubuhi lagi... Aku mau kontolnya menodai memekku lagi... Astaghfirullah tahan... Tahan Nay... Otakmu makin keruh saat ini ! Duhh kenapa aku malah sangek lagi sih ? Sepertinya, obat ramuan yang kudapat gak bereaksi sama sekali deh... Aahhhh bapaakkk... Tolongg... Aku butuh pemuas lagi saat ini...'
Batin Nayla yang diam-diam meremasi dadanya sendiri.
Deekkk... Pulaangg yukk !!! Udah sore Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
Ehhh apa mas ? Tanya Nayla terkejut hingga buru-buru menarik tangannya dari area dadanya.
Hahaha gatel yah ? Pulang yuk... Mandi, terus siap-siap maghriban ucap Miftah yang mengira istrinya baru saja menggaruk-garuk dadanya karena gatal belum mandi.
Hehe iya mas... Yuk pulang ucap Nayla malu-malu saat turun dari gubuk sawah tersebut.
Mereka berdua pun saling berpegangan tangan saat berjalan pulang menuju vila yang sudah mereka sewa. Namun lagi, Nayla kembali melamun sambil berbicara sendiri di dalam pikirannya.
'Bentar lagi aku bakal menemui pak Urip lagi... Ini aneh, kenapa aku malah mengharapkan pak Urip bakal nakalin aku lagi yah ? Ada apa dengan otakmu ini Nay ? Apa sih yang merubahmu jadi seperti ini belakangan ini ?'
Ujar Nayla di dalam hati.
Akhwat bercadar itu pun terus membatin saat berbincang dengan dirinya sendiri. Pelan-pelan nafasnya semakin berat. Otaknya semakin keruh saat dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang mesum.
'Bappaaaakkk... Akuuu... Hah... Hah... Hah...'
Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya sendiri secara diam-diam. Ia terus menekan vibrator yang semakin terselip di dalam vaginanya. Ia sangat berharap benda itu kembali bergetar agar dirinya bisa merasakan kepuasan seperti yang siang tadi ia dapatkan.
*-*-*-*
Sementara itu di halaman depan vila.
Terdapat dua pria tua yang tengah duduk di kursi teras depan. Mereka tengah bersandar sambil meneguk secangkir kopi yang dibuat oleh pak Rudi. Tampak penjaga vila itu menatap pak Urip dengan serius. Sepertinya penjaga vila itu menginginkan sesuatu dari pria tua berperut tambun itu.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
“Yaahhhhh… Masa gak nyampe masuk sih pak ? Ayolah, sebagai sesama pembantu… Boleh yah saya diizinin nyoblos memeknya mbak Nayla juga ?” Ucap pak Rudi memohon.
“Hakhakhak… Loh kok enak ? Kirain gampang apa buat saya untuk menaklukan akhwat bercadar itu ? Saya butuh modal duit dan waktu untuk membuatnya jadi sekarang ini, pak… Sudah bagus saya izinin bapak buat gesek-gesek kelaminnya, masa masih belum cukup sih ?” Tanya pak Urip sambil meneguk kopinya lagi.
“Hehehe mana bisa cukup pak ? Liat bodinya yang asoy gitu mana mungkin cukup pak kalau cuma kebagian gesek-gesek doang… Dengan tubuh selangsing itu, seharusnya saya kudu bisa nyodok memeknya juga dong hehehe… Boleh yah pak ?” Ucap pak Rudi terus menego.
“Hakhakhak… 'Wani piro' ? Lagian belum dicoba aja udah protes duluan… Dah lah kalau gak mau yaudah… Mending gak usah sekalian” Ucap pak Urip sambil meminum secangkir kopinya lagi.
“Eh… Eh… Eh… Kok gitu ? Saya laporin mas Miftah loh kalau saya gak diizinin !” Ancam pak Rudi.
'Byuuurrrr !'
Kopi yang sedang diminum oleh pak Urip pun muncrat keluar dari dalam mulutnya saat terkejut mendengar ucapan penjaga vila itu.
“Apa ? Ngelaporin ? Hakhakhak… Apa untungnya buat bapak ? Bapak mau lapor ? Palingan saya cuma dipecat dan non Nayla bakal mengandung malu seumur hidup… Itupun kalau bapak punya buktinya ! Kebayang gak gimana bakalan hubungan mereka berdua ? Bakal merenggang dan bisa-bisa berujung pada perceraian… Terus bapak sendiri dapet apa ? Gak dapet apa-apa kan ? Hakhakhak… Lebih pilih mana sama tawaran saya tadi ? Masa gak mau sih ngegesek memeknya non Nayla ? Hayooo… Enak loh… Licin-licin gimana gitu !” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi cengengesan.
“Hehehe maaf pak… Iyya maaf tadi saya bercanda kok… Saya tadi kebawa nafsu… Tapi lain kali boleh yah… Saya penasaran memeknya akhwat bercadar itu kayak apa rasanya” Ucap pak Rudi takut dirinya gagal mendapatkan kesempatan emas ini.
“Hakhakhak kayak bakal ketemu lagi aja setelah ini” Ucap pak Urip merasa diatas angin saat mengobrol dengan pak Rudi.
“Ya nanti saya maen ke rumah deh… Apapun bakal saya lakuin demi bisa ngontolin memeknya mbak Nayla” Ucap pak Rudi yang sudah pengen banget ngerasain jepitan vagina majikannya.
“Hakhakhak ya liat aja nanti… Jadi gimana pak ? 'Deal' yah gesek-gesek doang ?” Ucap pak Urip sambil menjulurkan tangannya.
“Hehehe boleh lah buat perkenalan” Ucap pak Rudi sambil menjabat tangan pak Urip.
“Hakhakhak… Akhirnya, pelan-pelan dirimu bakalan makin binal non Nayla… Oh yah, sejujurnya saya ada rencana buat nge-DP non Nayla sih suatu saat nanti” Ucap pak Urip sambil meminum kopinya lagi.
“DP ? Bayar di awal gitu ? Maksudnya pak ?” Ucap pak Rudi gagal paham.
“Yahhh… Dobel penetresiyen pak ! Intinya saya butuh orang lain buat nyumpel memeknya non Nayla sementara saya nanti bakal nyumpel anusnya pake kontol saya hakhakhak” Tawa pak Urip setelah menjelaskan istilah sulit tadi dengan gaya ndesonya.
“Oalah… Mantep tuh pak… Kalau bisa cari orang lain juga buat nyumpel mulutnya” Ucap pak Rudi bersemangat ketika sedang membicarakan hal mesum tentang majikan mereka.
“Hakhakhak gak sekalian nyari orang laen buat ngeremes susunya sama dikocokin pake tangan mulusnya ?” Tanya pak Urip yang membuat pak Rudi bersemangat.
“Hahahha… Kok saya jadi ngaceng yah pak… Gara-gara bapak nih… Duh makin gak nahan deh pengen ngentot tuh cewek… Dah dari pandangan pertama tadi saya langsung nafsu kepadanya… Beruntung banget sih mas Miftah punya istri secantik mbak Nayla” Ucap pak Rudi sambil mengelus-ngelus penisnya.
“Hakhakhak… Lebih beruntung saya yang sudah berulang kali mejuhin memeknya” Ucap pak Urip dengan bangga.
“Hahahha sial banget dah… Saya disini cuma kedapetan ngeliatin cewek-cewek bening yang jalan bareng pacarnya doang… Sedangkan bapak ? Aihhh bikin iri aja !” Ucap pak Rudi kesal.
“Hakhakhak… Makanya punya nama itu 'Untung Urip Bejo'… Yakin deh bapak bakalan beruntung terus” Ucap pak Urip membanggakan namanya lagi.
Ditengah pembicaraan mereka yang semakin liar. Tiba-tiba kedua pasangan suami istri itu pun datang dari arah gerbang masuk vila tersebut. Pak Rudi yang menyadari langsung berdiri menyambut kedatangan kedua majikannya itu. Pak Urip juga demikian, ia berdiri lalu tersenyum kepada Miftah.
“Oh yah, air di kamar mandi gimana pak ? Dingin gak ?” Tanya Miftah kepada pak Rudi.
“Tenang mas… Sudah siap kok air panasnya… Bapak tinggal nyalain mesinnya aja otomatis bapak bisa mandi pake air anget” Ucap pak Rudi menjelaskan.
“Oalah hahahha… Okelah… Bisa tolong tunjukkin cara makenya gak ? Udah lupa saya cara makenya gimana” Ucap Miftah.
“Ohh pasti boleh mas… Mari saya tunjukkan” Ucap Pak Rudi memimpin Miftah menuju ke kamar mandi untuk menunjukkan cara kerja mesin pembuat air panas tersebut.
Sebelum mereka berdua masuk ke dalam vila. Pak Urip diam-diam memperhatikan gerak-gerik Nayla. Akhwat cantik yang saat itu mengenakan gamis berwarna putih yang dilengkapi dengan hijab serta cadar yang juga berwarna putih. Juga tambahan jaket berwarna 'cream' terlihat begitu mencurigakan.
MEC8LXZ
https://thumbs4.imagebam.com/e8/d7/53/MEC8LXZ_t.jpg e8/d7/53/MEC8LXZ_t.jpg
'NAYLA
Wajahnya terus ia tundukkan. Tangannya terus mengusap-ngusap bibir vaginanya dari luar rok gamisnya. Saat pak Urip memperhatikannya lagi, Akhwat bercadar itu rupanya bukan menunduk. Nayla rupanya sedang menatap selangkangan pembantunya yang masih tertutupi celana pendeknya. Pak Urip yang sadar kalau Nayla sedang sangek-sangeknya tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Ia mengeluarkan sebuah remot lalu mengarahkannya ke selangkangannya agar Nayla bisa melihat apa yang sedang dipegang olehnya. Sontak Nayla menaikan pandangannya lalu menatap wajah pembantunya. Pak Urip yang sedang tersenyum penuh kemenangan tiba-tiba menggerakkan bibirnya untuk mengucapkan sesuatu.
'Mau ?'
Diluar dugaan Nayla mengangguk setuju. Wajahnya terlihat putus asa karena menahan nafsu yang lagi-lagi mengganggu kehidupannya. Saat pak Urip menekan remot itu, tiba-tiba pinggul Nayla langsung bergoyang lalu wajahnya ia naikkan sementara matanya memejam merasakan sensasi yang lagi-lagi ia dapatkan.
“Hah… Hah… Hah” Desah Nayla yang tiba-tiba menjatuhkan badannya lalu bertumpu pada meja di teras vila itu. Dalam posisi menungging, wajahnya menatap pak Urip lalu dianggukkannya naik dan turun. Nayla seolah berkata bahwa inilah yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.
Menyadari kalau pak Rudi dan Miftah sedang asyik mengobrol tentang mesin pembuat air panas. Pak Urip dengan berani bergerak membelakangi mereka berdua lalu Ia memposisikan berdirinya menghadap ke arah Nayla. Lalu dengan berani ia mengeluarkan penisnya dari balik celana pendeknya.
“Mau ? Sayanggg ?” Lirih pak Urip mengejutkan Nayla.
Namun Nayla yang sudah dilanda nafsu birahi malah menganggukkan kepalanya.
Saat Miftah dan pak Rudi sudah masuk ke dalam vila, jemari pak Urip pun mengajak Nayla untuk mendekat agar bisa memainkan penis besarnya.
“Hah… Hah… Lebih keras lagi paakk… Tolloongggg” Lirih Nayla yang sudah tak sanggup lagi.
“Hakhakhak… Segini ? Cukup belum ?” Ucap pak Urip setelah menaikan frekuensi getarannya lalu menatap wajah Nayla yang sudah berjongkok dihadapannya.
“Aaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Iyahhh sepertiii inniii… Aaahhhhh” desah Nayla sambil mendekap penis pak Urip yang sudah mengeras.
“Hakhakhak sudah saya duga… Cepat atau lambat pasti non akan sadar juga… Padahal daritadi saya sengaja gak nyalain vibratornya agar non bisa beristirahat… Eh non sendiri malah yang minta saya buat nyalain lagi” Ucap Pak Urip agak mendesah saat penisnya mulai dikocok oleh Nayla.
“Hah… Hah… Entahlah pak… Aku, aaahhhhh… Juga gak tau… Apa yang sudah bapak lakukan padaku ? Kenapa aku berubah jadi seperti ini ? Kenapa aku malah terangsang lagi ?” Tanya Nayla sambil mendesah saat tangannya terus mengocok penis pembantunya.
“Loh, bukannya udah saya jawab dari dulu ? Non itu lonte… Mau ada perangsang apa enggak pasti non akan terangsang dengan sendirinya… Terima takdirmu itu non… Jangan dibikin ribet lah hakhakhak” tawa pak Urip keenakan saat penisnya terus diurut oleh majikan alimnya.
“Hah… Hah… Hah… Apa ? Lonte ?” Tanya Nayla agak ragu meski sebelumnya ia telah menebak jawaban apa yang akan pembantunya berikan itu.
“Ya dirimu itu lonte… Sudah lah jangan banyak berkilah lagi… Sudah lah non, terima aja… Jangan mencari-cari alasan lain… Tempatmu itu disini… Tugasmu itu cuma mengangkang untuk membiarkan kontol saya masuk menembus lubang memekmu itu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bergairah saat mendengarnya.
“Akuuuu… Lonteee ? Hah… Hah… Hah….” Desah Nayla seolah terhipnotis. Ia pun mempercepat kocokannya yang membuat pak Urip tertawa penuh kemenangan.
'Hakhakhak… Gak nyangka ternyata efek lemonnya bisa sekuat ini ? Tau kayak gini mah, udah dari dulu saya beri minuman itu, non… Aaahhhhhh nikmatnyaaa… Aaahhh bahagianya bisa dikocok seenak ini oleh tangan lembutmu non… Ayooo terussss… Terussss kocokkk lagiiiii…'
Batin pak Urip tersenyum senang.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaahhhhh… Hakhakhak… Kocokk terusss… Kocokk yang cepaatt, non ! Non lagi sangek berat kan ? Non butuh pemuas kan ? Non butuh kontol saya kan ?” Tanya pak Urip sambil tertawa puas.
“Hah… Hah… Hah… Iyyahhh… Iyyahhh paakkkk… Aku butuh itu semuaahhh… Tolonggg… Toloongg selamatkan aku dari gairah birahiku ini pakkk” Desah Nayla ngos-ngosan lalu mengangguk setuju.
“Kalau gituuu puasi kontol saya… Lampiaskan nafsumu pada kontol saya… Lakukan terserah dirimu… Kalau saya nanti merasa puas… Non baru saya izinin buat ngentot dengan saya… Hanya itu syarat yang harus non penuhi agar bisa ngentot dengan saya” Ucap pak Urip jual mahal demi menaklukan harga diri sang akhwat.
“Hah… Hah… Cuma itu syaratnya pak ? Baiklah pak… Akan aku lakukan… Aku akan memuaskan kontol bapak agar aku bisa ngentot dengan bapak” Ucap Nayla dengan begitu vulgarnya karena tak sanggup menahan gairah birahinya sendiri.
Akhwat bercadar itu pun mempercepat kocokannya pada penis pembantunya. Tangannya dengan lihai bergerak maju mundur. Ia melakukannya dengan suka rela karena tak memiliki pilihan lagi.
Mau bagaimana lagi ? Ia tak memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Meski ia sudah menyadari kalau perbuatannya ini bukan perbuatan yang bisa dibenari. Ia tak memiliki pilihan lain selain melayani penis yang sedang ia kocok demi kepuasan yang ia cari. Hanya kepuasan yang ia butuhkan demi keluar dari situasi ini. Tangannya pun mempercepat kocokannya. Tangannya pun membetot penis itu dengan begitu kuatnya. Penis hitam nan gemuk itu terus dikocoknya hingga lama-lama penis itu semakin membesar juga mengeras. Mata Nayla pun teralihkan pada lubang kencing penis pembantunya itu. Lidahnya ingin keluar tuk menjilatinya. Nafsunya telah memaksanya untuk melakukan perbuatan yang menjijikkan itu lagi.
“Hah… Hah… Paakkk… Aku boleehhhh ?” Pinta Nayla tak kuat lagi hingga menaikkan sebagian cadarnya.
“Apa ? Mau nyepong yah ? Hakhakhak… Sepong aja kalau non pengen” Ucap pak Urip mengizinkan.
Nayla yang tak kuat lagi langsung menaikan cadarnya. Lidahnya yang sudah gemas sedari tadi langsung menjilati ujung gundul penis pembantunya. Pak Urip sampai merinding keenakan merasakan jilatan sang majikan. Lidah Nayla bergerak naik turun. Lidahnya menyapu ujung gundul itu dari atas ke bawah. Lagi, lidahnya bergerak naik turun. Lidahnya kembali bergerak naik turun dalam menjilati ujung gundul majikannya itu. Lalu lidahnya berhenti di ujung pucuknya. Ia menjilati lubang kencingnya. Lidahnya menggelitik titik sensitif itu. Pak Urip sampai merem melek keenakan. Tubuhnya bergidik nikmat. Tubuhnya juga merinding saat merasakan kepuasan yang tiada tanding. Baru setelah itu mulut Nayla membuka lebar-lebar demi melahap batang penis yang berwarna hitam legam.
“Aaaahhhhh… Aaaahhhhh… Nafsu banget sih non, kayaknya… Aaahhhh kontol saya sampe hampir ketelen loh non hakhakhak” Tawa pak Urip dengan bangga.
“Mmppphhh… Mmpphhh”
Namun Nayla tidak menjawab. Selain karena tak ingin harga dirinya jatuh lebih dalam lagi dihadapan pembantunya. Ia juga ingin fokus menikmati benda tumpul itu lebih lama lagi. Kepalanya terus maju mundur sedari tadi. Lidahnya dengan lihai juga menggelitiki penis itu sedari tadi. Kedua tangannya bahkan ikut membantu. Dikala mulutnya hanya mengulumi ujung gundulnya. Maka kedua tangannya mengocoki batang penisnya secara bergantian.
Maju mundur maju mundur maju mundur. Kedua tangan Nayla terus mengocok batang penis pembantunya secara maju mundur.
Maju mundur maju mundur maju mundur. Kepala Nayla juga terus bergerak maju mundur saat meyepong penis tua yang berwarna hitam itu.
Saat penis itu terlepas dari mulut Nayla. Tangannya terus mengocok batang penisnya sedangkan matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh kepuasan. Nayla yang terpengaruh obat perangsang itu jadi semakin bernafsu. Ia lepas kendali. Ia bukanlah Nayla yang kita kenal lagi.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhh… Suka sekali saya dengan tatapan penuh nafsumu itu non… Gimana ? Non puas ? Non puas bisa mainin kontol saya ?” Tanya pak Urip sambil menatap mata binal akhwat bercadar itu.
“Yaahhh… Iyyaahhh… Akuu sukaa… Akuuu mmpphhhh” Desah Nayla yang kembali mengulum penis pembantunya lagi.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Iyyahh seperti itu sayaanggg… Ayooo kulumm terusss… Kulum kontol saya sepuasmu, non… Hakhakhakh” Tawa pak Urip saat berdiri menikmati kuluman majikannya yang berjongkok dihadapannya.
Saat mereka berdua sedang menikmati perzinahan yang sedang mereka lakukan. Tiba-tiba pak Rudi datang dari arah belakang yang langsung terkejut saat melihat apa yang dilakukan oleh Nayla juga pak Urip.
Pak Urip yang menyadari kehadiran pak Rudi langsung menoleh ke belakang lalu memberi isyarat untuk diam. Ia pun menggerakkan jemarinya seolah meminta pak Rudi untuk pindah ke arah belakang Nayla. Pak Rudi hanya mengangguk setuju. Ia pun berpindah sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat betapa rakusnya Nayla dalam menyepong penis tua pembantu bejatnya.
'Kayaknya mbak Nayla emang binal deh… Saya kira tadi mbak Nayla dipaksa… Kayaknya mbak Nayla yang justru meminta agar bisa diberi kepuasan oleh pak Urip… Beruntung banget sih pak Urip… Sial, kapan yah ada cewek cantik yang kayak gitu ke saya ?'
Batin pak Rudi iri.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhh cukuupp non… Saya puasss… Sekarang non boleh berdiri terus telanjangi diri non” Ucap pak Urip sambil tersenyum penuh kepuasan.
“Mmpphhh… Iyyahhh makasih pakkk… Akhirnyaa… Akhirnyyaa akuuu” Ucap Nayla yang akhirnya diberi kesempatan untuk melampiaskan nafsu seksualnya lagi.
Tanpa menyadari kehadiran pak Rudi di belakangnya, Nayla langsung melepas jaketnya hingga jaketnya itu jatuh ke lantai. Ia juga menurunkan resleting gamisnya hingga gamisnya itu jatuh ke lantai. Setelah itu, giliran roknya yang diturunkan hingga rok itu jatuh ke lantai. Nayla tinggal menyisakan hijab, cadar serta pakaian dalamnya saja.
Akhwat bercadar yang sudah terangsang hebat itu berjalan mendekat ke arah pak Urip. Ia menurunkan celana dalamnya lalu melepas behanya begitu saja. Ia membuangnya jauh-jauh akibat sudah terlalu bernafsu. Kedua tangannya pun merangkul leher bagian belakang pembantunya. Sedangkan pak Urip merangkulkan tangan gemuknya pada pinggang majikannya. Mata mereka saling menatap dengan penuh nafsu. Nayla merasa semakin binal. Ia sendiri terkejut dirinya berani melakukan perbuatan ini dihadapan pembantunya.
Sementara itu pak Rudi mulai memelorotkan celananya lalu mengocok sambil melihat pemandangan langka yang ada di hadapannya.
'Gilaaa mbakk Naylaa nafsuin banget… Bodinya itu, aaahhhh… Aaahhhh… Ayoo mbakkk genjot pak Urippp… Ayooo isi memekmu dengan kontol tua itu, mbaaakkk !!'
Batin pak Rudi ditengah kocokannya.
“Indah sekali tubuhmu ini non… Wajahmu juga… Dengan perpaduan yang sempurna ini, alangkah beruntungnya saya kalau non sudi untuk menggoyang kontol saya lagi” Puji pak Urip saat mengusap pinggangnya juga mengelus wajahnya.
Entah kenapa Nayla merasa senang dengan kata-kata vulgar yang pembantunya ucapkan. Ia belum pernah dipuji sevulgar ini oleh seseorang. Ditambah nafsunya yang tengah bergejolak membuatnya jadi semakin ingin menerima pujian lain dari pembantunya lagi.
“Benarkah ? Tentu aku mau paakk… Aku juga udah gak tahan… Tapi kenapa bapak selalu memainkan nafsuku pak… Apa yang bapak suka dariku ?” Ucap Nayla menurunkan satu tangannya untuk membelai penis hitam pembantunya.
“Tentu banyak sekali non… Saya sangat menyukai susu bulatmu ini… Susumu ini sempurna… Bentuknya bulat, teksturnya kenyal, ukurannya juga pas untuk tubuh seksimu ini… Lalu, saya juga menyukai sempitnya memekmu ini non” Puji pak Urip saat membelai payudaranya lalu turun meraba vagiannya.
“Mmppphhhh… Ada apa dengan memekku paakkk ? Kenapa bapak juga sukaa ?” Tanya Nayla semakin bergairah yang membuatnya jadi menarik-narik penis pembantunya itu.
“Hakhakhak… Saya sangat suka karena memek non itu cocok dengan kontol saya… Memek non sempit sedangkan kontol saya besar… Bayangin pas kontol saya masuk lalu memek non menjepit kontol saya dengan begitu kuatnya… Kontol saya dicekik… Kontol saya dipijit… Kontol saya yang berusaha masuk lebih dalam lagi ditahan oleh sempitnya memek non yang membuat gesekan yang non rasain di dinding memek non kerasa lebih seret lagi… Bayangin deh non, pas kontol saya ngegesek memek non… Ketika kontol saya berusaha masuk tapi memek non malah menahannya… Memek non jadi kesodok… Memek non jadi ketusuk… Sodokan kontol saya pas dorong memek non itu lah yang membuat non merasakan sensasi sepuas ini” Ucap pak Urip menjelaskan semuanya yang membuat Nayla semakin terangsang dibuatnya. Pak Urip sendiri juga lebih terangsang karena dirinya bisa sebebas ini saat mengobrol dengan begitu vulgarnya bersama akhwat bercadar yang dikenal alim oleh orang-orang.
“Aaaahhh bapaakkk… Kalau gitu akuu mauu paakkk… Aku mau ngerasain gesekan kontol bapakkk laggiiii” Ucap Nayla agak mendesah sambil tangannya mendorong tubuh gempal pak Urip hingga terduduk di kursi teras vila tersebut.
“Hakhakhak… Lakukan non… Lebarkan kakimu… Lampiaskan semua nafsumu itu ke saya” Ucap pak Urip sambil menaikan kausnya lalu melepasnya karena sudah tak tahan dengan keindahan yang dimiliki oleh majikannya.
“Iyyahhh… Akan aku lakukan paakk… Aku akan menggoyang bapaaakk… Aaahhhh kenapa aku jadi senafsu ini sihh… Mmmpphhh… Siaappp yahh paakk… Aku akan turunnn… Mmmpphhhh” desah Nayla yang mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan hingga vaginanya mulai dimasuki penis hitam pembantunya secara pelan-pelan.
“Aaaaaahhhhh mantappnyyaaa…. Aaahhhhh sempitnyaaaa” Desah pak Urip merem melek keenakan.
“Aaaahhhh gede bangeettt paakkk… Aaahhhhh gakk muaaatt” Desah Nayla dengan manja merasakan nikmatnya tusukan penis hitam itu.
Nayla berubah. Nayla bukanlah akhwat bercadar yang kita kenal lagi. Bukan keinginan hatinya ia berubah jadi seperti ini. Kuatnya gejolak nafsu yang ada di tubuhnya lah yang membuatnya terpaksa melakukan perzinahan ini lagi. Tentu ia sadar kalau perbuatannya ini salah. Tentu ia sadar kalau perbuatannya bertentangan dengan ilmu agama. Tapi ia juga sadar kalau satu-satunya cara agar terlepas dari siksaan birahi ini adalah dengan memuaskan penis pak Urip. Ia paham kalau berzina dengan pak Urip adalah satu-satunya cara. Ia tahu hanya penis pak Urip lah yang bisa tahan lama dalam menahan nafsu besarnya. Ia pun tidak menahan diri lagi. Ia benar-benar merubah dirinya menjadi seorang lonte agar dirinya bisa segera terbebas dari serangan birahi ini.
'Ayooo selesaikan Naayy… Goyang yang cepaaat agar kamu bisa segera lepas dari perzinahan ini !'
Batin Nayla berbicara sendiri.
“Uuuuhhhh taaahhhaannnn” desah pak Urip memegangi pinggang Nayla saat penisnya sudah masuk seluruhnya di dalam vagina majikannya.
“Aaaaahhh jangann didorong-doronnggg… Aaahhhhh… Aaaaaahhhhhh” Desah Nayla semakin bergairah hingga membuat kedua tangannya meremasi payudaranya dengan kuat dihadapan mata pembantunya.
Mendengar desahan yang amat sangat manja dari mulut Nayla membuat pak Rudi pun mempercepat kocokannya. Ia geleng-geleng kepala melihat betapa binalnya akhwat bercadar yang sedang menunggangi penis pria tua berperut tambun itu.
“Aaaahhhh yaahhh… Ouhhhh… Hakhakhakh… Hakhakhak… Binal sekali dirimu non… Saya suka sekali dengan suara desahanmu itu” Puji pak Urip sambil menatap Nayla yang membuat akhwat bercadar itu membuang mukanya karena merasa malu.
Tanpa menjawab pujian pembantunya. Nayla akhirnya mulai bergoyang. Tubuhnya ia naik turunkan. Kedua tangannya bertumpu pada pundak pria tua itu. Matanya ia pejamkan. Wajahnya ia naikkan. Ia benar-benar menikmati goyangannya tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Iyaahhh… Aaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh lezat sekali memekmu ini, non” Puji pak Urip sambil memperhatikan keindahan tubuh telanjang majikannya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh” Nayla juga hanya mendesah. Ia benar-benar merasakan nikmatnya gesekan penis pak Urip pada dinding vaginanya. Penis raksasa itu benar-benar menyumpal vagina sempitnya. Tubuhnya terus ia naik turunkan. Ia naikkan tubuhnya hingga menyisakan ujung gundul penis itu pada bibir vaginanya. Saat tubuhnya turun ia membenamkan tubuhnya hingga penis itu menyundul dinding rahimnya. Rasanya sungguh memuaskan. Ia pun terus melakukannya lagi dan lagi tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
“Aaahhh yahh teruss… Aahhhh terussss” Desah pak Urip menyemangati.
Kali ini Nayla bergerak memutar. Pinggulnya ia putarkan yang membuat penis pembantunya teraduk-aduk di dalam vaginanya. Matanya pun ia buka sementara tangan kirinya bertumpu pada paha pembantunya. Mereka cukup lama bertatapan tanpa terucap sepatah kata. Hanya desahan serta nafas hangat yang terucap dari kedua mulut mereka. Nayla menatap pak Urip dengan penuh nafsu. Pak Urip juga menatap akhwat bercadar itu dengan penuh nafsu. Tatapan pria tua itu kemudian turun tuk melihat goyangan susu bulat yang ada di hadapan matanya itu. Susu Nayla bergondal-gandul. Wajah pak Urip pun tersenyum lalu tangannya datang untuk meremas susu sebelah kirinya itu.
“Aaaahhhhhh paaakkk” desah Nayla dengan manja.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Ini yang saya suka darimu, non… Saya paling suka susu bulatmu ini… Ouhhhh kenyalnyaaa… Ouhhh saya jadi ingin remes susu satunya juga” Desah pak Urip saat tangan satunya ikut meremas susu bulat satunya yang menganggur.
“Ouhhhh yaaahhhh… Ouuhh enaakk paakkkkk… Ennaakkkk” desah Nayla sambil menurunkan tangan satunya hingga kedua tangannya dibiarkan begitu saja di kanan kiri tubuhnya.
Nayla bergoyang maju mundur. Tubuhnya seperti sedang menggerakkan perseneling mobil secara maju mundur. Matanya kembali memejam merasakan kenikmatan 'double' yang sedang pembantunya berikan.
Ia begitu menikmati gesekan penis pembantunya pada dinding vaginanya. Ia juga menikmati remasan tangan keriput pembantunya pada payudara mulusnya. Apalagi saat tangan pak Urip memelintir putingnya. Apalagi saat tangan pak Urip mencubit putingnya. Apalagi saat tangan pak Urip menarik putingnnya yang membuat akhwat bercadar itu geleng-geleng penuh kepuasan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh bappaaakkkk” desah Nayla dengan begitu manjanya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Ayoo siinniiiii !” Desah pak Urip yang tiba-tiba memeluk tubuh Nayla lalu mendekatkannya ke arahnya. Kedua tangan Nayla pun masuk ke dalam pelukan tangan pembantunya itu. Kedua tangannya tak bisa bergerak di dalam pelukan tangan pembantunya itu. Tubuhnya juga jadi berhenti bergoyang saat dipeluk oleh pembantunya itu.
Seketika mulut pak Urip membuka lalu melahap payudara sebelah kiri Nayla. Belum puas dengan itu, tiba-tiba pinggul pak Urip bergerak naik turun dengan cepat saat memborbardir rahim Nayla. Pinggulnya bergerak naik turun. Ia menusuk-nusuk vagina Nayla dengan kecepatan penuh.
“Aaaaaaahhhhhhhhh… Aaaahhhhhhhhh… Aaahhhhh bappaaakkk… Aaahhhhhh” Desah Nayla yang hanya bisa menjerit keras merasakan kenikmatan 'double' itu.
Pak Urip terus menghisap putingnya. Pinggulnya terus berpacu menyedot-nyedot isi dari rahim akhwat bercadar itu. Penisnya bergerak masuk naik turun. Penisnya menggesek vagina sempit itu yang membuat pemiliknya menjerit dengan penuh kepuasan.
“Mmppphhhhh… Mmppphhh… Mmpphhhh” Desah pak Urip dengan penuh nafsu saat menyedot puting majikannya.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh yaahhh… Aaahhhhh…. Aaahhhhhh” Jerit Nayla dengan penuh nafsu saat disodok-sodok dengan begitu kuatnya oleh pembantunya itu.
'Gillaaa…. Gillaaa… Mbak Nayla digempur kayak gitu… Pasti puas banget… Pasti puas banget pak Urip bisa genjot mbak Nayla kayak gitu…'
Batin pak Rudi saat menontonnya. Tangannya pun mempercepat kocokan penisnya. Ia begitu puas meski belum sempat mencicipi kelezatan rahim dari akhwat bercadar itu.
Seketika sodokan pak Urip melemah dan mulutnya pun ia lepaskan dari puting susu majikannya. Sambil tersenyum ia menatap wajah Nayla yang terlihat sangat kelelahan. Ia pun begitu puas setelah menyodok-nyodok rahim majikannya tanpa henti selama dua menit ini.
'Berapa lama tadi ? Semenit ? Dua menit ? Kuat banget pak Urip bisa menyetubuhiku selama itu tanpa henti dengan kecepatan yang begitu stabil… Hah… Hah… Aku sampai capek kayak gini… Hah… Hah… Baru kali ini aku merasakan kepuasan yang amat sangat seperti ini…'
Batin Nayla saat menatap wajah pak Urip.
“Ayo non ganti gaya… Saya mau menggenjotmu dengan gaya anjing kawin lagi” Ucap pak Urip meminta Nayla menungging membelakangi dirinya.
Tanpa banyak kata. Nayla segera berdiri hingga penis itu terlepas dari dalam vaginanya. Nampak vaginanya semakin basah dipenuhi oleh lelehan cairan cintanya. Saat ia hendak membalikkan tubuhnya. Ia dikejutkan oleh kehadiran pria tua berhoodie yang sudah memelorotkan celananya dihadapan matanya.
“'Astaghfirullah' pak Rudiii !” Jerit Nayla hingga tangannya refleks menutupi dadanya. Seketika hawa nafsu yang tadi menyerangnya langsung menghilang akibat rasa kaget serta malu yang menderanya setelah melihat pak Rudi yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya.
“Waahhh saya gak nyangka ternyata mbak binal juga yah… Beruntung banget pak Urip bisa digoyang mbak Nayla berulang kali” Ucap pak Rudi mengejutkan Nayla.
“Hakhakhak… Itu belum seberapa pak… Cepat nungging” Ucap pak Urip berdiri lalu mendorong punggung Nayla hingga menunduk membelakanginya.
“Tappii paakkk, jangaannn… Didepan ada . . . .” Tanya Nayla terpotong.
“Saya tau kok non… Saya juga liat… Oh yah, pakkk tolong ambilin handycamnya disana” Ucap pak Urip sambil menunjuk ke suatu tempat.
“Apa ?” Ucap Nayla semakin terkejut. Matanya menatap pak Rudi yang berjalan mengambil sesuatu. Setelah penjaga vila itu mendapatkan barang yang ia cari. Penjaga vila itu langsung memberikan barang itu ke pak Urip.
“Lihat ini non… Lihat kebinalanmu di video ini” Ucap pak Urip saat memperlihatkan persetubuhan mereka di siang tadi. Mata Nayla langsung terbuka lebar. Ia tak menyangka kalau pembantu tuanya itu merekam persetubuhan mereka di siang tadi.
“Mulai sekarang non gak boleh ngelawan perintah saya lagi… Kalau saya mau A ya non harus ngelakuin A… Kalau saya mau B ya non juga harus ngelakuin B… Coba bayangin kalau pak Miftah ngeliat video ini… Apa yang bakal suamimu pikirin pas ngeliat video ini ?” Tanya pak Urip sambil mendekap pipi Nayla untuk memaksanya melihat video persetubuhan mereka. Nayla hanya geleng-geleng kepala tak sanggup membayangkan apa yang bakal suaminya ucapkan.
“Pasti suamimu bakal bilang kayak gini… Wah ternyata dek Nayla selama ini sukanya ngentot sama pak Urip yah ? Mas gak nyangka kalau adek sukanya main sama pembantu tua rendahan kayak pak Urip… Hakhakhakhak” Tawa pak Urip saat meniru suara suami Nayla.
“Bapaakk tappiiiii… Tolongg jangaannn” Ucap Nayla berharap pak Urip tidak akan menunjukkan video rekaman ini.
“Makanya hakhakhak… Turuti apa kata saya yah… Tolong pak taruh disana” Ucap pak Urip pada Nayla lalu meminta pak Rudi untuk menaruh kamera itu disudut yang tepat agar bisa merekam persetubuhan mereka dengan baik.
“Apa ini ? Apa lagi yang bapak rencakan ? Apa maksud semua ini paakkk ?” Ucap Nayla jadi panik saat melihat pak Rudi menaruh 'handycam' itu di suatu tempat.
“Apa ? Ya sudah jelas kan kalau saya akan mengabadikan momen ini, non… Hakhakhak… Ayo pak, bapak boleh gabung dengan kita” Ucap pak Urip yang membuat mata Nayla semakin terbuka lebar,
“'Yeesss' akhirnyaaa” Tawa pak Rudi senang.
“Apaaa pakkk… Akuuu… Akuu gakk mauu… Akuuu aaaaaahhhhhh” desah Nayla yang hendak memberontak namun sudah keburu ditusuk lagi rahimnya oleh penis pak Urip.
“Saya boleh masukin ke mulut mbak kan ?” tanya pak Rudi yang langsung menaikan cadar Nayla lalu menyumpalkan penisnya ke dalam mulut akhwat bercadar itu.
“Appaaa ? Mmmppphhhhhhh” desah Nayla saat dipaksa mengulum penis penjaga vila itu.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC8LY1
https://thumbs4.imagebam.com/5d/e0/46/MEC8LY1_t.jpg 5d/e0/46/MEC8LY1_t.jpg
'NAYLA
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Akhirnya untuk pertama kalinya, Nayla harus merasakan dirinya melayani dua pria sekaligus dalam satu waktu. Rahimnya telah penuh oleh penis gempal pembantunya. Mulutnya juga penuh oleh penis bau milik penjaga vila yang ia sewa. Saat pak Urip mendorong pinggulnya maju, tubuh Nayla juga terdorong maju hingga memaksa mulutnya menelan penis pak Rudi yang menyumpal mulutnya. Saat pak Urip menarik pinggulnya mundur maka giliran pak Rudi yang mendorong pinggulnya hingga membuat tubuh Nayla terdorong ke belakang memaksa penis pak Urip menusuk vaginanya begitu dalam. Mereka secara bergantian menyodok dua lubang itu dengan penuh nafsu. Tangan Nayla pun bertumpu pada paha pak Rudi. Ia pasrah. Ia tahu cepat atau lambat dirinya pasti akan diminta untuk melakukan perbuatan seperti ini.
Ia sudah menebaknya saat menemukan situs porno di laptopnya saat itu. Ia melihat seorang wanita yang harus melayani dua pria berkulit hitam. Ia lalu semakin yakin saat dirinya dipaksa bercinta saat ada pak Tomi di sebelahnya. Tapi ia tak menduga kalau pak Rudi adalah orang yang akan membantu pak Urip untuk menyetubuhinya. Ia pun akhirnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh wanita dalam video porno yang ia lihat saat itu.
MEBS3I5
https://thumbs4.imagebam.com/dd/c0/27/MEBS3I5_t.gif dd/c0/27/MEBS3I5_t.gif
'WANITA YANG ADA DI INGATAN NAYLA
'Jadi ini rasanya ? Jadi ini rasanya saat harus melayani dua pria sekaligus ?'
Ujarnya dalam hati.
“Ouuhhh mantapnyaa mulutmu mbaak… Ouhhh sedapnyaaa mulutmu ini” Ucap pak Rudi dengan penuh kepuasan.
“Hakhakhak aahhhh itu belum seberapa pak Rudi… Aaahhhhh memeknya ini lohhh… Aahhh puasnyaaa… Rasakann ini… Rasakaann ini” Ucap pak Urip saat menyodok-nyodok rahim majikannya.
“Emang gimana rasanya paakk ? Aaahhh… Aaahhhh mulutnya aja perasaan udah seenak ini” desah pak Rudi penasaran.
“Hakhakhak… Nikmat banget pokoknyaaa… Gak ada yang bisa nandingin rasanya memek lezat ini…Ouhhhh bikin nagih pokoknya… Ouhhhh puas banget pokoknya rasanya” Desah pak Urip puas.
“Mmpphhhh… Mmpphhhhh” desah Nayla yang hanya bisa pasrah saat itu. Ia sadar saat ini dirinya sedang dijadikan objek pemuas oleh kedua pria tua itu. Bodohnya ia malah memilih pak Urip sebagai pelampiasan nafsunya saat birahinya kembali muncul menyerang dirinya. Padahal dirinya memiliki suami. Kenapa ia tidak melampiaskannya pada suaminya saja tadi ? Meski suaminya tidak jago dalam memuaskan nafsu birahinya. Setidaknya ia tak harus melayani dua pria sekaligus dalam satu waktu. Nasi telah menjadi bubur. Andai ada pak Beni disini. Mungkin pak Beni bisa menjadi opsi lainnya saat nafsunya kembali menyerangnya.
'Mmpphhhh… Mmpphhhh… Paakkkk… Bapaaakkkk…'
Batin Nayla terbayang tubuh kekar pak Beni.
Mata pak Urip memejam penuh kenikmatan. Kedua tangannya berulang kali mengusap punggung mulus majikannya tanpa henti. Pinggulnya terus bergerak maju mundur. Penisnya terus bergerak keluar masuk. Kepalanya ia geleng-gelengkan. Rasanya begitu nikmat hingga ia kembali membuka matanya tuk menatap keindahan punggung majikannya.
“Aaahhhh… Aahhhhh… Aahhhh nonnn… Ouhhh nikmatnya memekmu ini, non” Desah pak Urip.
“Mmpphhhh… Mmmppphhhh… Mmpphhh” desah Nayla yang tak bisa berbuat apa-apa.
Pak Rudi pun juga demikian. Pinggulnya terus bergerak memaksa mulut Nayla menelan keseluruhan penisnya. Saat kedua tangannya memegangi kepala mungil Nayla. Maka pinggulnya bergerak maju hingga mentok di mulut akhwat bercadar itu. Pak Rudi tersenyum senang. Ia tertawa penuh kepuasan merasakan hangatnya mulut Nayla saat mengulum penis besarnya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh…. Telen yang dalem mbak… Telen terus kontol sayaaa !” Desah pak Rudi tersenyum puas.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… gimana pak Rudi rasa mulutnya ?” Tanya pak Urip ditengah sodokannya.
“Aaahhhh… Aahhh… Mantapp paakk… Mantappp bangeettt” Desah pak Rudi menjawab soal pak Urip.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Mau tukeran ?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Aaahhhh… Aahhhh mauu bangett… Mauu bangeettt pakkk” Desah pak Rudi yang langsung melepas penisnya dari mulut Nayla.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Hentikaannn paakkk… Aaahhhh akuu” Desah Nayla yang akhirnya bisa menghirup udara segar lagi.
“Hakhakhak… Diem non… Non gak berhak ngomong… Non itu cuma lonte… Tugas non itu ya muasin kita-kita aja… Non gak berhak ngatur kita… Santai aja, kita juga professional kok… Kita pasti bakal memuaskan nafsu non” Ucap pak Urip sambil terus menggenjot majikannya.
“Aaahhh tapiii… Taappiii aaaahhhhh” desah Nayla saat tiba-tiba pak Urip menarik lepas penisnya hingga membuatnya terjatuh dalam posisi berlutut di lantai. Tubuh Nayla pun menunduk. Kedua tangannya ia jatuhkan pada lantai dihadapannya.
“Hah… Hah… Capek bangettt… Capeekk bangettt uuhuukk… Uhhukkk” desah Nayla sampai terbatuk-batuk.
“Hakhakhak… Non pasti kedinginan kan ? Ayo dipakai lagi jaketnya !” Ucap pak Urip memaksa Nayla mengenakan jaket yang tadi dikenakannya.
“Ayo berdiri… Waktunya kita akhiri semua ini !” Ucap pak Urip sambil berkedip pada pak Rudi.
“Hahaha siap pak… Akhirnya kesampean juga” Ucap pak Rudi memeluk Nayla untuk membantunya berdiri membelakangi dirinya.
“Tunggu paakk… Aku cappeekk… Akuuu… Mmmpphhh” desah Nayla saat merasakan vaginanya disentuh oleh benda tumpul yang ingin memaksa masuk.
“Eh pak inget perjanjian kita” Ucap pak Urip mengingatkan.
“Hahhaha iyya… iya… Saya tau kok” Ucap pak Rudi yang kemudian menyelipkan penisnya diantara paha Nayla yang sudah ia rapatkan.
“Aaaahhhh apa iniii ?” Tanya Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Sebenarnya saya tuh pengen banget ngentot sama mbak… Tapi karena saya gak dapet izin dari pak Urip, akhirnya saya cuma bisa kayak gini deh… Ayo saatnya kita gesek-gesekkin kelamin kita” Ucap pak Rudi sambil menarik kedua tangan Nayla ke belakang.
“Eeeehhhh paaakkk… Tungguuu… Akuu gakk mauu pakk… Aakkuuu…” desah Nayla yang sedang menungging dalam posisi berdiri dengan kedua tangan ditarik ke belakang. Nayla terlihat sangat menggiurkan. Jaketnya pun turun hingga ke kedua lengannya.
“Hakhakhak… Ayo pak… Waktunya kita pesta !” Ucap pak Urip sambil mendekap handycamnya untuk merekam aksi 'petting' mereka.
“Hahahah siaapp pakk… Terima ini… Hennkgghhh !” Desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya maju.
“Paakkkk akuu gakk maaauu… Akkuuu aaahhhhh” desah Nayla saat pinggulnya ditabrak oleh pinggul pak Rudi dengan keras.
“Aaaahhhhh ternyata rasanya lumayan juga… Aaahhhhhh rasakaannn iniii… Rasakaannn kontol saya iniiii” desah pak Rudi yang mulai memaju mundurkan pinggulnya menggesekkan penisnya pada bibir vagina Nayla.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh bappaakk” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju mundur.
Saat kedua tangan Nayla ditarik ke belakang. Dada Nayla jadi terdorong maju ditengah persetubuhan mereka. Terlihat payudaranya bergoyang sangat cepat. Terlihat payudaranya bergoyang sangat indah. Pak Urip yang melihatnya sampai tertawa puas melihat keindahan yang ada di hadapannya. Belum lagi dengan suara desahannya. Pak Urip pun berulang kali bergerak mengelilingi mereka untuk mencari sudut yang tepat untuk merekam persetubuhan ini agar terlihat sempurna.
Setiap pak Rudi mendorong maju pinggulnya maka bergeseklah penisnya pada bibir vagina Nayla yang sudah sangat basah. Terasa penis bagian atasnya semakin basah saat terkena cairan cinta Nayla yang semakin mengucur deras. Saat pinggulnya ia mundurkan, rasanya ia ingin memasukan ujung gundulnya ke dalam vagina sempitnya. Tapi ia teringat janjinya pada pak Urip. Ia mengurungkannya. Ia pun kembali menggesek bibir vagina Nayla menggunakan sisi bagian atas penisnya.
“Hakhakhak… Saya jadi gak tahan lagi… Ayo sini nonnn… Kulum kontol saya jugaa” Ucap pak Urip yang ingin bergabung ke pesta mereka.
“Enggakk… Akuu gakk mauu… Bukann ini yang aku mauuu tadii pakkk… Mmpphhhhh” Desah Nayla saat mulutnya kembali dipaksa mengulum penis seseorang.
“Aaaaahhhhhh mantappnyaaa” desah pak Urip saat menusuk mulut majikannya menggunakan batang penisnya.
Tanpa menunggu lama, pinggulnya langsung bergoyang maju mundur menikmati kuluman mulut majikannya. Saat penisnya menusuk ke dalam, terasa kehangatan dan kelembapan yang menambah gairah birahinya. Saat penisnya ia tarik hingga nyaris terlepas dari mulutnya, terasa bibir majikannya menjepit penis tuanya dengan begitu erat. Pak Urip pun tertawa puas. Ia terus menusuk-nusukkan penisnya tuk menikmati mulut majikannya.
“Mmppphhh… Mmppphhhhh” desah Nayla sambil memejam menahan semuanya.
Hampir selama tujuh menit mereka bersetubuh dengan gaya seperti itu. Pak Rudi yang sedari tadi terus menggesek-gesek bibir vagina Nayla akhirnya mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme sebentar lagi. Penisnya mulai berdenyut pelan. Kedua lututnya juga melemah merasakan nikmatnya jepitan selangkangan Nayla kepada penis tuanya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Sebentar lagiiii mbaakk… Sebentarr laggiiii” desah pak Rudi tak kuat lagi.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh nonn saya jugaa… Saya mauu kelluaaarr” desah pak Urip yang rupanya juga sudah tak kuat lagi setelah menahan goyangan Nayla tadi.
Nayla terkejut saat mengetahui penis yang sedang merangsangnya dari depan sekaligus belakang hampir mencapai orgasmenya. Ia pun tak sanggup membayangkan andai kedua penis itu memuncratkan spermanya mengotori mulut serta bibir vaginanya. Ia ingin bergerak tapi tak bisa. Ia ingin menghentikan aksi mereka tapi tangannya dipegangi oleh penjaga vilanya.
Rasanya benar-benar menyebalkan. Tapi ia memang tak bisa berbuat apa-apa ditengah situasi yang menggairahkan ini.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aahhh sebentar lagiii” Desah pak Urip penuh nafsu.
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya. Mulut Nayla semakin tersiksa saat tenggorokannya dipaksa menahan serangan nafsu dari pria tambun itu. Nayla ingin batuk. Matanya terus memejam. Ia merasakan penis di mulutnya semakin berdenyut. Ia juga merasakan rasa asin dari cairan 'precum' yang mulai membasahi lidahnya.
“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Saya jugaa mbaakk… Aaahhhh” Desah pak Rudi melepaskan pegangannya pada tangan Nayla lalu menampari bokong Nayla sebelum tangannya mengusapi punggung mulusnya.
“Mmmppphh… Mmpphhhh” Desah Nayla yang ingin menjerit namun tertahan oleh tusukan penis pak Urip. Tangannya pun bertumpu pada paha pak Urip untuk menahan sodokan pak Rudi yang semakin cepat.
'Plaaakkk… Plaakkk… Plaaakkk…'
Bokong Nayla memerah. Ia juga tak berdaya saat menahan gesekan penis pak Rudi yang semakin bergairah. Ketika tangan pak Rudi mendekap pinggul Nayla. Diperkencanglah gesekan pinggulnya yang membuat payudara Nayla bergoyang semakin cepat.
Kedua pria tua itu sudah berada di ambang batas. Mereka tak sanggup menahan gairah birahi yang sudah berada di atas. Mereka sama-sama menahan nafas. Mereka berdua melampiaskan semuanya untuk menodai tubuh bidadari bercadar tersebut.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh nnoonnnn” Desah pak Urip.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh mbaaakkkk” Desah pak Rudi.
'Apaaa ? Jangaannn… Jangann dikeluarin di mulut akuuu… Akuu gak mau paakk… Tolongg cabut dari muluutt akuuu !'
Batin Nayla berharap ditengah ketidakberdayaannya yang tak bisa berbuat apa-apa.
Namun harapannya itu buyar seketika saat pak Urip tiba-tiba mementokkan pinggulnya hingga penis tua itu menusuk tenggorokannya saat hendak mengeluarkan lahar hangatnya.
“Aaaahhhh saya gakkk kuat lagiii… Terima ini nonnn… Hennkgghhhh !” desah pak Urip sambil menahan kepala Nayla dengan erat.
Disaat yang bersamaan, pak Rudi juga tidak kuat lagi dalam menahan gesekan paha mulus akhwat bercadar itu.
“Aaahhhh saya jugaa nonnn… Terima iniiii… Aaaahhhhh” desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya hingga Nayla sekilas terlihat seperti memiliki penis dari bawah vaginanya.
“Keellluuuaaarrrr !!!” Desah kedua pria tua itu secara bersamaan.
“Mmmpphhhhhh” desah Nayla pasrah saat mulutnya dipaksa menerima lendir hangat dari pria tambun itu.
Spermanya yang keluar begitu deras memaksa Nayla untuk menelannya karena tak sanggup menahan aromanya yang begitu memuakkan. Nayla pun menelan sperma pak Urip dengan begitu lahap. Ia terpaksa melakukannya tanpa menyisakan satu tetespun di dalam mulutnya.
“Aaahhh yahhh teleenn teruss nonn… Telen semuanya jangan sampai ada yang netes keluar” Ucap pak Urip sampai merinding keenakan saat bisa mendapatkan orgasme keduanya di hari ini.
Sedangkan pak Rudi juga merinding bahkan matanya sampai merem melek saat spermanya menetes keluar mengenai paha bagian dalam akhwat bercadar itu. Rasanya begitu memuaskan saat beorgasme ditengah rasa sangeknya. Pak Rudi pun menepuk pantat Nayla berulang kali. Ia juga meremasnya bahkan mencengkramnya yang hanya bisa dibalas erangan oleh Nayla.
“Mmmpphhmmm” Desah Nayla tertahan.
Tiba-tiba . . .
“Deekkkk… Mas udah mandi… Gantian sana mandi dulu” Ucap Miftah dari dalam yang mengejutkan mereka bertiga.
“Gawaaatt pak Miftah udah selesai mandi” Ucap pak Urip yang segera menarik lepas penisnya dari dalam mulut Nayla.
“Gawaatt gimana ini ?” Ucap pak Rudi yang juga sudah menarik keluar penisnya lalu buru-buru menaikkan celananya kembali.
Nayla yang terjatuh dalam posisi berlutut dibiarkan begitu saja bagai barang yang baru saja dibuang setelah dipakai. Ia yang masih kelelahan hanya bisa ngos-ngosan sambil melihat sekitar. Tangannya pun berusaha mengambil roknya dengan menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya.
Nampak pak Urip sudah mengenakan pakaiannya kembali. Kedua pria yang tidak bertanggung jawab itu langsung kabur meninggalkan Nayla sendiri.
“Deekk… Adek dimana yah ?” Tanya Miftah yang suaranya terdengar semakin dekat.
'Hah… Hah… Hah… Tunggu mas… Jangann kesini duluuu…'
Batin Nayla yang buru-buru mengenakan roknya lagi. Ia pun berusaha berdiri lalu menaikkan roknya tanpa sempat mengenakan pakaian dalamnya.
Saat Nayla baru saja mengenakan roknya. Tiba-tiba ia melihat Miftah sudah berada di pintu vilanya. Sontak Nayla langsung membalikkan badan. Untungnya ia masih mengenakan jaket yang membuatnya langsung menaikkan resleting jaket itu ke atas.
“Deekkk mandi sana ? Airnya hangat loh” Ucap Miftah sambil mendekap bahu Nayla dari belakang.
“Hehe iyya mas… Tunggu sebentar” Kata Nayla dengan penuh kelegaan karena masih sempat menutupi ketelanjangan tubuhnya
“Nunggu apa ? Hari sudah semakin gelap loh” Ucap Miftah sambil melihat langit sore di puncak.
“Hehe iya habis ini adek bakal mandi kok” Ucap Nayla sambil menyembunyikan rasa lelahnya agar tidak dicurigai lebih oleh suaminya.
“Yaudah tapi jangan kemaleman yah ? Mas mau mesen makanan dulu biar pas maghrib dateng kita bisa langsung makan… Eh yah pak Rudi mana yah ? Paaakkk… Pakkk Rudiii ?” Ucap Miftah lalu melangkah pergi untuk mencari pak Rudi.
Menyadari kalau suaminya sudah pergi menjauh membuat Nayla segera memegangi dadanya untuk memeriksa denyut jantungnya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Jantungnya rasanya seperti mau copot saat hampir ketahuan setelah dipaksa melayani kedua pria tua tersebut.
“'Astaghfirullah'… Aku” Lirih Nayla sambil duduk di kursi teras vila.
Matanya menatap gamisnya yang tergeletak begitu saja di lantai. Ia lega karena suaminya tidak sempat melihat gamisnya itu. Wajahnya lalu ia tolehkan ke halaman untuk melihat pakaian dalamnya. Lalu wajahnya ia tolehkan untuk menatap 'handycam' yang masih merekam di sore hari itu.
'Alhamdulillah semuanya gak ketahuan… Tapi kali ini kamu bener-bener keterlaluan, Nay !'
Batin Nayla yang sangat menyesali perbuatannya.
Ia masih gak ngira saat tadi ketika dirinya malah ingin bercinta dengan pak Urip saat dirinya sedang nafsu-nafsunya. Untungnya kehadiran pak Rudi tadi sempat menghambat peredaran nafsu birahinya. Meski hasilnya ia tetap dinodai dengan dipaksa menelan sperma pak Urip tadi, setidaknya ia tidak sampai bergorgasme oleh perbuatan pembantunya tadi.
Setidaknya itulah harga diri yang bisa ia selamatkan dari terjangan nafsu pak Urip. Tapi tetap, ia menyesali perbuatannya. Ia pun hanya bisa menunduk malu sambil mengingat-ngingat perbuatannya tadi itu.
“Hakhakhak… Terima kasih sudah datang untuk memuasi nafsu kami non lonte” Ucap pak Urip semakin berani saat mendatanginya untuk mengambil kamera handycamnya.
“Lain kali saya boleh ngentot memeknya yah pak” Ucap pak Rudi yang berada di belakangnya yang membuat Nayla hanya mengernyitkan dahinya.
“Hakhakhak… Bilang aja sendiri ke non Nayla kalau emang diizinin… Kalau saya sendiri sih jelas gak perlu izin dong buat nggenjot memeknya” Ucap pak Urip yang langsung pergi setelah mengambil kamera handycamnya.
“Waaahhhh beneran ? Saya boleh yah mbak ? Saya boleh kan ikut nggenjot memek mbak ?” Tanya pak Rudi tanpa tahu situasi.
Nayla pun tak memilih menjawab. Ia langsung pergi ke dalam vila setelah memungut gamis yang tadi dipakainya. Ia benar-benar tak menyangka dengan obrolan yang mereka dua bicarakan tadi. Ia sudah seperti objek milik pak Urip saja sehingga pak Rudi sampai harus meminta izin pada pria tua itu untuk menyetubuhi dirinya.
“Memang siapa dia kenapa harus minta izin ke dia ?” Lirih Nayla kesal.
Ia pun segera memasuki kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat lalu menyandarkan tubuhnya pada pintu masuk kamarnya. Ditengah waktu sendirinya, ia kembali merenung memikirkan nasibnya.
“Kenapa sih, makin hari kok malah makin rumit ? Masalahnya, setiap nafsuku bangkit… Aku tuh mesti mencari seseorang yang sanggup melampiaskan nafsuku… Tapi siapa ? Mas Miftah jelas-jelas gak bisa memuasi nafsuku ini… Pak Urip ? Itu pilihan yang sangat buruk… Ia bahkan sampai mengajak pak Rudi dan entah mungkin akan ada orang lain lagi untuk menyetubuhiku suatu saat nanti… Pak Beni ? Sepertinya cuma itu pilihannya… Tapi masalahnya, gimana caranya ? Ia jauh di rumahnya sana… Bagaimana kalau nanti nafsuku bangkit lagi ? Aku jadi ingin cepat-cepat pulang deh… Aku gak mau lama-lama disini” Lirih Nayla yang lalu berjalan menuju almari pakaian untuk mengambil pakaian bersih untuk mandi di sore hari.
“Oh yah, ini gawat… Mana nafsuku di sore tadi belum terlampiaskan lagi… Moga aja aku gak sangek lagi… Moga aja nafsuku gak bangkit lagi di sisa hari ini” Lirih Nayla penuh harap saat memasuki kamar mandi vila itu.
*-*-*-*
Sementara itu di saat yang sama namun di tempat yang berbeda.
Gimana makanannya, Put... Enak kan ?
Enak banget mas... Aku baru tau kalau ada warung makan seenak ini disekitar sini
Hahaha aku juga baru tau pas gak sengaja lewat di jalan ini... Pas nyoba-nyoba, eh rupanya enak... Makanya deh aku ajak kamu makan disini
Hihihi makasih yah mas... Buat traktirannya
Gak masalah Put... Aku malah seneng kok bisa makan bareng kamu
Akhwat bercadar bernama Putri itu pun hanya tersenyum. Setelah melahap nasi + ayam bakar yang berada di warung pinggir jalan. Ia lekas mengambil hapenya untuk mengirim kabar pada seseorang.
Assalamualaikum pak... Bapak lagi apa ? Balas Putri secara diam-diam. Sekilas ia menatap Andri. Andri juga terlihat sedang memainkan hapenya setelah menyantap nasi + ayam bakarnya.
'Aneh deh... Ini Nayla daritadi ngapain sih ? Kok dikirim chat malah gak dibales-bales... Di read doang malah...'
Batin Andri merasa kecewa.
Seketika notif Putri berbunyi yang membuatnya buru-buru menurunkan volume hapenya. Ia agak terkejut karena volumenya cukup keras. Namun setidaknya ia lega karena Andri tidak mencurigainya. Saat wajahnya menatap layar hapenya, ia pun tersenyum saat menemukan balasan pesan dari sebuah nomor yang baru didapatinya di pagi hari tadi.
Lagi mau pulang mbak... Ini lagi diperjalanan balas pak Beni.
Oh yah ? Bapak lagi dimana emang ? Siapa tau kita ada di lokasi yang gak terlalu jauh balas Putri sambil tersenyum.
Ada di sekitar kampus A deh mbak balas pak Beni yang membuat Putri terkejut.
Eh yang bener ? Aku juga lagi di sekitar kampus A loh pak... Aku ada di dalem warung makan tepatnya balas Putri sambil melihat sekitar siapa tau menemukan pria tua itu
Wah yang bener mbak ? Ini saya kebetulan lagi di depan warung makan mbok Yati deh balas pak Beni yang membuat jantung Putri berdebar kencang.
Eh lirih Putri lalu berdiri menghadap ke pintu masuk warung makan.
'Eh itu dia pak Beni !'
Batin Putri senyum-senyum sendiri.
Eh Put ada apa berdiri ? Kenapa ? Tanya Andri heran pada sikap calon istrinya itu.
Enggak kok mas... Enggak jawab Putri sambil tersenyum lalu kembali duduk lesehan untuk membalas pesan dari pria tua itu.
Bapak udah makan ? Bapak punya makanan gak buat entar malem ? Aku beliin yah balas Putri.
Eh gak usah... Gak perlu mbak... Gak mau ngerepotin balas pak Beni.
Udah gapapa balas Putri memaksa.
Oh yah mas... Makanan kita udah dibayar belum ? Tanya Putri pada calon suaminya.
Belum kok Put... Ada apa emangnya ? Tanya Andri heran dengan raut wajah calon istrinya itu.
'Kenapa Putri keliatan seneng banget yah tiba-tiba ?'
Batin Andri penasaran.
Aku pesen satu porsi lagi boleh... Dibungkus yah tapi ucap Putri sambil tersenyum.
Oalah... Hahaha enak yah ? Mau nambah ? Tanya Andri.
Hihihi bukan buatku sih mas... Tapi buat orang itu tuh ucap Putri sambil malu-malu menunjuk seseorang yang berdiri di luar warung makan.
Eh siapa dia ? Tanya Andri penasaran pada orang asing yang dikenal oleh calon istrinya itu.
Hihihi dia tetangganya mbak Nayla... Dia udah baik banget ke aku sama mbak Nayla... Aku gak enak kalau gak bales perbuatan dia ucap Putri beralasan.
'Tetangganya Nayla ?'
Batin Andri curiga.
Oh yaudah... Aku ke kasir dulu yah buat bayar sekalian pesen satu porsi lagi... Kamu mau nemenin gak ? Kasian bapak itu berdiri sendirian di luar ucap Andri bersikap baik.
Wah ide bagus tuh mas... Yaudah aku temenin bapak itu dulu yah ucap Putri yang terlihat begitu bersemangat untuk menemui pria tua itu.
Sekilas Andri melihat ekspresi wajah calon istrinya. Terlihat memang kalau mereka berdua cukup dekat. Andri pun terus memperhatikan mereka dari kejauhan. Entah kenapa Andri merasa cemburu. Bukan cemburu atas kedekatan Putri dan Pria tua itu. Melainkan fakta bahwa pria tua itu adalah tetangga dari Nayla yang membuatnya cemburu.
Hahaha apaan sih ? Dia cuma bapak-bapak tua... Kenapa juga aku harus cemburu ? Ucap Andri menertawakan dirinya sendiri.
Tapi entah kenapa perasaannya terus-terusan tidak enak. Ia pun terus memperhatikan pria tua itu sekalian untuk mengingat bentuk wajahnya.
'Siapa yah namanya dia ?'
Batin Andri yang sudah mengaktifkan mode cemburunya.
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
MEBEJIO
https://thumbs4.imagebam.com/63/19/82/MEBEJIO_t.jpg 63/19/82/MEBEJIO_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
*-*-*-*
Malam harinya di sebuah vila sekitar pukul setengah dua belas.
Vila sudah sangat sepi. Bahkan banyak lampu yang sudah dipadamkan dan menyisakan beberapa lampu saja yang masih dinyalakan. Para penghuni vila mayoritas sudah tertidur. Pak Urip dan pak Rudi sudah tertidur sambil menunjukkan senyum penuh kepuasan setelah berhasil melampiaskan nafsu birahinya pada majikan alimnya. Miftah juga sudah tertidur setelah berhasil merelaksikan pikirannya saat berjalan-jalan bersama istrinya.
Tersisa Nayla saja yang belum tertidur. Ia tidak bisa tidur. Berulang kali ia merasa gelisah karena hawa nafsunya justru kembali bangkit saat dirinya hendak tertidur.
'Duuhhhh… Kenapa harus sekarang sih ?'
Batin Nayla sambil duduk di tepi ranjangnya.
Ia pun menoleh ke belakang untuk melihat keadaan suaminya. Suaminya sudah terlelap. Suaminya terlihat begitu kelelahan karena tak sempat beristirahat setibanya di vila ini. Nayla pun merogoh hapenya. Ia melihat isi layar hapenya berharap ia bisa menemukan seseorang untuk mengatasi hasrat seksualnya.
'Mmmppphhh gawaatt… Aku bahkan gak punya nomornya pak Beni ? Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Bermasturbasi ! Yah hanya itu yang bisa kulakukan untuk mengatasi nafsuku sekarang !'
Batin Nayla saat terpikirkan sebuah ide.
Ia jadi teringat kalau dulu saja dirinya sering bermasturbasi sambil membayangkan sosok pak Beni. Kenapa juga dirinya harus mencari penis seseorang kalau dirinya bisa bermasturbasi sendiri ?
'Tapi… Kayaknya bakalan kurang puas deh kalau cuma bermasturbasi aja…'
Batinnya yang sudah merasakan nikmatnya bercinta dengan pria-pria tua.
'Aaahhhh entahlah… Aku harus pergi sekarang… Aku harus cari tempat aman untuk melampiaskan nafsuku sekarang !'
Batinnya sambil mengambil maskernya lalu berjalan keluar dari dalam kamarnya.
MEC8LXW
https://thumbs4.imagebam.com/a3/80/11/MEC8LXW_t.jpeg a3/80/11/MEC8LXW_t.jpeg
'MULUSTRASI NAYLA
Terlihat lampu di ruangan tengah menyala remang-remang. Nayla yang saat itu cuma mengenakan kaus pendek berwarna putih yang memiliki gambar kucing di tengahnya memberanikan diri untuk berjalan menuju sofa ruang tamu. Padahal ia tidak mengenakan hijabnya saat itu. Ya, rambut pendek sebahunya ia biarkan terlihat begitu saja. Bahkan ia cuma mengenakan celana kolor pendek hingga menampakkan sebagian paha mulusnya. Padahal ada pak Urip dan pak Rudi yang tidur di dalam vila itu. Tapi ia tak peduli. Ia pun terus berjalan ke ruang tamu sambil mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
“Sekarang apa ? Pak Beni ? Aku masih punya video pak Beni gak yah ?” Lirihnya sambil mencari-cari galeri videonya.
“Loh kok gak ada ? Hah… Hah… Masa udah kehapus sih ? Terus gimana dong ? Siapa referensi yang bisa kujadikan objek fantasiku saat bermasturbasi ?” Lirih Nayla merasa kecewa.
Iseng ia membuka aplikasi 'whatsapp' berharap dirinya bisa menemukan seseorang.
“Andri ? Loh, kenapa yah dia hari ini sering ngechat aku ? Tapi enggak deh… Aku gak bisa menjadikannya objek fantasiku... Dia gak masuk kriteriaku” Lirihnya ditengah serangan hawa nafsunya yang semakin memuncak.
“Putri ? Hah… Hah… Hah… Putri masih 'on' yah ? Putri punya fotonya pak Beni gak yah ?” Lirih Nayla yang iseng langsung mengechatnya saat mengetahui kalau rekan kerjanya itu sedang 'on' malam-malam.
“Assalamualaikum, Put” Salam Nayla saat mengirim pesan ke Putri.
“Walaikumsalam mbak… Ada apa nih ? Tumben ngechat malem-malem” Balas Putri.
“Hmmm... Gimana yah aku ngomongnya ? Kalau aku langsung nanya punya foto pak Beni apa enggak yang ada aku bakal dicurigai ? Duhhh gimana nih ?” Lirih Nayla bingung.
Cukup lama Nayla tak langsung membalasnya. Seketika ia terpikirkan sebuah ide yang membuatnya langsung mengirim balasan pesan kepadanya.
“Put… Kamu punya nomornya pak Beni gak ?” Iseng Nayla bertanya.
“Nomornya ? Nomor hapenya maksudnya ? Iya aku punya kok mbak, kenapa ?” Balas Putri mengejutkan Nayla.
“Loh kok Putri bisa punya ? Oh mungkin gara-gara kemarin kali yah, makanya pak Beni minta nomor ke Putri” Lirih Nayla saat teringat kejadian pemerkosaan Putri oleh pak Urip.
“Mungkin aja pak Beni minta nomornya supaya bisa melindunginya suatu hari nanti” Lirih Nayla mencoba berpikiran positif.
“Boleh minta gak ?” Balas Nayla berdebar.
“Eh buat apa mbak ?” Balas Putri yang membuat jantung Nayla semakin deg-degan.
“Duhhh alasan apa lagi yah yang bisa kubuat biar gak terlalu keliatan ? Oh yah !” Lirih Nayla saat lagi-lagi terpikirkan sebuah ide.
“Aku mau nanya soal keadaan rumah Put… Aku kurang yakin rumah dikunci rapet apa enggak… Jendelanya gimana ? Terus lampunya nyala apa enggak” Balas Nayla yang membuat Putri tidak menaruh curiga kepadanya.
“Oalah iya… Ini yah nomornya” Balas Putri sambil mengirimkan nomornya.
“Yeessss” Ucap Nayla cukup keras sebelum dirinya menutupi mulutnya.
“Makasih yah Put… Maaf udah ganggu waktunya malem-malem… Selamat beristirahat yah… Wassalamualaikum” Balas Nayla dengan segera yang membuat Putri juga menjawab salam dari rekan kerjanya itu.
“Walaikumsalam mbak… Iya… Mbak juga yah”
Percakapan mereka berdua pun berakhir. Nayla yang sudah bernafsu buru-buru menyimpan nomor itu lalu melihat tampilan 'display picture' dari nomor yang baru ia 'save' itu.
“Akhirnya pak Beni” Ucap Nayla yang langsung memasukan tangannya untuk menyentuh bibir vaginanya.
Terlihat tampilan DP 'Whatsapp' dari nomor itu yang memperlihatkan foto 'selfie' pak Beni. Pak Beni rupanya memasang foto 'close up' pada DP Whatsappnya. Nayla yang melihatnya langsung menekan-nekan klitoris vaginanya. Nafas Nayla memburu. Akhirnya ia bisa melihat foto budak nafsunya lagi.
“Paakkk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil melihat foto wajah dari pria kekar itu.
Ia pun membayangkan wajah itu tengah berada disisinya sedang berciuman dengannya. Nayla pun memejam lalu memajukan bibirnya dari balik maskernya. Jemarinya terus menekan klitorisnya. Jemarinya juga mulai membelah vaginanya. Dikala tangan kirinya memegangi hapenya. Maka tangan kanannya sibuk merangsang bibir kemaluannya.
Aaahhhh... Aahhh... Paaakk
Saat sedang asyik-asyiknya bermasturbasi sambil menatap foto pak Beni. Ia menyadari kalau pak Beni rupanya sedang aktif saat ini. Nayla tersenyum senang. Tanpa berpikir lama, ia buru-buru mengechatnya untuk menanyakan kabarnya.
“Selamat malam pak… Ini aku, Nayla” Balas Nayla.
“Malam mbak… Loh beneran ? Kok bisa dapet nomor saya darimana ?” Balas pak Beni tak lama kemudian.
“Hehe dari Putri pak… Oh yah bapak apa kabar ? Bapak udah mau tidur yah ?” Balas Nayla.
“Oalah… Hehe belum, ini barusan habis nyuci kok… Mumpung hari libur heheh… Jadi daritadi saya bersih-bersih rumah, baik itu ruangan rumah sampai pakaian saya juga… Biar nanti pas mbak dateng, mbak bisa nyaman di rumah saya” Balas pak Beni sambil senyum-senyum sendiri.
“Oalah hihi baguslah… Oh yah pak ? Hmmmmm” Balas Nayla agak ragu.
“Ada apa yah mbak ? Mbak butuh sesuatu ?” Balas Pak Beni.
“Hehe kalau bapak gak keberatan ? Bapak mau video callan gak ?” Balas Nayla malu-malu sambil merapatkan kedua kakinya hingga bibir vaginanya saling bergesekan yang membuat akhwat bermasker itu memejam merasakan sensasinya.
“Ohhh boleh kok… Gak masalah… Tapi saya kucel mbak ? Hehe gapapa ?” Balas Pak Beni malu pada tampilan fisiknya.
“Gapapa kok pak… Aku yang mulai yah” Balas Nayla yang langsung menekan tombol VC nya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Dalam sekejap muncullah wajah pria tua yang sedang tiduran diatas ranjangnya. Nayla yang melihatnya langsung tersenyum malu-malu. Padahal saat itu ia tidak sedang mengenakan hijabnya. Rambut pendeknya terlihat. Pak Beni yang pertama kali melihatnya sampai terkejut dibuatnya.
“Lohhh ini mbak yah ? Mbak gak pake hijab ?” Tanya pak Beni terkejut.
“Hehhe iya pak… Gak sempet… Kenapa ? Aku jelek yah ?” Tanya Nayla merendah.
“Enggak kok… Sebaliknya… Mbak cantik banget… Pake hijab sama cadar aja cantik… Apalagi gak pake apa-apa, hehe” Jawab pak Beni yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi makasih pak” jawab Nayla tertawa.
Sekilas ia melihat pak Beni bangkit dari posisi tiduran ke posisi duduknya. Namun Nayla menemukan sesuatu yang mengejutkan dirinya. Ia pun segera bertanya pada pak Beni.
“Loh bapak lagi telanjang yah ?” Tanya Nayla yang membuat wajah pak Beni memerah.
“Hehe iyya mbak… Kan tadi saya bilang kalau saya itu habis nyuci… Tau kan kalau saya lagi nyuci gimana ? Ya saya cuci semuanya termasuk yang lagi saya pakai” Balas pak Beni malu-malu.
'Nah kesempatan…'
Batin Nayla saat melihat adanya kesempatan untuk melakukan VCS dengannya.
“Hmmm bentar yah mbak… Saya cari kain buat nutup aurat saya” Ucap pak Beni malu-malu.
“Ehhh gak usah pak” Ucap Nayla menahannya.
“Ehh gak usah ?” Jawab pak Beni terkejut.
“Hehe iya pak gak usah… Sejujurnya alasan saya mencari bapak malam-malam itu… Hmmmm” Jawab Nayla ragu-ragu.
Pak Beni yang menyadari apa yang Nayla inginkan segera menjawabnya.
“Mbak kangen kontol saya yah ? Mbak mau liat ?” Tanya pak Beni mengejutkan Nayla.
“Eh…. Hehe” Jawab Nayla sambil mengangguk malu-malu.
“Oalah kenapa gak bilang ? Kalau tau gitu pasti sudah saya tunjukkan mbak… Takutnya tadi saya dianggap kurang sopan makanya saya sembunyikan… Nih kontol saya” Ucap pak Beni senang sehingga langsung menunjukkan penampakan penisnya dihadapan Nayla.
'Gleeeggggg !'
“Gedeee banget paakkk… Kok udah keras aja sih ?” Tanya Nayla terkejut.
“Hehe soalnya tiap kali saya telanjang, saya tuh pasti kepikiran mbak Nayla terus… Saya kan jadi sangek sendiri” Jawab pak Beni yang membuat Nayla tersenyum malu-malu.
“Huhh dasar… Bapak diem-diem suka mikirin yang enggak-enggak yah ke aku” Ucap Nayla malu-malu.
“Hehehe habis mbak Nayla cantik banget sih… Bodinya juga yahud abis… Gimana gak kepikiran kalau saya aja udah pernah dikasih kesempatan buat ngerasain jepitan memek mbak” Ucap pak Beni yang mulai terbawa suasana saat melakukan VC dalam keadaan bugil bersama tetangga alimnya.
“Hihihihi bapak juga waktu itu… Aku gak nyangka sodokan kontol bapak bisa bikin aku kejang-kejang” Balas Nayla malu-malu yang juga mulai terbawa suasana.
“Ahhh masa sih sampe kejang-kejang ?” Tanya pak Beni tersenyum.
“Iyya paaakkk… Aku gak nyangka aja… Sodokan kontol bapak dalem banget… Kontol bapak juga keras terus gede lagi…. Gesekan kontol bapak ituloh yang bikin aku panas dingin pas digenjot bapak” Jawab Nayla malu-malu saat mengenang persetubuhannya waktu itu.
“Hahaha saya juga gitu mbak… Sayang waktu itu waktu kita sebentar banget… Kalau kita diberi kesempatan untuk bercinta lagi… Saya pasti akan membuat mbak keluar berkali-kali… Mungkin sekitar lima kali atau tujuh kali” Ucap pak Beni bernafsu.
“Hihihi yang bener ? Pasti aku bakalan puas banget dong pak… Kalau gitu aku juga akan menggoyang kontol bapak selama satu jam penuh… Bapak sanggup gak bertahan ? Aku akan melakukan apa aja untuk memuaskan bapak nanti… Aku akan telanjang bulat… Aku akan melepas hijab sama cadar aku… Aku akan bergoyang bahkan mencium bapak sepuas-puasnya” Balas Nayla semakin liar saat tak kuasa mengendalikan nafsu birahinya.
“Wah yang bener ? Kalau gitu saya bisa keluar 99 kali dong di dalam memek mbak nanti… Kalau mbak hamil gimana ? Apa gapapa ?” Tanya pak Beni berlebihan yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih mana bisa keluar 99 kali ? Hmmm kalau sama bapak gapapa deh ? Tapi janji yah bapak bakal mejuhi aku 99 kali ?” Tanya Nayla yang semakin bergairah saat mengobrol mesum dengan pejantan kekarnya.
“Saya akan melakukannya lebih… Saya akan mejuhin mbak 1000 kali… Saya akan menggenjot mbak berulang kali… Bahkan saat mbak meminta berhenti, saya akan tetep menggenjot mbak terus menerus bahkan sampai hari berganti… Hah… Hah… Hah…” Jawab Pak Beni sampai ngos-ngosan saat berbicara mesum dengan wanita alim itu.
“Uhhhhhh pasti bakal puas banget yah pak… Hihihih kalau gitu… Mau gak kita melakukannya secara 'online' ?” Tanya Nayla yang semakin tak tahan lagi dalam percakapan kotor mereka.
“'Online' maksudnya ?” Tanya pak Beni sambil terus mengocok kontolnya menatap wajah Nayla yang tidak tertutupi hijabnya.
“Kita saling merangsang nafsu kita melalui obrolan kita pak… Saat bapak terangsang, bapak boleh ngocok sambil ngobrolin apa aja yang bisa bikin aku terangsang… Aku juga bakal telanjang kok biar kita bisa adil saat melampiaskan nafsu kita di jarak sejauh ini” Ucap Nayla tersenyum sambil terus menekan-nekan vaginanya.
“Loh beneran ? Mbak bakal telanjang juga ?” Tanya pak Beni tak menyangka.
“Heem pak… Ini yah sebagai permulaan” Ucap Nayla sambil menaikan kausnya hingga kedua payudara bulatnya terlihat.
MEC8LXY
https://thumbs4.imagebam.com/51/24/71/MEC8LXY_t.jpeg 51/24/71/MEC8LXY_t.jpeg
'MULUSTRASI NAYLA
“Wuihhhh bulet banget susumu mbaakkk… Ouhhhh mbak gak pake beha yah ? “Kenceengg bangettt susumu… Ouhhhh andai saya udah disana… Saya pasti udah ngeremes susu bulat itu sekenceng-kencengnya” Ucap pak Beni sambil terus mengocok penisnya.
“Aaahhh yang bener ? Mmmppphhh… Bapak mau ngeremes susu aku ? Bapak bakal memulainya dari mana ?” Tanya Nayla dengan nada agak mendesah sambil meremas-remas susu bulatnya.
“Dari pentilmu mbak… Saya akan mencubit pentilmu… Lalu meremes susumu sekuat-kuatnya” Ucap pak Beni yang semakin kencang mengocok penisnya.
“Mmpphhh seperti ini yah pak ?” Ucap Nayla yang justru mempraktekan apa yang pak Beni ucapkan. Nayla mencubit putingnya lalu meremas susunya kuat-kuat.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Iyyyahh seperti itu… Seperti ituuu… Ouhhhh remes yang kuat mbaakkkk… Jangan lupa usap juga memek mbak” Ucap pak Beni semakin bergairah saat melihat kebinalan Nayla. Kocokan tangannya jadi semakin cepat. Deru nafas pak Beni juga semakin berat.
“Mmmppphhh iyyahhh paakkk… Mmpphhhh aku akan melakukannya… Aaahhhh andai bapak ada disini… Aku pasti akan mengocok kontol baapppaakkk… Aku akan mengocoknya lalu mengulumnya menggunakan mulut aku” Ucap Nayla yang lagi-lagi sudah lepas kendali sambil meremas susunya juga merangsang vaginanya dari dalam celana kolornya.
“Aaahhhh iyahhh… Baikk akan saya lakukan ? Maksudmu seperti ini mbaakk… Ini kontol sayaa… Silahkan kulum mbakkk… Inniiii” Ucap pak Beni sambil mendekatkan penisnya ke layar hapenya.
“Aaaahhh iyyaahhh…. Aahhhh bappaakkk… Aku jadi makin gak tahan deh” desah Nayla sambil melepas celana kolornya dan juga celana dalamnya.
“Aaahhh yahhh… Aaahhhh itu dia mbakkk… Itu memek yang bisa bikin saya ngos-ngosan… Ayo masukan jemari mbak… Bayangin itu kontol saya yang masuk ke dalam memek mbak” desah pak Beni bernafsu.
“Aaahhh iyaahhhh… Aaaahhh iniii paakk… Mmpphhh yaahhh… Aaahhhh nikmat bangeett pakkk kontol bapaakk” desah Nayla sambil memejam sambil memasukan jemarinya ke dalam vaginanya.
Nayla yang sudah menaruh hapenya di meja ruang tamu membuat kedua tangannya semakin bebas dalam merangsang tubuhnya sendiri. Dikala jemari kanannya keluar masuk di dalam vaginanya. Maka tangan kirinya terus meremas susunya yang membuat pak Beni semakin blingsatan tak karuan.
“Oouuhhh… Ouuuhhh… Buka lebar-lebar kakimu mbaaakkk… Bayangin saya ada disana…. Bayangin saya sedang menghujami memekmu sekaraanggg !” Ucap pak Beni yang membuat Nayla segera melakukannya.
Aaahhhh iyyaahhhh… Aaahhhhh nikmat sekalii paakkk… Aahhh yahh… Ouuhhh bappaaakk” desah Nayla yang membuat pak Beni merinding mendengarnya.
Melihat Nayla yang semakin binal membuat pria tua berbadan kekar itu langsung bangkit berjongkok diatas ranjang tidurnya. Kedua kakinya ia jinjitkan. Tangan kirinya ia jadikan tumpuan agar tidak terjatuh saat melakukan aksi selanjutnya. Jemari-jemari di tangan kanannya membuat lobang lalu pinggulnya ia maju mundurkan membiarkan penis itu keluar masuk di lubang tangan kanan yang ia buat.
Ia seolah sedang mempraktekan apa yang ada di pikirannya andai Nayla ada di sebelahnya. Melihat itu membuat pikiran Nayla kemana-mana. Ia mendekatkan vaginanya ke arah layar hapenya lalu melebarkan lubangnya agar pak Beni dapat melihat isi dari vagina berwarna pink itu.
“Aaahhhhh mbaaakkkk… Aaahhhh pasti enak banget memekmu itu mbaakk… Aahhhh saya jadi pengen genjot lebih kuat lagii… Uuhhhh pasti rasanya bakal mantep bangett” Ucap pak Beni semakin bernafsu.
“Iyyahh paakkk… Akuuu mmppphhh… Masukin pakk kontol bapaakk… Aahhh kayakk ginniii… Mmpphhh nikmat sekaliii” Desah Nayla sambil kembali mengeluar masukkan jemarinya ke dalam vaginanya.
Gairah yang semakin menjadi membuat Nayla melepas satu-satunya pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Ia menarik keluar kaus bergambar kucingnya melewati kepalanya. Ia juga melepas maskernya sehingga pak Beni dapat melihat wajah cantik Nayla untuk pertama kalinya.
Pak Beni sampai berhenti mengocok saat melihat mulusnya tubuh polos Nayla dari atas ke bawah. Tidak hanya lekuk tubuhnya yang indah. Wajah Nayla ternyata juga indah. Bahkan sangat indah yang membuat pria tua kekar itu termenung tak percaya.
MEC8LXX
https://thumbs4.imagebam.com/1c/1f/fe/MEC8LXX_t.jpeg 1c/1f/fe/MEC8LXX_t.jpeg
'MULUSTRASI NAYLA
“Gimana pakk ?” Tanya Nayla malu-malu saat memperlihatkan keseluruhan auratnya itu.
“Beruntungnya saya pernah bercinta denganmu mbak… Andai kita bisa bercinta lagi dalam kondisi seperti ini… Pasti saya akan menggenjotmu sambil mencium bibirmu sepuasnya… Pasti saya akan menindihimu lalu meremas susumu sekuat-kuatnya… Pasti saya akan menghamilimu setelah memberimu kepuasan yang tidak dapat mbak bayangkan” Ucap pak Beni yang mulai kembali mengocok penisnya dengan kencang.
“Mmppphhh kalau gitu lakukan paakkk… Aku milik bapak sekaraanggg… Iniii… Nikmati tubuh aku… Buktikan kalau bapak sanggup mewujudkan semua yang bapak ucapkan” Ucap Nayla sambil mengangkangkan kakinya lalu menepuk-nepuk vaginanya hingga terdengar bunyi cipratan air dari dalam sana.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Pastiii mbaakk… Pastiii… Liat kontol saya iniii… Ayooo masukan mbaakk… Terima kontol kekar sayaaa iniiii !” desah pak Beni yang semakin ngos-ngosan saat mengocok penisnya di hadapan akhwat alim tersebut.
“Aaahhhh iyaahhh paakkk… Aku akaannn… Aaahhh nikmat sekaliii… Terusss pakkk… Kocok lebih keras laggiiiii” Desah Nayla yang mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme disaat jemarinya terus sibuk keluar masuk di dalam vaginanya.
Nafas pak Beni memberat. Ia sudah tak kuat setelah digoda oleh akhwat bercadar yang kini sedang tersesat. Matanya membuka lebar tuk mengingat-ngingat setiap lekuk yang dimiliki oleh tubuh akhwat bercadar tersebut. Tubuhnya ia sandarkan pada tembok dibelakangnya. Hapenya ia pegang lalu didekatkannya ke arah penis kekarnya. Nayla jadi semakin jelas dalam melihat kocokan penis pria tua itu. Terlihat pucuknya sudah basah terkena cairan 'precum' pria tua kekar itu.
“Aaaahhhh mbaakkk… Sayaaa gakkk kuat laggiii… Gunung berapi ini akan meletus… Kontol saya bakal muncrat gara-gara keseksian tubuh mbaakkk” Ucap pak Beni tidak tahan lagi.
“Aaahhhh akuu jugaaa… Iyyaaa keluarkan paakkk… Letuskan gunung berapi ituu… Aku mau liattt laharnya paaakkk… Aku pengen liat pejuh bapak yang bakal keluuaar” Ucap Nayla saking vulgarnya disaat nafsunya yang semakin membara.
Jemari Nayla naik turun mengusap bibir vaginanya. Vaginanya semakin licin. Vaginanya semakin basah dibanjiri cairan cintanya. Ditengah suasana vila yang sedang sepi. Desahan serta jeritan penuh kepuasan dari Nayla mengisi seisi ruangan vila itu. Tak peduli dengan keadaan sekitar. Tak peduli andai ada seseorang yang terbangun dari tidurnya. Nayla terus merangsang vaginanya sambil menatap kejantanan penis tukang sapu itu yang sebentar lagi akan segera meletus.
“Aaahhhhh… Aaahhhh sayaa gakk kuat lagii… Liat ini mbaakkk… Liat kontol saya iniiiiiii !” Desah Pak Beni bernafsu.
“Aaahhhh iyaahhh… Aku melihatnyaaa paakkk… Keluarkannnn… Ayoo keluarin bareng-barengg paakk… Aaaahhhhhhh” desah Nayla tak kuat lagi.
Iyyahh mbaakkk… Akuuu aahhh kelluuaaarrrr !” Jerit pak Beni yang akhirnya sudah berada di ambang batasnya.
'Crrrooottt… Ccroottt… Cccrrroootttt !!!'
Terlihat sperma pak Beni terbang tinggi lalu jatuh di perut kotak-kotaknya sendiri. Dua sampai tiga semprotan keluar membasahi perutnya sendiri. Sebagian ada yang jatuh di bulu jembutnya menyuburkan bulu itu dengan nutrisi dari spermanya. Sebagian ada yang jatuh meluber ke batang penisnya yang membuat penis itu terlihat semakin menggairahkan dengan cairan sperma yang menyelimutinya.
“Ouhhh paaakkk… Paakkk… Mmpphhh akhirnyaaa… Aahhhh akuu jugaaaa…” Jerit Nayla menyusul kemudian.
Mendengar Nayla sudah keluar membuat pak Beni menaikan hapenya lalu mendekatkannya ke arah wajahnya. Ia tak ingin ketinggalan aksi orgasme dari akhwat yang sehari-harinya mengenakan cadar itu.
Nampak spermanya muncrat dengan deras melewati hapenya. Vagina Nayla sudah seperti keran yang baru saja dibuka oleh seseorang. Vagina Nayla membanjir. Meja ruang tengah itu juga banjir. Bahkan sofa yang ia duduki juga banjir terkena cairan cintanya sendiri. Terlihat wajah Nayla yang ngos-ngosan setelah mendapatkan orgasme ternikmatnya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat menggairahkan. Tatapannya menggoda. Bibirnya pun agak sedikit membuka mengeluarkan nafasnya yang terengah-engah.
'Wow luar biasa… Indah sekali tubuhmu itu mbaakk…'
Batin pak Beni yang terkagum-kagum melihatnya.
Terlihat Nayla merem melek penuh keenakan. Tubuhnya ia sandarkan pada sofa di belakangnya. Seketika layar hapenya menjadi gelap. Rupanya hapenya terjatuh dan kameranya menghadap ke arah sofa yang didudukinya. Nayla terlihat kelelahan. Ia benar-benar puas saat melakukan VCS bersama tetangga bertubuh kekarnya.
“Hebat sekali dirimu mbaakk… Luar biasa indahnya dirimu” Puji pak Beni yang membuat Nayla kembali mengambil hapenya.
“Hehe makasih pak… Makasih buat semuanyaa… Aku capeeek… Udahan dulu yaahh” Ucap Nayla terengah-engah.
“Iyya mbak sama-sama… Saya juga . . . .” Seketika sambungan 'video call' berakhir. Pak Beni penasaran kenapa Nayla buru-buru menyudahi video callnya. Tapi ia tidak mau memikirkan yang enggak-enggak. Bibirnya tersenyum penuh kepuasan. Ia pun menatap perutnya yang dipenuhi oleh spermanya.
“Beruntung sekali diri saya ini… Bener-bener rejeki yang gak diduga-duga… Ngentot 'online' aja enaknya udah kayak gini… Apalagi sampai langsung… Cepat pulang yah mbak… Saya pengen ngerasain yang beneran lagi soalnya” Ucap pak Beni sambil mengolesi spermanya itu ke penisnya yang masih menegak. Ia pun terus mengocoknya sambil membayangkan wajah cantik Nayla saat keenakan mendapatkan orgasmenya tadi.
“Aaahhhh mbaakkk Naylaaa… Belum puas saya kalau cuma lewat 'online' gini… Saya butuh yang beneran… Saya ingin merasakan tubuh indahmu secara langsung mbakk… Aaahhhh… Aaahhh” desah pak Beni yang memilih lanjut untuk mengocok penisnya sendiri.
Sementara itu Nayla,
“Hah… Hah… Ouhhh… Hah” desah Nayla sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa di belakangnya.
Dadanya naik turun. Keringat membasahi keningnya. Tubuhnya terlihat lemas setelah menyemprotkan cairan cintanya dengan deras. Matanya pun memejam menikmati sisa-sisa orgasmenya. Lengan kanannya ia taruh pada dahinya. Lalu matanya membuka, ia melihat langit-langit ruangan.
“Akhirnyaa… Akhirnya selesai jugaaa… Aaahhhhh… Akhirnya lega juga” Lirihnya dengan suara yang memberat.
Akhwat cantik itu akhirnya bisa terbebas dari jeratan nafsu yang sedari tadi terus menghantuinya. Akhirnya ia tidak merasa sangek lagi. Akhirnya ia bisa beraktifitas seperti biasa lagi.
Seketika Nayla menggelengkan kepalanya. Matanya kembali memejam. Ia merasa malu atas apa yang sudah ia lakukan barusan.
“'Astaghfirullah'… Apa-apaan sih tadi… Gak pantes banget aku kayak tadi” Lirih Nayla saat teringat aksi binalnya saat melakukan VCS bersama pak Beni.
Nayla pun menegakkan tubuhnya. Dilihatnya meja, lantai, beserta sofa yang sedang ia duduki. Terlihat bekas noda basah yang berceceran dimana-mana. Ia merasa malu. Ia merasa malu karena sudah bersikap binal seperti tadi.
“'Astaghfirullah'… Terulang lagi kan, Nay… Mau sampe kapan kamu kayak gini terus ? Apa gak malu sama cincin di jarimu itu, Nay” Lirihnya sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan sela-sela jemarinya.
“Hah… Hah… Ouhhh… Hah” Desah Nayla yang masih ngos-ngosan. Ia lalu menepuk dahinya. Ia menyisir rambutnya lagi ke belakang. Ia benar-benar merasa pusing atas kegilaan yang sudah dilakukannya di hari ini.
'Tolongg jangan diulangi lagi Nay… Ini bukan dirimu… Sadar… Tolong kendalikan dirimu ketika nafsumu bangkit menguasai diri lagi…'
Batin Nayla menasehati dirinya.
Ia pun mencoba berdiri. Namun dirinya nyaris terjatuh karena saking lemasnya. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia merasa malu pada dirinya sendiri. Ia pun buru-buru mengambil pakaiannya lalu pergi berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sementara itu di sela-sela pintu kamar yang agak sedikit terbuka,
“Hakhakhak… Gilaaaa… Gilaaa betul dirimu non… Hakhakhak… Bisa-bisanya tengah malem gini malah VCS-an sama pak Beni ? Liat aja kalau sampe suamimu liat… Hakhakhak… Tapi boleh juga bodimu itu… Baru kali ini saya ngeliat tubuh polosmu tanpa mengenakan apapun… Indah juga… Bahkan sangat indah… Saya jadi kepikiran untuk menyubuhimu tanpa balutan kain apapun… Saya ingin merekammu agar saya bisa melihat terus apa yang berada di balik gamismu itu, non Nayla” Lirih pak Urip sambil memegangi 'handycam' di tangan kanannya.
“Hakhakahk… Sayang rekaman malem ini gelap banget… Coba kita lakukan lagi di tempat terang… Pasti keindahanmu bakal terlihat” Lirihnya sambil menutup kamera handycamnya lalu bersiap-siap tidur untuk menantikan kenikmatan apa lagi yang bisa ia dapatkan di hari esoknya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 11
KEMBALI PULANG
“Mmmppphhhhh”
Terlihat seorang wanita yang masih tertidur diatas ranjangnya mengulat dengan merentangkan kedua tangannya. Saat cahaya mentari mulai masuk menembus kaca jendelanya. Wanita itu segera menutupi wajahnya menggunakan lengan kanannya. Seketika ia langsung membalikkan badannya memunggungi kaca jendela. Ia menekuk tubuhnya ke samping. Saat telapak tangannya menemukan guling. Ia langsung memeluk guling itu dengan erat.
“Eh dek bangun… Udah shubuhan belum ? Udah jam enam lebih loh” Ucap Miftah yang membuat wanita cantik itu terkejut mendengarnya.
“Jam enam lebih ? Yang bener mas ?” Tanya wanita cantik itu yang tidak lain adalah Nayla. Ia langsung mengambil posisi duduk dengan keadaan rambut yang masih berantakan. Ia masih kesulitan untuk membuka matanya. Sepertinya ia masih mengumpulkan nyawanya.
“Iyya loh… Coba liat deh ke jam dinding… Mas biarin dari tadi kirain bakal bangun… Mas tinggal jalan-jalan pagi eh malah masih tidur… Ayo buruan bangun… Udah telat banget loh… Semalem tidur jam berapa sih ?” Ucap Miftah memarahi istrinya.
'Semalem ? Ah iya juga… Astaghfirullah…'
Batin Nayla sambil menutupi wajahnya karena menyesali perbuatannya.
Ia teringat kalau semalam disaat dirinya kalah oleh hawa nafsunya. Ia malah melakukan 'video call sex' bersama pak Beni. Ia malah memperlihatkan keseluruhan auratnya kepada tetangganya itu. Bahkan ia juga menggodanya dengan meremas kedua payudaranya serta menunjukkan isi dalaman dari vaginanya yang berwarna pink itu.
Wajahnya memerah. Ia benar-benar merasa malu akibat perbuatannya semalam. Ia pun juga penasaran. Kenapa setiap kali dirinya dikendalikan oleh hawa nafsu, dirinya cenderung berubah menjadi orang lain. Seseorang yang sifatnya menyerupai lonte murahan yang cenderung mencari penis seseorang untuk melampiaskan nafsu seksualnya.
Ia tak bisa mengontrol tubuhnya. Ia merasa seperti sedang dikendalikan. Ia bahkan tak malu lagi untuk menunjukkan sisi binalnya dihadapan orang-orang.
'Sekuat itu kah ? Aneh banget deh… Masa gara-gara minuman lemon, semuanya jadi seperti ini sih ?'
Batin Nayla yang masih keheranan pada efek dari minuman lemon itu.
“Iya mas maaf… Adek bangun kok” Jawab Nayla dengan nada lemah.
Nayla pelan-pelan mulai beranjak turun dari ranjangnya. Ia mengenakan sandal rumahan. Saat dirinya hendak keluar dari kamar, Miftah kembali membuka mulutnya untuk menegurnya.
“Eh dek, mau keluar kayak gitu ? Adek kan gak pake hijab sama cadar” Tegur Miftah yang membuat Nayla menepuk jidatnya lalu menggelengkan kepalanya.
“'Astaghfirullah'… Iya mas maaf” Ucap Nayla
Terlihat Nayla seperti kebingungan. Wanita cantik berambut pendek itu segera membuka almari pakaiannya untuk mencari hijab simpel untuk dikenakannya. Setelah hijab simpel itu sudah dipakai, ia lekas mengenakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya. Baru setelah itu ia berjalan keluar menuju kamar mandi untuk melaksanakan ibadah wajibnya.
“Dek Nayla kenapa yah ? Eh, perasaan semalem dek Nayla gak pake piyama deh ? Kenapa pas bangun malah pake piyama yah ? Apa semalem dek Nayla ganti baju ? Loh kenapa ? Hmmm aneh deh” Ucap Miftah mencurigai pakaian Nayla.
*-*-*-*
'DUA JAM KEMUDIAN
“Jam berapa ini ? Udah jam delapan yah ? 'Alhamdulillah', aku masih waras” Ucap Nayla yang jadi sering memeriksa waktu karena khawatir dirinya akan kembali dikuasai oleh hawa nafsunya lagi.
Sudah dua jam ia bertahan semenjak bangun dari tidurnya. Ia merasa lega ketika dirinya tidak merasakan adanya tanda-tanda saat dikuasai oleh hawa nafsunya lagi. Ia pun kembali melihat ke arah jam dinding. Ia segera bangkit dari kursi riasnya lalu beranjak pergi membuka pintu almarinya.
Ia berjongkok untuk membuka tas ransel yang ia bawa. Ia lalu mengeluarkan sebuah botol yang sudah berkurang setengahnya. Ia mengangkat cadarnya, ia lalu menenggak minuman itu sekali lalu mengusap bibirnya menggunakan sapu tangan yang ia bawa.
“'Alhamdulillah', aku udah minum ramuannya… Seenggaknya aku bakal aman kan ?… Huft semoga aja aku gak kambuh-kambuh lagi di sisa hari ini” Ucap Nayla penuh harap.
Nayla yang baru saja mandi dan berpakaian rapih itu kembali memasukan botol minuman itu ke dalam tasnya. Ia pun kembali duduk di kursi riasnya untuk melanjutkan proses dandannya yang tadi sempat tertunda untuk meminum obatnya.
Nayla yang saat itu sudah mengenakan hijab berwarna abu-abu serta gamis panjang berwarna hitam kembali melukis alisnya untuk menambah kecantikan wajahnya. Ia pun berdiam sejenak untuk melihat bayangan di cerminnya. Ia mendesah perlahan. Ia tampak kecewa saat melihat bayangan cantiknya.
“Kasian banget kamu, Nay” Lirih Nayla sejenak.
MEC8LY3
https://thumbs4.imagebam.com/98/6a/a6/MEC8LY3_t.jpg 98/6a/a6/MEC8LY3_t.jpg
'NAYLA
Ia sangat menyayangkan dirinya yang cantik jelita justru sudah dinodai berulang kali oleh pria-pria tua. Terutama pembantu tuanya yang sudah berulang kali menanam benih di dalam rahimnya. Ia juga menyayangkan dirinya sendiri yang masih belum sanggup mengendalikan hawa nafsunya. Ia pun menaruh kedua sikunya di meja rias. Ia mengetuk kepalanya lalu memejamkan matanya. Ia mencoba menyadarkan dirinya. Ia berusaha untuk kuat agar tidak dikendalikan lagi oleh hawa nafsunya.
“Kamu pasti bisa, Nay… Ayo bertahan… Kamu udah berusaha dengan berobat… Ayo jangan mengalah dengan keadaan ! Jangan ada lagi sikap binal yang memalukan ! Ayo jangan mau diperbudak oleh hawa nafsumu lagi ! Tolong jaga harga dirimu, Nay !” Ucap Nayla meyakinkan dirinya.
Setelah merasa siap untuk menghadapi hari. Ia pun langsung berdiri untuk keluar dari kamar vilanya ini.
Namun baru saja pintu dibuka, ia langsung tertunduk sambil memegangi vaginanya saat merasakan adanya setruman kecil yang merangsang vaginanya.
“'Astaghfirullah', kenapa ini ? Padahal baru aja aku meminum obat ramuannya” Lirih Nayla heran dengan vaginanya yang terasa sangat gatal.
“Aahhhh adduuhhh… Mmpphhh… Kenapa ? Apa yang terjadi ? Ada apa dengan diriku ini ?” Lirih Nayla sambil memaksa berjalan menuju sofa ruang tengah.
“Hah… Hah… Ouhhhh… Lagi… Kenapa rasa ini datang lagi ? Mmmppphhh” desahnya sambil meremasi payudaranya sendiri.
“Aaahhhh ini diiaa… Aahhhh enak bangettt… Mmpphhhh… Mmpphhhh” Desahnya sambil meremasi payudara sebelah kanannya.
“Duhhh gawwaatt… Aku bener-bener gak kuat ! Tolonnggg… Maasss… Mas Miftaahhh… Oh yah, mas ada dimana ?” Lirihnya sambil berusaha berdiri mencari suaminya.
Sambil tertatih-tatih ia mencoba keluar vila untuk mencari suaminya. Ia ingin mencari pelampiasan dengan cara yang halal. Meski ia tahu mungkin dirinya tidak akan mendapatkan hasil apa-apa saat bercinta bersama suaminya. Setidaknya ia mencoba untuk menjauhi perzinahan demi menjaga harga dirinya sebagai seorang akhwat selebgram.
Hah... Hah... Mas ? Mass ? Ucap Nayla sambil memegangi dinding di luar vilanya.
“Ada apa dek ? Dek nyariin mas yah ? Hakhakhakh” Tawa seseorang yang membuat Nayla merinding saat melihatnya.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Paakkk Uriipp ? Mana suamiku pak ? Dimana ia ?” Tanya Nayla sambil melangkah mundur karena khawatir dirinya akan dipaksa melayani nafsu bejatnya lagi.
“Ini mas, dek ? Ini mas mu… Ini aku, suamimu… Hakhakhak” Tawa Pak Urip sambil berjalan mendekati majikannya.
“Apa maksud bapak ? Tolongg jangan mendekat ? Aku gak mau lagi pakkk… Toloonggg !” Ucap Nayla terus melangkah mundur menjauhi pembantu tuanya itu.
“Hmmm kalau diliat-liat non ini lagi sangek yah ? Hakhakhak… Padahal non belum make vibrator ini… Kok udah sangek aja sih ? Oh iya, lonte kan gak kenal waktu buat sangek, hakhakhak” Ucap pak Urip sambil mengeluarkan benda bergetar itu.
“Gaakkk… Aku gak merasa seperti itu ! Tolongg menjauh paakkk… Tolong jangan lukai harga diriku lagi !” Ucap Nayla ketakutan,
“Gak merasa ? Hmmm mentang-mentang semalem non udah enak-enakan sama pak Beni terus saya ditinggalin gitu ? Tega banget yah non ini… Hakhakhak” Ucap pak Urip yang membuat mata Nayla melebar.
“Dari mana bapak tau ? Oops” Ucap Nayla keceplosan lalu menutupi mulutnya berharap pak Urip tidak mendengar apa yang baru saja diucapkannya.
“Lah wong lagi enak-enak tidur, non malah asyik mendesah di ruang tamu… Ya saya jadi tau lah… Hakhakhak… Tapi gapapa, saya jadi bisa ngeliat wajah indahmu itu non… Non ternyata cantik banget yah ? Saya gak nyangka… Saya jadi nafsu pengen ngentot dirimu lagi. non… Tapi kali ini tanpa sehelai benang yah” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin ketakutan.
Saat Nayla terus melangkah mundur. Ia baru menyadari rupanya punggungnya sudah menyentuh dinding vila. Ia terjebak. Ia tak memiliki pilihan lain selain membiarkan pria tua itu mendekat.
“Tolonnggg paakkk… Jangaannn… Kali ini aja… Tolong jangan perkosa aku lagi pakk… Akuu mohhoonnn !” Ucap Nayla memohon.
“Nonnn… Saya ini pria jantan… Mana mungkin saya meninggalkan seorang wanita yang sedang terangsang-terangsangnya… Lihat deh, susumu aja udah mengencang gini” Ucap pak Urip sambil meremas susu bulat sebelah kananya.
“Aaahhhhh jangaannnnn” desah Nayla keenakan.
“Tuh kan liat deh… susumu udah tegang gini… Sudah jelas-jelas tubuhmu butuh rangsangan” Ucap pak Urip sambil meremas payudara satunya.
“Aaaahhhhh paaakkk… Jangaannn… Aaahhhhhh” desah Nayla merintih penuh kepuasan.
'Gawaaat…. Aku mulai terangsang lagiii… Aku gak kuat menahan kenikmatan ini ! Aduhh gimana ini ? Haruskah aku pasrah ? Haruskah aku membiarkan pak Urip memperkosaku lagi ?'
Batin Nayla bimbang.
“Hakhakhak… Coba deh ngaca non… Muka non aja keliatan banget kalu non itu menikmati remasan saya, iya kan ? Coba pejamkan mata non… Nikmati apa yang sedang saya lakukan untuk non” Ucap pak Urip sambil terus meremasi kedua payudara bulat itu.
'Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Nikmat sekaliii… Nikmat banget remasan tangan bappaakk… Aaahhhh gawwaatt… Aku gak boleh takluk… Ayo, kamu udah berjanji Nay ! Jangan takluk lagi oleh hawa nafsumu ini… Mmpphhhh, tapi inniii ?'
Batin Nayla yang begitu tersiksa.
“Hakhakhak jangan ditahan non… Apa remasan saya kurang kuat yah ? Coba ahh saya perkuat !” Ucap pak Urip sambil memperkuat cengkraman di payudara majikannya.
“Aaaahhhh janggaaannnnn… Aaahhhh bappakkk…. Ouuhhhh yaahhhh !” Desah Nayla memejam sambil memegangi kedua tangan pak Urip dengan bermaksud untuk menahan remasannya.
Namun sensasi nikmat yang didapatnya malah membuatnya hanya memegang tanpa bermaksud untuk menahannya. Kedua tangan pak Urip pun jadi semakin bebas dalam meremasi kedua payudara bulat itu. Jemarinya kadang menekan puting susunya. Jemarinya juga mengusap-ngusap putingnya dari luar gamis yang dikenakan oleh majikannya.
“Hakhakhak… Andai saya bawa kaca, saya ingin banget menunjukkan ekspresi binalmu ini, non… Oh yah, mumpung pagi ini suamimu lagi pergi jalan-jalan dengan penjaga vila tua itu… Gimana kalau kita kembali bercinta ?… Ayo kita lampiaskan nafsu kita… Ayo kita telanjangi tubuh kita dan nikmati waktu berharga ini untuk saling cumbu melampiaskan hasrat nafsu” Ucap pak Urip kali ini dengan menaikkan rok gamis Nayla menggunakan tangan kanannya. Jemari kanannya pun masuk ke dalam celana dalam Nayla. Ia menurunkan celana dalam itu lalu menyentuh lubang sempit Nayla yang rupanya sudah sangat basah.
“Ouuuhhhh jangaannn paakkk… Aaahhhhh akuu moohhoonnn !” Pinta Nayla meski sangat menikmati pelecehannya.
“Hakhakhak, keras kepala banget yah kamu non !” Ucap pak Urip yang langsung menaikan cadar Nayla menggunakan tangan satunya lalu tangan satunya lagi langsung merangsang vagina Nayla dengan mengusapi bibir vaginanya dengan cara naik turun.
“Mmpppphhhhhh paaakkkk” Desah Nayla tertahan.
Bibir pak Urip langsung bergerak maju. Dilahapnya bibir akhwat bercadar itu dengan penuh nafsu. Bibir tuanya mendorong bibir manis Nayla. Ia memagut bibir manisnya dengan tega. Tatkala bibir tuanya menjepit bibir bagian atas Nayla, maka jemari kanannya tanpa henti bergerak naik turun mengusapi bibir vaginanya. Ia merasakan sesuatu yang licin di bawah sana. Vaginanya sudah membanjir. Vaginanya sudah dipenuhi oleh lendir.
Bibir tua itu kembali menghisap bibir manis Nayla. Lidahnya di dalam mulai berkeliaran menjilati bibir bagian atas Nayla yang sedang dijepit olehnya. Lidahnya mengolesi bibir itu dengan liurnya hingga merata. Lalu ia kembali menghisapnya. Ia juga memiringkan kepalanya untuk melakukan variasi gerakan dalam menikmati bibir akhwat bercadar itu.
“Mmppphhhh…. Mmppphhhhh” Desah mereka secara bersamaan.
Belum puas dengan hanya menjilati bibir atasnya, pak Urip melepaskan cumbuannya lalu memaksa masuk lidahnya ke dalam rongga mulut akhwat bercadar itu. Lidahnya menggeliat penuh nafsu di dalam. Lidahnya menyentuh apa saja yang ia temukan di dalam. Lidahnya pun bertemu dengan lidah akhwat bercadar itu. Lidah mereka saling bergumul. Lidah mereka saling mendorong. Lidah mereka saling melilit lalu saling menjepit. Lidah mereka berputar di dalam mulut Nayla. Mereka sangat menikmat percumbuan mereka. Bahkan liur mereka sampai menetes keluar dari sela-sela mulut Nayla.
'Mmpphhh… Kenapa bapak hebat banget ? Aku sampe terlena saat menikmati cumbuan bapak… Aku hanyut dalam perangkap nafsu yang sudah bapak buat… Belum lagi dengan rangsangan tangan bapak di memekku… Mmpphhh nafsu, tega banget sih kamu !'
Batin Nayla yang semakin hanyut dalam buaian nafsu birahinya itu.
Tanpa sadar ia membuka kakinya lebar-lebar. Pak Urip yang menyadari langsung melepas cumbuannya untuk menatap wajah cantik majikannya. Terlihat ekspresi wajah Nayla yang tengah keenakan. Pak Urip berjongkok, ia menurunkan paksa celana dalam yang Nayla kenakan. Lalu setelah itu ia menaikkan roknya lalu wajahnya mendekat untuk menjilat cairan cinta yang semakin membanjiri lobang kenikmatan itu.
“Apa yang bapak lakukan ? Mmpphh… Sudah paakk… Akuuu aaahhhh” desah Nayla bingung antara menikmati atau mengakhiri.
“Apa yang saya lakukan ? Jelas saya akan menikmati tubuhmu ini, non !” Ucap pak Urip yang langsung menjilat vaginanya hingga Nayla merasakan efek setruman kecil yang membuatnya menjadi sangat bergairah.
“Aaaahhhh bappaaakk… Aahhhhhh” Jerit Nayla sambil menundukkan wajahnya tuk melihat pria tua yang tengah berjongkok dihadapannya.
Dalam keadaan berdiri menyandar pada dinding vila. Nayla mengangkangkan kakinya lebar-lebar untuk membiarkan wajah pria tua yang buruk rupa itu yang sedang asyik menjilati vaginanya. Nayla memejam. Nafasnya menjadi sesak lalu mengeluarkan desahan-desahan yang begitu berat. Mulutnya ia buka lebar. Wajahnya ia naikkan. Kedua tangannya hendak mencengkram dinding ruangan yang menjadi sandaran tubuhnya saat dinikmati oleh pembantu tuanya.
“Slllrrppp… Mmpphhh… Sllrrppp… Aahhhh manis sekali memekmu ini, non” Desah pak Urip penuh nafsu.
Lidahnya kembali menunjukkan aksinya dalam menjlati kemaluan majikannya. Awalnya ia hanya menjilati bibir vagina bagian luarnya saja. Lidahnya naik turun menjilati pintu masuk vaginanya itu. Lalu perlahan lidahnya mulai masuk membelah bibir vaginanya. Lidahnya mulai merasakan cairan yang begitu asin di dalam. Hidungnya juga mulai mencium aroma amis yang begitu menggiurkan. Pembantu tua itu jadi semakin terangsang. Kepalanya pun ia maju mundurkan membiarkan lidahnya itu keluar masuk di dalam vaginanya.
“Aaahhhh… Aaahhhh bappaakkk… Aaahhhhhh” Desah Nayla sambil bertumpu pada dinding yang ia jadikan sandaran.
Lalu lidah tua itu bergerak memutar mengelilingi tepian masuk ke dalam vagina majikannya. Jilatannya membuat Nayla terbang ke kayangan. Jilatannya membuat Nayla mabuk kepayang. Jilatannya membuatnya semakin bergairah hingga membuatnya dipaksa untuk menikmati perzinahan yang kembali ia lakukan.
“Ouuhhhhh… Ouhhhh paakkk… Mmpphhhhh” Desah Nayla memejam menikmati semuanya.
Pak Urip kemudian menggunakan kedua tangannya untuk melebarkan vagina majikannya. Akibatnya rok yang sedari tadi dipegangnya pun turun menutupi wajahnya. Pak Urip bersembunyi di balik rok gamis majikannya. Lalu pria tua itu meludahi vagina majikannya yang terbuka. Bibirnya mendekat untuk menyeruput isian dari vagina majikannya. Lalu lidahnya ia benamkan seluruhnya. Ia menikmatinya. Ia telah membuat majikannya itu semakin tersiksa oleh kenikmatan birahi yang tiada tara.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhh bappaakk… Aaahhhhh” desah Nayla sambil menggeal-geolkan pinggul rampingnya.
'Gaawwaatt… Aku semakin bernafsuuu… Aku gak sanggup menahan semua itu… Hah… Hah… Ouhhh kenapa kejadian ini terus berulang padaku… Tolonggg akuuu… Tolong keluarkan aku dari siksaan birahi itu…'
Batin Nayla yang pelan-pelan mulai meremas dadanya tuk menahan siksaan yang terasa amat sangat berat.
“Sssllrrppp nyam nyam nyam… Lezat sekali memekmu ini non… Hakhakhak” Tawa pak Urip yang baru saja keluar dari dalam rok majikannya lalu kembali berdiri menatap wajah majikan cantiknya.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Desah Nayla yang tak sanggup mengucapkan apa-apa.
Melihat majikannya yang semakin tak berdaya membuat pembantu tua itu tersenyum penuh kemenangan. Ia lalu mendekap kedua pinggul majikannya lalu mengusapnya secara perlahan dari bawah ke atas.
“Aaaahhhhhhh” desah Nayla yang semakin terangsang oleh perlakuan pembantu tuanya.
“Hakhakhak… Mana yah yang harus saya nikmati dulu ? Haruskah dari susu bulatmu ini ?” Ucap pak Urip sambil meremas kedua susu bulatnya secara bersamaan.
“Aaaahhhhh jangaannnn” Desah Nayla sambil mendekap kedua tangan pembantunya.
“Atau, haruskah saya langsung menusuk memekmu ini ?” Ucap pak Urip sambil mendekap kembali kemaluan Nayla dari balik roknya kemudian membimbing salah satu tangan Nayla menuju penis tuanya.
“Jangaannn… Tolonggg sudahi paakk… Ttoollonggg” Pinta Nayla meski dirinya semakin tersiksa oleh rangsangan pembantunya.
“Aahhhh iya juga… Atau haruskah saya memulainya dengan menurunkan cadarmu ini ?” Kata pak Urip sambil melepas paksa cadar yang Nayla kenakan hingga keseluruhan wajahnya kembali terlihat.
Nayla terkejut saat pak Urip berani melepas cadar yang ia kenakan. Ditengah wajah kebingungannya, ia kembali dikejutkan saat pak Urip kembali mendekatkan wajahnya untuk menikmati bibir manisnya.
“Mmppphhh yaahhh… Sepertinya saya harus memulainya dari bibir manismu ini deh, non” Desah pak Urip sambil memegangi kepala Nayla menggunakan tangan kirinya sementara tangan kanannya ia gunakan untuk memeluk punggungnya. Bibirnya pun kembali mendorong bibir majikannya yang membuat majikan alimnya itu tidak sanggup berbuat apa-apa selain membiarkan bibirnya dinikmati pembantu tuanya.
Di cumbuan kedua yang dilakukan olehnya, Nayla benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya pada nafsu yang telah menggerogoti pikirannya. Tubuhnya telah pasrah pada perlakuan pembantunya yang membuatnya jadi semakin bergairah. Bibirnya semakin basah. Bibirnya terus diciumi oleh pembantunya tanpa henti.
Nayla sampai memejam menikmati cumbuan ini. Tubuhnya benar-benar tak bisa ia kuasai lagi. Ia tak sanggup mengontrolnya. Ia pun membiarkan pembantu tuanya melakukan apa saja pada tubuh indahnya.
“Mmpphhh mmuaaahhh… Saya gak kuat lagi non… Masuk yokkk… Supaya kita bisa semakin bebas dalam melampiaskan nafsu birahi kita” Ucap pak Urip sambil menatap mata Nayla dengan begitu mesum.
“Hah… Hah… Hah” Nayla tak bisa menjawab apa-apa selain mendesah. Bahkan saat tangannya ditarik oleh pembantunya, ia hanya bisa ngikut saja tanpa ada penolakan sama sekali.
Saat mereka berdua tiba di dalam kamar yang ditempati oleh Nayla. Pak Urip langsung mendorong tubuh Nayla ke bawah. Ia memaksa Nayla untuk berjongkok dihadapannya. Nayla yang masih terengah-engah dikejutkan saat pembantu tuanya itu memelorotkan celana kolornya. Penis besar yang berwarna hitam nan panjang itu menegak tepat dihadapan wajahnya. Mata Nayla membuka lebar. Entah kenapa tangan kirinya reflek mendekap penis yang menurutnya indah itu. Pak Urip tersenyum sambil mengusapi kepala bagian belakang majikannya. Ia lalu meminta Nayla membuka mulutnya lalu mengirimnya sebuah ludah yang dipaksa ditelan oleh bidadari cantik itu.
'Gleeeggg !'
“Ayo mainkan non… Saya tau non lagi sangek banget kan ? Aturannya sama kayak kemarin… Kalau non mau ngentot, ya mainkan kontol saya dulu sampai saya bener-bener puas” Ucap pak Urip yang kembali bersikap jual mahal pada majikan alimnya.
“Aturannya sama ? Hah… Hah… Hah” Desah Nayla yang langsung mengocok penis tua itu dengan pelan tanpa sempat berfikir terlebih dahulu.
'Akuuu gakkk kuat lagiii… Nafsuku lama-lama semakin kuat menguasai diri… Sudahlahhh jangan melawan lagii… Lampiaskan dulu nafsumu ini… Baru setelah ini memikirkan cara agar tidak terulang lagi…'
Batin Nayla yang menyerah dan kembali memilih tunduk pada kepuasan.
Tangan kiri Nayla bergerak maju mundur. Kocokannya yang cenderung pelan tapi sudah cukup untuk membuat pria tua itu mendesah keenakan. Pak Urip menatap wajah Nayla dengan penuh kepuasan. Terlihat akhwat yang kini sudah melepas cadarnya itu mengocok penis tua pembantunya secara perlahan.
'Gedeee bangeettt… Kok lama-lama makin gede yaahh ?'
Batin Nayla ditengah kocokan penisnya. Ia semakin hanyut. Ia seolah terhipnotis oleh kemegahan penis besar itu.
Pelan-pelan kocokan yang Nayla lakukan semakin kencang. Tangan kanannya bahkan ikut membantu untuk mengocoki penis besar itu. Dengan menggunakan kedua tangannya ia berusaha melayani penis pejantannya untuk memberinya kepuasan. Matanya terpaku pada ujung gundulnya. Ia yang tak kuat lagi langsung mendekatkan mulutnya pada ujung gundul itu. Matanya pun kian memejam. Saat bibirnya ia sentuhkan pada ujung gundulnya, ia seolah menunjukkan bahwa dirinya sangat mencintai penis yang bisa selalu memberinya kepuasan.
“Mmppphhhh” Desah Nayla saat mengecup ujung gundul penis itu.
“Hakhakhak… Jangan cuma dicium non ! Buka mulutmu… Sepong kontol saya kayak waktu itu !” Ujar pak Urip yang tak tahan ingin melihat kuluman Nayla saat sedang tidak mengenakan cadarnya.
“Hah… Hah… Hah… Aaauuhhmmm” desah Nayla yang langsung melahap penis besar itu tanpa menjawab perkataan dari pembantunya.
Nayla jelas gengsi untuk mengakui kalau dirinya memang menikmati perzinahannya kali ini. Apalagi sebelumnya ia sempat menolak untuk melakukan perzinahan dengan pembantunya. Tapi apa daya, seiring waktu berjalan pak Urip seolah menjelaskan kalau Nayla memang butuh kepuasan darinya. Nayla pun mulai mengulum penis itu dengan nafsu. Kepalanya bergerak maju mundur. Bibirnya menjepit ujung gundulnya lalu menghisapnya sekuat-kuatnya.
“Ssslllrrpppp…. Mmpphhh… Mmppphhhh” desah Nayla bagai menikmati es krim lollipop berwarna coklatnya.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhhh nikmat seekalii non… Kerja bagus… Terus kulum kontol saya sepuas non” Ucap pak Urip sambil menikmati kebinalan Nayla yang sedang mengulum penisnya.
Akhirnya ia bisa melihat dengan jelas saat mulut akhwat alim itu menyepong penisnya. Terlihat Nayla mengulum penis itu dengan rakus. Dikala mulutnya mengulum ujung gundulnya, maka kedua tangannya sibuk mengocok batang penis itu secara maju mundur. Kocokan tangannya tidak pernah kendur. Kocokannya justru semakin cepat yang membuat hisapan mulutnya juga semakin kuat.
“Sssllrrpppp mmmpphhh… Ssllrrppp mppphhh” desah Nayla yang semakin hanyut pada nafsu birahinya itu.
'Aahhhhhh ini diaaa… Ini dia yang aku butuhkan… Kontol kuat yang bisa aku hisap sepuas-puasnya… Nikmat sekali kontol bapak ini… Aku jadi gak bisa berhenti… Tolong jangan keluar dulu pak… Aku ingin menghisap kontol bapak lebih lama lagi !'
Batin Nayla saat malu-malu mengakuinya.
“Aaahhhh ini diaaa…. Aahhh yahh seperti ini yang saya inginkan… Ayoo non… Ayoo lebih binal lagi !” Desah pak Urip yang tertawa penuh kepuasan saat melihat betapa tunduk dan patuhnya akhwat alim yang menjadi majikannya.
“Sssllrrppp mppphhh… Sslllrrppp mmmpphhhhh” desah Nayla tanpa mengucapkan apa-apa.
Lidahnya di dalam mulai menggelitiki ujung gundul penis pembantunya. Awalnya ia hanya menjilati ujung gundulnya, lalu jilatannya berfokus pada lubang kencingnya. Kepalanya pun sudah tidak lagi bergerak maju mundur. Kepalanya hanya diam saja sambil menghisap ujung gundul penis pembantunya secara kuat-kuat. Sedangkan tangannya juga mengocok batang penisnya secara kuat-kuat. Bahkan lidahnya juga menggelitiki lubang kencingnya secara kuat-kuat.
“Aaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhhhhhh” jerit pak Urip semakin bergairah.
Efeknya jelas terlihat dari jeritan penuh kenikmatan yang pak Urip teriakkan. Pak Urip semakin terangsang. Nafsu birahinya semakin bergetar setelah dirangsang sedemikian rupa oleh akhwat yang sehari-harinya menggunakan cadar.
Pak Urip pun memejamkan mata. Kedua tangannya pun memegangi kepala majikannya lalu memintanya berhenti karena dirinya sudah tidak sanggup lagi.
“Aaahhhhh cukupp non… Aahhh yahh… Aahhh sudah… Sudahhh non ouhhhh” desah pak Urip sambil menggelengkan kepalanya.
“Hah… Hah… Hah” desah Nayla saat menarik nafasnya sambil mengocoki penis pembantunya. Wajahnya ia naikkan untuk memeriksa reaksi pembantunya. Nampak pembantu tuanya itu ngos-ngosan setelah diservis oral secara sedemikian rupa oleh majikan alimnya.
'Rasakan itu paakk… Itu akibatnya kalau membangkitkan nafsu besarku… Ouhhh gawaaat… Aku semakin diluar kendali… Mungkin setelah ini aku bakal disetubuhi lagi…'
Batin Nayla mengira-ngira.
Dugaannya pun benar saat pembantu tua itu meminta Nayla berdiri lalu menurunkan resleting gamisnya. Nayla pasrah karena dirinya juga ingin dipuasi agar terbebas dari rangsangan nafsu birahi.
Saat gamis hitamnya jatuh melewati kedua kaki jenjangnya. Pria tua itu lekas menurunkan rok gamisnya serta mencopot pakaian dalam yang dikenakannya. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijabnya saja. Pak Urip sengaja meninggalkan hijabnya untuk meninggalkan kesan alim pada majikannya.
“Mmmuuaaahhh… Cepat tiduran dan lebarkan kakimu non… Saya gak kuat ingin menusuk memekmu lagi !” Ucap pak Urip setelah memberinya hadiah berupa cumbuan karena sudah memuaskan penisnya.
“Mmmppphhh hah… Hah… Hah” Desah Nayla yang semakin bergairah sehingga langsung menuruti apa yang pembantunya inginkan.
'Ayoo cepat paakk… Cepat tusuk memekku… Ayyoo aku udah gak tahan lagi paakk !'
Batin Nayla yang sudah tak sanggup menahan siksaan birahi ini.
“Hakhakhak… Pose yang bagus sayaanggg” Ucap pak Urip saat melepaskan celana kolornya lalu melihat Nayla sudah memegangi pahanya saat melebarkan kedua kakinya.
Dengan sisa kaus polo yang masih dikenakan olehnya, pak Urip pun mendekat lalu memegangi penisnya untuk mengarahkannya ke lubang vagina majikannya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla saat pak Urip malah hanya menggesek-gesekkan ujung gundulnya pada pintu masuk vaginanya.
“Ada apa non ? Non mau saya memasukan kontol saya ini ke dalam rahimmu ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum puas.
Nayla hanya menganggukan kepala sambil menunjukkan ekspresi memohon. Ia sudah tak sanggup lagi. Ia ingin segera ditusuk untuk mendapatkan kenikmatan yang ia butuhkan.
“Kalau gitu bilang dongg… Kemarin aja sama pak Beni non sampai bilang untuk masukkin kontolnya ke dalam memek non… Masa ke saya non cuma pengen terima jadi sih… Gak adil ah” Ucap pak Urip yang malah memainkan nafsu birahinya lagi.
“Cepaat paakkk… Masukkan… Aku gak perlu bilang seperti itu kan ?” Kata Nayla kesal.
“Harus bilang dong ! Kalau gak bilang saya gak mau” Ucap pak Urip yang membuat Nayla kesal.
Ditengah rasa kesal yang Nayla tunjukkan. Pak Urip terus menggodanya dengan menyelupkan penisnya ke dalam rahim Nayla lalu buru-buru ditariknya lagi. Lalu ia menyelupkannya lagi lalu ditariknya lagi.
Nayla jadi semakin tersiksa oleh rangsangan pembantunya itu. Ia pun akhirnya mengalah. Ia yang tak sanggup menahan birahinya lagi segera memohon agar bisa ditusuk menggunakan penis hitam itu.
“Aaahhhh… Jangaannn… Jangan dikeluarin lagi paak… Cepaatt masukkan… Aku mohon, aku butuh kontol bapaakk… Ayo masukkan kontol bapakk ke dalam rahimku paakkk… Rahimku butuh kontol bapaakkk… Hanya kontol bapakk yang bisa memuaskan diriku pak” Ucap Nayla dengan wajah memerah karena saking malunya.
“Hakhakhak… Iya kah ? Kalau non bilang gitu ya mana bisa saya nolak… Ayo siap yah ? Kontol saya segera datang… Tutt… Tuttt” Ucap pak Urip bersiap-siap mengambil posisi.
'Gleeeggg !'
Nayla menenggak ludah. Momen-momen saat penis itu masuk ke dalam vaginanya akan terjadi sebentar lagi. Saat pria tua itu mulai menyentuhkan ujung gundulnya pada pintu masuk vaginanya. Nayla sudah mulai merasakan kenikmatan yang ia cari. Saat penis itu mulai membelah masuk vaginanya, terasa gesekannya yang membuat mulutnya terbuka merasakan sensasinya. Saat penis itu menusuk semakin dalam. Nayla pun tak sanggup lagi untuk mendesah. Penisnya pun semakin masuk ke dalam. Lalu tiba-tiba pak Urip menariknya yang membuat mata Nayla terlihat kebingungan dengan apa yang pembantunya lakukan.
“Hakhakhak”
Tiba-tiba pak Urip kembali menusuk penisnya. Ia menusuknya dengan menggunakan beberapa tenaganya. Nayla sampai tersentak kaget. Tapi kali ini pak Urip kembali menarik keluar penisnya. Nayla pun kesal. Tanpa sadar ia membentak pembantunya karena telah memainkan nafsu birahinya.
“Paaaakkkk !!!” Rengek Nayla kesal.
“Hakhakhak maaf non… Maaff… Paling suka saya soalnya sewaktu mainin birahi non” Ucap pak Urip yang hanya cengengesan.
Pak Urip yang sebenarnya juga tak tahan ingin menghujami rahim majikannya itu mulai menarik nafasnya. Ia telah bertekad. Dengan satu hentakkan yang kuat, ia ingin ujung gundulnya langsung segera tiba di dalam rahim majikannya.
“Sekarang saya serius, terima ini… Rasakan hujaman kontolku ini ! Heeennkggghhhh !!!” desah pak Urip yang langsung menusuk rahim majikannya dengan sangat kuat hingga membuat Nayla kelojotan merasakan sensasinya.
'Jleeeebbbbbbb !!!'
“Aaaahhhhhhhhhhhhh” Jerit Nayla sekeras-kerasnya.
Benar saja. Laki-laki memang harus menepati ucapannya. Ia dengan serius langsung menghujami rahim Nayla tanpa henti. Hujamannya juga terkesan kuat. Ia melesatkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Terdengar bunyi koplokan saat pinggul mereka berbenturan. Mereka pun terus berpacu melawan waktu. Pinggul mereka terus bergerak untuk menikmati perzinahan yang amat sangat nikmat.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh bappaaakkk” Desah Nayla yang tak mengira pak Urip langsung tancap gas memuaskan nafsunya. Kedua payudaranya jadi bergoyang secara cepat. Kedua tangannya pun meraba-raba sprei ranjangnya lalu mencengkramnya kuat-kuat untuk menahan hujaman pembantunya yang terlampau hebat.
Nayla memejam merasakan kenikmatan itu. Mulutnya terbuka lebar untuk mengeluarkan desahan-desahan yang membuat pembantunya semakin terpuaskan.
“Aaaahhhh yaahhh… Aaahhhh lezat sekali memekmu non… Ouhhhh mantapnyaaa… Aaahhhh maantap sekali jepitan memekmu ini, non” Desah pak Urip yang terus memacu pinggulnya tuk memuaskan birahi majikannya.
Pak Urip mulai menundukkan tubuhnya. Dipegangnya pinggul ramping majikannya. Wajah tua itu tersenyum melihat keindahan yang ada dihadapannya. Kedua tangannya pun bergerak naik mengusap pinggang mulusnya itu. Usapannya terus naik hingga tiba di ketiak mulus bidadari alim itu. Pak Urip sampai menggigit bibir bawahnya saat menikmati keindahan tubuh majikannya. Usapannya kembali naik hingga tiba di lengannya lalu segera mendekap kesepuluh jemari majikannya. Pak Urip merenggangkan tangannya ke kanan kiri. Ia juga menurunkan wajahnya tuk menatap wajah majikannya. Pak Urip tersenyum, ia lalu membuka mulutnya tuk mengucapkan sepatah kata pada majikan alimnya.
“Izinkan saya untuk memuasi nafsu gedemu ini non… Hakhakhak” tawa pak Urip yang kembali mencumbu bibirnya.
“Mmmpppphhhh” desah Nayla sambil memejam saat pinggul pembantunya itu terus menghujami vaginanya dengan kejam.
“Ssllrrppp mmmpphhh… Mmpphhhh… Mpphhhhh” desah pak Urip sambil terus menghisap bibir bagian atasnya saat pinggulnya terus bergerak naik turun menghujami vagina majikannya. Dekapan tangannya pada jemari majikannya juga dipererat. Ia benar-benar menikmati persetubuhannya. Ia bahkan sampai memejam agar semakin menikmati perzinahan mereka.
'Mmppphhh… Mmpphhh… Iniii diaaa… Terus setubuhi akuu paakkk… Jangan berhentiii… Aaahhhh nikmat sekaliii… Ayoo terus setubuhi aku paaakkk…'
Ujar Nayla malu-malu di dalam hati.
Bibir pak Urip terus menekan bibir majikannya hingga membuat kepala Nayla terbenam diatas ranjang tidurnya. Sedangkan kedua tangannya menggerakan kedua tangan Nayla diatas kepalanya. Ia pun melepas cumbuannya hanya untuk menjilati ketiaknya. Lidahnya bergerak maju mundur. Lidahnya menjilati ketiak Nayla tanpa pernah kendur.
“Aaaahhhhh… Gelii aahhh paakkk… Aaahhhh” desah Nayla yang akhirnya bisa berkata lagi selain mendesah.
“Ssssllrrppp mmpphhh… Ssllrppp mmpphhh” Desah pak Urip sambil menjilati ketiaknya,
Ia pun berpindah dengan menjilati ketiak satunya. Lidahnya benar-benar bernafsu saat menjilati ketiak mulus itu. Belum lagi dengan hujamannya yang terus ia lakukan. Ia benar-benar merasakan kepuasan, rasanya seperti sedang bercinta dengan bidadari surga.
“Ouuuhhhh… Ouhhhh…. Puas sekali saya nonn… Ouhhh” Desahnya yang kali ini mengincar payudaranya.
“Aaahhhh bappaakkk… Aaahhhhh” desah Nayla saat payudaranya diremas-remas oleh pembantu tuanya.
“Aaahhhh… Aaahhhh puaskah dirimu non ? Ini kan yang dirimu cari-cari selama ini ? Hakhakhak” tawa pak Urip sambil terus meremasi payudaranya.
“Aaahhhh… Aahhhh… Inniiii” desah Nayla masih kesulitan tuk mengakui kenikmatan yang ia dapatkan.
“Hakhakhak sok sekali dirimu non… Akui saja ? Atau genjotan saya kurang kerasa ?” Tanya pak Urip kali ini sambil mencengkram kedua susunya lalu menarik putingnya yang membuat tubuh Nayla terangkat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh kerasaaa… Keraaaasa kok paakkk “ desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum dibuatnya.
“Hakhakhak pembohong… Nih saya tambah genjotan saya… Terima yah ! Hennkgghh !” desah pak Urip yang benar-benar menambah frekuensi genjotannya sambil memegangi pinggul majikannya yang membuat pinggul akhwat sholehah itu terangkat saat menahan hujamannya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh pelaannn… Ouhhh… Paakkk aahhhhh nikmat bangeett” Desah Nayla keceplosan.
“Aaaahhhh… Aahhhh nikmat kan ? Nikmat bangettt kan ? Hakhakhak “ tawa pak Urip puas.
“Iyyahhh… Aahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla yang tak sanggup menahan diri lagi tuk menahan sodokan pak Urip.
Maju mundur maju mundur pak Urip terus menggempur pinggul Nayla tanpa pernah mengendur. Hujamannya begitu kejam yang membuat akhwat cantik itu menjerit dengan penuh kepuasan. Kedua tangannya memegangi tangan pak Urip di pinggulnya. Ia terus bertahan dengan berteriak sekeras-kerasnya saat menahan hujaman pembantu tuanya.
“Ah… Ahh… Ahhh… Aaauhhhhhhhh” desah pak Urip saat menancapkan penisnya sedalam-dalamnya yang membuat akhwat alim itu terdorong maju ke belakang.
“Aaaaahhhh pakkk dallemm bangeettt ouuhhhh” desah Nayla yang hampir saja mendapatkan klimaksnya akibat kuatnya sodokan penis pembantunya.
“Hakhakhak… Sekarang, lepas hijab itu sayaangg… Saya ingin ngentot sama lonte… Cepat buka hijabmu itu !” Ucap pak Urip menarik paksa hijab yang Nayla kenakan.
Aaaahhhh
Akhwat alim itu kali ini benar-benar telanjang bulat tanpa menyisakan satu helaipun pada tubuh indahnya. Pak Urip pun akhirnya dapat melihat wajah indah Nayla dengan jelas tidak seperti semalam yang agak remang-remang. Pak Urip langsung jatuh cinta pada potongan rambut Nayla yang pendek sebahu. Ia pun langsung membuka kaus polonya agar bisa sama-sama telanjang seperti majikannya.
“Hah, akhirnya kita bisa sama-sama telanjang juga yah sayang… Mari kita lanjutkan, persetubuhan kita yang penuh gairah ini… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil menarik tubuh Nayla agar akhwat telanjang itu bisa menunggangi penisnya disaat dirinya memilih tiduran diatas ranjangnya.
Uuuhhh bappaakk desah Nayla saat sudah duduk diatas penis pembantunya.
Dari bawah pak Urip dapat melihat melihat keindahan tubuh yang dimiliki oleh akhwat yang sudah telanjang itu.
Mulai dari lekuk tubuhnya yang menyerupai gitar spanyol. Lalu pinggulnya yang sungguh bahenol. Lalu perhatian pria tua itu teralihkan pada mulusnya kulit yang dimiliki olehnya. Juga dengan bulatnya payudara yang dimiliki olehnya. Lalu diakhiri dengan ekspresi wajah yang membuat pak Urip jadi semakin bernafsu akan keseksiannya. Kalau dipikir-pikir, Nayla sudah seperti boneka seks saja. Tubuhnya begitu sempurna. Tubuh seksinya itu cocok untuk menjadi pelampiasan seksual pembantu tuanya.
MEC8M7T
https://thumbs4.imagebam.com/6b/f4/35/MEC8M7T_t.jpeg 6b/f4/35/MEC8M7T_t.jpeg
'MULUSTRASI NAYLA
“Hah… Hah… Hah” Desah Nayla yang sambil malu-malu menatap wajah pembantu tuanya itu.
Ia heran kenapa pria tua itu terus tersenyum sambil memperhatikan lekuk tubuhnya. Ia jadi merasa tak nyaman apalagi saat harus telanjang bulat untuk pertama kalinya secara langsung di hadapan lelaki lain selain suaminya sendiri.
“Aaaaahhhh” Desah Nayla saat tubuhnya tiba-tiba terlontar naik ketika pak Urip mulai kembali menghujami rahim majikannya.
“Saayyaanngg” Panggil pak Urip pada majikannya.
“Hah… Hah… Hah… Apa lagi pak ?” Tanya Nayla yang masih sok jual mahal.
“Udah siap kan buat digoyang ? Hakhakhak” Ucap pak Urip yang mulai kembali menggerakkan pinggulnya hingga membuat akhwat bercadar itu nyaris kehilangan keseimbangan saat tidak memiliki sesuatu untuk ia pegang.
Untungnya ia menemukan lutut pak Urip yang sedang ditekuk ke atas. Ia pun memegangnya. Ia pasrah saat pria tua itu kembali menggempur vaginanya.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla naik turun saat menunggangi penis tua pembantunya itu.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Indah sekali non… Indah sekali pergerakan susu non” Desah pak Urip saat memperhatikan tubuh majikannya dari bawah.
Nampak payudara bulat Nayla bergondal-gandul tanpa henti. Susu bulat itu bergoyang naik turun. Goyangannya jadi semakin cepat seiring hujaman pak Urip yang semakin dahsyat. Tubuh majikannya terlontar naik turun dengan cepat. Nayla terus digempur. Tubuh polosnya terus dihajar yang membuat akhwat telanjang itu hanya bisa berteriak dengan kencang.
“Aaaahhhh bappaakk… Aaahhhhh… Aaahhh pelaaannnn” Desah Nayla meringis keenakan.
'Aaahhhhh nikmat banget… Ouhhhh yaahhh seperti ini… Rasa ini yang membuatku suka tiap kali disetubuhi oleh pak Urip… Terus sodok tubuhku paaak… Terus hajar rahimku...'
Batin Nayla keenakan hingga tanpa sadar meremasi kedua payudaranya sendiri.
Pak Urip pun tersenyum senang saat melihat kebinalan akhwat majikannya itu. Kedua tangannya pun mengelusi paha mulusnya. Elusannya naik hingga ke pinggulnya. Lalu elusannya kembali turun ke paha mulusnya. Lalu elusannya kembali naik tuk mendekap pinggul seksinya.
“Aaaahhhhh… Aaahhh… Terusss remess susumu itu nonn… Remesss yang kencennggg… Ini belum seberapa soalnya… Saya akan membuatmu mendesah lebih kencang lagi !” Ucap pak Urip yang tiba-tiba memperkuat hujaman penisnya.
“Aaahhhh iiyyaahh… Aahhhhh nikmat bangeett… Aaahhh bappaakk… Aaahhhhh tungguuu… Aaaahhhhh” desah Nayla terkejut saat tubuhnya semakin terlontar tinggi disaat hujaman pembantunya semakin keras.
Semakin tinggi ia terlontar maka saat jatuh rahimnya akan semakin ditusuk oleh penis tegak yang sudah gagah berdiri di bawahnya. Benar saja, rasa dari tusukan penis pembantunya jadi semakin nikmat. Nayla jadi semakin meremas susunya dengan kuat. Kadang putingnya dipelintirnya sendiri. Kadang putingnya dicubit sendiri. Kadang ia hanya meremasnya. Kadang ia hanya mengelus naik turun lalu berganti menjadi maju mundur ditengah persetubuhan yang ia lakukan itu.
Lama kelamaan Nayla semakin menikmatinya. Ia pun mulai tak malu-malu lagi untuk menunjukkannya dihadapan pembantunya.
“Aaaahhhh nikmat bangeettt paaakkk… Aahhhh terusss… Aaahhhhhh” Desah Nayla semakin resah akan kenikmatan yang menjalar di tubuhnya. Nafsunya yang semakin tinggi ditambah dirinya yang dipengaruhi oleh efek dari obat perangsang itu membuatnya jadi semakin bergairah saat memadu kasih dengannya.
Namun hujaman terlalu kuat yang pembantunya lakukan membuatnya sampai terjatuh diatas pelukan pria tua itu. Sambil tersenyum pak Urip langsung memeluk tubuh majikannya. Tangannya menekan punggung majikannya ke arahnya. Ia pun dapat merasakan empuknya dada majikannya yang sedang menekan dadanya. Pinggulnya pun bergerak semakin cepat. Ia terus menghajar vagina majikannya untuk memberikan kepuasan kepadanya.
“Aaaahhh paaakkkk… Aaahhhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sambil memejam saat menahan hujaman pembantunya yang dahsyat.
“Aaaahhhh… Aaahhhhhh… Manisnya wajahmu ini non… Ayooo teriak lebih keras lagiii… Jeritlah sepuasmu… Lampiaskan nafsumu itu non…” Desah pak Urip sambil menatap wajah Nayla dengan jarak yang begitu dekat.
“Aaaahhhhh iyyahhh paakkk… Tolonggg teruss… Terusss sodokk yang kencenng paakkk… Akuuu gak kuat lagii… Aku gak bisa nahan diri lagi” Ucap Nayla jujur mengakui dirinya sangat menikmati persetubuhannya ini.
“Aaahhhhh… Aaahhhh sudah pasti non gak bakal bisa nahan diri… Non itu lonte… Mana ada lonte yang nahan diri disaat bercinta… Ayoo sini non… Liat wajah saya… Tatap mata sayaaa !” Desah pak Urip memaksa majikannya.
“Aaahhhhhh iyyaahhh paakkk… Iyyaaahhhh” desah Nayla sambil menatap wajah jelek pembantunya.
Pak Urip jadi semakin bergairah saat menatap wajah sangek majikannya yang sedang menatap wajahnya. Tatapan penuh nafsu dari majikannya itu membuat pak Urip jadi semakin bersemangat untuk menggempur rahimnya. Tangannya pun menekan kepala bagian belakang majikannya ke arahnya. Bibirnya pun ia majukan. Sadar kalau pak Urip ingin mengajaknya berciuman membuat Nayla segera memejam membiarkan bibir tua itu mencumbu bibirnya.
“Mmmppphhhhh” desah mereka sambil bercumbu menikmati persetubuhan mereka yang semakin panas itu.
Bibir mereka bersentuhan. Bibir mereka saling bertubrukan. Bibir mereka saling cipokan hingga terdengar suara mengecap ditengah persetubuhan mereka. Pak Urip dengan penuh nafsu menghisap bibir bagian atas Nayla. Nayla yang terbawa nafsu membalas dengan menghisap bibir bagian bawah pembantunya. Lidah mereka bahkan ikutan dengan memasuki mulut lawan mainnya. Lidah pak Urip menyelinap masuk ke dalam mulut majikannya. Lidah Nayla juga ikutan menyelinap ke dalam mulut pembantunya. Mereka benar-benar melampiaskan nafsu mereka. Tak peduli dengan siapa mereka bercinta. Mereka saling meluapkan hasrat seksual yang ada di dalam tubuh mereka.
“Mmpphhhh… Mmmpphhh… Mmppphhh”
Tangan kiri pak Urip turun tuk mengusapi bokong mulusnya. Kadang ia juga menamparnya. Tangan kanannya pun ikutan dengan menekan bokong majikannya hingga membuat penisnya semakin dalam saat menggempur rahim majikannya.
Nayla sungguh menikmati persetubuhannya. Saking nikmatnya ia mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme yang membuatnya segera melepas cumbuannya untuk menatap wajah pembantunya.
“Aaaaaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaahhhhh yangg ceppaat paakk… Akuu mauu kelluaarr… Akuu mauu dappeett aahhhhh” desah Nayla yang tidak mampu menyembunyikan perasaannya lagi ditengah gejolak birahi yang semakin menghampiri.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh tenang aja nonnn… Saya tau kok apa yang harus saya lakukan sekaranggg” Desah pak Urip sambil kembali menekan kepala Nayla agar bisa kembali mencumbu bibirnya.
“Mmpphhhh… Mppphhh iyaaahhh… Mmpphhh” desah Nayla yang semakin menikmati persetubuhannya dengan pembantunya.
Pinggul pak Urip bergerak naik turun. Pergerakannya sangat cepat hingga terdengar suara cipratan dari dalam vaginanya. Pinggulnya terus menggempur tanpa pernah mengendur. Pinggulnya terus menghujam dengan sangat kejam. Terkadang tangannya juga bergerak mengelusi punggung mulus majikanya. Bibirnya juga aktif menjepit bibir majikannya untuk menikmati manisnya bersetubuh dengannya.
Pergerakan cepat yang dilakukan secara terus menerus oleh pembantunya itu membuat Nayla semakin merasakan adanya tanda-tanda. Tanda-tanda dari lezatnya bercinta yang dimulai dengan adanya gejolak birahi yang muncul dari dalam diri. Lalu gejolak itu merangsang seluruh tubuh yang ditandai dengan mengencangnya tiap anggota tubuh yang membuatnya terlihat jadi semakin indah. Nampak susunya mengencang. Nampak susunya jadi semakin bulat saat terhimpit disela-sela tubuh mereka. Vaginanya juga jadi semakin sempit yang membuat penis pembantunya semakin terjepit. Tanda-tanda itu semakin besar saja. Deru nafasnya pun kian berat dan dadanya jadi sesak tiap kali penis pembantunya itu menyundul dinding rahimnya.
“Mmppphhhh… Mmpphhhh aaahhhh… Terusss paakkk… Teruusss…. Terusss sodok akuuu paakkkkk” Desah Nayla yang semakin keenakan.
“Aaaahhhhhh iyyaahhh… Iyyaahh nonn… Iyyaah… Ouhhh nikmatnyaaaa…. Nikmat sekali memekmu ini nonnn” desah pak Urip merasakan sempitnya rahim dari majikannya disaat sedang terangsang-terangsangnya.
Hampir dua menit mereka bercinta di posisi seperti itu. Nayla yang terus digempur merasa tidak kuat lagi. Ia sudah berada diambang batas. Nafsunya sudah melebihi batas maksimalnya. Sudah saatnya untuk cairan cintanya keluar dari dalam lubang kencingnya. Penis pak Urip terus menstimulusnya. Penis itu terus keluar masuk tuk menghisap-hisap lubang vagina majikannya untuk mengeluarkan cairan cintanya.
“Aaaahhhhhh sebentar laggiii… Sebentar lagiii… Aaahhh iyaahhh… Iyaahhhh… Aaahhh bapaakkk akuuuuu….” Desah Nayla yang membuat pak Urip peka.
“Aaahhh siaappp… Terimaa ini… Terima sodokan kontol sayaa iniiii… Keluarlaahhh… Keluarkan semuanya noonnn… Hennkgghhhh !!!” desah pak Urip yang langsung menancapkan penisnya dalam-dalam yang membuat Nayla menggelinjang merasakan kepuasannya.
“Aaaahhhhh bapppaakkkkk… Kellluuaaarrrr !!!” Jerit Nayla sepuas-puasnya.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt….'
Cairan cinta Nayla langsung menyembur dengan deras menyirami penis pembantunya. Tubuh Nayla kelojotan. Matanya merem melek tak karuan. Akhirnya ia berhasil mendapatkannya. Sebuah kenikmatan yang sedaritadi menjalar tubuhnya. Ia berhasil melampiaskannya. Ia berhasil mendapatkannya setelah digempur habis-habisan oleh pembantunya.
“Ouuhhhh… Ouhhhh yahhh… Ouhhh nikmatnyaa… Hah… Hah…. Ouhhh puasnyaa”
Lirih Nayla menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Tubuhnya tergeletak lemas diatas perut tambun pembantunya. Kepalanya pun ia tidurkan pada dada empuk pembantunya. Ia masih ngos-ngosan. Akhirnya ia berhasil mendapatkan kepuasan melalui persetubuhannya bersama pembantunya.
“Hakhakhak… Puasnyaa… Ouhhhh yahhh… Gilaaa… Hakhakhak” Tawa pak Urip meski belum keluar namun ia bisa merasakan puasnya bercinta saat menyodok-nyodok rahim majikannya.
“Ayooo non… Sekarang waktunya giliran saya” Ucap pak Urip tak tahan lagi yang ingin menyemburkan spermanya di dalam tubuh majikannya.
“Tunggu paakkk… Akuu capekkk… Akuuuu… Hah… Hah… Hah” desah Nayla ngos-ngosan.
Namun pak Urip tak peduli. Ia pun segera mengambil posisi duduk lalu menidurkan Nayla dalam posisi terlentang dihadapannya. Nampak Nayla terbaring lemas. Wajahnya terlihat lelah. Bibirnya agak sedikit membuka yang membuat pembantu tua itu semakin bernafsu untuk melahap bibir itu lagi.
'Hakhakhak… Banyak sekali kejadian indah yang terjadi di vila ini… Baru pertama kali dateng, saya udah langsung memejuhi memekmu… Terus kemarin sore saya berhasil memejuhi mulutmu… Kemarin sore non juga udah ngerasain nikmatnya bercinta bertiga kan ? Terus dengan binalnya semalam non malah VCS-an dengan pak Beni… Sialan emang mana non sampe telanjang bulat lagi… Sebagai hukumannya, saya akan memberikan pelajaran tambahan untuk semakin membinalkanmu non… Ini merupakan tahap lanjutan agar non gak kaget waktu melakukan dobel penetresiyen nantinya… Hakhakhak…'
Batin pak Urip sambil menatap wajah majikannya dengan penuh nafsu.
“Ayo balik badan… Saya akan mengakhirinya dengan gaya favorit saya… Ayo cepet nungging… Saya mau ngentot non pake gaya anjing kawin !” Ucap pak Urip yang segera dituruti oleh Nayla dengan lemas.
Saat Nayla baru membalikkan badannya. Saat pinggulnya sudah ia naikkan sehingga pinggulnya menatap penis pembantunya. Saat wajahnya hendak ia angkat untuk bersiap disetubuhi dari belakang oleh pembantunya. Tiba-tiba ia sudah mulai merasakan adanya benda tumpul yang mendekati lubang kenikmatannya. Saat Nayla mengangkat wajahnya, ia menemukan adanya cermin besar yang memperlihatkan bayangan mereka saat hendak mengakhiri persetubuhan terlarang mereka.
Terlihat wajah cantiknya dengan pasrah siap disetubuhi oleh pembantunya. Nampak payudara bulatnya yang menggantung dengan indah di bawah. Nampak tangannya mencengkram sprei ranjangnya untuk bersiap menahan hujaman pembantunya.
Pak Urip pun juga sudah bersiap. Kedua tangannya sudah mencengkram pinggul ramping majikannya. Wajahnya pun menatap cermin sesaat untuk menikmati detik-detik pelajaran tambahan yang akan ia berikan.
“Bersiaplah… Hennkgghhhhh !!!” Desah pak Urip saat memajukan pinggulnya. Ia tersenyum. Ia tersenyum saat memasuki lubang yang masih perawan itu.
Mata Nayla membuka lebar. Ia tak menduga. Ia tak mengira. Saking terkejutnya ia segera menoleh ke belakang saat ia merasakan anusnya dimasuki oleh benda tumpul yang sangat keras.
“Paaakkkk apaa iniii… Aaaaahhhhhhhh“ desah Nayla yang langsung lemas merasakan duburnya dimasuki oleh penis jantan pembantunya.
Ini diluar dugaan. Ia tak menduga pak Urip akan memasukan penisnya ke dalam duburnya. Penis pak Urip yang sudah sangat basah dengan mudah memasuki dubur sempitnya. Meski sempat terhalang karena penis itu terlampau besar. Namun dengan dorongan 'extra' tenaga yang pak Urip lakukan membuat penis itu terus mendorong masuk menuju titik terdalam dari dubur rapatnya.
“Aaaaaaahhhhh nikmatnyaaaa…. Hakhakhak” Tawa pak Urip yang mampu meng-anal dubur majikannya.
Nikmat mana lagi yang ia dustakan ?
Bercinta dengan seorang akhwat bercadar saja sudah sangat nikmat. Belum lagi akhwat bercadar itu memiliki rupa yang cantik jelita. Belum lagi akhwat bercadar itu memiliki tubuh yang indah menggoda. Belum lagi ia bercinta disaat akhwat bercadar itu sedang tidak mengenakan apa-apa. Ia dapat melihat lekuk tubuhnya. Ia juga dapat menikmati keindahan wajahnya. Apalagi juga kalau ia bercinta melalui duburnya. Dubur merupakan lubang tersempit yang bisa dimasuki tuk mendapatkan kepuasan seksual yang amat sangat. Meski persetubuhan melalui dubur merupakan cara terlarang. Tapi siapa yang peduli selama dirinya bisa mendapatkan kepuasan ?
Itu lah yang ada di pikiran pak Urip sekarang. Ia tak perlu meminta izin kepada Nayla untuk melakukannya. Ia tak perlu meminta izin karena dia adalah pemilik dari lonte bercadar yang sehari-harinya dipanggil dengan nama 'Nayla Salma Nurkholida'.
“Aaaahhhh sakkittt paakk… Aahhhh keluarkaann… Aahhh itu gakk muaaat !” Jerit Nayla merasakan siksaan birahi di dubur sempitnya.
“Aaaaaahhhhh nikmatnyaaa… Aaaaahhhh saya gak menduga rasanya bakal senikmat ini non… Hakhakhak… Bersiaplah… Bersiaplah untuk mengakhiri kenikmatan ini” desah pak Urip yang mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur.
“Aaahhhhh paaakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla yang hanya bisa pasrah.
Tubuh polosnya terdorong maju mundur. Susu gantungnya bergoyang gondal-gandul. Teriakan kepasrahannya memenuhi seisi ruangan. Teriakan yang dilakukan oleh seorang akhwat yang sedang di anal oleh pembantu tuanya.
Nayla hanya bisa meringis kesakitan menahan sodokan yang memenuhi lubang duburnya. Ia semakin kuat dalam mencengkram sprei ranjangnya. Matanya pun memejam. Ia tak kuasa menahan siksaan yang dilakukan oleh pembantu tuanya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhhhh mantaappnyaaa”
Perasaan yang sebaliknya ditunjukkan oleh pembantu tuanya. Ia terlihat sangat menikmati perzinahannya. Kedua tangannya berulang kali mengusap punggung mulusnya. Wajahnya pun tersenyum penuh kebahagiaan dikala dapat bercinta melalui lubang pantatnya. Matanya terus merekam wajah sangek yang ditunjukkan oleh majikannya melalui cermin dihadapannya.
Meski demikian, ia agak menyesal sekarang. Saking terburu-burunya saat hendak menyetubuhi majikannya. Ia sampai lupa untuk tidak merekam aksi mereka menggunakan handycamnya.
'Aaahhhh… Aaahhhh… Gapapalah… Lain hari kan bisa lagi… Hakhakhak…'
Batin pak Urip tertawa.
“Paaakkk hentiikaannn… Inii sakittt pakkk… Rasanyaa sakitt bangettt… Aahhhh hentikaan paakk… Cukkuuppp” Jerit Nayla menahan perih.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Mentang-mentang udah dapet enaknya malah minta udahan… Enggak ! Enak aja yah” Ucap pak Urip yang justru semakin mempercepat sodokannya.
“Aaahhhh paakkk… Jangaaannn… Jangann dicepetinnn aaahhhhh” Jerit Nayla memejam menahan tusukan penis pembantunya pada dubur sempitnya.
“Aaahhhh… Aaahhhhhh… Tahan aja nonnn… Ibarat dubur non masih perawan… Dulu non pas masih pecah perawan juga kesakitan kan ? Nah sekarang non juga kayak gitu… Liat aja… Entar bakal enak kok… Lain kalau saya anal lagi, non bakal ngerasa ketagihan… Pegang kata-kata saya ini nonn !” Desah pak Urip sesumbar.
Meski Nayla memahami kata-kata yang sudah pak Urip ucapkan. Tapi ia tetap saja merasakan sakit di duburnya. Ia pun mencoba pasrah. Lagipula setelah ini semua akan berakhir kan ? Persetubuhannya bakalan usai kan ?
'Ayoo Naayyy… Tahan sebentar… Sebentar lagi perzinahanmu akan usai !'
Batin Nayla memotivasi diri.
Namun pak Urip terus saja membombardir dubur Nayla tanpa henti. Hujamannya diperkeras. Frekuensi sodokannya dipercepat. Berulang kali penisnya menggesek-gesek dinding dubur itu dengan sangat keras. Cairan cinta Nayla yang membasahi penisnya memudahkannya untuk keluar masuk di dalam dubur sempitnya. Nafsu seksualnya membuat pak Urip terus menyodok-nyodokkan penisnya hingga mentok. Luar biasanya, pak Urip mampu memasukkan keseluruhan penisnya. Nayla sampai membuka mulutnya lebar-lebar. Apalagi saat kedua tangannya ditarik oleh pembantunya ke belakang sehingga tubuhnya semakin terangkat naik.
“Aaaahhhh… Saya udah gak kuat lagi… Dengan gaya ini… Saya akan memejuhi duburmu, non… Hakhakhak” Bisik pak Urip yang sudah bertekad memejuhi duburnya.
Nayla pun ketakutan. Ia tahu kalau pak Urip hendak mengakhiri persetubuhannya, pak Urip akan menggenjotnya dengan sangat kuat dan cepat. Masalahnya yang akan digenjot oleh pembantunya adalah dubur sempitnya. Ia pun ketakutan. Ekspresi wajahnya terlihat jelas melalui pantulan cermin dihadapannya.
“Siaaapppp ? Satu, dua, tiga… Hennkgghhh !!!” Desah pak Urip saat menarik tangan Nayla ke belakang lalu menghentakkan pinggulnya kuat-kuat ke depan.
“Aaaahhhhhhhh bappaaaakkkkk” Jerit Nayla saat tubuhnya tersentak dan kedua payudaranya bergetar.
Dengan segera pak Urip memaju mundurkan pinggulnya. Sesuai dugaan, gerakannya cukup stabil dan kencang. Saking kencangnya terdengar bunyi koplokan saat pinggul mereka saling berbenturan. Pak Urip tersenyum senang sambil melihat persetubuhan mereka dari cermin di depan. Pak Urip jadi semakin bergairah. Ia semakin terangsang melihat aksi 'live' mereka sendiri melalui pantulan cermin dihadapannya.
Pak Urip seperti sedang menaiki motor 'Harley Davidson' saja. Ia pun menarik gasnya. Akibatnya pinggulnya semakin bergerak maju mundur dengan kencang. Susu bulat majikannya juga terdorong maju mundur dengan kencang. Bahkan teriakan penuh kepuasan juga disuarakan dengan sangat kencang.
Seperti apa yang pak Urip ucapkan. Cairan cinta mulai menstimulus dinding duburnya membuat Nayla tak lagi merasakan sakit saat dianal oleh pembantunya. Ia tak lagi menjerit kesakitan. Ia malah menjerit kenikmatan merasakan pengalaman baru yang diajarkan oleh pembantu tuanya. Ia pun mendapatkan banyak pelajaran yang berharga. Terutama yang berkaitan dengan yang namanya persetubuhan.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh bappaakk… Ouhhhh” desah Nayla dengan nada berbeda yang membuat pak Urip tersenyum senang.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Udah mulai enakkan ? Hakhakhak apa kata saya ? Nanti bakal enak kokk… Tapi maaf yak ini gak bakalan lama karena saya udah gak kuat lagi” Desah pak Urip sambil terus menghujami dubur sempitnya.
Jepitan luar biasa yang diberikan oleh dubur majikannya membuat pak Urip tak sanggup menahan gairah birahinya lagi. Ia ingin keluar. Ia ingin menuntaskan perzinahannya sekarang. Hujamannya pun diperkencang. Kedua tangannya semakin menarik Nayla ke belakang. Tubuh Nayla semakin terangkat. Susunya semakin bergoyang cepat. Suara gempuran antar pinggul mereka terdengar kuat. Mereka terus bercinta dengan dahsyat terutama ditengah orgasme pembantunya yang semakin dekat.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh bappaakkk” Jerit Nayla memejam.
“Aaahhhh sayaa gak kuat lagiii… Saya gakk sanggupp lagii… Terima ini nonnn… Terima pejuh saya iniiii” desah pak Urip tak kuasa menahannya lagi.
Dengan satu hentakkan yang kuat, pak Urip menancapkan penisnya sedalam-dalamnya di dubur majikannya. Tubuh pak Urip pun bergetar. Akhirnya dengan satu tusukan yang kuat, ia berhasil mendapatkan orgasmenya di dalam dubur majikannya.
“Aaaahhhhh kelluaaarrrrr” Jerit pak Urip sepuas-puasnya sambil menarik tangan Nayla ke belakang.
“Aaaaaaahhhhhhh” Desah Nayla memejam hingga payudaranya terlontar maju ke depan.
'Crrroottt… Cccrroottt… Ccrroottt !!!'
Pak Urip merem melek penuh kepuasan. Mulutnya terbuka lebar merasakan kenikmatan yang begitu memuaskan. Lututnya melemah. Energinya terkuras. Pegangannya pada tangan Nayla pun terlepas yang mengakibatkan akhwat bercadar itu terjun bebas saat tersungkur di atas kasur. Tubuh gempal pembantunya ikut ambruk menindihi tubuh langsing Nayla. Mereka ngos-ngosan penuh kepuasan. Pak Urip yang masih mengeluarkan satu tetes dua tetes spermanya terus mendorong pinggulnya sambil mencumbui bahu mulus serta punggung halus majikannya.
“Mmppphhh puasnyaaa… Mmphhh… Mmppphhhhh” desah pak Urip menikmatnya.
“Ouhhhhh… Ouhhhhh…. Aaaahhhhh” desah Nayla saat merasakan duburnya hangat diisi oleh sperma pembantu tuanya.
Mereka pun terus diam dalam posisi itu selama beberapa menit. Setelah energinya terkumpul kembali, pak Urip segera bangkit. Dengan perlahan ia menarik keluar penisnya hingga lelehan sperma itu pun tumpah ke bawah melewati bibir vagina majikannya. Spermanya itu pun terus jatuh hingga mengenai sprei ranjangnya. Pak Urip tertawa puas. Ia dengan bangga menyatakan ia berhasil membinalkan akhwat bercadar yang merupakan majikan alimnya.
“Ayo balik badan, non” Ucap pak Urip kembali mendekat lalu kembali mencumbui bibirnya.
“Mmpphhhh… Mmppphhhhhhh… Mmpphhhh” desah Nayla tertahan saat bibirnya terus dicumbu dengan penuh nafsu dan susunya diremas dengan begitu gemas.
“Hah… Hah… Hah… Cuiihhhh” Desah pak Urip yang meludahi mulut majikannya setelah puas mencumbunya.
“Mmppphhhh” desah Nayla yang terpaksa menelannya.
“Hakhakhak… Ayo bersihkann… Bersihkan sampai tuntas !” Ucap pak Urip yang kali ini memaksa masuk penisnya yang baru memasuki dubur majikannya ke dalam mulutnya.
“Mmmppphhhhhhh” Nayla pun menahannya. Meski ujung gundulnya sudah mentok mengenai kerongkongannya. Pak Urip terus mendorongnya hingga ia benar-benar puas setelah menyetubuhi majikannya.
“Hakhakhak… Bener-bener gak ada puasnya saya tuk menyetubuhimu, non… Serius deh… Setelah ini, saya akan menyetubuhimu lebih keras lagi… Saya akan menyetubuhimu lebih nafsu lagi… Hah… Hah… Hakhakhak… Nikmatnya punya lonte pemuas sepertimu, non… Hakhakhak” Tawa pak Urip yang langsung meninggalkannya setelah puas menodai majikannya.
“Uhhukkk… Uhhuukk… Ouhhh… Uhhuukk” Nayla sampai terbatuk-batuk saat bangkit duduk diatas kasurnya. Ia benar-benar kelelahan setelah dipaksa memuasi penis pembantunya. Mulutnya, vaginanya bahkan duburnya kudu bertahan ditengah gempuran penuh nafsu pembantunya. Ia pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Wajahnya pun ia tengokkan pada cermin yang menjadi saksi persetubuhan terdahsyatnya tadi.
Terlihat Nayla dengan kondisi berantakan dengan rambut yang acak-acakan. Dua susu bulatnya berwarna kemerahan setelah diremas dengan penuh nafsu oleh pembantu bejatnya. Dadanya masih naik turun setelah digempur tanpa ampun. Ia yang kelelahan kembali berbaring diatas ranjang tidurnya. Kedua tangannya ia rentangkan. Kedua kakinya ia lebarkan. Ia pun memejam. Ia pun kembali membatin di dalam hati.
'Puas banget… Hah… Hah… Hah…'
Batinnya merasakan persetubuhan terdahsyatnya bersama pak Urip.
'Kenapa ini ? Kenapa aku gak menyesali perzinahanku tadi ? Ini aneh…'
Batinnya heran.
'Hah… Hah… Hah… Haruskah aku pasrah saja ? Haruskah aku memilih menjadi lonte saja ? Jujur ini mengasyikkan… Aku sanget menikmati peranku menjadi pemuas nafsunyaa…'
Batin Nayla sambil meremasi dadanya dan juga mengusapi bibir vaginanya.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Lagiii… Aku butuhh lagii… Aahhhh” Desah Nayla yang belum puas setelah dianal oleh pembantunya.
Terlihat pak Urip tersenyum sambil berdiri di dekat pintu masuk kamarnya. Ia tertawa. Ia tertawa bangga karena berhasil mendidik majikannya dengan baik.
Pak Urip pun berjalan mendekat. Di tangan kanannya ia membawa timun besar. Ia pun membuka mulutnya sambil menatap wajah cantik majikannya.
“Butuh bantuan ? Hakhakhak” Tawa pak Urip yang segera dijawab anggukan oleh Nayla.
Pak Urip segera memasukan timun itu ke dalam vaginanya. Nayla pun mendesah. Ia menjerit penuh kenikmatan saat dirangsang lagi oleh pembantu tuanya.
“Aaahhhhh… Aaahhh… Aaahhhhhh kelluuaaarrrr” Jerit Nayla tak lama kemudian.
Pak Urip pun tersenyum puas melihat binalnya akhwat yang sudah telanjang itu. Dilihatnya tubuh mulus majikannya dari atas ke bawah. Mulai dari wajah cantiknya sampai ujung kakinya. Ia lalu menatap timun yang sudah basah terkena cairan cinta majikannya. Ia lalu membatin di dalam hati.
'Kayaknya non Nayla butuh mainan baru deh… Hakhakhak…'
Batinnya sambil menatap timun yang sedang ia pegang.
MEC8LY3
https://thumbs4.imagebam.com/98/6a/a6/MEC8LY3_t.jpg 98/6a/a6/MEC8LY3_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
*-*-*-*
Beberapa jam kemudian di tempat yang berbeda.
“Siap yaahhh… 1, 2, 3”
'Cekreeekkk !!!'
“Ayo ganti gaya… Coba deh Put, kamu agak miring kesini biar kamu bisa menunjukkan betapa mewahnya 'dress' yang kamu kenakan ini… Nah iya kayak gitu… 1, 2, 3”
'Cekreekkk !!!'
MEBQ0WK
https://thumbs4.imagebam.com/57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg 57/93/42/MEBQ0WK_t.jpg
'PUTRI
Pose demi pose telah Putri lakukan demi mengendorse barang yang dikenakan oleh dirinya. Ia tampil anggun dengan balutan gamis panjang yang menutupi keindahan tubuhnya. Cadarnya yang dikenakannya juga melengkapi penampilan indahnya. Fotografernya pun sampai tak bosan untuk memotret keindahan selebgram bercadar yang ada dihadapannya.
“Oke sekarang istirahat dulu… Nanti kita lanjut lagi yah, Put”
“Iyya mas… Makasih yah” Jawab Putri sambil tersenyum.
Rasanya memang agak canggung saat bekerja dengan orang asing yang baru ditemuinya. Ya, yang memotretnya barusan bukanlah Andri. Kebetulan Andri sudah ada 'job' lain yang membuatnya tidak bisa memotret Putri.
Sempat ada kekhawatiran di hati Putri saat mengetahui kalau fotografernya nanti bukan lah Andri. Tapi untungnya ia bisa melaluinya. Fotografernya juga pintar dalam mengarahkan. Putri pun tak mempermasalahkan. Ia pun lanjut beristirahat sambil mengenakan dress yang ia pakai.
“Akhirnya istirahat juga… Duh udah jam 11 aja yah… Gak kerasa waktu berjalan cepet banget” Ucap Putri saat duduk beristirahat sambil memainkan hapenya.
“Hmmm” Cukup lama Putri memperhatikan layar hapenya. Ia tak berbicara apa-apa bahkan jemarinya juga diam tak melakukan apa-apa.
Ia masih kepikiran seseorang. Seseorang yang membuatnya dimabuk cinta yang membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya.
“Kok aneh banget yah ?” Lirihnya sambil tersenyum memandang foto DP seseorang di aplikasi whatsappnya.
“Cinta emang buta… Aku sampai gak punya alasan untuk menjelaskan cerita kali ini” Lirihnya sambil menatap foto seorang pria tua yang memiliki badan kekar itu.
“Pakk Bennii ? Kenapa aku sampai tergila-gila padamu ? Apa pesonamu yang membuatku jadi seperti ini, pak ?” Lirih Putri yang hanya bisa tersenyum memikirkan semua kejadian yang sudah terjadi padanya.
“Tapi mana mungkin orangtuaku mengizinkanku menikah dengannya… Jarak rentang usia kami berbeda jauh… Pak Beni juga bukan dari kalangan orang-orang kaya… Pasti orangtuaku akan menolak keras kalau aku bilang ingin menikah dengannya” Lirih Putri jadi kepikiran.
“Hah… Heran deh… Mas Andri aja yang cakep gitu kok bisa-bisanya kalah sama pak Beni yah ? Maafin aku yah mas… Tapi mas sekarang nomor dua di hati aku” Lirih Putri tersenyum memikirkannya.
Seketika perut Putri berbunyi yang membuatnya kembali melihat ke arah jam tangannya.
“Duhh kok laper yah ? Cari 'snack' dulu aja kali yah buat nambal rasa laperku” Lirih Putri yang langsung berdiri lalu berjalan keluar untuk mencari jajanan.
Putri dengan anggun melangkah keluar untuk mencari makanan. Sesampainya di luar setelah berjalan beberapa langkah, seketika ia terdiam saat melihat seseorang.
'Loh, itu kan… Pak Beni ?'
Batin Putri saat melihat pria tua kekar yang sedang menyapu jalanan.
Tanpa berpikir panjang, Putri langsung mendekat menghampiri sosok kekar itu. Wajahnya pun tersenyum dari balik cadarnya. Entah kenapa ia begitu bahagia saat melihat pria tua yang begitu dicintainya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Paaakkk… Assalamualaikum… Bapaakk apa kabar ?” Tanya Putri setelah menghampirinya.
“Ehhh mbak Putri yah ?” Tanya Pak Beni terkejut bisa menemui akhwat bercadar itu lagi.
“Hehe iya pak… Ketemu lagi nih kita” Jawab Putri malu-malu.
“Hehe iya nih mbak… Saya baik kok… Mbak sendiri gimana ?” Tanya balik pak Beni sambil berhenti sejenak untuk menatap keindahan akhwat yang ada dihadapannya.
“Baik juga kok” Jawab Putri malu-malu.
“Ehhh mbak ada disini ada apa yah ? Saya biasa nyapu disekitar sini tapi kok jarang liat mbak di area sini sih ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hihihih iya pak… Kebetulan studio pemotretan aku ada di dekat sini… Makanya bapak jadi bisa liat aku di area sini” Ucap Putri terus menunduk tanpa berani menatap wajah pria tua kekar itu.
“Oalah pantes” Jawab pak Beni menanggapinya.
“Hmmm kemarin gimana ? Enak pak ?” Tanya Putri yang seketika membuat jantungnya berdebar kencang.
“Ehh mak… Maksudnya ?” Tanya pak Beni dengan tegang.
“Ya nasi ayam bakarnya ? Kan kemarin aku kasih nasi ayam bakar ? Jangan-jangan gak dimakan yah ?” Tanya Putri terlihat kecewa.
'Oalah nasi rupanya… Saya kira mbak Putri tau kalau semalam saya habis VCS-an sama mbak Nayla…'
Batin pak Beni lega.
“Dimakan kok… Bahkan saya sampai nambah nasi loh dengan nasi yang udah dimasak di rumah saya” Jawab pak Beni yang membuat Putri kembali tersenyum.
“'Alhamdulillah'… Aku jadi seneng dengernya” Jawab Putri bahagia.
“Makasih mbak… Buat lauknya kemarin sore” Ucap pak Beni yang membuat Putri lebih bahagia lagi.
“Sama-sama pak… Hihihihi” tawa Putri malu-malu.
Saat Putri melihat ke arah jam tangannya lagi. Ia menyadari kalau waktu semakin mepet. Waktu pemotretan sesi kedua akan segera dimulai sedangkan perutnya masih kelaparan ingin diisi makanan.
“Hmmm maaf pak… Aku permisi dulu yah… Aku mau nyari makanan sebentar… Eh yah, bapak mau makan juga gak ? Aku yang nraktir” Ajak Putri berharap pak Beni mau menerimanya.
“Eh gak usah mbak… Tadi saya juga baru ngemil kok… Kalau gitu silahkan aja mbak… Saya juga mau lanjut kerja dulu” Ucap pak Beni menolak karena merasa tidak enak.
“Hihihih kalau gitu kapan-kapan aja deh yah… Permisi pak… Wassalamualaikum” Ucap Putri pamit.
“Iyya mbak… Hati-hati yah” Jawab Pak Beni tanpa menjawab salam dari Putri.
Sekilas Putri sempat heran kenapa pak Beni tidak menjawab salamnya. Apakah karena Pak Beni memang gak terbiasa mengucapkan/menjawab salam ?
Ditengah kebingungannya, ia pun berusaha melanjutkan perjalanannya untuk mencari makanan. Namun baru satu langkah ia berjalan, kakinya tersandung sebuah batu yang membuatnya jatuh ke depan.
“Aaaaaahhhhh” Jerit Putri terkejut.
Pak Beni yang mendengar lalu melihat apa yang terjadi pada Putri lekas datang menghampiri. Tangannya langsung mendekap tubuhnya dari samping. Tangan kanannya mendekap punggungnya sementara tangan kirinya mendekap dadanya.
“Mbakk… Mbak gapapa ?” Tanya pak Beni mengkhawatirkannya.
“Hehe ga… Gapapa… Iya gapapa” Jawab Putri merinding saat menyadari dada bulatnya dipegang oleh pria tua kekar itu.
Tak sengaja mata Putri bergerak ke arah tangan pak Beni. Mata pak Beni pun ikut bergerak ke arah tangannya sendiri. Mata pak Beni pun membuka. Ia menyadari kalau dirinya baru saja memegang bagian privasi dari akhwat bercadar itu.
“Eeehhh maaf mbak… Maaf… Bukan bermaksud” Ucap pak Beni panik yang membuatnya buru-buru membenari pegangannya saat mendekap tubuh Putri.
“Hehe gapapa pak… Aku tahu bapak gak sengaja kok… Makasih yah” Ucap Putri jadi canggung.
“Iya gapapa… Hmmm hati-hati yah” Ucap pak Beni juga canggung.
“Iya pak… Makasih… Aku pergi dulu yah… Permisi” Ucap Putri berjalan menjauh.
Pak Beni pun hanya mengangguk saja. Ia pun dengan segera menatap tangan kirinya lalu menggerakkan jemarinya dengan pelan.
'Kenyal banget… Susunya mbak Putri kenyal banget… Gak heran sih, ukurannya aja segede gitu… Mana masih perawan lagi… Ya, seharusnya sih masih perawan kalau gak gara-gara Urip kampret itu…'
Batin pak Beni senang sekaligus kesal.
Sementara itu, Putri terus berjalan sambil memegangi dada yang baru saja disentuh pak Beni. Entah kenapa ia merasakan adanya getaran yang membuatnya jadi terus kepikiran. Bahkan sekarang, Ia masih merasakan adanya sentuhan tangan pak Beni di dadanya. Putri tersenyum, seketika ia jadi kepikiran sesuatu di tengah perjalanannya.
'Kalau aku gak bisa menikah dengannya… Setidaknya apa gapapa yah kalau aku menyerahkan tubuhku kepadanya ?'
Batin Putri tersenyum malu-malu.
'Mumpung aku udah gak perawan lagi… Apalagi yang harus aku jaga untuk mas Andri nanti ?'
Batinnya seketika kepikiran hal seperti itu.
“Ya, kayaknya iya deh… Itung-itung juga buat membalas kebaikan pak Beni… Apalagi pak Beni belum pernah menikah kan ? Pasti kasian kalau di usia sekarang belum sempat ngerasain yang namanya berhubungan badan” Lirih Putri hingga wajahnya memerah.
“Duh kok aku jadi kepikiran kayak gini yah ?” Lirihnya lagi sambil menoleh ke belakang.
Matanya pun teralihkan pada tubuh kekar pak Beni. Pak Beni sedang bertelanjang dada yang membuat Putri dapat menikmati keindahan tubuh pria tua itu.
Kapan yah aku bisa memberi hadiah ini ke pak Beni ? Duh kok aku jadi deg-degan yah ? Gimana juga yah aku bilangnya ? Eh kalau nanti pak Beni nolak gimana ? Ah gak mungkin… Orang waktu itu aja pak Beni sampai beronani waktu jagain aku kok… Ya aku mau… Aku akan menyerahkan tubuhku suatu saat nanti… Tunggu aku yah pak… Aku akan balas kebaikan bapak… Hihihihi…
Batin Nayla sambil tersenyum-senyum sendiri.
*-*-*-*
Satu jam kemudian di salah satu vila yang berada di Puncak.
“Semua barangnya udah siap kan ? Ada yang ketinggalan” Tanya Miftah kepada istrinya.
“Udah semua kok mas… Kayaknya udah semua” Jawab Nayla dengan raut wajah menyesal.
“Masuk ke mobil yukkk… Awas hati-hati kepalanya… Akhirnya kita bisa kembali pulang ke rumah yah” Ucap Miftah saat membantu istrinya masuk ke mobil.
Miftah terlihat begitu perhatian pada istrinya. Nayla jadi merasa tidak enak. Ia merasa tak pantas untuk berada di posisi ini karena tiap kali ia berada di belakangnya, yang ia lakukan hanyalah berzina bersama pria-pria tua.
Dengan pakaian yang nyaris mirip saat berzina dengan pak Urip di pagi tadi. Nayla pun duduk bersandar pada kursi belakang sambil merenungi perbuatannya sebagai istri dari suaminya.
'Bener-bener gak layak… Apa yang aku lakukan selama ini bener-bener gak layak… Astaghfirullah… Maafkan dosaku selama ini, kenapa aku tega mengkhianati cintanya demi sebuah kepuasan ?'
Batin Nayla menyesal.
Lagi, saat akal sehatnya kembali ia dapatkan, yang bisa ia rasakan hanyalah penyesalan setelah berhasil mendapatkan kepuasan. Jauh berbeda disaat dirinya kehilangan akal sehatnya. Ia menunjukkan sisi binalnya. Sisi yang bahkan tak pernah ia tunjukkan dihadapan suaminya.
Wajahnya semakin terlihat kelelahan. Ia lelah karena terlalu banyak pikiran yang harus dipikirkan. Ia pun menaruh jemarinya pada dahinya. Ia masih kepikiran. Ia bahkan tak sadar saat pak Urip dan Miftah sudah naik di kursi depan.
“Dek… Ada apa ? Kok mukanya gitu ?” Tanya Miftah mengejutkan Nayla.
“Eh gak kok… Enggak iyya enggak hehe” Jawab Nayla dengan canggung.
Pak Urip yang mengamati dari spion tengah hanya tersenyum senang. Ia masih tak percaya dirinya bisa memasuki semua lobang kenikmatan yang dimiliki oleh akhwat bercadar itu. Bahkan dirinya juga bisa melihat keseluruhan tubuhnya yang jarang diperlihatkan kepada orang-orang.
'Hakhakhak… Kenikmatan apa lagi yang bisa saya dapatkan darimu, non Nayla ?'
Batin pak Urip tak sabar untuk menantikan kisah selanjutnya dari perzinahannya bersama majikan alimnya.
“Saya pamit dulu yah… Kapan-kapan saya mampir kesini lagi !” Ucap Miftah kepada pak Rudi.
“Hahaha siap pak… Hati-hati di jalan” Ucap pak Rudi melambaikan tangan.
Pak Urip pun mulai menjalankan mobil. Terlihat Nayla menoleh ke kaca untuk melihat vila yang sudah menjadi saksi bisu kebinalannya selama di daerah Puncak ini. Namun sekilas matanya bertemu dengan mata pak Rudi. Terlihat pak Rudi tersenyum penuh kepuasan yang membuatnya merinding ketakutan. Ia jadi teringat juga saat dirinya harus melayani pak Rudi ketika mulutnya sibuk melayani penis pak Urip.
Banyak kisah yang sudah terjadi selama hari liburan ini. Nayla semakin pusing memikirkan semuanya. Ia jadi mengantuk. Ia ingin tidur saja berharap akan ada hari cerah yang menunggunya saat terbangun suatu saat nanti.
*-*-*-*
Beberapa menit kemudian di perjalanan
Ketika Nayla tertidur pulas, Miftah dan pak Urip terus asyik mengobrol selama perjalanan pulang. Menyadari adanya keheningan di kursi belakang. Miftah pun menoleh ke belakang untuk melihat keadaan.
“Loh dek… Tidur lagi ?” Ucap Miftah kesal.
“Ada apa pak ? Kok kesel gitu ?” Tanya pak Urip sambil fokus menyetir.
“Engga… Istri saya kok belakangan jadi suka tidur… Tadi pagi bangun telat… Kemarin pas pertama kali dateng ke vila juga langsung tidur… Heran deh… Padahal ini kan liburan, waktu liburan kok malah digunain buat tidur aja” Ucap Miftah geleng-geleng kepala.
“Oalah haha ya gapapa itu pak… Wanita itu justru kudu sering tidur… Kalau jarang yang ada bisa bikin stress loh pak” Ucap pak Urip mengejutkan Miftah.
“Loh emang bener itu pak ?” Tanya pak Miftah tak percaya.
“Bener itu pak… Saya pernah denger dari temen saya… Di otak wanita itu ada zat yang kalau gak ditidurin ya bakal bikin wanita itu stress… Biarin aja… Mungkin itu cara 'healing' non Nayla agar terbebas dari beban pikiran” Ucap pak Urip bijak.
“Oalah gitu yah… Hmm yaudah deh… Mungkin iya juga sih yah… Di rumah sibuk kerja… Mungkin ini cara healingnya dengan beristirahat sebanyak mungkin” Ucap Miftah menyetujui ucapan pembantunya.
“Hehe iyya pak” Jawab pak Urip sambil tersenyum sendiri.
'Tau aja sih pak… Kalau di rumah istri bapak sibuk ngangkang ngelayani saya… Hakhakhak…'
Batin pak Urip tertawa.
Kebetulan saat itu mereka tiba di lampu merah. Pak Urip menghentikan laju mobilnya sejenak. Ia memanfaatkan waktu itu untuk menatap wajah Nayla yang tengah tertidur pulas. Ia merasa kasihan melihatnya kelelahan setelah melayani dirinya.
'Yang sabar yah non… Jadi lonte emang butuh kerja keras… Tapi tenang, saya juga akan bekerja keras agar dapat membinalkan dirimu…'
Batin pak Urip tersenyum.
MEC8LY0
https://thumbs4.imagebam.com/4d/db/e3/MEC8LY0_t.jpg 4d/db/e3/MEC8LY0_t.jpg
'NAYLA
'Hakhakhak… Cantik-cantik kok lonte… Ya cocok lah…'
Batin pak Urip yang masih tak menyangka dirinya bisa berulang kali menggagahi majikannya.
Seketika lampu sudah berubah menjadi warna hijau. Sebelum mobil kembali ia lajukan. Matanya sepintas melirik ke arah resleting tas Nayla yang agak sedikit terbuka. Ia melihat ke arah botol minuman yang sudah berkurang setengahnya. Ia tersenyum. Ia tersenyum lalu menginjak pedal gasnya untuk membawa kedua majikannya pulang ke rumah.
*-*-*-*
Pada saat yang sama di vila yang baru ditinggali mereka bertiga.
“Hah lumayan… Lumayan… Meski baru dapet mulut sama gesek-gesek memeknya doang… Lumayan lah masih bisa ngecrotin tubuhnya juga” Lirih pak Rudi mengingat kejadian kemarin sore.
“Asoy banget deh emang… Gila, bisa-bisanya pak Urip beruntung banget yah ? Enak banget tiap hari pasti digoyang terus sama mbak Nayla” Lirihnya sambil berjalan memasuki vila untuk beres-beres ruangan.
Saat memasuki kamar yang ditempati oleh Nayla bersama suaminya. Ia menyadari adanya keanehan yang terjadi pada ranjang tidur di ruangan itu.
“Lohh ini ?” Ucapnya yang membuatnya langsung mendekat tuk duduk di tepi ranjang itu.
“Basah… Ya ini basah… Jangan-jangan !!!” Ucap pak Rudi kepikiran sesuatu.
'Pasti pas saya pergi bareng mas Miftah, mereka berdua kembali bercinta di kamar ini ?'
Batin pak Rudi menduga.
Saat tangannya meraba-raba sprei tersebut. Ia juga menemukan noda basah lain. Kali ini noda tersebut agak sedikit kental yang membuatnya langsung menduga kalau itu adalah noda bekas sperma.
“Aaiihhh sialan… Ditinggal lagi kan sama mereka !” Lirih pak Rudi kesal.
“Bisa-bisanya mereka gak ngajak saya buat enak-enak… Kasian pak Urip kudu muasin mbak Nayla sendiri” Ucapnya sambil buru-buru memelorotkan celananya.
Penisnya sudah mengeras. Pikirannya sudah mesum membayangkan segala kemungkinan yang terjadi di vila ini.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhh mbak Naylaaa” Desah pak Rudi sambil coli.
Ia pun membayangkan dirinya tengah digoyang oleh akhwat bercadar itu. Hal itu membuatnya jadi semakin bernafsu. Ia menelanjangi dirinya lalu berfantasi sambil mengusap-ngusap sprei ranjang yang basah itu.
“Aaahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh nakal banget kamu yah mbaakk… Kontol saya sampai cenat-cenut gini” Desah pak Rudi semakin puas.
Hampir lima menit ia bermasturbasi sambil membayangkan sang bidadari. Ia pun mengeluarkan hapenya untuk melihat foto yang berhasil ia tangkap di kemarin sore. Terlihat jelas Nayla yang sudah setengah telanjang menyisakan hijab serta jaketnya saja tersungkur dilantai setelah dipaksa melayani mereka berdua. Terlihat jelas wajah kebingungan Nayla saat hampir kepergok suaminya. Ia yang saat itu bersembunyi bersama pak Urip diam-diam mengabadikan momen yang menegangkan itu.
“Aaahhhhh… Aahhh… Saya gak kuat lagi… Saya mau keluaar mbaak… Uhhhh mantapnyaa… Aaahhh yahh kkkellllluuaaarr !!!” Jerit pak Rudi dengan sangat puas.
'Ccccrrroottt… Cccrrroootttt… Cccrrrooottt !!!'
Sperma pak Rudi menyembar deras membasahi sprei yang sudah basah itu.
Ia pun berbaring ngos-ngosan. Berfantasi sambil membayangkannya saja sudah sepuas ini. Ia pun penasaran pada pak Urip. Kira-kira bosan gak yah tiap hari harus melayani nafsu mbak Nayla ?
'Mana bisa ? Mana bisa bosan melayani akhwat secantik dia… Hahaha ada-ada aja pikiran saya !'
Lirih pak Rudi tertawa.
Setelah puas meluapkan fantasinya. Ia pun kembali berpakaian untuk beristirahat sejenak sambil menghirup udara segar di halaman luar.
Sambil berjalan ia menyalakan sepuntung rokoknya. Ia pun menghisap rokoknya sambil duduk di dekat pintu gerbang depan.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Saat lagi asyik-asyik merokok. Tiba-tiba ada pengendara motor yang berhenti lalu datang menghampiri.
“Eh pak Rudi apa kabar ?” Ucap lelaki itu yang membuat pak Rudi berdiri lalu mendekat sambil memegangi sepuntung rokoknya.
“Hahahaha pak Mansur… Tumben main kesini… Lagi santai apa gimana nih ?” Ucap pak Rudi yang ternyata mengenali sosoknya.
MEC9LLM
https://thumbs4.imagebam.com/05/c1/db/MEC9LLM_t.jpeg 05/c1/db/MEC9LLM_t.jpeg
'PAK MANSUR
“Wokwokwok ya begitulah… Lagi sepi pesanan nih” tawa pak Mansur malu.
“Ya gapapa namanya juga kerjaan… Ada kalanya rame ada kalanya sepi… Yang penting mah bisa selalu hepi… Iya gak pak ? Hahaha” ucap pak Rudi sambil menyebat rokoknya lagi.
“Iyya betul wokwokwok… Oh yah, saya mau nanya nih pak ?” Ucap pak Mansur kepada penjaga vila itu.
“Ada apa pak ? Ya tanya aja mumpung saya lagi santai juga” Jawab pak Rudi kepada tukang ojek 'online' yang mengenakan jaket berwarna hijau itu.
“Bapak kenal mbak bercadar yang tinggal disini kan ?” Tanya pak Mansur mengejutkan pak Rudi.
“Lohhh kenapa emang ?” Tanya pak Rudi terkejut.
“Siapa namanya ? Boleh kenalin ke saya gak ? Gak sengaja waktu saya lagi jalan kesini, saya ngeliat mbak-mbak itu malah masturbasi di dalem mobil ('baca : Chapter 9')... Mana ekspresi wajahnya enak banget lagi… Jadi nafsu saya pak” Ucap pak Mansur yang semakin membuat pak Rudi terkejut.
“Hah ? Apa iya ? Di mobil ? Hahahahah… Emang udah gak ketolong deh binalnya” Ucap pak Rudi tertawa.
“Loh bapak udah tau ? Bapak kok gak keliatan kaget gitu ?” Tanya pak Mansur heran.
“Lah wong saya aja diajak pembantunya main trisom loh” Ujar pak Rudi membanggakan dirinya.
“Loh beneran ? Jadi mbak-mbak itu emang binal yah ? Beruntung banget sih bapak” Ucap pak Mansur iri.
“Iyya dong… Saya gitu hahaha… Nih buktinya” tawa pak Rudi sambil menunjukkan bukti foto setelah menodai akhwat bercadar itu.
“Waahhhh iyya… Beruntung banget sih bapak… Kapan-kapan ajak saya juga dong pak… Gara-gara kejadian di mobil itu saya jadi pengen ngerasain jepitannya memek akhwat bercadar itu gimana” Ucap pak Mansur ngarep.
“Loh kok pede ? Hahahha… Wani piro ?”
“Kita barter aja gimana ?” Ucap pak Mansur mengejutkan pak Rudi.
“Barter ?” Tanya pak Rudi bingung.
“Hehe tenang saya gak dateng dengan tangan kosong kok… Baru-baru ini saya tuh diajak sama seseorang buat muasin istrinya… Gak tau kenapa padahal istrinya cantik banget loh… Mungkin orang itu punya 'fantasy cuckold' kali yah” Ucap pak Mansur sambil mengeluarkan hapenya.
“Eh mana coba liat ?” Tanya pak Rudi penasaran.
“Nih dia fotonya” Ucap pak Mansur memamerkan foto seorang istri yang berhasil ia gagahi.
MEC9LLK
https://thumbs4.imagebam.com/0a/3d/26/MEC9LLK_t.jpg 0a/3d/26/MEC9LLK_t.jpg
“Wuihhhh serius pak ? Ini nih ? Beneran nih ? Ini mah cewek 'highclasss' pak… Kok bapak bisa sih ?” Tanya pak Rudi langsung iri.
“Wokwokwok… Sebenarnya saya juga beruntung sih… Dia kan sering belanja 'online' nih… Nah cukup sering saya nganterin barang yang ia pesan ke rumahnya… Dia itu sebenarnya dosen muda di salah satu kampus terkenal loh… Eh pas terakhir nganterin tiba-tiba diajak suaminya buat main bareng dia… Kalau udah diajak gitu, siapa yang bisa nolak coba ?” Ucap pak Mansur menceritakan pertemuannya dengan wanita cantik tersebut.
“Wahhh sialan emang… Tapi emang beneran nih ? 'Real' nih ? Jangan-jangan bapak cuma ngada-ngada lagi… Ada video pas enak-enaknya gak ?” Ucap pak Rudi mencurigai cerita pak Mansur.
“Tenang pak… Pasti ada dong… Coba main ke forum ini… Tau gak tentang forum ini ? Punya akunnya kan ? Kalau gak punya daftar dulu sana… Main ke igo… Disana udah tersedia lengkap 'thread' tentangnya… Nih liat deh videonya” Ucap pak Mansur memamerkannya.
“Wuihhh ini sih saya punya akunnya tapi dah jarang 'on' lagi belakangan ini… Btw kok disensor sih ?” ucap pak Rudi kecewa.
“Wokwokwok… Ya iyalah namanya juga privasi… Kalau kesebar ya bahaya… Kalau yang gak disensor ada nih di hape saya” Ucap pak Mansur menunjukkan videonya.
“Wuihh iya beneran ? Sialan banget kok bapak bisa sih ?” Ucap pak Rudi tak mengira.
“Wokwokwok… saya gitu” Ucap pak Mansur yang kali ini membanggakan dirinya sendiri.
“Eh bentar-bentar saya liat-liat kok kayak kenal yah ?” Ucap pak Rudi saat melihat foto wanita itu dengan jelas.
“Wokwokwok… Betul, bapak punya akun di forum ini kan ? Dulu ada cerita yang terkenal namanya Ada Cerita di Pesantren… Tau yang namanya ustadzah Nada ? Nah dia itu mulustrasi di cerita itu” Ucap pak Mansur yang membuat pak Rudi terkejut.
“Jadi bapak selama ini udah ngentot sama mulustrasi asli dari . . . “ Kata pak Rudi terpotong karena saking terkejutnya.
“Yaps benar” Ucap pak Mansur yang membuat pak Rudi melongo tak percaya.
“Oke… Oke… Nanti biar saya atur deh… Saya usahakan agar bapak bisa main sama mbak Nayla… Tapi beneran nih saya bisa main sama akhwat itu siapa namanya ?” Tanya pak Rudi mupeng.
“Wokwokwok rahasia dong… Tapi saya juga mesti izin dulu ke suaminya… Kalau diizinin baru saya konfirmasikan lagi” Ucap pak Mansur.
“Santai… Saya juga butuh izin ke pembantunya kok… 'Deal' yah… Kita nanti bisa tukeran korban… Hahaha” tawa pak Rudi bernafsu.
“Gak usah tukeran… Kita main sama-sama aja” Ucap pak Mansur yang membuat pak Rudi tersenyum.
Mereka pun telah berjanji agar bisa mewujudkan impiannya masing-masing. Bisakah suatu saat nanti mereka berkolaborasi ? Atau hanya sebatas mimpi ?
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 12
TEMPAT PELAMPIASAN
Keesokan harinya,
“Hah… Capek, kayaknya gara-gara kemaren kebanyakan tidur deh… Atau gara-gara kecapekan digituin yah ?” Lirih Nayla saat berbaring diatas ranjang tidurnya.
Ia masih merasakan pegal-pegal di badannya. Ia pun teringat kejadian di hari sebelumnya setelah dirinya pulang dari liburan. Dari siang menjelang sore sampai waktu tidur tiba. Dirinya hanya tidur-tiduran di atas ranjang bukan karena ingin bermalas-malasan. Tapi karena sangat kelelahan setelah dipaksa melayani pejantan-pejantan tua selama di vila di waktu liburan.
Aneh memang, kenapa setelah berlibur dirinya malah kelelahan ? Bukannya berlibur itu untuk menghilangkan rasa lelah sekaligus untuk merefleksikan pikiran ? Entahlah, hari ini pun sama. Ia pun memutuskan untuk berbaring sejenak setelah membuatkan bekal lalu mengantar suaminya berangkat bekerja.
Seketika ia menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk kamarnya. Saat menyadari pintu sudah tertutup rapat. Ia tersenyum lalu mengusap dadanya sejenak. Ia merasa lega, setidaknya itu membuat pembantunya tidak memiliki akses masuk menuju kamar tidurnya.
“Oh yah, udah jam berapa ini ?” Tanya Nayla sambil melihat ke arah jam dindingnya.
“Ehhh udah mau jam setengah sembilan aja ternyata… Gawat dong, aku telat minum obat !” Ucap Nayla panik.
Ia segera bangkit ke posisi duduknya. Namun, baru saja ia duduk tepi ranjangnya. Ia sudah merasakan sakit-sakit di punggungnya.
“Adduuhhh… Kok punggungku malah sakit sih ?” Keluh Nayla sambil memegangi tulang belakangnya.
“Masa encok sih ? Gak ah… Aku kan masih muda ? Pasti ini gara-gara sering dibolak-balik sama pak Urip” Ucap Nayla kesal sendiri saat teringat perlakuan pembantunya di vila kemarin.
“Duhhhh… Atau jangan-jangan gara-gara kebanyakan tiduran juga kali yah ?” Lanjutnya sambil berdiri lalu berjalan perlahan mendekati pintu keluar.
Saat pintu kamarnya sudah dibuka, ia melongokkan wajahnya untuk melihat keadaan. Ia agak heran sekaligus sedikit curiga setelah mendapati sepinya keadaan di rumahnya.
“Pak Urip kok gak keliatan yah ? Lagi pergi apa yah ? Wah 'alhamdulillah'” Ucap Nayla mensyukuri keadaan.
Ia pun berjalan keluar dari kamarnya. Secara perlahan sambil memegangi punggungnya, ia melanjutkan perjalanannya menuju teras rumah untuk melihat keadaan.
“Eh beneran dong gak ada pak Urip ?” Kata Nayla tersenyum senang.
Wajahnya semakin tersenyum cerah saat samar-samar dirinya melihat dari kejauhan adanya sesosok pria tua berperut tambun yang pergi menjauh menaiki motornya.
“Pak Urip beneran pergi yah ? Huft 'alhamdulillah'… Pergi aja yang jauh sekalian pak… Jangan balik lagi !” Ucap Nayla merasa lega.
Ia lalu menutup pintu depan rumahnya. Ia lalu duduk di kursi ruang tamu rumahnya. Ia melepas hijabnya sekaligus cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
“Dah lama semenjak bisa bebas lepas hijab kayak gini ?” Ucap Nayla sambil menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengibas-ngibaskan rambut pendeknya. Ia lalu mengambil ikat rambut untuk mengikat ujung rambutnya. Tampak leher jenjangnya begitu indah. Nampak sudut dagunya dari samping seperti lebah yang sedang bergantung. Setelah rambutnya sudah terikat. Ia pun duduk sejenak sambil merenungi keadaan.
Tangan kanannya membuka toples makanan untuk mengemil makanan. Ia merasa lapar, tapi malas untuk melakukan sarapan. Setelah wafer 'snack' yang tadi diambilnya habis. Ia mengambil wafer lain untuk melanjutkan cemilan paginya.
“'Alhamdulillah', aku masih merasa normal kayak gini… Aku gak sangek-sangek lagi…” Lirihnya sambil terus mengemil wafer tersebut.
“Entah kenapa aku jadi keinget momen dulu… Sewaktu aku menganggap pak Urip sebagai orang yang bisa aku percaya… Saat sebelum kejadian air lemon itu terjadi… Aku masih bisa merasakan kedamaian kayak gini… Bahkan saat pak Urip kerja di halaman rumah, aku masih bisa santai sambil mengemil wafer 'snack' kayak gini… Sedangkan belakangan ini ?” Lirihnya sambil kembali mengemil wafer 'snack' itu.
“Yang ada aku gelisah terus… Hidupku gak tenang… Tiap hari, aku harus berjuang untuk melawan nafsu birahiku… Jujur itu melelahkan… Aku harap aku gak kambuh lagi… Aku juga harus menjauh dari orang-orang yang pernah menyetubuhi diriku… Baik itu pak Urip ataupun pak Beni… Hah” Lirih Nayla sambil mendesah sedikit mengingat dirinya harus memaksa diri untuk menjauhi pak Beni.
“Maafin aku pak… Aku harus menjauh dari bapak… Bukan karena aku benci bapak… Tapi ini demi kebaikanku juga kebaikan bapak” Lirihnya sambil terus mengemil menikmati 'snack' wafer itu.
Saat sedang asyik merenung sambil mengemil makanan. Ia teringat sesuatu saat tak sengaja telinganya mendengar suara tertentu.
'Saayyuurr… Saayyuurrr…'
“'Astaghfirullah'… Iya juga, aku harus belanja sayur… Baru inget di kulkas gak ada bahan masakan sama sekali” Ucap Nayla yang langsung menutup toples makanannya lalu mengenakan hijab dan cadarnya lagi untuk bersiap pergi untuk berbelanja sayuran di pagi hari.
Namun baru beberapa langkah ia melewati gerbang depan. Ia dikejutkan oleh adanya suara yang memanggil namanya.
“Mbak Nayla… Hehe” Ucap seseorang yang membuat Nayla menoleh.
“Pak Beni ?” Lirih Nayla terkejut hingga membuat jantungnya berdebar kencang.
Akhirnya, ia pun bertemu salah satu dari dua orang lelaki tua yang pernah menyetubuhinya. Ia pun bingung harus berbuat apa sekarang. Ia hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya. Ia hanya berharap agar pak Beni tidak membahas momen saat diri mereka melakukan VCS lagi, karena itu hanya akan membuatnya malu. Ia bahkan enggan untuk mengingat lagi perbuatannya waktu itu.
“Mbak apa kabar ?” Tanya pak Beni sambil senyum-senyum sendiri.
“Baiikk” Jawab Nayla sambil menunduk.
“Waaahhh mbak makin cantik yahhh” Puji pak Beni sambil mengamati lekuk tubuh Nayla.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEBG1T9
https://thumbs4.imagebam.com/b6/6d/89/MEBG1T9_t.jpg b6/6d/89/MEBG1T9_t.jpg
'NAYLA
Jujur Nayla merasa tidak nyaman saat mata pria tua kekar itu terus memelototi tubuh indahnya. Nayla yang pagi itu mengenakan kaus santai berlengan panjang yang ia padukan dengan celana 'training' longgar yang tidak mencetak kaki jenjangnya juga dengan hijab lebar berwarna merah serta cadar yang memiliki warna serupa jadi merasa risih dibuatnya. Ia berharap pak Beni segera mengakhiri perkataannya agar dirinya bisa cepat pergi menjauh darinya.
“Makasih” Jawab Nayla dingin.
“Hehe, waktu itu . . . “ Ucap pak Beni yang membuat Nayla deg-degan.
“Saya gak nyangka, malam itu saya bisa liat mbak telanj . . . . “ Lanjut pak Beni namun segera di potong oleh Nayla.
“Cukuppp… Jangan bahas itu lagi… Aku mau pergi” Ucap Nayla mengejutkan pak Beni. Ia langsung berbalik badan lalu berjalan pergi menjauhi pak Beni.
“Ehhh tunggu mbak… Saya . . .” Ucap pak Beni yang ingin mengobrol lebih lama lagi.
“Ada apa ? Apa ada yang perlu bapak bahas ?” Tanya Nayla berhenti sambil berdiri membelakangi pak Beni.
Pak Beni pun terdiam seolah bingung harus melakukan apa. Ia merasa sifat tetangga alimnya itu berbeda dari saat ketika mereka melakukan VCS di malam hari itu.
“Gak ada” Jawab pak Beni dengan segera.
“Kalau gitu, aku mau pergi… Permisi” Ucap Nayla langsung pergi.
Pak Beni pun diam membisu melihat sisi belakang tubuh Nayla yang kian menjauh. Ia hanya diam saja. Ia terus memandangi Nayla yang semakin menjauhi dirinya.
“Mbak Nayla kenapa yah ? Kok tatapannya keliatan kayak membenci saya ? Apa saya telah melakukan kesalahan ?” Tanya pak Beni heran.
Pak Beni pun hanya menggelengkan kepala. Ia akhirnya langsung pergi untuk bekerja sambil membawa sapu yang sedari tadi ia pegang menggunakan tangan kanannya.
Sementara itu Nayla terus berjalan mendekati warung gerobak mang Yono. Saat ia merasa sudah jauh dari tetangga tuanya, ia pun menghentikan langkah kakinya hanya untuk menoleh ke belakang. Terlihat pak Beni berjalan dengan lemas yang membuat Nayla merasa tidak enak. Ia pun terus memandangi pak Beni hingga pria tua berbadan kekar itu hilang dari pelupuk matanya.
'Maafin aku yah pak… Sekali lagi maafin aku… Mungkin bapak merasa aku cuek apa gimana ?… Tapi jujur, aku gak mau kita terlalu deket lagi… Aku gak mau mengulang dosa yang sama lagi… Aku takut nafsuku membuatku terlena dan mengajak bapak untuk melakukan perzinahan lagi… Aku mau berhijrah… Aku gak mau mendekati perzinahan lagi… Mungkin aku terkesan jahat karena cuma memanfaatkan bapak untuk melampiaskan nafsu birahiku… Tapi bukan itu maksudku pak… Semoga bapak akan paham… Aku bukan wanita yang seperti itu…'
Batin Nayla. Ia tahu bahwa kesempatan untuk berzina dengannya terbuka lebar saat nafsunya tiba-tiba bangkit menguasai dirinya. Mumpung sekarang ia masih bisa mengendalikan tubuhnya. Ia berusaha untuk menjauh agar nanti ketika nafsunya bangkit, ia tidak kembali mendekati pak Beni hanya untuk meminta kepuasan darinya. Ia tak mau menjadikan pak Beni tempat pelampiasan. Ia pun merinding. Ia merasa takut andai nafsunya kembali bangkit menguasai diri lagi. Ia terus berharap agar tidak dikendalikan nafsu birahinya lagi. Ia tidak mau berubah menjadi akhwat binal lagi. Ia enggan untuk merelakan harga dirinya hanya demi kepuasan sesaat saja.
'Semoga mulai detik ini aku bisa… Semoga aku bisa untuk menjadi Nayla yang dulu lagi…'
Batinnya lalu melanjutkan perjalanannya untuk membeli sayur di warung mang Yono.
*-*-*-*
Sementara itu pak Beni terus merenung dalam perjalanannya bekerja menuju tempat tujuan. Ia terus memikirkan sikap Nayla tadi. Ia lalu membandingkannya dengan sikap Nayla saat melakukan VCS dengannya di malam hari. Ia heran sekaligus penasaran. Apa yang membuat sikapnya berubah drastis seperti tadi ?
Padahal Nayla yang ia kenal adalah Nayla yang binal yang mengajaknya bercinta untuk memuaskan nafsu birahinya. Kenapa tiba-tiba Nayla malah bersikap seperti tadi ?
“Apa jangan-jangan ? Pak Urip yang membuatnya terpaksa untuk bersikap seperti tadi ? Ya, pasti seperti itu… Pasti Nayla dipaksa menjauhi saya gara-gara kepergok dekat dengan saya ? Kalau benar, kurang ajar sekali pak Urip ini ! Bisa-bisanya ia memaksa mbak Nayla bersikap seperti tadi !” Lirih pak Beni yang malah berpikiran seperti itu.
“Padahal kesempatan itu baru saja datang mendekati saya ! Kenapa si Urip sialan mau menjauhkan kesempatan itu dari saya !” Ucap pak Beni jadi kesal sendiri membayangkan kalau itu beneran terjadi.
“Hah, mbak Nayla… Wajahmu yang cantik memang lah tidak sebanding dengan wajah saya yang burik… Aroma tubuhmu yang wangi & seksi memang lah tidak sebanding dengan tubuh saya yang bau terasi… Meski demikian, salah kah saya yang mencintai keindahan lekuk tubuhmu itu ? Saya masih ingat betul saat-saat ketika diri mbak telanjang bulat di depan saya… Meski masih melalui hape, saya langsung terpana saat melihat lekuk indahmu yang begitu aduhai, serta bokong montokmu yang begitu semlohai, juga susu bulatmu yang begitu bohai… Ah, padahal saya berharap kita bisa bermesum-mesuman lagi mbak… Andai itu terjadi, saya pasti akan menggenjotmu semalaman… Saya jamin, saya gak akan berhenti menggenjotmu untuk memuaskan nafsu birahimu itu !” Lirih pak Beni sambil mengelus-ngelus penisnya sendiri.
“Duh kok jadi sangek yah gara-gara mikirin bodi mbak Nayla !” Ucapnya saat merasakan penisnya mulai mengeras gara-gara pikiran kotornya.
Ia pun terus berjalan sampai dirinya tiba di titik tempat dimana ia bekerja. Sambil berusaha fokus menyapu, namun pikirannya yang terlanjur keruh membuatnya membayangkan tubuh polos Nayla berikut suara desahannya yang masih terekam jelas di dalam ingatannya.
“Hah… Hah… Hah… Siaalll, jadi pengen coli lagi nih !” Batin pak Beni kesal.
Ia pun berusaha untuk menghalau pikiran kotornya disaat bekerja. Ia mencoba melihat ke sekitar tapi yang ada ia malah melihat mahasiswi seksi yang suka memakai rok mini berkeliaran di sekitarnya. Terkadang ia juga melihat mahasiswi bercadar yang membuatnya semakin teringat akan binalnya sosok Nayla.
Ia pun baru sadar bahwa dirinya berada di dekat kompleks asrama mahasiswa. Pantas saja banyak mahasiswi-mahasiswi muda yang berlalu-lalang disekitarnya. Ini sudah seperti ujian baginya. Karena sudah tak tahan, ia pun menyerah lalu matanya jelalatan melihat mahasiswi-mahasiswi bercadar yang lewat disekitarnya. Tangannya juga diam-diam mengelus-ngelus penisnya. Ia membayangkan kalau itu adalah Nayla. Ia mendesah pelan. Ia menikmati aksi mesumnya di pagi hari ini.
“Hah… Hah… Hah… Mbak Naylaa… Gara-gara mbak nih, saya jadi nafsu gini !” Batinnya saat mulai terang-terangan mengusap-ngusap penisnya sambil memandangi akhwat bercadar yang lewat disekitarnya.
“Aaahhhh… Aahhhhh… Saya pasti akan menyetubuhimu sekali lagi mbak… Pasti… Pastiii ituuu !” Desahnya dengan pelan sambil terus mengelusi penisnya sendiri.
Tapi seketika matanya bertemu dengan mata mahasiswi bercadar yang ia jadikan fantasi saat itu. Pak Beni diam mematung. Apalagi saat mahasiswi itu melaporkan perbuatannya pada pria kekar yang berdiri di sampingnya.
Pak Beni pun menundukkan wajah lalu berpura-pura menyapu lagi. Ia berusaha menjauhkan diri dari sosok akhwat bercadar yang ia jadikan fantasi tadi.
“Apa yang tadi bapak lakukan ?” Ucap seseorang sambil memegangi bahu pak Beni dari belakang.
“Anuuuu . . .” Ucap pak Beni saat berfikir sambil menolehkan wajahnya ke belakang menghadap ke arah pria kekar itu.
Belum sempat pak Beni menjelaskan, tiba-tiba laki-laki kekar itu memukul pipi pak Beni hingga membuat pria tua kekar itu tersungkur ke tanah.
'Bruuukkkk !!!'
Sontak pak Beni terbangun dari nafsu birahinya. Ia tidak lagi sangek. Ibaratnya seperti disiram menggunakan seember air dingin yang membuatnya tidak mengantuk lagi.
“Jaga mata bapak… Jaga juga tangan bapak… Sekali lagi bapak melakukan hal itu pada istri saya… Saya akan bawa tindakan bapak tadi ke kantor polisi !” Ucap laki-laki kekar itu sambil menunjuk muka pak Beni.
Pak Beni pun hanya terdiam sambil mengangguk. Ia sadar kalau ini merupakan kesalahannya. Ia tak bisa melawan. Ia pun pasrah sudah kepergok melecehkan istri dari pria yang menonjoknya tadi.
“Yuk sayang, kita pergi !” ucap laki-laki itu sambil menggandeng lengan akhwat bercadar yang tadi dijadikan fantasi oleh pak Beni.
“Hah sial !” Lirih pak Beni sambil memegangi pipinya sebelum ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Ia pun terus menatap akhwat bercadar tadi yang semakin menjauhi dirinya. Ia juga merasa iri pada pria kekar tadi. Ia pun berharap bisa seperti laki-laki tadi yang bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang ia jadikan fantasi tadi.
“Andai itu terjadi… Ya andai itu terjadi…” Ujarnya sambil melanjutkan pekerjaannya.
*-*-*-*
“Beli ini yah mang… Berapa ?” Tanya Nayla saat memilih sayuran yang ingin ia beli.
“Wuihhh beli terong yah non ? Gede amat !!! Buat apa hayooo !” Ujar mang Yono saat melihat terong yang dipilih oleh Nayla.
“Ya buat dimakan lah… Buat apa lagi coba !” Ketus Nayla kesal.
“Huahahah iya mbak percaya… Sama kentang juga yah ? Semuanya Sepuluh ribu aja mbak” Kata mang Yono tertawa.
Makasih yah mang... Ini uangnya, pas kan ? Ucap Nayla setelah mengeluarkan uang dari dompetnya.
Iyya mbak... Lagi-lagi pas... Padahal maunya lebih, biar bisa nganterin kembalian lagi ucap mang Yono yang tak digubris oleh Nayla.
Nayla dengan tatapan risih langsung berbalik badan. Ia ingin menjauh dari segala pemicu yang membuat nafsunya bangkit lagi. Sedangkan mang Yono pun terus memperhatikan Nayla yang kian pergi. Ia hanya tersenyum setelah menggodanya. Ia terus tersenyum sambil memperhatikan sisi punggung Nayla yang kian menjauh darinya.
“Eh ini ?” Ucap Mang Yono saat tak sengaja melihat ke arah gerobak sayurnya.
Lalu, sementara itu.
Hah... Beli sayur udah terus sekarang waktunya masak buat entar malem ah... Eh apa sore aja yah masaknya ? Tapi sekarang mumpung lagi gak ada pak Urip... Eh tapi kalau masak sekarang ya bakal dingin kalau buat entar malem ? Aku juga gak rela kalau masakanku malah dimakan pak Urip pas siang nanti... Aahh pusing deh lirih Nayla kesal sendiri.
Mungkin aku harus istirahat dulu kali yah buat nenangin pikiranku... Tapi daritadi aku juga udah istirahat terus... Hah kapan kerjanya ? Serba salah deh jadinya... Semua gara-gara pak Urip ! Gerutu Nayla saat berjalan pulang menuju rumahnya.
Tak terasa, ia telah tiba di pintu masuk rumahnya. Ia membukanya lalu menutup pintunya lagi.
Hah gerah banget deh... Gak nyangka Jakarta bakal sepanas ini... Mungkin karena belakangan tinggal di Puncak kali yah ucapnya sambil melepas hijab kemudian cadar berwarna merahnya.
Nayla yang saat itu cuma mengenakan kaus berlengan panjang serta 'training' longgar yang tidak mencetak kaki jenjangnya segera menuju dapur untuk menaruh bahan-bahan sayuran yang baru saja dibelinya.
Hah, akhirnya selesai beli sayur juga ucapnya sambil duduk di kursi di dekat meja makan rumahnya.
Nayla merasa kelelahan. Padahal yang dilakukannya sedari tadi hanyalah beristirahat lalu membeli sayur di warung mang Yono. Ia pun heran pada tubuhnya. Kenapa ia jadi mudah lelah ? Apakah karena energinya sering disedot mang Yono melalui lubang vaginanya ?
Hah 'astaghfirullah', oh yah obatnya ucap Nayla sambil menepok jidatnya.
Hampir aja aku kelupaan... Bisa gawat kalau aku gak rutin minum obatnya ucap Nayla buru-buru pergi ke kamarnya.
Ia segera membuka pintu almarinya. Ia lalu mengambil sebuah botol yang ia sembunyikan di dalam tas ranselnya. Ia sengaja menyembunyikannya agar tidak dicurigai suaminya karena botol itu sendiri memiliki rupa yang jarang dilihat oleh orang-orang. Ia tidak mau ditanya suaminya sedang meminum air apa. Ia juga tidak mau kalau tiba-tiba suaminya meminta minuman itu karena penasaran akan rasanya.
“Aaahhhh segarnya” Katanya setelah menenggak minuman itu sekali.
Terlihat minuman itu tinggal tersisa sedikit. Tak terasa, ia sudah beberapa hari melakukan terapi dengan air ramuan ini. Meski hasilnya belum sesuai dengan apa yang ia harapkan, ia pun terus berharap agar dirinya bisa terbebas dari siksaan nafsu birahi yang kadang suka bangkit menguasai diri.
Setelah ia menenggak botol minuman itu sekali. Ia pun mengelap sisa air itu di tepi bibirnya menggunakan lengan bajunya.
'Alhamdulillah' aku udah minum lagi... Harusnya aku gak kambuh lagi kan ? Daritadi aja sampe jam segini aku gak kambuh-kambuh lagi... Moga aja aku bisa berubah... Moga aja aku gak gampang sangean lagi ucap Nayla optimis.
Yokk bisa yokk... Kamu pasti bisa... Kamu itu bukan lonte murahan... Jadi jangan nyerah lagi yah dengan keadaan ! Ucap Nayla memotivasi dirinya.
*-*-*-*
Sementara itu, pak Beni kembali melanjutkan pekerjaannya dengan menyapu jalanan. Terlihat tangan kirinya memegangi pipinya yang masih agak sakit. Sebenarnya, itu bukan lah luka yang berarti bagi pak Beni. Itu hanya lah luka ringan baginya. Dalam beberapa waktu, mungkin luka itu tidak terasa lagi olehnya.
“Tapi kok masih sakit yah ? Kayaknya mas-mas tadi sering olahraga deh… Tonjokannya kuat banget” Ucap pak Beni sambil terus menyapu jalanan.
Tak terasa jam sudah mendekati pukul setengah 10 siang. Sinar matahari semakin tinggi. Udara semakin panas yang membuat pak Beni terpaksa membuka beberapa kancing seragamnya hingga memperlihatkan sedikit dada bidangnya.
Nampak keringat membanjiri keningnya. Padahal ia sudah mengenakan topi. Tapi tampaknya udara semakin berapi-api. Ia lalu mengibas-ngibaskan seragam kemejanya sambil melanjutkan pekerjannya.
“Pak Benii !”
Seketika ada suara yang memanggil namanya. Pak Beni menoleh. Tangan kirinya ia taruh di dekat keningnya agar pandangannya semakin jelas tak terhalang oleh silaunya sinar mentari pagi.
“Siapa yah ?” Lirih pak Beni sambil mendekat.
Samar-samar ia melihat seorang akhwat berhijab yang berdiri melambaikan tangan kepadanya. Akhwat itu mengenakan masker. Akhwat itu juga mengenakan rok panjang serta 'blouse' longgar bermotif bintik-bintik. Akhwat itu berdiri memanggil namanya sambil memegangi buku di tangan kirinya.
MECB6M1
https://thumbs4.imagebam.com/60/8c/7b/MECB6M1_t.jpg 60/8c/7b/MECB6M1_t.jpg
'PUTRI
“Siapa itu ? Mahasiswi sekitar sini yah, eh itu kan mbak Putri ?” Ucap pak Beni saat mulai mengenali sosoknya.
Mengetahui Putri memanggil namanya. Pria tua berbadan kekar itu langsung mendekat sambil membawa sapu serta cikrak di kedua tangannya.
Terlihat Putri tersenyum senang melihat pria tua yang dicintainya mendekat. Apalagi setelah melihat penampilannya yang semakin mendekat. Pak Beni terlihat gagah dengan beberapa kancing yang dibuka olehnya. Tubuhnya yang tegap serta cara jalannya yang jantan membuat Putri jadi semakin jatuh hati kepadanya. Putri pun semakin deg-degan dibuatnya.
“Mbak Putri yah ? Ada apa ? Kok mbak Putri ada disini sih ?” Tanya pak Beni heran.
“Loh kampus aku kan deket sini pak… Tempat kosanku juga gak jauh dari sini loh” Ucap Putri mengejutkan pak Beni.
“Loh beneran ? Oalah, saya baru tau loh” Ucap pak Beni yang membuat Putri tertawa.
“Hihihihi bapak lagi kerja yah ? Aku gak ganggu kan ?” Tanya Putri tersenyum.
“Enggak kok, oh yah ? Mbak Putri gak kuliah emangnya ?” Tanya pak Beni.
“Hari ini gak ada pelajaran kok pak… Tadi aku ke kampus Cuma buat ngumpulin tugas aja… Sebenarnya sih sekarang gak ada pelajaran” Jawab Putri sambil menatap wajah pak Beni. Pak Beni pun terlihat hanya manggut-manggut saja. Seketika Putri terpikirkan sebuah ide saat melihat wajah memelas pak Beni.
“Bapak kepanasan yah ? Kalau bapak istirahat sebentar di kosanku gimana ?” Ajak Putri yang mengejutkan pak Beni.
“Eh saya ? Ke kosan mbak ?” Tanya pak Beni tak percaya.
“Hihihih iya… Mampir yuk pak bentar… Temenin aku… Nanti aku buatin minuman deh” Ajak Putri agak sedikit memaksa.
Pak Beni yang merasa tak enak kalau harus menolak kebaikan Putri lagi akhirnya mengangguk menyetujui. Sebenarnya ia juga ingin beristirahat sebentar ditengah teriknya sinar mentari yang semakin naik.
“Tapi apa gapapa mbak ? Gak dimarahin sama temen kos mbak kalau saya kesana ?” Tanya pak Beni ragu.
“Tenang, kamar kosanku aman kok… Pemiliknya juga jarang di kosan… Emang kosan khusus mahasiswa jadi banyak juga kok temen-temen aku yang bawa temennya ke kamar” Jawab Putri santai.
“Ya tapi, saya kan bukan temen-temen kayak temen-temennya mbak… Saya cuma tukang sapu jalanan mbak… Apa nanti mbak gak dimarahi ?” Ucap Pak Beni khawatir.
“Tenang pak… Semua aman kok” Jawab Putri sambil berkedip lalu tersenyum menatap pak Beni.
Entah kenapa diberi kedipan serta senyuman seperti itu membuat hati pak Beni berdebar kencang. Meski ia agak kebingungan, ia pun akhirnya manut saja saat diminta Putri untuk datang menuju kamar kosnya.
'Hihihi akhirnya sebentar lagi aku bisa berduaan dengan pak Beni… Hmmm kosan rame gak yah ? Kalau gak, moga aja aku bisa melakukannya sekarang . . .'
Batin Putri sambil menatap wajah pak Beni.
Terlihat pak Beni berjalan tegak sambil menatap ke depan. Pak Beni jadi terlihat semakin gagah di mata Putri. Putri jadi senyum-senyum sendiri saat berjalan disampingnya. Ia tak merasa malu meski ada beberapa teman mahasiswanya yang menatap heran ke arahnya.
Memang cinta itu buta yah ? Tapi kalau cinta kepada pria tua ? Bukannya itu keterlaluan ? Tapi bagi Putri tidak, karena cinta itu tidak memandang segala aspek kehidupan. Apalagi kalau cuma karena rentang jarak usia.
Tak terasa mereka sudah tiba di depan pintu masuk kosan Putri. Terlihat kosan sepi sekali. Seketika Putri tersenyum sambil memandang pak Beni.
'Hah… Haruskan kubalas perbuatan baik pak Beni sekarang ? Mumpung kosan sepi… Mumpung aku lagi berdua bareng pak Beni… Tapi, kok aku malah deg-degan sendiri yah… Rasanya jadi kurang siap aja kalau aku menyerahkan tubuhku sekarang…'
Batinnya sambil terus memandang pak Beni.
“Hmmm mbak…” Ucap pak Beni membangunkan Putri dari lamunannya.
“Eh iya pak” Ucap Putri terkejut.
“Kosan mbak kok sepi banget yah ? Apa lagi pada kuliah semua ?” Tanya pak Beni yang terkejut saat memandang lorong kos yang begitu sepi.
“Hehe iya deh kayaknya… Masuk yuk, kebetulan kamar aku paling ujung… Deket kamar mandi disana” Ucap Putri sambil menunjuk ke arah yang ia maksud.
“Oalah disana yah ? Ada berapa orang emang yang tinggal disini ?” Tanya Pak Beni sambil mulai berjalan disebelah Putri.
“Ada sekitar enam belas sih pak termasuk aku… Tiap kamar dihuni satu orang… Kamarnya juga cukup luas, jadi aku cukup nyaman tinggal disini… Hihihi” Tawa Putri malu-malu sambil menatap pak Beni.
Lagi, senyuman Putri meluluhkan hati pak Beni. Senyumnya begitu indah yang entah kenapa membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Namun mata pak Beni malah menatap dada Putri. Terlihat dadanya begitu menonjol dibalik 'blouse' longgarnya. Pikiran pak Beni pun jadi kemana-mana. Nafsunya yang tadi padam sejenak kembali bangkit gara-gara memikirkan isi dari 'blouse' yang dikenakan oleh Putri.
'Itu kok makin menonjol aja yah ? Padahal jelas-jelas bajunya longgar… Gimana ukurannya yah ? Oh yah, apa jangan-jangan susu mbak Putri makin membesar ? Astaga, kok pikiranku kotor lagi yah… Bisa gawat kalau nafsu saya bangkit sekarang… Mana cuma berduaan doang sama mbak Putri lagi… '
Batin pak Beni gelisah.
Setibanya mereka di kamar Putri. Pak Beni dipersilahkan masuk terlebih dahulu baru disusul oleh Putri. Terlihat kamar akhwat yang sebentar lagi mau menikah itu terlihat rapih. Sprei ranjangnya tertata rapih. Bantal dan gulingnya tertata rapih. Bahkan buku yang ditaruh berjejeran di rak juga tertata rapih. Pak Beni pun diminta untuk duduk di tepi ranjang sedangkan sapu dan cikrak yang ia bawa diminta untuk ditaruh di belakang pintu masuk kamar.
“Bapak sini dulu yah, aku mau buatin sesuatu buat bapak” Ucap Putri yang lagi-lagi tersenyum sambil menatap pria tua kekar itu.
Kali ini pak Beni benar-benar takluk pada senyuman manisnya itu. Bahkan ia juga ikut tersenyum. Matanya pun terpaku pada keindahan wajahnya. Ia manut, saat Putri mulai berbalik badan untuk menuju kulkas yang tersedia di dekat dapur kos-kosan. Mata pak Beni menatap bokong Putri yang begitu menonjol.
'Asyik nih kayaknya kalau minta mbak Putri nungging di tepi ranjang ini…'
Batin pak Beni kembali mesum.
'Tuh kan… Gawaattt, duh kudu gimana yah buat lampiasin nafsu saya ?'
Batin Pak Beni kebingungan.
'Kalau saya ajak mbak Putri kira-kira mau gak yah ? Ah mana mungkin, saya gak mau kayak pak Urip… Gimana kalau nanti mbak Putri malah membenci saya ?… Gimana kalau nanti mbak Putri juga lapor ke mbak Nayla, yang ada nanti saya dibenci sama keduanya… Terus nasib kontol saya gimana ? Duhh, Kenapa makin kesini kok kontol saya makin ngaceng yah ?'
Batin pak Beni sambil ngelus-ngelus penisnya sendiri.
Pikirannya yang semakin keruh serta nafsunya yang membuatnya semakin tak tahan membuatnya memberanikan diri untuk mengeluarkan penisnya dari balik celana kerjanya.
Nampak penisnya sudah berdiri tegak melalui selipan resleting celananya yang terbuka lebar. Pak Beni pun menumpukan tangan kirinya ke atas ranjang yang berada di sebelah kiri pinggangnya. Matanya pun ia pejamkan. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengocok penisnya naik turun sambil membayangkan Putri yang ada di ruangan ini sedang mengocoknya dengan penuh kelembutan.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh mbaakkk… Aaahhhh mbakk Putriiii… Mmmpphhhh” desah pak Beni yang semakin hanyut dalam lautan nafsu birahi.
Ia tak peduli dirinya ada dimana saat ini. Ketika nafsu datang, ia bisa melakukan apa saja termasuk beronani di dalam kamar kos akhwat bercadar yang menjadi bahan fantasinya saat ini. Ia pun membayangkan Putri yang sudah telanjang bulat berjongkok dihadapan dirinya lalu tangannya dengan gemulai mengocokkan penisnya sambil menyentuhkan ujung gundulnya pada pipi mulusnya.
Membayangkan hal itu membuat pak Beni semakin bernafsu. Kocokannya dipercepat. Dekapannya semakin kuat dan desahannya terdengar semakin nikmat.
Tanpa ia sadari, akhwat bercadar yang tadi keluar untuk membuatkan minuman untuknya kembali memasuki kamarnya. Saat Putri membuka pintu kamarnya secara perlahan, ia dikejutkan atas apa yang dilakukan oleh tamunya di dalam kamarnya.
'Astaghfirullah… Pak Beni !!!'
Jerit Putri di dalam hati.
Terlihat pria tua kekar itu sedang beronani. Ia bermasturbasi sambil membuka beberapa kancingnya yang membuatnya terlihat semakin seksi. Putri pun menenggak ludahnya sekali. Ia diam terpana melihat betapa menggairahkannya pak Beni.
'Ehhh titidnya pak Beni kok ? Wah pantes aja belakangan ia gak pernah jawab salam aku… Tapi gapapa, itu gak mengubah rasa cintaku padanya !'
Batin Putri yang baru menyadari keimanan pak Beni.
Putri yang sebenarnya hendak menyerahkan tubuhnya pada pak Beni langsung diam-diam mendekati. Ia merasa ini adalah waktunya. Tidak ada lagi untuk hari setelahnya. Ini adalah harinya. Hari untuk membuktikan perasaan cintanya kepada pria tua berbadan kekar yang ada dihadapannya.
Sambil terus memandangi penis kekar yang sedang dikocok itu. Ia duduk di sebelah pak Beni yang membuat kehadirannya mulai disadari olehnya.
“Eeehhhh mbaakk !!! Maaf, ini bukan seperti yang mbak liaat !”
Sontak pak Beni terkejut. Terlihat wajahnya panik saat kepergok beronani di dalam kamar Putri.
“Hihihihi tenang pakkk… Aku tahu kok” Ujarnya sambil malu-malu saat mendekatkan tangannya ke arah selangkangan pria tua kekar itu.
Sambil tersenyum malu-malu, tangannya menggenggam penis pak Beni. Pak Beni langsung memejam merasakan betapa mulusnya tangan dari mahasiswi bercadar yang baru saja pulang dari kampusnya itu.
Apalagi saat tangan Putri mulai bergerak naik turun secara perlahan. Mata pak Beni langsung merem melek keenakan. Sentuhan tangannya benar-benar merangsang nafsu birahi pak Beni. Putri pun tersenyum malu-malu. Ia mulai membuka mulutnya lalu memberanikan diri menatap mata pak Beni.
“Hayooo bapak nakal yah… Bapak tadi ngapain di kamar aku ?” Tanya Putri sambil menaik turunkan tangannya pada penis pak Beni.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Tadi itu… Ouhhh nikmat banget mbaaakkk” Desah pak Beni yang semakin bernafsu.
“Hihihihi tadi apa ?” Tanya Putri dengan nada menggoda.
“Aaaaahhhh… Aahhhh… Tadi saya kebayang mbak… Aaahhhh mbak cantik banget… Saya jadi gak tahan lagi” Ucap pak Beni mengakui.
“Hihihihi terus kalau aku cantik kenapa bapak malah buka resleting… Terus kok ininya juga dikeluarin ? Hayooo bapak nafsu sama aku yah ?” Tanya Putri dengan vulgarnya yang membuat pak Beni semakin bergairah.
“Aaahhhhh… Aaahhhh iyyaahhh… Mbak seksi sekali… Saya udah gak kuat semenjak ngeliat mbak telanjang waktu itu” Ucap pak Beni sambil keenakan mendesah yang membuat Putri tersenyum senang.
“Hihihihi bapak nakal yah… Gara-gara bapak ngeluarin titid, aku jadi ikutan nafsu loh… Bapak harus tanggung jawab pokoknya” Ucap Putri kali ini sambil menekan-nekan ujung gundul yang masih tertutupi kulupnya itu.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Apa yang harus saya lakukan ? Apa yang harus saya lakukan untuk mempertanggung jawabkan semuanya ?” Tanya pak Beni sampai merinding keenakan.
“Bapak harus muasin aku… Bapak gak boleh keluar sebelum aku puas disetubuhi bapak…. Hihihihi” Bisik Putri saat mendekati telinganya yang membikin pak Beni merinding merasakan sensasinya.
“Hah… Hah… Aaahhhhh… Aahhhhhh” desah pak Beni terkejut setelah mendengar bisikan di telinganya itu.
Terlihat Putri hanya tersenyum sambil memainkan penis pejantannya. Putri juga tersenyum malu-malu. Baru pertama kali dirinya melakukan tindakan senakal ini. Ia kemudian terus mengangkat wajahnya agar pria tua yang ia cinta bisa menikmati keindahan wajahnya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEBEAY2
https://thumbs4.imagebam.com/40/11/34/MEBEAY2_t.jpg 40/11/34/MEBEAY2_t.jpg
'PUTRI DI PANDANGAN PAK BENI
“Aaaaahhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhhh…” Desah pak Beni sambil bangkit berdiri dihadapan Putri.
Kocokan tangan Putri terlepas. Putri pun duduk malu-malu saat pak Beni berdiri tegak dihadapannya.
Nampak tiba-tiba pak Beni memelorotkan celananya. Ia juga membuka seluruh kancing seragamnya. Matanya dengan tajam menatap keindahan tubuh Putri. Ia sedang berapi-api. Ia sudah berniat untuk melampiaskan seluruh nafsunya pada tubuh Putri.
Putri pun jadi gugup tapi juga tersenyum malu-malu menyadari pak Beni telah bersiap untuk menerkam dirinya. Tiba-tiba bahunya disentuh oleh pak Beni. Tubuhnya didorong hingga terlentang diatas ranjang tidurnya sendiri. Kedua tangannya direntangkan melebar ke kanan kiri. Tubuh pak Beni mendekat. Tubuh kekarnya sudah berada diatas tubuh Putri yang terlentang diatas ranjang tidurnya. Nampak wajah mereka berdekatan. Putri dengan malu-malu pun menatap wajah pak Beni.
“Saya akan memuasimu mbak… Bahkan ketika mbak puas, saya tidak akan keluar karena saya akan terus memuasimu selamanya” Ucap pak Beni sambil menatap mata Putri. Putri hanya tersenyum sambil menatap ketegasan matanya. Meski hidungnya dapat mencium aroma busuk dari mulut pak Beni. Ia justru semakin deg-degan menyadari pak Beni semakin bernafsu untuk menyetubuhi dirinya.
“Ayo buktikan pak… Aku juga gak sabar untuk merasakan kejantanan bapak saat memuasi aku… Hihihihi” Tawa Putri malu sendiri setelah mengucapkan kalimat tadi.
“Boleh saya lepas masker mbak ?” Ucap pak Beni sambil tersenyum.
Berbicara dengan jarak sedekat ini dimana tangannya mendekap erat kedua tangannya membuat pak Beni jadi semakin bernafsu. Ia pun berniat untuk melahap habis bibir manisnya setelah maskernya terlepas dari wajah manisnya.
“Boleh” Jawab Putri sambil menganggukkan kepalanya.
Tangan kanan pak Beni pun melepas masker yang dikenakan Putri. Nampak wajah manisnya terlihat jelas dimata kepalanya. Bibirnya yang merekah. Pipinya yang memerah. Serta keseluruhan wajahnya yang membuat pak Beni bergairah. Putri terlihat cocok dengan kacamata yang dikenakannya. Setelah tersenyum sejenak, pak Beni langsung menyosorkan bibirnya untuk menghabisi bibir yang begitu menggodanya.
“Mmmppphhhh” Desah mereka berdua saat bercumbu.
Bibir mereka melekat. Lidah mereka juga keluar untuk saling jilat. Terlihat mereka sangat bernafsu saat bercumbu untuk pertama kalinya.
Dikala bibir pak Beni menjepit bibir bagian atas Putri. Maka Putri membalas dengan menjepit bibir bagian bawah pak Beni. Bibir mereka kemudian saling dorong lalu lanjut menjadi saling sepong. Terasa cengkraman tangan mereka diperkuat saat cumbuan bibir mereka semakin nikmat.
“Mmppphhhh sudah sejak lama saya ingin mencumbumu seperti ini mbakkk… Mmppphhh nikmat sekali bibirmu ini… Mmpphhhh” desah pak Beni dengan penuh nafsu.
“Mmpphhh iyyahhh pakkk… Aku juga… Sejujurnya aku juga udah lama pengen kayak gini sama bapak… Mmppphhh” desah Putri dengan manja.
“Mmmppphhh iya kah ? Mmmpphhh kok kita sama ? Kalau gitu ayo kita lampiaskan bersama-sama” desah Pak Beni yang semakin serius untuk memuasi tubuh akhwat bercadar itu.
“Iyyahhh paakkk… Mmpphhhh” desah Putri pasrah membiarkan pria yang dicintainya bertindak sesukanya.
Pak Beni semakin bernafsu setelah mendapatkan izin untuk memuasi tubuh mahasiswi bermasker itu. Tangannya kini mulai aktif meremasi dada Putri dari luar 'blouse' yang masih dikenakannya itu. Bibirnya jadi semakin binal. Bibirnya menghisap bibir atas Putri dengan sangat nakal.
Putri pun melenguh penuh kenikmatan merasakan remasan di dadanya yang begitu bertenaga. Remasan pria tua itu membuat darah di tubuhnya menyebar memberikan kepuasan yang diterima oleh seluruh badan. Juga dengan cumbuan yang ia terima membuatnya ingin membalas cumbuan pria tua itu.
Entah kenapa ia jadi ingin mencumbu pria tua itu. Ia melakukannya bahkan tanpa malu-malu. Ia juga terlihat bernafsu yang membuatnya tampak ahli dalam bercumbu. Padahal ini kali pertama ia berciuman dengan seseorang. Mungkin karena terlalu banyak menonton drama korea yang ada adegan cumbuannya. Ia jadi semakin ahli dalam bercumbu meski ini kali pertama ia melakukan itu.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhhh” desah mereka berdua dengan penuh nafsu.
Tangan pak Beni kemudian mengincar resleting yang ada di belakang punggung Putri. Ia menurunkannya. Lalu menariknya pelan-pelan melewati kepala mungilnya. Dalam sekejap Putri sudah bertelanjang dada menyisakan behanya saja.
Keseksian tubuhnya membuat pak Beni dengan penuh nafsu mencumbu perutnya itu. Lidahnya juga keluar dengan menjilati pusarnya. Jilatannya naik menuju gunung kembar yang masih tertutupi behanya. Kedua tangannya pun mendekat untuk merangsang pinggang rampingnya. Putri memejam nikmat. Desahannya semakin terdengar menggoda.
“Aaahhhh paaakk… Aaahhhhh… Aaahhhhh mmmpphhh” desah Putri dengan penuh gairah.
Pak Beni jadi semakin bersemangat. Tangannya lalu mengangkat 'cup' bra yang menghalangi puncak dari gunung kembar itu. Saat matanya mendapati betapa pinknya puncak dari gunung kembar itu. Mulutnya langsung mendekat untuk menyusu di payudara kenyal itu.
“Mmpphhhhh… Mmpphhh sllrrpppp… Mmppphhh manis sekali susumu mbaakk… Sssllrrppp” Desah pak Beni sambil menyeruput putingnya itu.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh bappaaakkk” desah Putri nampak pasrah saat menikmati seruputan nikmatnya.
Pak Beni yang benar-benar bernafsu mencengkram kedua payudara indah itu. Putingnya jadi semakin mencuat. Mulutnya secara bergantian menghisap pentilnya sambil terkadang lidahnya ikut menjilati dan terkadang hanya menjilati sekitar areolanya saja.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh paakkkkk mmpphhh” desah Putri sampai terangkat.
Puas menjilati susunya, Jilatan pak Beni kembali turun menuju perut ratanya. Ia benar-benar puas tapi masih butuh sesuatu yang lebih untuk meluapkan nafsu besarnya. Ia akhirnya memelorotkan resleting roknya lalu menariknya turun melewati kedua kaki jenjangnya.
“Aaaaaaahhhhhh” desah Putri yang kini tinggal menyisakan hijab, celana dalam serta stockingnya saja. Behanya yang tadi terangkat saja sudah ditarik oleh pak Beni agar tidak menghalangi keindahan tubuh mulusnya.
“Ouuhhhhh… Ouhhhh mulusnya kulitmu ini mbakk… Pasti mbak suka banget merawat tubuh mbakk yaahhhh” desah pak Beni ngos-ngosan sambil mengelusi paha mulusnya.
“Aaaahhhh… Iyahh aku suka banget paakk… Aaahhhh geliiii… Aaaahhhhhh” desah Putri merinding merasakan usapan dari tangan kasar pria tua kekar itu.
“Waaahhh kalau gitu beruntung banget saya bisa menikmati hasil dari perawatan tubuhmu ini” Ucap pak Beni yang hendak memulai menjilati tubuhnya lagi.
“Mmppphh iyaahh paakkk… Aku sengaja merawat tubuhku untuk bapaakk… Ini semua hadiah buat bapak… Silahkan nikmati… Cuma ini yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikan bapaak” desah Putri malu-malu saat menunjukkan hadiahnya itu.
Pak Beni langsung tersenyum senang mendengar ucapannya. Ia dengan beringas langsung memelorotkan celana dalam Putri untuk melihat betapa pinknya bibir vagina yang dimiliki olehnya.
Bibir pak Beni sampai kering saat melihat betapa indahnya tubuh Putri yang sudah bertelanjang bulat. Ia lalu menjilati bibirnya sendiri. Matanya pun men-'scan' dari ujung hijab sampai ujung kaki yang masih tertutupi stockingnya.
Ia merasa beruntung sudah diberi hadiah seindah ini oleh Putri. Ia akhirnya mendekat untuk menikmati hadiahnya tersebut.
“Ssslllrrrppppp” Seruput Pak Beni saat mulutnya menghisap bibir vagina Putri.
“Aaaaaaahhhhhhhh” desah Putri hingga pahanya menjepit wajah Pak Beni di selangkangannya.
Namun pak Beni tak berhenti. Sambil memegangi paha mulusnya. Lidahnya naik turun di dalam lubang vagina Putri. Bibirnya juga merapat di bibir vagina Putri. Mulutnya menghisap kuat-kuat hingga cairan cintanya tersedot keluar. Pak Beni mulai merasakan rasa asin di mulutnya. Ia juga mencium aroma amis yang justru membuatnya semakin bernafsu. Pak Beni tanpa henti menjilatinya juga menghisapi cairan cintanya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh paaaakkkk… Aaahhhhh” desah Putri menggeliat merasakan nikmat di bibir vaginanya. Tangannya berulang kali mencengkram sprei ranjangnya. Terkadang tanpa sadar ia juga meremas susu bulatnya. Akhwat yang masih mengenakan kacamata itu mengerang. Ia benar-benar puas yang membuatnya tak menyesali pilihannya untuk menyerahkan tubuhnya pada pria tua yang sangat dicintainya.
“Mmppphhh… Sssllrrppp mmppphhh… Mmmpphhh puas banget mbakkk… Hah… Hah… Hah” desah pak Beni ngos-ngosan lalu berdiri tegak sambil mengusap tepi bibirnya saat cairan cintanya yang baru saja ia sedot nyaris menetes keluar dari sana.
“Aaaaahh… Hah… Hah… Hah” desah Putri yang juga ngos-ngosan setelah dipuasi oleh bibir pak Beni.
'Hah… Hah… Hah… Capek banget… Baru disedot aja udah capek kayak gini… Apalagi nanti pas pak Beni mulai make titidnya…'
Batin Putri yang tak habis 'thinking' dengan hebatnya nafsu pak Beni saat memuasi dirinya.
“Saya mulai yah mbakk… Saya udah gak kuat lagi” Desah pak Beni sambil melepas seragamnya yang membuat tubuh kekarnya terlihat jelas dihadapan mata Putri.
'Seksi bangetttt !!!'
Batin Putri terpesona.
Ia tak pernah melihat pria sekekar ini sebelumnya. Dadanya yang bidang serta bahunya yang lebar ditambah dengan perutnya yang kotak-kotak. Putri hanya bisa geleng-geleng kepala. Belum lagi dengan warna kulitnya yang begitu gelap serta batang penis yang bentuknya mirip pentungan satpam itu.
Putri jadi menenggak ludah. Ia jadi semakin gugup saat akan diperawani untuk kedua kalinya, kali ini oleh pria yang sangat ia cinta.
Pinggang rampingnya sudah didekap. Matanya pun bertemu dengan mata pak Beni yang semakin berapi-api. Entah kenapa jantungnya jadi berdegup kencang. Apalagi saat bibir vaginanya merasakan adanya benda tumpul yang menyundul-menyundul bibir vaginanya.
“Siaaappp yahhh mbaaakkkk… Heennkgghhhh !!!” Desah pak Beni saat mulai menusukkan penis yang tak disunatnya ke dalam rahim hangat seorang akhwat berhijab yang sehari-harinya mengenakan cadar.
'Jleeeebbbbb !'
“Aaaaahhhh paaakkk” Desah Putri sampai mencengkram kembali sprei ranjangnya.
Penis itu dengan mulus masuk ke dalam lubang vagina Putri. Meski terlihat mulus, sebenarnya Putri sendiri mengalami kenikmatan yang begitu memuaskan. Tubuhnya terangkat. Gesekan nikmat yang ia rasakan untuk kedua kalinya membuatnya sampai merinding merasakan kepuasan yang tiada tanding. Putri memejam. Nafsunya menggelora. Ia sangat terangsang. Akhirnya di pagi hari ini, dirinya bisa mewujudkan impiannya dengan bercinta bersama seorang pria yang sangat ia cinta.
Pak Beni juga demikian, meski terlihat mulus-mulus saja. Namun ia sendiri merasakan jepitannya yang begitu merangsang gairah birahinya. Terasa penisnya seperti dipijit-pijit saat diapit di dalam lubang vagina Putri yang begitu sempit. Ia pun sejenak memperhatikan perbedaan warna kulitnya dengan warna kulit Putri.
Perpaduan kulit mereka sudah seperti energi yin & yang saja. Perpaduan kulit mereka juga seperti kopi yang dicampur dengan susu saja. Saat pinggulnya semakin maju. Terasa pijitan dinding vagina Putri semakin menjepit penisnya. Ia pun kembali menghentak pinggulnya. Terasa ujung kulupnya bergetar merasakan kepuasan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bercinta dengan akhwat yang baru saja lepas perawan memang sangat nikmat. Rasanya hampir tidak ada bedanya. Putri terasa seperti seorang perawan saja dilihat dari sempitnya lubang vaginanya.
“Oouuuuhhh mbaaakkk nikmat banget memekmuuu… Gak pernah saya bercinta dengan memek sesempit ini sebelumnya” Puji pak Beni yang membuat Putri malu.
“Aaahhhh bapakkk jugaa aahhhh jangan didorong lagiil… Titit bapak gak muat paaakkk… Titid bapak kegedean” Desah Putri yang membuat Pak Beni tersenyum.
“Hennnkgghhhhh… Ini bukan titid mbak… Tapi kontol !” Ucap pak Beni yang semakin bernafsu hingga menerjang lubang sempit Putri hingga mentok mengenai dinding rahimnya.
“Aaaahhhhh paaakkkkk… Iyyahhh jangan dorong lagi paakkk… Aahhhh kontol bapakkk gede bangeettt” desah Putri tanpa malu-malu karena sudah sangat bernafsu.
Cairan cintanya semakin menggenang di dalam lubang vaginanya. Tubuh Putri juga semakin kencang. Susunya membesar yang membuatnya jadi semakin nikmat di pandang. Pak Beni pun diam sejenak sambil memperhatikan tubuh indah Putri. Pak Beni tersenyum senang. Setelah puas menikmati pemandangan berupa gunung kembar. Ia lalu menghentakkan pinggulnya maju mundur untuk menikmati kenikmatan lainnya dari tubuh mahasiswi bercadar itu.
'Jleeebbbb… Jleeebbb… Jleeebbb !!!'
Terdengar suara pinggul pak Beni maju mundur.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk” Desah Putri keenakan.
Pak Beni mulai menggerakan pinggulnya secara teratur. Penis itu terus bergerak di dalam secara maju mundur. Terasa gesekan di dinding vaginanya begitu terasa. Terasa sensasi hangat di penisnya membuat pak Beni tertawa.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Nikmat banget memekmu mbaakk… Aaahhh… Saya jadi pengen terus menggenjotmu mbaaakkk !” Desah pak Beni yang sudah bertelanjang bulat.
“Aaaahhh iyaahh paakkk… Bapaakkk jugaaa aahhhhhh… Tapi pelann pelannn paakkk… Aku gak kuaatt… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah Putri bertahan sekuat tenaga ditengah terjangan penis pak Beni yang begitu terasa.
Sesuai dengan 'image' fisiknya yang kekar. Kekuatan pak Beni terlampau besar dalam menghujami lubang vagina Putri. Penisnya yang juga besar dengan tega keluar masuk di dalam lubang vagina Putri. Penis itu terus menghujaminya. Penis itu terus menyodok kemaluannya. Penis itu terus menghukum vaginanya karena sudah berani membangkitkan nafsu birahinya.
Tangan pak Beni pun tak sanggup lagi kalau hanya diam mendekap pinggang rampingnya. Ditengah terjangan yang semakin kuat, tangannya mulai bergerak mengusapi kulit mulusnya. Perut rata Putri dielus. Terasa perutnya begitu mulus. Kulitnya juga begitu halus. Pak Beni pun tersenyum senang. Ia lalu melanjutkan perjalanannya dengan mengusapi buah dadanya.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh… Kenyalnya susumu ini mbaakkk… Kenyaall sekaliii… Ouhhhh… Ouhhhhhh” desah pak Beni saat meremas susunya dengan begitu kuat.
“Aaahhhh sakkitt… Aahhh paakkk… Aaahhhh” desah Putri sambil memegangi tangan pak Beni yang meremasinya kuat.
“Aaahhhhh… Aahhhhh maaf mbakkk… Haahaha… Saya bernafsu… Saya terlampau nafsu” Ucap pak Beni sambil terus meremasi susu bulatnya.
Dikala tangannya mencengkram kuat maka jemarinya menekan-nekan puting susunya hingga membuat akhwat berkacamata itu memejam nikmat. Terkadang jemarinya juga mencubitnya dan terkadang jemarinya cuma menggelitiki puting susunya. Pak Beni benar-benar menikmati hadiah yang diterimanya. Ia terus memainkan susu bulat itu. Ia memainkannya dengan penuh nafsu.
“Aaahhhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhh… Ayo sini mbakk” Ucap pak Beni setelah memelankan genjotannya lalu mengajak Putri berdiri dihadapannya.
“Hah… Hah… Hah… Iyyah paakk” Jawab Putri patuh. Dengan lemas kakinya berdiri dihadapan pak Beni. Pinggangnya kembali didekap olehnya. Sisi bagian belakangnya juga ditahan olehnya. Lagi-lagi cumbuan maut diterima oleh akhwat berkacamata itu dari pejantan tuanya.
Mereka kembali berciuman. Bibir mereka kembali bercumbu. Bibir mereka saling hisap dengan penuh nafsu. Bibir mereka saling mendorong tanpa ampun. Liur pun menetes disela-sela bibir mereka. Terlihat betapa beringasnya mereka. Terlihat betapa nafsu telah menguasai diri mereka berdua.
“Hah… Hah… Hah” Desah pak Beni tanpa mengucapkan sepatah kata sambil menatap wajah Putri.
“Hah… Hah… Hah” Desah Putri yang juga tanpa mengucapkan sepatah kata sambil menatap wajah pak Beni.
Terlihat mereka saling senyum. Terlihat dua insan yang sama-sama sudah telanjang bulat itu tersenyum. Wajah mereka terlihat cerah. Terlihat tubuh polos mereka begitu indah.
“Ayo balik badan mbak… Saya udah gak sanggup lagi… Saya pengen nyodok memek mbak lagi” Ucap pak Beni ngos-ngosan.
“Iyyahhh paakkk… Aku juga… Hah… Hah… Hah” Jawab Putri patuh.
Dalam posisi berdiri membelakangi. Punggung Putri agak didorong sedikit hingga membuatnya menungging membelakangi pak Beni. Terlihat susu bulatnya jadi menggantung indah. Susunya seperti buah melon yang siap dipetik saja. Memang terdapat beberapa perbedaan dari susu yang dimiliki oleh akhwat yang jarang melakukan persetubuhan. Terlihat susu Putri masih kencang. Ukurannya juga bulat sempurna. Bentuknya agak berbeda dari punyanya Nayla yang agak lebih berisi akibat sering diremas-remas oleh seseorang. Memang sekilas masih terlihat indah punyanya Nayla. Pak Beni masih ingat betul bagaimana rupa dari susunya Nayla. Namun hal itu tidak akan mengurangi nafsunya untuk menyetubuhi akhwat yang sudah menungging dihadapannya.
Melihat Putri sudah menungging siap untuk disetubuhi. Pak Beni langsung mengambil posisi. Penisnya ia arahkan di depan pintu masuk vaginanya. Kedua tangannya juga sudah memegangi pinggul Putri. Saat pinggulnya ia dorongkan, terasa penis itu kembali masuk menyodok lubang vaginanya.
'Jleeeebbbbb !!!'
“Aaaaahhhhhhhhhh” desah mereka berdua bersamaan.
Pak Beni langsung menggempur vagina Putri tanpa ampun. Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Pinggulnya dengan tega membombardir lubang vagina Putri tanpa pernah merasa lelah.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Putri pasrah.
Nafsunya yang kian memuncak membuatnya tak peduli dengan erangan-erangan yang dikeluarkan oleh Putri. Ia malah jadi semakin bernafsu. Ia pun menusuk-nusukkan penisnya dengan beringas. Ia menyodok vagina Putri dengan sangat ganas. Tangannya juga menampar-nampar bokong Putri karena gemas. Terlihat bokong Putri memerah. Terdengar erangannya jadi semakin bergairah.
'Plaaakkk… Plaaakkk… Plaaakkk !!'
“Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk… Aaaahhhh” desah Putri kewalahan.
Ia pun nyaris ambruk, untungnya tangannya masih bisa bertumpu pada tepi ranjang tidurnya. Terlihat susunya bergondal-gandul dengan indah. Susunya bergerak maju mundur setelah disetubuhi tukang sapu itu dengan penuh gairah.
“Ayoooo berdiriii !!!” desah pak Beni sambil menarik kedua tangan Putri ke belakang.
“Aaaahhhhhhhhh”
Tubuh Putri jadi terangkat naik. Dadanya jadi membusung ke depan. Setiap kali pak Beni melakukan sodokan maka semakin indahlah goyangan di kedua payudaranya. Putri terlihat pasrah. Matanya memejam membiarkan vaginanya diobrak-abrik secara suka rela. Memang rasanya amat sangat nikmat. Ia tak menduga kalau bercinta bisa langsung seenak ini. Perlakuan pak Beni dan pak Urip memang berbeda. Bersama pak Beni, dirinya bisa mendapatkan kepuasan yang tidak terkira.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Aahhhhh rasakannn kontoolll sayaa ini mbaakkk… Rasakaannn iniii… Rasakaannn iniii !” Desah pak Beni semakin bernafsu saat menyodok-nyodok vaginanya.
“Aaahhhh iyaaahhhhh… iyaahhhh… Yanggg keraasss… Lebiihhh keraasss ouhhhhhhh” desah Putri yang semakin menikmati persetubuhannya.
“Aaahhh iyaaahhh…. Iyaahhh mbaaakkk… Terimaaa iniii… Terimaa kontol saya iniii… Akan saya buat memek mbak becek… Akan saya buat mbak puas dengan kuatnya sodokan saya” Ucap pak Beni memperkuat sodokannya.
“Aaahhhh iyaahh paakkk… Aahhhh keras bangeett… Kuat banget sodokan bapaakkk… Aaahhhh… Aaahhhhh” Jerit Putri semakin pasrah.
Ditengah sodokan yang semakin kuat, kedua tangan Putri tiba-tiba dilepas oleh pak Beni hingga membuat akhwat berkacamata itu ambruk ke ranjang tidurnya. Putri pun jatuh tersungkur diatas ranjang tidurnya. Kelamin mereka yang tadi bersatu jadi terlepas. Terlihat Putri tak berdaya diatas ranjang tidurnya.
“Hah… Hah… Hah” desah Putri ngos-ngosan.
“Ayo kita akhiri sekarang mbak” Ucap pak Beni yang tiba-tiba menaiki tubuh Putri lalu merapatkan kedua kakinya. Nampak lubang vagina Putri semakin menyempit. Pak Beni pun naik lalu memasukan penis tak disunatnya lagi. Saat penis itu masuk menembus liang senggama Putri. Terasa tusukannya begitu terasa yang membuat Putri sampai harus menggigit bantal yang berada di dekatnya.
“Mmpphhhh paakkkkkkk” Jerit Putri dengan keras.
Pak Beni yang sebenarnya sudah tak kuat lagi langsung jatuh menindihi Putri. Dada bidangnya menempel pada punggung mulusnya. Kedua tangannya kembali mendekap jemari Putri lalu merentangkannya ke kanan juga ke kiri.
Pinggulnya mulai kembali bergerak. Pinggulnya bergerak secara naik turun untuk menggempur rahim dari bidadari berkacamata itu.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmatnyaaa… Nikmatnyaaa memek akhwat bercadar sepertimu mbaaakkk” desah Pak Beni sambil menyodok rahim Putri.
“Aaahhhhh… Aaahhhh iyaahhh paakkk… Kontol bapak juga enaaakk… Terus setubuhi aku paakkk… Terusss puasi tubuhku” Ucap Putri tanpa malu-malu lagi akibat terlalu bernafsu.
“Aaahhhh… Aahhhhh… Pasti mbaakkk… Pasti… Akan saya pejuhi rahimmu agar mbak bisa hamil dari sodokan saya iniii” Ucap pak Beni penuh nafsu yang membuat Putri semakin bergairah.
“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… Kalau aku hamil apa bapak mau bertanggung jawab ?” Iseng Putri bertanya.
“Aaahhh pastiii mbaakkk… Saya akan bertanggung jawab… Saya akan menikahimu agar saya bisa menggenjotmu lagi dan lagi… Akan Saya ubah dirimu menjadi mesin pembuat anak nanti” Ucap pak Beni dengan penuh nafsu.
“Aaahhhhh… Kalau gitu hamili aku paakkk… Aku siappp… Aku pasrah agar aku bisa nikah dengan bapak” Ucap Putri yang sudah dibutakan oleh nafsu dan cintanya. Ia tak memperdulikan masa depannya. Yang ada dipikirannya hanyalah kepuasan dan hidup bersama pria yang dicintainya. Ia pun rela melakukan apa saja termasuk berubah menjadi mesin pembuat anak seperti yang sudah pak Beni ucapkan sebelumnya.
“Kalau gitu terima ini… Terima lagiii… Heenkgghhh… Hennkgghhh !!” Desah pak Beni menyodokkan penisnya lebih kuat lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Iyaahhhhhh” Desah Putri semakin pasrah.
Hampir lima menit mereka bersetubuh dalam posisi itu membuat diri mereka tak sanggup untuk menahan diri lagi. Nafsu mereka sudah memuncak membuat rahim mereka sudah siap untuk menembak. Penis pak Beni mulai berdenyut pelan setelah dijepit berulang kali oleh lubang vagina Putri. Rahim Putri juga mulai berdenyut setelah disodok berulang kali oleh ujung kulup penis pak Beni.
Tubuh mereka semakin bergairah yang membuat tubuh mereka jadi semakin indah. Tubuh Putri mengencang dengan susu bulatnya yang semakin membesar dan kenyal. Tubuh pak Beni juga semakin kencang yang membuat penisnya semakin keras dan kuat dalam menghujami rahimnya.
Pak Beni lalu memiringkan tubuhnya sambil menarik tubuh betinanya. Putri pun disetubuhi dalam posisi miring ke samping. Tangan kanannya tertindihi tubuhnya. Tangan kirinya tergeletak begitu saja diatas perutnya. Nampak tangan pak Beni menyelinap masuk ke depan untuk mengelusi payudara bulatnya. Pak Beni terus menggempur. Penisnya dengan kencang bergerak secara maju mundur.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Saya gak kuat lagiii… Saya akan keluar sebentar lagiiii” Desah pak Beni tak tahan lagi.
“Aaahhhhhh aku jugaa paakkk… Aku mau pipiss… Rasanyaaa aku mau pipis paaakkk” Desah Putri merem melek keenakan.
Terlihat pinggul pak Beni semakin beringas. Sodokannya semakin ganas. Ditengah deru nafasnya yang terengah-engah. Remasan tangannya semakin kuat. Susu Putri teremas dengan begitu nikmat.
Semua rangsangan itu membuat diri mereka semakin tak sanggup lagi. Tubuh mereka pun menegang. Nafas mereka semakin berat. Terasa cairan cinta mereka mulai mendekati lubang kencing masing-masing.
Pak Beni terus menggempur. Putri pasrah digempur. Dengan satu sodokan yang kuat membuat cairan cinta mereka keluar menyembur.
'Ccrrrooottt… Crroott… Ccrroottt… !!!!”'
“Aaaahhhhhh keellluuaaarrrr !!!” Desah mereka berdua secara bersamaan.
Tangan kiri pak Beni mencengkram susu Putri dengan sangat kuat. Bibirnya dengan ganas mencumbu tengkuk lehernya hingga menyisakan noda memerah disana. Pinggulnya pun terus menyodok maju. Meski sudah mentok, pinggulnya masih ia dorong-dorong hingga dinding rahim Putri tersodok oleh ujung kulup penis itu.
Mata mereka sama-sama merem melek keenakan. Nafas mereka sama-sama berat setelah olahraga ranjang secara bersama-sama. Nafsu mereka akhirnya terlampiaskan. Rasanya sungguh puas. Mereka berdua akhirnya bisa sama-sama menuntaskan rasa penasaran mereka.
“Aaahhhhhhh… Aaahhhhh nikmat sekali… Hah… Hah” desah pak Beni setelah puas menyetubuhi.
“Hah… Hah… Hah” desah Putri tak berkata-kata.
'Akhirnyaaa… Akhirnyya selesai jugaa… Hebat banget pak Beni bisa bertahan selama iniii… Duhhh nanti kalau aku hamil beneran gimana ? Moga aja gak dulu lah yah… Aku mesti kuliah… Aku juga mesti menikah agar orang tuaku tidak kecewa padaku karena hamil diluar pernikahan… Apa kata mereka kalau aku sampai hamil duluan ? Moga aja gak hamil lah yah sekarang…'
Batin Putri yang sebenarnya was-was dengan sperma pak Beni yang ada di rahimnya.
Setelah birahi mereka terlampiaskan. Pak Beni pun menarik lepas penisnya hingga lelehan sperma yang baru dibuangnya mengalir deras melalui lubang vagina Putri. Spermanya sangat banyak. Sperma itu pun jatuh membasahi sprei ranjang kosan Putri.
“Hah… Hah… Mbak gapapa ? Beneran mbak gapapa kalau nanti mbak hamil ?” Tanya Pak Beni was-was dengan nasib akhwat bercadar itu.
“Hah… Hah… Gapapa pak… Gak usah dipikirin… Makasih yah, udah memuasiku” Ucap Putri sambil tersenyum.
“Justru saya yang harusnya berterima kasih… Gak sepantasnya pejuh saya ada di dalam rahim akhwat secantik mbak” Ucap pak Beni merendah.
“Hihihih pantas kok… Bapak hebat… Sudah sepantasnya bapak yang jago memuasi menanam benih bapak di rahim aku” Ucap Putri malu-malu.
“Hah… Hah… Hah… Sekarang apa ? Mbak mau istirahat kah ?” Tanya Pak Beni sambil memberani kan diri memeluk Putri.
Putri hanya geleng-geleng kepala. Ia malah bangkit ke posisi duduk lalu melepas hijabnya juga ikatan rambutnya. Pak Beni pun terkejut hingga berbaring dalam posisi terlentang menatap Putri.
“Bapak masih ada waktu kan ?” Tanya Putri kembali berbaring sambil mengusap dada bidang pak Beni.
“Hah… Hah… Ada kok mbak, kenapa ?” tanya pak Beni tersenyum sambil memandang mata Putri.
“Tolonggg ajariii akuuu” Ucap Putri malu-malu sambil mendekap ujung kulup dari penis pria tua itu.
“Ajari ?” Tanya pak Beni kebingungan.
“Heeem” Jawab Putri mengangguk malu-malu.
“Aaahhhh… Ajari apa mbak ?” Tanya pak Beni mulai mendesah saat tangan Putri dengan nakalnya mulai mengelusi penis yang baru memuntahkan spermanya itu.
“Ajari aku, bagaimana caranya tuk memuasi bapak… Hihihihi” Ucap Putri sambil memejam lalu memajukan wajahnya tuk mencumbu pak Beni.
Pak Beni pun ikut memejam lalu memajukan bibirnya tuk menerima cumbuan Putri. Mereka saling cumbu sejenak. Bibir mereka bersentuhan. Bibir mereka juga saling apit sebelum mereka menyudahinya.
“Kalau gitu ayo naiki saya” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum malu-malu.
“Begini ? Mmpphh” desah Putri saat mulai menunggangi penis pak Beni.
Pak Beni tidak langsung berbicara. Tapi ia menatap sejenak keindahan tubuh Putri yang kali ini sudah tidak tertutupi apa-apa. Hanya kacamata serta 'stocking' saja yang melekat pada tubuh indahnya. Susu bulatnya terlihat. Rambut panjangnya yang tergerai indah juga terlihat. Pak Beni perlahan mulai kembali bernafsu. Penisnya yang tadi melemas mulai kembali mengeras setelah dijepit oleh rahim bidadari yang tersesat itu.
“Yaahhhh seperti itu… Ayo gerak mbak… Ayo naikan tubuh mbak… Anggap saja mbak sedang menunggangi banteng liar yaitu saya” Ucap pak Beni yang membuat Putri malu-malu sendiri.
Putri pun mulai beraksi. Ia menaik turunkan tubuhnya. Terasa dinding vaginanya tergesek oleh penis yang mulai mengeras itu. Payudaranya bergondal-gandul. Putri yang sudah lepas hijab dan masker itu menatap mata pak Beni dengan penuh cinta.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Putri tersenyum senang.
Mereka pun langsung memulai ronde kedua mereka tanpa mengistirhatkan tubuhnya terlebih dahulu.
*-*-*-*
Setengah jam telah berlalu semenjak diri Nayla meminum obat ramuannya. Dengan menggunakan pakaian yang masih sama seperti apa yang tadi ia kenakan saat membeli sayur di warung mang Yono, Nayla melanjutkan aktifitasnya dengan memasak untuk persiapan makan siangnya. Ia berencana ingin membuat menu makan siang yang sederhana. Lagipula tidak ada orang lain di rumah ini selain dirinya sendiri. Pak Urip ? Untuk apa menyiapkan makanan tuk pria bejat sepertinya ? Itu yang ada di benak Nayla sekarang. Ia pun terus memotong satu buah kentang yang baru dibelinya dalam posisi memanjang.
Hah, kira-kira segini kebanyakan gak yah ? Tanya Nayla setelah memotong setengah dari kentang tersebut.
Hmm coba ah aku cek resepnya lagi… Loh catetannya dimana yah ? Ah iya, kan ada di dompet ! Loh dompetku juga dimana yah ? Apa mungkin ketinggalan di kamar ? Mau ke kamar nanggung, yaudah ah dikira-kira aja kata Nayla yang lalu menyimpan sisa potongan kentang itu ke dalam kulkas.
Nayla yang saat itu berencana untuk memasak 'french fries 'mulai membumbui potongan kentang itu dengan bumbu yang ia ketahui. Ia mengingat-ngingat resep yang pernah ia baca. Lalu ia memanaskan minyak lalu menggorengnya hingga berwarna coklat keemasan.
Akhirnya, jadi juga ucap Nayla tersenyum senang.
Setelah meniriskan kentang yang ia goreng ke atas piring, tiba-tiba sesuatu yang tak asing kembali ia alami.
'Eh, lagi ?'
Batinnya saat payudaranya agak terasa gatal yang membuatnya ingin meremas sesaat.
'Tahann Nayyy… Jangan diladenin… Biarin aja, nanti juga hilang sendiri kok !'
Batinnya mencoba bertahan.
Tapi sialnya rasa gatal itu malah makin menjadi. Tangan Nayla jadi tak sanggup untuk menahan diri. Tangan kanannya meremas dada sebelah kiri. Baru sekali ia meremasnya, ia sudah merasakan kenikmatan yang amat sangat. Mata Nayla sampai memejam. Ia tak sanggup membukanya akibat terlalu menikmati remasannya.
“Mmmppphhhh ini gawaatt… Kenapa mulai kerasa lagi ?” Lirihnya saat berdiri diam di dekat kompor di dapurnya.
Jemari kanannya pun menggelitiki putingnya dari luar kaus yang ia kenakan. Rasanya nikmat. Jemarinya kembali meremasnya. Mulutnya sampai membuka penuh kepuasan. Tangan kirinya sampai ikut-ikutan. Kedua tangannya jadi meremas kedua payudara bulatnya secara bersamaan.
Saking nikmatnya, tubuhnya berjalan mundur sendiri hingga sampai di pintu kulkas di area dapur rumahnya. Sambil bersandar pada pintu kulkas itu, ia meremasi kedua susunya dengan penuh nafsu. Ia juga menggoyangkan susunya naik turun. Ia kembali meremasnya lalu menekan-nekan putingnya sendiri. Wajahnya terlihat menggairahkan. Ia benar-benar binal saat tak kuasa menahan rasa gatal pada tubuh indahnya.
“Aaahhhh nikmat bangeett… Aaaahhhh kenapa lagi sih ini ! Ouhhhhh enak bangett rasanyaaa… Mmpphhhh” desah Nayla saat meremasi kedua susunya sendiri.
Kenikmatan itu mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Tidak hanya di payudaranya saja, tapi juga mulai menjalar ke arah vagina sempitnya.
“Ouuhhhh memekku… Mmpphhh gatelll bangeettt” Desah Nayla saat menurunkan tangan kanannya untuk menekan-nekan vaginanya dari luar celananya.
Nayla pun melangkah maju. Matanya merem melek menahan kenikmatan yang ia dapatkan. Saat vaginanya semakin terasa gatal, ia menjerit keras yang dibalas dengan tekanan jemarinya ke arah bibir vaginanya.
Aaaaaaaahhhhhhhh desah Nayla sampai nyaris terjatuh.
Untungnya tangan satunya sigap dengan bertumpu pada tepi meja makan dihadapannya. Ia pun menunduk lalu tangan kanannya jadi semakin kuat dalam menekan-nekan bibir vaginanya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh” desahnya hingga pinggulnya bergoyang menahan kenikmatan yang ia rasakan.
Nafsu yang semakin membara membuat tubuhnya mengencang. Kedua susu bulatnya juga membesar. Nampak susunya menonjol dari balik kaus yang ia kenakan. Vaginanya juga semakin basah. Jemarinya jadi semakin bergairah untuk menekan-nekan kemaluannya dari luar celananya.
“Aaaahhhhhh kenapa inii ? Mmpphhh kenapa tubuhku begini lagi ?” Lirihnya sambil terus meremasi dadanya juga menekan vaginanya dari luar celana yang ia kenakan.
Tiap kali susunya teremas, kenikmatan yang ia rasakan semakin dahsyat. Tiap kali vaginanya ditekan, tubuhnya sampai merinding saat merasakan adanya setruman kecil yang merangsang vaginanya. Nafasnya pun kian memberat. Ia yang sebelumnya baik-baik saja tiba-tiba menjadi ngos-ngosan seperti baru saja melakukan olahraga pagi.
“Mmppphhhh tolloonggg ! Ada apa dengan diriku ini !!!” Lirihnya sambil duduk di kursi dekat meja makan lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar.
Matanya memejam sambil duduk menyandar pada sandaran kursi dibelakangnya. Tangan kirinya meremas payudara bulatnya yang semakin kenyal. Tangan kanannya bahkan sampai masuk ke dalam celananya lalu menekan biji klitoris yang membuatnya kejang-kejang penuh kenikmatan.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhhh enakk bangett… Aaahhhhh” desah Nayla semakin mendesah.
Ia yang tak kuat lagi mulai mengangkat naik kaus berlengan panjangnya. Kedua susunya mulai terlihat meski terhalangi behanya. Ia lalu melepas behanya yang membuat susunya terlihat dengan begitu jelas. Jemarinya jadi kian bebas untuk memainkan payudara bulatnya.
Terlihat Nayla menggelitiki puting sebelah kirinya. Lalu menekannya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya hingga dirinya kembali menjerit merasakan kenikmatan saat dicubit.
Nayla juga mulai melepas kausnya karena tidak tahan lagi. Ia sudah bertelanjang dada. Dari atas ke bawah, ia tak tertutupi oleh apa-apa. Akhwat yang sehari-harinya terbiasa mengenakan hijab beserta cadar itu kini sedang bertelanjang dada memamerkan susu kenyalnya juga rambut pendek sebahunya. Matanya memejam nikmat saat kedua tangannya meremasi kedua susunya dengan kuat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh tolloonggg… Tolongg akuuu… Aaaahhhh” desah Nayla yang merasa tak kuat lagi.
Ia akhirnya melepaskan satu-satunya pertahanan terakhirnya yakni celana trainingnya berikut celana dalamnya. Nayla akhirnya bertelanjang bulat. Ia tak mengenakan apa-apa lagi. Tak ada satupun kain yang menutupi keindahan tubuhnya saat ini.
“Aaaahhh nikmat sekalliii… Aahhhhhh aku gak kuat laggiii… Aku butuh sesuatu untuk melampiaskan nafsuku… Apa itu ? Apa yang aku butuhkan untuk memuaskan nafsuku ?” Ucapnya semakin gelisah.
“Oh yah, terong yang baru aku beli !” Ucap Nayla saat teringat terong yang baru saja ia beli dari mang Yono.
Ia dengan telanjang bulat berjalan menuju kulkasnya. Ia lalu berjalan menuju sofa ruang tamu sambil membawa terong itu menggunakan tangan kanannya. Sesampainya ia disana, ia langsung mendudukkan tubuh polosnya lalu melebarkan kakinya lebar-lebar.
“Aaahhhhhhh” desah Nayla saat terong yang baru saja keluar dari kulkas itu disentuhkan ke bibir vaginanya.
Ia lalu mendorong terong itu ke dalam. Terong itu kian membelah bibir vaginanya hingga semakin masuk ke dalam. Terasa sensasi dingin disana. Nayla pun mendesah. Ia menikmati masturbasinya menggunakan terong yang baru saja dibelinya.
“Aaahhhhh nikmat bangeett… Mmppphhh yaahhh… Mmppphhh” desah Nayla yang langsung mulai menggerakan terong itu keluar masuk secara perlahan.
Sensasi dingin dari terong yang keluar masuk di dalam vaginanya itu membuatnya seperti sedang ditusuk menggunakan kontol yang memiliki rasa mentol. Ada sensasi semriwing di dinding vaginanya yang membuatnya tak bisa berhenti untuk menggerakkan terong tersebut. Akibatnya ia mulai mempercepat gerakan terong itu. Gerakannya semakin cepat yang membuatnya jadi semakin terasa nikmat. Ia pun tak sanggup untuk menahan diri lagi. Ia pun memutuskan untuk melampiaskan semuanya mumpung tidak ada orang lain di dalam rumahnya.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sepuas-puasnya.
Dikala tangan kanannya menggerakkan terong di dalam vaginanya maka tangan kirinya memainkan payudaranya dengan meremas-remasnya juga memelintir putingnya. Kedua kakinya jadi semakin mengangkang. Desahannya jadi semakin lantang.
“Aaahhhhh… Aaahhhh paakkk… Aaahhhh pakk Beniiii” desah Nayla yang justru memejam membayangkan pak Beni.
Sosok kekar yang selalu menjadi tempat pelampiasan nafsunya itu kembali hadir di dalam benaknya. Meski tadi ia mencoba menjauh darinya tapi ia kini sadar bahwa dirinya sangat membutuhkan sosoknya. Ia pun rindu akan belaian tangannya pada tubuh indahnya. Ia rindu akan sodokan penuh kenikmatan dari penis kekarnya. Ia juga rindu akan ucapannya yang berjanji akan menyetubuhinya secara terus menerus tanpa henti.
“Aaaahhhhh sodok memek aku paaak… Aahhh yahh seperti itu… Aahhhhh lebih kuat lagii… Ayoo sodok aku yang kerasss paaakkk” desah Nayla yang semakin binal ketika dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Gerakan terongnya pun jadi semakin cepat. Terdengar bunyi cipratan air dari dalam vaginanya.
“Aaaahhhh… Aaahhh paakkk… Mmpphhhh paaakk Benii lagii apa yaahhh ??? Aku VC ahhhh !!” Desah Nayla yang saking sangeknya hingga ingin mengajak pak Beni melakukan 'video call' lagi. Padahal dirinya sedang telanjang bulat. Padahal ada terong yang sedang nyungslep di dalam vaginanya. Tapi ia tetap nekat melakukan panggilan video dengan tetangga kekarnya. Ia mengambil hape yang tergeletak di meja ruang tamunya. Ia sudah memencet tombol 'video call'. Suara mendengung pun keluar dari dalam telponnya.
'Tuuttt…. Tuuuttt…. Tuutttt !!!'
“Ayo angkaat paakk… Angkaaat…. Mmppphhhh” Ucap Nayla sambil terus menggesek-gesek dinding vaginanya menggunakan terongnya.
“Cepeettt paakkk angkaat… Aku butuh kontol bapaakkk… Aku butuh kata-kata kotor dari bapaakkk” Desah Nayla yang sudah sangat terangsang.
Sambil menunggu, ia kembali menaruh hapenya di meja ruang tamu. Ia kembali menyodok vaginanya juga meremasi payudaranya. Posisinya yang duduk menghadap ke pintu masuk membuatnya jadi terbayang sesuatu.
'Gimana kalau tiba-tiba pak Urip muncul dari balik pintu terus mendapatiku lagi kayak gini ? Aku pasti akan diperkosa habis-habisan… Aku pasti bakal dihukum dengan kenikmatan yang begitu memuaskan… Aaahhhh kenapa aku malah pengen diperkosa pak Urip lagi sihhh ? Duhhhh gawaatt bangettt… Otakku makin kotor gara-gara nafsuku ini ! Cepaaat siapa saja tolong puasi akuuu !! Tolongg hilangkan nafsu ini dari tubuhkuuu !!!'
Batin Nayla yang sudah tak peduli lagi asal bisa mendapatkan tempat pelampiasan untuk memuaskan nafsu birahinya.
'Mmpphhh pakkk Beni mana sih ? Sesibuk apa sih dia sampai gak menjawab panggilanku ? Bukannya ia sudah berjanji akan menjadi pemuas nafsuku ?'
Batin Nayla kesal saat pak Beni tidak menjawab panggilannya.
*-*-*-*
'BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA
“Aaaaahhhh paakkk… Aahhhh terusss… Teruss yang keraas paakkk… Aaahhhh” Desah Putri yang terkapar tak berdaya diatas ranjang tidurnya.
“Aaahhhh iyaahh mbak Putt… Aaahhh nikmat sekaliii… Terima ini… Terima sodokan saya iniii !” Desah pak Beni yang sedang asyik menggempur tubuh mahasiswi berkacamata itu.
Seketika dering hapenya berbunyi. Pak Beni pun menoleh sejenak lalu kembali menatap Putri. Posisi hapenya yang sedang telungkup membuatnya tak mengetahui siapa nomor yang sedang menghubunginya saat itu. Ia membiarkan teleponnya terus berbunyi. Ia lebih memilih fokus memuasi Putri. Kapan lagi dirinya bisa mendapatkan kesempatan seperti ini ?
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Itu hapenya paakk… Mmpphhh bunyiii” desah Putri sambil menatap pak Beni.
“Aaahhh…. Aaahhhh biarkan saja mbaakkk… Memuasimu adalah tugas utama saya” Desah pak Beni membalas tatapan Putri.
Putri pun tersenyum. Pak Beni juga. Tanpa memperdulikan suara dering telepon yang terus berbunyi. Mereka terus bercinta, bahkan mereka juga berciuman agar diri mereka bisa fokus pada persetubuhan yang sedang mereka lakukan.
“Mmppphhhh… Mmpphhhhhh” desah mereka berdua secara bersamaan.
*-*-*-*
Ihhh pak Beni mana sihhh... Lagi dibutuhin malah gak ada... Mmpphh... Mmpphhh Ucap Nayla kesal yang kemudian melampiaskannya pada lubang vaginanya.
Meski Nayla gagal menghubungi pak Beni untuk meminta kepuasan. Ia tak berhenti dalam mengocok vaginanya untuk mencari kenikmatan. Bahkan kocokannya malah semakin menjadi. Kocokannya dipercepat. Bahkan ia sengaja mendorong terongnya lebih dalem lagi hingga keseluruhan terong itu nyaris terlahap di dalam vaginanya. Dikala ujung terong itu menyundul dinding rahimnya. Mulutnya langsung membuka lebar. Matanya terbuka sejenak sebelum kembali menutup untuk menikmati rangsangannya. Nayla sudah benar-benar binal sekarang. Penampilannya jauh berbeda dengan janjinya yang ingin berhijrah menjadi Nayla yang dulu lagi.
“Aaaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla sambil mengangkat kedua kakinya ke sofa yang ia duduki saat ini.
Diam-diam ketika sedang asyik-asyiknya bermasturbasi sambil memejam. Terdapat seseorang yang mengintip dari sela-sela pintu masuk yang rupanya tidak tertutup rapat. Sesosok itu pun terkejut melihat binalnya sesosok wanita telanjang yang sedang bermasturbasi di dalam. Ia pun tak menyangka. Meski agak ragu, ia menyadari bahwa tidak ada wanita lain yang tinggal di rumah ini selain wanita yang sehari-harinya mengenakan cadar itu.
MEC8M7T
https://thumbs4.imagebam.com/6b/f4/35/MEC8M7T_t.jpeg 6b/f4/35/MEC8M7T_t.jpeg
'MULUSTRASI NAYLA TELANJANG
'Itu mbak Nayla yah ? Wow !'
Batinnya terpana.
Diam-diam tanpa sepengetahuannya, sesosok asing itu menyelinap masuk sambil mengelusi penisnya yang mulai mengeras. Dirinya menjadi deg-degan menyadari ia semakin dekat dengan wanita binal yang sedang bermasturbasi itu.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aahhhh enak bangett… Terusss sodokk paakk… Aaahhhh” desah Nayla tanpa menyadarinya.
Sosok misterius itu semakin mendekat. Ketika sosok itu sudah berada di depan Nayla, sosok itu langsung melancarkan aksinya yang dulu sempat tertunda.
“Aaaahhhh teruss… Teruss pakk… Iyaahhhhh… Aakuuu mmpphhhh” Desah Nayla tertahan saat mulutnya disekap oleh seseorang. Ia terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Matanya pun langsung membuka lebar. Ia tak menyangka ada orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'Manggg Yoonnooo !!'
Batin Nayla terkejut.
“Huahahaha… Kan, sudah saya duga… Saya sempat curiga kenapa mbak Nayla beli terong segede ini dari saya” Ucap Mang Yono tersenyum.
“Mmppphhhh… Mmmppphh” desah Nayla tertahan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia seperti ingin bilang kalau ini tidak seperti apa yang tukang sayur itu ucapkan. Namun ia tak bisa berkata apa-apa saat mulutnya ditahan oleh tangan mang Yono dari depan.
“Huahaha saya sempet nyesel dulu karena menyia-nyiakan kesempatan itu… Sekarang kesempatan itu kembali datang… Saya gak akan menyia-nyiakannya lagi… Saya akan menyetubuhimu… Saya akan menggenjotmu untuk memejuhi memekmu !” Ucap mang Yono dengan penuh nafsunya sambil menurunkan resleting celananya.
Nampak penis berwarna hitam itu sudah keluar dari dalam celananya. Pria tambun yang memiliki kumis tebal itu pun bersiap untuk menggantikan terong yang sedari tadi memuasi rahim akhwat telanjang itu.
“Tunggu maangg… Ini bukan seperti yang mamang kira… Aku… Akuuuu aaaaahhhhhh” Desah Nayla saat terong itu dicabut lalu digantikan dengan penis besar yang langsung melesat cepat ke dalam.
'Jleeebbbbb !'
“… Maaaannnggggggg !!!! Jerit Nayla dengan manja.
Aaahhhh mantaappnyyaaaaa desah mang Yono setelah menancapkan penis tak bersunatnya.
Penis itu dengan tega langsung masuk mengenai titik terdalam dari rahim Nayla. Nayla sendiri sampai kejang-kejang dibuatnya. Vaginanya yang begitu gatal tiba-tiba digaruk oleh penis hitam berhoodie yang ukurannya tidak 'friendly'. Penisnya sungguh besar. Seperti badan dari tukang sayur itu yang gempal. Penis tukang sayur itu juga gempal dengan kulup yang menutupi ujung gundulnya.
Hah... Hah... Hah desah mereka berdua langsung ngos-ngosan.
Huahahah... Hah... Hah... Puasnyaaa... Niat saya tadi yang mau ngembaliin dompet mbak yang ketinggalan eh malah dibalas dengan kenikmatan yang sangat memuaskan... Mbak lupa yah tadi pas ngeluarin uang dari dompet, mbak malah naruh dompet mbak di gerobak saya ? Atau jangan-jangan itu undangan agar saya bisa memuasi mbak ? Tanya mang Yono ngos-ngosan.
'Dompet ? Jadi dompetku tadi ketinggalan di gerobak mang Yono ?'
Batin Nayla terkejut.
Aaaahhhh... Ituu... Ituuu... Ucap Nayla tak bisa berkata-kata karena saking lemasnya.
Kalau gitu saya anggap itu sebuah undangan yah, mbak... Hennkgghhh kata mang Yono yang langsung menggerakkan pinggulnya karena tak tahan lagi dengan kenikmatan yang ingin ia dapatkan.
“Uuuuhhhhhhh maangggg !!!” Desah Nayla dengan sangat manja.
Penis mang Yono langsung bergerak dengan kecepatan penuh. Wajahnya bahkan sampai belepotan peluh. Ia begitu sesumbar untuk memenuhi rahim Nayla dengan pejuh. Tampak kilatan matanya berapi-api. Ia sungguh bernafsu untuk menyetubuhi sang bidadari. Matanya merekam setiap senti lekuk tubuhnya yang begitu seksi. Ia benar-benar 'happy'. Akhirnya impiannya terwujud untuk menyetubuhi sang bidadari.
Aaahhhh... Aahhhh... Aaahhhh mantaappnyaaa... Mantaapp sekali jepitan memekmu mbaaakkk !! Desah mang Yono dengan sangat puas.
Uhhh maannggg iyyaahhh... Aahhh pelaannn... Pelaann maannggg desah Nayla terkejut akan besarnya nafsu mang Yono.
Meski demikian, akhirnya ia dapat melampiaskan nafsunya melalui sodokan penis tukang sayur itu yang begitu bernafsu. Nayla yang sedang duduk di sofa dalam posisi mengangkang hanya bisa pasrah. Akhwat cantik yang sudah bertelanjang bulat itu hanya mampu membiarkan tukang sayur yang masih berpakaian lengkap itu menyetubuhinya dengan penuh kepuasan.
Mang Yono terus memegangi pinggulnya. Tukang sayur itu terus menggempur sambil menikmati goyangan dada Nayla yang begitu makmur.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Aaahhh maanngggg desah Nayla yang mulai mendapatkan adanya tanda-tanda orgasme.
Mang Yono pun tersenyum. Ia tak menduga bisa membuat akhwat cantik yang sehari-harinya mengenakan cadar puas dengan menggunakan penis saktinya.
Aaahhhh... Aahhhh.... Aaaahhh... Puas ? Saya juga... Gara-gara terlalu bernafsu saya jadi mau keluar pas memuasimu mbak... Huahahaha tawa mang Yono yang juga mulai merasakan adanya tanda-tanda.
Ketika nafsu sudah memuncak. Tak ada alasan untuk menahan diri lebih lama lagi, mang Yono segera bertindak. Genjotannya yang tadi sudah kuat kini diperkuat lagi. Tangannya yang tadi mendekap pinggangnya kini naik mendekap payudaranya. Terasa kekenyalan disana. Terasa kesempurnaan yang membuat nafsu mang Yono tak tertahankan.
Aaahhhh... Aahhhh gilaaaa... Aaahhh gak nyangka saya bisa memuasi akhwat seseksi ini... Huahahha tawa mang Yono yang begitu bahagia.
Aaahhhh... Aaahhh... Aaahh manggg... Mamanggg aaaahhhh desah Nayla semakin keras hingga matanya memejam menahan genjotan tukang sayur itu yang semakin ganas.
Pinggul mang Yono terus bergerak maju mundur. Ia dengan penuh tekad terus menggempur. Tak ada alasan baginya untuk mundur. Ia tidak ingin impiannya hancur. Ia ingin terus menyodok rahimnya hingga membuat spermanya mengucur.
Aaaaahhhhh... Aaahhhh... Aaaaahhhh desah mereka berdua dengan sangat kencang.
Sofa yang Nayla duduki sampai bergoyang ditengah gempuran mang Yono yang semakin kencang. Ia terus mengganyang Nayla. Ia terus membuat akhwat seksi itu berteriak dengan penuh kepuasan.
Aaaahhhh mamaanggg... Aaahhhh... Aahhhh sebentarr lagiiii !! Jerit Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
Aaahhhh samaa... Samaa mbaakk... Saya jugaaa... Saya udah gak tahan lagi tuk menghamilimu mbaaakkk... Hennkgghhh !!! Desah mang Yono dengan penuh nafsu.
Nafsu mereka sudah mendekati puncak. Terasa kelamin mereka sama-sama berdenyut cepat. Mang Yono merasakan penisnya terjepit. Nayla merasakan vaginanya menyempit. Mereka sama-sama sudah tak kuat. Mereka sama-sama mengharapkan kepuasan yang sebentar lagi akan mereka dapatkan.
Aaahhhh... Aaahhhh... Akhirnyaaa... Akhirnyaaa mbaakk... Saya gak kuat lagiii... Sayaa gak kuatt lagiiii jerit mang Yono ngap-ngapan.
Aaahhh maanggg saya jugaaa... Saya jugaa maanggg... Uhhhh desah Nayla pasrah.
Aaahhh yahhhh... Aahhh yaahhh... Aaahhhh dikit lagiii... Dikitt lagiii... Hennkgghhh desah mang Yono yang langsung mementokkan ujung kulupnya lalu mendongakkan wajahnya naik ke atas.
Aaaahhhh maannggggg jerit Nayla yang membuat vaginanya semakin berdenyut kencang. Nayla tak kuat lagi. Akhirnya gelombang cintanya pun menyembur deras meski terhalang oleh penis tak bersunat itu.
Kelluaarrr !!! Jerit Nayla duluan.
Aaaahhh saya jugaaa jerit Mang Yono menyusul tak lama kemudian.
'Crroottt... Ccrrrooott... Ccrroootttt !!!'
Lagi, vagina Nayla kembali diisi oleh sperma pejantan tua lagi. Ia benar-benar tak menyangka dirinya yang menjaga pola hidupnya lagi-lagi dipejuhi oleh pejantan tua lagi. Kalau ia diperkosa seperti yang pak Urip lakukan, mungkin ia tak begitu menyesal dengan alasan karena dirinya tak bisa melawan. Tapi kali ini ? Dirinya yang justru bertingkah hingga membuat mang Yono berkesempatan untuk menikmati tubuhnya.
Nayla pun hanya bisa merem melek penuh kepuasan. Tubuhnya lemas. Ia tak bisa melakukan apa-apa selain bernafas.
Hah... Hah... Hah... Puasnya saya mbak... Huahaha... Tapi sayang, saya terburu-buru... Saya jadi kurang menikmati persetubuhan kali ini kata mang Yono sambil tersenyum puas menatap wajah cantik Nayla.
Hah... Hah... Hah Nayla pun hanya bisa mendesah.
Pikirannya kalut. Ia benar-benar tak habis pikir dengan perbuatannya kali ini. Bahkan saat pak Urip & pak Beni tidak ada disekitarnya pun, dirinya masih bisa berzina dengan tukang sayur yang sudah lama ia kenal. Memang rasanya memuaskan tapi ia benar-benar kesal dengan jalan takdir yang harus diterimanya.
'Aku ini apa ? Kenapa aku begitu mudah untuk berzina ? '
Batin Nayla kebingungan.
'Haruskah aku menyerah untuk berhijrah ? Haruskah aku berubah menjadi lonte saja ? Lagipula, ini gak ada ruginya kan ? Aku malah suka bisa bercinta dengan pria-pria hebat seperti mereka...'
Batin Nayla sambil mengangkat wajahnya tuk menatap wajah mang Yono. Terlihat tatapan matanya begitu bernafsu. Ia memandang wajah tukang sayur itu dengan penuh nafsu.
Seketika muncul bayangan wajah pak Urip & pak Beni di kiri kanan wajah mang Yono. Ia jadi kepikiran. Gimana yah rasanya digempur oleh mereka bertiga sekaligus ?
Makasih ucap Nayla tanpa sadar.
Sama-sama mbak... Huahaha... Ini dompet mbak... Saya cek isinya masih sama... Cuma satu lembar uang dua ribuan... Huahhaa udah kaya abis nyewa lonte seharga 2rb aja... Itupun minjem ke lontenya... Huahahha tawa mang Yono yang lalu menarik lepas penisnya dari dalam vagina Nayla.
Uuuhhhhhh desah Nayla sambil menundukkan wajah tuk melihat lelehan sperma tukang sayur itu yang keluar begitu deras.
Ini bersihkan mbak... Huahaha tawa mang Yono sambil berdiri tegak dengan tangan yang berkecak pinggang.
Iyaahhh mmpphhh... Mmpphhh desah Nayla yang langsung duduk tegak untuk membersihkan sisa sperma di penis tukang sayur itu.
Ssllrpp aahhh desah Nayla setelah membersihkannya lalu membuka mulutnya tuk memperlihatkan sperma yang ia dapat melalui kulumannya. Nayla dengan binal tiba-tiba menelan sperma itu. Ia lalu menyandarkan tubuhnya kembali setelah dipuasi oleh tukang sayur bertubuh gempal itu.
Huahaha gak nyangka ternyata cadar yang mbak pake itu kedok aja yah... Rupanya mbak ini kerdus... Bispak lagi... Huahahah... Oh yah ini alamat rumah saya... Kalau mbak masih penasaran dengan saya, mbak bisa kunjungi rumah saya kapan-kapan... Saya kosong sewaktu sore sampe malem... Jujur, saya masih penasaran juga meski sudah dua kali menodai tubuhmu kata mang Yono teringat dulu dan sekarang. Ia lalu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumahnya.
Nayla dengan senang hati menerimanya. Ia pun heran pada dirinya sendiri. Ia tidak marah atau tersinggung ketika dirinya dituduh kerdus dan bispak. Ia juga biasa saja saat dikata cadar yang digunakan hanya kedok untuk menutupi nafsu liarnya. Ia jadi bertanya-tanya. Apa jangan-jangan semua yang diucapkan mang Yono benar yah ?
Hah... Hah... Hah Nayla yang kelelahan hanya terengah-engah saat melihat mang Yono tersenyum lalu pamit meninggalkan dirinya.
Apa keputusanmu Nay ? Lirihnya.
Sejujurnya sih aku masih penasaran... Apalagi aku memang butuh kepuasan setelah mas Miftah gak mampu memuasi diriku... Hmmmm, haruskah aku ke rumahnya ? Lirihnya sambil menaruh kertas itu di meja ruang tamunya.
Seketika ia mendengar notif dari hapenya berbunyi. Saat ia melihatnya, rupanya ia mendapat balasan pesan dari pak Beni.
Ada apa mbak ? Maaf tadi saya lagi bekerja, gak sempet ngangkat panggilan videonya balas pak Beni berbohong.
Gak ada, oh yah... Kapan-kapan aku mau bertemu... Ada yang mau aku omongin ke bapak balas Nayla yang masih telanjang bulat di ruang tamunya.
Apa itu ? Balas pak Beni penasaran.
Nanti aja... Pas kita ketemu, baru aku obrolin langsung apa yang ingin aku omongin ke bapak
Siap mbak balas pak Beni yang tak dibalas lagi oleh Nayla.
Nayla masih terengah-engah. Dadanya naik turun setelah dipuaskan oleh tukang sayur langganannya. Tiba-tiba ia tersenyum. Sepertinya ia sudah memutuskan jalan hidupnya. Tangan kirinya tiba-tiba meremasi dadanya sedangkan tangan kanannya menekan-nekan biji klitorisnya. Di otaknya hanya ada penis dan penis saja. Ia telah menyerah. Ia telah menghamba pada kepuasan nafsu. Ia pun ingin disetubuhi lagi oleh pejantan-pejantan tua yang telah berhasil memuaskannya.
Bapaakkk... Aaahhhh... Aaaahhhh desah Nayla yang semakin tersesat.
*-*-*-*
'Sementara itu di kamar kosan Putri
'Mbak Nayla ngapain yah tadi ngajak VC ?'
Batin pak Beni penasaran.
Ia jadi kepikiran, apa jangan-jangan mbak Nayla hendak mengajaknya melakukan VCS lagi ? Kalau benar demikian, ia bakalan menyesali perbuatannya karena lebih memilih Putri ketimbang Nayla itu sendiri.
'Apa iya begitu ?'
Batin pak Beni yang sedang berbaring di ranjang lalu menoleh ke samping untuk menatap wajah mahasiswi cantik yang sudah tertidur lelap.
Paaakkkk desah Putri saat tidur miring sambil memeluk dada bidang pak Beni.
Iyya mbaakkk jawab Pak Beni sambil mengelusi punggung tangan Putri.
Ronde ketiganya nanti dulu yah... Aku capek... Aku mau istirahat dulu, nanti kita lanjut lagi... Hihihihi ucap Putri yang sudah dibutakan oleh perasaan cintanya sendiri.
Iyyaahhh... Mbak istirahat aja dulu yah ucap pak Beni tersenyum yang membuat Putri pun ikut tersenyum sambil memejamkan matanya.
Saat Putri beristirahat. Pak Beni pun jadi kepikiran. Entah kenapa ada sedikit rasa penyesalan atas perbuatan yang baru saja dilakukannya.
'Hmmm rasanya kok kayak abis selingkuh dengan mbak Putri yah ? Agak gimana gitu, rasanya kayak baru mengkhianati nafsu mbak Nayla ke saya...'
Batin pak Beni sambil terus menatap wajah Putri.
'Jujur, mbak Nayla jauh lebih cantik... Lekukannya juga jauh lebih menarik... Tapi untuk urusan jepi't'-menjepit, memek mbak Putri jauh lebih sempit... Mungkin karena mbak Putri jarang disodok kali yah, sedangkan mbak Nayla kan udah sering digenjot suaminya, makanya gak terlalu sempit lagi… Tapi gitu-gitu jepitannya mbak Nayla masih terasa nikmat kok… Eh, apa jangan-jangan gara-gara pak Urip ? Memek mbak Nayla jadi gak terlalu rapet lagi ?'
Batin pak Beni kesal sendiri.
'Aahhhh sial... Jadi bingung pilih yang mana... Rapetnya memek mbak Putri ? Atau indahnya body mbak Nayla ?'
Batin pak Beni bingung sendiri.
*-*-*-*
Sementara itu, di sebuah klinik herbal yang sudah sering ia kunjungi belakangan ini. Pak Urip memasuki ruang praktek sambil tersenyum menatap dokter tampan itu.
Selamat siang dok... Ini saya, hakhakhak tawa pak Urip sambil menyalami dokter tampan itu.
Eh bapak... Silahkan duduk... Kenapa lagi nih pak ? Kurang manjur yah obat kemarin ? Tanya dokter tampan itu.
Hakhakhak... Bukan begitu, saya cuma ingin bertanya, apa benar ada seorang wanita yang mengenakan cadar pernah datang ke klinik ini ? Tanya pak Urip tersenyum.
Ohh saya masih ingat... Iya ada... Cuma ada satu yang pernah datang kesini ucap dokter itu setelah mengingat-ngingat.
Hakhakhak sudah saya duga... Non Nayla beli obat itu dari sini rupanya kata pak Urip tertawa.
Ah iya, betul... Namanya Nayla... Saya masih ingat kata dokter tampan itu.
Eh kok bapak nanyain dia ? Bapak kenal ? Lanjut dokter itu bertanya.
Itu majikan saya dok... Dia wanita yang saya targetkan dengan obat perangsang yang saya beli disini ucap pak Urip tersenyum.
Oalah pantesan... Dia waktu itu ngeluh kalau dia itu kena efek dari obat perangsang tapi dalam jangka waktu yang lama... Itu aneh menurut saya... Yang saya tahu sebagai ahli medis, obat perangsang ya hanya akan efektif sampai orang itu mendapatkan orgasmenya... Atau paling tidak, maksimalnya ya 4-5 jam... Gak mungkin sampai berhari-hari begitu kata dokter itu yang membuat pak Urip tertawa.
Hakhakhak... Sepertinya non Nayla tertipu omongan saya... Eh lebih tepatnya terbodohi sih... Saya waktu itu bilang ke dia kalau setelah itu dia akan terkena efeknya selama berhari-hari... Sepertinya dia percaya dan malah datang kesini... Terus, apa yang dokter kasih ke dia ? Tanya pak Urip.
Ya saya beri dia tambahan obat perangsang saja... Lagian keluhannya waktu itu aneh sih… Lagipula pas saya cek, dia itu ternyata punya nafsu yang besar... Jadi mungkin aja keluhannya waktu itu bukan karena efek dari obat perangsangnya saja... Tapi juga efek dari nafsunya yang amat besar... Saya yakin, seyakin-yakinnya kalau dia sendiri bisa melayani 3-4 orang sekaligus dalam satu waktu ucap dokter itu dengan begitu yakin.
Oalah, 3 sampai 4 orang yah ? Boleh dicoba nih kata pak Urip tersenyum lebar.
Heem, jadi mau beli obat lagi nih ? Tanya dokter itu kepada pak Urip.
Hmm ya satu boleh lah... Buat jaga-jaga... Hakhakhak tawa pak Urip.
Oh buat dia lagi ? Apa gak mubazir ? Saya yakin kalau bapak sudah sering menyetubuhinya, pasti psikisnya akan mengubahnya secara perlahan... Dia pasti tidak akan nolak bahkan secara sukarela akan melayani bapak karena sisi liarnya yang selama ini terpendam akan bangkit menguasai dirinya kata dokter itu saat menjelaskan sambil mengambil obat yang diminta pak Urip.
Hakhakhak saya tahu itu... Saya ingin mencobanya pada akhwat lain... Sepertinya saya menemukan korban baru yang menarik kata pak Urip.
Woww... Apa dia tampan ? Tanya dokter itu.
Eh, hakhakhak... Dia akhwat dok... Akhwat kata pak Urip.
Wah sayang sekali... Coba dia tampan... Atau minimal yang berpengalaman seperti bapak lah kata dokter itu sesaat setelah menghampiri pak Urip lalu membelai dadanya dari luar kaus yang dikenakannya.
Sontak pak Urip langsung panas dingin. Diperlakukan seperti ini ? Oleh seorang lelaki ?
Hehe sayangnya dia akhwat dok kata pak Urip lalu menenggak ludahnya.
Padahal laki-laki jauh lebih menarik loh kata dokter itu sambil berdiri lalu agak memiringkan sedikit pinggulnya.
'Dihhh jadi cowok kok gemulai !'
Batin pak Urip misuh sendiri saat melihat dokter tampan itu.
Semuanya 120 ribu pak... Tapi kalau untuk bapak boleh gratis tapi ada syaratnya kata dokter itu kembali menghampiri yang membuat pak Urip panas dingin lagi.
Ah gak usah... Saya punya uangnya kok... Ini... Terima kasih yah... Saya pergi dulu kata pak Urip buru-buru pergi sebelum bulu kuduknya semakin berdiri.
“Huft sayang sekali… Padahal saya penasaran banget sama pengalamannya” Ucap dokter itu kembali duduk di meja kerjanya. Ia kembali memainkan hapenya untuk melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda dengan melihati foto cowok-cowok kekar yang hanya mengenakan celana dalamnya saja.
'Sementara itu,
Setelah sampai di tempat parkir. Ia pun menatap nama klinik serta foto dokter tadi yang terpasang di depan klinik.
Ganteng-ganteng kok homo... Dih gak malu sama saya ? Gini-gini aja saya bisa dapetin non Nayla juga mbak Putri loh... Lah pak dokter kok malah ? Ujarnya sambil merinding.
Dokter Amir... Dokter Amir... Semoga bapak segera dapet hidayah yah... Hakhakhak tawa pak Urip sambil mengenakan helmnya lalu berangkat pulang menuju rumahnya.
'Kalau apa yang dikatakan dokter homo itu benar, non Nayla pastinya sudah binal... Sepertinya yang menghalanginya cuma satu... Yakni harga dirinya atau mungkin juga image alim yang sudah terlanjur melekat di dirinya... Saya harus menghilangkan semua itu... Saya harus bisa membuatnya binal, agar tubuh seksinya bisa dipakai siapa saja... Hakhakhak...'
Batin pak Urip senyum-senyum sendiri.
'Terus obat yang baru kubeli ini ? Kepada siapa yah obat ini kan kuberikan ? Haruskah ke non Nayla lagi biar kebinalannya semakin menjadi ? Atau, haruskah kulebarkan sayapku untuk membinalkan mbak Putri ?'
Batin pak Urip tersenyum.
Seketika, Pria tua berperut tambun itu langsung membayangkan Putri & Nayla tengah menari-nari dihadapannya sedangkan ia duduk menikmati tarian mereka berdua yang begitu erotis. Tidak ada satupun pakaian yang melekat pada tubuh mereka berdua. Hanya cadar dan hijabnya saja. Membayangkan hal itu pun membuat ia tertawa. Ia tak sabar untuk menikmati hasil dari usahanya selama ini.
Tungguuu saja hingga waktunya tiba... Saya pasti akan menguasai tubuh kalian berdua... Hakhakhak
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 13
JALAN HIDUP NAYLA
Suatu hari, sekitar pukul empat sore di salah satu kosan di dekat kampus terkenal di ibu kota.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh bapaaakkk”
Terlihat pria tua berbadan kekar itu terus menggempur. Staminanya begitu kuat. Wajahnya berkeringat. Otot-otot di lengannya sampai menonjol keluar saat memegangi tubuh seorang akhwat berkacamata yang sedang berbaring dalam keadaan tak berdaya. Terlihat mata pria tua itu begitu bernafsu. Jelas ia sangat bersungguh-sungguh. Jepitan vaginanya yang begitu terasa membuat pria tua itu serius untuk memuasi akhwat yang rupanya masih menjadi mahasiswi itu.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaahhhh mbaakkk Puttt… Saya udah gak kuat lagiii… Saya mauuu kelluaar lagiii !!!” Desah pria tua kekar itu.
“Aaaahhhhhh keluarin paakkkk… Aku jugaaa… Akuu udah gakkk kuat… Aaahhhh kontol bapakkk kuat banget sih bisa bertahan selama ini !” Desah akhwat berkacamata itu dengan begitu takjub.
Pak Beni sang pria tua kekar itu sudah tak sanggup lagi. Sudah semenjak jam sepuluhan sampai jam empat sore, ia terus menggempur tubuh akhwat berkacamata itu. Fisiknya mulai melemah. Kedua lututnya mulai melemas. Namun matanya yang terus menatap pergerakan payudara Putri memaksa tubuhnya agar tetap memanas. Ia terus menghajar tubuh Putri. Gairahnya pun semakin menjadi-jadi. Tak ada lagi kenikmatan yang dapat menandingi ini. Pak Beni puas, ia segera mengakhiri persetubuhannya dengan sodokan ternikmat yang menembus rahim dari akhwat berkacamata itu.
“Aaaaahhhhhhh…. Aaahhhhhhh… Terima iniiii… Terima inii mbaakk… Aaahhhh sayaaa kelluuaaarrrrr !!!” Desah pak Beni sambil mendorong pinggulnya hingga ujung kulupnya menyundul dinding rahim dari akhwat berkacamata itu.
“Aaaahhhhhh paaakkkk… Daleemm bangeettt…. Ouuhhhhh” desah Putri hingga tubuhnya terangkat lalu matanya memejam nikmat.
'Ccrrooottt… Crrroottt… Ccrroottt….'
Lagi, rahim Putri terisi lagi. Meski siang tadi ia sempat khawatir kalau dirinya akan hamil. Tapi dirinya pasrah saat rahimnya dipejuhi lagi. Rasa puas setelah bercinta dengan pak Beni membuat Putri tersenyum senang. Meski tubuhnya lemas dan tak bertenaga. Ia sangat puas karena bisa bercinta dengan seorang pria yang sangat dicintainya.
“Hah… Hah… Hah” Deru nafas mereka pun bersatu. Mata mereka saling memandang. Mereka sama-sama tersenyum senang.
Pak Beni yang baru saja menghujami vagina Putri dengan gaya missionaris langsung menindihinya. Dadanya dapat merasakan keempukan susu Putri. Wajahnya juga langsung menindihi wajah Putri. Bibir mereka bersentuhan. Mereka pun saling berciuman. Kedua jemari mereka juga melekat. Sedangkan pinggul pak Beni terus didorongkan agar ujung kulupnya bisa terus menyundul dinding rahimnya tuk menambah sensasi akan kenikmatannya.
“Mmppphhhh… Mpphhh… Mmpphhh” desah mereka saling cumbu.
Puas mereka berciuman, pak Beni pun membaringkan tubuhnya disebelah tubuh Putri. Kedua insan yang sama-sama sudah telanjang itu hanya sanggup menatap kosong ke arah langit-langit ruangan. Mereka masih sama-sama ngos-ngosan. Pak Beni yang memiliki tubuh kekar pun sampai lemas setelah dipaksa memejuhi tubuh Putri selama tujuh kali.
“Hah… Hah… Hah… Makasih yah pak, gak nyangka hari ini kita bisa sampe tujuh ronde hihihihi” tawa Putri malu-malu.
“Hah… Hah… Sampai lemes banget saya mbak… Habis, mbak seksi sekali sih… Saya jadi gak puas-puas saat merasakan jepitan memekmu itu mbak… Rapet banget memek mbak” Puji pak Beni yang membuat Putri tersipu malu.
“Hihihi makasih… Kontol bapak juga perkasa banget sih… Aku jadi gak ada tenaga lagi buat berdiri… Bapak harus tanggung jawab loh kalau besok aku gak bisa berjalan lagi” Kata Putri malu-malu yang membuat pak Beni tersenyum.
“Hahah tenang mbak… Kalau besok mbak gak bisa berjalan ? Biar saya yang gendong mbak ke kampus besok… Terus saya bawa mbak ke toilet, biar bisa saya genjot lagi di toilet” Kata pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Dasar mesum ih… Capek tau” Kata Putri sambil menepuk hidung pak Beni.
“Biarin… Sudah resiko mbak karena mengajak saya bercinta” Kata pak Beni sambil memiringkan tubuhnya tuk memeluk tubuh telanjang Putri.
“Hihihih iyya deh… Ampun pakkk… Ampunnn” kata Putri sambil memiringkan tubuhnya lalu membelai kedua pipi pak Beni.
Tak terasa mereka sudah bercinta selama berjam-jam lamanya. Mulai dari sekitar jam 10 dan diakhiri sampai jam 4 sore. Tak terasa mereka terus bercinta selama enam jam penuh. Ya, mungkin terpotong sebentar saat Putri beristirahat di siang hari. Tapi tetap, selama enam jam penuh mereka sama-sama telanjang untuk memuasi pasangan. Mereka tak berhenti, rahim Putri terus diisi. Mereka pun tersenyum puas. Namun kini mereka tak memiliki tenaga untuk melalui sisa hari yang begitu berkesan ini.
“Paaakkk aku laper… Makan yuk” Kata Putri yang teringat bahkan dirinya sampai melewatkan makan siang demi memuasi pak Beni.
“Aahh iya saya juga laper mbak… Mau makan dimana ?” tanya Pak Beni.
“Hmmmm bapak masih bisa jalan kan ? Ke warung ayam bakar yang waktu itu gimana ? Tenang aku yang traktir kok” Ucap Putri tersenyum.
“Eeehhh kita makan disana ?” Tanya pak Beni.
“Iya lah pak… Masa disini sih ? Hihihihi” kata Putri yang membuat pak Beni kembali terpana gara-gara senyumannya.
“Hmmm yaudah, tapi kita gimana ? Mandi dulu atau langsung berangkat ?” Tanya pak Beni bingung.
“Mandi dulu lah pak…. Biar ganteng… Terus kita pake pakaian yang rapih… Terus kita makan bareng disana” Kata Putri.
“Tapi mbak, saya gak punya baju rapih… Saya Cuma punya seragam ini” Kata pak Beni.
“Seragam juga kemeja kan ? Itu rapih kok gapapa… Aku suka hihihihi… Tapi nanti kancingnya dibuka beberapa yah biar keliatan seksi” Kata Putri yang membuat pak Beni tersenyum.
“Iya mbak kalau gitu gapapa deh… Yuk mandi dulu” kata Pak Beni.
Kamar Putri yang berada di dekat kamar mandi membuat pak Beni bisa dengan mudah memasuki kamar mandi. Putri melihat keadaan diluar sejenak. Rupanya keadaan tak terlalu ramai. Meski ada beberapa yang berlalu lalang. Tapi perhatian mereka tak terarahkan ke kamar mandi. Putri pun akhirnya ikut masuk ke dalam kamar mandi. Mereka berdua pun mandi bersama. Namun karena saking nafsunya, Putri akhirnya kembali disetubuhi pak Beni. Samar-samar terdengar suara desahan mereka. Terdengar suara sodokan antar pinggul yang begitu nikmat. Mereka pun terus bersetubuh di dalam ruangan yang cukup sempit itu.
“Aaaahhhhh…. Aahhhh… Pelaannn paakkk… Nanti kedengeran !” Lirih Putri.
“Aahhh iyahh maaf… Aahhhh saya gak kuat… Saya aaaahhhhh” desah Pak Beni menarik penisnya keluar lalu meminta Putri berjongkok dihadapannya.
Akhirnya mereka resmi mengakhiri persetubuhan mereka di hari ini. Wajah Putri bersimpuh sperma. Spermanya cukup banyak meski sudah keluar berkali-kali.
Betapa beruntungnya pak Beni di hari ini. Meski di awal hari ia sempat dicueki oleh wanita yang ia cintai lalu dipukuli oleh pria kekar yang merupakan suami dari akhwat bercadar yang ia jadikan fantasi. Pertemuannya dengan Putri telah mengubah keberuntungannya di hari ini. Ia memejuhi rahim Putri berkali-kali. Bahkan wajah cantik Putri juga tak luput dari sperma kentalnya yang berwarna putih. Apalagi setelah ini dirinya akan ditraktir. Pak Beni hanya geleng-geleng kepala. Sejenak hanya ada nama Putri di kepalanya. Sepertinya perlahan Putri mulai merenggut hatinya dari Nayla.
MEBEAY2
https://thumbs4.imagebam.com/40/11/34/MEBEAY2_t.jpg 40/11/34/MEBEAY2_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
*-*-*-*
Pada saat yang sama di salah satu rumah mewah di ibukota.
“Eh mas, udah pulang…” kata Nayla yang segera datang menyambutnya.
“Dek… Apa kabar ? Loh kok lepas hijab sama cadar… Pak Urip mana ?” Tanya Miftah sambil menoleh ke kanan kiri.
“Gak tau mas… Dari pagi gak keliatan… Jadinya dari pagi adek gak pake hijab sama sekali” Kata Nayla malu-malu.
“Ehh gak izin kerja ?” Kata Miftah.
“Gapapa mas…. Biarin aja… Mungkin ada urusan mendadak… Hari ini adek juga gak sibuk kok… Adek juga udah masakin sesuatu buat mas” Kata Nayla.
“Oh yah apa itu ?” Tanya Miftah tersenyum.
Tiba-tiba Nayla merangkulkan lengannya ke leher belakang Miftah. Kakinya juga berjinjit. Matanya pun menatap mata suaminya dengan penuh cinta.
“Kasih hadiah adek dulu dong baru nanti adek kasih tau” Jawab Nayla sambil sesekali mengecapkan bibirnya untuk memberinya kode.
“Ohhh hadiah nih ? Iya… Tutup matanya yah dek” Kata Miftah memahami.
Nayla segera menutup matanya. Dalam sekejap bibir Miftah dimajukan lalu mengecup bibir Nayla selama beberapa detik saja.
'Cuupppp !'
“Gimana ? Puas sama hadiahnya ?” Tanya Miftah malu-malu.
“Ihhhh bentar amat” Keluh Nayla.
“Hahahaha nanti mas kasih yang lama setelah adek ngasih tau jawaban mas tadi” Kata Miftah yang membuat Nayla cemberut.
“Huh dasar… Liat sendiri sana di dapur” Kata Nayla.
“Yaudah deh… Mas liat dulu yah” Jawab Miftah yang sebenarnya bukan jawaban yang Nayla inginkan.
'Ihhhh kok malah pergi beneran ? Nyebelin deh dasar gak peka… Emang beda yah, laki-laki yang bernafsu padaku sama yang enggak… Keliatan banget mas Miftah gak nafsu ke aku… Hah, kenapa saat-saat begini aku malah merindukan ciumannya pak Urip… Aku ingin bibirku ditarik menggunakan bibirnya… Aku ingin bibirku didorong dengan penuh nafsu olehnya…'
Batin Nayla saat merenung sesaat.
'Hah, entah kenapa kok aku jadi semakin yakin dengan pilihan jalan hidupku ini yah… Hmmm haruskah aku main ke rumahnya besok ? Jujur aku masih penasaran dengan mang Yono… Main sebentar aja udah bikin aku puas kayak pagi tadi… Gimana kalau aku mainnya lama yah ? Uhhhh pasti bakal berkesan banget deh…'
Batin Nayla yang sudah keruh pikirannya.
MEBXDFG
https://thumbs4.imagebam.com/4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg 4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg
'NAYLA
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
*-*-*-*
Malam harinya,
Di atas ranjang tidur yang biasa mereka tempati bersama. Nayla sudah terbaring dengan menggunakan piyama yang menutupi keseluruhan tubuhnya. Rambut pendeknya terlihat. Tonjolan di dadanya juga terlihat. Saat tertidur, Nayla memang tidak mengenakan bra apalagi hijabnya. Nayla masih ingat betul perkataan ibunya bahwa wanita itu kalau tidur lebih baik jangan memakai beha agar peredaran darah yang mengalir ke dadanya bisa lancar.
Saat berbaring dalam posisi miring, Nayla yang masih belum tidur malah terpikirkan sesuatu.
'Pak Urip dari pagi kemana yah ? Kok aku gak ngeliat perut tambunnya sama sekali…'
Batin Nayla penasaran.
Entah kenapa di malam hari itu dirinya merindukan sosok pak Urip. Sosok yang biasanya rajin memuasi dirinya. Tapi entah kenapa di hari ini pak Urip malah absen memuasi dirinya. Padahal Nayla sudah memutuskan jalan hidupnya. Ia telah menyerah berhijrah dan lebih memilih pasrah untuk menjadi pemuas saja. Tapi saat dirinya seperti ini, dirinya malah tidak bertemu dengan pak Urip.
'Hah, untung aja tadi pagi dompetku ketinggalan… Hmmm dikasih alamat juga lagi… Dateng gak yah besok hari ? '
Batinnya sambil mengeluarkan secarik kertas dari saku piyamanya.
“Dek belum tidur ? Eh kertas apa itu ?” Tanya Miftah mengejutkan Nayla.
“Eh mas… Enggak… Cuma catatan kerja aja kok hehe” Kata Nayla buru-buru memasukan kertas itu lagi ke dalam sakunya.
“Oalah” Jawab Miftah yang langsung berbaring di sebelah istrinya.
Nayla pun menyambutnya dengan memeluk tubuh suaminya. Mereka saling pandang sejenak. Miftah tampak bahagia saat memandangi wajah cantik istrinya.
“Memang bikin sejuk wajahmu ini dek… Mas suka… Rasanya adem banget kalau ngeliat wajah adek” Kata Miftah yang membuat Nayla tersipu malu.
“Hihihi makasih yah mas” Jawab Nayla tersenyum.
“Tidur yuk… Udah malem… Besok ada kerjaan kan ?” Tanya Miftah.
“Hmmm lusa sih mas” Jawab Nayla.
“Oh yah ? Hahahaha… Tapi tidur aja yuk… Mas udah ngantuk banget soalnya” Kata Miftah tertawa malu.
“Iya mas… Yuk” Jawab Nayla agak kecewa.
Mereka pun sama-sama memejam. Namun Nayla masih ingat betul kata-kata yang diucapkan suaminya di sore tadi.
'Katanya mau ngasih aku ciuman yang lama ? Sampe sekarang pun aku masih belum dapet ciuman dari mas… Huft malah dilupain !!!'
Batin Nayla sebelum dirinya benar-benar terlelap dalam tidurnya.
*-*-*-*
Keesokan harinya sekitar pukul setengah tujuh pagi.
“Saayyyuurrr… Saayuurrr… Sayurnya ibu-ibu… Sayur segarnyaaa”
“Eh itu dia mang Yono !” Lirih Nayla yang langsung meluncur ke depan pintu untuk melihat langsung sumber suara itu.
“Mas, adek mau beli sayur dulu yah” Kata Nayla pada suaminya yang sedang bersiap mandi.
“Oh iya dek… Iya” Jawab Miftah tersenyum.
Nayla lalu buru-buru mencari hijab simpel serta masker untuk menutupi sebagian wajahnya. Dengan terburu-buru ia keluar rumah. Ia yang saat itu mengenakan daster syar’i berukuran longgar berlari untuk menemui pria tua berperut tambun yang baru saja memejuhi rahimnya kemarin pagi.
“Maannggg… Saayyurrnya maanggg” Teriak Nayla memanggil yang membuat mang Yono memberhentikan gerobak sayurnya.
Menyadari bahwa yang datang mendekatinya adalah akhwat bermasker yang baru kemarin ia gagahi membuat pria tua yang juga berkumis tebal itu melebarkan senyumnya.
“Mbakk Naylaa… Mau beli apa nih ? Huahahaha” Tawa mang Yono senang.
“Hehehe terongnya ada mang ?” Tanya Nayla berbasa-basi terlebih dahulu.
“Hmmm terong yang buat sayur apa yang buat . . . .” Tanya mang Yono tersenyum yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Yang sayur lah… Masa buat itu, hihihih” Tawa Nayla malu-malu.
Menyadari Nayla meladeni omongan kotornya membuat mang Yono terpancing. Ia lalu kembali menanyakan hal-hal kotor untuk memancing nafsu birahi akhwat itu lagi.
“Hmmm pasti gara-gara terong kemarin dipake buat masturbasi yah mbak, makanya sekarang beli yang baru lagi ? Huahahaha kenapa gak disayur aja yang kemarin ? Kan ada tambahan rasa manis-manisnya gitu” Kata mang Yono yang membuat wajah Nayla memerah.
“Hihihih enggak ah pak… Terong yang kemarin udah lembek… Ujungnya udah bonyok, beda sama ujung itu yang kemarin bikin aku… Hmmm hihihi” tawa Nayla malu-malu tak sanggup melanjutkan.
“Hayooo ujung apa nih ? Yang bikin mbak Nayla kenapa nih ?” Tanya Mang Yono yang semakin mesum. Mengobrol hal kotor seperti ini dengan akhwat cantik yang sehari-harinya mengenakan masker atau cadarnya itu membuat penis mang Yono mulai mengeras.
“Ujung yang item pokoknya… Yang keras juga kayak pentungan” Jawab Nayla malu-malu.
“Waahhh yang kayak apa yah ? Bisa beri petunjuknya gak mbak ?” Tanya mang Yono sambil ngelus-ngelus penisnya dari luar celananya.
“Pokoknya yang gede mang… Item… Panjang lagii… Pas sekali masuk bisa bikin aku menjerit nikmat pokoknya… Hihihihi” Tawa Nayla malu sendiri setelah berbicara seperti ini dengan tukang sayur langganannya.
“Oh yah ? Hmmmm ujungnya ketutupan sesuatu gak ?” Tanya Mang Yono sambil menatap wajah Nayla dengan mesum.
“Hmmmm iyya mang… Ujungnya kayak ketutupan babat sapi gitu… Udah gitu tebel lagi” Jawab Nayla sambil melihat tonjolan celana yang sedang mang Yono elus.
“Ohhh yahhh ? Hmmm ukurannya segede ini gak ?” Tanya mang Yono sambil menggenggam penisnya dari luar celananya.
“Waaaahhhh iyaahh… Segede itu pokoknya… Itu terong yah ? Kok dimasukin ke celana sih ? Hihihihi” Tawa Nayla.
“Bukan dong… Masa terong dimasukin ke celana… Ini namanya kontol… Kontol pake tol” Kata mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Ah masa ? Gak percayaa tuuhhh” Jawab Nayla menggoda.
“Ohh gak percaya ? Mau lihat nih ?” Tanya mang Yono yang segera dijawab anggukan oleh Nayla.
Dengan percaya diri, Mang Yono langsung menurunkan celana kolornya lalu memperlihatkan penis raksasa yang kemarin baru memasuki vagina sempit Nayla.
“Waaahhhhh gedee bangeettt… Iya ini… Ukurannya kayak gini” Kata Nayla sambil menutupi mulutnya dari luar masker yang dikenakannya.
Mang Yono pun tertawa puas. Lalu buru-buru memasukannya lagi ke dalam celana karena khawatir akan ada orang lain yang melihatnya.
“Huahahah kok jadi kesini-sini obrolan kita… Duhh gara-gara mbak… Saya jadi gak fokus jualan nih” Kata Mang Yono memegangi kepalanya.
“Hihihihi habis sih… Kan mamang dulu yang mulai” Kata Nayla sambil menunduk malu setelah mengingat perbuatannya itu.
“Eh saya yang mulai yah ? Habis, mbaknya juga sih… Kok ngeladeni omongan saya… Saya kan jadi kebawa alur” Kata mang Yono.
“Hihihi maaf yah mang… Habis sih aku kan masih . . . .” Jawab Nayla terhenti karena terlalu malu tuk mengucapkannya.
“Masih penasaran sama kontol saya yah mbak ?” Tanya mang Yono yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Hehe iya mang… Hmmm mamang ada waktu kosong kapan ?” Tanya Nayla mengejutkan mang Yono.
“Eh jangan-jangan ? Mbak mau main ke rumah saya yah ?” Tanya mang Yono deg-degan.
“Iyyahhh manggg” Jawab Nayla malu-malu sambil menunduk.
Sikap ramahnya saat menjawab. Gerakan gemulainya saat berdiri dihadapannya. Juga obrolan mesum yang baru saja diucapkannya. Mang Yono jadi semakin deg-degan. Ia lalu melihat ke arah jam tangannya untuk mengecek waktu yang ia punya.
“Hmmm mbak penasaran nih ? Kalau gitu saya tes dulu gimana ?” Tanya mang Yono.
“Eh, tes ? Tes apa ?” Tanya Nayla terkejut.
“Nanti kalau mbak lulus tes… Saya kasih tau kapan waktu luang yang saya punya” jawab mang Yono yang anehnya membuat Nayla bersemangat.
“Ehhh emang apa tesnya pak ?” Tanya Nayla.
“Kalau mbak masih penasaran dengan kontol saya… Coba mbak kulum kontol saya sekarang… Saya mau tahu, seberapa penasaran sih mbak dengan kontol saya” Ucap mang Yono sambil mengeluarkan penis besarnya lagi lalu melihat ke kanan juga ke kiri untuk mengecek keadaan.
“Huh kirain… Masa gini aja di tes” Jawab Nayla yang langsung berjongkok lalu menurunkan maskernya.
Mang Yono terkejut melihat Nayla langsung patuh dengan ucapannya. Pria tua berperut tambun itu semakin deg-degan. Ia lalu melihat kanan kiri untuk mengecek keadaan lagi. Saat mulut dari akhwat bermasker itu membuka lalu mencaplok batang penisnya. Mang Yono langsung memejam nikmat saat merasakan adanya kehangatan dan kelembapan yang merangsang penis tak bersunatnya.
“Ouuuuhhhhhhh mbaaaakkk” Desah mang Yono puas.
Nayla awalnya memasukan seperempat dari penis besar itu. Lalu kepalanya ia mundurkan agar mulutnya dapat menjepit ujung kulupnya saja. Lalu ia berdiam sejenak agar lidahnya di dalam dapat menggelitiki ujung gundulnya yang mulai terbuka. Lidahnya dengan lihai bergerak naik turun. Lidahnya juga berfokus menyerang lubang kencingnya saja. Mang Yono jadi merem melek. Mulutnya juga membuka. Apalagi saat mulut Nayla bergerak maju hingga setengah dari penis mang Yono terlahap olehnya.
“Ouuuhhh mbaaaakkkk” desah Mang Yono sambil geleng-geleng kepala.
Saat Nayla memajukan mulutnya. Bibirnya dengan manja menyapu kulit penis mang Yono yang berwarna hitam itu. Lidahnya juga mulai melilit laksana ular piton yang siap untuk menjepit. Meski Nayla sudah merasakan mentok di ujung kerongkongannya. Ia terus memaksa maju hingga mulutnya melahap ¾ dari penis milik pria tua itu.
“Aaaaahhhh mbaaakkkk” Desah mang Yono kali ini sambil memegangi kepala Nayla.
Nayla masih belum puas. Dirinya yang masih penasaran mencoba untuk terus mendorong kepalanya maju hingga ujung hidunya itu menyentuh dari rambut lebat yang dimiliki oleh mang Yono. Mulutnya juga sudah mencapai pangkal dari penis hitam itu. Tercium aroma selangkangan yang memuakkan hidungnya. Namun Nayla terus bertahan. Bahkan tangannya sampai memegang bokong pak Urip lalu mendorongnya ke arahnya selagi mulutnya terus maju tuk melahap keseluruhan dari penis hitam itu.
“Mmmpppphhhhhh” desah Nayla yang akhirnya mulai bersuara.
“Ouuhhh hebat banget mbaakkk… Ouuhhh kontol saya sampai ketelen semuanyaa… Aaahhh yahhh” desah mang Yono sangat menikmati kulumannya.
Saat sedang asyik-asyiknya diservis oral oleh Nayla. Tiba-tiba mang Yono melihat adanya ibu-ibu lain yang mendekat.
“Ehh mbakk… Ada orang lain kesini… Udah… Udaahh” Kata mang Yono sambil menepuk kepala Nayla dengan pelan.
“Mmpppphhhh” Desah Nayla buru-buru melepasnya lalu menutup mulutnya lagi menggunakan masker sebelum berpura-pura mencari sayur yang ada di bagian bawah gerobak mang Yono.
“Ehhh kalian lagi apa ?” Tegur ibu-ibu yang baru datang itu.
“Apaan bu ? Orang lagi belanja” Kata Mang Yono yang untungnya sudah memasukan penisnya tepat waktu.
“Belanja… Oalah mbak Nayla… Saya kira siapa… Gak mungkin lah mbak Nayla melakukan apa yang ada di pikiran saya… Hihihi” Tawa ibu-ibu itu malu.
“Ehhh emangnya ada apa yah bu ?” Tanya Nayla berpura-pura tidak tahu.
“Ahhh enggak mbak… Saya kira tadi mbak, hihihihi” tawa ibu-ibu lagi sambil menepuk lengan Nayla karena malu.
“Dihhh pagi-pagi udah aneh aja… Kenapa sih bu ?” Ucap mang Yono berusaha untuk menjauhkan topik pembicaraannya itu.
“Enggak… Enggak… Kirain tadi… Ah udah deh… Saya mau beli bawangnya aja mang” Kata Ibu-ibu itu karena malu.
“Nih berapa ?” Tanya mang Yono.
“¼ kilo aja mang, nih duitnya… Harganya masih sama kan ?” Tanya ibu-ibu itu.
“Sama kok… Ini yah” Ucap mang Yono saat memberikan kresek berisi ¼ kilo bawang.
Nayla yang sedari tadi terus berpura-pura membeli sayur akhirnya lega setelah ibu-ibu itu mulai pergi menjauhi mereka berdua.
“Huft hampir aja” Kata Nayla sambil memegangi dadanya.
“Huahahha gila… Pengalaman yang sangat mendebarkan… Waahh hebat banget sih sepongan mbak tadi… Bikin saya panas dingin” Kata mang Yono yang membuat Nayla malu.
“Mmpphhh jadi, kapan ?” Kata Nayla malu-malu.
“Nanti jam 9 saya udah mulai kosong kok… Saya mau ambil cuti aja hari ini… Saya udah gak tahan pengen disepong lagi soalnya…. Huahahah” Tawa mang Yono yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Kalau gitu, tunggu aku jam 9 yah mang… Aku permisi dulu” Kata Nayla setelah mendapatkan informasi dari mang Yono.
“Eh iya, terongnya satu dong pak… Hihihi” Tawa Nayla malu saat kelupaan sayur yang ingin ia beli.
“Nih, satu buah terong yang paling gede… Biar mbak puas” Kata mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih ada-ada aja… Aku pulang dulu yah mang… Permisi” Kata Nayla yang langsung pergi sambil menunduk malu.
Dalam perjalanannya pulang, Nayla langsung kepikiran. Padahal hari ini ia tidak merasa sangek sama sekali. Tapi kok, ia secara sukarela malah nurut aja saat mang Yono memintanya mengulum penisnya.
Biasanya ia melakukan kemaksiatan gara-gara diserang oleh birahi tingginya. Kali ini ia melakukan kemaksiatan hanya karena rasa penasarannya. Nayla pun memegangi dadanya yang deg-degan. Ia juga memegangi mulutnya yang baru saja ternoda.
'Jadi lonte, kayaknya bakal seru nih… Hiihihihih…'
Batin Nayla yang sudah tak sabar untuk meraskaan kejantanan mang Yono lagi.
*-*-*-*
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan kurang dua puluh menit. Pak Urip yang sedang berada di dapur rumah majikannya bersiap untuk melancarkan aksi selanjutnya. Pertama, ia ingin memeriksa keadaan majikan alimnya terlebih dahulu. Apakah majikan bercadarnya itu sudah berubah menjadi lonte seperti yang sudah dokter homo itu bicarakan ? Atau, masihkah majikan bercadarnya itu menyembunyikan sifat binalnya demi harga dirinya sebagai seorang akhwat yang sudah bersuami ?
“Hakhakhak… Patut ditunggu nih… Apapun hasilnya, saya akan menggenjotmu lagi hari ini !” Ujar pak Urip yang begitu merindukan lubang ternikmatnya setelah kemarin ia tak menemuinya demi mengurusi obat perangsang yang ia beli dari dokter homo tersebut.
Ia pun bersembunyi di dapur sambil membuat kopi untuk menyemangati dirinya sebelum menyetubuhi akhwat majikannya. Ia semakin tak sabar. Penisnya sudah gatal ingin memejuhi rahim yang sangat sempit itu.
“Hmmmm hampir setengah jam setelah mandi, kok non Nayla belum keluar dari kamarnya yah ?” Ujar pak Urip curiga.
Pria tua berperut tambun itu pun berjalan menuju kamar Nayla. Wajahnya juga menengok ke sekitar, terutama ke arah kamar mandi untuk mencari tahu, apakah Nayla pergi ke kamar mandi lagi ?
“Hmmm enggak ada” Katanya setelah menoleh ke arah kamar mandi yang pintunya terbuka.
Ia pun buru-buru menuju kamar tidurnya. Ia berencana ingin menyergapnya saja. Ia pun bersiap. Tubuhnya yang gempal sudah berdiri tegak. Ia menatap pintu kamar Nayla yang ada di hadapannya. Ia tahu, biasanya pintu kamar majikannya itu dikunci rapat. Ia tak peduli kalau sampai merusaknya selama dirinya bisa menyetubuhi tubuh seksinya.
“Siaappp… Yaaaaaaaaa !”
'Bruukkkk !!!'
“Loh gak dikunci ? Kenapa repot-repot mau dobrak pintu segala ?”
Pak Urip pun membuka pintu kamar Nayla setelah menubruk pintu itu menggunakan bahunya. Saat melihat ke dalam, ia terkejut saat menyadari tidak ada majikannya di dalam.
“Loh, non Nayla kemana ?” Ujar pak Urip terkejut.
Seketika terdengar suara mesin motor dinyalakan. Pak Urip buru-buru ke depan dan melihat majikan yang ia cari-cari itu rupanya sudah menarik gasnya. Lalu pergi menaiki motornya menjauh dari rumahnya.
“Aiihh siaalll… Udah kabur rupanya…” Kata pak Urip kesal.
Ia pun bingung harus melampiaskan nafsunya kemana. Ia tak mengira kalau majikan alimnya itu bakal lolos dari pengawasannya. Ia pun hanya bisa mengepalkan kedua tangannya lalu mendesah tuk menenangkan dirinya.
“Hah, untungnya masih punya rekaman bokepnya… Sambil nunggu non Nayla pulang… Mending nyoli sambil ngeliat rekamannya lagi… Hakhakhak” tawa pak Urip yang langsung menelanjangi tubuhnya untuk melihat rekaman 'handycam' yang ia punya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh non Naylaaaa !!!” Desah pak Urip yang cuma bisa nyoli sendiri.
*-*-*-*
“Hmmm habis lampu merah terus belok kanan yah ?” Ucapnya sambil mengendarai motornya dikala matanya memperhatikan secarik kertas yang ia pegang menggunakan tangan kirinya.
Berulang kali tangan kirinya juga memegangi stang kirinya untuk menjaga keseimbangan motornya. Saat ia menemukan adanya belokan, ia kembali memperhatikan kertas itu untuk mencari tahu, sudahkah waktunya untuk berbelok ? Atau terus lanjut agar bisa menuju tempat tujuannya ?
“Hmmm belum, masih lurus ternyata” Katanya sambil berhenti sejenak di perempatan saat ia mendapati adanya lampu merah.
Nayla saat itu tampil cantik dengan gaya busananya yang terlihat seperti wanita muda yang belum menikah. Ia tidak terlihat seperti biasanya. Ia terlihat trendy yang membuatnya lebih terlihat seperti seorang mahasiswi dibandingkan akhwat yang sudah bersuami.
MEBE9P5
https://thumbs4.imagebam.com/1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg 1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg
'NAYLA
Lihat saja penampilannya sejenak. Dengan kaus panjang berwarna hitam juga kemeja bermotif kotak-kotak yang tak ia kancingkan. Penampilannya sudah memperlihatkan gayanya bak anak muda jaman sekarang. Belum dengan celana panjang berwarna putih juga dengan hijab dan masker berwarna putih. Tas yang ia selempangkan di lengan kanannya semakin menegaskan kalau Nayla saat itu ingin terlihat seperti wanita lajang yang belum menikah.
Sambil menunggu lampu berwarna hijau menyala. Ia pun melihat ke sekitar untuk menghafal rute agar nantinya ia bisa lebih mudah andai ingin datang ke rumahnya lagi.
“Oke, lampu udah hijau… Waktunya aku jalan lagi” Katanya sambil menarik gas motornya.
Motor yang Nayla kendarai terus melaju dengan kecepatan pelan. Kepalanya terus menengak-nengok ke sekitar untuk menghafal jalanan. Hampir lima belas menit ia berkendara. Tak terasa, ia menemukan jalan gang kecil yang merupakan rute terakhir menuju alamat yang ia cari-cari.
MECGDY4
https://thumbs4.imagebam.com/cd/b7/68/MECGDY4_t.jpeg cd/b7/68/MECGDY4_t.jpeg
'JALAN GANG
“Jadi ini jalan gangnya ? Hmmm cukup kumuh yah disini” Kata Nayla saat melihat betapa sempitnya jalan yang harus ia lalui. Bukan sempit secara harfiah. Bukan karena sempitnya gang yang harus ia lalui. Melainkan karena banyaknya pedagang kaki lima serta pejalan kaki yang sering berlalu lalang di gang tersebut. Nayla pun mendesah pelan, ia bingung memikirkan cara agar motornya bisa masuk ke dalam gang tersebut.
“Hmmm gimana cara lewatnya yah ?” Kata Nayla bingung.
Seketika ia melihat ada motor lain yang bergerak ke arahnya berjalan begitu saja. Setelah motor itu melewatinya, Nayla pun berfikir mungkin ia hanya harus berjalan siapa tau pejalan kaki dihadapannya bisa menyingkir dengan sendirinya. Toh ini juga jalanan umum kan ?
Nayla akhirnya tancap gas. Dengan kecepatan pelan ia melajukan motornya melewati jalan gang tersebut. Sontak penampilannya yang mencolok menjadi pusat perhatian warga disekitar. Bahkan pedagang kaki lima yang mangkal di tepi gang pada terpana melihat kecantikan sang dewi. Banyak sekali orang-orang yang berhenti hanya untuk melihat penampilan sang bidadari. Waktu sudah seperti di 'stop' saja. Nayla yang menyadari hal itu hanya cuek saja. Ia pun terus melaju hingga akhirnya ia tiba di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun cukup layak untuk ditinggali.
“Hmmm pasti ini rumahnya mang Yono… Tuh kan ada gerobak sayurnya… Menurut catatan di kertas ini, rumahnya itu berada tepat sebelum rumah yang ada gerobak martabaknya… Apa mungkin tetangganya mang Yono suka jualan martabak yah ? Hmmm gak tau ah… Aku mau ketuk pintu rumahnya dulu aja” Kata Nayla setelah memarkirkan motornya dihalaman rumah mang Yono.
“Duuhhh kok jantungku malah deg-degan gini yah ?” Kata Nayla saat berdiri di depan pintu rumah mang Yono.
Tangannya pun ragu untuk mengetuk pintu rumah itu. Fakta bahwa kedatangannya hanya untuk menyerahkan tubuhnya menjadi sesuatu yang tak disangka olehnya. Tentu, ia menyadari perbuatannya ini merupakan perbuatan yang tidak benar. Tapi ada dorongan tersendiri yang membuatnya merasa harus menyerahkan tubuhnya pada pemuasnya itu. Ia penasaran. Ia masih penasaran setelah disetubuhi secara barbar meski hanya sebentar.
'Mang Yonoo… Hmmm hebat juga permainannya kemarin… Meski cuma sebentar tapi ia sanggup membuatku puas… Apa yah rahasianya ? Jadi penasaran kalau mainnya lama bakal gimana…'
Ucapnya dalam hati.
Setelah berdiri cukup lama, akhirnya ia mengangkat tangannya. Jemarinya agak mengepal meski meninggalkan cukup ruang di dalam. Lalu ia pun memberanikan diri mengetuk pintu rumahnya. Setelah tiga kali ia mengetuk pintu rumah mang Yono. Ia pun mengeluarkan suaranya yang jernih untuk memanggil pemilik rumah ini untuk keluar.
“Permisi maanngg… Ini aku, Naylaa” Ucap Nayla setelah mengetuk pintunya.
Jantungnya jadi semakin berdebar setelah mengucapkan salam kepadanya. Ia mendadak gugup. Ia pun melihat sekitar karena khawatir kehadirannya yang mencolok menarik perhatian tetangga-tetangganya.
'Mang Yono mana sih ? Kok gak buru-buru bukain ? Padahal gerobak sayurnya ada…'
Batin Nayla gelisah.
'Tookkk… Tookkk… Tookkk…'
“Permisi paakkk… Ini aku, Nayyy…”
Seketika gagang pintu itu turun lalu membuka menampakkan wajah pria tua berperut tambun yang dilengkapi dengan kumis tebal yang ia kenal.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Huahaha… Akhirnya dateng juga… Saya tunggu cukup lama loh” Kata mang Yono tersenyum mesum.
“Hehe maaf mang, aku tadi nyari-nyari rumah mamang dulu” kata Nayla malu-malu.
“Ayok masuk… Sebelum ketahuan tetangga… Saya gak mau tetangga saya bilang eh si Yono kemarin bawa cewek bispak ke rumahnya… Huahaha” Tawa mang Yono saat melihat penampilan mencolok Nayla.
“Eh bispak ? Bispak itu apa mang ?” Tanya Nayla polos.
“Bispak itu bisa pake… Maksudnya ya non bisa dipake sama siapa aja termasuk saya” Kata mang Yono setelah menutup pintu rumahnya lalu menguncinya dari dalam. Sekilas mang Yono juga menutup rapat korden depan rumahnya. Menyadari sebentar lagi dirinya akan segera digagahi membuat jantung Nayla jadi berdegup semakin kencang.
“Akhirnya kita aman mbak… Cuma ada kita berdua di dalam rumah ini” Kata mang Yono mendekat sambil mendekap kedua pinggang ramping bidadari bermasker itu.
“Hehe iya mang” Kata Nayla semakin deg-degan dibuatnya.
Apalagi saat mang Yono dengan beraninya menatap mata indahnya. Nayla merasa tidak nyaman. Tapi hal itu malah membuatnya berdebar sehingga Nayla dengan malu-malu menurunkan pandangannya untuk menunduk ke bawah.
Menyadari sifat Nayla yang malu-malu tapi mau membuat tukang sayur itu semakin gemas akannya. Tangannya yang sedari tadi mendekap pinggang Nayla mulai merangkak naik. Usapan tangannya yang semakin mendekati payudara Nayla yang masih tersembunyi dibalik kausnya membuat akhwat bermasker itu sampai merinding dibuatnya.
“Mmppphhh” Desah Nayla yang membuat mang Yono merinding mendengar suaranya.
“Seksi banget lekukanmu ini mbaaakkk… Gak nyangka, ada akhwat cantik yang datang ke rumah saya untuk menyerahkan tubuhnya” Katanya sambil mencengkram payudara Nayla setibanya disana.
“Aaaaaahhhhhhhh” Desah Nayla sambil menaikkan wajahnya menatap langit-langit ruangan.
“Mimpi apa saya semalam bisa menikmati tubuh sesempurna ini… Gak cuma lekukanmu yang indah… Susumu juga indah ternyata… Mbak pake beha kan ? Kok saya udah ngerasain bulatanmu ini yah ? Ouhhhhh dari luar aja udah kerasa kekenyalannya… Gimana nanti pas saya ngeremes susumu pas lagi telanjang” Desah mang Yono saat memperkeras remasannya di dada Nayla.
“Aaaahhhh maanggg pelaannn… Mmppphh remasan mamang terlalu kuaaat” desah Nayla sambil memegangi kedua tangan tukang sayur itu.
“Huahahaha justru itu sayaannggg… Susu seindah ini kudu diremas kuat-kuat… Biar saya bisa ngerasain sensasinya ngeremes susu seorang akhwat… Huahahhaa” Tawa mang Yono saat memperkuat remasan tangannya.
“Aaaaahhhh maaanngggg… Aaahhhh kenceng bangeett… Ouhhh maannggg” desah Nayla sampai merinding dibuatnya.
Melihat ekspresi wajahnya yang tersiksa oleh rangsangannya membuat mang Yono jadi ingin berbuat lebih. Tangan kirinya dengan nakal memasuki kaus yang Nayla kenakan. Sedangkan tangan kanannya menurunkan resleting celana Nayla lalu melepas kancing haknya. Tangan kanannya pun masuk ke dalam celana Nayla.
Dikala tangan kirinya meremas-remas dada kanan Nayla dari dalam kausnya. Tangan kanannya dengan liar mulai masuk ke dalam celana dalamnya untuk menekan-nekan biji klitoris dari akhwat yang sudah bersuami itu.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhhh” desah Nayla semakin terangsang.
“Huahahahah mendesahlah… Mendesahlah yang kencang mbaaakkk… Ouuhhh mana udah basah gini memeknya… Mbak udah sangek banget yahhh… Mbak udah sangek kan ?” tanya mang Yono bersemangat.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhh… Iyyaahh mangg… Mamang hebat banget bisa bikin aku terangsang secepat ini… Ouhhh manggggg” desah Nayla dengan sangat manja.
Mang Yono tertawa puas melihat akhwat binal yang tersiksa dihadapannya. Ia pun mendorong tubuh Nayla hingga ke dinding rumahnya. Jemari kirinya di dalam mulai menurunkan cup bra yang Nayla kenakan. Jemari kirinya menggelitiki puting sebelah kanannya. Jemari kirinya juga kadang menekan-nekannya lalu menariknya yang membuat Nayla semakin menjerit keras.
“Aaaahhhhh mannnggg”
Sementara jemari kanannya mengusapi klirotisnya dengan gaya memutar. Jemari kanannya itu terus menggelitikinya bahkan mencubitnya yang membuat akhwat binal itu jadi semakin tersiksa.
“Ouhhhhh maannggg… Ouhhh jangan digituinn… Aaaahhhhh”
Nayla jadi menggoyangkan pinggulnya. Tanganya yang pasrah ia taruh ke dinding di belakangnya. Desahan demi desahan ia keluarkan untuk melampiaskan nafsunya saat dirangsang oleh tukang sayur langganannya.
“Huahahahah… Ayo terus mendesah… Mendesahlah yang keras mbaaakkk”
“Aaaahhh iyaahhh manggg… Aahhhhh… Aaahhhh jangannn masukkkkk… Ouhhhh” desah Nayla saat ia merasakan vaginanya dimasuki oleh jemari telunjuk tukang sayur itu.
“Huahahahah baru jari saya aja memek mbak udah njepit banget… Aahhhh jadi gak nahan saya gimana rasanya pas kontol saya yang dijepit… Ayo pemanasan dulu mbaakk… Nikmati jari saya… Ayooo nikmati inniii “desah mang Yono saat ia mulai menggerakkan jemarinya naik turun.
“Aaahhh iyaahh manggg… Aaahhhh nikmat sekalii… Aaahhh terusss… Aaahhhh“ Desah Nayla sambil terus menggeal-geolkan pinggulnya.
Nayla yang saat itu masih berpakaian lengkap terus saja dirangsang. Tangan kiri mang Yono jadi semakin liar dalam meremasi kedua payudaranya dari balik kaus yang masih dikenakannya. Berulang kali jemarinya itu berpindah meremasi kedua payudaranya. Kadang tukang sayur itu meremas payudara sebelah kirinya lalu berpindah ke kanan. Kadang ia hanya memainkan pentilnya kadang ia juga menyiksanya dengan menariknya kuat. Kadang ia juga menekannya lalu kembali meremasnya yang membuat Nayla merasakan kenikmatan yang amat sangat hanya dari remasan yang ia terima di dadanya.
Belum juga melalui vaginanya. Tangan kanan mang Yono berulang kali menekan-nekan klitorisnya dari balik celana yang masih dikenakan olehnya. Jemari kanan tukang sayur itu terus menekan-nekannya. Kadang ia juga mencubitnya. Kadang jemarinya turun tuk membelah liang senggama itu. Akibatnya vagina Nayla semakin basah. Lembah kenikmatan yang belakangan sering dimasuki pentungan raksasa itu semakin banjir dipenuhi cairan cintanya sendiri.
Nayla gelagapan. Ia sangat-sangat terangsang oleh rangsangan tukang sayur itu. Memang paling nikmat saat bercinta dengan pria-pria yang jauh lebih tua darinya. Nayla jadi puas saat dilecehi. Pengalaman yang dimiliki oleh pria tua itu mampu membuat Nayla terpuaskan hingga membuatnya ketagihan diperlakukan seperti ini oleh mereka.
Entah kenapa baru diperlakukan seperti ini saja sudah membuat Nayla yakin. Ia yakin bahwa ia ingin terus dilecehi oleh pria-pria tua yang mampu memuaskannya. Pria-pria seperti pak Urip, pak Beni & mang Yono adalah favoritnya. Terutama pak Urip meski ia berat hati untuk mengakui karena sudah berulangkali dipermainkan birahinya olehnya. Tapi jujur, ia menyukai caranya. Dalam hati ia ingin diperkosa lagi. Ia ingin bercinta lagi. Ia ingin telanjang lagi dan menikmati hari-hari indah saat bersama pembantu tuanya itu.
'Aaaahhhh… Aaahhhh… Nikmat bangettt… Ayo mangg terusss… Mmpphhh ayoo nodai aku… Zinahi aku maanggg… Zinahi akuuu !!!'
Batin Nayla saat terus dirangsang oleh tukang sayur itu.
“Aaaahhh mamaanngggggg” Jerit Nayla terkejut saat kocokan tangan kanan mang Yono dipercepat.
Vagina Nayla terasa diobok-obok olehnya. Terdengar bunyi cipratan semakin keras yang berasal dari dalam celananya. Pinggul Nayla bergoyang. Tubuhnya pun lemas hingga jatuh memeluk tubuh gempal pejantannya itu. Nayla tersiksa. Ia terus menjerit saat dilecehi habis-habisan oleh pejantan tuanya.
“Aaahhh mangg cukuppp… Cukupp mangg aaaaahhhhh” desah Nayla hingga ia memundurkan pinggulnya tuk bertahan.
“Huahahhaa nikmatnyaaa… Ada licin-licinnya memek mbakk… Ouhhh gak kebayang kalau ini kontol saya yang lagi ngobrok-ngobok memek mbak… Huahaha” Kata Mang Yono puas.
“Aaahhh cukuppp… Aaahhh yahhhhh… Hah… Hah… Hah” Desah Nayla ngos-ngosan saat mang Yono menghentikan kocokannya di dalam vaginanya.
Sambil memeluk erat tubuh gempalnya, nafas Nayla memberat dan dadanya terasa sesak. Matanya pun merem melek penuh kepuasan. Kedua lututnya melemas. Ia tiba-tiba didorong kebawah oleh tukang sayur itu hingga membuatnya berlutut tepat dihadapan pinggulnya.
“Mmpphhhh manisnya cairan cintamu ini mbaakk… Mmppphhh” desah mang Yono saat menghisap jemari kanannya.
Nayla yang melihatnya dari bawah hanya ngos-ngosan. Ia terlihat kelelahan hanya setelah dilecehi menggunakan kedua tangan gempal tukang sayur itu.
'Hah… Hah… Hah… Hebat banget… Belum digenjot aja udah bikin aku secapek ini…'
Batin Nayla terkagum.
“Ayoo non kita lanjut ke langkah selanjutnya !” Ujar mang Yono saat menurunkan celana kolornya.
Seketika penis gempal yang berwarna hitam itu mencolot keluar mengejutkan Nayla. Wajah Nayla yang berada tepat didepan penis hitam itu menjadi terkejut. Sekilas Nayla dapat menghirup aroma selangkangan penis hitam itu. Nayla lalu menaikan pandangannya. Nampak mang Yono menganggukan kepalanya.
Nayla yang paham mulai mendekap penis itu pelan-pelan. Mang Yono pun memejam merasakan dekapan halus dari tangan bidadari itu. Saat tangan Nayla mulai membelainya pelan, terasa kepuasan yang sulit untuk mang Yono jelaskan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhhh” Desah mang Yono sambil menatap akhwat bermasker yang sedang mengocoki penisnya dibawahnya.
Nayla terus mengocoki penis itu. Kocokannya semakin cepat sambil matanya menatap mata mang Yono dengan penuh kepuasan. Nayla merasa puas setelah dihadiahi penis sebesar ini oleh tukang sayur langganannya. Sesuatu yang tak ia dapat dari suaminya. Jelas penis suaminya tak sebanding dengan penis pria-pria tua yang pernah memuasinya. Perlahan tertanam dalam otak Nayla bahwa bercinta dengan pria tua jauh lebih memuaskan karena pengalaman yang jauh lebih banyak dibandingkan pria yang lebih muda atau seumuran dengan Nayla.
“Mmpphhhh… Mmppphhhh”
Otaknya yang mulai teracuni pemikiran seperti itu membuatnya jadi lebih mudah terangsang saat berzina dengan pria-pria tua. Termasuk tukang sayur yang sedang ia kocoki ini. Nayla sangat terangsang saat sedang mengocok penisnya. Jemarinya dengan lihai bergerak maju mundur. Jempolnya bahkan mulai menekan ujung gundul dari penis tak bersunat itu saat mulai mengeras.
Ini menarik, Penis yang ujung gundulnya tertutup kulup saat sedang lemas tiba-tiba memunculkan ujung gundulnya saat sedang mengeras.
Nayla mendapatkan pengalaman baru saat bercinta dengan pria tua yang tak disunat. Ia jadi semakin bersemangat. Ia pun mengocok penis tak bersunat itu dengan begitu cepat.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Teruss mbaakkk… Ouhhh lebih cepat” Desah mang Yono.
“Mmpphh iyaahh maanggg” Desah Nayla patuh.
Tidak hanya ia percepat. Dekapan tangannya juga ia perkuat. Penis mang Yono jadi dibetot. Penis itu dikocok hingga membuat mata mang Yono melotot. Tak pernah ia dirangsang senafsu ini oleh seorang wanita. Apalagi wanita itu merupakan wanita alim yang indah bak permata. Mang Yono menurunkan pandangannya. Ditatapnya wajah indah dari seorang akhwat yang sedang tersesat. Nayla mengocoknya dengan hebat. Kocokannya terasa amat sangat nikmat. Mang Yono pun puas dengan servisnya yang begitu dahsyat.
“Aaaahhhh nikmat sekaliii… Aaahhhhh mantappp sekaliiii” desah mang Yono ngos-ngosan.
“Mmpphhh… Mmpphhhh” desah Nayla sambil menatap ujung gundul dari penis hitam itu.
Dikala jemari kanannya mengocok batang penisnya maka tangan kirinya memijit kandung kemihnya. Nampak cairan 'precum' mulai keluar dari dalam lubang kencingnya. Mang Yono memejam nikmat. Ia pun tak tahan ingin segera merasakan jepitan seorang akhwat.
“Aaahhh cukuppp mbaakk… Cukuppp… Ayo berdirii” Kata mang Yono yang segera dipatuhi oleh Nayla.
“Mmpphh iyyah manggg” Desah Nayla.
“Ayo balik badan… Cepat… Saya gak tahan lagi !” Ucap mang Yono yang sudah begitu bernafsu.
Sebelum tubuh Nayla benar-benar dibalikkan. Tangan mang Yono menarik paksa bra yang dikenakan oleh Nayla. Saat tubuhnya sudah dibalikkan, Nayla diminta menungging dimana tangannya bertumpu pada dinding. Celana Nayla dipelorotkan hingga kelutut. Celana dalam Nayla juga ikut turun ke lutut. Nampak payudara Nayla bergantung dari balik kaus yang dikenakannya. Nampak lipatan berwarna merah muda yang begitu menggoda..
“Huaahaha… Indah sekaliii… Akhirnya sebentar lagi saya bisa merasakannya lagi… Akhirnyaaa… Akhirnyaaa… Hennkgghhhhh !!!” desah mang Yono yang langsung menancapkan penisnya hingga melesat begitu dalam menembus ke arah dinding rahim Nayla.
“Aaaaaahhhh mangggggg !!!” Jerit Nayla dengan begitu nikmat.
Terasa penis itu terus maju hingga menyundul dinding rahim dari bidadari cantik itu. Ujung penis itu terus menyundul. Meski ia sudah tahu kalau penisnya sudah mentok tapi ia terus menyodoknya tuk merasakan sensasi mentok.
Belum lagi dengan jepitan dinding vaginanya yang semakin menjepit. Penis mang Yono terasa dicekik. Tangannya gemas hingga meremas dada indah Nayla yang sedang menggantung bebas. Nayla pun melenguh penuh kepuasan. Rasanya begitu puas meski baru disodok sekali oleh tukang sayur langganannya itu.
“Ouhhhh… Ouhhh manggg… Ouuuhhh !!!!” Desah Nayla ngos-ngosan.
“Hah… Hah… Hah… Nikmat sekalii… Baru kayak gini aja udah nikmat sekalii !” Kata mang Yono puas.
Sungguh pemandangan langka yang tak bisa dipercaya. Seorang akhwat bermasker dengan pakaiannya yang begitu 'trendy' tengah menungging dimana celananya turun sampai ke lutut. Terlihat juga dadanya yang besar menggantung dengan begitu bebasnya dari balik kaus yang masih menutupinya. Kemejanya juga turun menutupi akses pandangan di kanan kiri tubuhnya. Sedangkan dibelakangnya, ada sesosok pria tua bertubuh gempal yang tengah menungging sambil meremasi dada bulat Nayla yang mirip buah melon. Penisnya sudah menyelinap masuk ke dalam vaginanya. Kaus polonya masih melekat menutupi perut tambunnya. Celana kolornya sudah turun ke lutut memperlihatkan bokong montoknya. Bagaimana bisa ada akhwat alim yang bahkan sudah bersuami rela diperlakukan seperti ini oleh pria tua berwajah buruk rupa yang juga merupakan tukang sayur langganannya ? Berbagai peristiwa yang sudah Nayla alami lah yang dapat menjawab semua pertanyaan yang tidak masuk akal ini. Nayla menyukai pria tua. Tepatnya pria-pria tua yang bisa memuasinya dengan sejuta pengalaman dalam merangsang tubuhnya.
“Aaaaaaaahhhhhhhh” Jerit Nayla saat pinggul mang Yono mulai bergerak.
“Uuuhhhh mantappnyaaa…. Uuhhhhhh… Uhhhhh” desah mang Yono saat menggerakkan pinggulnya dengan pelan.
Seperti yang sudah diharapkan oleh Nayla. Mang Yono dengan segudang pengalamannya tidak langsung tancap gas untuk menghujami rahim akhwat bermasker itu. Ia lebih memilih untuk memainkan birahi Nayla. Meski ia menyodoknya dengan perlahan, ia memberinya sedikit kekuatan yang membuat sodokannya begitu terasa.
Tiap kali penis mang Yono menggesek dinding vagina Nayla. Nayla langsung menggelinjang merasakan sensasinya. Cairan pelumas yang sudah membasahi dinding vaginanya memudahkan penis mang Yono untuk keluar masuk memuaskan birahinya. Belum lagi saat mang Yono mulai meningkatkan kecepatannya. Penis itu keluar masuk semakin kencang. Terasa gesekannya juga semakin kencang. Nafsu yang semakin membara membuat penis mang Yono membesar. Vagina Nayla yang sempit pun terpaksa menahan sodokan penis tak bersunat itu dengan cara mencekiknya yang membuat mang Yono menjerit penuh kepuasan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Mantap sekali memekmu mbaakk… Aaahhhh” desah mang Yono.
“Mmpphhh iyaahhh… Mmpphhh teruss mangg… Aahhh tolongg dikencengin lagiii” Desah Nayla yang tak sabar.
“Huahahaha sabar mbak… Nikmatin aja… Ada waktunya saya cepet kayak gini” Kata mang Yono yang langsung melesatkan penisnya hingga menyundul dinding rahim Nayla.
“Aaaaaaaahhhhhhhhh” Jerit Nayla sampai terdorong ke depan.
“Ada juga yang pelan kayak gini” Kata Mang Yono mulai memelankan sodokannya lagi.
“Aaahhhh iyaahhh… Aaahhhh… Aahhhh” desah Nayla yang kagum dengan cara mang Yono dalam menyetubuhinya.
“Jadi nikmati aja sodokan saya yah… Saya professional kok… Huahahahha” Tawa mang Yono sambil menampar bokong montok itu karena saking gemasnya.
'Plaaakkk… Plaaakkkk !!!'
“Aaahhh yahh… Aahhh aku manut aja mangg… Tapi tolong puasi akuu… Puasi aku maanngg… Teruss sodok memek akuu uaaahhhhhhh” Desah Nayla saat sodokan mang Yono dipercepat.
“Huahahaha iya pasti mbaakk… Saya gak akan pernah mengecewakan tamu yang datang ke rumah saya” Ujarnya sambil memelankan sodokannya lagi kali ini sambil mengelus-ngelus bokong mulusnya.
Gaya sodokan mang Yono yang kadang cepat kadang lambat cukup membuat Nayla frustasi. Tapi anehnya hal itu justru membuatnya semakin terangsang. Ia jadi ingin meramas dadanya tapi tangannya ia gunakan untuk bertumpu pada dinding ruangan. Nayla merasa birahinya seperti sedang dipermainkan. Tapi itu membuat nafsunya semakin besar. Nayla pun bingung untuk menjelaskannya. Tapi ia patuh saja toh sodokan tukang sayur itu tidak mengecewakannya.
“Aaahhhh… Aahhh… Aaahhh mangggg terusssss” Desah Nayla dengan binal.
Mang Yono tertawa melihat kepasrahan Nayla yang begitu mengharapkan kepuasan darinya. Ia tak pernah membayangkan dirinya dapat mendapatkan kepuasan seperti ini. Siapa yang menduga hari ini dirinya bisa memuasi akhwat bercadar yang merupakan selebgram terkenal ? Membayangkan hal itu membuatnya jadi semakin bernafsu. Ia pun terus menyodoknya sambil mengucapkan sesuatu di dalam hatinya.
'Aaaaaahhhh… Aaahhhhh… Terus sodok yang kenceng nooo… Cewek yang lagi lu genjot itu selebgram terkenal… Bayangin aja lu bisa genjot memek cewek yang punya followers ratusan ribu… Bayangin ! Bayangiinnn… Aaaahhhhh coba merem no… Nikmati jepitan memeknya… Nikmati tiap detik momen saat lu nyodok memeknyaa !!!'
Batin mang Yono memejam tuk merasakan kepuasan yang ia dapatkan.
Mang Yono terus menggerakkan pinggulnya maju mundur. Tangannya juga berulang kali menepuk-nepuk bokong mulusnya hingga merubah warnanya menjadi warna kemerahan. Nampak susu bulat Nayla yang bergantung terus bergondal-gandul. Goyangannya semakin cepat saat pinggul mang Yono bergerak cepat. Goyangannya menjadi pelan saat pinggul mang Yono bergerak pelan.
Terus Nayla disetubuhi dengan gaya cepat lambat. Nayla gelisah, ia jadi ingin digenjot cepat. Andai yang menggenjotnya sekarang adalah pak Urip. Pasti pak Urip sudah tancap gas hingga membuatnya menjerit keras.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhhhhhhh” desah mang Yono saat menyodokkan penisnya hingga mentok ke dalam.
“Uuuuhhhh mamaaanngggg !!!” Jerit Nayla hingga terdorong ke depan.
Seketika mang Yono langsung menarik lepas penisnya. Nayla yang lemas pun jatuh terduduk dalam posisi lutut ditekuk. Mang Yono pun membalikkan tubuh Nayla agar duduk menghadap ke arahnya. Ia dengan tega mengarahkan penisnya ke wajah Nayla dan memintanya untuk menyepongnya.
“Ayo sepong non… Mumpung kontol saya masih ada rasa asin-asinnya” kata mang Yono sambil tersenyum.
Nayla patuh. Nayla pun menurunkan maskernya hingga mang Yono dapat melihat keseluruhan wajah cantik akhwat binal itu lagi.
“Iyyahhh manggg…. Mmppphhhhh” desah Nayla yang langsung menggenggamnya lalu memasukan penis hitam itu ke dalam mulutnya.
“Aaaaaahhhhh nikmatnyaaaa” Desah mang Yono saat kembali merasakan servis mulutnya.
Nayla dengan rakusnya langsung memaju mundurkan kepalanya. Akibatnya penis yang didalam juga tersapu oleh sapuan bibir dari akhwat binal itu. Nafsunya yang sedari tadi dipermainkan membuatnya jadi ingin melampiaskannya dengan kuluman penuh nafsunya. Nayla menyepongnya. Lidahnya juga bermain dengan melilit penis hitamnya. Terasa rasa asin di lidahnya. Terasa rasa pahit juga di dalam mulutnya. Namun hal itu justru membuat Nayla semakin bernafsu. Lidahnya menggelitiki lubang kencingnya. Terkadang ia juga meletehkannya lalu mencium ujung gundulnya yang keluar. Nayla terlihat sudah seperti tergila-gila saja pada penis tukang sayur itu. Mang Yono tersenyum. Ia bangga bisa melihat akhwat yang ia kagumi melayani penisnya dengan sepenuh hati.
“Mmpphh mangg… Mmppphhhhh” desah Nayla yang kini bahkan mengocoknya lalu menggeseknya ke wajah mulusnya.
Akibatnya wajah Nayla khususnya di bagian pipinya basah terkena campuran liur yang melumuri penis tukang sayur itu. Namun Nayla tak peduli, ia kembali mengulumnya lalu mencium ujung gundulnya lagi.
'Aaahhh nikmat sekaliii… Kontolnya keras… Gede lagi… Aku sukaaa… Aku suka banget kontol mamanggg…'
Batin Nayla dengan penuh nafsunya.
Nayla bahkan sampai berlutut. Kedua tangannya ia taruh pada paha kanan kiri tukang sayur itu. Kepalanya ia gerakkan sendiri. Kepalanya bergerak maju mundur tanpa ia kontrol lagi. Penis itu jadi semakin besar. Penis itu juga semakin basah yang membuat mang Yono tak tahan lagi.
“Tahan sebentar mbaaakk… Hennkgghhh !!!” Desah mang Yono sambil memegangi kepala mungilnya lalu menghentakkan pinggulnya hingga menyodok kerongkongannya.
“Mmppphhhhh” desah Nayla terkejut.
Penis itu terus menyundul kerongkongan Nayla hingga Nayla nyaris tersedak oleh penis hitam itu. Liurnya mulai keluar melewati mulut Nayla yang terbuka. Nayla nyaris terbatuk. Perutnya mual. Tangannya pun memukul-mukul paha mang Yono untuk menghentikannya.
“Uuuuhhhh mantapnyaaaa” Desah mang Yono yang kini mulai menggerakkan pinggulnya.
Penis mang Yono keluar masuk di dalam mulutnya. Ia dengan tega menyetubuhi mulut Nayla untuk mendapatkan sensasi nikmatnya. Dari atas ia dapat melihat wajah Nayla yang tersiksa saat menahan sodokan penis hitamnya. Namun hal itu bukannya membuat ia kasihan tapi justru membuatnya semakin bernafsu. Ia mempercepat gerakan pinggulnya. Penisnya menggesek lidah dan rongga mulut Nayla dengan cepat. Liur yang Nayla keluarkan semakin banyak. Liurnya ada yang mengenai lengan kemejanya juga ada yang jatuh langsung ke lantai.
“Uuuhhhuuukkk… Uhhukkk… Uhukkkk” Nayla terbatuk-batuk setelah penis mang Yono ditarik keluar.
Nayla lega karena akhirnya bisa menghirup udara segar. Ia pun menaikkan wajahnya tuk menatap wajah tukang sayur itu dalam keadaan mata yang berkaca-kaca.
“Huahahahah puas sekali saya mbaakkk” kata mang Yono sambil menarik lepas kausnya juga celananya. Tukang sayur yang biasa berkeliling itu kini sudah bertelanjang bulat. Perut tambunnya terlihat. Komposisi tubuhnya juga terlihat. Tubuh mang Yono tidak ada indah-indahnya sama sekali. Tubuh tua khas om-om gendut itu terlihat dihadapan Nayla. Memang sekilas tidak ada yang menarik, namun penisnya yang berdiri tegak dengan liur yang menyelimutinya membuat mata Nayla tertarik.
“Ayo berdiri”
Nayla pun patuh mendengar ucapannya. Saat ia berdiri tegak dihadapan mang Yono. Tukang sayur mesum itu langsung memelorotkan celana serta celana dalam Nayla hingga membuat akhwat bermasker itu 'bottomless' dihadapannya.
Nampak Nayla yang masih berhijab menyisakan kemeja yang tak ia kancing serta kaus berlengan panjang yang ia kenakan di dalam. Maskernya sudah terlepas. Wajahnya yang manis terlihat. Paha mulusnya juga terlihat. Bahkan lubang tempiknya yang begitu menggodanya juga terlihat. Mang Yono pun semakin bernafsu saat melihat keindahan wanita berhijab itu.
“Ayo waktunya giliran mbak… Sekarang waktunya mbak tuk melampiaskan nafsu besarmu itu” Kata mang Yono setelah menarik tangan Nayla ke arah sofa ruang tamunya.
Mang Yono sudah duduk di sofa panjang. Nayla yang paham langsung duduk menaiki tubuh tambun itu. Saat ia mulai menduduki penis hitam raksasa itu. Ia mulai menjerit merasakan dinding vaginanya kembali digesek oleh penis hitam itu.
“Uuuhhhhhhhhh” desah Nayla merasakan nikmatnya.
Nayla hanya terengah-engah setelah menunggangi penis besarnya. Nafsunya yang menggelora membuatnya menatap wajah mang Yono dengan penuh nafsu. Mata mereka saling pandang. Terlihat nafsu telah berkumandang. Nayla yang sedari tadi dipermainkan bertekad untuk melampiaskannya sekarang.
“Aku boleh mulai maanng ?” tanya Nayla meminta izin.
“Silahkan mbak… Saya udah gak sabar pengen ngerasain goyangan mbak” Jawab Mang Yono tersenyum mesum.
“Kalau gitu aku mulai yaaahhh… Uuuuhhhh” desah Nayla saat mulai mengangkat tubuhnya.
“Aaaaaahhhhh nikmatnyaaaa” Desah Mang Yono tersenyum.
“Aaaaahhhh maaannngggg” Desah Nayla saat ia mulai menjatuhkan tubuhnya.
“Huahahahah nikmat bangettt… Ayo lagi mbaaakkkk” kata mang Yono ketagihan.
“Uuuuuuhhhhhhh” desah Nayla saat mengangkat tubuhnya lagi.
“Ouuuhhhhh gilaaaa” Desah mang Yono memejam.
“Aaaaaaaahhhhhhhh mamanngggg” Desah Nayla saat menjatuhkan tubuhnya lagi.
“Huahahahhahah mantapnyaaa…. Mantapnyaaa” desah mang Yono puas.
Nayla mulai menaik turunkan tubuhnya secara teratur. Tubuhnya ia angkat lalu menghempaskannya dengan kuat ke bawah. Rasanya begitu nikmat. Berulang kali vaginanya seperti diaduk-aduk oleh penis tak bersunat itu di dalam. Nayla sampai merem melek merasakan kepuasannya. Berulang kali ia menatap wajah mang Yono tuk menikmati rupa dari pemuas nafsunya sekarang. Mang Yono terlihat tersenyum melihat bidadari pemuas yang bahkan rela datang ke rumahnya untuk mencicipi penis gempalnya.
Tangan mang Yono pun mendekap pinggang Nayla agar tak terjatuh. Nayla jadi semakin mudah dalam menaik turunkan tubuhnya. Ia yang tak khawatir terjatuh membuatnya mempercepat goyangannya. Tubuhnya digerakkan cepat. Tubuhnya naik turun dengan cepat. Saat pinggulnya turun terasa tusukan mang Yono lebih terasa. Saat tubuhnya diangkat naik hingga menyisakan bibir vaginanya saja yang menjepit ujung gundulnya. Terasa rasa geli-geli nikmat yang membuatnya langsung menurunkannya hingga penis itu menyundul dinging rahimnya.
“Aaaahhh maannggg…. Aaaahhh mamanggg… Aaahhh kontol mamanggg enak bangett… Aku sukaa… Akuuu aaahhhh” desah Nayla disetiap goyangannya.
Mang Yono pun tersenyum melihat betapa binalnya akhwat berhijab itu. Seketika ia penasaran. Ia pun ingin bertanya padanya mengenai penilaiannya saat menggenjot tubuhnya.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Mbaaakkk” Desah mang Yono saat digoyang.
“Aaaahhh manggg…. Ada apaaa ?” Tanya Nayla sambil terus menggoyang.
“Gimana tadi pas saya nyodok memek mbak ?” Tanya mang Yono penasaran.
“Aaahhhh…. Aaahhhh… Mamang jahaaat” Jawab Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Huahahaha… Kenapa begitu ? Aaahhh… Aaahhhh” Tanya mang Yono lagi.
“Habis mamang suka mainin nafsuku aku…. Kenapa mamang kadang genjot cepet kadang genjot aku pelan… Aku jadi sebel… Aku jadi kesel tau manggg… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah Nayla yang jadi mempercepat goyangannya saat teringat kekesalannya.
“Lohhh ? Huahahha… Emang harusnya gimana cara genjot yang benar mbak ?” Tanya mang Yono memancing.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Harusnya tuh kayak gini maaannggg… Harusnya tuh kayak gini… Aaaahhhhh” desah Nayla yang menggoyang semakin binal.
“Aaaahhh gitu ? Aaahhhh gilaaa…. Aaahhhh binal sekali dirimu mbaaakkk” desah mang Yono yang kewalahan saat membangkitkan nafsu Nayla yang terpendam.
Nayla bergoyang semakin binal. Tidak hanya bergoyang naik turun. Tapi ia juga bergoyang maju mundur. Kedua tangannya yang bertumpu pada bahu mang Yono memudahkannya untuk terus bergoyang.
Penis mang Yono tergerak maju mundur. Penisnya jadi semakin tercekik bagaikan persneling mobil yang digerakkan maju mundur. Kenikmatan itu semakin terasa saat memandang wajah indah Nayla yang begitu bernafsu. Tubuh Nayla yang masih tertutupi pakaiannya yang 'trendy' menambah akan fantasi yang dimiliki oleh tukang sayur rendahan itu. Ia yang memiliki istri gembrot nan ndeso di kampungnya merasa ini adalah hadiah yang besar. Lekuk tubuh Nayla jelas berbanding terbalik dengan istri tuanya. Ia jadi semakin bernafsu. Ia bahkan mencengkram kemeja Nayla tuk menahan goyangan Nayla yang semakin binal.
“Aaaahhhh maaanngg… Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla dengan penuh gairah.
“Ouuhhhh mbaakkk… Ouhhh nikmat sekaliii… Ouhhhh” desah mang Yono sampai memejam kerena tak sanggup menahan kenikmatan ini lagi.
Nayla yang semakin terangsang menaikkan kausnya hingga kedua payudaranya terlihat jelas dihadapan mang Yono. Nayla langsung meremasinya. Ia memainkan susunya karena tak tahan dengan rasa gatal yang mendera tubuhnya.
“Aaaaahhh gilaa… Aaahhhh binal sekali dirimu mbaakk… Aahhh iyaahh… Remess terusss… Remesss yang kuat mbaaakkk” desah mang Yono terpana akan kebinalan Nayla.
“Aaahhh iyaahhh… Aahhh enak sekaliii… Aaahhh ini maangg susu akuuu… Ayo nikmati maannggg” desah Nayla yang langsung memeluk kepala mang Yono.
Akibatnya wajah mang Yono menubruk dada empuk dari bidadari berhijab itu. Nayla yang kadang menggerakkan kedua bahunya maju mundur secara bergantian membuat wajah mang Yono berulang kali ditampar menggunakan susunya yang bergondal-gandul.
Wajah mang Yono dipukuli. Tapi anehnya, bukannya marah atau membalas pukulan setelah wajahnya dipukuli. Ia justru menikmati dan ingin terus dipukuli menggunakan susu empuk itu. Bahkan lidahnya keluar membiarkan lidahnya itu tersentuh putingnya.
Sungguh kenikmatan luar baisa yang didapatkan oleh mang Yono. Penisnya yang tercekik, wajahnya yang ditampar. Serta tangannya yang mendekap tubuhnya. Semua kombinasi itu menambah gairah akan nafsu mang Yono. Ia menikmatinya. Ia sangat menikmati goyangan Nayla.
“Aaaahhhh cukuupp… Cukupp mbaakk… Kita istirahat dulu” Ujarnya yang hampir kelepasan menerima semua rangsangan Nayla.
“Mmmpppphhhhhh” Desah Nayla yang langsung dicumbu setelah memberhentikan goyangannya itu.
“Mmppphh nakal kamu yah mbaakkk… Hampir aja saya keluar gara-gara mbak” desahnya disela-sela cumbuannya.
“Mmpphhh habis mamang sih mainin nafsu aku tadi… Aku kan jadi bernafsu” Balasnya sambil menikmati cumbuan tukang sayur itu.
“Mmpppphh huahaha… Tapi kontol saya gimana ? Memuaskan kan ?” Tanya mang Yono meminta pendapat.
“Mmpphhh bintang lima kok manggg… Kalau ada angka tujuh aku kasih bintang tujuhh” Balasnya sambil terus bercumbu dengannya.
Mang Yono yang gemas akhirnya berdiri sambil menggendong tubuh ramping akhwat binal itu.
Kedua kaki Nayla berpegangan pada pinggul mang Yono. Kedua tangan mang Yono memeluk pinggang Nayla agar tidak terjatuh. Sambil terus berciuman, mang Yono menggendong Nayla menuju kamarnya agar dapat segera menghabisinya. Mang Yono tak tahan. Ia ingin menghabisinya dengan segera.
“Aaaaaahhhhhhhh” desah Nayla yang dilempar ke ranjang tidur mang Yono.
Nayla terbaring dalam posisi terlentang menghadap tubuh gempal mang Yono yang sudah bertelanjang bulat. Akhwat binal yang sedang tersesat itu menatap tubuhnya dari atas ke bawah. Saat matanya menatap penis besarnya yang masih berdiri tegak. Nayla tersenyum malu-malu. Ia tak menduga vaginanya bakal dipuasi lagi oleh penis sebesar itu.
“Mbaaaaakkkk” kata mang Yono sambil mendekat lalu melebarkan kedua kaki Nayla.
“Iyyahhh maannggg” jawab Nayla dengan manja.
“Huahahahhah dasar nakal yaahhh… Masih pagi tapi udah godain saya aja… Jangan nyesel kalau saya menghukummu dengan keras” kata mang Yono sambil tersenyum.
“Hihihhhih justru aku pengen dihukum mamang… Tapi hukumnya pake kontol yaahh… Hukum aku sampai ketagihan yah mang…” Jawab Nayla sambil mengedipkan matanya.
Segelnya yang sudah terlepas membuatnya jadi semakin liar. Nayla tak peduli lagi dengan siapa ia bercinta asalkan dirinya bisa mendapatkan kepuasan. Bahkan andai ia menemukan pria tua yang menarik perhatiannya di jalan pun, pasti ia juga akan mengajaknya untuk mendapatkan kenikmatan dari penis besarnya.
“Dasar yah… mbak Nayla, lonte” Jawab mang Yono sambil menyelupkan penisnya lagi.
“Uuuuhhh maamanggg iyaahhh… Aku emangg lonteee… Aaahhhh lonte favorit maamanggg” Jawab Nayla dengan binal.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
MEBE9P5
https://thumbs4.imagebam.com/1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg 1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg
'NAYLA
“Huahahah tau aja… Siaapp yahh saya hukum… Saya mulaai, heenkkgghhh !!!” desah mang Yono mulai kembali menggerakan pinggulnya.
“Uuuhhhh iyaahh maanngg… Uhhh nikmat bangeeett…. Uhhhh terruusss” desah Nayla dengan manja.
Mang Yono langsung menggempur. Gerakannya langsung cepat saat menikmati jepitan sang akhwat. Sambil mendekap paha mulusnya, ia terus menggerakan pinggulnya secara maju mundur. Dada Nayla yang kembali tertutupi kausnya bergondal-gandul. Kedua tangannya sampai mencengkram sprei ranjang mang Yono dengan kuat. Ia bertahan sekuat tenaga. Ia bertahan sambil menjerit sekeras-kerasnya saat menerima gempuran mang Yono.
“Aaaahhh maaanngg… Aaahhhh… Aaaahhhhhh” desah Nayla manja.
Mang Yono menundukkan tubuhnya. Kedua tangannya kini tidak hanya mengusapi pahanya. Kedua tangannya mulai naik mengusapi perut ratanya. Usapannya semakin naik saat mengangkat kaus Nayla hingga melewati kedua payudaranya. Ia pun terus menggenjotnya sambil melakukan itu semua.
Akhirnya mang Yono dapat melihat goyangan susu itu lagi. Goyangannya yang indah membuat mang Yono bergairah. Ia pun jadi mempercepat genjotannya hingga membuat Nayla hanya bisa pasrah. Nayla tak berdaya. Ia pasrah menyerahkan tubuhnya agar dinikmati olehnya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Maangg… Aaahhh” desah Nayla sambil memejam karena tak tahan.
“Aaahhhh…. Aahhhh… Mbakk daritadi kok kayaknya binal banget… Mbak kayaknya udah pengalaman yah ? Siapa aja sih yang udah ngerasain jepitan memek mbak selain suami mbak” Tanya mang Yono iseng.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Pak Urip maanngg… Pak Urip udah berkali-kali genjot memekku” Jawab Nayla mengaku.
“Hah ? Huahahhaah… Oh yah ? Terus siapa lagi ?” Tanya mang Yono bersemangat.
“Aaaahhh… Aaahhhhh… pak Beni juga pernah sekaliii maaanggg… Aahhh tapi aku pernah melakukan 'video call' juga sama pak Beniii… Aahhhh iyahhh kami melakukannya pas sama-sama telanjaanngg” Desah Nayla kembali mengaku.
“Huahahhah dasaarrr binaaalllll… Saya kira selama ini mbak itu alim gimana… Rupanya mbak mempunyai jiwa lonte juga yaahhh… Huahahha… Huahahah” tawa mang Yono sambil mempercepat genjotannya tuk memuasi akhwat lonte itu.
“Aaaahhh iyaahhh… Aku juga baru tau belakangan ini maannggg… Aku ini lontee… Akkuuu lonteee… Aaahhhhh” desah Nayla bergairah.
“Huaahhahah… Terus dari sekian laki-laki yang pernah memuasi mbak… Siapa yang paling membuat mbak puas ?” Tanya mang Yono penasaran.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Paakkk Uriippp… Aku pernah sampai keluar berkali-kalii maanngg… Aaaahhhhh” desah Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Oh yah ? Mulai sekarang saya akan jadi yang pertama di hati mbaakk… Saya akan memuasimu… Saya akan membuatmu puas sepuas-puasnya… Hennkgghhhh” desah mang Yono mempercepat sodokannya.
“Aaahhh iyaahh maanngg… Aaahhhhh… Aaahhhhh terruusss” Desah Nayla dengan penuh gairah.
Mang Yono semakin bersemangat. Ia melampiaskan semua tenaganya tuk memuasi sang akhwat. Fakta mengejutkan yang baru diketahuinya justru membuatnya jadi semakin bernafsu. Ia penasaran, bagaimana rupa ekspresinya saat tubuh seindah ini dinikmati oleh pria-pria tua seperti mereka.
'Beruntung juga pak Urip… Mentang-mentang kerja di rumahnya malah nyambi memuasinya… Si pak Beni boleh juga… Gitu-gitu udah pernah nyicipi memeknya rupanya…. Ah meski jadi yang ketiga, rasa dari memeknya masih enak aja… Liat mbak… Saya akan memuasimu… Saya akan membuatmu ingat terus akan persetubuhan kita di hari ini…'
Batinnya sesumbar.
“Uuuuhhhh maaannnggg” desah Nayla saat tiba-tiba mang Yono menghentikan genjotannya.
“Ayoo mbakkk… Balik badan… Saya ingin menggenjotmu dengan gaya anjing kawin” Kata mang Yono yang membuat Nayla jadi teringat seseorang.
'Gaya anjing kawin ? Ini kan gaya favorit pak Urip…'
Batinnya yang langsung menungging diatas kasur sambil membelakangi mang Yono.
“Indahnyaaa…. Indahnya bokong semokmu ini mbaaakkk” Ucapnya sambil menampar sekali karena gemas.
'Plaaaakkkkk !!!'
“Aaahhh maannggg” desah Nayla dengan manja.
Mang Yono lalu menarik kemeja yang Nayla kenakan lalu ia juga mengangkat kausnya hingga membuat akhwat binal itu telanjang menyisakan hijab serta stockingnya saja. Nampak Nayla yang telanjang kembali menungging bersiap untuk ditusuk lagi. Susunya yang menggantung jadi terlihat jelas. Nayla telah bersiap. Ia bersiap untuk dipuasi lagi oleh tukang sayur langganannya.
'Jleeeebbbbb !!!'
“Aaaaahhhh yaaahhhh” desah mereka bersamaan.
Mang Yono langsung mendekap pinggul mulus Nayla. Pinggulnya juga langsung bergoyang menggempur rahim dari bidadari cantik itu. Sambil merasakan jepitannya yang semakin terasa, ia mengelus-ngelus punggung mulusnya. Terasa kulitnya begitu halus. Ia menduga pasti Nayla sering melakukan perawatan pada tubuh indahnya. Mang Yono tersenyum, ia terus menggempurnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena masih tak menyangka ia dapat bersenggama dengan makhluk semulus ini.
“Aaahhh maannngg… Aahhhh… Aaahhhh”
“Aaahhh mbaaak… Aahhhh… Nikmat sekalii… Nikmat sekaaliiii” desah mang Yono puas.
Mang Yono pun menundukkan tubuhnya hingga tangannya dapat meraih payudara montoknya. Sembari pinggul terus menggempur maka tangannya terus meremas-remas dada bulatnya. Nayla mendesah nikmat. Matanya merem melek kepuasan. Tangannya mencengkram sprei ranjangnya. Pinggulnya bertahan menerima sodokan mang Yono yang semakin keras.
'Plookkk… Plookkk… Plookkk…'
“Aaahhhh… Aahhhh… Nikmat sekalii mbaakkk…”
“Aaahh maanngg… Aahhh teruss… Teruss maangggg”
Nafsu mang Yono yang membesar membuatnya jadi terus mendorong tubuh akhwat yang sudah telanjang itu. Akhirnya tubuh Nayla ambruk ditindihi tubuh mang Yono. Dada Nayla kegencet. Wajahnya pasrah menerima sodokan mang Yono yang terus bergerak naik turun.
“Aaaahhhh… Aahhhh lepas hijabmu ini mbaaakk” desah mang Yono sambil menarik lepas hijabnya.
“Aaahhh iyahhh mangg… Aahhh… Aahhh” desah Nayla yang akhirnya sudah telanjang bulat.
Menatap gaya rambut Nayla yang pendek sebahu itu membuatnya jadi semakin bernafsu. Kebetulan itu merupakan gaya rambut favoritnya. Ia semakin bernafsu melihat wanita yang memotong pendek rambutnya. Menurutnya itu jauh lebih seksi. Ia pun terus menggempur Nayla tanpa henti.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh ayooo sinniiii” desah mang Yono sambil menarik tubuh Nayla hingga miring kesamping. Mang Yono yang memiringkan tubuhnya ke kiri memeluk tubuh Nayla yang ada dihadapannya. Tangan kanannya mendekap susu bulat Nayla yang semakin kenyal. Penisnya masih terjepit di dalam. Pinggulnya terus menggempur tanpa pernah berhenti sedari tadi.
Kepuasan yang tidak terkira membuat nafsu mereka kian membara. Mereka hampir mendekati puncak. Mereka terus mendesah merasakan kepuasan yang tiada tara.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Ayo sini mbaakk… Hadap siniiii” desah mang Yono meminta Nayla menghadapkan wajahnya.
“Aaahhh iyaahh maaannggg” desah Nayla yang menyanggupinya meski dalam posisi sulit.
“Aaahhhh… Aahhhh indahnya wajahmu ini… Beruntungnya saya bisa bercinta dengan wanita secantik dirimu mbaaakkk” Desah mang Yono sambil menatap wajah cantiknya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aku juga beruntung kok maanngg bisa bercinta dengan laki-laki perkasa kayak mamaanngg” desah Nayla yang semakin menikmati persetubuhan ini.
Cukupp lama mereka saling pandang membuat mereka tak tahan. Bibir mereka gatal. Mereka pun kembali berciuman ditengah persetubuhan mereka yang semakin barbar.
“Mmppphhh… Mmpphhh…. Mmppphhh” desah mereka tertahan.
Suara pergumulan mereka semakin keras. Terlihat sodokan mang Yono semakin ganas. Tubuhnya telah memanas. Nalurinya pun semakin buas. Ia akhirnya menyetubuhi Nayla dengan beringas.
“Mmppphhhh… Mmppphhh… Mmppphhhh” desah mereka saling memejam.
Mereka akhirnya tidak kuat lagi. Nafsu mereka sudah mendekati batas maksimal. Tangan mang Yono semakin kuat dalam mencengkram. Pinggul mang Yono semakin barbar dalam menghujam. Bibirnya juga semakin ganas dalam berciuman.
Dua menit mereka bercinta dalam posisi demikian membuat mereka tak sanggup bertahan lagi. Terasa gelombang itu sudah mendekati lubang kencing masing-masing. Tubuh mereka mengejang. Nafas mereka memberat. Kenikmatan yang semakin menjalar membuat mereka melampiaskannya secara bersamaan.
“Mmppphhh… Mmpphhh terima iniii… Terima sodokan saya iniiiiii” Desah mang Yono tak kuat lagi.
“Mmpphh iyahhh mangg… Aku mau keluuaar… Terus sodok teruss yang kerraassss”
Mang Yono yang tak kuat lagi akhirnya menusukkan penisnya sedalam-dalamnya saat merasakan gelombang birahinya akan muncrat. Ya, ia akan muncrat. Dengan satu sodokan yang kuat, ia pun menyudahi persetubuhan ternikmatnya dengan menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
'Jlleeeebbbb !!!!'
“Aaaahhhh kelluuaaarrrr” Jerit mang Yono dengan dahsyat.
“Aaaahhh manggg akuu jugaaa… Aaahhhhh” jerit Nayla tak lama kemudian.
'Cccrrrooottt… Cccrrrooottt… Cccrrrooottt…'
Penis mang Yono menyemburkan spermanya dengan deras. Rongga vagina Nayla kembali dibanjiri oleh sperma pejantan tua lagi. Mata mereka sama-sama memejam nikmat. Tubuh mereka juga sampai bergidik nikmat. Terasa kelegaan setelah menyudahi persetubuhan mereka. Nafas mereka menjadi sesak. Nafas mereka ngos-ngosan setelah berolahraga secara maksimal. Tubuh mereka berkeringat. Mang Yono pun jadi memeluk tubuh Nayla dengan erat.
“Ouuuhhhh… Ouuhhhh…. Ouhhh puasnyaa” desah mang Yono kelelahan.
“Hah… Hah… Hah… Selesai jugaa… Hah” desah Nayla ngos-ngosan.
Mereka pun terus diam dalam posisi seperti itu. Terlihat jelas kalau mereka berdua sama-sama kelelahan. Namun juga terlihat kalau diri mereka sama-sama puas setelah melalui persetubuhan yang dahsyat. Mang Yono yang berhasil mengumpulkan sedikit tenaganya lagi mulai menarik lepas penisnya hingga lelehan spermanya dengan deras tumpah melalui lubang vaginanya.
Nayla bergidik saat merasakan aliran sperma itu keluar. Nayla tersenyum. Akhirnya rasa penasaran itu terlampiaskan dengan persetubuhan terdahsyat yang pernah dialaminya.
“Hah… Hah… Makasih mbaakk… Saya sangat puas” Puji mang Yono yang membuat Nayla terenyum.
“Aku juga mang… Hah… Hah… Hah… Makasih yah udah muasin aku” Jawab Nayla malu-malu.
Wajah Nayla pun memerah setelah menyadari betapa binalnya ia saat disetubuhi tukang sayur langganannya. Ia yang biasanya menyesal setalah bercinta, kini ia tidak merasakannya lagi. Ia malah tersenyum penuh kepuasan sambil memandang wajah pemuasnya. Ia sangat berterima kasih padanya karena sudah mengajarkan apa itu kepuasan yang sesungguhnya. Meski ia benar-benar puas, persetubuhannya dengan pak Urip saat pertama kali tiba di vila masih menjadi favoritnya. Karena disaat itulah dirinya bercinta saat lagi terangsang-terangsangnya.
“Hah… Hah… Puas banget” desah Nayla ngos-ngosan.
“Saya keluar sebentar yah mbak… Saya mau buatin minuman dulu… Mbak istirahat dulu aja disini” Kata Mang Yono berdiri lalu keluar dari kamarnya.
“Iyyahh manngg” Jawab Nayla memejam lalu menaruh lengannya diatas dahinya.
Selagi ia sendirian sambil memejam didalam kamar. Ia tersenyum merasakan betapa puasnya ia bercinta dengan tukang sayur langganannya. Entah kenapa ia jadi semakin yakin bahwa ini adalah jalan hidupnya yang sesungguhnya. Ia merasa bahagia setelah bercinta dengan pria-pria tua yang sanggup memberinya kepuasan. Apalagi ia melakukannya bukan karena terangsang oleh nafsunya. Ia melakukannya sesuai keinginan hatinya. Ia melakukannya hanya karena rasa penasarannya. Untungnya rasa penasaran itu berhasil terlampiaskan dengan persetubuhan ternikmat yang mang Yono berikan.
“Hah… Hah… Hah… Puas bangeett… Ouhhh mantapnyaaa… Nikmat banget kontol mamang tadi” Lirihnya sambil meremasi payudaranya sambil mengingat-ngingat lagi momen saat disodok menggunakan penis perkasa itu.
“Gara-gara mang Yono, aku jadi penasaran… Gimana yah rasanya kontol-kontol laki-laki tua lain yang aku kenal… Pak Tomi, mang Lasno, pak Rudi dan yang lainnya… Aaaahhh gimana yah rasanya kontol mereka ? Apakah sama ? Apa jangan-jangan semakin tua malah semakin terasa nikmat ? Aaahhhh jadi pengen ngerasain kontolnya mbah-mbah deh… Duhh kok jadi pengen yah… Besok-besok aku mau coba ah, aku penasaran banget deh sama kontol-kontol mereka itu” Lirih Nayla yang kembali terangsang gara-gara membayangkan pria-pria tua.
“Inii mbaakk minumannya… Ini ada es lemon yang baru aja saya peres” Kata mang Yono yang memasuki kamarnya saat masih dalam keadaan telanjang bulat.
“Waahh makasih maanngg” Jawab Nayla yang langsung duduk di tepi ranjang dalam keadaan yang juga bertelanjang bulat.
Mereka pun bersulang saat sama-sama duduk di tepi ranjang. Sungguh pemandangan yang membagongkan ketika ada wanita seksi yang bertelanjang bulat tapi disebelahnya ada pria tua berbadan gempal juga berwajah buruk rupa. Tapi terlihat wajah mereka sama-sama tersenyum. Mereka bahkan saling pandang sekilas sebelum wajah mereka mendekat untuk kembali berciuman.
“Mmpphhh… Mmpphhh makasihh yah mangg” Kata Nayla ditengah percumbuannya.
“Mmppphh buat minumannya kan mbak ?” jawab mang Yono pasrah saat dicumbu oleh Nayla.
“Mmpphh buat kontolnya laahhh hihihhihi” Ujar Nayla yang mengejutkan mang Yono.
Mereka pun terpaksa berhenti minum sejenak tuk membiarkan bibir mereka saling dorong dan saling sepong. Tangan Nayla yang saat itu masih memegang minumannya sengaja menumpahkannya yang kebetulan jatuh mengenai penis mang Yono yang mulai lemas.
“Aaaahhh dinginn” Kata mang Yono yang membuat Nayla tersenyum.
“Oops tumpah… Biar aku bersihkan yah mang” Ucap Nayla berpindah lalu berjongkok dilantai sambil memasukan penis itu lagi ke dalam mulutnya.
“Mmpphhh maniss… Mmphhh ada rasa lemon-lemonnya gitu hihihi” Tawa Nayla sambil mengulum penis tukang sayur itu.
“Aaaaahhh mbaakk… Aaahhhh… Aaahhhh”
Nayla terus tersenyum dalam mengulum penis tukang sayur itu. Penisnya lama-lama mengeras. Lama-lama penis itu juga berdenyut cepat. Tak disangka dalam jangka waktu yang sebentar, penis itu lagi-lagi keluar memuncratkan spermanya.
“Aaaahhh kelluuaaar”
“Mmmppphhh”
Nayla pun menahan semuanya. Memang spermanya tidak sebanyak tadi. Namun sperma itu sudah cukup untuk memenuhi mulutnya.
“Mmpphhh hihihihh” tawa Nayla saat berdiri lalu membuka mulutnya sejenak untuk menunjukkan sperma yang ada di mulutnya.
Di luar dugaan ia menenggaknya. Lalu kembali duduk di tepi ranjang untuk menghabiskan minuman lemon buatan pemuasnya.
Terlihat mang Yono bengong tak percaya. Ia pun terus menatap akhwat binal yang kini sudah bertelanjang bulat tanpa adanya sehelai pakaian lagi.
'Binal sekali dirimu mbaakkk !!!'
Batin mang Yono memuji sikapnya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 14
KENCAN YANG TAK DISENGAJA
Suatu hari disaat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang tepat.
“Aku pulang dulu yah mang… Makasih buat hari ini” Ucap Nayla malu-malu saat berdiri di depan pintu keluar rumah mang Yono.
“Loh buru-buru amat mbak” Jawab mang Yono yang cuma mengenakan sempaknya saja.
“Hihihi buru-buru ? Udah dua jam loh aku disini nemenin mamang… Bahaya kalau kelamaan, nanti itunya berdiri lagi… Aku capek tau” Kata Nayla sambil memeletkan bibirnya.
“Duh melet-melet… Jadi pengen nyepong lidahnya deh” Kata mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihi tuh kan… Udah ah… Aku pergi dulu yah mang… Dadaaahhh” Kata Nayla sambil melambaikan tangannya.
“Huahahah iya mbak… Hati-hati di jalan yah” Jawab mang Yono membalas lambaian tangan Nayla.
Nayla pun mengenakan maskernya kembali. Nayla yang sudah mandi dan membersihkan diri bersiap untuk pulang ke rumahnya lagi. Setelah menutup rapat pintu rumah mang Yono, ia segera pergi menaiki motornya. Namun sebelum ia menyalakan mesin motornya, ia berhenti sejenak saat terpikirkan sesuatu.
“Ini kalau aku pulang sekarang pasti bakal dipaksa ngelayanin pak Urip deh… Duh bisa gawat… Aku lagi capek banget soalnya… Pergi kemana dulu yah ?” Kata Nayla bimbang.
Akhwat cantik yang sudah kembali mengenakan pakaian 'trendy'-nya itu terus berfikir. Ia cukup lama duduk di atas motornya untuk memikirkan cara menghindari pak Urip.
“Hah… Apa jalan-jalan ke mall dulu aja kali yah ? Hmmm mana masih jam 11 lagi… Duh masih lama padahal buat nungguin mas Miftah pulang… Yaudah deh ke mall aja” katanya sambil mengenakan helmnya lagi.
Nayla akhirnya mulai menyalakan mesinnya. Ia lalu memutar balik motornya untuk pergi menjauh dari rumah tukang sayur langganannya itu.
'Gilaaaa… Siapa itu cantik banget ? Anaknya mang Yono kah ? Ah gak mungkin… Mang Yono kan non, masa iya anaknya cantik berhijab gitu… Apa pacarnya yah ? Apalagi tambah gak mungkin… Apa urusannya yah dateng ke rumah mang Yono ? Hmmmm curiga deh…'
Batin seseorang yang melihat kepergian Nayla dari balik jendela rumahnya.
*-*-*-*
Setengah jam kemudian pada pukul setengah dua belas tepat.
Di sebuah café yang berada di dalam mall. Terdapat seorang akhwat berhijab yang tengah duduk sendirian di salah satu meja. Hanya segelas kopi dingin yang menemani dirinya. Tangan kanannya berulang kali mengecek hape untuk mencari kesibukan. Ia bosan. Ia merasa bosan hanya sendirian di café tersebut.
“Hah… Ngapain yah ? Baru setengah jam loh” Lirih Nayla sebal.
Nayla yang tampil 'trendy' menarik perhatian orang-orang. Beberapa pria baik yang muda ataupun yang tua, yang menikah atau yang belum menikah, yang kaya ataupun yang miskin semuanya melirik Nayla ketika melewatinya.
Namun Nayla memilih cuek saja. Ia tak memperdulikan tatapan orang-orang yang sedari tadi memperhatikannya. Lagipula itu bukan kali pertama ia diperlakukan seperti ini. Sebagai selebgram, sudah banyak orang-orang yang meliriknya ketika mereka berjalan melewatinya.
MEBE9P5
https://thumbs4.imagebam.com/1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg 1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg
'NAYLA
“Siangg dekk… Sendirian nih ?” Ucap seseorang yang mengejutkan Nayla.
“Ehhh iya pak… Iyahh sendirian” Jawab Nayla sambil melirik sosoknya.
Nayla tampak bingung saat melihat wajahnya. Ia merasa tak mengenalinya. Tapi kenapa laki-laki itu terlihat seperti akrab dengannya ?
“Kalau gitu boleh saya duduk ?” Kata laki-laki itu.
“Ohh iyyah… Boleh… Silahkan” Jawab Nayla tersenyum sambil berusaha bersikap sopan dihadapannya.
Sekilas Nayla mencoba memperhatikan sosoknya. Terlihat pria itu berusia sekitar 50 tahunan, kepalanya besar, wajahnya bulat, kumisnya tipis, rambutnya beruban dan tubuhnya gendut bahkan lebih gendut daripada mang Yono ataupun pak Urip. Pria itu terlihat begitu percaya diri saat duduk dihadapan Nayla. Nayla pun mencoba menerka-nerka siapa laki-laki itu. Apakah rekan kerja suaminya ? Atau mungkin seseorang yang pernah ditemuinya ?
“Maaf ? Bapak siapa yah ?” Tanya Nayla karena penasaran.
MECH5S3
https://thumbs4.imagebam.com/11/47/76/MECH5S3_t.jpeg 11/47/76/MECH5S3_t.jpeg
MEHI9XM
https://thumbs4.imagebam.com/00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg 00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg
'OM TRISNO
“Kenalin, saya Trisno… Panggil aja om Trisno… Kalau nama kamu dek ?” Kata om Trisno sambil menjulurkan tangannya.
Nayla pun nyaris mengangkat tangannya tapi kemudian kembali ia letakkan diatas meja bundar didepannya.
“Hehe… Aku Nayla om” jawab Nayla malu-malu.
“Oh maaf saya lupa… Bahahaha… Adek kan akhwat yah… Haram kan berpegangan tangan” Kata om Trisno sambil tersenyum menatap wajahnya.
“Eehhh iya… Hehehe” Jawab Nayla dengan canggung.
Nayla pun semakin kebingungan. Saking bingungnya, ia hampir saja menurunkan maskernya ke bawah untuk meminum minumannya. Untungnya ia ingat, ia pun hanya menarik maskernya ke depan agar bibirnya dapat menjepit sedotan yang ada di gelas minumannya.
'Siapa sih bapak ini ? Minta dipanggil om terus manggil aku adek lagi… Ihh sok akrab banget deh…'
Batin Nayla saat menyeruput minumannya.
“Adek… Hmmm adek keliatan masih muda… Cantik lagi… Adek punya pacar gak ?” Tanya om-om itu tersenyum.
“Pacar ? Enggak om… Tapi aku . . . “ Jawab Nayla terpotong.
“Bahahaha pas banget… Kebetulan, om juga… Masih jomblo nih” kata om-om itu yang membuat Nayla mengernyitkan dahinya.
'Terus kenapa ?Apa-apaan sih ini orang ? Aneh deh…'
Batin Nayla semakin tak nyaman.
“Adek lagi ada waktu kan ? Kalau om ajak jalan-jalan mau gak ?” Tanya om-om itu sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
“Jalan-jalan ?” Tanya Nayla heran.
“Iya… Nanti om kasih uang jajan juga… Adek bebas mau belanja apa aja asal adek mau nemenin om jalan-jalan” Katanya sambil mengeluarkan dompetnya lalu menunjukkan isi di dalamnya. Terlihat banyak lembaran uang berwarna merah dan biru yang cukup banyak hingga membuat Nayla terkejut. Nayla tak menduga rupanya om-om yang duduk didepannya itu merupakan orang yang kaya raya.
“Ehh gak usah om… Aku gak perlu… Aku lagi nunggu temen juga kok” Kata Nayla berbohong.
“Temen ? Bilang aja ke temenmu, kalau kamu ada kesibukan… Mending temenin om aja… Mau yah ? Kamu butuh baju baru ? Apa tas baru ? Nanti om jajanin kamu deh” Bujuk om Trisno sambil tangannya mulai menjalar mendekati tangan Nayla.
“Eeehhhh” Nayla terkejut saat punggung tangannya sudah didekap oleh om-om gendut itu. Nayla hendak menariknya tapi tangan om Trisno menahannya yang membuat Nayla menaikkan pandangannya tuk menatap wajah om-om itu.
Namun om Trisno hanya tersenyum sambil memandang wajah indah Nayla. Nayla pun semakin tidak nyaman. Tapi ia bingung karena tak bisa berbuat apa-apa.
“Cantik sekali dirimu dek… Kok bisa secantik dirimu gak ada yang mau macarin ?” Katanya sambil menarik tangan Nayla lalu mendekatkannya ke wajahnya untuk mengecup punggung tangannya.
Sontak Nayla merinding saat punggung tangannya dicium olem om-om mesum itu. Beruntung, Nayla setelah itu dapat menarik tangannya lagi. Tangan satunya yang tidak dicumbu mendekap pergalangan tangannya yang baru saja dicumbu. Nayla mengernyitkan dahinya sambil menatap wajah om-om itu.
“Apa ini ? Apa yang bapak lakukan ?” Tanya Nayla tersinggung.
“Ini sebagai dp-nya… Nih uang jajan buat kamu” Kata om Trisno yang tiba-tiba memberi Nayla tiga lembar uang berwarna merah. Om Trisno pun mendekatkan tiga lembar uang tersebut dengan cara menyeretnya maju ke dekat tangan akhwat bermasker itu.
“Gak usah om… Aku gak butuh” Kata Nayla sebal.
“Loh gak mau ? Kurang yah… Nih om tambahin” Kata om Trisno sambil tersenyum. Ia lalu menambah dua lembar uang berwarna merah lagi hingga total ada lima lembar uang berwarna merah yang diberikan secara cuma-cuma oleh om-om mesum itu.
“Bukan itu maksud aku om… Maaf aku mau pergi” kata Nayla yang merasa tidak kuat lagi.
“Eh tunggu… Saya beri semua uang yang ada di dompet saya… Tapi syaratnya kamu mau yah nemenin om tidur di hotel malam ini” Kata om Trisno sambil mendekap tangan Nayla hingga memaksanya untuk tetap tinggal di café tersebut.
Nayla yang sebenarnya tidak memiliki sifat matre tidak bergeming sedikitpun dengan godaan yang diberikan oleh om-om gendut itu. Sebaliknya, ia sangat membenci cara pendekatan yang dilakukan olehnya. Nayla paling benci orang-orang yang salah menggunakan uang. Termasuk apa yang dilakukan oleh om Trisno sekarang.
“Heyyy apa-apaan ini ?” Ucap seseorang yang membuat om Trisno dan Nayla menoleh ke arahnya.
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
“Andriii” Kata Nayla yang membuat om Trisno menoleh ke arahnya.
Andri yang dipanggil namanya langsung mendekat. Om Trisno panik menyadari teman yang ditunggu Nayla telah datang. Ia pun tersenyum menatap wajah Nayla sambil mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.
“Ini kartu nama saya… Kalau kamu kesulitan dan butuh bantuan… Telpon saya… Saya pasti akan datang untuk membantumu… Senang bisa mengenalmu dek” Kata om Trisno yang buru-buru pergi karena tak ingin berurusan dengan Andri.
Setibanya Andri di meja yang ditempati Nayla. Pria tampan yang merupakan calon suami dari Putri itu langsung menoleh ke arah yang dituju oleh om gendut tadi. Andri yang penasaran segera duduk lalu bertanya pada Nayla.
“Nay… Siapa tadi ? Kok dia megang-megang tangan kamu ?” Tanya Andri penasaran.
“Hmmm kurang tau Ndri… Tapi dia sok akrab banget deh” jawab Nayla.
“Sok akrab ?” Tanya Andri bingung.
“Iya, masa baru aja dateng udah manggil aku dek… Terus dia minta dipanggil om lagi… Terus abis itu masa iya mau ngajak aku jalan-jalan terus aku dikasih uang jajan lagi… Aneh deh” Kata Nayla menjelaskan semua yang ia alami pada sahabat laki-lakinya itu.
“Eh yang bener ? Orang itu kayak gitu ke kamu ?” Tanya Andri tak percaya.
“Iyya ndri… Aneh deh pokoknya” jawab Nayla.
“Eh kamu harus hati-hati lagi pokoknya… Kamu tadi lagi dibujuk buat jadi selingkuhannya loh” Kata Andri mengejutkan Nayla.
“Ehhh aku mau dijadiin selingkuhan ?” Tanya Nayla tak percaya.
“Iya… Biasa orang-orang kayak gitu disebut 'sugar daddy'… Dia itu orang kaya yang sukanya ngajak cewek-cewek cantik untuk jadi selingkuhannya dengan modal uang… Hati-hati kamu Nay… Huft untung aja ada aku… Lagian sih kamu . . . .” Kata Andri terpotong saat menatap penampilan Nayla dari atas ke bawah.
“Heleh gak ada kamu aja aku udah nolak duluan kok… Lagian ada apa dengan aku ?” Tanya Nayla heran.
“Kamu cantik banget tau… Kamu kayak masih jomblo aja” Ucap Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi ada-ada aja sih kamu Ndri” Jawab Nayla tertawa malu.
“Iya, kamu beneran cantik deh… Cara berpakaian kamu udah kayak 'kids' zaman 'now'… Coba kalau aku gak kenal kamu… Pasti aku udah ngajak kamu nikah sekarang” Puji Andri yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Makasih Ndri… Tapi maaf kamu telat… Aku udah nikah duluan hihihih” Jawab Nayla sambil tertawa yang malah membuat Andri kepikiran.
'Aku telat ? Berarti kalau aku ngajak nikahnya sebelum Nayla nikah, aku masih gak telat dong ? Kesempatanku terbuka dong ? Sial kenapa aku gak berani ngungkapin perasaanku waktu dulu yah ?'
Batin Andri sambil mengepalkan tangan kanannya.
“Oh yah… Ngomong-ngomong kamu ngapain disini Nay ? Sendirian lagi ?” Kata Andri sambil melihat sekitar.
“Aku gabut di rumah Ndri… Iya gabut… Aku pengen main tapi gak ada temen yang bisa diajak maen… Alhasil aku nongkrong sendirian deh hihihi” Jawab Nayla berbohong.
“Dasar… Berarti sekarang lagi ada waktu luang dong ?” Tanya Andri.
“Iyya ndri… Aku lagi 'free'” Jawab Nayla tersenyum lalu menyeruput minumannya lagi.
“Kalau gitu kebetulan, aku juga lagi 'free'… Kalau kita nonton gimana ?” Ajak Andri.
“Eh nonton ? Nonton apaan ?” Tanya Nayla penasaran.
“'Breaking news' Sambo !… Ya film di bioskop lah” Jawab Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi jadi inget kemarin deh pas lagi asyik nonton badminton malah diganggu” Jawab Nayla saat teringat kejadian kemarin saat menonton tivi dengan santai di rumahnya.
“Sama Nay… Waktu itu lagi nonton bola eh malah layarnya diperkecil… Huft ngeselin” Kata Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihih bisa gitu yah”
“Oh yah, gimana ? Sekitar 10 menit lagi nih di jam 12 ada film 'Sayap - Sayap Patah' … Udah nonton belum ?” Tanya Andri.
“Eh film apa tuh ? Belum sih” Tanya Nayla tertarik.
“Kurang tau juga yah… Tapi kata temen aku itu film yang 'recommended'… Gimana ?” Tanya Andri berharap Nayla mau menyetujui ajakannya.
Nayla pun berfikir sejenak. Ia mencoba menerka-nerka waktu yang mungkin bisa dihabiskan kalau menonton film. Untuk film bioskop paling waktunya antara 90 - 120 menit. Kalau jam 12 mulai berarti jam 2 udah selesai lah yah ? Lumayan untuk mengulur waktu sampai pulang.
“Boleh deh… Iya aku mau… Kebetulan aku juga bawa uang kok” Kata Nayla yang segera ditolak Andri.
“Dah gak usah… Aku yang traktir… Tiket, 'popcorn' aku yang traktir” Kata Andri dengan begitu percaya diri.
“Eh beneran ? Jadi enak nih hihihi… Tapi jangan deh… Kan kita nontonnya bareng” Kata Nayla merasa tak enak.
“Udah gapapa… Dah lama juga aku gak nraktir kamu kan… Yuk buruan antri, sebelum bioskopnya penuh” Kata Andri yang akhirnya disetujui oleh Nayla.
“Yaudah deh yuk” Jawab Nayla sambil tersenyum.
Mereka berdua pun berjalan bersama. Entah kenapa Andri merasa seperti sedang kencan saja. Ia pun melirik sejenak, nampak penampakan wajah Nayla dari samping membuat jantungnya berdebar. Ia merasa bahagia bisa berjalan di sebelahnya. Padahal cuma berjalan bersama, tapi kok udah bikin jantung deg-degan yah ? Rasa tangan ingin menggenggamnya. Tangannya gatal ingin merangkul lengan bidadari cantik itu.
'Ahhhh indahnya… Gini aja kok udah bikin aku seneng yah… Nay… Nay… Cantik banget sih kamu…'
Batin Andri bahagia.
“Mbak pesen dua tiket, satu popcorn ukuran besar sama dua minuman boba yah” kata Andri kepada penjaga loket.
“Wah kebetulan tinggal dua tiket tersisa… Beruntungnya kalian bisa jadi yang terakhir membelinya… Kalian pasangan kan ? Ini saya beri tambahan popcorn untuk kalian… Silahkan semoga menikmati yah” Kata penjaga loket itu yang membuat Andri & Nayla malu.
“Kita serasi kayaknya… Sampe dipanggil 'couple' loh” Kata Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“'Couple' apaan ?” Jawab Nayla malu-malu.
“Loh kata mbaknya kita 'couple' kok… Mau pegangan tangan gak ?” Pinta Andri yang segera ditolak mentah-mentah oleh Nayla.
“Ihh gak yah… Enak aja huft” Kata Nayla tersenyum malu-malu yang membuat Andri ikut tersenyum.
“Haaiihhh padahal sebentar lagi bisa megang tangannya bidadari… Yaudah lah besok lagi” Kata Andri yang terus bisa membuat Nayla tertawa. Nayla merasa bahagia. Memang tidak ada yang lebih menyenangkan saat keluar bersama sahabat yang satu frekwensi.
“Ini mas, mbak tiket sama snacknya… Pintu masuk ada di sebelah sana… Harap masuk karena bioskop akan segera ditutup” Kata mbaknya yang membuat dua pasangan abal-abal itu buru-buru memasuki bioskop.
Mereka berdua pun duduk bersama di pojok belakang bioskop. Seketika lampu menjadi gelap. Film pun dimulai. Nampak Nayla begitu fokus pada layar tancep di depan. Namun Andri malah fokus menatap wajah Nayla dari samping. Bagi Andri, wajah Nayla lebih berarti dibandingkan film yang sedang mereka tonton. Ia bahkan rela menghabiskan dua tiket serta beberapa 'snack' hanya untuk melihat wajah Nayla sedekat ini. Andri tersenyum. Nayla yang saat itu mengenakan hijab serta masker berwarna putih membuat Andri semakin mencintainya. Ia pun bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama wanita yang sangat dicintainya.
Waktu terus berlalu. Sesekali mereka berdua meminum minuman mereka. Sesekali tangan mereka merogoh mangkuk 'popcorn' untuk mengemil makanan ringan mereka. Tak terasa adegan sudah mendekati puncak. Nayla begitu fokus pada film di depan. Andri yang tadi teralihkan oleh keindahan wajah Nayla akhirnya mulai ikut menonton. Andri tak menduga ternyata filmnya cukup seru juga. Nayla juga demikian.
Selagi matanya menonton film. Tangan Nayla bergerak-gerak untuk mengambil 'popcorn' itu lagi. Popcornnya yang saat itu ditaruh diatas paha Andri membuat tangan Nayla datang ke tempat itu. Andri terkejut saat tiba-tiba pahanya disentuh-sentuh oleh seseorang. Saat Andri menoleh ke pahanya. Rupanya Nayla sedang meraba-raba pahanya. Andri menduga pasti Nayla sedang mencari popcornya. Sengaja Andri menjauhkan 'popcorn' itu dan benar saja. Tangan Nayla tiba di pusat selangkangannya. Tak sengaja tangan Nayla menepuk-nepuk penis Andri luar celananya. Mata Andri melotot. Disentuh-sentuh saja sudah membuatnya seenak ini. Apalagi saat tangan Nayla tiba-tiba datang tuk mengusapi penisnya. Penis Andri mendadak keras. Tonjolan pun muncul yang membuat Nayla terkejut saat tangannya memegangi sesuatu yang aneh.
“Ehh maaf” Kata Nayla yang rupanya jemarinya tengah mendekap penis Andri dari luar celananya.
“Mau aku buka ?” Tanya Andri mengejutkan Nayla.
“Eeehhh” Jawab Nayla hingga matanya melebar.
“Enggak kok bercanda… Nyari 'popcorn' yah… Ini” Kata Andri saat mendekatkan 'popcorn' itu ke Nayla.
“Huft bikin aku kaget aja kamu Ndri” kata Nayla tersenyum.
“Hehe maaf Nay” Jawab Andri juga tersenyum. Mereka pun kembali menonton film. Namun keadaan menjadi canggung gara-gara kejadian tadi.
'Duhhh lidahku kenapa yah ? Bisa-bisanya aku ngomong kayak tadi… Hampir aja aku buat Nayla marah… Mukanya kayak kebingungan gitu…'
Batin Andri saat matanya terus memaksa menonton film.
'Duhhh nyaris aja aku menyetujui permintaannya tadi… Untungnya Andri buru-buru menolaknya… Bisa belepotan nanti tanganku kalau diminta ngocok kontolnya disini…'
Batin Nayla saat matanya terus memaksa menonton film.
Mereka pun terus menonton tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Nayla yang hendak mengambil popcornya kali ini sambil menolehkan wajahnya agar tidak salah memegang lagi. Andri pun memergokinya. Andri semakin yakin kalau Nayla tidak bisa diajak nakal dari caranya dalam mengambil popcornnya.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Tak terasa film yang mereka tonton sudah selesai. Andri & Nayla pun sama-sama keluar dari bioskop dengan tertib. Mereka pun mengobrol untuk me-'review' film yang mereka tonton itu. Mereka tersenyum saat menjelaskan. Kecanggungan yang tadi ada mulai menghilang ketika mereka bisa kembali mengobrol dengan akrab.
“Eh iya… Kamu lagi libur gak ? Kita jamaah bareng yuk… Habis itu kita makan” Ajak Andri.
“Eh enggak sih… Jam berapa emang sekarang ?” Tanya Nayla.
'Wah udah hampir jam dua yah…' Batin Nayla sambil melihat ke arah jam tangannya.
“Yaudah deh yuk… Dimana emang mushola nya ?” Tanya Nayla.
“Ada sih harusnya di deket sini… Nah itu dia” Kata Andri.
Mereka berdua pun sama-sama menuju mushola. Sesampainya disana mereka lalu berjamaah selayaknya seorang pasangan. Andri begitu bahagia saat berdiri di depan sebagai imam dan Nayla berdiri di belakang sebagai makmum. Mereka pun mulai melakukan peribadatan dengan hikmat. Setelah selesai mereka berdoa bersama bahkan Nayla mengaminkan segala doa yang Andri panjatkan.
Setelah usai mereka tersenyum. Mereka berjalan bersama sambil mencari tempat makan. Seketika Andri terpana saat melihat wajah cerah Nayla di sebelahnya. Nayla jadi malu-malu sambil menatap balik wajah Andri.
“Kenapa ndri ?”
“Enggak ? Cuma heran aja… Kok bisa ada bidadari disini” Jawab Andri yang membuat Nayla tersenyum senang.
“Hih gombal… Dasar cowok… Aku laporin Putri nih” kata Nayla sambil terus berjalan di sebelah Andri.
“Eh jangan dong… Canda kali… Eh itu ada restoran ayam grepek, suka gak ?” Tanya Andri.
“Ayam geprek ? Wah aku suka banget Ndri… Aku suka yang pedes-pedes soalnya” jawab Nayla tersenyum.
“Kalau gitu mau makan disitu gak ?” Tanya Andri.
“Terserah bosnya aja… Kan bukan aku yang bayar hihihi” Tawa Nayla yang membuat Andri tersenyum.
“Jangan nyesel yah… Harus dihabisin loh kalau terserah aku” kata Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“Tenang, aku makan banyak kok… Bakal nambah nasi malah hihihi” Tawa Nayla yang akhirnya menuju restoran tersebut.
Mereka pun duduk bersama di salah satu meja yang mereka pesan. Tak lama kemudian apa yang mereka pesan akhirnya datang juga. Mereka pun siap untuk makan. Tangan mereka sama-sama nyelup ke air kobokan. Seketika Nayla terdiam lalu menatap wajah Andri.
“Hmmm ndri… Aku lepas masker boleh yah… Susah soalnya kalau makannya pake masker hehe” Kata Nayla mengejutkan Andri.
“Eh kalau itu terserah kamu Nay… Kalau kamu merasa gapapa ya lepas aja… Kalau kamu ingin terus make ya gapapa juga… Aku gak berhak untuk ngatur kamu kok” Jawab Andri yang diam-diam penasaran bagaimana rupa Nayla ketika tanpa mengenakan masker ataupun cadar.
“Hmmm yaudah aku lepas aja deh” Kata Nayla malu-malu sambil menurunkan maskernya.
Seketika wajah Andri melotot. Ia seperti tersentak kaget. Wajahnya begitu cantik. Andri sampai terdiam tak bisa berkata-kata.
“Hehe kenapa ndri ?” Tanya Nayla heran melihat sikap Andri.
“Kamuu… Kamuuu…” Ucap Andri sampai tak bisa berkata-kata.
“Aku ?” Tanya Nayla sambil tersenyum.
“Cantik banget… Waahh… kecantikanmu melebihi ekspetasiku Nay” Kata Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi ada-ada aja kirain kenapa ? Aku mah B aja kok ndri… Cuma wanita biasa yang masih bisa kelaperan… Eh aku makan yah… Dah laper banget gara-gara tadi pagi aku di gen. . .” Jawab Nayla terpotong saat nyaris keceplosan.
Untungnya Andri tidak dengar. Ia malah masih terpana oleh keindahan wajah Nayla.
“Eh dimakan Ndri jangan bengong… Apa gak mau ? Buat aku aja gimana ? Hihihi” tawa Nayla.
“Yeee enak aja… Aku juga laper kali” Kata Andri yang akhirnya mulai makan.
Sambil makan mereka juga kadang mengobrol ringan. Terkadang mereka mengingat momen di masa lampau. Mereka juga tertawa. Mereka begitu bahagia. Terutama Andri yang baru saja melihat kecantikan keseluruhan wajah Nayla untuk pertama kalinya. Entah kenapa ia jadi semakin bertekad. Ia bahkan sampai mengepalkan kedua tangannya. Ia bersungguh-sungguh sambil menatap wajah cantik bidadari yang sedang makan itu.
'Aku harus bisa menikahinya… Aku harus bisa merebutnya dari suaminya sekarang…'
Batin Andri yang sudah cinta mati pada Nayla.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Tak terasa waktu sudah mendekati pukul tiga kurang. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat ketika mereka mengobrol mengkrabkan keadaan. Ya memang, waktu-waktu yang baru mereka lalui bersama membuat kepribadian mereka jadi semakin dekat. Nayla senang bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Sedangkan Andri juga senang bisa menghabiskan waktu bersama pacar imajinasinya.
“Aku pulang dulu yah… Makasih udah ditraktir nonton sama makan” Kata Nayla bersyukur.
“Ah tenang aja… Itu bukan masalah kok Nay… Kalau pengen nonton lagi ayo aku temenin… Tapi tangannya jangan nakal yah” Kata Andri yang membuat Nayla tertawa saat mendengarnya.
“Eehhh tadi kan aku gak sengaja… Habis 'popcorn' dipegang sendiri sih, huft” Jawab Nayla malu.
“Hahaha iya tau kok… Aku juga mau ngucapin makasih karena bisa ngabisin waktu bareng kamu… Hati-hati dijalan yah… Mau aku anter ?” Kata Andri.
“Eh gak usah… Gak perlu kok ndri… Makasih… Aku pamit dulu yah… Wassalamualaikum” Kata Nayla pamit.
“Walaikumsalam” Balas Andri sambil melambaikan tangan.
Nayla pun pergi tapi bayang-bayang wajahnya masih tersimpan di benak Andri. Apalagi wajah cantiknya saat melepas maskernya. Nayla sungguh indah. Ia jadi semakin ingin menikahinya.
“Bisa gak yah aku menikahinya ? Ku perjuangkan jandamu, Nay” Lirih Andri yang geregetan ingin memperistri Nayla.
*-*-*-*
Beberapa menit kemudian sekitar pukul tiga lebih sedikit.
Akhirnya sampai rumah juga lirih Nayla setelah mematikan mesin motor lalu melepas helmnya tuk membawanya masuk ke dalam rumahnya.
Baru saja ia berjalan mendekati pintu masuk, sesuai dugaan ada sesosok pria yang sudah berdiri menantinya.
Hakhakhak... Sibuk banget sih non hari ini... Saya sampai kesepian loh sendiri kata pria tua berperut tambun itu.
Pak Urip ? Kata Nayla terkejut.
'Duhh mesti gimana nih ? Mana lagi capek-capeknya lagi... Ogah banget kalau disuruh ngelayanin dia lagi..'.
Ucap Nayla dalam hati.
Jantung Nayla berdebar tatkala pria tambun itu berjalan mendekat. Nayla pun memutar otaknya. Di tangan kanannya terdapat helm dan di jemarinya terdapat kunci. Haruskah ia menggeplak kepalanya sekali lalu pergi ? Bukan ! Itu bukan solusi terbaik. Ia lalu berfikir lagi. Haruskah ia berlari keluar lalu berteriak meminta pertolongan ? Sepertinya bukan, karena ia sudah tidak memiliki tenaga lagi. Kakinya lemas karena sudah diminta mengangkang sejak pagi lalu siangnya diajak jalan-jalan oleh Andri. Lagipula toh andai diminta melayani lagi ia tak mempermasalahkan. Ia hanya lemas dan ingin beristirahat saja.
'Duhh ayo Nay mikir... Gimana cara buat bujuk pak Urip biar gak menzinahimu lagi ?'
Batin Nayla berfikir keras.
Kontol saya merindukan memekmu loh non... Gimana kalau kita ngentot lagi... Mumpung suamimu belum pulang, hakhakhak tawa pak Urip yang langsung meremas dada Nayla dengan kuat.
Aaahhhh paaakkk... Tunggu, jangan sekarang... Aku capekk... Tolong jangan sore ini ! Pinta Nayla pada pak Urip.
Siapa peduli kalau non itu capek kek, lemes kek, laper kek... Kalau saya mau ngentot ya non kudu siap... Saya udah gak tahan pokoknya... Ayo cepet bukaaa kata Pak Urip sambil menaikkan paksa kaus yang Nayla kenakan.
Aahhh tunggu sebentar... Tungguu paakk... Izinkan aku bicara... Tolongg sebentar aja pinta Nayla saat tangan pak Urip terus memaksa dengan menaikan kaus yang Nayla kenakan.
Apa lagi ? Saya udah gak kuat lagiii kata pak Urip tak peduli.
Namun seketika remasan kuat yang begitu bertenaga yang dilakukan oleh Nayla pada penis pak Urip dari luar celananya membuat pria tambun itu terdiam.
Uuhhhhhhh desah pak Urip merinding.
Tolonngg... Izinkan aku berbicara paaakkk... Akuuu boleh kan ngomong sesuatu ke bapaakk ucap Nayla sambil menatap wajah pak Urip dikala tangan kanannya meremas penis pembantunya dari luar celananya.
Kalau bapak masih gak mengizinkan... Aku akan mengocok kontol bapak tapi tolonngg biarkan aku berbicara sebentar kata Nayla yang langsung memasukkan tangannya ke dalam celana kolor pak Urip.
Hah... Hah... Apa ituu ? Cepaatt katakan kata pak Urip yang langsung diam menikmati kocokan dari jemari lembut Nayla.
Sekilas mata pak Urip memperhatikan penampilan Nayla sekarang. Pak Urip langsung bernafsu pada pandangan pertama. Penampilan Nayla sungguh indah bak bulan purnama. Dari atas ke bawah, ia tak menemukan adanya celah yang merusak keindahan penampilan Nayla.
MEBE9P5
https://thumbs4.imagebam.com/1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg 1b/18/f6/MEBE9P5_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Perpaduan antara hijab & masker berwarna putih yang menghiasi kepalanya juga perpaduan antara kaus panjang berwarna hitam serta kemeja kotak-kotak yang tak ia kancingkan yang menutupi lekuk tubuhnya juga celana putih panjang yang menutupi kaki jenjangnya.
Belum lagi dengan tatapan genitnya saat memandangi dirinya. Belum lagi dengan gerakan tangan gemulainya saat mengocok-ngocok penisnya. Pak Urip langsung bengong tak percaya. Ia benar-benar menikmati aksi nakal majikannya tersebut.
Aku mau minta maaf ke bapak karena selama ini udah egois... Aku tahu bapak benar... Aku tahu kalau aku ini tidak ada bedanya dengan lonte yang ada di jalanan... Aku mudah sekali terangsang dan sekarang aku ini tergila-gila dengan yang namanya persetubuhan... Aku suka banget sama kontol bapak... Aku bersyukur kontol bapak sudah sering keluar masuk memejuhi rahim aku... Jujur aku ketagihan, tapi aku gak bisa melakukannya sekarang karena aku lelah pak... Tolong izinkan aku beristirahat.... Besok-besok aku pasti akan mengizinkan bapak untuk melakukan apa saja pada tubuhku... Aku janji pak... Ya aku janji lirih Nayla sambil menatap pak Urip dikala tangannya terus mengocok penis pembantunya.
Aaahhh... Aaahhhh... Enggak bisaa... Saya udah bernafsu... Saya akan tetep menggenjotmu sekarang ! Kata pak Urip kekeh ingin menyetubuhinya meski ia juga kagum pada pengakuan Nayla yang mulai jujur akan perasaannya.
Aku tahu... Aku paham... Makanya sebagai gantinya... Aku akan memberi bapak kepuasan dari apa yang bapak minta sekaraangg kata Nayla begitu percaya diri sambil menatap mata pak Urip.
Maksudnya ? Kata pak Urip heran.
Tiba-tiba Nayla melepas maskernya. Wajahnya yang begitu cantik terpampang dihadapan wajah pak Urip. Tidak hanya itu, bibirnya juga sedang tersenyum. Matanya pun menatap pak Urip dengan penuh nafsu. Diperlakukan seperti ini oleh majikan alimnya membuat pak Urip panas dingin. Jantungnya juga berdebar kencang. Sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Mmpphhh aku akan menyepong kontol bapak... Aku akan memberikan kepuasan melalui mulut aku... Hihihihi kata Nayla kali ini sambil mendesah bahkan mengeluarkan lidahnya tuk membasahi tepi bibirnya. Selain itu tangannya juga mempercepat kocokannya. Terlihat pak Urip berkeringat. Sepertinya sedari tadi pembantu tuanya itu terus bertahan dari serangan birahinya.
Ekspresi wajah majikannya yang begitu binal membuat pak Urip merinding. Ia jadi semakin bernafsu pada kebinalan majikannya itu.
Hakhakhak... Mana ada disepong lebih enak daripada ngentot... Dah saya tetep mau genjot... Lepas celana non sekaraa... Aaaaaahhhh jerit pak Urip saat penisnya kembali dibetot.
Hihihi... Ngentot bukan soal kontol bapak yang dijepit memek aku paakk... Mmpphhh... Tapi ngentot itu soal nuansa... Nuansa yang bisa membuat bapak bergairah... Nuansa yang membuat bapak semakin terangsang... Kata Nayla dengan suara mendesah kali ini sambil meraba dada pak Urip.
Bahkan tangannya mulai mengangkat kaus polo pak Urip hingga terlepas melewati kepala gedenya. Tangannya yang mulus itu kembali meraba dada pak Urip. Pak Urip menenggak ludah. Ia kagum pada cara Nayla saat merangsang tubuhnya.
Mmppphhhh... Gimana rasanya pak ? Enak kan ? Hihihihi kata Nayla sambil mengedipkan mata lalu tersenyum menatap wajah pembantu tuanya itu.
Aaaahhhh... Aaaahhh... Aaahhhhh pak Urip yang mulai hanyut dalam nuansa yang dibangun oleh Nayla hanya bisa mendesah sambil menatap keindahan wajah sang majikan.
Penisnya yang terus dikocok jadi semakin keras. Penisnya yang terus dikocok juga semakin membesar. Nampak Nayla sampai tak sanggup untuk melingkarkan jemarinya pada penis yang lebih mirip pentungan satpam itu.
Pak Urip merinding. Ia pun menatap wajah Nayla dengan tatapan penuh nafsu.
Hihihi
Terlihat Nayla hanya tersenyum memperlihatkan bibirnya yang begitu merekah. Bahkan Nayla juga mendekatkan wajahnya. Wajah mereka semakin dekat. Pak Urip jadi gemas ingin mencumbu bibir manis dari bidadari berhijab itu.
Aaahhhh makin gede aja kontol bapaaakkk... Mmpphhh gak nyangka penis segede ini pernah memasuki memek aku berulang kali... Mmpphhh beruntungnya aku pernah dipuasi oleh kontol bapak yang gede dan perkasa ini... Hihihi tawa Nayla dengan nada agak mendesah hingga deru nafasnya menerpa wajah pak Urip.
Apalagi bibirnya sengaja didekatkan ke bibir pak Urip. Terlihat bibir pak Urip semakin maju. Nayla pun hanya pasrah tersenyum. Namun saat bibir mereka hanya berjarak 5 cm saja, tiba-tiba Nayla mengacungkan jemari telunjuknya ke arah bibir pembantu tuanya.
Hihihi nakal yah bapak mau nyium majikan sendiri... Gak boleh gitu... Biar aku aja yang kali ini nakalin bapak... Biar aku aja yang muasin kontol bapak yang segede ini... Percaya deh, aku bakal bikin kontol bapak muncrat berkali-kali... Hihihi ucap Nayla dengan binalnya yang langsung menunduk untuk menjilat puting pembantunya itu.
Aaaaaahhhh non desah Pak Urip dengan begitu puasnya setelah digoda dan dinakali oleh majikan alimnya.
Baru menjilatnya sekali, Nayla sudah berpindah ke puting satunya kali ini sambil mengecupnya pelan.
Mmmpphhhh desah Nayla dengan manja saat menjepit puting pembantunya menggunakan bibirnya.
Ouuhhhh nikmatnyaaaa desah Pak Urip sampai merinding keenakan.
Lalu Nayla mulai berjongkok sambil menurunkan celana kolor pak Urip. Dalam sekejap pembantu tuanya itu sudah bugil. Nayla pun menatap tubuh pembantunya itu dalam posisi jongkok tepat dihadapan penis tuanya. Nayla tersenyum. Nayla tersenyum manis menatap pembantu bejatnya itu.
Pak Urip terpana saat melihat majikannya saat berdiri dihadapannya. Dari sudut pandangannya, ia dapat melihat penis raksasanya berada tepat dihadapan wajah majikannya yang seolah sedang menantangnya. Bahkan ia sengaja menggerakkan pinggulnya maju hingga ujung gundulnya menyundul pipi mulus majikannya itu.
Anehnya, Nayla justru memejam seolah membiarkan pak Urip menyundul-nyundulkan penisnya ke arah wajahnya. Pak Urip yang gemas pun menggerakkan penisnya tuk mengacak-acak wajah majikannya.
Pak Urip seperti sedang melukis saja. Wajah Nayla ibarat kanvasnya sedangkan penisnya adalah kuasnya. Cairan precumnya yang mulai keluar menjadi catnya. Dengan jiwa seninya pak Urip terus mengeluskan ujung gundulnya pada wajah majikannya. Ia sedang membuat karya seni. Ia pun terus mengelus-ngelus wajah Nayla menggunakan penisnya.
Mmpphhh... Mmmpphhh... Bapak lagi apa ? Kok mukaku basah kata Nayla dengan polosnya berpura-pura tidak tahu.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Gak usah sok polos non... Non itu sedang saya lecehi... Aahhh puasnya bisa ngobok-ngobok mukanya selebram terkenal kata pak Urip dengan penuh nafsu.
“Uuhhh pantesss mukaku kok kayak diobok-obok sih… Kontol bapak nakal yah… Cairan bapak mulai muncrat ke aku nih… Hihihihi” Tawa Nayla terus menggoda.
“Uhhhh dasaar… Uhhhh dasar lonte nakalll… Terima kontol saya ini… Terimaaa !!!” Kata pak Urip kali ini sambil memukul-mukulkan penisnya ke wajah Nayla.
“Mmpphhh… Aaahhh… Aammpunn paakkk… Mmpmphh hihihihi” desah Nayla terus menggodanya.
“Aaahhh… Aaahhh dasarrr lonte sialaannn… Saya jadi semakin terangsangg… Aaahhhh” desah pak Urip kali ini sambil melukis di wajah Nayla lagi.
Hihihi beruntungnya bapak jadi yang pertama... Belum pernah ada laki-laki yang melecehkan wajahku kayak gini loh… Bahkan suami aku aja gak pernah... Uuuhhh keras banget sih kuasnya ini... Hihihi tawa Nayla sambil terus memejam.
Aaahhhh... Siaalll... Aaahhh dasar lonte binaalll... Bukannya marah malah keenakan... dasar lonte binaall... Aaahhhh desah Pak Urip yang akhirnya mulai mengocok penisnya sendiri sambil menyentuh-nyentuhkan ujung gundulnya pada wajah Nayla.
Uuuhhhh terusss kocok paaakkk... Kocok yang keraaasss... Terus kocok sampai muncrat ke muka aku desah Nayla sambil memejam lalu tersenyum manis dihadapan penis hitam itu.
MECH5S2
https://thumbs4.imagebam.com/60/e9/2f/MECH5S2_t.jpeg 60/e9/2f/MECH5S2_t.jpeg
'ILUSTRASI NAYLA LEPAS MASKER
Nayla kembali membuka matanya sambil menunjukkan senyum anggunnya. Ia bahkan sengaja mendekatkan wajahnya hingga tersentuh penis pembantunya. Tampak Nayla sangat menikmatinya. Ia terus membiarkan wajahnya dilecehi oleh pembantunya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Nikmat sekaliii... Aahhh puasnya bisa melecehi lonte binal iniii desah pak Urip sambil terus mengocok penisnya.
Hihihi enak yah ? Duhhh aku jadi gemes deh pengen mainin kontol bapak lagi... Sini biar aku aja pak... Biar aku yang muasin kontol gede ini desah Nayla yang mulai memegang kendali lagi.
Sambil menjulurkan lidahnya, tangannya terus mengocok lalu mendekatkannya ke arah lidahnya. Lidah Nayla pun menjilat ujung gundul pak Urip. Ia terus menjilati kepala penis pembantunya yang bentuknya mirip jamur sedangkan tangannya terus sibuk mengocok batangnya.
Aaaahhhh... Aaahhh... Terusss nooonnn... Teruuussss desah pak Urip puas.
Hihihi mulai kedat-kedut nih kayaknya... Jadi makin gemes deh... Aauuhhmmpp desah Nayla saat mencaplok penis itu.
Aaaahhh yaaaahhhh desah pak Urip merinding.
Nayla dengan binalnya langsung memaju mundurkan kepalanya. Mulutnya sampai monyong. Ia dengan sibuknya terus menyepong. Tak peduli dengan rasa asin yang terus dirasakan lidahnya. Ia terus memaju mundurkan kepalanya.
Nampak kakinya sampai berlutut. Kedua tangannya bertumpu pada kedua paha pembantunya itu. Matanya memejam menikmati sepongannya yang begitu lezat. Nayla sangat menikmati. Lidahnya bahkan ikut menjilati. Terlihat pak Urip kewalahan. Nafasnya kian berat menahan nafsu majikannya yang begitu besar.
Mmpphhh... Mmpphhh nikmat banget kontol bapaakkk... Mmmpphhh kalau segede ini aku sanggup nyepongin bapak selama sejam desah Nayla dengan binalnya.
Aaahhh gilaaa... Aaahhh enakkk bangett... Aaaahhh terusss nonnn... Terussss desah pak Urip semakin menikmati.
Aaaahhhh iyaaah paakkk... Aku gak akan berhenti... Aku akan terus menyepong kontol bapak sampai mas Miftah pulang nanti... Aaahhh kenapa kontol bapak enak banget sihhh... Mmpphhh aku jadi gak bisa berhenti.... Aahhh nikmat sekaliii desah Nayla dengan binalnya.
Aaahhh noonnnn... Aahhh gilaaa... Aaaahhh binal sekali dirimu noonnn desah pak Urip memejam.
Aaaahhh iyaahhh... Aaahhh enakk bangett... Mmpphhh iya paakk aku binaall... Aku ini emang binaaall paaakk... Aku kan lonte peliharaan bapaakk desah Nayla mengaku yang membuat pak Urip semakin terangsang lagi.
Aaaahhhh kurang ajaaarrr... Aaahhh saya jadi gak tahan lagi... Dasar lonte sialaaannn... Seponganmu kok enaak tenaannn desah pak Urip mulai merasakan adanya tanda-tanda.
Mmpphhh jelas paakkk... Sepongan aku emang paling enaakkk... Karena aku gak cuma nyepong tapi juga nyedot-nyedot kontol bapaakkk desah Nayla sambil menjepit ujung gundulnya saja. Lalu tangan kanannya yang tadi bertumpu pada paha pembantunya mulai mendekap batang penisnya. Tangannya kembali mengocok lalu mulutnya terus menyedot-nyedot.
Aaahhh nonn... Aahhh gilaaa... Aaahhhh nikmat bangettt nonnnn
Mmppphhh ssllrrppp... Mmpphhh slrrpp... Mmpphh nikmatnya kontol bapaaakkk... Mmpphhh aku sampai ketagihan gini desah Nayla sambil terus menyepong.
Aaahhhh... Aaahh gawaaattt... Aaahhh saya mau kelluaarr... Aaahh nonn saya mau kelluaarrr desah pak Urip tak sanggup menahannya lagi.
Aaahhh kelluarinnn... Keluariinn pejuhnya paaakkk... Ayo nodai wajah aku... Aku siappp paakkk... Akuu siapp jadi penampung pejuh bapaakk... Mmpphhhh desah Nayla jadi semakin kuat dalam menghisap ujung gundulnya.
Aaahhhh gilaaa... Aaahhh puas sekaliii... Aaahh... Aaaahhhhh desah pak Urip sampai merem melek.
Pak Urip yang tadinya ingin menggenjot hanya bisa pasrah menerima sepongan Nayla sambil melotot. Sungguh nikmat apa yang sedang majikannya berikan. Memang benar apa kata majikan alimnya. Bercinta bukan soal bertemunya antar kelamin. Tapi bercinta soal nuansa yang membuat mereka semakin bergairah. Godaan yang Nayla berikan saat di awal tadi serta ucapan-ucapan kotor yang keluar dari mulut akhwat berhijab itu yang justru semakin membangkitkan nafsu birahinya. Pak Urip tak kuat. Pak Urip tak sanggup bertahan.
Mmmpphhh... Mmppphhhh keluarkan paaakkk... Jangan ditahan-tahan... Ayo keluarin pejuhnya... Aku udah siap menerima pejuh bapaaakkk
Aaahhh iyaaahhh nonn... Saya mau kelluaarrr... Aahhh terima ini... Terima pejuh saya iniiii desah pak Urip mulai menarik keluar penisnya lalu mengocoknya sambil mengarahkannya ke wajah Nayla.
Aaaahhh... Akkuu siaaappp... Mmmppphhh desah Nayla memejam.
Aaaahhhh yaahhh... Kelluaarrr !!!
'Crroottt... Ccrroott... Ccrroottt !!!'
Akhirnya dengan satu kocokan yang kuat, pak Urip mulai memuncratkan spermanya dengan deras ke wajah Nayla. Pejuhnya sampai belepotan kemana-mana. Pipi, dahi, bibir bahkan sebagian hijab dari Nayla terlecehi oleh sperma nista pembantunya. Pak Urip pun sampai ngos-ngosan merasakan kepuasan dari sepongan majikannya. Ia tak mengira disepong saja bisa membuatnya sepuas ini. Pak Urip lelah tapi terus menatap wajah majikannya dengan penuh gairah.
Mmpphhh bapak nih... Buang pejuh kok sembarangan sih... Hihihi... Aku kan jadi susah ngeliatnya tauu kata Nayla yang masih memejam.
Hah... Hah... Gilaaa... Puas bangettt... Sampe kesedot habis semua pejuh saya non kata pak Urip takjub.
Hihihi siapa dulu pelakunya ? Aku gituuu kata Nayla membanggakan dirinya sendiri lalu berdiri menatap wajah pak Urip.
Melihat wajah cantik Nayla yang bersimpuh sperma membuat gairah birahinya mulai naik. Tapi sayang penisnya masih lemas karena semua spermanya sudah terkuras habis oleh mulut majikannya. Nampak Nayla merangkulkan kedua tangannya pada sisi belakang leher pembantunya. Nayla tersenyum. Ia menatap mata pembantunya dengan mesum.
Gimana pak ? Apa kataku ? Bapak puas kan ? Tanya Nayla sambil mengedipkan matanya.
Puaasss... Puaass sekali hakhakhak... Siapa yang mengajarimu sebinal ini non ? Tanya pak Urip penasaran.
Siapa lagi kalau bukan pemuas nafsuku ? Jawab Nayla sambil tersenyum.
Siapa itu ? Tanya pak Urip juga tersenyum.
Bapaakk dongg... Hihihi jawab Nayla sambil menoel ujung penis dari pembantu bejatnya itu.
Hakhakhakhak pak Urip pun hanya tertawa bangga. Ia senang bisa mengubah majikan alimnya menjadi sebinal ini.
Setelah puas memuasi pemuasnya. Nayla pun pergi begitu saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun baru beberapa langkah ia pergi, ia malah berhenti lalu menatap pembantu tuanya itu lagi.
'Aaahhh akhirnya bisa mengalihkan perhatian pak Urip juga… Eh iya…'
Batin Nayla saat terpikirkan sesuatu.
“Paaakkk” Kata Nayla memanggil pembantunya.
Ada apa non ? Jawab pak Urip sambil mengenakan celananya lagi. Ia bahkan nyaris terjatuh akibat kakinya melemah setelah disedot oleh majikannya.
Besok aku harus kerja... Jadi aku gak ada waktu buat nemenin bapak... Tapi lusanya aku 'free'... Bapak bebas ngelakuin apa aja ke aku sebagai ganti jatah bapak di hari ini... Aku pasrah mau diapain apa aja sama bapak... Aku ikhlas karena aku yakin bapak pasti bakal memberikanku kepuasan kata Nayla sambil tersenyum.
Hakhakhak... Terserah saya ? Janji jangan nyesel yah ! Bahkan kalau saya suruh non ngentot sama gelandang tua mau ? Tanya pak Urip penasaran.
Terserah bapak... Kalau itu perintah bapak pasti akan aku lakukan... Tapi gelandangannya yang punya kontol gede yah, hihihi tawa Nayla malu-malu yang membuat pak Urip semakin tertawa.
Hakhakhak sungguh binal sekali isi otakmu non... Liat aja, akan saya carikan non seorang gelandangan terus saya rekam biar non sendiri bisa liat betapa binalnya non nanti kata pak Urip bernafsu.
Mmpphhh aku jadi gak sabar deh... Hihihi... Enak gak yah kontolnya gelandangan kata Nayla yang justru menantang yang membuat pak Urip gemas.
Tepat setelah Nayla berbalik badan lalu pergi meninggalkannya sendiri. Pak Urip langsung tersenyum sambil membatin di dalam hati.
'Gilaaa... Bener juga apa kata dokter homo itu... Sisi liar non Nayla mulai bangkit... Waktunya kesempatan untuk lebih membinalkannya lagi... Oh yah, mumpung tengki pejuh saya abis... Besok istirahat dulu ah, sekalian nyari gelandangan buat non Nayla... Hakhakhak bayangin non Nayla digenjot gelandangan aja udah bikin sange... Kudu siap handycam nih buat ngerekam perzinahan terlarang mereka !!!'
Batin pak Urip bernafsu.
'Astaghfirullah... Barusan aku bilang apa yah ? Aku ngentot sama gelandangan ? Dihh amit-amit deh...'
Batin Nayla yang baru tersadar akan ucapannya. Sambil terus berjalan ke kamar mandi. Hatinya terus berkata-kata merenungi ucapannya tadi.
'Pasti gelandangan itu bakal bau banget... Iyuuhhh jijik deh... Kenapa aku tadi bilang kayak gitu yah ? Ngentot sama gelandang kayaknya berlebihan deh... Duh moga aja pak Urip gak nanggepin omonganku tadi... Aku gak mau... Aku gak mau bercinta dengan seorang gelandangan !'
Batin Nayla merinding membayangkan andai itu terjadi.
Seketika ia terpikirkan satu nama dari gelandangan yang ia kenal. Gelandangan itu cukup terkenal di kompleks rumahnya. Ia membayangkan gelandangan itu menyetubuhinya. Tubuh Nayla seketika bergetar. Ia bahkan tak sanggup membayangkannya hingga selesai.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 15
TERNODA
Di sebuah kamar yang terdapat di salah satu rumah yang berada di daerah ibukota.
“Loh masih jam 8 pagi yah ? Tumben waktu berjalan lama” Kata Nayla saat masih berdandan di depan cermin riasnya.
Akhwat cantik yang tengah bersiap-siap untuk menjalani sesi perfotoan itu terus merias wajahnya. Bibirnya yang meski bakal tertutupi cadar atau maskernya ia warnai dengan menggunakan lipstik tipis berwarna pink. Bulu matanya juga ia lentikan. Pipinya ia beri bedak agar terlihat semakin cerah. Nampak Nayla telah bersiap untuk pergi menuju studio fotonya. Tapi masalahnya sesi perfotoan baru dimulai pukul sembilan. Masih ada waktu satu jam lagi yang bisa ia gunakan untuk bersantai-santai ria.
“Ah jangan ah… Kalau aku nyante dulu disini yang ada aku pasti bakal dipake pak Urip… Ribet kalau nanti kudu make riasan lagi… Mending aku pergi sekarang… Sekalian ngobrol sama temen-temen yang ada disana” Kata Nayla telah memutuskan.
Nayla pun berdiri lalu pergi berjalan menuju lemarinya untuk mengambil jaket berwarna putih yang terlihat 'matching' dengan 'outfit' yang akan ia kenakan.
Sesuai perkiraan, statusnya sebagai selebgram terkenal membuatnya terdorong untuk tampil 'trendy' demi menginspirasi akhwat-akhwat yang telah mengikuti akun instagramnya. Sebenarnya Nayla memutuskan untuk tampil sederhana pada pagi hari ini. Ia memutuskan untuk mengenakan pakaian serba putih. Hijabnya berwarna putih, maskernya juga berwarna putih, kaus berlengan panjang yang dikenakannya juga berwarna putih, bahkan rok panjang yang menutupi kaki jenjangnya juga berwarna putih. Sedangkan jaket yang baru saja diambilnya dari almari juga berwarna putih dengan tambahan corak merah yang ada di sekitar lengannya. 'Simple but elegant'. Itu lah konsep yang Nayla pilih sebagai 'outfit' hariannya di hari ini.
MECMNJF
https://thumbs4.imagebam.com/35/e1/95/MECMNJF_t.jpg 35/e1/95/MECMNJF_t.jpg
'NAYLA
“Yaudah deh… Yuk kita berangkat Nay” Kata Nayla berbicara sendiri.
Setelah ia membuka pintu kamar lalu melewati ruang tamu. Terlihat pria tua berperut tambun yang sedang menyapu lantai ruangan. Nayla terkejut. Ia yang sering diperkosa oleh pria tua itu memutuskan untuk menghentikan langkah kakinya karena khawatir dirinya akan diperkosa lagi. Kebetulan pria tua itu menoleh ke arahnya. Pria tua itu tersenyum setelah melihat keindahan penampilan dari akhwat bermasker itu.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Hakhakhak… Cantik banget lonteku pagi ini” Kata pak Urip yang langsung mendekati majikan alimnya.
“Ehhh hehe iyya pak… Makasih” Jawab Nayla malu-malu namun juga deg-degan.
'Duuhhh kok pak Urip malah deketin sih ? Ayo dong tolong jangan rusak make-up ku… Aku males dandan lagi tau…'
Batin Nayla penuh harap.
Tangan gempal pak Urip telah melingkar di pinggang ramping Nayla. Wajahnya tersenyum. Matanya menatap mata Nayla dengan penuh nafsu. Nayla sampai tertunduk malu. Bahkan ia sampai merinding saat tangan pak Urip itu mengusap punggungnya.
“Jadi gemes deh… Sayang mau kerja yah ? Coba non libur hari ini… Pasti sudah saya garap dirimu berulang kali non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil menatap wajah indah Nayla.
Ihhhh... Emangnya sawah pak pake digarap segala jawab Nayla bercanda.
Hakhakhak... Lucu banget sih kamu kata pak Urip yang tiba-tiba melepaskan dekapannya lalu pergi menjauh untuk melanjutkan pekerjaannya lagi.
“Eh” Nayla terkejut. Ia bersyukur pak Urip tidak berniat untuk menggarapnya di pagi ini. Tapi ia tetap heran. Ia pun bertanya-tanya kenapa ?
“Loh non mau kerja kan ? Yaudah buruan berangkat… Apa mau saya garap dulu nih ?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla terbangun dari lamunannya.
“Ehh enggak pak… Iyya aku mau berangkat dulu… Aku berangkat dulu yah pak… Wassalamualaikum” Ucap Nayla buru-buru pergi.
“Walaikumsalam… Hakhakhakk” Jawab pak Urip saat menertawakan sikap majikannya.
“Udah jadi lonte aja masih ngucapin salam… Dasar lonte syar’i… Bisa-bisanya masih sok alim padahal kemarin minta diperkosa sama gelandangan ! Oh yah… Ngomong-ngomong hari ini pak Miftah sama Non Nayla sudah pergi… Saya harus mulai mencari nih, gelandangan yang diminta oleh lonte syar’i itu… Sebenarnya kemarin cuma bercandaan sih, tapi respon non Nayla yang malah nantangin bikin saya penasaran juga… Gimana yah ekspresi wajahnya saat digenjot gelandangan tua… Hakhakhak” Lirih pak Urip senyum-senyum sendiri. Ia pun buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar dirinya bisa segera 'hunting' gelandangan untuk ia 'casting'.
“Lumayan kan buat koleksi rekaman pribadi” Lirihnya yang berniat untuk merekam semua kebinalan yang dilakukan oleh majikannya.
*-*-*-*
Sementara itu Nayla,
Motor telah melaju. Sambil duduk mengendarai motornya, Nayla fokus menatap jalanan untuk pergi ke studio rekaman. Dalam perjalanannya ia masih kepikiran ucapannya kemarin. Ia jelas-jelas menantang ucapan pak Urip yang ingin membuatnya bercinta dengan seorang gelandangan. Nayla pun tak habis pikir dengan ucapannya kemarin. Kok bisa-bisanya ia malah berucap seperti itu meski sejatinya ia tak begitu menginginkannya.
'Gelandangan ? Ihhh bayangin aja udah bikin aku merinding… Gak kebayang bau badannya… Ihhh amit-amit deh… Duhhh pusing, kenapa aku malah bilang kayak gitu yah kemarin… Bercinta dengan gelandangan kayaknya keterlaluan deh… Siapa juga yang mau bercinta sama orang yang jarang mandi bahkan gak pernah mandi berhari-hari ?'
Batinnya kesal sendiri.
Bukan masalah status kedudukan yang membuat Nayla merasa risih andai beneran bercinta dengan seorang gelandangan. Karena sejatinya kedudukan bukanlah masalah berarti. Buktinya, ia rela-rela saja saat bercinta dengan seorang pembantu rumah tangga, tukang sayur bahkan tukang sapu jalanan bertubuh kekar.
Namun masalah kebersihan tubuhnya lah yang membuat Nayla agak risih kalau diminta bercinta dengan seorang gelandangan. Itu maklum karena Nayla lahir dari keluarga yang kaya raya. Sejak kecil ia sudah dididik untuk selalu higienis. Ia selalu diajari untuk mencuci tangannya, mandi yang bersih bahkan ia juga rajin merawat keindahan tubuhnya. Bahkan andai makanan yang ia makan jatuh ke lantai saja, ia tidak kembali memakannya namun langsung ia buang karena menurutnya makanan itu sudah tidak higienis lagi.
Lalu bagaimana dengan seorang gelandangan ?
Ia pun terpikirkan seseorang yang ia kenal. Seseorang yang telah menjadi 'role model' seorang gelandangan di kompleks rumahnya.
“Gak kebayang deh kalau pak Urip milih pak Dikin untuk bercinta denganku… Ihhh merinding… Amit-amit deh pokoknya… Moga aja jangan… Tolongg dong jangan sampe pak Urip memintaku bercinta dengan seorang gelandangan… Mending bercinta sama pak Urip aja seharian daripada diminta bercinta dengan gelandangan selama sepuluh menit !” Ucapnya saking tidak maunya bercinta dengan seorang gelandangan.
Memang terpelesetnya lidah lebih jauh lebih berbahaya daripada terpelesetnya kaki. Nayla telah mengalaminya. Ia yang kemarin keceplosan harus menanggung akibat yang telah diperbuat. Meski belum kejadian, ia terus berharap agar dirinya tidak dipaksa bercinta dengan seorang gelandangan, apalagi dengan pak Dikin.
“Panjang umur !” Kata Nayla yang justru melihat pak Dikin tengah duduk meminta-minta di pinggir jalanan.
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
Pak 'Sodikin' atau yang lebih diakrab dengan nama panggilan pak Dikin. Ia merupakan pria tua berusia sekitar 60 tahunan yang terbiasa tinggal di jalanan. Ia tak memiliki rumah. Ia terus bertahan hidup hanya dengan mengandalkan pemberian dari orang baik di sekitar. Kulitnya sudah berkeriput. Janggut dan rambutnya sudah beruban. Pakaiannya lusuh. Tidak mempunyai sandal sehingga harus menyeker. Bahkan ada rumor kalau dulu ia diusir oleh anak-anaknya sehingga memaksanya untuk tinggal di jalanan.
Nayla jadi iba sebenarnya saat melihatnya. Apalagi wajah pak Dikin terus memelas. Tangannya terus memegangi topi berisi koin-koin recehan hasil pemberian orang-orang. Nayla yang masih menaiki motornya pun berkendara secara pelan-pelan ke arahnya. Sesaat ia berhenti di depannya. Ia lalu mengeluarkan uang sejumlah lima ribuan dari dalam dompetnya lalu menaruhnya di topi yang dipegangi pak Dikin.
“Ini untuk bapak” Kata Nayla sambil tersenyum ramah.
“Wah banyak banget mbak… Makasih banyak… Semoga kebaikan selalu menyertai mbak” Kata pak Dikin terlihat begitu bahagia.
“Makasih doanya… Aammiinn” Jawab Nayla tersenyum. Akhwat cantik itupun melanjutkan perjalanannya menuju tempat kerjanya. Namun pak Dikin yang duduk diam malah terus menatap Nayla hingga hilang dari pandangan matanya.
“Mbaakk Naylaa !” Seru pak Dikin sambil tersenyum membayangkan wajah indahnya tadi.
*-*-*-*
Sementara itu Nayla,
“Hmmm kasian amat deh tadi mukanya… Apa iya yah yang dikatain orang-orang kalau pak Dikin diusir dari rumahnya sama anak kandungnya ? Jahat banget sih ! Kok ada orang yang tega ke ayahnya sendiri ?” Kata Nayla tak habis pikir.
Seketika saat matanya melihat ke 'speedometer' di motor 'matic'-nya. Ia menyadari kalau jarum penunjuk sudah mendekati huruf E.
“Duh gawat nih bensin mau habis… Hmmm harus isi bensin dulu nih” Kata Nayla yang langsung telingak-telinguk mencari pom bensin terdekat.
Untungnya ia teringat jalan dari pom bensin yang pernah ia datangi dulu. Ia ingat kalau saat itu dirinya sampai tidak perlu membayar karena kebetulan orang yang menjaga merupakan fans beratnya. Ia pun berandai-andai semoga orang yang berjaga masih orang yang sama agar dirinya tidak perlu membayar biaya lagi.
“Hihihihi kok aku jadi pelit yah ?” Kata Nayla tertawa sendiri.
Akhirnya ia menemukan pom bensin yang ia cari-cari. Kebetulan pom bensin itu sedang sepi. Bahkan tak ada satu pun kendaraan yang mengisi bensin disini.
“Wah kebetulan nih… Gak perlu antri” Kata Nayla saat memasuki pom bensin tersebut.
Dengan penuh semangat ia menghentikan motornya di depan tempat pengisian bensin disana. Namun saat Nayla melihat wajah bapak-bapak yang menjaga. Bapak-bapak itu terlihat sedih dengan mata yang berkaca-kaca seperti baru menangis.
“Bapaakk… Bapakk kenapa ? Ini aku Nayla” kata Nayla saat mengenali bapak pom bensin itu yang rupanya sama.
“Ehhh mbak Nayla… Duhh maaf… Hehe gapapa kok mbak… Mau isi berapa ?” Tanya bapak pom bensin itu.
“Penuh sih pak… Tapi bapak emang kenapa ? Kok kayak habis nangis” Kata Nayla yang iba sehingga penasaran ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada bapak pom bensin itu. Sekilas Nayla melihat nama yang tertulis di kemeja seragamnya. Nayla pun teringat kalau bapak-bapak itu bernama Fahmi Purnomo.
MECMNJV
https://thumbs4.imagebam.com/66/36/b0/MECMNJV_t.jpg 66/36/b0/MECMNJV_t.jpg
'PAK FAHMI
“Ini… Gak tau kenapa pom bensin di daerah ini jadi sepi… Padahal dulu ada beberapa kendaraan yang mengisi disini… Jadinya ada rumor dari atasan yang katanya akan menutup pom bensin disini” Kata pak Fahmi yang membuat Nayla sedih. Pak Fahmi pun selesai mengisi tangki motor Nayla. Ia kembali menaruh selang di tempatnya. Bukannya menagih bayaran dari Nayla. Ia malah duduk sambil menutupi wajahnya karena malu gara-gara air matanya kembali turun.
“Eh beneran ? Bapak yang sabar yah pak” Ucap Nayla menghampiri untuk menghibur pak Fahmi.
“Padahal saya dengan senang hati bekerja disini… Saya sedang menabung untuk biaya pernikahan saya yang akan terjadi sebentar lagi… Tapi kok makin kesini malah makin sulit yah… Padahal saya udah berusia 34 tahun… Kalau ditunda lagi otomatis akan makin telat… Emang bener cobaan menjelang pernikahan itu berat” Kata pak Fahmi curhat.
“Iya yang sabar… Itu salah satu cobaan yang harus bapak lalui… Semua orang mengalami hal yang sama kok… Bukan berarti bapak harus berkecil hati… Kalau bapak sabar pasti bapak bisa kok melalui setiap cobaan ini” kata Nayla terus menghiburnya.
“Hehe makasih yah mbak… Duh jadi malu saya… Saya yang lebih tua malah curhat ke yang lebih muda… Tapi makasih banget… Seneng rasanya bisa dihibur sama orang yang saya kagumi” Kata pak Fahmi berusaha tersenyum meski terlihat bahwa wajahnya masih kesulitan menerima takdir yang harus dihadapinya.
“Sama-sama… Sudah tugasku sebagai manusia untuk saling mengingatkan pak… Bapak jangan sedih… Aku yakin calon istri bapak juga pasti sedang berjuang kok… Bapak juga… Jangan menyerah yah… Bapak pasti bisa… Yuk semangat lagi yuk… Bapak pasti bisa melalui semua ini” Kata Nayla menyemangatinya.
“Entahlah mbak… Saya pusing… Entah kenapa saya malah pesimis belakangan ini” Katanya yang justru makin 'down' gara-gara banyak memikirkan yang tidak perlu.
“Paakkk jangann gitu donggg… Aku kan jadi gak tega” kata Nayla yang jadi bingung memikirkan cara untuk menyengamati orang yang pernah memberinya bensin gratis itu.
Seketika ia jadi terpikirkan sebuah ide. Ide yang menurutnya mungkin agak gila. Tapi ia yakin ide itu mampu untuk menyemangati kang pom bensin tersebut.
“Paakkk… Kalau aku beri sesuatu, bapak bisa semangat lagi gak ?” Kata Nayla yang membuat pak Fahmi mengangkat kepalanya lagi.
“Sesuatu ? Gak usah mbak… Aku gak butuh pemberian dari mbakk… Gak perlu” Kata pak Fahmi menolak.
“Tapi ini bukan barang pak, yang aku beri… Ini sesuatu… Sesuatu pokoknya… Aku yakin dengan ini bapak pasti bisa semangat lagi” Kata Nayla sambil berdiri lalu mengajak pak Fahmi ikut berdiri.
“Sesuatu ? Maksudnya ?” Tanya pak Fahmi bingung.
“Iyyah… Sesuatu pokoknya hihihi” kata Nayla sambil tertawa lalu mendekatkan tangannya ke arah selangkangan pak Fahmi.
“Ehhh mbaakkk… Apa iniii ?” Kata Pak Fahmi terkejut.
“Anggap aja ini hadiah dari aku… Hadiah karena bapak pernah menggratiskan bensin untukku” kata Nayla tersenyum sambil menatap mata pak Fahmi dengan mesum. Tangan kirinya mendekap bahu kanan pak Fahmi. Tangan kanannya mengelus-ngelus penis pak Fahmi dari luar celananya.
Nampak tangan kanan Nayla naik turun. Telapak tangannya naik turun mengusap-ngusap celana pak Fahmi yang membuat tonjolan itu semakin timbul. Terlihat wajah pak Fahmi mulai merem melek keenakan. Kang pom bensin berperut tambun itu mulai terengah-engah merasakan belaian tangan Nayla.
“Aaahhhhh… Mbaakkk… Aaahhhh ini enakk sekalii… Aahhhhh” desah pak Fahmi blingsatan.
“Hihihihi enakk yahhh ? Nikmati belaian tangan aku paakkk… Mmppphhh kontol bapak kayaknya gede yah ? Pasti bakal beruntung calon istri bapak nih… Mmpphhh duhhh kok makin keras yahh… Boleh aku liat kontol bapak ?” Pinta Nayla meminta izin.
“Aaahhhhh… Aaaahhhh… Boleehhh… Boleehhh banget mbaaakkk” Kata pak Fahmi yang terkejut dengan kosa-kata kotor yang dikeluarkan oleh akhwat yang ia kenal sebagai selebgram bercadar itu.
Nayla pun berjongkok di hadapan selangkangan pak Fahmi. Jemarinya dengan lihai menurunkan resleting celananya. Tangan kananya pun masuk. Jemarinya menarik keluar penis hitam itu dari balik celana dalamnya. Terlihat penis hitam itu sudah keluar. Bentuknya panjang dan agak bengkok ke samping. Ukurannya juga besar persis seperti tubuhnya yang agak gempal.
“Mmpppphhh udah keras banget nih kontol bapaakk… Aaahhhhh enakknyaaa… Uuhhh pasti bakal puas nih kalau kontol segede ini masuk ke memek aku” Desah Nayla yang membuat pak Fahmi panas dingin mendengarnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Mbak mesum banget yah ternyata... Aahhh lembut banget belaian tangan mbaakk… Aaahhh nikmatnyaa… Aahhh kocokin terus mbaakk” desah pak Fahmi yang seketika melupakan masalah hidup yang tadi ditangisi.
“Hihihhi tenang aja paakkk… Aku tahu kok keinginan bapak” Kata Nayla yang terus merangsang penis itu dengan lihai.
Nayla yang sudah pro dalam memuasi penis orang-orang mulai melancarkan aksinya. Tangan kanannya mengocok batang penisnya dengan cepat. Dekapan tangannya juga ia perkuat. Terlihat ujung gundulnya menjadi agak kemerahan akibat aliran darahnya terhambat. Diangkatnya kepala Nayla tuk menatap wajah pria yang sebentar lagi akan menikah itu. Nayla memberikan tatapan binal. Nayla memberikan tatapan bahwa dirinya sangat haus akan penis-penis seorang pria.
Pak Fahmi sampai terkejut sekaligus terangsang hebat saat melihat betapa binalnya ekspresi wajah dari akhwat bermasker itu. Ia tak menduga bahwa di hari ini dirinya bakal dipuasi oleh selebgram favoritnya. Pak Fahmi pun ngap-ngapan. Ia bertahan sekuat tenaga agar menikmati kocokan tangannya lebih lama lagi.
“Aaaahhhh…. Aaahhhh… Nikmat sekaliii… Aaahhh mbaakkk… Ouhhh saya mauu keluuaar… Ouhhh” Desah pak Fahmi tidak kuat lagi.
“Hihihihi udah mau keluar aja… Pasti pertama kalinya yah dikocokin sama seorang wanita ?” Tanya Nayla tersenyum.
“Aaahhhhhh… Aaahhhh… Iyahhh bener mbaaakkk… Ini kali pertama ada wanita yang menyentuh kontol saya… Aaahhh nikmat sekalii… Aahhh kocok teruss mbaakkk” desah pak Fahmi yang semakin berkeringat.
“Hihihihi duh beruntungnya aku bisa muasin seorang perjaka… Ayo keluarin paakk… Keluaariinnn… Uhhhh jadi gemes deh pengen nyium lubang kencing bapaakkk… Mmpphhh jadi pengen jilatin juga dehhh… Ayoo keluuaar… Keluaarinn paakkk” desah Nayla sambil mengarahkan wajahnya tepat di depan lubang kencing tukang pom bensin itu.
“Aaaahhhh iyaahhh… Iyaahh mbaakkk… Ouhhh nikmat bangeettt… Aahhhh mantapnyaa… Aaahhhh… Aaahhhh” desah pak Fahmi blingsatan.
Terlihat dada pak Fahmi sudah naik turun. Wajahnya terlihat tak kuat. Penisnya juga mulai berdenyut cepat. Nayla yang sudah sangat berpengalaman menyadari kalau pak Fahmi sudah tidak kuat lagi. Namun ia sengaja mengarahkan wajahnya tepat di depan penis pak Fahmi. Ia bahkan menyentuhkan ujung gundul pak Fahmi pada masker yang ia kenakan.
“Mmpphhhhh… Mmpphhh aroma kontol bapak enak banget dehhh… Aaahhh aroma khas lelaki… Ayo keluarin paaaakkk… Mmpphhh kontol bapak udah cenat-cenut nihhh” desah Nayla terus mengocoknya.
“Aaahhh iyaahhh… Iyaahhh… Ouhhhh saya gakk kuat… Saya gakk kuat lagiiiiii” Desah pak Fahmi yang semakin mendekati ambang batas.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Mmpphhh… Mmppphhh” desah Nayla yang terus mengeluarkan desahan menggoda tuk merangsang birahi pak Fahmi.
Benar saja. Pak Fahmi semakin tidak kuat. Lututnya melemah. Penisnya semakin kedat-kedut saja. Apalagi kocokan tangan Nayla semakin cepat. Ia mengocoknya tanpa ampun. Ia mengocok batang penisnya hingga membuat tubuh pak Fahmi kejang-kejang dibuatnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Saya gak kuat… Saya mauu kelluaar… Uhhhhh mbaakkk… Saya kelluuuaaarrrrr !!!” Jerit pak Fahmi dengan lantang saat spermanya mulai menyembur keluar.
“Eeehhhhh !!!”
Untungnya Nayla dengan sigap menghindar hingga semprotan sperma itu hanya keluar membasahi jalanan. Nayla lega karena pakaiannya tidak ternoda oleh sperma tukang pom bensin itu. Nayla terus mengocoknya hingga titik tetes penghabisan.
Menyadari tangki sperma pak Fahmi sudah habis. Nayla pun berdiri sambil tersenyum menatap pak Fahmi.
“Waaahhh banyak sekaliii… Kalau kena mukaku bisa gawat nanti… Hihihih” Tawa Nayla yang hanya dibalas desahan nafas oleh pak Fahmi.
“Hah… Hah… Hah… Puas sekali… Mbak hebat banget sih… Saya sampai capek banget gini” Kata pak Fahmi takjub pada cara Nayla dalam memuasi tubuhnya.
“Hihihihi itu belum seberapa… Itu baru pake tangan… Itu belum pake mulut sama memek aku lohh” Kata Nayla yang justru menggodanya yang membuat pak Fahmi merinding gila.
“Hah… Hah… Mbak ini binal yah ternyata… Wahhh saya takjub… Saya gak mengira mbak yang saya kagumi selama ini ternyata binal juga” Kata pak Fahmi yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Hihihihi maaf sudah menghancurkan imajinasi bapak ke aku… Aku gak sepolos itu emang… Aku juga gak ada pilihan lain supaya bapak gak bersedih lagi” Kata Nayla malu-malu.
“Hah… Hah… Gapapa mbak… Saya justru suka… Karena sebenarnya saya sering beronani sambil ngeliatin foto mbak” kata pak Fahmi yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi dasar… Kasian istrinya loh kalau bapak malah sering onani sambil ngeliatin fotoku” Kata Nayla malu-malu yang membuat pak Fahmi gemas.
“Hah… Hah… Habis mbak imut banget sihhh… Saya jadi gak mampu nahan diri… Tapi terima kasih yah… Saya jadi bisa ngelupain masalah tadi…. Saya bersyukur banget bisa dikocok mbak disini” Kata pak Fahmi yang membuat Nayla semakin malu.
“Hihihhi sama-sama… Jangan bersedih lagi yah… Nanti kapan-kapan kalau bapak sudah bisa ngelupain masalah tadi… Aku bakal beri hadiah yang lebih daripada ini” Kata Nayla yang membuat mulut pak Fahmi melongo.
“Apa itu ? Apa mbak mau ngizinin saya bercinta dengan mbak ?” Tanya pak Fahmi bersemangat.
“Hihihhi mungkin” Jawab Nayla berkedip.
Pak Fahmi pun melongo tidak percaya. Ia pun bertekad untuk tidak bersedih lagi. Ia berjanji untuk tidak menangis lagi. Impiannya untuk bisa bersenggama dengan Nayla bakal terwujud kalau ia tidak bersedih lagi.
“Jadi berapa ?” Tanya Nayla yang hendak membayar.
“Gak usah mbak… Harusnya saya yang bayar mbak sejuta karena sudah dipuasi pake tangan mbak” Kata pak Fahmi yang masih bernafsu.
“Hihihihi ada-ada aja… Tapi makasih yah… Oh yah, aku boleh ?” Kata Nayla yang ingin mengelap tangannya yang terkena sisa-sisa sperma.
“Oh boleh… Lap aja di seragam saya mbak”
“Hiihihi makasih… Aku pergi dulu yah…” Kata Nayla hendak pergi.
“Iyya hati-hati yah mbak… Saya berjanji tidak akan bersedih lagi” kata pak Fahmi melambaikan tangan.
Nayla pun pergi menaiki motornya lagi. Ia jadi kepikiran. Kok bisa-bisanya ia kepikiran hal seperti itu yah ? Ia sendiri gak menyangka bakal mengocoki penis seorang tukang pom bensin yang sebentar lagi akan menikah. Tapi ia tersenyum. Ia mendapatkan pengalaman baru lagi. Ia puas karena bisa memuasi penis seorang pria yang bentuknya agak bengkok ke samping.
“Dasar kamu Nay… Makin nakal aja sih… Dah ah sekarang fokus kerja… Aku gak boleh mesum lagi di tempat kerja” Kata Nayla tersenyum yang lalu bertekad untuk berhati-hati agar tidak menciptakan skandal di tempat kerjanya.
*-*-*-*
Siang hari sekitar pukul setengah satu siang.
“Hah, akhirnya istirahat juga” Kata Nayla lega setelah berulang kali berpose mempromosikan gamis yang sedang dikenakannya.
“Nay, liat deh… Kamu lucu banget pake gamis ini” Kata Andri yang mendekat lalu menunjukkan hasil fotonya ke Nayla.
“Eh mana ? Wah iya… Ternyata aku cocok yah pake gamis ini ?” Kata Nayla senang atas hasil jepretan Andri.
“Kamu mah pake apa aja cocok Nay… Pake daster aja cantik… Orang dasarnya aja cantik” Puji Andri yang membuat Nayla tersipu.
“Hihihihi tuh kan gombal lagi… Aku bilangin Putri nih” Kata Nayla tersenyum.
“Huh apa-apa ngelapor… Dasar !” Kata Andri cemberut.
“Hihihihi biarin wleekkkk !!” Kata Nayla mengejek meski lidahnya masih tertutupi cadarnya.
MECMNJC
https://thumbs4.imagebam.com/03/b0/f7/MECMNJC_t.jpg 03/b0/f7/MECMNJC_t.jpg
'NAYLA
Nayla yang saat itu sudah berganti pakaian dengan gamis panjang berwarna coklat serta hijab & cadar berwarna abu-abu terang tersenyum menatap Andri menggunakan matanya. Andri yang sangat mencintai Nayla pun terpana. Ia tersenyum membalas tatapan Nayla. Ia senang dirinya bisa akrab dengan akhwat bercadar yang memiliki ratusan ribu 'followers' di instagramnya.
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
“Ngeselin” Kata Andri membalas ejekan Nayla.
Andri sambil memperhatikan foto jepretannya berjalan menuju ruang editor. Nayla yang mulai kelaparan pun bertanya pada fotografernya itu.
“Ndri… Kamu masih sibuk yah ? Aku laper nih” Kata Nayla sambil memegangi perutnya.
“Ohh iya Nay… Aku mau ngedit dikit-dikit… Kalau kamu mau makan duluan aja” Kata Andri sambil tersenyum.
“Huft yaudah deh… Aku duluan yah” Kata Nayla sambil berjalan keluar ruangan.
Sinar mentari yang begitu terik membuat Nayla harus menutupi keningnya menggunakan lengan tangannya. Untungnya gamis yang ia kenakan terbuat dari bahan yang cukup adem. Nayla merasakan kenyaman pada gamisnya. Ia jadi tidak terlalu gerah. Ia pun berjalan hingga ke pinggir jalanan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.
“Hmmm makan pake apa yah ? Disini sepi banget sih ? Gak ada tempat makan sama sekali” Kata Nayla kebingungan.
MECMNJ9
https://thumbs4.imagebam.com/d8/ac/89/MECMNJ9_t.jpeg d8/ac/89/MECMNJ9_t.jpeg
Terlihat jalanan memang cukup sepi. Bahkan tidak ada pengendara yang lewat sama sekali. Ya mungkin sesekali ada pengendara motor yang lewat. Tapi seringnya tidak ada. Nayla pun jadi bingung. Apa yah yang harus dimakannya untuk mengisi perutnya yang keroncongan ?
Nayla berjalan sebentar ke arah kiri. Ia terus berjalan sambil menengok ke kanan juga ke kiri. Ia berjalan sambil memegangi perutnya. Terdengar bunyi suara dari perutnya. Nayla benar-benar keroncongan menahan laparnya.
“Ehh itu kan ?” Kata Nayla saat melihat gerobak bakso lewat.
“Mang Lasno ?” Lanjutnya saat melihat tukang bakso yang keliling kompleksnya lewat.
“Maanggg… Maanng Lasnooo” Panggil Nayla sambil melambaikan tangannya.
MEBXJ8Z
https://thumbs4.imagebam.com/a2/7b/a0/MEBXJ8Z_t.jpg a2/7b/a0/MEBXJ8Z_t.jpg
'MANG LASNO
“Ehhh mbak Nayla… Mau beli bakso mbak ?” Kata Mang Lasno menawarkan.
“Iyya mang satu porsi yah” Kata Nayla tersenyum senang saat menemukan sesuatu yang bisa dimakan.
“Mau dibungkus apa makan sini ?” tanya mang Lasno sambil memberi satu kursi kepada pelanggan cantiknya itu.
“Hmmmm makan sini aja deh” Kata Nayla sambil tersenyum saat duduk di kursi.
Sambil menanti bakso yang ia pesan jadi. Nayla melihat sekitar untuk menikmati pemandangan. Memang lokasi yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya itu juga cukup jauh dari pusat kota. Tak heran jarang sekali seseorang atau bahkan pedagang kaki lima yang lewat. Nayla yang sedang menikmati pemandangan jadi berfikir. Apa yang mang Lasno lakukan disini ? Bukan kah jaraknya cukup jauh dari rumah kalau berjalan kaki ?
“Maannggg… Maanng Lasno emang sering keliling sampai sini yah ?” Tanya Nayla penasaran.
“Iya mbak… Kadang-kadang saya keliling sampai sini sih… Tapi gak tiap hari juga… Tergantung penghasilan juga… Kalau disekitar kompleks sepi ya saya sampai keliling kesini” Kata mang Lasno tersenyum menatap akhwat bercadar itu.
“Oalaahhh” Kata Nayla baru tahu.
Ia pun menatap mang Lasno sambil menanti pesanannya jadi. Entah kenapa tiba-tiba ia jadi teringat tukang pom bensin yang ia kocoki tadi. Ia teringat akan rupa penis bengkok yang dimiliki oleh tukang pom bensin tadi. Seketika ia penasaran, bagaimana rupa dari penis mang Lasno yah ?
“Hmmmmm” Lirih Nayla sambil memperhatikan celana mang Lasno.
“Eeehhhh… Itu ?” Lirih Nayla saat tak sengaja menemukan adanya tonjolan di celana mang Lasno. Nayla pun terkejut. Apa yang membuat penis mang Lasno keras padahal dirinya sedang mengenakan pakaian yang normal-normal saja.
'Hmmm ternyata pikiran mang Lasno lagi mesum yah ? Pasti lagi mikirin yang enggak-enggak tentang aku… Hihihihi…'
Batin Nayla mencoba menebak apa yang dipikirkan oleh mang Lasno.
Benar apa kata Nayla. Firasat seorang wanita memang bisa dipercaya. Sambil membuat satu porsi bakso yang Nayla pesan. Mang Lasno mengingat-ngingat saat-saat dirinya ketika memejuhi mangkuk bakso Nayla saat dulu, ketika Nayla memesan baksonya di halaman rumahnya.
'Duhhh… Kok tiba-tiba ketemu mbak Nayla disini yah ? Hmmm kali ini mbak Nayla gak pake beha lagi gak yah ?'
Batin mang Lasno sambil sekali-kali melirik ke arah dada akhwat bercadar itu.
'Duuhh asyem… Mana hijabnya panjang banget lagi… Jadi ketutupan kan… Hmmm kira-kira pake beha gak yah ?'
Batin mang Lasno terus memikirkan yang enggak-enggak kepada Nayla.
Saat sedang asyik-asyiknya berpikiran mesum. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara seorang akhwat yang berasal dari belakang.
“Eehhh maannggg… Ini apa ?” Tanya Nayla sambil menungging hingga wajahnya berada tepat di samping paha mang Lasno.
“Eehhh mbaakkk… Mbak ngapain ?” Kata mang Lasno saat menghadap ke arah Nayla.
“Hihihihi apa nih hayooo… Kok menonjol” Kata Nayla kali ini sambil menekan tonjolan itu.
Sontak mang Lasno terkejut merasakan tonjolan penisnya ditunyuk-tunyuk. Penisnya terus ditekan-tekan dari luar celananya. Seketika ia merasakan adanya setruman kecil yang bersumber dari ujung gundulnya. Mang Lasno merinding. Ia tidak menduga dengan perbuatan yang dilakukan oleh akhwat bercadar itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh mbaakk… Apa yang mbaak lakukan ?” Kata mang Lasno panik.
“Hihihi aku cuma penasaran… Hayoo pikiran mamang lagi kotor yah ? Kok kontolnya menonjol” Ucap Nayla yang lagi-lagi mengejutkan mang Lasno.
'Konn… Konntol ? Mbak Nayla bilang kontol ?'
Batin mang Lasno merinding.
Ia tak pernah membayangkan kata-kata kotor itu bisa keluar dari lisan seorang akhwat bercadar. Apa lagi dengan perbuatannya sekarang yang sedang berjongkok sambil mengelus-ngelus tonjolan celananya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Mbaakk ngapaaiinn… Aahhh udah mbaakk… Jangaannn… Nanti diliat orang” Kata mang Lasno yang sebenarnya menikmati tapi khawatir tindakannya itu akan ketahuan oleh warga sekitar.
“Aahhh yang bener udaahhh ? Mamang sebenernya ingin terus kan ? Aku tahu kok kemauan mamang… Bentar yaahhh” kata Nayla yang tiba-tiba memelorotkan resleting celana mang Lasno.
“Eeehhh mbaakk… Mbaakkk… Kok kontol saya dikeluarinn !!!” Kata mang Lasno semakin panik.
“Hihihihi lucu banget kontol bapaakk” Kata Nayla yang menyukai bentuk fisiknya hingga langsung mendekapnya menggunakan tangan kanannya.
“Aaaahhhh nikmat bangeett…. Uuuhhhh tangan mbak halus bangeettt… Saya sampai panas dingin lohhh” Desah Mang Lasno yng mengagumi dekapan tangan Nayla.
“Tuh kan keenakan… Dasar mamang ah… Hihihihi” kata Nayla tersenyum sambil mulai mengocok-ngocok penis milik tukang bakso itu.
Penis mang Lasno yang berwarna hitam mulai ditarik pelan ke belakang oleh Nayla. Lalu dengan pelan ia majukan. Lalu dengan pelan ia mundurkan lagi. Lalu dengan pelan kembali ia majukan yang membuat pemiliknya gelisah merasakan kenikmatannya.
Nayla tersenyum. Genggamannya diperkuat saat mendekap batang penis tukang bakso itu. Lalu tangannya kembali mengocoknya, kali ini dengan kecepatan yang stabil. Tubuh mang Lasno sampai menggigil. Ia tidak mengira penisnya akan dikocok senikmat ini. Mata mang Lasno sampai merem melek keenakan. Penisnya yang mengeras jadi semakin membesar di dekapan tangan akhwat bercadar itu.
“Aaaaahhhh nikmat sekaliii mbaaakk… Aaahhh nakal banget mbak berani melakukan ini ke sayaaa” desah mang Lasno yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Hihihii salah sendiri mikirin aku yang enggak-enggak… Coba hayoo tadi habis mikirin apa ?” Tanya Nayla sambil terus mengocok penisnya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Duluu… Mmppphh… Dulu pas terakhir mbak Nayla mesen bakso di depan rumah… Sebenarnya saya itu diem-diem sambil nyoli gara-gara mbak mesen baksonya pake mukena doang gak pake daleman” Kata mang Lasno mengaku.
“Ohhh hihihhii… Masih inget aja… Yang kata mamang ngasih saus spesial itu yah ?” Kata Nayla terus mengocoknya.
“Aaahhhh… Aaahhh bener bangett… Aahhh sebenarnyaa… Itu bukan saus spesial loh mbaakkk” desah mang Lasno semakin gelagapan menahan rangsangannya.
“Hah, bukan ? Terus ?” Tanya Nayla penasaran sambil terus mengocoknya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Sebenarnya itu pejuh saya… Iyaahh… Saya mejuhin kuah bakso mbak waktu itu… Maafkan saya mbaakk… Saya minta maaaf… Aaaaahhh… Waktu itu saya khilaf” Kata mang Lasno menyesal.
“Ohhhh pantesan waktu itu rasanya agak aneh… Ternyata kena pejuh mamang yaahhh… Dasaarr ihhhh… Mamang nakal yahhh… Aku hukum niiihhh” Kata Nayla yang tiba-tiba mengangkat cadarnya.
“Eehh mbaakk… mbaakk mau apa ? Mbaak… Aaaaahhhhh” Jerit mang Lasno saat penisnya merasakan adanya hawa hangat serta cairan lembap yang membasahi batang penisnya.
“Mmppphhhhh… Gede bangeettt kontol mamanggg… Mmppphhh mulut aku hampir gak muaat…” Desah Nayla saat melahap penis besar itu.
“Aaahhh aammpunn mbaak… Aaahhh enak bangett… Aaahhhh” desah mang Lasno kewalahan.
“Mmpphhh… Mmpphh rasakann inniii… Mmppphhh rasakan sepongan aku iniii… Mmpphhh” desah Nayla sambil memaju mundurkan mulutnya.
“Aaahhh mbaaak… Aaahhhh gilaaa… Aaahhhh mantapp bangeettt” Desah mang Lasno sampai geleng-geleng kepala.
Berani banget yah mamang mejuhin mangkok bakso aku... Rasakann iniii... Rasakan sepongan aku ini... Mmpphhh... Mmpphhh desah Nayla saat mengulumnya semakin cepat.
Aaaaahhh mbaaakkk... Aaahhh ammpunnn... Aaahhh maafkan saya mbaakk... Aaahhh nikmat banget desah mang Lasno antara tersiksa dan menikmati.
Siapa yang tidak menjerit ketika penisnya dijepit oleh bibir akhwat yang sangat cantik ? Siapa yang tidak mendesah ketika penisnya di lahap oleh seorang akhwat yang memiliki tubuh terindah ? Siapa juga yang tidak kewalahan ketika penisnya di sedot oleh seorang akhwat yang nafsuan ?
Itu lah yang dirasakan oleh mang Lasno sekarang. Berulang kali ia mengatur nafasnya agar tidak keluar duluan. Berulang kali jantungnya deg-degan karena takut ketahuan. Berulang kali ia juga ngap-ngapan saat diberi kenikmatan. Rasanya sungguh nano-nano. Ia pun bingung harus senang atau gelisah. Ia memang sangat menikmati sepongannya. Tapi ia juga was-was karena mereka melakukannya di pinggir jalanan.
“Mmppphhh… Mmppphhh… Nikmatnya kontol maammaang… Jadi mamangg pernah naruh pejuh di mangkuk aku yah maangg ? Mmpphhhh” Desah Nayla sambil terus mengulum penis tukang bakso itu yang semakin mengeras.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… iyaahh mbaakk… Saya pernah menaruhnyaa… Saya pernaahh aahhhhh… Maafkan saya mbaakkk” Desah Mang Lasno kewalahan saat dihukum Nayla.
“Mmppphhhh… Kalau gitu aku mau minta saus spesial lagi… Cepet keluarin maangg… Aku mau minta saus spesial lagiii” Desah Nayla terus menyepong.
“Eeehhh apaaa ? Aaahhhh… Aaahhh mbak mau saus spesial lagi ?” Tanya mang Lasno terkejut.
“Iyyaahhh… Habiss waktu itu rasanya enak sihh hihihihi” Tawa Nayla saat melepas kulumannya lalu menatap wajah mang Lasno sambil tersenyum dikala tangannya mengocok penis yang semakin basah itu.
Mang Lasno bengong sambil menatap wajah Nayla yang kembali ingin menyepong. Nampak cadarnya diangkat hingga menutupi pandangannya. Mang Lasno jadi dapat melihat bibir dan lidah Nayla yang menjulur keluar. Ia pun melihat bagaimana ujung penisnya dijilati oleh akhwat binal itu. Ujung gundulnya lalu dilahap. Ujung gundulnya tenggelam di dalam mulut akhwat yang semakin liar itu.
“Mmmpphhh… Mmppphhhh… Ssllrrppp… Mmppphhh” desah Nayla saat menjepit ujung gundulnya saja.
“Aaaahhhhh… Aaaahhh… Aaahhh mantep banget sedoatannya mbaakk… Aaahhhh” desah mang Lasno saat penisnya mulai disedot-sedot.
Tidak hanya disedot. Tapi batang penisnya juga mulai dikocok. Nayla pun semakin sibuk dalam memuasi batang penis yang begitu perkasa itu. Liurnya sampai jatuh menetes. Kebinalannya membuat iler mang Lasno juga ikut menetes. Kedua tangannya mengepal kuat. Ia mencoba bertahan ditengah kuluman yang semakin nikmat.
“Aaaaaahhhh… Aaahhh… Mbaakkk saya mauu keluaarr… Aahhh mbaakk… Saya udahh gak kuat lagiii” desah mang Lasno dengan nada yang agak bergetar.
“Mmmppphhhh… Mmpphhh itu bagus maangg… Ayo keluarkann… Jangan lupa mangkuknya yah” Kata Nayla yang begitu bersemangat dalam mengulum penis mang Lasno.
“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… Saya udahh siaappp… Saya sudah memegangi mangkuknya mbaaakkkk” Desah mang Lasno sambil memegangi mangkuk menggunakan kedua tangannya.
Nampak sebuah motor lewat di belakang mereka. Untungnya gerobak baksonya menghalangi aksi mesum mereka di siang hari ini.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Kalau gitu aku percepat yaaahhh… Akuu perkuat juga hisapan aku” desah Nayla dengan binal.
'Apaaa ? Jadi ini belum cepat ? Jadi ini masih bisa diperkuat ?'
Batin mang Lasno terkejut.
“Uuuuhhhhhhhhhh”
Saat Nayla memperkuat hisapannya dan mempercapat kocokannya. Mang Lasno langsung menjerit nikmat. Benar apa yang dikatakan oleh akhwat bercadar itu. Kali ini kuluman Nayla sudah memasuki level maksimum. Sepongannya benar-benar dahsyat yang membuat mang Lasno berteriak kuat. Tangannya sampai gemetar saat memegangi mangkuk bercap ayamnya. Wajahnya ia angkat menatap langit cerah diatas. Matanya memejam menikmati sepongan yang begitu kejam.
“Mmppphhh… Mmpphhh… Udahh mau kelluar belumm ?” Tanya Nayla sambil terus menyepong.
“Aaaaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh”
Namun mang Lasno hanya mendesah. Ia tak memberikan jawaban apa-apa sehingga Nayla terus menyepong.
“Mmppphhhh… Mmppphhh… Mmppphhh”
Seketika Nayla merasakan penis mang Lasno berdenyut cepat. Bahkan lidahnya mulai merasakan cairan 'precum' yang begitu asin. Nayla sadar kalau mang Lasno sebentar lagi akan keluar. Tapi kenapa mang Lasno tidak memberi aba-apa. Kenapa ia hanya mendesah sambil menatap langit cerah diatas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Ouhhh ini diaaa… Iniii diaaa” Lirih Mang Lasno yang tak didengar oleh Nayla.
“Mmppphhh… Mmpphhh… Dah mau keluuar belum mannggg ?” Desah Nayla ditengah sepongannya.
“Aaahhhh… Aaahhh sebentar lagii… Uhhhhh sebentar lagggiiiiiiii ?” desah Mang Lasno dengan pelan.
“Maaaanngg… Mmpphhh… Mmpphhh” Desah Nayla terus menyepong.
“Aaaahhhh ini diaa… Iniii diaa… Saya mau keluaar… Saya mauu keluuaarr… AAAAAHHHH KELLUAAARRR !!!” Desah Mang Lasno yang tiba-tiba berteriak mengejutkan Nayla.
“Mmpphhh… Mmpphh apa ? Mmppphhhhhh” desah Nayla memejam dikala mulutnya tiba-tiba dibanjiri sperma tukang bakso itu.
Cccrrrooottt… Cccrrooottt… Cccrrooottt !!!
“Aaaahhh mantapnyaaaa” Desah mang Lasno sambil memajukan pinggulnya hingga cadar yang tadi menutupi pandangan Nayla turun menutupi penisnya.
“Mmpphhh maanngg… Mmppphhhh” Desah Nayla sambil menepuk-nepuk paha mang Lasno karena ia nyaris tersedak spermanya.
Untungnya mang Lasno peka. Ia dengan segera menarik keluar penisnya setelah menyudahi tetes terakhir spermanya.
“Uuuuhhh mantaaappp” Desah mang Lasno saat dapat melihat penis hitamnya lagi.
“Mmpphh” Desah Nayla sambil menggerakan jemarinya meminta mang Lasno mendekatkan mangkuknya
Setelah mangkuk itu ditaruh didepan wajah Nayla. Nayla langsung mengangkat cadarnya lalu memuntahkan sperma di mulutnya ke atas mangkuk yang sudah diisi bumbu serta segenggam mie dari bakso yang ia pesan itu.
“Iyyuuhhhh… Asinn bangett… Saus spesialnya asin banget sihh maangg… Minta airnya dong” Kata Nayla yang langsung diambilkan sebotol air oleh mang Lasno.
Nayla pun menenggak botol itu dengan lahap hingga menyisakan setengahnya saja. Setelah merasa segar. Ia pun mengembalikan botol air itu lagi ke mang Lasno. Sambil tersenyum, Nayla pun menatap mang Lasno. Terlihat tukang bakso itu masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi kepadanya. Ia masih bengong. Ia hanya menatap wajah Nayla dengan tatapan kosong.
“Maanngg… Bakso aku mana ? Laperr tauuu” Kata Nayla yang membangunkan mang Lasno dari lamunannya.
“Eehhh iyahh mbakk… Hah… Hah… Hah” kata mang Lasno ngap-ngapan sambil menuang kuah bakso itu ke atas mangkuk yang baru dibumbui saus spesialnya.
Setelah menaruh beberapa butir bakso. Ia segera memberi bakso spesial itu kepada pelanggannya.
“Ini mbaakkk… Hah… Hah… Hah” Kata mang Lasno yang masih kelelahan.
“Hihihi makasih yah mangg… Akhirnya” Kata Nayla yang langsung mengaduk baksonya lalu memakannya dengan lahap.
Mang Lasno pun diam-diam melirik. Rupanya Nayla memakannya dengan lahap. Nayla terlihat sangat menikmati baksonya. Ia pun menduga saat dulu ketika diberi saus spesial yang pertama pasti Nayla juga menyantapnya dengan lahap. Mang Lasno pun masih tidak percaya. Ia merasa beruntung setelah dipuasi oleh akhwat binal itu.
'Luar biasa sekali dirimu mbak !'
Puji mang Lasno dalam hati.
“Hah… Kenyangnya… Ini gratis kan mang ?” Kata Nayla setelah menghabiskan semangkuk baksonya.
“Loh udah habis ? Iyahh… saya kasih gratis aja untuk mbak hari ini… Hah… Hah” Kata Mang Lasno ngos-ngosan.
“Hihihi kalau gitu makasih yah… Aku mau minum di studio aja… Mamang jalannya pelan-pelan yah… Takut lututnya gak kuat nanti… Hihihi” Tawa Nayla yang langsung pergi setelah menyedot sperma mang Lasno sampai habis.
'Hmmm waktunya kerja lagi… Puasnya hari ini bisa muasin dua kontol sekaligus… Hihihih…'
Batinnya saat berjalan kembali menuju studio fotonya.
*-*-*-*
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
“Akhirnya kita selesai juga… Gak kerasa udah mau jam setengah lima aja nih Nay” Kata Andri sambil mengalungkan kameranya saat berjalan mendekati Nayla.
“Iyya nih, Ndri… Hah, capek juga yah ternyata” Kata Nayla sambil duduk di salah satu kursi di dekat ruang ganti pakaian.
MECMNJA
https://thumbs4.imagebam.com/67/9a/26/MECMNJA_t.jpg 67/9a/26/MECMNJA_t.jpg
'NAYLA
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
Saat Andri duduk di depan Nayla. Akhwat bercadar yang kini masih mengenakan gamis lebar itu pun bertanya kepada fotografernya itu.
“Gimana fotonya ? Dapet banyak foto bagus kan ?” Tanya Nayla penasaran.
“Pastinya Nay… Tenang aja… Mau liat ?” Tanya Andri.
“Mana ?”
Andri pun mendekat lalu menunjukkan satu demi satu foto hasil jepretannya pada wanita yang dicintainya. Sambil menunjukkan fotonya, Andri sekali-kali memeriksa reaksi wajahnya. Terlihat Nayla berulang kali menunjukkan ekspresi wajah penuh kepuasan yang membuat Andri merasa bangga akan pekerjaannya.
“Habis ini mau kemana Nay ? Mau langsung pulang ?” Tanya Andri setelah duduk kembali di kursinya. Ia sangat menyayangkan waktu yang sudah mau selesai. Padahal ia ingin lebih lama lagi hidup bersamanya. Ia ingin menatap wajahnya bahkan hanya sekedar mengobrol dengannya.
“Iyya lah Ndri… Udah sore banget nih… Aku pasti ditunggu suami aku di rumah” Kata Nayla yang merubah raut wajah Andri seketika.
'Ah benar… Kamu sudah menikah !'
Batin Andri berpura-pura tersenyum.
“Kirain mau jalan-jalan dulu kayak kemarin… Kalau masih ada waktu kan, bisa kita jalan-jalan ke mall lagi” Kata Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi kapan-kapan lagi aja yah Ndri” Jawab Nayla tersenyum namun dianggap Andri bahwa Nayla sebenarnya ingin memintanya berjalan berdua lagi. Padahal Nayla hanya menolak halus. Namun Andri malah berpikiran serius. Andri yang sudah terlanjur tergila-gila pada Nayla pun mulai bercerita. Ia bercerita mengenai tempat bagus yang membuatnya ingin mengajak Nayla bersamanya kesana. Namun Nayla tidak terlalu mendengarkan. Ia sesekali menatap hapenya untuk memeriksa pesan masuk. Sesekali ia juga menatap Andri untuk berpura-pura mendengarkan ceritanya.
Entah kenapa Andri jadi terlalu bersemangat dalam bercerita sehingga ia mengeluarkan kata-kata yang begitu lama. Nayla pun lama-lama bosan juga. Padahal ia hanya ingin beristirahat sebentar setelah lelah berpose seharian. Lama-lama Nayla menjadi melamun. Entah kenapa lamunannya justru membawanya pada aksi mesumnya pada pria-pria beruntung yang ditemuinya sejak pagi tadi.
'Kok bisa yah kontolnya pak Fahmi melengkung gitu ?'
Batinnya saat terbayang aksinya saat mengocoki penis tukang pom bensin itu.
Diam-diam jemari kanannya melingkar sambil mengira-ngira besarnya ukuran penisnya. Seketika ia juga terbayang aksinya saat mengulum penis hitam milik tukang bakso itu.
'Mmmpphhh kontolnya mang Lasno enak juga… Kok rasanya lebih gurih yah… Apa gara-gara dikasih micin ? Hihihihi'
Batin Nayla tersenyum yang membuat Andri senang mengira Nayla tersenyum karena ceritanya.
Jemari kiri Nayla juga melingkar saat mengira-ngira ukuran penis dari tukang bakso itu. Kedua jemarinya yang masih di bawah meja itu ia dekatkan. Ia pun menunduk ke bawah untuk melihat siapa pemilik kontol terbesar diantara keduanya ?
'Mmpphhh kontolnya mang Lasno lebih gede rupanya… Sudah kuduga… Kontolnya pria-pria tua memang lebih menggoda… Aku suka…'
Batin Nayla berpikiran mesum.
Seketika ia mendekatkan lingkaran jemari yang merupakan bentuk kira-kira dari ukuran penis mang Lasno ke arah vaginanya. Nayla tersenyum saat menyadari rupanya ukurannya cukup besar untuk memuaskan vaginanya. Seketika ia jadi terbayang kalau tadi ia menghukumnya menggunakan vaginanya.
'Hihihih pasti mamang bakal kewalahan banget tuh… Pake mulut aku aja udah kejang-kejang… Apalagi kalau aku goyang ?'
Batinnya jadi menginginkan menggoyang tukang bakso itu untuk menyedot saus spesialnya keluar.
'Mmmpphhhh duhhh… Tuh kan jadi sangek… Gara-gara dari tadi belum dapat jatah nih… Mmppphh… Mang Lasnooo… Mamangg harus tanggung jawab… Pak Fahmi juga ! Mmpphhhh…'
Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya dari luar gamisnya.
Nayla terangsang. Ia terangsang gara-gara belum mendapatkan kepuasan dari pria-pria yang ia nodai. Ia jadi menyadari betapa pentingnya masturbasi. Ia jadi tersiksa gara-gara belum dipuasi. Ia pun terus menekan-nekan vaginanya hingga membuat lubang kenikmatannya itu semakin basah dipenuhi cairan cintanya.
'Mmpphhh mamaangg… Mmpphhh… Mmmpphhh…'
Nayla memejam lalu membayangkan ia menungging bertumpu pada gerobak bakso mang Lasno. Lalu dibelakangnya tukang bakso itu mendekat untuk menyetubuhi vaginanya dengan kuat. Ia mengira pasti akan seru bisa bercinta di pinggir jalanan seperti itu. Apalagi saat ada pengendara yang lewat dan dirinya terus di sikat. Membayangkan hal itu membuatnya jadi semakin bernafsu. Nayla semakin binal. Bahkan fantasinya jadi semakin liar setelah dinodai berulang kali oleh pria-pria tua yang pernah ditemuinya.
'Mmmpphh maamanngg… Mmpphh… Mmmpphhhh…'
Batin Nayla yang kini sudah mengangkat roknya lalu memasukan jemarinya tuk menekan-nekan biji klitorisnya.
Andri yang terus bercerita merasa heran kenapa Nayla tiba-tiba merem melek sendiri. Apakah Nayla mengantuk ? Apalagi kini Nayla terlihat memejam. Andri jadi iba sehingga ingin mendekat untuk menepuk bahunya untuk membangunkannya.
'Mmppphhhh… Mmmppphhh… Mmppphh mamangg terusss… Mmppphhh…'
Batin Nayla memejam sambil terus menekan-nekan biji klitorisnya.
Saat matanya ia buka, ia menyadari Andri sedang mendekat yang membuatnya buru-buru menarik keluar tangannya dari dalam rok gamisnya. Ia lalu berdiri berpura-pura tidak melakukan apa-apa sedari tadi.
Namun Andri yang sedari tadi ingin menepuk bahunya untuk membangunkannya sudah melayangkan tangannya. Sialnya gara-gara Nayla sudah terbangun dan hendak berdiri di hadapannya membuat sasaran tangan Andri meleset hingga mengenai payudara sebelah kirinya.
“Aaaaahhhh” Desah Nayla terkejut saat payudara sebelah kirinya ditepuk pelan.
“Eeehh maaf… Maaf Nay bukan maksud akuuu” Kata Andri panik saat tangannya baru saja menyentuh benda intim Nayla.
“Eeehh apa yaanngg ?” Kata Nayla sambil memegangi payudaranya sambil menatap Andri.
“Enggaakkk… Tadi aku ngeliat kamu merem… Aku kira kamu tertidur… Makanya aku mau nepuk bahu kamu tapi kamu malah berdiri jadinya gak sengaja malah nepuk susu eh payudara kamu Nay” Kata Andri panik mencoba menjelaskan.
“Ohh yaudah mmpphhh… Maaaf aku mau ganti baju dulu… Aku mau pulang” Kata Nayla yang ingin mengganti gamisnya dengan pakaian yang tadi ia pakai saat berangkat ke sini.
“Iyya maaf yah Nay… Aku gak sengaja” Kata Andri menyesal.
Iyya gapapa ndri
Terlihat Nayla sudah memasuki ruang ganti pakaian. Andri jadi terdiam sambil menatap tangan kanannya. Meski ia menyesali perbuatannya ia juga bersyukur karena bisa menyentuh dada bulatnya yang rupanya begitu kenyal.
'Baru kemarin aku bisa ngeliat wajahnya… Eh sekarang aku gak sengaja megang susunya… Beruntungnya aku… Tapi moga aja Nayla gak marah gara-gara aku…'
Batinnya tersenyum.
Sementara itu di dalam ruang berganti pakaian.
“Mmmpphhh… Mmmppphhh… Serius deh ini akuu… Mmpphh…” desah Nayla yang tersiksa gara-gara membayangkan dizinahi mang Lasno.
Sambil duduk di salah satu sofa panjang yang berada di ruangan. Ia mengangkat rok gamisnya lalu menurunkan celana dalamnya hingga ke lutut. Jemarinya dengan tanggap langsung mengelus-ngelus bibir vaginanya yang semakin basah itu. Tangan kirinya juga ia gunakan untuk meremas-remas dada bulatnya dari luar gamisnya. Nayla sangat terangsang. Ia sangat menikmati fantasi mesumnya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh mamaannggg… Aaahhh enak bangettt kontol mamaaanngg… Terus sodok memek aku maanngg… Terus yang keraaas… Buruuaann sebelum ada motor yang lewat !!” Lirih Nayla yang masih membayangkan dirinya disodok sambil bertumpu pada gerobak mang Lasno.
“Uuuhhh pasti nikmat banget rasanyaaa… Aaahh mamanngg… Terus masukin yang daleeemm… Terus dorong pinggul mamang sampai mentokkk… Aahh yahh seperti ituuu… Ouhh nikmatnyaaa… Ouhhh nikmat banget mamaannggg !!” Lirih Nayla terus berfantasi hingga gerakan jemarinya semakin cepat.
Naik turun naik turun naik turuk gerakan jemari Nayla naik turun dalam mengelus-ngelus bibir vaginanya. Terkadang jemarinya mulai menyelinap masuk tuk membelah liang senggamanya itu. Jemarinya juga mengorek-ngorek dinding vaginanya hingga menambah fantasi akan kemesumannya.
Nayla kian memejam. Wajahnya terangkat naik ke atas. Lenguhan nafasnya pun memberat mengeluarkan suara-suara yang menggoda. Gairah birahi yang semakin meledak membuatnya tak tahan lagi ingin bertelanjang.
Diturunkannya resleting gamis di punggungnya. Ia lalu mengangkatnya naik melewati kepalanya lalu menaruhnya di sampingnya. Ia juga melepas behanya hingga membuatnya bertelanjang bulat menyisakan hijab, cadar serta celana dalam yang masih menyangkut di kedua lututnya. Ia pun menyandarkan punggungnya lalu mengangkangkan kakinya semakin lebar.
“Aaaahhh mamaanngg… Aaahhh yaahhh… Terusss maangg… Sodokk memek aku… Sodok yang kenceengg… Aaaahhhh” desah Nayla semakin liar.
Ia lalu meremas kedua payudaranya sambil memaju mundurkan pinggulnya membayangkan ia sedang menggoyang penis tukang bakso langganannya. Ia membayangkan dirinya tengah menunggangi penisnya. Ia pun meremas kedua payudaranya dengan sangat kencang sambil sesekali memelintir putingnya. Gerakan pinggulnya juga semakin cepat. Ia sangat menikmati fantasi liarnya meski dirinya masih berada di tempat kerjanya.
“Aaahhh maamaanngg… Aaahhh maaanngggg !!” Desah Nayla semakin menikmati aksi mesumnya.
Sementara itu Andri yang penasaran kenapa Nayla gak keluar-keluar dari ruang ganti pakaian memutuskan mendekat untuk memeriksa keadaan. Ia hendak mengetuknya, namun seketika ia mendengar suara yang aneh dari dalam.
“Mmpphhh… Mmpphh terusss… Mmpphh aahh nikmat bangett”
Sontak Andri langsung mengintip. Ia mencoba melihat apa yang terjadi di dalam melalui sela-sela pintu masuk. Namun ia tak mendapati sudut yang ia inginkan. Ia lalu membuka gagang pintu itu dan rupanya tidak dikunci sama sekali. Saat matanya kembali mengintip, ia mendapati Nayla sedang telanjang sambil mengangkangkan kakinya lebar. Terlihat Nayla sedang bermasturbasi. Ia bermasturbasi dengan penuh gairah yang membuat nafsu birahi Andri bangkit.
'Gilaaaa Nayla seksi banget !!!'
Batin Andri terpana.
Reflek tangannya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya. Ia pun mengocok. Ia mengocok penisnya sambil menonton kebinalan Nayla secara diam-diam.
“Aaaahhhh nikmat bangeeettt… Aaahhhh… Aaaahhhh… Gara-gara tadi aku jadi terangsang gini… Aaahhh terusss… Mmpphhh” Desah Nayla yang kembali mengelus-ngelus vaginanya.
'Gara-gara tadi ? Apa jangan-jangan aku yang membuat Nayla terangsang gini ? Pasti iya ! Gara-gara aku yang menepuk susunya langsung membuat Nayla terangsang… Apa yang sudah kulakukan ? Aku sudah membuat wanita yang kucinta tersiksa oleh birahinya !'
Batin Andri menduga.
Namun jelas dugaannya salah. Nayla sedari tadi terus membayangkan mang Lasno. Ia membayangkan pria tua itu tengah meremasi dadanya dari belakang lalu menyodok vaginanya dengan kuat. Membayangkan hal itu membuat Nayla semakin terangsang. Ia pun menikmati aksi mesumnya dengan berfantasi sebanyak mungkin.
“Aaahhh mangg… Aaahhh mmpphhh… Nikmat bangeettt !” Desah Nayla semakin nikmat.
Andri yang semakin tak tahan akan kebinalan Nayla mulai mendekat. Ia diam-diam memasuki pintu masuk lalu mendekati Nayla yang masih memejam nikmat.
“Aaaahhh… Aaaahhhhh” Desahan Nayla yang semakin nikmat membuat pikiran Andri semakin mesum.
“Aaahhhh… Mmpphh yaahhh… Mmmpphhh” melihat Nayla dengan jarak yang semakin dekat membuat Andri jadi semakin tak kuat.
Tanpa sepengetahuan Nayla yang terlalu asyik bermasturbasi sendiri. Andri sudah berdiri tegak dihadapannya. Penisnya yang terus dikocok-kocok sedari tadi sudah berdiri tegak menghadap dada bulat Nayla yang masih diremasi oleh pemiliknya. Andri terus mengocoknya dengan kuat. Ia tak menduga bisa mengocoknya sebebas ini dihadapan wanita yang ia cintai.
“Aaahhhh… Aaahhh… Naayyy… Aaahhhh” Desah Andri menyebut namanya karena keceplosan.
Sontak mata Nayla membuka sedikit. Ia pun sangat terkejut menyadari Andri sudah berada di depannya. Sontak Nayla menutupi dadanya serta vaginanya menggunakan tangan seadanya. Jantungnya berdegup kencang. Ia tak menduga sahabatnya itu diam-diam memasuki ruangan.
“Aaahhhhhhh Ndrii… Apa yang kamu lakuin !” Teriak Nayla terkejut.
“Aaahhh… Aaahhh… Maaafin aku Naayy… Aku gak kuat gara-gara denger suaramu tadi… Aaahhh tolongg buka tanganmu… Aku mau liat susumu… Aku udah mau keluaar Naayy” Desah Andri ngap-ngapan.
Nayla tahu ini bukan kesalahan Andri yang tidak sanggup menahan nafsu birahinya. Ia yang lengah sehingga mendesah terlalu keras memaksa Andri untuk beronani dihadapan dirinya. Ia akhirnya membuka tangannya untuk menunjukkan dada bulatnya dihadapan Andri. Ia juga duduk tegak yang membuat jarak payudaranya dengan jarak penis Andri jadi semakin dekat. Nayla juga bahkan mengangkangkan kakinya lebar. Nayla pasrah. Ia pun membuang mukanya ke samping karena malu telah melakukannya di depan seseorang yang sangat ia kenal.
“Cepattt keluarin Ndri… Tapi tolong jangan bilang siapa-siapa setelah ini !” Pinta Nayla yang khawatir akan membuat skandal ketika melakukannya di tempat kerjanya.
“Aaahhh iyaahhh Nayyy… Iyaahhh… Aaahhh nikmat sekalii… Aaahhh gede sekali susumu ini Naayyy” desah Andri terus mengocok.
Terlihat Nayla memegangi kedua susunya sendiri seoalah telah menyiapkan tempat untuk landasan sperma Andri yang sebentar lagi akan keluar. Andri pun jadi bersemangat. Tangan kanannya bergerak maju mundur dengan sangat cepat. Matanya menatap susu Nayla yang sangat nikmat. Pinggulnya juga ia majukan disaat nafsu birahinya semakin memuncak.
“Aaahhhh Naayyy… Aaahhh aku gak kuat lagii… Aku mau keluar sebentar lagiiii !!” Desah Andri semakin ngos-ngosan ditengah kepuasannya yang semakin memuncak.
“Mmpphhh… Mmpphhhh… Iyaahh Ndriii… Cepeettt… Cepeett keluarin sebelum ada orang lain yang liaaat” Desah Nayla deg-degan melihat pintu ruangan yang masih terbuka.
Andri pun bersemangat. Ia mengocok penisnya dengan sangat cepat. Ia mendekap penisnya dengan sangat kuat. Ia mencekik penisnya. Ia memuaskan fantasinya. Ia akhirnya bisa bermasturbasi di hadapan wanita yang ia cinta.
Aaaahhhh... Aaahhhhh... Inniii diaaa… Inniii diaa… Terima ini Naayy… Aaahhhh kelluaaarrrr !!!” Jerit Andri sambil memajukan pinggulnya saat spermanya dengan deras tumpah membasahi dada polos Nayla.
'Cccrrroott… Cccrroottt… Ccccrrooottt !'
“Mmpphhhh Ndriii banyaakk bangeeettt” Jerit Nayla terkejut melihat banyaknya sperma yang keluar membasahi dadanya.
“Haaahh… Haah… Haahh… Puasnyaaa… Aahhhh sampai lemes gini aku Naayyy” Desah Andri yang langsung terduduk di lantai karena saking puasnya.
Dari bawah Andri pun melihat bagaimana spermanya yang begitu banyak mengalir turun melewati dada bulat ke perut rata Nayla. Spermanya juga masih turun menuju ke paha bahkan selangkangannya. Andri masih merem melek penuh kepuasan. Ia puas. Ia puas setelah berhasil bermasturbasi dihadapan wanita yang ia cintai.
Nayla pun kagum akan banyak sperma yang keluar membasahi tubuhnya. Ia jadi bingung harus melakukan apa pada sperma ini ? Haruskah ia mengelapnya ? Tapi menggunakan apa ? Gamis di sebelahnya ? Tidak, itu masih milik studio rekaman. Bagaimana nanti kalau pemilik studio ini menyadari ada sperma di gamis yang baru dipakaianya tadi ?
Seketika Nayla menatap Andri yang lemas tak berdaya di hadapannya. Ia yang tak mengira Andri berani melakukan ini langsung berdiri mendekati. Ia lalu berjongkok di hadapan Andri untuk meminta sesuatu kepadanya.
“Ndri… Tolong rahasiain iniii” Kata Nayal memohon.
“Hah… Hah… Hah… Pasti Nay… Maafin aku yang udah bikin kamu terangsang tadi… Aku gak sengaja megang susu kamu… Kamu pasti terangang gara-gara aku kan ?” Kata Andri ngos-ngosan.
“Ehhh… Iya… Iya ndri... Iya” Kata Nayla segera mengiyakan karena tak ingin Andri mengetahui penyebab yang sebenarnya.
“Kalau gitu tolong keluar… Aku mau ganti baju terus pulang” Kata Nayla yang jadi malu-malu.
“Iyahh Nay… Maafin aku yah… Aku akan keluar” Kata Andri yang langsung berjalan keluar meski keseimbangannya goyah karena kakinya masih lemas.
Nayla jadi malu karena baru saja telanjang dihadapan sahabat yang sudah lama dikenalnya. Apalagi ia merasa kalau sahabatnya itu menganggap kalau dirinya itu memiliki 'image' sebagai wanita yang alim & selalu menjaga diri. Wajah Nayla jadi memerah, Ia pun heran pada nafsunya yang begitu besar sampai-sampai tak memandang tempat untuk melampiaskannya.
“Aku mau pulang aja aahhh… Siapa tau aku bisa melampiaskannya dengan aman di rumah” Kata Nayla yang buru-buru melepaskan hijabnya juga cadar yang baru saja ia promosikan.
Ia dengan segera mengambil pakaian yang tadi dikenakannya. Ia bahkan langsung mengenakan kaus berlengan panjangnya tanpa mengelap terlebih dahulu sperma yang ada di dadanya. Ia juga mengenakan roknya. Dalam sekejap ia sudah mengenakan pakaian yang sama seperti apa yang ia kenakan di pagi tadi.
MECMNJE
https://thumbs4.imagebam.com/a1/97/9d/MECMNJE_t.jpg a1/97/9d/MECMNJE_t.jpg
'NAYLA
Baru saja ia keluar dari kamarnya, ia mendapati adanya pesan dari suaminya. Ia berdiri sejenak untuk membalas satu demi satu pesan dari suaminya. Nayla agak mengernyitkan dahinya lalu melihat ke atas sambil berfikir. Ia lalu tersenyum untuk membalas pesan suaminya lagi.
“Iya mas… Nanti aku beli di jalan aja” Balas Nayla melalui pesan suara yang ia kirimkan.
“Hmmm iya juga yah daritadi aku gak masak di rumah… Beli apa yah di jalan nanti ?”
Lirih Nayla memikirkan makanan apa yang bisa ia beli untuk makan malam nanti.
*-*-*-*
“Hmmm beli apa yaahhh ?” Tanya Nayla sambil menengok ke kanan juga ke kiri dalam perjalanan pulangnya ke rumah.
Ia melajukan motornya pelan. Ia terus mencari makanan dalam perjalanannya pulang. Tapi entah kenapa ia jadi kebingungan. Ia bingung harus membeli apa. Padahal banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan.
“Hmmm jadi bingung kan… Mas Miftah gak bilang spesifiknya apa sih… Padahal tau sendiri cewek itu sukanya pilih-pilih, huft !” Lirih Nayla kesal sendiri.
Ia jadi teringat saat Andri menumpahkan spermanya di dadanya tadi. Meski Andri tampan dan sudah lama dikenalnya. Ia tak memiliki rasa apapun padanya. Ia lebih memilih mang Lasno yang memiliki ukuran penis jauh lebih besar daripada Andri. Jujur ukuran penis Andri biasa-biasa saja saat melihatnya tadi. Bahkan ukurannya nyaris sama dengan milik suaminya. Tapi kok bisa yah mengeluarkan sperma sebanyak tadi ? Bahkan ia masih merasakan kehangatan spermanya di dadanya. Jujur ini tak nyaman. Ia sebenarnya ingin cepat-cepat pulang agar bisa segera mandi untuk membersihkan diri. Tapi ia masih punya satu tugas yang menanti, yakni membeli jatah untuk makan malam nanti.
“Lohhh… Lohhh… Lohhhh” kata Nayla saat melihat jalanan di sekitar.
“Kok sebentar lagi udah mau sampe rumah… Aku kan belum beli apa-apa !” Kata Nayla panik.
Ia sangat mengenal jalanan yang ada di sekitarnya. Jalanan yang ia lalui sekarang merupakan jalanan yang berada di dekat rumahnya. Mungkin beberapa menit lagi dirinya akan tiba di rumah. Tapi kenapa ia masih belum beli satupun makanan untuk makan malam ?
“Oh iyah” Kata Nayla saat melihat ke sudut jalan.
Lokasinya yang berada di dekat perempatan membuatnya tampak menarik perhatian. Nayla pun mendekat. Ia berjalan ke arah tukang nasi goreng yang sudah sangat dikenal disekitaran kompleks rumahnya.
MEBYXIV
https://thumbs4.imagebam.com/81/ad/97/MEBYXIV_t.jpg 81/ad/97/MEBYXIV_t.jpg
'WARUNG PAK TOMI
“Permisi pakk… Pesan nasi gorengnya dua yah” Kata Nayla yang langsung memesan setelah memarkirkan motornya.
“Nasi gorengnya dua yah mbak… Ehh, mbak Nayla yah” Kata pak Tomi terkejut saat melihat wajahnya.
“Hehe iya pak” Kata Nayla malu-malu saat teringat persetubuhannya dengan pak Urip di dalam warung pak Tomi.
“Apa kabarnya mbak ? Pak Urip juga sehat ?” Tanya pak Tomi yang membuat Nayla tersenyum malu.
“'Alhamdulillah' sehat semua kok pak” Jawab Nayla sambil berdiri di samping pak Tomi.
“Oh iya silahkan duduk dulu… Saya mau masakin dulu nasgornya” kata pak Tomi sambil mengenakan celemeknya bersiap untuk memasakan pesanan untuk pelanggannya.
“Hehe iya pak makasih” Jawab Nayla saat duduk di salah satu kursi yang ada di dalam warung pak Tomi.
Sambil menanti, Nayla melihat keadaan di luar yang mulai gelap. Matahari mulai turun. Senja pun datang menyapa dirinya. Tak terasa hari sudah mau berakhir. Tak mengira banyak kisah yang sudah dibuatnya di hari ini. Mulai dari menodai para lelaki sampai dirinya yang sekarang ada disini. Ia jadi heran, meski sudah tiga laki-laki yang ia nodai, tapi kenapa dirinya belum mendapatkan orgasme di hari ini ? Ia diam-diam pun merenung membayangkan penis-penis yang sudah ia nodai. Ia jadi kepengin. Ia ingin melampiaskan hasratnya yang belum terlampiaskan
“Gak nyangka saya… Udah berapa hari yah semenjak mbak ngentot di warung saya” Kata pak Tomi tiba-tiba yang mengejutkan Nayla.
“Eehhh itu hehe… Berapa yah ?” Kata Nayla malu-malu.
“Bahkan beha sama celana dalam mbak yang dikasih pak Urip masih saya gantung loh disini” Kata pak Tomi sambil menunjukkannya ke Nayla.
“Eehhh kok dipamerin gitu sih ?” Kata Nayla malu.
“Hahaha buat jimat mbak… Kebetulan yang beli jadi makin banyak… Emang bener-bener jimat keberuntungan deh itu” Kata pak Tomi yang membuat wajah Nayla memerah.
“Eh masa ?” Tanya Nayla tak percaya.
“Iyya dari yang tua sampai yang muda bahkan dari yang jarang beli sampai yang sering beli semuanya jadi mampir kesini…. Emang bener-bener keberuntungan banget pakaian dalem mbak… Saya jadi kepikiran sama pak Urip… Kok bisa yah orang kayak dia sering ngentotin mbak… Mbak sering dientot pak Urip kan ?” Tanya pak Tomi sambil menggoreng nasinya.
“Hehe iya pak… Sering” Jawab Nayla mengaku malu-malu.
“Tuh kan… Beruntung banget sih pak Urip… Bisa-bisanya dia berulang kali nyelipin kontolnya ke memek mbak… Padahal mbak kan primadona di kompleks sini… Saya aja sampe diam-diam nyoliin mbak… Bahkan saat saya bercinta dengan istri saya, saya sering bayangin mbak supaya bisa sampe klimaks” Kata pak Tomi jadi berbicara vulgar gara-gara adanya Nayla disebelahnya.
Nayla pun hanya tersenyum setelah mendengar pembicaraannya itu. Ia lalu diam sambil menatap wajah tukang nasi goreng itu dari samping. Dari pembicaraannya jelas kalau pak Tomi sangat iri pada pak Urip yang waktu itu berhasil menyetubuhinya. Ia lalu melihat-lihat bentuk tubuh pak Tomi dari samping. Tubuhnya yang gendut serta perutnya yang tambun. Nayla jadi berfikir. Kok diliat-liat posturnya mirip pak Urip yah ? Nayla pun tersenyum sendiri. Ia seketika kepikiran sesuatu.
'Hmmmm mumpung nafsuku dari tadi belum terlampiaskan… Bisa kali yah pak Tomi yang jadi pelampiasanku… Hihihi… Gak kebayang deh pak Tomi yang nafsu banget ke aku bakal menyetubuhiku ? Pasti aku bakalan puas banget… Sekarang tinggal cari cara… Gimana yah cara buat godain dia ?'
Batin Nayla memikirkan cara.
MECMNJB
https://thumbs4.imagebam.com/b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg
'PAK TOMI
MECMNJD
https://thumbs4.imagebam.com/39/d8/43/MECMNJD_t.jpg 39/d8/43/MECMNJD_t.jpg
'NAYLA
Melihat nasi goreng pesanannya sudah hampir jadi. Nayla pun mulai meluncurkan aksinya untuk menodai seorang pria lagi. Sambil berjalan mendekat, ia tak mengira kalau dalam satu hari ia bakal menodai empat orang laki-laki. Ia pun berencana menjadikan pak Tomi yang keempat sekaligus tempat pelampiasan dari hasratnya yang tertunda. Nayla tersenyum malu-malu. Ia lalu memeluk tubuh gendut pak Tomi dari belakang.
“Paaakkkk… Daritadi aku perhatiin, bapak kayaknya iri sama pak Urip yah ?” Tanya Nayla dengan nada menggoda.
“Eehhh mbaaakkk… Aanuu” Kata pak Urip kaget saat merasakan dekapan hangat dari belakang.
“Mmpphhh aku tahu kok… Aku peka orangnya… Pasti benda ini udah kebelet pengen masuk ke memek aku yah ? Hihihihi” Kata Nayla yang mulai menurunkan tangannya untuk mengusap-ngusap penis pak Tomi dari luar celananya.
“Ituu… Ituuu… Hah… Hah… Mbaaakkk…” desah pak Tomi sambil menengok ke belakang.
“Kok gak dijawab sih ? Ihhh nyebelin deh… Padahal kan kontol bapak udah aku berdiriin… Hihihhi nih kerasa udah keras banget lagi… Aku buka boleh ?” Kata Nayla sambil meniup telinga pak Tomi yang membuat tukang nasi goreng itu merinding dibuatnya.
“Aaaahhh… Boleehhh… Boleeehhh bangeett… Aaahh yaahhh… Aaahhh lembut banget kocokan tangan mbak” Kata pak Tomi saat penisnya mulai dikeluarkan lalu dikocoknya dari belakang.
“Hihihihi gede yah kontol bapaakk… Mmpphhh jadi penasaran deh… Gara-gara omongan bapak tadi saat mengingat-ngingat perbuatan pak Urip dulu… Aku jadi sangek lagi… Hayooo bapak siap tanggung jawab emang ?” Kata Nayla berbohong. Padahal mah sudah dari tadi ia bernafsu namun belum menemukan tempat pelampiasan nafsunya itu.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Iyahhh… Saya siaapp… Mbakkk rela saya entot emangg ?” Kata pak Tomi dengan penuh nafsu.
“Hihihihi aku rela kok… Sama siapa aja aku rela… Apalagi sama tukang nasi goreng terkenal yang ada disini… Mmpphhh mana kontolnya gede lagi… Duhhh jadi gak sabar deh” Goda Nayla sambil terus mengocoknya yang membuat tukang nasi goreng itu panas dingin dibuatnya.
“Hah… Hah… Hah… Kalau gitu ayoo… Ayo mbakkk kita ngentot… Saya udah gak sabaran… Saya udah gak tahan ingin ngerasain jepitan memek mbaakk” Kata pak Tomi saking nafsunya yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Kalau gitu bapak bisa duduk di kursi kan ? Aku pengen goyang bapak… Aku pengen melampiaskan nafsu aku ke bapak” Bisik Nayla sambil meniup telinganya juga mengocok penisnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh iiyyaahh… Bisa mbakk… Bisaaa” Kata pak Tomi langsung duduk di bangku panjang yang ada di dalam warungnya.
Nayla yang masih berdiri langsung membalikkan badannya ke arah tukang nasi goreng bertubuh tambun itu. Dengan tatapan yang menggoda ia langsung menurunkan celana dalamnya. Ia lalu membuangnya sembarangan sebelum berjalan mendekatinya. Nampak tukang nasi goreng itu gugup. Ia masih tak percaya dengan akhwat yang ia kira alim rupanya kini sedang berjalan mendekat untuk menyerahkan tubuhnya.
“Paaakkkk” Kata Nayla sambil melepas kaus polo pak Tomi lalu menggelitiki puting susunya.
“Aaaahhhhh… Aaaahhhh iyaahh mbaakk… Aaahhh” desah pak Tomi geli-geli nikmat.
“Aku penasaran sama bapak” Kata Nayla tersenyum sambil terus menggelitiki puting susunya.
“Aaahhh… Aaahhhh… Penasaran sama apa mbak ?” Tanya pak Tomi.
“Hihihihi sama seberapa nafsu bapak ke aku… Coba aku mau nanya, sejak bapak ngeliat aku digenjot pak Urip… Berapa kali bapak beronani sambil bayangin aku ?” Tanya Nayla kali ini sambil memelintir puting pak Tomi. Bahkan matanya tanpa malu-malu menatap mata pak Tomi. Mata mereka bertemu. Mata mereka saling tatap dengan penuh nafsu.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Gak tau mbaakk… Hampir tiap hari… Bahkan sehari ada yang sampai dua kali… Saya nafsu banget sama mbak soalnya… Saya aja sering genjot istri saya sambil bayangin mbaakk” jawab pak Tomi yang membuat Nayla tersenyum.
“Oh yah ? Hihihhi kalau nanti bapak genjot aku beneran gimana ? Bapak sanggup muasin aku ?” Kata Nayla sambil menurunkan salah satu tangannya tuk mengusap penis pak Tomi dari luar celananya.
‘Aaahhhh… Aaahhhhh… Passtiiii… Pasttii mbaakkk… Saya akan menggenjotmu hingga mbak kelojotan nantinya” Kata pak Tomi sesumbar sambil menikmati usapan tangan Nayla di penis hitamnya.
“Hhihihihi yang bener ? Bapak janji ?” Tanya Nayla lagi. Bahkan tangannya sudah masuk ke dalam celananya. Ia mendekap penis itu langsung. Ia juga menekan-nekan lubang kencingnya yang membuat pak Tomi blingsatan tak karuan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Saya janji mbaaaakkk… Saya pasti bakal muasin mbaaakk… Saya akan membuat mbak mengingat genjotan saya nanti… Saya juga akan membuat mbak ketagihan kontol saya nanti” Desah pak Tomi semakin keras saat tangan Nayla mulai mengocok langsung penisnya dari dalam celananya.
“Hihihihi… Aku pegang kata-kata bapak yah… Selamat bapak lulus tes aku… Mumpung kontol bapak udah keras… Mumpung aku juga udah gak tahan pengen digenjot sama bapak… Kita mulai langsung aja yaahhh… Hhihihihi” Kata Nayla malu-malu saat menurunkan celana pak Tomi sampai ke lutut. Ia lalu menaikan roknya saat akan menunggangi penis tukang nasi goreng itu.
Terasa penis hitam itu mulai menyundul pintu masuk vaginanya. Nayla mendesah. Ia pun menatap pak Tomi dengan penuh gairah.
“Hihihih belum masuk aja aku udah kerasa banget… Aku punya 'feeling' kalau kontol bapak bakalan keras banget nih,” Tawa Nayla yang membuat pak Tomi semakin bergairah akan persetubuhan yang akan dialaminya sebentar lagi.
“Aayooo mbaakk turunnn… Ayooo jepit kontol saya sekaraaanggg… Saya udah gak sabar mbaakk… Saya udah gak sabar pengen digoyaangg mbaak” Kata pak Tomi gemas karena Nayla tak kunjung menjepit penisnya.
“Hihihihi yang sabar dong paaakk… Kontol bapak gede banget tauuu… Susah masukinnya !” Kata Nayla yang mulai menurunkan penisnya pelan-pelan.
“Cepaattt mbaakk… Aaahhh buruan… Saya gakk sabar lagi !” Kata pak Tomi terus mendesak yang membuat Nayla akhirnya mulai menurunkan tubuhnya.
“Siaaapp yaahh paakkk… Mmppphhhhhh” Desah Nayla saat mulai merasakan tusukan dari penis tukang nasi goreng itu.
“Aaaaaaaaaahhhh yaaahhhh” Desah pak Tomi menyusul kemudian disaat penisnya mulai tenggelam di lahap vagina Nayla.
Pak Tomi sambil mendekap pinggang Nayla merasakan betapa kuatnya jepitan dari akhwat bermasker itu. Ia lalu menurunkan tangannya tuk mengangkat rok yang menghalangi pemandangan kelamin mereka berdua. Saat rok itu sudah diangkat hingga ke pinggang, akhirnya pak Tomi dapat melihat penisnya sendiri yang sudah memasuki rahim akhwat bermasker itu. Pak Tomi tersenyum, ia lalu menaikan pandangannya tuk menatap akhwat yang sedang menunggangi penisnya.
“Mmppphhhh kuat bangeettt kontol bapaaakkk… Aaaahhh yaahhh… Belum aku goyang aja udah kerasa bangett” Desah Nayla puas sambil memejamkan matanya.
“Hehe saya kan udah bilang kalau saya akan memuasi mbak… Ayo dong goyaanggg… Mbak juga penasaran sama rasanya kontol saya kan ?” kata tukang nasgor itu mupeng.
“Aaahhhh iyahh paakkk… Aku mulai goyang yahhh…. Uuuhhhhhhh” desah Nayla saat menaikan tubuhnya lalu merasakan nikmatnya penis yang menggesek dinding vaginanya.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh yahhh hahahaha” Tawa kang nasgor itu puas.
Saat Nayla menurunkan lagi tubuhnya. Terasa penis pak Tomi semakin ambles menuju titik terdalam rahimnya. Nayla sampai merinding. Kedua tangannya sama-sama mengepal di samping. Matanya juga memejam merasakan kenikmatan penis yang begitu menghujam.
“Aaaahhh paaakkkkk” desah Nayla penuh kepuasan.
“Haahahah apa saya bilaannggg… Ayo goyang lagiii mbaakk… Jangan jadi pemalas… Ayo cepat goyang saya yang keras” Kata pak Tomi bernafsu.
“Iyahhh… Iyaahh paakkk… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla yang mulai bergoyang naik turun.
Nayla mulai mengocok-ngocok penis pak Tomi menggunakan vaginanya. Ia merasakan betapa kuatnya penis hitam itu saat mengaduk-ngaduk vaginanya. Nayla sampai merem melek terus-terusan. Tubuhnya sampai blingsatan merasakan kenikmatan yang tak dapat dijelaskan. Tubuhnya juga kelojotan. Nafasnya ngos-ngosan. Ia terus menaik turunkan tubuhnya sambil memegangi bahu pak Tomi agar tidak terjatuh ditengah goyangannya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Nikmat sekali goyanganmu ini mbaak… Aahhh teruss… Terusss” desah pak Tomi penuh kepuasan.
“Iyyah paakkk… Aahhhhh… Aaahhhh enak banget kontol bapaak… Aaahhh puasnyaa… Aahhh mantap banget paaakkkk” desah Nayla yang sudah sangat terangsang.
Nafsunya yang tadi tertahan membuat akhwat bermasker itu melampiaskan semuanya pada tukang nasi goreng itu. Nayla terus bergerak naik turun. Pinggulnya terus berpacu tanpa pernah berhenti. Terlihat wajah pria tua itu benar-benar sangat menikmati. Pak Tomi puas. Ia tersenyum merasakan goyangan Nayla yang semakin ganas.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh paakk… Ouhhhh nikmat bangeetttt” desah Nayla sambil mengangkat kausnya hingga memperlihatkan kedua payudaranya yang begitu megah.
“Waaahhh gede banget mbaaakkk… Hahahaha… Indah sekali bisa ngeliat susu segede ini mendal-mendul… Aaahhh mana mbak gak pake beha lagi… Nakal banget yaahhh… Aaahhhh” desah pak Tomi yang semakin geregetan setelah melihat payudara Nayla.
“Aaaahhh habisnya aku buru-buru paaakk… Aaahhhh nikmat banggeett… Aaahhh enak banget kontol bapaakkk” Desah Nayla sambil meremasi kedua payudaranya.
Pak Tomi tertawa puas melihat kebinalan Nayla. Ia tak pernah membayangkan dirinya berkesempatan untuk menyicipi daging mentah sang akhwat. Terasa penisnya didalam semakin hangat. Terasa penisnya basah oleh cairan cinta sang akhwat. Nafas pak Tomi memberat. Ia pun jadi ingin menyusu pada dadanya yang begitu bulat.
“Eeehhhh” kata pak Tomi menyadari sesuatu.
“Aaahhh paakk… Aaahhh” Desah Nayla sambil menaruh kedua tangannya di kanan kiri tubuhnya setelah melihat pak Tomi hendak menyusu payudaranya.
“Aaahhh.. Aaahhh… Hayooo… Mbak habis dimesumin pak Urip yah ? Kok disusunya ada bekas pejuh” Kata pak Tomi ditengah desahannya.
“Aaahhh bukaannn… Bukaan paakk… Itu bukan pejuhnya pak Urip” Desah Nayla sambil menatap pak Tomi dengan penuh nafsu.
“Oh yah ? Aaahhh… Aaahhhh… Terus itu pejuh siapa mbak ?” Tanya pak Tomi penasaran.
“Itu pejuhnya temen akuu paakk… Tadi temen aku onani terus keluar di susu aku paaakkk” kata Nayla menjelaskan semuanya sambil terus menggoyang.
“Oh yah ? Hahahahah… Dasar mesum… Dasar lonte binal… Ternyata tubuh mbak udah ternoda oleh siapa aja yah ?” Tanya pak Tomi tertawa.
“Aaahhh… Aaahhh… Iyaahhh paakkkk… Tubuh aku udah gak suci lagi… Aku udah teroda… Aku ini penuh dosa paaakkk” Desah Nayla yang membuat pak Tomi semakin bergairah,
“Hahahahha tampilannya aja alim… Tapi dalemannya kotor bahkan lebih kotor dari pelacur berbayar !” Kata pak Tomi mengejek Nayla tuk melampiaskan nafsunya.
“Aaaahhhh… Aaaahhh yaahhh… Aku memang seperti itu paakk… Aku ini lonteee… Akuu ini lonte alimm paakkk... Siapa aja boleh make aku pak... Asal udah cukup umur... Mmpphhh” desah Nayla yang membuat pak Tomi semakin geregetan.
“Aaahhh… Aaahhhh kalau gitu cepat balik badan… Biar saya bisa menggenjotmu dengan keras… Saya ingin melampiaskan nafsu saya sekarang !” desah pak Tomi yang sudah tidak tahan lagi dengan godaan suara Nayla.
“Iyahh paakkk… Uuuhhhhhhh” desah Nayla yang menancapkan penis itu sedalam-dalamnya di dalam vaginanya lalu berdiri tegak tuk membuat penis yang semakin berdiri itu terlihat semakin menggoda.
“Mmmpphhhh aku lepas yaahh paaakkk… Rok aku menghalangi bangeettt” Desah Nayla sambil menurunkan roknya.
“Cepaat… Cepaatt… Saya udah gak tahan lagi mbak !” Kata pak Tomi geregetan.
“Hihihihi dasar nafsuan banget sih bapaaakk… Pasti goyangan aku tadi enak banget yah pak ?” Tanya Nayla sambil melepas jaketnya juga.
“Iyaahhh… Bangett… Bangeett mbaakk… Ayo buruan sini !” Kata pak Tomi yang akhirnya menarik tangan Nayla hingga membuat akhwat bermasker yang kini tinggal mengenakan hijab, masker serta kaus putih yang terangkat naik itu kembali menunggangi penis hitamnya.
“Aaaaaahhhh paaakkkk dalem bangeettt” Desah Nayla yang kembali merasakan kuatnya sodokan penis pak Tomi.
“Hah… Hah…. Mantap banget… Mantapp bangettt bodimu ini mbaakk… Beruntungnya saya pernah menikmati tubuh seindah ini… Rasain yaahh… Heennkgghhh” Desah pak Tomi sambil mendekap pinggang Nayla lalu menggerakkan pinggulnya maju hingga akhwat bermasker itu terlempar naik sebelum kembali jatuh ke pangkuan dirinya.
“Aaaahhh paakk… Aahhh… Aaahhhh dalem bangett… Aaahhhhh” desah Nayla sambil geleng-geleng kepala.
Pak Tomi yang mulai menggerakkan pinggulnya naik turun membuat tubuh akhwat bermasker itu terlempar naik turun diatas pangkuannya. Akibatnya saat tubuh Nayla kembali jatuh ke atas pangkuannya, vaginanya tertusuk begitu keras oleh penis tukang nasi goreng itu. Nayla mendesah penuh kepuasan merasakan tusukan yang begitu bertenaga. Sama halnya dengan Nayla, pak Tomi juga. Pak Tomi jadi semakin merasakan jepitan yang begitu kuat dari akhwat binal yang sudah setengah telanjang diatas pangkuannya.
“Aaahhhh… Aahhhh nikmat sekaliii… Aaahhh yaahhh” desah pak Tomi tersenyum saat melihat pantulan bayangan dari kaca gerobak yang ada di hadapannya. Langit yang sudah semakin gelap membuat pak Tomi dapat melihat dengan jelas pantulan bayangan mereka. Ia tersenyum penuh kepuasan melihat pantulan susu bulat Nayla. Susu bulat itu seperti sedang di 'dribble' saja olehnya.
“Aaahhh paakk… Aaaaahhh nikmat sekallii… Aaahhh sodokan bapak kuat bangeett paakkk” desah Nayla semakin puas.
“Aaahhh… Aaahhhh… Itu sudah jelas mbaakk… Rasakan kontol saya ini… Nikmati apa yang sudah saya berikan ini !” Desah pak Tomi tersenyum puas.
Kenikmatan yang semakin terasa membuat pak Tomi berdiri sambil terus berpacu menyodok-nyodok rahim Nayla. Ia lalu memutar balik tubuhnya hingga mereka sama-sama menghadap ke arah meja di dalam warungnya.
Nayla lalu menungging. Tangannya bertumpu pada tepi meja yang ada di hadapannya. Terlihat mereka terus melakukan persetubuhan. Tubuh Nayla terdorong maju mundur. Susunya juga terus bergondal-gandul. Bahkan pak Tomi semakin menaikkan kaus Nayla hingga penampakkan kedua susunya semakin terlihat. Pak Tomi tertawa puas. Ia terus menyodokkan penisnya sambil menampar-nampar bokong mulus dari akhwat bermasker itu.
'Plaaakk… Plaaakkk… Plaaakkk…'
“Aaahhh paakkk… Aaahhh… Aaahhh yaahhh” Jerit Nayla dengan keras saat pantatnya terus ditabok akibat saking gemasnya.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhhh saya udah gak kuat lagii… Terima ini mbaaakk… Aahhh saya hampir keluaaar” Kata pak Tomi yang mulai merasakan adanya tanda-tanda.
“Aaahhh terusss paakk… Yangg kuaatt… Aku juga udah mau keluuaar paakk… Aaahh nikmat sekaliii… Nikmat sekali sodokan bapak iniiii !!!” Desah Nayla dengan penuh gairah.
Pak Tomi mempercepat gerakan pinggulnya. Ia juga memperkuat sodokan penisnya hingga pinggulnya semakin menubruk paha Nayla dengan keras. Bahkan terdengar suara koplokan yang amat sangat jelas. Sodokan demi sodokan yang terus ia lakukan membuatnya semakin puas. Pak Tomi tak kuat. Ia hampir mendekat puncak birahinya.
'Plokkk... Plokkk... Plokkk !!!'
“Aaaahhh… Aaahhhh… Ouhhhh yaahh… Ouhhh… Saya gakk kuat lagii… Sayaa gakk kuat lagiii” desah pak Tomi saat merasakan orgasmenya semakin dekat.
“Aaahhh iyaahh… Iyyahhh… Akuuu jugaaa… Aaahhhh” Desah Nayla sampai merem melek merasakan kenikmatan yang pak Tomi berikan.
Nafas mereka sama-sama berat. Dada mereka sama-sama naik turun tak mampu menahan kenikmatan yang mereka rasakan. Kedua lutut mereka melemah. Mereka sama-sama sudah mendekati batas maksimal.
“Aaaahhh… Aaahhhh iyaahhh… Rasakannn iniii… Rasakaannn kontol saya iniii… Hennkggghhh !” Desah pak Tomi saat menancapkan penisnya hingga mentok menyundul rahim akhwat bermasker itu.
“Aaaahhhh iyaahh paakkk… Uuuhhhhhhhhhhhhhh” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju ke depan.
'Ccrroottt… Ccrroottt… Cccrroottt !!!'
“Keellluuaaarrrr !!” Jerit mereka secara bersamaan.
Mata mereka sama-sama memejam saat cairan cinta mereka bertemu di dalam kelamin Nayla. Bahkan campuran cairan cinta mereka sampai menetes keluar dari sela-sela kelamin mereka. Mereka sama-sama puas menikmati persetubuhan yang begitu panas. Nafas mereka terus ngos-ngosan. Terlihat jelas raut wajah kepuasan dari mereka berdua.
“Hah... Hah... Hah… Hah… Ouhhh yaahhhh” desah pak Tomi saat menarik penisnya keluar hingga dirinya dapat melihat lelehan spermanya yang keluar dari dalam vagina Nayla.
“Uuuuhhhh” desah Nayla merinding mereasakan aliran sperma tukang nasi goreng itu.
Akhirnya, berakhir sudah petualangan birahi Nayla di hari ini. Mulai dari pagi saat mengocok penis tukang pom bensin, lalu mengulum penis bengkok milik tukang bakso, lalu berlanjut dengan membiarkan sahabatnya yang juga merupakan fotografer favoritnya beronani sambil menatap ketelanjangannya dan diakhiri sekarang saat menikmati sodokan tukang nasgor di daerah kompleks rumahnya.
Kalau dalam sepakbola mencetak tiga gol masing-masing melalu kaki kanan, kaki kiri dan juga sundulan di sebut 'perfect hattrick'. Maka Nayla kali ini telah melakukan 'perfect' ngentot. Nayla merasa puas sekali atas orgasme yang didapatnya di sore hari ini. Bukan hanya karena hebatnya sodokan pak Tomi. Tapi karena kebinalannya dalam menggoda pria-pria beruntung yang ditemuinya di hari ini. Ia pun teringat ucapannya kemarin sore saat menyeruput penis pak Urip.
'Emang bener sih… Ngentot itu bukan cuma soal bertemunya antar kelamin… Tapi juga soal nuansa kebinalan yang sudah aku bangun saat menggoda mereka-mereka ini… Hihihihi…'
Batin Nayla memikirkan kebinalannya.
Ia pun lalu duduk di bangku panjang sambil menurunkan kausnya. Nayla terengah-engah. Tapi ia tersenyum setelah menikmati perbuatannya.
“Hehehe maaf mbak… Nasgornya jadi dingin… Ini pesenan nasgornya udah jadi” Kata pak Tomi sambil memberikan kantung kresek berisi nasgor pesanannya.
“Hah… Hah… Hah… Gapapa pak… Bapak sih kelamaan genjotnya hihihih” Kata Nayla sambil menerima kresek itu.
“Hahahaha habis enak banget sih jepitan mbak… Kapan-kapan kita ngentot lagi boleh yah… Nanti saya kasih gratis nasgor deh… Ini nasgor yang sekarang juga saya gratisin kok” Kata pak Tomi ngarep.
“Hihihihi makasih yah pak udah digratisin… Kapan-kapan deh aku atur waktu… Aku juga ada rencana pengen ngentot rame-rame loh” Kata Nayla yang jadi semakin binal setelah terbiasa melakukan persetubuhan.
“Oh yah ? Boleh tuh nanti saya jadi konsumtor acaranya… Pokoknya soal makanan tenang… Saya bakal masakin nasi goreng buat semuanya biar ada tenaga untuk menggenjotmu rame-rame” Kata pak Tomi bernafsu.
“Hihihihi duhhh… Jadi kebayang deh puasnya nanti… Mmpphhhh kapan yah ? Moga aja dalam waktu dekat ini yah pak… Tapi aku harus pilih-pilih dulu siapa yang pantas untuk menyetubuhi diriku” Kata Nayla bernafsu.
“Saya pantas kan ?” Kata pak Tomi ngarep.
“Pantes kok tenang aja… Hihihihi” Kata Nayla malu-malu yang membuat pak Tomi terlihat begitu bahagia.
Nayla pun membatin saat itu. Ia merenungi ucapan yang baru dikatakannya tadi.
'Hmmmm kok aku jadi kepikiran pengen ngentot rame-rame yah ? Gara-gara kebinalanku di hari ini… Nafsuku pada seorang lelaki jadi gak bisa ditahan lagi deh… Kalau emang terwujud aku pengen ngajak pak Urip, pak Beni, pak Tomi, mang Lasno, mang Yono terus siapa lagi yah ? Mmpphhhh bayangin semua itu terjadi bikin aku gak kuat deh… Duhh gak sabar banget bayangin mereka secara bergantian ngentotin aku…'
Batin Nayla senyum-senyum sendiri.
Seketika ia memikirkan apa kegiatannya di hari esok. Tiba-tiba senyumannya menghilang. Ia teringat kalau besok pak Urip berambisi untuk mencari gelandangan tua untuknya.
'Astaghfirullah… Besok yah ? Moga aja pak Urip gak jadi bawain gelandangan buatku… Apalagi kalau sampe bawa pak Dikin… Ihhh amit-amit deh… Amit-amit jabang bayi pokoknya…'
Batin Nayla merinding saat teringat penampakan gelandangan tua yang baru saja ia temui di pagi tadi.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 16
DEJAVU
Pagi hari sekitar pukul setengah delapan tepat.
Seorang wanita cantik yang menutupi tubuhnya menggunakan daster syar’i serta menutupi sebagian kepalanya dengan hijab simpel serta cadar terlihat berjalan keluar dari dalam rumahnya. Terlihat bahwa tubuhnya jadi lebih berisi daripada biasanya. Pahanya berisi, lengannya berisi bahkan tonjolan di dadanya juga jadi lebih berisi. Ia berjalan dengan penuh percaya diri sambil menunjukkan kelemah lembutannya sebagai seorang istri.
Terlihat wajahnya tersenyum malu-malu. Terlihat ia menundukkan wajahnya karena malu saat kedua kakinya berjalan menuju seorang pria tua berperut tambun yang sehari-harinya berjualan sayur di sekitar kompleks rumahnya. Akhwat itu terlihat malu-malu karena ini merupakan pertemuan pertamanya semenjak persetubuhannya yang begitu bergairah saat dirinya mengunjungi pria tua itu di dalam rumahnya.
“Hehe selamat pagi mang” Kata akhwat bercadar itu malu-malu.
“Eh mbak Nayla… Diliat-liat kok gendutan nih… Pasti lagi bahagia yah ? Huahahaha” tawa mang Yono.
“Eh bukan gendutan mang tapi berisi… Tadi pagi pas aku ngaca juga kaget… Kok aku jadi lebih berisi gini yah hihihih” Jawab Nayla malu-malu.
“Huahaha bukannya sama aja mbak ? Oh yah, kayaknya saya tau penyebabnya kenapa ?” kata mang Yono setelah melihat bentuk tubuh Nayla sesaat.
“Eh kenapa mang ?” Tanya Nayla penasaran.
“Pasti karena mbak sering dipejuhi memeknya nih… Iya kan ? Ngaku coba ! Huahahaha” kata mang Yono yang membuat wajah Nayla memerah malu.
“Eeehhh apa hubungannya coba mang ?” Tanya Nayla sambil memegangi kedua pipinya yang memerah.
“Ya ada dong mbak… Yang namanya pejuh kan mengandung zat tertentu yang bisa bikin gemuk… Makanya biasanya wanita-wanita yang baru menikah pasti jadi lebih berisi karena mereka telah diberi vitamin berupa pejuh itu ke dalam vaginanya… Huahahha… Pasti mbak belakangan sering diberi vitamin yah sama orang-orang ?” Tanya mang Yono yang kembali membuat wajah Nayla memerah.
“Ehhh apa iyya yah ? Jangan-jangan iya deh… Pasti itu penyebab aku jadi berisi gini” Kata Nayla yang setelah dipikir-pikir kok masuk akal juga yah. Apalagi baru kemarin sore dirinya dipejuhi oleh seorang tukang nasi goreng langganannya.
“Nah kan ? Huahahhaa… Tapi gapapa… Justru penampilan mbak jadi lebih menggoda… Kebetulan saya suka yang empuk-empuk gini… Saya sampai ngiler ngeliat tubuh mbak yang lebih berisi kayak gini… Pasti disodok asyik nih” Kata mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hhihihihih mesum ihhhh… Dasar tukang sayur mesum… Mentang-mentang waktu itu udah dikasih enak-enak malah ngelunjak yah !” Kata Nayla tersenyum malu-malu.
“Huahahah iya dong… Baru ngentot sekali mana cukup ? Harusnya mah kalau punya pemuas secantik ini sehari minimal sekali lah yah” Kata mang Yono yang berbicara begitu bebasnya disaat tidak ada orang lain selain diri mereka.
“Hihihihi tapi maaf yah mang jangan sekarang… Aku udah dibooking pak Urip” Kata Nayla yang sudah berjanji akan menyerahkan tubuhnya pada pak Urip bahkan ia juga memasrahkan dirinya agar pak Urip dapat melakukan apa saja pada tubuh indahnya.
“Duhh sayang banget… Beruntung sekali yah pak Urip bisa memuasimu setiap hari” Kata mang Yono yang iri pada keberuntungan pembantu tua mesum itu.
“Hiihihi aku yang beruntung pak karena diberi kepuasan yang luar biasa olehnya” Kata Nayla malu-malu saat teringat semua perbuatan yang sudah pak Urip lakukan kepadanya.
“Huahahah jadi sama-sama untung lah yah kalian berdua” Jawab mang Yono sambil menatap mesum akhwat bercadar di depannya itu.
Disaat mereka asyik mengobrol. Tak sengaja wajah Nayla menoleh lalu mendapati pembantu tuanya itu pergi menaiki motornya. Nayla pun terkejut kenapa pak Urip malah hendak pergi menaiki motornya ? Tapi tak lama kemudian ia jadi teringat kalau pak Urip hendak memintanya untuk disetubuhi oleh gelandangan tua. Seketika tubuh Nayla merinding saat melihat kepergian pembantu tuanya itu.
'Apa jangan-jangan pak Urip mau jemput gelandangan itu yah ? Duh serius nih ? Aku kudu ngentot sama gelandangan tua hari ini ?'
Batin Nayla was-was.
MEBXDFG
https://thumbs4.imagebam.com/4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg 4b/1d/65/MEBXDFG_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Mbaakkk… Mbaaakk Naylaaa” Kata mang Yono membangunkan Nayla. Kebetulan mang Yono juga melihat ke arah dimana wajah Nayla menoleh. Mang Nayla pun tersenyum kepada akhwat binal itu.
“Ehhh iya mang ?” Kata Nayla sambil menatap mang Yono.
“Jangan sedih gitu dong… Kayaknya abis sedih nih ngeliat pemuas mbak pergi… Mending sambil nunggu pak Urip pulang, main sama saya dulu gimana ?” tanya mang Yono mupeng.
“Hihihih ngarang ih… Aku gak sedih kok… Gak mau ah main sama mamang wleeekkk… Nanti kalau aku lemes terus pak Urip minta jatah ke aku kan aku yang repot jadinya… Capek tau tiap hari ngelayanin laki-laki mesum kayak mamang… Apalagi kalau sehari dua kali !” Kata Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Huahahah gapapa… Coba dulu… Biar terbiasa… Coba aja sehari dua laki-laki… Biar nanti lama-lama mbak sanggup muasin lima orang laki-laki dalam sehari” Kata mang Yono yang seketika membuat Nayla kepikiran.
'Eh, iya juga yah ? Kalau aku langsung ngelayanin banyak cowok yang ada aku bakal lemes juga… Mungkin dicoba sehari dua laki-laki dulu kali yah…'
Batin Nayla kepikiran.
“Gimana ? Lonteku ? Huahahaha” Kata mang Yono yang membuat Nayla agak ragu tuk menerimanya juga untuk menolaknya.
“Annuuuu” Kata Nayla berfikir.
“Ehhh mangg Yonooo… Sayurrr… Saya mau beli sayurnya mang” Kata ibu-ibu lainnya yang tiba-tiba datang mendekat.
Untungnya ditengah pembicaraan mereka yang semakin mesum, terdapat ibu-ibu lain yang mulai mendekat untuk membeli sayuran. Terpaksa obrolan mesum mereka pun terhenti. Nayla yang sedari awal sudah datang langsung buru-buru membeli. Ia lagi-lagi memberi terong juga beberapa ikat bayam untuk dijadikan makanan olehnya. Nayla pun buru-buru kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang ia merenungi kata-kata mang Yono. Setelah dipikir-pikir kok omongan mang Yono masuk akal juga yah ?
'Hmmmm siapa yah ? Siapa yah dua orang laki-laki yang akan jadi yang pertama menyetubuhiku secara bersamaan yah ?'
Batin Nayla berfikir.
*-*-*-*
Sementara itu disaat yang bersamaan,
Terlihat sesosok pria tua kekar yang baru saja keluar dari rumahnya. Saat ia keluar, ia melihat akhwat cantik yang juga merupakan tetangganya berjalan pulang sambil membawa kresek berisi sayuran yang baru saja dibelinya. Terlihat wajah cantiknya seperti sedang berfikir. Pria tua kekar itu pun mikir-mikir. Apa yang sedang dipikirkan oleh akhwat cantik itu pagi-pagi ? Apakah karena memikirkan masakan apa yang bakal dibuatnya ? Berhubung ditangannya memegangi kresek berisi sayuran. Atau karena masalah lain yang tidak ia ketahui.
'Hmmm tapi kok kalau dipikir-pikir, apa yah yang ingin mbak Nayla bicarakan ke saya ? Sudah beberapa hari berlalu kok mbak Nayla gak ngomong sesuatu ke saya… Berkali-kali saya chatt juga gak dibalas sama sekali olehnya…'
Batin pak Beni berfikir.
Ia jadi gelisah tiap kali memikirkan apa yang ingin Nayla obrolkan dengannya. Apakah soal hati ? Atau soal birahi yang katanya sulit untuk ia kendalikan akhir-akhir ini ? Memikirkan soal birahi membuat dirinya jadi nafsu lagi. Apalagi seumur-umur ia cuma baru sekali bercinta dengan sang bidadari.
'Hah… Kok jadi nafsu pengen ngentotin dia lagi yah ? Apa lagi gara-gara video call waktu itu… Behhh mantep banget emang bodinya… Jadi nafsu pengen genjot dia lagi deh…'
Batin pak Beni sambil terus menatap tubuh Nayla hingga lama-lama memasuki rumahnya.
Baru setelah Nayla masuk ke rumah, pak Beni mulai berjalan keluar sambil memegangi sapu serta cikrak yang merupakan peralatannya bekerja.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Tapi terik matahari sudah mulai hangat. Pak Beni pun menatap langit untuk melihat betapa silaunya mentari di pagi hari. Ia pun terus melanjutkan perjalanannya menuju titik pekerjaan dimana ia ditugaskan selama seminggu ke depan.
Seketika ia jadi teringat Putri. Sosok mahasiswi yang sudah ia gagahi berkali-kali. Sosok yang katanya akan segera menikah dengan seorang pria yang bernama Andri. Kalau dipikir-pikir, bercinta dengan Putri tidak buruk juga. Setidaknya ia bisa melampiaskan nafsunya di tempat yang semestinya, yakni kemaluan seorang akhwat.
Tapi ada satu hal yang membuat dirinya sangat menyayangkannya. Yakni sensasi, bercinta dengan Putri masih kalah nikmatnya bercinta dengan Nayla. Sensasi bercinta dengan akhwat binal seperti Nayla merupakan puncak kenikmatan dari fantasinya selama ini. Sayang ia jarang mendapatkannya. Meski ia berulang kali melampiaskannya pada Putri, masih saja ada hal kurang yang membuatnya kesulitan untuk menjelaskannya.
“Padahal kan sama aja yah… Sama-sama keluar di rahim seorang akhwat… Tapi kok saya merasa kayak ada yang kurang yah kalau keluar di rahimnya mbak Putri… Entah kenapa kalau keluarnya di rahimnya mbak Nayla baru kerasa puas banget… Sensasi apa yah yang ada pada mbak Nayla tapi enggak ada pada diri mbak Putri ?” Batin pak Beni memikirkan hal tersebut.
Tak terasa ia sudah tiba di tempat tujuan. Sebuah jalan yang letaknya berada di kompleks kampus terkenal. Lagi-lagi, terdapat mahasiswi-mahasiswi cantik baik yang suka berpakaian terbuka dan yang suka berpakaian alim tertutup lewat di sekitarnya.
Pak Beni jadi deg-degan andai bertemu dengan Putri lagi. Apakah ia akan kembali diajak bercinta sampai sore lagi ? Entah kenapa ia jadi berharap bertemu dengan Putri lagi. Apalagi ia sedang bernafsu gara-gara memikirkan Nayla di pagi hari.
“Hah… Kok kayaknya saya jahat banget yah… Cuma jadiin mbak Putri tempat pelampiasan aja…” Lirih pak Beni saat memikirkan perbuatannya kemarin.
“Ah enggak kok… Lagian waktu itu kan saya diajak… Ya, saya cuma ngelakuin aja apa yang mbak Putri minta, yakni muasin nafsunya agar saya bisa keluar dari kamar kosnya” Lirihnya lagi sambil terus menyapu jalanan.
“Paaakk !!”
Saat sedang asyik-asyiknya menyapu. Lagi-lagi, sesosok akhwat yang memiliki suara yang sama memanggil. Pria tua berbadan kekar itu kembali menoleh menatap sumber suara itu, Ya, lagi-lagi. Wajah yang familiar kembali dilihat oleh pria tua kekar itu.
Pak Beni sampai terkejut saat melihatnya. Rasanya seperti dejavu. Perasaan baru beberapa hari yang lalu ia merasakan situasi yang sama seperti ini. Apakah nanti ia bisa merasakan hal yang sama lagi ? Apakah nanti ia akan menyetubuhi rahimnya lagi ?
Entah kenapa memikirkan hal itu membuat penisnya jadi semakin berdiri. Pria tua yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang sapu jalanan itu jadi mupeng ingin menyetubuhi mahasiswi yang rela ia gagahi berkali-kali itu lagi.
“Mbak Putri” Kata pak Beni saat melihat mahasiswi cantik itu berjalan mendekat.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MECRL35
https://thumbs4.imagebam.com/8b/80/e5/MECRL35_t.jpg 8b/80/e5/MECRL35_t.jpg
'PUTRI
*-*-*-*
Pada saat yang sama di suatu tempat.
“Hah… Sial… Dari kemaren nyari-nyari masih gak ketemu aja… Apa iya gelandangan yang ada di sekitar sini udah pada digruduk semua ?” Kata pria tua berperut tambun yang mengendarai motornya pelan sambil menoleh-noleh ke sekitar.
Sudah dari kemarin ia mencari-cari pesanan yang diminta oleh majikannya. Tapi sampai sekarang, ia masih belum mendapatkan pesanan majikannya itu. Sebagai pria jantan, ia tak mau membuat majikannya kecewa. Ia pun terus berusaha tuk mencari gelandangan yang bisa ia ajak untuk memuasi nafsu birahi majikannya yang semakin lama semakin sulit untuk dikendalikan saja.
“Hakhakhak… Sial, makin gak sabar ngeliat non Nayla digenjot sama gelandangan tua… Kalau bisa sih nyari lebih dari satu biar sekalian di gangbang tuh lonte binal… Sial dah… Makin ngebayangin kok makin bikin nafsu aja yah ? Akhirnya impianku selama ini bakal terwujud sebentar lagi… Akan kubuat dirimu binal sebinal-binalnya non… Akan kubuat memekmu itu tempat pembuangan pejuh orang-orang baik yang non kenal ataupun yang gak non kenal… Gak sabar ngeliat non hamil gara-gara perbuatan mereka-mereka itu… Jadi penasaran juga deh kalau hamil bakalan jadi anak siapa yah ? Atau jangan-jangan malah anak saya ? Hakhakhak” Tawa pak Urip seperti orang gila saat mengitari ibu kota tuk mencari gelandangan tua.
Seketika saat dirinya mendekati sebuah lampu merah yang posisinya berada di pinggiran ibukota. Ia menemukan seorang pria tua berpakaian lusuh dengan rambut putih serta janggut yang juga berwarna putih. Sekilas, pak Urip melihat adanya beberapa lalat yang berterbangan mengelilingi tubuhnya. Pak Urip tertawa, akhirnya ia menemukan sesosok gelandangan yang bisa ia pakai untuk memuasi nafsu majikannya.
Dengan suka cita ia mengarahkan motornya menuju pria tua itu. Ia lalu memelankan laju motornya saat ia hampir mendekati pria tua itu. Belum sampai saja, ia sudah dapat mencium aroma busuk dari pria tua itu. Pak Urip bahkan hampir muntah. Namun hal itu yang membuatnya jadi makin senang untuk mengajaknya 'join' tuk memuasi majikan binalnya.
“Permisi pak… Boleh ngobrol sebentar gak pak ?” Kata pak Urip saat duduk di sebelahnya.
“Boleh… Ada apa yah pak ?” Tanya gelandangan tua itu.
“Sebelum itu, saya mau ngenalin diri dulu… Saya Urip… Kalau bapak ?” Tanya pak Urip sambil menjulurkan tangannya.
“Saya Dikin… Panggil aja pak Dikin” Jawab pak Dikin yang membuat pak Urip tersenyum senang.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
*-*-*-*
“Hehe bapak… Ketemu lagi nih, kita” Kata Putri malu-malu setelah mendekati pejantan tuanya itu.
“Kali ini mbak gak kuliah yah ? Apa kuliah ? Jam segini kok belum masuk ?” Tanya pak Beni sambil mengamati 'outfit' yang dikenakan oleh mahasiswi cantik itu sejenak.
Pak Beni terpana saat melihat penampilan Putri yang menurutnya cukup menggemaskan ini. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini Putri tidak mengenakan kacamatanya. Putri hanya terbungkus gamis longgar berwarna coklat cerah mulai dari bahu hingga ke mata kaki. Sedangkan hijabnya berwarna coklat gelap. Ia juga mengenakan masker berwarna putih. Tampak sederhana memang sekilas, namun pakaiannya yang kebesaran itu justru membuat pak Beni semakin bernafsu. Mungkin karena pria tua kekar itu sudah mengetahui lekuk tubuh dari akhwat yang pernah ia gagahi seharian tersebut.
“Masuk kuliah kok setengah jam lagi… Ada apa bapak ngeliatin akunya kok gitu ?” Kata Putri saat mengamati wajah pak Beni.
“Ehh maaf… Saya cuma kagum aja sama penampilan mbak… Mbak cantik banget… Gak nyangka saya bisa bertemu dengan akhwat secantik mbak lagi di pagi ini” Puji pak Beni yang membuat Putri senyum-senyum sendiri.
“Hihihi ada-ada aja sih bapak… Makasih buat pujiannya” Kata Putri sampai salah tingkah sendiri.
“Sama-sama… Ngeliat mbak kayak gini… Mbak emang pantes dipuji kok” Kata Pak Beni yang semakin membuat Putri salah tingkah setelah mendengar pujiannya.
“Udah ah pak… Aku kan jadi malu… Lagian aku cuma dandan tipis-tipis aja kok hari ini… Tau gitu kalau aku bakal ketemu bapak… Aku pasti bakal dandan yang lebih cantik lagi” Kata Putri menyesali dirinya yang belum tampil maksimal dihadapan pak Beni.
“Udah gapapa mbak… Mbak udah cantik kok… Kalau mbak lebih cantik daripada ini… Bisa-bisa mbak saya culik loh nanti” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa.
“Hihihihi diculik kemana pak emangnya ?” Tanya Putri sambil memukul lengan pak Beni pelan.
“Ke rumah…. Biar mbak bisa saya entot seharian” Kata pak Beni jadi semakin gemas setelah bercengkrama dengan Putri.
“Uhhhhh pasti enak banget tuh… Culik adek dong bang… Hihihhi” Kata Putri yang malah justru ingin diculik.
“Dasar nakal yah… Pagi-pagi udah bikin sangek aja” Kata pak Beni yang jadi geregetan saat melihat wajah menggoda Putri.
“Hihihhi apaan coba ? Orang pengen diculik kok malah bapak sange sih” Kata Putri tersenyum malu-malu.
“Ya, iyalah… Ngebayangin mbak saya culik jadi membuat saya ingin melucuti pakaian mbak lagi… Dengan tubuh seindah ini pasti mudah buat mbak untuk bikin saya sangek lagi… Tuh kan kontol saya mulai keras lagi” kata pak Beni gara-gara ngebayangin tubuh polos Putri.
Mendengar kalau penis pak Beni mulai berdiri lagi membuat Putri tertawa. Putri yang penasaran tiba-tiba mulai menggerakkan tangannya tuk membuktikan perkataan lelaki jantan itu.
“Ah masa sih ?” kata Putri yang tiba-tiba mengelus celana pak Beni. Pak Beni pun terkejut. Pria tua berbadan kekar itu tidak menduga dengan perbuatan yang Putri lakukan.
“Aaaaahhhhh… Ehhh mbaakk… Jangann disini… Nanti diliat orang” Kata pak Beni yang sempet merem melek lalu menjauhkan tangan Putri karena takut dilihat orang lain.
“Hihihih kan cuma ngecek… Ihhh iya bapak udah ngaceng yah… Pasti kebayang waktu bapak ngentotin aku yah ?” Tanya Putri yang justru membuat pak Beni semakin gemas.
“Ya iyalah… Emang mikirin apa lagi yang bisa bikin saya ngaceng kayak gini ?” kata pak Beni yang membuat Putri semakin tertawa.
“Hihihihi bisa jadi mikirin mbak Nayla… Hayooo” Kata Putri yang membuat pak Beni tersentak kaget.
'Eh kok mbak Putri malah nyebut nama mbak Nayla sih ? Apa jangan-jangan mbak Nayla pernah cerita ke mbak Putri ? Ah gak mungkin… Pasti mbak Putri cuma asal nebak aja !'
Batin pak Beni terkejut.
“Mana ada mbak… Mbak Nayla kan udah punya suami… Gak sopan kalau saya bayangin mbak Nayla apalagi sampai pernah bercinta dengannya” kata pak Beni berbohong.
“Hmmm beneran ? Jadi cuma aku nih satu-satunya wanita yang pernah bapak setubuhi ?” Kata Putri tersenyum.
“Iiiyyy… Iyya dong… Cuma mbak yang pernah saya setubuhi… Makanya kemarin saya nafsu banget sampai keluar berkali-kali” Jawab pak Beni terus saja berbohong.
“Hihihih makasih” Jawab Putri yang tiba-tiba langsung memeluk pak Beni.
Sontak pak Beni terkejut saat tubuh kekarnya dipeluk erat oleh akhwat bermasker yang memiliki tubuh ramping menggoda itu. Meski daritadi mereka terus mengobrol mesum, tapi sebenarnya masih ada beberapa mahasiswi ataupun mahasiswa yang lewat di sekitar mereka. Mereka sedari tadi mengobrol dengan sangat lirih. Namun, ketika mereka berpelukan, jelas tindakan mereka menarik perhatian orang-orang sekitar.
“Mbaakk… Udaaahhh mbak… Apa gapapa diliatin orang-orang ?” Tanya pak Beni sambil matanya melihat ke sekitar.
“Gapapa pak… Biarin aja… Aku nyaman kok sama bapak… Aku gak peduli dengan apa tanggapan orang-orang soal hubungan kita” Kata Putri mengejutkan pak Beni.
“Ehh tapi nanti kalau ketahuan temen mbak terus lapor ke dosen gimana ?” Kata pak Beni yang justru panik sendiri.
“Hihihi tenang aja… Tinggal bilang aja kalau bapak itu ayah aku… Ayah yang aku cinta… Bahkan juga aku izinin buat muasin tubuh aku… Hihihihi” kata Putri sambil menatap wajah pak Beni lalu melepas pelukannya untuk memegangi telapak tangan pak Beni untuk mengecup punggung tangannya.
Orang-orang yang melihat Putri salim ke pak Beni langsung menduga kalau mereka berdua memang memiliki hubungan keluarga.
“Liat kan… Masalah beres kan… Hihihihi… Yuk temenin aku” Kata Putri sambil menarik tangan pak Beni.
“Eh kemana ?” Tanya Pak Beni terkejut.
“Anterin aku ke kampus lah pak… Masa seorang ayah gak mau nganterin putrinya ke kampus sih” Kata Putri sambil tersenyum.
“Eh ? Anterin ke kampus ? Hehehe yaudah deh” Kata pak Beni saat terkagum sejenak melihat indahnya senyum Putri.
“Hihihhi tapi kancingnya dibuka satu yah pak… Biar bapak keliatan lebih gagah” Ucap Putri meminta permohonan.
“Kayak gini ?” Tanya pak Beni.
“Nah iya ? Waahhh bapak jadi keliatan seksi deh hihihi… Duh rahimku jadi anget nih” kata Putri dengan vulgarnya yang membuat pak Beni menenggak ludah.
“Dasar binal banget yah ucapan mbak… Jadi panas dingin loh saya” Lirih pak Beni yang justru dijawab Putri seperti ini.
“Sengaja biar bapak makin sayang ke aku… Hihihihi” Jawabnya sambil membetot penis pak Beni diam-diam.
“Aaahhhh mbaakkk… Udahhh ihh… Ketahuan nanti” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa senang.
Mereka berdua pun berjalan bersama. Sungguh unik memang saat melihat ada seorang akhwat berhijab yang mengenakan masker tengah menggandeng lengan pria tua yang mengenakan seragam tukang sapu jalanan. Apalagi kancingnya sudah dibuka beberapa. Nampak dada bidangnya terlihat. Pak Beni dengan tubuh kekarnya membuat beberapa akhwat yang ada disekitarnya terdiam menatap sosoknya. Pak Beni yang diperlakukan seperti ini justru membuatnya jadi semakin percaya diri. Ia pun jadi memikirkan apa yang ada di benak akhwat-akhwat yang terpana saat melihatnya tadi.
'Apa jangan-jangan rahim mereka anget juga yah setelah melihat saya ?'
Batin pak Beni yang jadi semakin percaya diri.
Sedangkan Putri hanya tersenyum saja tanpa memperdulikan tatapan-tatapan akhwat yang menatap kegagahan pak Beni. Ia justru dengan bangga memamerkan kekasih gelapnya. Ia menggandeng lengan pak Beni semakin erat. Ia pun terus berjalan bersama pak Beni hingga diri mereka semakin mendekati gerbang kampus mereka. Sekilas wajah Putri menoleh tuk menatap wajah pejantan tuanya itu.
'Pak Beni emang hot banget sih… Tubuhnya sempurna banget… Emang cocok deh kalau jadi hot daddy aku… Hihihihih…'
Batin Putri tersenyum sendiri.
*-*-*-*
“Oh, jadi nama bapak, pak Dikin yah ? Boleh saja ajak ngobrol kan ? Saya gak ganggu waktu bapak kan ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Ganggu waktu saya ? Buwahahaha… Saya ini pengangguran pak… Kalau mau ngobrol sama saya ya ngobrol aja… Saya gak keganggu sama sekali kok… Saya justru seneng karena punya teman ngobrol lagi” Kata pak Dikin tertawa.
“Hakhakhak bener juga… Yah jadi gini pak sebenernya… Duh dari mana yah mulainya jadi bingung saya hakhakhak” Kata pak Urip sambil memutar otak.
“Loh kenapa ? Bilangin aja pak apa adanya… 'Monggo'… Saya orangnya santai kok… Saya gak pernah tersinggung apa gimana” Kata pak Dikin yang rupanya orangnya cukup 'easy going' juga.
“Ah iya… Bapak kenal mbak ini gak ? Mbak yang duduk disebelahnya mbak berkacamata ?” Tanya pak Urip sambil menunjukkan sebuah foto.
MECROCO
https://thumbs4.imagebam.com/08/7b/c8/MECROCO_t.jpg 08/7b/c8/MECROCO_t.jpg
“Ahhh mbak Nayla” Kata pak Dikin yang membuat pak Urip terkejut.
“Eh bapak kenal rupanya ? Kok bisa ?” Tanya pak Urip penasaran.
“Loh saya itu kenal semua warga yang tinggal dikompleks perumahannya mbak Nayla… Sebaliknya mereka juga kenal saya kok… Hampir semua orang pernah memberi saya bantuan baik itu uang tunai ataupun pakaian… Dulu masih inget banget saya kalau mbak Nayla sama suaminya pernah menyumbangkan sekardus pakaian bekas untuk saya… Baik banget mbak Nayla orangnya” Kata pak Dikin yang diam-diam sambil mengelus peninsya.
Pak Urip yang menangkap momen itu langsung tersenyum menatap pak Dikin.
“Oh yah ? Ngomong-ngomong Bapak nafsu gak ke mbak Nayla” Kata pak Urip secara frontal yang membuat pak Dikin terkejut.
“Eh nafsu ? Ya nafsu lah… Siapa sih yang gak nafsu ngeliat akhwat secantik mbak Nayla… Buwahahaha” Jawab pak Dikin malu-malu hingga membuatnya tertawa sendiri.
“Hakhakhakh… Kebetulan… Bapak beruntung” Kata pak Urip yang membuat tawa pak Dikin terhenti.
“Eh maksud bapak ?” Tanya pak Dikin.
“Baru kemarin sih… Ya, mbak Nayla bilang ke saya… Kalau dia ingin bercinta dengan seorang gelandangan tua… Sepertinya ia bosan bercinta dengan suaminya makanya ingin mencari pengalaman baru untuk bercinta dengan seorang gelandangan… Kebetulan saya bertemu dengan bapak… Apa bapak tertarik untuk bersetubuh dengannya ?” Tanya pak Urip yang membuat pak Dikin tersenyum senang.
“Beneran pak ? Tentu saya tertarik… Saya tertarik banget… Saya itu sangat bernafsu pada mbak Nayla… Udah sejak lama malah saya nafsu banget ke dia… Kalau emang bener mbak Nayla tertarik, tentu akan saya balas rasa ketertarikan itu dengan kepuasan yang tak terkira” Kata pak Dikin dengan penuh keyakinan.
“Oh yah ? Emang bapak punya pengalaman nih ? Bukannya bapak udah lama tinggal sendiri di jalanan ? Udah lama kan bapak gak ngentot sama cewek ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Saya ? Pengalaman ? Buwahahaha… Asal bapak tahu aja yah… Dulu saya sampai diusir sama anak saya ya gara-gara saya nekat memperkosa menantu saya… Saya ini sudah lebih dari kata 'punya pengalaman' untuk memuasi seorang cewek pak… Meski udah bertahun-tahun saya enggak ngentot sama cewek… Saya jamin, saya akan menjadikan sentuhan pertama saya nanti sebagai sentuhan yang penuh arti dan akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam pada diri mbak Nayla” kata pak Dikin yang sampai menceritakan pengalaman rahasianya soal dirinya yang berakhir sebagai gelandangan.
“Oh yah ? Beneran itu pak ? Hakhakhak nekat juga yah bapak sampai berani memperkosa menantu bapak” Kata pak Urip kagum akan pengalaman pak Dikin.
“Yah… Pengalaman yang indah… Jujur saya sudah memperkosanya 10 kali… Bahkan saya sampai membuatnya hamil saat itu… Tapi sayang banget pas saya ingin memperkosanya yang ke sebelas kali… Anak saya mempergoki saya… Saya pun diusir… Padahal waktu itu saya hampir memejuhi rahim menantu saya yang udah jadi bumil” kata pak Dikin yang semakin membuat pak Urip tertarik.
“Hakhakhak… Okelah… Kalau gitu bapak lulus wawancara saya… Yuk ikut saya ke rumah… Biar saya anter bapak menuju rumahnya… Bapak siap kan kalau melakukannya sekarang ?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Saya siap kapan saja dan dimana saja… Antarkan saya… Akan saya buat akhwat cantik itu mendesah keras saat menerima genjotan saya !” Kata pak Dikin dengan penuh ambisi.
“Hakhakhak… Oke tunggu sebentar” Kata pak Urip sambil mengeluarkan hapenya. Ia lalu mengetik beberapa kata yang kemudian ia langsung kirimkan pada sebuah nomor yang memiliki nama kontak “Lonte peliharaan”.
'Siapkan dirimu non… Saya akan segera pulang… Dandan yang cantik… Kenakan pakaian yang terbaik !'
Batin pak Urip saat membaca ulang pesan yang ia kirim tadi.
*-*-*-*
Setibanya mereka di gerbang kampus.
“Sudah yah mbak… Silahkan dilanjut… Semangat kuliahnya yah” Kata pak Beni sambil menatap Putri.
“Loh kok udah ? Gedung kelasku kan masih jauh pak… Ayo dong anterin aku lagi” kata Putri memaksa sambil merangkul lengan kekarnya.
Pak Beni terkejut. Ia sebenarnya senang tapi ia tak nyaman pada pandangan orang-orang yang terus melihat mereka. Apalagi saat Putri terus memaksa yang membuat tubuh kekarnya mau tak mau menuruti permintaan mahasiswi cantik itu.
“Loh mau sampai mana mbak ? Apa saya boleh masuk ? Saya gak enak loh sama tatapan orang-orang disini” Lirih pak Beni kepada Putri.
“Sampe gedung kelasku aja pak… Bentaran kok… Masa gak mau sih nganterin aku ?” Kata Putri tiba-tiba berhenti melangkah lalu cemberut hingga menyilangkan tangannya di dada saat menatap pria tua kekar itu.
“Maa… Maauuu kok mbak… Tapi saya cuma gak enak aja… Saya kan bukan orang dalem kampus… Saya jadi gak enak kalau mereka mikirnya macam-macam ke saya” Kata pak Beni berusaha menjelaskan.
“Gak usah peduliin… Kan aku ada di sisi bapak… Pokoknya bapak harus nganterin aku, titik ! Mau yah ? Ayo lah” Kata Putri terus memohon.
“Iyy… Iyya mbaakk… Yaudah” Kata Pak Beni yang akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan Putri.
Disini pak Beni sudah seperti seorang ayah yang menuruti kemauan macam-macam dari anak manjanya. Akhirnya mereka berdua kembali berjalan bersama. Mereka berjalan menuju arah utara ke gedung kelas Putri.
Sembari berjalan, pak Beni pun membatin di dalam hati.
'Mbak Putri ini orangnya cantik tapi suka maksa deh… Duhh ribet juga… Kalau keseringan bisa bikin gak nyaman nih… Males juga kalau harus nurutin kemauannya yang ini itu… Kalau masuk akal kayak kemarin yang disuruh muasin sebelum keluar kamar kos mah masih oke lah… Lah ini ? Duh rasanya kayak ditelanjangin, malu banget rasanya ditatap oleh orang-orang sebanyak ini… Masalahnya tatapan mereka itu kayak menganggap saya itu gimana gitu… Menyebalkan banget pokoknya…'
Batin pak Beni sambil melirik Putri.
Seketika Putri menoleh yang membuat pak Beni buru-buru membuang mukanya.
'Hihihi habis ngelirik-ngelirik yah ? Dasar nakal ih gak jaga pandangan… Duhhh mana pak Beni hot banget lagi… Makin kesini kok bikin aku panas dingin yah… Jadi geregetan pengen buka kancing seragamnya biar bisa ngeliat tubuh indahnya lagi… Gagah banget sih pak Beni ini !'
Batin Putri yang sudah tergila-gila pada tubuh kekar pak Beni.
MECRL3B
https://thumbs4.imagebam.com/c8/b7/9d/MECRL3B_t.jpg c8/b7/9d/MECRL3B_t.jpg
'LORONG KAMPUS
Saat Putri menatap ke depan, ia menyadari kalau lorong gedung kelasnya tidak terlalu ramai. Entah kenapa ia jadi kepengin sesuatu. Rahimnya anget tiap kali memandang tubuh indah pak Beni. Ia ingin mendinginkannya. Ia ingin mendinginkannya dengan cara menjepit penisnya menggunakan vaginanya.
'Mumpung kampus sepi… Aku ajak pak Beni ngentot lagi ah… Hihihihi…'
Batin Putri yang bersiap untuk menggoda pak Beni.
“Paaaakkkkkk” Kata Putri dengan nada menggoda setelah mereka tiba di dalam gedung tepatnya di lorong gedung kelasnya.
“Ada apa mbak ?” Tanya pak Beni menoleh hingga mereka dalam posisi saling berhadapan.
“Hmmmm hihihih… Aku punya permintaan ke bapak… Bapak sanggup gak menuhin permintaan aku ?” Kata Putri malu-malu bahkan tak berani untuk mengangkat wajah cantiknya itu.
“Permintaan ? Emang, apa yah ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hihihihi mumpung udah lama kita gak begituan lagi… Mumpung disini gak terlalu ramai… Aku mau bapaaakkk . . . . “ Kata Putri malu-malu sambil membelai tubuh pak Beni. Kedua tangannya dengan manja mengusap dada pak Beni. Bahkan jemarinya dengan nakal juga membuka kancing seragam pak Beni. Tatapannya yang menggoda serta senyumannya yang manis menghanyutkan membuat pak Beni sampai melamun sejenak.
Namun tangan Putri yang seakan-akan tengah membugili dirinya buru-buru membangunkannya dari lamunan indahnya. Ia yang tersadar sedang berada dimana buru-buru menyadarkan Putri agar mengurungkan niatnya.
“Astaga naga… Mbak… Kita lagi di kampus loh… Apa yang ingin mbak lakukan ? Jangan mbak… Nanti kita kena masalah loh” Kata pak Beni panik.
“Hihihihi kampus lagi sepi kok… Aku cuma kangen… Aku kangen kontol bapak yang bisa bikin aku menjerit penuh kepuasan… Mmmpphhh gimana yah keadaan kontol bapak ? Apa jangan-jangan makin kesini makin membesar ? Hiihihih” Lirih Putri kali ini sambil membelai celana pak Beni.
Sontak penis pak Beni langsung ngaceng maksimal ketika dibelai dengan begitu manja oleh tangan akhwat bermasker itu. Apalagi sensasi di ruangan terbuka menambah rasa deg-degan yang membuat perlakuan mereka menjadi jauh lebih menantang.
Jujur pak Beni menikmati. Tapi rasa takut akan ketahuan itu yang membuatnya agak ragu untuk melanjutkan aksinya itu.
“Taappp… Taappiii mbaakk… Tolonggg… Nanti kalau ketahuan mbak sendiri loh yang kena masalah” Kata pak Beni yang memperdulikan nasib kuliah Putri.
“Hihihihi makasih udah meduliin aku… Makanya ayo cepetan… Buruan pejuhin memek aku biar aku bisa berangkat ke kelas segera… Sekarang aku keluarin yah kontol bapak” Kata Putri kali ini sambil menurunkan resleting celana pak Beni lalu menarik penis raksasanya keluar dari dalam sarangnya.
“Aaaaaaahhhhhhhh” desah pak Beni merasakan dekapan halus Putri. Ia yang deg-degan terus menoleh ke kanan juga ke kiri. Memang tidak ada yang berlalu lalang disekitar mereka. Tapi jauh di seberang tepatnya di pertigaan lorong yang jaraknya masih cukup jauh ada beberapa mahasiswa yang berkumpul disana. Pak Beni takut namun elusan tangan dari Putri membuat pak Beni jadi bingung haruskah ia menikmati atau menghentikan aksinya ini.
“Mmpphhh tuh kan gede banget kontol bapaakk… Aku jadi makin suka deh… Mmmpphh gak sabar ngerasain kontol segede ini masuk ke dalam memek aku” Goda Putri sambil terus mengocok-ngocok penis hitam itu.
“Aaaahhhhh… Aaaaahhhh… Buruan mbak masukin aja… Buruan sebelum ada orang lain yang lihat” Kata Pak Beni yang ingin buru-buru menyudahi karena khawatir aksi mesumnya ini bakal kepergok orang lain.
“Hihihi yang sabar dong pak… Aku kan mau mainin kontol bapak dulu… Aku mau gedein kontol bapak dulu yah biar nanti rasanya jadi lebih nikmat pas masuk ke memek aku… Biar aku bisa lebih ngerasain gesekan kontol bapak yang udah keras maksimal hihihih” kata Putri sambil terus mengocok penis pak Beni.
“Aaaahhhh mbaaakk… Tapii aaaaahhh…. Aaaahhh yahhh nikmat sekaliii… Aaahhhhh yaahhh” desah Pak Beni sampai merinding saat merasakan kocokan tangan Putri.
Jemari Putri dengan lihai mendekap batang penis tukang sapu jalanan itu. Usapannya yang awalnya pelan lama-lama mulai dipercepat. Bahkan Putri sampai berjongkok agar dapat melihat penis kekar pak Beni dalam jarak yang begitu dekat. Putri terpana akan ukurannya. Putri juga terpana akan rupanya. Putri juga terpana mengingat penis sebesar ini pernah keluar masuk di dalam vaginanya bahkan berulang kali memejuhi rahimnya.
Putri pun memejam mengingat semua sodokan pak Beni yang berniat ingin menghamilinya. Ia membayangkannnya untuk menambah sensasi saat mengocok penisnya. Hal itu membuat pak Beni semakin tak karuan dalam menahan kocokan tangan Putri. Rasanya jadi semakin nikmat. Apalagi saat menahannya sambil menatap wajah indah Putri yang berada tepat di depan penisnya.
MECRL31
https://thumbs4.imagebam.com/ad/b4/e8/MECRL31_t.jpg ad/b4/e8/MECRL31_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Uuuhhhh makin keras aja nih kontol bapaakk… Hihihi tuh kan lama-lama makin gede” Kata Putri setelah berulang kali mengocok penisnya.
“Aaahhh yaahhh… Aaahhh mbaakk… Aaahhh buruannn… Buruannn mbakk masukin sekarang” Desah pak Beni yang masih ketakutan andai aksi mereka ketahuan.
“Hihihi tenang dong pak… Kalau kontol bapak udah segede gini… Aku kan jadi gak nahan pengen nyepong kontol bapak” Kata Putri yang tiba-tiba menurunkan maskernya lalu mendekatkan mulutnya ke ujung kulup penis pak Beni.
“Eeehhh mbaakk…. Mbaakk… Ehhh tungguu jangggg… Aaaahhhhhh” desah Pak Beni yang sampai merinding merasakan kehangatan dan kenyaman saat penisnya dilahap oleh Putri.
Penis pak Beni yang ukurannya begitu besar dan panjang membuat Putri hanya sanggup melahap ujung gundulnya saja yang perlahan semakin terbuka ketika penis pak Beni berereksi dengan benar.
Mulut Putri pun mulai menyedot-nyedot penisnya. Dekapan tangannya di batang penisnya turut membantu dengan mengocok-ngocoknya. Terkadang lidahnya ikut membantu dengan menjilati lubang kencingnya. Pak Beni jadi panas dingin. Tangannya jadi geregetan merasakan betapa nikmatnya kuluman yang mahasiswi binal itu berikan.
“Mmppphhhh… Mmpphhhh… Nikmat banget sih kontol bapak… Mmpphhh aku jadi gak peduli lagi… Aku cuma ingin kontol bapak… Aku ingin terus mengulum kontol bapak” desah Putri saking menikmati kulumannya.
“Aaahhhh… Aaahhh tunggu mbaakk… Aaahhhh nikmat sekalii… Aaahhhh enak sekali sepongan mbak” desah pak Beni dengan lirih mengingat lokasi dimana mereka beraksi.
“Mmpphh iyaahh dong paakk… Mmpphhh kontol bapak dikasih apa sih ? Kok aku jadi gak bisa lepas gini… Aku jadi pengen… Mmppphhhh” desah Putri saat mencaplok penis pak Beni lebih dalam lagi.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhhh mantapnyaaa… Ouhhh mbaakkk mmpphhhh” desah pak Beni berusah bertahan agar tidak menimbulkan desahan yang mencurigakan.
Terlihat mulut Putri mulai maju mundur melahap penis pak Beni. Kalau tadi ia cuma mengulum ujung kulupnya. Maka kali ini setengah dari penis itu sudah masuk ke dalam mulut Putri. Putri memaju mundurkan kepalanya. Lidahnya di dalam juga membantu dengan membasahi keseluruhan penis itu menggunakan liurnya. Kedua tangan Putri pun mendekap paha pak Beni. Kedua kaki Putri sampai berlutut. Matanya memejam. Ia terus mengulumnya tanpa peduli dengan keadaan. Ia hanya menikmati tugasnya. Ia menikmati perbuatannya saat menodai penis tukang sapu jalanan yang tidak disunat itu. Ia tak memperdulikan dimana ia berada juga statusnya sebagai akhwat alim yang sebentar lagi akan menikah. Ia hanya peduli pada penis pak Beni. Ia pun mulai membayangkan tubuh kekar pak Beni disaat telanjang agar kulumannya terasa lebih nikmat.
“Mmpphhh bapaaakkk… Aku suka banget sama tubuh bapak… Bapak kekar banget… Aku suka sama badan bapak yang bisa bikin aku terangsang terus… Mmpphh apalagi kontolnya… Aku jadi gak sabar pengen ngerasain sodokan bapak lagi di rahim aku… Mmmppphhh” desah Putri yang semakin bersemangat dalam mengulum penis pak Beni.
“Aaaahhh yaahh…. Aaahhhh sepongan mbak kuat banget… Saya juga suka tubuh mbak… Mbak itu seksi… Saya jadi pengen ngeliat tubuh telanjang mbak lagi” Kata pak Beni yang semakin hanyut dan mulai tak memperdulikan dimana tempat mereka saat ini. Mata pak Beni bahkan ikut memejam menikmati sepongan Putri yang semakin dalam.
“Mmmpphhh aku juga paaakkk… Aku gak nahan… Aaaaaahhhhh… Cuiihhhh” desah Putri sambil meludahi penis pak Beni lalu mengocokinya setelah puas mengulum penisnya.
Putri pun menatap wajah pak Beni dengan penuh nafsu. Ia menatapnyaa sambil mempercepat gerakan tangannya dalam mengocok penisnya. Tatapannya yang menggoda membuat pak Beni lama-lama tidak tahan. Perpaduan sikap malu-malu Putri dengan kebinalannya dalam menggoda dirinya membuat pak Beni lama-lama ingin menghukumnya.
“Ayo berdiri mbak… Saya udah gak kuat pengen nyodok memek mbak” Kata pak Beni yang segera dituruti oleh Putri.
“Hihihihi siap paakkk… Ayooo” Kata Putri yang langsung berdiri lalu membelakangi pak Beni sambil menunggingkan pantatnya. Ia sudah bertumpu pada dinding bersiap untuk menerima hujaman pak Beni dari belakang.
Pak Beni meliahat ke kanan kiri sejenak. Menyadari tidak ada orang disana membuat Pak Beni langsung menaikkan rok gamis Putri lalu menurunkan celana dalamnya hingga tersangkut di kedua lututnya. Ia pun mulai mendekatkan penisnya mendekati pintu masuk vagina Putri.
Akhirnya ia bisa mendapatkan kesempatan ini lagi. Apalagi ia mendapatkannya di lorong kampus yang rawan ketahuan oleh teman-teman Putri.
“Dasar mbak yah udah bikin saya geregetan… Sekarang terima kontol saya ini… Terima amarah saya ini… Hennkgghhhh !!!
'Jleeeebbbbb !!!'
“Aaaaahhhh yaahhhhh” Desah Putri dengan manja.
Penis pak Beni dengan cepat langsung ambles menuju titik terdalam dari rahim Putri. Tubuh ramping Putri juga sampai terdorong maju ke depan. Mata Putri juga sampai merem melek merasakan terjangan penis pak Beni yang begitu bertenaga. Putri sangat puas meski ini baru permulaan saja. Ia pun jadi semakin tak sabar untuk merasakan aksi selanjutnya dari pria kekar yang bersiap untuk memuasi tubuhnya.
“Aaaahhhhh nikmat sekali jepitan memekmu ini mbaaak… Siap yaaahhh… Saya akan mulai” desah pak Beni sambil mendekap pinggul Putri ketika pinggulnya mulai ia tarik sebelum membenamkannya lagi ke dalam rahim Putri.
“Uuuhhhhhhhh” desah Putri sambil memejam.
Pak Beni kembali menarik pinggulnya sebelum menyodoknya lagi. Ia menariknya lalu mendorongnya lagi. Ia menikmati jepitan vagina Putri secara pelan-pelan. Ia menikmati setiap momen saat penisnya menggesek dinding vagina akhwat bermasker itu. Rasanya benar-benar nikmat. Meski cuma penisnya yang merasakan jepitan vaginanya namun kenikmatannya telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia pun mulai stabil dalam memaju mundurkan pinggulnya. Ia juga mulai mempercepatnya hingga desahan demi desahan terdengar dari mulut mereka.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh nikmat sekali memekmu ini mbaaak… Aaahhh yaahh… Aaahhhh” desah pak Beni sambil menampar bokong Putri.
'Plaaaakkkk… Plaaaakkk… Plaaaakkkkk !'
“Aaaaahh yaahhh… Aaahhhh sakitt paakk… Aahhh jangan ditampar lagi… Ouuhhhhh dalem banget kontol bapaaakkk” Jerit Putri menahan kebinalannya ini.
“Aaahhhh… Aaahhhh suka-suka saya dong mbaaak… Aaahhhh salah sendiri sudah menggoda saya untuk memuasimu disini… Jangan salahkan saya kalau sampai ketahuan yah mbak !” Kata pak Beni yang sudah tidak peduli lagi.
“Aaaahhh… Aaaahh yaahh… Iyaahh… Aku janji… Asalakan aku bisa mendapatkan kepuasan dari kontol bapaakk” desah Putri yang sudah dilanda nafsu birahi.
Pak Beni semakin mempercepat laju penisnya dalam membombardir lubang kenikmatan Putri. Kecepatannya yang semakin cepat membuat jeritan yang keluar dari mulut Putri semakin kuat. Apalagi tangannya juga sambil meraba-raba permukaan bokong Putri. Bokong Putri di elus. Bokongnya terasa begitu halus. Sesekali ia menamparnya lagi hingga desahan suara Putri semakin terdengar keras.
'Plaaakkk… Plaaakkk !'
“Aaahhh paaakkk… Aaahhh yaahhh… Aaaaahhhh nikmat banget sodokan bapaak” desah Putri yang suaranya mulai menggema di lorong kampus.
Pasangan tua muda yang sudah tak peduli tempat dimana mereka bercinta itu terus berpacu. Pak Beni dengan beringas mulai menyetubuhi Putri dengan ganas. Sodokannya yang mulanya berada di gigi 2 langsung berubah menjadi gigi 7. Saking kuatnya gempuran pinggul pak Beni membuat pinggul Putri berbunyi berulang kali saat terbentur pinggul pak Beni. Putri yang tak sanggup menahan sodokan ini mulai menjerit keras. Apalagi saat tangan pak Beni dengan nakal mulai membelai payudara Putri yang masih bersembunyi di dalam gamis longgarnya.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhh paaakkk…. Aaaaahhhhh teruss… Terusss aaaahhhh” desah Putri tak peduli lagi.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh nikmat banget… Aaahhhh rasanya kayak dicekik nih kontol saya mbaaakk” desah pak Beni dengan penuh nafsu.
Saat mata pak Beni membuka lalu matanya menoleh ke sisi bagian dalam dari lorong kampus tersebut. Ia mendapati adanya bayangan mendekat dari sisi kanan pertigaan lorong kampus tersebut. Seketika ia langsung menghentikan sodokannya. Ia panik lalu berbicara pada Putri.
“Duhh mbak… Kayaknya ada orang mendekat nih” Kata pak Beni sambil mementokkan penisnya ke dalam rahim Putri.
“Uuuhhhh gimana nih pak… Masa udahan ? Lagi nanggung nih” kata Putri yang tidak rela kalau menyudahi perzinahan mereka begitu saja seperti ini.
Seketika pak Beni melihat ke arah sebuah pintu yang agak sedikit terbuka. Ia lalu terpikirkan sebuah ide.
“Itu disana ruangan apa mbak ?” Tanya pak Beni.
“Ohhh itu kamar mandi pak ? Mau kesana ?” Tanya balik Putri.
“Ayo buruan… Kita lanjut disana” Kata pak Beni yang sebenarnya juga kepalang nanggung kalau dipaksa menyudahi perbuatannya begitu saja seperti ini.
Dengan terburu-buru. Kedua pasangan mesum itu langsung masuk ke dalam toilet yang terbuka. Tanpa memperdulikan itu toilet apa, mereka langsung masuk saja lalu juga memasuki salah satu bilik yang berada disana.
“Fiyuhh nyaris aja” kata Putri sambil mengunci bilik pintu di ruangan tersebut.
“Hah… Iya nih… Yuk dilanjut… Udah gak sabar saya ngerasain jepitan memek mbak lagi” kata pak Beni sambil tersenyum mesum menatap wajah Putri.
“Hihihiih… Yang sabar yah… Kalau gitu tolong bukain dong” kata Putri yang minta dibugili.
“Wah mau telanjang yah ? Ide bagus nih” kata pak Beni yang langsung menurunkan resleting gamisnya lalu mengangkatnya melalui kepala mungil Putri. Gamisnya pun terlepas, Putri dengan malu-malu menggantungnya pada gantungan yang berada di balik pintu.
“Behanya juga yah pak” kata Putri malu-malu sambil melepas ikatan bra Putri.
“Terserah mbak aja… Saya ikhlas asalkan bisa ngerasaian jepitan memek mbak lagi” Kata Pak Beni yang hanya duduk di toilet duduk sambil melihat Putri yang mulai menelanjangi dirinya.
“Hihihihi awas bapak ntar makin nafsu loh” kata Putri yang sudah bertelanjang bulat setelah melepaskan beha beserta celana dalamnya juga. Putri tingal mengenakan hijabnya. Bahkan maskernya sudah turun dan dibiarkan menggantung di lehernya sehingga pak Beni dapat melihat polosnya tubuh indah Putri.
“Kalau itu mah udah dari tadi mbak… Duh jadi makin seksi nih… Liat deh… Kontol saya sampai ngangguk-ngangguk ngeliat keindahan mbak Putri” kata pak Beni yang menggerakkan otot penisnya tuk menggoda birahi Putri.
“Hihihihi lucu banget… Bapak juga dong… Aku buka yah kancingnya” kata Putri sambil melepas satu demi satu kancing seragam pak Beni hingga terlepas seluruhnya.
“Terserah… Silahkan lakukan apa aja ke saya mbak” kata pak Beni membiarkan Putri melakukan apa saja pada dirinya.
Putri pun tersenyum. Setelah melepas seluruh kancing seragam pak Beni. Ia juga memelorotkan celana pak Beni hingga turun sampai lutut. Putri yang sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab, 'stocking' dan sepatunya itu menatap pak Beni yang tinggal mengenakan seragamnya yang itupun sudah terbuka seluruh kancingnya dan juga celananya yang turun sampai ke lutut. Putri sengaja tidak menelanjanginya karena menurutnya kondisi pak Beni saat ini jauh lebih seksi. Putri pun mendekat tuk menunggangi penis liar itu. Putri ingin menjinakkannya. Ia pun bersiap untuk menungganginya sambil memegangi bahu lebarnya.
“Uuuuuhhh paaakkk” desah Putri merasakan dalamnya sodokan pak Beni.
“Aaaaahhh nikmatnyaaa… Duh gak sabar digoyang sama akhwat binal ini” Puji pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Hihihihi gak cuma binal tapi juga jago muasin” Kata Putri sambil mengedipkan matanya sebelum tubuhnya mulai ia angkat lalu ia benamkan lagi.
“Aaaahh yaahhh… Iyyah seperti itu mbaak… Ouhhh ayoo lagi… Aaahh yaahhh… Mmpphhh” desah pak Beni puas sambil memegangi pinggang ramping Putri.
“Hihihi enak kan pak ? Aku juga nih… Mmpphhhh… Rasa kontol bapak emang gak ada duanya… Rasanya nikmat banget… Ouuhhhhh” desah Putri saat menatap mata pak Beni.
“Enak banget mbaakk… Rasanya emang josss… Ayo goyang teruss… Goyang kontol saya sampai mampus… Hahahha” tawa pak Beni yang sudah geregetan ingin digoyang Putri.
“Iyyahh paakk… Mmmpphh ini aku goyang kok… Aaahhhh gede banget kontol bapaakkk… Aaahhhh kuatnyaaa… Aaahhhh keras banget sih kontol bapak bikin aku… Aaahhh yaahhh” desah Putri yang mulai stabil saat naik turun menunggangi penis itu. Wajahnya yang sangek membuat pak Beni bergairah. Gerakan susunya yang bergoyang membuat pak Beni semakin sumringah. Goyangan pinggulnya yang sungguh nikmat membuat pak Beni jadi terus mendesah.
Pak Beni sangat menikmatinya. Ia menikmati goyangan Putri sambil menikmati keindahan yang ada di hadapannya.
“Aaaahhhh yaahhh… Aahhh beruntungnya saya bisa menodai tubuh seindah ini… Aaahhh teruss… Ayoo terus goyang mbaaakkk” desah Pak Beni menyemangati.
“Aaahhh iyaahh… Mmpphhhh… Mmpphh yaahh… Aku juga beruntung bisa menunggangi tubuh sekekar ini… Aku suka banget paakk… Aku jadi maauuu… Mmpphhhh” desah Putri yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya untuk mencumbu bibirnya.
Ditengah goyangan Putri yang terus berlanjut. Bibir Putri dengan binalnya mendekat untuk menjepit bibir pak Beni sambil menyeruput. Putri menghisap bibir pak Beni. Lidahnya di dalam juga menjilati bibir pak Beni. Ia menikmati cumbuannya sambil terus menggoyang penisnya. Kenikmatan yang begitu terasa membuat pak Beni membalas cumbuannya.
“Mmpphh nakal banget yah kamu mbak… Mmpphhh pagi-pagi bukannya kuliah malah ngajak saya berzina… Mmpphhh untung mbak seksi… Saya jadi ada waktu buat ngelayani mbak” desah Pak Beni ditengah cumbuannya.
“Mmmppphh habis bapak hot banget sih… Aku jadi gerah ingin menikmati kontol bapak lagi… Mmpphhh salah sendiri bapak udah mencuri hati aku… Bapak harus tanggung jawab memuasi diriku… Bapak harus bisa memuasiku terus pokoknya… Kalau bisa setiap hari bapak harus membuat aku menggelinjang oleh sodokan bapak yang begitu memuaskan” desah Putri membalas kata-kata kotor pak Beni.
“Mmpphh tenang aja… Dimanapun dan kapanpun mbak butuh saya… Saya akan datang tuk memuasi tubuhmu… Sekarang ayo fokus berzina… Jangan banyak bicara lagi mbak !” kata pak Beni sambil terus mencumbu bibir manis putri.
“Iyyahh paakk… Mmpphhh aku nurut… Aku akan fokus menikmati kejantanan bapak” desah Putri yang juga terus mencumbu bibir tebal pak Beni.
Dikala bibir mereka yang saling menghisap. Lidah mereka di dalam juga saling berperang dengan menjilati satu sama lain. Lidah mereka seperti sedang pedang-pedangan. Kadang lidah mereka juga seperti sedang bermain 'smackdown'. Terkadang lidah Putri menindihi lidah pak Beni. Kadang lidah pak Beni yang menindihi lidah Putri. Tak jarang pak Beni membawa lidah Putri ke dalam mulutnya. Pak Beni pun menghisapnya. Ia menyeruputnya hingga liur mereka jatuh menetes dari sela-sela mulut mereka.
Sedangkan Putri yang dicumbu seperti ini jadi semakin bersemangat. Ia jadi semakin rajin bergoyang. Ia benar-benar menikmati kebinalannya dengan memuasi tubuh pak Beni.
“Mmpphhh… Mmphhh… Aaahhh… Aaaahhh” desah mereka setelah berhenti bercumbu lalu saling tatap menatap dengan penuh nafsu.
“Aaahhh… Aahhh.. Indah sekali wajahmu ini mbaakk… Indah sekali pokoknya… Saya sampai kehilangan kata-kata” Kata pak Beni yang membuat Putri tersenyum malu.
Putri pun jadi semakin senang. Ia rasa, ia jadi semakin mencintai pejantan tuanya itu.
“Hihihih makasih pak… Mmpphhh aku percepat yah… Aku rasa aku udah mau keluar… Mmpphhh” desah Putri disela-sela goyangannya.
“Aaahhh yaahhh… Saya juga… Saya juga mau keluar kok mbak” balas Pak Beni yang rupanya sudah tidak tahan lagi.
MECRL38
https://thumbs4.imagebam.com/db/b4/7f/MECRL38_t.jpg db/b4/7f/MECRL38_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Putri mulai bergerak cepat dalam menggoyang penis tukang sapu jalanan itu. Tubuhnya diangkat lalu diturunkan. Vaginanya diangkat lalu kembali diturunkan. Terasa gesekannya membuat mata Putri memejam. Penis pak Beni yang begitu keras memberikan sensasi tersendiri baginya. Putri sampai mendesah hingga deru nafasnya mengenai wajah pejantan tua yang memiliki wajah jelek itu. Pak Beni hanya bisa merem melek. Ia begitu dimanjakan oleh goyangan serta raut wajah betinanya yang begitu terangsang.
“Aaahhhh teruss… Teruss yang kenceng mbaakk… Aaahh yahh… Mantap sekalii… Aaahhh” Desah pak Beni menikmati goyangan Putri.
“Aaahhh iyaahh pakkk… Iyaaahhh… Aaahhhhh” desah Putri menuruti.
Lagi. Putri mengangkat tubuhnya dibenamkannya. Ia melakukannya sambil memejam karena ingin fokus menikmati goyangannya tuk merasakan gesekan dari penis pria tua yang merupakan tukang sapu jalanan itu. Ia mendesah juga mengerang penuh kenikmatan. Gesekannya membuat lendir di dalam vaginanya semakin banyak. Hal itu lah yang membuat Putri semakin nikmat. Ia kembali mempercepatnya. Dadanya sampai bergoyang naik turun memanjakan mata pejantannya.
“Aaaaahhhhhh” desah Putri terkejut hingga matanya membuka dan mendapati pak Beni tengah menyusu saat dirinya menggoyang tubuhnya.
Putri pun kembali memejam saat mendapatkan rangsangan tambahan yang membuatnya semakin kenikmatan.
Mmpphhh... Mmpphhh... Manisnya susumu... Mmpphh sslllrrppp desah pak Beni sambil menyusu karena gemas akan godaan dari susu bulat itu.
Aahhh paakkk gelii... Aaahhh... Aaahhhh desah Putri merinding.
Mmpphhh nikmatnyaaaa.... Mmpphh... Mmmpphhh desah pak Beni saat menghisap puting susu Putri lebih kuat lagi.
Aaaahhhh... Aaaahhhhhhh desah Putri semakin keras.
Pak Beni dengan beringas langsung meremas dan menyeruput pentil susu Putri hingga puas. Bibirnya mengatup rapat. Lidahnya menggeliat tuk menjilat. Nampak susu Putri semakin basah. Nampak susunya semakin membesar saja.
Aaaahhh... Aaaahhhhh... Aaaahhhh desah Putri semakin keras saat nafsunya hampir mencapai puncak.
Mmpphh aaahhh... Mmpphh yaahhh... Ayo goyang terus mbak... Yang keras... Yang cepat !!! Desah pak Beni menyemangati.
Aaahhh iyyaahhh... Iyyaahhh desah Putri yang sudah tidak kuat lagi. Sama halnya dengan Putri, pak Beni juga. Ia pun menahan birahinya agar bisa keluar bersamaan dengan semprotan betinanya.
Putri mempererat pegangannya pada bahu pak Beni. Ia lalu mengangkat tubuhnya setinggi-tingginya lalu membenamkannya sedalam-dalamnya. Tusukan penis pak Beni jadi semakin terasa. Sensasi liarnya membuat pikirannya semakin bernafsu untuk mendapatkan kenikmatan dari pemuas nafsunya itu.
Aaahhhh... Aaaaahhhh
Putri menggoyang tubuhnya maju mundur. Gerakannya seperti sedang menguleg sambel. Terasa sensasi pedas di vaginanya. Terasa sensasi panas yang membuat dirinya tak pernah puas. Putri kemudian melakukan gerakan memutar. Gerakannya seperti sedang menggerakan persneling mobil. Vaginanya seperti sedang diubek-ubek saja. Nayla puas. Kedua tangannya pun ia taruh di kedua payudaranya agar memudahkan pak Beni untuk menyususu disana.
Aaaahhh... Aaaahhhh... Aaaaahhhhh… Ini pak jilat !
“Mmmpphh ssllrrp… Mmpphh sllrrpp nikmatnyaa… Nikmat sekali susumu mbak”
“Aaahhh yahhh… Aaahhh teruss… Aaahhhhh” desah Putri saat merasakan tanda-tanda orgasme mendekat.
Aaahhh... Aayooo... Lebih cepat... Uhhhhhh desah pak Beni yang blingsatan merasakan goyangan liar Putri.
Gairah Putri memuncak. Nafsunya membara. Tubuhnya semakin panas. Ia pun melampiaskan semuanya dengan menggoyang penis pak Beni lebih cepat lagi. Goyangannya jadi terasa nikmat. Ia pun tak kuat untuk menahan semua goyangan ini lagi.
Aaaahhh paakkk... Aaahhhh... Aaaahhhhh desah Nayla tak kuat lagi.
Ouuhhh yaaahhh... Aaayyooo mbaakk... Terusss... Aaahhh nikmatnyaaaa
Aaahhh akuu udah gak kaut… Aku mauu kelluaarrr, pak... Akuuu maauu kelluaarrr
“Aaahhh saya jugaa… Saya juga udah gak kuat lagi… Ayo keluarkan sama-sama !”
Tubuhnya kembali bergerak naik turun. Gerakannya yang terlalu cepat membuat pak Beni sampai harus memegangi pinggangnya. Ia pun melepaskan cumbuannya pada payudara Putri dan membiarkan akhwat binal itu bergoyang sambil meremas susunya sendiri.
“Aaaahhh yaahh… Aaahhh paakk nikmat bangett… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Putri sambil terus bergerak naik turun dikala tangannya terus meremasi kedua payudaranya.
“Aaahh yaahhh… Aaahhh terusss mbaakk... Terus remes lagi yang binaaalll… Puaskan nafsumu itu ke kontol saya !” desah pak Beni yang semakin menikmati kebinalan Putri.
“Aaahhh iyaahhh ouhhh… Ouhhhhh… Aaahhh bapaakkk… Memek aku jadi gatel bangett… Aku mau keluaar… Aku mau keluuaar” Desah Nayla yang jadi semakin binal dalam menggoyang penis pak Beni.
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhh terus garuk mbaakk… Garuk memek mbak menggunakan kontol saya” desah pak Beni yang semakin merem melek menahan kebinalan Putri.
“Aaaaahhh iyaahhh… Iyyyaahh… Aaahhh benerannn… Aahhh aku mau keluuaar… Aakuu… Aaahhhh Akuuuu… AAAAAAHHHHHH !!!” Jerit Putri dengan sangat keras.
“Aaaahhhh saya jugaaa… Henggkkhhh !!!” Jerit pak Beni tak lama kemudian.
Putri yang mulai merasakan cairan cintanya mendekat, ia langsung membenamkan tubuhnya sedalam-dalamnya ke arah pangkuan pak Beni. Pak Beni yang juga merasakan cairan cintanya mendekat langsung menancapkan penisnya hingga menyodok rahim terdalam dari Putri. Kelamin mereka pun bersatu. Tak lama kemudian gelombang yang mereka tunggu-tunggupun datang menyusul kemudian.
Aaaahhhh kelluaaaarrrrr !!! Desah mereka bersamaan.
'Jlleeebbbb !!!'
“Paaaaakkkkkkkkkkk… Mmppphhhh” Jerit Putri yang langsung memegangi kedua pipi pak Beni lalu bibirnya mendekat tuk mencumbu bibir pria tua itu dikala cairan cintanya dengan deras keluar mengisi rahim kehangatannya.
“Mmppphhhhh” desah pak Beni kali ini sambil memeluk erat punggung Putri ke arah tubuhnya. Spermanya dengan deras menyusul tak lama kemudian. Rahim Putri pun penuh. Rasanya sungguh nikmat setelah digoyang berulang kali oleh akhwat binal yang sudah ia gagahi berulang kali itu.
“Mmppphhhh… Mmppphhh” desah mereka terus berciuman selagi membiarkan cairan cinta mereka bercampur memenuhi rahim kehangat Putri.
Mata mereka terus memejam. Mereka menikmati persetubuhan mereka dengan terus mencumbu menikmati sepongan di bibir lawan mereka masing-masing. Cukup lama mereka bercumbu hingga tetes terakhir cairan cinta keluar menggenangi rahim Putri. Putri pun melepas cumbuannya. Ia sangat malu hingga wajahnya memerah. Ia lalu berdiri setelah mendapatkan energinya kembali.
“Uuhhhhhhh” desah Putri saat campuran cairan cinta mereka keluar membasahi penis yang sudah lemas itu.
“Hah… Hah… Hah… Puasnyaa… Puas sekali saya mbak hari ini” kata Pak Beni ngos-ngosan.
“Hihihi aku juga pak… Tapi aku masih harus kuliah nih… Mmpphhh… Padahal pengen main ronde dua bareng bapak… Hihihihi” kata Putri yang seolah belum puas kalau main sekali dengan pak Beni.
“Hah… Hah ? Ronde dua ? Duh saya udah gak kuat mbak… Besok-besok lagi yah… Kontol saya udah lemes gini nih” Kata Pak Beni yang justru tak sanggup mengimbangi nafsu Putri.
“Hihihihi tau kok… Goyangan aku hebat banget sih yah, soalnya ?” Tawa Putri.
“Banget… Hebat pake banget” Kata pak Beni sambil memberi jempol pada Putri.
“Hihihih makasih pak” Kata Putri tersenyum manis.
Putri yang harus kuliah akhirnya buru-buru mengenakan gamisnya kembali setelah mencuci vaginanya menggunakan semprotan yang ada di sisi toilet duduk itu. Setelah mengenakan seluruh pakaiannya lagi juga mengenakan maskernya lagi. Ia lalu buru-buru pamit agar tidak terlambat menuju kelasnya nanti.
“Aku permisi dulu yah pak… Ini hadiah perpisahan dari aku… Muuachhh… Sampai bertemu besok lagi… Hihihih” kata Putri setelah memberi ciuman di pipi pak Beni.
“Iyyahh mbak… Hati-hati di jalan yah… Hah… Hah… Puas banget… Sampai lemes gini coba” kata pak Beni yang masih duduk bersandar pada toilet duduk dalam keadaan kemeja terbuka dan celana yang turun sampai ke lutut.
Ia lalu tersenyum membayangkan aksi Putri saat memuaskannya. Ia benar-benar puas pada Putri. Tapi ia jadi teringat Nayla lagi. Setiap kali ia merasakan goyangan Putri, ia jadi ingin merasakan goyangan Nayla lagi.
“Hah capek… Hah capek banget… Setelah saya digoyang Putri untuk yang kedua kalinya… Ternyata goyangannya sangat memuaskan juga… Gak nyesel saya udah digoyang lagi olehnya… Tapi tetep… Hah, mbak Nayla” lirihnya yang masih tetap menginginkan goyangan Nayla lagi.
“Hah… Kapan yah ? Bisa ngentot sama mbak Nayla lagi ? Kangen deh… Pengen ngerasaian sensasi binalnya lagi” Lirih pak Beni tersenyum membayangkan semua itu.
Saat sedang asyik-asyiknya beristirahat sambil menikmati momen-momen setelah orgasme. Seketika pintu bilik terbuka. Terdapat seorang akhwat yang terkejut melihat setengah ketelanjangan pak Beni di balik bilik kamar mandi itu.
“Aaaaahhhhhhhh… Apa yang bapak lakukan ? Bapaakkk ? Bapaak yang waktu itu melecehiku kan ?” Kata akhwat bercadar yang teringat saat pak Beni melecehinya sebelum diberi pelajaran oleh suaminya.
“Eehh tunggu… Tunggu mbakkk… Saya bisa jelaskan… Tolong jangan teriak” Kata pak Beni panik yang akhirnya buru-buru menaikkan celananya lagi.
“Jangan-jangan bapak habis memperkosa mahasiswi sini yah ? Ini gak bisa dibiarin ! Toloonggg… Tolonnggggg” Teriak akhwat itu yang membuat pak Beni kalut.
Pak Beni dengan buru-buru langsung menabrak akhwat bercadar itu. Akhwat itu pun terdorong hingga jatuh dalam posisi duduk di lantai kamar mandi. Dengan cepat ia berlari keluar. Ia pun berlari sambil mengancing seragamnya lagi.
“Duh gawat… Gara-gara mbak Putri keluar tapi gak ngunci pintu bilik tadi… Hampir aja saya ditonjok lagi gara-gara akhwat tadi… Siapa sih akhwat tadi kok jadi sering ketemu terus ? Hah nyaris aja… Ternyata dari tadi saya main di toilet cewek yah ? Pantes aja… Pokoknya saya harus keluar dari kampus ini… Jangan sampai kehadiran saya dicurigai orang lain lagi” Lirih pak Beni sambil terus berlari menjauhi kampus ini.
*-*-*-*
Sementara itu disaat yang sama namun di tempat yang jauh berbeda.
“Loh kok ada pesan masuk ? Dari siapa nih ? Eh pak Urip ?” Kata akhwat cantik yang sedang duduk manis menonton tayangan badminton di depan tivinya.
“Siapkan dirimu non… Saya akan segera pulang… Dandan yang cantik… Kenakan pakaian yang terbaik !... Oalah hihihih… Akhirnya gak lama lagi bisa digenjot pak Urip lagi nih… Dari tadi aku tunggu padahal” Kata Nayla tersenyum setelah membaca isi pesan itu.
Nayla pun segera mematikan tivi lalu beranjak pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap mandi. Membayangkan kalau pak Urip akan menyetubuhinya lagi membuat jantungnya dag-dig-dug sendiri. Ia mengingat-ngingat momen saat pak Urip menyetubuhinya. Ia begitu merindukannya. Ia pun tak sabar bisa dipuasi oleh pembantu tuanya itu lagi.
Setelah membuka pintu almarinya untuk mencari pakaian yang akan ia kenakan untuk menggoda pak Urip. Matanya justru teralihkan pada sebuah botol yang tersimpan baik di dalam tas ranselnya.
“Eh ini kan ?” kata Nayla sambil mengambil botol yang masih tersisa air di dalamnya.
Seketika Nayla tersenyum. Ia lalu duduk di tepi ranjang sambil membuka botol minuman itu.
“Ini kan obat yang bikin aku sangek lagi… Obat yang kubeli dari dokter abal-abal itu… Ihhh nyebelin, niatnya mau beli obat anti perangsang eh malah diberi obat perangsang… Tapi bagusnya aku jadi bisa sebebas ini sih sekarang… Hihihihi” Kata Nayla mengenang momen itu.
“Kalau misalkan aku minum minuman ini… Bisa-bisa persetubuhan nanti bakal semakin bergairah nih… Aku pasti bakal puas banget saat digenjot pak Urip disaat aku lagi nafsu-nafsunya… Tapi, kalau misalkan pak Urip bawa orang lain gimana ? Gelandangan tua yang kemarin dibahas misalnya ? Duh…” kata Nayla khawatir.
“Bisa-bisa aku yang lagi sangek-sangeknya gak bisa berbuat apa-apa selain dinikmati gelandangan tua itu dong… Ihhh amit-amit deh… Gimana yah ? Diminum gak yah ?” Kata Nayla mendadak ragu.
Ditengah kebimbangan yang melanda dirinya, Nayla seketika langsung meminum obat ramuan itu. Ia menenggaknya hingga habis tak tersisa. Ia lalu mengelap bibirnya menggunakan lengan pakaiannya.
“Aaahhh segernya… Hah, moga aja nanti pak Urip dateng sendiri… Moga aja pak Urip gak pulang sambil membawa gelandangan tua… Tapi kok aku punya firasat pak Urip bakal bawa gelandangan tua yah, pak Dikin misalnya… Hmmm entahlah… Mending aku mandi… Terus bersiap-siap tampil cantik buat melayani pak Urip nanti… Hihihihi… Binal banget sih aku, sekarang ini” Kata Nayla sambil tersenyum saat berjalan menuju ke kamar mandi.
Keputusan telah Nayla buat. Ia ingin bercinta saat sedang sangek-sangeknya dengan bantuan obat perangsang lagi. Apakah keputusannya tepat ? Nayla pun telah melempar taruhan tanpa mengetahui kalau ada pria tua rendahan yang berbau busuk yang bahkan memiliki wajah jelek yang tak dapat diampuni lagi tengah mendekat menuju rumahnya. Apakah keputusan Nayla tepat ? Apakah Nayla akan digenjot gelandangan tua ? Lalu apakah pak Urip akan bergabung atau hanya membiarkan mereka berdua saling gempur ? Tunggu kelanjutannya di 'chapter' depan !
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 17
KONFLIK BIRAHI
Pagi menjelang siang di salah satu rumah yang berada di ibukota. Tepatnya di sebuah kamar yang biasa ditempati oleh pasangan suami istri. Disana terdapat seorang akhwat yang baru saja mandi. Akhwat itu tengah duduk di dekat meja riasnya sambil berkaca demi menyiapkan penampilan terbaiknya. Sungguh luar biasa parasnya. Matanya yang indah, bulu matanya yang lentik, bibirnya yang merah merona serta hidungnya yang mancung. Semua itu terdapat pada wajah akhwat yang sehari-harinya biasa menutupi sebagian wajahnya dengan cadar.
Baru setelah ia selesai merias wajah indahnya. Ia pun menutupi sebagian wajahnya itu menggunakan cadar yang memiliki warna selaras dengan gamis longgarnya. Akhwat itu bernama Nayla. Nayla sudah selesai bersiap-siap. Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu. Menunggu pangeran pemuasnya tuk datang agar bisa memberinya kenikmatan yang tak dapat ia bayangkan.
Nayla gelisah. Entah kenapa makin kesini ia merasa gugup saat menanti kedatangan pemuasnya. Ia lalu menatap ke cermin. Ia tersenyum sambil geleng-geleng kepala menyadari dirinya sudah sejauh ini.
“Gak nyangka aku udah segila ini sekarang hihihih… Gak pernah ngebayangin dulu aku bakal jadi sebinal ini… Semua gara-gara pak Urip nih ! Haruskah aku menyesal ? Atau justru bersyukur ? Jujur sih, aku agak menyesal tapi juga bersyukur… Aku sadar kalau sampai mas Miftah sama kedua orangtuaku tahu tentang sikapku belakangan ini, pasti mereka akan kecewa berat… Aku yang dari dulu belajar di Pondok Pesantren tapi nyatanya malah rusak kayak gini pasti mereka akan kecewa banget ke aku… Tapi dengan semua kepuasan yang sudah pak Urip berikan ke aku… Aku ngerasa kayak belajar hal baru… Aku jadi senang karena bisa mendapatkan kepuasan yang tak terkira, sesuatu yang sebelumya aku ragu bisa mendapatkannya dari mas Miftah saja… Untungnya dengan semua pemerkosaan yang pak Urip lakukan padaku… Aku mulai terbiasa… Aku jadi gak ragu lagi untuk menyerahkan tubuhku pada siapa aja… Ya siapa aja… Kecuali gelandangan tua !” Lirih Nayla saat teringat pak Dikin lagi.
“Ihhhh tolong dong… Jangan gelandangan tua juga kali… Huft moga aja pak Urip gak bawa pak Dikin beneran… Tapi kok aku malah ngerasa pak Dikin yang dateng yah… Mana sekarang memekku mulai gatel lagi… Duhhh pak Urip kok belum sampe rumah sih ? Aku udah mulai sangek nih gara-gara obat dari dokter gadungan itu” Kata Nayla sambil sesekali menggesek pahanya tuk menahan rasa gatal di vaginanya.
Ia lalu berdiri tuk melihat penampilannya di cermin. Ia yang ingin memberikan penampilan terbaik saat persembahan tubuhnya pada pak Urip nanti mencoba untuk mengamati adakah yang kurang dari penampilannya sekarang ?
Dari atas ia dapat melihat kepalanya yang tertutupi oleh hijab berwarna favoritnya yakni putih cerah. Sedangkan tubuhnya yang mulai berisi itu tertutupi oleh gamis longgar yang bentuknya mirip seperti gaun mewah yang tampaknya sengaja ia pakai untuk menyambut kedatangan pangeran pemuasnya. Nayla sengaja tampil bak permaisuri yang siap untuk menyambut kedatangan sang pemuas nafsu birahi. Gamisnya itu menyatu dengan rok yang menutupi kaki jenjangnya. Penampilannya terlihat mewah. Sepertinya ia sengaja untuk membuat persetubuhannya nanti begitu wah.
MECX88T
https://thumbs4.imagebam.com/e8/c2/c3/MECX88T_t.jpg e8/c2/c3/MECX88T_t.jpg
'NAYLA
“Kayaknya cukup deh… Aku cantik… Gak sabar ngeliat ekspresi pak Urip nanti… Hihihii terpesona gak yah liat aku pake gamis mewah kayak gini ? Lirih Nayla penuh harap sambil membayangkan ekspresi wajah pemuasnya nanti.
Seketika ia mendengar suara motor mendekat. Nayla pun langsung berjalan ke arah jendela untuk melihat keadaan di luar. Ya, ia akhirnya melihat motor milik pak Urip memasuki halaman rumahnya. Tapi sekilas ia melihat kalau pak Urip memboncengi seseorang. Nayla tak melihatnya dengan jelas yang membuatnya segera berpindah ke ruang tamu untuk melihat siapa seseorang yang dibawa oleh pak Urip ke rumahnya ini.
“Eh pak Urip bawa siapa yah ? Aku kok ngerasa kalau tadi itu . . . .” Batin Nayla merasa tidak enak. Ia pun terus menduga-duga saat berjalan keluar dari dalam kamarnya.
Apalagi sekilas ia telah melihat celana yang dikenakan oleh orang itu tampak kotor, lusuh dan tentunya tidak sedap dipandang. Nayla merasa kalau itu adalah gelandangan yang sudah dijanjikan untuknya. Nayla seketika bergidik membayangkannya. Tapi ia tak pantang menyerah. Mungkin saja bayangan di benaknya salah. Bisa jadi orang itu cuma orang miskin yang masih suka mandi sehari minimal dua kali.
“Amit-amit deh kalau pak Dikin orangnya… Apalagi yang sejenisnya… Masa gak ada orang lain sih pak ? Yang minimal sering mandi lah… Gak tahan tau kalau sampai nyium bau busuknya” Kata Nayla sambil berjalan menuju jendela rumahnya.
Diam-diam dari dalam ia mengintip keadaan di luar. Terlihat pak Urip sedang mengobrol menutupi orang yang diboncenginya. Tangan Nayla dari dalam bergerak-gerak meminta agar pak Urip menyingkir agar dirinya dapat melihat tamu yang diboncengi oleh pembantunya.
“Siapa sih orang itu ? Kok bikin penasaran yah… Eehhhhh” Kata Nayla sekilas saat melihat wajah tuanya.
“Orang itu ? Gak mungkin ! Jangan-jangan !!! 'Astaghfirullah'… Masa sih ? Ini beneran ?” Kata Nayla yang masih tak mengira saat melihat penampakan tubuhnya. Akhirnya sosok misterius itu terlihat seluruhnya oleh Nayla. Nayla sampai merinding. Ia lalu mengangkat lengan bajunya tuk melihat keadaan tangannya. Ia melihat bulu kuduknya merinding. Rasanya seperti baru melihat penampakkan saja. Nayla pun hanya bisa geleng-geleng kepala saat pasrah menerima keadaan.
“Pak Dikin ? Pak Urip bawa pak Dikin ke rumah ? Aku harus . . . Aku . . . . Aku harus ini nih ? Ngentot dengannya ?” Kata Nayla yang masih tak percaya.
'Tokkk… Tokk… Tokkk…'
“Assalamualaikum non Nayla… Saya sudah sampai rumah… Hakhakhak” Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Nayla buru-buru bersiap berdiri di depan pintu ruang tamunya.
“Walaikumsalam pak” Kata Nayla saat membukakan pintu untuk menyambut kedua pria tua yang ditakdirkan untuk menjadi pemuas tubuhnya sekarang.
Sesuai dugaan, kedua pria tua itu terpana melihat keindahan yang ada pada tubuh Nayla. Dari atas ke bawah. Wajah kedua pria tua itu tak menemukan adanya satu kecacatan yang ada pada penampilan Nayla. Penampilan Nayla sungguh sempurna. Penampilannya berbanding terbalik dengan kedua pria tua rendahan yang masih berdiri tegak tanpa berbuat apa-apa di depan rumah akhwat bercadar itu.
Pak Urip cuma mengenakan pakaian andalannya yakni kaus oblong serta celana kolor tanpa daleman. Sedangkan pak Dikin cuma mengenakan kemeja berlengan pendek yang itupun sudah lusuh serta celana ¾ yang cuma bisa menutupi paha kurusnya.
MECX88V
https://thumbs4.imagebam.com/a7/72/e6/MECX88V_t.jpg a7/72/e6/MECX88V_t.jpg
'NAYLA
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
Nayla yang ditatap seperti itu hanya bisa berdiri malu-malu. Apalagi terlihat jelas kalau kedua pria tua itu menatap Nayla dengan penuh nafsu. Nayla pun hanya bisa membayangkan nasibnya yang bakal dipaksa untuk melayani kedua pria berwajah buruk rupa itu. Apakah ia sanggup ? Nayla hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak sanggup membayangkan. Ia pun pasrah membiarkan semuanya mengalir begitu saja sampai ia menikmati setiap sodokan yang akan diberikan oleh mereka berdua.
“Hakhakhakhak” Tawa pak Urip menatap wajah pak Dikin.
“Buahahahaha… Ini ? Mbak Nayla ?” Tawa pak Dikin menatap wajah pak Urip.
Nayla yang melihat mereka berdua tertawa seolah paham dengan maksud mereka. Pasti pak Dikin terkejut melihat dirinya yang akan menjadi pelampiasan birahinya. Nayla pun sedari tadi tak sanggup mengangkat wajahnya. Ia hanya pasrah saja membiarkan pria-pria tua itu menikmati pemandangan pada tubuh indahnya.
“Hehehe mari masuk pak” Kata Nayla yang buru-buru meminta mereka berdua masuk sebelum ada orang lain yang melihat.
Kedua pria tua buruk rupa itu pun masuk lalu duduk setelah diminta oleh tuan rumah yang cantik jelita itu. Saat kedua pria tua itu duduk di sofa panjang di dalam ruang tamu. Nayla seketika diminta duduk di tengah-tengah dari posisi duduk mereka berdua. Sontak Nayla gugup. Namun tubuhnya hanya menuruti apa yang diminta oleh pembantu tuanya itu.
“Sini non… Duduk disini… Ada yang mau saya kenalkan ke non… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengajak Nayla.
“Mmmpphh… Iyyah pak” Kata Nayla malu-malu.
Namun baru saja ia hendak melangkah, aroma busuk yang berasal dari tubuh gelandangan tua itu mulai tercium oleh hidungnya. Nayla agak ragu, namun memaksa maju, tiap kali ia mendekat tercium aroma busuk yang semakin terasa. Namun demi melindungi harga diri pak Dikin agar tidak tersinggung, Nayla pun menahan semua itu dan berpura-pura tidak mencium apa-apa.
“Buwahahaha… Indahnya wajah cantik ini… Padahal baru kemarin kita ketemu yah mbak… Masih inget banget saya mbak ngasih saya uang lima ribu kan ? Eh sekarang kita sudah ada disini bersiap-siap untuk bertempur birahi… Denger-denger mbak bosan main sama suami mbak yah ?” Kata pak Dikin sambil membelai paha Nayla.
'Gleeegggg !!!'
Nayla menenggak ludah. Diluar dugaan usapan tangan kotor dari gelandangan tua itu meningkatkan nafsu birahinya
“Oh gitu yah ? Kemarin non Nayla ngasih uang lima ribu yah ? Gak nyangka non sampai bayar lima ribu buat ngajak pak Dikin ngentot… Hakhakhak” Tawa pak Urip menimpali.
“Buukk… Bukaann gitu paakk… Bukan giiituu maksud aku” Jawab Nayla sambil menatap pak Urip.
Seketika tangan pak Dikin membelai dagu Nayla yang masih tertutupi cadarnya lalu mengarahkannya agar dapat menatap wajah tuanya.
“Liat sini dong cantik… Katanya mbak pengen main sama gelandangan tua yah… Ini saya sudah datang… Kok mbak malah ngeliat pak Urip sih ?” Kata pak Dikin sambil tersenyum mesum.
“Bukk… Bukannn gituu paakk… Akuu…. Akuu cuma maluuu… Iyya maluuu” Kata Nayla yang sebenarnya gak sanggup tuk menatap wajah buruk gelandangan tua itu.
“Buwahahahahha… Malu-malu katanya pak Urip” Tawa pak Dikin dengan keras yang membuat pak Urip ikut tertawa.
“Hakhakhak… Emang lonte saya ini… Ehh majikan saya ini orangnya suka gitu… Kalau sebelum main mah suka malu-malu tapi kalau ditengah permainan luar biasa nafsu… Bapak pasti akan mengalami sendiri nanti kebinalan majikan saya ini” Kata pak Urip yang membuat nafsu pak Dikin semakin bangkit.
“Oh yah ? Beneran yang tadi pak Urip bilang mbak ?” Tanya pak Dikin lagi sambil menatap wajah cantik Nayla.
“Iyyy… Iyyaa pakk… He’em” Jawab Nayla malu-malu yang membuat pak Dikin tertawa puas.
'Duhhhh baunya makin terasa gini lagi... Gak kuat deh nyium bau badannya ini...'
Batin Nayla tak tahan.
“Buwahahaha… Kok saya jadi penasaran yah… Coba kita pemanasan dulu gimana ?” Kata pak Dikin yang menjadi tidak sabar untuk menguji kebinalan Nayla.
Pak Dikin pun memelorotkan celananya hingga turun sampai ke lutut. Penisnya yang sudah keluar itu ia sodorkan pada akhwat bercadar disampingnya.
'Apa ? Segini kontolnya pak Dikin ? Gede banget !!!'
Batin Nayla saat pertama kali melihatnya. Pupil matanya sampai membesar. Pak Dikin yang memergokinya pun tersenyum sambil membimbing tangan Nayla ke penisnya.
“Gimana ? Gede kan ? Mbak suka kan ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla menenggak ludah.
Meski penisnya besar, ia sadar kalau penis itu jarang dicuci atau malah jarang diceboki oleh pemiliknya yang membuat Nayla agak ragu untuk menyentuhnya. Meski tangannya dibimbing oleh pak Dikin, ia agak menahannya nakun tenaga pak Dikin lebih kuat hingga memaksa tangannya untuk mendekap penis raksasanya.
'Gleeeggg !!'
“Ssuu... Ssuukka pak” Jawab Nayla agak ragu yang membuatnya terlihat malu-malu yang malah membuat pak Dikin semakin bernafsu.
“Eh saya jangan ditinggal dong… Ayo non… Mainin kontol saya juga” kata pak Urip yang mupeng sehingga ikut bergabung setelah memelorotkan celananya juga. Sekilas penis raksasa yang sering memasuki vagina majikannya itu keluar menantang birahi akhwat bercadar itu.
Nayla yang duduk diantara kedua pria itu hanya bisa menenggak ludah. Ia merinding ketika kedua tangannya sama-sama membelai kedua penis dari kedua pria tua itu. Mata Nayla pun menoleh ke kanan tuk melirik penis milik pak Dikin.
Nayla tak menyangka. Gelandangan tua yang memiliki tubuh kurus itu rupanya memiliki penis raksasa yang ukurannya begitu besar. Warnanya juga sangat hitam. Bahkan ujung gundulnya saja sudah besar yang membuat Nayla berfikir sejenak. Apa muat penis sebesar ini masuk ke dalam vaginanya ?
Saat wajahnya melirik ke kiri tuk menatap penis pak Urip. Ia akhirnya dapat melihat penis tua itu lagi. Penis yang berulang kali memuaskan nafsu birahinya. Sesuai dugaan, baru melihat penisnya saja membuat nafsu Nayla semakin memuncak. Apalagi setelah ketambahan rangsangan dari obat yang ia minum memudahkan nafsunya untuk bangkit saat memegangi penis pembantu tuanya itu.
Setelah memperhatikan kedua penis hitam itu secara bergantian. Kedua tangan Nayla mulai bergerak tuk mengocok penis yang bentuknya telah menggoda birahinya ini. Ia melirik ke kanan lalu ke kiri. Paras mereka tidak ada yang bentuknya surgawi sama sekali. Wajah mereka sama-sama tidak enak dipandang. Namun penis-penis mereka benar-benar menantang sehingga diri Nayla jadi semakin terangsang.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Buwahahahaa… Baru kayak gini aja udah enak banget… Ayo mbaakk… Ayooo kocok terus kontol saya” Desah gelandangan tua itu.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Iyyaahhh… Lakukan seperti biasanya non… Aaaahhh… Kocok yang keras… Betot kontol saya… Mainkan kontol saya sesukamu” Desah pembantu tua itu yang membuat Nayla menenggak ludah untuk kesekian kalinya.
“Mmpphhhh iyyaahhh paakkk… Kontol bapak pada gede-gede semua sih… Mmmpphhh… Aku gak nyangka kontol bapak pada segede ini” Puji Nayla sambil sesekali melirik penis-penis mereka secara bergantian.
'Duhhh kok aku malah nafsu yah... Dasar aku... Dikasih kontol gede aja malah nafsu...'
Batin Nayla mulai tergoda.
“Buwahahahha… Ini belum seberapa mbak… Kontol saya belum ngaceng maksimal loh… Nanti pas kontol saya udah ngaceng banget pasti mbak bakal kaget ngerasain betapa kerasnya kontol yang saya punya” Kata pak Dikin yang membuat Nayla terkejut hingga mata mereka saling menatap.
'Segini belum gede ? Kontol segede ini masih bisa gede lagi ? Hebat banget kontolnya pak Dikin ini ? Ini beneran kan ? Pak Dikin gak bohong kan ? Kok, aku malah jadi makin penasaran yah ?'
Batin Nayla tergoda.
“Loh non lupa yah ? Segini mah belum dikatain gede non… Ini baru setengahnya… Kontol saya belum ngaceng maksimal… Kayaknya non lupa deh gara-gara kemarin kita libur ngentot… Hakhakhakahk” Tawa pak Urip yang membuat Nayla menolehkan wajahnya menatap pak Urip.
'Iya kah ? Kok aku sampai lupa yah gimana ukuran paling maksimal dari kontolnya pak Urip… Pasti gara-gara kemarin aku menikmati kontol-kontol pria lain membuatku lupa akan besarnya kontol pak Urip… Kalau dipikir-pikir iya sih… Memekku udah lama gak dimasukin kontolnya pak Urip… Mmpphhh jadi gak sabar deh… Jadi gak nahan pengen digenjot pak Urip lagi…'
Batin Nayla sambil menatap penis pak Urip.
'Ngomong-ngomong soal pak Dikin… Kontolnya kok nafsuin banget sih… Mmpphhh kenapa aku jadi tergoda gini yah ? Padahal baunya itu loh ! Gak nguatin banget ! Sebenernya daritadi aku risih pengen pergi dari sini… Tapi gara-gara ngeliat ukuran kontolnya… Aku kok jadi penasaran yah… Apa rasanya kontol gelandangan tua enak ? Eh astaghfirullah… Enggak… Jangan sampai masuk… Amit-amit ihhhhh !'
Batin Nayla saat menatap penis pak Dikin lagi dikala tangannya terus mengocok penis pak Dikin naik turun.
Nayla pun sangat menikmati perbuatannya dalam mengocok kelamin-kelamin mereka. Meski aroma busuk yang ia cium semakin kuat. Ia sedari tadi terus menahan nafasnya agar dapat mengocoki penis mereka, terutama penis pak Dikin yang tergolong baru baginya. Seketika ia bimbang. Nafsunya yang semakin memuncak tiba-tiba menginginkan penis pak Dikin untuk ia cicipi.
'Dduuhhhh pak Dikin kok lama-lama nafsuin banget sihhh… Kontolnya bikin gemes aja deh… Mmpphhhh bikin tanganku geregetan aja !'
Batin Nayla yang akhirnya membetot kuat penis pak Dikin hingga membuat pemiliknya terkejut.
“Aaaahhhh… Nahhh kocok yang kuat mbak… Aaahhhh iyahh seperti itu… Ouhhh nikmatnyaa… Kocok yang kuat mbak” Desah pak Dikin yang semakin menikmati.
“Lohhh saya juga dong non… Masa kontolnya pak Dikin doang yang dibetot sih” kata pak Urip iri.
“Mmpphhh iyya pak maaf… Aku daritadi ngeliatin kontolnya pak Dikin soalnya… Aku penasaran sama kontolnya pak Dikin” Jawab Nayla dengan jujur yang membuat kedua pria tua itu tertawa.
“Buwahahhaa… Penasaran ? Apa yang dipenasaranin dari kontol saya mbak ? Bukannya sama aja kayak kontolnya pak Urip ?” Tanya pak Dikin penasaran.
“Mmpphhh beda paaakkk… Pokoknya beda aja… Kontol bapak lebih hitam… Pentolnya juga lebih gede daripunyanya pak Urip dan juga . . . .” Kata Nayla sambil melirik kedua penis mereka tuk membandingkannya. Seketika ucapannya pun terpotong karena lidahnya ragu untuk mengucapkannya.
'Duhhh bilang gak yah... Makin lama kok aku malah nafsu sama bau badannya pak Dikin yah ? Mau bilang tapi takut bikin tersinggung... Gara-gara kontolnya pak Dikin nih... Aku malah jadi kayak gini...'
Batin Nayla bimbang.
“Dan juga ? Kenapa nih mbak ? Buwahahah” Tawa pak Dikin yang semakin menikmati kocokan akhwat bercadar itu.
'Mmpphh bilang aja deh... Aku udah keburu nafsu soalnya... Bodo amat sama bau badannya... Aku udah nafsu banget sama kontol ngacengnya...'
Batin Nayla tak kuat.
“Aroma bapak… Aroma kontol bapak bikin aku nafsu aja… Itu yang bikin aku penasaran banget sama kontol bapak” Ujar Nayla malu-malu yang membuat kedua pria tua itu tertawa keras.
Memang tubuh pak Dikin beraroma busuk karena tidak pernah mandi. Namun aroma kejantanan pak Dikin sebagai lelaki tetaplah ada. Aroma kejantanannya yang bercampur dengan aroma busuk itu justru merangsang otak Nayla agar segera menikmati penis lezat itu. Apalagi tubuhnya sudah terbiasa untuk melayani pria-pria tua rendahan. Ia jadi penasaran. Ia semakin terangsang akan pesona gelandangan tua itu.
“Buwahahaha… Saya juga mbak… Saya juga penasaran sama apa yang ada di balik gamis mbak… Pasti indah banget… Ayo dong kocok… Biar kontol saya makin gede dan mbak bisa menikmati kerasnya kontol saya nanti” Goda pak Dikin tuk merangsang nafsu Nayla.
“Mmpphh iyahh paakkk… Aku pasti akan merangsang kontol bapaakkk… Mmphhh aku akan membuat kontol bapak keras biar aku bisa ngerasain sodokan bapak nanti” Desah Nayla yang semakin tidak kuat gara-gara nafsunya yang semakin memuncak. Sedari tadi wajahnya terus menatap wajah pak Dikin. Tatapannya yang penuh nafsu itu membuat pak Dikin tertawa. Ia pun berharap dirinya bisa segera menikmati kejantanan dari penis pak Dikin.
'Kenapa aku jadi penasaran banget yah… Mmpphh pak Dikin… Aku kok jadi penasaran banget sih sama bapak !'
Batin Nayla sambil terus mengocok penis besarnya.
“Hakhakhak… Mentang-mentang ada mainan baru terus saya diabaikan gitu ?” Kata pak Urip cemburu melihat Nayla justru lebih bersenang-senang dengan penis pak Dikin.
“Mmpphhhh bukan begitu paakk… Maaaaff… Aku cuma penasaran aja tadi… Tapi tetep kok… Kontol bapak paling enak” Kata Nayla yang langsung menatap wajah pak Urip sambil memberikan tatapannya yang begitu binal hingga membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Kalau gitu kocok kontol saya yang nikmat dong… Masa kadang ngocok kadang berhenti sih… Liat aja nanti… Kalau mbak masih kayak gini bakal saya hukum loh… Akan saya sodok memek mbak sekuat-kuatnya biar mbak menjerit-jerit terus pas ngerasaian sodokan saya nanti” Kata pak Urip berniat menghukumnya namun malah membuat Nayla semakin bernafsu.
“Mmpphhh… Mmpphh… Kalau gitu hukum aku aja pak… Aku rela dihukum bapak… Maaf udah milih mainan baru daripada mainannya bapak… Tolong hukum aku sekuat-kuatnya… Aku pasrah pak… Aku pasrah asalkan itu hukuman dari kontol bapak” Kata Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Lohhh kok sekarang kocokan saya sih yang melambat… Mau saya hukum juga nanti ? Saya sodok loh memek mbak pake kontol saya yang gede ini ?” kata pak Dikin kali ini yang protes atas rangsangan tangan Nayla yang tiba-tiba melambat.
“Mmpphhh maaf pak… Aku gak pernah ngocok dua kontol sekaligus… Jadi perhatian aku masih terfokus sama salah satu kontol aja… Maafin aku pak… Kalau bapak mau hukum aku silahkan… Aku pasrah juga kok… Silahkan gantian sama pak Urip buat ngehukum aku nantinya” Kata Nayla yang kali ini sambil menatap mata pak Dikin.
“Buwahahaha gantian ? Bukannya masih ada satu lubang yang mengganggur mbak ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla bingung
“Maksudnya ?” Kata Nayla yang lambat laun baru dipahami kalau yang pak Dikin maksud adalah lubang duburnya. Nayla pun merinding saat pertama kali memahaminya. Ia terkejut mengetahui pak Dikin berambisi untuk memasuki lubang satunya.
“Tenang non… Gak usah khawatir… Anusmu milik saya kok” Kata pak Urip yang membuat Nayla menoleh lalu membuka matanya lebar-lebar.
“Bapaakk mauu ?” Kata Nayla terkejut hingga kocokan tangannya berhenti saat menatap pak Urip.
“Buwahahaha liat sini mbak” Kata pak Dikin sambil membelai dagu Nayla hingga Nayla kembali menoleh menatap gelandangan tua itu.
“Ya, mumpung kita dateng berdua… Kan sayang kalau kita cuma maen ganti-gantian aja kan ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla menenggak ludah.
“Makanya non… Kita ada rencana untuk menusuk dua lubang kenikmatanmu secara bersamaan” Kata pak Urip yang membuat Nayla gemetar membayangkan lubang vaginanya dan lubang duburnya akan dimasuki penis-penis sebesar ini secara bersamaan.
“Tenang gak usah khawatir… Gak usah takut… Nanti mbak sendiri bakal enak kok” Kata pak Dikin yang mulai mengambil alih ketika tangannya gemas dengan meremasi dada Nayla.
“Mmppphhhhh… Mmpphhh pelaannn… Aaahhhhh” Desah Nayla menikmati remasan tangan pak Dikin.
“Hakhakhakh… Selama mbak berada di kendali nafsu birahi… Non gak bakal kesakitan… Yang ada non bakal semakin puas… Jadi nikmati apa yang akan kami berikan saat ini yah” Kata pak Urip sambil menolehkan wajah Nayla lalu mengangkat cadarnya agar dapat menikmati jepitan bibirnya.
“Mmppphhhhhh iyyahhh paakkk… Mmpphhh” desah Nayla saat dicumbu pak Urip.
Nafsu Nayla bergetar. Setelah tadi dirinya diminta memuasi penis-penis pria tua ini. Kali ini giliran kedua pria tua ini yang berkesempatan untuk memuasi Nayla. Pak Dikin sambil tersenyum melihat wajah binal Nayla saat dicumbu oleh pembantu tuanya. Tangan kanannya dengan penuh tenaga meremas dada kanan Nayla dengan sangat kuat. Akibatnya lenguhan nafas Nayla yang tertahan oleh cumbuan pembantu tuanya membuat pak Dikin tertawa melihat ekspresi binalnya. Wajah pak Dikin pun mendekat. Nafasnya yang bau ngos-ngosan di dekat wajah cantik Nayla. Tangan kanannya jadi semakin kuat meremas. Ia lalu mengajak tangan kanan Nayla agar membelai penisnya agar tidak menganggur menikmati rangsangan dari pemuasnya.
“Mmmpphhh… Mmpppphhh” desah Nayla saat dicumbu pak Urip dan tangannya mengocoki penis pak Dikin.
Sementara pak Urip dengan beringasnya mencumbu bibir manis Nayla. Cadar Nayla yang sesekali menganggu diangkatnya hingga pandangan Nayla tertutupi oleh kain cadarnya. Pak Dikin jadi dapat melihat sentuhan bibir mereka berdua. Terlihat mereka bercumbu dengan penuh nafsu. Bibir mereka saling dorong, bibir mereka saling sepong, bibir mereka saling bertubrukann, bibir mereka saling menjepit satu sama lain. Pak Urip dengan beringasnya menjepit bibir bawah Nayla. Nayla pun membalas dengan menjepit bibir atas pembantunya. Terkadang mereka juga saling hisap. Terkadang mereka juga saling jilat. Nampak lidah mereka juga ikut bermain yang membuat percumbuan mereka jadi semakin panas. Nampak lidah pak Urip bergerak masuk ke dalam mulut Nayla. Disana lidah pak Urip menggerayangi rongga mulut Nayla. Disana lidahnya juga bertemu dengan lidah Nayla. Lidah mereka saling jilat. Lidah mereka saling menggeliat. Lidah mereka saling dorong-dorongan tuk memuasi nafsu mereka yang sudah tidak tertahankan.
Terlihat liur mereka sampai menetes. Pak Dikin pun penasaran bagaimana sih enaknya berciuman dengan akhwat bercadar cantik bernama Nayla ?
“Aaaahhhhh…. Aaaahhhh… Iyyahh terusss… Terusss mbaakk… Ouhhh binal sekali dirimu” desah pak Dikin saat menikmati kocokan Nayla.
“Mmmpphhhh… Mmppphhh mulut bapak enak banget… Mmpphhh udah lama aku gak ciuman kayak gini pakkk… Mppphh… Terus cumbu aku… Nikmati bibirku… Puasku aku dengan nafsumu pak” Desah Nayla pada pak Urip.
“Mmppphh…. Mmppphh tenang non… Saya tau kok… Lonte binal sepertimu pasti akan mengucapkan kata-kata itu… Mmpphhhhh” Desah pak Urip sambil menghisap bibir Nayla sekuat-kuatnya.
“Mmppppphhhhhhhh” Hisapan yang pak Urip lakukan membuat Nayla terbawa suasana. Cengkramannya jadi diperkuat yang membuat pak Dikin merinding merasakan penisnya dibetot dengan begitu kuatnya,
“Aaaaaahhh mbaaakk…. Aaahhhhh… Aaaaahhhhhh” desah pak Dikin sampai merem melek.
Puas bercumbu, mereka pun berhenti melakukannya. Cadarnya kembali turun. Nayla dengan segera membalikan wajahnya tuk menatap mainan barunya. Benar saja, terlihat penis pak Dikin membesar. Bahkan lingkaran tangannya tak mampu untuk mendekap penis raksasa itu. Nayla sampai menenggak ludah saat melihatnya untuk kedua kalinya. Wajahnya pun ia naikan tuk menatap gelandangan tua itu.
“Ayo sepong mbak”
Seolah itu perintah dari tuannya, Nayla langsung menuruti. Ia lalu menungging untuk mendekatkan wajahnya pada penis tua itu. Tercium aroma busuk yang semakin menyengat. Namun hal itu bukanlah masalah bagi Nayla karena nafsunya jauh lebih kuat dari aroma busuk dari gelandangan tua itu. Sambil terus mengocok penisnya. Matanya mengamati penis yang menurutnya menggoda itu. Mulut Nayla membuka. Ia jadi semakin bernafsu pada mainan barunya. Ia lalu menaikkan cadarnya lagi sebelum lidahnya keluar untuk menjilati ujung gundul dari gelandangan tua itu.
“Aaaaaaahhhh yaahhh… Aaahhhh gilaaa mbaakk… Baru dijilat pelan aja udah seenak ini !” Desah pak Dikin puas.
Lidah Nayla pun semakin bergerak mengitari ujung gundul dari penis gelandangan itu. Mata Nayla memejam agar lebih menikmati jilatannya. Dari sekian jilatan yang sudah dilakukannya. Lidahnya berhenti pada lubang kencingnya yang membuat pak Dikin semakin blingsatan saat titik tersensitifnya dirangsang oleh akhwat bercadar itu. Nayla terus menjilati lubang kencing gelandangan tua itu. Lidahnya bergerak menyapu naik turun. Lidahnya bergerak menyapu ke kanan juga ke kiri. Ada rasa yang membuat Nayla sangat menikmati jilatannya pada lubang kencingnya. Pak Dikin jadi menggelinjang. Ia sangat menikmati jilatan dari akhwat bercadar itu.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Terusss mbaaakk…. Aaahhh yahh nikmat sekali” desah pak Dikin puas.
Penisnya terus dikocok sambil dijilati oleh akhwat binal itu. Namun ada satu hal yang membuat gelandangan tua itu tertawa saat dijilati oleh Nayla. Matanya pun menunduk tuk melihat lidah akhwat itu saat menjilati lubang kencingnya.
'Buwahahah gak nyangka… Padahal setiap saya kencing gak pernah cebok… Tapi kok akhwat binal itu malah menikmati lubang kencing saya yah ?'
Pak Urip pun tidak tinggal diam. Setelah puas bercumbu, ia menaikkan rok gamis Nayla hingga bongkahan pantat majikannya terlihat. Pak Urip segera memelorotkan celana dalam Nayla. Kedua tangannya dengan gemas pun mengusapi kulit bokong majikannya yang membuat Nayla merinding merasakan kenikmatannya.
“Mmpphhh… Sssllrrppp… yaahh… Ssllrrppp mpphh” desah Nayla keenakan.
Nayla yang sedari tadi cuma menjilati penis pak Dikin pun akhirnya mulai membuka mulutnya untuk mencaplok setengah dari penis raksasa itu.
“Aaaaaahhhhh mbaaaakkkkk” desah pak Dikin merinding keenakan.
Terlihat mulut Nayla penuh. Mulutnya sudah dipenuhi oleh penis gelandangan tua yang bahkan katanya jarang menceboknya. Nayla dengan penuh nafsu langsung menaik turunkan wajahnya. Mulutnya dengan segera langsung mengulum penis raksasa itu. Nafsu Nayla yang tidak tahan membuatnya segera menikmati mainan barunya. Bibirnya pun menyapu kulit penis pak Dikin. Lidahnya di dalam juga melilit penis pak Dikin. Rangsangan yang begitu memuaskan membuat pak Dikin hanya merem melek saja. Mulutnya terus membuka. Gelandangan tua itu benar-benar terpuasakan saat dilayani oleh servis mewah dari akhwat bercadar itu.
“Aaaaaahhhh yaahh… Aaahhh gilaaa…. Aaahhhh mantap sekali mbak” desah pak Dikin puas.
Sementara itu di belakang terlihat pak Urip mulai mendekatkan wajahnya. Lidahnya pun keluar dari mulutnya saat matanya tergoda melihat lipatan berwarna pink yang ada dibawah lubang dubur akhwat bercadar itu.
Dikala kedua tangannya memegangi bongkahan pantat Nayla tuk melebarkannya maka lidahnya pun bergerak masuk untuk menjilati lubang kenikmatan yang warnanya pink itu.
“Mmpphhhh… Mmppphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla merinding saat vaginanya dijilat oleh pak Urip.
“Ssssllrrrppp…. Sssllrrppp mmpphhh… Ssllrrppp manisnya lubang memekmu mbak” Desah pak Urip ditengah jilatannya.
Lidahnya dengan penuh semangat bergerak naik turun. Lidahnya pun dapat merasakan rasa asin disana. Lidahnya terus menggeliat masuk menuju titik terdalam. Berulang kali lidahnya merangsang dinding Nayla. Nayla seperti tersetrum. Tubuhnya tersentak ringan. Namun hal itu membuatnya jadi semakin bersemangat untuk mengulum penis gelandangan tua itu.
“Mmpphhhh… Mmpphhh… Mmpphhh kontol bapak gede banget sihh… Mmphhh… Aku jadi makin nafsu deh sama bapak” desah Nayla yang membuat pak Dikin tertawa.
“Buwahahaha terima kasih sayaangggg… Duh udah kayak raja nih dilayani selir cantik sambil ngeliat mbak dijilmekin” kata pak Dikin tertawa melihat kejadian yang ada di sebelahnya.
“Mmpphhhh apapun akan kulakukan paaak… Aaaaahhh… Gara-gara jilatan pak Urip, aku jadi bernafsu nih buat ngelakuin apa aja” desah Nayla bergairah.
Kepalanya sampai ia miringkan saat menjepit penis pak Dikin dari samping. Lalu kepalanya ia naik turunkan sehingga pak Dikin sendiri dapat melihat penisnya diijepit oleh mulut akhwat binal itu. Hampir lima menit penisnya dikulum oleh Nayla. Pak Dikin pun ingin melakukan hal lain. Ia lalu terpikirkan ide saat melihat keindahan wajah Nayla.
“Apapaun mbak ? Aaaahhh… Kalau gitu ayo sini… Saya ingin mencumbu bibirmu itu sayaanngg” desah pak Dikin yang tak kuat lagi melihat merahnya bibir Nayla yang menggoda.
“Mmpphh iyyahh pakkk… Aku akan kesana” Kata Nayla yang langsung memejamkan mata saat mendekati wajah pria buruk rupa itu. Pak Dikin juga mendekat. Akhirnya bibir mereka pun bersentuhan setelah sekian lama cuma saling menginginkan.
“Mmmmppphhhhhh” desah mereka bersamaan.
Jijik ? Tidak ada. Rasa jijik itu sudah menghilang setelah dikalahkan oleh nafsu birahi Nayla sendiri. Nayla sudah tak peduli lagi disaat nafsunya kian bangkit menguasai diri. Nayla pun mendorong bibir pak Dikin dengan penuh nafsu. Bibirnya bahkan langsung menjepit bibir atasnya. Lidahnya di dalam juga menggeliat tuk membasahi bibir atasnya. Tangan kanannya bertumpu pada bahu pak Dikin agar tidak terjatuh sementara tangan kirinya terus mengocok penis pak Dikin agar membuatnya jadi semakin besar. Akhirnya gelandangan tua itu dapat kembali berciuman dengan seorang akhwat yang cantik lagi jelita. Mereka pun terus berciuman. Mereka terus melampiaskan nafsu yang sudah ditahan sejak pertama kali bertemu.
“Mmmpphhhh… Mmmpphhh… Gak nyangka hebat juga yah mbak saat bercumbu”
“Mmmppphh semua gara-gara pak Urip yang sering menikmatiku pak”
“Mmmpphh oh yah sudah berapa lama kalian melakukannya ?”
“Mmmpphhhh sudah hampir sebulan paakk… Mmpphhh atau kurang ? Entah lah… Aku lupa kayaknya gak nyampe sebulan tapi rasanya lebih dari sebulan”
“Mmmpphhh oh yah…. Kalau mbak main sama saya sebulan gimana ? Mbak mau ?”
“Mmmpphhh kalau bapak bisa memberiku kepuasan aku mau pak… Aku bisa dinikmati siapa aja asal sanggup memuasi nafsuku pak”
“Mmppphhh oh yah ? Gimana kalau saya panggil teman-teman saya… Pasti seru kan bisa main sama 4 gelandangan sekaligus ?”
“Mmppphhh empat ?”
Nayla pun berfikir sejenak. Bermain dengan empat gelandangan sekaligus ? Dirinya yang merupakan akhwat yang terlahir kaya raya diminta bermain dengan empat gelandangan miskin sekaligus ? Tidak masuk akal tapi justru Nayla malah tertantang. Membayangkan hal itu disaat nafsunya sedang berkumpul jelas membuatnya jadi ingin mewujudkannya. Sambil terus bercumbu, ia pun menjawabnya dengan malu-malu.
“Mmmphhh… Kita lihat aja nanti… Kalau berjodoh rencana bapak pasti akan terwujud”
“Mmpphhhh… Pasti… Pasti akan terwujud mbak… Pasti itu… Camkan itu !” desah pak Dikin berambisi tuk mewujudkannya.
Saat sedang asyik-asyiknya bercumbu sambil mengobrol mesum. Tiba-tiba Nayla merasakan adanya benda tumpul yang bersiap-siap masuk ke dalam vaginanya. Nayla sampai melepas cumbuannya sejenak tuk melihat keadaan di belakang. Nayla yang sedari tadi terus menungging diatas sofa rumahnya terkejut melihat pak Urip bersiap untuk menerobos masuk vaginanya dari arah belakang.
“Hakhakhak… Kalian asyik sendiri kayaknya… Kalian gak lupa kalau saya ada disini kan ?” Kata pak Urip sambil menhentakkan pinggulnya sedikit hingga ujung gundul penisnya mulai membelah masuk liang kenikmatan itu.
“Aaaahhhh” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Buwahahahha enggak kok pak… Bapak mau mulai yah ? Buruan yah pak… Saya juga penasaran sama rasa memeknya nih… Saya gak sabar buat nyodok rahim akhwat binal ini… Iya gak sayang ?” kata pak Dikin sambil kembali mencumbu bibir Nayla.
“Mmpphhh iyahhh… Iyahh pak” Balas Nayla ditengah cumbuannya.
“Hakhakhak… Kalau gitu saya mulai yah… Akan saya buat non Nayla bernafsu agar pak Dikin bisa menikmatinya disaat sedang terangsang-terangsangnya…. Terima ini… Hennkgghhh !!!” Desah pak Urip yang langsung mendorong pinggulnya hingga penisnya itu ambles menyundul dinding rahim majikannya.
“Mmppphhh aaaaahhh” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju. Cumbuannya bahkan sampai terlepas hingga wajah dari akhwat binal itu jatuh diatas pangkuan gelandangan tua itu.
“Eh bapak pelan-pelan dong… Orang lagi asyik ciuman” Protes pak Dikin.
“Hakhakhak maaf pak… Udah lama gak nyodok memeknya soalnya” kata pak Urip senang karena bisa melampiaskan nafsunya pada rahim Nayla lagi.
“Emang udah berapa lama gak ngentot pak ?” Tanya pak Dikin.
“Sehari ? atau mungkin dua hari… Udah lama kan ? Hakhakhak” kata pak Urip yang mulai menggerakan pinggulnya lagi.
“Oalah… Buwahaha lama banget itu pak… Harusnya lonte kayak gini kudu dipake enam jam sekali” kata pak Dikin yang ikut membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak ide bagus tuh… Okelah saya akan lebih sering memuasimu yah non… Hennkgghhhh” desah pak Urip yang mulai stabil menggerakan pinggulnya maju mundur.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhh… Aaaahhhhh”
Nayla yang masih menungging dan menjatuhkan kepalanya di sebelah penis pak Dikin hanya bisa mendesah merasakan tusukan yang begitu terasa di dalam vaginanya. Matanya terus merem melek keenakan dikala tangannya berusaha untuk terus mengocok penis pak Dikin. Pak Dikin yang bosan sedari tadi terus diam akhirnya terpikirkan sesuatu.
“Sebentar pak...” kata pak Dikin saat memposisikan Nayla. Pak Urip pun sampai berhenti saat diminta oleh gelandangan tua itu.
Nayla diminta menungging tegak diatas sofa rumahnya. Kedua lututnya menempel diatas sofa. Kedua telapak tangannya juga. Dari depan, pak Dikin mulai memasukan penisnya ke dalam mulut Nayla. Nayla pun terpaksa melahapnya. Lalu setelah semua oke. Pak Dikin meminta pak Urip untuk menggerakkan pinggulnya lagi.
“Hakhakhak… Pengen ikut nyodok yah pak ?” tanya pak Urip tertawa.
“Buwahahah iya dong… Pengen ngerasain nikmatnya mulut akhwat soalnya… Hennkgghh !” Desah pak Dikin sambil menusukkan penisnya.
“Mmmppphhhhh” desah Nayla tak kuat saat kerongkongannya ditusuk oleh penis raksasa itu.
“Hakhakhak saya paham kok perasaan bapak… Yaudah saya mulai lagi yah… Hennkgghhh !”
Kali ini giliran penis pak Urip yang menusuk rahimnya dari belakang. Nayla hanya sanggup mengerang. Dari depan mulutnya ditusuk dan dari belakang rahimnya ditusuk. Kedua pria tua ini pun bergerak secara bersamaan. Dikala pak Dikin menarik penisnya keluar hingga menyisakan ujung gundulnya saja maka pak Urip juga demikian. Pak Urip juga menarik penisnya hingga menyisikan ujung gundulnya saja. Dikala pak Urip menghempaskan penisnya hingga menusuk rahim Nayla hingga mentok. Maka pak Dikin juga, gelandangan tua itu menusuk mulut Nayla menggunakan penisnya hingga mentok. Ditusuk dari depan dan belakang secara bersamaan jelas pengalaman baru bagi Nayla. Sejujurnya ia merasa tak kuat tapi ia teringat perkataan mang Yono di pagi tadi.
'Itu benar… Aku harus terbiasa melayani kedua pria ini kalau aku mau dipuasi rame-rame…'
Batinnya.
“Mmmppphhhh… Mmmpphhhh… Mmmpphhh” desah Nayla bertahan sambil memejamkan matanya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmatnyaaa… Aaahhhh senengnya bisa ngentot memekmu lagi non”
“Mmpphhh paakkk… Mmppphh pelaannn… Mmppphhhh”
“Aaaahhh… Aaaaahhh… Buwahahahaha… Baru lewat mulut aja udah seenak ini… Aaahhhh jadi gak sabar pengen make memeknya”
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Sabar pak… Ini baru juga masuk”
“Buwahahah santai pak… Yang punya mah bisa main sepuasnya… Saya kan cuma numpang”
“Aaaahhh… Aaahhhh bukan numpang pak… Tapi jadi bintang tamu… Hakhakhak”
“Buwahahah iya juga… Bintang tamu buat muasin nafsu akhwat binal ini… Iya gak mbak ?” Tanya pak Dikin sambil menatap akhwat lonte itu.
Namun Nayla tidak menjawabnya. Bukannya tidak mau menjawab. Tapi ia tak bisa menjawabnya. Nayla merasa kesulitan ketika disiksa oleh dua penis raksasa yang begitu perkasa. Tiap kali rahimnya ditusuk vaginanya sampai berdenyut merasakan gesekan dari penis raksasa pembantunya itu. Tiap kali kerongkongannya ditusuk rasanya sampai mau muntah apalagi ditambah dengan bau busuk dari gelandangan tua itu. Ia sebisa mungkin bertahan. Kedua tangannya bahkan sampai mencengkram sofa rumahnya untuk menahan tusukan dari pria-pria tua yang sedang menikmatinya.
“Jangan diajak ngomong pak… Lonte kita ini baru pertama kali main trisom… Jadi masih kesulitan… Kudu adaptasi dulu, iya gak non ?” Kata pak Urip sambil menampar bokong majikannya.
“Aaaaahhhh… Aaahhh yaahhh… Aaahhhh” desah Nayla merasakan tamparan pak Urip.
“Buwahahaha pantesan… Kirain udah pengalaman… Kalau gitu saya cuma diem deh… Nih emut kontol saya… Hisap yang kuat biar mbak bisa bertahan dari sodokan pak Urip” Kata pak Dikin yang akhirnya baru berhenti menyodok mulut Nayla.
“Mmpphhh…. Iyahh pakk makasih… Mmpphhh… Mmmpphhhh” desah Nayla sambil menghisap penisnya tuk bertahan dari sodokan pembantu tuanya.
Meski pinggulnya tak lagi bergerak menyodok mulut sempitnya. Pak Dikin justru semakin menikmati kuluman Nayla dikala penisnya terus disedot-sedot oleh mulut akhwat binal itu. Mulut Nayla sudah seperti penyedot debu saja. Penis pak Dikin terus dihisapnya dengan kuat hingga membuat cairan kental yang ada di dalamnya nyaris keluar. Pak Dikin pun terus bertahan sambil memegangi kepala mungil Nayla. Ia juga menahan nafasnya agar bisa semakin lama bertahan dari serangan sedotan Nayla.
Sementara itu pak Urip dari belakang jadi semakin leluasa. Pinggulnya terus maju menggempur rahim akhwat binal itu. Dikala tangannya terus menampar bokong Nayla hingga kemerahan. Pinggulnya terus bergerak maju mundur tanpa pernah kendur. Terasa vagina Nayla jadi semakin menjepit. Penis pak Urip terus dicekik oleh vagina majikannya yang begitu sempit. Kedua tangannya pun berpindah dengan memegangi pinggang rampingnya. Jemarinya meremas gamis yang masih dikenakannya. Rasanya sangat puas. Pak Urip jadi semakin bergairah. Ia pun merasa gerah. Ia lalu melepas kausnya hingga bertelanjang bulat menyisakan celananya saja yang itupun sudah melorot sampai ke lutut.
“Aaaaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh mantapnyaaa… Aahhh nikmat sekali memekmu ini nonnnn”
“Mmmppphhhhh…. Mmmpphhh iyahahhh pakkk… Mmpphhh terusss… Terus sodok memek aku yang kenceng paaakk…. Mmmppphhh” desah Nayla saat merasakan vaginanya semakin basah petanda dirinya yang sudah sangat terangsang.
“Aaaahhh yaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhhhh gawwaaattt !!”
Namun pak Urip yang terlanjur bernafsu akibat sudah lama tidak menggenjot majikannya itu justru menarik lepas penisnya dari dalam rahim Nayla. Ia nyaris kebablasan dan hampir saja keluar duluan akibat nikmatnya jepitan vagina majikannya. Nayla pun ambruk begitu saja diatas pangkuan pak Dikin. Sedangkan pak Urip juga duduk lemas diatas sofa sambil mengelap keringat yang ada di dahinya.
“Buawhahaha nyaris keluar yah pak ? Seenak itu kah ?” tanya pak Dikin melihat pak Urip.
“Banget pak… Coba aja sendiri… Saya hampir aja keluar tadi” kata pak Urip memberikan FR nya setelah menikmati rahim majikannya.
“Buwahaha jadi penasaran deh… Sekarang giliran saya yah mbak ? Ayo sini duduk di pangkuan saya… Udah lama loh saya gak menyetubuhi seorang wanita lagi” Kata pak Dikin.
“Mmpphhh iyahh paakkk” kata Nayla patuh.
Nayla pun berdiri sambil menurunkan cadarnya. Ia merapihkan gamisnya sambil menaikkan roknya. Ia juga membuang celana dalam yang daritadi turun sampai ke lututnya. Pak Dikin yang telah siap menanti meloloskan seluruh pakaiannya. Pak Dikin sudah bertelanjang bulat. Nayla pun mulai naik ke atas pangkuannya lalu menjatuhkan tubuhnya hingga vaginanya yang sempit itu akhirnya dimasuki penis milik gelandangan tua.
“Aaaaaaaaaaahhhhhh” desah mereka keenakan.
MECX88Z
https://thumbs4.imagebam.com/0e/f1/91/MECX88Z_t.jpg 0e/f1/91/MECX88Z_t.jpg
'NAYLA
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
Nayla yang sedang terangsang-terangsangnya mulai bergerak naik turun tuk memuasi gelandangan tua itu. Ia yang tadi ditinggal pak Urip saat lagi enak-enaknya mulai melayangkan seluruh nafsunya pada gelandangan tua yang ada di hadapannya. Sungguh ironi, dirinya yang sejak kemarin ogah diperkosa pak Dikin namun kini justru dirinya yang terlihat bernafsu untuk memuasi pak Dikin. Terlihat tubuhnya naik turun dengan cepat. Tangannya pun memegangi bahu pak Dikin agar tidak terjatuh. Akhwat binal yang masih berpakaian lengkap itu mulai menggoyang gelandangan tua yang sudah bertelanjang bulat. Dari sini jelas terlihat siapa yang memperkosa dan siapa yang diperkosa.
'Hakhakhak… Kalau diupload pasti bakal rame nih… Terlihat seorang akhwat yang memperkosa gelandangan tua gara-gara gak dapet jatah dari suaminya… Tapi tenang, saya merekamnya untuk koleksi pribadi kok non…'
Batin pak Urip yang rupanya sudah mengambil 'handycam' nya untuk merekam persetubuhan binal mereka.
“Aaaaahhhh…. Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla keenakan.
Gimana mbak ? Enak kan kontol saya ?” Tanya pak Dikin menikmati goyangan Nayla.
“Aaahhh enak bangett… Enak banget pakkk kontol bapaakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil merem melek.
“Buwahahaha saya juga mbak… Udah lama kontol saya gak dijepit seenak ini… Gila juga yah ada akhwat sebinal mbak yang mau ngegoyang gelandangan kayak saya” desah pak Dikin kagum.
“Mmmpphhh aku juga heran paakk… Gak tau kenapa kok aku tiba-tiba nafsu ke bapak… Apalagi setelah ngeliat kontol bapak yang segede ini” desah Nayla.
“Buwahahha emang rupanya semua gara-gara kontol yah… Mbak lebih milih main sama yang cakep apa yang punya kontol gede mbak ?” Tanya pak Dikin penasaran.
“Aaahhh jelasss… Jelas yang punya kontol gede paaakk… Aku suka sama yang punya kontol gede… Aahhh itu lebih nikmat…. Itu lebih memuaskan pak” desah Nayla yang jadi lebih bernafsu.
“Kalau gitu puaskan saya… Kontol saya gede kan ?” Tanya pak Dikin.
“Aaahhh iyahhh gede banget… Kontol bapak gede banget paakkk” desah Nayla dengan penuh gairah.
Pembahasan tentang penis gede yang pak Dikin lakukan membuat Nayla jadi semakin bergairah dalam bercinta. Di benaknya ada bayangan penis pak Dikin yang membuat Nayla jadi semakin nikmat dalam bergoyang. Setiap gesekan yang terasa di dinding vaginanya membuat Nayla jadi mabuk kepayang. Terasa goyangannya itu menggaruk vaginanya yang sangat gatal. Nayla terus menaik turunkan tubuhnya. Ia terus menggaruk-garuk vaginanya yang terasa amat gatal.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Enak banget… Enak banget paaakkk… Ouhhh” desah Nayla sambil meremasi dadanya dari luar gamisnya.
Pak Dikin tertawa melihat kebinalan Nayla dihadapannya. Wajah Nayla memang terlihat sangek. Tapi gamisnya ini menghalangi pemandangan indah dari tubuhnya. Pak Dikin menurunkan resleting gamis Nayla. Ia lalu mengangkat gamisnya dari bawah hingga gamis itu melewati kepala mungil akhwat bercadar itu.
“Buwahaha gini kan jadi lebih seksi… Ayo terus goyang mbaakk… Goyang yang binal… Goyang terus kontol saya !” Kata pak Dikin yang akhirnya bisa melihat tubuh polos Nayla yang hanya menyisakan hijab, cadar dan juga behanya saja.
“Aaaahhhh iyyahhh paakk… Aaahhhh ini nikmat banget… Kontol bapak keras banget… Aku jadi gak bisa berhenti bergoyang paaakkk” desah Nayla sambil terus meremasi dadanya.
Matanya pun menatap pak Dikin dengan penuh nafsu. Kebinalannya semakin memuncak. Ia tak peduli lagi dengan siapa pria tua yang sedang ia goyang . Pinggulnya terus bergerak. Pinggulnya melakukan gerakan memutar. Mulai dari kiri ia memutar pinggulnya tiga ratus enam puluh derajat. Hal itu membuat penis pak Dikin terasa diaduk-aduk. Penis pak Dikin sudah seperti persneling mobil saja. Goyangannya jadi terasa nikmat. Hal itu membuat mata pak Dikin memejam menikmati setiap detik yang ia habiskan bersama bidadari pemuasnya.
“Aaaaahhhh… Aaaahhhh… Terusss mbaaakk… Ayoooo… Ini nikmat banget… Gak pernah saya sampai merem melek gini pas bercinta… Memek mbak luar biasa… Rasanya bikin ketagihan terus mbaakkk !” Desah pak Dikin merem melek.
“Uuuhhhhhhh… Uuuuhhhh iyaahh paakkk… Itu juga yang aku rasain… Kontol bapak bikin ketagihan… Aku gak bisa berhenti ngegoyang kontol bapak” Desah Nayla sambil mengusapi dada pak Dikin tuk merangsang nafsu birahinya.
Nayla pun mengubah jalur goyangannya. Tidak hanya gerakan memutar. Tapi juga gerakan maju mundur. Pinggul Nayla bergerak maju mundur. Penis pak Dikin diaduk-aduk maju mundur. Goyangannya juga dipercepat. Ia bergoyang sambil menatap mata pak Dikin dengan hangat. Dilihat Nayla sudah begitu bernafsu pada pria tua pemuasnya. Vaginanya sudah ia pasrahkan pada lelaki pemuasnya. Akhwat cantik yang sehari-harinya berpenampilan alim itu terus menikmati penis pak Dikin yang merupakan gelandangan tua pemuasnya. Aneh tapi nyata. Nayla benar-benar menikmati penis seorang gelandangan tua.
“Aaaaahhhh nikmat sekaliii… Aaaahhhh cukuupp… Aaahhhh saya mau keluar mbaaakkkk” desah pak Dikin saat merasakan adanya tanda-tanda.
“Uuuhhhhh… Uuuhhhhh… Tapi aku gak bisa berhenti paaakkk… Kontol bapak enak bangett… Aku gak bisa berhenti bergoyang” desah Nayla yang sudah terlanjur enak.
“Aaaaahhhhh… Aaaahhh sudaahhh… Sudaaaahhhhh… Jangan buat saya keluar dulu mbaaakkk… Aahhhh saya gak kuat lagiiiiiiiiiii… Cukuppp…. Cuukuuppp” desah pak Dikin sambil mendorong perut Nayla.
“Aaaahhhhh aku gak bisa… Aku gak bisa berhenti…. Ini lagi enak banget paaakkk” desah Nayla yang tak peduli pada erangan pak Dikin.
“Aaaahhhhhh jangaannn… Jangannn buat saya keluar dulu… Saya mau istirahat… Uuuuhhhhhh” desah pak Dikin yang akhirnya berhasil mengeluarkan penisnya setelah mendorong tubuh akhwat binal itu.
“Iiiihhhhh bappaaakkk” desah Nayla kecewa.
“Hah… Hah… Hah… Tunggu sebentar mbak… Saya sudah hampir keluar… Kalau keluar sekarang nanti rencana yang sudah kami buat akan hilang percuma” Kata pak Dikin menjelaskan.
“Hakhakhak betul itu non… Lebih baik ayo sini main sama saya” Kata pak Urip yang langsung mengambil alih posisi tuk menggilir Nayla sekaligus tuk memberikan waktu istirahat pada gelandangan tuanya.
“Aaaahhhh iyahhh… Kalau gitu buruan pak… Sodok aku… Memek aku udah gatel banget pengen disodok” Kata Nayla yang sudah semakin binal.
“Hakhakhak sabar sayaanggg… Saya akan menyodok memekmu itu kok” Kata pak Urip sambil memposisikan tubuh Nayla menungging menghadap dinding. Kedua tangan Nayla pun bertumpu pada dinding dihadapannya itu. Tak berselang lama penis perkasa yang sudah berulang kali menggetarkan nafsu birahi Nayla itu pun mulai masuk membelah liang senggama milik bidadari bercadar itu.
“Uuuhhhhhh paaaakkkk” desah Nayla sampai merinding keenakan.
“Ouuhhhh yaaahhhh… Mantap sekali memekmu ini nonnnn… Mmmppphhh” desah pak Urip merem melek keenakan.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MECX88W
https://thumbs4.imagebam.com/91/29/6d/MECX88W_t.jpg 91/29/6d/MECX88W_t.jpg
'NAYLA
Tak butuh waktu lama bagi pak Urip untuk memacu pinggulnya maju. Tepat setelah ujung gundulnya mentok di dalam rahim majikannya. Ia langsung menariknya lalu mendorongnya lagi. Ia kembali menariknya hanya untuk menancapkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan yang sama berulang kali untuk memuaskan birahi majikannya itu.
Sudah lama dirinya tidak merasakan nikmatnya akhwat majikannya lagi. Ia pun melampiaskannya sekarang. Ia menghujaminya dengan kuat sambil memegangi pinggang mulus majikannya. Ia pun mengusapinya. Gerakannya naik menuju punggung mulusnya. Terasa kulitnya yang begitu halus menambah sensasi akan persetubuhannya dengan sang dewi. Pak Urip jadi memperkuat hujamannya. Tubuh Nayla jadi terdorong maju mundur saat menerima hujaman dari pembantu tuanya.
“Aaaahhhh… Aaaaaahhhh… Aaahhhhh… Akhirnya… Ini nikmat banget paakk… Aaahhh terusss” desah Nayla puas.
“Aaahhh… Aaahhhh… Iyahhh non… Ini mantep banget… Ouhhh nikmatnya rahimmu ini… Meski udah berkali-kali saya nodai kok rahimmu ini masih rapet aja sih… Aaahhh bikin saya nafsu aja deh” Kata pak Urip sambil mengatur nafasnya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Habis kontol bapak gede sih… Mau berulang kali bapak ngentotin aku pasti bapak bakal ngerasain jepitan memek aku paakk… Aaahhh terusss… Lagi pakkk… Yang kuat !” Desah Nayla meminta lebih.
“Hakhakhak… Begitu yah ? Oke deh… Akan saya tambah kekuatan saya… Terima iniii… Terima kontol saya iniiii !” Desah pak Urip yang membuat jeritan Nayla semakin keras.
“Aaaahhhhh… Aaaaahhhhhh… Aaaaaahhhh bappaaakkkkk”
Pak Dikin yang beristirahat hanya bisa terengah-engah sambil menatap kebinalan akhwat bercadar yang sedang disetubuhi pembantu tuanya itu. Ia lalu menggelengkan kepalanya membayangkan betapa bahagianya pak Urip yang setiap hari bisa memuasi akhwat majikannya itu. Seketika ia jadi teringat masa lalunya. Masa-masa disaat dirinya sering memuasi rahim menantu cantiknya.
“Buwahhaha gak dimana-mana ada aja cewek cantik yang mau digenjot laki-laki tua hanya demi kepuasan aja” Kata pak Dikin tertawa.
Terlihat tangan pak Urip semakin naik dalam mengusapi punggung mulus Nayla. Ia lalu melepas ikatan bra hingga payudara Nayla tumpah begitu saja. Genjotannya yang diperkuat membuat susu Nayla bergoyang dengan begitu bebasnya. Dari kejauhan, pak Dikin tersenyum melihat goyangan sangat indah dari susu akhwat bercadar itu.
“Ehh ini ? Buwahaha direkam yah dari tadi… Okelah sambil istirahat saya jadi kameramen aja ah” kata pak Dikin sambil memegangi 'handycam' pak Urip lalu merekam persetubuhan mereka yang semakin panas.
“Aaaaaaahhhh… Aaahhh… Aaahhhh… Oouuhhhhh paaaakkk” desah Nayla saat merasakan payudaranya diremas oleh pak Urip.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Kenyal sekali susumu ini nonnn…. Ayo sini… Cepat mendekat” Kata pak Urip menarik tubuh Nayla hingga membuat akhwat bercadar itu berdiri membelakangi pembantunya.
“Aaaahhhh iyaahhh… Aaahhhh mantap sekaliiii paakk… Aaahhhhhh genjot aku lebih keras lagi paaakkkk”
“Dengan senang hati, non” Kata pak Urip sambil memeluk tubuh Nayla dari belakang. Kedua tangannya pun meremas kedua payudara Nayla dengan sangat kuat. Pinggulnya pun dipercepat. Terasa persetubuhan mereka jadi semakin nikmat.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla semakin keras.
“Aaaahhhh nikmat sekalii… Nikmat sekali tubuhmu ini nonn… Sllrpp… Mmpphhh… Mmpphh yahh… Ssllrrpp” desah pak Urip sambil menjilati leher Nayla.
Nayla jadi semakin terangsang. Tubuhnya benar-benar dinikmati oleh pembantunya secara maksimal. Berbagai titik sensitifnya dirangsang. Vaginanya di sodok, kedua susunya diremes, tengkuk lehernya dijilat yang membuat nafsu birahinya bergetar hebat.
Nayla sampai merem melek merasakan sodokan dari pembantu tuanya itu. Sesuai dugaan, hanya pak Urip lah yang bisa memaksimalkan persetubuhannya yang membuat Nayla terasa terbang ke kayangan.
Pak Dikin pun tak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah ini. Pak Dikin bergerak maju untuk merekam persetubuhan nikmat ini dari depan. Terlihat wajah Nayla yang begitu sangek menerima gempuran dari pembantunya yang tua bangke. Pak Dikin pun berfokus pada susu Nayla yang teremas. Lalu rekamannya diarahkan pada gempuran penis pak Urip pada rahim Nayla. Lalu ia kembali menjauh untuk merekam keseluruhan tubuh Nayla dari samping. Pemandangan indah itu membuat pak Dikin tak bisa diam berhenti. Ia benar-benar kagum pada keindahan Nayla yang sedang dinodai pembantunya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaaaahhhhhhhh” desah pak Urip saat mementokkan penisnya.
“Uuuhhhhhhh paaakkk “Desah Nayla saat nyaris terjatuh.
Tiba-tiba pak Urip menarik lepas penisnya. Nayla yang sudah lelah menatap pembantunya heran. Di benaknya ia berfikir. Kenapa berhenti ? Bukannya belum ada cairan cinta yang tumpah diantara mereka ? Kenapa pak Urip menarik lepas penisnya ?
“Hakhakhak… Memek mbak udah basah banget nih kayaknya… Sudah saatnya bagi mbak untuk menerima kepuasan dari kami berdua” Kata pak Urip yang membuat Nayla juga menoleh ke arah pak Dikin.
Seketika mata Nayla melebar. Ia merasa sudah waktunya baginya untuk menerima hujaman dari kedua pria tua yang berniat memuasinya.
“Buwahahah akhirnya… Saya udah gak sabar nggenjot memek mbak lagi”
“Ayo non ikut saya ke kamar”
Pak Urip pun menarik tangan Nayla ke kamar yang biasa ditempati oleh kedua majikannya. Setelah memasuki kamar, pak Urip tiba-tiba menarik lepas hijab beserta cadar yang Nayla kenakan.
“Mmmppphhhhhh” Lalu bibirnya mencumbu bibir Nayla dengan penuh nafsu. Setelah puas ia mendorongnya jauh hingga akhwat binal yang kini sudah bertelanjang bulat itu jatuh tak berdaya di atas ranjang tidurnya.
“Aaaaaahhhhh” desah Nayla merasa malu sekali menyadari dirinya sudah bertelanjang bulat lagi.
“Buwahahhaa… Sudah saya duga… Wajah mbak ini memang cantik sekali… Kenapa setiap hari malah mbak tutupi ? Bukannya bagus untuk memberi tahu banyak orang kalau mbak ini aslinya cantik sekali” kata pak Dikin yang akhirnya bisa melihat wajah cantik Nayla tanpa cadarnya.
“Hehe” Nayla pun tersipu. Ia dengan malu-malu hanya melebarkan kakinya tuk menggoda pria-pria tua yang sudah ngiler akan keindahan tubuhnya.
“Hakhakhak… Udah gak sabar yah kayaknya non ini… Ayok sini… Ada satu persiapan lagi untuk melonggarkan anusmu itu non” Kata pak Urip mendekat.
“Satu lagi ?” Kata Nayla kebingungan.
Seketika pak Urip sudah memegangi paha Nayla. Penisnya sudah berada tepat di depan lubang kotorannya. Dalam posisi terlentang. Nayla pun bersiap menerima kenyataan bahwa anusnya akan kembali dimasuki oleh penis pembantu tuanya tadi.
“Hakhakhak… Sudah berapa kali anusmu ini dimasuki kontol non ? Hennkgghhh !!!” Tanya pak Urip sambil menusuk penisnya membelah anus Nayla.
“Uuuuhhhhhhhh… Cuma bapaaakkk… Cuma bapak yang pernah main lewat anusku paakk… Aaahhhh pellaannn” desah Nayla kesakitan.
“Hakhakhak… Oh yah ? Kalau memek non ? Aaahhhhhh” desah pak Urip sambil menusukkan lagi penisnya agar semakin dalam.
“Aaaahhhhh banyakkk paakk… Kalau memek aku udah pernah dimasuki banyak oranggg” desah Nayla sampai menggelinjang menahan rasa sakit sekaligus nikmat yang bercampur menjadi satu.
“Aaaaahhhh sempitnyaa…. Hakhakhak… Siapa aja memangnya orang itu non ?” Tanya pak Urip sambil mendorong penisnya hingga mentok.
“Aaaahhhh pakkk dalemm bangeett… Banyakk paakk… Bapak, pak Beni, mang Yono dan terakhir pak Dikinn paakk… Aaaaahhhhhhhh” desah Nayla sambil mencengkram kuat ranjang spreinya.
“Hakhakhak nakal yah… Bahkan nama suamimu gak disebut… Jadi selama ini non sering main sama pria-pria tua rendahan yah ? Bahkan tukang sayur langgananmu juga ?” Tanya pak Urip terkejut saat baru pertama kali mendengarnya.
“Iyyahhh paakkk… Aaahhh bahkan pak Tomi juga pernaaahhh… Aaahhhh sakitt paakkk… Sakkiitt”
“Hakhakhak tukang nasi goreng itu juga ?” Kata pak Urip semakin tertawa dengan keras.
Pak Dikin yang mendengar pembicaraan mereka menjadi takjub. Rupanya akhwat yang ia kira alim ini sudah pernah dinodai oleh berbagai macam lelaki. Uniknya hanya lelaki tua berwajah jelek saja yang pernah memuasi tubuh seindah ini. Pak Dikin geleng-geleng kepala. Nayla baginya memang bidadari pemuasnya.
“Iyyaahh… pak Tomi pernahhh paakk… Aaahhh pelaannn… Jangan cepet-cepeett” desah Nayla saat merasakan penis pak Urip mulai bergerak.
“Dasar akhwat lonte… Kapan non melakukannya ? Kok saya gak diberi tahu ?” Tanya pak Urip selaku tuannya kesal.
“Aaahhhh kemarin pas bapak nyari pak Dikin… Aku digenjot pak Tomi pas pulang kerja paaakk.. Terus pas bapak gak ada di rumah seharian, aku ke rumah mang Yono minta dipuasi paaakk… Aaahhhh kontol mereka enak banget… Apalagi kontolnya mang Yono yang gak disunat paaakk… Aaahhhh aku jadi ketagihan… Aku jadi pengen disodok mereka lagi paaakkk” Ujar Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Bahkan non sampai ke rumahnya coba… Lain kali kabarin saya… Biar saya bisa mengabadikan perbuatan kalian… Hakhakhak” tawa pak Urip yang jadi semakin bernafsu saat menyodomi anus majikannya ini.
“Aaahhhhh… Aaahhhh kapaann-kappaan yah paakk… Aaahhh iyaahhh… Teruss paakk… Ini mulai enak” desah Nayla yang mulai bisa beradaptasi dengan persetubuhan melalui anusnya.
“Hakhakhak… Baiklah kalau itu kemauan non… Siap yahhh… Akan saya perkuat… Hennkgghhhh !” Desah pak Urip sambil terus menyodok anus dari akhwat binal yang sudah telanjang itu.
“Aaahhhhh… Aaaaahhhh… Aaaaaahhhhh”
Nayla yang sudah terlentang hanya bisa pasrah membiarkan duburnya dinodai oleh penis pembantunya. Tubuhnya yang telanjang bulat ia biarkan dinikmati oleh pembantu tuanya. Ia bahkan mengangkat dadanya membiar susunya bergetar tuk memuaskan birahi pemuasnya. Nalurinya sebagai akhwat pemuas membimbingnya untuk memuaskan siapa saja yang berniat untuk menikmati tubuhnya. Ia pun menatap pak Urip dengan penuh nafsu. Terlihat jelas kalau Nayla membutuhkan kepuasan selalu. Tangan pak Urip yang tidak tahan kembali mendekap kedua payudaranya. Susu Nayla kembali diremas. Mereka berdua pun bersetubuh semakin ganas.
“Aaaaahhhhhhh… Aaahhhhhh… Aaaaahhhhh”
Melihat Nayla memejam sambil membuka mulutnya lebar-lebar membuat pak Dikin tidak tahan lagi. Ia yang sudah terlalu lama menganggur akhirnya ikut bergabung dengan mendekatkan penisnya ke mulut akhwat telanjang itu.
“Mmppphhhh” desah Nayla terkejut menyadari ada penis yang menyumpal mulutnya.
“Buwahahhaa lama banget sih kalian… Saya gak tahan pengen ikut gabung nih… Hennkgghhhh !” desah pak Urip mulai mementokkan penisnya ke mulut Nayla.
Akibatnya Nayla nyaris tersedak. Mulutnya yang mungil kembali diisi oleh penis pak Dikin yang bau busuk sekali. Gelandangan tua itu dengan penuh nafsu menarik keluar penisnya lalu menusuknya lagi. Ia seperti sedang dalam posisi 'push up' saja. Di belakang pak Urip dapat melihat pantat pak Dikin naik turun saat menyodok mulut akhwat binal itu. Kedua pria tua itu pun menikmati pemuasnya hingga lemas. Mereka terus menyodok anus dan mulut Nayla hingga puas.
“Ayo kita mulai aksi kita non” kata pak Urip setelah melepas penisnya.
“Buwahahah akhirnya” kata pak Dikin yang juga menarik lepas penisnya.
“Aaaahhhh uhuukk… Uhuukkk” Nayla yang terbatuk-batuk pun diminta menaiki tubuh pak Dikin yang terlentang diatas kasurnya. Baru saja penis itu masuk ke dalam vaginanya. Tubuhnya sudah didorong hingga akhwat binal itu sudah jatuh ke dalam pelukan pak Dikin. Berada di pelukannya dengan aroma tubuh yang luar biasa busuk menjadi ujian tersendiri bagi Nayla. Ia terus bertahan. Tak berselang lama penis pak Urip pun masuk menembus duburnya lagi.
“Uuuuhhhhhh desah Nayla yang akhirnya merasakan lubang dubur dan vaginanya dipenuhi oleh penis secara bersamaan.
Nayla merasa sedikit pusing. Matanya pun berat sekali. Rasanya agak sakit ketika otot rahim dan duburnya berkontraksi menahan dua penis yang sungguh perkasa sekali. Pak Dikin yang menyadari rasa sakit Nayla mulai menarik kepala Nayla mendekat. Sambil membelai rambutnya yang pendek sebahu. Ia berniat untuk mencumbu akhwat binal itu lagi.
“Sini sayaangg… Mmpphhhhh” desah pak Dikin mencumbunya.
“Mmppphhhhh” Desah Nayla pasrah menerima cumbuannya.
“Oke… Sekarang kita mulai yah pak… Ayo pak mulai nyodok lubang kenikmatan akhwat nakal ini” kata pak Urip sambil mendorong pinggulnya maju.
“Mmpphhh sip paaakk… Mmppphhh” desah pak Dikin yang juga mendorong pinggulnya maju.
“Mmpphhhh paaaakkk” Desah Nayla saat dubur dan rahimnya disodok secara bersamaan.
“Ayoo tarikk lagiii” kata pak Urip memberi aba-aba.
Sontak kedua penis mereka ditarik keluar secara bersamaan hingga menyisakan ujung gundulnya saja.
“Mmppphhhhhh” desah Nayla merinding.
“Ayo doronggg lagii paakk”
'Jleeeebbbbb !!!'
“Aaaahhhh paaakk” desah Nayla hingga cumbuannya terlepas.
“Ayo tarik lagi terus langsung dorongg sekuat-kuatnya”
“Aaaaaahhhhh bapaaaakkkk” desah Nayla sampai geleng-geleng kepala merasakan nikmat dua penis mereka.
Setelah itu penis mereka mulai stabil bergerak keluar masuk secara bersamaan tanpa diberi aba-aba lagi. Pak Urip dengan puasnya menyodok dubur akhwat binal itu. Pak Dikin juga dengan puasnya menyodok rahim akhwat telanjang itu. Terlihat wajah Nayla yang menahan kenikmatan ini. Pengalaman untuk ditrisom pertama kalinya memang sulit. Ia pun berusaha bertahan sekuat mungkin dari serangan birahi kedua pria ini.
“Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh gak nyangka saya ada akhwat yang mau dilecehi sehina ini… Buwahaha” tawa pak Dikin melecehi Nayla.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Awalnya saya juga gak nyangka pak… Tapi emang dasarnya binal mau diapakan aja juga mau… Beruntung saya punya majikan yang penurut kayak gini” puji pak Urip sambil terus menyodomi Nayla.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Kapan-kapan saya boleh make memeknya lagi kan pak ?” tanya pak Dikin sambil terus menyodok rahim Nayla.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Coba tanya orangnya langsung pak… Kayaknya sih mau hakhakhak”
“Buwahahaha… Gimana mbak ? Saya boleh main sama mbak lagi kapan-kapan ?” Tanya pak Dikin penuh harap.
MEBS3I0
https://thumbs4.imagebam.com/1b/e6/bf/MEBS3I0_t.gif 1b/e6/bf/MEBS3I0_t.gif
'VIDEO DI BENAK NAYLA
“Aaahhhh…. Aaahhhhh…. Boleh paakk… Boleeehh… Aahhh terusss… Ayo terusss sodok yang kuat paaakkk” desah Nayla menikmati perannya sebagai objek pemuas. Akhirnya ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh wanita di video yang pernah ia tonton. Awalnya memang sulit. Tapi lama kelamaan ia mulai menikmati juga. Rasanya sungguh nikmat dinodai seperti ini. Ia jadi merasa direndahkan yang membuatnya dapat merasakan kenikmatan yang ia inginkan. Ia pun terus pasrah dinodai oleh mereka. Matanya memejam membiarkan pak Dikin menatap kebinalan wajahnya.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MECX88X
https://thumbs4.imagebam.com/51/d4/43/MECX88X_t.jpg 51/d4/43/MECX88X_t.jpg
'NAYLA
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
Semakin lama mereka bercinta. Mereka akhirnya mulai mendapatkan tanda-tanda bahwa mereka akan keluar. Khususnya kedua pria yang terus menikmati lubang kenikmatan Nayla. Tubuh mereka bergetar merasakan jepitan-jepitan yang merangsang jiwa. Akibatnya pergerakan pinggul mereka dipercepat. Kedua penis tua itu keluar masuk lubang kenikmatan Nayla dengan cepat. Kekuatan tusukan mereka juga diperkuat. Nayla sampai membuka mulutnya lebar-lebar merasakan tusukan yang luar biasa dari mereka.
“Aaaaahhhhhh… Aaaahhhh paaakk… Aaaahhh” Jerit Nayla.
Pak Dikin yang melihat kebinalan wajah Nayla menjadi tidak tahan. Ia kembali menciumnya. Ia terus menyodok rahim Nayla sambil menciumi bibir manisnya. Terlihat bibir Nayla dijepit. Bibir gelandangan tua itu juga menghisap bibir Nayla sepuas-puasnya. Ia benar-benar menikmati hadiah paginya. Ia pun melampiaskan seluruh nafsunya pada akhwat yang sedang ia puasi ini.
“Mmppphhhh… Mmphhhh… Siaaalll saya udah gak kuat lagi… Saya hampir keluar” desah pak Dikin disela-sela cumbuannya.
“Aaaaahhhh… Aaaahhhh… Kontol saya juga mulai cenat-cenut… Saya udah gak kuat menahan jepitan anusnya ini… Ouuhhh siaall… Siaaallll” Desah pak Urip sambil menjatuhkan tubuhnya.
Sambil mengusapi pinggangnya, pak Urip juga mencumbui punggungnya serta menjilati punggung mulus itu. Ia terus melakukannya dengan terus menyodomi anus majikannya. Rasanya menjadi sangat nikmat. Ia pun tak mampu menahan birahi yang semakin memuncak ini.
“Mmpphhhhh… Mmpphhh bapaaakk… Mmppphhh” desah Nayla yang juga mulai merasakan adanya tanda-tanda.
Dirangsang dari depan dan belakang apalagi oleh pria-pria tua yang berpengalaman membuat Nayla tak sanggup menahan diri lagi. Tubuhnya sudah merinding. Nafsunya bergetar merasakan cairan cintanya mulai mengalir mendekati lubang kencingnya. Tusukan demi tusukan yang kedua pria tua itu lakukan membuat pergerakan payudaranya dengan kuat menggesek dada gelandangan tua itu.
Nafsunya sudah tak tertahankan. Ia dengan pasrah meminta kepuasan dari gelandangan tua dan juga pembantu tua favoritnya.
“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Saya gak kuat lagiii…. Saya gak kuat lagii mbaaakkk “Desah pak Dikin setelah melepas cumbuannya sambil menatap wajah Nayla.
“Aaaaahhhhh aku jugaaa paakk… Terusss… Terusss sodok akuuuu” Desah Nayla sambil menatap mata pak Dikin.
“Aaaahhhh saya jugaaa… Saya juga nonnn… Mmpphhhhh… Mmmpphhhh” desah pak Urip sambil mencumbu leher sebelah kiri Nayla dengan penuh nafsunya hingga meninggalkan bekas memerah disana.
“Aaaaahhhhh… Aaahhh iyaahhh… Terusss paakkk… Terus zinahi aku… Ayooo puasi tubuhku ini paaaakkk” Desah Nayla tidak kuat lagi.
Nafas mereka sama-sama memberat. Deru nafas mereka sama-sama ngos-ngosan. Kedua kaki mereka sama-sama lemas setelah menikmati persetubuhan mereka yang semakin memanas.
Sambil terus menyupangi leher Nayla, pak Urip mempercepat gerakan pinggulnya. Penisnya terus menyodomi dubur majikannya hingga membuat penisnya berdenyut cepat. Sedangkan pak Dikin mengalihkan perhatiannya pada susu gantung Nayla dan mulai menghisap pentilnya dikala penisnya terus membombardir rahim kehangatan Nayla itu. Nayla tak kuat. Tubuhnya semakin melemah. Cairan cintanya yang terus dihisap membuatnya tidak sanggup menahan kenikmatan ini lagi.
“Aaaahhhhh… Aaahhh… Akuuuu kelluuuaaaaarrr” Desah Nayla yang akhirnya keluar duluan.
“Ouuhh yaahhh… Memekmu mulai anget mbakk… Ayoo keluarin semuanyaaa… Keluarin sampai habis” desah pak Dikin disela-sela menyusunya.
“Aaaahhhh… Sekarang saya yang mau keluar… Aahhh nonnnn… Saya mau keluaaar… Saya gak kuat lagiii… Sayaaa aaaaaaahhhhhhhhh” Desah pak Urip sambil mementokkan penisnya saat spermanya dengan deras mulai menyembur lubang dubur majikannya.
“Uuuhhh paakkk” Desah Nayla saat duburnya mulai basah disirami lahar hangat pembantunya.
“Aaaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Saya jugaa… Saya juga mau keluar mbaaakk” Desah pak Dikin yang menjadi orang terakhir yang belum mendapatkan orgasmenya.
Kedua tangannya pun mengelusi pinggangnya. Pinggulnya berpacu menggenjoti rahimnya. Mulutnya juga terus menyusu menyedot-nyedot susu gantungnya. Akhirnya, akhirnya. Sebuah gelombang mulai ia rasakan mendekati lubang kencingnya. Sebuah gelombang yang sudah ia pendam selama bertahun-tahun lamanya. Gelandangan tua yang sudah lama tak bercinta ini bersiap untuk memuntahkah lahar hangatnya. Bagaikan gunung volcano yang sudah lama tak meletus. Gunung itu bersiap untuk meledakkan seisi laharnya untuk menimbulkan gempa terbesar yang sudah lama tak dibuatnya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Saya gak kuat lagii… Saya aaahhhh… Aahhhhh… Terima ini… Uuuhhhhhhh kelluuuaaarrrr !!!”
'Jleeebbbbb !!!'
Aaaaahhhh bappaaaakkk Jerit Nayla sekeras-kerasnya.
'Crrrooottt… Cccrrooottt… Cccrrooottt !!!'
Sperma pak Dikin dengan kuatnya menyirami seisi rahim Nayla. Tubrukan pinggulnya saat mementokkan ujung gundulnya membuat tubuh Nayla terdorong maju. Rasanya seperti baru terjadi gempa saja. Guncangannya terasa keras. Bahkan susu gantung Nayla sampai bergetar. Pak Dikin pun terus mementokkan ujung gundulnya hingga spermanya dengan kuat menubruk dinding rahim akhwat yang sudah telanjang bulat itu.
“Aaaaaaahhhh bapppaaaaakkkkk... Mmmppphhhh” desah Nayla dengan kerasnya saat rahimnya dipejuhi oleh gelandangan tua yang sudah lama tak bercinta.
Mereka terdiam sejenak menikmati sisa-sisa orgasme yang begitu memuaskan. Mereka bertiga puas. Nafsu mereka sama-sama terlampiaskan. Terlihat wajah Nayla merem melek merasakan lelehan sperma pak Dikin keluar dari sela-sela vaginanya. Terdengar juga nafas Nayla ngos-ngosan. Kedua pria tua itu juga bernafas dengan begitu berat. Usai sudah persetubuhan mereka yang begitu panas. Pak Urip pun mencabut penisnya hingga spermanya meluncur deras keluar dari dubur majikannya. Pak Dikin juga demikian, ia mencabut penisnya lalu menggeletakkan Nayla di sebelahnya membiarkan Nayla yang sudah telanjang bulat itu merem melek merasakan aliran sperma-sperma pemuasnya yang keluar melalui kedua lubang kenikmatannya.
“Uuuhhhhhh” desah Nayla merem melek.
“Hakhakhak… Akhirnya selesai juga tugas kita” kata pak Urip menatap pak Dikin.
“Buwahahha akhirnya puas juga saya… Akhirnya bisa ngentot lagi setelah sekian lama gak melakukannya… Makasih banyak ya pak” kata pak Dikin pada pak Urip.
“Loh terima kasihnya ke majikan saya dong masa ke saya” kata pak Urip sambil melirik Nayla yang terkapar tak berdaya.
“Buwahahaha iya juga… Makasih yah mbak… Saya puas banget bisa memejuhi rahimmu… Semoga pejuh saya bisa bikin hamil mbak yah” kata pak Dikin sambil mengelusi perut Nayla.
Nayla tidak menjawabnya. Ia hanya merem melek sambil mengatur nafasnya. Terlihat dadanya naik turun setelah dipuasi oleh kedua pria tua ini. Terlihat jelas bahwa akhwat binal itu kelelahan. Ia menyadari betapa sulitnya bercinta dengan dua pria sekaligus. Ia pun memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Ia jadi merenung. Ia merenung membayangkan binalnya dirinya saat ini.
'Puas banget… Puas bangett rasanya bisa ngentot sampai secapek ini… Semuanya gara-gara obat itu… Aku kayak dibius… Bahkan gara-gara obat itu aku rela dipakai siapa aja termasuk gelandangan tua itu…'
Batin Nayla sambil memejam saat mengingat genjotan gelandangan tua itu yang membuat rahimnya membanjir. Nayla merasa rahimnya sangat penuh. Mungkin kalau diberi bibit ikan akan ada ikan yang hidup di rahimnya akibat vaginanya telah diubah menjadi kolam oleh gelandangan tua itu.
Seketika saat wajahnya menoleh ke kanan ia menatap foto pernikahannya dengan suaminya. Ia merenung. Ia membayangkan saat-saat awal ketika menikah dengan suaminya.
'Bisa-bisanya aku berubah drastis kayak gini..'. 'Aku aja enggak mengenali siapa diriku sekarang ? Siapa sih aku ? Aku udah kayak lonte pemuas yang sehari-harinya mengenakan cadar… Aku udah terlanjur jatuh terlalu jauh… kayaknya sulit buatku untuk kembali ke aku yang dulu lagi... Bahkan kayaknya bakalan aneh kalau aku gak ngerasain ngentot sama pria-pria tua lagi... Huft maafin aku yah mas... Aku tetep sayang mas kok... Cuma tubuh aku juga milik mereka yah mas... Aku gak bisa hidup tanpa kontol-kontol mereka... Aku udah ketagihan banget deh... Aku udah ketagihan ngentot banget... Tapi bukan asal ngentot... Aku udah ketagihan ngentot sama pria-pria tua yang bisa membuatku puas... Bahkan kalau gak sama pria tua kayaknya gak puas deh... Dasar kalian, hebat banget sih udah bikin aku ketagihan kayak gini... Terutama bapak...'
Batin Nayla sambil melihat kedua pria itu khususnya ke pak Urip. Terlihat kedua pria itu mengobrol dengan hangat. Seketika Nayla terkejut saat kedua wajah mereka tersenyum sambil menoleh ke arahnya. Nayla jadi merinding ketika melihat tatapan penuh nafsu dari kedua pria itu.
'Eh mereka habis ngobrolin apa yah ? Kok tiba-tiba ngeliatin aku kayak gitu ?'
Batin Nayla yang sudah tak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Terlihat kedua pria tua itu menatap Nayla dengan mesum. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu sambil menatapi keindahan tubuh mulusnya itu.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 18
DILEMA YANG SULIT
Sore hari sekitar pukul 15.42 di sebuah ruang tamu yang berada di salah satu rumah di ibu kota. Terlihat seorang akhwat yang tengah merenung sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa yang ia duduki. Matanya menatap kosong langit-langit rumahnya. Dalam benaknya ia masih tak percaya. Dalam benaknya ia masih tak mengira dirinya kok sudah senakal ini.
“Bisa-bisanya aku kayak gini ? Kok sekarang aku agak nyesel yah… Kayaknya aku udah terlalu jauh deh… Kenapa yah aku ngerasa kayak gini ? Perasaanku gak enak banget… Apa ini yang dinamakan hidayah dari tuhan ? Tuhan gak mau aku berdosa terlalu jauh lagi… Makanya tuhan nyentuh hatiku biar kembali kayak dulu lagi… Tapi di lain sisi kok kayak berat yah… Aku masih gak rela untuk meninggalkan kemaksiatan yang sering aku lakuin ini… Hah, 'astaghfirullah'… Dasar aku !” Lirih Nayla ditengah renungannya.
Matanya kemudian memejam. Ditengah pejaman matanya, ia kembali teringat kejadian yang terjadi di kamarnya setelah dirinya dikeroyok oleh kedua pria tua rendahan itu secara bersamaan.
“Hah… Bisa-bisanya aku membiarkan pak Dikin menyetubuhiku lagi di siang tadi” Ujarnya sambil mengingat-ngingat ronde keduanya bersama pak Dikin.
'EMPAT JAM SEBELUMNYA
MECX88Z
https://thumbs4.imagebam.com/0e/f1/91/MECX88Z_t.jpg 0e/f1/91/MECX88Z_t.jpg
'NAYLA
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
“Hah… Hah… Hah… Duh capek banget… Gak nyangka aku sampai selemes ini” Kata Nayla yang baru bisa bangkit ke posisi duduknya setelah tiduran selama beberapa menit untuk mengisi ulang tenaganya.
“Hakhakhak… Udah bangun yah non… Ini airnya… Non pasti capek kan ?” Kata pak Urip yang tiba-tiba datang sambil membawakan air dingin untuk majikannya.
“Iyya pak makasih… Pak Dikin mana ? Udah pulang ?” Tanya Nayla yang masih bertelanjang bulat saat duduk di tepi ranjangnya.
“Masih ada kok di dapur… Kenapa ? Kangen yah ? Hakhakhak” Tawa pak Urip yang membuat Nayla tersipu malu.
“Yeeee enggak yah… Aku kan cuma perhatian” Jawab Nayla sambil menyeruput air dinginnya lagi.
“Hakhakhak kangen juga gapapa kok… Apalagi kalau kangennya sama saya” Kata pak Urip sambil melingkarkan lengannya ke pinggang mulus bidadari cantik itu.
“Hihihhi kalau ke bapak mah wajib… Bapak pasti selalu aku kangenin kok” Jawab Nayla sambil mengedipkan mata yang membuat pria tua itu geregetan kepada majikannya.
“Ah non ini… Kerjaannya godain saya terus… Gak heran saya sampai nafsu terus tiap kali menghujami memekmu ini… Eeehhhh” Ucap pak Urip terkejut saat baru saja mengusapi vagina majikannya.
“Mmpphhh paaakk… Jangan dipegang, tuh kan pejuhnya sampai netes kemana-mana” Desah Nayla.
“Ihhh banyak amat non pejuhnya pak Dikin ? Hakhakhak… Gak bilang-bilang kalau belum di lap… Saya kan jadi jijik” kata Pak Urip sambil mengelap tangannya ke susu Nayla.
“Ihhh udah tau jijik malah dilap ke susu aku” kata Nayla protes.
“Gapapa… Daripada ke lidah non kan ? Hakhakhak” tawa pak Urip yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Iyya juga sih… Tapi jangan ke susu aku juga… Aku juga jijik tau… Kalau pejuhnya bapak sih masih mending… Ini pejuhnya gelandangan tua loh… Ihhhh merinding lagi kan aku jadinya” kata Nayla yang baru sempat mengelap sperma itu menggunakan sprei ranjang tidurnya.
“Hakhakhak sok-sokan jijik… Tadi aja nafsu banget di pake pak Dikin” Kata pak Urip mengejek.
“Ihhhh itu kan beda… Aku tadi pas lagi nafsu-nafsunya… Kalau sekarang baru kerasa jijik tau” Protes Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Buwahahaha… Lagi ngomongin apa nih ? Kayaknya saya lagi dighibahin yah ?” Kata pak Dikin yang tiba-tiba muncul di depan pintu masuk kamar Nayla.
“Ehhh bapak enggak kok… Enggak… Kita tadi lagi bahas hal lain kan pak ?” Tanya Nayla menatap pak Urip.
“Eh kata siapa ? Orang tadi aja non bilang jijik pas main sama pak Dikin” jawab pak Urip yang membuat Nayla gemas hingga mencubit pinggang berlemaknya.
“Awww,,, Awww sakitt… Sakittt” Jerit pak Urip yang membuat pak Dikin tertawa.
“Buwahahah gapapa mbak… Saya maklumi kok… Saya mengerti perasaan mbak… Saya udah bersyukur mbak mau main sama saya tadi… Buwahahhaa” tawa pak Dikin yang menanggapinya santai.
“Hehe maaf yah pak… Bukan bermaksud buat menyakiti hati bapak tadi” kata Nayla merasa tidak enak.
“Buwahaha iyya iya… Saya paham kok sayaangg” kata pak Dikin yang tiba-tiba duduk di sebelah Nayla lagi. Tangan tuanya mendekap pinggang ramping Nayla. Aroma busuknya kembali menyengat hingga terhirup oleh hidung mancung Nayla. Nayla pun hanya duduk tak bisa berbuat apa-apa. Ia berdiam pasrah. Ia menunggu apa yang diinginkan oleh gelandangan tua itu.
“Mumpung sekarang masih siang… Jujur saya masih belum puas kalau cuma keluar sekali tadi… Saya pengen ngentot lagi sama mbak… Boleh gak kalau kita main sekali lagi ?” Bisik pak Dikin yang membuat Nayla terkejut tak percaya.
“Ssee… See… Sekali lagi ?” Kata Nayla membayangkan tubuh indahnya harus dinikmati oleh gelandangan tua itu lagi.
“Hehe gapapa kan mbak ? Ayolah kita gak tau kan kapan bisa bertemu lagi… Mumpung ada waktu… Mumpung ada kesempatan untuk mengadu nafsu… Jujur dari dulu saya selalu ngiler tiap kali membayangkan gimana bentuk daleman dari balik gamis yang sering mbak kenakan … Sekarang saya udah melihatnya… Saya jadi ingin menikmatinya lagi dan lagi… Ayolah mbak izinkan saya untuk menikmati tubuhmu lagi” Kata pak Dikin sambil meremasi payudara indah Nayla.
Sejujurnya Nayla enggan untuk bercinta lagi saat ini. Tubuhnya sudah lelah. Ia juga tak mau dinodai oleh gelandangan tua ini lagi. Tapi permohonan yang terus pak Dikin lakukan membuat Nayla merasa tidak enak. Ia juga teringat kalau pak Dikin dulu pernah diusir oleh anak kandungnya meski ia tak tahu apa penyebabnya. Pasti pak Dikin selalu kesepian. Ia jadi tidak tega kalau menolak keinginannya kali ini.
“Mmppphhhh… Mmpphhh… Mmpphhh tapi janji setelah ini udah yah pak ? Aku capek… Aku mau istirahat” Desah Nayla menjawabnya saat menikmati remasan tangan pak Dikin yang membuat gelandangan tua itu tersenyum senang. Pak Urip yang melihatnya juga tersenyum senang. Tiba-tiba pak Urip ngeluyur keluar lalu kembali ke kamar lagi sambil membawa 'handycam' di tangan kanannya.
“Pasti mbak… Saya juga paham kok… Makanya saya minta sekali aja… Tolong izinkan saya yah… Boleh yah ? Saya janji setelah ini bakal pergi untuk kembali ke kehidupan saya di jalanan nanti” kata pak Dikin dengan wajah memelas.
“Hmmm yaudah” jawab Nayla menyanggupi.
“Buwahahah makasih banget mbak… Jadi saya boleh mulai sekarang ?” Tanya pak Dikin yang sudah berancang-ancang untuk menodai akhwat telanjang itu lagi.
“He’em pak… Silahkan” Jawab Nayla malu-malu yang membuat pak Dikin geregetan.
“Buwahahaha akhirnya… Makasih mbak… Saya berjanji akan memuasimu nanti” kata pak Dikin sambil menidurkan akhwat cantik itu lagi.
“Hakhakhak… Oh yah… Kebetulan, soalnya tadi belum kerekam… Ayo silahkan kalian bercinta… Nanti biar saya abadikan lewat kamera saya ini” kata pak Urip yang hanya dibalas senyuman oleh pak Dikin.
“Buwahahaa gak sabar bisa menikmati rahim akhwat binal ini lagi… Mana pejuh saya masih ada lagi… Belepotan banget sih mbak memeknya… Buwahahaha” tawa pak Dikin puas.
“Mmppphhh salah siapa ? Bapak sih keluarnya banyak banget” Jawab Nayla malu-malu.
“Hehe maaf sayaangg… Itu cadangan pejuh saya yang udah lama gak saya keluarin soalnya… Makanya sampe ngeluber gitu di memek mbak… Duh kontol saya udah ngaceng nih gara-gara gak sabar pengen ngentot lagi… Siap yah mbak… Saya masukin kontol saya… Hennkghhhh aaaahhhh” desah pak Dikin yang sudah menancapkan batang saktinya lagi.
“Mmmppphhhh paaaaakkk” desah Nayla memejam merasakan rahimnya ditusuk lagi oleh penis gelandangan tua itu lagi.
“Buwahahah… Buwahahhaa… Gak nyangka saya bisa menikmati tubuh seindah ini lagi… Aahahhh mulusnyaaa… Mmpphhh lekukmu indah sekali mbaaakk… Apalagi susumu ini… Mmpphh kenyal banget” Desah pak Dikin yang tidak langsung menggenjotnya tapi lebih memilih untuk mengelusi tubuhnya tuk menikmati kemulusannya.
“Mmppphhh paakk… Aaahhhh gellliii… Aaaahhhh… Aaaaaahhhhh” desah Nayla sampai merinding merasakan usapan dari gelandangan tua itu.
Kedua tangan kasar pak Dikin mulanya mengelusi pinggang rampingnya. Sambil mengelus, matanya menatap lekukan pinggang akhwat binal itu yang bentuknya menyerupai gitar Spanyol. Usapannya lalu naik tuk mengusapi susu bulatnya. Susu kenyal itu diremas, susunya kemudian diraba, susunya lalu diperas dengan remasan penuh tenaga yang membuat akhwat telanjang itu menggelinjang.
“Aaaaahhhhhh paaaakkk” Desah Nayla dengan manja.
Pak Dikin lalu menundukkan tubuhnya. Dengan penis yang masih menancap, ia mendekatkan bibirnya untuk menyusu di payudaranya. Awalnya pak Dikin menjepit puting sebelah kiri Nayla menggunakan bibirnya. Lalu mulutnya menghisapnya. Lalu lidahnya juga keluar untuk menjilati pentil yang berwarna pink itu. Lalu mulutnya berpindah ke payudara satunya. Sambil menyusu, kedua tangannya ikut meremasi kedua susu itu hingga payudara Nayla mencuat naik. Mulut pak Dikin jadi lebih mudah untuk menyusu disana. Saking gemasnya, pak Dikin sampai menggigitnya pelan yang membuat akhwat telanjang itu mengejang merasakan sensasinya.
“Aaaaahhh yaahhhhhh” desah Nayla sampai dadanya terangkat naik.
“Buwahahha paling suka saya mbak pas dengerin suara desahanmu ini… Indah sekali sih dirimu ini mbak… Wajahmu, lekuk tubuhmu, juga suara manjamu… Beruntung banget pak Urip bisa menikmati tubuhmu setiap hari” kata pak Dikin tersenyum sambil membelai pipi mulus dari bidadari itu.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Nayla tidak menjawab apa-apa kecuali mendesah. Nafasnya memberat setelah dirangsang sedemikian rupa oleh gelandangan tua itu. Seketika wajahnya memerah saat wajah pak Dikin mendekat untuk mencumbu bibir manisnya.
“Mmppphhh” desah mereka saat bercumbu.
Dikala bibir mereka bertemu, bibir mereka langsung saling hisap dengan penuh nafsu. Lidah pak Dikin ikut bermain dengan menjilati bibir atasnya. Bahkan mulutnya juga mengirimkan ludah yang mau tak mau terpaksa Nayla telan sebelum merasakan aromanya. Berulang kali mulut mereka membuka untuk mencaplok bibir lawannya. Terlihat pak Dikin yang paling bergairah saat menikmati bibir Nayla yang berwarna merah. Pak Dikin menyepong bibir atasnya. Lalu berganti dengan menyedot bibir bawahnya. Ia juga mengirimkan lidahnya ke mulut Nayla yang membuat akhwat telanjang itu terpaksa menutup rapat mulutnya lalu menghisap lidah gelandangan tua itu sekuat-kuatnya.
Kenikmatan itu semakin terasa saat pinggul pak Dikin mulai bergerak. Sambil mencumbu terlihat pinggul pak Dikin bergerak naik turun untuk menggempur rahim dari bidadari yang ternoda itu. Tangannya juga tak tinggal diam dengan terus mengelusi tubuh mulusnya. Terutama kedua payudaranya yang terus ia remas karena saking gemasnya. Mereka lanjut bercinta. Mereka menikmati persetubuhan mereka di ronde kedua.
“Mmpphhhh… Mmpmphhh… Mmpphhh” desah mereka dengan penuh nafsu.
“Hakhakhak… Gila ini mantep banget… 'Hot' banget sih persetubuhan kalian… Layak banget nih dijadiin favorit 'playlist' di rekaman saya ini” kata pak Urip yang terus berpindah demi mencari sudut yang pas untuk mengabadikan momen terpanas mereka.
Pak Dikin pun melepas cumbuannya lalu menatap wajah cantik Nayla dengan jarak yang sangat dekat. Senyum lalu merekah di wajah tuanya. Nayla yang tersipu langsung menolehkan wajahnya karena malu. Suara desahan yang terucap dari bibir manisnya membuat pak Dikin jadi semakin bernafsu akan keseksian tubuh bidadari itu.
“Aaaaahhhhh… Aaaahhhh… Liat sini dong sayaanggg… Kenapa mbak malah liat kesana ?” Desah pak Dikin sambil terus menggempur rahim Nayla.
“Mmppphhh… Mmmpphhhh… Wajah bapak deket banget… Aku jadi malu pak” Desah Nayla yang membuat pak Dikin semakin geregetan.
“Buwahahaha… Gak cuma nafsuin tapi mbak juga gemesin yah… Gak salah mbak menjadi lonte pemuas… Bikin saya geregetan terus buat ngentotin mbak” kata pak Dikin bersemangat.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Iyyah paaakkk… Iyahhh aku emang lonteee… Aku ditakdirkan untuk jadi pemuas bapak” desah Nayla yang membuat pak Dikin jadi semakin bernafsu.
“Buwahahhaa dasar lonte… Lonte… Kok saya jadi geregetan banget yahhh… Aaahhhh…. Aaaahhhhh” desah pak Dikin yang mulai bangkit menegakkan tubuhnya lalu mulai mempercepat gerakan pinggulnya.
“Aaaahhhhhh…. Aaahhhhh… Terusss paaakkk… Terusss ouhhh sodokan bapak dalem bangett… Aaahhh iyahhh… Mmpphhh” Desah Nayla saat menahan sodokan pak Dikin yang semakin cepat.
Terlihat tubuh Nayla bergerak maju mundur. Bahkan susu Nayla juga ikut bergondal-gandul. Desahan demi desahan terus terucap dari mulut akhwat yang sehari-harinya mengenakan pakaian serba tertutup itu. Tapi di siang bolong ini, dirinya justru tengah telanjang sambil disetubuhi oleh seorang gelandangan tua. Sungguh pemandangan yang tidak masuk akal. Bahkan pak Dikin yang menyetubuhinya masih tak percaya dirinya bisa menikmati tubuh indahnya bahkan sampai ronde kedua.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh mantep banget… Gilaaa mantep banget memekmu mbaak… Rahim akhwat emang gak ada obat… Jadi keinget saya dulu waktu main sama menantu saya” Desah pak Dikin yang membuat Nayla terkejut.
'Mmppphhh… Mmpphh menantu ?'
“Aaahhh… Aaaaahhhhh nikmat sekaliiii… Nikmat sekali jepitan memekmu ini… Aaaahhh saya sampai kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya… Rasakan ini mbaakk… Rasakaannn iniii !!”
“Aaaahhh paakkk… Aaahhh pelaann… Aaahhh sodokan bapak terlalu kuat”
“Aaahhhhh…. Aaahhh saya gak peduliii… Justru yang enak gini harus diginiin… Mbak kudu ngerasaian sodokan saya yang penuh nafsu ini”
“Aaaaahhh paaakkk… Aaahhh ampuunnn… Ammpunnn… Tolongg pelann paakk… Aku masih capeekk… Aakku gak kuat kalau bapak nyodoknya sekuat ini”
“Aaahhh… Aaahhhhh… Aaahhhh saya gak peduli… Ini lagi enak banget… Lonte kayak non harus dihukum… Lonte kayak non harus ngerasain genjotan yang senikmat ini… Ouhhhh”
“Aaaahhh bapaaakkk… Aaahhh yaahhhh… Aaaahhhhhh”
Mereka berdua terus mendesah ditengah persetubuhan mereka yang semakin bergairah. Jeritan Nayla semakin keras saat pak Dikin mulai menggenjot tubuhnya dengan beringas. Tak ada ampun bagi akhwat binal yang membuat diri pak Dikin bernafsu. Meski ini ronde keduanya tak membuat pak Dikin memelankan laju pinggulnya karena energinya telah berkumpul untuk terus menggempur rahim angetnya.
Nayla sampai mencengkram sprei ranjang tidurnya. Matanya memejam menahan setiap sodokan yang begitu menghujam. Pak Dikin memang kejam, Nayla yang kelelahan tak diberi sedikit kesempatan tuk bernafas karena kenikmatan yang sudah gelandangan tua itu dapatkan.
“Ouuhhh mbaakkk… Ouhhh saya mauu keluuaar… Saya mau ngecrot lagi mbaakkk” Desah pak Dikin sambil menampar-nampar susu bulat Nayla.
“Aaaahhh… Aaahhhh keluarin aja paaakkk… Keluuarinnn… Mmpppphhh” desah Nayla memejam sambil menggigit bibir bawahnya. Ia berharap agar pak Dikin bisa menuntaskan birahinya agar dirinya bisa segera beristirahat.
Terlihat pak Urip puas melihat persetubuhan mereka yang semakin panas.
“Aaaahhh yahhh… Iyahhh… Rasakan ini… Saya mau keluar sebentar lagi… Dasar lonte binal… Nista sekali tubuhmu ini mbaaakk…” desah pak Dikin yang semakin bernafsu hingga mengeluarkan kata-kata kotor pada akhwat telanjang itu.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh cepeettt keluarin… Keluarin semuanyaa paakk… Aaahhhhh”
“Dasar lonte hinaaa… Dasar pelacur murahaaannn… Dasar pemuas tua bangkaaa… Aaahhhh sialalllll saya semakin gak kuat lagi… Pasti kalau ada tukang sampah sekalipun pasti mbak mau main sama dia kan ?” desah pak Dikin yang semakin bernafsu.
“Mmpphhhh… Mmpphhh… Aaahhhhh… Aaaaaaaahhhh” desah Nayla yang tak sempat menjawabnya karena tusukan pak Dikin yang begitu bertenaga.
“Buwahahahah dasar lonte gak punya harga diri… Rasakaaan iniii… Rasakaann kontol saya iniii… Hennkgghhhh !!!” desah pak Dikin yang tiba-tiba menancapkan penisnya sedalam-dalamnya di rahim Nayla.
“Oouuhhhhh paaaakkkkkk” Jerit Nayla sampai dadanya terangkat naik.
“Aaaaahhhh siaaalll… Kellluuaaaarrrrr !!!” Jerit pak Dikin tak lama kemudian.
“Aaaahhhhh yaaahhhh” jerit Nayla merasakan rahimnya kembali terisi oleh sperma baru yang masih hangat.
'Crrrooottt… Crroott… Ccrroottt !!!'
Pak Dikin sampai merem melek merasakan kepuasan yang begitu memuncak. Tubuhnya sampai merinding. Rasanya sangat puas setelah berhasil menyetubuhinya sambil mengucapkan kata-kata kotor kepadanya. Pak Dikin langsung lega. Ia merasa plong setelah mengosongkan cadangan spermanya lagi dan menumpahkannya di rahim akhwat binal itu lagi.
“Mmpphhhhhh” sedangkan Nayla semakin kelelahan. Dirinya tak memiliki tenaga lagi setelah digempur habis-habisan oleh gelandangan tua itu. Rasanya kayak mau copot. Sendi-sendi yang menghubungkan otot-otot di tubuhnya kayak mau lepas. Nayla kelelahan. Ia pun terengah-engah setelah dihujami penis berkali-kali oleh gelandangan tua itu.
“Uuuuhhhh mantapnyaaa” desah pak Dikin saat menarik keluar penisnya.
Terlihat spermanya dengan deras luber mengenai sprei ranjang tidur. Spermanya terlihat begitu kental dan berwarna sangat putih. Pak Dikin merasa bangga setelah berhasil memejuhi rahim seorang akhwat dua kali. Ia pun tertawa puas. Seketika pak Urip mendekatinya sambil menunjukkan hasil rekaman persetubuhan mereka.
“Lihat pak !”
“Buwaahahah mantep banget nih rekamannya… Kalau dijadiin film bokep pasti bakal rame yang nonton” kata pak Dikin selaku pemeran utama.
“Hakhakhak pasti… Pasti bakal rame banget” kata pak Urip selaku pemilik dari lonte pemuas yang saat ini sedang terbaring lemas.
Sementara itu Nayla yang tak memiliki tenaga lagi pelan-pelan mulai memejamkan matanya. Ia mulai terlelap dalam tidurnya sehingga ia tak tahu lagi apa yang bakal terjadi pada tubuhnya setelah ia pingsan dalam tidurnya. Ia sangat kelelahan. Ia benar-benar kelelahan setelah dipuasi dua pria tua yang memiliki segudang pengalaman dalam bercinta.
'MASA SEKARANG
“Hah… 'Astaghfirullah'… Kok bisa yah aku sampai sejauh ini” Batin Nayla merenung.
Tiba-tiba ia mengeluarkan hapenya lalu menatap layarnya. Ia pun memperhatikan pantulan bayangan yang begitu cantik yang merupakan cerminan wajahnya sendiri. Ia lagi-lagi merenung setelah melakukan persetubuhan tadi yang menurutnya telah melampaui batas.
“Kenapa yah aku sampai kecanduan bercinta ? Kenapa juga yah harus dengan pria tua ? Kenapa yah rasanya kok gak puas kalau gak sama pria tua ?” Lirih Nayla.
“Kalau temen-temenku tahu kalau aku suka banget disetubuhi pria-pria tua apalagi yang statusnya berada di bawah aku… Pasti mereka bakal kaget banget… Pasti mereka bakal nanya kayak gini… Emang suamimu gak bisa memuasi kamu ? Kalau gak bisa, kenapa gak nyari cowok ganteng yang kaya raya aja ? Mereka pasti bisa memuasimu bahkan mereka juga akan membayarmu agar bisa menikmati tubuhmu… Eh gak mungkin deh, mana mungkin temen-temen aku bakal bilang kayak gitu… Mereka pasti akan menasehatiku untuk selalu setia pada suamiku… 'Astaghfirullah'… Aku kok jadi kayak gini yah sekarang” Lirih Nayla merasa ada yang salah pada dirinya sekarang.
Ia lalu teringat kata-kata pelecehan yang dikeluarkan pak Dikin padanya. Jujur ia tersinggung saat pak Dikin merendahkannya dengan kata-kata kasar itu.
'Dasar lonte hinaaa… Dasar pelacur murahaaannn… Dasar pemuas tua bangkaaa… !'
Walau ia mengaku kalau kata-kata pak Dikin memang sangat sesuai dengan sikapnya. Tapi hatinya merasa tidak terima dan kata-kata itu cukup untuk menyinggung perasaannya.
“Haruskah aku kembali ?” Lirih Nayla kepikiran.
'Emang bisa ? Emang sanggup ? Kamu udah terlanjur sejauh ini loh, Nay ! Kalau kamu tobat dan kembali ke jalan yang benar… Emang kamu bisa mengatasi rasa sangekmu itu seorang diri ? Cuma masturbasi ? Emang kamu puas ?'
Batin Nayla bentrok dengan kata hati nuraninya.
“Hah pusing… Tapi jujur, sekarang aku udah gak kepengen nakal lagi… Rasanya cukup deh nakal-nakalannya selama ini… Hmmm tiba-tiba kok aku kangen mas Miftah lagi yah… Aku kangen belaiannya… Aku kangen manja-manjaan bersamanya… Hmmm mas Miftah mana sih ? Kok belum pulang juga padahal udah jam 4 sore ?” kata Nayla sambil melirik ke arah jam dinding rumahnya.
“Untung juga pak Urip ngilang kemana… Aku jadi bisa merenungi dosa-dosaku… Semenjak aku bangun dua jam yang lalu… Aku udah ditinggal sendirian… Aku gak tau mereka pada kemana… Hah, masa bodoh lah… Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali ke jalan yang benar… Aku udah tersesat… Aku gak boleh tersesat lebih jauh lagi daripada ini” Lirih Nayla yang bertekad untuk bertaubat.
Seketika terdengar bunyi mobil yang berjalan memasuki halaman rumahnya. Nayla langsung beranjak berdiri. Ia tersenyum di balik cadarnya saat melihat mobil suaminya terparkir di halaman rumahnya.
“Mas Miftah… Mas Miftah pulang” kata Nayla bersiap untuk menyambut kepulangan suaminya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
“Assalamualaikum dek” Sapa Miftah setelah memasuki pintu rumahnya yang terbuka.
MEBE9OY
https://thumbs4.imagebam.com/ea/08/12/MEBE9OY_t.jpg ea/08/12/MEBE9OY_t.jpg
'NAYLA
“Walaikumsalam mas” Jawab Nayla yang langsung salim lalu memeluk tubuh suaminya.
“Duh kayaknya ada yang kangen berat nih ? Apa kabar dek ?” Tanya Miftah sambil menatap wajah istrinya.
“Hihihi iya mas, adek baik kok… Mas pulangnya lama banget sih… Adek kan kangen” Jawab Nayla dengan manja.
“Huft padahal mas biasa pulang jam 4 loh… Kok dibilang lama banget sih ?” Tanya Miftah cemberut.
“Hihihii harusnya kan bisa jam 3… Biar lebih cepet gitu” kata Nayla tersenyum.
“Yang ada mas dimarahin sama atasan lah kalau pulangnya sebelum jam pulang” jawab Miftah yang membuat Nayla tertawa.
Seketika hidung Miftah mengendus-ngendus. Ia merasa ada aroma aneh yang telah mengganggu indra penciumannya.
“Ada yang gosong apa yah ? Apa adek lupa buang sampah ? Kok mas nyium bau gak enak sih ?” Kata Miftah yang membuat jantung Nayla deg-degan.
“Eh masa ?” kata Nayla berpura-pura tidak tahu.
'Apa jangan-jangan bau pak Dikin masih kecium yah ? Ihhh padahal aku udah mandi wajib loh… Tubuhku udah aku sabunin berkali-kali' 'juga… Aku udah pake parfum juga… Masa masih bau sih ?'
Batin Nayla was-was.
“Hmmm mas mau naruh tas laptop dulu yah ke kamar… Habis itu mas mau mandi, gerah banget nih” kata Miftah yang membuat Nayla ikut mengantar suaminya ke kamar.
Namun setibanya mereka di kamar, Miftah justru semakin mencium aroma yang tidak sedap itu. Terlihat jelas wajah Miftah yang tidak nyaman dengan bau busuk yang semakin tercium. Nayla yang berada di sebelahnya jadi panas dingin. Ia tak menduga aroma busuk pak Dikin masih tercium di sekitaran rumahnya.
'Separah ini kah baunya pak Dikin ? Padahal sprei udah aku ganti… Padahal kamar udah aku semprot pake wewangian… Emang masih kecium yah ? Kok aku gak ngerasa sih ? Apa jangan-jangan aku udah terbiasa sama bau pak Dikin makanya hidung aku gak peka lagi ?'
Batin Nayla menduga-duga.
“Kok baunya makin kerasa sih ?” tanya Miftah saat mendekati ranjangnya yang membuat Nayla semakin panik ketakutan.
“Eh masa sih ? Bau apaan mas ? Jangan-jangan bau mas kali… Adek b aja loh daritadi” kata Nayla membuat alasan.
“Eh masa ?” kata Miftah sambil mengangkat lengannya lalu mencium aroma ketiaknya.
“Ihhhh tuh kan bau ?” kata Nayla merespon.
“Eh enggak ah… Eh bau sih tapi gak sebau ini perasaan” kata Miftah yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi udah sana mandi dulu… Bau badan mas kali yang bikin mas ngerasa bau” Ujar Nayla.
“Eh apa iya yah ? Yaudah deh mas mandi dulu… Siapa tahu baunya bakal ilang” kata Miftah.
“Iya sana… Mandi… Buruan bau banget ih” kata Nayla sambil mendorong suaminya.
“Iyya iya sabar dong… Mas bakal mandi kok” kata Miftah yang akhirnya keluar dari kamarnya lalu menuju kamar mandi untuk mandi.
Menyadari Miftah sudah memasuki kamar mandi. Nayla langsung mengambil wewangian lalu menyemprotnya lagi ke seluruh ruangan. Tak lupa ia juga mengenakan parfum yang ia ambil dari meja riasnya. Ia masih terkejut mengetahui bau pak Dikin masih ada di tubuhnya. Ia lalu mendekati sprei ranjangnya lalu mengendus-ngenduskan hidungnya untuk mencium aromanya.
“Hmmm perasaan gak bau deh… Kok mas Miftah masih nyium baunya yah ? Semoga aja habis ini mas Miftah gak nyium baunya lagi” kata Nayla yang heran pada pekanya indra penciuman suaminya.
*-*-*-*
'MALAMNYA SEKITAR PUKUL 19.30 TEPAT
“Gimana mas enak kan masakan adek ?” Tanya Nayla sambil memasukan sesendok nasi ke mulut mungilnya.
“Hmmm enak banget kok dek… Tapi kok belakangan jadi sering masak sayur terong sih… Lagi demen ama terong yah ?” Tanya Miftah yang membuat Nayla tersenyum.
“Hihihihi iya mas… Soalnya pas milih-milih sayur di warungnya mang Yono cuma nemu itu sih… Yang lainnya kurang menarik perhatian adek” Jawab Nayla sambil memasukkan sesendok nasi lagi ke mulutnya.
“Oh kirain karena lagi suka yang gede panjang-panjang” Goda suaminya yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi itu juga mas” Jawab Nayla meladeni becandaan suaminya sambil menjulurkan lidahnya.
Kebetulan nasi di piring mereka sudah sama-sama habis. Sebagai istri sholehah, Nayla pun membawakan kedua piring itu ke dapur untuk segera dicucinya. Setelah selesai ia pun pergi ke kamarnya untuk menemui suaminya yang sudah menunggunya disana.
Namun terlihat ekspresi wajah suaminya yang terlihat seperti sedang menerka-nerka. Nayla tiba-tiba gugup setelah memperhatikan detail dari ekspresi suaminya melalui pergerakan hidungnya.
'Duhh mas Miftah masih nyium baunya yah ? Kok hidungnya gerak-gerak gitu sih kayak lagi ngendus sesuatu…'
Batin Nayla waswas.
“Eh mas ada apa ?” Tanya Nayla mendekat.
“Eh gak dek… Adek nyium bau aneh gak sih ? Daritadi mas kok nyium bau gak enak yah ?” Tanya Miftah yang kembali membuat Nayla tegang.
“Eh masa sih ? Bau kayak gimana emang ?” Tanya Nayla pura-pura gak tahu.
“Bau bapak-bapak gitu deh” Jawab Miftah apa adanya yang membuat Nayla semakin tegang.
“Eh masa ? Bau bapak-bapak sih… Bau mas kali… Mas kan udah jadi bapak-bapak… Hihihihi” Tawa Nayla berpura-pura untuk mengalihkan perhatian suaminya.
“Eh ini beda dek… Baunya tuh gak sekedar bau bapak-bapak… Tapi kayak bau bapak-bapak yang gak pernah mandi gitu loh… Paham gak ?” Kata Miftah yang membuat jantung Nayla berdegup kencang.
“Ehhh gimana emang ? Adek gak paham” Jawab Nayla sambil memeluk suaminya saat mereka sama-sama duduk di tepi ranjang tidurnya.
“Duh gimana ngejelasinnya yah ?” Kata Miftah sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Yaudah mas kalau ribet ngejelasinnya… Aku aja gak nyium kok… Baunya gak terlalu kuat kan ? Kita ngobrolin hal lain gimana ?” kata Nayla panik sehingga buru-buru ingin mengganti topik pembicaraan.
“Enggak sih… Eh apa jangan-jangan . . . . Gak jadi deh” Kata Miftah buru-buru menghentikan kalimatnya.
“Eh kenapa emangnya mas ?” Tanya Nayla penasaran.
“Enggak… Cuma kepikiran aja… Adek gak bawa bapak-bapak ke kamar kan ?” Tanya Miftah yang membuat jantung Nayla rasanya seperti berhenti berdetak.
“Ehhh maksud mas ? Aku selingkuh gitu ? Aku bawa laki-laki lain ke kamar gitu ?” Kata Nayla sambil mengangkat suaranya yang membuat Miftah buru-buru mengoreksi kalimatnya.
“Eh bukan kayak gitu dek… Maaf… Maafin mas… Mas cuma kepikiran aja makanya mas tadi gak jadi mau ngomong tapi karena adek nanya ya mas omongin aja deh” Kata Miftah takut istrinya marah.
“Huh tapi dipikir dong mas… Ini kan kamar pribadi kita… Buat apa aku bawa laki-laki lain kesini ?” Kata Nayla sambil menyilangkan tangannya.
“Iyya maaf dek… Maafin mas… Jangan marah dong dek” Bujuk Miftah agar amarah istrinya mereda.
“Iya gak marah kok… Udah lah adek mau tidur aja… Gak mau mikirin ini lagi” Kata Nayla sambil membaringkan tubuhnya lalu memiringkannya tuk membelakangi suaminya.
“Deekkk… Maafin mas… Mas gak bermaksud menuduh adek selingkuh kok” Kata Miftah sambil memeluk istrinya dari belakang.
“Adek gak denger… Adek udah tidur !” Kata Nayla sambil memejamkan mata.
“Deekkk maafin mas yah… Maafin mas… Mas khilaf tadi… Mas cuma penasaran sama bau yang gak sedap ini… Tapi mas pikir-pikir gak mungkin kan gara-gara adek… Pasti ada hal lain itu yang mau mas cari tahu” kata Miftah terus berusaha tuk membujuk istrinya.
“Udah jangan bahas itu lagi… Adek capek… Adek mau tidur aja !”
“Hmmm yaudah… Adek pasti capek kan ? Yaudah tidurin aja yah… Istirahat yang nyenyak… Pasti badan adek pegel-pegel yah ngurusin rumah sama pak Urip… Dimeremin yah… Tidur yang lelap” kata Miftah sambil mengelus-ngelus tubuh istrinya.
Nayla yang sudah memejam jadi membatin setelah mendengar ucapan suaminya.
'Iyya mas… Adek capek banget… Maafin adek yah mas… Adek yang salah kok… Iya, seharian ini adek emang ngurusin rumah sama pak Urip… Atau mungkin lebih tepatnya adek yang diurus sama pak Urip… Duh astaghfirullah !! Nyaris aja… Emang ini bener-bener teguran deh… Nyaris aja mas Miftah tahu kalau aku bawa lelaki lain ke kamar ini… Mungkin ini jawaban dari perasaanku yang gak enak di sore tadi… Ini emang teguran dari tuhan biar aku gak nakal lagi… Udah deh yah, Nay… Jangan nakal lagi ! Jangan bikin masalah lagi ! Kamu gak mau urusan rumah tanggamu berakhir hanya karena masalah nafsumu ini kan ?'
Batin Nayla sebelum dirinya benar-benar tidur karena kelelahan.
*-*-*-*
'KEESOKAN HARINYA
“Maasss… Adek mau beli sayur dulu yah” kata Nayla kepada suaminya yang sedang bersiap-siap berangkat bekerja.
“Oh iya dek” Jawab Miftah sambil mengenakan kemejanya. Terlihat wajah suaminya masih mengantuk. Ia lalu mengancingkan dasi kemejanya sambil membatin.
'Hoaammzz… Gara-gara bau semalem jadi gak bisa tidur… Tapi untungnya sekarang udah gak kecium lagi… Bau apaan sih ini yah ? Heran deh… Baunya juga mirip sama bau badan dek Nayla waktu nyambut aku kemarin sore… Masa iya dek Nayla bau bapak-bapak ? Hmm gak mungkin kan dek Nayla selingkuh sama bapak-bapak ? Ah ada-ada aja otakku ini… Mana mungkin lah… Istriku kan alim… Hahaha ada-ada aja pikiranku ini !'
Sementara itu, Nayla terlihat berjalan menuju pintu keluar rumahnya. Semenjak kejadian kemarin, Nayla jadi lebih berhati-hati lagi dalam merawat diri khususnya untuk menghilangkan bau badan pak Dikin. Pagi-pagi sekali bahkan dirinya sudah mandi. Tak lupa ia juga mengenakan parfum biar wangi. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan bau badan pak Dikin dari rumahnya ini. Ia bahkan juga menyemprotan wewangian tiap satu jam sekali tentunya tanpa sepengetahuan suaminya agar tindakannya tidak dicurigai oleh suaminya. Untungnya semenjak bangun tidur sampai saat ini, suaminya tidak pernah menyinggung lagi soal bau badan pak Dikin. Nayla jadi lega. Tapi ia masih kepikiran mengenai alasan suaminya tidak menyinggungnya lagi. Apa karena suaminya memang tidak mencium aroma tidak sedap itu lagi ? Atau karena suaminya sengaja tidak menyinggungnya agar Nayla tidak merasa tersinggung lagi.
“Hah… Moga aja bau badan pak Dikin udah gak kecium lagi !” Kata Nayla setelah keluar dari rumahnya.
Nayla saat itu mengenakan pakaian serba putih lagi. Bukan berarti Nayla tidak punya baju lagi. Nayla memang memiliki banyak 'set' gamis berwarna putih. Dari atas ke bawah, warna putih sangat mendominasi penampilannya di pagi ini. Nayla sudah terlihat seperti bidadari surga saja.
RvpoBT0BrhI
RvpoBT0BrhI
'NAYLA
Posturnya yang cukup tinggi ditambah dengan rampingnya pinggang yang dimiliki serta mata indah yang mampu menggoda para lelaki. Meski hanya mata dan sebagian dahinya saja yang terlihat dari penampilannya saat ini, hal itu sudah cukup untuk membuat para lelaki terdiam menatap keindahan yang ada pada diri Nayla. Mulai dari pejalan kaki sampai orang-orang yang sedang berolahraga pagi. Semua laki-laki itu terpana melihat keindahan sang bidadari yang baru saja berjalan melewati mereka. Bahkan sampai ada yang menabrak tiang listrik akibat terlalu lama berjalan tanpa menoleh ke depan. Semua gara-gara Nayla. Semua karena keindahan yang dimiliki olehnya.
“Paggii buuu… Minta dua iket kangkungnya deh mang” Kata Nayla setelah menyapa ibu-ibu lalu meminta diambilkan sayuran oleh mang Yono.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Dua iket aja nih mbak… Gak lebih ?” Kata mang Yono yang hanya bisa berbicara biasa karena ada ibu-ibu lain yang membeli di warungnya.
“Iyya mang… Ini yah uangnya kayak biasa… Makasih” Kata Nayla yang langsung pergi.
“Ehhh mbak Nayla buru-buru amat… Udah mau pergi aja ? Gak ngobrol dulu” kata ibu-ibu yang berdiri di sebelahnya.
“Hehe maaf bu… Keburu waktu” Kata Nayla dengan sopan.
“Hush mbak Nayla kan sibuk… Habis ini mau foto-foto lagi kan yah” kata ibu-ibu lain yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Hihihihih iyyah… Hmm aku duluan yah bu” kata Nayla buru-buru pamit.
“Iyya mbak hati-hati” kata kedua ibu-ibu tersebut.
'Hmmmm makin mantep aja nih bodi si mbaknya… Asem lah gara-gara ibu-ibu ini, gagal kan pengen godain dia lagi… Jadi penasaran, makin kenyal gak yah susunya… Ah sial jadi pengen ngentotin dia lagi kan…'
Batin mang Yono mupeng.
“Husshhh jaga pandangan maangggg” Kata ibu-ibu itu mengejutkan mang Yono.
“Eehhh iya iyaahh… Cuma ngeliatin doang kok” Gerutu mang Yono.
Nayla yang baru saja membeli sayur bergegas kembali ke rumahnya. Setibanya ia di depan gerbang rumahnya. Ia langsung menoleh saat mendengar suara tak asing yang memanggil namanya.
“Mbaaaakkk… Hehehe” Kata seorang pria tua kekar yang berjalan mendekat dari arah kiri rumah Nayla.
“Ehh pak Beni… Ada apa ?” Tanya Nayla.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Enggak… Mbak apa kabar ? Udah lama nih kita gak ngobrol lagi” Kata pak Beni.
“Wah iya yah… Aku baik kok pak… Bapak sendiri ?” Tanya Nayla berusaha sopan.
“Baik juga kok hehehe” Jawab pak Beni.
Entah kenapa keadaan menjadi canggung saat itu. Momen diri mereka yang jarang bertemu menjadi penyebabnya. Apalagi sudah lama semenjak terakhir kali mereka bertemu untuk mengobrol panjang lebar atau minimal untuk bertegur sapa.
Nayla sendiri juga bingung harus berkata apa. Ia tak memiliki sesuatu yang ingin diobrolkan pada pak Beni. Ia sedari tadi hanya menunduk sambil sesekali menoleh ke kanan juga ke kiri sambil menanti perkataan pak Beni.
“Aannuuu” Kata mereka hampir bersamaan.
“Eh bapak dulu” “Eh mbak dulu” kata mereka lagi dalam waktu yang bersamaan.
“Mbak dulu aja” kata pak Beni sopan.
“Aku gak ada kok pak… Hmmm kalau bapak gak ada yang mau diomongin aku mau pulang aja” kata Nayla dengan sopan. Ia juga ingin menghindari fitnah dari tatapan tetangga yang mungkin melihat mereka berduaan.
“Hmmm sebenarnya ini soal waktu itu… Katanya mbak ada yang mau diomongin ke saya yah ? Ada apa emangnya ?” kata pak Beni yang membuat Nayla teringat.
“Ehhh soal itu . . . .”
“Eeeehhh bapak ngapain ? Deekkk ayok sini” Kata Miftah yang kebetulan memergoki mereka berdua.
“Maaasss ? Hmmm maaf yah pak aku permisi dulu” kata Nayla buru-buru pergi.
“Tapi mbaakk… Soal itu ?” Kata pak Beni berusaha menahannya. Namun Nayla tetap pergi. Panggilan dari suaminya lebih penting daripada cuma mengobrol dengan pak Beni.
“Adek gapapa kan ? Adek gak diapa-apain kan ?” Tanya Miftah yang masih menganggap kalau pak Beni suka menganggu istrinya.
“Gapapa kok mas… Tadi pak Beni cuma nanya sesuatu… Tapi gak penting sih… Makasih yah udah misahin aku tadi” kata Nayla tersenyum.
“Iyyahh… Jangan deket-deket lagi sama orang itu yah… Kalau ditanya, abaikan aja… Mas gak mau adek kenapa-kenapa lagi” kata Miftah tersenyum sambil memeluk istrinya.
“Makasih yah mas” Jawab Nayla membalas pelukan suaminya setelah menaruh dua ikat kangkung yang baru dibelinya.
Pak Beni yang cuma bisa melihat mereka dari kejauhan langsung beranjak pergi. Niatan ingin bertanya malah digantung lagi. Ia pun semakin penasaran, apa sih sebenarnya yang mau Nayla obrolkan dengannya waktu itu ?
“Yaudah kalau gitu, mas mau berangkat kerja dulu yah… Hati-hati di rumah… Wassalamualaikum” Kata suaminya yang langsung masuk ke mobilnya.
“Iyya mas… Walaikumsalam” kata Nayla yang sempat salim dahulu lalu melambaikan tangan untuk melepas kepergian suaminya bekerja.
Setelah suaminya pergi, Nayla pun menghela nafas sejenak sebelum memegangi lagi dua ikat kangkung yang baru dibelinya tadi. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Apalagi setelah melihat kehadiran pak Urip di dalam rumahnya.
“Duuhhhh… Disini nih bahayanya… Semoga aja pak Urip gak minta jatah lagi… Aku lagi gak pengen kayak gitu lagi… Aku harus berubah… Aku gak boleh rusak lagi… Teguran yang aku dapat kemarin udah cukup kan ? Jangan sampai aku dapet teguran lain yang lebih berbahaya !” Lirih Nayla yang bertekad untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sesampainya Nayla di dalam rumahnya, tepatnya di dapur rumahnya. Ia segera menaruh sayur itu di kulkas. Baru saja ia mengelap dahinya yang berkeringat, tiba-tiba ia merasakan adanya pelukan yang melingkar di pinggangnya dari arah belakang.
“Eehhhhh” kata Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Hakhakhak… Pagi-pagi udah wangi aja non… Bikin saya nafsu aja sih” kata pak Urip yang membuat pupil mata Nayla membesar.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
Sesuai dugaan, pak Urip yang nafsuan kembali caper pada Nayla untuk meminta jatah darinya. Nayla yang sedang tak ingin bercinta langsung memutar otak untuk mencari cara agar terlepas dari dekapan pembantu tuanya.
“Paaaakkk… Jangan sekarangg… Aku ada urusan… Aku gak bisa melayani bapak sekarang” kata Nayla sambil berusaha melepas dekapan tangan pak Urip di perutnya.
“Lohhhh gak bisa gituu dong… Saya maunya sekarang ya sekaraang… Gak liat apa kontol saya udah ngaceng berat daritadi… Apalagi kemarin saya cuma kebagian ngecrot sekali… Saya sampai ngalah sama pak Dikin yang sampai keluar dua kali loh” kata pak Urip kali ini sambil menaikkan tangannya tuk meremasi dada bulat majikannya.
“Mmmpphhh tapi paaakk… Toloongggg… Aku gak bisa sekaraanggg… Aku harus pergi… Aku ada urusan laaiinnn” Desah Nayla sambil menahan remasan tangan pak Urip di kedua payudaranya.
“Hakhakhak… Itu kan urusan non… Non bisa ngurusin itu nanti… Urusan saya dengan non yang gak bisa ditunda-tunda lagi… Saya maunya sekarang… Saya udah gak tahan pengen ngentotin memek non lagi” kata pak Urip saking gemasnya hingga memperkuat remasannya di dada Nayla.
“Aaaaaaahhhh paaakk… Aaahhhh toloonggg… Jangannn sekaarr…. Aaaahhhhh” desah Nayla saat darahnya berdesir ke seluruh tubuhnya.
Nayla yang sejatinya tidak ingin nakal lagi tiba-tiba jadi ingin lagi gara-gara remasan super kuat yang dilakukan oleh pak Urip. Namun tekadnya yang sudah bulat untuk bertahan demi menjaga keutuhan rumah tangganya membuatnya terus melawan meski tubuhnya menginginkan. Sudah lama Nayla berusaha untuk melawan hawa nafsunya setelah sekian lama memilih tunduk pada gairah birahinya. Mungkin ini yang dinamakan jihad melawan hawa nafsunya. Nayla terus bertahan. Ia terus menolak meski pak Urip terus meremas dadanya dengan kuat.
“Hakhakhak… Aaahhhh makin gede aja niihhh… Aaahhhh kenyaalnyaa… Kenyal banget sih susumu ini… Ouhhhh jadi gak sabar deh pengen liat susumu gondal-gandul lagi… Hakhakhak” tawa pak Urip menikmati remasannya.
“Aaaahhhh pellan paakk… Aaahhh sakittt… Aaahhhhh yaaahhhh” desah Nayla sampai merem melek menahan remasan kuat itu.
“Aaaahhh assyyiikk… Aaahhh nikmatnya susumu ini… Lonte sepertimu memang gak bisa dibiarin… Bener apa kata pak Dikin… Setiap enam jam sekali non harus setor tubuh ke saya… Agar saya bisa melampiaskan nafsu saya ke non nantinya… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengangkat rok gamis Nayla lalu memasukkan jemarinya ke dalam cdnya.
“Aaaaahhhh paaakkk.. Aaahhhh jangan disitu… Aaahhh geliiii… Aku paling gak kuat kalau memek aku disentuh paaakkk” Desah Nayla sampai keceplosan akibat saking nikmatnya rangsangan yang ia terima.
“Hakhakhak… Oh gitu yah ? Yaudah setelah ini saya akan lebih sering mengobel-ngobel memekmu” kata pak Urip sambil menekan-nekan biji klirotis majikannya.
“Aaaaahhhhh jaaangaaannn… Jangaannn paakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sampai menggeliat. Rasanya sungguh nikmat saat bagian tubuh tersensitifnya ditekan-tekan seperti ini. Usahanya untuk bertahan pun semakin berat. Dirinya yang sudah terbiasa dilecehi merasa sulit untuk menahan kenikmatan seperti ini. Terlihat berulang kali mata Nayla merem melek menahan rangsangan demi rangsangan yang pembantunya lakukan.
Tiap kali susu kanannya diremas, mata Nayla memejam merasakan sensasi rangsangannya. Tiap kali klitorisnya dipermainkan baik itu ditekan, dipelintir atau bahkan ditarik oleh tangan nakal pak Urip, pinggul Nayla bergoyang merasakan sensasi yang tidak dapat ia jelaskan melalui kata-kata saja. Tubuh Nayla sampai menggelinjang. Akhwat sholehah yang sedang ingin kembali ke jalan yang benar itu harus berhadapan dengan jalan terjal berupa kenikmatan yang membuatnya harus berbalik arah ke jalan kemaksiatan lagi.
“Aaaahhhh paaakk… Aaahhh toloonggg… Aku ada urusann sekaraaannggg… Tolonggg jangan nakalin aku sekaraanggggg” desah Nayla terus memaksa.
“Aaahhh… Aaahhhh… Iyyahh… Non emang ada urusan sekarang… Yakni memuaskan nafsu saya” Kata pak Urip sambil memelorotkan rok gamis yang Nayla kenakan.
Aaahhh paakkk jangaaaannn jerit Nayla sambil berusaha mempertahankan celananya agak tidak melorot.
Namun semua terlambat karena tangan pak Urip lebih cepat, bahkan tangan nakal itu juga memelorotkan celana dalam Nayla hingga menyangkut di kedua lututnya.
Terlihat vagina Nayla yang berwarna pink terpampang jelas disana. Rangsangan demi rangsangan yang diterimanya memaksa cairan cintanya membanjiri lubang vaginanya. Hal itu memudahkan tangan pak Urip untuk merangsang Nayla lebih. Tanpa pertahanan yang sudah terbuka, jemari pak Urip mencolek-colek lubang vagina Nayla hingga terdengar bunyi percikan dari dalam.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaaahhh paaakkk... Aaaahhhh desah Nayla dengan manja.
Hakhakhak... Gimana non ? Non masih ada urusan gak ? Non udah mulai senggang kan ? Hakhakhak ejek pak Urip sambil mempercepat gerakan jemarinya.
Aaahhh paaakk... Tungguuu... Tungguuu aaahhhh... Aaaaahhhh jerit Nayla menahan kenikmatan yang ia dapatkan.
Hakhakhak kita gak mulai dari awal lagi kan non ? Kok non gak nurut sih sama saya ? Apa kurang kenceng yah saya nyoleknya kata pak Urip mempercepat colekannya di rahim Nayla.
Aaaahhhhh paaakkk... Aaahhh ini kekencengen... Aahhh enak bangettt... Aaahh paaakk tungguu desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
Hakhakhak tuh kan keenakan ? Terus kenapa non memilih ngurusin urusan sendiri ? Mending sama saya disini, iya kan ? Hakhakhak tawa pak Urip melihat reaksi majikannya.
Aaahhhh... Aaahhh tappii... Taappiii desah Nayla yang semakin kesulitan mengendalikan nafsu birahinya.
Oohhh masih kurang yah ? Yaudah hadap sini non kata pak Urip sambil membalikkan tubuh Nayla lalu mendorongnya hingga menempel di dinding rumahnya.
Aaaaaahhhhh jerit Nayla saat terhempas ke dinding.
Hakhakhak... Indahnya lonteku ini... Hakhakak tawa pak Urip saat membugili tubuh majikannya dengan melepas gamis yang Nayla kenakan hingga membuatnya bertelanjang bulat menyisakan hijab serta cadarnya saja.
Tunggguu paaakk... Jangaaannn... Jangaaannn... Aaaaaahhhhh jerit Nayla saat kedua payudaranya yang sudah tidak ditutupi apa-apa diremas dengan sekuat tenaga.
Uuuhhhhh kenyalnyaaaa desah pak Urip sambil menatap reaksi wajah Nayla yang sungguh binal.
Ouuhhh paaakkk... Ouuhhh yaaahhh desah Nayla memejam sambil menahan tangan pak Urip yang masih terus meremasnya.
Hakhakhakhak... Desahan lonte alim emang gak ada tandingannya... Denger desahanmu aja udah bikin saya penasaran tawa pak Urip yang berusaha terus menjinakkan nafsu majikannya.
Pak Urip yang kembali melihat majikannya telanjang itu terus meremas susu bulat kenyalnya. Sesekali tangannya juga meraba pinggang rampingnya sebelum kembali naik tuk meremas kedua susu bulatnya. Lidahnya bahkan sampai keluar karena tak tahan akan keindahan yang dimiliki majikannya. Sesekali tangannya kembali menoel biji klitorisnya yang membuat akhwat itu sesekali menggelinjang menahan sensasi yang didapatkannya.
'Ouuhhhh enaaakkk bangeeettt... Aaahhh terrussss... Terusss paakkk... Aaahhh ini gawaattt... Ini bikin aku gila ajaaa... Aaahhh kenapa enak banget... Ayo paakkk... Aaahhh sifat binalku kembali... Aku gak tahan dengan kenikmatan ini...'
Batin Nayla yang semakin tak kuat menahan rangsangan pembantunya.
Uuuhhhh paling demen saya sama susu bulatmu inii... Mmpphhh nikmatnya nyusu disini... Ssllrrppp udah gede kenceng lagi... Udah lama gak ngerasain susu senikmat ini... Mmpphhh ssllrrrpp desah pak Urip yang mulai menyusu dan menjilati puting majikannya.
Aaaaahhh paaaakkk... Aaaahhhhh nikmat sekalliii... Aaaahhhh jangan digigit... Mmpphhh desah Nayla tak tahan saat kedua susunya diremas dan dikulum.
Pak Urip pun dengan rakus tak memperdulikan ucapan majikannya itu. Ia terlalu fokus pada jilatan yang sedang dilakukannya. Sambil meremas, lidahnya keluar menjilati daerah sekitar areola majikannya. Bagian susu yang mencuat itu terus dinikmatinya. Bahkan giginya juga ikut dengan menggigit-gigit pelan yang membuat akhwat lonte itu menggelinjang nikmat.
Pak Urip tersenyum mendengar deru nafas majikannya yang berat. Ia tahu betul kalau majikannya sudah terangsang hebat. Ia pun menikmati momen itu dengan berjongkok untuk menjilati lubang vagina Nayla yang sudah basah sangat.
Aaaaaaahhhhh... Aaaahhh ppaaakkk... Aaahhh enakk bangeettt... Aaahhh yaaahhh desah Nayla semakin hanyut hingga tangan kirinya meremasi salah satu payudaranya disaat vaginanya dijilat dengan begitu nikmat.
Sslllrrppp mmpphhh... Ssllrrppp mmpphh... Non suka dengan jilatan saya ini ? Ssllrrpp mmmpphh desah pak Urip disela-sela jilatannya.
Aaaahhhh yaaahhh... Aaahhh suka bangettt paaakk... Ayoo terusss... Aaahhh ini enak bangettt... Aku sampe gak tahan dengan kenikmatan yang bapak berikan desah Nayla sambil meremasi kedua payudaranya sendiri.
'Aaaahhhh kenapa aku gak tahan… Aaaahhh jilatan pak Urip enak banget siih… Aaahhhh aku jadi pengen nakal lagi… Aahhhh mungkin sekali lagi deh baru aku tobat nanti…'
Batin Nayla yang sudah hanyut pada nafsu birahinya.
Nayla yang sudah sangek berat menunjukkannya melalui tatapan binalnya. Terdengar juga suara desahannya yang keluar dari balik cadarnya. Tangannya jadi semakin bertenaga saat meremasi susunya sendiri. Bahkan ia juga mencubit putingnya. Ia juga sesekali mendorong wajah pak Urip hingga semakin terbenam ke arah vaginanya.
Aaaahhhhh paaakkk... Aaahhh iyyaahhh... Ayooo terussss desah Nayla yang membuat pak Urip bersemangat.
Pak Urip awalnya menjilati bibir vaginanya saja. Lidahnya itu bergerak naik turun membasahi bibir vaginanya saja. Lalu lidahnya mulai naik tuk merangsang biji klitorisnya. Lalu lidahnya menggeliat masuk tuk membelah lubang vaginanya. Lidahnya dengan nakal menjilat-jilat dinding vaginanya. Lidahnya pun mulai mendeteksi rasa asam disana. Lidahnya juga mulai mendeteksi rasa manis saat cairan cinta Nayla semakin keluar. Pak Urip jadi mendorong wajahnya sendiri ke arah vagina majikannya hingga lidahnya itu semakin terbenam di dalam lubang kenikmatan majikannya.
Aaaaaahhhh paaaakkk... Aaahhh dalem bangettt... Aaahhh paakk desah Nayla bergairah.
Sslrrpp mmppphh... Sssllrppp aaahhh mantaapp desah pak Urip setelah puas menjilati vagina majikannya.
Ouuuhhh yaahhh desah Nayla hingga mengejang sampai-sampai payudaranya bergetar merasakan kepuasannya. Ia lalu menurunkan pandangannya tuk menatap pembantunya.
Hakhakhak... Tau kan apa yang harus non lakukan sekarang ? Tanya pak Urip yang kembali berdiri sambil melepas kaus oblongnya juga memelorotkan celananya sampai ke lutut hingga penisnya yang sudah menegak maksimal itu menantang birahi Nayla.
Heem pak... Buruaannn... Aku udah gak kuat pak... Gara-gara bapak aku jadi pengen digenjot lagi sekarang ! Desah Nayla sambil membalikkan badan untuk memposisikan tubuhnya menungging membelakangi pak Urip. Lalu ia menggeal-geolkan pantatnya tuk menggoda nafsu pembantunya.
Hakhakhak... Dasar nafsuan ! Kata pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
'Plaaaakkkk !'
Aaaaahhh paaakk... Habis bapak sihhh jerit Nayla dengan manja.
Hakhakhak... Pokoknya siap yah... Kontol saya bakal masuk lagi menembus rahimmu ini... Uuhhhhhh desah pak Urip saat mementokkan penisnya hingga tubuh Nayla terdorong maju ke depan.
Aaaaahhhh paaaakkk desah Nayla dengan manja.
Jepitan yang begitu terasa serta kelembaban yang tiada tara membuat penis pak Urip terasa begitu nyaman dengan kehangatan serta kenikmatan yang begitu terasa. Tanpa butuh waktu lama, ia mulai menggerakkan pinggulnya. Ia memaju mundurkan pinggulnya. Gesekan batang penisnya pada dinding rahim majikannya membuat akhwat bercadar itu semakin tersiksa akan kenikmatannya yang begitu terasa.
Aaahhhh... Aaahhh paak terusss... Terusss sodok aku paakk... Aaahh yaahh... Aaaahhh desah Nayla dengan manja.
Aaahhhh yaahhh... Aaaahhh nikmat banget non... Ouhhh rapetnya memekmu... Ouhhhh nikmat sekali jepitan memekmu non desah pak Urip sambil memegangi pinggang ramping majikannya.
Aaahhhh iyaahh seperti itu... Aaahhh nikmat bangettt... Aaahhhh nikmat bangettt
Aaahhh... Aaahhh... Aaahhhh dasar lonte sangean... Desahanmu itu loh yang bikin saya nafsuan... Udah ketagihan kontol banget yah non ? Hakhakhak
Aaahhh yaahhh... Akuu udaahh... Akuu aaahhhh manteepp bangetttt desah Nayla yang sudah kehilangan akal sehatnya.
Tubuh polosnya yang tengah menungging itu tergerak maju mundur dengan cepat. Semakin kuat sodokan yang pak Urip berikan. Semakin keras lah suara teriakan yang dikeluarkan olehnya. Semakin lama ia disetubuhi semakin nikmat pula lah rasa yang ia dapati. Seketika ia teringat perasaan tidak enak yang ia dapatinya kemarin sore. Ia juga teringat rasa kekhawatirannya saat suaminya mencium bau badan pak Dikin di kamarnya. Ia jadi dilema. Ia merasa tak sanggup untuk meninggalkan kebiasaan buruknya ini. Ia sudah ketagihan penis tua. Ia tak bisa membiarkan dirinya libur meski untuk satu hari saja.
'Aaaahhhhh… Aaaaahhh… Izinkan aku sekali lagi maasss… Aku udah gak kuat digenjot pak Uriipp… Izinkan aku nakal sekali lagi maas… Aaahhhh enak bangett… Aaahhh enak banget kontolmu ini paaakkk !!!'
Aaaahhhhh... Aaaahhhhh... Dasar lonte binaaall... Aaahhh indah sekali tubuhmu ini yaaahhh desah pak Urip memperkuat sodokannya sambil mengelusi tubuh mulus majikannya.
Aaaahhhh yaahhh... Aaahhh terusss... Terusss yang kencang paaakk... Aaahhh iyaaahhh desah Nayla hingga susunya yang bergondal-gandul semakin cepat bergoyang.
Gairah birahinya semakin menjadi-jadi. Ia jadi tidak bisa berhenti. Ia begitu suka disetubuhi. Apalagi oleh penis pak Urip yang sudah menjadi favoritnya ini. Tubuh Nayla kian panas. Rasa gerah mulai melanda yang menandakan nafsunya semakin mendekati puncak kenikmatan. Kedua tangannya sampai mengepal saat bertumpu pada tembok rumahnya. Matanya pun memejam agar dirinya dapat berfokus pada kenikmatan sodokan pembantu tuanya.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaahhh uuhhhhh yaaahhh desah pak Urip tiba-tiba mencabut penisnya.
Eehhh paaak kata Nayla terkejut.
Aaaahhhh saatnya masukin lubang yang ini... Uuuhhhh sempitnyaaaa desah pak Urip yang rupanya berpindah lubang dengan memasuki lubang dubur majikannya.
Aaaahhh paaakkkkk gakk muaaatttt desah Nayla terdorong ke depan hingga dadanya menyentuh tembok rumahnya.
Lekas setelah itu pak Urip menarik mundur tubuh majikannya. Kedua tangannya meremasi dada bulatnya dan lidahnya menjilati leher majikannya yang membuat Nayla semakin terangsang akan tindakan pembantu tuanya.
Ssllrrpp mmpphhh... Ssllrrpp mmpphhh enak banget punya lonte peliharaan kayak gini… Tiap hari bisa dipake sesuka hati desah pak Urip sambil menjilati leher Nayla.
Aaaahhhhh... Aaaahhhh... Aku ini bukan peliharaan bapaakk... Aku ini cuma pemuas nafsu bapaaakkk desah Nayla saat disodomi pembantunya.
Aaaahhh... Aaahhh... Apa bedanya ? Mau peliharaan atau pemuas non sama-sama jadi pelampiasan saya kan ? Desah pak Urip semakin bernafsu.
Aaahhh iyaahh... Iyaahhh tapii kann... Aahhh aaahhhh desah Nayla kebingungan tuk mencari alasan.
Aaahhh... Aaahhh gak punya alesan kan ? Hakhakhak... Terima aja nasibmu itu non... Non itu cuma pemuas nafsu... Tugas non itu cuma fokus ngangkang aja... Sisanya biarkan saya atau lelaki lain yang melampiaskannya ke non... Aaahhh... Aaahhh makin nikmat aja nih anusmu desah pak Urip dengan penuh nafsu.
Aaaahhh... Aaahhh... Terserah bapak aja deh... Yang penting bapak juga harus bisa muasin aku kata Nayla yang tak mempermasalahkan istilah itu selama dirinya bisa puas.
Hakhakhak apa ? Asal non puas ? Inget yah non itu pemuas nafsu saya... Bukan saya yang jadi pemuas nafsu non... Aaahhhh... Aaaaahhhh desah pak Urip yang semakin kencang.
Aaaahhhh yaahhh... Aaahhhh... Aaaaahhhh… Maksudnya ? desah Nayla tak paham ketika menahan sodokan penis pak Urip yang semakin kuat dalam mengobrak-abrik lubang anusnya.
'Aaahhhh... Aaahhh... Aaahhh gilaaaa rapet banget jepitan anusnya... Aahhh tuh kan saya jadi mau keluar... Aahhh hakhakhak... Jadi kepikiran ide... Kerjain ah biar tau diri... Saya ini bukan pemuas nafsumu non... Kalau sama saya gak puas ya cari laki lain lah buat minta kepuasan... Aaaahh crotin aja aaahhh... Kontolku udah gak kuat lagi !!!'
Batin pak Urip sambil tersenyum cengengesan merasakan kehangatan tubuh majikannya.
Aaahhhh... Aaahhhhh... Uuhhhh... Uuhhhh desah Nayla sambil menoleh ke belakang. Terasa tusukan pembantunya semakin kuat. Terasa tusukan pembantunya semakin cepat. Remasan yang ia terima di kedua susunya juga semakin kuat. Birahinya pun mau meledak. Ia merasa sebentar lagi akan berorgasme padahal sedari tadi cuma anusnya yang disodok-sodok oleh pembantunya.
Aaaaahhhh... Aaahhhh... Saya udah gak kuat lagi... Saya akan keluar... Saya akan keluaaarrrr desah pak Urip tak kuat lagi.
Aaaahhh... Aaahhhh... Aku juggaa paakkk... Tungguu aku... Jangan tinggalin akuuu desah Nayla dengan manja.
Aaahhhh... Aaahhhh... Saya tinggal aaahhh... Hakhakhak tawa pak Urip saat penisnya mulai berdenyut cepat.
Ehhh jangaaannn... Jangan keluar duluu paakk... Lima menit... Tahan dulu lima menit lagii paaakkk desah Nayla yang ingin disetubuhi lebih lama lagi.
Maaaf non... Nafsu saya pengen keluar sekaraaang !!! Desah pak Urip semakin mempercepat sodokannya.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaahhh paaaakkk jerit Nayla dengan keras.
Tak peduli dengan sempitnya lubang yang ia terjang. Tak peduli dengan suara teriakan yang dikeluarkan oleh sang majikan. Tak peduli dengan sisa tenaganya yang semakin melemah. Pak Urip terus maju menggempur anus dari selebgram bercadar itu. Tangannya pun tak lagi meremas susu bulatnya. Tangannya hanya memeluk pinggangnya erat membiarkan susu majikannya itu bergoyang sesukanya. Nafasnya yang mulai sesak ditambah kedua kakinya yang mulai melemah menandakan tubuhnya sudah tak sanggup untuk menahan kenikmatan ini.
Aaaahhh nonnn... Aaahhh saya mau kelluaarrr... Saya maauuu kelluaarrr desah pak Urip tak kuat lagi.
Aaahh paakkk... Aaahhh tunggguu... Tunggguu jangan keluaarr duluuu !!! Desah Nayla sambil memejam.
Aaahhh enggaakkk... Enggaakkk... Saya mau keluaaarrrr... Saya udah gak kuat lagiii... Aaaahhhh iyyaaahhhhh jerit pak Urip saat mementokkan penisnya di dubur sang majikan.
Aaaahhhhhh paaaaakkkkk jerit Nayla hingga matanya membuka lebar merasakan sensasi ditusuk begitu dalam oleh pak Urip.
Pak Urip tiba-tiba mendorong Nayla lalu memegangi hijabnya tuk mengarahkan wajah cantik itu ke penisnya.
Aaahhhh terima iniii... Terima pejuh saya iniii... Ouhhh yahhh nikmatnyaaaa desah pak Urip saat memuncratkan spermanya ke wajah majikannya.
'Crroott... Ccrroottt... Ccrroottt !!!'
Mmppphhhh... Mmmpphhh desah Nayla pasrah saat wajah cantiknya dipaksa menjadi penampung pejuh pembantunya.
Terlihat cadar Nayla menjadi korban terbanyak dari tumpahnya sperma pak Urip. Sebagian ada yang mengenai dahinya juga kelopak matanya. Namun cadarnya lah yang menjadi tempat pelampiasan terbanyak sperma pembantunya. Terlihat sekilas hijabnya juga terkema tumpahan sperma pak Urip. Pak Urip puas bisa melampiaskan syahwatnya lagi pada orang yang sama. Ia lalu menaikkan cadar Nayla agar memintanya membersihkan sisa sperma di penisnya menggunakan mulutnya.
Ayo bersihkan non... Hakhakhak
Mmpphh yaahh... Mmpphhh iyyahh paakk... Mmpphh... Mmpphh desah Nayla patuh saja saat mulutnya dengan sibuk menghisap sisa sperma itu.
Hakhakhak... Akhirnya lega juga... Makasih yah non udah bantu ngosongin tengki pejuh saya hakhakhak tawa pak Urip setelah menarik lepas penisnya.
Mmpphhh tapii paakkk... Aku gimana ? Aku masih belum puaass rengek Nayla sambil berlutut mengelusi vaginanya.
Hakhakhak itu bukan urusan saya kata pak Urip sambil berdiri petentengan dengan penis yang mulai melemah.
Ihhhh bapaakkk... Kontol bapak udah lemes lagi... Mmpphhh bapaakk jahaatt... Bapaakk tega ninggalin akuu... Mmpphhh bapaakkk... Mmpphhh desah Nayla yang tak kuat lagi akhirnya memilih berjongkok sambil mengelusi vaginanya sendiri.
Hakhakhak... Salah sendiri gak bareng saya crotnya... Kalau non sange ya urus sendiri... Udah gede kan non ? Jangan manja !!! Hakhakhak tawa pak Urip yang membuat Nayla kesal sendiri.
Bapaakk ihhn tegaaa... Tegaaaa !!!! Desah Nayla sambil terus mengelusi vaginanya.
MED2N81
https://thumbs4.imagebam.com/53/31/3a/MED2N81_t.gif 53/31/3a/MED2N81_t.gif
'NAYLA COLMEK
Dalam keadaan cadar yang bersimpuh sperma. Selebgram cantik yang sudah tak berpakaian itu berjuang sendiri demi memenuhi nafsu birahi. Sungguh memalukan melihatnya bermasturbasi sendiri sambil menatap penis seorang pria tua yang itupun sudah tidak berdiri tegak lagi.
Pak Urip pun hanya tertawa melihat keputusasaan Nayla. Ia terus tertawa melihat majikannya sampai segitunya tuk mengatasi rasa sangeknya.
Aaahhh bapaakkk... Bapaakkk... Iyaahhh... Aku mau keluaarr... Aakkuuu aaaahhhhh desah Nayla yang akhirnya baru mendapatkan orgasmenya.
'Cccrrrttt... Cccrrrtttt... Cccrrtttt !!!'
Nayla pun lemas tak berdaya hingga tubuhnya bersandar pada dinding dibelakangnya. Dadanya naik turun. Tatapannya kosong. Mulutnya sedikit terbuka dengan aroma sperma yang menusuk kuat di hidungnya.
Hakhakhak kasian amat jadi lonte... Makanya kalau saya minta jatah langsung dituruti... Gak usah banyak alesan lagi... Dah sekarang non bisa pergi... Tapi 6 jam lagi pulang yah biar saya bisa nyetor jatah lagi kata pak Urip yang kemudian menampar Nayla menggunakan kontol besarnya sebelum dirinya pergi begitu saja meninggalkan majikannya.
Terlihat Nayla sudah seperti barang yang habis dibuang setelah sekali pakai. Keindahan tubuhnya sudah tidak ada harganya lagi. Ia benar-benar terhina. Akhwat sholehot itu benar-benar dipermalukan oleh pembantu tuanya. Bagaimana bisa akhwat seindah itu sampai bermasturbasi sendiri dihadapan pembantu tuanya yang telah lebih dulu orgasme meninggalkannya ?
Hah... Hah... Akhirnya selesai juga... Hah... Hah... 'Astaghfirullah'... Kenapa aku gak kuat banget yah tuk bertahan... Sesulit itu kah ujianku ? Hah... Hah... Entahlah... Aku mau pergi aja... Aku mau merenungi diri sebelum pak Urip datang lagi untuk meminta jatah dariku lirih Nayla sambil berusaha berdiri meski terasa sulit.
*-*-*-*
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Hah... 'Astaghfirullah' aku desah Nayla sambil memegangi kepalanya.
Ia yang sudah mandi untuk kedua kalinya tengah duduk merenung di salah satu café yang berada cukup jauh dari rumahnya. Ia merasa gelisah karena hatinya sedang berkonflik. Padahal beberapa hari sebelumnya, ia merasa tenang-tenang saja saat bermaksiat bahkan sampai membiarkan beberapa lelaki menikmati tubuhnya. Namun kini, semenjak dirinya disetubuhi pak Dikin. Ia merasa tindakannya sudah kejauhan. Ia merasa sudah melewati batas. Puncaknya saat ia dihina habis-habisan melalui perkataan pak Dikin. Entah kenapa setelah itu perasaannya tidak enak terus. Ia merasa ada yang salah pada tindakannya. Tentu ia tahu sedari awal bahwa tindakannya itu salah. Namun untuk kali ini, ia benar-benar menyesal atas perbuatannya yang sudah kelewatan ini.
Kenapa kok jadi susah gini yah ? Bukannya dulu aku ini anak pesantren ? Kenapa aku sulit banget yah buat ngehindari perzinahan ? Bahkan ketika aku enggak mau sekalipun, pas sekalinya disodok baru aku keenakan sendiri !!! Lemah sekali imanku... Untuk apa cadar sama hijab yang aku pakai ini ? Cuma sebatas pakaian kah ? Atau cuma buat gaya-gayaan ? Gak malu yah aku sama cadar yang aku pakai ini ? Lirih Nayla ditengah renungannya.
Ia lalu kembali teringat persetubuhannya dengan pak Urip tadi pagi. Ia merasa sedih sudah dipermalukan seperti tadi. Bisa-bisanya ia berharap kepuasan kepada pembantu tuanya. Ia pun menggelengkan kepala. Ia merasa tidak percaya dengan semua tindakan yang sudah dilakukannya.
Ia lalu buru-buru mengambil hapenya. Ia lalu merekam adegannya sendiri sambil meminum segelas kopi yang sudah ia beli. Setelah 'video' berhasil direkam, ia segera meng-'upload'-nya via 'story' sambil menambah 'caption' sedikit.
138tcGw3JAE
138tcGw3JAE
'STORY NAYLA
'Belum bisa jadi wanita sholehah !'
Batin Nayla saat membaca 'caption' yang ia buat.
Hmmm liat dirimu Nay... Kamu itu cantik banget loh... Kamu itu mirip banget sama tuan putri... Tapi kok sikapmu malu-maluin banget sih... Bisa-bisanya kamu membiarkan pria-pria tua itu menikmati tubuhmu... Bukan kah kamu ini tercipta untuk pangeran hatimu saja ? Lirih Nayla saat mengagumi kecantikannya sendiri ketika melihat 'video story' yang baru saja ia 'upload'.
Hah... Tapi aku gak bisa... Aku gak bisa pisah sama yang namanya perzinahan... Masa bodoh dia sejelek apa asalkan bisa bikin aku puas ya aku rela lirihnya saat mengenang masa-masa indah ketika vaginanya dinodai oleh penis-penis lelaki.
Tapi inget loh Nay teguran yang kamu dapet kemarin... Masih untung suamimu langsung berhenti menuduhmu... Coba suamimu kekeh menuduh kalau kamu membawa bapak-bapak ke kamar ? Alasan apa lagi yang kamu buat ? Udah yah... Jangan berzina lagi... Sayang kecantikanmu kalau semua laki-laki pun bisa memakaimu lirih Nayla yang terus saja berbicara sendiri.
Hah kok jadi dilema banget yah ? Sesulit ini kah ? Kok aku malah bingung sih antara milih kenikmatan atau keluarga ? Ayo dong bisa... Mumpung ada momennya... Kalau aku sangean lagi bisa gawat... Bisa-bisa aku terus menetap di jurang kemaksiatan lirih Nayla pusing sendiri.
Kontol... Kontol... Kontol... Hmmm kenapa kontolnya mas Miftah kecil sih... Udah gitu gak tahan lama lagi... Kenapa juga kontolnya bapak-bapak lebih gede dan lebih tahan lama... Bahkan pak Dikin aja sanggup memuasiku, kenapa kamu malah enggak bisa, mas ? Lirih Nayla saat menyeruput minumannya lagi sambil menjatuhkan punggungnya pada sandaran di belakangnya.
Andai aku belum nikah... Sudah pasti aku memilih nikah sama laki-laki yang kontolnya gede sama tahan lama... Eh tapi ngeceknya gimana yah ? Ihhh kok malah mikirin ini sih... Duhhh otakku... Otakku !!! Kata Nayla sambil memukul kepalanya pelan.
Hmmm gimana yah cara buat nyembuhin pikiran mesumku ini ? Aku pengen sembuh tapi kadang aku juga pengen dapetin kepuasan pas lagi nafsu... Ribet amat yah hidupku ini... Hah desah Nayla sambil menghela nafasnya.
Saat sedang asyik-asyiknya merenung, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang memanggil namanya.
“Mbaakk… Kok mbak disini ? Sendirian lagi” Ucap seorang akhwat mendekat.
“Nay ? Lagi apa disini ? Kok sendirian ?” Ucap seorang laki-laki muda yang juga ikut mendekat.
“Eh Putri ? Andri ?” Kata Nayla terkejut saat melihat mereka disini.
MED0U4B
https://thumbs4.imagebam.com/9f/51/cf/MED0U4B_t.jpg 9f/51/cf/MED0U4B_t.jpg
'PUTRI
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
Putri dan Andri yang baru saja datang ke café yang sama dengan Nayla pun duduk di kursi kosong yang satu meja dengan akhwat bercadar tersebut. Mereka berdua tampak kebingungan, karena jarang-jarang mereka melihat Nayla keluar sendirian apalagi ke sebuah café yang letaknya cukup jauh dari rumahnya.
“Akuuu… Akuu gak kenapa-kenapa kok hehe” kata Nayla yang kebingungan mencari alasan.
“Apa kamu gabut lagi Nay ?” Tanya Andri yang teringat kejadian di 'mall' beberapa waktu yang lalu.
“Ehhh enggak kok, Ndri… Enggak” jawab Nayla menatap Andri.
“Gak kenapa-kenapa ? Eh bentar yah mbak… Aku mau pesen minuman dulu… Mas, mau minum apa ? Biar aku yang pesen” Tanya Putri.
“Aku samain aja sama kamu, Put” Jawab Andri tersenyum.
“Oh yaudah… Bentar yah mbak” Kata Putri yang langsung berjalan mendekati barista yang menjaga.
Selagi Putri pergi, Andri yang sekarang berduaan bersama Nayla melihat adanya kesempatan untuk mengobrol berdua. Seketika bibirnya tersenyum, apalagi saat teringat kejadian di sesi pemotretan terakhir.
“Kamu lagi gapapa kan, Nay ? Aku lihat kamu kok kayak keliatan bingung gitu” Kata Andri menatap Nayla.
“Baaiikk kok Ndri… Iyya baik” Jawab Nayla sambil menghindari tatapan mata Andri.
“Hmmm yang bener ?” Kata Andri sambil tangannya merayap mendekati tangan Nayla yang ditaruh di meja bundar tersebut. Reflek Nayla menarik tangannya saat tersentuh jemari Andri. Andri yang melihatnya pun tersenyum.
“Jujur, kamu seksi banget waktu itu… Aku gak pernah nyangka kalau kamu selama ini nyembunyiin lekuk yang indah di balik gamismu itu” Lirih Andri yang membuat Nayla tersipu.
“Ndriii… Jangan bilang gitu ah… Lupain, aku lagi khilaf waktu itu” Kata Nayla sambil membuang pandangannya ke samping.
“Hahahaha aku tau… Aku cuma mau memujimu aja… Kamu itu udah cantik, seksi, nafsuin lagi… Makasih udah ngebiarin aku crot waktu itu… Andai ada waktu lagi, aku mau minta izin agar kamu ngebiarin aku menikmati tubuhmu” Lirih Andri yang semakin berani setelah mengetahui sifat asli Nayla yang selama ini sangean.
“Enggak akan… Maaf kalau kamu bahas itu lagi aku bakal pergi” Kata Nayla yang menjadi tak nyaman setelah melihat keagresifan sifat Andri yang ingin menyetubuhinya.
“Jangan pergi… Aku minta maaf… Aku minta baik-baik kok… Kalau gak diizinin ya gapapa, tapi kalau kamu berubah pikiran, aku siap kapanpun kok” Lirih Andri yang tak direspon apa-apa oleh Nayla.
Terlihat Nayla hanya memalingkan muka. Ia memahami keagresifan Andri setelah melihat kepolosan tubuhnya waktu itu. Makanya ia tak bisa membencinya begitu saja. Toh yang membuat Andri seberani ini juga karena keberaniannya untuk bermasturbasi sampai kepergok oleh Andri di waktu itu.
Untungnya tak lama kemudian Putri pun tiba sambil membawa dua gelas minuman yang ia pesan. Rasa canggung yang Nayla rasakan pun bisa diredam berkat kehadiran Putri disisinya.
“Mbaaak, Mbak kenapa tumben-tumbenan keluar sendirian ?” Tanya Putri setelah duduk didekat Andri.
“Eehhh… Aku udah sering kok Put… Iya aku udah sering” Jawab Nayla.
“Sering ? Aku baru tau kalau mbak suka keluar sendirian” Tanya Putri sambil menyeruput minumannya.
“Iyya nih Put… Baru belakangan ini aku kayak gini” Jawab Nayla yang membuat Andri melirik menatap akhwat yang disukainya itu.
“Eeehhh… Kenapa ? Lagi ada masalah di rumah ?” Tanya Putri yang membuat Andri melirik ke arah Putri.
“Ya… Bisa dibilang ya… Bisa dibilang enggak… Pokoknya belakangan ini lagi pengen jauh-jauh aja dari rumah aja” Jawab Nayla yang membuat Andri melirik ke arah Nayla lagi.
'Waahhhh ada apa dengan Nayla ? Lagi ada masalah kah sama suaminya ? Kok aku malah seneng yah ? Bukannya ini kesempatanku untuk menikungnya dari suaminya ?'
Batin Andri sambil tersenyum saat menyeruput minumannya.
“Loh kok gitu sih ? Lagi ada masalah apa emangnya ? Mau cerita ke aku gak ? Nanti aku minta mas Andri buat pergi dulu” Kata Putri sambil mendorong calon suaminya itu.
“Eh kok aku diusir… Siapa tau kan aku bisa ikut bantu juga ?” Kata Andri tersinggung atas sikap calon istrinya itu.
“Ya siapa tau kan ini masalah wanita… Pergi bentar kenapa sih mas… Siapa tau mbak Nayla mau curhat sekarang” Kata Putri yang masih mendorong calon suaminya itu.
“Hehe gak usah Put… Makasih yah… Aku cuma butuh waktu sendiri aja… Perasaanku dari tadi bentrok terus… Perasaanku juga gak enak terus… Aku butuh berfikir jernih untuk mencari solusi buat masalahku sendiri” Kata Nayla saat berterima kasih atas perhatian rekan kerjanya itu.
“Yaudah mbak… Aku cuma bisa doain aja… Aku paham kok rasanya… Moga mbak bisa dapet solusinya yah” Kata Putri yang memahami perasaan Nayla sebagai sesama wanita.
“Jangan lupa untuk perbanyak doa juga… Siapa tau kamu kayak gini karena kurang ibadah juga” Timpal Andri yang membuat Nayla mengerutkan dahinya mengingat ucapannya tadi yang berbanding terbalik dengan ucapannya sekarang.
“Nah itu juga mbak… Aku emang gak tau masalah mbak itu apa… Tapi kalau perasaan mbak kok rasanya gak enak terus… Siapa tau mbak kurang ngaji… Coba mbak sering-sering denger ceramah gitu… Coba mbak datengin pengajian… Siapa tau perasaan mbak yang gak enak bisa menghilang” Kata Putri memberi saran.
“Hmmm makasih yah Put, makasih juga Ndri… Iyya sih emang belakangan ini aku kurang ibadah… Sering maksiat juga… Itu kali yah makanya kok hatiku gak enak banget rasanya” kata Nayla yang membuat Andri jadi kepikiran.
'Sering maksiat ? Wah apa jangan-jangan Nayla sering masturbasi di tempat lain kali yah ? Eh, apa jangan-jangan ada pria beruntung lain yang sempat memergoki Nayla masturbasi ? Apa jangan-jangan orang itu sempet berzina juga dengan Nayla ? Kok enak sekal yahi… Kok aku malah jadi kesel sendiri sih bayanginnya… Padakan ini kan gak pasti… Ini cuma pikiranku sendiri !'
Batin Andri mendadak kesal sendiri.
“Yaudah… Semoga masalah mbak cepet selesai yah… Yuk mas” Kata Putri berdiri menarik lengan Andri.
“Ehhh mau kemana ?” Tanya Andri kebingungan.
“Gak denger yah mas ? kan mbak Nayla butuh waktu sendiri… Udah yuk pergi jangan ganggu mbak Nayla… Lagian kita kesini mau kencan kan” Kata Putri yang membuat Nayla tersenyum.
“Ehhh iyaa sih… Tapi kan… Naylaaa” Kata Andri gak rela meninggalkan Nayla sendiri.
“Ihhh udah jangan ganggu mbak Nayla lagi” Kata Putri yang kekeh menarik lengan Andri hingga mereka berdua akhirnya berpindah meja membiarkan Nayla sendiri.
Nayla pun tersenyum setelah mereka berdua pergi. Ia merasa tercerahkan oleh saran Putri & Andri. Iya sih mungkin karena sering bermaksiat lah yang membuat perasaannya gak enak. Ia juga jarang denger ceramah lagi. Ia jadi ingin mempraktekan saran yang diucapkan mereka.
Dikala sendiri, Nayla iseng membuka WA-nya untuk mengecek grup-grup 'whatsapp' yang jarang dibukanya. Tak sengaja ia membuka salah satu grup di aplikasi WA-nya itu. Ia melihat sebuah poster kalau sore nanti akan ada pengajian di masjid di daerah kompleksnya yang membuat Nayla tertarik untuk mendatanginya.
“Wah kebetulan, materinya nanti tentang bahayanya dosa di kehidupan sehari-hari… Cocok banget nih buatku… Mungkin ini juga jalan dari tuhan untuk membimbingku pergi dari lingkaran kemaksiatan ini” Lirih Nayla sambil menyeruput minumannya.
“Hmmm penceramahnya ustadz Burhan yah” Katanya lagi sambil menyeruput minumannya lagi.
Ia memperhatikan wajahnya. Ustadz itu sudah cukup tua, rambutnya sudah beruban, bahkan janggut lebatnya juga beruban, tubuhnya tidak terlalu gemuk dan juga tidak terlalu kurus, ustadz itu mengenakan kacamata, wajahnya tampak ramah. Tapi masalahnya Nayla tiba-tiba memikirkan hal yang tidak-tidak.
'Astaghfirullah… Astaghfirullah… Enggaaakkk !!! Jangaannn !!! Bisa-bisanya aku kepikiran kayak gitu !'
Batin Nayla yang buru-buru menutup pesan tersebut untuk beralih ke pesan lain.
'Tiiinnggg !!!'
Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi baru. Notifikasi yang ia dapat dari seorang akhwat yang jarang-jarang menghubungi dirinya.
“Ehhh tumben-tumbenan ngechatt aku nih bocah… Kenapa yah ?” Tanya Nayla sambil membuka pesannya.
Nayla tiba-tiba tersenyum. Ia tak menduga akhwat yang masih menjadi mahasiswi itu mengajaknya jalan-jalan esok hari.
“Yaudah deh… Daripada besok aku di rumah… Bisa-bisa aku disergap pak Urip lagi… Lumayan ada alasan untuk menjauhi kemaksiatan… Hmmm semoga dengan ini aku bisa kembali ke jalan yang benar lagi… Semoga… Semoga aku pasti bisa menjadi Nayla yang dulu lagi” Lirih Nayla senyum-senyum sendiri.
Andri yang dari kejauhan terus mengamati heran melihat senyum indah Nayla saat menatap layar hapenya. Aneh memang, padahal Nayla bukan siapa-siapanya. Tapi kok ia merasa cemburu yah membayangkan Nayla mendapat pesan dari laki-laki lain ?
'Ada apa denganku ? Kok aku bucin banget yah ke Nayla… Hmmm karena udah terlanjur kayak gini… Aku harus bisa dapetin dia nih ! Aku kudu bisa nikung dia… Gimana yah caranya ?'
Batin Andri yang terus memperhatikan Nayla dari kejauhan.
Andri terus memperhatikan akhwat bercadar yang disukainya itu, tanpa menyadari kalau calon istrinya yang sedang duduk dihadapannya juga sedang senyum-senyum sendiri sambil membalas pesan dari seseorang.
'Hihihi makasih yah… Yaudah, bapak besok tunggu aku di rumah yah… Aku akan minjem mobil abi buat jemput bapak esok hari… Aku gak sabar banget buat kencan sama bapak besok… Hihihihi…'
Batin Putri saat membaca pesan yang hendak ia kirim ke pria yang ia cintai belakangan ini. Ia lalu menekan tombol kirim untuk mengirimnya. Ia merasa senang karena besok dirinya tidak memiliki jam pelajaran di kelasnya. Ia pun berniat untuk mengajak pria kekar itu berkencan dengannya. Hatinya pun berbunga-bunga. Ia tak sabar untuk menanti hari esok datang.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 19
KENCAN YANG BERBAHAYA
Sore hari sekitar pukul 17.23 tepat.
“Assalamualaikum” sapa seorang akhwat yang baru saja tiba di rumahnya.
“Walaikumsalam… Eh adek, dari mana aja ? Kok baru pulang ?” Tanya Miftah saat melihat istrinya baru pulang.
“Hehe maaf mas… Adek lupa minta izin… Tadi adek buru-buru sih… Adek habis dari pengajian, mas” Kata Nayla yang langsung salim mencium punggung tangan suaminya.
“Yang bener ? Dari pengajian ? Waaahhh, sholehahnya istri mas… Tapi minta izin dulu dong biar mas gak nyariin kayak tadi” Kata Miftah menasehati lalu mengelus-ngelus kepala istrinya.
“Hehe iyya mas… Maafin adek yah” Jawab Nayla tersenyum mendapati suaminya tidak memarahinya.
“Iyya sayaanggg… Duh kalau pulang dari pengajian muka adek jadi keliatan cerah gini nih… Mukanya kayak bersinar gitu” Kata Miftah yang gemas sehingga mencubit pipi istrinya.
“Ihhh maaasss… Jangan dicubit… Nanti pipi adek makin melar loh” Kata Nayla dengan manja.
“Hahaha biarin… Orang ketutupan cadar ini” Jawab Miftah yang semakin mencintai istrinya.
“Ihhh dasar… Eh bentar yah mas, adek mau ke kamar dulu… Mau naruh barang sama buka hijab nih… Gerah rasanya” Kata Nayla meminta izin.
“Iyya sayaangggkkuu… Sholehahkuuu” Puji suaminya sambil menatap kepergian istrinya.
Nayla pun tersenyum senang dipuji oleh suaminya. Sambil berjalan menuju kamarnya, ia teringat perkataan Putri dan Andri di café pagi tadi. Memang benar hatinya sekarang terasa plong setelah mengikuti pengajian. Hubungannya dengan suaminya juga membaik terbukti dari sikap suaminya tadi. Nayla pun semakin bertekad, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan ketaatan sekaligus menjauhi kemaksiatan.
Sementara itu Miftah terus tersenyum menatapi kepergian istrinya. Namun diam-diam ia jadi kepikiran soal bau tidak sedap yang ia cium kemarin.
'Hmmm terus bau gak enak kemarin darimana yah ? Sudah jelas bukan karena dek Nayla yang membawa bapak-bapak ke dalam kamar… Astaghfirullah, kok bisa-bisanya kemarin aku menuduh istriku kayak gitu… Pasti dek Nayla kecewa banget, kemarin… Hah payah banget aku… Padahal udah jelas dek Nayla kan orangnya sholehah… Eh apa mungkin bau bapak-bapak itu berasal dari pak Urip yah ? Bisa jadi waktu itu pak Urip bersih-bersih kamar terus bau badannya tertinggal… Yah, pasti itu bau badannya pak Urip… Duhhh… Aku harus cepet-cepet minta maaf lagi nih ke dek Nayla kalau kayak gini…'
Batin Miftah yang masih merasa tak enak atas tuduhannya semalam.
'MALAMNYA
Setelah selesai menyantap makan malam bersama. Nayla yang saat itu cuma mengenakan pakaian dinasnya berjalan menuju kamarnya untuk menemui suaminya. Dengan hanya mengenakan tanktop seksi yang bahkan memperlihatkan belahan dadanya juga celana pendek yang memperlihatkan paha mulusnya. Nayla dengan gemulai berjalan mendekati suaminya.
Dari kejauhan terlihat suaminya terpana pada keindahan yang ada pada tubuh Nayla. Nayla tersenyum malu-malu. Reflek tangannya bergerak menutupi dadanya lalu buru-buru duduk di tepi ranjang, tepatnya di sebelah suaminya.
“Maassss” Kata Nayla sambil menjatuhkan tangannya pada punggung tangan suaminya.
“Iyya dek, ada apa ?” Jawab Miftah yang sesekali mencuri-curi pandang menatap belahan dada istrinya.
Nayla yang menyadari hanya diam membiarkan. Rasanya sangat senang bisa memperlihatkan keindahan tubuhnya pada seseorang yang sudah dihalalkan untuknya.
“Besok pagi, adek minta izin yah… Adek mau pergi” Kata Nayla yang membuat Miftah penasaran.
“Pergi ? Kemana ? Setau mas besok kan adek gak ada jadwal perfotoan” Kata Miftah sambil menatap wajah istrinya.
“Hihihihi iyyah… Aku mau pergi bareng adek aku… Kebetulan besok adek aku gak ada jadwal kuliah… Gak tau kenapa tiba-tiba adek aku ngajak main keluar… Pengen curhat sesuatu katanya” Kata Nayla sambil mengusap-ngusap punggung tangan suaminya.
“Oalah sama dek Kayla… Yaudah mas izinin… Mau kemana emang ?” Tanya Miftah lagi.
“Hmmm kurang tau sih… Tapi besok kita ketemuan di dekat warung seblak barokah… Biar dek Kayla gak kejauhan pas berangkat dari rumahnya” Kata Nayla menjelaskan.
“Oalah warung seblak yang deket perempatan itu yah… Yaudah besok hati-hati yah… Ngomong-ngomong dek Kayla umur berapa yah ? Masih muda tapi udah berani nikah aja” Kata Miftah bertanya.
“Bulan depan masuk 20 mas… Hmmm emang kenapa kalau dek Kayla berani nikah muda ? Nyindir adek dulu yah yang baru berani nikah setelah lulus kuliah ?” Tanya Nayla tersinggung.
“Hahahaha bukan bermaksud gitu kok dek… Cuma mas penasaran aja… Jarang-jarang anak jaman sekarang yang berani nikah muda… Kebetulan tadi di kantor pada ngomongin temen mas yang udah 30an tapi belum nikah-nikah” Kata Miftah yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi masa sih ? 30an ? Belum nikah ? Kasian amat mas” Kata Nayla menertawakannya.
“Hush jangan ngejek… Gitu-gitu ketua divisinya mas loh… Mas sejujurnya malah iri sama beliau… Orangnya emang sibuk kerja makanya sampai lupa berkeluarga… Beliau orangnya juga hebat, berwibawa, terus dewasa banget… Beliau bener-bener teladan banget di divisinya mas” Kata Miftah yang membuat Nayla seketika cemberut.
“Hmmm iri ? Jadi mas iri sama beliau karena nunda pernikahan demi pekerjaannya yah ? Ohhh gitu… Iyya adek paham kok” kata Nayla cemberut.
“Hahhaah bukan kayak gitu… Mas iri sama kepribadiannya… Untuk soal nikah, mas justru ngerasa bahagia loh bisa menikahi adek sekarang… Jujur mas bahagia banget bisa mempersunting wanita yang mas cinta… Mas beruntung bisa menikahi wanita yang sholehah yang suka dateng ke pengajian” kata Miftah memuji istrinya yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Hihihi lebay deh… Orang adek baru ikut pengajian sekali… Tapi makasih yah mas udah milih adek buat jadi kekasih hati mas” Kata Nayla tersenyum malu.
“Sama-sama sayaangg… Jaga hati yah… Sampai kapanpun adek bakal jadi miliknya mas kok” Kata Miftah sambil mencium kening istrinya.
“Hihihih iyya… Adek akan jaga hati buat mas” Jawab Nayla tersenyum.
Nayla merasa bahagia. Ia bersyukur bisa menikah dengan seorang lelaki yang mencintainya. Ia pun dapat merasakan cinta suaminya melalui kecupan di keningnya. Nayla pun membalas kecupan itu dengan memeluk suaminya erat. Dadanya yang empuk terhimpit tubuh suaminya. Nayla sengaja menekannya agar suaminya dapat merasakan keempukan dadanya sebagai balasan bukti cintanya.
“Hmmm dek… Mas mau ke kamar mandi sebentar yah… Mas mau pipis” Kata Miftah tiba-tiba.
“Ehhhh baru aja adek peluk kok malah mau ke kamar mandi sih ? Hayooo… Jangan-jangan mas mau itu yaaahhhh” Kata Nayla saat sengaja menekan dadanya menggunakan lengan bagian atasnya hingga dadanya terjepit diantara lengan mulusnya tersebut.
Mata Miftah sampai mau meloncat keluar saat melihat dada istrinya yang semakin maju membesar. Ia yang memahami maksud istrinya pun hanya tersenyum. Ia lalu membalas perkataan istrinya itu dengan malu-malu.
“Maksudnya ? Mas mau beronani gitu ? Buat apa ? Kalau mas mau kan ninggal nerkam adek aja, wleeekkk” kata Miftah sambil menjulurkan lidah.
Seketika Miftah langsung pergi keluar kamar. Nayla pun cemberut setelah melihat kepergian suaminya itu.
“Huft berarti mas gak mau yah ? Padahal adek udah sengaja pake baju seksi gini biar mas tergoda… Kok mas gak peka banget sih sama usaha adek ?” Kata Nayla kesal.
Nayla pun beranjak dari ranjangnya untuk duduk di kursi riasnya. Ia menatap wajahnya di cermin. Ia lalu memperhatikan tubuh indahnya di cermin.
“Bisa-bisanya mas Miftah gak kegoda ? Masa mas gak nafsu sih liat aku pake baju seksi kayak gini ?” Lirih Nayla kesal.
Nayla jadi berfikir. Memang, suaminya merupakan lelaki yang sempurna untuk urusan membuatnya jatuh cinta. Tapi untuk urusan ranjang ? Miftah tidak bisa berbuat apa-apa. Suaminya itu bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan semua lelaki yang pernah mencicipi tubuhnya. Termasuk kalah dari pak Dikin si gelandangan tua.
“Hmmm kok tiba-tiba aku jadi kepikiran yah ? Lebih baik mana antara menikahi laki-laki yang mencintaiku tapi gak sanggup memuasiku atau dengan laki-laki yang tidak mencintaiku tapi sangat sanggup memuasi nafsu besarku” Lirih Nayla berfikir.
“Kalau aku menikahi laki-laki yang mencintaiku seperti mas Miftah… Seperti sekarang, tiap hari aku merasa bahagia melalui perkataan dan juga sikapnya yang sanggup membuat hatiku berbunga-bunga… Tapi masalahnya kalau udah diatas ranjang, hmmm mas Miftah selalu berhasil membuatku kecewa… Aku selalu ditinggal sendiri… Mas Miftah gak pernah berhasil memberiku kepuasan dikala bercinta” Lirihnya sambil mengingat-ngingat setiap perbuatan suaminya kepadanya.
“Tapi kalau aku menikahi laki-laki yang sanggup memuasiku seperti pak Urip misalnya… Pasti !!! Pasti tiap hari aku bakalan puas oleh sodokan kontolnya yang membuatku mengerang keenakan… Hmmm tapi baginya aku hanyalah objek pemuasnya aja… Bahkan pak Urip tega membiarkan lelaki lain untuk menikmatiku alih-alih menjaga tubuhku hanya untuknya saja” Lirih Nayla merenung mengingat setiap sikap pak Urip kepadanya.
“Hmmm jadi lebih baik mana ? Cinta atau kepuasan ? Hah pilihan yang sulit… Aku masih belum bisa menjawabnya… Memang sih namanya manusia gak ada yang sempurna … Setiap manusia pasti hanya unggul di salah satu bidang aja… Ada gak yah lelaki di dunia ini yang sanggup mencintaiku juga memuasi nafsuku ? Hmm pasti gak ada… Iya gak ada” Kata Nayla lalu beranjak berdiri untuk menutup tirai jendela kamarnya yang rupanya masih terbuka.
Seketika saat wajahnya menatap ke arah jendela, ia melihat pak Beni sedang berolahraga di ruang tamu rumahnya dengan mengangkat barbel berukuran lima kilo yang terlihat melalui kaca jendelanya. Seketika Nayla kepikiran.
“Hmmm pak Beni ? Ah mana mungkin… Pasti pak Beni sama kayak pak Urip… Pak Beni pasti cuma nafsu kepadaku tanpa mencintaiku” Kata Nayla dengan yakin. Ia pun buru-buru menutup tirainya. Nayla yang mulai mengantuk bersiap-siap untuk tidur dengan berbaring diatas ranjang menunggu suaminya datang.
Sementara itu pak Beni yang sedang berolahraga memutuskan untuk beristirahat sejenak. Kepalanya pun ia tolehkan ke arah jendela untuk melihat keadaan rumah tetangganya.
“Hmmm udah tidur yah ?” Lirih pak Beni sambil duduk bersandar pada sofa rumahnya.
Wajahnya ia angkat untuk menatap langit-langit rumahnya. Ia membatin sambil memikirkan seorang akhwat yang selama ini tinggal disebelah rumahnya.
'Kapan yah kita bisa bertemu dan mengobrol lagi mbak ? Saya kangen banget loh… Andai waktu bisa diputar, saya pasti akan kembali ke saat-saat ketika kita bisa berduaan untuk mengobrol panjang lebar… Gak perlu sampai bercinta mbak… Cukup ngobrol aja… Saya kangen banget sama mbak…'
Batin pak Beni sambil memejamkan mata.
“Hah iya yah… Besok mbak Putri ngajak saya jalan-jalan… Saya harus tidur agar besok bisa lebih siap untuk menemaninya jalan-jalan” Lirih pak Beni sambil berdiri untuk berjalan menuju kamar tidurnya.
Seketika ia menghentikan langkah kakinya saat membuka pintu kamarnya. Ia termenung, ia pun berandai-andai di dalam pikirannya.
“Andai mbak Nayla yang ngajak saya jalan-jalan !” Lirihnya sebelum dirinya benar-benar masuk ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
*-*-*-*
Keesokan paginya sekitar pukul tujuh kurang lima belas menit.
“Eh dek… Kok udah siap aja nih… Mau berangkat jam berapa emang ?” Tanya Miftah yang baru saja memasuki kamarnya setelah selesai mandi.
“Hihihihi secepetnya… Kalau bisa sebelum mas berangkat” Jawab Nayla tersenyum sambil melentikkan bulu matanya.
'Huft aku harus bisa pergi sebelum mas Miftah pergi nih kalau gak mau dipake sama pak Urip lagi…'
Batin Nayla mengungkapkan alasan sebenarnya sambil buru-buru merias wajahnya.
“Eh semangat amat… Pasti karena udah lama gak ketemu dek Kayla yah dek ?” Tanya Miftah saat berdiri di depan lemari pakaiannya untuk memilih pakaiannya.
“Hihihih iya mas” Jawab Nayla setelah selesai merias wajahnya. Ia pun mengenakan cadarnya lalu mengenakan hijabnya. Nayla yang mengenakan pakaian serba hitam sudah siap untuk bepergian. Dengan abaya berwarna hitam juga dengan hijab serta cadar berwarna hitam, Nayla terlihat sempurna. Perbandingan warna kulit dengan pakaiannya itu lah yang membuatnya terlihat sempurna.
“Deekkk… Kemeja mas yang motif garis-garis biru itu mana yah ?” Tanya Miftah yang saat itu cuma mengenakan handuknya saja. Terlihat pria tampan itu bahkan sambil menjijit untuk mencari-cari pakaian yang ingin dikenakannya.
“Kemeja ? Kemeja yang lain kenapa mas ? Kenapa harus yang itu ?” Jawab Nayla sambil berdiri lalu menghampiri suaminya untuk membantu mencarikannya.
“Gapapa dek… Lagi pengen pake kemeja yang itu aja… Itu kan kemeja favoritnya mas” Jawab Miftah tersenyum.
“Ihhhh entar terlambat tau rasa loh… Pake kemeja yang lain aja yah” Kata Nayla yang masih belum menemukannya.
“Huft gak mau… Maunya yang itu” Jawab Miftah kekanak-kanakan yang membuat Nayla cemberut.
“Ihhh sok bocah” Jawab Nayla yang membuat suaminya tertawa.
Untungnya tak lama setelah itu, Nayla berhasil menemukan kemeja yang suaminya inginkan.
“Nih pake buruan” Kata Nayla sambil memberikan kemeja itu pada suaminya.
“Pakein” Kata Miftah bermanja-manja yang membuat Nayla cemberut.
“Manja amat… Adek buru-buru mau berangkat maass” Kata Nayla yang akhirnya tidak ada pilihan lain selain membantunya.
“Hahahha makanya buruan… Duhh senengnya punya istri yang berbakti ke suaminya” Puji Miftah yang bisa membuat Nayla tersenyum meski dirinya masih terpaksa untuk membantu mengenakan kemeja untuk suaminya.
“Daaahh cakep… Adek mau pergi yaahh” Kata Nayla bersiap pergi.
“Eeehh tunggu… Celana mas belum… Dasi mas belum” Kata Miftah yang membuat Nayla menghela nafasnya.
“Ihhh udah gede masih manja banget sihhh” Kata Nayla yang lagi-lagi akhirnya membantu suaminya mengenakan pakaiannya.
“Hahaha makasih yah sayaannggg… Jadi pengen nyium deh” Kata Miftah yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Ngomong doang… Dicium enggak” Sindir Nayla yang membuat Miftah tersenyum.
Tepat setelah Nayla menyelesaikan bantuannya. Miftah pun mendekat lalu mencium kening istrinya.
“Muah… Soalnya tadi kan adek belum selesai bantu mas” Kata Miftah yang membuat Nayla tersenyum malu-malu.
“Makasih” Jawab Nayla sambil menatap suaminya dengan penuh cinta.
“Dah yuk berangkat” Ajak Miftah yang membuat Nayla mengangguk.
“Yuk mas” Jawab Nayla sambil merangkul lengan suaminya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
MEDH0JS
https://thumbs4.imagebam.com/78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg 78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg
'NAYLA
Mereka berdua pun sama-sama keluar sambil bergandengan tangan. Terlihat Miftah menenteng tas kerjanya sedangkan Nayla menenteng helm yang akan dikenakannya, Sesampainya di teras rumah, Miftah langsung mengunci pintu rumahnya karena tidak ada seorangpun yang akan menjaga rumahnya.
“Rumah di kunci aja yah dek… Nih adek yang bawa kuncinya” Kata Miftah sambil menyerahkan kuncinya.
“Iyya mas… Daripada kemalingan hihihi” Kata Nayla bercanda.
Setelah itu Miftah pun masuk ke mobilnya sedangkan Nayla menaiki motornya. Tepat setelah itu, terlihat dari gerbang pintu rumah terlihat seorang pria tua bertubuh tambun yang datang mendekat.
“Ehh pak Urip… Bapak hari ini libur aja gimana ? Rumah udah terlanjur dikunci soalnya… Istri saya juga mau pergi entah sampai kapan” Kata Miftah kepada pembantu tuanya.
“Eehhh non Nayla mau pergi ? Mau pulang kapan emangnya non ?” Tanya pak Urip terkejut sambil menatap majikan cantiknya.
“Hmmm entahlah pak… Mungkin sore baru pulang” Jawab Nayla sambil menghindari tatapan pembantunya.
“Hahahha tuh kan… Bapak libur aja yah sekalian nemenin istri di rumah” Kata Miftah yang membuat pak Urip kecewa.
'Yahhh libur ? Nemenin istri di rumah ? Gak asyik banget dah… Ngapain juga saya harus nemenin si tuwek cerewet itu… Mending nemenin non Nayla biar bisa ngentot seharian…'
Batin pak Urip yang kurang puas dengan keputusan Miftah.
“Hmmm yaudah deh pak… Saya putar balik aja deh… Hakhakhak… Makasih yah pak udah ngasih saya waktu libur” Kata pak Urip sambil pura-pura tersenyum.
“Hahahha sama-sama” Jawab Miftah.
Tepat setelah pak Urip keluar dari gerbang rumah. Mobil yang dikendarai oleh Miftah pun berjalan keluar lalu berbelok ke arah kanan untuk menuju kantornya. Nayla pun menyusul tak lama kemudian, baru aja ia membelokan motornya ke arah kiri, tiba-tiba pak Urip memanggil namanya yang membuat Nayla terpaksa menghentikan motornya.
“Noonnn… Cepat pulang yaahh… Saya kangen pengen ngentot non lagi… Hakhakhak” Kata pak Urip sambil menutup gerbang rumah majikannya.
“Hmmm aku usahakan yah pak” Jawab Nayla yang langsung tancap gas meninggalkan pak Urip sendirian di gerbang rumahnya.
“Hakhakhak… Sial, masa hari ini libur ngentot sih… Duhhh kudu dibuang kemana nih pejuh saya hari ini ? Masa coli sendiri sih ?” Kata pak Urip sambil berjalan pulang menuju rumahnya.
Tepat setelah pak Urip masuk ke halaman rumahnya, sebuah mobil berwarna hitam lewat lalu berhenti tepat di depan sebuah rumah yang berada di sebelah rumah Nayla.
*-*-*-*
“Hmmm akhirnya sampe juga… Duhhh kok jantungku deg-degan yah… Padahal bukan kali pertama aku menemuinya” Kata seorang akhwat bercadar yang masih duduk di dalam kursi mobil yang dikendarainya.
“Duhhh… Ayo dong beraniin dirimu Put… Ayo keluar, temui dia… Ajak bercinta, eh ajak masuk ke mobil biar bisa mulai kencannya, hihihi” Tawa Putri.
Entah kenapa pikirannya selalu keruh tiap kali membayangkan pria tua bertubuh kekar yang sudah berulang kali menikmati tubuhnya itu. Padahal di hari-hari biasanya, pikirannya tidak pernah semesum ini. Tapi tiap kali memikirkan pak Beni, pikirannya langsung keruh dan mengharapkan bisa segera menikmati tubuh kekarnya itu.
“Hihihihi Put, Put… Kok jadi nakal yah kamu belakangan ini” Kata Putri setelah keluar dari mobilnya.
Terlihat Putri sangat cantik dengan balutan gamis berwarna abu-abu muda yang ia kombinasikan dengan rok panjang berwarna hitam. Sebuah hijab berwarna ungu tua yang dikombinasikan dengan cadar yang memiliki warna selaras dengan gamisnya membungkus kepala mungilnya. Putri pun melengkapi penampilan indahnya dengan kacamata berlensa bening.
Ia dengan percaya diri berjalan mendekati pintu rumah pak Beni. Ia tak sabar. Ia ingin segera menemui kekasih gelapnya.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
“Assalamu, eh… Selamat pagi paakkk !” Kata Putri setelah mengetuk pintu rumahnya.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Putri semakin gugup. Dengan malu-malu ia berdiri membeku menanti pintu rumah kekasihnya terbuka.
“Eehhh mbak Putri sudah datang” jawab pak Beni yang membuat Putri terpana saat melihatnya.
MEDH0JX
https://thumbs4.imagebam.com/37/de/8b/MEDH0JX_t.jpg 37/de/8b/MEDH0JX_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Terlihat pak Beni dengan balutan kemeja berlengan pendek berwarna abu-abu. Sebuah celana panjang berbahan kain dikenakan olehnya. Pak Beni terlihat gagah. Dua kancing teratas yang sengaja tak ia kancingkan membuat mata Putri tergoda untuk terus menatapnya. Kedua lengannya yang kekar juga terlihat sesak saat mengenakan kemeja itu. Putri semakin tersenyum, kemeja pak Beni yang kekecilan membuatnya terlihat seperti tidak berpakaian aja.
“Paaakkk… Waahhh bapak cakep banget” Kata Putri yang membuat wajah pak Beni memerah.
“Ah mbak bisa aja… Jadi malu deh saya” Kata pak Beni malu-malu yang membuat Putri semakin gemas.
“Hihihih yuk masuk… Bapak bisa nyetir mobil kan ?” Tanya Putri.
“Bisa dong… Mari saya antar” kata pak Beni sambil menggandeng tangan Putri yang membuat akhwat bercadar itu terpesona oleh sikap jantan kekasih gelapnya itu.
“Hihihih makasih” Kata Putri sambil menggenggam erat tangan pak Beni.
Sesampainya di dekat mobil, pak Beni membukakan pintu untuk Putri. Putri pun masuk lalu pak Beni menutup pintu itu dengan pelan.
Putri jadi semakin deg-degan. Dari dalam mobil, matanya menatap pak Beni yang tengah berpindah ke seberang untuk masuk ke kursi pengemudinya. Setelah pak Beni masuk, tak henti-hentinya Putri menatapnya. Putri terlihat seperti gadis muda yang baru pertama kali jatuh cinta saja.
“Siap mbak ? Boleh kita berangkat sekarang ?” Tanya pak Beni sambil menatap Putri. Putri dengan malu-malu langsung menundukkan pandangannya. Ia pun menjawab pertanyaan itu tanpa berani menatap wajahnya langsung.
“Boleh pak… Yuk kita berangkat” Jawab Putri sambil tersenyum manis yang membuat pak Beni ikut tersenyum.
“Mbak ini, cantik banget pagi-pagi… Bikin saya cenat-cenut aja” Kata pak Beni sambil menarik persneling mobilnya.
“Apaan sih pak, pagi-pagi udah gombal aja hihihi” Kata Putri yang semakin bahagia setelah mendengar pujian dari kekasih gelapnya.
Mobil pun berjalan, terlihat Putri dengan malu-malu mencuri pandang ke arah tubuh kekarnya. Matanya tak henti-hentinya menatap lengan kekar pak Beni. Sesekali lengannya menatap dada pak Beni yang agak sedikit terbuka. Putri menggigit bibir bawahnya dari balik cadarnya. Putri geregetan. Nafsunya bangkit saat melihat kekarnya tubuh pak Beni.
'Gemesin banget sih bapak ini… Bener-bener hot deh… Aku jadi gak kuat pengen ngerasain genjotan bapak lagi, hihihihi'
Batin Putri sambil menatap mesum kekasih kekarnya.
*-*-*-*
Di sebuah perempatan yang berada tak jauh dari rumah Nayla, terlihat sebuah motor yang dikendarai oleh sang akhwat berhenti. Akhwat berpakaian serba hitam itu menaikkan kaca helmnya lalu menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.
“Dek Kayla belum nyampe apa yah ?” Kata Nayla sambil mengecek hapenya siapa tahu ada balasan pesan dari sang adek.
“Hmmm kayaknya iya deh… Yaudah deh, aku tunggu aja… Lagian aku juga berangkatnya kepagian, hihihi” Kata Nayla sambil memainkan hapenya lalu sesekali menoleh ke sekitar untuk mencari adek kandungnya.
Tak sengaja matanya menoleh ke seberang dimana ia melihat gerobak tukang nasi goreng yang sengaja ditinggalkan.
“Hmm iyya yah… Kalau sore sampe malem, pak Tomi kan biasa jualan disana… Tiba-tiba aku jadi keinget pas digenjot pak Tomi deh” Lirih Nayla sambil memegangi vaginanya secara tak sengaja.
Rasa itu, momen itu, sensasi itu. Semuanya kembali terangkum dalam ingatan akhwat sangean itu. Nafsu besar pak Tomi yang dipadukan dengan genjotan super kuat yang dilakukan oleh penis besarnya membuat vaginanya nyut-nyutan menikmati sodokannya. Belum juga dengan remasan serta fakta bahwa ia bermain di tempat umum. Rasa deg-degan itu menambah sensasi akan kepuasan saat dinikmati oleh pak Tomi. Seketika ia jadi kepikiran untuk bermain di luar ruangan lagi. Ia ingin merasakan sensasi deg-degan saat disodok oleh seorang lelaki tua lagi.
“'Astaghfirullah'… Sadar Nay ! Sadar !” Lirih Nayla sambil menampar pipinya pelan.
“Hah, tuh kan… Aku gak boleh dibiarin ngelamun nih… Sekalinya ngelamun pasti pikiran kotor itu kembali datang untuk mengendalikan otakku… Jangan sampai aku dikendalikan oleh nafsuku lagi” Lirih Nayla bertekad.
Nayla kembali menoleh ke sekitar. Menyadari situasi sedang sepi membuat Nayla tiba-tiba menaikkan rok abayanya lalu memasukkan jemarinya ke dalam celana dalamnya.
“Mmpphhh tuh kan udah basah… Gampang banget sih aku sangeknya” Lirih Nayla yang langsung buru-buru menurunkan abayanya lagi.
“Hah… Hah… Hah… Susahnya jihad melawan hawa nafsu… Apalagi buatku yang udah kecanduan ini… Ingin rasanya dikontolin bapak-bapak lagi” Lirihnya mengutarakan keinginannya.
Untungnya tak lama kemudian terlihat sebuah motor mendekat. Nayla yang mendengar suara motor langsung menegakkan kepalanya tuk melihat ke depan. Terlihat seorang akhwat yang mengenakan kemeja berwarna hitam yang dipadukan dengan rok panjang yang juga berwarna hitam. Terlihat hijab yang juga berwarna hitam membungkus kepala mungilnya. Sebuah masker berwarna putih pun menutupi sebagian wajahnya. Nampak tas yang dibawanya tergantung di lengan sebelah kanannya. Seketika Nayla tersenyum, seseorang yang ia tunggu selama ini pun datang mendekati dirinya.
“Deekkk Kayla !!!” Sapa Nayla sambil tersenyum dibalik cadarnya.
MEDH0JV
https://thumbs4.imagebam.com/aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg
'KAYLA
“Assalamualaikum mbak… Ini aku” Kata Kayla sambil menaikkan kaca helmnya lalu menyalami tangan kakaknya sebelum kemudian mencium punggung tangannya.
“Walaikumsalam dek… Waaahhh adek makin cantik aja nih… Apa kabar ?” Tanya Nayla yang merindukannya.
“Aku baik kok mbak… Mbak sendiri gimana ? Sehat juga kan ?” Tanya Kayla sambil tersenyum.
“Baik kok dek… Oh yah dek, udah sarapan belum ?” Tanya Nayla menyadari waktu yang masih sangat pagi.
“Hmmmm belum sih mbak… Tadi buru-buru berangkatnya jadi gak sempet” Kata Kayla menjawabnya.
“Kebetulan mbak juga belum… Kita sarapan dulu yuk… Kita cari warung yang buka, biar mbak deh yang traktir” Kata Nayla yang membuat Kayla tersenyum senang.
“Wahh yang bener mbak ? Okedeh, yukkk kita berangkat” Kata Kayla.
“Hihihihi yukkk, kita cari warung yang buka dulu sebelum kita ngobrol-ngobrol lagi nanti” Kata Nayla yang mulai kembali memanaskan mesinnya.
Kaca helmnya diturunkan, ia pun lebih dulu berangkat sebelum disusul oleh adeknya dibelakang. Ia pun lega hingga mengusap dadanya menyadari adeknya segera datang. Ia yang sedari tadi menunggu sambil kepikiran mesum merasa beruntung dengan kedatangan adeknya, pikiran mesum itu langsung sirna seketika. Ia pun semakin yakin agar tidak membuat dirinya melamum karena hal itu berpotensi mengundang hawa nafsu untuk kembali datang mengendalikan pikirannya.
BERSAMBUNG KE BAGIAN II
BAGIAN II
Pada saat yang sama di dalam mobil berwarna hitam yang dikendarai oleh seorang pria tua berbadan kekar.
Putri masih saja mencuci matanya dengan menatapi keperkasaan tubuh kekasih gelapnya. Terutama bagian lengan berototnya. Sebagai wanita, tentu lengan berotot itu telah membangkitkan nafsu birahinya. Jemarinya pun gemas ingin mendekap erat lengan kekar itu. Jemarinya juga ingin membuka satu demi satu kancing kemeja pria kekar itu agar dirinya dapat melihat dada bidangnya yang tersembunyi dibalik kemeja sempitnya.
Ia jadi geregetan mendapati pak Beni selalu membuka satu kancing kemejanya selain kancing teratasnya. Ia jadi tergoda, rasanya ia ingin melebarkan kemejanya hingga seluruh kancingnya copot semua.
Pak Beni yang menyadari adanya keanehan langsung menolehkan wajahnya. Terlihat akhwat cantik itu kepergok menatapi dada bidangnya. Putri yang juga menyadari langsung tertunduk malu. Akhwat cantik itu kembali duduk manis sambil menghadapkan wajahnya ke arah depan.
“Hayoo daritadi ngeliatin apaan yah mbak ? Pantes daritadi kok hening gitu” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa malu.
“Hiihihihi sok pura-pura gak tau aja… Padahal tau sendiri kan kalau aku daritadi ngeliatin bapak” Jawab Putri malu-malu.
“Oh ngeliatin saya ? Ngeliatin bagian mananya nih” Kata Pak Beni yang membuat Putri semakin tertawa mendengarnya.
“Hihihihi ada deh… Bagian itu tuh yang bikin aku gemes terus” Kata Putri sambil melirik bagian dada pak Beni yang terbuka.
“Dada saya ?” Kata pak Beni sambil melirik Putri lalu kembali menatap depan saat mengendarai mobilnya.
“Hihihihihi iyya taauuu… Sama lengan berotot bapak” Kata Putri menjawabnya malu-malu.
“Hahahah ada apa emangnya dengan dada saya mbak ? Gak menonjol kayak punyanya mbak kok” Kata pak Beni yang membuat Putri semakin tertawa.
“Hihihih tapi kan dada bapak lebar… Keras lagi… Jadi pengen megang” Kata Putri malu-malu mengungkapkan keinginannya.
“Hahahaha pengen nih ? Kenapa gak megang aja” Kata pak Beni yang membuat Putri tersenyum dibalik cadarnya.
“Hihihihi boleh nih pak ? Jangan nyesel yah, aku kalau udah gemes serem loh” kata Putri sambil mendekat laksana pemangsa yang siap menerkam targetnya.
“Hahhaha tau kok… Saya udah pernah ngerasain pas di kosan mbak waktu itu… Saya sampai gak boleh keluar sebelum memuaskan nafsu mbak” Kata Pak Beni mengingat waktu itu yang membuat Putri tersenyum malu menyadari kebuasannya.
“Hihhihihi makanya… Mulai sekarang, aku yang gemes ini pengen menikmati tubuh bapak… Awas jangan sampai nabrak loh… Aku bakal memuaskan bapak soalnya selama perjalanan” Kata Putri sambil membuka satu persatu kancing kemeja pak Beni.
“Ah tenang aja… Saya akan berusaha fokus… Mbak boleh ngapain saya apa aja kok” Kata pak Beni yang membuat Putri semakin senang setelah mendengar jawabannya.
“Hihihihi jangan nyesel aja pokoknya” kata Putri yang langsung meraba-raba dada bidang pak Beni setelah seluruh kancing kemejanya terbuka.
“Mmmpphhh… Mmpphh… Gak akan” desah pak Beni menikmati belaian Putri.
Jemari-jemari mulus itu dengan rakus mengelus dada bidang pak Beni. Jemarinya juga mengincar perut kotak-kotaknya yang membuat nafsu Putri semakin berontak. Dada yang keras serta perutnya yang juga keras membuat Putri jadi ingin selalu membelainya. Terkadang jemarinya juga mencubit puting pak Beni. Terkadang jemarinya juga menariknya. Kadang jemarinya juga cuma menoel-noelnya. Ia melakukannya sambil menatap wajah tuanya. Nalurinya sebagai seorang pemuas telah bangkit, ia dengan penuh nafsu menggoda birahi pejantan tuanya dengan tatapan serta belaian tangannya.
“Mmpphhh keras banget sih dadanya paakkk… Mmpphhh jadi gak tahan deh pengen ngelus pake kedua tangan aku… Sayang banget posisinya susah… Andai bapak lagi tiduran, pasti tangan-tangan aku udah merayap di tubuh bapak mulai dada ke bawah” Desah Putri menggoda sambil menatap mata pak Beni.
“Mmpphhhh… Mmpphhhh gara-gara mbak saya jadi pengen tiduran deh… Pagi-pagi udah nakal aja yah mbak ini” Desah pak Beni sambil tersenyum.
“Mmpphhh habisnya bapak sih… Badan bapak bagus banget… Aku kan jadi nafsu… Rasanya jadi pengen memuasi tubuh bapak lagi deh hihihihi” Tawa Putri malu-malu mengungkapkan sisi binalnya.
“Aaaaahhhh saya juga… Diginiin sama akhwat secantik mbak bikin saya nafsu aja… Kenapa mbak gak mainin kontol saya sekalian… Coba tengok deh, kayaknya kontol saya mulai berdiri… Kontol saya mulai berontak pengen keluar dari sarangnya” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa mendengarnya.
“Eh masa sih ? Hihihihi padahal belum dirangsang” Kata Putri yang tangannya mulai bergerak untuk menurunkan resleting celana pejantannya.
“Namanya juga satu tubuh mbak… Dada saya dibelai ya kontol saya ya rasanya kayak dibelai juga… Tuh kan kontol saya udah ngaceng” Kata pak Beni saat Putri sudah berhasil mengeluarkan penis kekarnya.
“Eh iya… Wuihhh gede bangettt… Aku boleh megang kan pak ? Gemes deh tiap kali aku ngeliat kontol segede ini goyang-goyang” Kata putri sambil tersenyum menatap tongkat pemuasnya itu.
“Hahahhaha silahkan mbak… Lakukan apa aja sesuka mbak… Saya akan berusaha bertahan menikmati rangsangan mbak” kata pak Beni sambil berfokus menyetir.
Kedua tangan mungil itu pun langsung mendekap penis tuanya. Pak Beni langsung menghela nafasnya merasakan kehangatan serta rangsangan dari jemari pemuasnya.
Jemari Putri langsung bergerak naik turun. Pak Beni pun mendesah merasakan penisnya dibelai naik turun. Sesekali pak Beni menoleh tuk menatap kebinalan wajah pemuasnya. Pak Beni tersenyum, rasanya sangat puas saat menyetir sambil dirangsang seperti ini.
“Mmpphhh…. Mmpphhhh… Kontol bapak kok makin gede sih… Kirain tadi udah maksimal ngacengnya” Kata Putri terkagum melihat perubahan ukuran penis pejantannya.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Itu bukan makin gede mbak… Tapi kontol saya lagi berubah ke mode aslinya… Aaahhhhh… Biar nanti pas masuk ke memek mbak, saya bisa memberikan kepuasan yang maksimal ke mbak” Kata pak Beni menjelaskan hingga membuat Putri tersenyum malu.
“Hihihihi jadi gak sabar ngerasain sodokan bapak lagi… Yaudah, aku mau fokus gedein kontol bapak aja ah… Bapak fokus nyetir yah” Kata Putri menungging sehingga wajahnya semakin dekat dengan selangkangan pejantannya.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh yaaahhh… Siap mbaaakk… Tolong gedein kontol saya yaah” Kata Pak Beni.
“Mmpphhhh…. Mmpphhhh… Pasti paaakk… Pasttiii” Kata Putri sambil terus mengocok-ngocok penis pejantannya.
Pengalaman berbicara, Putri yang sudah terbiasa mengocoki penis pak Beni terus menggerakannya tangannya naik turun untuk merangsang penis pejantannya itu. Jemari kanannya juga mendekap erat. Jemari kirinya mengusapi ujung gundulnya yang sudah keluar dari kulup tebalnya. Penis besar pak Beni jadi tercekik. Penis pak Beni terus disiksa dengan cekikan dan kocokan yang membuat penis itu mual hingga ingin memuntakan isinya. Berulang kali pak Beni mengatur nafasnya. Ia sesekali melirik keadaan penisnya sambil berfokus melihat keadaan di depan.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Terusss mbaakk… Kocok yang kuat” desah pak Beni menikmati.
“Mmpphhhh… Mmpphhh… Iyahh paakkk… Bapaakk tenang aja… Aku akan melakukannya kok” desah Putri memuasi.
“Aaahhhh yaaahhh… Aaahhh nikmat sekaliii… Aaahhh teruss mbaakk… Teruss dikocookk” Desah pak Beni.
“Mmpphhh iyaahhh… Iyyah paakk… Mmpphhh” Desah Putri sambil terus menaik turunkan jemarinya.
Terlihat penis itu semakin besar. Nafsu Putri juga semakin besar. Mulutnya jadi tak tahan saat jemarinya terus mengocok penis pejantannya. Lidahnya berulang kali keluar dari dalam mulutnya karena ingin menikmati penis kekar itu.
“Mmpphhh paaakkk… Paaakkk” Panggil Putri sambil terus mengocok penis pak Beni.
“Aaahhhhh… Aaaahhhh… Iyahh mbakk… Ada apa ?” tanya pak Beni.
“Aku mau nyepong kontol bapak yah… Bapak tahan bentar, jangan sampai keluar loh” Kata Putri yang sudah bersiap setelah mengambil posisi.
“Aaahhhh… Tenang ajaaa… Saya akan mengatur nafas saya biar mbak bisa puas-puasin nyepong kontol saya” Kata pak Beni juga bersiap.
“Hihihihi beneran ? Aku kalau nyepong kadang sampai kelewat nafsu loh… Makanya takutnya bapak malah keluar duluan kan jadi kurang seru nantinya” Kata Putri sambil mengangkat cadarnya bersiap untuk melahap penis besar itu.
“Santai mbak… Saya seorang pro kok… Mbak tinggal nyepong aja, biar saya yang bertahan sekuat tenaga” Jawab Pak Beni yang memuaskan nafsu Putri.
Putri yang sudah menungging dengan pinggul yang diangkat ke atas bersiap untuk melahap ular kadut yang memiliki 'hoodie' itu. Mulutnya pun membuka, wajahnya mendekat, dalam sekali lahap, penis pak Beni tertelan oleh mulut kecil Putri. Terlihat mulut Putri telah penuh. Putri pun mengemutnya menikmati keperkasaan penis pejantannya.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhh… Angetnyaaaa… Ayok mbaakk… Aaahhh nikmat banget seponganmu” desah pak Beni sampai merem melek.
“Mmppphh iyyahhh paakkk… Mmpphhhh gedeee banget siihhh… Aku jadi nafsu banget deeehh… Mmpphh gemesnyaaa… Mmpphhh nikmatnya kontol bapaakk” desah Putri sambil mengemut-ngemut penis raksasa itu.
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhh silahkan emut sepuasnya mbaaakk… Saya pasrah… Lakukan apa aja terserah mbak… Saya jamin kontol saya gak bakalan keluar duluan” desah pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Mmpphhh iyaahh paakk… Akan aku lakukan… Akan aku lampiaskan semua nafsuku ke kontol bapaaakkk” desah Putri yang mulai menaik turunkan kepalanya.
Mulut Putri yang cuma bisa memasukkan setengah dari penis raksasa itu mulai bergerak naik turun. Terkadang pipinya sampai menggembung saat akhwat bercadar itu memiringkan kepalanya saat melakukan variasi dalam mengulum penisnya. Jemarinya juga tak tinggal diam dikala mulutnya sibuk mengulumnya. Setengah dari penis yang tak bisa dimasuki oleh mulutnya itu ia kocok. Jemari kanannya itu terus mengocok dikala mulutnya terus mengulum bagian atas dari penis pejantannya. Pak Beni sampai merem melek dibuatnya. Ia benar-benar terangsang oleh rangsangan yang dilakukan oleh akhwat bercadar di sebelahnya.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Aaaaaahhhh” desah pak Beni bertahan sambil sesekali melirik penisnya.
Terlihat penisnya dilahap dengan penuh nafsu. Penisnya jadi semakin basah terselimuti oleh liur pemuasnya. Rasa hangat dan nikmat bercampur menjadi satu di dalam sepongan pemuasnya. Pak Beni pun sangat menikmati rangsangannya. Pandangannya yang sempat terhalangi cadar Putri membuat pria tua itu mengatakan sesuatu kepadanya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Cadarnya naikin dong mbak… Biar saya bisa ngeliat kontol saya lebih jelas” Kata pak Beni.
“Mmpphhh yaahhh… Mmpphhh kayak gini paakk ? Mmpphhh maaf… Tadi aku nafsu banget sampai ngelupain detail ini paakk… Pasti bapak kurang jelas yah pas ngeliat seponganku ?” desah Putri menyesal.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Masih keliatan kok mbaakk… Nah sekarang kan jadi makin keliatan… Ayo mbakkk sepong lagi… Uhhhhh dalem banget… Aaahhhh nikmatnya” desah pak Beni sampai merem melek.
“Mmmpphhh iyaahhh paakkk… Mmpphh akan kulakukan demi bapaakk” Desah Putri memuaskan nafsu pejantannya.
Pak Beni semakin blingsatan merasakan sepongannya. Rasanya jemarinya jadi gemas ingin membalas perlakuan pemuasnya. Tangan kirinya pun ia julurkan ke arah bokong sang akhwat. Ia menaikkan roknya, lalu menurunkan celana dalamnya. Ia pun membalas perlakuan Putri dengan meremas-remas bokong montoknya sambil sesekali menamparnya dengan keras.
'Plaaakkkk… Plaaakkk… Plaaakkk… Plaaakkkk !'
“Mmpphhhh paakkk… Mmpphhh… Mmpphhhh… Mmpphhhh paaakkk”
Pak Beni semakin gemas. Bukannya melemah justru sepongan Putri semakin kuat. Ia pun membalas dengan memperkuat remasannya. Bokong Putri yang mulus itu perlahan berubah menjadi warna merah. Pak Beni terus meremasnya. Ia kadang juga menamparnya yang membuat Putri semakin kuat dalam menghisap penisnya.
'Plaaakkk… Plaaakkkk !!!'
“Mmpphhhh paaakk… Mmpphh” desah Putri sambil terus menghisapnya.
Bahkan ia dengan berani terus mendorong wajahnya hingga semakin terbenam ke arah selangkangan pejantan tuanya. Mulutnya yang awalnya cuma sanggup memasukkan setengah dari penis itu kini mulai memasukkan ¾ dari penis pejantannya. Pak Beni sampai memejam sebelum buru-buru membuka karena tindakannya itu sangat berbahaya. Terlihat Putri menaikkan mulutnya lagi sebelum membenamkan mulutnya lagi hingga ¾ dari penis pejantannya kembali terlahap.
“Uuuhhhhhh mbaaakkk” desah Pak Beni sambil menggigit bibir bawahnya pelan.
Lagi, Putri melahapnya sebelum meletehkannya karena mulutnya tak sanggup memasukan keseluruhan penisnya. Putri meludahinya. Lalu jemarinya itu mengocoknya yang membuat penis itu semakin basah oleh liur hangatnya.
Kebetulan mobil yang mereka naiki tiba di perempatan dimana lampu merah menyala. Pak Beni jadi bisa rehat sebentar. Ia pun membelai kepala bagian belakang pemuasnya sebagai bentuk rasa sayangnya karena sudah dipuasi senikmat ini.
“Ayoo mbaakk… Mmppphhh… Mumpung lampu merah… Keluarkan semuanyaaa… Keluarkan jurus andalanmu untuk memuaskan nafsu saya” kata pak Beni sambil membelai kepala Putri.
“Iyyahhh paakkk… Mmphhh… Akan aku lakukan” Kata Putri yang kembali mengulum penisnya.
“Aaahhhh yaahh… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah pak Beni sambil memejam.
Pria tua yang sudah membuka seluruh kancing kemejanya itu hingga dada bidangnya terlihat tengah menikmati kuluman akhwat bercadar yang begitu bernafsu pada penis raksasanya. Pak Beni yang terlalu menikmati tak menyadari kalau suara desahannya terlalu keras. Pengendara motor yang awalnya tidak menyadari apa yang terjadi di dalam mobil tiba-tiba menolehkan wajahnya saat mendengar suara yang aneh dari arah kirinya. Mata pengendara motor itu terkejut melihat ada seorang akhwat yang sedang mengemuti penis seorang pria tua berbadan kekar. Pengendara motor yang masih muda itu sampai mengucek matanya. Ya, benar itu bukan halusinasinya. Apa yang dilihatnya itu nyata. Diam-diam sambil menunggu lampu berwarna hijau, pejantan itu mengelus-ngelus penisnya melihat kebinalan sang akhwat.
“Mmpphhh nikmat banget sih kontol bapaakkk… Mmpphhh aku jadi gak bisa berhenti, kontol bapakk nikmat bangettt” Desah Putri.
“Aaahhhh yaahhh… Aahhhh terus kulum mbaakkk…. Kuluumm yang kenceennggg… Ouhh enakk bangett… Kulum lagi yang dalem mbaaakkk” desah pak Beni sambil mengelusi bokong montok Putri.
Putri melakukannya. Ia kembali membenamkan wajahnya hingga tepi bibirnya itu nyaris sampai dipangkal penis pejantannya. Ia tak menyerah, ia menaikkan mulutnya sejenak lalu kembali membenamkannya hingga mulutnya berhasil mengulum keseluruhan dari penis raksasa itu. Pak Beni sampai memejam nikmat. Tangannya sampai meremas bokong Putri dengan kuat. Rasanya tak ada duanya. Rasanya membuat nafas pak Beni tertahan sejenak agar birahinya tidak buru-buru dilampiaskan pada nikmatnya kuluman sang akhwat.
“Aaaaaahhhh mbaaaakkkkk” desah pak Beni yang membuat pengendara motor disebelah kanannya meremas penisnya juga dengan kuat.
Sedangkan dari arah seberang. Pengendara motor lainnya yang merasa mendengar adanya suara aneh, langsung menolehkan wajahnya ke arah mobil. Terlihat dari sana bokong seorang akhwat yang sedang diremas. Ia juga melihat bokong itu ditampar-tampar. Pengendara itu yang sedari tadi sedang memainkan hapenya reflek mengarahkan hape itu ke arah mobil untuk merekamnya. Ia tidak mengira dapat menemukan pasangan yang mesum di dalam mobil di dekatnya.
“Mmppphhh paakkk… Mmpphhhh… Mmppphhh” Putri yang bernafsu tiba-tiba menaik turunkan wajahnya saat mengulum penis pejantannya.
“Aaaahhhh mbaakkk… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah pak Beni sambil meremas pantat pemuasnya.
“Mmpphhhhh nikmat bangettt… Mmpphhh… Mmpphhh” desah Putri semakin cepat dalam menaik turunkan wajahnya.
“Aaaaahhh mbaakk… Aaahhhh 'stoopp'… 'Sttooppp' mbaakkk… Gawaaatt saya mulai gak kuat” Desah pak Beni kejang-kejang.
“Mmpphhhh tapiii aku gak bisa berhenti paakkk… Mmpphh… Mmpphhh” Desah Putri yang merasa nanggung.
“Aaaahhh jangann mbaakkk… Cukupp… Cukuppp… Berhenti sekaraaanngggg” Desah pak Beni sambil mendorong kepala Putri karena tak sanggup lagi.
“Mmppphhhhh aaaahhhh” Putri akhirnya diberhentikan secara paksa saat sedang asyik-asyiknya.
Terlihat penis itu kedat-kedut ketika nyaris memuntahkan spermanya. Pak Beni pun bersyukur tidak jadi keluar. Ia dengan wajah kelelahan menatap Putri yang membuat akhwat cantik itu tersenyum.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEDH0L5
https://thumbs4.imagebam.com/56/e2/3a/MEDH0L5_t.jpg 56/e2/3a/MEDH0L5_t.jpg
'PUTRI
“Hhihihihi maaf paakkk… Aku gak tahan” Kata Putri.
“Aaahhhh… Aaahhh… Hampir aja saya crot duluan loh mbak” Kata Pak Beni yang terus membuat Putri tertawa.
“Hihihihih habis sih kontol bapak nafsuin... yaudah, bapak istirahat dulu aja yahh… Bapak keliatan capek banget tuuhh… Ehhh itu udah hijau paakk… Ayo jalan lagi” Kata Putri sambil duduk menghadap ke depan lagi.
Tepat saat Putri duduk di posisinya semula. Seorang pengendara yang sedari tadi merekam terkejut saat melihat akhwat tersebut.
“Loohh Putri ? Itu Putri kan ?” Kata pengendara itu kurang yakin. Namun mobil itu sudah berjalan. Bunyi klakson pun menggema di belakang yang membuat pengendara itu buru-buru memasukkan hapenya ke sakunya.
Pengendara itu pun baru bisa jalan namun terlambat untuk mengejar mobil yang tadi berhenti di sebelahnya.
“Itu tadi Putri kan ? Masa sih ? Bukannya dia mau nikah sama Andri ? Hmmmm laporin Andri gak yah ? Masa sih Putri yang dikenal alim itu sampai kayak gitu sama laki-laki tadi… Hah mana gak keliatan lagi tadi laki-lakinya… Siapa yah ? Sekilas kulitnya gelap sama lengannya kekar deh” Kata pengendara itu yang tidak lain merupakan sahabat karibnya Andri.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN DI SEBUAH TAMAN
Terlihat ada akhwat yang sedang berjalan-jalan. Kedua akhwat itu berbincang mengobrolkan banyak hal tentang kabar yang belum di dengar. Setelah tadi mereka sempat sarapan bersama di sebuah warung makan. Mereka pun tiba di taman ini untuk mengobrol banyak hal termasuk curhatan yang ingin diutarakan oleh akhwat yang mengenakan kemeja hitam.
“Mbaaakk… Inget gak tadi yang aku bicarain di warung tentang suami aku” Kata Kayla tiba-tiba saat berjalan di sebelah kakaknya.
“Hmmm yang katanya kamu kurang bahagia yah dek ? Ada apa emangnya ?” Tanya Nayla yang prihatin pada keluarga adeknya itu.
“Hmmm darimana yah aku mulainya… Aku malu sih mau bilangnya… Tapi intinya aku kecewa sama mas Herman karena selalu ninggalin aku pas lagi enak-enaknya” Kata Kayla sambil menunduk karena terlalu malu untuk membicarakannya.
“Ditinggal pas lagi enak-enaknya ? Maksudnya ? Pas kalian kalian lagi . . . “ Kata Nayla menduga.
“Hehe iyya mbak… Mas Herman gak pernah memberi aku kepuasan… Awalnya aku ngira sih ini hal biasa… Tapi lama-lama aku gak tahan lagi mbak… Gak tau mas Herman ngelakuinnya sengaja apa enggak… Tapi aku sebel banget tiap kali aku mau keluar tapi mas Herman malah keluar duluan” Kata Kayla curhat mengenai kehidupan pribadinya.
'Eeehhhh seriusan ? Kok masalahnya sama kayak aku sih ?'
Batin Nayla terkejut.
“Hmmm bentar… Kita cari tempat duduk dulu yah biar ngomongnya enak… Nah itu disana kosong, kebetulan dideketnya ada yang jual minuman… adek tunggu disana bentar yah biar mbak beliin minumannya” Kata Nayla yang membuat Kayla patuh saja.
Terlihat Kayla berjalan dengan lemah menuju tempat duduk yang kakaknya arahkan itu. Tak lama kemudian kakaknya pun datang sambil membawa dua gelas minuman.
“Tadi adek bilang apa ? Adek gak puas tiap kali adek bercinta sama suami adek ?” tanya Nayla segera saat duduk di depan adeknya.
“Heem mbak… Hampir selalu… Ya, gak pernah sekalipun aku diberi kepuasan sama mas Herman” Curhat Kayla.
“Hmmm kok bisa sih ? Adek pernah ngomong langsung gak ke suami adek kalau selama ini adek kurang puas setiap kali adek bercinta ?” Tanya Nayla.
“Hmmm aku malu mbak… Aku gak berani bilang… Takut mas Hermannya tersinggung terus marah ke aku” Kata Kayla yang membuat Nayla memahami maksud adeknya.
'Hmmm kok sama yah… Aku juga gak berani bilang ke mas Miftah kalau selama ini aku kurang puas…'
Batin Nayla.
“Harusnya sih adek bilang aja… Pelan-pelan bilangnya atau mungkin adek sambil mijitin biar nanti suami adek gak kesinggung soal perkataan adek nanti… Soalnya meski kelihatan remeh, ini masalah besar loh yang bisa-bisa menghancurkan rumah tangga adek” kata Nayla mencoba membantu sambil diam-diam curhat soal rumah tangganya sendiri.
“Ehh yang bener mbak ? Sampe bisa menghancurkan rumah tangga ? Kok bisa ?” Tanya Kayla terkejut.
“Heem dek… Temen mbak pernah cerita… Dia sampai terpaksa selingkuh hanya karena suaminya gak bisa memuaskannya” kata Nayla yang sebenarnya sedang menceritakan dirinya sendiri.
“Hah ? Yang bener ? Heemmm tau gak mbak ? Sebenarnya aku ada cerita lain loh” kata Kayla sampai merinding setelah mendengar jawaban kakaknya itu.
“Apa emangnya dek ?” Tanya Nayla sambil menyeruput minumannya.
“Kemarin, ada bapak-bapak di dekat kampusnya adek ngeliatin adek sambil ngelus-ngelus itunya” Kata Kayla mengejutkan Nayla.
“Ehhh seriusan ?” tanya Nayla tak mengira.
“Iyya mbak… Untungnya mas Herman udah memberinya pelajaran… Tapi beberapa hari selanjutnya aku ngeliat bapak-bapak itu lagi di toilet kampusku loh… Bajunya udah kebuka… Itunya keliatan dan kayak abis onani gitu loh mbak… Soalnya aku ngeliat banyak bekas sperma di sekitar itunya” Kata Kayla yang semakin mengejutkan kakaknya.
“Ehhh terus ? Adek harus hati-hati loh yah… Jangan sampai tergoda oleh bapak-bapak itu” kata Nayla mewanti-wanti agar adeknya tidak seperti dirinya.
“Ehhh darimana mbak tau kalau aku tergoda ? Jujur aku sempet nafsu pas itu, karena malemnya mas Herman gagal memuasiku” Kata Kayla yang membuat Nayla semakin terkejut.
“Soalnya cerita adek mirip sama cerita temennya mbak… Pokoknya jauhi orang itu yah dek… Jangan sampai adek terjebak sama nafsu adek !” Kata Nayla terus mewanti-wanti.
“Hmmm iya mbak… Tau gak, sebetulnya semenjak kejadian itu… Aku jadi penasaran loh… Bahkan tanpa aku sadari, aku kayak nyari-nyari bapak-bapak itu… Jujur aku kayak ngerasa bapak-bapak itu solusi dari masalah nafsuku ini” Kata Kayla yang membuat Nayla geleng-geleng kepala.
Nayla yang berpengalaman pun sadar. Cepat atau lambat adeknya bisa-bisa seperti dirinya. Dengan segenap pengalaman yang ia punya. Ia mencoba membimbing adeknya agar tidak mengikuti jalan hidupnya. Terlihat adeknya mengangguk-ngangguk saja. Nayla memberikan berbagai tips yang membuat Kayla mampu menghindari berbagai kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ia yang sudah terlanjur jatuh menyadari kalau akan sulit bagi adeknya kalau ikut terjatuh ke jurang perzinahan. Setelah ia memberikan semua nasehat yang ia punya kepada adeknya. Ia langsung membatin sambil menyeruput minumannya lagi.
'Kok bisa yah dek Kayla ngerasain apa yang aku rasain juga… Gak nyangka dek Kayla juga tergoda sama laki-laki tua yang sempat menakali dirinya… Apa jangan-jangan ini semua karena genku yah ?'
Batinnya yang jadi teringat selisih usia antara kedua orangtuanya yang mencapai 14 tahun. Ia jadi merasa, apa jangan-jangan rasa sukanya kepada pria tua menurun dari ibunya ?
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Putri dan pak Beni telah turun dari mobilnya. Kedua insan yang sebenarnya lebih mirip pasangan ayah dan anak itu berjalan sambil bergandengan tangan. Selayaknya kekasih beneran, mereka bermesraan dengan saling pandang menikmati waktu berdua. Tak jarang Putri menjatuhkan kepalanya ke lengan kekar pria tua itu. Senyum pun ia keluarkan meski tertutupi oleh cadar berwarna abu-abunya. Tak ada rasa malu diantara mereka. Mereka terus berjalan-jalan untuk menikmati waktu kencan mereka.
“Kontol saya masih cenat-cenut loh dek gara-gara tadi” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa.
“Hush bapak… Jangan keras-keras… Aku malu tauuu !” Kata Putri sambil mencubit lengan pejantannya.
“Aaww… Awww… Awww sakitt mbak… Perih amat cubitannya” Gerutu pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Hihihihi masa badan keker tapi dicubit gitu aja sakit” Ejek Putri.
“Habisnya, sekekar apapun saya… Saya gak akan pernah sanggup untuk mengalahkan buasnya mbak… Contohnya tadi pas kontol saya disedot-sedot… Sampe lemes saya jadinya” Kata pak Beni yang membuat Putri geregetan lagi.
“Dibilangin jangan keras-keras… Ini ditempat umum tauuu… Kalau kedengeran gimana ?” Kata Putri sambil memberinya cubitan penuh cinta lagi.
“Aaawww… Aawww ampun mbaakk… Ammpunn” Jerit Pak Beni yang membuat Putri tertawa.
Untungnya suara teriakan keras yang pak Beni ucapkan tak banyak menarik perhatian orang-orang. Taman yang mereka datangi memang tempat yang biasa dikunjungi oleh pasangan yang sedang melakukan kencan. Orang-orang disekitar mereka hanya fokus pada pasangan mereka. Termasuk yang sedang Putri dan pak Beni lakukan. Mereka tak peduli dengan keadaan disekitar mereka, mereka melakukan apa yang mereka suka, mereka hanya memikirkan kencan yang mereka lakukan. Mereka pun saling tertawa setelah obrolan yang mereka ucapkan.
“Oh yah pak… Aku minta sesuatu boleh ?” Tanya Putri setelah puas mencubit kekasihnya.
“Hmmm apa itu mbak ?” Tanya pak Beni sambil mengusap-ngusap lengannya.
“Mumpung ini kencan pertama kita… Aku anggap ini sebagai hari pertama kita jadian… Aku mau setelah ini, bapak jangan panggil aku mbak lagi… Aku mau bapak manggil aku dek, say, atau beb… Atau apapun yang menunjukkan kalau kita ini beneran berkencan” Kata Putri malu-malu.
“Ehhh hahaha… Manggilnya apa yah ? Dek aja deh gimana ? Kalau manggil say atau beb terus kedengeran orang lain kan rasanya kayak aneh aja, hahaha” Tawa pak Beni malu-malu.
“Hihihi bener juga… Terus aku manggil bapak, mas aja boleh ?” Pinta Putri lagi.
“Mas ? Hahahha… Boleh kok dek” Jawab pak Beni yang membuat Putri tersipu malu. Rasanya gimana gitu ketika pria yang dicintainya memanggilnya dek. Jantungnya jadi berdegup kencang. Ia dengan malu-malu pun menatap wajah pejantannya itu.
“Makasi yah mas… Mas Beni, hihihih” Tawa Putri yang rasanya aneh saja saat memanggil pria yang jauh lebih tua darinya dengan sebutan mas.
Ketika sedang asyik-asyiknya bermesraan. Tiba-tiba dari kejauhan mereka melihat pemandangan yang tidak asing di mata mereka.
“Eehhhh itu ?” Kata Putri yang pertama kali menyadarinya.
MED5GNI
https://thumbs4.imagebam.com/5e/15/db/MED5GNI_t.gif 5e/15/db/MED5GNI_t.gif
“Mbak Nayla… Dan itu ???” Kata Pak Beni saat mengenali kedua akhwat itu.
'Bukannya akhwat itu akhwat yang bikin saya ditonjok… Bukannya akhwat itu yang mergoki saya di kamar mandi pas habis menyetubuhi dek Putri ?'
Batin pak Beni terkejut.
“Kayla kok disini ? Sama mbak Nayla juga lagi” Kata Putri saat mengenali teman sekelasnya.
“Ehhh mbak kenn… Ehh maksudnya Dek Putri kenal ?” Tanya pak Beni terkejut.
“Kenal lah pak… Akhwat yang jalan bareng mbak Nayla itu kan temen sekelas aku… Dia juga adeknya mbak Nayla loh” Kata Putri yang membuat pak Beni terkejut bukan main.
'Adeknya !!! Mbak Naylaa !!!'
Batin pak Beni tidak menyangka.
“Eh bapak kenal juga ? Ehh maksudnya mas kenal ?” Tanya Putri saat melihat ekspresi wajah pak Beni yang terkejut.
“Ehhh enggak… Enggak kok… Cuma kaget aja mbak Nayla ternyata punya adek yang cantik juga” Kata pak Beni berbohong.
“Eehhh cantik ? Mas suka yahhh ?” Kata Putri cemburu.
“Ehhh enggak kok… Enggak… Secantik-cantiknya dia, masih cantikan dek Putri kok” Kata Pak Beni ngeles.
“Hufftt awas aja yah kalau mas berani selingkuh… Dah yuk pergi, bahaya kalau kita sampai keliatan mereka… Aku gak mau dicurigain mereka…” Kata Putri sambil menarik lengan pak Beni.
“Eehhh iyaa dek… Mas juga gak mau kok” Jawab Pak Beni sambil sesekali melirik ke arah kedua kakak beradik itu.
'Hmmm gilaaa… Adeknya mbak Nayla ternyata cantik juga yah… Gak nyangka dia ternyata adeknya mbak Nayla… Hmmm kok saya malah nafsu yah… Gak tau kenapa segala hal yang berhubungan dengan mbak Nayla bikin saya nafsu aja…'
Batin pak Beni saat ditarik oleh Putri.
'Duhhh kontolku jadi ngaceng lagi kaann !'
Batin pak Beni bernafsu.
*-*-*-*
MEDH0JV
https://thumbs4.imagebam.com/aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg
'KAYLA
MEDH0JS
https://thumbs4.imagebam.com/78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg 78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg
'NAYLA
“Mbaaakkk… Aku mau nanya boleh” Kata Kayla yang berjalan di belakang kakaknya.
“Iyya dek, ada apa ?” Tanya Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Apa mbak pernah kayak aku juga ?” Tanya Kayla tiba-tiba yang membuat Nayla berhenti berjalan.
“Makksss... Maksudnya ?” tanya Nayla mendadak deg-degan.
“Ya kecewa sama suami gitu… Mbak pernah gak, gak puas pas melayani suami ?” Tanya Kayla yang membuat Nayla menghela nafasnya lega.
'Huffttt… Kirain suka sama pria tua…'
Batin Nayla sambil memegangi dadanya.
“Ya pernah lah dek… Setiap wanita yang pernah menikah pasti pernah merasakah hal itu… Itu hal yang wajar kok” Kata Nayla menenangkan.
“Oh yah ? Terus mbak gimana ? Aku butuh solusi mbak… Aku udah gak kuat banget tiap kali mas Herman ninggalin aku pas bercinta” Kata Kayla sambil menundukkan wajahnya.
Nayla pun terdiam seribu bahasa. Jujur, ia juga sedang mencari tahu jawabannya. Selama ini yang dilakukannya justru meminta lelaki lain untuk memuasi nafsunya. Jelas itu bukan solusi yang tepat untuk adeknya. Ia tidak mau adeknya yang juga cantik jelita mengikut jejak gelapnya sebagai seorang akhwat.
“Sabar aja dek… Sementara adek sabar dulu yah… Ini cobaan buat adek… Cobaan buat setiap istri yang kurang puas saat melayani suami” Kata Nayla yang cuma bisa mengucapkan itu saja.
“Itu aja ? Cuma sabar gak bisa menghilangkan rasa kecewaku mbak… Entar pasti pas mas Herman minta jatah lagi, aku ditinggalin lagi… Aku butuh solusi instan mbak… Setidaknya agar mas Herman nungguin adek biar bisa orgasme duluan” Kata Kayla merajuk.
“Hmmm gimana yah... Mungkin bisa bawa ke dokter atau kalau gak ya yang mbak bilang tadi... Obrolin pelan-pelan bareng suami adek kata Nayla memberi saran.
.
“Hmmm tapiii… Aku ragu itu bisa berhasil mbak… Sejujurnya aku sempet kepikiran ide ini loh… Gak tau kenapa tiba-tiba aku kepikiran ini” Kata Kayla yang ragu tuk mengucapkan.
“Hmmm emang apaan dek ?” Tanya Nayla yang entah kenapa perasaannya gak enak.
“Aku kepikiran, buat nyari laki-laki lain buat muasin aku… Menurut mbak gimana ?” Tanya Kayla yang membuat jantung Nayla rasanya seperti berhenti berdetak.
“Deeekkkk !!!” Kata Nayla agak meninggikan suaranya sambil memegangi kedua bahu adeknya.
“Hmmm maaf mbak… Aku tahu pasti mbak bakal marah… Tapi aku udah frustasi banget soalnya… Bahkan saking frustasinya, aku sampe nyariin bapak-bapak yang waktu itu aku pergokin loh… Hmm entah kenapa lama-lama tiap kali aku bayangin bapak itu, kok aku malah jadi nafsu yah” kata Kayla menunduk tanpa berani menatap wajah kakaknya.
“Deekkk mana bisa gitu !! Itu dosa namanyaa… Itu gak baik… Jangan sampai adek kepikiran hal itu lagi yaahhh” Kata Nayla yang ketakutan andai adeknya mengikuti jalan hidupnya.
“Akuu tau mbaakk… Maksud aku juga baik kok… Aku cuma mau jadiin bapak-bapak itu pelampiasan aku aja… Aku bakal menjaga hubungan aku sama suami aku kok” Kata Kayla menjelaskan alasannya.
“Iyya, mbak paham… Tapi tetep, itu bukan hal yang dibenarkan… Mbak gak mau adek terjerumus ke jurang kemaksiatan… Kalau adek udah jatuh, adek bakal susah lagi buat kembali lohh… Tolongg dengerin apa kata mbak yahh… Jangan sampai kepikiran itu lagi… Buang jauh-jauh pikiran jahat itu yaahh” Kata Nayla sampai berkaca-kaca karena tak mau adeknya seperti dirinya.
“Iyya mbak… Maafin aku… Aku emang salah… Aku cuma frustasi aja” kata Kayla mengakui kesalahannya.
“Iyya mbak paham… Mbak sekarang memang gak tau jawabannya, tapi nanti mbak bakal bantu buat ngatasin masalah adek… Adek yang sabar dulu yah sekarang” Kata Nayla sambil memeluk erat adeknya.
Iyya deh mbak… Hmm mbak… Udah meluknya... Aku malu, banyak yang ngeliatin” Kata Kayla saat melihat sekitar.
“Eehhh” Kata Nayla sambil mengelap air matanya.
Nayla sadar kalau mereka saat ini sedang berdiam di jalan yang sering dilalui orang-orang. Sambil mengelap air matanya. Ia pun mengajak Kayla untuk berjalan lagi. Untungnya Kayla manut aja, mereka pun sama-sama pergi meninggalkan tempat itu.
'Kok aku sampai nangis gini yaahh… Jangan sampai lah yah dek kayak mbak… Mbak udah ngerasain… Emang rasanya nikmat, tapi untuk kembali itu bakal sulit… Mbak gak mau adek rusak kayak mbak… Mbak pasti bakal bantu adek buat nemu solusinya… Selama masa pencarian mbak, tolong jaga diri yah dek…'
Batin Nayla merasa khawatir.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Pak Beni dan Putri yang baru saja menghindari Nayla dan adiknya memutuskan untuk melanjutkan kencannya. Mereka bergandengan tangan, mereka mengeluarkan uang untuk membeli jajanan, mereka juga kadang mengeluarkan uang untuk memberi aksesoris semisal gelang 'couple' ataupun berbagai hal lain yang berbau 'couple'.
Uniknya, semua uang yang dikeluarkan oleh mereka berdua semuanya berasal dari dompet Putri. Pak Beni tidak modal sama sekali. Ia hanya memakan semua makanan yang kekasihnya belikan. Ia juga menerima semua aksesoris yang kekasihnya belikan. Pak Beni sungguh beruntung bisa bertemu seorang wanita yang sudah tergila-gila padanya.
'Hah… Tapi kenapa yah hati ini masih nyangkut di mbak Nayla…'
Batin pak Beni saat berjalan disebelah Putri.
'Apalagi setelah tau kalau mbak Nayla punya adek yang gak kalah cantik… Siapa tadi namanya ? Kayla ? Wah namanya aja udah keliatan, orang kota banget… Jadi kebayang deh bisa main bareng mereka berdua… Pasti mantap !'
Batin pak Beni yang membuat penisnya masih tegak berdiri gara-gara membayangkan kedua kakak beradik itu.
“Hmm capek nih mas… Duduk dulu yuk” Ajak Putri sambil menarik lengan pak Beni.
“Eh boleh dek… Boleh… Tuh ada bangku disebelah sana” Kata pak Beni sambil menunjuk bangku tersebut. Putri pun berjalan kesana. Saat mereka duduk, tiba-tiba mata Putri teralihkan pada sesuatu yang menonjol dibalik celana pak Beni.
“Hayooo ini apa ?” Kata Putri saat diam-diam mengelus celana pak Beni.
“Hehehe kan tadi saya udah bilang dek… Gara-gara sepongan adek tadi… Kontol saya jadi gak bisa tidur… Kepikiran terus” Lirih pak Beni sambil menahan nafas saat merasakan elusan tangan Putri.
“Hihihhi yang bener ?” Tanya Putri sambil menoleh ke kanan juga ke kiri.
“Hehehe iyya deekkk… Saya masih kebawa nafsu… Makanya kontol saya ngaceng terus” kata pak Beni yang sebenarnya masih berdiri gara-gara memikirkan kedua akhwat kakak beradik itu.
“Hiihihhi rame banget sih disini… Jadi ragu deh pengen ngeluarin kontol mas” Kata Putri yang geregetan ingin memainkan penis pak Beni.
“Eeehhh dek Putri mau ngocokin kontol saya lagi ?” kata pak Beni deg-degan.
“Iyya dong maas… Hihihi… Aku kan nafsu sama kontolnya mas” Kata Putri yang akhirnya tidak tahan lagi lalu menurunkan resleting celana pak Beni sebelum mengeluarkannya ke permukaan.
“Aaaahhhh deekk… Bahaya dekk… Kok dikeluarin sih ?” Kata Pak Beni deg-degan.
“Hihihih habis adek gak tahan lagi sih… Hmm mas liat keadaan bentar yah ?” Kata Putri yang menyadari keadaan mulai sepi.
“Kenapa emangnya dek… Kenappp aaahhhhhh” Desah Pak Beni saat penisnya tiba-tiba dikulum oleh Putri di tempat umum seperti ini.
“Mmppphhh… Mmpphhh… Jaga yah maasss… Mmpphh enak banget sihhh… Mmpphh” Desah Putri saat menaik turunkan kepalanya.
Uuuhhh mantap bangett… Uhhh deekkk… Uuuhhhh” desah pak Beni deg-degan sambil melihat ke sekitar.
“Mmpphhhh… Mmppphhh gimana maasss ? Aman kan ? Mmpphhh” desah Putri disela-sela kulumannya.
“Aaahhh amannn kok amaannn… .Tapi deekk… Ini beresiko bangeett… Sayaaa takutt kalau sampai ketahuan” Kata pak Beni deg-degan.
“Mmpphhhh… Mmpphhh tenaang aja maass… Mass fokus ngeliat keadaan aja… Kita gak bakal ketahuan kok” desah Putri yang sudah sangat bernafsu.
“Aaahhhh… iyaaa sihh… Aaahhhh” desah pak Beni merem melek.
“Mmpppphhh… Mmpphhh enakk bangett maass… Mmpphhh jadi pengen ngentot bapak lagii dehhh” desah Putri terus mengulum penisnya.
“Aaahhh yahhhh… Aaahhhh” desah pak Beni yang tiba-tiba melihat ada seorang lelaki mendekat.
“Mmpphhh yaahhh… Mppphh… Mmppphhh” desah Putri yang masih asyik sendiri mengulum penis pejantannya.
“Aaahhh… Aaahhhh iyaahhh deekkk… Iyaahhh… Eehhh itu ada orang mau lewat” kata Pak Beni yang membuat Putri buru-buru mencabut kulumannya.
Pak Beni pun menutupi penisnya dengan tangannya sebisanya. Terlihat lelaki itu cukup curiga saat melewati mereka berdua. Apalagi saat melihat Putri yang malah bertingkah mencurigakan dengan menghindari tatapan mata. Untungnya, lelaki itu hanya melewati mereka berdua saja tanpa mengucap sepatah kata. Saat lelaki itu pergi. Putri kemudian menatap pak Beni. Ia tertawa menyadari kebinalannya.
“Dek Putri nih… Bikin saya ketakutan aja” Kata pak Beni yang hanya membuat Putri tertawa.
“Hhihihi habis aku geregetan sih… Pindah yuk… Aku gak sabar pengen goyang bapak lagi” kata Putri bernafsu.
“Dasaar yyahh… Kalau gini mah saya gak bisa nolak… Yuk” kata pak Beni sambil memasukkan penisnya lagi.
Mereka berdua yang sudah kebelet nafsu berniat untuk bercinta lagi. Terlihat tonjolan di balik celana pak Beni semakin membesar. Pria tua berbadan kekar itu pun tak tahan untuk digoyang oleh akhwat yang mau menikah itu.
Namun dimanapun mereka mencari. Banyak sekali ruangan terbuka yang membuat mereka kesulitan untuk mencari TKP untuk persetubuhan mereka. Mereka pun menyusuri taman dan masih belum menemukan. Mereka akhirnya terpaksa menuju tempat parkir yang berada di dalam gedung. Mereka akhirnya tidak punya pilihan selain bercinta di dalam mobil sendiri.
MEDH0JR
https://thumbs4.imagebam.com/06/df/d5/MEDH0JR_t.jpg 06/df/d5/MEDH0JR_t.jpg
'TEMPAT PARKIR
“Mau main mobil goyang gak dek ?” Kata pak Beni.
“Hhihihi yukk mas” Kata Putri yang tak tahan lagi.
Mereka berdua pun pergi menuju mobil. Mereka yang tak tahan segera membuka pintu lalu bersiap-siap untuk menikmati kehangatan lagi.
“Siapp dekk ?” Kata pak Beni sambil mengeluarkan penisnya lalu mengocoknya pelan saat duduk di kursi kemudi.
“Hihihihi aku siap kok mass” Kata Putri sambil mengangkat roknya untuk bersiap-siap memasukan penis raksasa itu lagi ke dalam vaginanya.
Pelan-pelan Putri mulai mendudukkan dirinya diatas pangkuan pejantannya. Penis kekar yang berulang kali telah memasuki vaginanya itu pelan-pelan kembali dilahap oleh liang kenikmatannya. Rasa geli-geli nikmat kembali Putri rasakan yang membuat akhwat bercadar itu merem melek merasakan sensasinya. Begitupula yang dirasakan oleh pak Beni, pria tua berbadan kekar itu sampai mencengkram gamis kekasihnya saat penisnya mulai dijepit dengan begitu kuat oleh kekasihnya.
“Aaaaaahhhhhhh” Desah mereka berdua keenakan.
Putri yang sudah gemas langsung menggerakkan pinggulnya. Sambil menggantungkan lengannya pada leher bagian belakang pejantannya, Putri mulai menaik turunkan tubuhnya tuk merasakan gesekan penis pejantannya. Terlihat Putri mulai merem melek keenakan. Rasanya sungguh nikmat apalagi dengan sensasi deg-degan saat melakukannya di parkir taman.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaaahhh” desah Putri sambil menatap pejantannya.
“Aaahhhh terusss… Aahhh ayooo dekk… Aaahhh nikmat bangett… Aaaahhh” desah pak Beni sambil membalas tatapan pemuas nafsunya.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Iyahhhh maasss… Aaahhhhh enaakkk” desah Putri keenakan hingga matanya merem melek.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Terruss… Teruss… Makin rapet aja nih memekmu dek… Aaahhhh” Puji pak Beni ditengah jepitan yang ia rasakan.
“Mmpphhhh… Mmpphh yyaahhh… Aaahhhh itu gara-gara kontol bapak tau yang kegedean” Balas Putri tersipu.
“Aaahhhh… Aaahhhh masa ? Memek dek Putri kali yang makin rapeettt” Kata pak Beni yang gemas sehingga ia menggigit gigi bawahnya pelan.
“Mmpphhh… Mppphhh gak ahhh… Itu kontol bapakk yang kegedean… Titiikkk” Desah Putri yang ingin menikmati sodokan pemuasnya.
“Hahahha iyya sayaanngg… Saya mau menciummu lagi, boleh ?” Tanya pak Beni yang segeda dijawab anggukan oleh Putri.
Pak Beni segera merespon dengan mengangkat cadar yang akhwat cantik itu kenakan. Bibir merah merekah yang terlihat dibaliknya langsung dicumbunya dengan segera. Bibir mereka langsung bertemu. Bibir mereka pun saling hisap dengan penuh nafsu. Bibir mereka saling dorong. Bibir mereka juga saling sepong.
Nafsu yang sudah tak tertahan membuat lidah mereka ikut-ikutan. Sekilas pak Beni mengeluarkan lidahnya untuk menjilati bibir bagian bawah pemuasnya. Lidahnya membasahi bibirnya. Lidah itu juga menggeliat ingin memasuki rongga mulutnya. Putri yang paham segera membuka mulutnya. Lidah pria tua kekar itu pun menyelinap masuk. Lidahnya terjepit. Lidahnya kemudian dihisap sekuat-kuatnya oleh akhwat binal itu. Kedua insan itu berciuman. Mereka melakukannya sambil menikmati goyangan Putri yang tidak ada henti-hentinya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmphhh maasss” desah Putri saat dicumbu juga bergoyang.
“Mmmppphhh manis banget bibirmu deekk… Aayookkk lagiii… Goyang yang nikmat lagiii” Desah pak Beni puas.
“Mmmpphhh iyahh maasss…. Mmpphhh enak banget kontol bapaakk… Mmmpphh kontol maass kok makin kerass sihhh… Aku jadi gak tahan lagiiiii… Aku cepetin yaahhh… Aku gak tahan lagi buat goyang kontol mass” Desah Putri setelah puas mencumbu lalu mempercepat goyangannya.
“Aaahhh yaahhh… Aaahhh nikmat sekaliiiii… Aaahhh enak sekali goyanganmuu deekkk” desah pak Beni sampai merem melek.
Putri yang sudah semakin bernafsu mulai menggoyang penis itu secara naik turun. Pinggulnya ia angkat lalu ia benamkan. Ia angkat lagi lalu ia benamkan lagi. Ia kembali angkat lalu ia benamkan lagi. Tiap kali ia angkat, ia menyisakan ujung gundulnya di dalam vaginanya. Lalu saat ia benamkan, ia turunkan tubuhnya sedalam-dalamnya hingga ia dapat merasakan penis itu menyundul dinding rahimnya. Kenikmatan itu membuat Putri semakin binal. Ia mempercepat goyangannya tanpa disadari kalau mobil yang mereka naiki ikut bergoyang naik turun, terutama di sisi depannya.
“Aaaaahhhh maassss… Aaahhh… Aaahhhh” desah Putri yang semakin keenakan.
“Aaahhh deekk… Aahhh enak bangett dekkk… Aahhhhh kontol saya makin cenat-cenut nih ngerasain goyangan dek Putri” Desah pak Beni blingsatan.
“Ohhh yaahhh ? Masa ? Gimana kalau aku goyang kayak gini ?” Kata Putri yang tiba-tiba melakukan goyang ngebor.
“Aaahhh jangaann… Aaahhhh deekkk… Aaahhh ini makin enakk dekk… Kontol saya kayak lagi diaduk-adukkk… Aahhh nikmat bangett… Aaahhh yaahhhh” desah pak Beni saat akhwat cantik itu mulai menggoyang penisnya dengan gaya memutar.
Putri awalnya menggoyangkan pinggulnya ke kanan, lalu ia dorong ke depan, lalu ia tarik ke kiri lalu ia mundurkan ke belakang sebelum kembali ke kanan. Ia kembali melakukannya dari awal. Ia kembali melakukannya sambil menaruh tangan kirinya di lutut pejantannya. Jarak wajah yang agak jauh membuat mereka jadi bisa menikmati pemandangan lain yang ada di pasangan. Putri sambil asyik menggoyang bisa menikmati penampakan tubuh kekar pemuasnya. Begitu pula pak Beni yang jadi dapat melihat lekuk indah Putri. Putri terus menggoyang. Ia melakukannya tanpa henti demi memuasi sang pujaan hati.
“Aaahhhh dekkk… Aaahhhh… Aaahhhh” desah pak Beni merem melek.
“Aaahhh mass… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah Putri yang juga ikut merem melek.
Saat sedang asyik-asyiknya menaiki mobil goyang, tiba-tiba mereka berdua mendengar adanya ketukan dari kaca jendela sebelah kanan. Kedua pasangan itu langsung terkejut, ia tak menduga adanya seseorang yang sedang tersenyum di luar.
“Hayooo… Kalian lagi apa yah ? Wahahha” Kata seorang tukang parkir bertubuh pendek dengan rambut tipis yang menampakkan gundulnya.
“Eehhhhh kata Putri yang buru-buru turun dari singgsana hingga penis pak Beni yang masih berdiri tegak terlihat begitu saja oleh tukang parkir itu.
“Kenapa nih pak ? Kok senyum-senyum sendiri ?” Kata tukang parkir lainnya yang kali ini bertubuh tinggi, berbadan kekar dan berkulit hitam.
“Liat aja sendiri pak ? Wahahaha” Tawa tukang parkir bertubuh pendek itu.
“Busyeettt ada mangsa nih… Wohahaha… Boleh nih kalau kita . . . .” kata tukang parkir bertubuh tinggi itu tersenyum.
“Ayooo cepet keluuaar… Atau, mau saya laporin ?” Kata tukang parkir bertubuh pendek itu memaksa.
“Duhh gimana nih maass… Kita ketahuan” Kata Putri khawatir.
“Yaudah kita manut aja dek… Lagian kita udah ketangkep basah… Kita gak punya pilihan” Kata pak Beni pasrah sambil memasukkan penisnya lagi.
“Eehhh jangan dimasukkan… Biarin aja kayak gitu… Wahahah” Kata tukang parkir bertubuh pendek itu.
“Duhh hukuman buat orang yang mesum di tempat umum apa nih pak Romo ?” Tanya tukang parkir bertubuh tinggi.
“Ya jelas dipenjara dong karena sudah menganggu ketertiban umum… Masa gitu aja gak tau sih pak Bayu” Kata pak Romo si tukang parkir bertubuh pendek yang berniat untuk menakut-nakuti pasangan mesum itu.
“Wohahahah… Sayang banget yah kalau akhwat secantik ini dipenjara… Waahhh mana pake cadar lagi tapi kelakuannya barbar… Bisa-bisanya main di tempat parkir kayak gini… Gak punya duit buat nyewa kamar hotel yah pak ?” Kata pak Bayu si tukang parkir bertubuh tinggi sambil menepuk bahu pak Beni yang sudah keluar dari mobil.
Pak Beni dan Putri pasrah. Mereka berdua berdiri diam di samping mobil mereka. Mereka berdua sama-sama menunduk. Penis pak Beni yang tak diizinkan masuk oleh pak Romo pun dibiarkan mengacung melalui resleting celananya.
“Wahahahha bener banget… Kasian amat main di tempat umum kayak gini… Eh bentar, kalau diliat-liat kalian ini bukan pasangan kekasih deh… Suami istri apa lagi… Ah, pasti kalian ini pasangan om-om sama dedek gemes yaahh… Pantes aja pak Bayu, om-om ini gak sanggup nyewa hotel karena uangnya udah habis buat nyewa dedek gemesnya… Wahahahha” Tawa pak Romo mengejek kedua pasangan mesum itu.
“Ehhh dekkk… Angkat mukanya dong… Dibayar berapa sama om-om ini ?” Kata pak Bayu sambil mengangkat dagu Putri.
“Jangann pegangg-pegangggg !!!” Teriak pak Beni sambil memukul tangan pak Bayu.
“Wuuiihhh galak amat… Ohhh berani ngelawan ? Siapa nama bapak ? Mau saya laporin sekaranggg” Kata pak Romo balik mengancam. Tukang parkir bertubuh pendek itu melihat kesempatan untuk menekan pria tua berbadan kekar itu.
“Maasss… Akuu takuttt” Lirih Putri yang didengar oleh kedua tukang parkir itu.
“Woahahahha… Dengerin tuh paakk… Dedek bispaknya takut… Dedek gak mau masuk penjara kan ? Dedek gak mau dihukum kan ? Dedek sayaangg gak mau orang terdekat tau kan kalau habis enak-enak di tempat parkir ini ?” Kata pak Bayu kepada akhwat bercadar itu.
“Enggak paakk… Toloongg jangan laporin akuu” Kata Putri yang tidak mau aibnya tersebar.
“Wahahhaha tuh dengerin paakkk… Jadi gini aja deh intinya… Mau damai apa enggak ?” Kalau damai, kita negosiasikan apa yang kita inginkan… Kalau gak, silahkan pergi terus akan saya laporkan plat nomor mobil ini ke kantor polisi nanti” Ancam pak Romo yang membuat Putri menoleh ke pak Beni agar bisa berdamai karena tidak mau mobilnya ini nanti didatangi kepolisian.
“Memang apa yang kalian inginkan ? Uang ? Berapa ?” Kata pak Beni bertindak berani.
Pak Romo menatap pak Bayu. Pak Bayu kemudian menatap pak Romo.
“Woahahahhaha… Wahahahhahah” Kedua tukang parkir itu tertawa ngakak mendengar pendapat dari pria tua kekar itu.
“Siapa nama bapak ?” Tanya pak Romo dengan penuh berani.
“Beni !”
“Wuiishhh serem banget suaranya… Kami sebenarnya gak butuh uang kok… Iya gak pak Romo… Sayang kalau uang bapak kami ambil… Mending uangnya bapak pake buat nyewa kamar biar bisa make dedek ini aja ya gak sih ?” Kata pak Bayu tersenyum.
“Betuulll… Oh yah, siapa namamu dedek cantik ?” Kata pak Romo sambil menyentuh dagu Putri.
“Putri paakk” Kata Putri ketakutan saat wajahnya disentuh oleh tukang parkir bertubuh pendek itu.
“Deekk Putri sayaanngg… Kalau kita mau damai… Dek Putri harus bertanggung jawab dengan memuasi nafsu kami berdua” Kata pak Romo yang membuat jantung pak Beni & Putri rasanya seperti berhenti berdetak.
“Iyyak betul… Cukup layani kami berdua aja… Kalau kita 'deal', kita gak bakal laporin kalian… Kita anggap apa yang baru kita lihat tadi cuma halusinasi aja… Gimana ? Dek Putri sayaangg ?” Tanya pak Bayu sambil menatap lekuk indah tubuh Putri.
Putri pun menatap pak Beni. Pak Beni menatap wajah indah Putri. Putri terlihat ketakutan. Ia juga terlihat kebingungan. Sebagai lelaki jantan, ia tidak rela menyerahkan wanita yang telah memuasinya dipakai begitu saja oleh kedua tukang parkir itu. Namun, kalau ia tak menyerahkannya, ia juga tak mau wanita yang telah memuasinya itu dilaporkan ke polisi yang nantinya tentu akan berdampak pada kehidupan sosialnya.
“Saya gak mau dek Putri ternodai… Tapi saya juga gak mau dek Putri dilaporkan ke polisi” Lirih pak Beni.
Kedua tukang parkir itu tertawa melihat drama yang dilakukan oleh kedua pasangan mesum itu.
“Akkuu tahuu… Akuu juga gak relaa… Taappiiii” Kata Putri yang merasa tidak ada pilihan lain.
“Ayookkk cepettt deekkkk… keburu siang nihhh… Kalian tau kan apa yang kami inginkan” Kata pak Romo menekan kedua pasangan itu untuk segera menuruti keinginannya.
“Bapakk janji kan gak ngelaporin kami berdua ?” Tanya Putri yang membuat kedua tukang parkir itu tersenyum.
“Janjii dong sayaanngg… Seorang pria gak pernah melanggar janjinya” kata pak Bayu si tukang parkir bertubuh tinggi.
“Hmmm yaudahh… Aku manut bapak aja… Tapi toloongg jangan laporin kami berdua” Kata Putri memutuskan yang membuat pak Beni disampingnya hanya menenggak ludah saja.
'Maafkan saya… Dek Put…'
Batin pak Beni menyesal.
“Wahahahahha pilihan yang bijak deekk… Sekarang ikut saya… Kita akan enak-enak di ruangan itu” Kata pak Romo sambil menunjuk sebuah ruangan yang berada didalam gedung parkir taman itu.
“Ehhh bapak ikut kami juga dongg… Bapak juga mau ngeliat kami make akhwat ini kan ?” Kata pak Bayu yang ikut mengajak pak Beni.
Pak Beni hanya menghela nafasnya. Ia benar-benar marah. Ia sebenarnya ingin menghajar mereka berdua, tapi ia takut pada ancaman kedua tukang parkir itu yang berniat untuk melaporkan plat nomor mobil Putri.
'Siaaalll… Saya gak punya pilihan lain sekaranngg…'
Batin pak Beni kecewa.
MEDH0K0
https://thumbs4.imagebam.com/c4/00/e4/MEDH0K0_t.jpg c4/00/e4/MEDH0K0_t.jpg
'PAK ROMO
MEDH0L6
https://thumbs4.imagebam.com/90/56/b5/MEDH0L6_t.jpg 90/56/b5/MEDH0L6_t.jpg
'PAK BAYU
MEDH0L7
https://thumbs4.imagebam.com/4d/f9/75/MEDH0L7_t.jpg 4d/f9/75/MEDH0L7_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Mereka berempat pun memasuki sebuah ruangan yang terlihat sudah jarang dipakai. Banyak debu dimana-mana. Didalam berisi banyak rambu-rambu parkir yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah mereka berempat masuk, pak Bayu yang terakhir masuk pun mengunci pintu dari dalam.
“Langsung aja keintinya yah… Kalian berdua… Cepat telanjang !” Kata pak Romo meminta pak Beni dan Putri telanjang.
“Eehhh saya jugaa ?” Kata Pak Beni terkejut.
“Sudahh cepattt… Manut aja… Kalian ingin semua ini cepat berakhir juga kan ?” Woahahahha” Kata pak Bayu.
Putri yang tak memiliki pilihan segera membugili dirinya. Dengan malu-malu ia menurunkan rok panjangnya, lalu ia menurunkan resleting gamisnya sebelum mengangkatnya melewati kepala mungilnya. Putri kemudian juga memelorotkan celana dalamnya. Tak lama kemudian, ia juga melepas iktatan bra yang membuat susu gantungnya terlihat begitu jelas oleh kedua tukang parkir itu. Namun, saat hendak melepas hijabnya, tiba-tiba pak Romo menahannya.
“Cukup deekk… Cukup sampai situ aja… Saya lebih suka menghargai privasimu… Lagian, saya juga punya 'fetish' sama akhwat yang pake cadar… Wahahahah” Tawa pak Romo.
Pak Beni yang berada di sebelah Putri juga ikut menelanjangi dirinya. Tubuh kekarnya terlihat. Tubuhnya yang berwarna gelap juga terlihat. Wajah sangarnya pun juga. Apalagi pentungannya yang makin lama makin membesar setelah melihat ketelanjangan Putri disebelahnya.
“Woahahahah… Bagus banget badannya pak… Pasti sering olahraga yah…Gak heran lonte ini mau disewa bapak meski bapak gak ada ganteng-gantengnya… Woahahahha” tawa pak Bayu mengomentari tubuh pak Beni.
Pak Beni yang kesal terpaksa diam saja. Ia pasrah karena tak mau Putri mendapat masalah karena perbuatannya.
“Sini deekk… Duhhh cantik bangeett sihhh… Badanmu juga bagus bangettt… Bikin saya gerah aja deh” kata pak Romo si tukang parkir bertubuh pendek itu. Melihat tubuh Putri yang sudah telanjang membuat pak Romo ingin ikutan telanjang. Ia pun menelanjangi dirinya. Pria tua yang kira-kira berusia 49 tahun yang tingginya kira-kira sedagu Putri itu pun menarik lengannya. Putri pasrah. Pak Romo menjauhkan Putri dari pak Beni.
“Mulai sekarang bapak gak boleh gerak yah ? Bapak cuma boleh ngeliat aja…” Kata pak Bayu yang ikut menelanjangi tubuhnya agar sama-sama bisa menikmati tubuh Putri.
Tubuh pak Bayu rupanya 11-12 dengan tubuh pak Beni. Tubuhnya sama-sama hitam. Tubuhnya sama-sama kekar. Wajahnya sama-sama jelek namun dada pak Beni jauh lebih bidang dibandingkan dada pak Bayu.
Kebetulan dekkk... Saya ini nafsu banget sama akhwat bercadar… Saya gak nyangka kesempatan ini datang juga… Ayo sini jongkok, kontol saya udah gak tahan banget pengen menodai tubuh mulusmu ini lohhh… Wahahaha” Tawa pak Romo.
Putri pun terpaksa berjongkok. Saat itulah ia melihat ukuran penis pak Romo yang rupanya tidak kalah besar. Panjangnya sekitar 17 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Panjangnya memang kalah dari pak Beni, tapi ukuran pak Romo juga tidak bisa dianggap remeh.
“Deeekkk jangan lupa saya juga ada disini lohhh… Woahahhaa” kata pak Bayu yang berdiri di sisi kanan Putri. Saat Putri menoleh, ia lebih terkejut lagi karena ia menduga telah melihat pak Beni telanjang. Ukuran penis pak Bayu mirip ukuran pak Beni. Mungkin ukuran mereka hanya berbeda 1 cm saja. Nafsu Putri yang tadi sempat redup tiba-tiba bertambah lagi saat melihat penis-penis hitam mereka yang sedang mengacung tegak.
“Waahahhaa… Ayo gesekin kontol saya ke susumu dek” Kata pak Romo si tukang parkir bertubuh pendek.
“Hmmm iyaahhh paakkk” Kata Putri pasrah. Saat pak Romo mendekatkan penisnya ke dada Putri, Putri langsung menjepitnya menggunakan susu bulatnya. Saat penis tukang parkir itu terjepit. Tukang parkir itu langsung tertawa merasakan kenikmatannya.
“Wahahahha gilaa… Enak banget pak, rasanya” Kata pak Romo pada pak Bayu.
“Ehhh beneran ? Kontol saya juga dong dek… Tolongg kulumin” kata pak Bayu sambil menodongkan penisnya yang membuat Putri langsung melahapnya setelah cadarnya diangkat oleh pak Romo.
Pak Beni yang dari kejauhan melihat Putri dilecehi, tiba-tiba ikut bernafsu. Diam-diam meski ia sangat kesal dengan apa yang terjadi pada Putri, ia tetap mengocok penisnya saat melihat Putri dilecehi seperti ini.
“Aaaaaaahhh nikmatnyaaa… Aaahhh terus jepitt deekk… Aaahhh terus… Teruusss” Desah pak Romo meminta Putri agar menggoyang susunya.
“Mmpphhhh iyaahh paakk… Mmpphhh… Mmpphhh” desah Putri sambil mengocok susunya dikala mulutnya dengan lahap maju mundur memuasi penis pak Bayu.
“Aaahhh nikmat banget seponganmu deekk… Aaahhh mantapnyaaa… Gak heran bapak-bapak tadi sampai menyewamu mahal… Sampe-sampe uangnya habis buat nyewa hotel” kata pak Bayu saking takjubnya pada sepongan Putri.
“Aaahhh… Aaahhhh… Usia adek emang berapa deekk ? Kok jago banget sihh ?” Tanya pak Romo heran.
“Mmpphhhh… Mmppphhhh… Aku baru 20 tahun paakk… Mmpphhh” Jawab Putri sambil memejam saat melakukan dua hal sekaligus.
“Aaahhh… Aaahhhh… 20 tahun ? Kok udah jago banget ? Pecah perawan kapan deekk kalau boleh tau ?” Kali ini giliran pak Bayu yang bertanya.
“Mmmpphhh… Mmppphhhh… Sekitar 3 minggu yang lalu… Mppphh” Jawab Putri mengejutkan mereka berdua.
“Waahahahha… Memeknya pasti masih rapet nih… Siapa yang mecahin ? Bapak-bapak itu yah ?” Tanya Romo mengarah ke pak Bayu.
“Bukaann paakk… Mmpphh bukaann… Tapi bapak-bapak yang lain” jawab Putri sambil terus mengulum penis pak Bayu.
“Woahahaha… Doyannya sama bapak-bapak nihhh… Gak heran cantik banget… Pasti sering dibayar mahal yah ? Keliatan tubuhnya bagus banget” Puji pak Bayu saat memperhatikan kulit indah Putri.
Putri kali ini tidak menjawabnya. Membayangkan dirinya saat diperkosa pak Urip membuat dirinya kesal. Ia pun melampiaskannya dengan mempercepat kulumannya juga memperkuat jepitan susunya.
Kedua tukang parkir itu jadi kewalahan. Mereka benar-benar menikmati apa yang sudah Putri berikan. Mereka pun sama-sama mendesah kenikmatan. Mereka tak menyangka kalau akhwat bercadar yang mereka pergoki ini ternyata sudah banyak pengalaman soal persetubuhan.
“Aaahhhh… Aahhh… Aahhh… Gantian dong pak… Saya pengen nyoba mulutnya” kata pak Romo setelah puas merasakan jepitan susunya.
“Nihh paakk… Pake !” kata pak Bayu mengoper mulut Putri ke pak Romo.
“Aaaahhh… Mmphhh… Mmpphhh” desah Putri yang kali ini mengulum penis tukang parkir bertubuh pendek dan berambut botak itu.
“Aaaahhh gilaaa… Bener apa katamu paakk… Mulutnya anget bangett… Sedotannya juga mantep bangett… Kontol saya sampai disedot-sedot olehnya” Kata pak Romo merinding merasakan sepongan Putri.
Putri yang paham kalau tidak ada cara lain tuk mengakhiri semua ini selain membuat kedua tukang parkir ini berorgasme buru-buru mengeluarkan teknik terbaiknya. Mulutnya bergerak maju mundur. Lidahnya di dalam menjilati penis tukang parkir itu. Bibirnya menjepit kuat. Mulutnya ia gerakkan untuk menyedot sekuat-kuatnya. Kedua tangannya pun bertumpu pada paha pak Romo. Kepalanya kembali maju mundur. Ia mempercepat gerakannya. Ia melakukannya dengan sekuat tenaga hingga membuat pak Romo merem melek keenakan.
“Aaahhhh dekkk… Aaahhh… Aaahhhh… Aaahh nikmat bangett… Ouuhhh” desah pak Romo puas.
Pak Bayu yang menunggu giliran menikmati apa yang sedang dilihatnya. Ia tak menyangka Putri dengan nafsunya mengulum penis rekan kerjanya. Namun saat wajahnya ia tolehkan ke arah pak Beni, ia melihat pria kekar itu tengah beronani sambil melihat kebinalan Putri.
'Woahahaha kasian amat… Yang nyewa siapa yang make siapa ? Lagian salah sendiri gak main di hotel, malah main disini…'
Batin pak Bayu yang masih mengira kalau Putri selama ini adalah wanita sewaan pak Beni.
“Mmmpphhh… Mmppphhh… Ssllrrpppp… Mmppphhh” desah Putri yang semakin binal dalam mengulum penis pak Romo.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh manteppp bangeettt” desah pak Romo yang tidak kuat lagi sehingga tangannya tiba-tiba mencengkram hijab Putri.
Putri terkejut, wajahnya ia naikkan tuk menatap wajah pak Romo.
“Siappp yahh sayangg… Saya makin nafsu nih jadinya… Waaahhahha” Kata pak Romo yang tiba-tiba menggerakkan pinggulnya.
“Mmppphhh… Mmppphhh… Mmppphh” desah Putri sambil memejam merasakan tusukan demi tusukan yang menyodok kerongkongannya.
“Aaaahhh nikmatnyaa…. Aaahhh nikmatnyaa… Gak ada yang ngalahin nikmatnya mulut lonte bercadar niihhh” desah pak Romo saat menyetubuhi mulut Putri.
“Mmpphhhh… Mmpphh… paakkkk mmpphh” desah Putri kewalahan menahan tusukan demi tusukan pak Romo.
Pak Bayu yang melihatnya tertawa, ia pun ikut mengocok penisnya agar bisa terus menegak sambil menanti gilirannya datang.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhh saya percepattt… Hennkghhhh” desah pak Romo dengan penuh nafsunya.
“Mmpphhh paaakkk… Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhhh” Desah Putri saat kerongkongannya terus ditusuk oleh pria tua itu.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Gilaaaaa… Aaahhh nikmatnyaaa… Aaahhhhh” desah Pak Romo yang lagi-lagi menambah kecepatannya.
“Mmpphhh paakkk… Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Putri yang tidak kuat lagi hingga rasanya seperti mau muntah.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh uuuhhhhhhhh” desah pak Romo yang buru-buru mencabut penisnya saat dirinya nyaris mendapatkan klimaksnya.
“Mmpphhhh uhhuuukkk… Uhhuukkk… Uhhuukkk” desah Putri hingga terbatuk-batuk.
“Woahahahha mantep bangett pakkk” kata Pak Bayu mengajak tos.
“Wahahahah… Namanya juga nafsu… Tuh pake lagi” Kata pak Romo setelah menepuk tangan pak Bayu.
“Ayooo jangan nunduk terus deekk… Ayo sini, giliran saya untuk pemanasan dulu” Kata Pak Bayu meminta Putri agar berjongkok.
“Uhhukkk… Uhuukk… Istirahat dulu paakk… Aku capek” kata Putri yang membuat pak Bayu tertawa.
“Woahahaha gini aja capek ? Selama ini kalau main pasti bosenin terus yah ? Gak pernah main gaya 'hardcore' yah ?” kata Pak Bayu sambil meminta Putri untuk menjepit susunya lagi.
“Hah… Hah… Hah… B aja pakk” Kata Putri yang membuat Pak Bayu tersenyum.
“Sini biar saya ajari nikmatnya bercinta, bercinta tuh kayak gini lohh harusnyaa” Kata pak Bayu yang mulai menggerakkan pinggulnya tuk menyetubuhi dada dari akhwat bercadar itu.
Liur Putri masih ada yang menetes hingga jatuh mengenai dadanya setelah tadi terbatuk-batuk menahan tusukannya. Lintasan itu jadi semakin basah yang membuat Pak Bayu semakin mudah untuk menggerakkan penisnya maju mundur.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Ini nihhh… Nikmat bangett… Aaahhh... Aaahhhhhh” desah pak Bayu.
“Mmpphhh paakkk… Mmpphhh… Mmppphhh” desah Nayla saat merasakan kehangatan di dadanya.
“Aaaahhh ini diaa… Inniii diaa… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Pak Bayu mempercepat sodokannya.
“Mmpmphhh pakkk… Mmpphhh” desah Nayla sambil memperkuat jepitannya.
Susu Putri yang semakin membesar & kencang membuat jepitan yang ia lakukan pada penis pak Bayu semakin terasa. Pak Bayu sampai menggelinjang. Tukang parkir tua berbadan kekar itu jadi memegangi kedua bahu Putri sebelum mempercepatnya tuk menyodoki dada Putri.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhhhhh” desah Pak Bayu semakin kencang.
“Mmpphhh cepett keluarin paakk… Mmpphhh keluarinn yang banyaakkk” desah Nayla yang membuat pak Bayu tertawa.
“Aaaahhhh… Aahhhh siaalll… Bikin gak tahan aja… Ayoookkk kita mulai ngentotnya sekarang… Cepet nungging deekk…” Kata pak Bayu lalu meminta pak Romo untuk memulainya duluan.
“Wahahah… Baik pak” Kata pak Romo tersenyum.
Melihat Putri sudah menungging pada dinding membuat pak Romo mendekat untuk memulai persetubuhannya. Tapi sayang, pinggul Putri terlalu tinggi untuknya. Ia akhirnya mengambil papan kayu lalu menaruhnya di belakang Putri. Ia menaikinya lalu bersiap untuk memulai persetubuhannya.
“Iniiiii… Terima ini deekkk… Uuuuhhhhh” Desah pak Romo saat menusukkan penisnya hingga merasakan jepitan vaginanya untuk pertama kalinya.
“Aaaahhhh paaakkkk” desah Putri sampai terdorong maju akibat kuatnya sodokan penis pak Romo.
Pak Romo sampai keringetan. Penisnya rasanya seperti dipijat-pijat saja. Penisnya rasanya seperti dicekik saja. Pak Romo sampai geleng-geleng kepala. Ia tersenyum merasakan puasnya jepitan seorang akhwat.
“Saya langsung mulai aja yaahh… Heennkgghhhh” desah pak Romo yang mulai memaju mundurkan pinggulnya.
“Mmmpphhh paakkk… Mmpphhh paakkk… Mmpphhhh” desah Putri sambil menoleh ke belakang tuk melihat pejantannya.
“Aaaahhhh nikmat sekalii… Aahhhh enak sekali rasanya memekmu deekkkk”
“Aaahhh iyaahhh paakkk… Aaahhh kontol bapakk jugaa… Aahhh kenceng bangett… Aaahhh pelaann paak”
“Aaahhhh mantap sekaliii… Aaahhhh enakknyaa… Aahhh puasnyaaa… Gak ada lawannya emang memeknya akhwat yang baru aja lepas perawan… Rapeett bangett… Gak sia-sia saya mergoki kalian ngentot… Wahahahah” tawa pak Romo puas.
Pak Beni yang sedari tadi cuma kebagian ngeliat jadi mempercepat kocokannya. Ia beronani sambil melihat Putri disetubuhi. Nafsunya yang sedari tadi dirangsang oleh Putri membuatnya tidak tahan lagi.
“Woahahahha… Kulum saya dongg… Saya pengen gabunggg” Kata pak Bayu yang mendatanginya dari samping sambil menodongkan penisnya ke mulut Putri.
“Aaahhh susaahhh paakk… Aahhh bapakkk kesiniii… Bapakk didepan akku ajaa” Desah Putri yang membuat pak Bayu tertawa.
“Woahahahha bener juga… Nih saya udah… Ayo kulum saya lagi deekk… Kuluummm” Kata pak Bayu yang sudah berpindah ke depan Putri.
“Mmppphhhh paakkk… Mmpphhh… Mmpphhhh” desah Putri menungging sambil memuasi kedua pria yang ada di depan dan belakangnya.
Sambil mendekap pinggul pak Bayu. Putri bertahan dengan menghisap kuat-kuat penis hitam itu dikala pak Romo terus menyodok rahimnya. Lidah Putri ikutan dengan menjilati ujung gundulnya. Namun sodokan super kuat yang dilakukan pak Romo membuat dirinya kesusahan. Kulumannya sampai terlepas. Kepalanya berulang kali menyundul perut pak Bayu sehingga membuatnya terpaksa mengocoknya saja.
“Aaahhhh… Aaahhhh pelan-pelan dong paakk… Dek Putri jadi kesusahan nih buat ngulum kontol saya” Protes pak Bayu.
“Waahahaha… Aahhh… Aaahhhh… Kenapa gak bapak aja yang ngentotin mulutnya… Dek Putri kan jadi bisa pasrah pas kita genjot dari depan & belakang” Kata pak Romo memberi ide.
“Waahhh ide bagus tuh paakk… Ayo dek masukin lagi… Biar saya aja yang gerak… Dek Putri tahan yaaahhh” Kata pak Bayu sambil memegangi kepala Putri.
“Mmpphhh… Mmphhh iyahhh paakk… Mmpphhh” desah Putri saat ditusuk depan belakang.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Gimana paakkk ? Enak kan ?” Desah pak Romo sambil menyodok rahim Putri.
“Aaahhh bangett…. Aaahhhh puasnya kita bisa make akhwat bareng-barenggg” Desah pak Bayu puas.
“Wahahahha jelass… Jadi pengen saya kencengin nih sodokannya… Tahann yahh dekk… Aahhhhh… Aahhhh… Aaahhh” Desah pak Romo memperkuat sodokannya.
“Mmppphhh paakk… Mmpphhh… Mmpphhh” desah Nayla kewalahan saat melayani dua pria sekaligus dalam satu waktu.
Pak Romo berulang kali menampar-nampar bokong bahenol itu. Ia lalu mengusapnya lalu menamparnya lagi. Ia benar-benar menikmati sodokannya pada rahim akhwat yang katanya baru lepas perawan itu. Nafsu yang begitu menggebu membuat dirinya kesulitan untuk mengendalikan kontrolnya. Pak Romo lepas kendali. Ia menggempur rahim Putri tanpa henti.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh” Desah pak Romo dengan keras.
“Aaahhhh… Rasakann iniii… Terima iniii… Ohhh enak sekali mulutmu dekk… Aahhh” desah pak Bayu yang juga terus-menerus menggempur mulut Putri.
“Mmpphhh paakk… Mmpphhh… Mmpphhh” Desah Putri pasrah sambil memejamkan mata.
“Aaahhhh… Aaahhh… Enakk bangett… Enakkk bangettt… Lepasiinn pakk… Saya mauu keluaar… Saya mau menikmati akhwat ini sendiri” desah Pak Romo seketika saat merasakan adanya tanda-tanda.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Mau keluar yah paakkk… Woahahaha oke deh… Nihhh” desah pak Bayu saat melepas penisnya dari mulut Putri.
“Aaaaaahhh… Aaahh sini deekkk… Sayaa gakk kuat lagi… Sayaa akan menodaimu hennkghhh” desah pak Romo sambil menarik hijab Putri ke belakang. Pak Romo memperkuat lagi hujamannya. Putri pun tak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan mendongakkan kepalanya ke atas.
“Aaaaahhh… Aaaahhhh… Iyahhh paakkk… Aaahhh” desah Putri pasah.
“Aaaaahhhh… Aaahhh… Dikitt lagiii… Saya udah gak kuat lagii… Terima ini deekk… Terima pejuh sayaaa iniiii” desah pak Romo semakin memperkuat hujamannya.
“Aaaahhh paakkk…. Aaahhh iyaahhh…. Keluariinnn… Keluariin paakkk” desah Putri semakin keras.
Pak Romo terlihat seperti sedang menunggangi kuda saja. Ia menarik hijab Putri seperti menarik tali kekangan kuda saja. Semakin ia menariknya ke belakang semakin dalam lah tusukan demi tusukan yang ia hujamkan. Putri menggelinjang, meski awalnya ia dipaksa tapi nafsu yang menggelora telah membuatnya keenakan saat disetubuhi pria tua yang lebih pendek darinya.
“Aaaahhhh deekkk… Aaahhhh… Aaahhhh nikmat bangeett” Desah pak Romo sambil menarik hijab Putri lebih keras lagi.
“Aaahhh iyaahhh… Iyahh paakkk… Aaahhhh” Desah Putri sambil mendongakkan kepalanya lebih keatas sehingga membuat dadanya ikut terangkat naik. Terlihat dada Putri bergoyang indah. Goyangannya semakin kencang seiring genjotan pak Romo dibelakang.
“Aaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah pak Romo semakin kencang saat hujamannya diperkeras.
“Aaaaahhhh paakkk… Aaahhhh iyaahh… Aaahhhhh” Jerit Putri saat kelaminnya tersodok hingga bunyi plok-plok-plok.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Sayaaa gakkk kuattt lagiii… Terimaaa inniiiii” Desah pak Romo yang buru-buru menarik lepas penisnya lalu meminta Putri menghadap ke arahnya.
“Mmpphhhh” desah Putri pasrah sambil memejam.
Pak Romo mengocok penisnya. Ia mengocoknya sambil menatap wajah Putri yang sudah memejam pasrah. Puas sekali rasanya bisa mengocok dihadapan wajah akhwat yang sudah tak berdaya. Pak Romo tidak kuat lagi. Pria tua yang tinggi badannya lebih pendek dari Putri itu tak kuat lagi untuk menahan nafsu birahinya yang sudah mencapai puncak.
“Aaaahhhhh kelluaaaarrrrr !!!” Jerit pak Romo saat mengarahkan penisnya ke wajah cantik Putri.
'Crroott… Croott… Crrootttt !!!
Deekkk Putrriiii !!!'
Batin pak Beni dari kejauhan saat melihat wajah cantik Putri telah ternoda. Bukannya tak tega, nafsunya malah mendorongnya untuk terus mengocoknya.
Wajah Putri jadi belepotan terkena sperma tukang parkir itu. Aroma busuk mulai tercium oleh hidungnya. Dahinya terasa hangat saat terkena lelehan pejuhnya. Putri pun pasrah dijadikan tempat penampung pejuh oleh tukang parkir berkepala botak itu.
“Aaahhh legaanyaa… Aaahhhh nikmatnyaaa” desah pak Romo puas. Setelah menuntaskan tetes terakhirnya, ia pun mengelap lubang kencingnya itu menggunakan kain cadarnya.
“Woahahahahh banyak banget pakk pejuhnya… Sini sekarang giliran saya” Kata pak Bayu si tukang parkir kekar yang bentuk tubuhnya 11-12 dengan pak Beni.
“Hah… Hah… Hah… Capek banget… Capek banget” Lirih Putri ngos-ngosan.
“Capek apaan… Saya aja belum ngapa-ngapain… Ayo nungging lagi cepat ! Saya udah kebelet pengen nyodok nih !” Kata pak Bayu memaksa Putri menungging.
Dengan sisa tenaga yang Putri punya, ia mencoba menegakkan kaki-kakinya lagi hingga akhirnya ia dapat berdiri lagi. Tubuh indah polosnya membuat pak Bayu semakin ngiler untuk menyetubuhinya. Putri akhirnya menungging, bokong mulusnya itu telah diangkat agar pak Bayu bisa memasukkan penisnya ke dalam lubang kenikmatannya.
“Woahahaha… Mulus banget bokongmu ini deekk… Duhhh jadi gemes saya” Kata pak Bayu yang tidak langsung menyodoknya melainkan malah mengelus-ngelus bokong itu menggunkan penisnya.
“Mmpphhh… Mmmpphh… Cepet pak dimasukin aja… Aku capek, mau istirahat” kata Putri yang kelelahan.
“Mau istirahat apa udah kebelet disodok ? Woahahaha dasar lonte, kebelet yah pengen dimasukin kontol lagi ?” kata Pak Bayu yang akhirnya bersiap-siap untuk memasukkan penisnya ke dalam rahim kehangatannya.
Sambil memegangi penisnya, ia mengarahkannya ke lubang kenikmatan sang akhwat. Terlihat ujung gundulnya sudah menyentuh bibir vagina sang akhwat. Pak Bayu tersenyum, sebentar lagi dirinya bisa menikmati rahim seorang akhwat.
“Siap-siap yah dekkk… Hennkghhh !” Desah pak Bayu yang langsung mementokkan penisnya dengan sekali sodokan
“Aaaahhh pakkkkkk” Desah Putri yang kaget saat dinding rahimnya langsung ditusuk sampai mentok.
“Woahahahah mantep bangettt… Jadi ini yah rasanya ngentot sama akhwat… Aaahhhh… Aaahhhh… Langsung sodok aahhh… Aahhh enak banget… Enakk banget memekmu deekkk” Desah pak Bayu yang langsung menggoyang pinggulnya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Paakkk tungguuu… Beri aku waktu istirahat duluu… Aku capek paakk… Aaahhh… Aaahhh” desah Putri kewalahan.
“Istirahat mulu… Daritadi tiap kali giliran saya pasti pengen istirahat… Giliran sama pak Romo diem-diem aja… Dasar !” Keluh pak Bayu sambil terus menggoyang pinggulnya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Habisnya sodokan pak Romo tadi kuat banget paakk… Aku capeekk… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah Putri yang membuat pak Bayu menatap pak Romo.
“Wahahah maap… Soalnya enak banget memeknya” Kata pak Romo tertawa.
“Peduli amat… Pokoknya ini giliran saya… Rasakan kontol saya iniii… Aahhh… Yahhh… Aaahhhhh… Aaahhhh” desah pak Bayu yang tak memperdulikan keadaan Putri dengan terus menyodoknya tanpa henti.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh paakkkk” desah Putri sampai merinding merasakan tusukan penuh kekuatan dari pak Bayu.
Pak Bayu pun memeluk tubuh Putri. Tangannya dengan nakal mengusap perut rata Putri. Lalu tangannya pun bergerak naik dengan menarik tubuh Putri ke belakang. Tubuh Putri terangkat. Susu gantungnya bergoyang kencang. Pak Bayu pun memeganginya agar susunya itu tidak terjatuh saat bergoyang.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Kenyalnya susumu ini deekk… Aaahhh mantapnyaa… Aahhh” desah pak Bayu sambil meremas-remas dada Putri.
“Aaaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Putri memejam merasakan nikmatnya sodokan pak Bayu.
Jemari pak Bayu kemudian memelintir puting Putri. Jemarinya juga menekan-nekan pentil Putri ke dalam. Jemarinya kemudian mencubit puting Putri yang membuat akhwat bercadar itu terus menjerit tanpa henti.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aaahhhhhh” Jerit Putri dengan keras.
Pak Bayu tersenyum. Ia merasakan kepuasan 'double' saat menyodok rahimnya sambil mencengkram susu gantungnya. Pak Bayu pun sampai memejam. Ia tersenyum lebar merasakan kehangatannya.
“Wahahahah hebat banget dirimu pak bisa kepikiran gaya gitu… Sial tadi saya buru-buru jadinya kurang menikmati deh” Kata pak Romo menyesal setelah melihat panasnya persetubuhan pak Bayu.
Sedangkan pak Beni hanya terdiam sambil terus mengocok penisnya. Meski ia tak tega tapi persetubuhan Putri dengan pak Bayu sangat disayangkan kalau cuma ditonton saja.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh enak bangett… Uuuhhhhhh bentaran deekk” Desah pak Bayu saat mementokkan penisnya lalu melepas cengramannya pada dada Putri.
“Aaaahhhh paakkk…” Jerit Putri.
Putri sampai terjatuh. Ia kembali berlutut di lantai setelah tubuhnya tidak dipegangi lagi oleh pak Bayu.
“Woahahaha ayo hadap sini… Cepat saya mau ganti gaya” kata Pak Bayu sambil mengangkat tubuh Putri.
Tak peduli dengan wajah Putri yang bersimpuh sperma. Pak Bayu tetap mengangkat tubuhnya lalu menggendongnya. Putri yang takut jatuh, memaksanya untuk bergantung pada leher belakang pak Bayu. Pak Bayu tersenyum sambil memegangi pahanya. Saat kelamin mereka kembali bersatu untuk kedua kalinya, terasa kenikmatan yang membuatnya kembali mengerang merasakan kemenangan.
“Aaaaaahhhhh paaakkk” Desah Putri saat vaginanya kembali dimasuki penis lagi.
Tanpa ragu, pak Bayu langsung menggerakkan pinggulnya. Ia menyetubuhinya sambil menatap wajah Putri yang bersimpuh sperma. Bukannya jijik, hal itu justru menambah rasa fantasi saat menyetubuhinya. Pak Bayu jadi lebih bernafsu. Ia pun menggenjotnya dengan kuat saat menikmati jepitan rahim Putri.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Dasar akhwat jaman sekarang gak ada yang bisa dipercaya yah… Luarannnya aja alim tapi dalemannya lontee… Aahhhh tapi gapapa… Itu malah membuat saya seneng kok dek… Woahahhaa” desah pak Bayu sambil mengejek Putri.
“Aaahhh… Aaahhh… Aku gak gitu kokkk paakkk… Aakuuuu. . . .” Kata Putri terhenti gara-gara tusukan pak Bayu.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Gak gitu apanya… Muka udah 'full' pejuh… doyannya sama om-om lagi… Coba jujur, dek Putri pernah main sama yang seumuran atau yang agak tua dikit gak ?” Tanya pak Bayu.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Gak pernah paakk… Aakuuu… Yahhh seringnya main sama bapak-bapak” Kata Putri mengaku yang membuat pak Bayu lebih bernafsu.
“Tuuhh kannn… Dasar lonte bercadarrr… Sukanya main sama om-om… Kalau gini kan bikin saya geregetan aja… Rasakan tusukan saya iniii… Rasakaannn… Hennkghhh !” Desah pak Bayu saat memperkuat sodokannya.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhhh… Aaaahhhhhhh” Jerit Putri semakin keras saat merasakan hujamannya.
Hampir 7 menit mereka bersetubuh di posisi seperti itu. Nafsu pak Bayu yang menggebu membuatnya terus menyetubuhinya tanpa ampun. Sodokan demi sodokan telah menggetarkan rahim Putri. Jepitan demi jepitan telah mencekik penis pak Bayu. Tukang parkir berkulit hitam itu pun tidak kuat lagi. Ia merasa tak sanggup untuk menahan birahinya lagi.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Saya gak kuat lagiii… Aaahhh saya mauu keluuaar… Saya mauu kelluaar” desah pak Bayu ngos-ngosan.
“Aaaaaahhhh paakkkk… Aaahhh dalemm bangett… Aaahhhhh yahh… Aaahhh” desah Putri kelelahan.
Pak Bayu benar-benar sudah diambang batas. Tubuhnya melemas. Hasratnya terpuaskan. Ia benar-benar menjadikan rahim Putri pelampiasan. Ketika ia merasa spermanya hampir mendekati lubang kencingnya. Tiba-tiba pak Bayu mendorong bokong Putri ke arahnya lalu menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya hingga ujung gundulnya menyundul rahim Putri di dalam.
“Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh” Jerit mereka sekeras-kerasnya.
Baru setelah itu pak Bayu menurunkan tubuh Putri lalu mengocokkan penisnya ke arah susu gantungnya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Aahhh… Kelluuaaarrrr !!!” Desah pakkk Bayu saat menuntaskan hasratnya.
'Cccrrooott… Crroott… Crroottt !!!'
“Aaahhhh paakkkk” Desah Putri saat giliran dadanya yang menjadi tempat penampung sperma.
Pak Bayu pun ambruk ke belakang hingga matanya seperti melihat kunang-kunang. Nafasnya berat. Matanya merem melek. Ia benar-benar puas saat menjadikan susu Putri tempat penampung pejuhnya.
“Hah… Hah… Hah” Putri ngos-ngosan. Wajahnya, hijabnya, cadarnya, susunya bahkan perutnya telah penuh oleh sperma-sperma yang dikeluarkan oleh tukang parkir itu.
Pak Romo tertawa puas setelah melihat Putri yang sudah seperti lonte bercadar beneran. Pak Bayu pun juga, Putri benar-benar tidak terlihat seperti akhwat lagi. Mereka sama-sama puas setelah mengosongkan tengki sperma mereka.
Pak Beni terdiam saat melihat Putri jadi sekotor ini. Tubuhnya yang pagi tadi bersih dengan hiasan gamis serta cadar yang mengundang kecantikan hakiki. Kini sudah ternoda oleh sperma-sperma yang dikeluarkan oleh para tukang parkir tua. Namun nafsunya yang belum terlampiaskan membuatnya jadi ingin terus mengocoknya. Apalagi Putri jadi semakin terlihat menggairahkan. Ia mengocok penisnya dengan nikmat hingga tanpa disadarinya, ia sedang dilihat oleh kedua tukang parkir itu.
“Wahahahah kasian amat… Yang bayar siapa yang make siapa… Dah tuh pake… Sekarang giliran bapak” kata pak Romo dengan baik hati memberikan tempat untuk menyetubuhi Putri.
“Eehhhh” kata Putri terkejut menyadari dirinya harus melayani satu orang lagi. Meski itu adalah pak Beni, tapi tetap saja tubuhnya sudah lemas dan tak sanggup untuk melayani seseorang lagi.
“Woahahaha kurang baik apa coba kita… Udah mergokin tapi gak ngelaporin… Malah ngasih tempat buat kalian lagi… Bapak harus sering baik-baik ke kita yah… Ya gak ?” Tanya pak Bayu pada pak Romo.
“Wahahahha… Iya dong… Dah tuh pake” Kata pak Romo mempersilahkan pak Beni.
Pak Beni yang sudah telanjang bulat tidak kuat lagi. Ia pun mendekati Putri. Putri yang kelelahan hanya diam menyadari pak Beni semakin dekat.
“Maaf dekk… Saya udah gak kuat… Saya sodok sekarang yah dekkk” kata pak Beni sambil menidurkan Putri. Untungnya ada kardus bekas yang bisa dijadikan alas. Putri pun tiduran disana. Ia memahami pak Beni yang pastinya sudah sangat bernafsu setelah ia rangsang sedari pagi. Lagipula nafsunya juga belum terlampiaskan setelah melayani kedua tukang parkir itu.
“Iyya maasss gapapa… Ayo keluarin… Aku juga belum dapet kok” Lirih Putri pasrah meski tubuhnya sudah sangat lelah.
“Baiikk dekk… Tahann yahh hennnghhkk !!” Desah pak Beni saat menancapkan penisnya.
“Aaaahhhh maaasss” desah Putri menggelinjang.
Akhirnya setelah sekian lama mencari tempat. Setelah nyaris dilaporkan oleh kedua tukang parkir itu. Mereka bisa merasakan nikmatnya persetubuhan lagi. Memang kencan kali ini benar-benar berbahaya. Meski demikian, pak Beni langsung memperkuat hujamannya. Ia menyodoknya sampai mentok. Ia melampiaskan semua nafsu yang tadi tertahan pada sodokannya sekarang.
“Aaaahhhhh… Aaaaahhhh.. Aaahhh dekkk… Aaahhh enakk sekaliii” desah pak Beni puas.
“Aaaahh yaahhh… Aaahhhh iyahh maass… Aaahhh akuu jugaaa” desah Putri.
Diam-diam kedua tukang parkir itu merekam. Mereka tertawa melihat kedua pasangan mesum itu yang bersetubuh di dalam ruangan kosong.
“Kalau kita 'upload' ke forum bakal jadi 'hot thread' nih” Lirih pak Romo pada pak Bayu.
“Woahahah pastinya pak” Jawab pak Bayu sambil terus merekam.
Terlihat pak Beni merentangkan kedua tangan Putri. Matanya dengan tajam menatap dada Putri yang bergoyang merangsang nafsu birahi. Sodokannya pun diperkuat. Goyangan susu Putri semakin cepat. Jeritan mereka jadi semakin keras. Mereka sama-sama puas saat menikmati persetubuhan mereka yang semakin panas.
“Aaaahhhh dekkk… Aaahhhh nikmat bangett… Aaahhh akhirnya saya bisa menggenjotmu lagiii” Desah pak Beni dengan penuh nafsu.
“Aaahhh iyyahh maass... Iyyaahhh… Akkuu jugaa maasss… Ayooo keluarinn… Keluarin sekarangg” Desah Putri yang sudah tidak kuat lagi.
Tubuh Putri semakin lemas. Energinya telah terkuras. Ia merasa tak kuat setelah berulang kali digilir oleh pria-pria tua dengan ganas. Vaginanya terasa panas. Ia pun berusaha sekuat tenaga tuk menggerakkan dinding vaginanya sehingga penis pak Beni rasanya seperti sedang diremas-remas.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh saya gak kuat lagiii… Aahhh saya mauu keluaar deekkk !” Jerit pak Beni.
“Aaahhhh Akuu juga maas… Aaahhh aku mau keluaar… Aku udah gak tahan lagii… Aakuuuu” Jerit Putri semakin keras.
Nafas mereka sama-sama memberat. Nafsu mereka sama-sama sudah mencapai puncak kenikmatan. Terasa penis pak Beni berdenyut cepat. Terasa vagina Putri juga berdenyut setelah berulang kali dimasuki penis-penis yang berbeda dalam jarak yang berdekatan.
“Aaahhhh ini diaa… Iniii diaa… Pejuh saya mau keluaar… Rasakan innii… Rasakan kontol sayaa inii… Hennkghhh !!!” Jerit pak Beni saat mementokkan penisnya hingga menyundul dinding rahim akhwat bercadar itu.
“Aaaaahhhhh maaasss… Akuuu kelluuaaarrrr” Jerit Putri saat mendapatkan orgasmenya.
'Cccrrooott… Ccrroott… Ccrroottt…'
Mereka pun sama-sama mendapatkan orgasmenya. Jeritan mereka jadi semakin keras. Mereka bagaikan serigala yang melonglong saat melihat bulan purnama. Akhirnya, nafsu mereka bisa sama-sama terlampiaskan. Pak Beni yang kelelahan ambruk menindihi tubuh Putri. Putri pun merem melek. Pak Beni juga. Ia tak menyangka bisa selelah ini setelah menjalani hari-hari bersama Putri.
“Wahahahah liat deh pak… Puas banget pasti nih mereka… Mereka sampai merem melek gini” Kata pak Romo sambil mendekatkan kameranya.
“Woahahaha… Liat kesini deh pak… Pejuhnya pak Beni sampai meleleh keluar” Kata pak Bayu saat merekam kelamin mereka.
“Eh mana ?” Tanya pak Romo mendekat ke arah pak Bayu.
Tak sengaja penis pak Beni terlepas dari rahim Putri. Sperma pak Beni yang banyak itupun meleleh keluar dari dalam vagina Putri. Pak Romo & Pak Bayu tertawa puas. Mereka pun mengakhiri rekamannya setelah puas merekam persetubuhan mereka.
“Oke, sesuai perjanjian, kita gak bakal lapor… Tapi lain kali kalau main hati-hati yah… Kalau ketahuan kami lagi, pastinya kita bakal make dek Putri lagi… Wahahahah” Tawa pak Romo yang langsung pergi untuk kembali ke pekerjannya lagi.
“Woahahah beruntung kalian… Makanya kalau main nyewa hotel aja yah” Tawa pak Bayu mengikuti langkah pak Romo.
Putri dan Pak Beni pun ditinggal sendirian di ruangan kosong itu. Baik pak Beni & Putri sama-sama kelelahan, terutama Putri setelah digilir tiga pria tua sekaligus.
“Maafin saya dek… Gara-gara saya, dek Putri jadi kayak gini” Lirih pak Beni yang tak tega saat melihat Putri.
“Hah… Hah… Hah… Gapapa mas, lagian salah aku kok yang udah kebelet nafsu… Aku juga kan yang daritadi ngerangsang mas yang jadinya bikin kita main di dalam mobil” Kata Putri yang mengakui kesalahannya sendiri.
“Tapiii… Taappii dekkk” Kata Pak Beni tidak dapat berbicara apa-apa.
“Udaahh gapapa… Makasih yah udah muasin aku hari ini” Lirih Putri yang memilih pasrah akan nasibnya setelah tubuhnya tidak dapat ia gerakan lagi.
Terlepas ini kesalahan siapa yang jelas nasi sudah menjadi bubur. Tubuh Putri telah penuh oleh pejuh-pejuh. Pak Beni yang tidak tega pun menggunakan celana dalamnya untuk mengelap sperma yang ada di wajah dan tubuh Putri. Ia menyesal. Ia pun bertekad agar tidak bercinta di sembarang tempat lagi.
'Maafin saya yah, dek Putri…'
Batin pak Beni saat mengelap sperma di wajah Putri.
*-*-*-*
'PADA SAAT YANG SAMA
“Gimana saran dari mbak ? Bagus kan ? Janji ke mbak yah, jangan sampai adek kepikiran hal itu lagi” Kata Nayla mewanti-wanti.
“Hmm iyya mbak… Aku janji… Aku akan usahakan” Lirih Kayla saat berjalan disebelah kakaknya.
Mereka berdua pun hendak pulang setelah menyelesaikan curhatan serta jalan-jalannya. Namun tiba-tiba, Nayla mempercepat langkah kakinya saat melihat pria tua yang ada di depannya. Kayla terkejut, Kayla pun penasaran siapa pria tua yang didekati kakaknya itu.
“Assalamualaikum ustadz” Sapa Nayla pada pria tua itu.
“Walaikumsalam ukh” Jawab ustadz itu sambil menunduk saat sedang menggendong anak kecil.
“Maaf ganggu waktunya, aku Nayla yang kemarin denger ceramah 'antum' di 'Musholla' 'al-Huda'… Aku menikmati banget loh ceramah ustadz… Pembawaan ustadz juga enak banget, aku jadi gampang nyerap ilmunya… Makasih yah, atas ceramahnya ustadz” kata Nayla yang rupanya hendak berterima kasih kepada ustadz Burhan, ustadz yang kemarin mengisi ceramah di sekitar kompleksnya.
“Ohh, iya sama-sama… Saya tersanjung bahwa ceramah saya bisa sampai ke hati ukhti… Semoga istiqomah yah… Terus ikuti pengajian biar hati ukhti bisa tenang” Kata pak Ustadz memberi nasehat.
“Hihihihi iyya ustadz… Eh iya tadz, kebetulan aku ada masalah pribadi yang ingin aku ceritain, boleh gak aku minta waktunya” Kata Nayla yang jadi ingin curhat.
“Eh sekarang ?” Kata ustadz itu terkejut.
“Hihihih bukan lah tadz… Pak Ustadz kan lagi jalan-jalan… Kapan-kapan aja kalau ada waktu” Jawab Nayla.
“Oh tentu boleh ukh… Ini alamat rumah sama nomor saya… Kalau ukhti punya masalah, silahkan ceritain ke saya… Tapi janjian dulu yah, biar saya bisa meluangkan waktu untuk ukhti” Jawab pak Ustadz itu sambil terus menundukkan pandangannya.
“Hihihi iya ustadz… Makasih yah… Kapan-kapan aku akan dateng ke rumah… Wassalamualaikum ustadz” Ucap Nayla.
“Walaikumsalam ukhti… Tuh dadah ke kakaknya” Jawab pak ustadz saat ngomong ke cucunya.
Nayla dan Kayla tersenyum sambil membalas lambaian anak kecil itu. Setelah mereka berjalan lagi, Kayla yang penasaran pun bertanya pada kakaknya.
“Tadi siapa mbak ? Pak Ustadz ?” Tanya Kayla.
“Iyya dek… Beliau ustadz yang sering ngisi ceramah di sekitar kompleks mbak… Eh iya, itu juga solusi… Coba sering-sering dengerin ceramah atau gak tanya ke ustadz langsung deh… Itu bisa loh buat ngatasi masalah adek” Kata Nayla yang baru ingat.
“Ehhh gitu yah mbak… Yaudah kapan-kapan bakal aku coba” Jawab Kayla. Namun perhatian Kayla tadi teralihkan pada sarung yang ustadz Burhan tadi kenakan. Entah kenapa ia melihat adanya tonjolan dari balik sarung ustadz tersebut.
'Hmmm tadi kok nonjol yah… Apa jangan-jangan ustadz tadi nafsu ke mbak Nayla yah ?'
Batin Kayla kepikiran.
'Ya wajar sih… Mbak Nayla kan emang cantik banget… Wajar siapa aja pasti bakal kegoda sama kecantikan mbak Nayla…'
Batin Kayla yang akhirnya mewajarkan apa yang ia lihat tadi.
Sesampainya mereka di tempat parkir, mereka pun mendatangi motor-motor yang tadi mereka naiki. Sekilas tukang parkir yang sedari tadi menjaga pun lekas menghampiri. Nayla & Kayla segera membayar tukang parkir itu sambil mengucapkan terima kasih. Tak lupa senyum terhias di wajah mereka. Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan kedua tukang parkir itu sendiri.
“Gara-gara dek Putri tadi, saya jadi kepikiran… Apa jangan-jangan kedua akhwat tadi lonte juga yah ?” Tanya tukang parkir bertubuh pendek itu yang tidak lain adalah pak Romo.
“Woahahahha kalau beneran sih mantep banget… Apalagi yang pake cadar tadi… Saya curiga kalau akhwat tadi itu seorang selebgram… Pasti kalau punya IG, 'followersnya' bakal banyak banget” Jawab tukang parkir bertubuh tinggi itu yang tidak lain adalah pak Bayu.
“Wahahahha mantap banget kalau kita bisa ngentotin selebgram… Jadi pengen ngajak akhwat tadi main deh… Siapa yah namanya ?” Tanya pak Romo penasaran.
“Mana saya tau, kalau saya tahu pasti udah saya 'follow' daritadi” Jawab pak Bayu tersenyum mesum.
Gara-gara Putri, pikiran mereka berdua jadi selalu bernafsu tiap kali melihat seorang akhwat lewat. Otak mereka telah teracuni oleh kebinalan Putri. Mereka merasa bahwa semua wanita sama saja. Baik yang berhijab atau tidak. Mereka pasti mempunyai sisi binal di dalamnya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 20
RASA YANG DIINGINKAN
“Tadi itu siapa mbak ? Pak Ustadz ?” Tanya Kayla.
“Iyya dek… Beliau ustadz yang sering ngisi ceramah di sekitar kompleks mbak… Eh iya, itu juga solusi loh… Coba sering-sering dengerin ceramah atau gak tanya ke ustadz langsung deh… Itu bisa loh buat ngatasi masalah adek” Kata Nayla yang baru ingat.
“Ehhh gitu yah mbak… Yaudah deh kapan-kapan bakal aku coba” Jawab Kayla.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat parkir. Selama mereka berjalan bersama, pikiran Kayla teralihkan pada sarung yang ustadz Burhan tadi kenakan. Entah kenapa ia merasa sangat yakin kalau tadi dirinya sempat melihat adanya tonjolan dari balik sarung ustadz tersebut.
'Hmmm tadi kok nonjol yah… Apa jangan-jangan ustadz tadi nafsu ke mbak Nayla yah ?'
Batin Kayla kepikiran.
'Ya wajar sih… Mbak Nayla kan emang cantik banget… Wajar kalau siapa aja pasti bakal kegoda sama kecantikan mbak Nayla…'
Batin Kayla yang akhirnya mewajarkan apa yang ia lihat tadi.
Tak terasa mereka sudah tiba di tempat parkir. Sambil mencari lokasi motor yang mereka parkir. Mereka kembali mengobrol untuk membahas acara setelah ini.
“Deekk… Habis ini adek ada waktu kosong gak ?” Tanya Nayla kepada adeknya.
“Habis ini ? Enggak sih… Iya gak ada… Ada apa emangnya mbak ?” Tanya balik Kayla.
“Mbak laper… Makan bareng yuk, sekalian ada yang mau mbak omongin… Sekalian 'sharing-sharing 'lah tentang kehidupan kita setelah menikah” Kata Nayla mengajak adeknya.
“Waahhh boleh tuh mbak… Mau makan apa ? Dimana ?” Tanya Kayla bersemangat.
“Itu terserah aja… Adek mau apa ? Mbak ngikut” Jawab Nayla.
“Hmmm jadi bingung… Nanti aja deh… Liat-liat dulu di jalan adanya apa” kata Kayla tersenyum.
“Hihihihi iyya juga yah… Nanti kita liat-liat dulu yah, lumayan udah jam 11 nih buat ngisi perut” Kata Nayla yang kebetulan sudah tiba di tempat dimana mereka memarkirkan motornya.
Tak lama kemudian dua orang tukang parkir datang mendekati. Nayla menoleh, sambil tersenyum ia mengeluarkan selembar uang kertas berisi lima ribuan kepada tukang parkir itu.
“Ini yah pak, berdua” Kata Nayla yang membayarkan biaya parkir adeknya.
“Makasih mbak, ini kembaliannya” Jawab si tukang parkir bertubuh pendek itu.
“Duh gak enak daritadi dibayarin terus… Jangan bilang nanti aku dibayarin lagi” Lirih Kayla kepada kakaknya.
“Hihihih kalau nanti mah, kita patungan aja dong… Tapi kalau mau mbak traktir lagi juga gapapa kok… Uang mbak kan banyak” Bisik Nayla yang membuat Kayla tertawa.
Sementara tukang parkir bertubuh kekar yang sedari tadi menatap kedua akhwat itu jadi terpana melihat senyuman manis yang mereka berdua keluarkan. Seketika tangan tukang parkir bertubuh pendek yang tidak lain adalah pak Romo menoel jemari pak Bayu, si tukang parkir bertubuh tinggi itu sambil tersenyum. Pak Bayu menoleh menatap pak Romo. Pak Romo pun meminta pak Bayu untuk terus menatap kedua akhwat cantik itu.
“Permisi yah pak” Kata Nayla dengan ramah saat menaiki motornya pergi. Kayla pun menyusul tak lama kemudian. Setelah kedua akhwat itu pergi, kedua tukang parkir yang sedaritadi mengamati mereka berdua jadi kepikiran mesum.
“Gara-gara dek Putri tadi, saya jadi kepikiran… Apa jangan-jangan kedua akhwat tadi lonte juga yah ?” Tanya pak Romo tersenyum mesum.
“Woahahahha masa ? Tapi kalau beneran sih mantep banget… Apalagi yang pake cadar tadi… Saya curiga, dengan paras seindah itu, pasti banyak banget cowok-cowok yang jadiin dia bacol sehari-hari… Apalagi kalau ia itu sebenarnya selebgram… Dengan 'followers' sebanyak itu, pasti bakal banyak banget cowok-cowok yang nyoliin dia sambil ngeliat fotonya” Jawab pak Bayu berfikir mesum.
“Wahahahha jadi kebayang kalau kita bisa ngentotin selebgram terus kita rekam… Wah pasti bakal mantap banget tuh… Senasinya pasti gak bakal kita lupain seumur hidup… Jadi pengen ngajak akhwat tadi main deh… Siapa yah namanya ?” Tanya pak Romo penasaran.
“Woahahaha fantasinya jadi makin liar nih pak ? Sayang banget saya gak tau namanya, kalau saya tahu pasti udah saya 'follow' daritadi” Jawab pak Bayu tersenyum mesum.
“Wahahaha gara-gara dek Putri tadi sih… Saya jadi kepikiran, mau itu ukhti-ukhti atau cewek cantik yang suka berpakaian seksi… Pasti mereka sama aja… Sama-sama doyan kontol… Yang bercadar tadi aja sampai jago ngegoyang… Harusnya kedua mbak-mbak tadi juga dong… Aahhh gak kebayang deh kalau bisa genjot mereka pas masih pake gamis di tubuhnya” Kata pak Romo mesum.
“Woahahah lain kali kalau kita nemuin akhwat lagi, kita pake aja gimana pak ? Sekalian kita tes, mereka udah jago apa enggak ?” Kata Pak Bayu kepikiran ide.
“Wahahahha boleh juga tuh idenya” Jawab pak Romo tertawa.
MEDH0K0
https://thumbs4.imagebam.com/c4/00/e4/MEDH0K0_t.jpg c4/00/e4/MEDH0K0_t.jpg
'PAK ROMO
MEDH0L6
https://thumbs4.imagebam.com/90/56/b5/MEDH0L6_t.jpg 90/56/b5/MEDH0L6_t.jpg
'PAK BAYU
Tak lama kemudian, dari arah belakang mereka berdua. Nampak seorang pria tua kekar yang tengah merangkul lengan seorang akhwat yang sudah sangat lemas tak berdaya. Saat kedua tukang parkir itu menoleh, mereka berdua tertawa puas melihat keadaan mereka sekarang.
“Duhhh… Duhh… Duhh… Kasian amat, sampai lemes gini… Wahahha” Tawa pak Romo.
“Gimana ? Main 'hardcore' enak kan ? Sering-sering main gaya itu makanya biar puas terus tiap kali habis ngelayanin om-om” Kata pak Bayu mengejeknya.
Tapi pak Beni & Putri tidak menjawab sama sekali. Mereka terus melaju hingga tiba di mobil yang pagi tadi mereka kendarai.
“Ini pak” Kata pak Beni yang langsung menyerahkan uang agar bisa buru-buru pergi dari tempat ini.
“Wahahaha ambil aja… Gak usah… Dek Putri udah bayar kok tadi pake tubuhnya” Tawa pak Romo.
Pak Beni hanya mengernyitkan dahinya. Ia pun langsung menjalankan mobilnya sambil sesekali menoleh ke arah kiri dimana sang Putri bersandar lemas sambil memejamkan matanya.
“Deeekkk… Habis ini mau kemana ? Mau langsung pulang ?” Tanya Pak Beni sambil melihat keadaan Putri.
“Hmmm boleh mas… Tolong anterin aku ke kosan yah… Tapi mas gimana dong pulangnya ? Tangan aku lemes banget soalnya, gak bisa nyetir sendiri sampe rumah” Jawab Putri dengan nada lirih.
“Saya gapapa kok… Saya bisa jalan sampai rumah… Gak usah pikirkan saya” Kata pak Beni tidak mempermasalahkan.
“Kalau gitu tolong antar aku ke kosan yah… Maaf banget udah ngerepotin mas” Kata Putri merasa tidak enak.
“Enggak, justru saya yang harusnya minta maaf udah bikin dek Putri kayak gini… Andai saya lebih berhati-hati, dek Putri gak perlu main sama mereka sampai lemes kayak gini” kata Pak Beni menyesal.
“Udah mas gak usah diinget lagi… Itu masa lalu… Itu peringatan buat kita agar lebih berhati-hati lagi” Kata Putri yang ingin melupakan kejadian tersebut.
“Iyya dek… Maaf” Kata Pak Beni yang terus menyesal hingga selalu mengucapkan maaf kepadanya.
“Oh yah mas… Aku mau minta sesuatu boleh ?” Tanya Putri.
“Apa dek ?” Tanya pak Beni.
“Bisa tolong beliin aku masker ? Aku gak kuat banget sama bau sperma mereka di cadar aku… Agak cepet juga yah, aku ngerasa jijik ngerasain bekas sperma di dada aku juga mas” Kata Putri meminta tolong.
“Gak masalah dek… Nanti akan saya carikan… Dek Putri istirahat aja yah… Nanti kalau saya nemu, saya bangunin dek Putri lagi deh” Kata Pak Beni perhatian.
“Iyya mas… Makasih yah” Jawab Putri sambil memejam.
“Sama-sama dek” jawab pak Beni yang langsung menambah kecepatannya untuk mencarikan masker untuk kekasih gelapnya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
MEDH0L5
https://thumbs4.imagebam.com/56/e2/3a/MEDH0L5_t.jpg 56/e2/3a/MEDH0L5_t.jpg
'PUTRI
'Jadi gini yah rasanya ngeliat akhwat yang dipake orang lain ? Untung aja saya gak pernah ngeliat mbak Nayla dipake pak Urip… Andai saya melihatnya, pasti udah saya datengi terus saya tonjok tuh mukanya…'
Batin pak Beni yang geregetan setelah teringat curhatan Nayla yang sering disetubuhi pak Urip.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN DI SEBUAH WARUNG MAKAN
“Bener nih mau makan ayam geprek aja ?” Lirih Nayla saat duduk di dalam warung makan tersebut.
“Kenapa emangnya mbak ? Lagian kan makanannya udah dipesen, mbak gak suka pedes yah ?” Tanya Kayla yang duduk dihadapannya.
“Suka kok, tapi... Gak jadi . . . Kata Nayla berhenti.
“Ehhh ada apa mbak ?” Tanya Kayla penasaran.
“Mbak udah pernah makan ayam geprek… Pengen nyobain yang lain soalnya… Tapi gapapa sih, enak juga kok hihihihi” Tawa Nayla yang jadi teringat saat dirinya ditraktir makan oleh Andri.
“Oalah kirain kenapa… Kirain mbak lagi mules apa gimana… Hihihi” Tawa Kayla.
MEDH0JV
https://thumbs4.imagebam.com/aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg aa/14/59/MEDH0JV_t.jpg
'KAYLA
MEDH0JS
https://thumbs4.imagebam.com/78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg 78/8f/e5/MEDH0JS_t.jpg
'NAYLA
“Oh yah dek, sambil nunggu ayamnya dateng… Mbak mau nanya nih” Tanya Nayla.
“Iyya mbak… Apa itu ?” Tanya Kayla menatap kakaknya.
“Hmmm emangnya, adek kalau mau melayani mas suami gimana ?” Tanya Nayla malu-malu.
“Eehhhh… Ituuu… Ya sama, palingan mirip mbak, kayak yang mbak lakuin” Jawab Kayla juga malu-malu.
“Masa ? Apa adek bilang langsung gitu ? Apa ada godaan-godaan dulu ?” Tanya Nayla memberanikan diri bertanya.
“Ihhh nanyanya gitu sih mbak… Aku kan jadi malu… Mana ngomongnya disini lagi” Jawab Kayla sambil melihat ke sekitar.
“Huft soalnya mbak heran tau… Semalem aja, mbak udah pake baju seksi tapi mas Miftah gak peka sama sekali” Curhat Nayla.
“Eh masa ? Kalau aku tiap kali pake baju seksi pasti mas Herman langsung peka… Soalnya aku jarang pake baju seksi soalnya meski dirumah” jawab Kayla dengan lirih takut suaranya terdengar orang sekitar.
“Hmmm enak yah… Sebenernya mbak udah lama loh gak gituan sama mas Miftah… Padahal mbak udah sering ngode… Tapi mas Miftah orangnya gak pekaan” Kata Nayla menceritakan kehidupan pribadinya.
“Ehh hihihi masa sih ? Padahal mbak kan cantik, masa gak ada rasa pengen gituan sih ?” Tanya Kayla heran.
“Tau tuh dek… Mbak juga bingung… Mbak sampe kepikiran… Apa jangan-jangan mbak gak menarik di mata mas Miftah yah ?” Tanya Nayla mengungkapkan isi hatinya.
“Ehhh gak mungkin itu mbak… Tadi aja aku liat . . . . Eh gak jadi” Kata Kayla ragu untuk mengatakan.
“Ehh ada apa emangnya dek ?” Tanya Nayla penasaran.
“Gak jadi mbak… Takut gak sopan” Kata Kayla kekeh enggan untuk mengatakan.
“Kenapa emangnya dek ? Ihhh bikin mbak penasaran aja” Ucap Nayla terus menekan.
“Hmmm janji yah jangan 'ilfeel'” Kata Kayla akhirnya ingin membicarakannya.
“Iya janji… Kenapa emangnya ?” Tanya Nayla penasaran.
“Tadi waktu mbak ngobrol sama ustadz tadi… Aku sempet ngeliat sarungnya loh, kayak ada tonjolan gitu” Kata Kayla yang mengejutkan kakaknya.
“Tonjolan ? Maksudnya, itunya ?” Tanya Nayla kaget.
“Kayaknya sih iya… Nafsu kali tuh sama mbak” Kata Kayla malu-malu yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihihi gak mungkin… Gak mungkin lah yah dek… Orang tadi aja pak ustadz Burhan gak pernah ngeliat mbak kok… Beliau nunduk terus pas ngobrol sama mbak” Kata Nayla menertawakannya.
“Huuuu gak percaya… Coba aja nanti perhatiin sendiri kalau ngobrol lagi… Aku yakin banget tau, kalau itunya pak ustadz sampai berdiri pas ngobrol sama mbak” Kata Kayla yakin 100 persen.
“Hihihihi ada-ada aja… Gak mungkin… Gak mungkin… Beliau seorang ustadz loh” Kata Nayla tidak mempercayai kata-kata adeknya.
“Ihhh ngeselin… Yaudah kalau gak percaya” Kata Kayla ngambek.
“Eehhh maaf dek… Iya mbak percaya aja deh” Kata Nayla tersenyum.
“Telaaattt… Aku udah terlanjur ngambek… Emang mbak tuh ngeselin dari dulu… Sukanya bikin aku ngambek terus” Kata Kayla yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih imut banget sihhh… Duhhh adeknya mbak imut banget” Kata Nayla sambil mencubit pipi adeknya.
“Ihhhh mbaakkk sakittt… Jangan dicubit… Entar pipi aku makin tembem loh” Kata Kayla yang semakin membuat kakaknya tertawa.
“Hihihih biarin… Bukan pipinya mbak kok” Kata Nayla melanjutkan.
Untungnya tak lama kemudian ayam yang mereka pesan datang. Mereka pun berhenti bercanda. Tak lama kemudian kedua tangan kanan mereka masuk ke air kobokan masing-masing. Mereka bersiap untuk melahap ayam geprek mereka yang dilengkapi dengan tambahan saos BBQ.
“Yuk dimakan dulu dek” Kata Nayla yang sudah sangat lapar.
“Iyya mbak… Makasih yah buat traktirannya” Kata Kayla setelah melepas maskernya. Wajah cantik Kayla terlihat. Nayla pun tersenyum melihat kencantikan adeknya. Namun lagi-lagi, rasa kekhawatiran itu datang menghantui pikirannya.
'Jangan sampai adek rusak kayak mbak yah… Ini mbak aja mau balik lagi susah banget loh dek… Tolong jaga harga diri adek sebagai seorang wanita… Jangan sampai gara-gara nafsu, adek rela menggadaikan harga diri adek demi kepuasan… Yang sabar yah… Adek pasti bisa kok tuk melawan hawa nafsu adek...'
Batin Nayla sambil menyantap ayam gepreknya.
Mereka pun kembali mengobrol. Mereka kembali melanjutkan obrolan tentang cara menggoda suami mereka masing-masing. Saat sedang asyik-asyik mengobrol, tiba-tiba ia merasakan hapenya bergetar.
“Ehh bentar dek” Kata Nayla sambil mengunyah makanannya. Jemari kirinya membuka layar kuncinya. Ia pun masuk ke dalam aplikasi whatsappnya untuk membaca pesan tersebut.
'Eh Zainab ngechatt ? Ohh iya, si Reni besok nikahan yah ? Kudu siap gamis buat kondangan besok nih… Lumayan juga jadi ada alesan buat ngejauhin pak Urip lagi… Alhamdulillah sehari lagi bebas tanpa adanya gangguan pak Urip…'
Batin Nayla tersenyum senang saat membaca pesan tersebut.
“Ehhh mbak kok senyum-senyum sendiri… Siapa emang ?” Tanya Kayla penasaran.
“Hihihi temen kampusnya mbak dulu kok… Eh tadi gimana lanjutannya ?” Tanya Nayla yang masih penasaran akan kelanjutan cerita adeknya.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
“Akhirnya sampai rumah juga” Lirih Nayla setelah memarkirkan motornya di halaman rumahnya.
Wajahnya pun menoleh ke kanan juga ke kiri. Secara hati-hati, ia membuka pintu garasi rumahnya untuk memasukkan motornya. Ia tak mau suara yang ia hasilkan membuat pak Urip menyadari kalau dirinya sudah pulang ke rumah. Secara sembunyi-sembunyi, ia memasukkan motornya. Setelah selesai, ia kembali menutup pintu garasinya lalu buru-buru masuk ke dalam rumahnya agar tidak diketahui pembantu tuanya.
“'Alhamdulillah' gak ketahuan… Misi sukses” Lirih Nayla sambil mengepalkan kelima jemari kanannya.
Ia kemudian berjalan menuju sofa ruang tamunya. Kakinya terasa pegal setelah berjalan-jalan menyusuri taman. Ia lalu membuka hijabnya juga cadar yang sedari tadi dikenakannya. Nayla merasa gerah, ia lalu mengusap rambut pendeknya itu ke belakang.
“Panas banget yah pake baju warna item… Emang bener kata guruku waktu SD dulu… Baju item itu banyak menyerap cahaya matahari… Gak heran aku sampai gerah kayak gini” Lirihnya sambil mengibas-ngibaskan abaya yang dikenakannya.
Ia lalu menyandarkan tubuhnya sambil melihat galeri di hapenya. Ia melihat jepretan demi jepretan foto yang tadi ia lakukan bersama adek cantiknya. Semakin lama ia melihatnya, ia malah jadi kepikiran. Ia terkejut. Ia tak menyangka. Bagaimana bisa adeknya yang cantik jelita memiliki masalah yang sama dengannya !
“Hmmm kok bisa yah ? Masalahku sama masalah dek Kayla mirip pake banget… Bisa-bisanya kami berdua sama-sama gak puas sama pelayanan suami… Hah, ini yang salah sebenarnya siapa sih ? Apa suami-suami kami yang emang gak jago memuasi kami ? Apa jangan-jangan emang nafsu kami yang sama-sama gede makanya suami kami gak sanggup memuasi kami ?” Lirih Nayla penasaran.
“Bisa-bisanya juga dek Kayla kepengen mencari bapak-bapak tua yang pernah dipergokinya… Hmmm siapa yah ? Kok aku malah jadi penasaran… Ehhh 'astaghfirullah'… Kenapa aku jadi penasaran sama bapak-bapak itu sih… Hah lupain… Lupain Nay, ayo jangan sampai kepikiran mesum lagi… Huft !” Lirih Nayla kesal.
“Pasti bapak-bapak itu nafsu ke dek Kayla, makanya sampai ngejar-ngejar ke toilet kampus biar bisa masturbasi sambil bayangin dek Kayla… Hmmm kontolnya gede gak yah ? Bisa-bisanya bapak-bapak itu nafsu ke adek aku” Lirih Nayla yang malah jadi kepikiran.
Ia pun mengingat-ngingat detail dari cerita adeknya tentang ciri-ciri bapak-bapak itu. Pria tua berkulit hitam dengan tubuh kekar yang tersembunyi di balik kemejanya. Perutnya yang kotak-kotak. Lengannya yang besar & berotot. Dadanya yang bidang. Serta keadaan kemejanya yang sudak tak dikancing dengan penis besar yang sudah menegak belepotan sperma.
Nayla menenggak ludah. Tanpa sadar, ia meremas-remas dada bulatnya dari luar abayanya.
“Pantes aja dek Kayla sampai nafsu… Aku aja yang cuma ngebayangin sampai ikut nafsu” Lirih Nayla yang kini mulai meremasi kedua payudaranya.
Akhwat binal yang sedang berjihad melawan hawa nafsunya itu kembali mengalami kendala saat terbayang pria tua yang menggoda adeknya. Terlihat Nayla semakin hanyut. Ia seakan lupa kalau dirinya sedang berusaha bertahan dari serangan hawa nafsunya. Terlihat ia malah seolah menikmati kebinalannya. Tangannya yang sedari tadi meremas kini mulai mengangkat abayanya hingga lolos melewati kepala mungilnya.
“Mmpphhhh… Mmppphhh bappaaakkk” Desah Nayla yang kini cuma mengenakan pakaian dalamnya saja. Terlihat tubuh indah itu hanya terbungkus beha beserta celana dalamnya saja. Tangan kanannya dengan penuh nafsu meremasi payudara kananya dari luar behanya. Sedangkan tangan kirinya telah memasuki celana dalamnya untuk menekan-nekan biji klitorisnya. Terasa vaginanya sudah sangat basah. Terlihat jelas kalau akhwat binal itu sudah sangat bernafsu gara-gara memikirkan pria tua itu.
“Aaaaaahhhhh… Aaaahhhhh… Mmpphhh paaakkkk… Aaaaahhhh enakkk bangeett” desah Nayla yang terus bermasturbasi menikmati imajinasinya sendiri.
“Aaahhhhh andai aku yang ada di posisi dek Kayla waktu itu… Pasti sudah aku tunggangi bapak-bapak itu… Pasti sudah aku goyang kontolnya… Enak aja main sendiri, kalau nafsu kenapa gak ngajak aku juga paakkk… Aku rela kok main sama bapak… Aku juga pengen ngerasain sodokan kontol bapaakk… Uhhhh pasti rasanya mantep banget tuuhh… Aaahhhh iyahh paakk… Goyang terusss… Nikmati tubuh aku… Tubuh aku milikmu pak… Lakukan apa aja yang bapak mau” Desah Nayla yang membayangkan dirinya tengah menunggangi penis bapak tua itu.
“Uuuhhhhh nikmat bangeettt…. Ayoo paakkk yang keraasss… Sodok aku yang kencaaannggg… Aaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhh nikmat banget kontol bapaaakkkk” desah Nayla saat jemari kirinya keluar masuk lubang vaginanya dengan sangat cepat.
Terdengar bunyi cipratan di dalam. Gerakan jemarinya bagaikan mesin dinamo yang keluar masuk mengobok-ngobok dinding vaginanya. Terlihat wajahnya memejam nikmat. Ia juga menggigit bibir bawahnya. Behanya sudah turun sehingga jemari kanannya dapat memainkan putingnya yang berwarna pink.
“Aaaaahhhh… Aaahhhhh iyyahh paakkk… Jilat susuku… Jilat sesuka bapaakk… Aaahhh kenyot juga dong paakk… Aaahhh kumis bapak bikin aku geliii” desah Nayla yang asyik berfantasi membayangkan nafsunya sendiri.
Nayla yang semakin bernafsu membuatnya melepas seluruh pakaian dalam yang ada di tubuhnya. Nayla sudah bertelanjang bulat. Tubuh indahnya itu sudah terhidang di ruang tamu rumahnya. Tatapannya terlihat binal, terlihat jelas kalau akhwat cantik itu sudah sangat haus akan kontol yang bisa memuasi rahimnya. Kedua kakinya ia angkat lalu ia buka selebar-lebarnya saat berpijak di sofa ruang tamunya. Jemari kanannya merayap ke vaginanya. Jemari kirinya masuk ke dalam mulutnya. Jemari kanannya pun mulai mengebor. Jemarinya itu keluar masuk mengobok-ngobok lubang vaginanya kembali. Sedangkan jemari kirinya keluar masuk di dalam mulutnya. Nafsunya yang sudah tak tertahankan membuatnya rela melakukan apa saja demi memuaskannya.
“Mmpphhhh paaakkk… Mmpphhh nikmat bangeett… Mmpphhhh” desah Nayla semakin binal.
Ia lalu melepas kulumannya di jemari kirinya. Jemari kirinya kembali meremas susunya. Susunya jadi basah terkena liurnya.
“Aaaaahhhh paakkk… Aaahhhh dikiit laaggiii… Dikitt lagii paaakkkk” desah Nayla yang rupanya sudah merasakan adanya tanda-tanda.
Kedua kakinya semakin ia lebarkan. Kocokan di vaginanya jadi semakin keras seiring nafsunya yang semakin buas. Ia membayangkan bapak-bapak tua itu tengah menyodoknya dengan kecepatan maksimal. Jemari kanannya pun bergerak sebagaimana kecepatan penis pria tua itu yang ada di benaknya.
Keluar-masuk, keluar-masuk, keluar-masuk. Jemarinya bergerak keluar masuk dengan sangat cepat. Susu bulatnya yang menggantung indah tanpa adanya penutup sampai bergetar hebat. Nafsunya sudah berada di ambang batas. Ia benar-benar tak tahan dengan kisah tentang pria tua yang adeknya ceritakan.
“Aaaahhhh paaakkk… Aaaahhhhh… Aaaahhhhh terusss… Terusss sodokk aku paakkkkk” Jerit Nayla semakin kencang.
Terdengar bunyi kobokan yang semakin keras. Suara jeritannya juga tak kalah keras seolah dirinya sedang disetubuhi dengan sangat ganas. Ia merasa puas. Rasanya sangat nikmat ketika bisa melampiaskan nafsunya sambil membayangkan pria-pria tua.
“Aaaahhh paaakkkk… Aaahhhh paaaaakkkk… Aaaaaahhhhhhhhhhh”
'Tulalit… Tulalit… Tulalit…'
Seketika Nayla terkejut saat tiba-tiba dering telponnya berbunyi. Ia langsung menghentikan mastubasinya. Kedua kakinya ia tutup rapat. Sambil memegangi dadanya, ia berusaha melihat siapa sih orang yang telah menganggu masturbasinya di siang hari ini ?
“Ehhh mas Miftah ?” Kata Nayla yang mau tak mau buru-buru mengangkat telponnya.
“Halooo… Assalamualaikum mas” Ucap Nayla saat mengangkat telponnya malu-malu.
Akhwat binal yang saat itu sedang telanjang bulat jadi deg-degan ketika berbicara dengan suaminya tanpa mengenakan pakaian sama sekali.
“Walaikumsalam deekkk… Gimana ? Udah pulang belum ?” Tanya Miftah penasaran.
“Udahh kok mas… Udah hehe” Jawab Nayla gugup.
“Oh yah… Gimana tadi ngapain aja sama dek Kayla… Tumben jam segini udah pulang, katanya tadi mau sampai sore” Tanya Miftah.
“Hehehe awalnya emang gitu mas… Tapi ternyata gak selama yang adek kira… Adek ngobrol-ngobrol kok sama dek Kayla… Sempet foto-foto juga… Tadi juga udah makan siang sama dek Kayla” Kata Nayla menjawab sambil mengelus-ngelus vaginanya.
'Duuhhhh mas Miftah gak tau waktu banget sih… Orang tadi lagi enak-enak sampai rasanya kayak mau klimaks kok malah nelpon sih ?'
Batin Nayla kesal.
“Oh yah ? Hahahaha yaudah, adek pasti capek kan yah ? Mau istirahat dulu gak ?” Tanya Miftah yang membuat Nayla semakin kecewa.
“Ehh iya kok mas… Iyya kebetulan adek capek banget… Kaki adek sampai pegel” Jawab Nayla dengan nada lirih.
“Yaudah sampai nanti yah… Met istirahat… Wassalamualaikum” Ucap Miftah mengakhiri.
“Walaikumalam mas” Jawab Nayla kecewa.
Telpon telah dimatikan. Nayla pun menyandarkan tubuhnya sambil menaruh hapenya di sampingnya.
“Ihhh nyebelin banget sih… Nelpon cuma nanya kabar, kirain ada hal penting... Huft ganggu waktu aku masturbasi aja” Lirih Nayla kesal saat teringat tadi saat dirinya hampir mendapatkan orgasme sambil membayangkan pria tua lagi.
“Hah, 'astaghfirullah'… Bukannya ini malah bagus ? Nafsumu jadi terhenti sesaat kan Nay ?” Tanya Nayla pada diri sendiri.
Jujur, gara-gara telpon dari suaminya yang mengejutkannya. Nafsunya yang tadi membara tiba-tiba padam gara-gara rasa terkejutnya. Ia pun merenung sejenak. Haruskah ia bersyukur atau malah kecewa gara-gara panggilan telepon suaminya ?
“Iyya yah… Bukannya aku harusnya bersyukur karena gara-gara telpon tadi… Aku gak jadi orgasme sambil ngebayangin pria tua lagi ? Hah, makasih yah mas udah nelpon aku tadi” Lirih Nayla mencoba memahami.
“Tapi mas… Mmpphhhh aku masih belum puas” Lirihnya bimbang.
“Duhhhh aneh banget sih aku ini… Padahal tadi aku sampai nangis-nangis loh buat ngelarang dek Kayla biar gak kegoda sama pria tua… Tapi kok pas aku ngebayangin pria tua itu, aku malah sangek sendiri yah ? Emang bener kalau pria-pria tua adalah musuh aku yang sebenarnya… Aku gampang banget nafsu kalau ngebayangin pria-pria tua… Kenapa yah ? Kenapa aku jadi lebih sering terangsang tiap kali ngebayangin pria tua yah ?” Lirih Nayla heran.
“Ahhh entahlah… Pokoknya malam ini aku harus bisa melampiaskan nafsuku ini… Hmmm tapi bisa gak yah mas Miftah memuasiku malam nanti ? Kok aku malah ragu yah ? Tapi cuma itu satu-satunya cara yang dibolehkan… Cuma mas Miftah laki-laki yang sudah dihalalkan buatku… Cuma darinya lah aku bisa melampiaskan nafsuku” Lirih Nayla sambil berdiri lalu membawa pakaian-pakaian yang tadi dikenakannya.
“Moga aja dengan cara yang dek Kayla ceritain tadi, mas Miftah mau melayaniku dan sanggup memuasi nafsuku” Lirihnya sambil berjalan dalam keadaan telanjang bulat menuju kamar mandi untuk menaruh pakaian-pakaian kotor yang baru saja ditanggalkan olehnya.
*-*-*-*
Malam harinya saat sedang menyantap makan malam keluarga.
Nayla berulang kali melirik suaminya sambil memasukkan sesendok nasi ke mulutnya. Lidahnya geregetan karena ingin mengucapkan sesuatu namun tertahan karena ragu. Ia yang saat itu cuma mengenakan tanktop seksi hingga memperlihatkan belahan dadanya merasa sebal saat matanya menatap kegiatan suaminya.
MEDRBWQ
https://thumbs4.imagebam.com/bc/72/b0/MEDRBWQ_t.jpeg bc/72/b0/MEDRBWQ_t.jpeg
Dengan pakaian seseksi ini, kok bisa-bisanya suaminya tidak memperdulikannya bahkan seakan-akan sedang mengabaikannya. Suaminya sedari tadi hanya menatap layar hapenya lalu membalas setiap pesan yang masuk disana. Padahal banyak jutaan lelaki di luar sana yang sangat penasaran dengan apa yang berada di balik gamis Nayla. Namun suaminya acuh tak peduli. Nayla jadi sebal sekali. Padahal ia sengaja mengenakan pakaian seseksi ini demi menggoda nafsu suami.
'Emang mas kadang-kadang... Beda orang, beda caranya juga... Caranya dek Kayla buat ngegoda suaminya gak ampuh buat ngegoda mas Miftah... Kadang sampe heran deh... Gimana sih cara terampuh biar mas Miftah yang gerak dulu buat menggoda birahiku ?'
Batin Nayla sambil terus menatap suaminya.
Akhirnya setelah sesendok nasi terakhir masuk ke mulutnya, Nayla yang sedari tadi menahan diri berusaha memberanikan diri tuk mengungkapkan isi hati. Ia menarik nafasnya. Kedua tangannya ia tumpuk di meja depan. Dengan anggun ia mencoba menatap suaminya, ia berulang kali juga berdehem agar suaminya setidaknya dapat menatap ke arahnya.
Ehhemm... Eehhhemm
'Ihhhh gak peka banget sih !'
Batin Nayla kesal.
Ia kesal karena suaminya tidak sama sekali menatap ke arahnya meski mulutnya berulang kali telah mengeluarkan suara demi menarik perhatian suaminya.
Maaassss panggil Nayla yang akhirnya tidak mempunyai pilihan lain.
Apaa dekk ? Jawab Miftah yang lagi-lagi tanpa melihatnya.
Nayla menghela nafas. Ia mencoba bersabar. Setelah menenangkan dirinya, ia kembali mencoba untuk mengobrol dengan suaminya.
Maasss liat sini doongg... Adek kan mau ngobrol kata Nayla yang baru membuat Miftah menoleh ke arahnya.
Iyya dek maaf... Tadi mas lagi nanggung sih jawab suaminya tersenyum.
Dasar... 'Chattan' sama siapa sih ? Adek sampe dianggurin kata Nayla cemberut.
Maaff dekk... Ini soal kerjaan tadi... Habis lusa kan udah tanggal merah... Jadi mas sama tim divisinya mas lagi ngejar target gitu lah jawab Miftah memberi alasan.
Oh gitu jawab Nayla dengan dingin seolah tidak terlalu peduli.
Hehe jadi gimana ? Ada apa nih dek ? Tanya Miftah sambil tersenyum untuk membujuk istrinya agar mau melanjutkan obrolan yang diinginkannya.
Hmmm... Mas belum ngantuk kan ? Mas lagi gak capek kan ? Tanya Nayla agak ragu. Gara-gara sikap cuek suaminya tadi, ia jadi malas untuk meluncurkan niatannya sekarang.
Hmmmm enggak sih dek... Iyya mas lagi gak ngantuk... Masih seger malah... Kan baru makan kata Miftah yang membuat Nayla tersenyum.
Hehe jadi gini mas... Kan adek udah lama gak gituaan tuuhhh kata Nayla malu-malu sambil menekan dadanya menggunakan lengannya. Seketika Miftah langsung faham. Apalagi saat matanya menangkap dada besar istrinya yang membuat mulutnya nyaris bersiul menggodanya.
Hmmm teruuusss ? Tanya Miftah berpura-pura tidak paham.
Adeekkk maauuu... Kalauuu kitaaa... Kata Nayla yang lagi-lagi bersikap malu-malu yang membuat suaminya perlahan semakin gemas saja. Sekilas wajah Nayla tersipu. Bibirnya yang jarang diperlihatkan itu manyun-manyun membuat suaminya gemas ingin mencumbu.
Waahhhh iyya yahh... Udah lama kita enggak... Hehe kata Miftah yang juga jadi malu-malu setelah mendengar suara tawa istrinya yang begitu menggodanya.
Hihihi makanya, kalau mas gak keberatan... Boleh gak kalau adek mintaaa . . . Kata Nayla berdiri lalu malu-malu berjalan ke arah pangkuan suaminya. Kemudian ia mendudukkan tubuhnya lalu mendekatkan dadanya ke wajah suaminya. Mata Miftah sampai mau meloncat keluar gara-gara kemegahan dada istrinya. Ia tak percaya dada istrinya bisa sebesar ini ? Padahal seingatnya dulu dada istrinya tidak sebesar ini ? Ia jadi penasaran, apa yang membuat dada istrinya membesar ? Gak mungkin kan gara-gara operasi yang diam-diam dilakukan tanpa sepengetahuannya ?
'Gleeeggg !!!'
Deeekkk... Mantep banget sih susu adek ! Kok bisa segede ini ? Kata Miftah keceplosan yang membuat Nayla tertawa senang.
Hihihi... Iyya dong, dari dulu udah gede malah... Dasar gak peka sih !!! Kata Nayla cemberut.
Hehe masa ? Waahhh mas kok jadi haus yah kata Miftah yang semakin mupeng setelah lama melihat susu istrinya.
Hihihi dasar, mau nyicip gak ? Susu adek kan miliknya mas juga ? Goda Nayla yang membuat Miftah lagi-lagi menenggak ludah.
Mau dekk maauuu... Mas boleh nih icip sekarang ? Tanya Miftah yang jadi semakin kehausan gara-gara godaan susu istrinya.
Boleh dong tapi elap dulu mulutnya... Masih kena bekas sambel tuh kata Nayla reflek mengambil tisu lalu mengelap bibir suaminya. Ia juga meminta suaminya minum air lalu diam-diam menurunkan tali pengikatnya yang membuat susu kanan Nayla tumpah seketika.
MEDRBWP
https://thumbs4.imagebam.com/6f/f5/5c/MEDRBWP_t.jpeg 6f/f5/5c/MEDRBWP_t.jpeg
Mata Miftah melotot. Ia yang sedang menenggak air langsung keselek gara-gara melihat puting indah istrinya untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Uhuukk... Uhuukkk... Uhhukkk Miftah terbatuk-batuk. Nayla yang menyadarinya hanya tersenyum lalu mengelap bibir suaminya menggunakan tisu.
Pelan-pelan dong mas minumnya... Keselek kan... Hihihihi... Udah kaya bocil aja nih kudu di elapin mulutnya kata Nayla perhatian yang membuat suaminya tersipu.
Hehe habis lagi minum malah dikasih susu segede ini... Mas kan jadi kaget kata Miftah yang masih tak percaya dengan kemegahan susu gantung istrinya.
Hihihi kan sengaja adek siapin buat mas... Yuk diminum dulu susunya kata Nayla sambil memegangi dadanya lalu mengarahkannya ke mulut suaminya.
Mmmpphhh... Mmppphhh... Mmppphhh manis banget sih deekk... Mmpphhh enak banget susu adek kata Miftah yang langsung mencaploknya menggunakan mulut besarnya.
Mmpphhh masss.... Mmppphh geliii... Mmpphh pelan-pelan dong massss... Mmpphhh nanti keselek lagi lohh desah Nayla sambil menunjukkan ekspresi nikmatnya sambil menatap wajah suaminya.
Mmpphhh... Mmpphhh sssllrrppp... Mmpphh kalau ini mah gak akan keselek dek... Mas udah biasa ngisep soalnyaaa kata Miftah yang ketagihan sehingga memperkuat hisapannya. Bahkan lidahnya di dalam juga menggeliat untuk menjilati puting susu istrinya.
Mmpphh maasss... Mmpphhh aaaaaahhhh... Mmpphhh pelann... Adekk gelii mass desah Nayla yang perlahan mulai bernafsu gara-gara hisapan suaminya.
Mmpphhh... Susaahh dekk... Mmpphh ssllrppp mulut mas gak bisa berhenti... Mmpphhh... Mas boleh ngabisin yang satunya juga gak ? Kata Miftah yang jadi semakin rakus.
Aaaahhh... Aaahhh mass... Mmpphhh dasaarr ihhh... Satu aja belum habis tapi kok udah minta nambah lagi sih tegur Nayla.
Mmmpphhh habis mas penasaran sih... Rasa susu yang satunya sama apa enggak... Mas jadi haus banget soalnyaaa kata Miftah beralasan yang tentunya membuat Nayla senyum-senyum saja.
Dasaarr yaahhh... Untung adek lagi baik... Nih susu adek satu lagi buat mas... Nih mau nyoba susu yang mana goda Nayla saat memegangi kedua susunya. Sontak Miftah jadi bingung. Dua-duanya sama-sama besar. Dua-duanya sama sama menggoda. Dua-duanya sama-sama empuk dan menggugah selera.
Nayla tersenyum malu-malu melihat ekspresi suaminya itu. Ia pun membatin dalam hati. Seperti inilah harusnya godaan yang ia lakukan. Ia seharusnya menggoda suaminya bukan laki-laki tua gak jelas yang tinggal di luar sana.
Yang mana aja boleh ah dek... Mas udah nafsu banget soalnya kata Miftah yang memposisikan tubuh Nayla dipangku menghadap ke arahnya. Miftah dengan rakus menyusu keduanya secara bergantian. Mulanya ia menyusu di susu kanannya lalu berpindah ke sisi kirinya. Lidahnya juga menggeliat menjilati areola istrinya. Terlihat liurnya menggenangi putingnya. Nayla pun terengah-engah. Ia sangat menikmati jilatan suaminya.
Mmpphhh nikmat bangeettt... Mmpphh gak yang ini gak yang itu dua-duanya sama-sama enak bangett deekk desah Miftah dengan rakusnya saat bergantian menghisapi payudara istrinya.
Aaahhh maasss... Aaahhh... Aaahhh gelii... Aahhh jangan digigit juga doonggg !! Keluh Nayla.
Mmpphhh... Mmppphh sllrrpp... Mmpphh maafin mas dek... Maasss jadi makin nafsu soalnyaaa... Mmpphhh desah Miftah terus melanjutkan.
Dasaarrr ihh... Aaaahhh... Aaahhh maaass... Aaahhhh... Desah Nayla tersenyum melihat kerakusan suaminya.
Selama lima menit Miftah terus menyusu tanpa henti. Ia tak pernah bosan. Apalagi saat sadar bahwa susu istrinya ternyata besar. Susu istrinya juga empuk. Susu istrinya juga kenyal-kenyil. Ia lalu memperkuat hisapannya bahkan menyeruputnya hingga pentil susu berwarna pink itu tersedot ke dalam.
Hah... Hah... Hah... Mas jadi gak kuat lagi nih kata Miftah setelah puas menyusu di dada istrinya. Ia pun menatap wajah istrinya dengan penuh nafsu. Nayla yang melihatnya merasa bahagia melihat suaminya begitu bernafsu kepadanya.
Hihihi gimana ? Mas udah kenyang kan ? Sekarang gimana ? Boleh yah... Adek minta . . . . Kata Nayla yang rupanya masih malu-malu.
Mintaaa ? Apaaa ? Tanya Miftah geregetan meski ia sudah tahu jawabannya.
Ngentot bisik Nayla di telinga suaminya yang membuat suaminya itu merinding mendengarnya.
Betapa terkejutnya Miftah saat mendengar ucapan kotor itu dari lisan istrinya yang dikenal alim sholehah. Bukannya marah, ia jadi semakin bernafsu. Miftah pun tersenyum bersiap untuk menyergap istrinya itu.
Eh tunggu dulu ! Kata Nayla saat suaminya hendak membawanya menuju kamarnya.
Ada apa lagi dek ? Mas udah nafsu pengen ngentot adek kata Miftah terbawa suasana sehingga ikut menggunakan kata-kata kotor itu.
Adek mau mas pake baju yang rapih... Nanti adek juga pake gamis yang cantik kok... Gimana ? Masa mau menikmati tuan putri pake bajunya kayak gini kata Nayla sambil memegangi kaus suaminya.
Hahahha bisa aja... Yaudah kita persiapan yah... Mas udah gemes banget nih pengen menikmati adek kata Miftah menatap istrinya.
Sama mas... Adek juga pengen dikontolin sama pangeran hati adek lagi kata Nayla yang lagi-lagi menggunakan kata-kata kotor yang membuat nafsu suaminya semakin meninggi.
Dasar tuan putri genit... Malem-malem sukanya ngegoda pangerannya yah kata Miftah yang membuat Nayla tertawa.
Hihihi selain jadi tuan putri, adek kan juga bertugas sebagai pemuas nafsunya mas... Hayoo pengen dipuasin adek gak ? Tanya Nayla yang bahkan sambil membetot penis suaminya yang sudah mulai berdiri dari balik celananya.
Aaahhhh... Hahahahah... Nakal banget sih tangan adek... Berani megang-megang yaahh... Yukkk kata Miftah yang akhirnya menggendong istrinya ke kamarnya. Mereka berdua pun tertawa. Mereka sama-sama tak sabar untuk menikmati sesuatu yang sudah dihalalkan untuk mereka.
*-*-*-*
Miftah sudah tampil gagah dengan balutan kemeja serta celana kain yang membuatnya terlihat semakin tampan. Dengan tak sabar, ia mondar-mandir diluar kamarnya tuk menunggu istrinya selesai berdandan. Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara yang membuatnya tersenyum senang.
Udaahh mass... Adek udah siap kata Nayla yang membuat Miftah buru-buru membuka pintu kamarnya.
Baru saja pintu dibuka, Nayla yang saat itu tampil cantik dengan gamis panjang berwarna putih langsung mendekat yang kemudian memegangi pinggang suaminya. Mata mereka bertemu. Mata mereka sama-sama menatap dengan penuh nafsu. Tanpa ada kata-kata yang terucap, cadar Nayla langsung diangkat lalu bibirnya mendekat untuk mencumbu bibir suaminya.
Mmmppphhhh desah mereka berdua saat bercumbu.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
MEBE9P1
https://thumbs4.imagebam.com/18/41/8d/MEBE9P1_t.jpg 18/41/8d/MEBE9P1_t.jpg
'NAYLA
Bibir mereka bertemu. Bibir mereka langsung mendorong dengan penuh nafsu. Mata mereka memejam. Mulut mereka menerjang saling sikat saling menghujam. Sesekali bibir mereka membuka untuk mencaplok bibir lawan masing-masing. Miftah dengan penuh nafsu menjepit bibir atas istrinya dan Nayla membalasnya dengan menjepit bibir bawah suaminya. Dikala kedua tangan Miftah mendekap erat pinggang istrinya maka kedua tangan Nayla memegangi pinggul suaminya. Kakinya bahkan sampai menjijit disaat mencumbui bibir suaminya itu.
Mmpphhh... Mmmpphhh gak cuma susu, tapi bibir adek juga manis banget... Mas jadi puas banget... Adek hebat banget ternyata buat godain mas puji suaminya.
Mmpphh makasih mas... Tapi ini belum seberapa... Ini masih belum ada apa-apanya mas kata Nayla yang tiba-tiba menaikkan tangannya tuk membelai pinggang suaminya. Tubuh Miftah sampai merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Bibir Nayla jadi lebih agresif. Tidak cuma mendorong tapi bibirnya juga ingin menyepong. Bibir Miftah dijepitnya lalu ditariknya sebelum lidahnya berkeliaran masuk ke dalam untuk menjilati rongga-rongga mulut suaminya.
Mmpphhh deeekkk... Mmpphhh nafsu bangett adek yaahh... Mas gak nyangka adek rupanya jago banget buat muasin mas kata Miftah terkejut dengan 'skill' cumbuan istrinya.
Mmmpphhh mas sih jarang luangin waktu buat adek... Padahal adek dari dulu udah gak sabar loh pengen nunjukkin kehebatan adek kata Nayla terus mencumbu kali ini sambil melepas satu demi satu kancing kemeja suaminya.
Mmmpphhh... Mmpphhh oh yah ? Mmmpphh maaff dek... Tau gini, mas bakal ngebiarin adek kayak gini terus tiap malem desah Miftah yang membuat istrinya tersenyum.
Mmpphhh... Janji yah ? Kalau beneran terjadi, adek juga bakal janji bakal nguras tengki pejuh mas tiap hari kata Nayla menggoda yang membuat suaminya lagi-lagi merinding. Ia pun tak dapat membayangkan dinikmati seperti ini oleh suaminya tiap hari. Ia yakin, pasti lututnya bakal lemas kalau sampai memejuhi listrinya berulang kali.
Mmpphhh... Mmpphh liat aja nanti... Akan mas usahain desah Miftah yang membuat Nayla tersenyum senang.
Sambil terus mencumbu. Nayla menggelitiki puting susu suaminya setelah membuka seluruh kancing kemejanya. Tidak cuma digelitiki, tangan mulusnya itu juga membelai dada suaminya. Tangannya terus bergerak naik turun. Tangannya naik lagi lalu turun lagi. Tangannya lalu mengusap-ngusap celana kain Miftah yang membuat penis suaminya itu semakin menegak dibalik celananya.
Aaaahhhh... Aaaahhh... Aaaahhh enakk bangettt deekkk desah Miftah setelah puas dicumbui istrinya.
Hihihihi makin gede aja nih kontolnya... Hayoo siapa yang udah ngacengin kontol mas ? Mesti tanggung jawab loh orangnya, hihihihi tawa Nayla menggoda yang membuat Miftah semakin terangsang oleh kata-kata kotor istrinya.
Aaaahhh jelaaaas adeekkk... Cuma adek yg bikin mas panas dingin kayak gini.. Aaaahh terus rangsang mas dek... Terusss puasin mas kata suaminya yang membuat Nayla semakin bernafsu untuk memuasinya.
Hihihi kalau gitu siap yah... Adek udah gemes banget loh gara-gara kontol mas ini... Kata Nayla yang tiba-tiba mendorong suaminya hingga terbaring diatas ranjang tidurnya.
Dari bawah, Miftah menyadari kalau istrinya sudah sangat bernafsu kepadanya. Ia sadar, bahwa sebelumnya istrinya tidak pernah seagresif ini. Mungkinkah efek karena jarang disentuh olehnya ? Itu lah yang ia pikirkan sekarang.
Hihihi maasss tawa Nayla saat dirinya menaiki ranjang lalu membelai perut suaminya. Ia bahkan melepas kemeja yang dikenakan suaminya. Ia bahkan juga menarik lepas celana yang suaminya kenakan hingga membuat suaminya telanjang bebas dibawahnya.
Deeeekkkk kata Miftah terkejut saat melihat istrinya bagaikan kucing nakal yang siap menerkam.
Terlihat Nayla hanya tersenyum malu-malu. Tangan mungilnya pun membelai penis tegak itu yang membuat pemiliknya merinding keenakan. Mata Miftah sampai merem melek saat penisnya itu mulai dikocok. Meski ukurannya kalah jauh dari pria-pria tua yang pernah mencicipinya. Nayla tak mempermasalahkannya. Ia pun terus mengocoknya yang membuat penis itu semakin tegak dibuatnya.
Aaaahhhh deekk... Aaaahhh... Aaaaahhhh desah Miftah keenakan.
Hihihihi gimana mas ? Enaaakkk ? Tanya Nayla yang masih berpakaian lengkap saat mengocok penis suaminya.
Aaaahh enakk deekk... Enaaakkk... Terusss aaahh... Aaahhh desah Miftah saat membaringkan tubuhnya pasrah.
Hihihi kontol mas udah ngaceng banget nihhh... Pasti mas udah nafsu banget yah ke adek ? Tawa Nayla saat menggoda suaminya.
Aaahhh... Aaahhhhh... Iyaahh dekk... Aaahhh mas udah nafsu banget... Aahhh kocokan adek enakk banget soalnyaaa desah Miftah memejam.
Hihihihi syukurlah mas... Adek juga udah nafsu banget... Gak sabar pengen ngerasain tusukan kontol mas lagi ke memek aku kata Nayla yang membuat suaminya semakin merinding.
Aaahhh sama deekkk... Masss juga udah gak tahannn pengen genjottt adeekkk desah Miftah sampai terengah-engah merasakan kocokan istrinya.
Hihihihi tahan bentar dulu yah mass... Adek pengen nyepong kontol mas dulu kata Nayla yang tiba-tiba mengangkat cadarnya.
Eehhh apaan dek ? Nyepong ? Adek ? Tanya Miftah terkejut ketika istrinya tiba-tiba ingin mengulum penisnya. Padahal dari dulu setiap kali ia minta, istrinya selalu menolak. Apa gerangan yang membuat istrinya ingin mengulum penisnya ?
Hihihi gimana yah rasa kontolnya mas kata Nayla yang langsung mencaplok penisnya lalu menghisapnya kuat-kuat.
Aaaaaahhhh mantepnyaaa... Deeekkk jerit Miftah keenakan.
Mmpphhh... Mmpphhh enaaakk... Mmppphh... Mmmpphhhh desah Nayla menikmati. Meski penis suaminya tidak sebesar penis pria-pria tua yang pernah ia cicipi. Meski penis suaminya juga tidak sekeras penis pria-pria tua yang pernah ia cicipi. Ia tak mempermasalahkannya. Nayla hanya melahapnya lalu menaik turunkan wajahnya secepat-cepatnya.
Terlihat wajah Nayla naik turun. Bibirnya menjepit penis suaminya tanpa ampun. Suara seruputan terdengar seolah ia sedang menghisapnya kuat-kuat. Lama kelamaan penis suaminya semakin basah. Nayla jadi semakin bergairah. Kulumannya dipercepat. Jepitan bibirnya diperkuat.
Mmmpphhh masss... Mmmpphh enak banget kontolnya maassss desah Nayla bernafsu.
Aaahh dekk... Aaahhh yaahh... Aaahhhh pelaaannn... Aaahhh enakk banget sepongan adekkk jerit Miftah sambil mencengkram spreinya.
Pria tampan yang sudah tidur terlentang itu terus dipuasi oleh istrinya. Akhwat bercadar yang sebenarnya sudah jauh ternoda itu mengeluarkan semua pengalamannya dalam mengulum penis pria-pria tua.
Tak jarang ia hanya mengulum ujung gundulnya karena batangnya sibuk dikocoki olehnya. Tak jarang lidahnya hanya menjilati ujung gundulnya bahkan area di sekitar lubang kencing suaminya yang membuat Miftah blingsatan tak karuan. Kadang ia memasukan keseluruhan penis itu ke mulutnya yang membuat pemiliknya merasakan kenikmatan yang menendang-nendang. Ukuran penis suaminya yang tidak terlalu besar memudahkan mulut Nayla yang sudah terlatih untuk memasukkan semuanya.
Mmpphhh... Mmpphh maasss... Mmpphhh desah Nayla lalu melepas kulumannya tuk menatap wajah suaminya dengan binal. Terlihat tangannya terus mengocok. Penis Miftah pun terus terjaga agar tetap berdiri tegak oleh kocokan tangan istrinya.
Deekkk... Aaahhh... Deekkk... Adekk jago banget sihh... Belajar dari mana ? Tanya Miftah penasaran.
Aaahhh... Aaahhh... Hihihihi itu rahasiaaaa jawab Nayla yang tiba-tiba berdiri lalu membugili dirinya sendiri.
Sontak mata Miftah lagi-lagi mau keluar saat melihat keindahan yang ada pada tubuh istrinya. Dari bawah ia dapat melihat betapa mulusnya kulit istrinya. Kaki yang jenjang, paha yang berisi, lalu perut yang rata. Saat matanya menaikkan pandangannya lagi, ia melihat dua susu gantung yang tadi ia cicipi setelah makan. Miftah jadi tak sabar, nafsunya semakin menggelora setelah melihat ketelanjangan istrinya.
“Deeekkkk… Indah banget tubuh adek” Puji Miftah terkagum saat melihat keindahan tubuhnya. Apalagi saat itu, Nayla masih mengenakan hijab beserta cadarnya. Miftah jadi terfokus pada keindahan tubuhnya saja. Miftah sampai geleng-geleng kepala. Ia tak menyangka telah menikahi seorang wanita yang seksi sekali.
“Hihihih ada apa mas ? Kaget yah… Mas sih jarang make adek… Adek menggoda kan ?” Tanya Nayla sambil berkedip lalu meremasi kedua payudaranya sendiri.
'Gleeegggg !!!'
Miftah menenggak ludah. Ia langsung mengangguk tanpa ragu untuk menjawab pertanyaan istrinya itu.
“Hihihihi siap yaahh… Awas, jangan sampai keluar duluan… Adek mau mulai goyang mas” Kata Nayla yang mulai mendudukkan tubuhnya, bersiap untuk memasukan penis itu ke dalam vaginanya.
“Iyya dekkk… Mas akan berusaha bertahan… Ayo masukin… Mas udah gak tahan niihhh” Kata Miftah yang semakin geregetan saat sebentar lagi dirinya akan menusuk rahim istrinya lagi.
Penis Miftah telah tiba di pintu masuk lubang kenikmatan istrinya. Saat istrinya semakin menurunkan tubuhnya, Miftah mulai memejam saat ujung gundulnya mulai membelah lubang kenikmatan itu. Jepitannya yang begitu terasa, membuat Miftah sampai harus memperkuat cengkramannya tuk bertahan dari jepitan yang semakin kuat.
“Aaaaahhhh deeekkk… Uuuhhhh sempit bangetttt memekk adekkk… Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Miftah bertahan sekuat tenaga.
“Aaaaaaaaaahhhhh… Mmmppphhh” desah Nayla sambil merapatkan bibirnya ketika merasakan tusukan penis suaminya yang menggesek dinding vaginanya.
Nayla heran, apa iya suaminya benar-benar merasakan jepitan vaginanya dengan penis sekecil itu ? Karena sejujurnya ia tak terlalu merasakan tusukan penis suaminya di dalam. Ia yang sudah terbiasa dimasuki penis-penis besar nan perkasa membuat rasa penis suaminya tidak ada apa-apanya. Rasanya hanya geli-geli saja. Ia jadi berfikir, kalau memang suaminya benar-benar merasakan jepitan vaginanya, ia jadi bertanya-tanya apa yang dirasakan oleh setiap pria tua yang telah mencicipi lubang vagianya.
“Aaaahhhh deekkkk… Aaahhhh… Aaaaaahhhh” Desah Miftah saat istrinya mulai menaikkan tubuhnya pelan-pelan. Ia benar-benar merasakan jepitan kemaluan istrinya. Apa yang ditunjukkan oleh wajahnya itu benar-benar apa yang dirasakannya sekarang. Itu ekspresi yang sesungguhnya. Maka beruntunglah setiap pria tua yang pernah mencicipi lubang kenikmatan Nayla.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh” desah Nayla sambil menunjukkan ekspresi wajah binal saat menatap suaminya. Namun masalahnya, ia tak benar-benar merasakan penis suaminya. Memang ia meraskan gesekan penis suaminya di dalam, tapi tak senikmat apa yang biasa ia dapatkan dari pria-pria tua yang pernah mencicipinya. Sambil menunjukkan ekspresi wajah palsu, Nayla terus menaik turunkan tubuhnya tuk menggoyang penis suaminya.
'Kenapaaa kurang kerasaaa ? Kenapa kontol mas Miftah gak ada rasanyaaa ?'
Batin Nayla frustasi hingga mempercepat gerakkan naik turunnya berharap dirinya bisa mendapatkan kenikmatan yang ia inginkan.
“Aaaahhhh dekk… Aaahhhh… Aaaahhh” desah Miftah yang justru kewalahan menahan goyangan istrinya.
“Aaahhh maasss… Aaahhhhh… Aaaaahhh… Mmpphhhh” desah Nayla sambil meremasi kedua susunya berharap bisa mendapatkan kenikmatan yang ia inginkan.
“Aaaahhhhh deekkk… Enakk bangett… enak banget rasanyaaa… Aaahhh yaahhh… aaahhhh” desah Miftah ngos-ngosan.
“Aayoo maasss… Maaass… Aaahhhh… Aaaaahhh” desah Nayla yang lagi-lagi heran karena belum mendapatkan kenikmatan yang ia inginkan.
Nayla semakin frustasi. Ia benar-benar tak menikmati persetubuhannya bersama suaminya. Bahkan rasanya lebih enak bermasturbasi sendiri seperti di siang tadi daripada melakukan persetubuhan dengan suami.
'Aaaahhhh kenapaa maasss ? Kenapaaa kontol mas gak ada rasanya ?'
Batin Nayla heran.
Saat tubuhnya terus naik turun menggoyang suaminya. Ia tiba-tiba mendapatkan ide agar dirinya bisa mendapatkan kenikmatan bercinta.
“Maassss… Mmpphhh… Adek minta gantian dong… Mas yang genjot adek yah” Kata Nayla saat menaikkan tubuhnya hingga penis suaminya terlepas dari lubang vaginanya.
“Aaahhh iyahh dek… Iyahh… Hah… Hah… Hah… Mas sampe capek gini… Adek hebat banget sih pas ngegoyang mas” Puji Miftah yang langsung bangkit, bersiap untuk menusuk rahim istrinya lagi.
Nayla langsung menungging. Hijabnya yang menggantung ke bawah, ia selempangkan ke belakang punggungnya. Nayla pun bersiap, jemarinya mencengkram sprei ranjangnya tuk menahan tusukan yang akan dilakukan suaminya sebentar lagi.
MEBE9OY
https://thumbs4.imagebam.com/ea/08/12/MEBE9OY_t.jpg ea/08/12/MEBE9OY_t.jpg
'NAYLA
“Hah… Hah… Ini diaa… Ini diaaa… Hennkgghhhh !!!!” Desah Miftah saat menusukkan penisnya.
“Aaaahhhhhh” Nayla mendesah. Namun ia mendesah bukan karena menikmati tusukan yang dilakukan oleh suaminya. Ia mendesah karena tubuhnya terdorong maju hingga membuatnya terkejut.
'Masih beluummm ! Aku masih belum ngerasain kontolmu maass…'
Batin Nayla semakin kecewa.
“Aaahhh deekkkk… Aaahhh nikmat sekalii dekkk… Aaahhh yahhh… Aahhh enak banget jepitan memekmu deekkk” desah Miftah.
Berbanding terbalik dengan apa yang Nayla rasakan. Miftah sangat menikmati persetubuhannya. Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Kedua tangannya meremas-remas bokong montok istrinya yang terasa kenyal-kenyil. Miftah mendesah. Suaranya semakin keras.
“Aaahhh maass… Aaahhh yaahh… Aaahhh terusss… Terusss yang kencengg maass” Desah Nayla berharap agar bisa merasakan tusukan suaminya kalau suaminya mempercepat goyangannya.
“Aaaahhh iyaahhh dekkk… Iyaahhh… Aaahhh enak banget… Aaahh yahhh… Aaahhhh deekk” desah Miftah semakin kencang.
Namun Nayla masih belum merasakan. Ia pun memutar otak agar dirinya bisa segera mendapatkan kenikmatan itu.
“Aaahhh maass… Aaahhh ayoo tarikk hijab adekkk… Tarik yang kenceng ke belakaanggg” Pinta Nayla yang membuat suaminya bergegas menurutinya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Iyahhh… Seperti ini deekkk ?” Tanya Miftah sambil menarik hijab istrinya ke belakang yang membuat wajah Nayla terangkat naik.
“Aaaahhhh iyaahhh… Aahhhh… Tampar bokong adekkk maass… Yang kencaaannggg… Tampar yang kencaaanngg” Jerit Nayla mencoba memikirkan situasi yang membuat dirinya merasa binal.
“Aaahhh iyaahhh dekk… Rasakaann iniii… Rasakaannn !” Jerit Miftah sambil menampar-nampar bokong istrinya.
'Plaakkk… Plaaakk… Plaaakkk !!!'
“Aaahh masss… Aaahhh… Aaahhhh maaasss” jerit Nayla, namun sebenarnya ia masih belum merasakan kenikmatan yang ia inginkan. Ia hanya mendesah saat merasakan sakit akibat tamparan suaminya di bokongnya.
“Aaaahhh deekkk… Aaahhh enakk sekalii… Aaahhh adek nakal yahhh bikin mas mikirin situasi kayak gini… Aaahhhh mas kayak lagi naikin kuda aja deekk… Aaahhh mas kayak lagi ngendaliin kuda liar ajaa deekkk” Desah Miftah sambil terus menarik hijab Nayla sambil menampar-nampar bokong montoknya.
'Plaaakkk… Plaaakk… Plaaakkk !!!'
“Aaahhh iyaahh masss… Aaahhh… Aaahhh” Ucap Nayla yang terus mengeluarkan desahan palsu.
'Kenapaaa ? Kenapa aku gak pernah ngerasain kenikmatan dari mas Miftah ? Padahal aku udah berharap banyak pas aku menggodanya tadi… Nyatanya, aku gak ngerasain apa-apa… Rasanya hambar… Rasanya kayak lagi didorong-dorong aja…'
Batin Nayla mengeluarkan keluh kesahnya.
“Aaaahhh dekkk… Aaahhh… Maass mau keluaar… Maass mau keluuaarr” Jerit Miftah yang membuat Nayla terkejut saat mendengarnya.
'Hah ? Udah mau keluar ?'
Batin Nayla heran.
'Aku aja belum ngerasain apa-apa tapi mas Miftah udah mau keluar ?'
Batinnya lagi tak percaya.
“Aaahhhh dekkk… Aaahhh… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah Miftah semakin kencang. Kedua tangannya pun berfokus memegangi pinggul istrinya agar pinggulnya sendiri bisa lebih keras saat menyodok rahim istrinya.
“Aaahhh iyaahhh… Keluarin masss… Keluaarriinnn” desah Nayla saking kesalnya sehingga ingin menyudahi persetubuhannya saja.
“Aaahhh iyaahhh deekk… Iyaahhh… Rasakaann iniii… Rasakaann !!! Hennkgghhh !” Desah Miftah saat mementokkan ujung gundulnya hingga menyundul dinding rahim istrinya.
'Crrrooottt… Ccrroottt… Cccrrroottt !!!'
“Aaahhh maaassss” Jerit Nayla saat terdorong maju. Dalam sekejap, ia merasakan rahimnya hangat saat disirami sperma suaminya. Nayla pun ambruk jatuh saat tubuh suaminya juga jatuh menindihi dirinya.
“Hah… Hah… Hah… Puas bangett… Makasih yah dekk… Mas puas banget… Baru kali ini mas ngerasain persetubuhan senikmat ini… Hah… Hah” Desah Miftah terengah-engah. Matanya merem melek. Ia pun menciumi leher istrinya tuk menikmati kepuasan pasca orgasmenya.
'Sudaaahh… Usaaii sudaaahh… Cuma gini doang yaahh… Cuma ini doang yang aku dapetin setelah menggoda mas Miftah daritadi ?'
Batin Nayla kecewa.
Ia yang masih ditindihi suaminya menatap kosong ke arah meja kecil disebelah ranjang tidurnya. Ia kembali merenung. Ia pun memikirkan nasibnya ke depan.
'Seriusan nih udahan ? Apa jadinya kalau aku tobat sekarang… Tiap harinya aku gak bakalan dapet apa-apa dari mas Miftah… Kehidupanku bakalan hambar terus… Aku gak sanggup hidup kayak gini… Aku harus gimana ? Haruskah aku kembali ke diriku yang dulu lagi ? Haruskah aku kembali menjadi lonte binal lagi ? Cuma itu satu-satunya cara agar aku bisa mendapatkan kepuasan bercinta…'
Batin Nayla terus merenung.
“Hah… Hah… Makasih yah dek… Mas puas banget… Makasih buat godaannya… Mas jadi capek nih, tidur yuk… Mas jadi ngantuk gara-gara keluar tadi” Lirih suaminya yang masih terengah-engah sambil memeluk istrinya.
“Sama-sama mas… Adek juga kok” Kata Nayla berbohong. Ia benar-benar kecewa namun tak berani untuk mengungkapkan. Ia takut perkatannya hanya akan menyakiti hati suaminya. Ia pun lebih memilih mengalah membiarkan dirinya terluka karena gagal dipuasi suaminya.
“Hahaahaha syukurlah… Yaudah, sekarang tidur yuk… Udah malem lohhh” Kata Miftah hendak memejamkan mata.
“Iyya mas… Eh iya” Kata Nayla yang tiba-tiba teringat sesuatu.
“Kenapa dek ?”
“Besok, temen adek ada yang nikahan… Adek minta izin pergi yah buat kondangan” Kata Miftah saat teringat pesan dari teman kuliahnya di siang tadi.
“Oh yah ? Dimana ?” Tanya Miftah penasaran.
“Di puncak mas… Kurang tau sih tepatnya… Tapi nanti bakal berangkat bareng temen adek dijalan” Jawabnya.
“Hmmm yaudah deh… Hati-hati yah di jalan… Apalagi di Bogor belakangan sering hujan loohh… Kemarin aja mas liat bola di tivi lapangannya sampai banjir loh… Jangan lupa bawa jas hujan” Kata Miftah mewanti-wanti.
“Iyya mas, besok adek siapin semuanya” jawab Nayla patuh.
Miftah pun mengecup pipi istrinya. Ia langsung memejamkan mata sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang. Nayla yang belum mendapatkan kepuasan terpaksa memejamkan matanya juga. Mereka pun tertidur tanpa mengenakan pakaian sama sekali.
Namun terlihat jelas kalau Nayla tidak bisa tidur sama sekali. Terlihat jelas kalau wajahnya sangat kecewa sekali.
'Semoga aja, besok ada hal indah yang bisa aku dapatkan !'
Batin Nayla ditengah pejaman matanya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 21
BADAI PASTI BERLALU
Wajahnya kecut. Bibirnya cemberut. Nayla benar-benar kesal saat teringat apa yang sudah suaminya lakukan semalam. Ia masih tak percaya, kok bisa yah dirinya seperti tidak merasakan apa-apa saat disetubuhi oleh suaminya. Rasanya kayak geli-geli saja. Tidak ada nikmatnya. Rasanya kayak didorong-dorong saja. Tidak ada sesuatu yang berkesan yang tertinggal semalam.
“Hah… 'Astaghfirullah'… Bener-bener mengecewakan deh… Aku harus gimana dong ? Kalau kayak gini kan, aku jadi ragu buat tobat” Lirih Nayla saat bercermin di meja riasnya.
Pagi-pagi sekali, Nayla sudah cantik dengan pakaian serba hitam yang menutupi tubuh beningnya. Hijabnya hitam, cadarnya hitam, gamisnya hitam dan rok panjang yang menutupi kaki jenjangnya juga hitam. Warna kulitnya yang sangat kontras dengan pakaian yang dikenakannya membuat penampilannya jadi terlihat sempurna.
Laksana kopi yang diberi susu, dimana ada campuran antara pahit & manis yang memberikan rasa nikmat bagi peminumnya. Laksana energi yin & yang, yang menyeimbangkan antara dua sifat yang saling berlawanan sehingga memberikan energi kehidupan bagi orang-orang disekitarnya. Nayla juga demikian. Gamisnya yang berwarna hitam membuat orang-orang terfokuskan pada keindahan mata yang dimilikinya. Perpaduan harmonis itulah yang membuat orang-orang jadi berfokus pada keindahan yang dimiliki tubuhnya.
Mulai dari bola matanya yang berwarna putih bersih, kemudian diikuti dengan warna pupilnya yang hitam pekat. Keindahannya pun berlanjut menuju kulit beningnya yang sungguh terawat. Andai orang-orang dapat menyentuhnya, pasti mereka semua terkejut akan kemulusan yang dimilikinya. Keindahannya kembali berlanjut menuju lekuk tubuhnya yang sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Nayla benar-benar sempurna. Kecantikannya telah menggoda mata setiap lelaki yang melihatnya.
MEE0FQN
https://thumbs4.imagebam.com/4b/c6/c4/MEE0FQN_t.jpg 4b/c6/c4/MEE0FQN_t.jpg
'NAYLA'.
Nayla masih duduk manis sambil menatap bayangannya di cermin. Ia lalu menggelengkan kepalanya sehingga membangunkannya dari ingatannya semalam. Ia ingin 'move on'. Ia lalu meraih tas jinjingnya agar bisa segera pergi dari rumahnya. Baru saja ia keluar dari kamarnya, ia dikejutkan oleh kehadiran suaminya yang baru saja mandi untuk persiapan menuju kantornya.
“Maasss…” Kata Nayla terkejut saat tiba-tiba suaminya sudah ada di depannya.
“Loh dek… Sekarang ? Buru-buru amat ?” Tanya Miftah yang masih mengenakan handuknya.
“Hehehe iyya mas… Biar gak macet di jalan… Adek pamit yah” Kata Nayla sambil menjulurkan tangannya.
“Hati-hati yah di jalan… Pelan-pelan naik motornya” Kata Miftah yang menerima juluran tangan istrinya sehingga istrinya dapat salim mencium punggung tangannya.
“Iyya mas… Assamualaikum” Kata Nayla buru-buru pergi.
“Walaikumsalam yah dek” Jawab Miftah tersenyum.
Setelah istrinya pergi hingga hanya terlihat sisi bagian belakangnya saja dari arah pandangan matanya, Ia jadi teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan semalam. Ia memandangi terus lekuk tubuh itu. Ia masih geleng-geleng tak percaya atas kenikmatan yang diraihnya semalam. Ia merasa bersyukur bisa menikahinya. Ia lalu bersiap-siap memasukan kamarnya kemudian mengenakan kemejanya untuk segera berangkat menuju kantornya.
“Hah untungnya besok tanggal merah… Hari ini kerjaan kudu cepet kelar… Biar besok bisa santai di rumah bareng dek Nayla” Lirihnya tersenyum.
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Miftah sudah mengenakan kemejanya. Ia sudah rapih dan bersiap berangkat menuju kantornya. Sesampainya ia di teras rumahnya, ia lalu mengunci pintunya lalu buru-buru menuju mobilnya. Namun, baru saja ia membalikan badan, tiba-tiba ada pria tua berperut tambun yang tampak kebingungan saat berdiri di depannya.
“Ehhh pak Urip… Selamat pagi pak” Kata Miftah menyapa.
“Pagi juga pak… Loh kok pintunya dikunci ? Jangan-jangan mbak Nayla pergi lagi yah ?” Tanya pak Urip terkejut.
“Hahahaha iyya nih pak… Bapak kalau libur lagi gimana ?” Tanya Miftah tertawa.
“Ehhh lagi ?” Kata pak Urip semakin terkejut.
“Hahahaha istri saya lagi kondangan soalnya… Gak tau pulangnya kapan, paling sore karena biasanya bakal ngobrol-ngobrol dulu buat temu kangen disana” Kata Miftah lagi-lagi mengejutkan pak Urip.
“Hah… Yaudah deh pak… Gapapa nih saya libur lagi ?” tanya pak Urip masih tak percaya.
“Iyya pak… Gapapa… Bapak istirahat aja dulu… Besok kan tanggal merah, kami berdua pasti ada di rumah… Bapak bisa masuk kerja lagi kok besok” Kata Miftah tersenyum menyadari kegigihan pembantunya yang ingin bekerja.
“Yaudah deh pak… Kalau gitu saya pulang lagi aja deh…” Kata pak Urip lalu pergi menuju gerbang depan menanti majikannya lewat.
Miftah sambil menaiki mobilnya pun lewat. Miftah memberi klakson kepada pak Urip lalu melaju pergi menuju kantornya.
'Ciihhhh sial… Mbak Nayla pergi lagi… Kenapa sih belakangan ini kok sering pergi ? Jadi gak bisa menikmati tubuhnya lagi kan !'
Batin pak Urip sambil menutup rapat gerbang rumah majikannya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
*-*-*-*
Sementara itu di sebuah lapangan futsal yang ada di pusat kota.
Terlihat seorang laki-laki yang menggocek sana menggocek sini. Kakinya lincah sehingga membuat lawan kebingungan saat berusaha merebut bola darinya. Laki-laki itu mengoper bola ke temannya. Sambil mencari ruang, ia berteriak keras sambil mengangkat tangan kanannya.
“Siniii… Oper siniii” Teriaknya.
Untungnya temannya itu mendengar, temannya memberikan operan lambung. Dengan 'timing' yang pas, laki-laki itu berhasil menanduknya namun masih terhalang pemain lawan.
“Aaaaahhh sial… Ehh operannya yang rendah aja dong… Ini kan futsal bukannya bola” Kata laki-laki itu mengeluh. Temannya pun hanya mengangkat tangan tuk meminta maaf. Laki-laki itu tersenyum lalu kembali melanjutkan permainannya.
Dengan gigih, ia mengejar bola hingga tiba di daerah pertahanannya. Ia melakukan tekel bersih, ia langsung mengoper bola ke depan yang membuat temannya segera berlari mencari ruang kosong untuk menendang bola.
“Opeerrr siiinniii… Opeerr kesiniii” Teriak laki-laki itu lagi sambil mengangkat kedua tangannya ketika berlari menuju baris depan.
Tanggap, temannya langsung mengoper. Laki-laki itu langsung menendang bola melewati kedua kaki kiper lawan yang membuatnya berhasil mencetak gol kemenangan untuk timnya.
“'Yeesss goaaaalllll !!!'” Teriaknya bahagia.
Teman-temannya pun menghampirinya. Mereka berpelukan erat untuk merayakan gol pamungkas yang merubah skor menjadi 3-2.
Tepat setelah itu, terdengar bunyi peluit yang menandakan kalau waktu sudah habis. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi saja. Sejam penuh mereka berolahraga untuk mencari keringat sekaligus mengasah skill mereka dalam mengolah bola. Laki-laki itu dan teman-temannya berkumpul di salah satu sudut ruangan. Laki-laki itu memotivasi teman-temannya lalu meminum minuman berenergi untuk memulihkan tubuhnya kembali.
“Haahhh… Segarnyaaa” Ucapnya sambil berdiri setelah meminum minumannya sampai habis.
“Sudah kuduga, pasti kamu disini Ndri” Kata laki-laki lain yang membuat laki-laki itu menoleh menatapnya.
“Eh Fariz… Tumben-tumbenan kesini ? Tapi udah habis nih waktunya… Telat buat gabung mainnya, hahaha” Tawa Andri sang pencetak gol kemenangan tadi.
“Hahaha bukan itu kok maksud kedatanganku kesini” Kata Fariz sambil menjabat tangan temannya lalu melakukan tos dada selayaknya sahabat dekat.
“Hahaha terus ? Jangan bilang mau traktir aku bubur ayam ?” Kata Andri bercanda.
“Hahahah bisa aja… Eh kebetulan, udah beres kan… Ada yang mau aku omongin nih Ndri… Ikut aku yok !” Kata Fariz tiba-tiba.
“Ehhh apaan emang ? Ngomong aja disini… Masa perlu pergi ke tempat lain sih” Kata Andri merasakan ada sesuatu yang aneh sehingga perasaannya mendadak tidak enak.
“Ini soal Putri… Aku gak bisa bicarain disini” Bisik Fariz ditelinga Andri yang membuat perasaan Andri semakin tidak enak.
“Ehhh ada apa emangnya ?” Kata Andri yang jadi semakin penasaran.
“Ada pokoknya… Ayokk ikut aja” Ajak Fariz yang membuat Andri mau tak mau akhirnya ikut juga.
“Hmmm yaudah deh… Temen-temen, aku duluan yah… Jangan lupa buat jadwal tanding berikutnya” Kata Andri pamit duluan.
“Iyya santai aja Ndri… Laga besok, kamu kan yang bayar” Kata salah satu temannya yang masih duduk kelelahan.
“Santaaiii… Untuk masalah itu mah gampang kok” Kata Andri tersenyum.
Andri dan temannya itu pun pergi menuju tempat parkir lapangan futsal itu. Andri yang penasaran pun akhirnya bertanya kepada temannya.
“Ada masalah apa sih ? Putri kenapa emangnya ?” Tanya Andri pada Fariz.
“Hmmm sebenarnya aku masih kurang yakin sih… Tapi Putri itu calon pengantenmu kan ? Rencananya bakal masih nikahin dia kan ?” Tanya Fariz saat duduk di atas motornya.
“Hmmm iyya lah… Kenapa juga mesti batal ?”
“Ini… Liat deh, aku kayak ngeliat Putri di dalam sebuah mobil sama laki-laki… Masalahnya mereka gak cuma duduk di mobil…Tapi mereka juga . . . .” Kata Fariz berhenti agar temannya itu bisa melihatnya sendiri.
Andri pun fokus. Awalnya ia melihat seorang akhwat yang menungging didalam mobil sehingga memperlihatkan bokong montoknya yang sedang ditampar-tampar dan diremasi. Seketika saat akhwat itu duduk, ia melihat siluet yang tidak asing. Tidak salah lagi, Andri pun sampai terkejut saat melihat kejadian tersebut.
“Eehhh ini rekaman kapan ?” Tanya Andri sambil menatap Fariz.
“Kemarin… Jadi bener, ini Putri ?” Tanya Fariz.
“Hmmm mobilnya sih mirip… Mukanya juga… Tapi gamisnya aku baru liat sih… Semoga aja bukan !” Kata Andri yang jadi deg-degan saat melihatnya.
“Hah, yaudah… Aku ngasih tau rekaman ini bukan mau menghancurkan pernikahanmu… Aku ngasih tau rekaman ini cuma mau mastiin aja kalau ini Putri atau bukan… Mungkin kapan-kapan lebih baik kamu konfirmasiin ke dia lagi… Kalau emang itu beneran dia, ya keputusan tetep ada di tanganmu… Mau lanjut menikahinya dengan konsekwensi dia bukan akhwat yang gak pernah disentuh lagi… Atau kamu membatalkannya lalu mencari akhwat lain yang masih terjaga” Kata Fariz memberi saran.
“Hmmm iya, terima kasih untuk infonya yah Riz… Jadi kepikiran deh hahaha… Iya aku bakal mikirin matang-matang lagi… Aku juga bakal nanya langsung ke orangnya nanti” Kata Andri.
“Hehe maaf yah udah bikin kepikiran… Oh yah, mau aku traktir bubur ayam ? Belum sarapan kan ?” Tanya Fariz berusaha menghiburnya.
“Boleh” Jawab Andri tersenyum.
Mereka berdua pun melajukan motornya untuk mencari tukang bubur ayam terdekat. Namun dalam perjalanannya, Andri lagi-lagi kepikiran. Ia memang tidak sepenuhnya mencintai Putri karena sejatinya, hatinya sudah ia simpan untuk Nayla. Tapi setelah mengetahui bahwa Putri berselingkuh di belakangnya bahkan sampai berzina membuatnya benar-benar kecewa. Ia jadi penasaran, siapa laki-laki yang telah merebut Putri darinya ? Gimana ceritanya juga Putri mau pergi dengannya ?
'Kok aku jadi marah yah !'
Batin Andri kesal sendiri.
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
“Eh Zainab mana yah ? Katanya janjian di sekitar sini ?” Ucap Nayla saat dirinya sudah memasuki wilayah Puncak.
Wajahnya terus menolah-noleh. Wajahnya terus mencari-cari salah satu sahabatnya di kampusnya dulu. Setelah cukup lama ia menanti, akhirnya ia melihat seorang akhwat berpakaian biru dongker mendekat.
“Zaainnss… Siniii !” Ucap Nayla saat menemukan teman yang ia cari.
“Naayyy” Kata Zainab tersenyum dari kejauhan.
Mereka berdua pun turun dari motor masing-masing lalu mendekat untuk berpelukan.
“Apa kabar Zainnss ? Udah lama yah gak ketemu, hihihih” tawa Nayla.
“Iyya nih Nay… Gimana ? Udah punya momongan belum ?” Tanya Zainab sambil memegangi perut sahabatnya.
“Hmmmm belum nih Zains… Mungkin belum rezeki” Jawab Nayla bersedih.
“Yaahhh maaaff… Harus lebih rajin lagi tuh bikin dedeknya… Biar aku bisa cepet-cepet punya keponakan… Hihihihi” Tawa Zainab.
“Hihihihi buruan nikah makanya biar bisa usaha sendiri bikin dedeknya” Balas Nayla yang membuat Zainab cemberut.
“Emang dikira semudah itu apa ? Hilal aja masih belum kelihatan” Kata Zainab yang membuat Nayla tertawa.
“Tuh tau… Dikira bikin dedek bayi gampang apa ? Dari dulu udah usaha terus kaliii” Jawab Nayla yang giliran membuat Zainab tertawa.
Mereka berdua memang sahabat dekat. Bahkan saking dekatnya, mereka merasa bahwa diri mereka sudah seperti keluarga saja. Mereka pun tertawa lalu mengobrol panjang lebar untuk mengenang kisah-kisah menarik yang mereka lalui selama di kampus. Mereka juga mengobrolkan salah satu sahabatnya yakni si Reni yang baru bisa menikah hari ini.
Tak lupa demi mengenang momen pertemuan kali ini, mereka pun melakukan foto bersama dengan latar belakang pemandangan yang indah.
MEE0FQO
https://thumbs4.imagebam.com/69/d1/4a/MEE0FQO_t.jpg 69/d1/4a/MEE0FQO_t.jpg
'NAYLA & ZAINAB
“Hihihihi cantik banget deh fotonya” Kata Nayla mengomentari foto yang ia lihat.
“Ihhh aku kok jadi keliatan pendek sih disini” Kata Zainab kecewa.
“Hihihihi santai zainnss… Aku tinggi juga gara-gara sepatu hak tinggiku kok” Kata Nayla menghiburnya.
“Hihihihi curang ihhh… Lain kali kita harus foto lagi pokoknya… Mana keliatan kayak ada orang lain yang motoin lagi” tawa Zainab.
“Hihihih iya bener… Padahal mah cuma modal 'timer' plus 'tripod'” Kata Nayla menertawakan ide sahabatnya.
“Oh yah, dah sarapan ?” Tanya Zainab.
“Belum nih… Tadi buru-buru pergi takutnya macet tapi ternyata malah lancar-lancar aja hihihi” Jawab Nayla.
“Kalau gitu… Yuk, buruan kita sarapan dulu… Biar kita gak telat acara akadnya” Kata Zainab.
“Ehhh iya juga yah… Kita kan mau kondangan… Sampe lupa tadi hihihi” Jawab Nayla.
Mereka berdua pun buru-buru menaiki motornya lagi. Mereka pun mencari warung makan untuk mengisi perut mereka sebelum menghadiri acara akad nikah sahabatnya.
*-*-*-*
Pada saat yang sama di salah satu kos mahasiswi yang berada di dekat salah satu kampus terkenal di ibukota.
“Duhhh badanku kok masih pegel-pegel aja yah ?” Lirih seorang akhwat yang dari kemarin hanya bisa berbaring setelah dikeroyok oleh tiga laki-laki tua yang berbeda di salah satu ruangan tak terpakai di tempat parkir taman.
“Padahal hari ini ada jadwal kuliah… Aku sampai gak masuk gara-gara gak sanggup jalan lagi nih… Duhhh untungnya memekku udah gak perih lagi… Pada nafsu banget sih buat merkosa aku ?” Lirih Putri heran pada kedua tukang parkir yang ia temui kemarin.
Ia yang saat ini cuma mengenakan kaus pendek yang dipadukan dengan celana yang juga sangat pendek hanya bisa berbaring seharian diatas ranjangnya. Ia hanya turun kalau hendak ke kamar mandi atau mengambil pesanan makanan yang diantar oleh tukang ojek 'online'. Putri benar-benar merasa kapok. Ia enggan bercinta di ruangan terbuka lagi karena takut kepergok dan berakhir seperti kemarin lagi.
'Tinngggggg !!!'
“Eh siapa yang ngechat ?” Lirih Putri saat mendengar notifikasi hapenya berbunyi.
“Apa jangan-jangan dari mas Beni yah ? Hihihihi… Pasti pak Beni pengen tahu kabar aku… Aku buka ah” Kata Putri sambil meraih hapenya.
Namun, betapa terkejutnya ia bahwa yang mengechatnya saat itu adalah Andri, calon suaminya sendiri. Seketika perasaan Putri gak enak. Apalagi Andri memang jarang menghubunginya pagi-pagi.
“Assalamualaikum Put”
“Walaikumsalam mas… Ada apa ?”
“Enggak… Aku mau nanya… Kemarin, kamu habis keluar gak ?”
“Keluar ? Iya mas, ada apa emangnya ?”
“Ah enggak… Cuma mau nanya gitu aja… Yaudah aku tutup dulu yah wassalamualaikum”
“Walaikumsalam mas”
'Chatt' pun berakhir. Putri merasa ada sesuatu yang janggal. Kenapa Andri bertanya kalau dirinya keluar kemarin ?
“Apa jangan-jangan… Mas Andri tahu kalau aku keluar sama mas Beni kemarin ? Ah gak mungkin… Gak mungin mas Andri tahu… Tapi, kenapa mas Andri tiba-tiba nanya begitu yah ? Ihhh jadi nambah beban pikiran aku aja deh” Lirih Putri yang malah jadi kepikiran.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
“Saya terima nikahnya Reni Mulyani binti Abdul Mu’in dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai !”
“Saaahhhh ?”
“Saaaahhhh !!!”
Nayla dan semua hadirin yang menonton acara akad itu menangis haru mendapati Reni yang mereka kenal akhirnya bisa menikah dengan lelaki pilihannya. Terutama Nayla & Zainab selaku sahabat terdekatnya, mereka yang mengenal Reni sebagai sosok yang usil, tengil dan yang paling anak kecil akhirnya bisa menikah juga. Apalagi suaminya memiliki wajah tampan dan juga merupakan seorang hafidz yang membuat para wanita yang ikut hadir iri pada keberuntungan Reni.
“Akhirnya Zaiinss… Reni resmi sah juga” Kata Nayla.
“Iyya nih… Ikut haru deh… Masalahnya, aku kapan yah ?” Kata Zainab yang membuat Nayla yang lagi haru-harunya tertawa.
“Ihhh Zainnsss… Lagi haru malah diajak ketawa… Cari makanya, masa dari milyaran orang gak ada yang cocok jadi pasanganmu sih” Jawab Nayla.
“Habisnyaaa… Aku iri taauuu… Paling gak suka ngeliat cewek lain bisa nikah… Tapi ikut seneng sih ngeliat Reni si paling bocil bisa nikah juga… Hikkss… Hikksss” Jawab Zainab sambil menyeka air matanya.
“Iyya yah… Jadi keinget waktu dulu pas kita makan bakso tapi lupa bawa uang… Padahal Reni yang udah janji mau nraktir… Akhirnya Reni lari ke kosannya buat ambil duit buat bayarin bakso-bakso kita”
“Iyaaaa… 'Best moment' banget tau waktu itu… Huuhuhhu”
Setelah acara akad berakhir. Nayla & Zainab pun mendekat untuk menyelamati sahabatnya. Mereka saling berpelukan dan menangis haru. Mereka kemudian mengobrol panjang lebar hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu siang saja.
Mereka pun menyantap makan siang bersama lalu tak lupa beribadah agar kehidupan mereka menjadi lebih berkah. Setelah itu mereka kembali lanjut ngobrol bahkan berfoto-foto hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
“Ren… Aku pulang dulu yah… Udah sore banget nih” Kata Zainab pamit.
“Hihihi aku juga yah Ren… Perjalanan Puncak ke Jakarta jauh loh… Nanti kalau gak pulang sekarang bisa kemaleman… Bahaya” Kata Nayla yang ikut berpamitan.
“Iyyaahhh… Makasih yah udah dateng kesini… Doa-doa kalian aku butuhin banget pokoknya… Makasih yah buat kehadirannya” Kata Reni yang membuat kedua sahabatnya tersenyum. Mereka bertiga pun kembali berpelukan lalu setelah itu mereka berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Kami pergi dulu yah Ren… Wassalamualaikum” Ucap Nayla pamit pergi.
“Walaikumsalam… Hati-hati yah kalian di jalan” Jawab Reni tersenyum.
Kebetulan arah jalan pulang yang harus mereka lalui berbeda. Zainab pergi ke arah kiri untuk menuju rumahnya. Sedangkan Nayla pergi ke arah kanan untuk menuju rumahnya di ibukota. Baru beberapa menit ia melajukan motornya, Seketika Nayla mengangkat wajahnya untuk melihat keadaan langit diatas.
“Ihhh gelap banget sih langitnya… Kayaknya mau ujan deres deh” Kata Nayla saat hatinya merasa tidak enak.
Nayla pun bingung harus melakukan apa. Seketika ia turun dari motornya untuk memeriksa joknya.
“Ihhh mana gak bawa jas hujan lagi… Padahal semalem udah diwanti-wanti mas Miftah… Duhhh masa pulangnya hujan-hujanan sih ? Aku harus ngebut ah… Biar aku bisa cepet sampe rumah” Kata Nayla yang kembali melajukan motornya.
Namun semakin lama ia melajukan motornya. Terasa kalau langit jadi semakin gelap. Bahkan terdengar suara gemuruh yang membuat Nayla merasa takut. Nayla menolehkan wajahnya ke kanan juga ke kiri. Jarang sekali pengendara lainnya yang melintas di sekitarnya. Nayla bimbang, ia akhirnya menelpon suaminya untuk meminta saran darinya.
“Assalamualaikum mas” Ucap Nayla seketika setelah panggilan teleponnya tersambung.
“Walaikumsalam dek… Ada apa ?” Tanya Miftah yang kebetulan sedang bersiap-siap untuk pulang.
“Maasss… Adek lagi di perjalanan pulang… Tapi tiba-tiba langit gelap banget… Kayaknya bakalan hujan deres deh… Adek takut, adek harus gimana mas ?”
“Ehh beneran ? Adek lagi dimana emang ? Coba liat ke sekeliling ?”
“Gak tau mas… Duhhh udah mulai hujan nih… Gimana dong ?” Tanya Nayla saat merasakan tetesan air hujan yang mulai mengenai kepalanya.
“Adek tenang dulu yahhh… Tenangg… Coba liat ke sekitar… Ada gak bangunan terkenal misal sekolahan atau minimarket gitu yang bisa dijadiin tanda kalau adek ada di dekat mana ?” Tanya Miftah.
“Duhhh… Bentar mas… Adek deket sekolahan mas… Iya ada SD deket posisi adek… Tulisannya SD 04” jawab Nayla semakin panik saat hujan mulai deras.
“Oh yah… Nih mas kasih nomornya pak Rudi aja yah… Kebetulan rumahnya deket situ” Kata Miftah mengejutkan Nayla.
“Pak Rudi ? Siapa ?” Tanya Nayla tak mengenalinya.
“Itu loh, penjaga vila yang waktu kita liburan kesana” Kata Miftah yang membuat Nayla teringat.
'Penjaga vila ? Maksudnya bapak-bapak yang ikut nggarap aku sama pak Urip waktu itu ?'
Batin Nayla panik.
“Terus ? Aku harus 'stay' di rumahnya gitu ?”
“Iyya dek… Sementara aja… Daripada maksain pulang… Bawa jas hujan gak ? Pasti enggak kan ?”
“Hehehe jasnya ketinggalan mas… Tapi masa aku tinggal berdua di rumahnya sih ?”
“Hahaha enggak berdua juga kok… Kan ada keluarganya… Bilang aja kalau adek tuh istrinya mas… Pasti sekeluarga pada kenal kok”
“Oalah ada keluarganya… Kirain adek diminta tinggal berdua… Yaudah mas… Mana alamatnya ?”
“Bentar-bentar… Nih adek telpon langsung aja yah… Mas juga lupa alamatnya…”
“Yaudah mas… Mana nomornya… Biar adek cepet hubungi… Hujannya makin deres nih !”
“Iyya dek… Nih mas kasih nomornya yah… Nanti mas kasih tau juga ke pak Rudi kalau adek mau tinggal sebentar di rumahnya”
“Iyya mas… Aku tunggu” Jawab Putri sebelum panggilan telepon berakhir.
Setelah beberapa menit menunggu. Akhirnya ia mendapatkan kontak dari pak Rudi. Ia buru-buru menelponnya. Untungnya pak Rudi segera menjawabnya.
“Hallooo paakk… Assalamualaikum”
“Halooo mbak Nayla… Katanya mbak mau nginep di rumah saya yah ?” Tanya seorang pria tua yang suaranya cukup akrab di telinga Nayla.
“Iyya pak… Maaf rumah bapak dimana yah ? Disini makin deres nih hujannya” Kata Nayla panik.
“Iyya bentar… Nih saya kirim alamat rumah saya… Ketik aja di 'google maps'… Pasti bakalan muncul kok… Saya tunggu yah di rumah” kata Pak Rudi yang lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
Tak lama kemudian, ia mendapatkan pesan dari pak Rudi. Buru-buru Nayla memasukan alamat itu ke 'google maps'. Benar saja, jaraknya cuma lima menit kalau mengendarai motor.
Nayla pun buru-buru melajukan motornya. Ia dengan cepat menuju alamat yang ditunjukkan oleh aplikasi 'maps'-nya.
Namun, setibanya ia di alamat yang ditujukan oleh aplikasi 'maps'-nya. Ia terkejut bukan main dikala dirinya malah tiba di tempat yang tidak asing baginya.
“Kok, aku malah dibawa ke vila yang waktu itu sih ?” Lirih Nayla.
“Ehhh mbak Nayla… Ayok sini masuk… Hujannya makin deras loh” Kata seorang pria tua yang mengenakan jaket 'hoodie' serta celana 'jeans' panjang berwarna biru.
“Pak Rudi ?” Menyadari kalau hujan semakin deras. Nayla pun tidak memiliki pilihan lain selain memasuki vila tersebut. Jadilah mereka berdua memasuki halaman vila. Terdengar suara gemuruh yang membuat langit berkilau seolah terang benderang. Nayla merasa takut. Ia pun memarkirkan motornya di tempat yang tidak terkena tetesan air hujan.
“Ayo sini masuk mbak… Waahhh mbak basah kuyup nih” Kata pak Rudi tersenyum saat melihat lekuk tubuh Nayla. Gamis yang basah membuat lekuk tubuh Nayla terlihat. Lekuk tubuh itu terbentuk gara-gara gamis Nayla menempel pada tubuh indahnya.
“Hehe iya pak… Kok kita ke vila sih pak ? Bukannya mas Miftah bilang kalau kita akan ke rumah bapak ?” Tanya Nayla curiga dengan maksud penjaga vilanya itu.
“Hehehe niatnya emang gitu… Tapi rumah saya cukup jauh loh mbak… Mana waktu itu saya sedang di vila juga… Makanya saya undang mbak kemari aja… Pilihan saya terbukti tepat kan ? Ayo sini duduk dulu… Saya bawakan handuk yah buat ngeringin baju mbak” Kata pak Rudi sopan.
“Iyyah pak makasih” Jawab Nayla saat duduk di dalam ruang tamu vila tersebut.
Ia masih tak menyangka kalau dirinya akan kembali ke vila yang menjadi saksi bisu persetubuhan ternikmatnya dahulu. Ia masih ingat betul dari setiap persetubuhan yang dirasakannya, persetubuhan ternikmatnya adalah saat di vila dulu ketika pak Urip menyetubuhinya ketika lagi terangsang-terangsangnya.
Seketika Nayla jadi kepikiran, dirinya cuma berdua bersama seorang pria tua di dalam vila yang ukurannya sangat besar. Ia jadi menenggak ludah, apalagi semalam dirinya gagal dipuaskan oleh suaminya. Nayla pun menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menenangkan pikirannya sambil membatin di dalam hati.
'Semoga aja enggak… Tolong Nay, jaga pikiranmu… Aku tau kamu ingin… Tapi tahan, itu bukan hal yang dibenarkan Nay… Jangan sampai tubuh indahmu dinikmati oleh pria tua lain lagi…'
Batin Nayla mewanti-wanti dirinya sendiri.
“Ini mbak handuknya” Kata pak Rudi setelah mencari handuk untuknya.
Hehe makasih pak jawab Nayla sambil mengelapi hijabnya yang basah.
Pak Rudi pun duduk di sofa pendek yang ada di seberang sofa panjang yang Nayla duduki. Terlihat wajahnya tersenyum mesum melihat bidadari cantik yang sedang mengeringkan hijabnya itu. Matanya dengan liar menatap ke arah dada yang menonjol itu. Ia pun membatin di dalam hati sambil menutupi tonjolan celananya yang semakin membesar itu.
'Hahaha... Gak nyangka akhirnya kesempatan ini dateng juga... Liat pak Urip ! Waktu itu bapak ngelarang saya buat ngentotin mbak Nayla kan ?... Sekarang liat, di kesempatan yang langka ini… Saya akan memberikan kenangan terindah yang sulit dilupakan oleh mbak Nayla !!!'
Batin pak Rudi tersenyum mesum.
MEE0FQP
https://thumbs4.imagebam.com/0d/bf/bf/MEE0FQP_t.jpg 0d/bf/bf/MEE0FQP_t.jpg
'NAYLA
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Oh yah mbak... Sekalian saya buatin teh anget yah kata pak Urip yang langsung berdiri.
Ehh gak usah paak... Gak perluu kata Nayla menolak.
Namun pak Rudi sudah terlanjur pergi ke dapur. Nayla jadi duduk sendirian sambil menatapi hujan deras melalui pintu depan vila yang terbuka.
'Hah, apa jadinya kalau tadi aku gak buru-buru kesini... Gak cuma hujannya deres, anginnya juga kenceng... Pasti bakal bahaya banget kalau aku maksa diri buat pulang ke rumah tadi...'
Batin Nayla kali ini sambil mengusapi lengan gamisnya menggunakan handuk yang diterimanya.
Seketika wajahnya menoleh ke dapur. Dilihat-lihat sikap pak Rudi seperti tidak ada keinginan untuk menodainya. Nayla menghela nafasnya lega. Setidaknya di vila ini, dirinya bisa aman tanpa perlu merusak keimanan yang sedang dibangunnya lagi.
Tak lama kemudian, pak Rudi datang sambil membawa dua gelas teh hangat dengan menggunakan nampan. Dengan sopan ia memberikan satu gelas itu ke tamunya & yang satunya lagi ke dirinya.
Ini mbak teh angetnya... Silahkan diminum hehehe kata pak Rudi cengengesan.
Iyya paak makasih jawab Nayla sambil tersenyum.
Ohh iya, sedotan yah mbak... Bentar yah kata pak Rudi peka yang membuat Nayla tersenyum.
Hihihi makasih jawab Nayla saat menerima sedotannya.
Oh yah mbak... Ada apa yah mbak kok jauh-jauh kemari ? Saya taunya mas Miftah cuma ngabarin kalau mbak ada di deket sini minta diantar kemari kata pak Rudi.
Hehe tadi sebenarnya aku abis kondangan pak... Cuma pas pulang tiba-tiba langit gelap... Aku nelpon mas Miftah deh... Eh kata mas Miftah suruh nelpon bapak aja jawab Nayla sambil menyeruput teh hangatnya.
Kondangan ? Di rumahnya siapa yah ? Perasaan tetangga saya ada juga loh yang gelar hajatan kata pak Rudi terkejut.
Eh masa ? Di rumahnya Reni pak temen aku jawab Nayla.
Oalah dek Reni, anaknya pak Mu'in itu yah ? Itu rumahnya tepat disebelah saya lohhh kata pak Rudi yang membuat Nayla tersedak.
Ehh beneran ? Rumah bapak disebelahnya rumah temen aku dong ? Tanya Nayla tak percaya.
Hehe iya mbak... Tadi mbak pas nelpon mas Miftah lagi dideket SD 04 yah katanya ? Saya yang waktu itu lagi di vila minta mbak buat kesini aja soalnya kalau kita ke rumah ya sama aja putar balik dong kata pak Rudi memberi alasan.
'Oalaahhh tau gitu mending aku netep di rumahnya Reni aja... Oh iya yah, kenapa tadi gak kepikiran yah ? Gara-gara aku panik sih tadi, jadinya gak bisa berfikir jernih...'
Batin Nayla yang menyesali keputusannya sehingga harus terjebak di vila ini bersama pria tua yang tak begitu dikenalinya.
'Tapi gapapa deh... Selama pak Rudi gak macem-macem... Nanti pas hujan reda aku harus segera pulang... Semoga sebelum malam tiba hujannya udah reda duluan...'
Batin Nayla penuh harap.
Namun setelah Nayla menghabiskan setengah dari ukuran gelas teh hangat yang ia seduh itu. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang tidak asing baginya. Sesuatu yang membukakan jalan bagi dirinya tuk menuju lembah kemaksiatan.
'Gawaaattt… Kenapa aku tiba-tiba sangek lagi sih ?'
Batin Nayla sambil merapatkan kakinya. Kesepuluh jemarinya gemas dengan terus bergerak karena ingin meremas-remas. Wajahnya gelisah. Vaginanya semakin basah juga gatal yang membuatnya ingin menyentuhnya saja.
'Hehehe mulai bereaksi yah ? Akhirnya saya bisa mulai juga !'
Batin pak Rudi tersenyum mesum.
'Duhhhh kenapa aku kayak gini lagi yah ? Apa gara-gara pak Rudi ngasih obat perangsang ? Ah gak mungkin, ini pak Rudi bukan pak Urip… Apa jangan-jangan gara-gara rasa kentang yang aku rasain semalem yah ? Duhh tuh kan memek aku makin gatel… Rasanya jadi pengen digaruk aja nih !'
Batin Nayla semakin gelisah.
“Hehehe udah lama yah mbak semenjak mbak kesini bareng mas Miftah & Pak Urip dulu… Gara-gara mbak, saya jadi bisa ngerasain gesekan memeknya mbak deh… Kalau dipikir-pikir, itu salah satu kenikmatan yang paling nikmat yang pernah saya alami seumur hidup” Kata pak Rudi yang membuat Nayla teringat.
'Hah… Hah… Yang waktu itu yah ? Yang bapak ngeroyok aku bareng pak Urip ? Hah… Aku juga pak… Rasanya mantep banget pas pak Urip ngentotin aku… Aaahhh malah jadi kebayang kan rasanya… Tuh kan malah bikin aku makin nafsu aja… Duh gawat, aku makin kehilangan kontrol diri lagi nih…'
Batinnya semakin gelisah hingga tak sadar tangan kanannya sudah berada di vaginanya. Tangan kirinya juga sama, tangan kirinya itu sudah nangkring di dadanya sambil meremas-remas susu bulatnya. Terlihat nafasnya terengah-engah. Ia kesulitan berfokus karena sedaritadi ia hanya bertahan dari serangan birahi yang semakin kuat ini.
Pak Rudi tersenyum ketika melihat Nayla yang semakin tak tahan akan rasa gairah yang semakin menguasai dirinya. Terlihat belaian tangan akhwat bercadar itu yang terus meremasi dadanya, Terlihat juga belaian tangan akhwat bercadar itu yang terus mengelusi vaginanya. Pak Rudi jadi makin bernafsu. Gairahnya ikut bangkit menguasi diri. Ia jadi teringat persiapan yang sudah ia lakukan setelah dirinya tidak dapat izin untuk menyetubuhi akhwat bercadar itu dahulu.
'Hahahha… Gak nyangka, efeknya bakal bekerja secepat ini… Gara-gara waktu itu, setelah mbak Nayla pulang dari vila ini… Saya langsung nyari-nyari obat perangsang supaya pas mbak Nayla kesini lagi, saya bisa menggunakannya pada dirinya… Eh siapa nyangka kalau kesempatan itu datang sendiri saat ini… Liat aja pak Urip… Saya akan memuasinya… Saya akan meninggalkan kenangan indah untuk mbak Nayla sekarang !'
Batin pak Rudi bertekad.
“Hehe iyya pak… Udah lama… Mmpphhh” Jawab Nayla malu-malu sambil diam-diam tangannya terus bergerak membelai tubuhnya sendiri.
“Jujur sejak saat itu… Saya jadi penasaran banget pengen ngerasain jepitan memeknya mbak… Pasti enak banget yah… Akan sangat luar biasa kalau kontol saya ini bisa nyelip ke dalam memeknya mbak” Kata pak Rudi yang tiba-tiba mengeluarkan penisnya dari sela-sela resleting celananya yang terbuka. Pak Rudi juga mengocoknya yang membuat penis itu membesar sehingga menarik perhatian Nayla.
“Hah… Hah… Hah… Bapaak… Gedee bangeetttt” Lirih Nayla terengah-engah.
“Hehehehe iya kan mbak ? Gede kan ? Mbak juga penasaran kan pengen ngerasain sodokan kontol saya ?” Kata pak Rudi sambil terus mengocoknya yang membuat Nayla semakin terhipnotis oleh ukurannya yang semakin membesar.
“Hah… Hah… Iyaahh… Aku penasaran paakk… Aaahhhhh ada apa sih aku ini ? Kenapa aku jadi sangek lagi ?” Lirih Nayla yang semakin terang-terangan dalam meremasi dadanya.
“Hahahaha… Itu wajar mbak… Kita kan cuma berdua… Mana di luar hujan makin deres lagi… Normalnya kita sama-sama membutuhkan kehangatan kan ? Jadi, gimana kalau kita main tusuk-tusukan sekalian buat nyari kehangatan ?” Kata pak Rudi sambil berpindah ke samping Nayla. Saat pria tua itu berpindah, terlihat mata Nayla tak bisa berpindah dari penis yang semakin menggoda itu. Nayla menenggak ludah. Semakin kuat rasa sangek yang dimilikinya, semakin nafsu lah dirinya akan kejantanan penis pria tua itu.
“Main tusuk-tusukaann ?” Kata Nayla sambil menatap mata pak Rudi.
“Iyya mbak… Saya tau, mbak pasti butuh belaian kan ? Saya tau, mbak butuh seseorang untuk membelai susumu yang indah ini kan ?” Tanya pak Rudi sambil meremasi payudara Nayla yang ada di sebelahnya.
“Aaaahhhh paakkk… Aaahhhh iyaahhh… Kok bapak tahu sih… Aku butuhhh… Aku butuh banget dari semalem” Kata Nayla jujur.
“Dari semalem ? Jangan-jangan mbak gagal dipuasi mas Miftah yah ?” Kata pak Rudi tersenyum sambil terus meremasi dada kanan Nayla.
“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Bener banget pak… Aku gagal dipuasi mas Miftah… Aaahhh tega banget, padahal aku udah menggodanya… Padahal aku udah memuasinya… Tapi giliran mas Miftah yang memuasiku, mas Miftah malah meninggalkanku duluan… Aku jadi gelisah… Aku butuh kontol yang sanggup memuasiku paakkk” Kata Nayla semakin gemas karena ingin mendekap penis pria tua yang duduk disebelahnya.
“Hahahaha kasian amat sih mbak… Nih sebagai gantinya, mbak mainin kontol saya dulu yah… Gak heran mbak sekarang jadi nafsu banget… Untungnya ada saya disini… Saya bisa bantu mbak buat memuasi nafsu mbak yang semalem ketahan” Kata pak Rudi sambil menuntun tangan Nayla ke penisnya.
“Aaahhhh iyaahhh… Aaahhh gede bangett… Aaahhh kontol bapak keras banget paakk… Aku sukaa… Akuu sukaaa” desah Nayla sambil mengocok penis raksasa itu.
“Hahahaha saya juga mbak… Saya suka banget kocokan tangan mbak… Saya jadi heran, padahal kan mbak jago muasin kita-kita yah ? Kok bisa-bisanya mbak ditinggal mas Miftah duluan” Kata pak Rudi tersenyum saat merasakan kocokan tangan dari istri majikannya itu.
“Aaahhhh… Aaahhh gak tau paaakkk… Bapak gak gitu kan ? Bapak sanggup bertahan buat muasin aku kan ?” Tanya Nayla yang sudah semakin terangsang.
“Hahahahaha pasti sanggup dong mbak… Saya kan udah belajar dari pak Urip… Saya jamin, kontol saya ini bakal kuat semalaman buat muasin nafsumu itu” Kata pak Rudi dengan penuh nafsu yang membuat Nayla semakin bergairah.
“Mmpphhh kalau gitu janji yah… Bapak harus sanggup muasin aku sampai pagi… Memek aku udah gatel banget nih… Terus tangan aku juga… Mmpphh andai ada banyak kontol yang bisa aku puasi” Desah Nayla yang membuat pak Rudi tertawa.
“Hahahah satu-satu dong sayang… Dasar yah mbak ini, nafsu banget… Gak heran kalau pak Urip sampai menyebutmu lonte pemuas” Kata pak Rudi yang mulai terengah-engah merasakan kocokan tangan Nayla.
“Aaahhh… Aaahhhh… Kalau itu bener pak… Aku memang lonte pemuas… Aku bakal memuasi siapa aja yang sanggup membuatku puas… Mmphhh… Aku boleh mainin kontol bapak kan ? Aku udah gak tahan banget nih !” kata Nayla bernafsu.
“Aaahhh… Aaahhh silahkan… Mainkan sepuasmu… Saya akan bertahan membiarkan mbak mainin kontol saya” Kata pak Rudi mempersilahkan akhwat bercadar itu memainkan penisnya.
“Aaahhhh… Aahhh… Makasih paaakk… Mmphhh gede banget kontol bapaakk… Aaahhhh jadi gak sabar pengen ngerasain tusukan kontol segede ini” Kata Nayla sambil terus menaik turunkan tangannya.
“Aaahhh mbaakkk… Aaahhhh terusss… Aaaahhh saya juga gak tahan pengen ngerasain jepitan memek mbak nanti” desah pak Rudi disaat kocokan tangan Nayla semakin kuat.
“Aaahhh pasti memekku bakal berdenyut terus tiap kali bapak nusuk rahimku… Ouhhh jadi kebayang deh rasanya… Mmphhh hujan-hujan gini kok aku malah gerah sihhh” Desah Nayla yang jadi semakin binal dalam memainkan penis pria tua itu. Matanya dengan penuh nafsu menatap ujung gundul penis itu. Lidahnya sedari tadi menggeliat membasahi tepi bibirnya dari balik cadarnya. Sesekali tangan satunya yang menganggur meremasi dadanya sendiri. Tangannya yang sibuk mengocok penisnya dipercepat. Tangan Nayla naik turun dengan cepat. Terlihat cairan 'precum' mulai keluar dari lubang kencing penjaga vilanya. Mereka berdua sudah sama-sama nafsu. Pak Rudi pun tersenyum melihat kebinalan akhwat bercadar itu.
'Hahahaha momennya pas banget… Gak sia-sia aku beli obat dari dokter Amir kemarin-kemarin… Kalau kayak gini kan, mbak Nayla gak bakalan sadar kalau rasa sangeknya itu sebenarnya dari obat perangsang yang saya berikan… Hahaha liat pak Urip… Saya sudah belajar banyak darimu !'
Batin pak Rudi bangga saat dilayani oleh bidadari bercadar pemuasnya.
“Hahahaha nafsu banget sih sayaangg keliatannya… Sini, saya juga makin gak tahan deh ngeliat mbak senafsu ini… Saya angkat cadarnya yah, saya ingin mencicipi bibir manismu” kata pak Rudi saat duduk di sebelahnya.
“Mmpphhh iyaahh paakkk… Aku juga udah gak sabar pengen dicium bapaaakk… Mmppphhh” desahnya sebelum bibirnya dicumbu.
Dikala bibir mereka mulai bersentuhan, mata mereka langsung memejam tuk merasakan nikmatnya bibir mereka disaat bertubrukan. Mulut mereka langsung saling dorong. Bibir mereka juga membuka untuk saling sepong. Dikala bibir pak Rudi mengapit bibir bawah Nayla, Nayla membalasnya dengan menjepit bibir atas penjaga vilanya. Dikala pak Rudi mulai meremas dada bulat Nayla, Nayla membalasnya dengan memperkuat cengkramannya pada penis tegak penjaga vilanya. Dikala bibir mereka saling hisap, tangan mereka saling merangsang yang membuat suara desahan mereka semakin berdendang. Tangan nakal pak Rudi meremasi dada bulat Nayla. Tangan nakal Nayla mulai kembali mengocoki penis besarnya.
“Mmppphhh… Mmpphhh… Nikmat banget susu bulatmu ini sayaannngg… Mmpphhh tangan saya jadi gemes banget… Susumu udah gede, kenyel, empuk lagi… Saya puas banget bisa mainin susu seindah ini” Kata pak Rudi disela-sela desahannya.
“Mmpphhh… Mmpphhh kontol bapak juga… Meski udah aku kocokin daritadi… Tapi kontol bapak masih bisa bertahan… Malahan kontol bapak makin gede lagi… Mmpphhh jadi bikin nafsu aja deh… Aku sayang bapaakkk… Tolong puasi nafsuku paaakk” desah Nayla yang sudah kehilangan akal sehatnya gara-gara nafsu birahinya.
“Hahahaha saya juga menyayangimu mbak… Saya tergoda oleh kebinalan dirimu” desah pak Rudi yang tiba-tiba melepas cumbuannya.
“Mmpphh aahhhh” Desah Nayla terkejut saat pak Rudi tiba-tiba berdiri dihadapan Nayla. Kocokannya jadi terlepas. Ia dengan kebingungan menatap penjaga vilanya dengan binal.
“Hahahaha… Saya cuma kegerahan kok mbak… Bentar yah” Kata pak Rudi sambil menaikkan jaket 'hoodie'-nya. Tak lupa ia juga melepas kausnya hingga memperlihatkan kulit keriputnya. Lalu ia menurunkan celana 'jeans'-nya. Ia juga menurunkan celana dalamnya hingga dalam sekejap ia sudah telanjang bulat di depan akhwat pemuasnya.
'Indaahhh baannggeettt !'
Batin Nayla terpesona.
Nayla yang selalu bernafsu apabila melihat pria tua yang sanggup memuasinya jadi tergoda. Birahinya semakin naik saat melihat ketelanjangan tubuh pak Rudi. Sekilas tubuh pak Rudi memang biasa saja, tidak gemuk dan tidak kurus. Namun kulit hitamnya serta penis raksasanya lah yang menarik perhatian Nayla yang membuat akhwat binal itu semakin tergoda.
“Hahaha gimana ? Saya seksi kan ?” Kata pak Rudi sambil mengocoki penisnya dengan bangga.
“Hihihihi… Bapak seksi banget… Aku jadi nafsu pak ngeliat bapak” Jawab Nayla yang membuat pak Rudi semakin senang.
“Hahahha kalau gitu saya punya hadiah untuk mbak” Kata pak Rudi sambil mengangkat kedua kaki Nayla lalu menaruhnya diatas sofa. Kedua kaki Nayla juga dilebarkan. Lalu rok gamisnya diangkat hingga celana dalamnya terlihat.
“Aaahhhh paakk… Bapaakk mau apaa ? Aku malu paaakkk” Kata Nayla saat memperlihatkan bagian dalam tubuhnya dihadapan orang asing yang tidak terlalu dikenalnya.
“Hahaha udah sangean, maluan lagi… Mbak ini bener-bener tipe ideal saya… Saya cuma mau jilmekin mbak kok… Siap yaahhh… Ssllrrpppp” Kata pak Rudi sebelum melebarkan lubang di celana dalam Nayla hingga lempitan serabi itu terlihat di depan matanya. Lidah pak Rudi langsung mendekat untuk menyapu bibir vaginanya itu. Nayla sampai menggelinjang. Ia mendesah merasakan sesuatu yang mengenakkan.
“Aaaaahhhh paaaaakkk” desah Nayla benar-benar keenakan.
Lidah pak Rudi menggeliat menjilati bibir vaginanya akhwat itu. Lidah itu bergerak naik turun. Lidahnya sesekali menusuk untuk membuka pintu masuk vaginanya itu. Namun sebelum benar-benar terbuka. Lidahnya malah membiarkan vagina Nayla kembali menutup. Setelah puas bermain-main, lidahnya mulai benar-benar masuk dengan membelah liang senggama itu. Lidahnya mulai merasakan rasa asin melalui cairan cinta yang mulai membanjir di dalam. Lidahnya mulai menjilati dinding vaginanya. Lidahnya membersihkan cairan cintanya. Bibirnya pun tak tinggal diam dengan terus menghisapnya. Nayla sampai kejang-kejang. Akhwat binal itu semakin tak kuat menahan servis oral yang pak Rudi lakukan.
“Aaaahhh paakkk enak banget… Aaahhh terusss… Aaahhhh aku jadi makin nafsu paaakk” Desah Nayla sambil meremasi payudaranya sendiri.
“Mmpphhh ssllrrpp… Mmpphh iya mbakk… Mmpphhhh memek mbak emang gak ada duanya… Memek mbak manis banget… Saya jadi pengen ngisepin mulu nih daritadi… Ssllrrppp” desah pak Rudi terus menghisapnya.
“Aaaahhh iyyahh paakk… Aaahhh enak bangett… Aaahhh terusss… Hisep yang kenceeennggg” Desah Nayla menggelinjang.
“Siaaapp mbaakkk… Sssllrrrppppppp !!!”
“Aaaaaaaahhhhhh paaaaaaaak”
Lidah pak Rudi terus menggeliat di dalam. Lidahnya juga mampir ke atas untuk menjilati biji klitorisnya. Klitoris itu disentil-sentil. Klitoris itu didorong-dorong. Klitoris itu digelitiki menggunakan lidahnya sedari tadi. Nayla semakin kejang-kejang. Nafasnya berat tak karuan. Hingga tiba-tiba ia merasakan cairan cintanya datang hingga membasahi mulut penjaga vilanya.
“Aaaahhh paakkk… Aaahhh kellluuaaaarrr”
“Sssllrrppp… Ssllrrpp… Ssllrrpp”
Pak Rudi dengan sigap menghabisi cairan cintanya dengan rakus. Ia menenggak habis semuanya. Ia terus menyeruputnya tanpa membiarkan ada satupun tetes cairan yang jatuh tanpa melewati rongga mulutnya.
Nayla sampai terkapar tak berdaya. Ia kagum karena pak Rudi sanggup memberinya orgasme meski hanya menggunakan lidahnya saja. Ia pun benar-benar puas pada permainan lidah penjaga vilanya.
“Hah… Hah… Hah… Manis banget deh rasanya… Saya jadi gak tahan lagi nih pengen . . . “ Kata pak Rudi sambil berdiri sambil mengocoki penisnya setelah puas meminumi cairan cinta akhwat binalnya.
“Hah… Hah… Hah” Nayla tak bisa berkata apa-apa.
Matanya hanya menatap penis pak Rudi ketika tongkat sakit itu mulai mendekati lubang vaginanya. Penis itu semakin dekat. Ujung penis itu mulai menyundul pintu masuk vaginanya. Terasa rasa geli di bibir vaginanya. Apalagi saat penis itu denagn tega mulai menusuk yang membuatnya menggelinjang merasakan sensasinya.
“Aaaaahhhh paaakkkk” desah Nayla saat vaginanya kembali dimasuki penis seorang lelaki lagi.
“Aaaahhhh jadi gini rasanyaaa… Aaahhhh mantep banget rasanyaaa” desah pak Rudi yang akhirnya bisa kesampean juga buat menusukkan penisnya ke dalam rahim Nayla.
Nayla, meski sudah mendapatkan orgasmenya. Nafsunya masih tinggi gara-gara obat perangsang yang diberikan pak Rudi secara diam-diam. Ia yang masih berpakaian lengkap namun dengan rok yang terangkat tengah duduk di sofa panjang vilanya. Pak Rudi yang sudah bertelanjang bulat sudah mementokkan penisnya sambil menatap wajah bidadari bercadar itu dengan penuh nafsu. Pak Rudi tertawa puas, ia pun bersiap untuk menikmati santapan lezat yang ada dihadapannya.
“Hah… Hah… Saya mulai yah sayaangg… Uuuuhhhhhhh” desah pak Rudi saat menarik penisnya lalu mementokkannya lagi.
“Aaaahhhh paakkk… Aaaahhhh” desah Nayla merem melek.
“Uuuuhhhhh yaahhhh” desah pak Rudi saat menarik penisnya lagi lalu menusuknya lagi.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhh paakkk” desah Nayla menikmati.
“Uuuhhhh mbaakkkk… Uuuhhh yaahhhh” Desah pak Rudi yang akhirnya mulai stabil dalam menyetubuhi Nayla diatas sofa vilanya.
Penis raksasa itu terus bergerak keluar masuk. Tiap kali penis pak Rudi masuk, jepitan vagina Nayla yang begitu terasa langsung mencekiknya. Penis pak Rudi sampai terhimpit namun untungnya ada cairan pelumas yang memudahkan penis pak Rudi agar bisa bebas. Pak Rudi pun terus memacu pinggulnya. Gerakannya berlangsung cepat. Ia terus menyetubuhinya sambil memegangi pinggul rampingnya yang masih terutupi gamis berwarna hitamnya.
“Aaaahhh paakkk… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla dengan manja.
“Aaaahhh yaahhhh… Aaaahhh mbaakkk… Aaahhhh nikmat sekali suara desahanmu itu mbaaakkk” desah pak Rudi keenakan.
“Aaahhh terusss… Aaahhhhh kontol bapak sampai mentok loh paakk… Aaahhhh rahimku sampai gak muat lagi nih buat nampung kontol bapaakk” desah Nayla ngos-ngosan.
“Hahahahha… Lagian, memek mbak sempit banget sih… Udah gitu, seret lagi… Kontol saya jadi makin terasa kan ? Sodokan saya jadi makin enak kan ?” Desah pak Rudi tertawa.
“Aaaahhh… Aaaahhhhh… Aaaaaaahhh” Desah Nayla sambil menganggukkan kepala. Nafasnya kian berat saat menikmati sodokannya yang kuat. Mekinya yang terawat memberikan kenikmatan yang tak bisa pak Rudi jelaskan. Terlihat wajah pak Rudi merem melek keenakan. Terlihat pria tua itu memacu pinggulnya dengan semakin bernafsu. Sofa yang ia duduki sampai bergetar. Desahannya jadi semakin keras saat pak Rudi menyetubuhinya dengan buas.
“Aaaaahhh paakkk… Aaaahhhhh… Aaaaaahhhhh” Jerit Nayla semakin keras.
Seketika pak Rudi berhenti menyetubuhi setelah mementokkan penisnya hingga ke titik terdalam dari rahim Nayla. Rupanya pak Rudi ingin berganti gaya. Naluri Nayla sebagai lonte pemuas pun menurutinya. Terdengar gemuruh semakin keras di luar sana. Nayla pun diminta menungging dimana kedua lututnya berada diatas sofa sedangkan kedua tangannya bertumpu pada sandaran sofa itu. Nayla yang masih berpakaian lengkap kembali ditusuk saat penis pak Rudi kembali memasuki habitatnya. Pak Rudi langsung tancap gas. Ia menyodok rahim Nayla dengan sangat keras.
“Aaaahhhh yaaahh… Aaahhh mbaakkk… Aaahhhh… Aaaaaahhhhh” Jerit pak Rudi saat pinggulnya terus berpacu.
'Jeeddeeerrrrr !!!'
Seketika kilat menyambar yang membuat kedua pasangan yang sedang berzina itu menoleh ke arah pintu depan yang masih terbuka. Namun kenikmatan yang begitu terasa membuat pak Rudi terus menyodoknya. Pak Rudi tak perduli dengan keadaan di luar karena ia tengah menghadapi lonte pemuas yang harus bisa ia puaskan.
“Aaaahhh paakkk… Aaahhh teruss…. Terusss… Mmmphhh… Mmpphhhh” Desah Nayla saat merasakan birahinya mulai bangkit lagi.
“Aaaahhh yahh… Aaahhh iyyahh mbaaakkk… Aaahhhh nikmat bangettt… Aaaahhhh henkgghhhh !” Desah pak Rudi saat terus menyodoknya sampai mentok. Tangannya yang gemas bahkan sampai menampar bokongnya. Pak Rudi benar-benar bernafsu. Ia tak tahan pada keindahan yang dimiliki oleh akhwat bercadar itu.
“Aaaahhhh paaakkk… Aaahhhh dalemm bangettt… Aaahh teruss… Aaaaahhh” desah Nayla dengan binalnya.
'Plaaaakk… Plaaakkk… Plaaakkkkk !!!'
Pak Rudi terus menampari bokong mulus itu hingga memerah. Pak Rudi tertawa puas. Sodokannya jadi semakin keras hingga mulutnya gemas ingin merendahkan akhwat binal itu.
“Aaahhh… Aaahhhh… Dasar binal ! Akhwat macam apa yang minta terus digenjot oleh penjaga vilanya… Hahahhh” Kata pak Rudi menertawakannya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Habisnya sodokan bapak enak banget sihhh… Uuhhhh kontol bapak juga keras bangeett… Rasanya beda banget sama kontolnya mas Miftah… Aku jadi gak tahan paakk jadinyaa… Ayokk terusss… Teruss sodok aku paaakkk” desah Nayla dengan binal akibat nafsunya yang sulit ia kendalikan.
“Aaahhhh… Aaahhhhh kasian amat… Gara-gara suamimu mbak jadi gini yaahh… Dasar, punya istri cantik kok malah gak bertanggung jawab !” Kata pak Rudi menghina suami Nayla agar Nayla terdorong untuk menyalahkannya.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Tau tuh paakk… Padahaal aku kurang apa cobaaa… Tapii aku selalu ditinggaall paaakk… Aaahhhhh… Aaahhhh” Jerit Nayla jadi semakin bergairah saat melampiaskan semua kekesalannya pada persetubuhannya sekarang.
“Aaaahhhh… Aaahhhh betul… Mbak udah cantik, alim, bening, seksi lagi… Kalau saya yang jadi suami mbak… Pasti sudah saya sodok berulang kali memek mbak sampai mentok… Kalau gitu, gimana kalau saya yang jadi suami mbak aja ?” Tanya pak Rudi sambil terus merangsang gairah Nayla yang membuat nafsu akhwat bercadar itu semakin membesar.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Coba bapak buktikan duluuu… Kalau bapak sanggup memuasiku, bapak bisa masuk daftar 'list' aku biar kapan-kapan kalau aku pengen, aku bisa datengin bapak lagi” Jawab Nayla menantang yang membuat pak Rudi tertawa.
“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Hahahah… Oke… Saya terima tantangannya… Liat ini… Rasaakaaannn sodokannn saya iniii… Uuuhhhh” Desah pak Rudi yang jadi semakin barbar.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aaaaaahhhhh” Jerit Nayla semakin keras. Suaranya bahkan bersaing dengan suara di luar dari hujan deras. Ia benar-benar terangsang lagi setelah berbicara mesum dengan pejantan tuanya. Matanya pun memejam agar semakin menikmati sodokannya. Ia berusaha merasakan tiap tusukan yang membuat dinding vaginanya berdenyut senang.
'Plokkk… Plookkk… Pllookkkk !!!'
Lima menit mereka bercinta dengan ganas. Pak Rudi yang semakin bernafsu jadi tidak kuat untuk melampiaskannya sekarang.
“Aaahhhh… Aaahhh… Saya mau keluaar… Saya mau keluaar mbaakk” Desah pak Rudi ngos-ngosan.
“Aaaahhh paakk… Aaahhh iyyahh keluarin… Keluarin aja paakk… Aaahhh yaahhhhh” Desah Nayla juga ngos-ngosan.
“Aaaahhh iyaahh mbaakk… Aahhhh gilaaa enakkk bangeett… Ouhhh… Ouhhh saya percepat yaahhh… Ouuhhhhhh” desah pak Rudi memperkuat hujamannya.
“Aaahhh iyaahhh paakkk… Iyaahhh… Aaahhhh… Aaahhhhh” desahnya sampai tubuhnya terdorong maju mundur dengan cepat.
'Plokk… Plokk… Plokkk !!!'
Pinggul mereka terus berbenturan ketika pinggul pak Rudi terus berpacu tuk memuasi akhwat lonte itu. Semakin ia memperkuat hujamannya, semakin tak kuatlah ia dalam menahan gairah nafsu syahwatnya. Pak Rudi mau keluar. Cairan spermanya sudah berada di tepi lubang kencingnya.
“Aaaahhh mbaakk… Aaahhhh... Aaahhh… Sayaa gak kuat lagiiii… Rasaaakkkaannn iniii… Hennkgghhhh !!!” Desah pak Rudi saat mementokkan penisnya hingga ujung gundulnya menyundul titik terdalam dari rahimnya.
“Ouuuhhh paaaakkk” Nayla sampai menaikkan kepalanya. Tusukan yang diberikan oleh penis itu begitu terasa. Keseluruhan penis pak Rudi sampai masuk di dalam vaginanya.
“Aaaaahhhhh kellluuaaaarrrr !!!” Jerit pak Rudi sekeras-kerasnya hingga tak lama kemudian terdengarlah bunyi guntur yang dibarengi kilatan hitam yang berasal dari luar vila yang mereka tempati.
'Jeedddeeerrrr !!!'
“Aaaaaaaaahhhhh” Desah Nayla puas.
Kedua pasangan itu pun ambruk ke depan. Tubuh Nayla tertindihi tubuh pak Rudi yang sudah bugil. Nafas mereka berpacu. Kedua tangan pak Rudi terus mencengkram pinggang rampingnya sambil menikmati tetesan terakhir dari sperma yang dibuangnya.
“Uuuhhh puas bangeett… Uuuhhhh” desah pak Rudi sampai merem melek.
“Hah… Hah… Hah… Capek banget… Aahhh yahhh…. Ouihhh bapaakkk” Desah Nayla yang benar-benar puas setelah dipejuhi penjaga vilanya.
Angin dingin yang bertiup dari luar membuat kedua pasangan itu merinding. Pak Rudi yang sudah mendapatkan tenaganya kembali, buru-buru mencabut penisnya hingga lelehan spermanya mengalir deras melalui lubang vagina sang akhwat.
Pak Rudi bergegas menuju pintu dan mendapati badai yang bertiup kencang hingga pohon kelapa yang tumbuh dihalaman vila sampai bergoyang. Ia lekas menutup pintunya. Lalu menguncinya dari dalam. Ia juga menutup setiap tirai yang ada di jendela vila itu lalu kembali menghampiri Nayla yang masih menungging menampakkan pinggul indahnya.
“Hahahaha gimana sayaangg… Puas ?” Kata pak Rudi sambil mengocokkan penisnya yang masih berdiri tegak ke arah wajah Nayla.
“Hah… Hah… Banget paakk… Tapi aku . . . “ Kata Nayla malu-malu. Ia masih bernafsu gara-gara birahinya terpanggil lagi setelah merasakan tusukan penuh tenaga dari penjaga vilanya.
“Hahahaha saya tau… Itulah gunanya kontol saya yang masih tegak” Kata pak Rudi yang membanggakan penisnya.
'Hah… Hah… Untung aja teh saya udah dikasih obat kuat… Liat aja, kontol saya gak bakalan lemes sampai beberapa jam ke depan… Oh yah, teh mbak juga saya kasih obat perangsang loh… Mari kita nikmati pesta seks kita semalaman… Meski kita udah dapet crot, kita gak bakalan puas sampai efek obat yang saya kasih tadi habis !'
Batin pak Rudi sambil mengangkat cadar Nayla yang membuat akhwat binal itu segera mengulum penis besarnnya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhh !” Desah Nayla dengan penuh nafsu.
Penis pak Rudi yang baru menumpahkan spermanya membuat Nayla dapat merasakan sesuatu yang asin disana. Aroma kuat yang ia hirup tak membuatnya jijik saat mengulumnya. Ia malah semakin bernafsu. Wajahnya itu terus bergerak maju mundur. Pak Rudi yang ada di sebelahnya dan tengah menaiki sofa membuat wajah Nayla menoleh ke arahnya agar dirinya bisa lebih mudah untuk mengulum penis besarnya.
“Mmpphhhh…. Mmpphhhh… Kok kontol bapak masih keras sih ?” Kata Nayla kagum.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Saya udah bilang kan tadi kalau kita bakal ngentot semalaman ?” Tanya pak Rudi yang membuat Nayla tersenyum malu.
Saat akhwat binal itu menoleh tuk menatap jam dinding. Rupanya waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore saja. Namun Nayla mengabaikan, ia terus mengulumnya bahkan tangannya ikut mengocoknya.
“Mmpphhh… Mmppphhh… Jadi, kita jadi nih main semalaman ?” Tanya Nayla tersenyum.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Pasti dong sayaaanngg… Kita bakal pesta semalaman… Akan saya buat rahimmu itu berkedut berulang kali” Kata pak Rudi yang membuat Nayla tersenyum senang.
“Mmmpphhh… Mmpphhh… Aku jadi gak sabar deh… Mmphhh… Aku kerasin dulu yah… Aku kerasin kontol bapaak biar makin kuat” Kata Nayla yang jadi bersemangat untuk mengulumnya.
“Iyya sayaanngg… Aaahhhh… Aaaahhh… Ayookk teruss… Iseepp yang kuaat… Aahhh iyah, kayak gitu sayaannngg” desah Pak Rudi bernafsu.
Dikala Nayla mengulumi ujung gundulnya. Maka tangan kanannya mengocoki batangnya yang membuat pemiliknya mendesah tak karuan. Lidahnya dengan binal menjilati lubang kencingnya. Bibirnya dengan nakal menjepit ujung gundulnya. Mulutnya pun menghisap-hisapnya yang membuat penis pak Rudi berkedut dibuatnya. Batang penis pak Rudi tak ketinggalan dirangsangnya. Batang penis itu dikocoknya dengan lembut. Kadang kocokannya juga kuat yang membuat pemiliknya merem melek dengan nikmat. Nayla terus merangsang penis itu hingga membuat tubuhnya kembali bergairah. Tak peduli dengan suara rintik hujan di luar. Tak peduli dengan kilatan petir yang menyambar. Mereka terus berzina untuk merangsang kehangatan ditengah hawa dingin yang menusuk tulang.
Nayla terus mengulum penis itu hampir selama lima belas menit. Hebatnya pak Rudi terus bertahan meski matanya terus memejam menahan rangsangannya. Nayla diam-diam kagum pada daya tahan tubuh pak Rudi. Ia jadi semakin menyukainya. Ia pun terus mengulumnya hingga penis pak Rudi semakin besar di mulutnya.
'Aaahhh giilaaa… Aaahhhh enak banget sepongannyaaa… Aaahhh ini kalau saya gak minum obat kuat udah keluar dari tadi nih… Gila nafsunya gede bangett… Aaahhh gawatt… Aaahhhh !!!'
Desah Pak Rudi di dalam hati saat bertahan sekuat tenaga. Bahkan dirinya nyaris keluar meski sudah mengkonsumsi obat kuat.
“Mmppphhh sudaaahh paakkk… Aayooo… Kita ngentot lagi… Aku udah gak tahan paaakkk” desah Nayla setelah puas mengulumnya. Ia lalu turun dari sofa lalu menelanjangi tubuhnya. Dengan binalnya ia memelorotkan gamisnya. Ia lalu melepaskan tali ikat bra yang menahan susu gantungnya. Lalu ia menurunkan celana dalamnya hingga akhwat cantik itu cuma menyisakan hijab beserta cadarnya saja.
“Mmpphhh kontol bapaakkk kuat banget sihhh… Aku jadi makin gak nahan deehhh… Ayok pak kita pindah ke kamar… Aku pengen goyang bapak nih jadinya” Kata Nayla sambil menarik penis pak Rudi saat membawa pejantan tuanya itu menuju kamar vila yang ia tempati dulu.
“Aaaahhh… Aaahhh yaahhh… Aaahh mbakk jangan ditarik-tarik… Aaahhh” desah pak Rudi sampai merinding.
Sesampainya di dalam, pak Rudi diminta duduk di tepi ranjang. Nayla sambil tersenyum menatap binal wajah pria pemuasnya itu. Ia benar-benar sudah dikendalikan oleh nafsu birahinya lagi. Ia pun tak memikirkan segala konsekuensi. Yang ia pikirkan sekarang adalah kenikmatan. Ia hanya ingin menikmati kejantanan penis pak Rudi yang masih menegak kencang.
“Hihihihihi aku gak tau kalau bapak ternyata sejantan ini” Kata Nayla sambil mendekap penis pak Rudi lalu mengocoknya lagi.
“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Emang mbak kira saya gimana ?” Tanya pak Rudi keenakan.
“Mmpphhh hihihihi… Aku kira B aja… Habis keluar yaudah… Rupanya kontol bapak masih ngaceng gini ihhh… Jadi nafsu deh” Kata Nayla sambil mengangkat cadarnya untuk mencumbu bibir pria tua itu lagi.
“Mmpphhhhh… Mmppphhh” desah mereka saat bibir mereka kembali besentuhan.
Nayla lalu menaiki tubuh pak Rudi. Dengan bantuan jemarinya, ia membuka bibir vaginanya lalu mengarahkannya lagi menuju penis besarnya.
'Jleeebbbb !!!'
“Mmppppphhhhhhh” Jerit mereka tertahan saat mulut mereka berciuman.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
MEE0FQQ
https://thumbs4.imagebam.com/89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg 89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg
'NAYLA
Dalam posisi memangku Nayla, Pak Rudi mulai mengerang saat pinggul Nayla mulai bergoyang. Nayla menaruh kedua lengannya diatas bahu penjaga vila itu. Bibirnya terus mencumbu. Pinggulnya ia naik turunkan merasakan gesekan penisnya yang sungguh memuaskan. Pinggul Nayla terus bergerak naik turun. Ia tidak takut jatuh meski kedua kakinya sudah naik ke ranjang. Dekapannya yang erat pada bahu pak Rudi menjadi penyebab ia tak khawatir terjatuh. Ia pun terus menaik turunkan tubuhnya. Ia bahkan mempercepat gerakannya hingga gesekan penis penjaga vila itu semakin terasa.
“Mmpphhh… Mmppphh paakk… Mmpphhh” Desah Nayla menikmati.
“Mmpphhh mbaaakk… Mmpphhh enak banget goyangan mbaakk… Mmmpphhh pasti mbak sering goyang pak Urip yah makanya mbak bisa sejago ini” desah pak Rudi disela-sela cumbuannya.
“Mmppphh jaraanggg paakk… Mmpphhh pak Urip biasanya yang genjot aku… Aku sampai gak kuat buat nahan sodokannya pak… Mmpphhh jadi kangen pak Urip kan… Mmpphhh kontol bapak rasanya mirip sama kontolnya pak Urip… Keras banget” desah Nayla sambil terus mencumbu.
“Mmpphhh… Mmmpphhh… Terus kok mbak bisa jago gini belajar dimana ?” Tanya pak Rudi penasaran.
“Mmpphhh… Diem-diem kan kau sering jajan ke bapak-bapak lain paakkk” Jawab Nayla mengejutkan pak Rudi.
“Mmpphhh maksudnya ? Mbak jajan ngentot sama laki-laki lain ?” Tanya Pak Rudi sambil terus digoyang.
“Mmpphhh iyaah paakk… Aku sering ngerasain kontol-kontol perkasa lain… Biar aku gak bosen pak… Aku orangnya juga suka penasaran soalnya” Jawab Nayla yang membuat pak Rudi semakin bergariah.
“Mmppphh yang bener ? Dasar binal banget yah mbak rupanya !!! Dulu aja saya sampai gak dikasih kesempatan buat ngerasain memek mbak, eh mbak malah rupanya sering jajan sama lelaki lain” Kata Pak Rudi cemburu. Namun membayangkan hal itu malah membuatnya semakin bernafsu.
“Mmpphh maaf paakk… Mmpphhh waktu itu aku masih dilatih pak Urip soalnyaa… Mmpphhh sekarang aku udah mandiri… Aku udah tau cara muasin laki-laki… Aku jadi ketagihan jajan sama laki-laki lain paakk… Mmpphhh” Desah Nayla yang juga semakin bergairah saat membayangkan kenakalannya dulu.
“Mmpphh emang mbak ngerasa paling binal pas main sama siapa ?” Tanya pak Rudi penasaran.
“Mmppphh pas main sama gelandangan tua pak… Mmpphhh aku ngerasa binal bangett… Padahal bau badannya gak enak… Tapi aku tetep digenjot sampai keluar dua kali di rahim aku paak… Rahimku sampai anget dibuatnya” Jawab Nayla jadi semakin kencang bergoyang saat mengingat kenakalannya dengan pak Dikin.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Aaahhhh… Aaahhh… Sama gelandangan ?” Tanya pak Rudi setelah melepas cumbuannya sambil menatap mata binalnya.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Aaahhhh iyaahhh paakkk… Aku udah jadi lonte beneran… Aku udah kaya pemuas nafsu aja pak” Kata Nayla semakin bergairah.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Dasaaarrr yahhh… Pantes aja goyangannya enak banget… Rupanya selama ini mbak punya bakat jadi lonte… Pantes juga saya ngerasa gak puas kalau keluar sekali tadi” Kata pak Rudi sampai terengah-engah. Seketika pandangannya turun saat mendapati payudara Nayla yang bergoyang kencang.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Semua gara-gara pak Urip pak… Pak Urip yang udah mengubahku jadi lonte beneran… Aku aaahhhhh… Aaahh gelii paakkk… Aaahhhh” desah Nayla saat payudaranya dihisap oleh penjaga vilanya.
“Mmpphh slrrppp… Mmpphhh yaahhh… Mmpphh dasar cewek murahan… Dasar akhwat rendahan… Bisa-bisanya mbak nyerahin diri ke gelandangan tua… Terus susu ini, siapa yang terakhir nyedot susumu mbak ?” Tanya pak Rudi sambil terus menyusu di payudaranya.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Suami aku paakk… Semalaaammm” desah Nayla sambil memejam saat merasakan kenikmatan yang mengagumkan.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Syukurlah gak ngisep bekas mulutnya gelandangan hahahah… Terus memekmu… Siapa yang terakhir make ?” Tanya pak Rudi penasaran.
“Aaahhh… Aaahhhh suamiku juga lah paakk… Aaahhhh” Jawab Nayla sambil mengangkat pandangannya menatap langit-langit ruangan.
“Mmpphhh… Mmpphh slrrpp… Sebelumnya lagi ?” Tanya pak Rudi sambil terus menghisap kedua susunya secara bergantian.
“Aaahhhh… Aaahhhh ituuu… Ituuuu” Jawab Nayla berfikir. Namun pinggulnya terus bergoyang. Ia benar-benar terangsang saat bercinta sambil mengingat kenakalannya dulu.
'Aaahhh… Aaahhh… Aahhh… Siapaa yaahh ?' Batin Nayla berfikir.
Seingatnya seseorang yang terakhir kali menyetubuhinya sebelum suaminya ya pak Urip. Atau malah bukan ? Atau memang pak Urip ? Ia mencoba mengingat-ngingat hari sebelumnya. Kemarin ia disetubuhi suaminya, sebelumnya ia berjalan-jalan bersama adeknya, hari sebelumnya lagi ia teringat persetubuhannya saat dikeroyok pak Dikin & pak Urip. Tapi yang terakhir menyetubuhinya ya pak Urip. Ia pun menjawab apa adanya sesuai ingatannya.
“Paakk Uripp paakk… Pak Uriipppp” Jawab Nayla yang lagi-lagi membuat pak Rudi lega.
“Hahhaah untungnya… Aaahhh… Aaahhhh… Aduhh saya capek… Saya sambil tiduran gapapa yah ? Mbak masih bisa goyang kan ?” desah pak Rudi sambil membaringkan tubuh tuanya.
“Aaahhh iyaahh paakkkk… Aaahhh aku akan tetep goyang bapak… Bapak tahann yaahhh” desah Nayla yang tiba-tiba menunjukkan tekniknya.
Sambil memegangi perut pak Rudi. Pinggul Nayla bergoyang memutar yang membuat penis penjaga vila itu seperti sedang diaduk-aduk. Penis hitam itu sudah seperti perseneling mobil yang diputar ke kanan ke kiri kadang ke depan ke belakang oleh pinggulnya. Rasa nikmat yang mendera justru membuat kecepatannya semakin kencang. Nayla seperti sedang melakukan goyang ngebor. Goyangannya yang cepat hampir membuat penis pak Rudi patah dibuatnya. Pak Rudi bahkan sampai memejam meski matanya ingin membuka menikmati pemandangan indah dari goyangan susu Nayla. Tubuh Nayla benar-benar menggairahkan. Tatapannya juga binal. Wajahnya yang hanya keliatan matanya itu membuat pak Rudi semakin bernafsu. Ia pun terus mendesah menikmati goyangan Nayla yang semakin bergairah.
“Aaaahhh mbaakk… Aaahhh nikmat sekalii… Aaahhh yahh… Aaahhhhhhh” desah pak Rudi merem melek.
“Aaahhh bapaakk… Aaahhh… Kontol bapak keras bangett siihhh… Memek aku sampai gatel banget deh… Rasanya jadi pengen digaruk-garuk pake kontol bapaaakk… Aahhh yaahhh… Aahhh kayak giniii… Aaahhh enak banget paaakkk” desah Nayla yang kembali menaik turunkan tubuhnya.
Alhasil payudara Nayla terus bergetar. Guncangannya membuat mata Pak Rudi dimanjakan olehnya. Tangannya jadi gemas ingin meremasnya sampai puas. Namun goyangan bidadari cantik itu yang terlampau nikmat membuat tangannya hanya bisa meremas sprei ranjang tuk bertahan darinya. Pak Rudi merasa beruntung, ia sangat puas saat digoyang oleh akhwat bercadar yang sudah punya segudang pengalaman.
“Aaaahhh mbaakkk… Aaahhhh… Aaaahhhhh…” Jerit paak Rudi semakin keras.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhh… Aaahhh tahaannn sebentaarrr… Ini makin enak paakk… Aaahhh kontol bapak udah bikin memek aku cenat-cenut paakk… Aaahhh aku mau keluaaar” Jerit Nayla dengan penuh gairah.
Nayla pun terus menaik turunkan tubuhnya. Kedua tangannya sampai meremasi payudaranya tuk mengekspresikan kepuasannya. Matanya memejam. Desahannya semakin kencang. Goyangannya pun semakin aduhai. Pak Rudi sampai kewalahan dalam meladeni goyangan maut itu. Pak Rudi ngos-ngosan. Ia berusaha semaksimal mungkin tuk bertahan dari goyangannya yang sangat mematikan.
“Aaaahhhh mbaakkk… Aaahhhh hebaat… Aaahhhh sayaaa hampir aaajjjaa… Aaahhh… Aaahhhh… Saya harus bertahaann… Aahh tapiiii” desah pak Rudi yang nyaris kelepasan.
“Aaahhh tahaannn paakkk… Aaahhhhh sebentar lagii… Aku mauu keluaar… Akuu mau keluaar paakkk” desah Nayla yang semakin memperkuat remasannya. Jemarinya bahkan memelintir pentilnya sendiri agar semakin terangsang. Matanya terus saja memejam membayangkan berbagai fantasi yang membuatnya semakin puas.
Sambil terus bergoyang, rupanya ia membayangkan ada berbagai macam penis yang sudah menantinya untuk dipuaskan. Mereka semua berdiri mengelilinginya. Mereka semua mengocoknya sambil memandangi dirinya yang terus asyik menggoyang penjaga vilanya. Hal itu membuat Nayla semakin bersemangat. Nafsunya membuat otaknya semakin keruh oleh pikiran-pikiran mesum yang difantasikannya.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhh aku mau keluaaar… Aku mau keluaaar” Jerit Nayla sudah tidak kuat.
“Aaahhhh keluarkan mbaakk…. Saya akan bertahan… Keluarin ajaa… Keluaariinn aja semuanyaaaa !” Desah pak Rudi ngap-ngapan menahan goyangan Nayla.
“Aaahhh iyaahhh… Iyaahhh paakkk… Aaahhhh aku maauuu keluar… Aakuuu… Akkkuuu… Aaahhh paaakkkkkk” desah Nayla saat merasakan adanya tanda-tanda sehingga menjatuhkan tubuhnya hingga penis pak Rudi semakin menancap di dalam.
“Aaaahhhh nikmatnyaaaa” desah pak Rudi saat merasakan kehangatan kemaluannya.
'Jleeebbbb !!!'
“Aaahhh paakkk… Kelluuaaarrr !” Jerit Nayla yang langsung membuatnya ambruk menindihi tubuh pak Rudi.
Pak Rudi pun tanggap menangkapnya. Pak Rudi memeluknya erat bahkan menekannya ke tubuhnya hingga ia dapat merasakan keempukan susu bulat bidadari bercadar itu.
'Cccrrttt… Cccrrtttt… Cccrtttt !!!'
Lagi, Nayla mendapatkan orgasmenya yang kedua kalinya di hari ini. Semprotannya yang deras membuat rahimnya membanjir. Pak Rudi sendiri dapat merasakan hal itu saat penisnya disiram oleh cairan lengket lagi hangat. Terlihat wajah Nayla merem melek penuh kepuasan. Terlihat desahan nafasnya yang membuat pak Rudi tertawa puas melihat kebinalan istri majikannya.
“Hah… Hah… Hah… Akhirnya… Hah… Hah” desah Nayla setelah menyelesaikan tetes terakhirnya.
“Hah… Hah… Hahahhaha… Binalnyaaa… Baru kali ini saya digoyang oleh akhwat sebinal dirimu mbak… Untungnya saya sanggup bertahan… Gilaaa goyangan mbak… Untung juga kontol saya gak patah, gara-gara mbak” Kata pak Rudi lega yang membuat Nayla tersipu.
“Hah… Hah… Maaf paakk… Habis kontol bapak enak banget sihh… Memek aku sampai gatel banget makanya aku ngegoyang bapak dengan penuh nafsu” Lirih Nayla dipelukan pak Rudi.
“Hah… Hah… Gapapa mbaakk… Saya malah seneng kok… Selama kontol saya masih bisa ngaceng… Hahahha” tawa pak Rudi yang begitu bahagia.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh saja. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat ketika mereka sama-sama menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Tak terasa hujan di luar tidak terlalu deras lagi. Memang masih hujan namun tidak sederas sebelumnya. Setelah energi mereka terkumpul kembali. Pak Rudi yang lebih dulu bangkit memposisikan tubuh Nayla tiduran terlentang dengan kepala yang menggantung di tepi ranjang. Tak lupa ia juga melepas hijab dan cadarnya sehingga dirinya dapat melihat kecantikan Nayla untuk pertama kalinya.
“Hahahahah… Hebat… Mbak ini udah cantik, body menarik, punya jiwa lonte lagi… Gak sia-sia saya nyulik mbak kesini” Kata pak Rudi sambil mengocok penisnya lagi.
“Hah… Hah… Hah” Nayla hanya terengah-engah. Ia merasa senang dengan pujian itu tapi ia tak memiliki tenaga untuk menjawabnya apalagi dengan posisi kepala kebalik seperti ini.
“Bapaakkk mau apa ?” Tanya Nayla penasaran.
“Hah… Hah… Ya jelas ngentotin mbak dong” Kata pak Rudi yang tiba-tiba menyelundupkan penisnya lagi ke dalam mulut sang bidadari.
'Jleeebbb !'
“Mmpppphh” Betapa terkejutnya ketika penis itu langsung masuk hingga menyundul pangkal kerongkongannya.
Namun yang lebih mengejutkannya lagi adalah ketika pak Rudi menggerakkan pinggulnya dengan kencang. Bahkan kecepatan pinggulnya itu seperti sedang menyetubuhinya saja. Nayla pun memejam. Ia bertahan saat penis itu berulang kali menyodok-nyodok pangkal kerongkongannya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Paakkk… Mmmpphhh” desah Nayla kewalahan.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh nikmatnyaaa… Aaahh sedap banget mulutmu mbaakkk… Gila ! Gak memek gak mulut rapet semuanyaa… Aaahhh… Aaahhh” desah pak Rudi bernafsu.
“Mmpphh paakkk… Jangggg… Mmppphhh” Desah Nayla kewalahan. Liurnya pun sampai keluar melalui sodokan penis pak Rudi hingga membasahi wajahnya. Bagian hidungnya mulai basah terkena liurnya. Bahkan bagian matanya juga hampir terkena lelehan liurnya.
“Aaahhhh mantapnyaaa… Aaahhhh gilaaa… Aahhh sedap sekali rasanyaa… Aaahhhh mulut lonte emang bedaaa… Aaahhhh rasanya bikin nagih, bikin saya pengen nyodok terus mbaakkk” desah pak Rudi kali ini sambil menjulurkan kedua tangannya tuk menyentuh susu bulatnya.
Sambil terus menyodok, tangannya mulanya hanya memegangi benda kenyal tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, kedua tangannya juga meremasnya dengan kuat. Lalu kedua tangannya memainkannya dengan menarik-narik pentil susunya. Kadang kedua tangannya juga menamparnya kadang juga mencengkramnya. Kedua tangannya itu cukup sibuk dalam memainkan susu bulat itu. Tentu juga dengan pinggulnya yang terus asyik mengeluarkan penisnya ke mulut bidadari yang ternoda itu.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Saya mau keluaar… Saya mauu keluaaar” desah pak Rudi tak tahan setelah menyodoki mulutnya.
Jepitan mulut Nayla yang kuat membuat penis pak Rudi berdenyut di dalam. Apalagi sebelumnya, ia sudah digoyang berulang kali oleh akhwat binalnya. Penjaga vila tua itu semakin tak tahan. Ia malah mempercepat sodokannya yang membuat akhwat yang sudah bertelanjang bulat itu semakin tersiksa oleh kebuasan nafsu penjaga vilanya.
“Mmpphh paakkk… Mmpphhh… Mmppppphhh” desah Nayla yang hanya bisa pasrah.
“Aaaahhh ini diaaa… Aaahhh yaahhh… Aaahhhh saya gak kuat… Aahhhh rasakaannn iniiii” Jerit pak Rudi saat mendorong pinggulnya hingga mentok lalu mencabutnya sebelum mengocoknya ke arah wajah cantik dari bidadari binal itu.
“Mmppphhh” desah Nayla saat penis itu terlepas dari mulutnya.
“Aaahh… Aaahhhh… Iyaahhh… Ouuhhhh kellluuaaarrrr !!!”
'Ccrroottt… Ccrroott… Ccrroottt !!!'
Spermanya dengan deras membasahi wajah ayunya. Akhirnya untuk kedua kalinya penjaga vila itu mampu menodai tubuh alim dari akhwat binal tersebut. Spermanya yang tidak sederas semprotan pertama keluar membasahi wajah cantiknya. Bibirnya, pipinya, dahinya bahkan sebagian rambutnya terkena siraman air mani dari pria tua itu. Pak Rudi hanya bisa ngos-ngosan. Ia benar-benar kelelahan setelah dua kali keluar di tubuh bidadari pemuasnya.
“Aaahhh nikmatnyaaaa !!!” Jerit pak Rudi setelah puas memuasinya lalu ambruk disebelah tubuh istri majikannya.
“Uhhukkk… Uhukk” Nayla langsung terbatuk-batuk. Ia membalikkan tubuhnya hingga wajahnya itu tidak lagi menggantung di tepi ranjang. Ia berulang kali memuntahkan liur ke lantai kamar setelah mulutnya dipaksa mengulum penisnya.
Nayla kelelahan. Wajahnya sudah bersimpuh sperma. Rambutnya juga acak-acakan. Meski tubuhnya yang mulus itu masih menggairahkan. Terlihat jelas kalau akhwat binal itu tak sanggup lagi untuk melanjutkan.
“Hah… Hah… Hah… Puas gak mbaakk ? Hah… Hah… Mau lanjut apa istirahat dulu ?” tanya pak Rudi mengejutkan Nayla.
Saat akhwat binal itu menatap penis penjaga vilanya. Ia heran kenapa penis tua itu masih menegak kencang. Ia yang terengah-engah hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia tak sanggup melanjutkan. Pak Rudi pun tertawa puas melihat ekspresi wajahnya.
“Hahahaha kalau gitu kita makan malam dulu yah… Bentar, kayaknya di kulkas ada sesuatu deh… Mbak kalau capek istirahat dulu aja yah… Nanti kalau udah kuat mbak bisa ke meja makan yah” Kata pak Rudi saat menatap Nayla lalu menghadiahinya ciuman di bibir sebelum dirinya pergi menyiapkan makanan untuk pemuasnya.
“Hah… Hah… Udah mau jam tujuh aja ? Hah… Hah… Udah berapa jam aku dipake olehnya ?” Ucap Nayla mengingat-ngingat.
“Kira-kira mulai dari jam setengah lima deh… Berarti udah mau dua jam setengah dong ? Wah pantes aku capek banget… Dan itu bakalan nambah lagi deh gara-gara kontolnya masih berdiri… Hah… Hah… Bakalan capek banget nih aku dihari ini” Lirih Nayla terengah-engah.
“Tapi anehnya, kok aku masih belum puas yah ? Rasanya aku pengen digenjot lagi dan lagi… Rasanya aku masih pengen ditusuk kontolnya lagi… Hah… Beginikah akhirnya ? Susah amat yah mau tobat… Ujungnya aku bakal dipuasi lagi dan lagi… Masa cuma bertahan sehari aja sih tobatku” Kata Nayla saat mengingat hari kemarin.
“Hah semua gara-gara mas Miftah… Gara-gara semalam aku gagal dipuasi… Akhirnya aku malah dipuasi berkali-kali sama pak Rudi… Untuk hari ini, gapapa lah lanjut aja… Toh udah nanggung… Udah terlanjur basah… Mending kotorin sekalian hari ini dengan kemaksiatan” Kata Nayla menyerah karena birahinya masih belum puas oleh kenikmatan.
Nayla pun pergi keluar kamar tanpa menutupi tubuhnya sama sekali. Jalannya agak pincang karena vaginanya terasa agak perih akibat terlalu bernafsu saat menggoyangnya tadi. Dari kejauhan, pak Rudi tersenyum melihat akhwat binal yang telanjang bulat dalam keadaan wajah bersimpuh sperma itu mendekat. Pak Rudi pun menyapanya, ia bahkan mendekatinya untuk membantunya duduk di dekat meja makan.
“Masih mulus aja nih 'body'… Mana mukanya bikin sangek lagi… Gak sia-sia saya sampai keluar dua kali” Kata pak Rudi saat menatapi wajahnya.
“Hihihi makasih pak… Jadi malu deh” Kata Nayla tersipu.
“Ini elap dulu pejuhnya… Masa mau makan masih ada pejuhnya sih” kata pak Rudi yang juga masih telanjang sambil memberinya tisu yang ia ambil di meja makan.
“Hihihi makasih pak… Lagian bapak sih keluarnya banyak banget” Kata Nayla sambil mengelapi wajahnya.
“Salah sendiri mbak seksi banget… Mana sanggup kalau cuma keluar sekali di tubuh seindah ini” Kata Pak Rudi sambil melirik menatapi tubuh indahnya lagi. Nayla jadi malu-malu hendak menutupi tubuhnya. Namun pak Rudi melarangnya. Rasanya agak aneh saat hendak makan dalam keadaan telanjang bulat dengan seorang pria tua yang tidak terlalu dikenalnya. Untungnya pak Rudi melayaninya dengan baik. Ia bahkan menyendokkan nasi untuknya juga beberapa lauk yang tadi dibelinya di siang hari.
“Maaf mbak cuma seadanya… Untung tadi saya nemu nasi instan di lemari… Ini juga lauk gak seberapa” Kata pak Rudi tersenyum.
“Hehe gapapa pak… Ini udah cukup kok buat ganjel perut aku… Aku makan dulu yah… Laper banget soalnya” Kata Nayla yang akhirnya menyantap makanannya.
“Gimana ? Enak ?” Tanya pak Rudi penasaran.
“Heheh enak banget pak… Lagi laper banget sih” Kata Nayla yang membuat pak Rudi tertawa.
Mereka lalu menyantap makanan dengan hikmat. Disitulah mereka mulai mengobrol-ngobrol untuk mengakrabkan diri lagi. Dulu sewaktu Nayla kesini, dirinya tak sempat mengakrabkan diri akibat terlalu sibuk memuasi pak Urip. Kini, dalam keadaan tubuh yang tak ditutupi pakaian sama sekali. Mereka pun berusaha mengakrabkan diri. Bahkan setelah makanan berakhir, mereka masih mengobrol panjang lebar soal diri sendiri. Dari situ pak Rudi jadi tahu tentang kebiasaan buruk Nayla yang rupanya suka sangek sendiri ketika mendapati adanya pria tua didekatnya. Ia juga tahu kalau Nayla yang sebetulnya ingin tobat namun selalu kesulitan karena tidak mendapati kepuasan dari suaminya. Pak Rudi pun bercanda dengan melarangnya untuk jangan bertobat dan lanjut menjalani maksiat saja. Nayla tertawa. Pak Rudi menimpali, habis penisnya ingin terus memuasinya lagi sih. Nayla yang sudah hanyut akhirnya menimpali juga.
“Kalau sama bapak, sekali-kali gapapa lah yah !” Katanya sambil menyentil ujung gundulnya yang membuat pak Rudi tergoda.
“Dasar yaaahhh… Jadi pengen lanjut ngentot lagi kan !” kata pak Rudi bernafsu.
“Eehhhh” Kata Nayla terkejut saat melihat pak Rudi yang tiba-tiba bangkit lalu berjalan mendekatinya.
Terlihat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Menyadari kalau hujan di luar tidak terlalu deras membuat pak Rudi langsung menggendong tubuh Nayla dalam posisi saling berhadap-hadapan. Penisnya kembali ditancapkan lalu membawanya menuju luar ruangan. Dalam keadaan hujan rintik-rintik itulah pak Rudi kembali menggerakkan pinggulnya tuk memuasi wanitanya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh nikmatnya memekmu mbaakk… Aaahhh” desah pak Rudi dengan penuh nafsu.
“Aaahh paakkk… Aaahhh… Aahhh tungguuu… Aaahhh” desah Nayla kewalahan saat harus memuasi nafsunya lagi.
Dua puluh menit mereka bercinta di alam terbuka dalam posisi yang sama membuat pak Rudi tidak tahan lagi. Ditengah hujamannya yang semakin kuat, ia pun akhirnya tidak sanggup menahan birahinya lagi.
“Aaahhh mbaakkk… Aaaahhh… Aahhhh… Sayyaaa kelluaaarrr !!!”
'Cccrrooottt… Crroott… Crroootttt !!!'
'SATU JAM SETELAHNYA
Pada pukul setengah sepuluh malam.
Di dalam kamar mandi, dalam keadaan air 'shower' yang menyala-nyala. Terdengar suara desahan demi desahan yang dikeluarkan oleh seorang akhwat. Rupanya Nayla didalam tengah menungging sambil bertumpu pada dinding. Seluruh tubuhnya telah licin setelah dilumuri sabun oleh penjaga vilanya. Tubuhnya terdorong maju mundur berulang kali. Suara desahannya makin lama makin menggoda birahi. Nampak tangan nakal pria tua itu menarik tubuh Nayla ke belakang hingga akhwat yang sudah telanjang itu berdiri tegak membelakangi penjaga vilanya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Aaaahhh… Aaahhhhh nikmat kan mbaaakkk ? Nikmat sekali kan kontol saya ?” Tanya pak Rudi sambil menatap wajah Nayla dengan penuh nafsu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaaaahhh” desah Nayla mengangguk lalu bibirnya pasrah saat dicumbui lagi oleh pria tua itu.
“Mmppphhhh… Mmpphhh… Mmppphhh” desah mereka ditengah persetubuhan yang semakin panas.
“Mmppphhh… Mmpphh… Saya gak kuat lagiii… Saya mauu keluaar lagiiii” Desah pak Rudi disela-sela cumbuannya.
“Lagiii ? Bapaakk mau lagiii ? Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Nayla kaget karena sudah berkali-kali rahimnya diisi oleh penjaga vila itu.
“Mmmppphhh… Mmpphhh… Iyaahhh… Iyahhh saya gakk kuat lagiiiii… Aaaahhhh… Rasakaanni iniii !” desah pak Rudi sambil melepas cumbuannya juga pegangannya pada tubuh Nayla.
Nayla pun kembali menungging bertumpu pada dinding. Seketika bongkahan pantatnya terasa hangat saat pria tua itu membuang pejuhnya disana.
“Hah… Hah… Hah ?” Desah Nayla terengah-engah. Namun dirinya masih heran karena melihat penis pak Rudi masih berdiri tegak disana.
“Ayo kita lanjut ke ronde selanjutnya” Kata pak Rudi sambil tersenyum.
'DUA JAM SETELAHNYA
Pada pukul setengah dua belas malam.
Tepatnya di dekat gerbang depan yang berada di halaman vila. Terlihat sepasang insan mesum yang masih terus bersetubuh tanpa memperdulikan hawa yang semakin dingin terkena terpaan angin malam.
Bintang-bintang bersinar menghiasi langit malam. Desahan demi desahan ikut berdendang ditengah keintiman yang semakin dalam. Nampak Nayla yang masih bertelanjang bulat mengangkat kaki kirinya sambil bersandar pada pagar vila. Kedua tangannya merangkul leher bagian belakang penjaga vilanya. Matanya dengan penuh nafsu menatap pria tua itu.
Sedangkan pak Rudi terus menggerakkan pinggulnya sambil memegangi paha kiri Nayla menggunakan tangan kanannya. Nafasnya terengah-engah. Matanya dengan binar menatap wajah ayu itu dikala penisnya terus keluar masuk menggetarkan birahi betinanya.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhhh… Aaaahhhhh… Terusss…. Terusss aaahhhh” Desah Nayla menikmati persetubuhannya.
“Aaahhh mantappp sekalii mbaakkk… Aaahhh nikmatnyaa bisa menyetubuhimu malam-malam… Nikmatnyaa bisa menikmatimu di alam terbukaa… Rasanya dunia sudah menjadi milik kita berdua yah mbak” Kata pak Rudi terengah-engah.
“Aaahhh iyaahhh paakkk… Aaahhh apalagi sodokan bapak makin lama kok malah makin enak banget siihhh… Kontol bapak juga hebat banget sih masih bisa keras meski udah berkali-kali keluar” desah Nayla kagum pada kejantanan pak Rudi.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Itu gara-gara memekmu mbaakk… Memek mbak rapet banget… Juga tubuh indahmu yang bikin kontol saya ngaceng terus” desah pak Rudi berbohong.
“Aaaahhh… Aaahhhh… Pantes aja bapak bisa kuat ngentotin aku… Aaahhh teruss paakk… Aahhhh aku mau keluaaar… Aku mau keluar lagii paaakkk” Desah Nayla yang kembali merasakan adanya tanda-tanda.
“Aaahhh baik mbaakkk… Aaahhh… Terima iniii… Terima sodokan saya iniiii” Desah pak Rudi memperkuat hujamannya.
Hembusan angin kembali bertiup namun tak membuat nafsu kedua insan mesum itu meredup. Sebaliknya, kehangatan yang tengah mereka bagikan membuat nafsu mereka tak sanggup dibendung. Mereka terus berzina. Mereka sudah tak memperdulikan waktu dan tempat lagi.
“Aaahhh paakk… Aaahhhh… Aku mau keluaar…. Aaahhhh… Bapaaakkkkkkkk” Desah Nayla sambil merangkulkan tubuhnya erat-erat.
“Aaaahhhh iyahhh mbaaakkkk hennkgghhhh !” desah pak Rudi sambil menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
'Ccccrrrttt… Crrtt… Cccrrttt !!!'
“Aaakkuuu kelluuaaarrr !” Desah Nayla sampai merem melek setelah mengeluarkan cairan cintanya. Tubuhnya semakin lemah. Kedua pijakannya semakin melemas. Ia benar-benar puas setelah mendapatkan orgasme untuk ketiga kalinya.
“Ayo kita lanjut ronde ke tujuh” Bisik pak Rudi yang rupanya sudah keluar empat kali dari tujuh ronde yang sudah mereka jalani.
'TIGA JAM SETELAHNYA
Pukul setengah tiga dini hari.
Di atas kasur, terlihat seorang akhwat yang sudah lemas tak berdaya dalam keadaan tidak berpakaian sama sekali. Susunya bergetar. Tubuhnya berulang kali terdorong maju mundur. Matanya setengah membuka setengah memejam saat vaginanya masih terus dimasuki oleh penis pak Rudi. Pak Rudi yang masih bersemangat terus menggerakkan pinggulnya. Ia tanpa lelah mengelusi pinggang rampingnya sambil menikmati jepitannya yang semakin sempit saja.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Sudaaaahhh paakkk… Aaahhhh akuu capeekk… Aakuuu ngantukk paakkk” desah Nayla yang sudah sangat kelelahan.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Nanti dulu… Saya masih belum puaass… Saya masih ingin menikmati keindahanmu lagi” desah pak Rudi sambil menatap tubuh Nayla dengan penuh nafsu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Tapiii paakk… Udah mau jam tiga aja… Nanti aku harus pulaanngg… Aku gak mau ngantuk di jalann paakkk… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Nayla yang sudah lemas tak berdaya hingga tak sanggup mengangkat tangannya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Mbak kan bisa pulangnya siangan atau sorean… Sekarangg mbak nikmati kontol saya ajaa… Aahhh inii diaaa… Aaahhh saya hampir keluar lagiii mbaaakkk” Desah pak Rudi yang akhirnya kembali mendapatkan tanda-tanda.
“Aaahhh keluarinnn… Keluariinn paakkk… Aku udah gak kuat laggiii…”
“Aaaaahhhh iyaahhh mbaakkk… Iyaahhh… Aaahhhh… Aaahhh raasakaann inniiii !!!” Desah pak Rudi saat menancapkan penisnya sampai mentok.
“Uuuhhhh paaakkkkkkkk !!!”
Tiba-tiba pak Rudi menarik keluar penisnya lalu mengarahkannya dengan cepat ke wajah cantiknya.
“Aaaahhh kelluuaaarrrr !!!”
Nayla buru-buru memejamkan matanya. Tak lama kemudian sperma hangatnya kembali tumpah membasahi wajah cantiknya.
Pak Rudi terengah-engah melihat wajah cantik Nayla yang sudah bersimpuh sperma. Setelah di ronde delapan tadi ia memejuhi susunya saat di ruang dapur. Kini di ronde kesembilan dirinya puas memejuhi wajah cantiknya.
“Hah… Hah… Capek bangeet… Hah… Akhirnya selesai juga” Kata Nayla yang sudah sangat mengantuk.
“Selesai ? Sekali lagi… Ayok lanjut sampai ronde kesepuluh” Lirih pak Rudi sambil tersenyum yang membuat wajah Nayla ketakutan.
'Toloongg jangann lagiiii !'
Namun penis tua itu kembali menusuk rahimnya yang membuat Nayla tidak memiliki pilihan lain selain berteriak.
“Aaaaaaahhh paakkkk… Sudaahhh… Akuu mau tiduurr paakkk !”
“Aaahhhh… Aaahhhh… Tidur nantii ajaa… Baru juga jam tiga” Kata pak Rudi yang rupanya masih sangat bernafsu.
'SATU JAM KEMUDIAN
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh paaaakkk… Aaaahhhhh” Jerit Nayla semakin keras saat pak Rudi semakin beringas saat menyetubuhinya dari belakang.
“Aaaahhh nikmatnyaaa… Aaahhh puasnyaaa… Aahhh mantep sekali memekmu ini… Gak bosen-bosen saya menikmati memek sempitmu ini mbaaaakkk !” Desah pak Rudi sambil memeluk tubuh Nayla dari belakang.
“Aaaahhhh iyaahhh… Aaahhhh paaakkk… Uuuhhh daleemmnyaaa…. Ayoo paakk… Kita akhiriiii… Aku udah mau keluar lagiii paaakk” Desah Nayla saat kaki kananya terangkat naik membiarkan penis pak Rudi keluar masuk menyetubuhinya.
“Aaahhh… Aaahhhh… Baik mbaaakkk… Saya juga udah gak kuattt… Saya akan mengakhiri ronde sepuluh iniii… Henkggghhh !” Desah pak Rudi yang akhirnya mulai kelelahan.
Jam hampir menunjukkan pukul empat pagi. Namun mereka masih aktif bersetubuh memuaskan nafsu birahi. Nayla yang sedang tiduran dalam posisi miring terus mendesah ketika pak Rudi yang sedang memeluknya dari belakang terus aktif menyetubuhinya tanpa pernah merasa bosan. Tangan kanan pak Rudi pun memegangi susu majikannya. Mereka sama-sama terengah-engah. Mereka sudah sangat lelah setelah hampir 12 jam bersetubuh tuk memuaskan nafsu birahi. Nampak nafas merema sama-sama sesak. Nampak kelamin mereka sama-sama berdenyut petanda sebentar lagi diri mereka akan mendapatkan orgasme untuk kesekian kali. Mereka semakin mendekati puncak. Jeritan mereka jadi semakin keras tuk mengekspresikan kenikmatan yang sebentar lagi mereka dapatkan.
“Aaaahhhh mbaaakkk… Aaahhhh… Aaahhhh… Sebentar lagi saya akan keluaar mbaaakkk !”
“Aaahhh aku jugaaa paakk… Tolongg terus paakkk… Sodok aku yang kencaaangggg… Aku udah mau keluaar juga paaaakkkk”
'Plokkk… Plokkk… Plokkkk !!!'
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh lebih kuat lagiii… Ayoo pakk sebentar lagiii”
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Baaikkk mbaakk... Rasakan ini... Terimaaa inniii !!!
“Aaahhhh iyyaahhhh… Iyaahhhhh paakk !!!”
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sebentar lagiii… Sebentar lagii mbaakkk” Desah pak Rudi sampai merem melek keenakan.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aku jugaaa pakk… Akuuu teruusss aaahhhhh” desah Nayla sambil meremas sprei ranjang tidurnya dengan sangat kuat.
Pelukan pak Rudi diperkuat. Mulutnya mencumbu punggung Nayla dengan nikmat. Pinggulnya tak berhenti bergerak. Lidahnya juga tak berhenti menjilat.
“Mmmpphhhhh… Mmpppp sllrrpp… Mmpphhh… Saya mauu kelluaarrr… Sayaa mauuu kelluuaar”
“Aaahhhh pakkkk… Akuu jugaaa… Akuuu juggaaaa”
Akhirnya dengan satu tusukan yang begitu kuat. Penis pak Rudi menembus rahim terdalam yang membuat Nayla puas tak tertahankan. Tubuh gelap pak Rudi menempel pada tubuh ramping Nayla. Dada pak Rudi menyentuh punggung mulus Nayla. Tangan pak Rudi meremas salah satu susu Nayla dengan sangat kuat. Mereka pun sama-sama berteriak saat cairan cinta mereka keluar membasahi rahim Nayla.
“Aaaahhhh kellluuaaaarrrrr !”
“Aaahhh akkuuu juggaaaa !!!”
'Cccrrrooottt… Cccrrrooottt… Cccrrrooottt…
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt….'
Rahim Nayla kembali basah. Rahimnya kembali dipenuhi oleh campuran cairan cinta mereka. Mata mereka merem melek penuh kepuasan. Sedangkan tubuh mereka kelojotan penuh kenikmatan. Deru nafas mereka pun bersatu setelah mengakhiri persetubuhan ternikmat mereka yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya suara ngos-ngosan yang tersisa. Hanya wajah kelelahan yang mereka tinggalkan. Hampir 12 jam mereka bersetubuh, mereka pun tak memiliki tenaga lagi untuk membuka mata.
“Puasnyaaaa !!!” Desah pak Rudi sebelum dirinya terlelap sambil memeluk Nayla dari belakang.
Nayla juga demikian. Ia menyusul pak Rudi tak lama kemudian setelah 10 ronde mereka bertarung dengan sangat sengit. Terhitung Nayla memenangi pertandingan dengan membuat pak Rudi keluar enam kali. Ia sanggup bertahan dengan keluar hanya empat kali saja.
Terhitung wajahnya telah ternodai sperma pak Rudi sebanyak dua kali. Dadanya satu kali. Dan rahimnya menjadi tempat yang paling ternoda dengan jumlah tiga kali.
Tak ada yang menyangka kalau mereka akan bertarung sampai pagi. Nampak fajar sebentar lagi akan menyingsing. Namun mereka sudah sama-sama ambruk. Terlihat keduanya sudah sangat mengantuk. Senyum penuh kepuasan pun terlihat di wajah masing-masing. Mereka benar-benar memanfaatkan luasnya vila sebagai tempat persetubuhan mereka. Pak Rudi terlihat sangat bangga. Ia membuktikan kalau dirinya bukan hanya penguasa vila. Tapi ia juga merupakan penguasa tubuh Nayla.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
MEE0FQQ
https://thumbs4.imagebam.com/89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg 89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg
'NAYLA
“Ayo kita lanjut lagi nanti pagi, mbaaakkk !”
Gumam pak Rudi dalam tidurnya.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 22
GERONTOPHILIA
“Mmmppphhh !!!”
Seorang wanita mengulat dengan merentangkan kedua tangannya ke atas. Kedua kakinya juga ia luruskan sehingga aliran darah yang mengalir ke kakinya menjadi lancar. Tampak tubuh polosnya sangat indah ketika sedang tidak tertutupi apa-apa. Sentuhan yang ia rasakan ketika kulitnya bergesekan dengan sprei ranjang yang halus membuat ia merasa nyaman sehingga ingin melanjutkan tidurnya. Apalagi badannya juga sedang pegal-pegal. Rasanya ia tidak ingin membuka matanya dahulu. Ia ingin melanjutkan tidur untuk menikmati kenyamanan yang ia rasakan sekarang.
“Eeehhh apa ini ?”
Wanita itu heran. Ia segera memegangi punggungnya. Rasanya ada yang aneh. Kenapa kok sedari tadi punggungnya terasa hangat padahal dirinya sedang enak-enak tiduran diatas ranjang tidurnya ? Wanita itu pun lekas berbalik badan dan dikejutkan oleh silaunya pemandangan yang berasal dari jendela kamarnya.
“Aadduuhhhh” Lirinya sambil buru-buru menutupi pandangannya.
Wanita itu langsung bangkit dalam posisi duduk di tepi ranjangnya. Ia menutupi cahaya itu menggunakan tangan kanannya. Tangan satunya menyisir rambut pendeknya ke belakang. Matanya masih ngantuk, namun ia memaksa diri untuk melihat jam dinding untuk mencari tahu waktu sekarang.
“Hah ? Udah jam 10 pagi ? Aku bangun jam 10 pagi ?” Kata wanita itu tak menyangka.
Wanita itu menepuk jidatnya lalu kembali memejam untuk mengingat-ngingat perbuatan yang ia lakukan semalam. Ia teringat. Ia seketika menghela nafasnya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyadarkannya.
“Iya juga yah, semalam aku habis berzina, lagi” Lirihnya kecewa.
“Duh, gimana sih ? Katanya mau tobat, kok malah kejadian lagi ?” Lanjutnya sambil menaikan kedua kakinya ke ranjang lalu memeluknya erat dengan mendekatkannya ke dada.
“Eeehhh… Aku masih telanjang yah ?” Katanya baru menyadarinya.
Saat ia mengusap-ngusapi tubuhnya. Terasa tubuhnya sangat lengket. Saat tangannya memegangi wajahnya, wajahnya juga terasa lengket. Ia juga baru ingat kalau semalam tubuh dan wajahnya menjadi tempat penampung sperma pria tua itu. Ia lalu buru-buru membuka lebar kakinya lalu memasukan salah satu jemarinya ke dalam vaginanya.
“Aaaaahhhhhh”
Vaginanya juga terasa lengket. Ada sesuatu yang mengering yang membuat dirinya merasakan ketidaknyamanan di dalam vaginanya.
Saat wajahnya ia naikkan tuk menatap ke depan. Ia mendapati adanya cermin besar yang membuat pantulan bayangannya tercermin disana. Nayla yang saat itu sedang membuka kakinya membuatnya dapat melihat keadannya sekarang. Wajah yang mengantuk, rambut yang acak-acakan, kulit yang kusam setelah terkena sperma kering yang dibuang sembarangan oleh penjaga vilanya semalam. Namun lekukan tubuhnya masih terlihat indah dikala ia membuka kedua kakinya. Ia terlihat menggoda. Saat kedua kakinya ia turunkan, nampak susu gantungnya terdapat bekas memerah yang membuatnya teringat cupangan pria tua itu semalam.
Nayla turun dari ranjangnya lalu mendekati cermin besar itu. Ia ingin melihat keadaannya lebih jelas lagi. Kedua susunya ia angkat lalu matanya fokus melihat ada berapa cupangan yang tercetak disana. Ia menjadi malu. Ia juga bingung kalau semisal nanti ditanya oleh suaminya langsung.
“Huft dasar pak Rudi… Gimana nanti kalau mas Miftah nanyain ini ?”
Saat matanya menatap ke arah bahunya, ia kembali menemukan adanya bekas memerah disana. Nayla menjadi kesal. Tapi ia tak bisa menyalahkan pria tua itu karena memahami bagaimana nafsunya ketika dihadapi dengan tubuh yang seindah ini.
“Kelebihan seseorang bisa menjadi kelemahannya” Lirihnya saat teringat 'quotes' yang pernah ia baca.
“Emang bener sih kata-kata itu, aku emang cantik, parasku menarik, tubuhku seksi dan aku menjadi idola para lelaki… Aku emang bangga dengan kecantikanku tapi masalahnya hal itu juga yang menyulitkanku sekarang… Apalagi kalau aku udah kecanduan kayak semalam… Gak habis pikir deh, bisa-bisanya pak Rudi beneran mewujudkan kata-katanya yang menikmatiku semalaman” Lirih Nayla yang masih tak percaya kejadian semalam.
“Oh yah pak Rudinya mana yah ?” Tanyanya sambil membalikkan badan dan hanya mendapati sprei ranjangnya yang acak-acakan.
Nayla kembali menghadap depan ke arah cermin besar. Nayla kembali memegangi susunya kali ini sambil meremasnya. Salah satu tangannya bahkan turun ke bawah menuju bibir vaginanya. Jemari telunjuknya ia masukan tuk membelah liang senggamanya. Nayla agak memejam, mulutnya membuka lebar. Ia heran kenapa rasanya masih nikmat saja meski semalam sudah keluar empat kali gara-gara penis sakti pria tua itu.
“Mmppphhh… Kok masih enak sih ?” Lirihnya.
Ia menonton aksi binalnya di cermin. Lidahnya ia julurkan. Nafasnya ia beratkan. Ia sudah terlihat seperti anjing binal saja yang mengendus-ngendus mencari kenikmatan. Ia lalu duduk, kedua kakinya ia buka lalu tangannya mengusapi bibir vaginanya secara naik turun.
“Mmmpphh… Mmppphh” desah Nayla menikmati.
Tangan satunya membantu dengan meremasi susu bulatnya. Ekspresi wajahnya menjadi binal. Ia yang saat itu sedang bertelanjang bulat, tiba-tiba sangek saat menikmati masturbasi paginya.
“Mmppphhh… Mmpphhh nikmat bangeettt” Desahnya memejam.
Ia lalu membayangkan persetubuhannya dengan pak Rudi semalam. Terutama saat di halaman vila ketika waktu hampir mendekati pukul dua belas malam. Sodokannya yang begitu kuat berulang kali menghujami liang senggamanya tanpa ampun. Dinding vaginanya tergesek. Liang senggamanya di obok-obok. Ia jadi heran, kenapa yah ia sangat menikmati persetubuhan ?
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Paaakkk… Paaaakkkkkk” Desahnya saat mengingat wajah dari penjaga vilanya yang sudah menjadi tua bangka.
Ia justru semakin bernafsu ketika disetubuhi oleh pria-pria tua dibandingkan dengan pria-pria yang seumuran atau memiliki usia yang tak jauh berbeda dengannya. Padahal ia memiliki suami yang tampan juga seorang sahabat yang seumuran bernama Andri. Tapi bermasturbasi sambil membayangkan wajah mereka malah membuat nafsunya turun. Tapi ketika bermasturbasi sambil membayangkan pria-pria tua semisal pak Urip, pak Rudi bahkan pak Dikin sekalipun. Nafsunya langsung bergejolak yang membuat masturbasinya semakin enak.
“Aaaahhh… Aaahhh bapaakkk… Aaahhh teurss… Terusss sodookk aku paaakkk” Desah Nayla membayangkan ketiga pria itu menyetubuhinya secara bergantian.
Pertama pak Urip, ia membayangkan pak Urip tengah menyodoknya dengan buas sambil membuka lebar kedua kakinya. Vagina Nayla disodok, vaginanya digenjot sampai mentok, terdengar bunyi dikoclok-koclok. Membayangkan hal itu membuat Nayla mempercepat colekannya di dalam liang senggamanya.
“Aaaahhh paakk… Aaahhh bapaaakk… Aaahhh enak banget kontol bapaaakkkk !!!”
Lalu pak Rudi yang gantian menyetubuhinya. Pak Rudi memiringkan tubuhnya, pak Rudi memeluknya dari belakang. Saat pinggulnya menyodok, maka tangan keriput itu meremas susunya dari belakang. Ia teringat persetubuhannya di ronde sepuluh semalam. Persetubuhan yang menjadi akhir pesta gilanya. Ia juga membayangkan bahunya dicupang olehnya. Kocokan tangannya semakin cepat. Jemarinya mengobok-ngobok vaginanya dengan kuat.
“Aaaahhhhh paakkk… Aaahhhh jangannn dicupaangg… Jangan sampai membekas paaakkk !!”
Lalu giliran pak Dikin yang ia bayangkan di benaknya. Tubuhnya ditidurkan, pak Dikin datang menindihi tubuhnya. Tercium aroma busuk yang sangat kuat yang berasal dari tubuh gelandangan tua itu. Pak Dikin merentangkan kedua tangan Nayla melebar. Nayla pasrah menuruti. Dada pak Dikin menyentuh dadanya. Bibir pak Dikin datang mencumbu bibirnya. Sambil manyun-manyun, Nayla terus membayangkan sambil mengocok-ngocok vaginanya. Nayla bermasturbasi dengan sangat binal. Ia menikmati fantasinya sambil terus mengocok-ngocok vaginanya.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aahhhh aku mauu keluaar… Aaahhh paakkk… Aaahhh” desah Nayla ngos-ngosan.
“Ouhhh enakkk bangett… Ouhhh kontol-kontol kalian enak bangett… Aaahhh terusss… Sodok yang dalem paakkk… Sodok sampai mentokkkk” Desah Nayla membayangkan penis-penis mereka secara bergantian menyodoki rahimnya.
Tubuh Nayla sampai mengejang. Matanya sampai memejam. Nafasnya semakin berat. Saat masturbasinya semakin terasa nikmat.
“Aaahhhhhhh… Aaaahhhhh… Aaahhhh paaakkk… Aaahhhh kelluuaaarrrr !!!” Jerit Nayla dengan sangat keras hingga semprotan cairan cintanya dengan deras menyembur cermin besar yang ada di depannya.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Ccccrrrtttt !!!'
“Aaahhh paaaakkk !” Desah Nayla kelelahan.
Matanya merem melek menatap cermin di depan. Jemari kanannya ia angkat, terlihat jemarinya sudah bersimpuh cairan lengketnya. Mulut Nayla membuka, ia dengan nekat memasukan jemarinya itu ke dalam mulutnya.
“Mmpphhh… Mmpphhhh jadi gini rasanyaa… Mmpphhh sssllrrppp… Mmpphhh” Desah Nayla menikmati kebinalannya.
Setelah terasa lega dan energi kembali terkumpul di tubuhnya. Rasa sesal kembali datang menguasi dirinya. Nayla merenung, kedua kakinya ia peluk erat. Ia heran pada dirinya yang sedang terjebak di dalam lingkaran setan.
“Kenapa rasanya ingin melakukan tapi pas udahan kok malah menyesal ?” Lirih Nayla merenung.
Saat wajahnya kembali ia hadapkan ke depan. Tampak wajah indahnya yang sangat pantas menjadi idola para lelaki tampan.
“Pantes aja aku mudah banget berzina… Dengan wajah seindah ini, mudah bagiku untuk mengajak siapa aja menikmati tubuhku” Lirihnya bingung.
“Udah ah, capek… Dari kemarin gitu-gitu terus gak ada perkembangan… Haruskah aku tunduk aja pada kemaksiatan ? Capek tobat maksiat tobat maksiat terus ? Jujur, rasanya lebih enak saat mereka secara bergantian menikmati rahimku… Aku juga kangen kontol-kontol mereka… Apalagi kontolnya pak Urip” Lirihnya sambil bangkit meski kedua kakinya terasa lemas setelah bermasturbasi tadi.
“Haaahhhhhh pusing… Emang berdosa yah memiliki tubuh & paras seindah ini ?” Lirihnya kembali menatap cermin di depan.
“Enggak, tapi kalau ngajak laki-laki lain berzina baru berdosa” Katanya saat menjawab sendiri pertanyaannya.
“Tapi kok, aku malah pengen ngajak laki-laki lain berzina yah ? Dengan tubuh seindah ini, dengan keadaan yang lagi telanjang kayak gini, jiwa binalku berontak ingin memuasi para lelaki-lelaki tua yang sanggup memuasi nafsuku… Ahh udah deh, aku harus buru-buru pakai baju biar otakku gak makin mesum mikirin kontol-kontol mereka” Lirihnya sambil berjalan keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
'SATU JAM KEMUDIAN
Nayla keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuknya saja. Rambutnya basah sehabis keramas. Tubuhnya harum beraroma melati yang berasal dari sabun. Terlihat handuknya hanya dapat menutupi sebagian kecil dari tubuh indahnya. Handuknya itu hanya dapat menutupi setengah dari payudaranya juga menutupi lima senti dibawah vaginanya. Nayla terlihat sangat seksi. Ia dengan santai berjalan menuju kamarnya untuk mengenakan gamis yang ia kenakan kemarin.
“Eehhh mbak Nayla… Baru mandi yah ? Waahhh seksi banget” Kata pak Rudi yang tiba-tiba muncul.
“Eehhh bapak hehehe… Bapak dari mana ? Kok baru keliatan ?” Tanya Nayla cengengesan karena ketakutan andai pria tua itu kembali bernafsu setelah melihat keseksian tubuhnya. Apalagi terlihat jelas matanya dengan binal menatapi tubuh indahnya. Nayla menjadi deg-degan, ia pun berharap dirinya tidak perlu melayani nafsunya karena ingin segera pulang ke rumahnya.
“Saya habis dari rumah mbak… Ini saya bawain makanan yang istri saya masak… Mbak buruan pake baju yah… Biar kita bisa makan bareng di dapur… Mbak belum sarapan kan ?” Tanya pak Rudi.
“Hehe belum pak, kebetulan aku juga laper banget… Yaudah aku pake baju dulu yah” Kata Nayla yang langsung ngacir ke kamarnya sebelum pak Rudi kembali bernafsu menyetubuhinya.
'Huffttt untung aja pak Rudi gak langsung nyergap aku… Kalau tadi pak Urip, aku yakin aku bakal langsung disetubuhi lagi olehnya…'
Batin Nayla dengan sangat yakin.
*-*-*-*
Beberapa saat kemudian setelah Nayla selesai mengenakan pakaian.
Huft akhirnya keliatan cantik lagi... Tapi gamis aku agak kusut nih... Huft gapapa deh, orang cuma buat perjalanan pulang aja kata Nayla setelah mengaca.
Dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan di hari sebelumnya, Nayla berhasil tampil cantik setelah tampil lusuh sejak bangun tidur tadi. Tak lupa ia memakai wewangian yang ia bawa di tas jinjingnya. Ia juga melentikkan bulu matanya dengan menggunakan maskara. Sebagai seorang seleb 'instagram', Nayla benar-benar menjaga 'image'-nya agar selalu tampil cantik seharian.
'Okey' deh beres... Waktunya sarapan... Ngomong-ngomong, sarapan apa coba di jam setengah 11 ? Lirih Nayla yang sudah keroncongan.
Ia pun membawa tas jinjingnya saat keluar kamar. Dalam sekejap, ia sudah tiba di meja makan lalu mencium aroma sedap dari masakan yang dibuat oleh istrinya pak Rudi.
Waaahhhh... Cantik banget sih mbak puji pak Rudi setelah melihat kehadiran Nayla.
Hihihi makasih... Ngomong-ngomong istri bapak masak apa nih ? Enak banget aromanya ? Tanya Nayla yang sudah mulai ngiler.
Ini, kebetulan istri saya bawain daging rendang buat mbak... Setelah pagi tadi saya ngabarin kalau mbak dateng ke vila buat menginap, istri saya langsung beli daging terus dibikinin rendang deh kata pak Rudi tersenyum.
Hihihi terus, istri bapak gak marah pas tau kalau kita cuma nginep berdua ? Tanya Nayla penasaran.
Marah dong... Saya sampe dicurigain bakal ngapa-ngapain mbak... Omong-omong semalam saya gak ngapa-ngapain kan ? Tanya pak Rudi sambil berkedip.
Hihihi apaan... Jelas-jelas aku dihajar sampai pagi... Mesti aku laporin ke istri bapak nih nanti kata Nayla bercanda.
Hahaha jangan dong... Percuma, istri saya pasti gak percaya jawab pak Rudi tertawa.
Ehh kok gak percaya ? Tanya Nayla heran.
Iya lah... Mana mungkin istri saya percaya kalau kita bisa kuat bercinta sampai pagi... Orang saya kalau main sama istri saja aja cuma 10 menit doang... Kurang puas soalnya... Lebih enak nyoli sambil ngeliatin foto mbak jawab pak Rudi dengan jujur yang membuat Nayla tertawa ngakak.
Hihihihi bapak tega yaaahh... Main sama istri sendiri cuma sebentar tapi pas main sama wanita lain bisa semalaman... Kasian loohhh istri bapak gak puas kata Nayla yang seketika jadi kepikiran sendiri.
'Eh, apa jangan-jangan mas Miftah gitu juga kali yah ? Ah gak mungkin... Gak mungkin deh... Pasti gak mungkin...'
Batin Nayla jadi kepikiran.
Hahaha biarin, udah gak menarik soalnya... Lebih baik muasin istri orang yang membutuhkan kontol saya jawab pak Rudi yang lagi-lagi membuat Nayla kepikiran.
'Apa mas Miftah gitu juga yah ? Huft paling sebel deh kalau suka kepikiran kayak gini...'
Batin Nayla yang akhirnya duduk untuk bersiap-siap menyantap makanannya.
Aku makan dulu yah pak... Laper banget soalnya kata Nayla buru-buru mengakhiri obrolannya karena tak mau kepikiran lebih jauh lagi.
Silahkan mbak... Silahkan... Makan yang banyak... Pasti energi mbak udah terkuras banyak kan semalaman kata Pak Rudi tersenyum.
Hehehe iyya pak jawab Nayla sambil melepas cadarnya agar lebih mudah untuk menyantap rendang tersebut.
Nayla semakin ngiler. Apalagi setelah melihat 'topping' daun singkong serta sambal balado yang membuat dirinya semakin lapar. Ia pun menarik lengan gamisnya. Tangannya segera merobek daging lalu mencelupkannya ke sambal sebelum menaruhnya diatas kepalan nasi yang ia buat sendiri.
Yuk makan pak kata Nayla ramah sebelum memasukkan kepalan nasi itu ke dalam mulutnya.
Silahkan mbak... Saya sudah kok tadi hahaha jawab pak Rudi sambil senyum-senyum sendiri.
Matanya terus menatap wajah cantik itu. Ia berfokus ke gerakan bibirnya yang menurutnya menggugah gairah. Ia masih teringat bagaimana penisnya disedot-sedot oleh jepitan bibir manis itu. Tatapannya lalu turun menuju lekuk tubuhnya yang sudah tertutupi gamisnya. Pak Rudi menjilati tepi bibirnya sendiri. Ia masih tak percaya kalau dirinya telah menyetubuhinya semalaman.
'Hahaha jadi pengen nyicipi tubuhnya sekali lagi deh sebelum pulang !'
Batin pak Rudi sambil mengusap-ngusap penisnya yang sudah mengeras.
Oh yah mbak... Kalau dipikir-pikir, kita tuh udah kayak suami istri beneran yah sekarang kata pak Rudi yang membuat Nayla tersedak.
Uhuukk... Uhhukkk... Maksudnya ? Kok bisa ? Tanya Nayla sambil meminum segelas air.
Hahaha, kepikiran aja kelakuan kita dari semalem... Semalem tuh udah kayak malam pertama kita aja... Mana pas tidur kita peluk-pelukan sambil telanjang lagi... Pas bangun tidur, saya sempet ngecup pipi mbak yang bikin saya senyum-senyum sendiri loh kata pak Rudi yang membuat Nayla tersipu malu.
Saking malunya, Nayla sampai bingung harus membalas apa. Ia pun hanya melanjutkan sarapannya sambil senyum-senyum sendiri mengingat perbuatannya semalam.
'Iyya juga yah... Kalau dipikir-pikir kok bener juga yah... Andai malam pertamaku dulu kayak gitu... Hmm pasti bakal puas banget aku...'
Batin Nayla sambil menghabiskan makanannya.
'Manis banget sih senyumanmu mbaakkk... Aahhh makin gak nahan deh pengen nambah jam lagi... Gak tahan pengen ngerasain jepitan memekmu lagi, mbak...'
Batin pak Rudi sambil terus mengusap-ngusap penisnya.
Setelah Nayla menghabiskan sarapannya. Ia dengan anggun mengambil tisu untuk mengelap sisa noda di mulutnya. Lalu ia juga memasang kembali cadarnya untuk menyembunyikan sebagian wajah cantiknya. Pak Rudi jadi semakin gemas, ketika cadar itu kembali terpasang, hal itu justru membuatnya bernafsu karena teringat persetubuhan pertamanya di kemarin sore.
Paaakk... Makasih yah buat makanannya... Ini udah jam sebelas lebih... Mau jam setengah dua belas malah... Aku izin pulang dulu yah kata Nayla pamit.
Hahahaha iyya sayaanggg... Hati-hati di jalan yah kata pak Rudi mendekat sambil menjulurkan tangannya.
Nayla pun menerima juluran tangannya itu lalu tiba-tiba kepalanya ia turunkan untuk mencium punggung tangannya. Nayla yang kagum akan kejantanannya membuat ia menghormatinya. Nayla pun berterima kasih atas pengalaman luar biasa yang sudah diberikan oleh penjaga vilanya.
Namun, saat Nayla hendak melepas jabatan tangannya, pak Rudi tidak melepasnya. Pak Rudi terus mendekap tangan Nayla sambil tersenyum mesum menatap mata indahnya.
Paaakk... Ada apa ? Aku mau pulang sekarang pak kata Nayla yang mulai merasakan sesuatu yang tidak enak.
Hahahaha... Saya tau... Tapi gimana kalau kita main sekali lagi kata pak Rudi sambil mengelus-elus tonjolan penisnya menggunakan tangan satunya.
Nayla terkejut bukan main. Padahal dari kemarin sore sampai jam empat dini hari tadi, pria tua itu sudah menghajar dirinya secara terus menerus. Kok bisa-bisanya ia ingin menikmati tubuhnya lagi ?
'Masa belum puas sih ? Hebat banget nafsunya !'
Batin Nayla antara kagum dan takut.
Taappii... Taappii paakk... Apa bapak gak capek ? Bapak udah puas kan menikmatiku semalaman ? Tanya Nayla ketakutan.
Hahaha ya jelas capek lah mbak... Saya juga manusia kali... Tapi kan saya gak tau kapan bisa bertemu mbak lagi... Saya juga gak tau kapan punya waktu seluang ini lagi... Mumpung bisa, yuk kita ngentot lagi sekarang kata Pak Rudi sambil menarik tangan Nayla hingga akhwat bercadar itu jatuh ke dalam pelukannya.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
MEE0FQN
https://thumbs4.imagebam.com/4b/c6/c4/MEE0FQN_t.jpg 4b/c6/c4/MEE0FQN_t.jpg
'NAYLA'.
Taapii... Tapii kann paakk kata Nayla masih enggan karena tubuhnya masih kelelahan.
Ayo lah mbaakk... Emang mbak gak kasihan sama kontol saya yah ? Coba nih pegang, udah sekeras ini masa gak diapa-apain sih kata pak Rudi saat menuntun tangan Nayla untuk mengelusi tonjolan penisnya.
'Hah... Beneran masih gede dong... Duuhhh tapi aku masih capek banget... Tapi kok aku jadi penasaran pengen ngeliat yah...'
Batin Nayla sambil melihat wajah pak Rudi yang tersenyum mesum.
Hahaha kaget yah ? Mau liat ? Tanya pak Rudi saat melihat tatapan tak percaya dari seorang akhwat yang sudah menikah itu.
Nayla tanpa sadar mengangguk. Pak Rudi pun langsung menelanjangi tubuhnya mulai dari celananya lalu kaus polonya. Dalam sekejap, penjaga vila itu sudah bertelanjang bulat memperlihatkan kulit hitamnya serta penia tegaknya.
Nayla sampai mundur sambil menutupi mulutnya saat melihat penis itu masih dapat berdiri tegak setelah memuasinya semalaman. Nayla bergidik ngeri, seberapa nafsunya sih penjaga vila ini pada dirinya ?
Kokkk... Kokkk kontol bapak masih bisa berdiri sih ? Kata Nayla kaget.
Hahaha kan saya sudah bilang... Kontol saya akan selalu berdiri supaya selalu siap untuk memuasi tubuhmu jawab pak Rudi yang membuat Nayla menenggak ludah saat mendengarnya.
Nayla sampai bingung harus bagaimana. Sebenarnya ia juga ingin untuk mencicipi keperkasaan penis itu lagi. Tapi di lain sisi ia sudah lelah dan ingin beristirahat saja. Nayla berfikir. Ia terus terdiam memandangi penis hitam yang mulai mengangguk-ngangguk mengajaknya bermain.
Hmmm tapi bapak langsung nyoblos aja yah... Bapak langsung masukin kontol bapak aja yah tanpa perlu pemanasan dahulu kata Nayla yang akhirnya menemukan jalan tengah dari permasalahannya.
Hahaha gapapa... Asalkan saya bisa nyodok memekmu... Itu gapapa kok mbak kata pak Rudi bersemangat sambil mengocok-ngocok penisnya.
Hmmm terus, aku gimana ? Tanya Nayla malu-malu harus berposisi seperti apa untuk memuasi penjaga vilanya.
Ayo kita keluar, kita lakuin kayak semalam kata pak Rudi yang membuat Nayla kaget.
Tapiii... Tapiii kalau ada yang liat gimana ? Di jalan kan banyak yang lewat pak !!! Kata Nayla ketakutan.
Justru disitu tantangannya mbak... Hahahaha tawa pak Rudi yang membuat Nayla tidak memiliki pilihan lain lagi.
Seketika pak Rudi mendekat lalu menaikkan gamis yang Nayla kenakan. Nayla yang terkejut kemudian menahan tangan penjaga vilanya, pak Rudi pun tersenyum sambil menatapi wajahnya.
Kenapa ? Mbak juga harus telanjang dong biar kita bisa sama-sama nikmat kata pak Rudi yang membuat jantung Nayla berdebar.
Taapiii... Diluaarr... Akuu maluu paakkk kata Nayla yang tidak terbiasa main di ruangan terbuka.
Memang benar Nayla pernah bercinta di tempat umum seperti waktu disetubuhi pak Tomi waktu itu. Tapi itu masih tertutupi warungnya. Masih ada sesuatu yang menghalanginya dari pemandangan terbuka. Kalau ia mengiyakan permintaan pak Rudi untuk bercinta di halaman vila. Maka, setiap pejalan kaki atau pengendara yang lewat bisa melihatnya disetubuhi penjaga vilanya.
Hahahah ingat kata pak Urip ! Lonte itu gak punya sifat malu mbak ! Ayo buka gamisnya !!! Kata pak Rudi sambil memaksa menurunkan resleting gamisnya yang membuat Nayla akhirnya menuruti kemauannya.
Wajah Nayla memerah. Tubuh polosnya kembali terlihat oleh seseorang yang bukan muhrimnya. Beha yang menutupi susu bulatnya dilepas, celana dalam yang menutupi vagina legitnya juga dipelorotkan. Nayla pun bertelanjang bulat menyisakan hijab beserta cadar hitamnya saja.
Pak Rudi pun tersenyum hingga air liurnya nyaris jatuh karena keindahan yang Nayla punya. Pak Rudi kemudian menggandeng tangan Nayla, ia membawanya keluar vila hingga merasakan angin sepoi-sepoi meniup tubuhnya.
Aaaahhhh segarnyaaa... Iyya kan mbak ? Hahahhaa tawa pak Rudi.
Nayla yang masih malu-malu hanya menutupi tubuhnya menggunakan tangan satunya yang menganggur. Ia tak percaya dirinya menuruti kemauan penjaga vilanya. Ia pun dibawa ke halaman vila, dimana dari posisinya berdiri, ia dapat melihat beberapa pejalan motor yang lewat melalui pintu gerbang vila yang terbuka.
Nayla sudah tiba di gerbang depan. Bukannya berhenti, pak Rudi terus membawanya hingga melewati gerbang itu menuju luar area vila.
Paakkk, mau kemana ? Tanya Nayla sambil menahan diri agar tidak dibawa keluar oleh pak Rudi.
Hahahha biar makin seru mbak... Yaudah disini aja yah... Cepet mbak nungging, sebelum ada orang yang lewat lagi kata pak Rudi setelah menyadari jalanan telah sepi.
Nayla pun langsung menuruti, tangannya bertumpu pada dinding pagar vila membiarkan kakinya terbuka agar bisa segera ditusuk oleh penjaga vilanya.
Cepaatt paakk... Tolonggg aku gak mau ketahuaan kata Nayla deg-degan.
Saya juga gak mau ketahuan kalii... Hahaha... Bersiap yaahh... Duhhh mulusnya bokongmu ini kata pak Rudi saat membelai bokong mulusnya lalu mulai mencengkram kuat pinggul rampingnya.
Mmpphhh desah Nayla saat merasakan adanya benda tumpul yang menyundul-nyundul bibir vaginanya.
Bersiaaappp... Saya langsung masukin aja yaaahhh.... Uuuhhhhhh desah pak Rudi yang langsung menusukkan penisnya dengan sekuat tenaga hingga ujung gundulnya langsung menyundul dinding rahim dari akhwat bercadar itu.
Aaaaaahhhhh paaaaakkkkk jerit Nayla saat tubuhnya terdorong ke depan.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
MEE0FQQ
https://thumbs4.imagebam.com/89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg 89/73/91/MEE0FQQ_t.jpg
'NAYLA
Penis itu dengan tega langsung merobek liang senggama Nayla hingga langsung mementokkannya ke dalam. Terasa jepitannya yang kuat meremas-remas penisnya. Cairan licin yang mulai menggenangi rahimnya membuat kehangatan mulai dirasa oleh penisnya. Erangan manja yang terdengar semakin memambah akan sensasi yang dirasakannya. Rasa deg-degan yang menghampiri melengkapi kepuasan yang ia inginkan saat menyetubuhi seorang akhwat di ruangan terbuka.
Mulut Nayla sampai membuka merasakan tusukan yang begiu tega di dalam vaginanya. Matanya langsung merem melek. Gesekannya benar-benar memberikan efek kepuasan yang membuat pandangannya berkunang-kunang. Apalagi saat pak Rudi langsung menggenjotnya. Ya pak Rudi langsung mendorong-tarikkan pinggulnya. Penis itu langsung bergerak keluar masuk. Penis itu langsung menyedot-nyedot cairan cinta Nayla agar segera keluar membasahi jalanan.
Aahhhh... Aaahhh... Aaahhh paaakk... Aaahhh pellaaan desah Nayla terkejut menyadari pak Rudi langsung tancap gas.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Katanya tadi nyuruh saya cepet keluar... Nanti kalau kita santai keburu ada motor lewat loh ? Hahahha tawa pak Rudi sambil terus menggenjotnya.
Aaaahhh... Aaahhhh kalau gitu buruaannn paakk... Jangann sampai ada yang liaatt... Akuu maluu paakk... Aaaahhh desah Nayla bertahan hingga tangannya meremasi dinding vila disaat menahan tusukan pejantannya.
Aaahhhh... Aaaahhh... Tenaang aja mbaaakkk... Saya taauuu kokkk... Ngomong-ngomong enak juga yah kita ngentot disini kata pak Rudi menikmatinya.
Aaahhhh... Aaahhh... Engga paakkk... Aku gak bisa menikmatinyaaa... Yang ada aku takutt kalau ketahuan paaakk kata Nayla yang terus deg-degan sambil matanya mengamati jalanan di belakangnya.
Hahahah justru disitu nikmatnya mbaakk... Aaahhh... Aaahhh bayangin kalau sampai ada yang mergokin kita ? Darah mbak jadi berpacu kan ? Itu yang bikin saya semakin bergairah saat menyetubuhimu... Uuhhhhh desah pak Rudi mempercepat sodokannya.
Aaahhhh paaakk... Aaahhhh... Aaahhh toloongg paakkk... Cepettaannn !!! Desah Nayla yang terus saja panik saat disetubuhi pak Rudi.
Seketika mereka mendengar suara motor dari kejauhan. Sontak pak Rudi mencabut penisnya lalu buru-buru menarik lengan Nayla agar bersama-sama kabur ke dalam vila.
Gawaattt... Ayok mbaakk umpetan
Tepat setelah mereka berdua masuk ke dalam vila, sebuah motor melaju kencang melewati vila yang mereka tempati.
Hahahaha seru kan mbak... Nyaris aja kita ketahuan kata pak Rudi yang membuat Nayla kesal sehingga menampar lengannya.
Bapaakkk ihhhh... Bikin aku takut aja... Buruan aku mau pulang taauuu kata Nayla sebal.
Hahhaah maaf sayaanggg... Seru banget soalnya... Ayok sini angkat kaki kanannya, saya mau main kayak semalem kata pak Rudi yang langsung Nayla turuti.
Kaki kanan Nayla diangkatnya, pak Rudi memegangi paha mulus itu sebelum penisnya kembali masuk menusuk liang kehangatannya.
Uuuhhhhhh
Nayla memejam. Penis pria tua itu kembali menghujam. Ujung gundulnya terlalu masuk ke dalam. Penis itu tenggelam. Pinggang pria tua itu pun dicengkram. Nayla memeganginya saat pria tua itu mulai kembali menyodoki rahimnya.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Aaahhh... Nikmatnyaaa... Nikmat sekaliii memekmu mbaaakk desah pak Rudi tersenyum.
Aaahhh... Aaaahhhh... Aaahhh paaakk... Aahhh teruss... Cepett keluarin paaakkk desah Nayla terengah-engah.
Fisiknya yang belum prima terus dipaksa untuk memuasi penis penjaga vilanya. Nayla terus memejam. Ia tak kuat terus-terusan dipaksa untuk melayani penjaga vilanya.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Aaaahhhh desah pak Rudi saat menatapi ekspresi wajah Nayla dengan penuh nafsu. Raut wajah Nayla yang memejam keenakan membuat birahi pak Rudi semakin tak terkendali. Pinggulnya bergerak semakin kencang. Kenikmatan yang dipadukan dengan rasa deg-degan membuatnya jadi semakin bernafsu untuk menghujami rahimnya.
Aaahh... Aaahhhh bapaaakkk... Aahhh kapaann keluarnyaaa ? Aaahhhh desah Nayla heran.
Hahahah... Sabar dong sayaanngg... Kalau buru-buru mah mana enak ! Ngentot itu soal menikmati... Semakin lama semakin baik kata pak Rudi yang berulang kali mengatur nafasnya agar bisa menikmati jepitan Nayla lebih lama lagi.
Aaaahhhh... Aaahhh... Taappii akuu mau pulaangg paakk... Aaahhh pasti aku lagi dicariin mas Miftah sekaraannggg desah Nayla.
Aaahhh... Aaahhhh… Tenaaangg… Mbak pasti bakal pulang kok, tapi gak sekarang… Nanti setelah nafsu kita sama-sama terpuaskan melalui persetubuhan ini… Uuuuuhhhh” desah pak Rudi mempercepat hujamannya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh” Jerit Nayla bertahan.
Ditengah sodokannya yang semakin dalam, pak Rudi menoleh ke arah pintu gerbang vila yang sedikit terbuka. Merasa kalau jalanan sudah kembali sepi membuat pak Rudi tertarik untuk membawa Nayla keluar lagi.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh… Ayo kita keluar lagi mbaaakkk… Uuhhhhhhh” Desahnya setelah menancapkan penisnya dalam-dalam lalu mencabutnya segera.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Apaaa ? Mmpphhh” desah Nayla terkejut ketika harus menuju luar vila lagi.
“Ayo mumpung lagi sepi, saya juga udah mau keluar nih” Kata Pak Rudi yang lekas menarik Nayla keluar vila.
Nayla yang sudah lemas tak berdaya akhirnya manut saja. Ia dengan pasrah dibawa keluar vila karena ingin segera mengakhiri persetubuhannya kali ini.
“Eehhh pakk mau kemana ?” Tanya Nayla terkejut ketika pak Rudi justru membawanya ke jalanan.
“Biar makin greget mbak ! Hahahha” Tawa pak Rudi.
Nayla jadi semakin deg-degan. Ia yang berdiri membelakangi pak Rudi dipaksa menungging, kedua tangannya ditarik oleh penjaga vila itu ke belakang. Ketika penis tua itu kembali menancap, posisinya membuat penis itu semakin dalam menusuk vaginanya.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah pak Rudi yang langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur.
“Aaaahhh… Aaahhh… Aahhhh paakkk buruuaaann… Ayo cepettt keluarkaann !” Desah Nayla yang terdorong maju mundur.
“Aaahhh… Aahhh… Tenangg mbaakk… Saya juga lagi berusaha kokkk… Aahhhh yahh… Aaahhhh mantepnyaaa” desah pak Rudi memperkuat hujamannya hingga susu Nayla yang menggantung indah itu jadi semakin kencang bergoyang.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhh… Aahhh terusss… Teruss pakkk buruaaannn !” Kata Nayla deg-degan.
Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, setelah semalaman dikerjai oleh penjaga vilanya. Keesokan harinya di pagi menjelang siangnya, ia harus melayani penjaga vila itu lagi di jalanan.
Kalau cuma di halaman vila masih mending. karena terhalang oleh dinding vila yang membuatnya tertutupi dari dunia luar. Namun ini dijalanan, tepatnya di tengah jalan yang biasa di lalui orang-orang. Bagaimana nanti kalau tiba-tiba ada pengenadara yang lewat lalu melihatnya tengah disetubuhi oleh penjaga vilanya. Anehnya hal itu malah membuatnya berdebar. Ia pun memejam pasrah meski berharap tidak ada seseorang yang memergokinya disini.
“Aaahhhhh… Aaahhh… Aaahhh mantappnyaaa… Aahhh nikmat sekali memekmu ini mbaakkk… Aaahhhhh” desah pak Rudi mempercepat sodokannya.
“Aaahhhh paakkkk… Aaahhh iyaahhh… Aaahhh sepertii ituu… Aaahhh terusss paaakkkkk” desah Nayla ngos-ngosan.
“Aaahhhh iyahhh… Aaahh desahanmu manja banget mbaakkk… Aaahhhh saya sampai merinding dengernyaa… Aaahhh tahan bentar mbaakkk… Aaahhhh saya mauu keluaaar… Sayaaaa mauu keluuaarrr” desah pak Rudi tak kuat lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhh terusss… Aaahhh paakkk… Akuu jugaaa… Akuu jugaaa” desah Nayla yang ikut-ikutan gara-gara sensasi liarnya bercinta di alam terbuka.
Pinggul pak Rudi terus berpacu. Sodokannya semakin keras. Jeritan Nayla semakin mengganas. Terasa penis itu menyundul-nyundul ujung terdalam dari vaginanya. Terasa juga gesekannya membuat dinding vaginanya berdenyut semakin cepat. Mata Nayla memejam pasrah. Jantungnya kian berdebar membayangkan akan ada pengendara yang lewat ke arah mereka.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Rasakaaann iniiii… Rasakaann iniii mbaaakkk” Jerit pak Rudi semakin bernafsu.
Terasa jepitannya semakin kuat. Penisnya tercekik. Penisnya terjepit. Penisnya teremas-remas. Penisnya terpijat-pijat oleh dinding vagina Nayla yang semakin basah. Kedua tangannya memperkuat pegangannya pada jemari-jemari Nayla. Matanya dengan binar menatap mulusnya punggung indah Nayla yang begitu bening. Terlihat wajah Nayla manggut-manggut. Terlihat sesekali wajahnya berusaha menatap depan untuk melihat adakah seseorang yang lewat di depan mereka.
“Aaaahhhhh… Aahhhh paakkk… Aaahhhh akkuuu udahh gak kuat lagiii… Sodok yang dalem paakk… Sodok yang kuaat… Aku mau kelluaaarr !” Desah Nayla yang sudah ngap-ngapan. Tubuhnya mengejang. Ia paham sebentar lagi dirinya akan mendapatkan orgasme ternikmatnya.
“Aaaahhhh mbaaakkkk… Aaahhh iyaahhh… Aaahhh puas sekaliii… Aaahhhh rasakaann iniiii… Rasakaann sodokan kontol saya iniiii… Uuuuuhhhhhhhhhh” Jerit pak Rudi yang langsung menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
“Aaaaaahhhh bapppaaakkkkkkkk” Jerit Nayla hingga kepalanya terangkat menahan sodokan pak Rudi yang terlalu kuat. Nayla memejamkan mata. Nayla menggigit bibir bawahnya. Ia pasrah. Ia sangat puas merasakan persetubuhan ternikmatnya.
“Kellluuaaaarrrr !” Jerit mereka bersamaan.
'Cccrrrooottt… Crroott… Ccrroottt !!!
Cccrrttt… Cccrrttt… Ccccrrttt !!!'
Cairan cinta mereka kembali bertemu di dalam rahim Nayla. Nafas mereka sama-sama terengah-engah. Kedua kaki mereka sama-sama lemas. Mereka pun sama-sama puas setelah menikmati persetubuhan terliar mereka di tengah jalan.
Pak Rudi pun menarik lengan Nayla hingga berdiri membelakanginya. Kedua tangannya lekas meremas-remas dada bulatnya sedangkan bibirnya manyun-manyun meminta dicumbu oleh bibir manis bidadari itu. Nayla menyanggupi. Setelah cadarnya terangkat, bibir mereka pun bertemu untuk saling cumbu untuk menikmati kenikmatan yang mereka dapatkan pasca orgasmenya.
Mereka saling menikmati keindahan yang ada pada tubuh pasangannya. Nayla pasrah dicumbu. Susunya juga pasrah diremas-remas. Bahkan bibirnya juga pasrah menikmati dorongan bibir pak Rudi yang begitu bernafsu dalam mencumbuinya.
“Mmpphh rasa rendang hahaha” Kata pak Rudi setelah puas mencumbunya.
Nayla pun tersipu malu. Bibirnya tersenyum setelah menikmati persetubuhan terliarnya.
Tiba-tiba dari arah kiri mereka, terdengar suara mobil melintas yang membuat mereka buru-buru masuk ke vila untuk menghindari potensi ketahuan.
'Ngeeennnnnggggg !!!'
Mobil itu melaju kencang. Mereka berdua aman dari potensi ketahuan. Nayla tiba-tiba bergidik saat merasakan sperma pak Rudi tumpah dari dalam lubang vaginanya.
“Hahahah gimana mbak ? Puas kan ?” Tanya pak Rudi tersenyum.
“Cappeekkkk” Jawab Nayla dengan manja yang membuat pak Rudi tertawa.
“Hahahhaha maaf… Habis mbak seksi banget sih… Saya kan jadi nafsu terus pengen ngontolin mbak” Kata pak Rudi yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Aakuu tahuuu kok… Dasar bapak mesum… Udah yah, aku mau pulang…. Udah jam 12 lewat deh kayaknya nih” Kata Nayla mengira-ngira.
“Iyya mbak… Makasih yah udah muasin saya disini” Kata pak Rudi tersenyum.
“Huft padahal aku dipaksa… Dasar bapak ngeselin” Kata Nayla tersenyum yang membuat pak Rudi semakin gemas padanya.
Mereka berdua pun masuk ke dalam vila untuk berteduh dari teriknya sinar matahari yang semakin panas. Nayla yang ingin segera pulang terpaksa langsung mengenakan gamisnya lagi tanpa membasuh sperma yang menetap di vaginanya. Ia bahkan tak sempat mengenakan pakaian dalamnya karena tidak menemukannya di dalam ruangan. Ia lalu segera pamit pada pria tua itu. Lalu bergegas menaiki motornya untuk pulang ke rumah.
“Aku pulang dulu yaah pak” Kata Nayla pamit.
“Iyya mbak… Titip salam buat mas Miftah yah !” Kata pak Rudi melambaikan tangan.
“Iyya pak… Aku sampein nanti” Jawab Nayla yang langsung mengendarai motornya keluar vila.
Nayla akhirnya bisa pergi dari vila yang menyimpan banyak kenangan ini. Dalam perjalanannya pulang, ia masih tak percaya. Rasanya seperti mimpi saja. Bagaimana bisa ada seseorang yang menyetubuhinya semalaman bahkan masih bisa nambah di siang harinya. Apalagi sensasi liarnya saat bercinta di jalanan umum tadi. Nayla jadi ketagihan. Diam-diam ia ingin merasakan sensasi bercinta di ruangan terbuka lagi.
“Dasar pak Rudi ini ! Buas banget sih… Untung aja aku puas… Hah, jadi makin bimbang kan antara milik ketaatan atau kemaksiatan… Apa aku harus jadi lonte binal aja yah ? Ngomong-ngomong kenapa yah aku kok selalu bisa puas kalau main sama pria-pria tua… Jadi penasaran deh apa penyebabnya… Tapi makasih deh buat pak Rudi yang udah ngajarin aku nikmatnya bercinta sampai pagi, hihihih” Kata Nayla saat senyum-senyum sendiri di perjalanan pulangnya menuju rumah.
*-*-*-*
“Assalamualaikum” Sapa Nayla sesampainya di rumah.
“Walaikumsalam… Ehh kok baru pulang sih… Dari mana aja ?” Tanya Miftah penasaran.
“Hehe iya nih mas… Dari pagi aku mau pulang tapi ditahan terus sama keluarganya pak Rudi… Mana anaknya pengen main sama aku terus lagi” Kata Nayla tersenyum.
“Anaknya ?” Tanya Miftah heran.
“Iyya mas… Anaknya yang masih kecil itu loh” Kata Nayla panik melihat ekspresi wajah suamiya yang mencurigainya.
“Oalah… Cucunya kali dek… Anak-anaknya pak Rudi mah udah pada gede semua” Kata Miftah yang membuat wajah istrinya memerah.
‘Ehhh iya maksudnya itu hihihi… Sama yang anak kecil pokoknya” Kata Nayla deg-degan.
“Makanya tadi mas kaget… Masa iya anak-anaknya pak Rudi ngajak adek maen… Mau maen apa coba” Kata Miftah yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih maksudnya cucunya yah mas… Iya yang anak kecil… Lucu banget pokoknya” Kata Nayla tersenyum.
“Hahaha dasar bikin mas deg-degan aja” Kata Miftah sambil memeluk istrinya.
“Hiihhi maaf mas… Oh yah, adek mau mandi dulu yah… Gerah banget di jalan” Kata Nayla tersenyum.
“Loh belum mandi ?” Tanya Miftah kaget.
“Yeee udah yah… Cuma mau mandi lagi gara-gara panas banget mas” Kata Nayla yang membuat suaminya tersenyum.
“Hahahha yaudah… Sana mandi dulu… Biar gak bau keringet” Kata Miftah tersenyum.
“Iyya mas… Aku mandi dulu yah” Kata Nayla beranjak pergi.
Miftah pun tersenyum melihat kedatangan istrinya lagi. Namun, saat tak sengaja pandangannya mengarah ke bawah, ia menemukan sebuah noda bening yang melekat di lantai rumahnya.
“Ehh apa ini ?” Tanyanya sambil berjongkok. Tangannya pun menoel noda bening itu lalu menciumnya. Miftah buru-buru menjauhkan wajahnya. Baunya menyengat. Baunya seperti bau yang tidak asing baginya.
“Apa yah ini ? Sperma ? Hah ? Masa sih ?” Lirih Miftah curiga.
“Kalau iya dari mana coba ?” Kata Miftah yang tiba-tiba menoleh menatap istrinya yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi.
“Hahahha enggak mungkin… Duhh masih aja aku curiga padanya… Gak mungkin lah ! Palingan ini cuma tai burung aja, ya gak sih ? Eh masa iya ? Ah udah lah bikin aku kepikiran aja” Kata Miftah yang langsung mengambil kain lap untuk membersihkan noda yang tadi dipegangnya itu.
*-*-*-*
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Hah, akhirnya selesai mandi juga… Duhh bisa-bisanya aku mandi dua kali sehari, padahal ini masih siang… Huft” Kata Nayla yang sudah mengenakan kaus berlengan panjang beserta celana longgar yang tidak membentuk kaki jenjangnya. Kepalanya ia miringkan, tangannya memegangi handuk untuk mengeringkan rambut pendeknya.
“Duhhh bisa-bisanya aku gagal tobat lagi… Sekarang, setelah semua kejadian semalam… Baru aku bisa menyesalinya… Gimana sih ini ? Jadi bingung kan mauku gimana” Lirih Nayla yang terus mondar-mandir sambil mengeringkan rambutnya.
“Haruskah aku membinalkan diriku lagi agar aku bisa menikmati rasanya kontol seorang laki-laki ? Atau haruskah aku menjaga diri dengan hanya menikmati kontol mas suami ? Tapi resikonya, aku gak bakalan bisa puas tiap kali mas Miftah menyetubuhi diriku ! Sebenarnya apa masalahku yah ? Apa yang membuatku hanya bisa puas kalau baru bercinta dengan seorang laki-laki tua ? Kenapa harus dengan laki-laki tua ? Kenapa yah ?” Lirihnya dengan suara selirih mungkin agar tidak terdengar oleh mas suami.
“Ah entahlah… Aku capek, mau tiduran dulu aja” Kata Nayla sambil membaringkan tubuhnya lalu memainkan hapenya.
Sambil iseng membaca tiap berita terkini. Tiba-tiba ia jadi kepikiran sesuatu untuk mencari tahu apa penyebabnya ia hanya menyukai seorang laki-laki tua.
“Apa mendingan aku ke psikitater aja yah ? Siapa tau dokternya bisa membantuku mengatasi masalahku !” Lirih Nayla yang masih belum mau menyerah untuk menyembuhkan kebinalannya.
“Oke deh, aku mau ke psikiater aja… Tapi dimana yah psikolog yang buka di sekitaran sini ?” Kata Nayla sambil 'searching-searching' di ponselnya.
“Aaahhh ini dia… Ada dokter Mitha… Kebetulan dokternya seorang wanita… Aku harus segera kesana nih biar aku bisa cari tahu apa penyebabku bisa seperti ini” Lirih Nayla bertekad. Ia lalu buru-buru mengenakan hijabnya juga masker untuk menutupi sebagian wajahnya.
Ia lalu membawa tas jinjingnya kemudian bercermin sejenak untuk menjaga penampilannya. Setelah merasa dirinya sudah cantik, ia pun bersiap pergi menuju keluar kamar untuk menemui psikolog di ruangan prakteknya.
“Tapi, nanti aku harus bilang apa yah ke mas Miftah ? Masa baru pulang udah pergi lagi ?” Lirih Nayla berfikir.
“Mau main ? Atau ada urusan pekerjaan kali yah ? Ya, itu aja deh… Masa mas Miftah gak ngizinin sih” Kata Nayla bingung.
Setelah persiapan matang, ia dengan segera meninggalkan kamar menuju ruang tamu untuk menemui suaminya.
“Maaassss” Panggil Nayla dengan manja yang membuat pria tampan itu menoleh.
“Ehhh dek… Mau kemana ? Mau pergi lagi ?” Tanya Miftah kebingungan saat melihat istrinya mengenakan hijab beserta maskernya seolah terlihat mau bepergian.
“Hehe iyya mas… Maaf nih, jadwal adek padat banget… Adek mau pergi lagi boleh yah ?” Tanya Nayla meminta izin. Ia lalu duduk di samping suami sambil membelai punggung tangannya sambil menunjukkan wajah memohon berharap agar suaminya mengizinkannya.
“Mau kemana emang ? Baru aja adek pulang masa mau pergi lagi sih ?” Tanya Miftah sambil menatap wajah suaminya.
“Hehehe iya nih mas… Jadwal adek padat banget… Rencananya ada 'meeting' sama bu Dona katanya ada sesuatu yang mau dibahas” Kata Nayla beralasan.
“'Meeting' ? Tentang apa emangnya ?” Tanya Miftah lagi.
“Belum tau mas… Bu Dona bilangnya hari ini ada 'meeting' gitu aja… Aku diminta ke studio foto sekarang” Kata Nayla terus saja membohongi suaminya agar bisa pergi dari rumahnya.
“'Meeting' ? 'Meeting' kok pakaiannya santai gini sih ?” Tanya Miftah sambil memperhatikan kaos berlengan panjang yang Nayla kenakan.
“Eh, hehehe… Kan emang udah biasa kali… Biasanya juga gini kok… Tapi ini juga udah keliatan rapih kan… Gak santai-santai banget lah” Kata Nayla sambil menunjukkan kaos dengan 'brand' terkenal yang dikenakannya.
“Hahaha iya deh… Yaudah sana berangkat sebelum telat… Tapi pelan-pelan yah naik motornya… Awas jangan sampai kecapekan” Kata Miftah mengkhawatirkan istrinya.
“Iyya mas… Makasih yah” Jawab Nayla tersenyum.
“Sini mas kasih hadiah dulu… Mmuuaahhh” Kata Miftah setelah mengecup kening istrinya.
“Hihihihi makasih mas… Aku mau pergi dulu yah… Wassalamualaikum” Kata Nayla sambil mengecup punggung tangan suaminya setelah menurunkan maskernya terlebih dahulu.
“Walaikumsalam” Jawab Miftah sambil tersenyum.
Nayla pun membenarkan maskernya lagi. Ia buru-buru pergi karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga kurang.
“Gak kerasa udah mau sore aja… Semoga belum tutup dokternya” Lirih Nayla setelah mengenakan helmnya lalu pergi dengan menggunakan motornya lagi.
Tepat setelah Nayla pergi, tiba-tiba seorang pria tua berperut tambun datang memasuki rumah akhwat bercadar itu.
“Loh, mbak Naylanya belum pulang pak ?” Tanya pak Urip yang masih belum melihat akhwat bercadar itu dari pagi.
“Udah kok pak… Tapi udah pergi lagi hahahah” Tawa Miftah yang membuat pak Urip terkejut.
“Pergi lagi ? Kemana ?” Tanya pak Urip penasaran.
“Katanya ada 'meeting' tapi kurang tahu tepatnya dimana” Jawab Miftah sambil membalas 'chatt' demi 'chatt' yang diterimanya.
“Oalaahhh” Jawab pak Urip hanya begitu saja.
Seketika ia menggaruk-garuk kepalanya kesal. Ia jadi menyesal karena pulang sebentar ke rumahnya untuk beristirahat. Rupanya wanita pemuasnya sudah pulang dan langsung pergi tanpa sempat dilihat olehnya.
'Sial banget dah… Kok jadi susah banget sih buat ketemu sama akhwat lonte itu !'
Batin pak Urip kesal.
'Awas aja yah kalau nanti ketemu saya… Bakal saya garap habis-habisan tuh lonte karena absen ngelayani saya dari kemaren !'
Batin pak Urip sesumbar.
*-*-*-*
Pada saat yang sama, di salah satu café terkenal yang berada di pusat kota.
“Put, kamu gapapa?” tanya Andri heran.
“Gapapa kok mas,” tanya balik Putri dengan wajah kecut.
“Kamu kecapekan yah? Mukamu kok sepet banget sih!” tanya Andri lagi.
“Hmmm… Mungkin,” jawab Putri dengan singkat.
Andri yang sudah lama mengenal Putri merasakan ada sesuatu yang aneh. Tak biasanya Putri kalau ditanya malah ngejawab dengan kalimat sesingkat itu. Berulang kali bola matanya juga menghindar dengan melihat sekitar. Terlihat Putri seolah ogah untuk diajaknya jalan-jalan di sore ini. Andri pun terus memperhatikan tingkah laku calon istrinya sambil memikirkan perkataan yang sudah diberikan oleh sahabatnya kemarin.
Diam-diam Putri membatin di dalam hati. Tanpa sepengetahuan calon suaminya yang terus memperhatikannya, Putri memikirkan kejadian sewaktu dikeroyok oleh tiga laki-laki tua di kemarin hari. Ia terus bertanya-tanya, atas dosa apa kok dirinya sampai harus melayani kedua tukang parkir bejat itu beserta satu kekasih gelapnya di dalam ruangan yang kotor itu.
'Mungkin ini gara-gara dosaku yang sering berzina dengan mas Beni dibelakang mas Andri kali yah… Mungkin itu teguran dari tuhan karena aku sudah terlampau nakal!'
Batin Putri kepikiran.
Seketika, matanya diam-diam memperhatikan wajah calon suaminya yang tampan. Ia lalu membandingkannya dengan wajah pak Beni yang sudah ia simpan di dalam otak terdalamnya.
'Apa yah yang membuatku dulu tergila-gila sama mas Beni ? Wajahnya ? Enggak, karena wajah mas Andri jauh lebih tampan dari mas Beni… Tubuh kekarnya ? Bisa jadi, eh tapi bukannya itu cuma nafsu doang yah kalau masalah fisik… Tapi aku beneran cinta ke mas Beni… Aku gak mempermasalahkan fisik… Bagiku fisik nomor dua!... Ah yah, aku ingat!... Aku pasti telah jatuh cinta karena kebaikannya waktu menolongku dulu… Aku juga kagum sama kepribadiannya yang memilih untuk tidak memperkosaku padahal kesempatannya untuk menikmati tubuhku sangat besar… Itu yang membuatku kagum padanya… Itu yang membuatku jatuh cinta pada mas Beni!'
Batin Putri jadi senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian dulu, saat dirinya rela datang sendiri ke rumahnya hanya untuk meminta nomor hapenya.
'Sampe segitunya loh aku buat minta nomornya… Hihihihi !'
Batin Putri senyum-senyum sendiri.
'Aneh deh rasanya… Jujur, aku jadi gak nyaman sekarang… Rasanya kok kayak lagi selingkuh dibelakang mas Beni sewaktu diajak jalan berdua sama mas Andri… Kok bisa begini yah rasanya ? Serba kebalik ! Aneh deh !'
Batin Putri geleng-geleng kepala sendiri.
Kebetulan saat itu, dirinya tiba-tiba ingin pipis. Putri pun pamit pada Andri lalu buru-buru pergi menuju kamar mandi untuk membuang air seni dari lubang sempit yang sudah pernah dimasuki oleh empat orang laki-laki.
“Aku mau ke kamar mandi dulu yah mas”
Andri hanya menganggukkan kepala. Tepat setelah Putri beranjak pergi, Andri yang sedari tadi terus mengamatinya langsung menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
“Aneh deh… Kenapa Putri tadi senyum-senyum sendiri ?… Jelas ada yang aneh ! Apa jangan-jangan Putri keinget selingkuhannya yah ?” Lirih Andri yang jadi semakin yakin akan omongan sahabatnya kemarin.
Seketika hape Putri berbunyi. Layar hapenya menyala. Mata Andri langsung berpaling pada hape yang berada tepat di sebelah gelas yang ditinggalkan calon istrinya tersebut.
Diam-diam Andri melirik sekitar, Ia menarik hape calonnya lalu mendekatkan ke arahnya. Saat Andri menyalakan layar kuncinya, ia kesal karena hape calonnya itu sudah dalam keadaan terkunci.
Namun, sebuah pesan 'pop-up' telah muncul di layar calonnya itu. Dari sekian pesan yang masuk ke dalam hape calonnya. Mata Andri tertuju pada sebuah nomor yang diberi nama kontak “Mas Beni”.
“Mas Beni ? Siapa mas Beni ?” Lirih Andri penasaran.
Yang lebih membuatnya penasaran adalah, nama kontak itu tidak hanya “Mas Beni”. Tapi juga adanya tambahan emot hati yang membuat mata Andri berkedut sebentar.
“Dek ? Orang ini manggil Putri dengan sebutan ‘dek’” Lirih Andri curiga.
Seketika pesan baru kembali muncul. Andri hanya diam saja saat membaca satu demi satu pesan misterius yang masuk itu. Seketika Andri menyadari kalau orang yang disebut ‘mas Beni’ ini tampak mengkhawatirkan Putri. Andri sempat merasa kalau mas Beni ini mungkin adalah saudaranya. Namun sebuah pesan baru yang ia terima membuktikan kalau mas Beni bukanlah saudara dari Putri. Tangannya sampai bergetar saat menerima pesan baru itu. Dadanya terasa sesak. Ia masih tak percaya dengan kata-kata yang baru dibacanya melalui pesan yang diterimanya.
'Maafin saya yah dek, mungkin sodokan saya terlalu keras kemarin… Memek adek gapapa kan ?'
Batin Andri saat membaca ulang pesan tersebut.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN,
“Akhirnya sampai juga,” lirih Nayla sambil melepas helmnya lalu menaruhnya di spion motornya.
Ia telah tiba di rumah sakit umum terdekat. Rumah sakit itu cukup besar hingga banyak kendaraan yang terparkir di tempat parkir.
Nayla dengan segera memasuki rumah sakit karena khawatir, seorang psikiater yang ia cari sudah pulang mengingat waktu yang sudah semakin sore ini.
“Maaf mbak… Ruangannya bu Mitha di sebelah mana yah ?” Tanya Nayla pada seorang perawat yang lewat.
“Oh lewat sini mbak… Lewat lorong ini… Ruang prakteknya ada di nomor dua sebelum ujung,” jawab Perawat itu dengan ramah.
“Oh iya makasih yah mbak,” ucap Nayla tersenyum dari balik maskernya.
Dengan langkah cepat ia berjalan menyusuri lorong yang tadi ditujukan oleh si perawat. Dengan segera dirinya pun tiba di ruangan nomor dua sebelum ujung lorong.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
“Assalamualaikum,” sapa Nayla sebelum memasuki ruangan.
“Walaikumsalam, silahkan masuk… Ada apa yah mbak?” tanya dokter itu dengan ramah.
“Hehe, maaf menganggu waktunya… Aku ingin konsultasi bu… Ibu masih bisa kan ? Ibu belum watkunya istirahat kan?” tanya Nayla terburu-buru hingga kesulitan untuk menyusun kata-katanya.
“Oh belum… Waktu pulang maksudnya ? Iya, belum… Ini masih jam kerja saya kok mbak hihihii” Tawa dokter itu yang membuat Nayla lega.
“Hah… Alhamdulillah,” jawab Nayla lega.
“Silahkan duduk dulu mbak… Boleh kenalan dulu siapa namanya?” tanya dokter cantik itu sambil memegangi sebuah pena juga selembar kertas.
“Nama aku Nayla bu… Nayla Salma Nurkholida… Usiaku 22 tahun,” jawab Nayla dengan percaya diri.
“Dengan mbak Nayla yah… Kalau gitu saya juga mau kenalin diri biar kita nanti bisa akrab sewaktu ngobrolnya… Nama saya Mitha Aprilia… Usia saya 29 tahun… Saya bertugas sebagai dokter yang menangani masalah kejiwaan disini” Kata Dokter Mitha yang membuat Nayla kaget.
“Loh, bukannya ibu tuh Psikiater yah ? Kok dokter jiwa ? ” Kata Nayla takut salah dokter.
“Hihihi dokter jiwa sama psikiater itu sama mbak… Yang ditangani itu masalah kejiwaan… Tenang, penyakit jiwa gak berarti penderitanya sakit jiwa kok… Bisa juga soal masalah mental seperti depresi dan lain sebagainya,” Jawab dokter Mitha dengan ramah.
“Oh kirain hehehe” Kata Nayla jadi malu setelah diberi penjelasan oleh dokter cantik itu.
Dokter Mitha sekilas memang cantik dengan hijab serta kacamata yang melekat di wajahnya. Kulitnya juga mulus. Kelihatan kalau dokter itu sering merawat tubuhnya dengan rajin. Nayla yang notabene seorang selebgram saja nyaris minder saat melihatnya. Untungnya sekarang ia sedang konsultasi bukan bertanding untuk menentukan siapa yang lebih cantik.
MEESF4C
https://thumbs4.imagebam.com/09/df/d5/MEESF4C_t.jpg 09/df/d5/MEESF4C_t.jpg
'DOKTER MITHA
“Hiihihi tenang aja mbak… Jadi ada keluhan apa ? Silahkan ungkapin aja semuanya… Nanti saya bantu untuk menemukan solusinya” Kata dokter Mitha dengan tenang.
“Hmmm iya bu… Duh mulai dari mana yah ? Agak bingung aku mau ceritanya hehe” Kata Nayla yang bingung juga merasa malu.
“Silahkan mbak… Terserah darimana aja… Mbak gak perlu khawatir, semua ucapan yang mbak katakan nanti bakal bersifat rahasia kok… Saya cuma akan menganalisanya lalu memberikan solusi tentang masalah yang mbak rasakan” Kata Dokter Mitha sambil tersenyum yang membuat Nayla merasa yakin untuk menceritakannya sekarang.
“Hmmm semua bermula dari suami aku bu” Kata Nayla mulai bertutur kata.
“Suami mbak ? Ada apa dengan suami mbak ?” Tanya dokter Mitha sambil menuliskan kata-kata.
“Jujur, selama aku menikah… Aku belum pernah sama sekali mendapatkan kepuasan darinya” Kata Nayla malu-malu. Ia pun memeriksa wajah dokter itu untuk melihat reaksinya.
“Oh iya, lalu ?” Jawab dokter itu dengan wajah datar untuk menunjukkan keprofesionalannya. Ia tidak ingin reaksi wajahnya membuat pasiennya malu lalu berakibat tidak jujur untuk mengeluarkan semua keluhannya.
“Hehe terus… Terus” Kata Nayla mulai ragu untuk melanjutkan.
“Iya, gimana ?” Tanya dokter Mitha lagi-lagi dengan wajah datar.
“Hmmm aku pernah diajak bercinta sama pembantu aku bu… Pembantu aku kira-kira berusia limapuluh tahunan… Badannya gempal… Rambutnya tipis… Suka pake kacamata… Tapi anehnya, pembantu aku selalu bisa memberiku kepuasan” Kata Nayla dengan malu-malu sambil melihat reaksi wajahnya lagi.
“Oh iyah ? Terus ?”
Terlihat jelas kalau dokter itu terkejut dengan keluhan tidak terduga yang sudah Nayla katakan. Ia pun menyimpan ekspresi wajahnya sambil meminta Nayla untuk melanjutkan keluhannya.
“Hehe semenjak saat itu, aku selalu bercinta dengan pembantu aku bu… Aku heran… Pokoknya kalau gak bercinta dengan pembantu aku rasanya pasti gak puas… Bahkan sewaktu pembantu aku pergi, aku lebih memilih bercinta dengan tetangga aku, tukang nasi goreng, bahkan aku pernah bercinta dengan seorang gelandangan yang semuanya itu pria-pria tua bu” Kata Nayla sambil menunduk malu.
Mata Nayla kembali mengangkat tuk melihat reaksi wajahnya. Terlihat dokter itu hanya mantuk-mantuk lalu menuliskan beberapa kata di lembaran kertasnya. Nayla yang sudah kepalang tanggung pun menceritakan semua kisahnya sekalian untuk memplongkan isi hatinya.
“Awalnya aku memang sempat menikmati… Lalu aku sempat merasa nyesel gitu bu karena aku sadar apa yang aku lakuin itu salah… Tapi semalam gak sengaja aku harus tinggal berdua bersama penjaga vila aku dipuncak… Tanpa sadar aku kembali bercinta hampir semalaman dengannya bu… Anehnya, aku yang sempet nyesel tau-tau menikmati lagi apa yang sudah pria tua itu lakukan kepadaku” Jawab Nayla malu-malu.
“Hmm sebentar… Penjaga vila mbak juga pria tua ?” Tanya dokter Mitha mengelak.
“Iya bu… Betul… Hampir semua yang pernah memakai tubuhku adalah pria-pria tua… Anehnya gara-gara itu, aku selalu ngerasa kalau gak bercinta dengan pria tua pasti gak bakalan puas… Bahkan persetubuhanku dengan suamiku semakin terasa hambar gara-gara pola pikir yang udah tersimpan di otakku ini bu… Aku ini sebenernya kenapa bu ? Kok aku bisa kayak gini ? Apa yang salah denganku sebenarnya bu ?” Tanya Nayla penasaran.
“Hmmm jadi begitu… Apa yang mbak rasain sekarang itu wajar kok… Dan itu bisa dijelaskan secara medis” Kata dokter Mitha yang mengejutkan Nayla.
“Wajar ? Maksudnya ? Apa aku terkena penyakit tertentu gitu yang membuatku hanya bisa puas kalau bermain dengan pria tua ?” Tanya Nayla penasaran.
“Bukan penyakit sih sebenarnya… Tapi 'fetish' seksual” Jawab dokter Mitha yang membuat Nayla gagal paham.
“Maksudnya ? 'Fetish' ? Apa itu 'fetish' ?” Tanya Nayla dengan polosnya.
“Iya, 'fetish' itu seperti kelainan seksual… Maksudnya, mbak itu mungkin aja punya kelainan seksual yang membuat mbak hanya bisa mendapatkan kepuasan kalau bercinta dengan pria-pria tua” Kata dokter Mitha menjelaskan.
“Ehhh emang ada yang kayak gitu bu ? Aku baru tahu” Kata Nayla terkejut.
“Yap ada… Nama 'fetish' mbak itu 'Gerontophilia'… Sebuah kelainan seksual yang membuat penderitanya hanya bisa mendapatkan kepuasan kalau bercinta dengan pria tua… Bisa jadi awal mula penderitanya karena merasa nyaman dengan sikap baik pria tua tersebut… Bisa juga seperti yang mbak alamin dulu, mbak bilang mbak pernah dipuasi berkali-kali kan yah sama pembantu mbak ? Itu yang membuat otak mbak mencatat kalau hanya pria tua lah yang bisa memuasi mbak… Andai saja mbak bercinta dengan suami mbak ataupun pria lain yang lebih muda atau seusia… Terus mbak dapet orgasme berkali-kali, saya yakin mbak masih merasa belum puas karena satu-satunya orang yang bisa membuat mbak puas hanyalah pria tua” Kata dokter itu yang membuat Nayla merinding.
'Astaghfirullah… Jadi bener apa yang aku alamin sekarang ? Pantes aja waktu Andri beronani didepan aku, aku gak ngerasa nafsu sama sekali… Beda sama pria-pria tua yang cuma lewat aja di sebelahku, rasanya kok aku langsung nafsu, terus jadi pengen nyerahin tubuhku ke mereka …'
Batin Nayla terkejut.
“Terus gimana dok ? Apa ada obatnya ? Apa aku bakal seperti ini terus selamanya ?” Tanya Nayla khawatir.
“Hmmm sebenarnya gini… Mbak gak usah khawatir… 'Gerontophilia' bukan termasuk penyakit kok tapi lebih ke penyimpangan seksual aja… 'Gerontophilia' bukan sesuatu yang berbahaya… Bahkan kalau mbak melakukannya suka sama suka, itu bisa jadi hal yang bagus sebagai bentuk bakti mbak ke orang yang lebih tua… Tapi kalau mbak merasa 'fetish' mbak ini menganggu kehidupan mbak… Mbak bisa dateng kesini lagi untuk melakukan konsultasi berjalan yah!” Kata dokter Mitha saat menjelaskan semuanya melalui pandangan medis.
“Ohh begitu yah bu” Kata Nayla jadi berfikir.
'Gak berbahaya ? Hmmm, suka sama suka ? Menganggu ? Gimana yah ?'
Batin Nayla sambil merenung.
'Jujur sih sebenernya aku suka… Ya aku suka, bahkan menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan… Apalagi ini bukan sesuatu yang berbahaya kan ? Menganggu sih enggak… Cuma . . . '
Batin Nayla terhenti.
'Mas Miftah ! Ya, itu masalahnya… Aku pasti bakal nyesel kalau mengkhianati cintanya lagi… Tapi kalau aku hanya bercinta dengannya, aku juga bakalan nyesel karena gak dapat kepuasan… Hmm gimana dong ?'
Batin Nayla bimbang.
'Kalau secara medis gapapa, bahkan bisa jadi bentuk bakti kalau dari pandangan sosial… Gimana kalau secara spiritual yah ? Oh yah, haruskah aku mengunjungi ustadz Burhan untuk curhat ? Siapa tau, beliau bisa memberiku solusi untuk masalahku ini… Apa namanya tadi ? Gerontophilia yah ?'
Batin Nayla kepikiran ide.
“Oh gitu, yaudah makasih yah bu… Makasih udah bantu aku buat mengatasi masalahku… Jadi, aku ini mengidap penyimpangan seksual yah bu ? Untuk kelanjutannya biar aku pikirin dulu yah bu… Makasih, oh yah berapa biaya konsultasinya ?” Lirih Nayla bertanya.
Dokter Mitha pun memberi tahu jumlah nominalnya, setelah itu Nayla meminta izin pulang setelah membayar sesuai jumlah yang dokter Mitha tunjukkan.
Bukannya tercerahkan, ia malah tambah pusing lagi. Ia baru tau kalau ada yang namanya kelainan seksual seperti itu. Ia pun terus berfikir selama perjalanannya menuju tempat parkir. Selama berfikir itulah, ia semakin yakin kalau ia harus mengunjungi ustadz Burhan.
“Ya, aku harus mengunjunginya… Oh yah, bikin janji dulu ah biar besok bisa ketemuan” Lirih Nayla sambil memencet sebuah nomor.
Seketika panggilan pun tersambung. Dengan suara lembutnya, Nayla pun melakukan panggilan dengan seorang ustadz yang ia harapkan dapat memberikan solusi untuk kehidupannya.
“Hallooo assalamuaikum ustadz… Ini aku, Nayla.”
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 23
HIDUP ADALAH PILIHAN
'Tookkk… Tookk… Tokkkk…'
“Nooonnnn… Hakhakhak… Ayo buka pintunya… Saya sudah gak tahan pengen ngentot non lagi niihh… Hakhakhak” Pak Urip terkekeh-kekeh sambil menggedor-gedor pintu kamar majikannya. Akhirnya setelah sekian lama kehilangan kesempatan untuk ‘memakai’ lonte pemuasnya, hari ini, pria tua rendahan itu berkesempatan lagi untuk mengambil jatah yang sudah lama tidak ia pakai.
“Noonnn… Ayo buka pintunya… Hakhakhak, jangan malu-malu gitu dong non !” Kata pak Urip terus memaksa majikannya untuk keluar dari dalam kamar.
“Duhh… Gimana nih ? Kan, gara-gara nunda-nunda waktu gak berangkat bareng mas Miftah, akhirnya aku kejebak disini… Mana pak Urip kayaknya udah nafsu banget lagi” Lirih Nayla yang terus duduk di tepi ranjangnya sambil menatap pintu kamarnya yang terus berbunyi.
Akhwat cantik yang sudah mandi dan memakan jatah sarapannya itu sudah bersiap untuk pergi dari rumahnya ini. Ia sudah berniat untuk menemui ustadz Burhan untuk berkonsultasi mengenai masalah penyimpangan seksualnya ini. Setelah tercerahkan oleh penjelasan dokter Mitha kemarin, ia ingin mendengarkan pendapat ustadz Burhan dari sisi spiritual. Ia berharap bisa mendapatkan solusi setelah mendengarkan pendapat dari ustadz yang sudah berusia lanjut itu.
“Hmmm pertama, gimana yah caranya biar aku bisa keluar dari sini ?” Lirih Nayla berfikir.
Matanya melihat sekitar ditengah suara gedoran pintu dari luar. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah kabur melalui jendela kamar. Tapi jendela itu cukup tinggi, sedangkan ia saat ini tengah mengenakan gamis longgar yang tentunya akan membuatnya kesulitan untuk memanjat keluar melalui jendela kamar. Apalagi di luar ada tanaman-tanaman hias yang membuat Nayla sendiri takut apabila rok gamisnya bakalan sobek terkena duri tajam dari tangkai tanaman hiasnya yang tertanam disana.
“Tapi gak ada cara lain nih !” Lirih Nayla terus memaksa otaknya untuk mencari ide agar dirinya bisa keluar dari situasi yang mencekam ini.
“Noonnn… Ayooo keluaar… Apa mau saya dobrak nih ?” Teriak pak Urip dari luar.
“Duuhh tuh kan, pak Urip udah sange berat… Bisa gawat kalau aku dipake pak Urip lagi pagi ini… Bisa-bisa niatku tuk menemui ustadz Burhan bakal ketunda gara-gara ditahan sama pak Urip selama seharian… Aku gak boleh ketangkep… Aku harus pergi dari rumah ini sekarang !” Lirih Nayla sesumbar.
Akhirnya, ia melepas semua gamis yang melekat di tubuhnya. Ia terpaksa melakukannya agar bisa keluar melalui jalur sempit melalui jendela kamarnya ini. Ia sudah telanjang bulat menyisakan hijab, beha beserta celana dalamnya saja. Lekas ia menuju almari untuk mengambil tanktop ketatnya. Kemudian tanpa jeda ia mengambil celana panjang berwarna hitam yang berukuran longgar sehingga tidak membentuk kaki jenjangnya. Ia kemudian mengambil jaket tebal yang tak sengaja ia ambil ditengah situasi yang mendesak ini.
Buru-buru Nayla mengenakan ketiga-tiganya. Nayla menggelengkan kepalanya, ia tak percaya kalau dirinya harus mengenakan pakaian seperti ini saat hendak menemui seorang ustadz yang biasa mengisi ceramah di sekitar kompleks perumahannya.
“Maaf ustadz kalau pakaianku gak sopan... Daripada gamisku rusak kan ? Dah lah, aku harus cepet-cepet keluar !” Kata Nayla yang akhirnya meninggalkan gamisnya yang tergeletak di lantai begitu saja. Pintu almarinya juga masih terbuka. Ia membuka jendela kamar lalu keluar menyusuri jalan sempit yang berada diantara rumahnya serta pagar tinggi yang dihiasi tanaman-tanaman hias yang berada di dalam pot itu.
MEF3XZX
https://thumbs4.imagebam.com/f7/be/25/MEF3XZX_t.jpeg f7/be/25/MEF3XZX_t.jpeg
“Aaww… Awww… Aawww”
MEF3Y00
https://thumbs4.imagebam.com/f6/dd/bc/MEF3Y00_t.jpeg f6/dd/bc/MEF3Y00_t.jpeg
Karena terburu-buru, tak sengaja kakinya tergores tangkai bunga mawar serta pohon kaktus yang sengaja ia taruh di sisi rumahnya. Tapi kabar baiknya, ia bisa tiba di halaman depan rumahnya tanpa sepengetahuan pembantunya.
Dari luar, ia dapat melihat pak Urip yang masih terus menggedor pintu kamarnya. Bahkan pria tua berperut tambun itu sudah mulai mendobrak pintu kamarnya yang membuat jantung Nayla deg-degan ingin segera pergi dari rumah yang terkutuk ini.
“Duhh ayoo masukk buruann… Masuukkkk!” Kata Nayla yang kesulitan menancapkan kunci motornya ke dalam lubang kunci yang ada di motor 'matic'-nya itu.
'Jedeerrr !'
Terdengar suara keras saat pak Urip sudah berhasil mendobrak masuk pintu kamar majikannya. Nayla menaikkan pandangannya. Matanya membuka menyadari kekuatan pak Urip saat itu.
“Lohhh nonnn… Nonnn mana ?” Kata pak Urip panik menyadari majikannya tidak ada di kamarnya.
Pembantu tambun itu mengambil gamis majikannya yang berserakan. Ia melihat ke arah almari pakaian lalu matanya teralihkan pada jendela kamar yang terbuka.
“Siaaalll !” Kata pak Urip menyadari kalau majikannya berhasil kabur dari kejarannya di pagi ini.
'Brrmmm… Brrmmmmmm !!!'
Terdengar mesin motor menyala. Wajah pak Urip menoleh, menyadari kalau itu suara mesin motor majikannya membuat pak Urip segera berlari menuju teras depan untuk menangkap bidadari pemuasnya itu.
'Oh, sekarang non pengen main kejar-kejaran lagi yah ? Sepertinya saya salah mengira kalau non itu udah tunduk ke saya !'
Batin pak Urip yang sesumbar akan memberikan pelajaran padanya andai bisa menangkapnya.
Sialnya saat pak Urip sudah mendekati pintu keluar, terlihat akhwat cantik itu sudah menggerakkan motornya lalu berbalik arah menuju pintu gerbang rumahnya.
“Noooonnnn !!!” Teriak pak Urip memanggilnya.
Namun akhwat bercadar itu tidak bergeming sama sekali. Akhwat itu terus melajukan motornya tanpa berpaling yang membuat pembantu bejat itu kesal sampai menendang pintu depan rumah majikannya.
'Braaaakkkk !'
“Aahhhh sakitt… Awww… Aawww jannccookkk !” Jerit pak Urip sambil memegangi kakinya.
Ia semakin kesal. Sudah berhari-hari dirinya tidak merasakan sempitnya vagina majikannya. Ditambah hari ini dirinya sadar kalau majikannya itu sudah mulai sulit untuk ia kendalikan lagi. Ia terus mengelus-ngelus kuku kaki busuknya. Ia kesal. Ia pun sesumbar di dalam hati.
'Gitu yah cara main non sekarang ? Oke ! Liat aja besok kalau non ketangkep ! Saya pastikan kontol saya bakal terus ngaceng buat ngehukum non seharian !'
Batinnya sambil mengelus-ngelus penisnya sambil menatap gerbang depan dengan penuh amarah.
*-*-*-*
Sementara itu di jalan,
“Huft syukurlah gak kena amuk pak Urip !” Lirih Nayla sambil mengelusi dadanya.
Akhwat cantik itu terus melajukan motornya dengan pelan. Wajahnya melihat sekitar untuk menikmati pemandangan. Meski demikian, ada rasa tak tenang di dadanya saat dirinya menyadari kalau ia lupa mengenakan helm saat ini.
“Gara-gara buru-buru tadi… Moga aja aku gak ditilang sama pak Polisi” Lirihnya penuh harap.
Ditengah perjalanan, ia kepikiran mengenai ucapan dokter Mitha kemarin. Ia tak menyangka kalau dirinya sudah terjangkit kelainan seksual seperti ini. Ia juga tak menyangka kalau ada kelainan yang membuatnya lebih menyukai pria-pria tua ketimbang pria-pria seumuran yang bahkan jauh lebih tampan. Seketika ia jadi kepikiran sesuatu.
“Apa gara-gara itu yah kemarin aku gak puas saat disetubuhi mas Miftah ?”
Ia ingat betul kalau cara Miftah kemarin dalam memuasinya, sudah ada peningkatan dari hari-hari sebelumnya. Bahkan ia sudah terangsang saat suaminya itu melakukan pemanasan. Tapi ketika mulai eksekusinya itu lah yang membuatnya merasa kecewa pada permainan suaminya.
“Apa jangan-jangan dek Kayla juga punya kelainan kayak aku yah ? Ini keturunan bukan sih ?” Lirih Nayla yang lupa menanyakan hal itu pada dokter Mitha kemarin.
“Moga aja enggak… Cukup aku aja deh… Moga aja dek Kayla enggak kayak aku” Lirih Nayla penuh harap.
Ditengah perjalanan, saat Nayla hampir tiba di rumah ustadznya, lagi-lagi ia teringat sesuatu yang bahkan membuatnya ragu untuk mendatangi ustadznya sekarang. Ia bahkan sampai menepikan motornya untuk berhenti. Ia masih ingat betul apa yang dikatakan oleh adeknya sewaktu berjalan-jalan dengannya di taman waktu itu.
“Bukannya waktu itu dek Kayla ngeliat adanya tonjolan dibalik sarung yang ustadz Burhan pakai yah ?”
'Gleeegggg !'
Nayla menenggak ludah. Ia jadi kepikiran kalau ustadz Burhan jangan-jangan bernafsu kepadanya.
“Ah gak mungkin deh… Beliau itu ustadz loh bukan pak Urip… Tapi kok, ngebayangin pak Ustadz nafsu bikin aku ikut nafsu yah ? Tuh kan, kelainan seksualku kambuh lagi… Apa namanya kemarin ? Geronte… Grontipilia ? Ah itu deh pokoknya… Moga aja enggak… Moga aja aku bisa nahan diri pas ketemu pak ustadz nanti” Lirih Nayla yang kembali melajukan motornya meski dibenaknya kini, ia malah kepikiran dirinya bakal digenjot oleh ustadz yang sudah berkeriput serta berjanggut tebal itu.
“Moga aja enggak lah yah” Kata Nayla penuh harap.
*-*-*-*
Setibanya ia di depan pintu rumah ustadznya.
'Tookkk… Tokkk… Tookkk…'
“Assalamulaikum” Sapa Nayla dengan sopan.
Sambil menanti ustadz Burhan membukakan pintu untuknya. Nayla melihat sekitar untuk memindai rumah yang ustadz itu tempati. Rumahnya cukup besar. Bahkan rumahnya itu bertingkat dua yang mana terdapat balkon untuk bersantai di lantai atas. Di depan terdapat taman bunga yang sepertinya biasa dirawat oleh istri dari ustadz sepuh itu. Nayla merasa lega, setidaknya kalau di rumah ustadznya ada banyak orang, maka peluang dirinya untuk melakukan sesuatu yang ada di pikiran kotornya bakal mengecil.
“Huft syukurlah, moga aja aku gak nakal lagi… Tapi kok . . .”
Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya. Ia mendengar suara pintu rumah terbuka. Terlihat seorang pria tua berjanggut tebal dengan perut maju itu keluar dari dalam pintu rumahnya.
“Walaikumsalam… Ukhty pasti ukhty Nayla yah ?” Tanya ustadz itu malu-malu saat tak sengaja melihat penampilan cantiknya. Terlihat Nayla berdiri dengan anggun sambil meliak-liukkan tubuhnya. Tatapannya yang menggoda membuat ustadz itu menenggak ludah lalu buru-buru menurunkan pandangannya agar tidak semakin terfitnah oleh kecantikan tamunya.
MEF3VO7
https://thumbs4.imagebam.com/cd/da/be/MEF3VO7_t.jpg cd/da/be/MEF3VO7_t.jpg
'NAYLA
“Iya ustadz… Aku Nayla” Jawab Nayla dengan ramah.
Terlihat ustadz itu masih mengenakan kemeja koko dengan sarung bermotif kotak-kotak yang menjadi 'outfit' paginya. Peci berwarna putih menutupi keseluruhan rambutnya yang sudah berubah menjadi uban semua. Janggutnya yang tebal juga sudah memutih semua. Tampak keriput di seluruh kulitnya. Anehnya, melihat hal itu justru membuat pikiran Nayla kemana-mana.
'Astaghfirullah aku… Jangan dong !'
Batin Nayla sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri.
“Silahkan masuk Ukh… Pintunya saya buka aja yah biar gak terjadi fitnah” Kata pak Ustadz dengan sopan.
“Iya ustadz… Gapapa” jawab Nayla yang akhirnya masuk ke dalam rumah ustadznya.
Sesampainya di ruang tamu, Nayla langsung disuguhi air minum mineral yang sudah dikemas dalam bentuk gelas lengkap dengan sedotan yang memudahkan akhwat bercadar seperti Nayla untuk meminumnya.
“Ini silahkan diminum ukh…” Kata pak Ustadz dengan sopan.
“Hehe, iya ustadz makasih” ucap Nayla menerimanya. Nayla pun membiarkannya karena belum merasa haus.
Nayla melihat sekitar. Ruang tamu yang tertata rapih. Aquarium berisi ikan hias yang terpasang di sebelah tivi sebesar 18 inch. Bantal-bantal yang tersusun rapih disetiap sofa yang ia duduki. Nayla langsung tahu, kalau ustadz Burhan merupakan ustadz yang kaya raya. Seketika ia jadi penasaran, dengan siapa ia tinggal di rumah sebesar ini.
“Ustadz tinggal sama siapa aja disini ?” Tanya Nayla berbasa-basi terlebih dahulu.
“Saya tinggal dengan keluarga saya ukh… Saya tinggal dengan istri dan ketiga anak-anak saya… Oh yah, ada satu pembantu juga yang mengurusi rumah ini ketika saya mengajar”
“Mengajar ? Mengajar dimana yah ustadz kalau boleh tau ?”
“Kebetulan, saya kan punya pondok pesantren di dekat sini… Kebetulan saya yang jadi kiyainya… Istri saya, kedua anak tertua saya… Semuanya mengajar di pondok pesantren yang saya asuh… Sedangkan anak bungsu saya masih jadi santriwati, doakan ini tahun terakhirnya, semoga bisa lulus dan menjadi ustadzah yang berguna bagi bangsa dan agama” Kata ustadz Burhan yang membuat Nayla segan seketika.
'Wahh ternyata ustadz Burhan juga merupakan pak Kiyai… Eh bentar-bentar… Jadi, sekarang pak ustadz lagi sendirian dong sama aku disini ?'
Batin Nayla yang membuat akhwat cantik itu menenggak ludah.
“Oalah, jadi dari pagi tadi, ustadz sendirian aja dong di rumah… Pembantu pak ustadz kemana ?” Tanya Nayla yang tidak menemukan adanya tanda-tanda kehadiran pembantu ustadznya.
“Hahaha iya nih saya sendirian, seharusnya sekarang saya lagi ngajar di pondok pesantren… Tapi karena ukhty udah buat janji makanya saya meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah ukhty hehe… Kalau pak Amin tadi, katanya sih mau keluar sebentar buat beli sarapan… Biasanya kalau kami semua mengajar di pondok pesantren ya pak Amin ini yang mengurusi rumah” jawab ustadz Burhan yang terus menjaga pandangannya agar tidak terfitnah oleh kecantikan tamu istimewanya.
“Oh begitu hehe… Mmmm aku boleh mulai cerita gak, pak ustadz ?” tanya Nayla setelah merasa cukup berbasa-basinya.
“Oh yah silahkan… Saya akan berusaha mendengarkan ukh” Jawab pak ustadz sambil terus menatap lantai rumahnya.
“Hmmm baik ustadz… Aku mulai darimana yah ?” Kata Nayla mendadak ragu. Ia jadi merasa kok kayak kurang sopan kalau dirinya menceritakan hal seperti ini kepada seorang ustadz sekaligus kiyai dari pondok pesantren. Ia pun terus berfikir agar bisa menggunakan bahasa yang pantas agar bisa berbicara sopan dengan beliau.
“Silahkan dari awal juga gapapa biar saya bisa makin paham dimana inti masalahnya, ukh” Kata pak ustadz dengan penuh percaya diri.
“Hmm iya ustadz, jadi gini… Sebenarnya aku ini kecanduan” Ucap Nayla yang akhirnya berbicara apa adanya karena kesulitan untuk menemukan kata yang pas.
“Kecanduan ? Maksudnya ?” Tanya pak ustadz saking penasarannya hingga tak sengaja melirik tuk menatap wajah cantik Nayla.
'Wahh cantik banget… Ukhty ini bener-bener selera saya semenjak pertama kali bertemu !'
Batin pak ustadz sambil mengelus-ngelus penisnya tanpa sadar. Namun ustadz itu berusaha bertahan dengan mengendalikan pikirannya. Tangannya juga ia tarik agar tidak menyentuh pentungan sensitifnya. Namun penisnya yang sudah terlanjur terangsang mulai berdiri secara sembunyi-sembunyi dari balik sarung yang ustadz itu kenakan.
“Hehe aku kecanduan ngentot pak ustadz”
Bagaikan tersambar petir di siang bolong. Mata pak Ustadz itu melebar mendengar sesuatu yang tak ia duga sebelumnya. Refleks matanya menatap tubuh indah Nayla dari atas ke bawah. Ia memperhatikan tatapan mata akhwat itu yang sendu. Lalu turun menuju jaket modern yang dikenakan olehnya itu. lalu tatapannya kembali turun menuju celana longgar yang dikenakannya itu. Perpaduan antara pakaian syar’i dan agak kebarat-baratan itu semakin menambah nafsu seksual yang ia tahan selama ini.
Bayangannya seketika berselancar membayangkan maksud dari ucapannya itu.
'Ngentot ? Oh paling bareng suaminya kan ?'
Batin pak ustadz mencoba berpikiran positif.
“Makk… Maksudnya ? Saya gak paham dengan apa yang ukhty ucapkan hehe” Kata pak Ustadz berusaha menjaga wibawanya.
“Hehe aku sebenernya kecanduan bercinta pak ustadz… Suami aku gak pernah bisa memuasi nafsu aku” Jawab Nayla malu-malu yang lagi-lagi membuat pak ustadz berfikir.
'Suaminya gak mampu memuasi, tapi kok kecanduan ? Bentar-bentar... Jadi, dengan siapa ukhty ini melampiaskan rasa candunya ?'
“Teruss ? Gimana yah ? Saya... ” Jawab pak ustadz tertawa kecil karena kebingungan dengan maksud yang ukthty cantik itu hendak utarakan.
“Selama ini, aku sering banget berzina pak ustadz dengan pria-pria tua di luar sana… Aku ingin berhenti tapi aku gak bisa… Aku udah kecanduan… Tiap kali pengen berhenti, suami aku malah gak sanggup memuasiku… Akhirnya aku jadi kangen sama kontol-kontol mereka yang pernah memasuki rahimku deh” Jawab Nayla blak-blakan yang membuat nafsu pak ustadz kelabakan.
'Gleeeggg !'
“Jaddd… Jadiii… Ukhti Nayla udah pernah . . . .” Kata pak Ustadz tak menduga.
“Hehe sebenarnya iya pak ustadz… Udah banyak bapak-bapak tua yang pernah make aku pak” Jawab Nayla malu-malu yang membuat ustadz itu kian bernafsu.
Kata ‘make’ yang ia dengarkan membuat pria tua yang berusia sekitar enam puluh tahunan itu semakin bernafsu. Sejujurnya, semenjak pertama kali bertemu dengan Nayla di taman waktu itu. Ia diam-diam memendam nafsu kepadanya, yang membuat penisnya sampai berdiri tegak dibalik sarung yang ia kenakan. Akhwat muda bercadar seperti Nayla merupakan fetishnya. Membayangkan kalau akhwat seperti Nayla sudah pernah bercinta dengan siapa saja membuat pikiran ustadz itu kemana-mana.
Alhasil penis yang sedari tadi ia tahan agar tidak berdiri malah semakin tegak berdiri. Bahkan terlihat jelas tonjolan dari balik sarung saat ustadz sange itu kebetulan tidak mengenakan celana dalam. Pikiran ustadz itu semakin kemana-mana saat menatap mata sendu itu. Itulah puncak fetishnya, menatap mata indah itu ketika bercinta adalah sesuatu yang paling membuatnya terangsang. Nafsu pak ustadz bertambah. Namun ia teringat dirinya yang merupakan ustadz sekaligus kiyai dari pondok pesantren yang ia asuh.
Meski nafsu telah menggebu, ia berusaha menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsunya itu.
'Cobaan apalagi ini ? Pagi-pagi udah kena cobaan yang menggoda iman !'
Batin pak Ustadz gelisah.
“Jadi begitu ustadz… Hmmm aku minta saran ustadz… Aku harus gimana ? Aku bingung, aku ingin tobat tapi aku gak sanggup menahan nafsu karena suami aku gak sanggup memuasiku… Aku ingin berzina tapi aku tahu itu merupakan dosa, ustadz” Lirih Nayla yang masih belum sadar kalau ustadz sepuh itu sedari tadi terus menikmati keindahan yang ada pada dirinya melalui kedua bola matanya.
Pak ustadz mengatur nafasnya. Ia memperbaiki posisi duduknya lalu berusaha menyembunyikan pentungannya yang semakin tegak berdiri dibalik sarungnya. Berulang kali ia menumpuk-numpuk tonjolan itu dengan kain sarungnya. Meski sebagian kakinya jadi terlihat. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dari cobaan yang sangat menggoda iman ini.
“Fiyuh… Jadi gini ukhty… Hidup itu pilihan… Mau ukhty memilih bertahan atau bermaksiat itu pilihan ukhty… Gak ada yang salah 'kalau secara logika'… Tapi ukhty juga harus tahu, apa konsekuensi dari pilihan yang ukhty ambil itu” Kata pak ustadz sambil terus berusaha menahan nafsunya. Tangannya sedari tadi menekan-nekan penisnya agar bisa tiduran, namun semua itu sia-sia tiap kali matanya melirik mata sendu milik akhwat pemancing nafsu itu.
“Kalau ukhty memilih bertahan maka ukhty akan mendapat pahala karena itu merupakan bagian dari jihad melawan hawa nafsu… Kalau ukhty memilih maksiat maka konsekuensinya ya dosa… Jadi saya biarkan kedewasaan ukhty untuk memilih satu dari dua pilihan tersebut” kata pak Ustadz melanjutkan nasehatnya.
'Duhhh kok saya malah makin nafsu gini yah ? Astaghfirullah… Astaghfirullah… Astaghfirullah…'
Berulang kali pak ustadz beristighfar di dalam hati sambil menekan-nekan penisnya agar bisa tiduran lagi. Ia benar-benar mempraktekan apa yang diucapkannya. Meski ia tahu kalau bermaksiat itu enak, tapi sebagai seorang kiyai, ia akan berjihad terlebih dahulu meski akhwat yang menjadi fetishnya itu terus mengeruhkan pikirannya meski akhwat itu tidak melakukan apa-apa.
“Hmm begitu yah ustadz” Jawab Nayla berfikir. Namun saat tengah merenung itu, pandangannya teralihkan pada tonjolan yang sedang ditekan-tekan oleh ustadz sepuh itu.
'Loh, astaghfirullah… Pak ustadz ? Ngaceng ?'
Batin Nayla yang baru menyadarinya. Matanya pun melirik wajah dari pria sepuh itu. Terlihat jelas kalau birahi telah menguasainya. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh adeknya sewaktu di taman itu. Diam-diam ustadz Burhan bernafsu padanya. Alih-alih menjawab pertanyaan dari ustadz sepuh tadi. Nalurinya sebagai seorang pendosa yang gemar menggoda pria-pria tua, mendorongnya untuk menggoda ustadz yang tengah berjihad itu.
“Hmmm kalau aku memilih maksiat aja gimana ustadz ?” Tanya Nayla dengan lembut menggunakan nada yang sangat menggoda kaum adam.
“Hah ? Maksudnya ?” tanya pak ustadz sambil melirik akhwat cantik itu.
Seketika mata mereka bertemu, Dari situlah ustadz Burhan sadar kalau tamunya itu sudah menyadari akan adanya tonjolan dibalik sarung yang ia kenakan saat itu.
“Hayooo… Kontol pak ustadz lagi ngaceng yah ? Kok bisa ? Mikirin siapa sih ?” Tanya Nayla dengan nada menggoda yang membuat ustadz sepuh itu sampai merinding dibuatnya. Apalagi mata Nayla dengan jelas menyatakan ketertarikannya padanya. Pak Ustadz berusaha mengendalikan pikirannya. Ia sadar, kalau akhwat cantik itu saat ini tengah memggodanya.
“Eng… Enggakk… Enggak kok ukh… Enggak hehehe… Iya” Jawab pak ustadz mencoba bersikap biasa saja.
'Duh matanya genit banget sih… Paling gak kuat saya kalau ada akhwat genit yang mainin matanya kayak gitu…'
Batin pak ustadz terangsang.
“Hihihi masa sih ? Itu apa hayoo ? Pasti ustadz lagi mikir jorok yah ? Hayoo mikirin siapa ? Aku yah ?” tanya Nayla sambil tersenyum yang terlihat jelas di kedua matanya.
Ustadz itu sampai kejang-kejang dibuatnya saat digoda oleh keindahan mata bidadarinya.
Nayla tiba-tiba menurunkan resleting jaketnya. Sebuah tanktop ketat berwarna putih yang menonjolkan dada bulatnya terpampang jelas dihadapan wajahnya. Mata ustadz yang telah tergoda itu melebar ketika melihat betapa besarnya gunung kembar yang melekat di dada sang akhwat cantik tersebut.
'Subhanallah… Eh, astaghfirullah, gede banget !'
Batin pak ustadz yang nyaris menjatuhkan air liurnya akibat terpesona pada kemegahan dada sang akhwat.
Hah, desah Nayla sambil mengipas-ngipasi dadanya hingga mata pak ustadz tertuju pada benda bulat itu.
Hah... Hah... Hah... Ukh, ukhty mau apa ? Naikin lagi ukh, naikin resletingnya kata pak ustadz panik.
Hihihi kenapa ustadz ? Aku kegerahan disini... Gak liat keringet aku yah ustadz ? Jawab Nayla sambil tersenyum.
Lagi-lagi, senyum indah yang ditunjukkan melalui kedua bola matanya itu menggoda iman seorang kiyai. Kiyai itu nyaris sesak nafas karena tak kuat melihat keindahan yang sedang dipamerkan akhwat binal itu.
'Huft panas banget sih... Gara-gara jaket tebel yang aku pake ini deh, aku jadi kegerahan kayak gini... Hihihi kenapa juga aku malah ngegoda pak ustadz... Hmmm gara-gara pikiran mesumku di jalan aku jadi kayak gini nih... Mana ekspresinya pak Kiyai kayak gitu lagi... Bikin aku greget pengen nyerahin tubuh aku aja... Hihihi...'
Batin Nayla tersenyum saat menatap wajah kiyainya.
Seketika Nayla terpikirkan sebuah ide untuk melanjutkan godaannya pada ustadznya itu.
Ehh, ukh... Ukhty... Ukhty... Ukhty ngapain ? Teriak pak ustadz saat melihat Nayla berdiri lalu menungging membelakangi sambil menurunkan celana yang dikenakannya saat itu.
Pak ustadz menyeret bokongnya mundur. Ia sudah berada di tepi bagian pinggir sofa lalu menutupi matanya sebisanya meski dalam hati ia sangat ingin melihatnya.
'Astaghfirullah' ukh... Ukh sadar ukh... Ukhty kenapa ? Teriak pak ustadz yang semakin kewalahan dengan godaan tamunya.
Hihihihi gapapa ustadz... Aku cuma kegerahan aja... Apa aku gak boleh buka baju ? Tanya Nayla yang kembali duduk, bersandar pada sandaran sofa yang empuk itu.
Boleh ukh... Tapi kan ada saya... Ini juga di rumah saya... Kalau ukhty kayak gini kan, 'astaghfirullah' ! Jerit pak ustadz kaget saat melihat Nayla sudah melepaskan celana dalamnya lalu menaikkan kedua kakinya ke atas sofa. Nayla melebarkan kakinya. Dari sudut pak ustadz, terlihat jelas kalau kiyai sepuh itu dapat melihat betapa pinknya warna dari serabi lempit yang sudah siap untuk menjepit.
Hihihi... Ustadz mau masukin ? Kontol ustadz udah ngaceng banget tuh ! Tawa Nayla sambil melebarkan vaginanya agar ustadz itu dapat melihat keindahan kelaminnya.
'Astaghfirullah' ukh... Sadar ukh... Ini dosa... Ukhty kenapa, tadi gak kayak gini loh kata pak ustadz yang terus beristighfar meski tangannya terus saja mengelusi tonjolan penisnya.
Hihihi kan pak ustadz sendiri yang nyuruh aku milih... Ini pilihan aku loh... Lagian apa ustadz gak mau ? Aku yakin kontol pak ustadz udah gemes banget tuh pengen dijepit memek aku... Mmpphh pasti bakal nikmat banget deh rasanya kontol pak ustadz goda Nayla yang semakin binal saat melihat tonjolan itu semakin membesar.
Enggak... Saya gak pernah bilang seperti itu... Tolong pergi ukh... Jangan kayak gini... Saya gak mau berbuat dosa di rumah ini ! Ucap pak ustadz yang justru membuat Nayla tertantang.
Nafsunya pada pria-pria tua semakin membesar. Nayla pun bangkit dari sofanya tuk mendekati korban selanjutnya. Akhwat yang hanya tinggal mengenakan hijab, cadar, tanktop ketat berwarna putih serta kaus kaki yang membungkus sebagian kakinya itu kian mendekati ustadz sepuh itu.
Dalam sekejap Nayla sudah duduk di sebelah ustadznya. Tangannya yang gemas mengelus-ngelus puncak dari tonjolan indah yang kian menjulang tinggi itu.
Aaaaa ukhty... Pergi, jangan kesini ! Jerit pak ustadz menyadari Nayla sudah ada di sebelahnya.
Namun saat jemari Nayla mulai mengelusi ujung gundulnya. Tubuh pak ustadz yang awalnya tegang mendadak mulai tenang saat kenikmatan yang ia rasakan mulai terasa.
Aaaahhhh... Aaahhh ukhty... Aaahhhh desah pak Ustadz yang membuat Nayla tersenyum manis.
Hihihi tuh kan, enak kan pak ustadz ? Ustadz jangan panik... Ustadz jangan takut... Aku gak ngejahatin pak ustadz kok... Sebaliknya, aku malah baik karena bakal membuat ustadz mengerang keenakan lirih Nayla sambil menatap matanya ketika tangannya terus mengelus-ngelus sarung berwarna biru itu.
Aaahhh... Aaahhh... Tapii ukh... Tapiii.. aaahhh desah pak ustadz yang semakin tenang bahkan tidak berteriak-teriak lagi seperti tadi.
Hihihi pak ustadz tenang yah... Tenaanngg... Ustadz bakal keenakan kok... Mmppphh, aku buka yah sarungnya... Aku udah gemes pengen mbetot kontol pak ustadz kata Nayla sambil menarik sarung ustadznya lalu membelai penis yang rupanya sangat besar itu.
Aaaahhh ukh... Aaahhhh enak banget... Aaahhh... Aaaahhhh desah pak ustadz sampai merem melek yang membuat Nayla tersenyum di sebelahnya.
Mata pak ustadz melirik kemudian bertemu dengan mata yang membuat fetishnya kian bangkit. Rasanya jadi semakin enak. Belaian lembut dari akhwat binal itu membuatnya semakin tenang saat menikmati servis dari tangan mulusnya itu.
Nayla mencengkram kuat penis yang ukurannya hampir 3/4 dari lengannya itu. Tangan Nayla bergerak naik turun. Jemarinya mengusap batang penis itu naik turun. Matanya dengan penuh nafsu menatap wajah pejantannya itu. Suaranya yang lembut juga desahannya yang menggoda, membuat iman kiyai pondok pesantren itu semakin menipis saja.
Aaahhh ukh... Aahhhh... Aaahhh enak bangettt... Ouhhh yahh... Aaaahhh desah pak Ustadz hingga jemari kirinya meremas sofa di sebelahnya sedangkan jemari kanannya meremas paha mulus Nayla tuk menjelaskan kenikmatan yang ia dapatkan sekarang.
Hihihi enak banget yah pak ustadz ? Udah makin gede nih kontolnya, kita lanjut yah ? Tanya Nayla yang membuat ustadz yang sudah terangsang hebat itu gagal paham.
Lanjut ? Hah... Hah... Hah desah ustadz Burhan ngos-ngosan.
Seketika Nayla yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di sisi bawah tubuhnya mulai menaiki pangkuan ustadznya. Mata pak ustadz membuka lebar, matanya terpesona pada tatapan menggoda dari akhwat binal itu. Saat penisnya yang sudah menegak keras itu menyentuh sesuatu yang empuk lagi lembap di sisi bawah tubuh Nayla. Mata pak ustadz langsung memejam merasakan keenakan yang tidak terkira.
Mmmppphhh
Rupanya ujung gundulnya sudah tiba di pintu masuk vagina Nayla. Nayla yang sudah berpengalaman dalam memuasi pria-pria tua tidak langsung memasukkannya, melainkan ia gesek-gesekkan terlebih dahulu ujung gundulnya secara maju mundur tuk membuat penis pemuasnya itu semakin keras dan perkasa.
Aaahhhh... Aaahhhh ustadz... Aahhh gimana ? Mmpphh kontol ustadz makin keras nih, mana gede banget lagi, hihihi desah Nayla menggoda.
Aaahhh... Aaahhh enak banget ukh... Aaaahh enak banget... Mmpphh desah pak ustadz sambil menatapi tonjolan indah di dada penggodanya.
Hihihi ini belum seberapa... Kita mulai yah... Uuuhhhh desah Nayla saat tubuhnya mulai ia benamkan ke pangkuan ustadznya.
Aaaaahhhhhh ukkkhhhhh... Mmmpphhh nikmat sekaliii... Aaahhh yaahh... Aaaahhh nikmat banget ukh rasanya jerit pak ustadz sambil mengepalkan kedua tangannya lalu memejamkan kedua matanya. Terasa jepitan yang amat kuat lagi lembap itu mencekik penisnya. Penisnya itu semakin tenggelam. Penisnya itu terhisap semakin dalam.
Aaahhh pak ustadz... Mmmpphh kontol ustadz udah keras banget... Aku jadi geregetan ih... Aku pengen goyang... Aaahhh... Aahhh... Aaahhh enak banget ustadz desah Nayla yang mulai memaju mundurkan pinggulnya diatas pangkuan ustadznya.
Aaahhh... Aaahhh... Aahhh ukhty... Aaahhh enakk bangettt... Aahhh yahhh... Ouhhhh enak banget rasanya ukh desah pak ustadz yang baru pertama kalinya dilayani oleh seorang wanita.
Istrinya yang sudah tua tak pernah sekalipun melayaninya bahkan saat masih muda dulu. Istrinya itu memang seorang wanita yang polos. Melihat penis saja, itu baru terjadi di malam pertama mereka. Selama mereka menikah, selalu dirinya yang berusaha sedangkan istrinya hanya berbaring pasrah.
Nah sekarang, ada akhwat cantik yang kebetulan merupakan fetishnya dengan suka rela menyerahkan tubuhnya bahkan melayaninya dengan sepenuh hati. Ustadz Burhan tak bisa menolak. Ia pun menikmati setiap goyangan yang akhwat cantik itu berikan.
Aaahhhhh... Aaahhh ukhty... Aaahh nikmat sekali... Aaahhh yaahh... Aaahhh desah pak ustadz yang tak kuasa lagi tuk menahan kenikmatan.
Tangannya yang sedari tadi ia bebaskan kini mulai bergerak tuk mendekap pinggang mulusnya. Matanya terfokus pada tanktop ketat yang memperlihatkan pusar mulusnya. Pandangannya pun naik tuk menatap dada bulatnya. Meski masih tertutupi tanktopnya, pergerakan mendal-mendul yang dihasilkan oleh susu bulat itu sudah cukup untuk merangsang nafsu birahinya. Apalagi saat pandangannya kembali ia naikan hingga mata mereka bertemu.
Ini lah puncak dari fetish yang ia idam-idamkan sejak lama. Goyangan akhwat binal itu jadi semakin nikmat saat dirinya menatap mata indahnya. Ustadz Burhan pun menunjukkan ekspresi penuh nafsunya. Nayla membalas dengan menunjukkan tatapan kepasrahannya. Pinggul Nayla bergoyang cepat. Ia juga menikmati keperkasaan penis yang sedari tadi menggesek-gesek dinding vaginanya.
Aaahhh... Aaahhh... Aaaahhh desah mereka saat mata mereka bertemu.
Nayla yang sudah benar-benar terangsang dengan nekat mengangkat tanktop ketatnya. Ia juga melepas 'cup' branya hingga susu bulatnya terlihat sempurna.
MEF3VW3
https://thumbs4.imagebam.com/bd/a1/9c/MEF3VW3_t.JPG bd/a1/9c/MEF3VW3_t.JPG
'Subhanallah !!!' Sebut pak ustadz karena saking takjubnya.
Aaahhh... Aaahhh... Gimana ustadz susu aku ? Pak ustadz suka ? Desah Nayla ditengah goyangannya yang maju mundur.
Aaahhh... Aaahhh... Suka banget ukh... Istri saya susunya kecil... Baru kali ini saya disodori susu semegah ini ucap pak ustadz saking kagumnya.
Aaahhh... Aaahhh... Kalau gitu ustadz boleh cicipi nih... Mmmpphh ini buat ustadz... Ayo hisap ustadz desah Nayla yang mulai menaik turunkan tubuhnya sambil memegangi kedua susunya lalu disodorkannya ke wajah dari ustadz sepuh itu.
Aahhh... Aahhh baiik ukh... Saya akannn mmpphhh desah pak ustadz yang langsung menghisap pentilnya.
Aaaahh ustadz... Aaahhh terusss... Ayo hisap terus... Mmmpphh jilat juga pak jangan lupa... Aahhh yah... Aaahhh ustadz !!! Jerit Nayla menggelinjang.
Ustadz yang sudah terkontaminasi oleh racun birahi itu terus menikmati sodoran susu bulatnya. Lidahnya keluar memutar-mutari puting berwarna pink itu. Lidahnya kemudian menjilat-jilatnya. Puting itu lalu dicelupi ke dalam mulutnya. Rasanya sungguh nikmat. Ia terus menikmati dosa perzinahannya meski ia sendiri tahu, kalau perbuatannya itu salah.
Aaaahhh ustadz... Aaahhhh... Aahhh yahhhh desah Nayla semakin keras.
Puas menjilati, pak ustadz kembali melepas jilatannya tuk menikmati pemandangan indah dari tubuh sang akhwat. Nampak akhwat itu naik turun diatas pinggulnya. Pergerakan susunya sangat indah. Susu bulat yang menggantung itu meloncat-loncat dihadapan wajahnya. Ustadz Burhan menggelinjang. Ia benar-benar menikmatinya sebelum setitik keimanannya kembali muncul untuk menahannya agar tidak terjatuh lebih dalam lagi.
'Ingat anak-anakmu yang sedang menuntut ilmu, Burhan !'
Seketika suara hati itu nyaris menyadarkannya. Namun desahan demi desahan yang Nayla keluarkan, diikuti oleh pergerakan liuk tubuhnya yang sungguh mengagumkan, membuat pria tua yang sudah sepuh itu semakin kebingungan. Di lain sisi ia menikmati tapi di lain sisi ia mengutuk keras perbuatannya.
Aaahhh... Aaahhh... Aku buka aja yah kemejanya ustadz... Mmpphhh ustadz pasti kegerahan yah kata Nayla sambil terus mengocok-ngocok penis ustadznya menggunakan vaginanya.
Dalam sekejap perut tambun itu mulai terlihat. Kulitnya yang sudah berkeriput itu juga mulai terlihat. Hal itu justru menambah nafsu dari bidadari cantik itu. Goyangan Nayla semakin cepat. Hantaman pinggulnya semakin kuat. Jepitan vaginanya semakin nikmat. Mereka benar-benar sudah tunduk pada nafsu yang semakin menguasai tubuh mereka berdua.
Aaahhh ukhty... Aaahh... Aaaahhh desah pak ustadz yang menyadari kalau pintu rumah sedaritadi terus terbuka. Nayla pun membaca pergerakan wajah pria tua itu. Nayla pun tersenyum dibalik cadarnya. Ia dengan peka memahami maksud dari pemuas nafsunya.
Aaahhh... Aaahhh... Pindah yuk ustadz... Kita ke dalem biar makin bebas desah Nayla yang masih menaik turunkan tubuhnya.
Aaahhh... Aaahhh... Boleh ukh... Aaaaaahhh desah ustadz Burhan yang semakin berat.
Oke ustadz... Mmppphhh dalem bangettt jerit Nayla saat menjatuhkan tubuhnya sedalam-dalamnya. Lalu ia berdiri hingga kelamin mereka terlepas. Nampak penis ustadz itu sudah semakin basah. Terdapat lendir yang membuat penis itu semakin licin saat dipegangnya. Namun Nayla dengan binal malah mendekapnya lalu bertanya kepadanya.
Kamar ustadz dimana ? Tanya Nayla tersenyum.
Mmpphhh... Disana ukh... Uhhhhhh... Jangan ditarik-tarik ukh... Nanti copot... Uuuhhh desah ustadz Burhan kewalahan.
Hihihi gak akan lepas kok... Yuk goda Nayla sambil mengedipkan mata yang membuat ustadz Burhan semakin terpesona pada kebinalan serta kecantikannya.
Dengan penuh semangat, Nayla menarik penis ustadz Burhan saat berjalan menuju kamar pribadinya. Bisa-bisanya ada akhwat sebinal itu saat bertamu ke rumah seorang kiyai. Tapi itulah Nayla, nafsunya yang semakin menggelora bahkan telah mengalahkan akal sehatnya yang ingin bertobat.
Nayla hanya cekikikan saja saat mendapatkan mangsa barunya. Mereka pun tiba di dalam kamar tidur yang biasa ditempat oleh ustadz Burhan bersama sang istri.
Hihihi yuk kita lanjut ustadz... Aku udah gak sabar deh pengen ngerasain sodokan ustadz kata Nayla sambil tersenyum mesum menatap tubuh tambun ustadznya.
Hah... Hah... Hah... Iyya ukh... Hah kata pak ustadz ngos-ngosan.
Terlihat Nayla dengan penuh semangat menelanjangi tubuhnya. Tanktop ketatnya telah ia angkat. Behanya juga sudah ia lepas menampilkan tubuh mulusnya yang semakin terlihat jelas dihadapan mata kiyai ponpes itu.
'Astaghfirullah... Maafin abi... Maafin abi, umi... Maafin abi, nak... Abi udah berzina... Abi udah kejebak... Abi gak bisa berhenti melakukannya...'
Batin pak ustadz.
Terlihat Nayla sedang berdiri membelakanginya menampakkan punggung mulusnya. Seketika pak ustadz mendengar bisikan dari hatinya kembali.
'Ayo... Cepet kabur... Mumpung lonte itu sudah memunggungimu... Cepat keluar, Burhan... Lapor orang lain kalau ada lonte binal yang telah memaksamu melakukan hal ini !'
Ustadz sepuh itu bahkan sudah memegangi gagang pintu kamarnya. Akal sehatnya perlahan mulai kembali yang menyuruhnya untuk pergi dari perzinahan ini.
'Ayo buka pintunya... Minta tolong ke orang-orang !'
Ustaaddzzz !!! Panggil Nayla dengan manja.
Ustadz Burhan yang tadinya ingin pergi seketika menoleh tuk menjawab panggilan akhwat binal tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat Nayla sudah menungging memamerkan pinggul indahnya yang membuat nafsu ustadz Burhan kembali berkuasa mengalahkan akal sehatnya.
'Astaghfirullah, cobaan apalagi ini ?'
Batin pak ustadz menggelengkan kepala.
Ayo sini ustadz... Sodok aku... Hujami memekku... Aku udah gak sabar pengen dikontolin ustadz lagi loh Goda Nayla sambil menggeal-geolkan bokongnya yang membuat penis ustadz itu mengangguk-ngangguk dihadapannya.
'Gawaattt... Saya mulai nafsu lagi... Bahayaa... Kakiku mulai bergerak sendiri... Kenapa saya malah kesana ? Itu tempatnya maksiat, Burhan ! Sadar... Lebih baik keluar dari tempat ini !'
Batin pak ustadz yang justru mendekati Nayla karena tak tahan akan bokong mulusnya. Dalam perjalanannya, ia melepaskan kemeja kokonya. Ia juga melepas peci yang masih melekat di kepalanya. Terakhir, ia meloloskan sarung itu yang membuatnya benar-benar telanjang bulat saat mendekati akhwat penggodanya.
Hihihi iya kesini... Ayo ustadz... Aku udah pegel nih... Ayo sodok aku ! Rengek Nayla semakin bernafsu saat melihat ketelanjangan pria tua itu.
Sekuat apapun iman seseorang, ketika Nayla yang cantik jelita sudah menggoda maka tidak ada satupun orang yang mampu bertahan. Pak ustadz yang sudah tak kuat lagi mulai mengambil posisi di belakang Nayla. Kedua tangannya memegangi pinggul rampingnya lalu ujung gundulnya bersiap-siap untuk menyodok rahim kenikmatan itu lagi.
Hihihi ayoo ustadz... Mmpphh sodok aku goda Nayla dengan nada mendesah.
Hah... Hah... Iyya ukhty... Saya akan melakukannya... Sekali saja... Sekali ini saja... Hennkgghhh !!! Jerit pak Ustadz saat menghentakkan pinggulnya hingga menembus titik terdalam dari rahim Nayla.
Aaaaaahhhhh ustaaaaddzzz jerit Nayla memejam saat tubuhnya terdorong maju ke depan.
“Uuuhhh mantapnyaaaa” Jerit pak ustadz yang juga memejam merasakan kenikmatan yang lebih daripada saat digoyang tadi.
“Hah… Hah… Eh, ustadz ? Tunggu bentar… Jangan langsung digenjot… Aku belum siap… Aku aaahhhh… Aaahhhhh… Aaaaahhhh” Jerit Nayla saat pinggul pak ustadz mulai bergerak.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh” Hanya itu yang keluar dari mulut ustadz itu. Jujur, meski ia sangat menyukainya. Namun rasa bersalahnya karena telah bermaksiat di dalam kamarnya membuat ia tak begitu menikmatinya.
Tatapannya kosong. Pikirannya terbayang sang istri dan anaknya yang tengah berjuang membagikan ilmu di pondok pesantren. Tapi dirinya disini ?
“Aaaahhhhh… Aaahhh ustaadzzz… Aahhh terusss… Aahhh iyaahhh yang kencang” desah Nayla yang mulai menikmati goyangannya.
'Apa yang sudah saya lakukan ? Apa yang sudah saya lakukan ?'
Batin pak ustadz menyesal.
Namun tetap saja pinggulnya terus bergoyang. Nalurinya sebagai seorang lelaki membuatnya tak bisa menyia-nyiakan rezeki yang sudah diberikan ini.
“Aaahhh yaahhh… Aaahhhh… Aaaahhhhhh” desah pak ustadz bimbang.
Berulang kali wajahnya ia geleng-gelengkan. Berulang kali matanya memejam menikmati tiap hujaman yang ia lakukan. Dirinya sungguh bimbang. Antara kenikmatan atau harga diri. Ia tak bisa memilih. Harga dirinya telah rusak oleh godaan akhwat lonte ini. Ia juga sudah terlanjur jatuh pada kenikmatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia pun menurunkan pandangannya, nampak bokong montok yang membuat ustadz yang juga ayah dari tiga anak itu gemas dibuatnya.
'Plaaakkk… Plaaakkk… Plaaaakkkk !'
“Aaahhh ustaaddzz… Aahhh sakiittt… Aaahhh iyaahhhh” Jerit Nayla yang justru membangkitkan nafsu ustadz sepuh itu.
'Aaahhh bagaimana ini ? Apa yang harus saya lakukan ? Lanjut saja ? Nikmati apa yang sudah ukhty ini berikan ?'
Batin ustadz Burhan berfikir.
'Apa kamu bodoh yah ? Pikirkan keluargamu ! Tega sekali kamu memilih dia yang jelas-jelas sudah menjadi bekas pria-pria tua di jalanan !'
Ucap hatinya yang membuat ustadz Burhan tersadarkan.
'Aaahhhh… Aaahhhh tapi ini enak sekali… Saya gak bisa berhenti… Pinggul saya terus bergerak menikmati jepitannyaaa !'
Batin pak ustadz mengelak.
'Jelas enak ! Namanya maksiat apa yang gak enak ! Inget katamu tadi ! Inget konsekuensi dari semua ini ! Apa kamu mau membuat skandal terbesar yang memberitakan seorang ustadz berzina dengan seorang akhwat yang sudah menjadi istri orang padahal ustadz tersebut juga pengasuh dari pondok pesantren besar di ibu kota ?'
Hati kecil ustadz Burhan terus berusaha tuk menyadarkan pikirannya. Saat ia mendengar ucapan hati itu, ia kembali tersadar. Namun jepitan yang semakin terasa membuat ustadz itu malah mempercepat hujamannya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh ukhtyy… Aaaahhhh” Jerit pak ustadz yang kesulitan keluar dari jeratan maksiat.
“Aaahhh iyahhh ustadzz… Ouhhh seperti ituu… Yahhh lebih keras… Lebih keras lagi ustaaddzz !” Jerit Nayla sambil mencengkram kuat sprei ranjang tidur ustadz sepuh itu.
“Aaaahhh iyaahhh… Iyaahhh… Iyaahhh ukh… Iyaahhhh” Jerit pak ustadz yang kembali tergoda.
Terlihat dari samping susu gantung itu semakin cepat bergoyang seiring hentakan pinggul pak ustadz yang semakin kuat. Jeritan-jeritan yang Nayla keluarkan juga semakin keras. Suara desahannya bahkan mulai memenuhi ruangan. Pekikan-pekikan nafsu juga dikeluarkan oleh ustadz yang tersesat itu. Jemari pak ustadz kembali memegangi pinggang mulusnya. Matanya memejam agar dirinya semakin merasakan jepitannya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Saya mau keluuaar… Saya mauu keluuaarrr !” Desah pak ustadz yang sudah tidak kuat lagi.
“Aaahhhh… Aaahhh tungguuu… Tungguu ustadz… Aku belum mau keluarr… Tolong tahan lebih lama lagi !” Jerit Nayla yang masih belum puas dengan persetubuhan yang menurutnya masih sebentar.
“Aaaahhh tapiii… Aaahhh… Aaahhh saya mau kelluaar… Saya harus mengeluarkannyaaaa !” Jerit pak ustadz tidak tahan lagi.
'Mau dikeluarin ? Yakin ? Kamu akan menumpahkan spermamu di rahim akhwat ini ?'
Hati pak ustadz kembali berbicara.
'Yaaa… Saya gak kuat… Setidaknya saya harus segera mengakhiri semua ini dengan cara menumpahkan sperma saya di rahimnya !'
Batin pak ustadz menjawab.
'Oh yah ? Bagaimana kalau spermamu menjadi janin di rahim akhwat ini ? Apa kamu gak mikir dengan semua konsekuensi dari semua ini ? Bagaimana kalau janin itu menjadi bayi perempuan ? Bagaimana kalau sudah besar salah satu anakmu jatuh cinta pada janin itu ?'
Hati pak ustadz kembali menasehati.
'Kalau gitu saya akan menumpahkannya di wajahnya… Saya gak peduli… Pokoknya saya harus menumpahkannya saat ini… Maafkan abi, nak, umi… Abi udah ternoda… Abi gak kuat… Tolong jangan benci abi… Abi sayang kalian !'
Batin pak Ustadz yang mempercepat sodokannya.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhh ukhttyyyyy !!!!” Jerit pak ustadz semakin keras saat menghujami rahimnya.
'Plookkk… Plokkkk… Plokkk !!!'
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhh enak banget ustadzzz… Aaahh teruss… Aahhh tapi jangan dikeluarin dulu !” Desah Nayla yang terdorong maju mundur.
Namun nafsu ustadz Burhan sudah tidak dapat ia atur. Nafsunya telah menggema. Hasrat birahinya sudah tak mampu untuk ia tahan-tahan lagi.
“Aaahhhh ukhti…. Aaahhh rasakaaann inii… Aaahhh… Aaahhhh… Hennkghhhh !” desah pak ustadz saat menahan nafasnya lalu mendorongkan pinggulnya sekuat-kuatnya.
“Aaaahhhh ustaaaddzzz”
Tubuh Nayla terdorong maju. Tubuhnya sampai jatuh diatas ranjang empuk itu. Nayla pun berbaring dalam keadaan tengkurap. Wajahnya agak miring. Saat itulah ustadz Burhan menarik keluar penisnya lalu buru-buru mengarahkan penisnya menuju wajah dari akhwat cantik itu, tepatnya ke sekitar mata yang menjadi fetishnya itu.
“Aaaaahhh rasakaaann iniii… Kelluuaaarrr !!!”
“Mmpphhhhhh”
'Cccrrrooottt… Cccrrroottt… Ccrroottt !!!'
Sperma pak ustadz dengan deras mengenai kelopak mata serta sebagian cadar dari akhwat cantik itu. Untungnya Nayla lebih dulu memejam sehingga tak ada sperma yang mengenai bola matanya.
Terlihat ustadz itu begitu puas hingga membuat tubuhnya sesekali mengejang merasakan sensasinya menyetubuhi seorang akhwat muda yang merupakan fetish seksualnya. Terlihat mulut ustadz itu membuka lebar. Tubuh telanjangnya dengan bebas berhasil menaklukan tubuh mulus tamu istimewanya.
Hah... Hah... Hah desah pak ustadz ngos-ngosan setelah menumpahkan tetes terakhirnya di wajah tamunya.
Namun, bukan rasa bahagia yang ia dapat. Melainkan rasa penyesalan setelah akal sehatnya kembali benar-benar menguasai pikirannya.
'Apa yang sudah saya lakukan ? Astaghfirullah… Umi, nak… Maafin abi… Abi udaaahhh….'
Batin ustadz itu yang begitu menyesalinya hingga bola matanya berkaca-kaca dipenuhi oleh air matanya.
“Aaahhh enakk banget ustadzz… Tapi kok ustadz tega ninggalin aku sih… Aku kan belum . . . “ Nayla terhenti saat melihat mata ustadz itu yang tiba-tiba berkaca-kaca.
“Keluuar ! Tollongg kelluaar ! Cepat !!” Lirih pak ustadz berharap akhwat cantik itu segera pergi dari pandangannya ini.
Rasa penyesalan benar-benar menguasai dadanya. Rasanya hati jadi sesak. Kenikmatan yang ia dapatkan sesaat hilang begitu saja saat nafsunya kembali dikudeta oleh akal sehatnya.
“Ustadz ? Ustadz kenapa ? Ustadzz” Kata Nayla mencoba bangkit lalu menyentuh paha keriput ustadz sepuh itu.
“Gak usah kayak gitu… Keluar cepat… KEELLUUAARRR !!!” bentak pak ustadz yang membuat Nayla tersentak.
Tubuh telanjang Nayla bahkan sampai didorong-dorong hingga akhwat yang sudah telanjang itu terpaksa keluar dari dalam kamar ustadznya.
“Ustadzz tungguu… Aku belum dapeet… Akuuuu . . . .
'Cekleeekkk…'
Pintu telah terkunci dari dalam. Nayla yang masih belum mendapatkan orgasme dengan tega diusir dari dalam kamar oleh ustadz yang masih menangis itu.
“Ihhhh nyebelin… Kenapa sih ustadz itu ? Kok malah nangis, padahal abis dikasih enak-enak” Lirih Nayla heran.
Baru kali ini ia menemukan pria tua yang seperti ustadz ini. Namun nafsunya yang masih belum terlampiaskan membuatnya tak sempat untuk memikirkan alasan kenapa ustadz Burhan sampai melakukan hal itu kepadanya.
“Aaaaaahhh… Aaahhh… Mmphhhh… Tega banget sih ustadzz… Aku ditinggal ginii… Aaahhhh… Aaaahhh” Desah Nayla saat menyandarkan tubuhnya pada dinding lalu jemarinya mengusap-ngusapi vaginanya yang terbuka sambil membayangkan kenikmatannya saat dinodai ustadz tadi.
“Uuuhhh ustaaddzz… Uuhhhh… Mmpphhhhh” desahnya sambil terus berimajinasi ketika tangannya dengan liar mengobel-ngobel kemaluannya.
“Aaahhh yaahhh… Aaahhhh… Aaahhhh” desahnya hingga pinggulnya bergoyang tak kuasa menahan rangsangan jemarinya.
Namun sekuat apapun ia berusaha, sedalam apapun ia memasukan jemarinya, rasanya masih belum cukup kalau bukan penis pak ustadz yang memasuki rahimnya.
“Huh, gimana dong ? Ah iya… Aku punya ide” Lirih Nayla saat kepikiran ide untuk merasakan penis ustadz itu lagi.
'Tookkk… Tokkk… Tokkk…'
“Ustaaddzz” Panggil Nayla dengan lembut.
“PERRGIII… Jangan goda saya lagiii !” teriak ustadz itu dari dalam.
“Tapi ustaadzz… Baju aku kan masih di dalam… Masa ustadz nyuruh aku pergi telanjang sih ? Entar kata orang gimana kok ada akhwat telanjang yang keluar dari rumah ustadz” Kata Nayla berusaha memancing ustadz itu keluar.
Ustadz itu pun jadi berfikir. Sambil menyeka air matanya ditengah penyesalannya, ia kembali membuka mulutnya untuk membalas ucapan akhwat cantik itu.
“Tapi janji setelah ini ukhty bakalan pergi ?” Tanya ustadz itu meminta kepastian.
“Heem ustadz… Lagian aku udah puas kok ngerasain sodokan pak ustadz” Jawab Nayla yang justru membuat ustadz itu kembali teringat saat merasakan nikmatnya jepitan akhwat binal itu.
'Astaghfirullah… Kok keinget lagi… Jangan lagi, tolong !'
Batin pak ustadz berharap tidak tergoda lagi.
Tapi, meski ia menyesali perbuatannya. Ia juga benar-benar terpuaskan oleh goyangan serta godaan yang akhwat itu berikan. Ia yang masih bertelanjang bulat secara berhati-hati memunguti pakaian yang akhwat tadi tinggalkan. Ia pun menenggak ludah untuk bersiap menghadapi godaan yang mungkin bakal merusak keimanannya lagi.
'Cekleeekkk !'
Kunci telah terbuka. Perlahan demi perlahan pintu kamar itu mulai membuka menampakkan wujud dari bidadari yang telah memuaskannya tadi.
Pandangan pak ustadz yang sedang menunduk mulai melihat kaki jenjang dari akhwat mulus itu. Tak sadar pandangannya ia naikkan, paha mulusnya yang tadi ia elus-elus juga mulai terlihat dari pandangannya itu. Saat ia menaikkan pandangannya lagi, lekuk pinggangnya yang menyerupai gitar spanyol mulai terlihat di pandangan ustadz itu. Mata ustadz itu melebar. Tubuhnya membeku di tempat. Penisnya yang sudah lembek perlahan mulai mengeras apalagi saat mata ustadz itu tiba di gunung kembar yang menggantung di dada akhwat penggoda itu.
MEF3VW4
https://thumbs4.imagebam.com/0a/64/4f/MEF3VW4_t.JPG 0a/64/4f/MEF3VW4_t.JPG
'Subhanallah… Betapa indahnya bentuk ciptaanmu ini !'
Batin pak ustadz tanpa sadar.
“Hihihihihi” Seketika tawa yang tak asing terdengar di telinga ustadz itu.
Ustadz Burhan yang lengah gara-gara tergoda oleh susu kembar Nayla, membuat akhwat cantik itu mendorong pintu kamarnya hingga dirinya bisa memasuki kamar itu lagi.
“Aaaaaaahhhhh”
Dengan sigap, Nayla mendekap penis yang mulai mengeras itu lagi. Sedangkan tangan satunya memilin puting ustadz itu yang membuat nafsunya dengan cepat kembali bangkit gara-gara rangsangan yang begitu terampil darinya.
“Hihihihi ustadz tadi kenapa ? Ustadz jangan sedih dong… Aku kan jadi ikut sedih” Goda Nayla sambil menatap wajahnya yang membuat mata mereka kembali bertemu.
Lagi, tatapan nakal itu membuat nafsu pak ustadz bangkit lagi. Rasa kecewanya gara-gara mengkhianati keluarganya tadi seolah hilang gara-gara godaan yang ada di depan matanya ini.
Sambil terus mengocok penisnya, Nayla mendorong tubuh pak ustadz hingga terbaring diatas ranjang tidurnya ini. menyadari kalau penis itu sudah menegak secara maksimal lagi membuat Nayla berkeinginan untuk menungganginya lagi.
Mata pak ustadz bergetar saat melihat akhwat yang sudah telanjang bulat itu berdiri menaiki ranjang tidurnya. Terlihat akhwat itu bergerak ke arah penisnya. Menyadari kalau dirinya akan digoyang lagi membuat ustadz itu dengan pasrah memohon agar tidak dinodai lagi.
“Ukh tolong jangannn… Tolong sudahi semua ini… Saya gak mau mengkhianati keluarga saya lagi ukh” Pinta pak ustadz dengan penuh kepasrahan.
“Tenang ustadz… Setelah ini aku janji selesai kok… Itu kalau ustadz bisa bikin aku keluar yah… Hihihihih” tawa Nayla yang membuat pak ustadz ketakutan.
Apalagi saat tubuh indah itu kembali menunggangi penis yang kembali liar ini. Nayla dengan gemas tak sabar ingin menjinakkannya lagi. Ia dengan penuh tekad akan membuat penis itu kembali lemas dengan cara membuatnya muntah kembali.
“Uuhhhhhh ustaaadzzz”
“Aaaahhh ukhtyyyy !”
Jerit mereka secara bersamaan.
Dengan posisi 'cowgirl' membelakangi. Nayla langsung menaik turunkan tubuhnya sambil menikmati tiap gesekan yang merangsang vaginanya. Gerakan yang mulanya perlahan itu lama-lama semakin cepat gara-gara rasa gatal yang semakin mendera vaginanya. Nayla menggunakan penis yang semakin keras itu untuk menggaruk-garuk vaginanya. Gerakannya semakin cepat. Susunya jadi ikut bergoyang hebat.
“Aaaahhh ustaadz… Aahhhh enak bangeett… Aahhh ustaadzz… Aahhh yaahhhh” desah Nayla yang begitu menikmatinya.
“Ouhhhh ukh… Aaahhhh… Aaahhhh… Aahhhh yaahhhhh” Desah pak ustadz yang mau tak mau harus melayani nafsu besarnya lagi.
Meski ini merupakan ronde keduanya dalam memuasi akhwat penggodanya. Rasanya masih sama. Rasanya sama-sama enak seperti saat pertama kali ia melakukannya di awal tadi.
“Aaahhhh… Aaahhh enakk bangeeett… Aahhh kontol ustadz bikin aku sangek aja sihhh… Aaahh teruss ustaadzz… Aahhhh iyaahhh” desah Nayla yang terus menaik turunkan tubuhnya sambil meremasi kedua payudaranya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh binal bangeettt !” Ungkap pak Ustadz yang takjub melihat kebinalan Nayla dari belakang saat sedang meremasi susunya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Ustadz baru tahu ? Atau pura-pura gak tahu ? Hihihihih… Aaahhh aku suka banget deh sama kontol ustadz… Kapan-kapan kalau aku main kesini lagi boleh ?” Tanya Nayla sambil terus menaik turunkan tubuhnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Ituuu… ituuu…” Bibir pak ustadz bergetar. Lidahnya kelu. Ia kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang mudah itu. Ia sebenarnya ingin tapi ia tidak mau mengkhianati keluarganya lagi. Seketika pak ustadz memahami apa yang Nayla bicarakan tadi. Jadi seperti ini maksudnya ? Ia sendiri merasa kesulitan untuk menolak kemaksiatan.
“Hihihi kalau pak ustadz gak jawab, aku anggap boleh yah, berarti” Jawab Nayla dengan seenaknya sendiri.
Saat sedang asyik-asyiknya bergoyang sambil meremas susunya dengan kencang. Tiba-tiba muncullah seseorang dengan tubuh kekar yang membawa sesuatu di kantung kreseknya.
“Ustadz, ini sarapannya sudah siyaap” Pria itu berhenti saat tiba di depan pintu kamar majikannya.
Tubuhnya membeku. Matanya diam. Lidahnya bahkan kelu saat melihat seorang akhwat bercadar yang sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab beserta stockingnya itu tengah menunggangi penis majikannya yang sudah bertelanjang bulat.
Kantung kresek yang tadi dipegangnya pun jatuh ke lantai. Ia benar-benar terkejut melihat majikannya yang ia anggap alim itu sedang berzina dengan seorang akhwat cantik yang wajahnya tidak asing.
MEBDNQG
https://thumbs4.imagebam.com/d5/40/c8/MEBDNQG_t.jpeg d5/40/c8/MEBDNQG_t.jpeg
'PAK AMIN
“Paakkk Aminn… Ini tidak seperti yang anda bayangkan… Tolongg jangan lihat… Tolongg jangan lapor ke umi dan yang lainnya” Kata ustadz itu panik.
MEF3VO5
https://thumbs4.imagebam.com/16/4e/26/MEF3VO5_t.jpg 16/4e/26/MEF3VO5_t.jpg
'NAYLA
Meski akhwat cantik itu terkejut, tubuhnya tetap naik turun merangsang penis itu. Jemari kanan Nayla menutupi mulutnya dari luar cadarnya. Ia pun memperhatikan wajah dari pria tua berkulit gelap itu. Terlihat jelas kalau pria itu juga bernafsu saat melihat ketelanjangan tubuhnya. Alih-alih panik, Nayla dengan binal justru menggoda pria yang baru memergokinya itu.
“Mmmpphhh bapak pasti pak amin yah ?” Tanya Nayla yang terus bergoyang kali ini sambil kembali meremasi susunya.
“Iyya betulll… Mbak ini… Jangan-jangan, mbak ini mbak Nayla yah ?” Tanya pak Amin yang membuat Nayla terkejut saat mendengarnya. Bahkan ustadz tambun yang tengah kewalahan itu juga terkejut menyadari pembantunya tahu nama akhwat yang sedang memperkosanya.
“Lohhh ? Kok bapak tahu ? Mmpphhh… Bapak tau aku darimana ?” Tanya Nayla sambil terus menggoyang penis pak ustadz.
“Jadi bener ? Mbak ini selebgram favorit saya loh… Gak nyangka kita bisa bertemu disini… Dan mbak kok . . . .” Tanya pak Amin sambil mendekat lalu kebingungan melihat idolanya masih saja menaiki penis majikannya.
'Selebgram ? Pantes aja ukhty ini cantik banget… Aahhh gawat, saya jadi makin nafsu nih..'
Batin pak ustadz yang baru sadar kalau ia tengah disetubuhi oleh seorang selebgram cantik.
“Hihihhihi ceritanya panjang… Aku susah jelasinnya pak… Mmppphh bapak ngefans aku yah ?” Tanya Nayla sambil menatap mata pak Amin yang membuat pria kekar itu gugup dibuatnya.
“Iyahh… Betul saya ngefans mbak banget… Saya bahkan tergila-gila dengan kecantikan mbak” Kata pak Amin itu yang diam-diam semakin bernafsu melihat keindahan tubuh idolanya itu.
“Hihihihi kalau gitu… Bapak mau ikut gabung ? Nanti aku kasih kesempatan buat muasin memek aku ?” Kata Nayla yang tiba-tiba menaikkan tubuhnya lalu melepas penis pak ustadz dari vaginanya.
“Aaahhh ukhhhhh” Jerit pak Ustadz dibawah sana.
Nayla bukan orang yang sejahat itu, setelah menarik lepas penis ustadznya, ia pun membiarkan penis keriput itu masuk ke dalam anusnya yang membuat ustadz sepuh itu blingsatan merasakan jepitannya.
“Aaaahhhh ukhhh sempit bangeettt” Jerit pak ustadz yang baru pertama kali ini merasakan persetubuhan dari belakang.
“Hhihihihi mmpphhh… Kontol bapak sih kegedean” Goda Nayla sambil melirik ke belakang tuk melihat reaksi yang menurutnya lucu itu.
“Ayo sekarang giliran bapak… Tapi bapak buka semua bajunya yah… Hihihihi” Kata Nayla yang semakin mengangkang membiarkan lubang vaginanya yang menganggur itu semakin terbuka lebar.
“Aaahhh siapp mbakk… Siaaapp” Kata pak Amin yang langsung menelanjangi tubuhnya lalu ikut bergabung untuk memuasi idolanya.
“Uuuuhhhhhhhh paaakkkk kontol bapak ternyata gede juga yaaahh… Aaahhh pelaannnn… Memek aku sampai gak muat tauuuu !” Goda Nayla yang membuat pak Amin tersenyum senang.
“Hehehe ini masih belum ngaceng maksimal loh… Gak nyangka, mimpi apa saya semalam bisa ikut gabung memuasi mbak” Kata pak Amin yang begitu bahagia setelah menancapkan penisnya ke dalam rahim idolanya.
“Aahh masa ? Uhhh gak kebayang betapa gedenya kontol bapaakkk… Ayoo paakk… Ayo genjot aku… Masing-masing dari kalian harus goyang yah… Aku akan berusaha bertahan sekuat tenaga” Kata Nayla sambil membimbing tangan pak ustadz agar memegangi pinggulnya agar tidak jatuh saat disetubuhi dalam posisi yang sulit ini. Kedua tangan Nayla lalu bertumpu pada perut ustadznya. Ia pasrah. Ia sudah siap untuk dinikmati baik dari depan ataupun lewat belakang oleh kedua lelaki tua itu.
“Aaahhh siapp mbakk…. Siaaappp… Uuuhhhh” Desah pak Amin yang mulai meluncurkan goyangan pertamanya.
“Aaaahhh iyyahhh ukhh… Saya uuhhhhhh” desah pak Ustadz yang malu-malu menuruti hawa nafsunya setelah diberi lubang sempit berupa anus akhwat cantik itu.
“Aaahh iyaahh paakk… Aahhh pelaannn… Ouhhh paakkk… Ouhhhh” desah Nayla yang sudah lama tak di-'sandwich' lagi dalam posisi seperti ini.
Pinggul kedua pria tua itu berpacu yang membuat tubuh akhwat cantik itu terdorong maju mundur. Dari atas pak Amin tampak bahagia melihat mata binal idolanya yang kewalahan menahan tusukan penisnya juga tusukan penis majikannya. Apalagi wajahnya itu telah dipenuhi oleh sperma seseorang yang entah milik siapa. Saat pak Amin memperhatikan goyangan susu bulat itu, pak Amin jadi semakin bersemangat. Hal itu membuat pak Amin kian bernafsu. Pinggulnya semakin cepat bergoyang yang membuat akhwat penggoda itu semakin kewalahan.
“Aaahhh paakkk… Aaahhh pelaann… Aahhhh kontol bapak makin gakk muaaattt” Jerit Nayla merasakan tusukan penis pak Amin.
Sedangkan pak ustadz di bawah, merasakan himpitan dari anus akhwat itu yang membuatnya hanya bisa geleng-geleng kepala menahan kepuasannya. Jemarinya pun bergerak mengelusi pinggang rampingnya.
Makin kesini, tubuh Nayla semakin mendekati perut tambun ustadznya. Nampak tangan pak ustadz tak kuat menahan beban berat Nayla yang tengah dikeroyok dari depan & juga belakang.
“Aaahh ustaadzz… Aahhhh kontol pak ustadz kok juga makin keras aja sih… Padahal tadi kan udah keluar… Aahhh duburku jadi ngilu gini… Aku khawatir deh besok jadi susah BAB” Desah Nayla yang membuat ustadz itu justru semakin bernafsu.
“Aaahhhh… Aaahhh… Saya gak peduli… Pelacur sepertimu memang harus dihukum karena sudah berani merusak kesucian rumah ini !” Kata pak Ustadz yang masih menyimpan dendam karena sudah dinodai olehnya.
“Aaahhh… Aaahhh… Kalau gitu hukum aku ustaadzz… Hukum aku seberat-beratnya” Desah Nayla yang justru menantang.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Gak nyangka kalau mbak ternyata sebinal ini yah… Saya boleh ikut ngehukum gak ? Godaan mbak bikin saya gemes jadi pengen ngehukum mbak juga” Desah pak Amin bernafsu.
“Aaahhh boleh paakkk… Boleeehhh… Hukum aku sampai muncrat kemana-mana paaakk… Ayooo sodok lagi… Sodok lebih kuat laggiiiii… Aku pasrah paakk… Ayo hukum akuuu Aaaaahhhhhhhh” Jerit Nayla saat kedua penis itu secara kompak keluar masuk merangsang kedua lubang kenikmatannya.
Keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk. Kedua penis itu secara bersamaan keluar masuk di dalam lubang kenikmatan akhwat itu. Pak ustadz yang kedapatan anus sempitnya dengan penuh nafsu menghujaminya tanpa ampun. Giginya sampai gemertak. Cengkramannya semakin diperkuat. Matanya dengan binar menatap punggung mulus itu dikala hujamannya semakin cepat.
“Aaahhhh ustaadzz… Aaahhhh… Aaaahhhhhhh”
Sedangkan pak Amin yang baru bergabung juga melampiaskan semua nafsunya pada rahim akhwat cantik itu. Terlebih ini merupakan idolanya, ia masih tak percaya. Akhwat yang biasa ia pandangi melalui layar hapenya, kini sedang ia gagahi dengan beringas, dengan sebegitu buas. Ia benar-benar gemas hingga mempercepat pinggulnya sampai merasa puas.
Aaahhh mbaakkk... Aaaahh nikmat banget... Aaahhh rasakan inii... Aaaahhh
Aaahhh iyyah pakk terusss... Ayoo terus genjot aku... Genjot yang kuat supaya aku makin teriak paaakk... Aaaaaaahhhh
Pak Amin menatap wajah cantik itu. Mulutnya terengah-engah. Hampir sepuluh menit ia berpacu dengan cepat tanpa pernah berhenti sama sekali.
“Aaahhh mbaakkk… Aaahhhh… Saya mau keluaar… Ouhh yaahhh… Ouuhhhhh” Desah pak Amin yang kelepasan gara-gara terlampau nafsu saat menyetubuhinya.
“Aaaahhh keluarin aja paakk… Keluuariinnnn” Desah Nayla yang juga semakin bergairah saat dinikmati oleh kedua pria tua sekaligus.
“Aaahhh siapp mbaakk… Siaaappp… Ouuhhh nikmatnyaaa… Aaahh yahhh… Aahhh rasakaann inniii… Uuuhhhhhh” desah pak Amin yang buru-buru mencabut penisnya lalu mengarahkannya dengan cepat ke arah susu bulat Nayla yang masih bergoyang gara-gara tusukan majikannya.
“Aaahhhh kelluuaaarrrr” desah pak Amin sambil terus mengocok penisnya membiarkan spermanya dengan deras tumpah mengenai susu gede idolanya.
“Aaahh paakk… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah Nayla kagum saat payudaranya terasa hangat terkena sperma pak Amin yang begitu banyak. Namun tusukan penuh nafsu dari pak ustadz membuatnya kesulitan untuk diam menahan sodokannya. Ia terus mendesah, nampaknya pak ustadz tengah bersiap untuk membalas dendam setelah dinodai oleh akhwat cantik ini.
“Aaaaahhhhhh…. Aaahhhhh… Ini kah yang ukhty inginkan… Sodokan seperti ini kan yang ukhty inginkan ?” Desah pak Ustadz sambil terus menyodok anusnya.
“Aaahhh iyaahhh ustaaadzz… Aaahhhh… Aaaahhhh” Desah Nayla sambil memejam saat susu bulatnya terus bergoyang. Sperma pak Amin yang ada di susunya sampai tumpah mengenai sprei ranjang pak ustadz gara-gara pergerakannya yang kencang terkena sodokan di anusnya.
“Kalau begitu terima iniiii… Rasakaann iniiii… Dasar lonte murahan… Berani-beraninya lonte seperti ukhty menggoda saya ?! Pasti ukhty sengaja datang kesini untuk menzinahi saya kan ?” Tanya pak ustadz dengan tegas disaat pinggulnya terus menyodoki lubang anusnya.
“Aaahhh niat awalku gak gitu kok ustadz… Aahhhh,… Aahhh…. Tapi gara-gara ngeliat tonjolan ustadz jadi bikin aku tergodaaa… Aahhh pokoknya kayak gitu ustaadzz.. . Teruss uhh… Terusss” Desah Nayla yang membuat siapapun merinding saat mendengarnya.
Pak Amin saja yang sudah mendapatkan orgasmenya sampai ikut merinding. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk merekam persetubuhan mereka yang semakin lama semakin panas.
“Aaaahhh dasar pembohong ! Saya gak percayaaa… Pokoknya siap-siap aja… Saya akan membalas dendam untuk membalas perbuaran ukhty… Uuuhhhh” desah pak Ustadz saat mementokkan penisnya hingga ke titik terdalam lubang duburnya.
“Aaaaahhhh ustaaaaddzzz” Nayla sampai lemas. Ia pun ambruk diatas perut tambun ustadz sepuh itu.
Pak ustadz langsung menarik lepas penisnya. Ia pun memposisikan tubuh Nayla agar berbaring diatas ranjangnya. Ia dengan sigap berlutut dihadapan selangkangan Nayla yang terbuka. Ia langsung bersiap untuk menghukumnya. Penisnya yang sudah basah terkena cairan anus akhwat itu bersiap-siap untuk masuk ke dalam rahim dari bidadari penggoda ini.
'Jleeebbbb !!!'
“Aaaaahhhhhhhhh” Jerit mereka dengan sangat nikmat.
“Waaahhhh… Hebat… Mantep sekali persetubuhan mereka !” Lirih pak Amin kagum.
Ustadz Burhan dengan penuh nafsu langsung menghukum akhwat cantik itu dengan hujaman demi hujaman yang menusuk rahim itu hingga titik terdalam. Terlihat wajah Nayla kelojotan menahan sensasi tusukan dari ustadz sepuh ini.
MEF3VW7
https://thumbs4.imagebam.com/a8/f3/ba/MEF3VW7_t.jpeg a8/f3/ba/MEF3VW7_t.jpeg
Tampak wajah ustadz Burhan kesetanan. Matanya melotot, ia dengan beringas menatap goyangan susu Nayla yang begitu sedap dipandangan mata. Hujamannya pun diperkeras. Desahan Nayla semakin keras. Susu bulat Nayla ikut mengeras yang membuat jemari pak ustadz gemas ingin meremas.
Namun sayang, sperma pak Amin yang sudah menodai susu bulat itu membuat ustadz Burhan mengurungkan niatnya untuk memainkannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Rasakaannn iniiiii… Rasakaannn iniiii” Desah pak Ustadz dengan penuh kuasa.
“Aaaahhh ustaadzzz… Aaahhhhh… Aaaahhhh” Jerit Nayla dengan keras.
“Gara-gara ukhty saya harus menanggung dosa zina ini… Dasar ukhty murahan… Dasar lonte rendahaannn… Kurang ajar kamu yaaahh… Aaahhhh… Aaahhhhh” Desah pak ustadz karena saking kesalnya pada akhwat yang sudah menggodanya.
“Aaaahhhh… Aku emang lonte paaakkk… Aaahhh aku emang seperti ituuu… Aahhh makanya hukum aku paakk… Hukumm akuuu dengan kenikmatan yang ustadz berikan” Desah Nayla yang jadi teringat persetubuhannya dengan pak Dikin.
Meski dirinya kali ini dimaki berulang kali. Namun kali ini, ia tidak menyesal. Ia justru menikmati kebinalannya yang nampaknya sudah masuk ke dalam darah dagingnya.
“Aaaahhh dasaaarrr lonte siaalaaannn… Aahhhh… Aaahhh 'astaghfirulaahhh'… Saya sampai berkata kasar gara-gara ukhty ini… Terima iniii… Terima hukuman saya iniiii !”
“Aaahhh iyaahh paakk… Aaahhh ampuunnn… Ampunnn… Aahhh sodokan ustaadzz kuat bangeettt !”
Tangan pak Ustadz kemudian memegangi tangan Nayla. Pak ustadz menarik kedua tangannya. Ia lalu menyilangkan tangan Nayla hingga membuat susu bulatnya seperti dijepit oleh lengan mulusnya.
Tangan kanan pak ustadz mendekap tangan kiri Nayla begitu juga sebaliknya. Mata pak ustadz menatap tajam wajah Nayla begitu juga sebaliknya. Nayla dengan binal menatap wajah tua itu. Mata mereka saling pandang. Nafsu mereka saling membakar. Gairah birahi mereka saling merangsang yang membuat kedua insan itu sama-sama tak mampu untuk menahan diri lagi.
“Aaahhhh ustaaddzz… Aaahhhhh aku mau keluaaar… Akuu mau keluaaar” Desah Nayla yang akhirnya akan mendapatkan orgasmenya.
“Aaahhh sayaa jugaaa… Aaahhhh rasakaannn ini… Rasaaakaaannn !” Jerit pak ustadz yang membuat sodokannya semakin kuat.
'Plookk… Plokkk… Plokkk !!!'
“Aaahhh iyaahhhh… Iyahhhh… Iyaahhhh” Jerit Nayla tak kuasa menahan diri lagi.
Nafas mereka bertemu. Nafsu mereka sama-sama tak mampu mereka bendung. Tatapan mata mereka sama-sama panas. Gejolak birahi telah menguasai diri. Hanya orgasme lah yang mampu menghentikan kegilaan mereka sekarang ini.
“Aaaahhh ukhhtyyy… Ukhtyyy… Saya hampiirr keluaaar” desah pak ustadz sambil terus menatap mata Nayla yang merupakan fetishnya.
“Aaahh aku jugaaa… Aku jugaaaa” jerit Nayla semakin keras sambil memandangi kulit keriput pemuasnya.
Pak Amin sebagai kameramen langsung bersiap mengambil posisi untuk merekam momen langka ini. Tepat saat pak ustadz menancapkan penisnya sedalam-dalamnya, pak Amin langsung merekam ekspresi wajah mereka yang jelas-jelas mengatakan kalau mereka itu sudah berada di ambang batas.
“Aaaahhhh kelluuaaarrrr !!!” Jerit mereka bersamaan.
'Ccrroottt… Ccrroottt… Ccrroottt !!!'
Pak ustadz langsung ambruk setelah memenuhi rahim Nayla menggunakan spermanya. Nafasnya terengah-engah. Dadanya terasa sesak. Lututnya sampai lemas setelah menghukum akhwat yang sudah berulangkali menggodanya.
Nayla pun sama, jelas terlihat di ekspresi wajahnya kalau dirinya benar-benar puas setelah menggoda ustadznya. Ia lalu tersenyum membayangkan dirinya yang sampai menggoda seorang kiyai pondok pesantren. Tubuhnya pun lemas. Kedua tangannya ia rentangkan di kanan kiri tubuhnya. Matanya memejam. Ia tak peduli dengan banyaknya sperma yang memenuhi rahimnya.
'Akhirnyaaa… Puas banget… Hah… Hah… Hah…'
Batin Nayla tersenyum senang.
'Hidup itu pilihan yah, ustadz ? Aku sudah memutuskan… Aku bakal jadi lonte aja… Aku bakal jadi pemuas nafsu aja… Aku tau konsekuensinya kok... Aku gak mau tobat dulu karena aku gak mau tersiksa gara-gara nafsuku yang gak terlampiaskan... Ngomong'-ngomong, 'aku jadi gak enak deh sama pak Urip yang aku hindari belakangan ini, bukannya ngasih jatah, aku malah ngehindar buat nyari pria tua lain… Jadi kasian deh sama pak Urip… Hihihihi…'
Batin Nayla senyum-senyum sendiri.
'Hah… Hah… Hah… Astaghfirullah… Lagi-lagi keluar… Saya bahkan keluar di rahimnya… Gimana ini ?'
Batin pak ustadz sepuh itu saat mendapatkan kembali akal sehatnya.
Pak Ustadz pun bangkit lalu menatap wajah cantik itu. Wajah yang sudah bersimpuh sperma itu tersenyum. Rasa benci yang tadi dirasakannya seketika berubah jadi rasa nafsu yang membuatnya jadi ingin mengeluarkan spermanya lagi di rahim sempitnya itu. Tapi sayang, penisnya sudah lemas. Cadangan spermanya juga sudah habis. Ia pun hanya terengah-engah sambil menatap wajah cantik itu.
'Dasar ukhty penggoda… Bisa-bisanya wanita secantik dirimu menjadi lonte pemuas nafsu pria-pria tua di jalanan… Alih-alih gitu, mending jadi istri kedua saya aja…'
Batinnya saat terpana menatap wajah cantik itu.
Ustadz itu jadi semakin gemas saat Nayla dengan malu-malu membuang muka saat menghindari tatapan matanya. Hatinya luluh. Ia tak lagi membencinya. Ia tak lagi menyesalinya. Alih-alih marah, ia malah jadi nafsu pada kebinalan akhwat cantik itu.
Gimana ? Ustadz puas ? Tanya Nayla yang membangunkan lamunan ustadz sepuh itu. Apalagi terlihat jelas kalau dirinya tengah tersenyum manis melalui kedua matanya yang membuat ustadznya itu ikut tersenyum.
Saya puas banget, ukh jawab ustadz Burhan ikut yang membuat akhwat cantik itu malu-malu saat menatap pejantannya itu.
MEF3VO3
https://thumbs4.imagebam.com/4a/9a/ce/MEF3VO3_t.jpg 4a/9a/ce/MEF3VO3_t.jpg
'NAYLA
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 24
SATU PERMINTAAN
Nayla senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian kemarin ketika dirinya dengan binal menggoda seorang ustadz sekaligus kiyai dari pondok pesantren. Niat awalnya yang ingin berkonsultasi justru berakhir dengan pertempuran ranjang gara-gara birahi yang tidak mampu mereka tahan lagi.
Apalagi saat mengingat sifat ustadznya kemarin. Mau tapi malu. Dengan kenikmatan yang ia berikan, ia mampu membuat ustadznya luluh sehingga menikmati goyangannya kemarin.
Bahkan setelah persetubuhan berakhir, ia dengan sopan ditawari sarapan oleh ustadz Burhan. Pak Amin yang merupakan penggemarnya langsung memasaknya dengan penuh cinta. Saat hidangan sudah siap. Nayla yang lapar pun memakan semuanya hingga habis tak tersisa. Ia bahkan diberi tahu kapan saja jadwal liburnya agar dirinya secara diam-diam bisa mengunjungi rumahnya lagi agar bisa menikmati penis saktinya lagi. Nayla hanya tertawa saat itu. Nayla pun tidak berjanji tapi akan mengusahakan untuk mengunjungi rumahnya suatu saat nanti.
“Dasar, semua cowok sama aja… Dikasih selangkangan malah ketagihan… Kalau seorang kiyai aja gitu apalagi yang kayak model pak Urip ? Hihihii” Lirihnya sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya.
Pagi itu, suasana hatinya tengah baik gara-gara kepuasan yang ia dapat kemarin. Nayla dengan penuh hati memasak sarapan untuk suaminya yang tengah menonton acara televisi pagi. Ya, suaminya tidak masuk kerja karena hari ini merupakan hari libur nasional. Nayla sendiri terkejut saat mengetahuinya tadi, efek dirinya yang sudah lama tidak bersekolah, ia jadi tidak tahu kapan saja waktunya hari yang bertanggalan merah.
'Tapi kalau kayak gini, bakal sulit nih buat nyetor diri ke pak Urip…'
Batin Nayla yang sebenarnya ingin menyerahkan diri ke pak Urip.
'Apa libur dulu kali yah ? Baru besoknya aku setorannya ke pak Urip ? Iya sih, kemarin aja udah puas banget, mana pak Amin ikut-ikutan juga lagi hihihi…'
Batinnya saat teringat kembali kegilaannya kemarin.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Setelah ia menyantap sarapannya bersama suami. Ia sudah mandi bahkan sudah berganti baju dengan pakaian rapih di dalam rumahnya sendiri. Nayla yang sekarang sedang menyapu teras depan tiba-tiba dikejutkan oleh suara salam dari seorang akhwat yang menyapa dirinya.
“Assalamualaikum, Nay” sapa akhwat itu yang membuat Nayla menolehkan wajah cantiknya ke arahnya.
“Walaikumsalam, eh siapa yah ?” lirih Nayla yang sekilas tidak terlalu mengenalnya.
“Ini aku, Nay… Masa gak tau ? Coba inget suaraku… Coba liat suamiku…” Ucap akhwat itu sambil memperkenalkan suaminya yang ada di sebelahnya.
“Assalamualaikum” Sapa laki-laki tampan itu dengan nada suaranya yang berat.
“Walaikumsalam… Hmm aduh siapa yah ? Tapi kayak inget tapi kok lupa” Jawab Nayla yang jadi tidak enak gara-gara tidak mengingat suara serta suami yang ada di sebelahnya.
“Hihihih ini aku, Nay… Reni… Makasih yah waktu itu udah dateng ke pernikahanku” Jawab Reni yang membuat Nayla terkejut.
“Eh beneran ini kamu Ren ? Serius ? Pantes suaranya kayak kenal tapi gak nyangka banget sekarang kamu pake cadar juga ? Ihhh seneng deh ada temen yang berhijrah juga” Kata Nayla yang langsung menghampiri lalu memeluk sahabatnya itu.
“Hihihhi iyya nih semua gara-gara suami aku… Aku diminta pake cadar dan akhirnya kayak gini deh” Jawab Reni sambil membalas pelukan Nayla dengan erat.
“Sudah aku duga… Suami kamu kan sholeh, sempet kepikiran juga gimana kalau nanti Reni pake cadar, eh beneran dong… Bagus deh hihihi” Kata Nayla yang sangat senang melihat sahabatnya berhijrah seperti dirinya.
“Hihihih doain yah semoga bisa istiqomah” Kata Reni tersenyum.
“Hihihih pasti… Yuk masuk Ren… Yuk masuk mas” Kata Nayla mengajak kedua tamunya itu masuk.
“Iya” Jawab suami Reni dengan tegas sambil merangkul pinggang istrinya dengan erat.
Miftah yang kebetulan sudah berganti pakaian dengan kemeja santai terkejut saat melihat ada tamu yang wajahnya tidak terlalu ia kenal.
“Mas kenalin, ini temen aku Reni… Ini suaminya… Ini Reni yang rumahnya di puncak itu loh mas… Yang aku sampe hujan-hujanan buat ngehadiri pernikahannya” Kata Nayla memperkenalkan temannya.
“Oalah, silahkan duduk… Saya Miftah, suaminya Nayla” Kata Miftah menjabat tangan suami Reni.
“Saya Hafidz, suaminya Reni” Kata Hafidz membalas senyuman Miftah.
Sembari mereka duduk lalu mengobrol-ngobrol. Nayla dengan segera menuju ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk kedua tamunya. Nayla yang saat itu mengenakan gamis berwarna merah muda memeras beberapa limun ke dalam sendok takar sebelum membagikannya ke beberapa gelas untuk kedua tamu juga suaminya. Akhwat cantik yang menutupi sisi kepalanya dengan hijab berwarna putih itu lalu menuangkan air dingin sebelum menaburkan beberapa sendok gula untuk memberikan rasa manis pada es limun buatannya. Tak lupa ia memberikan hiasan limun pada tepi gelas untuk memberikan nuansa 'aesthetic' pada es buatannya. Ia lalu memberikan masing-masing gelas sedotan agar memudahkan sahabatnya untuk meminumnya meski dengan cadar yang dikenakannya. Sebagai seorang sahabat, ia ingin menyambut kedatangan Reni & suaminya sebaik mungkin dengan menghidangkan minuman yang merupakan favorit sahabatnya sejak lama.
“Oh jadi begitu yah hahahah” tawa Miftah saat mengobrol dengan tamunya. Kebetulan saat itu istrinya datang. Miftah pun menoleh saat mendengar suara lembut istrinya.
“Ini minumannya mas, ini buat Reni, ini buat mas Miftah” Kata Nayla dengan sopan saat membagikan es limun buatannya.
“Waaahhhh Es limun kesukaan aku… Makasih banget yah Nay” Kata Reni sambil tersenyum saat menerima minumannya itu.
“Loh, kalian udah janjian yah ? Kok baju kalian samaan ?” Tanya Hafidz saat melihat adanya kemiripan antara pakaian yang Nayla kenakan juga pakaian yang istrinya kenakan.
“Loh iya, kok mirip yah… Padahal kita gak janjian loh hihihih” Tawa Reni yang juga baru menyadarinya setelah melihat gamis yang sahabatnya kenakan.
“Hihihi namanya juga sahabat, pasti kita udah bertelepati nih biar bisa pake baju yang samaan” Jawab Nayla yang membuat suaminya tersenyum di sebelahnya.
MEG0789
https://thumbs4.imagebam.com/20/d1/43/MEG0789_t.jpg 20/d1/43/MEG0789_t.jpg
'NAYLA & RENI
Mereka pun mengobrol panjang lebar mengenai kenangan juga kegiatan yang Reni lakukan pasca menikah. Miftah pun membahas pekerjaan sekaligus memberikan beberapa tips agar bisa menjadi suami yang baik untuk Hafidz. Tak jarang senyum mereka berempat saling tukar. Tak jarang obrolan-obrolan yang mereka dengar tersimpan di hati karena pas dengan apa yang mereka butuhkan saat ini. Tak jarang mereka juga tertawa lepas setelah mendengar candaan yang dikeluarkan oleh salah satu dari mereka.
Tepat saat itu, seorang pembantu bertubuh tambun yang baru saja bangun memasuki rumah majikannya untuk memulai pekerjaannya.
“Loh kok rame” Kata pak Urip yang membuat keempat manusia berparas indah itu menoleh menatapnya.
“Eh pak Urip…” Kata Miftah yang menyadari kehadiran pembantu tuanya.
“Oh hehe lagi ada tamu yah pak… Yaudah saya kerja diluar aja dulu… Maaf ganggu”
Pak Urip yang menyadari adanya tamu jadi merasa tidak enak. Awalnya ia terkejut setelah melihat banyaknya orang di rumah majikannya. Ia mendadak pesimis. Kesempatan untuk menyicipi majikannya jadi semakin kecil.
'Kenapa sekarang jadi susah yah buat ngentotin non Nayla ?'
Batin pak Urip sambil diam-diam mengintip majikannya dari kejauhan.
Meski sempat pesimis, namun saat melihat kecantikan di wajah majikannya, ia yang sudah lama absen tidak menggagahi majikannya jadi bertekad agar bisa menikmati kehangatan tubuh majikannya di hari ini. Ia tidak mau tahu. Pokoknya, hari ini penisnya harus bisa menancap di dalam vagina majikannya lagi.
“Apalagi kalau akhwat di sebelahnya ikut gabung hehehe… Siapa yah dia, kok sekilas mirip non Nayla” Lirih pak Urip saat matanya kembali mengintip akhwat cantik yang duduk di sebelah lelaki tampan yang memiliki tubuh kekar itu.
“Siapa itu di sebelahnya ? Suaminya yah ? Hakhakhak… Akhwat kalau udah nikah jadi makin cantik deh… Moga aja kapan-kapan saya bisa nyicipin akhwat itu juga… Siapa yah dia ? Temennya non Nayla kah ?” Lirih pak Urip sambil terus mengamatinya diam-diam.
Sementara itu,
“Tadi siapa Nay ?” Tanya Reni.
“Oh itu pembantu rumah aku… Udah gak usah dipeduliin… Hihihi” Jawab Nayla sambil tersenyum lalu diam-diam melihat ke arah luar untuk mencari-cari pria tua itu.
'Pak Urip baru dateng yah ? Hmmm ngeliat pak Urip dateng kok malah bikin aku nafsu aja sih… Aneh deh, padahal kemarin udah puas banget main sama pak Ustadz… Tapi pas ngeliat pak Urip dateng, rasanya kok jadi pengen lagi sih…'
Batin Nayla yang bingung akan nafsu besarnya.
Hampir satu jam mereka mengobrol. Akhirnya, Reni dan suaminya izin pamit karena kebetulan ada urusan lain yang ingin mereka lakukan selama di ibu kota ini. Nayla tersenyum. Ia dan suaminya berdiri di teras rumah sambil mengantar kedua tamunya itu pulang.
“Hati-hati yah Ren di jalan… Jangan lupa baca doa dulu” Kata Nayla yang sudah rindu pada sahabatnya itu.
“Iyya Nay… Pasti hihihih” Jawab Reni sebelum masuk ke dalam mobil suaminya.
“Kami pergi dulu yah… Wassalamualaikum” Ucap Hafidz.
“Walaikumsalam” Nayla & Miftah pun menjawab salam. Nayla melambaikan tangan sedangkan Miftah hanya merangkul pinggang istrinya sambil tersenyum melihat kedua tamunya pergi meninggalkan rumahnya.
“Hakhakhak… Udah pada pergi yah ? Akhirnya saya bisa mulai beraksi buat menikmati non Nayla lagi” Lirih pak Urip yang diam-diam mengamati mereka dari kejauhan.
“Yah udah pergi” Kata Nayla menatap suaminya.
“Hahaha kapan-kapan kalau ada waktu bisa ketemu lagi kok” Senyum Miftah membalas tatapan istrinya.
“Iyya mas… Semoga bisa ketemu lagi yah… Aku udah kangen lagi nih” Kata Nayla yang membuat suaminya tertawa.
Baru aja sebentar masa udah kangen lagi sih... Sama mas gitu juga gak nih ? Tanya Miftah sambil merangkul pinggang ramping istrinya.
“Hihihi kalau itu pasti dong… Hihihihi” tawa Nayla sambil membalas perlakuan suaminya dengan memeluknya erat. Nayla dan suaminya pun kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan aktifitas di hari liburnya.
Melihat majikannya masuk ke dalam rumah. Diam-diam pak Urip mengendap-ngendap menuju teras rumah majikannya. Langkah demi langkah ia lakukan. Wajahnya juga menoleh ke sekitar untuk melihat keadaan. Sesampainya di teras, ia melihat Miftah sedang menuju ke kamarnya. Hal ini membuat pak Urip tersenyum. Ia dengan buru-buru memasuki rumah apalagi saat melihat Nayla sedang menuju dapur sambil membawa gelas kosong yang tadi berisi es limun buatannya.
“Wah sampai bersih gini… Pada suka es buatanku nih hihihi” tawa Nayla sesampainya di wastafel.
Ia menaruh keempat gelas itu lalu hendak mencucinya menggunakan 'sunlight' yang tersedia disamping wastafel.
Namun tiba-tiba, sesuatu yang tak disangka-sangka terjadi.
“Eeeehhhhh” Jerit Nayla saat merasakan adanya remasan yang ditujukan pada dada bulatnya dari arah belakang.
“Hakhakhak… Akhirnya ketangkep juga dirimu, non” Kata pak Urip yang membuat Nayla terkejut karena tidak menyadari keberadaannya.
“Bapaaakkk” Lirih Nayla sambil melihat ke belakang.
MEG0B4R
https://thumbs4.imagebam.com/ac/d1/63/MEG0B4R_t.jpg ac/d1/63/MEG0B4R_t.jpg
'RUANG TAMU & DAPUR
Tepat saat itu, Miftah sudah kembali ke ruang tamu untuk menonton acara televisi pagi. Dari posisi Nayla saat ini, Miftah tengah duduk anteng membelakangi mereka berdua. Ia dengan asyik menikmati acara televisi dengan suara keras tanpa tahu, kalau dibelakangnya, istrinya tengah dilecehi oleh pembantunya. Hal ini pun dimanfaatkan oleh pak Urip untuk segera menikmati boneka seksnya.
“Sudah berapa lama non menghindari saya ? Kenapa sih non ngehindar dari saya ? Jangan bilang non bosen yah main sama saya ?” Tanya pak Urip sambil meremas kuat payudara majikannya.
“Aaaahhhh… Bukaaannn… Bukan seperti itu pak… Bukan itu maksud aku… Mmmpphhhh” desah Nayla sampai memejam merasakan betapa kuatnya remasan pembantunya.
“Hakhakhak lalu apa ? Kenapa non tega ninggalin saya yang lagi sange ?” Tanya pak Urip lagi sambil terus meremasi susu majikannya.
“Ituuu… Ituuu karena aku ada urusan mendadak paak… Mmpphhh iyaahh… Aku harus buru-buru keluar… Soalnya kalau aku ngelayani bapak dulu… Aku pasti bakal ditahan sama bapak di rumah sampai bapak bisa puas” Kata Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak tau aja kalau kebiasaan saya, non… Jadi bukan karena non ninggalin saya kan ? Non gak sejahat itu kan ke saya ?” Tanya pak Urip lagi kali ini sambil menekan-nekan puting susunya dari luar gamisnya.
“Aaaaahhhh… Aaahhh… Aaahhh… Enggak pak… Aku gak sejahat itu… Lagian aku juga kangen sodokan bapak kok… Mmpphhh” Jawab Nayla berbohong demi menenangkan rasa kesal dari pembantu tuanya itu.
“Hakhak maafin saya yang udah 'suudzon' ke non… Saya kira non udah gak mau main lagi sama saya… Tapi sekarang tau kan maksud kedatangan saya kesini mau apa ? Sudah beberapa hari ini loh, kontol saya gak muntah… Kontol saya udah kangen pengen ngejebol memek non yang sempit ini” Kata pak Urip saat tangan kirinya turun tuk menekan vagina majikannya dari luar gamisnya.
“Aaaahhhh… Heem aku tau paaakk” Desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Kalau gitu… Saya pengen njebol memek non sekarang… Saya udah gak kuat lagi… Kontol saya pengen dijepit oleh memekmu lagi, non” Kata pak Urip yang langsung menaikkan rok gamis majikannya.
“Eehhh paaak… Eehhh disini ? Bapak mau main disini ?” jawab Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Mau dimana lagi emangnya ? Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil menurunkan celana dalam majikannya. Ia juga memposisikan tubuh majikannya untuk menghadap ke arah suaminya berada.
“Tapii paakk… di depan ada suami aku… di depan ada mas Miftah pak… Gimana kalau nanti mas Miftah tau” Kata Nayla panik. Matanya pun melirik ke arah depan. Suaminya terus menonton berita televisi pagi dengan volume suara yang amat sangat keras. Untungnya, hal itu lah yang membuat percakapannya dengan pak Urip tadi tidak di dengar oleh suaminya.
“Hakhakhak… Tenang non, suami mbak lagi fokus nonton kok… Nah, mumpung suami mbak fokus nonton, mending kita fokus ngentot aja… Gimana ?” Tanya pak Urip yang sudah menurunkan celananya selutut dan bersiap untuk menusukkan batang penisnya ke dalam vagina majikannya.
“Tapi paaakk… Tapiii… Nanti kan… Akuuu… Mmmpphhhh” Desah Nayla sambil memejam saat pentungan pembantunya keburu nyelip di dalam vagina sempitnya.
Nayla yang saat itu masih berdiri sambil memegangi tepi meja di dapur, pasrah ketika pembantunya dengan penuh nafsu kembali memasukkan batang penisnya ke dalam vagina majikannya. Terasa penis yang begitu besar, panjang dan berurat itu masuk menuju titik terdalam vaginanya. Terasa gesekannya yang membuat Nayla merem melek merasakan kenikmatannya. Mulut Nayla pun membuka dari balik cadarnya. Matanya ia tahan agar terus membuka agar dapat melihat pergerakan suaminya agar tindakan bejatnya itu tidak diketahui oleh Miftah.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEG0788
https://thumbs4.imagebam.com/d5/bd/83/MEG0788_t.jpg d5/bd/83/MEG0788_t.jpg
'NAYLA
“Aaaahhhh akhirnyaa… Gimana non ? Enak kan ? Hakhakhak” tawa pak Urip yang langsung menggerakkan pinggulnya pelan.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Enak paakk… Mmpphhh tapii buruan… Cepet keluarin pak… Jangan sampai ketahuan” Kata Nayla was-was.
“Tenang aja non… Saya pasti akan mengeluarkannya kok… Tapi kalau buru-buru mah enggak yah, karena saya juga ingin menikmati non lebih lama lagi” kata pak Urip yang membuat Nayla menoleh ke belakang merasa kurang setuju dengan keputusan pembantunya itu.
“Paakkk… Buruann ihhh… Jangan dilama-lamain… Bapak boleh make aku lagi nanti kok… Tapi kalau sekarang jangan lama-lama!” kata Nayla berdebar.
“Hakhakhak… Mau lama mau cepet itu terserah saya dong… kalau make non nanti jelas saya akan make non lagi… Jadi non liat ke depan aja yah… Liat pergerakan suamimu itu… Karena saya mau merem sambil menikmati jepitan memekmu ini” Jawab pak Urip yang seolah acuh apabila dirinya ketahuan nanti.
“Aaaahhhh… Mmpphhh… Mmpphhh… Tapii pakkk… Ayooo cepett keluariinn” desah Nayla yang perasaannya berbanding terbalik dengan pembantunya. Kalau pak Urip tak peduli apabila aksi mereka ketahuan, Nayla justru tidak mau apabila aksi mereka ketahuan. Ia semakin kesal saat melihat pembantunya itu beneran merem bahkan sambil mempercepat sodokannya. Ia akhirnya kembali menatap ke depan. Ia dengan was-was menatap suaminya sambil menahan suaranya agar tidak terdengar keras ditengah hantaman pinggul pembantunya yang semakin keras.
“Aaaaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmat banget memekmu ini nonnn… Aaahhh akhirnya bisa ngentot dirimu lagi… Aaahh puasnyaa… Puasnyaaa” Desah pak Urip sambil memejam ditengah hujamannya yang semakin cepat.
“Mmpphhhh… Mmphhh… Ayoo pakkk keluariinn… Mmpphh… Aaahhhh” desah Nayla yang nyaris menjerit. Ia bahkan sampai harus mengangkat satu tangannya untuk menutupi mulutnya agar suaranya tidak keluar keras. Ia terus pasrah menahan sodokan pembantunya dengan satu tangannya yang terus bertumpu pada meja di depannya.
Nayla berulang kali tergerak maju mundur. Desahannya meski tertahan, rupanya masih cukup keras yang untungnya masih kalah dengan suara televisi yang suaminya tonton. Terlihat tangan pembantunya mulai menarik pinggul Nayla ke belakang. Tumpuan tangan Nayla pun terlepas dari meja didepannya. Saat mereka sama-sama berdiri dalam posisi Nayla membelakangi. Tangan pak Urip mulai menerkam susu bulat majikannya lagi. Nayla nyaris menjerit. Wajahnya sampai menoleh ke belakang karena rasa sakit. Ia tak menyangka pembantunya bakal meremas susunya dengan penuh tenaga seperti ini. Pak Urip terus menggenjotnya. Nayla yang masih mengenakan pakaian lengkap dengan rok gamis yang terangkat itu terus pasrah menerima sodokan pembantunya dari belakang.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhhh”
Wajah Nayla terangkat naik. Mulutnya ia buka selebar-lebarnya. Rasa persetubuhannya jadi semakin nikmat saat nafsunya kian bangkit menguasai tubuhnya. Vaginanya sudah semakin basah. Penis pembantunya juga semakin besar dan keras yang membuat birahinya semakin tak terkendali di dalam tubuhnya ini.
“Aaahhh paakk… Aahhh terusss…. Terusss aahhh… Aaahhhh” desah Nayla yang ikut memejam saat tusukan pembantunya semakin nikmat.
“Hakhakhak… Mulai enak kan non ? Itu yang saya rasain daritadi… Ayo nikmati kontol saya ini… Rasakan tusukannya… Rasakan tusukan kontol saya yang semakin dalem ini” Bisik pak Urip di telinga majikannya yang membuat nafsu Nayla semain membesar.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhh iyahhh… Enak bangeett paaakk… Enak banget sodokan bapaaakk” desah Nayla sambil terus memejam merasakan nikmatnya bercinta dengan pembantu tuanya.
Tiba-tiba.
“Deeekkk… Deekkk… Remot tivinya dimana yah ?” Tanya Miftah tiba-tiba yang mengejutkan mereka berdua.
Pak Urip dengan sigap langsung mencabut penisnya lalu berjongkok di belakang Nayla. Nayla juga buru-buru menurunkan rok gamisnya lalu menarik nafasnya kuat-kuat untuk mengendalikan nafsunya agar terlihat biasa saja di depan suaminya.
Kebetulan saat itu Miftah menoleh ke belakang. Wajah mereka bertemu, Nayla lega karena aksinya di pagi hari ini tidak diketahui oleh suaminya.
“Ketindihan bantal kali mas…. Adek juga gak tau” Jawab Nayla berpura-pura sibuk.
“Ehh masa ? Oh iya ini… Hehe maafin mas yah” Kata Miftah yang membuat Nayla berpura-pura tersenyum.
“Huh dasar” celetuk Nayla. Namun saat matanya menoleh ke bawah untuk melihat keadaan pembantunya. Ia terkejut bukan main saat melihat pak Urip sudah menelanjangi tubuhnya lalu tiduran terlentang diatas lantai dapurnya.
“Pak! Kok telanjang bulat?!” lirih Nayla saat menoleh ke bawah.
Penis pak Urip yang sudah berdiri tegak itu dikocoknya hingga mata Nayla teralihkan padanya. Nayla sampai menenggak ludah. Ia benar-benar kagum pada penis yang sudah berulang kali memberinya kenikmatan birahi. Apalagi dengan tubuh telanjang pembantunya yang membuat fetishnya selama ini semakin bangkit. Nayla semakin bernafsu. Sesekali matanya melirik suaminya di depan lalu sesekali melirik pembantunya di bawah.
“Ayok sini non… Tunggangi saya… Kontol saya udah pengen dijepit lagi nih…. Hakhakhak” Bisik pak Urip yang membuat Nayla semakin tergoda untuk menikmati penis favoritnya lagi.
“Mmpphhh iyah pakk… Sebentar” Kata Nayla sambil melepas celana dalamnya yang sedari tadi menyangkut di lututnya. Ia lalu kembali mengangkat rok gamisnya hingga vaginanya terlihat. Saat menyadari kalau suaminya kembali fokus menonton acara televisi, perlahan-lahan Nayla mulai menurunkan tubuhnya untuk menaiki penis pejantan tuanya. Dalam sekejap, kelamin mereka pun kembali berhadapan.
“Hakhakhak cantiknya non ini kalau mau menuruti permintaan saya” puji pak Urip saat melihat kebinalan Nayla dari bawah.
Wajah Nayla pun jadi memerah. Ia heran, kenapa ia sangat senang dengan pujian yang diberikan oleh pembantu tua itu. Dengan perasaan berdebar, akhwat binal itu mulai menurunkan tubuhnya. Bibir vaginanya kembali terbelah saat tertusuk oleh ujung gundul penis pembantunya itu lagi. Tubuhnya bergetar, merasakan kenikmatan dari besarnya penis pembantunya itu. Nayla sungguh puas, ia jadi tak tahan untuk mengekspresikan semuanya melalui desahan.
“Mmmpphhhhh paaakkkk” Desah Nayla dengan nada yang amat pelan.
Meski aksi mereka terhalangi oleh meja tinggi dari posisi Miftah berada, tetap saja ada rasa berdebar yang dialami oleh keduanya, terutama oleh Nayla. Bisa-bisanya ia dengan nekat berzina di balik meja dapur ketika suaminya tengah asyik menonton televisi.
Rasa berdebar yang kemarin ia rasakan saat bercinta di tengah jalan dengan pak Rudi kembali ia alami saat ini. Meski dirinya masih berada di ruangan tertutup. Namun posisi suaminya yang begitu dekat membuat jantungnya terus berdegup.
“Mmpphhh… Aku mulai yah paakk… Mmpphhh… Mmpphhh…” Desah Nayla yang mulai menaik turunkan tubuhnya.
“Hakhakhak ayo non… Goyang yang cepet… Lebih cepet lagi… Aaahhh iyaahhh… Aahhh seperti itu non, ah mantap!” desah pak Urip menikmati goyangan majikannya lagi.
“Aaaahh iyaahh paakk… Aaaahhh kontol bapaak enakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi baju gamisnya akibat tak tahan pada kenikmatan yang ia dapatkan.
“Hakhakhak jelas, kontol saya paling enak di muka bumi ini… Ayo genjot yang kencang… Remes susumu… Angkat gamismu… Tunjukkan ekspresi binalmu pada saya !” Ucap pak Urip dengan penuh nafsu sambil memegangi pinggang majikannya agar tidak terjatuh.
“Aaaahhh iyaahhh… Iyaahhh paakkk… iyaahhhhh” desah Nayla menuruti.
Gamis akhwat binal itu mulai diangkat oleh pemiliknya hingga kedua susunya terlihat. Behanya yang terus menghalangi langsung dilepas olehnya. Tubuhnya terus bergoyang naik turun dikala tangannya terus meremasi susunya tanpa ampun.
Ekspresi wajah binal Nayla terlihat. Matanya merem melek menikmati sodokan serta remasan. Suara desahannya diperkeras. Ia benar-benar kehilangan kendali pada tubuh indahnya lagi.
“Aaaahhh bapaaakkk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil memelintir puting susunya sendiri.
Tubuh Nayla ambruk menindihi tubuh pembantunya. Meski demikian, pinggulnya terus saja beraksi naik turun tuk memuasi nafsu pembantunya. Benar-benar kenikmatan sejati. Nayla merasakan gairah birahi yang berapi-api. Matanya pun menatap wajah pembantunya. Puting susunya kini bersentuhan dengan tubuh polos pembantunya. Deru nafasnya yang hangat keluar menerpa wajah pembantunya meski terhalang kain cadarnya. Nayla benar-benar bernafsu. Ia sangat bernafsu ketika bersetubuh dengan pak Urip yang merupakan fetishnya saat ini.
“Aaaahhhh paaakkk… Aaahhhh… Aaahhh… Aku gak kuat lagi… Tolong sodok aku pak… Sodok memekku yang kencang” kata Nayla yang jadi ingin menyudahi gara-gara tak kuat menahan birahi lagi.
“Hakhakhak baiklah non… Non tiduran yah” kata pak Urip yang mengubah posisi.
Nayla ditidurkan diatas lantai dapurnya. Pak Urip yang sudah bertelanjang bulat memposisikan diri di depan kaki Nayla yang ia buka lebar-lebar ini. pak Urip menjilati bibirnya yang kering. Ia benar-benar bernafsu pada keindahan akhwat yang ada di hadapannya saat ini.
“Angkat lagi non gamisnya biar gak ngehalangin susunya” perintah pak Urip saat gamisnya itu menutupi keindahan susu bulatnya.
“Mmpphh iyaahh pak… Sudah… Ayo buruan” Ucap Nayla dengan binal sambil melebarkan lubang vaginanya tuk menggoda nafsu pembantunya.
“Hakhakhak iyaa non… Sabar… Sabar…” kata pak Urip yang mulai kembali mendekatkan penisnya tuk memasuki lubang vaginanya.
“Mmmpphhh bappaaakk… Aaaaaaahhhh” desah Nayla saat penis pak Urip perlahan kembali masuk ke dalam sarang terhangatnya.
“Ouuhhh mantappnyaaa… Aaahh yaahh…. Mmpphhhh” desah pak Urip sambil merem melek akibat tak kuasa menahan kenikmatan birahinya.
“Uuuuuhhhh paaakkkk… Mentokk paakk… Jangan didorong lagii… Aaahhh… Aaaaaahhhh” desah Nayla sambil memejam lalu kepalanya ia dorongkan ke belakang. Kedua tangannya menahan beban tubuh pembantunya. Tusukan pak Urip semakin terasa, meski sudah mentok, pembantu tambun itu terus memaksa mendorong hingga dinding rahimnya tersundul oleh ujung gundul penis pembantunya.
“Hakhakhak… Nikmatnyaaaa… Saya mulai yah… Hakhakhak” tawa pak Urip bersiap untuk memuasi nafsu majikannya lagi.
“Iyyahh paakkk… Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh terusss… Aaahhh lagii paakkk… Aaahhhh sodok aku yang kencang!” desah Nayla bernafsu.
“Aaaahhhhh… Aaaahhhh…. Sabaar non… Jangan buru-buru… Kita nikmati aja dulu” desah pak Urip sambil menatap wajah binal majikannya dikala pinggulnya terus menggempur rahim sempit majikannya itu.
Sodokan yang awalnya pelan lama-lama jadi semakin cepat. Penis pak Urip yang besar terus mengobok-ngobok lubang sempit vagina majikannya yang begitu menjepit. Terasa, cairan hangat yang memenuhi rahim majikannya, terasa cekikan yang membuat penisnya nyaris berkedut merasakan jepitannya. Nafas pak Urip memberat, dengan penuh nafsu matanya menatap wajah majikannya yang semakin binal itu.
“Aaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh… Teruss… Teruss paakkk” desah Nayla sambil membalas tatapan penuh nafsu dari pembantunya itu.
Mata mereka bertemu. Birahi mereka bersatu. Deru nafas mereka keluar, merangsang nafsu mereka yang kian membesar. Sodokan demi sodokan terus dilontarkan oleh pembantu mesum itu. Desahan demi desahan terus dikeluarkan oleh mulut manis akhwat binal itu.
Betapa beruntungnya pak Urip yang bisa memunculkan sisi binal dari seorang akhwat yang diikuti oleh ratusan ribu 'followers' itu. Bahkan akhwat manja itu sudah tidak melakukan perlawanan lagi, sebaliknya, ia bahkan rela dizinahi oleh berbagai macam laki-laki, terutama yang sudah aki-aki.
“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Terusss… Ayoo paakkk… Aku mau keluuaaar” desah Nayla yang sudah tak kuasa menahan diri lagi.
Tangannya kembali meremasi susunya sendiri. Tatapannya dengan binal menggoda pembantunya agar bisa mempercepat sodokannya.
“Aaahhhh nonnn… Aaahhh yaahhh… Aaahhhhh rasakan iniii… Siap-siaappp… Saya akan mempercepatnya… Saya akan menghujami rahimmu tanpa ampuunn !!!” desah pak Urip sambil menundukan tubuhnya lalu tangannya memegangi tangan majikannya lalu merentangkannya lebar-lebar.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh terusss paaakk… Terusss… Terusssss” desah Nayla yang semakin menikmatinya.
Susunya bergetar kencang. Benar-benar kenikmatan yang sangat menantang. Bisa-bisanya ia berzina disamping suaminya dalam keadaan tubuh yang setengah telanjang. Mata Nayla memejam. Ia sudah memasrahkan semuanya pada sodokan pembantunya yang semakin berapi-api itu.
“Aaaaaahhhhh… Aaaahhhhhh… Aaaaaahhhhh” desah pak Urip yang semakin kencang menghujam sehingga tubuh majikannya itu terdorong maju mundur di lantai ruangan.
“Aaahhhh… Aaahhh cepat keluarin paakk… Akuuu gak kuat laggiii… Akuu mau keluaar… Aaahhh… Aaahhh”
“Aaahh samaa nonn… Saya jugaaa… Aaahhh saya gak kuat lagii… Rasakaann iniiii… Rasakkaannn” jerit pak Urip ketika tangannya berpindah meremasi susu majikannya.
“Aaahh yahhh… Aaahhh… Aaaahhhh”
'Plokkk… Plokkk… Plokkk !!!'
Pinggul mereka terus mengoplok. Benturan antar keduanya semakin kencang terdengar ditengah persetubuhan yang semakin liar. Terlihat wajah pak Urip yang begitu bernafsu hingga terlihat seperti hewan liar. Pak Urip menyetubuhinya dengan ganas. Sodokannya kian kejam. Erangan-erangan mereka terlampiaskan melalui perzinahan yang begitu memuaskan.
Nafas mereka sama-sama memberat. Lutut mereka sama-sama melemah. Mereka paham, kalau diri mereka sudah tak mampu menahan kenikmatan yang amat sangat ini.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh rasakaann iniiiii… Hennkgghhhh !!!” desah pak Urip yang langsung mementokkan ujung gundulnya menuju titik terdalam rahim majikannya yang membuat akhwat binal itu pun terpancing untuk mengeluarkan orgasme ternikmatnya.
“Aaah bapaakkk… Mmpphhhhhh” desah Nayla saat mendapatkan orgasmenya.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!'
Tangan Nayla sengaja menutupi mulutnya agar desahannya tidak terlampau keras. Tubuhnya mengejang. Matanya memejam. Rasanya begitu nikmat ketika bisa melampiaskan cairan cintanya pada seorang pria tua yang merupakan 'fetish' seksualnya. Sesekali tubuhnya mengejang merasakan sisa-sisa orgasmenya. Ia benar-benar puas. Tubuhnya pun sampai tergeletak dengan lemas.
“Aaaahhhh rasakaann ini…. Uuuhhhhhh” desah pak Urip yang buru-buru menarik lepas penisnya lalu mengarahkannya ke tubuh dari majikan binal itu.
“Aaahhh kellluaaarrr !!!”
'Cccrroott… Cccrroott… Ccrrooottt…'
Sperma pak Urip menyembur membasahi susu bulat dari majikannya itu. Spermanya keluar begitu banyak. Hampir empat sampai lima kali spermanya itu menyembur hingga cairannya memenuhi susu dari majikan seksinya itu.
Tangan pak Urip terus mengocoknya. Matanya merem melek sambil berusaha menatap ekspresi binal wajah majikannya. Dirinya sampai terengah-engah. Rasanya begitu puas ketika berhasil menumpahkan spermanya ke titik cairan penghabisan.
“Hah… Hah… Hah… Puasnyaa… Puasnyaaa” desah pak Urip sambil mengelap ujung gundulnya pada cadar majikannya.
“Hah… Hah… Sama pak… Aku juga” jawab Nayla yang terbaring lemas setelah dihajar oleh pembantunya.
Mata Nayla pun memejam. Ia ingin menikmati waktu kesendiriannya setelah diberi kenikmatan oleh pembantu tercintanya.
“Deeeekkkk… Ddeeeekkkk”
Tiba-tiba terdengar suara suaminya memanggil. Nayla yang tengah memejam langsung membuka matanya lebar-lebar. Pak Urip yang tengah duduk bersantai langsung panik mendengar teriakan dari majikannya itu. Apalagi terdengar suara langkah kaki mendekat yang membuat pak Urip sadar bahwa majikannya itu tengah berjalan kemari. Ia dengan panik buru-buru mengenakan bajunya. Nayla pun buru-buru bangkit lalu menurunkan gamisnya kembali sambil menutupi carian sperma pembantunya yang telah menggenangi susu bulatnya.
“Iyya mas… Ada apa, mmpphhh?” desah Nayla yang baru saja bangkit di posisi duduk lalu merasakan sisa-sisa cairan cintanya yang tiba-tiba kembali keluar melalui lubang vaginanya.
“Cepet non berdiri… Jangan sampai suami non kesini” kata pak Urip yang menyadari kalau celananya terlempar jauh di dekat jalan masuk yang mungkin dilalui oleh Miftah.
Nayla yang panik buru-buru berdiri. Saat berdiri, ia mendapati suaminya sudah berdiri tepat dihadapannya.
“Eh mas, ada apa ?” Tanya Nayla selembut mungkin berusaha untuk menutupi perzinahannya tadi.
Diri mereka hanya terpisah oleh meja tinggi yang membatasi. Nayla dengan wajah panik berusaha menghalangi posisi pak Urip yang sedang ngumpet dibalik tubuhnya. Terlihat wajah suaminya seperti melihat sekitar. Keringat dingin Nayla mulai keluar. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menghalangi suaminya agar tidak melihat keadaan pembantunya yang masih 'bottomless' itu.
“Kayaknya tadi mas denger suaranya pak Urip deh ?” tanya suaminya yang membuat Nayla semakin berdebar kencang.
“Eh masa ? Gak ah… Dari tadi adek sendirian kok disini” kata Nayla berbohong.
“Eh, yang bener ? Mas yakin banget loh kalau mas denger suaranya pak Urip… Mana suaranya keras banget lagi kayak lagi teriak” kata Miftah yang terus curiga.
“Ah gak mungkin mas… Perasaan mas aja kali” kata Nayla berusaha untuk mengalihkan pandangan suaminya.
Tepat saat suaminya menoleh ke belakang. Buru-buru Nayla berjalan ke samping lalu menendang celana pak Urip yang tadi berada di dekat jalan menuju ke ruang tamu rumahnya. Nayla mendekati suaminya. Ia berusaha mengajak suaminya ke ruang tamu.
Nayla pun melihat ke belakang, ia merasa lega ketika pak Urip sudah bisa mengenakan celananya kembali.
“Masa sih perasaan mas aja ?” Tanya Miftah yang masih merasa yakin.
“Iyya kali mas… Eh lagi liat apa mas emangnya ? Berita ?” Tanya Nayla terus mencoba mengalihkan pembicaraan suaminya.
“Iyya nih dek… Berita soal kerusuhan di stadion kemarin” kata Miftah sambil menatap layar tivinya.
“Oalah kok bisa yah nonton bola sampai rusuh gitu… Emang gimana ceritanya mas?” tanya Nayla terus berusaha untuk mengalihkan suaminya.
Suaminya pun menjelaskan semuanya pada Nayla. Nayla hanya mantuk-mantuk berusaha paham. Miftah terus lanjut menjelaskan. Benar saja, Miftah mulai melupakan suara jeritan dari pak Urip tadi. Namun, ada hal aneh yang ia rasakan saat ini. Hidungnya bergerak. Ia mencium aroma yang tidak sedap.
'Hmmm bau apa ini ?'
Seketika wajah Miftah menoleh ke arah gamis istrinya yang terdapat noda lembap.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
*-*-*-*
Siang harinya pada pukul satu tepat.
Hoaammss Miftah menguap sambil memutupi mulutnya.
Matanya berair. Tatapannya ngantuk. Ia jadi ingin tidur gara-gara semalam terpaksa lembur.
Kebetulan Nayla yang duduk disebelahnya memergoki tingkah laku suaminya. Dengan penuh cinta dirinya tersenyum lalu jemarinya mengusap punggungnya lalu menanyakan sesuatu kepadanya.
Mas ngantuk yah ? Tanya Nayla tersenyum.
Hehe iyya nih dek, gak tau kenapa kok mas jadi ngantuk... Kalau mas tidur dulu gimana ? Mumpung lagi libur, mas pengen tidur sebentar jawab Miftah sambil tersenyum menatap istrinya.
Iya gapapa kok mas... Adek juga tau kalau mas pasti capek banget kan ? Mumpung sekarang hari libur, mas bisa istirahat sebentar kok di kamar kata Nayla yang membuat Miftah semakin mencintainya.
Makasih yah dek... Maaf, hari libur bukannya nemenin adek malah pengen tidur nih kata Miftah merasa tidak enak.
Gapapa mas... Adek tau kok perasaan mas... Lagipula, adek juga mau baca novel nih, udah lama adek gak baca novel ini lagi kata Nayla sambil menunjukkan novel yang sedang dibacanya.
Yaudah... Kalau gitu mas ke kamar dulu yah... Mas mau tidur sebentar kata Miftah sambil bangkit dari sofa ruang tamunya.
Iyya mas... Tidur yang nyenyak yah kata Nayla tersenyum menatap suaminya.
Miftah pun berpindah dari sofa ruang tamu menuju kamar tidurnya. Rasa kantuk yang begitu berat membuatnya tak sanggup untuk menahan semuanya. Ia ingin tidur. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya agar bisa lebih segar di sore hari nanti.
Setelah Miftah pergi, Nayla dengan anggun melanjutkan kegiatannya dengan membaca novel genre romansa yang sudah lama tidak ia baca. Kesibukannya gara-gara pekerjaan juga kejar-kejarannya dengan pak Urip untuk menghindari persetubuhan lanjutan membuatnya tak sempat untuk membaca novel favoritnya itu.
Mumpung sekarang hari libur, Nayla pun berniat untuk melanjutkan bacaannya tersebut.
Dengan gamis longgar bermotif bunga-bunga. Dengan hijab biru muda yang membuat wajahnya terlihat awet muda. Akhwat cantik yang sudah berulang kali merasakan lezatnya persetubuhan itu dengan santainya membaca halaman demi halaman novelnya.
Kaki kanannya ia angkat lalu ditaruh diatas paha sebelah kirinya. Matanya dengan fokus membaca kata demi kata. Cadarnya yang sedari tadi menutupi sebagian mukanya itu membuat seseorang yang diam-diam telah mengamatinya dari kejauhan kembali bernafsu pada kecantikan parasnya.
Hakhakhak... Busyet dah, padahal tadi udah keluar banyak... Bisa-bisanya saya sangek lagi sampai pengen ngentotin memeknya lagi lirih pak Urip sambil mengelus-ngelus tonjolan celananya yang semakin membesar.
Lagipula, siapa yang bisa puas ketika hanya menyetubuhi Nayla satu kali. Kemaluan Nayla telah memberikan efek candu bagi para pejantan yang telah menikmatinya. Terutama pak Urip, pejantan awal yang telah mengubah Nayla menjadi akhwat binal.
Hakhakhak mumpung pak Miftah lagi tidur, kenapa gak saya ajak Nayla ngentot lagi ? Kata pak Urip yang diam-diam melepas seluruh pakaiannya lalu dengan santainya berjalan mendekati majikannya.
Pria tua berwajah jelek dengan tubuh gempal serta perutnya yang tambun itu berjalan mendekat menuju tubuh indah majikannya. Sungguh pembantu yang tidak tahu malu. Bisa-bisanya ia dengan pedenya berjalan tanpa memakai baju. Penisnya yang sudah mengeras itu menegak dengan penuh nafsu. Matanya dengan binal menatap lekuk indah dari tubuh majikannya dengan nafas menggebu. Jemarinya ia gerakkan sambil mengocoki penisnya. Penis itu jadi semakin keras. Penis itu jadi semakin besar yang membuatnya semakin tak sabar untuk menggenjot tubuh majikannya dengan kasar.
Hakhakhak lagi baca apa non ? Tanya pak Urip saat duduk di sebelah Nayla sambil tangannya mengocok-ngocok penisnya tuk memancing nafsu majikannya.
Ini pak... Lagi baca nov... 'Astaghfirullah' bapak... Kok telanjang ? Tanya Nayla sampai menyebut gara-gara saking kagetnya pada keberanian pembantunya.
Hakhakhak emang kenapa non ? Non kan udah sering liat saya telanjang... Non juga udah sering menikmati sodokan saya kan ? Tanya pak Urip dengan penuh berani sambil membelai kemaluan majikannya dari luar gamisnya.
Mmpphhh bapaakkk... Tapi kan, ada suami aku pak di kamar... Jangan lagi, entar ketahuan bahaya pak ! Ucap Nayla merinding gara-gara sapuan jemari pembantunya pada titik pusat selangkangannya.
Hakhakhak wong suamimu lagi tidur kok... Makanya, mumpung lagi tidur, gimana kalau kita goyang maju mundur ? Non yang nungging biar saya yang nusuk-nusuk sampe non kencing... Hakhakhak tawa pak Urip sambil terus mengusapi bibir vagina majikannya.
Aaahhh paakkk... Pagi kan udah ? Tolongg jangann lagii... Mmpphh udahh paakk... Entar aku nafsu lagi ucap Nayla sambil menunduk lalu tangannya mencoba menghentikan kemesuman tangan pembantunya pada lubang sempit vaginanya.
Hakhakhak justru saya kayak gini biar non nafsu lagi... Coba liat kontol saya ! Udah ngaceng banget kan ? Mana puas tadi cuma keluar satu kali... Apalagi kalau keluarnya gak didalem... Padahal kan, saya nafsu banget pengen buat non hamil hakhakhaj tawa pak Urip yang terus saja merangsang Nayla hingga membuat akhwat cantik itu benar-benar terangsang gara-gara perbuatan pembantunya.
Mmpphhh paaakkk... Aaahhh... Paakk cukuupppp desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
Hakhakhak gimana ? Mulai enak kan ? Tawa pak Urip sambil menatap wajah Nayla yang semakin bernafsu.
Mmpphhh iyaahh... Enakk paakkk tapiii... Aaahhh... Aaahhhh Nayla pun bimbang harus bagaimana. Pagi tadi ia sudah bercinta. Masa siangnya ia harus kembali melayani nafsu besar pembantunya ?
Namun rangsangan pak Urip benar-benar membangkitkan nafsu birahinya. Tubuh Nayla memanas. Matanya pun teralihkan pada penis pejantannya yang membuatnya semakin gemas.
Hakhakhak, udah, gak usah sok munafik lah yah non... Non nafsu kan ? Non pengen kontol saya kan ? Tanya pak Urip blak-blakan yang membuat nafsu Nayla semakin bangkit.
Iyaahhh... Iyaahh paakk... Akuuu maauuu... Aaahhh... Aaahhh desah Nayla yang begitu mudahnya ditaklukan setelah melalui proses panjang.
Pak Urip tertawa. Dulu ketika awal membinalkannya, Nayla pasti tidak akan takluk semudah ini. Namun sekarang, ia yang berhasil membinalkannya cukup memanen hasil jerih payahnya.
Pak Urip dengan gagahnya menaiki sofa ruang tamu rumah majikannya lalu mengacungkan penisnya dihadapan wajah bidadari pemuasnya. Mata Nayla berbinar. Nafsunya kian besar saat menatap penis hitam itu dengan penuh nafsu.
Angkat cadarmu non... Kontol saya pengen masuk menghujami mulutmu kata pak Urip sambil mengocoknya yang membuat Nayla dengan patuh menurutinya.
Aahhhh iyaahh... Iyaahh paakk... Ayoo masukin... Aku udah siapp... Masukin ke mulutku paaakk kata Nayla sambil mengangkat cadarnya yang membuat keseluruhan wajah cantik itu terlihat.
Hakhakhak cantiknyaaa... Gak nyangka saya bisa kayak gini ke lonte secantik dirimu, non... Hakhakhak tawa pak Urip puas sambil membenamkan penisnya ke dalam mulutnya.
Mmmppphhh paaaak lenguh Nayla hingga kepalanya terbenam ke sandaran sofa empuk di belakangnya.
Aaaahhhh mantapnyaaaa desah pak Urip dengan sangat puas.
Pria tambun yang sudah telanjang bulat itu tengah berdiri diatas sofa sambil membenamkan penisnya ke mulut bidadari pemuasnya. Ia kemudian meminta Nayla untuk mengangkat kedua tangannya. Nayla tak berdaya. Nayla menurutinya. Kedua tangan pak Urip pun memegangi kedua tangan lembut bidadari mulus itu. Kemudian pinggulnya mulai bergerak maju mundur. Terasa liurnya begitu hangat menyelimuti penisnya. Sapuan lembut dari lidahnya membuat pak Urip merinding keenakan. Ia terus bergerak maju mundur. Ia dengan bangga melecehi majikannya sambil memejam menikmati semuanya.
Mmpphhh paakkk... Mmppphhh... Mmpphh desah Nayla tertahan.
Aaaahhh... Aaahhh... Aaahhh nikmatnyaaa... Hakhakhak tawa pak Urip puas.
Mmpphh... Mmpphhh... Mmmpphh
Ouuhh yaahh... Aaahhh... Aaahhhh hakhakhak... Aaahhh puas sekali rasanya bisa menikmati momen indah ini tawa pak Urip sambil merem melek menikmati sodokannya.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFT
https://thumbs4.imagebam.com/f5/c4/3a/MEC1UFT_t.jpg f5/c4/3a/MEC1UFT_t.jpg
'NAYLA
Tanpa ampun, pak Urip terus menyodoki mulutnya sebagaimana ia biasa menyodoki rahimnya. Pinggulnya lama-lama semakin cepat. Ujung gundulnya dengan tega menusuk-nusuk pangkal kerongkongannya. Nayla hampir tersedak. Perutnya benar-benar mual. Mulutnya yang penuh membuat liurnya sampai tumpah mengenai cadar beserta gamis longgarnya.
Tangan Nayla yang terangkat membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya bagian tubuhnya yang bebas adalah kedua kakinya. Kakinya pun ia hentak-hentakkan. Bukan untuk tanda melawan tapi sebagai ekspresi tak tahan saat dijelajahi mulutnya oleh penis pejantan tuanya.
Aaaahhhh enaknyaaa... Aaahhh... Aaahhhh... Hakhakha pak Urip terus tertawa. Pak terus tersenyum menikmati rasanya disepong oleh akhwat secantik Nayla.
Puas, Pak Urip tiba-tiba menarik lepas penisnya hingga benda lonjong berwarna hitam itu dengan indah terhidang didepan mata akhwat binal tersebut.
Uhhhh... Uhuukk... Uhukkk Nayla terbatuk-batuk. Liurnya sampai ada yang ikut hingga tak mau lepas dengan ujung gundul penis pembantunya itu.
Hakhakhak mulut lonte emang gak ada lawan... Kontol saya sampai basah gini jadinya tawa pak Urip puas sambil mengocok-ngocok penisnya yang kian membesar.
Hah... Hah... Hah... Gede amat sih kontol bapak... Mulutku sampai gak muat, tau kata Nayla terengah-engah sambil memandangi penis favoritnya.
Hakhakhak jelas... Non suka yang gede-gede kayak kontol saya kan ? Tanya pak Urip dengan bangga.
“Jelas paakkk... Aku sukaaa... Aku suka banget kontol gede kayak punya bapak jawab akhwat tak bermoral yang sudah kehilangan akal sehatnya itu.
Hakhakhak sekarang saya mau mainin susumu... Ayok turunin resleting gamismu non... Saya udah gak tahan pengen liat susu megahmu itu kata pak Urip yang sudah turun ke lantai lalu tangannya melepas ikatan gamis di pinggang majikannya.
Hah... Hah... Iyyah pak... Akan aku buka jawab Nayla patuh pada tuan pemiliknya itu.
Resleting gamis Nayla sudah turun. Pak Urip tanpa sabar langsung menurunkan gamisnya hingga susu bulat Nayla mulai terlihat. Tangan Nayla sudah terlepas dari gamisnya. Bra ketat yang sedari tadi dikenakannya juga sudah dicopot oleh pemiliknya.
Hakhakhak ini baru kesukaan saya... Susu ini yang bikin saya gak pernah puas untuk menyetubuhimu sekali tawa pak Urip yang jadi semakin bergairah saat susu bulat Nayla terlihat.
Mmpphhh susu ini pak ? Susu ini yang bikin bapak gak pernah puas saat menyetubuhiku ? Tanya Nayla sambil meremas-remas susunya tuk menggoda pemuas nafsunya. Selayaknya pelacur murahan, Nayla tanpa sadar bertindak demikian. Tanpa merasa malu lagi, ia rela melakukan apa saja demi memuaskan pejantan tuanya.
Hakhakhak betul non... Susu segar cap non Nayla yang selalu bikin saya ketagihan untuk menikmati tubuhmu jawab pak Urip sambil menaruh pentungan saktinya diantara susu bulat yang menggantung itu.
Hah... Hah... Kontol bapak mau aku jepit ? Sini agak ketengahin pak, biar aku mainin kontol bapak pake susu aku jawab Nayla yang malah meminta pembantunya untuk memperbaiki posisi penisnya.
Hakhakhak bodohnya saya... Posisi belum pas kok minta dijepit... Baik non... Baik... Hakhakhak tawa pak Urip yang langsung setelah itu ia merasakan nikmatnya dijepit oleh susu bulat majikannya.
Aaaaahhhh... Aaaahhh... Kontol bapak keras banget... Kontol bapak juga anget banget... Mmpphhh pasti nikmat banget deh kalau aku disodok pake kontol segede ini sekarang desah Nayla menggoda.
Hakhakhak segini masih belum cukup non... Ayo kocok lagi... Kontol saya masih bisa gede lagi, tahu... Hakhak tawa pak Urip yang membuat Nayla semakin bernafsu.
Ah masa ? Segini aja udah gede banget pak... Beneran ? Nanti mana muat kontol bapak masuk memek aku desah Nayla dengan bahasa kotornya yang membuat Pak Urip semakin bersemangat tuk membinalkannya.
Muat kok.. memek non kan elastis... Pasti bakal tetep muat kok meski bakal disumpel dengan kontol segede ini tawa pak Urip sambil berkecak pinggang sambil menatap wajah binal majikannya yang kian bernafsu.
Benar apa kata pria tua itu. Mata Nayla sampai membesar melihat penis hitam yang semakin membesar itu. Sepertinya ia belum pernah melihat penis pembantunya sebesar ini. Atau karena ia sering jajan ke tempat lain sehingga dirinya lupa kalau dirinya punya penis sebesar ini yang bisa ia nikmati sendiri ?
Indahnyaaa! Gumam Nayla tanpa disadarinya.
Hakhakhak ayo non... Kita mulai ngentot, udah gak tahan saya pengen ngegenjot non yang 'hot' tawa pak Urip bersiap untuk menusuk rahim majikannya lagi.
Mmpphh iyaahh paakk... Ayoo kata Nayla sambil mengangkat rok gamisnya.
Sepertinya Nayla lupa kalau dirinya tengah berada di rumah bersama suaminya yang tengah tertidur pulas. Rangkaian percakapan mesum bersama pembantu tuanya membuatnya melupakan sosok suaminya yang ada di atap yang sama dengannya.
Matanya hanya berfokus pada penis raksasa yang sudah berada di dekat bibir vaginanya itu. Ia pun melebarkan lubang kaki celana dalamnya agar memudahkan penis pembantunya untuk memasuki lubang kenikmatannya.
Ayokk paakk... Aku udah siap ucap Nayla sambil menunjukan lubang vaginanya yang sudah sangat basah.
Hakhakhak dasar lonte... Dasar pecun murahan... Bisa-bisanya akhwat bercadar sepertimu melakukan hal seperti itu di depan saya! Kata pak Urip sambil mengarahkan penisnya masuk ke dalam vagina tersebut.
Aaaahhhhh... Habis kontol bapak nikmat banget sih... Aku rela kok disodok bapak berulangkali... Aku siap kalau memek aku dijadiin kolam pejuh oleh bapak ucap Nayla yang membuat nafsu pak Urip kian memuncak.
Hakhakhak dasar lonte gratis... Dasar akhwat yang gak ada harga dirinya lagi... Rasakan ini, uuuuuhhhhhh desah pak Urip yang langsung menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
Ouuhhh paaaakkk desah Nayla mengejang.
Bagai disambar petir bertegangan rendah. Tubuh Nayla langsung menggelinjang dipenuhi oleh gairah. Apalagi saat pria tua itu langsung menggerakkan pinggulnya hingga gesekan demi gesekan yang merangsang dinding vaginanya semakin terasa. Tak henti-hentinya Nayla mendesah menahan tiap tusukan yang begitu bertenaga. Tubuhnya bergidik. Nafasnya memberat. Ia benar-benar menikmati tusukan pembantunya yang begitu terasa.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaahhh nikmat sekali memekmu, non desah pak Urip sambil mendekap gamis majikannya yang sudah terangkat hingga ke lingkaran pinggangnya.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Kontol bapak jugaaa... Aaahhh enak banget paakk terussss... Terussss pinta Nayla dengan penuh nafsu.
Aaahhh... Aaahhh... Itu mah gak usah disuruh non... Saya pasti akan menggenjotmu... Saya akan memuasimu... Saya akan menghujami memekmu sampai non sendiri meminta saya berhenti melakukannya pada tubuhmu desah pak Urip terengah-engah sambil menatap mata binal Nayla.
Aaaahhhh... Aaaahhhh... Aku gak akan minta berhenti paaakk... Aku selamamya ingin disodok bapak... Ayo terus paaakk... Kontolin rahimku kata Nayla yang membuat nafsu pak Urip semakin memuncak.
Aaahhh... Aaahhh... Pasti nonnn... Pasti saya akan ngontolin rahimmu terus... Hakhakhak tawa pak Urip dengan puas.
Hampir lima menit mereka bersetubuh di posisi seperti itu. Kaki Nayla terus mengangkang disaat tubuhnya menyandar pada sofa ruangan. Pak Urip yang merasa bosan ingin berganti gaya persetubuhan. Ia pun meminta Nayla berdiri. Ia lalu mengajaknya menuju ke tepi.
Hakhakhak ayo buka... Jangan sampai gamismu menghalangi keindahanmu kata pak Urip yang tengah berdiri di samping sofa panjang itu.
Mmpphh iyahh pakk... Sudaaahh jawab Nayla yang sudah menelanjangi tubuhnya menyisakan hijab dan cadarnya saja.
Hakhakhak pak Urip tertawa. Matanya dengan teliti menilik keindahan dari bawah sampai atas akhwat yang sudah bertelanjang bulat itu. Kakinya yang jenjang membuat pak Urip tersenyum penuh nafsu. Mulusnya kulit pahanya membuat pak Urip nyaris ngiler dibuatnya. Apalagi saat pandangannya sudah tiba di perut ratanya. Pusarnya yang menggugah ditambah dengan besarnya payudaranya yang begitu indah. Penis pak Urip sampai bergairah ingin menikmati kenikmatan dunia ini lagi. Ia pun meminta Nayla menungging. Ia lagi-lagi ingin menyetubuhi Nayla dengan gaya anjing kawin.
Ayo balik badan terus nungging non pinta pak Urip setelah puas menikmati ketelanjangan tubuhnya.
Mmpphhh iyaahh paakkk jawab Nayla malu-malu hingga pipinya merah merekah. Tangannya sudah bertumpu pada dinding. Ia memasrahkan semuanya kepada pemilik penis ternikmat itu.
Aaaaaahhhhh yaaaahhhhh desah pak Urip sambil memejam saat penisnya kembali masuk tuk menghujam.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFS
https://thumbs4.imagebam.com/cd/52/ff/MEC1UFS_t.jpg cd/52/ff/MEC1UFS_t.jpg
'NAYLA
Pinggulnya langsung menggempur. Pinggulnya berpacu maju mundur. Genjotannya yang kencang membuat susu gantung Nayla bergoyang gondal-gandul. Rasanya begitu mantul. Nayla sendiri sampai tak berdaya saat memeknya dihajar oleh si ujung gundul.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaahhh paaakkk... Aaaahhhh desah Nayla sampai merem melek.
Aaahhh nikmatnyaaa... Aaahhh... Aahhh yaahhh... Aahhh puasnya bisa menikmati rahim selezat ini senyum pak Urip dengan begitu mesum.
Aaaahhhh... Aaahhh nikmat sekalii paakk... Mmpphhh... Nikmatnya sampai kemana-mana... Terus sodok aku yang kenceng paaak... Aaahhh yahh makin enak rasanya paaakk desah Nayla memejam saat tangan kirinya ia tarik untuk meremasi payudaranya sendiri.
Aaaahhh... Aaahhh... Baik non... Baik, akan saya kencengin, Hakhakhak tawa pak Urip sambil menampar-nampar bokong montoknya karena saking gemasnya.
'Plaaakkk... Plaaakkk...'
Aahhh paakk... Aahhh... Awww... Awww yaahhh desah Nayla yang justru semakin bergairah.
Remasan susunya diperkuat. Ia bahkan sampai menggigit bibir bawahnya lalu mengelusi keseluruhan tubuhnya mulai dari susu ke bawah.
Sini tangannya... Hayoo nakal yah malah mainin susu sendiri... Hakhakhak tawa pak Urip saat menarik kedua tangan Nayla ke belakang.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Lepasin paakkk... Aku mau ngeremes susu aku... Susu aku gatel paakk... Aku mau remesss... Aaahhh... Aaaahhhh desah Nayla saat tubuhnya tertarik ke belakang sehingga susunya semakin menjorok ke depan.
Terasa tusukannya jadi semakin dalam. Terasa sodokannya jadi semakin nikmat yang membuat akhwat binal itu semakin tak kuat.
Aaaahhhh enaknyaaa... Enakk bangett paakk... Aahhh iyaahh... Aaaahhhhh jerit Nayla saat susunya bergoyang semakin cepat.
Gondal-gandul, gondal-gandul, gondal-gandul. Susu bulat Nayla terus bergondal-gandul mengikuti pergerakan penis pak Urip yang semakin kencang menyundul. Rasanya begitu nikmat sehingga hanya terdengar desahan saja dari keduanya. Dari samping, persetubuhan keduanya tampak begitu indah sehingga sulit untuk menjelaskan bagaimana kata yang tepat untuk melukiskan kebinalan yang dilakukan oleh keduanya.
Bisa-bisanya akhwat bercadar itu keenakan saat digenjot pria tua berperut tambun. Sulit untuk menjelaskannya. Namun bagi Nayla yang menderita 'gerontophilia'. Hal itu bukanlah hal yang sulit tuk dijelaskan. Karena pria tua seperti pak Urip adalah sosok yang sempurna yang bisa memberinya kepuasan batin secara menyeluruh.
Aaahhh paaakkk... Aaahhh aku mau keluaarrr... Aku mau keluaarrr desah Nayla tak kuasa menahannya lagi.
Hakhakhak ayoo keluarkann... Keluarkan semuanyaaa non jangan malu-malu ujar pak Urip saat semakin cepat menggempur.
Aaahhh iyaahh paakkk... Terussss... Sodok aku sampai mampus paaak... Aahhh enak banget kontol bapaaak ujar Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
Penis itu terus menyodok-nyodok. Lubang vagina Nayla terus dikobok-kobok. Ditengah nafsu yang semakin menerjang. Ditengah hujaman yang semakin kencang. Tepat disaat Nayla hampir mendapatkan orgasmenya. Tiba-tiba pak Urip menghentikan genjotannya lalu membalikkan tubuh mulusnya sebelumnya mendorongnya ke dinding.
Aaahhh paaakkk desah Nayla yang kesal karena hampir saja mendapatkan orgasmenya.
Hakhakhak gemesnya punya lonte sebinal ini... Mmuuaaahh cumbu pak Urip mengenai cadar lembutnya sebelum bibirnya ia tarik kembali menjauhi cadar akhwat binal itu.
Ayo ikut saya ajak pak Urip sambil menarik tangan Nayla.
Ehh mau kemana pak ? Pak... Mau kemana ? Tanya Nayla merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres.
Ke kamarmu, hakhakhak jawab pak Urip mengejutkan hati Nayla.
Ta.. Tapi di kamarku... Ada suamiku pak jawab Nayla panik.
Hakhakhak justru itu... Kita bakalan ngentot disebelah suamimu!
Betapa terkejutnya Nayla saat mendengar kalimat kotor itu. Namun, alih-alih ketakutan. Ia justru tertantang yang membuatnya jadi semakin penasaran untuk mengikuti permainan mesum dari bandot tua itu.
Sesampainya mereka di dalam kamar Nayla.
Pak Urip langsung membawa akhwat telanjang itu ke tepi ranjang. Dari sana dirinya dapat melihat wajah Miftah yang tengah tertidur pulas. Tangan pak Urip pun mendekati payudara Nayla tuk meremas-remas. Dari belakang tangannya memeluk tubuh mulus itu. Dari belakang ia membelai tubuh indah itu dengan penuh nafsu.
Hakhakhak mau langsung apa gimana non ? Tanya pak Urip sambil menoel-noel puting mancungnya yang merupakan titik terlemah Nayla.
Mmpphhh langsung aja pak... Aku juga udah gak tahan... Sodok aku yang cepat, jangan sampai mas Miftah bangun duluan lirih Nayla yang sudah terlanjur nafsu sehingga tidak memikirkan akibat dari perbuatannya itu.
Hakhakhak, kalau gitu, mari kita akhiri disini, non lirih pak Urip yang langsung dijawab anggukan oleh akhwat yang sudah telanjang bulat itu.
Tanpa mengulur waktu, pria tambun berwajah jelek itu bergegas menancapkan penisnya ke dalam rahim bidadari bercadar itu. Nayla yang sedang berdiri membelakangi langsung mengeluh pelan. Lagi, penis hitam itu kembali menusuknya lagi. Lagi, penis keriput itu kembali membuatnya menjerit lagi.
“Mmppppphhh”
Tanpa merasa bersalah karena sudah berzina di depan suaminya. Nayla justru melenguh keenakan. Matanya memejam. Ia malah semakin menikmati kebinalannya dihadapan suaminya.
“Aaahhhh… Aahhh… Teruss… Terussss” desah Nayla dengan pelan.
Hakhak binalnya akhwat mesum ini... Bisa-bisanya ngentot disebelah suaminya yang lagi tertidur pulas ejek pak Urip yang jadi semakin bernafsu saat menyetubuhi mainan pemuasnya itu.
Aaahhh paaakk… Habisnya bapaakk… Aahhh… Aaahhh desah Nayla yang semakin keras sehingga tangan kirinya terpaksa menutupi mulutnya.
Tangan nakal pria tambun itu langsung mendekap susu bulatnya. Susu bulat itu tidak lagi tergoyang. Susu kenyal itu tidak lagi terguncang terkena hantaman pinggul pembantunya yang lama-lama semakin keras.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhh” Nayla menggelengkan kepala. Desahannya ia tahan. Ia berusaha sekuat tenaga agar tidak menimbulkan suara sedikitpun saat berzina dihadapan suaminya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Enaakkk bangeettt… Enakkk bangett… Ouhhhh… Ouhhhh” desah pak Urip sambil memejam.
Hantamannya yang semakin keras membuat pria tua itu teralihkan pada kenikmatan yang dirasakan oleh penis saktinya. Remasannya juga diperkuat. Jemarinya juga memelintir puting susunya semakin kuat.
“Mmmpphhh paakkk…. Mmpphhh… Akuu mau keluaar… Aku mauuu keluaaar” Bisik Nayla sambil menoleh ke belakang menatap pejantan tuanya.
“Aaahhhh sama nonnn… Saya jugaa… Saya mau keluuaar… Ayooo keluarin barenggg” desah pak Urip yang rupanya tidak kuat juga.
Sisa-sisa persetubuhan yang tadi mereka lakukan di ruang tamu berdampak pada kedayatahanan tubuhnya saat bercinta di dalam kamar Nayla ini. Mereka berdua sudah tidak tahan. Mereka berdua sama-sama ingin melampiaskannya sekarang.
“Mmpppphhh liat sini non… Cium saya… Cium sayaaa” pinta pak Urip dengan penuh nafsu.
“Mmpppphh iyahh paakk… Mmpphhhh” desah Nayla pasrah menuruti. Tangannya pun membantu dengan menaikkan cadarnya. Bibir mereka bersatu. Persetubuhan mereka semakin bernafsu. Remasan pak Urip semakin kencang. Menikmati keadaan tubuh mereka yang sama-sama sedang telanjang.
“Mmppphhhh”
'Plookkk… Plokkk… Plokkkk !!!'
Mereka sudah tidak tahan lagi. Mereka sudah berada di ambang batas birahi. Ciuman mereka semakin panas. Hantaman pinggul pak Urip jadi semakin ganas. Dengan satu tusukan yang kuat, pak Urip pun menancapkan penisnya sedalam-dalamnya menuju titik terdalam dari rahim majikannya.
'Jleeeebbbb !'
“Mmpphhhhhhhh”
Desah mereka berdua ketika orgasme berhasil mereka dapatkan bersama.
“Deeekkkkk!” Ucap Miftah yang membuat pak Urip dan Nayla terkejut berjamaah.
Namun semprotan cairan cinta yang sedang mereka lakukan membuat keduanya hanya bisa berhenti ditempat. Penis pak Urip memuntahkan seluruh sisa spermanya di rahim majikannya. Rahim Nayla jadi semakin penuh, tidak hanya oleh pejuh. Tapi juga dengan cairan cintanya sendiri yang membuat rahimnya semakin penuh.
Tubuh mereka sama-sama bergidik. Mata mereka sama-sama memejam dan ciuman mereka jadi semakin bernafsu saat membayangkan diri mereka telah ketahuan oleh suami dari bidadari bercadar itu.
Nayla pasrah. Ia bersiap menerima konsekuensi dari kebinalannya saat ini.
“Mmpppphhh aaahhh”
Ciuman mereka terlepas. Pak Urip melepas cumbuannya. Nayla juga. Mereka pun sama-sama bersiap membuka mata untuk melihat reaksi dari Miftah yang barusan memanggil nama istrinya.
Namun, saat mata mereka terbuka. Mereka melihat Miftah masih tertidur pulas. Sekejap, perasaan mereka menjadi lega. Rupanya tadi Miftah hanya bergumam ditengah tidurnya. Dada mereka berdua pun naik turun. Wajah mereka saling menengok satu sama lain. Mata mereka bertemu. Senyum mereka terangkat mengingat kebinalan yang sudah mereka lakukan tadi.
“Dasar lonte nakal… Kirain tadi bakal ketahuan” Ujar pak Urip sambil menoel hidung mancung Nayla.
“Hihihih dasar bapak sih… Bikin aku takut aja” kata Nayla sambil memegangi dadanya tuk merasakan detak jantungnya.
“Hakhakhak gimana puas kan? Keluar yuk, disini terlalu berbahaya” kata pak Urip sambil menarik lengan Nayla menuju keluar kamar.
“Puas pak… Hihihihi” tawa Nayla saat dibawa keluar oleh pejantannya.
Nayla hanya tersenyum malu-malu mengingat kebinalannya saat disetubuhi ketika suaminya ada disini bersamanya. Ia terus tersenyum saat berjalan menuju keluar kamar. Ia lalu membayangkan semua kebinalannya mulai dulu saat dari diberi obat tidur oleh pak Urip sampai dirinya dengan berani bercinta di samping suaminya tadi. Entah kenapa ia jadi kepikiran sesuatu. Rasanya ia sudah siap untuk melakukannya saat ini.
“Paaakkkk” panggil Nayla yang membuat pak Urip berhenti menariknya saat mereka berdua sama-sama berada di ruang tamu rumahnya.
“Ada apa non ?” Tanya pak Urip sambil menatap wajah cantiknya.
“Hihihihi, hmmm aku mau minta sesuatu” kata Nayla dengan malu-malu.
“Sesuatu ? Apaan non ? Pengen ngentot lagi yah ? Hakhakha… Ayo!” kata pak Urip bersemangat.
“Bukan itu, pak” jawab Nayla yang membuat pak Urip penasaran.
“Terus apaan non ?” Tanya pak Urip sambil menurunkan pandangannya lalu menaikannya lagi tuk menatap keindahan tubuh majikannya. Terlihat tetesan spermanya jatuh membasahi karpet ruangan. Terlihat susu gantungnya yang membuat pak Urip gemas ingin menikmati tubuhnya lagi. Saat tatapannya tiba di mata indahnya. Pak Urip tersenyum puas melihat tatapan sendu dari akhwat cantik yang selalu membuatnya bernafsu itu.
“Aku udah siap pak” kata Nayla yang menyadarkan pak Urip dari lamunannya.
“Eh maksudnya ? Siap apaan non ?” Tanya pak Urip semakin penasaran.
“Hihihihi” tawa Nayla malu-malu. Pak Urip pun jadi semakin heran akan maksud dari majikan binalnya itu.
“Aku udah siap dikeroyok pak… Aku pengen dipake sama banyak laki-laki sekaligus pak” kata Nayla malu-malu yang membuat pak Urip tertawa lebar.
“Hakhakhakhak…. Terus ?” tanya pak Urip mempertanyakan maksud Nayla yang memberi tahu keinginannya itu.
“Hihihihi besok aku beri tahu detailnya… Pokoknya dalam waktu dekat aku pengen dinikmati sama banyak lelaki tua sekaligus pak… Hmmm nanti malam aku buatin daftar pesertanya, besok bapak bantu aku buat undang mereka yah” kata Nayla yang membuat pak Urip semakin tertawa.
“Hakhakhak siap non… Siap… Kalau gitu non istirahat dulu aja yah… Simpan tenaga non biar nanti pas hari H, non bisa kuat buat melayani mereka sekaligus… Jadi penasaran, siapa aja peserta yang bakal diundang… Hakhakhak” tawa pak Urip.
“Hihihih makasih yah pak… Kalau gitu aku mau istirahat dulu yah… Aku capek banget dari pagi aku dipake bapak terus soalnya” kata Nayla yang ingin beristirahat di sofa setelah disetubuhi pembantunya berulang kali.
Namun baru saja beberapa langkah Nayla pergi. Tiba-tiba tangan kurusnya ditarik lagi oleh pembantu tambunnya.
“Eh, mumpung besok sampai seterusnya non Nayla kudu istirahat… Gimana kalau kita main sekali lagi” kata pak Urip sambil tersenyum.
“Sekali lagi?” Tanya Nayla tak percaya.
Jelas, Nayla tidak mempunyai pilihan. Tubuhnya pun langsung dibawanya menuju kamar mandi untuk lanjut ke ronde ketiga. Hijab dan cadar Nayla dilepas. Air 'shower' dinyalakan. Mereka kembali bercinta dengan gaya anjing kawin sambil menatap depan, tepatnya ke sebuah cermin.
“Aaahhhhh…. Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla dengan keras.
Sementara itu pak Urip membatin. Pinggulnya terus berpacu. Ia jadi teringat sesuatu yang pernah ia beli dari dokter Amir.
'Kayaknya saya masih punya obat perangsang yang saya beli deh… Kalau obat perangsang itu dikasih ke para peserta, juga ke non Nayla… Pasti pesta gangbang nanti bakal semakin seru nih… Hakhakhak…'
Batin pak Urip sambil tersenyum.
“Aaahhhh… Aahhh paakk… Aaahhhh pelaannn”
Tubuh Nayla bergerak maju mundur. Desahan manjanya jadi semakin keras saat pinggul pembantunya terus membentur.
'Plookkk… Plokkk… Plokkkk…'
“Ahhh mantapnyaa… Aahhh nikmatnyaa…
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
“Deekkk didalem yah ? Mas mau pipis sebentar” ucap Miftah setelah mengetuk pintu yang membuat kedua insan beda zaman itu membeku di tempat.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEC1UFW
https://thumbs4.imagebam.com/08/73/17/MEC1UFW_t.jpg 08/73/17/MEC1UFW_t.jpg
'NAYLA
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 25
PEMBUKTIAN
Tepat keesokan harinya, setelah Nayla dipuasi secara habis-habisan oleh pembantu tuanya.
“Duh pegel banget sih badanku!” Keluh Nayla sambil memegangi punggungnya.
“Kayaknya kebanyakan nunduk deh… Gara-gara pak Urip sering minta aku nungging sih, apalagi pas sore kemarin.” Ucap Nayla sambil berdiri lalu mengelus-ngelus punggungnya yang masih sakit.
Ia jadi teringat kejadian kemarin sore saat disetubuhi pembantunya di dalam kamar mandi. Siapa yang mengira ? Tiba-tiba suaminya datang mengetuk pintu kamar mandi karena ingin buang air kecil. Untungnya ia mendiamkan suaminya sampai suaminya itu tidak mempunyai pilihan lain selain memakai kamar mandi tetangga. Ia pun melanjutkan persetubuhannya hingga pembantunya itu mengeluarkan sisa spermanya di dalam mulutnya.
“Kayaknya mesti ke tukang pijet deh biar badanku gak pegel-pegel lagi… Eh tapi kalau yang mijet aku bapak-bapak tua gimana ? Yang ada badanku malah tambah pegel dong gara-gara dipake tukang pijit, hihihihi” Tawa Nayla membayangkan yang tidak-tidak.
Akhwat cantik yang sudah dipenuhi oleh pikiran-pikiran mesum itu hanya bisa tertawa tiap kali dirinya terbayang ada banyak pria-pria tua berwajah jelek yang mengantri ingin menyetubuhi rahimnya lagi. Ia tak menyangka dirinya yang cantik jelita bisa mempunyai pemikiran mesum seperti ini. Semua gara-gara pak Urip. Semua gara-gara pria tua buruk rupa itulah yang telah menanamkan bibit-bibit mesum di otaknya. Bagaimana bisa dirinya telah terdoktrin kalau hanya pria buruk rupa yang sudah tua saja yang bisa memuasinya ?
Membayangkan permintaan yang sudah ia ucapkan kepada pak Urip kemarin, membuat akhwat yang sudah memiliki suami itu tersenyum. Ia tak sabar. Ia beraharap waktu cepat berlalu agar sepuluh hari waktu yang telah ditetapkan itu bisa ia lalui dengan segera. Ia pun senyum-senyum sendiri. Ia membayangkan banyak penis pria-pria tua yang sudah mengacung tegak mengelilinginya. Ia jadi gemas sendiri. Ia bahkan sampai bingung untuk memulainya dari mana.
“Hihihihihi… Kayaknya mulai sekarang harus aku persiapin deh… Awalnya harus gimana, siapa dulu yang harus aku layani, aku harus pakai baju apa… Biar nanti pas hari H, acaranya bakal lancar kayak yang di film-film gitu loh, hihihih.” Tawa Nayla membayangkan kebinalannya.
“Pokoknya pas hari H nanti, aku mau, kalau acara itu bakal menjadi kenang-kenangan terindah yang bakal pernah terjadi di dalam hidupku… Pasti bakal puas banget deh kalau memekku ini bakal dimasuki kontol-kontol mereka yang berupa-rupa bentuknya… Ssllrpp mmpphhh jadi ngiler deh, hihihihi” ucap Nayla menertawakan kebinalannya.
Seketika, ia melihat ke arah lembaran kertas yang tergeletak di atas meja riasnya.
“Oh iya yah, aku harus ngasih pak Urip kertas ini nih” kata Nayla yang baru teringat.
MEGN955
https://thumbs4.imagebam.com/1f/ee/17/MEGN955_t.jpg 1f/ee/17/MEGN955_t.jpg
'NAYLA
Akhwat manis yang sudah tampil cantik dengan gamis panjang berwarna coklat itu memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Sebuah masker berwarna putih menutupi sebagian kecantikan wajahnya. Gamis longgar itu juga menutupi tubuh indahnya terutama lekukan seksinya. Ia telah bersiap untuk bekerja. Ia telah siap untuk menghadiri acara pemotretan yang rencananya akan dihadiri pada pukul sepuluh pagi ini.
Meski banyak keindahan yang disembunyikan olehnya, namun hal itu sama sekali tidak mengurangi keindahan yang dimilikinya. Nayla memang terlahir cantik. Bahkan kalau dirinya tidak mengenakan pakaian sama sekali, dirinya justru lebih cantik yang membuat para lelaki ingin mengantri hanya untuk melihat lekukan yang dimiliki olehnya.
“Yuk kita berangkat sambil ngasih ini ke pak Urip.” Kata Nayla sambil mencari-cari pembantunya yang biasanya sedang bekerja di kebunnya.
Sesampainya ia di teras rumahnya, wajahnya ia toleh-tolehkan untuk mencari pembantu tuanya. Wajahnya kembali menunduk untuk mengecek kembali tulisan-tulisan yang tertera di lembaran kertas itu. Ia mencoba menghitungnya. Ia mencoba mengeceknya kembali, siapa tahu ada nama yang tertinggal yang belum dimasukkan ke dalam daftar tersebut.
“Hmm udah semua deh, iya udah semua… Kebanyakan gak yah ? Hihihihi” Tawa Nayla cekikikan sendiri.
Tak lama kemudian, seorang pria tua berperut tambun yang cuma mengenakan kaus singletnya itu terlihat di kedua mata bulat Nayla. Akhwat cantik yang sudah mencari-carinya sejak tadi langsung bergegas menghampiri. Ia tergesa-gesa. Bahkan beberapa kali membenari tas jinjingnya yang nyaris jatuh dari bahunya saat berlari mendekati pembantu tuanya.
“Paaaakkk… Bapaaakkk” Panggil Nayla dengan lembut.
Suara manja yang berulang kali menggelitik telinga pria tambun itu membuat wajah jeleknya menoleh. Melihat pemuas nafsunya berlari mendekat. Pria tua yang sudah berulang kali menancapkan penisnya di dalam rahim akhwat cantik itu tersenyum. Ia lekas berdiri lalu terkekeh-kekeh dengan gagah berani.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Hakhakhak… Ada apa non? Pengen minta jatah lagi yah?” tawa pak Urip ngarep.
“Hihihihi katanya kemarin bapak nyuruh aku buat istirahat sampai hari H ? Huuu pasti sekarang udah nafsu pengen make aku lagi kan ?” Tanya Nayla sambil tersenyum malu-malu.
“Hakhakhak tau aja sih non… Ngeliat non make gamis longgar kayak gini, malah bikin saya makin nafsu deh ? Non pake beha gak nih ?” tanya pak Urip sambil menerawang gamis Nayla.
“Ihhh matanya genit deh… Ya make dong… Aku kan mau kerja, masa gak make sih ? Entar kalau aku lari-lari yang ada susu aku bakalan gondal-gandul loh, gimana kalau ada yang tahu ?” kata Nayla yang justru membuat pikiran pak Urip kemana-mana.
“Hakhakhak… Bukannya itu bagus non ? Jadi kebayang deh, pasti bakal banyak bapak-bapak tua yang salting gitu pas ngeliat adegan itu” kata pak Urip sambil ngelus-ngelus penisnya sendiri.
“Hiihihi gak akan… Soalnya aku pasti bakal deketin mereka duluan, terus mereka pasti bakal bengong ngeliatin aku menghampiri mereka, hihihi” tawa Nayla cekikikan sendiri.
“Hayooo… Ngedeketin ? Mau apa ?” tanya pak Urip tersenyum. Obrolan mesum yang ia lakukan bersama majikannya membuat ia tanpa sadar berjalan mendekatinya.
“Mau bilang doang kok, tadi habis ngeliat apa ? Jangan cerita ke orang lain yah ! Hihihihi” tawa Nayla yang jadi berjalan mundur saat melihat pembantunya datang mendekat.
“Oh cuma nyuruh jangan cerita gitu ? Gitu aja ? Gak ada hal lain ?” tanya pak Urip sambil mendekap pinggul seksinya.
“Ada dong… Ada enak-enak dikit lah yang bikin mereka teriak keenakan… Buat bonus… Hihihi” tawa Nayla sedikit menggoda.
“Hakhakhak enak-enak dikit ? Yang bikin mereka teriak ? Apa bentuknya kayak gini ?” kata pak Urip sambil tangannya mendekat ke arah dada bulat Nayla untuk meremasnya dengan pelan.
“Mmppphhh iyaahhh… Kayak gini… Agak mirip paakk uhhhhhh” desah Nayla sambil memejam tuk menikmati tiap remasan yang pembantunya lakukan.
“Hakhakhak… Mmpphhhh makin kenyal aja deh susumu ini, non… Jadi nafsu saya… Gimana kalau kita ngentot sebentar non ?” tanya pak Urip yang membuat Nayla terkejut.
“Ehhh, tapi pak ? katanya kemarin bapak minta aku buat istirahat sampai hari H ? Kok bapak pengen make aku lagi sih ? Aku kan sekarang mau kerja ?” tanya Nayla heran.
“Hakhakhak habis, godaanmu bikin saya sangek sih ? Dasar lonte, bakat banget sih dirimu buat bikin saya sangek !” ucap pak Urip kali ini sambil menepuk bokong montoknya yang membuat Nayla menjerit pelan.
“Aaaahhhh tapi pak… Tolongg jangaaannn… Aku mau kerja… Aku jam 10 harus udah sampai disana pak… Aku gak mau telat lagi” kata Nayla yang jadi merinding gara-gara bongkahan pantatnya terus diremas-remas oleh pak Urip.
“Hakhakhak masih ada sejam lebih dikit kan ? Setengah jam bisa lah kita ngentot ?” tanya pak Urip yang sepertinya sudah terlalu bernafsu.
'Gleeegggg !'
Nayla menenggak ludah. Padahal ia niatnya hanya ingin menyapa lalu memberikan catatan kertasnya. Tapi kenapa tiba-tiba pak Urip malah minta dilayani ? Ia tak memiliki waktu lagi. Ia harus segera berangkat mengingat jauhnya jarak perjalanan dari rumahnya menuju tempat studio perfotoannya.
“Tapiii paakk… Jarak tempat kerja aku jauhh pakkk… Akuuu uuuuuhhhh” Nayla semakin merinding saat merasakan usapan tangan pak Urip.
Tangan pak Urip mulai nekat. Tangan kanannya mengelus-ngelus bokong montoknya. Tangan kirinya mengusap-ngusap dada bulatnya. Nayla bergidik. Matanya memejam. Bibir bawahnya ia gigit menahan kenikmatan yang diberikan oleh pak Urip.
“Hakhakhak… Salah sendiri udah bikin saya sangek… Tau gitu kenapa gak langsung berangkat aja ? Kenapa harus ngegoda saya duluan ?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla agak menyesali perbuatannya.
“Ituuu… Ituuu… Kita kan cuma ngobrol pak… Gak ada niatan aku untukk… Uhhhh paakkk” Nayla menjerit merasakan putingnya dicubit oleh pak Urip.
“Ngobrol ? Ngobrol kok ngomongin susu non yang gondal-gandul ? Hakhakhak” tawa pak Urip yang jadi makin gemas untuk melecehi majikannya lagi.
Tiap usapan yang pembantunya lakukan, diam-diam mulai menaikkan birahi Nayla yang membuat akhwat bermasker itu jadi bimbang antara harus melayaninya atau tidak. Dalam hati ia ingin mendapatkan kenikmatan lebih, tapi di lain sisi ia harus berangkat agar tidak dimarahi oleh pemilik gamis yang pingin diendorse olehnya lagi.
'Ihhh itu kan gara-gara bapak sendiri yang mancing aku buat ngobrolin hal itu… Mmpphhh… Duhhh gimana dong ? Kok aku malah ikut sangek sih ?'
Batin Nayla kebingungan.
“Ketoprak, ketoprak, ketoprak pak… Cuma tujuh ribu aja”
Seketika suara tukang ketoprak yang terdengar membuat pak Urip panik lalu melepas dekapannya pada majikan alimnya. Suara itu juga mengejutkan Nayla. Apalagi, tepat setelah pak Urip melepas usapannya pada tubuhnya, ia menoleh ke arah luar dan mendapati tukang ketoprak itu sedang menoleh ke arahnya.
MEGN95A
https://thumbs4.imagebam.com/b6/56/e7/MEGN95A_t.jpg b6/56/e7/MEGN95A_t.jpg
'NAYLA
'Huft nyaris aja… Kalau pak Urip gak ngelepas aku tadi… Bisa-bisa aku kepergok deh sama tukang ketroprak itu…'
Batin Nayla merasa lega.
“Ketopraknya mbak… Ketopraknya pak ?” kata tukang ketoprak itu menawarkan dagangannya ke Nayla dan pak Urip.
“Enggak mas… Makasih” jawab Nayla dengan sopan. Pak Urip pun hanya menggelengkan kepala.
Tepat setelah tukang ketoprak itu hilang dari pandangan mereka. Pak Urip langsung tertawa sambil mendekap dagu Nayla yang masih tertutupi maskernya.
“Hakhakhak… Nyaris aja kita ketahuan non… Kalau tadi kita kepergok… Saya bakal ngajak tukang ketoprak tadi buat make non bareng-bareng” kata pak Urip seenaknya.
“Ihhh enak aja… Aku mau kerja tau… Udah yah, aku mau berangkat dulu” kata Nayla buru-buru sebelum pak Urip ngajak mesum lagi.
Baru beberapa langkah Nayla menjauh, ia teringat sesuatu yang membuatnya kembali berbalik untuk mendekati pak Urip.
“Kok balik non ? Berubah pikiran yah ? Non mau ngentot sama saya ?”
“Ihh enak aja… enggak pak, ini… Mau ngasih ini ke bapak” kata Nayla sambil memberikan lembaran kertasnya.
“Eh apa ini ?” tanya pak Urip penasaran.
“Itu nama-nama dari orang-orang yang aku maksud kemarin pak… Tolong bapak undang mereka yah… Kasih tau kalau acaranya sepuluh hari lagi” kata Nayla malu-malu yang membuat pak Urip tersenyum sambil menatap lembaran kertas itu.
“Oh jadi mereka ini peserta yang bakal garap non nanti… Hakhakhak… Lengkap bener mana ada alamat rumahnya lagi… Siap non, siap… Nanti bakal saya beri tahu semuanya… Jadi totalnya ada 8 orang nih non ? Hakhakhak” tawa pak Urip setelah menghitung daftarnya. “Jadi kalau ditambah saya semuanya bakal ada sembilan orang dong non ? Wuih bakal dower tuh memek non” tawa pak Urip puas setelah melihat daftar namanya.
“Enggak pak… Totalnya ada sembilan orang kok… Sama bapak jadi bakal ada sepuluh orang… Satu nama yang gak aku tulis biar aku sendiri yang mengundangnya… Jadi tolong undang mereka semua yah pak” ucap Nayla dengan malu-malu lalu buru-buru pergi menghampiri motornya untuk segera berangkat menuju tempat kerjanya.
“Hakhakhak siap non siap… Akan saya undang mereka semua kok” tawa pak Urip yang masih terus membaca nama-nama di lembaran kertas itu.
Karena terlalu fokus membaca, ia sampai tak sadar kalau majikannya sudah pergi meninggalkannya. Pak Urip terus saja cekikikan. Ia terus membaca nama-nama yang ada, sambil mengingat-ngingat siapa tau ia mengenal orang-orang yang ada di daftar 'list' tersebut.
“Hakhakhak… Gak nyangka mang Yono sampai masuk daftar ? Kok bisa ? Pak Rudi juga masuk daftar lagi, hakhakhak… Eh pak Amin siapa yah ? Loh kok nama pak Dikin gak ada ? Apa kelupaan ? Apa malah sengaja gak dimasukin ? Apa jangan-jangan, pak Dikin itu orang yang sengaja ingin non Nayla undang sendiri ? Hakhakhak pasti iya deh, pasti non Nayla pengen ngentot 'one by one' pas ngundang dia nanti… Sial, enak banget sih pak Dikin, hakhakhak” tawa pak Urip dengan keras.
Sementara itu di perjalanan.
“Huft nyaris aja aku bakal diminta ngelayanin pak Urip lagi” kata Nayla ditengah perjalanannya.
Seketika ia meminggirkan motornya untuk berhenti sejenak. Ia melihat ke sekitar lalu memegangi dadanya yang tadi dielus-elus oleh pembantu tuanya.
“Duh sepuluh hari tanpa ngentot ? Kayaknya bakalan lama banget deh… Orang sekarang aja aku udah sangek gara-gara diremes pak Urip tadi… Hmmm” kata Nayla terdiam.
Tiba-tiba ia terpikirkan sebuah ide. Ia kembali melihat sekitar untuk memeriksa keadaan.
“Mumpung sepi, nakal-nakal dikit gapapa kali yah” kata Nayla sambil menurunkan standar motornya lalu berdiri tepat di samping motornya.
Ia kembali melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Ia tiba-tiba menaikkan rok gamisnya. Ia menaikkannya hingga melewati pinggang rampingnya. Tiba-tiba ia menurunkan celana dalamnya hingga melewati kaki jenjangnya. Tak cukup sampai disitu, ia juga menurunkan resleting gamisnya lalu diam-diam melepas behanya sebelum ia naikkan lagi resleting gamisnya.
“Hihihihi ide dari pak Urip bagus juga tadi” kata Nayla sambil menunduk untuk mengambil celana dalamnya yang sudah lolos dari kaki jenjangnya.
MEGN9ZQ
https://thumbs4.imagebam.com/67/34/0a/MEGN9ZQ_t.jpeg 67/34/0a/MEGN9ZQ_t.jpeg
Ia kembali melihat sekitar. Kebetulan ia melihat sebuah gerobak kaki lima yang sepertinya ditinggalkan oleh pemiliknya. Ia lalu menggantungkan beha dan celana dalamnya tepat di tepi gerobak itu. Nayla tertawa. Ia lalu buru-buru kembali ke motornya dan meninggalkan pakaian dalamnya begitu saja di gerobak tersebut.
“Entar pas pulang aku ambil ah… Kalau ilang ya udah… Kalau masih ada ya aku ambil lagi… Penasaran deh sama yang liat bakal diapain yah pakaian dalem aku” kata Nayla sambil menstarter ulang motornya lagi.
Sebelum ia menjalankan motornya, lagi-lagi ia terpikirkan ide lain.
“Aku buka ah” kata Nayla sambil melepas maskernya.
Ia lalu mulai menarik gas motornya. Ia pun mengendarai motornya dengan menunjukkan wajah cantiknya. Ia dengan berani melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, entah ide dari mana, ia dengan percaya diri menunggangi motornya sambil menunjukkan keseluruhan wajah cantiknya.
“Kira-kira ada yang kenal gak yah ? Hihihihi”
*-*-*-*
“Hmmm Putri lagi ngapain yah ? Kok dari kemarin chatt aku gak dibales sih ?” Tanya Andri heran.
Ia dengan gelisah duduk di teras rumahnya sambil memandangi layar hapenya. Dari kemarin, chatt nya selalu bercentang dua tanpa berwarna biru. Ia yakin, Putri pasti sudah menerimanya, tapi kenapa pesannya belum dibaca-baca ? Apa jangan-jangan sudah dibaca tapi notifikasinya disembunyikan sehingga centangnya tidak berwarna biru ?
“Hmmm sejak waktu itu, Putri jadi aneh deh ? Dia jadi beda… Bahkan untuk dihubungi aja susah… Siapa yah laki-laki yang dipanggil ‘mas Beni’ oleh Putri waktu itu ?” Lirih Andri bertanya-tanya.
Andri merenung sejenak. Entah kenapa sejak kejadian itu, dirinya jadi sering kepikiran. Awalnya mulai dari laporan temennya yang katanya memergoki Putri berduaan dengan seseorang di dalam mobil. Tidak hanya berduaan, tapi juga bertindak mesum di dalam. Lalu lanjut ke pesan kemarin. Ia jadi curiga. Apa jangan-jangan Putri, akhwat cantik yang ia kenal selalu mengenakan cadar itu telah berzina dibelakangnya ?
“Gak mungkin !” Lirih Andri tak mempercayainya.
'Maafin saya yah dek, mungkin sodokan saya terlalu keras kemarin… Memek adek gapapa kan ?'
“Aaarrgghhhhh !!!” Jerit Andri sambil menjambak rambutnya. “Masa sih ? Putri ? Kayak gitu dibelakang aku ?” tanya Andri yang masih belum percaya.
Meski belakangan ini, ia mengaku kalau dirinya lebih mencintai Nayla daripada Putri. Entah kenapa hatinya juga merasa sakit tiap kali membayangkan kalau Putri beneran berzina dibelakangnya. Kalau benar ia tak mencintainya, bukan kah itu berarti, hal seperti itu tidak akan membuatnya kecewa dengan setiap keputusan yang Putri buat ?
“Tapi kok, hati aku sakit yah… Aku bahkan sampai kecewa… Siaaalllll !!!” Jerit Andri yang kali ini sambil menggedor meja kecil di depannya.
“Naylaaa… Naylaaa… Aku harus menghubunginya dulu… Mungkin dia bisa ngasih aku info tentang Putri” lirih Andri yang sampai gemetaran saat tangannya memencet nomor untuk menghubungi kekasih khayalannya itu.
'Tuutt… Tuutt… Tuuttt…'
“Halooo, Nay” ucap Andri seketika saat panggilan tersambung.
“Sllrrppp mpphhh, iya haloo” jawab Nayla
“Hmm maaf, kamu lagi sibuk gak Nay… Aku mau nanya sesuatu” tanya Andri dengan terburu-buru.
“Sslrrppp… Sllrrpppp… Mmpphhh… Aku lagi berangkat kerja Ndri… Ada apa emangnya ?” tanya Nayla lagi.
“Oh, lagi ada perfotoan yah ?” tanya Andri dengan lesu.
“Slllrrppp mpphhh… Iyyahh Ndrii… Mmpphhh” jawab Nayla tak lama kemudian.
“Hmmm yaudah, aku mau nanya 'to the point' aja… Belakangan ini kamu ngehubungin Putri gak, Nay ?” tanya Andri.
'Hebat banget kamu mbak… Saya sampai merinding gini…'
“Ssstt pakk… Jangan ngomong apa-apa… Eh maaf Ndri, tadi nanya apa ?” tanya Nayla lagi karena tadi fokusnya teralihkan.
“Loh lagi ngobrol sama orang yah ? Soal Putri, Nay… Kamu belakangan ini ngehubungin Putri gak ?” tanya Andri lagi. Pikirannya yang sedang terbelah membuat dirinya juga tidak terlalu memperhatikan suara-suara yang Nayla ucapkan di belakang.
'Benda kenyal-kenyil ini bikin saya gemes aja… Boleh saya remes gak ?'
“Pelan-pelan aja yah pak… Mmppphhh… Eh Ndri ? Oh Putri ? Engga sih… Engga iya engga hehe”
“Oh yaudah… Soalnya dari kemarin aku chat gak dibales-bales soalnya… Kirain kalau kamu yang ngechatt dibales” tanya Andri yang sudah mencurigai Putri.
“Ssllrrppp… Ssllrrppp… Mmpphhh… Udah kamu chatt lagi emangnya Ndri ?” tanya Nayla balik.
“Udah sepuluh menit yang lalu… Tapi belum dibales, Nay” jawab Andri sedih.
'Aaahhhh nikmatnya mbakk… Aahhhh… Aahhh yaahh… Aahhhh hebat banget kuluman mbak !'
“Sssllrrppp… Slllrrppp… Ssllrrppp mpphhh… Mungkin lagi di kelas kali Ndri… Dia kan masih kuliah !”
'Aaahhhh kocokan mbak juga hebat bangett… Aahhh terus kocok teruss… Kocok yang kencengg… Aaahhhhh…'
“Kuliah ?” Andri pun menjauhkan hapenya dari telinganya. Ia berjalan ke dalam rumah untuk melihat jam.
'Aaahhh teruss mbaakkk… Aahhh lagi nelpon siapa sih ? Suami mbak yah ? Ngeganggu aja sih !'
“Sssttt diem dong pak… Nanti ketahuan… Aku lagi nelpon Andri pak”
'Aaahhhhh… Aaahhhh Andri ? Oh Andri ? Dia pernah diginiin juga gak ?'
“Sssllrrppp… Ssllrrppp… Enggak pak… Tapi dia pernah ngocok di depan aku pas aku lagi gak pake baju”
'Aaahhhhh… Aaaahhhh… Masih beruntung saya dong mbak ? Disepong terus dikocokin sama mbak yang lagi setengah bugil kayak gini ?'
“Ssllrrpppp… Ssllrrppp… Mmpphhh, asal bapak tau aja… Ada orang yang lebih beruntung dari bapak tau… Dia pernah ngentot memek aku lohhh”
'Aaahhhh… Aaahhhh… Yang bener ? Uhhhh saya juga mau dong mbak… Saya pengen…'
“Ssllrppp… Sllrrpp… Hihihih sabar dong… Baru juga pertama kali udah minta ngentot aja… Aku tes dulu dong, kalau kontol bapak layak, bapak boleh ngentotin aku kok, hihihih”
'Aaahhhh… Aaahhhh… Curang deh… Tapi kalau saya sambil mimi cucu boleh gak ?'
“Boleh kok hihihihih… Bapak boleh sambil minum susu aku”
“Halooo, Nay… Eh minum susu ? Maksudnya ?” Tanya Andri yang baru mendekatkan hapenya ke telinganya lagi.
“Sssllrrppp… Mmpphhh… Apa Ndri ? Kamu bilang apa ?”
“Kamu lagi sama siapa sih ? Kamu udah di tempat kerja kan ? Kok tadi aku denger minum susu ?” Tanya Andri yang seketika mulai curiga juga dengan apa yang Nayla lakukan.
“Ohh enggak Ndri… Hihihihi… Aku tadi baru aja bikin secangkir susu buat pak Joni… Dia nanya boleh diminum gak susunya… Ya aku jawab boleh… Hihihihi” Jawab Nayla dengan tenang.
“Oalah kirain kenapa… Yaudah kalau gitu… Maaf udah ganggu” Jawab Andri. Andri pun menurunkan tangannya lagi sehingga hapenya terjauhkan dari telinganya.
“Ihhh bapak tuh kan… Dibilangin jangan ngomong apa-apa” Tegur Nayla.
'Aaahhhh… Aaahhh… Mana bisa saya cuma diem aja pas lagi diginiin sama mbak…'
“Ihhh udah deh diem… Aku kuatin nih… Mmppphhhh”
'Aaahhhh mbaakkk terussss…'
“Hmmm bahkan, aku aja sampai mencurigai Nayla yang enggak-enggak… Bisa-bisanya aku mencurigai Nayla ngebiarin susunya diminum pak Joni… Aku udah parah deh… Aku gak bisa ngediemin terus… Aku kudu nanya Putri langsung buat mengurangi kesalahpahaman ini” lirih Andri sambil menatap kosong ke arah halaman rumahnya.
“Yaudah yah, Nay… Akuuuu” jawab Andri terhenti saat telinganya mendengarkan sesuatu yang mencurigakan.
'Aaaahhhhhhhhh muncrat semuaaaaa !!!'
“Mmpphhhh banyak bangett paaakkk”
'Eh, muncrat ? Banyak banget ?'
Batin Andri curiga.
'Apa maksudnya ?'
“Halooo, Nay… Kamu gapapa ?”
“Mmppphhhhh… Gleeggggg… Eh iya Ndri ? Enggak iya gapapa… Maaf, ini pak Joni habis muncratin susunya… Padahal dah tau panas malah maksain minum... Mana banyak banget lagi duhhhh... sampai kena susu aku loh” kata Nayla yang membuat Andri terkejut.
Eh susu ? Tanya Andri.
Hah ? Aku ngomong apaan tadi ? Gamis aku Ndri... Kamu salah denger kali
“Oalah yaudah deh… Mungkin iya kali yah... Aku lagi banyak pikiran soalnya... yaudah, kita udahan dulu yah… Silahkan lanjut kerjanya… Semangat yah” kata Andri sambil mengelus dadanya.
“Iyya ndri… Maaf yah… Makasih” jawab Nayla yang langsung menutup telponnya.
“Hah, Tuh kan… Dengar kata muncrat aja malah bikin aku mikir yang enggak-enggak… Mana sampai salah denger lagi, kok bisa kata 'gamis' berubah jadi 'susu'... 'Astaghfirullah'… Kenapa aku jadi gampang 'suudzon' yah sekarang ?” Lirih Andri heran.
“Ngomong-ngomong soal pak Joni, udah lama juga aku gak kerja bareng dia lagi” kata Andri sambil mengingat sosok pria paruh baya yang usianya berada di awal empat puluhan itu. Ia mencoba mengingat wajahnya. Seorang pria berkepala plontos yang juga bekerja sebagai fotografer seperti dirinya. Seingatnya pak Joni itu mempunyai badan yang lumayan kekar. Kulitnya juga putih. Kalau gak salah pak Joni itu statusnya sudah menjadi duda. Seketika Andri tersenyum kecil.
“Kok bisa-bisanya aku mikirin Nayla berbuat mesum sama orang kek gitu… Mana mungkin… Kalau iya, mana mungkin juga Nayla mau” Lirih Andri sambil tertawa.
“Ngomong-ngomong udah jam berapa sih ini ? Putri masih kuliah yah ? Nanti lah kapan-kapan aku harus ke kosannya buat nanya langsung ke dia… Paling kesel deh sama hal yang gak pasti kayak gini” Lirih Andri sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya lagi.
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
*-*-*-*
Sementara itu, beberapa menit kemudian di sebuah kelas yang berada di salah satu kampus terkenal di ibukota.
“Kenapa sih kok mas Andri ngechatt terus ? Jadi males deh, bikin bete aja” lirih Putri saat dosennya menerangkan sesuatu di kelas.
Ia tidak fokus. Berulang kali matanya menatap ke arah luar karena dirinya sudah bosan berada di kampus. Padahal setelah ini, dirinya memiliki jam perkuliahan lain. Ia tidak merasa 'mood' untuk masuk ke kelas lagi. Rasanya setelah jam perkuliahan yang ini habis, ia ingin langsung pulang tanpa mengikuti sisa jam perkuliahannya lagi.
“Aku jadi ngerasa bersalah deh ke mas Andri… Aku udah gak mencintainya lagi… Perasaanku untuknya udah hilang ibarat ditelan bumi… Hmm, semua gara-gara mas Beni… Bahkan aku enggan dinikahi mas Andri dan lebih ingin menikah dengan mas Beni” lirih Putri sambil menatap layar hapenya.
Ia menggesek layar hapenya. Ia menscroll layar hapenya ke bawah untuk mencari chattan terakhir antara dirinya dengan mas Beni.
“Ini dia !” lirihnya yang langsung memegangi hapenya dengan dua tangan agar dirinya bisa lebih cepat untuk mengirimkan pesannya kepada sang pejantan.
Maasss… Apa kabar ?
Baik dek
Hmm, mas lagi apa ? Mas sibuk ? Aku kangen
Saya lagi kerja dek… Sama, saya juga kangen
Entah kenapa, Putri tersenyum saat membaca pesan itu.
Mas lagi dimana ? Ketemuan yuk
Yuk dek, kebetulan saya lagi ada di sekitaran kosannya adek… Kalau mau ketemu, dek Putri bisa pulang ke kosan, nanti kita ketemuan disana
Ide bagus mas, tunggu 10 menit lagi yah… Aku bakal langsung kesana setelah kelas selesai
Siip dek, saya tunggu yah
Iyya mas, aku sayang mas, muach
Sama, saya juga dek, muach… Emot kontol emot kontol emot kontol
Putri tersenyum. Perasaannya membaik. Hatinya tidak lagi gelisah setelah berkontakan dengan mas Beni, si pencuri hati. Terkadang ia sampai geleng-geleng kepala sendiri. Bisa-bisanya seorang wanita yang sebentar lagi akan menikah malah saling bertukar pesan seperti ini.
Hal itu bisa terjadi kalau salah satu dari sang mempelai sudah kehilangan perasaannya kepada calon pengantinnya. Itu lah yang saat ini terjadi pada Putri. Hatinya sudah dibutakan pada mas Beni. Tak peduli dirinya yang jauh lebih tua bahkan berbeda agama dengannya. Putri sudah memantapkan hati kalau dirinya hanya ingin menikah dengan mas Beni saja.
“Hah… Tapi gimana yah caranya agar mas Andri mau mbatalin pernikahan kami ?” Desah Putri kebingungan.
Beberapa menit kemudian.
Akhirnya bel berbunyi. Pertanda kalau jam pelajaran telah berakhir. Putri yang masih duduk di kelas buru-buru membereskan barang-barangnya dengan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas jinjingnya.
Kebetulan, seseorang dari teman satu kelasnya ada yang memergokinya. Sosok itu pun langsung menghampiri meja Putri untuk mempertanyakan maksud dari sikapnya tadi.
MEGN958
https://thumbs4.imagebam.com/21/8a/3f/MEGN958_t.jpg 21/8a/3f/MEGN958_t.jpg
'KAYLA
“Put, mau kemana ? Habis ini masih ada kelas lagi loh ?” Tanya akhwat cantik yang mengenakan gamis panjang berwarna kecoklatan itu.
“Eh Kayla… Hmm aku gak enak badan nih… Nanti bilangin yah ke dosen kalau aku lagi sakit” Jawab Putri tak memperdulikan perkataan teman satu kelasnya itu.
“Sakit ?” Tanya Kayla heran karena Putri terlihat seperti akhwat yang sedang baik-baik saja.
“Hehe iyya… Titip salam ke pak Heri yah pokoknya… Bilangin, aku lagi sakit” kata Putri yang tak menghiraukan tatapan Kayla. Putri pun langsung pergi keluar kelas meninggalkan tanda tanya di pikiran Kayla.
MEGN95R
https://thumbs4.imagebam.com/80/63/e9/MEGN95R_t.jpg 80/63/e9/MEGN95R_t.jpg
'PUTRI
“Sakit apa yah… Perasaan gak kenapa-kenapa deh ?!” lirih Kayla yang terus mengamati Putri hingga ke luar kelasnya.
Putri terus berjalan melewati lorong kelas. Langkah kakinya terburu-buru. Ia sudah seperti seseorang yang nyaris ketinggalan kereta saja. Ia semakin cepat melangkah. Bahkan ketiga satpam yang sedang mengobrol di ujung lorong itu sampai terkejut melihat Putri begitu terburu-buru.
“Eh liat deh, akhwat yang pake masker itu !” kata salah satu dari ketiga satpam itu.
“Ada apa pak ? Kenapa ?” Tanya satpam bertubuh paling tambun diantara ketiga satpam itu.
“Inget gak akhwat bercadar yang kita gilir waktu itu” tanya satpam lainnya yang mempunyai ciri-ciri tubuh kurus, kulit gelap dan berkumis tebal itu.
“Eh itu yang itu kah ?” Tanya satpam tertua diantara ketiganya.
“Bukan, saya inget banget orangnya… Kalau yang kita gilir itu bodynya lebih oke… Proporsi tubuhnya lebih pas daripada yang baru ngelewati kita tadi” kata satpam kurus berkulit gelap itu.
“Lah terus ? Kenapa nyuruh kita buat ngeliatin dia ?” Tanya satpam tambun itu heran.
“Ngowahaha… Cuma penasaran aja… Akhwat yang suka pake baju longgar kayak dia, diem-diem lonte juga gak yah ?” tanya satpam terkurus itu sambil tersenyum mesum.
“Hohohoho… Bener juga ? Akhwat yang waktu itu kita gilir aja, kita gak ada yang nyangka kalau kita bisa make dia bareng-bareng” kata satpam tertua.
“Hiyahahaha… Ngomong-ngomong soal dia… Saya jadi kangen pengen ngerasain jepitannya lagi deh” kata satpam gembul itu.
“Sama pak, mari kita berdoa bareng-bareng… Semoga kita diberi kesempatan buat ketemu dan make akhwat mesum itu lagi… Siapa yah namanya ?” tanya satpam kurus itu sampai lupa.
“Namanya mbak Nayla, pak… Lihat deh, rupanya dia itu selebgram… Followersnya udah banyak banget” kata satpam tertua sambil menunjukkan salah satu video yang ia temukan di akun instagramnya.
NRV6vNrk4Y0
NRV6vNrk4Y0
“Widih, jadi kita kemarin habis ngegilir selebgram ? Pantes mantep banget” kata satpam tergembul itu tak menyangka.
“Ngowahaha… Kok bisa dapet akun instagramnya gitu ? Bagi dong akunnya” kata satpam terkurus itu pengen.
“Siyap pak… Ini akunnya… Mari kita kontolin bareng-bareng buat pemanasan siapa tau bisa ketemu lagi, Hohohohoh” kata satpam tertua itu yang akhirnya mengajak kedua rekannya menuju kamar mandi. Tepatnya menuju bilik masing-masing untuk sama-sama beronani untuk memfantasikan akhwat bercadar yang pernah mereka gilir kemarin.
“Aaahhh… Aaaahhhhh… Aaahhhhh” Suara mereka pun menggema seperti kelompok paduan suara yang sedang berlatih di dalam kamar mandi.
*-*-*-*
“Nah itu dia… Maass” sapa Putri setelah melihat sosok kekar itu berdiri dengan gagah berani di depan gedung kosnya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'MAS BENI
“Deeekkk” jawab mas Beni sambil tersenyum melihat gadis pemuasnya datang menghampiri.
Ibarat seorang ayah yang melihat putrinya datang menghampiri. Mas Beni pun menghempaskan semua peralatan kebersihannya mulai dari sapu hingga cikrak ke tanah yang ia pijak. Kedua tangannya membuka lebar tuk menyambut kedatangan wanita cantik dengan pelukan erat yang siap ia berikan untuknya.
“Maaassss” ucap Putri yang langsung memeluknya dengan erat.
Mas Beni turut membalas pelukannya dengan erat. Kedua insan yang hidup di zaman yang berbeda itu saling berpelukan tanpa takut dilihat oleh orang-orang, karena keadaan di jalanan itu tengah sepi tanpa ada satu orang sama sekali. Semua orang tengah berada di kelas untuk mengikuti satu jam pelajaran terakhir.
“Duh kenceng banget meluknya dek… Kangen banget yah ?” Tanya mas Beni tersenyum.
“Hehe iyya mas… Aku kangen banget… Aku sampe gak fokus kuliah tadi” kata Putri yang masih memejamkan mata sambil menjatuhkan kepalanya pada dada bidang pejantannya.
“Hahaha kok bisa ? Tapi lain kali jangan gitu dong… Masa di kelas sampe gak fokus” kata mas Beni tertawa.
“Hihihih aku juga heran… Iya deh lain kali gak diulang lagi kok… Hihihih” tawa Putri berbahagia.
“Ngomong-ngomong kalau kita masuk ke dalem gimana dek ? Disini agak bahaya nih kalau kita keliatan orang ? Takutnya karena kita terlalu enak peluk-pelukan, terus kita gak sadar dilihat orang gimana ?” tanya mas Beni khawatir.
“Hihihihi iyya juga… Habis pelukan mas Beni bikin aku nyaman sih… Yuk kita masuk ke kosan aku” Ajak Putri menuju kamarnya yang merupakan saksi bisu persetubuhan mereka untuk pertama kalinya.
Putri dan mas Beni pun berjalan berdampingan. Tanpa sadar tangan mereka berpegangan. Saking biasanya mereka melakukan, mereka terlihat alami bagaikan sepasang suami istri. Putri sudah tak sabar menantikan dirinya bisa bermanja-manjaan lagi bersama mas Beni. Mas Beni pun sama, wajahnya kemudian melirik ke samping tuk melihat akhwat cantik yang mengenakan gamis lebar itu berjalan di sebelahnya. Sungguh cantik, bahkan dengan masker dan kacamata yang menghiasi wajahnya, Putri semakin cantik. Ia pun tanpa sadar mengelusi penisnya dari luar celananya. Tiap kali melihat Putri, ia jadi bernafsu. Karena tiap kali dirinya bertemu dengan Putri, pasti selalu diakhiri dengan hubungan suami istri.
'Pasti kali ini juga… Pasti aku bakal diminta untuk memuasi memeknya lagi… Ah, andai hal seperti ini terjadi ke mbak Nayla… Dah berapa lama yah kontolku gak masuk ke memeknya mbak Nayla ? Hmmm…'
Batin mas Beni mupeng.
Mereka pun tiba di dalam kamar tidur Putri. Putri dengan manja langsung duduk di tepi ranjangnya. Mas Beni pun ikut duduk di sebelahnya. Dengan segera tangan Putri melekat tuk mengitari lengan kekar mas Beni. Putri tersenyum. Rasanya nyaman sekali bisa bersandar di lengan kekar pejantannya ini.
“Maass… Sebenarnya, aku mau curhat ke mas Beni tentang perasaanku saat ini… Tadi aku udah cerita kan kalau di kelas aku sampai kehilangan fokus ?” tanya Putri dengan manja sambil mencemberutkan wajahnya.
“Iyya dek… Ada apa emangnya ? Kok dek Putri sampai kayak gitu sih ?” tanya Mas Beni sambil mengusap-ngusap punggung tangan Putri yang ada di lengan kekarnya.
“Sebenarnya belakangan ini, aku gelisah sama resah bukan cuma karena mikirin mas Beni” Lirih Putri malu-malu.
“Hmm maksudnya ?” tanya mas Beni sambil terus mengusap-ngusap punggung tangan Putri.
“Mas, Aku mau nanya… Mas Beni sayang sama aku gak ?” tanya Putri penasaran.
“Saya jelas sayang dek Putri dong ? Mana mungkin saya gak sayang sama dek Putri” Jawab mas Beni sambil menatap wajah Putri dengan menggunakan tatapannya yang hangat.
“Terus mas, mas Beni cinta sama aku gak ?” Tanya Putri lagi sambil tersenyum manis.
“Ya jelas saya cinta sama dek Putri dong… Wanita secantik dek Putri, mana mungkin gak saya cintai” jawab mas Beni dengan santai.
“Hihhihi kalau gitu… Gimana kalau setelah aku lulus, kita nikah aja ?” tanya Putri yang mengejutkan mas Beni.
“Nikah ?” Tanya mas Beni. “Bukannya dek Putri udah punya calon suami ?” Tanya mas Beni lagi memastikan.
“Iyya sih mas, tapi . . . .” Jawab Putri terpotong gara-gara mas Beni sudah berkata lagi.
“Terus kenapa tiba-tiba ngajak saya nikah ? Apa terjadi sesuatu dengan calonnya dek Putri ?” tanya mas Beni 'shock' sehingga terlihat jelas melalui ekspresi wajahnya.
“Mas Beni kenapa ? Gak suka yah ? Kok mukanya keliatan gitu” Tanya Putri merasa ada yang aneh dengan ekspresi wajah mas Beni.
“Bukan gitu… Maksudnya, kok tiba-tiba gini sih… Apa calonnya dek Putri tiba-tiba membatalin pernikahan, apa gimana ?” Tanya mas Beni gagal paham.
“Hmmm enggak sih… Cuma, aku ngerasa gak cocok aja sama mas Andri… Aku ngerasa lebih cocok aja ke mas Beni… Makanya aku pengen nikahnya sama mas Beni aja” kata Putri yang membuat jantung mas Beni rasanya seperti berhenti berdetak.
'Kok sama saya sih nikahnya ? Kalau cuma jadi pemuas nafsu sih oke, tapi kalau nikah ?'
Batin mas Beni ragu.
Bukannya dia tidak mau. Dia hanya ragu. Karena sejujurnya, rasa cintanya tidak jauh lebih besar dibanding rasa cintanya pada Nayla. Kalau itu Nayla yang mengajak, pasti ia langsung setuju. Cuma kalau itu Putri ? Tidak semudah itu baginya untuk langsung menyetujuinya. Apalagi Putri ini sudah mempunyai calon. Kesannya ia seperti merebut Putri dari calon suaminya itu.
“Mas kenapa ? Kok ngelamun ? Tuh kan, masih ragu yah ? Mas gak mencintaiku yah ?” tanya Putri terlihat kecewa. Kepalanya bahkan tidak ia jatuhkan lagi pada lengan kekarnya.
“Bu-bukan gitu dek… Anu, saya… Saya” kata Mas Beni terbata-bata.
“Hmmm terus ? Kenapa mas Beni masang ekspresi wajah kayak gitu sih ?” tanya Putri curiga.
“Saya cuma gak enak dek… Dek Putri kan udah mau nikah sebentar lagi… Gimana kalau dek Putri nikahnya sama calon suami aja… Untuk urusan ranjang dan lainnya, saya siap kok melayani dek Putri seperti biasa” kata mas Beni menyarankan.
“Ihhh masss… Aku itu cinta sama mas… Mas itu bukan cuma pemuas nafsuku… Tapi mas itu juga satu-satunya pria yang aku cinta saat ini… Aku gak mau hubungan kita cuma sebatas partner sex aja… Aku mau lebih… Aku mau kita menjadi pasangan suami istri” kata Putri kekeh yang ingin menikah dengan mas Beni.
“Tapi dek… Apa kata orang nanti… Saya ini bukan orang kaya loh… Bahkan iman kita berbeda ? Saya gak mau, dek Putri bakalan kena stigma buruk sama tetangga, dek” kata Mas Beni beralasan demi membujuk Putri agar hubungan mereka tak lebih dari partner sex saja.
“Siapa yang peduli mas ! Aku itu sayang mas Beni… Aku itu cinta sama mas Beni… Kenapa juga aku harus dengerin omongan orang lain mas ?” Tanya Putri yang begitu keras kepala.
Mas Beni pun sampai kehilangan kata-kata. Ia sampai tidak mempunyai alasan lain untuk membantah argumen akhwat cantik yang sudah berulang kali ia gagahi itu.
“Tapiii dekk… Gimana, kalau kita . . . .” Ucapan mas Beni terpotong, ketika jemari telunjuk Putri hinggap di bibir tuanya.
“Udah, aku gak mau denger alesan lain…. Mas sayang aku kan ? Mas cinta aku kan ? Aku mau kita nikah… Bahkan aku rela dihamili mas Beni agar kita bisa nikah ? Apa perlu kita terus bercinta sampai aku bener-bener hamil agar mas Beni mau menikahi aku ?” tanya Putri yang sudah dibutakan rasa cinta kepada pria tua berbadan kekar tersebut.
“Gakkk dek… Gak perluuu… Saya gak mauu merusak karier dek Putri sebagai selebgram” kata mas Beni saat pelan-pelan tubuhnya didorong hingga terlentang diatas ranjangnya.
“Hmmm bagus, terus kenapa juga mas Beni selama ini terus nolak aku ? Apa aku kurang cantik mas ?” Tanya Putri sambil melepas satu demi satu kancing seragam yang mas Beni kenakan.
“Bukk-bukan gitu kok… Dek Putri cantik… Cantik banget malahan… Mmpphhhh” desah mas Beni saat dada bidangnya mulai diusap oleh jemari lembut bidadari cantik itu.
“Terus ? Kenapa dari tadi mas nolak aku ? Aku bahkan rela diapa-apain sama mas Beni agar aku bisa nikah sama mas Beni loh” kata Putri sambil melebarkan seragam mas Beni agar tubuh kekarnya bisa terlihat oleh mata indah Putri lagi. Jemarinya bahkan menggelitiki puting pria tua kekar itu yang membuatnya hanya bisa melenguh merasakan kenikmatannya.
“Mmpphh… Mmpphh… Dek Putri kan udah punya calon suami… Saya gak mau hubungan kalian jadi rusak gara-gara saya… Mmppphhhh” kata mas Beni yang terus saja beralasan.
“Cuma itu ? Aku kan bisa ngomong baik-baik ke mas Andri… Itu soal gampang mas, asalkan aku bisa nikah sama mas Beni… Hihhihih” tawa Putri ketika jemarinya mulai turun menuju celana pria tua kekar itu.
“Aaaaahhhh… Aaahhhhhhh tapiii dekkk” desah Pak Beni saat merasakan usapan manja dari akhwat bermasker itu.
“Hihihihi udah gede nih… Kalau kita nikah, kontol mas Beni bisa bebas keluar masuk memek aku loh mas… Masa mas gak tertarik sih ?” tanya Putri sambil tersenyum ketika tangannya terus mengusapi tonjolan indah itu dari luar celana mas Beni.
“Aaahhh… Aaahhhh… Bukan soal itu… Kalau itu saya tertarik kok… Saya tertarik banget malah” desah mas Beni yang terus saja dirangsang oleh Putri.
“Kalau gitu ayok kita nikah ? Apa aku harus ngasih mas Beni contoh dulu, barang kali mas Beni udah lupa yah nikmatnya rasa memek aku ?” Tanya Putri sambil membuka resleting celana mas Beni yang membuat pria tua kekar itu menenggak ludahnya.
Penis mas Beni sudah keluar. Jemari Putri pun hinggap lalu membetotnya lalu mengocoknya lalu mencekiknya yang membuat pemiliknya mengerang keenakan.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh yaahhh… Ouhhhh lembut banget tangan dek Putri… Aahhh yaahhh… Ouhhhhh” desah mas Beni bahkan pinggulnya sampai terangkat ketika usapan jemari Putri mulai beranjak naik menuju ujung kulupnya.
“Hihihihi bikin gemes aja sih kontol mas Beni… Apalagi kulupnya ini… Mmmpphhh… Aku aja pengen dipuasi mas Beni tiap hari, masa mas Beni gak mau sih ?” Tanya Putri terus menggodanya. Berulang kali tangannya terus mengocok kontol mas Beni. Mas Beni pun semakin terangsang. Matanya terus saja memejam menikmati tiap kocokan yang akhwat bermasker itu lakukan.
“Aaaaahhhh… Saya mau kok… Saya maauuuu” desah mas Beni yang semakin kehilangan akal sehatnya.
“Hihihih kalau gitu yukkk kita ngentot lagi… Aku udah gemes banget pengen ngerasain kontol mas Beni lagi” kata Putri sambil menurunkan maskernya lalu menundukkan wajahnya agar memudahkan mulutnya untuk melahap penis kekar itu lagi.
“Aaaaaaahhhhhhhh…. Ouhhh deekkk… Uhhhhh” desah mas Beni saat penisnya mulai dikulum.
Rasa hangat dan nikmat kembali bersatu saat merasakan kuluman akhwat mesum itu. Mata mas Beni berulang kali merem melek merasakan nikmatnya. Jemari kekarnya pun meremas sprei ranjang tidur akhwat cantik itu. Mulutnya terus membuka tiap kali merasakan kulumannya yang begitu luar biasa.
“Sssllrrrppp… Mmppphhh… Ssllrrpp mmmpphhh enak banget kontol mas… Sssllrrpppp aku jadi gak bisa berhenti mas” desah Putri terus menggodanya dengan mengeluarkan kata-kata kotor sambil kepalanya terus naik turun menyepong penis sakti itu.
“Aaahhhh deekkk… Aaahhhh… Terusss… Aaahhh… Aahhh yahhh” desah mas Beni puas.
Mulut Putri pun menjepit. Bibirnya dengan kuat begitu mengapit. Berulang kali kepalanya naik turun memberikan kenikmatan yang sampai ke ubun-ubun. Lidah Putri ikut bekerja dengan menjilati batang penis yang berwarna hitam pekat itu. Liurnya pun tumpah membasahi penis hitamnya. Putri bernafsu. Ia terus menyepong penis hitam itu dengan nafas yang menggebu-gebu.
“Mmpphhh maass… Slllrrppp mpphhh… Mmppphhh” desah Putri berfokus hingga matanya memejam. Jemarinya mengusap-ngusap perut kotak-kotaknya untuk membangkitkan nafsunya. Merasakan betapa kerasnya perut itu membuat Putri semakin bersemangat mengulum. Mulutnya terus bergerak naik turun. Bibirnya semakin keras mengapit untuk memberikan efek nikmat untuk pejantannya itu.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Aaaahhhhh” nafas mas Beni menggebu. Dadanya naik turun merasa kenikmatan dari akhwat yang begitu mencintainya itu.
Terasa batang penisnya dijepit. Terasa batang penisnya dicekik. Ujung gundulnya sampai keluar dari persembunyiannya di balik kulup yang tak disunatnya. Tiap kali ujung gundulnya dijilat. Terasa tubuhnya seperti disengat. Penisnya semakin jengat. Ia merasa beruntung bisa diperlakukan seperti ini oleh seorang akhwat.
Kini jemari Putri ikut bermain. Jemarinya mulai mengocok penisnya dengan terampil. Mulut Putri masih hinggap disana, tepatnya di ujung gundulnya. Dikala jemarinya mengocok-ngocok. Mulutnya terus bekerja dengan menyedot-nyedot. Putri sudah terlihat seperti seorang ahli. Pengalamannya setelah berkali-kali dirinya disetubuhi membuatnya sudah tahu mana yang paling disukai oleh seorang lelaki. Mas Beni pun terus dipuasi. Ia melakukan segala cara agar pejantan tuanya itu menyadari kalau ia melakukan semua ini demi rasa cintanya pada mas Beni.
“Mmppphhhh…. Mmppphhhh… Ssllrrpp… Mmppphhh enak kan maass ? Mmppphhh” desah Putri terus menggoda dengan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mengulumnya.
“Aaahhh enak banget dek… Aahhh yaahhh… Aaahhhh” Jerit mas Beni yang semakin keras setelah dilecehi oleh akhwat bermasker itu.
“Hihihihi… Mmmpphhh udah siap deh kayaknya nihh… Kita ngentot yuk” kata Putri yang mulai bangkit lalu mulai menurunkan celana dalamnya dari balik rok gamisnya.
“Hah… Hah… Hah… Langsung dek ? Gak istirahat dulu ?” Tanya mas Beni ngos-ngosan.
“Langsung dong… Aku kan udah gak sabar pengen ngerasain nikmatnya kontol mas Beni lagi” kata Putri yang perlahan mulai menurunkan tubuhnya sehingga penis itu semakin mendekati pintu masuk lubang kenikmatannya.
“Uuuhhhhhh deekkk… Mmppphhh” desah mas Beni saat ujung gundulnya sudah menyundul bibir rahim Putri.
“Hihihihi akhirnya… Aku bisa ngerasain kontol bapak lagi… Uuuhhhhhh... Rasakan pembuktian cintaku ini !!!” desah Putri sambil menurunkan tubuhnya hingga perlahan penis keras itu mulai membelah liang senggamanya.
Uuhhhh deeekkkk desah mas Beni sambil memejam nikmat.
Dorongan tubuh Putri yang kuat membuat penis hitam, keras & panjang itu langsung masuk menembus titik terdalam dari rahimnya. Putri juga ikut menjerit. Terasa rahimnya agak sedikit sakit. Untungnya rasa sakit itu tertutupi oleh gesekan nikmat yang menggaruk dinding vaginanya yang sudah mulai basah.
Matanya yang tadi memejam mulai agak membuka. Ditatapnya wajah dari pejantan tuanya itu. Putri tersenyum. Maskernya yang sudah agak turun membuat mas Beni dapat melihat senyum indah itu secara langsung.
'Indaah sekalii !!'
Batin mas Beni takjub.
Namun kekagumannya hanya berlangsung sesaat. Tubuh Putri yang mulai terangkat mulai mengocok-ngocok penis itu melalui vagina sempitnya. Jemarinya pun mendekap kesepuluh jemari pejantannya. Tubuh Putri bergerak naik turun. Dadanya yang masih tertutupi gamis juga ikut bergondal-gandul.
Aahhhh... Aahhh maasss... Aaahhh enakk... Aaahhhh desah Putri sambil tersenyum.
Aaaaahhh... Aaahhhh iyaahh dek... Aaahhhh enakk bangett... Uhhh enak banget goyangannya dek desah mas Beni merem melek.
Meski sudah berulangkali bertempur, terasa pertempuran inilah yang membuatnya benar-benar terhibur. Terlihat Putri berusaha tuk memuaskan pejantannya. Pinggulnya tak pernah berhenti menggoyang. Goyangannya pun bervariasi mulai dari kanan ke kiri juga maju ke depan lalu mundur ke belakang. Putri melakukannya sambil menatap wajah pejantannya. Tangannya pun turun tuk bertumpu pada dada bidang pemuasnya. Senyum indah itu kembali terlihat. Tatapannya yang sendu membuat birahi tukang sapu itu bergejolak. Tubuh Putri terus menggeliat. Terasa kocokan vaginanya membuat penis mas Beni berdenyut-denyut nikmat.
Aaahhh... Aaaahhhh... Aku sayang mas Beni... Ayo kita nikah mas... Aku bakal beri mas kenikmatan yang lebih daripada ini... Mmmpphhh desah Putri terus menggoda.
Aaahhh iyaahh deh... Saya jugaaa... Aaaahhh goyanganmu enak bangett dekk... Aaahhh... Aaaahhhh desah mas Beni yang teralihkan pada dada bulat Putri yang terus bergondal-gandul.
Aaaahhh... Aaahhh... Mas Beni mau ? Tanya Putri yang peka sehingga tangannya pun memegangi susunya dari luar gamisnya.
Aaaahhhh... Aaahhh... Saya mau dek... Ayo keluarkan... Tunjukkan susu indahmu itu ke saya ! Ujar mas Beni bernafsu.
Aaaahhh... Aaahhh... Yang bener ? Bapak mau liat susu indahku ? Tanya Putri yang terus menggodanya dengan menekan-nekan putingnya sehingga membuat Mas Beni semakin geregetan.
Aaaahhhh... Aaahhh... Iyaaahhhh... Iyaaahhh... Tunjukkan deekk... Tunjukaannn !!! Desah Mas Beni dengan gemas sehingga tangannya menarik-narik gamis Putri dengan keras.
Aaaahhh... Aaahhh... Sabar dong mas... Jangan ditarik-tarik... Nanti gamisku robek desah Putri sambil menurunkan resleting gamisnya.
Tepat setelah resletingnya turun, gamis Putri langsung melorot akibat tarikan yang masih mas Beni lakukan.
Aaahhhh... Aaahhh... Buka behanya... Buka behanya deekk desah mas Beni saking gemasnya.
Iyaa paakk... Sabaaarrr desah Putri sambil membuka behanya.
Setelah behanya terbuka, susunya yang indah itu mulai terlihat. Mas Beni jadi makin bersemangat. Goyangannya yang akhwat mesum itu lakukan jadi semakin nikmat.
Nafsu yang terus memburu membuat mas Beni tidak tahan lagi. Ia tak tahan kalau dirinya hanya diam tanpa melakukan tindakan sama sekali. Ia juga ingin menggenjot. Ia ingin merasakan nikmatnya menyodok akhwat sholehot.
Aaahhhh... Aaahhh... Ayo ganti gaya dek... Saya mau nyodok memek rapetmu itu desah mas Beni sambil menepuk paha mulus Putri.
Mmpphhh iyaahh paakk... Mmpphhh uuhhhh desah Putri sambil membenamkan tubuhnya sedalam-dalamnya lalu mengangkat tubuhnya naik hingga penis yang sudah berlumuran cairan cintanya itu kembali terlihat di permukaan.
Ayo sini deekk... Saya udah gak tahan lagii... Nafsu saya udah gak bisa dibendung pake apa-apa lagi kata mas Beni yang meminta Putri berdiri lalu menelanjanginya hingga menyisakan hijab serta masker yang itupun sudah turun menutupi dagunya saja.
Uhhhh masss... Pelan-pelaan... Nanti gamisku rusak kata Putri saat mas Beni menelanjanginya dengan kasar.
Ayo nungging... Hah... Hah... Saya udah gak tahan lagi
'Plaaaakkkk !!'
Uuhhh maaassss desah Putri saat bokongnya ditampar dengan keras.
Putri sudah menungging dimana tangannya bertumpu pada dinding. Ia pasrah. Ia sudah siap untuk disetubuhi dengan gaya anjing kawin. Terasa penis tukang sapu miskin itu sudah menyundul-nyundul bibir vaginanya. Putri pun menoleh ke belakang. Terlihat wajah jelek pria itu sudah begitu bernafsu.
Terimaaa iniii... Uuhhhhhh desah mas Beni saat penisnya kembali masuk menggesek dinding rahim akhwat sholehot itu.
Uuhhhhh maassss desah Putri hingga tubuh rampingnya terdorong maju.
Terasa tusukan itu begitu bertenaga. Putri sampai kewalahan merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.
Hah... Hah... Hah... Hennkgghhh mantaappnyaaa... Aahhh... Aaahhh... Aaahhh desah mas Beni langsung tancap gas menusuk-nusuk rahim Putri dengan ganas.
Ouhhh massss... Ouhhh yaahh... Uuhhhh... Uhhhh tusuk terusss... Tusuk yang dalem maasss desah Putri sebagai akhwat pemuas.
Aaahhhh... Aaahhhh... Passtiii... Pastii akan saya tusuk memekmu sampai tembus ke perut ujar mas Beni saking nafsunya.
Aaahhh aaahhh... Aahhh yaahhh dorong lagiii... Genjottt lagii... Lampiaskan nafsumu itu maasss... Nikmati tubuh calon istrimu iniii desah Putri yang membuat nafsu mas Beni semakin menggebu.
Aahhhh yaahhh... Aaahhh... Aaahhhh... Iya deekk... Akan saya lakukaann... Akan kubuat dirimu hamil karena berani menantang sayaaa
Aaahhh yaahh... Aaahh cepaaattt... Hamilii akuuu... Hamili calon istrimu ini maasss desah Putri yang membuat mas Beni sampai menenggak ludah.
Bokong Putri ditampar-tampar. Bokongnya diremas-remas dengan begitu puas. Ia benar-benar memanfaatkan semua yang ada pada tubuh Putri sebagai pelampiasan nafsunya. Tusukan mas Beni diperkuat. Tusukannya semakin mantap saat mengenai titik terdalam rahim kehangatannya.
Aaaahhhh maasss... Aaahhh... Aaahhh... Aaaahhhh desah Putri penuh gairah.
Mas Beni yang begitu bernafsu mengarahkan tubuh Putri tuk menghadap cermin yang ada di sebelahnya. Dari sana ia dapat melihat susu Putri yang bergoyang-goyang. Ia juga dapat melihat ekspresi wajah Putri yang berteriak keenakan.
Aaahhhh... Aaahhh... Indah sekali dirimu deekk... Pinggangmu seksi... Susumu berisi... Saya jadi gak tahan lagi... Saya ingin menghamilimu saat ini desah mas Beni semakin bernafsu.
Aaaahhhh... Aaahhhh... Iyaahhh maasss... Semua keindahan ini milik mas... Ayo puasi aku masss... Nikmati tubuhku sesuka mas... Aku milikmu... Aku calon istrimu masss kata Putri yang terus mendoktrin mas Beni kalau sebentar lagi dia akan menjadi suaminya.
Mas Beni jadi bersemangat. Sodokannya pun diperkuat.
MEGN95B
https://thumbs4.imagebam.com/bb/8e/69/MEGN95B_t.jpg bb/8e/69/MEGN95B_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'MAS BENI
Aaaahhhh... Aahhh... Aaahhhh maasss... Aaaaahhhhh jerit Putri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aaahhhh... Aaahhh... Aaahhhh mantapnyaaa... Mantaapppnyaaaa desah mas Beni dengan penuh nafsu yang membuat tubuh Putri maju mundur terus.
'Plokkk... Plokkk... Plokkk...'
Pinggul mereka terus menggempur. Pinggul mereka terus bertubrukan menciptakan irama yang memanjakan telinga. Jemari mas Beni mengusapi punggung mulus Putri. Usapannya kembali turun menuju bokong mulus Putri. Ia menamparnya. Ia menamparnya sekali lagi.
'Plaakkk !!!
Plaaakkk !!!'
Aaahhh maass... Aaaahhhh jerit Putri dengan manja.
Sodokannya semakin keras. Tubuhnya kian memanas. Dikala pinggulnya terus maju mundur. Tangannya melepas kemeja seragam yang masih melekat disana. Ia pun tinggal mengenakan celana beserta topi lusuhnya. Nafasnya terengah-engah. Ia benar-benar menikmati tubuh akhwat itu seolah sedang menyenggamai istrinya sendiri.
Aaahhhh... Aaahhh... Aaaahhhh
Persetubuhan yang semakin ganas membuat mas Beni sampai lepas kendali. Saking kerasnya ia menggoyang pinggulnya. Kedua kakinya sampai lemas hingga kehilangan keseimbangan. Tepat saat mas Beni menancapkan penisnya sedalam-dalamnya. Ia pun terjatuh ke belakang yang untungnya ada ranjang empuk yang membuat mas Beni duduk di tepi ranjang tersebut.
Uuuuhhhhh mereka sama-sama mendesah. Ujung kulup penis itu menusuk titik terdalam rahim Putri tanpa ampun.
Hah... Hah... Hah mereka berdua pun beristirahat. Wajah mereka saling menoleh untuk bertatap-tatapan.
Mereka berdua tersenyum. Mereka berdua sama-sama tak percaya sudah bersetubuh hingga selelah ini. Wajah mereka berkeringat. Namun senyum mereka tetap terangkat.
Gimana ? Mas mau jadi istri aku kan ? Tanya Putri sambil tersenyum.
Hah... Hah... Kalau diberi kenikmatan seenak ini... Saya sih mau banget dek jawab mas Beni yang sudah dikuasai hawa nafsunya.
Hihihi bagus... Habis wisuda kita nikah yah... Mmpphhh kata Putri yang langsung mencumbu bibir mas Beni.
Mmpphhh akan saya pikirkan lagi dek... Mmppphh jawab mas Beni saat membalas cumbuannya.
Mereka berdua pun bercumbu. Mereka saling mendorong bibir mereka dengan penuh nafsu. Terasa cumbuannya membuat kepala Putri terdorong ke belakang. Ia pun mendesah pelan saat susunya yang menggantung indah di remas dengan pelan. Putingnya digelitiki. Putingnya kadang ditarik-tarik. Kadang susunya juga dicengkram yang membangkitkan nafsu Putri kepada sang pejantan.
Mmmpphhh... Mmpphhh... Saya menyukaimu deek... Saya jatuh cinta pada tubuh indahmu gumam mas Beni yang membuat Putri tersenyum.
Mmpphhh aku juga maasss... Silahkan nikmati aku... Aku milikmu... Mas bebas melakukan apa saja pada tubuh indahku gumam Putri yang membuat nafsu mas Beni kian menggebu.
Mmpphhh... Mmpphhh baik dek... Pasti... Saya akan menikmatimu sepuasnya ujar mas Beni sambil mengangkat pinggulnya yang membuat tubuh Putri terlempar naik.
Aaaaahhhh desah Putri sampai cumbuannya terlepas terkena dorongan pinggul mas Beni.
Hahahha... Lanjut yuk... Saya udah gak kuat lagi... Saya mau keluar sebentar lagi kata mas Beni sambil memelorotkan celananya.
Hihihi sama mas... Aku juga... Yuk keluar bareng-bareng kata Putri sambil berdiri agar memudahkan mas Beni menelanjangi dirinya. Putri tersenyum saat melihat pejantannya sudah bertelanjang bulat. Sambil membelakanginya, Putri pelan-pelan mulai menurunkan tubuhnya.
Uuhhhhhhhh mmmpphhh desah mereka saat kelamin mereka kembali bersatu.
Sini mendekat dek... Saya mau menciummu lagi kata mas Beni yang gemas akan bibir Putri.
Iyya masss... Mmppphhh desah Putri saat dicium oleh pria tua itu.
Pinggul mas Beni bergerak. Ia mulai menggenjot Putri dari belakang. Ia sedang duduk memangku tubuh telanjangnya, tangannya pun bergerak melingkari pinggangnya untuk memeluknya dengan erat. Jemari kanannya naik meremas susunya. Ia mengerang. Ia menikmati keseluruhan tubuh indah Putri sesukanya.
Mmmpphhh... Mmpphhh... Mmpphhh
Lidah mas Beni masuk melalui sela-sela mulut Putri. Lidahnya pun berkelana menggesek seluruh rongga mulut Putri. Jepitan bibir Putri yang kuat membuat dirinya semakin bersemangat. Ia pun meremas susu Putri dengan kuat. Putri melenguh nikmat. Meski tertahan oleh cumbuannya, suara manja Putri tetap membangkitkan nafsu birahinya.
Mmpphhh... Ayo selesaikan dek... Saya mau tiduran... Goyang saya sepuasnya pinta mas Beni lalu menidurkan tubuhnya ke atas ranjang empuk Putri.
Mmpphh siap mas... Uhhhh... Uhhh desah Putri naik turun.
Akhwat binal yang sudah dimabuk cinta itu mulai menunjukkan kemampuannya sebagai akhwat pemuas. Meski tubuhnya bergerak naik turun. Tangannya juga ikut bergerak dengan meremas-remas susunya tanpa ampun. Susu Putri sampai memerah. Ia melakukannya karena sudah dimabuk gairah.
Aaahhh yaahhh... Aahhh yahh seperti itu... Ayo deekk... Goyang teruss... Tunjukkan kebinalanmu kata mas Beni memancing.
Aaahhh yahhh... Iyaahh masss... Nikmati tubuhku... Rasakan jepitan memekku desah Putri sambil menoleh ke belakang tuk menatap pejantan tuanya.
Ouhhh sempitnya... Aaahhh kuat sekali jepitanmu ini dek... Ouhhhh saya jadi gemes... Ayo goyang teruss... Remes juga susumu dek
Mmpphhh iyaahh mass... Iyaahh... Aaahhh andai mas Beni yang ngeremes susu aku... Uhhhh aku pasti bakal merinding keenakan ngerasainnya... Aahhh rasakan inii... Rasakan memekku iniii desah Putri mempercepat goyangannya.
Aaahhh deekk... Aaahhh... Aahhh mantap sekaliii... Aaahh yahh terussss desah Mas Beni yang mulai merasa dirinya akan mendapatkan orgasmenya.
Aaahhh iyaahh mass... Iyaahh... Aaahhh... Aaahhh desah Putri sambil mengusapi pinggangnya lalu naik hingga ke lehernya. Usapannya kembali turun melewati kedua susunya lalu kembali naik melewati punggung mulusnya.
MEGN95P
https://thumbs4.imagebam.com/32/3d/0f/MEGN95P_t.jpg 32/3d/0f/MEGN95P_t.jpg
'PUTRI
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'MAS BENI
Putri keenakan. Ia sangat menikmati penis tukang sapu itu hingga membuat matanya memejam.
Dari belakang, mas Beni jadi geregetan. Usapan manja yang Putri lakukan membuatnya benar-benar ingin melakukan. Tangannya pun ingin mendekap tapi tak sampai. Sekilas ia dapat melihat pergerakan susunya saat tubuh Putri agak menyamping. Mulutnya gemas ingin menghisap putingnya. Tapi mulutnya tak sampai. Ia pun pasrah membiarkan Putri melakukan semuanya.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaahhhhh desah Mas Beni saat pergerakan Putri semakin cepat.
Uhhh mass... Massss.... Aku mau keluaarrr... Akuu mauu keluuarr desah Putri jadi gemas sendiri.
Aaahh sama dekkk... Saya juga... Ayo percepat... Kontol saya udah gak kuaatt
Aaahhh iyahhh iyaahhh... Iyaaahhhh desah Putri sambil memelintir putingnya yang membuat dirinya tiba di puncak kenikmatannya.
Aaahhhh rasakann ini maasss.... Uuuhhhhhhh desah Putri saat membenamkan tubuhnya sedalam-dalamnya di pangkuan mas Beni.
Aaahhhh deekkk... Uuuhhhhh mas Beni pun menjerit nikmat. Akhirnya, tak lama kemudian. Mereka berhasil mendapatkan orgasmenya setelah sekian menit melakukan hubungan suami istri.
Aaaaaahhhh kellluuaarrrr !!!
'Suara apa itu ?
Crroott... Crroottt... Crroottt...'
Tubuh mereka sama-sama menggelinjang. Kepuasan sama-sama mereka dapatkan disaat tubuh mereka sama-sama telanjang. Nafsu yang tak mampu mereka tahan membuat orgasme tak mampu mereka bendung lagi. Mereka kelelahan. Tepat sebelum tubuh Putri ambruk ke belakang. Sepasang mata berhasil memergoki mereka melalui sela-sela pintu yang rupanya belum tertutup rapat.
Hah... Hah... Hah... Baik Putri maupun mas Beni, keduanya benar-benar kelelahan saat ini. Nafas mereka sama-sama berat. Mereka pun saling pandang dengan menggunakan tatapan yang hangat.
Saya puas sekali dek... Hahaha tawa mas Beni sambil memeluk tubuh Putri yang terbaring diatas tubuh kekarnya.
Hihihi sama-sama mas Beni... Aku juga puas... Akhirnya, hah... Hah... Hah... Aku keluar juga jawab Putri sambil tersenyum manis.
'Mas Beni ? Jadi itu orangnya !
Jebreeettt !!!'
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang didorong keras. Saking kerasnya pintu itu terdorong, bagian belakangnya sampai menghantam dinding yang ada di dalam ruangan kamar Putri.
Sontak kedua insan yang baru saja melakukan hubungan mantap-mantap itu terkejut. Mereka berdua sama-sama beranjak dari posisi tidur mereka. Tak sengaja penis mas Beni terlepas dari lubang rahim Putri. Sosok yang tadi membuka pintu itu menurunkan pandangannya ke arah vagina Putri. Ia kecewa. Bahkan air mata sampai menggenangi bola matanya.
Put . . . . Hanya itu yang orang itu mampu ucapkan. Ia menangis melihat keadaan Putri yang saat itu cuma mengenakan hijab serta masker yang itupun sudah turun menampakkan wajah cantiknya. Tapi, hal yang lebih mengecewakan lagi adalah saat dirinya melihat vagina Putri yang sudah dipenuhi sperma seseorang. Tidak hanya itu, spermanya bahkan tumpah keluar bagaikan aliran air sungai yang mengalir deras.
Mas Andri ? Ujar Putri yang tak mengira kalau calon suaminya tiba-tiba ada di dalam kamar kosnya.
MEGN9ZS
https://thumbs4.imagebam.com/29/0d/27/MEGN9ZS_t.jpeg 29/0d/27/MEGN9ZS_t.jpeg
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 26
ORANG KE-10
Mas Andri ? Ujar Putri yang tak mengira kalau calon suaminya itu tiba-tiba ada di dalam kamar kosnya.
“Apa ini ? Apa maksud semua ini ?” Tanya Andri dengan lirih sambil menahan amarah yang mulai menguasai diri.
“Maass… Aku bisa jelasin… Aku . . .” jawab Putri terpotong.
“Jelasin ? Jelasin apa lagi ? Udah jelas kamu telanjang kayak gini, masih ada yang mau kamu jelasin ?” tanya Andri dengan suara yang mulai meninggi.
“Tenang mas… Saya . . . “ Mas Beni ingin membantu, tapi omongannya kembali terpotong saat Andri kembali berbicara.
“Diam kamu ! Oh, jadi bapak ini yah orangnya ? Anda orang yang sama yang waktu itu kami temui di warung makan deket kampus itu kan ?” Tanya Andri yang mulai mengenali wajahnya. Jemarinya dengan marah menunjuk-nunjuk wajah jelek dari tukang sapu itu.
“I… Iya mas… Tolong biar saya . . . .” Usaha mas Beni percuma. Terlihat Andri sudah sangat marah dengan apa yang ia lihat barusan.
“DIAAAMMM !!!” suara Andri menggelegar. Putri yang masih telanjang sambil berusaha menutupi ketelanjangan tubuhnya mulai menangis. Mas Beni dengan naluri kejantanannya menjulurkan tangannya untuk melindungi Putri untuk berjaga-jaga siapa tau Andri kedapatan melakukan kekerasan fisik pada calon istrinya.
“Maaf maas… Maafin akuu… Akuu…” Lagi-lagi omongan Putri terpotong.
“Diem, toolongg… Aku udah bilang kan ? Dieemmm” kata Andri sambil berkaca-kaca. Suaranya seperti memohon. Ia tampak putus asa dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Putri pun terdiam sambil menitikkan air matanya. Meski tadi ia tidak merasa menyesal saat sudah menggoda selingkuhannya. Namun saat dirinya melihat wajah Andri yang kecewa, membuat rasa penyesalan perlahan mulai menguasai dirinya.
“Dasar… Wauw… Apa-apaan ini ? Aku gak nyangka banget… Wauw… Aku gak bisa berkata-kata lagi” kata Andri sambil mondar-mandir tak mempercayai apa yang telah terjadi.
“Kamu ? Kamu ? Kamu ini pelacur yah ?” kata Andri sambil tertawa kecil. Kepalanya ia geleng-gelengkan. Ia tak mempercayai apa yang dilihatnya. Gak, bukan pelacur... Mana ada pelacur yang mau main sama tukang sapu... Kamu ini lebih rendah dari pelacur yah ? Lanjut Andri yang sudah sangat kecewa.
Putri hanya menangis. Suara tangisannya semakin kencang setelah Andri mengatainya pelacur.
“Aku tertipu… Wauw… Aku gak nyangka, hampir aja aku menikahi seorang pelac, ah bukan... Bukan pelacur, tapi lebih rendah dari seorang pelacur !” kata Andri sambil menggepalkan tangannya karena gemas.
'Braaakkkk !!!'
Suara hantaman dinding terdengar saat tangan Andri memukul dinding keras itu.
Putri ketakutan. Tangisannya semakin keras dikala matanya memejam. Mas Beni pun hanya menghela nafas. Ia dengan spontan merangkul tubuh polos Putri yang membuat Andri semakin kesal.
“Waaahhh… Masih berani bermesra-mesraan yah ? Dasar kalian gak tahu malu… Dasar kalian pasangan mesum… Dasar, ah… 'Astaghfirullah'… Buat apa aku memaki kalian… Gak ada gunanya… Yang namanya sampah ya sampah… Gak ada gunanya aku merendahkan kalian !” ujar Andri yang masih menahan amarahnya. Hatinya terasa sesak. Air mata pun menetes tanpa ia pinta.
“Maas… Maaf… Maafin aku mas… Aku khilaf” ucap Putri mendekat dengan cara berjalan menggunakan lututnya.
“Jangan coba-coba kesini !” kata Andri yang merasa jijik melihat calon istrinya habis bercinta dengan pria tua jelek di belakangnya.
“Maasss… Maafin akuuu… Tolongg jangan beritahu keluargaku ! Tolong jangan beritahu mbak Nayla… Tolong jangan beritahu yang lainnya mas !” Pinta Putri sambil memegangi kaki calon suaminya.
“Jangan beritahu yah ? Jadi kamu menyesal karena takut aku bakal membocorkan aibmu ? Tenang aku gak serendah itu kok… Aku gak nyangka, kamu lebih mementingkan aibmu itu daripada perasaanku” kata Andri yang membuat Putri terdiam.
“Mass bukan maksud aku begitu… Aku . . . “ ucap Putri terpotong.
“Pergi ! Jangan sentuh kakiku lagi” kata Andri sambil menendang kakinya hingga Putri terdorong ke belakang.
Putri pun terdiam di lantai meratapi kepergian calon suaminya yang penuh amarah. Andri telah pergi, meninggalkan kedua pasangan yang telah berzina itu seorang diri. Sedangkan Putri hanya bisa menangis. Hatinya terasa sakit setelah menyadari kesalahannya. Air matanya terus mengucur. Ia merasa masa depannya sudah hancur.
“Maafin saya dek… Dek Putri gapapa ?” tanya mas Beni sambil memberikan selimut untuk menutupi tubuh indah Putri.
Putri terdiam tak menjawab pertanyaan itu. Tangisan yang terus terdengar seolah menjawab semuanya. Hati Putri hancur. Masa depannya hancur. Ia takut, calon suaminya yang sedang kesal itu bakal membocorkan skandalnya yang bakal menggemparkan kampusnya atau mungkin juga keluarganya.
'Tolong mas… Maafin aku… Jangan bocorkan aibku !'
Batin Putri menyesal.
“Yang sabar dek… Nanti biar saya yang omongin… Saya akan meminta maaf… Bahkan saya rela diapa-apakan asal dek Putri gak kenapa-kenapa… Coba nanti saya bilang ke calon suamimu, bahkan saya siap kok kalau misal saya jadi sarung samsak tinjunya” kata Mas Beni yang ingin mengorbankan dirinya sebagai bentuk penyesalannya.
“Gak usah mas… Aku yang salah… Aku yang udah maksa mas buat berzina… Harusnya aku yang bilang begitu… Nanti biar aku aja yang jelasin… Ini masalah internalku… Tolong jangan ikut campur !” jawab Putri sambil terisak-isak.
“Yaudah dek . . . “ jawab Pak Beni terhenti saat dirinya hendak menyentuh Putri lagi.
“Bapak bisa tinggalkan aku sendiri gak ? Aku lagi butuh waktu… Tolong jangan dekati aku lagi… Aku mau sendiri !” kata Putri yang membuat mas Beni mau tak mau menurutinya.
Mas Beni yang paham pun langsung beranjak mendekati pintu keluar. Ia melihat Andri sudah pergi. Ia mengawasi sekitar yang rupanya masih sepi.
'Syukurlah… Setidaknya gak ada temen sekosnya yang tahu soal ini !'
Batin mas Beni merasa lega. Setidaknya masalah tidak akan bertambah buruk kalau cuma Andri yang mengetahui aib terbesar mereka.
Mas Beni lekas pergi setelah mengenakan pakaiannya kembali. Berulang kali ia menoleh ke belakang untuk mengecek keadaan. Setiap kali ia menoleh, ia hanya mendengarkan suara tangisan seorang wanita.
Sementara itu Andri,
“Dasar pelacur… Dasar lonte ! Aku gak nyangka, ternyata hijab sama cadarnya selama ini cuma kedok belaka… Aku gak nyangka kalau dalemannya ternyata busuk, lebih busuk dari pelacur yang menjual dirinya !” ujar Andri saat menaiki motornya.
Ia melajukan motornya pelan. Sesekali punggung tangannya mengusap air matanya yang terus mengucur deras. Hatinya terasa sakit. Ia masih tidak mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
“Apa maksudnya ini ? Aku gak paham ? Kalau dia berzina dengan cowok ganteng, aku mungkin paham… Tapi selera dia ? Jih bapak-bapak… Serendah itu kah diriku ? Sampai kalah sama bapak-bapak tua rendahan yang kerjanya cuma jadi tukang sapu ?” Keluh Andri penuh amarah.
“Hah… Pantes aja selama ini hatiku lebih condong ke Nayla… Mungkin ini jawabannya… Ya, meski Nayla sudah menikah…. Itu masih jauh lebih baik dari Putri yang seorang lonte murahan… Hah, andai saja kamu belum nikah Nay… Aku pasti sudah memperjuangkanmu… Aku pasti akan berusaha tuk menghalalkan dirimu… Apa kurangnya dirimu ? Cantik, kaya, pintar ? Alim lagi.” Kata Andri yang membandingkan kedua akhwat bercadar itu untuk melampiaskan kekesalannya.
Hmm, hatiku masih engga banget... Rasanya masih sakit... Haruskah, aku cerita ini ke Nayla ? Lirih Andri yang telah kecewa.
*-*-*-*
Malamnya,
'Tokkk... Tokkk... Tokkk...'
Assalamualaikum sapa Nayla setelah mengetuk pintu rumahnya.
Walaikumsalam jawab Miftah setelah berlari membukakan pintu untuk istrinya. Loh dek, cadarnya mana? Dari tadi gak pake cadar yah? Tanya Miftah terkejut.
Hihihi ada kok di tas... Barusan adek lepas kali... Gerah banget soalnya malam ini jawab Nayla yang membuat Miftah heran.
Gerah ? Tanya Miftah sambil memperhatikan wajah istrinya. Habis darimana aja emangnya dek, kok mukanya capek gitu ? Lanjutnya.
Hihihi kan adek udah bilang tadi mas di telpon, adek ada perfotoan tambahan, makanya adek baru bisa pulang jawab Nayla sambil memasuki rumahnya.
Miftah hanya terdiam sambil merasa ada sesuatu yang janggal pada istrinya.
Eh itu di kresek apa yah ? Tanya Miftah penasaran.
Oh ini martabak mas, oleh-oleh hihihi jawab Nayla tertawa. Ia pun memberikan martabak itu pada suaminya. Anu mas, adek mau istirahat dulu yah, adek capek banget nih... Adek mau mandi dulu buat ngilangin gerahnya kata Nayla yang langsung meluncur pergi menuju kamar mandi rumahnya.
Miftah hanya menganggukkan kepala. Tapi ia masih merasa ada sesuatu yang aneh pada istrinya. Hidungnya lalu mengendus-ngendus. Ia mencium aroma tak asing dari tubuh istrinya.
Bau apa yah ? Kayak kenal, tapi apa ? Kata Miftah bertanya-tanya.
Sementara itu Nayla,
Hah... Hah... Hah... Mmpphhhh kata Nayla yang terengah-engah setelah berlari menuju kamar mandinya. Ia buru-buru mengangkat rok gamisnya. Ia pun buru-buru menurunkan celana dalamnya. Saat ia menarik lepas tisu yang menyumpal vaginanya, cairan kental berwarna bening itu langsung tumpah membasahi lantai kamar mandinya.
Nayla sampai bergidik. Tubuhnya merinding hebat setelah melepaskan cairan kental milik seseorang yang ia simpan di dalam kamar mandinya.
Dasar pak Yanto nih, keluarnya banyak banget... Untung aja dikasih martabak gratis lirih Nayla secara diam-diam.
Ia kemudian mengambil selang air yang berada di dekat wc duduk rumahnya. Ia pun menyemprotkan beberapa air ke dalam vaginanya.
Uuuhhhhh desah Nayla saat air itu mengguyur sisa-sisa sperma di dalam vaginanya.
Semua gara-gara tadi pagi nih, coba aja aku gak ninggalin beha sama celana dalemku di gerobak itu... Masa biaya nitipnya disuruh ngentot sih... Sebel deh kata Nayla yang masih membersihkan lubang kenikmatannya.
Setelah itu, ia lekas mengangkat gamisnya. Sepasang buah dada bulat langsung terhidang tanpa tertutupi oleh kain apapun lagi. Ia juga melepas hijabnya. Ia segera berdiri dibawah 'shower' untuk membersihkan diri setelah berzina lagi bersama seorang laki-laki.
Padahal aku diminta libur, tapi tetep aja ada laki-laki yang berhasil menzinahi aku... Dasar aku nih... Tiada hari tanpa ngentot kata Nayla sambil menggaruk-garuk kulit kepalanya.
Gimana yah sisa hari ke depan ? Bisa gak yah aku gak ngentot sehari aja biar aku bisa melampiaskan semuanya di hari H ? Lirih Nayla sambil menaruh 'shampo' di kepalanya lalu meratakannya ke seluruh rambutnya.
Tiba-tiba.
'Kriing... Kriing... Kriing...'
Nada dering telepon berbunyi. Nayla yang baru selesai membasuh rambutnya mulai berjalan menuju arah tas yang digantung dibalik pintu kamar mandi.
Eh ada yang nelpon yah... Siapa sih yang nelpon malem-malem gini ? Tanya Nayla setelah membilas kering tubuh indahnya.
Nayla yang masih telanjang bulat merogoh isi tas jinjingnya. Ia mengambil hapenya lalu mengangkat panggilan teleponnya.
Halooo
Haloo Nay, ini aku Andri jawab Andri segera. Namun suara kucuran air dari panggilan teleponnya sempat membuatnya curiga.
'Suara apa ini ? Apa Nayla lagi mandi ? Ah gak mungkin deh.'
Batin Andri yang akhirnya mengabaikan suara tersebut.
Iyya, Ndri... Ada apa ? Eh bentar yah aku keluar kamar mandi dulu jawab Nayla yang membuat Andri membelalakkan matanya.
Eh maksudnya ? Kamu lagi di kamar mandi ? Tanya Andri tak menduga.
Eh, enggak... Maksudnya dari kamar tidur... Kamu salah denger kali kata Nayla menyadari kesalahannya.
Nayla telah melilit tubuhnya dengan handuk. Ia pun berlari menuju kamarnya sambil menaruh hapenya di telinganya.
Oh apa iya kali yah, oh yah aku mau cerita boleh ucap Andri berharap diberi izin oleh Nayla untuk mencurahkan perasaannya.
Cerita ? Cerita apa yah Ndri ? Tanya Nayla saat sudah sampai di kamarnya lalu melucuti handuknya sehingga tubuh indahnya terlihat.
Ya mau curhat gitu, gimana ? Kamu ada waktu gak malam ini ? Tanya Andri penuh harap.
Eh sekarang ? Duh aku mau istirahat sih Ndri... Besok aja gimana ? Di studio pas waktu rehat bisa kan ? Tanya Nayla yang teringat kalau besok ada sesi perfotoan bersama Andri.
Besok yah ? Hmm yaudah deh... Maaf udah ganggu waktunya ucap Andri kecewa.
Gapapa kok Ndri... Aku yang harusnya minta maaf karena gak bisa luangin waktu buat kamu kata Nayla merasa tidak enak.
Enggak, gapapa kok... Yaudah aku tutup yah... Maaf sekali lagi ucap Andri yang langsung menutup telponnya.
Panggilan berakhir. Nayla yang masih bertelanjang bulat pun berjalan menuju ranjang tidurnya untuk menaruh hapenya disana.
Hah, ada apa yah Andri pengen curhat ? Tumben-tumbenan ? Apa ada sesuatu ? Hmmm kata Nayla saat duduk di tepi ranjangnya.
Saat sedang asyik-asyik berfikir, tiba-tiba Nayla dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka.
Dek, lagi ngomong sama siapa kok ada suar... Ucap Miftah terhenti saat melihat sesuatu di dalam kamarnya.
Eh 'astaghfirullah' sebut Nayla sambil menutupi tubuh polosnya.
Ehh dek maaf... Belum pake baju yah... Maaf kata Miftah yang justru meminta maaf.
Ehh gapapa kali mas, aku cuma kaget kata Nayla sambil mengusapi dadanya pelan.
Bukannya bernafsu setelah melihat keindahan tubuh istrinya yang bertelanjang bulat, Miftah justru kembali menutup pintunya untuk memberi waktu bagi istrinya untuk berpakaian.
Yaudah pake bajunya dulu aja deh, mas tadi penasaran kok adek kayak lagi ngomong, ternyata habis telponan yah tanya Miftah sebelum menutup pintunya.
Iya mas, sama temen aku kok jawab Nayla.
Pintu telah ditutup. Nayla yang masih terduduk pun heran pada sikap suaminya.
Mas Miftah ini, kirain aku bakal digarap, eh taunya dibiarin gitu aja, aneh deh... Kalau yang tadi buka pintu pak Urip, pasti aku bakal dipake semalaman ujar Nayla.
Nayla pun hanya mengelus dadanya sambil beranjak menuju almari pakaian untuk mengambil pakaian tidurnya.
Kadang aku heran deh, sebenarnya mas Miftah punya nafsu ke aku gak sih ?
*-*-*-*
Keesokan harinya di studio foto.
“Andri mana yah ? Katanya mau curhat ?” Kata Nayla sambil menoleh-noleh ke sekitar.
Akhwat cantik yang saat itu mengenakan kemeja coklat gelap berlengan panjang serta celana panjang berwarna putih bersih tengah duduk sambil menikmati minuman segar yang baru dibelinya. Ia berulang kali membenari hijab serta cadarnya yang berwarna sama dengan celananya. Ia kembali menyeruput minumannya. Ia dengan sabar menanti kehadiran Andri untuk menceritakan kisahnya.
pwCe6d3oQX8
pwCe6d3oQX8
Untungnya tak lama kemudian Andri tiba lalu duduk di kursi depan dimana Nayla berada. Wajahnya tampak sedih. Nayla yang penasaran jadi khawatir pada nasib temannya ini.
MEGN9ZS
https://thumbs4.imagebam.com/29/0d/27/MEGN9ZS_t.jpeg 29/0d/27/MEGN9ZS_t.jpeg
'ANDRI
“Kamu kenapa, Ndri ? Kok mukanya murung sih ? Ada masalah yah ?” Tanya Nayla penasaran.
“Hmm kayaknya aku gak jadi nikah deh sama Putri” Ucap Andri yang mengejutkan Nayla.
“Loh kenapa ? Bukannya pernikahan kalian sebentar lagi ? Kok tiba-tiba dibatalin sih ?” Tanya Nayla.
“Jangan salahkan aku, Nay… Bukan aku yang memutuskan kayak gini… Ini semua salah Putri yang gak bisa menjaga diri !” Kata Andri yang membuat Nayla heran.
“Maksudnya ? Kok salah Putri ?” Tanya Nayla lagi.
“Hah, kemarin Nay… Pas aku ke kosannya… Aku gak nyangka banget” kata Andri setelah menghela nafasnya.
“Emang kenapa ? Ada apa yah Ndri ?” tanya Nayla.
“Aku menemukan Putri berzina di kamar kosnya” jawab Andri dengan lirih yang mengejutkan Nayla.
“Hah ? 'Astaghfirullah'… Beneran ? Putri ?” Tanya Nayla tak menyangka.
“Iya” Jawab Andri dingin.
“Berzina, gimana yah ? Berduaan doang kan ? Apa pegang-pegangan tangan juga ?” Tanya Nayla ingin memastikan.
Namun Andri hanya menggelengkan kepala lalu menjawab apa adanya seperti yang ia lihat kemarin. “Bukan, tapi ya begitu… Mereka habis bercinta… Aku aja mergokin mereka udah telanjang bulat”
“Hah ? Seriusan ? Kok bisa sih ?” Jawab Nayla tak menyangka. Nayla yang penasaran pun kembali bertanya pada Andri. “Sama siapa ? Apa sama orang yang aku kenal ?”
“Ya, dia tetanggamu” jawab Andri sambil menatap kosong.
“Tetangga aku ? Pak Beni ?” jawab Nayla seketika.
“Ya” Jawab Andri mengangguk yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Loh, kok bisa sih ? Gimana ceritanya, mereka ?” Tanya Nayla tak habis pikir.
“Entahlah, Nay… Aku juga gak tau gimana ceritanya mereka dekat… Cuma ada tanda-tanda sih… Sayangnya aku kurang peka, pas aku pergokin mereka ya udah terlambat… Mungkin itu bukan yang pertama dan itu bikin aku kecewa banget” Kata Andri mencurahkan isi hatinya.
“Hmm aku gak tau harus ngomong apa, Ndri… Aku cuma minta kamu buat sabar aja yah… Ini cobaan buat kamu… Kamu yang kuat yah” Ucap Nayla sambil memegangi punggung tangan Andri.
Mata Andri pun menatap tangannya yang didekap Nayla. Andri tersenyum kecil. Ia senang dengan perhatian yang diberikan oleh kekasih halunya.
“Makasih Nay, udah baik selama ini ke aku… Aku gak tau kalau gak kenal kamu bakal cerita ke siapa lagi” kata Andri sambil mengelus punggung tangan Nayla yang memegangi tangannya.
“Bukan masalah kok Ndri” Jawab Nayla tersenyum manis sambil menatap Andri.
Andri yang diperlakukan seperti ini oleh Nayla jadi salah tingkah. Senyuman manis yang Nayla berikan membuat dirinya bertanya-tanya.
'Kok Nayla senyum kayak gini ke aku sih ? Apa jangan-jangan ini tanda kalau Nayla menunjukkan ketertarikannya padaku ?'
Batin Andri mupeng.
Sayangnya suara dari atasan membuat Nayla buru-buru menarik tangannya. Rupanya waktu istirahat sudah habis. Mereka berdua pun diminta untuk mulai bekerja lagi.
“Kamu yang sabar yah Ndri… Aku tahu kamu pasti kuat kok” Ucap Nayla sekali lagi untuk menguatkan mental Andri.
“Iya makasih yah Nay… Makasih banget” Ucap Andri tersenyum pada Nayla. Nayla pun pergi untuk berganti pakaian lagi. Andri juga pergi untuk mengambil kameranya untuk memotret Nayla lagi.
'Mumpung harapanku untuk menikahi Putri sudah pupus, haruskah aku mengalihkan targetku ke Nayla ?'
Batin Andri kepikiran.
Sementara itu Nayla yang sedang berganti baju juga bertanya-tanya di dalam hatinya.
'Gak nyangka banget deh pak Beni sama Putri bakal kayak gitu… Sejak kapan yah mereka jadi deket sampae jadi partner sex gitu ? Haruskah aku datengin pak Beni buat nanyain ini ? Kebetulan juga aku ada urusan sama pak Beni buat ngasih undangan ini.'
Batin Nayla yang kepikiran untuk menemui pak Beni setelah kerja nanti.
*-*-*-*
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Pak Beni melamun. Tatapannya kosong. Ia masih terpikirkan kejadian yang terjadi di hari kemarin. Kejadian ketika perzinahannya diketahui oleh Andri. Pak Beni merasa menyesal. Ia merasa sudah merusak hubungan mereka. Apalagi saat dirinya teringat apa yang diucapkan oleh Putri setelahnya.
'Bapak bisa tinggalkan aku sendiri gak ? Aku lagi butuh waktu… Tolong jangan dekati aku lagi… Aku mau sendiri !'
Sambil duduk di sofa tua rumahnya. Wajahnya menunduk. Tangan kanannya memegangi kepalanya yang nyut-nyutan. Jemarinya terkadang memijati kepalanya untuk meringankan gejala sakit kepala yang menyerangnya.
“Kan kejadian, terus gimana ? Apa saya gak bisa ketemu dek Putri lagi setelahnya ?” Lirih Pak Beni kepikiran.
'Tokkk… Tokkk… Tokkk…'
Wajah pak Beni terangkat. Ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu yang berasal dari pintu utamanya.
“Loh siapa ? Apa saya ada janji untuk menemui seseorang ? Jarang-jarang ada yang bertamu tanpa memberi tahu saya terlebih dahulu” lirih pak Beni yang akhirnya beranjak dari sofa tuanya.
Dirinya tidak bersemangat. Berulang kali nafasnya mendesah mengeluarkan kekesalannya saat teringat kejadian di kosan Putri.
“Siapp-pa … “ Pak Beni terkejut saat pintu dibuka. Wajahnya terdiam. Kornea matanya melebar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau ada bidadari cantik yang tiba-tiba berdiri di depan pintu rumahnya.
“Selamat sore pak… Aku boleh masuk ?” Tanya bidadari itu sopan.
“So… Sore mbak… Mbak Nayla ? Silahkan ?!” Kata pak Beni yang terbata-bata saat melihat bidadari cantik itu.
MEGUKT9
https://thumbs4.imagebam.com/ed/4b/72/MEGUKT9_t.jpg ed/4b/72/MEGUKT9_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Hihihi makasih” kata Nayla yang bergegas masuk ke dalam rumah tetangganya.
Saat bidadari bercadar itu masuk ke dalam. Pak Beni masih terdiam menatap sosok indah itu dari belakang. Matanya pun terkunci pada lenggokan bokongnya yang bergeal-geol. Bokongnya begitu montok. Sampai-sampai bongkahan pantatnya itu menjorok ke belakang. Tangan pak Beni jadi gemas ingin meremas-remas. Saat matanya ia naikkan tuk menatap lekukan pinggangnya. Pak Beni sampai menenggak ludah karena melihat pinggangnya terlihat begitu ramping meski masih tertutupi kemeja longgarnya yang berwarna kecoklatan. Lekukannya sungguh indah. Pak Beni jadi gemas ingin memeluknya lalu mencium tengkuk lehernya sambil menikmati aroma tubuhnya.
Saat Nayla sudah duduk di sofa tua rumahnya, pak Beni tersadar dari lamunan indahnya. Pak Beni buru-buru mendekat, untuk menyambut tamu istimewanya.
“Maaf mbak, mau saya buatin teh apa kopi ?” tanya pak Beni yang jadi gugup karena kehadiran tetangga alimnya itu yang secara tiba-tiba.
“Terserah bapak aja… Aku manut” jawab Nayla sambil tersenyum.
“Kalau gitu tunggu sebentar yah, akan saya buatin tehnya” kata pak Beni yang langsung berlari ke belakang.
Sembari menunggu, Nayla tersenyum sambil melihat-lihat sekitar. Rasanya seperti bernostalgia. Ia jadi teringat masa-masa dirinya dulu yang begitu naif pada perasaannya yang begitu menginginkan sex. Namun ia malah berlari kesana kemari. Mau lari dari pak Urip malah digenjot pak Beni. Mau berlari dari pak Beni malah digenjot pak Urip.
“Hihihihi… Dasar aku !” tawa Nayla malu pada dirinya sendiri.
Ia kembali tersenyum menyadari dirinya saat ini. Ia sudah berubah total dari dirinya di masa lalu. Ia sudah kecanduan. Ia juga sudah ahli dalam memuaskan laki-laki. Ia pun yakin sekali di dalam hati. Pasti banyak lelaki yang diam-diam menginginkan dirinya, untuk melihat apa yang berada di balik gamisnya. Ia baru menyadarinya sekarang, terutama saat matanya menatap para lelaki yang ditemuinya baik di jalan atau tempat kerjanya.
“Aku baru tau, kalau laki-laki pasti yang diliat dada dulu, baru mata aku… Kok aku baru peka sekarang yah ? Aku kira banyak laki-laki yang menunduk itu buat jaga pandangan, eh taunya cuma pengen liat dada aku dulu… Hihihihi” tawa Nayla sambil menutupi mulutnya.
Wajahnya pun mengintip untuk melihat apa yang terjadi di dapur rumah ini. Nayla jadi gugup. Ia gugup karena sebentar lagi dirinya akan menyerahkan tubuhnya pada pria tua yang dulu sering sekali menjadi objek fantasinya.
“Sudah berapa lama yah, aku gak digenjot pak Beni lagi ?” Lirih Nayla merenung.
Jemarinya terbuka lalu tertutup secara satu persatu. Ia mencoba menghitung hari. Ia jadi tersadar kalau dirinya baru disetubuhi pak Beni selama satu kali.
“Eh jadi waktu itu doang yah ? Aku digenjot pak Beni ? Wah aku gak nyangka banget, kirain aku udah sering… Ternyata aku lebih sering digenjot pak Rudi, mang Yono sama pak Urip daripada pak Beni… Hmmm sekarang aku harus memberikan yang terbaik nih untuk pak Beni… Sebagai orang ke sepuluh yang aku undang secara khusus… Aku akan memberikan servis spesialku, biar besok di hari H… Servisku bisa dibalas dengan tusukan nikmat yang akan pak Beni berikan… Hihihi tuh kan aku mesum… Kok bisa ada sih wanita yang pake cadar tapi otaknya mesum banget kayak aku ?!” Lirih Nayla heran sendiri.
Kebetulan, saat itu pak Beni sudah kembali sambil membawa dua cangkir berisi teh panas.
“Ini untuk mbak… Maaf, ada perlu apa yah mbak kemari ?” Tanya pak Beni yang canggung tuk menemui Nayla.
“Ssllrrppp… Ada yang ingin aku omongin ke bapak” jawab Nayla malu-malu setelah menyeruput teh yang tidak terlalu manis itu.
“Omongin ? Ada apa yah ?” Tanya pak Beni jadi deg-degan.
“Sebelumnya, aku minta maaf… Soalnya aku baru bisa menemui bapak lagi setelah sekian lama” kata Nayla sambil tersenyum.
“Gapapa mbak… Saya tau, toh mbak juga sibuk kan ?” Jawab pak Beni sambil menyeruput teh buatannya sendiri.
“Hihihihi jadi keinget dulu deh, pas aku nungging sambil digenjot pak Beni” kata Nayla sambil menunjuk sudut ruangan dimana dirinya saat itu disetubuhi dari belakang.
“Ehh . . .” pak Beni terkejut karena tiba-tiba Nayla langsung membahas persetubuhannya di masa lalu. Pak Beni juga jadi teringat. Seketika ia terbayang kenangan indah yang dulu pernah ia jalani bersama akhwat yang sudah bersuami ini.
'Rasakan sodokan saya ini mbaaakkk !!! Hennkggghhhh !!!!
Aaaaaaaahhhhhh bapaaaakkk
Aahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh mbaaakkk… Ouhhh nikmatnyaaa memekmu ini !
Aaaahhhh baaappaaakk… Ouhhh pelann dikittt… Aahhh bapaakkk…
Aaahhh enak sekaliii… Enaakkk sekali rasanyaaa… Ouhh yaahhh… Ouhhh mbaakkk…
Aaahhh jangaannn… Jangaann cepet-cepet paakk… Aahhh pelaannn… Aaahhhhh…'
Ingatan itu kembali terekam oleh pak Beni sambil membayangkan sudut yang dahulu menjadi TKP persetubuhan panas mereka. Ia jadi teringat wajah sangek Nayla saat merasakan tusukan penuh tenaganya. Ia juga ingat kalau saat itu dirinya sangat bernafsu. Tubuh kurus Nayla sampai terdorong maju mundur. Ia juga bahkan menampar-nampar bokong mulus Nayla hingga merubahnya jadi warna kemerahan. Apalagi saat merasakan jepitan penuh kenikmatan yang membuat matanya tak sadar merem melek saat mengingat momen indah itu.
“Gak nyangka, aku baru bisa mengunjungi bapak lagi saat ini” kata Nayla yang membangunkan pak Beni dari lamunannya.
“Ehh iya, hehe gapapa kok mbak… Gapapa” kata pak Beni menyadari kalau penisnya sudah mulai berdiri gara-gara teringat momen-momen indah itu.
'Duhhh jadi ngaceng kan kontol saya !'
Batin pak Beni sambil menekan penisnya secara sembunyi-sembunyi agar tidak disadari oleh Nayla saat ini.
“Aku jadi nyesel deh, udah ninggalin bapak sejak saat itu… Aku gak pernah mampir kesini, bahkan untuk menyapa aja jarang”
“Hehe udah gapapa… Gak usah dipikiran mbak… Saya paham kok kesibukan mbak”
'Duhhh ayo dong tiduran, jangan ngaceng terus !'
Batin pak Beni sambil terus menekan-nekan penisnya.
“Maka dari itu, sebelum aku mengungkapkan niatanku datang kesini… Aku punya permintaan untuk bapak” kata Nayla yang tiba-tiba berdiri lalu berpindah menuju sisi pak Beni.
“Eehhh mbak… Ada apa ?” Tanya pak Beni jadi gugup. Hidungnya mencium aroma parfum yang wangi. Jarak mereka yang semakin dekat membuat penisnya itu jadi semakin tegang dibalik celana kolor yang saat itu dikenakannya.
“Mumpung kita udah lama gak ngentot… Gimana kalau sekarang kita ngentot… Aku kangen sama kontol bapak soalnya… Aku juga penasaran sama bentuknya kayak gimana… Hihihihi” tawa Nayla yang membuat pak Beni menenggak ludah.
'Ngentot ? Mbak Nayla kesini mau ngajak ngentot ?'
Batin pak Beni. Ucapan Nayla itu membuat otaknya semakin keruh. Penisnya yang ingin dilemaskan jadi semakin tegang gara-gara ucapan lembut dari akhwat cantik tersebut. Ia tidak menduga. Ia kira kedatangan Nayla kesini karena ada maksud lain. Pokoknya ia tidak mengira kalau kedatangan Nayla kesini hanya untuk mengajaknya bercinta saja.
“Gimana ? Bapak pasti mau kan ? Hihihih” tawa Nayla sambil tangannya meraba-raba celana pak Beni untuk mendekap pentungan sakti yang sudah cukup lama tidak ia puasi.
“Aaahhhh… Aaaahhh mbaakkk…. Aaaaahhhh” desah pak Beni sampai merem melek saat penisnya mulai diraba dari luar celananya.
Pria tua yang saat itu cuma mengenakan kaus singlet serta celana kolor pendek yang cuma bisa menutupi paha besarnya itu jadi merinding. Apalagi saat wajahnya menoleh menatap akhwat cantik itu. Tatapan Nayla sungguh binal. Jelas kali niatan Nayla kemari hanya untuk menggodanya saja.
“Udah gede banget nih ? Aku buka boleh ?” Tanya Nayla dengan lembut yang hanya dijawab anggukan oleh pria tua itu.
“Hihihihi makasih” jawab Nayla tersenyum senang.
Tangannya menarik celana kolor pak Beni hingga turun sampai ke lutut. Pentungan sakti berwarna hitam dengan kulup tebal yang menyembunyikan ujung gundulnya itu membuat Nayla tersenyum. Bentuk penis pak Beni yang unik membuat jantung Nayla berdebar-debar karena tak sabar ingin menjajalnya lagi. Seingatnya ia baru melayani dua penis yang tidak disunat, itu juga terjadi lama sekali. Tiba-tiba ia jadi semakin gak sabar untuk menanti hari H dimana dirinya bisa dilayani oleh dua penis yang tak disunat sekaligus.
'Jadi ada fantasi ditusuk pak Beni sama Mang Yono sekaligus deh… Uhhhh pasti nikmat banget kalau memek sama dubur aku disumpel sama kontol gak disunat mereka… Hihihi…'
Batin Nayla dengan binal.
“Aaaahhhh mbaaakkk… Aaahhh ayoo terusss… Ayo kocok teruss… Ouhhh… Ouhhhh” Desah pak Beni keenakan hingga matanya sampai memejam melewatkan kesempatan untuk melihat jemari lembut Nayla yang sedang mengocok penisnya.
“Hihihi… Iyya pak… Iyaa… Masa kayak gini masih kurang cepet ? Ntar kalau kontol bapak copot gimana ?” Tanya Nayla sambil terus mengocok penis tetangganya secara naik turun dengan cepat.
“Aaahhh gak akan… Gak akan mbaakk… Nanti kalau copot saya lem aja… Mbak gak perlu khawatir” jawab pak Beni yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi emangnya mainin bisa dilem kalau copot ?” Tawa Nayla yang jadi semakin gemas saat mengocok penis hitam itu.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Kontol saya kan emang mainannya mbak… Jadi ayo mainin terus… Mainin kontol saya mbaakk… Aaahhhhh” desah pak Beni sampai bergidik merasakan kenikmatannya.
“Hihihihi iya iyaa… Duhh senengnya bisa main sama mainan aku” kata Nayla menggoda sambil wajahnya menatap wajah pak Beni dengan penuh nafsu.
Penis hitam nan besar itu terus dibelai oleh jemari lembut akhwat binal itu. Penis itu pun kian membesar setelah dikocok naik turun oleh akhwat lembut itu. Bagai mimpi yang menjadi kenyataan. Pak Beni begitu senang ketika dirinya bisa kembali dilayani oleh akhwat bersuami itu lagi.
Rasa kecewanya tadi saat memikirkan kejadian kemarin langsung hilang saat dirinya bertemu dengan Nayla. Apalagi kalau sekarang dirinya bisa dilayani seperti ini. pak Beni begitu bahagia. Wajahnya pun menoleh tuk menatap akhwat bercadar itu.
Tiba-tiba Nayla menaikkan cadarnya lalu mendekatkan wajahnya agar bibirnya bisa kembali berciuman dengan pria tua berbadan kekar itu. Pak Beni juga mendekatkan wajahnya. Tangan kanannya pun merangkul punggung Nayla lalu mendorongnya agar dirinya bisa semakin mudah untuk mencumbui akhwat cantik yang juga merupakan idolanya itu.
“Mmpppphhhhh”
Bibir mereka bersentuhan. Bibir mereka bertubrukan. Bibir mereka saling dorong-dorongan. Mata mereka sama-sama memejam agar diri mereka sama-sama bisa menikmati percumbuan panas yang jarang-jarang mereka lakukan belakangan ini.
Bibir pak Beni mengincar bibir bawah Nayla. Bibir mereka sama-sama membuka. Bibir pak Beni mencaplok bibir bawah Nayla lalu lidahnya keluar untuk menjilati bibir bawah itu. Nayla membalasnya, sebagai lonte berpengalaman, bibirnya menjepit bibir atas pak Beni lalu menghisapnya kuat-kuat. Jemarinya juga tak lupa terus mengocok penis hitam itu secara naik turun. Ia juga mengeluarkan suara lenguhan yang merangsang birahi pak Beni. Seketika lidahnya itu menggeliat masuk ke dalam mulut pak Beni. Lidah pak Beni dengan ramah menyambut lidah Nayla. Lidah mereka bergumul. Lidah mereka saling jilat-jilatan. Lidah mereka saling bergesek-gesekan untuk memuaskan birahi masing-masing.
“Mmpphhh… Mmpphhh sllrrppp… Mmppphhhhh aaaahhhh”
Nayla melepas cumbuannya. Dirinya tersenyum menatap wajah tua pak Beni yang terpuaskan oleh cumbuannya. Cadarnya yang masih tersingkap kembali turun untuk menutup mulutnya. Wajahnya kemudian menoleh menatap penis hitam itu.
Nampak kulit penisnya naik turun namun ujung gundulnya dengan tegak bertahan ditengah kocokan tangannya yang semakin kencang. Seolah tersihir pada keperkasaannya, mulutnya pun jadi gatal ingin mencicipi penisnya.
“Eehhh mbaakkk… Mau kemana ?” Tanya pak Beni saat wajah Nayla berpaling darinya.
“Aku mau nyepong kontol bapak… Aku mau nyicipi kontol bapak lagi, paaakkk…. Mmpphhh” desah Nayla dengan binal.
Dengan tergesa-gesa, ia kembali menyingkap cadarnya. Aroma kebapak-bapakan langsung tercium oleh hidung mancungnya. Belum lagi aroma khas dari penis yang menjadi rangsangan birahinya. Nayla jadi semakin bernafsu. Kocokannya lama-lama melambat. Jemarinya dengan kuat menarik kulit penis pak Beni kebawah.
“Mmmppphhhhh” desah Nayla saat mencaplok ujung gundul yang menjadi titik tersensitif dari setiap laki-laki.
“Aaaahhhhhhh mbaaakkkk” jerit pak Beni merasakan nikmatnya sentuhan mulut Nayla yang mengulum penisnya.
“Sslllrrppp mmmmppphhh” dengan binal Nayla langsung menghisapnya kuat-kuat. Bibirnya itu menyedot-nyedot ujung gundul yang berwarna hitam pekat itu. Lidahnya kemudian datang untuk menggelitiki lubang kencingnya. Pak Beni sampai kejang-kejang. Ia begitu kewalahan saat meladeni kebinalan akhwat bercadar itu.
“Aaaahhh mbaakk… Aaahhhh… Pelaannn… Jangan disedot kuat-kuaat !” jerit pak Beni yang berulang kali harus mengatur nafasnya agar sperma kentalnya tidak buru-buru keluar.
Namun Nayla mengabaikan. Dirinya yang sudah begitu bernafsu justru malah memperkuat hisapannya dikala tangannya mulai kembali mengocok-ngocok batang penisnya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh.. Aaahh mbaakkk… Ouhhhh” desah pak Beni sambil memejam kuat menahan cobaan yang sedang ia hadapi saat ini.
Nayla masih terus menunduk untuk menghisap penis hitam itu sekuat-kuatnya. Bokongnya yang agak terangkat dari sofa tua itu menarik perhatian pak Beni. Pak Beni pun menampar-namparnya. Ia juga meremas bongkahan pantat itu yang membuat Nayla justru semakin bersemangat dalam menikmati penis hitamnya.
“Mmpphhh slrrppp… Mmmpphhh… Mmpphhhh” desah Nayla dengan penuh nafsu.
Nayla melepas kulumannya. Nampak ujung gundul penis itu sudah sangat basah tertutupi air liurnya. Sambil terus mengocoknya, lidahnya keluar lalu ditempelkan pada ujung gundulnya. Lagi-lagi, hal itu membuat pak Beni meradang. Tubuhnya kembali bergidik. Ia benar-benar dipuaskan oleh layanan servis Nayla meski itu baru melewati mulutnya.
“Aaahhh mbaakkk… Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah pak Beni kewalahan.
Beruntung, Nayla yang sudah puas menghentikan kocokannya juga kulumannya. Ia tiba-tiba berdiri menatap pak Beni. Pak Beni yang kewalahan hanya duduk lemas sambil bersandar pada sofa tuanya.
Sambil tersenyum, Nayla kemudian menurunkan resleting celananya. Ia segera memelorotkan celananya hingga dirinya saat ini sudah 'bottomless' menyisakan celana dalam beserta kaus kakinya saja.
“Mbaaakkk… Mbaaakkk… Hah… Hah…” Kata pak Beni yang sebenarnya ingin beristirahat dahulu karena tak kuat menahan sedotan mulut Nayla yang menyerupai 'vacuum cleaner' itu.
“Ada apa pak ? Hihihih” tawa Nayla yang mulai mendekat. Penis hitam itu kembali didekap. Tiba-tiba ia meludahi penis pak Beni lalu jemarinya mengolesi keseluruhan penis itu dengan liurnya. Ia kembali meludahinya yang kali ini diarahkan pada ujung gundulnya saja.
“Kita mulai ngentotnya sekarang yah ? Hihihih” tawa Nayla sambil melonggarkan lubang kaki di celana dalamnya sehingga vaginanya yang sempit itu mulai terlihat.
Mata pak Beni membuka. Saat tubuh ramping itu turun ke arah pangkuannya. Terasa lubang sempit itu mulai terbelah saat penis hitamnya dengan paksa langsung masuk menembus titik terdalam dari rahim akhwat bersuami itu.
“Aaaaaaaahhhhhhhhhhh” Jerit keduanya secara bersamaan.
Nayla langsung ambruk ke pelukan pria tua kekar itu. Pak Beni hanya mengangkat wajahnya menatap langit-langit ruangan. Jepitan kuat yang mencekik penisnya benar-benar menguji birahinya. Ia dengan sekuat tenaga menahannya. Andai ia tak sabaran, pasti spermanya sudah langsung keluar meski itu baru tusukan pertamanya.
“Hah… Hah… Hah… Kontol bapaak keras banget sihh… Hihihihi… Gede lagi” Puji Nayla yang membuat pak Beni tersipu.
“Hah… Hah… Hah… Memek mbak juga rapet banget… Hampir aja saya langsung keluar kalau enggak saya tahan” jawab pak Beni yang membuat Nayla tertawa.
“Tahan yang lama yah pak, tolong puasi aku… Aku udah gak sabar pengen orgasme lagi gara-gara kontol bapak ini… Hihihih” tawa Nayla yang mulai mengangkat tubuhnya untuk menggoyang penis hitam itu.
Uuuhhhh mbakkkk desah pak Beni merasakan gesekan yang membuat penisnya berdenyut tiap detiknya.
“Mmpphhh gimana pak ? Mmpphhh gimana goyangan aku ?” tanya Nayla yang masih menaik turunkan tubuhnya secara perlahan.
“Aaaahh yaahhh… Iyyah seperti itu mbaak… Ouhhh ayoo lagi… Aaahh yaahhh… Mmpphhh” desah pak Beni puas sambil tangannya mulai memegangi pinggang ramping Nayla.
“Hihihi enak yah pak ? Sama nih… Mmpphhhh… Rasa kontol bapak nikmat banget deh… Ouuhhhhh” desah Nayla sambil menatap mata pak Beni.
“Enak banget mbaakk… Memek mbak Nayla emang gak ada duanya… Ayo goyang teruss… Ouuhhh nikmat banget memekmu mbaakk” desah pak Beni yang nafasnya sudah terengah-engah.
“Iyyahh paakk… Mmmpphh ini aku goyang kok… Aaahhhh gede banget kontol bapaakkk… Aaahhhh kuatnyaaa… Aaahhhh keras banget sih kontol bapak… Aaahhh yaahhh” desah Nayla sambil menggigit bibirnya dari balik cadarnya.
Terlihat wajah sangek Nayla yang membuat pak Beni bergairah. Gerakan susunya yang meski, masih tersembunyi di balik kemejanya membuat pak Beni semakin sumringah. Goyangan pinggulnya yang sungguh nikmat membuat pak Beni jadi terus mendesah.
“Aahhh iyahhh teruss… Terusss… Ouhhh yah seperti ini… Terus percepat mbaakk… Goyang yang cepaattt”
“Iyaahhhh… Iyaahhhh… Aaaahhhhhh” desah Nayla yang jadi gemas saat merasakan dinding vaginanya digesek-gesek oleh penis tua itu.
Rasa gerah yang menyerang tubuhnya membuat Nayla jadi membuka satu demi satu kancing kemejanya. Ia melakukannya sambil terus menggoyang penis tetangganya. Saat kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, ia lekas menurunkan behanya hingga susu bulatnya itu terlihat di depan mata pria tua kekar itu.
“Aaaahhhh yaahhh… Aahhh beruntungnya saya bisa menodai tubuh seindah ini… Aaahhh teruss… Ayoo terus goyang mbaaakkk” desah Pak Beni sambil menonton susu bulat Nayla yang meloncat-loncat.
“Aaahhh iyaahh… Mmpphhhh… Mmpphh yaahh… Aku juga beruntung bisa menunggangi tubuh sekekar ini” desah Nayla sambil memperhatikan tubuh kekar pak Beni secara seksama.
Sambil terus bergoyang, matanya menatap lengan kekar pak Beni yang begitu berotot. Tangannya pun meraba-raba dada bidang pak Beni yang masih tertutupi kaus singletnya. Dada Pak Beni begitu keras. Nayla jadi semakin gemas sehingga memaksa pak Beni untuk melepaskan kaus singletnya.
Sebagaimana wanita pada umumnya, Nayla jadi semakin bernafsu pada pria yang memiliki otot sebesar ini. Apalagi dirinya selama ini cuma memuasi pria-pria tua yang berbadan gempal-gempal. Tidak ada indah-indahnya sama sekali. Melihat pak Beni yang sudah bertelanjang bulat menyisakan celana pendeknya yang itupun sudah melorot sampai lutut membuat Nayla semakin bernafsu.
“Aaahhhh… Aaahhh… Aku suka banget badan bapak… Aku… Akuuu… Aku jadi mauuuu…. Mmppphhhh” desah Nayla yang tiba-tiba kembali mendekatkan wajahnya untuk mencumbu bibir pria tua itu.
“Mmpppphh silahkan mbaakkk… Mmpphhh saya juga suka banget kok sama badan mbak yang seksi ini” balas pak Beni.
Ditengah goyangannya yang terus berlanjut. Bibir Nayla dengan binalnya menjepit bibir pak Beni sambil menyeruput. Nayla menghisap bibir pak Beni lagi. Lidahnya di dalam juga menjilati bibir pak Beni lagi. Ia menikmati cumbuannya sambil terus menggoyang penisnya. Kenikmatan yang begitu terasa membuat pak Beni membalas cumbuannya.
“Mmpphh nakal banget yah kamu mbak… Gak ada angin gak ada hujan tau-tau dateng kesini minta digenjot… Mmpphhh untung saya di rumah, kalau saya gak ada, mbak bakal muasin nafsu kemana ?” tanya pak Beni ditengah cumbuannya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Kita kan bisa 'video call 'lagi… Nanti kita ngentot 'online' lagi kayak dulu paakk… Mmppphhh” desah Nayla yang mempercepat goyangannya.
“Dasar… Nafsu banget sih mbak ke saya… Sampai bela-belain 'video call' segala… Mmpphhh” desah pak Beni penasaran.
“Mmmppphh habis bapak 'hot' banget sih… Aku jadi gemes pengen menikmati kontol bapak lagi… Salah sendiri bapak punya tubuh seindah ini… Aku kan jadi geregetan pengen disodok oleh kontol bapak lagiii… Mmpphhhh” desah Nayla mengeluarkan kata-kata kotornya.
“Mmpphhh… Mmpphh maafkan saya kalau gitu mbaakk… Hahaha… Tubuh saya ini memang diciptakan untuk mbak… Tubuh saya ini diciptakan untuk menjadi pemuas nafsu mbakk… Ayo goyang yang cepat… Jangan banyak omong lagi… Saya mau fokus menikmati tubuh indahmu ini lagi !” Kata pak Beni bernafsu. Cumbuannya jadi semakin kuat. Cumbuannya jadi semakin ganas.
“Iyyahh paakk… Baik… Aku akan fokus ke goyangan aku, biar bapak bisa puas menikmati goyangan pinggulku… Aahhh yahh… Aaahhh nikmat banget sih kontol bapaakk… Mmpphhh” desah Nayla setelah melepas cumbuannya lalu kembali mendekatkan wajahnya tuk mencumbu bibir manis itu.
Dikala bibir mereka yang kembali saling menghisap. Lidah mereka di dalam juga kembali berperang dengan menjilati satu sama lain. Lidah mereka seperti sedang pedang-pedangan. Kadang lidah mereka juga seperti sedang bermain tindih-tindihan. Terkadang lidah Nayla yang menindihi lidah pak Beni. Kadang lidah pak Beni yang menindihi lidah Nayla. Tak jarang pak Beni membawa lidah Nayla ke dalam mulutnya. Tak jarang juga sebaliknya. Pak Beni pun menghisapnya. Ia menyeruputnya hingga liur mereka jatuh menetes mengenai puting indah Nayla yang sudah keluar dari persembunyiannya.
“Mmpphhh… Mmphhh… Aaahhh… Aaaahhh” desah mereka setelah berhenti bercumbu lalu saling tatap menatap dengan penuh nafsu.
“Aaahhh… Aahhh.. Indah sekali wajahmu ini mbaakk… Rasanya sudah seperti di surga, ada bidadari yang sedang melayani saya” Kata pak Beni yang membuat Nayla tersipu.
“Hihihih makasih pak… Rasanya kayak lagi melayani suami aku disurga… Duh mana tubuhnya bagus banget lagi… Jadi gemes deh…. Hihihi… Aku percepat yah… Aku rasa aku udah mau keluar… Mmpphhh” desah Nayla disela-sela goyangannya.
“Hahahha udah mau keluar aja… Pasti mbak nafsu banget yah, sama saya ?” Tanya pak Beni tersenyum.
“Bangettt bangett pake bangeett… Aku nafsu banget pokoknya” kata Nayla yang memuaskan pak Beni.
MEGUKT8
https://thumbs4.imagebam.com/37/f8/6f/MEGUKT8_t.jpg 37/f8/6f/MEGUKT8_t.jpg
'NAYLA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
Nayla mulai bergerak cepat dalam menggoyang penis tukang sapu jalanan itu. Tubuhnya diangkat lalu diturunkan. Vaginanya diangkat lalu kembali diturunkan. Terasa gesekannya membuat mata Nayla memejam. Penis pak Beni yang begitu keras memberikan sensasi tersendiri baginya. Nayla sampai mendesah hingga deru nafasnya mengenai wajah pejantan tua yang memiliki wajah jelek itu. Pak Beni hanya bisa merem melek. Ia begitu dimanjakan oleh goyangan serta raut wajah betinanya yang begitu terangsang.
“Aaahhhh teruss… Teruss yang kenceng mbaakk… Aaahh yahh… Mantap sekalii… Aaahhh” Desah pak Beni menikmati goyangan Nayla.
“Aaahhh iyaahh pakkk… Iyaaahhh… Aaahhhhh” desah Nayla menuruti.
Lagi. Nayla mengangkat tubuhnya lalu dibenamkannya. Ia melakukannya sambil memejam karena ingin fokus menikmati goyangannya tuk merasakan gesekan dari penis pria tua yang merupakan tukang sapu jalanan itu.
Berbagai penis sudah ia cicipi. Pembantunya sendiri, penjaga vila bahkan gelandangan tua. Kali ini, seorang tukang sapu jalanan yang memiliki tubuh kekar sedang ia nikmati seorang diri. Nikmat mana yang kamu dustakan lagi ? Nayla benar-benar menikmati. Ia puas pada pilihannya yang lebih memilih menjadi pelacur gratisan ketimbang menjadi istri sholehah yang melayani suami tampannya.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Rasanya enakk bangett paakkk… Kontol bapak udah kayak batu aja… Keras banget…. Uhhhh sampai dalem banget lagiiii” desah Nayla terus memejam menikmati tusukan tukang sapu itu.
Ia banyak mendesah juga mengerang penuh kenikmatan. Gesekannya membuat lendir di dalam vaginanya semakin banyak. Hal itu lah yang membuat Nayla semakin nikmat. Ia kembali mempercepatnya. Dadanya sampai bergoyang naik turun memanjakan mata pejantannya.
“Aauuhhmmm” desah pak Beni tidak kuat lagi. “Aaaaahhhhhh” desah Nayla terkejut hingga matanya membuka dan mendapati pak Beni tengah menyusu saat dirinya menggoyang tubuhnya.
Mmpphhh... Mmpphhh... Manisnya susumu... Mmpphh sslllrrppp… Saya gak tahan lagi sewaktu susu ini goyang-goyang terus dihadapan saya desah pak Beni sambil menyusu. Ia menggigit puting itu dengan keras. Terkadang lidahnya hanya menjilat-jilatinya saja. Terkadang ia juga menghisapnya yang semakin merangsang birahi Nayla yang sudah hampir mendekati puncak.
Aahhh paakkk gelii... Aaahhh... Aaahhhh desah Nayla merinding.
Mmpphhh nikmatnyaaaa.... Mmpphh... Mmmpphhh desah pak Beni saat kedua tangannya meremas susu bulat itu lalu bibirnya menghisap puting susu Nayla dengan sangat kuat.
Aaaahhhh... Aaaahhhhhhh desah Nayla semakin keras.
Pak Beni dengan beringas terus meremas dan menyeruput pentil susu Nayla hingga puas. Bibirnya mengatup rapat. Lidahnya menggeliat tuk menjilat. Nampak susu Nayla semakin basah. Nampak susunya semakin mengencang saja.
Aaaahhh... Aaaahhhhh... Aaaahhhh desah Nayla semakin keras saat nafsunya hampir mencapai puncak.
Mmpphh aaahhh... Mmpphh yaahhh... Ayo goyang terus mbak... Yang keras... Yang cepat !!! Desah pak Beni menyemangati.
Aaahhh iyyaahhh... Iyyaahhh desah Nayla yang sudah tidak kuat lagi.
Nayla mempererat pegangannya pada bahu pak Beni. Ia lalu mengangkat tubuhnya setinggi-tingginya lalu membenamkannya sedalam-dalamnya. Tusukan penis pak Beni jadi semakin terasa. Sensasi liarnya membuat pikirannya semakin bernafsu untuk mendapatkan kenikmatan dari pemuas nafsunya itu.
Aaahhhh... Aaaaahhhh
Nayla menggoyang tubuhnya maju mundur. Gerakannya semakin cepat hingga membuat penis itu semakin menggesek-gesek vaginanya. Ia beralih dengan gerakan memutar. Gerakannya yang cepat nyaris membuat penis pak Beni patah. Untungnya penis itu seperti terbuat dari besi. Strukturnya keras sekali. Itulah yang membuat Nayla semakin berapi-api. Kemejanya yang masih menyangkut di bahunya, dijatuhkan melewati lengan rampingnya. Pak Beni pun membantu melepaskan kemeja itu, ia juga menurunkan behanya hingga membuat Nayla bertelanjang bulat menyisakan celana dalam beserta hijab dan cadarnya saja.
Aaaahhh... Aaaahhhh... Aaaaahhhhh… Terus paakk jilat yang kencaangg… Aahh iyahh seperti itu aahhh !
“Mmmpphh ssllrrp… Mmpphh sllrrpp nikmatnyaa… Nikmat banget mbak”
“Aaahhh yahhh… Aaahhh teruss… Aaahhhhh” desah Nayla saat merasakan tanda-tanda orgasme kian mendekat.
Aaahhh... Aayooo... Lebih cepat... Uhhhhhh desah pak Beni yang blingsatan merasakan goyangan liar Nayla. Namun ia terus menahannya. Meski ia tahu dirinya bakal kesusahan untuk melakukannya.
Gairah Nayla memuncak. Nafsunya membara. Tubuhnya semakin panas. Ia pun melampiaskan semuanya dengan menggoyang penis pak Beni lebih cepat lagi. Goyangannya jadi terasa nikmat. Ia pun tak kuat untuk menahan semua goyangan ini lagi.
Aaahhh akuu udah gak kuat… Aku mauu kelluaarrr, pak... Akuuu maauu kelluaarrr
“Aaahhh keluarin ajaa… Keluarin semuanyaaa mbaaakk !”
“Aaahhh iyaahhh… Iyaaahhhh”
Goyangannya Nayla semakin liar. Gerakannya membuat pak Beni sampai harus memegangi pinggangnya lagi. Susu Nayla kembali terbebas. Susunya kembali bergondal-gandul dengan bebas. Namun Nayla yang hampir keluar malah memegangi susunya sendiri. Ia meremasnya sendiri. Ia menunjukkan kebinalanannya pada pria tua yang sudah lama tak ia sapa.
Dengan satu dorongan yang kuat, Nayla pun menghempaskan tubuhnya sedalam-dalamnya ke penis pak Beni dikala dirinya tiba di puncak kenikmatannya.
“Oouuhhhh paaakkkk…. Akuu kelluuaaarrrr !!!” Jerit Nayla sekeras-kerasnya.
“Ouuhhhh mbaaakkkk” desah pak Beni yang langsung memeluknya dikala penisnya terasa basah seperti disemprot oleh air keran saja.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!'
Cairan cinta Nayla menyembur membasahi penis kekar pak Beni. Penis sepanjang 20 cm yang masuk seluruhnya ke rahim Nayla itu basah terkena semprotan lahar hangatnya. Penisnya yang berdiameter lima sentimeter itu sempat menahan cairan cintanya agar tidak keluar dari dalam rahim pemuasnya. Namun ada beberapa cairan yang keluar melalui sela-sela penis itu.
Hah... Hah... Hah... Nayla lemas tak berdaya. Hanya hembusan nafas yang keluar dari mulutnya. Ia terengah-engah. Ia tak menyangka, menggoyang penis pak Beni bisa membuatnya selelah ini.
Tubuh polosnya pun ambruk ke arah pelukan pejantan tuanya. Pak Beni dengan senang hati menangkapnya. Ia memeluk tubuh Nayla erat-erat sambil memberinya kecupan di pipi kirinya.
Muach… Mbak Nayla capek yah? Hahaha... Tapi saya belum keluar loh... Jadi, giliran saya yah sekarang ? Tanya pak Beni yang membuat Nayla membuka matanya lebar-lebar.
Eh sekarang ? Istirahat dulu dong pak pinta Nayla penuh harap.
Hahaha, enak aja... Saya udah gak sabar tau... Ayo berdiri mbak kata pak Beni sambil memberdirikan tubuh polos Nayla.
Hah... Hah... Tapi pak, aku masih capek kata Nayla yang harus dipegangi tubuhnya agar tidak terjatuh karena kakinya masih lemas.
Tenang mbak, tadi saya juga udah mau keluar kok... Yuk lanjut, tapi sebelumnya... Saya lepas hijab sama cadar mbak yah kata pak Beni meminta izin dengan sopan.
Nayla yang kelelahan hanya mengangguk saat menjawabnya. Karena pak Beni kesulitan membuka hijabnya, akhirnya ia membantu pak Beni dalam menelanjangi dirinya. Tak lama kemudian, akhwat cantik yang sudah kecanduan ngentot itu sudah menanggalkan hijab dan cadarnya. Tubuh seksinya kini jadi semakin terlihat. Meski tanpa memegangnya, orang-orang yang melihatnya pasti tahu, kalau Nayla memiliki kulit yang indah disertai perawatan rutin yang mahal.
Pak Beni diam melongo, ia pun menyandarkan tubuh Nayla ke dinding. Pak Beni mundur dua langkah agar dirinya dapat melihat lekukan tubuh Nayla secara maksimal.
Indah sekaliii ! Puji pak Beni.
Pria tua itu sangat takjub. Jelas, tidak ada yang bisa mengalahkan Nayla soal keindahan tubuhnya. Putri sudah pasti kalah. Nayla. Ah, pak Beni sampai kesulitan untuk menuliskan kata-kata untuk melukiskan keindahannya.
MEGQ2VU
https://thumbs4.imagebam.com/f4/07/eb/MEGQ2VU_t.jpg f4/07/eb/MEGQ2VU_t.jpg
'Mukanya cantik, rambutnya hitam lurus, susunya bulat sempurna, lekukan pinggangnya yahud, kulitnya putih, mulus & halus... Ah, apa sih kekurangan dirimu mbak... Mbak ini beneran bidadari deh... Kalau mbak sampe hamil karena saya... Pasti anak kita bakal sempurna banget deh...'
Batin pak Beni mupeng.
'Ehh bentar-bentar... Tapi kok ada yang beda yah? Putingnya kok agak coklat? Perasaan dulu pink? Tapi siapa peduli selama saya bisa menggenjotnya lagi... Hahaha... '
Batin pak Beni yang tidak ambil pusing.
Hmm kenapa pak? Kok ngeliatin akunya gitu banget? Aku jelek yah? Tanya Nayla malu-malu saat pak Beni menatapnya dengan penuh nafsu.
Hahaha mbak ini gimana sih? Jelas-jelas saya nafsu... Ya kali mbak keliatan jelek kata pak Beni sambil memeloroti celananya.
Mata Nayla sampai membuka saat pria tua itu juga sudah menelanjangi dirinya. Matanya pun teralihkan pada perut kotak-kotak pak Beni. Lalu matanya naik sedikit tuk menikmati otot kekar lengannya. Pandangannya kembali turun ke arah penis hitam nan panjang yang sudah mengacung tegak dibawahnya. Nayla yang sudah mendapatkan orgasmenya jadi kembali bermafsu. Ia jadi ingin disodok lagi oleh penis kekar itu.
Siapp siaapp kata pak Beni yang sudah mendekat. Wajah mereka bertatap-tatapan. Wajah mereka sudah berhadap-hadapan. Terlihat Nayla malu-malu. Namun pak Beni terlihat bernafsu. Nayla memalingkan wajahnya ke samping. Namun itu malah membuat pak Beni semakin gemas ingin menghajarnya.
Ehh paakkk kata Nayla saat kaki sebelah kirinya diangkat.
Hehehe, cantiknya mbak Nayla kalau lagi telanjang gini puji pak Beni sambil memainkan payudara sebelah kanan Nayla menggunakan tangan kirinya.
Mmpphhh jangan digituin paakk... Akuu gelii... Mmpphh desah Nayla saat putingnya dipermainkan oleh jemari nakal pak Beni.
Hahahaha dasar, bikin saya makin gemes aja sih... Mmppphhh desah pak Beni yang langsung menyosor bibir manisnya.
Mmpphh paaakkk belum selesai rasa kagetnya saat bibirnya tiba-tiba dicium. Tiba-tiba ia merasakan vaginanya kembali ditusuk oleh penis hitam itu.
'Jleeebbbb !'
Mmmpphhh uuuhhhhh mantapnyaaaa desah pak Beni puas.
Pinggulnya langsung bergerak maju mundur. Penisnya yang panjang berurat berulang kali keluar masuk menusuk-nusuk rahim kehangatan akhwat cantik itu. Tangannya semakin gemas meremas. Susu Nayla pun tercengkram dengan kuat. Tubuhnya merinding. Ia merasa tusukan pria tua itu begitu dalam hingga tiba di titik terdalam lubang kenikmatannya.
Mmpphh paakk... Mmpphh... Mmmpphhh jerit Nayla tertahan.
Susu satunya yang tak diremasi bergoyang naik turun. Matanya terpaksa memejam. Ia tak tahan pada tusukan yang memberikan rasa sakit dan juga nikmat sekaligus. Gesekan penisnya begitu terasa di dinding vaginanya. Gesekan penisnya begitu perkasa hingga membuat tubuhnya lemas tak berdaya.
Pak Beni melepas cumbuannya. Ia pun terus menggenjotnya sambil menatap wajah indah Nayla yang jarang-jarang ia perlihatkan pada seseorang.
Aaaahhhh... Aaahhhh enakk sekallii... Ouhhh nikmat sekali memekmu ini mbaakk... Saya sampai lemes gini... Untungnya kontol saya masih semangat tuk memuasi rahimmu, hahaha tawa pak Beni ditengah sodokannya.
Aaahhh paakk... Aahhh... Aaahhh yaahh... Aahhh aku capek paakk... Tadi katanya mau keluar, kok ini lama banget sih? Tanya Nayla heran.
Hahaha sayang kalau dikeluarin sekarang... Saya masih ingin menggenjotmu lebih lama lagi.... Hennkgghhh desah pak Beni menambah kekuatannya.
Aaaaahhh yaahhh... Aaahhhh... Aaaahhhh... Paaakkk aaahhhh jerit Nayla sekuat-kuatnya. Wajahnya yang sangek membuat pak Beni kian bernafsu.
Kedua insan yang memiliki tubuh terindah itu saling bergumul. Mereka yang sudah sama-sama telanjang itu terus bertarung tuk memuaskan birahi yang susah lama mereka tahan selama ini.
Hampir berbulan-bulan sejak mereka pertama kali bercinta. Sekarang, di detik ini, persetubuhan kedua mereka akhirnya berhasil terwujud. Pak Beni pun enggan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia berjanji dirinya bakal mengeluarkan spermanya disaat dirinya benar-benar puas setelah memakai jasa bidadari bercadar ini.
Aaahhh... Aaahh... Aahhhh... Uuhhhhh ayo ganti posisi kata pak Beni setelah menusukkan penisnya sedalam-dalamnya.
Aaaahhh paakkk daleemm bangettt jerit Nayla kewalahan.
“Ayo nungging mbak… Saya beneran udah hampir keluar nih pinta pak Beni terburu-buru.
Nayla pun diminta menungging membelakangi pejantan tuanya. Sambil bertumpu pada dinding. Nayla pasrah membiarkan rahimnya kembali diobok-obok oleh tukang sapu yang beruntung itu.
Ayoo aku udah siap pak... Aku udah aaaahhhhh jerit Nayla saat vaginanya kembali ditusuk disaat dirinya belum menyelesaikan kalimatnya.
Saat kelamin mereka bersatu. Pak Beni tidak langsung bergoyang. Ia malah memejam tuk menikmati momen dimana penisnya berada di dalam rahim seorang akhwat yang sudah ternoda. Pak Beni tersenyum puas. Kedua tangannya pun berpindah pada bongkahan pantat Nayla sebelum pinggulnya bergerak dengan kecepatan penuh.
Aaahhh... Aaahhh... Rasakaann ini mbaakkk... Rasakan kontol saya inii... Aaahhh desah pak Beni sampai menggertakkan giginya.
Aaahhh paakk pelaann... Pelaaannn... Desah Nayla kewalahan.
Aahhh mana bisaa... Mana bisa saya melakukannya mbaakk... Aahhh ini enak sekalii... Ini enak banget mbakk... Saya percepat yah ?
'Percepat? Jadi ini tuh belum yang paling cepat?'
Batin Nayla tak menduga.
Aaahhh paakk... Aaahhh... Aahhhh.... Aaaaaaaaahhhhhhhh Nayla sudah seperti serigala jadi-jadian. Lolongannya begitu panjang. Semua gara-gara tusukan penis pak Beni yang begitu kejam.
'Plokkk... Plokk... Plokkk...'
Pinggul mereka terus bertemu. Pinggul mereka terus bertubrukan. Susu Nayla jadi semakin indah dalam bergoyang. Kedua insan itu jadi semakin terangsang dalam menikmati persetubuhan mereka yang sama-sama sedang telanjang.
Aaahh nikmatnyaaa... Aaahh nikmatnya memek sempitmu ini mbaaakkk desah pak Beni sambil memberikan tamparan keras pada bokong Nayla.
Aaahh paakkk... Aahhh sakit... Jangan ditampar paakk... Aaaaahhhh jerit Nayla tak kuat.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh nikmat sekali memekmu ini mbaaak… Aaahhh yaahh… Aaahhhh” desah pak Beni sambil terus menampar bokong Nayla tanpa memperdulikan permintaannya.
'Plaaaakkkk… Plaaaakkk… Plaaaakkkkk !'
“Aaaaahh yaahhh… Aaahhhh sakitt paakk… Aahhh jangan ditampar lagi… Ouuhhhhh dalem banget kontol bapaaakkk” Jerit Nayla yang semakin kewalahan dalam menahan nafsu tetangganya.
Pak Beni semakin mempercepat laju penisnya dalam membombardir lubang kenikmatan Nayla. Kecepatannya yang semakin cepat membuat jeritan yang keluar dari mulut Nayla semakin kuat. Apalagi tangannya juga sambil meraba-raba permukaan bokong Nayla. Bokong Nayla di elus. Bokongnya terasa begitu halus. Sesekali ia menamparnya lagi hingga desahan suara Nayla semakin terdengar keras.
'Plaaakkk… Plaaakkk !'
“Aaahhh paaakkk… Aaahhh yaahhh… Aaaaahhhh sakitt aaahhh” desah Nayla yang suaranya mulai menggema di seluruh rumah pak Beni.
Nafsu pak Beni yang mengganas membuat tangannya tak lagi mengincar bokong Nayla. Tangannya itu mulai beranjak naik mengelusi setiap kulit mulus pemuasnya. Tangannya terus memanjat tuk mengusapi punggung halusnya. Nayla sampai merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Usapannya pun berpindah ke depan. Tepatnya, menuju susu bulat Nayla yang bergoyang kencang.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhh paaakkk…. Aaaaahhhhh teruss… Terusss aaaahhhh” desah Nayla yang mulai terangsang lagi. Usapan lembut di susu gantungnya membangkitkan nafsu birahinya. Apalagi saat susunya diremas kuat. Rasanya ia seperti dibawa terbang ke kayangan.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh nikmat banget… Aaahhhh susumu udah gede, kenceng lagi... Jadi makin nafsu nih saya mbak... Hennkgghhh!!! Desah pak Beni sambil meremas susunya sekaligus mendorong pinggulnya lebih maju lagi.
“Uuuuuhhh paaakkk” desah Nayla merasakan dalamnya sodokan pak Beni.
Tubuh Nayla terdorong maju. Tubuhnya yang awalnya menungging langsung dipaksa berdiri gara-gara dorongan pak Beni. Susunya sampai terhimpit pada dinding didepannya. Bahkan dirinya juga diantar menuju puncak kenikmatan kedua.
Paaakkk... Aaahhh kelluaaarrrrr jerit Nayla untuk kesekian kalinya.
'Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt…'
Hahahaha kontol saya sampai anget gini mbak... Pasti puas banget yah bisa keluar dua kali hahaha tawa pak Beni yang begitu puas karena berhasil menujukkan keperkasaannya dihadapan Nayla dengan memberinya dua kali orgasme.
Hah... Hah... Aku capek pak... Aku capek... Uuuuhhh desah Nayla saat merasakan penis pak Beni kembali bergerak maju mundur.
Saya masih belum loh... Hahahha tawa pak Beni yang tak didengarkan Nayla karena saking lemasnya.
Keluarkan... Buruan keluarkan paakk... Aku capeekk... Aku gak sanggup bertahan lagi kata Nayla yang sangat kelelahan.
Hahaha baiklah mbak... Saya akan melakukannya dengan kecepatan penuh... Hennkgghhh desah pak Beni yang menarik pinggul Nayla terlebih dahulu agar akhwat cantik itu bisa kembali menungging lalu ketika posisinya sudah tepat, ia pun menghajar rahim itu sekuat-kuatnya.
Aaahhhh paakkk... Aahhhh... Aaaaaahhhh desah Nayla tak berdaya.
Pak Beni tancap gas. Tanpa memperdulikan kondisi Nayla yang kelelahan. Ia mengajar tubuh Nayla sepuas-puasnya. Nafsu besarnya yang sudah lama tak ia lampiaskan pada Nayla, dilampiaskannya seluruhnya sekarang. Jemarinya mencengkram bokong mulusnya. Nafasnya pun mulai terengah-engah. Wajahnya pun menunduk menatap punggung mulus Nayla yang tidak tertutupi apa-apa. Pak Beni tak kuat lagi. Ia selangkah lagi tiba di puncak kenikmatannya.
Aaahhhh saya mau keluaarrr... Saya mau keluuaarrr desah pak Beni terengah-engah.
Aaahhh keluarin paakkk... Keluarin... Aahhhh... Aahhhh... Aaahhhh desah Nayla yang semakin keras.
Iyaahhh... Iyaahh... Aaahhhh rasakaannn inii... Rasakan pejuh saya ini... Uuhhhhhhh desah pak Beni sambil menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
Uhhhh paaaaaakkkk Nayla menjerit keras. Tubuh polosnya sampai terdorong maju ke depan.
Penis pak Beni pun terlepas dari lubang vagina tetangganya. Nayla ambruk dalam posisi berlutut menghadap ke dinding. Pak Beni yang tak ingin spermanya terbuang percuma, bergegeas memegangi kepala Nayla lalu memintanya menghadap ke arahnya.
Hadap sini mbak... Buka mulutmu lebar-lebar ! Kata pak Beni sambil memegangi penisnya dengan tangan satunya.
Aaaaaaa Nayla menganga. Pak Beni pun mengarahkan ujung gundulnya ke mulut bidadari itu. Sperma menembak lurus ke depan mengenai lidah pemuasnya. Tak ingin ada satu tetespun spermanya yang jatuh, pak Beni memasukan keseluruhan penisnya ke dalam mulut Nayla.
Mmppphhhh... Mmmpphhh... Mmmppphhhh desah Nayla memejam. Mulutnya berulang kali menahan semprotan sperma pak Beni yang merajalela. Terasa lidahnya hangat. Terasa aroma spermanya yang begitu kuat. Tapi semua itu ditahannya. Nayla menahan semuanya hingga seluruh sperma pak Beni keluar di mulutnya.
Aaaahhh leganyaaa... Uhhhhh desah pak Beni saat penisnya masih berada di mulut bidadari pemuasnya. Ia lekas menarik penisnya keluar. Ia menatap wajah Nayla yang tengah menggembungkan mulutnya.
Mmmpphhh... Mmpphhh desah Nayla yang masih menahan itu semua di mulutnya.
Coba buka mulutmu mbak... Saya mau lihat pinta pak Beni penasaran.
Aaaaaa mmpphh Nayla menganga. Beberapa sperma ada yang menetes jatuh melalui sela-sela mulutnya. Pak Beni puas, ia pun meminta satu permintaan terakhir.
Telan semuanya mbak, terus tunjukkan lagi ke saya kata pak Beni sambil terkekeh-kekeh.
'Gleegggg !!!'
Aaaaaaa
Sperma itu sudah habis tak tersisa. Nayla sudah menelan semuanya. Pak Beni pun tertawa puas karena sudah melampiaskan seluruh fantasinya pada Nayla.
Hah... Hah... Hah Nayla pun kewalahan. Ia tak menyangka kalau dirinya bakal diberi dua orgasme seperti ini.
'Aku capek banget... Nah, sekarang aku harus memberi undangannya ke pak Beni.'
Kata Nayla dalam hati.
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Nayla sudah mandi. Ia sudah kembali berpakaian seperti tadi. Wajahnya yang cantik sudah tertutupi cadarnya kembali. Tubuhnya yang seksi sudah ditutupi oleh kemeja longgarnya lagi.
Pak... Ada yang mau aku omongin tanya Nayla pada pria tua kekar yang cuma mengenakan celana kolornya saja.
Ada apa mbak? Jangan bilang pengen ngentot lagi? Saya habis mandi soalnya... Males mandi wajib lagi, hahaha tawa pak Beni.
Bukan kok pak... Aku mau nunjukkin maksud kedatanganku yang sebenarnya kata Nayla malu-malu.
Yang sebenarnya? Tanya pak Beni penasaran.
Iya, hmmm... Sembilan hari lagi, bapak bisa ikut aku ke pesta gak? Tanya Nayla tersipu.
Pesta? Pesta apaan mbak? Tanya pak Beni lagi.
Pesta itu... Anu... Hihihi... Pesta sex pak kata Nayla malu-malu yang mengejutkan pak Beni.
Hah? Maksudnya? Tanya pak Beni belum paham.
Hihihi jangan kaget yah... Sembilan hari lagi, aku sama pak Urip bakal ngerencanain pesta... Rencananya bapak sama kesembilan orang lain termasuk pak Urip bakal memuasi aku pak... Hihihi tawa Nayla malu-malu.
Hah? Maksudnya? Mbak bakal dikeroyok sepuluh orang termasuk saya dan pak Urip gitu? Tanya pak Beni tidak menyangka.
Iya pak hihihi... Gimana? Bapak mau gak? Aku tunggu yah sembilan hari lagi di . . . . Belum selesai Nayla berbicara. Tiba-tiba omongannya dipotong oleh pak Urip.
Gak... Saya gak setuju jawab pak Beni dengan tegas yang menghapus sikap malu-malu yang tadi Nayla tunjukkan.
Maksudnya? Tanya Nayla sambil menatap wajah pak Beni. Nayla tampak kecewa. Ia pun bermaksud memperjelas apa yang dibicarakan oleh pak Beni tadi.
Saya gak setuju kalau mbak Nayla bakal dikeroyok oleh mereka bersepuluh... Saya gak tega... Saya gak setuju kalau mbak Nayla mengadakan pesta seperti itu ujar pak Beni dengan kesal. Apalagi kalau dipesta nanti ada pak Urip. Pak Beni curiga, pasti pak Urip sudah mencuci otak Nayla sampai mau melakukan tindakan sebejat itu.
Gak setuju? Aku itu ngajak bapak buat gabung pesta... Jawaban bapak seharusnya bisa atau gak bisa... Bukannya gak setuju ! Ujar Nayla dengan suara yang agak meninggi.
Maaf mbak Nayla... Mbak sudah kelewatan... Tolong hentikan... Jangan sampai mbak melakukan tindakan sebejat itu... Saya gak bakal ngizinin mbak melakukan tindakan seperti itu ! Kata pak Beni yang membuat mata Nayla memicing.
Gak ngizinin ? Siapa bapak kok berani ngatur-ngatur aku... Maaf yah pak, ada bapak apa enggak, pesta bakal tetep terwujud... Bapak gak berhak untuk ngatur-ngatur hidup aku... Kalau bapak gak mau yaudah... Jangan mencoba menghentikan niatanku ! Kata Nayla dengan kesal. Bahkan jemarinya sampai menunjuk-nunjuk untuk mengekspresikan perkataannya.
Siapa saya ? Saya memang bukan siapa-siapanya mbak, tapi saya ini peduli ke mbak... Tolong jangan seperti itu mbak... Sudahi semuanya... Tolong, saya mohon, jangan lakukan tindakan bejat itu ! Itu perbuatan yang gak bener mbak ! Pinta pak Beni sambil memegangi kedua bahu Nayla.
Lepasin ! Terus apa yang kita lakuin tadi emang bener ? Apa jangan-jangan, semua baru bener kalau aku kayak gitu cuma ke bapak ? Inget yah pak, aku bukan milik bapak... Lagipula, ah 'astaghfirullah'... Aku baru inget... Emang apa yang bapak lakuin kemarin sama Putri itu bener ? Iya ? Jawab aku pak ! Tanya Nayla yang membuat mata pak Beni melebar.
Pak Beni pun terdiam tak bisa berbicara.
Tega sekali bapak... Padahal Putri sama temen aku itu mau nikah loh... Pernikahannya bakal berlangsung sebentar lagi... Teganya bapak merusak hubungan mereka dengan menyetubuhi Putri ? Emangnya itu tindakan yang bener menurut bapak ! Tanya Nayla kesal. Matanya berkaca-kaca.
Anu itu jawab pak Beni terdiam.
Inget, aku bukan milik bapak... Putri juga bukan milik bapak... Jadi kalau bapak gak setuju, jangan ikut campur urusan aku lagi... Jangan bilang ini juga ke siapa-siapa ! Kalau bapak berani ngelapor apalagi ke suami aku, jangan harap bapak bisa menemui aku lagi ! Titik ! Kata Nayla yang langsung pergi tanpa menatap wajah pria tua kekar itu lagi.
Mbak Nayla tungguu... Mbak... Mbak Naylaaa panggil Pak Beni yang tak digubris oleh bidadari cantiknya. Pintu depan pun dibanting oleh Nayla saat menutup pintunya. Suaranya terdengar keras. Pak Beni pun kecewa dengan apa yang barusan terjadi.
Baru kemarin saya kehilangan Putri, Masa sekarang saya kehilangan Nayla juga sih ?... Kenapa hidup saya jadi seperti ini yah ? Sial ! Lirih pak Beni merenung.
Memikirkan hal itu membuat pak Beni jadi semakin membenci pak Urip. Saking kesalnya, ia jadi ingin menghajar wajahnya karena sudah membuat Nayla menjadi bejat seperti ini.
10 orang ? Nayla bakal melayani 10 orang ? Bukannya itu sudah gila ? Apa yang membuatmu mau melakukan hal kayak gini mbak ? Tanya pak Beni heran.
Haruskah aku melaporkan hal ini ke pak Miftah ? Lirih pak Beni kepikiran.
Tapi aku gak mau kehilangan Nayla lagi ! Lirih pak Beni bimbang
Ah siaaaallll ! Teriak pak Beni menyesal.
Harusnya tadi cukup aku tolak aja yah keinginannya, gak perlu sampai ngelarang-ngelarang
Tapi melayani 10 orang itu udah kelewatan loh... Ini gak boleh dibiarin... Tapi ya gimana ? Aahhh, apa ada jalan keluar untuk masalah ini kata pak Beni sambil mengacak-acak rambutnya.
Ngomong-ngomong, tadi kok pentilnya mbak Nayla berubah yah ? Kok gak pink lagi, malah agak coklat gitu, kenapa yah? Tanya pak Beni sambil membuka ponselnya.
Ia berencana untuk menanyakan hal ini pada sesosok yang ia anggap cerdas. Yakni mbah 'google'.
Kenapa kok puting wanita bisa berubah warna ? Kata pak Beni setelah membaca kata yang baru dituliskannya.
'Enter !'
Tiba-tiba wajah pak Beni berubah karena saking terkejutnya. Matanya bergetar. Ia tak menyangka setelah membaca satu paragraf akhir dari situs yang ia baca.
MEGQ2XC
https://thumbs4.imagebam.com/72/ef/6e/MEGQ2XC_t.jpg 72/ef/6e/MEGQ2XC_t.jpg
Ini beneran ? Mbak Nayla . . . . ?
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 27
PERTARUNGAN PUNCAK
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Langit turut menyambut dengan cerah. Udara berhembus dengan segar. Wajah orang-orang pun tersenyum ceria.
Hari ini merupakan hari dimana impian seorang wanita benar-benar akan diwujudkan. Impian untuk menjadi pemuas nafsu. Tuk memuaskan birahi para lelaki yang selalu haus akan kenikmatan. Tidak ada yang menyangka. Tidak ada yang menduga. Bagaimana impian seperti itu datang dari seorang wanita yang selalu menutupi sebagian wajahnya dengan cadar ? Unik, menarik, eksotik ? Entah apa kalimat yang tepat untuk menggambarkan impian wanita cantik tersebut. Tapi inilah yang terjadi. Kejadian yang sebenarnya juga ditunggu-tunggu oleh para lelaki.
“Duh, aku kok jadi deg-degan gini yah ?” ucap wanita cantik si pemilik impian liar tersebut.
Ia tengah menunggu di dalam kamarnya. Ia duduk di dekat meja riasnya sambil menghadap ke arah cermin. Ia sudah dandan. Ia sudah siap dengan pakaian rapih. Ia sudah makan untuk mengisi energi tubuhnya. Ia sudah mandi dan pokoknya ia sudah siap semuanya demi menghadapi acara besar ini.
“Kayaknya udah pada dateng deh ? Di luar rame banget nih” kata Nayla yang kemudian beranjak dari kursinya lalu mendekati pintu untuk menguping pembicaraan di luar.
Nayla kembali beranjak dari pintu kamarnya. Ia memegangi dadanya yang besar. Terasa jantungnya berdegup cepat. Ia kemudian senyum-senyum sendiri membayangkan situasi yang akan terjadi sebentar lagi.
Ia buru-buru kembali menuju meja riasnya. Ia bercermin untuk mengecek penampilannya sendiri. Dengan hijab rapih berwarna putih yang mempunyai corak hijau ditepinya. Dengan kemeja berlengan panjang berwarna putih yang melambangkan kesucian. Dengan celana panjang berbahan kain yang tidak membentuk kaki jenjangnya. Dengan setelan jas berwarna hijau yang memiliki warna selaras dengan celana berbahan kain yang dikenakannya. Juga dengan cadar berwarna putih bersih yang memiliki warna selaras dengan kemeja longgar yang dikenakannya. Wanita cantik yang sudah bersuami itu tampak menggoda dengan tampilannya yang khas. Ia terlihat seperti seorang wanita karier yang sepertinya menjadi tema berpakaiannya hari ini. Ia semakin gugup membayangkan dirinya akan diperebutkan oleh sepuluh laki-laki sekaligus.
“Bisa-bisanya aku punya mimpi seliar ini, hihihi… Dasar mesum ! Cantik-cantik kok mesum… Nanti keenakan kaum cowok lah kalau aku jadi mesum kayak gini terus !” Lirih Nayla tertawa sendiri.
*-*-*-*
Sementara itu di ruang tamu rumah Nayla.
'Prookk… Prokkk… Prookk'
Seorang pria tua berperut tambun bertepuk tangan untuk menyambut kedatangan seseorang.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Selamat datang mang Yono, hakhakhak… Beneran nih diundang ? Kok saya ragu” tawa pak Urip saat melihat kedatangan tukang sayur itu.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Loh, huahaha… Kan saya diundang sama bapak sendiri ? Lupa yah ? Huahaha” tawa mang Yono.
“Oh iya juga, hakhakhak… Cuma gak nyangka aja, kok bisa sih mang Yono diundang, udah berapa kali main sama non Nayla nih sebelum kesini ?” Tanya pak Urip penasaran.
“Cuma dua kali aja… Baru dikit… Huahahaha” tawa mang Yono membanggakan dirinya.
Hakhakhak... Lumayan lah, setidaknya udah cukup kenal sama memeknya non Nayla kan ? Tanya pak Urip sambil merangkul bahu mang Yono.
Lumayan pak, udah pernah nyodok sampe mentok soalnya... Huahaha tawa mang Yono sambil memasukkan jemari telunjuk di tangan kirinya ke arah lubang yang dibuat berdasarkan ujung jemari telunjuk serta jempol yang menempel di tangan kanannya.
Saat sedang asyik-asyik mengobrol, tibalah sesosok pria tua lain yang mengenakan jaket 'hoodie' serta celana 'jeans' panjang berwarna biru.
Assalamualaikum, selamat pagi semuanya... Hahahaha tawa pak Rudi yang baru saja tiba dari puncak.
Walaikumsalam pak, hakhakhak, jauh-jauh dari puncak kesini, ada apa nih ? Tawa pak Urip sambil menjabat tangan pak Rudi.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Seperti yang bapak tau lah, saya juga mau ikutan hahaha... Loh bapak juga yah, kenalkan saya Rudi ucap pak Rudi pada mang Yono.
Saya Yono pak, tukang sayur langganannya mbak Nayla ucap mang Yono dengan bangga.
Loh mbak Nayla pernah main sama tukang sayur langganannya juga yah ? Tapi gapapa, masih hebat saya yang pernah main semalaman kata pak Rudi membanggakan dirinya sendiri.
Semalaman ? Serius ? Tanya mang Yono yang langsung ciut.
Hakhakhak... Udah, jangan banggain diri gitu di depan saya... Kalian semua jelas kalah sama saya yang hampir mencicipinya tiap hari jawab pak Urip menyombongkan diri.
Kebetulan tak lama kemudian datanglah seorang pria tua lain lagi yang membuat ketiga peserta yang hadir menengok ke arah pintu masuk.
Pestanya belum dimulai kan ? Saya belum telat kan ? Ucap pria tua gendut yang mempunyai perut tambun itu.
Loh pak Tomi, diundang juga ? Tanya mang Yono tak percaya.
MECMNJB
https://thumbs4.imagebam.com/b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg
'PAK TOMI
Tukang nasi goreng yang masakannya diakui oleh seluruh warga kompleks ini pun turut masuk ke ruang tamu untuk berkumpul bersama tiga peserta lainnya.
Ya jelas dong mang Yono, kok kaget ? Lebih kaget lagi saya yang ngeliat mang Yono disini ucap pak Tomi sambil menyalami tamu-tamu lainnya.
Hakhakhak... Lumayan, kalau pas laper atau energi habis, ada 'cheff' yang siap masakin kita nanti kata pak Urip memuji kehadiran pak Tomi.
Mau apa ? Nasi goreng ? Ayam goreng ? Tempe goreng ? Semuanya siap saya masakin untuk kalian nanti, hahaha tawa pak Tomi senang. Ia terlihat begitu antusias. Ia tak sabar untuk menancapkan pusakanya itu ke dalam rahim akhwat bercadar itu lagi.
Permisiii ucap seseorang yang asalnya dari luar rumah.
Eh siapa itu ? Ada yang dateng lagi yah ? Tanya pak Urip yang bergegas ke teras luar. Sesampainya ia disana, ia langsung tertawa saat melihat tiga pria tua yang berdiri kebingungan. Hakhakhak, ngapain pak diluar, ayo sini masuk
Nah ini orangnya... Bener kan alamatnya disini ? Tadi saya sempet ragu karena takut salah rumah soalnya... Ngowahaha ucap seorang pria tua yang paling kurus diantara ketiganya.
Ayo pak buruan, udah gak sabar nih saya pengen 'make' mbak akhwat itu lagi, hohohoho tawa pria tua yang terlihat paling sepuh diantara ketiganya.
Hiyahaha... Sabar dong pak, palingan mbaknya juga lagi persiapan... Kita semua bakal dapet giliran kok, iya kan pak Urip ? Tanya pria tua yang paling gembul diantara ketiganya.
Iya dong, kalian semua pasti bakal dapet giliran kok, apa pengen nonton aja nih ? Hakhakhak goda pak Urip.
Ya jangan dong, minimal sembilan sampai sepuluh celup lah biar ada kenangan dikit, hohoho tawa si pria yang paling sepuh yang tadi terlihat paling antusias itu.
Hakhakhak... Santai pak... Kalian semua dapet jatah tak terbatas kok buat nyelupin kontol kalian tawa pak Urip yang diikuti ketiga pria tua itu.
Ngowahaha, makasih banyak pak... Kontol saya sampe ngaceng nih pas denger jawaban bapak tadi tawa si kurus, berkulit hitam dan berwajah paling jelek itu.
Hakhakhak tenang aja, kalian gak usah khawatir... Kalian tinggal genjot aja kok nanti... Yuk masuk
Pak Urip pun mengantar ketiga peserta itu untuk masuk menemui peserta lainnya.
Ngomong-ngomong pak, gapapa nih bapak kesini ? Gak dimarahin sama rektor kampusnya nih ? Tanya pak Urip sambil melihat ketiga pria tua yang mengenakan seragam satpam itu.
Hiyahaha demi mbak Nayla, kami rela bolos kerja demi bisa nyoblos memeknya lagi jawab satpam tergembul yang terlihat begitu bernafsu.
Hakhakhak dasar kalian nekat, oh yah, nama kalian siapa yah ? Kok saya lupa ? Tanya pak Urip.
MEH5DEY
https://thumbs4.imagebam.com/f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg
'PAK SURIP
Saya Surip, pak... Hiyahaha ucap satpam tergembul itu.
MEC2V61
https://thumbs4.imagebam.com/c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg
'PAK SUDAR
Kalau saya Sudar, pak... Hohoho ucap satpam tersepuh itu.
MEC2V5Y
https://thumbs4.imagebam.com/27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg 27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg
'PAK PAUL
Kenalin, saya Paul, saya dari Papua pak... Ngowahaha tawa pak Paul yang tingginya hanya sebahu pria rata-rata..
Sesuai dugaan, ketiga satpam yang waktu itu pernah menggilir Nayla langsung disambut oleh ketiga peserta lainnya. Mereka saling mengobrol untuk berkenalan. Mereka semua terlihat bersemangat untuk menikmati rahim akhwat bercadar itu lagi.
'Ada mang Yono, pak Rudi, pak Tomi, pak Paul, pak Surip sama itu yang tua siapa yak ? Oh iya si pak Sudar... Total baru ada enem nih ? Mana tiga orang lagi ? Padahal udah gak sabar pengen mulai acaranya... Hakhakhak...'
Batin pak Urip setelah menghitung jumlah tamu undangan.
Seketika pak Urip menolehkan wajahnya ke arah luar setelah mendengar suara mobil berhenti.
Bentar yah pak... Silahkan ngobrol-ngobrol dulu... Ini ada teh juga yang sudah saya buat... Kalau haus tinggal ambil aja... Kayaknya tamu terakhir udah dateng nih hakhakhak kata pak Urip yang disambut suka cita oleh tamu undangan lainnya.
Saat pak Urip ngeluyur ke teras depan. Ia melihat sebuah mobil yang terlihat cukup mahal terparkir di depan rumah majikannya. Sesaat setelah pintu terbuka, muncullah seorang pria tua berpakaian putih dengan sorban yang menutupi rambut kepalanya yang langsung membuat pak Urip tertawa.
Hakhakhak... Assalamualaikum ustadz sapa pak Urip yang membuat ustadz itu tersipu malu.
Tepat di pintu seberang muncullah seorang pria tua berkulit hitam dengan badan yang cukup kekar. Pria tua kekar itu lekas menutup pintu lalu bersama sang ustadz menghampiri pak Urip yang sudah siap menunggunya.
Walaikumsalam pak... Bisa langsung kita mulai... Saya takut kalau ketahuan orang nih kata ustadz Burhan yang membuat pak Urip tertawa.
Hakhakhak... Sebenernya masih sisa satu peserta lagi sih... Tapi coba nanti saya bilang dulu ke non Nayla, apakah bisa langsung dimulai, karena jam udah hampir setengah dua belas siang aja nih kata pak Urip terkekeh-kekeh.
MEH2S2O
https://thumbs4.imagebam.com/1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg 1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg
'PAK AMIN
Kita bisa ngobrol didalem aja gak pak ? Gak enak kalau nanti kita ketahuan kata pak Amin selaku pembantu ustadz Burhan.
Hakhakhak... Bisa kok bisa... Mari masuk kata pak Urip dengan sopan.
Selagi pak Urip mengantar kedua tamu itu masuk. Para tamu undangan lainnya langsung terkejut saat melihat kedatangan seorang ustadz yang sudah dikenali oleh mereka semua. Hanya pak Rudi yang terlihat kebingungan karena kebetulan dirinya bukan berasal dari kompleks sini.
Eh pak ustadz kata pak Tomi yang langsung berdiri karena saking terkejutnya.
Ketiga satpam itu juga demikian. Bahkan mang Yono yang memiliki kepercayaan yang berbeda saja ikut terkejut melihat seorang ustadz yang hendak bergabung ke dalam pesta ini.
Ini pak ustadz Burhan mau ikut gabung ? Bisik pak Tomi kepada pak Urip. Kebetulan pak ustadz mendengarnya. Ustadz gempal itu hanya tertawa sambil menepuk bahu pak Tomi.
Saya juga butuh hiburan pak... Gapapa kan saya ikut gabung ? Tanya ustadz Burhan.
Oh boleh dong... Boleh banget pak jawab mereka semua dengan kompak.
Pak Urip yang gelisah karena tamu undangan terakhir tak kunjung datang membuat dirinya terdorong untuk membujuk majikannya agar acara bisa segera dimulai.
Permisi pak, mumpung waktu udah makin siang nih... Gimana kalau kita mulai acaranya aja, meski masih ada satu tamu yang belum datang ?
Setuju pak... Kita langsung mulai aja... Biarin orang itu nyesel karena telat dateng jawab seseorang yang membuat pak Urip tersenyum.
Dengan segera, pak Urip langsung menuju kamar majikannya untuk menanyakan perihal acara.
Non, hakhakhak tawa pak Urip yang langsung disambut senyuman oleh majikannya.
Iya pak, gimana ? Tanya Nayla yang langsung berdiri dari kursinya untuk mendatangi pembantu tuanya.
Tinggal tamu dari non aja nih yang belum dateng ? Gimana kalau kita mulai aja... Udah makin siang nih, ntar keburu suami non pulang gimana ? Tanya pak Urip yang membuat Nayla merenung sesaat.
Hmm kalau gitu yaudah pak... Kita mulai aja ! jawab Nayla dengan malu-malu yang membuat pak Urip semakin gemas kepadanya.
Hakhakhak non ini... Uuuhhhhh kata pak Urip yang langsung meremas bokong majikannya hingga membuatnya menjerit pelan.
Aaahh paakkk... Kok di remes sih ? Tanya Nayla sambil menggigit bibir bawahnya dari balik cadarnya.
Hakhakhak... Habis saya gemes sih... Ayok kita keluar kata pak Urip sambil merangkul pinggang majikannya.
Setelah suara pintu kamar Nayla terbuka. Para hadirin yang sudah tak sabar langsung menoleh ke arah pintu tersebut. Tak lama kemudian, muncullah seorang akhwat yang sudah lama mereka nanti-nanti. Wajah pria-pria tua itu langsung membeku. Mereka semua terkesima pada aura kecantikan yang berasal dari tubuh Nayla. Posturnya yang begitu ideal, ditambah harumnya yang membangkitkan nafsu seksual, ditambah tatapan menggodanya yang membuat para joni bersiap untuk mengeluarkan rudal.
Waaahhh cantiknyaaa
Gilaaa itu yang bakal kita keroyok ?
Anjirrr langsung ngaceng nih saya !
Ahhh kalau modelnya kayak gini jadi pengen make sendiri nih buat sebulan
Uhhhh jadi pengen saya telanjangin nih lonte !
MEBE9OG
https://thumbs4.imagebam.com/e6/de/ba/MEBE9OG_t.jpg e6/de/ba/MEBE9OG_t.jpg
'NAYLA
Berbagai komenan mesum pun berhamburan dari mulut para lelaki yang sudah sangat bernafsu itu. Akhwat bercadar yang mengenakan setelan kemeja itu hanya diam malu-malu. Para lelaki itu mulai meremas penis mereka. Bahkan ada yang sudah mencuri start dengan mengeluarkan rudal balistiknya.
Terima kasih sudah mau datang kesini yah, pak kata Nayla malu-malu yang disambut sorak-sorak mereka semua.
Waaahhh lonte kita dataanggg jawab mereka semua nyaris kompak.
Sssttt jangan keras-keras... Ini masih siang, entar ketahuan loh tegur pak Urip.
Hihihi gapapa pak... Tapi jangan diulang lagi yah ucap Nayla yang masih berdiri malu-malu tanpa menatap wajah para serigala yang sudah kelaparan itu.
'Hihihi pada semangat banget sih... Mana pak Rudi udah ngeluarin senjatanya lagi !'
Batin Nayla setelah memeriksa rudal-rudal mereka.
Para serigala itu kompak mengangguk. Mangsa yang sudah semakin dekat membuat mereka tak sabar untuk mengoyak rahim mangsanya untuk menanamkan biji benih di dalamnya.
Hakhakhak... Oke dengan ini , pesta kita dimulai ! Kata pak Urip yang langsung mendorong Nayla ke arah serigala-serigala yang kelaparan itu.
Aaaahhh jerit Nayla saat terdorong.
Untungnya mang Yono langsung menangkapnya. Tukang sayur yang tidak menyunat penisnya itu langsung meremas bokong montoknya dikala dirinya sedang berdiri berhadap-hadapan.
Mmmpphhh desah Nayla dengan kuat.
Ayo pak jangan dipake sendiri dong... Kita juga mau nih kata pak Tomi mupeng.
Huahaha, maaf pak... Nih saya puter balik... Yuk kita grepe-grepe dulu akhwat lonte ini ujar mang Yono setelah membalikkan tubuh akhwat bercadar itu.
Mmmpphhh... Mmpphh pakk... Mmpphh pelaaann jerit Nayla saat tangan pak Tomi langsung meremasi dada bulatnya.
Hahaha gila... Susunya kenyel banget... Kayaknya makin gede nih ! Ujar pak Tomi bersemangat.
Waaahhh iyaaa... Ini sih lebih kenceng dari yang waktu itu... Ayok pak sini, kita puasi lonte ini ajak pak Sudar yang sedang meremasi payudara satunya.
Aaaahhh... Aaahhh... Aaahhhh... Baru digesek-gesek aja udah seenak ini desah mang Yono yang menggesekkan pinggulnya ke bokong Nayla yang masih tertutupi celananya.
Wahh sampai penuh... Ngowahaha... Kita kocok dulu kali yah buat ngencengin kontol kita ujar pak Paul, si satpam kurus berkulit hitam yang langsung diikuti oleh tamu-tamu lainnya.
Mmmpphh paakk... Mmppphh... Mmpphhh aaaahhhh jerit Nayla saat dilecehkan oleh kedelapan laki-laki itu.
Nayla mendesah, dikala susunya terus diremas-remas. Dikala bokongnya terus digesek-gesekkan. Matanya melihat sekitar tuk memperhatikan bentuk penis-penis mereka yang sedang dikocoki.
Nayla menenggak ludah. Ia tak menyangka, akhirnya impiannya bisa terwujud di hari ini.
'Aaahhh... Aaahhhh... Jadi seperti ini rasanya ? Ouhhh enak banget... Ayo kocok terus paaakk... Liat aku yang sedang dilecehi ini... Aku pemuas kalian... Puasi aku dengan nafsu-nafsu kalian, paak !'
Batin Nayla yang sampai merinding dibuatnya.
Mang Yono yang puas langsung mengoper Nayla ke arah kelompok yang sedang beronani itu. Nayla langsung dipaksa berlutut, penis-penis itu pun didekatkan ke wajahnya agar sensasi kepuasannya bisa lebih terasa.
Aaaahhh... Aaahh... Ayo kocok ini mbaakk... Kocok kontol saya pinta pak Paul yang langsung memberikan rudal hitam yang tak disunatnya itu ke Nayla.
Mmpphh iyaahh paakk... Mmmpphh gede bangettt goda Nayla sambil mengocoknya dengan tangan kanan.
Aaahh... Aaahhhh... Saya juga dong... Saya juga mau mbaakk pinta pak Tomi sambil memberikan penis gemuknya ke Nayla.
Mmpphhh iyaah pakk, sabaarrr desah Nayla saat mengocoknya menggunakan tangan kirinya.
Kedua tangannya pun sibuk mengocok kedua penis itu. Mulutnya juga bekerja dengan mengeluarkan nada yang menggoda. Para lelaki pun senang dengan pelayanannya. Mereka semua terus mengocok penis mereka sambil mendekatkannya ke wajah cantik Nayla.
'Hakhakhak... Yak kayak gitu... Lecehi dia... Puasi diaaa !!!'
Batin pak Urip senyum-senyum sendiri sambil mengabadikan pelecehan mereka. Tangannya terus memegangi 'handycam'-nya. Ia tertawa melihat majikannya yang begitu binal di hari ini.
'Hakhakhak... Pasti bakal jadi pesta sex terbaik sepanjang masa nih !'
Ujar pak Urip dalam hati.
Aaahhhh... Aaahhh... Terima ini mbaakk... Aaahhhh desah pak Amin selaku pembantu pak ustadz yang menempelkan penisnya ke arah cadar Nayla.
Aaaahhh... Aaahhh... Buka mulutnya... Masukin kontol saya ke mulutmu, ukh ujar pak ustadz yang mau tak mau dituruti oleh Nayla.
Mmpphh... Iyaahh ustadzz... Mmpphhh desah Nayla sambil menyepong penis ustadznya.
Tangan Nayla pun sibuk mengocoki penis-penis mereka secara bergantian. Setelah penis pak Tomi & pak Paul nyaris berdenyut, tangannya pun berpindah dengan mengocoki penis pak Sudar dan pak Surip. Kedua satpam itu sampai mengerang keenakan.
Aaaahhhh... Aaahhh... Terusss mbaakk... Terussss desah pak Surip.
Mmpphh iyaahh paakkk... Mmpphhh desah Nayla yang kesulitan saat mulutnya tersumpal penis pak ustadz.
Gantian saya dong mbak... Uuhhhhhh desah pak Amin yang kali ini dapat giliran memasukan penisnya ke mulut Nayla.
Iyaahh paakkk... Mmpphh... Mmpphhh desah Nayla kewalahan.
Sodokan penis pak Amin yang agak brutal membuat tangan Nayla berhenti mengocok kedua penis satpam itu. Mata Nayla bahkan sampai memejam. Ia bertahan sekuat tenaga tuk melayani penis hitam kekar yang keluar masuk di mulutnya.
Aaahhh yaahhh... Aaahhh... Aaaahhhh desah pak Amin merem melek.
Mmpphhh pakk... Mmppmm... Mmpphh pelaann pakk desah Nayla kewalahan.
Kesal karena penisnya dibiarkan, kedua satpam itu menarik diri tuk membiarkan Nayla dilecehi tukang kebun yang kekar itu.
Nayla yang sedang dikelilingi oleh mereka yang masih asyik mengocok penis masing-masing semakin tak berdaya. Kepala mungilnya didekap. Pinggul pak Amin bergerak maju mundur dengan cepat. Liurnya bahkan sampai menetes jatuh. Yang bisa ia lakukan hanya mengerang membiarkan penis hitam itu bergerak bebas di mulutnya.
Aaahhh... Aaahhh... Aaahhhh... Uhhhh ini pak ustadz ujar pak Amin saat mengoper Nayla.
Makasih paakk... Aaahhh yaahhh... Aahhh nikmatnyaa... Ouhhh mantap sekalii mbaak... Aaaahhhh desah pak ustadz yang kali ini kedapatan mulut Nayla.
Para hadirin yang melihatnya jadi bersemangat saat melihat seorang ustadz sedang memperkosa mulut seorang akhwat bercadar. Hal yang selama ini hanya bisa dijadikan bahan fantasi, kini terjadi didepan mata mereka sendiri. Mereka pun semakin menggila. Mereka semakin mengocok penis mereka dengan cepat.
Mmpphhh ustadzzz... Ustadddzz... Mmpphhh... Mmmpphh desah Nayla pasrah.
Aaahhh... Aaahhh... Aaahhh mantapnyaaa... Aaahhh... Aahhh yaahhh desah pak ustadz saat menahan kepala Nayla lalu pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat.
Mmpphh ustaddz... Mmpphh... Mmmpphhh... Uhukkk... Uhukkk Nayla langsung terbatuk-batuk setelah mulutnya dipaksa menelan penis gemuk itu sebelum ditariknya kembali oleh pemiliknya.
Tuh giliran siapa lagi ? Hahaha tawa seorang ustadz yang sudah tersesat itu. Sikapnya terlihat berbeda. Ia seperti dirasuki oleh iblis saja. Sepertinya ia sudah memendam sifat mesumnya ini selama bertahun-tahun, lalu melampiaskannya pada Nayla sekarang.
Oke, berarti sekarang gilirannya saya ! Ujar pak Rudi, si penjaga vila perkasa itu. Ia memaksakan penisnya masuk ke dalam mulut Nayla. Ia pun mendorong kepala belakang Nayla ke arah selangkangannya hingga penis itu langsung masuk ke titik terdalam mulut Nayla.
Uhhhh rasakaannn inniii !!! Jerit pak Rudi puas.
Mmpphhh paaakkk desah Nayla sambil memukul-mukul paha pak Rudi.
Cukup lama Nayla dipaksa untuk menelan penis kekar itu. Kerongkongannya tertusuk. Rasa mual mulai menghampiri perutnya. Untungnya pak Rudi segera menarik penisnya karena nyaris mendapatkan klimaksnya.
Aaahhh puasnyaaa... Hahaha... Ayok selanjutnya kata pak Rudi puas.
Uhhukk... Uhhuukkk Nayla terbatuk-batuk.
Sayaa... Sayaaa kata pak Tomi bersemangat.
Tukang nasi goreng bertubuh gendut itu langsung membenamkan penisnya ke dalam mulut Nayla. Penisnya itu menyodok-nyodok tiap rongga di mulut Nayla. Berulang kali pipi Nayla menggembung. Pak Tomi seperti sedang menyikat mulut Nayla menggunakan penisnya saja.
Uuuhhhh mbaaakk
Sama seperti pak Rudi, ia langsung menarik penisnya karena hampir keluar.
Uhhuukk... Uhukkk... Paaakkk Nayla terus terbatuk-batuk hingga wajahnya menunduk.
Tiba-tiba dua laki-laki mendekat. Saat Nayla menaikkan wajahnya, ia terkesima karena ia sudah disodori oleh dua penis hitam yang tak disunat oleh pemiliknya. Nafsunya makin lama makin meningkat. Nayla bahkan langsung menggenggamnya tanpa diminta oleh pemiliknya.
Aaahhh mbaaakk desah pak Paul & Mang Yono secara bersamaan.
Uhhhh... Uhhh... Dasar kalian yaahh, memperlakukan aku seenaknya... Aku bukan properti yang bisa kalian pakai sesukanya... Aku juga butuh kepuasan... Sekarang giliranku untuk memuasi kalian kata Nayla sambil mengocoki kedua penis tak disunat itu.
Sontak para lelaki langsung bersemangat melihat kebinalan Nayla yang semakin menjadi. Mereka semua langsung menelanjangi diri. Nayla jadi lebih bersemangat melihat tamu-tamunya yang sudah menanggalkan pakaian mereka.
Hihihi kalian ini, bikin aku makin semangat deh ! Desah Nayla yang membetot kedua penis itu dengan keras.
Aaahhh mbaakk... Aahhh... Aaahhhh... Gilaaa kuat banget kocokannya... Aahhh gawaatt... Aaahhh desah pak Paul keenakan.
Aaahhh teruss kayak gini mbaaakk... Aaahhh mantapnyaa... Aahh yaahh desah mang Yono merinding keenakan.
Hihihi enak yah ? Tapi ini belum seberapa loh... Mmmpphhh desah Nayla yang langsung memasukkan penis mang Yono ke mulutnya.
Aaaahhhh mantapnyaaa... Aaahhh anget banget mulutmu mbaaakk jerit mang Yono keenakan.
Saya juga dong mbaakk... Saya kan maauu... Aaaaahhhh kali ini giliran pak Paul yang menjerit. Penisnya secara bergantian dikulum. Satpam kurus itu langsung merem melek keenakan. Ia merinding merasakan sensasi liar ini.
'Aaahhh... Aaahhh... Gilaaa .. Rasanya lebih enak daripada sepongannya mahasiswi itu... Uhhhh ! Yang punya pengalaman emang beda !'
Batin pak Paul puas.
Saat mulutnya sedang asyik menyedot-nyedot penis pak Paul, tiba-tiba ia menarik penis mang Yono untuk masuk ke dalam mulutnya.
Uhhhhhh mbaaakkk ! Desah mang Yono.
Wuihhh gilaaa... Mulutnya mbak Nayla sampai penuh dijejeli dua kontol gak disunat itu ! Ujar pak Rudi kagum pada kebinalan Nayla.
Mmpphhh... Mmmpphh enakkk... Mmppphh desah Nayla dengan binal.
Mang Yono & pak Paul sebagai pelaku yang mengalami kejadian langsung terus mendesah keenakan. Wajah mereka menunduk tuk mengabadikan momen mesum itu menggunakan kedua bola matanya. Mereka hanya bisa mengerang. Mereka merasa beruntung karena sudah diundang untuk mengikuti pesta ini.
'Ploppp !'
Mmpphhhh aaahhh... Hah... Hah... Enak banget kontol kalian puji Nayla setelah puas mengulum kedua penis tak disunat itu.
Ngowahaha pastinya mbak... Saya lebih puas karena sudah diservis sama mbak kata pak Paul puas.
Saya juga... Say . . . Belum sempat mang Yono menuntaskan kalimatnya. Tiba-tiba ia melihat sosok pria tambun mendekat. Pria itu terlihat buas. Nayla pun langsung dipaksanya berdiri lalu didorongnya hingga punggungnya mengenai tembok rumah.
Uuhhhh paaakk desah Nayla.
Hakhakhak... Puas main sama mainan barunya, non ? Tanya pak Urip sambil menatap wajah Nayla dengan jarak yang begitu dekat.
Heeem pak, aku puas banget... Aku juga gak sabar buat mainin kontol bapak lagi desah Nayla sambil tangannya mengelus-elus pusaka pak Urip yang masih tersembunyi dibalik celananya.
Hakhakhak... Kalau gitu, giliran saya tuk memuasi non yah kata pak Urip yang tiba-tiba menurunkan resleting celana Nayla hingga celana berbahan kain itu langsung melorot ke lutut. Tak cukup disitu, mulutnya yang begitu haus akan cumbuan akhwat bercadar itu juga langsung menyosor bibirnya hingga Nayla yang tak siap dipaksa untuk mengalah demi melayani nafsu pembantu bejatnya.
Mmmpphhh paaakkk
Mulut Nayla dicumbu. Bibirnya dicium dengan penuh nafsu. Bibir mereka bertubrukan. Bibir mereka saling dorong-dorongan. Nayla yang tak berdaya lekas memeluk tubuh tambun pak Urip. Dada mereka bergesekan. Dada empuknya terhimpit oleh dada gemuk pria tambun itu.
Mmmpphhh nikmatnya bibir manismu... Mmpphh puas sekali rasanya bisa mencium bibirmu lagi, non desah pak Urip penuh nafsu.
Mmmpphhh aku juga paakk... Terus cium aku... Terus cumbui aku paakk... Mmpphhh Nayla membalas cumbuannya. Bibirnya dengan penuh nafsu menjepit bibir bawah pejantannya. Pak Urip membalas dengan menjepit bibir atas pemuas nafsunya. Mereka saling hisap-hisapan. Bahkan lidah mereka saling keluar untuk masuk ke mulut lawan main mereka.
Percumbuan yang semakin panas itu menarik perhatian para tamu undangan. Memang kalau sudah bergelut dengan empunya, rasanya jadi beda. Nayla terlihat lebih bernafsu. Hal itu yang membuat mereka iri pada pria tua bertubuh tambun itu.
Mmpphh paakk... Aaahhh... Aaaahhhh
Cumbuan Nayla terlepas saat vaginanya tiba-tiba dimasuki oleh jemari-jemari gemuk pembantu tuanya itu.
Hakhakhak... Gimana rasanya, non ? Tawa pak Urip sambil terus mengobok-obok rahim Nayla yang masih tertutupi celana dalamnya. Wajahnya pun tersenyum melihat raut wajah Nayla. Terlihat Nayla begitu bernafsu. Nayla tak kuasa menahan nikmatnya kocokan yang dilakukan oleh pria mesum itu.
Aaahhh enakkk... Enaakk paakkk... Aaahh yahhh... Aahhh terussss desah Nayla ketagihan.
Hakhakhak... Liat kalian... Liat lonte ini memohon ke saya untuk terus dikocok ! Tawa pak Urip merendahkan Nayla.
Ngowahaha dasar lonte... Dicolmek malah nagih ! Hina pak Paul selaku satpam terkurus.
Hohoho gila nih lonte, nafsuin banget ! Ujar satpam sepuh yang semakin bersemangat itu.
Luar biasa ! Baru kali ini nemu akhwat yang mesum kayak gini ! Ujar pak ustadz tak menyangka.
Aaahhh... Aaahhh enaakkk... Aaahh enakk bangett paakk... Aaahhh terusss... Teruss... Memek aku gatel banget paaaakkk jerit Nayla sampai merinding keenakan.
Huahaha gila mbak Naylaaa... Ayo mbak, jerit yang keras ! Ujar mang Yono menyemangati.
Aaahhh... Aaahhh gilaaa... Gak salah saya ngefans ke mbak... Mbak ini emang bakat ngelonte yah ! Ujar pak Amin takjub. Ia berulang kali mengocok penisnya lalu berhenti. Ia terus melakukannya dan baru berhenti saat mau keluar saja.
Bunyi kocokan air terdengar semakin keras. Pak Urip tanpa henti terus membanjiri rahim majikannya. Nayla yang pasrah pun hanya bisa mendesah. Ia terus menikmatinya tanpa merasa malu saat dilihati oleh delapan laki-laki lainnya.
Hakhakhak... Udah makin basah nih... Udah siap buat ngentot, non ? Tanya pak Urip yang disambut riuh okeh seluruh peserta.
Yeesss akhirnya... Yang ditunggu-tunggu tiba ujar pak Sudar si satpam gembul.
Aaaahhhh... Hah... Hah... Hah... Eehhh paakk desah Nayla yang langsung dibalikkan hingga dirinya bertumpu pada dinding dihadapannya.
Celananya dilepas oleh pak Urip. Celana dalamnya juga dicopot oleh pak Urip. Dalam sekejap, akhwat cantik berkemeja itu sudah tidak mengenakan apa-apa dibagian bawahnya.
Serigala-serigala itu takjub melihat Nayla yang sudah 'bottomless'. Mereka pun lebih takjub lagi saat pak Urip yang sudah memelorotkan celananya langsung datang tuk menancapkan pusaka sucinya.
Hakhakhak... Uhhh mulusnya bokongmu ini non kata pak Urip yang rupanya memilih untuk tidak langsung menghajarnya. Ia pun mengusapi bokong Nayla sebelum menamparnya dengan kuat.
'Plaaakkk !'
Aaahhh paakk jerit Nayla. Wajahnya pun menoleh ke belakang. Ia begitu malu saat dilecehi didepan para lelaki yang sedang mengantri itu.
Maaf yak, saya duluan... Saya juga udah gak tahan pengen nyelupin memeknya... Hakhakhak tawa pak Urip yang langsung memasukkan penisnya ke dalam rahim Nayla.
'Jleeebbb !'
Uuuhhhh paakk... Pelaannn... Aaaahhh yaaahhh desah Nayla sampai terdorong maju saat penis pak Urip melakukan penetrasi ke dalam vaginanya.
Woaaaahhhh para tamu undangan bersorak. Mereka takjub melihat penis sebesar itu bisa masuk seluruhnya ke rahim Nayla.
Aaaahhh mantapnyaaaa... Uuhhhh mmpphhh... Uhhhhhh mmpphhh desah pak Urip saat melakukan teknik tarik ulur.
Beberapa kali ia sempat menarik penisnya mundur sebelum menghempaskannya dengan kuat. Lagi, ia melakukannya lagi. Hal itu jelas membuat Nayla kelelahan padahal dirinya belum mulai digenjoti oleh pembantunya.
Uuhhh paakk... Uhhhh paaakkk... Aaahhhh... Aaaaahhhhh desah Nayla saat dirinya merasa ujung gundul penis pembantunya sudah menyentuh titik terdalam rahimnya.
Uuhhhh puasnyaaa... Memek akhwat emang gak ada obat... Enaknya kebangetan ! Kata pak Urip yang langsung bergerak menggenjoti rahim akhwat binal itu.
Aaahhh paakk... Aaahhh... Aahh yaahh... Aaahhh desah Nayla sambil memejam.
Para tamu hadirin semakin berhati-hati dalam mengocok penisnya. Mereka takut kalau diri mereka akan keluar duluan karena tak kuat dengan kebinalan yang sedang Nayla lakukan.
Aaahhh mantapnyaaa... Aaahhh dasar binaall... Bisa-bisanya ngundang beberapa laki-laki tuk menonton kebinalan dirimu ! Ujar pak Urip bernafsu.
Aaahhh... Aaahhh... Itu udah menjadi impianku paaak... Aaahhh ayo nikmati aku... Nikmati tubuhku yang sudah kotor penuh dosa ini... Aahhh... Aaahhh desah Nayla sambil terus bertumpu pada tembok rumahnya.
Aahhh dasar lonte... Dasar akhwat hina... Dasar pelacur murahan... Hakhakhak ! Ejek pak Urip tuk memuaskan fantasinya.
Iyaahhh... Iyaahh... Aku memang seperti itu paak... Aku pantas mendapatkannya... Ayo sodok aku... Puasi birahiku paaakkk desah Nayla yang membuat para tamu undangan merinding dibuatnya.
Mereka jadi semangat mengocok. Mereka juga tak sabar untuk menanti giliran mereka untuk menyodok.
Aaahhh nikmatnyaaa... Aahh gawaatt... Aahhh mauu keluaarrr... Uuhhhhhh kata pak Urip buru-buru menancapkan penisnya dalam-dalam lalu menariknya sebelum cairan spermanya keluar duluan.
Uhhhh paaakkk desah Nayla saat terdorong sesaat.
Fiyuh nyaris aja... Tuh 'next' siapa yang mau nyodok ! Tanya pak Urip.
Saya... Sayaa... Untungnya pak Surip si satpam gembul dengan tanggap segera meresponnya. Ia pun mendapatkan gilirannya segera. Ia dengan penuh semangat langsung mengambil posisi. Penisnya yang gemuk pun mulai masuk membelah rahim akhwat bercadar itu.
Uuuhhhhh paaakkkk jerit Nayla merasakan nikmatnya.
Nafsu yang sudah di ujung tanduk membuatnya segera menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Dikala tangannya mendekap kemeja yang akhwat itu kenakan, pinggulnya bergerak maju mundur tuk melampiaskan nafsu yang sudah tak tertahankan. Nafasnya terengah-engah. Ia menyodoknya seolah dirinya tidak mempunyai waktu lagi.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh mantaappp !!!” Desah pak Surip yang buru-buru mencabutnya karena takut kelepasan.
“Aaahhh paaakkk” desah Nayla kelelahan setelah menjadi objek pelampiasan para tamu di rumahnya.
“Hahaha… Mantap sekali, gak ada waktu buat istirahat yah mbak… Sekarang waktunya giliran saya !” Ujar Pak Rudi yang langsung mengambil posisi.
“Uuuuhhhhhh paakk… Tungguu… Uhhh tunggu paakk… Aaahhhhh” jerit Nayla.
“Hahahha gak ada waktu buat tunggu-tunggu… Waktu adalah uang, sayang ! Hennkkghhh !!” desah pak Rudi yang langsung menancapkan penisnya dalam-dalam. Tak butuh waktu lama, pinggulnya langsung bergerak tuk menggempur rahim bidadari bercadar itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh paaakkk” desah Nayla terdorong maju mundur.
Meski susunya masih terbungkus kemejanya dengan rapih. Orang-orang yang menontonnya di sebelah dapat melihat dengan jelas pergerakan susu gantungnya yang bergoyang maju mundur. Orang-orang yang belum mendapat giliran jadi semakin tidak sabar. Mereka hanya bisa beronani menikmati apa yang sedang pak Rudi lakukan saat ini.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh gawaaatt !” Kata pak Rudi yang buru-buru mencabutnya.
“Uuuhhhh paaakkkkkk” Nayla terus saja menjerit saat digilir oleh tamu-tamu pilihannya.
“Akhirnya giliran saya juga… Dah gak sabar saya pengen menikmati memek rapetmu lagi, mbak” kata pak Amin, si pria tua kekar yang sangat mengidolakan akhwat bercadar itu.
“Aaaahh paakkk daleemm bangeeettt !!!” Jerit Nayla yang lagi-lagi terdorong maju.
Agak berberda dengan pria-pria yang baru saja menggilirnya. Tenaga yang pak Amin keluarkan sungguh luar biasa. Tubuhnya yang kekar dengan penisnya yang bak gada besi itu membuat Nayla dapat merasakan gesekannya yang merangsang gairah.
Nayla bahkan sampai menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang guna menikmati tubuh telanjang yang sedang pak Amin perlihatkan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmat sekali memekmu ini… Ouhhh gak nyangka saya bisa dapet kesempatan ini lagi !” desah pak Amin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Iyaahh paakkk… Mmpphhh… Saya juga gak nyangka… Tolong percepat paakk… Yang kuat… Aku butuh tusukan bapak yang bisa bikin aku teriak-teriak, pak !” Protes Nayla karena pak Amin tidak langsung tancap gas dalam menyetubuhinya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Yang seperti ini maksudmu, mbak !” Desah pak Amin dengan beringas.
“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… seperti ituu… Aaahhhhh” Jerit Nayla dengan keras.
“Aaaahhhh gilaaa… Aahhhh mantep bangett… Aahh yaahh… Aahhhh… Aaaaahhhh” Lagi-lagi ia buru-buru mencabut penisnya. Pak Sudar si satpam sepuh langsung mengambil posisi tuk menikmati hadiah surgawinya.
“Hohohoho… Siap-siap yah mbaakk… Aaaaahhhhh” jerit pak Sudar sambil memejam.
“Mmppphhh paaakkk”
Meski pak Sudar tidak bertubuh kekar. Meski tubuhnya terlihat lebih lemah ketimbang peserta-peserta lainnya. Fakta kalau pak Sudar sudah sangat tua sudah cukup untuk membuat Nayla merasakan sensasi tuk melampiaskan fetish seksualnya.
Ia bahkan dengan suka rela menatap wajah tuanya saat tubuhnya didorong maju mundur oleh penis keriput itu.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Iyaahh liat sini mbaakk… Tatap mata sayaa… Aahhh nikmat sekali memekmu mbaaakkk !” Desah pak Sudar yang langsung tancap gas.
“Aaaahhhh… Aaahhh… Iyaahh paakk… Teruss sodok aku… Tusuk yang dalem paak… Aahhhh… Aaahhhh” desah Nayla menikmati.
Tangan pak Sudar bahkan bergerak tuk meremasi dadanya dari luar kemeja yang dikenakannya. Nayla mendesah keenakan. Sensasinya semakin memuncak saat pria tua itu menyentuh titik tersensitifnya.
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhhh… Aaahhhhh… Uuuhhhhh yaahhhh” Lagi-lagi pak Sudar menarik penisnya duluan tuk membiarkan peserta lain menikmati rahim bidadarinya.
“Ngowahaha… Buru-buru amat sih pak” kata pak Paul, si satpam hitam legam bertubuh kurus dan berpostur pendek itu.
Penisnya yang tak disunat itu menarik perhatian Nayla. Ia bahkan sampai memejam membiarkan pria yang tak sekeyakinan itu menikmati tubuh indahnya.
“Aaaaahhhh mantapnyaaaa” desah pak Paul sambil menggelengkan kepala tak percaya.
Sambil memejam satpam mesum itu mulai menggerakkan pinggulnya. Membayangkan dirinya menjadi orang kesekian dalam menggilir rahim akhwat ini semakin menambah fantasi seksualnya. Kedua tangannya meremas bokong mulus Nayla dengan kuat. Sodokannya juga diperkuat. Sodokannya juga diperdalam yang membuat akhwat itu mengerang kenikmatan.
“Aaaahhh yahhh… Aahhh paak… Aahhhh dalem bangeettt ouuhhhhh” desah Nayla sambil memperkuat tumpuannya pada tembok didepannya.
Pak Paul menggenjotnya dengan cepat. Pinggiknya bagaikan dinamo yang terus bergerak tanpa merasa lelah.
“Aaahhh bahaya, tuh pak ustadz, giliran bapak !” Kata pak Paul membiarkan pria sholeh itu mengambil gilirannya.
“Hahahah terima kasih yah… Aaaahhhhhh” Ustadz bertubuh gempal itu tersenyum saat penisnya melesat masuk menembus rahim bidadari bercadar itu.
“Aaahhh yaaahhh” Nayla lagi-lagi menjerit. Entah sudah orang keberapa yang telah menggilir tubuhnya. Masalahnya, durasi persetubuhan yang relatif singkat namun tergolong intens itu membuat dirinya kesal. Soalnya saat dirinya mulai menikmati tiba-tiba mereka menghentikan laju pinggulnya dengan dalih mengganti giliran. Nayla pun berharap dirinya segera disetubuhi seperti biasanya. Ia ingin disodok lebih lama. Ia ingin mendapatkan sentuhan nikmat dari penis-penis pejantannya yang dapat membuatnya puas.
“Aaahhh ukhhh… Aahhhh binal sekali dirimu yah… Saya kira kamu nakalnya ke saya aja… Rupanya ada 8 pria lain yang senasib dengan saya !” kata pak Ustadz dengan kesal.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Sebenarnya lebih dari itu pak ustadzzz… Ada banyak laki-laki lain yang pernah menikmati tubuhku” Desah Nayla saat mengaku.
“Apa ? Dasar akhwat gila ! Tapi gapapa… Ukhty itu masuk fantasi saya kok… Aaahhhhh… Aaahhh” desah pak Ustadz dengan puas.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Oh yah ? Mmpphhh aku jadi seneng deh dengernya” desah Nayla.
“Iyaahhh… Soalnya lonte bercadar sepertimu harusnya hanya ada di cerita aja… Gak nyangka ternyata beneran ada… Terima kasih sudah mengundang saya tuk menghadiri pesta ini yaahh… Uuuhhhhhh” desah pak Ustadz sambil menusuk penisnya dalam-dalam.
“Aaaahhh paakkkkkkkk” Nayla terdorong maju. Ustadz mesum itu lekas melepas penisnya tuk memberikan posisinya pada peserta lainnya.
“Akhirnya giliran saya tiba juga… Apa kabar mbak ? Udah lama kontol saya gak nyelip di memekmu… Huahahhaa” kata mang Yono sambil menancapkan penisnya.
“Uuuuhhhhhh maaanggg… Aku baikkk… Iyahh baikk… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla yang semakin kelelahan.
“Huahahha kalau gitu kita samaan mbak… Kabar saya juga lagi baik… Apalagi pas lagi nyelipin kontol ke memekmu ini… Huahahahha” tawa mang Yono puas. Ia lalu menarik kedua tangan Nayla ke belakang. Ia juga mengubah posisi Nayla memutar hingga membelakangi tembok.
“Uuhhhhhh… Uhhhh pelaannnn… Pelaannn maanngg… Aahhhh kebiasan mamang kalau genjot aku kenceng banget siihhh” desah Nayla yang jadi teringat persetubuhan pertamanya di rumahnya.
“Huahahha… Itu sudah menjadi keharusan mbak… Genjot mbak kalau gak kenceng ya mana bisa puas… Aaahhh… Aaahhhh” desah Mang Yono yang malah mempercepat sodokannya.
“Aaahhhh tapi maanngg… Ini berlebihann… Aku sampai aahhhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sampai kesulitan berkata-kata gara-gara sodokan tukang sayur mesum itu.
“Huahhaha sampai apa mbak ? Sampai nagih yah… Sebenarnya saya mau lama-lama, tapi kasian pak Tomi belum dapet giliran… Nih pak… Saya udahan duluuu… Uuuhhhhhh” desah mang Yono sambil menancapkan penisnya dalam-dalam.
“Aaaahhhhh paaakkkkk” Desah Nayla dengan keras.
Tepat setelah mang Yono melepas pegangannya pada Nayla, Nayla yang nyaris terjatuh langsung ditangkap oleh pria bertubuh tambun yang merupakan tukang nasi goreng itu.
“Hahahaha capek ya mbak daritadi digenjot terus ? Sekarang gantian deh, mbak yang goyang saya yang diem yah” kata pak Tomi sambil mengambil posisi tiduran di lantai.
Nayla yang sebenarnya sudah sangat lelah terpaksa melayani tukang nasi goreng itu. Sudah menjadi resiko untuk melayani sembilan orang sekaligus. Tapi ia tak menyangka kalau rasanya akan selelah ini. Nayla yang mulai berkeringat segera menurunkan tubuhnya untuk menyelipkan penis hitam itu ke dalam lubang kenikmatannya.
“Uuuhhhh paakkkkk” Jerit Nayla saat kelamin mereka kembali bertemu.
'Udah yang keberapa ini ? Ini yang kesembilan yah ? Ini yang terakhir yah ? Jadi, mereka semua udah ngerasain memek aku dong ? Mmpphh gak nyangka impian aku terwujud juga… Meski capek, aku harus tanggung jawab nih, aku gak boleh ngebiarin mereka kecewa gara-gara gak puas dengan layanan servisku…'
Batin Nayla bertekad untuk memuaskan semua tamu undangannya.
“Aaaahhhh paakk… Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla sambil menatap mata tukang nasi goreng itu. Tubuhnya bergerak naik turun. Susunya yang masih tersembunyi itu bergondal-gandul mengikuti goyangannya yang amburadul.
“Aaahh yahh seperti itu mbaakk… Aahhh goyang terus… Goyang yang enak… Hahahha” tawa pak Tomi puas.
“Aaahh iyaahhh paaakk… Aahhh gimana ? Enakk ? Aahhhh… Aaahhhh” desah Nayla yang bergoyang maju mundur. Goyangannya pun berpindah menjadi naik turun. Terkadang goyangannya memutar searah dengan jarum jam. Terkadang hanya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Nayla asal bergoyang, hal itu yang membuat penis pak Tomi berada diambang bahaya karena nyaris patah.
“Aaahhhh… Aahhhh… Enak banget kok mbaakk… Aahhh yahhh… Aahhhhh” Desah pak Tomi sambil mengelusi paha mulusnya.
“Gila mulus banget pahamu mbak… Beruntungnya saya bisa menikmati memekmu lagi !” Lanjut pak Tomi.
“Aaahhhh… Aahhh enggak pak… Harusnya aku yang beruntung… Terima kasih udah mau dateng tuk memuasiku paakkk… Aahhhh… Aaahhhh” desah Nayla yang semakin berkeringat.
Rasa gerah yang melanda membuatnya segera melucuti jasnya. Ia juga melepas satu demi satu kancing kemejanya yang membuat tamu undangan lainnya yang sedari tadi mengelilinginya tak sabar untuk melihat apa yang berada di balik pakaian Nayla.
Satu kancing terlepas, dua kancing terlepas, belahan dadanya yang sungguh dalam mulai terlihat. Para penonton yang dibuat penasaran mulai meneteskan air liurnya. Kocokan mereka semakin cepat. Tak terkecuali pak Tomi yang sedang digoyang oleh pinggul ramping akhwat binal itu. Matanya terpaku pada belahan dadanya. Ia tak sabar untuk melihat kembali susu bulat yang sudah membuatnya ketagihan itu.
Namun, saat jemari mungil akhwat itu hendak membuka kancing kelimanya, ia tiba-tiba berhenti yang membuat para penonton kecewa.
“Aahhhh… Aahhh… Aahhh… Mau pada liat gak nih ?” Kata Nayla sambil sibuk menggoyang.
“Maauuu mbaakkk… Maauuu… Ayo buka semuanyaa” Jawab para penonton yang membuat Nayla tertawa.
“Aaahhhh… Aahhhh… Ayo cepat buka mbaakk… Saya udah gak tahan… Saya mau liat susu indahmu lagi mbaakkk” desah pak Tomi tak sabaran.
“Hihihhi iyaahhh, pak, iyyahh… Nih gimana ?” Tanya Nayla setelah membuka seluruh kancingnya lalu melebarkan kemejanya.
“Wooaahhhhh” sontak para penonton terpana saat melihat kebinalan akhwat binal itu. Bahkan pak Urip yang sudah sering melihat dalaman Nayla saja ikut terpana. Tubuh Nayla memang indah. Meski sering melihatnya, pasti orang-orang akan selalu nagih untuk melihatnya kembali.
“Buka behanya juga dong mbaaakk… Ngowahaha… Ngalangin aja sih behanya” Ujar pak Paul tak sabaran.
“Iyahh paakk… Sabarrr… Mmpphhh… Nih gimana ? Ehhh” Nayla terkejut saat tiba-tiba behanya dirampas.
“Aaahhhh… Aahhhh… Akhirnya bisa nyoli pake behamu mbak… Kalau gini kan rasanya jadi makin enak… Hahahha” kata pak Rudi sambil sibuk nyoli.
“Dasaarrr !” Jawab Nayla tersenyum.
Tubuhnya yang sudah tersingkap membuat pak Tomi yang sedang digoyang dibawah jadi semakin terpana. Menyadari hal itu, Nayla pun tersenyum guna melayani tukang nasi goreng itu.
“Mmppphhh… Mmpphhh… Gimana tubuh aku pak ? Bapak sukaaa ?” Goda Nayla sambil mengusapi tubuh pak Tomi yang sudah bertelanjang bulat.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Suka banget mbaaakkk… Mbak seksi banget… Saya jadi makin nafsu buat ngeremes susumu itu mbaakk” Jawab pak Tomi yang membuat Nayla rasanya jadi ingin terbang setelah mendengar pujiannya.
“Hihihihi makasih paak… Aku juga jadi makin nafsu deh… Aku mau nyium bapak boleh ?” Tanya Nayla sambil bergoyang maju mundur.
“Bolehh banget dongg… Ayok sini” Kata pak Tomi sambil membuka tangannya.
Nayla dengan malu-malu menjatuhkan tubuhnya ke arah pelukan pria tambun itu. Dada mereka pun melekat. Dada bulat Nayla terhimpit oleh dada besar tukang nasi goreng itu. Dengan penuh nafsu, akhwat bercadar itu mengangkat cadarnya lalu menciumi bibir pria tambun itu. Nayla menyedotnya. Nayla menghisapnya. Ia melampiaskan nafsunya pada bibir tukang nasi goreng itu.
“Mmppphhh… Mmpphh paakk… Mmppphhh”
Tak lupa, pinggulnya terus bergerak naik turun. Ia terus saya bergoyang tuk memuaskan nafsu pejantannya.
Saat sedang asyik-asyiknya bercumbu, tiba-tiba ia merasakan adanya dorongan yang menenyentuh lubang duburnya. Seketika mata Nayla membuka. Matanya membelalak saat duburnya dimasuki oleh penis seseorang.
“Eeehhhh paaakk ?” Nayla melepas cumbuannya. Ia menoleh ke belakang lalu mendapati seorang pria paruh baya dengan penis yang tak disunat tengah memasukkan penisnya ke dalam lubang duburnya.
“Huahahha… Maaf mbak… Saya udah gak tahan lagi soalnya… Hennkgghhh !” Desah mang Yono yang langsung mendorong penisnya hingga penisnya itu semakin masuk ke dalam.
“Paaakkk tungguu… Akuu oouuhhhhh” Nayla mendesah nikmat. Duburnya terasa penuh. Rasanya seperti tak ada ruang lagi setelah dimasuki penis yang tak disunat itu.
“Loh kok berhenti sih mbak ? Capek yah ? Yaudah sekarang giliran saya yah… Uuuhhhh” kata Pak Tomi yang tiba-tiba menggerakkan pinggulnya.
“Eehhh pakk tungguu… Tungguu aahhhh… Aaaaahhh… Aaahhhhh”
Betapa nikmatnya saat dua lubang kenikmatannya dimasuki oleh penis secara bersamaan. Kedua pria tua berwajah buruk rupa itu secara bergantian mendorong penisnya. Dikala penis pak Tomi mendorong masuk, maka penis mang Yono ditariknya mundur. Saat penis mang Yono mendorong masuk maka penis pak Tomi yang ditariknya mundur. Lubang sempit yang mereka masuki membuat kedua pria itu terengah-engah merasakan sensasinya. Rasanya seperti disedot-sedot. Penis mereka rasanya seperti sedang diempot-empot.
“Aaahhhhh nikmatnyaaa… Aahhhh… Aahhhh puasnya bisa mengentot duburmu mbaakk” desah mang Yono sambil mendekap kemeja Nayla yang terbuka.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhh maannggg… Aahhh… Paakkk pelaaannnn” Desah Nayla yang tak diperdulikan.
“Aaahhhh yahhh… Aaahhhhh… Aahhhhh… Nikmatnyaa… Uhhhh… Uuhhhhhh” desah pak Tomi sambil mengelusi pinggang ramping Nayla. Usapannya itu naik menuju dada bulatnya. Ia bahkan memeluk tubuh rampingnya lalu mendekatkannya ke tubuhnya.
“Aaahhhh… Aahhh paakkk… Aahhh sakiittt… Aaahhhhh” desah Nayla mengeluh pada duburnya.
“Aaahhhh yahhh… Aahhh tahaann… Tahaannn… Aaahhhhh” desah mang Yono yang justru mempercepat sodokannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmatnyaa… Mmmpphhh sllrrppp… Mmppphhhh”
Bagai menyelam minum air, pak Tomi tidak hanya menyetubuhinya atau hanya memeluknya. Mulutnya pun manyun-manyun untuk mencumbui lehernya hingga meninggalkan bekas memerah disana. Ia juga menyeruput susu bulatnya setelah mengangkat tubuhnya ke arah wajahnya. Rasa nikmat yang terus melanda membuat dirinya merasa tidak kuat lagi.
“Aaaahhhh… Aahhhhh… Aaahhhhh… Rasakaannn iniiii… Uuuhhhhhhh” desah pak Tomi setelah menancapkan penisnya dalam-dalam di rahim Nayla.
“Aaaahhhh paakkkkkkkk” Nayla menjerit. Kebetulan mang Yono yang peka ikut mendorong pinggulnya hingga penisnya semakin menancap di dalam dubur akhwat seksi itu.
“Hahahha saya belum keluar… Saya mau istirahat dulu… Masih terlalu dini bagi saya untuk keluar… Ayo nih, siapa yang mau ?” kata pak Tomi yang kembali mengoper tubuh Nayla.
“Ngowahaha kirain udah ngecrot pak… Sini giliran saya aja” kata pak Paul yang lekas tiduran menggantikan posisi pak Tomi.
“Uuuhhhhh paakkkkk” Nayla memejam saat rahimnya dimasuki penis tak disunat itu. Seketika Nayla tersadar. Baik itu di duburnya atau di rahimnya, keduanya merupakan penis yang tak disunat. Membayangkan hal itu membuat nafsu Nayla menggebu. Apalagi saat kedua pria tak disunat itu kembali menggerakkan pinggulnya tuk menikmati tubuh indah Nayla.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Gak tau kenapa, memek akhwat kok rasanya kayak beda yah… Ngowahaha” Desah pak Paul di bawah. Pinggulnya mulai bergerak secara perlahan. Ia sangat menikmati gesekan demi gesekan saat penisnya menembus lubang kenikmatannya.
“Huahahah… Sama pak… Gak tau kenapa, tiap kali bayangin kontol saya yang gak disunat nembus memeknya… Rasanya kontol saya langsung cenat-cenut ngerasain sensasinya” Kata mang Yono saat merasakan kenikmatan dubur sang akhwat.
“Kalau menurutmu gimana mbak ? suka gak kalau kontol-kontol model gak disunat kayak milik kami nembus lubang kenikmatanmu ?” Tanya pak Paul sambil memeluk tubuh rampingnya.
“Aaaahhhh… Aaaahhhhh… Suka paaakkk… Suka bangeettt” Jawab Nayla yang membuat semua orang tertawa.
“Mumpung dia suka, gimana kalau kita percepat sodokan kita ? Biar mbak Nayla lebih puas ngerasain kontol-kontol kita ?” Tanya mang Yono sambil mengelusi bokong mulusnya.
“Boleh juga tuh pak… Ide bagus… Yuk kita tancap gas… Hennkgghhhh !!!” desah pak Paul memperkuat sodokannya.
“Aaaahhhh paakkk… Iyaahhh… Aahhhh dalem bangett… Ouhhhh… Paaakkkk” desah Nayla sambil memejam menahan semuanya.
“Ngowahaha… Gini dong baru kerasa… Ouhhhh ahhhh… Aahhhh… Aahhh yahhh… Aahhhh” Desah pak Paul sambil mengelusi punggung mulusnya yang masih tertutupi kemejanya.
“Huahahha… Ouhhh gilaa… Ouhhh mantapnyaaa… Gak nyangka banget bisa nusuk duburnya… Gak nyangka banget akhwat sesholehah ini bisa ditusuk depan belakang pake kontol yang gak disunat… Huahahhaha” tawa mang Yono sambil meremasi bokong mulusnya.
“Aaahhh paakkk… Aaahhhh maaanngg… Aaahhh jangan dalem-daleemmm… Aahhhh sakitttt” Jerit Nayla. Saking kuatnya tusukan mereka, ia sampai mengepalkan tangannya kuat-kuat tuk menahan tusukan mereka.
“Ngowahahaha… Jangan boong mbaakkk… Pasti mbak lagi keenakan kan ? Memek mbak aja udah basah banget nihhh… Ouhhhh… Ouhhhh… Anget banget deh memekmu… Kontol saya sampai kehisep-hisep nih sama memekmu” desah Pak Paul puas.
“Aaahhhh beneran paaakkk… Aahhh kontol bapak gede bangeett… Aaahhhh mana nusuknya dalem banget lagiii… Aaaahhhhhhh” jerit Nayla tak kuasa menahan tusukan penis raksasa itu.
“Huahahah, heran saya… Bukannya mbak udah sering digenjot sama bapak-bapak ? Kok memek mbak masih rapet aja sih ? Ini juga duburnya ? Aaahhhh mana rapet, seret lagi !” puji mang Yono puas.
“Aaahhh gak tauu maannggg… Aaahhh mungkin itu kelebihan aku, biar kalian bisa menikmatiku lebih puas lagi, maaannnggg !” desah Nayla keenakan.
Tusukan demi tusukan yang dilakukan oleh kedua pria yang tak menyunat penisnya itu membuat Nayla semakin kewalahan. Belum lagi tadi, saat dirinya digempur habis-habisan oleh pria-pria yang menggilirnya secara bergantian. Nayla tak mampu menahannya lagi. Ia merasa akan mendapatkan orgasmenya. Ia merasakan hal itu saat vaginanya mulai berdenyut cepat.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh paakkk… Aahhh cepat, sodok lebih cepat lagi… Aku mau keluar paakkk… Aku mau keluaar maannggg” Desah Nayla yang membuat seluruh penonton menantikan.
“Woaahhh akhirnya, mbak Nayla mau ngecrot… Ayok kocok yang cepet” kata pak Tomi meminta semua orang untuk mempercepat kocokannya.
“Huahahah udah gak kuat yah… Ayok pak Paul… Kita akhiri !” Kata mang Yono tersenyum.
“Siapp paakkk… Ngowahahah” tawa pak Paul.
Tiba-tiba gerakan yang awalnya sudah cepat jadi lebih cepat lagi. Tusukannya juga lebih bertenaga. Tusukannya juga lebih dalam yang membuat Nayla semakin tak berdaya melawan kedua pria yang tak menyunat penisnya ini. Pak Paul terus menggempurnya sambil mengelusi pinggang mulusnya. Mang Yono terus menyodominya sambil meremasi bokong montoknya.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhh” desah mereka bertiga bersamaan,
Penis mereka terus menyodok-nyodok. Penis mereka terus menggenjot sampai mentok. Lenguhan-lenguhan nikmat dikeluarkan oleh mereka bertiga. Jeritan-jeritan penuh gairah diluapkan oleh mereka bertiga. Nayla tak kuat. Nafsunya sudah berada di ambang batas. Tubuhnya pun mengejang saat vaginanya hampir memuntahkan cairan cintanya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aahhhh akuu mau keluaar… Sebentar lagi aku mau keluaar” desah Nayla yang membuat kedua pria mesum itu tersenyum.
“Ayooo keluarkan mbaakkk… Keluarkaann… Keluaarkann… Aaahhhhh” desah pak Paul yang terus menyodoknya dengan sekuat tenaga.
“Aaahhhh… Aahhhh… Jangan ada yang ditahan mbaakk… Luapkan semuaanyaa… Ouuuhhh” desah mang Yono yang sampai ngos-ngosan menikmati tusukannya pada dubur sang akhwat.
“Aaahhhh iyahhh… Iyahhh… Aahhhh… Aahhhhh”
Dada Nayla mendadak sesak. Kedua lututnya melemah. Nafasnya terengah-engah. Akhirnya, dengan satu tusukan yang kuat. Nayla pun mendapatkan orgasmenya saat kedua lubang kenikmatannya disumpal dengan batang penis raksasa milik mereka berdua.
“Aaaahhhh kelluuaaarrrr !” Jerit Nayla sepus-puasnya.
Cairan cintanya menyembur, membasahi penis pak Paul di dalam. Para penonton yang dibuat penasaran sampai harus menunduk untuk melihat semburan cairan cinta Nayla yang mulai mengalir keluar melalui sela-sela sumpalan penis pak Paul. Tubuh Nayla merasa lelah. Kedua pria yang baru saja memuasinya juga merasa lelah. Terutama mang Yono yang sudah menahan diri untuk tidak mengeluarkan spermanya sejak tadi. Rasa duburnya begitu kuat, hampir saja ia menyusul Nayla kalau tidak menahan diri.
“Huahahah puasnya… Noh siapa lagi yang mau nyicipi duburnya !” Kata mang Yono setelah mencabut penisnya yang berubah menjadi warna keputihan karena tak mendapatkan aliran darah setelah merasakan rapatnya anus sang akhwat.
“Sini, waktunya saya yang nusuk anusnya… Hahaha” Tawa pak ustadz yang ingin mengambil giliran.
“Paakk tungguuu… Jangan mulai duluuu… Akuuu… Uuhhhh… Uuuhhhh” desah Nayla dengan lemah yang tak diperdulikan oleh ustadz mesum itu.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Akhirnya bisa nyicipi duburnya lagi… Aahhhh… Aaahhhh” desah pak ustadz sambil geleng-geleng kepala merasakan kenikmatannya.
“Ngowahaha… Saya istirahat dulu ah… Bahaya kalau gerak dikit bisa-bisa bakal langsung keluar nih” kata pak Paul menarik diri hingga menyisakan ruang kosong di rahim sang akhwat.
Nayla pun dibiarkan menungging dengan lutut yang menempel pada lantai rumahnya. Ia seperti anjing yang dikawini oleh pejantannya di belakang. Susunya yang sudah terlihat mulai bergondal-gandul. Tusukan pak ustadz yang cukup kuat mulai menggerakkan susu gantungnya dengan kencang.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aahhh ustaadzzz… Aaahhhh… Aku masih capeekk paakkk… Aahhhh” desah Nayla yang tak diperdulikan oleh ustadznya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Sempitnya duburmu ini ukhhh… Aahhhh… Aaahhhhh”
'Plaaakkkk !'
Sebuah tamparan mendarat di bokongnya. Tangan gemuknya juga merayap mengusapi punggung mulusnya hingga kemejanya tersingkap naik. pak Ustadz pun meremas kemejanya lalu menaikkannya hingga berada di belakang lehernya. Hal itu membuat tubuh mulus Nayla terlihat. Mulai dari mata kaki hingga ke lehernya, kulitnya yang berwarna bening dan bertekstur mulus itu menggoda para penonton yang semakin terpana akan keindahannya.
“Aaahhh paakkk… Aahhhh… Aaahhhhh” Nayla kembali membuka matanya. Ia melihat sekitar, ia mendapati para lelaki itu semakin bernafsu pada keindahannya. Hal itu membuat pipinya memerah. Ia pun mulai menikmati tusukan pak ustadz di duburnya meski dirinya baru saja mendapatkan orgasme pertamanya.
'Aaahhhhh… Aahhhh… Aahhh… Udah jam setengah satu aja nih… Gak kerasa waktu berjalan cepat ?'
Batin Nayla saat melihat ke arah jam dinding rumahnya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh mantapnyaa… Aahhh gimana kalau kita ganti posisi ukh ?” tanya pak ustadz dengan membaringkan tubuhnya di lantai.
“Eehhh pakk gimana ? aku harus gimana ?” tanya Nayla kebingungan.
Nayla pun paham setelahnya, rupanya ia diminta untuk menunggangi penis itu dengan posisi membelakangi. Tubuhnya pun agak turun ke belakang dengan tangan yang menyangga lantai di bawah.
Pak Ustadz kembali bergerak. Dalam posisi seperti ini, para penonton jadi lebih mudah untuk melihat pergerakan susu Nayla saat digenjot olehnya.
“Aaahhhh… Aahhhh… Saya gak kuat lagi… Izinkan saya gabung yah mbakk… Aaaahhhhh” desah pak Amin yang tiba-tiba ikut 'join' ke 'party'. Penis hitamnya langsung masuk menembus rahimnya. Nayla hanya bisa mendesah saat mendapatkan tusukan yang tiba-tiba dari pembantu bertubuh kekar itu.
“Hahaha pak Amin ? Jadi nostalgia waktu kita main di rumah yah ?” Tawa pak ustadz sambil terus menggenjotnya.
“Hahaha betul pak ustadz… Kalau gak salah posisinya sama yah ? Aahhh jadi gak tahan deh pengen ngecrotin memeknya lagi” Kata pak Amin yang jadi mempercepat sodokannya.
“Eehhh kita ikut gabung juga dong… Bosen kali ngocok terus” Kata pak Rudi mendekat dari sisi kiri.
“Saya juga dong… Susu satunya masih nganggur tuh… Hahahha” Kata pak Tomi mendekat dari sisi kanan.
Penis-penis raksasa itu dikocoknya sambil didekatkan pada pergerakan susu Nayla yang bergerak maju mundur. Terasa gesekannya saat menyentuh kulit Nayla yang lembut membuat kedua penis itu semakin terpuaskan. Baik pak Tomi dan pak Rudi mempercepat kocokannya. Mereka melakukannya sambil menatapi tubuh Nayla yang sudah tersingkap.
“Eeehhh kita juga dong… Hohohoho” kata pak Sudar si satpam sepuh yang mendekati wajah Nayla dari sisi kanan.
“Hiyahahah saya juga udah gak tahan banget nih… Ayok sepong mbaaakk” kata pak Surip si satpam gembul yang menaikkan cadar Nayla lalu memaksa masuk penisnya ke mulut sempit Nayla.
“Mmppphhh iyaahhh ppaakkk… Mmmppphhhh” desah Nayla saat menyedotnya.
“Hohohohoh gila lahap banget mulutnya… Saya jadi gak tahan pengen juga deh… Gantian dong mbak !” kata pak Sudar saat mengocoknya dengan mendekatkan ujung gundulnya pada pipi mulus Nayla.
“Mmppphhh iyaahhh…. Mmpppphhh” desah Nayla saat beralih dari penis pak Surip ke penis pak Sudar.
“Aaahhhh nikmatnya di sepong… Ayookk telen mbaakk… Makan yang lahap… Hohohoh” desah pak Sudar puas saat penisnya disedot-sedot oleh Nayla.
“Dasar pak Sudar… Saya belum lama loh disepongnya” kata pak Surip yang terpaksa mengalah pada satpam sepuh itu. Ia akhirnya hanya bisa mengocoknya sambil mendekatkan ujung gundulnya pada pipi mulus Nayla.
Sementara itu, pak ustadz tidak tinggal diam meski tubuh Nayla mulai dikerumuni oleh pria-pria mesum itu. Kedua tangannya yang mendekap pinggangnya bergerak naik turun mengusapi tubuhnya. Pinggulnya juga bergerak naik turun menggenjot anus akhwat seksi itu.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aahhhh ukhtiii… Aahhhhh” desah pak ustadz merem melek keenakan.
Pak Amin juga, melihat tubuh Nayla dikerumuni para lelaki tua membuat nafsunya semakin bangkit. Genjotannya diperkuat. Ia melampiaskan seluruh nafsunya pada rahim akhwat mesum itu.
“Aaahhhhhh… Aahhhhh… Aahhhh dasar lonte… Dasar mbak ini lonteee… Aahhh bisa-bisanya mbak mau kayak gini” ujar pak Amin melampiaskan seluruh nafsunya.
“Hahahaha… Gilaaa… Susunya mantul-mantul niihhh… Ouhhh jadi enak buat ngocok… aahhhh… Aahhhhh” desah pak Rudi menikmati susu sebelah kiri.
“Hahhaha betul banget paakkk… Disini juga… Rasanya jadi pengen nelen susu mantul itu karena saking gemesnya… Aahhhhh… Aaahhhhh… Enak banget nihhh… Aaahhh” desah pak Tomi menikmati susu sebelah kanan. Kocokannya dipercepat. Ia mendekatkan ujung gundulnya pada pentil susunya.
“Mmppphhh… Mmmpphhh paakkkkkk… Mmmpphhhhh” desah Nayla saat mulutnya kali ini disumpal oleh penis milik pak Surip. Nayla heran. Meski dirinya baru saja mendapatkan orgasmenya. Namun kali ini, dirinya seperti ingin mendapatkan orgasme lagi. Tubuhnya mengejang. Tusukan yang begitu bertenaga dari pak Amin dan pak Ustadz membuatnya semakin tak berdaya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aku mau keluaar paakkk… Aku mau keluaarr lagiii” desah Nayla setelah memuntahkan penis satpam gembul itu.
“Hahahha lagi ?” Tanya mereka semua hampir bersamaan.
Pak Amin pun bersemangat. Begitu juga pak ustadz di bawah. Mereka bedua kompak mempercepat sodokannya. Pak Tomi dan pak Rudi pun membantu dengan meremasi serta memainkan susu bulat itu.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh… Aaahhhhhhh paakkkkk”
“Ayooo keluarkan lagi mbaakkk… Muntahkan semuanyaaa… Jangan ada yang ditahan-tahan lagiii mbaakkk… Hennkgghhh !!!” desah pak Amin saat menyodoknya dengan penuh nafsu.
“Aaahhhhh… Aaahhhh cepat keluarkan mbaakkk… Muntahkan seluruhnyaa… Aahhhhh… Aaahhh” desah pak Ustadz saat menyodominya dengan penuh nafsu.
“Aayooo keluarkaann… Ayoo cepaat keluarkaannn !” ujar pak Tomi & pak Rudi terus menyemangati Nayla. Susu Nayla itu terus diremasnya. Sedangkan di kanan kiri wajahnya, ada penis yang terus menusuk-nusuk pipi mulusnya.
“Ayoo keluarin mbakkk… Keluarin semuanyaa” kata pak Sudar dan Pak Tomi ikut menyemangati.
Nayla tak kuat lagi. Nayla tak mampu menahan diri lagi. Dengan satu tusukan yang dilakukan oleh pak Amin dan pak ustadz secara bersamaan yang menyumpal lubang kenikmatannya, dengan satu remasan super kuat yang dilakukan oleh pak Tomi dan pak Rudi pada kedua payudaranya, serta dengan tusukan yang menyundul kedua pipinya oleh kedua satpam itu telah mengantarnya menuju orgasme keduanya.
“Aaahhhh iyaahhhh… Iyaahhhh… Aakkuuuuuu… Aaahhhhhh keellluuaaaaarrrr !”
Tepat setelah itu, pak Amin langsung menarik penisnya hingga cairan cinta Nayla dengan deras menyemprot keluar. Mang Yono dan pak Paul yang sedang beristirahat langsung mendekat. Pak Amin juga ikut mendekat. Mereka bertiga berebutan cairan cinta Nayla yang menyemprot keluar.
“Aaahhhhhh… Aaahhhh…. Mmppphhhhhh” Nayla merinding saat vaginanya dihisap oleh ketiga pria tua itu secara bergantian. Sumpalan penis yang pak Sudar lakukan di mulutnya membuat dirinya terdiam tak bisa lagi berteriak. Nayla sangat puas. Rasanya benar-benar seperti impian yang akhirnya bisa diwujudkan. Ia tak menyangka ada enam laki-laki sekaligus yang memuasi nafsunya. Nayla kelelahan. Ia tak berdaya setelah dikalahkan dua kali oleh peserta tamu undangannya.
'Ini gawat ! Hah… Hah… Hah… Mereka belum ada yang keluar, sedangkan aku sudah keluar dua kali !'
Batin Nayla kelelahan.
“Gila… Hakhakhak… Puas banget pasti nih non Nayla keluar dua kali” Tawa pak Urip yang terus saja sibuk merekam aksi binal mereka melalui kamera 'handycam'-nya.
Seketika ia memergoki pak Paul dan mang Yono yang berbisik pelan setelah puas meminum cairan cinta Nayla. Pak Urip jadi tidak sabar, rencana apa yang sedang dibuat oleh keduanya.
Pak Amin & pak ustadz pun mundur meninggalkan ruang kosong di kedua lubang kenikmatan itu. Tepat saat itu, pak Paul & mang Yono mendekat untuk mengambil ruang kosong itu lagi. Nayla benar-benar tak dibiarkan beristirahat. Tiap kali ada 'vacuum of power'. Pasti ada saja yang tanggap untuk mengisi kekosongan itu.
MEC2V5Y
https://thumbs4.imagebam.com/27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg 27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg
'PAK PAUL
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
Kali ini giliran duet penis tak bersunat lagi yang maju tuk memuaskan tubuh akhwat binal itu. Pak Paul mengambil posisi di bawah. Ia menyelinap dibawah punggung Nayla yang sebelumnya ditempati oleh pak Ustadz. Mang Yono pun bersiap di depan pintu vagina Nayla. Ia melebarkan kaki mulus akhwat binal itu. Ia semakin tak sabar untuk menjalankan rencananya bersama satpam kurus itu.
“Hah… Hah… Hah” Nayla yang terengah-engah hanya pasrah. Ia membiarkan penis pak Paul masuk ke dalam vaginanya dari arah bawah. Namun sesuatu yang tidak diduga terjadi.
“Eehhh paakkkk… Kok ?” Tanya Nayla saat mang Yono juga mulai memasukkan penisnya ke dalam rahim Nayla.
“Huahahah ada apa mbak ? Mumpung memek mbak lagi banjir banget, pasti bakal muat kok kalau dimasuki kontol kami ini” kata mang Yono yang membuat mata Nayla terbuka lebar.
“Ngowahaha… Belum pernah ngerasain satu lubang dimasuki dua kontol kan ? Tenang mbak, mbak harus berterima kasih ke kami karena mbak bisa mendapatkan pengalaman langka ini” kata pak Paul yang tak tahu diri.
“Tapiii… Tapi paak… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla memejam lalu menggelengkan kepala. Vaginanya telah penuh. Kedua penis hitam yang tak disunat itu telah masuk ke dalam rahim kehangatannya.
“Whoaaa… Gilaaa… Memeknya bisa masuk tuh” kata peserta lainnya yang takjub. Pak Urip pun demikian, ia sampai men-'zoom'-nya agar mendapatkan rekaman yang bagus dari penetrasi duet tak bersunat ini.
“Aaahhhhhhh… Aaaaahhhhh… Aaahhhh nikmatnyaaa bisa nyumpel memekmu mbaakk… Huahahahha” tawa mang Yono.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Betul banget itu maanggg… Ouhhh baru kali ini saya bisa menuhin memek seseorang… Ngowahaha” Tawa pak Paul di bawah.
“Paaakkkk… Aahhhhh… Aahhhhh… Paaakkkk” Nayla menjerit. Ia terus berteriak menahan penetrasi yang kedua pria itu lakukan.
Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Kedua penis itu bergerak maju mundur secara bersamaan di rahim akhwat cantik itu. Pengalaman berharga yang mereka berikan membuat Nayla sampai merinding merasakan tusukan ini. Nayla terbaring pasrah diatas tubuh pak Paul. Susunya yang dibiarkan bebas mulai diremasi oleh tangan kurus pak Paul. Pahanya yang mulus juga mulai dielusi oleh tangan mang Yono. Rasanya sungguh puas. Baru kali ini ia merasakan persetubuhan yang sangat nikmat seperti ini.
“Uuuhhhhh… Uuhhhhh… Uuuhhhh… Saya mau kelluuaarr… Sayaa mau keluuaar” Ujar mang Yono yang merasa tidak kuat lagi.
Tusukan penuh tenaga yang sebelumnya ia lakukan pada dubur sempitnya. Ditambah sensasi liar yang ia lakukan dengan menyumpal rahim sempitnya bersama pak Paul membuat nafsunya tidak mampu ditahannya lagi. Ia ingin memuntahkan spermanya. Ia tak sanggup untuk melampiaskan seluruhnya pada tubuh akhwat binal itu.
“Aaaahhhh… Aahhhhhh… Saya jugaaa… aahhhh” desah pak Paul dibawah.
Rupanya efek dari tusukan yang ia lakukan cukup berdampak pada tubuhnya. Ia tak sanggup menahan diri. Ia juga ingin memuntahkan spermanya di dalam. Ia pun mempercepat sodokannya. Kedua tangannya juga meremasi susunya bahkan mencubit pentil susunya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaahhh yahhh… Aahhh paakkk… Aahhhh keluarinnn… Keluarin aja paakkk semuanyaa… Keluarinn aja maanggg, semuanyaaa !” desah Nayla menyemangati.
“Aaahhh iyahhh… Iyahhh… Pasti mbaakk… Saya pasti akan mengeluarkannyaaa… Aahhh… Aaaahhh” desah mang Yono kelelahan.
“Aahhhhh tentu mbaakkk… Saya udah gak kuat lagiii… Rasakaann ini… Rasakaannnn… Aaaaaaahhhhhh” desah pak Paul menusuknya kuat-kuat.
“Aaaahhhhhhh paaaakkkkkkk !!!” desah Nayla saat merasakan sperma pak Paul mulai mengalir di dalam vaginanya.
“Aaahhh saya jugaaa… Saya keluuaar… Aaahhhhhh rasaaakaann inii… Hennkgghhh !!!” mang Yono pun menyusul kemudian. Ia mendorong penisnya dalam-dalam untuk menumpahkan spermanya di rahim sang akhwat.
“Aaaahhhh maaannngggg” Nayla merinding saat kedua penis itu menumpahkan spermanya secara bersamaan. Rahimnya terasa penuh. Nayla bahkan sampai merem melek dibuatnya. Mulutnya sampai menganga. Rasanya sungguh luar biasa. Ia merasa sangat kotor. Bisa-bisanya rahimnya berubah fungsi menjadi tempat pembuangan pejuh oleh kedua lelaki yang tak menyunat penisnya itu.
Mang Yono yang kelelahan pun ambruk menindihi tubuh mulus Nayla. Mulutnya membuka tuk menyusu pada susu bulatnya. Pak Paul juga, sambil menikmati sisa-sisa spermanya yang keluar, ia mencumbui punggung mulusnya bahkan meminta Nayla untuk menjulurkan lidahnya untuknya. Nayla menuruti. Lidah mereka bergesekan saat wajah Nayla menoleh ke kiri. Lidah Nayla juga dihisap. Namun Nayla kembali menatap ke atas saat mang Yono mendekat untuk mencumbui bibirnya.
“Mmmpppphhhhhh mmuuaahhh” mang Yono puas setelah menghisap bibir manisnya. Usai sudah tugasnya dengan membuang sperma di rahimnya. Mang Yono berdiri setelah menarik lepas penisnya. Pak Paul juga menarik lepas penisnya lalu menelentangkan tubuh indah Nayla dilantai begitu saja.
Cairan sperma mereka yang bercampur, mengental menjadi satu. Cairan itu mengalir keluar. Para penonton pun takjub karena ada sperma sebanyak ini keluar dari rahim seorang akhwat binor yang belum memiliki anak. Mereka semua pun yakin kalau Nayla akan segera hamil setelah persetubuhan ini berakhir.
“Hahaha gilaaa… Liar banget nih fantasi kalian… Hahaha hebat-hebat… Saya jadi pengen numpahin pejuh juga nih… Siap-siap yah mbak” kata pak Tomi, si tukang nasi goreng bertubuh gendut mengambil posisi di depan kaki Nayla yang terbuka.
MECMNJB
https://thumbs4.imagebam.com/b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg
'PAK TOMI
'Jleeebbbb !!!'
“Aaahhhh langsung masuk cobaa… Hahahha” tawa pak Tomi saat merasakan rahim Nayla jadi semakin licin setelah dibanjiri sperma milik kedua penis tak disunat itu.
Hebatnya, meski baru dijebol oleh dua penis sekaligus, penis Nayla langsung rapat lagi. Mungkin tidak serapat sebelumnya, tapi sensasi sempit itu masih terasa yang membuat pak Tomi masih bisa menikmati lubang vaginanya.
MEH5DEY
https://thumbs4.imagebam.com/f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg
'PAK SURIP
“Eehhh saya ikutan dong, hiyahaha” tawa pak Surip si satpam gembul yang mengambil posisi kosong di mulut Nayla.
“Mmmpphhhh… Mmpmpphh… Mmpphhh paakkk” desahan Nayla tertahan saat mulutnya disumpal oleh penis satpam gempal itu. Ia sungguh lemas tak berdaya. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya sehingga membiarkan kedua pria gempal itu menikmati tubuhnya.
“Ehh saya jangan ditinggal dong” kata pak ustadz ikut-ikutan.
Kali ini, ustadz gempal itu mengincar dadanya. Penisnya ia selipkan pada belahan susu bulat itu. Ia pun memaju mundurkan pinggulnya. Rasanya sungguh nikmat bisa dijepit oleh susu bulat yang masih sangat kencang ini.
“Mmppphhhh… Mmppphhhh… Mmppphhhh” desah Nayla tak berdaya.
Kalau tadi ada duet pria tak bersunat yang sudah menumpahkan sperma di rahimnya. Kali ini ada duet dari trio gempal yang tengah mengeroyoki tubuhnya secara bersamaan.
Pak Tomi dengan penuh nafsu maju mundur menggerakkan pinggulnya tanpa ampun. Tukang nasi goreng bertubuh gempal itu melampiaskan semuanya pada rahim Nayla. Kedua tangannya mendekap pinggang ramping Nayla. Penisnya keluar masuk menggesek dinding rahim Nayla. Rasanya sungguh puas. Pak Tomi sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
“Aaahhhhh… Aahhhhh… Aahhh mantapnyaa… Aahhh yaahhhhh” desah pak Tomi merem melek.
Pak Surip juga, dari samping ia menyodok mulut Nayla yang menoleh ke arahnya. Mulut Nayla terlihat penuh. Pak Surip jadi bernafsu untuk membuang pejuh. Pinggulnya bergerak cepat. Kadang ia hanya mendiamkannya sambil mengocoknya karena terlalu sulit untuk melakukannya disaat tubuh Nayla yang tergerak maju mundur terkena efek sodokan pak Tomi.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Terus hisap terus mbaakk… Hisap yang kuaat… Aahhhh… Aahhh” desah pak Surip puas.
Pak Ustadz juga, dari atas ia menindihi perut Nayla. Tak peduli badannya yang gempal. Ia menduduki perut Nayla lalu menggerakkan pinggulnya maju mundur. Kedua tangannya meremasi dadanya. Ia kadang menarik putingnya kuat-kuat. Kadang ia menekan susunya ke tengah agar penisnya jadi semakin terhimpit. Ia terus menyetubuhi susunya. Rasanya sungguh nikmat bisa melampiaskannya pada akhwat semulus ini.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaahhhh nikmat sekaliii… Nikmat sekali susu indahmu ini ukh” desah pak ustadz sambil menatap mata Nayla yang kadang membuka kadang memejam. Fetishnya pada mata indah itu membuat pak ustadz tak sanggup berhenti. Ia terus menggeseknya. Ia terus menggesek belahan dada Nayla.
“Mmppphhhh… Mmppphhh… Mmppphhhhh” Seketika perasaan Nayla tidak enak. Ia merasa kalau penis pak Tomi mulai berdenyut cepat. Firasatnya pun tak pernah salah. Karena tepat setelah itu, ia mendengar pak Tomi berteriak keras.
“Aaahhhhh… Aahhhhhh… Saya mau keluuaar… Saya mau keluaar… Aahh awas pak ustadz… Saya mau keluarin disana !” Kata pak Tomi.
Ustadz Burhan pun langsung menyingkir. Tepat setelah itu gempuran pak Tomi jadi semakin cepat. Tubuh Nayla terdorong maju mundur dengan sangat kuat. Dengan satu tusukan yang amat sangat nikmat, pak Tomi mendorong penisnya hingga mentok sebelum menariknya lepas menuju dada bulatnya.
“Aaaahhhh keluuaaarrr !!!” Jerit pak Tomi puas.
“Mmpppphhhhhh” desah Nayla saat merasakan dadanya hangat terkena tumpahan sperma pak Tomi.
“Aaahhh gilaa… Aahhhh… Aahhhh… Ouhh yaahhhh… Ouhhh puasnyaaa” desah pak Tomi yang merem melek setelah menuntaskan hajatnya.
'Plooppp !!'
“Mmpphhhh aaahhhh… Aahhhh… Hah… Hah… Hah” Nayla akhirnya bisa mendesah setelah pak Surip mencabut penisnya dari mulutnya.
“Sekarang giliran saya yah… Saya juga mau keluar nih sebentar lagi… Hiyahahah” tawa pak Surip mengambil posisi di vagina Nayla.
Sedangkan pak ustadz pergi ke arah mulutnya. Penis pak ustadz pun menyumpal mulut Nayla yang membuat akhwat binal itu tak mampu mendesah bebas seperti tadi.
“Mmpppphhhhh” desah Nayla saat mulut dan rahimnya ditusuk secara bersamaan.
Tak perlu waktu lama. Pak Surip langsung tancap gas dengan sekuat tenaga. Nafsunya yang dari tadi ia tahan-tahan mulai dilampiaskan. Ia ingin menumpahkannya. Ia ingin melampiaskannya pada rahim akhwat bercadar yang sudah berantakan ini.
“Aaahhhhhh… Aahhhhhh… Aaahhhhhh mbaakk… Aahh saya mau keluaar… Saya mauu keluuaar” desah pak Surip bernafsu.
“Mmmppphhh… Mmpphhh yahh… Mmmppphhhh” desah Nayla tertahan.
“Aahhh… Aahhhh… Terus hisap yang kuat mbaakkk… Isep terusssss yang kuaaat” Ujar pak ustadz sambil melihat penetrasi pak Surip.
Kedua pria gempal yang sudah menelanjangi tubuhnya itu terus berpacu dalam memuasi nafsu betinanya. Pak Surip yang sudah diambang batas tak mampu menahan diri lagi. Ia hampir keluar. Ia pun menarik nafasnya lalu menusuk rahimnya kuat-kuat sebelum menariknya dengan segera.
“Aaahhh rasakaann iniiii… Aahhhh… Aaahhhh” desah pak Surip yang mengocok penisnya di depan dada bulat Nayla yang sudah terkena noda sperma pak Tomi.
“Mmpppphhhh… Mmmppphhh” Nayla pun memperhatikan. Meski mulutnya tersumpal sperma dari sisi sebelah. Matanya dapat melihat kocokan penis pak Surip yang sebentar lagi akan keluar.
“Aaahhhhh… Aahhh ini dia… Ini diaaa… Aaahhhh kelluuaaarrrr !!” desah pak Surip saat mendapatkan orgasme pertamanya.
'Ccrroott… Crroott… Crroottt !!!'
Noda sperma yang sangat kental itu keluar membanjiri payudara Nayla, baik yang di kanan maupun yang di kiri. Semprotannya sangat kuat. Spermanya juga sangat hangat. Nayla sampai tersentak saat terkena tumpahan sperma dari satpam gempal itu.
“Ouhh gilaa… Puasnyaa… Aahhh yahhh… Aaahhhhh” desah pak Surip yang langsung mengelap penisnya dengan hijab Nayla yang masih menutupi sebagian leher dan dada bagian atasnya.
“Akhirnya giliran saya juga sekarang” kata pak ustadz mengambil posisi.
Pak ustadz menarik tangan Nayla. Susu bulatnya jadi terhimpit. Ia pun mencapkan penisnya dalam-dalam di rahim akhwat ternoda itu.
“Aaaahhhhhhh ustaaaddzzz” Akhirnya, suara jeritan Nayla kembali terdengar setelah tadi tersumpal penis mereka beberapa kali.
“Aaahhhhh… Aahhhhh… Aahhhhhh” pak ustadz juga menjerit keras. Penisnya yang sudah memasuki anus serta rahimnnya itu membuatnya tidak mampu menahan diri lagi. Ia ingin menumpahkannya. Ia pun mempercepat sodokannya yang membuat Nayla semakin berteriak tak berdaya.
“Aaahhhh ustaadz… Aahhhh… Aahhh yaahhh… Aahhhh ustaaadzzz” Jeritan Nayla sangat nyaring. Ia tak berdaya saat disetubuhi oleh pimpinan pondok pesantren itu.
“Aahhhh… Aahhh… Aahhhh… Saya mau keluaar… Saya mau keluaar ukhhh” desah ustadz Burhan yang sudah diambang batas.
“Aaahhh keluarin… Keluarinn ustaadzz… Mmppphhhhh” desah Nayla sambil memejam juga merapatkan mulutnya.
Namun tusukan kuat itu membuat Nayla kembali berteriak. Genjotannya begitu bertenaga. Pria tua berbadan gempal itu menggunakan seluruh tenaganya yang tersisa untuk menyetubuhi akhwat binal itu.
“Aaahhhhhhh… Aahhhhh… Aahhhh mbaakkk sayaa kelluuaaaarrrrr… Hennkgghhh !” desah ustadz Burhan saat mementokkan penisnya lalu menumpahkannya pada susu bulat Nayla.
“Aaaahhhhhhh” susu Nayla bergetar saat vaginanya ditancapkan sedalam-dalamnya sebelum ditariknya.
Dengan segera, penis raksasa itu pun memuntahkan spermanya yang semakin membanjiri susu bulat Nayla .
“Aahhhhh puasnyaa… Aahhh nikmatnyaa… Ouhhhhh… Ouhhhh” Tubuh pak ustadz sampai tersentak-sentak setelah menyetubuhi akhwat bercadar itu. Setelah tetesan spermanya berakhir. Ia pun mengangkat cadar Nayla lalu memasukkan penisnya sedalam-dalamnya ke mulut Nayla.
“Uuuuuuhhhhhhhhhh yaaahhhh” desah pak ustadz yang hampir memasukkan seluruh penisnya di dalam mulut Nayla.
“Mmpppppphhhhh” Nayla gelagapan. Berulang kali tangannya memukul-mukul pinggul pak ustadz untuk menghentikann perbuatannya.
“Aaahhh mantapnyaaa… Hahahaha” Untungnya pak ustadz segera mencabut penisnya. Sisa sperma yang ada di mulut Nayla pun tumpah melalui sisi samping mulutnya. Nayla terengah-engah tak berdaya di lantai rumahnya. Vaginanya sudah dibanjiri sperma seseorang. Susu bulatnya juga sudah dibanjiri sperma seseorang. Mungkin bukan seseorang tapi beberapa orang lebih tepatnya. Nayla kelelahan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu tepat saja.
'Hah… Hah… Berapa orang lagi yang harus aku layani ? Ini gawat, aku bahkan belum melayani pak Urip yang mempunyai nafsu paling besar !'
Batin Nayla pasrah.
'Prookkk… Prookk… Prokkkk !!!'
Suara tepukan tangan itu membuat Nayla menoleh. Rupanya itu berasal dari pak Urip. Pak Urip pun tertawa puas melihat majikannya dinodai seperti ini.
“Hakhakhak… Gimana non ? Puas ?” Tanya pak Urip sambil memaksa Nayla untuk berdiri.
“Hah… Hah… Hah… Iyahh pakk” Jawab Nayla yang membuat peserta lainnya bertepuk tangan juga.
“Hakhakhak… Kalau gitu ayo pindah… Kita pergi ke kamarmu” kata pak Urip sambil menarik tangan Nayla.
“Ehh ke kamarku ? Tapi paakk” Tanya Nayla yang tak dihiraukan. Peserta lainnya baik yang belum atau yang sudah mengosongkan tengki spermanya mengikuti langkah mereka menuju kamar pribadi Nayla.
Sesampainya disana, pak Urip langsung menarik lepas kemeja yang Nayla kenakan hingga menyisakan hijab dan cadarnya saja yang itupun sudah berantakan. Pak Urip dengan penuh nafsu mencumbu bibirnya. Lalu mendorongnya hingga tergeletak diatas ranjang tidurnya.
“Mmppphhhhh aaaahhhhh” desah Nayla pasrah dalam posisi terlentang.
“Siapa yang belum dapat giliran ?” tanya pak Urip sambil menoleh ke kanan juga ke kiri.
MEC2V61
https://thumbs4.imagebam.com/c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg
'PAK SUDAR
“Saya pak… Hohohoh” jawab pak Sudar tanggap. Satpam tertua yang kulitnya sudah dipenuhi keriput itu langsung mendekat untuk mengambil giliran. Ia dengan tak sabar mendekati Nayla. Ia pun melebarkan kaki Nayla untuk menancapkan pusakanya pada rahim akhwat yang sudah telanjang itu.
“Hohoho akhirnya kita bisa ngentot lagi ya mbak… Uuuuhhhhhh” desah pak Sudar sambil menyelipkan penisnya.
“Aaahhh iyahh pakkk… Mmpphhhhh” desah Nayla sambil memejam.
Pak Sudar langsung menggerakkan pinggulnya dengan kuat. Meski tak sekuat tusukan peserta lannya. Fisik pak Sudar yang sesuai dengan fetish alaminya sudah cukup untuk memuaskan nafsu Nayla. Pak Sudar terus menggerakkan pinggulnya maju mundur. Ia sangat beruntung bisa bertarung 'one by one' dengan akhwat seksi itu. Matanya menatap mata Nayla dengan penuh nafsu. Tangannya mengelusi perutnya serta sebagian dada yang tidak terkena tumpahan spermanya dengan penuh nafsu. Melihat Nayla yang sudah ternodai oleh sperma orang-orang membuat nafsunya kian maju. Ia mempercepat sodokannya. Ia memperkuat hujamannya tuk memuaskan hasrat birahinya.
“Aaahhhhhh… Aahhhhh… Aaahhhhh” desah pak Sudar yang sudah merasakan adanya tanda-tanda.
“Aahhhh paakk… Aahhhh… Aahhh ayoo keluarkaann… Keluarin pakk cepett… Aku capeekk… Aku mau istirahat” Kata Nayla yang sudah kelelahan.
“Baik mbaakk… Saya aahhhh… Aahhhh… Saya akan mempercepatnyaa… Hennkgghhh !!!” desah pak Sudar memperkuat hujamannya.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” Nayla berteriak keras.
Tubuhnya terdorong maju mundur dengan cepat. Pak Sudar sudah seperti hewan buas. Ia menyetubuhinya dengan amat sangat beringas. Pak Sudar sudah seperti kesurupan saja. Gerakan susu bulat Nayla jadi semakin cepat seiring hujaman pak Sudar yang semakin kuat.
“Aaahhhhhh… Aahhhh… Saya gak kuat lagiii… Saya akan keluarr sebentar lagiii… Aahhhh terimaaa iniii… Terima pejuh saya iniii… Hennkgghhhh !!!!” desah pak Sudar saat menancapkan penisnya lalu mencabutnya segera untuk mengarahkannya ke wajah cantik Nayla.
“Aaahhhh paakkk… Mmmmppphhhh” Nayla memejam. Ia bersiap dipejuhi wajahnya oleh satpam tertua itu.
“Aaahhh ini diaa… Aaahhhh keluuaaarrr !!!”
'Ccrroott… Crroott… Ccrroottt !!!'
“Mmpphhh paakkk… Mmpphhhh”
Baik cadar ataupun kelopak mata Nayla yang sudah memejam terkena tumpahan spermanya. Pak Sudar sampai nyaris jatuh saat tubuhnya terhentak mengeluarkan spermanya. Pak Sudar sangat puas. Ia bangga sudah menodai seorang akhwat yang sudah bersuami itu.
“Hah… Hah… Hah… Saya sudah selesai pak… Hohohoh” tawa pak Sudar setelah melapor pada pak Urip.
“Hakhakhak… Ada yang masih belum dapet ?” Tanya pak Urip.
MEH2S2O
https://thumbs4.imagebam.com/1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg 1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg
'PAK AMIN
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Kali ini dua orang bertubuh kekar mengangkat tangannya. Pak Amin dan Pak Rudi pun mengambil posisi untuk memuasi Nayla lagi.
Nayla hanya terengah-engah melihat dua pria berbadan kekar yang sudah bertelanjang bulat itu mendekat. Ia juga melihat sekitar ke arah pria-pria tua yang juga sudah bertelanjang bulat yang tengah beristirahat. Sebagian ada yang duduk di tepi ranjang, memandangi tubuh indah Nayla yang sudah bertelanjang.
Luar biasa... Hebat sekali mbak sudah sekotor ini, hahaha tawa pak Rudi yang takjub pada tubuh Nayla yang sudah ternodai sperma.
Ini baru idola saya... Gak nyesel saya sudah mengidolakan mbak.. udah cantik, seksi, bisa dipake lagi... Hahaha tawa pak Amin mengambil posisi.
Pak Amin memiringkan tubuh Nayla lalu tiduran di belakangnya. Penisnya yang kekar itu pun masuk membelah liang senggamanya dari belakang.
Mmpphhh desah Nayla yang sudah sangat lelah.
Sedangkan pak Rudi mengincar mulut Nayla. Ia pun duduk berlutut sambil menyelipkan penisnya ke dalam mulut akhwat cantik itu.
Aaahhhh... Aahhh... Aaahhhh... Nikmat sekali... Aahhh... Aahhh desah pak Amin yang langsung menggerakkan pinggulnya.
Mmpphh paakk... Mmpphh... Mmpphh desah Nayla tertahan.
Aaahhh... Aaahhh... Sudah lama saya nunggu giliran untuk menggenjot tubuhmu, mbak... Hahaha gak sia-sia penantian saya... Saya akan melampiaskannya segera... Tunggu saja... Tunggu saja genjotan dari saya... Uhhhh desah pak Amin mempercepat sodokannya.
Tubuh Nayla yang berbaring miring bergerak maju mundur dengan cepat. Payudaranya pun ikut bergoyang. Ukurannya yang tergolong besar membuat pergerakan payudara itu jadi semakin indah.
Para peserta yang sudah mengosongkan persediaan spermanya kembali tergoda pada pergerakan payudara itu. Belum lagi dengan teriakan manjanya yang menggetarkan nafsu birahi para pria.
Mmmpphh... Mmmpphh... Mpphh paakk suara lenguhan manja itu memenuhi ruangan kamar. Nayla benar-benar tak berdaya. Ia benar-benar memanen apa yang sudah ia tanam.
Aaahhh... Aaahhh... Aahhhh terusss teriakk mbaakk... Teriaakk terus hahaha desah pak Rudi yang masih asik dikulum oleh mulut Nayla. Ia sangat menikmati pertunjukan indah dari tubuh polos Nayla. Pinggulnya pun terus bergerak untuk menyumpal mulut manis Nayla.
Aaahhhh... Aahhh... Aahhhhh rasakannn... Rasakan sodokan saya ini... Ouuhhhh desah pak Amin yang hampir mendekati puncak kenikmatan.
Penisnya yang kekar menggesek-gesek lubang kenikmatan Nayla. Tusukannya yang kuat membuat ujung gundul penis itu sampai mentok menembus dinding rahim Nayla. Dengan tega pak Amin memuasi nafsu idolanya. Dengan tega ia menggunakan seluruh tenaganya tanpa memperdulikan keadaan idolanya.
Aaahhh... Aahhh... Saya hampir keluaarr... Saya mau keluaarrr mbaakkk desah pak Amin kewalahan.
Hahaha akhirnya, sebentar lagi giliran saya tiba... Ayo keluarin paakk... Saya udah gak sabar pengen nusuk memeknya juga... Sini saya bantu yah... Uuhhhhh desah pak Rudi sambil mendorong kepala Nayla ke arah selangkangannya.
Mmpphhh paaakkk mulut Nayla disumpal sampai mentok. Terasa ujung gundul penis itu menusuk pangkal kerongkongannya dengan kuat.
Aaahhhh... Aaahhhh... Aahhhh saya gak kuat lagiii... Aahhh terima iniiii !!! Henkgghhh !! Desah pak Amin yang langsung menarik penisnya keluar.
Awas pakk... Saya mau mejuhin mukanya ! Lanjut pak Amin terburu-buru.
Haha siapp pakk !
'Plopppp !'
Mmpphhh
Nayla langsung terbaring dalam posisi terlentang lagi. Ia dengan pasrah pun menerima tiap semburan yang dikeluarkan oleh pak Amin pada wajah cantiknya.
'Crroottt... Crroott... Croottt...'
Satu, dua, tiga semburan membasahi cadar serta sebagian mulut Nayla yang tersingkap. Pak Amin terengah-engah. Ia sangat puas sudah menodai wajah cantik dari selebgram idolanya tersebut.
Ayoo sini mbaak... Hahaha ujar pak Rudi menarik tubuh Nayla ke arahnya.
Aaahhh paakkk Nayla terseret. Ia pasrah saat pak Rudi dengan penuh nafsu langsung menyumpal rahimnya dengan penis raksasa itu.
'Jleeebbb !!'
Iyyaahhh... Mantaaappp
Aaahhh bapaaakkkk
Nayla menjerit manja. Tubuhnya langsung tersentak maju mundur. Hujaman pak Rudi tidak pernah kendur. Hujamannya begitu keras tanpa memperdulikan keadaan Nayla yang sudah lemas.
Tangan pak Rudi mengelusi paha mulusnya. Pinggulnya berpacu. Nafsunya menggebu. Susu Nayla meloncat-loncat. Terasa jepitan vaginanya begitu hangat. Nafas pak Rudi terengah-engah. Tubuhnya telah dipenuhi oleh gairah.
Aaahhhh... Aahhh... Aahhhh... Rasakann... Rasakann ini hahahha tawa pak Rudi penuh kepuasan.
Aaahhh paakkk... Aaahhh tolonggg... Aahhh pelaann pakk... Pelaaannnn jerit Nayla sambil memejam sedangkan tangannya meremasi sprei ranjangnya.
Pelan ? Enak aja, hahaha... Sebaliknya saya akan memperkuatnya... Uuuhhhh.
Aahhh paakk... Aahhhh... Ampunnn... Ampunnnn paakkk
Jeritan Nayla yang dipenuhi oleh ketidakberdayaan menarik perhatian orang-orang. Orang-orang mulai kembali mengocoki penis mereka. Penis mereka kembali mengejang setelah mendengar teriakan Nayla.
Aaahhhh... Aaahhh... Aaahhhhhhhh jeritan Nayla yang semakin keras diam-diam juga melemahkan kekuatan pak Rudi. Pak Rudi tak kuat lagi. Dirinya sudah tiba di ambang batasnya lagi.
Aaahhhh... Aahhh... Saya mau keluaarr... Aahhhh terima iniii... Rasakannn iniii... Uhhhhhh jerit pak Rudi bergegas menarik penisnya lalu menumpahkannya di perut ratanya.
Aaahhhh yahhhh... Ahhh... Hah... Hah... Hah desah Nayla terengah-engah. Akhirnya ia diberi waktu untuk beristirahat sejenak. Kini tinggal tersisa satu pejantan. Nayla pun menoleh ke arah jam dinding kamarnya.
'Hah... Hah... Hah... Udah jam setengah dua ?'
Batin Nayla tak percaya.
Hakhakhak... Non kangen saya kan ? Tanya si empu tua yang akhirnya mendapatkan kesempatannya.
Nayla tak menjawab. Ia sangat lelah, bahkan ia tak memiliki tenaga untuk menjawab pertanyaan mudah itu.
Hakhakhak, oh gak ngejawab yah ? Kayaknya saya harus ngelakuin sesuatu agar non mau ngejawab saya... Kayak gini misalnya, hennkgghhh !!!! Ujar pak Urip yang langsung menusuknya secara tiba-tiba.
Aaaaaaaahhhhh
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
MEBE9OE
https://thumbs4.imagebam.com/05/f4/86/MEBE9OE_t.jpg 05/f4/86/MEBE9OE_t.jpg
'NAYLA
Sontak Nayla menjerit keras. Pak Urip hanya tersenyum sambil meminta tamu-tamu lainnya untuk mengelilingi Nayla.
Ayok sini semuanya... Kita puasi non Nayla bareng-bareng ajak pak Urip yang disambut riang gembira oleh pria-pria lainnya.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
MEC2V5Y
https://thumbs4.imagebam.com/27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg 27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg
'PAK PAUL
MECMNJB
https://thumbs4.imagebam.com/b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg
'PAK TOMI
MEH5DEY
https://thumbs4.imagebam.com/f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg
'PAK SURIP
MEC2V61
https://thumbs4.imagebam.com/c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg
'PAK SUDAR
Siaapp pakk mereka semua menjawab kompak. Mulai dari Mang Yono yang keluar pertama sampai pak Sudar yang kembali bernafsu mulai berlutut mengelilingi Nayla. Mereka semua kembali mengocok penis mereka. Mereka tertawa cengengesan sambil menatap Nayla yang sudah ternoda.
Hakhakhak gimana rasanya dipuasi sembilan orang non ? Cukup apa masih kurang ? Tanya pak Urip sambil menggerakkan pinggulnya dengan cepat.
Aaahhhh... Aahhhh... Aahhhh cukuppp... Aahh cukuppp paakk... Cukuppp jawab Nayla yang membuat sembilan pria itu tertawa.
Hakhakhak... Yakin ? Saya rasa non masih kurang puas deh ? Tanya pak Urip lagi.
Aahhhh... Aahhhh... Beneran paak... Aahhh bahkan kebanyakan jawab Nayla yang membuat semua orang tertawa.
Hakhakhak... Tenang non, non pasti akan masuk buku sejarah karena sudah melayani sembilan pria tua sekaligus dalam satu waktu... Non harusnya bangga... Kami aja bangga sudah mengeroyokmu kok... Aaaahhh... Aahhh ujar pak Urip terus memacukan pinggulnya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Tapii iniii... Uuhhhhh desah Nayla kewalahan.
Tapi apa ? Tapi kenapa nonnn ? Hakhakhak tawa pak Urip saat melihat raut wajah Nayla yang kewalahan meladeni sodokannya.
Aaahhhhh... Aahhhh... Aku capekk paakkk... Akuu capekk bangett... Ouuhhh desah Nayla terengah-engah.
Hakhakhak sabar sayanngg... Ini masih belum seberapa... Saya aja baru mulai goyang kok... Hennkgghhh desah pak Urip yang mulai serius.
Aaahhhhh... Aaahhhhh... Aaaaahhhhhh Nayla menjerit sekeras-kerasnya. Susunya gondal-gandul. Tubuhnya terdorong maju mundur. Para peserta yang melihatnya jadi semakin bersemangat mengocok. Saking kerasnya mereka mengocok bahkan bisa saja penis mereka menjadi bengkok.
Hakhakhakhak... Aahhh... Aahhhh... Aaaaahhh mantaappnyaaa... Aahhhh mantap sekali tubuhmu ini nonnn... Aaahhhhh desah pak Urip tertawa puas.
Nayla meremas sprei ranjangnya. Tenaga pak Urip sungguh luar biasa. Sodokannya amat kuat hingga membuatnya semakin tak berdaya.
Aahhh... Aahhh... Aahhh paakkk saya mau keluar lagiii... Boleh gak ? Tanya pak Tomi yang tak kuat melihat kebinalan Nayla.
Hakhakhak yang mau keluar lagi ya keluarin aja... Silahkan tumpahin sperma kalian dimana aja ! Jawab pak Urip seenaknya.
Aahhhh... Aahhh... Kalau gitu rasakann iniii... Aaahhh... Aahhh kelluaarrr !!! Teriak pak Tomi si tukang nasi goreng bertubuh gendut.
Ia mendekati dada bulat Nayla. Ia pun menumpahkannya disana.
'Crroottt... Croottt... Croottt...'
Aaahhhh... Aaahhhh... Aaaahhhhh desah Nayla yang merasakan kehangatan di susu bulatnya.
Hakhakhak... Makin penuh tuh susumu nonnn... Itu namanya susu apa pejuh ? Hakhakhak tawa pak Urip mengejek Nayla.
Aahhhhh... Aahhh... Saya gak kuat paakk... Saya izin mau keluar duluuu ujar pak Surip si satpam gembrot yang ingin segera ngecrot.
Keluarin aja gak usah bilang... Emangnya saya bapakmu apa yang kudu minta izin dulu ? Hakhakhak tawa pak Urip.
Aaahhhh... Aahhh... Terima iniii... Rasakann inii mbaakkk... Uuuhhhhhh desah pak Surip ke arah wajah cantik Nayla.
Mmppphhh paaakkk... Aaahhhhh... Aaaahhhh wajah Nayla kembali bersimpuh sperma. Kali ini cadarnya benar-benar dibanjiri spermanya.
Aaahhhh... Aahhh... Hakhakhak... Ayoo siapa lagiii ? Ayoo keluarin lagiii ! Ujar pak Urip dengan penuh semangat.
Aaahhh paaakkk... Aaahh pelaannn... Pelaannn duluuu paakk... Aahhh akuu capeekkk desah Nayla kewalahan.
Hakhakhak mana ada ? Yang ada makin cepet iyaa... Hennkgghhh !! Desah pak Urip memperkuat hujamannya.
Aaahhh paakkk... Aaahhh... Ampunnn... Ampunn paakk... Aaaaahhhh desah Nayla sambil memegangi dekapan tangan pak Urip di pinggangnya.
Huahaha gilaaa... Gilaaa... Bikin nafsu banget nih... Aahhhh aahhhh... Saya jadi gak kuat lagiii... Rasakaannn iniiii desah mang Yono ke arah wajah Nayla.
Aaahhhh... Aahhhh... Mmpphhhhh desah Nayla memejam.
Aduhhhh... Saya juga gak kuat lagii nihhh... Mbak Nayla seksi banget... Saya jadi gak kuat pengen ngecrot lagii... Aaahhh rasakannn iniiii ucap pak Sudar yang juga ke arah wajah cantik Nayla.
Mmpphhh desah Nayla yang sampai harus memejam.
Hakhakhak... Ayo pakk... Gak coba keluarin juga ? Nikmat lohhh ! Kata pak Urip pada pak Paul yang masih asyik mengocok.
Aaahhhh... Aaahhhh... Sebentar lagii... Tolong genjot mbak Nayla lebih kenceng lagii paakk ujar pak Paul ke pak Urip.
Hakhakhak kalau itu maumu, oke lah... Hennkgghhh !!!
Aaahhhh paakkk... Aaahhhh... Ampunnn... Ampuuunnnnn jerit Nayla tak berdaya.
Aaahhhh... Aaahhhh... Ini diaaa... Ini baruuu... Ouhhh saya gak kuat lagiii... Terima iniii !!!! Desah pak Paul yang mengincar susu bulat Nayla.
'Crroott... Croott... Croottt !!!'
Aaahhh kelluaarrr jerit pak Paul sepuas-puasnya.
Hakhakhak... Nah gitu donggg... Saya kan jadi bisa fokus menggenjotmu, non ujar pak Urip sambil menatap wajah cantik Nayla.
Tampak Nayla mengiba dengan menggelengkan kepalanya. Yang ia inginkan hanyalah beristirahat sebentar. Ia sudah sangat lelah. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah bersimpuh sperma.
Namun pak Urip tetaplah pak Urip. Nafsunya yang besar langsung mendorongnya untuk menyetubuhi rahimnya. Sodokannya yang diperkuat membuat pinggul Nayla terangkat. Susunya bergerak cepat. Nampak nafsu besar pak Urip yang membuat orang-orang menganggapnya hebat.
Aaahhhhh... Aaahhhh... Aaahhhh... Saya udah gak kuat lagii... Saya mau keluaarr desah pak Urip yang malah semakin memperkuat sodokannya.
Aaahhh paaakkk... Aahhhh... Cepaaattt... Cepaatt keluarin paakk... Akuuu... Aaaahhhhhh desah Nayla kewalahan.
Aaahhhh... Aahhhh... Aaahhh... Baiklah... Rasakaann... Rasaakaann inii ouhhh dasar lonte mesummm... Dasar pecun bercadar... Dasarrr ceweekk binall... Aaahhh siaaallll... Terimaa iniii nonnn Naylaaaaa !!! Pak Urip berteriak sekeras-kerasnya saat pinggulnya menancap begitu dalam di rahim majikan alimnya.
'Jleeeebbbbb !!!'
Aaaaahhh paaaakkkk wajah Nayla terangkat ke belakang. Ia kemudian menjerit sekeras-kerasnya saat sperma pembantu tuanya itu mulai masuk membasahi rahim hangatnya.
Kelluaaarrrr !!!!
Aaaaaaaahhhhh
'Crroott... Croottt... Crroottt...'
Pak Urip lega. Spermanya telah keluar membanjiri rahim majikannya. Tubuhnya nyaris ambruk, namun tangannya berhasil bertahan dengan bertumpu pada ranjang di kanan kiri wajah majikannya.
Mata mereka bertemu. Senyum pak Urip menyapa wajah majikannya yang cantik jelita. Pak Urip yang gemas ingin mencumbunya. Namun tertahan karena banyaknya sperma di wajah majikannya.
Hah... Hah... Hah Nayla terengah-engah. Setidaknya ia merasa lega karena sudah menuntaskan tugasnya. Akhirnya impiannya terwujud. Rasanya lelah sekali harus melayani sembilan orang sekaligus.
Seketika terdengar suara langkah kaki mendekat. Baik pak Urip atau pria-pria tua lainnya langsung menoleh ke arah pintu masuk kamar Nayla. Sekejap tercium aroba busuk yang membuat beberapa pria tua langsung mundur sambil menutupi hidungnya. Tiba-tiba pak Urip tersenyum. Nayla yang penasaran pun menolehkan wajahnya untuk melihat siapa yang baru saja berjalan ke kamarnya.
Saya gak ketinggalan pestanya kan ? Buwahahaha
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'Pak Dikin ?'
Batin Nayla hingga matanya nyaris melompat keluar.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 28
PESERTA TERAKHIR
Jauh dari tempat pengeroyokan yang berada di rumah Nayla. Tepatnya, di dalam sebuah kamar kos-kosan yang berada di dekat kampus terkenal di ibu kota. Terdapat seorang akhwat cantik yang terdiam memandangi pemandangan luar dari balik jendela kamarnya.
MEBEAY0
https://thumbs4.imagebam.com/f8/b7/12/MEBEAY0_t.jpg f8/b7/12/MEBEAY0_t.jpg
'PUTRI
Matanya terlihat sedih. Wajahnya datar. Matanya mungkin melihat ke sekitar namun pikirannya bergentayangan memikirkan masalah yang berkumpul di kehidupannya.
Aku hancur... Hidupku hancur... Impianku untuk menikah hancur... Hasratku untuk bekerja juga hancur... Semua gara-gara dia... Kenapa aku sampai tergila-gila padanya ? Bukan kah aku sudah punya laki-laki yang aku cinta ? Lirih Putri menyesali perbuatannya.
Padahal seharusnya, di hari ini, tepat di detik ini... Aku mungkin sedang mengenakan gaun putih yang indah... Ada laki-laki tampan yang berdiri di sebelah... Laki-laki yang seharusnya menjadi suamiku... Laki-laki yang seharusnya menjadi imam untukku... Tapi kenapa dalam sekejap aku dikuasai oleh hawa nafsu ? Memang ujian sebelum datangnya pernikahan itu berat... Tapi aku gak nyangka kalau ujiannya akan seberat ini ! Lirih Putri merenungi perbuatannya.
Akhwat cantik yang sedang mengenakan pakaian serba pink itu menyesal. Terhitung sejak hari itu. Ia terputus dari orang-orang yang sering dihubunginya. Sudah lama ia tidak kontakan dengan Nayla. Sudah lama ia tak kontakkan dengan Andri. Sudah lama juga ia tak kontakkan dengan pak Beni. Bahkan ia sudah menghapus nomornya, ia juga sudah memblokirnya.
Kenapa mas Andri gak bales-bales yah ? Aku mengerti kenapa mas Andri sampai marah banget ke aku... Tapi tolong, izinkan aku untuk menjelaskan semuanya ke kamu, mas lirih Putri sambil memandangi layar hapenya.
Tidak ada harapan. Sepertinya itulah yang ia pikirkan. Meski orang-orang yang mengetahui skandalnya hanya Andri. Tapi ia merasa, ia sudah hidup sebagai seorang pelacur murahan. Tiap kali bertemu teman sekelasnya, ia menjadi tidak percaya diri. Bahkan ia sudah lama tidak mengendorse pakaian muslimah lagi. Bukan karena tidak ada penawaran yang masuk. Tapi semua penawaran itu ia tolak karena dirinya merasa tidak pantas untuk mengenalkan produk-produk halal tersebut.
Aku sudah ternoda... Aku sudah rusak... 'Astaghfirullah' aku harus gimana ? Masih ada kah laki-laki yang mau menikah denganku ? Lirih Putri pusing sendiri.
Stres, rasanya kepala kayak mau pecah. Rasanya ia butuh hiburan. Ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan keluar rumah untuk menyegarkan pikiran.
Ia berjalan kaki. Kepalanya menunduk memandangi jalanan trotoar yang ia lalui. Berulang kali ia mendesah, berharap beban di hatinya meluap seiring masuknya oksigen segar ke dalam otaknya.
Namun, akibat kurang fokus dalam berjalan. Ia menabrak seseorang yang sedang berhenti di depannya. Orang itu pun jatuh berlutut dihadapan Putri.
Aaduuhhh ucap orang itu hingga lututnya basah terkena kubangan air yang ada di depan.
Ehh maaf pak... Maaf aku gak sengaja... Aku lagi gak fokus pas berjalan tadi ucap Putri merasa tidak enak. Ia pun membantu pria tua yang berpakaian lusuh itu untuk bangkit.
Iya gapapa mbak... Saya tadi juga lagi merenung... Makanya langsung jatuh pas mbak tabrak tadi... Buwahahah tawa pria tua itu saat menengok ke belakang ke arah Putri berada.
Duh maaf banget yah, maaf... Makasih udah maafin aku pak ujar Putri merasa lega.
Hmm ngomong-ngomong mbak kenapa ? Kok muka mbak keliatan lesu gitu ? Tanya pria lusuh itu sambil membersihkan noda tanah yang ada di lututnya.
Hmmm lagi ada masalah sih, tapi gapapa pak... Aku kuat kok... Aku sanggup menghadapi masalah ini ucap Putri berpura-pura tersenyum.
Hmm lagi ada masalah yah... Tenang mbak, masalah itu kayak bus... Kadang berhenti di terminal kadang ya pergi... Jangan dipikirin, saya yakin masalah mbak nanti pasti bakal pergi kok kata pria tua itu tersenyum. Ia pun membalikkan badan agar lebih mudah bercengkrama dengan akhwat muda itu.
Iya pak makasih... Ngobrol sama bapak bikin perasaan ku membaik... Makasih yah pak atas nasehatnya kata Putri tersenyum.
Sama-sama mbak... Mbak ini masih muda, cantik, menarik lagi... Jangan lah mikirin masalah yang memberatkan gitu... Entar bisa-bisa cantiknya mbak luntur loh katanya menghibur Putri.
Hihihi makasih pak, bapak bisa aja jawab Putri tersenyum malu-malu.
Oh yah kebetulan, saya juga mau melepas penat nih... Mau ikut saya gak ? Saya yakin stres mbak pasti bakal hilang juga deh ajak pria lusuh itu.
Eh gak perlu pak... Aku cuma mau jalan-jalan aja kok... Makasih yah atas nasehatnya tadi... Hmm aku duluan yah ? Ucap Putri sopan.
Buwahhaha... Yah sayang banget, tapi yaudah silahkan mbak... Semoga masalahnya cepat selesai yah
Iya pak, aamiin... Makasih yah !
Putri pun langsung pergi meninggalkan pria tua itu seorang diri. Selama Putri pergi, pria tua itu terus memandanginya dari kejauhan. Ia tersenyum sambil mengusapi penisnya dari luar celana kolornya.
Yah sayang banget gak mau ikutan... Kalau mau pasti bakal rame nih nanti... Buwahaha ucapnya sambil tertawa menggunakan nadanya yang khas.
*-*-*-*
'BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Saya gak ketinggalan pestanya kan ? Buwahahaha
'Pak Dikin ?'
Batin Nayla hingga matanya nyaris melompat keluar.
Hakhakhak... Akhirnya bapak datang juga, sudah saya tunggu-tunggu loh daritadi kata pak Urip tersenyum. Ia lekas bangkit lalu mengoleskan ujung gundulnya ke pipi Nayla seenaknya.
Mmpphhhh Nayla memejam. Wajahnya semakin bersimpuh sperma gara-gara perbuatan pembantunya itu.
Buwahaha, wajar... Namanya pahlawan, pasti datengnya terakhir, iya kan ? Ngomong-ngomong mbak Nayla, teganya saya gak diundang ke pesta yang 'wah' ini ? Tanya pak Dikin sambil berjalan mendekati akhwat ternoda itu.
Ituuu... Anuu... Anuuu Nayla terbata-bata. Ia tak punya jawaban untuk menjawab pertanyaan itu.
Buwahaha... Kalau gak dikabarin pak Urip, saya pasti bakal kelewatan pesta megah ini nih kata pak Dikin sambil meremasi penisnya dari luar celana kolornya.
Aroma busuk dari gelandangan tua itu kian menyengat. Para peserta lainnya yang tidak tahan langsung mundur ke belakang. Mereka semua menjaga jarak dari posisi pria tua miskin itu.
Pak Dikin menoleh ke belakang. Ia melihat sekitar. Ia lalu tersenyum melihat pria-pria tua telanjang yang sedang menutupi hidungnya.
Buwahaha dasar kalian ini, belom pernah ngeliat artis lewat yah ? Ujar pak Dikin dengan percaya diri.
Hakhakhak, biarin aja pak mereka... Mereka belum tau siapa bapak kata pak Urip tersenyum.
Buwahaha bener juga... Toh saya gak peduli juga... Karena yang saya pedulikan cuma dirimu, mbak Nayla kata pak Dikin sambil membelai susu Nayla tanpa peduli dengan banyaknya sperma yang menutupinya.
Mmppphhh desah bidadari bercadar itu.
Nayla merinding. Ia merasa dirinya bakal digempur habis-habisan oleh nafsu gelandangan tua itu lagi. Akhwat cantik yang sudah berantakan itu pun memperhatikan penampilan peserta terakhirnya. Kaos oblong yang sudah robek-robek itu melekat di tubuh lusuhnya. Wajahnya kusam. Mulutnya memancarkan aroma busuk yang tak tertahankan. Sedangkan celana kolor selutut yang terdapat noda tanah itu menjadi penutup kakinya. Pak Dikin benar-benar tak sedap dipandang. Nayla pun kesal kenapa pak Urip sampai mengundangnya kesini.
'Padahal sengaja gak ngundang pak Dikin, soalnya takut aromanya bakal ketinggalan di rumah lagi... Bisa gawat nih kalau mas Miftah nyium aroma busuk ini lagi pas pulang nanti...'
Batin Nayla yang mengungkap alasannya tidak memasukkan nama pak Dikin ke daftar tamu undangannya.
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
MEBE9OE
https://thumbs4.imagebam.com/05/f4/86/MEBE9OE_t.jpg 05/f4/86/MEBE9OE_t.jpg
'NAYLA
Buwahaha, ngeliat akhwat cantik yang udah sekotor ini bikin saya gak tahan lagi deh... Sekarang, izinkan saya untuk menikmati tubuhmu ini yah, mbak Nayla ! Ujar pak Dikin sambil menarik hijab serta cadar Nayla secara paksa hingga membuat akhwat cantik itu telanjang bulat seketika.
Paaaakkk tubuh Nayla sampai terangkat duduk. Hijabnya pun terlepas. Rambutnya yang sudah mulai panjang itu menutupi punggung mulusnya. Ia pun duduk di ranjangnya dengan rambut yang agak acak-acakan. Alih-alih terlihat jelek, Nayla justru semakin terlihat cantik dengan penampilan polosnya kali ini.
Buwahaha, indahnya lonteku... Saya jadi nafsu deehh ujar pak Dikin yang langsung menyergapnya.
Aaaahhh paaaakkk
Nayla didorong oleh pak Dikin. Tubuh polosnya kembali terlentang. Kedua tangannya direntangkan lebar-lebar. Pak Dikin berada di atasnya. Wajahnya menatap wajah Nayla dengan penuh nafsu. Kedua tangannya memegangi lengan Nayla. Nampak matanya berapi-api ingin menikmati akhwat yang sudah bersuami itu lagi.
Buwahaha jadi makin gemes deh saya... Mmppphhh desah pak Dikin yang langsung mencumbu bibirnya.
Mmppphh paaakkk Nayla memejam. Ia pasrah saat diterkam oleh gelandangan tua itu.
Para penonton terperanjat. Mereka benar-benar kaget melihat Nayla, akhwat binal yang sudah mereka gilir itu sedang dilecehi oleh gelandangan tua yang sehari-harinya tidur di jalanan.
Namun, alih-alih kasian. Mereka justru bernafsu. Terutama ustadz Burhan, pak Amin dan Pak Rudi yang belum mendapatkan klimaks keduanya. Mereka bertiga beronani. Mereka menikmati tayangan 'live' ini.
Buwahaha senangnya bisa menciummu lagi... Mmpphhh manisnyaaa... Mmpphhh gak bosan-bosan saya untuk mencumbu bibirmu ini lagi... Buwahaha tawa pak Dikin saat menciumnya.
Mmmpphhh iyaahh... Mmpphhh paakkk... Mmpphh Nayla tak bisa berbicara. Mulutnya telah disumpal menggunakan bibir keriput milik gelandangan tua itu. Berulangkali ia menahan nafasnya agar tidak menghirup aroma busuknya. Namun berulangkali ia mencoba, ia akhirnya kalah dan membiarkan aroma tubuh gelandangan tua itu masuk melalui hidungnya.
Mmpphh... Mmmpphhh... Sslrrpp aahh... Buwahaha... Kenapa mbak ninggalin saya ? Apa saya kurang bisa memuasi mbak waktu itu ? Tanya pak Dikin sambil menciumnya.
Mmppphh... Mmpphhh bukan gitu paakk... Mmpphh akuuu jawab Nayla sambil memejam. Ia tak sanggup menatap mata milik gelandangan tua itu.
Apaa ? Apa ? Kontol saya kurang gede yah ? Buwahaha... Mmpphhhh tanya pak Dikin lagi. Kali ini ia jadi lebih bernafsu. Ia meluapkan kekesalannya dengan mencumbu bibir manis itu.
Mmpphhh... Bukaann paakk... Bukaaannn jawab Nayla lagi secara susah payah.
Mmmpphhh teruss apaa ? Jangan bikin saya penasaraan dongg... Mmpphhh desah pak Dikin kali ini sambil menjepit bibir atas Nayla lalu menariknya ke atas.
Mmppphh paakk... Aaahhhh... Maafin aku paakk... Aku kelupaaann jawab Nayla berbohong karena takut menyakiti perasaan pak Dikin.
Buwahaha alasan konyol macam apa itu... Kayaknya mbak emang sengaja melupakan saya yah.... Wah dasar kurang ajar... Udah saya kasih enak-enak dua kali malah gak diajak lagi... Haruskah saya mengingatkan mbak pada waktu itu lagi ? Tanya pak Dikin berambisi untuk menyiksa Nayla dengan nafsu buasnya.
Maaafff... Maafin akuu paakk... Tapi tolongg... Aku mau istirahat... Tolong izinin aku istirahat duluu paakk... Aku cappp... Aaaahhhhhh jerit Nayla saat kedua susunya diremas kuat.
Buwahahah makin kenceng aja susumu mbak... Mbak kayaknya lagi sange banget yah ? Sayang kalau kita buang-buang waktu terus... Gimana kalau kita langsung ngentot aja ? Tanya pak Dikin sambil mengeluarkan penisnya.
Mata semua orang terbelalak tak terkecuali Nayla. Penis raksasa itu kembali diperlihatkan didepan matanya. Bagaimana bisa ada penis sebesar itu yang dimiliki oleh pak Dikin yang bertubuh kurus. Apalagi bulu jembutnya sangat lebat. Nayla sampai ketakutan karena aroma selangkangannya langsung tercium saat celana itu diturunkan.
Buwahaha... Kenapa ? Kalian semua kenapa ? Baru kali ini ngeliat kontol segede ini yah ? Pasti kontol kalian kecil-kecil semua, pantas aja mbak Nayla belum puas meski kalian gilir bergantian ujar pak Dikin dengan angkuh. Ia seolah membalas pandangan remeh yang tadi diperlihatkan oleh mereka berdelapan saat menatapnya.
Orang-orang yang telah menggilir Nayla langsung ciut seketika. Mereka tak menyangka telah bertemu suhu yang akan memuasi Nayla sebentar lagi.
Pak Dikin tertawa puas. Ia menikmati tatapan heran mereka saat melihat penisnya. Hal itu membuatnya jadi ingin menunjukkan keperkasaannya. Ditariknya lagi tubuh Nayla hingga berlutut dihadapannya. Pak Dikin berdiri di atas ranjang. Ia dengan paksa memasukkan penisnya ke dalam mulut akhwat yang sudah telanjang itu.
Inii ayoo masuk... Uuhhhhhh desah pak Dikin saat mendorongnya secara paksa.
Aaaahhhh paaakkk mulut Nayla membuka lebar. Bukan karena membiarkan penis pak Dikin masuk begitu saja. Tapi karena tak sanggup menampung seluruh penis yang semakin dalam menusuk kerongkongannya.
Buwahahaa mantapnyaaa.... Buka lagi mulutmu mbaaakk... Aahh yah seperti itu... Ayo telaann... Telaann kontol saya ujar pak Dikin sambil menjambak rambut Nayla lalu mendorongnya ke arah selangkangannya.
Aarrkkhhhh... Aarrkkhhhhh... Aarkkhhh uhuukkk Nayla terbatuk-batuk. Matanya berkaca-kaca. Liurnya sampai menetes jatuh mengenai sprei ranjang tidurnya.
'Gilaaa... Nafsu banget bapak tua itu ?
Anjirrrr dalem bangeeettt !
Whoaahh gilaaa, mbak Nayla makin nafsuin aja kalau dipaksa kayak gini.
Aaaahhh... Aaahhhh... Aaahh... Kalau gini ceritanya jadi pengen ngentot lagi nih ?'
Satu persatu dari mereka mulai mengomentari keindahan tubuh Nayla yang sedang dilecehi itu. Mereka saat ini hanya bisa menggelengkan kepala tak percaya. Pemaksaan yang pak Dikin lakukan membuat nafsu mereka kembali bangkit. Namun sangat disayangkan, penis mereka sudah pada lemas setelah menggilir Nayla sejak permulaan siang tadi.
Aaahhhhh... Aaahhh... Teruss sepongg kontol saya mbaaakk... Sepong yang daleemm... Ouhh yaahh... Ouhhh yaaahhh desah pak Dikin yang terus menjambak Nayla lalu memaju mundurkan kepalanya ke arah selangkangannya.
Aarrkkhhhh paakkk... Aarkkhh... Aaarrkhh uhuuk... Paaakk Nayla menjerit. Tangannya memukul-mukul paha pak Dikin. Ia begitu tersiksa pada sodokan paksa yang pak Dikin berikan.
Namun, siksaan yang Nayla alami justru menjadi hiburan tersendiri bagi para pria yang melihatnya. Tak terkecuali pak Urip. Ia bahkan sampai mengocok penisnya dikala tangan satunya merekam perbuatan mesum mereka.
Hakhakhak... Ini baruuu... Layak jadi 'hot thread' ini ! Lirik pak Dikin puas.
Buwahhaa... Aaahhh... Aaahhh... Ayoo telann ini... Uhhhhhh... Aaaahhh yaaahhhh desah pak Dikin saat mendorong kepala Nayla ke arah selangkangannya.
Paaaakkk Nayla berteriak keras. Hidungnya sampai terkena bulu jembut pak Dikin yang begitu semrawut. Aroma keringat di selangkangannya semakin kuat. Kerongkongannya yang tertusuk hampir saja membuatnya muntah.
Aaaaahhh puasnyaaaaa... Buwahahah untungnya pak Dikin buru-buru melepasnya hingga Nayla bisa kembali bernafas meski sesaat.
Uhuukk... Uhuukk... Uhhuukk Nayla terus terbatuk-batuk. Liurnya menetes terus ke ranjang tidurnya. Terlihat jelas di wajahnya kalau ia sudah sangat kelelahan.
Buwahaha... Udah puas kan nyepongnya... Yuk kita ngentot sekarang ? Tanya pak Dikin sambil mengocok penisnya.
Nayla terdiam. Wajahnya terlihat ketakutan membayangkan dirinya harus melayani nafsu besarnya lagi disini.
Aaaahhh Nayla menjerit saat tangannya kembali ditarik. Nayla pun dibawanya turun ke lantai samping ranjangnya. Tubuhnya yang sudah polos dengan noda sperma yang memenuhi sebagian wajah dan dada bulatnya menarik perhatian para penonton. Penonton-penonton itu hanya berani berdiri menyandar pada dinding. Pak Dikin yang melihatnya jadi kepikiran ide.
Sebelum kita ngentot, saya bersihin dulu yah pejuhnya kata pak Dikin sambil mengelap wajah dan tubuh Nayla menggunakan kan cadar yang tadi Nayla kenakan.
Mmpphhh... Mmpphh meski tidak bersih maksimal, setidaknya tidak ada lagi noda kental yang membasahi tubuhnya.
Pak Dikin pun langsung mengambil posisi. Ia memosisikan tubuh Nayla memunggungi dirinya. Penisnya pun langsung diselipkan ke dalam vagina Nayla. Pak Dikin tertawa, ia bersiap untuk bersenang-senang sekarang.
Mmmmppphh paakk gede bangettt ouuhhhh desah Nayla manyun-manyun sambil memejamkan matanya.
Buwahaha kayak baru pertama kali aja... Yuk aahh... Hennkgghhh desah pak Dikin langsung berpacu.
Aaaahhh... Aaaahhh... Aaaahh paakkk... Pelaan pelaann... Aaahhh... Aaahhhh desah Nayla terdorong maju mundur.
Nayla memejam nikmat. Ekspresi wajahnya sangat membangkitkan syahwat. Terlihat jelas kalau diam-diam Nayla menikmati. Penis pak Dikin memang sungguh sakti. Bisa-bisanya ia menjebol rahin akhwat yang sudah bersuami.
Sambil terus bergoyang maju mundur. Tangan kurusnya mendekap pinggang Nayla dari belakang. Bibirnya berulang kali mencumbu punggungnya. Nayla merinding. Nikmatnya tiada tanding. Mulutnya sampai sedikit membuka. Mengeluarkan suara yang merangsang gairah.
Aaaahhhh... Aaahhh... Aaaaahhhh desah Nayla memejam nikmat.
Buwahaha enak kan mbaakk ? Enakk kan ? Tanya pak Dikin saat mendengar lenguhannya yang begitu manja.
Seketika matanya melihat sekitar. Terlihat jelas kalau peserta lainnya terpaku pada pergerakan laju payudara Nayla yang bulat sempurna. Pak Dikin tersenyum, ia memperkuat sodokannya hingga Nayla tanpa sadar bergerak maju selangkah demi selangkah ke arah pak Sudar, si satpam sepuh yang terhipnotis pada kecantikan Nayla.
Aaahhhh... Aaahhh... Aaahhh paaakkk... Pelaannna aaahhh Nayla terus saja mendesah. Namun saat matanya membuka, ia terkejut ternyata pak Sudar sudah berada tepat dihadapan matanya.
MEC2V61
https://thumbs4.imagebam.com/c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg c4/f7/d8/MEC2V61_t.jpeg
'PAK SUDAR
Aaahhhh... Aaahhhh... Indah sekali dirimu mbaaakk... Aaahhh desah pak Sudar sambil terus mengocok penisnya.
Buwahaha, bapak sangek lagi yah ? Kenapa gak bapak cium aja bibirnya ? Ucap pak Dikin yang langsung disetujui satpam mesum itu.
Waahh... Ide bagus itu paak... Mmpphhhh tak peduli wajahnya yang bekas terkena sperma. Pak Sudar langsung mencumbunya karena tak kuat pada nafsunya yang begitu menginginkan Nayla. Nayla pun membalasnya. Kedua tangannya bahkan sampai bertumpu pada bahu pak Sudar selagi pak Dikin terus menggenjotnya dari belakang.
Mmmpphhh.... Mmpphhh paaak... Mmpphhh
Buwahaha... Aaaahhh... Aaahhh... Ada lagi yang mau nyium bibirnya ? Tanya pak Dikin yang membuat pak ustadz dan pak Amin mengacungkan tangannya segera.
Saya pak jawab mereka berdua kompak.
Kedua insan yang belum mendapatkan klimaks keduanya itu langsung mendekat ke arah Nayla. Mereka berdiri di sisi kanan kirinya. Nalurinya sebagai pemuas membuat Nayla peka dengan melayani mereka bertiga secara bergantian.
Mmpphhh... Mmpphhh... Mmpphhh
MEH2S2O
https://thumbs4.imagebam.com/1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg 1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg
'PAK AMIN
Nayla mencumbu bibir pak Amin, bibir mereka bersentuhan, bibir mereka saling dorong-dorongan. Mereka sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak memadu kasih. Nayla kemudian berpindah ke arah pak ustadz. Lidah mereka saling keluar. Lidah mereka seperti sepasang ular yang saling membelit saling melilit. Lalu Nayla kembali pindah ke arah pak Sudar. Nayla menjepit bibir atas pak Sudar. Pak Sudar mengapit bibir bawah Nayla. Mereka saling hisap menghisap. Mereka saling seruput menyeruput dikala pak Dikin terus berpacu menggempur rahim kotor itu.
Mmpphhh... Mpphhh aaaahhhh... Aaaahhhhh Nayla kembali menjerit keras saat dipindah ke peserta selanjutnya. Pak Dikin terus mendorong tubuh Nayla ke arah pak Paul yang tersenyum senang melihat pemuas nafsunya datang.
MEC2V5Y
https://thumbs4.imagebam.com/27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg 27/f8/6d/MEC2V5Y_t.jpg
'PAK PAUL
Ngowahaha indah sekali tubuh seksimu ini, mbaakk... Mmpphhh pak Paul yang tergila-gila pada susu bulat Nayla langsung menyeruputnya. Puting Nayla dihisap. Areolanya dijilat-jilat yang membuat pemiliknya mendesah nikmat.
MEBE9O7
https://thumbs4.imagebam.com/31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg 31/89/67/MEBE9O7_t.jpeg
'MANG YONO
“Saya juga mau ikutan dong mbaak… Mmpphhhh manisnaaa… Mmphhh sllrrpp… Sllrrpphh mmpphhh” desah mang Yono.
Mang Yono yang mupeng pun ikut bergabung, ia menjilati susu satunya yang membuat Nayla jadi merinding gila. Nayla sudah seperti menyusui dua anak yang kehausan saja. Duet penis tak bersunat itu terus menghisap susu Nayla. Mereka juga kadang meremasinya yang membuat darah mengalir ke seluruh tubuhnya.
Aaaahhh... Aaahhhh... Aaahhhhhhh desah Nayla memejam.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
Nayla kembali digeser ke peserta lainnya. Kali ini pak Rudi tersenyum senang. Ia yang belum mendapat klimaks keduanya langsung meminta Nayla untuk mengulumnya.
Ayo mbak sini nunduk pinta pak Rudi dengan penuh nafsu.
Iyaahh paakk... Mmpphhh... Mmpphh... Mmpphhh desah Nayla tersumpal.
MECMNJB
https://thumbs4.imagebam.com/b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg b9/ad/e5/MECMNJB_t.jpg
'PAK TOMI
Eehhh kita juga dong mbaakk... Iya gak ? Kata pak Tomi yang minta dikocok dengan menggunakan tangan kanan Nayla.
MEH5DEY
https://thumbs4.imagebam.com/f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg f6/05/6e/MEH5DEY_t.jpg
'PAK SURIP
Betul banget itu pak... Hiyahaha ujar pak Surip, si satpam gembul yang minta dikocok dengan tangan satunya.
Nayla menuruti. Dikala tubuhnya terdorong maju mundur. Mulutnya diam saat mengemut penis penjaga vila itu. Lidahnya berulang kali menggelitiki ujung gundulnya. Lidahnya bahkan menjilati lubang kencingnya yang membuat pria perkasa itu merinding keenakan.
Aaahhhh... Aaahhh... Terusss... Terussss desah pak Rudi puas.
Tangan kanan Nayla yang saat itu mendekap penis pak Tomi terus bergerak, meski terasa sulit karena pak Dikin terus menggempur rahimnya yang begitu sempit. Ia pantang menyerah untuk melayani penjual nasi goreng bertubuh gemuk itu. Ia bahkan sampai rela meletehkan penis pak Rudi guna beralih ke penis pak Tomi lalu menghisapnya kuat-kuat.
Aaaahhh mbaaakk... Aaaahhhh... Aaaahhhhh desah Pak Tomi merinding.
Sementara itu, tangan kiri Nayla mulai membetot penis pak Surip kuat-kuat. Satpam gembul itu sampai berteriak. Nayla tak bisa berkata apa-apa karena mulutnya terus menghisap penis pak Tomi. Penis pak Tomi yang gempal membuat liurnya sampai menetes jatuh. Nayla terlihat bernafsu. Ia sangat menikmati penis pejantan itu. Setelah puas, ia langsung berpindah ke penis pak Surip untuk menghisapnya. Kali ini, ia bahkan sampai memaju mundurkan mulutnya. Rasa lelah yang tadi terasa langsung terobati oleh kelezatan penis-penis mereka saat ini.
Buwahahaha... Jadi sibuk lagi yah mbaakk... Aahhh... Aahhhh ejek pak Dikin yang melihat Nayla sibuk melayani tiga penis sekaligus.
Mmpphhh... Mmpphh... Mmpphhh Nayla tak bisa menjawab. Mulutnya begitu penuh karena selalu bergantian mengulum penis-penis mereka satu persatu.
Pak Dikin tertawa puas. Pinggulnya terus menggempur sambil mengelusi punggung mulusnya.
Aaaahhhhh... Aaaahhhhh... Andai aja waktu itu mbak ngundang saya... Pasti saya bakal persiapkan diri dulu nih... Gara-gara mbak ngasih tau waktunya ndadak, ya terpaksa saya yang belum mandi seminggu langsung kesini ujar pak Dikin seenaknya yang membuat tamu-tamu undangan lainnya terkejut.
Puas melihat Nayla mengulumi penis mereka bertiga, pak Dikin kembali menarik tubuhnya lalu memindahkannya ke peserta lain.
Mmmpphh... Mmpphh... Aahhh... Aaahhh Nayla terkejut ketika tubuhnya ditarik saat mulutnya sedang asyik-asyik mengulum. Saat pandangannya dinaikkan ke atas, ia pun dapat melihat peserta selanjutnya yang harus ia layani dengan menggunakan tubuhnya.
'Pak Urip ?'
Aaaaahhhh... Aaahhh... Aaahhhh... Terima kasih yah pak udah ngabarin saya kemarin, sebagai gantinya, mau gak kalau kita genjot lonte ini bareng-bareng? Ajak pak Dikin yang langsung disetujui pak Urip.
Hakhakhak pasti mau, pak jawab pak Urip yang membuat Nayla hanya bisa mendesah lemah.
Uuuhhhh nih masukin... Aaaahhhh pak Dikin mendesah saat menarik penisnya keluar lalu memasukkannya kembali ke dalam anus sempitnya.
Hakhakhak... Siap paakk... Terima ini yaahhh... Aaaaahhhhhh desah pak Urip setelah mengangkat salah satu kaki Nayla lalu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.
Aaahhh paakk... Aaahhh... Aaahhhh... Pelaann paak... Aaahhhh desah Nayla saat kedua lubangnya kembali diiisi oleh penis-penis nista para pria tua.
Buwahahaha, paling enak emang ngeginiin akhwat, iya gak pak ? Tanya pak Dikin puas.
Aaaahhhh... Aaahhh... Betul banget itu paakk... Hakhakhak tawa pak Urip sambil mengamati wajah cantik majikannya.
Nayla yang ditatap seperti itu jadi malu-malu. Pandangannya ia alihkan. Wajahnya terlihat menggairahkan yang membuat pak Urip gemas ingin mencumbu.
Cantiknya dirimu non, mmpphhh Pak Urip mencumbu bibir Nayla. Ia menjepit bibir manisnya lalu memasukkan lidahnya ke dalam.
Mmpphhh... Mmppphhh Nayla yang kesulitan berdiri pun memutuskan untuk memeluk tubuh pak Urip. Lidahnya juga bergerak masuk ke dalam mulut pak Urip. Lidahnya berkelana di dalam. Lidahnya menjelajahi rongga mulut pembantunya. Begitu pula si tua bangka itu pada majikan alimnya. Mereka terus bercumbu dengan penuh nafsu. Pak Dikin yang tengah menyodok anusnya jadi iri ingin merasakan mulutnya juga.
Sini dong mbak... Saya juga maauuu pinta pak Dikin.
Mmpphh iyaahh paakk... Mmmpphhh Nayla menoleh ke belakang. Meski posisinya sulit, ia tetap melayani gelandangan tua itu dengan mengizinkannya mengulum bibirnya.
Para penonton pun hanya bisa bengong melihat Nayla di 'sandwich' oleh 2 pria tua berwajah buruk rupa. Mereka hanya bisa beronani. Mereka hanya bisa menontonnya dari jauh karena tak sanggup mendekat akibat bau badan pak Dikin yang begitu menyengat.
Mmmppphhh... Mmpphhhh... Mmpphh nafsu pak Dikin menggelora. Kedua tangannya pun merengsek naik mengelusi tubuh polosnya. Berulang kali tangan lusuh itu mengelus pinggangnya. Lalu usapannya naik menuju perut ratanya. Usapannya kembali naik menuju dada bulatnya. Dada Nayla diremas, puting susunya dicubit, usapannya kembali turun ke perut sebelum naik lagi untuk mencengkram susu bulat Nayla sampai puas.
Mmmpphhh paakk... Mmpphhh... Mmpphhh Nayla hanya bisa mengerang. Rasanya begitu aneh. Dari jam setengah 12 saat pesta dimulai sampai jam sekarang dimana waktu hampir mendekati setengah 3 sore. Hanya pak Urip dan pak Dikin saja yang menurutnya sanggup memuaskannya. Lainnya hanya sanggup bertahan sebentar. Pak Dikin dan pak Urip sanggup menyetubuhinya dengan sangat lama, hal itu menjadi nilai lebih untuk mereka.
Mmmpphhh... Mmpphhhh... Lepas paak pinta pak Dikin.
Aaahhh... Aaahhh... Siap pakkk kata pak Urip patuh.
Aaahhhh Nayla menjerit saat tubuhnya tiba-tiba dibanting ke atas kasur empuknya lagi.
Buwahahaha gilaaa... Saya sampai mau crot nih gara-gara rapetnya lubang anusmu... Yuk kita akhiri sekarang ! Ujar pak Dikin dengan nafsu yang menggebu-gebu.
Hah... Hah... Hah Nayla hanya mengangguk sambil terengah-engah. Ia sudah sangat lelah. Kebetulan ia juga ingin mengeluarkan orgasme ketiganya setelah dipaksa melayani seluruh tamu undangannya tadi.
'Gilaaa... Capek banget... Hah... Hah... Ayok pak sodok aku... Sudahi semua ini... Aku mau istirahat pak !'
Batin Nayla yang ingin segera menyudahi pembantaian ini.
Ayok sini mbaakk... Nungging ! Pinta pak Dikin sambil menjambak rambutnya.
Aaaahh paakk iyaaahhh jawab Nayla patuh.
Ia dengan terengah-engah sudah berposisi menungging. Ia sudah siap disetubuhi dengan gaya anjing kawin.
Hah... Hah... Hah... Seksinya... Buwahaha... Ayok kita akhiri mbak... Uuhhhhhhh
'Jleeeebbbbb !'
Aaaahhh bapaaakkkk jerit Nayla dengan sangat nyaring.
MECMNJG
https://thumbs4.imagebam.com/24/89/99/MECMNJG_t.jpg 24/89/99/MECMNJG_t.jpg
'PAK DIKIN
MEH7IA2
https://thumbs4.imagebam.com/0b/f5/bd/MEH7IA2_t.jpeg 0b/f5/bd/MEH7IA2_t.jpeg
'NAYLA
Tubuh Nayla begitu mulus. Kulitnya begitu halus. Tubuhnya begitu bening. Apalagi pemandangan susunya yang menggantung bebas. Semua keindahan itu semakin lengkap tatkala ada gelandangan tua yang masih berpakaian lusuh lengkap dengan celana yang sudah turun tengah menggenjotnya dari belakang.
Para hadirin yang berbahagia kembali bernafsu. Mereka mulai memberanikan diri tuk mendekat agar memudahkan mereka tuk melihat pemandangan indah ini.
Aaaahhhhh... Aaahhhh... Aaahhhh... Ayok yang mau keluar lagi silahkan... Buwahahaa tawa pak Dikin sambil menggempur vaginanya. Tangannya juga mengelusi bokong montoknya. Tangannya juga mengelusi punggung mulusnya yang membuat Nayla kembali bernafsu.
Aaahhhh paakk... Aaahhh... Aaahh terusss... Aayok teruss sodok aku paakkk desah Nayla yang mulai merasakan adanya tanda-tanda.
Buwahahah tenang mbaakk... Tenaangg... Saya pasti akan menggempurmu kok... Uuuhhhh desah pak Dikin mempercepat sodokannya.
Aaahhh iyaaahhh... Aahhh terus paakk... Aaahhh rasanya enakk... Aaahhh terus zinahi aku paaakkk desah Nayla sambil meremasi salah satu susunya menggunakan salah satu tangannya.
Buwahhaa dah sange banget yah... Pantes aja tubuhmu jadi makin kencang gini desah pak Dikin sambil menepuk-nepuk tubuh mulus Nayla.
Aaahhh iyaahh... Aaahhh... Aaahhhhh iyahh aku udah mau keluaarrr... Aayoo sodok yang kenceng !
Buwahahha siapp mbaakk... Hennkgghhh !
Aahhhh paaakkk... Aaaaahhhhh
Desahan-desahan manja yang Nayla keluarkan turut menggetarkan birahi peserta lainnya. Satu persatu peserta mulai tumbang tak kuasa dengan keindahan yang Nayla tunjukkan. Pertama pak ustadz, pria gempul yang belum mendapat klimaksnya itu langsung mendekati wajah Nayla sambil mengocok penisnya dengan kencang.
“Aaahhhhh… Aaahhhhh… Buka mulutnya ukh… Julurkan lidahnya, ukh !” Pinta pak ustadz yang segera dituruti Nayla.
“Aaahhhh… Aahhhh… Iyahh ustaadzz… Aaahhhhh”
“Aaahhhh… Aahhhhh… Kelluuaaarrr !”
Pak Ustadz mengarahkan ujung gundulnya ke lidah Nayla. Semburan demi semburan sperma pun keluar membasahi lidah itu.
“Aaahhhhhh… Aaahhh iyaahhh… Aaahhh manis banget ustadz, rasanya !” goda Nayla yang membuat peserta lainnya pengen ikutan.
MEH2S2O
https://thumbs4.imagebam.com/1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg 1c/d7/1d/MEH2S2O_t.jpeg
'PAK AMIN
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Hadap sini mbaakk… Aahhh saya udah gak kuaaattt !” Desah pak Amin sambil mengocok penisnya.
“Aaahhh iyaahhh… Iyaahhh… Sini keluarin paakkkk !”
“Aaahhh iyahh mbaakk… Aaahhhh kelluuaarrr !”
Sperma pak Amin dengan deras membasahi wajah cantiknya. Nayla pun memejam menahan tiap semprotan yang membasuh wajahnya dengan rata. Wajahnya kembali bersimpuh sperma. Perlahan demi perlahan sperma itu mulai mengalir jatuh membasahi sprei ranjangnya.
MEC1UFV
https://thumbs4.imagebam.com/e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg e6/ab/67/MEC1UFV_t.jpg
'PAK RUDI
“Aaahhh… Aahhhh… Sini mbaakkk… Sekarang giliran sayaa !” ujar pak Rudi sambil mengocoki penisnya. Ujung gundulnya menyentuh pipi mulusnya. Sensasi itu membuat pak Rudi jadi ingin cepat keluar.
“Aaahhhhh… Aaahhhh mbaaakkkk sayaa kelluuaaarrr !!!”
“Aaahhhh paakkk… Banyaaak bangeeetttt” desah Nayla sampai terkejut.
Sperma penjaga vila itu membasahi pipi Nayla dengan sangat banyak. Sperma itu pun mulai berjatuhan seiring genjotan yang pak Dikin lakukan dari belakang.
“Buwahahhaa… Berasa lagi syuting film biru aja… Aahhhh… Aaahhhh… Jadi begini sensasinya yaahhh… Henngkhhhh !!!” Desah pak Dikin sambil menarik tangan Nayla ke belakang.
“Aaaahhhh iyaahhhh… Aahhh dalem bangeet pakk… Ouhhh terusss… Terussss”
“Buwahahah… Makin enak kan rasanya mbaakk ?” Tanya pak Dikin senang.
“Aaahhhhh… Aahhhhh… Iyyahh paakkk… Rasanya jadi makin daleemm… Ouhhhh teruss… Aahhhh aahhhhh” desah Nayla yang sudah dimabuk nafsu.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Hakhakhak… Dasar lonte ! Makin kenceng aja desahanmu non… Saya jadi gak nahan pengen disepong !” Kata pak Urip saat mendekati wajahnya.
Ia dengan penuh nafsu mengarahkan penisnya ke arah mulut Nayla. Saat penisnya mulai dijepit, tangannya pun terus mengocoknya hingga kenikmatannya semakin terasa.
“Aaahhhhh noonnn… Aahhhh… Aaahhhhh” desah pak Urip merasakan nikmatnya kuluman majikannya.
“Buwahaha enak banget yah pak… Tapi masih enakan memeknya kan pak ?” tanya pak Dikin.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Kalau itu sudah pasti paakkk… Anusnya juga enak kan ?” tanya balik pak Urip.
“Enak bangeett paakkk… Jadi nagih saya… Buwahahhaa… Beruntungnya kalau bisa ngentotin akhwat kayak gini tiap hari !” Kata pak Dikin yang gemas hingga menampar bokong montoknya.
'Plaaakkkk !!! Plaaakkkk !!!'
“Mmppphhhh… Mmpppphhhh” desah Nayla sambil memejam.
“Hakhakhak betul banget pak… Saya aja bersyukur bisa kerja disini sambil menikmati tubuhnya tiap hari… Iya gak non ?” Tanya pak Urip sambil mendorong pinggulnya hingga penisnya semakin masuk ke dalam.
“Mmppphhhhh… Mmppphhh…” Nayla semakin memejam. Tusukan yang ia dapatkan dari depan dan juga belakang membuatnya jadi semakin keenakan. Tubuhnya berkeringat. Nafsunya sudah mendekati puncak kenikmatan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Saya udah mau keluar lagi nihhh… Aaahhhh… Aahhhh… Tahan yaahh nonn… Uhhhhhh” desah pak Urip yang mulai bergerak maju mundur.
“Mmppphhh… Mmpphhh paakkk… Mppphhhh”
“Buwahahha… Saya juga mau nih… Saya percepat yahhh… Uuuhhhhh… Uuhhhh” desah pak Dikin yang semakin mempercepat sodokannya.
“Mmpphhh paakkk… Mmppphhh… Mmpphhhh”
Penis pak Urip mulai berdenyut. Kehangatan serta kenikmatan yang ia dapatkan dari mulut majikannya membuatnya tak sanggup menahan diri lagi. Ia ingin mengakhirinya. Ia ingin menumpahkan spermanya segera.
“Aaahhhhh… Aahhhhh… Nikmat sekalii… Nikmat sekaliii… Aaahhhh nonnnn saya hampir keluar !” desah pak Urip yang mulai merinding keenakan.
“Mmpphhhh… Paakkk… Keluariinn… Mmppphhhh”
“Aaahhhh yahhh… Aahhhh… Aaahhhh… Rasakann iiiinni… Ouhhh akhirnyaaa… Hennkgghhhh… Kelluuaaarrrr !!!”
'Crrooottt… Crroottt… Crroottt !!!'
“Mmmppppppphhhhh” Nayla memejam. Mulutnya dibanjiri sperma pembantunya. Semburan itu tidak mau berhenti. Nayla sampai harus menggembungkan mulutnya untuk menampung seluruh sperma itu di mulutnya. Aroma kuat yang sperma itu keluarkan nyaris membuatnya muntah. Untungnya tak lama kemudian pak Urip mengakhiri pembuangan pejuhnya dengan mencabut penisnya.
“Aaaahhhhh nikmatnyaaa… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengelap ujung gundulnya pada sisi pipinya yang belum terkena sperma.
“Uhhukk… Uhuk… Aaahhhh… Aahhhh… Ayoo sekarang giliran bapaakkk… Ayookk paakk terus sodok aku ! Aku udah mau keluar paakk… Aaahhhhhhh” Nayla terbatuk-batuk hingga sperma pak Urip tumpah membasahi ranjangnya. Mulut Nayla yang membuka masih mengalirkan sperma. Nayla sungguh binal. Saking parahnya, tidak ada obat yang bisa mengobati kebinalannya.
“Aaaahhhh… Aaahhh yaahh… Aaahhh akhirnyaaa… Akhirnya mbaakk… Saya mau keluuaaar !” Ujar pak Dikin tidak kuat lagi.
“Aaahhh iyaahh… Aahhh sama paakk… Tolong sodok aku yang kuatt… Lebih keraass paakk… Aaahhhhh”
Tubuh indah Nayla semakin terdorong maju mundur. Tangannya yang dipegangi membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya yang agak terangkat menampilkan susunya yang bergoyang cepat. Mata Nayla memejam. Ia benar-benar memasrahkan semuanya pada tusukan pak Dikin.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhhhh” desah pak Dikin dengan sangat kencang.
“Iyaahhh… Iyaahhh… Teruss pakk… Aaahhhh” desah Nayla mengikuti.
“Aaahhhh mantapnyaa… Mantapnyaaa… Saya udah gak kuat lagiii… Saya mau keluar sebentar lagiiiii” desah pak Dikin dengan suaranya yang bergetar.
“Aaaahhh paakkk… Aaahhhh… Dikitt laggiiii… Akkuuuu… Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh !!! Akuu jugaaa… Aaahhhhhh”
Apa-apaan ini ? Ujar seseorang yang terkejut dengan pemandangan di hadapannya.
“Aaaahhhhhhhh yaahhhh mbaaakkk… Sayaaaaa kellluuaaarrrrr !!!” jerit pak Dikin dengan keras.
“Akuu juga paakkk… Aaahhh enakk bangeett… Aahhh terusss… Aaahhhh kelluuaaaarrrr !!” Jerit Nayla menyusul kemudian.
“Deeekkkk !!!” ujar sosok tampan itu yang membuat mata Nayla terbuka. Tidak hanya Nayla, orang-orang yang berada di ruangan itu pun terkejut. Bahkan pak Urip yang sudah bertelanjang bulat sambil memegangi 'handycam'-nya terkejut melihat majikannya berada tepat dihadapan matanya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
“Apa-apaan ini, dek ?” ucap Miftah sekali lagi.
“Pak Miftah !” Ujar pak Urip.
“Mas Miftah ? Uuuuhhhhhhhhhhhh”
'Cccrrroottt... Crrrottt... Ccrroott...'
Baru saja Nayla menyadari kehadiran suaminya. Gelombang orgasme lebih dulu datang menyerangnya. Nayla pun mengerang keenakan. Matanya merem melek dengan cepat. Tubuhnya tersentak-sentak. Terlihat jelas wajah Nayla yang keenakan setelah mendapatkan orgasme ketiganya.
Tepat setelah itu, tangan pak Dikin melepas pegangannya, Nayla pun ambruk dalam posisi menungging dengan kepala yang menempel pada ranjang sedangkan bokongnya masih terangkat tepat dihadapan gelandangan tua tersebut.
“Aaahhhh puasnyaaa… Buwahahah… Nikmat banget pak, lontenya !” Ujar pak Dikin yang belum menyadari situasi. Ia bahkan masih sempat mengelusi punggung mulusnya lalu meremasi payudaranya yang menggantung bebas sebelum memberikan kenang-kenangan berupa bekas memerah di leher jenjangnya.
“Lonte ? Lonte katamu ? Kamu menyebut istri saya LONTE ?!” Kata pak Miftah yang mengejutkan pak Dikin.
“APA MAKSUD SEMUA INI ? APA YANG KALIAN LAKUKAN DI RUMAH SAYA !” Teriak Miftah yang membuat seluruh peserta ketakutan. Matanya melotot saat melihat satu persatu tamu asing yang berada di rumahnya. Mereka semua jadi terdiam. Mereka tak bisa berkata-kata setelah ketahuan.
“Kalian semua keluar ! KALIAN SEMUA KELUAAR !” Teriak Miftah dengan suara yang menggelegar.
Satu persatu dari mereka terpaksa keluar. Mereka mulai memunguti pakaian mereka termasuk pak Urip dan juga pak Dikin.
'Ploppp !'
Penis pak Dikin terlepas dari lubang kenikmatan Nayla. Tepat setelah itu, spermanya dengan deras tumpah membasahi ranjang tidur milik akhwat yang sudah telanjang bulat itu. Pak Dikin yang gemas sampai menamparnya sekali sebelum benar-benar pergi meninggalkan akhwat itu bersama suaminya.
'Plaaaakkk !'
Aaahhhh pak desah Nayla dengan manja.
Nayla lalu terdiam tak bisa berkata-kata. Tubuhnya sudah sangat lemah. Miftah yang melihatnya jadi campur aduk. Kesal, marah, tidak percaya. Bagaimana bisa istrinya yang cantik jelita, yang selalu menutupi sebagian wajahnya dengan cadar diperkosa oleh banyak pria-pria tua ?
Diperkosa ? Sepertinya tidak, seperti apa yang baru dilihatnya. Miftah sangat yakin kalau istrinya itu tidak diperkosa karena wajah istrinya terlihat sangat menikmati sodokan-sodokan mereka.
“Deekkk… Apa maksud semua ini deekk ? kenapa adek jadi… 'Astaghfirullah'… 'Istighfar' dek !”
Miftah ambruk ke lantai. Ia jatuh berlutut. Matanya berkaca-kaca. Ia mempertanyakan istrinya yang sampai berbuat seperti ini.
Nayla tak tahu harus menjawab apa. Sebagian dari lubuk hati terdalamnya merasa menyesal. Namun rasa lelah mengalahkan semuanya.
Miftah menangis. Air matanya jatuh. Rasanya, hatinya sudah hancur, melihat istrinya diperlakukan selayaknya pelacur. Hatinya semakin patah setelah melihat tetesan sperma yang mengalir dari vagina istrinya. Miftah menggelengkan kepala. Tak cukup di wajah, bahkan vagina istrinya juga menjadi tempat pembuangan sperma.
Ditengah tangisan Miftah yang semakin deras, diam-diam dari balik jendela kamar mereka, terdapat seorang pria tua berkulit gelap dengan tubuh yang begitu kekar tengah memeriksa keadaan. Wajahnya melihat ke arah depan rumah tuk mengawasi para pria-pria tua yang keluar berbarengan. Ia pun kembali menghadap ke depan untuk melihat keadaan di dalam kamar. Terlihat Miftah menangis meratapi nasib istrinya saat ini. Sedangkan Nayla, matanya masih memejam. Nayla terlihat kelelahan. Ia jadi iba pada akhwat yang sudah pernah ia gagahi sebanyak dua kali itu.
Maafkan saya karena sudah melaporkan ini ke suami mbak, andai saya lebih cepat lagi, mungkin mbak gak perlu dinodai oleh gelandangan tua itu atau bahkan pria-pria tua yang lainnya... Hah sial, saya terlambat... Mungkin, cara ini memang agak kejam... Tapi tolong pahami lah... Saya melakukannya demi kebaikan mbak... Saya gak mau ngeliat mbak semakin jatuh ke dalam jurang kemaksiatan lagi ujar pria tua yang masih memegangi sapu itu.
BERSAMBUNG
;;;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 29
TAKDIR NAYLA
'BEBERAPA MENIT SEBELUMNYA
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Apa kabarnya yah mereka ? Sudah beberapa hari ini saya tidak mendapatkan kabar lagi tentang mereka ? Apa mereka baik-baik aja ?” Lirih seorang pria tua kekar yang sedang berjalan sambil memikirkan dua akhwat bercadar yang dikenalnya.
Beberapa hari telah berlalu semenjak persetubuhan terakhirnya dengan Putri diketahui oleh Andri. Beberapa hari telah berlalu semenjak persetubuhan terakhirnya dengan Nayla yang berakhir tidak bahagia. Kedua persetubuhannya itu diakhiri dengan kegagalan. Mereka berdua benar-benar kesal, sehingga ia sendiri tidak bisa lagi menghubungi kedua akhwat yang pernah ditidurinya itu.
“Hmm salah yah, kalau saya pernah mengenal mereka ? Kayaknya iya deh… Andai saya tidak mengenal mereka, mungkin mereka berdua sekarang sedang baik-baik aja… Atau malah sama aja ?” Lirihnya kebingungan.
“Hmmm kayaknya bakal sama aja deh, toh orang yang telah merusak kedua akhwat bercadar itu bukan saya, melainkan si gendut kurang ajar itu !” Ujarnya merujuk pada pak Urip yang telah menodai kedua akhwat bercadar itu untuk pertama kali.
“Sebenarnya, apa sih peran saya di dunia ini ? Apa sih sebenarnya takdir saya ? Pasti ada alasan kenapa tuhan mengenalkan saya kepada mereka berdua ?” lirihnya sambil merenung.
Hari sudah semakin siang. Terik semakin menerjang yang membuat tubuh hitamnya basah keringetan.
Ia pun mengingat hari-hari pertamanya saat mengenal Putri. Ia dengan marah melihat Putri yang tak berdaya setelah diperawani pak Urip. Ia yang sebenarnya ditugaskan untuk menjaganya, diam-diam malah menarik perhatian Putri. Putri terpana saat melihat pak Beni dengan sekuat tenaganya berusaha menahan hawa nafsu padahal pria tua itu memiliki kesempatan untuk menodai tubuhnya seperti apa yang sudah pak Urip lakukan. Itulah alasan yang membuat Putri menyukainya, dulu. Itulah alasan yang membuat Putri pelan-pelan melupakan cintanya pada Andri. Itulah alasan yang membuat Putri pelan-pelan melabuhkan perasaannya pada pak Beni.
Ia lalu teringat persetubuhan terakhirnya bersama Nayla. Akhwat cantik yang sangat ia cintai itu begitu kesal ketika dirinya dengan tegas mengatur-ngatur kehidupannya yang ingin menikmati sex bebas bersama pria-pria tua. Ia tak paham, bagaimana bisa akhwat cantik yang dulu sangat polos itu sampai memiliki keinginan yang begitu rusak seperti itu.
Ia geleng-geleng kepala. Seketika ia teringat pada pembantu Nayla yang begitu bejat yang pasti telah merubah akhwat cantik itu jadi seperti ini.
“Kurang ajar pak Urip ! Dasar bajingan ! Berani sekali dia merubah mbak Nayla jadi rusak seperti ini ! Ngomong-ngomong kapan yah pestanya dilaksanakan ! Saya harus mencegahnya… Saya gak akan ngebiarin akhwat secantik dia dinikmati oleh pria-pria tua !” Ujarnya dengan kesal.
Seketika ia menepuk telapak tangannya saat menyadari sesuatu.
“Sepertinya ini takdir saya… Ini peran saya di kehidupan yang amat kejam ini… Saya harus menyelamatkannya… Saya harus menghentikan keinginan liar mbak Nayla agar dirinya tidak menjadi lebih rusak lagi daripada ini !” Ujar pria tua kekar itu dengan sangat yakin.
Tak lama kemudian, ia sudah hampir tiba di rumahnya sendiri. Saat ia hendak melewati rumah akhwat bercadar itu, ia merasakan ada sesuatu yang aneh ketika melihat banyaknya kendaraan yang terparkir dihalaman rumah bidadari cantik itu. Seketika ia teringat sesuatu, ia teringat akan undangan yang pernah Nayla berikan padanya waktu itu.
“Jangan-jangan !” Ujarnya yang langsung menggeletakkan sapu dan cikraknya lalu berlari secara diam-diam menuju depan pintu rumah Nayla yang agak sedikit terbuka.
Secara diam-diam ia mencoba melihat keadaan di dalam. Sesuatu yang mengejutkannya terjadi, selama ia berjalan mendekati rumahnya, ia mendengar suara yang membuat bulu kuduknya nyaris merinding.
Sontak matanya melebar. Perasaannya tidak enak. Ia mencoba melihat keadaan di dalam.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmat sekali memekmu ini… Ouhhh gak nyangka saya bisa dapet kesempatan ini lagi !” desah seorang pria berkulit hitam dengan tubuh yang sangat kekar yang sedang menyodok-nyodok rahim Nayla dari belakang.
“Siapa dia ?” tanya pak Beni yang melihat Nayla tengah menungging sambil menatap ke belakang menuju wajah pria tua kekar itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Iyaahh paakkk… Mmpphhh… Saya juga gak nyangka… Tolong percepat paakk… Yang kuat… Aku butuh tusukan bapak yang bisa bikin aku teriak-teriak, pak !” desah Nayla yang terlihat menikmati sehingga mengejutkan pak Beni.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Yang seperti ini maksudmu, mbak !” Desah pria tua kekar itu dengan beringas.
“Aaahhhh iyaahhh… Iyaahhh… seperti ituu… Aaahhhhh” Jerit Nayla dengan keras.
“Aaaahhhh gilaaa… Aahhhh mantep bangett… Aahh yaahh… Aahhhh… Aaaaahhhh” seketika pria tua kekar itu mencabut penisnya lalu mengoperkannya kepada seorang pria yang mengenakan seragam satpam dengan penampilan yang terlihat sangat tua.
“Hohohoho… Siap-siap yah mbaakk… Aaaaahhhhh” jerit satpam tua itu sambil memejam.
“Mmppphhh paaakkk” desah Nayla yang semakin menikmati perzinahannya.
“Mbak Nayla ?” Lirih Pak Beni dengan begitu tidak percaya.
Panik ? Jelas. Pak Beni begitu panik menyadari pesta yang direncanakan oleh Nayla ternyata terjadi di hari ini. Bahkan sudah dimulai. Ia jelas kebingungan harus melakukan apa. Haruskah ia masuk lalu menghentikannya secara tiba-tiba ? Yang ada mungkin dirinya akan digebuki oleh pria-pria yang sudah dipenuhi hawa nafsu itu.
Pak Beni berfikir. Ia terus saja mondar-mandir. Otaknya bekerja keras untuk mencari cara agar bisa menghentikan kegilaan Nayla.
“Suaminya ! Ya suaminya… Tidak ada cara lain lagi… Hanya itu satu-satunya cara untuk menghentikan kegilaannya !” Ujar pak Beni sambil membuka hapenya lalu mencoba mencari kontak di hapenya.
“Sial, saya gak punya !” lirihnya dengan kesal. “Ke kantornya ? Mungkin itu satu-satunya cara !” lanjut pak Beni yang tak terpikirkan ide lain.
Ia lalu merekam persetubuhan Nayla secara diam-diam. Setelah mendapatkan cukup bukti, ia bergegas berlari menuju jalanan depan untuk mencari kendaraan yang bisa ia naiki menuju kantor suami akhwat bercadar itu.
“Ayo dong apa aja… Angkot kek, ojek kek ! Duhhh kok gak ada yang lewat sih ?” Kesal, pak Beni akhirnya memutuskan berlari sampai dirinya menemukan kendaraan yang bisa ia naiki.
Tak peduli dengan panasnya terik yang menerjang. Tak peduli dengan keringat yang terus mengucur dengan deras. Kecintaannya pada Nayla mendorongnya untuk menghentikan kegilaannya. Ia berlari sekuat tenaga. Orang-orang yang melihatnya mungkin mengira pak Beni sudah gila. Apa yang dipikirkannya saat berlari sendirian di tengah terik yang membakar kulitnya ?
Tapi pak Beni tak peduli. Ia berlari nyaris hampir satu kilometer menuju jalan raya dimana banyak kendaraan yang lewat.
“Hah… Hah… Hah… Capek banget” Ujarnya sambil menundukkan tubuhnya dikala tangannya memegangi kedua lututnya. Lengan kanannya ia angkat untuk mengusapi dahinya. Ia benar-benar kelelahan. Ia lalu kembali berdiri tegak untuk mencari kendaraan.
“Ojek-ojek !” Ujar pak Beni saat melihat seorang ojek lewat.
“Mau ngojek pak ? Mau kemana ?” Tanya tukang ojek itu.
“Tolong ke kantor ini pak… Yang cepat yah !” Kata pak Beni yang terlihat terburu-buru.
“Oh siap pak… Buru-buru yah ? Tolong pegangan yang kuat yah !” Kata tukang ojek itu yang langsung tancap gas.
Motor melaju. Motor bebek itu berulang kali menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya. Ketika lampu lalu lintas nyaris berwarna merah, motor itu dengan cepat melaju hingga berhasil melewatinya sebelum lampu itu berubah menjadi warna merah.
Pak Beni terlihat gelisah. Meski yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu sampai dirinya tiba di depan kantornya Miftah. Setengah jam waktu yang sudah berlalu membuatnya kepikiran kalau Nayla pasti sudah diapa-apakan lagi oleh pria-pria tua itu.
Akhirnya mereka tiba di depan kantor dimana Miftah bekerja.
“Ini pak sudah sampai, semuanya jadi . . . . Eh mau kemana pak ? Bayar dulu !” Teriak tukang ojek itu saat pak Beni langsung berlari menuju kantor tanpa membayar tarif ojeknya terlebih dahulu.
Tapi pak Beni tidak ada waktu. Saat dirinya hampir memasuki kantor. Seorang satpam yang menjaga berhasil mencegatnya.
“Ehh eehhh mau kemana ?” Ujar satpam yang mencegatnya.
“Maaf pak saya tidak ada waktu…Saya harus menemuinya… Saya tidak ada waktu lagi paakk” Ujar pak Beni sambil memasang wajah putus asa.
“Bentar-bentar… Memangnya ada apa ? Bapak sendiri siapa ? Bapak gak bisa keluar masuk seenaknya di kantor ini… Semua ada protokolnya pak !” Ujar satpam itu yang kekeh menahannya.
“Ehh bayar dulu pak ! Enak aja bapak asal pergi… Bapak kira saya apaan ? Nah tahan terus pak bapak ini… Dia seenaknya naik ojek saya tapi gak mau bayar !” Kata tukang ojek itu yang berhasil mengejar.
“Maaf pak saya tidak ada waktu… Saya pasti akan membayarnya saat saya tiba di rumah… Pak Satpam… Tolong hubungi pak Miftah sekarang… Bilang kalau ini penting… Bilang kalau ini soal mbak Nayla, istrinya !” Ujar pak Beni kepada tukang ojek serta pak satpam yang ada didepannya.
Pak satpam yang melihat adanya kesungguhan di wajah pak Beni akhirnya menghubungi resepsionis yang berada di dalam. Setelah menghubunginya, ia kembali ke teras depan untuk mengabarkan ke pak Beni.
“Hanya ini yang bisa saya lakukan… Selebihnya, yang bisa bapak lakukan sekarang cuma menunggu” Kata pak satpam kepada pak Beni.
Untungnya, setelah hampir setengah jam mereka menunggu. Seorang pria tampan yang mengenakan setelan jas pun turun untuk menemui tukang sapu itu. Melihat wajahnya yang tidak asing membuat Miftah sampai terkejut saat melihat tetangganya itu ada di teras kantornya.
“Pak Beni ? Ada apa ? Kenapa bapak ada disini ? Ada apa dengan istri saya ?” Miftah dengan penasaran langsung memberondongi pak Beni dengan berbagai pertanyaan.
“Kita tidak ada waktu lagi pak… Ini penting !” Ujar pak Beni yang membuat Miftah semakin penasaran.
“Ada apa memangnya ?” Miftah yang melihat keseriusan pak Beni membuat perasaannya menjadi tidak enak. Apalagi saat tukang sapu itu tiba-tiba menyerahkan hapenya untuk ditujukan kepadanya.
Sontak mata Miftah melebar. Sesuatu yang tak ia duga-duga terlihat didepan matanya. Setengah percaya. Setengah tidak percaya. Karena panik, ia pun bertanya pada tukang sapu itu.
“Kapan ini ? Apa yang sebenarnya terjadi pak !” Tanya Miftah terkejut.
“Mari ke rumah… Kita tidak ada waktu… Biar saya jelaskan di jalan” ujar pak Beni dengan terburu-buru.
“Yaudah ayo ikut saya… Kebetulan kunci mobil ada di saku saya !” Ujar Miftah mengajak pak Beni untuk numpang di mobilnya.
“Ehh ehh mau kemana ? Ojek saya bayar dulu dong !” Kata tukang ojek itu protes.
“Bapak kesini naik ojek yah ? Pak tolong bayarin pake kartu perusahaan yah” Tanya Miftah kepada pak Beni lalu meminta satpamnya untuk membayarkannya.
Miftah dan pak Beni pun lekas menuju tempat parkir. Setelah mereka berdua menaiki mobil, Miftah dengan segera menginjak pedal gasnya untuk pulang menuju rumahnya.
“Jadi apa yang sebenarnya terjadi pak ? Kenapa istri saya sampai diperkosa oleh orang ini ?” Tanya Miftah tidak percaya.
“Itu bukan pemerkosaan pak ! Kalau bapak dengar suara yang mbak Nayla ucapkan, pasti bapak akan paham” Ucap pak Beni sambil menyetel ulang rekaman videonya kali ini dengan membesarkan volumenya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Iyaahh paakkk… Mmpphhh… Saya juga gak nyangka… Tolong percepat paakk… Yang kuat… Aku butuh tusukan bapak yang bisa bikin aku teriak-teriak, pak !”
“Suara itu ? Itu suaranya dek Nayla !” Ujar Miftah mengenali. “Jadi apa ini ? Apa maksud semua ini pak ?” tanya Miftah yang nyaris menangis menyadari kenyataan yang terjadi.
“Harus darimana yah saya mulainya, sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu, mbak Nayla pernah mengunjungi rumah saya… Dalam kunjungannya, mbak Nayla berkata kalau dirinya ingin mengundang saya ke sebuah pesta sex yang ingin dibuatnya” Kata pak Beni yang mengejutkan Miftah.
“Pesta sex ?” Tanya Miftah yang sambil fokus menyetir mobilnya.
“Ya, bukan cuma itu… Katanya saya bersama sepuluh pria-pria tua yang lain akan berkesempatan untuk menyetubuhinya secara bergantian… Saya menolaknya, tapi saya gak nyangka kalau pesta itu benar-benar terjadi pak” Ujar pak Beni menceritakan semuanya yang membuat Miftah tidak menyangkanya.
“Apa benar itu yang terjadi pak ? Gak mungkin istri saya mau melakukan hal seperti itu pak ! Istri saya gak mungkin mengadakan pesta sex seperti itu pak !” Ujar Miftah yang sangat kesal.
“Saya kira juga begitu pak… Tapi seperti yang bapak lihat sendiri… Itu benar-benar terjadi kan ? Kita harus cepat pak… Kita harus menghentikannya sebelum terlambat !” Ujar pak Beni yang membuat Miftah mengangguk pelan.
Miftah pun tidak bertanya lagi. Ia dengan fokus mempecepat laju mobilnya agar bisa segera sampai di depan rumahnya. Ditengah laju mobil yang tergolong cepat. Tiba-tiba pak Beni mengucapkan sesuatu.
“Pak, kalau misal mbak Nayla nanya, tolong jangan beritahu mbak Nayla darimana bapak mendapatkan info ini yah ?” pinta pak Beni yang khawatir.
“Tenang pak… Saya janji gak akan bilang…” jawab Miftah yang terlihat khawatir.
Hampir 20 menit mereka berkendara, Miftah akhirnya tiba di halaman rumahnya. Sesuai dugaan, banyak kendaraan asing yang terparkir di rumahnya. Ia pun buru-buru memasuki rumahnya setelah mendengar suara desahan demi desahan yang semakin keras.
Sementara itu, pak Beni yang baru saja keluar dari mobil langsung melihat sekitar. Kendaraan yang semakin ramai jelas menarik perhatian orang-orang. Ia diam-diam berjalan menyusuri jalan kecil yang ada di samping rumah Nayla untuk melihat keadaan di dalam secara sembunyi-sembunyi. Ia pun menuju jendela yang ada di kamar rumah Nayla agar dapat melihat langsung keadaan di dalam.
Miftah yang gelisah buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Suara desahan yang semakin kencang membuat hatinya berdebar mengkhwatirkan keadaan istrinya. Langkah kakinya ia percepat. Tanpa menunggu lama, ia dengan segera memasuki kamar tidurnya.
“Apa apaan ini ?” lirihnya saat melihat istrinya yang sedang menungging tengah disodok dari belakang dengan gaya anjing kawin.
Ia melihat keadaan sekitar. Banyak sekali pria-pria tua yang sudah menanggalkan tubuhnya. Tubuh mereka tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Penis-penis mereka yang sudah melemas menandakan kalau mereka sudah berhasil melampiaskan nafsu seksualnya pada istri cantiknya.
“Aaaahhhhhhhh yaahhhh mbaaakkk… Sayaaaaa kellluuaaarrrrr !!!” Terdengar pria tua berpakaian lusuh itu menjerit keras saat menikmati kelezatan lubang sempit Nayla yang sudah bertelanjang bulat tanpa adanya satu helai pakaian sama sekali.
“Akuu juga paakkk… Aaahhh enakk bangeett… Aahhh terusss… Aaahhhh kelluuaaaarrrr !!” Jerit Nayla tak lama kemudian.
Mendengar jeritan istrinya yang tampak menikmati persetubuhan, ia dengan segera meneriaki istrinya yang membuat akhwat cantik yang sudah telanjang bulat itu menyadari kehadirannya.
“Deeekkkk !!!” Teriak Miftah sekeras-kerasnya.
Sontak hal itu membuat mata Nayla terbuka. Tidak hanya Nayla, orang-orang yang berada di ruangan itu pun terkejut. Bahkan pak Urip yang sudah bertelanjang bulat sambil memegangi 'handycam'-nya terkejut melihat majikannya berada tepat dihadapan matanya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
“Apa-apaan ini, dek ?” ucap Miftah sekali lagi.
“Pak Miftah !” Ujar pak Urip.
“Mas Miftah ? Uuuuhhhhhhhhhhhh”
'Cccrrroottt... Crrrottt... Ccrroott...'
Baru saja Nayla menyadari kehadiran suaminya. Gelombang orgasme lebih dulu datang menyerangnya. Nayla pun mengerang keenakan. Matanya merem melek dengan cepat. Tubuhnya tersentak-sentak. Terlihat jelas wajah Nayla yang keenakan setelah mendapatkan orgasme dari pria tua lusuh yang terlihat seperti gelandangan itu di belakangnya.
Tepat setelah itu, tangan pria tua berpakaian lusuh yang baru saja menyetubuhi akhwat cantik yang sudah telanjang bulat itu melepaskan pegangannya, Nayla pun ambruk dalam posisi menungging dengan kepala yang menempel pada ranjang sedangkan bokongnya masih terangkat tepat dihadapan gelandangan tua tersebut.
“Aaahhhh puasnyaaa… Buwahahah… Nikmat banget pak, lontenya !” Ujar gelandangan itu yang belum menyadari situasi. Ia bahkan masih sempat mengelusi punggung mulus Nayla lalu meremasi payudaranya yang menggantung bebas sebelum memberikan kenang-kenangan berupa bekas memerah di leher jenjangnya.
“Lonte ? Lonte katamu ? Kamu menyebut istri saya LONTE ?!” Kata pak Miftah yang mengejutkan gelandangan tua itu.
“APA MAKSUD SEMUA INI ? APA YANG KALIAN LAKUKAN DI RUMAH SAYA !” Teriak Miftah yang membuat seluruh tamu undangan ketakutan. Matanya melotot saat melihat satu persatu tamu asing yang berada di rumahnya. Mereka semua jadi terdiam. Mereka tak bisa berkata-kata lagi setelah ketahuan.
“Kalian semua keluar ! KALIAN SEMUA KELUAAR !” Teriak Miftah dengan suara yang menggelegar.
Satu persatu dari mereka terpaksa keluar. Mereka mulai memunguti pakaian mereka termasuk pak Urip dan juga gelandangan tua yang baru saja menyetubuhi istrinya.
'Ploppp !'
Penis berbau busuk dari pria lusuh itu terlepas dari lubang kenikmatan Nayla. Tepat setelah itu, spermanya dengan deras tumpah membasahi ranjang tidur milik akhwat yang sudah bertelanjang bulat itu. Gelandangan tua yang terlalu gemas itu sampai menampar bokong mulus Nayla sekali lagi sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan akhwat yang sudah tak berdaya itu.
'Plaaaakkk !'
Aaahhhh pak jerit Nayla dengan manja.
Nayla lalu terdiam tak bisa berkata-kata. Tubuhnya sudah sangat lemah. Miftah yang melihatnya jadi campur aduk. Kesal, marah, tidak percaya. Bagaimana bisa istrinya yang cantik jelita, yang selalu menutupi sebagian wajahnya dengan cadar diperkosa oleh banyak pria-pria tua ?
Diperkosa ? Sepertinya tidak, seperti apa yang baru dilihatnya. Miftah sangat yakin kalau istrinya itu tidak diperkosa karena tadi wajah istrinya terlihat sangat menikmati sodokan-sodokan mereka.
“Deekkk… Apa maksud semua ini deekk ? Kenapa adek jadi… 'Astaghfirullah'… 'Istighfar' dek !”
Miftah ambruk ke lantai. Ia jatuh berlutut. Matanya berkaca-kaca. Ia mempertanyakan istrinya yang sampai berbuat seperti ini.
Nayla tak tahu harus menjawab apa. Sebagian dari lubuk hati terdalamnya merasa menyesal. Namun rasa lelah mengalahkan semuanya.
Miftah menangis. Air matanya jatuh. Rasanya, hatinya sudah hancur, melihat istrinya diperlakukan selayaknya pelacur. Hatinya semakin patah setelah melihat tetesan sperma yang mengalir dari vagina istrinya. Miftah menggelengkan kepala. Tak cukup di wajah, bahkan vagina istrinya juga menjadi tempat pembuangan sperma.
“Deeekkkkk” Jerit Miftah yang menangis histeris.
Air mata mengalir ketika Miftah mengingat perjalanan cintanya bersama sang istri. Tatapan malu-malu yang istrinya tunjukkan kala itu. Hal itu lah yang membuatnya memutuskan untuk menikahinya. Ia sangat yakin kalau dirinya sudah memilih wanita yang tepat. Wanita baik-baik yang akan selalu patuh pada setiap perkataan & perbuatan.
Akan tetapi, tahun berlalu. Kenapa tiba-tiba ia menemukan istrinya menjadi seperti ini ? Istrinya sudah bertelanjang bulat, dikelilingi oleh pria-pria tua yang juga sudah bertelanjang bulat. Terdapat pak Dikin dibelakang yang sedang asyik menyodok. Bahkan gelandangan tua yang sudah sangat dikenal oleh seluruh kompleks itu sampai menyebut istrinya sebagai lonte. Miftah jelas marah. Emosinya meledak-ledak. Rasa kecewanya meluap-luap. Namun ia mencoba menahan semuanya hingga mengakibatkan air matanya jatuh membasahi wajah tampannya.
Suami dari akhwat cantik itu masih menunduk mengingat kenangan indah yang sudah ia jalani bersama sang istri. Ia kebingungan. Ia bingung memikirkan dimana letak kesalahannya. Dimana titik yang membuat istrinya menjadi seperti ini ? Apa penyebabnya ? Ia tak tahu. Otaknya buntu. Ia tak bisa memikirkan apa-apa lagi saat itu.
“Kenapa ? Kenapa kamu sampai kayak gini dek ? Mas tahu, ini bukan sekedar pemerkosaan aja, iya kan ? Tapi kamu yang ngerencanain semua ini kan ?” tanya Miftah terbata-bata.
MEH7IA2
https://thumbs4.imagebam.com/0b/f5/bd/MEH7IA2_t.jpeg 0b/f5/bd/MEH7IA2_t.jpeg
'NAYLA
Nayla yang perlahan mulai mendapatkan energinya kembali mulai bangkit ke posisi duduk berlutut. Tubuhnya polos dengan sperma yang membalut wajah cantiknya. Wanita cantik itu lekas mengambil hijabnya lalu mengelap sisa noda sperma yang ada di wajahnya. Setelah itu, ia menggunakan hijab tipisnya untuk menutupi dada indahnya. Meski ia menyesali perbuatannya setelah mengkhianati cinta suaminya, ia sadar kalau dirinya sampai seperti ini juga bukan karena kesalahannya seorang diri.
“Kenapa mas ? Bukannya mas tahu sendiri jawabannya ?” Jawab Nayla yang membuat Miftah tersentak.
“Apa ? Apa maksudnya dek ? Kenapa mas harusnya tahu ?” Tanya Miftah kebingungan.
“Gak ada api kalau gak ada percikannya mas… Gak ada perkelahian kalau gak ada masalah yang memicunya, mas… Sama kayak permisalan itu, adek kayak gini juga bukan karena tanpa sebab mas… Semua juga karena mas… Karena mas yang gak pernah sanggup memuasi nafsu adek” kata Nayla sambil berkaca-kaca.
“Karena hal seperti itu ? Bukannya kita selalu menikmati persetubuhan kita, dek ? Bukannnya adek sendiri yang bilang kalau adek selalu puas setiap kali kita bercinta, dek ? Kenapa tiba-tiba adek bilang kalau adek gak pernah puas tiap kali kita berhubungan badan?” tanya Miftah kebingungan.
“Maaf kalau adek harus mengatakan hal ini mas… Tapi mas itu terlalu naif… Harusnya mas sadar kalau mas itu gak pernah sanggup memuasi nafsu adek… Bahkan sejak pertama kali kita menikah dulu” jawab Nayla yang membuat hati Miftah terasa sakit.
“Terus kenapa adek berbohong ? Kalau mas tahu dari dulu… Mas pasti akan berusaha untuk memperbaikinya sehingga kejadian seperti ini gak perlu terjadi dek !?” Ujar Miftah dengan nada agak meninggi.
“Emangnya mas kira bilang kayak gitu gampang bagi seorang istri, mas ? Aku gak mau ngeliat mas sedih atau kecewa karena mendengar keluhanku tentang mas yang gak bisa memuasiku ! Aku selama ini menanggung semua itu seorang diri mas… Harusnya kalau mas peka, mas pasti bisa ngeliat semua itu dari sikap & perbuatanku, mas ! Tapi kenapa mas malah seenaknya langsung tidur, tiap kali mas puas setelah menikmati tubuh adek ? Apa mas gak peka ? Atau jangan-jangan selama ini mas gak peduli selama mas bisa puas sendiri ?” tanya Nayla yang membuat Miftah tersentak diam.
Ditengah tangisannya yang semakin deras. Akhwat cantik yang sudah ternoda itu kembali berbicara.
“Ditambah lagi, tau gak ? Kalau selama ini, dibelakang mas, pak Urip selalu memerkosa adek dengan beringas ?” tanya Nayla yang membuat mata Miftah membelalak kaget.
“Pak Urip ? Memperkosa adek ? Sejak kapan ?” jawab Miftah tak percaya.
“Tuh kan… Apa mas gak tau, betapa tersiksanya adek sewaktu dulu pas awal-awal pak Urip terus memperkosa adek ? Hampir tiap hari mas… Hampir tiap hari ketika adek bertemu pak Urip, ada rasa trauma yang membuat adek ketakutan… Adek sampai nangis terus mas ! Adek terus mikirin mas bagaimana kalau mas tahu, andai pembantu yang udah mas percayai itu diam-diam memperkosa adek ? Adek gak sanggup bilang, selain karena takut membuat mas sedih & kecewa… Pak Urip juga punya rekaman video yang mungkin bakal disebar kalau adek ngelaporin semuanya ke orang lain” Ujar Nayla yang semakin menangis kejer. Wajahnya menunduk. Kedua tangannya menutupi wajahnya untuk menyembunyikan air matanya.
“Deekkk… Benarkah semua itu ?” tanya Miftah yang mulai berempati pada keadaan istrinya saat itu.
“Tapi tau gak mas apa yang lucu setelah itu ?” tanya Nayla sekali lagi. Ia mencoba menahan air matanya. Ia kemudian menatap suaminya dengan tatapan kecewa.
“Lucu ? Maksudnya ?” Tanya Miftah tak percaya.
“Lama-lama, rasa trauma yang selalu menghantui adek itu, perlahan menghilang tiap kali pembantu mas itu selalu berhasil memuasi nafsu adek !” Kata Nayla yang semakin mengejutkan suaminya.
“Hah… Kok bisa ?” Tanya Miftah terkejut saat mendengarnya.
“Entahlah… Adek juga bingung… Tapi, tau gak mas ? Secara gak sadar, tiap kali pemerkosaan yang pak Urip lakukan ke adek, perlahan-lahan mulai mengubah orientasi seksual adek… Adek gak pernah bisa puas selama bukan pria-pria tua yang menyetubuhi adek, mas… Adek sampai ke psikolog mas… Adek sampai nanya ke psikiater, mas… Adek sampai mengidap 'gerontophilia,' mas ! Nafsu adek gak bakal terpuaskan kalau belum disetubuhi sama pria-pria tua, mas !” teriak Nayla dengan jujur untuk melegakan rasa sesak yang terkurung di dadanya selama ini.
Miftah tersentak. Rasa amarah yang tadi melanda berubah menjadi rasa sedih karena sudah membiarkan istrinya menjadi seperti ini. Ia merasa gagal sudah menjadi seorang suami. Yang ia pikirkan hanyalah pekerjaan, yang ia pikirkan hanyalah untuk memenuhi nafkah lahiriah saja. Ia sampai lupa kalau dirinya belum cukup memberikan nafkah batin kepada istrinya.
Seketika ia mencium aroma kuat yang begitu menyengat. Aroma yang membuatnya teringat akan waktu itu, dimana aroma kuat itu memenuhi ruangan kamarnya.
“Aroma ini ? Bau ini ?” Lirih Miftah sambil mengendus-ngenduskan hidungnya.
“YA… Itu aroma pak Dikin, mas… Itu bau badannya… Ini bukan kali pertama adek disetubuhinya… Ini kali kedua, mungkin malah yang ketiga secara keseluruhan” kata Nayla yang membuat Miftah semakin lemas.
Miftah mulai menyadari kalau apa yang membuat istrinya menjadi seperti ini bukan karena kesalahannya seorang diri. Tapi dirinya juga salah. Dirinya juga patut disalahkan karena kurang memberikan perhatian pada istrinya. Bahkan ketika aroma menyengat itu tercium di masa lalu, bukannya mencurigai istrinya lalu menghentikannya. Ia malah acuh mengabaikan seolah istrinya tak pernah berbuat kesalahan. Ia yang mengira istrinya terlalu polos. Akhirnya harus membayar mahal karena kelengahannya.
Nayla masih saja menangis. Sambil berlutut diatas ranjang tidurnya. Tangannya berulang kali menyeka air matanya. Wajahnya menunduk. Ia mencoba membuang beban yang mengganjal didadanya dengan tangisan keras yang membuatnya sampai terisak-isak.
Miftah yang melihatnya jadi tidak tega. Meski ia masih kecewa. Ia pun beranjak berdiri lalu mendekati posisi duduk sang istri. Ia duduk di tepi ranjangnya. Tangan kanannya pun memeluk tubuh sang istri. Nayla yang menangis menjatuhkan kepalanya pada bahu sang suami. Mereka berdua menangis. Kekecewaan dan kesedihan terus mengiringi air mata mereka yang terus mengalir.
“Maafin mas yah dek… Maaf karena mas kurang perhatian… Maaf karena mas kurang peka dengan situasi yang udah adek alami… Andai mas daridulu lebih peka… Mungkin adek gak perlu mengalami situasi seperti ini” Kata Miftah sambil memeluk tubuh sang istri.
“Adek juga salah mas… Maaf… Adek gak sanggup menahan diri… Adek kayak gini juga bukan karena ingin menduakan atau mentigakan mas… Tapi karena adek mau ngeluapin nafsu adek yang gak sanggup adek tahan, mas” ujar Nayla menyesali perbuatannya.
“Udah gapapa dek… Mas paham… Udah jangan nangis lagi… Mas berjanji akan menghentikan deritamu saat ini” Ujar Miftah terus menghiburnya.
Namun air mata Nayla terus menangis. Ia yang merasa kalau ini adalah momen yang pas tiba-tiba ingin mengatakan sesuatu.
“Mas… Adek boleh jujur ?” Tanya Nayla ditengah isak tangisnya.
“Apa dek ? Kenapa ?” Tanya Miftah sambil membelai kepala mungil istrinya.
“Adek tahu, mungkin ini bakal terdengar berat… Tapi adek tetep ingin cerita, supaya adek bisa lebih plong lagi mas… Boleh ?” tanya Nayla dengan berat hati.
“Hmm apaan dek ?” Tanya Miftah setelah menyiapkan semuanya.
“Sebenarnya salama kita menikah, bukan cuma pak Urip yang udah menyetubuhi adek, mas… Pria-pria tua yang tadi mas lihat, mereka juga bukan pertama kali menyetubuhi adek mas… Sebelumnya, jauh-jauh hari, adek pernah bercinta dengan mereka semua mas” ucap Nayla mengejutkan Miftah.
Nayla kemudian membocorkan siapa saja yang pernah menyetubuhinya. Setiap nama yang Miftah dengar membuat hatinya jadi semakin sakit. Tidak hanya satu, dua, tiga atau empat. Tapi lebih dari sepuluh nama sudah ia dengar dan itu membuat hatinya jadi semakin sakit.
Meski ia tahu kalau ini bukan hanya karena kesalahan istrinya. Tapi bercinta dengan sepuluh lebih laki-laki yang berbeda itu benar-benar keterlaluan. Miftah gak sanggup mendengarnya. Ia pun meminta istrinya untuk berhenti bercerita.
“Sudah dek… Mas gak kuat… Tolong jangan dilanjut lagi !” Kata Miftah sambil menatap kosong ke arah depan.
“Maaf mas… Bukan bermaksud… Tapi ini buat ngeplongin beban hati adek mas” jawab Nayla merasa tidak enak.
Mereka berdua pun hanya berpelukan setelah itu. Tidak ada kata yang terucap. Jemari lembut Miftah berulang kali hanya mengusap-ngusap punggung mulus istrinya. Miftah kecewa. Kepalanya menggeleng-geleng tak percaya.
'Aku gak nyangka, selama ini istriku sudah disetubuhi oleh banyak laki-laki tua… Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Jujur aku gak terima istriku jadi seperti ini ? Aku mungkin gak akan sanggup untuk tinggal bersamanya lagi… Hmmm, haruskah aku menceraikannya ? Atau justru mempertahankannya ?'
Batin Miftah dalam hati.
Maafkan saya karena sudah melaporkan ini ke suami mbak, andai saya lebih cepat lagi, mungkin mbak gak perlu dinodai oleh gelandangan tua itu atau bahkan pria-pria tua yang lainnya... Hah sial, saya terlambat... Mungkin, cara ini memang agak kejam... Tapi tolong pahami lah... Saya melakukannya demi kebaikan mbak... Saya gak mau ngeliat mbak semakin jatuh ke dalam jurang kemaksiatan lagi ujar pak Beni yang terus mengamati dari jendela luar kamar Nayla.
*-*-*-*
Keesokan harinya, di pagi hari.
Hari berlalu seperti biasa. Nayla sedang memasak sarapan untuk sang suami. Namun sejak kejadian kemarin, dirinya masih belum mendengar satu patah katapun dari mulut sang suami. Nayla merasa tertekan. Cobaannya semakin berat. Ia tahu kalau semua kejadian ini diakibatkan karena kesalahannya. Tapi dengan semua keheningan ini. Ia merasa tak sanggup. Rasanya, ia ingin bermanja-manjaan lagi bersama sang suami seperti diawal pernikahannya dulu. Ia ingin melakukannya lagi untuk menebus kesalahannya selama ini. Bisa kah ? Apa itu cukup ?
'Kayaknya enggak deh !'
Lirih Nayla sambil melenguh pelan.
'Aku harus gimana yah untuk menebus dosaku ?'
Lirihnya kebingungan.
Nayla merasa penat. Kepalanya pusing. Ia membutuhkan angin segar untuk merefreshkan pikirannya kembali.
“Hmmm mas, adek mau beli wortel dulu yah di pasar… Wortelnya di kulkas udah abis” kata Nayla.
“Hmm yaudah” jawab Miftah dengan dingin.
Mendengar jawaban suaminya yang dingin membuat Nayla jadi semakin menyesali perbuatannya kemarin. Ia pun heran sendiri, kenapa bisa dirinya sampai kepikiran untuk melakukan perbuatan sebejat itu. Nayla melenguh pelan. Ia pun melepas celemek yang ada di pinggangnya. Ia dengan segera berjalan menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya agar lebih sopan saat berbelanja di pasar.
Namun, baru beberapa langkah ia berjalan. Tiba-tiba ia memegangi perutnya saat merasakan ada sesuatu yang aneh disana.
“Uhhuukk… Uhhuukkk” Nayla terbatuk-batuk lalu jatuh berlutut di lantai.
Mendengar suara batuk istrinya. Miftah lekas datang menghampiri untuk menanyakan keadaan istri tercintanya.
“Dekk kenapa ? Perutnya kenapa ?” Tanya Miftah saat melihat tangan istrinya selalu memegangi perutnya.
“Gak tau mas… Perut adek gak enak banget… Rasanya mual kayak mau muntah ?” tanya Nayla sambil sesekali memejam lalu sesekali terbatuk untuk mengekspresikan rasa mual di perutnya.
“Adek salah makan ? Mau mas anter ke dokter ?” Tanya Miftah perhatian. Meski dari kemarin ia merasa kesal pada istrinya. Meski dari kemarin ia berusaha untuk mendiamkan istrinya. Namun melihat istrinya tengah tersiksa dengan keadaan seperti ini membuatnya jadi tidak tega.
“Gak perlu mas… Mas tolong anterin adek ke kamar mandi… Adek mau muntah mas” Tanya Nayla yang membuat Miftah buru-buru membantu istrinya berdiri lalu mengantarnya ke kamar mandi.
Sesampainya disana, Nayla langsung memuntahkan isi perutnya. Nayla terus terbatuk-batuk yang membuat Miftah jadi penasaran dengan apa yang terjadi. Seingatnya, istrinya termasuk wanita yang sehat dan jarang mendapatkan penyakit. Tapi kenapa Nayla tiba-tiba jadi mual-mual seperti ini ?
'Kenapa yah ? Apa jangan-jangan ?'
Batin Miftah saat teringat kejadian kemarin.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Gimana sekarang dek ? Mendingan ?” Tanya Miftah setelah membaringkan istrinya di ranjang tidurnya.
Semenjak kejadian kemarin, Miftah dengan sibuk membersihkan kamarnya mulai dari sprei, lantai dan lain sebagainya. Ia juga berusaha menghilangkan aroma busuk di kamarnya dengan menyemprotkan wewangian seorang diri. Ya, ia melakukannya seorang diri. Apalagi setelah ia mem-'banned' pak Urip agar tidak memasuki rumahnya lagi. Ia bahkan sampai mengambil cuti di hari ini untuk menemani istrinya yang sedang membutuhkannya.
“Iya mas, untungnya perut adek udah mendingan… Tapi ada perasaan mau muntah lagi sih” jawab Nayla dengan nada lemas.
“Emang adek kenapa sih ? Salah makan yah ?” Tanya Miftah berbasa-basi terlebih dahulu.
“Enggak deh mas… Adek jarang sakit perut kok kalau makan sesuatu”
“Hmmm oh yah ? Apa jangan-jangan, adek hamil ?” Tanya Miftah 'to the point' yang membuat Nayla langsung menoleh menatapnya dengan memasang ekspresi wajah terkejut.
“Ehhh masa sih ? Gak mungkin deh mas hehehe” Jawab Nayla gak yakin.
“Tapi mengingat soal kemarin sama tanda-tanda tadi pas adek mual-mual… Bukannya adek itu lagi hamil ?” Tanya Miftah yang sebenarnya setengah tidak percaya kalau ini benar-benar terjadi.
“Tapii… Tapi adek kan…” Nayla kemudian terdiam. Ia menyadari kalau sudah banyak pria-pria tua yang menyimpan benih spermanya di rahim kehangatannya.
'Masa sih ?'
Batin Nayla tidak mempercayainya.
“Hmmm kalau gitu, adek tunggu sini yah… Mas mau beli 'test pack' dulu” ucap Miftah yang terlihat sedikit kecewa membayangkan andai istrinya hamil diakibatkan kejadian kemarin.
“Iya mas” Jawab Nayla lemah. Sebagai seorang wanita, ia merasakan adanya tanda-tanda kekecewaan di wajah suaminya. Kalaupun ia benar-benar hamil. Nayla pun berharap agar dirinya tidak hamil akibat ulah pria-pria tua itu.
Miftah pun pergi meninggalkan istrinya seorang diri. Ditengah kesendiriannya. Nayla merenung memikirkan masa depannya andai dirinya benar-benar hamil diakibatkan kejadian kemarin.
“'Astaghfirullah' inikah hukuman dari perbuatan dosa-dosaku di hari-hari sebelumnya… Tolong jangan biarkan aku hamil karena mereka… Andai aku hamil, semoga jabang bayi ini merupakan hasil dari hubunganku bersama suamiku” Ucap Nayla berdoa meski kemungkinan terkabulnya sangatlah kecil.
“Hah” Miftah melenguh pelan saat mengeluarkan motornya dari gerbang rumahnya.
Ia dengan lemas menaiki motornya lalu melajukan motornya dengan pelan untuk mencarikan 'test pack' untuk istri tercintanya.
“Kenapa cobaan seperti ini datang dikehidupanku ?” Lirih Miftah saat mengendarai motornya.
Sedih, kecewa, kesal. Semua bercampur menjadi satu yang membuat hatinya terasa semakin hancur. Ia lagi-lagi mengingat kejadian kemarin. Melihat ekspresi wajah pak Dikin yang sangat menikmati persetubuhannya bersama istrinya membuatnya jadi semakin kesal. Emosinya meluap-luap. Rasanya, ia jadi ingin menepikan motornya lalu menghampiri dinding yang ada di sampingnya. Ia ingin meninjunya untuk meluapkan semua kekesalannya.
“Hah, kurang ajar ! Dasar bangsat ! Bajingan !” seru Miftah untuk meluapkan emosinya.
Meski ia kecewa pada istrinya. Ia lebih kecewa lagi pada pembantu yang sudah ia percayai. Mendengar ceritanya kemarin, ia tak menduga kalau pak Urip sampai berani memperkosa istrinya menggunakan obat tidur dan juga obat perangsang yang membuat istrinya jatuh tak berdaya ke dalam jebakannya.
Ia menghantam stir motornya. Ia lalu menghentikan motornya di tepi jalan untuk menenangkan perasaannya sejenak. Saat sedang merenung, tiba-tiba ia mendengar suara bisik-bisik yang memaksa telinganya untuk mendengar setiap detil yang diceritakannya.
“Liat deh, itu kan pak Miftah, suaminya mbak Nayla” Ucap ibu-ibu tetangga yang sedang bergosip dengan keras.
“Eh itu yah… Ganteng yah padahal… Tapi kok, kemarin ada banyak bapak-bapak aneh yang keluar dari rumahnya yah… Mana ada yang cuma pake celana lagi ?” ujar ibu-ibu lainnya.
“Eh beneran ? Hm curiga deh… Apa jangan-jangan mbak Naylanya abis diapa-apain yah ?” ujar ibu-ibu lainnya.
“Pasti deh… Denger-denger cadarnya itu cuma buat nutupin nafsu gedenya aja deh… Emang, cewek yang suka pake cadar itu biasanya mah gitu… Nafsunya pada gede… Cadarnya itu cuma kedok aja biar keliatan alim”
“Ah masa ? Tapi perasaan mbak Naylanya kalem loh pas ketemu”
“Ya mana ada maling yang sopan pas ketemu… Pas ketemu emang sopan… Tapi di belakang ? diem-diem nyuri barang”
“Hah, tapi masih gak percaya deh… Jadi mbak Nayla dikeroyok mereka dong ?”
“Iya bener, apalagi ada salah satu bapak-bapak yang bilang gini loh, ‘andai suaminya gak pulang duluan, kita pasti udah lanjut ke ronde kedua’”
“Hah… 'Astaghfirullah'… Gak nyangka yah ternyata mbak Nayla diam-diam…”
Mendengar setiap gosip yang diarahkan ke istrinya membuat Miftah buru-buru melajukan motornya. Ia tak sanggup mendengar setiap detil dari pembicaran mereka. Ia tak menduga, kabar akan tersebar secepat ini. Meski terdengarnya baru seperti “rumor”. Namun rumor itu hampir pasti mendekati fakta yang selama ini hanya diketahui oleh dirinya, pak Beni dan para bapak-bapak tua yang kemarin telah menggarap istrinya.
Miftah hanya geleng-geleng kepala sambil sesekali meneteskan air matanya. Beban yang selama ini ia pendam tak sanggup untuk ia tahan. Air mata pun menjadi pelampiasannya. Ia dengan segera mencari 'test pack' lalu memberikannya ke istri cantiknya.
“Kayaknya aku gak mungkin tinggal disini lagi deh !” lirihnya dalam perjalanannya.
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Ini, nanti dicoba yah ujar Miftah sambil memberikan 'test pack' itu pada istrinya.
Nayla dengan berat hati menerimanya. Berbagai pikiran pun hadir di benaknya membayangkan dirinya benar-benar hamil. Ia takut andai dirinya benar-benar diceraikan oleh suaminya. Nayla pun mengangkat wajahnya tuk melihat wajah tampan suaminya.
Hati Nayla semakin hancur saat melihat wajah laki-laki tampan yang sudah dinikahinya itu sembap seperti habis menangis. Nayla bertanya-tanya di dalam hati. Apakah suaminya baru menangis ?
Mas, tanya Nayla dengan suara lembut.
Iya dek ? Jawab Miftah.
Kalau adek beneran hamil, apa mas masih mau sama adek ? Tanya Nayla yang namun tidak dijawab apa-apa oleh suaminya.
Kalau adek beneran hamil, terus bayi yang ada di rahim adek ini bukan berasal dari mas gimana ? Apa mas mau mengakui anak adek ini sebagai anak mas ? Tanya Nayla sekali lagi. Namun lagi-lagi jawaban Miftah hanya diam membisu.
Mas, mas gak akan menceraikan adek kan ? Kita akan terus bersama selamanya kan ? Tanya Nayla sekali lagi kali ini sambil menitikkan air mata.
Nayla seolah paham kalau setiap pertanyaan yang diajukannya itu terlalu berat untuk suaminya jawab. Bayangan perpisahan mulai hadir di benaknya. Bayangan kalau dirinya akan menjadi 'single parent 'mulai menghantui pikirannya. Nayla menangis. Ia terus menangisi kebodohannya yang lebih memilih nafsu dari cinta suaminya.
Tolong dicoba yah dek, mas pengen tau hasilnya jawab Miftah sambil berkaca-kaca.
Sama seperti istrinya. Bayangan perpisahan juga mulai tergambar di benaknya. Sejujurnya, meninggalkan istrinya yang begitu cantik sangat sulit untuk dilaluinya. Namun, kali ini istrinya benar-benar keterlaluan. Miftah pun mendengus pelan. Ia lalu pergi, meninggalkan istrinya sendirian di dalam kamarnya.
'Maafin adek yah mas... Adek udah bodoh karena lebih memilih nafsu dibandingkan cinta mas !'
Batin Nayla yang terus menangis. Matanya diam menatap punggung suaminya yang kian jauh darinya. Bayang-bayang perpisahan kembali datang menghantuinya. Ia kepikiran. Ia pun memegangi perutnya meski dirinya belum tau hasil dari 'test pack'-nya.
'Tolong jangan tinggalin adek mas... Adek gak sanggup melalui ini seorang diri... Akan jadi apa adek mas kalau mesti mengurusi bayi ini seorang diri...'
Batin Nayla yang seolah sudah sangat yakin kalau dirinya benar-benar hamil.
Tak sanggup sendirian, Nayla mencoba turun dari ranjangnya untuk melihat keadaan suaminya di luar. Langkah demi langkah telah ia lalui hingga dirinya benar-benar tiba di pintu kamarnya.
Kepalanya pun melongok ke luar. Betapa sakitnya hatinya saat mengetahui Miftah juga sedang menangis sambil menjambak-jambak rambutnya. Kepala Miftah menunduk, air matanya jadi semakin mudah untuk jatuh membasahi celana yang dikenakannya.
'Braaakkkk !'
Nayla tersentak kaget.
Apa yang kamu lakukan dekk ! Kenapa kamu kayak gini !
Pukulan kencang yang Miftah arahkan ke meja ruang tamu membuat Nayla terkejut. Miftah benar-benar kecewa. Ia menangis terisak-isak. Suaranya bahkan sampai meraung-raung yang semakin merobek-robek hati Nayla yang terus mengamatinya secara diam-diam.
Nayla pun menutup pintu kamarnya. Nayla jatuh bersandar dibalik pintu sambil menutupi wajahnya yang sudah berlumuran air mata.
Maafin adek, mas
'BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Di kamar mandi, Nayla benar-benar akan menguji kehamilannya. Jantungnya berdetak kencang. Tangannya memegangi 'test pack' itu yang sudah terlumuri air seni. Berulang kali ia mengocok 'test pack' itu ke kanan juga ke kiri. Ia benar-benar deg-degan. Ia begitu takut untuk melihat dua garis yang akan muncul di 'test pack' itu.
Akhirnya keluar
Matanya fokus menatap hasil dari uji kehamilannya. Rasanya jantung seperti akan berhenti berdetak. Tangannya sampai bergetar. Nafasnya pun menderu-deru saat garis itu pun muncul di alat 'test pack' itu.
Aku... Aku... Aku, hamil kata Nayla dengan nada bergetar.
Setelah keluar dari kamar mandi. Nayla lekas mendatangi suaminya yang terlihat melamun menatap kosong ke arah televisinya yang tidak menyala. Nayla pun diam di ditempat. Keraguan muncul untuk mengabarkan hasil dari uji 'test pack'-nya.
Namun, keberaniannya pun muncul untuk mengabarkan kabar yang entah itu membahagiakan atau malah menyedihkan. Mulutnya lama-lama membuka. Suaranya yang lemah pun keluar untuk memanggil suaminya tercinta.
Mas, panggil Nayla yang membuat Miftah lekas menoleh.
Iyya jawab Miftah. Seketika matanya menangkap alat 'test pack' yang dipegangnya. Ia dengan terburu-buru langsung bertanya untuk mengetahui hasilnya. Gimana dek ?
Aku, hamil mas jawab Nayla sambil menunduk. Ia tak berani menatap wajah suaminya saat itu. Namun rasa penasaran mendorongnya untuk menatap wajah suaminya. Wajahnya terangkat. Matanya pelan-pelan melihat. Bukan ekspresi wajah kebahagiaan seperti yang biasanya pasangan suami istri harapkan.
Melainkan ekspresi wajah kekecewaan seperti yang ia duga sebelumnya. Bukan hanya kekecewaan malah. Tapi, benar-benar kecewa.
Nayla pun melenguh sedih meratapi nasibnya saat ini.
*-*-*-*
'KEESOKAN PAGINYA
Mas, adek mau pergi sebentar ucap Nayla kepada suaminya.
Mau kemana ? Tanya Miftah dengan dingin.
Adek mau beli sayur mas, buat masak hari ini jawab Nayla sekali lagi karena kemarin belum sempat membeli bahan masakan.
Hmm yaudah, hati-hati jawab Miftah seolah tak peduli.
Nayla yang mendengarnya hanya menunduk lesu. Apalagi semalam, dirinya terpaksa tidur sendirian karena suaminya lebih memilih tidur di sofa dibandingkan tidur bersamanya.
Nayla seolah dapat melihat masa depannya. Bahtera rumah tangga yang baru saja dinaikinya berada diambang kehancuran. Bahtera itu nyaris tenggelam, semua karena kurangnya kepercayaan diantara nahkoda dan penumpangnya. Bisakah ia menyelamatkan bahtera rumah tangganya ?
'Entahlah.'
Batin Nayla yang hanya bisa pasrah menerima keadaan.
MEHGQ9F
https://thumbs4.imagebam.com/c0/91/81/MEHGQ9F_t.jpg c0/91/81/MEHGQ9F_t.jpg
'NAYLA
Sambil memasang helm di kepalanya. Akhwat cantik yang mengenakan pakaian serba merah merona itu mulai menaiki motor 'matic'-nya.
Namun, tak jauh setelah motornya melewati gerbang rumahnya. Terdapat ibu-ibu yang tiba-tiba menghadang laju motornya. Nayla yang kebingungan tak memiliki pilihan untuk menghentikan motornya. Wajah ibu-ibu itu terlihat tidak sedap. Perasaan Nayla pun mendadak menjadi tidak enak.
Turun kamu ! Ujar salah satu dari dua ibu-ibu yang menghentikan motornya.
Ke-kenapa yah bu ? Jawab Nayla ketakutan saat melihat wajah ibu-ibu itu yang menyeramkan.
Kamu itu, mau mengotori kompleks kita yah ? Kata ibu-ibu berambut pendek yang memiliki tubuh gembrot itu.
Ma-maksudnyaa jawab Nayla yang masih belum pahan maksud dari ibu-ibu gembrot itu.
Kamu itu malu-maluin... Percuma pake cadar kalau dalemannya kamu obral ! Dasar lonte hina... Kamu habis pesta ngentot kan kemarin ? Banyak bapak-bapak tua yang keluar dari rumahmu yang gak pake baju ! Gimana enak ? Enak digenjot mereka ? Hah ? Ujar ibu-ibu satunya yang sudah beruban serta mengenakan kacamata itu.
Nayla yang tak bisa berbohong langsung terkejut hingga kedua matanya melebar. Ia tak menyangka kabar itu cepat tersebar.
Eh maaf bu... Aku gak paham yah maksudnya jawab Nayla berusaha menutupi kebohongannya.
Dasar munafik ! Sok-sokan gak tau lagi ! Paling benci saya sama cewek murahan kayak gini ! Mending lepas aja hijabmu terus telanjang keliling kompleks kata ibu-ibu gembrot itu saat menarik hijab Nayla.
Aahhh buu jangaann... Jangan ditariikk kata Nayla memelas.
Dih sok-sokan gak mau lagi ! Padahal kamu paling suka telanjang di depan bapak-bapak, iya kan ? Jangan bilang kamu pernah godain suami kita lagi ! Ujar ibu-ibu beruban itu.
Wah iya, jangan-jangan kamu pernah yah !? Dasar lonte murahan... Lepas hijabmu... Buka cadarmu ! Katanya sambil terus menarik lepas hijab Nayla.
Ampunn... Amppuuunn bu... Jangaaannnn jerit Nayla memohon.
Suara teriakan Nayla yang keras membuat ibu-ibu kompleks lainnya pada keluar. Mereka pun berkerumun melihat apa yang terjadi pada Nayla. Sebagian ada yang mendukung dua ibu-ibu itu untuk menelanjangi Nayla. Sebagian ada yang merasa kasihan namun tak bisa berbuat apa-apa karena kalah jumlah.
Jangaann buu... Jangaaannn... Aku mohonn... Aaaahhhh hijab Nayla terlepas. Cadarnya pun juga. Mereka yang baru pertama kali melihat wajah cantik Nayla jadi semakin marah.
Dasar ! Cantik-cantik tapi sukanya laki orang ! Cuihhh
Dah bugilin aja... Kita arak keliling kompleks !
Jangaannn... Jangaaannn Nayla menangis saat resleting gamisnya diturunkan oleh ibu-ibu itu.
Tidak ada yang merasa kasihan. Ibu-ibu yang mulanya mengasihani Nayla mulai beralih posisi saat membayangkan suami-suami mereka pernah digoda oleh akhwat secantik Nayla.
Jangaaaannn... Amppunn buu... Ampuunii akuuu
Gamis Nayla mulai diturunkan. Bahunya yang indah mulai terlihat. Belahan dadanya yang mempesona juga mulai terlihat. Kedua tangan Nayla yang dipegangi, membuat dirinya tak bisa berbuat apa-apa lagi saat ditelanjangi oleh kelompok ibu-ibu yang mengaku paling bermoral itu.
Tubuh indah Nayla terlihat. Kulit indahnya yang mulus sekejap mempesonakan mata ibu-ibu itu. Pusarnya juga telah terlihat. Dalam sekejap Nayla sudah ditelanjangi hingga menyisakan beha serta celana dalamnya saja.
Puas ? Puas rasanya bisa telanjang ? Andai ada bapak-bapak, kamu pasti langsung terangsang kan ? Ejek salah satu ibu-ibu itu.
Nayla pun menangis saat jatuh berlutut sambil berusaha menutupi dada dan celana dalamnya. Pelecehan yang ia alami membuatnya hatinya menjadi semakin sakit. Ia paham kalau ini adalah akibat dari dosa terindah yang pernah dibuatnya. Namun ia sendiri merasa tidak sanggup. Ia tak disanggup dilecehi lebih daripada ini.
Ayo kita telanjangi ! Kata ustadz Burhan, orang yang berzina harus dirajam kan ? Tanya salah satu ibu-ibu yang membuat Nayla semakin takut.
Betul, ayo kita singkirkan orang-orang yang suka bermaksiat di kompleks kita ini... Dasar pembawa sial ! Gimana kalau kompleks kita jadi sial gara-gara perbuatanmu itu !
Dah ayo kita telanjangi, jangan banyak omong lagi !
Ayooo
Jangaann... Jangaann buu aku mohonn beha Nayla sudah dilepas, kedua susu yang menggantung itu pun sudah terlihat di depan mata mereka.
Sebagian ibu-ibu yang iri pada kecantikannya langsung menarik celana dalamnya agar semakin telanjang didepan mereka.
Heeeyy tunggguuu !!!
Belum sempat celana dalam Nayla terlepas, terdapat suara laki-laki yang menggelegar yang menghentikan perbuatan ibu-ibu yang dipenuhi amarah itu.
Ibu-ibu itu pun langsung menjauh saat melihat seorang pria tua berbadan kekar yang tengah mengayunkan sapunya. Sementara dibelakangnya, terdapat pria tampan yang terkejut melihat keadaan Nayla saat ini.
Deeekk ujar Miftah yang langsung melepas kemejanya lalu menutupi tubuh istrinya sebisanya.
Apa yang kalian lakukan ? Berani sekali kalian main tangan seenaknya ! Ujar pak Beni yang berdiri didepan Nayla untuk melindungi.
Bapak juga ngapain ? Kok bapak belain ? Jangan-jangan bapak salah satu yang ikutan pesta kemarin yah ?
Pesta ? Pesta apa ? ujar pak Beni sambil berkecak pinggang.
Loh pura-pura gak tau yah ? Apa udah disuap memek makanya pura-pura gak tau ? Kata ibu-ibu itu sambil tertawa.
Memangnya kalau ada, kalian lihat ? Kalian liat kalau mbak Nayla seperti itu kemarin ? Kata pak Beni yang membuat rombongan ibu-ibu itu terdiam.
Tapi kemarin saya liat sendiri kalau banyak bapak-bapak yang keluar bahkan gak pake baju dari rumah cewek murahan ini !
Oh gitu ? Kalau gitu, tadi pagi saya juga liat kalau ada bapak-bapak yang keluar dari rumah ibu, apa ibu baru aja berzina ? Tanya pak Beni pada salah satu ibu-ibu.
Sontak wajah ibu-ibu lainnya mulai menengok ke arah ibu-ibu yang ditunjuk oleh pria tua kekar itu.
Jaga omonganmu yah pak ! Saya sudah bersuami... Mana mungkin saya seperti itu ! Kata ibu-ibu itu membela.
Lantas apa ? Mbak Nayla juga sudah bersuami, bahkan dari pakaian kalian aja berbeda... Mbak Nayla lebih tertutup kenapa kalian nuduh seperti itu ?
Lah lagian jelas yah kalau pak Qomar yang masuk ke rumah saya tadi pagi itu tetangga saya yang baru aja ngasih mangga yang tumbuh di halaman rumahnya ! Kata ibu-ibu itu membela.
Tau dari mana saya kalau ibu di dalam cuma dikasih mangga ? Kata pak Beni yang membuat semua ibu-ibu itu terdiam.
Tolong, jangan bertindak sesukanya selama kalian belum ada bukti... Lagipula perbuatan kalian ini bisa saya laporkan ke polisi loh... Kalian mau masuk penjara gara-gara kena pasal pembullian ? Ancam pak Beni yang membuat semua ibu-ibu itu ketakutan.
Sementara Nayla yang masih menangis terus ditenangkan oleh suaminya. Miftah berulang kali mengusapi punggung istrinya lalu sesekali mengusap rambutnya untuk menenangkannya.
Gak kan ? Kalian gak mau kan ? Dah sana bubar ! Memalukan ! Berani sekali kalian bertindak sesukanya ! Kata pak Beni yang akhirnya membuat kerumunan ibu-ibu itu pun bubar tanpa sempat mewujudkan keinginan mereka untuk mengarak Nayla telanjang.
Setelah ibu-ibu itu bubar. Pak Beni pun mendesah pelan meratapi apa yang Nayla alami saat ini. Ia pun berbalik lalu berjongkok untuk menatap akhwat yang sudah hampir telanjang itu.
Apa benar semua itu terjadi, enggak kan mbak ? Tanya pak Beni berpura-pura tidak tahu.
Nayla yang masih menangis pun tak sanggup menjawab pertanyaan itu. Beruntungnya, Miftah dengan tegas membela istrinya yang sedang bersedih.
Mana mungkin istri saya melakukan itu pak... Tapi terima kasih atas pembelaannya... Saya permisi dulu kata Miftah sambil membawanya istrinya pulang serta pakaian yang tadi terlucuti.
Pak Beni hanya mengangguk pelan. Ia pun menatap sepeda motor yang tadi Nayla tinggalkan. Tanpa disuruh, Pak Beni pun mengantar sepeda motor itu menuju halaman rumah Nayla.
Diperjalanan, pak Beni pun membatin sambil mengingat tatapan sedih dari akhwat cantik itu.
'Yang sabar yah mbak... Mungkin ini salah satu dari sanksi masyarakat yang mbak terima... Tolong untuk akhir-akhir ini jangan keluar rumah dulu... Saya gak mau mbak bersedih lagi gara-gara omongan mereka... Sebisa mungkin kalau mbak dihina lagi, saya akan membela mbak meski saya tau, kalau apa yang terjadi pada mbak kemarin itu benar adanya... Pokoknya sebisa mungkin saya akan membela mbak dan mengatakan kalau semua itu cuma tuduhan yang tak berdasar !'
Batin pak Beni sambil mengantar sepeda motor Nayla.
*-*-*-*
Sesampainya mereka berdua di rumah.
“Maafin aku yah mas… Maaf udah bikin mas malu… Maaf udah bikin skandal di keluarga kita mas” kata Nayla sambil terus menangis.
“Udah gapapa dek… Lupakan… Masa lalu ya masa lalu… Gak usah dipikirin lagi dek” Kata Miftah berusaha menghiburnya.
“Tapi mas… Adek malu… Adek ngerasa gak enak sama mas… Adek nyesel banget mas… Adek nyesel udah bikin malu keluarga, mas” kata Nayla yang terus menangis.
“Iyya mas tau… Tapi mau gimana lagi… Lebih baik adek istirahat dulu yah di kamar… Jangan keluar rumah dulu” kata Miftah sambil mengantar istrinya ke kamar.
“Makasih yah mas udah ‘selalu ada’ buat aku” Jawab Nayla saat merasakan perhatian suaminya.
“Ini pakaiannya, dipake dulu yah” Kata Miftah sambil memberikan pakaian yang tadi terlucuti oleh ibu-ibu kompleks.
“Iyya mas makasih” jawab Nayla sambil mengenakan pakaiannya kembali.
Diam-diam Miftah jadi semakin sedih pada nasib istrinya saat ini. Ia jadi semakin bimbang. Apa yang harus ia lakukan pada istrinya yang sudah bergelimangan dosa. Meski dirinya kecewa, meski dirinya masih dilanda amarah, melihat istrinya yang terlihat begitu membutuhkan dirinya membuatnya jadi tidak tega.
Dalam diam ia mencoba mengingat semua kenangan indah yang sudah ia buat bersama istrinya. Tapi rasanya percuma, rasa sakit hatinya sudah melebihi batas maksimumnya. Apalagi dengan adanya jabang bayi yang berada di perut istrinya. Ia tak tahu siapa ayah dari bayi yang ada di rahim istrinya. Meski ada kemungkinan kalau bayi itu adalah darinya, rasa kecewanya akibat perbuatan istrinya kemarin masih belum bisa ia maafkan.
Setelah Nayla sudah mengenakan pakaiannya lagi. Miftah pun memberanikan diri untuk berbicara kepada sang istri.
“Dek, mas mau ngomong sesuatu” kata Miftah yang membuat istrinya deg-degan.
Miftah pun duduk di tepi ranjang yang kemudian diikuti oleh istrinya.
“Iyya mas, ada apa ?” tanya Nayla.
“Mas udah mikirin ini dari kemarin, ditambah, situasi disini udah gak mungkin lagi, iya kan ? Mas cuma mau nyaranin, gimana kalau kita pindah dari sini ?” Tanya Miftah mengejutkan istrinya.
“Pindah mas ? Kemana ?” Tanya Nayla.
“Entah dek, mas juga belum mastiin pindah kemana… Nanti mas mau cari-cari dulu… Oh yah, inget gak waktu kita ngobrol bareng di area persawahan pas kita di puncak ?” Tanya Miftah.
“Pas di puncak ? Oh yah adek inget… Yang mas bilang ‘gimana kalau kita tinggal di tempat yang punya lingkungan kayak gitu kan ?’” tanya Nayla.
“Ya, mas mau kita tinggal disana… Mas mau kita menghilang… Menjauhkan diri dari orang-orang… Mas pengen hidup tenang… Jujur, ini juga bikin mas pusing… Mas mau kita pergi sejauh-jauhnya dari sini… Gimana ?” tanya Miftah meminta pendapat.
“Hmm adek ngikut mas aja… Selama ada mas, adek yakin, adek pasti bakal nyaman sama mas” jawab Nayla sambil memaksakan senyum.
“Yaudah nanti mas cari tempatnya yah… Adek istirahat dulu” kata Miftah sambil membaringkan istrinya di ranjang.
“Maaf yah mas, sekali lagi, adek mau minta maaf karena udah bikin tetangga gempar” jawab Nayla yang masih merasa tidak enak.
“Udah gapapa, istirahat aja yah pokoknya” Ucap Miftah sambil mencium kening istrinya meski rasanya tidak senikmat dulu saat sebelum aib istrinya terbongkar.
Setelah itu, Miftah pun pergi meninggalkan istrinya sendirian di kamar. Belum sempat keluar dari kamar, Nayla tiba-tiba memanggil suaminya lagi.
“Mas,” panggil Nayla yang membuat suaminya berhenti melangkah.
“Ada apa dek ?” tanya Miftah sambil menolehkan wajahnya.
“Kita bakal bersama selamanya kan ?” Tanya Nayla mengungkapkan kekhawatirannya.
Namun jawaban Miftah hanya tersenyum, Ia pun kembali melanjutkan perjalanan tanpa memberi jawaban yang jelas kepada istrinya.
Tepat setelah keluar dari kamarnya, raut wajah Miftah yang tadinya tersenyum mendadak berubah menjadi merengut. Amarahnya memuncak melihat istrinya dilecehkan. Amarahnya memuncak setelah melihat air mata istrinya tumpah membasahi wajahnya. Amarahnya memuncak menyadari istrinya bukan lagi gadis polos seperti saat pertama kali bertemu dulu.
“Sial !” Maki Miftah tuk meluapkan kekesalannya.
“Hah… Hah… Hah” Ia terengah-engah. Tangannya gatal ingin mengantam sesuatu.
Ditengah kekesalannya, ia jadi teringat akan omongan istrinya kemarin.
'Apa mas gak tau, betapa tersiksanya aku sewaktu awal-awal pak Urip terus memperkosaku ?'
“Pak Urip yah ? Si kurang ajar itu… Gara-gara dia istriku jadi seperti ini !” kata Miftah yang langsung keluar dari rumahnya untuk menuju rumah tetangganya.
Dengan amarah yang menggebu-gebu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung masuk menuju rumah seseorang yang dahulu ia anggap sebagai pembantu.
Pintu terbuka, mata Miftah langsung menoleh ke kanan lalu ke kiri untuk mencari kehadiran pria tua sialan itu.
“KELUAR ! DIMANA KAMU !” Teriak Miftah sambil mengepalkan tangan kanannya.
Mendengar suara yang amat keras, seorang pria tua yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung mendekati sumber suara bising itu.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Pak Miftah ?” sebut pak Urip yang langsung segar setelah melihat wajah Miftah yang begitu murka.
“Sini kamu !” kata Miftah bergegas menghampiri pria tua yang cuma memakai sarung itu.
“Tu-tunggu… Sayaaaa uuhhhhhhh” jerit pak Urip saat pipinya langsung ditinju oleh tangan kanan Miftah. Pak Urip tersungkur ke lantai. Hidungnya berdarah. Belum sempat bangkit, lehernya sudah dicengkram oleh tangan kiri majikannya itu.
“Tunggu katamu ? Setelah semua yang kamu lakukan pada istriku ?” ujar Miftah yang kembali meninju wajah dari pria tua itu.
'Bruuukkkkk !!!'
“Aaaaaaaaa sakiiitttt !” Teriak pak Urip sambil memegangi wajahnya.
“Sakit katamu ? Tau apa kamu soal rasa sakit ?” kata Miftah yang kembali meninju wajahnya dari samping.
'Bruukkkk !!!'
“Aaaaaaaa” teriak pak Urip saat dihajar sekali lagi.
'Bruuukkkk !!!'
“Aaaaaaaaa”
'Brruukkkk !!!'
“Aaaaaaaaaa”
'Bruuukkkk !!!'
Berulang kali wajah pak Urip dipukul berkali-kali hingga wajah jeleknya itu semakin hancur oleh luka yang diberikan oleh majikannya.
Miftah pun menjambak rambut pria tua berpostur gemuk itu. Ia mengangkatnya lalu membantingnya ke lantai hingga kepala bagian belakang pak Urip terbentur ke lantai.
'Bruuukkkkk !!!'
“Aaaaaaaa”
'Bruuukkkk !!!'
“Aaaaaaaa”
“Ayo berdiri !” kata Miftah sambil menarik rambut pak Urip lalu memaksanya berdiri dalam keadaan bersandar pada dinding rumah.
“Sialan kamu… Dasar pembantu gak tau diuntung… Udah dipercaya tapi malah gini… Inikah balasanmu setelah bekerja dengan saya ?” Kata Miftah yang langsung meninju perutnya.
'Brruuukkkkk !!!'
“Uuhhuukkkk !” Pak Urip terbatuk darah.
'Brruuukkkk !!!'
“Uhhukkk… Uhhuukkk” Pak Urip kembali terbatuk darah sehingga membuat tubuhnya lemas tak berdaya.
“Dasar sialan ! Dasar kurang ajar ! Bajingan yah kamu !” Kata Miftah yang terus meninju perut pak Urip tuk melampiaskan semua kekesalannya.
“Aaaaaa…. Sakittt aaa… Hakhakhakhak” tawa Pak Urip tiba-tiba yang membuat Miftah berhenti meninjunya.
“Hah ? Masih bisa ketawa yah kamu… Dasar gila !” Kata Miftah yang hendak meninjunya lagi.
“Tunggu dulu, hakhakhak” tawa pak Urip yang membuat Miftah mengurungkan niatnya.
“Apa untungnya bapak memukuli saya ? Mau membunuh saya yah ? Terus, setelah itu ? Apa masalah selesai ? Apa aib istri bapak bakal hilang ? Jangan lupa, saya punya bukti rekamannya… Bahkan ada beberapa yang sudah saya 'upload' di sebuah forum loh… Hakhakhak” tawa pak Urip yang membuat Miftah semakin kesal.
Wajah Miftah mendidih. Mukanya berubah menjadi warna merah. Ia benar-benar kesal dan ingin segera menghabisi pria tua itu.
“Saya tau, saya tau… Bapak pasti marah ke saya kan ? Gini aja… Saya punya penawaran… Bapak gak mau video istri bapak semakin tersebar luas kan ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum meski mulutnya dipenuhi oleh darah yang begitu segar.
“Apa maumu ?” Tanya Miftah yang sudah menghilangkan rasa hormatnya pada pria tua itu.
“Hakhakhak… Tolong bantu saya duduk dulu… Saya capek berdiri terus” Kata pak Urip yang mau tak mau akhirnya dituruti oleh pria tampan itu.
Setelah membantunya duduk di sofa rumahnya, pak Urip lagi-lagi mengucapkan keinginannya yang membuat Miftah berusaha sekuat mungkin untuk bersabar.
“Tolong ambirkan segelas air” pinta pak Urip yang masih terlihat acuh. Meski tubuhnya sudah hancur, ia masih merasa diuntungkan berkat adanya bukti rekaman itu.
“Ini, cepat apa yang kamu inginkan !” Kata Miftah setelah memberi segelas air itu.
Pak Urip lekas berkumur-kumur menggunakan air itu lalu memuntahkannya kembali ke gelas. Setelah mulutnya terbebas dari darah segar, pria tua yang sudah menikmati seluruh lubang di tubuh majikan alimnya itu mulai berbicara.
“Bapak gak mau bukti rekaman istri bapak kesebar kan ?” Tanya pak Urip sekali lagi.
“CEPAT KATAKAN ! APA MAUMU ?” geram Miftah yang membuat pak Urip tersenyum.
“Gini aja… Saya akan menghapus semua video yang pernah saya 'upload' di forum itu… Sedangkan 'handycam' yang saya gunakan untuk merekam persetubuhan saya dengan non Nayla akan saya serahkan ke bapak… Sebagai gantinya, saya cuma minta satu… Tolong ‘maafkan saya’ dan jangan bawa-bawa urusan ini ke kantor polisi, gimana ? 'Deal' ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
Miftah terdiam. Ia tak langsung menjawab. Memaafkan seorang pria tua yang sudah menzinahi istrinya lalu menyebabkan istrinya dilecehi oleh ibu-ibu kompleks ? Mana bisa ia melakukannya. Apalagi tanpa membawa urusan ini ke kantor polisi. Ia tak bisa melakukannya. Ia ingin menghukum pria jahannam ini tanpa harus memaafkannya.
“Gak mau yah ? Ya silahkan berbuat semaumu ? Mau ngebunuh saya ? Mau bawa saya ke kantor polisi ? Silahkan, saya akan menyerahkan buktinya ke bapak agar bapak semakin mudah memenjarakan saya… Tapi, video yang ada di forum itu akan semakin tersebar… Saya gak akan bertanggung jawab kalau tiba-tiba ada kenalan bapak yang melihat persetubuhan kami berdua… Hakhakhak” kata pak Urip yang membuat Miftah menarik nafasnya kuat-kuat.
“Bajingan kamu yah !” maki Miftah yang membuat pak Urip semakin tertawa.
“Hakhakhak… Daripada bajingan, saya lebih suka dibilang cerdas… Meski kecerdasan saya gak tinggi-tinggi amat… Hakhakhak” tawa Pak Urip yang membuat Miftah mengepalkan kedua tangannya lagi.
“Oke 'deal' ! Sekarang hapus video itu !” Kata Miftah yang akhirnya terpaksa menyetujuinya.
“Hakhakhak… Gak nyangka bapak baik juga yah ? Setelah saya menikmati semua keindahan yang ada di tubuh istri bapak, bapak masih mau memaafkan saya… Bapak baik banget yah… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengelus-ngelus rambut Miftah untuk bertujuan memanaskan amarah majikannya itu.
“CEPAT HAPUS !” Teriak Miftah sambil mencengkram leher pembantunya.
“Hakhakhak yang sabar dong… Sekarang ambil hape saya… Nanti saya hapus” kata pak Urip sambil meminta Miftah untuk mengambil hape yang ada di meja ruang tamu rumahnya.
Tanpa menjawab, Miftah pun mengambil hape itu lalu buru-buru memberikannya kepada pak Urip.
“Hmm pertama masuk forumitu.com terus 'login', eh jangan liat !” Kata Pak Urip yang membuat Miftah semakin kesal.
“Nih, sekarang boleh liat !” kata pak Urip sambil menunjukkan 'thread' yang pernah ia buat. Ia lalu menghapus satu demi satu video yang pernah ia 'upload' di forum itu.
“Nah udah yah, deal kan ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“'Handycam'-nya mana ?” Tanya Miftah yang kemudian membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Masih inget aja… Tunggu bentar” kata pak Urip sambil bangkit berdiri dari sofa rumahnya lalu berjalan dalam kondisi terpincang-pincang menuju kamarnya.
Tak lama kemudian, pak Urip pun kembali sambil memberikan 'handycam' itu kepada majikannya.
“Nih, bisa dicek sendiri” kata pak Urip sambil tersenyum meski merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Miftah pun mengecek isi 'handycam' itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat banyaknya video rekaman yang pernah dibuat bersama istrinya.
“Oke, dengan ini bapak saya PECAT… Tolong jangan ganggu keluarga saya lagi !” Kata Miftah setelahnya. Ia pun langsung pergi tanpa menengok ke arah pria tua itu lagi.
“Hakhakhak… Sial, susah-susah ngerekam akhirnya diambil lagi… Mana video yang pernah saya 'upload' dihapus lagi… Untungnya dia gak tau kalau yang dihapus itu cuma postingan di 'thread' saya, video aslinya mah masih ada di server 'dood'… Hakhakhak” tawa pak Urip puas.
“Hah, jadi pengangguran deh sekarang… Kalau gini mesti nyari majikan baru nih… Kira-kira majikan mana yah yang butuh kerja keras saya yah ? Selain jago ngurus rumah, saya juga jago ngurus birahi non loh… Hakhakhak” tawa pak Urip yang belum kapok meski dirinya nyaris terbunuh ditangan mantan majikannya itu.
Sementara itu, Miftah sudah tiba kembali di rumahnya. Ia pun mendudukkan tubuhnya di sofa sambil menahan emosi yang masih meluap-luap. Wajahnya menunduk, tangannya mengepal lalu menghantam meja yang ada di depannya.
“Siaaallll !” kata Miftah yang terpaksa damai dengan pak Urip daripada membiarkan video istrinya tersebar.
Ia benar-benar kecewa karena perundingan yang baru saja ia lakukan tak menguntungkan dirinya. Tapi mau bagaimana lagi, dari awal saja posisinya sudah tidak menguntungkan. Ia pun pasrah dan berharap ini adalah pilihan yang terbaik untuk dirinya dan juga keluarga kecilnya.
Sambil menyandarkan tubuhnya, ia pun memeriksa satu demi satu video yang ada di 'handycam' itu. Ia tak melihat seluruhnya, hanya setiap detik dari video lalu berpindah ke video selanjutnya. Setiap video yang ia tonton, rasa kecewanya semakin tumbuh kepada istrinya. Ia sangat menyayangkan istrinya lebih memilih menjadi pelacur daripada menjadi istri tercintanya.
“Separah itu kah dek ? Nafsu besarmu ?” tanya Miftah saat menonton Nayla yang memohon-mohon untuk terus digenjot oleh pembantu tuanya.
Ia lalu menonton video selanjutnya. Ia melihat persetubuhan istrinya kemarin saat dikeroyok oleh banyak pria-pria tua. Miftah pun mencoba mengingat setiap wajah dari pria-pria tua yang pernah menikmati istrinya. Miftah terkejut saat melihat ada mang Yono dan pak Rudi yang ikut menyetubuhi istrinya. Bahkan seorang ustadz yang baru saja ia tonton ceramahnya di pagi tadi juga ikut menyetubuhi istrinya kemarin.
Miftah lemas. Ia menutup 'handycam' itu lalu tak bisa berkata-kata lagi.
Ia pun merenung memikirkan masa depannya bersama istrinya. Ia mengingat kembali semua kebaikan istrinya kepadanya. Lalu ia mengingat lagi setiap persetubuhan yang baru saja ia tonton melalui kamera 'handycam'-nya.
Setelah lama merenung, ia akhirnya memutuskan sesuatu. Ia pun mulai berbicara untuk memutuskan takdir istrinya kedepannya.
“Aku ingin tau siapa ayah dari jabang bayi itu” kata Miftah yang mulai berbicara. “Kalau jabang bayi itu terbukti bukan dariku, maaf dek, mas gak sanggup untuk tinggal lagi bersama adek, mas gak sanggup membesarkan seorang anak yang bukan dari mas… Akan tetapi, kalau jabang bayi itu terbukti dariku… Aku akan berusaha tuk mempertahankanmu meski luka ini abadi karena aku tak sanggup menghapusnya dari hatiku” ujarnya.
Miftah pun memejam sambil menyandarkan tubuhnya lagi. Takdir istrinya sudah ia buat. Semua tergantung hasil dari cek DNA yang akan ia lakukan.
“Mas penasaran, bagaimana akhir dari perjalanan kisah cinta kita, dek ? Bisakah kita terus bersama ? Atau kisah kita hanya akan berakhir dengan luka” Lirih Miftah sambil memejam.
BERSAMBUNG KE EPILOG
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
EPILOG
'TIGA BULAN KEMUDIAN
Sore menjelang malam. Tepat beberapa menit sebelum adzan maghrib berkumandang. Seorang akhwat cantik duduk terdiam sambil menatap kosong ke arah cangkir minuman di sebuah café yang berada di dalam mall.
Pikirannya berantakan. Kesalahan besar yang sudah dibuatnya di masa lalu benar-benar menghancurkan kehidupannya sekarang. Setelah wisuda dari kampusnya sekitar dua bulan yang lalu. Ia selalu menganggur. Ia tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Berulang kali, yang ia lakukan hanyalah berbaring di ranjang kosan sambil merenungi dosa terindahnya.
Ia juga jarang makan. Tubuhnya pun semakin kurus. Meski tidak kurus-kurus amat karena sebelumnya tubuhnya agak berisi. Pola hidupnya menjadi tidak teratur. Ia bahkan merelakan satu-satunya pekerjaan sebagai seorang selebgram karena dirinya merasa tidak pantas dengan pekerjaan itu.
“Pelacur sepertiku, mana mungkin mempromosikan hijab-hijab syar’i yang mereka buat !” Lirih akhwat cantik itu.
Ia juga kehilangan pasangannya yang nyaris ia nikahi. Semua gara-gara pria tua itu. Ya pria kekar itu. Ia menyalahkan semuanya. Ia menyalahkannya karena sudah merusak kehidupannya.
“Pak Beni ! Tega sekali bapak merusak hidupku !” Kata Putri yang kesal sehingga terus menyalahkannya.
Tanpa merasa bersalah. Putri selalu menyalahkan tukang sapu bertubuh kekar itu. Seolah lupa, kalau orang yang sebenarnya merusak kehidupannya adalah pak Urip, si pencuri keperawanannya. Putri terus menyalahkan pak Beni karena sudah membuatnya ketahuan oleh Andri, meski sebenarnya yang telah mengajak pak Beni ke rumahnya adalah dirinya sendiri.
Putri merasa sedih. Ia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan saat ini. Saat sedang asyik-asyik merenung, muncul lah seseorang yang tiba-tiba duduk di kursi kosong yang berada di depan Putri. Mereka pun duduk satu meja, suara yang pria itu ucapkan membuat Putri terkejut.
“Permisi, sendirian aja nih ?” Kata pria misterius itu.
“Eh, bapak siapa ?” Tanya Putri yang merasa asing dengan wajah pria tua itu.
Putri sekilas memperhatikan sosoknya. Tubuh pria itu terlihat gempal. Bahkan sangat gempal hingga mendekati obesitas. Perutnya yang maju terlihat jelas menyembul dibalik kaus berkerahnya itu. Keriput juga terlihat jelas di kulit tubuhnya. Rambutnya yang mulai memutih disembunyikan dengan baik dibalik topi berwarna hitamnya itu.
MEHI9XM
https://thumbs4.imagebam.com/00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg 00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg
'OM TRISNO
“Kenalin saya Trisno… Panggil aja Om Trisno, kebetulan saya direktur dari perusahaan bernama PT Trisno Sejahtera… Ini kartu nama saya, silahkan dilihat” kata Om Trisno sambil tersenyum. Ia lalu memberikan kartu namanya. Putri yang penasaran pun melihat dengan seksama kartu nama yang diberikan kepadanya.
Selagi Putri membaca kartu namanya, Om Trisno dengan teliti menilai penampilan dari akhwat yang sudah menjadi incarannya itu. Pakaiannya yang serba berwarna merah muda, mengindikasikan bahwa akhwat cantik itu masih sangat muda. Tatapan matanya yang polos membuat dirinya jadi ingin menundukkannya agar tidak sampai lolos.
MEHHF4R
https://thumbs4.imagebam.com/6c/51/fa/MEHHF4R_t.jpg 6c/51/fa/MEHHF4R_t.jpg
'PUTRI
'Gila, ini akhwat sih cantik banget… Bisa gak yah kalau saya goda pake uang… Gak tahan nih pengen merawanin memeknya… Bahahaha…'
Batin om Trisno sambil tersenyum mesum.
Ia ingat betul seorang akhwat bercadar yang juga pernah ia goda di masa lalu. Waktu itu, ia sudah sangat bernafsu saat melihat penampilan akhwat cantik itu yang begitu 'trendy'. Akan tetapi, ketika dirinya sedang asyik-asyik menggoda, datang seseorang yang mengganggu dirinya.
Berdasarkan pengalaman itu. Om Trisno jadi sering melirik sekitar untuk mencari tahu, barang kali ada seseorang yang akan merusak usahanya lagi untuk menggondol akhwat cantik ini ke hotel terdekat mall.
“Oh Om Trisno yah… Aku Putri, om” Jawab Putri ramah.
“Bahaha cantik yah namanya… Wajah dek Putri juga cantik deh… Dek Putri udah berapa tahun ?” Puji Om Trisno yang membuat Putri tersenyum.
“Aku masih 21 tahun om” Jawab Putri malu-malu.
“Wah oh yah ? Tapi keliatannya kayak udah dewasa yah… Dek Putri berarti masih kuliah dong ?” Tanya om Trisno yang jadi semakin terpana pada akhwat cantik itu.
“Hihihihi makasih om… Hmmm aku baru wisuda dua bulan yang lalu om” Jawab Putri tersipu.
“Oalah, jadi sekarang udah bekerja dong ? Apa mau nikah ?” Tanya Om Trisno sambil tersenyum sambil menikmati paras indah Putri.
“Hihihihi belum om… Aku juga belum nikah, calon aku masih belum keliatan” jawab Putri yang membuat Om Trisno tersenyum lebar.
'Kesempatan !'
Batin Om Trisno sambil tersenyum mesum.
“Wah masa ? Masa akhwat secantik ini masih belum nemu calonnya sih ? Kalau Om aja yang jadi calon dek Putri gimana ?” Kata Om Trisno yang membuat Putri tertawa terbahak-bahak.
“Hihihihi gak dulu deh om… Jarak usia kita jauh” jawab Putri menolaknya sopan.
“Wah sayang banget… Padahal om udah jatuh cinta sama parasmu… Jarang-jarang loh padahal om langsung jatuh cinta di pandangan pertama… Tapi untuk kasus dek Putri, hmmm mana dek Putri harum lagi” kata Om Trisno sambil menggenggam tangan Putri lalu mengangkatnya untuk mencium aroma punggung tangannya.
“Eehhh hehehe” Putri jadi salah tingkah ketika tangannya tiba-tiba didekap.
'Cuppp !'
Tiba-tiba om Trisno mengecup punggung tangan Putri. Putri sampai merinding saat punggung tangannya terasa hangat terkena kecupan pria gendut itu.
“Hmm gini aja dek, berhubung om udah kesengsem banget sama kamu… Berhubung kamu juga nganggur gak ada pekerjaan… Kebetulan om punya pekerjaan buat kamu… Kamu mau gak ?” tanya Om Trisno yang membuat Putri tergoda.
Sebagai seorang pengangguran, Putri yang memang sangat membutuhkan pekerjaan pun tergoda oleh penawaran yang om Trisno ajukan.
“Pekerjaan ? Emang pekerjaan apa om ?” Tanya Putri yang membuat om Trisno semakin tersenyum.
“Pekerjaan buat kamu mudah… Cukup temani om selama satu bulan aja… Kalau kamu nyaman, kamu bisa memperpanjang kontraknya dengan om… Gimana ?” tanya Om Trisno yang membuat Putri kebingungan.
“Maksudnya ? Gimana yah om ? Aku cuma nemenin om aja salama satu bulan gitu ?” tanya Putri gagal paham.
“Iya… Tugas kamu cuma nemenin saya dek… Ya bisa dibilang, kalau saya butuh apa-apa, dek Putri wajib melayani saya… Termasuk kalau saya sedang bernafsu, dek Putri wajib melayani saya…Gimana ?” Ujar Om Trisno yang membuat Putri terkejut.
“Untuk gaji kamu, gak usah dipikirin… Om pasti bakal bayar mahal kamu… Untuk sebulan, om sanggup bayar kamu 10 juta termasuk DP di awal 2 juta… Itu juga termasuk biaya makan, tempat tinggal dan lain-lain… Oh yah, dalam waktu sebulan itu, kita juga tinggal bareng loh yah… Termasuk tidur juga kita bareng diatas satu ranjang yang sama” Lanjut Om Trisno yang semakin membuat Putri terkejut.
'Satu bulan ? 10 Juta ?'
Putri tergoda. Pekerjaan apa yang membuatnya bisa mendapatkan 10 juta hanya dalam waktu satu bulan ? Jujur, tidak ada pekerjaan lain yang bisa membuatnya menghasilkan uang semudah ini. Apalagi dirinya masih muda. Dirinya juga belum mendapatkan banyak pengalaman.
'Tapi, aku harus melayaninya selama satu bulan ke depan dong ? Aku juga harus tinggal bareng ? Hmm berarti secara gak langsung aku sedang dilirik untuk jadi sugar babynya dong ?'
Putri merenung. Akankah dirinya kembali terjun ke dalam jurang kemaksiatan lagi ? Tapi jujur, tawaran itu betul-betul menggodanya. Ia tertarik untuk menerima tawaran dari pria tua itu. Toh, dirinya juga sudah ternoda. Dirinya juga memiliki pengalaman untuk melampiaskan nafsu para pria.
'Haruskah aku menerimanya ?'
Batin Putri merenung.
Melihat Putri yang jadi diam membuat Om Trisno jadi deg-degan. Jujur ia takut kalau dirinya kehilangan mangsa yang sudah ada di depan matanya. Ia jadi kepikiran, apa jangan-jangan ia terlalu terburu-buru dalam mengungkapkan niat aslinya ? Apalagi wanita yang sedang menjadi incarannya adalah seorang akhwat yang selalu menutupi sebagaian wajahnya dengan cadar. Om Trisno khawatir. Ia takut niat buru-burunya itu menjadi blunder untuknya.
“Oke, aku setuju om” jawab Putri tiba-tiba yang mengejutkan Om Trisno.
“Eh beneran ?” Bahkan pria gendut itu sampai tidak percaya dengan jawaban yang Putri berikan.
“Hmm iya om… Sejujurnya aku juga stress selama dua bulan ini aku gak dapet pekerjaan… Aku mau menantang diri, selama sebulan ke depan aku siap untuk melayani om kapanpun dan dimanapun” jawab Putri malu-malu.
“Termasuk melayani nafsu om ? Dek Putri siap untuk menjadi pemuas nafsu om ?” Tanya Om Trisno sekali lagi.
“Iya om… Aku siap” Jawab Putri sambil malu-malu yang membuat Om Trisno tertawa puas.
“Bahahahaha kalau gitu… Om mau ngetes boleh ?” Tanya Om Trisno jadi bernafsu.
“Ngetes ? Maksudnya om ?” tanya Putri sambil menatap wajah jelek pria tua itu.
“Om mau megang susumu… Om pengen nyoba ngeremes… Kalau boleh, nanti om kasih DPnya langsung setelah om diizinkan menyentuh susu indahmu” kata om Trisno sambil menatap dada Putri yang tertutupi gamis longgarnya.
“Hmm silahkan om” jawab Putri pasrah yang membuat nafsu Om Trisno meningkat.
Om Trisno langsung bangkit dari kursinya lalu mendekati Putri dari arah belakang. Matanya melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Setelah yakin kalau keadaan benar-benar aman. Tangannya dengan penuh semangat mulai mendekat untuk mendekap susu bulat yang selama ini selalu disembunyikan dibalik gamis longgarnya.
“Mmmpppphhhh” desah Putri sampai membuat tubuhnya merinding.
Tiga bulan sudah tubuhnya tidak dijamah oleh seorang laki-laki. Sentuhan lembut yang Om Trisno berikan sudah cukup untuk membuat Putri merinding menikmati apa yang dilakukan oleh pria gendut itu. Apalagi cukup lama tangan nakal itu berada di payudaranya. Jemari-jemari om Trisno bergerak untuk meremas-remas susu bulatnya. Jemari telunjuk om Trisno juga terkadang menekan-nekan puting susunya yang membuat diri Putri semakin bergairah. Ia terus mendesah. Wajahnya pun ia angkat lalu menoleh ke belakang tuk menatap pria tua itu.
“Mmppphh omm… Udahhh… Nanti ketahuan orang” Pinta Putri dengan nada suaranya yang menggoda.
“Bahahaha… Dek Putri ini, baru ngeremes aja udah bikin om sange… Om suka deh sama susumu ini… Gak nyangka, gede juga yah susumu ini… Om jadi makin nafsu deh… Gak nyesel om udah ngebuang uang dua juta demi menikmati susu bulatmu ini” kata om Trisno yang masih terus meremas-remas mainan barunya.
“Ommmm… Mmppphhhh… Sudah ihhh… Ini lagi di mall… Banyak orang yang lewat om… Aku gak mau ketahuan…. Mmpppphhhh” desah Putri yang semakin merangsang nafsu om Trisno.
“Bahahaha om juga tahu… Tapi tangan om gak bisa berhenti lohhh… Gimana kalau kamu mencium bibir om… Kayaknya om baru bisa berhenti deh” Pinta om Trisno.
Berhubung nafsu Putri sedang tinggi. Tanpa menunggu lama, Putri langsung memajukan kepalanya untuk memberikan bibirnya pada pria gendut itu.
“Bahaha anak baik… Sini om cium dulu… Mmppphhhhh” ujar Om Trisno setelah mengangkat cadarnya lalu mendorong bibirnya dengan penuh kelembutan.
“Mmppphhhhhh”
Mereka bercumbu. Kedua bibir mereka sama-sama maju untuk menikmati kelembutan bibir dari pasangannya masing-masing. Putri jadi semakin merinding. Susunya yang diremas, bibirnya yang ditebas, apalagi ia melakukannya di ruang publik dimana banyak orang bisa melihatnya dengan bebas.
Nafsu Putri kian memuncak. Ia bahkan sampai lupa kalau dirinya sedang berada di ruangan terbuka. Putri merinding. Kenikmatannya tiada tanding. Sudah lama dirinya tidak disentuh oleh laki-laki. Sekalinya disentuh, rasanya sungguh nikmat hingga membuatnya tidak mau berhenti.
Sama dengan Putri, om Trisno juga demikian. Om Trisno dengan bangga mencium bibir akhwat yang biasanya tertutupi oleh cadarnya itu. Kedua tangannya jadi semakin kuat meremas. Bibirnya juga jadi semakin semangat untuk menciumnya dengan beringas. Om Trisno mendorong bibirnya. Ia mencumbu bibir Putri dengan penuh nafsu.
Untungnya Om Trisno menepati janjinya. Tak lama kemudian, ia pun melepaskan ciumannya juga remasan di dada.
“Hah… Hah… Hah… Gimana dek ? Puas ?” Tanya om Trisno dengan bangga.
“Hah… Hah… Hah… Belum om” jawab Putri yang membuat om Trisno tersenyum senang.
“Bahahaha ini dua jutanya sesuai janji saya… Kalau setelah ini kita lanjut ngentot… Saya akan tambahkan bonus diluar gaji 10 juta yang saya janjikan tadi…” Kata om Trisno setelah memberikan amplop gemuk ke akhwat cantik itu.
“Bonus om ?” Tanya Putri saat matanya mengikuti pergerakan langkah kaki om Trisno yang kembali duduk di depan kursi Putri.
“Iya, kalau kita lanjut ngentot… Om akan tambahkan dua juta lagi… Tapi syaratnya, kita harus ngentot sekarang… Disini” kata om Trisno yang sudah sangat bernafsu.
“Eh disini ?” tanya Putri terkejut.
“Ke kamar mandi yuk… Dek Putri juga pengen ngerasain sodokan kontol saya kan ?” tanya om Trisno sambil mengelusi penisnya yang semakin mengencang dibalik celana kainnya.
Putri dengan malu-malu mengangguk. Om Trisno yang jadi tidak sabaran langsung menarik tangan Putri untuk membawanya ke kamar mandi mall tersebut.
Mereka berdua sudah masuk. Mereka pun lekas memilih salah satu dari bilik yang ada di kamar mandi laki-laki itu untuk menjadi tempat pelampiasan nafsu mereka. Mereka memasuki bilik paling pojok. Pintu kemudian dikunci dari dalam. Om Trisno dengan penuh nafsu menatap wajah akhwat cantik itu. Putri dengan malu-malu menunduk menyadari dirinya akan menjadi pelampiasan nafsu pria gendut itu.
MEHI9XM
https://thumbs4.imagebam.com/00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg 00/d0/dc/MEHI9XM_t.jpeg
'OM TRISNO
MEBEJIO
https://thumbs4.imagebam.com/63/19/82/MEBEJIO_t.jpg 63/19/82/MEBEJIO_t.jpg
'PUTRI
“Dek,” ucap om Trisno sambil mendekap dagu Putri lalu mengangkatnya untuk menikmati mata sendunya.
“Iya om ?” jawab Putri yang membuat om Trisno jadi semakin tersenyum.
“Boleh gak kalau om ngentot memekmu sekarang ?” Tanya om Trisno yang membuat Putri tersenyum malu-malu.
“Terserah om aja… Aku kan udah jadi milik om… Dalam kurun waktu sebulan ke depan… Om bebas kok mau ngapa-ngapain aku” Jawab Putri yang membuat pentungan sakti om Trisno kian mengeras.
“Bahahahaha… Dek Putri jago berkata-kata juga yah… Gara-gara kamu, pikiran om jadi kemana-mana deh… Om jadi ngebayangin kalau kita bisa ngentot tiap hari… Om jadi penasaran, gimana sih bentuk tubuh dek Putri ? Pasti seksi sekali… Susunya aja udah gede banget” kata Om Trisno sambil mengamati bentuk tubuh Putri.
“Kenapa gak om liat sendiri ? Manja ih, kalau mau bugilin aku dong om” ucap Putri yang membuat Om Trisno terengah-engah karena tak sabar ingin segera menikmati jepitan nikmatnya.
“Nakal banget yah omongan kamu dek… Dasar, binal !” Ujar Om Trisno sambil melepas kaus berkerahnya.
“Habis om kayaknya udah kepengen banget sih… Aku sebagai pelayannya om kan jadi gak tega… Mau aku bantu om buat lepas celananya ?” Ucap Putri yang membuat om Trisno mengangguk puas.
“Ayo telanjangi saya” pinta om Trisno yang membuat Putri tersenyum malu-malu.
“Baik tuan” jawab Putri yang membuat om Trisno semakin bersemangat. Kebetulan dirinya memiliki fetish untuk dilayani oleh seorang akhwat bercadar. Melihat ada akhwat bercadar yang dengan senang hati melayaninya membuat nafsu om Trisno semakin melonjak-lonjak ingin dilampiaskan.
Tubuh tambun om Trisno sudah terlihat. Perlahan demi perlahan, sabuk yang ia kenakan mulai dilepas. Celananya juga mulai turun menampakkan celana dalamnya yang berwarna hitam legam. Setelah celananya lolos melewati kedua kaki gemuknya. Putri dengan segera menarik turun celana dalamnya sehingga penisnya yang sungguh gemuk itu muncul dihadapan Putri.
“Bahahaha gimana kontol saya dek ?” tanya Om Trisno dengan bangga.
Putri yang masih berdiri langsung tersenyum sambil menatap om Trisno. Tangannya dengan liar mengocok-ngocok penis om Trisno. Om Trisno pun merem melek. Putri bahagia bisa mendekap penis yang sudah lama tak mainkan lagi.
“Lucu om… Imut hihihih” tawa Putri sambil mengocok penis om Trisno.
“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhhh… Aaahhh yahhh nikmat sekali kocokanmu dekk… Aahhhhh terusss… Aahhhh terussss” desah om Trisno merem melek.
“Hihihihih keenakan yah om ? Uhhhh jadi makin gede nih kontol om… hihihihi” tawa Putri sambil terus mengocoknya.
“Aaahhhh enak bangettt… Mmppphhh yaahhhh… Ayoo mainkan juga puting saya” Pinta Om Trisno yang segera disanggupi oleh Putri.
“Kayak gini ?” Kata Putri sambil mengelus-ngelus puting kanan om Trisno dengan jemari kirinya.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh… Aahhh terussss…. Ouhhhhh” desah Om Trisno memejam.
“Hihihihi belum apa-apa padahal… Mmpppphhhh” Ujar Putri yang kali ini sambil menjepit puting om Trisno menggunakan bibirnya.
“Aaaaaaahhhh deeekkkkkk” Jerit om Trisno merinding.
Putri pun terus menjilat-jilat puting om Trisno dikala tangan kanannya terus mengocok-ngocok penisnya. Bagaikan seorang ahli, tangan Putri bergerak maju mundur tanpa canggung sama sekali. Jemarinya membetot batang penis om Trisno. Ia mencengkramnya kuat. Lalu memaju mundurkannya dengan cepat. Lidahnya juga bergerak maju mundur dengan cepat saat membasahi pentil susunya. Kadang bibirnya menjepit lalu menyeruputnya dengan kuat. Om Trisno merinding. Ia merasakan servis akhwat yang tidak ada tandingannya.
“Ssllrrppp mmpphhh… Sllrrppp… Mmppphhh” desah Putri yang bersemangat dalam melayani pria gempal itu.
“Aaahhhhh yaaaahhh… Aahhh cukuupp deekk… Cukuppp ouhhhhh” Pinta Om Trisno yang tidak kuat lagi.
Pria tua berbadan gempal yang sudah tidak menutupi tubuhnya dengan satu helai kain pun itu langsung ngos-ngosan. Sungguh servis Putri tidak ada tandingannya. Putri pun berdiri diam malu-malu. Melihatnya malu-malu membuat Om Trisno jadi semakin bernafsu. Ia pun meminta Putri menungging agar dirinya bisa segera menggenjot memeknya dengan sangat kuat.
“Ayo balik badan dek… Om mau ngentot kamu sekarang” Pinta om Trisno pada seorang akhwat yang masih berpakaian lengkap itu.
“Iyya om” Jawab Putri manut.
Putri pun membalikkan badannya. Kedua tangannya bertumpu pada dinding sedangkan pinggulnya ia dorong ke belakang untuk menggoda pria gempal itu. Om Trisno yang bernafsu segera mengangkat rok gamis yang Putri kenakan waktu itu. Saat rok itu terangkat, terlihatlah celana dalam yang berwarna putih itu menggoda nafsu om Trisno. Om Trisno pun menurunkannya hingga celana dalam itu jatuh tersangkut di kedua lututnya. Om Trisno mengocok penisnya. Dengan tidak sabaran, ia menyelipkan penisnya masuk ke dalam lubang kenikmatan akhwat cantik itu.
“Uuuuuuuuuhhhh oommmm” desah Putri merinding.
Rahim Putri yang sudah sangat basah dengan mudah dimasuki oleh penis gemuk itu. Perlahan demi perlahan penis om Trisno menembus rahim akhwat cantik itu. Gesekannya yang terasa membuat mata Om Trisno merem melek tidak karuan. Jepitannya yang terasa membuat penis om Trisno kedat-kedut tidak karuan. Meski dirinya sangat menikmati jepitannya, ada satu hal yang membuat pria gendut itu merasa kecewa.
'Sial saya keduluan… Rupanya dek Putri udah gak perawan… Pantes aja dia tadi jago banget bikin saya kerangsang !'
Batin Om Trisno agak sedikit kecewa. Namun sensasi dalam menikmati tubuh akhwat bercadar di ruangan terbuka merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk ia rasakan lagi. Ia pun melupakan kekecewaannya tadi. Ia pun berusaha menikmati apa yang sudah ia dapatkan saat ini. Pinggulnya bergerak perlahan. Pinggulnya pun ia maju mundurkan untuk menikmati seorang akhwat yang masih berpakaian lengkap ini.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh ommm… Aaahhh” desah Putri saat tubuhnya terdorong maju mundur.
“Aaahhh yaaahhh… Aaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh nikmat sekali memekmu dek” desah om Trisno menikmati.
Kedua tangan om Trisno memegangi pinggang ramping dari akhwat itu. Meski Putri sudah tidak perawan. Jepitannya yang begitu sempit membuatnya tidak memikirkan masalah itu lagi. Om Trisno menikmati. Pinggulnya pun bergerak kencang. Jepitannya jadi semakin terasa mengenakkan.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aahhhh dasar akhwat lonteee… Mau-maunya kamu ngentot sama om yah !” Hina Om Trisno untuk melampiaskan nafsu seksualnya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Habis tawaran om menggoda sih… Aku kan jadi gak punya pilihan lagi… Untungnya aku terima… Aku gak kecewa om… Soalnya tusukan kontol om kerasa bangett… aaahhhhh… Aaahhhhh” goda Putri yang membuat Om Trisno tersenyum puas.
“Aaaahhhh… Aahhhh… Dasar yah… Pintar banget kamu menjilat om !” Kata Om Trisno tersenyum.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Kapan aku ngejilat om ? Aku aja belum ngerasain kontol om di mulut aku” Jawab Putri yang membuat nafsu Om Trisno memuncak.
“Dasar lonte… Mulutmu juga bakat ngelonte yah… Gak nyesel lah saya bayar mahal untuk menikmati tubuhmu ini” kata om Trisno semakin gencar menusuk-nusukkan penisnya.
“Aaaahhh yaahhhh… Aaahhhh bagus deh om… Aaahhhh… Akuu ikutt… Aahhhh… Senengggg” desah Putri yang semakin kencang saat terdorong maju mundur.
“Aaaahhhh… Aaahhh dasar yah kamu deekk… Bikin om nafsu aja… Uuhhhhhhh” desah om Trisno mempercepat sodokannya.
“Aaahhh yaahh… Aaahhhh… Aahhh kenceng bangett ommm… Aaahhhh… Aaaahhhhh” Jerit Putri semakin keras.
'Plokkk… Plookkkk… Plookkkk…'
Pinggul mereka bertubrukan. Suara benturannya terdengar amat kencang. Belum lagi dengan desahan-desahan yang mereka keluarkan. Seolah lupa kalau mereka sedang berada di toilet pria. Mereka terus bersetubuh meluapkan nafsu yang sudah menguasai tubuh.
“Aaahhhh deeekk… Aahhh Om mau keluaaar… Om mau keluuaaarrr” desah om Trisno semakin ngebut dalam menggerakkan pinggulnya.
“Aaahhh keluarin omm… Keluariinn… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah Putri menggoda.
“Aaahhh yaahhh… Aahhh pastii… Pasti akan saya keluarkan deekk… Hennkgghhhh !!!” desah om Trisno mempercepat laju pinggulnya.
“Aaahhh yaahhhh… Aahhhhh… Aaahhh omm pelaannn… Aaaahhhhh” Jerit Putri semakin kencang.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhh deeekkkk !!!!” Jerit Om Trisno yang mulai panas dingin saat hujamannya semakin keras menggempur rahim Putri.
'Plookkk… Plokkkk… Plokkk !!!'
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhh enak banget Oommm… Aaahh teruss… Terus sodok aku yang kencang oomm !” Desah Putri yang terdorong maju mundur.
Om Trisno tidak kuat lagi. Tubuhnya merinding. Kedua lututnya melemah. Nafasnya pun terengah-engah.
“Iyyaahhh… Iyaahhh… Aaahhhh dekk…. Aaahhh rasakaaann inii… Aaahhh… Aaahhhh… Hennkghhhh !” desah Om Trisno saat menahan nafasnya lalu mendorongkan pinggulnya sekuat-kuatnya.
“Aaaahhhh Ooommmmmm”
Tubuh Putri terdorong maju. Wajahnya hampir menempel ke dinding kamar mandi yang ada di depannya itu.
“Aaaaahhh rasakaaann iniii… Kelluuaaarrr !!!” jerit om Trisno sekencang-kencangnya.
“Mmpphhhhhh”
'Cccrrrooottt… Cccrrroottt… Ccrroottt !!!'
Spermanya dengan deras membanjiri rahim kehangatan Putri. Semburannya amat sangat kencang. Putri sampai merinding saat rahimnya makin lama makin terisi oleh sperma pria gendut itu. Tubuh om Trisno tersentak-sentak. Matanya merem melek keenakan. Kedua tangannya pun mencengkram bongkahan pantat putri dikala pinggulnya menekan tubuh Putri untuk terus maju.
“Aaaahhh nikmatnyaaaa” desah Om Trisno sambil terengah-engah.
“Uuuuhhhhh” Putri juga kewalahan. Nafsu Om Trisno lumayan besar juga. Meski persetubuhan mereka tampak sebentar. Tapi kepuasannya cukup terasa. Benar-benar persetubuhan yang berkualitas. Meski sebentar tapi itu sudah cukup untuk memberikan kepuasan bagi keduanya.
Atau belum ?
'Hah… Hah… Hah… Capek banget… Walau aku belum dapet, tapi aku udah dibikin capek sama sodokannya… Hebat banget… Hebat banget om Trisno bisa bikin aku secapek ini !'
Batin Putri yang juga terengah-engah.
“Bahahaha luar biasa banget kamu dek… Saya puas” kata Om Trisno sambil mengecup kepala Putri yang masih tertutupi hijabnya lalu mencabut penisnya hingga sperma yang ada di dalam rahim Putri pun keluar membasahi lantai kamar mandi. Sebagian ada yang jatuh mengenai celana dalamnya yang tersangkut di kedua lututnya. Om Trisno pun menunduk lalu mengorek-ngorek isi vagina Putri untuk mengeluarkan semua sperma yang ia buang di dalam.
“Uuuhhhh… Mmpppphhh… Mmmpphh paakk “desah Putri merasa geli.
Setelah semua spermanya keluar, Putri pun kembali diberdirikan juga kembali dihadapkan ke arahnya. Mata mereka bertemu. Terlihat Putri yang kelelahan membuat om Trisno tersenyum penuh kepuasan.
“Saya puas… Kamu hebat banget dek… Muuaahh” kata Om Trisno sambil mengecup kening Putri.
“Hihihihi makasih… Aku ikut seneng deh om” kata Putri sambil tersenyum.
“Kamu belum keluar kan dek ? Gimana kalau kita lanjut ke hotel ? Om pengen lanjut ke ronde kedua sambil ngeliat tubuh kamu yang masih kamu sembunyiin ini” kata om Trisno tersenyum.
“Hihihii yuk… Aku juga pengen dipuasin om lagi nih… Aku pengen teriak-teriak lagi pas digenjot sama om” kata Putri yang membuat om Trisno tersenyum mesum.
“Bahahaha dah lepas aja celana dalammu… Udah kena pejuh om kan ? Nanti om beliin celana dalem kamu yang baru… Om juga pengen beli lingerie buat kamu…. Yuk kita keluar” kata om Trisno kepada pemus nafsunya.
“Yuk tapi om pake baju dulu dong hihihihi” tawa Putri.
“Oh iya sampai lupa… Gara-gara kamu sih dek” ucap om Trisno yang membuat Putri ikut tertawa.
Setelah mereka kembali berpakaian, Mereka berdua pun jalan bergandengan selayaknya pasangan suami istri. Bahkan Putri mendekap lengan om Trisno kencang sekali. Sebagian ada yang iri, sebagian ada yang bertanya-tanya. Sesholeh apa sih om gendut itu sampai bisa menikahi akhwat bercadar itu. Mereka semua tidak tahu, kalau Putri hanyalah cewek bokingan yang dipesan selama sebulan ke depan.
“Makasih” ucap Om Trisno setelah membeli barang yang ia inginkan. Meski wajah kasir tadi terlihat heran karena yang dibeli oleh pria gendut itu hanyalah pakaian dalam. Om Trisno dan pasangannya tidak memperdulikan. Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil untuk lanjut ke hotel demi menikmati ronde kedua mereka.
“Gak sabar deh om pengen ngeliat daleman gamismu !” kata om Trisno.
“Sama om, aku juga… Aku penasaran gimana sih reaksi om pas ngeliat aku telanjang hihihihi” jawab Putri yang membuat Om Trisna tersenyum.
“Pasti Om akan bahagia sekali bahahaha” tawa Om Trisno sambil melajukan mobilnya.
'KEESOKAN HARINYA
Sebuah motor terhenti didepan sebuah rumah yang terlihat seperti tidak ada penghuninya. Sesosok pria tampan itu turun dari motor yang dikendarainya. Ia juga melepas helm yang dikenakannya lalu menaruhnya di salah satu spion motornya. Ia diam menatap rumah yang dulu ditinggali oleh wanita yang sangat ia cintai. Meski saat itu wanita itu sudah bersuami. Tapi hal itu tidak meruntuhkan rasa cintanya kepadanya. Ia merenung. Ia diam membeku sambil mengingat kenangan indahnya dulu.
“Apa yang sebenarnya terjadi, Nay ? Benarkah itu yang terjadi ? Benarkah berita yang udah tersebar ini ?” Lirih Andri penasaran.
MEBHU2J
https://thumbs4.imagebam.com/7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg 7b/22/51/MEBHU2J_t.jpg
'ANDRI
Sudah tiga bulan ini Nayla menghilang tanpa adanya kabar. Andri pun begitu merindukannya. Nomornya sudah tidak aktif. Bahkan instagramnya yang memiliki ratusan ribu 'followers' itu turut menghilang mengikuti pemiliknya. Banyak rumor tak sedap bermunculan. Bahkan beberapa video yang diduga Nayla bermunculan di situs dewasa.
Meski video skandal itu tidak menunjukkan dengan jelas kalau itu adalah Nayla. Andri sangat yakin kalau video itu memang benar Nayla. Ia seperti mengenali suara dari pemeran wanita di video itu. Meski ia tak benar-benar yakin. Hal itu cukup mengecewakan dirinya dan cukup merubah sisi pandangnya terhadap akhwat bercadar.
“Hah… Apa benar itu dirimu, Nay ?” Lirih Andri kecewa.
“Tentunya bukan” Ucap seseorang sambil mendekap bahu Andri dari belakang. Andri sendiri pun terkejut. Ia segera berbalik badan untuk mencari tahu siapa seseorang yang baru saja mengejutkannya itu.
“Pak Beni ?” Ucap Andri yang langsung mengenali pria tua berbadan kekar itu.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Pasti bukan… Itu cuma fitnah… Saya sangat mengenal mbak Nayla… Mbak Nayla bukan wanita yang gampangan seperti itu” Kata pak Beni pada Andri.
“Mengingat apa yang sudah bapak lakukan pada Putri… Saya ragu dengan jawaban itu” kata Andri yang masih kesal pada pria kekar itu.
“Maaf untuk masalah itu… Tapi untuk mbak Nayla… Saya dapat menjaminnya… Mbak Nayla gak mungkin melakukan hal semurah itu” kata Pak Beni yang kekeh membelanya.
“Semoga aja benar !” kata Andri yang buru-buru menaiki motornya karena muak dengan wajah pria kekar itu.
Baru saja Andri mengenakan helmnya kembali. Tiba-tiba pak Beni kembali berbicara yang membuat Andri mengurungkan niatnya untuk segera pergi dari lingkungan ini.
“Sebenarnya ada yang mau saya bicarakan, ini soal Putri” kata Pak Beni.
Andri yang sebenarnya masih menginginkan Putri pun memberi waktu pada pak Beni untuk menceritakan apa yang ingin diceritakannya.
“Ada apa memangnya ?” Ucap Andri dengan dingin.
“Sebelumnya, saya ingin meminta maaf lagi karena sudah merusak rencana pernikahan kalian… Tapi ada satu hal yang ingin saya ceritakan, ini soal bagaimana kami bisa menjadi dekat” kata pak Beni.
Pak Beni pun mulai bercerita. Ia menceritakan semuanya dengan jujur. Mulai saat Putri main ke rumah Nayla lalu tiba-tiba diperkosa oleh pembantunya. Ia yang sebenarnya ditugaskan menemani Putri disaat Nayla hendak bekerja namun tiba-tiba Putri kesengsem padanya. Ia menceritakan semuanya. Andri yang memperhatikan pun mulai mengernyitkan dahinya.
“Tunggu sebentar… Diperkosa oleh pembantunya Nayla ? Apa Nayla pernah diperkosa juga ?” Tanya Andri yang mengejutkan pak Beni.
Pak Beni yang terkejut langsung terbata-bata. Hal itu membuat Andri jadi curiga.
“Jujur saja, toh saya juga sudah liat sendiri videonya yang tersebar… Apa pembantunya itu yang bapak-bapak gendut itu ?” Tanya Andri semakin curiga.
Pak Beni yang tidak memiliki jawaban lain akhirnya hanya mengangguk. Andri yang melihatnya langsung kecewa. Tubuhnya begitu lemas kalau apa yang dilihatnya itu ternyata beneran Nayla.
“Jadi, itu beneran Nayla yah ?” Ucap Andri kecewa.
“Tapi itu bukan keinginannya… Memang mbak Nayla pernah diperkosanya… Bukan berarti dia ingin diperkosa… Bahkan pernah dalam suatu waktu ia bersembunyi di rumah saya agar tidak diperkosa oleh pembantunya… Percaya saya, Mbak Nayla mungkin sudah ternoda… Tapi Mbak Nayla bukan wanita gampangan” kata Pak Beni yang berusaha untuk tidak menjatuhkan 'image' Nayla.
“Tapi di video yang saya lihat itu… Bukannya Nayla . . . “ kata Andri terhenti.
“Itu settingan… Itu semua permintaan pembantunya… Mas sendiri udah kenal mbak Nayla sejak lama kan ? Apa pernah mbak Nayla keliatan murahan di depan mas ?” Tanya Pak Beni yang membuat Andri terdiam.
Andri mencoba mengingat-ngingat. Seingatnya tidak. Atau iya ? Ia tiba-tiba teringat saat dirinya memergoki Nayla tengah bermasturbasi di ruang ganti studio. Tapi, Nayla sama sekali tidak menggodanya. Hal itu murni dirinya yang menemukan Nayla bermasturbasi.
“Hmmm entahlah… Tapi semoga saja bukan… Terima kasih atas infonya… Jujur, pandangan saya terhadap bapak agak sedikit berbeda setelah mendengar kisah bapak” kata Andri yang membuat pak Beni tersenyum.
“Saya bukan orang jahat… Saya menyayangi seorang wanita… Bukan hanya nafsu semata sampai merusak diri mereka” kata pak Beni yang membuat Andri tersenyum.
Andri pun hanya mengangguk-ngangguk. Setelah berbicara sebentar dengan pria yang pernah ia benci itu. Andri pun menarik gas motornya lalu meninggalkan Pak Beni sendirian di depan rumah yang pernah ditinggali Nayla.
“Hah, tugas saya selesai… Tiga bulan ini saya disini untuk membela dirimu mbak… Saya rasa sudah cukup bagi saya untuk menetap disini… Sudah cukup petualangan saya di ibu kota… Sudah cukup pengalaman saya dengan seorang wanita… Saya ingin pulang kampung… Saya mau hidup tenang di kampung saya !” lirih pak Beni sambil tersenyum.
'PADA SAAT YANG SAMA DI TEMPAT YANG BERBEDA
“Kita sudah pernah membicarakannya, iya kan dek ?” kata Miftah sambil menyetir mobilnya.
“Iya mas” jawab Nayla sambil memegangi perutnya yang mulai membesar.
“Maaf, bukan berarti mas ingin menelantarkan adek… Tapi mas gak sanggup untuk membesarkan seorang bayi yang bukan berasal dari mas… Kalau misal nanti hasil dari tes DNA-nya menunjukkan kalau bayi itu bukan berasal dari mas… Mas mohon maaf, mas akan segera mengembalikan adek ke orang tua adek” Ucap Miftah dengan sopan.
“Iyya mas… Adek paham… Adek siap menerima semua konsekuensinya kok” kata Nayla sambil mengelus-ngelus perutnya.
Keadaan pun menjadi hening setelah itu. Miftah dengan berhati-hati menyetir mobilnya menuju rumah sakit terdekat untuk mengambil hasil dari tes DNA yang sudah mereka lakukan. Sudah berjam-jam mereka berkendara dari rumah mereka di pedesaan menuju rumah sakit besar yang berada di kota besar terdekat.
Miftah melirik istrinya sekilas. Ia merenungi kisah hidupnya bersama istri tercintanya. Sudah dua setengah bulan semenjak dirinya pindah ke daerah pedesaan bersama istri cantiknya. Sudah dua setengah bulan semenjak dirinya pindah ke tempat pengasingan untuk menghindar dari rumor tak sedap yang sudah menyebar kemana-mana.
Jujur, dirinya tak sanggup berpisah dengan istrinya yang mempunyai paras cantik lagi jelita. Namun perbuatan istrinya saat itu benar-benar keterlaluan. Ia kecewa. Ini adalah titik terendah dalam hidupnya dimana bahtera rumah tangganya sedang berada di ambang kehancuran.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun tiba di rumah sakit yang mereka tuju. Miftah memarkirkan kendaraannya. Meski perasaan cintanya terhadap istrinya tidak sebesar dulu, ia dengan penuh perhatian menggandeng tangan istrinya selama perjalanannya menyururi lorong rumah sakit.
Meski Nayla sudah berusaha menyembunyikan kecantikannya dengan pakaian yang serba tertutup. Kecantikannya yang natural kembali menarik perhatian orang-orang. Saat Nayla dan suaminya lewat, beberapa orang langsung menoleh untuk menatapnya. Sebagian ada yang terpana pada kecantikan Nayla. Sebagian lagi karena merasa dirinya telah melihat adanya kemiripan dengan video akhwat bercadar yang tengah viral itu.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
MEHJVLI
https://thumbs4.imagebam.com/55/04/b9/MEHJVLI_t.jpg 55/04/b9/MEHJVLI_t.jpg
'NAYLA
Beruntung, karena tak lama kemudian, mereka berdua tiba di ruangan untuk uji tes DNA.
“Dok, ini saya, Miftah... Saya yang meminta untuk uji tes DNA pada janin di rahim istri saya waktu itu” kata Miftah kepada dokter yang bertanggung jawab.
“Oh iya pak, silahkan duduk dulu” Kata dokter itu dengan sopan.
Seperti kata dokter sekitar 3 minggu yang lalu… Kehadiran kami disini untuk mengambil hasil dari tes DNA waktu itu dok... Bagaimana, apa hasilnya sudah keluar ? Tanya Miftah berdebar.
Oh iya... Hasilnya sudah keluar kok pak... Tunggu sebentar yah kata dokter itu yang kemudian langsung bangkit untuk mengambil berkas hasil tes DNA tersebut.
Baik Miftah ataupun Nayla terlihat khawatir. Jantung mereka berdua berdetak sangat kencang. Hasil dari tes DNA itu akan menentukan kemana arah rumah tangga mereka. Akankah menuju 'sakinah, mawaddah' & 'rahmah' atau malah menuju perceraian.
Dokter itu sudah kembali duduk di tempatnya. Dokter itu pun membuka hasil berkasnya lalu memeriksanya dengan seksama. Nayla yang tak kuat langsung mendekap tangan suaminya di sebelah. Miftah pun juga. Matanya gemetar. Ia mencoba membaca ekspresi dari wajah sang dokter yang juga merupakan dokter spesialis kehakiman tersebut.
“Hah desah dokter itu sambil menutup berkas tersebut.
Miftah & Nayla jadi semakin khawatir. Perasaan tidak enak mulai dirasakan oleh keduanya.
Kalau gak salah, 3 minggu yang lalu bapak bilang kalau istri bapak pernah diperkosa oleh banyak orang yah ? Tanya dokter itu blak-blakan.
Nayla langsung menunduk malu. Ucapan dokter itu membuatnya teringat akan kebodohannya di masa lalu.
Iya dok ucap Miftah berbohong demi melindungi harga diri istrinya.
Sebelum itu, apa bapak pernah berhubungan badan dengan istri bapak ? Tanya dokter itu lagi.
Miftah dan Nayla pun saling pandang. Mereka mencoba mengingat-ngingat kejadian sebelum pesta sex itu dimulai.
Seingat aku sih pernah dok... Iya pernah jawab Nayla yang masih ingat betul kejadiannya.
Eh iya kah ? Bisik Miftah kepada istrinya.
Iya mas yang waktu itu loh balas Nayla berbisik pada suaminya.
Nayla pun mengingatkan suaminya tentang kejadian saat dirinya menggoda suaminya setelah makan malam. Ia bahkan menunjukkan kedua payudaranya setelah itu. Hubungan panas mereka pun berlanjut di kamar yang berakhir dengan perasaan Nayla yang kurang puas pada persetubuhan mereka. Padahal saat itu dirinya sudah sangat yakin kalau dirinya bisa mendapatkan kepuasan dari suaminya. Ia juga menambahkan kalau kejadian itu terjadi sebelum dirinya menghadiri pesta pernikahan temannya di puncak.
Miftah mengangguk pertanda dirinya ingat kejadian itu. Miftah yang penasaran dengan pertanyaan dokter itu mulai bertanya lagi kepadanya.
Memang kenapa yah dok ? Ada apa ? Tanya Miftah.
Maaf untuk pertanyaan ini, apa waktu itu ibu merasa terangsang atau ingin menunjukkan sisi liar ibu dihadapan suami ibu ? Tanya dokter itu pada Nayla yang membuat pipi Nayla memerah karena malu.
Hehe i-iya dok... Iya... Jawab Nayla malu-malu.
Biasanya, tanda seorang wanita kalau sedang ada di fase subur itu nafsunya suka menggebu-gebu... Kalau waktu itu ibu bernafsu lalu meminta suami ibu untuk bersetubuh... Maka berbahagialah, selamat ! Hasil tes DNA bapak dengan bayi yang ada di kandungan ibu cocok ! Ucap dokter itu yang membuat Miftah & istrinya diam membeku.
Tuu-tunggu dulu... Apa dok ? Hasil tes DNA-nya cocok ? Jadi, bayi yang ada di rahim istri saya itu anak saya dok ? Tanya Miftah bersemangat. Bahkan Nayla sudah menitikkan air matanya karena saking bahagianya.
Betul, bapak gak usah khawatir lagi... Dia adalah anak bapak jawab dokter itu yang membuat Miftah menangis bahagia.
Alhamdulillah dok... Makasih... Makasih dok... Makasih ucap Miftah sambil berdiri lalu memeluk dokter itu.
Saya tidak melakukan apa-apa pak... Fakta sendiri yang sudah menjelaskannya jawab dokter itu
Nayla yang ada di sebelahnya juga ikut berdiri. Miftah dengan bahagia langsung memeluk istrinya lalu mencium keningnya.
Maafin mas dek... Maaf udah bikin adek tersiksa... Maafin mas yah kata Miftah sambil menangis haru.
Gapapa mas... Adek yang salah kok... Makasih masih mau nemenin adek disaat-saat seperti ini jawab Nayla semakin menangis.
Dokter yang melihatnya jadi tersenyum. Ia turut berbahagia saat melihat pasangan suami istri itu. Ia pun mengambil hapenya kemudian mengetikkan sesuatu disana.
Jadi kita bakal tinggal bareng selamanya kan mas ? Tanya Nayla pada suaminya.
Miftah sambil tersenyum mengangguk pada istrinya. Mereka kembali berpelukan. Mereka berdua pun pamit setelah mendapatkan hasil yang mereka mau, terkhusus Nayla. Ia merasa lega karena hasil dari tes DNA-nya sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Setelah mengambil hasil dari uji tes DNA, mereka berdua pun keluar lalu menuju dokter kejiwaan untuk mengobati fetish aneh Nayla. Ya, selama beberapa minggu ke belakang, Nayla rutin mendatangi psikiater untuk mengobati kelainan seksualnya. Apalagi setelah fakta kalau janin yang ada di rahimnya merupakan hasil hubungannya dengan Miftah. Nayla jadi semakin ingin sembuh dari kelainan gerontophilia-nya. Nayla ingin berubah agar bisa menjadi ibu yang baik bagi anak kandungnya.
Di perjalanan, Miftah terus berbicara mengenai kebahagiaannya setelah mendapatkan hasil tes DNA-nya. Miftah terus mengoceh. Ia bahkan mulai berbicara mengenai bagaimana cara ia akan merawat bayinya di masa depan. Sedangkan Nayla hanya tersenyum saja. Sesekali ia memainkan hapenya. Sesekali ia tersenyum untuk merespon omongan suaminya.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun tiba. Nayla kemudian meminta izin pada suaminya untuk masuk ke ruangan psikiater tersebut.
“Adek mau masuk dulu yah… Mungkin agak lama, mas tunggu sebentar yah di luar” Kata Nayla dengan lembut.
“Iyya dek, cepet sembuh yah… Mari, kita mulai dari awal lagi tentang kisah kehidupan pernikahan kita” kata Miftah sambil tersenyum.
“Dimulai dari nol lagi yah mas… Hihihi” Kata Nayla yang sudah dapat kembali tersenyum dengan ceria.
Setelah Nayla masuk ke ruangan untuk melakukan konsultasi. Miftah pun duduk sendirian di luar. Ia terus tersenyum. Hatinya begitu bahagia memikirkan kalau janin yang ada di rahim istrinya adalah calon anaknya.
10 menit kemudian. Ia masih sendirian di luar. Konsultasi selama satu jam yang istrinya lakukan berlangsung begitu lama. Ditengah kejenuhan yang melanda, tiba-tiba Miftah mengeluarkan hapenya karena merasa bosan. Jemarinya men-'tap' ikon galeri. Ia kemudian men-'tap folder' video. Seketika ia memutar sebuah video yang sudah ia simpan sejak lama.
Sebuah video yang menampilkan seorang akhwat bercadar yang tengah diperkosa oleh orang-orang muncul di layar hapenya. Bukan hanya sekedar akhwat bercadar, karena akhwat yang sedang ia tonton itu adalah istrinya sendiri.
Anehnya, perasaan kesal bercampur amarah yang dulu sering ia rasakan saat menonton video skandal istrinya tidak muncul lagi. Ada perasaan aneh yang ia rasakan sekarang saat menonton video istrinya diperkosa. Perasaan aneh yang sulit ia jelaskan. Satu hal yang pasti saat dirinya menonton video istrinya diperkosa, penisnya berdiri. Ia jadi terangsang saat melihat istrinya disetubuhi orang lain.
*-*-*-*
itus berbayar, berarti anda telah ditipu oleh orang tersebut'
'SATU TAHUN KEMUDIAN
Pagi hari pada pukul sepuluh tepat. Di sebuah hotel mewah berbintang empat. Terdapat seorang akhwat yang masih tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Tubuh polosnya terlihat. Dari ujung rambutnya di paling atas sampai ujung kuku jemarinya di paling bawah tak ada satupun lekuk tubuhnya yang terlewat. Akhwat itu benar-benar telanjang bulat. Ia pun mulai terbangun sambil mengulat.
“Mmmmppphhh !” desah akhwat cantik itu.
“Loh, udah bangun yah sayang ?” Kata seorang pria yang sedang mengenakan dasinya.
“Eh, udah jam berapa sekarang mas ?” Tanya akhwat itu yang langsung duduk sambil mengucek-ngucek matanya.
“Udah jam sepuluh loh… Capek banget yah rasanya ? Maaf udah maksa kamu buat begadang semalaman” Kata pria itu yang membuat akhwat itu tersipu malu.
“Hihihi gapapa mas… Lagian itu udah jadi tugas aku kok” Katanya.
Selimut yang sedari tadi menutupi dadanya tiba-tiba turun sendiri memunculkan kedua payudaranya yang bulat sempurna. Pria itu langsung melotot. Meski semalaman ia sudah menyeruputnya sampai ngecrot. Nafsunya kembali bangkit yang membuatnya jadi ingin kembali mengentot.
“Dasar, indah banget sih tubuhmu… Saya jadi nafsu pengen genjot kamu lagi deh” kata pria itu yang membuat akhwat itu tersipu malu.
“Dasar, mesum ! Gak bosen apa mas ngelemesin aku terus” kata akhwat itu yang membuat pria paruh baya itu datang mendekat.
“Mana bisa saya bosen, sayang… Kamu itu ibarat narkoba, saya udah dibikin candu sama keindahan lekukmu” katanya sambil mencium bibirnya lalu meremas dadanya dengan kuat.
“Mmppphhh maasss” Desahnya yang membuat pria itu tersenyum puas.
“Sayang sekali, saya ada acara setelah ini… Itu amplopnya ada di laci yah sayang… Saya juga menambahkan tip karena saya puas sekali dengan servismu semalam” kata pria itu tersenyum.
“Maaci mas… Hihihihi… Jangan bosen-bosen buat 'booking' aku yah, mas” Pinta akhwat cantik itu.
“Gak akan sayang… Tapi saya cemburu loh tiap kali ada pria lain yang lagi membooking kamu” kata pria itu yang membuat akhwat itu tersipu.
“Makanya buruan isi slot aku… Jangan sampai ada laki-laki lain yang duluan 'booking' aku” katanya yang membuat pria itu tersenyum gemas.
Dasar, dah yah... Sampai jumpa lagi, Put” kata pria itu yang langsung pergi meninggalkan akhwat cantik itu sendirian.
“Dah juga mas… Hah, akhirnya bisa istirahat juga… Ngantuk banget deh rasanya…. Masa dari jam delapan malem baru bisa diizinin tidur pas udah jam enam pagi sih… Berapa jam coba aku dipaksa buat ngelayanin dia… Tapi gapapa lah… Udah jadi resiko pekerjaan juga, hihihih” tawa Putri.
Ia yang masih telanjang bulat segera membuka hapenya. Ia kemudian memasuki sebuah forum dimana dirinya berjualan disana. Ia memasuki 'thread'-nya. Ia lalu mengambil foto selfie untuk dibagikan kepada para penggemarnya.
MEHJVLA
https://thumbs4.imagebam.com/61/5c/26/MEHJVLA_t.jpeg 61/5c/26/MEHJVLA_t.jpeg
'Baru aja selesai ngelayanin pelanggan, yuk buruan isi slot aku. Mulai jam tiga sore nanti, kalian bisa mulai booking aku loh.'
Putri tersenyum saat menulis status itu setelah memposting foto telanjangnya. Fotonya yang cuma menampilkan tubuh telanjangnya tanpa menunjukkan wajah aslinya membuat para pria yang melihatnya semakin bernafsu untuk melihat bagaimana rupa dari wajah aslinya. Apalagi selama ini, dirinya kerap memposting fotonya yang sedang mengenakan cadar. Meski di bagian matanya ia tutupi dengan garis hitam. Banyak pria yang jadi tergoda untuk membokingnya semalaman.
“Hihihi aku jadi gendutan deh… Untungnya masih banyak orang yang suka” Lirih Putri saat memperhatikan foto bugilnya sendiri.
Ya, tubuh Putri jadi lebih berisi. Susunya juga makin besar yang membuat orang-orang jadi gemas ingin meremas dadanya kuat-kuat. Ia bahkan mewarnai rambutnya. Ia sudah benar-benar berubah. Tidak ada lagi status akhwat yang tertinggal padanya selain ciri khas berpakaiannya yang masih menggunakan cadar serta gamis longgar.
Sesuai dugaan, banyak sekali akun yang mengomentari foto telanjangnya. Putri pun tersenyum melihat berbagai komentar mesum yang ditujukan padanya. Ia pun bermasturbasi sambil membaca setiap komentar yang tertulis di 'thread'-nya.
“Dasar kalian mesum ih… Mmpphhh… Masa ada yang pengen genjot aku seharian… Emang kuat ? Mmpphhhhh” desahnya saat membaca komentar sambil menggesek-gesek bibir vaginanya.
“Ini lagi, ada orang yang ngaku udah crot tujuh kali sambil ngeliatin foto aku… Masa sih beneran ? Apa gak lemes tuh badan ? Hihihihi” tawa Putri.
Ia kemudian membuka satu demi satu pesan yang ditujukan padanya. Dari sekian pesan, ada satu pesan yang menonjol yang membuatnya jadi ingin membukanya. Yakni pesan dari sebuah akun bernama @kill_bill yang sering melakukan kontak PM dengannya. Putri membukanya. Ia jadi penasaran dengan pesan apa yang dikirimkan olehnya.
“Seperti biasa, tubuhmu selalu menarik perhatian saya, sayang”
“Hihihihi bisa aja sih mas, ngomong-ngomong kapan nih mau isi slot aku ? Dari dulu beraninya cuma chattan mesum mulu”
“Wkwkwkwk saya bukan orang kaya yang bisa langsung membookingmu pas ada waktu kosong, sayang… Ini aja dari kemarin lagi ngumpulin uang… Biar kapan-kapan, saya bisa menikmati tubuhmu walau cuma buat satu kali crot aja”
“Hihihi duh jadi terharu deh… Sampai segitunya demi bisa main sama aku… Aku tunggu yah mas… Lama-lama jadi penasaran deh, mas sanggup memuasi aku apa enggak yah… Hihihihi”
“Ya pasti bisa dong… Tapi gak tau kalau kontol saya lemes duluan gara-gara keindahan tubuhmu, sayang… Duh pasti aslinya dek @putrilagilagi punya wajah yang cantik banget nih… Saya pasti jadi gugup deh kalau ketemu”
“Hihihih aku gak secantik itu kok mas… Menang 'body' aja”
“Ah saya gak percaya deh… wajahnya @putrilagilagi pasti cantik juga… Duh kalau ketemu jadi gak nahan pengen ngecrotin wajahnya deh”
“Hihihihi kalau muka aku dikotorin… Nanti aku merem terus dong… Jadi susah ngeliatnya tau !”
“Ya nanti kan bakal saya bersihin, walau nanti saya kotorin lagi pake pejuh saya yang masih anget wkwkkwkw”
“Dasar ih, mesum !”
“Wkwkwkwk… Oh yah, hmm andai nanti kita ketemu secara gak sengaja… Dek @putrilagilagi mau gak ngentot gratis sama saya ? Dek @putrilagilagi penasaran sama kontol saya kan ?” Balas akun @kill_bill@kill_bill sambil mengiriman foto penisnya yang lumayan besar.
“Ihhhh gede banget mas… Mana item lagi”
“Wkwkwkwk belum ada pria yang ngebooking @putrilagilagi yang punya kontol segede dan seitem itu kan ?”
“Belum ada mas ! Aku kaget banget pas ngeliatnya”
“Wkwkwkkw makanya nanti kalau kita ketemu secara gak sengaja di jalan… Dek Putri mau yah main sama saya”
“Hihihihi boleh deh… Itung-itung buat ngilangin rasa penasaran juga… Hihihihi” tawa Putri sambil membalas pesan itu.
“Bener yah ? Janji ?”
“Janji hihihihi”
Tanpa sempat membaca pesan lagi dari akun @kill_bill@kill_bill, Putri langsung bangkit dari ranjang tidurnya untuk mandi, bersiap-siap untuk 'check out' dari hotel mewah ini.
Setelah mandi dan berpakaian rapih. Akhwat cantik yang sudah memutuskan jalan hidupnya sebagai seorang pelacur itu pun bersiap-siap pulang menuju apartemen mewahnya. Sungguh penampilan yang jauh berbeda dibangdingkan sebelumnya. Kalau tadi ia bertelanjang bulat memamerkan keindahan lekuk tubuhnya. Sekarang, nyaris tidak ada kulit tubuhnya yang terlihat kecuali kedua bola matanya serta sebagian kening wajahnya. Seluruh tubuhnya dibalut dengan gamis longgar berwarna merah muda. Perpaduannya dengan hijab berwarna hitam benar-benar sempurna. Orang-orang mengira mungkin ia menginap disini karena dirinya berasal dari luar kota untuk melakukan perfotoan di ibu kota. Karena tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya ia memutuskan untuk bermalam di hotel mewah. Tidak ada yang menduga kalau semalam dirinya baru saja melayani seorang pria. Seorang pria yang merupakan CEO perusahaan besar yang berani membayar mahal untuk mencicipinya semalaman.
“Akhirnya bisa pulang juga” lirih Putri setelah keluar dari hotel tempat dirinya bermalam.
Ia kemudian membuka hapenya untuk memesan taxi 'online' menuju apartemen mewahnya. Setelah cukup lama ia menunggu, sebuah mobil pun berhenti tepat didepannya. Ia masuk kesana. Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi yang membuat Putri pun langsung menoleh ke arah sopir misterius itu.
“loh, mbak @putrilagilagi yah ?” ujar sopir taxi 'online' itu yang membuat Putri reflek membuka matanya lebar-lebar.
“Iyya kan ? Bener kan ? Wkwkwkwk gak nyangka bisa ketemu kita” kata sopir itu tersenyum.
“Mas siapa yah ?” Tanya Putri penasaran. Ia memperhatikan tubuhnya sejenak. Sopir itu terlihat kekar dengan kulitnya yang berwarna sangat hitam. Rambutnya pun botak depan. Wajahnya terlihat di usia lima puluh tahunan. Pikiran Putri kosong. Ia benar-benar tidak tahu siapa lagi-laki yang baru menyapanya menggunakan nama akun di forumitu.com.
“Wkwkwk kaget yah ? Ini saya @kill_bill” jawabnya yang membuat Putri terkejut.
“Eeehhh… Beneran ?” tanya Putri tak percaya.
“Wkwkwk padahal baru aja tadi kita chattan ? Iya kan ?” tanya sopir kekar itu sambil melajukan mobilnya.
“Hehe i-iya mas” jawab Putri yang masih tidak menyangka.
“Tuh kan apa kata saya, dek Putri cantik banget loh… Pake cadar aja udah cantik, apalagi telanjang” Katanya dengan blak-blakan yang membuat wajah Putri memerah.
“Hehe… Makasih” Jawab Putri malu-malu yang membuat sopir itu terkejut.
“Loh gak nyangka… Saya kira sifat asli dek Putri liar… Ternyata malah malu-malu yah ? Bikin saya makin gemes malah” kata sopir itu yang membuat Putri tersipu.
“Hihihi iya mas… Aku aslinya gak seliar itu kok… Aku cenderung pemalu” ucap Putri mengaku.
“Waaahhh lebih cocok pemalu malah dek… Tau gak dek… Sejak pertama kali dek Putri bikin 'thread'… Saya udah jadi fans nomor satu loh… Inget gak sama foto ini, foto pas dek Putri make asesoris ini di sekujur tubuhmu” kata sopir taxi itu sambil menunjukkan sebuah foto yang telah ia simpan saat diri mereka berada di perempatan lampu merah.
MEHJVL8
https://thumbs4.imagebam.com/a0/b3/de/MEHJVL8_t.jpeg a0/b3/de/MEHJVL8_t.jpeg
“Oh yang ini… Foto ini masih baru kan mas ?” Tanya Putri mengingatnya.
“Iya dek… Sekitar semingguan lah yah… Saya nafsu banget sama fotomu yang ini… Hampir tiap hari saya onani pake foto ini… Bahkan kemarin saya sampai 3x ngecrot sambil ngeliat foto ini” ujar sopir itu blak-blakan yang membuat Putri tercengang. Wajahnya memerah. Ia tak menduga ada orang yang begitu bersemangat beronani sambil menggunakan fotonya.
“Eh masa sih ?”
“Wkwkwkw dek Putri itu idola saya banget tau… Setiap foto yang mbak kasih di 'thread'…. Pasti selalu saya jadikan bahan untuk onani… Saya suka banget sama rambutmu yang sebahu apalagi sekarang lagi dimerah-merahin kan ? Ucap sopir itu mengaku. “Oh yah inget sama foto ini gak ? Pas dek Putri pamer toket di 'thread' ?” Kata Sopir itu menunjukkan sebuah foto lagi.
MEHJVLB
https://thumbs4.imagebam.com/8d/91/85/MEHJVLB_t.jpeg 8d/91/85/MEHJVLB_t.jpeg
“Ehhhh” kata Putri lagi-lagi tersipu.
“Gilaaakkk… Gede banget susumu dek… Wkwkwkkw… Saya langsung onani pas dek Putri 'upload' foto ini… Padahal waktu itu saya lagi di mobil loh sambil nunggu pelanggan… Tau dek Putri 'update thread'… Saya langsung onani sampe keluar banyak sekali !” ujar sopir mesum itu yang membuat Putri bingung harus bereaksi bagaimana.
MEHJVL9
https://thumbs4.imagebam.com/97/1d/67/MEHJVL9_t.jpeg 97/1d/67/MEHJVL9_t.jpeg
Terus foto ini, pas dek Putri abis mandi… Fotonya dah lama sih… Rambutmu juga masih item… Wah gila seger banget… Saya langsung ngebayangin kalau saya ada di belakang dek Putri terus langsung nyelipin kontol saya buat maen gaya anjing kawin !” kata sopir itu yang kian bernafsu.
Putri yang duduk disebelahnya terkejut. Ia tak menduga bisa bertemu fans nomor satunya di pertemuan yang 'tidak disengaja' ini. Bahkan fansnya itu selalu menyimpan foto-foto menggairahkannya dan selalu digunakan untuk melampiaskan hasrat seksualnya.
'Deg !
Gak sengaja ?'
Tiba-tiba mata Putri membuka lebar. Ia teringat akan sebuah janji yang pernah ia buat di kolom PMnya.
Mobil pun kembali berjalan saat lampu sudah berubah menjadi warna hijau. Dalam perjalanan, pemilik akun @kill_bill@kill_bill itu pun mengungkit pesan yang tadi pagi ia kirimkan.
“Eh iya dek… Soal PM kita pagi tadi… Beneran ? Saya boleh ?” tanya sopir itu sambil mengusapi penisnya dari luar celananya. Putri yang duduk disebelah langsung menoleh untuk menatap usapan tangan sopir taxi itu. Putri menenggak ludah. Penis itu sudah membesar bersiap untuk menumpahkan isi di dalamnya.
“Masih inget aja sih… Kirain udah lupa” Kata Putri yang agak menyesali janjinya tadi.
“Wkwkwkkw mana bisa, sayang… Apalagi ini soal masalah ranjang wkwkkw… Gimana ? apa saya boleh ?” Tanya sopir itu malu-malu.
“Huft, padahal niatnya pengen langsung tidur sehabis ini… Tapi berhubung udah janji, aku ngebolehin mas asal satu kali crot aja yah” kata Putri yang membuat sopir itu bersemangat.
“Beneran ? Gapapa kok dek… Gapapa… Saya udah seneng banget malahan… Akhirnya bisa ngentot bareng dek Putri nih… Duh jadi gak sabar saya” kata Sopir taxi mesum itu yang membuat Putri geleng-geleng kepala sambil tersenyum. “Oh yah, mau main dimana dek ?” Tanya sopir itu bersemangat.
“Langsung ke apartemen aku aja mas… Kita main disana… Tapi janji setelah mas keluar sekali, langsung udahan yah !” ujar Putri.
“Iya, saya janji kok dek… Duh senangnya” kata sopir itu tersenyum.
MEHHF4S
https://thumbs4.imagebam.com/95/f2/2e/MEHHF4S_t.jpg 95/f2/2e/MEHHF4S_t.jpg
'PUTRI
Putri juga ikut tersenyum. Sopir taxi yang begitu bersemangat itu pun beberapa kali melirik ke samping untuk melihat penampilan cantik Putri saat ini. Ia masih tak menyangka kalau sebentar lagi dirinya akan diberi kesempatan untuk menikmati akhwat yang menggairahkan ini.
'Nambah satu crot gapapa kali yah… Wkwkwkw… Kayaknya saya gak bakalan puas kalau cuma main satu ronde…'
Batin pemilik akun @kill_bill@kill_bill yang sudah berniat untuk ‘memakai’ tubuh Putri selama dua ronde.
'DISAAT YANG SAMA
Seorang pria berulang kali menjepret-jepretkan kameranya untuk mengabadikan sebuah keluarga yang berfoto di studio fotonya. Pria itu tersenyum, senyum ramah yang keluarga itu keluarkan membuat dirinya ikut tersenyum. Setelah berfoto, keluarga itu pun pergi meninggalkan pria itu seorang diri.
“Keluarga yah ? Melihat mereka, kok rasanya jadi pengen cepet-cepet berkeluarga aja… Hah !” desahnya sambil mengedit foto yang baru saja dijepretnya di depan komputernya.
Pria itu iri. Pria itu ingin menikmati momen-momen bersama sang istri beserta anak-anak yang sudah dianugerahkan untuk mereka suatu saat nanti. Ia ingin merasakannya. Satu tahun lebih tiga bulan ia sendirian setelah nyaris menikah. Ia merasa sudah cukup lama dirinya sendirian. Ia ingin mencari pacar yang bisa ia ajak nikah demi membuang status jomblonya yang sudah lama melekat padanya.
MEBG1W5
https://thumbs4.imagebam.com/8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg 8b/6c/a7/MEBG1W5_t.jpeg
'ANDRI
“Sial ! Jadi keinget lagi kan ! Ngomong-ngomong apa kabar yah mereka ? Jadi kangen” Kata Andri pada kedua akhwat bercadar yang dulu sering menjadi model fotonya.
“Terutama kamu, Nay… Dimana kamu sekarang ? Kamu baik-baik aja kan ?” Lirih Andri yang merindukannya.
Ia juga kehilangan kontak dengan Putri. Instagram Putri juga sudah tidak aktif lagi. Meski instagramnya masih ada, sudah tidak ada foto yang diupdatenya selama satu tahun lebih.
Saat sedang asyik-asyik merenung, tiba-tiba muncul dua orang anak yang satu berusia sekitar 3 tahunan sedangkan yang satunya berusia sekitar 5 tahunan. Mereka berdua tiba-tiba masuk ke studio fotonya menimbulkan keramaian yang cukup menganggunya. Andri sampai terkejut, apalagi dirinya yang terbiasa bekerja dengan suasana tenang tiba-tiba dihadirkan dengan keramaian yang berasal dari suara bocah-bocah itu.
Namun, Andri yang baru saja berdiri untuk mengusir bocah-bocah itu, tiba-tiba dikejutkan oleh seorang wanita yang muncul belakangan. Wanita itu tampak mungil. Tapi wanita itu memunculkan aura kedewasaan yang membuat Andri terpana. Ya, wanita itu memunculkan aura keibuan dengan menenangkan kedua bocah itu dengan lembut.
“Hayoo jangan main-main… Tuh nanti dimarahin sama omnya loh” kata wanita mungil tersebut.
“Eh gapapa kok… Gapapa” Ucap Andri. Seketika wanita itu tersenyum menatapnya. Jantung Andri langsung berdebar kencang. Ia terkejut dengan perasaannya yang tiba-tiba tidak karuan.
“Maafin anak-anak saya yah mas” kata wanita itu yang membuat Andri agak sedikit kecewa.
'Yah udah nikah yah ?'
“Eh gapapa kok… Gapapa… Namanya juga anak-anak hehe” jawab Andri yang justru membuat wanita itu jadi semakin tersenyum.
“Bisa tolong foto kami bertiga gak ? Kebetulan, hari ini merupakan hari ulang tahun anak bungsu saya… Jadi saya mau membuat kenang-kenangan berupa foto untuk kami bertiga” kata wanita cantik itu tersenyum.
“Oh bisa-bisa… Silahkan masuk aja ke studionya… Biar saya yang foto” kata Andri sambil mempersilahkan wanita mungil itu.
“Nak sini… Ayok foto-foto” panggil wanita itu dengan lembut.
“Iyya bu… Hihihih” tawa kedua anak-anak itu sambil berlarian.
Andri yang melihatnya jadi tersenyum. Entah kenapa ia tersentuh oleh kepolosan anak-anak itu.
Andri pun mengarahkan wanita dan kedua anak-anak itu untuk berpose. Berulang kali jemarinya menjepret kamera. Sesekali ia tersenyum saat memperhatikan wajah cantik ibu beranak dua itu. Bahkan sesekali ia sengaja untuk memfoto wajah cantiknya saja tanpa diserta kedua anak-anaknya.
“Yak, sudah mbak, eh bu” kata Andri yang kebingungan harus memanggilnya bagaimana.
“Hihihih panggil mbak aja juga gapapa kok mas… Biar awet muda… Eh lagian juga masih muda sih hihihihi” Canda wanita mungil itu yang membuat Andri tersenyum.
“Hehe iya mbak… Hmm emang mbaknya sekarang umur berapa yah ?” Tanya Andri penasaran.
“Saya 28 tahun mas… Kalau masnya ?” tanya wanita mungil itu dengan sopan.
“Oh, saya masih 23 tahun mbak… Jadi bener dong yah manggil mbak aja” kata Andri yang membuat wanita itu tertawa.
“Hihihihi iyya mas… Iya” kata wanita itu tersenyum.
Kebetulan saat itu, kedua anak-anak itu tiba-tiba mendekat seolah mengajak main Andri. Kedua tangan Andri ditarik-tarik, memintanya untuk berlari bersamanya.
“Ehhh tangan omnya jangan ditarik-tarik dong dek… Omnya kan mau ngedit foto kita” kata wanita mungil itu.
“Ihhh tapi kan bu… Dede kan mau main kejar-kejaran sama om” kata si bungsu.
“Iya, kayaknya seru tau… Omnya keliatan baik” kata si sulung.
“Gapapa kok bu… Mumpung saya lagi luang juga… Ayo dek, om kejar yah… Jangan sampai ketangkep” Kata Andri sambil tersenyum.
“Iyya om… Hihihihi”
Andri pun berpura-pura berlari dimana kedua anak-anak itu berusaha menghindari Andri. Wanita mungil itu tersenyum melihat kedua anaknya berbahagia saat bermain-main dengan pria baik seperti Andri. Cukup lama Andri berpura-pura berlari sampai dirinya benar-benar menangkap kedua bocah lucu itu.
“Yak ketangkep… Om menang” kata Andri tersenyum.
“Yahhh padahal tadi hampir aja gak ketangkep… Makasih yah om udah main sama kita” kata si bungsu.
“Iya sama-sama dek” jawab Andri sambil mengelusi kepala si bungsu.
Sang ibu pun tersenyum. Andri meliriknya sekilas yang membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Saat kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pengeditan foto. Andri tiba-tiba kepikiran. Hari ini kan hari ulang tahun anak bungsu dari wanita cantik itu, tapi kenapa kok suaminya gak keliatan ?
“Oh yah mbak maaf… Saya mau nanya boleh” tanya Andri pada wanita cantik itu.
“Iya, kenapa yah mas ?”
“Anu, ayahnya kemana yah ? Kok gak diajak foto bareng, hehe”
Sambil tersenyum wanita cantik itu membuka bibirnya. “Si Ayah udah gak ada mas”
Sontak Andri terkejut hingga buru-buru meminta maaf.
“Aduh maaf mbak… Saya gak tau… Maaf” kata Andri merasa tidak enak.
“Gapapa kok mas… Udah lama juga… Ngomong-ngomong terima kasih yah tadi udah mau main sama anak-anak saya… Jujur, hal itu mengingatkan saya sewaktu suami saya masih ada” kata wanita mungil itu sambil memperhatikan kedua anaknya yang masih bermain.
Andri terdiam. Ia pun memperhatikan mata ibu beranak dua itu yang tiba-tiba berkaca-kaca.
“Jujur, sejak mendiang suami saya pergi… Saya sempat kesulitan… Anak-anak selalu neriakin ayahnya karena ingin bermain bersamanya… Meski hampir dua tahun berlalu, saya masih belum bisa melupakan momen itu… Makanya saya bahagia banget pas ngeliat anak-anak main bareng sama mas” kata wanita itu yang akhirnya tak kuasa membendung air matanya.
Andri tidak tega. Ia pun berpindah dari kursinya untuk duduk di sebelah wanita mungil itu. Ia memberikan tisu. Wanita yang teringat akan mendiang suaminya itu tiba-tiba meminjam bahu Andri untuk menangisi kenangan yang sulit untuk ia ulang.
“Udah gapapa mbak… Namanya cobaan pasti untuk memperkuat dirimu mbak… Mbak hebat bisa ngerawat dua anak sendirian… Mbak yang sabar yah… Disetiap kesulitan akan ada kemudahan… Mbak yang kuat yah” kata Andri berusaha menghiburnya.
“Iyya mas… Maaf kalau saya tiba-tiba menangis gini… Jujur, saya gak punya seseorang untuk menceritakan keluh kesah saya… Makasih mas mau mendengarkan cerita saya” kata wanita itu yang masih terus menangis.
“Iyya mbak gapapa… Silahkan kalau mau cerita lagi… Keluarin semuanya… Saya siap kok untuk mendengarkan semua kisah-kisahmu” kata Andri tersenyum. “Ah, saya boleh ?” Lanjut Andri yang ingin memeluknya.
Wanita itu mengangguk. Wanita itu pun curhat mengenai kesulitan hidupnnya sebagai 'single parent.' Andri pun memeluk punggungnya, ia juga mengusap-ngusap punggungnya hingga wanita cantik itu merasa tenang.
Kedua anak yang tadi lagi asyik bermain pun tiba-tiba menghampiri. Kedua anak itu jadi ikut sedih melihat ibunya kembali menangis.
“Bu, kok nangis lagi sih bu… Dedek kan udah gak nginget ayah lagi” kata si bungsu ikut sedih.
“Iya bu, aku juga udah gak manggil-manggil ayah lagi kok bu… Jangan nangis lagi dong bu” kata si sulung yang membuat Andri ikut tersenyum haru.
“Maaf yah nak… Maaf… Maafin ibu… Ibu janji gak akan nangis lagi kok” kata wanita itu sambil memaksa senyum. Andri pun melepaskan pelukannya. Ibu beranak dua itu lekas memeluk kedua anaknya lalu mengecupi kepalanya untuk menunjukkan rasa cintanya.
Entah kenapa Andri ikut terharu melihat pemandangan itu. Ia bahkan sampai menyeka air matanya melihat keindahan cinta seorang ibu untuk kedua anaknya.
Andri pun kembali ke kursinya untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai, ia memberikan foto itu kepada wanita mungil itu.
“Makasih yah mas, berapa ?” tanya wanita mungil itu.
“Gak usah mbak, untuk mbak saya kasih gratis” kata Andri tersenyum.
“Eh jangan gitu dong mas… Saya jadi gak enak” kata wanita mungil itu.
“Udah gapapa… Itung-itung kado hadiah saya buat dedek bungsu ini, siapa namanya ?” tanya Andri.
“Aku Aboy, om” jawab si bungsu.
“Kalau kamu ?” tanya Andri pada si sulung.
“Aku Cena, om” jawab si sulung.
“Anak pinter… Tolong jaga ibu kamu yah… Jangan bikin dia sedih… Jaga baik-baik yah” kata Andri yang membuat ibu mungil itu tersenyum.
“Iya om baik” kata kedua bocah lucu itu.
“Permisi mas, saya pulang dulu yah… Makasih untuk tadi” kata wanita mungil itu tersenyum manis.
“Iyya mbak… Sama-sama” jawab Andri tersenyum.
Sebelum ibu dan kedua anaknya itu keluar dari studio foto, Andri yang sudah kepikiran sejak tadi tiba-tiba memanggil ibu cantik itu.
“Mbak maaf” Panggil Andri yang membuat wanita itu menoleh. Tatapan sendu yang wanita itu keluarkan semakin menjatuhkan hati Andri. Ya, Andri jatuh cinta. Bukan hanya karena kecantikannya yang luar biasa. Bukan juga karena hanya nafsu semata. Melainkan nalurinya sebagai seorang ayah yang ingin merawat dirinya juga kedua anaknya.
“Maaf, nama mbak siapa yah ?” Tanya Andri buru-buru mendekat.
“Eh, saya… Nisa, nama saya Nisa mas” ucap Nisa sambil tersenyum.
“Anu maaf… Boleh minta nomor hapenya ?” tanya Andri lagi. Nisa pun tersenyum manis, Nisa dengan ramah membagikan nomor hapenya. Andri dengan senang hati pun mencatatnya. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, ia berterima kasih karena sudah memberikan nomor hapenya itu.
“Terima kasih yah mbak… Maaf udah ganggu waktunya… Hati-hati yah dijalan” ucap Andri perhatian.
“Iyya mas… Makasih… Ayo dadah sama omnya” kata Nisa sambil menggandeng kedua anaknya.
“Dadaaahhh oomm” kata kedua anak lucu itu.
Andri pun melambaikan tangan kepada kedua anak itu. Nisa dan kedua anaknya pun pergi. Diam-diam Andri mengamati dari balik kaca studionya. Andri melihat Nisa dan kedua anaknya masuk ke dalam mobil. Andri tersenyum, ia kembali melambaikan tangan kepada Nisa saat mobil yang mereka naiki mulai berjalan pergi.
Andri kembali duduk di kursinya. Sambil mengingat momen tadi, ia tersenyum membayangkan wajah cantik Nisa.
“Kenapa jantungku masih dag dig dug yah ? Rasanya, aku udah jatuh cinta… Haruskah aku menikahinya ?” tanya Andri tersenyum.
Andri pun membuka folder berisi foto yang baru saja dicetaknya. Ia tersenyum melihat Nisa dan kedua anaknya berpose di foto itu. Andri pun menjatuhkan sikunya di meja lalu menyangga pipinya yang ia taruh di telapak tangannya.
“Janda, masih muda lagi, hah… Kamu ini benar-benar sesuatu yah… Kayaknya, aku harus serius untuk PDKT dengannya” Lirihnya sambil menatap dua foto yang terpampang dilayar monitornya.
MEHJVOR
https://thumbs4.imagebam.com/3b/cc/89/MEHJVOR_t.jpg 3b/cc/89/MEHJVOR_t.jpg
MEHJVOQ
https://thumbs4.imagebam.com/81/eb/60/MEHJVOQ_t.jpg 81/eb/60/MEHJVOQ_t.jpg
'NISA DAN KELUARGA
PADA SAAT YANG SAMA DI TEMPAT YANG BERBEDA
Tidak ada yang lebih menyegarkan selain udara segar yang berada di kampung halaman. Seorang pria tua kekar yang sudah merasa cukup untuk bekerja di ibukota akhirnya dapat pulang untuk merasakan nuansa di kampung halamannya lagi. Ia pun berjalan keluar dari rumahnya untuk menuju tempat kerjanya. Satu tahun lebih ia tinggal di kampung halamannya lagi, berulang kali dirinya bergonta-ganti pekerjaan demi menyambung kehidupannya.
Ya, ia kini bekerja serabutan. Selama ada pekerjaan yang bisa membuatnya menghasilkan uang, ia pasti terima. Termasuk juga pekerjaan yang akan ia lakukan saat ini. Yakni sebagai kuli bangunan, pekerjaan yang sangat cocok dengan tubuh kekarnya.
MEBE9OA
https://thumbs4.imagebam.com/8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg 8b/af/a7/MEBE9OA_t.jpeg
'PAK BENI
“Hari pertama bekerja, semoga dipermudah… Semoga dipertemukan dengan rekan kerja yang gak gampang membuat masalah” Ucap pak Beni dalam perjalanannya menuju tempat kerja.
“Semoga juga, gak dipertemukan sama wanita penggoda” Ujarnya penuh harap.
Jujur, ia agak trauma saat mengingat pengalamannya di ibu kota dulu. Ia merasa kecewa pada diri sendiri. Ia tidak mau menyakiti hati seorang wanita lagi. Apalagi wanita yang sempat ia cicipi dulu adalah seorang akhwat. Ia tidak mau merusak mereka. Cukup lah masa lalu yang jadi pembelajaran. Ia tidak ingin mengulanginya lagi. Ia tidak mau nafsunya membuatnya menyakiti hati seorang wanita lagi.
“Ngomong-ngomong apa kabar mereka yah ?” Lirihnya saat teringat dua akhwat cantik itu.
Meski ia sempat 'move on' dari mereka berdua. Kenangan indah yang pernah ia buat bersama mereka membuatnya jadi kepikiran, bagaimana nasib mereka berdua saat ini.
“Sudahlah jangan dipikirin lagi… Mereka pasti baik-baik aja… Ada tuhan yang menjaga” kata Pak Beni sambil memberi tanda 'cross' di dadanya.
“Eh pak Beni, kita bertemu lagi sekarang” kata seorang pria yang tiba-tiba mendekat.
“Eh pak Warno… Hahaha… Kerja nguli juga yah ?” Tanya pak Beni kepada teman kerjanya yang juga bernasib sama dengannya. Yakni sebagai pekerja serabutan.
“Iya lah, mumpung ada yang mau mempekerjakan kita, kenapa mesti saya tolak” kata pak Warno tersenyum.
“Hahaha betul itu… Apalagi jaman nyari duit lagi susah… Selama ada rejeki ya terima aja, iya gak ?” Tanya pak Beni pada pria yang juga memiliki tubuh kekar itu.
“Eh tau gak pak, tapi denger-denger… Anak dari pemilik rumah yang akan kita renovasi nanti berasal dari ibu kota loh” kata pak Warno yang membuat pak Beni tertarik.
“Wah masa sih ? Cantik dong ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Iya lah, denger-denger orangnya cantik banget, posturnya juga tinggi, berhijab lagi… Pokoknya pas liat nanti, kayak lagi ngeliat model gitu deh” kata pak Warno yang membuat pak Beni tersenyum riang.
“Wah beneran ? Mantep dong ? Jadi semakin semangat buat kerja, hahaha” tawa pak Beni bahagia.
“Tapi, ada tapinya, pak” kata pak Warno mengejutkan pak Beni.
“Eh ada tapinya ? Maksudnya ?” tanya pak Beni heran.
Pak Warno melihat-lihat ke sekitar. Setelah yakin kalau keadaan aman, ia mendekatkan bibirnya ke telinga rekan kerjanya itu.
“Meski tampilannya alim, tapi denger-denger suka pamer badan loh” bisik pak Warno yang mengejutkan pak Beni.
“Hah ? Maksudnya ?” Tanya pak Beni gagal paham.
“Saya juga gak tau, pak… Ini juga baru rumor… Tapi ada beberapa orang yang pernah liat kalau cewek ini suka pake baju tembus pandang… Pernah juga pake baju yang ketat banget sampe badannya kecetak gitu… Malahan ada yang pernah bilang kalau cewek ini suka pamerin kulit mulusnya di ruangan terbuka” kata pak Warno yang membuat pak Beni merinding.
“Eh masa sih ? Berhijab kan ? Gak mungkin lah hahahhaa” tawa pak Beni tak percaya.
“Iya juga sih… Saya juga awalnya gak percaya… Moga aja itu cuma rumor yang berawal dari fantasi orang-orang aja… Hahaha… Tapi kalau bener, bisa gawat sih… Pulang kerja bakal lemes terus, bukan karena abis nguli tapi karena habis coli hahahha” tawa pak Warno yang membuat pak Beni ikutan tertawa.
“Dasar mesum… Hahhahha”
Pak Beni dan pak Warno pun kembali melanjutkan perjalanannya. Kadang mereka masih berbincang. Kadang mereka juga bercanda agar waktu perjalanan yang mereka lalui dengan berjalan kaki bisa berlalu cepat.
Diam-diam pak Beni yang mendengar info dari pak Warno jadi was-was. Ia kepikiran. Perasaannya jadi tidak enak setelah mendengar adanya wanita yang tinggal di tempat kerjanya.
'Bisa gawat nih kalau beneran ! Semoga info itu memang salah… Gak mau lagi deh digoda oleh seorang akhwat !'
Batin pak Beni penuh harap.
'BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Waktu semakin siang, matahari kian tinggi memanaskan para pekerja yang sibuk mengaduk-ngaduk semen di ruangan terbuka. Beberapa dari mereka memilih untuk bertelanjang dada demi meminimalisir rasa panas yang ada. Tubuh-tubuh kekar mereka terlihat. Namun yang paling menonjol adalah tubuh pak Beni, tubuhnya paling kekar, tubuhnya juga paling hitam yang membuatnya terlihat paling sangar diantara semua pekerja.
“Paaakk”
Saat sedang bekerja dengan giat, tiba-tiba ia mendengar adanya suara lembut yang memanggil dirinya. Ia lekas menoleh, tepat setelah itu mata mereka bertemu. Jantung pak Beni bergetar saat melihat paras cantiknya. Terlihat seorang akhwat yang masih muda sedang berjalan ke arahnya sambil membawa nampan berisi gelas-gelas minuman.
“Ehh iya mbak” kata pak Beni merespon.
'Waahh mantep banget nih akhwat… Ini kah akhwat yang tadi kami bicarakan ? Bener apa kata pak Warno, bodynya bagus banget… Tinggi, ramping, mana mukanya juga cantik lagi ! Tapi baju yang dipake perasaan baisa aja deh, gak aneh-aneh kayak yang pak Warno ucapin tadi… Dasar, pasti info aneh tadi berasal dari pikiran mesum orang-orang !'
Batin pak Beni merasa lega. Ia lega karena akhwat cantik yang saat ini mengenakan kemeja putih itu terlihat normal. Tidak aneh-aneh seperti yang pak Warno ucapkan.
“Ini minuman-minumannya buat bapak… Eh bapak-bapak yang lainnya mana yah ?” tanya akhwat cantik itu sambil menunduk untuk meletakkan nampan berisi minuman-minuman yang ia bawa.
“Ada kok mbak di belakang, bentar yah saya panggilkan… Eh pak sini, istirahat dulu… Ada minuman buat kalian loh !” kata pak Beni memanggil sambil menoleh ke belakang.
“Udah saya panggilkan mbak, nanti palingan juga kesin…..” Saat pak Beni menoleh ke arah akhwat cantik itu lagi. Ia terkejut saat melihat adanya sesuatu yang besar menggantung dibalik kemeja yang akhwat itu kenakan. Pak Beni sampai berhenti berbicara. Ia bahkan tak sanggup menyelesaikan kalimatnya saat matanya terfokus pada tonjolan di dadanya itu.
“Oh yah, hihihihi… Yaudah, makasih yah pak udah manggilin mereka” kata akhwat itu sambil tersenyum. Nada bicaranya yang menggoda. Dengan suara manisnya yang menggelitik telinga. Pak Beni diam membeku sambil menatap wajah akhwat cantik itu. Ya, mata pak Beni mengikuti ke mana arah wajah akhwat cantik itu berada. Ia bahkan terus menatapnya saat akhwat itu berjalan pergi menjauhi dirinya.
Pak Beni pun memegangi dadanya. Terasa jantungnya berdebar kencang. Bahkan si joni yang sudah lama tidak dijepit oleh sesuatu yang hangat dan lembap langsung mengeras saat merasakan godaan dari anak dari pemilik rumah yang sedang ia renovasi.
Saat pak Beni menunduk ke bawah, ia menemukan secarik kertas yang buru-buru ia ambil sebelum rekan kerjanya datang.
“Wah ada minuman yah” kata rekan-rekan kerjanya. Para kuli yang bekerja disini pun langsung mendekat setelah mendengar panggilan dari pak Beni. Mereka pun menikmati es teh segar ditengah panas yang semakin menusuk tulang.
“Dari siapa nih pak ? Anak pemilik rumah ini kan ? Gimana orangnya ?” tanya pak Warno penasaran.
“Biasa aja kok… Iya biasa aja” kata pak Beni yang langsung menjauh setelah mengambil gelas eh teh itu.
Ia pun sengaja menjauh dari kerumunan kuli-kuli itu. Ia diam-diam memunggungi mereka semua. Sambil menyeruput esnya, ia membuka secarik kertas yang ia temukan di atas nampan tadi.
'Temui aku di kamarku… Ketuk pintu tiga kali, pasti aku akan membuka pintu untuk bapak…'
Batin pak Beni saat membaca pesan itu.
“Kamar ? Dimana yah kamarnya ?” Lirih pak Beni yang tergoda.
Bayang-bayang indah dari tonjolan dada sang akhwat benar-benar membekas di pikirannya. Apalagi tiba-tiba akhwat itu berniat untuk mengundangnya ke kamarnya. Mau apa coba ? Berbagai pikiran mesum pun hadir di kepalanya. Si joni makin mengeras. Ia tak sabar untuk segera memenuhi undangan itu. Ia pun buru-buru menghabiskan es tehnya lalu meminta izin pada rekan-rekan kulinya.
“Saya mau ke kamar mandi sebentar yah, pak” Kata pak Beni kepada para kuli yang sedang mengobrol.
Ia pun berjalan masuk ke dalam rumah. Setelah dari tadi bekerja, akhirnya ia bisa berteduh sambil mencari kamar akhwat cantik tadi. Seketika ia bertemu si pemilik rumah.
“Pak maaf, kamar mandinya dimana yah ?” Tanya pak Beni berpura-pura karena takut dikira keluyuran.
“Oh itu pak, ada di sebelah kamar putri saya” jawab si pemilik rumah yang membuat pak Beni mengangguk-ngangguk.
Kebetulan pemilik rumah itu berjalan keluar tuk menemui kuli yang bekerja. Diam-diam, pak Beni mengetuk pintu kamar akhwat itu sebanyak tiga kali.
'Tok… Tok… Tok…'
Pak Beni deg-degan. Ia pun melihat sekitar untuk memeriksa keadaan.
Tiba-tiba pintu terbuka. Pak Beni pun buru-buru masuk lalu menutup pintu kamar akhwat cantik itu.
“Maaf, ada apa mbak kok meminta saya untuk datang ke kamar ?” tanya pak Beni sambil menutup pintu kamarnya. Saat ia berbalik untuk menatap akhwat cantik itu. Mulutnya langsung terbuka saat melihat pakaian yang dikenakan oleh akhwat berhijab itu.
MEHJVLY
https://thumbs4.imagebam.com/0f/b1/db/MEHJVLY_t.jpeg 0f/b1/db/MEHJVLY_t.jpeg
'ICHA
“Gak ada kok pak, aku cuma pengen bertemu bapak aja… Hihihih” Ucap akhwat itu sambil tertawa.
“Ba… Bajunya mbak… Itunya keliatan” kata pak Beni gugup. Matanya dengan jelas melihat pentil susu milik akhwat itu dari balik pakaian tembus pandangnya. Tidak seperti tadi, nampaknya akhwat itu sengaja melepas dalaman yang tadi dikenakannya. Tubuhnya yang indah jadi semakin terlihat. Pak Beni yang sudah lama tidak melihat keindahan tubuh wanita langsung gugup dibuatnya.
“Hihihih, ada apa emangnya pak ? Bapak suka kan ?” tanya akhwat itu sambil menuntun tangan pak Beni ke arah dadanya.
Reflek, tangan pak Beni langsung bergerak meremasnya seperti sedang membunyikan telolet.
'Teot… Teot…'
“Suu… Sukaa mbaakkk” jawab Pak Beni terburu-buru.
“Hihihi syukurlah… Aku Icha pak… Kalau bapak ?” tanya Icha sambil membelai dada bidang pak Beni. Bahkan salah satu tangannya mulai turun menuju tonjolan yang ada di balik celana pria kekar itu.
“Mmpphhhh… Saya Beni mbak… Panggil aja pak Beni” desah Pak Beni sampai merinding merasakan usapan akhwat cantik itu.
“Hihihihi pak Beni yah ? Tubuh bapak bagus banget sih ? Aku jadi tergoda… Aku pelorotin yah” kata Icha sambil menurunkan celana pak Beni hingga membuat pria tua berbadan kekar itu langsung bertelanjang bulat di hadapannya.
“Aaaahhhhhh… Kenapa mbaakk… Kok tiba-tiba mbak menggoda saya sih ?” Desah pak Beni saat penisnya didekap oleh akhwat cantik itu.
“Hihihihi aku kan udah bilang pak… Badan bapak bagus banget… Aku kan jadi nafsu… Mmppphhhh” Ucap Icha sambil mengecup salah satu putingnya dikala tangan kanannya mengocok pelan penis raksasa pak Beni.
“Aaahhhh geliii… Gelii mbaakk… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah pak Beni keenakan.
“Hihihihi… Suka banget deh sama bapak-bapak yang badannya bagus banget kayak bapak… Aku jadi gak bisa nahan diri lagi… Slllrrpppp” Icha pun mulai menyeruput puting susu pak Beni. Tangannya dibawah juga semakin kencang saat mengocok. Pak Beni langsung blingsatan. Rasanya sangat puas saat dipuasi oleh akhwat yang terlihat masih muda ini.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aahhhh nikmat sekalii mbaakk… Aahh teruss… Uuhhhh” desah pak Beni memejam.
Penisnya semakin mengeras saat tangan lembut akhwat itu bergerak maju mundur dengan kencang. Berulang kali akhwat itu mengocoknya. Tangannya membetot penisnya. Kulit penis pak Beni sampai tertarik ke belakang tiap kali akhwat itu mengocoknya. Palkonnya terlihat. Icha yang melihat jadi gemas sehingga memutuskan untuk berjongkok di depannya.
“Hihihih gemes banget deh sama ini pak… Kok malu-malu sih sampe ngumpet dibalik kulup” kata Icha sambil menyentuh palkon pak Beni.
“Aahhhh jangan dipegang mbak… Itu titik sensitif saya… Bisa cepet keluar mbak kalau itu saya kesentuh” ucap pak Beni.
“Hihihih masa sih ? Kok aku jadi penasaran” kata Icha yang kembali mendekap batang penisnya lalu mengeluarkan lidahnya untuk menjilati ujung gundulnya.
“Aaaahhh jangaannn… Aahhhhh… Aaahhh mbaakkkk” desah pak Beni merinding gila.
“Hihihihi lucu deh” kata Icha sambil menjilat-jilat ujung penis kuli itu.
“Aaahhh yahh… Aaaaaahhhh… Aaahhhh” desah pak Beni merem melek. Saat pandangannya ia turunkan tuk melihat keadaan penisnya. Ia semakin terkejut saat akhwat itu tiba-tiba membuka kancing kemejanya lalu memamerkan buah dada bulatnya.
“Aaahhh jangaannn… Aaahhh saya jadi makin sange mbaakk… Aahhhh… Aaahhhh” desah pak Beni semakin bernafsu.
“Hihihi enak banget deh ini… Ssllrrppp… Mmppphhh” desah Icha yang sesekali menyeruputnya kadang juga mengulumnya. Namun ia lebih sering menjilatnya dimana tangannya terus mengocok penisnya.
“Aaahhhhh… Aahhhh… Aaaahhhhh” pak Beni merinding. Penisnya pun mulai berdenyut saat dirangsang di titik paling sensitifnya.
Icha terus menikmati santapan sosis gosongnya. Lidahnya terus menjilatinya bagaikan sedang menikmati permen lollipop. Ujung lidahnya menyentuh lubang kencing pak Beni. Lalu lidahnya turun menyapu sisi bawah palkon pak Beni. Lidahnya kembali naik tuk menyapu sisi bagian atas palkon pak Beni. Lidahnya kembali mendorong-dorong lubang kencing pak Beni. Ia lalu memasukan ujung gundulnya saja ke dalam mulutnya. Ia menyeruputnya. Ia melumuri ujung gundul itu menggunakan liurnya.
“Aaaahhhh mbaakkk… Aaahhh gawaaat… Aahhh saya mauuu keluaar… Aaahhhh” desah pak Beni tidak kuat lagi.
“Hihihihi lucu deh… Keluarin aja pak… Aku siap” ucap Icha yang membuat pak Beni merinding gila.
Tiap kali Icha mengocok penisnya, susu bulatnya yang sudah bergantung bebas bergetar yang semakin memanjakan mata pak Beni. Ia terus berjongkok di bawah. Kakinya ia buka. Lidahnya ia julurkan sedangkan tangannya terus mengocok penisnya sambil menyentuhkan ujung gundulnya ke lidah basahnya.
Icha mengocoknya dengan kencang. Kocokannya makin lama semakin kencang. Lebih kencang. Lebih kencang lagi. Pak Beni pun tak kuat lagi.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Mbaakkk… Mbakkk… Sayaaaa… Aaahhhhh kelluuaaarrr !!!” jerit pak Beni dengan kencang.
'Crroottt… Crroottt… Crroottt…'
“Ahhhhhhhhhh” desah Icha yang masih terus mengocoknya.
Semprotan sperma itu pun dengan deras mengotori lidahnya. Sperma itu dengan segera turun membasahi lantai kamarnya. Terasa campuran rasa asin, pahit dan asam yang sulit untuk ia jelaskan. Icha menikmatinya. Ia terus mengocoknya hingga tetes terakhir pak Beni keluar membasahi lidah lembapnya.
“Hah… Hah… Hah… Gilaaa… Hah... !” ujar pak Beni kagum.
'Padahal cuma dikocok. Tapi udah bisa bikin saya selemes ini !'
Batin pak Beni kagum sambil menikmati wajah menggairahkan Icha.
“Hihihihi duh, sampai kotor deh lantai kamarku pak… Hihihihi” tawa Icha sambil mengusap sperma di lidahnya.
Icha pun bangkit berdiri. Lalu tersenyum menatap wajah pak Beni.
“Besok, kita kayak gini lagi yah pak” ucap Icha yang membuat pak Beni merinding.
“Hah… Hah… Kenapa ? Kenapa mbak Icha kok tiba-tiba begini ?” Tanya pak Beni yang penasaran kok Icha tiba-tiba menggodanya.
“Tiba-tiba ? Ada proses panjang pak dibelakangnya… Hihihihihi” tawa Icha yang membuat pak Beni diam terengah-engah.
Icha pun tersenyum. Ia lalu membatin sambil mengenang kenakalannya.
'Makasih yah pak Paul… Gara-gara bapak, aku jadi bisa menikmati kejantanan seorang lelaki… Aku jadi kangen Salwa sama Bella deh… Apa mereka masih nakal kayak aku yah ? Hihihi…'
Batin Icha saat mengenang masa lalunya saat masih berkuliah.
'PADA SAAT YANG SAMA
“Dedeekk… Baaa… Ciluukk-baaaa” ujar seorang akhwat pada putra sematawayangnya.
Ia dengan bahagia bermain-main bersama putranya yang sudah berusia lima bulan. Ia pun membaringkan putranya. Lalu menepuk-nepuk tangannya untuk bermain-main bersama putranya. Sesekali ia menggelitikinya agar bisa melihat senyum di wajah manisnya. Ia ikut tertawa. Ia merasa bahagia bisa memiliki putra dari suaminya.
“Dedeeekkk… Lagi main-main sama umi yah ?” Kata seorang pria yang tersenyum pada anak pertamanya.
Bayi lucu itu pun tertawa saat melihat ayahnya. Sang ibu ikut tertawa melihat tingkah lucu putranya kepada ayahnya.
“Abi mau berangkat kerja dulu yah… Selama kerja, tolong jaga umi… Jagoannya abi bisa kan buat jagain umi ?” tanya pria tampan itu kepada putranya.
“Ya bisa dong… Iya gak dek ? Uhh tayang-tayaangg… Lucu banget sih kamuuu” kata akhwat bercadar itu yang gemas pada putra lucunya.
MEBEP8B
https://thumbs4.imagebam.com/81/b4/4c/MEBEP8B_t.jpeg MEBEP8B_t.jpeg
'MIFTAH
“Hahahaha… Mas mau berangkat kerja lagi yah… Makasih udah nyiapin makan siang buat mas” kata pria tampan bernama Miftah itu.
“Iyya mas… Hati-hati di jalan… Semangat yah kerjanya” kata Nayla menyemangati.
“Pastinya dek… Mas berangkat dulu yah” kata Miftah sambil menjulurkan tangannya. Nayla pun mencium punggung tangan suaminya. Miftah pun pamit pergi untuk kembali bekerja untuk menafkahi keluarganya.
“Yaahhh abi udah berangkat lagi dek… Eh udah jam satu… Tidur dulu yuk… Duhh tayang-tayanggg… Cepet gede yaahhh” kata Nayla yang ikut berbaring disebelah putranya lalu mengelus-ngelus perut bayinya agar bisa tertidur.
Sudah setahun lebih Nayla tinggal di pedesaan bersama suaminya. Apalagi dengan kehadiran putra pertamanya, ia jadi lebih bersemangat untuk memulai kehidupan barunya. Hampir dua minggu sekali ia bolak-balik ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan psikiater untuk menyembuhkan 'fetish' seksualnya.
Bahkan suaminya yang terkadang kurang bisa memuaskannya juga sering berobat agar penisnya bisa tahan lama tiap kali bercinta dengannya. Dengan kehadiran putra pertamanya, Nayla bertekad untuk menjadi ibu yang baik baginya. Ia tidak mau putranya mengenal ibunya sebagai seorang pelacur murahan yang bisa dipakai siapa saja oleh pria-pria tua. Nayla ingin berubah. Nayla ingin bertaubat. Meski terkadang pikiran-pikiran kotor suka mendatangi dirinya. Ia sebisa mungkin bertahan agar tidak kembali terjebak ke dalam jurang kemaksiatan.
Nayla pun tersenyum saat putranya yang ia panggil Dani itu mulai terlelap. Setelah putranya benar-benar tertidur pulas di ruang keluarga. Ia dengan sibuk pun kembali bekerja untuk mengerjakan tugas rumah tangga lainnya.
MEH5DO5
https://thumbs4.imagebam.com/fa/c8/df/MEH5DO5_t.jpg fa/c8/df/MEH5DO5_t.jpg
'NAYLA DAN DANI
Sementara itu di luar,
Miftah sedang berjalan menuju kantor yang didirikannya. Setelah meninggalkan kehidupan nyamannya di ibu kota. Kini Miftah bekerja sebagai direktur pemasaran untuk hasil pertanian yang ada di desa tempat tinggalnya. Karenanya, hasil panen yang dihasilkan oleh para petani jadi lebih mudah untuk dijual ke luar kota dengan harga yang cukup menjanjikan. Karenanya, banyak petani yang lebih bersemangat untuk bekerja. Penghasilan mereka jadi naik. Sosok Miftah pun dicintai oleh para petani-petani.
Setelah beberapa menit ia meninggalkan rumahnya, raut wajahnya perlahan berubah. Senyum manisnya saat dihadapan istrinya berubah menjadi kegelisahan. Ia tiba-tiba mendatangi gubuk sawah yang berada di dekatnya. Ia mampir kesana, ia kemudian membuka hapenya untuk melihat kembali video yang sering dilihatnya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Dasar, nakal banget sih kamu dek… Aaahhhh” desahnya sambil mengelusi penisnya.
Ya, sejak dirinya mendapatkan 'handycam' dari tangan pak Urip. Ia jadi lebih sering menontonnya. Celakanya, lama-lama ia malah menikmati video pemerkosaan istrinya saat dilecehkan oleh pria-pria tua, khususnya ketika pak Urip yang melakukannya.
“Aahhh gawatt… Aku gak tahan lagi… Aahhhh… Aaahhhhh” desah Miftah sambil mengeluarkan penisnya lalu mengocoknya di gubuk sawah.
Ia kembali melihat rekaman saat istrinya disetubuhi pak Dikin. Ia tak menyangka, istrinya yang sholehah mau-maunya disetubuhi oleh gelandangan tua.
“Aaahhhhh nakal kamu yah dek… Dasar mesum, bikin mas makin nafsu aja deh… Aahhhhh” desah Miftah yang semakin menikmati hingga matanya tak sadar memejam.
Seolah lupa kalau fetish 'gerontophilia' yang menyerang istrinya diakibatkan karena seringnya disetubuhi oleh pria-pria tua. Miftah yang sudah kecanduan video-video itu perlahan mulai mengubah orientasi seksualnya. Jujur, ia lebih menikmati beronani sambil melihat video istrinya disetubuhi pria lain dibandingkan menikmati istrinya secara langsung. Ya, Miftah lama-lama mulai terjangkit fetish 'cuckold'. Berulang kali ia membayangkan bagaimana kalau istrinya disetubuhi oleh pria lain lagi lalu diam-diam ia menontonnya.
“Aaahhh dasarr… Aahhhh… Aahhh deekkk” desah Miftah semakin menikmatinya.
“Eehhhemmm” Saat sedang asyik-asyinya beronani. Tiba-tiba Miftah dikejutkan oleh deheman seseorang yang membuatnya buru-buru memasukkan penisnya kembali.
“Oalah pak Kusno, bikin kaget aja” kata Miftah yang akhirnya tidak jadi memasukan penisnya. Bahkan ia lanjut coli. Pak Kusno pun tertawa sambil mendekati bosnya.
MEHJVMN
https://thumbs4.imagebam.com/92/20/34/MEHJVMN_t.jpg 92/20/34/MEHJVMN_t.jpg
'PAK KUSNO
“Kawokawokawok… Siang-siang udah liatin video istri sendiri aja, pak !” Sapa pak Kusno, seorang petani tua yang menjadi kepercayaan Miftah.
“Aaahhh… Aaahhhh diam kamuu… Aahhh saya mau keluar… Uuhhhhhhh” desah Miftah sampai merinding saat mendapatkan klimaksnya hari ini.
“Kawokawokawok… Banyak banget pak… Minjem dong, saya juga mau” kata petani tua yang juga memiliki tubuh kekar itu.
“Ini pak… Hah… Hah… Puas banget” kata Miftah kelelahan.
“Kawokawok… Mantapnya istri bapak… Aahhhh… Aahhhh” desah pak Kusno ikut beronani.
Ya, tidak ada kecanggungan diantara keduanya. Mereka berdua memang sering beronani bersama di satu ruangan yang sama. Bahkan terkadang mereka menggunakan 'speaker' untuk mendengar suara jeritan Nayla ketika diperkosa. Tak jarang mereka telanjang bersama lalu berlomba siapa yang bisa mendapatkan klimaks duluan. Ya, mereka pernah melakukannya. Namun sebatas onani tanpa berbuat lebih. Mereka masih normal, yang gitu memuja keindahan tubuh Nayla.
“Hah… Hah… Ngomong-ngomong, pak… Kita udah liat semua videonya kan ?” kata Miftah sambil menikmati hembusan angin segar setelah mendapatkan klimaksnya.
“Aahhh… Aahhh… Iyah pak betul… Video ini juga udah saya liat ribuan kali” kata pak Kusno sambil terus coli.
“Ngomong-ngomong bapak bosen gak ?” Tanya Miftah lagi.
“Pasti, tapi kalau udah liat kok jadi pengen coli lagi… Kawokawokawok” kata pak Kusno tertawa.
“Hahahah sama pak… Ngomong-ngomong saya jadi kepikiran sesuatu… Gimana kalau bapak perkosa istri saya aja” Pinta Miftah yang membuat pak Kusno terkejut hingga menghentikan onaninya.
“Eh beneran pak ?” Tanya petani tua itu. Ia bahkan langsung menoleh ke arah pria berkemeja itu.
“Iya, kebetulan saya juga sudah memasang kamera tersembunyi di pojok ruangan kamar saya… Tolong perkosa istri saya di rumah yah… Saya ingin melihatnya” pinta Miftah kepada pria tua yang cuma mengenakan kaos oblong serta celana kolor itu.
“Seriusan nih ? Saya gak bakal dilaporin kan ? Saya gak mau loh kalau sampai dipenjara gara-gara merkosa istri bapak” kata pak Kusno agak khawatir.
“Tenang, saya yang jamin… Lagipula, bapak kan udah dapet izin dari saya” kata Miftah yang membuat pak Kusno tersenyum.
“Oke, baiklah… Sekarang boleh nih ?” tanya pak Kusno sambil memasukkan penisnya ke dalam celananya lagi.
Miftah mengangguk. Pak Kusno pun langsung pergi menuju rumah Miftah untuk menjalankan rencananya.
Sementara itu di rumah,
“Loh, kok hape aku bunyi… Siapa yah yang nelpon ?” Lirih Nayla yang langsung berlari menuju hapenya yang tergeletak di dekat Dani, putranya.
Ia terkejut karena ia sendiri memiliki nomor baru yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya. Saat ia membaca nama kontak di layar hapenya, rupanya itu dari Kayla, adeknya. Ia pun segera mengangkatnya.
“Halo dek, kenaapp ….” Tanya Nayla terhenti.
“Aaahhhh… Aaahhh paakk… Aaahhhhh” jerit Kayla di panggilan telponnya.
“Deekk anuuu ….” Kata Nayla yang kembali berhenti saat mendengar suara lain.
“Hakhakhak… Aahhh… Aaahhh… Nikmat sekali memekmu non… ouhhhh” desah seseorang yang suaranya tidak asing.
'Astaghfirullah… Jangan-jangan ?!'
Batin Nayla khawatir.
“Deekkk… Deekkk… Kenapa ? Apa yang terjadi ?” Tanya Nayla berdebar.
“Aaahhhh… Aaahhh pakkk… Loh kok nyala, maaf kak, maaf aahhhh… Kepencet gak sengaja” jawab Kayla begitu saja.
“Aaaahhh… Aaahhhh siapa itu ? Oh Non Nayla ? Hakhakhakh” tawa pak Urip yang membuat Nayla merinding.
MEBE9O4
https://thumbs4.imagebam.com/84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg 84/28/cf/MEBE9O4_t.jpeg
'PAK URIP
“Apa yang bapak lakukan ? Apa yang bapak lakukan ke adek aku !” Ujar Nayla menjauh agar suara kerasnya tidak membangunkan putranya.
“Saya ? Coba dengar suara adekmu sendiri !” Kata Pak Urip yang membuat Nayla heran.
MEHJVOS
https://thumbs4.imagebam.com/26/83/87/MEHJVOS_t.jpg 26/83/87/MEHJVOS_t.jpg
'KAYLA
“Aaahhh… Aahhh… Enak banget paakk… Teruss… Terussss”
Seketika kaki Nayla melemas. Ia pun jatuh berlutut di ruang tamunya. Ia menyadari kalau Kayla sudah jatuh ke jebakan pak Urip. Mantan pembantunya itu sudah berhasil menundukkan nafsu dari adek cantiknya.
“Hakhakhak… Udah yah non… Saya sibuk… Saya mau ngentot dulu” kata pak Urip yang langsung menutup panggilan teleponnya.
“Paaakkk… Paaakkkk” Panggil Nayla percuma. Nayla khawatir. Bagaimana bisa pak Urip ada di rumah adeknya. Seketika ia kepikiran, apa jangan-jangan kini mantan pembantunya itu bekerja disana ?
'Tokkk… Tokk… Tokkk…'
Suara ketukan pintu mengejutkan Nayla. Nayla pun mengelus dadanya yang besar untuk menenangkan dirinya.
“Iyya sebentar” kata Nayla yang mendatangi pintu rumahnya meski pikirannya sedang terbelah.
“Mbak hehe… Dek Dani lagi tidur yah ?” tanya pak Kusno yang langsung mencari-cari putra Nayla.
“Ada apa yah pak ? Iya lagi tidur kok” jawab Nayla yang heran dengan sikap petani kepercayaan suaminya itu.
“Anu maaf udah ganggu waktu istirahatnya… Ini tadi pak Miftah minta saya buat ngambil kunci yang katanya digantung dideket rak di kamarnya” kata pak Kusno berbohong.
“Kunci ? Kunci apa yah pak ?” Tanya Nayla gagal paham.
“Kunci kantornya… Katanya kuncinya ketinggalan… Jadi gak bisa masuk, hehe” ujar pak Kusno sambil memperhatikan lekuk tubuh wanita yang akan ia nikmati sebentar lagi.
“Ohhh… Tunggu bentar yah” kata Nayla yang langsung pergi ke dalam kamarnya. Meski ia sempat mencurigainya, namun mendengar kalau ini adalah perintah suaminya. Ia pun langsung menurutinya tanpa bertanya macam-macam lagi.
Menyadari kalau Nayla sudah masuk ke dalam kamarnya. Pak Kusno pun segera menutup pintu utama lalu diam-diam mengikuti Nayla ke dalam kamarnya.
'Jebrett ! '
Terdengar suara pintu ditutup. Nayla yang terkejut langsung membalikkan badannya lalu menemukan pak Kusno sudah ada dihadapannya.
“Bapaakk ? Ngapain bapak ada di kamarku… Ini kamar privasiku pak !” Kata Nayla hendak menegurnya.
Namun reaksi pak Kusno hanya terkekeh-kekeh. Ia pun melirik ke sekitar untuk mencari kamera yang dibicarakan oleh Miftah. Setelah menemukannya, ia malah melepas seluruh pakaiannya hingga bertelanjang bulat dihadapan akhwat bercadar itu.
“Paaaakkk” kata Nayla yang mulai khawatir. Matanya melebar. Ia pun melangkah mundur secara perlahan.
“Kawokawokawok… Sudah lama saya ingin melakukan ini, mbak” kata pak Kusno sambil berjalan mendekat.
“Paakk jangaannn… Jangaann pakk… Aku mohon” kata Nayla yang terus mundur ketakutan.
“Kawokawokawok… Gak usah takut… Mbak pernah mengalaminya kan ? Ini bakal enak kok” kata pak Kusno yang langsung mendekap kedua lengan Nayla lalu melemparnya ke ranjang tidurnya. Tak cukup sampai disitu, ia juga menindihi Nayla untuk mencumbu bibirnya.
“Mmpppphhh paaakkkk” jerit Nayla ketakutan.
“Mmpphhh… Mmppphhh… Nikmatnya bibirmu ini mbaakk… Kawokawokawok” tawa pak Kusno sambil terus menciumi bibirnya.
“Paakk hentikaann… Lepaskaann paakk” jerit Nayla meronta-ronta. Tangannya terus mendorong tubuh kekar itu. Kakinya berusaha menendang-nendang. Namun usahanya percuma karena tenaga pak Kusno jauh lebih kuat.
Diam-diam, jauh diseberang. Ada seorang pria yang duduk manis di meja kantornya. Kancing kemejanya terbuka semua. Celananya sudah terlepas. Tangan kanannya mengocoki penisnya. Matanya fokus menatap rekaman video yang terpampang dilayar monitornya.
“Aaahhh ahhh… Terus lecehi istri saya pak…. Aahhh”
TAMAT
DI BALIK HIJRAH NAYLA
Nayla berjalan. Menyusuri panasnya ibu kota melalui trotoar yang berada di pinggir jalan. Sesekali, ia menatap ke arah langit sambil menutupi pandangannya dengan telapak tangannya. Ia hanya heran. Ia hanya penasaran. Kenapa cuaca di kota bisa sepanas ini? Sinar mentari begitu terik. Tubuhnya sampai berkeringat yang membuatnya sesekali mengibas-ngibaskan kemeja yang dikenakannya.
“Panas banget sih yah? Rasanya beda banget sama di desa. Di desa tuh sejuk. Banyak angin. Banyak tempat teduh. Disini tuh, Astaghfiullah. Rasanya kayak lagi di panggang aja.” Keluhnya.
Meski tubuhnya berkeringat. Meski dahinya berungkali ia elap menggunakan sapu tangan yang ia bawa kemana-mana. Penampilan cantiknya kerap kali mencuri pandangan orang-orang yang berada disekitarnya.
Tiap kali Nayla berjalan. Mata para lelaki itu terpana menatap keindahan Nayla yang begitu cantik dengan pakaian yang mencolok.
Mungkin di ibu kota, wanita yang berjalan dengan pakaian seksi lagi minim merupakan hal yang biasa. Para warga sekitar biasa melihatnya. Namun, apa yang Nayla kenakan berbeda. Penampilannya jauh dari kata seksi apalagi dengan pakaian yang begitu minim.
Penampilan Nayla cenderung tertutup. Kemeja putih yang ia kenakan terlihat begitu besar bagi tubuhnya yang sangat ramping. Belum lagi dengan tambahan jas berwarna hijau yang cukup untuk menyembunyikan keindahan tubuh yang dimilikinya. Sedangkan di bawahnya. Celana longgar berwarna hijau membalut kaki jenjangnya. Wajahnya yang sebenarnya sangat cantik itu tertutupi oleh cadar sebagian. Juga dengan hijab lebar yang dikenakannya. Nayla terlihat begitu dewasa dengan pakaian yang dikenakannya.
NAYLA
Pantas saja, banyak mata lelaki yang menyorot keindahan yang ada pada dirinya. Matanya yang agak sipit dengan bola matanya yang begitu putih serta korneanya yang agak kecoklatan. Tatapannya yang sayuk, sudah cukup untuk menghipnotis para lelaki yang melihatnya. Tak sedikit lelaki yang sudah jatuh hati kepadanya. Tapi yang mengejutkan, tak sedikit lelaki yang sudah mencicipi tubuh indahnya yang seharusnya hanya untuk suaminya.
Ya, kita tak salah mendengarnya. Nayla bukanlah wanita polos seperti yang kita kira. Nayla memiliki masa lalu yang kelam. Nayla adalah pelacur bercadar yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan tusukan dari penis pria-pria tua.
Ya, pria-pria tua. Mulai dari pembantu bejatnya yang sudah mengajarkannya apa arti persetubuhan yang sebenarnya. Lalu, sang penjaga vila yang telah mengajarkannya daya tahan dalam bersetubuh dengannya. Lalu, tetangga kekarnya juga tukang sayur langganannya yang telah memberi tahunya kenikmatan saat bersetubuh dengan penis yang tak disunat. Juga, seorang gelandangan tua yang dapat memberikannya sensasi hingga kepuasan yang tak terkira. Bahkan seorang ustadz yang juga seorang kiyai pesantren pun, sampai tak tahan dengan kemolekan tubuh yang dimilikinya.
Tapi itu dulu, itu dulu sebelum dirinya ketahuan oleh suaminya gara-gara mengadakan pesta seks di rumahnya. Beruntung, suaminya memergokinya tepat setelah nafsu pria-pria tua itu terlampiaskan pada tubuhnya. Nayla yang terbaring lemas tak berdaya. Ia pun pasrah membiarkan suaminya menangis mendapatinya yang dikira sholehah namun ternyata tak ada bedanya dengan wanita murahan yang bahkan lebih hina dari seorang pelacur jalanan.
Ya itu dulu, Nayla di masa lalu. Kini Nayla telah berhijrah. Ia pun menuruti keputusan suaminya untuk pindah ke pinggiran kota demi menjalani kehidupan baru dengannya.
"Iya nih Nay, kamu sih keseringan di desa. Rasanya disini jadi panas banget ya? hihihi." Tawa seorang akhwat yang berada di sebelahnya.
"Hihihi iya nih Shel. Rasanya lebih enak di desa. Disini kayak ga ada angin sama sekali." Balas Nayla ikut tertawa.
"Hihihi, maklumin aja yah Nay. Namanya juga ibu kota. Penduduknya padat. Banyak polusi. Tapi pohon mulai jarang. Ngomong-ngomong mbak kemana aja sih? Kok belakangan ini mbak menghilang tanpa kabar?" Tanya Sheila penasaran.
Nayla hanya tersenyum. Ia enggan menjawab jujur pertanyaan yang dilontarkan oleh teman dekatnya semasa perkuliahan dulu.
Nayla kemudian melirik, lalu menatap wajah cantik Sheila yang sebagiannya juga ditutupi oleh cadar.
Semoga kamu tidak sepertiku yah, Shel.
Batin Nayla berharap agar teman dekatnya itu tidak mengikuti jejak masa lalunya yang pernah kecanduan penis pria-pria tua.
Nayla berhenti melangkah tiba-tiba. Sheila pun ikut berhenti saat melihat sahabatnya itu berhenti.
"Kamu kenapa Nay?" Tanya Sheila dengan wajah bingung.
Senyum di wajah Nayla menghilang. Ia terpaku menatap penampilan Sheila yang sebenarnya sama cantik dengannya. Apalagi Sheila ini baru saja menikah. Rasanya, ia seperti menatap dirinya di masa lalu sebelum dirinya dinodai oleh pembantu tuanya.
Sheila Amelia Firdaus adalah akhwat bercadar berusia 25 tahun yang merupakan teman dekat Nayla selama di bangku kuliah.
Seperti yang terlihat, Sheila merupakan wanita cantik berkulit putih yang juga merupakan keturunan cina dari ibunya. Posturnya tak jauh berbeda dengan Nayla. Meski masih lebih tinggi Nayla. Kecantikan Sheila tak jauh berbeda dengan Nayla.
Sama halnya dengan sahabat karibnya itu. Sheila juga mengenakan pakaian longgar mulai dari kemeja yang menutupi tubuh moleknya hingga celana longgar yang menutupi kaki rampingnya. Matanya yang sipit seringkali menarik perhatian para lelaki. Suaranya yang lembut seringkali menggelitik telinga para lelaki. Penampilannya yang trendy membuat beberapa lelaki saling berebut karena ingin memiliki.
SHEILA
Tak berbeda dengan Nayla yang seorang selebgram, Sheila juga sama. Alasan mereka bertemu dengan pakaian yang hampir sama adalah untuk melakukan aksi perfotoan di studio yang sama.
"Eh, engga. Gapapa kok Shel. Kamu cantik banget sih." Nayla mengelak dengan memberikannya pujian. Beruntung, Sheila pun terbujuk oleh pujian dari kawan cantiknya itu.
"Apasih Nay. Kok tiba-tiba bilang gitu. Hayoo kamu suka aku yah?" Ucap Sheila bercanda.
"Eh? Hihihihi enak aja. Aku normal yah Shel." Jawab Nayla tersipu.
"Hihihi emangnya aku engga? Aku juga loh ya."
Kedua akhwat itu pun tertawa. Mereka terus berjalan menuju rumah Sheila untuk beristirahat setelah berfoto di studio yang sama.
"Ngomong-ngomong, rumahmu masih jauh Shel?" Tanya Nayla yang sudah tak kuat berjalan lagi.
"Ini udah mau nyampe, itu loh rumahku yang gerbangnya warna hitam." Jawab Sheila sambil menunjuk ke arah depan.
"Dimana? Eh, astaghfirullah." Sebut Nayla tiba-tiba saat dirinya menatap jauh ke depan.
"Eh ada apa Nay? Kok sampe nyebut?" Tanya Sheila kebingungan sambil melihat ke depan. Soalnya, ia tak merasakan ada yang aneh. Ia lekas heran pada apa yang membuat sahabatnya itu terkejut bukan main.
"Ayo balik yuk. Aku gak mau ke arah sana." Ucap Nayla sambil menarik lengan Sheila ke arah belakang.
"Eh ada apa sih Nay? Kita kan udah mau sampe rumahku loh." Ucap Sheila kebingungan. Meski awalnya ia tertarik saat Nayla menarik lengan rampingnya. Ia lekas mengerem yang membuat Nayla menatap Sheila dengan tatapan penuh ketakutan.
"Ihh tapi itu, aku gak mau kesana Shel. Akuu... Akkuuu..." jawab Nayla tak sanggup melanjutkan.
"Kamu? Kenapa? Takut?" Tebak Sheila setelah memperhatikan ekspresi wajah Nayla. "Sama apa?" Lanjutnya sambil menatap ke arah depan.
Sheila memperhatikan. Sepertinya tidak ada hal yang perlu ditakutkan di jalan menuju ke rumahnya. Tidak ada anjing galak. Tidak ada pembegal jahat. Tidak ada kuntilanak, pocong atau penampakan lainnya karena masih siang.
Apalagi jalanan di depan tampak kosong. Hanya ada satu orang yang berjalan ke arahnya. Seorang pria tua berbadan kurus, dengan pakaian kumuh, serta berwajah lusuh yang membuat Sheila jadi kepikiran.
Apa jangan-jangan? Bapak ini yah yang bikin Nayla ketakutan?
Batinnya sambil menatap gelandangan tua yang terlihat seperti belum mandi selama berminggu-minggu itu.
Kecurigaannya semakin memuncak saat bapak tua itu kemudian tersenyum sambil menatap wajah cantik Nayla yang tertutupi sebagian. Sheila lekas menatap Nayla. Terlihat Nayla seperti membuang wajahnya. Sheila pun membatin dalam hati.
Apa mereka berdua saling kenal?
"Buwahaha, Mbak Nayla ya? Gimana kabarnya? Lama gak berjumpa." Ujar gelandangan tua itu yang membuat Nayla & Sheila terkejut.
"Pa-pak Dikin. Kenapa bapak bisa tahu kalau ini aku?" Tanya Nayla yang padahal sudah menutupi wajahnya dengan cadar.
PAK DIKIN
Pak Dikin tersenyum, ia lekas mengangkat tangan kurusnya yang menyerupai ranting pohon itu lalu menunjuk ke arah kemeja yang Nayla kenakan.
"Bukannya kita terakhir ketemu, mbak Nayla pake baju ini? Iya kan?" Jawab Pak Dikin yang membuat mata Nayla membelalak.
Nayla terdiam. Ia teringat kejadian di masa lalu, tepatnya di rumahnya saat dirinya disetubuhi oleh 10 pria tua yang berbeda di waktu yang sama.
"Saya jadi merindukan kenangan indah kita di masa lalu, mbak Nayla. Buwahaha." Tawa pak Dikin puas yang membuat Nayla geram karena tepat disampingnya, ada sahabatnya yang terlihat kebingungan.
"Eh bapak dan Nayla saling kenal yah? Perkenalkan nama aku Sheila. Kebetulan. Rumahku ada di dekat sini? Apa bapak berkenan untuk mampir sebentar?" Ajak Sheila yang membuat Nayla kesal lalu menyikutnya dari belakang. "Aw kenapa sih?" Bisik Sheila.
"Dengan senang hati mbak. Kebetulan saya juga laper. Saya dari kemarin belum makan." Jawab Pak Dikin cengengesan.
"Shel, jangan!" Bisik Nayla sekali lagi. Ia bahkan memegang erat lengan Sheila berharap sahabatnya itu mau menuruti ucapannya.
"Kamu ini kenapa sih Nay? Apa gak kasian sama bapak ini? Lagian, kalian udah saling kenal kan?" Bisik Sheila terheran-heran pada sikap sahabatnya itu.
Nayla mendengus kesal. Ia tak bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Toh kalau diceritakan, mana mungkin Sheila percaya kalau dirinya yang terlihat alimah & sholihah pernah disetubuhi berulang kali oleh gelandangan tua ini.
"Hehe maaf. Mari pak, saya antar. Rumahku ada di sebelah sana." Ucap Sheila sambil tersenyum yang terlihat melalui kedua matanya itu. Ia pun lekas menarik lengan Nayla lalu merangkulnya erat saat berjalan di depan, mereka berdua berjalan duluan untuk mengantar gelandangan tua itu menuju rumah Sheila.
Sedangkan pak Dikin hanya tersenyum mesum melihat kebaikan akhwat bercadar temannya Nayla itu. Ia pun berjalan di belakang. Menatap lenggokan bokong mereka yang bergeal-geol mengikuti langkah kaki mereka.
Buwahahaha, nafsuin banget sih mbak Nayla, tapi mbak Sheila kok lumayan juga yah. Jadi bingung mau mulai dari mana dulu.
Batin pak Dikin sambil mengelusi penisnya yang mulai mengeras.
Sedangkan Nayla terus berjalan sambil sesekali melirik ke belakang. Ia terkejut bukan main saat gelandangan tua itu mengelusi tonjolan di balik celananya yang kian membesar.
Ia bahkan lebih terkejut lagi saat menatap ekspresi wajah Pak Dikin yang sedang menjilati tepi bibirnya sambil menatapnya.
Gleeeggg!!!
Nayla menenggak ludah. Perasaannya tidak enak. Ia sedikit ketakutan. Andai-andai Sheila yang ada di sebelahnya menjadi korban kebejatan gelandangan tua itu.
Maafin aku Shel. Aku gak bisa jelasin sekarang. Andai pak Dikin berniat tuk menyalurkan hawa nafsunya lagi. Cukup aku aja yang menjadi pelampiasannya.
Batin Nayla sampai rela berkorban demi sahabatnya itu.
Setibanya mereka bertiga di rumah Sheila.
“Silahkan pak duduk dulu.” Ucap Sheila dengan sopan saat mempersilahkan tamu kumuhnya itu untuk duduk di ruang tamunya.
“Hehe makasih mbak. Maaf kalau saya bau.” Kata Pak Dikin berpura-pura merasa tidak enak.
“Ehh enggak kok, enggak. Oh yah maaf, nama bapak siapa yah? Aku belum tahu.” Tanya Sheila pada tamunya itu. Seketika ia melihat Nayla masih berdiri. Ia pun membisikkan akhwat bercadar itu untuk duduk juga di shofa panjang rumahnya. “Duduk aja Nay, disitu.”
Nayla mengangguk. Saat akhwat yang sebaya dengan Sheila itu menjatuhkan bokong semoknya ke shofa empuk rumah sahabatnya. Ia melirik ke arah kirinya dan mendapati pak Dikin tengah tersenyum mesum kepadanya. Nayla sontak merinding. Ia buru-buru membuang pandangannya demi mengurangi kecurigaan Sheila kepadanya.
“Saya Sodikin mbak. Panggil saja saya pak Dikin.” Jawab Pak Dikin dengan suaranya yang agak sedikit serak.
“Oh jadi nama bapak, pak Dikin.” Jawab Sheila dengan sopan.
“Iya mbak betul. Ngomong-ngomong, mbak tinggal sendiri di rumah sebesar ini?” Tanya Pak Dikin penasaran setelah melihat ke arah sekitar.
“Hehe, enggak kok pak. Aku tinggal bareng suamiku. Kebetulan suamiku masih kerja. Jadi gak ada orang lain di rumah ini selain kita.” Jawab Sheila yang membuat mata Nayla membelalak.
Jangan bilang gitu, Shel!
Batin Nayla dalam hati.
Pak Dikin menyeringai. Ia kembali melihat sekitar sambil menunjukkan senyum jahatnya.
Buwahahaha. Gak ada orang lain selain kita? Bener-bener keberuntungan buat saya!
Batin pak Dikin senang.
“Oh jadi mbak sudah menikah. Ya, wajar sih. Mbak kan cantik. Kalau mbak bilang belum menikah, baru saya heran.” Ucap pak Dikin yang membuat Sheila tersipu.
“Hihihi bapak bisa aja sih. Aku kan jadi malu. Ngomong-ngomong keluarga bapak dimana? Kok bapak kayak . . . .” Sheila tak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia takut ucapannya akan menyakiti perasaan gelandangan tua itu.
“Gelandangan? Terlantakan? Buwahahha.” Jawab Pak Dikin sambil tertawa. Lalu seketika matanya melirik ke arah Nayla yang membuat akhwat cantik itu menundukkan pandangannya.
Buwahahaha, apa yang terjadi padamu mbak Nayla? Kok kamu jadi malu-malu lagi sekarang? Sikapmu itu malah membuat saya makin gemas ingin memasukkan kontol saya lagi ke dalam memek sempitmu itu loh mbak.
Sheila melirik ke arah Nayla saat menyadari gelandangan tua itu menatap sahabatnya.
“Saya terusir mbak. Saya dibuang oleh keluarga saya.” Jawab pak Dikin tiba-tiba yang mengejutkan Sheila.
“Eh kok bisa? Kenapa?” Jawab Sheila seketika karena penasaran.
Nayla hanya terdiam. Ia mencoba tak peduli dengan cerita yang akan diceritakan oleh gelandangan tua itu.
“Entahlah, mungkin saya sudah tua dan menyusahkan anak-anak saya. Setelah istri saya meninggal. Saya mungkin hanya dianggap beban oleh mereka. Saya pun diusir oleh anak serta menantu saya sendiri.” Jawab Pak Dikin sambil memasang wajah iba tuk menarik perhatian Sheila.
Ya wajar aja diusir! Wong bapak memperkosa menantu bapak sendiri!
Batin Nayla yang mengetahui fakta yang sebenarnya.
“Astaghfirullah! Tega sekali anak bapak. Terus?” Tanya Sheila tertarik.
Mendengar Sheila bertanya, Nayla hanya bisa membatin dalam hati sambil menatap wajah cantik sahabatnya itu.
Jangan didengerin Shel. Tolong, kamu gak usah peduli sama omongan bapak bejat ini!
“Ya saya akhirnya hidup di jalanan. Bertahun-tahun saya berjuang mencari sesuap nasi. Saya bahkan sampai mengorek tong sampah di sekitar. Gak jarang juga saya mengemis mengharapkan rasa iba warga di sekitar. Gak jarang juga saya diusir oleh polisi karena di anggap menganggu. Gak jarang juga hasil ngemis saya dipalak oleh preman-preman yang ada di sekitar.” Ucap Pak Dikin dengan nada dan intonasi yang tepat hingga Sheila perlahan semakin hanyut pada ceritanya.
“Eh beneran? Astaghfirullah, tega banget sih mereka pak?” Tanya Sheila berkaca-kaca.
“Iya betul mbak, beruntung saya dipertemukan oleh mbak Nayla tak lama setelah itu.” Ucap pak Dikin yang membuat Sheila melirik ke arah sahabatnya itu. “Mbak Nayla?”
“Iya mbak, Mbak Nayla ini dengan baik hati mengajak saya ke rumahnya. Bahkan sampai memberikan daging mentah ke saya. Buwahahaha.” Tawa pak Dikin saat mengingat masa lalu yang membuat Nayla diam-diam geram mendengarnya.
Bapaaakkk! Apa yang bapak katakana!
“Daging mentah? Kok?” tanya Sheila belum paham maksud omongan pak Dikin.
“Buwahahha. Maksud saya. Mbak Nayla ini telah mencukupi kebutuhan saya yang belakangan tak bisa saya dapatkan.” Kata pak Dikin sambil menatap tonjolan indah di balik kemeja putih Nayla.
Nayla yang peka lekas menutupinya dengan jas yang ia kenakan. Ia mencoba merapatkannya. Lalu pandangannya ia buang agar tak perlu menatap wajah pak Dikin yang sangat menjijikkan itu.
“Oh maksud bapak kebutuhan makanan yah? Baik banget sih kamu Nay.” Kata Sheila salah tangkap dengan maksud pak Dikin.
“Buwahaha. Bahkan mbak Nayla sampai memberikan susu favorit saya bahkan juga melayani saya sampai saya benar-benar puas.” Kata pak Dikin sambil diam-diam mengelus penisnya dari luar celananya. Tatapannya menatap ke arah benda yang berada di antara dua paha Nayla. Pak Dikin menjilat bibirnya. Ia tak tahan ingin merasakannya lagi.
“Susu juga? Oh sampai disuapin gitu kah? Pelayanan yang bapak maksud?” Tanya Sheila yang lagi-lagi gagal paham omongan pak Dikin.
Nayla gemas. Rasanya ia ingin menampar pak Dikin karena berani melecehkannya dihadapan sahabat dekatnya.
Tolong jangan ungkit masa laluku lagi yah pak!
Batin Nayla tertahan.
“Iya mbak betul. Buwahahha.” Jawab Pak Dikin cengengesan.
“Oalah, hmm tadi bapak belum makan kan? Yaudah bapak tunggu sini yah. Biar aku masakain sesuatu. Oh yah, Nay tolong ajak ngobrol pak Dikin bentar yah pas aku masak.” Ucap Sheila yang membuat mata Nayla membelalak.
“Apa? Aku? Tapi aku . . . .” Jawab Nayla terdiam saat mendengar suara tawa pak Dikin.
“Buwahahaha. Ide bagus itu mbak. Saya juga kangen, dah lama saya gak ngobrol dengan penyelamat saya.” Ucap pak Dikin yang membuat Sheila tersenyum.
“Iya pak, tuh temenin dulu. Kalian udah akrab kan? Aku mau masak dulu yah bentar.” Kata Sheila yang langsung ngacir ke dapur.
“Eh Shel tunggu. Jangan pergi.” Ucap Nayla yang hendak bangkit namun tangannya ditahan oleh gelandangan tua itu.
“Mau kemana kamu mbak Nayla sayang? Apa kamu gak kangen sama saya setelah berbulan-bulan gak bertemu?” Tanya pak Dikin yang sudah duduk disamping Nayla lalu menarik tangannya hingga akhwat bercadar itu seketika duduk di sebelah pria tua yang sangat beruntung itu.
“Tolong pak, jangan lakukan. Aku berbeda. Aku bukan Nayla yang dulu bapak kenal.” Bisik Nayla agar suaranya tak didengar oleh Sheila.
“Berbeda? Oh ya benar. Haapp. Susumu kok makin montok yah. Makin gede dan kenyal. Buwahahha.” Ucap pak Dikin yang langsung mencengkram susu bulat Nayla yang masih tersembunyi di balik kemeja longgarnya.
“Mmmppphh jangaann paakk. Aaaahhhhh. Tolongg lepasskaan. Aku gak mauu. Aaahhhh.” Desah Nayla tertahan. Meski ia ingin menjerit kelas. Ia terus mencoba agar suaranya itu tidak terdengar oleh sahabatnya.
“Buwahahaha. Akhirnya saya bisa mendengar desahanmu lagi. Akhirnya saya bisa meremas susu bulatmu lagi. Tau gak? Saya jadi makin gemes setelah meremas susumu ini mbak. Saya kencengin yaahh. Haaapppp.” Ucap pak Dikin memperkuat remasannya.
“Aaahhh jangann paakk. Aahhhh tolonggg. Tolongg Mmppphhhhh. Paakkkk aahhhh.” Nayla menggelinjang. Tubuh rampingnya menggeliat menahan rasa nikmat yang gelandangan tua itu berikan. Berulang kali tangannya mencoba menjauhkan tangan kotor itu dari tubuh indahnya. Tak jarang matanya memejam karena tak kuat menahan senasinya.
Apalagi saat jemari telunjuk pak Dikin menekan tepat ke arah puting susunya. Belum lagi saat tangan pak Dikin terus saja membuka lalu menutup sambil merasakan keempukkan susu bulat Nayla. Belum lagi dengan aroma wangi dari tubuhnya. Wajah pak Dikin terus saja mendekat ke arah wajah cantiknya. Berulang kali Nayla membuang muka. Ia mencoba menjauhkan wajahnya dari wajah jelek gelandangan tua itu.
“Tolongg pakk jangan mendekat. Aku gak mau lagi. Aku gak mau ternoda lagi paaakkk.” Lirih Nayla sambil mendorong tubuh pria kurus itu.
“Buwahhaha gak usah sok munafik. Saya tau kamu aslinya malah menikmatinya, iya kan?” Ucap pak Dikin yang membuat Nayla terkejut.
Apa itu terlalu jelas? Apa sikapku menunjukkan semuanya?
Batin Nayla mengakui dalam hati.
Meski tubuhnya berulang kali menolak ajakan berzina dari gelandangan tua itu. Namun nafsu dan pikiran kotornya justru menikmati perlakuannya. Apalagi belakangan ini dirinya sudah lama tak bercinta dengan suami tampannya. Bahkan saat bercinta pun, ia sama sekali tak mendapatkan kepuasan dari penis letoynya.
Nayla terdiam sesaat. Ia tak sadar kalau kedua tangan pak Dikin sudah memegangi sisi kanan kiri kemejanya.
“Buwahahaha”
Breeeeeettttt!!!
Nayla terkejut saat tiba-tiba kemejanya dibuka paksa hingga seluruh kancing kemejanya terlepas dari tempatnya.
“Paaaaakkkk!!!” Jerit Nayla dengan lirih.
“Buwahaha, tuh kan makin gede. Mantep nih susu!” Ucap pak Dikin sambil langsung mencengkramnya.
“Mmmpppphhhh paaaakkk!” Nayla menjerit dalam keadaan bibir tertutup rapat.
Remasan gelandangan tua itu jadi semakin kerasa saat tangan kasarnya menyentuh langsung kulit mulusnya. Gundukan indah itu teremas langsung olehnya. Beha berwarna pink yang menjadi satu-satunya pelindungnya tak mampu membendung keberingasan nafsu dari pria tua itu.
“Buwahaha buwahaha. Kenyalnyaa. Kenyalnyaaaa!” Tawa pak Dikin puas.
Pak Dikin terus meremas. Kedua tangannya berulang kali memijit-mijit gundukan empuk dari akhwat bercadar itu. Terkadang jempolnya juga menekan-nekan putingnya yang masih tersembunyi dibalik behanya. Tatapan Pak Dikin semakin tajam. Ia dengan penuh nafsu menikmati tontonan indah dari tubuh akhwat bercadar yang sedang ia lecehi itu.
“Aaahhhh paaakkk. Jangaannn. Tolonggg mmpphhh. Sudaahhh paakk. Aaahhhh. Aaaahhhh” desah Nayla memejam.
Meski kedua tangannya memegangi lengan pak Dikin. Meski lisannya terus menolak pelecehan yang dilakukan oleh pak Dikin. Diam-diam ia sebenarnya merasakan kenikmatan yang sudah lama tak ia rasakan.
Tubuhnya kembali ingat, bagaimana rasanya dilecehi oleh seorang lelaki. Tubuhnya kembali ingat, bagaimana rasanya dinikmati oleh seorang lelaki. Tubuhnya kembali ingat, bagaimana rasanya dinodai oleh seoang lelaki.
Tapi ini tidak hanya lelaki, melainkan lelaki tua yang memiliki segudang pengalaman.
Tapi ini tidak hanya lelaki, melainkan lelaki miskin yang bahkan tidak memiliki rumah hingga tidur di jalanan.
Tapi ini tidak hanya lelaki, melainkan lelaki bajingan yang telah menikmatinya lebih dari satu kali.
Terlihat gundukan indah di balik beha berwarna pink
“Buwahahha. Gak usah sok alim yah mbak. Inget, memekmu itu, udah pernah dimasuki lebih dari 10 kontol lelaki. Masa gini doang nolak. Apa remesan saya kurang kuat?” Tanya pak Dikin sambil memperkuat cengkramannya.
“Aaahhh paakk jangaannn. Mmppphhhhh.” Demi menutupi jeritannya. Nayla pun menutupi mulutnya hingga pertahanan tubuhnya semakin melemah.
“Buwahahaha, dasar lonte bercadar!” Kata pak Dikin sambil melepas paksa beha yang Nayla kenakan lalu langsung menyeruput puting indah berwarna pink yang sangat menggoda birahinya.
“Ssllrrppp. Ssllrrrppp.”
Bibir tuanya langsung menyedot puting indah itu. Lidahnya di dalam menari-nari menjilati ujung pentil yang semakin mengeras itu. Kedua tangannya terus meremas. Sesekali mulutnya berpindah dari payudara kanan lalu ke kiri. Lalu ke kanan lalu ke kiri lagi. Terus saja mulutnya berpindah tuk menikmati sajian premium dari seorang akhwat yang biasa menutupi tubuhnya dengan pakaian longgar.
“Aaahh paakk. Aaahhhh. Aaaaaahhhh.” Desah Nayla yang mulai pasrah karena tak memiliki tenaga lagi setelah kekuatannya terhisap melalui seruputan gelandangan tua itu.
“Mereka lagi ngomongin apa yah? Kok bisik-bisik sih? Dasar, aku gak boleh denger yah? Hihihihi.” Tawa Sheila yang dari dapur hanya mendengar suara bisikan Nayla dan Pak Dikin di ruang tamunya.
“Aaahhhh paakkk. Aaahhhh. Mmppphhhh. Mmpphhhh.” Nayla terus saja terbaring pasrah membiarkan lelaki hina itu menodainya.
Pak Dikin pun terus menyeruput susunya. Namun lama-lama ia bosan juga. Ia butuh sesuatu yang lebih. Sesuatu yang mampu memuaskan hasrat birahinya.
“Buwahahahha.” Kata pak Dikin saat sedang memeloroti celana Nayla.
“Paakkk jangaannn. Tolongg jangan lagii. Jaanngaannn!” Lirih Nayla sambil menggelengkan kepala lalu menahan celananya.
Namun pak Dikin tak mengindahkan. Ia dengan bodo amat terus menarik celana Nayla hingga celana dalamnya yang juga berwarna pink terlihat.
“Indah sekaliii. Buwahahhaa. Sudah lama saya tak melihat pemandangan seindah ini!” Ucap pak Dikin yang semakin ngiler saat melihat paha montok Nayla.
“Paakk toloonggg. Jangann lagii. Jangaaannn!” Lirih akhwat bercadar yang sudah menampakkan kedua gunung gembarnya.
Namun pak Dikin tetaplah lelaki biasa. Tak peduli dengan rengekkan wanita cantik itu. Ia dengan penuh nafsu menarik celana yang Nayla kenakan hingga terlepas seluruhnya.
“Akhirnya lepas juga. Buwahhaha!” Tawa pak Dikin puas.
Sontak Nayla langsung bangkit ke posisi duduk lalu menutupi kemaluannya yang sebenarnya masih tertutupi celana dalamnya.
Namun, pak Dikin tak kehilangan akal. Ia dengan penuh tenaga menarik kedua kaki Nayla hingga akhwat bercadar itu kembali jatuh terlentang. Dengan waktu singkat, ia pun menarik celana dalam yang Nayla kenakan hingga terlepas seluruhnya.
“Aaahhh paakk. Jaannggaann.” Ucap Nayla yang tak mampu berbuat apa-apa.
“Ini yang sudah lama saya tunggu-tunggu.” Ucap pak Dikin yang langsung menerkam tubuh Nayla lalu melebarkan kedua kakinya. Wajahnya kemudian mendekat. Lidahnya pun keluar menuju goa sempit yang menjadi favorit para lelaki.
“Ssllrppp. Ssllrrppp. Aaaahhhh.”
“Paaakkkk oouuhhhhh. Ouuhhhhhh. Uuuhhhhhhh. Mmmppphhhhh.”
Nayla mendesah. Tangan kanannya mendorong kepala pak Dikin menjauh namun tangan kirinya hanya mengepal kuat. Matanya pun memejam sedangkan kepalanya ia dongakkan ke belakang. Rasanya begitu nikmat. Lidah pak Dikin dengan liar berkelana memasuki setiap sisi goa yang dimiliki olehnya. Lidah itu menjilati tepi vaginanya. Lidah itu juga mendorong-dorong tepi vaginanya. Lidah itu juga berusaha tuk menjangkau titik terdalam vaginanya. Semakin dalam lidah itu berkelana. Semakin nikmat pulalah yang ia rasakan di dalam liang senggamanya.
“Paakkk janngaann. Aaahhh yaahhh. Paakkk ouhhh. Paaakkkk.” Nayla tanpa sadar melepas tangan kanannya membiarkan gelandangan tua itu menjilati vaginanya. Kedua tangannya pun memegangi payudaranya. Ia hanyut dalam buaian nafsu pria tua itu. Namun uniknya, lisannya terus saja menolak yang membuat gelandangan tua itu tertawa.
“Dasar, maumu apa sih mbak? Dijilatin malah ngeremes susu tapi mulutmu minta udahan.” Kata pak Dikin gemas sambil menelanjangi dirinya.
Nayla terengah-engah menahan malu sambil menutupi payudaranya sendiri yang baru saja ia remas. Ia terheran-heran. Kenapa tubuhnya malah bereaksi saat dilecehi oleh gelandangan tua itu lagi.
Saat sedang termenung itu, ia dikejutkan oleh pak Dikin yang tiba-tiba sudah bertelanjang di dekatnya. Lidahnya tiba-tiba kelu itu tak mampu berkata-kata. Ia pun pasrah saat tangannya ditarik hingga tubuhnya berdiri lalu diposisikan menungging sambil kedua tangannya bertumpu pada dinding.
“Paakkk. Jaangaann lagiiii.” Ucap Nayla dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
“Jangan apa? Jangan lama-lama? Oke, nih rasakaaannn! Henkkgghhhh!!!” Ucap pak Dikin yang langsung mencobloskan penisnya ke dalam liang senggama Nayla.
“Mmmppphhhh paaaakkkkkk!!!” Nayla terdorong maju saat terkena sentakan kuat dari pria tua itu.
Penis hitam berukuran raksasa dengan ujung gundulnya yang menyerupai jamur itu telah masuk melesat bagaikan roket yang diterbangkan dengan penuh tenaga. Saat ujung gundulnya bersentuhan dengan bibir vagina Nayla. Terasa sentuhan nikmat yang sulit dijelaskan menggunakan kata-kata.
Saat penisnya mulai masuk. Ujung gundulnya terasa seperti dijepit. Ujung gundulnya terasa seperti dicekik. Cairan cintanya yang sudah membanjir memuluskan langkah penis itu untuk masuk lebih dalam lagi.
Seluruh penis itu sudah diselimuti oleh cairan cinta Nayla. Rasanya begitu hangat. Rasanya begitu nyaman. Tangan pak Dikin pun mulai memegangi pinggang ramping Nayla. Saat pinggulnya ia mundurkan sejenak. Ia langsung mendorongnya. Saat ia menariknya lagi, ia langsung mendorongnya lagi. Terus menerus ia melakukannya. Ia melakukannya dengan mata setengah memejam karena saking nikmatnya.
“Aaahhh mantapnyaa. Aahh dasar memek lonte. Aahhh enakk bangett. Aaahh yah. Aaahhh.” Desah pak Dikin saat terus memaju mundurkan pinggulnya.
Sementara Nayla ikut terdorong maju mundur. Tubuhnya pasrah. Ia membiarkan penis nista itu mengobrak-ngabrik liang senggamanya.
“Uuuhhh paakkk. Uuhhhh. Uuuuuuhhhhhh.” Desah Nayla menahan sodokan dari gelandangan tua itu.
Ada apa ini? Kenapa lagi-lagi aku kayak gini? Apa yang salah? Kenapa tubuhku kembali tenoda lagi?
Batin Nayla merenung memikirkan apa penyebab dirinya kembali ternoda lagi.
Padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin tuk bertahan. Aku sudah ke psikiater. Aku sudah menuruti perintah suami untuk pindah ke desa. Tapi ketika aku ke kota. Kenapa aku lagi-lagi seperti ini?
Batin Nayla sembari merasakan tusukan pak Dikin dari belakang.
Maafin aku yah mas. Maafin aku juga yah putraku. Umimu bukan pelacur kok. Umi cuma belum bisa move on dari masa lalu umi. Umi sayang kalian berdua. Tolong, sekali aja maafin perbuatan umi di siang hari ini!
Batin Nayla menyesali dirinya yang belum bisa menjaga diri.
“Aaahhhh. Aaahhhhh. Gilaaa, Nikmat sekali tubuhmu ini mbaakkk. Aaahhh gemes banget saya. Aahhhh. Aaaahhh.” Desah pak Dikin sambil menampar-nampar bokong semoknya.
“Aaahh paakk. Aaahhhh yaahhh. Aaaawww. Aaaawww. Aaahhh bapaaakkkk.” Desah Nayla menjerit nikmat.
“Buwahahhaha. Nahh begitu dong. Ayo nikmati persetubuhan kita ini. Kapan lagi kita bisa ngentot siang-siang di rumah orang kan? Buwahahha.” Tawa pak Dikin puas.
“Aaahhh iyaahh paaakk. Aahhhhh. Aaaaaahhhhh.” Desah Nayla yang makin lama makin dikuasai oleh hawa nafsunya.
Tangan pak Dikin meremas bokong montok Nayla. Sesekali tangannya merambat naik tuh mengusap punggung mulusnya setelah menyingkapnya sejenak dari kemeja putih yang masih melekat di tubuh indahnya.
Tiap kali tangan pak Dikin mengelusnya. Nayla merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Belum lagi sodokannya yang makin lama makin bertenaga. Nayla lemas. Nayla tersodok dengan sangat keras.
“Aaahhhh bapaakkk. Bapaaakkk. Bapaaaakkkk.” Jerit Nayla tak kuasa menahan diri lagi.
“Eh, ngapain Nayla manggil bapak-bapak? Apa terjadi sesuatu disana? Haruskah aku tengok sekarang?” Lirih Sheila penasaran saat mendengar suara aneh dari Nayla.
Sheila pun melepas celemek yang sedari tadi ia kenakan saat memasak. Ia juga mengecilkan api yang sedang memanaskan sup yang ia buat. Baru saja ia berjalan sejauh dua langkah. Tiba-tiba dering hapenya berbunyi yang membuatnya urung menengok apa yang sedang terjadi di ruang tamu.
“Loh paksu nelpon? Hmm entar aja ah ngeliat mereka lagi apa. Aku mau jawab telponnya dulu.” Kata Sheila yang langsung mengangkat panggilan teleponnya.
“Haloo Assalamualaikum mas.” Ucap Sheila sambil melangkah ke dalam kamarnya.
Beruntung, arah kamarnya berada di arah yang berseberangan dari arah ruang tamunya.
Sementara itu di ruang tamu.
“Aaaahhhhhhhhh.” Desah pak Dikin saat menancapkan penisnya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Nayla.
“Paaaakkkkk. Aaaaahhhhhh.” Desah Nayla merinding gila.
“Buwahahha puas banget yah mbak?” Kata pak Dikin sambil menarik tubuh Nayla hingga berdiri tegak lalu meremasi payudaranya dari belakang.
“Hah. Hah. Hah.” Nayla hanya terengah-engah. Ia tak menjawab pertanyaan mudah dari gelandangan tua itu. Ia tak mau merendahkan harga dirinya lagi. Ia tak mau dianggap lonte bercadar oleh gelandangan miskin itu lagi.
“Loh kok gak jawab? Dasar! Masih mau melindungi harga dirimu itu yah mbak? Emang masih punya? Emang masih ada? Gak inget apa mbak pernah kita gangbang di rumah? Buwahahha.” Tawa pak Dikin terus merendahkan harga diri Nayla.
“Hah. Hah. Tolong jangan ungkit itu lagi pak. Akuu. Aaaaahhhh.” Desah Nayla saat pentilnya dipelintir oleh pak Dikin dari belakang.
“Buwahahha tuh kan malah mendesah. Sange ya? Akui aja udah. Jangan ngesok terus.” Kata pak Dikin sambil membawa Nayla ke arah sofa panjang lagi.
Kali ini pak Dikin yang duduk di sofa sambil menyendarkann punggungnya. Sedangkan Nayla pun dipaksa berdiri menghadap ke arahnya. Lalu sambil tersenyum, pak Dikin memerintahkan sesuatu pada akhwat bercadar itu.
“Ayo duduki kontol saya. Saya mau merasakan goyanganmu lagi!” Kata pak Dikin yang membuat Nayla reflek menatap penis yang sedang mengacung tegak dihadapannya.
Duduki? Aku harus menggoyang kontol segede ini?
Batin Nayla yang bahkan keceplosan mengucapkan kata kontol di dalam hatinya.
Terlihat penis pak Dikin mengangguk-ngangguk menggoda birahi Nayla. Warnanya yang sangat gelap sudah bercampur cairan lendir yang berasal dari dalam vaginanya. Terlihat urat-urat syaraf yang menonjol disekitar batang penisnya. Penis pak Dikin jadi terlihat begitu kekar. Nayla sesaat tergoda untuk kembali menyelam ke dalam dunia kemaksiatan.
Haruskah? Untuk kali ini aja. Aku ingin menggoyangnya. Aku ingin merasakan lagi keperkasaan penisnya. Aku ingin merasakan sensasi nikmatnya bercinta dengan pria tua lagi.
Batin Nayla yang tanpa sadar berjalan mendekat.
Pak Dikin tersenyum puas. Tampaknya akhwat bercadar itu mulai takluk untuk kembali merasakan keperkasaan penisnya.
“Tapi janji, setelah ini jangan sentuh sahabatku. Cukup aku aja yang menjadi pelampiasan nafsu bapak.” Ujar Nayla mengucapkan penawaran. Ia menjadikan penawaran itu sebagai alasan agar dirinya bisa menggoyang penis itu tanpa herus membuang harga dirinya.
“Buwahaha. Ada apa ini? Gak boleh serakah gitu lah. Saya selaku lelaki harus adil untuk menyetubuhi kalian berdua secara bergantian.” Ujar pak Dikin yang memang sudah berniat menyetubuhi keduanya sekaligus.
“Apa? bapak udah berniat mau menodai Sheila juga? Tolong jangan pak. Cukup aku aja. Silahkan bapak nodai aku sesuka bapak tapi jangan ke sahabat aku!” Kata Nayla kesal menyadari pak Dikin ingin menyetubuhi Sheila juga.
“Hah? Buwahahaha. Kalau gitu buktikan, kalau mbak itu cukup untuk memuaskan nafsu saya. Ayo goyang kontol saya. Puaskan nafsu saya dengan goyanganmu itu!” Ucap Pak Dikin menantang Nayla.
Nayla kesal. Entah kenapa tantangannya membuat ia enggan untuk melakukannya. Namun, demi sahabatnya. Juga hawa nafsunya yang semakin bergelora. Ia akhirnya rela menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati oleh gelandangan tua tersebut. Awalnya ia melepas jas berwarna hijau yang dikenakannya. Lalu ia mulai menurunkan tubuhnya hingga perlahan lubang vaginanya kembali terisi oleh penis tua itu lagi.
“Mmppphhh aaaaaaahhhh.” Desah Nayla memejam nikmat.
“Aaahhhh mantapnyaaaa. Buwahahhaha. Ayo goyang sekarang. Saya udah gak sabar pengen merasakan goyanganmu lagi!” Kata pak Dikin tersenyum puas melihat keindahan tubuh Nayla yang hanya mengenakan kemeja putihnya saja yang itupun sudah terbuka semua kancingnya. Sedangkan hijab serta cadar yang menutupi sisi atas tubuhnya membuat pak Dikin semakin penasaran. Ingin rasanya ia menelanjangi Nayla seluruhnya untuk melampiaskan hasrat seksualnya yang tak mampu ia tahan lebih lama lagi.
Dengan sedikit jengah, Nayla mulai menggerakkan tubuhnya. Pinggulnya ia gerakkan maju lalu ia mundurkan lagi. Ia majukan lagi lalu ia mundurkan lagi. Nayla memejam. Entah kenapa rasanya penis tua itu sedang mengaduk-ngaduk sisi dalam vaginanya. Meski rasanya nikmat, aroma busuk dari gelandangan tua itu membuat Nayla merasa agak sedikit risih. Belum lagi ekspresi wajah jeleknya yang membuat Nayla semakin benci. Namun ia terus saja bergoyang. Ia bergoyang tuk memuaskan nafsu birahi gelandangan tua itu.
“Aaahhh yaahhh. Aaahhh mbaaakk. Aaahhh teruss. Ouhhhh mantapnyaa. Aaahhhh.” Desah pak Dikin sambil memegangi pinggul Nayla.
Susu bulat Nayla yang hanya tertutupi kemeja putih tipis itu semakin menggoda pak Dikin. Matanya terus saja menatap pergerakan keduanya yang bergondal-gandul dihadapannya. Belum lagi goyangan Nayla yang semakin intens. Goyangannya itu mulai bervariasi. Tidak lagi maju mundur tapi juga ke kanan lalu ke kiri. Bahkan Nayla juga melakukan gerakan memutar. Mulai dari ke depan lalu ke kanan lalu ke belakang lalu ke kiri. Disaat Nayla mulai melakukan gerakkan naik turun. Disitulah pak Dikin semakin bernafsu menatap pergerakan susu indah itu.
“Aaahhh yaahhh. Yaa benar begitu. Ouuhh mbaakkk. Aaahhhh nikmat sekali goyanganmu mbaaakk. Aaahhh yaaahhh.” Desah pak Dikin sambil meremasi susu bulat Nayla.
“Mmpphhh paakkkk. Aaahhhhh. Aaahhhhh. Aaahhhhh. Uuuhhhh. Peellaaann.” Desah Nayla merasakan remasan tangan pak Dikin.
Akhwat bercadar itu lama kelamaan semakin kehilangan akal sehatnya. Semakin lama ia bergoyang. Semakin hilanglah kesadaran yang dimiliki olehnya. Rasanya ia jadi ingin mempecepat goyangannya. Rasanya ia jadi ingin telanjang membiarkan tubuh indahnya dinikmati oleh gelandangan tua itu seluruhnya. Ia jadi ingin digenjot. Ia ingin merasakan sodokan full power dari pria tua beruntung yang sedang menikmatinya itu.
Lama kelamaan matanya ia buka. Ia ingin menatap wajah dari lelaki tua yang kini menjadi pemuasnya.
“Indah sekali matamu itu sayaanggg.” Ucap pak Dikin yang membuat Nayla tersipu.
Aaahhhhh. Aaahhhh. Aaahhhh. Kenapa aku malah senang saat mendengar pujiannya? Bukannya ia saat ini sedang melecehkanku?
Batin Nayla sambil terus bergoyang naik turun.
Nayla bahkan sampai membuang mukanya ke samping karena saking malunya. Ekspresi Nayla itu pun membuat pak Dikin gemas.
“Ayo kemari sayangg” kata pak Dikin menarik tubuh Nayla hingga dada kurusnya terhimpit oleh dada montok Nayla.
“Aaahhhhh. Mmppphhhh.”
Tak cuma itu, pak Dikin bahkan menyingkap cadar Nayla lalu mendekatkan bibirnya agar dapat mencumbunya.
“Mmppphhh ayooo sayanggg. Teruss goyaanggg. Mmppphhhh. Puaskan nafsumu ke saya.” Ucap pak Dikin disela-sela cumbuannya.
“Mmppphh iyaahhh. Iyaahhh paakkk. Mmpphhhh.” Desah Nayla semakin terbuai.
Mereka bercumbu. Bibir mereka saling dorong. Bibir mereka saling sepong. Bibir mereka saling sosor tuk memuaskan nafsu yang semakin menggebu. Lidah mereka juga ikut bermain. Terkadang lidah pak Dikin bermain memasuki mulut manis Nayla. Lidahnya itu kemudian menekan lidah Nayla. Lalu lidahnya itu menggeliat diatas lidah Nayla. Lidahnya juga mengajak main Nayla agar mau masuk ke mulutnya. Nayla terbuai. Ia pun menjulurkan lidahnya agar bisa masuk ke dalam mulut pak Dikin. Pak Dikin tersenyum. Ia merapatkan bibirnya agar lidah Nayla terjepit di antaranya. Pak Dikin lekas menghisapnya. Pak Dikin menghisapnya yang membuat Nayla semakin hanyut dalam jebakan birahi pemuasnya.
“Mmpphhh. Mmppphhhh. Mmmpphhh.”
Nayla mendesah nikmat. Aneh, rasanya hisapan mulut pak Dikin menjadi pelecut semangatnya untuk mempecepat goyangannya. Nayla bergerak maju mundur. Kedua tangannya bertumpu pada bahu gelandangan tua itu. Dorongan tangan pak Dikin pada punggungnya membuat dadanya semakin menekan tubuh pak Dikin ke belakang.
Rasanya sungguh nikmat, rasa yang sudah lama tak ia rasakan. Mata Nayla sampai berkunang-kunang dibuatnya. Ia pun memejam. Tangannya jadi mengusap-ngusap bahu pemuasnya. Pinggulnya pun naik turun tuk memuaskan batang penis kesukaannya.
“Mmpphhh. Mmppphhh enakkk. Enaaakk paakkk. Mmppphhh. “desah Nayla kelepasan.
“Mmpphhhh. Mmppphhh apa katamu? Enak?” Tanya pak Dikin saat melepas cumbuannya sejenak. Ia pun menatap wajah cantik Nayla. Nayla membalas tatapannya itu dengan menatap pak Dikin dengan penuh nafsu.
Nayla mengangguk malu. Pak Dikin pun tersenyum nafsu.
“Kalau gitu puaskan. Puaskan nafsumu itu, sayaanggg.” Kata pak Dikin sambil mendorong tubuh Nayla menjauh lalu menurunkan kemejanya hingga terbuka sampai ke bahunya. Kini kemeja putihnya itu hanya bergantungan di kanan kiri lengannya. Sisi depan tubuh Nayla semakin terekspos jelas. Pak Dikin tersenyum dengan penuh kepuasan.
“Iyyaaahh. Iyaahh paakkk. Aku akan memuaskan bapaakkk. Tolonggg. Aaahhhh. Tolonggg jangan keluaar duluaaan.” Desah Nayla sambil bergoyang naik turun dengan cepat.
“Buwahahhaa? Apa? Mbak kira saya suamimu? Saya bahkan sanggup membuatmu keluar 3x tanpa keluar sekalipun.” Kata pak Dikin percaya diri.
Pak Dikin pun tersenyum menatap mata indah Nayla. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa di belakangnya. Ia membiakan akhwat lonte itu bergoyang, melampiaskan nafsunya pada tubuh kurusnya.
“Aaahhhhh yaahhhh. Aaahhh maafkan aku paaakkk. Aaahhh aku lupaaa. Aaahhh bapak kan perkasaa. Aaahhh ini. Ini nikmati paaakkk. Ini tubuhku untuk bapaaakkk.” Desah Nayla dengan binal.
“Buwahahahha. Ayooo cepaat.. Goyaaangg yang cepaaat. Lampiaskan semua nafsumu ke sayaa!” Kata pak Dikin menyemangati.
“Iyaaahh paakkk. Aaahhhh inii. Aahhh yaahhh. Aaahhhhhh.”
Nayla menaikkan tubuhnya hingga ujung gundul penis itu nyaris terlepas dari liang senggamanya. Setelah itu, ia langsung menurunkan tubuhnya dengan kuat. Akibatnya, vaginanya seperti terhentak dengan penuh kenikmatan. Ia melakukannya lagi. Lalu lagi. Lalu lagi. Ia melakukannya berkali-kali tuk melampiaskan hasrat seksualnya itu.
Ia menatap wajah pak Dikin. Wajah tua itu. Wajah gelandangan tua itu. Kenapa dari sekian milyar orang, pak Dikin lah yang bisa benar-benar membuatnya puas. Sebenarnya ada lagi pak Urip. Tapi kenapa di hari ini dirinya harus bertemu pak Dikin?
Entah kenapa ia jadi merindukan pak Urip. Ia merindukan sosok yang telah memperkenalkannya pada persetubuhan ternikmat. Andai pak Urip ada disini. Pasti lubang bool nya sudah terisi oleh penis perkasanya. Ia jadi ingin di DP. Ia butuh penis lagi tuk mengisi lubang kenikmatan lainnya yang ia miliki.
“Aaahhhhh. Bagguusss. Kerja baaguuss. Ayoo terusss. Terusss. Terusss yang kencaaanggg.” Desah pak Dikin menyemangati.
“Iyaahhh paaakkk. Aaahhhhh. Aaahhhhh. Nikmati memekku ini paakkk. Aaahhh aku milikmu. Akuu milik bapaakkk. Tolongg bertahan. Puasi aku. Puasi tubuhku ini paaakkk.” Desah Nayla semakin liar.
“Buwahahahaha. Naaahh itu baru mbak Nayla yang saya kenal. Ayooo cepaat. Ayooo lebihh cepaattt lagiii. Lonte sepertimu gak seharusnya bergoyang selemah ini!” Kata pak Dikin sambil menahan kenikmatan yang ia dapatkan.
“Aaahhh maaff paakkk. Aaahhh aku udah lama gak kayak gini. Iyaahh akan aku percepat. Inniiiii. Inniii mmpphhhh. Inniii paaaakkk. Aaahhh nikmat sekaaliiiiii paaakkkk.” Desah Nayla sambil menggelengkan kepala merasakan kepuasan yang tak terkira.
“Naaahhh iyaaahhh. Iyaahhh. Ouhhh gilaaa. Gilaaaa. Buwahahaa. Nikmat sekali goyanganmu mbbaaakkk. Aaahhhh. Aahhhh yaaaahhhhh.” Desah Pak Dikin sambil mendekap pinggang Nayla agar tak terjatuh saat bergoyang.
Mata Nayla merem melek. Nafsunya semakin tinggi. Ia juga mulai merasakan gelombang besar yang sebentar lagi akan keluar dari dalam tubuhnya. Ia pun menatap wajah pak Dikin dengan seksama. Ia ingin mengingatnya. Ia ingin mengingat wajah sang pejantan yang telah memberinya kepuasan senikmat ini. Rasanya ia jadi ingin memberinya lebih. Tapi apa yang bisa ia beri lebih dari ini?
Seorang anak?
Batin Nayla kepikian.
Haruskah aku memberikan adek tuk dek Dani?
Batin Nayla teringat putra pertamanya.
“Aaahhh paakkkk. Akuu gakk kuaattt. Akuuu mauu keluuaaar. Paakkk. Paaakkk.” Desah Nayla tak tahan lagi.
“Iyaahh keluaarkannn. Keluaarkan cairan cintamu itu mbaaakk. Saya sudah menunggunya daritadi. Buwaahaha.” Tawa pak Dikin bersemangat.
“Aaahhh iyaahhhh. Iyaahhhh. Iyyaahhh.”
Nayla bergerak semakin cepat. Tubuhnya bergerak naik turun dengan sangat cepat. Cairan cintanya di dalam semakin penuh. Terdengar bunyi cipratan air yang berasal dari pertemuan kelaminnya dengan penis pejantannya. Penis itu pun dengan perkasanya bertahan. Penis itu dengan jantannya menusuk-nusuk liang vagina Nayla yang membuat akhwat bercadar itu berteriak-teriak kencang.
“Aaahhh bapaakkkk. Aaahhhh. Aaahhhhhhh.”
“Buwahahha terusss. Terusss. Terruusss. Jangan sampai berhenti sampai pejuhmu keluaaar!”
Nayla menuruti. Ia terus bergerak. Tubuhnya bergerak naik turun memompa penis pak Dikin agar bisa keluar. Anehnya, ia belum merasakan kedutan penis pak Dikin. Ia bertanya-tanya. Seperkasa itukah pak Dikin?
Jleeeebbbbb!!!
Saat Nayla menurunkan tubuhnya, terasa penis itu menusuk begitu dalam. Nayla sampai berhenti bergoyang. Tubuhnya merinding. Terasa adanya pompaan dari dalam yang memancing cairan cintanya untuk keluar.
“Paaaaaakkkkkkkkk!!” Jerit Nayla mendekati puncak persetubuhannya.
Pak Dikin yang menatapnya peka, sambil tersenyum ia bertanya pada lonte pemuasnya itu.
“Buwahaha? Perlu bantuan?”
Pak Dikin dengan segera meremasi kedua susu bulat Nayla lagi. Tak hanya itu, jempolnya pun turut beraksi dengan menekan puting susu yang menjadi titik terlemah akhwat tesesat itu. Lalu ia memanyunkan bibirnya, di luar dugaan Nayla mendekat untuk menyambut bibir tuanya. Bibir mereka kembali bertemu. Bibir mereka pun saling menghisap tuk melampiaskan nafsu yang semakin memuncak.
“Mmmppppphhhhhhhh, kellluuaaaaarrrrr!!!” Nayla menjerit keras. Pak Dikin tersenyum puas.
Cccrrrttt. Cccrrrttt. Cccrrrttt!!!
“Mmmpppphhhhhh.” Desah Nayla menggelinjang.
Tubuh Nayla tersentak. Tangannya reflek memeluk tubuh kurus sang pejantan. Cumbuannya bahkan diperkuat. Pelukannya juga semakin erat.
Buwahahaha. Takluk juga dirimu mbak Nayla. Sayang sekali, goyanganmu itu belum cukup untuk memuaskan nafsu saya. Tapi terima kasih untuk pemanasan mu ini yah. Saya jadi semakin gak sabar untuk melampiaskan nafsu saya ke teman sholehahmu itu.
Batin pak Dikin sambil menikmati servis dahsyat dari akhwat lonte tersebut.
“Hah!” Desah Nayla lemas saat didudukkan di sebelah pak Dikin.
Nayla terengah-engah. Tenaganya habis. Ia bahkan tak memiliki energi untuk menggerakkan tubuhnya lagi. Terlihat tubuhnya berkeringat. Kemejanya menjadi semakin transparan. Vaginanya pun basah setelah disirami oleh cairan lendirnya.
“Buwahahaha. Masih belum, masih belum.” Kata pak Dikin sambil mengocok-ngocok penisnya untuk menjaga penisnya agar tetap berdiri tegak.
Nayla terkejut bukan main. Dengan servisnya yang seperti tadi. Pak Dikin masih belum mendapatkan orgasmenya?
“Naayyy, tadi kenapa kok teriaaa . . . .” Tiba-tiba dari arah dapur, terlihat sosok akhwat bercadar mendekat. Sesaat setelah melihat apa yang terjadi di ruang tamu. Akhwat bercadar itu berhenti di tempat. Ia terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat dengan kedua matanya itu.
“Ap-apa yang kalian lakukan? Apa yang kalian lakukan di rumah aku?” Kata Sheila panik.
Nayla hanya terengah-engah tak mampu menjawab. Rasanya lisannya ingin sekali berbicara tuk menjelaskan semuanya. Namun ia tak mampu melakukannya. Ia terlalu lemas. Ia tak memiliki tenaga untuk bergerak.
“Buwahahaha. Tadi mbak Nayla minta jatah, mbak. Tapi saya masih belum puas. Jadi, tolong setelah ini puasi saya yah.” Kata pak Dikin sambil berdiri mendekat ke arah sang pemilik rumah.
Sheila terdiam. Matanya membelalak. Ia ketakutan namun tak bisa bergerak.
“Tolong jangan mendekat! Tolong jangan mendekat atau aku akan melapokan ke suamku!” Ancam Sheila.
Namun pak Dikin acuh. Beruntung Sheila yang masih memegang hapenya buru-buru mencari kontak suaminya. Namun sayang, tangannya gemetar. Ia kesulitan mencari kontak suaminya yang membuat pak Dikin buru-buru meraih hapenya.
“Buat apa menelpon suamimu mbak? Apa saya belum cukup untuk mbak? Buwahahhaha!” Tawa pak Dikin yang membuat Sheila panik lalu berusaha berlari ke arah dapur. Pak Dikin pun mengejar lalu menangkapnya dari belakang.
“Aaaahhh jangaaaannn!”
Nayla terdiam di tempat. Ia yang kelelahan tak bisa berbuat apa-apa. Dari tempat ia duduk. Ia hanya mendengar suara jeritan Sheila yang melengking hebat.
“Aaahhh jangaannn. Paaakkk jaaanngaaannnn.”
“Buwahahah, gede juga yah susumu ini mbak Sheila!”
“Aaahhh jangannn diremesss. Aahhh sakittt. Sakiitttttt!”
“Buwahahhaha mana masih kenyal lagi. Buwahahhaha”
“Aaahhh jangaannn. Paaakkk. Aaaaahhhhhhh.”
Nayla menengok ke arah dapur. Ia tak mampu melihat apa yang terjadi disana. Tapi bisa dipastikan kalau Sheila sedang menjadi pelampiasan nafsu pak Dikin.
Jleebbb. Jleeebbb. Jleeebbb. Jleeebb.
“Aaahhhh. Aahhhhh. Aaaahhhhh.”
“Aaahhh nikmatnyaaa. Ahhhh nikmatnya memek binor satu ini. Buwahaha. Buwahahha.”
“Aaaahhhh paakk sakittt. Aahhh jangaannn. Paakkk aahhhhh.”
“Aaahhhhh. Aaahhhhhh. Dah diem aja mbak. Entar juga enaak.”
“Aaahhh paakk tolongggg. Jaaanggaannnnnn.”
“Buwahahha dasar munafik! Entar juga kayak temen lontemu tadi!”
Terdengar rintihan suara Sheila yang menangis saat disetubuhi di dapur. Nayla iba. Nayla kesal. Ia pun menyesal karena gagal membuat pak Dikin berorgasme saat bersetubuh dengannya.
Maafin aku Shel. Maafin aku.
Saat sedang menyesali perbuatannya. Tiba-tiba terlihat Sheila yang sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab dan cadarnya saja. Dibelakangnya ada pak Dikin yang tengah menggiringnya menuju ruang tamu. Terlihat air mata membasahi mata sahabatnya. Terlihat air mata mengalir membasahi cadar yang dikenakannya.
“Aaahhhhhh. Aaahhhh. Naayyyy. Naayyyyyy.” Rintih Sheila saat disetubuhi pak Dikin.
“Sheeelll.” Lirih Nayla yang masih lemas.
“Buwahahhaa. Puas banget saya hari ini bisa ngentotin dua akhwat bercadar langsung.” Kata pak Dikin puas.
“Aaahhhh ammpunn paakkk. Ampunn. Tolongg sudaaahhh!”
“Buwahhaha ammpuunn? Enak aja! Nih rasaaiinn!” Kata pak Dikin yang malah justru menambah kekuatan.
“Aaahhhh paakkkk. Aaahhhhh. Aaahhhhhhh.”
“Buwahahhaa nah gitu dongg. Gituuu!”
“Paakkkk. Paaakkkk.”
“Aaahhh yaahhh. Aaahhhhh. Gawaaatt. Aaahhhh.”
Kenapa? Pak Dikin mau keluar?
Batin Nayla memperhatikan dari posisi duduknya.
“Aaaahhhhh paakkkk paaakkkk.”
“Aaahhh yaahhhhh. Aahhhh. Aaaahhhhh.”
Terlihat Sheila berdiri bertumpu pada tepi shofa pendek yang ada di dekat shofa panjang yang diduduki Nayla. Dari belakang pak Dikin mendoggienya. Tubuh Sheila pun terhempas maju mundur. Susunya yang masih kencang itu pun bergerak bergondal-gandul.
Dikala hentakan pak Dikin yang semakin kuat. Tiba-tiba gelandangan tua itu berhenti bergerak setelah memasukkan penisnya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sheila.
Jleeeebbb!!!
“Aaahhhh. Aahhhhh. Aaaahhhh yaaaaaahhhhhhh!!!”
“Paaaaaaaakkkkkk!!!”
Terlihat wajah Sheila panik. Sheila menoleh ke belakang lalu matanya memejam seolah merasakan adanya cairan yang mengalir di dalam vaginanya.
“Kellluaaaarrr!!!” Jerit pak Dikin sepuas-puasnya.
Nayla terkejut. Sahabatnya itu menjadi penampung pejuh gelandangan tua itu? Nayla ingin menolongnya. Tapi rasa lelahnya menggagalkan semuanya.
Setelah menuntaskan hasratnya pada rahim Sheila. Gelandangan tua itu pun pergi ke dapur meninggalkan Sheila yang terbaring lemas di lantai ruang tamunya dalam keadaan menangis menyadari dirinya menjadi korban pemerkosaan seorang gelandangan tua.
Nayla iba. Apalagi dari posisi duduknya, ia melihat lelehan sperma yang cukup banyak keluar dari dalam vagina sahabatnya.
“Buwahhaha enak juga masakanmu mbak Sheila. Saya jadi bertenaga lagi. Buwahahha.” Tawa pak Dikin di dapur yang rupanya sedang menyantap masakan Sheila.
“Sheel. Maaaff.” Lirih Nayla yang hanya bisa meminta maaf secara lirih.
Namun suara kecilnya itu tak terdengar. Sheila hanya menangis di lantai menyadari vaginanya kini tidak hanya milik suaminya lagi.
“Buwahahha kenyangnya. Ayo giliranmu lagi mbak Nayla. Saya mau ronde kedua!” Kata pak Dikin mengejutkan Nayla yang tiba-tiba kembali mendekatinya setelah memuaskan hasrat birahinya.
“Apa? Akuu. Paakk. Cukuuppp. Aaahhh.” Nayla terkejut saat hijabnya ditarik paksa sehingga rambutnya terlihat. Bahkan cadarnya pun juga. Wajah asli Nayla yang sangat cantik itu pun terekspos jelas dihadapan pak Dikin,
“Ini juga, ngalangin aja!” Kata pak Dikin yang kini menarik paksa kemeja putih yang Nayla kenakan.
“Aaahhh paakk jaangaannnn!” Jerit Nayla berusaha melawan.
Namun usahanya percuma. Kini Nayla sudah bertelanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benang pun. Bidadari cantik itu benar-benar mengekspos keindahannya. Bidadari dunia itu mengeksposnya dihadapan seorang gelandangan tua berwajah jelek yang baru saja memberinya kepuasan yang tidak terkira. Terlihat wajah pak Dikin tersenyum. Ia merasa bangga karena mampu menikmati tubuh akhwat seseksi Nayla.
“Ayo kita bersenang-senang lagi yah, mbak Nayla.” Kata pak Dikin yang langsung merenggangkan kaki Nayla lalu mendekatkan penisnya yang kembali menegak ke arah lubang vagina Nayla.
Nayla panik. Tubuh telanjangnya yang sedang duduk bersandar pada sofa tak ingin dinodai lagi oleh penis tua itu. Cukup kekhilafan tadi menjadi yang terakhir. Jangan lagi. Jangan lagi ada penis orang lain yang masuk ke dalam vaginanya.
“Rasaaakaaan iniiiii. Heennggkkhhh!!!” Jerit pak Dikin sekeras-kerasnya saat penis berukuran raksasanya kembali masuk menembus vagina sempit Nayla.
“Paaakk jangaann lagiiiii. Paaakkk. Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.”
Nayla bangkit dalam posisi duduknya. Tubuhnya berkeringat. Nafasnya terengah-engah. Ia melihat sekitar. Ia mendapati putranya menangis kejer di sebelahnya.
“Huaaaaa. Huuuaaaa. Huuuaaaaa.”
“Ehh Dek Dani kenapa nangis? Cupp cup cuppp.” Lirih Nayla reflek menimang-nimang putranya yang menangis di sebelahnya.
Sambil menimangnya, ia pun merenung sambil memikirkan mimpi yang tadi dialaminya.
Tadi kenapa? Ternyata tadi itu cuma mimpi yah? Syukurlah.
Batin Nayla lega.
Sambil terus mengusap-ngusap punggung putra sematawayangnya. Ia kepikian pada mimpi aneh yang belakangan ini terjadi padanya. Kemarin-kemarin, ia bemimpi hampir diperkosa oleh petani tua kepercayaan suaminya. Lalu tadi, ia bermimpi disetubuhi oleh seorang gelandangan tua yang pernah mencicipi tubuhnya lebih dari satu kali. Bahkan sahabatnya pun juga, menjadi korbannya.
“Oh ya astaghfirullah. Sheila!” Ucap Nayla yang langsung meraih hapenya untuk mengecek kondisi Sheila.
Beruntung, ia melihat story terbarunya kalau sahabatnya itu sedang dalam kondisi baik-baik saja. Nayla lagi-lagi lega. Ia kembali menimang putranya yang lagi-lagi menangis.
“Huuaaa. Huuuaaa. Huuaaa.”
“Cupp cupp cupp sayaaanggg. Udah jangan nangis.” Lirih Nayla di sebelahnya.
Tapi mimpi tadi benar-benar menghantuinya. Ia jadi terus kepikiran. Ia penasaran. Ada apa kok dirinya jadi sering memimpikan pria-pria tua? Apakah ini petanda kalau dirinya akan disetubuhi oleh seorang pria tua lagi?
“Astaghfirullah jangan. Sudah cukup. Aku gak mau kayak gitu lagi.” Lirih Nayla sambil menggelengkan kepala.
Trak sengaja, jemarinya menyentuh ke arah celananya, ia baru menyadari kalau celananya basah. Apalagi celana dalamnya. Nayla tak percaya dengan apa yang ia alami. Ia bermimpi basah setelah bermimpi disetubuhi oleh seorang lelaki tua.
Setelah putranya itu tidur kembali. Ia lekas turun dari ranjangnya lalu mempreteli pakaiannya satu persatu. Mulanya ia melepas celana pendek beserta celana dalamnya. Ia lalu melepas kaus berlengan pendek yang sedari tadi dikenakannya. Ia juga melepas behanya. Ia pun bertelanjang bulat lalu menatap ke arah cermin yang berada di hadapannya.
“Nayla Salma Nurkholida. Ada apa denganmu? Apa sebenarnya takdirmu?” Lirih Nayla penasaran saat menatap keindahan tubuhnya dari balik bayangan cermin.
Tangan kiri Nayla bergerak naik menuju bulatan kenyalnya. Tangan kanannya turun menuju lubang sempit yang menjadi tempat pelampiasan nafsu pria-pria tua yang pernah mencicipinya. Ia sange. Ia sange gara-gara memikirkan mimpi tadi.
“Bapaaakkk. Paakk Uripp. Paakk Dikinnn. Aku ingin merasakan kejantanan kalian lagi.” Ucap Nayla sambil meremasi susunya juga mengobok-ngobok vaginanya.
;;;;;;;;;;;;;;;
CHAPTER 2
BISIKAN SYAHWAT
"Astaghfirullah, aku gak boleh gini. Kenapa aku kayak gini lagi?" Lirih Nayla mencoba tuk menahan diri.
Meski vaginanya terasa gatal akibat mimpi basah yang baru saja dialaminya. Ia mencoba bertahan. Ia mencoba melawan bisikan syahwat yang kali ini kembali menggodanya.
"Tapi... Tapi... Mmpphh Pak Dikinn. Mmpphh." Tanpa sadar jemarinya kembali menyelinap ke dalam lubang vaginanya. Jemarinya menggeliat. Jemarinya bergerak-gerak mengorek setiap senti dinding vagina yang menjepit jemarinya.
Setiap jemarinya bergerak. Terasa lubang vaginanya menyempit, menjepit jemari nakalnya. Yang bergerak berlawanan dengan yang diinginkan oleh hati nuraninya.
Terbayang penis super pak Dikin masuk menembus vaginanya. Terbayang penis itu keluar masuk menyodok-nyodok vaginanya. Nayla kian geregetan. Jemari satunya meremas-remas payudara bulatnya. Matanya memejam. Ia sungguh menikmati kemaksiatan yang sedang ia lakukan ketika memikirkan lelaki lain yang bukan suaminya tengah berzina dengannya.
"Bapaakkk. Oouhhh. Paakk Dikinn. Mmpphhh." Nayla semakin tak terkendali. Birahinya semakin liar sehingga ingin menguasai diri. Nayla yang sudah bertelanjang bulat merasa kesulitan. Ia ingin melampiaskannya. Ia ingin mengakhiri siksaan yang sangat mengganggunya saat ini.
"Aahhhhh. Aaahhhhh. Aaaahhhhhh."
Jemari Nayla bergerak semakin cepat. Pergerakannya seperti mesin dinamo yang mengobok-ngobok sumur cintanya yang sudah dibanjiri oleh cairan syahwatnya. Kaki Nayla semakin mengangkang. Dalam posisi berdiri ia memandangi keindahan tubuhnya di depan cermin.
"Teruss paakk. Sodok aku. Sodok rahimku. Aku milikmu paakk. Terus, yang kencaangg. Aahhhh. Aaahh yaahh. Aaahhh paaakk."
Tubuh Nayla merinding. Kenikmatannya semakin terasa tiada tanding. Lututnya gemetar. Terasa cairan cintanya mulai berkumpul lalu bergejolak ingin meledak akibat pompaan dari jemarinya.
"Aaahhh yaahhh. Aaahhhh. Aaahhhhh. Dasar lontee munafiikk. Ini kan maumu. Ini kan yang kamu inginkan Nay? Berzina dengan lelaki tua. Menikmati kejantanan kontol-kontol mereka?" Desah Nayla merendahkan diri sendiri.
Jemari Nayla semakin cepat mengobok-ngobok vaginanya. Terdengar bunyi cipratan air dari dalam lubang kenikmatan duniawinya.
"Yaaahhhh. Yaaahhh. Ini yang aku maauuuu. Ouhhh nikmatnyaa. Nikmat sekali kontolmu paakk. Aaahhh terusss. Uhhhh aku gak tahhaan lagiii." Jerit Nayla semakin keras.
Mulut Nayla membuka mengeluarkan lenguhan-lenguhan nikmat beserta nafas hangat yang diakibatkan oleh syahwat. Terasa darah yang mengalir ke seluruh tubuhnya berdesir. Terasa lubang vaginanya semakin membanjir.Ia tak tahan lagi. Ia ingin mengeluarkannya. Ia tak ingin menahan diri lagi.
"Aahhh aakuuu. Akuu. Kelluuu . . ."
"Oweekkk. Oweekkk. Oweeekkk."
Nayla berhenti seketika. Ia langsung menengok ke belakang saat mendengar suara tangisan dari putra sematawayangnya.
"Astaghfirullah. Dek Dani."
Sebagai seorang ibu, nalurinya langsung menggerakkannya untuk menghentikan tangisannya. Ia lekas menggendongnya lalu menimang-nimangnya. Dalam keadaan bertelanjang bulat, ibu muda yang sehari-harinya mengenakan cadar itu berusaha tuk menghentikan tangisan putranya.
"Dedeekk kenapa? Kok bangun? Oh mau mimi? Sini mimi cucu dulu." Ucap Nayla yang langsung menyodorkan susu bulatnya ke putra tercintanya.
"Mmpphh" Tubuh Nayla bergetar saat merasakan seruputan putranya saat meminum asi darinya. Rasanya, seperti ada seseorang yang bernafsu ketika sedang mencicipi payudara sentosanya. Nayla sampai merem melek. Nafsunya yang tadi tertahan membuatnya kesulitan untuk memposisikan dirinya sekarang.
"Maafin umi yah nak, umi gak pake baju didepan kamu. Maafin umi juga yah sayaang. Karena umi belum bisa jadi ibu yang terbaik buat kamu." Lirih Nayla menyadari segala kekurangan yang dimilikinya.
Jelas putranya tak bisa menjawabnya. Nayla hanya memandangi putra lucunya itu. Terkadang ia merasa malu. Bagaimana bisa ia colmek dalam keadaan telanjang bulat disamping putranya yang sedang tertidur lelap.
"Umi sedang berusaha nak. Umi sedang berusaha berhijrah. Tolong pahami umi. Umi berjanji untuk bisa mengontrol nafsu umi lebih." Lirih Nayla sambil menatap putra sematawayangnya.
Tak disangka, Putranya itu tersenyum setelah puas menyusu kepadanya. Hati ibu mana yang tidak meleleh saat meliat senyuman manisnya. Dengan segera Nayla mencium pipinya. Ia pun bertekad untuk menjadikan putranya alasan agar dirinya bisa berhenti melakukan kemaksiatan. Khususnya kemaksiatan yang berasal dari lubang vaginanya.
Inget Nay, kamu ini bukan lonte. Kamu ini bukan wanita murahan. Kamu adalah ibu dari malaikat kecil ini. Jaga dirinya. Jaga dirimu dari hawa nafsumu. Jangan sampai lubang vaginamu menjadi tempat pelampiasan bapak-bapak tua lagi!
Batin Nayla bertekad.
*-*-*-*
Beberapa menit kemudian.
Pintu telah ditutup. Terlihat wanita cantik keluar dari sebuah rumah dengan pakaian yang begitu mencolok. Gamis bermotif loreng merah cream dikenakan olehnya. Gamis itu begitu lebar hingga menyembunyikan keindahan bentuk badan yang dianugerahkan kepadanya. Sedangkan kepala mungilnya tertutupi oleh hijab putih yang menutup hingga ke dadanya. Dada bulat sentosanya jadi tidak terlihat. Tonjolannya berhasil ia sembunyikan dengan baik. Namun, yang membuat penampilannya semakin mencolok adalah cadar berwarna putih yang dikenakannya. Sekilas orang-orang yang tak sengaja lewat di depan rumahnya langsung menatapnya. Mereka terkesima. Mereka terpesona. Mereka terpukau oleh keindahan mata yang dimiliki olehnya.
Ya, jarang-jarang di desa tempat dimana ia tinggal terdapat seorang wanita yang menyembunyikan sebagian wajahnya dengan menggunakan cadar. Apalagi kalau wanita itu adalah wanita muda yang memiliki body ramping serta paras cantik yang menyerupai bidadari.
Sudah beberapa bulan Nayla tinggal di pemukiman ini. Dirinya pun sudah sering menjadi perbincangan para lelaki baik itu yang tua maupun yang muda. Bahkan ibu-ibu pun sampai membicarakan dirinya. Mayoritas membicarakan kecantikan yang dimilikinya.
Dulu di kotanya saja, Nayla sudah menjadi primadona. Apalagi di desa tempat dimana ia tinggal sekarang? Sudah pasti dirinya lebih menjadi primadona lagi. Andai dirinya tidak menghapus akun instagramnya. Sudah pasti, dirinya akan mendapatkan lonjakkkan followers dari warga desa tempat dimana ia tinggal sekarang.
"Astaghfirullah. Aku harus bisa menghapus pikiran kotorku sekarang." Lirih Nayla yang akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan mencari angin segar sekaligus menikmati pemandangan asri disekitar rumahnya.
Nayla berjalan sambil merenungi dosa-dosa yang sudah diperbuatnya. Wajahnya menunduk. Ia merasa malu menyadari betapa rendah dirinya yang rela menjadi tempat pelampiasan nafsu para lelaki tua di tempat tinggalnya dahulu.
"Astaghfirullah." Nayla kembali menyebut tatkala ingatannya kembali membawanya pada persetubuhannya dengan pak Dikin di alam mimpinya.
Juga dengan perbuatan colmeknya tadi. Rasanya ia ingin kembali berzina meski hanya satu kali saja.
"Ingat anakmu, Nay. Tolong jangan jadi Nayla yang dulu lagi. Kamu itu Nayla, ibu dari anakmu juga istri dari suamimu, Nay." Lirih Nayla mencoba untuk mengembaikan akal sehatnya lagi.
Ia terus berjalan. Menyusuri tepian sawah sambil menikmati sinar matahari sore.
"Udah jam empat aja yah sekarang. Tahan, Nay. 2 jam lagi suamimu pulang. Tolong jaga pikiranmu dari pemikiran-pemikiran kotormu itu." Lirih Nayla sambil berhenti sejenak.
Ia menghadap ke arah matahari. Ia merasa damai saat melihat langit sore dimana awan-awan berjalan dengan anggunnya. Nayla menarik nafasnya. Lalu menghembuskannya. Ia lalu memejam. Mencoba bersemedi untuk menjernihkan pikirannya kembali.
Terima kasih yah dek, berkat kamu. Umi gak jadi merendahkan diri umi lagi.
Batin Nayla saat teringat kejadian tadi, setelah ia mendapati mimpi basahnya siang tadi.
Setelah dihentikan oleh tangisan putranya. Ia langsung tersadar. Setelah menidurkan putranya lagi. Ia pun lekas mandi lalu mengenakan pakaian untuk berjalan-jalan keluar dengan tujuan untuk menjernihkan pikirannya.
Ia kembali membuka matanya. Ia tersenyum. Rasanya mendingan. Ia lega bisa tinggal di pinggiran desa yang mempunyai pemandangan indah yang dapat menjernihkan pikirannya kembali.
"Eh Bu Nayla lagi apa disini? Tumben." Ucap seseorang yang mengejutkan Nayla.
"Astaghfirullah. Bapak, bikin aku kaget aja." Ucap Nayla yang lekas berbalik badan lalu tersenyum sambil memegangi dadanya yang hampir jantungan.
"Eh maaf kalau saya malah bikin bu Nayla kaget. Saya gak bermaksud ngagetin loh tadi." Ucap seorang pria tua itu sambil tersenyum menatap paras indah Nayla.
"Iya gapapa pak. Aku aja tadi lagi menikmati waktu sendiri aja. Pak Taryono sendiri lagi apa disini?" Kata Nayla dengan lembut sambil tersenyum menatap pria tua yang sudah bertelanjang dada memamerkan tubuh perkasanya.
NAYLA
PAK TARYONO
Nayla agak terkejut karena beru pertama kali ini ia melihat tubuh polos bagian atas Pak Taryono secara langsung. Rupanya pak Taryono memiliki dada yang cukup bidang. Perutnya pun terlihat keras. Meski lengannya tidak membentuk otot selayaknya binaragawan. Nayla dapat memahami kalau keseharian pak Taryono dilalui dengan cukup berat.
"Biasa bu, abis nyari rumput liar aja buat makan ternak saya. Hehe." Jawab pak Taryono sambil tersenyum menatap mata indah Nayla.
Sontak Nayla langsung tersipu saat keduanya matanya bertemu. Entah kenapa tatapannya yang hangat dan dipenuhi oleh aura kebapakan itu membuat jantung Nayla berdebar-debar. Nayla pun mencoba biasa saja. Ia kembali mencoba mengangkat pandangannya untuk menatap wajah pak Taryono yang rambutnya sudah dipenuhi uban itu.
"Oh ternak? Ternak apa yah pak?" Tanya Nayla mencoba nyambung dengan obrolan pria berkacamata itu.
"Loh Bu Nayla gak pernah ke rumah saya yah? Saya kan punya beberapa kambing yang akan saya jual menjelang idul adha nanti." Kata Pak Taryono kembali tersenyum yang membuat jantung Nayla berpacu semakin cepat.
Astaghfirullah, kenapa aku deg-degan banget. Kenapa tatapannya bikin aku grogi banget.
Batin Nayla terheran-heran.
"Hehe iya pak, aku jarang ke rumah orang-orang. Aku lebih sering di rumah ngerawat anak aku." Tanpa sadar Nayla bersikap malu-malu dihadapannya yang membuat pak Taryono diam-diam tersenyum gemas kepadanya.
Duh gemesnya. Udah punya anak 1 aja tapi masih gemesin gini. Tangan saya jadi geregetan pengen buka cadarmu itu, Nayla.
Batin Pak Taryono.
"Oh kalau gitu, bu Nayla mau ke rumah saya bentar gak? Bu Nayla ada waktu kan?" Ajak pak Taryono penuh harap. Sekilas matanya pun melihat keindahan tubuh Nayla dari bawah ke atas. Matanya bagai mesin scanner yang ingin memeriksa keindahan Nayla secara menyeluruh.
Gilaaa!!! Cantik banget. Gak ada cacatnya ini mah. Mana susunya juga gede. Pasti polosannya sempurna banget ini.
Batin Pak Taryono sambil menenggak ludah.
"Eh tapi aku, aku. Anak aku sendirian di rumah pak. Gak ada yang jagain. Ini juga mau langsung pulang setelah ini, hehe." Jawab Nayla canggung. Khawatir penolakannya membuat pak Taryono merasa kecewa.
"Bentar aja, seenggaknya minum teh buatan saya dulu lah bu. Saya juga ingin membalas kebaikan suami ibu yang sudah memajukan desa kita ini." Ucap pak Taryono penuh harap. Ia pun agak sedikit memaksa agar Nayla mau bertamu ke rumahnya sebentar.
"Hehe anu, itu." Jawab Nayla ragu.
Ayo dong bu, mau dong bu. Saya ingin ngobrol bentar sama ibu. Sekalian menikmati kecantikan ibu. wikwikwik.
Batin pak Taryono yang semakin terpesona pada kecantikan Nayla. Matanya menatap wajah Nayla dengan seksama. Sontak Nayla tersipu. Nayla menundukkan wajah karena malu. Telapak tangan kanannya pun mengelus-ngelus lengan tangan kirinya. Pak Taryono tertawa. Tanpa sadar ia menyentuh dagu Nayla lalu mengangkatnya tuk membawa tatapan matanya ke arahnya. Entah kenapa sikap berani pak Taryono seolah menghipnotis Nayla. Apalagi ditambah dengan senyuman penuh kebapakannya.
"Gimana?" Tanya pak Taryono.
Sekejap, Nayla menganggukkan wajah. Pak Taryono tersenyum riang. Ia dengan suka cita pun mengungkapkan kata-kata yang membuat Nayla sampai salah tingkah dibuatnya.
"Terima kasih ya, ibu cantik banget deh hari ini." Puji pak Taryono setelah melepas pegangannya pada dagu Nayla.
Nayla tersenyum malu. Matanya menyipit karena saking bahagianya. Matanya melirik ke sekitar bahkan menoleh ke belakang sejenak karena saking malunya.
Sikap salting Nayla membuat paK Taryono gemas. Tanpa sadar, penisnya yang selama ini tersembunyi dibalik celana kolornya langsung mengeras gara-gara tingkah laku menggemaskan akhwat bercadar itu.
"Yuk bu, biar gak kelamaan." ajak pak Taryono yang disambut Nayla dengan senyuman.
"Iya pak." Ucap Nayla patuh.
Pak Taryono pun berjalan menuntun sepedanya yang dipenuhi oleh rumput liar di kedua sisi keranjang yang terbuat dari bambu. Sementara Nayla berjalan di sisi sampingnya sambil sesekali melirik menatap pria jantan itu.
Bukan bermaksud untuk tidak menjaga pandangan. Hanya saja, ada kata yang ingin ia ucapkan namun tertahan oleh rasa malu yang dimilikinya. Namun semakin ia menahannya, rasanya dadanya menjadi terasa berat. Ia pun memberanikan diri. Ia pun memulainya dengan memanggilnya terlebih dahulu.
"Baapaakkk" Sapa Nayla dengan suara lembutnya.
"Iyya, Bu?" Jawab pak Taryono dengan suara beratnya sambil menoleh tuk menatap wajah ayunya.
Nayla tersipu. Senyumannya melebar. Ia hampir terkena serangan jantung gara-gara perbuatan pria tua itu.
"Anu, makasih tadi. Hehe. Udah bilang aku, cantik." kata Nayla malu-malu yang membuat pak Taryono heran sejenak.
Pak Taryono berhenti mendorong sepedanya. Ia menatap wajah ayu Nayla dengan seksama. Nayla ikut terhenti. Jantungnya berdebar-debar dikala ditatap seperti itu oleh pria tua itu.
"Apa maksud ibu? Saya bilang ibu cantik karena ibu memang cantik.” Ucap pak Taryono yang membuat Nayla tak sadar tersenyum seketika setelah mendengar kalimat pujian itu.
Nayla menundukkan wajah karena malu. Sikapnya itu membuat pak Taryono geregetan ingin menculiknya lalu menghadiahinya seorang bayi karena tingkah laku lucunya itu.
Bu Nayla, Bu Nayla. Ibu ini bikin saya nafsu aja.
Batin pak Taryono sambil mendorong sepedanya kembali.
SESAMPAINYA DI DEPAN RUMAH
“Ini rumah saya bu. Maaf kalau rumah saya terlampau sederhana.” Kata Pak Taryono setelah memarkirkan sepedanya.
“Eh gapapa kok pak. Gapapa. Oh jadi ini ternak yang bapak bicarakan tadi ya?” Kata Nayla setelah mendapati beberapa ekor kambing yang sedanng dikandangi itu. Seketika Nayla menutupi hidungnya yang sudah tertutupi cadar. Baunya sungguh kuat. Aromanya sungguh menyengat.
“Iya bu betul. Hehe bau yah bu? Ayo masuk dulu. Kayaknya di dalem gak sebau disini deh.” Kata pak Taryono mempersilahkan tamu istimewanya masuk.
Nayla hanya tersenyum. Ia mengangguk tatkala pemilik rumah itu menyuruhnya masuk.
“Silahkan duduk dulu di kursi.” Kata pria tua yang sudah bertelanjang dada itu.
“Iya pak. Terima kasih.” Jawab Nayla sambil melihat sekitar.
Oh jadi ini rumahnya pak Taryono ya? Sederhana banget yah?
Batin Nayla dalam hati.
Dari luar, sekilas rumah pak Taryono memang terlihat sangat sederhana. Dinding rumahnya terbuat dari gubuk. Atap gentengnya beberapa ada yang melorot jatuh. Halamannya kotor dipenuhi oleh kotoran-kotoran kambing. Sedangkan didalamnya? Rupanya tak jauh berbeda dengan apa yang Nayla lihat di luar.
Lantainya masih terbuat dari tanah. Tidak ada sofa empuk. Sofa rumah itu sudah bolong-bolong dengan busanya yang robek hingga sobekannya terbang mengganggu saluran pernafasan. Di meja ruang tamu ada beberapa toples yang sepertinya berasal dari lebaran kemarin.
Nayla mencoba memahami keadaan pak Taryono. Nayla jadi kasihan juga. Apalagi dari cerita-cerita yang sudah mereka ceritakan selama perjalanan kesini. Nayla jadi tahu kalau istri pak Taryono baru saja meninggal sekitar 2 minggu yang lalu. Nayla merasa iba. Tapi kemudian dirinya merasa lega setelah pak Taryono memberi tahunya kalau menatap wajahnya saja sudah cukup untuk mengobati rasa kepedihan akibat ditinggal sang wanita pujaan.
“Tapi kok, pak Taryono bisa bilang gitu ke aku ya? Padahal mukaku kan ketutupan. Ngobrol aja baru-baru sekarang.” Lirih Nayla heran.
Sambil berfikir, wajah Nayla menoleh ke arah dapur dimana ia melihat pak Taryono sedang membuatkan minuman untuknya. Pak Taryono masih bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja. Tanpa sadar wajah Nayla teralihkan pada dada bidang pak Taryono. Matanya pun terfokus pada kedua puting hitam yang membuat Nayla merasa gemas. Entah kenapa pikirannya mendadak kotor kembali. Penampilan pak Taryono yang cukup memerkan aurat membuat pikiran Nayla kemana-mana.
Sudah lama ia tidak menatap tubuh seorang pria asing selain suaminya secara langsung. Apalagi tubuh itu memiliki bahu yang lebar. Dada yang kekar. Serta perut yang membuat Nayla gemas ingin membelainya. Saat ia menaikkan pandangannya, wajah tua pak Taryono yang penuh kebapakan memberikan sensasi tersendiri bagi Nayla. Fetishnya perlahan kembali bangkit. Gairah birahi meningkat drastis. Apalagi nafsunya yang belum tersalurkan dengan baik tadi membuat pikiran kotor Nayla sekejap menguasai otaknya.
“Astaghfirullah, kenapa aku . . . “ Lirih Nayla sambil menggelengkan kepala. Seketika omongannya terhenti saat pandangannya teralihkan pada tonjolan yang cukup menarik perhatiannya dari balik celana yang pria tua itu kenakan.
“Loh? Itunya pak Taryono, lagi berdiri?” Lirih Nayla terkejut bukan main.
Apa jangan-jangan, pak Taryono nafsu ke aku?
Batin Nayla. Entah kenapa membayangkan hal itu malah membuat nafsunya meningkat pesat. Dirinya yang masih dalam proses hijrah terancam kembali jatuh ke dalam lubang kemaksiatan gara-gara pikiran kotornya.
Tangannya pun diam-diam meremasi dadanya. Nafasnya mendadak berat. Ia tak kuasa membayangkan hal yang tidak-tidak saat sesuatu di balik tonjolan itu keluar lalu berdiri menantang dirinya.
Pasti udah aku emut tuh, udah aku kulum, udah aku telen, ihh gemes banget pasti bentuknya.
Batin Nayla yang sudah keruh pikirannya.
“Bu Nayla ini minumannya sudah siap.” Ucap Pak Taryono dari dapur yang membuat Nayla buru-buru mengalihkan pandangannya.
Selama perjalanan pak Taryono dari dapur ke ruang tamunya, Nayla tak henti-hentinya melirik ke arah tonjolan celana yang membuat mata Nayla terbuka lebar. Ia tak habis mengira. Kenapa tonjolan itu begitu besar? Apakah ukurannya bakal menandingi ukuran penisnya pak Urip?
Pak Taryono sendiri hanya senyum-senyum saja mendapati bidadari bercadar itu menatap ke arah celananya. Namun ia berpura-pura tidak tahu. Ia tak ingin menganggu bidadari itu yang sedang memperhatikan kejantanannya.
Kena kau, Bu. Ibu ternyata doyan kontol saya ya? Matanya sampe gitu banget. Wikwikwik.
Batin pak Taryono merasa bahagia.
Pak Taryono lekas duduk yang membuat Nayla buru-buru mengalihkan pandangannya lagi.
“Ini satu buat ibu, satu buat saya. Ibu doyan teh manis kan?” Tanya Pria tua itu yang membuat Nayla menjawab gugup.
“Eh iya, oh teh. Hm iya aku doyan kok pak. Doyan, hehehe.” Kata Nayla yang langsung menggenggam gelas yang baru saja diberikannya. Seketika ia terkejut karena gelasnya terasa panas. “Duh panas.”
“Eh ibu gapapa?” Kata Pak Taryono yang langsung menggenggam tangan Nayla yang membuat bidadari bercadari itu terkejut lalu menatap wajah pria tua itu.
“Hati-hati makanya. Ini masih panas. Tangan ibu bisa terluka loh.” Kata pak Taryono sambil meniup telapak tangan Nayla sambil sesekali mengelus-ngelusnya.
Entah kenapa sikap pak Taryono membuat Nayla sampai terkagum-kagum. Pak Taryono begitu baik dan perhatian kepadanya. Belum lagi wajah kebapakannya yang membuat jantung Nayla semakin berdegup kencang. Jantung Nayla semakin berdegup kencang. Rasanya ia seperti sedang jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepada seseorang selain suaminya.
Astaghfirullah, aku kenapa?
Batin Nayla yang buru-buru menarik tangannya.
“Hehe, iya gapapa kok pak. Aku gapapa.” Kata Nayla yang membuat pak Taryono tersenyum lepas.
Dasar, udah ngelirik-ngelirik ke kontol saya. Sekarang mau mencoba alim di depan saya? Gak boleh saya pegang lagi tangannya, yah? Dasar munafik. Saya kasih kontol langsung berubah jadi lonte pasti ibu!
“Oh iya maaf, saya juga reflek tadi. Tapi setelah saya elus-elus tadi. Tangan ibu lembut banget yah. Saya suka.” Kata pak Taryono yang membuat senyum canggung Nayla berubah menjadi datar.
Suka? Ke aku?
Entah kenapa denyut jantung Nayla semaki tak beraturan. Ia kesulitan tuk menjelaskan perasaan yang sedang ia alami sekarang.
Seketika pikirannya beradu. Antara baik dan jahat. Ia mencoba berfikir jernih, tapi tiap kali mencoba. Pandangannya malah teralihkan pada tonjolan yang bersembunyi dibalik celananya.
Ihhh itu kontol nantangin banget sih. Aku jadi gak bisa fokus.
Batin Nayla.
Diam-diam tanpa Nayla sadari, pak Taryono memperhatikan wajah cantik bidadari ayu tersebut.
Emang bener ya. Beberapa wanita cuma menjadikan hijab dan cadarnya sebagai kedok aja. Aslinya, mereka sama-sama binal. Saya berani taruhan kalau Bu Nayla ini pasti sudah pernah dicicipi banyak lelaki selain suaminya.
Batin Pak Taryono merasa yakin.
Pak Taryono yang gemas merasa tak tahan lagi. Ia tak ingin berlama-lama membiarkan rasa penasaran tamunya yang ingin melihatnya penisnya. Seketika ia mengelus-ngelus tonjolan penis itu yang membuat Nayla terkejut.
“Astaghfirullah.” Sebut Nayla yang membuat pak Taryono tertawa.
“Wikwikwik. Dari tadi saya perhatikan, bu Nayla penasaran sama kontol saya yah?” Kata pak Taryono yang membuat Nayla terkejut bukan main.
“Eh bapak saru. Aku gak gitu kok. Engga.” Kata Nayla tak mau ngaku.
“Gak usah bohong sayaangg. Saya tahu, ibu aslinya pengen liat kontol saya langsung kan?” Tanya pak Taryono kali ini sambil berdiri lalu berjalan mendekati posisi duduk akhwat bercadar itu.
“Anu, anu, enggak ya. Enggak kok pak.” Kata Nayla gugup.
Gawaat. Kenapa aku ketahuan? Kenapa aku juga gak bisa jaga pandangan?!
Batin Nayla menyesal.
“Wikwikwikwik. Liat sini deh bu.” Kata pak Taryono yang tiba-tiba memelorotkan celananya berikut celana dalamnya sehingga penis besarnya itu langsung meloncar keluar menantang birahi Nayla.
“Astaghfirullah, bapak!” Lirih Nayla campur aduk.
PENIS PAK TARYONO
Nayla terdiam. Matanya melebar. Mulutnya menganga dari balik cadar yang menutupinya. Bagaimana bisa ada penis yang ukurannya sebesar ini? Bagaimana bisa penis itu langsung berdiri seolah menantangnya?
Warna batangnya agak gelap dengan ujung gundulnya yang berwarna sangat pink. Ukurannya itu hampir menyerupai lengan kurusnya. Bulu jembutnya yang sudah berubah menjadi uban sebagian semakin menambah nafsu birahi Nayla.
Nafasnya mendadak terengah-engah. Tubuhnya gelisah. Berulang kali ia membenari posisi duduknya. Jemarinya gemas ingin menggenggamnya. Ia benar-benar tergoda oleh keperkasaan penis yang ada dihadapannya.
“Ibu suka kan?” Tanyanya kali ini sambil mengocok-ngocok penisnya.
Kali ini Nayla terdiam. Godaan dari pak Taryono sungguh luar biasa. Ia tak bisa berhenti menatap penis itu yang lama-lama semakin membesar.
Pak Taryono bahagia. Ia semakin yakin kalau Nayla bukanlah wanita yang semenjaga itu. Buktinya, bukannya menutupi pandangannya langsung, Nayla malah terus menatap penisnya.
Beruntungnya saya yang sebentar lagi bisa menikmati tubuh indahnya. Wikwikwik.
Batin pak Taryono merasa yakin.
Bu Nayla, oh bu Nayla. Asal ibu tau ya? Ibu itu sudah menjadi buah bibir setiap laki-laki yang ada di desa ini. Kecantikan ibu, keindahan tubuh ibu, kealiman ibu. Saya sangat kagum ketika pertama kali melihat ibu beberapa bulan yang lalu. Apalagi sewaktu ibu tiap kali hadir di pengajian. Gamis ibu yang lebar membuat kecantikan ibu semakin sempurna. Meski ibu sudah menikah, meski ibu sudah mempunyai anak. Saya sudah berulang kali menjadikan ibu bahan fantasi saya untuk bersenang-senang. Ibu gak tau kan berapa liter pejuh yang sudah saya buang sambil membayangkan ibu? Aaahhhhh. Aaaahhhhhh.
Batin Pak Taryono sambil mengocok penisnya. Ia tersenyum puas. Ia bangga bisa mengocok penisnya di hadapan orangnya langsung.
Aaahhhh. Aaahhhh. Aaahhhhhh. Nikmatnya bisa ngocok langsung di depan ibu. Tau gak bu? Ada banyak lelaki disini yang ingin berada di posisi saya. Aaahhhhh. Aaahhh. Saya gak akan menyia-nyiakannya. Saya akan menodaimu. Saya akan menikmati tubuh indahmu.
Batin pak Taryono bergerak mendekat.
Menyadari pak Taryono mendekat. Nayla pun tersadar dari lamunannya yang membuat akhwat itu bergegas menutupi pandangannya dengan tangan seadanya.
“Aaahhh bapaakk. Astaghfirullah. Maafin aku pak. Aku gak bermaksud. Tolong jangan mendekat!” Ucap Nayla yang membuat pak Taryono tertawa tebahak-bahak.
“Ngapain matanya ditutupin bu? Itu matanya masih ngelirik-ngelirik ke kontol saya loh.” Kata Pak Taryono yang membuat Nayla merasa malu bukan main.
NAYLA NGELIRIK
“Eh anu, itu pak. Anu.” Wajah Nayla memerah. Ia benar-benar ketahuan setelah kepergok oleh pria tua itu.
“Dah tenang aja bu. Saya paham kok dengan kondisi ibu. Saya janji gak bilang ke siapa-siapa. Ibu mau mainin kontol saya kan? Nih pegang!” Kata pak Taryono dengan pedenya sambil mendekatkan penisnya ke wajah akhwat bercadar itu.
“Akuuu. Akuuuu.” Nayla dilema. Entah kenapa kata-kata pak Taryono ingin ia “Iya” kan segera.
Namun ia teringat dengan janji yang sudah ia ucapkan. Ia tidak ingin kembali jatuh ke lubang kemaksiatan. Pokoknya jangan. Jangan sampai.
“Bapak janji jangan bilang ke siapa-siapa?” Lirih Nayla yang membuat pak Taryono tersenyum.
“Janji.” Jawab pak Taryono dengan suara besarnya sambil tersenyum lebar.
Tangan Nayla perlahan terangkat. Ia sangat ingin menggenggam penis raksasa itu. Apalagi pak Taryono sengaja memainkannya dengan menaik turunkan penis itu. Nayla jadi gemas. Ia ingin meremasnya. Ia ingin mengocok penis yang sudah berkeriput itu dengan menggunakan tangan mulusnya.
“Janji bapak gak bilang kan?” Tanya Nayla sekali lagi memastikan.
“Kan saya sudah bilang tadi, ayo buruan. Kontol saya kedinginan nih. Butuh ada yang ngangetin.” Kata pak Taryono terus saja menggodanya kali ini dengan menempelkan ujung gundulnya ke cadar yang Nayla kenakan.
“Aaahhhh nikmatnyaaa cadarmu ini. Gak nyangka sebentar lagi saya bisa ngentot sama akhwat bercadar!” Seru pak Taryono yang membuat Nayla merinding.
Ngentot? Dengan bapak? Aku maauuu.
Batin Nayla yang sebenarnya tak tahan lagi.
Nalurinya sebagai wanita biasa yang sedang digoda oleh keindahan penis seorang lelaki tua membuat nafsunya tak tahan lagi. Ia tak kuat. Nafasnya semakin berat. Tiap kali ujung gundul penis itu mengenai cadar. Mulutnya langsung membuka ingin melahapnya.
“Paaakkk.” Lirih Nayla yang membuat pak Taryono segera menatapnya dengan hangat.
“Apa sayaangg?” Tanya pak Taryono dengan lembut.
Nayla tiba-tiba tersenyum. Ia lekas berdiri lalu mendekati pria tua itu.
Jelas pak Taryono terkejut saat melihat Nayla tiba-tiba berubah menjadi agresif. Dikala Nayla kian mendekat. Terasa penisnya terasa nikmat saat merasakan genggaman yang dilakukan oleh akhwat bercadar itu.
“Diem-diem aja yah pak. Ini rahasia di antara kita berdua. Hihihihi.” Bisik Nayla ditelinga pria tua itu yang membuatnya merinding gila.
“Aaahhhh. Aahhhh yaahh. Aaahhh pasti itu bu. Pastiiiii.” Desah pak Taryono saat penisnya langsung dikocok oleh tangan lembut Nayla.
“Hihihih makasih paak. Aku suka banget sama kontol bapaak.” Bisik Nayla sekali lagi di telinga pria tua itu. Setelah itu, mata akhwat bercadar itu dengan binal menatap wajah kadaluarsa pejantannya. Ekspresi wajah pak Taryono yang keenakan hingga matanya merem melek membuat Nayla merasa puas. Entah kenapa rasanya ia plong. Ia merasa seperti menjadi diri sendiri lagi. Nayla is back. Ia dengan penuh nafsu terus mengocok-ngocok penis pejantannya.
“Aaahhhhh buuuu. Aaahhhhh ibuuu ini nakal sekali yaaahhh. Aaahhhhh. Aaaahhhhh.” Desah pak Taryono sambil menggelengkan kepala.
“Hihihihi ini belum seberapa loh pak.” Kata Nayla sambil menoel-noel puting pak Taryono dengan tangan satunya.
Pria tua itu merinding. Rangsangan dari akhwat bercadar itu benar-benar memuaskannya. Dikala batang penisnya dikocoknya secara maju mundur. Toelan tangan Nayla di putingnya memberikan sensasi tersendiri yang membuat birahinya bergetar.
Belaian lembut dari sang bidadari bercadar, perlahan merambat naik dalam meraba dada bidang sang pejantan. Sedangkan tangan satunya, digunakan dengan baik dalam mengusap pentungan sakti milik sang pemuas nafsu birahi.
Nayla sungguh menikmatinya. Tak peduli dengan identitasnya sebagai akhwat bercadar. Tak peduli statusnya yang sudah menjadi istri sekaligus ibu dari anak tunggalnya. Syahwatnya yang telah menggelora membutakan matanya tuk memuaskan pria tua yang telah memanjakan pikiran kotornya.
“Aaahhhh mbaakkk. Aaahhhh. Aaahhhh nikmat sekali kocokanmu in, Bu. Ibu sudah berpengalaman yah?” Tanya pak Taryono sambil merem melek.
“Hihihihi enaakk paak? Yang beneerr? Menurut bapak? Aku udah berpengalaman belum?” Tanya balik Nayla dengan menggunakan suara manjanya.
“Aaahhhh. Aaahhhhhh. Ittuuuu. Ituuuu. Ouuuhhhhhhhh.” Pak Taryono memejam nikmat. Lenguhannya panjang tatkala penisnya dikocok semakin cepat.
“Jaawaabbb dongg paakkk. Kok malah itu itu doang sihhh?” Tanya Nayla sambil membetot keras ular kadut itu.
“Aaaahhhh jangaann diremasss mmppphhhh.” Desah Pak Taryono sambil memundurkan pinggulnya ke belakang sebentar.
“Hihihihi maaf yah pak. Abis aku gemes banget sih. Kontol bapak gemesin.” Jawab Nayla yang membuat pak Taryono terkejut.
Bagaimana bisa ada seorang akhwat bercadar yang berkata sekotor itu dengan menggunakan wajah polosnya?
“Hah. Hah. Hah. Ibu pasti sering mainin kontol orang yah. Saya yakin itu.” Ucap pak Taryono yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Yap bapak betul. Kontol yang gede kayak punya bapak itu mainan kesukaanku loh.” Ucap Nayla yang kembali mengocok penis sang pejantan tua.
“Aaahhh ibuuuu. Aaahhhhh. Aaaaahhhh.” Desah pak Taryono sampai menggelinjang dibuatnya.
“Hihihihi keenakan banget yah?” Tanya Nayla sambil menoel-noel kembali puting hitam pejantannya.
“Iyaaahhh. Iyaahhhhh. Sudah berapa kontol yang ibu mainin selama ini? Berapa kontol yang udah pernah masuk ke memek ibu?” Tanya pak Taryono menjadi penasaran. Sambil merem melek keenakan. Ia berusaha tuk menatap wajah ayu yang ada di hadapannya itu.
“Aku? Maksud bapak, aku udah dientot berapa laki-laki gitu? Hihihihi.” Ucap Nayla malu-malu yang membuat pak Taryono gemas.
“Aaahhhh yahhhh. Itu maksud sayaa. Berapa bu? Berapaa?” Tanya pak Taryono tak sabar.
Seketika wajah Nayla mendekat. Jantung pak Taryono mendadak berdebar semakin cepat. Terlihat mata Nayla menatap wajah pejantannya itu dengan penuh nafsu. Kocokan yang dirasakannya pun semakin terasa nikmat. Apalagi saat bidadari bercadar itu tiba-tiba tersenyum tepat di depan wajahnya.
Seketika wajah Nayla berbelok ke samping, ia pun membisikkan kata-kata tepat di telinga pria tua itu.
“Termasuk bapak, kira-kira udah lebih dari 10 lah pak. Hihihihi.” Jawab Nayla yang membuat mata pak Taryono terbuka lebar.
Lebih dari 10? Termasuk saya? Gak nyangka ternyata dirimu sebinal ini yah bu? Tau gitu sudah saya entot memekmu dari dulu!
Batin pak Taryono saking terkejutnya.
Namun, selang beberapa detik kemudian. Rasa terkejutnya bertambah dikala bidadari cantik itu menurunkan tubuhnya untuk berjongkok dihadapannya. Pak Taryono menunduk. Penisnya yang sudah tegang maksimal itu berada tepat dihadapan wajah sang bidadari yang sudah menjadi idola oleh seluruh laki-laki yang ada di desanya itu.
“Buuuu. . . .” Kata pak Taryono yang membuat Nayla menaikkan wajahnya sejenak.
“Iyaaa paak?” Jawab Nayla sambil menaikkan pandangannya lalu mengangkat cadarnya sejenak.
“Apa yang mau ibu lakukan?” Tanya Pak Taryono tak menduganya.
“Aku? Sesuatu yang paling bapak inginkan dari dulu.” Jawab Nayla yang langsung mencaplok ujung gundul dari penis itu.
“Uuuhhhh ibbuuuuuuuu.” Desah Pak Taryono kejang-kejang saat ujung gundulnya terasa hangat akibat dari emutan yang akhwat bercadar itu lakukan.
“Mmppphhhh. Mmmppphhhh. Mmpphhh.” Nayla tak bersuara selain mendesah. Kepala mungilnya pun ia maju mundurkan secara perlahan.
Tiap kali wajah Nayla dimajukan. Pria tua itu kian memejam merasakan usapan dari bibir seksi itu dikala membelai lembut kulit keriput penis tuanya.
Dikala wajah Nayla dimundurkan. Pria tua itu juga memejam merasakan usapan lembut dari bibir tipis itu dikala membersihkan penis tuanya.
Pria tua itu juga menggelengkan kepala dikala lubang kencingnya dijilati oleh lidah nakal Nayla yang menggeliat lalu melilit penis tua itu dengan kencang.
Otomatis kedua tangannya memegangi kepala Nayla. Pinggulnya yang tak tahan dimaju mundurkan. Nayla agak sedikit terkejut ketika pak Taryono berubah menjadi agresif.
“Ouhhhh nikmat sekalii buuuu. Ouhhhhh. Ouuhh nikmat sekali sepongan ibuuu.” Puji pak Taryono yang membuat Nayla tersenyum puas.
“Mmpppphhhh. Mmppphhh. Mmppphhh.” Namun Nayla agak sedikit kewalahan, dikala gerakan pinggul pak Taryono lama-lama semakin kencang.
Aaaahhh mantapnyaaa. Aaahhhh gilaaa. Aaahhhh enak banget rasanya mulut akhwat bercadaar sepertimu, buuuu.” Desah pak Taryono sambil geleng-geleng kepala.
“Mmmpphh paakkk. Mmmmppphhh. Mmmpphhh.” Tangan Nayla menepuk-nepuk paha pak Taryono. Pria tua itu kian bernafsu. Ia tak peduli lagi kalau lubang yang sedang ia jejali itu adalah mulut seseorang.
“Aaahhhh nikmattnyaaa. Aaahhh hangaattnyaaa. Aaahhh rasakaan iniii buuuu. Rasaakkaaannn. Rasaakaannn.” Ucap pak Taryono semakin mempercepat gerakan pinggulnya.
Nayla memejam. Penis pak Taryono sudah basah terbalut oleh liur bidadari cantik itu. Bahkan liurnya sampai ada yang jatuh ke tanah yang sedang ia pijak sekarang. Ia tersiksa. Ujung gundul penis itu sampai menyentuh tepi tenggorokkan yang membuatnya hampir tersedak.
“Paaakkk. Paaakkkk.” Untungnya Nayla berhasil mendorong tubuh pak Taryono hingga jatuh terduduk diatas meja lonjong yang ada di ruang tamu rumahnya.
Terlihat wajah Nayla kelelahan. Hijabnya juga agak berantakan akibat genggaman tangan pak Taryono saat menahan kepala mungilnya ketika dijejali penis tuanya.
“Anu maaf bu. Tadi saya kebawa naf . . . .”
Pak Taryono yang segera tersadar dari hawa nafsunya hendak meminta maaf. Namun kata-katanya terhenti ketika melihat bidadari bercadar itu berdiri lalu menurunkan celana dalamnya tepat didepan kedua matanya.
“Ibuuuu . . . .” Kata pak Taryono. Ia terhipnotis. Ia tak mampu berbuat apa-apa dikala akhwat lonte itu tiba-tiba duduk di sofa ruang tamunya lalu menaikkan roknya hingga kedua apem empuk itu nampak dihadapan matanya.
“Bapaak mau ini kan? Ayo sini. Bapak bebas melakukan apa aja kalau masuk lewat sini.” Goda Nayla sambil mengusap-ngusap bibir vaginanya yang sudah basah.
“Saya? Benarkah?” Tanya Pak Taryono tak mempercayai apa yang dilihatnya. Ia memang bernafsu, namun Tindakan Nayla yang jauh berbeda dari apa yang dilihatnya sehari-hari benar-benar mengejutkannya.
Pria tua itu pun lekas bangkit dari posisi duduknya lalu mengocok-ngocok penisnya sambil matanya terpaku pada tempik basah yang sedang dielus-elus oleh pemiliknya.
“Ayo sini paakk. Kemaariii. Puasii akuuu. Genjot memekku pake kontol gedemu itu paakk. Mmpphhhh. Mmppphhh.” Desah Nayla yang sesekali sambil membuka lubang vaginanya lalu memasukkan dua jemarinya untuk melebarkan sedikit vaginanya yang sudah lama tak dimasuki oleh penis seorang lelaki tua.
“Tungguu aku ibuuuu. Bersiaaplaahh. Iniiiii. Aaahhhhh.” Desah pak Taryono saat ujung gundulnya sudah berada di tepi pintu masuk vagina akhwat pemuas itu.
“Mmpphhh masukkan paakkk. Cepaaatt. Memekku gataaalll.” Kata Nayla dengan kotornya sambil membuka pintu vaginanya lebar-lebar.
“Iyyaaa. Iyaaaa buuuu. Sandarkan tubuh ibu dulu. Nah seperti itu. Sekarang lebarkan paha ibu. Aahh seksi sekali tubuh ibu.” Kata pak Taryono setelah melihat pose terkini Nayla.
“Begini? Ayoooo. Paakk. Akuuuu . . . . “
Jleeebbbb!!!
“Mmpppphhhhh.” Desah Nayla terhenti saat penis pak Taryono tiba-tiba masuk, ambles menembus lahang senggama Nayla.
“Mantaappnyaaaaaa.” Jerit pak Taryono dengan penuh kenikmatan. Matanya memejam. Tubuhnya bergetar. Jiwanya merinding tatkala penisnya dilahap oleh lubang kenikmatan itu.
"Hah. Hah. Hah. Hah" pak Taryono ngos-ngosan. Dikala mulutnya terbuka sedikit. Ia menatap ke depan menuju ke arah tubuh Nayla yang duduk bersandar di sofa rumahnya.
Sambil memegangi pinggang rampingnya, pak Taryono terdiam sejenak menatap keindahan binor yang ada di hadapannya. Meski binor bercadar itu masih berpakaian lengkap dengan roknya yang terangkat naik saja. Ia masih tak habis pikir karena berhasil mewujudkan cita-citanya.
Bagaimana bisa dirinya yang sudah tua renta dengan rumah yang sangat sederhana berhasil melesatkan penisnya menembus liang kehangatan sang bidadari bercadar yang menjadi buah bibir seluruh desa.
Ia kemudian menatap wajah ayu Nayla dengan seksama. Mata indah itu, tatapannya yang sayuk serta mengundang hawa nafsu. Cadar yang digunakannya semakin menambah keindahan yang dimiliki oleh parasnya. Rasanya, ia jadi ingin sekali memejuhi wajahnya dengan sperma yang akan dibuangnya nanti.
Setelah itu, pandangannya turun menuju gunung kembar yang menonjol dari balik gamis longgar yang Nayla kenakan. Ia tak menyangka, rupanya Nayla memiliki dada yang begitu besar yang tersembunyi dibalik pakaian syar'inya. Tangannya mendadak gemas ingin meremas-remas susu bulatnya dengan perlahan. Ia ingin menyentuhnya. Ia ingin mencengkramnya selama mungkin sambil menatap keindahan wajah yang ada di hadapannya.
Pandangannya perlahan semakin turun menuju penisnya yang sebagiannya sudah menancap di dalam lubang vaginanya. Cukup lama pak Taryono menatapnya. Ia masih tak percaya. Terkadang ia merasa bahwa ini hanyalah mimpi belaka. Apalagi tiap detiknya ia merasakan kalau lubang itu seperti meremas-remas penisnya. Rasanya sungguh nikmat sekali. Tak pernah ia merasa sebahagia ini di seumur hidupnya.
"Paakkk kok diem? Goyang dong." Pinta Nayla yang membangunkan pak Taryono dari lamunannya.
"Hah. Hah. Hah. Maaf bu. Saya masih belum percaya kalau ini nyata. Saya masih gak nyangka kalau kontol saya bisa masuk menembus memek alimmu itu bu." Jawab pak Taryono yang membuat Nayla tersenyum malu.
"Hihihi dasar bapak. Baru juga dimasukin, belum juga digoyangin." Jawab Nayla dengan nada menggodanya yang membuat fantasi pak Taryono kemana-mana.
"Loh ibu ini bikin saya nafsu aja. Ibu nantangin saya yah?" Tanya pak Taryono terpancing.
"Nantangin? Aku cuma ngajak bapak kok, biar sama-sama melampiaskan birahi surga. Hihihi" Tawa Nayla malu-malu.
Pak Taryono jelas tertantang. Akhwat alim yang sedang dicoblosnya benar-benar mengajak syahwatnya untuk bergelut agar bisa dilampiaskan pada bidadari bercadar itu.
Ia kemudian mulai mengambil posisi. Pinggulnya ia mundurkan ke belakang lalu mencoblosnya sekuat-kuatnya.
"Oke, nih rasakan yah bu. Heennkkgghhh!!!!"
"Uuhhhh bapaaakkk"
Seketika pak Taryono menarik pinggulnya lagi sebelum menghempaskannya ke rahim akhwat yang sedang melewati ujian hijrahnya itu.
Jleeeebbbb!!!
"Uhhhhh paaakkkk!"
"Hehehe enak kan bu? Lagi! Heennkkgghhhh!!!"
"Aaaahhhh iyaaahhhhh!"
"Laagiii"
"Paaaakkkk aaaahhhhh"
Baru setelah itu pak Taryono mulai menggerakkan pinggulnya secara teratur. Sesekali tangannya mengelus-ngelus paha mulus Nayla yang mengangkang lebar di kanan kirinya. Matanya pun terpaku pada tatapan penuh nafsu Nayla yang terlihat menikmati sodokannya.
Pria tua itu kian bersemangat. Akibatnya sodokannya pun makin lama makin kuat.
"Aahhh bapaaakkk. Aahhh. Aahhhh. Terusss. Terusss ouhhhh"
"Ahhhh iyaahhh. Iyaahh bu. Aaahh nikmat sekali. Nikmat sekali memek rapetmu ini buuu!"
Pak Taryono sampai menggelengkan kepala. Bagaimana bisa rasanya bercinta bisa seenak ini. Padahal saat almarhumah istrinya masih ada. Rasanya bercinta hanya biasa-biasa saja. Tapi persetubuhannya kali ini? Rasanya sungguh luar biasa.
Dikala pria tua itu terus memacu penis tuanya. Rasanya penisnya seperti sedang dijepit, diremas, dicengkram oleh sesuatu yang hangat dan kuat di dalam lubang kenikmatan itu.
Lendir Nayla yang kian banyak membanjiri rahimnya membuat penis pak Taryono semakin mudah dalam membombardir liang kesenggamaannya. Tangannya pun merambat naik menuju dada bulatnya. Susu kenyal Nayla yang bergerak-gerak seiring hentakan pinggul pak Taryono yang menyentak-nyentakkan tubuh indahnya berhasil dipegang oleh pejantannya.
Dada itu tak lagi bergerak. Dada itu berhasil dipegangnya sambil sesekali dielus, diraba, ditekan-tekan hingga membuat pemiliknya mendesah-desah keenakan.
"Aaahh bapaakkk. Aaahh yaahh. Aahhhh. Mmmpphhh" Tubuh Nayla tersentak. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran sofa di belakang. Matanya sesekali membuka menatap langit-langit rumah sederhana itu lalu sesekali menutup menikmati tusukan yang begitu bertenaga dan begitu dalam dari pemilik tombak sakti itu.
"Aahhhh. Aaahhhh. Gimana rasanya bu? Ibu suka kontol saya? Ibu menikmati tusukan saya?" Tanya pak Taryono sambil terus berpacu mengobok-ngobok rahim kehangatan itu.
"Aaahhh iyaaahhh. Aku suka paaakkk. Akuu sukaaa. Tolongg lebih kerasss. Lebih dalem lagiiii" Pinta Nayla yang ingin merasakan kenikmatan lebih.
"Aaahhhh. Aaahhh. Aaahhh. Agak susah emang kalau nyodoknya kayak gini. Coba kita ganti posisi dulu yah bu. Ayo ibu berdiri." Pinta pak Taryono yang terpaksa menghentikan sodokannya sementara.
"Hah. Hah. Hah. Iyaah pak. Terus?" Tanya Nayla ngos-ngosan.
"Ayo nungging, saya mau genjot kamu pake gaya anjing kawin!" Perintah pak tua itu yang sudah tidak sabaran ingin menikmati lubang tempiknya lagi.
"Gaya anjing kawin?" Tanya Nayla yang langsung paham.
Seketika ia jadi teringat pak Urip yang sangat suka sekali menyetubuhinya dengan gaya anjing kawin. Ia pun berharap tusukan pak Taryono bisa seenak tusukan pak Urip. Ia berekspetasi tinggi. Karena vaginanya sudah haus oleh kenikmatan yang hanya bisa didapatkan dari pria-pria tua.
"Sudah pak, ayo!" Kata Nayla yang sudah menungging dimana tangannya bertumpu pada sandaran sofa yang tadi di sandarnya. Pandangan Nayla pun ditundukkan ke bawah bekas posisi duduknya di sofa tadi. Karena tak kunjung ada pergerakan, Nayla lekas menoleh ke belakang tuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh pria tua beruntung itu.
Jleeeebbbb!!!
"Mmpphhhh!!!" Nayla memejam. Lenguhannya merangsang birahi Pak Taryono yang sedang menggebu-gebu.
"Cantiknyaaa ibuuu. Ouuhhh Ouhhhh ouhhhhh" Pujinya yang kemudian langsung memacu pinggulnya tuk mengaduk-ngaduk liang senggama itu dengan cepat.
Pak Taryono tersenyum puas. Rupanya daritadi ia sengaja menunggu hingga bidadari sholehah itu menoleh ke belakang agar saat ia menancapkan pusaka saktinya, ia dapat melihat ekspresi kenikmatannya akibat tusukan mesumnya.
"Aahhh bapaakkk. Aahhh iyaahh ouhhh dalem sekali paakk. Aaahh. Aaaahhhh" Desah Nayla takjub merasakan dinding rahimnya terbentur-bentur oleh ujung gundul yang dimiliki oleh pria tua itu.
“Aaahhhh. Aahhhhh. Tadi ibu minta dikerasin lagi kan? Kayak gini? Hennkgghhh!!” Ujar pria tua itu dikala mempercepat genjotannya.
“Aaaahhhhh paakkk. Laggiiii. Laagiiiii!” Pinta Nayla mengejutkan pak Taryono.
“Apa? Lagi? Dasar lonte bercadar. Terima ini!” Balas pak Taryono mengikuti omongan pemuasnya.
“Aaaahhh iyaahhhh. Iyaahhhh. Terusss paakkk. Terrruussss.” Jerit Nayla dengan begitu nyaringnya.
Plokk. Plokk. Plokk.
Benturan suara antar pinggul mereka terdengar sangat kencang. Nafsu pak Taryono yang sudah mencapai puncak dilampiaskan sebesar-besarnya saat menyetubuhi akhwat yang sedang dilanda nafsu birahi itu.
Tiap kali pak Taryono menyodok rahimnya. Tubuh Nayla terdorong maju dengan sangat kencang. Gerakan maju mundur secara beraturan yang pria tua itu lakukan benar-benar memuaskan syahwat yang akhwat cantik itu inginkan.
Nayla selalu memejam seiring sodokan yang diberikan oleh pria tua itu. Mulutnya pun menganga daribalik cadarnya. Ia benar-benar menikmati tiap gesekan yang diberikan oleh penis itu pada dinding vaginanya.
“Aaahhhhh. Aaahhhh. Aaahhhhhh. Gak pernah saya merasakan kenikmatan sepuas ini buuuu. Aaahhhh. Aaahhhh.” Desah pak Taryono bertahan sambil meremas gamis yang dikenakannya hingga lecek. Gamis di sisi kiri kanannya selalu dipegangi olehnya. Pemandangan indah dari sisi belakang tubuh Nayla menjadi penyemangatnya dalam melajukan pinggulnya secepat-cepatnya.
Andai ia bisa melihat pemandangan indah ini dari samping. Terlihat payudara Nayla bergerak maju mundur dari balik gamis yang masih dikenakannya. Nayla terlihat menggairahkan. Keindahan gamis yang dikenakannya tak mampu menutupi keindahan tubuh yang dimilikinya.
“Aaaahhhh paakkk. Aaahhh samaaa. Aaahhhh udah lama aku gak digenjot seenak ini paakk. Aaaahh yaahh. Terusss. Mmppphhh.” Desah Nayla yang kian menyemangati nafsu pak Taryono.
“Oh begitu. Ayo angkat tubuhmu sedikit bu.” Kata pak Taryono menaikkan tubuh Nayla hingga berdiri tegak lalu tangannya segera mencengkram payudara Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaaahhhh paaakkk. Aaahhhhh. Aaahhhh.”
Nayla pasrah. Dirinya hanya bisa mendesah tatkala mendapat serangat kuat yang diarahkan ke susu bulatnya juga tempik basahnya. Kedua tangan Nayla dibiarkan menggantung begitu saja di kanan kiri tubuhnya. Susunya yang sedaritadi bergoyang dicengkramnya yang membuat darahnya berdesir hingga tubuhnya merinding nikmat.
“Aaaahhh ini diaaa. Aahhhh nikmat sekaliii. Sudah lama saya membayangkan bisa menggenjot memekmu sambil memegangi susumu ini mbaakk. Aaahhhh. Aaahhh.” Desah pak Taryono sambil terus menyenggamainya lalu tangannya mulai menekan-nekan puting berwarna pink yang dimiliki olehnya.
“Aaahhh geliii paakkkk. Geeeliiiii. Ouhhhhh. Ouhhh.” Tubuh Nayla menggeliat. Rasa geli bercampur nikmat yang diberikan oleh pria tua itu benar-benar menaikkan nafsu birahinya.
“Ouhhh. Ouhhhh dasar ibu lonteeee. Aahhh. Aaahhhh. Bisa-bisanya ibu bikin saya selemas ini.” Kata pak Taryono saking puasnya hingga kakinya lemas setelah energinya tersedot semua oleh rahim yang dimiliki oleh Nayla.
“Aaahhhhh. Aaahhhhh. Bapak capek? Mau aku goyang?” Tanya Nayla yang membuat pak Taryono tergoda.
“Ibu mau ngegoyang kontol saya?” Tanya pria tua itu sambil mulai menurunkan tenagannya.
“Mau bangettt paakkk.” Jawab Nayla yang membuat pak Taryono merinding mendengar jawaban itu dari seorang akhwat bercadar.
Pak Taryono pelan-pelan mulai melepas penisnya. Terlihat penis itu masih berdiri tegak dengan lendir yang menyelimuti keseluruhan batangnya.
“Hah. Hah. Hah.” Desah pak Taryono ngos-ngosan.
“Hihihihi capek banget yah pak. Terima kasih karena bapak bisa bertahan gak keluar duluan ya.” Ucap Nayla bersyukur karena memiliki pejantan yang sanggup bermain lama-lama dengannya.
Seketika matanya turun menatap penis raksasa itu. Nayla gemas. Ia tersenyum sambil menggenggam penis itu lalu menariknya.
“Ayo sini pak, Bapak duduk di sofa.” Kata Nayla sambil menarik penis raksasanya.
“Ehhh buuu. Mau kemanaa? Ehhhh.” Ujar Pak Taryono merem melek.
“Ayo duduk sini pak.” Kata Nayla yang lekas mendorong pak Taryono hingga jatuh terduduk di sofa yang tadi ia duduki.
“Aaahh buuu. Apa ini beneran ibu? Kok ibu keliatan agresif sekali?” Tanya Pak Taryono yang masih terkejut melihat perubahan kepribadian Nayla.
“Hihihihi. Pertama, tolong ini rahasia kita. Kedua, jangan panggil aku ibu lagi yah pak. Cukup panggil aku Nayla aja. Aku lebih suka dipanggil seperti itu oleh bapak.” Jawab Nayla yang tiba-tiba berjalan naik menuju ke pangkuan pria tua itu.
“Ba-baik bu. Eh Nay.” Jawab Pak Taryono gugup. Ia sangat gugup menyadari dirinya akan digoyang oleh akhwat sholehah secantik Nayla.
“Hihihi nah gitu dong. Aku kan suka dengernya. Mmppphhhh.” Desah Nayla merinding merasakan tusukan penis itu lagi.
“Ouuhhhhh mantappnyaaaa.” Desah Pak Taryono puas.
Tak hanya Pak Taryono yang merasakan kepuasan yang tak terkira. Tapi Nayla pun juga. Dirinya yang masih berpakaian lengkap itu merasa gerah ingin memamerkan tubuhnya dihadapan pejantan yang benar-benar dapat membangkitkan syahwatnya.
Seketika Nayla menatap ke arah depan. Ia menatap wajah pria tua itu dengan seksama.
Tiba-tiba Nayla tersenyum lalu menurunkan resleting gamis yang ada di bagian belakang punggungnya.
“Ayo pak sini, nikmati susu aku.” Ujar Nayla setelah mengeluarkan susunya dari gamisnya yang mulai melorot.
Mata pria tua itu melotot. Ia benar-benar terhipnotis sehingga dirinya langsung menuruti omongan wanita cantik itu.
“Mmmppphhhhh.” Nayla memejam lalu merinding tatkala puting pinknya dihisap begitu kuat oleh pria tua itu.
“Sssllrppp mpphhhh. Ssllrrpppp. Ssllrrpppp. Mmppphhhh.” Bagaikan bayi tua yang kehausan. Pak Taryono langsung memeluk tubuh Nayla dengan erat lalu bibirnya menyeruput putingnya indah itu dengan nikmat. Tak cuma menyeruput, lidahnya juga menoel-noel lalu menjilat-jilat area disekitar putingnya dengan lembut.
“Aaahhhh paakkkk. Mmppphhhhhh. Mmpppphhhhhh.” Desah Nayla menikmati semuanya.
Dengan rakusnya, Pak Taryono berpindah dari satu payudara ke payudara lainnya. Ia kembali menyeruput payudara satunya. Bahkan menggigitnya pelan yang mengakibatkan birahi Nayla kembali bergejolak hingga wajahnya terangkat menatap langit-langit ruangan.
“Aaaahhhh iyaahhh. Aahhhh jangan digigit paakk.”
Pak Taryono tak menghiraukan. Ia dengan gemasnya kembali menggigit payudara satunya. Tubuh Nayla terus menggelinjang. Bahkan vaginanya yang sudah tertancap penis tuanya semakin gatal.
“Slllrrpppp. Sssllrrppppp. Mmppphhhh.” Lagi-lagi, pak Taryono tak menghiraukan. Rasa gemasnya pada payudara yang sangat sentosa itu membuatnya tuli pada suara-suara yang ada disekitarnya.
Nayla pun pasrah. Ia tahu kalau dirinya hanya bisa membiarkan payudaranya dimainkan oleh pria tua itu. Ia tak mengira kalau dirinya akan kembali menyusui seorang bayi tua seperti pria tua kekar itu.
“Sssslllrrpppp mmpphhh puasnyaaaa.” Ucap pak Taryono setelah puas menyusu pada payudara bulat itu. Ia melepas cumbuannya, lalu wajahnya ia angkat menatap wajah indah yang dimiliki oleh malaikat tak bersayap itu.
“Aaaahhh paakk. Hah. Hah. Hah.” Wajah Nayla terlihat lemas. Ia membalas tatapan penuh arti dari pria tua itu.
“Wikwikwik. Maafkan saya Nay. Saya terlalu nafsu setelah disuguhin susu kenyalmu.” Jawab Pak Taryono yang membuat Nayla tersenyum lemah.
“Dasar. Untung aku lagi baik. Siap-siap yah pak.” Kata Nayla membingungkan pak Taryono.
“Siap-siap?” Tanya pak Taryono belum paham. Namun seketika ia mulai memahami apa yang dimaksud oleh akhwat cantik itu ketika tubuh Nayla terangkat naik.
Jleeeebbbbb!
“Aaaaaaahhhhhhhhhh..” Desah kedua insan itu secara bersamaan.
Tiba-tiba Nayla kembali menaikkan tubuhnya lalu menurunkannya lagi.
Jjleeebbbbb!
“Aaaaahhhhhhhh” Lagi-lagi keduanya mendesah seiring menikmati pergerakan tubuh Nayla.
Mereka berdua terdiam sejenak. Pak Taryono kemudian tersenyum menatap wajah ayu Nayla. Nayla tersipu. Tiba-tiba ia ikut tersenyum lalu menaikkan cadarnya untuk mencumbu pria tua itu.
“Mmmppppphhhh.”
Bibir mereka bertemu. Bibir mereka saling dorong dengan penuh nafsu. Nayla dengan liarnya menjepit bibir bawah pak Taryono. Lalu lidahnya menggeliat membasahi bibir bagian bawah yang dimiliki oleh pejantan tua itu.
Sama halnya dengan Nayla. Pak Taryono lekas membalas. Ia juga melakukan hal yang sama ke bibir atas Nayla. Lalu lidahnya yang gemas memaksa masuk ke dalam mulut manis Nayla. Lidahnya bergerak bagaikan seekor ular yang bergerak ke seluruh penjuru rongga mulut Nayla.
Menyadari lidah pak Taryono bergerak sembarangan di dalam mulutnya. Lidah Nayla ikut beraksi. Lidahnya lekas mendorong lidah keriput pak Taryono. Lidah mereka beradu. Lidah mereka saling menggeliat. Saling melilit. Saling menindih. Pergelutannya bagaikan atlet smackdown yang sedang bertarung diatas ring.
Bahkan saking sengitnya, sampai ada tetesan air liur yang tumpah dari sela-sela mulut Nayla.
Jujur, pergelutan antar bibir ini benar-benar membangkitkan syahwat Nayla. Nayla pun mulai menaikkan tubuhnya lagi. Pinggulnya kembali bergoyang sambil mencumbu pria tua itu.
Pinggulnya bergerak naik turun. Pinggulnya yang awalnya bergerak pelan lama-lama bergerak semakin cepat. Kedua tangan Nayla ditaruhnya di kedua pundak pak Taryono. Kedua bongkahan pantat mulusnya itu kemudian dipegangi oleh tangan kasar pak Taryono. Rasanya semakin nikmat dikala bokongnya dipegangi oleh pria tua itu. Bahkan bokongnya juga diremas-remas yang membuat akhwat bercadar itu semakin puas.
“Mmpphhhh. Mmppphhh paaakk Mmppphhh.” Desah Nayla yang terus menikmati cumbuannya.
“Mmpphhhh iyaa Naayyy. Mmpphhhh. Terus goyang kontol sayaa. Mmppphhhh. Nikmati kontol saya sepuasmu Nay.”
“Mmmppphhh iyaahh paakkk. Akan aku lakukan. Mmppphhh.” Desah Nayla yang mulai melakukan variasi dalam goyangannya.
Tak hanya bergoyang naik turun. Tapi akhwat bercadar itu juga mulai melakukan gerakan memutar. Awalnya ia menggerakkan pinggulnya maju, lalu ia goyangkan ke kanan, ke belakang lalu ke kiri dan kembali ke depan lagi. Ia tarus melakukan gerakan memutar yang membuat penis pak Taryono seperti sedang diaduk-aduk didalam liang senggamanya.
Tak hanya bergoyang memutar. Ia kini bergoyang maju mundur. Ia menggoyangnya dengan frekuensi yang amat cepat. Kini, rasanya penis pria tua itu seperti persneling mobil yang digerakkan maju mundur oleh seorang sopir.
Hampir saja penis itu patah. Beruntung pak Taryono dengan kejantanannya sanggup bertahan disela-sela serangan birahi Nayla.
“Aaahhhh Naay. Aaahhhhh saya gak kuat. Saya mauu kelluaar” desah pak Taryono tak sanggup lagi. Ia bahkan sampai melepas cumbuannya demi mengucapkan kata-kata tersebut.
“Mmpphhhh jangan keluar dulu paakkk. Aku juga mau keluaar. Tungguu bentar.” Desah Nayla yang kembali ke mode gerakkan naik turun.
Nayla yang sudah dibutakan oleh hawa nafsunya kembali menggoyang tubuh pria tua itu dengan liar. Ia seperti kesurupan. Orang-orang desa yang mengenal diri Nayla pasti akan terkejut melihat perubahan kepribadiannya yang sangat drastis.
Tapi itulah Nayla. Inilah jati diri Nayla. Inilah sifat asli Nayla yang sudah dibentuk oleh pak Urip, pembantu tuanya yang berhasil merubah kepribadiannya yang dari awal adalah akhwat solehah menjadi akhwat sholehot yang paling suka ngentot.
“Aaaahhhhh bapaaakkk. Aaahhh akuu mauu kelluaarr. Aakuuu mauu kelluaarrr.” Jerit Nayla tak kuat.
“Aaahhh saya jugaa Naayyy. Sayaaa jugaaa.” Jerit pak Taryono yang sudah diambang batas.
Nafas mereka berpacu. Mereka sama-sama sudah berada di ambang batas kenikmatan. Peluh sudah membasahi tubuh mereka. Pejuh sudah berancang-ancang keluar melalui lubang kencingnya. Sedangkan Nayla sudah merasakan adanya gelombang dahsyat yang akan menyembur keluar melalui lubang kencingnya.
“Aaahhhh. Aahhhhh. Aaaahhhh bapaaaakkk. Aku udah gak kuat lagi. Aku udah gak kuat lagi.”
“Aaahhh iyahhh sama saya juga Naayyy. Saya mau keluaar. Saya mauu kelluaarrr.”
Plookkk. Plokkk. Plokkkk.
Benturan tubuh yang diakibatkan oleh Nayla semakin kencang. Mereka sudah tak kuat. Kemaluan mereka sudah sama-sama mau muntah.
“Aaahhhhhh. Aaahhhh. Aaahhh bapaaaakkkkk.” Seketika Nayla membenamkan tubuhnya sedalam-dalamnya ke atas pangkuan pria tua itu. Akibatnya, penis gagah itu menancap semakin dalam. Dinding rahimnya semakin terdorong oleh ujung gundul penis tua pejantannya.
“Naaayyyylaaaaaa.” Sama, ketika Nayla membenamkan tubuhnya. Rasanya batang penisnya seperti dilumat habis oleh dinding vagina Nayla. Lubang Nayla menyempit. Penis tuanya rasanya seperti sedang dicekik.
Tak lama kemudian, mereka pun mengeluarkan jeritan yang sama setelah sama-sama mendapatkan rasa puas yang sama.
“Keellluuuaaaaarrrrr!”
Ccrroottt. Crroottt. Crrootttt!!!
Tubuh mereka sama-sama mengejang. Tubuh mereka sama-sama menggelinjang. Nafas mereka tertahan. Saat syahwat mereka sama-sama terlampiaskan.
“Aaaaaahhhhh.” Pak Taryono mendesah disaat semprotan spermanya dengan deras membanjiri liang senggama bidadari pemuasnya. Matanya sampai merem melek keenakan. Tubuhnya langsung lemas. Lututnya juga ikut lemas yang membuat tubuhnya langsung bersandar pada sandaran sofa yang ada dibelakang.
“Uuuhhhhhhhhh.” Begitu juga Nayla yang mendesah saat semburan cairan cintanya menemani pejuh hangat yang sudah lebih dulu bersemayam didalam rahim kehangatannya. Tubuhnya yang juga melemas seketika ambruk ke dalam pelukan pejantan tuanya. Ia terengah-engah. Matanya memejam karena saking lelahnya.
“Hah. Hah. Hah.” Baik keduanya ngos-ngosan setelah sama-sama melampiaskan syahwatnya. Rasanya puas sekali. Tak ada kata yang dapat mendeskripsikan kepuasan yang sudah mereka berdua rasakan. Sesekali, pak Taryono mendorong pinggulnya agar penisnya kembali mendorong dinding rahim Nayla.
“Aaahhh paakkk. Aaahh. Hah. Hah.”
Nayla terdiam. Setelah syahwatnya terlampiaskan. Ia lekas bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Lagi? Aku melakukannya lagi? Disini? Di desa yang seharusnya menjadi tempatku tuk berhijrah?
Nayla yang kembali mendapatkan akal sehatnya mulai menyesal. Bagaimana bisa dirinya yang sudah berbulan-bulan bertahan agar tidak bermaksiat tiba-tiba kalah oleh godaan yang berawal dari mimpi basah yang tadi siang dialaminya.
Ia benar-benar merasa sudah melampaui batas. Ia merasa malu. Apalagi saat dirinya teringat betapa binalnya ia saat menggoda pejantan yang baru saja memuntahkan lahar hangatnya dikemaluan sempitnya itu.
Bodoh! Kamu bodoh Nay! Kenapa kamu kembali memilih jalan kemaksiatan? Kenapa kamu gak bertahan saat godaan sedang menyerang?
Rasanya Nayla ingin menangis. Air matanya pun mulai menetes namun buru-buru ia hapus agar tidak terlihat oleh pejantan tuanya itu.
“Hah. Hah. Hah. Terima kasih yah Nay. Sudah membuat saya puaa . . . .” Belum sempat pak Taryono menyelesaikan kalimatnya. Ia terkejut saat melihat Nayla tiba-tiba berdiri lalu merapihkan pakaiannya kembali.
“Kamu mau kemana Nay? Kok buru-buru amat? Kamu mau langsung pergi?” Tanya pak Taryono heran.
Namun tak sekalipun Nayla membalasnya. Ia benar-benar tak ingin membahas kemaksiatan yang baru saja dilakukannya tadi. Ia ingin segera melupakannya. Ia ingin segera pergi dari tempat terkutuk ini.
“Naaayyy?” Ucap pak Taryono yang langsung berdiri lalu hendak mendekat tuk memeluk tubuh ramping akhwat cantik itu.
“Maaf pak, aku mau pulang!” Kata Nayla terlihat buru-buru.
Setelah gamisnya rapih kembali. Setelah ia menaikkan resleting gamis yang ada dipunggungnya lagi. Setelah ia menurunkan roknya hingga rapih kembali. Ia langsung pergi menuju pintu keluar tanpa mengucapkan apa-apa lagi ke pria tua itu.
Terlihat pak Taryono hanya menatapnya heran. Ia kebingungan kenapa Nayla begitu buru-buru pergi dari rumahnya setelah memberinya kepuasan. Namun seketika, saat ia hendak berjalan tuk memungut pakaiannya yang tertinggal. Ia tiba-tiba tersenyum saat kakinya menyentuh sesuatu.
Sementara itu Nayla,
Selama perjalanan pulangnya. Ia kembali menangis sesenggukkan menyadari dirinya kembali ternoda akibat tak kuat menahan hawa nafsunya yang tiba-tiba bangkit. Padahal ia sudah berniat berhijrah. Ia ingin meninggalkan segala bentuk kemaksiatan yang dulu pernah dilakukannya. Ia tidak ingin berzina lagi. Ia tak mau menodai tubuhnya yang kini sudah menjadi ibu dari seorang anak yang berasal dari suami sahnya.
Tapi kenapa? Hanya karena mimpinya saat disetubuhi oleh pak Dikin. Nafsunya langsung bangkit yang membuatnya segera mencari seseorang tuk melampiaskan syahwatnya?
Apa karena ini salah satu ujian hijrahnya? Tapi kenapa ia gagal dalam ujiannya? Selemah itukah dirinya dalam menahan hawa nafsu? Atau dirinya lengah sehingga membiarkan setan membisikkan kata-kata yang membuatnya mudah terangsang?
“Maafin aku mas. Maafin umi nak. Umi lagi-lagi ternoda.” Lirih Nayla sesenggukkan.
Ia sedari tadi menunduk lalu menutupi wajahnya agar tak terlihat menangis oleh orang-orang yang dilewatinya.
“Mmmppphhh.” Seketika Nayla berhenti melangkah saat tetes sperma pak Taryono kembali tumpah melewati kedua bibir vaginanya.
Seketika Nayla ketakutan. Bagaimana kalau nanti, dirinya tiba-tiba memiliki janin, hasil akibat dari kebinalannya dengan pak Taryono tadi.
Beruntung, tak lama kemudian ia sudah sampai di rumahnya. Ia pun buru-buru menuju kamarnya tuk melihat keadaan putranya. Putranya masih terlelap. Matanya kembali basah saat air matanya menetes akibat rasa penyesalannya karena sudah mengkhianati keluarganya lagi.
“Maafin umi yah naak. Maafin umiiii.” Lirih Nayla sambil memeluk putra sematawayangnya.
Ia benar-benar menyesal. Ia pun kemudian bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
Seketika ia mencium aroma sperma yang begitu kuat dari tubuhnya. Apalagi saat sperma pria tua itu kembali menetes membasahi lantai rumahnya.
“Aku harus mandi. Aku harus membersihkan diri sebelum suamiku pulang sebentar lagi.” Lirih Nayla bertekad.
Ia lekas menuju cermin yang berada di pintu almari pakaiannya. Ia awalnya melepas cadarnya, lalu hijabnya. Nampak wajah ayu itu terpampang indah dari pantulan cermin dihadapannya. Lalu ia menurunkan resleting gamisnya. Berikut rok yang menutupi kaki jenjangnya. Dalam sejenak ia sudah bertelanjang bulat tanpa mengenakan sehelai pakaian lagi.
Ia menyangkan nafsunya yang kembali bangkit. Bagaimana bisa tubuh seindah ini ia berikan kepada pria-pria tua yang pernah menyetubuhinya? Bukankah tubuh seindah ini harusnya hanya bisa dinikmati oleh suaminya saja?
“Udahlah, jangan diinget-inget lagi. Bikin kesel aja!” Lirih Nayla menyesali perbuatannya.
Ia kemudian mengambil handuknya lalu melilitkannya tuk menutupi tubuh indahnya. Saat dirinya hendak keluar kamar sambil membawa pakaian kotor yang tadi dikenakannya. Seketika hapenya berdering petanda ada pesan masuk melalui aplikasi whatsappnya.
“Eh siapa ini? Aku belum ngesave nomornya? Kok tau nomorku sih?”
Saat Nayla membuka pesan tersebut. Ia terkejut saat melihat sebuah kiriman foto dari seseorang yang ia rasa tahu siapa orangnya.
“Astaghfirullah. Bukannya itu celana dalamku! Berarti itu!”
Ia terkejut melihat celana dalamnya sudah belepotan pejuh yang dikirimkan oleh penis seseorang yang terpampang pada foto tersebut.
Terima kasih yah Nay. Gara-gara liat sempakmu tadi. Saya jadi pengen coli dan akhirnya keluar dua kali deh. Hehe.
Nayla merinding saat membaca pesan tersebut.
Dengan segera, tangannya reflek menekan foto tersebut untuk menghapusnya. Namun tiba-tiba ia mengurungkannya setelah lama melihat foto tersebut.
Ia membiarkannya. Ia segera mematikan hapenya lalu buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
END
;;;;;;;;;;;;;;;;;;
Cerita ini adalah bagian terakhir dari cerita “Di Balik Hijrah Nayla” yang sebelumnya sudah pernah dirilis oleh suhu Topi-Jerami alias Augustus di forum ini dengan judul yang sama. Sayangnya karena satu dan lain hal, beliau tidak bisa melanjutkan cerita ini dan menolak untuk mem-posting ulang.
Bagian terakhir ini beliau berikan kepada saya untuk di-review. Saya sih oke-oke saja mendapat kehormatan tersebut, walaupun kadang saya pikir, beliau sudah sangat bagus dalam mengeksekusi cerita dan punya banyak penggemar yang luar biasa loyal. Sehingga rasa-rasanya tidak butuh review dan kalaupun ada tentunya editing-nya tidak akan terlalu berlebih. Untuk menghormati beliau dan supaya pembaca tetap bisa merasakan essence dari tulisan sang suhu penulis, editing saya lakukan seminimal mungkin.
Kami berdua sama-sama sepakat episode ini untuk dirilis di hari minggu. Sayangnya sebelum hari yang disepakati, beliau tidak bisa mem-posting untuk alasan yang sudah sama-sama kita ketahui. Karena saya tahu banyak penggemar beliau yang menunggu-nunggu karya ini, saya menawarkan untuk mem-posting atas nama beliau di hari yang sudah disepakati dan beliau mengijinkan.
Awalnya saya menawarkan untuk mem-posting cerita ini di thread aslinya, namun beliau justru menyarankan untuk membuka thread baru.
Sayangnya saya tidak memiliki copy part 1 dan part 2 yang sebelumnya rilis, beliau pun tidak memiliki copy-nya (jika ada yang memilikinya boleh DM saya untuk saya upload ulang tapi dengan seijin suhu Augustus tentunya). Jadi yang akan saya upload di sini adalah part 3 atau part terakhir saja. Sangat disayangkan memang. Tapi it is what it is.
Akhir kata, di sini saya hanya bertidak sebagai editor saja. Semua hal yang terkait dengan cerita ini mutlak karya suhu Topi-Jerami atau Augustus. Send him some applause.
So, inilah dia episode terakhir dari “Di Balik Hijrah Nayla” karya Augustus.
Selamat menikmati, sobat ambyar.
CHAPTER 3
GODAAN DARI KULI KEKAR
Nayla merenung. Pikirannya melanglang buana entah kemana. Semua ini gara-gara kejadian kemarin saat dirinya tak kuasa menahan syahwat di kala berduaan bersama pak Taryono di rumah pria tua itu.
Padahal seharusnya, dengan penampilan yang kesehariannya mengenakan hijab lebar disertai gamis longgar, juga cadar yang menyembunyikan sebagian kecantikan wajahnya, Nayla seharusnya bisa menjaga diri apalagi jika hanya harus berhadapan dengan pria tua yang secara fisik sudah lemah dan sama sekali tidak tampan.
Pak Taryono adalah seorang pria tua keriput yang seluruh kulitnya sudah kisut. Rambut di sekujur tubuhnya saja sudah memutih. Jadi kenapa Nayla bisa tergoda pria yang tidak layak itu?
Nayla memang berbeda.
Memiliki fetish kepada laki-laki yang jauh lebih tua menjadi alasan terbesarnya. Nayla lemah apabila diihadapkan dengan seorang lelaki yang memiliki aura kebapakan entah dari sikap atau penampakkan wajahnya. Semakin tua laki-laki itu terlihat. Semakin bernafsulah Nayla kepadanya. Apalagi dengan pria tua yang memiliki wajah buruk rupa.
Bagi Nayla, seseorang seperti pak Taryono mampu mengingatkannya kembali dengan masa-masa indahnya saat menjadi budak nafsu pak Urip, pembantu bejatnya ketika dirinya masih tinggal di perkotaan dahulu.
Gara-gara pak Urip lah, ia jadi mengenal apa itu nikmatnya bercinta dengan seorang pria tua. Entah sudah berapa kali pak Urip menancapkan pusaka saktinya ke dalam rahimnya. Entah sudah berapa benih yang tertanam di dalam lubang rahimnya. Tak cuma dari pak Urip, tapi juga pak Dikin dan beberapa pria tua beruntung lainnya yang mampu bersenggama dengan seorang bidadari seperti Nayla.
Dari pak Urip lah fetish-nya yang memiliki nama khusus gerontophilia bangkit menguasai diri. Kenangan indah yang sudah pak Urip berikan membuatnya tak bisa move on dari kepuasan yang sudah pria tua itu berikan. Sesuatu yang tak bisa suaminya berikan. Sesuatu yang terus menerus ia cari.
Setiap kali ia disetubuhi, ada sensasi tersendiri yang membuatnya ingin lagi dan lagi. Bahkan ketika dirinya memutuskan untuk tobat sekalipun. Godaan untuk bersetubuh dengan seorang pria tua kembali hadir membisiki telinganya sendiri. Ia bahkan merindukan sosok pak Urip, pak Dikin dan seluruh pria tua yang pernah menyetubuhinya di masa lalu.
Ia selalu ingin bercinta. Ia selalu ingin mendaki puncak birahi. Ia ingin mendapatkan kepuasan dari pria-pria tua buruk rupa.
“Kok ngelamun terus, mikirin apa, sayang?” Tanya pria tampan yang sedang duduk di sebelah sang bidadari.
“Ah. Engga kok mas. Ga mikirin apa-apa,” Nayla menjawab dengan canggung.
“Bukan saat ini saja sebenarnya. Kalau Mas perhatiin, dari semalam kamu sering banget ngelamun. Jadi sering banget merenung dan diam sendiri. Mas jadi khawatir, sayang. Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?” tanya Miftah dengan begitu perhatian.
“Hmm? Nggak, Mas. Beneran gak ada pikiran apa-apa kok. Cuma lagi capek aja. Adek baik-baik aja,” jawab Nayla dengan manja. Bidadari itu menjatuhkan kepalanya di salah satu pundak Miftah yang lebar.
“Hm kamu pasti kecapekan ya ngurusin dek Dani sendirian? Apa kamu butuh babysitter?” tanya Miftah menyarankan sambil mengusap-ngusap pinggung istrinya.
“Hmm? Gak usah mas. Bukan itu kok masalahnya. Lagipula Adek menikmati waktu Adek buat ngerawat dek Dani kok, Mas,” jawab Nayla sambil menatap bayinya yang sedang tertidur di stroller bayi yang mereka bawa.
“Syukur deh kalau gitu. Gak salah mas milih Adek. Kamu bener-bener punya jiwa keibuan. Mas beruntung punya istri yang cantik, pinter, dewasa dan se-sholehah adek,” puji Miftah pada sang istri yang justru membuat Nayla harus menahan tangis karena nyatanya, dirinya jauh dari kata-kata pujian yang sudah suaminya keluarkan.
Terutama terkait kata terakhir.
Nayla yang merasa berat hati pun berbicara kepada suaminya.
“Adek gak se-sholehah itu kok mas. Adek udah ternoda. Mas tau sendiri kan?” ungkap Nayla untuk melegakan hatinya, suaranya parau, tanda bahwa ia benar-benar berat mengucapkan kalimat yang baru saja ia sampaikan.
“Ah, itu masa lalu! Setiap orang pasti punya masa lalu. Tinggal gimana kitanya setelah dihadapkan dengan masalah yang ada di masa lalu itu. Bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita mau berubah atau tetap menjadi diri sendiri. Di sini Mas memandang Adek sudah mau berubah. Jadi, tidak sepatutnya Adek bilang seperti kayak gitu tadi,” Miftah mencoba menenangkan dan menghibur istrinya.
Namun yang ada, Nayla malah merasa makin terbebani. Ya dirinya kali ini berada di jalur persimpangan jalan yang membuatnya kembali bimbang. Haruskah ia taat? Atau kembali ke jalur maksiat?
Kenapa di saat seperti ini aku justru rindu pak Urip? Padahal Mas Miftah sudah sedemikian baik dan pengertian, tapi kenapa hatiku justru menggebu-gebu teringat pada pak Urip? Apa yang terjadi padaku? Batin Nayla keheranan.
“Eh, maaf. Kayaknya apa yang Mas sampaikan tadi sensitif buat kamu ya, Dek? Ya udah tidak perlu kita bahas lagi. Maafin Mas ya. Makasih udah jadi istri yang baik buat Mas juga ibu yang baik buat dek Dani,” sekali lagi Miftah memuji sang istri. Pujian yang akhirnya membuat Nayla tersenyum.
“Iya mas, sama-sama.”
“Hm udah mau jam 9, pulang yuk. Udah panas nih.” Kata Miftah mengajak istrinya.
“Yuk mas.”
Kedua pasangan suami istri itupun berniat pulang setelah melaksanakan family time bersama di alun-alun dekat rumah. Meski family time mereka tadi hanya mengobrol dan sedikit jajan ringan, tapi hal itu sudah cukup untuk memperkuat bahtera rumah tangga mereka yang nyaris karam.
Apapun yang terjadi di masa lalu, biarlah menjadi aib di masa lalu. Biarlah Nayla memikulnya sendiri. Mas Miftah tak bersalah, ini seratus persen kesalahan Nayla. Dia tidak ingin suaminya tahu apa yang sudah menjadikan Nayla seorang Nayla. Jujur Nayla bahagia. Miftah pun sama. Satu-satunya hal yang belum bisa membuatnya bahagia dalam pernikahannya hanya ketidakmampuan suaminya untuk memuaskan urusan ranjang birahinya.
Hanya itu. Ya hanya itu saja. Itulah alasan lain yang membuat Nayla ingin jajan kepada pria-pria tua yang ia temuinya di jalan.
Di tengah perjalanan pulang mereka, Nayla yang sedang mendorong stroller bayinya harus berhenti dikala suaminya disapa oleh seorang warga yang sedang merenovasi rumahnya.
“Pak Miftah. Selamat pagi. Hahaha.” Sapa pria itu dengan ceria.
“Eh pak Bambang, selamat pagi. Wah ada yang lagi gedein rumah nih? Sejak kapan?” Ucap Miftah sambil menyalami pak Bambang setelah pria itu datang mendekat.
“Mbak hehe.” Pak Bambang tersenyum pada Nayla. Setelah itu ia lekas menjawab pertanyaan dari Miftah. “Loh kemana aja? Saya sudah merenovasi rumah ini sejak 3 hari yang lalu loh.”
Nayla hanya tersenyum saat juragan buah itu menyapanya. Selebihnya, ia hanya berdiri diam menanti suaminya mengobrol dengan pak Bambang.
“Eh masa? Efek saya jarang keliling lagi sih ini. Saya jadi ga tau kabar tetangga-tetangga saya. Maafin saya pak hahaha.” Tawa Miftah.
“Eh gak usah minta maaf. Saya ngerti kok kondisi bapak yang sibuk. Saya juga senang akhirnya bapak bisa ada waktu luang untuk jalan-jalan bersama keluarga,” ucap pak Bambang sambil melirik ke arah Nayla sekilas.
Nayla tersenyum. Ia menghormati rasa peduli pak Bambang pada keluarganya. Miftah pun ikut tersenyum tuk merespon obrolan juragan buah itu. Saat kemudian Miftah dan pak Bambang asyik mengobrol mengenai renovasi dan pembiayaannya. Nayla melihat-lihat sejenak ke sekitar untuk melihat kondisi rumah yang sedang direnovasi itu.
Sekilas rumah pak Bambang memang cukup besar. Wajar saja, karena juragan buah yang memiliki wajah cukup tampan itu memiliki anggota keluarga yang cukup banyak. Pak Bambang memiliki dua istri. Istri pertama mempunyai 5 orang anak. Sedangkan istri kedua mempunyai 3 orang anak.
Meski rumahnya sudah cukup besar, juragan buah yang usianya memasuki 35 tahun itu berniat ingin membangun lantai 2 agar seluruh keluarganya bisa tinggal di rumahnya.
Di usia 35 tahun, Bambang Harjo Kusumo memiliki tubuh yang cukup tegak, dengan badan yang kekar, kumis tebal memanjang, dan kulit putih bersih yang membuatnya terlihat seperti di usia 20an. Meski sudah mempunyai 2 orang istri. Bambang seringkali melirik-lirik ke Nayla yang memang sudah menjadi primadona di kampung Nagasari.
Ya Nagasari adalah nama kampung yang saat ini ditinggali oleh Nayla. Sekilas namanya mirip nama sebuah makanan tradisional. Entah bagaimana sejarahnya nama kampung ini sampai disebut sebagai kampung Nagasari. Yang jelas disinilah Nayla tinggal sekarang.
Meski sedari tadi pak Bambang kerap mencuri-curi pandang kepadanya. Nayla yang sejatinya sudah menyadari hal itu hanya membiarkan. Dirinya juga tidak tertarik kepadanya meski dari usia terpaut jauh darinya. Bagi Nayla, penampakkan pak Bambang biasa-biasa saja. Tak ada yang spesial. Tak ada yang bisa membuat gairah birahinya bergetar.
Saat sedang asyik-asyiknya memperhatikan sekitar. Sekilas lalu, lewatlah seorang pria yang terlihat seperti di usia 40an. Kulitnya hitam terbakar matahari. Tubuhnya kekar. Dadanya bidang. Dengan perut yang sudah terbentuk kotak-kotak. Bahkan otot lengannya juga sudah terbentuk. Pria itu sedang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana kolor berwarna biru saja dengan topi hitam yang menutupi rambut cepaknya.
Siapa itu?
Dalam hati Nayla bertanya-tanya. Seperti cinta pada pandangan pertama. Jantung Nayla berdegup begitu kencang saat melihatnya. Tampilan kuli kekar itu yang serba hitam tentu berbanding terbalik dengan Nayla yang saat ini mengenakan hijab cream dengan kaus berlengan panjang berwarna putih, dan rok panjang berwarna senada yang tentunya cocok dengan kulitnya yang sangat putih.
Tentu, outfit yang Nayla kenakan begitu mencolok bagi warga kampung Nagasari yang mayoritas mengenakan pakaian yang sederhana, terlebih lagi ibu muda itu selalu mengenakan cadar. Harus diakui, justru di situlah daya tariknya. Justru hal itulah yang membuat beberapa warga begitu penasaran akan kecantikan yang tersembunyi di balik cadarnya.
Nayla terus memperhatikan setiap langkah yang diambil sang kuli atau ketika kuli itu mengangkat dua ember semen yang diangkut dengan balok panjang yang dipikul di bahunya. Kemanapun dia pergi, matanya turut mengikuti.
Suatu ketika, tanpa sengaja, kuli itu juga menengok ke arah Nayla. Nayla jelas terkejut bukan main! Akhwat bercadar itu pun panik. Matanya melebar. Tapi ia tak bisa membuang wajahnya dari sosok kuli yang membuatnya penasaran itu.
Kuli itu tersenyum manis pada Nayla sebelum melanjutkan perjalanannya ke lantai dua rumah pak Bambang. Di saat itulah, Nayla menjadi salah tingkah. Apa gerangan yang membuatnya jadi seperti ini? Padahal suaminya tengah berdiri di sebelahnya. Anaknya juga sedang tertidur di gerobak stroller yang sedari tadi di dorongnya. Namun Nayla masih belum bisa menjaga dirinya dengan baik. Bahkan sedari tadi, matanya begitu tergoda pada keindahan tubuh yang dimiliki oleh kuli kekar itu.
NAYLA
PAK ABDI
“Pak Abdi, boleh ke sini sebentar.” Panggil pak Bambang yang membuat kuli yang sedari stadi diperhatikan oleh Nayla itu menoleh.
Menyadari kuli kekar itu mendekat. Nayla semakin gugup. Ia pun memutuskan untuk menundukkan wajah agar wajah gugupnya tidak terlihat oleh orang-orang.
“Iya pak, bagaimana?” Tanya kuli itu sopan. Meski usianya lebih tua, tapi ia tetap menghormati sang juragan yang akan menggaji dirinya selama bekerja.
“Kenalin, ini Pak Miftah calon ketua RT disini,” canda pak Bambang yang membuat Miftah merasa malu.
“Hahaha ada-ada saja. Engga kok, Pak! Boong itu. Jangan percaya.” Jawab Miftah dengan wajah memerah.
“Kalau ini istrinya, Bu Nayla namanya. Ibu RT termuda paling sholehah se-kampung Nagasari ini,” lagi-lagi pak Bambang bercanda. Sepertinya orang ini memang sedang lucu-lucunya.
“Ihhh engga. Aku ibu rumah tangga biasa kok.” Jawab Nayla malu. Senyum pun tak mampu ia tahan. Akhirnya misi pak Bambang berhasil. Ia bahagia saat dapat melihat senyum indah akhwat bercadar itu meski hanya dari dua bola matanya saja.
“Hahaha tapi mirip kok. Cocok. Aminin aja dulu. Iya gak sih.” Miftah merespon otomatis membuat Nayla semakin malu.
“Hahaha memang pasangan yang cocok. Oh ya pak Abdi, gimana menurut bapak? Apa cocok bu Nayla ini jadi ibu bidadari pemimpin kampung sini?” Tanya pak Bambang pada kuli pekerjanya itu.
“Cocok pak. Sekilas tadi melihat kok ada bidadari mampir kesini.” Jawab Pak Abdi dengan kalem yang disambut tawa Miftan dan pak Bambang.
Jawaban pak Abdi yang kalem itu entah kenapa ber-damage besar bagi Nayla. Nayla tak henti-hentinya tersenyum. Ia bahkan memberanikan diri tuk melirik pria kekar itu.
“Oh ya, mumpung makin siang. Kami juga mau istirahat. Kasian istri saya dari pagi butuh istirahat.” Ucap Miftah yang justru ditentang oleh istrinya.
“Tapi mas, bukannya lebih baik kita membantu pak Bambang dulu ya. Kita kan warga baru tapi jarang banget bergaul sama tetangga kita karena waktu sibuk kita. Toh aku juga gak capek-capek banget kok. Dek Dani juga udah tidur. Kalau dibutuhin aku bisa bantu kok.” Ucap Nayla meminta izin suaminya.
Di saat Miftah bingung tuk menentukan. Tiba-tiba pak Bambang ikut nimbrung untuk memperkuat argumen bidadari bercadar itu.
“Oh iya betul. Kalau ibu Nayla sama pak Miftah ingin membantu. Saya dengan senang hati akan menerimanya. Kebetulan hari ini banyak pekerja yang belum hadir karena sakit. Istri saya dua-duanya juga lagi ada urusan di kota. Jadi di rumah ini hanya ada saya, beberapa anak saya dan beberapa pekerja yang bisa hadir, salah satunya adalah pak Abdi ini.”
Miftah makin bimbang. Di satu sisi ini adalah waktu yang tepat untuk bersosialisasi, tapi di lain sisi, ia juga punya pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.
“Tapi dek, mas ada deadline yang harus mas selesaikan. Mas gak bisa ninggalin deadline itu,” Bbisik Miftah di depan Nayla.
Pak Bambang dan pak Abdi hanya berdiam membiarkan kedua pasutri itu berdiskusi. Mereka hanya berharap ada kabar baik yang dihasilkan dari diskusi mereka ini.
“Ya udah kalau mas ga bisa biar adek aja yang bantu. Gak enak loh keluarga kita jarang ikut kegiatan warga. Nanti adek titip dek Dani bisa?” Balas Nayla yang mau gak mau membuat Miftah luluh.
“Ya sudah kalau begitu. Jangan capek-capek ya. Kalau selesai langsung pulang.” Ucap Miftah mengalah.
“Iya mas. Makasih.” Senyum Nayla mengobati hati Miftah.
“Pak, saya nitip istri saya ya. Maaf saya ga bisa ikut bantu karena ada pekerjaan,” ucap Miftah menyesal.
“Hahaha gapapa. Yang namanya pekerjaan gak boleh ditinggalkan dong. Baik, akan saya jaga istri bapak.” Jawab pak Bambang tersenyum lebar.
“Baik permisi dulu. Mari pak.” Ucap Miftah yang segera pergi sambil mendorong stroller bayi berisi anaknya terkini.
“Makasih banyak ya, bu Nayla sudah mau membantu kami di sini,” ucap Pak Bambang yang kegirangan karean akhirnya dia bisa mendapatkan waktu bersama sang primadona cantik itu tanpa kehadiran suaminya yang mengganggu.
“Sama-sama pak. Senang bisa membantu.” Jawab Nayla tersenyum. Sebenarnya, bukan karena kebaikan hati Nayla yang mendorongnya ingin membantu. Melainkan karena rasa penasarannya kepada kuli kekar yang kini berdiri disebelahnya itu.
Nayla kembali melirik. Aroma tubuh pak Abdi yang berkeringat membuat nafsu birahi Nayla semakin kuat. Namun ia mencoba menahannya. Ia pun mencoba bersikap biasa saja demi menutupi rasa sangeknya saat ini.
“Jadi apa yang bisa saya bantu pak?” Tanya Nayla pada pak Bambang.
“Hahaha sudah semangat sepertinya. Oh ya pak Abdi, tolong ajak keliling dulu ya. Biar Bu Nayla tau dulu lingkungan kerja sekitar bagaimana. Saya mau nyiapin minuman untuk bu Nayla dulu,” ujar pak Bambang pada pekerjanya.
“Siap bos. Mari bu, ikut saya.” Ucap pak Abdi dengan gentle.
Bagai pucuk ulam pun tiba. Siapa yang menyangka, dirinya justru diajak berduaan bersama pria kekar itu. Dengan langkah malu-malu, Nayla berjalan di sebelah pak Abdi sambil dijelaskan tata letak ruangan yang ada di rumah pak Bambang.
Seorang ibu muda jelita dengan pakaian sopan, rapi, dan bersih berjalan beriringan dengan laki-laki tua berkulit gelap yang berkeringat tanpa mengenakan baju dan hanya memakai bawahan saja.
Sungguh perbandingan yang kontras di saat pak Abdi yang bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja, sedangkan Nayla justru berpakaian tertutup dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya. Sebagai orang kepercayaan pak Bambang, pak Abdi tentu bangga bisa berjalan di sebelah sang kembang desa.
Pak Abdi sudah mendengar siapa itu Nayla. Tapi baru kali ini dia bertemu. Selama ini ia hanya bisa mendengar kabarnya dan memperhatikannya dari jauh. Tapi kini ia mampu berjalan di sebelahnya sang bidadari, menghirup aroma tubuhnya yang harum, dan yang pastinya membuat kuli lain merasa iri.
Setelah menjelaskan satu demi satu tata letak ruangan yang sudah mereka lalui. Pak Abdi memberanikan diri untuk mengajak ngobrol akhwat bercadar itu.
“Bu Nayla.”
“Iya, Pak.” Jawab Nayla malu-malu.
“Maaf sebelumnya, apa Ibu pernah liat saya sebelumnya? Apa hari ini pertama kali Ibu melihat saya?” Tanya pak Abdi dengan pelan agar tidak didengar oleh kuli lain yang sedang bekerja.
“Aku? Aku pertama kali liat bapak hari ini, Pak. Sebelumnya belum pernah liat. Atau mungkin pernah, tapi aku gak sadar.” Jawab Nayla.
“Oh begitu, tapi apa ibu tahu? Sebetulnya, saya sudah lama memperhatikan Ibu. Karena ibu sangat cantik. Pasti beruntung ya suami ibu bisa memiliki Ibu.” Ungkap pak Abdi yang membuat Nayla tersipu.
“Ah bapak bisa aja. Aku biasa aja kok, Pak. Lagipula aku ini sewajarnya manusia, yang punya banyak kekurangan.” Jawab Nayla tersenyum malu.
“Ah engga kok. Ibu itu sempurna. Kalau bidadari bisa dilihat, pasti bentuknya tak jauh beda dari ibu, hanya akan ada tambahan sayap di belakang Ibu,” puji pak Abdi.
“Ah bapak ih. Bikin aku malu aja. Bapak jago gombal ya ternyata.” Jawab Nayla yang tak mampu menahan senyum di wajahnya.
“Ha. Ha. Ha.. Percuma jago gombal kalau di umur sekarang masih single.” Ucap pak Abdi yang mengejutkan Nayla.
“Loh masih single? Bapak belum pernah menikah? Bapak umur berapa emang?” Nayla yang penasaran mencoba mengorek keterangan.
“Coba tebak.” Pak Abdi yang mulai merasa akrab dengan bidadari bercadar itu mengajukan pertanyaan tebakan.
“Hmmm coba aku tebak, umur bapak 40 pas?” Tanya Nayla.
“Hampir berhasil. Coba lagi, Bu.” Kata pak Abdi tersenyum.
Entah kenapa melihat kuli kekar itu tersenyum membuat hati Nayla terasa hangat. Hal itu membuatnya lebih bersemangat ketika mengobrol dengan pria berkulit hitam disebelahnya itu.
“42?” Tebak Nayla.
“Hampir lagi”
“Ih berapa? 46?”
“Dikit lagi.”
“Dikit lagi? 49?”
“Kebanyakan Bu. Masa saya setua itu.”
“Hihihi terus berapa? 47?”
“Salah. Kebanyakan.”
“Ih salah mulu deh. Berapa sih pak? 44?”
“Masih salah, nyerah?”
“Ih bapak deh. Salah mulu. Iya deh nyerah.” Jawab Nayla dengan manja ketika seluruh jawabannya ternyata salah.
“Yang benar 45.” Ucap pak Abdi yang membuat Nayla kesal.
“Ihhh bukannya udah aku sebut? 45 udah kan?” Kata Nayla heran.
“Belum, Bu. Tadi tuh awalnya Ibu nyebut 42, terus 46, terus 49, terus 47, terus 44. Tuh kan ibu tidak pernah menjawab 45.” Jawab pak Abdi dengan bangga.
“Beneran? Itu beneran jawaban aku semua? Kok bapak bisa inget? Bapak gak ngarang kan?” Tanya Nayla heran.
“Ya engga lah. Saya bisa inget karena saya selalu memperhatikan ibu. Apapun yang ibu lakukan. Pasti akan saya ingat.” Ucap pak Abdi yang membuat Nayla tersenyum.
“Masa?” Tanya Nayla sambil tersenyum.
“Iya, ga percaya?”
“Percaya aja deh. Aku baru tau kalau selama ini ternyata ada yang memata-mataiku.”
“Ha. Ha. Ha. Bukan memata-matai. Hanya mengagumi dirimu, Bu.”
Nayla tersenyum dengan tulus. Ia pun merasa bahagia. Ia hanya mengucapkan sepatah kata setelah itu.
“Makasih.”
“Sama-sama, Bu.”
Kebetulan mereka saat itu sudah tiba di tangga menuju lantai 2. Tak disangka, waktu yang sangat singkat ini berhasil dimanfaatkan oleh pak Abdi untuk mengakrabkan diri dengan bidadari pujaannya. Rasa canggungnya yang ia miliki di awal sudah hilang. Ia merasa berhasil. Ia dengan gentle pun mempersilahkan Nayla untuk menaiki tangga terlebih dahulu.
“Silahkan, Bu. Hati-hati, tangganya belum sepenuhnya jadi.” Ucap pak Abdi yang khawatir saat Nayla menaiki tangga yang belum dikeramiki itu.
“Makasih, pak.” Senyum di wajah Nayla terus mengembang. Entah kenapa ia sangat menyukai cara pak Abdi dalam memperlakukannya. Menurutnya, pak Abdi benar-benar gentle. Ia sangat suka dengan pria yang bisa memperlakukan wanita dengan baik.
Berbeda dengan lantai 1 yang dipenuhi oleh kuli-kuli yang berlalu lalang untuk mengaduk semen. Lantai 2 cukup sepi. Apalagi lantai ini belum sepenuhnya jadi. Hanya ada ruangan kosong yang bahkan belum diberi lapisan keramik. Para kuli masih fokus menyiapkan pondasi di lantai 1. Juga menyelesaikan tangga menuju lantai 2.
Keadaan yang sepi membuat pak Abdi yang penasaran pada Nayla ingin bertanya-tanya lagi.
“Bu, saya mau nanya-nanya boleh?” Tanya pak Abdi sambil bersandar pada dinding yang baru disemeni.
“Boleh kok pak. Silahkan tanya apa aja.” Jawab Nayla yang juga senang ditanya-tanya oleh pria yang kebapakan itu.
“Ibu sih umurnya berapa? Ibu terlihat dewasa deh.” Soal pertama sudah ditanyakan. Nayla begitu senang dengan pujian terselubung diujung pertanyaannya itu.
“Aku? 24 Pak. Hehe.” Jawab Nayla malu-malu sambil menunduk.
“Ah, masa? Serius bu baru 24?” Tanya pak Abdi tak percaya.
“Iya, hehe. Bapak gak percaya? Emang aku keliatan setua itu ya?” Tanya Nayla sambil tersenyum.
“Bukan, bukan disitunya. Tapi cara berpakaian ibu tuh dewasa banget. Apalagi ibu sering banget dipanggil ibu. Saya kira udah 30an malah.” Ujar pak Abdi saking terkejutnya.
“Hihihi iya, orang-orang suka manggil aku Ibu. Kadang kesel sih, tapi toh aku juga udah punya anak. Aku harus terbiasa dengan panggilan itu sekarang.” Tawa Nayla yang terdengar begitu renyah di telinga pak Abdi.
“Kalau mulai sekarang saya manggil ibu pake, Mbak aja gimana? Mbak Nayla gitu?” Pinta pak Abdi.
“Hihihi boleh pak.” Ucap Nayla malu-malu. Sikapnya yang gemas membuat pak Abdi ingin mendekat lalu memeluknya. Ingin sekali rasanya memeluknya tuk mencium aroma tubuhnya. Ia juga penasaran dengan buah dada yang masih tersembunyi dibalik kaos berwarna putih itu. Pasti megah. Pasti ukurannya sangat besar.
“Kalau saya panggilnya sayang aja gimana?” Ucap pak Abdi tiba-tiba.
“Eh, gimana pak?” Ucap Nayla agak sedikit loading.
“Gak gajadi. Saya cuma bercanda. Jangan diambil hati.” Pak Abdi buru-buru menarik kata-katanya karena khawatir itu akan merusak mood Nayla yang sudah bersuami.
“Oh Sayang? Mau manggil aku sayang? Hihihi jangan dong pak. Nanti yang ada suami aku cemburu.” Jawab Nayla yang membuat pipi pak Abdi memerah.
“Bu Nayla. Bu. Sini, minumannya sudah jadi. Silahkan diminum dulu.” Suara serak pak Bambang terdengar hingga ke seluruh penjuru rumah. Mendengar hal itu, Nayla pun meminta izin pada pak Abdi untuk menjawab panggilan itu.
“Maaf pak. Aku dipanggil. Aku duluan ya.” Ucap Nayla dengan lembut.
“Iya Mbak, silahkan.” Jawab pak Abdi yang membuat Nayla tersenyum manis.
Nayla dengan berhati-hati kembali turun ke lantai 1. Sedangkan pak Abdi hanya diam menatap sisi belakang tubuh Nayla yang kian menghilang.
Tepat setelah Nayla menghilang dari pandangan pak Abdi. Kedua tangannya langsung menggenggam. Lalu tangan kanannya ia ayunkan dari atas ke bawah. Ia sangat senang. Ia sangat bahagia bisa mengobrol lama dengan bidadari yang sudah menjadi istri orang itu.
“Senang rasanya bisa berduaan denganmu, Mbak. Saya gak nyangka. Ternyata mbak orangnya humble juga ya.” Ucap pak Abdi tersenyum. Namun seketika ada yang aneh. Ia menarik kolornya dan menyadari ada yang menonjol disana.
“Hm, meski obrolan kita biasa-biasa aja. Tapi kok saya sange ya ke mbak? Ha. Ha. Ha.” Tawa pak Abdi dengan nada khasnya yang putus-putus itu.
*-*-*-*
Beberapa jam kemudian.
Nayla tanpa lelah membantu para kuli bekerja dengan bolak-balik ke dapur mengambil jajanan berupa gorengan dan minuman. Sesekali ia juga menyemangati para kuli dengan senyuman dan kata-kata penyemangatnya.
Sesuai dugaan, para kuli yang hadir disana langsung bekerja dengan sepenuh hati. Energi mereka penuh. Tak peduli dengan kulit mereka yang tertutupi peluh, mereka terus bekerja tanpa lelau berkat setruman energi dari sang bidadari bercadar itu.
Salah satu dari kuli bangunan yang paling bersemangat di rumah juragan buah itu adalah pak Abdi. Bagaimana tidak? Ia sudah mengajak ngobrol Nayla secara privat. Ia sudah menggombalinya, bahkan mendapatkan senyuman termanis yang dimiliki olehnya.
Hari ini, merupakan kemenangan besar bagi kuli berkulit hitam itu. Ia ingin mengenangnya. Bahkan matanya tak pernah lepas dari sosok akhwat bercadar itu.
“Cantik banget sih kamu, Mbak. Sayang sudah ada yang punya. Kalau belum, mau gak mbak menjadi milik saya sepenuhnya? Ha. Ha. Ha.” Tawa pak Abdi penuh harap.
Meski kehadiran Nayla membuat para kuli bersemangat. Tetapi kehadirannya juga membawa efek negatif bagi para pekerja. Hampir semua kuli jadi tidak fokus bekerja karena sesekali mata mereka terus memperhatikan sang dara cantik yang memiliki tubuh ramping itu.
Di kala mereka mencangkul semen, mata mereka menatap keindahan tubuh Nayla. Di kala mereka mengaduk pasir, mata mereka juga menatap keindahan tubuh Nayla. Di kala mereka membawa adonan semen ke lantai 2. Mata mereka juga masih menatap keindahan tubuh Nayla.
Sama halnya dengan pak Abdi. Ia terus menerus memperhatikan Nayla. Ia tak mau kehilangan kesempatan satu detikpun untuk tidak menatapnya. Ibarat siaran langsung sepakbola, mata pak Abdi terus menatap dua bola bulat yang Nayla bawa kemana-mana di dadanya.
Meski sudah mengenakan pakaian yang longgar, ukurannya yang besar membuat orang lain masih saja melihat cetakan indah yang tertera dibalik kaos longgarnya itu.
“Hm apalagi kan mbak Nayla belum menyapih anaknya kan ya? Denger-denger sih gitu. Kalau saya sedot susunya, bisa-bisa keluar asinya nih.”
Pikiran pak Abdi semakin kotor. Rasa sukanya yang berlebih pada Nayla membuatnya berubah menjadi hawa nafsu belaka.
“Tapi apa ada cara ya bagi saya untuk bisa bersetubuh dengannya?”
Renung Pak Abdi memikirkan cara.
Ia terus merenung sambil membawa dua ember berisi adonan semen yang ia bawa di kedua sisi tangan kanan-kirinya.
“Paakk awaasss!!” Teriak pak Bambang tiba-tiba.
Tanpa sadar, ada meja yang berada di hadapannya. Di atas meja itu ada laptop yang berisi file-file penting terkait jumlah pemasukan dan pengeluaran bisnis usahanya. Tanpa sadar, kaki Pak Abdi tersandung. Meja kayu berbentuk persegi panjang itu terdorong maju lalu terbalik hingga laptop yang ada di atasnya itu ikut jatuh + terinjak oleh pijakan kuli tua itu tanpa sengaja.
Pyaaarrrr.
Semua mata tertuju pada pak Abdi yang jatuh tersungkur. Termasuk Nayla yang mendengar suara keras yang tak jauh darinya. Pak Bambang yang terlebih dahulu mengingatkan akan adannya benda didepan pak Abdi langsung murka. Wajahnya memerah, tatkala matanya melihat layar laptopnya yang retak dan gelap seperti tidak bisa dinyalakan kembali.
Pak Bambang lekas mendekat, dengan langkah terburu-buru. Ia menghampiri pak Abdi dengan penuh emosi.
Sebagai satu-satunya saksi yang melihat tingkah laku pak Abdi sebelum menabrak meja, ia mendapati kalau sedari tadi, kuli tua itu selalu menghadap ke samping tatkala berjalan membawa dua ember bersisi adonan semen. Setelah tiba di sebelah posisi jatuh pak Abdi, ia lekas menoleh ke arah posisi tolehan kepala pak Abdi sebelum jatuh tersandung meja yang terdapat laptop diatasnya.
“Bu Nayla ya?” Lirih pak Bambang yang menduga, pak Abdi pasti tidak fokus bekerja karena selalu memandang Nayla.
Juragan buah kaya raya itu lekas berlutut satu kaki disebelah pak Abdi. Ia memegangi punggung pekerjanya yang malu hingga tak lekas bangkit dari posisi jatuhnya. Awalnya ia tersenyum ramah, rupanya senyumannya itu hanya pura-pura karena sedetik kemudian, senyumannya berubah menjadi amarah.
“Tau gak apa yang baru saja bapak lakukan? Ini laptop saya, ada banyak file penting di dalamnya, pak! Kalau laptop saya rusak dan tidak bisa di-recovery. Saya bisa rugi jutaan rupiah pak!” Ucap pak Bambang dengan penuh murka.
“Jutaan pak! Jutaan! Apa yang sudah bapak lakukan? Ngerusak! Coba saya tanya, kenapa bapak bisa nabrak meja lalu menginjak laptop saya ini?” Tanya pak sampai ngos-ngosan karena meluapkan seluruh emosinya.
Pak Abdi terdiam, tak berani mengucapkan kata. Terlebih seluruh mata memandang. Semua kuli itu menatap dirinya. Termasuk Nayla yang was-was dengan apa yang sedang terjadi.
“JAAWWAAABBB!!!” Bentak pak Bambang yang membuat semua orang terkejut termasuk pak Abdi sendiri.
“Itu... Ituuu...” pak Abdi jelas ragu. Tak mungkin baginya tuk menjawab Nayla menjadi penyebab utama dirinya tidak fokus bekerja.
“Bu Nayla kan? Dari tadi bapak ngeliatin bu Nayla kan?”
Pak Abdi terkejut, bagaimana pak Bambang bisa tahu? Bahkan Nayla tersendiri terkejut ketika namanya disebut oleh sang pemilik rumah itu.
Suara berisik mulai terdengar ketika satu kuli dengan kuli lainnya mulai berbicara mengomentari kejadian barusan. Nayla sendiri merasa malu, sekaligus iba. Ia tak menyangka dirinya akan menjadi penyebab pak Abdi dimarahin habis-habisan oleh pak Bambang.
“Ayo ikut saya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan bapak! Baru diamanahi sehari sebagai mandor saja sudah begini. Saya jadi merindukan pak Harjo. Kemana dia? Kenapa dia malah cuti di hari ini?”
Dalam diam, pak Abdi pun manut saat diminta mengikuti pak Bambang. Bahkan saat mereka berdua melewati Nayla yang masih berdiri diam. Ada rasa bersalah di hati Nayla. Apalagi terlihat jelas wajah pak Abdi yang menyesal karena sudah melakukan kesalahan.
“Oh ya, Pak Jimin. Tolong beresi kekacauan ini.” Ujar pak Bambang pada salah satu pembantu yang kebetulan berada di dekat situ.
“Baik pak. Siap.” Pria tua berbadan bulat yang namanya mirip member BTS itu langsung bergerak tatkala majikannya lekas memerintahkannya. Ia lekas mendekat untuk memberdirikan kembali meja itu.
Namun disaat dirinya hendak melakukannya sendiri, sesosok wanita cantik dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya itu ikut mendekat untuk membantu tindakan pak Jimin.
“Biar aku bantu, Pak.” Ucap Nayla yang ingin ikut bertanggung jawab.
“Eh gak usah mbak. Biar saya saja. Ini berat loh.” Kata pak Jimin sambil menatap wajah ayu Nayla.
“Maka dari itu, kalau berat ayo kita lakukan bersama. 1. 2. 3. Haaapp” Meja sudah kembali berdiri tegak. Sekarang tinggal laptop berlayar retak yang membuat keduanya bingung harus mereka apakan.
“Ini buang aja apa mbak? Apa gimana?” Tanya pak Jimin yang aslinya gaptek itu. Pria berperut tambun itu sampai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia kebingungan. Ia takut salah langkah dan dimarahi oleh majikannya seperti yang ia lihat tadi.
“Sini biar aku bawa aja. Tadi pak Bambang bilang, di dalem laptop ini ada file-file penting kan?”
Pak Jimin hanya mengangguk-ngangguk.
Nayla pun segera membawanya dan berniat untuk memperbaiki laptop tersebut.
“Kalau gitu, aku bawa ya pak. Tolong bilangin maaf ke pak Bambang. Aku berjanji akan bertanggung jawab karena sudah membuat kekacauan ini.”
“Loh. Loh. Loh. Bentar mbak. Bentar. Bukannya yang mengacau tuh pak Abdi ya? Mbak kan gak ngapa-ngapain? Kenapa mbak Nayla yang bertanggung jawab?” Tanya pak Jimin kebingungan.
Namun Nayla hanya tersenyum manis setelah itu yang membuat pembantu bertubuh gemuk itu sampai salah tingkah. Ia makin terpana pada keindahan Nayla. Ia makin mengagumi, kesempurnaan yang ada pada tubuh akhwat bercadar itu.
“Kalau aku gak di sini, pak Abdi pasti ga akan kayak tadi kan? Hihihi.” Nayla tersenyum. Seolah terhipnotis. Pak Jimin hanya diam menatap kepergian Nayla dengan senyum di wajahnya.
Nayla telah pergi untuk membawa laptop untuk ia perbaiki. Sebetulnya ia juga bingung harus membawanya kemana karena dirinya tidak memiliki kenalan yang ahli dalam bidang mereparasi laptop.
Setidaknya, ia akan mencarinya. Ia berjanji dalam waktu seminggu, ia bisa memperbaiki laptop ini, seminimalnya ia bisa menyelamatkan file yang ada di dalamnya.
Seketika ia terpikirkan seseorang yang menurutnya bisa membantunya dalam menyelesaikan masalahnya. Seseorang yang sudah ia kenal lama. Seseorang yang menurutnya bisa merekomendasikan nama yang dapat memperbaiki laptop pak Bambang.
“Haloo, Assalamualaikum,” ucap Nayla saat menelpon seseorang di depan halaman rumah pak Bambang.
“Walaikumsalam, Mbak. Ada apa?”
“Dek Kayla, aku mau nanya sesuatu ke kamu. Kamu sibuk?”
*-*-*-*
Beberapa menit kemudian.
“Untung aja aku punya adek yang tinggal di kota. Jadi bisa deh aku minta bantuannya buat nyariin tukang servis laptop yang terpercaya.”
Nayla lega setelah bertelepon dengan adeknya.
Ia juga sudah meminta salah satu kuli untuk mengantar laptop rusak tadi ke rumahnya, untuk dititipkan kepada suaminya. Kini, ada satu hal lagi yang mengganjal pikirannya. Ia jadi kepikiran pak Abdi. Pasti moodnya sedang memburuk setelah dimarahi habis-habisan oleh bosnya.
“Hm tadi pak Bambang bilang kalau pak Abdi hari ini jadi pengganti mandor gitu ya? Jadi mandor yang sebenarnya bukan pak Abdi? Pantes aja pasti pak Abdi terbebani oleh amanat itu. Kasian deh, moga aja pak Abdi gak kenapa-kenapa setelah merusak laptop pak Bambang tadi.” Lirih Nayla gelisah
Ia kini berencana untuk menghibur pak Abdi. Tapi, di mana pak Abdi sekarang? Ia sudah berkeliling rumah tapi tidak menemukan pak Abdi. Di mana ya pak Abdi saat ini?
Seketika ia melihat tangga menuju lantai 2 yang tadi ia naiki bersama pak Abdi. Entah kenapa firasat Nayla mengatakan kalau pak Abdi ada disana. Apalagi cuma lantai 2 yang belum dilewati oleh dirinya.
“Kayaknya ada di lantai 2 deh. Haruskah aku ke atas?” Lirih Nayla.
Ia melihat ke sekitar. Setelah mendapati tak ada seseorang di sekitar. Ia dengan berhati-hati naik ke lantai 2. Ia tak ingin seorangpun tahu kalau dirinya saat ini hendak naik ke lantai 2.
“Pak Abdi? Bapak di sini?” Lirih Nayla saat mendapati seseorang yang ia cari-cari selama ini ternyata ada di lantai 2.
“Eh, Mb-Mbak Nayla.” Ucap pak Abdi malu karena matanya sempat berkaca-kaca setelah dimarahi tadi.
“Pak Abdi, maaf udah bikin bapak dimarahi.” Ucap Nayla yang tiba-tiba segera memeluknya yang membuat kuli kekar itu terkejut.
Rasa kesal, amarah, murka akibat dimarahi oleh bosnya seketika hilang terkena pelukan sang bidadarijelita. Mimpi apa dirinya semalam sehingga dirinya bisa dipeluk oleh seorang primadona yang diidolakan oleh seluruh warga desa.
Tubuh Nayla yang harum tercium oleh hidung pesek pak Abdi. Dada bulatnya yang ranum terasa empuk saat menghimpit dada kekar pak Abdi. Pak Abdi yang tengah duduk menyandar pada dinding yang belum terbentuk itu dengan reflek membalas pelukan Nayla. Tak ada balasan, tak ada penolakan, pak Abdi pun dengan sigap mempererat pelukannya. Ia begitu nyaman hingga perlahan hatinya yang bergejolak karena amarah menjadi tenang.
“Gapapa, Mbak. Saya juga yang salah karena sudah mencuri-curi pandang ke Mbak,” kata pak Abdi sambil memeluk tubuh ramping Nayla.
“Setiap mata berhak melihat apa yang ingin dilihatnya pak. Ini bukan kesalahan bapak. Ini hanya kecelakaan saja yang sialnya membuat bapak tersudut di posisi ini,” lirih suara Nayla berusaha menenangkan pak Abdi.
“Makasih mbak. Saya gak nyangka. Selain cantik, mbak orangnya juga baik. Mbak juga pintar membuat saya merasa nyaman dengan pelukan mbak,” Pak Abdi semakin mempererat pelukannya.
“Sama-sama pak, senang rasanya bisa membantu.” Nayla juga mempererat pelukannya.
“Ngomong-ngomong mbak? Apa tidak apa-apa kita seperti ini? Maksud saya....” Ucap Pak Abdi kepikiran.
“Maksud bapak?” Tanya Nayla pura-pura tak paham.
“Maksud saya. Mbak kan sudah bersuami. Mbak juga bercadar. Maksud saya…“ Pak Abdi kesulitan tuk menjelaskan maksudnya.
“Apa aku enggak boleh memeluk bapak?”
Pak Abdi terkejut. Nayla justru memberikan jawaban yang tidak terduga.
“Bu-bukan seperti itu mbak. Maksud saya tuh. Aduh, gimana ngejelasinnya ya?” Ucap pak Abdi bingung sendiri.
Di satu sisi ia merasa nyaman dipeluk oleh seorang wanita, tapi di sisi lain ia merasa ini bukanlah kenyataan. Apa iya ada gadis cantik bercadar yang masih muda dan bersuami mau memeluk tubuh tuanya yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali?
Bukannya ini tidak masuk akal?
Berbeda dengan apa yang ada di pikiran pak Abdi. Nayla sendiri justru menikmati.
Tak peduli dengan tubuh telanjang pak Abdi yang berkeringat. Tak peduli dengan aroma tubuh pak Abdi yang menyengat. Nayla sendiri merasa nyaman saat dipeluk oleh kuli kekar itu. Ia merasa aman. Ia merasa tenang. Ia merasa terlindungi. Ia jadi kepikiran untuk memberikan sesuatu yang lebih.
Entah kenapa di tengah pelukan itu, Nayla tiba-tiba terpikirkan sesuatu yang ia yakini mampu mengubah mood pak Abdi menjadi lebih baik lagi.
“Bapaaakkk. Aku boleh ngomong sesuatu?” Tanya Nayla yang tiba-tiba duduk diatas pangkuan pak Abdi. Jelas tubuh pria tua itu sampai merinding. Apalagi ketika kedua tangan ramping bidadari bercadar itu hinggap di kedua bahunya. Terlebih lagi ketika wajah ayu Nayla yang masih tertutupi cadar sebagian itu berada tepat di depan wajahnya.
Nayla tersenyum manis dengan kedua matanya. Pak Abdi terdiam. Wajahnya membeku. Mulutnya membuka. Tangannya bergetar dan sinyal yang ada di bagian bawah tubuhnya menguat.
“A-Apaaa mbaaakkk?” tanya Pak Abdi dengan jantung berdebar-debar.
Nafas pak Abdi memberat ketika Nayla hanya menjawab pertanyaannya itu dengan senyuman. Apalagi ketika jemari nakal Nayla tiba-tiba tiba diletakkan di puting kecoklatan pak Abdi dan memainkannya.
Mata kuli kekar itu sampai merem melek. Mulutnya terus saja terbuka tanpa sempat ia tutup.
“Hihihi, enak pak?” Tanya Nayla dengan polosnya.
“Aaahhhh. Aaaahhhh. Apa yang mbak lakukan? Apaa yang? Aaaahhhhhhh.” Pak Abdi menjerit. Teriakannya mengeras ketika putingnya itu tiba-tiba ditarik oleh akhwat sholehot tersebut.
“Hihihi gemes deh, bapak.” Tawa Nayla yang masih terus memainkannya.
Gimana gak merem melek tuh kuli? Gimana gak teriak-teriak tuh kuli? Bayangkan saja.
Seorang akhwat cantik yang ia kira sholehah tengah duduk dipangkuannya sambil memain-mainkan puting coklatnya.
Puting kuli itu dipelintirnya. Puting kuli itu digelitiki olehnya. Puting kuli itu ditarik-tarik dan bahkan juga ditekan-tekan yang membuat pemiliknya keenakan tidak karuan.
Raut wajah pak Abdi yang keenakan membuat Nayla semakin bersemangat. Nayla terus saja tersenyum. Jemarinya semakin aktif merangsang puting kuli tua itu. Bahkan, lama-lama jemarinya turun meraba perut kotak-kotaknya yang membuat nafsu pak Abdi semakin menggelora.
“Mbaaakk. Mbaaakkk. Cukuuppp. Aaahhh saya gaakk kuaaattt. Aaaahhh.” Desah pak Abdi yang terus merem-melek merasakan rangsangan Nayla.
“Cukup nih pak? Yakin? Aku ragu loh. Hihihihi.” Tawa Nayla yang justru makin menjadi.
Bidadari bercadar itu tiba-tiba berlutut disebelah kaki pak Abdi yang masih selonjoran. Lalu, kedua tangannya dengan nekat memelorotkan celana pak Abdi hingga selutut.
“Hihihihi udah berdiri loh ini.” Ucap Nayla saat melihat sesuatu yang besar, panjang dan hitam muncul dari balik celana kolor pria tua itu.
“Mbaaak apaa yaanggg... Aaaaaaahhhhhh.”
Entah ini imajinasi, atau hanya sekedar mimpi. Bagaimana bisa? Dirinya yang sudah seumuran om-om ini tiba-tiba merasakan betapa nikmatnya penisnya saat dipegang dengan begitu erat oleh tangan lembut Nayla.
Usapannya yang manja menarik kulit penis pak Abdi hingga ke bawah. Lagi, genggaman erat di tangan kanannya dikocok naik lalu diturun lagi hingga menuju pangkal penisnya. Jemari lembut bidadari bercadar itu terus bergerak naik-turun mengocok penis kuli kekar itu dengan lembut. Ia melakukannya sambil tertawa, mengeluarkan nada birahinya yang semakin merangsang otak pak Abdi tatkala dilecehkan oleh akhwat alim itu.
“Hihihi gimana? Emmm. Enak? Aku baru tau kalau kontol bapak segede ini. Aku suka.” Ucap Nayla dengan frontalnya.
Pak Abdi terkejut. Ia tak percaya dengan pendengarannya. Bagaimana bisa kata-kata sekotor itu keluar dari mulut alim sang akhwat bercadar yang menjadi idola para warga desa Nagasari?
Namun kocokan tangan Nayla yang begitu nikmat membuat pak Abdi terdiam lalu menikmati setiap pelayanan yang Nayla berikan.
“Aaaahhh mbaaakkk. Aaaahhh enaaakkk. Aaaaahhhh.”
Tanpa sadar kaki pak Abdi membuka dengan sendirinya. Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Nayla untuk mendekat agar dirinya semakin mudah untuk memuaskan penis kuli tua itu menggunakan tangannya.
“Gimana? Bapak suka? Hihihi” tawa Nayla sambil menungging lalu menempelkan penis raksasa itu ke pipinya yang masih tertutupi cadar. Tak lupa ia juga terus mengocoknya yang membuat birahi pria tua itu naik melesat tinggi.
“Aaahhhhh. Aaaahhhh. Aaaahhhh sukaaa mbaakkk. Sukaaaaa.” Desah pak Abdi semakin merem melek dibuatnya.
“Kalau begini sih?” Goda Nayla lagi, kali ini sambil memasukkan penis itu ke balik cadarnya. Ia lantas mengecup ujung gundulnya, lalu meludahinya hingga keseluruhan batang penis itu basah semuanya.
“Aaaahhhhhh. Aaaahhhhh. Yaaa. Yaaaahhhh. Saya sukaaa. Saya sukaaaa.”
Permukaannya yang basah membuat kocokan yang dilakukan oleh Nayla semakin kencang. Jemarinya itu terus bergerak naik turun. Penisnya itu terus dikocoknya tanpa ampun. Mulut kuli itu terbuka lebar. Kakinya mengangkang semakin lebar. Tubuhnya terhempas ke dinding. Genggamannya terus membuka lalu menutup lalu membuka lagi lalu menutup lagi seiring kocokan Nayla yang semakin kencang.
“Hihihihi. Eeeelllllllll.” Tawa Nayla lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilati ujung gundulnya ditengah-tengah kocokannya.
“Aaahhh mbaaakkk. Aaaahhhh. Aaaaahhh. Enaakkk sekaliii. Aaahhhh. Yaaahhh.” Pak Abdi blingsatan. Rasanya sungguh tak karuan. Rasa nikmat dari kocokan akhwat bercadar itu ditambah dengan fakta yang mengocoknya adalah sang primadona desa sehingga membuat kuli itu semakin lemas tak berdaya.
“Hihihi bapak gemesin banget deh.” Nayla yang suka dengan reaksi pak Abdi membuatnya semakin tertantang lagi.
Ia tak lagi menunggung, melainkan kini duduk disebelah kanan pak Abdi sambil menaikkan cadarnya sedikit untuk mencumbu bibir sang kuli.
Bagai gayung disambut. Pak Abdi dengan suka hati menerima cumbuan dari akhwat bercadar itu.
Ccuuupppppp.
Bibir mereka bertemu. Bibir mereka saling melaju. Bibir mereka saling mengecup menimbulkan suara yang berbunyi cup-cup-cup. Dengan penuh nafsu, Nayla mencumbu kuli itu yang usianya hampir dua kali lipatnya itu. Ia tak peduli dengan aroma keringat yang berasal dari kuli kekar itu. Ia tak peduli dengan aroma nafas yang baunya seperti tak pernah sikat gigi selama lebih dari satu minggu itu. Bibir Nayla terus maju. Bibirnya terus mengapit bibir bawah kuli itu tampa ampun.
“Mmmpphhhhh. Mmmpphhh bapaaakk. Mmppphhhhh.”
“Mmpphhh yaahhh. Mmpphh mbaaakk. Mmpphhh enakkk sekaliii. Mmpphhh.”
Lutut pak Abdi melemas. Cumbuan dan kocokan yang diberikan oleh akhwat bercadar itu benar-benar membuatnya sempoyongan. Bagai mabuk, rasanya seperti terbang ke surga saat dilayani oleh bidadari jelmaan khayangan itu.
“Mmpphhh mbaaakk. Mmmphh saya gak kuat laagiii. Sayaa mauu kelluaaarrr.” Desah pak Abdi tak kuat lagi.
“Mmpphhh yaahhh. Keluarin aja paakk. Mmpphh keluaariinn.” Desah Nayla memotivasi.
“Mmppppphhh. Mmppppp aaaahhhhh. Aaahhhhhh. Aaaaaahhhhh.” Pak Abdi sampai melepas cumbuannya demi memejam lalu mendesah sepuas-puasnya.
Nayla tersenyum puas melihat ekspresi korban yang sedang ia lecehkan. Ia pun mempercepat kocokannya. Ia pun mulai merasakan denyutan di batang sakti milik kuli tua itu.
“Aaaahhh mbaaakkkk. Mbaaakkk. Mbaaaakkkkk.” Nafas pak Abdi semakin pendek. Dadanya terasa sesak. Keringatnya makin banyak saat dilayani oleh bidadari bercadar itu.
Wajah Nayla kembali mendekat, kali ini ke telinga pak Abdi bukan ke bibir.
“Keluaarkan paakk. Ayoo keluarkaann. Ingat! Mulai detik ini, aku adalah pemuas bapak. Kalau bapak butuh kepuasan. Silahkan hubungi aku. Kalau bapak butuh enak-enak. Silahkan hubungi aku. Aku siap melayani bapak. Aku siap untuk memuaskan bapak. Karena aku adalah pemuas bapak, pelayan bapak dan lonte milik bapak.” Bisik Nayla yang membuat bulu kuduk kuli itu merinding.
“Aaaahh mbaaakkk. Aaahhh saya gaakk kuaatt. Sayaa mauu keluaaarrr. Aaahhh. Aaahh mbaaakkk. Keeellluuaaarrrr mmpphhhh.”
Buru-buru Nayla menutupi mulut pak Abdi dengan tangan kirinya. Ia tak mau jeritan pak Abdi membuat aksi mesumnya ketahuan. Ia pun puas dikala penis pak Abdi mulai mengeluarkan cairan kentalnya.
Crrroottt. Ccrrroottt. Ccrroottt.
“Mmmpppphhhhh.” Jerit pak Abdi tertahan.
“Hihihi pejuhnya banyak banget paak.” Tawa Nayla sambil tersenyum lebar.
“Hah. Hah. Hah.” Pak Abdi ngos-ngosan. Matanya masih memejam pasca mendapatkan orgasme ternikmatnya.
Sementara Nayla tersenyum puas. Ia melihat 3-4 semprotan sperma keluar membasahi lantai yang belum dikeramiki itu. Jemarinya pun terasa hangat setelah ada cipratan sperma yang mengenainya. Tanpa ragu ia memasukkan jemarinya itu ke dalam mulutnya. Terasa cairan asin dari sperma itu masuk mengenai lidahnya. Nayla melahapnya. Lalu menelannya tanpa ragu.
Pak Abdi yang sudah mulai mendapatkan energinya kembali mulai membuka matanya. Tubuhnya masih lemas. Tapi ia sangat puas. Ia pun menoleh ke samping untuk menatap wajah bidadari pemuasnya itu.
“Mbaakk. Hah. Hah. Hah.” Ucap pak Abdi yang masih terengah-engah.
Dengan penuh senyuman. Nayla menjawab panggilan kuli itu.
“Iyaa pak. Ada apa?”
Dengan tatapan tak percaya, bibir pak Abdi bergetar untuk menanyakan sesuatu pada akhwat cantik yang masih duduk disebelahnya itu.
“Ini beneran kan? Ini bukan mimpi kan?” Tanya pak Abdi yang masih tak mempercayai kejadian ini.
“Hihihi ini beneran pak. Bapak gak percaya?” Tanya Nayla dengan senyuman.
“Hah. Hah. Lalu ucapanmu tadi mbak?” Tanya pak Abdi lagi yang masih kecapekan.
“Hm yang mana pak?” Ucap Nayla dengan suara yang menyerupai anak kecil itu.
“Yang kata mbak, saya boleh menghubungi mbak kalau…” Belum sempat pak Abdi menyelesaikan kalimatnya. Nayla keburu menyelanya.
“Sange? Hihihi ya boleh pak. Asal pas aku lagi senggang ya?” Jawab Nayla yang membuat pak Abdi terkejut bukan main.
“Beneran?” Pak Abdi masih tak mempercayainya. Hal itu bisa dipahami karena selama ini, ia mengenal sosok Nayla sebagai sosok yang alim lagi terhormat.
“Ihhh bapak gak percaya ya sama aku? Nih aku buktiin.” Ucap Nayla yang tiba-tiba menundukkan tubuhnya menuju ke arah penis pak Abdi yang mulai melemas.
“Eehh mbaakk percaya kok. Eh mbak mau apa? Eh mbaak, aaaaahhhhhhhh” pak Abdi menjerit sekali lagi dikala penisnya dihisap oleh akhwat bercadar itu.
“Sssllrrrpppp. Mmpphhh. Sssllrrppp. Ssllrrppp. Mmmpphhh muaaahh.”
Nayla bergegas menaikkan wajahnya kembali dikala dirinya yakin telah membersihkan seluruh sisa sperma yang tertinggal di penis pak Abdi.
Sedangkan pak Abdi semakin lemas. Hisapan akhwat itu membuatnya sempoyongan.
“Mmpphh manis punya bapak. Aku suka. Hihihihi.” Ucap Nayla yang sudah menelan sperma itu sampai habis tak tersisa.
Pak Abdi tak bisa menjawab. Ia sungguh kehilangan energi setelah kehilangan seluruh spermanya.
“Buu Naylaaa. Bu Naylaaaa.” Tak berselang lama, terdengar sebuah suara yang memanggil nama Nayla.
“Eh itu, pak Bambang?” Lirih Nayla mengenali suara itu. Menyadari ada seseorang yang berada di sekitarnya. Ia pun lekas pamit pada pak Abdi agar kehadirannya di lantai 2 bersama kuli kekar itu tak dicurigai oleh pemilik rumah ini.
“Pak, aku ke bawah dulu yah. Makasih buat kontolnya, hihihi. Rasanya enak banget. Aku suka.” Ucap Nayla sambil tertawa.
Pak Abdi hanya menganggukkan kepala lalu memberi jempolnya sambil menunjukkan ekspresi wajah lemas.
“Oh ya ini nomor aku, silahkan hubungi apa-apa kalau ada perlu.” Nayla segera mengeluarkan secarik kertas dari saku roknya. Setelah itu ia membisikkan sesuatu di telinga pak Abdi. “Memek aku siap kok dimasuki oleh kontol bapak.”
Sontak pak Abdi langsung menoleh. Namun reaksi Nayla hanya tertawa sambil pelan-pelan pergi turun menuju lantai 1.
“Dadaaahh.” Nayla melambaikan tangannya. Pak Abdi hanya terdiam tak bisa bersuara.
Nayla hanya cekikikan memikirkan apa yang sudah dilakukannya. Ia tak menyangka, dirinya bisa seberani itu lagi dalam menggoda seorang lelaki yang baru dikenalnya. Ia jadi teringat masa lalu. Ia pun jadi kepikiran sesuatu. Apakah diri Nayla yang dulu sudah kembali lagi? Apakah nalurinya sebagai wanita pemuas sudah hadir dalam dirinya lagi? Apakah takdirnya sebagai pelayan pria-pria tua bakal terjadi lagi?
Entah kenapa membayangkan dirinya bisa bersetubuh dengan pak Abdi membuatnya tersenyum lebar. Ia jadi tak sabar, untuk segera disetubuhi oleh kuli kekar itu.
“Hihihi pak Taryono apa kabar ya? Pesannya belum aku bales lagi deh. Pasti nyariin.
*-*-*-*-*
Beberapa jam kemudian. Di malam hari sekitar pukul delapan malam. Di sebuah teras rumah dengan pencahayaan yang remang-remang alakadarnya.
“Mas mau pergi? Kemana malam-malam di jam segini? Liat deh, diluar dah gelap loh mas.” Ujar Nayla yang mengkhawatirkan keberadaan suaminya.
“Cuma bentar doang kok, Dek. Paling sejam atau dua jam. Mau ke kota bentar. Ada urusan pekerjaan.” Jawab Miftah.
“Sejam, dua jam? Entar kalau bablas sampe besok gimana? Adek tidur sendiran dong?” Ujar Nayla dengan manja.
“Duh kamu ini, gemesin banget deh. Yaudah mas gak bakal lama kok. Setelah urusan selesai, mas langsung pulang. Janji!” Miftah pun menunjukkan jari kelingkingnya sebagai bukti janji yang diucapkannya.
“Janji. Hihihi.” Nayla mengaitkan jemari kelingkingnya ke jemari suaminya. Kedua pasangan suami istri itupun tersenyum. Miftah pun pergi, berpamitan pada istri cantiknya. Tak lupa, Nayla mencium punggung tangan suaminya setelah mengangkat cadarnya.
Setelah itu, mesin mobil pun dinyalakan. Setelah roda mobil bergerak. Nayla lekas melambaikan tangan mengiringi kepergian suaminya.
“Yaahhh udah pergi. Mana dek Dani udah tidur lagi. Sekarang ngapain yaaa?” Nayla tersenyum. Ia bergegas menuju kamarnya untuk meraih hape yang sejenak ditinggalkannya.
Dengan senyum di wajahnya, Nayla dengan buru-buru membalas sebuah pesan yang lama tidak dibukanya.
“Maafin aku pak baru bales. Tadi aku abis bareng mas Miftah.” Balas Nayla. Tak perlu menunggu lama. Sebuah balasan pesan langsung diterimanya oleh akhwat bercadar itu.
“Ya gapapa mbak. Namanya istri kan harus mendahulukan suami. Setelah itu baru saya yang cuma seorang kuli,” balas pak Abdi merendah.
“Hihihi, bukan cuma kuli, Pak. Tapi, bapak itu seorang kuli yang bisa bikin aku birahi.” Balas Nayla dengan nakalnya.
“Hayoo mulai nakal lagi. Kirain udahan chat nakalnya sejak sore tadi,” Balas pak Abdi dengan menambahkan emot senyum.
“Hihihi habis sih, kalau chattan sama bapak, bawaannya jadi keinget kejadian siang tadi. Mana aku belum dapet O lagi.” Balas Nayla senyum-senyum sendiri.
“Wkwkwk. Maaf mbak, saya tadi keburu sange. Saking kebawa nafsunya, saya jadi gak tahan pas dikocokin sama mbak. Mbak jago banget sih. Pasti suami mbak beruntung ya bisa dikocoki seenak itu.” Balas pak Abdi yang membuat Nayla tertawa terbahak-bahak.
“Hihihihi gak cuma dikocok doang pak. Tapi juga dijepit.” Balas Nayla sambil menambahkan emot senyum sambil menutup mulut.
“Dijepit pake apa tuh?” Pak Abdi pun ikut-ikutan menambahkan emot senyum sambil menutup mulut.
“Pake memek, hihihi.” Balas Nayla cekikikan sendiri. Nayla yang saat ini tengah mengenakan kaus santai berlengan panjang serta celana training longgar yang nyaman sedang tiduran dalam posisi tengkurap. Kedua kakinya ia angkat lalu ia kibas-kibaskan ke atas dan ke bawah. Hijab dengan cadar yang dikenakannya dihempaskan ke belakang lehernya. Nayla dengan antusias menantikan jawaban dari kuli kekar itu.
“Mau juga dong dijepit pake memek.” Balas Pak Abdi sambil menambahkan emot tersenyum yang menunjukkan gigi.
“Hihihi ya udah sini ke rumah aja pak. Aku lagi sendirian.” Balas Nayla sambil menambahkan sebuah pesan video yang menjadi fitur terbaru WA baru-baru ini.
Terlihat wajah ayu Nayla yang sedang tiduran sendirian di ranjangnya. Melihat wajah ayu Nayla kembali, nafsu yang sudah terlampiaskan di siang tadi perlahan bangkit kembali.
Entah kenapa kini, di setiap kuli itu memandang wajah Nayla, bawaannya ia ingin menodai wajahnya menggunakan sperma kentalnya. Selalu seperti itu. Apalagi saat dirinya dibisiki kata-kata kotor di siang tadi.
Meski demikian, ia mencoba jual mahal agar tidak langsung takluk oleh godaan akhwat bercadar itu lagi.
“Duh nanti kalau saya dimarahin suami kamu gimana, Mbak?” balas pak Abdi sambil tersenyum antusias menantikan balasan Nayla.
“Kan suami aku lagi dinas ke kota pak. Aku lagi sendirian sama dek Dani doang.” Balas Nayla dengan segera.
“Maksud saya, nanti suami mbak marah dong kalau saya jadi orang pertama yang menodai memek mbak.” Balas pak Abdi sambil menambahkan emot senyum miring.
Namun jawaban Nayla malah diluar dugaan. Ia malah menambahkan sebuah stiker yang mengindikasikan ia hendak tertawa. Pak Abdi yang bingung pun langsung membalas pesan itu.
“Kok malah ketawa sih?” tanya pak Abdi sambil menambahkan emot berfikir.
“Habis, bapak lucu sih. Tenang pak, bapak bukan orang yang pertama kok. Udah banyak juga laki-laki lain yang pernah ngentot sama aku.”
Sontak mata kuli itu melotot saat membaca pesan itu. Berkali-kali ia mengucek-ngucek matanya seolah tak percaya dengan kalimat yang baru saja ia baca. Berulang kali ia membacanya lagi untuk memastikan, apakah matanya tidak salah melihat dengan kata-kata yang ada dihadapannya.
“Beneran ini? Mbak Nayla? Udah pernah ngentot sama banyak lelaki?” Lirih pak Abdi yang langsung membalas pesan tersebut. “Itu seriusan mbak?”
“Hihihi, orang pertama yang menodai aku selain suamiku ya, itu mantan pembantu aku. Aku juga pernah dientot sama tukang nasgor langganan aku dulu sewaktu di kota. Aku juga pernah dientot semalaman sama penjaga vila kepunyaan keluarga suami aku. Aku juga pernah dientot gelandangan tua loh pak. Gak cuma sekali, mungkin 3 kali. Hihihi. Habis enak banget sih sodokannya.”
Balasan pesan dari Nayla itu benar-benar merangsang nafsunya. Seketika dirinya langsung membayangkan. Ia tak habis pikir bagaimana ceritanya Nayla disetubuhi oleh gelandangan tua lebih dari sekali. Justru hal itulah yang membuat penisnya menegak kencang menantang langit.
Belum sempat membalas. Nayla keburu membalas pesan lagi.
“Aku juga pernah dinikmati oleh 10 orang yang berbeda sekaligus loh. Mana semuanya bapak-bapak umur 40 keatas lagi hihihi. Dan itu semua aku lakuin ketika aku sendirian di rumah. Duh jadi kangen momen itu lagi.”
Mata pak Abdi membelalak. Ia makin tak percaya. 10 orang sekaligus dalam satu waktu? Tidak cuma itu, tapi pelaku dari kesepuluh orang yang beruntung yang mampu menyetubuhi Nayla adalah bapak-bapak seluruhnya yang usianya diatas 40 tahun.
“Be-beneran ini mbak?” pak Abdi masih belum percaya.
Namun belum sempat ia membalas lagi, sebuah pesan kembali dikirimkan oleh pelacur bercadar itu kepadanya.
“Bapak mau gak jadi yang ke duabelas? Memek aku nganggur loh. Kalau bapak mau, bapak boleh kok nyelempitin kontol bapak ke rahim aku. Hihihi.” Balas Nayla sambil menyempilkan emot berkedip.
“Dua belas mbak? Siapa yg ke-11?” Balas pak Abdi dengan segera. Tangan kirinya mengelus-ngelus penisnya yang mulai mengeras. Pikirannya entah kemana sambil menunggu balasan dari Nayla.
“Ada, dia kakek-kakek yang pasti bapak kenal. Kalau aku sebut namanya. Bapak pasti langsung tahu dong.” Balas Nayla dengan emot tertawa.
“Kakek-kakek? Gilaa. Akhwat macam apa ini? Eh bukan, mbak Nayla bukan akhwat lagi. Dia lonte! Dia pelacur berkedok akhwat bercadar yang doyan kontol-kontol tua!” batin pak Abdi karena saking nafsunya.
“Aku tunggu ya di rumah” balas Nayla dengan mengirimkan sebuah foto.
Deg!
Jantung pak Abdi rasanya seperti ingin berhenti berdetak saat melihat foto Nayla yang mengangkang memfotokan bagian selangkangannya yang terbuka. Rasa penasaran akan isi dalaman celana dalam berwarna hitam itu membuat sang kuli tidak tahan lagi.
Ia ingin menemuinya. Ia ingin menidurinya. Ia ingin menghajarnya karena sudah berani menggodanya hingga nafsunya bergetar kemana-mana. Ia pun bersumpah akan menghujami memek lonte bercadar itu dengan penisnya.
Ia lekas bangkit dari ranjangnya. Lalu mengambil pakaian seadanya untuk menemui sang pelacur yang sudah berani membangkitkan syahwat buasnya.
“Saya akan kesana sekarang mbak.” Sebuah pesan yang jelas dan tegas dikirimkan.
Tak perlu waktu lama, ia segera mendapat balasan dari Nayla.
“Hihihihi, kalau gitu aku mau dandan dulu ya pak.” Balas Nayla yang membuat senyum pak Abdi melebar.
Ia tak habis pikir. Nayla sampai mau berdandan demi menyambut kedatangannya. Seketika ia pun membayangkan sesuatu hal yang tidak-tidak yang akan terjadi sebentar lagi. Sebuah kenikmatan duniawi yang belum tentu bisa ia rasakan lagi.
Tanpa membuang waktu lagi, pak Abdi segera mengambil kunci motor astreanya lalu bergegas menuju rumah sang ibu muda.
Sementara itu di rumah Miftah.
Nayla sudah berdiri di depan kaca riasnya. Sebuah kaca besar yang mampu menampilkan keseluruhan tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Hijab berwarna hitam yang tadi dikenakannya sudah jatuh ke bawah. Cadar yang memiliki warna selaras juga sudah tergeletak di lantai. Tak berselang lama, kaus berlengan panjang yang dikenakannya ikut jatuh. Diikuti oleh celana training longgar yang melorot melewati kedua kaki jenjangnya. Terakhir, bra dan celana dalamnya pun jatuh berserakan di lantai.
Nayla sudah bertelanjang bulat di dalam kamarnya. Ia tersenyum, ia membayangkan hal yang tidak-tidak saat kuli kekar itu menatap keindahan tubuhnya yang tidak tertutupi apa-apa.
“Gimana? Bapak suka? Apakah bapak akan langsung menyetubuhiku? Atau bapak lebih ingin menikmati tubuhku terlebih dahulu? Kalau bapak, pak Urip. Pasti dia akan langsung menyetubuhiku tanpa perlu mencumbuku atau melakukan hal yang lain padaku. Hihihi. Jadi kangen pak Urip deh.” Lirih Nayla dengan kebinalannya yang sudah kembali.
Beberapa menit kemudian.
Nayla sudah berpakaian rapih dengan pakaian longgar kebesaran untuk menutupi keseluruhan tubuhnya yang ramping. Dari ujung kaki hingga ujung rambut. Pakaiannya yang serba berwarna putih membuatnya terlihat seperti seorang bidadari yang turun dari kayangan.
Dengan hati berdebar, ia menunggu kedatangan sang pejantan yang berjanji ingin menemaninya sekaligus memuasinya ditengah kepergian suaminya untuk perjalanan bisnisnya.
Sungguh, sikapnya tak mencerminkan cara berpakaiannya. Bagaimana bisa akhwat bercadar sepertinya justru menanti seorang lelaki untuk datang menemaninya? Kenapa ia tidak bisa menjaga dirinya?
Memang, hijrah itu sulit. Potensi untuk kembali ke jalan yang salah terbuka lebar. Begitulah proses hijrah yang sedang Nayla jalani. Ketika hati ingin taat. Ingatan untuk kembali bermaksiat justru hadir ditengah-tengah proses hijrahnya.
Ditambah nalurinya sebagai wanita pemuas. Nayla pun takluk dan akhirnya memilih untuk memuasi hasratnya lagi yang haus akan kekarnya penis seorang laki-laki tua.
“Hihihi, kira-kira gimana ya ekspresi pak Abdi saat melihat diriku saat ini?” Tanya Nayla setelah melihat penampilannya di cermin.
Nayla sudah tampil cantik. Ia sudah merias wajahnya. Ia bahkan sudah mencelak bulu matanya. Segala usaha sudah ia usahakan yang terbaik demi menyambut kedatangan sang pemuas.
“Mumpung dek Dani sudah tidur. Moga aja kamu jangan bangun dulu ya dek! Umi mau enak-enak dulu sama bapak-bapak itu. Hihihi.” Lirih Nayla sambil duduk di meja riasnya.
Seketika terdengar bunyi notif yang menandakan adanya pesan yang muncul dari aplikasi whatsappnya.
“Mbak, saya sudah di depan. Tolong bukakan.”
Sebuah pesan dari seseorang yang baru ia kenal membuat senyum di wajah Nayla melebar. Ia lekas mengenakan cadarnya. Ia memegangi dadanya dan merasakan betapa kencangnya jantungnya berdebar.
Dengan wajah tersenyum ia lekas beranjak keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu depan rumahnya. Ia bahkan berlari kecil. Ia pun penasaran, bagaimana ekspresi wajah kuli tua itu saat menatap dirinya yang sudah selesai berdandan.
Pintu terbuka dengan pelan. Nayla pun melongokkan wajahnya untuk mengintip sejenak sesosok bapak-bapak yang akan menjadi pemuasnya di malam hari ini.
“Pak Abdi.” Nayla tersenyum malu-malu. Ia pun membuka pintunya lebar-lebar untuk mempersilahkan tamunya itu masuk ke rumahnya. “Sini buruan masuk.”
Bagai majikan yang diperintah oleh tuannya. Kuli kekar yang hanya mengenakan jaket dengan dalaman kaos oblong itu bergegas masuk ke dalam rumah Nayla. Tak lupa ia menutup pintu agar tak ada seseorang pun yang tahu keberadaannya di rumah Nayla.
NAYLA
PAK ABDI
Setelahnya, ia lekas membalikkan tubuhnya untuk menatap wajah sang akhwat bercadar. Mulanya ia menatap sisi bagian bawah tubuh Nayla yang tertutupi rok berwarna putih yang berasal dari gamis terusan yang dikenakan oleh sang ukhti. Setelahnya, ia menaikkan pandangannya lagi. Sepasang tonjolan indah yang menonjol dari gamis yang Nayla kenakan menarik perhatiannya.
Bagaimana bisa tonjolan itu terlihat begitu besar dari balik gamis longgar yang akhwat bercadar itu kenakan?
Nayla yang menyadari kalau kuli itu sedang memelototi tubuhnya hanya berdiam sambil bersikap malu-malu dihadapan kuli kekar itu. Ketika pandangan dari kuli tua itu dinaikkan. Tak sengaja mata mereka bertemu.
Sontak senyum Nayla menyapa yang diikuti oleh tatapan yang akhwat bercadar itu turunkan ke bawah. Kedua tangannya pun ia taruh didepan. Salah satu tangannya mengusap lengan tangan satunya.
Melihat sikap malu-malu Nayla, Pak Abdi pun geregetan ingin memeluknya lalu membalas apa yang sudah akhwat bercadar itu lakukan di siang tadi.
“Hihihi pak, ada apa? Kok ngeliat akunya gitu banget?” Tanya Nayla yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.
“Mbak Nayla cantik banget. Gila! Saya gak nyangka udah dinodai oleh bidadari secantik ini di siang tadi.” Ucap pak Abdi kagum yang dibalas oleh tawa renyah Nayla.
“Hihihih dinodai dong. Yaudah yuk masuk. Buruan sebelum dek Dani bangun, sebelum suami aku pulang juga.” Bisik Nayla yang langsung menarik lengan pak Abdi ke kamarnya.
“Eh kita langsung nih?” Tanya Pak Abdi tak percaya dengan keagresifan yang akhwat bercadar itu tunjukkan.
“Iya lah pak. Emang bapak gak penasaran sama memek aku? Bapak pengen ngentotin aku kan?” Kata Nayla dengan kata-kata frontalnya.
Jelas ucapannya membuat bulu kuduk pak Abdi merinding. Ia masih tak percaya. Bagaimana bisa kata-kata sekotor itu keluar dari sosok manis yang selalu mengenakan pakaian tertutup seperti Nayla?
Tatapan pak Abdi kosong. Ia hanya menenggak ludah membayangkan betapa buasnya Nayla saat berada di atas ranjang nanti.
Sesampainya di dalam kamar. Pak Abdi langsung didorongnya hingga terbaring diatas ranjang tidur yang biasa ditempati oleh Nayla dan suaminya. Dalam posisi tiduran, ia melihat Nayla mendekat sambil memasang tatapan genitnya. Sesekali akhwat bercadar itu berkedip. Sesekali akhwat bercadar itu menggeliat dengan mengeluarkan suara yang merangsang gairah.
“Bapak siap kan untuk menerima servis aku? Aku udah gak tahan loh pengen ngerasain kontol bapak yang gede ini.” Ujar Nayla yang sudah tiba di tepi ranjang tidurnya lalu tangannya mengelusi tonjolan penis pak Abdi dari luar celana pendek yang dikenakannya.
“Aaahhhh geliii mbaaakkk.” Baru dielus aja sudah membuatnya merinding. Bagaimana kalau nanti masuk ke dalam serabi lempitnya?
“Hihihi aku turunin ya celananya?” kata Nayla yang langsung menarik turun celana yang pak Abdi kenakan hingga selutut.
“Iyaaa. Turunkan aja mbak. Saya manut. Saya uuhhhhhhhhhhh.” Pak Abdi mendesah. Matanya memejam. Kedua kakinya reflek melebar tatkala batang penisnya didekap oleh tangan mulus akhwat bercadar itu.
“Hihihihi udah mulai keras aja nih pak. Aku jadi gemes deh.” Lirih Nayla tertawa melihat penis hitam itu yang semakin mengeras. Reflek tangannya pun mulai mengocok penis hitam itu naik turun.
“Aaahhhhhh mbaakkk. Aaahhhhh. Aaahhhh yahhh. Aaahhhh.” Desah pak Abdi sambil meremas sprei ranjang tidur Nayla.
“Hihihihih lucu banget sih kontolnya. Hihihi.” Nayla terus tertawa. Tangannya juga terus mengocok penis raksasa itu naik turun.
Nayla yang sudah lihai pun memperkuat cengkramannya. Ia bahkan mempercepat kocokannya hingga penis itu semakin cepat mengeras dan berdiri tegak menantang sang betina.
“Mbaaakkkk. Aaahhhh. Aaahhhhhhh. Aaaahhhhhh.” Pak Abdi menjerit keras. Rasa nikmat yang didapat olehnya membuatnya terus mengeram menahan servis yang dilakukan oleh lonte bercadar itu.
Naik turun-naik turun. Kocokan yang Nayla lakukan semakin kencang. Bahkan ia melihat cairan precum mulai keluar dari ujung gundul penis hitam itu. Nayla tersenyum. Ia pun mulai menurunkan wajahnya lalu mendekatkannya ke penis milik kuli bangunan itu.
“Hihihihi suka deh sama kontol yang keras banget kayak punya bapak.” Lirih Nayla yang langsung menaikkan cadarnya lalu melahap penis itu secara cuma-cuma. “Mmppphhhh.”
“Aaahhhh mbaaaakkkkk.” Kuli tua itu menjerit. Rasa hangat dicampur oleh rasa lembap yang berasal dari dalam mulut Nayla membuatnya berteriak. Lagi-lagi. Penisnya yang hitam itu kembali dijejali oleh mulut sang bidadari. Betapa beruntungnya dirinya bisa diemut 2x dalam sehari oleh bidadari bercadar itu. Pak Abdi memejam. Rasa nikmat yang ia dapatkan membuatnya tak mampu untuk membuka matanya saat itu.
“Mmpphhh enaakkk. Mmppphhh. Mmppphh. Ssllrrppp mmppphhh.” Nayla terus menaik turunkan wajahnya untuk mengulum penis hitam itu. Sesekali ia juga menghisapnya. Sesekali ia juga menyeruputnya. Mulutnya pun penuh oleh batang penis raksasa itu. Mulutnya juga penuh oleh liur yang menyelimuti penis hitam itu. Ia terus melakukannya tanpa henti. Saking nikmatnya, ia sampai memejam tuk merasakan betapa kerasnya penis itu di mulutnya.
“Aaahhhh mbaakkk. Aaahhh teruuss. Aahhh yaahhhh. Aahhh nikmatnyaaa.”
“Mmppphh iyaahh pakk. Mmpphhhh. Mmppphhh kontol bapak enakk. Mmpphh.”
Bagai pasangan yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Sekalinya bertemu, mereka langsung bercumbu saling merangsang nafsu. Nafsu Nayla yang memuncak akibat fetishnya pada lelaki yang jauh lebih tua benar-benar membuatnya seperti hewan liar. Kedua tangannya mengusap-ngusap paha gosong pak Abdi. Wajahnya terus naik turun tuk mengemut penis hitam pak Abdi. Lidahnya di dalam juga menggeliat tuk menjilati batang penis pak Abdi. Nafsu Nayla yang menggelora benar-benar membuatnya terlihat seperti bukan sesosok akhwat bercadar pada umumnya.
“Aaahhh mbaakkk. Aaahhhh. Aaahhhhh” desah pak Abdi tak tahan.
“Mmpphhh jangan keluar dulu ya paakk. Mmpphhh. Mmppphhh.”
“Aaahhh iyaahh. Tapi ini aaahhhh. Enakk bangett. Aaahhh mbaaakkk.”
“Mmpphh tahann paakkk. Mmpphh tahaannn.” Bukannya melambat. Nayla justru mempercepat kulumannya yang membuat kuli tua itu sampai kejang-kejang dibuatnya.
“Mbaakkk stooppp. Mbaakkk. Mbaaakkkkkk.” Penis pak Abdi mulai berkedut. Dirinya sudah berada diambang batas yang membuatnya mampu tak tahan lagi.
Nayla tersenyum merasakan kedutan itu dimulutnya. Ia juga sudah merasakan cairan asin yang sedikit keluar dari lubang kencingnya. Untuk menggodanya, ia pun terpikirkan sebuah ide untuk menghukum kuli tua itu.
“Tahaan ya paak. Sllrrrppppppp.” Tiba-tiba bibir Nayla sudah berada di ujung gundul penis itu. Lalu dalam sekejap, ia mulai menyeruputnya dengan kuat hingga tubuh kuli tua itu ikut terangkat.
“Aaaaahhhhh mbaaaaakkkkkkkk.” Pak Abdi berteriak. Kedua tangannya mencengkram sprei ranjang itu dengan kuat.
Nayla lekas menaikkan wajahnya kembali setelah puas merangsang penis kuli itu. Ia tersenyum melihat wajah pak Abdi yang ngap-ngapan setelah diservis oleh mulutnya. Tangan kanannya pun menutupi mulutnya tuk tertawa. Ia tak habis pikir kalau pak Abdi sampai kewalahan hanya karena servis mulutnya.
“Pak. Bapak baik-baik aja kan?” Tanya Nayla sambil tersenyum.
“Hah. Hah. Hah. Baik mbak. Baik.” Jawab pak Abdi ngos-ngosan.
“Hihihi yang bener pak? Kok keliatannya kayak gak baik-baik aja?” Nayla menertawakan pak Abdi. Pak Abdi pun hanya terdiam lalu membatin di dalam hati.
Awas aja nanti, Mbak. Saya akan balas dengan menggenjotmu sekuat-kuatnya.
Batin pak Abdi sesumbar.
Suasana yang memanas membuat Nayla kembali menurunkan tubuhnya lalu menarik turun resleting jaket yang kuli tua itu kenakan.
Tak cukup sampai disitu. Ia juga meminta pak Abdi untuk menaikkan kaus oblong yang dikenakannya hingga ke leher.
Kini kuli tua itu sudah setengah telanjang menyisakan kaos oblong yang terangkat juga jaket yang terbuka resletingnya.
“Pak. Bapak sudah siap? Aku udah gak tahan.” Lirih Nayla yang semakin bernafsu setelah melihat tubuh setengah telanjang pak Abdi.
Pak Abdi yang sudah tidak ngos-ngosan lagi hanya mengangguk. Ia lekas mengocok-ngocok penisnya untuk merangsang birahi akhwat bercadar itu.
“Hihihih aku mulai ya pak.” Nayla lekas berdiri diatas ranjang tidurnya. Dengan menggoda, ia menurunkan celana dalam yang ia kenakan. Setelah itu, ia juga menurunkan resleting yang ada pada punggung gamisnya itu. Dalam sekejap gamisnya pun jatuh menyisakan hijab lebarnya yang menutupi dadanya sebagian.
Nayla pun menyelempangkan hijabnya ke belakang lehernya. Ia lalu membuka kait branya hingga beha berukuran 34C itu jatuh menampakkan dua dada bulat yang begitu besar.
Pak Abdi termangu menatap dua gunung kembar yang sangat sentosa itu. Bagaimana bisa payudara itu terlihat begitu indah. Bentuknya masih tegak kencang meski sudah mempunyai seorang anak. Bentuknya tidak kendur yang membuat tangan kuli itu gemas ingin meremasnya dengan keras.
“Boleh aku masukin sekarang pak?” Nayla terlihat agresif. Selain karena dirinya yang sudah tidak tahan lagi. Ia juga takut kalau suaminya keburu pulang atau bayinya terbangun yang mana hal itu akan menganggu dirinya yang akan bercocok tanam dengan selingkuhan barunya.
“Boleh mbak. Boleh.” Pak Abdi terlihat antusias. Ia tak tahan ingin merasakan jepitan dari memek primadona desa itu.
Perlahan demi perlahan Nayla mulai menurunkan tubuhnya. Kedua kakinya ia buka lebar-lebar untuk mempersilahkan masuk batang penis itu ke dalam rahim kehangatannya. Jantung Nayla sendiri berdebar. Sudah lama dirinya tidak sebinal ini. Sudah lama dirinya tidak senakal ini. Membayangkan dirinya akan dipuasi oleh penis tua lagi membuatnya begitu antusias.
Ia semakin menurunkan tubuhnya. Bibir vaginanya pun sudah menyentuh ujung gundul penis hitam itu.
“Mmmpppphhhhh.” Keduanya mendesah nikmat. Baru bersentuhan saja sudah senikmat ini. Bagaimana nanti kalau sampai masuk? Pikiran-pikiran kotor mulai mempengaruhi pikiran Nayla. Ia sudah tak fokus. Yang ada dipikirannya hanyalah menikmati penis hitam yang ada dibawahnya itu.
“Aaaaaaahhhhhhh”.
Perlahan demi perlahan bibir vagina Nayla terbuka saat dimasuki oleh batang penis berwarna hitam yang ukurannya hampir mendekati telapak tangan Nayla. Ujung gundulnya sudah masuk. Seperempat dari penis itu sudah masuk. Bahkan setengahnya pun sudah.
Ekspresi wajah keduanya terlihat begitu keenakan saat kelamin mereka beradu. Nayla mendesah nikmat. Sedangkan pak Abdi memejam merasakan kepuasan yang tidak bisa ia jelaskan.
“Aaaaahhhh mbaaakkk. Terusss. Turun lagiii. Turunn lagiiiii.” Pinta pak Abdi yang merasa kurang kalau hanya setengah penisnya saja yang masuk.
“Iyaaahhh. Iyaaahh paakkk. Ini mmpphhhh” bibir Nayla sampai manyun-manyun dari balik cadarnya itu dikala dirinya semakin menurunkan tubuhnya.
Kini hampir 3/4 penis pak Abdi sudah dilahap oleh rahim kehangatan Nayla. Nayla cukup puas. Namun nafsunya yang besar membuatnya tak pernah berhenti sebelum dirinya berhasil melahap keseluruhan penis itu ke dalam lubang kenikmatannya.
“Uuuhhhh paaakkk. Mmpphhhhh.” Nayla terus mendorong. Akibatnya, penis itu semakin masuk ke dalam rahin kehangatannya.
Pak Abdi sendiri merasakan kenikmatan yang tiada tara. Tidak hanya penisnya dilahap, ia juga merasakan kalau penisnya seperti dijepit, diremas, ditekan oleh dinding vagina Nayla. Selain itu kehangatan yang ia rasakan di dalam serta sensasi basah yang diakibatkan oleh lendir vagina Nayla membuat kuli kekar itu sampai kembang kempis dibuatnya.
Ia menahan nafasnya. Ia mencoba bertahan. Sampai salah langkah saja, bisa-bisa ia keburu “crot” duluan akibat rasa nikmat yang didapatkannya.
Jleeeebbbbb!!!!
“Aaaaahhhhhh” keduanya menjerit tatkala seluruh penis itu berhasil ditenggelamkan oleh lubang sempit Nayla.
Nayla sendiri sampai lemas. Ia bahkan sampai jatuh ambruk diatas pelukan kuli kekar itu.
“Hah. Hah. Hah.” Nafas pak Abdi yang ngos-ngosan berhembus diwajah ayu akhwat bercadar itu.
Keduanya pun tersenyum setelah sama-sama saling beradu kelamin itu.
“Hah. Hah. Hah. Maaf pak, aku sampai lemes. Habis kontol bapak gede banget sih. Agak susah buat masukinnya.” Lirih Nayla sambil tersenyum malu-malu. Ia pun mulai bangkit untuk duduk diatas penis kuli kekar itu.
“Hah. Hah. Hah. Gapapa mbak. Saya juga lemes kok, gara-gara tempik mbak yang rapet banget kayak punyanya perawan.” Puji pak Abdi yang membuat Nayla semakin tersenyum.
“Hihihi bapak bisa aja. Aku loh dah punya anak. Masa dibilang masih sempit kayak punyanya perawan.” Lirih Nayla tersipu.
“Loh kalau kenyataannya begitu ya gimana lagi? Udah gitu, tubuh mbak juga indah banget. Pinggang mbak seksi, susu mbak kayak semangka asli, pinggul mbak juga montok sekali. Pasti mantep banget nih kalau udah goyang diatas kontol saya.” Ujar pak Abdi yang terpesona pada tubuh indah Nayla yang sudah telanjang menyisakan hijab & cadarnya saja.
“Hihihi bapak nih, bikin aku pengen goyang aja. Aku goyang sekarang ya pak?” Ucap Nayla yang tertantang ingin memuaskan kuli kekar itu.
Pak Abdi hanya mengangguk. Kedua tangannya pun mengelusi paha mulus Nayla karena sudah tak tahan ingin dipuasi oleh akhwat bercadar itu.
“Mmpphhh. Mmpphhh.” Nayla mendesah lemah dikala pinggulnya mulai bergoyang menikmati penis hitam yang berada di dalam rahimnya.
Ia menggerakkan pinggulnya maju, ia lalu memundurkannya lagi. Ia menggerakkan pinggulnya maju, ia lalu memundurkannya lagi. Tat kala pinggulnya bergerak maju dan mundur. Mulutnya terus mengeluarkan desahan yang semakin membakar gairah birahi pak Abdi.
Pak Abdi pun sama dibawah. Mulutnya terus mendesah mengeluarkan suara-suara yang membakar nafsu birahi Nayla. Dari bawah, tatapannya dengan tegas menuju payudara indah Nayla yang menggantung indah di dadanya. Ia takjub pada besarnya ukuran payudara indah itu. Ia takjub pada bentuknya yang menarik perhatiannya itu. Ia juga takjub pada puting yang mencuat maju berwarna pink itu.
Ada rasa yang membuatnya ingin meremasnya sekarang. Ada rasa yang membuatnya ingin mencengkramnya sekarang. Ada rasa yang membuatnya ingin memainkannya sekarang. Namun goyangan Nayla yang semakin kencang membuat pandangannya kadang terbuka kadang tertutup menahan kenikmatan yang didapatkannya itu. Kuli kekar itupun mendesah. Kuli kekar itu mendesah dengan sangat nikmat.
“Aaahhh mbaakk. Aaahhh terusss. Terusss. Aaahhh yaahhh. Aaahh. Aaaaahhh.” Desah pak Abdi.
“Mmpphhhh iyaahhh. Mmpphh aaahhh. Aaaahhh bapaakk. Aaahhhhh. Aaaahhh.”
Nayla sadar kalau tatapan kuli tua itu sedang mengarah ke payudaranya. Ia pun sengaja membiarkannya. Ia malah menggodanya dengan menurunkan sedikit tubuhnya maju hingga payudaranya itu semakin dekat ke arah wajah kuli kekar itu.
“Aaahhhh. Aaahhhh. Aaaahhh mbaaakkk.” Bagai terhipnotis oleh pergerakan dua payudara Nayla yang eksotis. Kedua tangan pak Abdi pun merambat naik tuk memegangi pinggang ramping akhwat bercadar itu.
Lalu, pinggul pak Abdi ikut bergerak naik dan turun untuk menghukum keindahan yang ada dihadapannya itu. Ia ikut menggoyangkan pinggulnya. Ia ikut menaik-turunkan pinggulnya hingga tubuh Nayla ikut terdorong naik dan turun.
“Aaahhh bapaakkk. Aaahhhh. Aaaaaaahhhhh.” Nayla memejam. Tusukan yang begitu kuat dirasakan oleh rahim sempitnya itu. Berulang kali dinding rahimnya tersundul oleh ujung gundul penis hitam itu. Kedua payudaranya pun meloncat-loncat dengan indah. Kedua payudaranya semakin membuat pak Abdi mempercepat hujamannya.
“Aaahhhh. Aaahhhh mbaaakkk. Aaahhhhhh.”
“Aaahhh terusss paaak. Aaahhhh aaahhh iyaaahh. Iyaaah paaakk. Ouuhhhhhh “
“Dasar lonte, kenapa mbak baru bilang kalau mbak itu sebenarnya wanita murahan!? Aahhhh. Aaahhh.”
“Aaahhh bapaakkk. Aaahhh daleemm bangettt. Bukan begitu, habis aku. Aaaahhh. Aaaahhhh”
“Habis apa mbak? Aaahhh. Aaaahh. Kalau saya tahu dari dulu, saya pasti sudah memuasimu sejak kali pertama saya bertemu! Aaahhhh. Tau kan mbak? Mbak itu primadona! Mbak itu yang tercantik sekampung Nagasari ini. Semua orang selalu membicarakan mbak. Semua orang selalu bermimpi ingin menyetubuhi mbak! Aaahhh. Aaaaahhh.”
“Aaahhhh. Aaahhh. Aakuu tahuuu. Aku tahuu itu paaakkk. Aaahhh.”
“Terus kenapa mbak gak segera menunjukkan jati diri mbak? Semua orang pasti akan secara sukarela untuk memuasi mbak! Aaahhh. Aaahhhh!”
“Aaahhh terusss. Aaahhhh. Aaahhhh. Karena aku gak sembarangan dalam memilih partner sex aku. Aku punya kriteria tersendiri pak. Dan bapak adalah seseorang yang sesuai dengan kriteria sex aku.” Jawab Nayla ditengah-tengah hujaman penis pak Abdi.
“Kriteria? Aaahhhh. Aaahhh. Aaaaahhhh.” Desah pak Abdi ngos-ngosan.
“Iyaaahh. Iyaaaahhh. Hanya seseorang yang bisa membangkitkan syahwatku yang boleh berhubungan sex denganku.” Jawab Nayla yang membuat pak Abdi kegirangan mendengar jawaban Nayla. Tidak hanya itu, kendali kini kembali dipegang oleh Nayla.
“Jadi, apa yang membuat mbak nafsu ke saya?” Tanya pak Abdi penasaran.
“Kontol bapak, tubuh bapak. Ada pokoknya. Yang jelas bapak bikin aku nafsu. Bapak udah membangkitkan sisi nakalku.” Ujar Nayla yang langsung tancap gas menggoyang pinggul pak Abdi.
“Aaaahhhhh. Aaaaaahhhh. Saya udah bikin mbak bernafsu?” Tanya pak Abdi bertahan ditengah goyangan nikmat Nayla.
“Iyaaahhh. Iyaaaahh. Bapak harus tanggung jawab. Bapak harus memuasiku. Bapak harus bisa bikin aku orgasme sebanyak-banyaknya!” Ujar Nayla saking nafsunya.
Pinggulnya dengan liar bergerak semakin kencang. Mulanya pinggulnya ia gerakkan maju, lalu ia goyang ke kanan, lalu ke belakang, lalu ke kiri sebelum maju ke depan lagi. Ia terus melakukan goyangan memutar untuk melampiaskan hasratnya yang semakin besar. Ia juga meremasi kedua payudaranya bahkan memelintir putingnya.
Nafsunya telah memuncak. Tak peduli dengan statusnya sebagai akhwat bercadar. Tak peduli dengan siapa ia melampiaskan nafsunya sekarang. Ia hanya ingin satu. Pelampiasan syahwat kepada pria tua yang sedang bersamanya sekarang.
“Aaahhh bapaaakkk. Aaahhhh. Aaaaahhhh.”
“Aaahhhhh iyaahhh. Aaahhh terus mbaak. Aaaahhh binal sekali dirimu itu mbaakk. Daasar lonteee. Dasar akhwat jalang. Mbak pengen kenikmatan? Akan saya berikan sekarang.” Ujar pak Abdi yang tiba-tiba memegangi paha mulus Nayla lalu melesatkan pinggulnya naik hingga penisnya itu menusuk dinding rahim Nayla dengan kuat.
“Aaaahhhh bapaaaakkkkkkk!!!!” Nayla menjerit nikmat. Jeritannya yang kencang bisa saja terdengar oleh orang-orang yang berada di luar rumah.
Ia merasa nikmat. Bahkan saking nikmatnya, ia sampai ambruk lagi untuk kedua kalinya diatas pelukan pria kekar itu.
“Hah. Hah. Hah.” Nafas Nayla yang wangi berhembus di wajah kuli tua itu. Payudaranya yang besar pun terhimpit diantara tubuhnya dan tubuh kuli kekar itu. Keringatnya penuh membasahi tubuh rampingnya itu. Nayla terlihat semakin menggairahkan. Pak Abdi yang kelewat nafsu pun tak tahan ingin kembali menghujami rahim akhwat bercadar itu.
“Ayo mbak kita lanjut. Saya udah gak tahan lagi.” Kata pak Abdi yang membalikkan posisi mereka berdua.
Nayla pun dibaringkan diatas ranjang tidurnya. Sedangkan pak Abdi duduk berlutut didepan selangkangan Nayla yang terbuka lebar dihadapannya. Penisnya kembali ia masukkan. Ia pun bersiap untuk membalas kesempatan langka yang sudah Nayla berikan padanya di malam hari itu.
“Bersiap ya mbak. Saya akan membalas kepercayaan mbak yang sudah memilih saya untuk melampiaskan nafsu mbak itu. Heenkkgghhh!!!!” Dengan sekuat tenaga, ia langsung menancapkan penisnya dengan kencang hingga tubuh Nayla terdorong ke belakang.
“Aaaahhh bapaaaakkk.” Nayla menjerit dengan manja. Matanya memejam dan kepalanya ia dongakkan ke atas. Kedua kakinya pun tak sengaja merapat. Hal itu membuat penis pak Abdi semakin terjepit di dalam.
NAYLA
PAK ABDI
“Gimana? Ini yang mbak mau kan?” Tanya pak Abdi sambil mendekap pinggang ramping Nayla.
Nayla sambil tersenyum menganggukkan kepalanya pelan. Entah kenapa rasanya ia begitu bahagia saat disetubuhi oleh pria tua itu lagi. Seketika dirinya teringat oleh tatapan mesum pak Abdi yang tertuju pada kedua payudaranya. Ia kemudian menatap wajah tua itu lagi. Benar saja. Lagi-lagi kuli tua itu sedang menatap kemegahan kedua payudaranya.
“Diliatin doang pak? Kalau bapak mau, bapak boleh kok nyusu di susu aku.” Ucap Nayla yang membuat pipi pak Abdi memerah.
“Hehe keliatan ya mbak? Duh jadi malu.” Ucap pak Abdi sambil meremas-remas susu bulat Nayla.
“Aaahhh. Aaahh iyaahhh. Mmmpphh geli paak. Mmpphhh.” Desah Nayla menikmati remasan pak Abdi.
“Saya gak nyangka, dibalik gamis longgar yang mbak biasa pakai. Ada gunung kembar sebesar ini yang tersembunyi dibaliknya.” Puji pak Abdi yang terus memainkan payudara Nayla.
“Aaahhhh hihihihi. Iyaa. Pelan-pelan ya, mbok meletus. Entar keluar lahar putihnya loh.” Goda Nayla yang membuat pak Abdi melotot.
“Eh, apa masih keluar susunya mbak?” Tanya pak Abdi antusias.
“Gak tau. Coba aja.” Tantang Nayla yang membuat pak Abdi geregetan.
Tanpa ba-bi-bu lagi. Kuli tua itu langsung menundukkan tubuhnya lalu menggigit puting pink itu dengan nafsunya.
“Mmmppphhhhh.” Nayla memejam merasakan hisapan yang begitu kuat dari kuli kekar itu.
“Sssllrppp mpphhhh. Ssllrrpppp. Ssllrrpppp. Mmppphhhh.” Bagaikan bayi tua yang kehausan. Pak Abdi langsung mendekap sela-sela jari Nayla lalu merenggangkannya lebar-lebar. Sedangkan bibirnya menyeruput puting indah itu dengan nikmat. Tak cuma menyeruput, lidahnya juga menoel-noel lalu menjilat-jilat area disekitar putingnya dengan lembut.
“Aaahhhh paakkkk. Mmppphhhhhh. Mmpppphhhhhh.” Desah Nayla menikmati semuanya.
Dengan rakusnya, Pak Abdi menyedot puting Nayla. Kedua tangannya bahkan berpindah dengan meremas-remas kedua gunung kembarnya. Ia begitu berharap bisa menyusu di kedua gunung kembar Nayla. Ia bahkan berpindah dari satu payudara ke payudara lainnya. Ia kembali menyeruput payudara satunya. Bahkan menggigitnya pelan yang mengakibatkan birahi Nayla terus bergejolak hingga wajahnya terangkat menatap langit-langit ruangan.
“Aaaahhhh iyaahhh. Aahhhh jangan digigit paakk.”
Pak Abdi tak peduli. Nafsunya yang sudah berada di puncak membuatnya terus menyusu di wanita yang sudah menjadi istri orang itu. Nayla yang terus dirangsang payudaranya membuatnya terus menggelinjang. Tubuhnya bahkan nyaris terangkat kalau tidak ditindihi oleh pak Abdi. Lalu, vaginanya yang sudah tertancap penis tuanya semakin gatal akibat dianggurkan oleh pejantannya.
“Slllrrpppp. Sssllrrppppp. Mmppphhhh.” Lagi-lagi, pak Abdi terus berusaha. Rasa gemasnya pada payudara yang sangat sentosa itu serta asanya yang ingin meminum setetes susu membuatnya terus menyeruput dan meremas payudara yang sangat bulat itu.
Tak disangka, setetes susu keluar dari dalam pentil Nayla yang berwarna pink itu. Melihat harapannya terwujud. Pak Abdi dengan rakusnya terus mengenyot-ngenyot susu Nayla untuk meminum tiap tetes susu yang keluar dari gunung kembar itu.
“Mmpphhh. Mmpphhhh. Mmpphhh.”
“Aaahhh paaakk. Aaahhhh. Aaahhhh. Bapaaaakkk.”
Nayla pun pasrah. Ia tahu kalau dirinya hanya bisa membiarkan kuli tua itu menjadi saudara sepersusuan putranya.
“Sssslllrrpppp mmpphhh puasnyaaaa.” Ucap pak Abdi setelah menghilangkan rasa dahaganya. Ia kemudian melepas cumbuannya, lalu wajahnya ia angkat tuk menatap wajah indah yang dimiliki oleh akhwat jalang itu.
“Uuhhh bapaaakk.” Wajah Nayla terlihat lemas saat menyusui balita, bayi dibawah lima puluh tahun itu.
“Puasnya. Makasih ya udah dikasih jatah susu sama mbak.” Ucap kuli tua itu tersenyum.
“Dasar, itu jatah dek Dani malam ini tau. Malah diminum sama bapak.” Ucap Nayla tersenyum.
“Gapapa kan? Sebagai balasannya, saya akan memberimu kepuasan yang tidak terkira.” Ucap pak Abdi sambil tersenyum mesum. Kuli tua itu lekas menegakkan tubuhnya. Ia terlihat seperti hendak berancang-ancang. “Siap-siap yah mbak.” Lanjut Nayla dengan segera.
“Siap-siap?” Tanya Nayla yang masih ngelag setelah menyusui bayi tua itu. Namun seketika ia mulai memahami apa yang dimaksud oleh kuli tua itu saat tubuh kekarnya tiba-tiba mundur hingga penisnya nyaris terlepas dari dalam lubang sempitnya.
Sedetik kemudian.
Jleeeebbbbb!
“Aaaaaaahhhhhhhhhh..” Desah kedua insan itu secara bersamaan.
Tiba-tiba pak Abdi kembali memundurkan pinggulnya lalu mendorongnya lagi.
Jjleeebbbbb!
“Aaaaahhhhhhhh” Lagi-lagi keduanya mendesah seiring menikmati pergerakan tubuh sang kuli.
Setelah penis pak Abdi menancam di dalam seluruhnya. Ia pun diam sejenak sambil menatap keindahan sang akhwat. Senyum seketika mengembang di bibirnya. Nayla yang sedang lemas pun tersipu saat disenyumi seperti itu.
Lalu, tiba-tiba wajah pak Abdi mendekat. Ia sedikit menundukkan wajahnya. Kedua tangannya kembali merambat tuk mendekap kesepuluh jemari Nayla. Dengan wajah yang semakin dekat, Nayla yang malu segera menolehkan wajahnya ke samping. Pak Abdi semakin tersenyum lebar. Seketika ia memanggil wanita pemuasnya yang membuatnya menoleh ke arahnya.
“Mbak.”
“Iyya pak.”
“Ada yang ingin saya sampaikan semenjak kali pertama kita bertemu.”
“Hm apa itu pak?” Tanya Nayla penasaran.
Senyum pak Abdi semakin mengembang. Ia dengan malu-malu lalu berkata. “Saya mencintaimu mbak Nayla. Ini bukti dari saya kalau saya benar-benar mencintai mbak.” Ujar pak Abdi yang langsung nyerocos mencumbu bibir Nayla setelah menaikkan cadarnya.
“Bapaaak. Mmpphhhh.”
Cuuuppppp!!!
Bibir mereka bertemu. Bibir mereka bertubrukan. Bibir mereka saling dorong lalu saling sepong. Pak Abdi dengan liarnya menjepit bibir bawah Nayla. Lalu lidahnya menggeliat membasahi bibir bagian bawah yang dimiliki oleh istri dari Miftah itu.
Tak hanya Pak Abdi yang aktif. Nayla pun aktif dalam membalas cumbuan kuli tua itu. Ia kemudian menjepit bibir atas pak Abdi. Ia kemudian menghisapnya dikala lidahnya menjilati bibir bagian atas itu dengan penuh nafsu.
Lalu lidah mereka saling memasuki mulut lawan main mereka masing-masing. Lidah mereka saling bergesekan. Lidah mereka saling melilit. Lidah mereka saling mendorong bahkan lidah mereka seperti sedang bergulat di dalam mulut masing-masing secara bergantian.
Liur sampai menetes jatuh. Terutama Nayla yang sudah dikuasai nafsu. Begitupula pak Abdi yang sudah diujung nafsu. Pinggulnya kemudian kembali bergerak. Pinggulnya pun berpacu tatkala bibirnya tengah asyik mencumbu.
“Mmppphhh. Mmpphh. Mmpphh.” Keduanya mendesah secara tertahan ditengah cumbuan mereka yang semakin panas.
Pinggul pak Abdi pun bergerak maju mundur. Pinggulnya yang awalnya bergerak pelan lama-lama bergerak semakin cepat. Kesepuluh jari Nayla didekapnya dengan erat. Tubuh rampingnya pun ditindihi oleh tubuh kekar pak Abdi. Dada bulatnya pun tertindih oleh dada bidang pak Abdi. Pak Abdi memejam. Ia tengah menikmati kemewahan yang sedang ada dibawahnya.
“Mmpphhhh. Mmppphhh paaakk Mmppphhh.” Desah pak Abdi yang terus menikmati cumbuannya.
“Mmpphhhh iyaa paak. Mmpphhhh. Terus sodok yang kencang paakkk. Mmppphhhh. Nikmati memekku sepuas bapak.” Desah Nayla ditengah cumbuannya.
“Mmmppphhh iyaahh mbaak. Akan saya lakukan. Mmppphhh.” Desah pak Abdi yang mempercepat sodokannya.
Naik turun, naik turun, naik turun. Pak Abdi terus menghujami rahim Nayla tanpa ampun. Penisnya dengan tega menyundul-nyundul dinding rahim Nayla dengan kuat. Batangnya yang kekar dan dipenuhi guratan urat yang menonjol keluar terus menggesek-gesek dinding vagina Nayla dengan cepat.
Rahim Nayla pun semakin basah. Rahimnya semakin dipenuhi cairan cinta hingga terdengar bunyi cipratan di dalam.
Bibir pak Abdi pun terus aktif dalam melahap bibir manis Nayla. Bahkan sesekali lidahnya keluar menjilati pipi chubby Nayla. Ia bahkan sesekali meludahi mulut Nayla.
Nayla dengan binalnya justru menelan semua ludah itu. Ia juga pasrah membiarkan kuli kekar itu melakukan semuanya pada tubuh indahnya. Ia biarkan rahimnya dikobok-kobok. Ia biarkan rahimnya dikocok-kocok. Ia biarkan rahim yang seharusnya hanya boleh dimasuki oleh penis suaminya, ditusuk-tusuk oleh penis seseorang yang baru dikenalnya di pagi tadi.
Kebinalan Nayla semakin menjadi. Ia bahkan melakukannya diatas ranjang yang seharusnya hanya bisa ditiduri olehnya dan suami.
Ditengah hujaman penis pak Abdi yang semakin kencang. Ada nafsu yang tak bisa lagi ia tahan. Nafsu kuli itu memuncak. Syahwatnya dalam menyenggamai akhwat bercadar itu semakin kuat.
“Mmppphhh mbaaakk. Mmpphhh saya udah gak kuat. Saya mau kelluaarrr.” Desah pak Abdi yang langsung bangkit, melepas cumbuannya, lalu tangannya meremas-remas payudara pemuasnya.
“Aaahh iyaahh paakk. Aku jugaaa. Teruss. Sodok memek aku pak. Sodok yang kencaang. Jangan bapak tahan.”desah Nayla menyemangati.
Kedua insan yang sudah dibutakan oleh hawa nafsu itu terus bergumul. Remasan yang pak Abdi lakukan pada payudara Nayla semakin kencang. Remasan semakin kuat. Bahkan susunya sampai mencuat akibat remasan kuli tua itu.
“Aaahhh bapaakkkk. Bapaaakk. Aaaaahhhhh.” Jerit Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaahhh. Aaaahhhh. Terima iniii. Terima inii dasar lonte murahan. Aaahhh. Aaahhh.” Saking nafsunya, ia sampai memaki wanita yang ia kira sholehah itu.
Bukannya marah atau terluka. Nayla justru semakin bernafsu akibat dari makian kuli tua itu.
“Aaahhhh iyaahh. Hukum aku paakk. Aaaahh. Hukummm. Hukummm mmppphhhh.”
“Hukuum? Iniii hukuman dari saya. Terima inii. Iniii. Iniii. Laagii. Aaaahhh yaaahhh.”
Jleeebbb. Jleeebbb. Jleeebb!!!
“Aaaahhhhh bapaaakkk. Aaahhh akuu mauu kelluaarr. Aakuuu mauu kelluaarrr.” Jerit Nayla tak kuat.
“Aaahhh saya jugaa mbaakk. Sayaaa jugaaa.” Jerit pak Abdi yang sudah tak kuat lagi.
Ditengah hembusan nafas mereka berdua yang semakin berat. Ditengah guyuran peluh mereka yang semakin membanjir. Penis pak Abdi terus menggempur liang sempit Nayla yang semakin basah oleh cairan cintanya. Rahim Nayla sudah seperti tempat untuk merujak buah dengan cara dibebek. Semakin ada bebekan dari penis pak Abdi. Buah yang dibebek itu semakin mengeluarkan cairannya dari dalam.
Masing-masing dari mereka pun sudah merasakan adanya gelombang dahsyat yang akan keluar sebentar lagi.
“Aaahhhh. Aahhhhh. Aaaahhhh bapaaaakkk. Aku udah gak kuat lagi. Aku udah gak kuat lagi.”
“Aaahhh iyahhh sama saya juga mbaakk. Saya mau keluaar. Saya mauu kelluaarrr.”
Plookkk. Plokkk. Plokkkk.
“Aaahhhhhh. Aaahhhh. Aaahhh mbaakkkkkk.” Seketika pak Abdi membenamkan penisnya sedalam-dalamnya ke rahim kehangatan Nayla. Akibatnya, rahimnya semakin terdorong oleh ujung gundul penis tua kuli kekar itu.
“Baaaapppaakkk!!!.” Tusukan kuat yang pak Abdi lakukan membuat Nayla berteriak kencang. Rasanya sudah seperti dihujami oleh gagang besi yang sangat keras. Tetapi, bukan rasa sakit yang Nayla rasakan kali ini. Melainkan rasa nikmat yang diikuti oleh semprotan dahsyat yang keluar setelahnya.
“Keellluuuaaaaarrrrr!” jerit keduanya secara bersamaan.
Ccrroottt. Crroottt. Crrootttt!!!
Seketika pak Abdi langsung ambruk setelah memenuhi rahim Nayla menggunakan pejuhnya itu. Matanya merem melek keenakan. Tubuhnya kelojotan. Kenikmatan yang begitu dahsyat membuat tubuhnya lemas seketika.
Hal sama pun dirasakan oleh Nayla. Campuran antara cairan cintanya dengan sperma pak Abdi bercampur di dalam menjadi satu. Ada sensasi nikmat yang ia rasakan saat disemprot oleh sperma milik seorang pria tua. Nayla kini benar-benar puas.
Ia bahkan terus memejam dengan mulut yang terbuka setelah mendapatkan kenikmatan yang tiada tara.
Maafin adek mas. Adek gak tahan. Maaf kalau adek harus mengkhianati mas sekali lagi. Hati adek tetep milik mas kok. Tapi tubuh adek milik semua. Maaf udah ngelakuin kayak gini lagi dibelakang mas.
Batin Nayla saat teringat suaminya setelah mendapatkan akal sehatnya kembali.
Tapi ia tak benar-benar menyesal. Ia justru menginginkan hal seperti ini lagi lain kali. Terutama dengan pria tua lain yang ia temui di kampung Nagasari ini.
“Assalamualaikum. Sayang? Kamu di mana? Mas pulang.”
Terdengar suara yang tentunya tak asing bagi mereka berdua. Sepertinya dari pintu depan rumah. Suara itu jelas mengejutkan kedua insan telanjang yang baru saja usai memadu kasih. Ini benar-benar di luar perencanaan.
Mata mereka berdua langsung terbuka lebar, wajah mereka sama-sama menoleh ke arah pintu masuk kamar.
“Ce-celaka. Itu Mas Miftah! Pak! Buruan ngumpet, Pak! Buruan!” bisik Nayla dengan panik.
“Maunya begitu. Tapi saya lemes banget, Mbak. Tubuh saya sama sekali gak bisa gerak ini,” jawaban pak Abdi semakin membuat Nayla panik. Gimana sih ini orang?
“Jangan main-main, Paaakk! Itu ada suami aku di ruang tamu! Aku gak mau ketahuan! Panjang nanti urusannya! Buruan ngumpeett!!” Nayla mendorong pak Abdi supaya lekas bersembunyi.
“Iyaaa, mbaakk! Saya juga maunya begitu! Tapi saya bener-bener gak bisa bergerak ini! Saya terlanjur lemas, Mbak,” balas pak Abdi yang sungguh-sungguh tak bisa bergerak, “saya sudah kehabisan tenaga.”
Lama kelamaan, terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekati pintu kamar. Baik Nayla dan pak Abdi terdiam. Kuli tua itu masih ambruk di atas tubuh polos Nayla yang terbaring di atas ranjang tidurnya.
Tokkk. Tokkk. Tokkkk.
Terdengar suara ketukan pelan di pintu yang membuat jantung keduanya berdebar. Saat itu barulah energi pak Abdi kembali. Ia pun panik harus melakukan apa saat ini.
“Sayang? Kamu sudah tidur?” tanya Miftah dengan perlahan, khawatir membangunkan sang istri yang ia perkirakan sudah terlelap.
Gagang pintu bergerak turun. Sebentar lagi Miftah akan masuk ke dalam kamarnya. Jantung Nayla sudah mau copot. Ia tidak lagi bisa mengontrol situasi.
Gawaattt. Maasss, maafin akuuu.
Batin Nayla remuk redam, ia ketakutan, sangat ketakutan. Ia pun memejamkan mata. Pasrah dengan segala kemungkinan yang terjadi. Pasrah sepasrah-pasrahnya dengan semua hal yang akan menimpanya.
“Sa-sayaaaang?” Miftah tercekat, suaranya parau. Ia sangat terkejut.
Lalu hening.
TAMAT